Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 58 REVITALISASI PERAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 1 Wedi Fitriana, 2 Dewi Safitri Elshap 1,2 STKIP Siliwangi Bandung Abstrak Pendidikan Luar Sekolah adalah salah satu kunci utama dalam pembangunan. Dengan berbagai fleksibilitas dan adaptabilitasnya untuk memberikan fasilitasi terhadap kebutuhan layanan pendidikan, pendidikan luar sekolah jauh lebih kuat dalam menjangkau berbagai jejaring kemitraan dan lapisan masyarakat. Hal ini akan mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar dalam konteks yang sesungguhnya, bukan sekedar upaya politis populis. Inilah yang perlu difahami oleh berbagai pihak mengenai peran dasar dan peran utama pendidikan luar sekolah, sekarang maupun di masa yang akan datang. Keyword : pemberdayaan masyarakat, peran, pendidikan luar sekolah PENDAHULUAN Manusia adalah mahluk yang senantiasa berubah dan berkembang. Kemampuannya dalam mengelola dan mengembangkan keterampilannya untuk memanfaatkan alam sekitarnya adalah salah satu kekuatan terbesar manusia, disamping kemampuannya untuk menjalin sikap kerjasama yang saling menguntungkan satu sama lain. Dengan potensinya tersebut, manusia pada dasarnya sanggup untuk mengembangkan apapun menjadi hal yang bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu, kemampuan manusia dalam membangun dan mengembangkan serangkaian keterampilan yang dapat memberikan nilai tambah terhadap kehidupannya, akan membuat hidupnya jauh lebih bermakna. Manusia memiliki keterampilan dan kemampuan yang besar dalam mengelola emosi, potensi alam dan berbagai peluang lain dalam kehidupannya. Pemanfaatan potensi hanya bisa dilakukan bila manusia sanggup melihat peluang Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 59 yang dimilikinya, serta memahami bagaimana mengelola dan mengolah potensi tersebut. Permasalahannya adalah, dalam beberapa permasalahan yang muncul dalam kehidupan manusia, justru diawali dengan adanya ketidakmampuan dalam mengembangkan, mengelola dan memanfaatkan potensi yang dimilikinya, sehingga mereka mengalami permasalahan disfungsionalisasi, baik secara individu maupun secara kelompok. Inilah yang kemudian menyebabkan adanya permasalahan dalam kehidupan manusia itu sendiri, salah satunya adalah kemiskinan yang kemudian menjadi pemicu berbagai permasalahan yang berhubungan dengan sistem sosial masyarakat. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, pada bulan Maret 2014, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,28 juta orang, sekitar 11,25%. Dalam konteks tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa jumlah penduduk miskin berkurang sebesar 0,32 juta orang jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan September 2013 yang berjumlah sebanyak 28,60 juta orang. Menurut analisis BPS pula, menjelaskan bahwa selama periode September 2013-Maret 2014 jumlah penduduk miskin daerah perkotaan turun sebanyak 0,17 juta dari 10,68 juta pada September 2013 menjadi 10,51 juta pada Maret 2014. Sementara itu, di daerah pedesaan turun sebanyak 0,15 juta orang dari 17,92 orang pada September 2013 menjadi 17,77 juta pada Maret 2014. Permasalahan kemiskinan selalu dianggap menjadi biang keladi dari berbagai permasalahan sosial yang ada di tengah masyarakat Indonesia. Seringkali faktor ketidakmampuan masyarakat dalam mengelola potensi pribadi maupun potensi sekitarnya menjadi bumerang, yang seharusnya menjadi salah satu alat untuk meningkatkan kualitas kehidupan, justru menjadi pusaran permasalahan yang ada di tengah kehidupan masyarakat itu sendiri. Kehidupan manusia yang selalu dinamis dan menuntut beragam penyelesaian, pada dasarnya bermuara pada satu hal, yaitu pencapaian kualitas kesejahteraan hidup yang baik. Pembentukan kesadaran masyarakat mengenai pengembangan, pengelolaan dan pemanfaatan potensi yang ada di sekitarnya akan menjadi isu utama dalam peningkatan kualitas kehidupan manusia saat ini. Adapun proses pembentukan kesadaran manusia itu sendiri, berkembang menjadi salah satu tujuan utama pendidikan, terutama Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 60 pendidikan luar sekolah. Berbagai pendekatan yang dilakukannya, menjadi akses utama bagi masyarakat dalam mengembangkan kualitas kehidupan yang jauh lebih baik. Pendidikan nonformal mengembangkan berbagai kualitas kehidupan yang berhubungan dengan sikap dan kecakapan untuk dapat mengembangkan dan membangun kompetensi diri maupun kompetensi sosial dalam kehidupan masyarakat. Inilah yang kemudian membangun standar kesejahteraan dan kualitas kehidupan yang jauh lebih baik bagi seluruh masyarakat. Indonesia yang memiliki berbagai perbedaan dalam sisi kehidupan sosial maupun dalam beragam konteks kehidupan lainnya, perlu mengembangkan pola pembangunan sosial yang jauh lebih baik dan lebih kuat dalam memberdayakan masyarakat. Karena secara prinsip dasar, kualitas kehidupan masyarakat secara umum, dapat terlihat dari bagaimana masyarakat tersebut mampu untuk mengembangkan dirinya secara berkelanjutan sehingga dapat mengelola potensi kehidupan yang ada dengan jauh lebih sempurna. Peran pendidikan luar sekolah dalam proses pemberdayaan masyarakat tidak dapat dipandang sebelah mata. Karena, penyadaran dan pembentukan karakter manusia yang dapat mengelola kehidupannya bukan sebuah proses yang sederhana, melainkan membutuhkan keberlanjutan dan konsistensi dalam prosesnya itu sendiri. Inilah peran pendidikan luar sekolah dalam kehidupan modern saat ini, seutuhnya dan sesungguhnya. PEMBAHASAN Pemberdayaan masyarakat atau empowerment merupakan istilah yang diangkat dari hasil penelitian seorang sarjana pendidikan nonformal Suzanne Kindervatter dalam bukunya Nonformal as An Empowering Process, memiliki makna agar orang-orang yang diberdayakan itu mempunyai “daya” atau mempunyai kemampuan untuk hidup layak sama dengan temannya sesama manusia. Pendidikan sebagai upaya mencerdaskan bangsa berarti memberdayakan setiap warga negara agar mampu berbuat seimbang baik dalam pikiran, perkataan dan perbuatan, antara hak dan kewajiban, menjadi warga negara yang bersikap dan berbuat demokratis terhadap sesama manusia menuju masyarakat yang memahami akan hak, Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 61 kewenangan dan tanggung jawab mereka dalam semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, pengembangan program pendidikan luar sekolah menjadi inti utama dalam pemberdayaan masyarakat. Pendidikan luar sekolah, sebagaimana yang diutarakan oleh D. Sudjana (2003) mengedepankan kemampuan fleksibilitas yang mampu menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Bahkan dalam berbagai kondisi, pendidikan luar sekolah memberikan daya adaptabilitasnya untuk membangun pemberdayaan yang lebih efektif dalam memperluas layanan pendidikan kepada masyarakat. Pengertian dasar dan konsep umum pemberdayaan masyarakat, sebagaimana diungkapkan oleh Chambers (dalam Kartasasmita, 1995: 142) menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomiyang merangkum nilai-nilai sosial yakni bersifat people-centered, participatory, empowering and sustainable. Selain itu, terdapat pengertian lain yang disampaikan oleh Tjokrowinoto (dalam Kusnadi, 2006: 219) konsep ini lebih luas dari hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasar (basic need) akan tetapi juga menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety need). Masalah pemiskinan menjadi isu utama dalam pemberdayaan masyarakat. Karena, kemiskinan itu sendiri bukanlah masalah kekurangan semata, melainkan karena keterbatasan akses yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Seperti terbatasnya akses informasi, terbatasnya akses aktualisasi diri dan keterbatasan pemahaman pada permasalahan-permasalahan kehidupan yang ada. Sehingga, dalam kondisi kemiskinan yang sangat parah, mereka pun seringkali menganggap tidak ada masalah sama sekali dalam kondisi kehidupan yang benar- benar terbatas. Ahli lain, seperti Sumodingrat (1996: 185) menyatakan memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkat kemiskinan dan keterbelakangan. Ini merupakan tujuan utama dalam pembangunan pemberdayaan masyarakat adalah untuk mengoptimalkan peran individu dalam kelompok maupun antar kelompok lainnya. Permasalahan utama Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 62 pembangunan masyarakat adalah pada saat masyarakat tidak mampu memahami dan mengembangkan potensi dirinya, sehingga hanya bisa menunggu fasilitasi dari inisiator pihak luar. Padahal dalam tantangan global saat ini, peran serta individu maupun kelompok secara mandiri dalam mengembangkan kualitas kehidupannya masing-masing akan sangat membantu untuk membangun kehidupan masyarakat itu sendiri. Hal ini dilandasi dengan kesadaran bahwa pembangunan kehidupan masyarakat harus didasarkan pada optimalisasi peran dan pembangunan kecakapan individu dalam berbagai kondisi yang ada, terutama dalam kemampuan untuk memanfaatkan berbagai potensi yang ada di sekitarnya. Kemandirian adalah sasaran utama dalam pembangunan masyarakat. Dengan kata lain pemberdayaan masyarakat bermaksud untuk mengembangkan kemampuan masyarakat agar secara mandiri dapat mengelola dan mengembangkan keterampilan untuk mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Proses pemberdayaan masyarakat berarti kemampuan seseorang untuk memahami dan mengendalikan keadaan sosial, ekonomi dan kemampuan politiknya yang sangat diperlukan dalam upaya memperbaiki kedudukannya di tengah masyarakat, dengan kata lain proses pemberdayaan adalah setiap usaha pendidikan yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran/ pengertian dan kepekaan pada warga masyarakat terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan/ atau politik sehingga pada akhirnya warga masyarakat memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat, atau menjadi masayarakat yang berdaya. Proses ini bisa dilakukan dengan beragam jalur dan program yang ada, namun dalam beberapa hal, pendekatan pendidikan luar sekolah jauh lebih unggul untuk dapat membangun karakter masyarakat yang jauh lebih baik. Karena, proses pemberdayaan yang mengedepankan penyelesaian secara insidental, hanya akan membuat proses pemberdayaan itu sendiri menjadi tumpul dan tidak mampu untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang hidup dalam suatu masyarakat madani (civil society), yakni suatu masyarakat yang percaya atas kemampuan para anggotanya untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik serta Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 63 masyarakat yang menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam hidup bermasyarakat dimana kondisi pemberdayaan akan terwujud apabila anggota masyarakat memperoleh kesempatan agar semakin berdaya (Tila’ar, 1997: 231). Pemberdayaan dalam konteks sesungguhnya adalah bagaimana memberikan kesempatan kepada manusia untuk dapat membangun dan mengembangkan dirinya sendiri, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan sangat identik dengan pendidikan dan merupakan hakekat pendidikan itu sendiri, karena apa yang disebut dengan pendidikan termasuk pendidikan luar sekolah atau pendidikan nonformal adalah usaha memberdayakan manusia, memampukan manusia, mengembangkan talenta-talenta yang ada pada diri manusia agar dengan kemampuan/ potensi yang dimilikinya dapat dikembangkan melalui pendidikan/ pembelajaran. Proses pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan luar sekolahl, sesungguhnya merupakan sebuah upaya yang memungkinkan masyarakat dengan segala keberadaanya dapat memberdayakan dirinya. Sebagaimana proses pembangunan manusia dalam berbagai sisi zaman, membutuhkan manusia yang sanggup mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang benar-benar dapat membantunya untuk berdiri secara mandiri. Sosiologi telah mengungkapkan bahwa mobilisasi sosial dan perubahan sosial, hanya dapat terjadi bilamana pendidikan dapat mengembangkan perannya untuk membangun kesadaran manusia. Pendidikan Luar sekolah, memberikan kesempatan kepada seluruh mayasrakat untuk membangun dan mengembangkan dirinya, baik secara pribadi maupun secara sosial. Inilah konteks utama, masyarakat madani sebagaimana diungkapkan oleh Tilaar (1997). Fokus aktivitas pemberdayaan masyarakat berada di tangan masyarakat itu sendiri dengan bertitik tolak dari masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan manfaatnya untuk masyarakat atau dengan istilah lain pendidikan berbasis pada masyarakat. Hal ini merupakan salah satu cara untuk membangun rasa memiliki dan tanggung jawab dalam membangun dan mengembangkan program pemberdayaan di dalam masyarakat. Hal ini, diperkuat dengan pendapat Yunus (2004: 3) yang mengungkapkan bahwa terdapat lima prinsip dasar yang patut diperhatikan dalam Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 64 proses pemberdayaan masyarakat, diantaranya adalah : (1) keperdulian terhadap masalah, kebutuhan dan potensi/ sumberdaya masyarakat; (2) kepercayaan timbal balik dari pelayan program dan dari masyarakat pemilik program; (3) fasilitasi (pemerintah) dalam membantu kemudahan masyarakat dalam berbagai proses kegiatan; (4) adanya partisipatif, yaitu upaya melibatkan semua komponen lembaga atau individu terutama warga masyarakat dalam proses kegiatan dan (5) mengayomi peranan masyarakat dan hasil yang dicapai. Proses pemberdayaan masyarakat melalui proses pendidikan luar sekolah, berfokus pada beberapa langkah seperti di bawah ini, agar pemberdayaan dapat memberikan dampak yang lebih efektif terhadap masyarakat, diantaranya adalah : 1) Need oriented, yaitu pendekatan yang berorientasi dan didasarkan pada kebutuhan warga masyarakat. Menurut Djudju Sudjana (2001) kebutuhan yang diutamakan adalah kebutuhan nyata yang dirasakan oleh masyarakat (felt needs), bukan pendekatan yang dikira-kira oleh pemerintah, karena kebutuhan penyerapan anggaran. 2) Endegenious, yaitu pendekatan yang berorientasi dan mengutamakan kesesuaian nilai-nilai kearifan lokal. Pendekatan ini akan membantu para inisiator pemberdayaan untuk lebih mudah hubungan dengan masyarakat yang menjadi sasaran program pemberdayaan. Pendekatan dengan menggunakan kearifan lokal, lebih mudah untuk diterima dan difahami oleh masyarakat, dibandingkan dengan pendekatan-pendekatan lain yang dianggap asing bagi masyarakat. 3) Self reliant, yaitu pendekatan yang membangun rasa percaya diri atau sikap mandiri pada setiap warga masyarakat. Kemampuan masyarakat untuk dapat memanfaatkan dirinya sendiri sangat bergantung pada kekuatannya untuk dapat membangun sikap kewirausahaan yang terbaik yang berkelanjutan dan berkesinambungan. 4) Ecologically sound, ialah pendekatan yang berorientasi, memperhatikan dan mempertimbangkan aspek perubahan lingkungan, baik secara sosial maupun ekosistem lingkungan yang ada di sekitar masyarakat. Dengan demikian, warga Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 65 masyarakat tidak hanya dapat memanfaatkan potensi lingkungan, namun juga dapat membangun kesadaran yang jauh lebih komprehensif mengenai berbagai pelestarian dan keberlangsungan ekologi yang ada di sekitarnya. Hal ini diperlukan, untuk menjamin keberlangsungan proses pemberdayaan masyarakat itu sendiri. 5) Trasnformasi struktural, yaitu pendekatan yang dilakukan berdasarkan pada perubahan struktur sistem, baik yang menyangkut hubungan sosial, kegiatan ekonomi, penyebaran keuangan, sistem manajemen maupun partisipasi masyarakat setempat. Perubahan sosial, baik secara sistemik maupun struktural merupakan salah satu konsekuensi logis dari berbagai pola pembangunan berkelanjutan, termasuk di dalamnya adalah pemberdayaan masyarakat. Inilah yang menjadi daya dukung utama untuk membangun standar pemberdayaan yang optimal dan benar-benar dirasakan oleh masyarakat di sekitarnya. Pendidikan luar sekolah memberikan kesempatan selua-luasnya kepada seluruh lapisan masyarakat untuk dapat membangun dan mengembangkan berbagai potensi yang ada, dan memeliharanya, agar dapat memberikan nilai tambah yang berkelanjutan pula. Hal inilah yang menjadi nilai positif dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan luar sekolah, berbeda dengan pembukaan akses pemberdayaan masyarakat melalui jalur yang lain, yang berfokus pada pendekatan teknis operatif. Padahal, untuk membangun partisipasi masyarakat dalam berbagai pembangunan nasional, memerlukan inisiatif dan inovasi yang optimal, dan pada sisi lain memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk dapat mengembangkan dirinya dalam berbagai bentuk usaha peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. PENUTUP Peran pendidikan luar sekolah dalam pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu dasar utama untuk peningkatan kualitas kehidupan yang lebih baik. Peningkatan kualitas kehidupan adalah proses dasar untuk membantu bangsa dan negara Indonesia dalam meningkatkan daya saing yang jauh lebih baik. Masalah dasar dalam pemberdayaan masyarakat secara umum adalah ketidakmampuan masyarakat untuk memahami permasalahan kehidupannya secara menyeluruh, Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 66 dengan demikian menghambat mereka untuk dapat mengakses jalur-jalur peningkatan kualitas kehidupan secara optimal. Pendidikan luar sekolah, menyediakan akses untuk hal tersebut dalam konteks yang jauh lebih luas. Sehingga revitalisasi pendidikan luar sekolah adalah sebuah keniscayaan yang harus dilakukan, agar dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk peningkatan kualitas kehidupan yang jauh lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Ihat Hatimah, dkk. 2007. Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan . Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka Kartasasmita, Ginandjar. 1995. Ekonomi Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan; Jakarta: CIDES, 1995. Kusnadi .(2005). Filosofi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Bandung; Humaniora. Mustofa Kamil. (2007). Kompetensi Tenaga Pendidik Pendidikan Nonformal dalam Membangun Kemandirian Warga Belajar. dalam Jurnal Ilmiah Visi Vol 2, No 2 - 2007. Sudjana, D. (2000). Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung, Asas. Bandung: Falah Production. Sumodiningrat, G. (1999). Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengaman Sosial. Jakarta;PT Gramedia Pustaka Utama Yunus,M. (2004). Menciptakan Dunia tanpa Kemiskinan; Bagaimana Bisnis Sosial Mengubah Kehidupan Kita. Jakarta; Gramedia Pustaka Utama.