Jurnal EMPOWERMENT  
Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 

 

  106 
 

PENGGUNANAN METODE BERMAIN DENGAN TEHNIK  LEADER 
CONFERENCE DALAM UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN 

LINGUISTIK ANAK USIA DINIDI TAMAN KANAK-KANAK CENDEKIA 
LEADERSHIP SCHOOL KECAMATAN CIMENYAN KABUPATEN BANDUNG 

 
Endang Purwaningsih 

 
Abstrak 

Penelitian ini didasarkan atas permasalahan masih rendahnya 
keterampilan berbicara anak, dan secara umum permasalahan 
penelitian ini adalah “Bagimana proses penggunan metode 
bermain melalui  tehnik Leader Conference dalam meningkatkan 
kecerdasan linguistik pada anak usia dini?” yang dirumuskan 
sebagai berikut : 1) Bagaimana perencanaan  penggunanan 
tehnik leader conference dalam  upaya mengembangkan  
kemampuan verbal anak usia dini? 2) Bagaimanakah proses 
penggunanan metode bermain dengan teknik Leader Conference 
dalam proses pembelajaran anak usia dini di TK Cendekia 
Leadership School Kec. Cimenyan Kab. Bandung  dalam 
meningkatkan kecerdasan linguistik anak usia dini? 3) 
Bagaimana hasil penggunaan metode bermain dengan tehnik 
Leader Conference dalam proses pembelajaran anak usia dini di 
TK Cendekia Leadership School Kecamatan Cimenyan Kab. 
Bandung? Tujuan yang ingin dicapai adalah Mendeskripsikan 
penggunaan metode bermain dengan tehnik Leader Conference 
dalam proses  pembelajaran  di PAUD dalam  mengembangkan 
kecerdasan verbal anak usia dini. Memperoleh informasi tentang 
proses penggunan metode bermain melalui Leader Conference 
Guru dapat menggunakan metode yang tepat dalam 
mengembangkan kemampuan verbal anak usia dini. 
Memperoleh informasi tentang hasil dari pembelajaran di PAUD 
dengan menggunakan tehnik Leader Conference  dalam  
pengembangan  kemampuan verbal anak usia dini. Penelitian  
dilandasi oleh teori Pendidikan anak usia dini khususnya tentang 
enam aspek pengembangan anak usia dini  dan teori kecerdasan 
ganda Howard Gardner, tenntang metode pembelajaran PAUD 
serta  tentang metode bermain dengan pendekatan Leader 
Conference sebagai obyek kajian utama. Metode penelitian yang 
digunakan adalah studi kasus, dengan pendekatan kualitatif. 
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi 
dokumentasi, observasi dan wawancara. Dari hasil pelaksanaan 



Jurnal EMPOWERMENT  
Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 

 

  107 
 

dan observasi yang dilakukan, metode bermain dengan tehnik 
leader conference dapat meningkatkan kecerdasan linguistik 
anak usia dini. Pembelajaran yang dapat mengarahkan 
tumbuhnya perkembangan  kecerdasan linguistik dalam diri 
anak usia dini dapat dirangsang melalui kegiatan bermain. 
Dalam hal ini kegiatan bermain peran. Rekomendasi yang 
disampaikan antara lain adalah perlu adanya motivasi dan 
dorongan dari pihak lembaga dan kepala sekolah untuk 
mengoptimalkan hasil pembelajaran yang bertujuan untuk dapat 
menghasilkan metode yang memberi peluang agar kecerdasan 
linguistik anak usia dini dapat berkembang secara optimal. 
 
Kata Kunci: Metode Bermain, Kecerdasan Linguistik, Leader 
Conference 

 
A. PENDAHULUAN 
 
Pendidikan menjadi hak dasar setiap anak yang dilahirkan, dan 
pendidikannya  itu akan berlangsung seumur hidupnya sejak di alam 
rahim sampai akhir hayatnya. Bahwa hak anak untuk memperoleh 
pendidikan Anak itu telah dijamin dalam Undang-Undang Nomor 23 
pasal 9 ayat 1 tentang Perlindungan Anak yang berbunyi “ Setiap anak 
berhak memperoleh pendidikan dan pendidikan dalam rangka 
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan 
minat dan bakatnya.  
 
Masa usia dini merupakan masa yang kritis dalam perkembangan anak, 
jika pada masa ini anak kurang mendapatkan perhatian dalam hal 
pendidikan, perawatan, pengasuhan dan layanan kesehatan serta 
kebutuhan gizinya dikhawatirkan anak tidak dapat tumbuh dan 
berkembang secara optimal. Masa ini juga merupakan masa peletak 
dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, 
sosial emosi, agama, moral, seni dan kemandirian. 
 
Bahwa Program pembelajaran di PAUD baik  Formal maupun Non 
Formal dilaksanakan dalam konteks bermain dalam rangka 
pembelajaran a) moral dan nilai-nilai agama; b). sosial dan kepribadian; 
c). orientasi dan pengenalan pengetahuan dan teknologi; d) estetika; e)  
jasmani, olahraga, dan kesehatan. Adapun aspek yang dikembangkan 
sebagaimana diatur dalam  silabus PAUD adalah aspek-aspek 



Jurnal EMPOWERMENT  
Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 

 

  108 
 

perkembangan : Moral dan nilai-nilai Agama, Fisik motoirik kasar dan 
halus, bahasa, kognitif, sosial emosional dan seni.  
 
Oleh karena itu secara umum tujuan program pendidikan anak usia dini 
adalah Memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara 
optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma-norma nilai kehidupan 
yang dianut. 
 
Metode utama pembelajaran pada lembaga pendidikan anak usia dini 
adalah bermaian. Metode ini adalah metode yang dapat menggerakan 
anak untuk meningkatkan motivasi rasa ingin tahu dan 
mengembangkan imajinasi. Dalam mengembangkan kreativitas anak 
metode yang dipergunakan mampu mendorong anak mencari dan 
menemukan jawabanya, membuat pertanyaan yang mampu 
memecahkan, memikirkan kembali, membangun kembali, dan 
menemukan hubungan-hubungan baru. Dalam mengembangkan 
kemampuan bahasa anak dapat menggunakan metode yang mampu 
meningkatkan perkembangan kemampuan berbicara, mendengarkan, 
membaca, dan menulis. Guru harus dapat member kesempatan anak 
memperoleh pengalaman yang luas dalam mendengarkan dan berbicara, 
dan dalah satu tehnik  yang digunakan adalah Leader conference.  
 
Pada awalnya tehnik Leader Conference digunakan para pengusaha 
untuk menyampaikan keberhasilan proyek yang telah mereka 
laksanakan melalui presentasi, ternyata ada beberapa PAUD di Kota 
Bandung yang telah mencoba menerapkan leader conference kepada 
anak usia dini sebagai tehnik dari  metode bermain peran. Dengan 
Leader Conference  anak dilatih untuk mempresentasikan hasil 
belajarnya selama 3 bulan kepada orang tua dan guru mereka.  
 
Implementasi metode bermaian dengan kegiatan Leader Conference 
untuk mengembangkan kecerdasan linguistik dan kemampuan verbal 
anak tersebut telah digunakan di Taman Kanak-Kanak Cendekia 
Leadership School Kota Bandung. 
 
B. KAJIAN TEORI  
 
Pengertian Anak usia dini secara umum adalah anak-anak yang berusia 
di bawah 6 tahun. Jadi mulai dari anak itu lahir hingga ia mencapai umur 
6 tahun ia akan dikategorikan sebagai anak usia dini. Beberapa orang 
menyebut fase atau masa ini sebagai ‘golden age” karena masa ini sangat 



Jurnal EMPOWERMENT  
Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 

 

  109 
 

menentukan seperti apa mereka kelak jika dewasa baik dari segi fisik, 
mental maupun kecerdasan. Tentu saja ada banyak faktor yang akan 
sangat mempengaruhi mereka dalam perjalanan mereka menuju 
kedewasaan, tetapi apa yang mereka dapat dan apa yang diajarkan pada 
mereka pada usia dini akan tetap membekas dan bahkan memiliki 
pengaruh dominan dalam mereka menentukan setiap pilihan dan 
langkah hidup. 
 
Berdasarkan Depdiknas (2003:1) bahwa: “Masa keemasan (Golden Age) 
yaitu masa yang dimulai dari usia 0-6 tahun pertumbuhan sel jaringan 
otak pada anak mencapai 50% dimana bila pada usia itu otak anak tidak 
mendapat ransangan yang maksimal maka otak anak tidak akan 
berkembang secara optimal” dan setelah usia anak mencapai 8 tahun 
maka 80% kecerdasan manusia sudah terbentuk, artinya kapasitas 
kecerdasan anak hanya bertambah 30% setelah usia 4 tahun hingga 
mencapai usia 8 tahun. Masa ini merupakan masa yang kritis dalam 
perkembangan anak, jika pada masa ini anak kurang mendapatkan 
perhatian dalam hal pendidikan, perawatan, pengasuhan dan layanan 
kesehatan serta kebutuhan gizinya dikhawatirkan anak tidak dapat 
tumbuh dan berkembang secara optimal. Masa ini juga merupakan masa 
peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, 
bahasa, sosial emosi, agama, moral, seni dan kemandirian. 
 
Menyadari pentingnya pendidikan bagai anak usia dini, maka pada 
Peraturan Pemerintah No 17 tahun 2012    pada pasal 61 tujuan PAUD 
Formal  pasal 109 tujuan PAUD Non Formal menyebutkan bahwa 
Pendidikan anak usia dini bertujuan: 
1. membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik 

agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang 
Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, sehat, berilmu, 
cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi 
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab; dan 
 

2. mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, 
emosional, kinestetis, dan sosial peserta didik pada masa emas 
pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan 
menyenangkan. 

 
Bahwa Program pembelajaran di PAUD baik Formal maupun Non 
Formal dilaksanakan dalam konteks bermain dalam rangka 
pembelajaran a) moral dan nilai-nilai agama; b). sosial dan kepribadian; 



Jurnal EMPOWERMENT  
Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 

 

  110 
 

c). orientasi dan pengenalan pengetahuan dan teknologi; d) estetika; e)  
jasmani, olahraga, dan kesehatan. Adapun aspek yang dikembangkan 
sebagaimana diatur dalam  silabus PAUD adalah aspek-aspek 
perkembangan : Moral dan nilai-nilai Agama, Fisik motoirik kasar dan 
halus, bahasa, kognitif, sosial emosional dan seni. Semua permainan 
pembelajaran sebagaimana dimaksud tadi  dirancang dan 
diselenggarakan: 
1. secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan 

mendorong kreativitas serta kemandirian; 
2. sesuai  dengan  tahap  pertumbuhan  fisik  dan  
3. perkembangan mental anak serta kebutuhan dan kepentingan 

terbaik anak; 
4. dengan memperhatikan perbedaan bakat, minat, dan kemampuan 

masing-masing anak; 
5. dengan mengintegrasikan kebutuhan anak terhadap kesehatan, gizi, 

dan stimulasi psikososial; dan 
6. dengan memperhatikan latar belakang ekonomi, sosial, dan budaya 

anak. (PP No 17 tahun 2012 pasal 66) 
 
Kecerdasan  adalah anugerah istimewa  yang dimiliki oleh manusia. 
Dengan kecerdasan manusia mampu memahami setiap rangkaian 
kejadian dalam kehidupanya, kemudian mengambil hikmah dan 
pelajaran darinya.  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kecerdasan 
adalah perihal cerdas, perbuatan mencerdaskan, kesempurnaan 
perkembangan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman pikiran). 
 
Howard Gardner mendefinisikan bahwa: “kecerdasan sebagai 
kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang 
mempunyai nilai budaya.” (Al-Arif 2004:4). Ia juga mulai membedakan 
tujuh kecerdasan, selanjutnya dalam penelitiannya menjadi delapan dan 
akhirnya  Howard Gardner dalam bukunya  Multiple Intelegences 
(1993)  ada sembilan  jenis kecerdasan yaitu : kecerdasan musikal, 
kinestetik, logika matematika, linguistik, , visual spasial, interpersonal, 
intrapersonal, naturalis dan eksistensial (spiritual) (Gardner, 2013:21-
36).  
 
Menurut Gardner dalam (Al-Arif 2004:4) menjelaskan bahwa 
“kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata-kata 
secara efektif baik bicara ataupun menulis.” Mereka yang memiliki 
kecerdasan ini akan mudah memahami bacaan dan suka menulis, 



Jurnal EMPOWERMENT  
Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 

 

  111 
 

mampu mengapresiasikan apa yang dia baca, mampu berkomunikasi 
dua arah. 
 
Menurut Welton & Mallon (1981)  dalam Moeslichatoen (1998:14) 
Bahwa: “Bahasa merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan 
pikiran dan pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan 
orang lain, anak yang sedang tumbuh kembang mengkomunikasikan 
kebutuhanya, pikiranya, dan perasaannya melalui bahasa dengan kata-
kata yang mempunyai makna unik.”  
 
Menurut Amstrong (2002:4) bahwa: “Kecerdasan interpersonal adalah 
kemampuan mempersepsikan dan membedakan suasana hati, maksud, 
motivasi serta perasaan yang lain ... meliputi kepekaan pada ekspresi 
wajah, suara, gerak isyarat.” Kecerdasan interpersonal seseorang dapat 
dilihat dari kemampuan berkomunikasi dengan baik sehingga dapat 
dengan mudah mendapatkan teman baru di lingkungan yang baru. 
 
Dunia  anak  adalah  dunia  bermain. Bermain pada anak merupakan 
sarana untuk belajar sebab bagi anak bermain dan belajar merupakan 
suatu kesatuan dan suatu proses yang terus menerus terjadi dalam 
kehidupannya. Melalui bermain, anak dapat mengorganisasikan 
berbagai pengalaman dan kemampuan kognitifnya dalam upaya 
menyusun kembali gagasan-gagasannya yang indah. Dengan kata lain, 
bermain merupakan tahap awal dari proses belajar pada anak yang 
dialami semua manusia. 
 
Menurut Dworetzky (1990) (Moeslichatoen, 1998:19) bahwa:”bermain 
merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan dan dilaksankan 
untuk kegiatan itu sendiri, yang lebih ditekankan pada caranya dari hasil 
yang diperoleh dari kegiatan itu.” 
Komunikasi evaluasi hasil belajar anak biasanya berlangsung antara 
orang tua dan guru. Sesuai jadwal yang ditentukan, orang tua datang ke 
sekolah anak menemui guru dan mendiskusikan hasil belajar anak. 
Leader Conference merupakan salah satu bentuk komunikasi evaluasi 
hasil belajar, dimana anak mengambil peran dalam proses tersebut. 
Teknik ini mulai dipraktekkan di beberapa sekolah di Amerika Serikat.  
 
Menurut Kepala Sekolah  TK  Cendekia  Leadership  School  Ade E. 
Bahtiar, S.Pd  “Leader conference adalah konferensi yang dipandu oleh 
siswa kepada orang tua di hadapan orang tua, kegiatan ini mengadopsi 



Jurnal EMPOWERMENT  
Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 

 

  112 
 

dari sekolah internasional yang pada umumnya diberi nama Student Led 
Conference.”  
 
Menurut Jane M. Bailey and Thomas R. Guskey (2001:xii):Student Led 
Conference is A conference with the family in which the student leads a 
discussion of his/her work and a review of his/her portfolio. 
1. The classroom teacher goes from being the leader of the conference 

to becoming a facilitator. 
2. Student goes from non-participant or passive observer to leader of 

the conference. 
3. Families become more actively engaged in discussions with their 

child rather than the teacher. 
4. Support teachers go from non-participant to making sure that work 

samples are included in portfolio and available for conferences. 
 
Pada Leader Conference, murid mendapat kesempatan 
mengkomunikasikan kepada orang tua dan guru mengenai hasil 
belajarnya, kekuatan dan kelemahannya dalam belajar, bahkan 
membuat perencanaan diri di masa mendatang. Hal ini memberikan 
kesempatan bagi murid untuk turut bertanggung jawab atas proses 
akademis yang Ia lalui. Berbeda dengan kebanyakan proses evaluasi 
hasil belajar, evaluasi yang didapatkan orang tua hanya berasal dari 
perspektif guru. Sedangkan murid sebagai pelaku dalam proses 
pendidikan itu sendiri tidak mendapat kesempatan untuk 
menyampaikan perspektifnya. Selain itu, Leader Conference membuka 
kesempatan untuk komunikasi yang jujur dan terbuka antara guru, 
orang tua, dan murid. 
 
Keberhasilan Leader Conference sangat ditentukan oleh kesiapan guru 
dan murid dalam menghadapinya. Murid-murid perlu diberikan 
gambaran mengenai kegiatan ini, jika dimungkinkan diberi kesempatan 
untuk melakukan role play. Menurut Laura Hayden, guru Derby Middle 
School Kansas dalam Letting Students Led Parent Conferences (artikel 
yang dipublikasikan oleh National Association of Elementary School 
Principals in Middle Matters) bahwa format Leader Conference 
sangatlah penting, namun kesuksesannya paling ditentukan oleh 
seberapa baik murid-murid disiapkan. Berikut adalah rangkuman dari 
berbagai hal yang perlu disiapkan sebelum berlangsungnya Leader 
Conference: 
1. Menyiapkan porfolio dalam suatu binder untuk masing-masing 

siswa.      



Jurnal EMPOWERMENT  
Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 

 

  113 
 

2. Membimbing anak membuat refleksi.  
3. Guru menyiapakan berbagai format  bagi murid.  
4. Role Play Leader Conference.  
 
C. METODE PENELITIAN 
 
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif tipe interaktif 
dengan metode studi kasus.  Metode studi kasus dianggap cocok untuk 
penelitian ini karena sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian 
ini yang pada dasarnya ingin meneliti mengenai kegiatan Leader 
Conference terhadap peningkatan kecerdasan Linguistik anak. Sampel 
yang diambil 6 siswa dari jumlah populasi 12 siswa.  
 
PEMBAHASAN 
 
Perencanaan Pelaksanaan Penggunaan Teknik Leader Conference Dalam 
Upaya Mengembangkan Kemampuan Verbal Anak Usia Dini 
 
Dalam perencanaan pelaksanaan penggunaan teknik leader conference 
peneliti dan guru tidak banyak mendapat kendala yang berarti. Menurut 
Ibu EP “dalam proses perancangan tema pembelajaran tinggal 
disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang sudah ada karena kami 
sudah terbiasa membuat tema pembelajaran yang disesuaikan dengan 
rencana pembelajaran yang sudah disusun pada awal tahun 
pembelajaran”.  
 
Selanjutnya Ibu EP berpendapat bahwa “dalam mengembangkan 
kecerdasan linguistik siswa dapat dirangsang melalui kegiatan yang 
dilaksanakan diluar kelas dengan melakukan berbagai macam kegiatan 
diantaranya yang dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan 
kecerdasan dalam bentuk kegiatan kerjasama yang dirancang melalui 
kegiatan bermain”. 
 
Hal tersebut sesuai dengan isi PP  No  17  tahun   2012   pasal   66   yang 
menjelaskan   Bahwa  Program pembelajaran di PAUD baik Formal 
maupun Non Formal dilaksanakan dalam konteks bermain dalam 
rangka pembelajaran a) moral dan nilai-nilai agama; b). sosial dan 
kepribadian; c). orientasi dan pengenalan pengetahuan dan teknologi; 
d) estetika; e)  jasmani, olahraga, dan kesehatan. Adapun aspek yang 
dikembangkan sebagaimana diatur dalam  silabus PAUD adalah aspek-
aspek perkembangan : Moral dan nilai-nilai Agama, Fisik motoirik kasar 



Jurnal EMPOWERMENT  
Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 

 

  114 
 

dan halus, bahasa, kognitif, sosial emosional dan seni. Semua permainan 
pembelajaran sebagaimana dimaksud tadi  dirancang dan 
diselenggarakan: 
1. secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan 

mendorong kreativitas serta kemandirian; 
2. sesuai dengan tahap pertumbuhan fisik dan perkembangan mental 

anak serta kebutuhan dan kepentingan terbaik anak; 
3. dengan memperhatikan perbedaan bakat, minat, dan kemampuan 

masing-masing anak; 
4. dengan mengintegrasikan kebutuhan anak terhadap kesehatan, gizi, 

dan stimulasi psikososial; dan 
5. dengan memperhatikan latar belakang ekonomi, sosial, dan budaya 

anak.  
 
Menurut peneliti berdasarkan temuan di atas bahwa kecerdasan 
linguistik itu dapat berkembang dengan memberikan pembiasaan 
melalui pengalaman belajar anak sehingga anak mampu memecahkan 
masalah yang dialaminya. perkembangan bahasa tidak ditentukan oleh 
usia, namun mengarah pada perkembangan motoriknya. Namun 
perkembang bahasa juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Bahasa 
memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. 
Dengan perencanaan pembelajaran yang matang dengan 
memperhatikan setiap aspek perkembangan dan kecerdasan siswa, 
maka diharapkan pencapaian keberhasilan siswa akan diperoleh dengan 
hasil yang maksimal.  
 
Proses pelaksanaan penggunaan metode bermain dengan teknik Leader 
Conference dalam Proses Pembelajaran Anak Usia dini 
 
Dalam  proses pelaksanaan  menurut  Ibu EP  bahwa”  guru tidak banyak 
berperan didalamnya karena kami para guru hanya mengamati alur 
presentasi yang dilakukan oleh anak, apakah mereka mampu 
melaksanakan atau tidak. Jika terlihat ada anak yang terliat kesulitan 
dalam menerangkannya maka guru akan membantu menerangkan di 
sini guru memposisikan sebagai fasilitator.” 
 
Ibu EA menambahkan bahwa “sebetulnya saat anak menerangkan 
portofolio dan display, peran orang tua sangat besar dalam pelaksanaan 
ini karena kemampuan anak untuk mempresentasikan tergantung 
seberapa aktif orang tua memancing anak untuk dapat menerangkan 
display yang ada, jika orang tua tidak melakukan umpan pertanyaan 



Jurnal EMPOWERMENT  
Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 

 

  115 
 

yang dapat memancing anak untuk menjelaskan dan cenderung diam 
maka  ternyata  anak  jadi sulit untuk menjelaskan atau untuk memulai 
mempresentasikan”. 
 
Menurut Bapak AB sebagai Kepala Sekolah bahwa:”dengan merancang 
kegiatan pembelajaran dengan menyisipkan unsur eksplorasi agar anak 
dapat mencoba sendiri melalui pengalaman belajar, dan agar anak 
percaya diri untuk aktif berkomunikasi dengan guru dan teman sebaya 
serta dengan orang tua dimana anak dapat  menceritakan pengalaman 
pribadi yang dialami disekolah pada waktu belajar dan bermain. Dengan 
begitu dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan 
melalui kegiatan bermain bersama teman sehingga anak dapat 
bersosialisasi, dengan harapan kecerdasan interpersonal siswa dapat 
berkembang dengan baik sesuai dengan tahapan perkembangan anak”. 
 
Pendapat  responden  di atas  sejalan  dengan pendapat Jane M. Bailey 
and Thomas R. Guskey (2001:xii):Student Led Conference is A 
conference with the family in which the student leads a discussion of 
his/her work and a review of his/her portofolio. 
1. The classroom teacher goes from being the leader of the conference 

to becoming a facilitator. 
2. Student goes from non-participant or passive observer to leader of 

the conference. 
3. Families become more actively engaged in discussions with their 

child rather than the teacher. 
4. Support teachers go from non-participant to making sure that work 

samples are included in portofolio and available for conferences. 
 
Hal di atas memberikan pengertian bahwa dalam kelas guru hanyalah 
sebagai fasilitator, murid sebagai sumber informasi, keluarga turut 
berperan aktif dalam kegiatan diskusi di kelas, dan guru memberikan 
support ketika anak menyelesaikan ranagkaian kegiatan tersebut. Dalam 
pelaksanaan leader conference  siswa memegang peranan penting.  
 
Hasil Penggunaan Metode Bermain Dengan Teknik Leader Conference 
dalam Proses Pembelajaran Anak Usia dini 
 
Berdasarkan pendapat Ibu EP bahwa:”hasil evaluasi pelaksanaan leader 
conference selama ini hanya melihat pada keberanian anak saja tidak 
dilihat dari segi kecerdasan linguistik yang seharusnya lebih di asah 
ternyata, yang kami nilai hanya sebatas anak mampu mengerjakan 



Jurnal EMPOWERMENT  
Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 

 

  116 
 

sesuai tahapanya tanpa melihat aspek kecerdasan apa saja yang dapat 
berkembang.” 
 
Selanjutnya Ibu EP menambahkan bahwa: “Kami melihat bahwasanya 
ketika siswa mempunyai penonton yang berarti selain guru mereka, 
pekerjaan mereka menjadi terasa lebih penting dan relevan. Siswa dari 
semua umur menikmati saat mereka memperlihatkan pekerjaan 
mereka, berbicara tentang hasil yang mereka capai, menjawab berbagai 
pertanyaan dan menerima segala perhatian atas upaya dan usaha 
mereka”. 
Dari hasil evaluasi dari beberapa orang tua dapat dilihat bahwa para 
orang tua merasa puas dengan hasil perkembangan anaknya, dengan 
mendapatkan informasi secara langsung dari anak-anak mereka maka 
para orang tua dapat menilai sendiri tingkat perkembangan bahasa dan 
kepercayaan diri anak-anak mereka. Hal tersebut sejalan dengan 
pendapat Rich Stiggins (1999) dalam Patti Kinney (2000:3) bahwa: 
…this practice is the biggest breakthrough in communicating about 
student achievement in the last century.  When students are well 
prepared over an extended period to tell the story of their own success 
(or lack thereof), they seem to experience a fundamental shift in their 
internal sense of responsibility for that success.  The pride in 
accomplishment that students feel when they have positive story to tell 
and tell it well can be immensely motivational.  The sense of personal 
responsibility that they feel when anticipating what it will be like to face 
the music of having to tell their story of poor achievement can also drive 
them to productive work."  
 
Dalam   penelitian   yang  dilakukan  oleh   Donald  G.  Hackman – asisten 
profesor Iowa State University (dipublikasikan dalam ERIC Digest 
dengan judul Student-Led Conference at the Middle Level) 
mengemukakan keuntungkan dari kegiatan ini yaitu : 
1. Murid-murid memperoleh tanggung jawab personal dalam hasil 

akademisnya  
2. Orang tua, guru dan murid mendapatkan kesempatan untuk 

melakukan  proses  dialog yang terbuka dan jujur 
3. Rata-rata kehadiran orang tua pada pertemuan tersebut meningkat 
4. Murid belajar proses evaluasi diri  
5. Murid mengembangkan kemampuan organisasi dan komunikasi 

verbal 
 



Jurnal EMPOWERMENT  
Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 

 

  117 
 

Menurut peneliti Kesuksesan leader conference tergantung kepada 
kerjasama yang baik antara siswa dan orang tua karena pemegang 
peranan terpenting adalah mereka sementara guru berperan sebagai 
fasilitator dimana ia hadir ketika siswa terlihat kurang bisa menjelaskan 
bagian yang ia ingin jelaskan. 
 
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa leader conference tidak 
hanya meningkatkan kecerdasan linguistik (verbal) anak, tapi dengan 
leader conference juga dapat mengembangkan kecerdasan interpersonal 
anak. 
 
D. KESIMPULAN 
 
Kesimpulan penelitian ini diarahkan untuk menjawab pertanyaan 
penelitian yang tercantum di Bab I, maka setelah dilakukan penelitian, 
membanding pada teori yang ada dengan kenyataan lapangan, maka 
peneliti menyimpulkan hasil penelitiannya sebagai berikut:  
1. Perencanaan pelaksanakan penggunaan teknik Leader Conference 

dalam upaya mengembangkan kemampuan verbal anak sudah baik, 
dengan dirancanganya tema pembelajaran yang disesuaikan dengan 
rencana pembelajaran yang sudah disusun pada setiap awal tahun 
pelajaran. Hanya saja aspek perkembangan kecerdasan anak kurang 
banyak digali, sementara padahal aspek perkembangan kecerdasan 
anak adalah hal yang utama yang harus diperhatikan. 
 

2. Proses penggunanan metode bermaian dengan tehnik  Leader 
Conference dalam proses pembelajaran anak usia dini dalam 
meningkatkan kecerdasan linguistik anak usia dini  telah dilakukan 
dengan baik dalam kegiatan belajar yang menyenangkan dapat 
memotivasi untuk mau belajar. Melalui bermain anak dapat dengan 
mudah memahami setiap pembelajran yang di berikan. Disini guru di 
tuntut agar lebih kreatif dalam menggali media permainan yang 
dapat diberikan kepada anak sehinggal hal yang dilakukan tidak 
terkesan monoton setiap harinya. 

 
3. Hasil penggunaan metode bermaian dengan tehnik  Leader 

Conference dalam proses pembelajaran anak usia dini menunjukan 
hasil belajar dengan baik, anak dapat mencoba sendiri. Dengan  rasa 
percaya diri anak aktif berkomunikasi dan bersosialisai dengan 
lingkungan sekitarnya, karenanya kemampuan bahasa anak 
meningkat dengan baik. Anak tidak hanya mengenal orang tua, guru 



Jurnal EMPOWERMENT  
Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 

 

  118 
 

dan teman mereka, tetapi mereka dapat berkomunikasi dengan 
keluarga teman mereka, anak- anak tampak merasa benar-benar di 
anggap akan keberadaan mereka. Orang tua murid  mendapat bukti 
hasil belajar anak-anaknya di lembaga PAUD. Orang tua telah 
mengetahui secara langsung tentang ketertarikan dan atau 
ketidaktertarikan  anak dalam salah satu subjek pelajaran dengan 
alasan-alasannya. 

 
REKOMENDASI 
 
Pada awalnya penerapan penggunaan metode bermain melalui teknik 
leader conference dalam meningkatkan kecerdasan linguistik pada anak 
usia dini di TK Cendekia Leadership School belum sesuai harapan, 
sehingga perlu adanya motivasi dan kesungguhan dari Kepala Sekolah 
dan Guru untuk meningkatkan kemampuan verbal dengan 
menggunakan teknik leader conference melalui  perencanaan dan 
pemberian motivasi terhadap siswa. Walaupun begitu, terdapat potensi 
yang dapat ditumbuh kembangkan, antara lain;  Kesungguhan dan 
keuletan guru, motivasi belajar dan keingintahuan yang tinggi walaupun 
latar belakang guru belum sesuai kualifikasi pendidikan S1. Berdasarkan 
temuan-temuan dan kesimpulan penelitian, maka untuk memperbaiki 
proses dan mengoptimalkan hasil pembelajaran yang bertujuan untuk 
dapat menghasilkan metode yang memberi peluang agar  kecerdasan 
;inguistik anak usia dini dapat berkembang secara optimal sehingga 
perlu adanya motivasi dan dorongan dari pihak lembaga dan kepala 
sekolah untuk mengoptimalkan hal tersebut.  
 
Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti merekomendasikan: 
1. Perlu ada pelatihan “peningkatan kecerdasan majemuk pada anak 

usia dini” bagi guru-guru agar metode leader conference dapat 
difahami dan diimplementasikan secara tepat dan benar, sehingga 
memberi hasil yang optimal.  

2. Mengikutsertakan para guru dalam pelatihan baik itu secara internal 
atau ekternal sekolah untuk meningkatkan kreatifitas guru dalam 
menggunakan berbagai macam metode pembelajaran yang sesuai 
dengan perkembangan anak usia dini. 

3. Perlu adanya kesamaan pemahaman dan kesadaran posisi sebagai 
‘pendidik’ yang mengharuskan dirinya untuk menjadi teladan bagi 
anak, sehingga hal ini memotivasi setiap orang untuk bersikap positif 
dan menjadi terbaik. 

  



Jurnal EMPOWERMENT  
Volume 4, Nomor 1 Februari 2014, ISSN No. 2252-4738 

 

  119 
 

DAFTAR PUSTAKA 
 
Bailey, M Jane., Thomas R. Guskey. (2001). Implementing Student-led 
 conferences. New York: Corwin Press. 
 
Cendekia Leadership School (2011). Buku panduan Leader Conference. 
 Bandung. 
 
Hasanah, Maimunah (2012). Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Diva 
Press. 
 
Moeslichatoen (1998). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. 
Departemen  Pendidikan dan Kebudayaan. Malang : Dikti. 
 
Nurani, Yuliani. Sujiono (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia 
Dini.  Jakarta: PT Indeks. 
 
Suyanto, Slamet.  (2005). Pembelajaran Untuk Anak TK Direktorat 
Jenderal  Pendidikan Tinggi, Jakarta: Depdiknas. 
 
Solehuddin.  (1997). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: 
 Departemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP. 
 
Arif, Al (2004). Cara Sukses Melejitkan Kecerdasan Anak. [Online]. 
Tersedia:  www.cekTKP.com /ebook. [14 Februari 2014