Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 116 PERANAN MUHAMMADIYAH DALAM MEMBINA GENERASI MUDA MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER DI SUKAJADI KOTA BANDUNG Neni Rohayati STKIP Siliwangi Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah :Untuk memperoleh gambaran tentang Perencanaan , Pelaksanaan dan Evaluasi yang dilakukan oleh Muhammadiyah Kecamatan Sukajadi dalam membina generasi muda melalui pendidikan Karakter.Landasan teori dalam penelitian ini Pembinaan Generasi Muda Oleh Muhamadiyah Merupakan Salah Satu Program PLS, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembinaan Generasi Muda, Pembinaan Generasi Muda melalui Pendidikan Karakter, Peran Organisasi Muhamadiyah, Penelitian ini menggunakan metoda kualitatif untuk pengumpulan data peneliti menggunakan teknik obsevasi, studi dokumentasi, wawancara. Dalam menganalisis data digunakan langkah–langkah yaitu, reduksi, display data, mengambil kesimpulan dan verifikasi data.Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan oleh PRM Muhammadiyah dalam membina generasi muda. Perancanaan di susun menjadi tiga tahap yaitu, rencana jangka panjang, rencana jangka menengah, dan rencana jangka pendek. Untuk pelaksanaannya adalah berbagai model pelatihan diantaranya Taruna Melati, Darul Arqom, BAitul Arqom, sekolah kader, up grading. evaluasi melalui penilaian yang menunjukan bahwa generasi muda wajib untuk memiilki 18 karakter. Dalam penelitian ini bahwa kegiatan yang dilakukan oleh PRM Muhammadiyah telah sesuai dengan vici, misi dan tujuan organisasi. Kata Kunci: Pembinaan generasi muda, Pendidikan Karakter A. PENDAHULUAN Albertus (2010: 80) menyatakan bahwa "Karakter dianggap sama dengan kepribadian, kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari seseorang yang bersumber Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 117 dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan". Lain lagi dengan Russel Williams (Q-Anees & Hambali, 2008: 99) mengungkapkan bahwa, “Karakter ibarat otot, dimana otot-otot karakter akan menjadi lembek apabila tidak pernah dilatih, dan akan kuat serta kokoh apabila sering dilatih dan dipakai.” Berdasarkan beberapa pernyataan di atas bahwa karakter seseorang adalah ciri khas dari orang tersebut yang merupakan hasil bentukan lingkungan melalui pembiasaan dan tauladan. Thomas Lickona (Megawangi, 2007:57) mengungkapkan bahwa: tanda- tanda sebuah negara menuju jurang kehancuran adalah sebagai berikut : meningkatnya kekerasan dikalangan remaja, penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk, pengaruh teman sebaya yang kuat dalam tindak kekerasan, meningkatnya perilaku yang merusak diri, seperti narkoba, seks bebas dan alkohol, semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, penurunan etos kerja, semakin rendahnya rasa hormat terhadap orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggungjawab individu dan warga negara, ketidakjujuran yang begitu membudaya, rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama. Dengan apa yang disampaikan oleh Thomas Lickona mengenai ciri- ciri kehancuran sebuah bangsa hal tersebut sudah mulai terlihat dengan nyata dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sehingga membutuhkan penanganan yang serius dengan segera yaitu dengan menghadirkan paradigma baru dalam dunia pendidikan bangsa Indonesia dengan menghadirkan kembali pendidikan budi pekerti dalam wujud yang lebih sempurna. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa karakter merupakan hasil dari latihan yang dilakukan secara berkesinambungan maka pembentukan karakter seseorang tidak dapat dilakukan secara cepat tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama maka upaya untuk membentuk karakter individu harus dilakukan sejak remaja karena usia remaja merupakan usia yang sedang labil, memandang bahwa masa usia remaja adalah masa terbentuknya pencarian identitas diri, yang dipenuhi dengan kejadian-kejadian unik dan menyenangkan yang meletakkan dasar bagi kehidupan seseorang di masa dewasa. Dalam hal ini organisasi berbasis agama di Indonesia salah satunya adalah Muhammadiyah mengambil peranan dalam pengembangan dan pendidikan karakter pada generasi muda yang mana sesuai dengan visinya adalah Mempersiapkan kader dan generasi muda Indonesia untuk siap menghadapi tantangan masa depan yang lebih beragam, Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 118 penuh dinamika. Muhammadiyah bangkit sebagai kekuatan terdepan di dalam merespon dan menyikapi dinamika zaman. Untuk mewujudkan itu semua Muhammadiyah berperan membina generasi muda menjadikan pemuda-pemuda yang tangguh dan siap menghadapi segala tantangan di era globalisasi ini, dengan berbagai program-programnya terutama dalam pengkaderan membina generasi muda agar memilki karakter bangsa yang original Indonesia dan ketimuran yang menjunjung tinggi ajaran Islam. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan apakah peranan Muhammadiyah dalam membina generasi muda dapat membentuk karakter generasi muda. B. KAJIAN TEORI DAN METODE 1. Pembinaan Generasi Muda Oleh Muhamadiyah Merupakan Salah Satu Program PLS Pendidikan luar sekolah sebenarnya bukanlah barang baru dalam khasanah budaya dan peradaban manusia.Pendidikan luar sekolah telah hidup dan menyatu di dalam kehidupan setiap masyarakat jauh sebelum muncul dan memasyarakatnya system persekolahan.PLS mempunyai bentuk dan pelaksanaan yang berbeda dengan sistem yang sudah ada di pendidikan persekolahan. PLS timbul dari konsep pendidikan seumur hidup dimana kebutuhan akan pendidikan tidak hanya pada pendidikan persekolahan/pendidikan formal saja. PLS pelaksanaannya lebih ditekankan kepada pemberian keahlian dan keterampilan dalam suatu bidang tertentu Menurut Hariyanto(http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._pend._luar_sekolah/195 608101981011-._nunu_heryanto/hubungan_pls_dan_profesi_plsx.pdf diakses pada tanggal 1 november 2013) pendidikan luar sekolah adalah: Setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah dan seseorang memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan kehidupan, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya. http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._pend._luar_sekolah/195608101981011-._nunu_heryanto/hubungan_pls_dan_profesi_plsx.pdf http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._pend._luar_sekolah/195608101981011-._nunu_heryanto/hubungan_pls_dan_profesi_plsx.pdf Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 119 2. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembinaan Generasi Muda Pembinaan generasi muda dalam perjalanan suatu bangsa adalah sangat penting, peranan yang sangat menonjol terutama dalam hal menentukan estafet kepemimpinan. Apabila Generasi Muda memiliki kualitas yang memadai maka hampir dipastikan bahwa tidak sulit menemukan figur pemimpin yang diperlukan pada saat dibutuhkan. Di era globalisasi saat ini, pemerintah sangat menaruh perhatian dalam pembangunan generasi muda guna memajukan ketertinggalan khususnya dibidang sumber daya manusia. Untuk itu telah dinyatakan dalam GBHN 1999-2004 sebagai berikut: Mengembangkan iklim yang kondusif bagi generasi muda dalam mengaktualisasikan segenap potensi, bakat dan minat dengan memberikan kesempatan dan mengorganisasikan dirinya secara lebih bebas dan merdeka sebagai wahana pendewasaan untuk menjadi pemimpin bangsa yang beriman dan bertaqwa, berahlak mulia, patriotis, demokratis, mandiri dan tanggap terhadap aspirasi rakyat. Berdasarkan rumusan di atas, telah menunjukkan seberapa penting potensi generasi muda dalam upaya mengembangkan, memajukan bangsa didalam perjalanan, terutama dalam menentukan arah pembangunan bangsa ini di masa yang akan datang. Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana pembinaan generasimuda itu sendiri, perlu dibahas terlebih dahulu mengenai pengertian generasimuda. Seringkali kita mendengar kata generasi muda ditengah-tengah masyarakat yang secara umum memiliki pengertian golongan manusia yang masih muda. Namun apabila kita cermati lebih mendalam maka sesungguhnya masih perlu dicari pengertian yang lebih konkrit agar bisa menjawab pertanyaan seperti: usia berapa sampai berapa tahun disebut masih generasi muda. Pembatasan usia ini sangat perlu untuk membedakannya secara terukur. Kosakata generasi muda adalah kata majemuk, terdiri dari dua kata yang terpisah yaitu generasi dan muda yang sangat erat kaitannya satu sama lain dan yang memberikan makna kata yang lebih spesifik. Lebih jauh, kita akan mencoba membicarakan satu persatu secara singkat. Menurut Poerwadarminta (1984: 314), generasi diartikan sebagai : "Sekalian orang yang kira-kira sama waktu hidupnya ". Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 120 3. Konsep Pelatihan Banyak ahli berpendapat tentang arti, tujuan dan manfaat pelatihan. Namun dari berbagai pendapat tersebut pada prinsipnya tidak jauh berbeda. Sikula dalam Sumantri (2000:2) mengartikan pelatihan sebagai “Proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisir. Para peserta pelatihan akan mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya praktis untuk tujuan tertentu”. Menurut Good, 1973 pelatihan adalah “Suatu proses membantu orang lain dalam memperoleh skill dan pengetahuan” (M. Saleh Marzuki, 1992 : 5). Sedangkan Michael J. Jucius dalam Moekijat (1991 : 2) menjelaskan istilah latihan “Untuk menunjukkan setiap proses untuk mengembangkan bakat, keterampilan dan kemampuan pegawai guna menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu”. Definisi pelatihan menurut Center for Development Management and Productivity adalah “Belajar untuk mengubah tingkah laku orang dalam melaksanakan pekerjaan mereka”. Pelatihan pada dasarnya adalah suatu proses memberikan bantuan bagi para karyawan atau pekerja untuk menguasai keterampilan khusus atau membantu untuk memperbaiki kekurangan dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Perbedaan yang nyata dengan pendidikan, diketahui bahwa pendidikan pada umumnya bersifat filosofis, teoritis, bersifat umum, dan memiliki rentangan waktu belajar yang relatif lama dibandingkan dengan suatu pelatihan. Sedangkan yang dimaksudkan dengan pembelajaran, mengandung makna adanya suatu proses belajar yang melekat terhadap diri seseorang. Pembelajaran terjadi karena adanya orang yang belajar dan sumber belajar yang tersedia.Dalam arti pembelajaran merupakan kondisi seseorang atau kelompok yang melakukan proses belajar. Hadari Nawawi (1997) menyatakan bahwa ”Pelatihan pada dasarnya adalah proses memberikan bantuan bagi para pekerja untuk menguasai keterampilan khusus atau membantu untuk memperbaiki kekurangannya dalam melaksanakan pekerjaan”. Fokus kegiatannya adalah untuk meningkatkan kemampuan kerja dalam memenuhi kebutuhan tuntutan cara bekerja yang paling efektif pada masa sekarang. Ernesto A. Franco (1991) mengemukakan pelatihan adalah ”Suatu tindakan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang pegawai yang melaksanakan pekerjaan tertentu”. Dalam PP RI nomor 71 tahun 1991 pasal 1 disebutkan” Latihan kerja adalah Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 121 keseluruhan kegiatan untuk memperoleh, meningkatkan serta mengembangkan produktivitas, disiplin, sikap kerja dan etos kerja pada tingkat keterampilan tertentu berdasarkan persyaratan jabatan tertentu yang pelaksanaannya lebih mengutamakan praktek dari pada teori” 4. Pembinaan Generasi Muda melalui Pendidikan Karakter Dengan berkembangnya jaman, maka keberadaan generasi muda Indonesia sekarang mengalami perubahan dimana dengan banyaknya pengaruh globalisasi misalnya pada masa lampau negara kita masih memperhatikan adanya tingkatan-tingkatan dalam masyarakat yang sering kali melibatkan orang muda yang terbatas pula pengaruhnya dengan sesama yang dianggap setingkat yang menjadikan orang muda tidak mempunyai kebebasan untuk mencari teman sendiri.Saat ini hal- hal tersebut jarang sekali kita temukan tetapi tidak jarang pula muncul masalah baru yang mengarah kepada kejahatan, kriminal, dan lain-lain karena adanya kebebasan yang tidak terkontrol saja tetapi karena munculnya fenomena dimana keluarga terutama orang tua lebih banyak.Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangang generasi muda. Pengaruh globalisasi terhadap generasi muda begitu kuat.Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak generasi muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari generasi muda sekarang, Menurut miftra (http://miftarohmah.blogspot.com/ Diakses pada tanggal 11 oktober 2013) yaitu: a) Dilihat dari sikap, banyak generasi muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka, b) Fenomena lain yang mencoreng citra pelajar dan lembaga pendidikan adalah maraknya ‘gang pelajar’ dan ‘gang motor’. Perilaku mereka bahkan seringkali menjurus pada tindak kekerasan (bullying) yang meresahkan masyarakat dan bahkan tindakan kriminal seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan, c) Di kalangan pelajar dan mahasiswa penggerusan moral ini tidak kalah memprihatinkan. Kebiasaan ‘mencontek’ pada saat ulangan atau ujian masih dilakukan, d) Dari cara berpakaian banyak generasi muda- generasi muda kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat, e) Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 122 Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan da teknologi maka pada era saat ini generasi muda sebagaian besar sudah kehilangan arah pegangan, mereka sudah lebih menuhankan teknologi menjadi pegangan dan pandangan hidipnya. 5. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif dalam menelaah masalah penelitian ini dipilih karena masalah yang diteliti memerlukan suatu pengungkapan yang bersifat deskriptif. Menurut Moleong (2004: 6) “ penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistic dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam pengembangan program pelatihan, agar Dari sudut penyusunan rencana kegiatan pembelajaran tampak bahwa rencana kegiatan pembelajaran memiliki peran yang sangat penting dalam manajemen, karena hal ini dapat dijadikan pedoman pelaksanaan kegiatan dan alat bantu dalam pengawasan.berdasarkan hasil pengamatan bahwa hal yang paling penting dilakukan adalah penelusuran minat peserta/warga pelatihan terhadap materi-materi dalam pembelajaran dalam membentuk karakter pada pemuda. Pemilihan materi yang tepat akan membantu keberhasilan pelaksanaan pembelajaran, karena dampak dari hal ini adalah adanya partisipasi yang aktif dari peserta pelatihan selama mengikuti pelatihan. Untuk menghasilkan materi-materi yang dibutuhkan peserta, maka dalam perencanaan perlu dilakukan analisis kebutuhan pelatihan (need assessment). Hasil dari analisis kebutuhan ini akan menghasilkan materi dan juga merancang metode pembelajaran pelatihan sehingga akan memberikan pengetahuan yang baru bagi peserta pelatihan pendidikan karakter. Setelah dilaksanakannya kegiatan penddidikan dan pelatihan pembinaan karakter dapat diketahui hasil dari kegiatan tersebut dan berdasarkan pengamatan peneliti bahwa dari ke 18 karakter Nampak 4 karakter yang sudah tertanam pada kehidupan generasi muda di lingkungan Muhammadiyah yaitu karakter tanggung jawab, disiplin, kemandirian Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 123 dan religious, hal ini menunjukan keberhasilan dari pendidikan dan pelatihan karakter yang diselenggarkan oleh Muhammadiyah Sukajadi. Selain itu ada strategi yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah membantu orang menata pengalaman masa lampau yang dimilikinya dengan cara baru,misalnya melalui konsultasi,latihan kepekaan, dan beberapa jenis latihan manajemen, yang membantu individu untuk dapat lebih memanfaatkan apa yang sudah diketahuinya, tetapi kurang disadari, Ada proses belajar yang dirancang untuk memberikan pengetahuan baru, keterampilan baru, yakni mendorong individu meraih lebih jauh dari apa yang diketahuinya, apa yang menjadi kebutuhannya.Perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut sistematis karena perencanaan itu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu di dalam proses pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik/pendekatan secara ilmiah, serta tindakan atau kegiatan yang terorganisasi. Perencanaan dilakukan untuk menyusun rangkaian kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.Tujuan tersebut dapat mencakup tujuan umum (goals) dan tujuan khusus (objectives) suatu kegiatan/program.Dalam menyusun rencana sebaiknya mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia atau dapat disediakan.Sumber-sumber itu meliputi sumber manusia dan sumber non-manusia.Sumber manusia mencakup antara lain , fasilitator, tutor, peserta,.Sumber non-manusia meliputi fasilitas, alat-alat, waktu, biaya, lingkungan sosial budaya, lingkungan fisik, dan sebagainya. Dengan adanya perencanaan tersebut diatas peneliti menagmati bahwa tujuan dari kegiatan pelatihan adalah menjadi salah satu factor determin dalam kegiatan pelatihan, dan tujuan adalah salah atu harapan pencapaian hasil dari sebuah kegiatan, berkaitan dengan hal ini Surya (2004: 14) mengemukakan bahwa :Individu mempunyai kebutuhan dan melihatnya sebagai tujuan yang ingin dicapai, kesiapan (readiness) individu untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, memahami segala situasi yang ada di lingkungan individu dan mempunyai hubungan dengan aktivitas individu dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya, menafsirkan berbagai aspek yang terdapat dalam situasi, adanya respon individu untuk melakukan aktivitas dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, individu akan memperoleh umpan balik dari apa yang telah dilakukannya. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 124 Pembinaan generasi muda melalui pelatihan pendidikan karakter, hal ini penting dilakukan mengingat sumber daya pemuda yang dibutuhkan dalam membangun bangsa Indonesia sangat dibutuhkan di era globalisasi paling tidak memilki generasi muda yang berkarakter kebangsaan sesuai yang diungkapkan oleh Muhammad Fadilah ( 2011 : 43 ) diantaranya: 1) Religius yaitu sikap dan prlilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain, 2) Jujur yaitu prilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya menjadi orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, 3) Toleransi yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya, 4) Disiplin yaitu tindakan yang menunjukan prilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan, 5) Kerja keras yaitu prilaku yang menunjukan upaya sungguh – sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas dengan sebaik-baiknya, 6) Kreatif yaitu berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimilki, 7) Mandiri yaitu sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelseikan tugas – tugasnya, 8) Demokrasi yaitu cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain, 9) Rasa ingin tahu yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya dilihat dan didengar. D. KESIMPULAN Ketua Pimpinan ranting Muhammadiyah Cipedes dan seluruh pengurus Majelis Pendidikan kader Muhammadiyah dalam membina generasi Muda melalui pendidikan karakter yang diselenggarkan oleh Muhammadiyah dibagi menjadi tiga proposisi yaitu: a) Perencanaan,pelatihannya didasarkan pada hasil keputusan yang di tetapkan dalam musyawarah kerja b) Pelaksanaan , melalui pelatihan kader, sasarannya anggota dan simpatisan pemuda Muhammadiyah c) Evaluasi yang dilakukan dengan pemantauan melalui diskusi antar personal kemudian diikutsertakan dalam pelatihan berikutnya. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 125 DAFTAR PUSTAKA D. sudjana, S. 2007, Sistem dan Manajemen Pelatihan. Bandung : Falah production Muhammad Fadilah, Lilif Mualifatu, 2013. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jogjakarta : Ar-Ruz Media Rudiana, 2012. 9 Karakter Guru Menyenangkan Ramah Otak. Bandung : smile smart life skill Sri Narwanti, 2011. Pendidikan Karakter. Yogyakarta : Familia Pustaka Keluarga. Sugiyono, 2011. Statistika Untuk penelitian. Bandung: AlfabetaBisri Mustofa, 2009. Pedoman Menulis Proposal Penelitian Skripsi dan Tesis. Yogyakarta : Panji Pustaka