Microsoft Word - 19.MT Iwa S - DAS Jratun -Ok.doc 170 ComTech Vol.3 No. 1 Juni 2012: 170-176 PENERAPAN RASIO SAMPLING DALAM PENDUGAAN RASIO LAHAN KRITIS DI WILAYAH DAS JRATUN Iwa Sungkawa Mathematics & Statistics Department, School of Computer Science, Binus University Jln. K.H. Syahdan no. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 iwasungkawa@yahoo.com ABSTRACT This study aims to examine the application of ratio estimators on a sampling method by taking the case of estimating the ratio of critical land of every county around Jratun watershed. Through the estimation, a general description of critical land deployment for each region (county) can be obtained. In addition, the estimator of hose/interval is also determined for the ratio with the real level of 0.05. The simple random sampling method is used in conducting the estimation of ratio of the critical land to the total land area. The estimation results show that the ratio of the critical land to the total area for 19 districts reaches 23.72%. Keywords: ratio estimation, critical land, watershed ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menelaah penerapan penduga rasio dalam metode penarikan sampel dengan mengambil kasus pendugaan rasio lahan kritis setiap kabupaten di daerah aliran sungai (DAS) jratun. Melalui pendugaan ini dapat diperoleh gambaran atau keragaan penyebaran lahan kritis untuk setiap wilayah (kabupaten). Di samping itu ditentukan juga penduga selang/interval untuk rasio tersebut dengan taraf nyata 0,05. Metode penarikan sampel acak sederhana digunakan dalam melakukan pendugaan rasio lahan kritis terhadap total luas wilayah. Hasil pendugaan menunjukan bahwa rasio lahan kritis terhadap total luas wilayah untuk 19 kabupaten mencapai 23.72%. Kata kunci: penduga rasio, lahan kritis, daerah aliran sungai Penerapan Rasio Sampling… (Iwa Sungkawa) 171 PENDAHULUAN Lahan kritis adalah lahan yang keadaan fisiknya sedemikian rupa sehingga lahan tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukkannya sebagai media produksi pertanian maupun sebagai media tata guna air (BPDAS Pemali Jratun, 2010). Lahan kosong/gundul dan tidak produktif dapat dianggap sebagai lahan kritis atau lahan marginal. Beberapa penyebab terjadinya lahan kritis adalah perambahan hutan, penebangan liar (illegal logging), kebakaran hutan, pemanfaatan sumber daya hutan yang tidak berazaskan kelestarian, penataan zonasi kawasan belum berjalan, pola pengelolaan lahan tidak konservatif, dan pengalihan status lahan (berbagai kepentingan) (BPDAS Pemali Jratun, 2010). Akibatnya: (1) daya resap tanah terhadap air menurun sehingga kandungan air tanah berkurang yang mengakibatkan kekeringan pada waktu musim kemarau; (2) terjadinya arus permukaan tanah pada waktu musim hujan yang mengakibatkan bahaya banjir dan longsor; (3) menurunnya kesuburan tanah, dan daya dukung lahan serta keanekaragaman hayati. Apabila kondisi tersebut dibiarkan terus berlangsung, pada akhirnya akan menyebabkan produktifitas lahan dan produksi pertanian menurun sehingga pada akhirnya akan menyebabkan kemiskinan masyarakat, khususnya masyarakat tani. Lahan kritis merupakan salah satu faktor yang penting dalam penanggulangan kerusakan DAS, yang luasnya semakin bertambah setiap tahun. Meningkatnya kerusakan lahan dapat berpengaruh negatif terhadap perkembangan produksi dan ketersediaan pangan di setiap wilayah atau Kabupaten, dan menipisnya ketersediaan pangan akan menimbulkan berbagai masalah yang terjadi di masyarakat. Menyimpulkan kondisi populasi dari suatu penelitian, dalam hal ini kondisi lahan kritis, dapat dilakukan dengan menarik sampel dari populasi tersebut. Sampel yang diambil harus mewakili populasi secara keseluruhan. Ukuran-ukuran populasi yang disebut parameter diduga oleh statistika yang merupakan ukuran dari sampel. Dalam statistika dikenal berbagai ukuran yang di antaranya adalah rata-rata, ragam dan simpangan baku, koefisien korelasi serta proporsi dan rasio. Upaya untuk memperkirakan nilai dari parameter dengan statistik disebut pendugaan (estimation). Dalam kesempatan ini akan dibahas bagaimana menduga nilai rasio (nisbah) dari suatu karakteristik. Pendugaan rasio ditempuh dengan melalui pengukuran suatu peubah sebut saja y dan satu atau lebih peubah tambahan (X) yang berkorelasi erat dengan peubah tersebut. Metode pendugaan ini membutuhkan pengukuran dari dua peubah y dan x pada setiap unit dari sampel dan dapat digunakan berbagai jenis teknik penarikan sampel. Dalam suatu survai yang bertujuan untuk menduga nilai total populasi tetapi ukuran populasi itu tidak diketahui secara pasti dapat digunakan peduga rasio sebagai dasar untuk menentukan nilai dugaannya. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang penggunaan penduga rasio dalam sampling, berikut diberikan kajian dalam melakukan pendugaan rasio luas lahan kritis terhadap total luas keseluruhan dari wilayah yang diamati. Kegiatan penelitian dilaksanakan di wilayah/daerah aliran sungai (DAS) Jratun yang terdiri dari 19 kabupaten. Untuk menduga rasio tersebut digunakan metode penarikan sampel acak sederhana. Dalam penelitian kita berusaha untuk menyimpulkan populasi di mana sampel diambil untuk mewakili populasi tersebut. Untuk tujuan tersebut kita mencari atau mempelajari data yang diambil baik secara sampling maupun sensus. Karena keterbatasan waktu, dana serta mengingat besarnya populasi (tak hingga), diambil sampel yang representatif. Lalu berdasarkan hasil analisis terhadap data 172 ComTech Vol.3 No. 1 Juni 2012: 170-176 sampel, kesimpulan mengenai populasi dibuat. Kelakuan populasi yang akan ditinjau disini hanyalah mengenai parameter populasi dan sampel yang digunakan adalah sampel acak. Data dari sampel dianalisis diperoleh nilai-nilai statistik atau statistik sampel. Statistik sampel yang diperoleh digunakan untuk menduga parameter-parameter dari populasi. Secara umum parameter populasi diberi simbul θ (baca theta) jadi θ bisa berupa rata-rata μ simpangan baku α, proporsi P dan sebagainya. Jika θ yang tidak diketahui harganya diduga oleh θ' maka θ' dinamakan penduga titik jelas diinginkan θ' = θ tetapi ini hanya merupakan suatu keinginan yang ideal sifatnya, kenyataan yang terjadi adalah: (1) penduga θ oleh θ' terlalu tinggi; (2) penduga θ oleh θ' terlalu rendah (Douglas & William, 1990). Kedua hal ini jelas tidak diinginkan oleh peneliti karena kami menginginkan penduga yang baik penduga yang baik adalah tak bias, mempunyai varians (ragam) minimum dan konsisten. Penduga θ' dikatakan penduga tidak bias jika rata-rata semua harga θ' yang mungkin akan sama dengan θ. Penduga beragam minimum ialah penduga dengan ragam terkecil di antara semua penduga untuk parameter yang sama. Jika θ'1 dan θ'2 dua penduga beragam minimum dan merupakan penduga yang baik. Misalkan θ' penduga untuk θ yang dihitung berdasarkan sampel acak berukuran n. jika ukuran sampel n makin besar mendekati ukuran populasi, akan menyebabkan θ' mendekati θ, sehingga θ' dijamin merupakan penduga konsisten. Penduga yang tak bias dan beragam minimum dinamakan penduga yang baik. Orang sering merasa kurang yakin atau kurang percaya atas hasil penduga titik ini. Untuk lebih meyakinkan, dilakukan pendugaan interval/selang atau daerah pendugaan yaitu menduga suatu parameter di antara batas-batas dua harga dengan tingkat kepercayaa yang telah ditentukan (Vincent, 1989). Jika koefisien kepercayaan dinyatakan dengan ∂, besarnya 0<∂< 1. harga ∂ yang digunakan tergantung pada persoalan yang dihadapi dan keyakinan peneliti. namun yang biasa digunakan ialah 0.90; 0.95 atau 0.99. Jadi pendugaan θ yang dimaksud adalah: P(A < θ