181 Volume 47, Number 4, December 2014 Research Report Penambahan xylitol dalam glukosa, sukrosa terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans (in vitro) (The Additional xylitol in glucose and sucrose on growth of Mutans Streptococci (in vitro) Susilowati, udijanto tedjosasongko, dan fX Suhariadji Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya-Indonesia abstract Background: Xylitol is a sugar alcohol group consisting of five-carbon chain and the sugar substitutes are recommended to prevent caries. Dietary sugars known as a good substrate for the growth of Streptococcus mutans (S. mutans). Two types of sugar, xylitol and dietary sugars have different effects on the growth of S.mutans. Purpose: The objective of this study were to determine the minimal inhibitory concentration (MIC) of xylitol on the growth of S.mutans and to determine the addition of xylitol in glucose and sucrose in the growth of S. mutans in vitro. Methods: The samples were divided into 3 groups: xylitol group, xylitol and sucrose combination group, and xylitol and glucose combination group . In all groups were tested against S.mutans growth in various concentrations. results: The minimum inhibitory concentration against S.mutans xylitol was equal to 0.625%. The addition of xylitol in sucrose the inhibition of S.mutans growth occurred at concentrations of 0.625 % and 2.5%. The addition of xylitol in glucose inhibited the growth of S.mutans at all concentrations. Conclusion: This study showed that the combination of xylitol with dietary sugars could inhibit the growth of S.mutans. Key words: Xylitol, glucose, sucrose, Streptococcus mutans, dental caries abstrak latar belakang: Xylitol adalah golongan gula alkohol yang terdiri dari lima rantai karbon dan merupakan sugar substitutes yang dianjurkan untuk mencegah terjadinya karies. Dietary sugars diketahui sebagai substrat yang baik untuk pertumbuhan bakteri rongga mulut salah satunya Streptococcus mutans (S. mutans). Dua jenis gula yaitu xylitol dan dietary sugars memiliki pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan S. mutans. tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah meneliti konsentrasi hambat minimal (Minimal Inhibitory Concentration/ MIC) xylitol terhadap pertumbuhan S mutans dan meneliti pengaruh penambahan xylitol dalam glukosa dan dalam sukrosa terhadap pertumbuhan S. mutans secara in vitro. Metode: Sampel dibagi dalam 3 kelompok: kelompok xylitol, kelompok kombinasi xylitol dan sukrosa, dan kelompok kombinasi xylitol dan glukosa. Pada ketiga kelompok tersebut dilakukan pengujian terhadap pertumbuhan S.mutans dalam berbagai konsentrasi. hasil: Konsentrasi hambat minimum xylitol terhadap S. mutans adalah sebesar 0,625%. Pada penambahan xylitol dalam sukrosa terjadi penghambatan S. mutans pada konsentrasi 0,625% dan 2,5%. Pada penambahan xylitol dalam glukosa terjadi penghambatan S. mutans pada semua konsentrasi. Simpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi xylitol dengan glukosa dan dengan sukrosa dapat menghambat pertumbuhan S.mutans. Kata kunci: Xylitol, glukosa, sukrosa, Streptococcus mutans, karies gigi Korespondensi (correspondence): Udijanto Tedjosasongko, Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Jl. Mayjend. Prof. Dr. Moestopo no. 47 Surabaya 60132, Indonesia. E-mail: udijanto@gmail.com 182 Dent. J. (Maj. Ked. Gigi), Volume 47, Number 4, December 2014: 181–185 pendahuluan Xylitol adalah golongan gula alkohol yang terdiri dari 5 rantai karbon yang banyak ditemukan pada beberapa tanaman, buah-buahan dan diproduksi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia. Seorang ahli kimia dari Jerman bernama Fischer adalah orang yang pertama kali menemukan jenis gula ini pada tanaman odorless putih. Sejak tahun 1960an xylitol mulai dikenal luas sebagai terapi cairan pada pasien post operative, luka bakar, shock, diet terapi pada pasien diabetes millitus dan akhir-akhir ini diperkenalkan sebagai pemanis dalam beberapa produk yang dapat meningkatkan kesehatan rongga mulut, seperti dalam pasta gigi dan obat kumur.1 Xylitol direkomendasikan oleh American Academy of Pediatric Dentistry sebagai sugar substitutes untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut pada anak-anak, dewasa, atau pasien dengan special health care. Diet makanan merupakan salah satu faktor dalam terbentuknya karies gigi. Peningkatan oral hygiene dan tindakan pencegahan seperti penggunaan fluoride, serta kontrol diet yang tepat merupakan beberapa strategi yang baik untuk mencegah karies gigi. Penggunaan xylitol sebagai sugar substitutes dianjurkan sebagai tindakan pencegahan karies, namun penggunaan xylitol sepenuhnya dalam mengganti dietary sugars juga tidak dianjurkan. Hal ini dikarenakan xylitol diserap lambat oleh lambung sehingga dalam pemakaian berlebih dapat menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan.2 Glukosa merupakan bagian utama diet penduduk di Indonesia. Selain sebagai makanan pokok, gula juga dikonsumsi sebagai makanan ringan atau camilan seperti yang terdapat dalam permen, wafer, kue, biskuit, dan dalam minuan ringan. Manifestasi konsumsi sukrosa dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk gula putih. Konsumsi sukrosa dalam jumlah besar dapat menurunkan kapasitas buffer saliva sehingga mampu meningkatkan insiden terjadinya karies.3 Bakteri rongga mulut seperti S. mutans sebagai salah satu penyebab karies gigi dalam pertumbuhannya sangat membutuhkan karbohidrat sebagai media pertumbuhannya. Hasil fermentasi dari karbohidrat dapat menimbulkan suasana asam yang sangat membantu acidogenic mikroflora berkolonisasi pada permukaan gigi dan dengan lamanya waktu akan dapat menyebabkan karies gigi. Makanan yang mengandung sukrosa, fruktosa, laktosa ataupun polisakarida yang lain kita konsumsi sebagai makanan sehari-hari atau biasa disebut sebagai dietary sugars termasuk jenis karbohidrat dengan dasar 6 rantai karbon. Jenis karbohidrat ini diketahui sebagai subtrat yang baik dalam pertumbuhan bakteri rongga mulut. Beberapa isu tentang diet mengatakan bahwa dietary sugars adalah yang bertanggung jawab dalam timbulnya karies.4 Konsumsi makanan atau diet memang sangat berpengaruh pada efek kerja dari xylitol dalam mencegah karies. Salah satu kemungkinan yang dapat dihubungkan efek xylitol dalam menghambat pertumbuhan dari bakteri adalah karena xylitol mempunyai 5 rantai karbon. Hal ini dapat dijelaskan pada “Rule 5/6” bahwa metabolisme karbohidrat yang mengandung 6 rantai karbon dihambat oleh karbohidrat dengan 5 rantai karbon. Nutrisi yang banyak digunakan sebagai sumber energi pada kehidupan manusia adalah karbohidrat dengan 6 rantai karbon dan derivatnya. Xylitol mencegah proses glikolisis karbohidrat 6 rantai karbon. Hal ini merugikan bagi mikroba yang ada pada tubuh manusia dalam hal ini bakteri rongga mulut.1 Dari beberapa uraian diatas terlihat bahwa dua jenis gula yaitu xylitol dan dietary sugars memiliki pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan S. mutans. Penggunaan dua jenis gula ini dalam waktu bersamaan kemungkinan akan terjadi penghambatan metabolisme sehingga akan berpengaruh pada pertumbuhan bakteri rongga mulut. Untuk itu kami ingin meneliti efek penambahan xylitol dalam glukosa dan dalam sukrosa yang termasuk dietary sugars terhadap pertumbuhan S. mutans yang merupakan salah satu jenis bakteri yang bertanggung jawab dalam timbulnya karies gigi. Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh penambahan xylitol dalam glukosa dan dalam sukrosa terhadap pertumbuhan S mutans, serta mengetahui konsentrasi hambat minimalnya secara in vitro. Pada akhir penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dalam penentuan diet jenis karbohidrat yang tepat dalam pengkombinasiaannya dengan xylitol sebagai pemanis yang non cariogenic dalam upaya pencegahan karies gigi. bahan dan metode Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris dengan desain penelitian post test only control group. Lokasi penelitian ini di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya dan Laboratorium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kimia bagian Kimia analitik Universitas Airlangga Surabaya. Pada penelitian ini digunakan 7 sampel pada masing-masing konsentrasi kelompok perlakuan dan 7 sampel untuk kelompok kontrol. Isolat S. mutans stock Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga tersimpan dalam media BHIB-gliserol dalam bentuk beku. Isolat yang masih beku dicairkan pada suhu kamar kemudian 2 ml dimasukkan dalam media 5 ml BHI-B dan selanjutnya diinkubasi dalam incubator aerob selama (24 jam, 37o C) untuk mengaktifkan S. mutans. Prosedur kultur ulang ini kemudian diulang sekali atau dua kali untuk memastikan bahwa kuman sudah benar-benar aktif dan bisa digunakan dalam penelitian. Setelah diaktifkan, isolat S mutans siap untuk digunakan dalam penelitian dan disesuaikan kekeruhannya dengan standard Mc Farland.5 Pembuatan larutan xylitol dalam aquadest steril dan dilakukan pengenceran seri dengan aquadest steril hingga didapatkan konsentrasi 10%, 5%, 2,5%, 1,25%, 0,62%. Persiapan suspensi bakteri dalam media BHI-B dengan 183Susilowati, et al.: Penambahan xylitol dalam glukosa, sukrosa terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans menyamakan kekeruhan suspensi bakteri dengan standard 0,5 Mc Farland hingga didapatkan suspensi bakteri 1,5 x 108 CFU/ml dan diencerkan lagi hingga mencapai 5 x 105 CFU/ml. Kemudian dari masing-masing konsentrasi xylitol diambil 1 ml dan ditambah 0,03 ml inokulum bakteri dan keduanya dimasukkan dalam media BHI-B dan selanjutnya dilakukan inkubasi dalam incubator aerob selama (24 jam, 37o C). Tahap selanjutnya dilakukan pengukuran pH dengan lakmus universal dan dilakukan pengamatan dengan spectrofotometer dan dengan melihat angka kekeruhan (OD) yang terlihat pada alat spectrofotometer akan menunjukkan semakin besar angka berarti semakin keruh dan semakin banyak jumlah kuman. Dengan metode yang sama dilakukan pengujian larutan sukrosa dalam konsentrasi 2,5%; 1,25%; 0,625%; 0,325%; 0,175%. Konsentrasi tersebut diperoleh dari konsentrasi terendah sukrosa dalam suatu media biakan yang dapat menumbuhkan bakteri. Prosedur yang sama dilakukan pada larutan glukosa dalam aquadest steril dengan konsentrasi 0,8%; 0,4%; 0,2%; 0,1%; 0,05% yang merupakan konsentrasi terendah glukosa dalam suatu media biakan yang dapat menumbuhkan bakteri. hasil Hasil perhitungan koloni bakteri pada pemberian xylitol untuk melihat pertumbuhan S. mutans tampak pada Gambar 1. Pada konsentrasi 0,625% xylitol memperlihatkan penurunan Optical Density (OD) jumlah koloni yang berarti pada konsentrasi tersebut xylitol dapat menghambat pertumbuhan koloni S. mutans. Selain itu pada konsentrasi 0,625% terlihat kenaikan pH dibanding kelompok kontrol. Minimal Inhibitory Concentration (MIC) xylitol terhadap S. mutans adalah 0,625%. Dari Tabel 1 dapat diketahui, signifikansi pada konsentrasi 0,625% dan 2,5% dengan kelompok kontrol <0,05 sehingga dapat dikatakan ada perbedaan yang bermakna pada konsentrasi 0,625% dan 2,5% dengan kelompok kontrol. Selain itu terlihat kenaikan pH pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dari Tabel 2 dapat diketahui, signifikansi pada semua konsentrasi dengan kelompok kontrol <0.05 sehingga dapat dikatakan ada perbedaan yang bermakna pada semua konsentrasi dengan kelompok kontrol. Selain itu terlihat kenaikan pH pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol. pembahasan Hasil pengamatan dari pertumbuhan S. mutans menunjukkan xylitol pada konsentrasi 0,625% mulai menunjukkan penghambatan pertumbuhan S. mutans dan terjadi kenaikan pH. Penghambatan xylitol terhadap Gambar 1. Jumlah koloni S.mutans setelah pemberian xylitol dalam berbagai konsentrasi tabel 1. Hasil uji-t penambahan xylitol dalam sukrosa pada pertumbuhan S. mutans Kelompok Mean difference Sd df Uji-t Sig 2.55% -0.01969 0.07005 6.574 -2.810 0.028 1.25% -0.0313 0.4334 12 -0.722 0.484 0.625% -0.0826 0.02350 12 -3.514 0.004 0.325% -0.0457 0.04067 12 -1.124 0.283 0.175% -0.0971 0.05208 12 -1.865 0.087 tabel 2. Hasil uji-t penambahan xylitol dalam glukosa pada pertumbuhan S. mutans kelompok Mean difference Sd df Uji-t Sig 0.8% -0.0980 0.04236 12 -2.314 0.039 0.4% -0.1003 0.02882 12 -3.480 0.005 0.2% -0.1601 0.03302 7.509 -4.849 0.002 0.1% -0.1420 0.03755 12 -3.782 0.003 0.05% -0.1881 0.02020 12 -9.313 0.000 184 Dent. J. (Maj. Ked. Gigi), Volume 47, Number 4, December 2014: 181–185 pertumbuhan S. mutans dan kenaikan pH berarti juga penghambatan karies. Penjelasan mekanisme bagaimana xylitol dapat memberikan efek tersebut sangatlah komplek dan belum bisa dijelaskan secara detail, namun penghambatan enzim kemungkinan terlibat dalam hal ini.1 Beberapa hal yang mungkin dapat menjelaskan hal tersebut adalah sebagai berikut, xylitol ditransport dan difosforilasi oleh Phosphoenolpyruvate xylitol phosphotransferase system (PEP-xylitol PTS) kedalam sel bakteri dalam hal ini S. mutans. Setelah masuk xylitol diubah menjadi xylitol 5 phosphate (X5P). Penumpukan X5P dalam intrasel bakteri ini akan menghambat enzim yang ada dalam proses glikolisis dan hasilnya akan menyebabkan penurunan produksi asam dan pada akhirnya menghambat pertumbuhan dari bakteri tersebut. Kemudian proses regulasi dari dalam bakteri melakukan dephosphorilasi X5P menjadi xylitol lagi dan kemudian mengeluarkan xylitol keluar dari sel. Siklus phosphorilasi dan dephosphorilasi ini disebut futile-cycle dimana hasil dari proses ini berupa PEP yang berfungsi sebagai donor phosphorilasi untuk pembentukan ATP dan sumber energi untuk PEP-sugar PTS. Keberadaan futile cycle ini membawa akibat penurunan produksi asam dan penurunan pertumbuhan bakteri.6 Pada penelitian ini didapatkan konsentrasi hambat minimal xylitol terhadap S. mutans adalah sebesar 0,625%. Modesto dan Drake,7 mengatakan kombinasi antara chlorhexidine 0,12% dan xylitol 0,5% dapat menghambat kolonisasi dari S. mutans. Pada penelitian lain yang dilakukan Sahni et al.,8 menunjukkan konsentrasi hambat minimal xylitol terhadap S. mutans sebesar 1,56% sedangkan pada S. salivarius dan S. sanguis sebesar 12%. Adanya perbedaan besar konsentrasi xylitol dalam menghambat bakteri rongga mulut tergantung kondisi bakteri. Mekanisme kerja atau prosedur penelitian serta asal isolat dari S. mutans juga akan mempengaruhi hasil dari penelitian. Pada penelitian ini isolat S. mutans yang digunakan berasal dari plak, karies pasien klinis. Selain itu pada konsentrasi larutan tertentu yang terbanyak sekitar 10-50% bakteri mengalami kesulitan untuk homeostasis, banyak bakteri yang tidak bisa bertahan pada perubahan tekanan osmotik yang drastis ini.8 Pada penelitian penambahan xylitol dalam sukrosa dan glukosa diperoleh bahwa pada penambahan xylitol dalam glukosa terdapat perbedaan yang bermakna pada semua konsentrasi sedangkan pada penambahan xylitol pada sukrosa hanya pada konsentrasi 0,625% dan 2,5% ada perbedaan yang bermakna. Dalam pembagiannya karbohidarat diklasifikasikan dari yang sederhana (monosakarida, disakarida) sampai yang komplek (polisakarida). Karbohidarat monosakarida terdiri dari glukosa, fruktosa dan galaktosa sedangkan disakarida terdiri dari sukrosa, maltosa dan laktosa. Jenis polisakarida merupakan jenis karbohidrat yang lebih komplek diantaranya starch, cereal, nasi, crackers, snack dan sebagainya. Pada penelitian ini jenis karbohidrat yang digunakan adalah glukosa yang termasuk monosakarida dan sukrosa yang termasuk disakarida. Sukrosa tersusun dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa.4 Menurut Trahan,9 pada penambahan xylitol dalam beberapa dietary sugar, S. mutans juga mempunyai PEP- fruktosa PTS yang fungsinya sama dengan PEP-xylitol PTS. Penambahan xylitol dalam beberapa dietary sugar xylitol ditransport melalui PEP-fruktosa PTS, dan dalam penambahan xylitol dalam fruktosa jumlah X5P intraseluler lebih sedikit dibanding jenis dietary sugar lainnya. Daya tarik PEP-fruktosa PTS pada fruktosa lebih kuat dibandingkan pada xylitol sehingga jika xylitol dan fruktosa digabungkan pembentukan X5P sedikit atau bahkan tidak terjadi. Pada penambahan xylitol dalam beberapa dietary sugar, S mutans juga mempunyai PEP-fruktosa PTS yang fungsinya sama dengan PEP-xylitol PTS.6 Pada penelitian ini penambahan xylitol dalam sukrosa hanya terdapat perbedaan pada konsentrasi 0,625% dan 2,5% sedangkan pada konsentrasi lain tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Sukrosa merupakan disakarida yang terbentuk dari molekul glukosa dan molekul fruktosa. Molekul fruktosa mempunyai daya tarik yang lebih kuat terhadap PEP-fruktosa PTS yang membuat xylitol masuk ke dalam tubuh bakteri melalui fruktosa phosphotransferase sistem sehingga pembentukan X5P sedikit dan hal ini menyebabkan tidak terjadinya penghambatan pertumbuhan S. mutans dan produksi asam pada beberapa konsentrasi penambahan xylitol dalam sukrosa. Adanya keseimbangan glukosa dan fruktosa dalam sukrosa sangat mempengaruhi kerja PEP-fruktosa PTS dalam menghasilkan X5P yang akhirnya berakibat pada penghambatan pertumbuhan S. mutans. Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi xylitol dengan glukosa dan dengan sukrosa dapat menghambat pertumbuhan S. mutans. Penambahan xylitol dalam sukrosa terjadi penghambatan S. mutans dan penurunan produksi asam pada konsentrasi 0,625% dan 2,5%. Pada penambahan xylitol dalam glukosa terjadi penghambatan S. mutans dan penurunan produksi asam pada semua konsentrasi. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan pengkombinasian yang tepat antara xylitol dengan jenis dietary sugars yang lain. daftar pustaka 1. Cronin JR. Xylitol a sweet for healthy teeth anf more. Alternative and Complementary Therapies 2003; 139-41. 2. American Academy of Pediatric Dentistry. Policy on the use xylitol on caries prevention. Council on Clinical Affairs, 2006. 3. Soesilo D. Peranan sorbitol dalam mempertahankan kestabilan pH saliva pada proses pencegahan karies. Maj Ked Gigi (Dent J) 2005; 185Susilowati, et al.: Penambahan xylitol dalam glukosa, sukrosa terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans 38(1): 25-8. 4. Carole AP. Diet and nutritionin oral health. New Jersey: Pearson Education Inc; 2003. p. 59-70. 5. Bailey S. Diagnostic microbiology. 7th ed. St Louis: Mosby Inc; 1986. p. 229-49. 6. Kakuta H, Iwami Y, Mayanagi H, Takahashi N. Xylitol inhibition of acid production and growth of mutans Streptococci in the presence of various dietary sugars under strictly anaerobic conditions. Caries Res 2003; 37(6): 404-9. 7. Modesto A, Drake DR. Multiple exposure to chlorhexidine and xylitol: adhesion and biofilm formation by Streptococcus mutans Curr Microbiol 2006; 52(6): 418-23. 8. Sahni PS, Gillespie MJ, Botto RW, Otsuka AS. In vitro testing of xylitol as an anticariogenic agent. Gen Dent 2002; 50(4): 340-3. 9. Trahan L, Bareil M, Gauthier L, Vadeboncoeur C. Transport and phosphorylation of xylitol by fructose phosphotransferase system in Streptococcus mutans. Caries Res. 1985; 19(1): 53-63.