Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 92 PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PELATIHAN KOMPUTER APLIKASI MICROSOFT EXCEL 2010 DALAM RANGKA PENCAPAIAN HASIL BELAJAR BAGI WARGA BELAJAR DI PKBM BINA MEKAR CIMAHI SELATAN Nuki Widiastuti Abstrak Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang selanjutnya disingkat PKBM, secara konseptual pada dasarnya merupakan tempat di mana orang-orang dapat mengikuti program belajar. Unesco (Zainudin Arif: 2003), merumuskan PKBM (Community Learning Centre) sebagai an organized place where a people may learn. Pengertian ini dianut pula oleh jajaran Direktorat pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda yang rumusannya “PKBM merupakan tempat belajar yang dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam rangka usaha untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, hobi, dan bakat warga masyarakat” (Sihombing, 1999). Penelitian ini bertujuan mengungkap data perencanaan dalam rangka pencapaian hasil belajar bagi warga belajar di PKBM Bina Mekar Cimahi Selatan. Mengungkap data pelaksanaan dalam rangka pencapaian hasil belajar bagi warga belajar di PKBM Bina Mekar Cimahi Selatan. Mengungkap data hasil dalam rangka pencapaian hasil belajar bagi warga belajar di PKBM Bina Mekar Cimahi Selatan. Mengungkap faktor pendukung dan penghambat pembelajaran pelatihan dalam rangka pencapaian hasil belajar bagi warga belajar yang diselenggarakan di PKBM Bina Mekar Cimahi Selatan. Mengacu Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah, maka sejak 1998 Direktorat Pendidikan Masyarakat merintis pembentukan wadah pendidikan nonformal yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan di atas. Lembaga pendidikan non formal tersebut diberi nama Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Penelitian ini termasuk penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara, observasi dan dokumentasi. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian maka kesimpulan penelitian 1) Perencanaan yang dilakukan oleh penyelenggara pelatihan pada pelatihan komputer bagi warga belajar di Pusat Kegiatan Belajar Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 93 Masyarakat (PKBM) Bina Mekar Kecamatan Cimahi Selatan telah dilakukan dengan cukup baik. 2) Pelaksanaan pembelajaran dalam kegiatan pelatihan komputer bagi warga belajar telah dilaksanakan dengan cukup baik. 3) Kegiatan evaluasi yang dilaksanakan penyelenggaraan pelatihan komputer bagi warga belajar meliputi evaluasi hasil dan evaluasi pelaksanaan program. Evaluasi hasil dilakukan untuk mengetahui hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh warga belajar. 4) Faktor- faktor pendukung dan penghambat dalam pelatihan komputer bagi warga belajar yang diselenggarakan oleh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina Mekar Kecamatan Cimahi Selatan, adalah tingginya minat masyarakat untuk mengikuti pelatihan komputer dan tidak ada tenaga tekhnisi sehingga apabila ada kerusakan pada komputer sulit untuk mengatasinya.Rekomendasi mengacu pada hasil temuan penelitian, peneliti dapat mengemukakan menjadi beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan. Kata Kunci: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat A. PENDAHULUAN Pada hakekatnya PKBM dibentuk dengan tujuan untuk memperluas kesempatan bagi warga masyarakat khususnya yang tidak mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah. Mutu pengelolaan PKBM secara umum perkembangannya belum menggembirakan sesuai dengan harapan. Mutu proses berkaitan dengan keharmonisan dan sinergi input-input sehingga mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, memotivasi warga belajar, warga belajar tidak hanya sekedar tahu dan terampil, tetapi mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dalam kehidupan sehari-hari. Mutu ouput berkaitan dengan hasil belajar akademik yang tinggi dan hasil belajar non akademik seperti kejujuran, disiplin, ketekunan, mandiri, peningkatan pendapatan, kesehatan, dan lain-lain. Pengelola atau pemimpin, sebagai salah satu komponen instrumental input dalam sistem manajemen PKBM memiliki pengaruh besar untuk memberikan konstribusi pada proses pengelolaan menjadi bermutu ataupun tidak. Jadi di sini seorang pemimpin ataupun pengelola adalah Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 94 kumpulan (agregasi) kualitas-kualitas intelektual, pengertian tentang ekologi kemanusiaan serta ciri-ciri moral yang memungkinkan seseorang untuk membangkitkan motivasi lain guna melaksanakan tugas yang ditetapkan. Pengelola PKBM, dengan demikian dituntut untuk memiliki pandangan stratejik (strategic vision) yang jauh ke depan dan kekuatan tekad (strength of will) yang besar, sekaligus ia dapat menerjemahkan visinya sehingga di mengerti oleh peserta belajarnya. Visi saja tidak cukup, ia dituntut untuk memiliki task commitment yang kuat, memiliki motivasi kerja yang kokoh dalam mewujudkan prestasi yang diharapkan. Need for achievement tersebut merupakan nafsu untuk bekerja keras, belajar lebih cepat, ulet, dan disiplin. Namun juga tidak semata-mata untuk kepuasan ekonomi, melainkan juga untuk memuaskan secara sosial dan batin dari dalam. Oleh karena itu pula dikembangkan need for power (N’power) dan need for affiliation (N’affiliation). Kemudian aspek lain yang tidak kalah pentingnya dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan PKBM, adalah aspek persepsi pengelola terhadap program pemberdayaan. Pemberdayaan (empowering) pengelola PKBM secara sederhana mencakup pengembangan konsep- konsep “mandiri”, “partisipasi”, “jaringan kerja”, dan “keadilan” dalam pembangunan masyarakat ataupun community building (Craig dan Mayo: 1995). Tentu saja substansi pemberdayaan itu sendiri, sangat beragam tergantung dari sisi mana kita memandangnya, yang dapat dilihat dari aspek persiapan, proses, dan evaluasi. Namun dalam realitasnya upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan PKBM itu tidaklah mudah. Berdasarkan hasil kajian pendahuluan (preliminary study) terdapat beberapa kelemahan baik dalam persiapan (identifikasi masalah), proses (pendekatan, strategi, substansi, media), dan evaluasi (rendahnya konsistensi supervisi dan monitoring, tidak ada follow up pasca kegiatan). B. KAJIAN TEORI Rujukan Serta Kaitan PKBM Dengan PLS Pendidikan bertujuan memajukan dan mencerdaskan bangsa. Melalui pendidikan manusia bisa membedakan yang baik dan buruk. Pendidikan juga merupakan suatu proses yang meliputi aspek material dan non Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 95 material. Aspek material berupa sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan keduniaan dan aspek non material berupa segala sesuatu yang berhubungan dengan aspek moral dan agama. Pendidikan diharapkan menjadi tumpuan harapan bangsa. Karena melalui pendidikan diharapkan dapat menciptakan manusia yang berilmu pengetahuan dan berakhlak mulia serta dapat mengejar ketertinggalan dalam berbagai bidang di era yang serba modern ini. Dalam kerangka pembangunan pendidikan setidaknya ada dua isu pokok. Pertama, rendahnya pencapaian angka indeks pendidikan yang merupakan komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kedua, belum tuntasnya program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Kedua isu tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari konsep Education for All. Seperti kita ketahui salah satu penyebab rendahnya kualitas sumber daya manusia kita tidak terlepas dari rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, terutama pada usia sekolah.Rendahnya kualitas SDM tersebut disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya ketidakmampuan anak usia sekolah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain hal di atas, batasan usia pendidikan dan biaya pendidikan terlalu tinggi yang diterapkan pada sekolah formal (SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA) juga salah satu penyebab rendahnya tingkat pendidikan masyarakat usia sekolah. Oleh karena itulah, mengacu Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah No 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah, maka sejak 1998 Direktorat Pendidikan Masyarakat merintis pembentukan wadah pendidikan nonformal yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan di atas. Lembaga pendidikan non formal tersebut diberi nama Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Dalam kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan, maka program pendidikan non formal lebih diorientasikan pada kebutuhan pasar, tanpa mengesampingkan aspek akademis. Program pendidikan nonformal diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, profesionalitas, produktivitas dan daya saing dalam merebut peluang pasar dan peluang usaha. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 96 Sebagai upaya meningkatkan kualitas dan pemberdayaan PKBM di era otonomi daerah yang berlangsung sejak tahun 2001, maka dirasa perlu adanya antisipasi terhadap kebutuhan belajar yang semakin kompleks. Untuk itu mendesak untuk melakukan pengembangan program yang beraneka ragam. Berdasarkan uraian di atas, keterlibatan pendidik mungkin terjadi pada seluruh langkah kegiatan atau pada beberapa langkah kegiatan yang ditempuh dalam penyelenggaraan program pembelajaran pada pendidikan luar sekolah. Sejarah Berdirinya PKBM Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) hadir di Indonesia di tengah- tengah kondisi krisis sosial ekonomi nasional pada tahun 1998. Kehadiran PKBM sebenarnya memiliki latar belakang yang cukup panjang. Fakta menunjukkan bahwa pendidikan formal dan sistem persekolahan ternyata tidak cukup untuk menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, tingginya tingkat buta aksara bagi orang dewasa, tingginya tingkat pengangguran, tingginya tingkat kemiskinan dan sebagainya. Di pihak lain, kebijakan pemerintah dalam pembangunan pendidikan sangat menitikberatkan pada pendidikan formal dan sistem persekolahan. Adapun perhatian pada pendidikan non formal masih sangat terbatas. Hal ini dapat dilihat dari alokasi anggaran dan fasilitas maupun berbagai sumberdaya lainnya yang jauh lebih besar dicurahkan bagi pendidikan formal dan sistem persekolahan. Sesungguhnya pendidikan non formal telah dikenal dalam peradaban manusia jauh sebelum adanya pendidikan formal dan sistem persekolahan. Namun pembinaan pendidikan nasional selama ini masih didominasi oleh pendidikan formal. Pembinaan pendidikan non formal dilakukan oleh pemerintah hanya melalui berbagai pendekatan proyek yang bersifat sementara dan kadangkala tidak berkelanjutan. Cakupannyapun masih sangat terbatas pada beberapa jenis kebutuhan pendidikan yang bersifat nasional. Sementara pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh masyarakat masih bertumpu pada jenis-jenis pendidikan yang memiliki nilai komersial sehingga dapat ditarik Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 97 pembayaran dari masyarakat untuk membiayai kegiatan pendidikan tersebut. Untuk meningkatkan efektivitas keberhasilan pendidikan non formal telah dilakukan berbagai evaluasi terhadap kiprah pendidikan non formal selama ini. Negara-negara yang tergabung dalam UNESCO menyimpulkan bahwa pembangunan pendidikan non formal haruslah semaksimal mungkin bersifat partisipatif, dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri dan peran pemerintah sebaiknya diposisikan lebih sebagai fasilitator. Hal ini terlihat dari berbagai naskah deklarasi antara lain deklarasi Jomtien, Dakar, dan sebagainya. Salah satu upaya konkrit untuk mengimplementasikan gagasan tersebut adalah dengan mendorong dan memotivasi terwujudnya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau Community Learning Centre. PKBM bukanlah sepenuhnya merupakan suatu konsep yang baru sama sekali. Sebagai contoh di Jepang PKBM dikenal sejak tahun 1949 dengan nama Kominkan. Kominkan telah turut memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi pembangunan kemajuan masyarakat Jepang. Sampai dengan tahun 2004 diperkirakan ada sekitar 18.000 Kominkan terdapat di seluruh Jepang. Untuk menggerakkan masyarakat agar terwujud PKBM di Indonesia, Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional merumuskan berbagai kebijakan dan program untuk mengidentifikasi dan memotivasi agar masyarakat dengan kesadarannya sendiri membentuk dan mengelola berbagai kegiatan pembelajaran bagi masyarakat sesuai kebutuhan dan potensi masing-masing. Gagasan ini mendapatkan sambutan cukup baik oleh masyarakat sehingga pada awal tahun 1998 mulai dikukuhkan keberadaan berbagai PKBM di berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Pentingnya Konsep PKBM Sebagai suatu institusi baru yang bergerak dalam berbagai kegiatan pendidikan non formal di tingkat akar rumput, PKBM berkembang secara dinamis dan belum didukung oleh berbagai pijakan kerangka teoritik dan akademik yang memadai. Pengembangan PKBM sepenuhnya didasarkan atas pengalaman di lapangan yang situasi kondisinya sangat beragam. Dengan sendirinya konsep PKBM yang berkembangpun sangat bervariasi dari suatu PKBM ke PKBM lainnya. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 98 Konsep PKBM yang berkembang sangat umum dan kurang tajam mengungkap secara menyeluruh eksistensi dan karakteristik PKBM itu sendiri. Longgarnya konsep tentang PKBM ini di satu sisi memberikan fleksibilitas yang tinggi bagi inovasi pengembangan PKBM pada tahap awal pengembangannya namun konsep yang terlalu umum ini tidak memadai untuk menjadi pijakan bagi pengembangan PKBM lebih lanjut. Di samping itu, ketidakjelasan konsep tentang PKBM dapat menimbulkan adanya kesimpang siuran pemahaman tentang PKBM yang dapat mengakibatkan kontra produktif bagi pengembangan PKBM selanjutnya. Adapun konsep tentang PKBM yang tertulis masih sangat terbatas, dan itupun masih sangat kental dipengaruhi perspektif birokratik belum menggambarkan konsep yang lebih utuh. Dengan diakuinya secara eksplisit PKBM sebagai salah satu satuan pendidikan non formal dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjadi tanggungjawab semua pihak baik pemerintah pusat, pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat luas untuk mengembangkan PKBM dalam rangka mensukseskan tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian keberadaan konsep PKBM yang lebih jelas dan lebih memadai bagi pengembangan PKBM lebih lanjut sangat dibutuhkan. Tanpa adanya konsep PKBM yang jelas dan memadai akan sulit dibangun rencana strategis yang baik dalam pengembangan PKBM selanjutnya baik di tingkat institusi, di tingkat lokal, regional, maupun nasional. Hal ini tentunya akan mengakibatkan tidak adanya sinergi, rendahnya efektivitas dan inefisiensi dalam pengembangan PKBM lebih lanjut. Pengembangan Konsep PKBM Mengingat PKBM merupakan suatu institusi baru, maka pengembangan konsep PKBM sementara ini lebih didasarkan atas hasil observasi yang bersifat umum terhadap berbagai pengalaman PKBM selama ini. Konsep PKBM inipun sedang terus berkembang seiring dengan berbagai inovasi yang muncul dalam pengalaman pengembangan PKBM di lapangan. Di kemudian hari tentunya juga diharapkan pengembangan konsep PKBM ini juga didasarkan atas berbagai hasil kajian dan penelitian akademik yang lebih mendalam, sehingga dihasilkan konsep PKBM yang lebih solid, lebih tajam dan lebih menyeluruh. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 99 Pengembangan konsep PKBM haruslah memperhatikan dua faktor secara bersamaan yaitu faktor kemampuan konsep dalam menjelaskan secara lengkap dan utuh seluruh eksistensi dan karakteristik PKBM itu sendiri dan faktor kemampuan konsep dalam mengakomodasikan berbagai perkembangan dan keragaman PKBM baik yang telah ada maupun yang akan datang. Atas dasar pertimbangan tersebut maka konsep PKBM yang diuraikan dalam kesempatan ini lebih merupakan konsep yang bersifat generik. Artinya konsep PKBM yang diungkapkan ini adalah konsep yang dapat dikembangkan lebih lanjut ke dalam berbagai model-model PKBM yang bervariasi. Pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan konsep PKBM yang akan diuraikan lebih lanjut didasarkan atas pendekatan yang bersifat induktif. Formulasi konsep PKBM ini didasarkan atas pergumulan dan pengalaman praktis dalam membentuk, membangun dan mengembangkan PKBM sehari-hari. Di samping itu, juga melalui pengalaman dalam memperhatikan berbagai inovasi, keberhasilan dan permasalahan yang dihadapi berbagai PKBM yang terungkap dalam berbagai diskusi di pertemuan tingkat nasional tentang PKBM baik dalam kerangka Forum Komunikasi PKBM Indonesia maupun dalam kerangka perumusan dan perbaikan berbagai program dan kebijakan yang bekaitan dengan PKBM oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas. Konsep PKBM yang diuraikan ini telah melalui pembahasan oleh Konsep PKBM menjelaskan secara utuh jati diri PKBM, siapa atau apakah PKBM itu, bagaimana PKBM itu berkiprah dan ke arah mana PKBM itu berjalan/ berkembang. C. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif. Penggunaan pendekatan kualitatif ini didasarkan pada pertimbangan bahwa penelitian ini tidak bertujuan untuk menguji hipotesis berdasarkan atas teori tertentu, melainkan untuk menemukan pola-pola yang mungkin dapat dikembangkan menjadi teori. D. PEMBAHASAN Evaluasi hasil mencakup kualitas peserta didik setelah mengikuti proses pelatihan yang dinilai dari perubahan tingkah laku peserta dari ranah Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 100 afeksi, kognisis dan psikomotor. Ranah afeksi mecakup sikap, aspirasi, perasaan, dorongan, nilai, dan lain sebagainya. Ranah kognisi mencakup pengetahuan, penguasan dan pemahaman. Ranah psikomotor meliputi skill yang berkenaan dengan ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan/atau intelek. Ketiga ranah tersebut berkaitan dengan materi/bahan belajar yang telah dipelajari dan kebermaknaannya dalam kehidupan peserta didik. Perubahan tingkah laku yang dicapai setelah mengikuti pelatihan komputer, sejalan dengan manfat secara umum suatu pelatihan yaitu : 1. Dari segi individu, pelatihan apapun bentuknya mempunyai manfaat: a. Menambah wawasan, pengetahuan tentang perkembangan organisasi baik secara internal ataupun eksternal, b. Menambah wawasan tentang perkembangan lingkungan yang sangat mempengaruhi kehidupan organisasi, c. Menambah pengetahuan di bidang tugasnya, d. Menambah keterampilan dalam meningkatkan pelaksanaan tugasnya, e. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi antara sesama. f. Meningkatkan kemampuan menangani emosi, dan g. Meningkatkan pengalaman hidup. 2. Dari segi organisasi, manfaat pelatihan lebih terbatas dibandingkan dengan manfaat pelatihan bagi individu yaitu : a. Menyiapkan petugas untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi, dari jabatan yang sekarang, b. Penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya, c. Merupakan landasan untuk pengembangan selanjutnya, d. Meningkatkan kemampuan berproduksi, dan e. Meningkatkan kemampuan organisasi untuk menciptakan kolaborasi dan jaringan kerja. Hasil wawancara dengan penyelenggara pelatihan komputer yang dilaksanakan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Cimahi Selatan menyimpulkan bahwa hasil yang dicapai dari pelatihan selama ini berjalan dengan cukup memuaskan karena program pelatihan telah memberikan kebermaknaan pada kehidupan peserta didik. Kebermaknaan ini dirasakan pada manfaat yang didapat warga belajar selama dan setelah mengikuti pelatihan diantaranya ada yang dapat membuka usaha rental, membantu menyelesaikan pekerjaan baik di kantor, di tempat kerja, mempermudah pekerjaan sehari-hari seperti membuat surat undangan dan pekerjaan dari sekolah. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 101 Dari wawancara terhadap warga belajar yang telah bekerja, manfaat yang dirasakan oleh warga belajar selama dan setelah mengikuti pelatihan komputer menggambarkan bahwa penguasaan ilmu komputer memberikan banyak keuntungan pada mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas sehari-hari. Manfaat yang dirasakan dari penggunaan komputer diantaranya: 1) Kecepatan dalam pelaksanaan tugas, 2) Memberikan ketelitian terhadap angka-angka, 3) Penghematan karena adanya pengawasan manajemen yang lebih baik, 4) Informasi yang terdapat dalam komputer dapat diolah secara otomatis, 5) Penghematan dalam tenaga kerja, dan 6) Fleksibilitas yang tinggi, karena dapat digunakan untuk banyak tujuan dalam suatu organisasi. Manfaat yang dihasilkan selama mengikuti pelatihan, juga sejalan dengan salah satu prinsip dalam pelaksanaan program Pendidikan Luar Sekolah yaitu prinsip relevansi. Asas relevansi merupakan salah satu asas yang digunakan dalam Pendidikan Luar Sekolah. Asas relevansi mengandung dua makna yaitu: 1) Kehadiran pendidikan luar sekolah didasarkan pada kebutuhan masyarakat dan muncul karena tuntutan pembangunan masyarakat, dan 2) Program-program pendidikan luar sekolah berfungsi menggarap pengembangan sumber daya manusia yang menjadi pelaku utama dalam pembangunan masyarakat dan sekaligus penerima pengaruh dari pembangunan masyarakat itu. Di samping itu, pengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Cimahi Selatan yang menyelenggarakan pelatihan komputer harus memahami peran atau fungsi dalam proses pelatihan. Keberhasilan dalam suatu pelatihan tidak terlepas dari peran-peran atau fungsi-fungsi dalam proses pelatihan tersebut. Peranan penting dalam proses pelatihan mencakup : 1. Manajer pelatihan dengan tugas yang diembannya. 2. Pengembang kegiatan pelatihan dengan tugas yang diembannya. 3. Teknologi pembelajaran dengan komponen-komponennya. 4. Instruktur/fasilitator dengan tugas dan perannya. PKBM Cimahi Selatan memberikan pelayanan program Pendidikan Luar Sekolah kepada masyarakat khususnya kelompok masyarakat yang miskin, menganggur dan atau tidak belajar pada jalur sekolah untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 102 E. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian maka kesimpulan penelitian dari studi pembelajran pelatihan komputer aplikasi Microsoft Excel 2010, dan pengaruhnya terhadap pencapaian hasil warga belajar pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina Mekar Kecamatan Cimahi Selatan tersebut sebagai berikut : 1. Perencanaan yang dilakukan oleh penyelenggara pelatihan pada pelatihan komputer aplikasi Microsoft Excel 2010 dalam rangka pencapaian hasil belajar bagi warga belajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina Mekar Kecamatan Cimahi Selatan telah dilakukan dengan cukup baik. Namun, masih ditemukan beberapa kekurangan dalam kegiatan perencanaan, diantaranya masih kurang melibatkan partisipasi semua pihak dalam penyusunan rencana pelatihan. Di samping itu, penyelenggara pelatihan juga belum merencanakan evaluasi program yang tepat untuk pengembangan lanjutan program. 2. Pelaksanaan pembelajaran dalam kegiatan pelatihan komputer aplikasi Microsoft Excel 2010 dalam rangka pencapaian hasil belajar bagi warga belajar telah dilaksanakan dengan cukup baik. Namun, dalam pelaksanaan pelatihan masih ditemukan beberapa kekurangan yang menjadi bahan perbaikan untuk penyelenggaraan berikutnya, diantaranya instruktur menyusun tujuan belajar khusus pada setiap materinya yang akan mempermudah instruktur menetapkan kriteria penilaian dan instruktur perlu meningkatkan kegiatan memotivasi pada warga belajar. 3. Kegiatan evaluasi atau data hasil yang dilaksanakan penyelenggaraan pelatihan komputer aplikasi Microsoft Excel 2010 dalam rangka pencapaian hasil belajar warga belajar meliputi evaluasi hasil dan evaluasi pelaksanaan program. Evaluasi hasil dilakukan untuk mengetahui hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh warga belajar Evaluasi hasil mencakup ranah afektif, kognitif dan psikomotor. Produk yang telah dicapai adalah perubahan perilaku dan manfaat yang dirasakan warga belajar setelah mengikuti pelatihan. Evaluasi hasil dilakukan untuk mengetahui dampak dari penyelenggaraan pelatihan dalam rangka pencapaian hasil belajar bagi warga belajar. Hasil yang dicapai dari pelatihan dalam rangka pencapaian hasil belajar bagi warga belajar cukup memuaskan karena program pelatihan sesuai dengan kebutuhan dan Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 103 keinginan warga belajar Alat evaluasi yang digunakan dalam evaluasi pelaksanaan pembelajaran adalah tes tertulis dan tes praktek. Hasil evaluasi terhadap pelaksanaan pelatihan menunjukkan bahwa pelatihan komputer telah memberikan hasil yang memuaskan walaupun tanpa menyusun tujuan pembelajaran khusus. Oleh karena itu, dengan pengggunaan tujuan pembelajaran khusus hasil pelatihan akan lebih baik. Penilaian dalam evaluasi proses pembelajaran dapat berfungsi dengan akurat dengan menggunakan penilaian teori dan penilaian praktek. Namun dalam pelaksanaan evaluasi masih perlu dilengkapi dengan pelaksanaan evaluasi program secara akurat yang meliputi seluruh aspek dan komponen dalam warga belajaran luar sekolah. 4. Faktor-faktor pendukung dalam pelatihan komputer aplikasi Microsoft Excel 2010 dalam rangka pencapaian hasil belajar bagi warga belajar yang diselenggarakan oleh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina Mekar Kecamatan Cimahi Selatan, meliputi: 1) Tingginya minat masyarakat untuk mengikuti pelatihan komputer, 2) Sarana dan prasarana yang cukup mendukung, dan 3) manajemen penyelenggaraan yang melibatkan berbagai peran yang terlibat dalam proses pelatihan. Faktor-faktor penghambat yang ditemukan dalam penyelenggaraan pelatihan komputer aplikasi Microsoft Excel 2010 di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina Mekar Kecamatan Cimahi Selatan meliputi: 1) Tidak ada tenaga tehnisi sehingga apabila ada kerusakan pada komputer sulit untuk mengatasinya. 2) Keterbatasan dana untuk meningkatkan kegiatan pada tahap lanjutan. 3) Pencapaian perencanaan dengan pelaksanaan terkadang mengalami kendala karena ada warga belajar yang kurang termotivasi untuk hadir. 4) Warga belajar ada yang kurang termotivasi belajar. Adanya hambatan atau kendala yang dialami pihak penyelenggara pelatihan komputer ini, kiranya tidak membuat penyelenggara menjadi patah semangat, melainkan justru menjadikannya sebagai tantangan yang harus dipecahkan bersama. REKOMENDASI Secara Praktis Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti mengemukakan beberapa rekomendasi kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan upaya pengelola dalam meningkatkan kompetensi warga belajar, dan Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 104 pengaruhnya terhadap proses pembelajaran pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina Mekar Kecamatan Cimahi Selatan 1. Bagi pengelola pembelajaran ini bukan satu-satunya yang terbaik di terapkan pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina Mekar Kecamatan Cimahi Selatan, adapun untuk warga belajar hendaknya mengembangkan ilmu pengetahuan yang lebih banyak lagi mengenai pembelajaran dalam rangka pencapaian hasil belajar bagi warga belajar ini, agar menjadi pedoman bagi warga belajar untuk memberikan mutu warga belajaran lebih baikr, bisa memanfaatkan sumber daya, sumber alam yang tersedia, fasilitas, sarana prasarana yang di miliki Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina Mekar Kecamatan Cimahi Selatan. 2. Warga belajar hendaknya menjadikan warga belajarnya lebih kreatif dalam memberikan pembelajaran seperti adanya komputer dengan membuat perencanaan pembelajaran tahunan, semesteran, mingguan dan harian yang formatnya sudah tersedia di sekolah warga belajar perlu mengembangkan dan mempraktekkan dalam pembelajaran yang berjalan, sulitnya mendapatkan referensi tentang pembelajaran ini ada baiknya yayasan memberikan fasilitas pada warga belajar untuk mengikut sertakan warga belajar dalam pelatihan dan pembinaan yang diadakan Diknas kota maupun propinsi. Secara Teoritis 1. Bagi pengembang ilmu hasil penelitian ini memberikan kontribusi secara teoritis, yaitu memberikan pengembangan pada teori yang sudah ada, yaitu mengembangkan aspek-aspek yang dimiliki anak, seperti aspek kognitif, bahasa, psikomotorik, fisik, sosial emosional, kreativitas, moral dan nilai agama, serta kecakapan hidup. Sehingga hasil penelitian ini dapat mengembangkan tingkat keberhasilan anak didik bersama-sama dengan disiplin ilmu psikologi. 2. Bagi peneliti yang akan datang, agar di teliti lebih lanjut mengenai metode pembelajaran lain yang dapat diukur pengaruhnya pada peserta didik, dan bukan saja kompetensi warga belajar, namun kepeminpinan kepala sekolah juga perlu di teliti Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 105 keberhasilannya dalam meningkatkan mutu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), demikian juga bagi peneliti yang akan datang bidang psikologi, dapat melanjutkan penelitian ini melalui perilaku peserta didik dalam mengembangkan aspek kognitif, bahasa, psikomotorik, sosial emosional, kreativitas seni dan nilai moral agama anak didik, serta kecakapan hidup. DAFTAR PUSTAKA Arief, Z. (1987). Supervisi, Evaluasi, Monitoring dan Pelaporan PLS. Jakarta: Universitas Terbuka Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Harjanto. (2005). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Nazir, M. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Sudjana, D. (2000). Pendidikan Luar Sekolah Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah dan Teori Pendukung Azas. Bandung: Falah Production.