RELASI TINGKAT KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI REMAJA Asvi Isminayah dan Supandi Bimbingan dan Konseling Islam, Institut Agama Islam Negeri Surakarta Keywords: harmonic family, self concept, adolescent. http://ejournal.iain-surakarta.ac.id/al-balagh © 2016 IAIN Surakarta ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Alamat korespondensi: e-mail: asviisminayah@yahoo.co.id irfansupandi@ymail.com Abstract Abstract Self concept is individual evaluation of one’s characteristics and ability. A family as the first and major institution for the adolescent has an important role in providing education, love, guidance and supervision so they can grow up with positive self concept. The purpose of the research is to know the relationship between the harmony level of family and the self concept of adolescent in Bayat, Klaten. The research uses correlative quantitative method. It involves 53 adolescent chosen by random sampling. The result of the research shows high harmony level of family in Bayat (71,7%), and high category of adolescent’s self concept (56,6%). The hypothesis testing with Pearson Product Moment correlative analysis shows that there is positive and significant relationship between the harmony level of family and the adolescent’s self concept with the probability 0,000 (< 0,05) and correlation coefficient (rxy) 0,713. Konsep diri merupakan penilaian individu mengenai keadaan dirinya tentang karakteristik dan kemampuannya. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama dalam kehidupan remaja, mempunyai peran penting dalam memberikan pendidikan, curahan kasih sayang, arahan, dan pengawasan kepada remaja agar mereka tumbuh dengan memiliki konsep diri yang positif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat keharmonisan keluarga dengan konsep diri remaja di Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional. Penelitian ini dilakukan pada 53 remaja yang ditentukan dengan Random Sampling. Hasil penelitian ini adalah tingkat keharmonisan keluarga di 234 | Asvi Isminayah dan Supandi – Relasi Tingkat Keharmonisan Keluarga Kecamatan Bayat termasuk dalam kategori tinggi dengan prosentase sebesar 71,7% dan konsep diri remaja temasuk dalam kategori sangat tinggi dengan prosentase sebesar 56,6%. Pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis korelasi Pearson Product Moment menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat keharmonisan keluarga dengan konsep diri remaja, terlihat dari probabilitas sebesar 0,000 (< 0,05) dan dengan koefisien korelasi sebesar (r xy ) 0,713. PENDAHULUAN Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai mahluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan bagi anak. Orang tua dikatakan pendidik pertama karena dari merekalah seorang anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan dari orang tua menjadi dasar perkembangan dan kehidupan bagi anak dikemudian hari. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor terpenting untuk mempersiapkan remaja menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat (Yusuf 2004, 37). Suasana iklim yang kondusif dalam keluarga seperti kebersamaan dan kasih sayang dalam lingkungan keluarga merupakan salah satu sikap yang akan membentuk kepribadian setiap anggotanya, terutama bagi pertumbuhan dan perkembangan dalam hal pembentukan sikap dan perilaku sehari-hari. Dengan demikian keluarga yang harmonis merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan pribadi para anggotanya (terutama remaja). Keluarga yang harmonis (fungsional) yaitu keluarga yang telah mampu melaksanakan fungsinya yaitu memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang dan mengembangkan hubungan yang baik diantara anggota keluarga. – Vol. 1, No. 2, Juli – Desember 2016 | 235 Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Perubahan-perubahan kepribadian disini sangat cepat dan menimbulkan banyak ketegangan. Pada masa transisi ini terjadi storm and stress yang ditandai dengan emosi yang bergolak serta mempengaruhi daya fikir dan perilakunya. Perlakuan, sikap dan suasana yang diterima remaja di lingkungan keluarga akan membentuk pola perilaku remaja dalam upaya untuk membentuk gambaran diri atau konsep dirinya. Konsep diri adalah cara pandang seseorang mengenai dirinya sendiri. Dengan kata lain konsep diri merupakan pandangan subjektif individu mengenai keadaan dirinya tentang karakteristik dan kemampuannya, baik itu pandangan individu tentang dirinya dalam hubungan dengan orang lain maupun dengan lingkungannya (Prayitno 2006, 23-124). Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Bagaimana individu memandang dirinya akan tampak dari seluruh perilakunya. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Platini (2006) yang meneliti tentang hubungan antara keharmonisan keluarga dan rasa percaya diri dengan prestasi belajar siswa kelas II Rumpun Mesin SMK Nugraha Boyolali Tahun Pelajaran 2006/2007. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumbangan relatif untuk variabel keharmonisan keluarga sebesar 74,17% dan sumbangan efektifnya 30,17%. Jadi hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa keharmonisan keluarga memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar siswa kelas II Rumpun Mesin SMK Karya Nugraha Boyolali. KEHARMONISAN KELUARGA Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keharmonisan berasal dari kata harmonis yang mendapatkan imbuhan ke – an, pengertian harmonis adalah keadaan selaras, serasi dan dapat juga diartikan rumah tangga yang dalam pemilihan warna-warna yang menciptakan keindahan (Poerwadarminta 2002, 123). Sedang pengertian keluarga menurut Gunarsa (2004, 185) adalah unit sosial yang paling kecil dalam masyarakat 236 | Asvi Isminayah dan Supandi – Relasi Tingkat Keharmonisan Keluarga yang peranannya besar sekali terhadap perkembangan sosial, terlebih pada awal-awal perkembangannya yang menjadi landasan bagi perkembangan kepribadian yang selanjutnya. Sehingga keharmonisan keluarga ialah bilamana seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan, kekecewaan dan puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dirinya (eksistensi dan aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik, mental, sosial dan emosi (Gunarsa 1995, 7). Keharmonisan keluarga bersumber dari kerukunan hidup yang dalam keluarga. Kebiasaan sesama anggota keluarga terdapat hubungan yang nyata, teratur dengan baik, terutama sekali hubungan anak dengan orang tua. Jadi, keharmonisan keluarga merupakan sarana pembentuk karakter dan kepribadian anak. Oleh sebab itu keluarga yang memiliki latar belakang yang baik akan mampu membimbing dan mengarahkan anaknya kearah yang mereka cita-citakan. Keharmonisan keluarga sendiri mempunyai beberapa kualifikasi yaitu menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga, mempunyai waktu bersama keluarga, mempunyai komunikasi yang baik antar keluarga, saling menghargai sesama anggota keluarga, kualitas dan kuantitas konflik yang minim dan adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga (Hawari 1997, 81). Konsep Diri Konsep diri yaitu pandangan dan perasaan kita mengenai diri kita sendiri, persepsi ini boleh bersifat psikologi, sosial dan psikis (Rahmat 2003, 125). Konsep diri bukan hanya gambaran diskriptif akan tetapi mencakup penilaian kita. Pengertian konsep diri secara umum mencakup pada persepsi seseorang mengenai dirinya sendiri. Persepsi ini terbentuk melalui berbagai pengalaman dan berbagai bentuk persepsi terutama dipengaruhi oleh adanya hadiah dan hukuman yang diberikan orang lain terhadap dirinya atas setiap perilaku. Konsep diri ini mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Bagaimana individu memandang – Vol. 1, No. 2, Juli – Desember 2016 | 237 dirinya akan tampak dari seluruh perilakunya. Dengan kata lain individu akan bertindak positif atau pun negatif tergantung dari konsep dirinya. Konsep diri ada dua yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Ciri-ciri konsep diri positif yaitu merasa yakin akan kemampuannya dalam mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat dan mampu memperbaiki dirinya. Sedangkan ciri-ciri konsep diri negatif yaitu peka terhadap kritik, responsif sekali terhadap pujian, terlalu kritis, tidak sanggup mengakui dan menghargai orang lain, merasa tidak disenangi orang lain dan bersikap pesimis terhadap kompetisi, ditandai keengganan untuk bersaing. (Rahmad 2003, 105) METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional. Sampelnya adalah remaja yang ada di Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten yang masih dalam batas usia 12-21 tahun yang dipilih dengan Random Sampling sehingga diperoleh sampel sejumlah 53 remaja. Penelitian ini menggunakan lembar kuesioner sebagai instrumen utama. HASIL PENELITIAN Tingkat Keharmonisan Keluarga Pengolahan data menunjukkan variabel tingkat keharmonisan keluarga skor terendah yang dicapai adalah 73 dan skor tertinggi 109 dari data tersebut diperoleh harga rerata (mean) sebesar 92,47, nilai tengah (median) sebesar 92,00, modus (mode) sebesar 89, standar deviasi sebesar 8,601, dan variance sebesar 73,895. Berdasarkan data tersebut dibuat distribusi kecenderungan variabel tingkat keharmonisan keluarga dari 53 responden tersebut dengan menghitung harga Mean ideal (Mi) dan Standar Deviasi ideal (SDi). 238 | Asvi Isminayah dan Supandi – Relasi Tingkat Keharmonisan Keluarga Tingkat keharmonisan keluarga diukur dengan 30 pernyataan dengan skala 1 sampai dengan 4. Dari 30 butir pernyataan yang ada, diperoleh skor tertinggi ideal (30 x 4) = 120 dan skor terendah ideal (30 x 1) = 30. Dari data tersebut diperoleh hasil Mean ideal (Mi) = 1/2 x (120 + 30) = 75 dan Standar Deviasi ideal (SDi) = 1/6 x (120 - 30) = 15. Perhitungan identifikasi kecenderungan didasarkan pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Identifikasi Kecenderungan Tingkat Keharmonisan Keluarga No Formula *) Hitungan Rentang Skor Kategori 1 X < (Mi-1,5.SDi) X < 52,5 30 – 52,4 Sangat Rendah 2 (Mi-1,5.SDi) ≤ X < Mi 52,5 ≤ X < 75 52,5 – 74,9 Rendah 3 Mi ≤ X < (Mi+1,5.SDi) 75 ≤ X < 97,5 75 – 97,4 Tinggi 4 (Mi+1,5.SDi) ≤ X 97,5 ≤ X 97,5 – 120 Sangat Tinggi Tabel 2. Kategori Tingkat Keharmonisan Keluarga No Rentang Skor F % Kategori 1 30 – 52,4 0 0,0 Sangat Rendah 2 52,5 – 74,9 3 5,7 Rendah 3 75 – 97,4 38 71,7 Tinggi 4 97,5 – 120 12 22,6 Sangat Tinggi Jumlah 53 100 Sumber: Data primer yang diolah 2016 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui tingkat keharmonisan keluarga pada kategori sangat tinggi sebanyak 12 remaja (22,6 %), kategori tinggi sebanyak 38 remaja (71,7 %) kategori rendah sebanyak 3 remaja (5,7%), kategori sangat rendah sebanyak 0 remaja (0%). Dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat keharmonisan keluarga dikategorikan dalam kategori tinggi. Data Konsep Diri Remaja Berdasarkan data penelitian yang diolah dengan menggunakan bantuan komputer program Microsoft Exel 2007 dan SPSS 16.0 untuk – Vol. 1, No. 2, Juli – Desember 2016 | 239 variabel konsep diri remaja skor terendah yang dicapai adalah 79 dan skor tertinggi 122 dari data tersebut diperoleh harga rerata (mean) sebesar 102,47, nilai tengah (median) sebesar 105,00, modus (mode) sebesar 106, standar deviasi sebesar 10,620 dan variance sebesar 112,792. Hasil distribusi frekuensi data variabel konsep diri remaja yang disajikan pada tabel digambarkan dalam histogram sebagai berikut: Gambar 2. Histogram Konsep Diri Remaja Sumber: Data primer yang diolah 2016 Berdasarkan data di atas dapat dibuat distribusi kecenderungan variabel konsep diri remaja dari 53 responden tersebut dengan menghitung harga Mean ideal (Mi) dan Standar Deviasi ideal (SDi). Konsep diri remaja diukur dengan 32 pernyataan dengan skala 1 sampai dengan 4. Dari 32 butir pernyataan yang ada, diperoleh skor tertinggi ideal (32 x 4) = 128 dan skor terendah ideal (32 x 1) = 32. Dari data tersebut diperoleh hasil Mean ideal (Mi) = 1/2 x (128 + 32) = 80 dan Standar Deviasi ideal (SDi) = 1/6 x (128 – 32) = 16. Perhitungan identifikasi kecenderungan didasarkan pada tabel di bawah ini: 240 | Asvi Isminayah dan Supandi – Relasi Tingkat Keharmonisan Keluarga Tabel 3. Identifikasi Kecenderungan Konsep Diri Remaja No Formula *) Hitungan Rentang Skor Kategori 1 X < (Mi-1,5.SDi) X < 56 32 – 55 Sangat Rendah 2 (Mi-1,5.SDi) ≤ X < Mi 56 ≤ X < 80 56 – 79 Rendah 3 Mi ≤ X < (Mi+1,5.SDi) 80 ≤ X < 104 80 – 103 Tinggi 4 (Mi+1,5.SDi) ≤ X 104 ≤ X 104 – 128 Sangat Tinggi Tabel 4. Kategori Konsep Diri Remaja No Rentang Skor F % Kategori 1 32 – 55 0 0,0 Sangat Rendah 2 56 – 79 1 1,9 Rendah 3 80 – 103 22 41,5 Tinggi 4 104 – 128 30 56,6 Sangat Tinggi Jumlah 53 100 Sumber: Data primer yang diolah 2016 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui konsep diri remaja pada kategori sangat tinggi sebanyak 30 remaja (56,6%), kategori tinggi sebanyak 22 remaja (41,5%), kategori rendah sebanyak 1 remaja (1,9%), kategori sangat rendah sebanyak 0 remaja (0%). Dapat disimpulkan bahwa variabel konsep diri remaja dikategorikan dalam kategori sangat tinggi. Uji Normalitas Uji normalitas terhadap data yang didapat adalah berikut : Tabel 5. Uji Normalitas Sebaran Data Tingkat Keharmonisan Keluarga dan Konsep Diri Remaja Variabel Chi Square Df Signifikan Probabilitas Bentuk Tingkat Keharmonisan Keluarga 11,623 24 0,984 > 0,05 Normal Konsep Diri Remaja 13,094 30 0,997 > 0,05 Normal Berdasarkan uji normalitas terhadap tingkat keharmonisan keluarga diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,984 > 0,05, atau diperoleh nilai Chi Square sebesar 11,623 dengan Df sebesar 24. Nilai Df pada tabel Harga Chi kuadrat dengan taraf signifikan 5% sebesar 36,42. Artinya nilai X2 – Vol. 1, No. 2, Juli – Desember 2016 | 241 hitung sebesar 11,623≤ X2 tabel sebesar 36,42 sehingga menunjukkan bahwa sebaran data tingkat keharmonisan keluarga memiliki distribusi normal. Uji normalitas terhadap konsep diri remaja diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,997 > 0,05, atau diperoleh nilai Chi Square sebesar 13,094 dengan Df sebesar 30. Nilai Df pada tabel Harga Chi kuadrat dengan taraf signifikan 5% sebesar 43,77. Artinya nilai X2 hitung sebesar 13,094 ≤ X2 tabel sebesar 43,77 sehingga menunjukkan bahwa sebaran data konsep diri remaja memiliki distribusi normal. Uji Linieritas Hasil pengujian linieritas seperti terangkum dalam tabel berikut ini : Tabel 6. Uji Linieritas Tingkat Keharmonisan Keluarga dengan Konsep Diri Remaja Hubungan Variabel F Df Signifikan p Keterangan Tingkat Keharmonisan Keluarga dengan Konsep Diri Remaja 0,813 29 22 0,703 > 0,05 Linier Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai probabilitas sebesar 0,703 > 0,05, atau diperoleh nilai F sebesar 0,813 dengan Df 29, 22. Nilai Df pada tabel Harga Distribusi F dengan taraf signifikan 5% sebesar 1,98. Artinya nilai F hitung sebesar 0,703 ≤ F tabel sebesar 1,98 sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang dikelola dapat diterima dan dinyatakan linier. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dengan melihat nilai r hitung pada hasil pengolahan data dengan bantuan komputer program SPSS 16.0. Hasil analisis menunjukkan adanya korelasi antara tingkat keharmonisan keluarga dengan konsep diri remaja dalam tabel berikut: 242 | Asvi Isminayah dan Supandi – Relasi Tingkat Keharmonisan Keluarga Tabel 9. Uji Hipotesis Variabel r xy Signifikan Keterangan Tingkat Keharmonisan Keluarga* Konsep Diri Remaja 0,713 0,000 Ada hubungan Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat hasil pengujian korelasi menunjukkan taraf signifikan sebesar 0,000 untuk hubungan antara tingkat keharmonisan keluarga dengan konsep diri remaja atau menunjukkan taraf signifikan < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel tingkat keharmonisan keluarga dengan variabel konsep diri remaja. Tabel di atas juga menunjukkan hasil r hitung antara tingkat keharmonisan keluarga dengan konsep diri remaja (r xy ) sebesar 0,713 atau r hitung (0,713) > r tabel 0,266. Karena r hitung dihasilkan positif maka menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara tingkat keharmonisan keluarga dengan konsep diri remaja. Artinya apabila tingkat keharmonisan keluarga meningkat maka konsep diri remaja juga meningkat, namun sebaliknya apabila tingkat keharmonisan keluarga menurun maka konsep diri remaja juga menurun. Dan tabel diatas juga menunjukkan bahwa r hitung (0,713) > r tabel 0,266, maka hal ini dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang tinggi antara tingkat keharmonisan keluarga dengan konsep diri remaja. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan atara tingkat keharmonisan keluarga dengan konsep diri remaja di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten PEMBAHASAN Hasil analisis variabel tingkat keharmonisan keluarga pada kategori sangat tinggi sebanyak 12 remaja (22,6 %), kategori tinggi sebanyak 38 remaja (71,7 %) kategori rendah sebanyak 3 remaja (5,7%), kategori sangat rendah sebanyak 0 remaja (0%). Dari hasil analisis variabel tingkat keharmonisan keluarga tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat – Vol. 1, No. 2, Juli – Desember 2016 | 243 keharmonisan keluarga di Kecamatan Bayat dapat dikategorikan dalam kategori tinggi. Untuk hasil analisis variabel konsep diri remaja pada kategori sangat tinggi sebanyak 30 remaja (56,6%), kategori tinggi sebanyak 22 remaja (41,5%), kategori rendah sebanyak 1 remaja (1,9%), kategori sangat rendah sebanyak 0 remaja (0%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel konsep diri remaja di Kecamatan Bayat dikategorikan dalam kategori sangat tinggi. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan probabilitas sebesar 0,000 untuk hubungan antara tingkat keharmonisan keluarga dengan konsep diri remaja atau taraf signifikan < 0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat keharmonisan keluarga dengan konsep diri remaja. Selain itu koefisien korelasi antara tingkat keharmonisan keluarga dengan konsep diri remaja yang dihasilkan sebesar 0,713 dan berada dalam kategori sangat tinggi, membuktikan bahwa tingkat keharmonisan keluargamemberikan kontribusi yang sangat tinggi terhadap konsep diri remaja. Sesuai hasil penelitian diketahui bahwa responden penelitian memiliki tingkat keharmonisan keluarga yang tinggi dan konsep diri yang sangat tinggi atau positif,dengan hasil korelasi positif dan signifikan. Artinya, semakin tinggi tingkat keharmonisan keluargayang diterima maka semakin tinggi konsep dirinya. Sebaliknya jika semakin rendah tingkat keharmonisan keluargayang diterima maka semakin rendah pula konsep dirinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Mulyana (2008, 8) yang menyatakan bahwa konsep diri yang paling dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga dan orang-orang dekat lainnya di sekitar kita (significant others). Di lingkungan ini individu mulai dikenalkan dengan kehidupan dan mulai memiliki pandangan-pandangan tentang dirinya yang didapat dari penilaian keluarga atau orang-orang terdekat. Positif atau tidaknya pandangan individu terhadap dirinya turut dipengaruhi oleh keluarga. 244 | Asvi Isminayah dan Supandi – Relasi Tingkat Keharmonisan Keluarga Individu dibesarkan dalam berbagai situasi yang diciptakan oleh orang tua. Prayitno (2006, 131-132) menjelaskan bahwa situasi sosial- emosional dalam keluarga yang hangat dapat dilihat dari tingkah laku orang tua yang suka menonjolkan dan menghargai aspek-aspek positif dari remaja dan meredam kelemahan-kelemahan mereka, memberi kesempatan menyatakan diri, baik dalam bentuk ide maupun dalam bentuk hasil karya atau ketrampilan. Lingkungan keluarga yang seperti itu membentuk konsep diri internal yang sehat atau positif pada diri mereka. Pendapat ini juga didukung oleh penelitian Platini (2006) yang meneliti tentang hubungan antara keharmonisan keluarga dan rasa percaya diri dengan prestasi belajar siswa kelas II Rumpun Mesin SMK Nugraha Boyolali Tahun Pelajaran 2006/2007 dengan sampel penelitian sebanyak 51 siswa dari populasi yang berjumlah 71 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumbangan relatif untuk variabel keharmonisan keluarga sebesar 74,17% dan sumbangan efektifnya 30,17%. Jadi hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa keharmonisan keluarga memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar siswa kelas II Rumpun Mesin SMK Karya Nugraha Boyolali. Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Angelita, dkk. (2013, 6), yang meneliti tentang hubungan antara dukungan orang tua dengan konsep diri pada remaja, dimana dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan orang tua dengan konsep diri remaja hal ini menunjukkan semakin tinggi dukungan orang tua maka semakin tinggi pula konsep diri remaja. Sebaliknya, semakin rendah dukungan orang tua maka semakin rendah pula konsep diri remaja. Konsep diri merupakan produk sosial yang dibentuk melalui proses internalisasi dan organisasi pengalaman-pengalaman psikologis. Pengalaman psikologis ini merupakan hasil eksplorasi individu terhadap lingkungan fisiknya dan refleksi dari dirinya yang diterima dari orang- orang penting disekitarnya. – Vol. 1, No. 2, Juli – Desember 2016 | 245 Keluarga merupakan salah satu faktor utama pembentukan konsep diri anggota keluarga tersebut. Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam membentuk konsep diri remaja karena sejak lahir, tumbuh dan berkembang remaja ada dalam lingkungan keluarga yang sudah tentu akan memberikan pengalaman hidup yang beraneka ragam. Perlakuan- perlakuan yang diberikan orang tua terhadap remaja akan membekas hingga dewasa dan membawa pengaruh terhadap konsep diri remaja baik konsep diri ke arah positif maupun negatif. Pada umumnya orang tua selalu menuntut remaja untuk menjadi individu yang diinginkan oleh mereka. Selain itu sikap orang tua yang berlebihan dalam melindungi remaja akan menyebabkan remaja tidak dapat berkembang dan mengakibatkan remaja menjadi kurang tingkat percaya dirinya dan memiliki konsep diri yang rendah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data penelitian mengenai hubungan antara tingkat keharmonisan keluarga dengan konsep diri remaja di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, maka dapat disimpulkan bahwa gambaran tingkat keharmonisan keluarga menunjukkan adanya tingkat keharmonisan keluarga yang tinggi yaitu sebesar (71,7 %). Sedangkan gambaran konsep diri remajanya menunjukkan adanya konsep diri yang sangat tinggi atau positif yaitu sebesar (56,6%). Dan dari hasil analisis korelasi product moment didapatkan nilai korelasi antara variabel tingkat keharmonisan keluarga dengan variabel konsep diri remaja (r xy ) sebesar 0,713 pada taraf signifikansi 0,000, sehingga r hitung (0,713) > r tabel (0,266) dan signifikansi 0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan atara tingkat keharmonisan keluarga dengan konsep diri remaja di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten yaitu apabila tingkat keharmonisan keluarga meningkat maka konsep diri remaja juga meningkat, namun sebaliknya apabila tingkat keharmonisan keluarga menurun maka konsep diri remaja juga menurun. 246 | Asvi Isminayah dan Supandi – Relasi Tingkat Keharmonisan Keluarga DAFTAR PUSTAKA Angelita, A.D., Tinneke, A.T., & Damajanti, H.C. 2013. Hubungan Dukungan Orang Tua Dengan Konsep Diri Remaja Di SMA Negeri 1 Manado. ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prasedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Asweni, Resti & Khairani. 2013. Korelasi Antara Konsep Diri Sosial Dengan Hubungan Sosial. Jurnal Ilmiah Konseling Januari 2013, Vol. 2, No. 1, hal. XX-YY Bahri, Syaiful. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Djalali, As’ad. 2014. Keharmonisan Keluarga, Konsep Diri dan Interaksi Sosial. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia Januari 2014, Vol. 3, No. 01, hal 71 – 82. Gunarsa, Singgih D. 1995. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta. _____________ . 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. _____________ . 2004. Psikologi Perkembangan Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia. Hadi, Sutrisno. 1994. Metodologi Research 1. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Hawari, Dadang. 1997. Al Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Dana Bakti Primayasa. Hurlock, Elisabeth B. (Diterjemahkan: Istiwidayanti dan Soejaewo). 1980. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Maslow, A. H. 1970. Motivation and Personality. New York: Harper & Row. Monks & Knoers (Diterjemahkan: Siti Rahayu Haditomo). 2002. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiaannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya Mustofa. 1986. Ayah Bunda. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Narendra, dkk. (2008). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto. – Vol. 1, No. 2, Juli – Desember 2016 | 247 Platini, Maritha. (2006). Hubungan Antara Keharmonisan Keluarga dan Rasa Percaya Diri Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas II Rumpun Mesin SMK Nugraha Boyolali Tahun Pelajaran 2006/2007. Jurnal Penelitian. Prayitno, Elida. 2006. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang: Angkasa Raya. Pujdijogyanti, Clara R. 1995. Konsep Diri dalam Pendidikan. Jakarta: PT Arcan. Poerwadarminta. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdiknas, ed.3 cet. II. Jakarta: Balai Pustaka. Rahmad, Jalaluddin. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Remaja. Edisi Enam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Savitri, Intan. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta: Remaja Rosdakarya. Sudjana. 2005. Methode Statistika. Bandung: Tarsito Sulaeman, M.I. 1994. Pendidilkan Dalam Keluarga. Bandung: Alfabeta. Suryabrata, Sumardi. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali. Willis, Sofyan. 2009. Konseling Keluarga. Bandung: Alfabeta. Yusuf, Syamsu. 2004 Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.