Eko Budi Santoso, Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Terhadap Manajemen Laba 147147 Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Terhadap Manajemen Laba Eko Budi Santoso Universitas Ciputra e-mail: esantoso@ciputra.ac.id Abstract: This study is based on the paradox where companies that are active in carrying out social responsibility turn out to be involved in financial scandals. The aim of this study is to examine the association of corporate social responsibility (CSR) disclosure with earnings management. This research was conducted at Indonesian go public companies which have issued CSR disclosures according to GRI-G4 for the period of 2013–2017. The result of the study shows that there is positive association of CSR disclosure with earnings management. The findings of this study suggest stakeholders should not take for granted that CSR disclosure of the company automatically reflects their ethical behavior in financial areas. Keywords: etika bisnis, informasi nonfinansial, kualitas laba, manajemen laba, tanggung jawab sosial PENDAHULUAN Tanggung jawab sosial perusahaan merupa- kan isu yang semakin berkembang dalam dunia bisnis seiring dengan semakin meningkatkan kesadaran bahwa tanggung jawab sosial adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam praktik bisnis. Thornton (2008) menyatakan bahwa per- usahaan-perusahaan yang mengadopsi prinsip- prinsip tanggung jawab sosial percaya dengan beroperasi secara etis dan bertanggung jawab maka mereka akan memperoleh kesempatan berhasil yang lebih besar dibandingkan perusa- haan yang tidak mengadopsi prinsip tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Orlitzky et al. (2003), Harjoto & Jo (2011), Blazovich & Smith (2010), dan Lys et al., (2015) menemukan bahwa aktivitas tanggung jawab sosial berpenga- ruh terhadap kinerja perusahaan. Perusahaan yang aktif untuk melakukan dan melaporkan aktivitas tanggung jawab sosialnya mengalami pertumbuhan penjualan, kenaikan harga saham dan nilai perusahaan karena perusahaan tersebut dianggap peduli terhadap tanggung jawab sosial- nya. Kondisi-kondisi tersebut memotivasi perusa- haan untuk berlomba-lomba aktif melakukan dan melaporkan kegiatan tanggung jawab sosial- nya karena akan meningkatkan nilai perusahaan di mata stakeholder. Permasalahan timbul ketika perusahaan yang aktif melakukan tanggung jawab sosial ternyata juga terlibat dalam skandal-skandal keuangan seperti Enron dan Xerox yang sebelum terungkap skandal keuangannya dikenal sebagai perusahaan yang aktif dan memperoleh penghar- gaan di bidang tanggung jawab sosial. Paradoks yang sama juga terjadi di negara-negara berkem- bang seperti di Indonesia ada PT Asian Agri dan PT Kaltim Prima Coal di Indonesia yang aktif dan memperoleh penghargaan dalam pengung- kapan tanggung jawab sosial namun terlibat dalam skandal penggelapan pajak. Kondisi terse- but menunjukkan bahwa perusahaan yang aktif melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial belum tentu merupakan perusahaan yang mela- kukan tanggung jawab etis dalam praktik bis- Business and Finance Journal, Volume 6, No. 2, October 2021 148 nisnya. Hemingway & Maclagan (2004) menge- mukakan bahwa manajer dapat menggunakan aktivitas tanggung jawab sosial sebagai alat untuk menutupi kecurangan keuangan perusahaan. Keberadaan perusahaan yang aktif melakukan tanggung jawab sosial dan pada saat yang bersa- maan melakukan manipulasi keuangan menun- jukkan bahwa motivasi melakukan dan melapor- kan aktivitas tanggung jawab sosial tidak selalu didasari oleh pertimbangan etis. Nilai-nilai yang terkandung dalam tanggung jawab sosial perusa- haan belum tentu menjadi nilai etis yang terinte- grasi dalam perusahaan tetapi bisa jadi merupa- kan perilaku oportunistik manajer untuk dapat memperoleh keuntungan pribadi. Namun meskipun terjadi paradoks yang sama, terdapat perbedaan kondisi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan antara negara maju dan negara berkembang. Ali et al. (2017) menemukan di negara maju kepedulian pemang- ku kepentingan tertentu seperti regulator, peme- gang saham, kreditor, dan pemerhati lingkungan serta tekanan publik menjadi pertimbangan pen- ting dalam pengungkapan tanggung jawab sosial. Sedangkan pada negara berkembang pengung- kapan tanggung jawab sosial banyak dipengaruhi oleh pemangku kepentingan kuat seperti pembeli dan investor asing. Selain itu pada negara ber- kembang tekanan publik untuk melakukan peng- ungkapan tanggung jawab sosial masih rendah yang menunjukkan masih minimnya kesadaran akan pentingnya tanggung jawab sosial perusa- haan. Pada saat yang sama perilaku opportunistik manajer sulit untuk dikendalikan pada negara berkembang yang umumnya memiliki tingkat perlindungan investor yang rendah (Chih et al., 2008; Richardson, 2008). Hal ini menjadikan asosiasi antara tanggung jawab sosial dan peri- laku etis dalam pelaporan keuangan menarik untuk diteliti terlebih lagi pada konteks negara berkembang yang memiliki kesadaran tanggung jawab sosial lebih rendah dibandingkan negara maju. Pada negara berkembang, tanggung jawab etis menempati prioritas terakhir sebagai dasar bagi perusahaan dalam melakukan aktivitas tanggung jawab sosial (Visser, 2008; Alri & Tjiptono, 2014). Hasil penelitian yang mengasosiasikan tang- gung jawab sosial dengan manajemen laba mem- berikan hasil yang inkonklusif. Penelitian Kim et al. (2012), Hong & Andersen (2011), Choi et al. (2013), Scholten & Kang (2012) menunjukkan asosiasi yang negatif. Sedangkan penelitian Prior et al. (2008), Muttakin et al. (2015), Bozzolan et al. (2015) justru memberikan hasil asosiasi yang positif. Hal ini yang mendorong peneliti untuk meneliti kembali pada asosiasi antara pengungkapan tanggung jawab sosial dan mana- jemen laba pada konteks Indonesia sebagai nega- ra berkembang. Indonesia sudah mengeluarkan regulasi mengenai kewajiban pengungkapan tang- gung jawab sosial dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Na- mun regulasi tersebut belum mengatur mengenai isi dari pengungkapan tersebut. TINJAUAN LITERATUR Konsep tanggung jawab sosial secara for- mal mulai diperkenalkan oleh Howard Rothmann Bowen pada tahun 1953 dalam bukunya Social Responsibilities of the Businessman yang menyata- kan bahwa perusahaan harus memperhatikan etika dalam berbisnis agar dapat memperoleh kinerja jangka panjang yang superior. Selain itu Carroll (1997) menyatakan bahwa tanggung ja- wab sosial dari sebuah bisnis meliputi aspek ekonomi, hukum, etika, dan ekspektasi masyara- kat terhadap bisnis pada waktu tertentu. Berda- sarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat di- Eko Budi Santoso, Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Terhadap Manajemen Laba 149 simpulkan bahwa tanggung jawab sosial meru- pakan bagian dari perilaku etis dalam komitmen berkelanjutan perusahaan untuk beroperasi dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi masyarakat. Tanggung jawab sosial perusahaan tidak hanya berhubungan dengan isu lingkungan dan kemasyarakatan namun juga berhubungan seluruh aspek yang ada dalam perusahaan terma- suk praktik bisnis yang etis. John Elkington pada tahun 1994 mengemu- kakan konsep Triple Bottom Line (TBL) yang menyatakan bahwa bisnis seharusnya tidak hanya berfokus pada single bottom line yaitu profit (ekonomi) namun juga harus memperhatikan people (tenaga kerja) dan planet (lingkungan). TBL merupakan suatu kerangka keberlanjutan perusahaan yang menguji dampak perusahaan pada sosial, lingkungan dan ekonomi. Aspek tenaga kerja merujuk pada praktik bisnis perusa- haan yang mendukung tenaga kerja seperti per- lindungan terhadap tenaga kerja, pemberian upah yang wajar, dan pengembangan diri tenaga kerja. Pada aspek lingkungan berfokus pada pengelolaan perusahaan terhadap sumber daya alam yang terbatas, mengurangi dan mengelola limbah yang dihasilkan serta mengurangi penggu- naan emisi karbon dan pemakaian energi. Se- dangkan aspek ekonomi tidak sekadar berarti keuntungan yang diperoleh perusahaan namun terciptanya perdagangan yang adil dan etis. Pada saat mencari bahan baku perusahaan tidak hanya berfokus pada sisi ekonomis dengan mencari harga termurah, namun pada harga yang wajar. Implikasi dari konsep ini adalah perusahaan harus lebih mengutamakan kepentingan stake- holder dibandingkan kepentingan shareholder. Setelah 25 tahun konsep tersebut diaplikasikan, Elkington (2018) menyatakan bahwa perusahaan masih banyak berfokus pada aspek pemenuhan target profit dibandingkan dengan mengembang- kan bottom line yang lain. Ukuran kinerja mana- jer masih didominasi ukuran finansial yaitu keun- tungan yang dihasilkan. Hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas dan pengungkapan aspek ling- kungan masih ditujukan untuk membantu terca- painya keuntungan yang optimal bagi perusa- haan. Keberadaan tanggung jawab sosial sebagai salah satu wujud perilaku etis perusahaan juga berevolusi menjadi salah satu bagian dari strategi bisnis perusahaan. Pandangan dalam Resource Based Theory (RBT) menempatkan tanggung jawab sosial sebagai bagian dari sumber daya tak berwujud yang dapat berkontribusi pada keunggulan kompetitif suatu perusahaan diban- dingkan perusahaan lain. Lebih jauh keberadaan tanggung jawab sosial perusahaan menjadi salah satu strategi pemasaran untuk mencapai kinerja keuangan yang maksimal. Pergeseran tanggung jawab sosial dari wujud perilaku etis menjadi strategi pemasaran dapat menyebabkan pengung- kapan tanggung jawab tidak lagi menjadi cer- minan dari perilaku etis perusahaan namun men- jadi alat untuk mencari keuntungan. Penelitian yang dilakukan dalam menghu- bungkan tanggung jawab sosial dengan kinerja perusahaan telah banyak dilakukan namun masih belum banyak yang mencoba meneliti motivasi perusahaan dalam melakukan tanggung jawab sosial. Penelitian yang dilakukan Grougiou et al. (2015) menemukan bahwa perusahaan yang me- miliki stigma negatif seperti perusahaan pada industri alkohol, tembakau, judi, energi nuklir dan persenjataan melaporkan lebih banyak aktivi- tas tanggung jawab sosialnya sebagai cara untuk menetralisir dampak negatif dari industrinya. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ling & Sul- tana (2015) pada perusahaan di bursa efek Singapura menemukan bahwa perusahaan de- ngan volatilitas harga saham yang tinggi mela- Business and Finance Journal, Volume 6, No. 2, October 2021 150 kukan pengungkapan aktivitas tanggung jawab sosial yang lebih banyak sebagai upaya untuk mengalihkan atau mengubah persepsi investor terhadap perusahaan. Hasil-hasil penelitian terse- but menunjukkan bahwa motivasi dalam melaku- kan pengungkapan tanggung jawab sosial tidak selalu didasari oleh pertimbangan etis namun untuk menetralkan atau mengubah pandangan stakeholder terhadap perusahaan. Penelitian yang berusaha mengaitkan peri- laku tanggung jawab sosial perusahaan dalam hubungannya dengan perilaku perusahaan dalam keuangannya pada negara berkembang memper- oleh hasil yang inkonklusif. Penelitian Choi et al. (2013) pada perusahaan-perusahaan di Ko- rea dengan menghubungkan tanggung jawab so- sial, manajemen laba dan struktur kepemilikan menemukan bahwa tanggung jawab sosial berhu- bungan negatif terhadap manajemen laba tetapi hubungan tersebut melemah pada perusahaan keluarga atau perusahaan dengan konsentrasi kepemilikan tinggi. Namun penelitian yang dila- kukan Muttakin et al. (2015) pada perusahaan- perusahaan di Bangladesh menemukan bahwa tanggung jawab sosial justru berhubungan positif pada praktik manajemen laba. Lebih lanjut Mut- takin menemukan bahwa perusahaan yang ber- orientasi ekspor dan didominasi pembeli luar negeri yang kuat akan melakukan pengungkapan yang lebih banyak dan memiliki manajemen laba yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan perilaku etis dipengaruhi oleh tekanan yang dilakukan oleh pihak eksternal dan bukan berda- sarkan nilai yang memang dipercaya oleh perusa- haan. Penelitian Jordaan et al., (2018) di perusa- haan-perusahaan Afrika Selatan yang menemu- kan bahwa perusahaan dengan kinerja tanggung jawab sosial yang lebih baik cenderung untuk melakukan manajemen laba dengan menaikkan laba melalui akrual diskresioner. Sementara itu, hasil penelitian Nasution dan Adhariani (2016) menemukan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia masih menggunakan pendekatan simbolis yang berfo- kus untuk menaikkan citra perusahaan namun tidak disertai dengan perubahan yang substantif dalam praktik bisnis perusahaan. Pendekatan simbolis ini dapat digunakan sebagai alat bagi manajemen perusahaan untuk menyembunyikan tindakan manajemen laba yang dilakukan. Ber- dasarkan argumentasi tersebut maka disusun hipotesis sebagai berikut. H a : Semakin luas pengungkapan tanggung ja- wab sosial, semakin tinggi tindakan manaje- men laba. METODOLOGI PENELITIAN Data dan Sampel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuanti- tatif menggunakan data sekunder pada perusa- haan-perusahaan industri non-keuangan yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013–2017. Periode sampel ini dipilih karena sejak 2013 diterapkan pedoman GRI-G4 untuk pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan. Terdapat 137 perusahaan yang mela- porkan pengungkapan CSR menggunakan pe- doman GRI-G4 pada periode sampel. Terdapat tiga perusahaan yang memiliki data tidak lengkap sehingga sampel akhir berjumlah 134 perusa- haan. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pengungkapan tanggung jawab sosial per- usahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai pengungkapan perusahaan tentang tanggung ja- wab sosialnya yang dilakukan dengan menerbit- kan laporan keberlanjutan (sustainability report) Eko Budi Santoso, Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Terhadap Manajemen Laba 151 versi GRI-G4. Pengungkapan tanggung jawab sosial dihitung dengan menjumlahkan item yang diungkapkan perusahaan dalam keberlanjutan- nya. Skor 1 diberikan jika perusahaan melakukan pengungkapan dan 0 jika tidak mengungkapkan. Jumlah total skor kemudian akan dibandingkan dengan jumlah total item pengungkapan di GRI versi G4. Manajemen Laba Manajemen laba adalah tindakan perusa- haan untuk melakukan manipulasi angka laba yang ditujukan untuk tujuan tertentu. Manaje- men laba diukur dengan pendekatan manajemen laba akrual menggunakan Modified Jones Model (1991) sebagai berikut. ttt CFONITAC �� (1) t t t t t tt- t ε TA PPE α TA ΔS α TA α TA TAC ���� ��� 1 3 1 2 1 1 1 1 (2) Hasil koefisien �1, �2, dan �3 dari regresi pada persamaan (2) digunakan untuk menghitung NDA pada persamaan (3). 1 3 1 2 1 1 1 ��� � � �� t t t tt t t TA PPE α TA RECΔS α TA αNDA (3) t t t t NDATA TAC DA �� �1 (4) Keterangan: TAC t = Akrual total pada tahun t NI t = Laba bersih pada tahun t CFO t = Arus kas operasi pada tahun t TA t-1 = Aset total pada tahun t-1 S t = Perubahan penjualan bersih pada tahun t PPE t = Aktiva tetap bruto pada tahun t REC t = Perubahan piutang usaha bersih pada tahun t NDA t = Akrual non-diskresioner pada tahun t DA t = Akrual diskresioner pada tahun t Variabel kontrol Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan (SIZE) (Prior et al., 2008), tingkat utang (LEV) (Maha- deo et al., 2011), pertumbuhan perusahaan (PBV) (Kim et al., 2012). Teknik Analisis Data Pengujian hipotesis menggunakan regresi linier berganda dengan model penelitian berikut. ���� = �0 + �1 ��� + �2 � ��� + �3����� + �4����� +�5���_�������+�5���_��������� Keterangan: DA it = Manajemen laba akrual pada perusahaan i di tahun t CSR it = Pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan i di tahun t SIZE it = Ukuran pada perusahaan i di tahun t LEV it = Tingkat utang pada perusahaan i di tahun t PBV it = Pertumbuhan pada perusahaan i di tahun t Hasil dan Diskusi Berikut adalah statistik deskriptif dari varia- bel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Tabel 1 Statistik Deskriptif Variables N Mean Median Stdev DA 134 0.178 0.071 0.530 CSR 134 0.438 0.430 0.184 SIZE 134 16.803 16.837 1.152 LEV 134 1.179 0.940 1.322 PBV 134 4.664 1.840 11.891 Berdasarkan hasil statistik deskriptif dapat dilihat bahwa rata-rata pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan-perusahaan di Indone- sia adalah sebesar 43,8% dari total seluruh item yang ada dalam indeks GRI G4. Hal ini dikare- nakan perusahaan menggunakan pengungkapan GRI G4 opsi Core yang memberikan fleksibilitas Business and Finance Journal, Volume 6, No. 2, October 2021 152 bagi perusahaan untuk memilih item CSR yang akan diungkapkan sesuai dengan kondisi perusa- haan. bahwa perusahaan yang aktif dalam pengung- kapan tanggung jawab sosial juga akan berperi- laku etis dalam aspek keuangannya. Hasil peneli- tian ini menunjukkan pada negara berkembang yang sebenarnya masih memiliki kesadaran akan tanggung jawab sosial yang rendah, pengungkap- an tanggung jawab sosial dapat digunakan mana- jer untuk mengalihkan perhatian para pemangku kepentingan terhadap tindakan manajemen laba. Manajer dapat terus melakukan tindakan mana- jemen laba dengan berlindung pada pengung- kapan tanggung jawab sosial yang dilakukan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa penting untuk tetap melakukan analisis terhadap laporan keuangan sebagai dasar dalam pengam- bilan keputusan dan hal tersebut tidak bisa disubstitusikan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan. KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap manajemen laba pada perusahaan yang aktif melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berasosiasi positif terhadap tindakan manajemen laba perusahaan. Kontribusi dari penelitian ini adalah pentingnya bagi para pemangku kepentingan untuk tidak hanya meng- gunakan informasi pengungkapan tanggung ja- wab sosial perusahaan sebagai dasar dalam peng- ambilan keputusan namun juga perlu memper- hatikan aspek keuangan. Hasil penelitian ini juga menegaskan pentingnya analisis laporan keuangan sebagai dasar bagi para pemangku kepentingan untuk mengambil keputusan terha- dap perusahaan. Penelitian selanjutnya perlu un- tuk menguji apakah pola yang sama pada praktik penghindaran pajak dengan menguji asosiasi DA Variable Coeff. (t-stat) CSR 0.518 (1.750)** Control SIZE 0.004 (0.100) LEV -0.007 (-0.190) PBV 0.004 (0.940) Industry Dummy included Year Dummy included R2 0.032 Notes: ** sig 5% Hasil pengujian hipotesis disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan output regresi dapat dilihat bahwa pengungkapan CSR berasosiasi positif dengan manajemen laba dengan tingkat signifi- kansi 5% sehingga hipotesis yang menyatakan semakin luas pengungkapan CSR maka akan semakin rendah tindakan manajemen laba tidak diterima. Tanda positif menunjukkan bahwa se- makin luas pengungkapan tanggung jawab sosial maka semakin tinggi manajemen laba dan ber- dampak pada rendahnya kualitas laba. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan mengguna- kan pengungkapan tanggung jawab sosial sebagai alat untuk mengalihkan perhatian pemangku kepentingan dari tindakan oportunis manajer yaitu manajemen laba. Kondisi ini dimungkinkan karena manajer menggunakan kesalahan pema- haman yang terjadi di masyarakat yang cende- rung menggeneralisasi perusahaan yang aktif dalam tanggung jawab sosial adalah perusahaan yang memegang nilai-nilai etika dalam seluruh bisnisnya. Pemangku kepentingan menganggap Eko Budi Santoso, Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Terhadap Manajemen Laba 153 pengungkapan CSR terhadap praktik-praktik ke- curangan lain di bidang akuntansi seperti peng- hindaran pajak. ACKNOWLEDGEMENT Penelitian ini dibiayai dari hibah riset Dikti. DAFTAR RUJUKAN Ali, W., Frynas, J.G., & Mahmood, Z. (2017). Determinants of Corporate Social Respon- sibility (CSR) Disclosure in Developed and Developing Countries: A Literature Review. Corporate Social Responsibility and Environmental Management, 24(4), 273–294. Arli, D., & Tjiptono, F. (2014). Does Corpo- rate Social Responsibility Matter to Con- sumers in Indonesia? Social Responsibility Journal, 10(3), 537–549. Blazovich, J. & Smith, L. M. (2011). Ethical Corporate Citizenship: Does it Pay? Re- search on Professional Responsibility and Ethics in Accounting 15, 127–163. Bozzolan, S., Fabrizi, M., Mallin, C. A., & Michelon, G. (2015). Corporate Social Responsibility and Earnings Quality: In- ternational Evidence. International Jour- nal of Accounting, 50(4), 361–396. Carroll, A.B. (1997). A Three-Dimensional Conceptual Model of Corporate Perfor- mance. Academy of Management Review, 4(4), 497–505. Chih, H.L., Shen, C.H., & Kang, F.C. (2008). Corporate social responsibility, investor protection, and earnings management: Some international evidence.�Journal of Business Ethics,�79(1), 179–198. Choi, B.B., Lee, D., & Park, Y. (2013). Corpo- rate social responsibility, corporate gover- nance and earnings quality: Evidence from Korea. Corporate Governance: An Inter- national Review, 21(5), 447–467. Dechow, P.M., Sloan R.G., & Sweeney A.P (1995). Detecting Earnings Management. The Accounting Review, 70(2), 193–225. Elkington, J. (2018). 25 Years Ago I Coined the Phrase “Triple Bottom Line” Here’s Why It’s Time to Rethink It. Harvard Business Review. Grougiou, V., Dedoulis. E., & Leventis, S. (2016). Corporate Social Responsibility Reporting and Organizational Stigma: The Case of “Sin” Industries. Journal of Busi- ness Research, 69(2), 905–914. Harjoto, M. A., & Jo, H. (2011). Corporate Governance and CSR Nexus. Journal of Business Ethics, 100(1), 45–67. Hemingway, C., & Maclagan, P. (2004). Man- agers’ Personal Values as Drivers of Cor- porate Social Responsibility. Journal of Business Ethics, 50(1), 33–44. Hong, Y., & Andersen, M. L. (2010). The Relationship Between Corporate Social Responsibility and Earnings Management: An Explanatory Study. Journal of Business Ethics, 104(4), 461–471. Jordaan, L. A., de Klerk, M., & de Villiers, C. J. (2018). Corporate social responsibility and earnings management of South Afri- can companies. South African Journal of Economic and Management Sciences, 21(1), 1–13. Kim, Y., Park, M. S., & Wier, B. (2012). Is Earnings Quality Associated with Corpo- rate Social Responsibility? The Account- ing Review, 87(3), 761–796. Business and Finance Journal, Volume 6, No. 2, October 2021 154 Ling, T. C. & Sultana, N. (2015). Corporate Social Responsibility: What Motivates Management to Disclose? Social Respon- sibility Journal, 11(3), 513–534. Lys, T., Naughton J.P., & Wang, C. (2015). Signalling Through Corporate Account- ability Reporting. Journal of Accounting and Economics, 60 (1), 56–72. Mahadeo, J. D., Oogarah-Hanuman, V., & Soobaroyen, T. (2011). A Longitudinal Study of Corporate Social Disclosures in A Developing Economy. Journal of Busi- ness Ethics, 104(4), 545–558. Muttakin, M.B., Kahn, A., & Azim, M.I. (2015). Corporate Social Responsibility Disclo- sure and Earnings Quality, Are They a Reflection of Managers Opportunistic Behavior? Managerial Auditing Journal, 30(3), 277–298. Nasution R. M., Adhariani, D. (2016). Simbolis atau substantive? Analisis pratik pelaporan CSR dan kualitas pengungkapan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 13(1), 23–51. Orlitzky, M., Schmidt, F.L., & Rynes, S.L. (2003). Corporate social and financial per- formance: A meta-analysis.�Organization Studies,�24(3), 403–441. Prior, D., Surroca, J., & Tribó, J.A. (2008). Are socially responsible managers really ethi- cal? Exploring the relationship between earnings management and corporate so- cial responsibility.�Corporate Governance: An International Review,�16(3), 160–177. Richardson, G. (2008). The relationship be- tween culture and tax evasion across coun- tries; Additional Evidence and Extensions, Journal of International Accounting, Au- diting, and Taxation, 17, 67–78. Scholtens, B., & Kang, F.-C. (2013). Corporate Social Responsibility and Earnings Man- agement: Evidence from Asian Economies. Corporate Social Responsibility and Envi- ronmental Management, 112, 95–112. Simnett, R., Vanstraelen A., & Chua, W.F. (2009). Assurance on Sustainability Re- ports: An International Comparison. The Accounting Review, 84(3), 937–967. Thornton, G. (2008). Corporate Social Respon- sibility: A necessity not a choice, Interna- tional Business Report. Grant Thornton. Visser, W. (2008)�Corporate Social Responsi- bility in Developing Countries. In A. Crane, A., McWilliams, D. Matten, J. Moon, & D.S. Siegel, The Oxford Hand- book of Corporate Social Responsibility. Oxford: Oxford University Press, 473– 479. Yip, E., Van Staden, C., & Cahan, S. (2011). Corporate Social Responsibility Report- ing and Earnings Management: The Role of Political Costs. Australasian Accounting Business and Finance Journal, 5(3), 17–33.