Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 47 HUBUNGAN ANTARA MOTIF BERPRESTASI DAN SIKAP SISWA TERHADAP PELAJARAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWAPADA PELAJARAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Cimaragas Kabupaten Ciamis) Retno Tri Andayani SMP Negeri 1 Cimaragas Kabupaten Ciamis Abstract This study aimed to obtain information about the relationship between achievement motives and attitudes towards learning of Environmental Education with student achievement in the subject of Environmental Education.The method used in this research is descriptive correlation method. The population in this study were students of class VII of SMP Negeri 1 Cimaragas Ciamis district, amounting to 176 people across 6 classes. The sampling technique used in this study is proportional random sampling technique, the sample size of 53 people. Instrument in this study using questionnaires and achievement motives questionnaire students' attitudes toward learning Environmental Education. While the data analysis techniques used are simple regression analysis and multiple regression analysis.The results showed variable achievement motive enough category, the variable students' attitudes toward learning for Environmental Education enough category and variables including student achievement in the subject of Environmental Education enough category. There is a relationship between achievement motive with student achievement in the subject of Environmental Education. This is evidenced by the acquisition value of the correlation coefficient of 0.680 which includes categories sufficient cohesion and contributes 46.2%. The better the achievement motive, the better student achievement in the subject of Environmental Education. There is a relationship between students' attitudes toward learning of Environmental Education with student achievement in the subject of Environmental Education. This is evidenced by the acquisition value of the correlation coefficient of 0.682 and a strong cohesion category contributed 46.5%. The better the students' attitudes toward environmental Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 48 education lessons, the better student achievement in the subject of Environmental Education. There is a relationship between achievement motives and attitudes toward environmental education lessons with student achievement in the subject of Environmental Education. This is evidenced by the acquisition value of the correlation coefficient of 0.683 which is quite and closeness category contributed 46.6%. Getting better and better achievement motive students' attitudes toward environmental education lessons, the better student achievement in the subject of Environmental Education Kata Kunci : Motif Berprestasi, Sikap Siswa, Pendidikan Lingkungan hidup A. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), dimana secara mendasar pendidikan mempunyai peranan meningkatkan kemampuan dasar manusia untuk mendapatkan, memanfaatkan, mengembangkan, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. SDM berkualitas sangat penting,dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Oleh karenanya, perluasan dan pemerataan kesempatan belajar merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan, baik sarana maupun prasarana pendidikan tingkat dasar, menengah dan atas. Pada awalnya dimulai dengan program wajib belajar 6 tahun, kemudian diperluas 9 tahun, sehingga mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam pendidikan. Dengan demikian, setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengikuti pendidikan sampai ke tingkat atas minimal sampai tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan output. Input merupakan peserta didik yang akan melaksanakan aktivitas belajar, proses merupakan kegiatan dari belajar mengajar sedangkan output merupakan hasil dari proses yang dilaksanakan. Dari pelaksanaan proses pendidikan tersebut diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dewasa ini. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 49 Untuk mewujudkan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang diharapkan mampu memberikan pengalaman secara langsung pada siswa melalui interaksi dan komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa yang merupakan ciri dan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar, maka melalui pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup guru hendaknya dapat mengkondisikan dan memotivasi siswa untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses, supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar. Hal tersebut bisa diwujudkan salah satunya dengan menumbuhkan motif berprestasi dan sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Dalam proses pendidikan berlangsung suatu proses interaksi edukatif yang terjadi antara guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Didalam proses tersebut, siswa mendapat pengaruh yang cukup besar dari guru sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam proses pendidikan motif berprestasi adalah sarat mutlak untuk belajar, di sekolah sering kali terdapat anak yang malas belajar, tidak menyenangkan, suka membolos dan sebagainya. Dalam hal demikian guru tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar ia bekerja dengan segenap tenaga dan pikirannya. Dalam hubungan ini bahwa nilai buruk suatu mata pelajaran tertentu belum tentu berarti bahwa anak itu bodoh terhadap mata pelajaran itu, sering terjadi seorang anak malas terhadap mata pelajaran tertentu, tetapi sangat giat dalam mata pelajaran lain. Sikap siswa merupakan kesiapan kompleks dari siswa untuk memperlakukan suatu objek. Kesiapan itu mempunyai aspek afeksi, kognisi, konasi, dan kecenderungan bertindak dari perilaku yang bersangkutan. Maka sikap dalam belajar juga merupakan kesiapan untuk menerima pelajaran terhadap mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup, sehingga siswa mempunyai kecenderungan bertindak yang dapat dilihat dari tingkah laku baik yang positif maupun negatif. Sudah disadari baik oleh guru, siswa dan orang tua bahwa dalam belajar di sekolah, inteligensi (kemampuan intelektual) memerankan peranan yang penting, khususnya berpengaruh kuat terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 50 berprestasi. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa, maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh prestasi (Syah, 1997: 122 ). Meskipun peranan inteligensi sedemikian besar namun perlu diingat bahwa faktor-faktor lain pun tetap berpengaruh. Di antara faktor tersebut adalah motif berprestasi. Dengan adanya motif berprestasi yang tinggi sangat dibutuhkan untuk dapat bekerja sama antar siswa serta dapat mencapai tujuan sekolah. Tetapi sebaliknya dengan adanya siswa yang memiliki motif berprestasi rendah akan sukar untuk mencapai hasil kerja yang baik, serta siswa itu akan segera menyerah daripada berusaha untuk mengatasi kesukaran tersebut. Hal ini akan berlainan apabila siswa mempunyai motif berprestasi yang tinggi, sebab dengan motif berprestasi yang tinggi para siswa akan berusaha untuk mengatasi kesukaran dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya yang diberikan guru. Siswa sebagai unsur dalam sekolah inilah yang diharapkan prestasinya dalam mencapai tujuan sekolah dengan belajar sesuai dengan tugas- tugas yang dibebankan kepadanya. Jadi prestasi merupakan hasil yang dicapai setelah siswa melakukan suatu pelajaran. Pelajaran atau tugas dari guru ini sebelumnya sudah ditentukan terlebih dahulu dalam suatu perincian pelajaran. Jadi pentingnya prestasi belajar ini berkaitan dengan masa depan siswa juga sekolah yang bersangkutan. Di dalam kelas, bagi seorang siswa banyak sekali faktor yang mempengaruhi terhadap hasil belajar tersebut, baik faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri maupun faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa diantaranya aspek fisiologi yang mencakup jasmani,selain kesehatan mata dan telinga, juga aspek psikologis yaitu intelegensi, sikap, minat, bakat dan motif (Syah, 1996:39). Bagi sekolah, di dalam prestasi belajar siswa dapat memberikan suatu faedah yang sangat besar, karena dapat diwujudkan keahlian yang dimiliki dari pendidikan formal maupun pendidikan non-formal dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh sekolah. Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup tetapi juga dipengaruhi oleh motif berprestasi. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 51 Salah satu upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk menunjukkan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidian Lingkungan Hidup adalah dengan memberikan motif berprestasi dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup yang dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan sekolah. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis meneliti hubungan antara motif berprestasi dan sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup, yang dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cimaragas Kabupaten Ciamis. Penulis mengangkat permasalahan di atas dengan dasar kenyataan di lapangan, bahwa di SMP Negeri 1 Cimaragas kabupaten Ciamis, berdasarkan data yang ada seperti hasil yang diperoleh dari nilai ulangan harian dan beberapa data di sekolah tentang sikap para siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup diduga masih kurang. Hal ini bisa dilihat dari kurangnya perhatian dan kesungguhan saat mengikuti pelajaran pendidikan lingkungan hidup, tentunya hal ini akan memberikan dampak pada tinggi rendahnya prestasi belajar siswa khususnya di bidang mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Motif berprestasi dan sikap belajar siswa merupakan usaha untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik. B. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hubungan antara motif berprestasi dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. 2. Untuk mengetahui hubungan antara sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dengan prestasi belajar. 3. Untuk mengetahui hubungan antara motif berprestasi dan sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dengan prestasi belajar. Kegunaan Penelitian 1. Hasil penelitian ini berguna dalam dua hal yaitu dari segi teoritis dan dari segi praktis atau kemungkinan penerapannya di lapangan. 2. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat akan memberikan gambaran bahwa prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup, berkaitan dan ditentukan oleh motif Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 52 berprestasi dan sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat memberikan masukan yang berharga bagi SMP Negeri I Cimaragas Kabupaten Ciamis secara umum, secara khusus penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran kepada kepala sekolah dan guru di SMP Negeri I Cimaragas Kabupaten Ciamis, mampu mendukung kelancaran pencapaian visi dan misi SMP Negeri I Cimaragas Kabupaten Ciamis. Penelitian ini merupakan informasi awal yang penting bagi peneliti sebagai landasan dasar lanjutan untuk berpijak dalam melakukan pengkajian ulang dan mengembangkan penelitian secara lebih rinci dengan variabel- variabel yang lebih kompleks di kemudian hari. C. KAJIAN PUSTAKA Motif Berprestasi Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif, maka motif dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan. “Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif atau perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan” Mc. Donald dalam Hamalik, (2003 : 106). Menurut Djamarah, (2000 : 114) “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik, karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya”. Motivasi sering disamakan dengan motif yang merupakan dasar komponen yang mendasari setiap tingkah laku sesearang (individu), motif merupakan disposisi laten yang mendorong dan mengarahkan perilaku setiap individu, proses pemunculan aktivitas atau perilaku sesuai dengan motifnya, motivasi merupakan proses dari adanya keinginan untuk melaksanakan sesuatu sampai pada tahap melakukan Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 53 sesuatu aktivitas atau motif sering pula diartikan sebagai sesuatu kontruksi yang potensial dan laten yang dibentuk oleh pengalaman secara relatif dapat bertahan meskipun kemungkinan berubah masih ada, dan berfungsi mengarahkan serta menggerakan perilaku ke tujuan tertentu. Sedangkan motivasi adalah keadaan yang timbul dari diri subjek akibat interaksi antara motivasi dan aspek-aspek situasi yang diamati, yang relevan dan motif tersebut serta mengaktifkan perilaku. Tipe motif ada dua jenis, yaitu motif instrinsik dan motif ekstrinsik.Motif instrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dalam diri individu. Tingkah laku terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Individu terdorong untuk bertingkah laku ke arah tujuan tertentu tanpa adanya faktor dari luar. Motif ekstrinsik adalah motif yang keberadaannya karena dipengaruhi rangsangan dari luar. Motif ekstrinsik bukan merupakan perasaan atau keinginan sebenarnya yang ada dalam diri peserta didik untuk belajar. “Tujuan utama individu melakukan kegiatan adalah untuk mencapai tujuan yang terletak di luar aktivitas belajar itu sendiri, atau tujuan tersebut tidak terlibat dalam aktivitas belajar”.(Prayitno, 1989:35). Motif Berprestasi merupakan usaha seseorang untuk mengarahkan perilakunya untuk bertindak atau bertingkah laku dengan menggunakan segenap kemampuan fisik dan psikis untuk mencapai keinginan atau kebutuhan yang dituju. Keinginan atau kebutuhan yang dituju merupakan keinginan atau kebutuhan untuk berprestasi, maju dan sukses dari sebelumnya. Motif berprestasi menurut Mc Clelland, (1985:224) merupakan usaha yang dilakukan untuk mencapai sukses dalam suatu persaingan berdasarkan suatu keunggulan yang didasarkan pada prestasi orang lain ataupun prestasi diri sebelumnya. Motif ini terefleksikan dalam perilaku-perilaku, seperti pencapaian tujuan yang sulit, penentuan rekor baru, ingin sukses dalam menyelesaikan tugas sulit dan mengerjakan sesuatu yang belum selesai sebelumnya. Individu tersebut menyukai tugas-tugas yang kesuksesannya, tergantung pada usaha dan kemampuan maksimal mereka. Menurut Mc Clelland (1985:246) di dalam motif berprestasi terkandung aspek-aspek tanggung jawab pribadi, kebutuhan akan umpan balik, dan ketekunan. Secara sederhana besar kecilnya motif dapat dilihat dari upaya yang dilakukan dalam menggapai “standard of excellence”. Ini tentunya hanya Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 54 gejala saja yang banyak berguna untuk menduga n-Ach seseorang. Untuk dapat mengecek intensitas motif berprestasi sendiri, secara terperinci dikemukakan ciri-cirinya seperti ditulis dalam jurnal-jurnal ilmiah sedari awal penelitian sampai laporan akhir dalam buku-buku Mc. Clelland. Setiap siswa berbeda kebutuhannya untuk berprestasinya. Ada siswa yang memiliki motif berprestasi tinggi, ada pula yang rendah. Siswa memiliki motif berprestasi tinggi kalau keinginan untuk sukses benar- benar berasal dari dalam diri sendiri. Siswa ini tetap bekerja keras baik dalam situasi bersaing dengan orang lain maupun ketika sedang bekerja sendiri. Siswa yang memiliki motif berprestasi rendah cenderung takut gagal dan kurang mau menanggung resiko dalam mencapai prestasi yang lebih tinggi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motif berprestasi merupakan usaha seseorang untuk mengarahkan perilakunya untuk bertindak atau bertingkah laku dengan menggunakan segenap kemampuan fisik dan psikis untuk mencapai keinginan atau kebutuhan yang dituju. Keinginan atau kebutuhan yang dituju merupakan keinginan atau kebutuhan untuk berprestasi, maju dan sukses dari sebelumnya,merasa senang dan semangat dalam belajar. Indikator motif berprestasi menurut peneliti adalah: 1) merasa senang belajar PLH, 2) ketekunan dalam belajar, 3) ulet dalam menghadapi kesulitan, 4) berprestasi dalam belajar, dan 5) mandiri dalam belajar. Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Banyak perngertian mengenai sikap yang dikemukakan oleh para ahli. Allport dalam Mar’at (1982 : 20) mengemukakan 11 pengertian di antaranya : 1. attitude are learned, yang berarti bahwa sikap tidaklah merupakan sistem fisiologis ataupun diturunkan, tetapi dipandang sebagai hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus menerus dengan lingkungan. 2. attitudes have referent, yang berarti bahwa sikap selalu dihubungkan dengan objek seperti manusia, wawasan, peristiwa ataupun ide. 3. attitudes are social learnings, yang berarti bahwa sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain, baik di rumah, sekolah, Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 55 tempat ibadat ataupun tempat lainnya melalui nasihat, teladan, atau percakapan. 4. attitudes have readiness to respond, yang berarti adanya kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap objek. 5. attitudes are affective, yang berarti bahwa perasaan dan afeksi merupakan bagian dari sikap, akan tampak pada pilihan yang bersangkutan, apakah positif, negatif atau ragu-ragu. 6. attitudes are very intensive, yang berarti bahwa tingkat intensitas sikap terhadap obyek tertentu kuat atau juga lemah. 7. attitudes have a time dimension, yang berati bahwa sikap tersebut mungkin hanya cocok pada situasi yang sedang berlangsung, akan tetapi belum tentu sesuai pada saat lainnya, karena itu sikap dapat berubah sesuai dengan situasi. 8. attitudes have duration factor, yang berarti bahwa sikap dapat bersifat relatif konsisten dalam sejarah individu. 9. attitudes are complex, yang berarti bahwa sikap merupakan bagian dari konteks persepsi ataupun kognisi individu. 10. attitudes are evaluations, yang berarti bahwa sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin mempunyai konsekuensi- konsekuensi tertentu bagi yang bersangkutan. 11. attitudes are inferred, yang berarti bahwa sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna atau bahkan yang tidak memadai. Dari batasan tersebut, maka sikap dapat diartikan sebagai derajat atau kemungkinan tingkat kesesuaian seseorang terhadap objek tertentu. Kesesuaian atau ketidaksesuaian ini dinyatakan dengan skala sikap. Lebih lanjut, Azhar (1998:4) menyatakan bahwa berbagai macam definisi dari sikap yang dikemukakan oleh para ahli dapat dikelompokkan menjadi tiga kerangka pemikiran mengenai sikap, yaitu: 1. Kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood. Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada suatu objek; 2. Kerangka pemikiran yang diwakili oleh Chave, Bogardus, Lapierre, Mead dan Gordon Alport. Menurut mereka, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksudkan adalah merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 56 apabila individu diharapkan pada situasi stimulus yang menghendaki adanya respons; 3. Kerangka pemikiran yang berorientasi pada skema triadik. Menurut kerangka pemikiran ini, suatu sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek. Dengan demikian bisa juga dikatakan bahwa interaksi sosial meliputi hubungan antara individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya. Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu. Untuk menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas. Akan tetapi pengalaman tunggal jarang dapat menjadi dasar bagi pembentukan sikap. Individu sebagai orang yang menerima pengalaman, melakukan tanggapan atau penghayatan tidak melepaskan pengalaman yang sedang dialaminya dari pengalaman-pengalaman lain yang terdahulu yang relevan dengan pengalaman yang sedang dialaminya. Orang lain yang dianggap penting merupakan salah satu komponen yang ikut berpengaruh terhadap sikap yang dimiliki. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat, seseorang yang tidak ingin dikecewakan atau seseorang yang mempunyai arti khusus, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap terhadap sesuatu. Di antara orang yang dianggap penting oleh individu diantaranya orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, Azwar (1998:30) menyatakan bahwa sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih dari sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 57 terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu dengan individu lainnya, terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Konsepsi Skematik Rosenberg dan Hovland Mengenai Sikap (Azwar : 1998 : 8), dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Respons syaraf simpatetik AFEKSI Pernyataan lisan tentang afeksi Respons perseptual STIMULI SIKAP KOGNISI Pernyataan lisan tentang keyakinan Tindakan yang tampak KONASI Pernyataan lisan mengenai perilaku Gambar 2.1 Konsepsi Skematik Rosenberg dan Hovland Mengenai Sikap Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif ataukah sikap negatif, akan tergantung pada factor lain. Sehubungan dengan hal ini, Middlebrook (Azwar : 1998 : 8) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Untuk menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas. Akan tetapi pengalaman tunggal jarang dapat menjadi dasar Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 58 bagi pembentukan sikap. Individu sebagai orang yang menerima pengalaman, melakukan tanggapan atau penghayatan tidak melepaskan pengalaman yang sedang dialaminya dari pengalaman-pengalaman lain yang terdahulu yang relevan dengan pengalaman yang sedang dialaminya. Orang lain yang dianggap penting merupakan salah satu komponen yang ikut berpengaruh terhadap sikap yang dimiliki. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat, seseorang yang tidak ingin dikecewakan atau seseorang yang mempunyai arti khusus, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap terhadap sesuatu. Di antara orang yang dianggap penting oleh individu di antaranya orangtua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, isteri atau suami dan lain-lain. Pada umumnya individu akan mempunyai sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Kebudayaan tempat indivdu hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Kemudian individu akan membentuk pola sikap dan perilaku tertentu dikarenakan mendapatkan reinforcement (ganjaran, penguatan) dari masyarakat untuk perilaku dan sikap tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain. Kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pada pengalaman- pengalaman individu yang menjadi anggota masyarakat. Hanya kepribadian individu yang kuat dan mapan yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individu. Media massa seperti televisi, internet, surat kabar, majalah dll., mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk opini dan kepercayaan masyarakat. Dalam tugas pokoknya sebagai penyampai informasi, media massa kerap membawa pesan-pesan yang berisi sugesti untuk dapat mengarahkan opini individu atau masyarakat. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal akan memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut apabila cukup Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 59 kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. Lembaga pendidikan serta lembaga keagamaan sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara yang boleh dan tidak boleh, diperoleh dari pendidikan dan dari lembaga keagamaan. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap yang demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu rasa frustrasi telah berlalu akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang persisten dan bertahan lama. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap tidak dibawa sejak dilahirkan tetapi dibentuk sepanjang perkembangan individu yang bersangkutan. Untuk dapat menjelaskan bagaimana terbentuknya sikap, akan dapat dengan jelas dilihat pada bagan di halaman berikut ini. Sikap yang ada pada diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor psikologis dan fisiologis serta faktor eksternal. Faktor eksternal dapat berwujud situasi yang dihadapi oleh individu, norma-norma yang ada dalam masyarakat, hambatan-hambatan atau pendorong yang ada dalam masyarakat. Semuanya ini akan berpengaruh pada sikap yang ada pada seseorang. Pada umumnya sikap manusia terhadap suatu objek dapat berubah bila dari sudut pandangan kita objek sikap telah berubah. Ada dua keadaan khusus perubahan objek yang demikian. Mungkin objek itu sendiri memang telah berubah atau hanya informasi yang kita miliki tentang objek itu telah berubah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap terhadap sesuatu bisa berubah jika memang lingkungan di sekitar manusia telah berubah atau pengetahuan manusia tentang objek itu yang berubah. Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) dan pengukuran (measurement) sikap. Sikap merupakan respons evaluatif yang dapat berbentuk positif ataupun negatif. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 60 Hal ini berarti dalam sikap terkandung adanya prefensi atau rasa suka- tidak suka terhadap sesuatu sebagai objek sikap. Sikap dapat dipahami lebih dari pada sekedar seberapa suka atau seberapa tidak sukanya perasaan seseorang, lebih dari pada sekedar seberapa positif atau negatifnya, sikap dapat diungkapkan dan dipahami dari dimensi yang lain Sax dalam Wawan dan Dewi (2010:38-40), menunjukan beberapa karakteristrik dimensi sikap yaitu arah, instensitas, keluasan, konsistensi dan spontanitasnya. Berikut akan diuraikan dimensi-dimensi tersebut satu persatu. Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek. Orang yang setuju, mendukung atau memihak terhadap sesuatu objek sikap berarti memiliki sikap yang arahnya positif, sebaliknya mereka yang tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan sebagai orang yang memiiki sikap yang arahnya negatif. Sikap memiliki intensitas, artinya kedalamam atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang tidak sukanya terhadap sesuatu, yaitu sama- sama memiliki sikap yang berarah negatif, belum tentu mempunyai sikap negatif yang sama intensitasnya. Orang pertama mungkin tidak setuju, tapi orang kedua dapat saja sangat tidak setuju. Begitu juga sikap yang positif dapat berbeda kedalamnya bagi setiap orang, mulai dari agak setuju, sampai pada kesetujuan yang sangat ekstrim. Sikap juga memiliki keluasan, maksudnya kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap suatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap. Seseorang dapat mempunyai sikap senang terhadap program keluarga berencana secara menyeluruh, yaitu pada semua aspek dan kegiatan keluarga berencana sedangkan yang lainnya mungkin mempunyai sikap positif yang telah terbatas dengan hanya setuju pada aspek-aspek tertentu saja dari kegiatan keluarga berencana tersebut. Sikap juga mempunyai kosistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responsnya terhadap objek Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 61 sikap dimaksud. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh kesusuaian sikap antara waktu. Untuk dapat konsisten, sikap harus bertahan dalam diri individu untuk waktu yang relatif panjang. Sikap yang sangat cepat berubah, yang labil, tidak dapat bertahan lama, dikatakan sebagai sikap yang inkonsisten. Konsistensi juga diperlihatkan oleh tidak adanya kebimbangan dalam bersikap. Konsistensi dalam bersikap tidak sama tingkatannya pada setiap diri individu dan setiap objek sikap. Sikap yang tidak konsisten, yang tidak menunjukan kesesuaian antara pernyataan sikap dan perilakunya, atau yang mudah berubah-ubah dari waktu kewaktu akan sulit di interprestasikan dan tidak banyak berarti dalam memahami serta memperediksi perilaku individu yang bersangkutan. Harus dibedakan antara pengertian sikap yang tidak konsisten dan pengertian sikap yang tidak memihak. Sikap yang tidak memihak atau netral tetap disebut sikap juga walaupun arahnnya tidak positif dan tidak negatif. Orang dapat saja bersikap netral secara konsisten. Karaksteristik sikap yang terakhir adalah spontanitas, yaitu menyangkut sejauhmana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Sikap dikatakan memiliki spontanitas yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu mengemukakannya. Hal ini tampak dari pengamatan terhadap indikator sikap atau perilaku sewaktu individu berkesempatan untuk mengemukakan sikapnya. Dalam berbagai bentuk skala sikap yang umumnya harus dijawab dengan “setuju” atau “tidak setuju” spontanitas sikap ini pada umumnya tidak dapat terlihat. Pengukuran dan pemahaman terhadap sikap idealnya harus mencakup kepada semua dimensi tersebut diatas. Tentu saja hal ini sangat sulit untuk dilakukan, bahkan mungkin sekali merupakan hal yang mustahil. Belum ada bahkan mungkin tak akan ada instrumen pengukuran sikap yang dapat mengungkapkan semua dimensi itu sekaligus. Banyak diantara skala yang digunakan dalam pengukuran sikap hanya mengungkapkan dimensi arah dan dimensi intensitas sikap saja, yaitu dengan hanya menunjukan kecenderungan sikap yang positif dan negatif memberikan tafsiran mengenai derajat kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap respons individu. Berbagai teknik dan metode telah dikembangkan oleh para ahli guna mengungkapkan para manusia dan memberikan interprestasi yang valid. Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self resport yang Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 62 hingga kini dianggap sebagai paling diandalkan adalah dengan menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut skala sikap. Skala sikap (attitude scales) berupa perkumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. dari respon subjek terhadap setiap pernyataan itu kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan instensitas sikap seseorang. Pada beberapa bentuk skala dapat pula diungkapkan mengenai keluasan serta konsistensi sikap. Penyusunan skala sikap sebagai instrumen pengungkapan sikap individu ataupun sikap kelompok bukanlah hal yang mudah. Betapapun usaha dan kerja yang menjadikan skala itu kurang berfungsi sebagaimana mestinya sehingga tujuan pengungkapan sikap yang diinginkan tidak seluruhnya tercapai. Salah satu skala sikap adalah isi pernyataan yang dapat berupa pernyataan langsung yang jelas tujuan ukurannya bagi responden. walaupun responden dapat mengetahui bahwa skala tersebut bertujuan mengukur sikap namun pernyataan tidak langsung ini biasanya tersamar dan mempunyai sifat proyektif. resfons individu terhadap stimulus sikap yang berupa jawaban setuju atau tidak setuju itulah yang menjadi indikator sikap seseorang. Respons yang tampak, yang dapat diamati langsung dari jawaban yang diberikan seseorang, merupakan bukti satu-satunya yang dapat diperoleh.Itulah yang menjadi dasar untuk menyimpulkan sikap seseorang atau sikap sekelompok orang. Meskipun pernyataan sikap (attitude expression) yang diperoleh dari suatu skala sikap merupakan indikator sikap yang paling diandalkan namun tidaklah berarti bahwa skala-skala itu selalu dapat dengan jitu mencerminkan sikap yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan adanya berbagai faktor yang menghambat penerjemah sikap individu yang sebenarnya kedalam pernyataan-pernyataan yang terdiri atas kalimat- kalimat yang maknanya terbatas. Pengukuran sikap dengan menggunakan skala yang paling banyak, digunakan dan menjadi acuan bagi para peneliti sikap adalah pengukuran sikap model Likert yang juga dikenal dengan pengukuran sikap skala Likert karena Likert dalam mengadakan pengukuran sikap juga menggunakan skala. Namun demikian skala Likert berbeda dengan skala Thurstone, skala Likert dikenal sebagai summated ratings method, sedangkan skala Thurstone dikenal sebagai judgement method. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 63 Bagaimana seseorang menanggapi sesuatu pernyataan hanya dapat memilih salah satu dari lima jawaban tersebut. Nilai untuk masing- masing pernyataan bergerak dari 1-5. nilai terendah adalah 1 dan nilai tertinggi adalah 5. mana yang mendapatkan nilai 1 dan mana yang mendapatkan nilai 5 tergantung dari pernyataan. Bila pernyataan bersifat positif, dan seseorang sangat setuju terhadap pernyataan tersebut, maka orang yang bersangkutan memperoleh skor 5. sebaliknya bila suatu pernyataan bersifat negatif, dan orang bersangkutan sangat setuju, maka orang tersebut akan memperoleh skor 1. dengan demikian dapat dikemukakan kalau suatu set alat untuk mengukur sikap terdiri dari 20 pernyataan, maka skor tertinggi mungkin dicapai 100, sedangkan sekor terendah adalah 20. jumlah nilai yang dicapai oleh seseorang menggambarkan sikap orang terhadap sesuatu objek sikap. Sikap sebagai hasil belajar dapat diukur dengan memperhatikan ketiga komponen sikap yaitu komponen afeksi, kognisi dan konasi. Bloom dkk. (1979:35) menggolongkan sikap yang diperlihatkan oleh individu sebagai hasil belajar yang berjenjang dari jenjang yang paling rendah ke yang paling tinggi sebagai berikut : 1. Receiving (attending)/menerima (menaruh perhatian) a. Awareness (kesadaran) b. Willingness to recieve (kesediaan untuk menerima) c. Controlled or selected attention (perhatian terkontrol atau terpilih) 2. Responding (merespons /merasa terikat dan secara aktif memperhatikan) a. Acquiescence in responding (persetujuan untuk merespons) b. Willingness to respond (kesediaan untuk merespon) c. Satisfaction in response (kepuasan dalam merespon) 3. Valuing (menilai/konsep dirasakan mempunyai kegunaan atau manfaat) a. Acceptance of a value (penerimaan nilai) b. Preference for a value (kesukaan terhadap nilai) c. Commitment/conviction (keterikatan) 4. Organization (pembentukan suatu sistem nilai) a. Conceptualization of a value (konseptualisasi nilai) b. Organization of a value system (organisasi sistem nilai) Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 64 5. Characterization by a value or value complex (karakterisasi kompleks nilai/penerimaan sistem nilai) a. Generalized set (generalisasi sistem nilai) b. Characterization (karakterisasi sistem nilai) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup sebagai objek sikap tingkat terendah dimulai dengan hanya menerima saja stimulus dan secara pasif memperhatikannya, dan meningkat perhatiannya secara lebih aktif. Kemudian siswa dengan sengaja merespons terhadap stimuli, dan memperoleh kepuasan atas pengambilan respons tersebut. Berikutnya menilai gejala atau kegiatan sehingga dengan sengaja merespons lebih lanjut untuk mencari jalan bagaimana dapat mengambil bagian atas apa yang terjadi. Tingkat berikutnya adalah konseptuali-sasinya masing- masing nilai waktu memberikan respons dengan jalan mengidentifikasi karakteristik atau membuat pertimbangan-pertimbangan. Tingkat tertinggi dalam taksonomi adalah bagaimana seorang siswa mengorganisasi nilai-nilai ke dalam suatu sistem yang merupakan suatu karakterisasi dirinya. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa keberhasilan siswa sangat ditentukan oleh sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Sikap terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dalam penelitian ini mencakup komponen kognisi, afeksi, dan konasi dengan objek sikap adalah masalah pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup yang meliputi indikator: 1) kepercayaan diri dalam belajar Pendidikan Lingkungan Hidup; 2) kegunaan Pendidikan Lingkungan Hidup; 3) keyakinan terhadap keberhasilan; dan 4) dorongan untuk berhasil dalam pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dari siswa, guru, serta orang tua. Prestasi Belajar Pendidikan Lingkungan Hidup Pendidikan Lingkungan Hidup Masalah lingkungan hidup pada hakikatnya adalah masalah kemanusiaan yang erat hubungannya dengan sistem nilai, norma, adat istiadat, dan Agama dalam mengendalikan eksistensi sebagai penduduk. Dalam hal ini yang dimaksud dengan sistem adalah suatu totalitas bagian yang terdiri dari sub komponen yang satu sama lain berhubungan, saling tergantung, dan saling berinteraksi sehingga membentuk satu kesatuan yang terpadu. Suatu penduduk mempunyai ciri-ciri tertentu maupun perilaku dan kualitas, baik kualitas fisik maupun non fisik. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 65 Pengembangan pola hubungan manusia dengan alam lingkungan ditentukan oleh kearifan serta rasa tanggung jawab dari manusia itu sendiri sebagai makhluk dominan dalam memanfaatkan alam lingkungannya. Ilmu pengetahuan dan teknologi bersifat netral, menjadi bermanfaat atau merusak kehidupan sangat tergantung kepada manusia yang menerapkannya. Kearifan serta rasa tanggung jawab dalam mengelola lingkungan baik sebagai jaminan kelangsungan hidup maupun pemenuhan kehidupan, merupakan perwujudan kesadaran etik lingkungan hidup dalam diri setiap orang. Etika lingkungan hidup merupakan etika (pertimbangan nilai dan norma) yang dimiliki manusia dalam memandang dirinya di alam semesta. Peluncuran Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup di Wilayah Propinsi jawa Barat yang dituangkan dalam Peraturan Gubernur (Pergub) No. 25 Tahun 2007, tangal 27 April 2007 merupakan terobosan spektakuler dalam memutuskan suatu kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam menggali wahana pengetahuan, sikap, dan keterampilan, serta membangun komitmen masyarakat dalam upaya melestarikan kualitas lingkungan dan kehidupan manusia serta menjaga keseimbangan alam melalui jalur pendidikan. Berkenaan dengan hal tersebut Undang-Undang No. 4 tahun 1982, UU.No 23/1997, tentang Ketentuan ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab. V Pasal 10 ayat 2, dan UU No. 32 tahun 2009 tentang perlidungan dan pengelolaan lingkungan hidup, menerangkan bahwa :“Pengelolaan lingkungan hidup dalam kaitan dengan keterpaduan pelaksanaan kebijaksanaan nasional tentang pengelolaan lingkungan hidup, secara sektoral dilakukan oleh departemen/lembaga non departemen sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing.” Mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di Jawa Barat diluncurkan untuk meningkatkan kualitas peserta didik dalam mengelola keseimbangan lingkungan hidup yang bertujuan membentuk pribadi pesera didik yang harmonis dalam mencapai kecerdasan pengetahuan, moral dan spiritual, kecerdasan keterampilan dan emosional dalam mengelola keseimbangan lingkungan. Tujuan pemberian program Pendidikan Lingkungan Hidup bagi Peserta didik Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 66 sendiri adalah agar Peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan tingkah laku yang rasional dan bertanggung jawab terhadap masalah lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan hidup memasukkan aspek afektif yaitu tingkah laku, nilai dan komitmen yang diperlukan untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan (sustainable). Pencapaian tujuan afektif ini biasanya sukar dilakukan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru perlu memasukkan metode-metode yang memungkinkan berlangsungnya klarifikasi dan internalisasi nilai-nilai. Dalam Pendidikan lingkungan hidup perlu dimunculkan atau dijelaskan bahwa dalam kehidupan nyata memang selalu terdapat perbedaan nilai-nilai yang dianut oleh individu. Perbedaan nilai tersebut dapat mempersulit untuk derive the fact, serta dapat menimbulkan kontroversi/pertentangan pendapat. Oleh karena itu, Pendidikan lingkungan hidup perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun ketrampilan yang dapat meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah. Memahami tentang pendidikan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari keadaan lingkungan, mengingat dari sejak dilahirkannya manusia sampai tumbuh dan berkembang menjadi dewasa telah banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitarnya. Sehingga di akui atau tidak pondasi bangunan pemikiran sikap, tindakan manusia dan lain sebagainya telah dikontruk sedemikian rupa oleh hal-hal yang terjadi di lingkungan. Dimana lingkungan merupakan tempat berpijak bahkan merupakan tempat kita untuk mengasah diri, baik secara sikap, intelektual maupun tindakan. Pendidikan juga mempunyai peranan penting untuk menciptakan sistem yang bisa mengantarkan Peserta didik pada sebuah kesadaran akan makna pentingnya sebuah lingkungan. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan keberhasilan yang dicapai setelah selesainya pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Hasil prestasi belajar diaktualisasikan dalam bentuk nilai atau skor setelah siswa mengikuti atau melaksanakan evaluasi belajar. Pretasi belajar dapat memberikan gambaran intelektual maupun perilaku siswa setelah proses pembelajaran yang telah diberikan oleh guru, oleh karena itu dalam menyusun program pembelajaran diharapkan dapat menyusun tujuan pembelajaran secara nampak dan jelas beserta instrumen yang akan Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 67 disajikan, sebab tujuan pembelajaran itulah yang akan dicapai setelah proses pembelajran selesai dilaksanakan. Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Sukmadinata, (2005:25) menyebutkan bahwa “ Sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar”. Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu.” Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru” (Tu`u, 2004:75). Istilah penilaian sangat terkait dengan istilah mengukur, menguji, menilai dan mengevaluasi. Istilah-istilah tersebut merupakan suatu rangkaian proses penilaian pembelajaran. Menurut Suwardi (2007 : 86) istilah-istilah tersebut dirinci sebagai berikut: 1. Pengukuran Pengukuran berarti kegiatan yang sistematik untuk menentukan angka pada objek atau gejala. 2. Pengujian Pengujian berarti menafsirkan dari sejumlah pernyataan yang memiliki jawaban yang benar atau salah. 3. Penilaian Penilaian berarti penafsiran hasil pengukuran dan penentuan pencapaian hasil belajar. Menilai adalah mengambilsuatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Hasil penilaian bersifat kuantitatif. 4. Evaluasi Evaluasi berarti penentuan nilai suatu program dan penentuan pencapaian tujuan suatu program. Jadi rangkaian proses penilaian tersebut cukup jelas bahwa sistem penilaian dalam pembelajaran meliputi beberapa aspek rangkaian penilaian, hasil akhir dari serangkaian proses pembelajaran tersebut akan menghasilkan yang dikenal dengan prestasi belajar. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 68 Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dicapai atau dari apa yang telah dikerjakan. Dari pernyatan tersebut prestasi dapat kita peroleh setelah kita melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, dan kegiatan ini dilakukan bisa secara bersamaan dengan orang lain atau individu, sehingga untuk mengetahui apakah prestasi itu baik atau tidak biasanya dibandingkan dengan orang lain. Prestasi seseorang dapat dinyatakan dengan perubahan sikap prilaku, dapat juga dinyatakan dalam bentuk nilai prestasi atau biasanya dapat berkaitan. Adapun menurut Gagne prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Lebih lanjut Arikunto, (1990 : 110) menjelaskan prestasi belajar berarti hasil yang telah dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar. Jadi prestasi belajar menurut Winkel (1996 : 26) dikemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan belajar yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil yang maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Dijelaskan juga bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menerut Azwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkapkan keberhasilan seseorang dalam belajar. Selanjutnya dikemukakan bahwa di dalam pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif bahkan EBTANAS dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi. Ditegaskan lagi tentang penjelasan dari istilah prestasi belajar menurut Purwanto (2006 : 28) pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam buku raport siswa. Lebih jauh dijelaskan bahwa prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport dalam setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu.” Prestasi belajar adalah penguasaan Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 69 pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru” (Tulus 2004:75). Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam mencapai tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes. Penilaian dapat berupa angka atau huruf. Ukuran untuk menentukan prestasi belajar diantaranya melalui data-data kuantitatif yang dapat dipertanggung jawabkan oleh anak yang bersangkutan baik hasil dari penilaian ulangan harian ataupun hasil dari ujian semester seperti yang tercantum dalam buku raport dari semua kumpulan nilai- nilai mata pelajaran yang diperoleh oleh siswa yang bersangkutan. Prestasi anak yang dapat dicapai dari hasil belajar di sekolah berbeda-beda, hal ini bergantung pada tingkat kemampuannya dalam menerima materi pelajaran. Kemampuan anak untuk berprestasi dapat dipengaruhi oleh bakat dan kepribadiannya yang dibawa sejak lahir serta dapat pula dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitarnya. Sedangkan Rusyan, (1990 : 81-82) mengemukakan dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak, adalah sebagai berikut: 1. Faktor Internal Faktor jasmani (psikologis), yaitu faktor intelektif, meliputi : a. Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat. b. Faktor kecakapan yang nyata, yaitu prestasi belajar yang telah dimiliki. 2. Faktor eksternal, yaitu : a. Faktor sosial, terdiri dari : 1) Lingkungan keluarga 2) Lingkungan sekolah 3) Lingkungan masyarakat 4) Lingkungan kelompok b. Faktor budaya Seperti adat istiadat, kesenian, ilmu pengetahuan dan “Gemeinschaft” dimana ikatan kekeluargaan terwujud sangat erat. Sementara itu proses sosial, perubahannya yang dimaksud berjalan lambat. Juga control kemasyarakatannya di desa lebih ditentukan oleh adat, moral, dan hukum informal. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 70 Jadi berdasarkan uraian tersebut bahwa prestasi belajar pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dalam hal ini mengarah pada pemberian reward atau penghargaan berupa nilai kuantitatif yang dihasilkan dari kegiatan penilaian oleh guru mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup, meliputi nilai dalam mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup atau nilai yang tercantum dalam ketuntasan belajar sesuai yang tercantum dalam buku raport sebagai bukti dari kegiatan evaluasi yang dilaksanakan oleh guru bidang studi. Lebih jauh dijelaskan bahwa prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport dalam bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Diambil dari nilai raport mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup semester 2 kelas VII SMP Negeri I Cimaragas Kabupaten Ciamis tahun ajaran 2011-2012. Kerangka Pemikiran Hubungan Antara Motif Berprestasi Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Pendidikan Lingkungn Hidup Motif berprestasi (Mc Clelland, 1985:224) merupakan usaha yang dilakukan untuk mencapai sukses dalam suatu persaingan berdasarkan suatu keunggulan yang didasarkan pada prestasi orang lain ataupun prestasi diri sebelumnya. Motif ini terefleksikan dalam perilaku- perilaku, seperti pencapaian tujuan yang sulit, penentuan rekor baru, ingin sukses dalam menyelesaikan tugas sulit dan mengerjakan sesuatu yang belum selesai sebelumnya. Individu tersebut menyukai tugas-tugas yang kesuksesannya, tergantung pada usaha dan kemampuan maksimal mereka. Menurut Mc Clelland (1985:246) di dalam motif berprestasi terkandung aspek-aspek tanggung jawab pribadi, kebutuhan akan umpan balik, dan ketekunan. Bagi sekolah, di dalam prestasi belajar siswa dapat memberikan suatu faedah yang sangat besar, karena dapat diwujudkan keahlian yang dimiliki dari pendidikan formal maupun pendidikan non-formal dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh sekolah. Prestasi belajar dipengaruhi oleh motif berprestasi. Motivasi adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau daya penggerak dari subyek untuk melakukansuatu perbuatan dalam suatu tujuan (Sardiman, 2007 : 71). Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 71 Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu.” Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru” (Tu`u, 2004:75). Istilah penilaian sangat terkait dengan istilah mengukur, menguji, menilai dan mengevaluasi. Istilah-istilah tersebut merupakan suatu rangkaian proses penilaian pembelajaran. Menurut Suwardi (2007 : 86) istilah-istilah tersebut dirinci sebagai berikut: 1. Pengukuran Pengukuran berarti kegiatan yang sistematik untuk menentukan angka pada objek atau gejala. 2. Pengujian Pengujian berarti menafsirkan dari sejumlah pernyataan yang memiliki jawaban yang benar atau salah. 3. Penilaian Penilaian berarti penafsiran hasil pengukuran dan penentuan pencapaian hasil belajar. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Hasil penilaian bersifat kuantitatif. 4. Evaluasi Evaluasi berarti penentuan nilai suatu program dan penentuan pencapaian tujuan suatu program. Jadi rangkaian proses penilaian tersebut cukup jelas bahwa sistem penilaian dalam pembelajaran meliputi beberapa aspek rangkaian penilaian, hasil akhir dari serangkaian proses pembelajaran tersebut akan menghasilkan yang dikenal dengan prestasi belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dicapai atau dari apa yang telah dikerjakan. Dari pernyatan tersebut prestasi dapat kita peroleh setelah kita melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, dan kegiatan ini dilakukan bisa secara bersamaan dengan orang lain atau individu, sehingga untuk mengetahui apakah prestasi itu baik atau tidak biasanya dibandingkan dengan orang lain. Prestasi seseorang dapat dinyatakan dengan perubahan sikap Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 72 prilaku, dapat juga dinyatakan dalam bentuk nilai prestasi atau biasanya dapat berkaitan. Dengan demikian prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungn Hidup dapat dikatakan merupakan cermin dari motif berprestasi. Berdasar uraian permasalahan di atas, dapat diduga ada hubungan antara motif berprestasi dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Semakin baik motif berprestasi, maka akan semakin baik prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Hubungan Antara Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek. Orang yang setuju, mendukung atau memihak terhadap sesuatu objek sikap berarti memiliki sikap yang arahnya positif, sebaliknya mereka yang tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan sebagai orang yang memiiki sikap yang arahnya negatif. Sikap memiliki intensitas, artinya kedalamam atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang tidak sukanya terhadap sesuatu, yaitu sama- sama memiliki sikap yang berarah negatif, belum tentu mempunyai sikap negatif yang sama intensitasnya. Orang pertama mungkin tidak setuju, tapi orang kedua dapat saja sangat tidak setuju. Krech, Crutcfield dan Ballachey, 1954 (dalam Walgito, 1994:106) menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan perilaku. Perilaku sesorang akan diwarnai atau dilatarbelakangi oleh sikap yang ada pada orang yang bersangkutan. Namun demikian tidak semua ahli berpendapat bahwa perilaku itu dilatarbelakangi oleh sikap orang yang bersangkutan. Adapun menurut Gagne prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Lebih lanjut Arikunto, (1990 : 110) menjelaskan prestasi belajar berarti hasil yang telah dicapai Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 73 siswa dalam proses kegiatan belajar. Jadi prestasi belajar menurut Winkel (1996 : 26) dikemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan belajar yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil yang maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Dijelaskan juga bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menerut Azwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkapkan keberhasilan seseorang dalam belajar. Selanjutnya dikemukakan bahwa di dalam pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif bahkan EBTANAS dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi. Ditegaskan lagi tentang penjelasan dari istilah prestasi belajar menurut Purwanto (2006 : 28) pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam buku raport siswa. Lebih jauh dijelaskan bahwa prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport dalam setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu.” Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkandengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru” (Tulus 2004:75). Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam mencapai tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes. Penilaian dapat berupa angka atau huruf. Ukuran untuk menentukan prestasi belajar diantaranya melalui data-data kuantitatif yang dapat dipertanggung jawabkan oleh anak yang bersangkutan baik hasil dari penilaian ulangan harian ataupun hasil dari ujian semester seperti yang tercantum dalam buku raport dari semua kumpulan nilai- nilai mata pelajaran yang diperoleh oleh siswa yang bersangkutan. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 74 Demikian juga dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungn Hidup dipengaruhi oleh sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Berdasar uraian permasalahan di atas, diduga ada hubungan antara sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungn Hidup. Artinya makin baik sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup, maka akan semakin baik prestasi belajar siswa pada pelajaran pendidikan lingkungan hidup. Hubungan Antara Motif Berprestasi Dan Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Pendidikan Lingkungn Hidup Keinginan untuk berkarya oleh individu ini disebut keinginan berprestasi. Selanjutnya prestasi yang tinggi merupakan kontribusi yang berharga bagi keberhasilan sekolah sebab prestasi yang baik di semua tingkat sekolah, pencapaian tujuan dan keberhasilan sekolah menjadi sesuatu yang sangat sulit atau bahkan mustahil. Bagi sekolah, di dalam prestasi belajar siswa dapat memberikan suatu faedah yang sangat besar, karena dapat diwujudkan keahlian yang dimiliki dari pendidikan formal maupun pendidikan non-formal dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh sekolah. Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi belajar tetapi juga dipengaruhi oleh motif berprestsi. Motivasi adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau daya penggerak dari subyek untuk melakukansuatu perbuatan dalam suatu tujuan (Sardiman, 2007 : 71). Prestasi belajar ditentukan secara bersama-sama oleh motif berprestasi dan sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup di satu pihak dan oleh situasi di lain pihak. Motif berprestasi dan sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup membantu menetapkan prestasi belajar dalam suatu situasi tetapi tidak berarti bahwa motif berprestasi dan sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup merupakan sebab pertama dari prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Prestasi belajar merupakan keberhasilan yang dicapai setelah selesainya pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Hasil prestasi belajar diaktualisasikan dalam bentuk nilai atau skor setelah siswa mengikuti atau melaksanakan evaluasi belajar. Pretasi belajar dapat memberikan gambaran intelektual maupun perilaku siswa setelah proses Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 75 pembelajaran yang telah diberikan oleh guru, oleh karena itu dalam menyusun program pembelajaran diharapkan dapat menyusun tujuan pembelajaran secara nampak dan jelas beserta instrumen yang akan disajikan, sebab tujuan pembelajaran itulah yang akan dicapai setelah proses pembelajran selesai dilaksanakan. Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Sukmadinata, (2005:25) menyebutkan bahwa “ Sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar”. Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu.” Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru” (Tu`u, 2004:75). Berdasar kerangka pemikiran secara parsial di atas, apabila semua digabung secara bersama-sama maka dapat diduga ada hubungan antara motif berpretasi dan sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Artinya makin baik motif berpretasi dan makin baik sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup secara bersama-sama, maka akan makin baik prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Dan sebaliknya semakin rendah motif berpretasi dan semakin rendah sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup secara bersama-sama, maka akan makin jelek prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. D. METODOLOGI PENELITIAN Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah motif berprestasi, sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dan Prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri I Cimaragas Kabupaten Ciamis. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 76 Metode Penelitian Keberhasilan suatu penelitian ilmiah tidak hanya terlepas dari metode yang akan digunakan dalam penelitian tersebut. Adapun yang dimaksud dengan metode dikemukakan oleh Surakhmad (1989 : 13), metode adalah merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Metode penelitian memegang peranan penting dalam suatu penelitian untuk mencapai tujuan, serta merupakan jalan untuk memecahkan suatu masalah penelitian. Dalam penelitian yang dilaksanakan menggunakan metode deskriptif korelasional. Metode ini digunakan untuk menguji hubungan antara variabel. Untuk menunjang keberhasilan proses penelitian pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik survei seperti yang telah dijelaskan Iskandar (2002: 174) bahwa penelitian deskriptif menggunakan teknik survei. Berikut ini desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Gambar 3.1 Disain Penelitian Keterangan : X1 = Motif Berprestasi Siswa X2 = Sikap SiswaTerhadap Pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Y = Prestasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Populasi dan Sampel Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti baik yang berupa benda, manusia maupun gejala-gejala yang akan terjadi. Ali (1987 : 53), mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian baik dalam bentuk manusia, benda, peristiwa maupun gejala yang akan X1 X2 Y Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 77 terjadi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri I Cimaragas Kabupaten Ciamis, yang mengikuti pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup, sebanyak 176 orang yang tersebar di 6 kelas, Siswa dianggap memiliki kemampuan yang relatif sama dilihat berdasarkan nilai rata-rata raport mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup semester pertama, sehingga penulis menduga keadaan populasi homogen. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2003: 91). Selanjutnya mengenai pengertian sampel dikemukakan oleh Sudjana (2002:6) bahwa sampel adalah sebagian nilai yang diambil dari populasi. Untuk menentukan ukuran sampel yang akan digunakan, penulis mengutip pendapat Arikunto, Suharsimi (2002:112) “Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya menjadi penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah populasinya lebih dari 100, sampel diambil antara 10% sampai 15% atau 20% sampai 30%”. Berpedoman pada langkah-langkah tersebut, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik proportional random sampling. Dimana diambil sebanyak 30% dari populasi. Populasi dan sampel siswa kelas VII SMP Negeri I Cimaragas Kabupaten Ciamis dapat dilihat seperti yang disajikan pada tabel 3.1 dibawah ini; Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Nama Sekolah Kelas Populasi Sampel ( 30% ) Dibulatkan SMP Negeri I Cimaragas Kabupaten Ciamis VII A 32 9,6 10 VII B 31 9,3 9 VII C 30 9,0 9 VII D 30 9,0 9 VII E 29 8,7 9 VII F 24 7,2 7 Jumlah 176 53 Sumber; Profil Sekolah Tahun 2011 Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 78 Oleh karena itu sampel yang diambil dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 53 orang. Operasional Variabel Di dalam penelitian ini dikaji dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebasnya adalah (1) motif berprestasi dan (2) sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Yang diangkat sebagai variabel terikat adalah prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Secara operasional ketiga variabel tersebut didefinisikan seperti uraian berikut ini. 1. Motif berprestasi dalam penelitian ini adalah merupakan usaha seseorang untuk mengarahkan perilakunya untuk bertindak atau bertingkah laku dengan menggunakan segenap kemampuan fisik dan psikis untuk mencapai keinginan atau kebutuhan yang dituju. Keinginan atau kebutuhan yang dituju merupakan keinginan atau kebutuhan untuk berprestasi, maju dan sukses dari sebelumnya,merasa senang dan semangat dalam belajar. Indikator motif berprestasi menurut peneliti adalah: 1) merasa senang belajar PLH, 2) ketekunan dalam belajar, 3) ulet dalam menghadapi kesulitan, 4) berprestasi dalam belajar, dan 5) mandiri dalam belajar. 2. Sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dalam penelitian ini adalah keyakinan, kecenderungan siswa untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya Sikap terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dalam penelitian meliputi indikator: 1) kepercayaan diri dalam belajar Pendidikan Lingkungan Hidup; 2) kegunaan Pendidikan Lingkungan Hidup; 3) keyakinan terhadap keberhasilan; dan 4) dorongan untuk berhasil dalam pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dari siswa,guru, serta orang tua. 3. Prestasi belajar pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dalam hal ini meliputi nilai dalam mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup atau nilai yang tercantum dalam ketuntasan belajar sesuai yang tercantum dalam buku raport sebagai bukti dari kegiatan evaluasi yang dilaksanakan oleh guru bidang studi. Diambil dari nilai raport mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup semester 2 kelas VII SMP Negeri I Cimaragas Kabupaten Ciamis tahun ajaran 2011-2012. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 79 Teknik Pengumpulan data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melalui instrumen, sebagai berikut: 1. Angket merupakan teknik pengumpulan data dalam bentuk komunikasi tidak langsung dengan mengumpulkan data secara tertulis dari sumber data. Teknik ini digunakan untuk menjaring data peserta didik sesuai dengan masalah yang diteliti yaitu variabel motif berprestasi dan variabel sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. 2. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar siswa, berupa nilai raport mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup kelas VII semester 2 SMP Negeri 1 Cimaragas kabupaten Ciamis. 3. Observasi dengan mengamati situasi dan kondisi lingkungan sekolah yang dijadikan tempat penelitian. Instrumen penelitian Untuk menjaring data yang diperlukan, disusun seperangkat instrumen yaitu angket motif berprestasi, dan angket sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Angket Motif Berprestasi Untuk mengungkap informasi tentang motif berprestasi digunakan angket motif berprestasi, yang merupakan pendorong bagi seseorang untuk melakukan kegiatan dan dapat memicu munculnya motif berprestasi siswa, antara lain : 1) merasa senang belajar Pendidikan Lingkugan Hidup, 2) ketekunan dalam belajat, 3) ulet dalam menghadapi kesulitan, 4) berprestasi dalam belajar, dan 5) mandiri dalam belajaryang terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif. Untuk motif berprestasi dinilai oleh subjek dengan kriteria: Sangat Sesuai, Sesuai, Kurang Sesuai, Tidak Sesuai, dan Sangat Tidak Sesuai. Uji Coba Instumen Penelitian Angket diujicobakan pada 30 responden diluar sampel penelitian yaitu siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cimaragas kabupaten Ciamis, yang memiliki karakteristik yang sama dengan anggota sampel yang akan Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 80 diteliti sebenarnya. Syarat minimal untuk dapat dianggap valid adalah rhitung lebih besar daripada rtabel. Instrument penelitian ini sebelumnya diuji kelayakan dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji Validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar- benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2005 : 50). Pengujian ini digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Arikunto, (2006: 170) seperti berikut: Keterangan: r xy = koefisien antara X dan Y ∑Y = skor total ∑X = skor butir N = jumlah responden ∑Y2 = jumlah skor kuadrat variabel Y ∑X2 = jumlah skor kuadrat variabel X ∑XY = jumlah perkalian antara skor variabel X dengan skor variabel Y. (Arikunto, 2006 : 188) Uji instrumen dalam penelitian ini mengukur item-item pernyataan dari motif berprestasi (X1) sebanyak 40 item, dan sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (X2) sebanyak 40 item Dengan bantuan SPSS dapat diketahui nilai korelasinya. Nilai korelasi yang diperoleh (nilai korelasi per item dengan total item yang diperoleh setelah dikorelasikan secara statistik per item), selanjutnya di uji pada taraf kepercayaan yang digunakan (α = 5%), dengan kaidah keputusan : Jika rhitung lebih besar dari rtabel berarti valid, berarti instrumen tersebut memenuhi kriteria validitas sehingga item tersebut layak digunakan dalam penelitian. jika rhitung lebih kecil dari rtabel berarti tidak valid, maka pertanyaan tersebut harus diganti, diperbaiki atau dihilangkan. Dari hasil uji validitas pada tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil pengujian dari 40 item pernyataan yang valid sebanyak 37 item (digunakan) karena memenuhi nilai rhitung > r tabel sedangkan Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 81 jumlah item yang tidak valid ada 3 item yaitu butir pernyataan nomor 13,23, dan nomor 40 (tidak digunakan). Dari hasil uji validitas pada tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil pengujian dari 40 item pernyataan yang valid sebanyak 33 item (digunakan) karena memenuhi nilai rhitung > r tabel sedangkan jumlah item yang tidak valid ada 7 item yaitu butir pernyataan nomor 13,16,19,23,26,28, dan nomor 32 (tidak digunakan). Uji Reliabilitas Pengujian reliabilitas suatu instrumen dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir atau item pertanyaan dengan teknik consistency, yaitu bertujuan untuk melihat ketetapan mengukur apa yang seharusnya di ukur. Dalam penelitian ini reliabitas dihitung dengan formula dari Alfpha Cronbch untuk variabel motif berprestasi dan sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Dalam penelitian ini uji reliabilitas diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan.. Adapun rumus yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 2002 : 109): r11 =                 2 2 1 1 i i n n   Keterangan: r11 = Realibilitas instrumen. n = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal. Σσ2b = Jumlah varian total. α2t = Varian total. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi, regresi sederhana dan regresi ganda. Selain teknik- teknik analisis tersebut, beberapa teknik analisis univariat untuk kepentingan deskripsi data juga dilakukan, yakni rata-rata (mean), nilai tengah (median), nilai terkecil dan nilai terbesar, serta simpangan baku. Sedangkan statistika inferensial yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah analisis korelasi, analisis regresi sederhana, Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 82 dan analisis regresi ganda, yang sifat korelasinya akan menentukan arah dari korelasi. Uji Normalitas Untuk menguji normalitas sebaran data digunakan Kolmogorov- Smirnov. Data yang diuji adalah data dari ketiga variabel dalam penelitian ini yaitu data motif berprestasi, sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup, dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Kaidah yang digunakan adalah jika Asymp. Sig. lebih besar dari level of sicnificant (α) maka data berdistribusi normal. Jika Asymp. Sig. lebih kecil dari level of sicnificant (α) maka data distribusi tidak normal. Uji Linieritas Regresi Untuk menentukan linier atau tidaknya regresi X terhadap Y, maka digunakan tenik pengujian dengan prosedur Uji polinominal ANOVA satu jalur. Dengan kaidah : Jika Asymp. Sig. lebih kecil dari harga probabilitas yang digunakan, maka regresi linier. Jika Asymp. Sig. lebih besar dari harga probabilitas yang digunakan, maka regresi tidak linier. Pengujian Hipotesis Analisis data secara komparatif, yaitu untuk menguji hipotesis penelitian yang dirumuskan sebagai berikut: Hipotesis pertama: Ada hubungan antara motif berprestasi dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Hipotesis statistiknya: H0 : ρ1 = 0 H1 : ρ1 ≠ 0 Keterangan: H0: Tidak ada hubungan antara motif berprestasi dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup H1: Ada hubungan antara motif berprestasi dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 83 Hipotesis kedua: Ada hubungan antara sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Hipotesis statistiknya: H0 : ρ2 = 0 H1 : ρ2 ≠ 0 Keterangan: H0 : Tidak ada hubungan antara sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup H1 : Ada hubungan antara sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Hipotesis ketiga: Ada hubungan antara motif berprestasi dan sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Hipotesis statistiknya: H0 : ρ3 = 0 H1 : ρ3 ≠ 0 Keterangan: H0 : Tidak ada hubungan antara motif berprestasi dan sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup H1 : Ada hubungan antara motif berprestasi dan sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Dari semua teknik pengolahan di atas, maka untuk memudahkan pengolahan data tersebut penulis menggunakan bantuan komputer dengan perangkat lunak yang digunakan adalah SPSS (Statistical Product and Service Solutions). Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 84 E. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Tempat Penelitian SMP Negeri 1 Cimaragas Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat yang beralamat di Jalan Raya Cimaragas No. 262 Desa Cimaragas Kabupaten Ciamis, ( (0265) 743626 dengan NPSN: 20 211 638. SMP Negeri 1 Cimaragas Kabupaten Ciamis didirikan tanggal 30 Juli 1980 dan mulai beroperasi sejak Tahun 1964. Jenjang akreditasi A. SMP Negeri 1 Cimaragas Kabupaten Ciamis dibangun di atas tanah milik Negara dengan Status Tanah SHM dengan Luas Tanah = 9495m2. Luas Bangunan SMP Negeri 1 Cimaragas Kabupaten Ciamis 2148m2. SMP Negeri 1 Cimaragas Kabupaten Ciamis memiliki tenaga pengajar 25 guru tetap (PNS). Guru Tidak Tetap (GTT) sebanyak 7 orang, Pembantu pelaksana sebanyak 5 orang. Pada awal tahun pelajaran 2011-2012 SMP Negeri 1 Cimaragas Kabupaten Ciamis dengan jumlah siswa 530 orang, untuk lebih jelas pada Tabel 4.1 berikut: Jumlah Rombongan Belajar dan Siswa Th. Ajara n Jml Penda f- taran (Calo n Siswa Baru) Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah (Kelas VII + VIII + IX) Jml Siswa Jml. Rom- bongan Belajar Jml Sisw a Jml. Rom- bongan Belajar Jml Siswa Jml. Rom- bongan Belajar Jml Siswa Jml. Rom- bongan Belajar 20011 / 2012 186 org 176 0rg 6 Rbl 178 org 6 Rbl 168 org 6 Rbl 530 org 18 Rbl Pada tahun pelajaran 2011-2012 SMP Negeri 1 Cimaragas Kabupaten Ciamis, memiliki ruangan sebagai berikut: 1. Ruang kelas : 18 ruangan 2. Ruang kepala sekolah : 1 ruangan 3. Ruang TU : 1 ruang 4. Ruang guru : 1 ruang 5. Ruang BP : 1 ruang 6. Ruang Perpustakaan : 1 ruang 7. Ruang Lab. IPA : 2 ruang 8. Ruang Multimedia : 1 ruang 9. Ruang Lab Komputer : 1 ruang Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 85 Pembahasan Hubungan Antara Motif Berprestasi (X1) Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Pendidikan Lingkungan Hidup (Y) Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara motif berprestasi dengan prestasi belajar pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup yang termasuk kategori keeratan cukup hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai koefisien korelasi sebesar 0,680 dan memberikan kontribusi sebesar 46,4%. Hal ini mengandung makna bahwa prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dipengaruhi oleh motif berprestasi. Artinya bahwa semakin baik motif berprestasi maka, akan semakin baik prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Bagi sekolah, di dalam prestasi belajar siswa dapat memberikan suatu faedah yang sangat besar, karena dapat diwujudkan keahlian yang dimiliki dari pendidikan formal maupun pendidikan non-formal dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh sekolah. Prestasi belajar dipengaruhi oleh motif berprestasi. Motivasi adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau daya penggerak dari subyek untuk melakukansuatu perbuatan dalam suatu tujuan (Sardiman, 2007 : 71). Hasil penelitian tersebut sejalan dengan pendapat Mc Clelland, (1985:224) “Motif berprestasi merupakan usaha yang dilakukan untuk mencapai sukses dalam suatu persaingan berdasarkan suatu keunggulan yang didasarkan pada prestasi orang lain ataupun prestasi diri sebelumnya”. Motif ini terefleksikan dalam perilaku-perilaku, seperti pencapaian tujuan yang sulit, penentuan rekor baru, ingin sukses dalam menyelesaikan tugas sulit dan mengerjakan sesuatu yang belum selesai sebelumnya. Individu tersebut menyukai tugas-tugas yang kesuksesannya, tergantung pada usaha dan kemampuan maksimal mereka. Menurut Mc Clelland (1985:246) di dalam motif berprestasi terkandung aspek-aspek tanggung jawab pribadi, kebutuhan akan umpan balik, dan ketekunan. Prestasi belajar adalah hasil kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam mencapai tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes. Penilaian dapat berupa angka atau huruf. Keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 86 dengan bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran yang dikembangkan guru. Suasana keluarga yang mendorong anak untuk maju, selain itu lingkungan sekolah yang tertib, teratur dan disiplin merupakan pendorong dalam proses pencapaian prestasi belajar (Tu`u, 2004: 81). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungn Hidup dipengaruhi oleh motif berprestasi. Berdasarkaan uraian permasalahan di atas, ada hubungan antara motif berprestasi dengan prestasi belajar pada pelajaran Pendidikan Lingkungn Hidup. Artinya makin baik motif berprestasi, maka akan semakin baik prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Pembahasan Hubungan Antara Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (X2) dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (Y) Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara sikap siswa terhadap pelajaran pendidikan lingkungan hidup dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup yang termasuk dalam kategori cukup hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai r sebesar 0,682 yang memeberikan kontribusi sebesar 46,5%. Hal ini mengandung makna bahwa prestasi belajar pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dipengaruhi oleh sikap siswa terhadap pelajaran pendidikan lingkungan hidup. Artinya bahwa semakin baik sikap siswa terhadap pelajaran pendidikan lingkungan hidup. maka akan semakin baik prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Untuk menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas. Akan tetapi pengalaman tunggal jarang dapat menjadi dasar bagi pembentukan sikap. Individu sebagai orang yang menerima pengalaman, melakukan tanggapan atau penghayatan tidak melepaskan pengalaman yang sedang dialaminya dari pengalaman-pengalaman lain Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 87 yang terdahulu yang relevan dengan pengalaman yang sedang dialaminya. Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek. Orang yang setuju, mendukung atau memihak terhadap sesuatu objek sikap berarti memiliki sikap yang arahnya positif, sebaliknya mereka yang tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan sebagai orang yang memiiki sikap yang arahnya negatif. Arikunto (1990 : 110) menjelaskan prestasi belajar berarti hasil yang telah dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar. Jadi prestasi belajar menurut Winkel (1996 : 26) dikemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan belajar yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil yang maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Dijelaskan juga bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha- usaha belajar. Krech, Crutcfield dan Ballachey, 1954 (dalam Walgito, 1994:106) menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan perilaku. Perilaku sesorang akan diwarnai atau dilatarbelakangi oleh sikap yang ada pada orang yang bersangkutan. Namun demikian tidak semua ahli berpendapat bahwa perilaku itu dilatarbelakangi oleh sikap orang yang bersangkutan. Demikian juga dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungn Hidup dipengaruhi oleh sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara sikap siswa terhadap pelajaran pendidikan lingkungan hidup dengan prestasi belajar pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Artinya bahwa semakin baik sikap siswa terhadap pelajaran pendidikan lingkungan hidup maka akan semakin baik prestasi belajar pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Pembahasan Hubungan Antara Motif Berprestasi (X1) Dan Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (X2) dengan Prestasi Belajar Pada Pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (Y) Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 88 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan motif berprestasi dan sikap siswa terhadap pelajaran pendidikan lingkungan hidup dengan prestasi belajar pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup yang termasuk dalam kategori keeratan cukup hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai r sebesar 0,683 dan memberikan kontribusi sebesar 46,6%. Hal ini mengandung makna bahwa prestasi belajar Pendidikan Lingkungan Hidup dipengaruhi oleh motif berprestasi dan sikap siswa terhadap pelajaran pendidikan lingkungan hidup. Artinya semakin baik disiplin dalam belajar dan semakin baik motif berprestasi maka akan semakin baik prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Keinginan untuk berkarya oleh individu ini disebut keinginan berprestasi. Selanjutnya prestasi yang tinggi merupakan kontribusi yang berharga bagi keberhasilan sekolah sebab prestasi yang baik di semua tingkat sekolah, pencapaian tujuan dan keberhasilan sekolah menjadi sesuatu yang sangat sulit atau bahkan mustahil. Bagi sekolah, di dalam prestasi belajar siswa dapat memberikan suatu faedah yang sangat besar, karena dapat diwujudkan keahlian yang dimiliki dari pendidikan formal maupun pendidikan non-formal dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh sekolah. Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi belajar tetapi juga dipengaruhi oleh motif berprestsi. Motivasi adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau daya penggerak dari subyek untuk melakukansuatu perbuatan dalam suatu tujuan (Sardiman, 2007 : 71). Prestasi belajar pada pelajaran pendidikan lingkungn hidup dapat ditentukan oleh motif berprestasi dan sikap siswa terhadap pelajaran pendidikan lingkungan hidup. Faktor yang sangat menentukan prestasi belajar siswa adalah motivasi siswa itu sendiri untuk berprestasi. Sering dijumpai siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi tetapi prestasi yang dicapainya rendah, akibat intelektual yang dimilikinya kurang berfungsi secara optimal. Salah satu faktor pendukung agar kemampuan intelektual yang dimiliki siswa dapat berfungsi secara optimal adalah adanya motif berprestasi yang tinggi dalam dirinya. “Motif berprestasi adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau daya penggerak dari subyek untuk melakukan suatu perbuatan dalam suatu tujuan” (Sardiman, 2007 : 71). Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 89 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa prestasi belajar Pendidikan Lingkungn Hidup dipengaruhi oleh motif berprestasi dan sikap siswa terhadap pelajaran pendidikan lingkungan hidup. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap pelajaran pendidikan lingkungan hidup seseorang dapat memperlihatkan prestasi belajarnya. Demikian juga dengan motif berprestasi siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungn Hidup memberikan kontribusi yang tinggi terhadap prestasi belajar Pendidikan Lingkungn Hidup, karena motif berprestasi merupakan salah satu komponen dari sikap siswa terhadap pelajaran pendidikan lingkungan hidup. Ada hubungan antara motif berprestasi dan sikap siswa terhadap pelajaran pendidikan lingkungan hidup dengan prestasi belajar pada pelajaran Pendidikan Lingkungn Hidup di SMP Negeri 1 Cimaragas Kabupaten Ciamis. Artinya makin baik motif berprestasi, dan semakin baik sikap siswa terhadap pelajaran pendidikan lingkungan hidup. maka akan semakin baik prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup, sebaliknya semakin jelek motif berprestasi, dan semakin jelek sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup, maka akan semakin jelek pula prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. A. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif korelasional yang melibatkan dua variabel bebas yang dimanipulasi dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah motif berprestasi dan sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup, sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka simpulan penelitian yang dapat ditarik adalah sebagai berikut: Ada hubungan antara motif berprestasi dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai koefisien korelasi sebesar 0,680 yang termasuk kategori keeratan cukup dan memberikan kontribusi sebesar 46,2%. Semakin baik motif berprestasi maka akan semakin baik prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 90 Ada hubungan antara sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai koefisien korelasi sebesar 0,682 yang termasuk kategori keeratan kuat dan memberikan kontribusi sebesar 46,5%. Semakin baik sikap siswa terhadap pelajaran pendidikan lingkungan hidup, maka akan semakin baik prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Ada hubungan antara motif berprestasi dan sikap siswa terhadap pelajaran pendidikan lingkungan hidup dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai koefisien korelasi sebesar 0,683 yang termasuk kategori keeratan cukup dan memberikan kontribusi sebesar 46,6%. Semakin baik motif berprestasi dan semakin baik sikap siswa terhadap pelajaran pendidikan lingkungan hidup maka akan semakin baik prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian maka penulis menyampaikan saran sebagai berikut : Diharapkan guru dapat menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras. Bentuk kerja keras siswa dapat terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari cara dapat meningkatkan motif berprestasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Supaya sikap siswa semakin baik terhadap pelajaran Pendidikan Lingkungsn Hidup maka guru sebaiknya berusaha membantu dalam mengarahkan tingkah laku siswa sehingga mempunyai kepercayaan diri dalam belajar, mengetahui kegunaan belajar, merasa yakin terhadap keberhasilan dan guru serta orang tua harus memberikan dorongan supaya siswa berhasil dalam belajar. Sebaiknya ada peneliti lain yang melakukan penelitian lebih lanjut terhadap permasalahan ini mengingat luasnya permasalahan ini sehingga diharapkan dapat memberikan masukan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan dalam dunia pendidikan. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 91 DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohamad (1987). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa. Arikunto, Suharsimi (1990) Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta Azwar, Saefuddin (2005) Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, Saefuddin (1998) Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Jogyakarta: Pustaka Pelajar Bloom, Benjamin S. (ed) (1979) Taxonomy of Educational Objectives :Book 1 Cognitive Domain, London : Longman Group Limited. Djamarah, Syaiful Bahri (2000) Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta Grafindo. Hamalik, Oemar (2003) Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Iskandar, Jusman (2002) Metode Penelitian Administrasi, Program Pascasarjana Garut Mar’at (1982) Sikap Manusia : Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta : Ghalia Indonesia. Mc Clelland, D.C. (1985) Human Motivation, Illinois: Scoot, Foresman &Company. Menteri Negara Lingkungan Hidup (2004) UU No. 23 Tahun 1997 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. (online). Tersedia: http://www google.com/search. Notoatmodjo, Soekidjo (2005) Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 92 Prayitno, Elida (1989) Motivasi dalam Belajar, Jakarta: PPLPTK Depdikbud. Purwanto, Ngalim (2006) Admistrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya. Rusyan, A. Tabrani (1990) Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja Karya. Sardiman, A.M. (2007) Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Sudjana (2002) Metoda Statistika. Bandung : Tarsito. Sugiyono (2003) Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabet. Sujianto, Agus Eko (2009) Aplikasi Statistik, Tulungagung: Prestasi Pustaka. Sukmadinata, Nana Saodih (2005) Motivasi berprestasi dan Pengukurannya, Bandung: Jurusan PBB FIP IKIP Bandung. Surachmad, Winarno (1998) Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung, Penerbit Tarsito. Suwardi (2007) Manajemen Pembelajaran, Menciptakan Guru Kreatif dan Berkompetensi, Salatiga: JP Books Syah, Muhibbin (1997) Perkembangan Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Syah, Muhibbin (1996) Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya. Tu’u, Tulus (2004) Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo Walgito, Bimo (1994) Psikologi Sosial, Jogyakarta: Andi Offset. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 1 Februari 2013, ISSN No. 2252-4738 93 Wawan dan Dewi (2010) Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Manusia.Yogyakarta: Nuha Medika. Winkel. W.S. 1996) Psikologi Pengajaran, Edisi Revisi Jakarta : Grasindo. Yusuf (2003) Motivasi Dalam Belajar. Jakarta: P2LPTK