vol 38 no 3 2005 103 Identifikasi epitop dari Streptococcus mutans terhadap sekretori Imunoglobulin A saliva (The identification of Streptococcus mutans epitopes to secretory Immunoglobulin A saliva) Anita Yuliati Bagian Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya - Indonesia ABSTRACT S. mutans is one of the etiology agent of dental caries, these bacteria have a surface protein of about 185 kDa named Ag I/II. The secretory of sIgA saliva to Ag I/II of S.mutans has shown to be able to prevent colonization in human oral cavity. Peptides derived from the 824 to 853 residues of the P region of antigen I/II S. mutans related to the pathogenesis of dental caries. The aim of this study was to identify the overlapping sequence of amino acids (epitope) derived from the 624 to 853 residues of P of antigen I/II S. mutans to sIgA saliva on caries and caries-free subject in a observational cross sectional study. The P region of antigen I/II S.mutans was cut into 22 peptides of 9 mer sequences with an overlapping of 8 mer and an offset of 1 mer, synthesized on polyethylene pins and tested for the reactivity with an ELISA indirect method to sIgA saliva on caries and caries-free subject. The results of this study showed that amino acid sequences with TPPVKP (832–837) and TAPTKPTY (838–845) were reactive to sIgA saliva on caries and caries-free subject. The conclusion of this study was that the overlapping common sequence of amino acid (epitopes) corresponding to TPPVKP (832–837) and TAPTKPTY (838–845) was identified as caries marker epitopes in human. Key words: sIgA saliva, caries and caries-free subject, caries marker epitopes, antigen I/II S.mutans Korespondensi (correspondence): Anita Yuliati, Bagian Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Jln. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo No. 47 Surabaya 60132, Indonesia. PENDAHULUAN Karies gigi pada manusia merupakan penyakit infeksi menyerang jaringan keras rongga mulut yaitu gigi, yang melibatkan bakteri. Streptococcus mutans (S. mutans) adalah agen etiologi sebagai penyebab utama. Secara umum bakteri S. mutans dan Sterptoccocus sobrinus (S. sobrinus) sering diisolasi dari rongga mulut manusia.1 S. mutans telah disepakati sebagai agen utama etiologi karies gigi pada manusia dan binatang coba, karena bakteri ini ditemukan pada populasi yang mempunyai prevalensi karies tinggi, rendah dan paling rendah.2 Di antara serotipe S. mutans yang ada, serotipe c predominan ditemukan pada plak dan saliva. Bakteri ini secara struktural dan antigenetikal mengekpresikan protein permukaan yang disebut antigen I/II, B, Sr dan PAc yang mempunyai berat molekul 185 kDa. Antigen ini oleh para peneliti ditetapkan berperan dalam patogenesis karies gigi, dan efektif sebagai vaksin dalam pencegahan karies gigi.3,4 Antigen I/II S. mutans ini mempunyai sifat adesif, pada saat bakteri tersebut melekat pada komponen inangnya selama berkolonisasi dan infeksi sehingga menjadi fokus sejumlah peneliti.1 Antigen protein permukaan ini berpengaruh dalam perlekatan S. mutans dengan acquired pellicles pada permukaan gigi.5 Antibodi dalam sistem imun lokal maupun sistemik terhadap S. mutans ikut berperan dalam proteksi terhadap karies gigi. Sistem imun saliva lokal diperankan oleh sekretori IgA (sIgA). Sekretori IgA (sIgA) saliva dapat berikatan secara spesifik dengan adesin atau epitop dari bagian antigen I/II S. mutans, sehingga adesin ini tidak dapat berikatan lagi dengan pelikel saliva dan S. mutans tidak akan berkolonisasi pada permukaan gigi.4 Urutan lengkap nukleotida dari gen protein antigen I/ II S. mutans serotipe c telah berhasil ditentukan. Gen ini terdiri dari 4,695 bp, mengkode protein dengan berat molekul 170.773 Da. Sekuen nukleotida gen S. mutans berperan dalam identifikasi terpenting bagian fungsional dan antigenisitas epitop molekul antigen I/II. 6,7 Karakteristik molekul gen dari antigen I/II S. mutans serotipe c yang terlibat dalam karies gigi berada pada residu asam amino 824–853. Residu asam amino tersebut masih mengandung banyak epitop yang antigenik.8 Dalam urutan asam amino yang begitu panjang ada satu atau dua (sikuen) epitop dengan sikuen asam amino tertentu yang paling dominan dalam proses karies gigi. Metode mutakhir yang digunakan untuk meng- identifikasi suatu epitop dari protein yang telah diketahui urutan asam amino secara linier, adalah epitope scanning. Metode ini telah banyak digunakan oleh peneliti di 104 Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 3 Juli–September 2005: 103–107 mancanegara. Metode epitope scanning ini membutuhkan pengetahuan tentang sikuen protein untuk mensintesis sejumlah peptida kecil, yang pada umumnya tumpang- tindih dalam sikuen asam amino (overlapping common sequence). Peptida kecil ini kemudian diuji dengan sistem asai sehingga epitop yang spesifik dapat ditentukan.9 Oleh karena urutan asam amino pada regio P (824–853) antigen I/II S. mutans telah diketahui, maka residu urutan asam amino tersebut dapat dibuat secara sintetik dan dapat mengidentifikasi epitop dari antigen tersebut terhadap respons imun saliva lokal sIgA dengan metode epitope scanning. Permasalahan penelitian ini adalah terletak pada urutan residu asam amino atau overlapping common sequence asam amino (epitop) manakah dari regio P (824–853) antigen I/II S. mutans yang reaktif terhadap sIgA saliva pada subyek karies dan bebas karies. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi urutan residu asam amino atau overlapping common sequence asam amino (epitop) yang reaktif terhadap sIgA saliva pada subyek karies dan bebas karies. Manfaat penelitian ini adalah dengan teridentifikasinya epitop terhadap sIgA saliva dapat digunakan sebagai petanda (marker) untuk sarana diagnostik karies gigi. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini adalah observasional. Penelitian dilakukan di Laboratorium Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya dan Laboratorium A. 470 Institute of Postgraduate Studies and Reseacrh (IPSP) University Malaya Kuala Lumpur. Bahan yang digunakan untuk penelitian dibuat terlebih dahulu dalam bentuk kit dengan cara, residu asam amino pada regio P (824–853) antigen I/II S. mutans, dimasukkan dalam komputer dengan software antibody epitope scanning kit dengan program GNET, dipotong menjadi 9 mer dengan tumpang-tindih 8 dan offset 1. Hasil dari pemotongan residu asam amino dibuat secara sintetik dalam bentuk potongan peptida. Kemudian potongan peptida tersebut dikonjugasikan pada permukaan pin yang terbuat dari polyethylene. Prosedur tersebut merupakan metode pembuatan epitope scanning kit yang dikerjakan oleh Chiron Technologies Australia. Sodium dodecyl sulphate (Merck), 2-mercaptoetethanol (Merck), methanol (BDH), fosfat bufer salin, konjugat anti human IgA berlabel HRP, ABTS (Sigma, A-1888), hidrogen peroksidase (Merck). Alat yang digunakan dalam penelitian, sonication bath, waterbath, shaker, lempeng micro-ELISA dengan dasar datar (Maxisorp, NUC), mikro pipet, micro-ELISA reader (Dynex Technologies). Sampel penelitian subyek karies dan bebas karies diambil dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga dengan kriteria penerimaan subyek karies adalah umur 17–25 tahun, lahir di Surabaya, DMFS subyek karies 8–12, keadaan umum sehat, detro-malay, etnik Jawa, pola makan sama, kesehatan rongga mulut baik. Kriteria penerimaan subyek bebas karies sama dengan subyek karies, hanya DMFS subyek karies 0 atau 1.10 Kriteria penolakan subyek karies dan bebas karies adalah; subyek penelitian sedang menjalani pengobatan dengan kortikosteroid atau imunosupresif yang lain dalam satu bulan terakhir, malnutri berat, penyakit sistemik yang dapat mengganggu sistem imunologis humoral dan mukosal, kesehatan rongga mulut jelek. Jumlah sampel untuk subyek karies dan bebas karies masing-masing 15 orang. Pengambilan sampel saliva pada subyek karies dan bebas karies dilakukan dengan cara, subyek diinstruksikan untuk menggosok gigi dan makan pagi, selanjutnya tidak boleh makan dan minum selama 2 jam. Subyek disuruh meludah pada wadah yang steril sebanyak 5 ml. pelaksanaan pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari antara jam 9.00–10.00. Saliva yang diperoleh disentrifus dengan kecepatan 12.000 γ selama 10 menit pada suhu 4° C. Supernatan diambil, dan dibagi dalam beberapa aliquot dan disimpan dalam –20° C sampai dilakukan pengujian. Pungujian sampel dari subyek bebas karies dan karies dilakukan sebagai berikut, kit yang telah dipesan dimasukkan dalam larutan pre-coat buffer sebanyak 30 ml dalam kotak kecil dan digoyang di atas shaker selama 30 menit. Pin dicuci sebanyak 3 kali dengan 0,01M PBS. Kemudian ke dalam larutan pre-coat buffer tersebut dimasukkan sampel saliva dengan pengenceran 1:10, digoyangkan di atas shaker selama 30 menit. Pin dicuci kembali sebanyak 3 kali dengan 0,01M PBS. Tahap berikutnya, dimasukkan konjugat goat anti-human IgA dalam dengan pengenceran 1 : 3.000 dalam 30 ml pelarut konjugat, dan diinkubasi di atas shaker selama 30 menit. Pin dicuci kembali seperti cara di atas. Pada sumuran lempeng micro ELISA dimasukkan 100 μl larutan substrat yang telah ditambahkan H2O2 30%, kemudian pin dimasukkan dalam sumuran dan diinkubasi di atas shaker selama 20 menit sampai terjadi perubahan warna hijau. Bila sudah terjadi perubahan warna pin diambil, adanya perubahan warna dibaca dengan micro ELISA reader pada λ 405 nm. Peptida yang reaktif dengan sampel sIgA subyek bebas karies dan karies dinyatakan dengan absorben. Nilai absorben menandakan kereaktifan peptida yang diuji terhadap sIgA. Pin yang telah digunakan untuk pengujian tidak boleh langsung digunakan lagi, apabila akan digunakan lagi untuk pengujian berikutnya maka harus dilakukan pembersihan atau distruption dan sonication (pencucian) terlebih dahulu. Penentuan interpretasi hasil ELISA menggunakan cara plot algorithm, yaitu rerata dari setengah absorben terendah ditambah tiga kali standar deviasi.11 Nilai tersebut sebagai ambang atas nilai rujukan (cut-off value). Nilai absorben di atas nilai rujukan dinyatakan signifikan.12,13 105Yuliati: Identifikasi epitop dari Streptococcus mutans HASIL Hasil pemotongan residu asam amino (824–853) antigen I/II S. mutans dengan program komputer GNET diperoleh dua puluh dua peptida dengan sikuen asam amino yang saling tumpang-tindih, seperti yang terlihat pada tabel 1. Selanjutnya, ke dua puluh dua peptida tersebut yang telah dikonjugasikan pada permukaan pin diuji reaktivitasnya terhadap sIgA saliva subyek karies dan bebas karies. Hasil reaktivitas setiap peptida ditentukan nilai rujukannya. Peptida yang mempunyai rerata dari setengah absorben terendah ditambah tiga kali standar deviasi dinyatakan di atas nilai rujukan. Hasil nilai rujukan dari setiap sampel subyek karies dan bebas karies terhadap kedua puluh dua peptida yang diuji dapat dilihat pada tabel 2. Penentuan epitop dilakukan dengan cara, urutan asam amino setiap peptida dijabarkan dan dikelompokkan dengan nomer peptida yang berdekatan. Pengelompokkan berdasarkan pada setiap overlapping common sequence asam amino (epitop) minimal 6 mer dengan rentangan paling banyak offset 4. Penentuan cara epitop ini mengacu pada peneliti sebelumnya.14 Presentase atau frekuensi dari setiap kelompok sampel yang diuji dilakukan uji statistik uji Z dengan α = 0,05 dan Z tabel = 1,96. Diperoleh perbedaan yang bermakna antara sIgA saliva subyek bebas karies dan karies terhadap epitop urutan asam amino TPPVKPT (832–837) dan TAPTKPTY (838–845). PEMBAHASAN Walaupun diketahui bahwa suatu molekul besar merupakan imunogen, tetapi hanya bagian tertentu dari molekul saja yang terlibat dalam ikatan dengan antibodi yang ditimbulkan. Bagian tersebut selain menentukan spesifitas reaksi antigen-antibodi juga sebagai penentu timbulnya respons imun. Bagian ini dapat diikat dengan Tabel 1. Dua puluh dua urutan asam amino antigen I/II S. mutans regio P (824–853) setelah dipotong dengan program komputer GNET No. Nomer peptida Urutan asam amino No. Nomer peptida Urutan asam amino 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Peptida 1 Peptida 2 Peptida 3 Peptida 4 Peptida 5 Peptida 6 Peptida 7 Peptida 8 Peptida 9 Peptida 10 Peptide 11 PKVTKEKPT (824−832) KVTKEKPTP (825−833) VTKEKPTPP (826−834) TKEKPTPPV (827−835) KEKPTPPVK (828−836) EKPTPPVKP (829−837) KPTPPVKPT (830−838) PTPPVKPTA (831−839) TPPVKPTAP (832−840) PPVKPTAPT (833−841) PVKPTAPTK (834−842) 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22 Peptida 12 Peptida 13 Peptida 14 Peptida 15 Peptida 16 Peptida 17 Peptida 18 Peptida 19 Peptida 20 Peptida 21 Peptide 22 VKPTAPTKP (835−843) KPTAPTKPT (836−844) PTAPTKPTY (837−845) TAPTKPTYE (838−846) APTKPTYET (839−847) PTAPTKPTE (840−848) TAPTKPTEK (841−849) APTKPTEKP (842−850) PTKPTEKPL (843−851) TKPTEKPLK (844−852) KPTEKPLKP (845−853) Tabel 2. Reaktivitas ke dua puluh dua peptida yang memberikan absorben di atas cut-off value terhadap sIgA saliva subyek karies dan bebas karies Subyek bebas karies Subyek karies No. sampel Cut-off value Nomer peptida di atas cut-off value No. sampel Cut-off value Nomer peptida di atas cut-off value 1. 0,093 8,10 1. 0,129 - 2. 0,192 20 2. 0,115 3,7,14,15 3. 0,182 2,3 3. 0,120 3,10,14 4. 0,067 2,7,10 4. 0,109 3,6,7,8,9,14,15 5. 0,20 2,9,15,21 5. 0,111 3,7,14,15 6. 0,185 3 6. 0,118 7,10,13,14 7. 0,073 6,7,8,9,14 7. 0,114 3,8,9,15 8. 0,063 14 8. 0,117 7,9,20,21 9. 0,183 20 9. 0,091 2,5,7,9,10,11,13,15 10. 0,224 9,21 10. 0,129 7,9,14,20,21 11. 0,087 7,9,11,12,13,20,21 11. 0,154 14,20,21,22 12. 0,187 20 12. 0,195 7,9,10,20,21,22 13. 0,090 7,9,12,13,14,20 13. 0,10 7,9,10,11,12,14 14. 0,063 3,6.7,8,9,10 14. 0,204 7,9,20,21,22 15. 0,062 10,14 15. 0,160 14,20,21,22 106 Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 3 Juli–September 2005: 103–107 spesifik oleh reseptor pada limfosit. Bagian dari molekul yang terdapat pada permukaan ini disebut determinan antigenik atau epitop.15,16 Epitop merupakan bagian dari molekul yang secara spesifik dikenali oleh paratop atau binding sites dari molekul antibodi. Pada antigen protein, epitop ditentukan oleh beberapa residu asam amino yang akan dikenali oleh antibodi yang disebut kontak residu. Kontak residu harus terbuka dan bebas tanpa ditutupi oleh rangkaian asam amino lainnya atau lipatan asam amino.17 Pada penelitian ini, prasyarat tersebut telah terpenuhi karena menggunakan protein yang telah diketahui struktur primernya untuk menentukan suatu epitop. Konsep lain yang ditetapkan oleh beberapa peneliti menyebutkan bahwa suatu epitop membutuhkan dua sifat yaitu reaktivitas dan imunogenesitas. 18 Hasil keseluruhan dari penelitian ini, seperti yang ditampilkan pada tabel 3 menunjukkan bahwa ada epitop yang hanya reaktif terhadap antibodi dalam saliva subyek karies, dan saliva subyek bebas karies, tetapi frekuensi antibodi antara kedua kelompok tersebut berbeda. Pada perhitungan uji statistik proporsional didapatkan perbedaan yang bermakna dengan Z hitung > Z tabel. Dengan demikian, ada 2 epitop yaitu: overlapping common sequence asam amino (epitop) TPPVKPT (832–837) yang reaktif terhadap antibodi yang terdapat pada 78,6% saliva subyek karies dan hanya 40% saliva subyek bebas karies. Overlapping common sequence asam amino (epitop) TAPTKPTY (838–845) yang reaktif terhadap antibodi yang terdapat pada 71,4% saliva subyek karies dan hanya 26,6% saliva subyek bebas karies. Kedua epitop tersebut disebut epitop marka karies. Istilah epitop marka karies tidak pernah ditemukan dalam literatur. Peneliti sendiri yang memperkenalkan istilah epitop marka karies dengan alasan, epitop ini hanya reaktif terhadap antibodi dalam hal ini sIgA saliva yang terdapat pada sebagian besar sampel subyek karies dan sebagain kecil pada subyek bebas karies. Kemungkinan keadaan tersebut disebabkan oleh karena, antibodi dalam saliva subyek bebas karies maupun subyek karies mempuyai kadar sIgA yang sama tinggi, sehingga kedua kelompok tersebut derajat kereaktivannya sama terhadap 22 peptida yang diuji. Hal ini tidak sesuai dengan suatu hipotesis yang menyatakan bahwa respons antibodi saliva meningkat terhadap bakteri kariogenik pada individu yang resisten karies, dan observasi ini tidak menambah atau membedakan secara kualitatif dari antibodi spesifik dalam subyek yang resisten karies dibandingkan dengan subyek yang peka karies. Lebih lanjut dikatakan bahwa, korelasi antara karies positif dan level antibodi sIgA terhadap S. mutans masih menjadi perdebatan yang besar.19 Antibodi dalam saliva pada subyek bebas karies masih mampu mengikat epitop dari antigen I/II S. mutans, khususnya pada regio asam amino 824–853, sehingga S. mutans masih tetap berakumulasi pada permukaan gigi. Perlu diperhatikan, saliva yang digunakan dalam penelitian ini adalah total saliva, yang dapat berasal dari saliva dan cairan ginggiva, meskipun dikatakan konsentrasi IgA tertinggi di saliva. Konjugat yang digunakan dalam penelitian ini adalah anti human IgA bukan anti human sIgA, karena tidak ada perusahan yang memproduksi konjugat anti human sIgA yang berlebel enzim. Keterangan perusahaan mengatakan kesukaran dalam pemurnian sIgA dan bila ada konjugat dalam bentuk sIgA mudah terjadi kerusakan karena sifatnya yang tidak stabil selama penyimpanan. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan sIgA bukan IgA saliva, karena IgA total dalam saliva 90–95% berbentuk sIgA,20 atau mokelul yang diproduksi dalam kelenjar ludah 98% berbentuk sIgA.21 Penggunaan saliva secara keseluruhan pada penelitian ini lebih mencerminkan keadaan rongga mulut sebenarnya. Tampaknya kedua epitop marka karies TPPVKPT dan TAPTKPTY tersebut dapat membentuk ikatan terhadap antibodi spesifik yang tidak protektif. Epitop tersebut dapat berinteraksi dengan salah satu reseptor saliva yang berada dalam rongga mulut terutama pada permukaan gigi. Dengan demikian S. mutans akan tetap adherence dan berkolonisasi di permukaan gigi. Adanya bakteri yang adherence pada permukaan gigi terutama pada permukaan halus dan fisura gigi atau bagian gigi lainnya merupakan proses awal karies gigi. Residu asam amino 832–845 dari antigen I/II S. mutans merupakan daerah fungsional untuk perlekatan dengan salah satu komponen IgA sekretori. Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh peneliti sebelumnya, residu asam amino 39–864 dari molekul PAc berperan penting dalam perlekatan protein terhadap komponen saliva. Lebih lanjut dikatakan pemotongan yang pendek pada molekul PAc yaitu fragmen PAc-5, pada residu asam amino 828–1000 (regio P) dari S. mutans yang diuji dengan sandwich ELISA memperlihatkan bahwa fragmen tersebut melekat pada komponen saliva oleh karena pada regio tersebut juga mempunyai daerah fungsional untuk perlekatan saliva.22 Bila dilihat dari segi susunan atau urutan residu asam aminonya, kedua epitop yang terdeteksi merupakan epitop continous epitope dengan rentangan pendek kurang dari 10 residu asam amino dari sikuen yang sesuai dengan fragmen peptida dari protein yang secara antigenik berhubungan dengan protein induknya. Continous epitope mungkin hanya merupakan salah satu bagian dari suatu epitop discontinous yang lebih luas.23,24 Bila tidak ada penjelasan yang lebih lanjut, istilah epitop biasanya dipakai untuk epitop sel B, bagian antigen yang dikenal oleh reseptor sel B dan antibodi. Tak ada suatu tolok ukur kimia fisik yang unik sebagai sifat yang khas dari epitop sel B. Suatu sifat yang penting dari epitop adalah asesibilitas yang diperlukan untuk dikenali oleh reseptor sel B dan oleh antibodi, adalah hal yang amat penting bagi para peneliti untuk menentukan sikuen yang spesifik pada protein (epitop) yang dikenali oleh antibodi atau oleh sel T. 24 Epitop marka karies yang terdeteksi pada penelitian ini terdiri dari enam dan tujuh mer urutan asam amino. Hasil ini sesuai dengan pernyataan peneliti sebelumnya, oktamer adalah panjang minimal yang dibutuhkan untuk 107Yuliati: Identifikasi epitop dari Streptococcus mutans mendeteksi seluruh epitop antibodi sel B linier.25 Epitop marka karies hanya mempunyai arti sebagai marka adanya karies gigi dan tidak mempunyai arti dalam mencegahan karies, sebab antibodi terhadap epitop ini tidak protektif. Epitop ini mungkin hanya mempunyai nilai sebagai salah satu sarana diagnostik dari karies, atau sebagai landasan untuk pembuatan kit uji serologis guna mendeteksi adanya karies gigi pada stadium dini. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah overlapping common sequence asam amino (epitop) TPPVKPT (832–837) dan TAPTKPTY (838–845) dari antigen I/II S. mutans merupakan epitop marka karies terhadap sIgA saliva. DAFTAR PUSTAKA 1. Chia JS, You CM, Hu CY, Chiang BL, Chen JY. Human T-cell responses to the glucosyltransferases of streptococcus mutans. Clin Diagn Lab Immunol 2001; 8(2):441–5. 2. Ethesis. Review of literature. General bacteriological aspects of mutans streptococci. 2004. Available:http//ethesis.helsinki.fi/ julkaisut/laa/hamma/vk/gronross/ch2.htm. Accessed March 28, 2004. 3. Brady LJ, van Tilburg MLJA, Alford CE, Mc Arthur WP. Monoclonal antibody-mediated modulation of humoral immune response againt mucosally applied streptococcus mutans. Infec Immun 2000; 68:1796–05. 4. Lehner T, Russell MW, Caldwell J. Immunisation with a purifed protein from Streptococcus mutans against dental caries in rhesus monkeys. Lancet 1980; 10:995–6. 5. Peterson FC, Assey S, van der Mei HC, Busscher HJ, Scheice AA. Funtional variation of the antigen I/II surface protein in streptococcus mutans and streptococcus intermedius. Infect Immun 2002; 70(1):249–56. 6. Kelly C, Evans P, Bergmeier L, Lee SF, Proguiske-Fox A, Harris AC, Aitken A, Bleiweis AS, Lehner T. Sequence analysis of the cloned streptococcal cell surface antigen I/II. FEBS LETTER 1989; 127–32. 7. van Dolleweerd CJ, Chargelegue D, Ma JKC. Characterization of the conformational epitope of Guy’13, a monoclonal antibody that prevents streptococcus mutans colonization in humans. Infect Immun 2003; 71(2):754–65. 8. Okahashi N, Sasakawa C, Yoshikawa M, Hamada T, Koga T. Mocelucar characterization of a surface protein antigen gene from serotype c streptococcus mutans, implicated in dental caries. Mol Microbiol 1989; 3:673–8. 9. Worthington J, Morgan K. Epitope mapping using synthetic peptides. Peptide Antigen. A pratical approach. Oxford, New York, Tokyo: Oxford University Press; 1994. p. 181–217. 10. Perrone M, Gfell LE, Fontana M, Gregory RL. Antigenic characterization of fimbria preparations from Streptococcus mutans isolates from caries-free and caries-susceptible subjects. Clin Diagn Lab Immunol 1997; 4:291–6. 11. Stren PS. Predicting antigenic sites on proteins.TIBTECH 1991; 9:163–9. 12. Lachumanan R, Devi S, Cheong YM, Rodda SJ, Pang T. Epitope mapping of the Sta58 major outer membrane protein of Rickettsia tsutsugamushi. Infect Immun 1993; 61:4527–31. 13. Panchanathan V, Naidu BR, Devi S, DiPasquale A, Mason T, Pang T. Immunogenic epitopes of Salmonella typhi GroEL heat schock protein reactive with both monoclonal antibody and patient sera. Immunology Letter 1998; 62:105–9. 14. Tam JP. Immunization with peptide-carrier complexes: traditional and multiple-antigen peptide systems. Peptide antigen. A practical approach. Oxford, New York: Wisdom GB IRL PREESS; 1994. p. 84–115. 15. Goer J. Immunochemical techniques laboratory manual. San Diego, New York, Boston, London, Sydney, Tokyo, Toronto: Academic Press. Harcourt Brace Jovanovich, Publisher; 1993. p. 126–33. 16. Baratawidjaya KG. Imunologi dasar. Edisi ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonsesia; 2000. p. 22–32. 17. Sosroseno W. Pedoman kuliah. Dasar-dasar imunologi untuk kedokteran gigi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada; 1993. h. 3–5. 18. Van Regenmortel MHV. The concept and operational definition of protein epitopes. Phil Trans R Scot Lond 1989; 323:451–66. 19. Hocini H, Iscaki S, Bouvet JP, Pillot J. Unexpectedly high level of some presumably protective secretory immunoglobulin A antibodies to dental plaque bacteria in salivas of both caries-resistent and caries- susceptible subjects. Infect Immun 1993; 61:3597–604. 20. Challacombe SJ, Shirlaw PJ. Immunology of diseases of the oral cavity. Handbook of mucosal immunology. San Diego, New York, Boston, London, Sydney, Tokyo, Toronto: Academic Press Inc; 1994. p. 607–24. 21. Amerongen AN. Ludah dan kelenjar ludah arti bagi kesehatan gigi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 1992; h. 43–124. 22. Nakai M, Okahashi N, Ohta H, Koga T. Saliva-binding region of streptococcus mutans surface protein antigen. Infect Immun 1993; 61:4344–9. 23. Lane DP, Stephen CW. Epitope mapping using bacteriophage peptide libaries. Current Opinion in Immunology 1993; 5:268–71. 24. Pellequer Jl, Westhof E,van Regenmortel HV. Epitope predictions from the primary structure of proteins. Peptide antigen. A pratical Approach. Oxford New York Tokyo: Wisdom GBIRL PRESS Oxford University Press; 1994. p. 7–25. 25. Tribbick G. Antibody epitope mapping with multipinTM peptides. Immunology method manual. Clayton, Victoria, Australia: Chiron Mimotopes Pty Ltd; 1997. p. 818–25. Tabel 3. Frekuensi, persentasi dan nilai Z dari epitop yang ditemukan dengan sIgA saliva terhadap subyek bebas karies dan karies Saliva subyek penelitian Bebas karies Karies EPITOP Fre % n Fre % n Kemaknaan VTKEKPTP 5 33,3 15 6 42,8 15 Zhit = 0,53 < 1,98 TPPVKPT 6 40 15 11 78,6 15 Zhit = 2,11 > 1,98 * PVKPTAP 10 66,6 15 8 57,1 15 Zhit = 1,41 < 1,98 TAPTKPTY 4 26,6 15 10 78,4 15 Zhit = 2,41 > 1,98 * TYETEKPL 7 46,6 15 6 42,8 15 Zhit = 0,21 < 1,98 Keterangan: Fre = Frekwensi; n = Jumlah sampel tiap kelompok; * = Berbeda bermakna << /ASCII85EncodePages false /AllowTransparency false /AutoPositionEPSFiles true /AutoRotatePages /All /Binding /Left /CalGrayProfile (Dot Gain 20%) /CalRGBProfile (sRGB IEC61966-2.1) /CalCMYKProfile (U.S. Web Coated \050SWOP\051 v2) /sRGBProfile (sRGB IEC61966-2.1) /CannotEmbedFontPolicy /Warning /CompatibilityLevel 1.4 /CompressObjects /Tags /CompressPages true /ConvertImagesToIndexed true /PassThroughJPEGImages true /CreateJDFFile false /CreateJobTicket false /DefaultRenderingIntent /Default /DetectBlends true /DetectCurves 0.0000 /ColorConversionStrategy /LeaveColorUnchanged /DoThumbnails false /EmbedAllFonts true /EmbedOpenType false /ParseICCProfilesInComments true /EmbedJobOptions true /DSCReportingLevel 0 /EmitDSCWarnings false /EndPage -1 /ImageMemory 1048576 /LockDistillerParams false /MaxSubsetPct 100 /Optimize true /OPM 1 /ParseDSCComments true /ParseDSCCommentsForDocInfo true /PreserveCopyPage true /PreserveDICMYKValues true /PreserveEPSInfo true /PreserveFlatness true /PreserveHalftoneInfo false /PreserveOPIComments false /PreserveOverprintSettings true /StartPage 1 /SubsetFonts true /TransferFunctionInfo /Apply /UCRandBGInfo /Preserve /UsePrologue false /ColorSettingsFile () /AlwaysEmbed [ true ] /NeverEmbed [ true ] /AntiAliasColorImages false /CropColorImages true /ColorImageMinResolution 300 /ColorImageMinResolutionPolicy /OK /DownsampleColorImages true /ColorImageDownsampleType /Bicubic /ColorImageResolution 300 /ColorImageDepth -1 /ColorImageMinDownsampleDepth 1 /ColorImageDownsampleThreshold 1.50000 /EncodeColorImages true /ColorImageFilter /DCTEncode /AutoFilterColorImages true /ColorImageAutoFilterStrategy /JPEG /ColorACSImageDict << /QFactor 0.15 /HSamples [1 1 1 1] /VSamples [1 1 1 1] >> /ColorImageDict << /QFactor 0.15 /HSamples [1 1 1 1] /VSamples [1 1 1 1] >> /JPEG2000ColorACSImageDict << /TileWidth 256 /TileHeight 256 /Quality 30 >> /JPEG2000ColorImageDict << /TileWidth 256 /TileHeight 256 /Quality 30 >> /AntiAliasGrayImages false /CropGrayImages true /GrayImageMinResolution 300 /GrayImageMinResolutionPolicy /OK /DownsampleGrayImages true /GrayImageDownsampleType /Bicubic /GrayImageResolution 300 /GrayImageDepth -1 /GrayImageMinDownsampleDepth 2 /GrayImageDownsampleThreshold 1.50000 /EncodeGrayImages true /GrayImageFilter /DCTEncode /AutoFilterGrayImages true /GrayImageAutoFilterStrategy /JPEG /GrayACSImageDict << /QFactor 0.15 /HSamples [1 1 1 1] /VSamples [1 1 1 1] >> /GrayImageDict << /QFactor 0.15 /HSamples [1 1 1 1] /VSamples [1 1 1 1] >> /JPEG2000GrayACSImageDict << /TileWidth 256 /TileHeight 256 /Quality 30 >> /JPEG2000GrayImageDict << /TileWidth 256 /TileHeight 256 /Quality 30 >> /AntiAliasMonoImages false /CropMonoImages true /MonoImageMinResolution 1200 /MonoImageMinResolutionPolicy /OK /DownsampleMonoImages true /MonoImageDownsampleType /Bicubic /MonoImageResolution 1200 /MonoImageDepth -1 /MonoImageDownsampleThreshold 1.50000 /EncodeMonoImages true /MonoImageFilter /CCITTFaxEncode /MonoImageDict << /K -1 >> /AllowPSXObjects false /CheckCompliance [ /None ] /PDFX1aCheck false /PDFX3Check false /PDFXCompliantPDFOnly false /PDFXNoTrimBoxError true /PDFXTrimBoxToMediaBoxOffset [ 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 ] /PDFXSetBleedBoxToMediaBox true /PDFXBleedBoxToTrimBoxOffset [ 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 ] /PDFXOutputIntentProfile () /PDFXOutputConditionIdentifier () /PDFXOutputCondition () /PDFXRegistryName () /PDFXTrapped /False /Description << /CHS /CHT /DAN /DEU /ESP /FRA /ITA /JPN /KOR /NLD (Gebruik deze instellingen om Adobe PDF-documenten te maken voor kwaliteitsafdrukken op desktopprinters en proofers. De gemaakte PDF-documenten kunnen worden geopend met Acrobat en Adobe Reader 5.0 en hoger.) /NOR /PTB /SUO /SVE /ENU (Use these settings to create Adobe PDF documents for quality printing on desktop printers and proofers. Created PDF documents can be opened with Acrobat and Adobe Reader 5.0 and later.) >> /Namespace [ (Adobe) (Common) (1.0) ] /OtherNamespaces [ << /AsReaderSpreads false /CropImagesToFrames true /ErrorControl /WarnAndContinue /FlattenerIgnoreSpreadOverrides false /IncludeGuidesGrids false /IncludeNonPrinting false /IncludeSlug false /Namespace [ (Adobe) (InDesign) (4.0) ] /OmitPlacedBitmaps false /OmitPlacedEPS false /OmitPlacedPDF false /SimulateOverprint /Legacy >> << /AddBleedMarks false /AddColorBars false /AddCropMarks false /AddPageInfo false /AddRegMarks false /ConvertColors /NoConversion /DestinationProfileName () /DestinationProfileSelector /NA /Downsample16BitImages true /FlattenerPreset << /PresetSelector /MediumResolution >> /FormElements false /GenerateStructure true /IncludeBookmarks false /IncludeHyperlinks false /IncludeInteractive false /IncludeLayers false /IncludeProfiles true /MultimediaHandling /UseObjectSettings /Namespace [ (Adobe) (CreativeSuite) (2.0) ] /PDFXOutputIntentProfileSelector /NA /PreserveEditing true /UntaggedCMYKHandling /LeaveUntagged /UntaggedRGBHandling /LeaveUntagged /UseDocumentBleed false >> ] >> setdistillerparams << /HWResolution [2400 2400] /PageSize [612.000 792.000] >> setpagedevice