Microsoft Word - 45_ARs_Gatot Suharjanto_Konsep Arsitektur Tradisional Sunda-dimz.docx Konsep Arsitektur … (Gatot Suharjanto) 505 KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA MASA LALU DAN MASA KINI Gatot Suharjanto Architecture Department, Faculty of Engineering, BINUS University Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 gatotsuharjanto@binus.edu ABSTRACT It is known that traditional architectures are a product of human conception full of culture and philosophy, while modern architectural concepts prioritize functionality and simplicity that tends to be simple or quick. Now the architectural concept slowly changes according to the conditions of time, then so is the existence of works of architecture that also changes. This condition can be found in almost major cities in Indonesia, where many houses or buildings built still in traditional architecture theme but combined and matched with modern architecture concept. One of many diverse cultures of Indonesia archipelago architecture that has evolved is West Java. There are a lot of people trying to apply the concept of Sundanese traditional house in their residence. Shifting sacred values in traditional concept seems indeed to be lost along with the differences in modern human civilization. Keywords: architecture, culture, customs, traditional, modern, Sundanese ABSTRAK Seperti diketahui bahwa arsitektur tradisional adalah buah karya manusia yang sarat akan konsepsi budaya dan filosofinya, sedangkan konsep-konsep arsitektur modern lebih mengutamakan fungsionalitas dan kesederhanaan yang cenderung simpel atau ringkas. Kini konsep arsitektur bergerak secara perlahan berubah sesuai kondisi zaman, demikian pula dengan keberadaan karya arsitektur yang juga berubah. Kondisi ini dapat ditemui hampir di setiap kota-kota besar di Indonesia dengan bermunculan rumah atau bangunan yang mengatasnamakan bangunan bertemakan arsitektur tradisional namun telah dipadupadankan dengan konsep arsitektur modern. Salah satu dari sekian banyak ragam budaya berarsitektur nusantara yang mengalami evolusi adalah kebudayaan Jawa Barat. Saat ini banyak sekali orang yang berusaha menerapkan konsep rumah tradisional Sunda dalam hunian mereka. Pergeseran nilai-nilai sakral dalam konsep tradisional rupanya memang menjadi hilang selaras dengan adanya perbedaan peradaban manusia modern. Kata kunci: arsitektur, kebudayaan, langgam, tradisional, modern, Sunda 506 ComTech Vol. 5 No. 1 Juni 2014: 505-521 PENDAHULUAN Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki berbagai macam keaneka-ragaman budaya, adat istiadat, kepercayaan, dan juga kekayaan intelektual yang begitu kaya. Semuanya melebur menjadi satu dalam setiap sendi sendi kehidupan masyarakat. Dari berbagai macam aspek tersebut, tidak bisa dipungkiri bahwa seni arsitektur telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan keberadaannya. Hal ini dapat dirasakan hingga saat ini ketika perkembangan seni arsitektur dan budaya terus menerus mengalami evolusi dengan hadirnya langgam-langgam arsitektur baru hasil perkembangan dari konsep arsitektur tradisional maupun konsep aritektur modern (kebudayaan asing) yang saling berasimilasi. Seperti diketahui bahwa arsitektur tradisional adalah buah karya manusia yang sarat akan konsepsi budaya dan filosofinya. Sedangkan konsep-konsep arsitektur modern lebih mengutamakan fungsionalitas, kesederhanaan yang cenderung simpel atau ringkas. Kini konsep arsitektur bergerak secara perlahan berubah sesuai kondisi zaman, demikian pula dengan keberadaan karya arsitektur yang juga berubah. Kondisi ini dapat ditemui hampir di setiap kota-kota besar di Indonesia yang banyak sekali bermunculan rumah, ataupun bangunan yang masih mengatasnamakan bangunan bertemakan arsitektur tradisional namun telah dipadupadankan dengan konsep-konsep arsitektur modern. Dengan kata lain, banyak dijumpai adanya langgam arsitektur baru hasil perpaduan antara tradisional Indonesia yang berfilosofi dan hierarki tertentu di dalam setiap detail rancangannya bertemu dengan kebebasan arsitektur modern yang terkadang jauh dari konsep maupun filosofinya. Salah satu dari dari sekian banyak ragam budaya berarsitektur nusantara yang mengalami evolusi adalah kebudayaan Jawa Barat. Saat ini banyak orang yang berusaha menerapkan konsep rumah tradisional Sunda dalam hunian mereka. Terutama, konsep rumah tradisional dijumpai pada bangunan di kawasan wisata seperti resort. Berangkat dari kondisi ini, maka pembahasan dalam penulisan ini mengangkat studi kasus mengenai konsep arsitektur tradisional sunda atau Jawa Barat, Indonesia. Berdasarkan latar belakang, dapat diangkat beberapa permasalahan yaitu tentang pengertian arsitektur tradisional sunda, konsep arsitektur yang ada pada rumah tradisional sunda, dan sejauh mana perubahan konsep rumah tradisional sunda dengan arsitektur tradisional modern saat ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh informasi mengenai arsitektur tradisional sunda, konsep konsep arsitektur yang ada pada rumah tradisional sunda pada masa awal, dan mengetahui sejauh mana perubahan yang terjadi dalam konsep kekinian pada rumah tradisional sunda yang bersinergi dengan arsitektur masa kini. Sementara manfaat penelitian adalah sebagai bahan pembanding bagi kajian sejenis dengan kasus yang berbeda serta sebagai bahan evaluasi bagi dunia arsitektur yang berkaitan dengan aspek tradisi dan budaya. METODE Pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktik harus ditekankan meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali. Vitruvius berujar: Praktik dan teori adalah akar arsitektur. Praktik adalah perenungan yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya dengan tangan, dalam proses konversi bahan bangunan dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses konversi bahan bangunan menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktik tanpa dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dipilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktik hanya berpegang kepada bayangan dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktik, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan. Konsep A D dalam w teori dan yang ada ada saat kajian in disanding perlu dica kini. J desain y Indonesi fungsi ar arsitektu Apakah memerha harus me akan dap P saja tanp banguna sangat ny Tanah Ujung K administ Arsitektur … ( Di sinilah pe wawasan bera n praktik yan a hingga kem t ini dengan ni adalah be gkan dengan k ari adalah den Jika tidak te yang sebena ia, mau tida rsitektur itu ur kontempo betul arsite atikan lingku elupakan ma pat mengatas Pada kehidu pa memiliki n an atau prod yaman, sebu Sunda ata Suku Sunda Kulon di uju trasi provinsi (Gatot Suhar erlunya pem arsitektur. D ng ada dalam mudian bisa n konsep ars ersifat deskr kondisi arsitek ngan studi lite H rpaku pada b arnya sanga ak mau haru sendiri. Sep orer Indonesi ektur modern ungan yang asa lalu yang si masalah lin upan sekarang nilai lain yan duk arsitektu uah bangunan au Jawa B adalah kelom ung barat p i Jawa Barat arjanto) mahaman aka Dalam hal ini m arsitektur ditarik simp sitektur sund riptif kompa ktur masa kin eratur, dan stu HASIL DA bentuk, sebe at modern. us membentu perti halnya s ia juga selal n yang baik ada. Sebalik g dapat meng ngkungan, an g segala bara ng bisa memb ur, selain fu n juga harus Barat mpok etnis y pulau Jawa h , Banten, seb Gamb an sebuah ko i tentunya pe sunda untuk pulan tentang da sesunggu aratif analisis ni yang berup udi kasus pada AN PEMB enarnya dari Mempertany urkan dua h sebagian bes lu terkait de k harus bera knya, bebera ghambat kem ntara lain ikl ang yang dib beri nafkah b ungsi untuk indah dalam yang berasal hingga sekit bagian DKI J bar 1 Peta Jaw onsep yang m embahasan k k kemudian d g kesesuaian uhnya. Deng . Data tentan paya mengado a bangunan tr BAHASAN arsitektur tra yakan bagai hal: akar trad sar negara-ne engan sejara akar atas kek apa arsitek p majuan dan se im. buat manusia batin pada pe digunakan m m sebuah bing dari bagian tar Brebes. Jakarta, dan s a Barat memiliki lan kajian ini pe disandingkan n hunian a la an demikian ng teori arsite opsi tradisi sun radisional sun N adisional dap imana sosok disi dan real egara di Asia ah, tradisi, d kayaan buda ercaya bahw ekaligus perc a akhirnya m enggunanya. manusia har gkai tertentu. barat pulau Suku Sunda sebagian Jaw ndasan teori erlu menelusu n dengan kas a sunda mod n pembahasa ektur tradisio nda. Adapun da yang ada p pat ditemuka k arsitektur litas kebutuh a, perdebatan dan kondisi aya dan trad wa untuk maj caya bahwa t menjadi sekad Pada kontek rus terpenuh . Jawa, Indon a mencakup wa Tengah. 507 termasuk uri aspek sus-kasus dern yang an dalam nal sunda data yang pada masa an prinsip modern han akan n tentang geografi. disi serta aju, justru teknologi dar fungsi ks sebuah hi dengan nesia, dari wilayah 508 ComTech Vol. 5 No. 1 Juni 2014: 505-521 Secara umum kondisi alam provinsi Jawa Barat terdiri atas dua bagian yaitu kawasan pantai yang terletak di bagian utara yang merupakan dataran rendah dangan iklim pantai yang panas dan kawasan pegunungan yang meliputi sebagian besar aderah tengah dan selatan yang berudara sejuk serta memiliki kawasan pertanian yang subur. Pada kawasan pegunungan itu terdapat beberapa gunung vulkanis yang sebagian di antaranya terletak di sekitar Bandung, ibu kota provinsi Jawa barat. Masyarakat Jawa Barat dikenal sebagai orang Sunda dan sebagian dari mereka bekerja sebagai petani yang tinggal di daerah pertanian yang berada di lembah-lembah pegunungan yang menghijau. Jawa barat memiliki tradisi dan budaya alam yang menarik. Daerah ini memiliki banyak peninggalan sejarah. Namun selain kebudayaan dan peninggalan Sejarah, Jawa barat juga memiliki objek wisata alam yang indah yang terdapat di kawasan pegunungan dan pantainya. Sejarah Jawa Barat Agama Hindu adalah agama yang pertama kali datang ke Jawa Barat. Catatan Batu Tulis yang ditemukan di wilayah ini menyebutkan bahwa raja Purnawarman dari kerajaan Tarumanegara adalah penganut Agama Hindu. Namun kemudian pada abad ke-7, kerajaan ini diserang dan dihancurkan oleh kerajaan Sriwijaya yang beragama Budha. Pengaruh Hindu muncul kembali berdampingan dengan agama Budha pada masa kerajaan Padjadjaran. Kerajaan Padjadjaran ini kemudian membangun wilayah perdagangan di Batavia Tua serta membangun hubungan dagang dengan Portugis. Ada yang berpendapat bahwa Belanda pertama kali masuk ke Jawa melalui Jawa Barat, wilayah ini juga disebut sebagai yang pertama kali melakukan kontak dengan para pedagang India. Sejarah Jawa Barat tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Banten. Sejak terbentuknya Negara Kesatuan RI, Banten merupakan bagian dari provinsi Jawa Barat hingga kemudian menjadi provinsi sendiri pada Oktober 2000. Pengaruh Islam muncul di Jawa Barat ketika seorang penyebar agama Islam bernama Nurullah atau Sunan Gunungjati, utusan dari kerajaan Demak, pada 1524 menguasai Pelabuhan Banten dan Sunda Kelapa. Kedatangan Nurullah ke wilayah ini adalah bagian dari ekspansi kerajaan Demak. Bersamaan dengan ekspansi itu terjadilah proses Islamisasi daerah-daerah tersebut serta pengembangan kebudayaan Jawa. Pada awal abad ke-16 di Jawa Barat terdapat pusat kekuasaan yang berkedudukan di Pakuan atau diberitakan oleh Portugis, Dayo adalah ibu kota kerajaan Padjajaran dengan Sunda Kelapa sebagai pelabuhan penting antara lain karena ekspor lada. Hal ini disebut dalam Prasasti Sunda kuno tahun 1433. Usaha Demak dalam ekspansinya ke barat membuka pemukiman perintis yang dipimpin oleh Nurullah pada 1525. Upaya ini dapat dianggap sebagai awal dari pendirian kerajaan Banten. Dari sini dilakukan ekspedisi lebih Jauh ke pedalaman dan ke pelabuhan-pelabuhan lain, terutama ke Sunda Kelapa yang berhasil ditaklukan pada 1527. Peristiwa ini menggagalkan usaha bangsa Portugis di bawah pimpinan Henri Leme untuk mengadakan Perjanjian dengan Raja Sunda. Sejak kejatuhan Malaka pada 1511, orang Cina, Arab, dan India berdatangan ke Banten dan hal ini membuat Banten menjadi pusat perdagangan utama bagi pedagang Muslim. Mereka menjadikan selat Sunda sebagai kawasan perlintasan untuk menghindari Portugis. Hasanuddin yang menggantikan Sunan Gunungjati kemudian memperluas wilayah kekuasaan Banten ke wilayah penghasil rempah-rempah, yaitu Lampung dan Sumatera Selatan. Maulana Yusuf yang menggantikan Hasanuddin akhirnya berhasil masuk ke wilayah kerajaan Hindu, Padjadjaran, dan menaklukannya pada 1579. Ia berhasil mengambil alih sebagian wilayah Sunda dan menjadikannya sebagai bagian dari Banten. Konsep Arsitektur … (Gatot Suharjanto) 509 Pada akhir abad ke-16 Banten mulai merasakan tekanan dari kekuatan asing di wilayahnya ketika pada 1596 Belanda muncul pertama kalinya di Banten pada 1600. Inggris mendirikan pos perdagangan (East India Company) di wilayah ini dan dua tahun kemudian Belanda juga mendirikan perusahaan sejenis VOC. Wilayah Banten kemudian menjadi wilayah pertikaian antara Inggris dan Belanda. Pada 1618 Belanda berselisih dengan Banten dan Belanda kemudian pindah ke Jayakarta dan untuk selajutnya menjadikan Jayakarta sebagai ibu kota dari wilayah kekuasaannya di nusantara. Sejarah Suku Sunda Pada 1998 suku Sunda berjumlah lebih kurang 33 juta jiwa. Kebanyakan dari mereka hidup di Jawa Barat, diperkirakan 1 juta jiwa hidup di propinsi lain. Berdasarkan sensus tahun 1990 didapati bahwa Jawa Barat memiliki populasi terbesar dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia yaitu 35,3 juta orang. Demikian pula penduduk kota mencapai 34,51%, suatu jumlah yang cukup berarti yang dapat dijangkau dengan berbagai media. Kendati demikian, suku Sunda adalah salah satu kelompok orang yang paling kurang dikenal di dunia. Nama mereka sering dianggap sebagai orang Sudan di Afrika dan salah eja dalam ensiklopedia. Beberapa koreksi ejaan dalam komputer juga mengubahnya menjadi Sundanese. Sejarah singkat pra-abad 20 ini dimaksudkan untuk memperkenalkan orang Sunda di Jawa Barat kepada yang melayani di Indonesia. Pada abad ini sejarah mereka telah terjalin melalui bangkitnya nasionalisme yang akhirnya menjadi Indonesia modern. Kepercayaan Suku Sunda tidak seperti kebanyakan suku yang lain. Suku Sunda tidak mempunyai mitos tentang penciptaan atau catatan mitos-mitos lain yang menjelaskan asal mula suku ini. Tidak seorang pun tahu dari mana mereka datang, juga bagaimana mereka menetap di Jawa Barat. Agaknya pada abad-abad pertama Masehi, sekelompok kecil suku Sunda menjelajahi hutan-hutan pegunungan dan melakukan budaya tebas bakar untuk membuka hutan. Semua mitos paling awal mengatakan bahwa orang Sunda lebih sebagai pekerja-pekerja di ladang daripada petani padi. Kepercayaan mereka membentuk fondasi dari apa yang kini disebut sebagai agama asli orang Sunda. Meskipun tidak mungkin untuk mengetahui secara pasti seperti apa kepercayaan tersebut, petunjuk yang terbaik ditemukan dalam puisi-puisi epik kuno (Wawacan) dan di antara suku Badui yang terpencil. Suku Badui menyebut agama mereka sebagai Sunda Wiwitan (orang Sunda yang paling mula-mula). Suku Badui tidak hanya hampir bebas sama sekali dari elemen-elemen Islam (kecuali mereka yang ditentukan ada lebih dari 20 tahun yang lalu), tetapi juga memperlihatkan karakteristik Hindu yang sedikit sekali. Beberapa kata dalam bahasa Sansekerta dan Hindu yang berhubungan dengan mitos masih tetap ada. Dalam monografnya, Robert Wessing mengutip beberapa sumber yang menunjukkan suku Sunda secara umum, "The Indian belief system did not totally displace the indigenous beliefs, even at the court centers." Berdasarkan pada sistem tabu, agama suku Badui bersifat animistik. Mereka percaya bahwa roh-roh yang menghuni batu-batu, pepohonan, sungai dan objek tidak bernyawa lainnya. Roh-roh tersebut melakukan hal-hal yang baik maupun jahat, tergantung pada ketaatan seseorang kepada sistem tabu tersebut. Ribuan kepercayaan tabu digunakan dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari. Pengaruh Hinduisme Tidak seorang pun yang tahu kapan persisnya pola-pola Hindu mulai berkembang di Indonesia, dan siapa yang membawanya. Diakui bahwa pola- pola Hindu tersebut berasal dari India; mungkin dari pantai selatan. Karya sastra Sunda yang tertua yang terkenal adalah Caritha Parahyangan. Karya ini ditulis sekitar tahun 1000 dan mengagungkan raja Jawa Sanjaya sebagai prajurit besar. Sanjaya adalah pengikut Shivaisme sehingga diketahui bahwa iman Hindu telah berurat dan berakar dengan kuat sebelum tahun 700. Sangat mengherankan, kira-kira pada waktu ini, agama India kedua, Budhisme, membuat penampilan pemunculan dalam waktu yang singkat. Tidak lama setelah candi-candi Shivaisme dibangun di dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah, yaitu monumen Borobudur dibangun dekat Yogyakarta ke arah selatan. 510 ComTech Vol. 5 No. 1 Juni 2014: 505-521 Di antara orang Sunda dan juga orang Jawa, Hinduisme bercampur dengan penyembahan nenek moyang kuno. Kebiasaan perayaan hari-hari ritual setelah kematian salah seorang anggota keluarga masih berlangsung hingga kini. Pandangan Hindu tentang kehidupan dan kematian mempertinggi nilai ritual-ritual seperti ini. Dengan variasi-variasi yang tidak terbatas pada tema mengenai tubuh spiritual yang hadir bersama-sama dengan tubuh natural, orang Indonesia telah menggabungkan filsafat Hindu ke dalam kondisi-kondisi mereka sendiri. J. C. van Leur berteori bahwa Hinduisme membantu mengeraskan bentuk-bentuk kultural suku Sunda. Khususnya kepercayaan magis dan roh memiliki nilai absolut dalam kehidupan orang Sunda. Salah seorang pakar adat istiadat Sunda, Prawirasuganda, menyebutkan bahwa angka tabu yang berhubungan dengan seluruh aspek penting dalam lingkaran kehidupan perayaan-perayaan suku Sunda sama dengan yang ada dalam kehidupan suku Badui. Pengaruh orang Jawa Menurut Bernard Vlekke, sejarawan terkenal, Jawa Barat merupakan daerah yang terbelakang di pulau Jawa hingga abad 11. Kerajaan-kerajaan besar bangkit di Jawa Tengah dan Jawa Timur namun hanya sedikit yang berubah di antara suku Sunda. Walaupun terbatas, pengaruh Hindu di antara orang-orang Sunda tidak sekuat pengaruhnya seperti di antara orang-orang Jawa. Kendatipun demikian, sebagaimana tidak berartinya Jawa Barat, orang Sunda memiliki raja pada zaman Airlangga di Jawa Timur, kira-kira tahun 1020. Tetapi raja-raja Sunda semakin berada di bawah kekuasaan kerajaan-kerajaan Jawa yang besar. Kertanegara (1268-92) adalah raja Jawa pada akhir periode Hindu di Indonesia. Setelah pemerintahan Kertanegara, raja-raja Majapahit memerintah hingga tahun 1478 tetapi mereka tidak penting lagi setelah tahun 1389. Namun pengaruh Jawa ini berlangsung terus dan memperdalam pengaruh Hinduisme terhadap orang Sunda. Pajajaran dekat Bogor Pada 1333, hadir kerajaan Pajajaran di dekat kota Bogor sekarang. Hingga saat ini, Kerajaan Pajajaran dianggap sebagai kerajaan Sunda tertua. Sungguh pun kerajaan ini hanya berlangsung selama 1482-1579, banyak kegiatan dari para bangsawannya dikemas dalam legenda. Siliwangi, raja Hindu Pajajaran, digulingkan oleh komplotan antara kelompok Muslim Banten, Cirebon, dan Demak, dalam persekongkolan dengan keponakannya sendiri. Dengan jatuhnya Siliwangi, Islam mengambil alih kendali atas sebagian besar wilayah Jawa Barat. Faktor kunci keberhasilan Islam adalah kemajuan kerajaan Demak dari Jawa Timur ke Jawa Barat sebelum tahun 1540. Dari sebelah timur menuju ke barat, Islam menembus hingga ke Priangan (dataran tinggi bagian tengah) dan mencapai seluruh Sunda. Kemajuan Islam Orang Muslim telah ada di Nusantara pada awal 1100 namun sebelum Malaka yang berada di selat Malaya menjadi kubu pertahanan Muslim pada 1414, pertumbuhan agama Islam pada masa itu hanya sedikit. Aceh di Sumatra Utara mulai mengembangkan pengaruh Islamnya kira-kira pada 1416. Sarjana-sarjana muslim menahan tanggal kedatangan Islam ke Indonesia hingga hampir ke zaman Muhammad. Namun beberapa peristiwa yang mereka catat mungkin tidak penting. Kedatangan Islam yang sebenarnya tampaknya terjadi ketika misionaris Arab dan Persia masuk ke pulau Jawa pada awal tahun 1400 dan lambat laun memenangkan para mualaf di antara golongan yang berkuasa. Kejatuhan Majapahit Sebelum 1450, Islam telah memperoleh tempat berpijak di istana Majapahit di Jawa Timur. Van Leur memperkirakan hal ini ditolong oleh adanya disintegrasi budaya Brahma di India. Surabaya (Ampel) menjadi pusat belajar Islam dan dari sana para pengusaha Arab yang terkenal meluaskan Konsep Arsitektur … (Gatot Suharjanto) 511 kekuasaan mereka. Jatuhnya kerajaan Jawa yaitu kerajaan Majapahit pada 1468 dikaitkan dengan intrik dalam keluarga raja karena fakta bahwa putra raja, Raden Patah masuk Islam. Ketika para bangsawan berganti keyakinan, maka rakyat akan ikut. Kerajaan Demak Raden Patah menetap di Demak yang menjadi kerajaan Islam pertama di Jawa. Ia mencapai puncak kekuasaannya menjelang 1540 dan pada waktunya menaklukkan suku-suku hingga ke Jawa Barat. Bernard Vlekke mengatakan bahwa Demak mengembangkan wilayahnya hingga Jawa Barat karena politik Jawa tidak begitu berkepentingan dengan Islam. Pada waktu itu, Sunan Gunung Jati, seorang pangeran Jawa, mengirim putranya Hasanudin dari Cirebon untuk mempertobatkan orang- orang Sunda secara ekstensif. Pada 1526, baik Banten maupun Sunda Kelapa (Jakarta) berada di bawah kontrol Sunan Gunung Jati yang menjadi sultan Banten pertama. Penjajaran Cirebon dengan Demak ini telah menyebabkan Jawa Barat berada di bawah kekuasaan Islam. Pada kuartal kedua abad 16, seluruh pantai utara Jawa Barat berada di bawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam dan penduduknya telah menjadi Muslim. Karena menurut data statistik penduduk tahun 1780 terdapat kira-kira 260.000 jiwa di Jawa Barat, dapat kita asumsikan bahwa pada abad ke-16 jumlah penduduk jauh lebih sedikit. Ini memperlihatkan bahwa Islam masuk ketika orang-orang Sunda masih merupakan suku kecil yang berlokasi terutama di pantai- pantai dan di lembah-lembah sungai seperti Ciliwung, Citarum, dan Cisadane. Natur Islam Ketika Islam masuk ke Sunda, memang ditekankan lima pilar utama agama namun dalam banyak bidang yang lain dalam pemikiran keagamaan, sinkretisme berkembang dengan cara pandang orang Sunda mula-mula. Sejarawan Indonesia Soeroto yakin bahwa Islam dipersiapkan untuk hal ini di India. "Islam yang pertama-tama datang ke Indonesia mengandung banyak unsur filsafat Iran dan India. Namun justru komponen-komponen merekalah yang mempermudah jalan bagi Islam di sini. "Para sarjana yakin bahwa Islam menerima kalau adat istiadat yang menguntungkan masyarakat harus dipertahankan. Dengan demikian Islam bercampur banyak dengan Hindu dan adat istiadat asli masyarakat. Perkawinan beberapa agama ini biasa disebut "agama Jawa." Akibat percampuran Islam dengan sistem kepercayaan majemuk (yang belakangan ini sering disebut aliran kebatinan) memberi deskripsi akurat terhadap kekompleksan agama di antara sukui Sunda saat ini. Kolonialisme Belanda Sebelum kedatangan Belanda di Indonesia pada 1596, Islam telah menjadi pengaruh yang dominan di antara kaum ningrat dan pemimpin masyarakat Sunda dan Jawa. Pada 1641 mereka mengambil alih Malaka dari Portugis dan memegang kontrol atas jalur-jalur laut. Tekanan Belanda terhadap kerajaan Mataram sangat kuat hingga mereka mampu merebut hak-hak ekonomi khusus di daerah pegunungan (Priangan) Jawa Barat. Sebelum 1652, daerah-daerah besar Jawa Barat merupakan persediaan mereka. Ini mengawali 300 tahun eksploitasi Belanda di Jawa Barat yang hanya berakhir pada saat Perang Dunia kedua. Peristiwa-peristiwa pada abad 18 menghadirkan serangkaian kesalahan Belanda dalam bidang sosial, politik, dan keagamaan. Seluruh dataran rendah Jawa Barat menderita di bawah persyaratan- persyaratan yang bersifat opresif yang dipaksakan oleh para penguasa lokal. Contohnya adalah daerah Banten. Pada tahun 1750, rakyat mengadakan revolusi menentang kesultanan yang dikendalikan oleh seorang wanita Arab, Ratu Sjarifa. 512 ComTech Vol. 5 No. 1 Juni 2014: 505-521 Sistem budaya Kesalahan politik yang paling terkenal yang dilakukan Belanda dimulai pada 1830. Kesalahan politik ini disebut sebagai sistem budaya namun sebenarnya lebih tepat jika disebut sistem perbudakan. Sistem ini mengintensifkan usaha-usaha pemerintah untuk menguras hasil bumi yang lebih banyak yang dihasilkan dari tanah ini. Sistem budaya ini memeras seperlima hasil tanah petani sebagai pengganti pajak. Dengan mengadakan hasil panen yang baru seperti gula, kopi, dan teh, maka lebih besar lagi tanah pertanian yang diolah. Pengaruh ekonomi ke pedesaan bersifat dramatis dan percabangan sosialnya penting. Melewati pertengahan abad, investasi swasta di tanah Jawa Barat mulai tumbuh dan mulai muncul perkebunan-perkebunan. Tanah diambil dari tangan petani dan diberikan kepada para tuan tanah besar. Menjelang 1870, hukum agraria dipandang perlu untuk melindungi hak-hak rakyat atas tanah. Pertumbuhan populasi Pada 1851, di Jawa Barat suku Sunda berjumlah 786.000 jiwa dan orang Eropa berjumlah 217 jiwa. Dalam jangka waktu 30 tahun jumlah penduduk menjadi dua kali lipat. Priangan menjadi titik pusat perdagangan barang yang disertai arus penguasa dari Barat serta imigran-imigran Asia (kebanyakan orang Tionghoa). Pada awal abad ke-19, diperkirakan bahwa sepertujuh atau seperdelapan pulau Jawa merupakan hutan dan tanah kosong. Pada 1815 seluruh Jawa dan Madura hanya memiliki 5 juta penduduk. Angka tersebut bertambah menjadi 28 juta menjelang akhir abad tersebut dan mencapai 108 juta pada 1990. Pertumbuhan populasi di antara orang Sunda mungkin merupakan faktor nonreligius yang paling penting dalam sejarah mereka. Konsolidasi Pengaruh Islam Karena lebih banyak tanah yang dibuka dan perkampungan-perkampungan baru bermunculan, Islam mengirim guru-guru untuk tinggal bersama-sama dengan masyarakat sehingga pengaruh Islam bertambah di setiap habitat orang Sunda. Guru-guru Islam bersaing dengan Belanda untuk mengontrol kaum ningrat guna menjadi pemimpin di antara rakyat. Menjelang akhir abad, Islam diakui sebagai agama resmi masyarakat Sunda. Kepercayaan-kepercayaan yang kuat terhadap banyak jenis roh dianggap sebagai bagian dari Islam. Kekristenan yang datang ke tanah Sunda pada pertengahan abad memberikan dampak yang sedikit saja kepada orang-orang di luar kantong Kristen Sunda yang kecil. Tidak ada Karakteristik Sejarah Sunda Apa yang menonjol dalam sejarah orang Sunda adalah hubungan mereka dengan kelompok- kelompok lain. Orang Sunda hanya memiliki sedikit karakteristik dalam sejarah mereka sendiri. Ayip Rosidi menguraikan lima rintangan yang menjadi alasan sulitnya mendefinisikan karakter orang Sunda. Di antaranya, ia memberikan contoh orang Jawa sebagai satu kelompok orang yang memiliki identitas jelas, bertolak belakang dengan orang-orang Sunda yang kurang dalam hal ini. Secara historis, orang Sunda tidak memainkan suatu peranan penting dalam urusan-urusan nasional. Beberapa peristiwa yang sangat penting telah terjadi di Jawa Barat namun biasanya peristiwa-peristiwa tersebut bukanlah kejadian yang memiliki karakteristik Sunda. Hanya sedikit orang Sunda yang menjadi pemimpin baik dalam hal konsepsi maupun implementasi dalam aktivitas- aktivitas nasional. Memang banyak orang Sunda yang dilibatkan dalam berbagai peristiwa pada abad ke-20, namun secara statistik dikatakan, mereka tidak begitu berarti. Pada abad ini sejarah orang Sunda pada hakekatnya merupakan sejarah orang Jawa. Konsep A Orienta A umumny kuat kep kelekata khusus j kepercay dalam up tradisi d Pohaci S Dewi Sr Jawa, ra Siliwang mewakil Akultur B beberapa bentuk b penutup kayu, ata liat, lant sebelah s ujungnya unsur pe mengalir Studi Li B mengena Arsitektur … ( si Keagama Agama di an ya, mencerm pada Islam d an ini tidak ika melihat s Salah satu yaan-keperca pacara-upaca an hukum ad Sanghiang S ri. Ia adalah akyat takut gi. Siliwangi li kuasa terito rasi Budaya Berdasarkan a hal yang b bentuk sebag bangunan m ap rumah da tai rumah te selatan deng a, bentuk ata enampungan r dengan lebi iteratur Berikut ini a ai konsep ars (Gatot Suhar aan Abad ke ntara orang minkan agam dibanding d sedahsyat ra sejarah orang aspek sang ayaan pra-Isl ara dalam lin dat) selalu di ri). Kekuatan ratu laut sel dan selalu m i adalah kua orial lain dal dan Tradis n pengaruh da biasa terdapa gai berikut: maupun peny ari daun nipa rbuat dari b gan memanja ap julang ng n air (kolam) ih baik. adalah data sitektur tradi Gambar arjanto) e-20 Sunda adala ma orang Jaw dengan apa y akyat Madur g Sunda. gat penting lam. Keperc ngkaran kehi iorientasikan n roh yang p atan sekaligu memenuhi t asa roh yang lam struktur i Sunda terh ari berbagai at pada huni menggunaka yekat ruangan ah, ijuk, atau ambu atau p ng kearah Ba gapak, biasan ), langit-lang literatur yan sional Jawa B r 2 Rumah tra ah seperti be wa. Perbedaa yang dapat ra atau Bugi dalam aga cayaan itu m idupan orang n terutama di penting juga us pelindung tuntutan dew g merupakan kosmologis hadap Kons keberagama ian tradision an unsur bam n, bentuk rum u alang-alang papan kayu, arat-Timur, b nya di halam git tidak me ng diperoleh Barat dan ko adisional Kam entuk-bentuk an yang pent ditemukan d is, cukup pe ama-agama merupakan fo g Sunda. Upa i seputar pen a adalah Nyi g semua nela wi ini hingg kekuatan d orang Sunda sep Banguna an tradisi dan nal Jawa Bar mbu yang bi mah panggu g, sekarang b rumah men bercirikan be man terdapat enggunakan h dari bebera onsep-konsep mpung Pulo Jaw kultural me ting adalah di antara ora enting untuk orang Sund okus utama acara-upacar nyembahan k i Roro Kidul ayan. Di sep ga sekarang. alam kehidu a. an n budaya loka rat yang dap iasanya dibu ung, bahan ru bisa menggu nghadap ke s entuk atap ya kolam ikan plafon, sehi apa situs Int pnya. wa Barat ereka yang la kelekatan ya ang Jawa. W k mendapat p da adalah dari mitos d ra tali parant kepada Dewi l, tetapi tidak panjang panta Contoh lai upan orang S al, maka terb pat dirangku uat anyaman umah dari ba unakan gente sebelah utara ang mencuat , atau setida ingga ventila ternet yang b 513 ain. Pada ang lebih Walaupun perhatian dominasi dan ritual i (tradisi- i Sri (Nyi k sebesar ai selatan in adalah Sunda. Ia bentuklah um dalam n, sebagai ambu dan eng tanah a atau ke t di kedua aknya ada asi udara berkaitan 514 ComTech Vol. 5 No. 1 Juni 2014: 505-521 Kampung Pulo Wujud Arsitektur Tradisional Sunda (Henry H. Loupias) Pada umumnya konsep arsitektur tradisional menempatkan unsur alam sebagai konsep dasar rancangannya. Sebaliknya di dalam arsitektur modern aspek manusia berdiri sebagai pusat segalanya atau sebagai titik sentral. Dalam pikiran mitologis atau mitis manusia masih menghayati diri tenggelam bersama seluruh alam dan dunia gaib (Mangunwijaya, 1995). Sebagian besar konsep dasar bangunan arsitektur tradisional bersumber dari alam (kosmos) yang digambarkan melalui mitos-mitos, kepercayaan atau agama. Refleksi kekuatan di luar manusia tersebut acapkali diwujudkan dalam berbagai hal, misalnya dalam wujud bangunan, penataan kawasan maupun penggunaan elemen dekorasi. Berdasarkan pengamatan selama ini bentuk atau gaya arsitektur bangunan di beberapa suku tiada lain sebagai refleksi terhadap fenomena alam ketimbang aspek fungsional. Konsep arsitektur tradisional Sunda menyatu dengan alam Secara umum konsep dasar rancangan arsitektur tradisional masyarakat Sunda adalah menyatu dengan alam. Alam merupakan sebuah potensi atau kekuatan yang mesti dihormati serta dimanfaatkan secara tepat di dalam kehidupan sehari-hari. Ungkapan rasa hormat tersebut tercermin pada sebutan bumi bagi alam yang menunjukan pula bahwa alam adalah tempat tinggal bagi masyarakat Sunda karena istilah bumi juga digunakan untuk menyebut secara halus rumah atau tempat tinggal orang Sunda. Kompleks bangunan Kampung Pulo (pulau) di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat, merupakan salah satu contoh kompleks arsitektur tradisional Sunda yang berpijak pada sebuah konsep menyatu dengan alam. Konsep tersebut disiratkan pada kepercayaan masyarakat setempat terhadap "agama" karuhun urang (nenek moyang kita) yaitu sebuah bentuk sinkretisme antara agama Hindu dan ajaran Islam. Kepercayaan masyarakat terhadap lima pamali (lima larangan atau tabu) yang dua di antaranya melarang menambah jumlah bangunan serta memelihara binatang berkaki empat kecuali kucing ternyata sangat efektif dalam menjaga kelestarian kompleks dengan lingkungannya. Kompleks bangunan di Kampung Pulo terdiri dari enam rumah tinggal dan sebuah musala. Bentuk dan gaya arsitektur bangunan di Kampung Pulo merefleksikan konsep di atas yang tercermin dari cara penataan kompleks yang berpijak pada keselarasan dengan alamnya. Cara penataan bangunan kompleks yang melingkar membentuk huruf U atau disebut ngariung (berkumpul, menyatu) juga menunjukan sistem tatanan sosial atau kekerabatan yang erat antara para penghuninya. Menurut Mangunwijaya rumah yang kita bangun ialah rumah manusia. Oleh karena itu merupakan sesuatu yang sebenarnya selalu dinapasi oleh kehidupan manusia, oleh watak dan kecenderungan-kecenderungan, oleh nafsu dan cita-citanya. Rumah adalah citra sang manusia pembangunnya (Mangunwijaya, 1995). Citra yang nampak di Kampung Pulo adalah pola hidup sederhana, praktis serta berusaha menjunjung tinggi nilai persaudaraan. Hal ini diperlihatkan dengan bentuk bangunan yang sederhana. Sedangkan wujud interaksi dengan alam diperlihatkan pada konsep menempatkan bangunan-bangunan tersebut yang membujur dari timur ke barat dengan cara mengikuti pola peredaran Matahari. Tidak berusaha menentang sifat-sifat alam semesta. Dampaknya sinar tidak langsung menerpa ruangan didalamnya sehingga sirkulasi suhu dan cahaya di dalam ruangan berubah secara alamiah “Suhunan Jolopong” dan “Julang Ngapak” Bentuk atap atau suhunan bangunan di Kampung Pulo terdiri dari lima buah bangunan menggunakan suhunan Panjang atau disebut juga suhunan Jolopong (membujur, tergolek lurus) dengan atap dari genting. Sedangkan satu lagi menggunakan bentuk suhunan Julang Ngapak (burung Julang sedang mengepakan sayap) dengan bahan ijuk. Bangunan yang disebutkan terakhir ini Konsep Arsitektur … (Gatot Suharjanto) 515 merupakan prototipe dari bangunan tradisional Sunda asli hasil renovasi oleh pihak pemerintah beberapa tahun yang lalu dan selanjutnya ditetapkan sebagai cagar budaya. Bentuk suhunan Jolopong dianggap sebagai bentuk atap paling tua. Hal ini dikaitkan dengan bentuk atap bangunan saung (dangau) yang sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat tradisional. Bentuk atau gaya arsitektur bangunan tidak dapat dilepaskan dari kondisi atau status sosial penghuninya, seperti yang dinyatakan oleh Anthony King dalam bukunya Building and Society (1980) bahwa, "building result from social needs...Their size, appearance, location and form are governed not simply by physical factors (climate, materials or topography) but by a society's ideas, its forms of economic and social organization, its distribution of resources and authority, its activities, and the beliefs and values which prevail at any one period of time. Bentuk suhunan Jolopong juga menyiratkan status sosial masyarakatnya yang berasal dari golongan bawah, sederhana, berpikiran praktis serta menggambarkan nilai-nilai yang dijunjungnya, antara lain membangun hubungan secara horizontal sesama manusia. Dalam ajaran Islam hubungan sesama manusia termasuk salah satu ajaran utamanya. Coba bandingkan dengan bentuk atap bangunan arsitektur modern yang bervariatif, kompleks, rumit dan sekaligus sebagai tanda atau "teks" yang dapat dibaca mengenai status sosial dan citra pemilik atau penghuninya Bentuk suhunan Julang Ngapak memiliki empat bidang, dua diantaranya disusun seperti halnya suhunan Jolopong. Hanya pada suhunan Julang Ngapak terdapat atap tambahan di kedua sisinya - di depan dan di belakang - dengan kemiringan yang lebih landai yang disebut leang-leang. Pada suhunan Julang Ngapak atapnya menggunakan anyaman ijuk. Di kedua ujung atasnya diikat dengan teknik capit hurang (jepitan udang). Menurut arsitek Belanda Maclaine Pont, suhunan Julang Ngapak termasuk gaya arsitektur Sunda Besar yang bercirikan bentuk atap yang mencuat di kedua ujungnya dan adanya tameng-tameng yang menggantung di depannya. Sirkulasi udara yang menyehatkan Seluruh bangunan di Kampung Pulo berdiri di atas batu penyangga atau disebut tatapakan (tempat bertumpu atau penyangga) yang diletakan pada setiap pojok serta bagian konstruksi yang menahan beban cukup besar. Dengan cara demikian posisi lantai tidak langsung bersentuhan dengan permukaan tanah sehingga udara lembab dari tanah maupun debu dapat dihindarkan. Bagian lantaiya dibuat dari palupuh yakni lembaran bambu hasil cercahan atau tumbukan yang menyatu saling mengikat. Hasil cercahan tersebut membentuk celah-celah memanjang tidak beraturan yang berfungsi sebagai ventilasi udara dari bawah serta dapat digunakan untuk membuang debu di atas lantai. Sedangkan bagian dindingnya terbuat dari anyaman bambu yang disebut bilik berfungsi sebagai penutup bangunan maupun penyekat ruangan. Bilik tersebut memiliki lubang-lubang kecil seperti "pori-pori" yang juga berfungsi sebagai ventilasi untuk menyalurkan udara maupun cahaya dari luar ruangan atau sebaliknya. Dengan demikian suhu di dalam ruangan selalu terjaga secara alami sesuai dengan kondisi cuaca alam di luar. Disamping itu pun tidak perlu mengandalkan cahaya yang masuk sepenuhnya melalui jendela. Sebenarnya pola bangunan dan penggunaan bahan-bahan alami merupakan hal yang lazim di kalangan masyarakat Sunda atau masyarakat tradisional lainnya. Hanya saja penggunaan pada bangunan-bangunan di Kampung Pulo lebih optimal dan tetap dilestarikan. Pada bangunan prototipe suhunan Julang Ngapak daun pintunya juga menggunakan anyaman bambu yang disebut sarigsig (anyaman) sedangkan bangunan lainnya sudah menggunakan daun pintu dari kayu. Keistimewaan dari teknik sarigsig tersebut bisa melihat dari dalam ke keluar tetapi yang dari luar tidak dapat menembus ke dalam. Udara segar dari luar pun masih bisa mengalir melalui celah-celah sarigsig tersebut. Fungsi utama bangunan di Kampung Pulo adalah sebagai tempat tinggal dan aktivitas rumahtangga sehari-hari. Aktivitas lainnya seperti bekerja, bertani, memelihara binatang ternak atau berdagang dilakukan di luar pulo. Dengan demikian kapasitas ruang tetap terjaga utuh dan tidak terjadi 516 ComTech Vol. 5 No. 1 Juni 2014: 505-521 pengembangan atau penambahan ruang yang dapat mengubah bentuk bangunan utamanya. Kebutuhan ruang ekstra acapkali mengubah struktur bangunan utama, baik dalam tatanan interior maupun eksterior misalnya dengan cara menambah bangunan tambahan lainnya. Penambahan atau perubahan fungsi bangunan tersebut tidak diperkenankan di Kampung Pulo. Kalaupun terjadi sebuah perubahan, terbatas untuk mengganti beberapa material bangunan yang sifatnya tidak dominan dan signifikan misalnya penggunaan cat, kaca atau genting. Tapi untuk prototipe bangunan adat material di atas sama sekali tidak diperkenankan. Secara keseluruhan bangunan tempat tinggal di kompleks Kampung Pulo memiliki sirkulasi udara yang memadai baik siang maupun malam hari karena memanfaatkan bahan dan teknik yang berorientasi pada sifat-sifat alami. Sebuah konsep arsitektur bangunan tradisional yang "tertutup" sekaligus "terbuka" Sejarah kampung pulo Menurut keyakinan masyarakat setempat bahwa mereka merupakan keturunan dari Embah Dalem Arif Muhammad salah satu pemimpin pasukan Mataram yang diutus oleh Sultan Agung untuk menyerang Batavia pada abad ke-17. Ternyata penyerangannya mengalami kegagalan sehingga Embah Dalem Arif Muhammad tidak berani kembali ke Mataram dan untuk selanjutnya menetap dan menyebarkan agama Islam di daerah yang kini disebut Kampung Pulo. Menurut penuturan kuncen setempat Bapak Iri, Embah Dalem Arif Muhammad memiliki 6 orang anak perempuan dan 1 orang anak lelaki. Posisi tempat tinggal ke enam putrinya dibuat berjejer tiga saling berhadapan menghadap ke arah utara dan selatan. Pada bagian ujungnya, yaitu di bagian barat terletak sebuah musala kecil. Bangunan musala merupakan perlambangan bagi anak lelaki satu-satunya yang meninggal saat masih kecil sewaktu akan dikhitan. Penempatan musala di bagian hulu kompleks juga melambangkan lelaki sebagai kepala keluarga. Jumlah bangunan tersebut hingga kini terus dipertahankan. Setiap anak yang sudah berkeluarga tidak diperkenankan lagi tinggal bersama orangtuanya dan wajib keluar kampung dengan diberi tenggang waktu selama dua minggu untuk mempersiapkan kepindahan ke luar pulo tersebut. Namun anak yang sudah menikah tersebut dapat tinggal di rumah orangtua mereka jika orangtuanya meninggal dunia. Proses pergantian tersebut disebut ngaplus (menggantikan). Dengan cara ngaplus maka jumlah anggota keluarga dan bangunan tetap tidak berubah. Salah satu pamali yang lain adalah larangan untuk memelihara binatang besar berkaki empat. Ternyata larangan tersebut berdampak positif bagi kelestarian lingkungan di Kampung Pulo yang luasnya hanya sekira 0,5 ha. Jika diperkenankan memelihara binatang besar dapat mengurangi kapasitas lahan yang tersedia karena binatang tersebut memerlukan lahan atau tempat tersendiri termasuk untuk persediaan pakannya. Bahkan bila populasinya meningkat diperlukan tempat yang lebih luas lagi. Selama ini binatang peliharaannya disimpan di luar pulo. Sistem waris yang berlaku di Kampung Pulo berbeda dengan masyarakat Sunda atau Islam pada umumnya. Di kalangan masyarakat Kampung Pulo yang mempunyai hak waris rumah adat adalah pihak anak perempuan tertua, sedangkan tanggungjawab keluarga dipegang oleh suaminya. Seperti hal nya Bapak Iri yang diberikan wewenang sebagai kuncen karena merupakan suami dari anak perempuan tertua di Kampung Pulo yang memegang hak waris. Lokasi Kampung Pulo Dari arah kota Bandung lokasi Kampung Pulo 1 50 km dan sebelum kota Garut yang ditempuh sekira 1 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda empat. Kampung Pulo memiliki luas 1 0,5 ha dan terletak ditengah sebuah situ (danau) yang disebut situ Cangkuang. Sedangkan luas dari situ Cangkuang sendiri adalah 2,5 ha. Namun kini luas situ Cangkuang semakin menyusut akibat pendangkalan dibeberapa bagian. Konsep A U maupun pada sal Cangkua Dalem A Masehi. Studi K Tempat P seiring d bagi me ditambah P ini meni menjadi yang cuk P Hotel R Alam m adalah s dialiri ol Arsitektur … ( Untuk menc melalui jala lah satu bagi ang. Di Kam Arif Muham Candi Cangk Kasus 1 Peristiraha Pada mulany dengan perke ereka yang hlah sarana b Pada 1984 d ngkat pesat, 21 buah kam kup bagus de Pemakaian i Restoran 2000 memang mem ebuah perka leh air panas (Gatot Suhar capai Kampu an setapak. ian danau se mpung Pulo s mmad dan seb kuang kini te atan Kampu ya keluarga b embangan w berobat yan berupa beber Jl. R dengan 18 bu pasca-pemb mar (10 kam engan tingka istilah "kam 0 di balai S miliki atmosfi ampungan de alam yang b arjanto) ung Pulo da Jalan yang ehingga Kam selain terdapa buah candi H ermasuk sala ung Sumber besar dr. H. aktu, berkem ng berasal d rapa buah kam Gambar 3 aya Cipanas 1 uah kamar (1 bangunan kaf mar dan 11 bu at hunian kam mpung" seben Sidang Senay fir pedesaan engan rumah bersumber da apat dilalui disebutkan t mpung Pulo at kompleks Hindu yang ah satu objek Alam Maskawan M mbang pula f dari luar ko mar. Kampung Sum 122 Garut, Jaw 0 kamar dan fetaria pada ungalow) ser mar mencapa narnya dimu yan Jakarta. khas daerah h-rumah pend ari gunung G dengan me terakhir terja kini tidak s hunian terda diperkirakan k wisata di da Mustofa men fungsi klinik ota, tanpa d mber Alam, wa Barat, Indo n 8 bungalow 1987 usaha j rta rumah ma ai di atas 80% ulai pada 19 Istilah kam Cipanas. Se duduk berdir Guntur. enggunakan adi karena a epenuhnya b apat pula ma n hasil peni aerah Kabup ndirikan sebu ini menjadi didasari pen onesia w) yang dimi jasa akomod akan dan me %. 93, sewaktu mpung digun ebenarnya C ri di atas kol rakit bambu adanya pend berada di ten akam kerama nggalan aba aten Garut. uah klinik fi tempat peris ngetahuan pa liki, aktivita dasi telah ber engalami pen u mengikuti nakan karena ipanas pada lam-kolam ik 517 u sewaan dangkalan ngah situ at Embah ad ke VII sioterapi, stirahatan ariwisata, s di hotel rkembang ningkatan Pameran a Sumber mulanya kan yang 518 A dengan m dan rumb bagi pa menghin penghun kesehari M prinsip d pohon k dimiliki "ramahta tersendir yang tam bambu d bagian d menikma air yang setengah tampil in yang dib kolam y Selain it pada bag kesan ru langit da bangun t setengah atas dibe Arsitektur d menjadikan bia merupak ara penghun ndarkan nyam ni tidak akan an masyarak Misi "Memb dasar perusah kelapa, bebat Cipanas yan amahan" terh ri bagi kamp mpak pada r dan kayu, at depannya terd ati keindahan terdapat di b Sebagai pem h meter saja. ndah. Kolam bangun dan yang ada di tu, dinding-d gian bawah umah kampu ari bangunan tempat pengi h bagian ke a eri kaya. Ga dan struktur batang poho kan perpadua ni yang ting muk untuk be terganggu g kat kampung berikan pela haan membe tuan dan jaja ng tetap kam hadap lingku pung sumber resor ini, se tap ijuk, lan dapat berand n alam di sek bawah bunga mbatas beran Lantai yang m memang ta dirancang s bawahnya, dindingnya ju yang disusu ung. Bungalo n itu juga ter inapan lainn atas delengka ambar 4 Bung bangunan ka on kelapa seb an alami yang ggal di dal erkembang b gigitan nyamu dahulu. yanan terbai erikan pelaya aran banguna mi pertahanka ungan menja alam. Sepert elain bentuk ngit-langit ya da yang terbu kelilingnya d alow itu. nda untuk du g terbuat dar ak terpisahk seperti rumah membuat po uga terbuat d un sedikit m ow-bungalow rbuat dari ba ya. Pintu bag api ventilasi alow, Kampu ampung sum bagai tiang-t g berfungsi m amnya. alir biak sehingga uk, dan masi ik secara pri anan terhadap an dia atas b an dalam pe adi konsep p ti yang telah k fisik bangu ang tinggi ta uat dari baha dan juga men uduk lesehan ri kayu itu di kan dari selu h panggung osisi rumah dari anyaman miring dan ti w tersebut se ambu yang d gian luarnya , sedangkan ComTec ng Sumber Al mber alam ju tiang utama menghangatk ran air pana a dengan pin ih banyak ha ibadi yang t p kelestarian balong merup engembangan penting yang h disebutkan, unan (atap j anpa plafond an kayu yang nyaksikan ika n itu dilengk iberi pernis u uruh bungalo namun terb praktis mem n bambu yan dak saling b emuanya ber dianyam, seh a dirancang s pintu bagian h Vol. 5 No. lam uga mengang di setiap ba kan ataupun m as di balon ntu dan jende al lain yang m tulus dan me n lingkungan pakan "keun n produk dan g terbukti m terdapat beb oglo, bahan d), terdapat g berfungsi u an-ikan yang kapi dengan untuk mengk ow yang ada buat dari tem mang berada ng dikombin bertindih, se rdiri di atas hingga berbe eperti pindu n dalamnya p 1 Juni 2014: gkat "kearifa angunan. Un mencegah da ng-balong ik ela kamar ter merupakan " engesankan" . lanskap kol nikan unggul n pelayanan memberikan berapa ciri tr n bangunan ciri khas lai untuk bersant g berkiliaran n jeruji kayu kilatkannya, a di resor ini mbok dengan a tepat di te nasikan deng hingga men kolam ikan da dengan ra zaman Bela pada setenga 505-521 fan lokal" nsur injuk ari dingin kan juga rbuka pun kearifan" " menjadi lam ikan, lan" yang kami. ke keunikan radisional memakai innya. Di tai sambil di dalam u setinggi sehingga i. Rumah n kolam- ngah air. gan papan ampilkan n. Langit- ancangan anda yang ah bagian Konsep A P banguna ada sejak room, ju fasilitas dan suas dengan b Studi K Sekolah berkualit dijangka berkualit alam seb Novo. P diwujudk sebagai s Arsitektur … ( Potensi alam an diusahaka k ratusan tah unior suite, pendukung s sana alam ya baik. tanpa m Kasus 2 h Alam Ciga Sekolah Ala tas selalu m au oleh masy tas dan terjan bagai sumbe Pada awalny kan menjadi sumber ilmu (Gatot Suhar mi yang ada d an tidak direk hun yang lal bungalow ar seperti restor ang alami, tem merusak kein Gam njur am didirikan mahal. Para yarakat bawa ngkau, tidak er ilmu peng ya memang h i sebuah mo u dan bisa dik arjanto) di lingkungan kayasa dan m lu di Garut. rileu, bunga ran, kolam re mpat ini berh ndahan alami mbar 5 Saung dengan kein adigma yang ah. Untuk m k bergantung getahuan. Pen hanya merup odel sekolah kelola oleh p Gambar 6 D n sekeliling y mengambil f Resor ini ter alow, pondok enang, saung hasil memad nya. dan restoran, nginan untuk g ada berda mengubah hal pada alat pe nggagas kon pakan suatu h. Sekolah y para peserta d Denah lokasi S yang asri dan filosofi bang rdiri dari tuj k kalapa, ka g. Sebagai te dukan arsitek Kampung Su k mengubah ampak bahw l tersebut dip eraga yang re nsep pendidik u gagasan pe yang dibuat didik. Sekolah Alam n sejuk ini d gunan Sunda juh tipe kam awung), dan mpat berlibu ktur modern d umber Alam h paradigma wa pendidik perlukan sis elatif mahal, kan Sekolah endidikan, te harus memp dipertahankan a yang mema mar (suite ari n dilengkapi ur dengan ud dan tradision bahwa seko kan berkuali tem pendidik tetapi meng h Alam adala etapi kemud punyai dime 519 n. Bentuk ang telah leu, suite fasilitas- dara sejuk nal Sunda olah yang itas sulit kan yang gacu pada ah Lendo dian coba ensi alam 520 P adanya p Anda 7X anak-ana W sampah tempat 2 pembelaj mampu lingkung terbuka, Dengan menjadi pembelaj tema diin pembelaj U baja. Na tanpa pla penting Sekolah Pada awalny perkembanga X depan Kan ak sudah bisa Waktu bergu itu, kini be 248 murid S ajarannya dar memanfaatk gannya. Semua prose secara nalu demikian ak identik den ajaran pun me ntegrasikan d ajaran bersifa Unsur mode amun tidak m afond, ruang dari gaya tr alam ini mam ya Sekolah A an dan berba ntor Kelurah a belajar di l ulir, dan di a erdiri 6 unit SA, mulai d ri Senin hing kan apa yang es belajar ha uriah akan m kan tumbuh ngan kegem enggunakan dalam semua at integratif, k G Gamba ern terlihat d mengurangi u g-ruang berv radisional Su mpu merang Alam Ciganj agai tuntutan, han Ciganjur okasi baru. areal seluas rumah pang dari Play G gga Jumat, d g tersedia di arus berlangs menimbulkan kesadaran p mbiraan. Lalu metode Spid a mata pelaja komprehensi Gambar 7 Aula ar 8 Ruang gu dari struktur unsur tradisio entilasi terbu unda adalah gsang kepedu jur didirikan , pada tahun r, Jakarta Se 6900 m2 ya ggung tanpa Group, TK, d dari pagi hing alam, tapi j sung dalam n suasana fu pada anak-an u, agar berla der Web. Dal aran. Dengan if, dan aplika a & Workshop uru dan ruang utama bangu onal Sunda (s uka. Begitu unsur air se ulian siswany ComTec n di Jalan Da 2001 Sekola elatan. Saat ang pada mu a dinding ya dan SD, me gga petang. M uga mampu suasana yang un, tanpa tek nak bahwa l angsung sua lam pembela n demikian p atif, sekaligu p Sekolah Ala siswa Sekolah unan kelas d saung), meng pula dengan eperti kolam, ya akan alam h Vol. 5 No. amai II Ciga ah Alam Cig tahun ajaran ulanya adalah ang disebut engawali dan Menjadi man mencintai d g Fun Learn kanan dan ja learning is f asana yang ajaran sistem pemahaman s us juga, lebih am h Alam dan aula yan ggunkan uns n fasilitas pen , dalam hal m. 1 Juni 2014: anjur. Namun ganjur pindah n baru 2001 h lokasi pem sebagai saun n mengakhi nusia yang t dan memelih ning. Belajar auh dari keb fun, dan sek mendukung m ”Spider We siswa terhada h membumi. ng mengguna sur kayu, lan ndukungnya. ini terdapat 505-521 n dengan h ke Jalan dimulai, mbuangan ng kelas, ri proses tidak saja hara alam r di alam bosanan. kolah pun , metode eb”, suatu ap materi akan besi ngit-langit . Dan hal empang. Konsep Arsitektur … (Gatot Suharjanto) 521 SIMPULAN Berdasarkan perbandingan antara arsitektur tradisional sunda masa lalu dan arsitektur tradisi masa kini terlihat bahwa perbedaan yang dimiliki sangat jauh berbeda, terutama dari konsepsi dan filosofi budaya. Tentu saja hal ini terjadi mengingat peradaban budaya masyarakatnya yang juga berubah. Peradaban masa lalu diketahui lebih memberikan kaidah-kaidah ”pamali” (tabu) jika diduga akan menyimpang dari nilai nilai sakral, mitos, maupun religi masyarakatnya. Keterjagaan tradisi secara turun temurun dapat bertahan dalam kurun waktu yang lama, juga dalam kaitannya dengan bangunan tradisional. Kini kesakralan dan ”pamali” sudah tidak lagi menjadi faktor utama dalam mempertimbangkan penyajian baik budaya maupun tradisi ”pakem” yang ada. Faktor ekonomi, fungsi, dan asumsi saja yang sangat dominan, jelas tercermin dalam pemanfaatan desain arsitektur tradisional yang hanya mengambil kulit ataupun langgam saja tanpa sedikit pun terasa memiliki konsepsi dan filosofi dasarnya yang kuat. Dengan demikian, memahami arsitektur tradisional ini menjadi sebuah tantangan yang besar bagi para arsitek yang hidup pada zaman modern. Sebuah keniscayaan bahwa produk tradisi akan langgeng jika aktivitas tradisi dan budaya masyarakat tidak tergerus perkembangan zaman yang sangat radikal. Mempertahankan sebuah eksistensi tradisi dan budaya perlu keteguhan erat dari masyarakatnya itu sendiri. Dengan kata lain, akan sangat mustahil bagi seorang arsitek zaman ini untuk menciptakan sebuah desain arsitektur tradisional, sementara pengguna atau lingkungannya memiliki karakter yang berbeda dengan tradisi tersebut. Namun demikian, bukan berarti perpaduan gaya tradisional, dalam hal ini gaya Jawa Barat, dengan gaya kontemporer (modern) adalah hal yang mustahil. Kesesuaian konteks dalam penerapan hasil karya tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi dan eksistensi masyarakatnya. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (n.d.). Sekolah Alam Ciganjur. Diakses dari http://www.sekolahalam.org Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. (2009). Data Kampung Adat di Jawa Barat. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. Diakses dari http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/fupload/Data%20Kampung%20Adat%20di% 0Jawa%20Barat.pdf Ekadjati, E. S. (1984). Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Jakarta: Girimukti Pasaka. Oey, E. (2001). Java (3rd Ed). Periplus Editions. Prijotomo, J. When West Meets East: One Century of Architecture in Indonesia (1890s-1990s). Surabaya. Salura, P. (2007). Menelusuri Arsitektur Masyarakat Sunda. CSS. Sumber Alam. (n.d.). Bangunan Tradisional Sunda Modern. Diakses dari http://www.resort kampungsumberalam.com Universitas Nusa Cendana. (n.d.). Sejarah Sunda. http://universitas-nusa-cendana- undana.perahu.info/ensiklopedia.php Wessing, R. (1978). Cosmology and Social Behavior in a West Javanese Settlement. Athens. OH: Ohio University Center for International Studies.