Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No. 2252-4738 39 PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati STKIP Siliwangi Bandung Abstrak Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang menentukan terbentuknya kepribadian anak. Dalam hal ini maka diperlukan berbagai rangsangan untuk membentuknya. Banyak cara yang dilakukan dalam memberikan rangsangan pada anak usia dini salah satuya melalui pendekatan berbasis alam seperti permainan tradisional. Permainan tradisional bukan sekedar permainan yang bertujuan menghibur anak-anak, tapi juga bersifat mendidik serta berfungsi membantu anak-anak dalam membentuk karakter. Kondisi lingkungan bermain bagi anak yang sudah berbeda, menjadikan permainan tradisional jarang di mainkan oleh anak-anak sekarang, mereka lebih mengenal jenis permainan yang bersifat elektronik dan digital. Jenis permainan tradisional seolah-olah tersingkirkan dari lingkungan anak-anak yang tergerus oleh permainan modern seperti PlayStation (PS) dan jenis permainan canggih lainnya. Untuk itu diperlukan upaya orang tua dan tutor dalam mengenalkan kembali permainan tradisional sebagai media pembelajaran yang dapat merangsang pembentukkan karakter anak khususnya pada anak usia 4-6 tahun. Kata kunci : Peran permainan tradisional, Pembelajaran anak usia dini A. PENDAHULUAN Latar Belakang Permainan tradisional bagi anak mengandung nilai-nilai pendidikan yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan 9 kecerdasan (kemampuan) anak yaitu kecerdasan linguistik, logika matematik, visual- spasial, musikal, kinestetik, naturalis, interpersonal, dan spiritual dengan menggunakan strategi belajar sambil bermain, berpusat pada Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No. 2252-4738 40 anak dan kebermaknaan. Nilai-nilai pendidikan dalam permainan tradisional tersebut terkandung dalam permainan, gerak, syair lagu maupun tembangnya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Dharmamulya (1991: 54) bahwa permainan tradisional anak mengandung unsur rasa senang, dimana rasa senang dapat mewujudkan suatu kesempatan yang baik menuju kemajuan. Permainan dan mainan sangat dekat sekali dengan pola perkembangan hidup seorang anak bahkan permainan ini akan mampu mengembangkan daya pikir anak- anak secara tidak langsung. Menurut Tedjasaputra (2001) melalui bermain anak akan memperoleh banyak keuntungan yang tidak sedikit. Dari permainan yang mereka lakukan atau mainkan anak akan mendapat stimulasi yang cukup banyak. Stimulasi yang diperoleh anak seharusnya tidak hanya sekedar stimulasi bagi kognisi saja tetapi juga stimulasi bagi afeksinya. Bila salah satu aspek tidak diberi kesempatan untuk berkembang, maka akan terjadi ketimpangan Permainan tradisional merupakan permainan yang relatif sederhana namun memberikan manfaat luar biasa jika kita menelusuri makna dari permainan itu secara mendalam. Kondisi lingkungan bermain bagi anak yang sudah berbeda, menjadikan permainan tradisional jarang di mainkan oleh anak-anak sekarang, mereka lebih mengenal jenis permainan yang bersifat elektronik dan digital. Jenis permainan tradisional seolah-olah tersingkirkan dari lingkungan anak-anak yang tergerus oleh permainan modern seperti PlayStation (PS) dan jenis permainan canggih lainnya. Dengan demikian, permainan tradisional sebagai salah satu hasil budaya bangsa perlu digali, dikembangkan dan bahkan dilestarikan keberadaannya agar tidak mengalami kepunahan. Upaya pelestarian permainan tradisional berarti upaya menjadikan permainan tradisional tetap ada sesuai dengan kondisinya, namun juga digemari anak. Hal ini bukan hal yang mudah, mengingat kondisi sekarang yang penuh dengan inovasi teknologi yang tentu saja ikut berpengaruh terhadap keberadaan permainan tradisional ini. Upaya ini dapat tercapai apabila semua pihak ikut terlibat, baik pihak pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Untuk itu diperlukan pembelajaran yang bersifat berkelanjutan yang dapat dilakukan oleh orang tua maupun tutor dalam mengenalkan Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No. 2252-4738 41 kembali permainan tradisional ini kepada anak usia dini baik di lingkungan rumah maupun di sekolah. Identifikasi Masalah Bertolak dari apa yang telah diuraikan di atas, maka terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, diantaranya : Orang tua kurang mengenal permainan tradisional sehingga mereka tidak mengenalkan lagi beberapa permainan tradisional kepada anak-anaknya ; Kecanggihan teknologi yang melahirkan berbagai jenis permainan anak yang bersifat praktis seperti play station (PS) mengakibatkan anak cenderung menyukai permainan modern dibandingkan dengan permainan tradisional; Permainan tradisional di berbagai lembaga PAUD sudah jarang dilakukan pada kegiatan pembelajaran dengan anak sehingga di lingkungan sekolah pun anak tidak mengenal permainan tradisional ; Orang tua dan pengelola serta Tutor kurang memahami manfaat dari permainan tradisional sehingga berbagai manfaat dari permainan tradisional tersebut kurang tergali dan bahkan permainan tradisional dapat tergeser dengan permainan modern . Rumusan Masalah Sebagaimana diungkapkan di atas, bahwa pemainan tradisional memiliki peran dan pengaruh yang cukup penting dalam merangsang perkembangan anak, maka berdasarkan hasil identifikasi dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: Bagaimana peran permainan tradisional dan pembelajarannya pada anak usia dini usia 4- 6 tahun di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini diantaranya yaitu: Mengetahui peran permainan tradisional pada anak usia dini usia 4-6 tahun di PAUD Geger Sunten, mengetahui proses pembelajaran permainan tradisional pada anak usia dini usia 4-6 tahun di PAUD Geger Sunten, mengetahui faktor pendorong dan penghambat dalam mengenalkan permainan tradisional pada kegiatan pembelajaran anak usia dini usia 4-6 tahun di PAUD Geger Sunten, mengenalkan kembali permainan tradisional pada anak usia dini, melestarikan kembali budaya daerah pada anak usia dini. Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No. 2252-4738 42 B. KAJIAN TEORI DAN METODE Kajian Teori Pengertian pendidikan anak usia dini menurut Hibana (2002: 48) yaitu :”pendidikan anak usia dini adalah upaya yang terencana dan sistematis yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-8 tahun dengan tujuan agar anak mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal”. Selanjutnya, berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional N0.20 Tahun 2003, pengertian pendidikan anak usia dini adalah “ Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.” Melalui pendidikan anak usia dini diharapkan anak dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya yang meliputi pengembangan moral dan nilai-nilai agama, fisik, social emosional, bahasa, seni, menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangannya serta memiliki motivasi dan sikap belajar untuk berkreatif. Menurut Solehudin (2000:56) fungsi dari pendidikan anak usia dini pada prinsipnya ada lima fungsi yaitu : 1. Pengembangan potensi 2. Penanaman dasar-dasar aqidah dan keimanan 3. Pembentukan dan pembiasaan perilaku-perilaku yang diharapkan 4. Pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan 5. Pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif Kelima fungsi tersebut saling terkait satu dengan yang lain dan sulit dipisahkan. Dari rumusan tersebut Nampak bahwa program pendidikan anak sejak usia dini sangat penting diperhatikan dan teramat sangat besar manfaatnya. Kehilangan kesempatan tersebut pada masa yang sangat berharga berarti kehilangan waktu emas (golden age) bagi pengembangan manusia seutuhnya. Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No. 2252-4738 43 Pembelajaran anak usia dini usia 4-6 tahun Pembelajaran anak usia dini bukan berorientasi untuk mengajar prestasi, seperti kemampuan membaca, menulis, berhitung, dan penguasaan pengetahuan lainnyayang sifatnya akademis. Melainkan orientasi belajar anak yang sesungguhnya adalah mengembangkan sikapdan minat belajar serta berbagai potensi dan kemampuan dasar. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya dalam penyampaian materi menurut Jerome Bruner (Dedi Supriadi dalam Buletin PADU,2002:40) menyatakan, setiap materi dapat diajarkan pada setiap kelompok umur dengan cara-cara yang sesuai dengan perkembangannya. Kuncinya adalah pada permainan atau bermain. Permainan atau bermain adalah kata kunci pembelajaran pada anak usia dini. Dia sebagai media, sekaligus substansi pendidikan itu sendiri. Untuk itu, permainan tradisional dapat dijadikan salah satu sarana penghubung materi sehingga pembelajaran tidak akan terkesan membosankan. Selain dapat dilakukan dengan mudah dan tidak memakan biaya yang mahal, anak akan selalu senang melakukan berbagai permainan tradisional padahal sebenarnya tanpa sadar mereka sedang menerima materi yang hendak diajarkan oleh pendidiknya. Cara belajar anak usia dini mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya usia anak. Khusus untuk pembelajaran anak usia dini usia 4-6 tahun, cara belajarnya yaitu ketika kemampuan bahasa anak semakin baik dan begitu anak mampu berkomunikasi dengan baik maka akan segera diikuti proses belajar anak dengan cara bertanya. Anak akan menanyakan apa saja yang ia saksikan, bahkan pertanyaan anak sering kali berbentuk pertanyaan yang tiada putus. Saat demikian kognisi anak berkembang pesat, dan keinginan anak untuk belajar sangat tinggi. Anak belajar melalui bertanya dan berkomunikasi. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pembelajaran anak usia dini, antara lain : Berpusat pada anak, Partisipasi aktif, Bersifat Holistik dan Integratif, dan Fleksibel. Berdasarkan prinsip- prinsip tersebut maka dapat dipahami bahwa metode pembelajaran untuk anak perlu dirancang dan dipersiapkan dengan baik. Kondisi dan karakter anak yang menjadi sumber pertimbangan utama. Untuk itu pembelajaran yang dilakukan dengan bermain akan membawa harapan dan antisipasi tentang dunia yang memberikan kegembiraan dan Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No. 2252-4738 44 memungkinkan anak berkhayal. Bermain merupakan cermin perkembangan anak. Peran permainan tradisional Banyak hal yang di dapat oleh seorang anak dari sebuah permainan tradisional lewat proses bermain. Dalam hal ini si anak terlibat secara langsung baik fisik maupun emosi sehingga sangat mempengaruhi masa pertumbuhannya. Adapun manfaat dari permainan tradisional adalah sebagai berikut : 1. Mengembangkan kecerdasan intelektual 2. Mengembangkan kecerdasan emosional 3. Mengembangkan daya kreatifitas 4. Anak menjadi lebih kreatif 5. Bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak 6. Mengembangkan kecerdasan majemuk anak, yang meliputi: mengembangkan kecerdasan intelektual anak, mengembangkan kecerdasan emosi dan antar personal anak, mengembangkan kecerdasan logika anak, mengembangkan kecerdasan kinestetik anak, mengembangkan kecerdasan natural anak, mengembangkan kecerdasan spasial anak, mengembangkan kecerdasan musikal anak, mengembangkan kecerdasan spiritual anak C. METODE Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif yaitu metode yang dipergunakan untuk penelitian yang masalahnya sedang berlangsung saat ini dan tertuju pada pemecahan masalah yang sifatnya segera berdasarkan pada hal-hal atau gejala yang nampak dan terlihat oleh indera manusia. Dengan demikian tekanan utama penggunaan metode deskriptif ini adalah untuk menggambarkan gejala-gejala yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa observasi, wawancara, angket dan studi dokumentasi. D. PEMBAHASAN Nilai-nilai budaya lokal tedapat pada berbagai fenomena budaya masyarakat. Salah satunya ada pada permainan tradisional anak. Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No. 2252-4738 45 Permainan tradisional memiliki arti tersendiri dalam menanamkan sikap, perilaku, dan keterampilan pada anak. Ada makna yang luhur yang terkandung didalamnya, seperti nilai agama, nilai edukatif, norma, dan etika yang kesemuanya itu akan bermanfaat dalam kehidupan masyarakat kelak. Beragam permainan tradisional mengarahkan anak menjadi kuat secara fisik maupun mental, social dan emosional, tak mudah menyerah, bereksplorasi, bereksperimen dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan. Di dalam permainan tradisional yang dilakukan oleh anak, semua kegiatan menjadi bagian penting dan strategis yang akan membangun seluruh potensi yang dimiliki anak secara menyeluruh. Bermain bukan hanya menjad kesenagan saja, tetapi juga suatu kebutuhan yang mau tidak mau harus terpenuhi. Menurut Cony Semiawan, dalam kegiatan bermain, seluruh tahapan perkembangan anak dapat berfungsi dan berkembang sangat baik dan hasil dari perkembangan yang baik itu akan muncul dan terlihat pada saat si anak menginjak masa remaja. Bermain atau permainan sebagai aktivitas terkait dengan keseluruhan diri anak, bukan sebagian, namun melalui permainan (pada saat anak bermain) anak akan terdorong mempraktekkan keterampilannya yang dapat mengarahkan perkembangan kognitif anak, perkembangan bahasa anak, perkembangan psikomotorik, dan perkembangan fisik. Pengalaman bermain akan mendorong anak untuk lebih kreatif. Mulai dari perkembangan emosi, kemudian mengarah pada kreativitas bersosialisasi. Permainan tradisional lebih dari sekedar permainan anak-anak. Didalamnya terbapat berbagai manfaat yang berguna untuk mengembangkan potensi anak di antaranya mengembangkan kecerdasan intelektual, mengembangkan kecerdasan emosional dan mengembangkan daya kreatifitas. Meskipun memiliki peran yang begitu penting, namun permainan tradisional ini masih jarang dilakukan di PAUD Geger Sunten pada anak usia dini khususnya usia 4-6 tahun. Padahal melihat lingkungan yang berada di PAUD Geger Sunten ini tentunya sangat menunjang untuk dilakukannya permainan tradisional sebagai media pembelajaran yang baik untuk merangsang berbagai potensi yang ada pada diri anak. Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No. 2252-4738 46 Berbagai alasan pun muncul ketika dilakukan penelitian, yakni terdapat berbagai faktor penghambat dalam melaksanakan pembelajaran melalui permainan tradisional ini seperti ketersediaan alat permainan yang masih terbatas, kurangnya pemahaman tutor dan orang tua tentang manfaat permainan tradisional, dan tempat bermain anak yang tidak sesuai dengan jumlah anak, serta ketidaksiapan tutor dalam mengajarkan permainan tradisional ini karena memang pada awalnya tidak direncanakan dengan jelas dan berkelanjutan.. Permainan tradisional ini hanya dilakukan sesekali oleh para tutor dan orang tua pada anak sebagai media hiburan saja. Padahal, terdapat faktor pendukung untuk dilakukannya permainan tradisional ini pada setiap pembelajaran pada anak yaitu minat anak yang cukup tinggi, memanfaatkan bahan-bahan bekas atau pun yang berasal dari alam untuk dijadikan alat-alat permainan, dan halaman luar yang dapat dijadikan sebagai tempat bermain. Dengan demikian perlu adanya kerjasama antara tutor dan pihak orang tua dalam mengenalkan kembali permainan tradisional pada anak sehingga peran permainan tradisional ini dapat didapatkan oleh setiap diri anak sebagai media perangsang berbagai potensi yang ada pada diri anak Permainan tradisional mengajak anak-anak untuk belajar mengembangkan ide kreatif, belajar berusaha dalam mendapatkan sesuatu serta mengajarkan anak-anak memanfaatkan bahan-bahan di sekitar mereka. Selain itu dengan mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak adalah tahapan awal untuk menumbuhkan spirit dalam diri anak-anak untuk mencintai dan mengenal budaya bangsa. E. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dan temuan dan dari lapanga tentang peran permainan tradisional dalam pembelajaran anak usia dini usia 4-6 tahun di PAUD Geger Sunten, maka diambil beberapa kesimpulan yaitu : 1. Permainan tradisional memiliki peran yang sangat penting dalam merangsang potensi yang ada pada diri anak. Dalam hal ini si anak terlibat secara langsung baik fisik maupun emosi sehingga sangat mepengaruhi masa pertumbuhannya. 2. Permainan tradisional sebagai media pembelajaran pada anak masih jarang dilakukan oleh tutor maupun orang tua dalam menyampaikan Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No. 2252-4738 47 sebuah materi pembelajaran. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman akan manfaat permainan tradisional ini sehingga pembelajarannya pun belum dilakukan secara berkelanjutan dan hanya dilakukan sebagai hiburan saja pada anak. 3. Terdapat faktor penghambat dalam melakukan permainan tradisional ini yaitu : kurangnya pemahaman tutor dan orang tua akan manfaat permainan tradisional, kurangnya alat permainan, tempat bermain yang tidak sesuai dengan jumlah anak (dalam ruangan), keterbatasan tutor dengan jumlah anak dalam pengawasan anak ketika bermain, dan kurangnya pengetahuan tutor dan orang tua tentang berbagai jenis permainan tradisional. 4. Selain faktor penghambat, ada pula faktor pendukung dalam melakukan permainan tradisional ini diantaranya : minat anak yang cukup tinggi, alat permainan yang dapat dibuat dengan memanfaatkan barang-barang bekas maupun yang ada di alam sekitar, dan halaman luar yang dapat dijadikan sebagai tempat bermaian bagi anak. DAFTAR PUSTAKA Adin R, Hengky. 2011. Manfaat Permainan Tradisional. (Online), (http://hengkyon7.wordpress.com/2011/03/17/manfaat- permainan-tradisional-permainan-yang-mulai-ditinggalkan/), diakses 30 Juli 2013. Hamalik, O. (1991). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Hurlock, E.B. (1991). Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta : Erlangga. Joesoef, S. (1990). Pengantar Metode Riset Sosial. Bandung : Mandar Maju. Semiawan, Conny R.(2002) Belajar dan Pembelajaran Dalam Taraf Usia Dini (Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar). Jakarta: Prahellindo. Soekanto, S. (1990). Sosiologi tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak. Jakarta : Rineka Cipta. Solehudin, M. (2000). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung : FIP Bandung http://hengkyon7.wordpress.com/2011/03/17/manfaat- http://hengkyon7.wordpress.com/2011/03/17/manfaat- Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No. 2252-4738 48 Sudjana, N. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru. Supriadi, Dedi. (2003). Pendidikan Anak Usia Dini dalam UU Sisidiknas. www.pikiran rakyat.com/cetak. Surakhmad, W.(1981). Pengantar Metode Penelitian: Metode dan Teknik. Bandung : Tarsito Undang-undang No. 20 Tahun 2003 (2003). Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.