Microsoft Word - 32_Ariyani - SET.doc 304 ComTech Vol.2 No. 1 Juni 2011: 304-310 PENGARUH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN LAYANAN TELEKOMUNIKASI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT INDONESIA Ariyani Wardhana Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Binus University Jl. KH. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480. ratnavati_ariyani_wardhana@binus.ac.id ABSTRACT Information technology development grows faster every year. This phenomena makes opportunity for new businesses and business expansions in various industrial segments, especially for small and medium industries. Information technology is a part of support value in Porter’s value chain to optimalize industry performance. Application development, capacity amount, and various facilities in mobile phone access such as voice call, SMS, MMS, GPRS, 3G, 4G, and Vas add value to support primary business activities in each sector to earn more income. Income raise in many industries will bring impacts in national income and prosperity. Keywords: information technology, value chain, income ABSTRAK Perkembangan teknologi informasi dan layanan telekomunikasi semakin pesat dari tahun ketahun. Hal ini membuka peluang usaha baru dan perluasan usaha di berbagai sektor terutama untuk usaha kecil dan menengah. Teknologi informasi adalah bagian dari nilai dukungan dalam rantai nilai Porter untuk mengoptimalkan kinerja industri. Perkembangan aplikasi, jumlah kapasitas dan fasilitas layanan yang semakin beragam mulai panggilan telpon, sms, mms, gprs, 3G, 4 G, VAS meningkatkan nilai dukungan terhadap aktivitas utama bisnis di sektor masing-masing sehingga memungkinkan perusahaan untuk memaksimalkan margin laba ataupun memperbesar pendapatan. Peningkatan pendapatan perusahaan akan membawa dampak pada perekonomian nasional terutama dalam pengentasan kemiskinan dan pemerataan kesejahteraan di kota dan di desa. Kata kunci: teknologi informasi, rantai nilai, pendapatan Pengaruh Perkembangan Teknologi... (Ariyani Wardhana) 305 PENDAHULUAN Dunia bisnis di Indonesia sudah banyak mengalami perubahan seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi. Mesin-mesin canggih yang dapat memangkas waktu kerja, mengoptimalkan kapasitas produksi, menurunkan biaya variable, serta peran sistem informasi yang mampu menganalisa dan menghasilkan laporan yang lebih variatif sehingga memudahkan para eksekutif untuk menentukan langkah bagi perusahaannya. Seiring dengan peningkatan dan penyebaran pengunaan sistem informasi dalam dunia bisnis, maka persaingan dunia bisnis juga semakin ketat dan perubahannya sangat cepat. Perubahan persaingan ini telah memberikan kesempatan baru bagi sebagian orang untuk meningkatkan usaha dan pendapatannya selain dampak buruk bagi yang tidak mampu bersaing. Kesempatan ini telah meningkatkan pendapatan perorangan maupun industri. Hal ini berdampak pada semakin marak dan banyak industri kecil menengah yang berkembang dalam era informasi ini. Perkembangan teknologi komunikasi sebagai bagian dari perkembangan teknologi komputer telah memberikan warna tersendiri bagi strategi pemasaran dan cara mendapatkan informasi dari pihak luar perusahaan hingga cara mengkomunikasikan target dan misi dalam internal perusahaan. Tabel 1 Jumlah Perusahaan Menurut Sub Sektor Tahun 2001 – 2009 Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 e) Makanan dan minuman 4559 4551 4414 4639 4722 6615 6341 6063 5 819 Tembakau 810 814 788 810 858 1286 1208 1131 1 657 Tekstil 1901 1892 1847 1892 1934 2809 2820 2355 1 949 Pakaian jadi 2123 2028 1883 1908 1922 3256 2917 2655 2 045 Kulit dan barang dari kulit 564 533 512 492 491 813 764 685 619 Kayu, barang dari kayu, dan anyaman 1668 1629 1450 1411 1325 1782 1648 1435 1 566 Kertas dan barang dari kertas 388 340 375 394 413 526 553 477 535 Penerbitan, percetakan, dan reproduksi 537 593 545 535 545 897 789 748 607 Batu bara, minyak dan gas bumi, dan bahan bakar nuklir 48 40 54 48 52 73 96 84 44 Kimia dan barang-barang dari bahan kimia 1089 1014 1003 1020 1011 1179 1151 1082 886 Karet dan barang-barang dari plastik 1416 1466 1422 1487 1477 1847 1774 1715 2 199 Barang galian bukan logam 1657 1612 1518 1507 1523 2047 1916 1783 1 373 Logam dasar 239 223 209 230 211 276 260 237 218 Barang-barang dari logam dan peralatannya 906 930 896 880 859 1020 981 902 600 Mesin dan perlengkapannya 529 474 390 408 410 477 436 435 332 Peralatan kantor, akuntansi, dan pengolahan data 9 9 8 7 7 10 10 9 34 Mesin listrik lainnya dan perlengkapannya 235 244 247 249 252 279 285 271 261 Radio, televisi, dan perlatan 141 167 206 219 191 227 227 205 320 306 ComTech Vol.2 No. 1 Juni 2011: 304-310 komunikasi Peralatan kedokteran, alat ukur, navigasi, optik, dan jam 69 52 49 47 47 61 70 70 69 Kendaraan bermotor 216 270 256 261 262 336 302 305 271 Alat angkutan lainnya 354 329 334 323 297 380 380 333 475 Furniture dan industri pengolahan lainnya 1914 1898 1855 1856 1865 3135 2914 2569 3 106 Daur ulang 24 38 63 62 55 137 156 145 92 21396 21146 20324 20685 20729 29468 27998 25694 25 077 e: angka perkiraan Sumber: Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (Statistics Indonesia) Hal ini sesuai dengan value chain ‘rantai nilai’ Michael Porter yang menyebutkan bahwa aktivitas bisnis dibagi menjadi dua, yaitu primary activity ‘aktivitas utama’ dan support activity ‘aktivitas pendukung’. Adapun perkembangan teknologi yang merupakan bagian dari support activity pada persaingan di era globalisasi ini sangat berpengaruh bagi primary activity untuk meningkatkan pendapatan dan laba usaha atau margin seperti Gambar 1 dibawah ini. Gambar 1. Value chain Michael Porter. Meningkatnya penggunaan teknologi tidak hanya dikalangan pebisnis, tetapi juga konsumen. Teknologi modem yang makin baik dan jaringan komunikasi yang makin luas serta perkembangan teknologi mobile phone hingga smart phone membuat konsumen semakin mudah mencari informasi dan melakukan transaksi untuk pemenuhan kebutuhannya. Pertambahan dan perluasan penggunaan teknologi komunikasi ini juga dipicu dengan menurunnya harga layanan komunikasi dan penurunan harga peralatan komunikasinya. Oleh karena itu transaksi bisnis juga mulai bergeser kearah brick and mortar ataupun click and mortar. Konsumsi jasa telekomunikasi yang terus meningkat di kalangan masyarakat Indonesia dari segala lapisan, membuka peluang usaha baru sehingga konsumsi dana perusahaan untuk strategi pemasaranpun bergeser dan persaingan dilakukan tidak hanya dengan strategi pemasaran konvensional. Bahkan beberapa perusahaan seperti Domino Pizza, Holycow, Sour Sally, J.Co Donuts and Coffee, dan lain sebagainya menggunakan perkembangan teknologi komunikasi dan aplikasi sistem informasi sebagai strategi andalan untuk memasarkan produk dan jasanya serta memperoleh laba. Arah perkembangan bisnis telekomunikasi di indonesia juga telah bergeser dari layanan suara saja (1980-an) hingga layanan aplikasi (2010). Selain itu akses informasi di dunia maya lewat ponsel sejak 2004 mulai berkembang dari yang pada awalnya hanya sebagai alat komunikasi suara dan text (SMS). Pengguna ponsel dengan kemampuan GPRS, 3G, 4G, atau VAS hingga tahun 2010 diperkirakan mencapai 80 juta pengguna. Menurut survey Siemens mobile lifestyle sekitar 60% usia Pengaruh Perkembangan Teknologi... (Ariyani Wardhana) 307 muda (15-29 tahun) menggunakan ponsel mereka sepanjang hari. Perkembangan sektor telekomunikasi di Indonesia pada tahun 2009 mengalami peningkatan (Tabel 2), hal ini dikarenakan naiknya permintaan pasar akan jasa komunikasi dan informasi. Sedangkan untuk sektor penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekaman mengalami penurunan (Tabel 3). Nilai tambah sub sektor telekomunikasi pada tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup signifikan (47.33%) (Tabel 4), sedangkan sektor penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekaman perkembangannya lebih kecil (34.75%) (Tabel 5). Tabel 2 Jumlah Perusahaan Menurut SubSektor Radio, Televisi, dan Peralatan komunikasi yang Terus Meningkat Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 e) Radio, televisi, dan perlatan komunikasi 141 167 206 219 191 227 227 205 320 e: angka perkiraan Sumber: Jumlah Perusahaan Menurut SubSektor, 2001-2009 (Badan Pusat Statistik RI). Tabel 3 Jumlah Perusahaan Menurut SubSektor Penerbitan, Percetakan, dan Reproduksi Media Rekaman Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 e) Penerbitan, percetakan, dan reproduksi 537 593 545 535 545 897 789 748 607 e: angka perkiraan Sumber: Jumlah Perusahaan Menurut SubSektor, 2001-2009 (Badan Pusat Statistik RI) Tabel 4 Nilai Tambah Menurut Subsektor Radio, Televisi, dan Peralatan Komunikasi 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 e) Radio, televisi, dan peralatan komunikasi 9,000 15,086 15,934 18,015 15,506 18,364 18,331 14,622 21 543 Sumber: Nilai Tambah Menurut Subsektor , 2001-2009 (milyar rupiah) (Badan Pusat Statistik RI). Tabel 5 Nilai Tambah Menurut Subsektor Penerbitan, Percetakan, dan Reproduksi Media Rekaman 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 e) Penerbitan, percetakan, dan reproduksi 1,110 3,102 3,465 5,116 5,010 6,499 7,517 6,313 8 507 e: angka perkiraan Sumber: Nilai Tambah Menurut Subsektor, 2001-2009 (milyar rupiah) (Badan Pusat Statistik RI).“ 308 ComTech Vol.2 No. 1 Juni 2011: 304-310 Penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia hingga tahun 2009 terjadi baik di kota maupun desa (Tabel 6). Hal ini menandakan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan lebih baik dari tahun ketahun. Tabel 6 Tingkat Kemiskinan di Indonesia Periode 2007 – 2009 Sumber: Badan Pusat Statistik RI METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi dengan koefisien korelasi bivariate/product moment pearson untuk mengukur keeratan hubungan diantrara hasil-hasil pengamatan dari populasi yang mempunyai 2 varian (bivariate). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan probabilitas, jika probabilitas > 0.05 H0 diterima, jika probabiltas <0.05 H0 ditolak. Besaran korelasi berkisar antara 0 (tidak ada hubungan sama sekali) hingga 1 (korelasi sempurna). Tanda negatif pada output menunjukkan adanya arah hubungan berlawanan, sedangkan tanda positif menunjukkan arah hubungan yang sama. H0 (a): tidak ada hubungan antara perkembangan sektor Radio, Televisi, dan Peralatan komunikasi dengan tingkat kemiskinan di kota H1 (a): ada hubungan antara perkembangan sektor Radio, Televisi, dan Peralatan komunikasi dengan tingkat kemiskinan di kota H0 (b): tidak ada hubungan antara perkembangan sektor Radio, Televisi, dan Peralatan komunikasi dengan tingkat kemiskinan di desa H1 (b): ada hubungan antara perkembangan sektor Radio, Televisi, dan Peralatan komunikasi dengan tingkat kemiskinan di desa H0 (c): tidak ada hubungan antara perkembangan sektor penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekaman dengan tingkat kemiskinan di kota H1 (c): ada hubungan antara perkembangan sektor penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekaman dengan tingkat kemiskinan di kota H0 (d): tidak ada hubungan antara perkembangan sektor penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekaman dengan tingkat kemiskinan di desa H1 (d): ada hubungan antara perkembangan sektor penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekaman dengan tingkat kemiskinan di desa H0 (e): tidak ada hubungan antara perkembangan sektor Radio, Televisi, dan Peralatan komunikasi dengan nilai Tambah Menurut Subsektor Radio, Televisi, dan Peralatan komunikasi Pengaruh Perkembangan Teknologi... (Ariyani Wardhana) 309 H1 (e): ada hubungan antara perkembangan sektor Radio, Televisi, dan Peralatan komunikasi dengan nilai Tambah Menurut Subsektor Radio, Televisi, dan Peralatan komunikasi H0 (f): tidak ada hubungan antara perkembangan sektor penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekaman dengan Nilai Tambah Menurut Subsektor Penerbitan, Percetakan, dan Reproduksi media rekaman H1 (f): ada hubungan antara perkembangan sektor penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekaman dengan Nilai Tambah Menurut Subsektor Penerbitan, Percetakan, dan Reproduksi media rekaman H0 (g): tidak ada hubungan antara perkembangan sektor penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekaman dengan perkembangan sektor penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekaman H1 (g): ada hubungan antara perkembangan sektor penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekaman dengan perkembangan sektor penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekaman H0 (h): tidak ada hubungan antara jumlah kemiskinan di kota dengan jumlah kemiskinan di desa H1 (h): ada hubungan antara jumlah kemiskinan di kota dengan jumlah kemiskinan di desa H0 (i): tidak ada hubungan antara nilai tambah sektor komunikasi dengan nilai tambah sektor penerbitan, percetakan dan reproduksi media rekaman H1 (i): ada hubungan antara nilai tambah sektor komunikasi dengan nilai tambah sektor penerbitan,percetakan dan reproduksi media rekaman Tabel 7 di bawah ini merangkum data korelasi perkembangan industri dan nilai tambah industri. Tabel 7. Korelasi Perkembangan Industri Komunikasi, Perkembangan Industri Penerbitan, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman, Nilai Tambah Industri Komunikasi, Nilai Tambah Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman, Kemiskinan di Kota, Kemiskinan di Desa 1 1.000** -.484 -.777 .970 -.471 . .005 .678 .434 .156 .688 3 3 3 3 3 3 1.000** 1 -.491 -.782 .972 -.478 .005 . .673 .429 .151 .683 3 3 3 3 3 3 -.484 -.491 1 .927 -.682 1.000** .678 .673 . .244 .522 .009 3 3 3 3 3 3 -.777 -.782 .927 1 -.906 .922 .434 .429 .244 . .278 .254 3 3 3 3 3 3 .970 .972 -.682 -.906 1 -.671 .156 .151 .522 .278 . .532 3 3 3 3 3 3 -.471 -.478 1.000** .922 -.671 1 .688 .683 .009 .254 .532 . 3 3 3 3 3 3 Pearson Corr Sig. (2-tailed) N Pearson Corr Sig. (2-tailed) N Pearson Corr Sig. (2-tailed) N Pearson Corr Sig. (2-tailed) N Pearson Corr Sig. (2-tailed) N Pearson Corr Sig. (2-tailed) N kota desa NTIK JIK JIP NTIP kota desa NTIK JIK JIP NTIP Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**. Dari hasil olah data diatas disimpulkan bahwa terima H0 (a,b,c,d,e,f,g) karena probabilitasnya di atas 0.05. hipotesis H0 (h,i) disimpulkan tolak H0 karena probabilitasnya lebih kecil sama dengan 0.05. Hal ini berarti terdapat hubungan antara jumlah kemiskinan di kota terhadap jumlah kemiskinan di desa. Secara logika dapat dipahami karena jika jumlah kemiskinan di kota naik berarti sektor perekonomian tidak berjalan dengan baik, banyak pengangguran. Sektor usaha disegala bidang juga sebagian besar berpusat di kota, sehingga jika kota mengalami kemunduran akan berdampak secara tidak langsung pada perekonomian dan tingkat kemiskinan di desa. Nilai tambah sektor komunikasi 310 ComTech Vol.2 No. 1 Juni 2011: 304-310 berhubungan dengan nilai tambah sektor penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekaman. Sedangkan untuk perkembangan sektor komunikasi dan percetakan serta nilai tambah masing-masing sektor tidak ada hubungan signifikan pada jumlah kemiskinan di kota maupun di desa. Hal ini juga dapat dipahami karena jumlah kemiskinan tidak hanya ditentukan semata-mata oleh ke dua sektor bisnis tersebut, masih banyak elemen social, ekonomi, dan politik yang mempunyai pengaruh terhadap jumlah kemiskinan di kota dan di desa. Dari hasil analisa korelasi tersebut juga didapat kesimpulan bahwa: (1) Perkembangan sektor industri komunikasi akan berpengaruh kuat kepada menurunnya jumlah kemiskinan di kota dan jumlah kemiskinan di desa; (2) Perkembangan sektor industri penerbitan, percetakan dan reproduksi media rekaman berpengaruh kuat pada meningkatnya jumlah kemiskinan di kota dan jumlah kemiskinan di desa; (3) Nilai tambah sektor komunikasi dan sektor penerbitan, percetakan dan reproduksi media rekaman tidak berpengaruh pada penurunan jumlah kemiskinan baik dikota maupun di desa; (4) Perkembangan sektor industri komunikasi berpengaruh pada penurunan sektor penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekaman. Hal ini dapat dipahami karena dengan meningkatkan penggunaan teknologi, gaya hidup dan persaingan bisnis menjadi berubah. Perubahan ini tentunya berdampak pada sektor bisnis yang masih konvensional (non paperless). Penerbitan yang dulu menggunakan kertas dapat dijadikan digital seperti e-book, website, blog, dan sebagainya. Penerbitan dengan cara digital akan menurunkan daya jual dari sektor penerbitan biasa, sehingga jumlah industri yang akan menggelutinya juga akan menurun. PENUTUP Dari hasil uji hipotesis dapat simpulkan bahwa: (1) Perkembangan teknologi informasi dan perkembangan layanan telekomunikasi tidak berkorelasi secara signifikan dengan jumlah kemiskinan Indonesia baik di kota maupun di desa; (2) Naiknya nilai tambah sektor komunikasi (radio, televisi, peralatan komunikasi serta perlengkapannya) dan layanan telekomunikasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap naiknya nilai tambah sektor penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekaman; (3) Pertambahan/penurunan jumlah kemiskinan di kota berpengaruh pada pertambahan/ penurunan jumlah kemiskinan di desa secara searah; (4) Perkembangan teknologi informasi dan layanan komunikasi membuka peluang untuk industri di kelas usaha kecil dan menengah di berbagai bidang. Hal ini mampu membuka peluang untuk peningkatan pendapatan dan penurunan kemiskinan serta pemerataan kesejahteraan yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik RI. (2009). Jumlah Perusahaan Menurut SubSektor 2001-2009. Diakses dari http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=09¬ab=2. Badan Pusat Statistik RI. (2009). Nilai Tambah Menurut Subsektor, 2001-2009 (Milyar rupiah). Diakses dari http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=09¬ab=3.