Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 102 DAMPAK PROGRAM PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN MANDIRI TERHADAP USAHA HOME INDUSTRY MAKANAN RINGAN DESA MARGALUYU KECAMATAN CIKONENG KABUPATEN CIAMIS Lilis Karwati Universitas Siliwangi Tasikmalaya ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masyarakat yang belum memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam kegiatan usaha, permasalahan masih rendahnya kemampuan manajemen kegiatan usaha home industri kurangmya upaya untuk membuka usaha secara mandiri dari memproduksi sampai pemasaran berdaya saing. Melalui Pelatihan diharapkan dapat meningkatkan hasil usahanya. Model pemberdayaan yang efektif untuk meningkatkan keberdayaan usaha itu ialah fokus pada peningkatan perilaku kemandirian usaha Home Industri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti yaitu "Dampak Program Pelatihan Kewirausahaan Mandiri terhadap Usaha Home Industri Makanan Ringan di Desa Margaluyu Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis". Adapun teknik penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: Observasi, Wawancara, Studi Dokumentasi, Studi Literatur. Populasi dalam penelitian ini adalah 20 orang responden yang meliputi 2 orang Supervisor Program pelatihan, 2 orang penyelenggara pelatihan kewirausahaan, 16 orang peserta pelatihan. Kesimpulan hasil penelitian ini : 1) Masyarakat Usaha home industri memperoleh pengetahuan dan pemahaman dalam berusaha. 2) Dampak Pelatihan Kewirausahaan Mandiri dibuktikan dengan meningkatnya pendapatan usaha home industri karena selain adanya pemahaman usaha juga dengan adanya pelatihan dapat membuka peluang dalam memasarkan produknya karena antar pengusaha saling memberikan informasi. Saran sebagai berikut ; 1) pemerintah daerah terkait memberikan perhatian kepada kegiatan usaha home industri di Desa Margaluyu Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis. 2) PKBM memberikan perhatiannya melalui berbagai programnya. 3) Sebaiknya pelaksanaan pelatihan secara rutin 4)ada peneliti lain yang melakukan penelitian lebih lanjut. sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menyempurnakan hasil penelitian ini. Kata Kunci : Dampak Program Pelatihan Kewirausahaan Mandiri terhadap Usaha Home Industri Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 103 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan luar sekolah menurut Peraturan Pemerintah No.73 tahun 1991 adalah Pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah baik yang dikembangkan maupun yang tidak. Pendidikan luar sekolah bertujuan : 1) melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatmya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya. 2) Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ke tingkat dan/atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 3) Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah. Tujuan dari program pendidikan luar sekolah beroreintasi kepada waktu pendidikannya yang singkat, isi program berpusat kepada lulusan dan kepentingan perorangan, menekankan kepada pelatihan dan praktik, persyaratan masuk ditentukan oleh dan/atau bersama peserta didik, serta penyajiannya dilakukan dalam lingkungan peserta didik, berpusat pada peserta didik, pengawasan diatur sendiri dan demokratis (Sudjana, 1993). Dari pengertian di atas terkandung pengertian bahwa proses belajar mengajar yang dilaksanakan di pendidikan luar sekolah tercermin adanya suatu upaya membimbing individu, kelompok dan masyarakat, yang kesemuanya itu dilakukan di luar sekolah yang bertujuan melayani manusia yang terlibat di dalamnya untuk mencapai tujuan, agar mereka dapat meningkatkan taraf hidupnya melalui proses aktualisasi potensi yang dimiliki dirinya. Sehubungan dengan itu, penulis telah melihat suatu kondisi keadaan di Desa Margaluyu Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis , yaitu suatu model Pembelajaran dalam upaya meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dari pengusaha home industri kegiatan pelatihan kewirausahaan mandiri ini diharapkandampaknya agar para pengusaha kecil home industri bisa mandiri dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidupnya.Dalam penyelenggaraan Pendidikan Luar Sekolah. Tujuan dari program pelatihan kewirausahaan terhadap kemandirian berusaha ini tidak lain untuk memenuhi kebutuhan warga belajar, sehingga dasar terwujudnya peningkatan sumber daya manusia. Keberhasilan penyelenggaraan Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 104 program pelatihan kewirausahaan ini sangat ditentukan oleh kesadaran dari masyarakat/warga belajar yang memerlukan peningkatan kemampuan berusaha dan ketrampilan dirinya sebagai pengusaha dalam membuat dann memasarkan berbagai macam produk jenis makanan ringan. Berdasarkan dengan peningkatan sikap kemandirian berusaha sendiri juga keterampilan dasar yang di miliki peserta, maka diperlukan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap kemandirian, sehingga diharapkan peserta mampu mengaplikasikan hasil belajarnya yang ditandai dengan adanya perubahan taraf hidup yang mencakup memperoleh pekerjaan/menciptakan lapangan kerja atau berwirausaha, peningkatan pendapatan, kesehatan, percaya diri dan mengikut sertakan orang lain dalam pemanfaatan hasil belajarnya serta berperan serta dalam kegiatan sosial dan berperan serta dalam pembangunan masyarakat. Pelatihan Kewirausahaan merupakan suatu langkah yang penting dan perlu dilakukan dalam rangka membentuk/mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Tujuan akhir yang ingin dicapai yaitu bahwa pelatihan ini akan berdampak dalam meningkatkan keterampilan bidang usaha dan mempunyai sikap jiwa kewirausahaan dan diharapkan akan mampu menciptakan kemandirian baik dalam sikap maupun dalam berusaha. Selain hal di atas dipertegas dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 bab II pasal 3 yaitu: Tentang sistem Pendidikan Nasional, yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dampak Program pelatihan kewirausahaan mandiri pada masyarakat Desa Margaluyu Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis yaitu bertujuan agar peserta mempunyai peningkatan dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap, sehingga didukung dengan adanya masukan lain peserta mampu dan dapat mengaplikasikan Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 105 hasil belajarnya dalam pengelolaan usaha yang ditandai dengan melakukan wirausaha atau mempunyai kemandirian berusaha. Dalam Kegiatan usaha yang dilakukan di rumah warga masyarakat yang berbentuk usaha ekonomi kecil menengah dalam jenis kegiatan usaha tata boga berupa aneka macam jenis makanan ringan seperti membuat aneka kueh,bolu,borondong,wajit,makroni,kerupuk.kripik singkong,ubi.talas,kentang yang telah dikemas yang nantinya di pasarkan keberbagai pasar yang ada di Indonesia masih terdapat permasalahan-permasalahan sehingga tidak semua peserta pelatihan dapat melakukan kegiatan usaha dan juga peserta yang mengelola usaha masih ditemukan adanya usaha yang sedang berkembang dan kurang berkembang. Dengan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji kasus tersebut di mana selain melihat dampak pelatihan hasil yang dicapai peserta dari hasil program pelatihan kewirausahaan tata bogaterhadap kemandirian berusaha, juga mengungkapkan perencanaan, dan pelaksanaan pelatihan dan pembinaan. Karena kesuksesan atau keefektifan program pelatihan dari langkah pertama sampai akhir sangat ditentukan oleh akurasi need assesmen sehingga dapat mempengaruhi perencanaan khususnya dalam penentuan akan mempengaruhi langkah berikutnya yaitu perumusan tujuan pelatihan, menyusun desain pelatihan, pelaksanaan dan evaluasi dan sebaliknya. Melalui program pelatihan kewirausahaan dalam peningkatan kemandirian berupaya agar masyarakat desa margaluyu sebagai pengusaha home industri jenis usaha tata boga aneka makanan ringanakan membawa konsekwensi keharusan melakukan penguatan manajemen kewirausahaan baik menyangkut kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pelaksanaan pembinaan, evaluasi dan pengembangan program. Atau bila beberapa kegiatan manajemen di atas digabungkan, menjadi kegiatan perencanaan, kegiatan pelaksanaan, kegiatan monitoring dan evaluasi. Bila pelatihannya dikelola dengan baik, pelatihan akan berdampak positif bagi kemandirian berusaha warga belajar di Desa Margaluyu Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis. Berdasarkan latar belakang permasalahan maka penulis dapat mengidentifikasikan pokok permasalahan yang akan dipaparkan dalam penelitian Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 106 ini diantaranya; masih rendahnya kemampuan usaha home industri makanan ringan belum ada upaya untuk membuka usaha sendiri secara mandiri yang diharapkan dapat meningkatkan hasil usahanya. Kurangnya perhatian pemerintah dalam mengembangkan Kegiatan usaha Home Industry maupun program yang secara nyata dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.Kurangnya program pelatihan yang diselenggarakan oleh pusat kegiatan belajar masyarakat yang menyebabkan terhambatnya upaya pemberdayaan masyarakat. Pendidikan luar sekolah diharapkan dapat dijadikan sebagai wahana dalam memberdayakan masyarakat ynag nantinya membantu masyarakat lebih berdaya. khususnya Pendampingan kegiatan usaha home industri mengingat salah satu tujuan dari pendidikan luar sekolah yaitu untuk memberdayakan masyarakat. Berdasarkan latar belakang seperti telah diuraikan di atas, penelitian ini berupaya mengkaji, "Dampak Program Pelatihan Kewirausahaan Mandiri terhadap Usaha Home Industry Makanan Ringan di Desa Margaluyu Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis". MASALAH PENELITIAN Permasalahan penelitian ini adalah; 1) Bagaimana Proses pelatihan kewirausahaan mandiri dalam meningkatkan usaha home Industri makanan ringan di Desa Margaluyu Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis? 2) Bagaimana Dampak program pelatihan kewirausahaan mandiri dalam meningkatkan usaha home Industri makanan ringan di Desa Margaluyu Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis? KAJIAN TEORITIS 1. Pelatihan Kewirausahaan sebagai Wujud Pendidikan Luar Sekolah a. Pengertian Pelatihan Pelatihan sebenarnya mengandung arti pendidikan dan latihan. Pendidikan merupakan suatu proses, teknik, dan metode yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan seseorang melalui upaya belajar-mengajar, sehingga diperoleh sesuatu Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 107 pengembangan kemampuan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Latihan merupakan suatu proses, teknik, dan metode yang dialakukan untuk memperbaiki suatu kemampuan yang dimiliki seseorang, sehingga mampu meningkatkan kemampuan dari yang sebelumnya. Atmodiwirio (2002:37) mengemukakan bahwa, “Pelatihan adalah proses kegiatan pembelajaran antara pengalaman untuk mengembangkan pola perilaku seseorang dalam bidang pengetahuan, keterampilan, atau sikap untuk mencapai standar yang diharapkan”. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa pelatihan adalah proses merekayasa perilaku pegawai sedemikian rupa dalam aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk meningkatkan kualitas kerjanya yang sudah ada secara lebih optimal sebagai akibat tuntutan profesi dan perkembangan lingkungan. b. Manfaat Pelatihan Manfaat yang diperoleh dari adanya suatu pelatihan yang diadakan oleh perusahaan seperti yang dinyatakan oleh Flippo dalam Eka (2010) berikut ini yaitu: 1) Program-program pengembangan yang direncanakan akan memberikan manfaat kepada orang berupa peningkatan produktifitas, peningkatan moral, pengurangan biaya, dan stabilitas serta keluwesan (fleksibilitas). 2) Program-program membantu memenuhi kebutuhan perorangan dalam mencari pekerjaan yang bermakna bagi karir seumur hidup. c. Metode Pelatihan 1) Metode di luar pekerjaan (off the job side) Metoda ini terdiri dari 2 teknik, yaitu : 1)Teknis presentasi informasi, yaitu menyampaikan informasi yang tujuannya mengintroduksikan pengetahuan, sikap dan keterampilan baru, permainan peran (role playing), dan 2) teknik dalam keranjang (in basket), yaitu dengan cara memberikan bermacam-macam masalah dan peserta diminta untuk memecahkan masalah tersebut sesuai dengan teori dan pengalamannya. Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 108 2) Metode di dalam pekerjaan (on the job side) Pelatihan ini berbentuk penugasan pekerja baru, yang dibimbing oleh pegawai yang berpengalaman atau senior. d. Unsur-unsur Pelatihan Unsur-unsur pelatihan terdiri atas: 1) Pelatihan mengandung tujuan yang ingin dicapai 2) Pelatihan dilaksanakan dengan cara disengaja, terprganisir, dan sistematis 3) Pelatihan berlangsung didalam masyarakat diluar sistem persekolahan 4) Pelatihn memberikan suatu pengetahuan dan keterampilan pekerjaan tertentu 5) Pelatihan diberikan kepada kelompok tenaga kerja tertentu 6) Pelatihan diselenggarakan dalam waktu relative singkat 7) Pelatihan menitik beratkan kepada praktek daripada teori e. Prinsip Pelatihan Hamalik (2005:31) dalam Skripsi Nunny (2005:40) mengemukakan prinsip-prinsip pelatihan diantaranya: 1) Pelatihan hanya dilakukan dengan maksud untuk menguasai bahan pelajaran tertentu, melatih keterampilan dan penguasaan simbol-simbol rumus. Pelatihan tidak dilakukan terhadap pengertian/ pemahaman, sikap dan penghargaan. 2) Para peserta menyadari bahwa pelatihan itu bermakna bagi kehidupannya 3) Pelatihan harus dilakukan terhadap hal-hal yang telah diperleh peserta, misalnya: fakta-fakta hafalan dan keterampilan yang baru dipelajari 4) Pelatihan berfungsi sebagai diagnosis melalui reproduksi usaha membaca berkali-kali, mengadakan koreksi atas kesalahan-kesalahan yang timbul. Pelatihan merupakan self ginance dan mengembangkan pemahaman dan control 5) Pelatihan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: mula-mula pelatihan untuk mendapat ketepatan, selanjutnya antara keduanya dicari keseimbangan 6) Pelatihan dibagi-bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang singkat 7) Kegiatan pelatihan harus hidup, menarik dan menyenangkan Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 109 8) Pelatihan jangan dianggap sebagai upaya sambilan untuk dilakukan seenaknya secara incidental 9) Pelatihan dapat mencapai kemajuan berkat ketentuan dan kedisiplinan yang tinggi 10) Pelatihan yang dilaksanakan lebih berhasil bila unsure emosi sedapat mungkin dikurangi. f. Tujuan Pelatihan Menurut Wahyudi (1996) mengemukakan pula bahwa tujuan pelatihan yaitu : 1) Meningkatkan produktivitas 2) Meningkatkan kualitas 3) Meningkatkan mutu perencanaan pegawai 4) Meningkatkan semangat pegawai 5) Sebagai balas jasa tidak langsung 6) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja 7) Mencegah kadaluarsa 8) Kesempatan pengembangan diri g. Manfaat Pelatihan Robinson dalam Marzuki (1992:28) mengemukakan manfaat pelatihan sebagai berikut : 1) pelatihan sebagai alatuntuk memperbaiki penampilan/ kemampuan individu atau kelompok dengan harapan memperbaiki performance organisasi 2) Keterampilan tertentu diajarkan agar karyawan dapat melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan standar yang diinginkan 3) pelatihan juga dapat memperbaiki sikap-sikap terhadap pekerjaan, terhadap pimpinan atau karyawan manfaat lain daripada pelatihan adalah memperbaiki standar keselamatan. Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 110 a. Fungsi Pelatihan Keberhasilan dalam suatu pelatihan tidak terlepas dari peran-peran atau fungsi-fungsi dalam proses pelatihan, sebagaimana menurut Atmodiwirio(2002: 46-47), ada 6 peran penting dalam proses pelatihan, yaitu: a) Manajer Pelatihan, dengan tugas-tugas sebagai berikut: 1) Mengelola meliputi merencanakan staffing, control, mengembangkan operasional dan proyek, serta mengaitkan pembelajaran dan pengembangan operasi dengan unit kerja lainnya. 2) Perencana strategi meliputi kegiatan mengembangkan perencana jangka panjang untuk struktur pelatihan dan pengembangan, organisasi, pengarahan/kepemimpinan. 3) Pemasaran, meliputi kegiatan memasarkan pandangan mengenai pelatihan dan pengembangan, paket pembelajaran, program-program dan jasa/pelayanan kepada mereka yang menjadi sasaran pemasaran pelatihan di luar unit kerja manajer pelatihan. 4) Konseling, membantu seorang individu menilai kompetensi pribadinya, nilai- nilai dan tujuan untuk mengidentifikasi dan merencanakan pengembangan dan kegiatan karir dan profesinya. 5) Pengembang/perancangan kegiatan pelatihan, dengan tugas-tugas sebgai berikut:  Penulis bahan pelajaran, menyiapkan pembelajaran tertulis dan bahan- bahan pembelajaran.  Rancangan program, menyiapkan tujuan, menentukan isi, menyeleksi metode dan media pengajaran, dan urutan kegiatan untuk program khusus.  Analisis front-end, mengidentifikasi kompetensi biaya, kegiatan, tugas, sub tugas, sumber daya manusia, dan dukungan sarana yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang spesifik dalam suatu pekerjaan atau organisasi.  Teknologi pembelajaran, meliputi: 1) Evaluasi, mengidentifikasI dampak yang ada dari suatu program, layanan dan produk. Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 111 2) Analisis kebutuhan, mendefinisikan variasi antara gagasan dan pelaksanaan yang nyata dan mengkhususkan sebab-sebab kemacamragaman. 3) Analisis persyaratan pelatihan, mengidentifikasi kompetensi, kegiatan, tugas-tugas, bagian tugas, sumber daya manusia dan dukungan persyaratan yang diperlukan untuk menyelsaikan tugas-tugas khusus dalam suatu pekerjaan atau organisasi. b. Instruktur Fasilitator Pelatih atau instruktur adalah seseorang atau tim yang memberikan latihan atau pendidikan kepada peserta pelatihan (Suwanto, 1996:104). Tugas-tugas instruktur antara lain: 1) Mengajar, menyajikan informasi dan mengarahkan belajar terstruktur, dengan demikian setiap orang dapat belajar. 2) Memfasilitasi, mengelola kelompok diskusi dan proses pengelompokan, sehingga individu belajar dan anggota kelompok merasakan bahwa pengalaman belajar adalah positif. 3) Menolong peserta pelatihan mengaplikasikan pembelajarannya setelah pengalaman belajar dipenuhi. c. Kurikulum/materi pelatihan Banyak para ahli pendidikan yang mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi kurikulum, akan tetapi banyak juga yang mengemukakan bahwa pembelajaran itu sendiri merupakan kurikulum sebagai kegiatan. Kata kurikulum berasal dari bahasa latin yang berarti jalur pacu dan secara tradisional kurikulum disajikan seperti itu (ibarat jalan) bagi kebanyakan orang. Atmodiwirio (2002) mengemukakan berbagai pengertian kurikulum, yakni: a. Kurikulum sebagai program pelajaran b. Kurikulum sebagai isi pelajaran c. Kurikulum sebagai pengalaman belajar yang direncanakan d. Kurikulum sebagai pengalaman di bawah tanggungjawab sekolah e. Kurikulum sebagai rencana tertulis untuk dilaksanakan. Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 112 2. Kewirausahaan Mandiri a. Pengertian Kewirausahaan Mandiri Istilah kewirausahaan pada dasarnya merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagairesiko yang mungkin dihadapinya. Kewirausahaan Mandiri adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Selanjutnya menurut Kristanto (2009:2) berpendapat bahwa kewirausahaan dan inovasi merupakan hal sentral dalam proses kreatif perekonomian. Inovasi adalah fungsi spesifik dari kewirausahaan, sebagai sebuah cara menciptakan sumberdaya baru yang mendayagunakan sumberdaya yang ada untuk menghasilkan kekayaan. b. Obyek Kewirausahaan Obyek kewirausahaan yaitu menurut Kristanto (2009: 3-4) mengemukakan : 1) Kemampuan merumuskan tujuan hidup dan mengelola usaha 2) Kemampuan memotivasi diri . 3) Kemampuan berinisiatif 4) Kemampuan membentuk modal . 5) Kemampuan mengatur waktu 6) Kemampuan mental yang dilandasi agama 7) Kemampuan mengambil hikmah dari pengalaman 3. Sifat dan Ciri Wirausaha Mandiri Menurut Suryana (2003:15-16) mengemukakan cirri-ciri kewirausahaan sebagai berikut: a. Keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri. b. Kemampuan untuk mengambil resiko. c. Memotivasi diri sendiri. d. Semangat untuk bersaing e. Orientasi pada kerja keras. f. Percaya pada diri sendiri Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 113 g. Dorongan untuk berprestasi. h. Tingkat energy yang tinggi i. Tegas j. Yakin pada kemampuan sendiri. Steinhoff dan Burgess (1993:38) dalam Suryana (2003:16) mengemukakan beberapa karakteristik yang diperlukan untuk menjadi wirausaha yang berhasil, meliputi: a. Memiliki visi dan tujuan uasaha yang jelas b. Bersedia menanggung risiko waktu dan uang c. Berencana, mengorganisir d. Kerja keras sesuai dengan tingkat kepentingannya e. Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja. f. Bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan. 4. Manfaat dan Motivasi Kewirausahaan Mandiri Keberhasilan wirausaha mandiridengan kerja keras, teliti dan dalam jangka panjang akan memiliki beberapa manfaat secara individu (mikro dan makro): a. Memperoleh control atas kemampuan diri b. Memanfaatkan potensi dan melakukan perubahan. c. Memperoleh manfaat finansial tanpa batas d. Berkontribusi kepada masyarakat setempat. Selanjutnya motivasi kewirausahaan merupakan suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu, sehingga motivasi dapat diartikan sebagai pendorong perilaku seseorang. berkaitan dengan kebutuhan dan tujuan. Adanya resiko yang cukup besar, banyaknya waktu dan energy yang dibutuhkan tidak menurunkan semangat munculnya wirausaha-wirausaha baru. Seorang wirausaha termotivasi untuk melakukan kegiatan usaha dengan alasan diataranya independensi, pengembangan diri, alternative unggul terhadap pekerjaan yang tidak memuaskan, penghasilan, dan keamanan. Berbagai macam teori motivasi yang mampu menjelaskan motivasi orang Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 114 melakukan kegiatan usaha sebagai seorang wirausaha: a. Motif berprestasi kewirausahaan (Kristanto, 2009:14) b. Motif kebutuhan Maslow (Kristanto,2009:14) teori kebutuhan 1) Physiological Need 2) Security Need 3) Social Need 4) Esteem Need 5) Self Actualization Need 5. Fungsi Kewirausahaan Mandiri Kewirausahaan berhubungan usaha manusia meningkatkan nilai kehidupan, menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dan peningkatan kehidupan masyarakat. Kewirausahaan memiliki arti penting bagi individu (mikro) dan kehidupan masyarakat. Secara mikro fungsi kewirausahaan dapat berfungsi sebagai planner dan innovator. Planner atau perencanaan yang baik adalah akumulasi dari pengalaman dan pendidikan wirausaha selama menjalankan kegiatan usaha yang selalu berubah.. Fungsi innovator atau keinovasian adalah kemampuan wirausaha untuk melakukan perubahan terus menurus terhadap aktivitas bisnis sesuai kemajuan dan perkembangan jaman. Sifat inovasi muncul berdasrkan pengalaman selama beberapa waktu dari kemampuan wirausaha melihat, mendengar, bertanya dan melakukan perubahan kehidupan bisnis. Fungsi secara mikro berhubungan dengan peran kewirausahaan dalam meningkatkan nilai kehidupan atau kemakmuran masyarakat, penggerak, pengendali, dan pemakai perkembangan ekonomi suatu bangsa. Bahkan pemerintah melalui peraturan, kebijakan berusaha untuk meningkatkan kewirausahaan untuk mempercepat kemakmuran bangsa.Program pemberdayaan kewirausahaan telah dicanangkan sejak 1995 melalui Impres No. 4 yang pelaksanaannya dilakukan bersama-sama dengan instansi terkait. Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 115 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang sering dirtikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti yaitu, "Dampak Program Pelatihan Kewirausahaan Mandiri terhadap Usaha Home Industri Makanan Ringan di Desa Margaluyu Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis." Teknik penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: Observasi, Wawancara, Studi Dokumentasi, Studi Literatur. Populasi dalam penelitian ini adalah 20 orang responden yang meliputi 2 orang Supervisor Program pelatihan, 2 orang penyelenggara pelatihan kewirausahaan, 16 orang peserta pelatihan PEMBAHASAN A. Pembahasan dan Temuan Hasil Penelitian 1. Proses pelatihan kewirausahaan mandiri dalam meningkatkan usaha home Industri makanan ringan di Desa Margaluyu Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis. Pelaksanaan pelatihan merupakan suatu langkah yang sangat penting dilakukan untuk melakukan suatu kegiatan dengan melalui Perencanaan yang berorientasi pada perubahan dari keadaan masa sekarang pada suatu keadaaan yang diinginkan di masa yang akan datang sebagaimana dirumuskan dalam tujuan yang ingin dicapai. Perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilkukan pada waktu yang akan datang. Menurut Waterson (1965) dalam Sudjana (2000) mengatakan bahwa perencanaan adalah usaha sadar, terorganisasi dan terus menerus dilakukan untuk memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif tindakan guna mencapai tujuan (sudjana, 2000: 61). Oleh sebab itu perencanaan perlu melibatkan perkiraan- perkiraan tentang semua kegiatan yang akan dilakukan. Perkiraan-perkiraan itu meliputi kebutuhan, kemungkinan-kemungkinan keberhasilan, sumber-sumber yang digunakan, faktor-faktor pendukung dan penghambat, serta kemungkinan resiko dari suatu tindakan yang akan dilaksanakan. Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 116 Dilihat dari prinsip-prinsip perencanaan program Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dalam Sudjana (2000), maka terdapat empat prinsip yang dapat dihubungkan dengan perencanaan dalam penyelenggraan Pelatihan kewirausahaan sebagai bagian dari penyelenggaraan satuan PLS, yaitu : Pertama, perencanaan disusun berdasarkan kebijakan dan kebutuhan apa dan atau siapa yang ingin dipenuhi telah merencanakan program Pelatihan kewirausahaan yang dibuka untuk umum khususnya bagi peserta pelatihan yang berminat untuk menjadi wirausaha. Kedua, konsisten, artinya pelatihan kewirusahaan yang telah direncanakan tidak berlangsung begitu saja akan tetapi ada tindak lanjut setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan ini. Ketiga, berdaya guna dan berhasil guna, ini berarti bahwa program Pelatihan kewirausahaan yang direncanakan harus berorientasi pada pemanfaatan sumber daya yang ada secara cermat dengan hasil yang optimal. Keempat, menyeluruh, intinya bahawa adalam perencanaan program Pelatihan kewirausahaan perlu mempertimbangkan faktor- faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan program seperti masukan, proses, keluaran, dan dampak program Pelatihan kewirausahaan itu sendiri. Beberapa tahap perencaan yang dilakukan dalam kegiatan, yaitu: a. Tahap Identifikasi Kebutuhan Pelatihan kewirausahaan Pelatihan adalah proses kegiatan pembelajaran antara pengalaman untuk mengembangkan pola perilaku seseorang dalam bidang pengetahuan, keterampilan, atau sikap untuk mencapai standar yang diharapkan (Robinson, dalam Atmodiwirio, 2002:37). Oleh sebab itu untuk mencapai suatu standar yang diharapkan oleh peserta pelatihan, maka sebelum kegiatan dilaksanakan perlu dilakukan tahap identifikasi kebutuhan pelatihan, sumber belajar dan kemungkinan hambatan yang akan dihadapi, baik dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan maupun dalam mengembangkan hasil pelatihan yang diperoleh. Identifikasi kebutuhan pelatihan merupakan hal yang sangat penting karena suatu kegiatan pelatihan akan sangat bermanfaat bagi peserta bila yang diikutinya itu dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakannya. Setelah mengetahui kebutuhan belajar, maka selanjutnya adalah mengidentifikasi sumber belajar yang tepat sesuai dengan kegiatan pelatihan yang akan dilaksanakan. Sumber belajar yang Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 117 diidentifikasi tersebut dapat berupa manusia atau dapat pula berpa non manusia. Di samping mengidentifikasi kebutuhan dan sumber belajar yang mungkin dapat dimanfaatkan, maka perlu diidentifikasi kemungkinan hambatan yang akan dihadapi atau dijumpai baik dalam melaksanakan kegiatan pelatihan maupun dalam mengembangkan hasil pelatihan. b. Tujuan Pelatihan Kewirausahaan Tujuan merupakan hasil akhir yang dinginkan dari suatu tindakan yang telah direncanakan. Keberhasilan mencapai tujuan program pelatihan yang telah dirumuskan merupakan salah satu indikator terhadap keberhasilan penyelenggaraan suatu pelatihan. Sehingga semakin tinggi pencapaian tujuan pelatihan, maka semakin besar nilai efektifitasnya. Marzuki (1992) dalam Dewi Ratih (2008) mengemukakan beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum pelatihan dilaksanakan yaitu, : a. Langkah pertama : menetapkan tujuan perubahan yang diinginkan pada peserta pelatihan, membuat rincian perencanaan operasional dan pelaksanaan pelatihan tersebut. b. Langkah kedua : menetapkan bagian yang dalam hal tersebut training akan berperan dalam mengadakan perubahan.. c. Langkah ketiga : adalah mempertimbangkan masalah kualitas dan kuantitas atau level daripada personel yang akan dilatih dan waktu yang tepat untuk latihan. Tujuan juga merupakan pedoman dan prosedur dalam upaya mencapai apa yang diharapkan dari program pelatihan yang akan dilaksanakan. Begitupun tujuan pelatihan harus mencapai perubahan pada diri peserta pelatihan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Sehubungan dengan ini, tujuan utama dari pelatihan ini adalah untuk mengupayakan perubahan taraf hidup masyarakat khususnya masyarakat yang pengangguran serta untuk memberdayakan di bidang manajemen usahanya. Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 118 c. Materi Pelatihan Kewirausahaan Kurikulum merupakan perencanaan belajar yang akan direncanakan. Menurut Hamalik untuk merancanag suatu kurikulum harus dimulai dari identifikasi tugas-tugas yang menjadi tuntutan suatu pekerjaan dari peserta pelatihan ketika lulus dari pelatihan yang dilaluinya. Tugas-tugas yang telah dijabarkan secara dimensional dijabarkan menjadi seperangkat tugas yang lebuh rinci (tugas-tugas yang dikerjakan oleh lulusan secara rinci setelah kembali ke lapangan atau profesinya). Selanjutnya ditetapkanlah kemampuan setiap tugas atau profesi menuntut kemampuan tertentu. Setiap tugas tersebut hendakanya didasarkan pada kriteria kognitif, efektif dan performance, serta produktifitas dan exploritas, artinya tugas-tugas tersebut harus relevan dengan tuntutan profesi sebagai seorang wirausaha. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut dapat dirancang kurikulum pelatihan kewirausahaan yang terdiri dari 5 hari pertemuan yang terbagi dalam dua kegiatan yaitu kegiatan indoor dan outdoor dan dilaksanakan secara formal dan sesuai dengan tujuan dari pelatihan kewirausahaan ini. Materi yang ada disusun secara berurutan terdiri dari materi dasar, materi pendukung, praktek, aplikasi serta kegitan outdoor lainnya, materi tersebut diantaranya: 1) Pengembangan Diri (dalam materi ini peserta diajak untuk melalukan proses pendobrakan diri mengenal fitrahnya masing-masing). 2) Membangun Mental Wirausaha (peserta diajak untuk merefleksikan perjalanan sejarah bangsa indonesia, sekaligus kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh bangsa dan rakyatnya). 3) Pemasaran dan Teknik Pemasaran (peserta diajak untuk memahami tentang marketing). 4) Pemasaran (peserta ditugaskan untuk melakukan praktek teknik pemasaran berupa menjual salah satu produk air mineral kemasan botol dalam jangka waktu tertentu dengan target dapat terus meningkatkan pendapatan). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi bahwa langkah-langkah pengembangan kurikulum seperti diatas telah dilakukan pada penyusunan kurikulum pelatihan kewirausahaan ini sehingga menghasilkan jenis materi Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 119 pelatihan yang akan diberikan hanya saja materi belum disusun dalam bentuk GBPP, Modul yang jelas, hanya berupa hand-out saja atau dalam bentuk jadwal saja. d. Kriteria Instruktur/ pelatih dalam Pelatihan Kewirausahaan Dalam kriteria instruktur/fasilitator tidak ada pengkualifikasian khusus bagi fasilitator atau instruktur, namun dalam hal ini memilih instruktur yang sesuai atau berhubungan erat dengan kompetensi yang diinginkan untuk mengajar pada Pelatihan Kewirausahaan. Berdasarkan wawancara dengan peserta Pelatihan, bahwa: Menurut P1 : instruktur pada pelaksanaan pelatihan kewirausahaan ini bagus dalam penyampaian materinya, mereka kelihatan sangat menguasai materi sehingga mampu menanggapi permasalahan-permasalahan yang ditanyakan oleh peserta dan dapat membentuk karakter manusia tangguh. Dalam hal ini sumber belajar perlu dipilih yang kredibel dan berpengalaman. Sebaiknya merupakan perpaduan dan sinergi antara teoritis dan praktik kewirausahaan secara proposional. Perancang kurikulum lembaga pelatihan perlu selektif dalam memilih narasumber, tidak saja yang profesional namun juga perlu mempertimbangkan komitmennya terhadap misi pendidikan dan pelatihan. Untuk itu diharapakan bahwa para instruktur sebagai salah satu komponen pelaksana kurikulum memiliki beberapa kemampuan seperti : 1) Kemampuan meningkatkan kompetensi pribadi 2) Kompetensi profesional yang menyangkut kemampuan mengatasi landasan- landasan pendidikan dan pelatihan, kemampuan menguasai bahan pengajaran, kemampuan merencanakan pengajaran, kemampuan melaksanakana proses belajar menagajar, kemamapuan melaksanakan evaluasi dan 3) Kompetensi sosial. e. Penentuan Metode Pembelajaran Metode merupakan cara yang digunakan untuk menyampaikan materi dengan tujuan yaitu tercapainya suatu tujuan pelatihan. Dengan menggunakan Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 120 metode yang sesuai dengan karakteristik materi yang disampaikan dan tujuan yang hendak dicapai diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dari data yang diperoleh, metode pembelajaran yang digunakan dalam Pelatihan kewirausahaan adalah dengan menggabungkan beberapa metode yaitu, ceramah, curah pendapat, tanya jawab, diskusi, penugasan dan pratek. Penggunaan metode pelatihan lebih dari satu yang direncanakan dalam pelatihan kewirausahaan ini, memiliki berbagai keuntungan, karena kelemahan dari satu metode dapat diperbaiki dengan metode lain. Menurut Sudjana (2000), untuk pembelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif atau pembentukan sikap dapat dibentuk melalui 5 tahapan, yaitu : 1) Penerimaan stimulus. Kehadiran stimulus itu disadari oleh peserta didik yang kemudian timbul keinginan peserta didik untuk menerimanya. Selanjutnya peserta didik memusatkan perhatian pada stimulus tersebut. 2) Merespon stimulus. Respon ini dilakukan setelah peserta memandang perlu untuk melakukan respon. Artinya ia berkeinginan untuk merespon dan dengan melakukan respon akan diperoleh kepuasan dan atau kesenangan. 3) Peserta didik memperoleh nilai (values) dari respon yang telah ia lakukan. Nilai diperoleh setelah peserta pelatihan memilih nilai dan merasa keterlibatan dirinya dalam nilai tersebut. 4) Mengorganisir nilai dalam dirinya setelah terlebih dahulu peserta didik memahami konsep nilai tersebut. 5) Penampilan ciri yang tetap pada dirinya setelah peserta didik memiliki konsep nilai itu. Peserta didik menggunakan nilai dalam setiap menghadapi stimulus yang serupa dalam kehidupannya. Dengan demikian Pelatihan kewirausahaan yang dilaksanakan bertujuan adalah untuk mengupayakan perubahan taraf hidup masyarakat khususnya masyarakat yang pengangguran serta untuk memberdayakan para pengusaha kecil menengah di bidangpengelolaan anekamakanan ringan dalamkegiatan usahanya. Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 121 f. Fasilitas Pelatihan Kewirausahaan Berdasarkan hasil observasi, ditemukan bahwa sarana dan prasarana pelatihan cukup terpenuhi namun belum sesempurna yang diinginkan. Dari hasil wawancara dengan P1 mengatakan bahwa “tempat dan lingkungan belajar sudah sangat kondusif”. Tempat dan lingkungan belajar yang kondusif turut memberikan kontribusi dalam membantu proses belajar berlangsung. Tempat belajar yang dipilih perlu mempertimbangkan segi-segi keamanan, kesehatan, kenyamana, dan fungsionalitas yang membantu menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar. Tempat belajar yang dipilih perlu didukung sarana-sarana yang dibutuhkan. Alat dan media perlu disediakan secara memadai, Alat media itu juga harus diusahakan yang bersifat atau membawa peserta pada pengalaman belajar yang paling kongkrit. 2. Dampak program pelatihan kewirausahaan mandiri Dampak dari Pelaksanaan pelatihan merupakan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan dan sasaran pelatihan. Oleh karena itu pada proses pelaksanaan dibahas segala sesuatu yang berhubungan dengan proses belajar mengajar, diantaranya tentang teori belajar serta metode-metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Konsep pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan cenderung pada pendekatan pembelajaran andragogi. Untuk mendukung serta kelancaran pelatihan yang tepat, fasilitator yang menguasai materi dan metode pelatihan. Hasil observasi peneliti dan menurut pendapat peserta pelatihan bahwa ruang belajar dalam pelaksanaan pelatihan sudah memadai untuk digunakan sebagai tempat pelatihan, karena hampir tidak terdengar suara atau kebisingan apapun dari luar. Dari hasil wawancara dengan penyelenggara bahwa fasilitator dalam pelatihan kewirausahaaan ini merupakan fasilitator yang mampu menjelaskan dan paham mengenai asapek-aspek dalam kewirausahaan terutama dalam memotivasi semangat peserta dan dalam manajemen usahanya, namun dalam hal ini tidak semua fasilitator yang mampu atau profesional dalam hal ilmu kewirausahaan, Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 122 tetapi dalam penggunaan metode pembelajaran fasilitator sudah tepat dalam penggunaanya.metode yang digunakan disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Begitupun dalam hasil evaluasi sebagai bahan acuan dalam menilai tigkat dan dampak keberhasilan yang telah dicapai sebagai hasil daripelatihan. Manfaat/ tujuan evaluasi pelatihan yaitu (1) untuk mengetahui sampai sejauhmana pelatihan telah mencapai tujuannya dan (2) untuk memperoleh informasi bagi umpan balik penyempurnaan program. Sehubungan dengan pelatihan, evaluasi program pelatihan adalah kegiatan mengumpulkan data tentang penyelenggraan pelatihan untuk diolah dan dianalisi guna dijadikan masukan dalam pengambilan keputusan untuk pelaksanaan kegiatan di masa mendatang (Djudju Sudjana, 2000). Sebagaimana hasil wawancara dengan penyelenggara pelatihan dan pesera pelatihan bahwa pelatihan kewirausahaan ini tidak dapat diukur 100% keberhasilannya secara statistik, namun keberhasilan pelatihan kewirausahaan ini dapat dikatakan berhasil apabila tujuan yang telah direncanakan sesuai dengan targetnya atau mencapai sasarannya serta dilihat dari keberhasilan peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan baik dalam pengembangan usahanya maupun dalam memenej usaha yang digarapnya. Berdasarkan hasil wawancara mengenai evaluasi pelatihan kewirausahaan bahwa setiap materi yang diajarkannya pada akhir pembelajaran selalu dilakukan evaluasi ulang atas materi-materi yang telah diajarkan guna untuk mengingat kembali ilmu-ilmu yang didapatnya. Selain evaluasi terhadap materi pembelajaran yang dilakukan oleh peserta pelatihan, dilakukan pula evaluasi terhadap kegiatan pelatihan kewirusahaannya, hal ini untuk membantu penyelnggara dalam meninjau kembali kekurangan maupun kelebihan dari pelatihan kewirausahaan ini dan untuk dijadikan sebagai tolak ukur dalam pelatihan kewirausahaan selanjutnya..Juga dilakukan pelaporan dan tindak lanjut Setelah pelaksanaan pelatihan kewirausahaan selesai, pihak penyelenggara pelatihan tidak lepas begitu saja, kedua pihak tersebut melakukan survey pada tempat peserta pelatihan tinggal dan melakukan penilaian atau pemantauan apakah peserta tersebut melaksanakan usahanya sesuai dengan ilmu yang di dapat dari hasil Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 123 pelatihan kewirausahaan. Dari hasil wawancara dengan penyelenggara bahwa hanya sebagaian kecil saja peserta yang mampu membuka usahanya sendiri dengan melakukan pengelolaan atau manajemen secara individu dengan melibatkan pihak terkait sebagai pembantu modal awalnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan empat orang peserta pelatihan (P1, P2, P3, P4,P5 dan P6) mengenai tindak lanjut setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan didapat bahwa dari empat orang peserta yang diwawancarai mengenai pelatihan ini hanya 4 orang yang usahanya berkembang dan berjalan dengan baik, sedangkan dua orang lainnya usaha yang dimilikinya tidak begitu berkembang hal ini menurut P2 dikarenakan ”ketidakmahiran saya sebagai pemilik usaha menghadapi persaingan dunia usaha yang semakin hari semakin ketat”. Pelatihan kewirausahaan ini tidak dapat diukur 100 % secara statistik, namun untuk membatu mendapatkan informasi tentang evaluasi ini dapat mengetahui apakah peserta pelatihan telah menjadi pengusaha. Akan tetapi sangat disadari bahwa dalam perkembangan sekarang, penilaian seperti itu tidak cukup, sebab seseorang menjadi pengusaha kemungkinan karena ikut-ikutan. Hal ini yang dapat dilakukan adalah dengan mengamati keberanian peserta untuk membuka usaha, mau dan mampu memulai sesuatu, mau dan berani berhubungan dengan orang lain secara profesional, dan keberanian mereka berbicara di depan publik. Mental-mental inilah yang memberikan indikasi bahwa pelatihan yang dilakukan dikategorikan berhasil, namun jika dilihat dari evaluasi produk dari hasil pelatihan kewirausahaan ini dapat dikatakan berhasil hal ini dikarenakan hanya sebagian kecil dari peserta pelatihan yang kurang mengembangkan usahanya dengan melakukan manajemen atau pengelolaan yang baik pula. Dengan demikian, tolak ukur Dampak keberhasilan pelaksanaan pelatihan ini adalah jika terjadi perubahan paradigma berpikir dan bertindak ke arah karakter kewirausahaan Mandiri pada diri alumni peserta pelatihan akan lebih produktif kreatif, dan inovatif dalam meningkatkan kesehjahteraan hidupnya kearah yang lebih maju perekonomian masyarakat dapat meningkat. Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 124 KESIMPULAN Adapun simpulan hasil penelitian ini sebagai berikut : 1. Program pelatihan yang diselenggarakan bagi Pelatihan Kewirausahaan Mandiri di Desa Margaluyu Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis.dapat meningkatkan usaha para pengusaha home industri hal ini dikarenakan melalui pelatihan tersebut para pengusaha memperoleh pengetahuan dan pemahaman dalam berusaha. 2. Dampak Pelatihan Kewirausahaan Mandiri terhadap Usaha Home Industri Makanan Ringan di Desa Margaluyu Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pendapatan usaha home industri karena selain adanya pemahaman usaha juga dengan adanya pelatihan dapat membuka peluang dalam memasarkan produknya karena antar pengusaha saling memberikan informasi.dan bekerjasama saling menguntungkan. Jurnal EMPOWERMENT Volume 3, Nomor 1 Februari 2015, ISSN No. 2252-4738 125 DAFTAR PUSTAKA Alma, B. (2008). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta. Anjar. 2006, Motivasi Peserta Dalam Mengikuti Pelatihan Entrepreneurship. Success University Di Maddsa Communication Consultant Bandung. Skripsi Jurusan PLS UPI : Tidak diterbitkan. Artasasmita, Roni, 1985, Pedoman Merancang Sistem Kursus dan latihan. Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Sekolah IKIP UPI Atmodiwirio, S. (2002). Manajemen Pelatihan. Jakarta: Ardadizya Jaya. Kristanto, R. H. (2009). Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pendekatan Manajemen dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kamil, M. 2009. Pendidikan Nonformal: Pengembangan melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Indonesia (Sebuah Pembelajaran dari Kominkan Jepang ). Bandung: Alfabeta. Longenecker, J. Dkk. (2001). Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil Menengah. Jakarta: Salemba Empat. Sudjana, D. (2000).Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Falah Production. Sudjana, Djudju. (2004). Pendidikan Nonformal Wawasan Sejarah Perkembangan Filsafat Teori Pendukung Asas. Bandung: Falah Production . Sudjana, Djuju. (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sudjana, Djudju. (2004). Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production Sudjana, Djudju. (2007). Sistem dan Management Pelatihan Teori dan Aplikasi. Bandung: Falah Production Sudjana, Nana. (1995). Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Suryana. (2003). Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.