Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 51 PELATIHAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM KONTEKS PEMBENTUKAN KARAKTER ANGGOTA PRAMUKA GUGUS DEPAN 03073/03074 KECAMATAN CICENDO BANDUNG Darius Daru Wijanarko Abstrak Penelitian ini membahas tentang upaya pembentukan karakter anggota pramuka di gugus depan 03073/ 03074 Kecamatan Cicendo, Bandung melalui pendekatan pelatihan Kecerdasan Emosional terdiri dari: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati diri dan kecakapan/ ketrampilan sosial. Hal ini diharapkan dapat mempertinggi motivasi diri, kreativitas, kemandirian, kerjasama dan sikap toleransi anggota pramuka dalam mengatasi masalah-masalah yang ada di lingkungan gudep 03073/ 03074 dan dilingkungan sosial.Penelitian ini bertujuan: 1) untuk mendeskripsikan kondisi obyektif kecerdasanemosional pada pendidikan kepramukaan Gudep 03073. 2)untukmengungkapkan proses pelatihan kecerdasan emosional bagi anggota pramukaGudep 03073/ 03074, 3) untuk menjelaskan pelatihan kecerdasan emosionaldampaknya terhadap pengembangan karakter angota pramuka. 4) untukmengetahui kesulitan-kesulitan atau hambatan-hambatan apa yang dihadapidalam proses pelatihan karakter.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan rancangan studi kasus. Analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data dengan model interaktif, yang terdiri atas: 1). Reduksi data, 2). Penyajian data, dan 3). Penarikan kesimpulan.Kajian data pada penelitian ini didapat dari hasil pengamatan langsung kegiatan pembina dan anggota pramuka gudep 03073 dan 03074, dan dari hasil wawancara dengan lima (5) responden yang diambil sebagai sampel serta literatur pendukung.Dari hasil penelitian didapat kesimpulan bahwa anggota pramuka yang mengikuti pelatihan Kecerdasan Emosional menunjukkan motivasi, kreatifitas, kerjasama dan toleransi yang lebih dibandingkan sebelum mengikuti pelatihan ini, Dengan demikian Pelatihan Kecakapan Emosional (EQ) dapat berperan besar dalam membantu membentuk karakter anggota pramuka pada kegiatan ekstra kurikuler yang positif. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 52 Kata kunci: pembentukan karakter, pelatihan kecerdasan emosional A. PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu proses enkulturasi, berfungsi mewariskan nilai-nilai dalam aspek fisik, moral, sosial, kultur, emosional, intelektual dan prestasi masa lalu ke generasi mendatang. Nilai-nilai dan prestasi itu merupakan kebanggaan bangsa dan menjadikan bangsa itu dikenal oleh bangsa-bangsa lain. Selain mewariskan pendidikan juga memiliki fungsi untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan prestasi masa lalu menjadi nilai-nilai budaya bangsa yang sesuai dengan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang, serta mengembangkan prestasi baru yang menjadi karakter baru bangsa. Oleh karena itu, pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan inti dari suatu proses pendidikan seperti yang diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional kita dalam UUD 1945. Elfindri (2012: 25) menyatakan bahwa munculnya gagasan program pendidikan karakter di Indonesia, bisa dimaklumi. Sebab, selama ini dirasakan, proses pendidikan dirasakan belum berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Bahkan, banyak yang menyebut, pendidikan telah gagal, karena banyak lulusan sekolah atau sarjana yang piawai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mental dan moralnya lemah. Lebih lanjut, kita terkadang disuguhi beberapa contoh bahwa banyak pakar bidang moral dan agama yang sehari-hari mengajar tentang kebaikan, tetapi perilaku mereka tidak sejalan dengan ilmu yang diajarkannya. UU No. 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, menyebutkan bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan potensi diri serta memiliki akhlak mulia, pengendalian diri, dan kecakapan hidup bagi setiap warga negara demi tercapainya kesejahteraan masyarakat; pengembangan potensi diri sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam berbagai upaya penyelenggaraan pendidikan, antara lain melalui gerakan pramuka; gerakan pramuka selaku penyelenggara pendidikan kepramukaan mempunyai peran besar dalam pembentukan kepribadian generasi muda sehingga memiliki pengendalian diri dan kecakapan hidup untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global, yang dituangkan ke dalam Tri Satya dan Dasa Dharma. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 53 Kegiatan ekstrakurikuler, dalam hal ini kepramukaan, menjadi wadah yang tepat dalam pembentukan dan pengembangan karakter. Meskipun sebenarnya beberapa kurikulum telah mempersiapkan peserta didik untuk memiliki karakter yang dipersyaratkan dalam tujuan pendidikan nasional. Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan serta Pendidikan Seni dan Olahraga merupakan beberapa kurikulum yang menghendaki peserta didik memiliki kompetensi spiritual, kompetensi personal, kompetensi sosial dan kompetensi emosional secara seimbang. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan dimensi pembentukan karakter. Walaupun telah difasilitasi dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan N0. 81A Tahun 2013 Tentang Kegaiatan Kepramukaan sebagai kegiatan ekstra kurikuler wajib di sekolah-sekolah, pada Pramuka Gugus Depan 03073/ 03074 Kecamatan Cicendo, Bandung, hanya ada 46 orang atau 3,65% saja dari jumlah keseluruhan 1260 yang bergabung dengan Pramuka. Ini dikarenakan banyaknya keluhan dari para orangtua terhadap beban belajar putra-putri mereka yang berakhir sampai dengan jam 16.15 sehingga mereka takut putra-putrinya jatuh sakit jika harus mengikuti kegiatan kepramukaan, selain itu dari hasil observasi didapati bahwa hanya sekitar 14 orang saja yang aktif mengikuti pramuka. Persoalan lainnya adalah kesibukan Pembina di Kwartir Kecamatan, sehingga tidak selalu hadir pada jadwal yang telah ditetapkan, namun hal ini masih dapat ditanggulangi oleh pradana sebagai pengganti Pembina. Tampaknya gerakan kepramukaan harus berbenah diri dalam menjaga eksistensinya agar tetap diminati oleh anak-anak muda. Penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan kondisi obyektif kecerdasan emosional pada pendidikan kepramukaan Gudep 03073 2. Untuk mengungkapkan proses pelatihan kecerdasan emosional bagi anggota pramuka Gudep 03073/03074. 3. Untuk menjelaskan pelatihan kecerdasan emosional dampaknya terhadap pengembangan karakter angota pramuka. 4. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan atau hambatan-hambatan apa yang dihadapi dalam proses pelatihan karakter. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 54 B. KAJIAN TEORI DAN METODE Menurut Lickona (2013: 82) karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik. Komponen karakter yang baik terdiri dari pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral. Karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Sehingga dapat dikemukakan bahwa karakter anak yang diharapkan adalah kualitas mental atau kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti yang merupakan kepribadian khusus yang harus melekat kepada anak-anak bangsa ini termasuk anggota pramuka. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2011) menetaprkan 18 (delapan belas) nilai-nilai yang dikembangkan dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (PBKB) yang dikelompokan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu: 1) Nilai keagamaan: religius, toleransi, peduli sosial, dan cinta damai; 2) Nilai kebangsaan: demokratis, semangat kebangsaan, cinta tanah air, bersahabat, dan peduli lingkungan; 3) Nilai professional: disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, gemar membaca, tanggung jawab dan menghargai prestasi. Menurut Goleman (2002: 63) Kecerdasan Emosional memiliki lima ciri, yaitu: 1) Kesadaran Diri, 2) Pengarturan Diri, 3) Motivasi Diri, 4) Empati dan 5) Ketrampilan Sosial. Lebih lanjut Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi menurut Goleman (2002:95) adalah: Faktor Internal Faktor internal adalah apa yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal ini memiliki dua sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis. Segi jasmani adalah faktor fisik dan kesehatan individu, sedangkan segi psikologis mencakup didalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan motivasi. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 55 Faktor Eksternal Faktor ekstemal adalah stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan emosi berlangsung. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mengetahui apakah karakter anggota pramuka melalui pelatihan kecerdasan emosional sesuai dengan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Populasi parmuka yang tercatat di Gudep 03073/ 03074 sebanyak 46 anggota dengan rincian pramuka putra 27 orang, dan pramuka putrid 19 orang. Sedangkan jumlah sampel adalah 5 orang anggota pramuka yang khusus dijadikan bahan observasi dan studi kasus. Terdiri dari 3 orang laki-laki dan 2 orang putri. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Lembar Observasi dan Lembar Wawancara, sedangkan Prosedur Pengolahan Data terdiri dari 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan pengumpulan data, 3) Pengolahan data. Analisis data berdasarkan pengamatan, dan wawancara yang terdiri dari: (1) data collecting, yaitu observasi, wawancara dan studi literatur, (2) data reduction, yaitu mengelompokkan, memilah dan menyusun data, (3) data display, yaitu membuat narasi, bagan atau flowchart dan (4) conclusion drawing/verification, yaitu: menetapkan data observasi, pengamatan dan triangulasi. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 1 Agustus sampai dengan tanggal 15 Oktober 2013. Jadi kurang lebih 2,5 bulan C. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tingkat kemampuan Pembina putra terbilang baik, dalam menyampaikan tujuan pelatihan, mendemonstrasikan ketrampilan dan pengetahuan mereka, membimbing pelatihan, memberikan umpan balik, dan memberikan kesempatan pelatihan lanjuta, sedangkan Pembina putri yang juga guru, walaupun cukup baik, masih harus mendalami kemampuannya. Respon 32 anggota pramuka pada tahap pelatihan ini adalah baik. Pelatihan yang diberikan kepada seluruh sampel meliputi dimensi Motivasi, Kreativitas, Kerjasama dan Toleransi dalam bentuk presentasi, role-play, public speaking, dan membuat kreasi dari bahan yang tidak Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 56 terpakai. Seluruh sampel menunjukkan hasil yang baik. Apa yang melatar belakanginya? Pada sesi wawancara setiap anggota sampel diminta tanggapan, dan pendapat mereka tentang berbagai hal yang berkenaan dengan Motivasi, Kreativitas, Kerjasama, Kemandirian dan Toleransi, dan semua responden memberikan jawaban dengan perbedaan yang tidak terlalu berbeda. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahi lebih dalam tentang motivasi, kemandirian, sikap toleransi dan kreativitas anggota sampel. Umpan balik yang ditunjukkan oleh sampel pada hasil pelatihan sejalan dengan Abraham Maslow, yang menyatakan bahwa teori motivasi dibagi dalam dua kategori, yaitu teori kandungan (content) yang berfokus pada kebutuhan dan sasaran tujuan, dan teori proses yang banyak berkaitan dengan bagaimana orang berperilaku dan mengapa mereka berperilaku dengan cara tertentu. Tidak jauh berbeda dengan Maslow adalah Mc.Clelland’s Achievment Motivation Theory atau Teori Motivasi Prestasi didorong oleh kekuatan motif dan kebutuhan dasar yang terlibat, harapan keberhasilannya, dan nilai insentif yang terlekat pada tujuan. Mc. Clelland mengelompokan 3 kebutuhan manusia yang dapat memotivasi gairah bekerja seseorang, yaitu: 1) Kebutuhan akan Prestasi (Need for Achievment), 2) Kebutuhan akan Afiliasi (Need for Affiliation), dan 3) Kebutuhan akan Kekuasaan (Need for Power) D. KESIMPULAN Kesimpulan penelitian diuraikan secara 1) umum dan 2) khusus, dengan memperhatikan butir-butir pertanyaan penelitian. Umum Merujuk kepada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 81A Tahun 2013 tentang Kegiatan Kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib di sekolah-sekolah dan merupakan bagian integral dari keseluruhan kurikulum. Sehubungan dengan itu hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kepramukaan di Gudep 03073/03074 bisa dikatakan berjalan dengan lancar dan telah membawa dampak yang bermakna terhadap kecerdasan emosional anggota pramuka. Khusus 1. Dari observasi pada kondisi awal, didapatkan bahwa kegiatan kepramukaan di gudep 03073/03074 tetap dilaksanakakan Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 57 walaupun hanya diikuti oleh 14 anggita yang aktif dari 46 jumlah anggota seluruhnya. Ketidakhadiran Pembina dapat diatasi oleh pradana. Konsistensi pradana putra dan putri dan perhatian dari pihak wakil kepala sekolah, membuat kegiatan ini diikuti oleh lebih banyak anggota pramuka dari kelas X. Berdasarkan data yang direkam bahwa pelatihan kecerdasan emosional bagi anak pramuka termasuk kegiatan yang bermakna dan berlangsung sesuai dengan rencana program yang telah ditata dan diikuti secara seksama oleh seluruh anggota pramukan dengan jadwal setiap hari Selasa dan Sabtu sore. 2. Proses pelaksanaan kecerdasan emosional yang terintegrasi dengan kepramukaan sesuai dengan program pelatihan yang ditetapkan dan menunjukkan indikasi yang efektif, baik dari sisi proses maupun hasil (by process and by product). 3. Dampak pelatihan kecerdasan emosional melalui kepramukaan dalam batas-batas tertentu dipandang mampu menumbahkembangkan kecerdasan emosional, yaitu Motivasi, Kreativitas, Kemandirian, Kerjasama, dan Toleransi, pada anak pramuka walaupun kondisinya variatif. Tetapi yang paling menonjol adalah Motivasi dan Kreativitas yang berkembang. 4. Kesulitan yang dihadapi, tersaji pada bab IV, dalam pelaksanaan pelatihan kecerdasan emosional yang bersifat internal terutama ketahanan fisik sementara anak pramuka tidak prima untuk sekian jam per hari keegiatan. Sedangkan yang bersifat eksternal yang datang dari pihak Pembina adalah konsistensi kehadiran mereka. Di sisi lain daya dukung fasilitas dirasa masih kurang. Rekomendasi 1. Masalah yang ditemukan secara eksternal terutama masalah keterbatasan waktu datang dari pihak Pembina untuk melakukan pelatihan secara konsisiten. Potensi untuk mengatasi masalah tersebut terdapat sejumlah pramuka yang dianggap lebih terampil (Pradana), maka disarankan lebih ditumbuhkembangkan model pembelajaran Peer Teaching/ Tutor sebaya dan merekrut guru sebagai pembina agar kegiatan pramuka dapat berjalan sesuai dengan jadwal. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 58 2. Masalah persepsi orangtua terhadap kepramukaan masih rendah. Potensi untuk mengatasi masalah tersebut melibatkan komite sekolah lebih intens, maka disarankan untuk mengadakan open house seluruh kegiatan ektrakurikuler termasuk pramuka dan lomba-lomba, agar para orangtua datang untuk melihat. 3. Dari hasil penelitian terungkap adanya masalah internal pada diri anak pramuka terutama menyangkut aspek keoptimalan fisik untuk mengikuti pelatihan kecerdasdan emosional yang akan menggangu proses pembelajaran. Potensi untuk mengatasi masalah tersebut adanya kadar motivasi dan kreativitas anak yang relatif tinggi. Oleh karena itu disarankan program pelatihan harus menyangkut juga ketahanan fisik. DAFTAR PUSTAKA Aqib, ZainaL. Pendidikan Karakter. 2011. Bandung: Yrama Widya Elfindri, et. al. Pendidikan Karakter. 2012. Jakarta: Baduose Media Firdaus, Iqra’al. Kunci-kunci Kontrol Emosi dengan Otak Kanan dan Otak Kiri.2012. Jogjakarta: Diva Press Gardner, Howard. Multiple Intelligences. 1993.___ Gintings, Abdorrakhman. Esensi Praktis Manajemen Pendidikan dan Pelatihan. 2011. Bandung: Humaniora Goleman, Daniel. Kecerdasan Emosional. 2002. Jakarta: Gramedia Hariwijaya,M.Menjadi Diri Sendiri.2011. Yogyakarta:Oryza Kamil,Mustofa.Model Pendidikan dan Pelatihan.2010. Bandung: Alfabeta Lickhona, Thomas. Mendidik Untuk Membentuk Karakter.2012. Jakarta: Bumi Aksara Maddux. Team Building. 2001. ___ Mulyasa,HE.Manajemen Pendidikan Karakter.2013. Jakarta:Bumi Aksara Munandar, Utami. Kreativitas & Keberbakatan. 2002. Jakarta:Gramedia Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 59 Musfiqon,HM. Metodologi Penelitian Pendidikan. 2012.Jakarta:Prestasi Pustaka P4TK. Diklat Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.2011.Bandung Sanusi, Achmad dan Sutikno, Sobary. Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depan.2009. Bandung: Prospect Sashkin, Marshall dan Sashkin, Molly. Prinsip-prinsip Kepemimpinan.2011. Jakarta:Erlangga Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM.2009.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sudjana, HD. Pendidikan Nonformal. 2010. Bandung: Falah Sudjana, HD. Sistem & Manajemen Pelatihan.2007. Bandung: Falah Sudjana,Djuju. Evaluasi Program PLS.2008. Bandung:Rosda. Sudriamunawar,Haryono. Kepemimpinan, Peran Serta dan Produktivitas.2006. Bandung:Mandar Maju Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif.2013.Bandung: Alfabeta Terry, George. Prinsip-prinsip Manajemen. 2009. Jakarta: Bumi Aksara Tilaar, HAR, et.al. Pedagogik Kritis.2011.Jakarta: Rineka Cipta Tuckman, W Bruce. Educational Psychology. 1965.___ Unesco-Apnieve (Asia Pacific Network for International Education & Values Education). Belajar Untuk Hidup Bersama dalam Damai dan Harmoni. Kantor Prinsipal. 2000. Unesco untuk Kawasan Asia Pasifik, Bangkok & Universitas Pendidikan Indonesia Uno,Hamzah. Teori Motivasi & Pengukuran.2012. Jakarta:Bumi Aksara Zaman, Saeful, et.al. Games Kreatif Pilihan Untuk Meningkatkan Potensi Diri dan Kelompok.2010. Jakarta:Gagas Media