01 Dafazal Saffan.pmd Tugiman & Bambang Syairudin, Pengembangan Critical Success Factor (CSF) untuk Menunjang Kinerja Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam Pembangunan Jembatan Ketapang di Banyuwangi 1919 Pengembangan Critical Success Factor (CSF) untuk Menunjang Kinerja Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam Pembangunan Jembatan Ketapang di Banyuwangi Tugiman, Bambang Syairudin Jurusan Manajemen Proyek Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember, e-mail: tgm.pjnwil1@gmail.com Abstract: Bridge Project is a very complex work with high technology. In the project’s execution there are to many problem, such as delays of implementation, overpayment and other failures. It is necessary to develop of critical success factor (CSF) to support the performance of committing officer (PPK) in the execution of it’s duties and responsibilities in the implementation of the bridge project. The purpose of this study to identify the factors that are relevant to get an idea of the perception of CSF. The method used to solve complex problems in this study using analytical hierarchy process (AHP).The results of this study, the factors that affected the successful implemen- tation of the bridge project, is the ability of the PPK in making self-estimated price (HPS) with the value (0,038), the ability of consultants to assist and provide guidance to the contractor in the licensing value ratio consistency (0,002) and the ability contractor in making the first project handover (PHO) value consistency ratio (0.001). The conclusion is that three factors are very affected to support the performance of committing officer (PPK) in the execution of bridge project. Keywords: critical success factor, analytical hierarchy process, PPK, Ketapang Bridge 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pejabat Pembuat Komitmen berdasarkan Perpres RI Nomor 4 tahun 2015 tentang Per- ubahan keempat atas Perpres nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Peme- rintahan, yang disebut PPK adalah Pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Barang dan Jasa. Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerin- tah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, PPK adalah Pejabat yang diberi kewe- nangan oleh Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran untuk mengambil dan atau melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran Anggaran Belanja Negara. Berdasarkan pengertian tersebut maka PPK adalah pejabat yang berwenang untuk mengambil keputusan dan tindakan yang berakibat pada pengeluaran anggaran dan bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa. Jika kita melihat pencairan Anggaran Belanja Negara, maka peran PPK ada pada mekanisme uang persediaan dan mekanisme langsung. Pada mekanisme Uang Panjar (UP), Peraturan Menteri Keuangan (PMK) berwenang untuk mengambil tindakan yang berakibat pada pengeluaran, se- dangkan pada mekanisme LS (Lumpsum), PPK bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diha- rapkan akan memenuhi hasil dari analisis faktor- faktor dan sub faktor dalam keberhasilan suatu proyek. Dari faktor-faktor dan sub-subfaktor sebagai bahan kuesioner untuk disebarkan ke- pada responden dalam hal ini adalah tim ahli dalam konstruksi jembatan yang terdiri dari PPK, Konsultan dan Kontraktor untuk mem- Business and Finance Journal, Volume 3, No. 1, March 2018 20 berikan nilai pembobotan. Kemudian dilakukan proses perbandingan berpasangan antara faktor- faktor dan sub-faktor. Kemudian memasukkan hasil perbandingan berpasangan tersebut ke da- lam software expert choice, Hasil kuesioner kemudian dianalisis dengan metode AHP guna menentukan prioritas CSF. AHP dipilih karena kelebihan yang dimilikinya yaitu dapat menangani struktur yang berhierarki pada faktor yang dipilih sampai pada sub faktor yang paling dalam. Hasil dari penelitian ini adalah urutan prioritas CSF yang paling berpengaruh untuk menentukan fak- tor penunjang kinerja PPK dalam Pembangunan Jembatan Ketapang di Banyuwangi. 1.2 Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan persoalan penelitian yang akan dikaji adalah bagaimana melakukan identifikasi faktor penjamin kesuksesan kinerja PPK dalam pelaksanaan pembangunan Jembatan Ketapang dengan metode CSF (Critical Success Factor) dan AHP (Analytical Hierarchy Process). 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai latar belakang masalah, tujuan pene- litian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi faktor penjamin kesuksesan kinerja PPK dalam pelaksanaan pembangun- an Jembatan Ketapang. 2. Menentukan pembobotan masing-masing fak- tor penjamin kesuksesan kinerja PPK. 3. Mengimplementasikan Critical Success Fac- tor (CSF) dalam pelaksanaan proyek pemba- ngunan Jembatan Ketapang. 1.4 Batasan Masalah Adapun batasan masalah yang dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Objek amatan dalam penelitian ini adalah Proyek Pembangunan Jembatan Ketapang yang dikelola oleh PPK Wilayah Situbondo- Ketapang-Banyuwangi di bawah pengawasan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V Provinsi Jawa Timur. 2. Tugas dan tanggung jawab PPK yang akan dikaji dalam penelitian ini sesuai Perpres 4 Tahun 2015 Pasal 11 Ayat 1 Huruf c,d,e,h dan Pasal 11 Ayat 2 Huruf a Poin 1 dan Huruf b dan mengacu pada PMK Pasal 13 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Anggaran. 3. Tidak ada perubahan kebijakan dari Kemen- terian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang terkait dengan proyek Jembatan Ketapang. 4. Tidak ada kejadian force majeure selama pelaksanaan proyek jembatan ketapang. 5. Lokasi penelitian adalah Pembangunan Jem- batan Ketapang yang terletak di Banyuwangi km Surabaya 280+651. 2. DASAR TEORI 2.1 Penelitian Sebelumnya 1. Penelitian oleh Derrich J – Z Tan and F.E Muhamad Ghazali (2011), diperoleh hasil penelitian Critical Success Factor (CSF) diperoleh dengan cara interview dengan Kontraktor Profesional Malaysia bertaraf Internasional. Dari review tersebut diperoleh 40 CSF, kemudian dikelompokkan menjadi enam kategori sebagai berikut. Faktor manajemen proyek: • Faktor pengadaan • Faktor owner • Faktor desainer • Faktor kontraktor • Faktor manajemen proyek Tugiman & Bambang Syairudin, Pengembangan Critical Success Factor (CSF) untuk Menunjang Kinerja Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam Pembangunan Jembatan Ketapang di Banyuwangi 21 • Faktor lingkungan bisnis (lingkungan pe- kerjaan) 2. Mohamad Soqib, Rizwan U., Farooqui, Sa- rosh H. Lodi. Hasil penelitian ini, keberha- silan proyek terdiri tujuh faktor dan sub- faktor sebagai berikut. • Faktor manajemen proyek • Faktor yang berkaitan dengan pengadaan • Faktor yang berkaitan dengan klien. • Faktor yang berkaitan dengan tim desain • Faktor yang berkaitan dengan kontraktor • Faktor yang berkaitan dengan pimpro • Faktor yang berkaitan dengan bisnis dan lingkungan kerja 3. Arti J. Jari, Pankaj, P. Bhangale. Dalam pene- litian ini, kriteria keberhasilan proyek terdiri dari lima kriteria antara lain: • kriteria owner • desainer • kontraktor • kriteria umum • kriteria unik Faktor-faktor tersebut sangat bersesuaian dengan faktor-faktor yang diturunkan dari Perpres No. 4 Tahun 2015 dan PMK Pasal 13 Tahun 2012 di mana dalam peraturan tersebut, sangat spesifik dengan rencana penelitian yang akan penulis lakukan critical success factor (CSF) pejabat pembuat komit- men (PPK). 2.2 Critical Success Factor Critical success factor adalah faktor atau variabel yang kritis bagi keberhasilan pelaksanaan proyek yang harus dikerjakan, di mana tanpa adanya faktor tersebut maka proyek tidak akan sukses atau berhasil dalam target maupun goal tertentu. Pada suatu proyek atau pekerjaan Criti- cal Success Factor (CSF) ini penting sekali untuk mengidentifikasikan sebelum proyek dimulai. Dalam wikipeda disebutkan definisi Critical Success Factors (CSF) is the form for an ele- ment that necessary for an organization or project to achieve its mission. It is a critical factor or activity required for ensuring the success of a company or an organizations. The term was unitialy used in the word of data analysis and business analysis”. “Critical success factors are those few things that must go will to ensure success for a manager or an organizations, and. That must be give special and continual attention to being about high performance. CSFs include issues vital to an organizations cured operating activi- ties and to its future success. Konsep faktor sukses (success factors) dibangun oleh D. Daniel dari Mc Kintey dan Company pada tahun 1961. Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP) telah diterima sebagai model pengambilan keputusan yang bersifat multikriteria, oleh orang-orang akademik maupun praktisi (Mauro, 2001). Kriteria-kriteria dibandingkan dalam bentuk perbandingan berpasangan, untuk membentuk suatu matriks preferensi, demikian pula halnya dengan alternatif. Salah satu keandalan AHP adalah dapat melakukan analisis secara simultan dan terintegrasi antara parameter yang kualitatif atau bahkan yang ’intangible’ dan yang kuantitatif (Roy, B., M. Paruccini, 1994). AHP menggunakan struktur hierarki, matriks, dan algebra linier dalam memformulasikan prosedur pengambilan keputusan. Di samping itu, AHP juga mengguna- kan prinsip-prinsip eigenvector dan eigenvalue dalam proses pembobotan (Saaty, 1990). Menu- rut Saaty (1993), hierarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi-level Business and Finance Journal, Volume 3, No. 1, March 2018 22 Membuat matriks kriteria berpasangan, Tabel 1 skala penilaian perbandingan berpasang- an membuat matriks berpasangan kriteria terha- dap kriteria sebagai berikut. 1. Menjumlahkan matriks kolom. 2. Menghitung nilai elemen kolom kriteria de- ngan cara membagi setiap nilai elemen kolom dengan jumlah matriks kolom. 3. Menentukan prioritas kriteria jumlah baris (n kriteria). 4. Menghitung prioritas alternatif dengan mem- buat matriks berpasangan alternatif terhadap alternatif sebanyak jumlah kriteria. 5. Hitung konsistensi. (λmaks) = Ó (Y / X) ..............(1.1) n Keterangan: Y = perkalian antara matriks perbandingan dengan bobot X = hasil matriks perbandingan normalisasi n = jumlah baris/atribut 6. Konsistensi Indeks (CI) CI = λmaks – n n – 1 .............(1.2) Keterangan: λmaks = nilai konsistensi n = jumlah baris 7. Consistency Ratio (CR) merupakan pernya- taan yang menyatakan seberapa besar derajat di mana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, subkriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hierarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompok- nya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hierarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis (Saaty, 2010). Tahap-tahap atau prosedur AHP (Rochma- sari, 2010) meliputi hal-hal sebagai berikut. 1. Mendefinisikan struktur hierarki masalah. 2. Penilaian kriteria dan alternatif dengan mela- kukan perbandingan berpasangan. Gambar 2.1 Dekomposisi Permasalahan dalam Bentuk Model Hierarki AHP (Saaty, 1990) Tabel 1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan Tingkat Kepentingan Definisi Keterangan 1 Kedua elemen sama pentingnya Kedua elemen se- imbang sama besar pada sifat tersebut 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen lainnya Pengalaman menya- takan sedikit memi- hak pada satu ele- men 5 Elemen yang satu lebih pen- ting daripada elemen lainnya Pengalaman me- nunjukkan secara kuat memihak pada satu elemen 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya Pengalaman menun- jukkan secara kuat disukai dan dido- minasi satu elemen yang sangat jelas lebih penting 9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya Pengalaman me- nunjukkan satu elemen sangat jelas lebih penting 2,4,6,8 Nilai tengah di antara dua peni- laian yang ber- dampingan Nilai ini diberikan jika diperlukan kompromi Kebalikan Bila elemen ke-ij pada faktor i men- dapat nilai x maka elemen ke-ji pada faktor ke-j men- dapat nilai 1/x Tugiman & Bambang Syairudin, Pengembangan Critical Success Factor (CSF) untuk Menunjang Kinerja Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam Pembangunan Jembatan Ketapang di Banyuwangi 23 Inconsistency dari penetapan nilai perban- dingan antar-kriteria yang telah dibuat, yaitu: CR = CI / RI .............(1.3) Keterangan: CR= Consistency Ratio CI = Consistency Index RI = Index Random b. Wawancara dan pengisian kuesioner dengan para pakar/ahli jembatan dalam pengambilan keputusan terhadap pemilihan prioritas ketepatan proyek jembatan Ketapang untuk mendapatkan kriteria dan alternatif dari ten- der tersebut. c. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak pendu- kung Expert Choice. Adapun diagram alir penelitian dapat dilihat pada diagram berikut ini. Ukuran Matriks Nilai RI 1,2 0,00 3 0,58 4 0,90 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1,45 10 1,49 11 1,51 12 1,58 Tabel 2.2 Daftar Random Index (RI) Apabila nilai CR ≤ 0,10 maka data konsis- ten/dapat ditoleransi tetapi bila CR ≥ 0,10 maka data tidak konsisten dan perlu dilakukan revisi. Apabila nilai CR = 0, dapat dikatakan “Per- fectly Consistent”. 3. METODE PENELITIAN Metodologi penelitian adalah gambaran langkah-langkah yang ditempuh dalam menjalan- kan penelitian dijelaskan sebagai berikut. 3.1 Rancangan Penelitian a. Studi literatur dilakukan untuk mencari bahan-bahan referensi yang akandigunakan dalam penelitian ini. Dengan mengacu pada laporan justifikasi teknik, laporan rencana mutu kontrak, laporan pra-contraction meet- ing (PCM) mengenai pemilihan prioritas. Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian Business and Finance Journal, Volume 3, No. 1, March 2018 24 3.2 Perangkat lunak Tools yang Digunakan Expert Choice v.11 dipergunakan sebagai alat bantu untuk menampilkan hasil analisis dari data perbandingan antara kriteria-kriteria yaitu design, tinjauan keadaan lapangan, inven- tarisasi volume, mobilisasi alat, metode pemba- yaran, ruang lingkup pekerjaan, jadwal peker- jaan, nilai strategis proyek terhadap alternatif yang ada yaitu item-item pekerjaan dalam doku- men kontrak, survey Jembatan Ketapang dan kuantitas item pekerjaan. 3.3 Metode Pengumpulan Data Sumber data primer diperoleh dari doku- men-dokumen kontrak pekerjaan proyek yang terkait dan melakukan wawancara maupun peng- isian kuesioner dengan pihak-pihak pengambil keputusan dalam hal ini para pakar jembatan terhadap kriteria-kriteria yang menjadi pertim- bangan keberhasilan PPK dalam melaksanakan sebuah proyek untuk mendapatkan prioritas yang utama dalam menghindari faktor kegagalan dalam mengelola sebuah proyek. Sumber data sekunder diperoleh dari data justifikasi teknik (justek). 3.4 Proses Penentuan Prioritas Sebuah Proyek Di dalam keberhasilan sebuah proyek perlu diperhatikan kriteria dan alternatif dari tiap- tiap proyek melalui dokumen kontrak yang di- nyatakan secara tertulis maupun informasi-infor- masi lainnya yang tidak tertulis. Informasi-infor- masi yang diperoleh dari sumber tertulis disebut dengan kriteria dan laporan justifikasi teknik disebut dengan alternatif. Dari kriteria dan alter- natif yang diperoleh ditentukan peringkat untuk mendapatkan kriteria dan alternatif yang terpen- ting terhadap tujuan pengoptimalisasian terhadap proyek-proyek dengan melibatkan PPK yang ber- sangkutan dengan pihak kontraktor beserta kon- sultan supervisi dalam pengambilan keputusan terhadap suatu keberhasilan proyek dan didu- kung dengan perangkat lunak expert choice sebagai alat bantu untuk mengambil keputusan multi-kriteria dengan menyederhanakan kom- pleksitas yang ada. Dari hasil pengolahan data menggunakan expert choice diperoleh prioritas sebuah proyek yang akan dipilih dengan melihat dan mempertimbangkan semua kriteria dan alter- natif yang ada dan disesuaikan dengan tujuan dan kepentingan perusahaan yang hendak dicapai dari pemilihan proyek tersebut. 3.5 Metode Analis Berdasarkan hasil identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pengambilan keputusan keberhasilan proyek dapat dibuat hierarki keputusan dari tingkat paling atas adalah tujuan, yaitu pengoptimalisasian waktu proyek sesuai dokumen kontrak pada proyek jembatan Ketapang. 3.6 Keterkaitan Data dan Analisis Terhadap Metode AHP & Expert Choice Data dalam penelitian ini terdiri dari tujuan, kriteria, dan alternatif. Adapun tujuan dari se- buah proses tender adalah pemilihan proyek dalam suatu tender. Kriteria yang diperoleh meliputi harga, yaitu besarnya nilai sebuah proyek. 1. Metode pembayaran, yaitu termin pemba- yaran terhadap proyek yang akan dilaksa- nakan. 2. Ruang lingkup pekerjaan, yaitu lingkup peker- jaan yang menjadi tanggung jawab dari PPK dan Penyedia Jasa. 3. Jadwal pekerjaan, yaitu waktu yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan pekerjaan. Tugiman & Bambang Syairudin, Pengembangan Critical Success Factor (CSF) untuk Menunjang Kinerja Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam Pembangunan Jembatan Ketapang di Banyuwangi 25 Dalam hal ini, AHP merupakan proses perumusan kebijakan yang powerful dan fleksibel dalam menentukan prioritas, membandingkan kriteria, alternatif dan membuat keputusan yang terbaik ketika pengambil keputusan harus mempertimbangkan aspek kuantitatif dan kualitatif. AHP mengurangi kerumitan suatu keputusan menjadi rangkaian perbandingan satu- satu, kemudian menyintesis hasil perbandingan tersebut. Dengan demikian, AHP tidak hanya bermanfaat dalam pembuatan keputusan yang terbaik tetapi juga memberikan dasar yang kuat bahwa keputusan tersebut merupakan keputusan yang terbaik. Estimasi dengan menggunakan metode AHP dapat dilakukan dengan mudah dengan menggunakan perangkat lunak khusus yang disebut Expert Choice. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Input Identifikasi faktor penjamin kesuksesan kinerja PPK dalam pelaksanaan pembangunan Jembatan Ketapang ini menggunakan metode AHP dan dimaksudkan untuk membantu dalam pengambilan keputusan untuk menentukan faktor keberhasilan PPK. Dalam penentuannya ada tiga kriteria yaitu PPK, Konsultan dan Kontraktor. a) Kriteria: PPK, Konsultan dan Kontraktor b) Alternatif: Faktor 1 (Tugas pokok dan wewenang PPK), Faktor 2 (Tugas pokok dan wewenang Konsultan), Faktor 3 (Tugas pokok dan wewenang Kontraktor) c) Sub alternatif: Sub Faktor 1, Sub Faktor 2, Sub Faktor 3. Business and Finance Journal, Volume 3, No. 1, March 2018 26 Tugiman & Bambang Syairudin, Pengembangan Critical Success Factor (CSF) untuk Menunjang Kinerja Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam Pembangunan Jembatan Ketapang di Banyuwangi 27 Gambar 4.1 Struktur Hierarki Critical Succes Factor dengan Metode AHP 4.2 Bobot dan Analisis Output Teknik pembobotan yang digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan dan peranan dari tiap KPI dan perspektif adalah AHP. Keluaran yang dihasilkan dalam aplikasi ini adalah perban- dingan faktor keberhasilan kinerja PPK dalam Pembangunan Jembatan Ketapang. Selain itu, de- ngan aplikasi ini dapat mengetahui indikator (KPI) setiap sub-faktor penting yang mempunyai nilai tertinggi dan terendah sehingga memudahkan PPK untuk memperbaiki KPI yang rendah dan mengantisipasi agar tidak terjadinya kegagalan pada proyek-proyek jembatan terdahulu. 4.3 Implementasi Sistem a. Halaman Utama Halaman ini berfungsi sebagai tampilan awal ketika menjalankan aplikasi Expert Choice Versi 11. Gambar 4.2 Tampilan Pertama Kali Saat User Menjalankan Program Business and Finance Journal, Volume 3, No. 1, March 2018 28 Gambar 4.3 Tampilan Saat User akan Memulai Input Data Kuesionera. b. Proses pengisian kuesioner Proses pengisian Kuesioner sesuai data dari hasil penyebaran masing-masing koresponden dari tim ahli BBPJN V. Gambar 4.4 Analisis Proses kriteria dengan CR 0.05 b. Perhitungan Bobot Sub Faktor PPK Dari perhitungan Penginputan kuesioner AHP dapat dilakukan analisis berdasarkan hasil akhir (Skor Terbobot) tiap KPI. Di bawah ini merupakan hasil analisis Subfaktor PPK. Gambar 4.4 Tampilan Saat User Memulai Input Data Kuesioner 4.4 Analisis Hasil a. Perhitungan Bobot Kriteria PPK Dari perhitungan Penginputan kuesioner AHP dapat dilakukan analisis berdasarkan hasil akhir (Skor Terbobot) tiap KPI. Di bawah ini merupakan hasil analisis faktor dari tiap-tiap kriteria. Gambar 4.5 Analisis Proses Sub-Faktor PPK dengan CR 0.09 c. Perhitungan Bobot Sub-Faktor Konsultan Dari perhitungan Penginputan kuesioner AHP dapat dilakukan analisis berdasarkan hasil akhir (Skor Terbobot) tiap KPI. Dibawah ini merupakan analisis hasil Subfaktor dari konsul- tan. Tugiman & Bambang Syairudin, Pengembangan Critical Success Factor (CSF) untuk Menunjang Kinerja Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam Pembangunan Jembatan Ketapang di Banyuwangi 29 Gambar 4.6 Analisis Proses Sub-Faktor Konsultan dengan CR 0,00 d. Perhitungan Bobot Sub-Faktor Kontraktor Dari perhitungan Penginputan kuesioner AHP dapat dilakukan analisis berdasarkan hasil akhir (Skor Terbobot) tiap KPI. Di bawah ini merupakan analisis hasil subfaktor dari kon- traktor. Gambar 4.8 Strategi Map Strategi map merupakan sebuah diagram yang menunjukkan visi, misi, strategi yang diim- plementasikan dalam mengukur kinerja keber- hasilan dengan menggunakan KPI. Dengan meng- gunakan strategi map dapat di dilihat dengan jelas keterkaitan antar visi, misi organisasi de- ngan KPI. Berdasarkan strategi map di atas dapat dijelaskan bahwa (KPA, PPK, konsultan, kontraktor) yang mempunyai kedudukan paling tinggi dan paling berpengaruh. 5. KESIMPULAN Setelah menyelesaikan Rancangan Perang- kat Lunak Pengukuran penjamin kesuksesan ki- nerja PPK dalam pelaksanaan pembangunan Jembatan Ketapang di Banyuwangi dengan meto- de CSF (Critical Success Factor) dan AHP (Ana- lytical Hierarchy Process) dapat diambil bebe- rapa kesimpulan sebagai berikut. Perhitungan Bobot Lokal dan Bobot Grobal Gambar 4.7 Analisis Proses Sub-faktor Kontraktor dengan CR 0,00. Dari hasil perhitungan Kuesioner dan AHP dapat dibuat strategi map. Berikut strategi map yang dibangun: No. Faktor Bobot Lokal Bobot Global 1 Faktor 1-Tugas Pokok dan Wewenang PPK 0,709 0,709 2 Faktor 2- Tugas Pokok dan Wewenang Konsultan 0,179 0,179 3 Faktor 3- Tugas Pokok dan Wewenang Kontraktor 0,113 0,113 Total 1,00 1,00 Business and Finance Journal, Volume 3, No. 1, March 2018 30 No. Sub-Faktor PPK Bobot Lokal Bobot Global 1 Sub Faktor 1.1-Kemampuan membuat (HPS) 0,053 0,038 2 Sub Faktor 1.2-Kemampuan memilih Penyedia Jasa 0,058 0,041 3 Sub Faktor 1.3-Kemampuan merancang kontrak 0,098 0,069 4 Sub Faktor 1.4-Kemampuan dalam memahami hukum kontrak 0,093 0,066 5 Sub Faktor 1.5-Kemampuan melaksanakan kontrak 0,078 0,055 6 Sub Faktor 1.6-Kemampuan Mengendalikan Pelaksanaan 0,100 0,071 7 Sub Faktor 1.7-Kemampuan membuat laporan Program fisik kepada PA/KPA tiap periode(harian, Mingguan dan bulanan) 0,098 0,069 8 Sub Faktor 1.8-Ketelitian memeriksa sertifikat Bulanan (MC) untuk tagihan kontraktor 0,086 0,061 9 Sub Faktor 1.9-Ketelitian dalam menandatangani persetujuan pembayaran(SPP) 0,077 0,055 10 Sub Faktor 1.10-Kemampuan memeriksa, bahwa pekerjaan sudah 100% Kepada PA/KPA 0,074 0,052 11 Sub Faktor 1.11-Kemampuan membuat berita acara penyerahan pertama (PHO) kepada PA/ KPA 0,104 0,074 12 Sub Faktor 1.12-Kemampuan dan menjaga keutuhan dokumen 0,081 0,057 Total 0,709 11 Sub Faktor 2.11-Kemampuan mengidentifikasi masalah yang mendesak yang harus dirapatkan segera 0,037 0,007 12 Sub Faktor 2.12-Kemampuan melaporkan dan teknis, administrasi kepada PA/KPA mengenai persentase dan bobot semua item yang akan dikerjakan 0,045 0,008 13 Sub Faktor 2.13-Kemampuan melaporkan pekerjaan riil sesuai jadwal pelaksanaan 0,028 0,005 14 Sub Faktor 2.14-Kemampuan membuat laporan bahan-bahan bangunan yang dipakai, jumlah tenaga kerja, dan alat yang dipakai 0,019 0,003 15 Sub Faktor 2.15-Ketelitian dalam meneliti shop drawing yang diajukan oleh kontraktor 0,091 0,016 16 Sub Faktor 2.16-Kemampuan membuat berita Acara sehubungan dengan selesainya pekerjaan 0,022 0,004 17 Sub Faktor 2.17-Kemampuan dalam menyiapkan daftar volume dan nilai pekerjaan untuk dibayarkan 0,170 0,030 18 Sub Faktor 2.18-Kemampuan dalam membuat formulir Laporan dan berita acara kemajuan pekerjaan, penyerahan pertama (PHO) dan formulir lainnya yang diperlukan dalam dokumen 0,031 0,006 Total 0,179 No. Sub-Faktor Kontraktor Bobot Lokal Bobot Global 1 Sub Faktor 3.1-Kemampuan memahami dokumen spesifikasi teknis 0,106 0,012 2 Sub Faktor 3.2-Kemampuan dalam memahami hukum kontrak 0,066 0,007 3 Sub Faktor 3.3-Kemampuan membuat laporan PCM 0,021 0,002 4 Sub Faktor 3.4-Kemampuan memanfaatkan uang muka sebesar 20% dari nilai kontrak 0,104 0,012 5 Sub Faktor 3.5-Ketelitian dalam mengoperasikan alat ukur 0,020 0,002 6 Sub Faktor 3.6-Ketelitian dalam membuat laporan kajian teknis (Field Engineer) 0,074 0,008 7 Sub Faktor 3.7-Kemampuan membuat dokumen justifikasi teknik 0,094 0,011 8 Sub Faktor 3.8-Kemampuan membuat dokumen peneliti kontrak 0,029 0,003 9 Sub Faktor 3.9-Kemampuan membuat Rencana Mutu Kontrak (RMK) 0,049 0,006 10 Sub Faktor 3.10-Kecepatan dalam melaku- kan test semua material ke laboratorium Balai V untuk pembuatan desain 0,042 0,005 11 Sub Faktor 3.11-Kemampuan membuat Job Mix Formula (JMF) 0,052 0,006 12 Sub Faktor 3.12-Kemampuan melakukan Trial di lapangan 0,048 0,005 13 Sub Faktor 3.13-Kemampuan membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan 0,036 0,004 14 Sub Faktor 3.14-Kemampuan membuat struktur organisasi 0,009 0,001 15 Sub Faktor 3.15-Kemampuan membuat la- poran progress fisik harian, mingguan dan bulanan 0,054 0,006 16 Sub Faktor 3.16-Kemampuan untuk melaku- kan uji mutu 0,037 0,004 17 Sub Faktor 3.17-Kemampuan membuat laporan back up data quality dan quantity sebagai pendukung pembayaran 0,041 0,005 18 Sub Faktor 3.18-Ketelitian dalam membuat Monthly certificate (MC) pembayaran atas pekerjaan yang telah dilakukan 0,066 0,007 19 Sub Faktor 3.19-Kemampuan membuat dokumen Foto Kondisi 0%, 50%, dan 100% 0,006 0,001 20 Sub Faktor 3.20-Kemampuan membuat surat permintaan PHO kepada PPK 0,011 0,001 21 Sub Faktor 3.21-Kemampuan membuat Beri- ta Acara Penyerahan Pertama Proyek (PHO) 0,009 0,001 22 Sub Faktor 3.22-Kemampuan melakukan pengarsipan dokumen pelaksanaan pekerjaan (Back Up) 0,024 0,003 Total 0,113 No. Sub-Faktor Konsultan Bobot Lokal Bobot Global 1 Sub Faktor 2.1-Kemampuan menyusun program kerja pengawasan 0,020 0,004 2 Sub Faktor 2.2-Kemampuan memeriksa jad- wal pelaksanaan yang diajukan oleh kon- traktor 0,025 0,004 3 Sub Faktor 2.3-Kemampuan pengawasan kegiatan di lapangan secara teknis maupun administrasi 0,078 0,014 4 Sub Faktor 2.4-Kemampuan pengawasan secara rinci kebenaran ukuran kualitas dan kualitas dari bahan dan peralatan 0,130 0,023 5 Sub Faktor 2.5-Kemampuan Monitoring pekerjaan dan mengambil tindakan yang tepat dan cepat 0,056 0,010 Tugiman & Bambang Syairudin, Pengembangan Critical Success Factor (CSF) untuk Menunjang Kinerja Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam Pembangunan Jembatan Ketapang di Banyuwangi 31 p p 6 Sub Faktor 2.6-Kemampuan meyakinkan secara teknis tentang penambahan atau pengurangan biaya dan waktu pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan dari PA/KPA 0,097 0,017 7 Sub Faktor 2.7-Kemampuan memerintah secara langsung kepada kontraktor sejauh tidak melanggar kontrak 0,017 0,003 8 Sub Faktor 2.8-Kemampuan membantu memberi petunjuk kepada kontraktor dalam perizinan 0,012 0,002 9 Sub Faktor 2.9-Kemampuan mengon- sultasikan segala masalah dan alternatif solusinya kepada PA/KPA 0,103 0,018 10 Sub Faktor 2.10-Kemampuan membuat risalah rapat yang diadakan tiap 1 bulan , 2 bulan 0,017 0,003 Gambar 5.1 Hasil Perhitungan Bobot Secara Global 1. Berdasarkan hasil perhitungan Analytic Hie- rarchy Process (AHP) menggunakan inputan kuesioner data koresponden, Kinerja sub faktor 1,2 dan Sub Faktor 3 dalam hal ini PPK, Konsultan dan Kontraktor untuk men- capai keberhasilan dalam mengantisipasi agar tidak terjadinya kegagalan pada proyek Jem- batan Ketapang di Banyuwangi, PPK harus melakukan hal-hal sebagai berikut. Gambar 5.2 Faktor Kunci Keberhasilan PPK Gambar 5.3 Faktor Kunci Keberhasilan Konsultan Gambar 5.4 Faktor Kunci Keberhasilan Kontraktor 2. Penentuan bobot dan target pada setiap indi- kator memengaruhi hasil pengukuran kinerja karena setiap bobot dan target menghasilkan tingkat kepentingan dan skor dari perhitung- an kuesioner AHP sesuai dengan perhitungan bobot tertinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor keberhasilan dalam penelitian ini diambil bobot yang tertinggi. 3. Sesuai dengan hasil penelitian ini, bahwa nilai bobot faktor yang paling tinggi adalah tugas pokok dan wewenang PPK (0.709), disebabkan karena tanggung jawab PPK di- Business and Finance Journal, Volume 3, No. 1, March 2018 32 mulai dari perencanaan, proses pengadaan barang/jasa, pelaksanaan sampai dengan penyerahan pertama proyek (PHO) bahkan sampai dengan penyerahan akhir proyek (FHO). Sedangkan tugas pokok dan wewe- nang konsultan (0,179). Tugas pokok dan wewenang kontraktor (0,113), karena kerja konsultan dan kontraktor hanya awal pelak- sanaan sampai penyerahan pertama proyek (PHO). Sedangkan sub-faktor yang sangat dominan terhadap keberhasilan pelaksanaan proyek Jembatan Ketapang adalah kemam- puan pejabat pembuat komitmen (PPK) dalam membuat harga perkiraan Sendiri (HPS). Kemampuan Konsultan untuk mem- bantu dan memberikan petunjuk kepada kon- traktor dalam perizinan. Kemampuan kon- traktor dalam membuat Berita Acara Penye- rahan Pertama Proyek (PHO). 6. DAFTAR PUSTAKA Eduardo Shimoda & Sérgio França. 2014. Criti- cal Success Factor in Project Management Study of an Energy Company in Brazil. USA: Global Journals Inc. Derrick J-Z Tan and F.E. Mohamed Ghazali. 2011. Critical Success Factor for Malay- sian Contractor Project using AHP. Singa- pore: EPPM. Muhammad Saqib, Rizwan U. Farooqui. 2008. Assessment of Critical Success Factors for Construction Projects in Pakistan. ICCIDC-I: NED University of Engineer- ing. David Scott, Albert P.C. & Ada P.L.Chan. 2004. Factors Affecting the Success of A Con- struction Project. Technical Notes: Jour- nal. Gunawan, Moch. Afifudi, Ibnu abbas majid. 2014. Critical Success Factor Pelaksanaan Proyek Konstruksi Jalan dan Jembatan di Kabupaten Pidie Jaya, Banda Aceh. Jurnal Teknik Sipil Pasca Sarjana Universitas Syiah Kuala. Perpres RI Nomor 4 Tahun 2015 tentang: Peru- bahan Keempat atas Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Perpres RI nomor 45 tahun 2013 tentang: Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Laporan Pre Construction Meeting (PCM), Paket Pembangunan Jembatan Ketapang Tahun Anggaran 20016. Laporan Rencana Mutu Kontrak (RMK), Penyedia Jasa PT Galory Jasa Sarana Paket Pembangunan Jembatan Ketapang tahun Anggaran 2016. Laporan Justifikasi Teknik, Paket Pembangunan Jembatan Ketapang Tahun Anggaran 2016. Laporan Rencana Mutu Pelaksanaan (RMP). Konsultan Pengawasan PT Adhiyasa Desi- con. A Guide to the Project Management Body of Knowledge (PMBOK Guide). Fifth Edition.