Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 105 STRATEGI PANTI ASUHAN DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN WARGA BELAJAR MELALUI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN Euis Herlina STKIP Siliwangi Bandung Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap data tentang Bagaimana penerapan metode, strategi, dan efektivitas kegiatan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dalam meningkatkan keterampilan di panti asuhan Kuncup Harapan Muhammadiyah Sukajadi Kota Bandung. Landasan teori yang dijadikan rujukan adalah, Pemberdayaan Warga Belajar Dalam Meningkatkan Kemandirian, Pendidikan dan Pelatihan Sebagai salah satu bentuk Program PLS, Kewirausahaan dan Kemandirian Warga Belajar, Peran Panti Asuhan Dalam Pemberdayaan Melalui pendidikan dan Pelatihan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dan pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa penerapan metode yang digunakan adalah, diskusi, demonstrasi, ceramah, proses dan langkah-langkah dalam menyampaikan materi yang dirancang dan disusun oleh tutor disesuaikan dengan latar belakang peserta dan kebutuhan peserta, strategi pelaksanaan kegiatan pelatihan yang dilakukan adalah berangkat dari tujuan yang ingin dicapai dalam pelatihan, tujuan tersebut meliputi tiga aspek yang harus dipenuhi yaitu raw input, instrumental input, dan proses, sebelum pelaksanaan dilakukan perlu adanya tahapan yang dimulai dari mengidentifikasi kebutuhan warga belajar, sampai dengan evaluasi program. Efektifitas penggunaan metode dalam pelatihan adalah bagaimana rancangan dan penyusunan kurikulum yang dilakukan oleh penyelenggara, tutor dan pihak – pihak lain yang terkait dengan kegiatan tersebut, bahwa Kurikulum disusun secara bersama-sama antara penyelenggara dan tutor yang telah disesuaikan dengan kebutuhan warga belajarbahwa hasil dari pelatihan warga belajar banyak yang menjadi mandiri dalam wirausaha. Kesimpulan penelitian ini adalah tujuan dari kegiatan pelatihan sesuai dengan yang diharapkan, yaitu dapat meningkatkan Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 106 kemandirian dan keterampilan berwirausaha di Panti Asuhan Kuncup Harapan Muhammadiyah Kota Bandung Kata Kunci: kemandirian, keterampilan, kewirausahaan, pendidikan dan pelatihan A. PENDAHULUAN Dalam kondisi dan situasi seperti pada saat ini masyarakat dituntut untuk bisa mengembangkan dirinya melalui potensi yang dimilikinya, namun untuk melakukan hal tersebut tidaklah semudah membalikan telapak tangan sebab segala sesuatu haruslah menggunakan keilmuan, pengembangan potensi biasanya didapat melalui jalur pendidikan non formal dan informal baik yang diselenggarakan oleh lembaga ataupun oleh organisasi.pendidikan dan pelatihan merupakan Pendidikan yang secara praktis dapat membekali seseorang dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan. yang menyangkut aspek pengetahuan, sikap yang di dalamnya termasuk fisik dan mental, serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan potensi yang dimiliki oleh manusia sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam kehidupan. Pendidikan dan pelatihan kewirausahaan merupakan jalan yang akan memecahkan persolan hidup, sebab dengan bekal keilmuan wirausaha manusia bisa mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang dimiliki sebelumnya, Rasionalisasinya adalah jika seseorang memiliki kewirausahaan, dia akan memiliki karakteristik motivasi/ mimpi yang tinggi (need of achievement), berani mencoba (risk taker), innovative dan independence. Dengan sifatnya ini, dengan sedikit saja peluang dan kesempatan, dia mampu merubah, menghasilkan sesuatu yang baru, relasi baru, akumulasi modal, baik berupa perbaikan usaha yang sudah ada (upgrading) maupun menghasilkan usaha baru. Baum et al. (2001) mengatakan bahwa sifat seseorang (yang bisa diukur dari ketegaran dalam menghadapi masalah, sikap proaktif dan kegemaran dalam bekerja), kompetensi umum (yang bisa diukur dari keahlian berorganisasi dan kemampuan melihat peluang), kompetensi khusus yang dimilikinya seperti keahlian industri dan keahlian teknik, serta motivasi (yang bisa diukur dari visi, tujuan pertumbuhan dan self efficacy), berpengaruh secara positif terhadap pertumbuhan usaha. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 107 Pada hakekatnya pendidikan dan pelatihan kewirausahaan ini membantu dan membekali manusia dalam pengembangan kemampuan dirinya, menyadari dan mensyukuri potensi diri, berani menghadapi problema kehidupan, serta mampu memecahkan persoalan secara kreatif. Seperti halnya di panti Asuhan Kuncup Harapan Muhammadiyah para penghuni panti tersebut tidak hanya dibekali pendidikan formal, atau pendidikan keagamaan tetapi juga dibekali dengan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan sebagai modal untuk menjalani kehidupan dimasa depannya. Anak yatim piatu dan terlantar juga berhak mendapatkan perlindungan dalam bidang sandang, pangan, pendidikan, pembinaan, dan kesehatan. Pengajaran di panti asuhan diharapkan akan diperoleh pengetahuan, keterampilan serta Perilaku yang baik. Ketrampilan ini akan dipergunakan untuk membantu dirinya sendiri serta dapat membantu orang lain yang membutuhkan. Anak yatim adalah anak yang ditinggal wafat ayahnya, ketika masih di bawah usia baligh. Anak yatim piatu dan terlantar semua mendapat perhatian khusus melebihi anak-anak yang wajar yang masih memiliki kedua orang tua. Sejalan dengan hal di atas di Panti Asuhan Kuncup Harapan Muhammadiyah sebagai wujud untuk membantu meningkatkan kesejahteraan sosial anak yatim dan anak dari keluarga miskin bagi masyarakat juga berani hidup berakhlak mulia. Mengacu pada Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak pada Bab I mengenai ketentuan umum pasal 1 yang dimaksudkan kesejahteraan umum anak adalah, Pertama, kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjadi pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Kedua, usaha kesejahteraan sosial yang ditujukan untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan anak, terutama terpenuhinya kebutuhan pokok anak (UU No. 4 tahun 1979). Anak-anak yang ditampung dalam Panti Asuhan Kuncup Harapan Muhammadiyah adalah anak yang tidak mempunyai ayah dan ibu (yatim piatu), dan anak dari keluarga yang tidak mampu dalam arti secara ekonomi mereka tidak mampu memberikan penghidupan yang layak bagi anak. Panti asuhan ini berfungsi sebagai lembaga sosial dimana dalam kehidupan sehari-hari anak diasuh, dididik, dibimbing, diarahkan, diberi kasih sayang, dicukupi kebutuhan sehari-hari dan diberikan Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 108 ketrampilan-ketrampilan. Agar tidak kehilangan seperti keluarga, panti asuhan berusaha memberikan pelayanan yang terbaik pada anak dan menggantikan peranan keluarga bagi anak. Anak yatim piatu dan terlantar berada di dalam panti asuhan karena banyak sebab, salah satunya adalah mereka yang tinggal di keluarga miskin sehingga mereka tidak bisa berdaya, selain itu mereka juga tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri, sehingga kemiskinan membuat mereka menjadi tidak berdaya. Selain itu di dalam Panti Asuhan Kuncup Harapan Muhammadiyah sendiri memiliki berbagai macam pembinaan anak yatim piatu dan terlantar, dimana anak diberikan pengajaran,keterampilan dan pembinaan lainnya agar anak dapat memiliki pemahaman yang luas, keahlian atau kemampuan yang dimiliki, dan dapat mandiri. Sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas manusia dapat ditempuh melalui salah satu pelatihan keterampilan, melalui pemberian keterampilan pada anak yatim piatu dan terlantar diharapkan mampu mandiri untuk bekal mereka dimasa depan atau pun dengan adanya pemberian keterampilan melalui pendidikan nonformal mereka dapat belajar untuk berwirausaha. Karakteristik dari Panti Asuhan Kuncup Harapan Muhammadiyah adalah untuk mengayomi, melindungi anak dan menganggap anak asuh sebagai anak sendiri. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dalam penelitian ini penulis merumuskan bagaimana strategi panti asuhan dalam meningkatkan kemandirian melalui pendidikan dan pelatihan kewirausahaan. B. KAJIAN TEORI DAN METODE 1. Pemberdayaan Warga Belajar Dalam Meningkatkan Kemandirian Pemberdayaan sebagai salah satu strategi pembangunan sangatlah tepat untuk menggalakkan dinamika masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kata“Pemberdayaan”mengesankan arti tangguh atau kuat (BKSN 2000:74). Praktek yang berbasiskan pemberdayaan adalah suatu aktifitas refleksi, suatu proses yang dapat dinilai dan dipertahankan hanya oleh agen atau subjek yang mencari kekuatan atau penentuan diri sendiri, sementara proses lainnya hanya memberikan iklim, hubungan, Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 109 sumber-sumber, dan alat-alat yang dapat meningkatkan kehidupan masyarakat (Rappaport, 1985). Panti Asuhan sebagai perantara atau penyalur bagi anak terlantar dan lembaga lain yang membantu program pemberdayaan, misalnya dalam membantu meningkatkan pendidikan anak asuh Panti Kuncup Harapan Muhammadiyah Sukajadi Kota Bandung melakukan pelatihan wirausaha sudah disetujui antar pengurus Panti Asuhan yang bekerja sama dengan pihak-pihak terkait, Secara luas istilah pemberdayaan sering disamakan dengan perolehan kekuasaan dan akses terhadap sumber daya untuk mencari nafkah Pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orang- orang pinggiran yang tidak berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar pada kegiatan politik, oleh karena itu pemberdayaan dapat bersifat individual sekaligus dapat kolektif , Sukesi dalam Sugiarti menyatakan bahwa : Konsep pemberdayaan anak terlantar merupakan upaya membangun kemampuan anak terlantar. Upaya-upaya anak terlantar diarahkan pada tercapainya kesejahteraan anak terlantar melalui pelayanan sosial seperti pelatihan keterampilan, modal untuk kegiatan ekonomi, pendidikan non formal dan lain-lain.” 2. Pendidikan dan Pelatihan Sebagai salah satu bentuk Program PLS Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli yang berkenaan dengan pendidikan dan pelatihan. Notoatmodjo (1992) mengemukakan bahwa pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk pengembangan sumber daya manusia,terutama untuk pengembangan aspek kemampuan intelektual dan kepribadian manusia.Penggunaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi atau organisasi biasanya disatukan menjadi diklat (pendidikan dan pelatihan). Unit yang menangani pendidikan dan pelatihan pegawai lazim disebut Pusdiklat (Pusat pendidikan dan Pelatihan). Simanjuntak mengemukakan bahwa “Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengembangan sumber daya manusia”. Pendidikan dan pelatihan tidak saja menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja, dengan demikian meningkatkan produktivitas kerja. Dari beberapa Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 110 pengertian di atas dapat simpulkan bahwa pengembangan sumber daya manusia dalam suatu organisasi adalah upaya peningkatan kemampuan pegawai yang dalam penelitian ini dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Selanjutnya ada yang membedakan pengertian pendidikan dan pelatihan, antara lain Notoatmodjo. Menurut Notoadmodjo (1992) “Pendidikan di dalam suatu organisasi adalah suatu proses pengembangan kemampuan kearah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan.” Sedang pelatihan merupakan bagian dari suatu proses pendidikan, yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atau kelompok orang. Westerman dan Donoghue(1992) memberikan pengertian bahwa : “Pelatihan sebagai pengembangan secara sistimatis pola sikap/ pengetahuan/ keahlian yang diperlukan oleh seseorang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaannya secara memadai”. 3. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah Putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan yang selanjutnya. Pendidikan luar sekolah ikut dalam pengembangan sumber daya manusia di negeri ini. Banyak sudah yang dilakukan pendidikan luar sekolah dalam pemberdayaan masyarakat, akan tetapi pekerjaan besar ini seakan-akan tak pernah terselesaikan. Seolah-olah pekerjaan ini seperti lingkaran yang berputar secara alami yang sudah terpola. “Pendidikan nonformal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuannya (Sudjana, 2004:78)”. Pendidikan luar sekolah harus cerdas dalam membuat program untuk pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan adalah “People gaining an understanding of and control over sosial, economic, and/or political forces in order to improve their standing in society”(Kindervatter, 1979: 60). Demikian juga dikatakan, pendidikan luar sekolah sebagai pemberdaya Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 111 adalah pendekatan pendidikan yang membuat siswa memperoleh pemahaman yang lebih besar mengenai sosial, ekonomi serta politis, melalui (1) latihan terus menerus mengenal semua aspek yang berhubungan dengan proses belajar, (2) mempelajari keahlian yang responsive terhadap kebutuhannya, (3) bekerjasama secara kolaborasi untuk menyelesaikan masalah yang timbul. Apa yang dikatakan oleh pakar ini terfokus memberi kekuatan pada yang lemah,agar dia mempunyai kekuatan dan berdaya dalam menghadapi permasalahan yang sedang ia hadapi. Akan tetapai pakar ini memberikan solusi yang sangat baik dalam memberdayakan yang mempunyai kelemahan-kelemahan itu (Engking, H Soewarman, 2005: 50). 4. Keterampilan Pola kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari. Keterampilan bergerak dari yang sangat sederhana ke bidang yang kompleks. Keterampilan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu psikomotor dan intelektual. Keterampilan psikomotor antara lain adalah menggergaji, mengecat tembok, menari, mengetik. “Sedangkan keterampilan intelektual ialah memecahkan soal hitungan, Melakukan penelitian, membuat kesimpulan dan sebagainya. Namun ada keterampilan yang lebih menonjol unsur psikomotornya sedangkan keterampilan yang lain lebih menonjol unsur intelektualnya (Sudjana, 1996:17)” Keterampilan merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak asuh untuk terlibat dalam berbagai pengalaman apresiasi maupun pengalaman berkreasi untuk menghasilkan suatu produk berupa benda nyata yang bermanfaat langsung bagi kehidupan mereka. Dalam pelatihan keterampilan, anak asuh melakukan interaksi dengan benda-benda produk kerajinan dan teknologi yang ada di lingkungannya, dan kemudian berkreasi menciptakan berbagai produk kerajinan maupun produk teknologi, sehingga diperoleh pengalaman konseptual, pengalaman apresiatif dan pengalaman kreatif. Sudjana (1996: 17) menyatakan bahwa : “Pembelajaran keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah Perilaku anak asuh cekat, cepat dan tepat melalui pembelajaran kerajinan, teknologi rekayasa dan teknologi pengolahan Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 112 5. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif dalam menelaah masalah penelitian ini dipilih karena masalah yang diteliti memerlukan suatu pengungkapan yang bersifat deskriptif. Menurut Moleong (2004: 6) “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistic dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”. C. HASIL PENELITIAN Metode dalam pembelajaran adalah merupakan cara dalam menyampaikan materi dalam pelatihan, metode merupakan teknik yang selalu diterapkan dalam pembelajaran baik formal, non formal maupun informal, begitupun dalam kegiatan pelatihan kewirausahaan yang dilaksanakan oleh Panti Asuhan kuncup harapan dalam meningkatkan kemandirian warga belajar melalui pendidikan dan pelatihan, Salah satu cara yang tepat untuk mengurangi lulusan sekolah yang menganggur, maka model Pendidikan Kewirausahaan yang diterapkan di Panti Asuhan Kuncup Harapan perlu dikembangkan sesuai dengan era globalisasi dan perkembangan dunia usaha/dunia industri (DUDI). Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat diintegrasikan ke berbagai pelatihan dengan penekanan pada nilai-nilai kewirausahaan, memperdalam cakupan materi pelatihan keterampilan yang sudah ada dalam Struktur Program Kurikulum,. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standard Isi, bahwa salah satu tujuan dari mata pelajaran keterampilan adalah agar siswa memiliki sikap profesional dan kewirausahaan. Begitu juga dalam ruang lingkup pelatihan keterampilan salah satunya mencakup aspek kewirausahaan. Mengacu pada peraturan tersebut, maka aspek kewirausahaan perlu lebih diperdalam cakupannya sesuai dengan tuntutan kompetensinya. Jika mengacu pada pengertian kewirausahaan maka kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan juga merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif dan kreatif, berdaya Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 113 cipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya (Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan, Pusat Kurikulum 2010). Penekanan pada kewirausahaan adalah dimilikinya sikap mental dan jiwa wirausaha yang kreatif dan inovatif serta mampu melihat peluang dan mengaplikannya dalam tindakan nyata yang penuh resiko. Menurut Peri Sopian, S.Pd selaku kepala Panti asuhan kuncup harapan beliau memaparkan tentang Penerapan Metode yang sering digunakan dalam pelatihan yaitu, dalam pelatihan kewirausahaan yang kami lakukan untuk penerapan metode sangat bervariatif tergantung materi apa yang akan disampaikan oleh tutor, selain itu juga terkadang kami selaku pengelola tidak menetapkan metode yang harus disampaikan oleh tutor tetapi kami memberikan kewenangan penuh kepada tutor yang akan menyampaikan. Pelatihan kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Panti Asuhan Kuncup harapan, memilki tujuan yang ingin di capai sesuai dengan Visi Misi Lembaga, untuk mewujudkan semua itu diterapkan sebuah strategi agar harapan dan tujuan dapat tercapai, adapun tujuan diselenggarkannya pelatihan kewirausahaan, Peri Sopian, S.Pd selaku kepala Panti Asuhan Kuncup Harapan Muhammadiyah Sukajadi menjelaskan bahwa, pelaksanaan kegiatan pelatihan yang kami lakukan adalah berangkat dari tujuan yang ingin dicapai dalam pelatihan, tujuan tersebut meliputi tiga aspek yang harus dipenuhi yaitu raw infut, instrument infut, dan proses, sebelum pelaksanaan dilakukan perlu adanya tahapan yang dimulai dari mengidentifikasi kebutuhan warga belajar, sampai dengan evaluasi program, tahapan pertama yaitu masukan mentah, yang kedua adalah masukan sarana, dan yang ketiga proses, dan dalam pelatihan kewirausahaan ini yaitu program yang kami selenggarakan untuk membekali anak agar mereka mandiri, dimana dalam pelaksanaan program pelatihan ini sesuai dengan kebutuhan warga belajar, karakteristik warga belajar, peran tutor, pelaksanaan lokasi, waktu, strategi pebelajaran. ini semua akan menciptakan keberhasilan dari tujuan yang kami harapkan. Hal ini sependapat dengan (Benjamin Bloom, et. al., Handbook on Formative and Summative Evaluation of Student Learning, New York: McGraw-Hill, 1971). Dalam Drs Syaiful Bahri Djamarah ( 2006 : 67 ) Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun dan merumuskan tujuan pelatihan, yaitu: a) Jenis tujuan pelatihan Yaitu hendaknya jenis tujuan pelatihan harus mencakup pengetahuan, sikap, Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 114 dan keterampilan. Dan hasil yang diharapkan merupakan perubahan tingkah laku/sikap, serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang dapat diobservasi/diamati, b) Kedalaman tujuan pelatihan Semakin dalam tujuan pelatihan semakin rumit untuk mencapainya, sehingga akan mempengaruhi materi maupun metode pelatihan yang harus diberikan, c) Sumber daya yang tersedia, Dalam merumuskan tujuan pelatihan hendaknya juga mempertimbangkan sumberdaya yang tersedia, d) Waktu Faktor waktu sangat menentukan dalam merumuskan tujuan pelatihan, e) Peserta pelatihan Faktor peserta juga sangat berpengaruh di dalam merumuskan tujuan pelatihan baik dilihat dari latar belakang, pengalaman, usia, pendidikan dan lain sebagainya, f) Metode dan media Dalam menyusun materi pelatihan hendaknya juga mempertimbangkan kesesuaian metode dan media yang ada, g) Ketersediaan pemateri/trainer Adalah pemateri yang mempunyai kualifikasi sebagaimana yang dikehendaki dalam pencapaian tujuan yang diharapkan. Mempersiapkan kurikulum dan materi. Efektifitas penggunaan metode dalam pelatihan adalah bagaimana rancangan dan penyusunan kurikulum yang dilakukan oleh penyelenggara, tutor dan pihak – pihak lain yang terkait dengan kegiatan tersebut, menurut Peri Sopian bahwa Kurikulum disusun secara bersama-sama antara penyelenggara dan tutor yang telah disesuaikan dengan kebutuhan warga belajar. Peri Sopain menjelaskan mengenai pembiayaan kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh Panti Asuhan sebagai salah satu kontribusi meningkatkan kemandirian penghuni panti, Beliau memaparkan bahwa,Program pelatihan kewirausahaan anak melalui keterampilan ini kami danai dari donator yang kebetulan yang ditawarkan yaitu keterampilan sablon tetapi dengan dasar disesuaikan dengan kebutuhan anak asuh lebih lanjut dijelaskan kembali oleh Peri sopian, Spd cara mendapatkan dana kami mengajukan proposal kegiatan ke pihak donator, baik itu dari pemerintah, swasta, dan perorangan, media adalah bentuk sarana yang mendukung pada program pelatihan , menurut Peri Sopian, S.Pd bahwa, media yang digunakan adalah Yang jelas buku – buku panduan, alat untuk paraktek, dan fasilitas lain yang mendukung. Sasaran dalam kegiatan pelatihan ini menurut Peri Sopain adalah para penghuni panti Asuhan, Evaluasi adalah salah satu alat untuk penilaian keberhasilan dari kegiatan pelatihan kewirausahaan. Media yang digunakan dalam pelatihan kewirausahaan, Ratih selaku sekretaris Panti Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 115 Asuhan Kuncup Harapan memaparkan bahwa, Banyak media yang digunakan kami disesuaikan dengan materi pada saat pelatihan seperti, barang-barang bekas untuk melatih keterampilan warga belajar, open untuk membuat kue, laptop dan lain-lain yang dapat menunjang pelatihan berlangsung. Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah satu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri karena memang tutorlah yang menghendakinya untuk membantu tugas tutor dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan ajar yang disampaikan oleh tutor kepada peserta didik. Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2002: 6). Latuheru(1988: 14), menyatakan bahwa : Media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. D. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pendidikan kewirausahaan dapat diintegrasikan ke berbagai pelatihan dengan penekanan pada nilai-nilai kewirausahaan, Penerapan Metode yang sering digunakan dalam pelatihan yaitu bervariatif tergantung materi apa yang akan disampaikan oleh tutor, Pada dasarnya tutor adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak peserta didiknya. Program yang diselenggarakan untuk membekali anak agar meraka mandiri, dimana dalam plaksanaan proram pelatihan ini sesuai dengan kebutuhan warga belajar, karakteristik warga belajar, peran tutor, pelaksanaan lokasi, waktu, strategi pembelajaran. Ini semua akan menciptakan keberhasilan dari tujuan yang kami harapkan, Efektifitas penggunaan metode dalam pelatihan adalah bagaiman rancangan dan penyusunan kurikulum yang dilakukan oleh penyelenggara, tutor dan pihak – pihak lain yang terkait dengan kegiatan tersebut, menurut Peri Sopian bahwa Kurikulum disusun Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 116 secara bersama-sama antara penyelenggara dan tutor yang telah disesuaikan dengan kebutuhan warga belajar. DAFTAR PUSTAKA _____________UPI. 2006. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI. Abduorrakhman Ginting. 2011. Esensi Praktis Manajemen Pendidikan dan Pelatihan. Bandung : Humaniora Achmadi, A. dan Nurboko, C. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara. Bisri Mustofa, 2009. Pedoman Menulis Proposal Penelitian Skripsi dan Tesis. Yogyakarta : Panji Pustaka D. sudjana, S. 2007, Sistem dan Manajemen Pelatihan. Bandung : Falah Production. Eka Prihatin. 2008, Konsep Pendidikan. Bandung : PT Karsa Mandiri Persada Ernawulan Syaoidah, Mubiar Agustini.2008, Bimbingan Konseling Anak Usia dini. Jakarta : Universitas Terbuka Hamalik, O. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara Harlina Pribadi, 2010, Pedoman bagi Orang tua, Guru, dan Penyuluh Masyarakat. Jakarta Timur : Cakra Media Hasan, M. I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indonesia Kemensos RI. 2012, Standar Nasional Pengasuhan Anak : kemensos RI Sugiyono, 2011. Statistika Untuk penelitian. Bandung : Alfabeta Syaiful Bahri Djamarah. 2006, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta