ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Vol. 4, No. 2, July - December 2019 Editorial Team Editor-In-Chief Akhmad Anwar Dani, Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Indonesia Editor Imam Mujahid, (SCOPUS ID : 57208214175); Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Central Java, Indonesia Waryono Abdul Ghafur, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Indonesia Soiman, Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia (APDI) Diajeng Laily Hidayati, Institut Agama Islam Negeri Samarinda, Indonesia Ahmad Saifuddin, Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Indonesia Rhesa Zuhriya Briyan Pratiwi, Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Indonesia Abraham Zakky Zulhazmi, Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Indonesia Alamat Redaksi : Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, IAIN Surakarta Jl. Pandawa No. 1, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah 57168 Phone : +62 271 - 781516 Fax : +62 271 - 782774 Surel : journal.albalagh@gmail.com, journal.albalagh@iain-surakarta.ac.id Laman : http://ejournal.iainsurakarta.ac.id/al-balagh ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Vol. 4, No. 2, July - December 2019 Daftar Isi Dinamika Prasangka Sosial Penyebaran Agama Terhadap Pihak Rumah Khalwat Oasis Sungai Kerit Musmuallim 169 - 198 Menanggulangi Hoaks dan Ujaran Kebencian Bermuatan Isu Suku, Agama, Ras, Dan Antargolongan Di Tahun Politik Syamsul Bakri, Abraham Zakky Zulhazmi, Krisbowo Laksono 199 - 234 Dakwah Milenial Era Digital: Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang Dwi Kurniasih 235 - 262 Pengelolaan Isu Pemilihan Umum Presiden Republik Indonesia Tahun 2019 Pada Media Di Jawa Tengah Agung Wibiyanto, Wahyu Tri Hastiningsih 263 - 292 Belajar Islam Melalui Literatur Visual: Pembentukan Identitas Moderat Anak Muslim Milenial Kirana Nur Lyansari 293 - 316 Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0 Faizatun Khasanah 317 - 336 METODE DAKWAH GUS DUR DAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0 Faizatun Khasanah Universitas Terbuka, Pamulang, Tangerang Selatan Keywords: Da’wa method; Gus Dur; industrial revolution 4.0. http://ejournal.iainsurakarta.ac.id/al-balagh Alamat korespondensi: e-mail: faizatunkhasanah1@gmail.com Abstract Da’wa in the era of the industrial revolution 4.0 experienced significant development. This can be seen from the rise of da’wa on Youtube, Instagram, Twitter, Facebook, and other social media platform. In the other hand, today’s da’wa faces challenges such as the degradation of the preaching message content. As a preacher in his time, Gus Dur had an important method of preaching to be explored and replicated. Gus Dur’s da’wa who shared peace and pluralism became a special characteristic. This study wants to answer question of how the Gus Dur da’wa method and its relevance to the era of the industrial revolution 4.0. This research used a literature study approach. This research found three methods of Gus Dur’s preaching. First, the written preaching. Second, the verbal preaching. Third, preaching in action. The three methods are relevant to use in the era of industrial revolution 4.0 which characterized the massive use of digital lines to preach. Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 317 - 336, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1818 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) 318 Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0 Faizatun Khasanah Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 317 - 336, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1818 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Abstrak Dakwah di era revolusi industri 4.0 mengalami perkembangan yang signifikan. Hal tersebut di antaranya dapat dilihat dari maraknya dakwah di Youtube, Instagram, Twitter, Facebook, dan media sosial lainnya. Pada sisi lain, dakwah masa kini mendapat tantangan seperti terdegradasinya isi pesan dakwah. Sebagai seorang pendakwah di masanya, Gus Dur memiliki metode dakwah yang penting untuk digali dan direplikasi. Dakwah Gus Dur yang menyuarakan perdamaian dan pluralisme menjadi sutu kekhasan tersendiri. Penelitian ini ingin menjawab pertanyaan tentang metode dakwah Gus Dur dan relevansinya dengan era revolusi industri 4.0. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan studi pustaka. Riset ini menemukan tiga metode dakwah Gus Dur. Pertama, dakwah dengan tulisan. Kedua, metode dakwah secara verbal. Ketiga, dakwah dengan perbuatan. Tiga metode itu relevan digunakan di era revolusi industri 4.0 yang berciri masifnya penggunaan jalur digital untuk berdakwah. Kata Kunci: Gus Dur; metode dakwah; revolusi industri 4.0. How to cite (APA 6th style): Khasanah, F. (2019). Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0. al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 4(2). 317-336. http://dx.doi. org/10.22515/balagh.v4i2.1818 PENDAHULUAN Era revolusi industri 4.0, sebagaimana diperbincangkan dalam banyak seminar, konferensi, dan simposium belakangan ini, menghadirkan sejumlah peluang dan tantangan. Revolusi industri 4.0 dapat dimaknai sebagai sebuah masa ketika semua entitas yang ada di dalamnya saling berkomunikasi secara real time di setiap waktu dan tempat dengan berlandaskan pemanfaatan teknologi internet (Prasetyo & Sutopo, 2018). Konsekuensi dari revolusi industri 4.0 adalah munculnya disrupsi di banyak lini kehidupan manusia (Prasetyo & Trisyanti, 2018). Pasalnya, pada masa itu tenaga manusia kian tergantikan oleh mesin (teknologi) demi penghematan waktu, tenaga dan biaya. Big data, artificial intelligence, smart city, 319Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0 Faizatun Khasanah Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 317 - 336, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1818 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) smart factory semakin banyak dibicarakan dan menemukan relevansinya di masa itu (Baenanda, 2019). Era revolusi industri 4.0 dan era disrupsi memberi dampak pada banyak hal, tak terkecuali pada dakwah. Dakwah merupakan bagian dari aktifitas komunikasi yang mempunyai tujuan penyampaian pesan keagamaan dari pendakwah kepada mitra dakwah (Aziz, 2006). Di masa sekarang ini, dakwah tidak hanya mempunyai misi keagamaan, lebih jauh dari itu dakwah dibungkus dengan kepentingan-kepentingan politik, ekonomi, transfer nilai (Muttaqin, 2012). Televisi dan media-media sosial menyajikan berbagai bentuk dakwah dan belakangan ini muncul sejumlah ustaz muda yang dibesarkan media. Di media sosial, kita temukan pula dakwah yang disisipi pesan politik dan bahkan ujaran kebencian dengan menggunakan dalil-dalil keagamaan (Ridho, 2018). Berbicara mengenai dakwah dan era revolusi industri 4.0 artinya berbicara tentang dakwah melalui kanal siber (internet). Sejumlah peneliti telah menulis keterkaitan dakwah dan internet (Budiantoro, 2017; Hidayaturrahman & Putra, 2019; Sirajuddin, 2014; Sumadi, 2016; Zaini, 2013; Nurdin, 2014). Di antara para peneliti tersebut terdapat mereka yang memandang dakwah di internet secara optimis, namun ada pula yang berpandangan kritis. Salah satu yang dikritisi dari dakwah melalui internet adalah hilangnya etika dalam komunikasi via internet. Selanjutnya, riset ini menggambarkan relevansi metode dakwah Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan era revolusi industri 4.0. Gus Dur adalah salah satu dai yang handal pada masanya. Ia berdakwah lintas agama dan budaya dan tidak takut nama baiknya tercemar karena dakwah yang ia sampaikan. Gus Dur sosok yang konsisten dengan keislaman dan kemanusiaan. Penting kiranya menangkap spirit dakwah Gus Dur di era disrupsi dan revolusi industri 4.0 seperti sekarang ini. Gus Dur menjadi teks yang multi tafsir, sehingga dari era Gus Dur sampai sekarang ia menjadi objek dari berbagai penelitian, baik nasional 320 Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0 Faizatun Khasanah Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 317 - 336, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1818 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) maupun internasional. Penelitian yang telah dilakukan dengan objek formal Gus Dur mencakup berbagai lini keilmuan, meliputi ilmu sosial, politik, budaya, keagamaan, dan ilmu-ilmu lainnya (Anam, 2019; Asmara, 2017; Nurcholis, 2015; Salleh & Yusuf, 2014; Taufani, 2018; Yusalia, 2011). Rosidi (2013) mengungkapkan bahwa sosok Gur Dur sebagai dai yang fenomenal dan humoris, tetapi menemukan relevansinya dalam konteks dakwah Islam di Indonesia. Hasil risetnya menunjukkan bahwa corak dakwah Gus Dur adalah multikultur. Ciri khas pemikiran dan gerakan dakwah Gur Dur ini ternyata menemukan relevansinya dalam konteks dakwah Islam di Indonesia. Hal ini dikarenakan bangsa Indonesia terlahir sebagai bangsa yang multikultur dan plural dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga metode dakwah Gus Dur begitu menarik perhatian umat dari berbagai agama lain di Indonesia. Mibtadin (2010) menjelaskan posisi pemikiran humanisme Gus Dur sebagai basis antropologis yang dibangun atas pribumisasi Islam, kosmopolitanisme, dan universalitas Islam. Humanisme Gus Dur yang berdasar pada al-kulliyat al-khamsah dan diarahkan pada pemberdayaan civil society. Tipikal humanisme Gus Dur adalah humanisme religius. Mibtadin juga menjelaskan aspek rasionalitas dan peran sentral manusia dalam menjalankan humanismenya. Gus Dur dianggap sebagai sosok yang selalu menggaungkan nilai-nilai universal, demokrasi, keadilan, kesetaraan gender, HAM, dan kebebasan. Fitriyah (2013) melontarkan kritik pada fenomena Islam yang diajarkan di Indonesia hasil dari arabisasi, tanpa menyentuh kultur dan kondisi sosial budaya lokal. Hal itu berlainan dengan Islam rahmatan lil ’alamin yang disampaikan oleh Gus Dur dengan mempertimbangkan kultur ke-Indonesiaan atau dikenal dengan pribumisasi Islam. Pribumisasi Islam bukan suatu upaya meninggalkan norma demi budaya, tetapi agar norma-norma itu menampung kebutuhan-kebutuhan dari budaya. 321Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0 Faizatun Khasanah Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 317 - 336, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1818 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Senada dengan riset-riset tersebut, Anam (2019) mencatat prinsip dasar yang selalu dipegang Gus Dur dalam segala keadaan adalah Islam rahmatan lil ‘alamin yang di dalamnya terdapat misi menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Karena prinsipil, maka semua yang bertentangan dengan prinsip kemanusiaan tersebut pasti ditentang oleh Gus Dur. Prinsip dasar tersebut melahirkan prinsip turunan yaitu persaudaraan, kesetaraan, keadilan, dan anti penindasan atau yang dikenal dengan teori pembebasan. Prinsip-prinsip yang dipegang teguh oleh Gus Dur melahirkan keberpihakan, utamanya kepada kelompok-kelompok yang tepinggirkan dan tertindas. Gus Dur memperjuangkan keberagaman dan kesetaraan. Sejumlah orang memberikan gelar Bapak Pluralisme kepadanya. Pluralisme yang diperjuangkan Gus Dur bukan suatu pandangan yang ingin menyamakan semua agama. Gus Dur menginsafi bahwa setiap agama tentu mempunyai perbedaan dan keunikan tersendiri. Pluralisme tidak hanya berbicara tentang pentingnya menghargai keragaman, namun juga adalah suatu kontribusi aktif dalam keragaman itu sendiri (Taufani, 2018). Salah satu esensi pluralisme adalah kesadaran untuk saling mengenal dan berdialog secara tulus antara kelompok yang satu dengan yang lain (Asmara, 2017). Hingga kini, prinsip-prinsip itu terus dijaga dan dirawat oleh para pengikut Gus Dur (Gusdurian). Mereka berjejaring dan menghidupi semangat toleransi, perdamaian, keadilan dan kemanusiaan (Firdaus, 2018). Menurut Salleh & Yusuf (2014) prinsip dan pemikiran Gus Dur dibentuk dan dipengaruhi pendidikan pesantren. Selanjutnya Gus Dur juga mendapat pengaruh dari Timur Tengah tempat ia pernah menimba ilmu dan bertemu dengan beragam pemikiran, termasuk pemikiran-pemikiran Barat. Asupan pengetahuan yang beragam menghasilkan cara berpikir dan bertindak yang dinamis. Hal itu setidaknya yang dicatat Nurcholis (2015) ketika menelisik pendidikan perdamaian yang diupayakan Gus Dur. 322 Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0 Faizatun Khasanah Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 317 - 336, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1818 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Penelitian lain yang juga membahas tentang pemikiran Gus Dur adalah penelitian Mufidah (2015) mengenai pemikiran Gus Dur dalam pendidikan karakter dan kearifan lokal; penelitian Rusli (2015) tentang pemikiran kebangsaan dan keagamaan Gus Dur; penelitian Susila (2017) yang menganalisis pemikiran Gus Dur tentang agama; penelitian Miftahuddin (2012) yang membahas tentang konsep pluralisme Gus Dur dalam bingkai Indonesia; dan penelitian Suwardiyamsyah (2017) mengenai konsep toleransi beragama berdasarkan pemikiran Gus Dur. Mencermati sejumlah riset terdahulu, dapat diketahui bahwa Gus Dur adalah sosok yang penting dan menarik diteliti. Pemikiran dan pergerakannya menjadi tema yang terus relevan untuk dikaji. Penelitian ini berfokus pada metode dakwah Gus Dur, dikaitkan dengan era revolusi industri 4.0. Dengan demikian, penelitian diharapkan memberikan dampak tentang pembumian metode dakwah Gus Dur untuk mengatasi permasalahan keagamaan di era revolusi industri 4.0. Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu yang telah disebutkan. Perbedaan mendasar terletak pada objek kajian, bahwa penelitian ini memfokuskan pada metode dakwah Gus Dur. Selain itu, penelitian ini juga mengungkap relevansi metode dakwah Gus Dur di zaman revolusi industri 4.0. Terlebih lagi terdapat dinamika keagamaan yang signifikan di era revolusi industri 4.0. Adapun penelitian-penelitian sebelumnya hanya membahas tentang pemikiran Gus Dur pada suatu tema tertentu (misalkan, pemikiran Gus Dur tentang pluralisme, toleransi beragama, pendidikan karakter, konsep kebangsaan, dan humanisme) dan tidak mengkontekskan pada zaman revolusi industri 4.0. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka. Artinya peneliti mengumpulkan data-data dari teks tertulis seperti buku, artikel jurnal, dan berita. Data tersebut kemudian disusun dan dianalisis untuk dapat 323Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0 Faizatun Khasanah Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 317 - 336, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1818 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) menggambarkan metode dakwah Gus Dur dan relevansinya dengan revolusi industri 4.0. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Metode Dakwah Gus Dur Proses penyampaian pesan dakwah berkaitan erat dengan proses komunikasi. Rakhmat (2008) memandang kemajuan di bidang ilmu modern harus disambut oleh para juru dakwah dalam mengembangkan Islam. Dalam proses penyampaian pesan dakwah melalui media baik cetak maupun elektronik, seorang juru dakwah harus mampu menyesuaikan kedudukannnya sebagai komunikator yang berhadapan dengan sekian banyak audiens dan dengan latar belakang pendidikan, usia, profesi yang berbeda. Dalam penyampaian pesan dakwah secara lisan atau langsung, juru dakwah akan berhadapan dengan kelompok audiens yang mempunyai kecenderungan sama. Sehingga para juru dakwah dapat menampilkan penyampaian pesan dakwah yang sesuai dengan kebutuhan. Gus Dur dalam konteks ini termasuk orator ulung pada masanya, isi dan gaya komunikasinya yang penuh dengan humor namun berisi mengundang perhatian banyak pihak. Gus Dur menggunakan berbagai metode atau bentuk dalam menyampaikan dakwahnya, disesuaikan dengan target atau komunikan dari dakwah tersebut. Pertama, Gus Dur menggunakan metode tulis dalam dakwahnya. Selama hidup Gus Dur menghasilkan sejumlah buku. Buku-buku karya Gus Dur yang dibukukan merupakan bunga rampai dari tulisan-tulisannya yang dimuat di media cetak. Topik pembahasan tulisan Gus Dur amat luas, mulai dari sosial, politik, ekonomi, agama, budaya, hingga sepak bola dan film. Buku-buku yang telah diterbitkan di antaranya yaitu: Islam Kosmopolitan: Nilai-nilai Indonesia & Transformasi Kebudayaan (2007), Islamku, Islam Anda, Islam Kita: Agama Masyarakat Negara Demokrasi (2006), Gus Dur: Melawan Melalui Lelucon (2000), Pergulatan Negara, 324 Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0 Faizatun Khasanah Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 317 - 336, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1818 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Agama, dan Kebudayaan (2001), Mengapa Kami Memilih Golput (2009), ICMI: Antara Status Quo dan Demokratisasi (1995), Mengatasi Krisis Ekonomi: Membangun Ekonomi Kelautan: Tinjauan Sejarah dan Perspektif Ekonomi (2004), Kontroversi Pemikiran Islam di Indonesia (1990), Mengurai Hubungan Agama dan Negara (1999), Abdurrahman Wahid Selama Era Lengser: Kumpulan Kolom dan Artikel (2002), Gus Dur Menjawab Kegelisahan Rakyat (2007), Menggerakkan Tradisi (2001). Tulisan Gus Dur merupakan wujud dari kegelisahannya melihat realita sosial terutamanya dan politik serta keagamaan. Ia sering naik angkutan umum ketika bepergian, beliau banyak menulis tentang apa yang dilihat di sepanjang perjalan. Hampir setiap hari Gus Dur menulis dan dimuat di media cetak sebelum mengalami stroke dan kebutaan. Kekayaan bahasa yang ia tuturkan merupakan wujud dari keluasan pengetahuan yang ia punya. Karena sejak kecil beliau telah membaca berbagai jenis buku dan mempelajarinya secara otodidak. Gus Dur berdakwah dengan menggunakan tulisan mulai dari hal yang sepele dalam kehidupan sampai yang urgen. Hal yang sederhana dijadikan sebagai sesuatu yang penting, sebaliknya hal-hal kenegaraan yang genting di tangan Gus Dur dapat menjadi sesuatu yang ringan. Tulisan Gus Dur di media massa menjadi penting kehadirannya. Media memiliki tiga kepentingan utama; kepentingan ekonomi (economic interest), kepentingan kekuasaan (power interest), dan kepentingan publik. Kepentingan publik inilah sebenarnya yang mendasar, dan media menjadi ruang publik yang obyektif. Ironisnya public sphere sering terabaikan akibat kuatnya kepentingan ekonomi dan kekuasaan. Kuatnya kepentingan inilah sesungguhnya membuat media tidak netral, jujur, adil dan terbuka. Sehingga menimbulkan persoalan obyektivitas dan independensi dalam pemberitaan media. Kepentingan ekonomi dan kekuasaan akan menentukan apakah informasi yang disampaikan mengandung kebenaran (truth), atau kebenaran palsu (psedo-truth); menyampaikan obyektivitas 325Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0 Faizatun Khasanah Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 317 - 336, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1818 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) atau subyektivitas; bersifat netral atau berpihak; mempresentasikan fakta atau memelintir fakta; menggambarkan realitas atau menyimulasi realitas (Syahputra, 2016). Dakwah dalam bentuk tulisan ditujukan untuk kaum terdidik dan kelas menengah. Dilihat dari struktur kebahasaan dan kosa kata yang digunakan Gus Dur, relatif sulit dipahami oleh masyarakat umum. Selain itu, tulisannya banyak mengkritik pemerintah pada waktu itu. Semangat dakwah dalam model tulisan merupakan misi kemanusiaan yang berdasar pada agama. Sebagai khalifah di bumi Gus Dur merasa terpanggil untuk membela mereka yang tertindas. Mengenai fungsi sosial ini, Gus Dur mendasarkan diri pada firman Allah tentang keteladanan dalam diri Rasulullah. Keteladanan yang dimaksud terutama peranan Nabi Muhammad dalam mengusahakan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.Fungsi ini mencakup keharusan untuk memperjuangkan kesejahteraan secara menyeluruh dan tuntas, sekaligus melawan pola hidup sosial yang eksploitatif, tidak manusiawi dan tidak berasaskan keadilan (Wahid, 2001). Media dijadikan Gus Dur sebagai salah satu sarana untuk berdakwah. Media dijadikan sebagai alat untuk mempersempit yang luas, dengan media jangkauan yang awalnya sangat luas bisa menjadi sempit dengan hanya melihat dan membaca di media. Bermodalkan bahasa tulisan Gus Dur menunjukkan kebesaran Islam dan keluhuran ajarannya yang penuh cinta kasih. Gus Dur ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Islam adalah benar-benar rahmatan lil ’alamin terhadap semua makhluk termasuk hewan dan alam, lebih utamanya manusia. Tulisan Gus Dur yang dimuat dalam majalah Prisma menunjukkan dakwah Gus Dur yang bersifat dialogis dengan permasalahan umat. Ia menjadikan Islam sebagai sumber nilai. Dalam tulisannya yang berjudul Agama, Ideologi, dan Pembangunan: 326 Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0 Faizatun Khasanah Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 317 - 336, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1818 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) “Keluhuran nilai hidup manusia, sebagai nilai tertinggi yang mereka anut dalam kehidupan, membawa mereka pada penolakan langsung atas tujuan pembangunan yang demikian matrealistis. Karena tujuan pembangunan menyangkut strategi pembangunan yang akan diambil dengan sendirinya tantangan yang mereka ajukan segera merembet kelain sektor, sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama menjadi penolakan terhadap keseluruhan konsep pembangunan yang dirumuskan oleh kekuasaan yang sedang memerintah (Wahid, 1999).” Gus Dur mengkritik gerakan-gerakan Islam yang tidak menyentuh esensi. Gus Dur tidak segan-segan mengkritik mereka yang menambah keruwetan dalam pengembangan umat Islam. Pada tulisan yang lain Gus Dur mengkritik mereka yang toleransi keagamaanya masih rendah. Ia menyampaikan dakwahnya dengan gaya yang khas, diselingi humor, sindiran, tapi tetap mengena. Gus Dur merupakan bapak toleransi, dalam sebuah tulisan ia menyampaikan pesan toleransinya terkait kasus azan dengan pengeras suara. “Suara bising yang keluar dari kaset biasanya dihubungkan dengan musik kaum remaja. Rock ataupun soul, iringan musiknya dianggap tidak bonafide kalau tidak ramai. Kalaupun ada unsur keagamaan dalam kaset, biasanya justru dalam bentuk yang lembut. Sekian buah baladanya Trio Bimbo, atau lagu-lagu rohani dari kalangan gereja. Sudah tentu tidak ada yang mau membeli kalau ada kaset berisikan musik agama yang berdentang-dentang, dengan teriakan yang tidak mudah dimengerti apa maksudnya. Tetapi ternyata ada “persembahan” berirama yang menampilkan suara lantang. Bukan musik keagamaan, tetapi justru bagian integral dari upacara keagamaan: berjenis-jenis seruan untuk beribadah, dilontarkan dari menara-menara masjid dan atap surau (Wahid,1982). Dakwah tidak selalu dikemas dalam bingkai keagamaaan “formal”, dengan menyuguhkan dalil-dalil dan diceramahkan. Model dakwah Gus Dur dengan tulisan banyak bersinggungan dengan kondisi sosial budaya pada waktu itu. Pada era revolusi industri 4.0 ini model dakwah seperti ini 327Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0 Faizatun Khasanah Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 317 - 336, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1818 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) penting dilakukan agar dakwah merepsesentasikan kebutuhan umat dan sekaligus mengkritisi penyimpangan-penyimpangan praktik keagamaan. Terlebih pada masa kini dimudahkan dengan hadirnya media sosial (internet) sebagai media untuk menulis (berdakwah). Islam yang diperjuangkan Gus Dur merupakan Islam yang menjadi pedoman nilai (spirit) dalam bertingkah laku dan berketuhanan. Ia resah dengan kondisi gerakan Islam yang serba ingin memformalkan ajaran Islam, terutama dalam skala kenegaraan. Dalam majalah Prisma Gus Dur menulis: “Secara prinsip, Islam sudah sempurna. Ketika dijabarkan secara operasional ia masih harus merambah lagi. Dengan munculnya kelompok intelektual yang serba mau menformalkan Islam, saya khawatir Islam kehilangan relevansinya. Islam yang seharusnya di jantung dan urat nadi sekarang kita letakkan di hadapan. Jangan dilupakan kita sebagai bangsa terlanjur heterogen dan pluralistik (Wahid, 1999). Demikianlah sekilas penjabaran tentang cara Gus Dur menjalankan dakwah dengan tulisan. Sejarah mencatat Gus Dur adalah penulis ulung yang produktif. Di masa sekarang, setiap yang dilakukan oleh Gus Dur dianggap masih sangat relevan untuk dipraktikkan. Meskipun sebagian anak muda menyukai konten visual dan audio visual, tulisan tetap dibutuhkan dalam dakwah era digital. Kedua, Gus Dur juga berdakwah secara verbal. Dalam dakwah secara verbal hampir sama dengan model dakwah tulisan, bedanya disampaikan dengan cara lisan. Bahasa komunikasi yang ia sampaikan penuh dengan warna, bisa tiba-tiba mengalihkan uraian yang kaya fakta- fakta yang dramatik ke anekdot yang penuh humor, dan kemudian kembali ke kesimpulan yang serius. Ia pandai membuat lelucon terutama dalam bahasa Jawa. Ini seni yang merupakan keahliannya yang menonjol. Gus Dur bisa berceramah tentang birokratisasi, otokrasi, dibelokkan ke bola dan bisa kembali ke topik pembicaraan untuk menghindari kejenuhan 328 Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0 Faizatun Khasanah Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 317 - 336, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1818 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) audiens. Motivaasi dakwah Gus Dur adalah kemanusiaan yang berdasar pada ajaran agama. Ia tidak segan-segan untuk membela mereka yang tertindas meskipun reputasinya dipertaruhkan. Manusia mempunyai derajat yang sama di hadapan Tuhan dan harus diperjuangkan. “Manusia harus dilindungi martabatnya dan dibiarkan bertumbuh untuk menjamin kapasitas fungsionalnya bekerja. Hal ini mencakup tuntutan untuk menghormati hak-hak yang bersifat asasi atau dasar yang merupakan syarat keharusan bagi jalannya kapasitas pengembangan diri dan kapasitas-kapasitas fungsional yang lain. Yakni penghargaan kepada nilai-nilai dasar kehidupan manusia yang sesuai dengan martabatnya, pelestarian hak-hak asasinya secara individual maupun secara kolektif, pelestarian hak mengembangkan sendiri tanpa rasa takut terhadap ancaman pengekangan, hak mengemukakan pendapat secara terbuka, dan pengokohan hak untuk mengembangkan kepribadian tanpa campur tangan dari orang lain (Wahid, 2007).” Dalam kapasitas itu juga maka manusia berhak menyandang kedudukan mulia sebagai aktor sejarah. Manusia, dalam pandangan Gus Dur, adalah “pelaku yang bermartabat dan berderajat penuh” yang diharapkan “ikut ambil bagian dalam membangun peradaban manusia” (Wahid, 2007). Pada tahap sebagai aktor sejarah inilah, menurut Gus Dur, saat yang paling menentukan bagi status kemuliaan manusia di hadapan Allah. Dalam pidato kepresidenan Gus Dur usai pengambilan sumpah sebagai presiden Republik Indonesia beliau menyampaikan pentingnya menegakkan keadilan dan mewujudkan kesejahteraan. “Kita tetap berketepatan hati pula untuk tetap menggunakan prinsip-prinsip pencarian keuntungan dan pencarian efisiensi serta penggunaan akal dan budi daya yang kita miliki untuk mematangkan kehidupan kita bersama dan menaikkan pendapatan dari rakyat kita. Ini adalah tugas yang maha berat, bukan tugas yang ringan karena di dalamnya ada implikasi bahwa kita semua, sidang Majlis yang 329Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0 Faizatun Khasanah Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 317 - 336, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1818 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) berbahagia, memberikan tugas kepada saya di bawah bimbingan pimpinan MPR yang baru untuk menegakkan keadilan dan untuk mendatangkan kemakmuran bagi sebanyak mungkin warga masyarakat kita”(A. A. Aziz, 1999) Gus Dur dalam berdakwah sering menggunakan bahasa-bahasa sindiran atas kegelisahan umatnya. Gus Dur menggunakan bahasa sindiran agar yang bersangkutan tidak merasa tersinggung, sehingga pesan yang disampaikan bisa sampai ke audiens. Ketiga, dakwah Gus Dur dengan perilaku. Perjuangan dakwah Gus Dur berdasar pada maqâshid syarî ah, As-Syatibi memperinci maqâ shid syari’ah dalam visi dlarûriyah terbagi menjadi lima yang kemudian lebih dikenal dengan al-kulliyât al-khams, di antaranya hifdz al-dîn; (perlindungan terhadap keyakinan agama). Islam mengajarkan untuk menciptakan sikap hormat dan menjaga keyakinan yang ada, agar dalam masyarakat yang berada di dalam naungan yang bervariasi dapat hidup berdampingan secara damai, saling menjaga dan menghormati, tidak terjadi saling intervensi dan interpolasi ajaran. Hukum agama mejadi pijakan dakwah sosial Gus Dur. Agama dijadikan Gus Dur sebagai roh dalam perjuangan moral, bukan difungsikan sebagai bendera dan label (Khasanah, 2019). Islam akan tetap berjaya dan diakui dunia internasional ketika menunjukkan dirinya sebagai agama kemanusiaan. Sehingga label Negara Islam tidak diperlukan di Indonesia, mengingat agama yang ada di Indonesia beranekaragam. Negara juga tidak punya wewenang untuk memaksakan kepercayaan suatu agama kepada masyarakat, hal tersebut juga dilindungi oleh Pancasila. Pada masa pemerintahan Soeharto kehidupan beragama di Indonesia diatur melalui surat edaran Menteri Dalam Negeri No. 477/74054/B.A.012/4683/95 yang menyatakan bahwa agama yang diakui pemerintah adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha, sedangkan Konghucu tidak diakui sebagai agama dan tidak boleh diajarkan di sekolah-sekolah. Ketika Gus Dur menjabat sebagai presiden menerbitkan 330 Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0 Faizatun Khasanah Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 317 - 336, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1818 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) keputusan Presiden No. 6 tahun 2000 mengenai pemulihan hak-hak sipil penganut Konghucu. Etnis Tionghoa yang selama bertahun-tahun diperlakukan sebagai kelompok minoritas dan dipinggirkan, pada masa pemerintahan Gus Dur dapat berada pada posisi setara. Gus Dur berupaya membebaskan kehidupan umat beragama dari campur tangan negara. Ia mengajak semua komponen bangsa untuk saling menghargai satu sama lain. Wawasan kebangsaan yang berlandaskan relativisme ternyata masih berbenturan dengan berbagai kelompok masyarakat yang berpaham etnosentrisme, lebih-lebih dalam kaitanya dengan isu agama. Setiap hal yang dilakukan Gus Dur baik selama menjadi aktivis, ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, presiden, dan masyarakat sipil adalah bentuk dakwah dengan perilaku atau perbuatan. Dakwah dengan metode itu pada intinya adalah dakwah dengan memberi teladan. Gus Dur telah melakukannya. Segala perbuatan baik Gus Dur dan keberpihakannya selama hidup kini menjadi teladan dan pedoman dalam mewujudkan Indonesia yang toleran dan non diskriminatif. Relevansi Metode Dakwah Gus Dur pada Masa Sekarang Di era revolusi industri 4.0, berbagai media sosial setiap detiknya mengirimkan berbagai informasi dan berita. Media dapat mengubah sesuatu yang disimulasikan menjadi realitas (Astuti, 2015). Konstruksi makna dan tanda saling berkelindan di dalam virtual. Pesan dakwah seakan- akan benar adanya sesuai yang dikehendaki Al-Qur’an. Akibatnya pesan menjadi rentan dengan kepentingan-kepentingan. Meskipun demikian masih dapat kita temukan konten-konten yang mengandung manfaat dan ditujukan untuk kemaslahatan manusia. Dakwah dengan perilaku yang dicontohkan Gus Dur di antaranya adalah rela berkorban. Gus Dur rela dicaci maki umatnya bahkan diberi tuduhan buruk oleh pemerintah, karena menunjukan keberanian moral, 331Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0 Faizatun Khasanah Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 317 - 336, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1818 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) termasuk melawan segenap kesalahan meskipun dilakukan oleh umatnya sendiri. Gus Dur secara terbuka berani menentang siapa saja yang menghalangi jalannya menegakkan keadilan. Tidak peduli ia dicaci maki dan dicibir rakyatnya. Sepak terjang Gus Dur sering tidak dimengerti oleh kebanyakan rakyatnya, sehingga menyebabkan kontroversi dan sebagian dari mereka memberi label Gus Dur tidak konsisten. Meskipun beliau adalah ulama besar dan sebagian kalangan menganggapnya wali, Gus Dur tetap menjadi manusia. Maksudnya, ia tetap bertindak humanis. Gus Dur memilih pahala yang lebih besar dari sekedar wiridan di masjid, dengan cara menyebarkan kasih sayang kepada seluruh umat manusia. Inilah bedanya spiritual yang diterapkan oleh Gus Dur, ia lebih bergerak ke arah luar dirinya (vertikal) dari pada horizontal (Wahid, 2000). Dakwah dengan perbuatan merupakan model dakwah Gus Dur yang masih relevan sekaligus dibutuhkan di era ini. Mengingat era ini dipenuhi dengan propaganda, kepentingan golongan, dan disrupsi. Era digital juga menuai kritik perihal terkikisnya tata krama para pengguna internet, yang salah satunya berujung pada penyebaran hoaks dan ujaran kebencian. Jika merujuk pada semangat dakwah Gus Dur yang menjunjung tinggi moralitas dan kemanusian, hal buruk tersebut mestinya dapat dikurangi. Metode dakwah Gus Dur yang selanjutnya adalah dakwah melalui media massa dengan menulis. Gus Dur telah telah menggunakan media massa seperti surat kabar, majalah, koran sebagai alat untuk menyebarkan dakwahnya. Metode dakwah ini sangat tepat digunakan pada masa revolusi industri 4.0. Media online kini bertebaran dan dapat dimanfaatkan. Media sosial juga dapat dijadikan sebagai sarana dalam berdakwah. Dakwah dapat disampaikan melalui berbagai cara dan berbagai media. Salah satu di antaranya adalah melalui media sosial. Di zaman sekarang, media sosial telah menjadi fenomena global. Seperti diketahui bersama, bahwa aplikasi-aplikasi media sosial sudah menjadi bagian tidak 332 Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0 Faizatun Khasanah Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 317 - 336, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1818 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) terpisahkan dari alat komunikasi yang “dibenamkan” di dalam smartphone. Kini, dengan semakin luas, cepat dan lebarnya koneksi internet, konsumen semakin dimudahkan dalam mengakses aplikasi media sosial. Begitu masifnya manusia dalam memanfaatkan internet dan jejaring sosial maka, tentu akan sangat efektif jika jejaring sosial digunakan sebagai sarana untuk menebar kebaikan. Tentu segala informasi yang dibagikan di media sosial akan secara langsung dan mudah diakses oleh setiap orang di setiap tempat. Hal ini disebabkan karena media sosial dapat membuat manusia berkomunikasi satu sama lain di berbagai tempat dan di setiap waktu, tidak peduli seberapa jauh jarak mereka. Metode dakwah Gus Dur yang terakhir adalah dakwah dengan verbal (metode ceramah). Metode ceramah juga relevan pada era kini. Dakwah secara verbal masih banyak diminati dan menjadi kebutuhan masyarakat. Melalui saluran Youtube dan Instagram misalnya, dakwah secara verbal jadi lebih mudah disebarluaskan. Terlebih karena sifatnya yang audio visual dan bisa diputar di setiap waktu dan tempat. Dengan penggunaan saluran Youtube dan Instagram maupun live streaming dakwah bisa dikonsumsi oleh jutaan manusia, sehingga dakwah lebih efektif. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Metode dakwah Gus Dur relevan dengan revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan penggunaan internet di berbagai lini kehidupan. Dakwah mendapatkan kemudahan sekaligus tantangan di era ini. Metode dakwah Gus Dur dengan tulisan sangat dibutuhkan untuk menjaga orisinalitas dakwah dan keterbukaan akan kritik. Metode pertama lebih banyak dikonsumsi oleh akademisi, politisi, aparat pemeritahan, dan kelas menengah. Metode verbal (ceramah, seminar, pidato) menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan lugas, sehingga tujuan dari dakwahnya adalah untuk masyarakat luas. Metode ini juga relevan dengan semangat 333Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0 Faizatun Khasanah Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 317 - 336, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1818 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) revolusi industri 4.0, yaitu ketika dakwah dapat disebarkan melalui saluran Youtube, Instagram, dan media sosial lainnya. Adapun melalui dakwah dengan perilaku Gus Dur menyampaikan dakwahnya dengan memberikan contoh konkrit kepada masyarakat karena beliau merupakan seorang tokoh kenamaan. Saran Metode dakwah Gus Dur merupakan kesatuan cara yang digunakan Gus Dur untuk menyampaikan dakwahnya dengan visi kemanusiaan yang bernapaskan Islam. Gus Dur berdakwah dilandasi oleh panggilan untuk menegakkan keadilan dan kesejahteraan. Dengan demikian, saran yang terumuskan adalah visi dakwah semacam ini perlu dikembangkan di era revolusi industri 4.0 ini mengingat dakwah hari ini mulai terdistorsi dengan berbagai macam kepentingan (politik, ekonomi, dan kepentingan lainnya), sehingga orisinalitas dakwah dipertanyakan. Selain itu, saran untuk peneliti selanjutnya adalah dapat meneliti tentang relevansi dakwah Gus Dur di era revolusi industri dengan menggunakan pendekatan kualitatif lapangan (wawancara significant person dari Gus Dur). DAFTAR PUSTAKA Anam, A. M. (2019). Konsep Pendidikan Pluralisme Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Cendekia, 17(1), 81–97. https://doi.org/10.21154/ cendekia.v17i1.1442 Asmara, M. (2017). Islam dan Pluralisme Dalam Pembangunan Politik di Indonesia (Perspektif Pemikiran Abdurrahman Wahid). Fokus: Jurnal Kajian Keislaman Dan Kemasyarakatan, 2(1), 67–88. https:// doi.org/10.29240/jf.v2i1.259 Astuti, Y. D. (2015). Dari Simulasi Realitas Sosial Hingga Hiper-realitas Visual: Tinjauan Komunikasi Virtual Melalui Sosial Media di Cyberspace. Profetik, 8(2), 15–26. 334 Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0 Faizatun Khasanah Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 317 - 336, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1818 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Aziz, A. A. (1999). Neo-Modernisme Islam di Indonesia: Gagasan Sentral Nur Cholish Madjid dan Abdurrahman Wahid. Jakarta: Rineka Cipta. Aziz, M. A. (2006). Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana. Baenanda, L. (2019). Mengenal Lebih Jauh Revolusi Industri 4.0. Retrieved December 21, 2019, from binus.ac.id website: https://binus.ac.id/ knowledge/2019/05/mengenal-lebih-jauh-revolusi-industri-4-0/ Budiantoro, W. (2017). Dakwah di Era Digital. KOMUNIKA: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 11(2), 263–281. https://doi.org/10.24090/ KOMUNIKA.V11I2.1369 Firdaus, A. (2018). Menjahit Kain Perca: Gusdurian dan Konsolidasi Gerakan Pluralisme di Indonesia. Kontemplasi, 6(1), 119–131. https://doi.org/10.21274/kontem.2018.6.1.119-131 Fitriyah, A. (2013). Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Pribumisasi Islam. Teosofi: JurnalTasawuf Dan Pemikiran Islam, 3(1), 39–59. https://doi.org/10.15642/teosofi.2013.3.1.39-59 Hidayaturrahman, M., & Putra, D. I. A. (2019). The Role of Technology and Social Media In Spreading the Quran and Hadith by Mubalig. Dinika: Academic Journal of Islamic Studies, 4(1), 45–64. https://doi. org/10.22515/dinika.v4i1.1858 Khasanah, F. (2019). Revitalisasi Pemikiran Etika Gus Dur. Analisis: Jurnal Studi Keislaman, 19(1), 27–54. https://doi.org/10.24042/ajsk. v19i1.3062 Mibtadin. (2010). Humanisme dalam Pemikiran Abdurrahman Wahid (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Retrieved from http://digilib.uin- suka.ac.id/6849/1/BAB I%2CVI.pdf Miftahuddin. (2012). Berislam dalam Bingkai Indonesia: Membaca Konsep Pluralisme Abdurrahman Wahid. Mozaik: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Dan Humaniora, 6(1), 64–77. https://doi.org/10.21831/ moz.v6i1.4342 Mufidah, L. N. (2015). Pemikiran Gus Dur Tentang Pendidikan Karakter Dan Kearifan Lokal. Al-Tahrir : Jurnal Pemikiran Islam, 15(1), 91– 110. https://doi.org/10.21154/al-tahrir.v15i1.172 Muttaqin, A. (2012). Agama dalam Representasi Ideologi Media Massa. Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 6(2), 1–9. https://doi. org/10.24090/KOMUNIKA.V6I2.349 335Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0 Faizatun Khasanah Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 317 - 336, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1818 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Nurcholis, A. (2015). Peace Education & Pendidikan Perdamaian Gus Dur. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Nurdin. (2014). To Dakwah Online or Not to Dakwah Online, Da’i Dilemma in Internet Age. Al Misbah: Jurnal Ilmu Dakwah Dan Komunikasi, 10(1), 21–34. https://doi.org/10.24239/al-mishbah. Vol10.Iss1.34 Prasetyo, B., & Trisyanti, U. (2018). Revolusi Industri 4.0 dan Tantangan Perubahan Sosial. Prosiding SEMATEKSOS 3 “Strategi Pembangunan Nasional Menghadapi Revolusi Industri 4.0,” 22–27. Prasetyo, H., & Sutopo, W. (2018). Revolusi Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek dan Arah Perkembangan Riset. J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, 13(1), 17–26. https://doi.org/10.14710/jati.13.1.17-26 Rakhmat, J. (2009). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ridho, M. (2018). Ujaran Kebencian dalam Dakwah: Analisis Tentang Pengejawantahan Ide Amar Ma’ruf Nahi Mungkar di Kalangan Para Da’i di Kalimantan Timur. Lentera, 2(1), 27–48. https://doi. org/10.21093/lentera.v2i1.1177 Rosidi. (2013). Dakwah Multikultural di Indonesia: Studi Pemikiran dan Gerakan Dakwah Abdurrahman Wahid. Analisis: Jurnal Studi Keislaman, 8(2), 481–500. https://doi.org/10.24042/ajsk.v13i2.708 Rusli, M. (2015). Pemikiran Keagamaan & Kebangsaan Gus Dur. Farabi, 12(1), 50–71. Salleh, K., & Yusuf, K. B. M. (2014). Gus Dur dan Pemikiran Liberalisme. Ar-Raniry: International Journal of Islamic Studies, 1(2), 259–284. https://doi.org/10.20859/jar.v1i2.17 Sirajuddin, M. (2014). Pengembangan Strategi Dakwah Melalui Media Internet (Peluang dan Tantangan). Al-Irsyad Al-Nafs: Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam, 1(1), 11–23. Sumadi, E. (2016). Dakwah dan Media Sosial: Menebar Kebaikan Tanpa Diskriminasi. At-Tabsyir : Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, 4(1), 173–190. https://doi.org/10.21043/at-tabsyir.v1i2.2912 Susila, A. P. (2017). Studi Analisis Terhadap Pemikiran Abdurrahman Wahid Tentang Agama. Jurnal Aqidah Dan Filsafat Islam, 2(1), 113– 129. 336 Metode Dakwah Gus Dur dan Revolusi Industri 4.0 Faizatun Khasanah Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4, No. 2, July – December 2019, pp. 317 - 336, DOI: 10.22515/balagh.v4i2.1818 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Suwardiyamsyah. (2017). Pemikiran Abdurrahman Wahid Tentang Toleransi Beragama. Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 7(1), 151–163. Syahputra, I. (2016). Agama di Era Media: Kode Religius dalam Industri Televisi Indonesia. Esensia, 17(1), 125–138. https://doi. org/10.14421/esensia.v17i1.1283 Taufani. (2018). Pemikiran Pluralisme Gus Dur. Tabligh: Jurnal Dakwah, 19(2), 198–217. https://doi.org/10.24252/jdt.v19i2.7475 Wahid, A. (1999). Mengurai Hubungan Agama dan Negara. Jakarta: Grasindo. Wahid, A. (2000). Melawan Melalui Lelucon. Jakarta: Tempo. Wahid, A. (2001). Pergulatan Negara, Agama, dan Kebudayaan. Depok: Desantara. Wahid, A. (2007). Islam Kosmopolitan, Nilai-Nilai Indonesia & Transformasi Kebudayaan. Jakarta: The Wahid Institute. Yusalia, H. (2011). Ulama dan Politik Tinjauan Peran Abdurrahman Wahid dalam Perpolitikan Indonesia. Wardah, 12(1), 19–33. Zaini, A. (2013). Dakwah Melalui Internet. At-Tabsyir : Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, 1(1), 93–108. https://doi.org/10.21043/at-tabsyir. v1i1.447 1. The article must be scientific, either based on the empirical research or conceptual ideas. The content of the article have not published yet in any Journal, and should not be submitted simultaneously to another Journal. Article should not be part of fully one chapter of the theses or dissertation. 2. Article must be in the range between 15-30 pages, not including title, abstract, keywords, and bibliography 3. Article consisting of the various parts: i.e. title, the author’s name(s) and affiliation(s), abstract (200-250 words), Keywords (maximum 5 words), introduction, description and analysis, conclusion, and bibliography. • Title should not be more than 15 words • Author’s name(s) should be written in the full name without academic title (degree), and completed with institutional affiliation(s) as well as corresponding address (e-mail address). • Abstract consisting of the discourses of the discipline area; the aims of article; methodology (if any); research finding; and contribution to the discipline of areas study. Abstract should be written in English. • Introduction consisting of the literature review (would be better if the research finding is not latest than ten years) and novelty of the article; scope and limitation of the problem discussed; and the main argumentation of the article. • Discussion or description and analysis consisting of reasoning process of the article’s main argumentation. • Conclusion should be consisting of answering research problem, based on the theoretical significance/conceptual construction • All of the bibliography used should be written properly Author Guidelines 4. Citation’s style used is the American Psychological Association 6th Edition, and should be written in the model of body note (author(s), year, and page(s)), following to these below examples: a. Book Dalam referensi ditulis : Azwar, S. (2016). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Di dalam kutipan ditulis : (Azwar, 2016) b. Edited book(s) Dalam referensi ditulis : Cone, J. D. (1999). Observational assessment: Measure development and research issues. dalam P. C. Kendall, J. N. Butcher, & G. N. Holmbeck (Eds.), Handbook of research methods in clinical psychology (pp. 183-223). New York: Wiley. Di dalam kutipan ditulis : (Cone, 1999) c. E-book(s) Dalam referensi ditulis : Sukanta, P. O., ed. (2014). Breaking the Silence: Survivors Speak about 1965-66 Violence in Indonesia (translated by Jemma Purdey). Clayton: Monash University Publishing. Diakses dari http://books.publishing. monash.edu/apps/bookworm/view/Breaking+the+Silence%3A+ Survivors+Speak+about+1965%E2%80%9366+Violence+in+ Indonesia/183/OEBPS/cop. htm, tanggal 31 Maret 2016. Di dalam kutipan ditulis : (Sukanta, 2014) d. Article of the Journal 1) Journal With Digital Objective Identifier (DOI) Dalam referensi ditulis : Tekke, M., & Ghani, F. (2013). Examining Career Maturity Among Foreign Asian Students : Academic Level. Journal of Education and Learning. Vol. 7 (1), 29-34. DOI: http://dx.doi. org/10.11591/edulearn.v7i1.173 Di dalam kutipan ditulis : (Tekke & Ghani, 2013) 2) Journal Without Digital Objective Identifier (DOI) Dalam referensi ditulis : Arbiyah, N., Nurwianti, F., & Oriza, D. (2008). Hubungan bersyukur dengan subjective well being pada penduduk miskin. Jurnal Psikologi Sosial, 14(1), 11-24. Di dalam kutipan ditulis : (Arbiyanti, Nurwianti, & Oriza, 2008) 3) E-Journal Dalam referensi ditulis : Crouch, M. (2016). “Constitutionalism, Islam and the Practice of Religious Deference: the Case of the Indonesian Constitutional Court.” Australian Journal of Asian Law 16, 2: 1-15. http://papers. ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2744394, diakses 31 Maret 2016. Di dalam kutipan ditulis : (Crouch, 2016) e. Article Website 1) Dengan Penulis Dalam referensi ditulis : Hendrian, D. (2016, Mei 2). Memprihatinkan Anak Pengguna Narkoba Capai 14.000. Retrieved September 27, 2017, from http://www.kpai.go.id/berita/memprihatinkan-anak-pengguna- narkoba-capai-14-ribu/ Di dalam kutipan ditulis : (Hendrian, 2016) 2) Tanpa Penulis Six sites meet for comprehensive anti-gang initiative conference. (2006, November/December). OJJDP News @ a Glance. Retrieved from: http://www.ncjrs.gov/htmllojjdp/news_ acglance/216684/topstory.htmI tanggal 10 Agustus 2012. Di dalam kutipan ditulis : (http://www.ncjrs.gov/htmllojjdp/ news_acglance/216684/topstory.htmI, 2006) f. Skripsi, Tesis, atau Disertasi Yang Tidak Dipublikasikan Dalam referensi ditulis : Saifuddin, A. (2016). Peningkatan Kematangan Karier Peserta Didik SMA Melalui Pelatihan Reach Your Dreams dan Konseling Karier (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Magister Psikologi Profesi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Di dalam kutipan ditulis : (Saifuddin, 2016) g. Manuskrip Institusi Pendidikan Yang Tidak Dipublikasikan Dalam referensi ditulis : Nuryati, A., & Indati, A. (1993). Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar. Unpublished Manuscript, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Di dalam kutipan ditulis : (Nuryati & Indiati, 1993) 5. In writing the citation’s would be better and suggested to use software of citation manager, like Mendeley, Zotero, End-Note, Ref- Works, Bib-Text, and so forth, with following standard of American Psychological Association 6th Edition. 6. Arabic transliteration standard used International Journal of Middle Eastern Studies. For detailed transliteration could be seen at http:// ijmes.chass.ncsu.edu/docs/TransChart.pdf 7. Article must be free from plagiarism; through attached evidence (screenshot) that article has been verified through anti-plagiarism software, but not limited to the plagiarism checker (plagramme.com). Author Fee al-Balagh : Jurnal Dakwah dan Komunikasi will not charge anything to the author for submission fee or publication fee. Submission Preparation Checklist As part of the submission process, authors are required to check off their submission’s compliance with all of the following items, and submissions may be returned to authors that do not adhere to these guidelines. 1. The submission has not been previously published, nor is it before another journal for consideration (or an explanation has been provided in Comments to the Editor). 2. The submission file is in OpenOffice, Microsoft Word, RTF, or WordPerfect document file format. 3. Where available, URLs for the references have been provided. 4. The text is single-spaced; uses a 12-point font; employs italics, rather than underlining (except with URL addresses); and all illustrations, figures, and tables are placed within the text at the appropriate points, rather than at the end. 5. The text adheres to the stylistic and bibliographic requirements outlined in the Author Guidelines, which is found in About the Journal. 6. If submitting to a peer-reviewed section of the journal, the instructions in Ensuring a Blind Review have been followed. Copyright Notice Authors who publish with this journal agree to the following terms: • Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work›s authorship and initial publication in this journal. • Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal’s published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal. • Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work. Privacy Statement The names and email addresses entered in this journal site will be used exclusively for the stated purposes of this journal and will not be made available for any other purpose or to any other party. Skup dakwah : manajemen dakwah, bimbingan dan konseling Islam, psikologi, psikologi dakwah, analisis sosial, sejarah dakwah, filsafat dakwah, sosiologi dakwah, ilmu dakwah, manajemen traveling dan wiisata religi, manajemen pelayanan haji, global islamic tourism, metodologi dakwah, relasi dakwah dengan budaya. Skup komunikasi : public relation, komunikasi dan penyiaran Islam, psikologi komunikasi, komunikasi interpersonal dan sosial, komunikasi antar budaya, jurnalistik, komunikasi massa, human relations.