Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 48 METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) DALAM UPAYA MENUMBUHKEMBANGKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA DINI DI TK BHAYANGKARI 17 CIMAHI Vera Ayuningtiyas STKIP Siliwangi Abstrak Keterampilan berbicara selalu dibutuhkan sebagai sarana untuk berkomunikasi. Berdasarkan pengamatan di lapangan, kemampuan berkomunikasi pada anak usia 5-6 tahun masih dalam taraf rendah, sehingga masih banyak kosakata yang harus dikuasai untuk dapat berkomunikasi dengan baik. Peningkatan kemampuan komunikasi pada anak tersebut dapat dilakukan melalui metode bermain peran yang terdiri dari dua jenis yaitu metode bermain peran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis proses perencanaan, penyelenggaraan serta evaluasi pembelajaran dengan metode bermain peran dalam upaya menumbuhkembangkan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia pada anak usia dini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif naturalistic. Kajian data pada penelitian ini didapat dari hasil pengamatan langsung kegiatan belajar mengajar, dan dari hasil wawancara dengan guru-guru. Dari hasil penelitian didapat kesimpulan bahwa tingkat keterampilan berbicara bahasa Indonesia anak dengan metode bermain peran lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keterampilan berbicara anak dengan metode ceramah. Kata kunci: Metode Bermain Peran, Keterampilan Berbicara, Anak Usia Dini. A. PENDAHULUAN Perkembangan merupakan proses perubahan yang terjadi pada anak secara fungsional. Perkembangan anak meliputi beberapa aspek perkembangan. Salah satu aspek yang penting dalam perkembangan anak adalah perkembangan bahasa dimana perkembangan bahasa ini berkaitan dengan perkembangan lainnya (Halida, 2011: 27). Perkembangan bahasa memerlukan beberapa kemampuan, yaitu berbicara, menyimak, membaca, menulis, dan menggunakan bahasa Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 49 isyarat. Keterampilan berbicara merupakan hal yang paling kodrati dilakukan oleh semua orang, termasuk anak-anak. Keterampilan berbicara selalu dibutuhkan setiap hari mulai kita bangun tidur hingga akan tidur kembali sebagai sarana untuk berkomunikasi. Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata- kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Menurut Hurlock (1978: 185) belajar berbicara mencakup tiga proses terpisah, tetapi saling berhubungan satu sama lain, yaitu mengucapkan kata, membangun kosakata, dan membentuk kalimat. Kegagalan menguasai salah satunya akan membahayakan keseluruhan pola bicara. Oleh karena itu, Peraturan Menteri No. 58 (2009: 10) menyebutkan bahwa tingkat pencapaian perkembangan anak usia dini tahun dengan lingkup perkembangan mengungkapkan bahasa meliputi menjawab pertanyaan yang lebih kompleks; menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama; berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung; menyusun kalimat pada awal masa kanak-kanak masih dalam taraf rendah, sehingga masih banyak kosakata sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat- keterangan); memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekpresikan ide pada orang lain; serta melanjutkan sebagian cerita/ dongeng yang telah diperdengarkan. Kemampuan berkomunikasi yang harus dikuasai untuk dapat berkomunikasi dengan baik (Hurlock, 1990: 109). Hal ini dapat dilihat berdasarkan pengamatan di lapangan, masih terdapat anak yang belum mampu mengekspresikan ide pada orang lain. Sebagai contoh, pada saat guru meminta anak maju untuk menceritakan pengalaman anak, anak belum mampu menceritakan secara rinci. Permasalahan ini perlu diatasi melalui peningkatan kemampuan komunikasi pada anak yang dapat dilakukan melalui metode bermain. Metode bermain peran merupakan pembelajaran yang menyenangkan. Menurut buku Metodik di Taman Kanak-kanak (Depdiknas, 2003: 41) dalam Magfiroh (2011) salah satu tujuan dari bermain peran adalah melatih anak berbicara dengan lancar. Berdasarkan pengamatan di lapangan pelaksanaan bermain peran belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari intensitas bermain peran yang masih rendah. Guru memberikan bermain peran hanya pada tema-tema tertentu. Salah satu tema yang biasa digunakan untuk bermain peran adalah tema profesi. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 50 B. KAJIAN TEORI Perkembangan bahasa merupakan aspek perkembangan yang penting untuk dikuasai. Bahasa terdiri dari bahasa lisan dan bahasa tertulis. Bahasa lisan merupakan unsur penting dalam interaksi atau sosialisasi (Dardjowidjojo, 2003: 17). Menurut Djiwandono (2008) dalam Halida (2011) berbicara adalah mengungkapkan pikiran secara lisan. Sejalan dengan pendapat Djiwandono, Tarigan dalam Suhartono (2005: 20) mengatakan bahwa berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi- bunyi artikulasi untuk mengekspresikan serta menyampaikan pikiran dan perasaan. Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan pada orang lain. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara, sehingga dapat menghilangkan rasa malu, berat lidah, dan rendah diri (Iskandarwassid, 2008). Kemampuan berbicara merupakan pengungkapan diri secara lisan. Unsur-unsur kebahasaan yang dapat menunjang keterampilan berbicara diungkapkan oleh Djiwandono (1996) dalam Halida (2011) yaitu unsur kebahasaan, unsur nonkebahasaan, dan unsur isi. Unsur kebahasaan meliputi: (1) Pengucapan lafal yang jelas, (2) Penerapan intonasi yang wajar, (3) Pilihan kata, (4) Penerapan struktur/ susunan kalimat yang jelas. Pengertian metode bermain peran diungkapkan oleh beberapa tokoh, diantaranya Shim (2007) mengemukakan: “Pretend play is generally defined in the research literature as an activity that involves role play, object substitution, and imaginary situations.” Dengan maksud, bermain pura-pura adalah aktivitas yang bersangkutan dengan bermain peran, objek pengganti, dan situasi imajiner yang biasanya didefinisikan dalam kajian pustaka riset. Bermain peran dikenal juga dengan sebutan bermain pura-pura, khayalan, fantasi, make believe, atau simbolik. Menurut Piaget, awal main peran dapat menjadi bukti perilaku anak. Ia menyatakan bahwa bermain peran ditandai oleh penerapan cerita pada objek dan mengulang perilaku menyenangkan yang diingatnya. Piaget menyatakan bahwa keterlibatan anak dalam bermain peran dan upaya anak mencapai tahap yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 51 lainnya disebut sebagai collective symbolism. Ia juga menerangkan percakapan lisan yang anak lakukan dengan diri sendiri sebagai idiosyncratic soliloquies. Selanjutnya sependapat dengan Shim, Tarigan (1996: 243) dalam Halida (2011) mengatakan dalam bermain peran, anak bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa, berarti anak harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa. C. METODE PENELITIAN Definisi metode bermain peran yang lebih luas dikemukakan oleh Supriyati dalam Winda Gunarti, dkk, (2008: 10.10) bahwa metode bermain peran adalah permainan yang memerankan tokoh-tokoh atau benda sekitar anak sehingga dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mengetahui apakah keterampilan berbicara anak usia dini melalu metode bermain peran sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Jumlah murid kelompok A yang ada pada TK Bhayangkari sebanyak 26 anak yang terdiri 15 anak perempuan dan 11 anak laki-laki. Instrumen yang digunakan adalah Lembar Observasi dan Lembar Wawancara, sedangkan Prosedur Pengolahan Data terdiri dari 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan pengumpulan data, 3) Pengolahan data. D. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa rasa ketertarikan anak pada bermain peran membuat anak sangat senang ketika bermain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tedjasaputra (2001: 43) yang menyatakan bahwa pengenalan konsep pada anak usia prasekolah dilakukan sambil bermain, maka anak akan merasa senang dan tanpa dia sadari ternyata dia sudah banyak belajar. Dalam hal ini, pada saat bermain peran, tanpa disadari keterampilan berbicara pada anak meningkat. Peningkatan keterampilan berbicara melalui metode bermain peran tersebut dapat terlihat dengan tercapainya indikator berkomunikasi Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 52 secara lisan dan memiliki perbendaharaan kata, panjang kalimat yang diucapkan anak terdiri dari 6-8 kata perkalimat, menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat- keterangan), melanjutkan sebagian cerita/ dongeng yang telah diperdengarkan, isi pembicaraan berpusat pada orang lain (sosialisasi), mengajukan pertanyaan sesuai dengan topik, berbicara lancar dengan kalimat sederhana, serta mengekspresikan diri melalui dramatisasi. E. Kesimpulan Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rataan tingkat keterampilan berbicara antara kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran dan kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode ceramah. Tingkat keterampilan berbicara anak dengan metode bermain peran lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keterampilan berbicara anak dengan metode ceramah pada anak usia dini. Rekomendasi Salah satu metode pembelajaran yang menarik bagi anak usia dini adalah metode bermain peran. Oleh karena itu, metode pembelajaran tersebut dapat diterapkan di sekolah dalam meningkatkan keterampilan berbicara pada anak dini. Guru di Taman Kanak-kanak perlu meningkatkan pelaksanakan kegiatan bermain peran dalam pembelajaran. Hal ini bertujuan agar anak terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Melalui metode bermain peran ini, keterampilan berbicara, daya khayal, serta kemampuan sosialisasi anak dapat meningkat. Bagi siswa/ orangtua, metode bermain peran ini dapat juga dilaksanakan di rumah, sehingga diharapkan agar orangtua tidak membatasi anak dalam bermain peran dengan menyediakan media yang mencukupi. Media yang berupa alat permainan tersebut, dapat menstimulus daya khayal anak dalam melaksanakan bermain peran Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 53 DAFTAR PUSTAKA Andresen, Helga. 2005. Role Play and Language Development in the Preschool Years. JournalCulture Psychology: 11 (4) 384-414. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arriyani, Neni & Wismiarti. 2010. Panduan Pendidikan Sentra untuk PAUD Sentra Main Peran. Jakarta Timur: Pustaka Al-falah. Azwar, saifuddin. 2011. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bergen, Doris. 2002. The Role of Pretend Play in Childrens Cognitive Development. Journal of Early Childhood Research and Practice: 4 (1). Cook, Thomas D; Donald T. Campbell. 1979. Quasi-Experimenation Design &Analysis Issues for Field Settings. U.S.A: Houghton Miffilin Company. Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini 4-6 th. Jakarta Pusat: Pusat Kurikulum, Bolitbang Depdiknas. _________.2003. Metodik di Taman Kanak-kanak. Jakarta Pusat: Depdiknas. _________.2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia. Gunarti, Winda, dkk. 2010. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Halida. 2011. Metode Bermain Peran dalam Mengotimalkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini (4-5 tahun). Jurnal [online]. Pontianak: PAUDFKIPUniversitas Tanjungpura. (http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jckrw/article/view/270/27 5). Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 54 Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga. _________________. 1990. Alih Bahasa. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Iskandarwassid, Sunendar dadang. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Khoiruddin. Akhmad. 2010. Belajar sambil Bermain dan Bermain sambil Belajar. Tersedia: Cairudin, blogspot. Com/…/belajar-sambil-bermain-atau-bermain.html (19 Desember 2012) Mujib, Rahmawati Nailur. 2012. Permainan Edukatif Pendukung Pembelajaran Bahasa Arab (2). Yogyakarta: Diva Press. Pane, Eli Tohonan Tua 2013. Pengaruh Metode Bermain Peran dan Konsep Diri terhadap Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini di Kelompok Bermain Kota Medan. Tesis. Teknologi Pendidikan. UNIMED. Medan. Priyatno, Duwi. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta: ANDI. Rahayu, Minto, 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Grasindo. Sudono, Anggani. 1995. Alat Permainan dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Depdikbud Dikjen Dikti. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. ________. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Sujiono, Nurani Yuliani dan Bambang Sujiono. (2010). Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT Indeks. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 55 Sukestiyarno & Wardono. (2009). Statistika. Semarang: UNNES Press. Suyadi. (2011). Manajemen PAUD. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suyanto, Slamet. (2003). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Syakir, Azhim Abdul. (2002). Membimbing Anak Terampil Berbahasa. Jakarta: Gema Insani. Syaodih, Ernawulan. (2005). Perilaku Sosial Anak. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tedjasaputra, Mayke.S. (1995). Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Yus, Anita. (2011). Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak- kanak. Jakarta: Kencana.