KONSELING KELOMPOK BERBASIS NILAI-NILAI ISLAM UNTUK MENINGKATKAN KEJUJURAN SISWA (Studi Kasus di SMP-IT Masjid Syuhada Yogyakarta) Yusuf Hasan Baharudin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nahdlatul Ulama Al-Ghazali (UNUGHA) Cilacap Keywords: communication, Culture, Kompolan Sabellesen, Sufistic proselytizing. http://ejournal.iain-surakarta.ac.id/al-balagh © 2016 IAIN Surakarta ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Alamat korespondensi: e-mail: yusuf.hasan.b@gmail.com Abstract The research is aimed to measure the effectiveness of Islamic values used as a material in group counseling service in the school to increase the honesty of students at SMP-IT Masjid Syuhada Yogyakarta. The research method used is one group pre-test and post-test design experiment involving eight students of SMP-IT Masjid Syuhada. The research subject is chosen from the scale of the lowest honesty and based on the result of discussion among the researcher, the school counselor and the master of the class. The data are collected by using the scale of students’ honesty (ri= 0,367 – 0,729 α= 0,810 ), questionnaire, observation, and interview. The data analysis technique used is wilcoxon signed ranks test. The result of wilcoxon signed ranks test shows different score of the research subject’s (the students) honesty level before and after joining the group counseling service based on Islamic values (manipulation), Z = -2,232 and p-value = 0,026 (p-values < 0,050. The practical nuance of Islamic values supports the research subject in understanding and practicing the teaching got from their study and interaction with their parents and other people in their daily life. It can be concluded from the research that group counseling based on Islamic values can increase the students’ honesty, so it can be used to develop the counseling service in the school especially for the students with low level of honesty. 216 | Yusuf Hasan Baharudin – Konseling Kelompok Berbasis Nilai-nilai Islam Abstrak Penelitian dilakukan untuk mengukur efektifitas penggunaan nilai- nilai keislaman sebagai materi dalam layanan konseling kelompok di sekolah untuk meningkatkan kejujuran siswa SMP-IT Masjid Syuhada Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah eksperimen one group pre and posttest design, melibatkan 8 siswa SMP-IT Masjid Syuhada. Penentuan subjek dipilih dari skala kejujuran terendah dan berdasarkan diskusi peneliti dengan guru BK dan wali kelas. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala kejujuran siswa (r i = 0,367 – 0,729 α= 0,810 ), angket, observasi, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan dalah menggunakan uji wilcoxon signed ranks test. Hasil uji wilcoxon signed ranks test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor tingkat kejujuran subjek penelitian atau siswa antara sebelum dengan sesudah pemberian layanan konseling kelompok berbasis nilai-nilai Islam (manipulasi), dengan Z = -2,232 dan p-value = 0,026 (p-values < 0,050. Nuansa praktis nilai-nilai Islam tersebut memudahkan subjek penelitian dalam memahami dan mempraktekkan ajaran tersebut dalam kehidupan belajar, pergaulan, hubungan dengan orang tua dan umumnya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini berkesimpulan bahwa konseling kelompok berbasis nilai-nilai Islam dapat meningkatkan kejujuran siswa, sehingga dapat digunakan sebagai pengembangan layanan konseling di sekolah terhadap siswa yang mengalami tingkat kejujuran rendah. PENDAHULUAN Persaingan dalam segala bidang menjadi pola hidup yang tidak dapat dihindarkan pada masa kini, kejujuran kemudian menjadi barang antik yang sulit didapatkan. Setiap hari kita mendengar dan membaca berita tentang penipuan, perampokan, pencurian, penggelapan, pemalsuan, korupsi, manipulasi dan aksi-aksi lain yang bersumber dari tidak adanya kejujuran seseorang terhadap dirinya sendiri. Sebab jika orang mau jujur terhadap didri sendiri, bersedia mendengarkan suara hati nurani, pasti akan mengatakan bahwa semua tndakan diatas bertentangan dengan panggilan hati nurani yang tidak perneh membenarkan aksi-aksi tercela dan terkutuk itu. Karena suara hati nurani adalah hidayah Allah yang dikaruniakan kepada manusia dan menyatu dengannya. – Vol. 1, No. 2, Juli – Desember 2016 | 217 Berkurangnya atau hilangnya nilai kejujuran akan menimbulkan krisis kepercayaan yang pada gilirannya melahirkan krisis multi dimensi, yang dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan, baik pada tingkat kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, maupun sampai pada tingkat kehidupan berbangsa dan bernegara, jika manusia sudah meninggalkan apa yang disebut dengan “kejujuran”. Salah satu anugerah terbaik yang diberikan Islam kepada umat manusia adalah ajaran-ajaran dan konsep-konsep tentang akhlak mulia dan perilaku yang baik. Islam melalui wahyu memberikan penguatan terhadap nilai-nilai luhur yang dimiliki manusia sebagai fithrah, agar manusia senantiasa berada dalam kesadaran yang benar. Kesadaran yang benar tersebut akan menimbulkan perilaku yang benar, dan selanjutnya akan membimbing manusia untuk memiliki budaya perilaku (moral atau akhlak) yang benar. Selain memberikan penguatan terhadap nilai-nilai dan konsep-konsep luhur yang telah dimiliki oleh kesadaran manusia, Islam juga datang untuk mengingatkan manusia yang mungkin karena pengaruh hawa nafsu, lupa dan lalai akan nilai-nilai luhur tersebut. Islam hadir untuk membangkitkan kembali kesadaran luhur yang mungkin telah dilalaikan akibat kemaksiatan yang dilakukan manusia. Islam kembali menginformasikan konsep-konsep luhur tersebut supaya manusia kembali ingat dan kembali mengikuti hati nurani (akal sehat) dalam menempuh kehidupan. Bagian terdepan dari nilai-nilai dan konsep-konsep luhur yang ditegaskan dan diinformasikan ulang lewat wahyu Islam adalah kejujuran atau kebenaran, karena kejujuran adalah keutamaan yang paling utama dan pangkal segala akhlak dan perilaku yang mulia. Kebesaran dan kedudukan mulia kejujuran ditunjukkan oleh banyaknya ayat dalam Al Qur’an dan hadits-hadits yang diriwayatkan dari Nabi. Al Qur’an mensejajarkan antara iman, taqwa, dan kejujuran. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Nya: wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan jadilah kalian termasuk orang-orang yang jujur 218 | Yusuf Hasan Baharudin – Konseling Kelompok Berbasis Nilai-nilai Islam Bahkan Al Qur’an mengisyaratkan bahwa salah satu syarat kenabian adalah adanya sifat jujur dalam pribadinya, seperti dalam ayat-ayat: (1) Q.S Yusuf ayat ke-46: Yusuf wahai orang yang jujur. (2) Q.S. Maryam ayat ke- 41: ingatlah Ibrahim, ia adalah seorang yang jujur dan nabi. (3) Q.S Maryam ayat ke- 54: ingatlah Ismail, ia adalah orang yang benar janjinya, ia adalah seorang nabi dan rasul. Demikianlah, Yusuf, Ibrahim, Ismail, Muhammad dan nabi-nabi lainnya tentunya, adalah orang orang yang jujur dan benar, oleh karena itu salah satu sifat wajib nabi adalah ash shidq (kejujuran). As sunnah sebagaimana Al Qur’an juga banyak membahas dan menjelaskan tentang kejujuran dan kebohongan (sebagai lawan kejujuran). Dalam praktiknya kondisi generasi saat ini banyak pejabat pemerintah yang terkena kasus korupsi. Oleh karena itu siswa yang dalam hal ini sebagai generasi emas sangat perlu kiranya perlu mendapatkan bimbingan kelompok yang diharapkan bisa meningkatkan kejujuran siswa dalam segala aspek kehidupannya. Peneliti telah berusaha melacak beberapa sekolah menengah pertama yang memiliki basis pendidikan islam terpadu yang notabene bisa diharapkan dalam pendidikan atau bimbingan di sekolah bisa menghasilkan siswa yang memiliki sikap dan perilaku yang sesuai nilai-nilai Islam. Namun disana dijumpai ada siswa sekaligus bintang model yang sangat pintar dalam berbohong atau beralibi ketika ditanya oleh guru, dan menurut penuturan wali kelas dan guru BK anggapan dari orangtua siswa dan siswa tersebut kerjaan dan uang adalah nomor satu, sedangkan sekolah nomor dua, karena jika punya uang banyak untuk sekolah itu mudah sehingga menjadikan siswa tersebut sering membolos sekolah dan ketika ditanya banyak alasan ini itu. Kejadian tersebut harus disikapi dan dicarikan solusi supaya hal tersebut bisa diatasi dengan baik dan terselesaikan. – Vol. 1, No. 2, Juli – Desember 2016 | 219 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, namun didahului dengan penelitian pendahuluan berupa penelitian pustaka untuk menyusun instrumen eksperimen. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian pendahuluan. Penelitian pendahuluan ini berupa penelitian pustaka yang akan dijadikan sebagai sumber dalam menyusun manipulasi eksperimen yang akan digunakan dalam penelitian eksperimen. Maka dari itu, dalam langkah penelitian pertama ini dikaji lebih dalam (explore) mengenai konsep kejujuran dari nilai-nilai Islam dalam ajaran Al Qur’an dan Hadis, sehingga dapat ditemukan aaran-ajaran yang menjadi ciri khas pembahasan tentang kejujuran. Kemudian, hasil temuan tentang ajaran kejujuran tersebut diimplementasikan ke dalam konseling kelompok. Pengimplementasian ini dimaksudkan agar diperoleh materi yang sesuai harapan yaitu meningkatkan kejujuran siswa. Dimana dalam materi tersebut memuat bagaimana cara memberikan perlakuan konseling yang memiliki ciri khas tersendiri dengan bermaterikan nilai-nilai Islam. Data penelitian pendahuluan yang diperoleh dari beberapa sumber diatas kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis isi (content analysis). Proses ini menghasilkan konsep kejujuran berbasis nilai-nilai Islam dalam bentuk intrumen pengukuran nilai kejujuran siswa. Langkah kedua adalah penelitian eksperimen, yakni metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakukan tertentu dalam kondisi yang terkendali (Sugiyono 2013, 107). Tujuannya untuk mengetahui pengaruh atau hubungan sebab akibat (cause and effect relationship) dengan cara membandingkan hasil kelompok eksperimen yang diberikan perlakukan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakukan (Arifin 2011, 68). Desain penelitian ini adalah True Eksperimental, tujuannya untuk memprediksi keadaaan yang dapat dicapai melalui kesperimen yang sebenarnya, tetapi tidak ada pengontrolan dan atau manipulasi terhadap 220 | Yusuf Hasan Baharudin – Konseling Kelompok Berbasis Nilai-nilai Islam seluruh variabel yang relevan (Arifin 2011, 74). Pada desain ini terdapat kelompok eksperimen yang mendapat perlakukan materi nilai-nilai Islam. Adapun materi konseling yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan materi kejujuran dengan bersumber pada nilai-nilai Islam. Materi ini diuji cobakan dalam pelaksanaan layanan konseling di sekolah terhadap terhadap siswa dengan karakteristik memiliki tingkat kejujuran rendah setelah dilakukan pre-test. Para siswa diberikan konseling dengan bermaterikan nilai-nilai Islam. Penelitian ini menguji variabel bebas dan variabel terikat yang dilakukan terhadap kelompok eksperimen yang terdiri dari 8 siswa. Prosedurnya dimulai dengan pemeriksaan awal (pree test) untuk mengetahui kejujuran; langkah kedua, pemberian tindakan dengan bermaterikan kejujuran berasaskan nilai-nilai Islam dan langkah ketiga, pemberian post test untuk mengetahui perubahan kejujuran. Penentuan subjek penelitian ini berdasarkan kriteria sebagai berikut: (1) siswa SMP-IT kelas VIII; (2) memiliki skor kejujuran yang rendah dan (3) siswa yang memiliki masalah dalam hal kejujuran di sekolah berdasakan rekomendasi dari guru BK. Pelaksanaan penelitian ini termuat dalam beberapa tahap sebagai berikut : a. Tahap Awal Kegiatan pada tahap awal ini adalah: (1) penyusunan modul atau manipulasi; (2) telaah ulang modul; (3) penyusunan skala kejujuran; (4) uji coba skala. b. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan ini meliputi preetest, pelaksanaan konseling berbasis nilai-nilai islam, dan posttest. Tahap preetest diberikah kepada subjek penelitian yaitu siswa kelas VIII dengan kriteria yang telah ditentukan menggunakan skala kejujuran, yang bertujuan untuk mengetahui kondisi awal subjek penelitian. Kemudian, pelaksanaan konseling dilaksanakan dengan cara konseling kelompok yang mengacu pada modul atau panduan – Vol. 1, No. 2, Juli – Desember 2016 | 221 layanan konseling yang telah direvisi. Setelah itu, pemberian layanan konseling, subjek dikenai posttest untuk mengatahui perubahan kejujuran siswa. c. Tahap Akhir Tahap akhir ini terdiri dari tahap analisis data, pembahasan, dan penarikan kesimpulan. Analisis data dilakukan menggunakan uji statistik dengan bantuan program SPSS 22.0. Uji statistik ini dilakukan untuk mengetahui apakah konseling kelompok berbasis nilai-nilai islam dapat meningkatkan kejujuran siswa atau tidak dengan menggunakan uji beda Wilcoxon Signed Ranks Test. Selanjutnya, dari hasil analisis tersebut dibahas secara menyeluruh berdasarkan hasil data yang sudah diperoleh, sehingga dapat ditarik dan diketahui kesimpulan dari penelitian ini. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian akan disampaiakn juga beberapa saran atau rekomendasi terkait penelitian yang telah dilakukan dari awal sampai akhir. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: skala, angket, wawancara, dan observasi. Dalam proses pengukuran kejujuran siswa dilakukan dengan menggunakan skala psikologi yang diwujudkan dalam bentuk skala kejujuran siswa. Penyususnan skala tersebut berdasarkan aspek-aspek yang menunjukkan bahwa siswa memiliki karakteristik kejujuran yang tinggi atau rendah berdasarkan dari skala kejujuran tersebut. Aspek-aspek tersebut meliputi tiga aspek dimana siswa sering bersosialisasi yaitu pelajaran, pergaulan dan orang tua. 222 | Yusuf Hasan Baharudin – Konseling Kelompok Berbasis Nilai-nilai Islam Berikut tabel dimensi kejujuran siswa: Tabel: Blueprint Skala Kejujuran Dimensi Aspek Siswa Pernyataan Jumlah Butir D i m e n s i Aqidah Pelajaran Merasa takut mencontek ketika ulangan atau ujian nasional karena merasa diawasi oleh Allah 1 1 1 1 1 Pergaulan 1) Mengakui terhadap kesalahan dan kekurangan yang dimiliki 2) Menepati janji ketika janjian dengan teman, guru dan orang lain. Orangtua 1) Bilang kepada orang tua sudah melaksanakan shalat padahal belum 2) Tidak pernah menggunakan uang pembayaran SPP yang dikasih orangtua untuk beli jajan D i m e n s i Akhlak Pelajaran: 1) Tidak pernah menyontek dalam mengerjakan ulangan atau ujian 2) Lebih senang mengerjakan tugas sebisa saya daripada bagus tapi dikerjakan orang lain 3) Meminta jawaban kepada teman saat mengalami kesulitan dalam ujian 1 1 1 Pergaulan: 1) Mengembalikan uang kembalian saat disuruh belanja oleh orang tua 2) Mengemukakan perasaan terhadap segala sesuatau apa adanya 1 1 – Vol. 1, No. 2, Juli – Desember 2016 | 223 Orangtua: 1) Tidak membelanjakan uang untuk membeli buku sekolah tapi untuk jajan 2) Menyampaikan hasil ulangan kepada orang tua 1 1 D i m e n s i Ibadah Pelajaran: 1) Bilang kepada guru mengerjakan tugas sendiri padahal dikerjakan orang lain. 2) Berpura-pura membaca buku pelajaran ketika guru merintahkan membaca padahal yang dibaca adalah buku lain 3) Membantu teman yang kesulitan dengan memberikan contekan ketika ujian 1 1 1 1 1 1 1 Pergaulan: 1) Diam-diam membantu teman dalam hal kecurangan 2) Saya melaporkan kepada pihak yang berwajib jika menemukan benda atau barang. Orangtua: 1) Bilang kepada orangtua puasa padahal sudah makan secara diam-diam di siang hari 2) Membolos ngaji ketika pamit kepada orang tua berangkat ngaji di masjid. Total Butir Pernyataan 19 Skala disusun dengan menggunakan bentuk skala Likert dengan empat notasi pilihan jawaban, yakni SS: Sangat Setuju, S: Setuju, TS: Tidak 224 | Yusuf Hasan Baharudin – Konseling Kelompok Berbasis Nilai-nilai Islam Setuju, dan STS: Sangat Tidak Setuju. Pemberian skor pada skala tersebut adalah sebagai berikut. Pada jawaban SS diberikan skor 4, S diberikan skor 3, TS diberikan skor 2, dan STS diberikan skor 1. Skala kejujuran yang telah disusun, kemudian diuji agar dapat diketahui apakah butir soal dari skala tersebut valid dan reliabel atau tidak. Selanjutnya adalah ditarik suatu kesimpulan yang tepat. Dalam menarik sebuah kesimpulan tidak bisa secara langsung menyimpulkan begitu saja, namun diperlukan suatu cara yang disebut dengan analisis data yang bertujuan sebagai dasar yang dapat dipertanggungjawabkan dalam menginterpretasikan hasil penelitian. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertama, analisis statistik untuk mengetahui efektivitas konseling kelompok dengan bermaterikan nilai-nilai islam dalam meningkatkan kejujuran siswa. Analisis yang dimaksud adalah uji beda wilcoxon signed ranks test, yang bertujuan untuk mengetahui konseling mana yang lebih efektif dalam meningkatkan kejujuran siswa dan mengetahui hipotesis penelitian diterima atau ditolak. Analisis statistik ini menggunakan bantuan program SPSS 22.0. Kedua, analisis deskriptif digunakan untuk mengungkapkan keadaan perkembangan siswa atau konseli selama proses konseling berlangsung dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir. Analisis yang dimaksud menggunakan metode observasi dan interview terhadap subyek penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penggunaan nilai-nilai ajaran Islam sebagai materi dalam pemberian layanan koseling kelompok membutuhkan adanya penelitian pendahuluan yaitu penelitian eksplorasi sebelum pengujian atau penelitian eksperimen dilaksanakan. Dengan kata lain, penelitian eksplorasi ini dilakukan untuk menyusun materi manipulasi yang akan digunakan dalam penelitian eksperimen. Sehingga manipulasi yang diberikan dalam penelitian eksperimen bermaterikan ajaran nilai-nilai Islam ada kaitannya dengan – Vol. 1, No. 2, Juli – Desember 2016 | 225 peningkatan kejujuran. Hasil penelitian eksplorasi menunjukkan bahwa ajaran nilai-nilai Islam dalam Al-Qur’an dan Hadis bisa dijadikan sebagai materi dalam penelitian eksperimen. Hal ini dipahami oleh peneliti mengenai ajaran kejujuran ke dalam aspek belajar, pergaulan dan orang tua, dimana ketiga aspek tersebut sangat dekat hunungannya dengan siswa sekolah menengah pertama. Hasil penelitian eksplorasi di atas, selanjutnya dikombinasikan dengan teknik-teknik yang cocok dalam peningkatan kejujuran dan penurunan ketidakjujuran siswa, yakni penguatan positif (positive reinforcement), desensitisasi sistematik, dan modeling atau percontohan. Adapun hasil analisis data yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian eksperimen menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kejujuran siswa setelah manipulasi berupa pemberian layanan konseling kelompok berbasis nilai-nilai Islam. Peningkatan tersebut dapat diketahui dari hasil analisis data kuantitatif. Hasil analisis menggunakan uji wilcoxon signed ranks test adalah sebesar -2,232 dengan p-value sebesar 0,026 (<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa manipulasi yang telah disusun dapat meningkatkan kejujuran siswa yang mengalami tingkat kejujuran rendah. Selain itu, peningkatan kejujuran siswa juga dapat dilihat pada table descriptive statistics. Pada tebel tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang cukup baik pada nilai rata-rata (mean) skor pretest dan posttest, yakni dari 46,86 menjadi 51,29. Adanya peningkatan ini semakin menunjukkan bahwa manipulasi atau pemberian layanan konseling kelompok berbasis nilai-nilai Islam dapat mempengaruhi tingkat kejujuran siswa menjadi lebih baik. Pada pertemuan pertama dilaksanakan kegiatan yang berusaha mengakrabkan hubungan antar sesama anggota kelompok. Adanya pengakraban ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa saling percaya antar anggota sehingga mereka mampu memahami dirinya sendiri dan memahami kondisi anggota lain. Kemudian pada pertemuan kedua, setelah 226 | Yusuf Hasan Baharudin – Konseling Kelompok Berbasis Nilai-nilai Islam eksplorasi problem dilakukan siswa diberi terapi dengan beberapa teknik konseling berupa penguatan positif (positive reinforcement), desensitisasi sistematik, dan modeling atau percontohan. Terapi tersebut diberikan dengan mengedepankan dimensi spiritual dan ajaran nilai-nilai Islam yang terdapat dalam Al Qur’an dan Hadis tentang kejujuran. Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa subjek penelitian yang disertakan dalam penelitian sebanyak 8 siswa. Namun dalam perjalanannya pada pertemuan kedua dan ketiga terdapat satu siswa yang tidak bisa mengikuti kegiatan konseling dikarenakan sakit habis kecelakaan. Dari hasil analisis data kuantitatif di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak semuanya siswa mengalami peningkatan skor kejujuran. Hal tersebut dapat dilihat dan dipahami dari penjelasan table ranks, yakni dari tujuh siswa terdapat 6 siswa yang mengalami peningkatan skor dan 1 siswa tidak mengalami perubahan skor atau tetap. Bervariasinya skor tingkat kejujuran siswa di atas dapat disebabkan oleh berbagai hal. Salah satunya adalah sesuai yang diungkapkan Cohen dan Milgramm bahwa manusia mempunyai kemampuan yang terbatas untuk memproses berbagai informasi dari lingkungan (Sukmana 2002, 40). Apabila sejumlah informasi dari lingkungan melebihi kemampuan individu untuk memprosesnya, maka terjadilah kelebihan beban informasi dan tindakan yang diambil adalah menyebabkan individu hanya memperhatikan informasi yang dianggap penting saja. Belum terserapnya materi manipulasi secara keseluruhan menyebabkan pemahaman terhadap makna kejujuran juga tidak terpenuhi secara maksimal. Hal ini dikarenakan serangkaian pelaksanaan konseling kelompok berbasis nilai-nilai Islam dari pertemuan pertama sampai ketiga berisi kegiatan yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Dengan demikian, penerimaan materi yang hanya sebagian menyebabkan pemenuhan pemahaman arti penting kejujuran belum tercapai sehingga masih ada siswa yang skor tingkat kejujurannya hanya naik sedikit dan tetap. – Vol. 1, No. 2, Juli – Desember 2016 | 227 Tidak adanya perubahan skor tingkat kejujuran DVS dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah karena ia belum secara maksimal dalam pemenuhan niali-nilai pengalamannya. Kurangnya pengalaman hidup menyebabkan pemenuhan makna kejujuran dalam hidup menjadi kurang maksimal. PENUTUP Kesimpulan Penelitian ini menyimpulkan bahwa konseling kelompok berbasis nilai-nilai Islam dapat meningkatkan kejujuran. Temuan ini dapat dipahami dari skor uji wilcoxon signed ranks test sebesar -2,232 dengan p-value sebesar 0,026 (<0,05). Selain itu peningkatan skor kejujuran siswa juga dapat diketahui dari meningkatnya nilai rata-rata (mean) antara pretest dan posttest yakni dari 46,86 menjadi 51,29. Suasana praktis ajaran nilai-nilai Islam tentang kejujuran memudahkan subjek penelitian dalam memahami dan mempraktekkan ajaran nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari khususnya sekolah (pelajaran), pergaulan dan keluarga (hubungan dengan orang tua). Diantara ajaran yang dimaksudkan dalam pelaksanaan kejujuran seperti meniru Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi umatnya sehingga dijuluki al-amin, menjaga pergaulan dengan senantiasa menepati janji jika janjian dengan teman dan bersikap jujur terhadap orangtua dalam hal ibadah, kewajiban untuk sekolah dan lain-lain. Kesemuanya itu mampu meningkatkan kejujuran masing-masing subjek penelitian karena metode untuk meningkatkan kejujuran adalah modeling atau mencontoh, penguatan positif dan desensitisasi sistematik. Saran-saran Berdasarkan pelaksanaan dan temuan hasil penelitian diatas, diperlukan beberapa saran yang ditujukan kepada beberapa pihak mengenai 228 | Yusuf Hasan Baharudin – Konseling Kelompok Berbasis Nilai-nilai Islam konseling kelompok berbasis nilai-nilai Islam tentang ajaran kejujuran. Adapun beberapa saran yang sudah disusun berdasarkan temuan hasil penelitian di atas adalah sebagai berikut. Dalam pengkajian materi konseling kelompok berbasis nilai-nilai Islam tentang kejujuran yang bersumber dari Al Qur’an, Hadis dan karya ilmiah yang berjudul, Pelatihan Lengkap Tazkiyatun Nafs Terjemahan Maman Abdurrahman Asegaf, Profhetic Leadershif: Membentuk Kepribadian Para Pemimpin Berbasis Spiritualis karangan Rahmat Ramadhana Al-Banjari, Imam Al Ghazali sebagaimana dikutip oleh Shafwat Abdul Fatah dalam bukunya Mungkinkah Kita Jujur, dalam mengkaji sumber tersebut masih terhambat dengan keterbatasa pengetahun peneliti dalam memahaminya. Oleh karena itu, dalam penelitian berikutnya disarankan perlu ada pengkajian yang lebih mendalam dan meluas mengenai kajian keislaman, sehingga materi-materi yang akan diberikan dalam layanan konseling lebih berkembang, mengena dan disesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Salah satu keterbatasan dalam penelitian ini tidak hanya adanya kelompok control sebagai pembanding dari kelompok eksperimen. Oleh karena itu, peningkatan yang dialami oleh subjek penelitian belum bisa dipastikan karena pengaruh dari menipulasi yang diberikan, sehingga perlu adanya kelompok control untuk menguji efektivitas konseling kelompok berbasis nilai-nilai Islam untuk meningkatkan kejujuran siswa pada penelitian selanjutnya yang memiliki tema sama. Subjek penelitian yang diikutsertakan dalam penelitian ini hanya beberapa siswa yang sedang menempuh pendidikan di sekolah menengah pertama islam terpadu. Oleh karena itu, perlu ada penelitian lebih lanjut yang mengikutsertakan subjek penelitian yang lebih luas, seperti siswa dari sekolah umum dan sekolah menengah atas, mahasiswa dan masyarakat umum. Sehingga layanan konseling kelompok berbasis nilai-nilai Islam yang diterapakan untuk meningkatkan kejujuran siswa benar-benar teruji efektivitsanya. – Vol. 1, No. 2, Juli – Desember 2016 | 229 Hasil temuan penelitian yang menunjukkan bahwa konseling kelompok berbasis nilai-nilai Islam dapat meningkatkan kejujuran siswa, bisa digunakan sebagai acuan para konselor atau guru BK di sekolah untuk mengembangkan layanan konseling yang lebih bernuansa religi (islami). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam pengembangan program layanan konseling disesuaikan dengan latar belakang dan keadaan siswa yang akan diberikan layanan konseling. DAFTAR PUSTAKA Abdul Choliq Dahlan, Bimbingan Konseling Islami: Sejarah, Konsep dan Pendekatannya, Yogyakarta: Pura Pustaka, 2009. Al Jurjani, At Ta’rif, Beirut: Dar Al Kutub Al Araby, 1996. Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Tatalangkah dan Teknik-teknik Teoritisasi Data, Terjmh. Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqien, Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2003. Deni Trisnawan, Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, Bandung: UPI, 2013 Fred N. Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behavioral, Edisi Ketiga, terj. Landung R. Simatupang, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006. Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi, terj. E. Koeswara,Bandung: PT. Refika Aditama, 2009. Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, Beirut: Libraire Du Liban, 1980. Hasan As Syarqawi, Mu’jam Afazh As Shufiyah, Kairo: Mu’asasah Mukhtar, 1987. Hizair, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Edisi Dua, Jakarta: Tamer, 2013. Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996. Ismail Yusanto, Islam dan Jalan Pemberantasa Korupsi, http://www.jurnal- ekonomi.org/2004/05/19. 8 April 2011. Jacob et.al., Group Counseling Strategies and Skill, 2012. 230 | Yusuf Hasan Baharudin – Konseling Kelompok Berbasis Nilai-nilai Islam Komalasari Gantina, Eka Wahyuni, Karsih, Teori dan Teknik Konseling, Jakarta Barat: PT. Indeks, 2011. Latipun, Psikologi Konseling, Malang: UPT. Universitas Muhammadiyah Malang, 2006. Magnis-Suseno, Frans, Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral,Yogyakarta: Kanisius, 1987. Mendikbud, Buku Panduan Model Pengembangan Diri, Jakarta: Mendikbud, 2006. Mendikbud, Buku Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi, Jakarta: Mendikbud, 2002. Mukaromah Fauziana, Thesis: Pengaruh Ingkat Religiusitas Orang Tua Dan Keteladanan Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Pengamalan Nilai Kejujuran Siswa di SMP Negeri 1 Sambirejo Kab Sragen, Yogyakarta: PPs. UIN Sunan Kalijaga, Mungin Edy Wibowo, Wawasan Bimbingan dan Konseling, Semarang: UNES, 2001. Nana Saodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013. Oman Sukmana, Dasar-dasar Psikologi Lingkungan, Jakarta: Bayu Media dan UMM, 2002. Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi, 1998. Qutb Musthafa Sanu, Mu’jam Mushthalahat Ushul Fiqh, Beirut: Dar Al Fikr Al Mu’ashir, 2001. Rachels, James, Filsafat Moral, terj. A. Sudiarja, Yogyakarta: Kanisius, 2003 Rahmat Ramadhana Al-Banjari, Profhetic Leadershif: Membentuk Kepribadian Para Pemimpin Berbasis Spiritualis, Yogyakarta: Diva Press. 2008. Robert L. Gibson dan Marianne H. Mitchell, Bimbingan dan Konseling, terj. Introduction to Counseling and Guidane, Yogyakarta: PustakaPelajar, 2010. S. Eko Putro Widiyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013. Sa’d Riyadh, ‘Ilm An Nafs Fii al Hadits as Syarif, Kairo: Mu’asasah Iqra’, 2004. Sa’di Abu Jaib, Al Qomus Al Fiqhy Lughatan was Thilahan, Beirut, Dar Al Fikr, 1996. – Vol. 1, No. 2, Juli – Desember 2016 | 231 Shafwat Abdul Fatah, Asshidq wa Atsaruhu fi Hayah al fard wa Al Ummah terj. Mungkinkah Kita Jujur, Jakarta: Gema Insani, 2004 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D, Bandung: Alfabeta, 2013. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT RonekaCipta, 2002. Syekh Yahya Ibn Hamzah Al-Yamani, Pelatihan Lengkap Tazkiyatun Nafs, Terj. Kitab Tashfiyat Al-Qulub min Daran Al-Awzar wa Al-Dzunub oleh Maman Abdurrahman Asegaf, Jakarta: Zaman, 2012 Toshihiko Izutsu, Etika Beragama Dalam Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993. Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta: Gema Insani, 2002. Willis, Konseling Individual: Teori dan Praktek, Bandung: Alfabeta, 2004. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Edisi Revisi, Jakarta: Grasindo, 1997. Yunuardi Syukur, Terapi Kejujuran Untuk Semua Orang Pria, Wanita, Dewasa &Anak, Jakarta: Al-Maghfiroh, t.t., Zainal Arifin, Metode Penenlitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, cet. Pertama, Bandung: Rosdakarya, 2011.