ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2019 Editorial Team Alamat Redaksi : Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, IAIN Surakarta Jl. Pandawa No. 1, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah 57168 Phone : +62 271 - 781516 Fax : +62 271 - 782774 Surel : journal.albalagh@gmail.com, journal.albalagh@iain-surakarta.ac.id Laman : http://ejournal.iainsurakarta.ac.id/al-balagh Editor-In-Chief Imam Mujahid, Institut Agama Islam Negeri Surakarta Editor Waryono Abdul Ghafur, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Soiman, Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia (APDI) Diajeng Laily Hidayati, Institut Agama Islam Negeri Samarinda Akhmad Anwar Dani, Institut Agama Islam Negeri Surakarta Ahmad Saifuddin, Institut Agama Islam Negeri Surakarta Rhesa Zuhriya Briyan Pratiwi, Institut Agama Islam Negeri Surakarta Abraham Zakky Zulhazmi, Institut Agama Islam Negeri Surakarta ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2019 Daftar Isi Astri Fajar Atikasari, Vera Imanti 1 - 24 Model Dakwah Milenial untuk Homoseksual Melalui Teknik Kontinum Konseling Berbasis Alquran Khilman Rofi Azmi 25 - 58 Mubalig Youtube dan Komodifikasi Konten Dakwah Ferdi Arifin 91 - 120 Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani 141 - 168 Optimalisasi Penghimpunan Zakat Melalui Digital Fundraising Ade Nur Rohim 59 - 90 Menurunkan Kecemasan Menghadapi Praktik Belajar Kerja Penyandang Disabilitas Fisik dengan Bimbingan Kelompok Literasi Digital sebagai Upaya Menangkal Hoaks di Era Disrupsi Naimatus Tsaniyah, Kannisa Ayu Juliana 121 - 140 TREN PENGEMBANGAN PROGRAM MAGISTER KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM DALAM TRANSFORMASI IAIN MENJADI UIN SURAKARTA Kamila Adnani Institut Agama Islam Negeri Surakarta Keywords: Islamic Higher Education (PTKI); transformation; trends http://ejournal.iainsurakarta.ac.id/al-balagh Alamat korespondensi: e-mail: adnanikamila8@gmail.com Abstract The transformation of The State Institute for Islamic Studies (IAIN) towards State Islamic University (UIN) Surakarta is understood as a strategic step to improve the quality of the institution's education. IAIN Surakarta needs to fix several factors, both internal and external, in order to maintain its existence as a public institution in the implementation of Islamic Higher Education. The dilemma faced in the transformation of IAIN towards UIN is the dualism-dichotomic phenomenon of science developed. The research method used is descriptive qualitative. This research was conducted from June 14, 2017 to September 12, 2017. The data was collected through observation, interviews, and documentation. The data were analyzed by descriptive analysis with inductive thinking methods. Based on the results of the study, it was concluded that: 1) Surakarta IAIN needs to develop general study programs as well as integration between general science and Islam, including KPI Study Programs; 2) the development of study programs at IAIN Surakarta is important in order to accelerate the transformation into UIN Surakarta; 2) the rapid trend of media development needs to be addressed by the Surakarta IAIN. Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) 142 Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Abstrak Transformasi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menuju Universitas Islam Negeri (UIN) Surakarta dipahami sebagai langkah strategis untuk memperbaiki kualitas pendidikan lembaga. IAIN Surakarta perlu membenahi beberapa faktor, baik yang bersifat intern maupun ekstern, guna mempertahankan eksistensinya sebagai institusi publik dalam penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Agama Islam. Dilemanya, transformasi IAIN menuju UIN adalah fenomena dualisme-dikotomik terhadap keilmuan yang dikembangkan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan bersifat deskriptif. Penelitian ini dilakukan mulai 14 Juni 2017 – 12 September 2017. Melalui pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi, penelitian ini dianalisis dengan analisis deskriptif dengan metode berpikir induktif. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa: 1) IAIN Surakarta perlu mengembangkan program studi-program studi umum sekaligus pengintegrasian antara keilmuan umum dengan keislaman, termasuk Program studi KPI; 2) pengembangan program studi-program studi di IAIN Surakarta penting dilakukan guna mempercepat transformasi menjadi UIN Surakarta; 2) tren pesatnya perkembangan media perlu disikapi oleh IAIN Surakarta. Kata kunci: Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI); transformasi; tren. How to cite (APA 6th Style): Adnani, K. (2019). Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta. Al-Balagh: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 4(1), 141–168. https://doi. org/10.22515/balagh.v4i1.1665 PENDAHULUAN Transformasi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menuju Universitas Islam Negeri (UIN) Surakarta harus dipahami sebagai langkah strategis untuk memperbaiki kualitas pendidikan yang diselenggarakannya. Oleh sebab itu, kelemahan-kelemahan mendasar yang terjadi pada IAIN selama ini mendesak untuk segera dibenahi agar lembaga ini tetap mampu mempertahankan eksistensinya sebagai institusi publik yang mengemban 143Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) tanggungjawab pokok dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi bidang agama Islam. Salah satu kelemahan mendasar yang seringkali disebut-sebut menjadi alasan utama yang melatarbelakangi perubahan IAIN menuju UIN adalah fenomena dualisme-dikotomik keilmuan yang dikembangkan (Abdullah, 2003). Adanya kebijakan transformasi IAIN menuju UIN Surakarta perlu dicermati reintegrasi epistemologi keilmuan yaitu ilmu agama dan ilmu umum dengan wider mandate sehingga perubahannya selain menyangkut bangunan keilmuan yang dikembangkan, juga menyangkut status legal-formal dan administratif (Minhaji, 2003). Hal ini berkaitan dengan pendapat Amin Abdullah yang mengatakan bahwa ada empat bidang perubahan yang perlu digarap terus-menerus dalam transformasi IAIN menuju UIN yaitu: 1) pengembangan akademik; 2) pengembangan kelembagaan dan sistem manajemen; 3) pengembangan sumber daya manusia; dan 4) pengembangan sarana-prasarana fisik/infrastruktur (Abdullah, 2004). IAIN Surakarta sendiri merupakan nama Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang disahkan oleh pemerintah Republik Indonesia dari sebelumnya yang bernama Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Surakarta. Perubahan alih status dari STAIN Surakarta menjadi IAIN Surakarta ini melalui perjalanan yang panjang karena perubahan nama yang mengikuti perubahan status ini adalah yang ketiga kalinya (Penyusun, 2014). Sebagai PTKIN, IAIN Surakarta menyelenggarakan program pendidikan akademik, mengemban misi sebagai lembaga keilmuan atau lembaga pengembangan kajian ilmu-ilmu agama Islam. Selain itu, IAIN Surakarta juga mengemban misi menyiapkan calon-calon ulama yang profesional di bidang keahlian yang ditekuninya. Di samping itu, IAIN Surakarta juga merupakan lembaga keagamaan/ dakwah yang mengemban misi pengembangan umat Islam (Muhaimin, 2004, 2012, 2014). 144 Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Dalam sejarahnya, PTKIN di Surakarta bernama IAIN Walisongo di Surakarta, sebagai kebijakan dan pemikiran Dr. H. Munawir Sjadzali, MA (Menteri Agama Republik Indonesia 1983 – 1993). Dengan melibatkan beberapa elemen dan tokoh yang ada di Surakarta seperti walikota Surakarta, Majelis Ulama Indonesia, Kantor Departemen Agama (Kandepag), Perguruan Tinggi, Ormas Islam dan lain-lain, pada awal tahun 1992 berdiri Fakultas Ushuluddin dan Syariah IAIN Walisongo di Surakarta. Selanjutnya, dilakukan relokasi terhadap Fakultas Syariah yang ada di Pekalongan dan Fakultas Ushuluddin yang ada di Kudus. Kedua fakultas tersebut berafiliasi pada IAIN Walisongo, sehingga IAIN Surakarta pun secara otomatis menginduk pada IAIN Walisongo (Penyusun, 2014). Pada tahun 1997, IAIN Walisongo di Surakarta berubah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Surakarta. Hal ini tidak lepas dari hasil pemikiran Prof. Dr. Malik Fajar, Menteri Agama Republik Indonesia tahun 1998 – 1999. Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 11 tahun 1997 terdapat perubahan nama-nama fakultas daerah dengan pusatnya dan berdiri sendiri dengan diberi nama STAIN Surakarta. Setelah itu, nama STAIN Surakarta berubah lagi menjadi IAIN Surakarta berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 1 tahun 2011 tertanggal 3 Januari 2011 (Penyusun, 2014). Transformasi IAIN menjadi UIN Surakarta menuntut perubahan cara pandang (perspektif), sikap, dan perilaku dalam mengembangkan budaya akademik (academic culture). Budaya akademik ini harus selalu ada pada diri civitas academica IAIN Surakarta, misalnya kebiasaan menulis artikel di jurnal terakreditasi nasional maupun internasional, memproduksi hasil- hasil penelitian yang inovatif dan memiliki novelty, menulis buku-buku yang mengembangkan keahlian disiplin ilmunya, dan mentransfer ilmunya yang bisa diterapkan di masyarakat. Perubahan secara coercive ini diperlukan guna memuaskan stakeholder di masyarakat (Adnani, Hudaya, & Fahmi, 2012). Pengembangan IAIN menjadi UIN itu bertolak dari suatu paradigma 145Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) bahwa pendidikan Islam adalah suatu upaya mengembangkan pandangan hidup yang dimanifestasikan dalam sikap hidup dan keterampilan hidupnya. Adanya kebijakan bahwa IAIN/STAIN sebagai with wider mandate (dengan mandat yang lebih luas) merupakan peluang dalam merespons berbagai tuntutan dan tantangan tersebut. Hanya saja, ada kekhawatiran dari kalangan internal sendiri bahwa adanya kehadiran program studi (program studi) umum itu dapat memarginalisasikan program studi- program studi agama Islam. Guna mengantisipasi hal tersebut, perlu dilakukan reorientasi pengembangan kurikulum IAIN/STAIN with wider mandate (Muhaimin, 2004). Reorientasi pengembangan kurikulum di IAIN/ STAIN, salah satunya di IAIN Surakarta, dapat diwujudkan pada skala besar maupun skala kecil. Wujud reorientasi pengembangan kurikulum skala kecil dilakukan dalam konteks program studi. Program studi yang dianggap penting untuk melakukan reorientasi pengembangan kurikulum tersebut adalah program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). Reorientasi pengembangan kurikulum di program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam penting dilakukan karena beberapa faktor. Menurut hasil penelitian Adnani et al. (2012) yang telah mewawancarai pemangku kebijakan di tingkat fakultas yang menaungi program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (Fakultas Ushuluddin dan Dakwah) IAIN Surakarta, kurikulum di program studi tersebut seharusnya lebih mengarah pada kompetensi lulusannya. Selain itu, hendaknya terdapat perbedaan kurikulum di fakultas komunikasi pada perguruan tinggi umum dengan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) di PTKIN, khususnya di IAIN Surakarta. Hal ini yang perlu diketahui oleh mahasiswa maupun calon mahasiswa yang akan memasuki program studi KPI di IAIN Surakarta. Pengetahuan ini diperlukan karena struktur kurikulum di program studi KPI itu berusaha mengintegrasikan keilmuan umum dan agama Islam. 146 Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Demikian juga halnya dengan tema-tema skripsi mahasiswa di program studi KPI harus ada pembeda dari segi konten. Kajian-kajian skripsi yang diambil mahasiswa dalam program studi KPI seharusnya dapat mengkaitkan antara persoalan-persoalan komunikasi dengan keislaman supaya lebih integral. Berdasarkan hasil penelitian Adnani & Fathan (2010), terdapat dinamika pergeseran tren skripsi mahasiswa-mahasiswa KPI mulai tahun 2003 sampai dengan tahun 2011. Pada periode tahun 2001-2003, kajian-kajian tema yang diambil dalam penyusunan skripsi mahasiswa KPI mengarah pada persoalan-persoalan dakwah (keagamaan). Pada tahun 2004, tema-tema skripsi mahasiswa mulai diarahkan ke komunikasi dan media tanpa mengesampingkan aspek keislamannya. Hal itu dilakukan setelah adanya lokakarya kurikulum. Terdapat dua paradigma yang mempengaruhi struktur kurikulum, yaitu paradigma idealisme dan pragmatisme (Nuryanto, 2017). Paradigma idealisme maksudnya adalah perguruan tinggi diharapkan mampu menjadi agent of change dalam melakukan transformasi menuju tatanan sosial yang dicita-citakan, tanpa perlu mempertimbangkan tuntutan dunia kerja. Paradigma pragmatisme maksudnya adalah perguruan tinggi seharusnya mampu melayani dan memenuhi kebutuhan masyarakat dan dunia kerja (Triatmo, 2012). Berkaitan dengan dua paradigma tersebut dapat digambarkan bahwa konstruksi kurikulum sebenarnya lahir dari ideologi yang dianut dalam sistem pendidikan di Indonesia. Kurikulum tidak bisa berdiri sendiri tanpa ada intervensi dari pemerintah maupun stakeholder lainnya (masyarakat atau dunia kerja). Sebagaimana diketahui bahwa IAIN Surakarta merupakan perguruan tinggi negeri yang banyak diminati. Hal ini terbukti pada tahun 2016 jumlah pendaftar mahasiswa baru di IAIN Surakarta sebesar 3500 mahasiswa, sedangkan yang diterima hanya 2000. Pada tahun 2016 ini jumlah mahasiswa di IAIN Surakarta sebanyak 12.000 mahasiswa. Jumlah ini meningkat di tahun berikutnya, yaitu tahun 2017 terdapat 147Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) 11.739 pendaftar dari semua jalur dan seluruh program studi (diterima 4.730 calon mahasiswa) dan tahun 2018 terdapat 17.678 pendaftar dari semua jalur dan seluruh program studi (diterima 5.471 calon mahasiswa). Jumlah mahasiswa yang demikian inil dapat menjadi salah satu parameter pentingnya perubahan alih status IAIN menjadi UIN Surakarta. Tiga tahun terakhir, tepatnya sejak tahun 2016, telah dibuka beberapa program studi di IAIN Surakarta dan telah menerima mahasiswa baru, yakni program studi Manajemen Dakwah (MD), Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi (TP), Program Studi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), Program Studi Psikologi Islam (PI), Program Pascasarjana Pendidikan Agama Islam (PAI), sehingga IAIN Surakarta telah memiliki 18 Program studi tingkat S1. Sedangkan, pada program magister terdapat program studi Pendidikan Bahasa Arab, Hukum Ekonomi Syariah, Manajemen Pendidikan Islam, dan Pendidikan Agama Islam. Apabila dicermati, mayoritas program studi di program magister adalah pendidikan dan ekonomi. Sedangkan, rumpun komunikasi belum memiliki program magister di IAIN Surakarta. Selain itu, jumlah mahasiswa dan alumni dari program studi Strata Satu (S1) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) sangat banyak. Atas dasar ini, maka penting untuk mempertimbangkan mengembangkan Komunikasi dan Penyiaran Islam menjadi program magister atau Strata Dua (S2). Mengenai program studi S1 Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) IAIN Surakarta berdiri guna menghadapi tantangan perkembangan ilmu, teknologi, dan informasi yang cukup pesat. Di samping itu, juga sebagai upaya menyiapkan sarjana yang menguasai keilmuan dan aplikasi fungsionalnya serta keagamaan. Mulai beroperasi tahun 1998, program studi KPI memiliki kekhasan, yakni mengembangkan keilmuan dan aplikasi fungsional pada bidang komunikasi dan penyiaran Islam. Di sisi lain, apabila berbicara tentang tren pengembangan program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) di tingkat magister, maka otomatis 148 Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) akan berbicara tentang input calon mahasiswa atau peminat. Adapun yang menjadi sumber input mahasiswa (peminat) yang dibutuhkan pada program studi magister Komunikasi Penyiaran Islam ini adalah lulusan pendidikan tinggi, baik negeri maupun swasta, yang secara kuantitas dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Berdasarkan informasi dari ketua program studi KPI IAIN Surakarta dan staf bagian umum fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta diperoleh data tentang jumlah mahasiswa yang diterima di program studi KPI tiga tahun terakhir (2016, 2017, dan 2018). Data tiga tahun terakhir mulai dari tahun 2016, calon mahasiswa yang registrasi pada program studi tersebut sebanyak 179 orang, pada tahun 2017 calon mahasiswa yang registrasi pada program studi tersebut sebanyak 161 orang, dan pada tahun 2018 calon mahasiswa yang registrasi pada program studi tersebut sebanyak 194 orang. Adapun total jumlah mahasiswa program studi KPI saat ini berjumlah 740 orang. Jumlah mahasiswa sebesar ini cukup besar melihat kapasitas jumlah kelas dan ketersediaan sumber daya manusia (dosen-dosen tetap) yang ada di program studi KPI yang hanya berjumlah sembilan orang. Rasio dosen dan mahasiswa tersebut belum ideal apabila dihadapkan dengan Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 tentang perubahan atas peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 26 Tahun 2015 Tentang Registrasi Pendidik pada Perguruan tinggi, disebutkan bahwa rasio jumlah dosen dan mahasiswa pada program studi harus ideal. Rasio jumlah dosen dan mahasiswa dalam rumpun ilmu agama, rumpun ilmu humaniora, rumpun ilmu sosial adalah 1:45 dan 1:30 untuk program studi ilmu eksakta. Jumlah lulusan program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) cukup banyak, rata-rata dalam satu tahun program studi KPI meluluskan 80-85 mahasiswa. Di sisi lain, minat para lulusan perguruan tinggi untuk mendaftarkan diri ke pascasarjana juga cenderung meningkat. Hal ini 149Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) terlihat dari banyaknya alumni program studi KPI yang mendaftarkan ke jenjang S2 di berbagai perguruan tinggi yang ada di UNS (Universitas Sebelas Maret Surakarta) maupun UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selain itu, berdasarkan data exit survey (survei yang bertujuan untuk mengetahui rencana calon alumni selepas wisuda) menyatakan bahwa calon alumni program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) yang memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebesar 3,50 ke atas berminat melanjutkan studi ke Strata Dua (S2). Di sisi lain, berdasarkan data angket yang didapatkan dari 83 mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Surakarta dengan cara acak, didapatkan bahwa 67 mahasiswa (80,5%) berminat melanjutkan studinya ke S2. Selanjutnya, dari 83 mahasiswa tersebut, 59 mahasiswa (71%) ingin melanjutkan ke S2 Komunikasi dan Penyiaran Islam di IAIN Surakarta seandainya IAIN Surakarta memiliki program tersebut. Terkait penelitian yang mengkaji pengembangan program studi dan institusi pendidikan, pernah dilakukan oleh Novita (2018). Dalam penelitiannya tersebut, dihasilkan bahwa beebrapa strategi harus dilakukan untuk menambah mahasiswa di program studi perguruan tinggi swasta, misalkan peningkatkan sumber daya manusia, peningkatan kerja sama dengan pihak lain, melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, meningkatkan intensitas promosi, menawarkan lulusan pada stakeholder, dan memberikan peningkatan layanan (Novita, 2018). Selain itu, terdapat penelitian Darmawan & Zaidi (2018) mengenai strategi pengembangan program studi Manajemen Dakwah dengan cara meningkatkan publikasi dan kerjasama, mendorong para dosen untuk melanjutkan studi Strata Tiga (S3), dan memperbaiki fasilitas. Mengenai penelitian lain yang sejenis masih belum dilakukan, terlebih lagi pengembangan program studi komunikasi dan penyairan di perguruan tinggi keagamaan Islam negeri semacam IAIN Surakarta. Adapun penelitian terkait program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam di IAIN Surakarta, pernah dilakukan oleh Abas (2017) dan Adnani et al. 150 Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) (2012). Abas (2017) meneliti tentang strategi pengembangan keilmuan mata kuliah profesi pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, sedangkan Adnani et al. (2012) meneliti tentang reorientasi kurikulum program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam agar memunculkan dampak profesional, material, dan sosial kultural. Penelitian lain tentang program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam di IAIN Surakarta juga pernah dilakukan oleh Adnani & Fathan (2010) tentang tren tema skripsi pada mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, Sriyanto (2018) tentang keputusan pemilihan jurusan pada mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, serta Susilowati & Pratiwi (2018) tentang kepuasan mahasiswa dalam pemilihan konsentrasi pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dengan demikian, tiga penelitian terakhir tidak mengkaji tentang pengembangan program studi. Atas dasar ini, penelitian mengenai tren pengembangan program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) dalam konteks persiapan transformasi IAIN Surakarta menuju UIN Surakarta belum pernah dilakukan, sehingga penelitian semacam ini penting ini dilakukan. Maka dari itu, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan transformasi keilmuan program studi KPI IAIN menuju UIN Surakarta. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalahnya adalah bagaimana model tren pengembangan program studi KPI dalam upaya transformasi IAIN menjadi UIN Surakarta? METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah prosedur memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan sebagainya) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya (Moleong, 2017). Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah key-informan, yaitu 151Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) ketua program studi KPI IAIN Surakarta periode 2015-2019 dan dekan fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta periode 2015-2019. Teknik pengumpulan datanya dengan observasi terlibat (participant observation), wawancara (interview), dan dokumentasi (documentation). Observasi ini digunakan untuk melihat dinamika pergeseran kurikulum program studi KPI dari tahun 2003-2015 maupun kajian-kajian tema skripsi yang diambil oleh mahasiswa mulai dari tahun 2003-2016. Dokumentasi digunakan untuk melihat buku-buku panduan akademik IAIN Surakarta dari tahun 2003-2016, buku besar dari biro skripsi, dan skripsi-skripsi mahasiswa KPI. Teknik analisis data dilakukan dengan tiga langkah, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Moleong, 2017), sedangkan teknik keabsahan data yang digunakan peneliti adalah triangulasi sumber dan teori. Triangulasi data adalah membandingkan antara data-data hasil pengamatan dengan data-data hasil wawancara di lapangan. Sedangkan, triangulasi teori adalah mencari teori-teori yang relevan dengan kajian penelitian yang dilakukan oleh peneliti. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Transformasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Perkembangan zaman semakin pesat saat ini, salah satu indikatornya adalah semakin majunya sistem teknologi dan informasi. Setiap masyarakat dituntut untuk dapat merespons kondisi tersebut, tak terkecuali institusi pendidikan tinggi. Ada banyak macam institusi pendidikan tinggi, misalkan perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta, serta perguruan tinggi umum dan perguruan tinggi keagamaan. Berbagai macam perguruan tinggi tersebut hendaknya mampu menciptakan pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan zaman dan keilmuan serta menyelesaikan permasalahan di tengah kemajuan sistem teknologi dan informasi. Salah satu upaya untuk mencapai target tersebut adalah melakukan transformasi 152 Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) sehingga mampu menciptakan strategi pendidikan transformatif. Menurut Achmadi (2005), yang dimaksud dengan strategi pendidikan transformatif adalah pendidikan yang mengakses perubahan dengan tetap berpijak pada nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pandangan hidup tersebut. Pandangan hidup yang sudah menjadi ideologi suatu bangsa tentunya tidak mudah diubah begitu saja, melainkan perlu reinterpretasi terhadap nilai-nilai yang ada. Dalam konteks perguruan tinggi keagamaan, khususnya IAIN Surakarta, pendidikan transformatif tersebut dielaborasikan dengan nilai-nilai keislaman, sehingga menjadi pendidikan Islam transformatif. Abdurrahman (2005) memberikan batasan tentang pendidikan Islam transformatif. Pendidikan Islam transformatif adalah pendidikan Islam yang mengakses perubahan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip liberalisasi, humanisasi, dan transendensi yang bersifat profetik. Liberalisasi bertolak dari prinsip kebebasan yang bertanggung jawab seperti yang tercantum dalam Quran Surat al-Ra’d ayat 11 bahwa Allah subhanahu wa taala tidak akan mengubah nasib seseorang selama manusia itu tidak mau mengubah dirinya sendiri. Humanisasi maksudnya didasarkan atas konsep fitrah dalam Islam yang memandang manusia sebagai makhluk yang paling mulia dengan potensi yang dapat dikembangkan. Transendensi yang bersifat profetik ialah pemberian makna hubungan dengan Allah subhanahu wa taala. Berbekal ketiga prinsip tersebut, IAIN Surakarta termasuk setiap program studi yang ada di dalamnya, diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan dan memenuhi kebutuhan zaman tanpa harus meninggalkan nilai-nilai spiritual dan agama. Berbicara soal strategi pendidikan Islam transformatif, otomatis juga akan berbicara soal pelaku strategi tersebut. Salah satu pelaku strategi pendidikan Islam transformatif adalah perguruan tinggi keagamaan Islam. Selanjutnya, untuk dapat menerapkan strategi pendidikan Islam transformatif, perguruan tinggi keagamaan Islam (salah satunya IAIN 153Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Surakarta) juga harus melakukan transformasi. Transformasi pendidikan Islam di Indonesia berdasarkan refleksi sejarah merupakan produk interaksi misi Islam dengan tiga kondisi. Pertama, interaksi Islam dengan budaya lokal pra Islam yang melahirkan pesantren. Kedua, interaksi pendidikan Islam dengan tradisi Timur Tengah melahirkan madrasah. Ketiga, interaksi pendidikan Islam dengan politik pendidikan Hindia Belanda menghasilkan lembaga pendidikan sekolah. Transformasi pendidikan ini akan terus berproses sejalan dengan perubahan dan tantangan yang dihadapi umat Islam. Begitu halnya kondisi perguruan tinggi keagamaan Islam negeri, transformasi IAIN juga terus berproses dari ideologis politis menuju ke arah akademis (Achmadi, 2005). Misalkan, adanya integrasi dan interkoneksi dalam paradigma keilmuan jaring laba-laba di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, gunungan ilmu di IAIN Surakarta, dan sebagainya. Pada akhir orde baru sampai awal era reformasi merupakan puncak kegamangan yang ditandai dengan perluasan cakupan ilmu pengetahuan dalam pendidikan Islam. Selain itu, munculnya wacana ingin mengembalikan pengelolaan pendidikan ke Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) sampai lahirnya Universitas Islam Negeri (UIN). Hal ini muncul seiring dengan tertinggalnya mutu pendidikan di IAIN/STAIN dan semakin menurunnya animo mahasiswa masuk ke IAIN/STAIN (Achmadi, 2005). Adanya pendirian Universitas Islam Negeri (UIN) di satu sisi merupakan wujud kegamangan para elit muslim pengambil kebijakan atas ketidaksesuaian lagi IAIN/STAIN dalam memasuki era globalisasi. Namun, di sisi lain merupakan realisasi kesadaran makna pendidikan Islam yang luas mencakup berbagai bidang keilmuan dan tidak dikotomis antara ilmu pengetahuan agama dan umum. Hal ini ditunjukkan dengan pengembangan kurikulum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang menggunakan pendekatan integratif dan interkonektif (Abdullah, 2007; Hidayat, 2014; Siswanto, 2013; Sutarto, 2017). 154 Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Menurut Abdullah (2007), tantangan di era globalisasi menuntut respons tepat dan cepat dari sistem pendidikan Islam secara keseluruhan. Jika kaum muslimin ingin menang dalam persaingan global yang semakin tajam dan mampu tampil di depan maka, reorientasi pemikiran mengenai pendidikan Islam dan rekonstruksi sistem dan kelembagaan merupakan suatu keharusan. Pemikiran ini yang mendorong adanya gagasan tentang pengembangan IAIN (khususnya, Jakarta dan Yogyakarta) sebagai pilot project menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) di bawah Kementerian Agama Republik Indonesia. UIN mencakup fakultas-fakultas agama dan umum dengan corak epistemologi keilmuan dan etika moral keagamaan yang integralistik. Fakultas-fakultas agama perlu dikembangkan kurikulumnya yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di era global dan diperkuat dosen-dosen yang handal dalam penguasaan Islamic studies, humanities, dan ilmu-ilmu sosial. Fakultas-fakultas umum baik dalam bentuk with wider mandate maupun universitas perlu dibekali muatan keagamaan. Akhirnya, pengembangan IAIN (termasuk IAIN Surakarta) ini diharapkan melahirkan pendidikan Islam yang transformatif di masa yang akan datang. Tren Pengembangan Program Studi dalam Transformasi IAIN Menuju UIN IAIN Surakarta merupakan perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) yang sedang berkembang dan mengalami transformasi. Salah satu arah perkembangan tersebut adalah transformasi dari bentuk IAIN menjadi UIN. Transformasi ini diupayakan agar IAIN Surakarta mampu menciptakan dan menerapkan strategi pendidikan Islam trasnformatif. Modalitas yang harus dipersiapkan misalkan pengembangan program studi. Adapun program studi yang potensial untuk dikembangkan adalah program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. IAIN Surakarta sudah membuka program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam sejak 155Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) tahun 1998. Potensi yang dimiliki oleh program studi tersebut adalah tingginya jumlah mahasiswa. Data tiga tahun terakhir mulai dari tahun 2016, calon mahasiswa yang registrasi pada program studi tersebut sebanyak 179 orang, pada tahun 2017 calon mahasiswa yang registrasi pada program studi tersebut sebanyak 161 orang, dan pada tahun 2018 calon mahasiswa yang registrasi pada program studi tersebut sebanyak 194 orang. Di sisi lain, setiap tahun program studi tersebut meluluskan rata-rata 85 mahasiswa. Setiap mahasiswa yang memiliki indeks prestasi kumulatif sebesar 3,50 ke atas menyatakan minatnya melanjutkan studi di Strata Dua (S2) ketika menjalankan munaqasyah (ujian skripsi). Di sisi lain, berdasarkan data angket yang didapatkan dari 83 mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Surakarta dengan cara acak, didapatkan bahwa 67 mahasiswa (80,5%) berminat melanjutkan studinya ke S2. Selanjutnya, dari 83 mahasiswa tersebut, 59 mahasiswa (71%) ingin melanjutkan ke S2 Komunikasi dan Penyiaran Islam di IAIN Surakarta seandainya IAIN Surakarta memiliki program tersebut. Padahal, IAIN Surakarta belum memiliki program magister Komunikasi dan Penyiaran Islam. Sehingga, alumni program studi tersebut menempuh studi lanjut di perguruan tinggi lain. Dalam konteks modalitas transformasi IAIN menuju UIN Surakarta dan menilik potensi yang dimiliki program studi S1 Komunikasi dan Penyiaran Islam serta minat alumni tersebut, program studi tersebut dapat dikembangkan ke arah Strata Dua (S2). Program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam memiliki fokus kajian, salah satunya adalah komunikasi dalam bingkai keislaman. Hal ini disebabkan oleh karena program studi tersebut berada di bawah naungan perguruan tinggi keagamaan Islam. Berbicara masalah komunikasi, maka harus memahami definisi dan batasan komunikasi. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama memiliki maksud sama makna (Effendy, 2012, 2017). Menurut Lasswell (1948, 2007), bahwa 156 Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: who says; what in; which channel; to whom with; what effect? Paradigma Lasswell tersebut menurut Effendy (2012, 2017) menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yaitu komunikator (communicator, source, sender), pesan (message), media (channel), komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient), efek (effect, impact, influence). Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, dapat disimpulkan bahwa maksud dari komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Maka dari itu, salah satu luaran dari alumni program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam adalah meningkatkan keterampilan alumni di bidang komunikasi. Selain itu, alumni program studi tersebut juga hendaknya memiliki kemampuan untuk menerapkan praktik-praktik komunikasi dan penyiaran dalam bingkai keislaman, serta mengkaji dan meneliti berbagai permasalahan yang muncul dalam bidang komunikasi dan penyiaran. Keterampilan semacam ini semakin dibutuhkan di zaman ini, yaitu zaman ketika teknologi informasi dan komunikasi semakin canggih sehingga menyebabkan permasalahan dalam bidang tersebut semakin kompleks. Di sisi lain, keterampilan ini juga dapat dicapai apabila program studi yang fokus pada kajian komunikasi, seperti Komunikasi dan Penyiaran Islam, dikembangkan ke arah yang lebih baik, salah satu bentuknya adalah pengembangan ke arah pembentukan program magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan menganut sistem pendidikan Islam transformatif. Perkembangan dunia (termasuk dunia pendidikan) terus berjalan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan serta kemajuan sistem teknologi dan informasi. Dunia pendidikan juga dituntut untuk peka terhadap perubahan dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Abad 21 ditandai dengan peran yang begitu besar teknologi informasi dan komunikasi 157Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Itulah sebabnya abad 21 ini disebut dengan era informasi (Rosana, 2016). Batas antar negara dan warga negara menyatu dalam dunia global. Hal ini sesuai dengan pendapatnya McLuhan yang disebut dengan global village (McLuhan, 1994). Seiring dengan perkembangan tersebut, IAIN Surakarta sebagai sebuah institusi pendidikan diharapkan mampu menghadapi tantangan tersebut. Sebagai perguruan tinggi negeri, IAIN Surakarta (begitu pula perguruan tinggi keagamaan lainnya) bersama-sama dengan perguruan tinggi harus sadar bertanggungjawab penuh dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Oleh karena itu, sebagai subsistem pendidikan tinggi nasional, IAIN mempunyai tugas untuk transfer of knowledge dalam masalah kerja dan perolehan gelar akademik (Sutrisno, 2005). Lebih lanjut, Sutrisno (2005) menuliskan bahwa perguruan tinggi IAIN sedang dihadapkan pada beberapa persoalan yang harus segera diselesaikan, misalkan citra umat Islam sangat buruk; terbelakangnya peradaban umat Islam dunia; umat Islam terdera oleh berbagai krisis; dihadapkan pada problem dikotomi ilmu yang sangat akut (ilmu tradisional dengan ilmu sekuler modern); IAIN dituntut dapat menghasilkan alumni bertakwa yang memiliki tiga kemampuan, yaitu kemampuan untuk menganalisis, kemampuan untuk berinovasi, dan kemampuan memimpin. Maka dari itu, sudah waktunya bagi IAIN untuk mengembangkan tiga perangkat utama manusia, yaitu perangkat yang berupa akal, hati, dan indra manusia, dalam rangka pengembangan IAIN dengan paradigma baru. Hal ini diharapkan dapat menghasilkan alumni yang dapat berkompetisi dalam kehidupan global abad ke-21 ini. Salah satu solusi yang dapat dikembangkan untuk menjawab permasalahan kemajuan zaman, informasi, dan teknologi tersebut adalah kemampuan dalam mengaitkan antara ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada dasarnya, ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki sifat saling terkait dalam mengembangkan ekologi kependidikan dan kesadaran 158 Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) berkomunikasi, bernegara, dan berbangsa. Melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi dapat menciptakan pendikan yang berkualitas. Tanpa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, lembaga pendidikan dan individu akan termarginalkan di pasar global saat ini. Dalam kaitannya dengan pengelolaan lembaga Pendidikan, khususnya perguruan tinggi, harus mampu ikut membangun tatanan sosial dan ekonomi di era revolusi 4.0 saat ini (Rosana, 2016). Penguasan keterampilan ini dapat ditempuh, salah satunya dengan meningkatkan keterampilan mahasiswa. Pada konteks dunia perguruan tinggi, luaran mahasiswa di setiap jenjang (S1, S2, dan S3) berbeda. Dalam rangka untuk semakin dapat memenuhi tuntutan perkembangan zaman, maka pengembangan keterampilan mahasiswa menjadi suatu keniscayaan. Atas dasar ini, maka program studi yang memiliki fungsi aplikatif dalam permasalahan perkembangan teknologi dan informasi, salah satu Komunikasi dan Penyiaran Islam, hendaknya dikembangkan menjadi program magister. Terlebih lagi, program magister Komunikasi dan Penyiaran Islam menjadi modalitas transformasi IAIN Surakarta menuju UIN Surakarta. Hal penting yang harus diperhatikan adalah pengembangan program studi-program studi umum maupun agama seharusnya relevan dengan perkembangan zaman di era global sekarang ini. Para pemangku kebijakan (decision maker) harus bisa mensikapinya dengan cepat dan tepat agar program studi-program studi yang akan dibuka di masa-masa medatang itu dibutuhkan oleh dunia kerja atau stakeholder yang ada. Seperti yang diungkapkan oleh Atmaja (2008) bahwa tren itu merupakan pendekatan dengan menggunakan perbandingan kemajuan perusahaan dari waktu ke waktu. Konteksnya, tren pengembangan program studi yang akan dibuka di IAIN Surakarta harus dilihat dari kecenderungan peminat beberapa tahun terakhir ini. Program studi-program studi yang langka peminat seharusnya dikembangkan menjadi program studi yang relevan dengan perkembangan zaman di era revolusi industri 4.0. Sedangkan, program 159Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) studi-program studi yang banyak peminatnya dikembangkan lebih luas agar tidak stagnan pada tingkat Strata Satu (S1) saja. Pengembangan program studi yang memiliki banyak peminat ini bisa diwujudkan dalam bentuk membuka program studi tersebut di taraf Strata Dua (S2) dan Strata Tiga (S3). Salah satu contohnya adalah program studi KPI yang dalam lima tahun terakhir ini banyak peminat dan para alumninya banyak yang ingin melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Oleh karena itu, perlu dipikirkan pembukaan S2 Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). Pentingnya pembukaan program magister Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) di IAIN Surakarta dilatarbelakangi oleh beberapa faktor internal dan eksternal yang dihadapi oleh program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) di fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUD). Faktor- faktor internal yang ada yaitu realita terhadap tingginya animo masyarakat untuk masuk ke program studi KPI di fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUD) IAIN Surakarta dalam tiga tahun terakhir ini (2016, 2017, 2018). Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fathan, S.Sos., M.Si pada hari Senin, 11 September 2017 diperoleh keterangan ada tiga faktor internal pada program studi KPI. Pertama, masyarakat sangat antusias menjadi mahasiswa program studi KPI di IAIN Surakarta selama beberapa tahun terakhir ini. Hal ini hendaknya menjadi pemikiran yang serius bagi para pemegang keputusan di tingkat fakultas maupun rektorat terhadap fenomena seperti ini. Kedua, minat sebagian alumni program studi KPI pada tiga tahun terakhir ini yang berniat ingin meneruskan studi lanjut ke tingkat S2 cukup tinggi. Seperti yang sudah dituliskan di bagian sebelumnya, setiap mahasiswa yang menjalani munaqasyah (ujian skripsi) dan memiliki indeks prestasi kumulatif 3,50 ke atas, memiliki minat untuk melanjutkan studi komunikasi ke program magister. Di sisi lain, berdasarkan data angket yang didapatkan dari 83 mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Surakarta dengan cara acak, didapatkan bahwa 67 mahasiswa (80,5%) 160 Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) berminat melanjutkan studinya ke S2. Selanjutnya, dari 83 mahasiswa tersebut, 59 mahasiswa (71%) ingin melanjutkan ke S2 Komunikasi dan Penyiaran Islam di IAIN Surakarta seandainya IAIN Surakarta memiliki program tersebut. Akan tetapi, karena IAIN Surakarta belum memiliki program tersebut, hanya sedikit alumni yang merealisasikan minatnya untuk melanjutkan belajar ke program magister. Adapun sebagian alumni lain yang berupaya mewujudkan minat tersebut, melanjutkan belajarnya ke program magister di Universitas Muhammadiyyah Surakarta (UMS), S2 Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan S2 Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Apabila IAIN Surakarta dapat membuka program magister (S2) KPI, maka alumni KPI tersebut tidak perlu melanjutkan kuliah S2 di perguruan tinggi lain. Keterangan dari dekan fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUD), bahwa dibukanya program magister Komunikasi dan Penyiaran Islam memiliki beberapa pertimbangan, yaitu: 1) pengembangan lembaga di IAIN Surakarta pada umumnya dan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUD) pada khususnya; 2) peluang dibukanya S2 KPI itu ada di program studi KPI dengan melihat sumber daya manusia (SDM) yakni jumlah dosen-dosen yang telah bergelar doktor sudah banyak; 3) lulusan program studi KPI sangat potensial dan diharapkan dapat melanjutkan studinya ke S2 KPI. Ketiga, jumlah sumber daya manusia (SDM) yaitu dosen-dosen program studi KPI yang sudah memenuhi batas minimal yang ditentukan oleh Kemenristekdikti yaitu enam orang. Sedangkan, pada program studi KPI ada sembilan orang. Menurut dekan fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta, Dr. Imam Mujahid, M.Pd. bahwa tidak ada permasalahan adanya aturan dari pusat yang mengharuskan jumlah minimal dosen tetap di program studi sebuah perguruan tinggi itu adalah enam orang. Dosen- dosen yang bergelar Doktor di program studi KPI itu dapat digunakan 161Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) di fakultas (S1) maupun pascasarjana (S2). Menurut ketua program studi KPI bahwa adanya aturan dari pusat yang mengharuskan ketersediaan dosen tetap program studi itu adalah enam orang perlu segera disikapi oleh pimpinan fakultas maupun institut supaya program studi tersebut mendapatkan kesempatan untuk menambah dosen pengajar lagi di masa mendatang. Dengan demikian, ketersediaan dosen pengajar baik di tingkat S1 maupun S2 semakin tercukupi. Adapun faktor eksternal pendirian program magister S2 KPI ada dua. Pertama, perkembangan serta kemajuan teknologi dan informasi. Perkembangan ini menuntut masyarakat dan institusi pendidikan semacam IAIN Surakarta untuk meresponsnya dengan tepat, sehingga respons tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk pengembangan program studi KPI ke arah magister. Kedua, masih sedikitnya program magister Komunikasi dan Penyiaran Islam di berbagai perguruan tinggi, misalkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Ampel Surabaya, dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Bidang Garap dalam Transformasi Pendidikan Berkaitan dengan pendapatnya dari Amin Abdullah yang mengatakan bahwa ada empat bidang perubahan yang perlu digarap terus- menerus dalam transformasi IAIN menuju UIN. Pertama, pengembangan akademik. Kedua, pengembangan kelembagaan dan sistem manajemen. Ketiga, pengembangan sumber daya manusia. Keempat, pengembangan sarana dan prasarana fisik/infrastruktur (Abdullah, 2004, 2007). Pertama, pengembangan akademik. Saat ini telah memasuki era new media yang menuntut lembaga pendidikan menyesuaikan tuntutan yang dibutuhkan oleh zaman. Oleh karena itu, mulai tahun 2015, program studi KPI IAIN Surakarta telah menerapkan kurikulum KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) sehingga, dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Selain itu, di wilayah karesidenan 162 Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Surakarta ini terdapat banyak kantor media massa, baik cetak (Solopos, Radar Solo, Joglo Semar) maupun elektronik (TATV, HizFm, Al Hidayah FM, MH FM, SoloTV). Kondisi ini menjadi peluang bagi mahasiswa program studi KPI dalam melakukan magang kerja di media. Selain itu, banyaknya kantor media massa di Surakarta ini juga menjadi peluang dan modalitas untuk pengembangan KPI menuju program magister. Hal ini sesuai dengan penelitian Darmawan & Zaidi (2018) dan Novita (2018) bahwa salah satu wujud pengembangan adalah dengan meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak. Kedua, pengembangan kelembagaan dan sistem manajemen. Adanya wacana alih status IAIN Surakarta menjadi UIN Surakarta menjadi peluang bagi perguruan tinggi tersebut untuk mengembangkan lembaga-lembaga yang ada, termasuk membuka program studi yang baru baik di fakultas maupun di pascasarjana. Pembukaan program studi baru termasuk ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum menjadi peluang bagi IAIN Surakarta menjadi lembaga yang yang unggul, terdepan, dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin pesat. Secara historis, pada awalnya kampus ini bernama STAIN Surakarta pada tahun 1992 dan kemudian beralih status menjadi IAIN Surakarta pada tahun 2011 dan harapannya pada tahun 2020 nantinya akan beralih status menjadi UIN Surakarta. Peluang pengembangan kelembagaan dan sistem manajemen ditandai dengan beberapa indikator, misalnya jumlah mahasiswa IAIN Surakarta saat ini sudah mencapai 12.000 orang, jumlah program studi 22 buah, jumlah dosen 170 orang, jumlah guru besar ada 3 orang, jumlah dosen yang bergelar Doktor sudah hampir 50 %. Realita itu semua menjadi modalitas berharga untuk merealisasikan alih satus IAIN Surakarta menjadi UIN Surakarta. Realisasi transformasi IAIN Surakarta menjadi UIN Surakarta salah satunya dapat dibantu dengan pengembangan lembaga dalam bentuk membuka program baru, misalkan program magister Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). 163Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Ketiga, pengembangan sumber daya manusia. Program studi KPI IAIN Surakarta mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang mempunyai kapasitas. Jumlah dosen tetap program studi KPI ada sepuluh orang (empat orang sudah bergelar Doktor, tiga orang bergelar Magister, dan tiga orang sedang menempuh studi lanjut S3 di Universitas Sebelas Maret Surakarta dan IAIN Surakarta. Rincian empat orang dosen yang bergelar doktor tersebut adalah dua orang mengambil program studi Kajian Budaya dan Media (KBM) UGM, sedangkan dua orang dosen lainnya mengambil program studi Islamic Studies di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Di samping itu, animo masyarakat untuk memasuki program studi KPI cukup besar. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya data dari bagian akademik fakultas maupun institut selama kurun waktu tiga tahun terakhir ini (2016, 2017, 2018). Ada potensi munculnya ancaman apabila melonjaknya jumlah mahasiswa yang cukup signifikan tersebut tidak ditindaklanjuti secara cepat oleh pimpinan di tingkat fakultas maupun institute. Potensi ancaman tersebut adalah rasio dosen dan mahasiswa menjadi tidak ideal. Bila hal ini dibiarkan terus-menerus, maka akan berimbas pada beban kerja para dosen dan pemangku jabatan di program studi KPI menjadi berlebihan. Efek selanjutnya, hal ini menjadikan dosen-dosen kurang produktif untuk menulis artikel, baik di media massa maupun di jurnal-jurnal penelitian. Selain itu, nilai akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) sulit memperoleh nilai A karena belum idealnya rasio antara jumlah mahasiswa dengan jumlah dosen tetap program studi. Ancaman lain adalah banyaknya kampus di wilayah Surakarta yang memiliki program studi dan fakultas komunikasi yang telah terakreditasi A oleh BAN-PT. Atas dasar ini, maka pengembangan sumber daya manusia perlu diupayakan baik di tingkat fakultas maupun institut. Terlebih lagi untuk mempersiapkan transformasi IAIN Surakarta menuju UIN Surakarta dan persiapan dibukanya program magister KPI. Hal ini sesuai dengan 164 Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) penelitian Darmawan & Zaidi (2018) dan Novita (2018) bahwa salah satu wujud pengembangan adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keempat, pengembangan sarana dan prasarana fisik/infrastruktur. Secara geografis, lokasi kampus IAIN Surakarta berada pada wilayah segitiga emas (Surakarta, Semarang, dan Yogyakarta) merupakan daerah yang strategis untuk pengembangan kampus dan sosialisasi kepada khalayak. Di samping itu, status kampus IAIN Surakarta sebagai salah satu perguruan tinggi negeri yang berbasiskan aama Islam menjadi daya tarik tersendiri bagi pasar untuk menjadi mahasiswa program studi KPI karena biaya pendidikan yang relatif murah dibandingkan dengan program studi-program studi serupa di Indonesia. Meskipun demikian, fasilitas sarana dan prasarana program studi KPI IAIN Surakarta sudah relatif lengkap walau masih memerlukan peningkatan. Misalkan, tersedianya laboratorium TV, laboratorium radio, laboratorium jurnalistik, dengan kelengkapan alat yang memadai. Dengan adanya kelebihan tersebut (berupa biaya yang relatif murah dan banyaknya animo untuk masuk ke program studi KPI), maka bisa menjadi modalitas untuk pengembangan sarana dan prasarana infrastruktur. Pengembangan sarana dan prasarana tersebut dapat diwujudkan dalam beberapa hal, misalkan pengembangan laboratorium komunikasi dan penyiaran Islam serta pembangunan fasilitas lain yang dibutuhkan oleh komunikasi dan penyiaran Islam baik di tingkat S1 maupun S2. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Adanya tren berkembangnya sistem teknologi dan informasi di belahan dunia ini mengakibatkan semakin kompleksnya permasalahan di bidang tersebut. Di sisi lain, setiap segmen dalam masyarakat juga dituntut untuk merespons kondisi tersebut, tak terkecuali IAIN Surakarta sebagai 165Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) institusi pendidikan tinggi. IAIN Surakarta memiliki program studi yang mampu mencetak mahasiswa dengan luaran keterampilan di bidang komunikasi dan informasi, yaitu program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). Setiap tahun, mahasiswa program studi mencapai 160 sampai 170 mahasiswa. Atas dasar ini, maka peminat kajian komunikasi dapat dianggap tinggi. Di sisi lain, setiap tahun program studi KPI meluluskan kisaran 80 sampai 85 mahasiswa, sehingga alumni program studi KPI dianggap banyak. Selain itu, adanya tren pengembangan IAIN Surakarta menuju UIN Surakarta serta sudah memadainya sumber daya manusia (dosen pengajar), rekanan kerjasama, fasilitas laboratorium, menjadi faktor tambahan bahwa perlunya pengembangan program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam menuju program magister. dan melihat banyaknya alumni program studi KPI memperkuat argumen pentingnya dibukanya magister KPI di IAIN Surakarta. Terakhir, pengembangan program studi KPI menuju program magister serta transformasi IAIN Surakarta menuju UIN Surakarta hendaknya diimbangi dengan kekhasan, yaitu model pembelajaran yang mengintegrasikan keilmuan umum dan keilmuan agama. Saran Saran yang dirumuskan berdasarkan penelitian ini ditujukan oleh beberapa pihak. Pertama, kepada peneliti selanjutnya hendaknya semakin memperbanyak penelitian terkait pengembangan program studi ke arah magister sebagai modalitas dalam meningkatkan kualitas institusi pendidikan dengan pendekatan yang semakin komprehensif. Kedua, kepada institusi pendidikan, khususnya IAIN Surakarta, pembukaan program magister Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) yang potensial hendaknya segera ditindaklanjuti dengan merumuskan kebijakan untuk mempersiapkan hal tersebut, seperti peningkatan kualitas sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta kurikulum. 166 Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) DAFTAR PUSTAKA Abas, Z. (2017). Pengembangan Kompetensi Profesi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Al-Balagh: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 2(1), 87–110. https://doi.org/10.22515/ balagh. v2i1.628 Abdullah, M. A. (2003). Membongkar Epistemologi Ilmu Pengetahuan: Sebuah Upaya Reintegrasi-Etika Tauhidik sebagai Dasar Kesatuan Epistemologi Keilmuan Umum dan Agama. In J. Wahyudi (Ed.), Menyatukan Kembali Ilmu-ilmu Agama dan Umum: Upaya Mempertemukan Epistemologi Islam dan Umum. Yogyakarta: Suka Press. Abdullah, M. A. (2004). Laporan Rektor Dari IAIN ke UIN: Membangun Kembali Kampus Masa Depan yang Mencerahkan Umat. Yogyakarta. Abdullah, M. A. (2007). Desain Pengembangan Akademik IAIN Menuju UIN Sunan Kalijaga. In M. A. Abdullah (Ed.), Islamic Studies : Dalam Paradigma Integrasi Interkoneksi (Sebuah Antologi). Yogyakarta: Suka Press. Abdurrahman, M. (2005). Islam yang Memihak. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara. Achmadi. (2005). Ideologi Paradigma Humanisme Teosentris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Adnani, K., & Fathan. (2010). Trend Skripsi Mahasiswa Prodi KPI Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Surakarta Tahun 2003-2011. Naadya : Jurnal Ilmu Dakwah Dan Komunikasi IAIN Surakarta, 13, 30. Adnani, K., Hudaya, A., & Fahmi, M. (2012). Reorientasi Kurikulum Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta. Kodifikasia, 6(1), 1–16. Atmaja, L. S. (2008). Teori dan Praktek Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Andi Offset. Darmawan, C., & Zaidi, M. H. B. (2018). Strategi Pengembangan Program Studi Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Raden Fatah dengan Kerangka SWOT. Wardah: Jurnal Dakwah Dan Kemasyarakatan, 19(1), 82–102. 167Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Effendy, O. U. (2012). Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Effendy, O. U. (2017). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hidayat, M. (2014). Pendekatan Integratif-Interkonektif: Tinjauan Paradigmatik dan Implementatif dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Ta’dib: Journal of Islamic Education, 19(02), 276–290. Lasswell, H. D. (1948). The Structure and Function of Communication in Society. In L. Bryson (Ed.), The Communication of Ideas (pp. 37–51). New York, USA: The Institute for Religious and Social Studies. Lasswell, H. D. (2007). The Structure and Function of Communication in Society. İletişim Kuram ve Araştırma Dergisi, 24, 215–228. McLuhan, M. (1994). Understanding Media: The Extensions of Man (T. M. Press, ed.). Cambridge, Massachusetts, United States. Minhaji, A. (2003). Transformasi IAIN Menuju UIN: Sebuah Pengantar. In J. Wahyudi (Ed.), Menyatukan Kembali Ilmu-ilmu Agama dan Umum: Upaya Mempertemukan Epistemologi Islam dan Umum. Yogyakarta: Suka Press. Moleong, L. J. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhaimin. (2004). Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Muhaimin. (2012). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhaimin. (2014). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers. Novita, D. (2018). Strategi Pengembangan Program Studi Dalam Meningkatkan Perolehan Jumlah Mahasiswa Pada Perguruan Tinggi Swasta. Jurnal Manajemen KINERJA, 4(1), 30–45. Nuryanto, A. (2017). Kritik Budaya Akademik Di Pendidikan Tinggi. The Journal of Society & Media, 1(1), 35. https://doi.org/10.26740/jsm. v1n1.p35-42 Penyusun. (2014). Buku Panduan Pelaksanaan Praktek Pengalaman Lapangan/ PPL Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Surakarta. Surakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Surakarta. 168 Tren Pengembangan Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN Surakarta Kamila Adnani Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 1, January – June 2019, pp. 141 - 168, DOI: 10.22515/balagh.v4i1.1665 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Rosana, D. (2016). Analisis Trend Penelitian Pendidikan Sains. Prosiding Seminar Nasional: Optimasi Active Learning Dan Character Building Dalam Meningkatkan Daya Saing Bangsa Di Era MEA, 487–495. Retrieved from http://eprints.uad.ac.id/3430/1/Dadan Rosana_ UNY2.pdf Siswanto. (2013). Perspektif Amin Abdullah tentang Integrasi Interkoneksi dalam Kajian Islam. Teosofi : Journal Tasawuf Dan Pemikiran Islam, 3(2), 377–409. https://doi.org/10.15642/teosofi.2013.3.2.376-409 Sriyanto, A. (2018). Mahasiswa dan Keputusan Memilih Jurusan (Analisis Kuantitatif Pada Mahasiswa KPI IAIN Surakarta Angkatan 2017/2018). Al-Balagh: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 2(3), 235– 258. https://doi.org/10.22515/balagh.v3i2.1386 Susilowati, E., & Pratiwi, R. Z. B. (2018). Kepuasan Mahasiswa KPI IAIN Surakarta dalam Pemilihan Konsentrasi Jurusan. Al-Balagh: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 3(2), 259–292. https://doi.org/10.22515/ balagh.v3i2.1388 Sutarto, D. (2017). Epistemologi Keilmuan Integratif-Interkonektif M. Amin Abdullah dan Resolusi Konflik. Trias Politika, 1(2), 75–88. Sutrisno. (2005). Revolusi Pendidikan di Indonesia (Membedah Metode dan Teknik Pendidikan Berbasis Kompetensi). Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Triatmo, A. W. (2012). Visi, Misi, dan Struktur Kurikulum Fakultas. Makalah Diskusi Bulanan Dosen (Tidak Dipublikasikan). 1. Artikel bersifat ilmiah berisi hasil riset empiris atau gagasan konseptual dan belum pernah dipublikasikan di sebuah jurnal. Artikel juga bukan merupakan satu bab utuh dari tesis atau disertasi. 2. Panjang artikel antara 15-30 halaman, tidak termasuk judul, abstrak (abstract), kata kunci (keywords), dan bibliografi. 3. Artikel terdiri dari beberapa bagian, yaitu: judul, nama penulis, abstrak (200-250 kata), kata kunci (maksimal 5 kata), dan bibliografi, dengan detil ketentuan sebagai berikut: • Penulisan judul tidak boleh lebih dari lima belas (15) kata. • Nama penulis ditulis lengkap tanpa gelar, dilengkapi dengan asal institusi, alamat korespondensi (e-mail address), serta nomor telephone/handphone. • Abstrak terdiri dari konteks diskursus area disiplin; tujuan penulisan artikel; metodologi (jika ada); temuan riset; kontribusi tulisan di dalam area disiplin. Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan Indonesia. • Pendahuluan terdiri dari pemetaan penelitian terdahulu (literature review, sebaiknya temuan riset sepuluh tahun terakhir) dan novelti tulisan; batas permasalahan yang dibahas; dan argumentasi utama tulisan. • Pembahasan berisi proses reasoning argumentasi utama tulisan. • Kesimpulan berisi jawaban atas permasalahan tulisan, berdasarkan perpektif teoritis dan konseptual yang dibangun oleh penulis. • Referensi mencantumkan sumber pustaka yang menjadi rujukan. • Gaya kutipan menggunakan American Psychological Association (APA) 6th Edition, memakai model pengutipan body note (penulis tahun), dengan ketentuan detail sebagai berikut: KETENTUAN PENULISAN ARTIKEL 1. Book Dalam referensi ditulis : Azwar, S. (2016). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Di dalam kutipan ditulis : (Azwar, 2016) 2. Edited book(s) Dalam referensi ditulis : Cone, J. D. (1999). Observational assessment: Measure development and research issues. dalam P. C. Kendall, J. N. Butcher, & G. N. Holmbeck (Eds.), Handbook of research methods in clinical psychology (pp. 183-223). New York: Wiley. Di dalam kutipan ditulis : (Cone, 1999) 3. E-book(s) Dalam referensi ditulis : Sukanta, P. O., ed. (2014). Breaking the Silence: Survivors Speak about 1965-66 Violence in Indonesia (translated by Jemma Purdey). Clayton: Monash University Publishing. Diakses dari http://books.publishing. monash.edu/apps/bookworm/view/Breaking+the+Silence%3A+ Survivors+Speak+about+1965%E2%80%9366+Violence+in+Ind onesia/183/OEBPS/cop. htm, tanggal 31 Maret 2016. Di dalam kutipan ditulis : (Sukanta, 2014) 4. Article of the Journal a. Journal With Digital Objective Identifier (DOI) Dalam referensi ditulis : Tekke, M., & Ghani, F. (2013). Examining Career Maturity Among Foreign Asian Students : Academic Level. Journal of Education and Learning. Vol. 7 (1), 29-34. DOI: http://dx.doi. org/10.11591/edulearn.v7i1.173 Di dalam kutipan ditulis : (Tekke & Ghani, 2013) b. Journal Without Digital Objective Identifier (DOI) Dalam referensi ditulis : Arbiyah, N., Nurwianti, F., & Oriza, D. (2008). Hubungan bersyukur dengan subjective well being pada penduduk miskin. Jurnal Psikologi Sosial, 14(1), 11-24. Di dalam kutipan ditulis : (Arbiyanti, Nurwianti, & Oriza, 2008) c. E-Journal Dalam referensi ditulis : Crouch, M. (2016). “Constitutionalism, Islam and the Practice of Religious Deference: the Case of the Indonesian Constitutional Court.” Australian Journal of Asian Law 16, 2: 1-15. http://papers. ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2744394, diakses 31 Maret 2016. Di dalam kutipan ditulis : (Crouch, 2016) 5. Article Website a. Dengan Penulis Dalam referensi ditulis : Hendrian, D. (2016, Mei 2). Memprihatinkan Anak Pengguna Narkoba Capai 14.000. Retrieved September 27, 2017, from http://www.kpai.go.id/berita/memprihatinkan-anak-pengguna- narkoba-capai-14-ribu/ Di dalam kutipan ditulis : (Hendrian, 2016) b. Tanpa Penulis Six sites meet for comprehensive anti-gang initiative conference. (2006, November/December). OJJDP News @ a Glance. Retrieved from: http://www.ncjrs.gov/htmllojjdp/news_ acglance/216684/topstory.htmI tanggal 10 Agustus 2012. Di dalam kutipan ditulis : (http://www.ncjrs.gov/htmllojjdp/ news_acglance/216684/topstory.htmI, 2006) Saifuddin, A. (2016). Peningkatan Kematangan Karier Peserta Didik SMA Melalui Pelatihan Reach Your Dreams dan Konseling Karier (Tidak Diterbitkan). Surakarta : Magister Psikologi Profesi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Di dalam kutipan ditulis : (Saifuddin, 2016) 7. Manuskrip Institusi Pendidikan Yang Tidak Dipublikasikan Dalam referensi ditulis : Nuryati, A., & Indati, A. (1993). Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar. Unpublished Manuscript, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Di dalam kutipan ditulis : (Nuryati & Indiati, 1993) 4. Penulisan gaya pengutipan dihimbau menggunakan perangkat citation manager, seperti Mendeley, Zotero, EndNote, RefWorks, BibText dan lain sebagainya dengan memakai American Psychological Association (APA) 6th Edition. 5. Transliterasi bahasa Arab menggunakan standar International Journal of Middle Eastern Studies, detail transliterasi dapat diunduh di http:// ijmes.chass.ncsu.edu/docs/TransChart.pdf 6. Artikel bebas dari unsur plagiat, dengan melampirkan bukti (screenshot) bahwa artikel telah dicek memakai piranti lunak antiplagiat, misalnya, tetapi tidak terbatas pada, plagiarism checker (plagramme.com). 6. Skripsi, Tesis, atau Disertasi Yang Tidak Dipublikasikan Dalam referensi ditulis :