Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 141 PENERAPAN METODA BERNYANYI DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN BERBAHASA PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Studi Deskriptif tentang Penerapan Metoda bernyanyi di PAUD Al Azhar Syfa Budi Parahyangan) Susilawati Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah : untuk mengungkap data tentang kondisi objektif dalam proses pembelajaran,tentang penggunaan metoda bernyanyi tentang hasil pembelajaran melalui metoda bernyanyi dalam menumbuhkan keterampilan anak usia dini di Paud Al Azhar Syfa Budi Parahyangan, Landasan teori dalam penelitian ini, peneliti merujuk kepada beberapa konsep yaitu : konsep Pendidikan Anak Usia Dini, konsep pembelajaran, konsep bermain, konsep perkembangan bahasa, konsep perkembangan berbahasa, dan peran tutor dalam menumbuhkan bahasa anak.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metoda studi kasus., teknik pengunpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi dokumentasiHasil penelitian ini adalah bahwa kondisi objektif pemebelajaran anak usia dini pada umumnya menggunakan prinsip bermain sambil belajar, pembelajaran dilaksanakan melalui perencanaan, yaitu melalui rencana kegiatan harian, penggunaan metoda bernyanyi dilakukan guna menumbuhkan keterampilan berbahasa anak usia dini, Metoda bernyanyi adalah salah satu alternatif untuk meningkatkan keterampilan bahasa anak usia dini, sebab bahasa anak dapat berkembang cepat jika anak memilki kemampuan dan didukung oleh lingkungan yang baik.Kesimpulan dari penelitian ini Proses belajar dan pembelajaran yang dilakukan oleh kepala PAUD Al Azhar Syfa Budi Parahyangan dan para tutornya yaitu melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan kegiatan belajar melalui simulasi atau peraktek dengan bernyanyi Kata Kunci : metoda bernyanyi, menumbuhan keterampilan berbahasa . Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 142 A. PENDAHULUAN Pendidikan adalah hak warga negara, tidak terkecuali pendidikan di usia dini merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak dini. Berdasarkan berbagai penelitian bahwa usia dini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di masa depan. Selain itu pendidikan di usia dini dapat mengoptimalkan kemampuan dasar anak dalam menerima proses pendidikan di usia-usia berikutnya. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Menurut Direktorat PADU (2002: 8) Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang berfungsi membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani peserta didik yang dapat dilakukan di dalam maupun di luar keluarganya. Hal senada juga terdapat dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 14, Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak-anak sejak lahir sampai dengan enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Lebih lanjut UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 28 menyebutkan bentuk-bentuk pendidikan anak usia dini diantaranya: Pertama, Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Kedua, Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. Ketiga, Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Keempat, Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Kelima, Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Dengan terbitnya Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), keberadaan pendidikan usia dini Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 143 diakui secara sah. Hal itu terkandung dalam bagian tujuh, pasal 28 ayat 1-6, di mana pendidikan anak usia dini diarahkan pada pendidikan pra- sekolah yaitu anak usia 0-6 tahun. Dalam penjabaran pengertian, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisidiknas menyatakan bahwa: “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Para ahli psikolog berpendapat bahwa masa pendidikan anak usia dini merupakan masa usia emas (golden age). Pemberian pendidikan yang tepat pada masa ini berpengaruh sangat signifikan bagi prestasi belajar pada jenjang pendidikan berikutnya. Pendidikan anak usia dini dapat memberi andil bagi peningkatan mutu sumber daya manusia. Pada fase emas ini anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik menyangkut pertumbuhan fisik dan motoriknya, pekembangan watak dan moralnya, serta emosional dan intelektualnya. Metode pembelajaran anak usia dini merupakan cara-cara atau teknik yang digunakan agar tujuan pembelajaran tercapai. Kalau model pembelajaran merupakan pendekatan umum dalam satu proses pembelajaran dan biasanya dalam satu proses pembelajaran menggunakan satu model, sedangkan metode adalah langkah teknisnya dan dapat menggunakan lebih dari satu metode disesuaikan dengan model pembelajaran yang digunakan serta kebutuhan anak ketika pembelajaran berlangsung. Dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini metode pembelajaran adalah merupakan salah satu metoda didalam membentuk segala hal yang berkaitan dengan pertumbuhan anak, berbagai metode yang dilakukan oleh para pendidik diantaranya adalah metode bernyanyi. Pada hekikatnya metode tersebut mendukung dalam proses perkembangan anak usia dini. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu : 1) berorientasi pada usia yang tepat, 2) berorientasi pada individu yang tepat, dan 3) berorientasi pada konteks social budaya. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 144 tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut. Manusia merupakan makhluk individu. Perbedaan individual juga harus manjadi pertimbangan guru dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi kegiatan, berinteraksi, dan memenuhi harapan anak. Selain berorientasi pada usia dan individu yang tepat, pembelajaran berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak. Untuk dapat mengembangkan program pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam konteks keluarga, masyarakat, faktor budaya yang melingkupinya. Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi. Pembelajaran untuk anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas memilih. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan perlengkapan serta manusia. Anak belajar dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan. Hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman sebayanya. Bernyanyi adalah salah satu cara yang tepat untuk mengembangkan kemampuan anak usia dini sesuai kompetensinya. Melalui bernyanyi, anak memproleh dan memproses informasi mengenai hal-hal baru dan berlatih melalui keterampilan yang ada. Nyanyian yang digunakan di Paud merupakan nyanyian yang merangsang kreatifitas anak dan menyenangkan. Anak-anak senantiasa tumbuh dan berkembang. Mereka menampilkan ciri-ciri fisik psikologis yang berbeda untuk tiap tahap perkembangannya. Masa anak-anak merupakan masa puncak kreatifitasnya, dan kreatifitas mereka perlu terus dijaga dan dikembangkan dengan menciptakan lingkungan yang menghargai kreatifitas yaitu melalui bernyanyi. B. KAJIAN TEORI DAN METODE Konsep Pendidikan Anak usia Dini Pendidikan anak usia dini adalah merupakan upaya pembinaan yang ditujuakan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulus pendidikan agar membantu perkembangan, pembentukan baik jasmani maupun rohani sehingga anak memilki kesiapan memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar dan menempati kedudukan sebagai golden age dan sangat strategis Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 145 dalam pengembangan seumber daya manusia . Rentang anak usia dini sejak lahir sampai usia enam tahun adalah usia kritis sekaligus strategis dalam proses pendidikan dan dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan seseorang elanjutnya artinya pada periode ini merupkn periode kondusif untuk menumbuh kembangkan berbagai kemampuan, kecerdasan, bakat, kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosio emosional, dan spiritual.“ Sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia adalah sebait ungkapan yang sarat makna dan merupakan semboyan dalam pengasuhan, pendidikan dan pengembangan anak usia dini di Indonesia” Jalal, 2005 dalam Martinus Yamin (2012 : 1). Konsep Pembelajaran Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses penciptaan kondisi dan pengorganisasian berbagai aspek yang mempengaruhi peserta didik, di dalam menguasai suatu kompetensi, dengan kata lain pembelajaran merupakan upaya penciptaan kondisi yang kondusif dalam arti membangkitkan kegiatan belajar yang efektif dikalangan para siswa (Sukmara, 2005: 57). Yulaelawati (2004: 48) menyatakan bahwa, pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya, termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba, dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Sedangkan menurut Mulyasa (2003: 100), pembelajaran pada hakekatnya adalah “ proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik” , dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Menurut Sagala (2003: 64) pembelajaran adalah “ setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar- mengajar”. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa pada intinya kegiatan pembelajaran ini harus melibatkan dua pihak, baik itu peserta didik (pebelajar) dengan sumber belajar atau peserta didik dengan lingkungannya. Untuk memperkuat arti pembelajaran, Surya (2004: 7) mengungkapkan bahwa terdapat prinsip yang menjadi landasan pembelajaran, yaitu: Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 146 Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku, hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan, pembelajaran merupakan suatu proses, proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada suatu tujuan yang akan dicapai, pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Dengan demikian pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan proses menurut Syah (2004: 48) dapat diartikan sebagai “runtutan perubahan yang terjadi dalam perkembangan sesuatu”. Oleh karena itu proses pembelajaran dapat diartikan sebagai proses individu mengubah perilaku dalam upaya memenuhi kebutuhannya. Hal ini mengandung arti bahwa individu akan melakukan kegiatan belajar apabila ia menghadapi situasi kebutuhan. Berkenaan dengan proses pembelajaran Surya (2004: 14) mengemukakan bahwa proses pembelajaran akan merupakan suatu rangkaian aktivitas sebagai berikut: Individu mempunyai kebutuhan dan melihatnya sebagai tujuan yang ingin dicapai, kesiapan (readiness) individu untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, memahami segala situasi yang ada di lingkungan individu dan mempunyai hubungan dengan aktivitas individu dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya, menafsirkan berbagai aspek yang terdapat dalam situasi, adanya respon individu untuk melakukan aktivitas dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, individu akan memperoleh umpan balik dari apa yang telah dilakukannya. Konsep Bernyanyi Menurut Jamalus (1988 : 46) “kegiatan bernyanyi adalah merupakan kegiatan dimana kita mengeluarkan suara secara beraturan dan berirama baik diiringi oleh iringan musik ataupun tanpa iringan musik”. Bernyanyi berbeda dengan berbicara bernyanyi memerlukan teknik- teknik tertentu sedangkan berbicara tanpa perlu menggunakan teknik tertentu. Bagi anak kegiatan bernyanyi adalah kegiatan yang menyenangkan bagi mereka, dan pengalaman bernyanyi ini memberikan kepuasan kepadanya. Bernyanyi juga merupakan alat bagi anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 147 Metoda bernyanyi adalah metoda pengajaran yang dilakukan dengan cara berdendang, dengan menggunakan suara yang merdu, nada yang enak didengar dan kata-kata yang mudah dihapal. Nyanyian merupakan alat untuk mencurahkan pikiran dan perasaan untuk berkomunikasi. Nyanyian memiliki fungsi sosial selama nyanyian itu dikomunikasikan. Kekuatan nyanyian pada fungsi ini dapat kita lihat pada pendidikan. Melalui nyanyian, kita berupaya membantu diri anak menuju kedewasaan dalam hal menumbuhkembangkan aspek fisik, intelegensi, emosi dan rasa sosial anak. Strategi pembelajaran melalui bernyanyi Honig, dalam Masitoh dkk. (2005: 11.3) menyatakan bahwa bernyanyi memiliki banyak manfaat untuk praktik pendidikan anak dan pengembangan pribadinya secara luas karena : 1) bernyanyi bersifat menyenangkan, 2) bernyanyi dapat dipakai untuk mengatasi kecemasan, 3) bernyanyi merupakan media untuk mengekspresikan perasaan, 4) bernyanyi dapat membantu membangun rasa percaya diri anak, 5) bernyanyi dapat membantu daya ingat anak, 6) bernyanyi dapat mengembangkan rasa humor, 7) bernyanyi dapat membantu pengembangan keterampilan berpikir dan kemampuan motorik anak, dan bernyanyi dapat meningkatkan keeratan dalam sebuah kelompok. Nyanyian yang sesuai untuk anak-anak, adalah antara lain :a. Nyanyian yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan diri anak (aspek fisik, intelegensi, emosi, sosial). b. Nyanyian itu bertolak dari kemampuan yang telah dimiliki anak : 1) Isi lagu sesuai dengan dunia anak-anak 2) Bahasa yang digunakan sederhana 3) Luas wilayah nada sepadan dengan kesanggupan alat suara dan pengucapan anak. 4) Tema lagu : mengacu pada GBPKBTK. Konsep perkembangan Bahasa Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Ciri-ciri perktumbuhan dan perkembangan anak antara lain, menimbulkan perubahan, berkolerasi dengan pertumbuhan, memiliki tahap yang beruutan dan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan berbicara dan menulis merupakan suatu proses yang menggunakan bahasa ekspresif dalam membentuk arti. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 148 Perkembangan berbicara pada awal dari anak yaitu menggumam maupun membeo. Salah satu perkembangan yang penting adalah aspek perkembangn bahasa. Perkembagan kemampuan bahasa bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungan. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1999: 186) “Perkembangan bahasa anak usia dini ditempuh melalui cara yang sitematis dan berkembang bersama-sama dengan pertambahan usianya”. Anak mengalami tahapan perkembangan yang sama namun yang menbedakan antara lain: sosial keluarga, kecerdasan, kesehatan, dorongan, hubungan, dengan teman yang turut mempengahurinya, ini berarti lingkungan turut mempengaruhi perkembangan bahasa anak, lingkugan yang baik maka perkembangan anak akan baik, namun sebaliknya jika tidak maka anak juga akan ikut dalam lingkungan tersebut. Hal ini lah yang menjadi tolak ukur atau dasar mengapa anak pada umur tertentu sudah dapat berbicara, atau pada umur tertentu belum bisa berbicara. C. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif dalam menelaah masalah penelitian ini dipilih karena masalah yang diteliti memerlukan suatu pengungkapan yang bersifat deskriptif. Menurut Moleong (2004: 6) “ penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistic dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah” . D. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Proses belajar dan pembelajaran, perencanaan dalam menyiapkan proses pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan berbahasa, menurut Nina Herliana Oktaviana, SE, S.Pd bahwa Perencanaan pembelajaran di persiapkan melalui program tahunan, program semester, program mingguan, dan program harian yang telah tersusun secara sistematik, perencanaan adalah menyusun langkah – langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan tersebut di buat dan disusun bersama guru, yayasan penyelenggara, perwakilan komite sekolah, dan seluruh karyawan yang Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 149 terlibat di unit kerja disepakiti bersama untuk dilaksanakan sesuai prosedur. hal tersebut senada dengan pendapat Terry (1993 : 17) dalam Abdul Madjid (2012 : 15) menyatakan bahwa “ perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilakukan oleh kelompok untuk mencapai tujuan.” seorang guru Paud merencanakan kegiatan program pendidikan yang dituangkan dalam Rancangan Kegiatan Harian atau di singkat RKH. Peran guru dalam mengaplikasikan RKH yang di kemas harus menarik sehingga anak didik setiap hari bergairah dan termotivasi untuk melakukan kegiatan pembelajaran dan senang belajar sambil bermain di sekolah. Menurut Permen RI no.58 tahun 2009 tentang standar PAUD Seorang guru Paud dalam melaksanakan proses pendidikan harus memiliki indikator sebagai berikut : a) mengelola kegiatan sesuai dengan rencana yang di susun berdasarkan kelompok usia, b) menggunakan metode pembelajaran melalui bermain sesuai dengan karakteristik anak, c) memilih dan menggunakan media yang sesuai dengan kegiatan dan kondisi anak, d) memberikan motivasi untuk meningkatkan keterlibatan anak dalam kegiatan, e) memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan anak. Menurut Elis Wartini, S.Pd mengemukakan penggunaan metode bernyanyi. Kegiatan bernyanyi dilakukan agar anak dapat mengembangkan kemampuan dan aspek perkembangan, khususnya bahasa, emosi dan kreatifitas. Dengan bernyanyi secara tidak langsung anak dikenalkan dengan bahasa yang lebih kompleks dan beragam sehingga perbendaharaan katanya pun akan bertambah. Dengan penerapan metode bernyanyi yang diterapkan, mempunyai pengaruh terhadap kemampuan berbahasa terhadap anak, menurut Herliana Oktaviana, SE, S.Pd bahwa pelafalan kata menjadi lebih sempurna, kosakata jadi bertambah banyak dan bervariasi, pemahaman terhadap kata jadi meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Tantranurandi (2008:31) yang mengungkapkan bahwa metode bernyanyi merupakan suatu metode yang melafadzkan suatu kata/ kalimat yang dinyanyikan. Terdapat manfaat dari metode menyanyi yaitu membantu mencapai kemampuan dalam pengembangan daya pikir, membantu menyalurkan emosi seperti senang atau sedih melalui isi syair lagu/nyanyian, dan membantu menambah perbendaharaan kata baru melalui syair lagu/nyanyian (Supriadi, 2003:96) . Proses pembelajaran melalui bernyanyi telah mampu mengembangkan aspek kebahasaan anak didik dalam mengungkapkan bunyi – bunyi artikulasi atau kata- kata yang bertujuan untuk berkomunikasi. Kondisi Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 150 seperti ini sangat berarti bagi anak didik yang memerlukan keterampilan berbicara/ berkomunikasi bertindak sebagai komunikator sebagaimana diungkapkan oleh Omay,U septiadi, Jalaludin Rachmat (dalam cucup Rabjane 2013 : 15) bahwa Komunikator credible harus memilki keahlian dan dipercaya dalam komunikasi. Cucup Rabjawe (2013 : 18) melengkapi dengan prinsip – prinsip SMILE yaitu Komunikator santun, Menarik, Impresive, Loyal dan Enjoy. E. KESIMPULAN Perencanaan pembelajaran yang dilakukan di PAUD Al Azhar Syfa Budi Parahiyangan dalam mengatasi permasalahan siswa berkenaan dengan keterampilan berbahasa anak, maka guru menetapkan penggunaan metode bernyanyi. dalam perencanaan penggunaan metode bernyanyi tersebut merujuk kepada Rencana Kegiatan Harian, Rencana Kegiatan Mingguan (RKH, RKM), Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode bernyanyi di PAUD Al Azhar Syfa Budi Parahyangan dalam menumbuhkan keterampilan berbahasa anak. Hasil pembelajaran melalui metode bernyanyi dalam menumbuhkan keterampilan berbahasa anak usia dini, 1) anak lebih antusias dengan menggunakan metode bernyanyi, 2) keterlibatan peserta didik pada saat pelaksanaan metode bernyanyi, 3) komunikasi antar peserta didik terjalin secra komunikatif, 4) komunikasi antar guru dengan peserta didik terlihar efektif dan komunikatif dengan, 5) dengan menerapkan metode bernyanyi nampak meningkat keterampilan berbahasa anak hal ini terlihat pada dua anak yang dijadikan objek penelitian DAFTAR PUSTAKA Direktorat PADU. (2002). Bahan Sosialisasi PADU. Jakarta : Depdiknas Direktorat PLP. Djamariah Bahri Syaiful dan Zain Aswan, (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Ernawulan dan Agustin Mubiar, (2010). Bimbingan Konseling Untuk Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka. Fadillah dan Khordi Mualifatu Lilif, (2013). Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Yogjakarta : Ar-Ruzz Media. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 151 Hamalik, O. (2003). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara Hartati Sofia, (2007). How To Be a Good Teacher Abd To Be A Good Mother. Jakarta : Enno Media. Hasan, M. I. (2002). Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indonesia. Hurlock B Elizabeth, (1999 ). Perkembangan Anak Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.