Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 11 PERANAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pada Pos PAUD Melati 13 Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah) Tri Rosana Yulianti Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perkembangan kreativitas anak usia dini terkait erat dengan peranan orang tua. Hubungan ibu dan ayah atau orang dekat lainnya dengan anak memberikan dasar sejauh mana anak dapat mengembangkan kreativitasnya. Kebanyakan orang tua mendambakan anaknya untuk kreatif, tetapi tidak tahu bagimana cara mengembangkan kreativitas anak. Maka kreativitas anak sangat penting untuk perkembangan selanjutnya karena masa anak adalah masa yang sangat berpengaruh terhadap masa selanjutnya.Tujuan penelitian ini diantaranya untuk menjawab: 1)gambaran kesulitan yang menyebabkan anak kurang dapat mengembangkan kreativitasnya, 2)gambaran secara mendalam peranan orang tua dalam menggali potensi kreatif anak usia dini, 3)gambaran bahwa lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan kreativitas anak usia dini.Landasan teori dalam penelitian ini, merujuk pada beberapa dasar teori yaitu:1) teori konsep anak usia dini, 2) teori pendidikan dalam keluarga, 3)teori komunikasi dalam pengasuhan anak usia dini, 4) teori kreativitas anak usia dini.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif tipe interaktif dengan metode studi kasus. Metode studi kasus dianggap cocok untuk penelitian ini karena sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini yang pada dasarnya ingin meneliti mengenai peranan orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa setiap anak memiliki potensi kreatif pada setiap pribadinya. Untuk dapat mengembangkan bakat kreatif yang ada pada dirinya maka orang tua memiliki peranan penting untuk menunjang tumbuhnya kreativitas yang optimal. Jika orang tua mendukung, memotivasi dan memberi kebebasan tetapi tidak terlepas dari pengawasan orang tua serta memberi penghargaan pada anak apapun hasil karya ciptaannya sehingga tumbuh rasa percaya diri. Maka kreativitas yang ada dalam diri anak akan tumbuh dengan optimal.Kesimpulan dari penelitian ini adalah setiap anak memiliki bakat untuk berkreasi maka peranan orang tua sebagai kunci penunjang agar anak dapat kreatif. Selain itu orang tua memegang peranan penting dalam pendidikan dan Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 12 bimbingan anak, karena hal itu sangat menentukan perkembangan anak untuk mencapai keberhasilannya Kata Kunci: peranan orang tua, kreativitas anak usia dini A. PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan yang sangatfundamental, para pakar berpendapat bahwa usia anak 0 – 6 tahun merupakan masa keemasan (golden age) yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. PAUD merupakan upaya pembinaan dan pengembangan yang ditujukan bagi anak usia 0 – 6 tahun dalam aspek kesehatan, gizi dan psikososial (kognitif, sosial dan emosional) dilakukan oleh lingkungan yang akan berpengaruh besar pada proses tumbuh kembang anak. Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan perkembangan jasmani dan rohaninya agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Sedangkan pada pasal 28 dinyatakan pula bahwa Pendidikan Anak Usia Dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. Untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) melalui jalur nonformal berupa Kelompok Bermain (KOBER), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Pada usia dini ini, otak anak bagaikan spon yang dapat menyerap cairan. Agar dapat menyerap suatu cairan, tentunya harus ditempatkan dalam air. Air inilah yang diumpamakan sebagai pengalaman. Dan disinilah peranan orang tua atau orang yang berada di lingkungan terdekat anak yang bertugas memberikan pengalaman kepada anak-anak dan mengenalkan pada mereka berbagai aktivitas yang diminatinya. Apabila sejak bayi anak sudah distimulasi dengan berbagai rangsangan, otak kecilnya pun akan menyerap berbagai pengetahuan. Peran keluarga tidak terlepas dalam membantu perkembangan dan pertumbuhan anak. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan tumbuh kembang anak yang pertama. Dalam keluarga inilah anak mendapatkan didikan dan bimbingan pertama kali. Sehingga pendidikan Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 13 yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga. Tugas utama dari keluarga adalah peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Keluarga khususnya orang tua mempunyai peranan di dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadi seorang anak. Sebab menurut Soelaeman (1994:24) orang tua merupakan lingkungan pertama dari tempat kehadirannya dan mempunyai fungsi untuk menerima, merawat dan mendidik seorang anak. Jelaslah keluarga menjadi tempat pendidikan pertama yang dibutuhkan seorang anak. Dan cara bagaimana pendidikan itu diberikan akan menentukan masa depan anak. Sebab pendidikan itu pula pada prinsipnya adalah untuk meletakkan dasar dan arah bagi seorang anak. Pendidikan yang baik akan mengembangkan kedewasaan pribadi anak tersebut. Anak itu menjadi seorang yang mandiri, penuh tangung jawab terhadap tugas dan kewajibannya, menghormati sesama manusia dan hidup sesuai martabat dan citranya. Seperti perkembangan kepribadian, perkembangan kreativitas anak terkait erat dengan peran serta orang tua. Hubungan ibu atau orang dekat lainnya dengan anak memberikan dasar bagi bagaimana dan sejauh mana anak dapat mengembangkan kreativitasnya. Pengasuhan dari orang tua yang dilandasi oleh hubungan yang hangat, nyaman, dan mendukung akan menghasilkan keleluasaan pada anak untuk mengembangkan dirinya, termasuk juga mengembangkan kreativitas. Kreativitas adalah salah satu potensi alamiah dalam diri anak yang harus dikembangkan secara optimal. Kreativitas itu sendiri ditumbuhkan oleh otak kanan, yaitu bagian otak yang memiliki spesifikasi berpikir, mengolah data seputar perasaan, emosi, seni dan musik. Semua anak yang lahir di dunia pasti mempunyai sisi kreativitas, tapi dalam kadar yang berbeda. Tinggi rendahnya kreativitas anak dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor genetika (bawaan lahir) dan faktor lingkungan. Kreativitas ini akan tumbuh secara optimal jika kedua faktor dipadukan secara baik. Melihat hal di atas maka peran orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak menjadi sangat penting dan mendasar. Sehingga setidaknya para orang tua tahu bagaimana mereka mengembangkan kreativitas anak-anaknya. Jika orang tua salah sedikit saja dalam Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 14 menanamkan konsepnya kepada anak-anaknya dalam mengembangkan kreativitas, maka itu akan berakibat fatal bagi masa depannya. B. KAJIAN TEORI Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak yang sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia Dini pada pelaksanaannya seperti yang diungkapkan Siti Aisyah (2007:21) menggunakan prinsip-prinsip PAUD sebagai berikut: 1. Berorientasi pada kebutuhan anak Menurut Maslow kebutuhan anak yang sangat mendasar adalah kebutuhan fisik, anak dapat belajar apabila tidak dalam kondisi lapar dan haus. Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan keamanan dan kebutuhan rasa dimiliki dan disayang. 2. Sesuai dengan perkembangan anak Pembelajaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, baik usia maupun dengan kebutuhan individual anak. Perkembangan anak mempunyai pola tertentu sesuai dengan garis waktu perkembangan. Setiap anak berbeda perkembangannya ada yang cepat ada yang lambat.oleh karena itu pembelajaran anak usia dini harus disesuaikan baik lingkungan maupun tingkat kesulitannya dengan kelompok usia anak. 3. Mengembangkan kecerdasan anak Anak usia 0 – 8 tahun merupakan usia yang sangat kritis bagi pengembangan kecerdasan anak. Oleh karena itu pembelajaran anak usia dini hendaknya tidak menjejali anak dengan hafalan tetapi mengembangkan kecerdasannya. 4. Belajar melalui bermain Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan anak usia dini, dengan menggunakan strategi, metode, materi dan media yang menarik agar mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak di ajak untuk bereksplorasi,menemukan dan memanfaatkan benda-benda di sekitarnya. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 15 5. Belajar dari kongkrit ke abstrak, sederhana ke kompleks, gerakan ke verbal dan dari diri sendiri ke sosial Pembelajaran anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, di mulai dari yang kongkrit ke abstrak, dari kosep sederhana ke kompleks, dari gerakan ke verbal dan dari diri sendiri ke sosial. Agar kosep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang berulang-ulang. 6. Anak sebagai pembelajar aktif Anak melakukan sendiri kegiatan pembelajarannya, sehingga anak aktif, guru hanya sebagai fasilitator atau mengawasi dari jauh. 7. Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan teman sebaya di lingkungannya. Ketika anak berinteraksi dengan teman sebayanya, maka anak akan belajar, begitu juga ketika anak berinteraksi dengan orang dewasa (guru, orang tua). 8. Menggunakan lingkungan yang kondusif Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain. 9. Merangsang kreativitas dan inovasi Proses kreatif dan inovasi dapat dilakukan melui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal baru. 10. Mengembangkan kecakapan hidup Pendidikan anak usia dini mengembangkan diri anak secara menyeluruh. Berbagai kecakapan dilatihkan agar anak kelak menjadi manusia seutuhnya. Bagian dari diri anak yang dikembangkan meliputi bidang fisik-motorik, intelektual, moral, sosial, emosi, kreativitas dan bahasa. Tujuannya agar kelak anak berkembang menjadi manusia yang utuh yang memiliki kepribadian dan akhlak yang mulia, cerdas dan terampil, mampu bekerja sama dengan orang lain, mampu hidup berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 16 Pendidikan Dalam Keluarga Menurut Soelaeman (1994:5) secara pengertian psikologis, keluarga adalah “Sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri”. Menurut Hurlock (2005:13) menyatakan bahwa pola asuh yaitu “Sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya dan juga cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anak”. Sementara Theresia Indira Shanti (2012) menyatakan bahwa pola asuh merupakan “Pola interaksi antara orang tua dan anak”. Lebih jelasnya, yaitu bagaimana sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak. Termasuk cara menetapkan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih yang serta menunjukan sikap dan perilaku yang baik sehingga dijadikan contoh atau panutan bagi anaknya. Dengan demikian, secara sederhana dapat dikatakan bahwa pola asuh merupakan proses interaksi antara anak dengan orang tua dalam pembelajaran dan pendidikan yang nantinya sangat bermanfaat bagi aspek pertumbuhan dan perkembangan anak. Maka menurut Ihsan (1999:88) ada beberapa langkah yang dapat dilakukan orang tua dalam peranannya mendidik anak antara lain : 1. Orang tua sebagai panutan Anak selalu becermin dan bersandar kepada lingkungannya yang terdekat. Dalam hal ini tentunya lingkungan keluarga yaitu orang tua. Orang tua harus memberikan teladan yang baik dalam segala aktivitasnya kepada anak 2. Orang tua sebagai motivator anak Anak mempunyai motivasi untuk bergerak dan bertindak, apa bila ada sesuatu dorongan dari orang lain, lebih-lebih dari orang tua. Hal ini sangat diperlukan terhadap anak yang masih memerlukan dorongan. Motivasi bisa membentuk dorongan, pemberian penghargaan, pemberian harapan atau hadiah yang wajar, dalam melakukan aktivitas yang selanjutnya dapat memperoleh prestasi yang memuaskan. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 17 3. Orang tua sebagai cermin utama anak Orang tua yang baik adalah orang yang sangat dibutuhkan serta diharapkan oleh anak. Karena bagaimanapun mereka merupakan orang yang pertama kali dijadikan sebagai figur dan teladan di rumah tangga. Dan selain itu orang tua juga harus memiliki sifat keterbukaan terhadap anak-anaknya, sehingga dapat terjalin hubungan yang akrab dan harmonis antara orang tua dengan si anak, dan begitu juga sebaliknya. Sehingga nantinya dapat diharapkan oleh anak sebagai tempat berdiskusi dalam berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan pendidikan, ataupun yang berkaitan dengan pribadinya 4. Orang tua sebagai fasilitator anak Pendidikan bagi si anak akan berhasil dan berjalan baik, apabila fasilitas cukup tersedia. Namun bukan semata-mata berarti orang tua harus memaksakan dirinya untuk mencapai tersedianya fasilitas tersebut. Akan tetapi, setidaknya orang tua sedapat mungkin memenuhi fasilitas yang diperlukan oleh si anak, dan ini tentu saja ditentukan dengan kondisi ekonomi yang ada. Kreativitas Anak Usia Dini Kreativitas adalah salah satu aspek yang dikembangkan dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal- hal baru. Menurut Hurlock (1999:47) bahwa: Kreativitas (divergen thinking) merupakan kemampuan atau cara berpikir seseorang untuk menciptakan tau menghasilkan sesuatu yang baru, berberda, belum ada sebelumnya ataupun memperbaharui sesuatu yang ada sebelumnya yang berupa suatu gagasan, ide, hasil karya serta respon dari situasi yang tidak terduga. Sedangkan Munandar (2004:47) mengemukakan terdapat beberapa rumusan mengenai pengertian kreativitas sebagai berikut : 1. Kreativitas adalah kemampuan anak untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. 2. Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 18 yang perkenannya adalah kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban. 3. Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, fleksibilitas dan originalitas dalam berfikir serta kemampuan untuk mengolaborasi (mengembangkan, memperinci dan memperkaya) suatu gagasan. Menurut Munandar (1992:55) ciri-ciri kreativitas pada anak meliputi :Ciri-ciri yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif atau kognitif (aptitude) merupakan keterampilan berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes, keterampilan berpikir orisional, keterampilan memerinci dan keterampilan menilai. Sedangkan ciri-ciri yang menyangkut sikap dan perasaan seseorang atau afektif merupakan rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, memiliki sikap berani mengmabil resiko dan sikap saling menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang. Suasana yang optimal untuk mengembangkan kreativitas memungkinkan tergalinya bentuk-bentuk kreativitas terdiri dari : 1. Gagasan Gagasan adalah pemikiran yang menghasilkan timbulnya konsep dan menghasilkan berbagai macam pengetahuan. Gagasan terbagi sebagai berikut: a. Berpikir luwes, artinya anak mampu memberikan jawaban atau ide yang tidak kaku, dan memilki ciri yang sama. b. Berpikir orisinil, artinya anakmampu memberikan jawaban atau ide yang berbeda sesuai dengan apa yang anak imajinasikan dan belum ada sebelumnya. c. Berpikir terperinci, artinya anak mampu melakukan tugas dengan tekun dan teliti detail serta terstuktur. d. Berpikir menghubungkan pengetahuan artinya anak mampu mengingat masa lalu dan masa kini. 2. Sikap Sikap adalah perilaku yang dihasilkan oleh seseorang. Terbagi sebagaiberikut: a. Rasa ingin tahu, artinya anak senang bertanya, mencoba hal-hal yang baru, serta tidak canggung terhadap situasi yang baru atau asing. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 19 b. Kesediaan untuk menjawab, artinya anak senang untuk mengungkapkan ide dan pendapat yang ia miliki dan senang terhadap pengalaman orang lain. c. Berani mengambil resiko, artinya anak tidak takut melakukan kesalahan, senang melakukan sesuatu yang baru, tidak pantang menyerah serta berani mengungkapkan gagasan baru yang anak miliki. d. Percaya diri artinya anak mampu mengungkapkan berbagai ide gagasan yang anak miliki, tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain serta berani mengekspresikan diri. 3. Karya Karya merupakan sesuatu yang dihasilkan seseorang, terbagi menjadi: a. Permainan b. Mampu memodifikasi berbagai permainan c. Mampu menyusun berbagai bentuk permainan d. Karangan anak (tulisan dan menggambar) e. Mampu memyusun karangan berupa tulisan atau cerita f. Mampu menggambar sesuatu yang baru atau mampu memodifikasi gambar yang anak buat. Sedangkan menurut Hurlock (1990: 30) kreativitas akan melemah jika dihambat oleh keadaan lingkungan sebagai berikut: 1. Kesehatan yang buruk, dapat mematikan kreativitas anak karena anak tidak mampu mengembangkan diri. 2. Lingkungan keluarga yang kurang baik, yaitu tidak memberikan dorongan untuk meningkatkan kreativitas. 3. Adanya tekanan ekonomi mempersulit anak untuk mengembangkan bakat kreatifnya, bila anak membutuhkan dana, misalnya membeli buku atau mainan yang dapat menstimulasi anak. 4. Kurangnya waktu luang, tidak adanya kebebasan pada anak untuk mengembangkan bakat kreatifnya. Terdapat beberapa sikap orang tua yang tidak menunjang kreativitas anak seperti orang tua yang cenderung otoriter akan sering mengatakan pada anak bahwa ia akan dihukum jika melakukan kesalahan, anak dituntut untuk tidak boleh mempertanyakan keputusan orang tua. Terkadang orang tua yang berada pada kelas sosial tertentu tidak membolehkan anak bermain dengan anak dari keluarga yang berbeda pandangan, serta orang tua yang terlalu ketat mengawasi Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 20 kegiatan anak dan orang tua yang kritis terhadap anak dan menolak gagasan anak dapat mematikan rasa percaya diri yang ada dalam diri anak. C. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif tipe interaktif dengan metode studi kasus. Metode studi kasus dianggap cocok untuk penelitian ini karena sesuai dengan permasalahan dan tujuan peneltian ini yang pada dasarnya ingin meneliti mengenai peranan orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini. D. HASIL DAN PEMBAHASAN Kreativitas seseorang dapat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain faktor hereditas yaitu keturunan dimana jika orang tuanya memiliki bakat keahlian tertentu kemungkinan besar anaknya akan memiliki bakat yang sama. Tetapi tentunya kreativitas dalam diri anak dapat dikembangkan dan ditingkatkan, namun dapat dirasakan oleh kebanyakan orang tua berpendapat bahwa kreativitas seorang anak sulit untuk dikembangkan dikarenakan beberapa faktor salah satunya faktor yang melekat pada diri anak, seperti yang terjadi pada anak kembar yang sulit berkomunikasi dengan orang lain menyebabkan anak kembar tersebut kurang dapat mengembangkan kreativitasnya. Hal lain yang dapat menjadi kesulitan mengembangkan kreativitas yaitu apabila anak cenderung tidak berani mengungkapkan gagasannya saat mendapatkan suatu permasalahan dan anak cenderung pemalu lebih pasif terhadap kreasi yang akan dihasilkannya. Namun ada kalanya juga anak kurang bersosialisasi dan cenderung memilah dan memilih temannya untuk bermain diakibatkan orang tua yang melarang atau tidak memperbolehkan anak untuk bermain dengan anak lain dari keluarga yang berbeda pandangan dapat menyebabkan anak kurang dapat mengoptimalkan kreativitasnya. Selain itu anak cenderung tidak dapat mengekspresikan kreasinya karena kesulitan untuk berkomunikasi dan menyatakan pendapatnya tentang suatu hal. Anak yang cenderung kurang dapat atau sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan yang asing akan sulit pula mengembangkan kreativitasnya. Sedangkan anak yang cenderung berani mengambil resiko mampu beradaptasi dengan lingkungan dan tidak pemalu dapat mengekspresikan dirinya dengan optimal karena rasa percaya dirinya yang tumbuh sehingga kreativitasnya dapat berkembang. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 21 Ada pula anak yang cenderung menjadi pemimpin dan mandiri tanpa sering dibantu oleh orang tuanya dalam setiap kegiatan permainan mampu menghasilkan ide-ide kreatif dan unik untuk dimainkan bersama dengan teman-temannya. Serta anak tersebut yang dapat berkomunikasi dengan lancar apabila telah menyelesaikan suatu tugas seperti menggambar, mewarnai atau bermain pembangunan dapat dengan lancar meceritakan hasil karyanya kepada guru dan teman- temannya. Tetapi lain halnya dengan anak yang lebih sering menjadi pengikut atau pasif dalam setiap permainan dan kurang mandiri dalam mengerjakan tugas lebih sering dibantu oleh orang tuanya maka anak tersebut kurang dapat menceritakan hasil karyanya sendiri dalam bentuk cerita lisan. Secara tidak sadar anak dapat tergali potensi kreatifnya melalui hal-hal sederhana, oleh sebab itu orang tua yang memberi kesempatan secara bebas perlu diberikan pada anak meskipun kontrol terhadap aktivitas anak harus terus dilakukan, jangan sampai membahayakan jiwanya namun tetap jangan protektif sebab hal tersebut dapat mematikan kreativitasnya. Orang tua memiliki peranan yang sangat utama dalam menunjang kreativitas anak usia dini karena orang tua merupakan orang yang terdekat dengan anak dan memiliki pengaruh yang utama dalam membentuk kepribadian dan karakter anak. Orang tua memiliki peranan yang penting dalam mendidik dan membimbing anak, sebab pendidikan dan bimbingan dari orang tua sangat menentukan perkembangan anak dalam mencapai keberhasilannya. Anak yang senantiasa mendapatkan dorongan dan motivasi dari orang tuanya untuk mempertanyakan banyak hal tentang keadaan disekitarnya dapat membuka cakrawala pengetahuan anak tentang suatu hal dapat menjadi terbuka dan luas. Orang tua yang lebih banyak memberi kesempatan pada anak untuk menentukan pilihan saat bekreasi dan memecahkan masalah anak tersebut cenderung dapat lebih mengoptimalkan potensi kreatifnya di bandingkan dengan orang tua yang selalu menentukan pilihannya saat anak berkreasi tanpa memperdulikan keinginan anak. Peranan orang tua selanjutnya yang dapat megoptimalkan kreativitas anak yaitu orang tua yang selalu memberikan waktu yang cukup untuk anak berpikir dan merenung serta berkhayal tentang suatu hal atau pada saat anak memecahkan suatu masalah maka anak tersebut telihat tampak lebih dapat mengoptimalkan kreativitasnya dibandingkan dengan orang tua yang selalu menentukan pilihannya terhadap keinginan anak sehingga anak tersebut tidak dapat mandiri dan kurang Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 22 kreativitasnya. Orang tua yang cenderung bersikap otoriter dalam pengasuhannya cenderung membuat anak bersikap ketakutan dan tidak terlatih untuk berinisiatif serta tidak mampu menyelesaikan masalahnya dan tidak mampu membuat suatu kreasi yang bermakna. Suasana rumah dan keluarga yang hangat dan penuh dukungan, suasana yang saling menghargai dan kooperatif antara setiap anggota keluarga dapat mengoptimalkan perkembangan kreativitas anak. Suasana yang saling menghargai dan mendorong adanya perbedaan menyababkan munculnya kreativitas yang bervariasi yang dapat dihasilkan oleh seorang anak. Anak yang terbisa mandiri tetapi tetap dalam pengawasan dari orang tua dan orang tua yang terbiasa bersikap penuh welas asih dan dapat menerima alasan anak terhadap semua tindakan anak yang konstruksif, akan berdampak anak tersebut menjadi bahagia, mempunyai rasa percaya diri, memiliki problem solving yang baik, dapat berkomunikasi baik dengan teman-temannya dan orang dewasa disekitarnya sehingga anak tersebut menjadi lebih kreatif. Lingkungan juga dapat mempengaruhi perkembangan kreativitas artinya lingkungan yang dekat dengan anak yaitu lingkungan sekolah dan lingkungan dirumah harus memberikan bimbingan dan dorongan untuk merangsang kreativitas anak. Sikap lingkungan sosial anak yang cenderung tidak memperdulikan tumbuhnya kreativitas dapat menghambat perkembangan kreativitas sebab anak kurang mendapatkan penghargaan sosial dari kreasi yang dihasilkan. Guru yang baik senantiasa memberikan contoh, membimbing dan memonitor terhadap aktivitas anak-anak saat melakukan pembelajaran maupun saat bermain sehingga dapat menciptakan proses kreatif yang terpadu sehinggaanak-anak didik senantiasa terpacu untuk mengembangkan kreativitasnya. Selain itu guru yang senantiasa memberikan dorongan serta memotivasi anak-anak untuk lebih percaya diri dalam mengatasi setiap permasalahannya atau pada saat pengerjaan tugas cenderung didapati anak tersebut lebih dapat mengembangkan kreasinya dibandingkan dengan guru yang selalu menegur atau membatasi daya kreasi anak, kurang memberikan waktu luang pada anak untuk mengeksplorasi ragam kegiatannya sehingga anak tersebut tidak dapat menemukan pengetahuannya sendiri menjadikan anak tersebut tidak dapat mengoptimalkan kreativitas yang ada dalam dirinya diakibatkan oleh cakrawala pengetahuannya yang tidak terbuka Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 23 karena anak tidak banyak mendapatkan sumber pengetahuan dari gurunya. Maka sebagai seorang guru pun senantiasa dapat dan berani mencoba tema-tema alternative yang memacu guru untuk mencari tahu lebih dahulu dan mendalami serta mengeksplorasi tema tersebut kemudian baru bersama-sama anak menjelajah hal baru tersebut sehingga tercipta kreasi yang baru. Atau dapat dikatakan sebelum anak bisa mengembangkan kreativitasnya maka seorang guru yang baik yaitu dapat mengembangkan kreativitasnya terlebih dahulu. Lingkungan keluarga terutama orang tua memiliki peranan penting untuk menunjang tumbuhnya kreativitas yang optimal maka orang tua yang dapat mengahargai pendapat anaknya, memotivasi anak untuk dapat mengungkapkan gagasannya, orang tua yang senantiasa memberikan waktu kepada anak untuk merenung, berpikir dan berkhayal agar daya ciptanya terbentuk. Orang tua yang bijaksana adalah orang tua yang membolehkan anak untuk mengambil keputusannya sendiri tapi tidak terlepas dari pengarahannya. Orang tua yang baik adalah yang senantiasa membuka cakrawala pengetahuan anak tentang suatu hal menjadi luas. Suasana rumah dan keluarga yang hangat dan penuh dukungan, suasana yang saling menghargai dan kooperatif antara setiap anggota keluarga dapat mengoptimalkan perkembangan kreativitas anak. Suasana yang saling menghargai dan mendorong adanya perbedaan menyababkan munculnya kreativitas yang bervariasi yang dapat dihasilkan oleh seorang anak. Anak yang terbiasa mandiri tetapi tetap dalam pengawasan dari orang tua dan orang tua yang terbiasa bersikap penuh welas asih dan dapat menerima alasan anak terhadap semua tindakan anak yang konstruksif, akan berdampak anak tersebut menjadi bahagia, mempunyai rasa percaya diri, memiliki problem solving yang baik, dapat berkomunikasi baik dengan teman-temannya dan orang desawa disekitarnya sehingga anak tersebut menjadi lebih kreatif. Maka kunci penunjang anak agar anak dapat kreatif adalah jika orang tua mendukung, memberi kebebasan pada anak tentunya kebebasan yang terkontrol serta senantiasa memberi penghargaan apada anak apapun hasil karya ciptannya sehingga tumbuh rasa percaya diri dalam diri anak, dan anak menjadi mandiri serta berani dalam melakukan segala aktivitas kegiatannya. Oleh sebab itu orang tua wajib senantiasa Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 24 memiliki sikap-sikap yang mendukung perkembangan kreativitas anak menjadi lebih baik dan terus berkembang secara optimal. E. KESIMPULAN Setiap anak memiliki potensi atau daya kreatif pada setiap pribadinya. Untuk dapat mengembangkan bakat kreatif yang ada pada dirinya maka diperlukan motivasi dari lingkungannya terutama orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi seorang anak usia dini. DAFTAR PUSTAKA Aisyah, Siti. 2007. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta. PT. Indeks. Hurlock, Elizabeth B. 2005. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta. Penerbit Erlangga Ihsan, Fuad. 1996. Dasar-dasar pendidikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta Munandar, S. C. Utami. 1999. Kreativitas dan keberbakatan (strategi mewujudkan potensi dan bakat). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Soeleman. M.I 1994. Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung. Alfabeta Shanti, T.I. 2012. Pentingnya Komunikasi Harmonisasi Orang Tua-Anak [on line] Tersedia:// edukasi.kompasiana.com/2012/02/14 [29 mei 2013]