Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 25 PERAN DINAS TENAGA KERJA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN INDUSTRI KREATIF BERBASIS PANGAN LOKAL MELALUI PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DI KECAMATAN ARJASARI KABUPATEN BANDUNG 1Kosim Sirodjuddin, 2Lili Suparman 1,2STKIP Siliwangi Abstrak Peran Dinas Tenaga Kerja Dalam Meningkatkan Pendapatan Industri Kreatif Berbasis Pangan Lokal melalui pelatihan kewirausahaan di Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung, Dengan indentifikasi masalah Jumlah penduduk di Kabupaten Bandung dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan Tahun 2011 sebanyak 3.299.988 jiwa, dan Tahun 2012 sebanyak 3.351.048 jiwa. Pertumbahan Dunia usaha di Kabupaten Bandung tidak sebanding dengan peningktan angkatan kerja, Rendahnya I P M, di Kabuapaten Bandung pada Tahun Tahun 2013 sebesar 75, 24. Tingkat kemiskinan di Kabupaten Bandung pada Tahun 2012.Sebesar 8,69%, dengan perumusan masalah Apakah penyusunan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelatihan kewirausahaan di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung telah dilaksanakan dengan baik ? dan adakah kontribusi dari peran Dinas Tenaga Kerja dalam meningkatkan pendapatan industri kreatif berbasis pangan local melalui pelatihan kewirausahaan di Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung telah melaksanakan penyusunan perencanaan pelatihan kewirausahaan dengan baik dan benar sesuai prosedur, pelaksanaan pelatihan kewirausahaan belum optimal , evaluasi pelatihan kewirausahaan belum dilaksanakan secara optimal, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung mempunyai peran dan berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan industri kreatif berbasis pangan lokal di Kecamatan Arjasari, karena adanya peningkatan pendapatan dari 1 juta rupiah menjadi 4 juta rupiah perbulan, tingkat rentabilita naik dari 14,29 % menjadi 57,14 %, jiwa, mental dan karakteristik wirausaha dimilki oleh pelaku wirausaha industri kreatif. Kata Kunci: Industri kreatif berbasis pangan lokal Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 26 A. Pendahuluan Perkembangan penduduk di Kabupaten Bandung dari tahun ketahun menunjukan peningkatan sebagaimana data kependudukan yang penulis peroleh dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung pada Tahun 2012 sebanyak 3.351.048 jiwa. Dengan jumlah kemiskinan pada Tahun 2012 sebesar 8,69 %, Sumber daya manusia dianggap sebagai salah satu faktor produksi yang penting, sumber daya manusia juga berperan sebagai perencana, pemikir, dan pelaku dari suatu organisasi, sumber daya manusia perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga sasaran dan tujuan dari organisasi dapat tercapai dengan tanpa meninggalkan kepentingan dari sumber daya manusia. Teori ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia ( MSDM), maka yang menjadi sentral masalah berkaitan dengan upaya organisasi untuk menciptakan keunggulan organisasi melalui pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan, sikap dan prilaku anggota organisasi. Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan alat stratejik organisasi yang dalam membantu dan menciptakan keunggulan. 1. Perumusan Masalah a. Apakah penyusunan perencanaan, pelaksanan dan evaluasi pelatihan kewirausahaan di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung telah dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai prosedur? b. Adakah kontribusi dari peran Dinas Tenaga Kerja dalam meningkatkan pendapatan industri kreatif bebasis pangan lokal melalui pelatihan kewirausahaan di Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung ? 2. Tujuan Penelitian a. Untuk memperoleh data tentang penyusunan perencanaan Pelatihan Kewirausahaan di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung. b. Untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pelatihan kewirausahaan di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung. c. Untuk mengetahui pelaksanaan evaluasi pelatihan kewirausahaan di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung. d. Untuk mengetahui kontribusi dari peran Dinas Tenaga Kerja dalam meningkatkan pendapatan industri kreatif berbasis pangan lokal melalui pelatihan kewirausahaan di Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 27 3. Kegunaan Penelitian a. Aspek Teori Dapat memberikan sumbangan pengetahuan mengenai ilmu pelatihan dan ilmu kewirausahaan. b. Aspek praktis : 1) Dapat dijadikan bahan masukan bagi Dinas Tenaga Kerja Kabupatem Bandung, untuk meningkatkan pelaksanaan pelatihan yang akan datang. 2) Dapat dijadikan bahan referensi bagi para pembaca yang akan melakukan penelitiam dalam permasalahan yang sama. B. Kajian Teori 1. Sumber daya manusia Menurut. H. Mulyadi Nitisusastro (2009: 170) Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang sekaligus mampu merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan sumber daya yang lain. Sumber daya manusia mampu merencanakan, melaksanakan dan mengatur summber daya keuangan, sumber daya fisik, dan sumber daya informasi. 2. Pelatihan Menurut Ika Kartika Fauzi, (2011: 8) Pelatihan adalah suatu usaha pengetahuan dan keterampilan agar karyawan dapat mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Menurut A.A Anwar Prabu (2011: 44) Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur, sistematis, dan terorganisir di mana pegawai non manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan terbatas. 3. Tujuan Pelatihan Menurut Simamora, (2006: 276-277) menyatakan bahwa tujuan pelatihan dapat dikelompokan menjadi lima tujuan, Yaitu: a. Memperbaiki kinerja , keterampilan pegawai yang belum sesuai dengan harapan organisasi dapat ditingkatkan melalui pelatihan b. Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan perubahan teknologi.Melalui pelatihan, pelatih memastikan bahwa karyawan dapat secara efektif menggunakan teknologi-teknologi baru. c. Mengurangi waktu pembelajaran bagi pegawai baru agar kompoten dalam pekerjaan. Pegawai acapkali tidak menguasai keahlian dan Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 28 kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi job competen, yakni kemapuan mencapai output dengan standar mutu yang diharapkan. d. Membantu memecahkan permasalahan operasional e. Mempersiapkan karyawan untuk promosi. 4. Jenis-jenis Pelatihan Menurut J.C. Denyer yang disadur oleh Bambang Tri Cahyono , ( 1999 : 358). Jenis pelatihan dilihat dari sudut siapa yang dilatih dalam konteks suatu organisasi, membedakan pelatihan atas lima macam, yaitu: a. Pelatihan induksi ( induction training ), yaitu pelatihan perkenalan yang biasanya diberikan kepada pegawai baru dengan tidak memandang tingkatannya. Pelatihan induksi dapat diberikan kepada calon pegawai lulusan SD, SLTP, SMA, SMK, Kesetaraan, dan lulusan perguruan tinggi b. Pelatihan kerja ( job training ), yaitu pelatihan yang diberikan kepada semua pegawai dengan maksud untuk memberikan petunjuk khusus guna melaksanakan tugas-tugas tertentu. c. Pelatihan supervisor (supervisory taining ), yaitu pelatihan yang diberikan kepada supervisor atau pimpinan tingkat bawah. d. Pelatihan manajemen ( management training ), yaitu pelatihan yang diberikan kepada manajemen atau untuk pemegang jabatan manajemen. e. Pengembanga n eksekutif (executive development ). Yaitu pelatihan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan pejabat- pejabat pimpinan. 5. Perencanaan pelatihan Kegiatan perencanaan pelatihan, menurut, Haris Mujiman (2011: 64) Dalam kegiatan perencanaan terdapat 10 langkah, yaitu: a. Menetapkan Pengelola dan staf pembantu program pelatihan b. Menetapkan tujuan pelatihan. c. Menetapkan bahan ajar pelatihan. d. Menetapkan metode-metode yang akan digunakan. e. Alat bantu Pelatihan. f. Menetapkan cara evaluasi pelatihan. g. Tempat dan waktu pelatihan. h. Menetapkan instruktur/ nara sumber pelatihan. i. Menyusun rencana kegiatan dan jadwal pelatihan. j. Menghitung anggaran yang dibutuhkan. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 29 Menurut, Wilson (2012 : 205). terdapat 4 faktor penting : a. Peserta pelatihan. Kegiatan pelatihan dapat berhasil. Para peserta harus siap mengikutinya. Para pesertan pelatihan yang siap berarti mereka mempunyai keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan, ada motivasi, dan efektivitas diri. b. Kemampuan pelatih sangat besar pengaruhnya dalam mencapai keberhasilan pelatihan, seorang pelatih dituntut untuk dapat menguasai materi pelatihan semaksimal mungkin, agar peserta pelatihan dapat memperoleh pengetahuan dari materi yang disampaikan. c. Metode yang tepat dapat dipilih untuk memudahkan pemahaman materi yang disampaikan. Kesalahan dalam memilih metode yang digunakan akan membingungkan para peserta pelatihan. d. Materi pelatihan sangat menentukan dalam memperoleh keberhasilan pada proses pelatihan. Materi Pelatihan disampaikan harus sesuai dengan kebutuhan peserta latihan. 6. Pelaksanaan pelatihan Menurut Wilson Bangun, (2012 : 206)Setelah dilakukan perencanaan pelatihan, maka proses berikutnya akan dilaksanakn pelatihan. Dalam melaksanakan pelatihan terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian atas metode-metode yang digunakan. Tindakan ini dilakukan untuk memastikan bahwa mtode yang digunakan sesuai dengan kebutuhan pelatihan. Dalam prakteknya terdapat berbagai pendekatan dapat digunakan untuk memilih metode yang tepat sebagai instrument pelatihan. Berbagai faktor perlu diperhatikan agar hasil pelatihan efektif, anatra lain sifat pelatihan, identifikasi peserta pelatihan, kemampuan pelatih atau instruktur, lokasi geografis, biaya, waktu, dan lamanya pelatihan. Variable-variable tersebut sangat besar pengaruhnya atas keberhasilan pelatihan. 7. Evaluasi pelatihan Yang perlu di evaluasi dalam kegiatan pelatihan menurut, Haris Mujiman (2011 : 67 )Sasaran evaluasi/penilaian adalah : a. Partisipan pelatihan:Penilaian bertujuan mengukur perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan setiap partisipan sebagai hasil pelatihan. b.Instruktur :Penilaian bertujuan mengukur kekuatan dan kelemahan instruktur dalam pelaksanaan tugas. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 30 b. Penyelenggara pelatihan:Pemilaian bertujuan mengukur kekuatan dan kelemhan dalam penyelenggaraan teknis program pelatihan. c. Bahan pelatihan dan alat bantu belajar :Penilaian bertujuan mengukur kefektifan sebagai sarana untuk d. mencapai tujuan. e. Program pelatihan :penilaian bertujuan mengukur keefektifan dan keefisienan program pelatihan, dipandang dari segi hasil yang dicapai partisipan dalam bandingannya dengan biaya yang dikeluarkan. 8. Kewirausahaan Yang dimaksud dengan kewirausahaan menurut Bygrave yang diterjemahkan oleh Buchari Alama (2007:22) Pada intinya entrepreneur atau kewirausahaan diartikan sebagai orang yang mengganti tatanan ekonomi dengan mengenalkan hasil dan layanan, menciptakan bentuk organisasi baru atau menggali bahan-bahan mentah yang baru, hai ini berarti kewirausahaan menyangkut upaya seseorang untuk memperbaiki ekonomi melalui pengenalan produk, pengelolaan sumber-sumber baru untuk keperluan ekonomi. C. Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian Deskriptif, Dengan teknik pengumplan data. wawancara, observasi, dokumentasi dan studi literature. Pelaksanaan pengumpulan data tahap orientasi, eksplorasi, dan member cheek, dengan teknik analisa data, reduksi data, display data, dan kesimpulan atau verifikasi. D. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian a. Penyusunan perencanaan pelatihan di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung. penyusuan perencaan pelatihan merupakan kegiatan yang pertama kali, perencanaan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pelatihan, dalam penyusunan perencanaan pelatihan untuk menetapkan pengelola dan staf pembantu program pelatihan berdasarkan pada Surat Keptusan yang di tandatangani oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja kepala seksi Penempatan Kerja dan Perluasan Kerja sebagai ketua pelaksana kegiatan program pelatihan yang di bantu oleh staf seksi sebagai staf pembantu program pelatihan. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 31 Dalam menetapkan tujuan pelatihan berdasarkan pada tanggungjawab Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yaitu pengentasan penganngguran dan setengah penganggur, dengan materi pelatihan terbagi dua yaitu Teori, dan Praktek Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode ceramah, diskusi, tanya jawab, praktek, problem solving,dan simulasi dengan rencana evaluasi setelah para peserta selesai melakukan pelatihan, dan setelah tiga bulan berikutnya dengan maksud untuk melihat perkembangan usahanya. Instruktur ditetapkan berdasarkan pada keahlian yang disesuaikan dengan kebutuhan jenis pelatihan yang akan diselenggarakan baik instruktur kewirausahaan maupun instruktur praktek dengan berbagai jenis kegitan, Renca kegiatan dan jadwal pelatihan berdasarkan pada hasil Musyawarah Rencana Pembangunan (MUSREMBANG) di tingkat Kecamatan yang di himpun dan dianalisis kebutuhan oleh Badan Pembangunan Daerah (BAPEDA), untuk ditindak lanjuti oleh Dinas Tenaga Kerja melalui Bidang Penempatan Kerja dan Perluasan Kerja untuk satu tahun anggaran, dalam pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang tersedia di dalam DPA. b. Pelaksanaan Pelatihan di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung Materi pelatihan kewirausahaan sesuai dengan yang diharapkan, instruktur teori kewirausahaan sangat menguasai materi pelatihan, peserta mengerti dan merasa puas, instruktur mampu menguasai kelas dengan baik selama penyampaian materi pelatihan, sehingga suasana pelatihan menyenangkan, berjalan kondusif, situasi kelas aktif, instruktur mampu merangsang, dan memotivasi peserta untuk menjadi pelaku wirausaha yang sukses, bahan untuk praktek yang disedikan oleh penyelenggara banayak yang tidak sesuai dengan kebutuhan prakatek, pelayanan dari penyelenggara kurang, karena masih ada kebutuhan dari peserta yang kurang terpenuhi dalam hal pengobatan bagi peserta yang kurang sehat, tetapi hal tersebut kami maklumi. Lokasi tempat pelatihan sangat strategis dan sangat menunjang kelancaran proses belajar mengajar, karena udaranya nyaman, jauh dari kebisingan. c. Pelaksanaan Evaluasi Pelatihan di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung pelaksanaan evaluasi pelatihan, para peserta selama sepuluh hari mengikuti pelatihan nampak sekali perubahannya, seperti wawasan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, sikap dan prilaku, akhirnya para peserta pelatihan dapat melakukan usaha Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 32 barunya dengan harapan menjadi pelaku wirausaha yang berhasil, Para instruktur selama kegiatan pelatihan berlangsung dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga para peserta dapat memahami dan mengerti dari materi pelatihan yang diberikan baik materi teori kewirausahaan maupun praktek bagaimana caranya pembuatan produk sesuai dengan jenis kegiatannya, Pihak Penyelenggara selama kegiatan pelatihan berlangsung dapat menyelesaikan kewajibannya dengan baik, walaupun masih terdapat kelemahan dalam penyelenggaraannya. d. Peran Dinas Tenaga Kerja Dalam Meningkatkan Pendapatan Industri Kreatif Berbasis Pangan Lokal Melalui Pelatihan Kewirausahaan di Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung Dinas tenaga Kerja Kabupaten mempunyai peran, karena para peserta setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan menjadi memiliki inisiatif termotivasi untuk menjadi pelaku usaha yang berhasil dan sukses, Kontribusi dari peran Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung dapat meningkatkan pendapatan, bila dibandingkan dengan pendapatan sebelum mengikuti pelatihan, sebelumnya pendapatan setiap bulan rata-ratanya satu juta rupiah dari jumlah biaya yang dikeluarkan untuk produksi sebesar tujuh juta rupiah dengan pendapatan hasil penjualan delapan juta rupiah, dengan tingkat rentabilitas 14,29 persen, tetapi setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan yang diselengagarakan oleh Dinas Tenaga Kerja, pendapatan meningkat menjadi empat juta rupiah, dari jumlah biaya yang dikeluarkan sama sebesar tujuh juta rupiah dengan pendapatan hasil penjualan menjadi sebelas juta rupian, ini terjadi dengan adanya macam- macam produk yang dihasilkan, maka hasil penjualan bertambah. Sehingga rentabilitaspun naik menjadi 57,14 persen, dengan modal, ketekunan, keuletan, kejujuran dan disiplin terhadap pembeli, maka jumlah pembeli bertambah, selalu berkomitmen dengan para konsumen, apa yang telah disampaikan kepada konsumen selalu dipenuhi, setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan, menjadi percaya diri atas hasil produk dan mampu untuk bersaing dengan produk lain yang sejenis produknya, setiap aktivitas usaha yang dilakukan senantiasa berorintasi pada tugas dan hasil, siap mengambil resiko apa yang telah diputuskan dengan pembeli, berusaha sekuat tenaga untuk menjadi pelaku usaha yang mandiri, memilki masa depan, dapat membuka lapangan kerja, dapat meningkatan perekonomian pedesaan. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 33 2. Pembahasan a. Penyusunanan Perencanaan Pelatihan Di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung. Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung dalam penyusunan perencanaan pelatihan terdapat 10 tahapan, hal ini sejalan dengan teori yang dikumakan oleh Haris Mujiman, 2011 : 64 ) hanya berbeda urutanya saja, tidak ada perbedaan yang prinsipil. Adapun 10 langkah yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung sebagai berikut: 1) Menetapkan pengelola dan staf pembantu program pelatihan berdasarkan pada Surat Keptusan yang di tandatangani oleh Kepala Dinas seksi Penempatan Kerja dan Perluasan Kerja sebagai ketua pelaksana kegiatan program pelatihan yang di bantu oleh staf seksi sebagai staf pembantu program pelatihan. 2) Menetapkan tujuan pelatihan 3) Tujuan di tetapkan berdasarkan pada tanggungjawab Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yaitu pengentasan penganngguran dan setengah penganggur, 4) Menetapkan materi pelatihan 5) Materi pelatihan terbagi dua yaitu Teori, dan Praktek 6) Menetapkan metode pembelajaran 7) Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode ceramah, diskusi, tanya jawab, praktek, problem solving,dan simulasi 8) Rencana evaluasi 9) Evaluasi dilaksanakan setelah para peserta selesai melakukan pelatihan, dan setelah tiga bulan berikutnya dengan maksud untuk melihat perkembangan usahanya. 10) Menetapkan Instruktur 11) Instruktut ditetapkan berdasarkan pada keahlian yang disesuaikan dengan kebutuhan jenis pelatihan yang akan diselenggarakan baik instruktur kewirausahaan maupun instruktur praktek dengan berbagai jenis kegitan, 12) Bahan dan perlatan 13) Bahan dan peralatan yang disediakan oleh penyelengga disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan materi pelatihan, baik untuk teori maupun untuk praktek. 14) Menetapkan waktu pelatihan 15) Kegiatan pelatihan akan dilaksanakan selama 10 hari setara dengan 80 jam pelajaran, setiap hari sebanyak 8 jam pelajaran, pelaksanaannya setiap hari tanpa terkecuali walaupun hari libur, Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 34 kegiatan berjalan terus, materi teori kewirausahaan disampaikan 4 hari setara dengan 32 jam pelajaran, dan materi praktek 6 hari setara dengan 48 jam pelajaran. 16) Rencana kegiatan dan jadwal pelatihan 17) Rencana kegiatan berdasarkan pada hasil Musyawarah Rencana Pembangunan (MUSREMBANG) di tingkat Kecamatan yang di himpun dan dianalisis kebutuhan oleh Badan Pembangunan Daerah (BAPEDA), untuk ditindak lanjuti oleh Dinas Tenaga Kerja melalui Bidang Penempatan Kerja dan Perluasan Kerja untuk satu tahun anggaran, 18) Biaya 19) Dalam pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang tersedia di dalam DPA. b. Pelaksanaan Pelatihan Pelaksanakan pelatihan kewirausahaan selama sepuluh hari (80 Jam pelajaran), dimana dari 80 jam pelajaran tersebut terbagi dua program yaitu teori selama 32 Jam pelajaran yang terdiri dari dari Ilmu tentang Kewirausahaan, yang meliputi Pengertian Kewirausahaan, Azas-azas Kewirausahaan, Karakteristik Kewirausahaan, Jiwa dan Mental wirausaha, Ilmu manajemen yang meliputi: pemasaran, Produksi, Pengemasan, pembukuan/ Akuntansi dasar, Etika bisnis, Inovasi, Motivasi, Insisitif, Kreatifitas, dan cara-cara memelih letak perusahaan serta cara-cara pendirian usaha, dan Praktek selama 48 jam pelajaran yang terdiri dari kegiatan pembuatan Aneka Kripik, Aneka Krupuk, Abon jantung pisang, Dendeng daun singkong, dan lain-lain. Kelemahan dari pihak penyelenggara dalam pengadaan peralatan praktek masih terdapat peralatan yang kurang sesuai dengan kebutuhan pelatihan, untuk memenuhi kebutuhan bahan dan perlatan tersebut terpaksa peserta mencarinya untuk melengkapinya, sehingga kegiatan praktek kewirausahaan terhambat.Kelemahan dari pihak instruktur praktek, karena masih ada instruktur praktek yang menyampaikan materi kurang nyambung dengan materi kegiatan praktek, sehingga wibawa instruktur menjadi kurang di depan peserta pelatihan, maka kegitan praktek menjadi kurang kondusip, hal ini terjadi karena Dinas Tenaga Kerja tidak melakukan pengujian kompetensi kemampuan instruktur tidak sejalan dengan pendapat Wilson Bangun, (2012: 206) Materi untuk pelatihan teori kewirausahaan sangat menyenangkan karena materi-materi teori kewirausahaan yang disampaikan oleh instruktur teori kewirausahaan sangat sesuai dengan kebutuhan peserta Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 35 pelatihan, semua materi itu disampaikan dengan baik. Metode pembelajaran disesuaikan dengan materi, peserta termotivasi dan terangsang untuk mengemukan pendapatnya, mengemukan permasalahan-permasalahan yang pernah dilamai oleh peserta pelatihan yang telah menjadi pelaku wirausaha. Akhirnya tujuan pelatihan secara tidak langsung dapat tercapai yaitu menambah wawasan pengetahuan, kemampuan , keterampilan, sikap dan prilaku peserta menjadi sesuai dengan harapan menjadi pelaku wirausaha tang tangguh, dan unggul serta sukses, Jadwal dan alokasi waktu materi pelatihan yang telah ditetapkan oleh penyelenggara dijadikan acuan oleh para instruktur. c. Evaluasi pelatihan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung belum melaksanakan evalusi pelatihan secara optimal, sedangkan evaluasi itu perlu dilakukan, karena dengan evaluasi dapat diketahui secara pasti apa yang menjadi permasalahan menghambat tujuan dari pelatihan, sesuai dengan pendapat Haris Mujiman (2011: 67) hal hal yang perlu dievaluasi adalah peserta pelatihan, Instruktur, Penyelenggara, bahan pelatihan, program pelatihan, berdasarkan pembahasan penulis dari hasil penelitisn masih terdapat peserta yang kurang disiplin, Inlstruktur praktek kewirausahan kurang menguasai materi pelatihan yang telah direncanakan, Bahan untuk praktek banyak yang tidak sesuai dan peralatan yang dipergunakan untuk praktek pun kurang sesuai, suasana pembelajaran kurang kondusip. Pelayanan dari penyelenggara kepada peserta masih belum optimal, Untuk mengatasi kelemahan atau kekurangan dari Dinas Tenaga Kerja Bidang Penempatan dan Perluasan Kerja, sebaiknya mengoptimalkan evaluasi baik pada saat pelaksanaan pelatihan maupun pada akhir kegiatan, agar kelemahan atau kekurangan yang terjadi tidak terulang kembali pada kegiatan pelaksanaan pelatihan yang akan datang dengan kelemahan atau kekurangan yang sama. d. Peran Dinas Tenaga Kerja Dalam Meningkatkan Pendapatan Industri Kreatif Berbasis pangan Lokal Melalui Pelatihan Kewirausahaan Di Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung mempunyai peran dalam meningkatkan pendapatan industri kreatif berbasis pangan lokal melalui pelatihan kewirausahaan di Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung, ini terbukti baik dari peserta setelah mengikuti pelatihan Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 36 selama 10 hari nampak perubahannya dalam pengetahuan, keterampilan, sikap dan prilaku dan alumni yang telah mengikuti pelatihan kewirausahaan menjadi pelaku wirausaha industri kreatif berbasis pangan lokal di Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung, termotivasi untuk menjadi pelaku usaha yang berhasil dan sukses, dan berkontribusi dalam pendapatan bertambah, bila dibandingkan dengan pendapatan sebelum mengikuti pelatihan, sebelumnya pendapatan setiap bulan rata-ratanya satu juta rupiah dari jumlah biaya yang dikeluarkan untuk produksi sebesar tujuh juta rupiah dengan pendapatan hasil penjualan delapan juta rupiah, dengan tingkat rentabilitas 14,29 persen, tetapi setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan yang diselengagarakan oleh Dinas Tenaga Kerja, pendapatan meningkat menjadi empat juta rupiah, dari jumlah biaya yang dikeluarkan sama sebesar tujuh juta rupiah dengan pendapatan hasil penjualan menjadi sebelas juta rupian, ini terjadi dengan adanya macam-macam produk yang dihasilkan, maka hasil penjualan bertambah. Sehingga rentabilitaspun naik menjadi 57,14 persen, dengan modal, ketekunan, keuletan, kejujuran dan disiplin terhadap pembeli, maka jumlah pembeli bertambah, berkomitmen dengan para konsumen, apa yang telah disampaikan kepada konsumen selalu dipenuhi, menjadi percaya diri atas hasil produk dan mampu untuk bersaing dengan produk lain yang sejenis produknya, setiap aktivitas usaha yang dilakukan senantiasa berorintasi pada tugas dan hasil, siap mengambil resiko apa yang telah di putuskan dengan pembeli, berusaha sekuat tenaga untuk menjadi pelaku usaha yang mandiri, memilki masa depan, dapat membuka lapangan kerja, dapat meningkatan perekonomian pedesaan E. Kesimpulan 1. Penyusunan Perencanaan Pelatihan. Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung telah melaksanakan Penyusunan perencanaan pelatihan kewirausahaan secara baik dan benar sesuai dengan Sistem Operasional Prosedur yang ada di pemerintahan Kabupaten Bandung. 2. Pelaksanaan pelatihan. Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung belum optimal, dalam pelaksanaan pelatihan kewirausahaan karena masih terdapat kelemahan. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 37 3. Evaluasi Pelatihan Evaluasi pelatihan belum dilaksanakan secara optimal, terbukti kelemahan yang terjadi tidak diketahui baik dari peserta, instruktur, bahan, perlatan, penyelenggara maupun program pelatihan. 4. Peran Dinas Tenaga Kerja dalam meningkatkan pendapatan industri kreatif berbasis pangan lokal di Kemacatan Arjasari Kabupaten Bandung. Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung mempunyai peran dan berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan industri kreatif berbasis pangan lokal di Kecamatan Arjasari, karena adanya peningkatan pendapatan dari 1 juta rupiah menjadi 4 juta rupiah perbulan, tingkat rentabilita naik dari 14,29 % menjadi 57,14 %, jiwa, mental dan karakteristik wirausaha dimilki oleh pelaku wirausaha industri kreatif. DAFTAR PUSTAKA A. Fauzi Ika Kartika (2011 ). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung: Alfabeta. Alma Buchari. (2007). Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta BangunWilson. (2012).Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta: Erlangga CahyonoTri Bambang. (1999). Kasus-Kasus Manajemen Sumber Daya Manusia. Semarang: Agung. Mujiman Haris. (2011). Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Nitisusastro Mulyadi. (2012). Kewirausahaan & Manajemen Usaha Kecil Bandung Alfabeta Simamora (2006) Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Bagian penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi