vol 38-no 1-2005 20 Sitotoksisitas bahan restorasi cyanoacrylate pada variasi perbandingan powder dan liquid menggunakan MTT assay (Cytotoxicity of the cyanoacrylate restoration material with variation of powder and liquid ratio by using MTT assay) Asti Meizarini Bagian Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya - Indonesia ABSTRACT The requirements for dental material include not toxic, not irritant, no carcinogenic potential, nor cause an allergic response with the use in oral cavity. The cyanoacrylate restoration material has certain substance that can be toxic. Because of the ratio amount of powder and liquid is not known, it can lead the restoration more toxic. The purpose of this study was to know the cytotoxicity of the cyanoacrylate restoration material with different variation of powder and liquid ratio using MTT assay. Six cylinder samples of 5 mm in diameter and 2 mm in thickness were used for each group of 1:1.00; 1:0.75; 1:0.50 powder and liquid ratio of cyanoacrylate restoration materials. Each of samples was immersed in eppendorf micro tubes consisting of media culture. After 24 hour, the immersion of media culture was used to investigate the cytotoxic effect to BHK-21 cell lines by MTT assay method. The density of optic formazan indicated the amount of living cells. All data were statistically analyzed by one-way ANOVA and HSD. The results showed that the percentage of living cells amount of powder and liquid ratio 1:1.00; 1:0.75; 1:0.50 were 98.59%; 95.76%; 94.92% respectively. There was a significant difference between 1:1.00 and 1:0.50 group ratio. The conclusion was that the cytotoxicity between 1:1.00 and 1:0.50 powder and liquid ratio of cyanoacrylate restoration materials in this study decreased. Key words: cytotoxicity, cyanoacrylate restoration material, powder and liquid ratio, MTT assay Korespondensi (correspondence): Asti Meizarini, Bagian Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Jln. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo No. 47 Surabaya 60132, Indonesia. PENDAHULUAN Bahan restorasi cyanoacrylate adalah bahan kedokteran gigi yang indikasinya dapat dipakai untuk berbagai macam kegunaan dalam bidang restorasi, antara lain untuk menumpat, memperbaiki facing porselen yang pecah, veneer, splinting gigi geligi. Bahan restorasi cyanoacrylate terdiri dari campuran powder polymethyl methacrylate dan liquid cyanoacrylate ditambah aselerator methyl methacrylate untuk mengeraskan. Waktu prosesing sangat tergantung pada jumlah powder yang digunakan. Jumlah powder yang dicampur ke liquid dikatakan tidak berpengaruh pada kekerasan akhir. Kontra indikasi dan kelainan yang ditimbulkan belum diketahui. 1 Perbandingan takaran powder dan liquid tidak disebutkan. Powder dan aselerator pada bahan restorasi cyanoacrylate mempunyai kandungan yang sama dengan bahan restorasi resin akrilik. Resin akrilik sebagai bahan restorasi adalah hasil polimerisasi dari powder polymethyl methacrylate dan cairan monomer methyl methacrylate. Di bidang kedokteran gigi, pemakaian restorasi resin akrilik secara direct jenis ini telah ditinggalkan, karena mempunyai banyak kekurangan diantaranya efek monomer sisa dan terjadi penyusutan yang besar oleh karena proses polimerisasi.2 Methyl methacrylate dapat juga mengiritasi pulpa dengan cara berdifusi melalui tubuli dentin.3 Cyanoacrylate dapat juga digunakan sebagai tissue adhesive (pelekat jaringan). Adanya air atau cairan tubuh menyebabkan ethyl-2-cyanoacrylate berpolimerisasi dengan cepat membentuk lapisan tipis yang dapat melekatkan tepi jaringan atau kulit dengan erat, 2 menit setelah setting. Empat alasan penunjang dipakainya bahan ethyl-2-cyanoacrylate sebagai pelekat jaringan, adalah karena mempunyai efek hemostatik baik, bakteriostatik dan sebagai bakterisidal, kemampuan polimer melekat dengan erat pada jaringan hidup dan mendapatkan estetik yang baik selama proses penyembuhan luka.4 Sebaliknya, ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa penggunaan cyanoacrylate terbatas karena dapat menyebabkan degradasi dalam sistem biologis dan terjadi iritasi lokal.5 Ethyl-2-cyanoacrylate bila kontak dengan alkohol, amine atau air dapat menyebabkan polimerisasi dan hasil degradasinya termasuk formaldehyde, dekomposisi termalnya dapat termasuk hydrogen cyanide, oksida dari karbon dan nitrogen.6 Salah satu syarat bahan yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi seharusnya tidak toksik, tidak mengiritasi 21Meizarini: Sitotoksisitas bahan restorasi cyanoacrylate dan harus mempunyai sifat biokompatibilitas atau bahan yang diproduksi tidak boleh mempunyai efek yang merugikan terhadap lingkungan biologis, baik lokal maupun sistemik.7 Uji sitotoksisitas adalah bagian dari evaluasi bahan kedokteran gigi dan diperlukan untuk prosedur screening standart. Salah satu metode untuk menilai sitotoksisitas suatu bahan adalah dengan uji enzimatik menggunakan pereaksi 3-(4,5-dimethylthiazol- 2-yl) 2,5-diphenyl tetrazolium bromide (MTT).8 Dasar uji enzimatik MTT adalah dengan mengukur kemampuan sel hidup berdasarkan aktivitas mitokondria dari kultur sel. Uji ini banyak digunakan untuk mengukur proliferasi seluler secara kuantitatif atau untuk mengukur jumlah sel yang hidup. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka timbul permasalahan apakah pemakaian perbandingan takaran powder dan liquid bahan restorasi cyanoacrylate yang berbeda akan mempunyai efek sitotoksisitas yang berbeda pula bila diuji mengunakan uji MTT (MTT assay). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sitotoksisitas bahan restorasi cyanoacrylate akibat perbedaan perbandingan takaran powder dan liquid dengan menggunakan MTT assay. Manfaatnya untuk memberi informasi ilmiah kepada dokter gigi dan masyarakat mengenai sitotoksisitas bahan restorasi cyanoacrylate, khususnya pengaruh jumlah powder dan liquid bahan cyanoacrylate yang digunakan terhadap sitotoksisitasnya, karena tidak adanya perbandingan atau takaran powder dan liquid yang jelas, dikhawatirkan menyebabkan bahan restorasi menjadi toksik. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian eksperimental laboratoris, rancangan penelitian post test only controle group. Penelitian dilakukan di Laboratorium Imunokimia Bioteknologi, Pusat Antar Universitas, Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada bulan Agustus- September tahun 2004. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bahan restorasi cyanoacrylate merek Cyano Veneer (Meyer- Haake-Germany) terdiri dari powder berisi polymethylmethacrylate; Fast/Retarder berisi ethyl-2- cyanoacrylate; Quick berisi methylmethacrylate, ethylen glycoldimethacrylate dan N,N-dimethyl-p-toluidin (brosur), alkohol 70%, kultur cell line Baby Hamster Kidney (BHK-21), media kultur berisi Rosewell Park Memorial Institute-1640 (RPMI-1640) 89%; Penstrep 1%; Fetal Bovine Serum (FBS) 10%; Fungizone 100 unit/ml, pereaksi MTT, Phosphat Buffer Saline (PBS), dan Sodium Dodecyl Sulphate (SDS). Alat yang digunakan adalah plat kuningan untuk fiksasi, cetakan sampel diameter dalam 5 mm dan tinggi 2 mm, stop watch, timbangan digital, kuas, semen stopper, sonde, pisau model, plastic filling instrument, matrix strips, anak timbangan 500 gr, filter millipore 0,2 mm, flask, eppendorf, microplate, pipet mikro, pipet Pasteur, spektrofotometer. Pembuatan sampel adalah sebagai berikut, cetakan sampel berbentuk silinder, diameter dalam 5 mm dan tebal 2 mm,9 terbuat dari teflon, di fiksasi dengan plat kuningan. Daerah kerja dibersihkan dengan alkohol 70% kemudian dikeringkan. Bagian dasar daerah kerja di ulas selapis tipis Fast menggunakan kuas. Powder dicampur Fast dengan perbandingan takaran sesuai dengan kelompok masing- masing 1 : 1,00; 1 : 0,75; 1 : 0,50. Bahan campuran di aplikasikan ke dalam cetakan sampel dengan plastic filling instrument. Bagian atas cetakan diberi matrix strips, ditekan dengan plat kuningan yang diberi beban seberat 500 gr selama 30 detik. Beban, plat dan matrix diambil, setelah itu diberi setetes aselerator Quick, kemudian diulas 1 lapis Fast. Setelah sampel mengeras dilepas dari cetakan, sehingga diperoleh sampel berbentuk silinder. Untuk setiap kelompok dipakai 6 sampel. Tahap pengujian sampel dilakukan dengan cara memasukkan sampel ke dalam eppendorf yang berisi media kultur 200 μl, direndam selama 24 jam dalam suhu ruang dan dikelompokkan sesuai dengan kelompok sampel. Setelah 24 jam, sampel diambil, dilakukan sterilisasi bahan perendam dengan filter millipore ukuran 0,2 mm.10 Hasil filter ditampung dalam eppendorf, siap digunakan untuk uji sitotoksisitas.11 Kultur sel BHK-21 dipersiapkan sesuai petunjuk pada laboratorium Biotek-PAU dan microplate dengan 96 sumuran. Setiap sumuran pada microplate diisi 100 μl sel dengan kepadatan 2 × 105. Larutan bekas perendaman sampel cyanoacrylate yang telah di filter, ditambahkan ke dalam tiap sumuran sebanyak 50 μl, sesuai dengan kelompok sampel. Disiapkan pula kontrol sel sebagai kontrol positif berisi sel dalam media kultur, dianggap persentase sel hidup 100% dan kontrol media sebagai kontrol negatif berisi media kultur saja, dianggap persentase sel hidup 0%. Microplate di inkubasi 20 jam pada suhu 37° C, kemudian dikeluarkan dari alat inkubator, ditambahkan pereaksi MTT 5 mg/ml dalam PBS sebanyak 25 μl untuk setiap sumuran. Di inkubasi kembali selama 4 jam. Setelah inkubasi selesai ditambahkan larutan SDS 10% sebanyak 80 μl pada setiap sumuran. Tahap selanjutnya di sentrifuse 30 rpm selama 5 menit. Nilai densitas optik formazan di hitung dengan spektrofotometer panjang gelombang 540 nm.8,12 Untuk mengetahui persentase jumlah sel hidup dilakukan dengan memakai rumus:13 % sel hidup = 100% mediasel mediaperlakuan × + + Keterangan: % sel hidup = persentase jumlah sel hidup setelah pengujian perlakuan = nilai densitas optik formazan pada setiap sampel setelah pengujian media = nilai densitas optik formazan pada kontrol media sel = nilai densitas optik formazan pada kontrol sel 22 Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 1 Januari 2005: 20–24 Data yang diperoleh ditabulasi, kemudian dilakukan analisis statistik menggunakan ANOVA satu arah dengan taraf kemaknaan 5% dan dilanjutkan dengan Tukey High Significant Difference (HSD). HASIL Nilai rerata densitas optik formazan, standart deviasi, persentase sel hidup bahan restorasi cyanoacrylate dapat dilihat pada tabel 1. Tampak bahwa pada kelompok perlakuan, menunjukkan rerata nilai densitas optik formazan bahan restorasi cyanoacrylate yang semakin menurun sesuai dengan berkurangnya jumlah Fast (ethyl-2- cyanoacrylate). Persentase sel hidup, yaitu persentase densitas optik ensim mitokondrial dehidrogenase pada kultul sel BHK-21 juga terjadi penurunan. Probabilitas normalitas pada Kolmogorov Smirnov Test menunjukkan semua kelompok mempunyai distribusi normal, karena didapatkan probabilitas normalitas lebih besar dari 0,05 (p > 0,05). Setelah diketahui semua kelompok mempunyai distribusi normal, maka untuk mengetahui adanya perbedaan, dilakukan uji parametrik ANOVA satu arah dengan taraf kemaknaan 0,05%. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 2. Untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda bermakna, maka dilakukan uji HSD pada α = 0,05 yang dapat dilihat pada tabel 3. Kelompok perlakuan yang bermakna adalah yang mempunyai signifikansi kurang dari 0,05 (p < 0,05). Tabel 1. Nilai rerata densitas optik formazan, standart deviasi, persentase sel hidup dari uji toksisitas bahan restorasi cyanoacrylate dan probabilitas normalitas Rasio Powder:Fast Jumlah sampel Rerata densitas optik formazan Standart deviasi % Sel hidup Probabilitas normalitas Kelompok I P:F 1 : 1,00 6 0,267 0,005 98,59% 0,408 Kelompok II P:F 1 : 0,75 6 0,257 0,003 95,76% 0,408 Kelompok III P:F 1 : 0,50 6 0,254 0,009 94,92% 0.613 Kontrol Sel (+) 6 0,272 0,009 100% 0,436 Kontrol Media (–) 6 0,082 0,002 0% 0,746 Tabel 2. ANOVA satu arah dari uji toksisitas bahan restorasi cyanoacrylate Sumber variasi Jumlah kuadrat derajat bebas Rerata kuadrat F hitung Probabilitas Antar kelompok 0,157 4 0,03934 971,128 0,001 Dalam kelompok 0,001013 25 0,00004051 Total 0,158 29 Tabel 3. Uji HSD persentase sel hidup antar kelompok perlakuan dan kontrol sel Kontrol sel Kelompok I P:F 1 : 1,00 Kelompok II P:F 1 : 0,75 Kelompok III P:F 1 : 0,50 Kontrol sel --- Kelompok I P:F 1 : 1,00 TB (0,657) --- Kelompok II P:F 1 : 0,75 B TB (0,079) --- Kelompok III P:F 1 : 0,50 B B TB (0,923) --- Keterangan : B = Bermakna TB = Tidak Bermakna 23Meizarini: Sitotoksisitas bahan restorasi cyanoacrylate Dari hasil uji HSD terlihat ada perbedaan persentase jumlah sel hidup antara kelompok I dengan III dan antara kelompok kontrol sel dengan kelompok II dan III. PEMBAHASAN Cyanoacrylate yang terkandung dalam bahan restorasi Cyano Veneer adalah ethyl-2-cyanoacrylate. Pemakaian bahan restorasi Cyano Veneer merupakan kombinasi antara polymethyl methacrylate (powder) dengan ethyl-2- cyanoacrylate(Fast), kemudian diulas cairan methyl methacrylate(Quick) dan terakhir ulasan ethyl-2- cyanoacrylate(Fast) lagi.1 Pada pencampuran polymethyl methacrylate dengan cyanoacrylate terjadi kopolimerisasi, setelah monomer methyl methacrylate diulas pada permukaannya baru terjadi polimerisasi.14 Pengaplikasian cairan Quick yang mengandung monomer methyl methacrylate di atas campuran polymethyl methacrylate dengan ethyl-2-cyanoacrylate menimbulkan keraguan, apakah tidak ada reaksi lanjutan monomer yang bersifat toksik. Salah satu persyaratan bahan kedokteran gigi untuk dapat diaplikasikan pada rongga mulut, harus bersifat biokompatibel, antara lain tidak mengandung substansi toksik.2,7 Untuk membuktikannya, maka dilakukan uji sitotoksisitas secara in vitro pada kultur sel BHK-21 menggunakan MTT assay. Kultur cell lines digunakan karena mempunyai keuntungan, yaitu pasase dapat dilakukan 50–70 kali, kecepatan pertumbuhan sel tinggi, integritas sel tetap terjaga dan sel mampu bermultiplikasi dalam suspensi. Cell lines telah banyak digunakan untuk menguji toksisitas bahan dan obat-obatan di bidang kedokteran gigi, antara lain sel BHK-21 yang berasal dari fibroblas ginjal bayi hamster. Sel fibroblas merupakan sel terpenting pada komponen pulpa, ligamen periodontal dan gingiva.8,15 Hasil uji dengan menggunakan BHK-21 dapat dipakai sebagai dasar pengujian yang akurat.16 MTT adalah molekul larut berwarna kuning, yang dapat digunakan untuk menilai aktifitas ensimatik selular, didasarkan pada kemampuan sel hidup untuk mereduksi garam MTT. Mekanismenya adalah garam tetrazolium berwarna kuning tersebut akan direduksi di dalam sel yang mempunyai aktifitas metabolik. Mitokondria dari sel hidup yang berperan penting dalam hal ini, adalah yang menghasilkan dehidrogenase. Bila dehidrogenase tidak aktif karena efek sitotoksik, maka formazan tidak akan terbentuk. Jumlah formazan yang terbentuk, proporsional dengan aktifitas ensimatik sel hidup.13,17 Perbandingan takaran powder dan liquid bahan restorasi cyanoacrylate yang dipakai dalam penelitian ini, didapatkan sesuai hasil penelitian pendahuluan dengan kriteria konsistensi hasil pengadukan polymethyl methacrylate dengan cyanoacrylate cukup kental dan punya kemampuan mengalir, sehingga dapat diaplikasikan ke kavitas dengan baik.14 Berdasarkan tabel 2, adanya perbedaan persentase jumlah sel hidup antara kelompok I dengan III, antara kelompok kontrol sel dengan kelompok II dan III, kemungkinan disebabkan karena kopolimerisasi tidak sempurna. Pada kelompok I jumlah powder dan liquid Fast sama banyak, ethyl-2-cyanoacrylate (liquid Fast) sebagai bahan adesif, dapat membasahi dan mengikat polymethyl methacrylate (powder) dengan baik, ditandai dengan pengadukan campuran ini cukup mudah dan cepat homogen. Pada kelompok II dan III, semakin sedikit jumlah ethyl-2-cyanoacrylate yang dipakai, sedang jumlah polymethyl methacrylate sama banyak dengan kelompok I, kemungkinan menyebabkan liquid ethyl-2- cyanoacrylate tidak dapat mengikat semua powder polymethyl methacrylate yang ada. Hal ini dapat dilihat pada pengadukan campuran powder dan liquid Fast perbandingan 1:0,50 lebih sulit homogen dan hasil campuran lebih kental. Pengaplikasian cairan Quick yang mengandung monomer methyl methacrylate di atas campuran polymethyl methacrylate yang tidak terikat sempurna, kemungkinan menyebabkan terjadinya polimerisasi tersendiri antara polymethyl methacrylate dengan monomer methyl methacrylate. Seperti telah diketahui bahwa polimerisasi polymethyl methacrylate dan monomer methyl methacrylate merupakan suatu proses yang pada kenyataan tidak pernah dapat berlangsung sempurna, sehingga pada akhir polimerisasi selalu terdapat sejumlah monomer yang tidak bereaksi menjadi polimer. Monomer sisa selalu ada pada resin yang mengandung polymethyl methacrylate dan methyl methacrylate.2 Aplikasi selanjutnya, ulasan 1 lapis Fast yang mengandung ethyl-2-cyanoacrylate sebagai bahan pengisi dan pengeras, kemungkinan hal ini yang dapat menghambat bila ada pelepasan monomer ke permukaan restorasi, sesuai dengan pendapat yang menyatakan ethyl- 2-cyanoacrylate (C6H7NO2) bereaksi cepat dengan air membentuk polimer padat.6 Namun meskipun hasil akhir sampel diulas ethyl-2-cyanoacrylate, sehingga bila ada monomer sisa, akan tertutup ethyl-2-cyanoacrylate, ternyata pada hasil penelitian ada perbedaan nilai densitas optik formazan yang cenderung menurun sesuai dengan penurunan jumlah ethyl-2-cyanoacrylate pada campuran powder dan liquid Fast. Hal ini kemungkinan dapat terjadi disebabkan (poly)methyl methacrylate yang tidak bereaksi sempurna masih bisa menyerap air melalui proses imbibisi, 2 sehingga merembes ke permukaan dan menyebabkan kematian sejumlah sel, meskipun tidak banyak. Hasil penelitian ini didapatkan sel hidup kelompok I = 98,59%, kelompok II = 95,76%, kelompok III = 94,9%. Hasil uji ANOVA didapatkan p < 0,05 berarti ada perbedaan bermakna yang disebabkan variasi perbandingan takaran powder dan liquid bahan restorasi cyanoacrylate. Persentase jumlah sel hidup semua kelompok masih mendekati 100%, yang berarti restorasi cyanoacrylate belum dapat dikatakan toksik, karena masih di atas patokan toksisitas atau biokompatibilitas sesuai dengan pendapat Telli et al.11 dan Rubianto16 yang dipakai untuk penelitian ini. Rubianto16 menggunakan patokan biokompatibilitas 24 Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 1 Januari 2005: 20–24 yang baik adalah jumlah sel hidup 92,3%–100%. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan patokan Telli et al.11 yang pada penelitiannya menyatakan bahwa parameter toksisitas berdasarkan CD50, artinya suatu bahan dikatakan toksik apabila persentase sel hidup setelah terpapar bahan tersebut, kurang dari 50%. Masih banyaknya sel hidup dalam penelitian ini, dapat juga disebabkan karena ethyl- 2-cyanoacrylate tidak mengalami degradasi atau dekomposisi termal. Pendapat yang menyatakan bahwa bahan ethyl-2-cyanoacrylate cukup aman,4 dalam penelitian ini terbukti, meskipun dalam penelitiannya dipakai ethyl-2-cyanoacrylate dalam bentuk cairan sebagai bahan adesif jaringan dan tidak dicampur dengan (poly)methyl methacrylate. Kesimpulannya ada penurunan sitotoksisitas pada restorasi cyanoacrylate dalam penelitian ini antara perbandingan takaran powder dan liquid 1 : 1,00 dengan 1 : 0,50. Uji sitotoksisitas adalah uji awal untuk biokompatibilitas suatu bahan. Untuk memastikan toksisitas bahan restorasi cyanoacrylate, disarankan penelitian lebih lanjut mengingat banyak faktor yang harus dipertimbangkan pada pemakaian bahan di dalam mulut, misalnya perbedaan keasaman makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari dan juga uji lanjutan untuk mengetahui efek biokompatibilitas secara keseluruhan. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini ucapan terima kasih disampaikan kepada Ketua Lembaga Penelitian Universitas Airlanggga yang telah memberikan dana DIK Suplemen tahun 2004 Universitas Airlangga untuk penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Compendium Cyano Veneer. Application examples and processing instructions. Meyer-Haake MEDIZIN-UND DENTALHANDELS GMBH. Brosur. 2. Anusavice KJ. Science of dental materials. 11st ed. Elsevier Science USA Saunders; 2003. p. 166, 171–4, 400, 734–5. 3. O’Brien WJ dan Ryge G. An outline of dental materials and their selection. Philadelphia: WB Saunders Co; 1978. p. 78–9, 83, 86, 89, 94. 4. Lehmann RR. Ethyl-2-Cyanoacrylate as a tissue adhesive for external use. Universität Münster. D-48129 Münster. E-mail:lehmr@uni-muenster.de,dr.r.r.lehmann@t-online.de. 1997. Accessed Augustus 27, 1997. 5. American Dental Association (ADA). Dentist’s desk reference: materials, instruments and equipment. 2nd ed. Chicago: American Dental Association; 1983. p. 116, 122. 6. Concise International Chemical Assesment (CICAD) Document 36. 2001. Methyl-ethyl cyanoacrylate. (online). Available from: htpp:// www.inchem. org/documents/cicads/cicads/cicad 36.htm. Accessed April 21, 2003. 7. Van Noort R. Introduction to dental material. 2nd ed. London: CV Mosby Company; 2003. p. 3–5. 8. Fazwishni S dan Hadijono BS. Uji sitotoksisitas dengan esei MTT. JKGUI. 2000; 7: 28–32. 9. Marais JT, Dann Heimer MF, Germis HPJ, Borman JW. Dept of cured of light cured composite resin with light curing units of difference intencity. J Dent Assoc 1997; 52: 403–7. 10. Maat S. Sterilisasi dan disinfeksi. Ceramah sehari penyucihamaan (sterilisasi) sarana pelayanan kesehatan. Patologi Klinik RSUD Dr.Soetomo Surabaya, 2001; h. 14. 11. Telli C, Serper A, Dogan AL, Guc D. Evaluation of the cytotoxicity of calcium phosphate root canal sealers by MTT assay. J Endodon 1999; 25: 811–3. 12. Kasugai S, Hasegawa N and Ogura H. Application of the MTT colorimetric assay to measure cytotoxic effect of phenolic compound on established rat pulp cells. J Dent Res 1991; 70: 127–30. 13. Titien HA. Pengaruh tegangan listrik dan lama penyinaran pada semen ionomeri gelas modifikasi resin terhadap kekerasan permukaan dan sitotoksis. Tesis. Surabaya: Pasca Sarjana Universitas Airlangga; 2002. 14. Neihart TR. Cyanoacrylate Veneer Facing: An alternate approach. J Prosthet Dent 1984; 56: 777–9. 15. Freshney, RI. Culture of animal cells. A manual of basic technique. 2nd ed. New York: Alan R Liss Inc; 1987. p. 9, 71, 128, 239. 16. Rubianto M. Biokompatibilitas bahan allograft (human bone powder) dibandingkan dengan bahan alloplast (hydroxylapatite). Kumpulan naskah Temu Ilmiah Nasional I (TIMNAS I) FKG UNAIR, 1998; h. 507–9. 17. Craig RG, Powers JM. Restorative dental materials. 6th ed. London: Mosby Co; 2002. p. 135–40. << /ASCII85EncodePages false /AllowTransparency false /AutoPositionEPSFiles true /AutoRotatePages /All /Binding /Left /CalGrayProfile (Dot Gain 20%) /CalRGBProfile (sRGB IEC61966-2.1) /CalCMYKProfile (U.S. Web Coated \050SWOP\051 v2) /sRGBProfile (sRGB IEC61966-2.1) /CannotEmbedFontPolicy /Warning /CompatibilityLevel 1.4 /CompressObjects /Tags /CompressPages true /ConvertImagesToIndexed true /PassThroughJPEGImages true /CreateJDFFile false /CreateJobTicket false /DefaultRenderingIntent /Default /DetectBlends true /DetectCurves 0.0000 /ColorConversionStrategy /LeaveColorUnchanged /DoThumbnails false /EmbedAllFonts true /EmbedOpenType false /ParseICCProfilesInComments true /EmbedJobOptions true /DSCReportingLevel 0 /EmitDSCWarnings false /EndPage -1 /ImageMemory 1048576 /LockDistillerParams false /MaxSubsetPct 100 /Optimize true /OPM 1 /ParseDSCComments true /ParseDSCCommentsForDocInfo true /PreserveCopyPage true /PreserveDICMYKValues true /PreserveEPSInfo true /PreserveFlatness true /PreserveHalftoneInfo false /PreserveOPIComments false /PreserveOverprintSettings true /StartPage 1 /SubsetFonts true /TransferFunctionInfo /Apply /UCRandBGInfo /Preserve /UsePrologue false /ColorSettingsFile () /AlwaysEmbed [ true ] /NeverEmbed [ true ] /AntiAliasColorImages false /CropColorImages true /ColorImageMinResolution 300 /ColorImageMinResolutionPolicy /OK /DownsampleColorImages true /ColorImageDownsampleType /Bicubic /ColorImageResolution 300 /ColorImageDepth -1 /ColorImageMinDownsampleDepth 1 /ColorImageDownsampleThreshold 1.50000 /EncodeColorImages true /ColorImageFilter /DCTEncode /AutoFilterColorImages true /ColorImageAutoFilterStrategy /JPEG /ColorACSImageDict << /QFactor 0.15 /HSamples [1 1 1 1] /VSamples [1 1 1 1] >> /ColorImageDict << /QFactor 0.15 /HSamples [1 1 1 1] /VSamples [1 1 1 1] >> /JPEG2000ColorACSImageDict << /TileWidth 256 /TileHeight 256 /Quality 30 >> /JPEG2000ColorImageDict << /TileWidth 256 /TileHeight 256 /Quality 30 >> /AntiAliasGrayImages false /CropGrayImages true /GrayImageMinResolution 300 /GrayImageMinResolutionPolicy /OK /DownsampleGrayImages true /GrayImageDownsampleType /Bicubic /GrayImageResolution 300 /GrayImageDepth -1 /GrayImageMinDownsampleDepth 2 /GrayImageDownsampleThreshold 1.50000 /EncodeGrayImages true /GrayImageFilter /DCTEncode /AutoFilterGrayImages true /GrayImageAutoFilterStrategy /JPEG /GrayACSImageDict << /QFactor 0.15 /HSamples [1 1 1 1] /VSamples [1 1 1 1] >> /GrayImageDict << /QFactor 0.15 /HSamples [1 1 1 1] /VSamples [1 1 1 1] >> /JPEG2000GrayACSImageDict << /TileWidth 256 /TileHeight 256 /Quality 30 >> /JPEG2000GrayImageDict << /TileWidth 256 /TileHeight 256 /Quality 30 >> /AntiAliasMonoImages false /CropMonoImages true /MonoImageMinResolution 1200 /MonoImageMinResolutionPolicy /OK /DownsampleMonoImages true /MonoImageDownsampleType /Bicubic /MonoImageResolution 1200 /MonoImageDepth -1 /MonoImageDownsampleThreshold 1.50000 /EncodeMonoImages true /MonoImageFilter /CCITTFaxEncode /MonoImageDict << /K -1 >> /AllowPSXObjects false /CheckCompliance [ /None ] /PDFX1aCheck false /PDFX3Check false /PDFXCompliantPDFOnly false /PDFXNoTrimBoxError true /PDFXTrimBoxToMediaBoxOffset [ 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 ] /PDFXSetBleedBoxToMediaBox true /PDFXBleedBoxToTrimBoxOffset [ 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 ] /PDFXOutputIntentProfile () /PDFXOutputConditionIdentifier () /PDFXOutputCondition () /PDFXRegistryName () /PDFXTrapped /False /Description << /CHS /CHT /DAN /DEU /ESP /FRA /ITA /JPN /KOR /NLD (Gebruik deze instellingen om Adobe PDF-documenten te maken voor kwaliteitsafdrukken op desktopprinters en proofers. De gemaakte PDF-documenten kunnen worden geopend met Acrobat en Adobe Reader 5.0 en hoger.) /NOR /PTB /SUO /SVE /ENU (Use these settings to create Adobe PDF documents for quality printing on desktop printers and proofers. Created PDF documents can be opened with Acrobat and Adobe Reader 5.0 and later.) >> /Namespace [ (Adobe) (Common) (1.0) ] /OtherNamespaces [ << /AsReaderSpreads false /CropImagesToFrames true /ErrorControl /WarnAndContinue /FlattenerIgnoreSpreadOverrides false /IncludeGuidesGrids false /IncludeNonPrinting false /IncludeSlug false /Namespace [ (Adobe) (InDesign) (4.0) ] /OmitPlacedBitmaps false /OmitPlacedEPS false /OmitPlacedPDF false /SimulateOverprint /Legacy >> << /AddBleedMarks false /AddColorBars false /AddCropMarks false /AddPageInfo false /AddRegMarks false /ConvertColors /NoConversion /DestinationProfileName () /DestinationProfileSelector /NA /Downsample16BitImages true /FlattenerPreset << /PresetSelector /MediumResolution >> /FormElements false /GenerateStructure true /IncludeBookmarks false /IncludeHyperlinks false /IncludeInteractive false /IncludeLayers false /IncludeProfiles true /MultimediaHandling /UseObjectSettings /Namespace [ (Adobe) (CreativeSuite) (2.0) ] /PDFXOutputIntentProfileSelector /NA /PreserveEditing true /UntaggedCMYKHandling /LeaveUntagged /UntaggedRGBHandling /LeaveUntagged /UseDocumentBleed false >> ] >> setdistillerparams << /HWResolution [2400 2400] /PageSize [612.000 792.000] >> setpagedevice