ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Vol. 3, No. 2, Juli - Desember 2018 Editorial Team Editor-In-Chief Imam Mujahid, (SCOPUS ID : 57208214175); IAIN Surakarta, Indonesia Editorial Board Waryono Abdul Ghafur, UIN Sunan Kalijaga, Indonesia Diajeng Laily Hidayati, IAIN Samarinda, Indonesia Akhmad Anwar Dani, IAIN Surakarta, Indonesia Ahmad Saifuddin, IAIN Surakarta, Indonesia Abraham Zakky, IAIN Surakarta, Indonesia Rhesa Zuhriya Pratiwi, IAIN Surakarta, Indonesia Alamat Redaksi : Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, IAIN Surakarta Jl. Pandawa No. 1, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah 57168 Phone : +62 271 - 781516 Fax : +62 271 - 782774 Surel : journal.albalagh@gmail.com, journal.albalagh@iain-surakarta.ac.id Laman : http://ejournal.iainsurakarta.ac.id/al-balagh ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Vol. 3, No. 2, Juli - Desember 2018 Daftar Isi Fatwa MUI tentang Atribut Keagamaan dalam Perspektif Komunikasi Dakwah Muhd. Maryadi Adha 149 - 174 Refleksi Kebenaran: Prinsip Kejujuran Sebagai Komunikasi Spiritual Anak di Era Digital Muhamad Iqbal & Cesilia Prawening 175 - 192 Hambatan Komunikasi Pendamping Sosial Imam Alfi 193 - 210 Korelasi Penggunaan Gadget Terhadap Kepuasan Komunikasi Interpersonal pada Mahasiswa Disabilita Nisa Azizah & Arina Rahmatika 211 - 234 Mahasiswa dan Keputusan Memilih Jurusan (Analisis Kuantitatif Pada Mahasiswa KPI IAIN Surakarta Angkatan 2017/2018) Agus Sriyanto 235 - 258 Kepuasan Mahasiswa KPI IAIN Surakarta dalam Pemilihan Konsentrasi Jurusan Eny Susilowati & Rhesa Zuhriya Briyan Pratiwi 259 - 292 KORELASI PENGGUNAAN GADGET TERHADAP KEPUASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA MAHASISWA DISABILITAS DOI : http://dx.doi.org/10.22515/balagh.v3i2.1436 Nisa Azizah Arina Rahmatika Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Keywords: Difabel, gadget, interpersonal comunication http://ejournal.iain-surakarta.ac.id/index.php/al-balagh © 2018 IAIN Surakarta ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Alamat korespondensi: e-mail: nisart2016@gmail.com arina.eljawie@gmail.com Abstract Gadget in the form of smartphone and laptop is a development of information technology and communication in Indonesia. This development is the reason difabel to use gadget in their daily activities. But each of difabel have different motiv and gratifications in using them. So, the aim of research is there is correlation between the difabel use of gadget and satisfaction of interpersonal communication in UIN Sunan Kalijaga. This is quantitative research with the method of purposive sampling and the collection data by questionnaire. Population of data is 72 person and with sample 32 people. The results obtained from this research is proved hypothesis stating that there is a significant positive correlation between the use of gadgets with the satisfaction of interpersonal communication in difabel UIN Sunan Kalijaga. Gadget dalam bentuk smartphone dan laptop merupakan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang di Indonesia. Perkembangan inilah yang kemudian diikuti mahasiswa difabel dengan memilih menggunakan gadget dalam aktifitas sehari-hari. Namun masing-masing difabel memiliki motif dan kepuasan yang berbeda- beda dalam menggunakannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat korelasi antara penggunaan gadget dan kepuasan komunikasi interpersonal pada mahasiswa difabel netra dan tuli terhadap kepuasan komunikasi interpersonal di UIN Sunan Kalijaga. Penelitian ini merpakan penelitian kuantitatif dengan metode Abstrak Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 3, No. 2, Juli – Desember 2018, pp. 211 - 234 Kata Kunci: Difabel, gadget, komunikasi interpersonal Korelasi Penggunaan Gadget – Nisa Azizah & Arina Rahmatika 212 purposive sampling, dimana pengumpulan datanya berdasarkan angket. Populasi data berjumlah 72 dan dengan sampel sebanyak 32 orang. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terbuktinya hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara penggunaan gadget dengan kepuasan komunikasi interpersonal mahasiswa difabel UIN Sunan Kalijaga. I. PENDAHULUAN Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada tahun 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Seperti yang dikutip Indah Rahmayani dari website kominfo. go.id, angka tersebut membawa Indonesia menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika. Salah satu pengguna aktif gadget baik dalam bentuk smartphone ataupun laptop adalah mahasiswa difabel yang menggunakan gadget sebagai media komunikasi. Data statistik yang dihimpun oleh WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia dikutip dalam Understanding Disability (Syafi’ie, 2012) mempresentasikan bahwa jumlah penyandang disabilitas berkisar antara 15% dari total populasi penduduk dunia. Di Indonesia, penyandang disabilitas berjumlah 36.150.000 orang atau sekitar 15% dari total penduduk Indonesia tahun 2011 yang penduduknya mencapai 241 juta jiwa. Sebelumnya, tahun 2004 penyandang disabilitas Indonesia diperkirakan sebanyak 1.480.000 dengan rincian sebagai berikut: penyandang tunadaksa berjumlah 162.800 orang (11%), tunanetra 192.400 (13%), tuna rungu 503.200 (34%), mental dan intelektual 348.800 (26%), dan orang yang pernah mengalami penyakit kronis (kusta dan tuberklosis) 236.800 (16%). Jumlah ini diperkirakan jumlah penyandang disabilitas yang tinggal dengan keluarga atau masyarakat, dan belum termasuk mereka yang tinggal di panti asuhan. Penelitian Andrew (2014) menyajikan bahwa teknologi informasi dan komunikasi, seperti gadget dapat berdampak positif maupun memunculkan tantangan terhadap difabel. Salah satu dampak positif dari teknologi Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 3, No. 2, Juli – Desember 2018, pp. 211 - 234 213 informasi dan komunikasi terhadap difabel adalah sebagai sarana untuk pendidikan orang berkebutuhan khusus. Hal ini menunjukkan bahwa difabel pun memiliki peluang untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, termasuk gadget. Dalam penggunaanya, mahasiswa difabel memiliki motif masing- masing ketika menggunakan gadget dalam aktifitas sehari-harinya. Hal tersebut sesuai dengan Teori Penggunaan dan Kepuasan atau Uses and Gratification Theory yang menyatakan bahwa setiap orang menggunakan media dengan tujuan tertentu, sehingga masing-masing orang tahu apa kebutuhan dan bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut serta bertanggung jawab dalam memilih media sesuai kebutuhannya (Musa, Nazri, Azmi, & Ismail, 2016; Egede, 2013). Teori ini juga berlaku bagi mahasiswa difabel yang secara sadar memilih menggunakan gadget karena adanya kebutuhan tertentu dan merasakan manfaat gadget sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan Teori Penggunaan dan Kepuasan, penggunaan gadget oleh mahasiswa difabel disebabkan adanya motif yang dapat memengaruhi kepuasan komunikasi yang terjalin. Komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah komunikasi interpersonal antardifabel maupun dengan nondifabel. Komunikasi interpersonal adalah pola komunikasi yang dilakukan antar satu orang dengan orang lain atau kelompok (DeVitto, 2011; Suciati, 2016). Komunikasi interpersonal merupakan langkah awal seseorang untuk memasuki lingkungan sosial. Dalam proses komunikasi interpersonal ini terjalin hubungan antara mahasiswa difabel dengan orang lain. Pada kelanjutannya, mahasiswa difabel berusaha untuk saling memahami dengan perbedaan yang ada. Seperti dalam Alquran Surat Al Isrâ’ ayat 53. Pada Alquran surat Al Isrâ’ ayat 53 dijelaskan bahwa “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar)”. Alquran surat Al Isrâ’ayat 53 tersebut mengajarkan untuk senantiasa berkata baik kepada siapapun. Perkataan yang tidak baik akan menimbulkan kecurigaan dan Korelasi Penggunaan Gadget – Nisa Azizah & Arina Rahmatika 214 prasangka sehingga memungkinkan terjadinya perselisihan dengan orang lain. Dalam hal ini komunikasi interpersonal membantu seseorang menjalin hubungan lebih dekat dengan orang lain, termasuk dengan berkata-kata yang baik. Perkataan yang baik ini dapat menghindari kesalahpahaman dalam komunikasi. Maka, komunikasi interpersonal bagi mahasiswa difabel merupakan hal penting. Tujuan akhir dari komunikasi interpersonal bagi mahasiswa difabel ini adalah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu universitas yang menjadi kampus inklusi atau ramah difabel diwujudkan dengan didirikan Pusat Studi dan Layanan Difabel (PSLD) yang sekarang berubah menjadi Pusat Layanan Difabel (PLD). Pusat Layanan Difabel (PLD) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mendata pada tahun ajaran 2017/2018 terdapat 72 mahasiswa difabel yang terdiri atas mahasiswa tunanetra (kebutuhan khusus melihat), tunarungu (kebutuhan khusus mendengar dan bicara), dan tunadaksa (kebutuhan khusus fisik), serta beberapa kategori gangguan sensorik lain. Dengan demikian, UIN Sunan Kalijaga merupakan universitas dengan jumlah mahasiswa difabel paling banyak di Yogyakarta. Data Pusat Layanan Difabel (PLD) UIN Sunan Kalijaga menyatakan bahwa mahasiswa difabel terbanyak adalah berupa tunanetra dan tunarungu. Di sisi lain, mahasiswa tunanetra dan tunarungu masih memiliki kemampuan motorik yang optimal. Penggunaan gadget menuntut kemampuan motorik seseorang. Oleh karena itu, penelitian ini akan fokus pada responden dengan karakteristik mahasiswa tunanetra dan tunarungu. Tunanetra dan tunarungu selain memiliki kemampuan yang berbeda, juga memiliki keterbatasan atau kebutuhan khusus dalam berkomunikasi. Kelebihan mahasiswa difabel netra dapat mendengar, namun memiliki keterbatasan melihat tulisan maupun gerak bibir. Mahasiswa difabel rungu memiliki kelebihan dapat melihat dan dapat berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat (dapat dilakukan dengan videocall), namun keterbatasan Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 3, No. 2, Juli – Desember 2018, pp. 211 - 234 215 mereka ada pada pendengaran dan bicara. Sehingga, penggunaan gadget sebagai media pertukaran informasi dan komunikasi oleh mahasiswa tunanetra dan tunarungu memiliki pengaruh lebih besar dibandingkan penggunaan gadget oleh mahasiswa lain. Penggunaan gadget dalam konteks mahasiswa difabel memiliki banyak motif. Secara umum, motif merupakan faktor-faktor dasar yang menyebabkan individu bertingkah laku atau bersikap tertentu. Dalam hal ini motif merupakan apa alasan dasar yang mendorong responden memilih menggunakan media tertentu, sebelum terjadinya proses penggunaan media tersebut (Kompri, 2016). Menurut McQuail (2011), motif khalayak dalam menggunakan media dikategorikan dalam empat tipologi yakni hiburan, integrasi dan interaksi sosial, identitas pribadi, serta informasi. Adapun kategori keempat motif tersebut dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut. Pertama, hiburan yaitu melepas diri dari rutinitas, masalah atau sarana pelepasan emosi. Kedua, berupa integrasi dan interaksi sosial yaitu penyesuaian (pembaruan) dan hubungan dengan orang lain untuk mencapai suatu keserasian. Ketiga, identitas pribadi yaitu referensi diri dan penguatan nilai individu. Keempat, informasi merupakan bentuk pencarian sesuatu mengenai bagaimana media membantu individu mencapai suatu tujuan. Ketika mahasiswa difabel menggunakan gadget maka akan menghasilkan kepuasan tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Badan Pengembangan & Pembinaan Bahasa Kemendikbud, 2017) kepuasan berasal dari kata puas yang artinya adalah merasa lebih dari cukup, merasa senang (lega, gembira, kenyang, dan sebagainya) karena sudah terpenuhi hasrat hatinya. Kepuasan merupakan suatu kondisi (yang bersifat) puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya. Dengan demikian, kepuasan dapat diartikan sebagai kondisi di mana seseorang merasa puas (lega, senang dan merasa cukup) dengan terpenuhinya hasrat tertentu. Dalam konteks ilmu komunikasi, ketika seseorang memiliki motif tertentu dalam menggunakan media maka, dapat dianalisis dengan Teori Korelasi Penggunaan Gadget – Nisa Azizah & Arina Rahmatika 216 Penggunaan dan Kepuasan atau Uses and Gratification. Teori Penggunaan dan Kepuasan atau Uses and Gratification merupakan teori yang menggunakan pendekatan pada audiens daripada pesannya (Littlejohn & Kareen, 2012). Pendekatan ini menganggap individu sebagai pengguna yang aktif dan bertanggung jawab dalam memilih media untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, sehingga media dianggap sebagai satu-satunya faktor yang mendukung bagaimana kebutuhan terpenuhi sebagaimana terlihat pada gambar 1. Ketika mahasiswa difabel menggunakan gadget maka, akan menghasilkan kepuasan tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Badan Pengembangan & Pembinaan Bahasa Kemendikbud, 2017) kepuasan berasal dari kata puas yang artinya adalah merasa lebih dari cukup, merasa senang (lega, gembira, kenyang, dan sebagainya) karena sudah terpenuhi hasrat hatinya. Kepuasan merupakan suatu kondisi (yang bersifat) puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya. Dengan demikian, kepuasan dapat diartikan sebagai kondisi di mana seseorang merasa puas (lega, senang dan merasa cukup) dengan terpenuhinya hasrat tertentu. Dalam konteks ilmu komunikasi, ketika seseorang memiliki motif tertentu dalam menggunakan media maka, dapat dianalisis dengan Teori Penggunaan dan Kepuasan atau Uses and Gratification. Teori Penggunaan dan Kepuasan atau Uses and Gratification merupakan teori yang menggunakan pendekatan pada audiens daripada pesannya (Littlejohn & Kareen, 2012). Pendekatan ini menganggap individu sebagai pengguna yang aktif dan bertanggung jawab dalam memilih media untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, sehingga media dianggap sebagai satu-satunya faktor yang mendukung bagaimana kebutuhan terpenuhi sebagaimana terlihat pada gambar 1. Gambar 1. Model harapan dari kepuasan media yang dicari dan didapatkan. Sumber: (McQuail, 2011) Teori Uses and Gratification diperkuat dengan munculnya Teori Hierarki Kebutuhan dan Motivasi oleh Abraham Maslow. Teori Hierarki Kebutuhan dan Motivasi (Maslow, 2017; Morissan, 2015; Morissan, Wardhani, & Hamid, 2010) menyatakan kebutuhan manusia dari paling dasar menuju puncak yakni: kebutuhan biologis (fisik), keamanan, sosial, penghormatan diri, dan aktualisasi diri. Dalam pandangan teori Abraham Maslow, orang yang berhasil mencapai satu tingkat hierarki kebutuhan akan berusaha mencapai tingkat selanjutnya sampai yang paling tinggi dan secara aktif mencari segala hal untuk memenuhi kebutuhan. Penggunaan media Kepuasan yang dirasa didapat Kepuasan yang dicari Gambar 1. Model harapan dari kepuasan media yang dicari dan didapatkan. Sumber: (McQuail, 2011) Teori Uses and Gratification diperkuat dengan munculnya Teori Hierarki Kebutuhan dan Motivasi oleh Abraham Maslow. Teori Hierarki Kebutuhan dan Motivasi (Maslow, 2017; Morissan, 2015; Morissan, Wardhani, & Hamid, 2010) menyatakan kebutuhan manusia dari paling dasar menuju puncak yakni: kebutuhan biologis (fisik), keamanan, sosial, penghormatan diri, dan aktualisasi diri. Dalam pandangan teori Abraham Maslow, orang yang berhasil mencapai satu tingkat hierarki kebutuhan akan berusaha mencapai tingkat selanjutnya sampai yang paling tinggi dan secara aktif mencari segala hal untuk memenuhi kebutuhan. Hal ini selaras dengan pandangan Teori Penggunaan dan Kepuasan yang menyatakan audiens aktif dalam memilih media untuk memenuhi kebutuhan. Banyaknya mahasiswa difabel yang belajar di UIN Sunan Kalijaga, membuka kesempatan semakin luasnya interaksi yang dilakukan antar mahasiwa difabel maupun mahasiswa difabel dengan mahasiswa lain. Pada proses interaksi ini terjadi pertukaran informasi, berbagi pengalaman, termasuk komunikasi interpersonal yang membantu mereka Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 3, No. 2, Juli – Desember 2018, pp. 211 - 234 217 menjalin hubungan dengan orang lain. Pada konteks ini, penting untuk mengkaji korelasi antara penggunaan gadget dengan kepuasan komunikasi interpersonal, dalam rangka memanfaatkan penggunaan gadget untuk meningkatkan kepuasaan komunikasi interpersonal. Menurut Masmuh (Riyantini & Triyono, 2016), kepuasan komunikasi interpersonal adalah satu fungsi dari apa yang seseorang dapatkan dengan apa yang dia harapkan. Menurut Alsayed, Motaghi, & Osman (Riyantini & Triyono, 2016), syarat kepuasan komunikasi interpersonal mengacu pada kepuasan dari individu terhadap hubungan dan aliran informasi selama komunikasi berlangsung. Pemaparan tersebut merupakan alasan yang menjadi dasar penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti merasa penting untuk meneliti korelasi antara motif menggunakan gadget dengan kepuasan mahasiswa tunanetra dan tunarungu di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam menjalin komunikasi interpersonal. Dari penelitian ini diharapkan mampu mengetahui motif penggunaan gadget dan proses komunikasi mahasiswa difabel secara komunikasi interpersonal yang bermanfaat untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Terdapat beberapa penelitian terdahulu, baik tentang penggunaan gadget maupun tentang difabel terkait komunikasi. Misalkan, penelitian Desiningrum, Indriana, & Siswati (2017) yang menghasilkan adanya korelasi negatif antara intensi penggunaan gadget dengan kecerdasan emosional remaja awal; penelitian Puspa, Loebis, & Nuswantoro (2018) yang menghasilkan penggunaan gadget berpengaruh pada penurunan kualitas penglihatan siswa sekolah dasar; penelitian Hidayat & Junianto (2017) tentang pengaruh penggunaan gadget terhadap tingkat prestasi siswa SMPN Satu Atap Pakisjaya Karawang; penelitian Pebriana (2017) yang menganalisis penggunaan gadget terhadap kemampuan interaksi sosial pada anak usia dini; penelitian Ernawati (2015) tentang komunikasi verbal dan nonverbal mahasiswa difabel netra UIN Sunan Kalijaga melalui Facebook; dan penelitian Haryanto (2016) tentang penggunaan internet pada anak disabilitas netra. Penelitian lain tentang difabel misalkan penelitian Korelasi Penggunaan Gadget – Nisa Azizah & Arina Rahmatika 218 Vlachou, Stavroussi, & Didaskalou (2017). Akan tetapi, penelitian tersebut membahas tentang intervensi atau perlakuan yang tepat untuk meningkatkan keterampilan memecahkan masalah dalam komunikasi interpersonal pada orang dengan keterbatasan kemampuan kognitif. Selain itu, terdapat beberapa penelitian mengenai komunikasi interpersonal. Di antaranya, penelitian Bernardus & Perbawaningsih (2010) tentang model komunikasi interpersonal generasi muda suku Batak Karo di Yogyakarta; penelitian Suryani (2013) tentang komunikasi interpersonal yang bisa menyebabkan kepuasan dan berdampak pada iklim komunikasi dalam organisasi; penelitian Patriana (2014) mengenai dampak dari komunikasi interpersonal yang efektif terhadap rekomendasi untuk anak yang memiliki permasalahan hukum; penelitian Gusliza (2013) tentang adanya korelasi positif antara komunikasi interpersonal dengan kepuasan kerja pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga; penelitian Diasmoro (2017) mengenai adanya korelasi positif antara komunikasi interpersonal dengan kepuasan kerja karyawan dewasa awal; penelitian Riyantini & Triyono (2016) tentang pengaruh positif dari kepuasan komunikasi organisasi terhadap kinerja pegawai; dan penelitian Weningtyas & Suseno (2012) tentang pengaruh positif dari komunikasi interpersonal terhadap kepuasan konsumen. Data penelitian terdahulu tersebut bisa disimpulkan bahwa penelitian tentang pengaruh penggunaan gadget sudah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Namun, penelitian tentang penggunaan gadget pada tunanetra dan tunarungu masih sangat terbatas. Di sisi lain, penelitian tentang komunikasi interpersonal yang dikaitkan dengan kepuasan juga sudah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Akan tetapi, penelitian terhadap variabel kepuasan komunikasi interpersonal masih sangat terbatas. Penelitian kepuasan komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh Riyantini & Triyono (2016) berada dalam konteks organisasi dan industri. Sedangkan, penelitian kepuasan komunikasi interpersonal pada jurnal ini berada dalam konteks ilmu komunikasi. Berdasarkan penjelasan tersebut, Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 3, No. 2, Juli – Desember 2018, pp. 211 - 234 219 penelitian terkait hal tersebut penting untuk dilakukan agar memperkaya semakin banyak penelitian yang berkontribusi pada kelompok disabilitas. Di sisi lain, penjelasan tersebut juga memperlihatkan bahwa penelitian penggunaan gadget dan kepuasan komunikasi interpersonal ini tergolong memiliki ciri khas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi atau hubungan antara penggunaan gadget dengan tingkat kepuasaan komunikasi interpersonal pada mahasiswa tunanetra dan tunarungu di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Oleh karena itu, hipotesis alternatif pada penelitian ini adalah ada hubungan positif antara intensitas penggunaan gadget dengan tingkat kepuasan komunikasi interpersonal pada mahasiswa tunanetra dan tunarungu di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yaitu, semakin tinggi intensitas penggunaan gadget maka, semakin tinggi pula tingkat kepuasan komunikasi interpersonal. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah intensitas penggunaan gadget maka, semakin rendah pula tingkat kepuasan komunikasi interpersonal. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode pendekatan survei dan korelasional. Metode survei dan korelasional ini digunakan untuk mempelajari hubungan antar variabel. Sedangkan pengumpulan data menggunakan skala atau kuesioner, observasi, dan wawancara. Populasi penelitian adalah mahasiswa difabel UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018 sebanyak 72 mahasiswa. Teknik sampel menggunakan purposive sampling untuk mengambil sampel dengan pertimbangan dan karakteristik tertentu (Cozby, 2009). Sehingga sampel pada penelitian ini adalah responden yang memenuhi kriteria sebagai mahasiswa tunanetra dan tunarungu yang berstatus mahasiswa aktif di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta serta menggunakan gadget dalam kehidupan sehari-hari. Adapun mahasiswa tunanetra dan tunarungu yang Korelasi Penggunaan Gadget – Nisa Azizah & Arina Rahmatika 220 tidak menggunakan gadget tidak termasuk dalam karakteristik sampel penelitian sehingga tidak menjadi sampel penelitian. Berdasarkan karakteristik tersebut, sampel pada penelitian ini merupakan mahasiswa tunanetra dan tunarungu di UIN Sunan Kalijaga yang berjumlah 52 orang. Kemudian, diperoleh sampel penelitian sebanyak 38 responden yang bersedia mengikuti penelitian. Responden sejumlah 38 ini terdiri dari 23 mahasiswa tunarungu dan 15 mahasiswa tunanetra. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder dilihat dari sumber datanya. Sumber primer diperoleh dari sumber pertama di lokasi yakni mahasiswa tunanetra dan tunarungu UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan mengisi kuesioner dan wawancara. Sedangkan sumber sekunder berasal dari buku-buku komunikasi, artikel, jurnal, website, dan data arsip yang berasal dari Pusat Layanan Difabel (PLD) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi, wawancara, kuesioner dan dokumenasi. Sedangkan, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Korelasi Spearman Rank. Keterangan: : Koefisien Korelasi Spearman Rank bi : beda atau selisih rangking kedua variabel n : jumlah sampel penelitian III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penggunaan Gadget Mahasiswa Difabel Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, dapat diambil data bahwa penggunaan gadget oleh mahasiswa tunanetra dan tunarungu di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan kategori sangat sering sebesar 53%, kategori sering 47% dan kategori tidak pernah 0%. Sedangkan penggunaan Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 3, No. 2, Juli – Desember 2018, pp. 211 - 234 221 gadget untuk komunikasi interpersonal didukung dengan penggunaan media chatting atau media sosial yang paling banyak yaitu Whatsapp dengan pengguna mencapai 97% dan Facebook dengan pengguna 78%. Jenis gadget yang digunakan oleh mahasiswa tunanetra dan tunarungu di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta adalah laptop dengan pengguna 79% dan smartphone dengan pengguna 95%. Penggunaan gadget ini berkisar antara 1-2 tahun dengan persentase 47% dan penggunaaan lebih dari dua tahun sebesar 47% juga. Sedangkan penggunaan gadget per hari rata- rata antara 8-16 jam dengan persentase pengguna sebesar 47%. Rata- rata penggunaan gadget di Indonesia adalah 8 jam 44 menit per hari. Berdasarkan perbandingan ini, maka mahasiswa tunanetra dan tunarungu di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang menjadi responden ini termasuk ke dalam pengguna gadget aktif. B. Motif Penggunaan Gadget Berdasarkan pandangan Teori Penggunaan dan Kepuasan atau Uses and Gratification, seseorang secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Seseorang yang aktif menggunakan gadget memiliki motif tertentu. Motif tersebut berupa motif hiburan, integrasi, dan interaksi sosial, identitas pribadi serta motif informasi. Hal itu juga berlaku pada mahasiswa difabel di UIN Sunan Kalijaga dengan persentase sebagaimana berikut. Tabel 1. Motif Menggunakan Gadget per Indikator No Indikator Kategori Jumlah Respon- den Rendah Sedang Tinggi F P F P F P 1 Hiburan 6 15.8% 24 63.2% 8 21.1% 38 2 Integrasi dan Interaksi Sosial 4 10.5% 29 76.3% 5 13.2% 38 3 Informasi 5 13.2% 26 68.4% 7 18.4% 38 4 Identitas Pribadi 5 13.2% 26 68.4% 7 18.4% 38 Korelasi Penggunaan Gadget – Nisa Azizah & Arina Rahmatika 222 Berdasarkan tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa secara keseluruhan motif menggunakan gadget menunjukan kategori sedang. Hal itu membuktikan bahwa responden yang menggunakan gadget mempunyai motif yang saling berhubungan antar indikator atau dapat disebabkan oleh beberapa motif sekaligus. Masing-masing indikator motif saling memengaruhi dan dapat muncul secara acak, sehingga tidak ada motif yang mendominasi. Hal ini terlihat dari beberapa indikator-indikator motif dalam menggunakan gadget yang berhubungan satu sama lain, seperti motif hiburan yang berhubungan dengan motif integrasi dan interaksi sosial yang mendorong responden ingin mengetahui kabar orang lain. Kemudian, muncul motif informasi yang mendorong responden mencari informasi orang-orang di sekitarnya. Kemudian setelah mendapat kabar dan informasi, muncul motif identitas pribadi dimana responden berusaha menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi orang lain atau lingkungan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan pandangan Teori Hierarki Kebutuhan dan Motivasi yang menyatakan manusia akan selalu berusaha memenuhi kebutuhannya segera setelah kebutuhan lain terpenuhi. Motif menggunakan gadget akan selalu datang bergantian tanpa harus berurutan, tergantung kebutuhan masing-masing responden. C. Kepuasan Komunikasi Interpersonal Tabel 2. Kepuasan Komunikasi Interpersonal per Indikator No Indikator Kategori Jumlah Respon- den Rendah Sedang Tinggi F P F P F P 1 Mengungkap-kan Perhatian 7 18.4% 24 63.2% 7 18.4% 38 2 Menemukan Diri Sendiri 5 13.2% 30 78.9% 3 7.9% 38 3 Menemukan Dunia Luar 8 21.1% 27 71.1% 3 7.9% 38 Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 3, No. 2, Juli – Desember 2018, pp. 211 - 234 223 No Indikator Kategori Jumlah Respon- den Rendah Sedang Tinggi F P F P F P 4 Membangun dan Memelihara Hubungan Harmonis 4 10.5% 28 73.7% 6 15.8% 38 5 Mempenga- ruhi Sikap & Tingkah Laku 4 10.5% 28 73.7% 6 15.8% 38 6 Menghilang- kan Kerugian Akibat Salah Komunikasi 10 26.3% 14 36.8% 14 36.8% 38 7 Mencari Kesenangan 5 13.2% 26 71% 6 15.8% 38 8 Memberikan Bantuan (Konseling) 6 15.7% 27 71.1% 5 13.2% 38 Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui indikator kepuasan komunikasi interpersonal pada kategori cukup puas atau sedang. Dengan demikian, kepuasan responden terhadap komunikasi interpersonal dikategorikan puas karena menunjukan persentase paling banyak. Hal ini sesuai dengan hasil analisis yang menunjukan bahwa masing-masing indikator kepuasan komunikasi interpersonal paling banyak pada kategoi cukup. Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa terdapat satu indikator yang memiliki nilai dan frekuensi yang berbeda dari kebanyakan hasil analisis kepuasan komunikasi interpersonal yaitu pada indikator komunikasi interpersonal untuk menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi. Pada indikator ini frekuensi untuk kategori puas dan sangat puas memiliki persentase sama yaitu 36.8%, sedangkan untuk kategori tidak puas memiliki nilai persentase 26.3%. Hal ini berarti mahasiswa difabel netra dan tuli di UIN Sunan Kalijaga merasa puas dengan komunikasi interpersonal untuk menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi. Korelasi Penggunaan Gadget – Nisa Azizah & Arina Rahmatika 224 Hipotesis pada penelitian ini merupakan hipotesis asosiatif atau hubungan. Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini menggunakan analisis Spearman Rank. Korelasi Spearman Rank bekerja dengan data ordinal, maka data tersebut terlebih dahulu harus diubah menjadi data ordinal dalam bentuk rangking. Setelah mengubah data ordinal ke dalam bentuk rangking, selanjutnya menghitung korelasi tata jenjang atau Spearman Rank Order Correlation dengan menggunakan nilai bi 2 yang diperoleh dari hitungan dalam tabel kolom terakhir. Berikut perhitungan dalam rumus Spearman Rank: Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan hasil sebesar 0,338 dengan nilai perbedaan kuadrat atau bi 2 yakni 6048 dan jumlah responden 38. Nilai Rho (ρ) tabel korelasi Spearman Rank adalah 0.321 pada taraf kesalahan 5% (0.05) dan 0.415 pada taraf kesalahan 1% (0.01). Nilai koefisien korelasi antara motif menggunakan gadget dengan kepuasan komunikasi interpersonal adalah 0.338 lebih besar dari nilai Rho pada taraf kesalahan 5% (0.321). Dengan demikian, hasil uji korelasi dinyatakan signifikan. Artinya, hipotesis penelitian diterima. Hubungan kedua variabel cukup kuat karena memiliki nilai koefisien korelasi antara 0.26 sampai 0.50. Koefisien korelasi bernilai positif, dengan demikian hubungan kedua variabel searah. Hal ini berarti jika motif dan intensitas menggunakan gadget ditingkatkan maka, kepuasan komunikasi interpersonal pada mahasiswa tunanetra dan tunarungu juga akan meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian tedahulu, salah satunya penelitian Gifary & Kurnia (2015) yang menghasilkan bahwa semakin tinggi intensitas penggunaan gadget maka, komunikasi interpersonalnya semakin meningkat. Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 3, No. 2, Juli – Desember 2018, pp. 211 - 234 225 Setiap manusia membutuhkan komunikasi interpersonal. Menurut Singh & Lalropuii (2014), komunikasi Interpersonal adalah proses pengiriman informasi dan pemahaman bersama dari satu orang ke orang lain, yang sangat penting untuk keberhasilan tujuan masing-masing orang tersebut. Selain itu, komunikasi interpersonal dibutuhkan karena tidak terlepas dari ketidakmampuan manusia untuk hidup sendiri dan membutuhkan bantuan dari orang lain. Dalam membutuhkan bantuan tersebut, diperlukan komunikasi interpersonal. Selain itu, manusia juga membutuhkan pertukaran informasi yang juga memerlukan komunikasi interpersonal. Terlebih lagi mahasiswa, yang notabene memiliki tugas belajar dan berinteraksi sosial. Di sisi lain, keterbatasan pada diri manusia juga bukan berarti membuat seseorang tidak membutuhkan komunikasi. Justru, dengan keterbatasan tersebut kemampuan komunikasi interpersonal semakin dibutuhkan agar manusia dengan keterbatasan tidak terpinggirkan. Salah satunya adalah mahasiswa tunanetra dan tunarungu. Komunikasi interpersonal pada mahasiswa tunanetra dan tunarungu UIN Sunan Kalijaga mencoba mengikuti teknologi yang berkembang. Artinya, mahasiswa tunanetra dan tunarungu UIN Sunan Kalijaga menggunakan gadget sebagai salah satu sarana berkomunikasi interpersonal. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat korelasi positif antara penggunaan gadget dengan kepuasan komunikasi interpersonal pada mahasiswa tunanetra dan tunarungu UIN Sunan Kalijaga. Komunikasi interpersonal tidak mudah untuk dilakukan, baik oleh orang normal maupun oleh orang dengan keterbatasan seperti tunanetra dan tunarungu. Hal ini dikarenakan komunikasi interpersonal melibatkan dua orang atau lebih. Selain itu, pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi interpersonal tersebut memiliki persepsi, pandangan, dan penafsiran masing-masing terhadap informasi yang diterimanya. Terlebih lagi, menurut Solarsh & Johnson (2017), komunikasi pada kalangan difabel terbatas, baik antar kalangan difabel maupun antara kalangan difabel dengan nondifabel. Di sisi lain, pihak yang terlibat dalam Korelasi Penggunaan Gadget – Nisa Azizah & Arina Rahmatika 226 komunikasi interpersonal juga memiliki corak atau pola komunikasi yang berbeda-beda sehingga berdampak pada keberhasilan komunikasi interpersonal. Ketika proses komunikasi interpersonal berhasil dilakukan, maka akan memunculkan kepuasan komunikasi interpersonal. Hal ini sesuai dengan pengertian kepuasan komunikasi interpersonal menurut Masmuh (Riyantini & Triyono, 2016) yaitu suatu kondisi ketika seseorang mendapatkan informasi dan perasaan sesuai dengan yang diharapkan. Selain karena adanya kesesuaian antara informasi yang didapatkan dengan harapan dan tujuan, kepuasan komunikasi interpersonal bisa muncul akibat dari keberhasilan pihak yang berkomunikasi dalam menghilangkan ketidakpastian komunikasi. Menurut Morissan (2010), ketidakpastian komunikasi akan berdampak negatif pada kualitas komunikasi. Sehingga, komunikasi interpersonal yang dilakukan tidak dapat mencapai kepuasan. Lebih detil, Morissan (2010) menjelaskan bahwa ketidakpastian komunikasi merupakan kondisi yang tidak disukai sehingga berpotensi menimbulkan stres secara kognitif. Kepuasan komunikasi interpersonal juga tercapai akibat dari komunikasi interpersonal yang membutuhkan penyesuaian diri. Bentuk dari penyesuaian diri dalam komunikasi interpersonal adalah konvergensi. Konvergensi ini artinya seseorang yang berkomunikasi mencoba untuk menjadi satu atau coming together. Salah satu contoh dari konvegensi ini adalah yaitu meniru gaya komunikasi yang dilakukan oleh orang lain (Giles, Coupland, & Coupland, 2008). Mahasiswa tunanetra dan tunarungu UIN Sunan Kalijaga mencoba untuk melakukan konvergensi ini, salah satunya dengan menggunakan gadget dalam berkomunikasi. Seperti yang sudah diketahui, bahwa saat ini gadget menjadi sarana penting dalam berkomunikasi yang digunakan oleh hampir semua orang berbagai kalangan. Konvergensi dalam bentuk menggunakan gadget dalam berkomunikasi interpersonal ini ditempuh oleh mahasiswa tunanetra dan tunarungu UIN Sunan Kalijaga agar mereka mampu melebur dengan banyak orang serta tidak merasa terasing dan diasingkan. Dengan demikian, ketika mahasiswa menggunakan Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 3, No. 2, Juli – Desember 2018, pp. 211 - 234 227 gadget, maka akan menghasilkan kepuasan komunikasi interpersonal. Salah satu unsur penting dalam komunikasi interpersonal adalah konsep diri. Menurut Rakhmat (2012), kesuksesan komunikasi interpersonal banyak tergantung pada kualitas konsep diri seseorang. Mahasiswa tunanetra dan tunarungu UIN Sunan Kalijaga menggunakan gadget dalam melakukan komunikasi interpersonal dalam rangka meningkatkan kualitas konsep diri. Ketika mahasiswa tunanetra dan tunarungu UIN Sunan Kalijaga dapat menggunakan gadget, maka akan muncul persepsi bahwa dirinya dapat menggunakan alat yang juga digunakan oleh orang normal. Persepsi ini kemudian akan meningkatkan kepercayaan diri, sekaligus memperbaiki konsep dirinya. Dengan konsep diri positif, maka mendukung mahasiswa tunanetra dan tunarungu UIN Sunan Kalijaga untuk mencapai komunikasi interpersonal yang efektif. Selanjutnya, efektivitas komunikasi interpersonal ini kemudian akan memunculkan kepuasan komunikasi interpersonal. Konsep diri yang positif akibat penggunaan gadget pada mahasiswa tunanetra dan tunarungu UIN Sunan Kalijaga juga mendorong mereka untuk dapat membuka diri. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkap oleh Sidney Marshall Jourard bahwa ketika seseorang memiliki konsep diri yang positif, maka akan menjadi motivasi seseorang tersebut untuk membuka diri pada setiap komunikasi interpersonal (Bayne, 1977; Jourard, 1971; Jourard & Lasakow, 1958). Hasil akhir dari perilaku membuka diri ini nantinya adalah kepuasan komunikasi interpersonal. Perilaku membuka diri akan membuat komunikasi yang dilakukan dapat berjalan lancar tanpa adanya salah paham. Di sisi lain, membuka diri ini artinya seseorang bersedia untuk tidak menyembunyikan apapun tentang dirinya. Salah satu wujud dari perilaku membuka diri pada mahasiswa tunanetra dan tunarungu UIN Sunan Kalijaga adalah menggunakan gadget, sehingga kondisi dirinya dapat diketahui oleh orang lain. Berdasarkan data, mahasiswa tunanetra dan tunarungu UIN Sunan Kalijaga menggunakan aplikasi Facebook dan Whatsapp. Pada aplikasi tersebut, seseorang bisa menuliskan pendapat, Korelasi Penggunaan Gadget – Nisa Azizah & Arina Rahmatika 228 pikiran, perasaan, dan bahkan dapat mengunggah foto serta kegiatan yang dilakukannya. Di sisi lain, data tabel 1 juga menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal pada mahasiswa tunanetra dan tunarungu UIN Sunan Kalijaga melibatkan perturan informasi dan membuka identitas diri. Penggunaan gadget pada mahasiswa tunanetra dan tunarungu juga merupakan suatu upaya untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal. Menurut Robinson (Matin, Jandaghi, Karimi, & Hamidizadeh, 2010), kompetensi komunikasi interpersonal terdiri dari seperangkat keterampilan, pengetahuan tentang komunikasi, dan evaluasi diri. Keahlian komunikasi interpersonal terdiri dari pengungkapan diri, memiliki perasaan dan pikiran, serta dukungan. Penggunaan gadget pada kalangan tunanetra dan tunarungu merupakan upaya untuk meningkatkan pengungkapan diri. Ketika seseorang sudah mampu mengungkapkan diri dan lingkungan menerimanya, maka akan memunculkan kepuasan komunikasi interpersonal. Kepuasan komunikasi interpersonal bisa muncul ketika mahasiswa tunanetra dan tunarungu menggunakan gadget sebagai sarana komunikasi karena gadget bisa membantu mahasiwa tersebut mengatasi beberapa permasalahan seperti yang dikemukakan oleh Stromer (1983). Stromer (1983) menulis bahwa beberapa permasalahan komunikasi yang terjadi pada kalangan difabel adalah adanya ketakutan, ambiguitas, dan pengungkapan diri. Penggunaan gadget dapat menghilangkan ketakutan pada mahasiswa tunanetra dan tunarungu akan kegagalan komunikasi serta membantu mahasiswa tersebut dalam mengungkapkan diri. Maka dari itu, penggunaan gadget dapat meningkatkan kepuasan komunikasi interpersonal. Menurut Magsamen-Conrad, Tetteh, Lee, & Smith (2017), komunikasi interpersonal seseorang dengan disabilitas akan berubah seiring keterbukaan diri kalangan disabilitas serta kalangan disabilitas mampu berfokus pada kapasitasnya. Dalam hal ini, fokus pada kapasitas tersebut diwujudkan dalam penggunaan gadget sebagai sarana komunikasi. Pada faktanya, meskipun memiliki keterbatasan, mahasiswa tunantera dan tunarungu tetap mampu mengoperasikan gadget. Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 3, No. 2, Juli – Desember 2018, pp. 211 - 234 229 Penggunaan gadget dapat meningkatkan kepuasan komunikasi interpersonal karena penggunaan gadget merupakan suatu upaya mahasiswa tunanetra dan tunarungu UIN Sunan Kalijaga untuk mencapai kesamaan karakteristik personal. Menurut Heider (1958), seseorang akan cenderung melakukan sesuatu yang sama dengan yang dilakukan oleh orang lain dengan tujuan agar diterima dan dapat melakukan komunikasi interpersonal. Kondisi ini kemudian dinamakan dengan kesamaan karakteristik personal (Rakhmat, 2012). Pada proses akhir, kepuasan komunikasi interpersonal akan dapat menghindarkan mahasiswa tunanetra dan tunarungu dari gejala stres yang diakibatkan dari keterbatasan komunikasi interpersonal. Seperti yang dijelaskan oleh Hartley & MacLean Jr. (2009), bahwa orang dengan keterbatasan rentan mengalami stres karena tidak lancarnya komunikasi interpersonal yang terjadi. Penggunaan gadget membantu mahasiswa tunanetra dan tunarungu untuk mengatasi masalah ketidaklancaran ini, sehingga mahasiswa tersebut mencapai kepuasan komunikasi interpersonal dan akhirnya terhindar dari stres. IV. KESIMPULAN Hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah bahwa mahasiswa tunanetra dan tunarungu UIN Sunan Kalijaga mempunyai motif yang saling mempengaruhi dalam menggunakan gadget, baik dalam berupa motif hiburan, identitas sosial, informasi, maupun identitas pribadi. Sedangkan, mayoritas mahasiswa tunanetra dan tunarungu UIN Sunan Kalijaga dianggap puas dengan komunikasi interpersonal melalui gadget sebagai medianya. Sehingga, terdapat hubungan antara motif menggunakan gadget bagi mahasiswa tunanetra dan tunarungu UIN Sunan Kalijaga dengan kepuasan komunikasi interpersonal. Penghitungan kuantitatif juga membuktikan bahwa ada hubungan yang positif antara penggunaan gadget dengan kepuasan komunikasi interpersonal. Ini artinya, penggunaan gadget pada mahasiswa tunanetra dan tunarungu UIN Korelasi Penggunaan Gadget – Nisa Azizah & Arina Rahmatika 230 Sunan Kalijaga dapat mendukung mereka meraih kepuasan komunikasi interpersonal. Lebih lanjut, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan komunikasi terutama komunikasi mahasiswa yang mengalami keterbatasan. Penelitian ini dapat membuktikan bahwa komunikasi pada mahasiswa difabel secara interpersonal, bersifat praktis dan bukan hanya teoritis. Oleh karena itu, diharapkan bagi masyarakat, baik masyarakat luas maupun masyarakat kampus, supaya memposisikan mahasiswa tunanetra dan tunarungu sama dengan mahasiswa lain, baik dalam berkomunikasi maupun berinteraksi sosial. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan semua pihak dapat lebih memahami cara komunikasi dengan mahasiswa tunanetra dan tunarungu UIN Sunan Kalijaga, terutama dalam komunikasi interpersonal, sehingga tercipta hubungan interpersonal yang baik. Selain itu, saran bagi peneliti selanjutnya adalah mengadakan penelitian serupa dengan melibatkan sampel difabel di berbagai daerah atau perguruan tinggi. Dengan demikian, daya generalisasinya akan semakin kuat. DAFTAR PUSTAKA Andrew, O. (2014). Information and Communications Technologies in Special Needs Education: Challenges and Prospects. European Journal of Business and Management, 6(39), 204–210. Badan Pengembangan & Pembinaan Bahasa Kemendikbud. (2017). Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud. Bayne, R. (1977). The Meaning and Measurement of Self-Disclosure. British Journal of Guidance & Counseling, 5(2), 159–166. https://doi. org/10.1080/03069887708258111 Bernardus, B., & Perbawaningsih, Y. (2010). Model Komunikasi Interpersonal Generasi Muda Suku Batak Karo di Yogyakarta Melalui Tradisi Bertutur. Jurnal Komunikasi ASPIKOM, 2(6), 425– 436. Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 3, No. 2, Juli – Desember 2018, pp. 211 - 234 231 Cozby, P. C. (2009). Methods in Behavioral Research (Maufur, Ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Desiningrum, D. R., Indriana, Y., & Siswati. (2017). Intensi Penggunaan Gadget dan Kecerdasan Emosional pada Remaja Awal. Prosiding Temu Ilmiah X Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia, 65–71. DeVitto, J. A. (2011). Komunikasi Antarmanusia. Tangerang: Karisma Publishing Group. Diasmoro, O. (2017). Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan Kepuasan Kerja Karyawan Dewasa Awal Bagian Produksi PT. Gangsar Tulungagunng. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 05(01), 107– 125. https://doi.org/10.22219/jipt.v5i1.3885 Egede, E. A. (2013). Uses and Gratifications Theory and The Optimization of The Media in The Privatization of State Owbned Enterprises in Nigeria. Journal of Economics and Sustainable Development, 4(16), 202–213. Ernawati, I. (2015). Komunikasi Verbal dan Nonverbal Mahasiswa Difabel Netra UIN Sunan Kalijaga Melalui Facebook. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Gifary, S., & Kurnia, I. (2015). Intensitas Penggunaan Smartphone terhadap Perilaku Komunikasi. Jurnal Sosioteknologi, 14(2), 170–178. https://doi.org/10.5614%2Fsostek.itbj.2015.14.2.7 Giles, H., Coupland, J., & Coupland, N. (2008). Accomodation Theory: Communication, Context, and Consequence. In S. W. LittleJohn & K. A. Foss (Eds.), Theories of Human Communications (p. 147). Belmont, United States: Thomson Wadsworth. Gusliza, N. (2013). Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan Kepuasan Kekrja Pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Bukittinggi. Jurnal Administrasi Pendidikan, 1(1), 163–172. Hartley, S. L., & MacLean Jr., W. E. (2009). Stressful Social Interactions Experienced by Adults With Mild Intellectual Disability. Am J Intellect Dev Disabil, 114(2), 71–84. https://doi.org/10.1352/2009.114.71- 84 Haryanto, M. T. (2016). Pemanfaatan Media Internet oleh Anak Penyandang Disabilitas Netra di SLB-YPAB (Yayasan Pendidikan Anak Buta) di Kota Surabaya. Journal Universitas Airlangga, 5(3). Heider, F. (1958). The Psychology of Interpersonal Relations. New York: John Wiley and Sons. Korelasi Penggunaan Gadget – Nisa Azizah & Arina Rahmatika 232 Hidayat, A. R., & Junianto, E. (2017). Pengaruh Gadget terhadap Prestasi Siswa SMK Yayasan Islam Tasikmalaya dengan Metode TAM. Jurnal Informatika, 4(2), 163–173. https://doi.org/10.31311/ ji.v4i2.2096 Jourard, S. M. (1971). Self Disclosure: An Experimental Analysis of the Transparant Self. New York: Wiley. Jourard, S. M., & Lasakow, P. (1958). Some Factors in Self-Disclosure. Journal of Abnormal Psychology, 56(1), 91–98. https://doi.org/10.1037/ h0043357 Kompri. (2016). Motivasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Littlejohn, & Kareen. (2012). Teori Komunikasi, Theories of Human Communication (M. Y. Hamdan, Ed.). Jakarta: Salemba Humanika. Magsamen-Conrad, K., Tetteh, D., Lee, Y. I., & Smith, M. (2017). A Case Study Exploring Attitudes about People with Disability: Evaluating the Intergroup Communication Intervention. Journal Of Pscyhology & Psychotherapy, 7(4), 1–8. https://doi.org/10.4172/2161- 0487.1000321 Maslow, A. H. (2017). Motivation and Personality. Yogyakarta: Cantrik Pustaka. Matin, H. Z., Jandaghi, G., Karimi, F. H., & Hamidizadeh, A. (2010). Relationship Between Interpersonal Communication Skills and Organizational Commitment (Case Study: Jahad Keshavarzi and University of Qom, Iran). European Journal of Social Sciences, Vol. 13, pp. 387–398. McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa (P. I. Izzati, Ed.). Jakarta: Salemba Humanika. Morissan. (2010). Psikologi Komunikasi. Bogor: Penerbit Ghalia. Morissan. (2015). Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenadamedia. Morissan, Wardhani, A. C., & Hamid, F. (2010). Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia. Musa, A. S., Nazri, M., Azmi, L., & Ismail, N. S. (2016). Exploring the Uses and Gratifications Theory in the Use of Social Media among the Students of Mass Communication in Nigeria. 17(2), 83–95. https://doi. org/10.21315/mjde2015.17.2.6 Patriana, E. (2014). Komunikasi Interpersonal yang Berlangsung antara Pembimbing Kemasyarakatan dan Keluarga Anak Pelaku Pidana di Bapas Surakarta. Journal of Rural and Development, V(2), 203–214. Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 3, No. 2, Juli – Desember 2018, pp. 211 - 234 233 Pebriana, P. H. (2017). Analisis Penggunaan Gadget terhadap Kemampuan Interaksi Sosial pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 1–11. https://doi.org/10.31004/obsesi. v1i1.26 Puspa, A. K., Loebis, R., & Nuswantoro, D. (2018). Pengaruh Penggunaan Gadget terhadap Penurunan Kualitas Penglihatan Siswa Sekolah Dasar. Global Medical And Health Communication, 6(47), 28–33. https://doi.org/10.29313/gmhc.v6i1.2471 Rakhmat, J. (2012). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Riyantini, K., & Triyono, A. (2016). Pengaruh Kepuasan Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai di Sekretariat DPRD Kota Singkawang. INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi, 46(2), 223–240. Singh, K. A., & Lalropuii. (2014). Role of Interpersonal Communication in Organizational Effectiveness. International Journal of Research in Management & Business Studies, 1(4), 36–39. Solarsh, B., & Johnson, H. (2017). Developing Communication Access Standards to Maximize Community Inclusion for People with Communication Support Needs. Topics in Language Disorders, 37(1), 52–66. https://doi.org/10.1097/TLD.0000000000000108 Stromer, W. F. (1983). Disability and Interpersonal Communication. Communication Education, 32(4), 425–427. https://doi. org/10.1080/03634528309378564 Suciati. (2016). Komunikasi Interpersonal: Sebuah Tinjauan Psikologis dan Perspektif Islam. Yogyakarta: Buku Litera. Suryani, I. (2013). Komunikasi Interpersonal dan Iklim Komunikasi dalam Organisasi. Jurnal Dakwah Tabligh, 14(1), 115–126. Syafi’ie, M. (2012). Pemenuhan Aksesibilitas bagi Penyandang Disabilitas. INKLUSI, I(2), 269–308. Vlachou, A., Stavroussi, P., & Didaskalou, E. (2017). Problem-solving Training: An Intervention Program for Enhancing Interpersonal Problem-solving Skills in Children with Intellectual Disabilities. Hellenic Journal of Psychology, 14(2), 114–138. Weningtyas, E., & Suseno, M. N. (2012). Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Konsumen. PSIKOLOGIKA, 17(1), 17–26.