ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Vol. 4, No. 2, July - December 2019 Editorial Team Editor-In-Chief Akhmad Anwar Dani, Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Indonesia Editor Imam Mujahid, (SCOPUS ID : 57208214175); Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Central Java, Indonesia Waryono Abdul Ghafur, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Indonesia Soiman, Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia (APDI) Diajeng Laily Hidayati, Institut Agama Islam Negeri Samarinda, Indonesia Ahmad Saifuddin, Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Indonesia Rhesa Zuhriya Briyan Pratiwi, Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Indonesia Abraham Zakky Zulhazmi, Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Indonesia Alamat Redaksi : Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, IAIN Surakarta Jl. Pandawa No. 1, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah 57168 Phone : +62 271 - 781516 Fax : +62 271 - 782774 Surel : journal.albalagh@gmail.com, journal.albalagh@iain-surakarta.ac.id Laman : http://ejournal.iainsurakarta.ac.id/al-balagh ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Vol. 4, No. 2, July - December 2019 Daftar Isi Dinamika Prasangka Sosial Penyebaran Agama Terhadap Pihak Rumah Khalwat Oasis Sungai Kerit Musmuallim 169 - 198 Menanggulangi Hoaks dan Ujaran Kebencian Bermuatan Isu Suku, Agama, Ras, Dan Antargolongan Di Tahun Politik Syamsul Bakri, Abraham Zakky Zulhazmi, Krisbowo Laksono 199 - 234 Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih 235 - 262 Pengelolaan Isu Pemilihan Umum Presiden Republik Indonesia Tahun 2019 Pada Media Di Jawa Tengah Agung Wibiyanto, Wahyu Tri Hastiningsih 263 - 292 Belajar Islam Melalui Literatur Visual: Pembentukan Identitas Moderat Anak Muslim Milenial Kirana Nur Lyansari 293 - 316 Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0 Faizatun Khasanah 317 - 336 DAKWAH MILENIAL ERA DIGITAL: ANALISIS LINGUISTIK KOGNITIF PADA LAGU BALASAN JARAN GOYANG Dwi Kurniasih Universitas Sebelas Maret Keywords: cognitive-linguistic; Jaran Goyang; milenial da’wa. http://ejournal.iainsurakarta.ac.id/al-balagh Alamat korespondensi: e-mail: dwikurniasih445@gmail.com Abstract This study aims to deliver the message of representation for the milenial generation in the digital era. The method used in this research is descriptive qualitative, which describe the objects based on reality. Data from this research are the lyrics of Jaran Goyang song and The Reply Song of Jaran Goyang. The technique used to analyze data is qualitative content analysis. Results of this study indicate that the milenial generation utilizes Youtube social media accounts to carry out da’wa activities by changing the song Jaran Goyang which is titled The Reply Song of Jaran Goyang intos lyrics filled with da’wa messages. Results of this study indicate that the da’wa language in the songs analyzed uses cognitive-linguistic aspects in a cognitive semantic perspective that contains the meaning of da’wa, namely the invitation to perform night prayers, recites the Al-Qur’an, and avoid shirk. Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) 236 Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pesan dakwah generasi milenial di era digital. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, sedangkan metode yang digunakan berusaha menggambarkan objek berdasarkan kenyataan. Data dari penelitian ini adalah lirik lagu Jaran Goyang dan Lagu Balasan Jaran Goyang. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis isi (content analysis) secara kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa generasi milenial memanfaatkan akun media sosial Youtube untuk melakukan kegiatan dakwah dengan mengubah lagu Jaran Goyang yang diberi judul Lagu Balasan Jaran Goyang menjadi lirik yang penuh dengan pesan-pesan dakwah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bahasa dakwah dalam lagu yang dianalisis menggunakan aspek linguistik kognitif dalam perspektif semantik kognitif yang mengandung makna dakwah, yaitu ajakan untuk melakukan salat malam, membaca Al-Qur’an, dan menjauhi perbuatan syirik. Kata Kunci: dakwah milenial; Jaran Goyang; linguistik kognitif How to cite (APA 6th style): Kurniasih, D. (2019). Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang. al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 4(2). 235-262. http://dx.doi.org/10.22515/balagh.v4i2.1817 PENDAHULUAN Popularitas dangdut di masyarakat dapat dilihat melalui respon masyarakat terhadap keberadaan musik dangdut. Perkembangan musik dangdut tidak bisa terlepas dari peran, fungsi, dan kedudukannya di masyarakat. Dalam hal ini, keberadaan musik dangdut sebagai salah satu pertunjukkan musik yang digemari oleh masyarakat memiliki fungsi sebagai hiburan atau tontonan (Muttaqin, 2006). Pernyataan Indriya (2006) menjelaskan bahwa orang Indonesia sekarang cenderung menggemari dangdut. Bahkan di daerah pelosok sekalipun, dangdut disukai masyarakat. Belum ada apa-apa, penonton sudah minta dangdut. 237Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Berdasarkan pernyataan tersebut, tidak dapat ditampik bahwa realitas yang terjadi, baik di tengah kota, bahkan hingga pelosok masyarakat Indonesia di berbagai daerah, telah mempunyai pola serupa atas kesenian yang menjadi representasi mereka, yakni dangdut (Raditya, 2017). Kegemaran masyarakat Indonesia terhadap musik dangdut menjadikan dangdut semakin berkembang. Banyak bermunculan lagu dangdut yang liriknya sangat dekat dengan realitas di masyarakat. Selain itu, bahasa yang digunakan pun cenderung menggunakan bahasa daerah. Weintraub (2012) menyebutkan dangdut yang berbahasa daerah termasuk dalam golongan dangdut etnik. Dangdut etnik dinyanyikan menggunakan bahasa daerah dan dipasarkan pada komunitas etnik tertentu. Adapun sejumlah aliran dangdut etnik yang berkembang saat ini, antara lain: Sumatera Barat (Saluang Dangdut Minang), Jawa Barat (pong-dut Sunda), Cirebon (tarling Cirebon), Jawa Timur (Koplo Jawa), dan Banjarmasin (dangdut Banjar). Salah satu etnik yang cukup memberikan ruang bagi perkembangan musik dangdut adalah wilayah Jawa Timur dengan genre koplo Jawa. Lagu- lagu yang berkembang memiliki kedekatan dengan masyarakat. Artinya, lirik dan bahasa yang digunakan mampu merepresentasikan kondisi masyarakat sehingga menjadikannya sebagai lagu dangdut dapat diterima secara luas, bahkan tidak hanya di wilayah Jawa Timur saja, melainkan seluruh Indonesia. Salah satu lagu dangdut fenomenal dan digemari masyarakat dari berbagai lapisan adalah Jaran Goyang. Lagu Jaran Goyang dipopulerkan oleh penyanyi cantik Nella Kharisma dan Via Vallen, yang keduanya berasal dari wilayah Jawa Timur. Dalam perkembangannya, lagu ini berhasil menarik perhatian masyarakat Indonesia. Terbukti dengan kepopuleran musik dangdut koplo, genre musik ini masuk dalam jajaran 10 video terpopuler di Youtube (Halim, 2017), menempati posisi ketiga dalam lima 238 Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) besar musik terpopuler Indonesia dalam versi Youtube Rewind per Desember 2017 (Misthohizzaman, 2018). Kepopuleran lagu Jaran Goyang pada akhirnya menuai beragam tanggapan dari sejumlah pihak. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan ketenaran Jaran Goyang untuk menyebarkan kebaikan. Dalam hal ini, musik dangdut nyatanya tidak hanya berfungsi sebagai media hiburan saja, melainkan secara lebih luas mampu menjadi media komunikasi sosial. Musik yang memang memiliki bahasa universal, pada akhirnya berhasil mengantarkan genre dangdut sebagai media komunikasi bagi khalayak. Layaknya dakwah, musik juga dapat menyampaikan pesan dan protes secara bersamaan (Luaylik & Khusyairi, 2012). Misalnya grup selawat Syubbanul Muslimin yang memanfaatkan lagu Jaran Goyang untuk mengajak masyarakat mencintai selawat dan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dengan mengganti judul Jaran Goyang menjadi Ayo Move On. Video yang diunggah oleh official Syubbanul Muslimin di Youtube telah ditonton oleh masyarakat sebanyak 6.037.489 kali. Tidak hanya itu, lagu Jaran Goyang juga dibalas oleh Kery Astina yang diunggah di akun Youtube miliknya. Video yang diunggah dengan judul Balasan Lagu Jaran Goyang- Nella Kharisma telah ditonton sebanyak 18.850.726 kali, dengan 297.000 menyatakan suka (like). Lagu Balasan Jaran Goyang dirasa cukup sukses menarik perhatian masyarakat, terbukti dari banyaknya jumlah viewers yang melihat video tersebut. Dalam video berdurasi 4 menit 12 detik ini, lirik lagu Jaran Goyang diubah—dan dimanipulasi—menjadi lirik yang sarat dengan konten dakwah. Kery Astina menjawab lagu Jaran Goyang dengan pesan-pesan Islami, seperti seruan untuk membaca Al-Qur’an dan salat malam. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa media dan sarana dakwah dapat berkembang seiring dengan perkembangan zaman, sekaligus berpotensi untuk diteliti serta dikaji secara lebih mendalam. 239Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Viralnya lagu balasan Jaran Goyang pada dasarnya tidak luput dari dinamika perjalanan Youtube sebagai platform media alternatif dalam menyampaikan konten dakwah. Dalam konteks ini, Youtube sebagai media berbasis internet memungkinkan pesan—atau kontennya—dapat terakses secara online dan interaktif. Hal ini agaknya mampu menjawab kegelisahan bagi sejumlah milenial muslim terhadap kemudahan dan kepraktisan ketika mengakses konten dakwah dalam kemasan yang berbeda. Belajar agama melalui Youtube pada akhirnya menjadi tren baru di kalangan milenial (Ali & Purwandi, 2019). Dengan Youtube, konten dakwah yang disampaikan diyakini mampu memobilisasi khalayak pengguna secara cepat, sekaligus memperluas audiensi global bagi masyarakat (Siegel, 2019). Tak terkecuali ketika pesan dakwah mampu dikemas dalam bentuk lagu atau syair, yang notabene merupakan lagu yang familiar bagi masyarakat, khususnya bagi para milenial. Menilik pada beberapa penelitian sebelumnya, mayoritas dari penelitian tersebut biasa berbicara mengenai dakwah dalam kajian metode, media, maupun model, yang dikaitkan dengan bidang tertentu dan konteks milenial. Sebut saja ketika dakwah milenial disertakan dengan teknik kontinum konseling berbasis Al-Qur’an yang ditulis oleh Azmi (2019). Dalam analisisnya, ditemukan model dakwah milenial yang secara khusus ditujukan bagi kaum homoseksual dengan basis teknik kontinum konseling melalui Al-Qur’an yang merujuk pada beberapa tahapan, yaitu: jati diri (self), hubungan (relationship), distingsi perasaan (differential of feeling), identifikasi dan evaluasi (identity and evaluation), intervensi spiritual (spiritual intervention), dan penerimaan lingkungan (acceptance of environment) (Azmi, 2019). Selain berbicara pembaruan terhadap konteks dakwah milenial, dakwah dalam bahasan konten juga menjadi problem tersendiri apabila dikaitkan dengan aspek komodifikasi. Dalam hal ini, tulisan Arifin (2019) yang berjudul Mubalig Youtube dan Komodifikasi Konten Dakwah 240 Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) cukup mewakili hal tersebut. Hasil penelitian menjelaskan bahwa Youtube merupakan salah satu platform media yang strategis apabila digunakan untuk berdakwah. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa konten dakwah yang disampaikan melalui Youtube di satu sisi juga memungkinkan adanya pemanfaatan secara finansial, yakni terkait adanya monetisasi Youtube. Hal ini menjadikan Youtube sebagai media yang mampu menghasilkan uang melalui konten dakwah yang ditonton dan disiarkan (Arifin, 2019). Sesuai perkembangannya, dakwah secara spesifik dapat disampaikan dan disiarkan dengan cara yang beragam. Penelitian terkait lagu sebagai media dakwah pernah dilakukan oleh Ramdan (2016) dalam skripsi miliknya yang berjudul Dangdut sebagai Media Dakwah Islam (Analisis Pesan Dakwah pada Lirik-lirik Lagu Rhoma Irama dalam Album Begadang). Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan terdapat sejumlah pesan dakwah yang terkandung dalam album Begadang, antara lain anjuran menjaga kesehatan yang terdapat dalam lagu Begadang, cinta yang proporsional yang disarikan dari lagu Tung Keripit dan Cinta Pertama, larangan terlalu banyak mengkhayal (thulul amal) yang ditunjukkan oleh tiga bait pertama lagu Kampungan, serta ajakan untuk melakukan muhasabah (introspeksi diri) dan tafakur yang merupakan isi kandungan dari lagu Tak Tega; keempat pesan dakwah tersebut membicarakan dua tema besar, yaitu tentang akidah (keimanan) dan akhlak (ihsan); dan c) keempat pesan dakwah tersebut memiliki beberapa karakteristik khas sebagai materi dakwah, yaitu orisinal dari Allah Swt., mudah, lengkap, seimbang, universal, masuk akal, dan membawa kebaikan. Penelitian tentang lagu sebagai media dakwah juga pernah dilakukan oleh Choiriyah (2015). Hasil dari penelitiannya dimuat dalam Wardah: Jurnal Dakwah dan Kemasyarakatan, menunjukkan bahwa bait ke-1 sampai ke-6 pada lagu Izinkan Aku Reguk Cintamu karya Ebiet G. Ade, mengandung materi akidah; bait ke-7 sampai ke-11 juga mengandung materi akidah; bait ke-12 sampai ke-20 mengandung materi dakwah tentang ibadah kepada 241Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Allah, dengan memperbanyak sujud kepada-Nya serta menyesali perilaku maksiat yang telah dilakukan; bait ke-21 sampai ke-24 mengandung dua aspek, yaitu aspek aqidah dan ibadah. Melalui beberapa penelitian yang sudah dilakukan, penelitian ini memiliki perbedaan dalam hal menganalisis dakwah yang terdapat dalam lagu. Jika penelitian sebelumnya menjelaskan lagu yang memang dari awal telah diciptakan, maka penelitian ini akan mengkaji lagu dakwah yang lahir berdasarkan popularitas lagu dangdut Jaran Goyang. Dari segi bahasa yang digunakan, penelitian sebelumnya tidak menggunakan linguistik kognitif sebagai pisau untuk menganalisis data. Sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan, linguistik kognitif akan digunakan sebagai teori yang akan membedah lirik Balasan Jaran Goyang dari segi kebahasaan. Penelitian dengan objek lagu yang dinalisis menggunakan linguistik kognitif pernah dibahas dalam tulisan pada Jurnal Bahasa Lingua Scientia. Hasil penelitian dari artikel dengan judul Citra Perempuan dalam Lirik Lagu Kimcil Kepolen Karya NDX aka Familia dalam Perspektif Linguistik Kognitif menjelaskan bahwa citra perempuan yang digambarkan dalam lirik lagu tersebut adalah citra perempuan materialis. Selain itu, ekspresi kekecewaan dalam lirik lagu tersebut digambarkan melalui pemilihan diksi- diksi yang berkorelasi dengan realitas masyarakat sehari-hari (Arifin, 2017). Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian milik Arifin (2017) adalah bahwa penelitian ini berupaya melihat media dakwah di era milenial dengan mengubah lirik lagu Jaran Goyang menjadi lagu Balasan Jaran Goyang yang menyerukan kebaikan berdasarkan linguistik kognitif. Jika penelitian sebelumnya mengkaji lagu menggunakan linguistik kognitif secara umum, maka penelitian ini akan menyajikan analisis linguistik kognitif secara lebih spesifik berdasarkan bahasa yang merepresentasikan konten dakwah dalam lirik lagu Balasan Jaran Goyang. Dalam konteks ini, kajian linguistik kognitif dipilih sebagai pisau analisis karena bahasa yang digunakan dalam lagu Balasan Jaran Goyang merupakan bagian dari 242 Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) pemikiran manusia untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui lagu sebagai media komunikasinya. Penelitian lain yang juga membahas tentang linguistik kognitif dan semantik kognitif adalah penelitian Afrida (2016); Nucifera (2018); Wiradharma & Tharik WS (2016); Haula & Nur (2018); dan Kurniawan (2018). Penelitian Afrida (2016) dan Afrida (2016) membahas tentang kajian semantik kognitif pada lagu dangdut. Adapun penelitian Nucifera (2018) meneliti mengenai kajian semantik kognitif pada lagu daerah Aceh berjudul Bungong Jeumpa. Penelitian Haula & Nur (2018) tentang kajian semantik kognitif terhadap koran Kompas dan penelitian Kurniawan (2018) membandingkan peribahasa Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dengan menggunakan semantik kognitif. Dengan demikian, penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian tersebut, yaitu terletak pada objek penelitian. Penelitian ini meneliti lagu Balasan Jaran Goyang. Linguistik kognitif merupakan disiplin ilmu linguistik yang muncul sekitar tahun 1980-an. Tokoh dalam teori linguistik kognitif adalah George Lakkof, Mark Johnson, dan Ronald W Langacker. Linguistik kognitif memandang pengetahuan linguistik sebagai bagian dari kognisi umum dan pemikiran. Ini berarti perilaku linguistik tidak terpisah dari kemampuan kognitif umum lainnya yang memperbolehkan proses mental berpikir logis, ingatan, perhatian dari pembelajaran, tetapi dipahami sebagai satu kesatuan bagian (Yohani, 2016). Linguistik kognitif dalam hal ini akan digunakan untuk menjelaskan pesan dakwah melalui bahasa yang digunakan dalam lagu balasan Jaran Goyang. Adapun kata dakwah dalam ilmu tata bahasa Arab disebut sebagai isim masdar dari fi’ilnya da’a, yad’u, yang artinya adalah memanggil, mengajak atau menyeru (Zalikha, 2013). Dakwah dapat dipandang sebagai aktualisasi iman (teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman di bidang kemasyarakatan. Dakwah dilaksanakan secara teratur untuk memengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap, dan bertindak dari 243Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) manusia pada dataran kenyataan individual dan sosio-kultural (Nawawi, 2008). Dengan demikian, penelitian ini akan menjelaskan tentang dinamika konteks dakwah milenial di era digital dengan memadukan antara analisis dakwah dengan linguistik, yakni dalam mengkaji pesan dakwah melalui bahasa yang digunakan dalam lirik lagu balasan Jaran Goyang dengan analisis linguistik kognitif. Berdasarkan hal ini, penelitian ini diharapkan memberikan dampak berupa peningkatan pemanfaatan lagu dan media sosial sebagai sarana berdakwah dan pemecahan masalah. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif merupakan metode yang menggambarkan objek apa adanya berdasarkan kenyataan. Data dari penelitian ini adalah lirik lagu Jaran Goyang dan Lagu Balasan Jaran Goyang. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis isi (content analysis) yang dikaji secara kualitatif. Kajian isi merupakan teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis (Afrida, 2016). Dalam penelitian ini, teknik analisis isi digunakan untuk memunculkan makna bahasa dalam pesan dakwah pada lagu balasan Jaran Goyang berdasarkan analisis linguistik kognitif. Selanjutnya, untuk pengumpulan data, dilakukan dengan cara menulis ulang lirik lagu balasan Jaran Goyang, kemudian diklasifikasikan berdasarkan bahasa dakwah di masing-masing lirik. Data tersebut selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan makna pesan dakwah melalui aspek bahasa yang digunakan dalam lirik lagu balasan Jaran Goyang. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Model Dakwah Generasi Milenial di Era Digital Pada masa Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, kegiatan dakwah cenderung dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Di awal kenabiannya, 244 Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Rasulullah sallallahu alaihi wasallam tidak menunjukkan adanya gerakan dakwah yang ditujukan untuk masyarakat luas sehingga situasi tetap tenang dan damai. Nabi memilih dan menetapkan orang yang pertama kali diseru adalah mereka yang dinilai memiliki kecenderungan pada kebenaran dan memiliki pengaruh di kalangan masyarakat Quraisy (Cucu, 2016). Secara garis besar, tindakan Rasulullah dalam berdakwah dilakukan selama dua periode, yaitu periode Makkah dan Madinah. Periode Makkah ditandai dengan mulainya Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam diangkat menjadi rasul pada tahun 611 M. Strategi yang digunakan adalah sirriyah al-da’wah (dakwah secara rahasia) dan jahriyatu al-da'wah (dakwah secara terang-terangan) (Nasution, 2013). Untuk periode Madinah, dakwah yang telah dilaksanakan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam merujuk pada penumbuhan persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiah). Pada periode Madinah agenda terbesar Rasulullah sallallahu alaihi wasallam adalah mengenai pembangunan masjid dan mempersaudarakan kaum muslimin, baik secara umum untuk seluruh kaum muslimin, maupun secara khusus antara kaum Muhajirin dan Ansar (Nasution, 2013). Selanjutnya, pada masa khulafaur rasyidin, dakwah dilakukan dengan melanjutkan dakwah yang sebelumnya telah dilakukan oleh Rasululah sallallahu alaihi wasallam. Sistem pembinaan dalam dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wasallam adalah dengan sistem kaderisasi dengan membina beberapa sahabat. Kemudian beberapa sahabat tersebut mengembangkan Islam ke penjuru dunia. Hal ini dimulai dari khulafaur rasyidin, dan kemudian dilanjutnya oleh generasi sesudahnya (Mubasyaroh, 2015). Islam pertama kali masuk di Indonesia adalah melalui jalur perdagangan yang dibawa oleh Gujarat. Islam masuk dan berkembang untuk pertama kali di Indonesia, terutama untuk wilayah pesisir Sumatera. Hal ini dapat dilihat dari berdirinya kerajaan Islam pertama kali di Indonesia pada tahun XIII M, yang dikenal dengan Kerajaan Samudera Pasai di wilayah 245Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Aceh. Dari wilayah pesisir Sumatera, kemudian Islam berkembang menuju hampir seluruh wilayah Indonesia. Islam menyebar ke arah Timur, yakni ke daerah-daerah di pantai utara Jawa, seperti: Surabaya, Gresik, Tuban, kemudian terus ke arah Timur hingga daerah-daerah Ternate dan Tidore di kepulauan Maluku. Di pulau Jawa, keberadaan agama Islam ditandai dengan berdirinya kerajaan Islam Demak pada abad XV M (Ashadi, 2013). Terkait dakwah dan penyebaran Islam di Indonesia ini, penyebar Islam yang cukup berpengaruh di Indonesia adalah Wali Songo. Para wali berdakwah dengan memanfaatkan budaya setempat, misalnya yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga, yaitu dengan memanfaatkan gamelan dan wayang. Secara spesifik, pola dakwah Wali Songo didasarkan pada pola pengelolaan dan pengembangan budaya masyarakat. Dalam hal ini, pengelolaan dan pengembangan budaya setempat sebagai kemasan pola dakwah dilakukan dengan memasukkan nilai-nilai universal, kearifan lokal, dan ajaran Islam rahmatan lil’alamin (Tajuddin, 2014). Dakwah Islam dilakukan secara santun tanpa menghilangkan warisan budaya lokal. Dalam hal ini, Islam yang dikenalkan oleh Wali Songo adalah Islam yang mendamaikan, menentramkan, dan membawa keselamatan. Dahulu, tantangan dakwah yang dihadapi oleh para Wali adalah kultur masyarakat yang masih menganut keyakinan nenek moyang berupa Animisme dan Dinamisme. Para Wali mencoba menerapkan strategi dakwah yang mampu diterima masyarakat, tanpa menghilangkan adat atau tradisi yang telah berlaku secara turun-temurun. Hal itu dianggap lebih efektif, agar Islam dapat diterima di tengah-tengah masyarakat yang fanatik dengan ajaran nenek moyang. Tantangan dakwah yang dihadapi para Wali ketika menyebarkan Islam tentu saja berbeda dengan tantangan yang dihadapi oleh generasi- generasi setelahnya. Seperti halnya di era dengan teknologi yang serba canggih dan cepat seperti saat ini, tantangan dakwah bukan lagi tentang menemukan agar Islam dapat diterima oleh masyarakat, melainkan 246 Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) mengenai pemilihan konteks Islam yang dapat dijalankan secara kaffah. Islam harus dapat dilaksanakan dengan memperhatikan kewajiban sebagai seorang yang memeluk Islam. Selain itu, juga menjamin Islam dapat dianut oleh kaum muslim dengan tetap menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Kemajuan teknologi yang kompleks pada abad ini merupakan jelmaan aktivitas intelektual manusia dalam peradaban yang maju. Kegiatan intelektual manusia telah memacu adanya peningkatan ilmu pengetahuan, baik dalam hal sistem ataupun metodenya. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang modern, terutama dalam ilmu-ilmu kemanusiaan, umat Islam harus tetap membuka mata terhadap adanya dinamika pemikiran dan kegelisahan intelektual yang muncul di dalamnya (Rajab, 2014). Kaum muslim harus tetap berupaya untuk mengikuti perkembangan zaman, paham teknologi, dan mampu menyesuaikan perkembangan zaman tanpa harus menyimpang dari kewajiban dan kesunahan. Mengingat, keberadaan media teknologi di dunia ini semakin beragam, dan selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk segala keperluan, termasuk dalam hal memanfaatkan teknologi sebagai media komunikasi dan dakwah. Dakwah dan teknologi, dalam pembahasannya tidak terlepas dari keberadaan generasi yang menjalankannya. Dalam hal ini, muncul kalangan ataupun generasi yang banyak berkiprah di dunia sosial media sebagai bentuk kemajuan teknologi dalam bidang komunikasi. Salah satu generasi yang akrab dengan kemajuan teknologi komunikasi adalah generasi milenial atau Gen Y. Generasi milenial atau Gen Y menurut Martin & Tulgan adalah generasi yang lahir pada kisaran tahun 1978. Sementara menurut Howe & Strauss, generasi milenial adalah generasi yang lahir pada tahun 1982. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan skema yang digunakan untuk mengelompokkan urutan generasi karena peneliti–peneliti tersebut berasal dari Negara yang berbeda (Putra, 2016). 247Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Persentase generasi milenial nyatanya lebih tinggi jika dibandingkan dengan generasi sebelummya. Saat ini jumlah populasi penduduk Indonesia yang berusia antara 15-34 tahun adalah 34,45% (Ali, 2015). Hal yang paling mencolok dari generasi milennial dibandingkan generasi sebelumnya adalah tentang penggunaan teknologi dan budaya pop, khususnya musik. Generasi ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instan seperti email, SMS, instant messaging, dan sejumlah media sosial, seperti: Facebook, Twitter, Instagram. Dengan demikian, generasi milenial adalah generasi yang tumbuh pada era internet booming (Putra, 2016). Kehidupan generasi milenial pada dasarnya tidak terlepas dari maraknya teknologi internet yang sarat hiburan. Dalam hal ini, internet diyakini telah menjadi kebutuhan pokok bagi generasi milenial. Hasil survei yang dilakukan Alvara Research Center tahun 2014 menunjukkan bahwa generasi yang lebih muda usia 15–24 tahun lebih menggemari topik pembicaraan terkait musik, film, olahraga, dan teknologi. Sementara generasi yang berusia 25–34 tahun, dinyatakan lebih variatif dalam menyukai topik yang mereka perbincangkan, termasuk di dalamnya mengenai bahasan sosial politik, ekonomi, dan keagamaan. Adapun konsumsi internet penduduk kelompok usia 15–34 tahun dinyatakan jauh lebih tinggi dibanding dengan kelompok penduduk yang usianya lebih tua. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan adanya ketergantungan mereka terhadap koneksi internet yang sangat tinggi (Ali, 2015). Riset lebih lanjut menjelaskan bahwa generasi milenial dalam tren tahun 2020 akan mencapai 34,0%, atau setara dengan 84 juta jiwa penduduk. Kondisi tersebut memunculkan konsekuensi tersendiri atas perilaku dan karakter mereka yang tentu berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya (Ali & Purwandi, 2019). Kehidupan generasi milenial yang tidak dapat dipisahkan dengan teknologi, secara tidak langsung turut memengaruhi mereka untuk memiliki kreativitas dalam mengoperasikan sejumlah alat dan media 248 Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) berbasis teknologi. Memang sudah sepantasnya bahwa penggunaan internet dan teknologi harus disesuaikan dengan kebutuhan sehingga dapat dioperasikan dengan bijak. Dalam hal ini, pemanfaatan teknologi oleh generasi milenial juga merambah pada konteks dakwah. Salah satunya adalah ketika hal ini berimplikasi pada sebagian besar masyarakat muslim kontemporer di Indonesia yang memanfaatkan internet sebagai pembelajaran Islam (Fakhruroji, 2019). Pada akhirnya, perkembangan teknologi dan penggunaannya yang dikuasi oleh generasi milenial mampu memunculkan adanya metode baru dalam berdakwah. Arus penggunaan teknologi yang semakin pesat dan cepat berdampak pada mudahnya penyebaran informasi melalui sosial media. Merujuk pada uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa perkembangan IPTEK yang sangat cepat berdampak pada munculnya tantangan sekaligus peluang bagi generasi milenial, terutama dalam hal berdakwah. Adanya pengembangan serta pembaruan cara dakwah harus mampu memenuhi dan menyeimbangkan antara peluang sekaligus tantangan secara bersamaan di era globalisasi (Ismail, 2017). Tantangan dakwah di era milenial misalnya, dapat dilihat melalui berberapa perspektif, yaitu perspektif perilaku, perspektif transmisi, dan perspektif transaksional (Rajab, 2014). Namun demikian, di era milenial yang serba digital ini, perkembangan IPTEK cenderung menjadi peluang untuk berdakwah. Penggunaan akun media sosial, seperti Facebook, Instagram, Twitter, Youtube, dan akun media sosial lainnya dapat dimanfaatkan sebagai sarana menyebarkan nilai-nilai Islam. Menurut Pardianto (2013) dan Juniawati (2014), sudah saatnya masyarakat menggunakan internet, khususnya media sosial, untuk meningkatkan aktivitas dakwah. Dakwah atau mengajak pada kebaikan dapat dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas yang ada dan dekat dengan masyarakat. Contohnya adalah pada penggunaan akun media sosial sebagai sarana dakwah, terutama Youtube. Pengemasan pesan dakwah dengan menggunakan Youtube sangat 249Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) potensial untuk dilakukan (Habibi, 2018). Salah satu pemiliki akun Youtube dengan nama akun Kery Astina mencoba memanfaatkan akun Youtube- nya sebagai media untuk berdakwah. Fenomena merebaknya lagu dangdut dengan judul Jaran Goyang yang dinyanyikan oleh penyanyi cantik Nella Kharisma dan Via Vallen, begitu pesat berkembang dan menyebar ke masyarakat luas. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan adanya candu dalam penggunaan internet sehingga segala informasi, baik berupa musik atau yang lainnya, sangat mudah tersebar di dunia maya. Video lagu Jaran Goyang (Official) yang dinyanyikan oleh Nella Kharisma dan diunggah diakun Youtube DD Star Record telah ditonton sebanyak 192 juta kali, dengan 463 ribu pengguna Youtube yang menyatakan suka. Dalam waktu kurang dari dua tahun, pasca pengunggahan video lagu Jaran Goyang di akun official DD Star Record, animo masyarakat sangat antusias terhadap lagu tersebut. Video dengan durasi empat menit sembilan belas detik ini mampu meluas dan diterima di masyarakat. Bahkan, akibat fenomenalnya lagu Jaran Goyang di tengah masyarakat, pada bulan Juli 2018, Production House (PH) Intercept Filmcraft meluncurkan film bergenre horor dengan judul Jaran Goyang. Hal ini menunjukkan bahwa lagu Jaran Goyang telah booming dan fenomenal di kalangan masyarakat. Menyebarnya lagu Jaran Goyang hingga menjadi fenomenal di masyarakat pun dimanfaatkan oleh pemilik akun Youtube Kery Astina untuk berdakwah. Dengan kreativitas yang tinggi, Kery Astina mampu menggubah lagu Jaran Goyang yang aslinya berisi kisah cinta yang terputus, kemudian berencana ingin menggunakan jalan pintas, yakni pergi ke dukun untuk meminta pelet jaran goyang dan semar mesem. Lirik lagu Jaran Goyang dipercaya merujuk pada ajian jaran goyang yang biasa digunakan masyarakat Osing Banyuwangi. Ajian ini konon dapat menaklukan hati orang yang diinginkan. Menurut penuturan Budayawan dan Sejarawan (Alm) Hasan Ali, jenis pelet Jaran Goyang konon yang paling kuno dan hebat dari sekian banyak ilmu pelet yang ada di Banyuwangi (Anandayu, 2017). 250 Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Isi lagu Jaran Goyang yang berisi ilmu pelet untuk memikat lawan jenis berhasil ditampik dan digubah liriknya menjadi lirik yang mengandung pesan-pesan dakwah. Kery Astina memberi judul gubahan lagu Jaran Goyang tersebut dengan judul Balasan Lagu Jaran Goyang. Secara irama dan nada yang digunakan dalam Balasan Lagu Jaran Goyang, dipandang sama persis seperti lagu aslinya. Hal yang berbeda adalah dari segi lirik dan pesan yang hendak disampaikan kepada pendengar. Berikut perubahan lirik lagu dari Jaran Goyang menjadi Balasan Lagu Jaran Goyang: Tabel 1. Data Perubahan Lirik Lagu Lirik Lagu Jaran Goyang Lirik Balasan Lagu Jaran Goyang Apa salah dan dosaku, sayang Cinta suciku kau buang-buang Lihat jurus yang kan ku berikan Jaran goyang, jaran goyang Silahkan saja dicoba sayang kalo mau pake jaran goyang karna ku sudah punya penangkal baca Quran, baca Quran Tabel 2. Data Perubahan Lirik Lagu Lirik Lagu Jaran Goyang Lirik Balasan Lagu Jaran Goyang Sayang, janganlah kau waton serem Hubungan kita semula adem Tapi sekarang kecut bagaikan asem Semar mesem, semar mesem Kamu mau pake semar mesem? Supaya aku jadi kesemsem? Aku tiap malam tak kan merem Sholat malem sholat malem 251Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Tabel 3. Data Perubahan Lirik Lagu Lirik Lagu Jaran Goyang Lirik Balasan Lagu Jaran Goyang Jurus yang sangat ampuh, teruji terpercaya tanpa anjuran dokter, tanpa harus muter- muter cukup siji solusinya, pergi ke mbah dukun saja Langsung sambat, “Mbah, saya putus cinta” Penangkal yang memang ampuh Memang sudah terpercaya Tanpa harus ke dokter tak perlu ke orang pinter Cukup satu solusinya Pergi ke masjid terdekat Langsung salat Jangan lupa baca Quran Tabel 4. Data Perubahan Lirik Lagu Lirik Lagu Jaran Goyang Lirik Balasan Lagu Jaran Goyang Kalau tidak berhasil, pakai jurus yang kedua Semar mesem namanya, jaran goyang jodohnya Cen rodok ndagel syarate, penting di lakoni wae Ndang di cubo, mesthi kasil terbukti kasiate, genjrot Pengen tambah berhasil? Pake penangkal kedua Sholat malem namanya Baca Quran setelahnya Ojo Males kudu gercep Ben pelete ora nempel Langsung tobat Pasti engko pelet pelete Pada get out Tabel 5. Data Perubahan Lirik Lagu Lirik Lagu Jaran Goyang Lirik Balasan Lagu Jaran Goyang Dan dudidam aku padamu, I love you I can’t stop loving you oh darling Jaran goyang menunggumu Dek janganlah dendam padaku I love you But i cant be with you Oh darling, segeralah tobat dirimu 252 Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Tabel 6. Data Perubahan Lirik Lagu Lirik Lagu Jaran Goyang Lirik Balasan Lagu Jaran Goyang Wes cukup stop mandekko disek sek sek Jangan bicara jangan berisek sek sek Gek ayo ndang mangkat ndukun, rasah kakean ngelamun Ndukun, ndukun, ndukun ayo ndukun Dek wes stop, ojo we dadi syirik Ojo ke dukun, ojo we dadi musrik Gek ayo ndang cepet tobat Selak ora iso sholat Tobat, tobat, ayo cepat tobat Tabel 7. Data Perubahan Lirik Lagu Lirik Lagu Jaran Goyang Lirik Balasan Lagu Jaran Goyang And slow, woles woles baby baby Rasakno aku wes wani perih baby Rungokno, ku alami hal sama dengan dirimu Bojoku mencampakkan diriku, podo bojomu podo tanggamu Im slow, woles woles baby baby Rasakno aku emang ora wedi baby Rungokno, banyak orang yang seproblem Dengan dirimu ditinggal kawin Tapi santai wae, Allah iku Maha Adil Tabel 8. Data Perubahan Lirik Lagu Lirik Lagu Jaran Goyang Lirik Balasan Lagu Jaran Goyang Ini terakhir, cara tuk dapatkan kamu Jika ini gagal, kan ku racuni dirimu Ini terakhir cara tuk sadarkan kamu Jika ini gagal, kan ku rukiah dirimu Dari delapan data perbandingan dan perubahan lirik lagu tersebut, maka tampak jelas bahwa lagu Jaran Goyang telah bertransformasi menjadi media untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan atau dakwah. Adanya perkembangan teknologi nyatanya mampu memunculkan kemasan media 253Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) dalam kombinasi baru untuk berdakwah. Hal itu disebabkan oleh adanya perkembangan dakwah yang cepat seiring dengan penggunaan teknologi yang semakin mudah guna menjadi peluang untuk mendakwahkan Islam di era yang serba digital. Asumsinya, dakwah Islam harus tetap berjalan secara konsisten di tengah-tengah perkembangan dan perubahan zaman. Adapun perkembangan dakwah pada dasarnya selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Dakwah sering kali dikaitkan dengan fenomena yang ada di masyarakat. Hal ini sesuai dengan hadis sahih Bukhari: Rasulullah berkata kepada Mu’az bin Jabal sebelum beliau melepaspaskannya ke Yaman: “Sesungguhnya engkau akan mendatangi negeri yang penduduknya ahli kitab. Jika engkau sampai ke sana, dakwahilah mereka untuk mengikrarkan dua kalimat syahadat. Jika mereka merspon dakwahmu, maka sampaikanlah pada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka shalat lima waktu sehari semalam, jika mereka menaati perintah ini, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya untuk didistribusikan kepada orang miskin diantara mereka. Jika mereka menaati perintah ini, maka berhati-hatilah dengan harta berharga mereka, dan berhati-hatilah dengan doa orang yang terzalimi, karena doa mereka lebih berhijab untuk sampai kepada Allah (Hadis Riwayat Bukhari). Tafsir dari hadis tersebut menurut Usman (2013), menyatakan bahwa pelaksanaan dakwah berdasarkan metode tertentu harus melihat dan didasarkan pada fenomena yang ada dalam masyarakat. Di era digital seperti sekarang ini, dakwah harus tetap dilakukan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, misalnya dengan memanfaatkan media sosial untuk mensyiarkan Islam. Salah satu dakwah yang dilakukan saat ini adalah memanipulasi lagu dangdut yang sedang populer. Seperti yang dilakukan oleh akun Youtube milik Kery Astina. Kery Astina memanfaatkan lagu Jaran Goyang yang sedang populer untuk kemudian digubah menjadi lagu Balasan Jaran Goyang yang berisi seruan untuk gemar membaca Al-Qur’an dan mengerjakan salat malam. 254 Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Balasan Lagu Jaran Goyang sebagai Media Dakwah dalam Lingkup Linguistik Kognitif Linguistik kognitif merupakan cabang keilmuan dari disiplin ilmu bahasa yang menganalisis makna dalam berbagai sisi dan multiaplikatif di semua bidang, kususnya dalam komunikasi antarmanusia (Arifin, 2017). Selain itu, aliran linguistik kognitif juga menafsirkan kalimat dari sudut pandang yang berbeda. Dalam hal ini, pemahaman pengguna bahasa atau penutur terhadap objek menjadi sangat penting. Dengan demikian, diperlukan penghayatan dan pemahaman tentang konsep figur dan alur (Nucifera, 2018). Dalam perspektif linguistik kognitif, terdapat beberapa aspek kebahasaan yang dibahas dan dikaji. Pada lirik Lagu Balasan Jaran Goyang, analisis dari segi bahasa dapat dilihat berdasarkan perspektif semantik kognitif. Semantik merupakan cabang linguistik yang mengkaji makna suatu bahasa. Semantik kognitif berusaha mengeksplorasi interaksi alami manusia yang dihubungkan dengan lingkungan dan dunia. Semantik kognitif menjadi pintu masuk untuk pengetahuan lain yang lebih luas, yaitu pengetahuan kultural dan pengalaman manusia (Wiradharma & Tharik WS, 2016). Semantik kognitif pada dasarnya berupaya untuk menyelidiki hubungan antara pengalaman, sistem konseptual, dan struktur semantik yang diwujudkan oleh bahasa. Terkait penelitian ini, semantik kognitif sebagai cabang linguistik akan digunakan sebagai pendekatan untuk memaknai bahasa yang ada dalam lirik Balasan Lagu Jaran Goyang. Berikut adalah data terkait dengan lirik lagu yang mengandung pesan dakwah: Silahkan saja dicoba sayang kalo mau pake jaran goyang karna ku sudah punya penangkal baca Quran, baca Quran 255Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Bait pembuka dalam lirik lagu balasan Jaran Goyang memiliki makna bahwa Al-Qur’an merupakan benteng diri dari segala hal buruk, termasuk pelet. Pelet yang dimaksudkan di dalam lirik ini adalah pelet jaran goyang. Lirik lagu pada data lirik yang telah tersebut memiliki bahasa dakwah, yaitu mengajak manusia untuk senantiasa membaca Al-Qur’an, sebab Al-Qur’an merupakan kalamullah yang memiliki fadhilah kebaikan, serta mampu menjadi benteng diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Data selanjutnya yang dapat diidentifikasi dalam analisis, antara lain adalah: Kamu mau pake semar mesem? Supaya aku jadi kesemsem? Aku tiap malam tak kan merem Sholat malem sholat malem Lirik tersebut memiliki makna bahwa menjaga salat dapat digunakan sebagai upaya untuk menjaga diri dari hal yang tidak diinginkan, seperti pelet semar mesem. Salat merupakan ibadah wajib yang harus dikerjakan oleh setiap muslim. Akan tetapi, salat yang dimaksudkan dalam data tersebut adalah salat malam (qiyamul lail) atau salat tahajud. Salat malam termasuk ibadah sunah yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Salah satu keutamaan salat tahajud adalah memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat. Keutamaan tersebut disampaikan dalam petikan hadis sebagai berikut: “Sesungguhnya di malam hari, ada satu saat yang ketika seorang muslim meminta kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah memberinya, Itu berlangsung setiap malam.” (Hadis Riwayat Muslim). Lirik dalam Balasan Lagu Jaran Goyang selanjutnya yang menunjukkan muatan dakwah adalah: Cukup satu solusinya Pergi ke masjid terdekat Langsung salat Jangan lupa baca Quran 256 Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Makna yang disampaikan dalam data tersebut adalah anjuran untuk pergi ke masjid kemudian melakukan ibadah salat dan dilanjutkan dengan membaca Al-Qur’an. Anjuran tersebut bertujuan untuk menangkal pelet jaran goyang dan semar mesem. Secara tidak langsung, pesan dakwah yang terdapat pada lirik tersebut merupakan ajakan untuk senantiasa menjaga kewajiban salat lima waktu dan membaca Al-Qur’an. Salat merupakan tiang agama yang dapat mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar. Begitu pula dengan Al-Qur’an, Al-Qur’an adalah firman Allah yang apabila seseorang membacanya, maka akan mendapat ketenangan (syifa) dan petunjuk (huda). Adapun lirik tersebut memiliki pesan dan makna dakwah serupa, dengan lirik berikut: Pake penangkal kedua Sholat malem namanya Baca Quran setelahnya Ojo Males kudu gercep Ben pelete ora nempel Langsung tobat Pasti engko pelet pelete Pada get out Selain anjuran untuk menjaga salat wajib, salat malam, serta kewajiban dalam membaca Al-Qur’an, makna dakwah selanjutnya pada kutipan lirik lagu balasan Jaran Goyang juga merujuk pada adanya peringatan untuk tidak meminta segala sesuatu selain pada Allah. Hal ini dikarenakan perilaku tersebut tergolong sebagai perbuatan syirik. Selain itu, lirik pada lagu balasan Jaran Goyang juga turut mengajak untuk melakukan pertobatan sebelum terlambat. Dek wes stop, ojo we dadi syirik Ojo ke dukun, ojo we dadi musrik 257Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Gek ayo ndang cepet tobat Selak ora iso sholat Tobat, tobat, ayo cepat tobat Menurut Turpin & Stebbins (2010), lagu memiliki pengaruh dalam memunculkan emosi seseorang. Lagu Jaran Goyang dianggap memunculkan emosi ketakutan bagi orang karena berisi semacam ancaman untuk orang yang tidak mau menerima cinta. Adapun lagu Balasan Jaran Goyang yang dibuat oleh Kery Astina berperan menetralisasi ketakutan tersebut dengan mengajak masyarakat untuk meningkatkan intensitas dan kualitas ibadah. Lagu Balasan Jaran Goyang juga mengajarkan untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah terhadap suatu masalah dengan solusi yang tepat. Dengan kata lain, pada dasarnya lagu bisa menjadi sarana edukasi bagi masyarakat untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah. Seperti penelitian Jahedi & Khoi (2015), bahwa lagu dan musik dapat berdampak pada peningkatan kemampun memecahkan masalah pada seseorang. Menurut Rogerson (2013), lagu dan musik dapat menjadi sarana belajar seseorang. Ketika seseorang belajar dari lagu dan musik, maka dampak akhirnya adalah meningkatnya pemecahan masalah melalui lirik yang ada dalam lagu dan musik tersebut. Hal ini sesuai dengan tujuan dakwah, bahwa menurut Mubasyaroh (2017) dakwah bersifat persuasif sampai dapat mengubah perilaku masyarakat. Terlebih lagi apabila mencermati bahasa yang digunakan dalam lirik Balasan Lagu Jaran Goyang tersebut, bahwa lagu Balasan Jarang Goyang mengandung bahasa dakwah yang memiliki pesan kebaikan. Bahasa dakwah dalam lirik lagu tersebut memiliki makna bahwa salat (salat malam) dan membaca Al- Qur’an merupakan penangkal diri dari hal-hal buruk yang datang dari luar, layaknya sihir atau pelet. Dengan demikian, lirik lagu tersebut mengajak kita untuk senantiasa berbuat kebaikan dan beribadah kepada Allah Swt. 258 Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) sesuai dengan tuntunan dan ajaran Islam. Selain itu, lagu Balasan Jaran Goyang dapat dianggap mengandung pesan dakwah karena lirik dan sifatnya yang mengajak untuk tidak menggunakan cara yang negatif dalam pemecahan masalah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penjelasan yang sudah dituliskan, dapat disimpulkan bahwa gubahan Balasan Lagu Jaran Goyang yang dipopulerkan oleh Kery Astina memiliki pesan dakwah yang terkandung dalam liriknya. Lagu balasan dari Jaran Goyang yang diunggah melalui akun Youtube milik Kery Astina ini turut menjadi viral dan banyak ditonton oleh masyarakat. Melalui analisis dengan pendekatan linguistik kognitif dalam perspektif semantik kognitif, hasil penelitian menunjukkan bahwa muatan dakwah dalam lirik lagu balasan Jaran Goyang menunjukkan adanya ajakan untuk melakukan salat malam, membaca Al-Qur’an, serta menjauhi perbuatan syirik. Saran Saran dari penelitian ini, diperlukan penelitian-penelitian lanjutan untuk menghasilkan temuan baru yang lebih spesifik. Mengingat penelitian ini pada dasarnya masih memiliki sejumlah keterbatasan dalam hasil analisisnya. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan data yang lebih luas, kajian teori yang lebih kompleks, maupun metode yang lebih sesuai. Terutama tentang mengungkap makna sebuah teks, salah satunya lagu, dapat dikaji secara lebih mendetail sehingga mampu melengkapi keberagaman konteks dakwah dan komunikasi di era digital. 259Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) DAFTAR PUSTAKA Afrida, P. D. (2016). Sarkasme Dalam Lirik Lagu Dangdut Kekinian (Kajian Semantik). Jurnal Gramatika: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 2(2), 61–71. https://doi.org/10.22202/JG.2016. v2i2.1040 Ali, H. (2015). Generasi Millennial Indonesia: Tantangan dan Peluang Pemuda Indonesia. Retrieved October 24, 2018, from alvara- strategic.com website: https://alvara-strategic.com/generasi- millennial-indonesia-tantangan-dan-peluang-pemuda-indonesia/ Ali, H., & Purwandi, L. (2019). Wajah Muslim Indonesia (1st Ed). Jakarta: Islami(dot)co. Anandayu, M. (2017). Jaran Goyang, Lagu Hits Kekinian yang Miliki Arti Ilmu Pelet? Retrieved November 20, 2018, from KapanLagi.com website: https://musik.kapanlagi.com/berita/jaran-goyang-lagu- hits-kekinian-yang-miliki-arti-ilmu-pelet-5a0e81.html Arifin, F. (2017). Citra Perempuan dalam Lirik Lagu Kimcil Kepolen Karya NDX aka Familia dalam Perspektif Linguistik Kognitif. Jurnal Bahasa Lingua Scientia, 9(2), 161–176. https://doi.org/10.21274/ ls.2017.9.2.161-176 Arifin, F. (2019). Mubalig Youtube dan Komodifikasi Konten Dakwah. Al-Balagh: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 4(1), 91–120. https:// doi.org/10.22515/balagh.v4i1.1718 Ashadi. (2013). Dakwah Wali Songo Pengaruhnya terhadap Perkembangan Perubahan Bentuk Arsitektur Mesjid di Jawa (Studi Kasus: Mesjid Agung Demak). NALARs: Jurnal Arsitektur, 12(2), 1–12. https:// doi.org/10.24853/nalars.12.2.%25p Azmi, K. R. (2019). Model Dakwah Milenial Untuk Homoseksual Melalui Teknik Kontinum Konseling Berbasis Alquran. Al-Balagh: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 4(1), 25–58. https://doi.org/10.22515/ balagh.v4i1.1557 Choiriyah, A. (2015). Materi Dakwah dalam Lirik Lagu “Izinkan Aku Reguk Cintamu” Karya Ebiet G Ade. Wardah: Jurnal Dakwah Dan Kemasyaraktan, 16(1), 63–78. Cucu. (2016). Manajemen Dakwah Rasulullah: Analisis Dakwah Nabi di Kota Mekah. Tadbir : Jurnal Manajemen Dakwah, 1(2), 23–44. 260 Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Fakhruroji, M. (2019). Muslims Learning Islam on the Internet. In M. Woodward & R. Lukens-Bull (Eds.), Handbook of Contemporary Islam and Muslim Lives (pp. 1–17). https://doi.org/10.1007/978- 3-319-73653-2_70-1 Habibi, M. (2018). Optimalisasi Dakwah Melalui Media Sosial Pada Era Milenial. Al-Hikmah, 12(1), 101–116. https://doi.org/10.24260/ al-hikmah.v12i1.1085 Halim, R. (2017). Kisah Pencipta Lagu Jaran Goyang yang Membuat Nella Kharisma Ngetop, Kamar Tidur Disulap Jadi Studio. Retrieved April 23, 2018, from Tribun Jabar website: https://jabar. tribunnews.com/2017/12/20/kisah-pencipta-lagu-jaran-goyang- yang-membuat-nella-kharisma-ngetop-kamar-tidur-disulap-jadi- studio Haula, B., & Nur, T. (2018). Konseptualisasi Metafora dalam Rubrik Opini Kompas Tahun 2018: Kajian Semantik Kognitif. Mozaik Humaniora, 18(2), 149–156. Indriya, W. (2006). Belum Ada Apa-Apa, Penonton Sudah Minta Dangdut, dalam Perjalanan Kesenian Indonesia Sejak Kemerdekaan: Perubahan dalam Pelaksanaan, Isi dan Profesi. Jakarta: Equinox Publishing. Ismail, A. I. (2017). Globalization of Da’wa (Initiating a New Paradigm of Da’wa in Global Competition Era). Advances in Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR), 3rd Annual International Seminar and Conference on Global Issues (ISCoGI 2017), 140, 122–125. Retrieved from https://www.atlantis-press.com/proceedings/ iscogi-17/55916198 Jahedi, Z. S., & Khoi, N. A. (2015). The Effect of Music Therapy on Problem-Solving Skills. Journal of Sociological Research, 6(2), 169– 180. https://doi.org/10.5296/ jsr.v6i2.8979 Juniawati. (2014). Dakwah melalui Media Elektronik: Peran dan Potensi Media Elektronik dalam Dakwah Islam di Kalimantan Barat. Jurnal Dakwah, XV(2), 211–233. https://doi.org/10.14421/ jd.2014.152.211-233 Kurniawan, M. H. (2018). Perbandingan Peribahasa Bahasa Indonesia Dan Bahasa Inggris: Kajian Semantik Kognitif. Jurnal Basis, 5(2), 63–74. https://doi.org/10.33884/basisupb.v5i2.775 Luaylik, F., & Khusyairi, J. A. (2012). Perkembangan Musik Dangdut Indonesia 1960-an - 1990-an. Verleden, 1(1), 26–39. 261Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Misthohizzaman. (2018). Musik dan Identitas di Era Milenial. In S. Setowara (Ed.), Muslim Milenial: Catatan & Kisah Wow Muslim Zaman Now (1st Ed, pp. 78–84). Jakarta: PT Mizan Pustaka. Mubasyaroh. (2015). Karakteristik dan Strategi Dakwah Rasulullah Muhammad SAW pada Periode Makkah. At-Tabsyir : Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, 3(2), 383–404. https://doi. org/10.21043/at-tabsyir.v3i2.1653 Mubasyaroh. (2017). Strategi Dakwah Persuasif dalam Mengubah Perilaku Masyarakat. Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies, 11(2), 311–324. https://doi.org/10.15575/idajhs.v12i.2398 Muttaqin, M. (2006). Musik Dangdut dan Keberadaannya di Masyarakat: Tinjauan dari Segi Sejarah dan Perkembangannya. Humaniora: Journal of Arts Research and Education, 7(2). https://doi.org/10.15294/ harmonia.v7i2.755 Nasution, F. (2013). Rasulullah SAW sebagai Shahibu ad-Dakwah (Analisis Sejarah Dakwah pada Masa Rasulullah SAW). HIKMAH: Jurnal Ilmu Dakwah Dan Komunikasi Islam, 7(1), 137–153. Nawawi. (2008). Strategi Dakwah Studi Pemecahan Masalah. Komunika: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 2(2), 269–276. https://doi. org/10.24090/KOMUNIKA.V2I2.107 Nucifera, P. (2018). Analisis Semantik Kognitif Pada Lirik Lagu Daerah Aceh Bungong Jeumpa. Jurnal Samudra Bahasa, 1(2), 35–41. Pardianto. (2013). Meneguhkan Dakwah Melalui New Media. Komunikasi Islam, 03(1), 22–47. https://doi.org/10.15642/jki.2013.3.1.%25p Putra, Y. S. (2016). Theoritical Review: Teori Perbedaan Generasi. Jurnal Among Makarti, 9(18), 123–134. Raditya, M. H. B. (2017). Dangdut Koplo: Memahami Perkembangan Hingga Pelarangan. Jurnal Seni Dan Budaya Nusantara, 1(1), 10–23. https://doi.org/10.21776/ub.sbn.2017.oo1.01.02 Rajab, M. (2014). Dakwah dan Tantangannya dalam Media Teknologi Komunikasi. Tabligh: Jurnal Dakwah, 15(1), 69–90. https://doi. org/10.24252/jdt.v15i1.339 Ramdan, A. M. (2016). Dangdut sebagai Media Dakwah Islam (Analisis Pesan Dakwah pada Lirik-Lirik Lagu Rhoma Irama dalam Album Begadang) (UIN Sunan Gunung Djati). Retrieved from http://digilib.uinsgd. ac.id/4990/ 262 Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 235 - 262, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1817 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Rogerson, C. (2013). Problem Solving: Solutions Associated with Music in NSW Primary Schools. Journal of Student Engagement: Education Matters, 3(1), 13–20. Siegel, A. A. (2019). Islamic Activism in the Digital Age. In M. Cammett & P. Jones (Eds.), Oxford Handbook of Politics in Muslim Societies. New York, USA: Oxford University Press. Tajuddin, Y. (2014). Walisongo Dalam Strategi Komunikasi Dakwah. Addin: Media Dialektika Ilmu Islam, 8(2), 367–390. https://doi. org/10.21043/addin.v8i2.602 Turpin, M., & Stebbins, T. (2010). The Language of Song: Some Recent Approaches in Description and Analysis. Australian Journal of Linguistics, 30(1), 1–17. https://doi. org/10.1080/07268600903133998 Usman, A. R. (2013). Metode Dakwah Kontemporer. Jurnal Al Bayan: Media Kajian Dan Pengembangan Ilmu Dakwah, 19(28), 109–118. https://doi.org/10.1159/000342170 Weintraub, A. N. (2012). Dangdut: Musik, Identitas, dan Budaya Indonesia. Jakarta: Kepustaaan Populer Gramedia. Wiradharma, G., & Tharik WS, A. (2016). Metafora Dalam Lirik Lagu Dangdut: Kajian Semantik Kognitif. Arkhais: Jurnal Ilmu Bahasa Dan Sastra Indonesia, 7(1), 5–14. https://doi.org/10.21009/ ARKHAIS.071.02 Yohani, A. M. (2016). Kotowaza Dalam Kajian Linguistik Kognitif: Penerapan Gaya Bahasa Sinekdok. Izumi: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Budaya Jepang, 5(2), 24–32. https://doi.org/10.14710/ izumi.5.2.24-32 Zalikha. (2013). Dakwah dan Kekuasaan (Perspektif Historis). Jurnal Al Bayan: Media Kajian Dan Pengembangan Ilmu Dakwah, 19(2), 20–30. https://doi.org/10.22373/albayan.v19i28.103 1. The article must be scientific, either based on the empirical research or conceptual ideas. The content of the article have not published yet in any Journal, and should not be submitted simultaneously to another Journal. Article should not be part of fully one chapter of the theses or dissertation. 2. Article must be in the range between 15-30 pages, not including title, abstract, keywords, and bibliography 3. Article consisting of the various parts: i.e. title, the author’s name(s) and affiliation(s), abstract (200-250 words), Keywords (maximum 5 words), introduction, description and analysis, conclusion, and bibliography. • Title should not be more than 15 words • Author’s name(s) should be written in the full name without academic title (degree), and completed with institutional affiliation(s) as well as corresponding address (e-mail address). • Abstract consisting of the discourses of the discipline area; the aims of article; methodology (if any); research finding; and contribution to the discipline of areas study. Abstract should be written in English. • Introduction consisting of the literature review (would be better if the research finding is not latest than ten years) and novelty of the article; scope and limitation of the problem discussed; and the main argumentation of the article. • Discussion or description and analysis consisting of reasoning process of the article’s main argumentation. • Conclusion should be consisting of answering research problem, based on the theoretical significance/conceptual construction • All of the bibliography used should be written properly Author Guidelines 4. Citation’s style used is the American Psychological Association 6th Edition, and should be written in the model of body note (author(s), year, and page(s)), following to these below examples: a. Book Dalam referensi ditulis : Azwar, S. (2016). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Di dalam kutipan ditulis : (Azwar, 2016) b. Edited book(s) Dalam referensi ditulis : Cone, J. D. (1999). Observational assessment: Measure development and research issues. dalam P. C. Kendall, J. N. Butcher, & G. N. Holmbeck (Eds.), Handbook of research methods in clinical psychology (pp. 183-223). New York: Wiley. Di dalam kutipan ditulis : (Cone, 1999) c. E-book(s) Dalam referensi ditulis : Sukanta, P. O., ed. (2014). Breaking the Silence: Survivors Speak about 1965-66 Violence in Indonesia (translated by Jemma Purdey). Clayton: Monash University Publishing. Diakses dari http://books.publishing. monash.edu/apps/bookworm/view/Breaking+the+Silence%3A+ Survivors+Speak+about+1965%E2%80%9366+Violence+in+ Indonesia/183/OEBPS/cop. htm, tanggal 31 Maret 2016. Di dalam kutipan ditulis : (Sukanta, 2014) d. Article of the Journal 1) Journal With Digital Objective Identifier (DOI) Dalam referensi ditulis : Tekke, M., & Ghani, F. (2013). Examining Career Maturity Among Foreign Asian Students : Academic Level. Journal of Education and Learning. Vol. 7 (1), 29-34. DOI: http://dx.doi. org/10.11591/edulearn.v7i1.173 Di dalam kutipan ditulis : (Tekke & Ghani, 2013) 2) Journal Without Digital Objective Identifier (DOI) Dalam referensi ditulis : Arbiyah, N., Nurwianti, F., & Oriza, D. (2008). Hubungan bersyukur dengan subjective well being pada penduduk miskin. Jurnal Psikologi Sosial, 14(1), 11-24. Di dalam kutipan ditulis : (Arbiyanti, Nurwianti, & Oriza, 2008) 3) E-Journal Dalam referensi ditulis : Crouch, M. (2016). “Constitutionalism, Islam and the Practice of Religious Deference: the Case of the Indonesian Constitutional Court.” Australian Journal of Asian Law 16, 2: 1-15. http://papers. ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2744394, diakses 31 Maret 2016. Di dalam kutipan ditulis : (Crouch, 2016) e. Article Website 1) Dengan Penulis Dalam referensi ditulis : Hendrian, D. (2016, Mei 2). Memprihatinkan Anak Pengguna Narkoba Capai 14.000. Retrieved September 27, 2017, from http://www.kpai.go.id/berita/memprihatinkan-anak-pengguna- narkoba-capai-14-ribu/ Di dalam kutipan ditulis : (Hendrian, 2016) 2) Tanpa Penulis Six sites meet for comprehensive anti-gang initiative conference. (2006, November/December). OJJDP News @ a Glance. Retrieved from: http://www.ncjrs.gov/htmllojjdp/news_ acglance/216684/topstory.htmI tanggal 10 Agustus 2012. Di dalam kutipan ditulis : (http://www.ncjrs.gov/htmllojjdp/ news_acglance/216684/topstory.htmI, 2006) f. Skripsi, Tesis, atau Disertasi Yang Tidak Dipublikasikan Dalam referensi ditulis : Saifuddin, A. (2016). Peningkatan Kematangan Karier Peserta Didik SMA Melalui Pelatihan Reach Your Dreams dan Konseling Karier (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Magister Psikologi Profesi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Di dalam kutipan ditulis : (Saifuddin, 2016) g. Manuskrip Institusi Pendidikan Yang Tidak Dipublikasikan Dalam referensi ditulis : Nuryati, A., & Indati, A. (1993). Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar. Unpublished Manuscript, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Di dalam kutipan ditulis : (Nuryati & Indiati, 1993) 5. In writing the citation’s would be better and suggested to use software of citation manager, like Mendeley, Zotero, End-Note, Ref- Works, Bib-Text, and so forth, with following standard of American Psychological Association 6th Edition. 6. Arabic transliteration standard used International Journal of Middle Eastern Studies. For detailed transliteration could be seen at http:// ijmes.chass.ncsu.edu/docs/TransChart.pdf 7. Article must be free from plagiarism; through attached evidence (screenshot) that article has been verified through anti-plagiarism software, but not limited to the plagiarism checker (plagramme.com). Author Fee al-Balagh : Jurnal Dakwah dan Komunikasi will not charge anything to the author for submission fee or publication fee. Submission Preparation Checklist As part of the submission process, authors are required to check off their submission’s compliance with all of the following items, and submissions may be returned to authors that do not adhere to these guidelines. 1. The submission has not been previously published, nor is it before another journal for consideration (or an explanation has been provided in Comments to the Editor). 2. The submission file is in OpenOffice, Microsoft Word, RTF, or WordPerfect document file format. 3. Where available, URLs for the references have been provided. 4. The text is single-spaced; uses a 12-point font; employs italics, rather than underlining (except with URL addresses); and all illustrations, figures, and tables are placed within the text at the appropriate points, rather than at the end. 5. The text adheres to the stylistic and bibliographic requirements outlined in the Author Guidelines, which is found in About the Journal. 6. If submitting to a peer-reviewed section of the journal, the instructions in Ensuring a Blind Review have been followed. Copyright Notice Authors who publish with this journal agree to the following terms: • Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work›s authorship and initial publication in this journal. • Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal’s published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal. • Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work. Privacy Statement The names and email addresses entered in this journal site will be used exclusively for the stated purposes of this journal and will not be made available for any other purpose or to any other party. Skup dakwah : manajemen dakwah, bimbingan dan konseling Islam, psikologi, psikologi dakwah, analisis sosial, sejarah dakwah, filsafat dakwah, sosiologi dakwah, ilmu dakwah, manajemen traveling dan wiisata religi, manajemen pelayanan haji, global islamic tourism, metodologi dakwah, relasi dakwah dengan budaya. Skup komunikasi : public relation, komunikasi dan penyiaran Islam, psikologi komunikasi, komunikasi interpersonal dan sosial, komunikasi antar budaya, jurnalistik, komunikasi massa, human relations.