Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 162 PERAN PG-TK BPI DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELALUI PELATIHAN TARI TRADISIONAL SUNDA Tati Suharti Abstrak Penelitian ini mengangkat permasalahan tentang Peran PGTK BPI dalam meningkatkan kompetensi guru melalui pelatihan tari tradisional Sunda. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini antara lain untuk mengidentifikasi bagaimana perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari Pelatihan Tari Tradisional Sunda Bagi Guru TK yang diselenggarakan oleh PG-TK BPI Kota Bandung. Metode Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Yang menjadi subyek penelitian berjumlah 10 0rang yang terdiri dari 6 orang peserta pelatihan, 2 orang narasumber dan 2 orang pelaksana kegiatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian ini mengacu kepada : (1) Perencanaan pelatihan tari tradisional Sunda, (2) Pelaksanaan pelatihan tari tradisional Sunda, (3) Evaluasi pembelajaran tari tradisional Sunda. Pada tahap perencanaan proses pelatihan telah disusun oleh pelatih bagaimana menciptakan iklim pelatihan. Pada tahap pelaksanaan pelatihan penyajian materi dilakukan di dalam ruangan baik secara teoritis maupun praktik. Evaluasi yang dilakukan oleh pelatih dilakukan dalam bentuk penguasaan gerakan dengan cara memperagakan gerakan tari oleh peserta secara satu persatu.Berdasarkan temuan penelitian tersebut dapat bahwa Peran PG-TK BPI dalam meningkatkan kompetensi guru melalui Tari Tradisional Sunda (studi deskriptif kualitatif tentang pembelajaran tari tradisional sunda bagi guru TK di Kota Bandung) telah terlihat keberhasilan yang positif baik dilihat dari penilaian terhadap peserta pelatihan Tari Tradisional sunda maupun terhadap penilaian pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelatihan tari tradisional sunda. kata kunci : Pelatihan Tari Tradisional sunda, Peran PGTK BPI, Kompetensi Guru. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 163 A. PENDAHULUAN Secara alamiah anak-anak sampai orang dewasa dapat menggerakkan anggota tubuhnya sesuai dengan perintah dan rangsangan dari otak untuk bergerak. Gerakan anggota tubuh yang teratur dan terpola dalam sebuah gerakan akan melahirkan sebuah gerakan anggota tubuh yang menarik dan indah di pandang mata. Gerakan yang teratur dan memiliki irama gerak sering disebut dengan istilah tari. Setiap anak memiliki potensi untuk melakukan suatu gerakan tubuhnya baik dari hasil peniruan terhadap gerakan yang dilihat dari media televisi, video, film atau dilihat langsung dari orang yang melakukan suatu gerakan tari. Juju (2012 : 4) mengungkapkan bahwa aspek psikomotor dapat dicapai melalui kegiatan siswa bergerak dalam upaya mengekspresikan imaji kreatif melalui tubuhnya. Imaji kreatif ini merupakan hasil pemikiran tentang suatu kemungkinan gerak tubuh atau gerak perumpamaan, tanpa pengolahan pikir tidak akan terwujud gerak yang dapat dipertanggungjawabkan. Proses berfikir dan mempertanggungjawabkan bentuk gerak oleh siswa merupakan usaha mengolah aspek kognitif. Aspek kognitif sering dipandang hanya dari sudut pengetahuan teoritis saja, padahal proses berfikir dalam mewujudkan gerak pun mereupakan aspek kognitif. Afektif siswa dapat dilihat antara lain dari keberanian, inisiatif, kerjasama kelompok, dan tanggungjawab. Seni pertunjukan tari tradisional sunda merupakan bagian dari budaya. Seni pertunjukan tari tradisional sunda merupakan wujud dari aktifitas dan kreatifitas masyarakat dalam satu tatanan kehidupan masyarakat. Dari hasil kreatifitas masyarakat menghasilkan karya seni pertunjukan tari tradisional sunda yang dapat dinikmati oleh masyarakat itu sendiri. Tatanan kehidupan masyarakat akan berpengaruh besar terhadap daya cipta dan kreatifitas seniman untuk mengaktualkan karya ciptanya. Sejalan dengan perkembangan manusia yang sudah mengenal peradaban, berbagai jenis pertunjukkan tari tradisional sunda hasil kreatifitas masyarakat yang mempunyai jiwa seni bermunculan di setiap daerah. Salah satu hasil kreatifitas masyarakat seperti seni tari tradisional sunda bagi anak usia dini adalah salah satu jenis tari tradisional sunda di wilayah Jawa Barat. Pelatihan merupakan usaha menambah pengetahuan dan kecakapan agar dapat mengerjakan pekerjaan tertentu yang sistematis dan Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 164 merupakan bagian dari pendidikan menyangkut proses belajar dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas kerja, etos kerja dan untuk memenuhi tuntutan jabatan profesional. Pelatihan tari tradisional sunda bagi guru-guru anak usia dini merupakan suatu upaya untuk memenuhi kebutuhan mencari bentuk pembelajaran yang menyenangkan bagi anak usia dini. Selama ini guru TK identik dengan pandai menyanyi dihadapan para peserta didiknya. Dengan bertambahnya pengetahuan guru di bidang tari tradisional akan menambah wawasan dan kreatifitas guru dalam kegiatan proses belajar mengajar secara tematik. Pelatihan tari tradisional merupakan suatu bagian dari aktivitas Pendidikan Luar Sekolah, dimana pelatihan tersebut mempunyai peran untuk memberikan suatu keterampilan khusus kepada guru Taman Kanak-kanak yang membutuhkannya guna memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesinya di bidang seni tari tradisional sunda, sehingga pengenalan tari tradisional sunda dapat diperkenalkan lebih awal kepada anak-anak Taman Kanak-kanak Randall Schuler (1987 : 113) dalam Bidulang (2000 : 44) menjelaskan bahwa : “ Training and development is defined as the human resourse practice area whose focused is identifying, assessing and throuch planned learning helping development the key competencies which enable people to perform current future job”. Maksudnya adalah bahwa pelatihan dan pengembangan merupakan salah satu praktik bagi sumber daya manusia yang berfokus pada identifikasi, pengkajian, serta melalui proses belajar yang terencana dan berupaya untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan kunci yang diperlukan agar individu dapat melaksanakan pekerjaan saat ini maupun di masa yang akan datang. James R. Brandon dalam buku “Tradisi sebagai tumpuan kreatifitas seni” Editor Endang Caturwati (2008 : 112) menjelaskan :“Bahwa kenyataannya seni pertunjukan dapat berkembang apabila ada kerjasama dari berbagai pihak, khususnya berbagai dukungan yang menjadikan adanya “keterikatan sosial” (social contrak) yang kuat, yaitu berupa (1) dukungan pemerintah (government support); (2) dukungan komersial (commercial support); dan (3) dukungan komunal (communal support)”. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 165 Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa untuk dapat melestarikan seni pertunjukan dari budaya lokal sangat bergantung kepada berbagai dukungan dan kepedulian semua pihak. Keterkaitan dengan seni tari tradisional sunda diperlukan pula berbagai upaya untuk mempertahankan eksistensi seni tari tradisional sunda dengan salah satu bentuk kegiatan adalah pelatihan tari tradisional. Rumusan Masalah Untuk mengarahkan penulisan karya tulis ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah perencanaan Pelatihan Tari Tradisional Sunda Bagi Guru TK yang diselenggarakan oleh PG-TK BPI Kota Bandung ?. 2. Bagaimanakah pelaksanaan Pelatihan Tari Tradisional Sunda Bagi Guru TK yang diselenggarakan oleh PG-TK BPI Kota Bandung ?. 3. Bagaimanakah evaluasi dari Pelatihan Tari Tradisional Sunda Bagi Guru TK yang diselenggarakan oleh PG-TK BPI Kota Bandung terhadap pengembangan profesi guru TK ?. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan Pelatihan Tari Tradisional Sunda Bagi Guru TK yang diselenggarakan oleh PG-TK BPI Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Pelatihan Tari Tradisional Sunda Bagi Guru TK yang diselenggarakan oleh PG-TK BPI Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi dari Pelatihan Tari Tradisional Sunda Bagi Guru TK yang diselenggarakan oleh PG-TK BPI Kota Bandung terhadap pengembangan profesi guru TK. B. KAJIAN TEORI DAN METODE Pelatihan sebagai salah satu bentuk program PLS Penyelenggaraan Pendidikan Luar Sekolah merupakan suatu upaya sadar untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan keterampilan masyarakat baik yang ada dalam lingkungan pendidikan maupun di lingkungan masyarakat. Peran aktif Pendidikan Luar Sekolah di negara berkembang sangat diharapkan sekali, karena Pendidikan Luar Sekolah memiliki keleluasaan dalam penyelenggaraan dan Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 166 pembiayaan yang relatif ringan, serta waktu yang dibutuhkan cukup relatif singkat. Berkaitan dengan masalah pendidikan yang timbul dalam pendidikan sekolah, Pendidikan Luar sekolah mempunyai peranan untuk membantu sekolah dan masyarakat dalam upaya pemecahan masalah tersebut. Peranan Pendidikan Luar Sekolah yang dapat ditampilkan dalam pemecahan masalah pendidikan sekolah adalah sebagai pelengkap, penambah dan pengganti pendidikan sekolah. Sebagai pelengkap (complementary education), Pendidikan Luar Sekolah dapat menyajikan berbagai mata pelajaran atau kegiatan belajar yang belum termuat dalam kurikulum pendidikan sekolah sedangkan materi pelajaran atau kegiatan belajar tersebut sangat dibutuhkan oleh anak didik dan masyarakat yang menjadi layanan sekolah tersebut. Kegiatan pelatihan tari tradisional sunda bagi guru-guru TK se kota Bandung merupakan kegiatan bagi orang dewasa. Pelatihan bagi orang dewasa memerlukan strategi sendiri, agar pelatihan dapat berhasil. Kegiatan pelatihan merupakan salah satu program Pendidikan Luar Sekolah yang memerlukan penanganan secara profesional sehingga hasil yang diharapkan dapat dicapai secara optimal. Pendidikan orang dewasa Pendidikan orang dewasa mengandung adanya dua ungkapan yaitu pendidikan dan orang dewasa. Pendidikan orang dewasa merujuk pada penyelenggaraan pendidikan yang ditujukan bukan untuk anak-anak akan tetapi untuk orang dewasa (Abdulhak, 2000 : 11) Istilah dewasa dapat ditinjau dari beberapa segi; yaitu dari segi biologis, hukum, sosial, dan psikologis. Disebutkan dewasa karena didasarkan atas kelengkapan kondisi fisik, termasuk umur dan juga kejiwaannya. Serta dapat memenuhi (berperan) sesuai dengan tuntutan tugas dari status yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan pendapat John L Elias dan Sharran Merriam (1980 dalam Abdulhak, (2000 : 12) bahwa : ”Kedewasaan ini menyangkut tiga istilah yang tidak dapat dihindarinya yaitu Age, psychlogical maturity, and social roles. Apalagi dalam wujud kehidupan secara luas bahwa antara kondisi fisik dan kejiwaan terdapat dalam wujud kehidupan seseorang, tidak dapat berjalan sesuai dengan irama kehidupannya”. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 167 Berdasarkan umur menunjukkan bahwa yang disebut dewasa adalah setiap orang yang menginjak usia 21 tahun (meskipun belum menikah) atau semenjak seseorang menikah (meskipun belum berusia 21 tahun). Pendapat lain diungkapkan Hurlock (Development Psychology, 1986) bahwa adult (dewasa) atau ”adulthood” (status dalam keadaan kedewasaan) ditujukan pada usia 21tahun untuk awal masa dewasa, dan sering pula dihitung sejak 7 atau 8 tahun setelah seseorang mencapai kematangan seksual, atau sejak asa pubertas. Pendekatan berdasar kepada umur ini dilakukan pula oleh para ahli hukum, sehingga melahirkan perbedaan perlakuan hukum terhadap setiap pelanggar. Dari pandangan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian dewasa dapat dilihat secara fisik dan kejiwaan yang nampak di dalam kehidupan seseorang. Selain itu orang yang dikatakan dewasa dapat dilihat dari segi usia seseorang yang dikatakan hidup normal. Pelatihan Dalam penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia dikenal adanya tiga jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan formal, non formal dan in formal. Secara empiris seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan yang merupakan bekal hidup diperoleh baik melalui pendidikan Sekolah maupun Pendidikan Luar Sekolah. Secara yuridis bahwa warga masyarakat dapat memperoleh pendidikan sesuai dengan amanat undang-undang sistem pendidikan nasional No 20 Tahun 2003. Diantara bentuk satuan Pendidikan Luar Sekolah, Pelatihan merupakan bentuk satuan pendidikan yang cukup populer. Pelatihan tari tradisional sunda merupakan forum belajar yang populer untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan menari. Randall Schuller (1987 : 113) dalam Bidulang (2000 : 44) menjelaskan bahwa ” Training and development is defined as the human resourse practice area whose focused is identifying, assesing and throuch planned learning helping development the key competencies which enable people to perform curent future job” maksudnya adalah bahwa pelatihan dan pengembangan merupakan salah satu praktek bagi sumber daya manusia yang berfokus pada dan berupaya untuk membantu mengembangkan kemampuan-kemampuan kunci yang Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 168 diperlukan agar individu dapat melaksanakan pekerjaan saat ini maupun di masa mendatang. Pelatihan Seni Tari Tradisi sunda merupakan salah satu kegiatan pelatihan yang diselenggarakan PGTK BPI bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi guru-guru TK yang berada di kota Bandung tentang tari tradisional sunda yang dapat diajarkan bagi peserta didik Taman Kanak-kanak. Tujuan dan Sasaran Pelatihan Tujuan Pelatihan Tari Tradisional sunda bagi guru TK adalah untuk adalah untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bermain tari tradisional sunda guna meningkatkan kompetensi guru TK. Sedangkan yang menjadi sasaran pelatihan ini adalah : a) Memahami asal tari tradisi sunda; b)Memahami, menghayati dan mampu menerapkan tari tradisi sunda kepada peserta didik; c) Mampu melaksanakan kegiatan latihan tari tradisional sunda di sekolah masing- masing; d) Bergairah untuk melatih dan mensosialisasikan pelestarian seni tari tradisional sunda. Kompetensi guru Peraturan Mendiknas RI Nomor 16 Tahun 2007 Tanggal 4 Mei Tahun 2007 Tentang: Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru cakupannya meliputi : 1. Kualifikasi Akademik Guru yang harus dimiliki adalah : S1/D4 mata pelajaran dan guru yang memiliki Uji kelayakan dan kesetaraan (memiliki keahlian tanpa ijazah wewenangPerguruanTinggi) 2. b) Standar Kompetensi Guru meliputi : 1) kompetensi Pedagogik; 2) kompetensi Kepribadian; 3) kompetensi sosial; dan 4) kompetensi Profesional. 3. Kompetensi guru terdiri dari : a. Kompetensi Pedagogik : 1).Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual ;2).Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; 3).Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran / bidang pengembangan yang diampu; 4).Menyelenggarakan pembelajaran yangg mendidik; 5)Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 169 kepentingan pembe lajaran; 6). Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; 7). Berkomunikasi secara efektif , empatik, dan santun dengan peserta didik; 8). Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajaran evaluasi untuk kepentingan; 9). Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; 10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. b. Kompetensi Kepribadian (11-15) : 11). Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia; 12). Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; 13). Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan beri; 14). Menunjukan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri; 15). Menjunjung tinggi kode etik profesi guru c. Kompetensi Sosial (16-19): 16). Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi; 17). Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat; 18). Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya; 19). Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan tulisan atau bentuk lain d. Kompetensi Profesional (20-24) : 20). Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; 21). Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu; 22). Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; 23). Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif ;24). Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 170 Konsep Pelatihan Tari Tradisional sunda Pengertian Kreativitas Pengertian kreativitas menurut Kathena dalam Prayitno (1991 : 11) mengemukakan bahwa, ”Kreativitas merupakan prakarsa untuk menyimpang dari urutan berfikir yang biasa ke pola yang sama sekali berbeda”. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa kreativitas lahir dari hasil pemikiran dan penilaian ketidakpuasan terhadap sesuatu yang sudah ada tidak dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan manusia. Dengan ketidakpuasan manusia dengan keadaan dapat mendorong manusia itu befikir untuk berkreativitas demi menemukan sesuatu yang dapat memenuhi suatu kebutuhan manusia pada zamannya. Kebutuhan manusia setiap saat akan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Begitu juga dengan aktifitas kegiatan seniman tari tradisi sunda yang setiap saat mengalami pengaruh dari jenis-jenis tari dari berbagai daerah maupun negara, sehingga seniman tari tersebut akan merasa sulit untuk mempertahankan hasil seni tradisi sunda yang sudah ada. Rumusan lainnya tentang kreativitas dijelaskan Munandar (1992: 47) yaitu :a) kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada; b) kreativitas (berfikir kreatif atau berfikir devergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap sesuatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban; c) kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencermikan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Ciri –ciri Kreativitas Berdasarkan analisa factor, menurut Guilford dalam Supriadi (1994 : 7) menemukan bahwa ada lima ciri kemampuan berpikir kreatif , yaitu : a) kelancaran (fluency); b) keluwesan (flexibility); c) keaslian (originalitas); d) penguraian (elaboration); e) perumusan kembali (redefinition). Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 171 Lebih lanjut supriadi (1994 : 7) menjelaskan tentang lima ciri kemampuan berpikir kreatif tersebut, sebagai berikut : Kelancaran adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan, keluwesan adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. Orisinalitas kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara yang asli. Elaborasi adalah kemampuan untuk mengurai sesuatu secara terinci. Redefinisi adalah kemampuan untuk meninjau sesuatu persoa;an berdasarkan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh banyak orang. Dari ciri-ciri di atas memberikan gambaran bahwa kemampuan berpikir kreatif merupakan aspek indicator dari kreativitas. Penelitian berdasarkan analisi factor dari Guilford menunjukkan korelasi yang statis bermakna (signifikan) walaupun rendah, antara ciri-ciri non- aptitude atau afektif (seperti kepercayaan diri, keuletan, apresiasi estetik, kemandirian) dan ciri-ciri aptitude dari kreativitas atau kemampuan berpikir kreatif yang telah diuraikan di atas ( kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir. Sehubungan dengan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengembangan kreativitas seseorang, dalam hal ini kreativitas anak tidak hanya memperhatikan pengembangan kemampuan berpikir kreatif saja, tetapi juga harus memperhatikan pemupukan sikap dan cirri-ciri kepribadian kreatif. Aspek ini penting dipahami sebagai dasar dalam memberikan perlakuan yang sesuai kepada seseorang terutama anak guna mengembangkan krativitasnya. Upaya menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan kreativitas hanya mungkin apabila dipahami lebih dahulu sifat-sifat kemampuan kreatif dan iklim lingkungan yang mengitarinya (Supriadi, 1994 : 54). C. HASIL PENELITIAN Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada responden dengan teknik observasi dan studi dokumentasi yang telah dilakukan peneliti dalam riset lapangan. Peneliti memperoleh data sesuai dengan kebutuhan peneliti. Dari data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dan dideskripsikan dalam bentuk narasi. Di dalam mendeskripsikan data, peneliti akan mengacu kepada : (1) Perencanaan Pelatihan Tari Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 172 Tradisional Sunda, (2) Pelaksanaan Pelatihan Tari Tradisional Sunda, (3) Evaluasi pembelajaran Tari tradisional Sunda. Perencanaan Pelatihan Tari Tradisional Sunda Persiapan pelatihan yang dilakukan oleh LR dalam materi pelatihan tari tradisional sunda selalu disusun setiap akan melaksanakan melatih. Selain itu LR membuat pula catatan-catatan yang berfungsi untuk membantu menyusun strategi dan metode apa yang akan digunakan serta konsep-konsep gerakan tari yang cukup sulit untuk ditiru oleh peserta pelatihan sehingga proses pelatihan dapat berjalan lancar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Begitu juga pada pertemuan kedua dan seterus LR selalu membuat persiapan untuk melatih, sehingga kegiatan pelatihan dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Adapun bentuk persiapan kegiatan pelatihan sebelum melakukan latihan tari tradisional terdiri dari 1) pokok materi latihan; 2) hari/tanggal; 3) waktu; 4) sub materi latihan yang terdiri dari pendahuluan, materi inti dan kegiatan penutup; 5) alat bantu dan 6) catatan. Deskripsi Pelaksanaan Pelatihan Menurut ES Pelaksanaan proses pelatihan tari pada pertemuan pertama dilaksanakan secara praktik dan apresiatif. Pelatih memberi contoh, kemudian peserta meniru gerakan-gerakan yang diperagakan oleh pelatih. Pada awal latihan pelatih memberikan contoh gerakan dimulai dari gerakan kaki, dengan posisi tangan di pinggang atau di lepas bebas dengan menggunakan hitungan sebagai birama. Pada latihan ini merupakan latihan dasar gerakan tari. Ada lima pola latihan langkah yang dilakukan diantaranya latihan jalan yaitu (1) latihan langkah oleh dua kaki secara bergantian antara satu dengan yang lainnya.(2) Kemudian dilanjutkan dengan latihan lari kecil, (3) latihan melompat, (4) latihan meloncat dengan satu kaki, (5) lari bertunggangan. Latihan ini dilakukan untuk membiasakan gerakan kaki dan kekuatan otot-otot kaki. Kemudian setelah latihan kaki sudah mahir dilanjutkan dengan latihan dasar gerakan tangan selaras dengan gerakan kaki, pinggul dan tangan. Kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang dengan diiringi tepuk pelatih dan hitungan gerakan. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 173 Selama di dalam proses latihan gerakan dasar tari, peserta cukup tertarik oleh materi latihan yang diajarkan oleh pelatih, sehingga waktu yang dialokasikan selama dua jam terasa sangat sebentar. Respon peserta sangat antusias mengikuti latihan gerakan dasar tari tradisional. Kemudian pada pertemuan kedua menurut NR, latihan mulai mengarah kepada gerakan kaki, pinggul, tangan dan kepala dengan diiringi tepuk pelatih atau hitungan pelatih. Sesekali pelatih memberikan contoh gerakan dengan tempo lambat, kemudian memberikan contoh gerakan dengan tempo sedang dan memberikan contoh dengan tempo cepat. Pada pertemuan kedua ini kemampuan yang akan dicapai dari kegiatan ini adalah kelancaran peserta pelatihan dapat melakukan gerakan yang harmonis baik dengan hitungan maupun dengan music sesuai dengan yang dicontohkan oleh pelatih. Selain itu sikap yang diharapkan muncul dari peserta adalah keberanian melakukan gerakan, percaya diri. Pada tahap ini, pelatih memperagakan gerakan tari dengan diiringi music dari tape recorder sementara peserta pelatihan tari memperhatikan secara seksama gerakan yang dilakukan oleh pelatih. Hasil pengamatan peneliti, bahwa pelatih dalam melakukan kegiatan latihan gerakan tari, membagi peserta menjadi 5 kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 4 – 6 orang. Kemudian pelatih memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk tampil membawakan gerakan tari dengan diiringi music yang sudah ada sesuai dengan karakter gerakan tari yang menjadi satu paket . Di akhir kegiatan pelatih mengumpulkan peserta pelatihan duduk di lantai untuk menyampaikan pengarahan dan penjelasan tentang gerakan tari dan keharmonisan serta kesesuaian antara gerakan tubuh dengan irama music yang sudah tersedia. Kesulitan-kesulitan pada gerakan-gerakan tertentu dijelaskan kembali sampai peserta menjadi mampu melakukan gerakan yang agak sulit. Di dalam setiap pelaksanaan pelatihan, pelatih menggunakan metoda kelompok, artinya pelatihan dilakukan dalam bentuk kelompok besar, kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok diberi nama oleh kelompok masing-masing yang ada keterkaitannya dengan seni tradisional sunda misalnya kelompok ketuk tilu, kelompok Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 174 jaipong, kelompok topeng, kelompok tayub dan lain-lainnya. Hal ini dilakukan pembagian kelompok sangat menguntungkan baik bagi pelatih, maupun untuk peserta, karena dengan metoda kelompok lebih dapat memupuk saling membelajarkan dan saling memberikan pengalaman diantara peserta pelatihan tari tradisional. Metoda yang sering digunakan dalam penyampaian materi pelatihan oleh pelatih adalah ceramah sebagai pembuka awal kegiatan dan akhir kegiatan, demonstrasi, penugasan dan simulasi kelompok.Pada sesi latihan I pelatih lebih dominan menggunakan metoda ceramah dibandingkan dengan penggunaan metoda pelatihan lainnya. Hal ini lebih disebabkan oleh materi yang mengarah kepada penjelasan tentang tari tradisional yang dimiliki oleh warga Propinsi Jawa Barat. Untuk sesi latihan II, III dan IV pelatih lebih dominan menggunakan metoda demonstrasi dan penugasan langsung. Teknik ini mendorong peserta dapat melatih dan melakukan gerakan yang telah diperagakan oleh pelatih. Sesi V dan VI merupakan pematangan dan penghafalan gerakan dengan diiringi musik tarian yang dilakukan oleh peserta dari kelompok masing-masing. Untuk meyakinkan apakah seluruh peserta sudah menguasai gerakan tari, pelatih melakukan pengecekan dengan cara memanggil satu persatu peserta untuk memperagakan gerakan tari tradisi dengan diiringi musik. Setiap penampilan peserta dalam memperagakan gerakan tari diperhatikan dengan secara seksama. Evaluasi pembelajaran Tari tradisional Sunda. Evaluasi terhadap hasil pelatihan di dalam penyelenggaraan pelatihan tari tradisional sunda dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan menganalisa kegiatan pelatihan selama pelaksanaan pelatihan tari tradisional sunda. Evaluasi yang biasa dilakukan oleh pelatih dilakukan dalam bentuk penguasaan gerakan dengan cara memperagakan gerakan tari oleh peserta secara satu persatu. Hal ini dilakukan untuk mengukur daya serap peserta pelatihan tari tradisional sampai sejauhmana peserta dapat menerima dan memahami materi pelatihan tari tradisional. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 175 D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pembahasan Perencanaan Pelatihan Berdasarkan profil perencanaan pelatihan yang ditampilkan oleh pelatih yang menjadi responden (LR), maka dapat digambarkan tentang penyusunan konsep perencanaan dalam kegiatan pelatihan tari tradisional sunda. Pada tahap perencanaan proses pelatihan telah disusun oleh pelatih bagaimana menciptakan iklim pelatihan. Hal ini sejalan dengan pendapat D. Sudjana (1992 : 41) bahwa : Perencanaan pada dasarnya adalah proses sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Mengapa disebutkan sistematis karena perencanaan itu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu di dalam proses pengambilan keputusan, penggunaan teknik secara ilmiah serta tindakan atau kegiatan yang terorganisir. Dari suasana pelatihan dibuatlah deskripsi materi pelatihan, menentukan media pendidikan sebagai penunjang pengefektifan proses pelatihan dan alat pelatihan yang berfungsi sebagai acuan pelatihan. Selain itu, pelatih menyusun kelompok-kelompok belajar. Kelompok belajar tersebut diberi nama dengan sebutan atau nama-nama jenis tari sebagai produk hasil budaya. Selanjutnya pelatih menyusun tujuan pelatihan dengan cara merumuskan tujuan pelatihan secara khusus dan merancang proses pelatihan yang meliputi aspek-aspek pelatihan, model kegiatan pelatihan, mengurutkan langkah-langkah pelatihan, penggunaan metoda pelatihan, penggunaan teknik dalam pelatihan, menentukan media dan bahan pelatihan yang sesuai dengan tujuan. Berdasarkan data di lapangan bahwa pelatih cukup cakap dan terampil dalam menyusun rancangan kegiatan pelatihan. Mereka selalu berusaha untuk melakukan pembuatan perencanaan pelatihan semaksimal mungkin sesuai dengan tuntutan baik dari lembaga PG-TK BPI maupun dari tuntutan peserta pelatihan. Perencanaan atau persiapan pelatihan yang disusun oleh pelatih merupakan langkah awal seorang pelatih sebagai suatu usaha agar proses pelatihan dapat mencapai sasaran dan target yang telah ditentukan. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 176 Pembahasan Pelaksanaan Pelatihan Pada tahap pelaksanaan pelatihan penyajian materi dilakukan di dalam ruangan baik secara teoritis maupun praktik. Pelaksanaan pelatihan lebih besar penekanannya kepada praktik. Sementara materi yang bersifat teoritis disampaikan dalam waktu yang relative singkat dalam setiap awal dan akhir dari kegiatan latihan tari tradisi dengan kurun waktu kurang lebih sepuluh menit. Ishak Abdulhak (2000 : 23) menjelaskan bahwa :“Proses pembelajaran (learning process) adalah interaksi edukatif antara peserta dengan komponen-komponen pembelajaran lainnya, ketepatan komponen yang digunakan dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Keseluruhan komponen yang digunakan dalam pembelajaran perlu mengacu kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sehingga penetapan setiap komponen betul-betul fungsional dan menunjang tercapainya tujuan belajar. Dalam pengertian ini bahwa penetapan sesuai kepentingannya dengan tujuan belajar yang akan dicapai. Proses pembelajaran menyangkut strategi, metode, teknik, dan taktik yang digunakan untuk terjadinya kegiatan pembelajaran pada diri peserta”. Interaksi antara pelatih dan peserta pada pelaksanaan pelatihan tari tradisional cukup baik, sehingga interaksi tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan dalam proses pelatihan. Indicator dari interaksi yang baik tersebut diwujudkan dalam bentuk respon peserta pelatihan yang mampu mengikuti kegiatan pelatihan secara maksimal. Metoda yang digunakan oleh pelatih cenderung menggunakan metoda demonstrasi dan simulasi dengan melalui pembagian peserta secara berkelompok dengan maksud agar materi pelatihan tari tradisional sunda lebih mudah dan cepat dikuasai peserta pelatihan. Hal ini dipertegas lagi oleh D. Sudjana (2001 : 31) bahwa metode kelompok akan berpengaruh pada tumbuhnya kegiatan belajar dalam kelompok- kelompok setara yang memiliki kesamaan latar belakang, kepentingan, dan masalah yang dihadapi. Pada tingkat kemampuan penguasaan materi pelatihan oleh pelatih sering disajikan sebagai indicator untuk untuk mengukur tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan. Pada umumnya pelatih menguasai sekali materi pelatihan tari tradisional sunda. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 177 Alat media yang digunakan dalam pelatihan menggunakan tape recorder sebagai alat bantu untuk membunyikan musik sebagai pengiring gerakan tari. Dari hasil pengamatan bahwa media dan alat pembelajaran sudah cukup memenuhi untuk menunjang keberhasilan pelatihan tari tradisional sunda. Pembahasan Evaluasi pelatihan Pada tahap evaluasi terhadap hasil pelatihan di dalam penyelenggaraan pelatihan tari tradisional sunda dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan menganalisa kegiatan pelatihan selama pelaksanaan pelatihan tari tradisional sunda. Sejalan dengan Daniel Stufflebean dalam Suharsimi Arikunto (1999 : 23) bahwa: “ Evaluasi adalah sebagai suatu proses dimana kita mengupayakan sejumlah informasi yang berkaitan dengan jenis keputusan yang akan diambil, mengumpulkan dan melengkapi informasi yang berguna dan diperlukan untuk pengambilan keputusan”. Kemudian Djudju Sudjana menjelaskan bahwa : “tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui efektivitas materi, proses, metode, teknik, dan alat bantu pembelajaran menurut persepsi peserta didik dan atau pihak lain yang terkait”. Evaluasi yang biasa dilakukan oleh pelatih dilakukan dalam bentuk penguasaan gerakan dengan cara memperagakan gerakan tari oleh peserta secara satu persatu. Hal ini dilakukan untuk mengukur daya serap peserta pelatihan tari tradisional sampai sejauhmana peserta dapat menerima dan memahami materi pelatihan tari tradisional. Selain itu pelatih melakukan penilaian secara klasikal atau menyeluruh yang dilakukan oleh peserta pelatihan dengan cara melakukan gerakan tari yang diiringi musik secara bersama-sama. Dari gerakan kolosal tersebut, pelatih dapat melakukan penilaian gerakan yang harmonis secara menyeluruh. E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Peran PG-TK BPI dalam meningkatkan kompetensi guru melalui Tari Tradisional Sunda (studi deskriptif kualitatif tentang pembelajaran tari tradisional sunda bagi guru TK di Kota Bandung) secara kualitas dan kuantitas telah berhasil menghasilkan para peserta pelatihan memiliki prubahan wawasan, sikap, kemandirian, kreatif, berpartisipasi, dan Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 178 peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kecakapan membina peserta didik. Perencanaan Pelatihan Pada tahap perencanaan proses pelatihan telah disusun oleh pelatih bagaimana menciptakan iklim pelatihan. Dari suasana pelatihan dibuatlah deskripsi materi pelatihan, menentukan media pendidikan sebagai penunjang pengefektifan proses pelatihan dan alat pelatihan yang berfungsi sebagai acuan pelatihan. Selain itu, pelatih menyusun kelompok-kelompok belajar. Kelompok belajar tersebut diberi nama dengan sebutan atau nama-nama jenis tari sebagai produk hasil budaya. Selanjutnya pelatih menyusun tujuan pelatihan dengan cara merumuskan tujuan pelatihan secara khusus dan merancang proses pelatihan yang meliputi aspek-aspek pelatihan, model kegiatan pelatihan, mengurutkan langkah-langkah pelatihan, penggunaan metoda pelatihan, penggunaan teknik dalam pelatihan, menentukan media dan bahan pelatihan yang sesuai dengan tujuan. Pelakasanaan Pelatihan Pada tahap pelaksanaan pelatihan penyajian materi dilakukan di dalam ruangan baik secara teoritis maupun praktik. Pelaksanaan pelatihan lebih besar penekanannya kepada praktik. Sementara materi yang bersifat teoritis disampaikan dalam waktu yang relative singkat dalam setiap awal dan akhir dari kegiatan latihan tari tradisi dengan kurun waktu kurang lebih sepuluh menit. Interaksi antara pelatih dan peserta pada pelaksanaan pelatihan tari tradisional cukup baik, sehingga interaksi tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan dalam proses pelatihan. Indikator dari interaksi yang baik tersebut diwujudkan dalam bentuk respon peserta pelatihan yang mampu mengikuti kegiatan pelatihan secara maksimal. Metoda yang digunakan oleh pelatih cenderung menggunakan metoda demonstrasi dan simulasi dengan melalui pembagian peserta secara berkelompok dengan maksud agar materi pelatihan tari tradisional sunda lebih mudah dan cepat dikuasai peserta pelatihan. Pada tingkat kemampuan penguasaan materi pelatihan oleh pelatih sering disajikan sebagai indikator untuk untuk mengukur tingkat keberhasilan Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 179 penyelenggaraan pelatihan. Pada umumnya pelatih menguasai sekali materi pelatihan tari tradisional sunda. Alat media yang digunakan dalam pelatihan menggunakan tape recorder sebagai alat bantu untuk membunyikan musik sebagai pengiring gerakan tari. Dari hasil pengamatan bahwa media dan alat pembelajaran sudah cukup memenuhi untuk menunjang keberhasilan pelatihan tari tradisional sunda. Evaluasi pelatihan Pada tahap evaluasi terhadap hasil pelatihan di dalam penyelenggaraan pelatihan tari tradisional sunda dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan menganalisa kegiatan pelatihan selama pelaksanaan pelatihan tari tradisional sunda. Evaluasi yang biasa dilakukan oleh pelatih dilakukan dalam bentuk penguasaan gerakan dengan cara memperagakan gerakan tari oleh peserta secara satu persatu. Hal ini dilakukan untuk mengukur daya serap peserta pelatihan tari tradisional sampai sejauhmana peserta dapat menerima dan memahami materi pelatihan tari tradisional. Rekomendasi Penulis merekomendasikan kepada berbagai pihak yang relevan, diantaranya : 1. Pelatihan tari tradisional sunda merupakan salah satu upaya untuk melestarikan tari tradisional yang ada di tataran tanah sunda. Seorang guru taman kanak-kanak dituntut untuk kreatif dan memiliki keterampilan dalam hal seni tari yang sesuai dengan perkembangan usia anak dan pesan apa yang ingin disampaikan dalam isi cerita harus sesuai dengan usia anak dini. Seringkali guru Taman Kanak-kanak belum optimal dalam memberikan pembelajaran tari yang bersifat monoton. 2. Bagi guru, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang tari baik melalui pendidikan formal maupun non formal sehingga guru memiliki kualifikasi profesionalisme. 3. Disadari bahwa penelitian ini masih terdapat kekurangan dan keterbatasan baik dalam lingkup penelitian maupun kedalaman penelitian, apa yang peneliti temukan memang memiliki kekhasan tersendiri, maka akan lebih baik jika ada yang bermaksud menindaklanjuti penelitian ini. Jurnal EMPOWERMENT Volume 4, Nomor 2 September 2014, ISSN No. 2252-4738 180 DAFTAR PUSTAKA Depdiknas PADU. 2003. Pedoman Rintisan Kelompok Bermain. Bandung : Depdiknas. Direktorat PADU. 2002. Bahan Sosialisasi PADU. Jakarta : Depdiknas Direktorat PLP. Munandar, S.C.U 2004. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk Bagi Para Guru dan Orangtua. Jakarta : PT. Grasindo Peraturan Mendiknas RI Nomor 16 Tahun 2007 Tentang: Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Sudjana, D. 1999. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif PLS. Bandung : Nusantara Press. ____________ 2001. Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung, Asas. Bandung : Falah Production. Sudjana, N. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Bina Aksara. ____________ 1992. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta ____________ 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung : Alfabeta.