Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 137 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN KEMAHIRAN BERBAHASA DI DEPAN UMUM MELALUI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI AISYIYAH SUKAJADI KOTA BANDUNG Uum Bariah STKIP Siliwangi Bandung Abstrak Fokus masalah pada penelitian ini adalah kader Aisyiyah kurang terampil dalam berbahasa ketika berbicara didepan umum, tujuan Penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang Perencanaan, Pelaksanaan, evaluasi dan efektifitas pendidikan dan Pelatihan dalam meningkatkan kemahiran berbahasa, di depan umum di Aisyiyah Sukajadi Kota Bandung. Landasan teori dalam penelitian ini, merujuk kepada beberapa konsep yaitu, konsep pendidikan dan pelatihan,konsep Public speaking, konsep berbahasa, pelatihan public speaking sebagai bentuk pembelajaran SDM perempuan dalam presfektif PLS. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus, teknik pengunpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah Perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan efektivitas pendidikan dan pelatihan berbicara di depan umum dalam meningkatkan kemahiran berbahasa di PRA Aisyiyah Cipedes Kecamatan Sukajadi, Perencanaan yang dilakukan oleh PRA Aisyiyah adalah 1) Menentukan tujuan pelaihan, 2) Rancangan struktur pelatihan, 3) Sasaran Pelatihan, 3) Penyusunan kurikulum pelatihan, 4) Sumber pembiayaan pelatihan, 5) Program – program pelatihan, 6) Rencana pelatihan jangka panjang, 7) Rencana pelatihan jangka menengah, 8) Rencana pelatihan jangka pendek, 9) Sarana pra sarana, 10) Penentuan waktu pelatihan, 11) Langkah-langkah program telah disusun dan dirancang yang mengacu kepada hasil rapat kerja tahunan,. Pelaksanaan yang dilakukan oleh PRA Aisyiyah pelaksanaan bertujuan untuk mewujudkan rencana yang sudah dibuat dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya perempuan, adapun perencanaan yang sudah dibuat yaitu perencanaan pelatihan Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 138 public speaking dalam meningkatkan kemahiran berbahasa melalui simulasi atau peraktek langsung berbicara di depan umum, sehingga pelaksanaan pelatihan ini meliputi pelaksanaan peltihan berbicara didepan umum. Evaluasi atau penilaian terhadap peserta pelatihan difokuskan pada prestasi individu terutama pada proses aplikasi dimasyarakat sejauh mana peran serta peserta di masyrakat dan menerapkan dari hasil pelatihan Efektifitas pendidikan dan pelatihan dalam merancang dan menyusun kurikulum dilakukan oleh penyelenggara, tutor dan pihak – pihak lain yang terkait dengan kegiatan tersebut, media yang digunakan dalam pelatihan public speaking yaitu, disesuaikan dengan materi pada saat pendidikan dan pelatihan yang di sesuaikan dengan kebutuhan peserta. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa dalam perencanaan, pelaksanaan ,evaluasi dan efektivitas menunjukan sesuai dengan visi, misi dan tujuan dari PRA Asiyiyah Ciepedes Kecamatan Sukajadi Kata Kunci: Pemberdayaan perempuan, pendidikan dan pelatihan. A. PENDAHULUAN Tidak dapat dipungkiri bahwa peran manusia sebagai makhluk sosial pastilah akan bertemu dan berinteraksi satu sama lain. Dalam aktivitas berinteraiksi, tentunya dibutuhkan strategi agar pesan yang disampaikan kepada mitra bicara dapat diterima dan dipahami dengan baik. Kegiatan berkomunikasi dapat dibagi menjadi dua ranah, yakni ranah formal dan ranah nonformal. Komunikasi dalam ranah formal artinya menyampaikan informasi kepada mitra bicara dalam forum resmi dengan tema tertentu dan dengan adab serta kostum resmi. Kegiatan ini biasanya diwujudkan dalam bentuk berbicara di depan banyak orang/forum. Adapun berkomunikasidalamranah nonformal artinya menyampaikan informasi kepada mitra bicara dalam situasi tidak resmi. Istilah ilmiah dari kegiatan tersebut dikatakan sebagai public speaking atau berbicara di depan banyak orang.Dalam berbagai kesempatan, kegiatan publik speakingsangat dibutuhkan. Hal ini karena hampir setiap kegiatan, identik dengan aktivitas yang mensyaratkan pembicara utama atau pembawa acara. Dalam hal ini, keterampilan untuk dapat Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 139 berbicara di depan forum sangatlah penting. Untuk dapat terampil berbicara di depan umum, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Kemampuan ini dapat dimiliki seseorang dengan jalan berlatih dan terus mempraktikkan dalam setiap kegiatan. Keterampilan public speaking tidaklah mutlak milik tokoh besar seperti presiden, menteri, maupun pejabat tinggi yang kerap kali pidatonya dalam sebuah kegiatan besar sangat ditunggu. Tidak pula mutlak milik selebritas maupun artis terkemuka yang sering tampil di layar kaca. Keterampilan public speaking milik semua warga masyarakat (Sirait, dalam Hendy Hermawan. (2006 : 3), tak terkecuali para ibu – ibu atau kader Aisyiyah Sukajadi Kota Bandung. Berdasarkan Observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan gejala bahwa beberapa kader Aisyiyah Sukajadi memiliki kemampuan berbahasa yang rendah, terlebih – lebih mengenai berbicara di depan umum. Hampir setiap mengadakan kegiatan, yang tampil sebagai pembawa acara adalah orang itu-itu saja. Padahal, yang lain pun sebenarnya memiliki kesempatan yang sama. Hanya saja, tidak adanya arahan, bimbingan, dan pelatihan bagaimana menjadi seorang public speaker menjadikan mereka enggan tampil, dan lebih memilih diam mendengarkan. Dari observasi awal yang telah dilakukan, permasalahan yang dihadapi oleh kader Aisyiyah adalah belum dimilikinya kompetensi public speaking atau berbicara di depan umum yang memadai, dalam hasil pengamatan di lapangan bahwa kader yang berinisial H.N dan Y.A kurang terampil dalam berbahasa terlebih berbicara di depan umum. Kalaupun dapat, hanya mampu sebatas berbicara tanpa didasari dengan ilmu dan strategi yang memadai. Untuk hal-hal yang bersifat formal dan nonformal, dalam hal penampilan, mereka masih belum dapat membedakan, baik cara penyampaian, tampilan, maupun kesesuaian kostum. Di sisi lain, kegiatan pada organisasi Perempuan Aisyiyah cukup padat, baik yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan maupun kegiatan yang bersifat sosial . Tentu saja, kegiatan- kegiatan tersebut membutuhkan pihak yang profesional berbicara di depan forum, baik sebagai pembawa acara maupun sebagai pemberi materi. Dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan berbicara memegang peranan penting dalam komunikasi sosial. Hal ini sesuai dengan Tarigan (1988: 15) yang mengatakan bahwa berbicara merupakan suatu ala tuntuk mengomunikasikan gagasan- Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 140 gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan- kebutuhan pendengar atau penyimak. Berdasarkan batasan tersebut tersirat sebuah makna bahwa perihal berbicara (berpidato) harus disesuaikan dengan pendengar. Dengan kata lain, sebelum berpidato, pembicara harus memahami pendengar, dengan siapa berpidato, dan untuk kebutuhan apa ia berpidato agar gagasan yang disampaikan dapat diterima oleh penyimak karena hakikat berbicara (berpidato) adalah berkomunikasi (Kridalaksana, 2001: 30). Tarigan dkk. (1997:34) mendefinisikan berbicara sebagai keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Pesan tersebut akan diterima oleh pendengar apabila disampaikan dengan nada yang runtut dan jelas. Selanjutnya, menurut Arsjad (1988: 23) kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan (1988:1)Semakin terampil seseorang dalam berbicara, maka semakin terampil dan mudahlah ia berpidato untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaannya kepada orang lain serta semakin jelas jalan pikirannya, karena sesungguhnya bahasa seseorang itu mencerminkan pikirannya. Kemudian, Ahmadi (1990:18) mengemukakan pendapatnya mengenai hakikat keterampilan berbicara. Menurutnya, keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Pengertian ini mengimplisitkan adanya peran penting bahasa sebagai sarana komunikasi. Bahasa tersebut diungkapkan dengan cara melakukan kegiatan mengeluarkan bunyi - bunyi yangteratur dan mengandung makna yang dilakukan secara lisan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Berdasarkan beberapa pendapat di atas,dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara pada hakikatnya adalah keterampilan berkomunikasi, yakni keterampilan mengomunikasikan ide, gagasan, pikiran, dan perasaan secara runtut, sistematis, dan logis, yang dilakukan pembicara kepada seseorang atau sekelompok orang melaui sarana lisan berupa bunyi-bunyi artikulasi yang mengandung makna. Public Speaking merupakan bagian dari keterampilan berbahasa, khususnya berbicara. Sebagai sebuah keterampilan, tidak akan pernah datang begitu saja kepada pelakunya, akan tetapi, butuh sebuah proses. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 141 Dengan kata lain, keterampilan berbicara di depan umum ini akan semakin lancar dan sukses manakala yang bersangkutan selalu berlatih dan berlatih untuk mengasahnya. Charles Bonar Sirait (2008 : 15 ), seorang public speaker papan atas, mendefinisikan public speaking sebagai seni yang menggabungkan semua ilmu dan kemampuan yang kita miliki. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa memberanikan berbicara di depan umum artinya siap menyampaiakan pesan kepada orang-orang yang latar belakangnya berbeda. Seorang pembicara publik harus bisa melakukan berbagai tugas sekaligus. Ia harus bisa menyampaikan informasi, menghibur, dan meyakinkan pendengarnya. Tanpa ilmu pengetahuan, informasi yang disampaikan bisa salah. Tanpa kemampuan mengingat cerita lucu dalam urutan yang betul, maka pembicara tidak akan bisa menghibur pendengar. Selanjutnya, tanpa kepercayaan diri, seorang pembicara tidak akan bisa meyakinkan orang lain untuk percaya. Intinya, public speaking yang baik dekat dengan kesuksesan. Dalam kegiatan public speaking, seseorang diminta untuk terus berlatih berbicara, menambah pengetahuan tentang apa saja. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah kita harus sering membaca, khususnya topik-topik yang relevan dengan acara yang akan kita pandu, kenudian berlatih menuliskan script pembicaraan yang akan kita tampilkan. Pimpinan Ranting Aisyiyah Sukajadi merupakan aset berharga bagi masyarakat, khususnya di kecamatan Sukajadi dalam melanjutkan estafet pembangunan dan pemberdayaan perempuan . melihat hal yang di uraikan di atas maka penelitian ini saya akan mengambil Judul Pemberdayaan Perempuan Dalam Meningkatkan Kemahiran Berbahasa Di Depan Umum Melalui Pendidikan Dan Pelatihan Di Aisyiyah Sukajadi Kota Bandung B. KAJIAN TEORI DAN METODE 1. Pemberdayaan Perempuan Pendidikan luar sekolah ikut dalam pengembangan sumber daya manusia dinegeri ini. Banyak sudah yang dilakukan pendidikan luar sekolah dalam pemberdayaan masyarakat, akan tetapi pekerjaan besar ini seakan-akan tak pernah terselesaikan. Seolah-olah pekerjaan ini seperti lingkaran yang berputar secara alami yang sudah terpola. Pendidikan Non formal ialah “Setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, diluar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 142 yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu didalam mencapai tujuannya” (Sudjana, 2004:78). Pendidikan luar sekolah adalah setiap usaha pelayanan pendidikan yang diselenggarakan diluar sistematis sekolah,berlangsung seumur hidup,dijalankan dengan sengaja,teraturdan terencana yang bertujuan untuk menagktualisasikan potensi manusia (sikap, tindak dan karya) sehingga dapat terwujud manusia seutuhnya yang gemar belajar- mengajar dan mamapu meningkatkan taraf hidupnya.Pendapat kedua pakar ini sama,intinya adalah bagaimana pendidikan luar sekolah memberdayakan masyarakat (Napitupulu, 1981:24). 2. Konsep Pendidikan dan Pelatihan Banyak ahli berpendapat tentang arti, tujuan dan manfaat pelatihan. Namun dari berbagai pendapat tersebut pada prinsipnya tidak jauh berbeda. Sikula dalam Sumantri (2000:2) mengartikan pelatihan sebagai: “proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisir. Para peserta pelatihan akan mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya praktis untuk tujuan tertentu”. Menurut Good, 1973 pelatihan adalah “ suatu proses membantu orang lain dalam memperoleh skill dan pengetahuan” (M. Saleh Marzuki, 1992 : 5). Sedangkan Michael J. Jucius dalam Moekijat (1991 : 2) menjelaskan istilah latihan “Untuk menunjukkan setiap proses untuk mengembangkan bakat, keterampilan dan kemampuan pegawai guna menyelesaikan pekerjaan-¬pekerjaan tertentu”. Definisi pelatihan menurut Center for Development Management and Productivity adalah “belajar untuk mengubah tingkah laku orang dalam melaksanakan pekerjaan mereka”. Pelatihan pada dasarnya adalah suatu proses memberikan bantuan bagi para karyawan atau pekerja untuk menguasai keterampilan khusus atau membantu untuk memperbaiki kekurangan dalam melaksanakan pekerjaan mereka. 3. Public Speaking Public speaking selalu dibutuhkan di setiap ranah kehidupan; bahkan, hampir semua pekerjaan membutuhkan ketrampilan dalam public speaking. Menurut Verderber dan Sellnow (2008 : 109 ) Public speaking ini didefinisikan sebagai percakapan—presentasi secara oral yang biasanya disampaikan secara formal—dalam kondisi audiensnya dihimpun dalam konteks yang formal untuk mendengarkan atau selama percakapan informal. Verderber dan Sellnow (2008) menambahkan bahwa, Public speaking skills empower us to communicate ideas and information in a way that all members of the audience can understand. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 143 Konsep yang ditawarkan oleh Verderber dan Sellnow ini mengindikasikan bahwa public speaking bersifat formal, tentang sebuah ide, dan disampaikan dalam konteks tertentu. 4. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif dalam menelaah masalah penelitian ini dipilih karena masalah yang diteliti memerlukan suatu pengungkapan yang bersifat deskriptif. Menurut Moleong (2004: 6) “ penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistic dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah” . C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pimpinan Ranting Aisyiyah Cipedes kecamatan Sukajadi adalah merupakan organisasi perempuan dan sebagai perantara atau wadah bagi Perempuan yang membantu program pemberdayaan perempuan, misalnya dalam membantu meningkatkan Sumber daya perempuan, Dewi Komala, S.Pd selaku ketua PRA Aisyiyah menjelaskan dalam meningkatkan kualitas sumber daya dengan diselenggarakannya kegiatan pelatihan public speaking, hal ini akan mendorong perempuan meningkatkan kulaitas sumber daya. Sejalan dengan penda pat dengan Sukesi dalam Sugiarti, 2003: 187 dalam kamus Oxford English dijumpai kata“empower” yang mengandung dua arti yaitu :(1) adalah memberi kekuasaan, mengalihkan kekuasaan atau mendelegasikan otoritas kepada pihak lain agar berdaya, dan (2) adalah upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan. Empower pada arti pertama merupakan kecenderungan primer dan makna pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan yang sekunder yang menekankan pada proses stimulus, mendorong atau memotivasi individu agar memiliki, melatih dan meningkatkan kemampuan dan keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog, berupaya dan bekerja. Perencanaan dalam pelatihan public speaking dirancang pada saat musyawarah kerja tahunan hal ini PRA Aisyiyah melibatkan seluruh jajaran kepengurusan, dalam perencaan tersebut menurt Dewi Komala, S.Pd selaku ketua PRA Aisyiyah dirancangan struktur pelatihan dan Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 144 manajemen kelas agar memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan, manajemen kelas yang direncanakan sangat mudah untuk dipahamai salah satu rancangannya adalah peserta dipersilahkan untuk menyimak tayangan seseorang yang sedang berpidato, perencanaan tersebut di lakukan agar semua harapan dalam pelatihan berbicara di depan umum dapat tercapai. Untuk mencapai hal tesebut penyusunan kurikulum dilaukan oleh pengurus PRA Aisyiyah yang bekerjasama dengan tutor untuk memudahkan dan menyesuaikan dengan kebutuhan peserta, selain itu kurikulu, materi, dan metoda pelatihan di tentukan dalam perencanaan dan di sesuaikan dengan kebutuhan peserta yang sebelumnya dilakukan identifikasi kebutuhan seperti dikemukakan oleh Lunandi (1994:25) bahwa Ada proses yang dirancang untuk membantu orang menata pengalaman masa lampau yang dimilikinya dengan cara baru,misalnya melalui konsultasi, latihan kepekaan, dan beberapa jenis latihan manajemen, yang membantu individu untuk dapat lebih memanfaatkan apa yang sudah diketahuinya, tetapi kurang disadari, Ada proses belajar yang dirancang untuk memberikan pengetahuan baru, keterampilan baru, yakni mendorong individu meraih lebih jauh dari apa yang diketahuinya, apa yang menjadi kebutuhannya. Perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut sistematis karena perencanaan itu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip- prinsip tertentu di dalam proses pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik/ pendekatan secara ilmiah, serta tindakan atau kegiatan yang terorganisasi. Perencanaan dilakukan untuk menyusun rangkaian kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Tujuan tersebut dapat mencakup tujuan umum (goals) dan tujuan khusus (objectives) suatu kegiatan/ program. Dalam menyusun rencana sebaiknya mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia atau dapat disediakan, sumber-sumber itu meliputi sumber manusia dan sumber non-manusia. Sumber manusia mencakup antara lain , fasilitator, tutor, peserta. Sumber non-manusia meliputi fasilitas, alat-alat, waktu, biaya, lingkungan sosial budaya, lingkungan fisik, dan sebagainya, berkaitan dengan hal itu Dewi Komala, S.Pd selaku ketua PRA mengemukakan mengenai sumber pembiayaan yang digali dari dalam organisai yaitu pembiayaan datang dari ingkat Cabang Muhammadiyah, pembiayaan tersebut salah satu penunjang terhadap kegiatan pelatihan berbicara di Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 145 depan umum dalam pemberdayaan perempuan, yang diselenggarakan oleh PRA Aisyiyah tidak hanya kegiatan pelatihan berbicara di depan umum, melainkan banyak program – program yang telah direncanakan dan disusun, Dewi Komala menegaskan Program-program pelatihan, diantaranya (1) pelatihan jangka panjang diantaranya elatihan, pengurusan jenazah, pelatihan pembuatan bulletin dan pelatihan pengelolaan perpustakaan. (2) pelatihan jangka menengah diantaranya yaitu pelatihan membuat kue dan pelatihan keterampilan membuat acsesoris. (3) pelatihan jangka pendek diantaranya yaitu pelatihan membaca tulis Al-Quran dan pelatihan keterampilan administrasi organisasi, kegiatan tersebut untuk pengembangan sumber daya perempuan Aisyiyah. Sebelum pada evaluasi secara berkelanjutan PRA Aisyiyah terlebih dahulu melaksanakan kegiatan pelatihan yang merupakan usaha untuk memperoleh output sumberdaya kader Aisyiyah yang berkualitas dan handal didalam mengembangkan syiar Islam sesuai dengan visi, misi dan tujuan organisasi. Pelaksanaan pelatihan dilaksanakan peneliti melalui berbagai teknik dan pendekatan dalam meningkatkan kemahiran berbahasa di depan umum melalui pendidikan dan pelatihan. Hal ini, dapat dilihat dari hasil implemntasi pelaksanaan pelatihan sangat selektif dalam menetukan dan penyusunan materi ha ini disesuaikan dengan kebutuhan peserta dan latar belakang pendidikan peserta, dari penjelasan diatas diketahui bahwa dalam melaksanakan fungisnya ketua PRA sangat memperhatikan kualitas peserta dan juga memahami latar belakang peserta, dari segi materi pelatihan dapat dipahami oleh peserta dan sesuai dengan kebutuhan peserta, begitupun dalam penyusunan materi sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dewi Komla, S.Pd selaku ketua PRA Aisyiyah dalam upaya pelaksanaan meningkatkan kualiatas sumber daya perempuan diantaranya adalah pelatihan berbicara di depan umum yang diperuntukan dalam pemberdayaan perempuan Riant Nugroho (2008: 164), tujuan dari program permberdayaan perempuan adalah: 1) meningkatkan kemampuan kaum perempuan untuk melibatkan diri dalam program pembangunan, sebagai partisipasi aktif (subjek) agar tidak sekedar menjadi objek pembagunan seperti yang terjadi selama ini, 2) meningkatkan kemampuan kaum perempuan dalam kepemimpinan, untuk meningkatkan posisi tawar-menawar dan keterlibatan dalam setiap pembangunan baik sebagai perencana, pelaksana, maupun melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan, 3) meningkatkan kemampuan kaum perempuan dalam mengelola usaha skala rumah Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 146 tangga, industri kecil maupun industri besar untuk menunjang peningkatan kebutuhan rumah tangga, maupun untuk membuka peluang kerja produktif dan mandiri, 4) meningkatkan peran dan fungsi organisasi perempuan di tingkat lokal sebagai wadah pemberdayaan kaum perempuan agar dapat terlibat secara aktif dalam program pembangunan pada wilayah tempat tinggalnya. Evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas, kinerja, atau produktifitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya. Fokus evaluasi adalah individu, yaitu prestasi belajar yang dicapai kelompok atau kelas. Melalui evaluasi akan diperoleh informasi tentang apa yang telah dicapai dan apa yang belum dicapai. Selanjutnya, informasi ini digunakan untuk perbaikan suatu program. Dewi komala, S.Pd selaku ketua PRA Aisyiyah mengungkapkan beberapa hal yang dilakukan dalam mengevaluasi kegiatan pelatihan berbicara di depan umum, Evaluasi yang dilakuakn oleh PRA Aisyiyah Cipedes dilaksanakan secara transaparan dan objektif, ketua PRA Aisyiyah memaparkan hasil dari evaluasi diantaranya peserta dapat memahami dan meningkat pengetahuan mengenai berbicar di depan umum, maupun meningkat keberanian dan percaya diri berbicara di depan umum. Berkenaan dengan evaluasi sejalan dengan pendapat Griffin & Nix (1991) adalah: judgment terhadap nilai atau implikasi dari hasil pengukuran. Menurut definisi ini selalu didahului dengan kegiatan pengukuran dan penilaian. Menurut Taylor (1950), evaluasi adalah proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai. Masih banyak lagi definisi tentang evaluasi, namun semuanya selalu memuat masalah informasi dan kebijakan, yaitu informasi tentang pelaksanaan dan keberhasilan suatu program yang selanjutnya digunakan untuk menentukan kebijakan berikutnya.Efektifitas pelatihan adalah bagaimana rancangan dan penyusunan kurikulum yang dilakukan oleh penyelenggara, tutor dan pihak – pihak lain yang terkait dengan kegiatan tersebut, menurut Dewi Komala bahwa Kurikulum disusun secara bersama-sama antara penyelenggara dan tutor yang telah disesuaikan dengan kebutuhan warga belajar. Hal ini sependapat dengan George A. Beaucham (1976), “kurikulum sebagai bidang studi membentuk suatu teori yaitu teori kurikulum. Selain sebagai bidang studi kurikulum juga sebagai rencana pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian dari sistem persekolahan”, Menurut Hilda Taba (1962), Kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 147 siswa. Sementara itu, pandangan lain mengatakan bahwa kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta didik selama di sekolah (Hilda Taba ;1962 dalam bukunya “Curriculum Development Theory and Practice). D. KESIMPULAN Pendidikan dan pelatihan berbicara di depan umumadalah salah satu alternatife dalam meningkatkan kemahiran berbahasa, kegiatan ini di kemas dalam bentuk pelatihan public speaking yang dilaksanakan di Aisyiyah adalah salah satu bentuk program pemberdayaan perempuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya perempuan, kemudian di susun menjadi empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan efektifitas, dari seluruh kajian dan penelitian dapat disimpulkan bahwa setelah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan maka para kader Aisyiyah sudah dapat berbicara di depan umum secara terampil DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Abduorrakhman Ginting. 2011. Esensi Praktis Manajemen Pendidikan dan Pelatihan. Bandung : Humaniora Achmadi. A. dan Nurboko. C. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara. Al-Qur’an Surat Al- Maidah Ayat 8 Bisri Mustofa. 2009. Pedoman Menulis Proposal Penelitian Skripsi dan Tesis. Yogyakarta : Panji Pustaka Daeng Arifin. 2010. Manajemen Pembelajaran Efektif. Bandung : Pustaka Alkasyaf Djudju Sudjana. (2004); Pendidikan Non Formal. Bandung : Fallah Production Djudju sudjana. S. 2007, Sistem dan Manajemen Pelatihan. Bandung : Falah Production. Jurnal EMPOWERMENT Volume 2, Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252-4738 148 Grace Swestin. S.S. 2009. teori dan praktik Public Speaking dalam konteks pengajaran : Tesis UIN Malang Hamalik. O. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara Harlina Pribadi. 2010, Pedoman bagi Orang tua, Guru, dan Penyuluh Masyarakat. Jakarta Timur : Cakra Media Hasan. M. I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indonesia Hendy Hermawan. 2006. Dasar – Dasar Komunikasi dan Keterampilan Mengajar. Bandung : CV Citra Praya Mudjiono dan Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Soenarjo. Djoenasih S, Rajiyem. 2005. Public Speaking. Jakarta : Universitas Terbuka Sugiyono. 2011. Statistika Untuk penelitian. Bandung : Alfabeta Suyono dan Hariyanto, 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Zainal Arifin. 2009. Evaluasi pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya