vol 38 no 3 2005 146 Kekerasan permukaan semen ionomer kaca konvensional tipe II akibat lama penyimpanan (The surface hardness of type II conventional glass ionomer cement conventional because of the length of storage) Asti Meizarini* dan Irmawati** ** Bagian Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi ** Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya - Indonesia ABSTRACT Type II conventional glass-ionomer cements (GIC) are restorative materials consisting of powder and liquid mixed to produce a plastic mass that subsequently sets to a rigid solid. The early GIC was marketed without the expired date, although this material has been currently marketed with the expired date, how stable the materials are not yet clear. The purpose of this study was to evaluate the powder and the liquid GIC storage on the surface hardness of the samples. Six disc samples (5 mm in diameter and 3 mm thick) were made for each of four groups consisting of powder: aged liquid ages, aged powder: new liquid new, new powder new: new liquid new and aged powder: aged liquid ages respectively. All samples prepared followed the manufacturers’ recommendations and were allowed to set for 15 minutes then they were kept for 24 hours at room temperature before testing. Vickers microhardness was assessed for measuring the surface hardness at the top of the sample surface. The data were statistically analyzed using an ANOVA and LSD (p < 0.05). The results of this study indicated that the highest surface hardness was on the group of new powder: new liquid new = 52.040 VHN. The other groups were nearly similar, for new powder: aged liquid, aged powder: new liquid, aged powder: aged liquid they were 49.558 VHN; 49.123 VHN; 48.938 VHN respectively. Conclusion, powder and liquid of the type II conventional glass ionomer that had been stored for a long time descreased the surface hardness of the glass ionomer cements. Key words: glass ionomer cement, surface hardness, storage Korespondensi (correspondence): Asti Meizarini, Bagian Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Jln. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo No. 47 Surabaya 60132, Indonesia. PENDAHULUAN Semen ionomer kaca pertama diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971, yang merupakan gabungan dari semen silikat dan semen polikarboksilat dengan tujuan untuk mendapatkan sifat translusen, pelepasan fluor dari semen silikat dan kemampuan melekat secara kimia pada struktur gigi dari semen poli- karboksilat.1,2 Sifat utama semen ionomer kaca adalah kemampuannya untuk melekat pada enamel dan dentin tanpa ada penyusutan atau panas yang bermakna, mempunyai sifat biokompatibilitas dengan jaringan periodontal dan pulpa, ada pelepasan fluor yang beraksi sebagai anti mikroba dan kariostatik, kontraksi volume pada pengerasan sedikit, koefisien ekspansi termal sama dengan struktur gigi.3,4 Ada beberapa jenis semen ionomer kaca berdasarkan penggunaannya, tipe I untuk material perekat, tipe II untuk material restorasi dan tipe III untuk basis atau pelapis.1,5 Semen ionomer kaca tipe II secara umum mempunyai sifat lebih keras dan kuat dibandingkan tipe I, karena mempunyai rasio powder terhadap liquid lebih tinggi.6 Material ini amat berguna dalam merawat pasien gigi anak yang mempunyai risiko karies tinggi karena melepas fluor dan estetik dapat diterima,7 juga untuk restorasi kelas III dan V pada dewasa.1 Sifat semen ionomer kaca adalah cukup keras, tetapi rapuh, kekuatan tekan relatif tinggi, tetapi daya tahan terhadap fraktur dan keausan rendah, sehingga tidak digunakan untuk merestorasi gigi dengan beban besar.6 Daya tahan yang rendah terhadap keausan, dipengaruhi oleh sifat kekerasan permukaan, oleh karena itu dalam penelitian ini pengujian dilakukan terhadap kekerasan permukaan semen ionomer kaca. Semen ionomer kaca berkembang sejalan dengan waktu, dengan penambahan partikel logam pada powder untuk memperbaiki sifat mekanik, penggantian sebagian komponen agar dapat dikeraskan dengan penyinaran dan banyak lagi modifikasi yang dipakai untuk memperbaiki sifat ionomer kaca. Semen ionomer kaca yang tidak dimodifikasi disebut semen ionomer kaca konvensional.8 Kemasan semen ionomer kaca konvensional terdiri dari powder dan liquid. Powder ionomer kaca adalah kaca kalsium fluoroaluminosilikat yang larut dalam liquid asam. 147Meizarini dan Irmawati: Kekerasan permukaan semen ionomer kaca konvensional tipe II Kandungan powder ionomer kaca komersial adalah silika (SiO2), alumina (Al2O3), aluminium fluorida (AlF3), kalsium fluorida (CaF 2), natrium fluorida (NaF), aluminium fosfat (AlPO4). Material dasar ini digabung sehingga membentuk kaca yang seragam dengan cara memanaskan sampai suhu 1100–1500° C. Lantanum, sronsium, barium, atau oksida seng ditambahkan untuk mendapatkan sifat radiopak. Kemudian kaca digerus menjadi powder dengan ukuran partikel berkisar antara 15–50 μm. Perbedaan kegunaan material semen ionomer kaca, terletak pada ukuran partikelnya. Material untuk restorasi mempunyai ukuran partikel maksimum 50 μm, sedang ukuran partikel untuk material perekat atau pelapis di bawah 20 μm.2,8 Data hasil pengujian powder semen ionomer kaca tipe II menyatakan bahwa powder bersifat stabil dan tidak akan terjadi polimerisasi.9 Liquid untuk semen ionomer kaca adalah larutan dari asam poliakrilat dengan konsentrasi 40–50%. Liquid ini agak kental dan cenderung menjadi gel dengan berjalannya waktu. Pada semen ionomer kaca yang beredar saat ini, liquid asamnya berada dalam bentuk kopolimer dengan asam itakonik, maleik, atau trikarbosilik. Asam ini cenderung meningkatkan reaktivitas dari liquid, mengurangi kekentalan, dan mengurangi kecenderungan menjadi gel. Liquid juga mengandung asam tartarik. Asam ini memperbaiki karakteristik manipulasi dan meningkatkan waktu kerja, tetapi memperpendek waktu pengerasan. Kekentalan dari semen yang mengandung asam tartarik tidak mengalami perubahan dengan berjalannya waktu, tetapi perubahan kekentalan dapat terjadi bila kadaluwarsa.8 Komponen semen ionomer kaca di atas meng- indikasikan powder dan liquid dapat bertahan cukup lama, mungkin oleh karena itu pada kemasan semen ionomer kaca konvensional tipe II lama, tidak dicantumkan waktu kadaluwarsa. Dalam pemakaian, seringkali powder masih banyak, tetapi liquid sudah habis atau sudah terlalu kental karena botol tidak ditutup rapat, sehingga tidak dapat dipakai lagi dan membutuhkan liquid baru. Kemasan semen ionomer kaca yang ada di pasaran sekarang sudah dicantumkan tanggal kadaluwarsa, meskipun demikian peneliti ingin mengetahui keadaan powder dan liquid dengan cara menguji kekerasan permukaan hasil pencampuran antara semen ionomer kaca baru dan semen ionomer kaca yang telah 10 tahun disimpan. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai sifat kekerasan permukaan pada semen ionomer kaca tipe II yang telah lama disimpan, sehingga bila memerlukan powder atau liquid baru, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan apakah masih memenuhi syarat untuk digunakan sebagai material restorasi. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian eksperimental laboratoris, rancangan penelitian Post Test Only Control Group. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika, Pusat Antar Universitas, Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada bulan Oktober 2002. Material yang digunakan pada penelitian ini adalah 2 paket semen ionomer kaca Fuji II (GC, Japan). Paket pertama adalah paket lama yang telah disimpan selama 10 tahun dalam suhu kamar, powder batch no. 920221A, liquid batch no. 911212A dan tidak ada expire date. Paket kedua merupakan paket baru, powder lot 0012221 exp 2003-12, liquid lot 0003081 exp 2003-03. Kedua paket dalam keadaan tertutup rapat dan belum pernah dibuka. Alat yang digunakan adalah cetakan sampel dari teflon dengan ukuran diameter dalam 5 mm dan tebal 3 mm,10glass slab, stop watch, spatula plastik, mixing pad, celluloid strip, anak timbangan 1 kg, Digital Micro HardnessTester-Vickers (Matsuzawa MXT 70, Japan). Penelitian ini terdiri dari 4 kelompok yang mempunyai besaran sampel 6 buah: Kelompok I: menggunakan powder baru dengan liquid lama; Kelompok II: menggunakan powder lama dengan liquid baru; Kelompok III: menggunakan powder baru dengan liquid baru; Kelompok IV: menggunakan powder lama dengan liquid lama. Cara pembuatan sampel sebagai berikut: cetakan sampel terbuat dari teflon diberi alas celluloid strip diletakkan di atas glass slab. Powder dan liquid sesuai kelompok, diaduk di atas mixing pad dengan perbandingan 1 : 1 (sesuai aturan pabrik = 2,7 : 1,0 g), kemudian dimasukkan ke dalam mold cetakan sampel. Bagian atas mold diberi celluloid strip, ditekan dengan beban 1 kg sampai mengeras kurang lebih 15 menit. Setelah itu sampel dilepaskan dari cetakan, kelebihan sampel dipotong menggunakan scalpel. Sampel disimpan dalam plastik berperekat secara terpisah berdasarkan kelompoknya selama 24 jam.11 Uji kekerasan permukaan masing-masing sampel, dilakukan di permukaan atas sampel menggunakan alat micro hardness tester dengan beban 50 gram. Sampel diletakkan di bagian tengah dari landasan uji micro hardness tester, diperiksa dengan mikroskop, setelah terlihat ganti lensa mikroskop dengan diamond penetrator. Alat diaktifkan, sehingga ujung diamond penetrator turun menekan sampel dan naik kembali, meninggalkan indentasi pada permukaan sampel. Bentukan indentasi yang dihasilkan diamati melalui lensa mikroskop dengan pembesaran 400 kali, sehingga akan tampak bentukan belah ketupat. Panjang diagonal diukur dengan menempatkan 2 tanda garis yang ada pada alat micro hardness tester pada kedua ujung bentukan diagonal tersebut. Selanjutnya tombol baca ditekan, akan muncul data nilai kekerasan permukaan dalam satuan Vickers Hardness Number (VHN). Setiap sampel dilakukan pengukuran kekerasan permukaan pada 3 tempat yang berbeda dan hasilnya dirata-rata. Data yang diperoleh ditabulasi, kemudian dilakukan analisis statistik menggunakan One-way ANOVA dan dilanjutkan dengan Least Significant Difference (LSD) dengan p > 0,05. 148 Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 3 Juli–September 2005: 146–150 HASIL Nilai rerata kekerasan permukaan semen ionomer kaca konvensional tipe II, standar deviasi, probabilitas normalitas dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Rerata dan standar deviasi kekerasan permukaan semen ionomer kaca tipe II (VHN) n x SD p Kelompok I Powder baru – Liquid lama 6 49,56 1,933 0,509 Kelompok II Powder lama – Liquid baru 6 49,12 2,017 0,674 Kelompok III Powder baru – Liquid baru 6 52,04 1,984 0,648 Kelompok IV Powder lama – Liquid lama 6 48,94 1,832 0,466 Keterangan: n = Jumlah sample, x = Rerata kekerasan permukaan, SD = Standar deviasi, p = Probabilitas normalitas Kelompok yang menggunakan powder baru dan liquid baru menunjukkan nilai rerata kekerasan permukaan paling tinggi, yaitu 52,04 VHN. Kelompok yang menggunakan powder lama dan liquid lama menunjukkan rerata kekerasan permukaan paling rendah, yaitu 48,94 VHN. Hasil kekerasan permukaan pada kelompok yang menggunakan powder baru dan liquid lama 49,56 VHN dan kelompok powder lama dan liquid baru 49,12 VHN. Probabilitas normalitas pada Kolmogorov Smirnov Test menunjukkan semua kelompok mempunyai distribusi normal, karena didapatkan probabilitas normalitas lebih besar dari 0,05 (p > 0,05). Setelah diketahui semua kelompok mempunyai distribusi normal, maka untuk mengetahui adanya perbedaan kekerasan permukaan semen ionomer kaca konvensional tipe II antar kelompok secara statistik, dilakukan uji parametrik One-way ANOVA dengan taraf kemaknaan 5%. Hasil uji ANOVA, didapatkan probabilitas 0,042 (p < 0,05), maka berarti ada perbedaan yang bermakna antar kelompok yang diuji. Penentuan perbedaan kemaknaan antar kelompok, dilakukan dengan uji LSD pada α = 0,05 yang dapat dilihat pada tabel 2. Kelompok perlakuan yang bermakna adalah yang mempunyai signifikansi kurang dari 0,05 (p < 0,05). Hasilnya kelompok yang menggunakan powder baru dan liquid baru berbeda bermakna bila dibandingkan dengan kelompok yang menggunakan powder baru dan liquid lama, powder lama dan liquid baru, powder lama dan liquid lama. Tidak ada perbedaan bermakna di antara kelompok semen ionomer kaca konvensional tipe II yang menggunakan powder baru dan liquid lama, powder lama dan liquid baru, powder lama dan liquid lama. PEMBAHASAN Material semen ionomer kaca yang dipakai untuk penelitian ini adalah paket powder dan liquid semen ionomer kaca konvensional tipe II lama yang telah disimpan selama 10 tahun dan paket powder dan liquid semen ionomer kaca tipe II baru. Paket lama dijual tanpa tanggal kadaluwarsa. Paket ini masih dalam kemasan yang baik, tertutup rapat dan belum pernah dibuka. Pada saat akan dilakukan pembuatan sampel, powder dibuka tampak berwarna putih, secara kasat mata sama dengan powder yang baru dibeli, tetapi liquid telah mengalami perubahan warna, lebih kekuningan dan lebih kental. Paket semen ionomer kaca konvensional tipe II yang baru, tercantum kadaluwarsa powder Desember 2003 dan kadaluwarsa liquid Maret 2003. Pengujian dilakukan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap kekerasan permukaan hasil pencampuran powder dan liquid yang telah disimpan 10 tahun, dibandingkan dengan powder dan liquid semen ionomer kaca belum kadaluwarsa. Hasilnya didapatkan kekerasan permukaan pada kelompok yang menggunakan powder baru dan liquid baru paling tinggi (tabel 1), dan berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok lainnya (tabel 2). Hasil pengujian kelompok yang menggunakan powder baru dan liquid lama, powder lama dan liquid baru, maupun powder lama dan liquid lama, tidak menunjukkan Tabel 2. Uji LSD kekerasan permukaan semen ionomer kaca tipe II Kelompok Kelompok I Powder baru – Liquid lama Kelompok II Powder lama – Liquid baru Kelompok III Powder baru – Liquid baru Kelompok IV Powder lama – Liquid lama Kelompok I Powder baru – Liquid lama − Kelompok II Powder lama – Liquid baru TB (0,702) − Kelompok III Powder baru – Liquid baru B (0,039) Β (0,017) − Kelompok IV Powder lama – Liquid lama ΤΒ (0,587) ΤΒ (0,871) B (0,012) − Keterangan: B = Bermakna, TB = Tidak Bermakna 149Meizarini dan Irmawati: Kekerasan permukaan semen ionomer kaca konvensional tipe II perbedaan yang bermakna (tabel 2). Hasil ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa penyimpanan powder dan liquid berpengaruh terhadap kekerasan permukaan sampel. Kemungkinan disebabkan liquid yang lama disimpan mulai mengental dan berubah warna sedikit kekuningan, meskipun powder yang lama disimpan tidak ada perubahan warna maupun bentuk fisik. Penelitian sebelumnya mengenai kekuatan tekan pada material yang sama, didapatkan hasil kekuatan tekan pada kelompok yang menggunakan powder baru dengan liquid baru juga lebih tinggi, meskipun tidak bermakna terhadap kelompok lain.11 Hasil dari kedua penelitian di atas sesuai dengan pendapat yang menyebutkan semen ionomer kaca lebih tahan terhadap daya tekan, tetapi rentan terhadap keausan.2 Daya kunyah berhubungan dengan kekuatan tekan, sedang kekerasan permukaan berhubungan dengan keausan material, oleh karena itu bila ada penurunan kwalitas dari material, pengaruh pada keausan permukaan semen ionomer kaca akan lebih besar bila dibandingkan pengaruh pada kekuatan tekan. Hasil kekerasan permukaan semen ionomer kaca konvensional tipe II yang menggunakan powder lama dan liquid lama dalam penelitian ini paling rendah = 48,938 VHN, meskipun demikian kekerasan permukaan dalam penelitian ini masih lebih tinggi daripada kekerasan permukaan semen ionomer kaca modifikasi tipe II dengan aktivasi sinar (merek Fuji II LC) = 36,2 VHN,12 tetapi lebih rendah dari kekerasan permukaan semen ionomer kaca tipe II dalam kapsul (merek Fujicap II) = 74 VHN.12 Komposisi semen ionomer kaca modifikasi tipe II dengan aktivasi sinar, berbeda dengan semen ionomer kaca konvensional tipe II, karena ada tambahan resin hidroksietil metakrilat (HEMA) pada liquidnya. HEMA bersifat sangat hidrofilik, menyerap air lebih banyak, menyebabkan semen ionomer kaca ekspansi dan menurunkan daya tahan terhadap keausan.13 Pada penelitian kekerasan permukaan lain menggunakan semen ionomer kaca modifikasi tipe II dengan aktivasi sinar warna A3, didapatkan hasil 50,37 VHN.4 Adanya perbedaan kekerasan permukaan pada semen ionomer kaca modifikasi tipe II dengan aktivasi sinar tersebut, dapat disebabkan karena ada perbedaan warna powder semen ionomer kaca, perbedaan alat dan metode penelitian yang dipakai. Komposisi semen ionomer kaca tipe II dalam kapsul sama dengan semen ionomer kaca konvensional tipe II. Kekerasan permukaan semen ionomer kaca dalam kapsul lebih tinggi karena perbandingan powder dan liquid akurat, pencampuran tepat, cepat dan tidak ada masalah kelembaban udara (tertutup rapat dalam kapsul, pencampuran secara mekanik selama 10 detik 4000 rpm), dan dimasukkan ke kavitas langsung dengan menyuntikkan material dari dalam kapsul. Hasil pencampurannya tepat dan seragam, dengan rasio powder dan liquid yang tinggi memberikan kekuatan mekanik optimal.1,14 Ada tiga bentuk komposisi semen ionomer kaca, yaitu pencampuran powder dan liquid menggunakan air, pencampuran tidak dengan air atau kombinasi keduanya. Bentuk pertama, pengerasan semen ionomer kaca dengan pencampuran air. Dapat terjadi bila poliasam (terutama poliakrilik dan polimaleik) dikeringkan melalui pembekuan atau hampa udara, dicampur dalam powder. Komponen liquidnya adalah air suling atau cairan asam tartarik, sehingga batas kadaluwarsa maksimal, tidak terjadi gelasi atau mengental dan pengerjaan semen mudah. Bentuk kedua, pengerasan semen ionomer kaca tidak dengan air. Liquidnya mengandung poliasam (umumnya poliakrilik, polimaleik, itakonik dan tartarik). Liquid ini sedikit kental dan dapat terjadi gelasi karena perlekatan hidrogen diantara rantai asam poliakrilik, yang dapat tampak dalam waktu 6 minggu atau lebih. Salah satu contoh adalah semen ionomer kaca tipe I versi lama (merek Fuji). Bentuk ketiga, pengerasan semen ionomer kaca kombinasi. Terdiri dari powder mengandung asam poliakrilik yang dikeringkan dan liquid yang mengandung asam poliakrilik dan tartarik. Bentuk semen ionomer kaca ini mempunyai sifat fisik kekentalan dan waktu kadaluwarsa diantara bentuk pertama dan kedua, contohnya semen ionomer kaca tipe I versi baru (merek Fuji). Produk dari Fuji mengandung sekitar 5% asam poliakrilik yang dikeringkan, ditambahkan pada powder dan asam poliakrilik selebihnya ada pada liquid.6 Penjelasan mengenai pencampuran kombinasi atau pengerasan semen ionomer kaca kombinasi, sesuai dengan data powder Fuji II tanggal 3 September 2003 yang menyebutkan komponen powder terdiri dari 3–5% asam poliakrilik dan 90–95% kaca aluminosilikat. Powder Fuji II disebutkan juga bersifat stabil, tidak dapat terjadi polimerisasi bila disimpan dalam kelembaban dan temperatur ruang yang normal, selain itu hindarkan panas yang tinggi.9 Dari data tersebut dapat diketahui bahwa powder glass ionomer dapat bertahan lama bila disimpan dalam temperatur ruang dan tertutup rapat. Perbedaan antara tipe I dan tipe II terletak dari besarnya partikel,2 sehingga dapat dikatakan bahwa paket Fuji II baru adalah komposisi bentuk ketiga. Sedang paket Fuji II lama, yang telah disimpan selama 10 tahun adalah komposisi bentuk kedua, hal ini sesuai juga dengan kondisi liquid lama yang mengental meskipun masih bisa mengalir. Perbedaan bentuk komposisi antara paket lama dan baru juga ditunjang dengan adanya perbedaan pada gambar logo kedua kemasan, meskipun kedua paket berasal dari pabrik yang sama. Tingginya nilai kekerasan permukaan powder baru dengan liquid baru, kemungkinan disebabkan karena dalam kandungan powder ada 3–5% asam poliakrilik. Pada waktu pencampuran powder dan liquid, asam poliakrilik pada powder membantu mempercepat pelarutan, pembentukan gelasi dan pengerasan dengan liquid asam poliakrilik-tartarik pada reaksi dasar asam. Pencampuran powder baru dengan liquid lama yang mengandung 150 Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 3 Juli–September 2005: 146–150 poliasam berbeda dengan poliasam liquid baru, menyebabkan reaksi yang berbeda, karena kandungan hasil pencampuran tidak sama. Selain lama penyimpanan material, adanya perbedaan komposisi powder dan liquid juga mempengaruhi hasil kekerasan permukaan. Pada penelitian ini tidak dilakukan analisa kandungan powder dan liquid semen ionomer kaca konvensional tipe II yang telah lama di simpan, sehingga penyebab penurunan kekerasan perlu penelitian lebih lanjut. Kesimpulan penelitian ini adalah pemakaian powder dan liquid semen ionomer kaca konvensional tipe II yang telah lama disimpan menurunkan kekerasan permukaan. DAFTAR PUSTAKA 1. Wilson AD, McLean JW. Glass-ionomer cement. Chicago: Quintessence Publ. Co; 1988. p. 13, 22, 33–40, 131–6. 2. van Noort R. Introduction to dental material. 2nd ed. London: CV Mosby Company; 2003. p. 124–35. 3. Hse KMY, Leung SK, Wei SHY. Resin-ionomer restorative materials for children. Aust Dent J 1999; 44:(1):1–11. 4. Palma-Dibb RG, Palma AE, Matson E, Chinelatti MA, Ramos RP. Microhardness of esthetic restorative materials at different depths. Materials Research 2002; 6:(1):85–90. 5. Tyas MJ, Burrow MF. Adhesive restorative materials: A review. Aust Dent J 2004; 49:(3):112–21. 6. Webteam. Glass-ionomer cements. Available at: http:// www.brooks.af.mil/dis/DMNOTES/gic.pdf. Accesed 8 May, 2005. 7. Cameron AC, Wilmer RP. Handbook of pediatric dentistry. 2nd ed. Edinburg: Mosby; 2003. p. 51–5. 8. Anusavice KJ. Phillips’ science of dental materials. 11st ed. Saunders; 2003. p. 471–7. 9. Material Safety Data Sheet (MSDS)-435021- Fuji II Powder. Available at: http://www.gcamerica.com/MSDS/435021.htm. Accesed May 8, 2005. 10. Watts DC, Amer OM, Combe EC. Surface hardness development in light cured composites. J Dent Mater 1987; 3:265–9. 11. Wibowo M. Pengaruh lama penyimpanan semen ionomer kaca tipe II terhadap kekuatan tekan diametral. Skripsi. Surabaya: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga; 2002. h. 13, 18–23. 12. O’Brien WJ. Dental materials and their selection. 3rd ed. Chicago: Quintessence Publ Co; 2002. p. 379–80. 13. Mount GJ, Patel C, Makinson OF. Resin modified glass-ionomers: strength, cure depth and translucency. Aust Dent J 2002; 47:(4):339–43. 14. A practical approach to selection is to first decide which restorative, or combination, is best for the indication. Available at: http:// www.gcamerica.com/images/pdfs/wchrestorative.pdf. Accessed May 8, 2005. << /ASCII85EncodePages false /AllowTransparency false /AutoPositionEPSFiles true /AutoRotatePages /All /Binding /Left /CalGrayProfile (Dot Gain 20%) /CalRGBProfile (sRGB IEC61966-2.1) /CalCMYKProfile (U.S. Web Coated \050SWOP\051 v2) /sRGBProfile (sRGB IEC61966-2.1) /CannotEmbedFontPolicy /Warning /CompatibilityLevel 1.4 /CompressObjects /Tags /CompressPages true /ConvertImagesToIndexed true /PassThroughJPEGImages true /CreateJDFFile false /CreateJobTicket false /DefaultRenderingIntent /Default /DetectBlends true /DetectCurves 0.0000 /ColorConversionStrategy /LeaveColorUnchanged /DoThumbnails false /EmbedAllFonts true /EmbedOpenType false /ParseICCProfilesInComments true /EmbedJobOptions true /DSCReportingLevel 0 /EmitDSCWarnings false /EndPage -1 /ImageMemory 1048576 /LockDistillerParams false /MaxSubsetPct 100 /Optimize true /OPM 1 /ParseDSCComments true /ParseDSCCommentsForDocInfo true /PreserveCopyPage true /PreserveDICMYKValues true /PreserveEPSInfo true /PreserveFlatness true /PreserveHalftoneInfo false /PreserveOPIComments false /PreserveOverprintSettings true /StartPage 1 /SubsetFonts true /TransferFunctionInfo /Apply /UCRandBGInfo /Preserve /UsePrologue false /ColorSettingsFile () /AlwaysEmbed [ true ] /NeverEmbed [ true ] /AntiAliasColorImages false /CropColorImages true /ColorImageMinResolution 300 /ColorImageMinResolutionPolicy /OK /DownsampleColorImages true /ColorImageDownsampleType /Bicubic /ColorImageResolution 300 /ColorImageDepth -1 /ColorImageMinDownsampleDepth 1 /ColorImageDownsampleThreshold 1.50000 /EncodeColorImages true /ColorImageFilter /DCTEncode /AutoFilterColorImages true /ColorImageAutoFilterStrategy /JPEG /ColorACSImageDict << /QFactor 0.15 /HSamples [1 1 1 1] /VSamples [1 1 1 1] >> /ColorImageDict << /QFactor 0.15 /HSamples [1 1 1 1] /VSamples [1 1 1 1] >> /JPEG2000ColorACSImageDict << /TileWidth 256 /TileHeight 256 /Quality 30 >> /JPEG2000ColorImageDict << /TileWidth 256 /TileHeight 256 /Quality 30 >> /AntiAliasGrayImages false /CropGrayImages true /GrayImageMinResolution 300 /GrayImageMinResolutionPolicy /OK /DownsampleGrayImages true /GrayImageDownsampleType /Bicubic /GrayImageResolution 300 /GrayImageDepth -1 /GrayImageMinDownsampleDepth 2 /GrayImageDownsampleThreshold 1.50000 /EncodeGrayImages true /GrayImageFilter /DCTEncode /AutoFilterGrayImages true /GrayImageAutoFilterStrategy /JPEG /GrayACSImageDict << /QFactor 0.15 /HSamples [1 1 1 1] /VSamples [1 1 1 1] >> /GrayImageDict << /QFactor 0.15 /HSamples [1 1 1 1] /VSamples [1 1 1 1] >> /JPEG2000GrayACSImageDict << /TileWidth 256 /TileHeight 256 /Quality 30 >> /JPEG2000GrayImageDict << /TileWidth 256 /TileHeight 256 /Quality 30 >> /AntiAliasMonoImages false /CropMonoImages true /MonoImageMinResolution 1200 /MonoImageMinResolutionPolicy /OK /DownsampleMonoImages true /MonoImageDownsampleType /Bicubic /MonoImageResolution 1200 /MonoImageDepth -1 /MonoImageDownsampleThreshold 1.50000 /EncodeMonoImages true /MonoImageFilter /CCITTFaxEncode /MonoImageDict << /K -1 >> /AllowPSXObjects false /CheckCompliance [ /None ] /PDFX1aCheck false /PDFX3Check false /PDFXCompliantPDFOnly false /PDFXNoTrimBoxError true /PDFXTrimBoxToMediaBoxOffset [ 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 ] /PDFXSetBleedBoxToMediaBox true /PDFXBleedBoxToTrimBoxOffset [ 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 ] /PDFXOutputIntentProfile () /PDFXOutputConditionIdentifier () /PDFXOutputCondition () /PDFXRegistryName () /PDFXTrapped /False /Description << /CHS /CHT /DAN /DEU /ESP /FRA /ITA /JPN /KOR /NLD (Gebruik deze instellingen om Adobe PDF-documenten te maken voor kwaliteitsafdrukken op desktopprinters en proofers. De gemaakte PDF-documenten kunnen worden geopend met Acrobat en Adobe Reader 5.0 en hoger.) /NOR /PTB /SUO /SVE /ENU (Use these settings to create Adobe PDF documents for quality printing on desktop printers and proofers. Created PDF documents can be opened with Acrobat and Adobe Reader 5.0 and later.) >> /Namespace [ (Adobe) (Common) (1.0) ] /OtherNamespaces [ << /AsReaderSpreads false /CropImagesToFrames true /ErrorControl /WarnAndContinue /FlattenerIgnoreSpreadOverrides false /IncludeGuidesGrids false /IncludeNonPrinting false /IncludeSlug false /Namespace [ (Adobe) (InDesign) (4.0) ] /OmitPlacedBitmaps false /OmitPlacedEPS false /OmitPlacedPDF false /SimulateOverprint /Legacy >> << /AddBleedMarks false /AddColorBars false /AddCropMarks false /AddPageInfo false /AddRegMarks false /ConvertColors /NoConversion /DestinationProfileName () /DestinationProfileSelector /NA /Downsample16BitImages true /FlattenerPreset << /PresetSelector /MediumResolution >> /FormElements false /GenerateStructure true /IncludeBookmarks false /IncludeHyperlinks false /IncludeInteractive false /IncludeLayers false /IncludeProfiles true /MultimediaHandling /UseObjectSettings /Namespace [ (Adobe) (CreativeSuite) (2.0) ] /PDFXOutputIntentProfileSelector /NA /PreserveEditing true /UntaggedCMYKHandling /LeaveUntagged /UntaggedRGBHandling /LeaveUntagged /UseDocumentBleed false >> ] >> setdistillerparams << /HWResolution [2400 2400] /PageSize [612.000 792.000] >> setpagedevice