Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012 101 PERAN KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA (KNPI) DALAM MEMBERDAYAKAN PARA PEMUDA PUTUS SEKOLAH MELALUI PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN Oleh : Dr. Kusniada Indrajaya,M.Si Dosen Universitas Negeri Palangkaraya Abstrak Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) adalah merupakan salah satu lembaga non formal atau wadah berhimpunnya para pemuda yang salah satu perannya adalah untuk membekali atau mengembangkan kemampuan para pemuda. Uraian ini sejalan dengan Undang-undang No. 8 Tahun 1985 yang mengukuhkan bahwa KNPI merupakan satu-satunya wadah resmi tempat berkumpul atau berhimpunnya para pemuda. Dengan tersedianya wadah tersebut diharapkan para pemuda akan dapat terkoordinir dengan baik dalam menjalankan pembangunan. Konsep pengembangan kemampuan pemuda sebagai SDM mengacu pada pandangan holistik, yang juga mengacu pada upaya pemberdayaan melalui berbagai kegiatan yang menghasilkan nilai ekonomis seperti keterampilan dan berusaha. Di samping tersedianya wadah atau oraganisasi kepemudaan, secara spesifik juga berbagai kebijakan baik politik maupun ekonomi harus mampu memberikan dukungan dan terobosan- terobosan yang dapat memberikan pengaruh langsung pada peningkatan kualitas pemuda sebagai sumberdaya manusia, yang akhirnya akan berdampak pada peningkatan produktifitas dan mengurangi angka pengangguran. Kata Kunci : KNPI, Pemuda Putus Sekolah, pelatihan dan wirausaha Latar Belakang Krisis multidimensi yang dialami bangsa Indonesia, yang diawali sejak terjadimnya krisis ekonomi 1977, ternyata sangat berpengaruh terhadap jalannya pembangunan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dalam kehidupan berbangsa dan bernegara mendapatkan imbas yang berat untuk memulihkan berbagai trauma yang dialami masyarakat, yang kemudian menyadarkan untuk bangkit dan membelajarkannya dengan ilmu dan keterampilan untuk menghadapi kehidupannya yang lebih baik. Jalan yang ditempuh akibat terjadinya krisis multidimensional adalah dengan pemulihan ekonomi, yaitu dengan mengupayakan peningkatan kesejahteraan masyarakat agar terbebas dari belenggu kemiskinan. Kemiskinan yang terjadi bukan semata-mata karena Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012 102 ketidakberdayaan, melainkan juga karena dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang kurang memberikan iklim kondusif bagi masyarakat untuk menjadi berdaya. Ketidakberdayaan ini banyak terjadi hampir di semua lapisan masyarakat baik yang tinggal kota maupun desa. Apalagi ketidakberdayaan yang dialami masyarakat tidak saja menimpa kaum tua, akan tetapi banyak juga menimpa para kaum atau genersi muda yang sesungguhnya memiliki tenaga potensial dalam pembangunan bangsa. Kondisi seperti ini tidak mungkin akan dibiarkan begitu saja dan terjadi secara terus menerus, melainkan harus segera dicarikan jalan keluarnya. Hal ini cukup beralasan karena pemuda sebagai generasi penerus dalam pelaksanaan pembangunan bangsa, merupakan aset dalam bentuk sumberdaya manusia (SDM) yang perlu diberdayakan dan dikembangkan kemampuannya. Sejalan dengan konsep pengembangan kemampuan pemuda, Gilley dan Eggland (1989:6) mengungkapkan ada tiga kategori dalam konsep SDM. Pertama, pemanfaatan SDM, ini berkaitan dengan hasil yang diinginkan dari setiap bidang yaitu peningkatan pengembangan, kompetensi, keahlian serta penyerapan perubahan sikap, pemberdayaan dan perbaikan. Kedua, perencanaan dan forecast SDM, berkaitan dengan perkiraan SDM di masa yang akan datang dan perencanaan yang sesuai untuk penerimaan, seleksi, training, dan peningkatan karier. Ketiga, pengembangan SDM, berkaitan dengan persiapan melalui kegiatan-kegiatan belajar dari SDM untuk posisi yang sekarang, tugas-tugas kerja di masa yang akan datang (pengembangan) selain meningkatkan secara pribadi (pendidikan). Pemberian bekal berupa kemampuan bagi pemuda, sebagai upaya pengembangan SDM menurut Schuler (1987) dalam Tjiptoherijanto (1997) merupakan upaya untuk meningkatkan kinerja dengan memberikan bekal keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan. “Development is any attempt to improve current or future employee performance by increasing, trough learning, and employee’s ability to perform, usuallly by increasing the employee’s skills and knowledge”. Pemuda sebagai SDM dalam kegiatan organisasi, menurut Campbell (1981:2) harus memahami benar bidang garapan organisasinya, apakah operasinya berskala besar, apakah ada marketnya, dan apakah telah dapat atau mampu berkompetisi dengan SDM lain dengan mengikuti aturan yang ada. Dari berbagai uraian tentang keberadaan dan peran SDM terutama pemuda dalam pembangunan, maka keberadaan oraganisasi pemuda seperti KNPI sangatlah penting. Walaupun disisi lain tidak tertutup kemungkinan keberadaan organisasi pemuda seperti KNPI masih perlu banyak mendapat Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012 103 perhatian dan dukungan dari pemerintah baik pusat maupun daerah. Lebih jauh tentang keberadaan dan kegiatan organisasi KNPI dapat di uraikan sebagai berikut: 1. Dasar Kegiatan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 sebagai hasil revisi dari Undang-Undang No.2 tahun 1989 tentang Sistim Pendidikan Nasional dijelaskan mengenai pengertian pendidikan secara umum yaitu merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. KNPI sebagai salah satu organisasi nirlaba yang berfungsi melayani masyarakat dari berbagai organisasi kepemudaan juga dapat melaksanakan program pendidikan melalui berbagai kegiatan seperti pelatihan. Pernyataan ini sesuai dengan semangat yang tertuang dalam GBHN 1999, yaitu memiliki peluang untuk melaksanakan visi dan misi pembangunan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan yang ingin dicapai mencakup kualitas lembaga sebagai penyelenggara/pelaksana pelatihan yang efektif dan efisien dalam menghadapai berbagai tantangan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Serta mampu memecahkan berbagai permasalahan atau memenuhi kebutuhan yang menjadi kesenjangan dikalangan masyarakat. Kedudukan dan fungsi tersebut sejalan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 73 Tahun 1991, yang tertuang pada BAB II pasal 2 tentang Pendidikan Luar Sekolah yang sekarang menjadi Pendidikan Non Formal menyebutkan, Melayani dan Membina warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang, memiliki pengetahuan dan keterampilan guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya, serta Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat. KNPI sebagai organisasi pemuda yang bergerak di jalur pendidikan Non Formal dalam melaksanakan pelatihan atau pembelajarannya harus berdasarkan atas kebutuhan anggota. Keberadaan KNPI sendiri diantaranya bertujuan untuk membantu pemuda yang kebanyakan putus sekolah dari pendidikan formal, baik itu putus sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan atas. Sedangkan pelatihan yang diberikan kepada pemuda bertujuan untuk membantu memberi bekal pengetahuan dan keterampilan khusus, bagi mereka yang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan tetapi ingin meningkatkan pengetahuannya sesuai kebutuhan dan perkembangan dunia ketenagakerjaan. Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012 104 2. Kendala-Kendala yang dihadapi KNPI Kota Bandung. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh KNPI kota Bandung, di kota Bandung sendiri masih banyak ditemukan beberapa pemuda yang tergabung sebagai anggota KNPI belum memiliki penghasilan. Di samping itu dari kegiatan yang diikuti dalam organisasi belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan dirinnya apalagi untuk masyarakat di sekitarnya. Sebagai akibatnya tidak jarang kalau KNPI hanya dianggap sebagai tempat bermain dan bersenang- senang saja. Hal ini disebabkan selain kurangnya fasilitas dan dana yang dimiliki KNPI kota Bandung, juga aksesibiltas organisasi kurang mampu menyentuh pada kepentingan masyarakat banyak. Oleh sebab itu agar mampu memberikan pelayanan dengan kualitas yang baik kepada masyarakat, dirasa masih perlu ditingkatkatnya kemampuan dan kesejahteraan pemuda atau anggota melalui kegiatan usaha. Kelemahan lain yang dirasakan KNPI kota Bandung adalah, bila dilihat dari sisi peranannya sebagai organisasi pemuda. Seperti dengan masih banyaknya para pemuda dari latar belakang disiplin ilmu yang berbeda, belum mampu menemukan jenis usaha yang dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan. Di antara para pemuda juga masih banyak yang lebih senang menganggur daripada bekerja atau berusaha, karena lapangan pekerjaan yang ada belum sesuai dengan minat atau apa yang mereka harapkan. Disinilah diperlukannya seorang tokoh atau sosok pemimpin pemuda sebagai agen perubahan yang mampu mengantisipasi keadaan tersebut, karena untuk menghasilkan suatu proses pembelajaran maupun pelatihan yang baik dan berkualitas sesuai tuntutan dan kebutuhan yang berkembang di masyarakat tidak terlepas dari kemampuan para pengurus organisasi itu sendiri. Kemampuan merupakan paduan dari pengetahuan , keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kegiatan berpikir dan bertindak. Peningkatan kemampuan pemuda yang ingin dikembangkan terdiri dari empat golongan yaitu ; a) kemampuan individu, b) kemampuan vokasional, c) kemampuan akademik , dan d) kemampuan sosial. 3. Kegiatan Pelatihan dan Wirausaha Sebagai Pendukung Organisasi Meskipun usaha-usaha pemberdayaan dan pengembangan kegiatan pemuda melalui berbagai kegiatan dan pelatihan terus digalakkan di KNPI, namun dalam pelaksanaannya, masih ada yang belum mampu menyentuh sesuai harapan anggotanya baik itu secara individu maupun tim. Kesan selama ini menunjukkan bahwa berbagai kegiatan maupun pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan tidak lebih merupakan hasil desain secara top down yang tentunya belum tentu sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan pemuda.. Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012 105 Kecenderungan yang terlihat masih banyak para pemuda yang tergabung dalam KNPI, masih merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Para pemuda lebih banyak menganggur walupun telah menjadi anggota cukup lama, sedangkan para pengurus yang diharapkan dapat menjadi agen pembaharu dalam organisasi tidak mampu berbuat banyak. Pelaksanaan pelatihan bagi pemuda yang dilaksanakan oleh KNPI selama ini, kebanyakan dalam rancangannya kurang memperhatikan kebutuhan anggota dan lebih mengutamakan pada kebutuhan oraganisasi. Hasil pelatihan semacam ini lebih banyak menekankan pada aspek sosial dan bukan pada kebutuhan pokok anggota, sedangkan keberadaan anggota secara umum, selain rata-rata putus sekolah juga tidak memiliki usaha atau matapencaharian. Oleh sebab itu, diperlukan sutau jenis pelatihan yang dapat memotivasi dan menumbuhkan jiwa wirausaha bagi peserta, khusunya pemuda anggota KNPI Kota Bandung. Pemberian pelatihan dan wirausaha kepada para anggota bertujuan agar para pemuda tidak saja hanya sekedar terampil, tetapi juga mampu menerapkannya sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Program pelatihan dan wirausaha yang diberikan dapat berjalan dengan baik, juga ditunjang oleh hasil kegatan identifikasi kebutuhan yang tepat. A. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas ditemukan suatu rumusan yang menjadi permasalahan pokok di kalangan pemuda, yaitu : adanya kesenjangan antara kondisi atau kemampuan pemuda anggota KNPI yang sekarang dengan kondisi atau harapan kemampuan pemuda yang seharusnya dimiliki. Permasalahan tersebut difokuskan pada ; Pertama, tentang bagaimana meningkatkan kompetensi/keterampilan pemuda agar disamping menjadi pengurus KNPI juga mampu bekerja untuk meningkatkan penghasilan,. Kedua, bagaimana pula bentuk proses pelatihan yang telah diterima pemuda sebelumnya, yang membuat pemuda tidak mampu menjalankan usaha. B. Perumusan Masalah Menanggapi tentang perlunya pelatihan bagi pemuda dalam upaya meningkatkan pengetahuan keterampilan dan kemampuan berusaha, tampaknya perlu sebuah pemikiran tentang pelaksanaan model pelatihan yang dapat mengakomodasi kebutuhan para pemuda tersebut baik di KNPI itu sendiri maupun di masyarakat. Dari hasil pelatihan diharapkan para pemuda di lapangan mampu mengembangkan secara terus menerus dan berkelanjutan sesuai kebutuhannya masing-masing. Sebagian besar para pemuda anggota KNPI kota Bandung, belum memiliki keterampilan atau kecakapan yang dapat dihandalkan untuk dijadkan sebagai sumber usaha yang dapat mendatangkan penghasilan. Kenyataan ini disebabkan oleh selain pengetahuan dan Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012 106 kemampuan berusaha yang sangat minim, juga mereka belum pernah diberdayakanan untuk menguasai jenis keterampilan tertentu dan menjadikannya sebagai sumber usaha. Yang terjadi selama ini, para pemuda anggota KNPI kota Bandung hanya diberdayakan untuk mampu melaksanakana kegiatan-kegiatan yang bernuansa sosial saja, dan belum pada upaya atau kegiatan yang mampu mendatangkan penghasilan bagi mereka. Dari beberapa permasalahan ini kemudian dijabarkan kedalam beberapa jenis pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi kemampuan pemuda yang tergabung dalam wadah KNPI kota Bandung pada saat ini ? 2. Bagaimana model konseptual pelatihan kecakapan hidup dan berwirausaha yang dapat meningkatkan keberdayaan pemuda KNPI Kota Bandung? 3. Bagaimana efektivitas model pelatihan kecakapan hidup dan berwirausaha dalam meningkatkan keberdayaan pemuda KNPI Kota Bandung? C. Definisi Operasional Untuk lebih mengarahkan dalam proses penelitian ini, ada beberapa konsep istilah yang digunakan dan perlu didefinisikan dalam penelitian ini seperti: 1. Model Pelatihan Keterampilan bagi pemuda Model pelatihan keterampilan bagi pemuda diartikan sebagai upaya untuk memperluas kemampuan, dan memajukan dari pola kegiatan peningkatan partisipasi individu, kelompok maupun masyarakat yang dilakukan dalam rangka memberi kekuatan dan keberdayaan diri sehingga dapat mengaktualisasikan diri secara optimal. 2. Pemuda Sebagai Usia Produktif Pemuda sebagai usia produktif yang dimaksudkan dalam konteks penelitian ini merupakan individu dan atau kelompok masyarakat yang tergabung dalam suatu wadah atau organisasi kepemudaan KNPI yang dilihat dari usia sekitar 15-30 tahun, dengan rata-rata memiliki latar belakang pendidikan, sosial dan ekonomi yang tidak memadai berdasarkan kriteria kelayakan kebutuhan hidup. 3. Kemampuan menjalankan usaha (berwirausaha) Kemampuan menjalankan usaha (berwirausaha) yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kondisi sosiologis, psikologis dan ekonomis dari para pemuda yang tergabung dalam organisasi kepemudaan. Kondisi seperti ini, dalam perspektif PLS dikategorikan sebagai kelompok pemuda yang tidak Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012 107 berdaya, artinya kelompok pemuda ini tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dikarenakan beberapa aspek yang mendasarinya seperti tidak memiliki pekerjaan, tidak ada penghasilan, keterampilan hidup yang tidak memadai, lapangan kerja yang sempit, dan modal usaha maupun modal kerja yang tidak ada. 4. Model Pelatihan Kecakapan Hidup dan Berwirausaha untuk Pemberdayaan Pemuda Model pelatihan kecakapan hidup dan berwirausaha untuk pemberdayaan pemuda anggota KNPI kota Bandung yang dimaksudkan dalam konteks penelitian ini adalah satu model pelatihan keterampilan secara terstruktur dan sistematis yang ditujukan memberikan bekal pengetahuan, keterampilan bagi pemuda atau anggota masyarakat dewasa khususnya yang tergabung dalam organisasi kepemudaan seperti KNPI dengan senantiasa memperhatikan kebutuhan belajar, minat pekerjaan dan modal kemampuan yang dimiliki secara psikologis dan sosiologis guna pemenuhan kebutuhan hidup. Sedangkan berwirausaha atau kegiatan menjalankan usaha yang dimaksudkan dalam pelatihan adalah, bahwa mereka yang tergabung dalam KNPI atau yang akan diberikan pelatihan, saat ini belum memiliki keterampilan yang dapat diandalkan sebagai sumber penghasilan. D. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian ; Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menemukan model pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan pemuda sesuai kebutuhan dan perannya di organisasi. Tujuan-tujuan tersebut dapat diperinci untuk : 1. Memperoleh data kondisi kemampuan pemuda yang tergabung dalam wadah KNPI kota Bandung pada saat ini. 2. Mengembangkan model konseptual pelatihan kecakapan hidup dan berwirausaha yang dapat meningkatkan keberdayaan pemuda KNPI Kota Bandung. 3. Menemukan efektivitas model pelatihan kecakapan hidup dan berwirausaha dalam meningkatkan keberdayaan pemuda KNPI Kota Bandung b. Manfaat Penelitian ; Secara teoritis, kegunan dari penelitian ini bila dilihat dari segi kontribusinya diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap pengembangan teori ilmu pendidikan, khususnya dalam pendidikan luar sekolah seperti konsep belajar sepanjang hayat. Yang dalam pelaksanaannya harus relevan dengan kondisi pemuda dan masyarakat lingkungan yang memiliki berbagai macam karakteristik. Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012 108 Secara praktis, penelitian ini bertujuan dapat memberikan masukan dalam membantu mengarahkan dan meningkatkan kemampuan pemuda, serta pengembangannya di organisasi kepemudaan seperti KNPI seusai tugas pokok dan fungsinya seperti: 1. Bagi Organisasi atau KNPI Tentang pengkajian kembali terhadap pelatihan maupun berbagai program yang telah dilaksanakan, apakah pelatihan atau berbagai program yang dilaksanakan telah sesuai bila ditinjau dari segi manfaat dan kegunaanya baik bagi pemuda sendiri, organisasinya atau KNPI maupun bagi masyarakat yang menerima secara tidak langsung. 2. Bagi Pemuda Efektifitas program pelatihan dalam memberikan bekal maupun dalam meningkatkan kemampuan pemuda sebagai sumber daya manusia, baik dalam proses pelatihan itu sendiri maupun penerapan serta pengembangannya dilapangan dalam melaksanakan tugas sesuai tugas pokok organisasi maupun kebutuhan pemuda itu sendiri. 3. Bagi Masyarakat dan Lingkungannya Penyelenggaraan program-program Pendidikan Luar Sekolah yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat lingkungan dimana KNPI itu berada, baik melalui pelatihan maupun pembinaan yang telah dilakukan. E. Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua bentuk kegiatan, yaitu: (1) exploration, yang bersifat kualitatif, dan (2) experimental. Kegiatan pertama, penelitian dilakukan secara exploratif-kualitatif dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut; 1. Studi pendahuluan; Kegiatan ini merupakan studi awal yang bertujuan untuk merefleksi situasi yang terjadi di lapangan. 2. Penyusunan model konseptual; Dalam penyusunan model konseptual selalu mengacu pada hasil studi awal atau studi pendahuluan. Pada tahap ini akan dikembangkan suatu model konseptual pelatihan keterampilan sebagai upaya pemberdayaan pemuda . 3. Kegiatan validasi/verifikasi model konseptual; Model konseptual yang telah disusun dilakukan vilidasi/verifikasi dengan melibatkan pakar di bidang Pendidikan Luar Sekolah, nara sumber pelatihan, dan dengan anggota kelompok pemuda. Kegiatan ini bertujuan untuk penyempurnaan model konseptual yang dilaksanakan melalui seminar, tukar pendapat dan sejenisnya. Hasil dari kegiatan ini kemudian diikuti dengan melakukan cek silang (cross check) dengan temuan-temuan dari hasil studi lain yang memiliki hubungan. Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012 109 2. Kegiatan revisi model konseptual; Revisi model didasarkan atas saran- saran dan masukan pakar dan praktisi, serta didukung oleh sumber- sumber bacaan berupa literatur maupun hasil penelitian. Selanjutnya, model revisi siap untuk diuji cobakan atau dieksperimenkan. Kegiatan kedua, yaitu pelaksanaan uji coba dengan menggunakan metode pre- eksperimen. Penelitian tahap ini merupakan implementasi model pemberdayaan pemuda melalui pelatihan keterampilan yang telah direvisi terhadap kelompok (pemuda) eksperimen. Desain yang digunakan adalah One- Group Pretest-Posttest Design. Disain ini dilakukan dengan membandingkan hasil pre-test dengan hasil post-test ujicoba pada kelompok yang diujicobakan, dan tidak menggunakan kelompok kontrol. Desain penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut: Gambar. 3.1. One-Group Pretest-Posttest Design Keterangan : T1 = Pre Test T2 = Post Test X = Perlakuan Pelaksanaan eksperimen terhadap kelompok pemuda dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Persiapan eksperimen; Tahap ini merupakan kelanjutan dari studi pendahuluan, yang dilakukan sesudah melakukan studi awal. Pada tahap persiapan ini juga dilakukan reviu hasil analisis studi pendahuluan. Rambu- rambu pertanyaan yang akan digunakan dalam mereviu adalah, apa yang harus dilakukan, tentang apa, siapa melakukan apa, dimana, kapan, dan bagaimana kegiatan itu dilakukan. Di tahap ini peneliti melakukan kolaborasi dengan pelatih/instruktur keterampilan yang ada sesuai kebutuhan di kota Bandung dan kelompok-kelompok usaha kecil yang ada di kota Bandung. 2. Pelaksanaan eksperimen; Dalam tahap ini masih diperlukan prinsip partisipatoris dan kolaboratif dari peneliti. Sebelum dilakukannya pelaksanaan eksperimen, terlebih dahulu dilakukan pre-test. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman terhadap anggota kelompok dalam pengimplementasian prinsip-prinsip pelatihan keterampilan, strategi pendekatan yang dilakukan, langkah-langkah, sumber belajar/instruktur, dan pemberdayaan unsur-unsur kerjasama dalam kelompok pemuda setelah eksperimen dilaksanakan. T1 X T2 Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012 110 3. Observasi pada kelompok eksperimen; Selama kegiatan uji coba atau eksperimen berlangsung, dilakukan juga kegiatan monitoring atau pemantauan terhadap pelaksanaan eksperimen. Observasi dilakukan secara langsung dan dengan mengunakan lembaran dalam bentuk terstuktur (sistematis), dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan maupun penghambat kegiatan eksperimen. 4. Tahap evaluasi; Evaluasi dilakukan setelah diperoleh hasil dari kegiatan observasi dan monitoring pada tahap sebelumnya (perlakuan kelompok ekperimen). Kegiatan evaluasi berisikan tentang analisis, interpretasi dan eksplanasi dari informasi yang diperoleh dari pengamatan atas pelaksanaan eksperimen pada kelompok eksperimen. Untuk memperjelas alur pemikiran atau langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian dan pengembangan ini dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut: Kegiatan I Kegiatan II Gambar . Langkah-langkah Penyusunan Model Penelitian Pengembangan F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Teknik-teknik pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan: Observasi, dalam kegiatan ini dilakukan dan diupayakan agar peserta sebagai sasaran penelitian tidak merasa kalau dirinya sedang diobservasi. Kegiatan ini dilakukan untuk mencermati beragam fenomena dari mulai tahap studi orientasi suasana lingkungan penelitian, implementasi, sampai evaluasi hasil. Data observasi diperoleh melalui sumber belajar maupun dinas atau instansi terkait lainnya, serta dari anggota masyarakat. Materi yang akan di Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012 111 eksperimenkan meliputi ; (1) kegiatan nara sumber selama berinteraksi dengan calon peserta yang dilanjutkan dengan diskusi dalam pelatihan, (2) kegiatan nara sumber dalam menjelaskan materi selama diskusi berlangsung (3) kegiatan nara sumber dalam menciptakan suasana dalam kelompok, (4) aktifitas para pemuda (kelompok) selama mengikuti pelaksanaan eksperimen, dan (5) kegiatan implementasi komponen-komponen pelatihan di masyarakat. Studi dokumentasi, kegiatan ini bertujuan untuk menjaring data atau dokumen tertulis yang ada kaitannya dengan penyelenggaraaan pelatihan yang akan dilaksanakan. Data ini digunakan untuk melengkapi dalam upaya menemukan data yang benar. Data yang diperoleh melalui hasil penelaahan serta interpretasi terhadap dokumen, dapat dijadikan sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji, bahkan untuk meramalkan data yang didapat dari Dinas/instansi terkait maupun Pemerintah Kota Bandung. Wawancara, kegiatan ini bertujuan untuk mewawancarai sejumlah tokoh yang dianggap sebagai kunci dalam penelitian, seperti Pemerintah Kota, Instansi terkait dan tokoh masyarakat tempat pemuda yang akan dijadikan sasaran. Sedang kepada nara sumber berkisar tentang pengalaman, cara pengimplementasian dan metode yang digunakan dalam melaksanakan pelatihan di masyarakat. Teknik ini dilakukan peneliti untuk mengamati masyarakat khususnya pemuda, melalui pengamatan data yang intensif dalam bentuk komunikasi vertikal sebagai proses interaksi peneliti dengan sumber data sebagai responden. Teknis yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan teknis saturasi atau kecukupan data dan trianggulasi. Teknis ini disamping bertujuan untuk menguji apakah model yang diajukan sudah layak untuk diimplementasikan, juga untuk merefleksikan data melakukan interpretasi atas dasar acuan teori serta memberikan penguatan terhadap proses pelatihan. Untuk menjaga viliditas, reliabilitas dan objektifitas temuan dilakukan melalui pengujian yang disebut; validitas internal (credibility), validitas eksternal (transferability), reliabilitas (dependability) dan objektifitas (confirmability). Credibility (kepercayaan), dilakukan agar hasil-hasil temuan dapat dicapai kebenarannya oleh peneliti, untuk data dan informasi ganda atau yang memiliki penafsiran berbeda. Penarikan keabsahan data dan informasi melalui upaya (1) activies increasing the probality that credible finding will be pruduced, (2) persistent observation , (3) triangulation, (4) peer debiefing, (5) referential adequacy, (6) negative case analysis dan (7) member checks. Transferability (validitas eksternal), dilakukan untuk mengkaji sejauhmana hasil penelitian dapat diaplikasi atau digunakan dalam situasi berbeda. Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012 112 Trasferability ditempuh peneliti dengan mencari dan mengumpulkan kajian- kajian empiris, yaitu model-model faktual dalam penyelenggaraan pelatihan, baik yang dilakukan oleh tenaga-tenaga PLS, instansi terkait maupun kelompok-kelompok usaha serta lembaga swadaya masyarakat. Dependability (ketergantungan), yaitu upaya untuk melihat sejauh mana hasil penelitian atau model pelatihan yang dikembangkan dan diujicobakan pada kondisi atau setting tertentu, sehingga model tersebut dinyatakan memiliki dependability. Comfirmability (derajat keyakinan), ditempuh untuk melihat kebenaran data yang diperoleh melalui audit trail. Audit trail dilakukan dengan (1) pemeriksaan terhadap semua catatan lapangan, laporan dan dokumen, (2) hasil analisis data, tabel, gambar dan konsep-konsep dan (3) catatan mengenai proses penelitian. Pengujian efektifitas model dilakukan terhadap model konseptual yang dikembangkan sehingga dapat menjadi model empirik atau layak terap. Sedangkan pengukuran antara data pre-test dan post-test dilakukan dengan uji beda dua data rata-rata berpasangan Teknik yang dianggap cocok adalah teknik Wilcoxon Match Pairs Test atau uji Wilcoxon (Siegel,1997:93, Sugiyono,1999:240, dan Borg and Gall, 1989:565). Uji beda dilakukan untuk melihat sejauh mana perbedaan antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada kelompok ujicoba. H. Temuan Penelitian dan Implikasi Hasil Penelitian 1. Temuan Penelitian Dalam penelitian model pelatihan keterampilan kecakapan hidup dan berwirausaha ini peneliti menggunakan subjek penelitian yang diambil secara purposive, dan terpilih sebanyak 20 orang sebagai peserta belajar. Untuk kegiatan analisis, seluruh peserta belajar yang terpilih digunakan seluruhnya. Dari kegiatan analisis yang dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif, jawaban seluruh peserta belajar ditabulasikan kedalam tabel induk penelitian. Berdasarkan tabel induk penelitian tersebut kemudian dianalisis secara rinci sesuai dengan rancangan analisis yang telah dikemukakan sebelumnya. Hasil kegiatan analisis yang dilakukan secara kualitatif ditemukan bahwa seluruh peserta belajar tersebut mampu diberdayakan melalui pelatihan dan menjalankan berusaha. Selesai mengikuti pelatihan peserta belajar dapat mengidentifikasi sumber-sumber yang dapat mendukung usaha mereka. Sumber-sumber tersebut seperti penyandang dana atau modal, dan mitra kerja Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012 113 dalam menjalankan usaha. Target dari kegiatan pelatihan ini dirasa telah tercapai dan cukup memuaskan. Hasilnya, ditandai dengan tingkat pemahaman peserta terhadap konsep dasar dan manfaat pelatihan kecakapan hidup termasuk dalam kategori baik. Dampak dari pelatihan selain mampu meningkatkan keterampilan peserta belajar yang sebelumnya tidak mereka pahami, juga mampu mendatangkan pekerjaan tetap. Jenis keterampilan/kecakapan hidup yang dijadikan usaha, selain sesuai dengan kondisi lingkungan setempat, juga tingkat kepedulian sesama peserta dalam bekerjasama menjalankan usaha kelompok semakin tinggi. Jadi secara deskriptif tujuan pengimplementasian dari model yang dikembangkan telah tercapai. Temuan hasil analisis kualitatif diperkuat oleh temuan kuantitatf. Analisis kuantitatif dilakukan dengan tujuan untuk melihat hasil perbandingan dua subjek yang berpasangan yaitu peserta belajar sebelum dan sesudah pelatihan. Dari hasil analisis kuantitatif diketahui bahwa telah terjadi perbedaan secara nyata antara pengetahuan dan kemampuan peserta belajar sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan, sehingga dapat dikatakan bahwa pelatihan kecakapan hidup dan berwirausaha terbukti efektif dalam memberdayakan peserta belajar untuk menguasai keterampilan dan menjalankan usaha. Di samping itu dari hasil analisis juga menunjukan bahwa kegiatan pelatihan ternyata membawa dampak posistif terhadap peserta belajar. Diantara dampak yang ditimbulkan seperti dapat merubah persepsi maupun sikap dari peserta belajar dalam menjalankan usaha. Secara detail desain temuan model konseptual pelatihan kecakapan hidup dan berwirausaha yang telah diujicobakan dan disempurnakan tersebut dapat dilihat dalam bentuk visualisasi sebagai berikut: Dari hasil analisis deskriptif maupun uji non parametrik, keduanya menunjukan bahwa tujuan dari penelitian untuk memberdayakan masyarakat petani penggarap dalam menemukan dan menjalankan usaha baru dapat tercapai. Dari hasil temuan di lapangan juga menunjukkan bahwa model pelatihan ini ternyata sesuai dan ideal bagi masyarakat petani penggarap dalam meningkatkan kemampuan berusaha. 2. Implikasi Hasil Penelitian Berkaitan dengan temuan penelitian yang telah dikemukakan, dapat juga dideskripsikan yang berkaitan tentang implikasi hasil pengembangan model Pelatihan Kecakapan Hidup dan Berwirausaha, yaitu: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012 114 Pertama, pengembangan model Pelatihan Keterampilan Kecakapan Hidup dan Berwirausaha yang dilakukan KNPI kota Bandung, merupakan model pembelajaran yang praktis dan strategis. Praktis karena secara teknis mereka telah memiliki dasar-dasar keterampilan berusaha dan hasilnya dapat diaplikasikan dalam waktu singkat. Strategis karena dapat membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya pemuda. Para peserta dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melalui konsultasi secara berkesinambungan dengan pihak KNPI sebagai mitra belajar dan mitra usaha lainnya baik yang melalui jaringan KNPI maupun yang tidak. Tempat dan waktu kegiatan usaha dan pembelajaran dapat dilaksanakan di tempat kerja/usaha, di KNPI kota Bandung, di rumah atau di tempat lain yang dipandang strategis. Kedua, pengembangan model Pelatihan Kecakapan Hidup dan Berwirausaha ini dalam implementasi model melalui pelatihan, dapat meningkatkan pengetahuan para peserta atau calon pengusaha. Para peserta menjadi sadar akan arti pentingnya pendidikan dan pengembangan usaha, serta melalui pendidikan juga dapat meningkatkan motivasi belajar dan berwirausaha, sehingga berdampak semakin berkembangnya kemampuan para pemuda maupun usaha kecil, dan para pemuda menjadi lebih terbuka terhadap informasi dari luar, dan lebih mendidik generasi muda untuk menguasai berbagai jenis pengetahuan dan keterampilan. Uraian diatas merupakan gambaran keberhasilan dari penyelenggaran sebuah model pelatihan kecakapan hidup dan berwirausaha yang telah dikembangkan. Hasil penyelenggaraan pelatihan bagi pemuda pengurus dan anggota KNPI yang ada di kota Bandung, diharapkan dapat berekembang menjadi bentuk usaha. Dengan adanya keberlanjutan program dalam bentuk usaha, maka para pemuda dapat menemukan jenis keterampilan baru yang dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan, yang akhirnya akan berdampak pada peningkatan kehidupan I. Kesimpulan dan Rekomendasi 1. Kesimpulan Secara umum, penelitian ini telah mencapai tujuan sesuai yang diharapkan yakni menemukan dan mengembangkan sebuah model Pelatihan Kecakapan Hidup dan Berwirausaha bagi pemuda di KNPI kota Bandung.. Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang dipaparkan dalam penelitian ini, kemudian dikaitkan dengan hasil temuan penelitian dan pembahasannya, maka secara garis besar dapat di buat beberapa kesimpulan sebagai berikut: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012 115 a. Kondisi kemampuan pemuda yang tegabung dalam organisasi KNPI di kota Bandung Dari hasil identifikasi terhadap kondisi pemuda yang tergabung di organisasi KNPI peneliti menemukan: Pertama: Pada awalnya keberadaan organisasi KNPI hanya membawa misi untuk kepentingan politis bagi sebagian golongan saja, namun seiring dengan perkembangan zaman organisasi tersebut dapat mengembangkan program-programnya ke berbagai kegiatan sosial lain, seperti memberikan pembinaan dan pelatihan kepada generasi muda. Kedua: Para pemuda yang tergabung dalam organisasi KNPI di Kota Bandung masih banyak yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat diandalkan. Ketiga: Para pemuda yang masuk menjadi anggota KNPI rata-rata berpendidikan SLTA dan berusia sekitar 20 sampai 30 tahun. Keempat: Belum adanya dana khusus yang disediakan pemerintah maupun instansi terkait, yang dapat dgunakan sebagai program pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia bagi pengurus maupun anggota b. Temuan model pelatihan kecakapan hidup dan berwirausaha bagi pemuda di KNPI kota Bandung. Dari hasil ekplorasi di KNPI kota Bandung dalam upaya memberdayakan pemuda untuk dapat memiliki keterampilan dan mengembangkan menjadi usaha, maka langkah yang dirasa tepat adalah melalui pemberian pelatihan kecakapan hidup. Model pelatihan kecakapan yang dikembangkan diarahkan pada pengembangan usaha produktif yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan, dan kebutuhan anggota. Dari hasil pengujian model yang dilakukan sebanyak dua kali membuktikan pengetahuan dan keterampilan peserta secara umum menunjukkan peningkatan. Kalau pada uji coba tahap pertama peserta hanya baru mengetahui dan menguasai sebagian kecil mengenai keterampilan yang mereka praktekkan, namun pada uji coba tahap kedua seluruh peserta sudah dapat menguasai baik teori mauun praktek Untuk menjamin kalau keterampilan yang mereka kuassai layak untuk dijadikan sumber usaha, tetap akan dilakukan pembinaan lanjutan melalui program pendampingan. c. Keefektifan Model Pelatihan Kecakapan Hidup dan Berwirausaha Keefektifan dari model yang telah diterapkan dapat terlihat dari deskripsi hasil pengujian baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Berdasarkan temuan hasil uji coba dari model pelatihan yang dikembangkan dapat disimpulkan sebagai berikut : Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012 116 1) Konseptualisasi model pelatihan Pertama: Berangkat dari nilai-nilai budaya gotong royong yang ada di organisasi, ternyata mampu memberikan inspirasi yang kuat dalam melandasi kerangka kerja model konseptual pelatihan kecakapan hidup dan berwirausaha Kedua: Dalam penyusunan model konseptual, selalu diawali dengan pertimbangan kondisi objektif pada kelompok sasaran yaitu para pemuda yang belum memiliki keterampilan dan usaha. Proses pelatihan dilakukan melalui tahapan pelatihan dalam dua tahap. Ketiga: Dalam melakukan pengembangan model, KNPI kota Bandung memiliki beberapa daya dukung seperti, keberadaan lembaga atau organisasi yang legal, letak KNPI yang strategis, memiliki SDM yang berklasifikasi baik dan mampu berkembang, serta dimilikinya jaringan kemitraan baik kepada beberapa individu, kelompok kemasyarakatan, maupun para pengusaha. Keempat: Peserta pelatihan menganggap kalau model konseptual dan jenis keterampilan yang dikembangkan telah sesuai dengan kebutuhan mereka (peserta). Kelima: Implementasi model pelatihan kecakapan hidup yang dikembangkan terdiri dari dua tahapan: a) Uji coba terbatas atau tahap pertama, yaitu bertujuan untuk melihat sejauh mana kemampuan awal yang dimiliki peserta pelatihan. b) Uji coba tahap kedua, yaitu bertujuan untuk lebih memantapkan lagi dari hasil uji coba sebelumnya yang dianggap masih kurang. 2) Validasi dan implementasi model konseptual Validasi: Untuk mendapatkan keyakinan kesesuaian dari rancangan model yang disusun dengan kebutuhan peserta pelatihan, dilakukan validasi model kepada berbagai pihak atau para ahli. Instrumen validasi Bagian-bagian yang divalidasi adalah struktur model konseptual dan relevansinya dengan objek dan subjek penelitian. Hasil validasi dianalisis secara deskriptif untuk membuat keputusan dalam memperbaiki model konseptual yang telah dibuat untuk siap diuji-cobakan. Implementasi: Berdasarkan hasil implementasi atau uji coba yang dilakukan, model pelatihan keterampilan usaha terpadu telah dianggap sesuai untuk memberdayakan pemuda. Dalam pelaksanaan dan hasil penilaian dari model Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012 117 yang diujicobakan pada tahap pertama dan kedua, secara nyata mampu memberikan kontribusi yang positif dalam kehidupan pemuda/peserta belajar. Hasil analisis data menunjukkan, disamping adanya kesadaran dari peserta untuk mengikuti, juga pengetahuan dan keterampilan dari peserta menjadi meningkat. Secara kuantitatif menunjukkan telah terjadi peningkatan penguasaan pengetahuan dan aplikasi keterampilan. Peningkatan rata-rata tersebut terlihat dari hasil pre-test ke post-test, yang diperoleh sebesar 36,9%,. Dengan hasil tersebut juga menunjukkan bahwa secara keseluruhan telah terjadi peningkatan skor pencapaian pada masing-masing peserta, dalam arti bahwa telah terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk berwirausaha pada diri peserta. 2. Rekomendasi Sehubungan dengan temuan penelitian dan teori-teori yang dijadikan pegangan sebagai landasan operasional dan pembahasan dalam penelitian ini, direkomendasikan beberapa hal. a) Rekomendasi untuk Penerapan Model Temuan Model pengelolaan Pelatihan Kecakapan Hidup dan Berwirausaha terbukti selain efektif untuk meningkatkan kesadaran pemuda, juga dapat memotivasi pemuda untuk aktif dalam proses pelatihan. Melalui model ini pemuda sebagai peserta juga telah dapat merencanakan kegiatan usahanya, mengorganisir diri dalam kelompok jaringan usaha, dan mengembangkan jenis dan kualitas produksi/layanan. Hasil belajar dapat meningkatkan pengetahuan dan aspirasi pendidikan, keterampilan, dan sikap kewirausahaan. Bagi para agen perubahan selayaknya mau dan mampu mendorong pelaksanaan pembelajaran di kalangan pemuda baik bagi yang tergabung dalam KNPI maupun tidak, yang tingkat pengetahuan dan keterampilannya rendah. Bila model ini akan diimplementasikan, maka para agen perubahan dan fasilitator perlu lebih awal melakukan proses pendekatan kepada organisasi KNPI dan para pemuda secara langsung. Hal ini bertujuan untuk dapat mengubah sikap tertutup yang dimiliki peseta untuk dapat berubah menjadi terbuka terhadap informasi dan bersedia mengikuti pembelajaran melalui pelatihan. Proses pemilihan bahan belajar keterampilan hendaknya diorientasikan pada terwujudnya kepemilikan vocational skill kepada kelompok sasaran. Untuk mewujudkannya, perlu melalui proses seleksi bahan latihan yang ada di tengah-tengah masyarakat maupun berupa inovasi Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012 118 dari luar. Sedangkan dalam upaya merekonstruksi konsep pendidikan secara umum, seperti dalam belajar dan pembelajaran, terutama memasuki era globalisasi, perlu juga mempertimbangkan rekomendasi UNESCO tentang empat pilar pendidikan sebagai upaya pengembangan pemuda. b) Rekomendasi untuk Penelitian Lanjutan Bagi peneliti lanjutana dapat direkomendasi untuk mengambil beberapa tema yang besumber dari hasil penelitian ini. baik yang bersifat replikasi atau perluasannya maupun yang berkenaan dengan fokus yang diteliti. Secara spesifik rekomendasi ditujukan kepada peneliti lanjutan yang bergerak dalam bidang pengembangan program pendidikan luar sekolah, terutama yang bersumber dari penelitian ini adalah : Pertama ; Model pelatihan kecakapan hidup dan berwirausaha ini telah memadai untuk dikatakan sebuah model, karena telah melalui pengujian atau validasi baik secara teoritik dan empirik. Namun demikian dalam ujicobanya masih dilakukan secara terbatas, baik itu dari sisi kelompok sasarannya, lokasi maupun siklus ujicobanya, untuk itu masih diperlukan kegiatan ujicoba yang lebih luas. Kedua ; Berkaitan dengan model penelitian, masih perlu dilakukan pengujian secara kuantitatif melalui desain penelitian eksperimental yang ketat. Sebagai variabel kriteria dapat dipilih misalnya besarnya modal awal, tingkat pendidikan, jenis usaha, keterlibatan pihak lain, dan asal daerah peserta seperti kota atau desa. Ketiga ; Model yang dikembangkan dalam penelitian ini hanya dilakukan pengujian pada dua kelompok berpasangan yaitu sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Sehubungan dengan itu untuk lebih meyakinkan keefektifan dari model ini, masih perlu dikembangkan lagi dengan memberikan bandingan melalui pembentukan kelompok kontrol (sebagai pembanding) diluar kelompok berpasangan yang telah diberikan pelatihan. Keempat; Model yang dikembangkan dalam pelatihan ini juga masih hanya pada dua jenis keterampilan saja, yaitu hanya pada perakitan dan pelayanan jasa perbaikan computer dan ponsel. Bagi peneliti lanjutan masih memungkinkan untuk mengembangkan dalam jenis keterampilan lain Kelima ; Hasil model yang dikembangkan dalam penelitian ini tidak untuk digeneralisasikan kepada semua kalangan, namun demikian dapat Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012 119 juga diterapkan pada sasaran atau kelompok lain yang memiliki kesamaan karakteristik baik dari segi peserta maupun kondisi lingkungan seperti dalam penelitian ini (pemuda anggota KNPI kota Bandung). DAFTAR PUSTAKA Abdulhak, Ishak. (1995). Metodologi Pembelajaran pada Pendidikan Orang Dewasa. Bandung : Cipta Intelektual. Alwasilah, A. Caedar, 2003. Pokoknya Kualitatif. Jakarta, PT. Kiblat Buku Utama Anderson, arnold C, Bowman, Mary Jean. (1965). Educational Economic Development. Chicago : Aldine Publishing Comp. Arief, Zainudin,(1997). Andragogi. Bandung : Angkasa. Arikunto, Suharsini,(1989). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta :Bina Aksara. Basleman, Anisah & Mappa, Syamsu, (1994).Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta : Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud. Bogdan, Robert C., Biklen, Sari Knopp,(1982). Qualitative Research For Education: An Introduction to Theory and Method. Boston :Allyn and Bacon, Inc. Caplow, Theodore. 1954. The Sociologi of Work. New Jersey: Princetown University Press. Cary, Lee J. 1970. Community Development As A Process. Columbia: Missouri. Chambers, Robert. 1987. Pembangunan Desa Mulai Dari Belakang. Jakarta: LP3ES. Combs, Philip H. dan Manzoor Ahmed. 1984. Memerangi Kemiskinan di Dunia Ketiga Melalui Pendidikan Non-Formal. Jakarta: Rajawali. Darkenwald, Gordon D., and Merriam, Sharan B.,(1982). Adult Education: Foundation of Practic. New York : Harper and Row, Publisher. Depdikbud,(2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : BP. Restindo Mediatama. Dharma, Agus,(1998). Perencanaan Pelatihan, Pusdiklat Pegawai Depdikbud Dunn, Edgar S, Jr. 1971. Economic dan Social Development: A Process of Social Learning. Baltimore: The Johns Hopkins University Press. Freire, Paulo. 1984. Pendidikan, Pembebasan, Perubahan Sosial. Jakarta: Sangkala Pulsar. Good, Tom W.(1982). Delivering Effective Training. San Diego. California, Inc.: University Associates. Havelock, G. Ronald. 1975. The Change Agent’s Gide to Inovation in Education. New Jersey: Educational Technology Publication. Hikmat, Harry. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung, Humaniora Utama. Ingalls, John D. (1972). A Trainers Guide to Andragogi. Revised Edition. Washington, D.C. :U.S. Departement Of Healt, Education, And Welfare. Iskandar, Anwas. 1988. Petunjuk Teknis Program Kejar Paket A dan Program kejar Usaha. Jakarta: Depdikbud. Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara, Nomor : 25/KEP/MK.WASPAN/6/1999, Tentang Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya. Kidervatter, Suzanne. 1979. Nonformal Education as An Empowering Process. Massachusetts: Center for International Education University of Massachusetts. Kinlaw, Dennis.C. (1996). The ASTD Trainer’s Sourcebook; Coaching. Mc Graw-Hill. Knowles, Malcom S. (1986). The Adult Learner A Neglected Species. Third Edition. Houston : Gulf Publishing Company. Korten, David C. 1980. “Community Organization dan Rural Development: A Learning Process Approach” dalam Public Administration Review. Sept-Oct. 1980. Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012 120 Leask, Marilyn, et al. 1996. Recruiting Science Teachers from Ethnic Minority Groups: Selection for initial Teacher Education. In Research ini Science & Technological Education. Number. 1 Volume. 14. Massachusetts: Carfax. Maryono. 1997. “Pemberdayaan Nakerwan Lewat Model Pembelajaran Luar Sekolah”. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Luar Sekolah dan Konvensi ISPPSI tahun 1997, tanggal 13-15 Nopember 1997. Naisbitt, John. 1995. Megatrends Asia: Delapan Megatrend Asia yang Mengubah Dunia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nasution, Zulkarimein. 1992. Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Teori dan Penerapannya. Jakarta: Rajawali. Peraturan Pemerintah Nomor 73. Tahun 1991. Tentang Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Sekretariat Jenderal Depdikbud. Rogers, Everett M. dan Shoemaker F. Floyd. 1971. Communication of Innovations. New York: The Free Press. Rogers, Everett M. 1983. Diffusion of Innovations. New York. A Devision of Macmillan Publishing Co. Inc. Siagian, Sondang. P.(1998). Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta: Bumi Aksara. Srinivasan, Lyra.(1979). Beberapa Pandangan Mengenai Pendidikan Non Formal Bagi Orang Dewas., Bandung :BPKB Jayagiri Lembang. Sudirman,. (2001), Dampak Pelatihan Terhadap Peningkatan Pendapatan Lulusan Pelatihan. Tesis. Sudjana, H.D.(1996). Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan Sejarah Perkembangan Falsafah & Teori Pendukung Azas. Bandung : Nusantara Press. ___________,(1993). Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Luar Sekolah. Bandung :Nusantara Press. ___________,(1993). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif dalam Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : Nusantara Press. ____________ ,(1992). Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : Nusantara Press. Soedomo, M. 1993. “Pendidikan Luar Sekolah ke Arah Sistem Belajar Masyarakat. Jakarta: P2LPTK-Depdikbud. Tilaar, H.A.R. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Indonesia Tera. Trisnamansyah, Sutaryat dkk. 1995. Studi Tentang Karakteristik Kebutuhan Pendidikan Pasca Melek Huruf dan Pendidikan Berkelanjutan dalam Hubungan dengan Kebutuhan Tenaga Kerja Sektor Industri di Jawa Barat. Dalam Mimbar Penelitian. No. 26 Juli 1995. (Hal. 62-75). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional: Jakarta, BP Restindo Mediatama. UNESCO. 1992. Program Berorientasi Masa Depan. Jakarta: Depdikbud. Usman, Sunyoto. 1998. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Zaltman, Gerald dan R. Duncam. 1987. Creating Social Change. New York: Holt Reneihart dan Winston, Inc.