Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 120 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELAUI METODE BERCERITA (STUDI KASUS PADA SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) AL MUSLIMUN KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT) Sri Wachyuni Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi pengetahuan guru yang masih kurang dan belum efektif atau tepat guna terhadap pengembangan pendidikan karakter pada peserta didik di SPS Al Muslimun.Tujuan penelitian ini adalah ingin memperoleh gambaran tentang perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan hasil metode bercerita terhadap pengembangan pendidikan karakter pada anak usia dini. Landasan teori penelitian ini merujuk pada :Konsep-konsep pendidikan karakter pada anak usia dini, Bercerita Metode Bercerita , Metode Bercerita dalam Pendidikan Karakter dan Konsep APE dalam kaitannya dengan metode bercerita. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya dilakukan triangulasi untuk meminimalkan terjadinya bias dan untuk meningkatkan reliabilitas dan validitas data yang diperoleh.Subjek penelitian ini adalah Pengelola, Guru dan Peserta Didik Kelas A sedangkan lokasi penelitian ini adalah Satuan PAUD Sejenis (SPS) Al Muslimun yang berlokasi di Kampung Panyandaan Desa Jambudipa Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung BaratHasil penelitian ini adalah a) Perencanaan pengembangan karakter melalui metode bercerita direncakan pada awal tahun ajaran yang disusun dalam KTSP (Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan) yang didalamnnya terdapat Rencana Kegiatan Mingguan dan Rencana Kegiatan Harian (RKM dan RKH). b) Pelaksanaan Metode Bercerita berlangsung pada saat pembelajaran berlangsung,. Pelaksanaan metode bercerita dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 kali. c) Penilaian metode bercerita dilakukan terhadap Guru dan peserta didik.Terdapat peningkatan pengembangan karakter setelah dilaksanakan metode bercerita pada peserta didik. d) Hasil pengembangan pendidikan karakter dengan metode bercerita akan lebih efektif jika dilakukan melalui pembiasaan. Adapun Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 121 tujuannnya adalah agar anak mempraktekkan langsung nilai- nilai tersebut dan terbiasa untuk melakukan ha-hal yang baik dengan harapan nilai tersebut dapat terinternalisasi dalam kehidupan anakKesimpulan penelitian ini adalah nilai-nilai karakter dasar yang penting pada anak seperti tanggung jawab, disiplin dan kemandirian pada anak dapat ditingkatkan melalui metode bercerita. Hal ini akan berjalan lebih baik lagi apabila setiap peserta didik memiliki minat serta motivasi untuk mengembangkan karakter, serta ada dukungan dan kerjasama dengan orang tua dan guru. Rekomendasi untuk untuk Guru dan Pengelola adalah peningkatan pemahaman terhadap materi cerita dan peningkatan terhadap keratifitas pembuatan APE yang bahannnya ada di lingkungan sekitar untuk menunjang penyajian materi cerita yang menarik dan bermutu. Kata Kunci : Pengembangan Karakter, Metode Bercerita A. PENDAHULUAN Penerapan pendidikan karakter anak usia memerlukan pemahaman tentang konsep, teori, metodologi dan aplikasiyang relevan.Salah satu alternatif metode pembelajaran pendidikan karakter ini adalah melalui metode bercerita, sebab pada dasarnya anak usia dini senang bercerita atau dilibatkan memerankan ke dalam cerita tersebut. Dewasa ini kegiatan untuk mengembangkan pembelajaran pendidikan karakter anak usia dini di Satuan PAUD Sejenis (SPS) Al Muslimun metode penyampaian untuk mengembangkan pembelajaran pendidikan karakter anak hanya menggunakan metode ceramah dan bercakap- cakap. Metode tersebut biasanya digunakan sebagai metode rutinitas dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Metode-metode tersebut akan menjadi lebih bermakna jika disampaikan dalam bentuk metoda bercerita, sehingga kegiatan ini sangat menyenangkan dan dapat menambah pemahaman anak tentang karakter.Kegiatan bercerita tidak setiap saat dilakukan di SPS Al Muslimun. Para guru biasanya hanya mengobservasi anak yang sedang berinteraksi ketika jam istirahat berlangsung, sesekali saja memasukkan kegiatan bercerita ini dalam program pembelajaran. Kalaupun ada, penerapan kegiatan bercerita di di SPS Al Muslimun lebih dominan dilakukan hanya untuk mengisi waktu menjelang kepulangan. Kegiatan bercerita ini tampak lebih efektif untuk digunakan sebagai kegiatan yang dapat Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 122 mengembangkan karakter anak karena dengan bercerita melibatkan beberapa anak untuk berinteraksi dan berbicara satu sama lain Secara teoritis penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan bagi pengembangan pengetahuan ilmiah dibidang pendidikan non formal terkait posisinya dalam menggunakan dan memfungsikan lembaga Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) jalur non formal. Hal tersebut merupakan salah satu gambaran tentang pendidikan non formal yang telah berkembang di tengah masyarakat. B. KAJIAN TEORI Pendidikan karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku .Setiap manusia pada dasarnya memiliki potensi untuk berkarakter sesuai dengan fitrah penciptaan manusia saat dilahirkan, akan tetapi dalam kehidupannnya kemudian memerlukan proses panjang pembentukan karakter melalui pengasuhan dan pendidikan sejak usia dini. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang melibatkan pengetahuan, kecintaaan dan penenaman perilaku kebaikan yang menjadi pola/ kebiasaan (Permendiknas No 58 Tahun 2009) . Dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Pendidikan Nasional (sekarang Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan) 2010-2014 telah mencanangkan pendidikan karakter untuk seluruh jenjang pendidikan di Indonesia mulai tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai Perguruan Tinggi (PT) dalam sistem pendidikan di Indonesia. Berkaitan dengan pelaksanaan Renstra pendidikan karakter di semua jenjang tersebut maka sangat diperlukan kerja keras semua pihak, terutama terhadap program-program yang memiliki kontribusi besar terhadap peradaban bangsa harus benar-benar dioptimalkan.Pendidikan karakter pada anak usia dini dewasa ini sangat diperlukan dikarenakan saat ini bangsa Indonesia sedang mengalami krisis karakter dalam diri anak bangsa. Berbagai permasalahan yang melanda bangsa belakangan ini ditenggarai karena jauhnya kita dari karakter. Jati diri bangsa tercerabut dari akarnya.Sejatinya pendidikan karakter ini memang sangat penting dimulai sejak dini. Sebab falsafah menanam sekarang menuai hari esok Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 123 adalah sebuah proses yang harus dilakukan dalam rangka membentuk karakter anak bangsa Pada umumnya pembelajaran pendidikan karakter yang dilakukan di PAUD hanya sebatas pada seputar teori dan konsep yang diterapkan melalui ceramah, padahal pada prinsipnya pembelajaran di PAUD adalah bermain sambil belajar, dan bercerita sehingga pengembangan pendidikan karakter pada anak usia dini sulit tersampaikan, salah satu alternatif metode pembelajaran pendidikan karakter yang dilakukan di PAUD adalah melalui metode bercerita, sebab pada dasarnya anak usia dini senang bercerita atau dilibatkan untuk memerankan kedalam cerita tersebut. Pembelajaran untuk anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas memilih. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan perlengkapan serta manusia, . Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman. Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di PAUD, metode bercerita dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kompetensi dasar usia anak PAUD. Oleh karena itu materi yang disampaikan berbentuk cerita yang awal dan akhirnya berhubungan erat dalam kesatuan yang utuh, maka cerita tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu. Biasanya kegiatan bercerita dilaksanakan pada kegiatan penutup, sehingga kalau anak pulang, anak menjadi tenang dan senang setelah mengikuti pembelajaran, Namun demikian pada prakteknya tidak selalu pada saat kegiatan penutup, bercerita dapat dilakukan pada saat kegiatan pembukaan, kegiatan inti, maupun pada waktu-waktu senggang di sekolah, misalnya pada saat waktu istirahat, karena mendengarkan cerita adalah sesuatu yang mengasyikkan bagi anak usia dini. Menurut Tampubolon (1991:50), “Bercerita kepada anak memainkan peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak”. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 124 Fungsi kegiatan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah membantu perkembangan bahasa anak dan dengan bercerita pendengaran anak dapat difungsikan dengan baik, untuk kemampuan berbicara dengan menambah perbendaharaan kosa kata, kemampuan mengucapkan kata- kata, melatih merangkai kalimat sesuai dengan tahap perkembangannya, selanjutnya anak dapat mengekpresikannya melalui bernyanyi, menulis, ataupun menggambar sehingga pada akhirnya anak mampu membaca situasi , gambar, tulisan atau bahasa isyarat. Bercerita merupakan salah satu metode dan teknik bermain yang banyak dipergunakan di PAUD. Bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak PAUD dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Jadi, bercerita adalah cara bertutur dan menyampaikan cerita atau memberikan penjelasan secara lisan. Bercerita juga merupakan cara untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Seorang guru PAUD hendaklah mampu menjadi seorang pendongeng yang baik yang akan menjadikan cerita sebagai kegiatan bermain yang menarik dan dapat menjadikan pengalaman yang unik bagi anak petahuan kepada orang lain” (Bachri :2005:10). Saat mendongeng atau bercerita terjadi transfer nilai, terjalin juga kedekatan antar guru dan anak Sekali bercerita tidak usah terlalu lama. Sekitar 15 sampai 20 menit saja sudah cukup. Karena perhatian anak dapat cepat terlihkan pada hal-hal yang lain. Dalam bercerita bukan lamanya waktu bercerita, yang penting adalah kualitas dan kuantitasnya. Walau cuma beberapa menit, tapi dilakukan setiap hari, akan lebih efektif. Banyak sekali manfaat yang diperoleh anak dalam penggunaan cerita bagi pengembangan karakter anak, antara lain: 1. Mengasah imanjinasi anak, dapat dimunculkan melalui pengenalan sesuatu yang baru sehingga otak kanan anak akan produktif memproses informasi yang diperolehnya. 2. Mengembangkan kemampuan berbahasa yaitu melalui perbendaharaan kosa kata yangsering didengarnya. Semakin banyak kosa katayang dikenalnya, semakin banyak juga konsep tentang sesuatu yang dikenalnya. Selain melalui kosa kata kemampuan berbahasa juga dapat diasah melalui ketepatan berrbahasa sesuai dengan suasana emosi. 3. Mengembangkan aspek sosial, yaitu cerita tidak dibangun hanya oleh satu tokoh. Munculnya berbagai tokoh dalam cerita mencerminkan kebersamaan dalam kehidupan sosial. Dalam cerita anak-anak, Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 125 tokoh-tokoh itu saling berkomunikasi dan bersosialisasi satu sama lain. 4. Mengembangkan aspek moral, yaitu cerita memliki peluang besar untuk menanamkan moralitas pada anak. Pesan-pesan yang kental tentang penanaman disiplin, kepekaan terhadap kesalahan, kepekaan untuk meminta maaf dan memaafkan, kepekaan untuk menghormati yang tua dan menyayangi yang muda, dapat dititipkan melalui tokoh cerita. 5. Mengembangkan aspek spiritual melalui cerita-cerita dengan tema keagamaan. 6. Mengembangkan aspek emosi, yaitu cerita yang dominan berisi rasa dendam dan sakit hati yang diceritakan teru-menerus pada anak dapat membentuk emosi yang negatif, yaitu prasangka buruk yang berlebihan atau sebaliknya. 7. Menumbuhkan semangat berprestasi, yaitu dapat ditumbuhkan melalui cerita-cerita kepahlawanan, cerita biografi atau cerita-cerita yang direka yang memiliki muatan semangat berprestasi. 8. Melatih konsentrasi anak yaitu cerita dapat menjadi terapi bagi lemahnya konsentrasi anak. Melalui aktivitas bercerita anak akan terbiasa untuk mendengar, menyimak mimik gerak si pencerita, atau memberi komentar di sela-sela bercerita, (Musfiroh, et. Al., 2005:78- 82). C. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu bertujuan untuk menjelaskan peristiwa atau kejadian yang terjadi pada masa sekarang secara actual tanpa menghiraukan kejadian waktu sebelum dan sesudahnya denga cara mengolah, menganalisis, menafsirkan, dan menyampaikan data hasil penelitian (Nazir, 2003: 89).Dalam penelitian ini peneliti ingin memperoleh gambaran yang jelas dan mendalam mengenai penggunaan metode pembelajaran dalam pengembangan pendidikan karakter anak usia dini yang meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan hasil pembelajaran yang dicapai. Peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi kepustakaan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini. Selanjutnya dilakukan triangulasi untuk meminimalkan terjadinya bias dan untuk meningkatkan reliabilitas dan validitas data yang diperoleh D. HASIL DAN PEMBAHASAN Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 126 Perencanaan adalah sebuah awal dalam kegiatan proses pembelajaran sehingga pengelola,Ketua pengelola dan Guru bersama-sama untuk menetukan secara keseluruhan perencanaan pembelajaran tersebut dilaksanakan setiap tahun ajaran baru, disebut juga KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Dalam pelaksanaan pembelajaran guru melakukan kegiatan belajar mengajar sesuai RKH yang mengacu pada KTSP. Posisi guru selaku planner menentukan sebuah pendekatan secara personal dan psikologis. Yang menjadi faktor dominan dalam pelaksanaan pembelajaran anak usia dini adalah pembentukan rasa tanggung jawab, disiplin dan kemandirian yang merupakan indikator dari pendidikan karakter.Dalam penelitian ini pembelajaran dengan metode bercerita dilakukan dalam dua kali praktek. Pelaksanaan observasi pada praktek metode bercerita ke satu menunjukkan hasil yang belum relevan dengan tujuan, masih terdapat banyak kekurangan- kekurangan. Pada praktek yang kedua barulah terlihat hasil pengembangan pendidikan karakter. Observasi dilakukan pada ketiga orang anak yang diketahui memiliki kekurangan dalam indikator karakter bertanggung jawab, disiplin dan kemandirian. Pada setiap simulasi guru telah mempersiapkan dan menetapkan tujuan dan tema yang dipilih, menetapkan bentuk cerita yang dipilih, menetapkan rancangan alat dan bahan yang ditentukan dan menentukan langkah- langkah kegiatan bercerita yang dirancang peneliti sendiri. E. KESIMPULAN Hasil pembelajaran melalui metode bercerita dalam mengembangkan karakter anak usia dini, 1) anak lebih antusias dengan menggunakan metode bercerita, 2) keterlibatan peserta didik pada saat pelaksanaan metode bercerita diterapkan, 3) komunikasi antar peserta didik terjalin secra komunikatif dengan penerapan metode bercerita, 4) komunikasi antar guru dengan peserta didik terlihar efektif dan komunikatif dengan penerapan metode bercertita, 5) dengan menerapkan metode bercerita dapat nampak meningkat karakter anak dalam aspek tanggung jawab, disiplin dan mandiri. Bagi Guru temuan penelitian diantaranya adanya masalah relatif masih rendahnya kemampuan guru menata skenario bercerita, Potensi untuk mengatasi masalah tersebut diketahui para guru memperhatikan kesungguhan dan minat belajar walaupun status mereka belum profesional untuk itu diupayakan saran sebagai alternatif agar diberi kesempatan untuk mengikuti berbagai pelatihan guru. Bagi Pengelola adanya keterbatasan media dan sarana pembelajaran Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 127 khususnya untuk metode bercerita, Potensi untuk mengatasinya tersedia limbah – limbah kertas atau tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber media, para guru memiliki kesiapan waktu untuk belajar, untuk itu diupayakan pemanfaatan sumber daya lingkungan sebagai bahan-bahan pembuatan APE yang inovatif, dilakukan penggunaan metode bercerita lebih ditingkatkan frekuensinya agar diri anak lebih cepat tumbuh rasa tanggung jawab, disiplin dan mandiri. DAFTAR PUSTAKA Dirjen PAUDNI, Kemendiknas (2012), Pedoman Pendidikan Karakter pada PAU Moeslichatoen, R. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : PT. Rineka Cipta Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Suyanto, S,(2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Uisa Dini. Jakarta : Depdiknas.Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009