Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 60 PROSES PEMBELAJARAN BERBASIS METODE MONTESSORI DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI (Penelitian Deskriptif Di PAUD Assya’idiyah Kab. Bandung Barat) Agus Sumitra Abstrak Pada penelitian ini, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1). Perencanaan pembelajaran, pengembangan dan proses kegiatan pembelajaran belum mengacu betul terhadap tahap-tahap perkembangan anak, 2). Keterampilan sosial belum tertampilkan secara optimal mengingat sarana dan prasarana yang menunjang pengembangan keterampilan sosial belum memadai, 3). Pembelajaran anak usia dini masih terfokus pada peningkatan kemampuan akademik (hapalan dan calistung), 4). Rasa egois pada diri anak masih tinggi disebabkan cakrawala sosial anak terbatas dirumah, peserta didik seringkali memikirkan diri sendiri. Kemudian penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana proses pembelajaran metode montessori terhadap keterampilan sosial anak?Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1). Rencana pembelajaran dengan metode montessori dalam upaya meningkatkan keterampilan sosial anak usia dini dengan bermacam aktifitas di PAUD, 2). Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode montessori dalam mengembangkan keterampilan sosial anak usia dini, 3). Evaluasi proses pembelajaran dengan menggunakan metode montessori untuk meningkatkan keterampilan sosiak anak usia dini, 4). Untuk mengembangkan keterampilan sosial anak yang tertampilkan sebagai hasil pembelajaran dengan menggunakan metode montessori pada anak usia dini.Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk mengetahui seberapa besar proses pembelajaran peserta didik dengan menggunakan metode montessori dalam mengembangkan keterampilan sosial anak. Data diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi terhadap sumber data, objek penelitian yaitu PAUD Assya’idiyah, Kecamatan. Cipongkor, Kabupaten. Bandung Barat.Dari hasil penganalisisan data di peroleh sebagai berikut: 1). Perencanaan pembelajaran di PAUD Assya’idiyah sesuai dengan metode Montessori dimulai dari penyambutan, apersepsi, Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 61 kegiatan inti, istirahat dan kegiatan akhir, 2). Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode montessori mengacu pada beberapa aspek pendidikan yang merupakan prinsip metode montessori, yaitu aspek pentingnya kebebasan, aspek struktur dan keteraturan, aspek realistis dan alami, aspek keindahan dan nuansa dan aspek alat bermain montessori, 3). Evaluasi pembelajaran yang menggunakan metode montessori cukup efektif dalam mengembangkan keterampilan sosial anak, 4). Tertampilkan perilaku anak dari antusias belajar, hasil karya anak dan ketanggapan anak terhadap permasalahan pada kegiatan belajar.Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan penelitian dari hasil pengalaman belajar berkenaan dengan keunggulan pendekatan metode montessori adalah metode montessori ini cukup efektif digunakan pada pembelajaran anak usia dini karena mampu mengembangkan keterampilan sosial anak. Kata kunci : Proses pembelajaran, metode Montessori, keterampilan sosial, anak usia dini. A. PENDAHULUAN Sumber daya manusia yang unggul merupakan aset yang sangat berharga bagi setiap Negara. Indonesia yang memiliki jumlah penduduk sangat padat, memiliki potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Apabila diberdayakan dengan baik maka dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia itu sendiri. Keberhasilan membina saat ini merupakan kesuksesan bagi masa depan anak. Namun sebaliknya kegagalan dalam penanganan anak usia dini merupakan kegagalan bagi kehidupan anak di masa yang akan datang. Menurut Undang-undang Sisdiknas pasal 28, tentang PAUD terdiri dari tiga jalur pendidikan, yaitu jalur formal yang meliputi Taman kanak- kanak (TK), Raudhatul Atfhal (RA) atau bentuk lain yang sederajat, jalur non-formal meliputi kelompok bermain (Kober) taman penitipan anak (TPA) atau bentuk lain yang sederajat. Dan jalur informal meliputi pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Kegiatan pembelajaran PAUD diselenggarakan melalui bermain sambil belajar, karena anak usia pra-sekolah sangat membutuhkan keleluasaan untuk bermain dalam mengembangkan fungsi fisiologis dan psikologisnya yang berkenaan dengan permainan. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 62 Bermain adalah hal yang penting bagi seorang anak, permainan dapat memberikan kesempatan untuk melatih keterampilan dan dapat mengembangkan ide-ide sesuai dengan cara dan kemampuannya sendiri. Menurut Sudjana (2001 : 47), bagi anak usia 0-6 tahun, bermain, selain menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, juga memberikan kesenangan dan mengembangkan imajinasi. Manusia sebagai mahluk sosial memiliki sifat ketergantungan terhadap orang lain, saling membutuhkan satu sama lain. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu karakteristik manusia, mereka berkumpul saling menolong, bekerja sama, saling menghargai dan sebagainya. Dalam kehidupan bermasyarakat keterampilan sosial sangat diperlukan untuk dapat diterima di lingkungan, dihargai dan disukai. Jika seseorang tidak memiliki keterampilan sosial maka ia akan terasing dari lingkungannya. Guru/ Tutor perlu mencari upaya yang dapat membuat anak tertarik dalam kegiatan pembelajaran dalam mengembangkan keterampilan sosial. Salah satunya dengan cara penggunaan metode montessori. Karena, dengan menggunakan metode montessori itu dapat membantu sosial dan emosional anak untuk menyesuaikan diri dengan baik dan memungkinkan membantu anak untuk mengembangkan kapasitas intelektual sesuai dengan tahap perkembangan anak. B. KAJIAN TEORI DAN METODE Pembelajaran adalah membelajarkan peserta didik dengan menggunakan asas pendidikan dan teori belajar sebagai penentu utama keberhasilan pendidikan. Peran pendidik bukan semata - mata memberikan informasi melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar agar lebih efektif. Menurut Sudjana (2005: 6) mendefinisikan pembelajaran sebagai berikut:Pembelajaran adalah sebagai upaya yang sistematik dan disengaja oleh pendidik atau tutor untuk membantu peserta didik (warga belajar) melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan ini terjadi interaksi edukatif antara dua pihak yaitu peserta didik (siswa, warga belajar, peserta pelatihan dsb) yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik (guru, tutor, pelatih dsb) yang melakukan kegiatan membelajarkan. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 63 Pengertian pembelajaran pada dasarnya merupakan proses yang disengaja dikelola dalam kondisi khusus agar menghasilkan perubahan tingkah laku tertentu. Perubahan terjadi karena adanya proses yang disengaja dengan cara mengamati, meniru, membaca, mencoba, mendengarkan, dan mengikuti pengarahan, istilah lain adalah merupakan perubahan pengalaman. PAUD adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan, perkembanan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menurut Hasan (2009 : 15) Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar keberapa arah berikut ini: 1). Pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), 2). Kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasasan emosi dan kecerdasan spiritual), 3). Sosioemosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, yang disesuaikan dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Metode montesori berdasarkan pada prinsipnya bahwa pendidikan seorang anak harus muncul dan bertepatan dengan tahap-tahap perkembanan anak itu sendiri. Karakteristik dari metode ini adalah menekankan pada aktivitas yang dimunculkan oleh diri anak dan menekankan pada penyesuaian lingkungan belajar anak pada tahap perkembangannya. Menurut montessori (2013:79) Montessori mengidentifikasi tiga periode perkembangan utama pada anak 1. Pertama, dari lahir anak hingga usia enam tahun (tahapan otak penyerap) 2. Kedua, dari usia enam hingga dua belas tahun 3. Ketiga, usia dua belas hingga delapan belas Periode dari otak menyerap dibagi menjadi dua fase ,yaitu fase awal dari usia satu hingga tiga tahun, ketika otak sang anak berfungsi secara tak sadar dan pembelajaran dihasilkan dari interaksi dengan respon terhadap rangsangan lingkungan. Selama periode penting ini, anak- anak mulai membangun kepribadian dan kecerdasan mereka sendiri melalui aktivitas – aktivitas mereka dalam mengeksplorasi lingkungan dan kesan- kesan yang mereka rasakan sekama aktivitas –aktivitas tersebut. Anak – anak mulai memperoleh bahasa dan kebudayaan dari Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 64 lingkungan dimana mereka dilahirkan. Selama fase berikutnya, dari usia tiga tahun hingga enam tahun, sang anak menjadi semakin sadar dan terarah dalam aktivitas –aktivitas mereka dan dalam mengekplorasi lingkungan. Selama fase kedua dari otak penyerap, dari usia tiga hingga enam tahun, sang anak butuh menemukan tugas –tugas atau kegiatan – kegiatan yang merangsang ketertarikannya dan butuh untuk belajar bagaimana melaksanakan tugas –tugas dengan benar. Aspek penyempurnaan datang dari hasrat dan kebutuhan untuk melaksanakan dan menyempurnakan tugas. Pada fase ini , sangat signifikan bagi perkembangan dan pendidikan berikutnya. Simpanan keterampilan dan dunia yang telah dikontruksi membentuk fondasi bagi pembelajaran berikutnya. Periode otak menyerap tidak hanya krusial bagi perkembangan motorik, keterampilan dan kognitifnya tetapi juga bagi pembentukan pola – pola sosialisasi dan akulturasi. Montessori meyakini bahwa anak –anak selama awal masa kanak - kanak, menyerap pola - pola bahasa dan kebudayaan yang khas dari kelompok kebudayaan mereka. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial seseorang diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang –orang di lingkungannya, seprti orang tua, saudara, teman sebaya, dan orang dewasa lainnya. Pengalaman sosial sejak dini menjadi salah satu tahap perkembangan anak yang penting, karena akan menentukan hubungan sosial di masa yang akan datang dan perilaku terhadap orang lain. Untuk menjadi individu yang mampu bermasyarakat diperlukan tiga proses sosialisasi, yang ketiganya berhubungan satu sama lain, yaitu: 1. Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima masyarakat. 2. Belajar memainkan peran sosial yang ada di masyarakat. 3. Mengembangkan sikap/ tingkah laku sosial terhadap individu lain dan aktivitas sosial yang ada di masyarakat. Berdasarkan proses sosialisasi di atas, akan berkembang dua kelompok individu yang sosial dan anti sosial. Individu sosial adalah mereka yang perilakunya mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Sedangkan Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 65 individu antisosial adalah mereka yang tidak mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Dalam perkembangan sosial, selain dua kelompok individu tersebut adapula istilah introvert dan ekstrovert. Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya. Sedangkan ekstrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian ke luar dirinya, sehingga segala bakat, minat, sikap dan keputusan yang diambilnya lebih ditentukan oleh peristiwa- peristiwa yang terjadi di luar dirinya. Bentuk – bentuk Perilaku Sosial Mengacu pada makna sosial yang dikemukakan Lawrence Kohlberg (1995) bahwa dari proses sosialisasi akan terbentuk dua kelompok, yaitu yang sosial dan tidak sosial, maka dalam upaya mengembangkan kematangan sosial anak, perlu diketahui bentuk perilaku yang menyebabkan seseorang masuk ke dalam salah satu kelompok tersebut. Adapun pola perilaku dari dua kelompok tersebut dikemukakan Harlock sebagai berikut: 1. Pola Perilaku Sosial a. Meniru. Agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan perilaku orang yang sangat ia kagumi. b. Persaingan. Keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang lain. c. Kerjasama. Pada akhir tahun ketiga bermain kooperatif dan kegiatan kelompok mulai berkembang dan meningkat dengan baik dalam frekuensi maupun lamanya berlangsung, bersamaan dengan meningkatnya kesempatan untuk bermain dengan anak lain. d. Simpati. Karena simpati menumbuhkan pengertian tentang perasaan –perasaan dan emosi orang lain e. Empati. Seperti halnya simpati, empati menumbuhkan pengertian tentang perasaan –perasaan dan emosi orang lain tetapi disamping itu juda menumbuhkan kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain. f. Dukungan Sosial. Menjelang berakhirnya awal masa kanak- kanak, dukungan sosial dari teman menjadi lebih penting dari pada persetujuan orang dewasa, anak beranggapan bahwa Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 66 perilaku nakal dan perilaku mengganggu merupakan cara untuk memperoleh dukungan dari teman sebaya. g. Membagi. Dari pengalaman bersama orang lain, anak mengetahui bahwa salah satu cara untuk memperoleh persetujuan sosial adalah dengan membagi miliknya terutama mainan untuk anak – anak lain, lambat laun sifat diri sendiri berubah menjadi murah hati. h. Perilaku AkrabAnak yang pada waktu bayi memperoleh kepuasan dari hubungan yang hangat, erat dan personal dengan orang lain berangsur- angsur memberikan kasih sayang kepada orang luar rumah, seperti guru, teman , atau benda- benda lain yang disebut obyek kesayangan. 2. Pola Perilaku tidak Sosial a. Negativisme atau melawan otoritas orang dewasa. b. Agresif. Perilaku agresif meningkat antara dua atau empat tahun. c. Perilaku berkuasa. Perilaku berkuasa atau merajai mulai usia tiga tahun. d. Memikirkan diri sendiri. Karena cakrawala sosial anak terutama terbatas di rumah, anak –anak seringkali memikirkan diri sendiri, dengan meluasnya cakrawala lambat laun perilaku memikirkan diri sendiri berkurang tetapi perilaku murah hati masih sangat sedikit. e. Mementingkan Diri Sendiri. Seperti halnya perilaku memikirkan diri sendiri lambat laun diganti oleh minat dan perhatian terhadap oranglain, cepatnya perubahan ini bergantung pada banyaknya kontak dengan orang di luar rumah dan berapa besar keinginan mereka untuk diterima teman- temannya. f. Merusak. Ledakan amarah sering disertai tindakan –tindakan merusak benda –benda disekitarnya. g. Pertentangan Seks. Prasangka sebagian besar anak pra sekolah lebih suka bermain dengan teman –teman yang berasal dari ras yang sama, tetapi mereka jarang menolak bermain dengan anak- anak dari ras lain. 3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak a. Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 67 b. Kematangan Untuk dapat bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasihat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga dangat menentukan. c. Status Sosial Ekonomi Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatiakn kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarga. d. Pendidikan Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. e. Kapasitas Mental Kemampuan berpikir dapat banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi berpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Penganalisaan yang digunakan peneliti terhadap proses pembelajaran berbasis metode montessori dalam mengembangkan keterampilan sosial anak ini disajikan berupa data hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Penulis memperoleh data dari objek yang diteliti, yaitu 1 orang pihak pengelola, 1 orang Guru/Tutor, 5 peserta didik dan 3 orang tua peserta didik. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 68 Dari hasil wawancara dengan pengelola, penulis mendapatkan informasi tentang profil PAUD. Sedangkan hasil wawancara dan observasi dengan Gutu/Tutor mengenai pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode montessori diperoleh data: 1. Rencana pembelajaran dimulai dengan membuat data perencanaan pembelajaran (silbabur,RKS, RKM dan RKH) 2. Pelaksanaan pembelajaran dimulai dari penyambutan (10 Menit ), apersepsi (15 Menit), kegiatan inti (45 Menit), kegiatan bermain bersama (30 Menit) yang mengutamakan 4 aspek pendidikan yang merupakan prinsip metode montessori, yaitu aspek pentingnya kebebasan, aspek struktur dan keteraturan, aspek realistis dan alami, aspek keindahan dan nuansa dan aspek alat bermain montessori. 3. Evaluasi dalam pembelajaran menggunakan metode montessori cukup efektif diterapkan dalam pembelajaran anak usia dini guna mengembangkan keterampilan mereka. 4. Tertampilkan perilaku anak dari antusias belajar, hasil karya anak dan ketanggapan anak terhadap permasalahan pada kegiatan belajar. Hasil wawancara dari pihak pengelola, penulis mendapatkan data profile berupa sejarah, visi dan misi, kurikulum, KBM, program-program pembelajaran, keadaan pendidik, kemitraan dan sarana prasarana yang menunjang seluruh aktivitas pembelajaran yang ada di PAUD Assya’idiyah ini. Guru/Tutor di dalam penerapan metode montesori dalam pengelolaan pembelajaran di PAUD Assya’idiyah mengikuti langkah-langkah sebagai berikut, yaitu; guru menguasai langkah-langkah membuat rencana pembelajaran sesuai dengan metode montesori, guru melakukan penyambutan anak dengan baik, guru memberikan kagiatan dengan menyenangkan dan berbagai kagiatan atau aktivitas untuk mengembangkan kemampuan anak , sebagai fasilitatot guru selama main terlihat memotivasi, memberikan petuntuk arahan dan sebagai penilai hasil dari kegiatan dengan mencatat kemampuan dan keterampilan ossial yang tertampilkan anak. Dari ke lima objek peserta didik yang di observasi penulis, 3 peserta didik mengalami peningkatan keterampilan sosial, dilihat dari aspek kognitif dan aspek psikomotoriknya. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 69 Peserta didik sudah bisa bersosial, berbagi makanan, meminjamkan permainan (APE), tidak pernah lagi berebut mainan, sudah bisa menyapa, tidak memilah-milah teman, keterampilan fisiknya berkembang, sikap sehat terhadap dirinya maupun orang lain, menyesuaikan diri dengan teman sebaya, sudah bisa mengembangkan peran sosial sebagai laki-laki dan perempuan, sopan santun dan tanggung jawab. Sedangkan ke 2 orang peserta didik tidak memperlihatkan perkembangan keterampilan sosialnya, dikarenakan berbagai aspek, yaitu kurangnya perhatian dari orang tuanya, kurang nya alat permaian edukatif (APE), sarana dan prasarana yang kurang mendukung dan tutor yang kurang menguasai metode montessori. Yang terakhir adalah respon dari orang tua tentang penerapan metode montessori untuk mengembangkan keterampilan sosial anak, dari ketiga orang tua hanya 1 orang tua yang kurang setuju, karena kebebasan anak dalam aspek struktur dan keteraturan, aspek realistis dan alami, aspek keindahan dan nuansa dan aspek alat bermain montessori tidak terperhatikan oleh Guru/Tutornya. Karena orang tua berprinsip, mengapa anaknya di sekolahkan di PAUD agar terperhatikan dari segala aspek tersebut. Sedangkan 2 orang tua yang setuju dengan penerapan dan penggunaan metode montessori menyambut baik, dikarenakan melihat dan merasakan dampak yang sangat signifikan dari putra putrinya, yang asalnya masih suka berebut mainan, sekarang tidak berbagi makanan, meminjamkan permainan (APE), tidak pernah lagi berebut mainan, sudah bisa menyapa, tidak memilah-milah teman, keterampilan fisiknya berkembang, sikap sehat terhadap dirinya maupun orang lain, menyesuaikan diri dengan teman sebaya, sudah bisa mengembangkan peran sosial sebagai laki-laki dan perempuan, sopan santun dan tanggung jawab. D. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka kesimpulannya sebagai berikut: 1. Rencana pembelajaran dimulai dengan membuat data perencanaan pembelajaran (silbabur,RKS, RKM dan RKH) 2. Pelaksanaan pembelajaran dimulai dari penyambutan (10 Menit ), apersepsi (15 Menit), kegiatan inti (45 Menit), kegiatan bermain bersama (30 Menit) yang mengutamakan 4 aspek pendidikan yang merupakan prinsip metode montessori, yaitu aspek pentingnya kebebasan, aspek struktur dan keteraturan, aspek realistis dan Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 70 alami, aspek keindahan dan nuansa dan aspek alat bermain montessori. 3. Evaluasi yang diperoleh denan menggunakan metode montessori adalah cukup efektif dalam mengembangkan keterampilan sosial anak 4. Tertampilkan perilaku anak dari antusias belajar, hasil karya anak dan ketanggapan anak terhadap permasalahan pada kegiatan belajar. Jadi kesimpulan yang diperoleh berdasarkan penelitian dari hasil pengalaman belajar berkenaan dengan keunggulan pendekatan metode montessori adalah metode montessori ini cukup efektif digunakan pada pembelajaran anak usia dini karena mampu mengembangkan keterampilan sosial anak. DAFTAR PUSTAKA Hasan, M. 2009. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Yogyakarta . DIVA Press. Lazuardi, AL. 2013. Metode Montessor, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Lawrence Kohlberg. 1995. Tahap - Tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta: Kanisius, Kiat Mengasuh Kecerdasan Emosional Anak, Pustaka Hidayah. Sudjana, D. 2005. Strategi Pembelajaran, Bandung : Falah Production. ____________ 2001. Metode Dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Bandung : Falah Production.