ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Vol. 2, No. 1, Januari - Juni 2017 Editorial Team Editor-In-Chief Imam Mujahid, IAIN Surakarta Editorial Board Kamaruzzaman bin Yusof, Universiti Teknologi Malaysia Waryono Abdul Ghafur, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta Moch. Choirul Arif, UIN Sunan Ampel, Surabaya Imas Maesaroh, UIN Sunan Ampel, Surabaya Syakirin Al-Ghazali, IAIN Surakarta Ahmad Hudaya, IAIN Surakarta M. Endy Saputro, IAIN Surakarta Managing Editor Akhmad Anwar Dani, IAIN Surakarta Ahmad Saifuddin, IAIN Surakarta Rhesa Zuhriya Briyan Pratiwi, IAIN Surakarta Alamat Redaksi : Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, IAIN Surakarta Jl. Pandawa No. 1, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah 57168 Phone : +62 271 - 781516 Fax : +62 271 - 782774 Surel : journal.albalagh@gmail.com, journal.albalagh@iain-surakarta.ac.id Laman : http://ejournal.iainsurakarta.ac.id/al-balagh ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Vol. 2, No. 1, Januari - Juni 2017 Daftar Isi Negosiasi Dakwah dan Politik Praktis: Membaca Orientasi Organisasi Sayap Keagamaan Islam pada Partai Nasionalis Bayu Mitra A. Kusuma dan Theresia Octastefani 1 - 24 Dialektika Komunikasi Intrapersonal: Mengkaji Pesona Komunikasi dengan Diri Sendiri Ferry Adhi Dharma 25 - 44 Islam Agama Teror? (Analisis Pembingkaian Berita Media Online Kompas.com dalam Kasus Charlie Hebdo) Ismail Fahmi Arrauf Nasution dan Miswari 45 - 62 Realitas Sosial Anak Yatim Di Kota Padang dalam Perspektif Pemberdayaan Masyarakat Mardan Mahmuda 63 - 86 Pengembangan Kompetensi Profesi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Zainul Abbas 87 - 110 Bimbingan dan Konseling dengan Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy untuk Penerima Manfaat Muhamad Abdul Kohar dan Imam Mujahid 111 - 124 ISLAM AGAMA TEROR? (ANALISIS PEMBINGKAIAN BERITA MEDIA ONLINE KOMPAS.COM DALAM KASUS CHARLIE HEBDO) Ismail Fahmi Arrauf Nasution Miswari Institut Agama Islam Negeri Langsa Keywords: Charlie Hebdo, framing, Kompas. com, media, terror http://ejournal.iainsurakarta.ac.id/al-balagh © 2017 IAIN Surakarta ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) Alamat korespondensi: e-mail: ismailfahmiarraufnasution@yahoo.co.id miswariusman@yahoo.com Abstract Abstrak Mass media is an effective instrument in building public opinionThough mass media is believed to be transparent and independent principally, the information which is presented to public is the result of human’s constructionbased on their knowledge about realities understanding. In this topic, the majority of Moslem, recently, claimed that some popular mass medias are not objective in reporting terrorism. For that reason, this article showed that the image of Islam as a terror of religion is constructed, especially from the online media framing in Kompas.com about the incident in Charlie Hebdo’s media in Paris. Media massa adalah alat yang sangat efektif dalam membentuk opini masyarakat. Sekalipun diyakini berprinsip transparan dan independen, tetapi informasi yang disiarkan pada dasarnya merupakan hasil konstruksi manusia sebagai bentuk pemahaman mengenai realitas pengetahuan. Terkait hal tersebut, belakangan mayoritas kaum Muslim mengklaim beberapa media massa populer dipandang berbias dalam meliput pemberitaan tentang terorisme. Untuk itu, artikel berupaya membuktikan sejauh mana citra Islam sebagai agama teroris dimunculkan, terutama melalui pembingkaian media onlineKompas. com tentang peristiwa penyerangan kantor berita satire Charlie Hebdo di Paris. DOI Number 10.22515/ balagh.v2i1.753 Kata kunci: Charlie Hebdo, pembingkaian, Kompas.com., media, teror 46 | Ismail Fahmi Arrauf Nasution, Miswari – Islam Agama Teror? I. PENDAHULUAN Islam dalam sejumlah pemahaman dan stereotif saat ini, dapat dikatakan rentan untuk dibahas. Sebagai salah satu bagian dari topik sosial, pemahaman tentang agama—Islam—oleh sebagian masyarakat, boleh jadi merupakan sebuah konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh kekuatan media. Menurut Eriyanto (2002, 3), setiap manusia memiliki kebebasan dalam bertindak di luar kontrol struktur serta pranata sosial yang ada di sekitarnya. Dalam hal ini, manusia bertindak aktif dan kreatif dalam mengembangkan dirinya terhadap stimulus ataupun rangsangan kognitif yang diterimanya. Dengan demikian, muncul adanya proses sosial yang selanjutnya mengkonstruksi pemikiran dan pemahaman manusia, termasuk pula bagaimana membentuk realitas sosial yang bebas di dalam masyarakat. Media adalah pengkonstruksi realitas. Dalam fungsi informatif, media jelas berupaya menyiarkan informasi berdasarkan realitas dari sejumlah peristiwa guna menjadi sebuah wacana yang bermakna (Hamad 2004, 11 dalam Flora 2014, 350). Terkait hal ini, fakta dari peristiwa ataupun kejadian tidak secara langsung diberitakan, melainkan diolah sedemikian rupa melalui proses redaksi yang ada pada media. Dengan demikian, muncul pemahaman bahwa realitas yang dimunculkan melalui media pada dasarnya merupakan sebuah konstruksi yang merujuk pada realitas kedua (second hand reality). Adapun konstruksi realitas yang dimunculkan media secara dominan memang melibatkan individu yang ada di dalamnya. Terutama melalui proses redaksi, sebut saja wartawan, redaktur, dan editor, secara langsung mengemban tugas dalam proses terciptanya sebuah berita yang akan disiarkan. Pada akhirnya, muncul istilah khusus yang mana menurut Marshall McLuhan bahwa medium is the message. Hal ini mengindikasikan bahwa media pada akhirnya tidak hanya menjadi komunikator, melainkan juga pesan itu sendiri. Media massa dalam posisinya tentu dianggap sebagai saluran independen yang tidak berbias dan tidak memiliki orientasi tertentu. – Vol. 2, No. 1, Januari – Juni 2017 | 47 Idealnya, media massa hanya mengusung transparansi dan independensi. Masyarakat hanya akan mempercayai dan menerima media massa yang konsisten mengusung transparansi dan independensi. Sebuah media massa hanya dapat bertahan karena diterima masyarakat. Maka itu, hampir mustahil media massa populer membingkai informasi yang tidak independen. Begitu pula dengan framing yang dibuat oleh media massa populer tentu tidak berbias. Merujuk pada konstruksi realitas media, dewasa ini banyak bermunculan pemberitaan mengenai Islam, yang secara khusus justru diarahkan pada konsep dan doktrin terorisme. Sadar ataupun tidak, tidak semua media kemudian memiliki sudut pandang yang sama dalam pemberitaannya. Pro kontra pun saling bermunculan, seiring dengan pemberitaan media yang pada akhirnya turut mempengaruhi perspektif sosial masyarakat dalam memaknai Islam. Sebut salah satunya, ketika suatu media terlalu membesar-besarkan terorisme dan mengindentifikasikannya sebagai bagian dari agama Islam, maka media inilah yang secara tidak langsung memberikan sugesti kepada masyarakat untuk berpikir demikian. Ini pun berlaku sebaliknya, terlepas dari sejauh mana intensitas audiens dalam mengkonsumsi dan menyerap pemberitaan melalui media. Posisi media tentunya harus seimbang. Konteks ini menjelaskan bahwa media memiliki tanggung jawab yang besar atas kebebasan yang diperoleh (Nurdin 2001, 253). Terlebih, dewasa ini penyebaran suatu informasi terjadi dengan sangat cepat. Bahkan dunia yang diakui sangat luas pun, diibaratkan seperti daun kelor dalam hal penyebaran informasi (Bungin 2006, 133). Hal ini dapat dilihat melalui kemunculan media-media online yang begitu cepat penyiaran informasinya. Karena itu, media massa massa harus terus ingat akan tanggung jawab mereka. Media harus selalu sadar bahwa peran mereka dalam membentuk opini masyarakat sangat besar (Suryomukti 2012, 200). 48 | Ismail Fahmi Arrauf Nasution, Miswari – Islam Agama Teror? Hasrullah (2001, 38 dalam Flora 2014, 351) menjelaskan kekuatan media sebagai saluran untuk mempengaruhi khalayak sekaligus pembentukan opini publik. Namun demikian, terkait dengan pemberitaan mengenai Islam dan tindak terorisme yang merebak dewasa ini, banyak kalangan masyarakat Muslim yang mempersoalkan kredibilitas dan independensi media massa populer. Secara tidak langsung, hal ini cukup merugikan setiap umat Islam, khususnya di Indonesia. Mengingat Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia. Terkait hal tersebut, penelitian ini berupaya untuk menelaah bagaimana pembingkaian yang dilakukan oleh media, terutama dalam mengemas pemberitaan Islam dan terorisme. Merujuk secara khusus pada kasus penyerangan kantor berita satire Charlie Hebdo di kota Paris, bagaimana pembingkaian media populer online Kompas.com terhadap pemberitaan kasus tersebut. II. METODOLOGI PENELITIAN Tulisan ini bertujuan untuk meneliti framing atau pembingkaian yang digunakan Kompas.com dalam memberitakan peristiwa yang menjadi sasaran kemarahan umat Islam. Peristiwa penyerangan kantor berita Charlie Hebdo di Paris menjadi pilihan tulisan ini karena peristiwa tersebut dianggap mampu mewakili permasalahan mengenai konstruksi Islam dan terorisme yang saat ini kerap dimunculkan. Pemilihan media atas Kompas.com pada dasarnya merujuk pada posisi Kompas.com sebagai media online terbesar di Indonesia. Dalam hal ini, Kompas.com dipandang mampu mewakili media-media online lainnya, dengan konsep pemberitaan yang lebih menyeluruh. Selain itu, kekuatan media online juga dapat dilihat dari kecepatan media dalam mengaktualisasi informasi sehingga pemberitaan lebih cepat mengalami pembaruan sehingga merujuk pada aspek aktualitas data. Penelitian ini menggunakan analisis framing model Pan dan Kosicki. Perangkat framing ini dibagi ke dalam empat struktur besar, yakni : struktur – Vol. 2, No. 1, Januari – Juni 2017 | 49 sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris (Eriyanto 2002, 255-256). Lebih lanjut, metode analisis ini berupaya melihat bagaimana cara media memaknai, memahami, dan menafsirkan makna suatu teks melalui pembingkaian media. III. PEMBINGKAIAN BERITA KOMPAS.COM Analisis framing atau pembingkaian berita media pada dasarnya berupaya untuk menelaah bagaimana batasan media melekat pada teks sebuah berita. Dalam hal ini, bingkai yang melekat dalam teks akan membuat teks tersebut lebih menonjol serta berimplikasi pada pikiran (Entman 2002, 391 dalam Junaedi 2016, 214). Terkhusus dalam penelitian ini, analisis framing yang digunakan adalah model analisis framing dari Zhongdang Pan dan Robert Kosicki (Pan-Kosicki). Model framing ini merupakan modifikasi dimensi operasional dalam analisis wacana yang dikembangkan oleh Van Dijk. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, perangkat dalam menentukan serta menganalisis pembingkaian media dibagi menjadi empat struktur besar, yakni sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Masing- masing perangkat ini dapat dinyatakan saling berhubungan dalam merepresentasikan serta menganalisis bingkai media terhadap kasus ataupun pembahasan tertentu. Aspek sintaksis dalam framing media berkenaan dengan cara jurnalis dalam menyusun peristiwa dalam bentuk hasil berita. Hal ini dapat diamati melalui bagan berita (lead, latar, kutipan, dan sebagainya). Sedangkan aspek skrip, ini berkaitan dengan bagaimana jurnalis menceritakan peristiwa dalam bentuk berita. Aspek ketiga adalah tematik, dimana aspek ini merujuk pada cara jurnalis mengungkapkan pandangan dan perspektifnya terhadap peristiwa yang diberitakan. Analisisnya dapat ditinjau dari proporsi dan komposisi kalimat, kohesi serta koherensi setiap kalimat dan paragraf, yang kesemuanya merupakan penyusun berita secara keseluruhan. Terakhir adalah aspek retoris. Aspek ini berusaha 50 | Ismail Fahmi Arrauf Nasution, Miswari – Islam Agama Teror? menganalisis pola wartawan dalam menekankan makna tertentu ke dalam berita. Boleh jadi, ini berkenaan dengan sudut pandang media—melalui wartawan—terhadap berita yang disiarkan, termasuk pula diksi, grafik, idiom, dan gambar sebagai pendukung tulisan (Eriyanto 2002, 255-256). Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah media online Kompas.com dengan sejumlah berita terkait penyerangan kantor majalah Satire di Paris, Perancis. Seperti yang dilansir pada salah satu berita Kompas. com edisi 23 September 2016 berikut: KANTOR MAJALAH SATIRE PERANCIS DISERANG, 11 ORANG TEWAS PARIS, Kompas.com — Setidaknya 11 orang tewas ketika penyerang bersenjatakan senapan serbu Kalashnikov dan peluncur roket menembaki kantor majalah satire Charlie Hebdo, Rabu (7/1/2015). Presiden Perancis Francois Hollande tiba di lokasi kejadian dan langsung menggelar rapat kabinet darurat. Pemerintah Perancis meningkatkan kewaspadaan hingga ke level tertinggi, terutama di sekitar kawasan Paris. Seorang sumber yang dekat dengan penyidik mengatakan, dua orang bersenjatakan Kalashnikov dan peluncur roket menyerbu kantor majalah tersebut di pusat kota Paris. Para penyerang sempat terlibat baku tembak dengan aparat keamanan. Sumber itu menambahkan, seorang penyerang membajak sebuah mobil dan menabrak seorang pejalan kaki saat berusaha melarikan diri. Majalah satire ini menjadi pusat perhatian pada Februari 2006 saat mencetak ulang kartun Nabi Muhammad yang sebelumnya diterbitkan harian Denmark, Jylland-Posten. Penerbitan kartun ini mendapat kecaman dari umat Muslim sedunia. Pada November 2011, kantor majalah ini diserang bom molotov saat kembali menerbitkan kartun Nabi Muhammad dengan judul “Charia Hebdo”. Selanjutnya, pada September 2012, majalah ini kembali berulah dengan menerbitkan kartun Nabi Muhammad tanpa busana di saat aksi unjuk rasa tengah bergolak di seluruh dunia memprotes film Innocence of Muslims yang dianggap menghina agama Islam. (Sumber : http://internasional. Kompas.com/read/2015/01/07/19274031/Kantor.Majalah.Satir.Perancis. Diserang.11.Tewas pada 23 September 2016:) Fokus berita di atas sekilas mengarah pada peristiwa penyerangan di kantor majalah satire Charlie Hebdo oleh sejumlah orang, yang kemudian – Vol. 2, No. 1, Januari – Juni 2017 | 51 menewaskan 11 orang korban. Kompas.com memuat berita tentang serangan dua pemuda Muslim asal Perancis ke kantor majalah Charlie Hebdo karena kantor majalah ini dianggap melecehkan umat Islam dengan membuat kaikatur Nabi Muhammad. Di satu sisi, menggambar tokoh Nabi Muhammad pada dasarnya merupakan larangan bagi umat Islam. Hal inilah yang kemudian menimbulkan kritik dan perdebatan, di mana tindakan kantor majalah Charlie Hebdo dipandang telah melakukan pelecehan terhadap umat Islam di seluruh dunia. Framing dalam segi sintaksis dapat dilihat dari latar atau setting yang digunakan media. Dalam hal ini, secara latar, layar laman Kompas. com berlatar belakang dominan putih dengan warna dasar tulisan hitam sehingga membuat portal tersebut sangat sederhana. Kemasan ini mampu membuat pembaca nyaman dengan tampilannya, sekaligus dipermudah dalam pemahaman berita. Terlepas dari konteks iklan tertentu yang kemudian kerap kali muncul iklan dan menutup setengah layar. Informasi berita selanjutnya juga muncul pada Kompas.com edisi Rabu 7 Januari 2015. Kompas.com memuat berita dengan judul: Kantor Majalah Satire Perancis Diserang, 11 Orang Tewas, dengan jenis karakter huruf Arial 21. Dalam berita ini, Kompas.com yang mengemas berita dengan menggunakan jenis karakter Helvetica 11, dengan format non gelap sehingga karakter judulnya menjadi tampak sangat mencolok. Namun demikian, dari segi redaksional judul, pada dasarnya tidak ditemukan indikasi tertentu yang cenderung menyudutkan Islam. Analisis lebih lanjut dari segi sintaksis muncul pula pada bagian lead. Dalam lead berita Kompas.com edisi 23 September 2016, dijelaskan bahwa “… setidaknya 11 orang tewas ketika penyerang bersenjatakan senapan serbu …”. Lead merupakan bagian awal dalam sebuah berita, di mana bagian ini merupakan intisari awal sebuah berita yang memuat informasi pokok pada berita keseluruhan. Melalui lead, garis besar mengenai data informasi yang dibaca akan dapat dipahami, meski tanpa membaca berita secara keseluruhan. Terkait berita tersebut, lead ditonjolkan sebagai sebuah 52 | Ismail Fahmi Arrauf Nasution, Miswari – Islam Agama Teror? informasi mengenai peristiwa penyerangan bersenjata terhadap kantor majalah Charlie Hebdo dan menewaskan korban jiwa. Lead merupakan bagian penting di dalam sebuah berita. Dalam susunan berita, sebut saja straight news, penggunaan lead sangatlah penting. Berita pada dasarnya berita disusun dalam format segitiga terbalik sehingga bagian awal merupakan bagian terpenting dalam informasi berita, sampai pada bagian akhir yang menunjukkan bagian kurang dan tidak terlalu penting. Keberadaan lead tentu diletakkan di awal paragraf berita sehingga dapat dikatakan bahwa lead di sini merupakan “jantung” sebuah berita dan menentukan bagaimana informasi di dalam berita mampu dihidupkan. Salah satu kelebihan media online adalah pada tampilan karakter yang secara visual dapat dibuat lebih mencolok. Namun demikian, hal ini tidak dilakukan oleh Kompas.com. Terkait dengan informasi berita, fokus ulasan merujuk pada senjata senapan serbu Kalashnikov sehingga penafsiran pembaca cenderung diarahkan menuju Afghanistan, tepatnya militan Taliban yang kerap menggunakan senjata yang populer dengan sebutan “AK” tersebut. Dalam hal ini, secara tidak langsung pembaca memiliki benang merah terkait istilah senjata “AK” tersebut dengan hampir setiap pemberontakan dan perlawanan yang dipandang telah dilakukan oleh para kaum Muslimin. Penjelasan untuk jenis senjata yang dipakai penyerang pada lead berita adalah hal yang dilakukan media tulis, baik cetak maupun elektronik. Senjata peluncur roket juga ikut digunakan bersama Kalashnikov. Senjata peluncur roket ini belakangan terkonstruksi di benak khalayak, terutama ketika digunakan oleh para pejuang Muslim di Irak yang melakukan perlawanan terhadap penjajahan Amerika Serikat. Kata “teroris” memang belum muncul dalam lead. Namun demikian, dua kata kunci tersebut merujuk kepada jenis senjata yang dianggap merepresentasikan sosok pelaku penyerangan yang sangat terkait dengan pejuang Islam. Merujuk pada analisis retoris framing media, adanya pemilihan diksi berfungsi untuk menekankan makna yang ingin dikonstruksi – Vol. 2, No. 1, Januari – Juni 2017 | 53 media. Kompas.com dipandang cerdas dalam memilih kata (diksi) guna menciptakan penafsiran ataupun pemaknaan tertentu tanpa melalui penggunaan literasi. Namun demikian, kata kunci terkait pemilihan kata yang dimunculkan di dalam lead justru menjadi penegasan tentang posisi terorisme dalam pemaknaan berita. Terkait analisis di atas, penggunaan kata “satire” atau satir di lain sisi, sebelum menyebut nama kantor majalah Charlie Hebdo, dinilai mampu mengimbangi framing negatif terhadap Islam melalui dua kata kunci tadi. Kata “satire” justru mengkonstruksi keseimbangan makna dengan memunculkan tafsir dalam benak pembaca untuk memaklumi tindakan penyerangan terhadap kantor Charlie Hebdo. Lebih lanjut, hal ini mungkin akan berbeda dalam pemahaman apabila lead berita yang dicantumkan menghilangkan kata “satire”. Dengan demikian, klaim framing negatif media tidak dapat dituduhkan kepada Kompas.com, salah satunya dalam tinjauan analisis dengan mencantumkan kata “satire” pada judul berita. Kompas.com sama sekali tidak bisa dituduh sebagai media penyebar kebencian terhadap Islam, terutama dalam mencitrakan Islam sebagai agama teroris. Dalam konteks media online, berita dalam Kompas.com tentu cenderung lebih singkat dibandingkan dengan berita-berita dalam media cetak. Namun demikian, dari segi analisis skrip (teks), alur cerita dalam informasi berita yang dimuat mengarah pada sikap keras kepala Charlie Hebdo yang telah memancing kemarahan umat Islam akibat memuat karikatur Nabi Muhammad. Ini pun dapat dilihat melalui sejumlah paragraf akhir pemberitaan tentang Charlie Hebdo : Majalah satire ini menjadi pusat perhatian pada Februari 2006 saat mencetak ulang kartun Nabi Muhammad yang sebelumnya diterbitkan harian Denmark, Jylland-Posten. Penerbitan kartun ini mendapat kecaman dari umat Muslim sedunia. Pada November 2011, kantor majalah ini diserang bom molotov saat kembali menerbitkan kartun Nabi Muhammad dengan judul “Charia Hebdo”. Selanjutnya, pada September 2012, majalah ini kembali berulah dengan menerbitkan kartun Nabi Muhammad tanpa busana di saat aksi unjuk rasa tengah bergolak di seluruh dunia memprotes film Innocence of Muslims yang 54 | Ismail Fahmi Arrauf Nasution, Miswari – Islam Agama Teror? dianggap menghina agama Islam. (http://internasional.Kompas.com/ read/2015/01/07/19274031/Kantor.Majalah.Satir.Perancis.Diserang.11. Tewas pada 23 September 2016:) Kalimat “penerbitan kartun ini mendapat kecaman dari umat Muslim sedunia” pada akhir paragraf kelima merupakan awal penegasan bahwa serangan itu terjadi karena kecerobohan Charlie Hebdo yang kembali mengulangi kesalahan, yakni dengan memuat kembali karikatur Nabi Muhammad sebagaimana yang telah mereka lakukan pada Februari 2006. Diberitakan bahwa media Charlie Hebdo tetap kembali memuat karikatur Nabi Muhammad pada November 2011 yang selanjutnya memicu perdebatan. Akibatnya, muncul serangan bom molotov yang secara terang-terangan langsung ditujukan ke kantor Charlie Hebdo. Namun demikian, media Charlie Hebdo justru tetap melakukan hal yang sama pada September 2012. Analisis framing Kompas.com selanjutnya mengarah mengenai penegasan atas senjata yang digunakan dalam penyerangan merujuk pada paragraf ketiga berita : Seorang sumber yang dekat dengan penyidik mengatakan, dua orang bersenjatakan Kalashnikov dan peluncur roket menyerbu kantor majalah tersebut di pusat kota Paris. Para penyerang sempat terlibat baku tembak dengan aparat keamanan. (http://internasional.Kompas.com/ read/2015/01/07/19274031/Kantor.Majalah.Satir.Perancis.Diserang.11. Tewas pada 23 September 2016:) Dituliskan oleh Kompas.com pada paragraf ketiga, dimana sumber yang dikutip adalah sumber pernyataan dari penyidik. Sumber ini menerangkan tentang senjata yang dipakai penyerang sehingga memunculkan penegasan lead atas istilah senjata yang digunakan pada saat peristiwa penyerangan. Sebagaimana telah ditegaskan Zhongdang Pan dan Robert Kosicki, pengutipan sumber adalah klaim yang dibuat wartawan bahwa berita yang disampaikan adalah sesuai dengan peristiwa. Tentunya pembuat berita telah memaknai dan mengkonstruksi peristiwa berlandaskan pemaknaannya tersebut. Pengutipan sumber itu pastinya bertujuan memperkuat berita – Vol. 2, No. 1, Januari – Juni 2017 | 55 yang dikonstruksi wartawan bahwa pelaku serangan kantor berita Charlie Hebdo. Maka pernyataan sumber yang dekat dengan penyidik itu untuk menguatkan argumentasi pembuat berita. Sumber yang dikutip hanya sebuah usaha mengaitkan pemberitaan wartawan dengan pernyataan sumber. Kalimat “Sumber itu menambahkan, seorang penyerang membajak sebuah mobil dan menabrak seorang pejalan kaki saat berusaha melarikan diri” menyatakan bahwa ada penegasan di mana pelaku penyerangan melakukan pembajakan mobil terlebih dahulu kemudian menabrak seorang pejalan kaki, yang tentunya seorang yang ditabrak itu bukanlah pengikut dengan Charlie Hebdo. Tidak jelas bagaimana bisa ada orang yang masih berjalan kaki di sekitar lokasi kejadian setelah mendengar suara tembakan bertubi-tubi. Atau mungkin orang yang ditabrak tersebut mengalami cedera pendengaran parah karena memang tidak disebutkan berapa jarak lokasi penembakan dengan peristiwa tabrakan tersebut. Beralih ke aspek retoris pada framing media, Kompas.com meletakkan foto berukuran sekitar 7 inci di bawah judul dengan caption penjelas. Dalam berita terkait, gambar yang dicantumkan adalah kesibukan petugas medis yang sedang mengevakuasi mayat-mayat korban penembakan. Secara tidak langsung, foto –lengkap dengan caption—ini merujuk pada angle berita Kompas.com terkait akibat dari peristiwa penembakan, di mana terdapat sejumlah korban yang tewas dan harus dievakuasi. Namun demikian, foto ini sebenarnya terkesan berbeda dengan foto jurnalistik media lainnya yang juga dimuat dalam berita yang serupa topiknya, yaitu gambar dua pelaku penyerangan yang sedang menembak ke arah kantor berita Charlie Hebdo. Kompas.com selanjutnya juga menyiarkan pemberitaan pada 2 Januari 2013, dengan menulis pada salah satu paragrafnya: Majalah Charlie Hebdo sudah beberapa kali menerbitkan kartun Nabi Muhammad dengan “bersembunyi” di belakang kebebasan berbicara dan berpendapat. Berulang kali pula umat Muslim marah atas terbitan Charlie Hebdo. (http://internasional.Kompas.com/read/2015/01/07/19274031/ Kantor.Majalah.Satir.Perancis.Diserang.11.Tewas pada 23 September 2016:) 56 | Ismail Fahmi Arrauf Nasution, Miswari – Islam Agama Teror? Berita itu dibuat ketika media Kompas.com memuat informasi bahwa Charlie Hebdo telah menerbitkan komik biografi Nabi Muhammad. Dalam analisisnya, dinyatakan bahwa Kompas.com menulis mengenai Charlie Hebdo yang “bersembunyi di balik kebebasan berbicara dan pendapat”. Hal ini melahirkan makna bahwa seolah Kompas.com juga tidak sependapat dengan tindakan-tindakan Charlie Hebdo yang melecehkan Islam dengan dalih kebebasan pers. Mengenai konteks pemberitaan Kompas.com yang dipandang oleh sebagian Muslim menyakiti umat Islam karena dengan mudah memaknai tindakan teroris yang erat kaitannya dengan Islam, dapat dikatakan bahwa dalam berita yang dianalisis di atas, belum mampu menegaskan bahwa posisi Kompas.com sesuai dengan citra yang dinyatakan sebagian Muslim itu. Pada sejumlah berita yang dimuat Kompas.com dalam waktu yang tidak jauh berbeda, di satu sisi media mengkonstruksi anggapan bahwa pelaku penyerangan kantor berita Charlie Hebdo adalah bagian dari teroris. Anggapan ini dimaknai bahwa Kompas.com meyakini adanya pelaku penyerangan tersebut adalah bagian dari militan yang terkait dengan gerakan ekstrem di Timur-Tengah, atau setidaknya mereka yang distereotipkan sebagai teroris karena mereka adalah orang Islam. Selanjutnya pada berita yang dimuat 10 Januari 2015, Kompas.com menyiarkan tentang seorang pria yang dianggap sebagai pahlawan karena telah membantu tertangkapnya dua penyerang. Sebagaimana diakses dan dilansir dari sumber berita berikut : Saat bersembunyi di sebuah gudang percetakan dan dikelilingi polisi, teroris Said dan Cherif Kouachi tidak menyadari bahwa pasukan komando sedang diberi informasi tentang setiap gerakan mereka. Informasi tersebut disampaikan Lilian Lepere (27 tahun) yang bersembunyi dalam sebuah kotak kardus hanya beberapa meter jauhnya dari kedua teroris itu. Lepere bisa memberi tahu polisi tentang lokasi orang-orang bersenjata itu dan tata letak bangunan tersebut. – Vol. 2, No. 1, Januari – Juni 2017 | 57 Selama lebih dari enam jam, desainer grafis itu menyampaikan informasi penting hingga pengepungan itu berakhir dalam baku tembak berdarah saat dua teroris bersaudara itu, yang telah bersumpah untuk mati sebagai martir, keluar dari persembunyian dan mengeluarkan tembakan, tetapi mereka kemudian menjadi sasaran hujan peluru polisi. Dari tempat persembunyiannya di bawah wastafel, Lepere pertama kali mengirim pesan teks kepada ayahnya saat Kouachi bersaudara mengambil alih gudang percetakan di Dammartin-en-Goele, sebuah kota kecil di utara Paris. Dia menulis, “Saya bersembunyi di lantai satu. Saya pikir mereka telah membunuh orang lain. Beri tahu polisi untuk turun tangan.” Dia diketahui berada di sebuah ruangan yang terkunci. Dia terus memberikan informasi penting kepada polisi dan pasukan khusus melalui teleponnya saat para penembak jitu mengambil posisi di atas atap gedung- gedung di sekitarnya dan helikopter berdengung di atas kepala. Lepere keluar tanpa cedera setelah baku tembak dan dibawa ke unit penilaian psikologis. Seorang sandera yang ditawan di bawah todongan senjata oleh teroris itu juga dibebaskan. Kouachi bersaudara lari sejak membunuh 12 wartawan dan polisi dalam serangan teror di kantor majalah satire Charlie Hebdo di Paris, Rabu lalu. Saat perburuan besar-besaran terhadap mereka berlangsung, mereka membuang mobil curiannya dan melarikan diri dengan berjalan kaki ke hutan yang berjarak 50 km di sebelah utara Paris. Sabtu pagi kemarin mereka berhasil lolos dari cegatan polisi dan setelah pukul 8 pagi membajak sebuah mobil Peugeot 206 abu-abu yang dikendarai seorang guru perempuan di dekat Montagny-Sainte-Felicite, 30 km sebelah timur laut Paris. Jean Paul Douet, wali kota desa itu, mengatakan, seorang rekan melihat orang-orang itu memaksa perempuan itu untuk pindah ke kursi belakang. “Dia melihat senjata mereka, dan khususnya roket peluncur granat,” katanya. Guru tersebut kemudian dibebaskan tanpa cedera segera setelah itu, lalu puluhan mobil polisi mulai mengejar buronan itu di sepanjang jalan raya N2 menuju Paris. Selama pengejaran, baku tembak pun terjadi. Kedua orang itu kemudian membuang mobil curiannya dan melarikan diri dengan berjalan kaki ke sebuah gudang percetakan yang dikelola keluarga di sebuah kawasan industri di Dammartin-en-Goele. Mereka menyerbu masuk ke tempat itu, menyamar sebagai polisi bersenjata, dan menjadikan bos perusahaan itu sebagai sandera. Polisi bersenjata mengepung gedung dan menutup kota berpenduduk 8.000 orang itu. Semua tempat usaha ditutup, hampir 1.000 anak diungsikan dari sekolah dan jalan-jalan dibiarkan sepi, kecuali untuk jalur kendaraan polisi dan unit petugas bersenjata dengan perlengkapan perang. Polisi bertopeng dan memakai helm dengan senjata otomatis terlihat mengintip keluar dari helikopter yang berdengung di udara. 58 | Ismail Fahmi Arrauf Nasution, Miswari – Islam Agama Teror? Michel Carn, seorang warga, mengatakan, “Seluruh kawasan dikepung. Kami terkurung dalam rumah kami.” Terdapat setidaknya empat kata ‘teroris yang ditulis. Dan remuanya dengan jelas merujuk kepada Said Kouachi dan Cherif Kouachi yang meripakan dua bersaudara penyerang kantor berita Charlie Hebdo. Namun benarkan kedua pelaku yang diklaim sebagai teroris itu adalah bagian dari jaringan militan Timur-Tengah, atau klai tersebut adalah klaim general bahwa setiap tindakan ekstim yang dilakukan seorang Muslim, langsung disebut sebagai teroris? Sad Kouachi (Lahir 7 September 1980) dan Chrif Kouachi (lahir 29 November 1982) yang sudah terindentifikasi oleh kepolisian Perancis sebagai tersangka utama yang menggunakan topeng dan melakukan penembakan. Kedua pria ini berasal dari Gennevilliers berlatang belakang etnis Aljazair kelahiran Perancis berumur 34 dan 32. Media DW.com memberitakan melalui http://www.dw.com/id/ini- profil-dua-tersangka-utama-penembakan-paris/a-18181066 profil kedua pelaku penyerangan sebagai berikut: Cherif dan Said Kouachi dua tersangka utama penembakan di kantor redaksi Charlie Hebdo diduga menjalin kontak dengan Al Qaida di Yaman dan Islamic State di Suriah dan Irak. Ini profil dua tersangka pelaku teror itu. Cherif Kouachi (dalam foto kiri berkepala botak) lahir 28 November 1982 di Paris dari orang tua asal Aljazair dan berstatus warga negara Perancis. Cherif pernah ditangkap aparat keamanan Perancis 2005 saat berusaha terbang ke Irak via Suriah. Pengacaranya Vincent Ollivier dalam wawancara dengan Pittsburgh Tribune mengatakan: Cherif Kouachi yang saat itu berusia 22 tahun tidak benar-benar taat beragama. Cherif mengatakan kepada pengacaranya, ia minum alkohol, merokok ganja dan hidup bersama tanpa nikah dengan pacarnya. Di pengadilan Cherif mengatakan ia bergiat di bidang musik dan ingin menjadi penyanyi rap. Beberapa rekaman video amatir dari saat itu menunjukkan Cherif memakai atribut khas pemusik rap dan menyanyi rap Sebagai sumber penghasilan sehari-hari, ia bekerja sebagai pengantar pizza dan bekerja sebagai tenaga lepas di supermarket. Tapi Cherif ketika itu juga sudah menjalin kontak dengan jaringan “Buttes Chaumont” yang membantu mengirimkan jihadis muda Perancis ke Irak untuk bergabung dengan Al Qaida saat dilancarkannya invasi Amerika Serikat ke Irak pertengahan tahun 2000. Nama aliasnya dalam jaringan itu adalah Abu Issen. Tahun 2008 ia divonis penjara selama 3 tahun tapi hanya meringkuk 18 bulan di penjara dan setelah itu dibebaskan. Cherif menyebutkan ia ingin – Vol. 2, No. 1, Januari – Juni 2017 | 59 terbang ke Irak karena terinspirasi oleh penyiksaan tahanan di penjara Abu Ghraib. Sesaat setelah dibebaskan, polisi melacak keterlibatan Cherif dalam upaya pelarian Smain Ait Ali Belkacem dari penjara. Belkacem yang mantan anggota kelompok militan GIA di Aljazair divonis penjara seumur hidup pada 2002 akibat melancarkan serangan bom di stasiun kereta Musee D’Orsay tahun 1995 yang melukai 30 orang. Cherif juga diduga menjalin kontak dengan jihadis beken asal Perancis, Djamel Beghal. Cherif bersama Beghal diduga melakukan pelatihan militer bersama di Afghanistan. Tapi dugaan ini hanya terbukit bagi Beghal dan ketelibatan Cherif masih terus dilacak. Said Kouachi (dalam foto kanan berjenggot) kakak Cherif lahir 7 September 1908 di Paris juga berstatus warga negara Perancis. Tidak banyak rekam jejak Said yang diketahui. Petugas penyidik di kepolisian Perancis memperkirakan Said beberapa waktu silam melakukan perjalanan ke Yaman. Tidak diketahui apakah di sana ia melakukan pelatihan militer atau bergabung dengan kelompok militan Yaman. Sejauh ini yang diketahui dari laporan saksi mata pembantaian di kantor redaksi Charlie Hebdo Paris, kedua tersangka pelaku menyatakan mereka anggota Al Qaida di Yaman sebelum menembak mati 12 orang dan melukai 11 lainnya. (Sumber : http://internasional.Kompas.com/ read/2015/01/10/13513491/Pria.Ini.Jadi.Pahlawan.Saat.Melumpuhkan. Penyerang.Charlie.Hebdo) Sesuai dengan berita Kompas.com tersebut, sebenarnya tidak ada klaim dari sumber berita online DW.com mengenai kedua sosok lelaki yang diberitakan sebagai bagian dari gerakan militan Timur-Tengah. Dijelaskan pula bahwa segala yang berkaitan dengan gerakan militan dalam berita tersebut disinyalir hanya sebagai dugaan. Terkait hal ini, Kompas.com sebagai media online pengkonstruksi realitas, pada akhirnya turut mengkonstruksi makna bahwa kasus penyerangan kantor majalah Charlie Hebdo merupakan campur tangan dari teroris. Namun demikian, konstruksi ini pun tidak terlepas dari akar permasalahan kritik satire majalah Charlie Hebdo yang memuat konten karikatur Nabi Muhammad, yang mana pada dasarnya hal tersebut sangat ditentang di dalam kepercayaan Islam. Analisis inilah yang kemudian secara aspek tematik—dalam framing 60 | Ismail Fahmi Arrauf Nasution, Miswari – Islam Agama Teror? media—mengarah pada perspektif dan sudut pandang media terhadap siapa pelaku penyerangan. Alhasil, stereotip inilah yang kemudian merebak di masyarakat tentang anggapan bahwa Islam merupakan agama teror. IV. KESIMPULAN Bad news is a good news. Anggapan demikian boleh jadi merupakan sentilan bagi sejumlah media di seluruh dunia. Dalam artian bahwa sejumlah pemberitaan yang kemudian mampu menimbulkan perdebatan dan sensitif terhadap sejumlah isu justru menjadi fenomena menarik yang harus dikabarkan oleh media. Namun, sejumlah media hanya bermain pada pemberitaan fenomena, dan bukan merujuk pada akar fenomena peristiwa. Tentu aspek ini, perlu adanya objektivitas, kredibilitas, dan tanggung jawab atas transparansi yang jelas terkait kebebasan media dalam menghimpun pemberitaan. Media populer, tak terkecuali Kompas.com secara tidak langsung mencitrakan adanya terorisme dalam tubuh Islam. Namun, tentu umat Islam dalam hal ini tidak sepakat bahwa Islam adalah agama terorisme. Alasannya, tindakan teror tersebut jelas bukan tujuan Islam. Paradigma mengenai Islam sebagai agama teroris yang dimaknai Kompas.com dapat dikatakan berangkat dari prasangka tertentu terhadap Islam dan pandangan kaum Muslimin. Hal inilah yang selanjutnya akan berdampak pada munculnya stereotip ataupun label identik bahwa Islam adalah teroris. Islam dan teroris pada dasarnya adalah isu sensitif. Melalui penelitian ini, diharapkan secara sosial masyarakat, khususnya umat Islam harus berhati-hati terhadap pemberitaan media. Terutama dalam menyimpulkan ataupun memahami esensi dari sebuah berita, perlu adanya literasi masyarakat dalam posisinya sebagai khalayak media. Terlebih, harus dapat dibedakan mana media yang kemudian menyebar hoax dan syiar kebencian, dan mana media yang benar-benar valid dan faktual dalam menyiarkan pemberitaan. Lebih lanjut melalui penelitian ini, para cendekiawan Muslim harus menyadari bahwa ilmu yang mereka miliki harus didedikasikan bagi – Vol. 2, No. 1, Januari – Juni 2017 | 61 kepentingan Islam dan kaum Muslimin. Cendikiawan Muslim memiliki tanggung jawab untuk melakukan literasi serta klarifikasi atas berita- berita yang oleh masyarakat diduga telah menyudutkan Islam dan kaum Muslimin. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan dan konfirmasi mengenai posisi Islam serta doktrin teroris yang kemudian dipandang sarat dimunculkan, terutama melalui sejumlah media. DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana. Eriyanto. 2002. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS. Flora, Elina. 2014. “Analisis Framing Berita Calon Presiden RI 2014-2019 pada Surat Kabar Kaltim Post dan Tribun Kaltim.” Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman Vol. 2 No. 3. Ejournal.ilkom. fisip.unmul.ac.id. (diakses tanggal 9 Juni 2017). International Kompas.com. 2013. Majalah Perancis Terbitkan Biografi Nabi Muhammad. http://internasional.Kompas.com/ read/2013/01/02/17565774/Majalah.Perancis.Terbitkan. Biografi.Nabi.Muhammad (diakses 08 November 2016). _______. 2015. Kantor Majalah Satir Perancis Diserang, 11 Tewas. http:// inter nasional.Kompas.com/read/2015/01/07/19274031/ Kantor.Majalah.Satir.Perancis.Diserang.11.Tewas (diakses 23 September 2016) _______. 2015. Pria Ini Jadi Pahlawan Saat Melumpuhkan Penyerang Charlie Hebdo. http://internasional.Kompas.com/read/2015/01/10/13513491/ Pria.Ini.Jadi.Pahlawan.Saat.Melumpuhkan.Penyerang.Charlie. Hebdo (diakses 23 September 2016) Junaedi, Fajar. 2016. “Jawa Pos Membela Persebaya : Bingkai Pemberitaan Jawa Pos tentang Persebaya dalam Kongres PSSI 2016.” ETTISAL Journal of Communication UNIDA Gontor Vol. 1 No. 2 http://ejournal. unida.gontor.ac.id/index.php/ettisal/article/view/720. (diakses tanggal 9 Juni 2017). Nasional Kompas.com. 2015. JK: Teror Terhadap Majalah Charlie Hebdo Tak Bisa Dibenarkan. http://nasional.Kompas.com/ 62 | Ismail Fahmi Arrauf Nasution, Miswari – Islam Agama Teror? read/2015/01/08/21345091/JK. Teror.terhadap.Majalah.Charlie. Hebdo.Tak.Bisa.Dibenarkan (diakses 08 November 2016). Nurdin. 2001. Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta: Rajawali Press.