Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 135 POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI DI DESA TANIMULYA KECAMATAN NGAMPRAH KABUPATEN BANDUNG BARAT Mulyani Abstrak Kecerdasan emosi yang tinggi akan membuat anak lebih mampu mengatasi berbagai tantangan dalam hidupnya. 1. Peran orang tua tentang konsep pendidikan keluarga merujuk pada teori Daniel Goleman (2005). 2. Konsep penmdidikan anak usia dini, berdasarkan UU Perlindungan anak nomor 23 tahun 2002 pasal 4 dan pasal 9 ayat 1. 3. Konsep kecerdasan emosi merujuk pada teori B.S. Sidjabat. Berdasarkan latar belakang tersebut pertanyaan penelitian ini adalah; 1. Bagaimana kondisi objektif keluarga yang dijadikan subjek penelitian. 2. Bagaimana pola asuh orang tua yang berprofesi sebagai TNI Angkatan Darat yang ditetapkan sebagai subjek riset dalam meningkatkan kecerdasan emosi pada anak usia dini. Bagaimana dampak yang dihasilkan dari pola asuh orang tua yang berprofesi sebagai TNI Angkatan Darat terhadap peningkatan emosi anak usia dini.Penelitian ini bertujuan, 1. Mengungkap kondisi objektif keluarga yang dijadikan subjek penelitian. 2. Membahas tentang pola asuh orang tua yang beprofesi sebagai TNI Angkatan Darat dalam meningkatkan kecerdasan emosi anak usia dini. 3. Menguraikan dampak/hasil dari pola asuh orang tua yang berprofesi sebagai TNI Angkatan Darat tehadap peningkatan kecerdasan emosi anak usia dini. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu; 1. Observasi. 2. Wawancara. 3. Dokumentasi. 4. Literatur. Dengan empat keluarga yang menjadi objek penelitian.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1. Kondisi objektif orang tua/keluarga sebagai objek penelitian tidak memiliki pemahaman, pengetahuan yang cukup berkaitan dengan pola asuh yang dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan emosi pada anak usia dini. 2. Deskripsi pola asuh orang tua adalah otoriter, permisif, perfeksionisme, 3. Dampak/hasil pola asuh orang tua.Setelah mendeskripsikan hasil penelitian maka sampailah pada pembahasan data penelitian adalah sebagai berikut. 1. 75% – 100% jawaban responden adalah sama. 2. Responden Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 136 memiliki kesamaan pandangan, pendapat, serta pemahaman atas setiap pertanyaan quissioner. 3. Data penelitian menunjukan temuan model pola asuh otoriter, perrmisif, perfeksionis.Dengan demikian maka kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut; Kesimpulan; 1. Kondisi keluarga/orang tua menunjukkan tidak mampu menciptakan suasana kehangatan dan kasih sayang terhadap anak. 2. Kondisi keluarga/orang tua bersikap masa bodoh atas perannya sebagai orang tua. 3. Kondisi keluarga/orang tua belum memberikan model pola asuh yang tepat. Saran; 1.a. Masalah, orang tua tidak memiliki pemahaman yang benar tentang pola asuh. 1.b. Potensi, Kemampuan intelektual yang dimiliki orang tua cukup baik. 1.c. Saran, Orang tua berbesar hati membuka diri untuk memperoleh wawasan tentgang pola asuh. 2.a. Masalah, bersikap masa bodoh atas perannya sebagai orang tua. 2.b. Potensi, memiliki tingkat ekonomi yang baik. 2.c. Saran, Orang tua harus termotivasi belajar sepanjang hayat melalui membeli dan membaca buku. 3.a. Masalah, Orang tua belum menciptakan suasana hangat penuh kasih sayang. 3.b. Potensi, memiliki pergaulan dan wawasan yang luas di masyarakat. 3.c. Saran, Orang tua berkomitmen membangun diri untuk menjadi teladan, melalui kegiatan keagamaan, seminar berkaitan dengan pola asuh. Kata Kunci : Pola Asuh Orang Tua dapat meningkatkan Kecerdasan emosi anak usia dini. A. PENDAHULUAN Kecerdasan emosi yang tinggi akan membuat anak lebih mampu mengatasi berbagai tantangan dalam hidup. Kecerdasan emosi ini antara lain bisa dibentuk melalui pola asuh terhadap anak dirumah dalam satu keluarga yang relatif bervariasi, salah satu diantaranya melalui pola asuh orang tua. Keluarga adalah lembaga terkecil dimasyarakat yang memiliki tujuan, dan memberi manfaat yang sangat berarti bagi kehidupan individu disetiap keluarganya. Keluarga memiliki fungsi antara lain: 1.Fungsi Prokreasi, yaitu keluarga menghasilkan keturunan dan membesarkan anak secara bijaksana. 2. Fungsi Sosial, yaitu membantu anak Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 137 memahami dirinya sebagai bagian dari keluarga, serta masyarakat. 3. Fungsi Edukasi, yaitu membantu untuk belajar banyak hal termasuk keterampilan berbicara, berhitung, mengenal huruf, nilai-nilai hidup, pengetahuan, kreativitas, serta perkembangan pemikiran seorang anak terjadi karena peran keluarga. 4. Fungsi Proteksi, yaitu perlindungan terhadap berbagai kekerasan. 5. Fungsi Afeksi (perasaan), yaitu menumbuhkan perasaan aman, dikasihi, dihargai, sehingga anak bertumbuh dengan emosi yang sehat. 6. Fungsi Religius, yaitu kualitas pemeliharaan orang tua terhadap nilai kepercayaan keTuhanan (Agama). 7. Fungsi Ekonomis, yaitu menanamkan kesadaran ekonomis dan kerja. 8. Fungsi Rekreasi, yaitu mengajarkan kepada anak nilai, manfaat, bermain, bersenda gurau, dan berfantasi. Konsep pendidikan anak usia dini dilatarbelakangi oleh pemahaman bahwa anak adalah generasi penerus cita-cita dan masa depan bangsa, maka pendidikan anak usia dini tidak boleh diabaikan begitu saja. Oleh karena kecerdasan emosi anak usia dini dapat digali dan dibina dengan baik apabila orang tua memberikan model pola asuh dalam keluarga melalui sikap keteladanan, menciptakan dan membangun hubungan yang harmonis, penuh kasih sayang, dihargai keberadaannya dan menghargai, serta menerapkan kedisiplinan yang tepat. B. KAJIAN TEORI Kajian teori dapat diurai sebagai berikut: 1. Konsep Pendidikan Keluarga, menurut Wiwi Rosmawati (2013) dalam bukunya yang berjudul “Pembentukan Karakter Dimulai Sejak Anak Usia Dini” menyebutkan bahwa; Keluarga merupakan wahana pembelajaran bagi kepribadian seorang anak. Karakter yang dilakukan oleh orang tua diharapkan dapat terwujud dalam keluarga yang berkarakter. 2. Konsep Pola Asuh, menurut Daniel Goleman (2005) dalam bukunya yang berjudul “Emotional ntelligence” menyebutkan; . . . .Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama kita untuk mempelajari emosi, dalam lingkungan yang akrab ini kita belajar bagaimana kita merasakan perasaan kita sendiri dan bagaimana orang lain menanggapi perasaan kita. Pembelajaran emosi ini bukan hanya melalui hal-hal yang diucapkan dan dilakukan oleh orang tua secara langsung kepada anaknya melainkan juga melalui contoh yang orang Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 138 tua berikan pada saat menangani perasaan mereka sendiri atau perasaan yang biasa muncul antara suami dan istri, sebagai ayah dan ibu. Ada orang tua yang berbakat sebagai guru emosi yang sangat baik, ada juga yang tidak. Sedangkan Pola Asuh menurut ajaran Agama Islam dalam adalah bagaimana cara memahami anak dari berbagai aspek dan memahami anak dengan memberikan pola asuh yang baik, menjaga anak dan harta anak yatim, menerima keadaannya, memberi perlindungan, pemeliharaan, perawatan, dan kasih sayang dengan sebaik-baiknya. Sedangkan pola asuh menurut ajaran Agama Kristen dalam Buku Perjanjian Lama, Kitab Ulangan 6:4-7 mengatakan: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang Kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau memperhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk dirumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. 3. Konsep Kecerdasan Emosi, Kecerdasan emosi pertama kali disebutkan dalam majalah time edisi oktober 1995 oleh psikolog Peter Salovey dari Universitas Harvard dan John Meyer dari Universitas Hampshire, bahwa kecerdasan emosi adalah sebuah konsep untuk memakai perasaan seseorang, memakai empati seseorang terhadap perasaan orang lain dan bagaimana memakai emosi sampai pada tahap tertentu, dapat menggairahkan hidup. 4. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini. Pendidikan anak usia dini menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 angka 14 adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Artinya anak usia dini adalah sekelompok manusia yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Sofia Hartati, 2007 dalam bukunya “How To Be a Good Teacher and To Be a Good Mother” mengatakan bahwa; anak usia dini adalah sosok yang sangat istimewa.Mereka adalah individu yang sedang menjalani suatu prosese perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 139 C. PEMBAHASAN Dari hasil penelitian maka ditemukan poin-poin penting selanjutnya akan dibahas dibawah ini yaitu; 1. 75-100 % jawaban responden adalah sama. Artinya orang tua memiliki model pola asuh yang sama. 2. Responden memiliki kesamaan pandangan, pendapat, serta pemahaman atas setiap pertanyaan quisioner. Walaupun profesi mereka sama-sama TNI Angkatan Darat, masing-masing berlatar belakang budaya yang berbeda, pangkat yang berbeda 3. Data penelitian menunjukkan temuan model pola asuh otoriter, permisip, perfeksionis. Dari model pola asuh yang ditemukan dari hasil penelitian, para renponden perlu menemukan pola asuh yang tepat dalam meningkatkan kecerdasan emosi anak usia dini. D. KESIMPULAN Pola asuh orang tua cenderung otoriter, tidak memberi kesempatan pada anak untuk mengekspresikan diri sesuai dengan apa yang diminatinya, keputusan orang tua dianggap yang terbaik. Pola asuh orang tua cenderung menunjukkan pembiaran atau permisif dan orang tua tidak menerapkan disiplin dan nilai-nilai sikap hidup untuk dijadikan pembiasaan yang dapat dipelajari anak melalui keteladanan orang tua. Pola asuh orang tua cenderung menuntut hasil sempurna atau perfeksionis dan orang tua selalu mengukur keberhasilan anak dari sudut pandang keberhasilan dirinya sendiri. Berdasarkan kesimpulan diatas timbul masalah orang yang berprofesi sebagai TNI Angkatan Darat yang masih aktif belum menciptakan suasana hangat, penuh kasih sayang, didalam melakukan pola asuh terhadap anak usia dini. Adapun potensi yang dimiliki orang tua yang berprofesi sebagai TNI Angkatan Darat yang masih aktif, memiliki pergaulan dan wawasan yang luas dimasyarakat dan memiliki tingkat ekonomi yang baik, serta kemampuan intelektual yang cukup baik. Adapun saran yang dapat dilakukan orang tua yang berprofesi sebagai TNI Angkatan Darat yang masih aktif adalah berkomitmen membangun diri untuk menjadi teladan, pembiasaan, intervensi melalui kegiatan Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 140 keagamaan, seminar, membaca buku yang berkaitan dengan bentuk pola asuh yang dapat meningkatkan kecerdasan emosi anak usia dini. DAFTAR PUSTAKA Al Tridhonanto, 2013. Pola Asuh Kreatif. Jakarta:PT. Elex Media Komputindo. Aprilia Fajar Pertiwi, et al, 1997. Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak; Seri Ayahbunda. Jakarta: Yayasan Aspirasi Pemuda. Arikunto S., 1993. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto S., 2002. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. B.S. Sidjabat, 2011. Membangun Pribadi Unggul. Yokyakarta: Andi. B.S. Sidjabat, 2011. Mengajar Secara Profesional. Yokyakarta: Andi. B.S. Sidjabat, 2008. Membesarkan Anak dengan Kreatif. Yokyakarta: Andi.