Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No. 2252-4738 151 PERANAN TUTOR DALAM MENANAMKAN PEMBIASAAN SOLAT PADA ANAK DI PAUD RUDHOTUL ILMI CIMAHI Widiawati STKIP Siliwangi Bandung Abstrak Peranan tutor dalam menanamkan pembiasaan sholat pada anak. ”Latar belakang penelitian ini pola-pola pendidikan shalat terhadap anak usia dini ini kurang mendapat perhatian langsung dari masyarakat Islam saat ini. PAUD ROUDHOTUL I’LMI bahwa PAUD ini sebagai satu lembaga pendidikan usia dini, dimana program pengembangan pendidikan agama islam Dengan tujuan memperoleh data tentang (1) bagaimana bentuk peranan pendidik Paud dalam menanamkan pembiasaan sholat pada anak usia dini di PAUD Roudhotul ilmi (2) Apa yang menjadi faktor penunjang dan faktor penghambat dalam menanamkan pembiasaan sholat pada anak usia dini (3) bagaimana bentuk pembahsan sikap anak dalam melaksanakan sholat pada anak setelah mengiuti pembiasaan.Konsep yang digunakan adalah pendidikan non formal. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskraftif. Dalam penelitian ini jumlah 2 orang pendidik Paud dan 25 anak PAUD. Berdasarkan perolehan data hasil penelitin sebagai berikut : (1) Bentuk peranan Pendidik Paud dalam menanamkan pembiasaan sholat diPAUD Roudhotul ilmi adalah Pendidik Paud mempunyai peranan sangat penting, karena sebagai seorang pendidik menjadi contoh untuk peserta didiknya dan yang mengenalkan suatu pelajaran yang ada disekolah. (2) faktor penunjang dan faktor penghambat sebagai suatu proses dalam pelaksanaan pembelajaran untuk menilai keberhasilan peserta didik. (3) Bentuk pembahasan sikap anak dalam melaksanakan sholat setelah mengikuti proses pembiasaan adalah anak tidak lagi disuruh atau dipaksa untuk melakukan pembelajaran sholat dirumah. Kesimpulannya adalah Anak harus diajari shalat sejak usia dini karena untuk melatih diri anak supaya mengerti arti pentingnya shalat serta supaya cepat menghafal bacaan- bacaannya karena anak-anak pada usia lima tahun memiliki intelegensi yang berpotensi luar biasa. Selain itu karena shalat mempunyai kedudukan yang tinggi dalam agama Islam Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No. 2252-4738 152 Kata Kunci : Peranan Tutor, Pembiasaan penanaman shalat, anak PAUD A. PENDAHULUAN Keberhasilan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan "usia emas" bagi seseorang, artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya.Kesadaran akan pentingnya PAUD cukup tinggi tahun yang lalu, dan hingga pada saat ini belum banyak disadari masyarakat begitu juga praktisi pendidikan. Martin Luther (1483 - 1546)Menurut Martin Luther tujuan utama sekolah adalah mengajarkan agama, dan keluarga merupakan institusi penting dalam pendidikan anak.Pentingnya melakukan investasi untuk pengembangan anak usia dini, antara lain untuk membangun SDM yang berkemampuan intelegensia tinggi, berkepribadian dan berperilaku sosial yang baik serta mempunyai ketahanan mental dan psikososial yang kokoh. Terlebih lagi berbagai penelitian menyebutkan bahwa masa dini usia merupakan periode kritis dalam perkembangan anak. Betapa tidak, sebanyak 50 persen kapabilitas kecerdasan manusia terjadi ketika anak berumur 4 tahun dan 80 persen telah terjadi ketika berumur 8 tahun.. Itulah kenapa masa ini dinamakan masa emas perkembangan (the golden age), karena setelah masa perkembangan ini lewat, berapa pun kapabilitas kecerdasan yang dicapai oleh masing-masing individu tidak akan mengalami peningkatan lagi. Disinilah pentingnya memulai pendidikan sejak usia dini, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah Saw, yakni menuntut ilmu sejak dari buaian. Anak unggul tidak lahir begitu saja seperti membalikkan telapak tangan. Namun lahirnya anak unggul membutuhkan suatu proses pendidikan yang berkesinambungan (“dari buaian sampai ke liang lahat”) yang membutuhkan kerjasama dari berbagai komponen yaitu keluarga, sekolah, masarakat dan negara. Keberhasilan suatu tahapan pendidikan perlu diikuti oleh tahapan berikutnya sehingga akan dapat mewujudkan anak yang unggul yaitu anak yang memiliki kepribadian Islam. Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No. 2252-4738 153 B. KAJIAN TEORI Tahap Pendidikan Anak Tahap pendidikan anak dibagi atas tiga periode. Periode pertama, yakni usia dini. Periode ini adalah tahap pembentukan konsep diri dan pemberian rangsangan (stimulan). Konsep diri anak yang ditanamkan sejak dini adalah anak unggul (sholeh, cerdas dan sehat). Penanaman konsep diri sebagai anak unggul akan memberi nilai positif bagi anak sebagai tabungan energi (motivasi) untuk tampil sebagai individu yang percaya diri dan memiliki positive thingking dan feeling (perasaanpada anak usia dini penting untuk mempermudah dalam memberikan stimulan pada anak dan mempermudah proses pembentukan syakhsiyah Islam sesuai dengan tahap perkembangan anak. Konsep diri sebagai anak unggul tercipta melalui pemberian motivasi-motivasi positif kepada anak sejak dini usia. Usia 4-6 tahun anak-anak biasanya duduk di bangku sekolah taman kanak-kanak (TK). Karena itu, selain keluarga, sekolah di mana anak- anak usia dini ini berada sangat berperan dalam membentuk konsep diri anak. Untuk itu sekolah harus memiliki visi dan misi untuk membentuk anak unggul, bukan hanya cerdas dari sisi IQ semata, melainkan anak sholeh dan sehat. Para pembina di sekolah, terutama guru yang paling intens berinteraksi dengan anak harus memahami konsep-konsep pendidikan anak usia dini selaras dengan apa yang dipahami orang tua di rumah. Dengan demikian tidak terjadi kerancuan pemahaman bagi anak dan tidak terjadi dikotomi antara ‘pelajaran’ di rumah dengan pelajaran di sekolah. Ini penting untuk menciptakan figur orang tua sebagai guru di rumah. Umumnya, anak yang sudah mengenal pendidikan sekolah akan lebih percaya pada gurunya dibanding orang tuanya dalam hal pembelajaran. Ini yang harus diubah. Ada dua pendekatan dalam metode pembelajaran di TK. Pertama, pendekatan yang berpusat pada guru (teacher oriented) di mana guru berperan mengajarkan anak, anak sebagai pendengar (pasif). Pada pendekatan pertama ini guru kurang memberikan kesempatan pada anak untuk berpikir, kurang memberi kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaannya dan menemukan pemecahan masalahnya sendiri. Anak-anak lebih banyak duduk di bangku mendengarkan penjelasan guru. Guru hanya memfokuskan diri pada kurikulum. Guru berasumsi bahwa anak adalah ibarat botol kosongd an Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No. 2252-4738 154 guru mengisi botol tersebut dengan berbagai informasi yang sudah matang. Kedua, pendekatan yang berpusat pada anak (children oriented), di mana guru hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran anak (anak yang aktif). Pada pendekatan ini guru berpegang pada panduan kemampuan yang akan dicapai anak. Di sini guru memberikan kesempatan pada anak untuk mengutarakan pengalaman dan perasaannya melalui berbagai interaksi antara guru dengan anak atau antarsesama anak. Pengaturan bangku kelas tidak seperti di sekolah, terkadang dibuat lingkaran, dalam kelompok kecil dan terkadang di tikar atau halaman luar. Sehingga anak dengan bebas dapat melakukan apapun, memegang atau menulis dengan caranya sendiri dan menguraikan pengalamannya sendiri. Kedua, pendekatan yang berpusat pada anak (children oriented), di mana guru hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran anak (anak yang aktif). Pada pendekatan ini guru berpegang pada panduan kemampuan yang akan dicapai anak. Di sini guru memberikan kesempatan pada anak untuk mengutarakan pengalaman dan perasaannya melalui berbagai interaksi antara guru dengan anak atau antarsesama anak. Pengaturan bangku kelas tidak seperti di sekolah, terkadang dibuat lingkaran, dalam kelompok kecil dan terkadang di tikar atau halaman luar. Sehingga anak dengan bebas dapat melakukan apapun, memegang atau menulis dengan caranya sendiri dan menguraikan pengalamannya sendiri. Melihat anak sholat tentu menjadi harapan semua keluarga muslim. Cukup banyak cara dilakukan agar anak berlatih sholat sedari dini. Kalau sekedar mencontohkan sholat dan memotivasi anak untuk meniru-niru, bisa dilakukan sedini mungkin. Tetapi untuk mengharap agar anak usia dini mulai bisa berlatih dengan rutin tentu perlu persiapan tersendiri. Kalaupun mungkin beberapa anak di bawah tujuh tahun sudah mulai bisa sholat, itu karena keinginan mereka untuk meniru-niru yang sangat kuat dan bukan didasarkan atas pengertian. Karena didasarkan bukan atas pengertian maka dalam waktu tidak begitu lama kegiatan sholat akan menjadi membosankan bagi mereka. Menurut Piaget, ramah kognitif anak usia dini masih dalam tahap operasional simbolik menuju operasional konkrit. Dalam arti riil, sholat adalah serangkaian ibadah yang tidak mudah dipahami oleh anak, Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No. 2252-4738 155 kenapa harus dilakukan? Mengapa ia perlu berlatih agar dapat sholat dengan benar? Gunakan Bahasa Riil Kepatuhan seorang muslim dalam mendirikan sholat untuk beribadah dan mendekatkan diri pada Rabbnya perlu dipahamkan pada diri anak. Tentu saja dengan bahasa anak. Orang dewasa bisa menyampaikan bahwa seorang muslim perlu berhenti sejenak dari urusan dunia (main, makan, belajar dst) untuk mendekatkan diri pada Allah. Dengan sholat, kita lebih leluasa berdoa, terutama agar Allah memudahkan urusan kita dan menghindarkan kita berbuat salah. Jika kening anak masih berkerut dengan penjelasan tersebut di atas, orangtua bisa menambahkan bahasa percontohan yang lebih konkrit, misalnya : “Di pagi hari kita sholat shubuh agar pagi hingga siang ini Allah memudahkan papa dalam bekerja dan Allah memudahkan adik belajar di sekolah” Pengkondisian Pembiasaan Dalam Tarbiyatul Aulad, Abdullah Nasikh Ulwan menyebutkan salah satu metode pendidikan anak adalah lewat pembiasaan. Jika ingin anak terbiasa sholat, pilihlah sekolah yang menjadikan sholat sebagai aktivitas sehari-hari. Di beberapa sekolah Islam Terpadu, anak usia tiga tahun sudah dapat dilatih sholat dua rakaat berjamaah. Bagi sekolah yang fullday dan terprogram sehari penuh pasti ada kesempatan untuk membiasakan sholat berjamaah bersama teman-temannya dengan gembira. Tetapi ini belum cukup untuk memotivasi anak agar mau melaksanakan sholat di rumah. Harus dengan upaya pembiasaan. Orangtua dapat mengajak anak sholat berjamaah di rumah. Akan lebih menyenangkan jika anak, khususnya anak laki-laki diajak sholat berjamaah di masjid sekitar rumah.Mencarikan teman bagi anak untuk sholat bejamaah dapat menjadikan sholat sebagai pengalaman yang seru dan di tunggu- tunggu anak. Sabar dan Sabar Perintah untuk bersabar ternyata termasuk resep khusus dari Allah dalam pembiasaan sholat.”Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan sholat dan bersabarlah kamu dalam mengajarkannya” (QS. Thahaa 132). Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No. 2252-4738 156 Menunda waktu sholat, menolak sholat, melakukan gerakan-gerakan di luar sholat, mengganggu orang sholat dan sebagainya adalah hal yang wajar dilakukan anak usia dini saat berlatih sholat. Untuk memperbaiki kesalahan tersebut membutuhkan kesabaran disepanjang rentang waktu tersebut. Motivasi dengan bahasa positif dan contoh konkrit dapat terus dilakukan. Ciptakan Kesan Mendalam Di Hati Anak Hal yang terpenting dalam pembiasaan sholat adalah membekaskan suasana hati yang indah ke dalam benak anak terhadap syariah sholat. Ketika sholat berjamaah, gunakan surat-surat pendek yang sudah atau sedang dihafal anak, sehingga anak terbangun rasa percaya dirinya. Seusai sholat, orangtua dapat mengajak anak berdoa, meminta bersama keinginan mereka secara verbal pada Allah. Cerita-cerita tentang sholat di jaman Rasulullah dan sahabat juga bisa menambah kesan mendalam dan semangat anak. Dalam mengajari şalat, dapat dibaca pada firman Allah berikut ini: Artinya: "Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." (Thaha: 132)Ayat ini mengandung arti, selamatkanlah mereka dari azab Allah dengan mengerjakan şalat secara rutin dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Dan karenanya dewasa ini adalah menjadi keharusan bagi setiap orang tua memberi pendidikan şalat kepada anak-anak sejak usia dini. Meskipun dalam hadis Rasul disebutkan mengajari anak şalat setelah usia 7 (tujuh), bukan berarti pada usia sebelumnya anak tidak diajari şalat sama sekali. Pada usia ini setidaknya anak dikenalkan dengan şalat misalnya kedua orang tua bisa mulai membimbing anak mengerjakan şalat dengan cara mengajak anak untuk melakukan şalat di samping mereka. Dalam mengajarkan şalat kepada anak-anak hendaklah diberikan secara bertahap, yaitu bagi anak-anak umur 7 (tujuh) tahun pertama yang diajarkan adalah tentang rukun-rukun şalat, kewajiban- kewajiban dalam mengerjakan şalat serta hal-hal yang bisa membatalkan şalat , setelah itu diajarkan pula gerak-geriknya terlebih dahulu, kemudian bacaannya secara bertahap, bacaan yang paling mudah dibaca dan dihapal anak-anak, itulah yang diajarkan terlebih dahulu, baru dilanjutkan dengan bacaan-bacaan lainnya. Jangan Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No. 2252-4738 157 diamkan anak menonton televisi, sementara azan berkumandang. Jika orang tua menghendaki anak mengerjakan şalat, berilah ia teladan. Orang tua perlu menjelaskan bahwa şalat merupakan satu wujud rasa syukur, karena Allah telah memberikan nikmat berupa rezki yang halal dan kesehatan. Rahasianya adalah agar anak dapat mempelajari hukum- hukum ibadah şalat sejak masa pertumbuhannya, sehingga ketika anak tumbuh besar, ia telah terbiasa melakukan dan terdidik untuk mentaati Allah, melaksanakan hak-hakNya, bersyukur kepada Allah, di samping itu anak akan mendapatkan kesucian ruh, kesehatan jasmani, kebaikan akhlak, perkataan dan perbuatan di dalam ibadah şalat yang dilaksanakannya. Tujuan dan mamfaat Tujuan Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gmbaran yang jelas mengenai peranan pendidik PAUD dalam menanamkan pembiasaan sholat pada anak usia dini, faktor penghambat dan faktor penunjang serta bentuk pembahasan sikap anak dalam melaksanakan sholat setelah adanya pembiasaan pada PAUD Roudhotul ilmi Cimahi. Tujuan khusus penelitin ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan bentuk peranan pendidik PAUD dalam menanamkan pembiasaan sholat pada anak usia dini di PAUD Roudhotul Ilmi 2. Untuk mendeskripsikn Faktor penunjang dan factor penghambat dalam menanamkan kebiasaan sholat pada anak usiadini 3. Untuk mendeskripsikan bentuk pembahasan sikap anak dalam melaksanakan sholat setelah mengikuti proses pembiasaan Manfaat Beberapa mamfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Manfaat bagi Anak Pra sekolah yang ada di PAUD ROUDHOTUL I’LMi a. Anak dapat secara langsung mendapatkan pembelajaran sholat sejak dini tampa harus dipaksa. b. Anak mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan menambah pengalaman. c. Mempunyai pondasi yang sangat penting sejak anak usia dini 2. Manfaat Bagi Orang tua a. Dengan adanya penanaman pembiasaan sholat disekolah orang tua tinggal membiasakan anaknya belajar beribadah . Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No. 2252-4738 158 b. Orang tua tidak repot lagi memperkenalkan pembelajaran sholatdirumah C. METODE PENELITIAN Penggunan metode dalam sebuah penelitian akan menentukan kualitas hasil penelitian tersebut. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan kulitatif. Alasan menggunakan kualitatif adalah lebih menghendaki penyusunan teori substantive yang berasal dari data. Hal ini disebabkan karena pertama, tidak ada teori yang a priori yang dapat menckup kenyataan –kenyataan ganda. Berdasarkan pertimbangan rumusan masalah penelitian yng ingin diungkap dihrapkan dengan menggunakan metode ini, peneliti dapat mendeskripsikan apa yang telah diteliti tentang peranan pendidik PAUD dalam menanamkan pembiasaan sholt pada anak usia dini di PAUD Roudhotul Ilmi D. PEMBAHASAN DAN KAJIAN TEORITIS Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan hasil data dari lingkungan aparat setempat, PAUD Roudhotul ilmi berada tepat di RT 05 RW IV kelurahan Cipageran kecamatan Cimahi Utara. Adapun kondisi geografis Kelurahan Cipageran Kecamatan Cimahi utara merupakan dataran rendah dan letak lokasi PAUD Roudhotul Ilmi berda dilingkungan padat penduduk dantidak jauh dari pusat kota Cimahi. Kajian teoritis Pembelajaran atau pengajaran menurut Daeng (Uno, 2006: 134) adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dalam kegiatan pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang memiliki hakikat perencanaan atau perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran menaruh perhatian pada “Bagaimana Membelajarkan Siswa”, dan bukan pada “Apa yang Dipelajari Siswa”. Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No. 2252-4738 159 Pembelajaran lebih menekankan pada bagai man cara agar tujuan dapat tercapai. (Uno, 2006:135). Shalat dalam pengertian bahasa; shalat adalah seruan seorang hamba kepada Tuhan, Pencipta seluruh alam. Adapun shalat menurut pengertian syara’, shalat ialah ibadah dalam bentuk perkataan dan perbuatan tertentu dengan menghadirkan hati secara ikhlas dan khusyu’, dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam menurut syarat-syarat dan rukun-rukun yang telah ditentukan syara’. (Najmudin,dkk, 2009:20). Anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun (berdasarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional) (Depdiknas, 2002:3). Adapun menurut pakar pendidikan anak, yaitu kelompok manusia yang berusia 6-8 tahun. Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), inteligensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini perlu diarahkan pada perletakan dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya, yaitu pertumbuhan dari perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, sosial emosional, bahasa dan kmunikasi yang seimbang sebagai dasar pembentukan pribadi yang utuh. (Mansur, 2005:88). Kapan Anak Diajari Shalat? Tidak boleh tidak anak-anak mesti diajari cara-cara shalat sebelum diperintah mengerjakannya. Kalau tidak bagaimana kita menyuruh untuk mengerjakan sesuatu yg ia tidak tahu. Ibnu Abid Dunya berkata: “Telah menceritakan kepada kami Ali bin Al- Ja’d telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari Al-Hajjaj dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar ia berkata bahwa “Dulu ia mengajar anak untuk shalat ketika anak itu tahu kanan dari kirinya.”. Jundub bin Abi Tsabit berkata “Dulu mereka mengajari anak-anak shalat ketika mereka menghitung 20.” Pendidikan orang tua yang mengenalkan pada anaknya cara-cara shalat lalu mempraktekkannya pada umur tujuh Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No. 2252-4738 160 tahun itu semestinya berlanjut hingga anak-anak itu terbiasa menjalankan shalat. Berdasarkan pengamatan hasil wawancara dengan Pendidik Di PAUD Roudhotul ilmi, dan pengamatan terhadap peserta didik mengenai proses penanaman pembiasaan sholat diantaranya pendidik menggunakan : 1. Metode pembelajaran sholat melalui metode contoh( teladan) anak meniru bacaan dan gerakan pada sholat 2. Metode pembiasaan Proses pembiasaan berawal dari peniruan, selanjutnya dilakukan pembiasaan di bawah bimbingan orang tua, dan guru, peserta didik akan semakin terbiasa. Bila sudah menjadi kebiasaan yang tertanam jauh di dalam hatinya, peserta didik itu kelak akan sulit untuk berubah dari kebiasaannya itu. E. KESIMPULAN Keberhasilan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan "usia emas" bagi seseorang, artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Abi . ____ . Panduan Praktis Belajar Shalat . Bandung. Cikal Aksara Al-Hasyim, Muhammad firdaus.(1999). Bimbinglah Anakmu Menuju Syurga. Gresik .Putra Pelajar Awwad, Jaudah Muhammad. (1995). Mendidik Secara Islami. Jakarta. Darul Fadillah Faridl, Miftah.(2010). Pokok Pokok Ajaran Islam .Bandung .Penerbit Pustaka Ilyas, Asnelly. (1995). Mendambakan Anak Sholeh. Bandung. Al-Bayan Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No. 2252-4738 161 Majid, Drs. Najahy. (2001). Bimbingan Sholat Lengkap. Semarang. Aneka Ilmu Sulaiman, Abu Amr Ahmad.(2002). Metode Pendidikan Anak Muslim Usia Prasekolah. Jakarta. Darul Haq