Jurnal Empowerment Volume 7 Nomor 2, September 2018 e-ISSN : 2580-7692 p-ISSN : 2252-4738 202 PENGELOLAAN PROGRAM PESANTREN DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KARAKTER BUDI PEKERTI ANAK BERKONFLIK DENGAN HUKUM (ABH) DI LPKA KLAS II BANDUNG Misra SumarniIKIP Siliwangimisrasumarni08@gmail.com ABSTRACTChild protection issues are so real and worrying in society such as the rise ofpromiscuity, rampant violence, bullying, pornography, stealing, rape, evenmurder committed by children to friends or family has become a socialproblem this cannot be solved completely. Children involved in social issuesshould be given guidance at the Institute for Special Education of Children(LPKA). This study aims to determine the management of pesantren programsto foster the character of manners for Children in Conflict With Law (ABH)from the planning, implementation and evaluation phase. The method used inthis study using qualitative methods with descriptive approach case studies.Management of guidance programs conducted by LPKA has been excellent inits implementation but still lacking in its administration. This can be seen fromthe absence of curriculum, RPP, and even the format of evaluation of thisprogram. Thus the management of this coaching program must becontinuously developed. Keywords: Program Management, Character, Children in Conflict With Law PENDAHULUANAnak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dankeberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Anak merupakan generasi yang memilikiperan strategis dalam mewujudkan cita-cita bangsa. Peran strategis ini disadari olehmasyarakat International dengan Konvensi Hak Anak (Convention on the Right of the Children) yang intinya menekankan posisi anak sebagai insan yang perlu mendapatkanperlindungan atas hak-hak yang dimilikinya. Konsekuensi dari ketentuan Pasal 28BUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu ditindaklanjutidengan membuat kebijakan pemerintah yang bertujuan melindungi anak. Anak perlumendapat perlindungan dari dampak negatif perkembangan pembangunan yang cepat,arus globalisasi di bidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan danteknologi, serta perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua yang telahmembawa perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangatberpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Penyimpangan tingkah laku atauperbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak antara lain disebabkan olehfaktor diluar diri anak tersebut. Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) UU No. 11 Tahun 2012tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, yang dimaksud dengan anak yang berhadapandengan hukum (children in conflict with the law) ialah “Anak yang berkonflik dengan Jurnal Empowerment Volume 7 Nomor 2, September 2018 e-ISSN : 2580-7692 p-ISSN : 2252-4738 203 23 19 65 47 0 10 20 30 40 50 60 70 Pendidikan Gambar 1. Data anak didik berdasarkan pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMU hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindakpidana.”Anak yang berhadapan dengan hukum bisa dikatakan merupakan anak-anak yang saatini mengalami krisis moral. Krisis itu antara lain terlibatnya anak-anak dalam pergaulanbebas,kekerasan, kejahatan terhadap teman (bullying), pornografi, mencuri, perkosaan,bahkan pembunuhan yang dilakukan oleh anak kepada teman atau keluarganya sudahmenjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum bisa diatasi secara tuntas. Akibatyang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalansederhana karena tindakan ini telah menjurus kepada tindakan kriminal. Kondisi krisisdan dekadensi moral ini menandakan bahwa seluruh pengetahuan agama dan moralyang didapatkannya dibangku sekolah tidak berdampak pada perubahan perilaku anak.Data anak berkonflik dengan hukum dari Lembaga Pembinaan Khusus Anak per tanggal26 Juni 2018 berjumlah 154 anak berdasarkan pendidikan. Berdasarkan data diatas dapat dilihat dari jumlah anak didik 154 yang berada di LPKAKlas II Bandung dapat disebutkan bahwa anak yang berkonflik dengan hukum denganpendidikan tingkat SMP merupakan jumlah terbanyak yang menghuni lapas anakdengan percentase 42,2 % dan disusul dengan pendidikan SMA yaitu 30,5 %. Hal inimenunjukkan bahwa penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh anak-anak ada padarentang usia 13-18 tahun yang mana merupakan proses peralihan dari masa anak-anakke masa remaja sebagai proses menuju kedewasaan anak yang akan mengalamiperkembangan baik itu fisik, kognitif, sosio emosional dan perkembangan moral(Gunarsa, 1997) Jurnal Empowerment Volume 7 Nomor 2, September 2018 e-ISSN : 2580-7692 p-ISSN : 2252-4738 204 91510 48 2 62 6 2 0 50 100 Kasus Gambar 2 Data Anak Didik Berdasarkan Jenis Kasus Pencurian Pembunuhan Perampokan Kejahatan Terhadap ketertiban Asusila Perlindungan Anak Narkoba Penganiayaan Berdasarkan data diatas kasus perlindungan anak merupakan kasus tertinggi yakni33,7%. Hal ini membuktikan bahwa kondisi karakter anak-anak bangsa saat ini sedangmemprihatinkan dan hal ini telah mendorong pemerintah untuk mengambil inisiatifagar memprioritaskan pembangunan karakter bangsa. Mengenai hal ini secarakonstitusional sesungguhnya sudah tercermin dari misi pembangunan nasional yangmemposisikan pendidikan karakter sebagai misi pertama dari delapan misi gunamewujudkan visi pembangunan nasional.Karakter sangat erat kaitannya dengan kepribadian individu sehingga dalampendidikan karakter diperlukan juga aspek perasaan (emosi) yang oleh Lickona (1992)dalam (Mulyasa, 2016) disebut “desiring good” atau keinginan untuk melakukankebajikan yang menekankan tiga komponen yang baik yakni moral knowing, moral feeling dan moral action. Sehingga dari pengertian tersebut jelaslah bahwa karakterberarti keinginan seseorang untuk melakukan kebaikan dalam kehidupan sehari-sehariyang menanamkan nilai-nilai kebajikan itu secara utuh dan menyeluruh karena“karakter erat kaitannya dengan sikap dan tingkah laku yang bersifat personality.Seseorang disebut berkarakter apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral” (Mustika,2013) METODEPenelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif studikasus. Pendekatan kualitatif ini dianggap sesuai dengan penelitian ini dengan alasan: 1)lebih mudah berhadapan dengan kenyataan, 2) menyajikan secara langsung hakikathubungan antara peneliti dengan responden, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikandiri dengan banyak pengalaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yangdihadapi (Moleong, 2014). Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi,wawancara, dan studi dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data denganmendeskripsikan data, reduksi data, display data dan menarik kesimpulan. Sumber datadalam penelitian ini sebanyak 5 orang informan yang terdiri dari satu orang pengelola,satu orang ustadz (tutor), dan 3 orang anak didik. Jurnal Empowerment Volume 7 Nomor 2, September 2018 e-ISSN : 2580-7692 p-ISSN : 2252-4738 205 HASIL DAN PEMBAHASANLembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas II Bandung yang terletak di Jl.PacuanKuda no. 3A, Arcamanik Bandung merupakan lembaga yang ditunjuk untukmemberikan dan pembinaan terhadp anak-anak yang berkonflik dengan hukum. Setiapanak-anak yang masuk ke LPKA anak mengikuti program pembinaan dan pendidikanyang pengelolaannya dilakukan oleh pihak LPKA dan lembaga mitra. Pada dasarnyapengelolaan mempunyai tiga unsur pokok yaitu: (1) adanya tujuan yang ingin dicapai,(2) tujuan dapat dicapai dengan menggunakan kegiatan orang lain, dan (3) kegiatan-kegiatan orang lain itu harus dibimbing dan diawasi. Dengan demikian pengelolaandapat dipastikan adanya maksud untuk mencapai tujuan tertentu dari kelompok atauorganisasi yang bersangkutan. Sedangkan untuk mencapainya suatu perencanaan yangbaik, pelaksanaan yang konsisten dan pengendalian yang kontinyu, dengan maksudagar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan efisien dan efektif. Efisien dapatdikatakan suatu kondisi atau keadaan, dimana penyelesaian suatu pekerjaandilaksanakan dengan benar dan dengan penuh kemampuan yang dimiliki. Sedangkanefektivitas adalah suatu kondisi atau keadaan dimana dalam memilih tujuan yanghendak dicapai menggunakan sarana ataupun peralatan yang tepat, disertai dengankemampuan yang dimiliki, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasilyang memuaskan (Koswara, 2014)Fungsi pengelolaan merupakan perwujudan kegiatan yang berurutan dan berhubungansehingga satu kegiatan menjadi syarat bagi kegiatan lainnya. Kegiatan- kegiatan ituharus dan dapat dilakukan oleh seseorang dan atau kelompok yang tergantung dalamsuatu organisasi. George R Terry (1970) dalam (sudjana, 2010) mengemukakan adaempat fungsi manajemen yang sering disingkat POAC yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling. Dalam penelitian ini peneliti hanya akan membahasmengenai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada program pembinaan karakterberbasis pesantren dalam rangka menumbuhkan budi pekerti anak yang berkonflikdengan hukum di LPKA Klas II Bandung. A. Perencanaan Program Pembinaan Karakter Anak Berkonflik Dengan HukumPengelolaan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam upaya menerapkan fungsi-fungsi perencanaan, pelaksanaan,dan evaluasi dengan menggunakan sumber daya yangada untuk mencapai tujuan tertentu yang ditetapkan. Perencanaan merupakanpenetapan pekerjaan yang harus dilakukan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yangtelah digariskan. (sudjana, 2010) mendefinisikan “Perencanaan adalah proses yangsistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan padawaktu yang akan datang”. Dikatakan sistematis karena perencanaan dilaksanakandengan prinsip-prinsip tertentu yang mana prinsip tersebut mencakup prosespengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik secara ilmiah, sertatindakan yang terorganisasi. Waterson (1965) dalam (sudjana, 2010) mengemukakanbahwa perencanaan merupakan usaha sadar, terorganisasi dan terus menerusdilakukan untuk memilih alternatif yaang terbaik dari sejumlah alternatif tindakan gunamencapai tujuan. Suherman (1988) dalam (sudjana, 2010) mengemukakan bahwa“perencanaan adalah suatu penentuan urutan tindakan, perkiraan biaya serta Jurnal Empowerment Volume 7 Nomor 2, September 2018 e-ISSN : 2580-7692 p-ISSN : 2252-4738 206 penggunaan waktu untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas data denganmemperhatikan prioritas yang wajar dengan efisien untuk tercapainya tujuan”.Dari beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaanmerupakan usaha sadar dan sistematis yang dilakukan secara terus menerus untukmencapai tujuan dalam suatu kegiatan. Oleh karena itu, perencanaan yang dilakukanoleh pengelola LPKA terhadap program pembinaan karakter bagi anak didikberdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap pengelola dikatakan bahwa sebelummelakukan program pembinaan melalui kegiatan pesantren pada awal perencanaanpihak pengelola melakukan identifikasi kebutuhan terlebih dahulu terhadap anak didik.Identifikasi kebutuhan ini dilakukan saat anak didik ditempatkan di LPKA. Adapunlangkah-langkah yang dilakukan dalam identifikasi kebutuhan belajar anak didik yangdilakukan LPKA yakni :1. Melakukan identifikasi kompetensi/ kemampuan dan potensi melalui penelitiandokumentasi.2. Melakukan wawancara dan pengamatan serta asesment terhadap minat dan bakatanak didik.3. Menganalisis data hasil wawancara dan pengamatan / Asessment.4. Melakukan pengecekan kelengkapan berkas/data hasil identifikasi serta persyaratanadministrasi dan teknis lainnya. Sebagai bahan dalam rapat penentuan hasil seleksi.5. Melaksanakan rapat seleksi untuk mengklasifikasikan Anak Didik yang selanjutnyamenentukan jenis program pembinaan yang akan diikuti oleh seorang Anak Didik .Setelah anak didik di identifikasi kebutuhan belajarnya oleh petugas yang berada diLPKA maka tahap selanjutnya anak didik diberikan motivasi yang merupakan tahapanlanjutan dalam rangka pengkondisian sikap mental anak didik agar lebih siap mengikutipembinaan, adapun tahapannya yaitu : a. Melaksanakan wawancara dan observasi pengisian data calon pada form registrasi. b. Memberikan motivasi dan pemahaman kepada anak didik berkenaan dengan artipenting dan manfaatnya kegiatan pembinaan yang akan dilaksanakan.Anak didik yang telah di identifikasi kebutuhan belajarnya maka akan mengikuti setiapkegiatan pendidikan dan pembinaan sesuai dengan minatnya. Ada beberapa jenispendidikan dan pembinaan yang ada di LPKA mulai dari pendidikan kesetaraan paket A,paket B dan paket C yang mana kegiatan pendidikan kesetaraan ini terlaksana atasbantuan dari Dinas Pendidikan Pemprov Jawa Barat, sebagai implementasi dari adanyaPeraturan Gubernur Jawa Barat Tentang Pedoman Pendidikan Layanan Khusus (PLK)untuk anak Berhadapan dengan Hukum Di LPKA . Adapun Sekolah Layanan Khusus SMALanglang Buana, SMK PU dan SMK Pertanian di LPKA Bandung saat ini mempunyai anakdidik 85 (delapan puluh lima) anak, yang terbagi beberapa kelas,yakni kelas 10, kelas11 dan kelas 12. Sedangkan untuk kegiatan pembinaan yang diperoleh anak didik yaitupembinaan mental rohani, pembinaan intelektual dan wawasan kebangsaan,pembinaan olahraga dan kesenian, pembinaan kemasyarakatan/sosial, dan pembinaankemandirian. Untuk program pembinaan mental rohani melalui kegiatan pesantrenyang diberi nama pesantren MIFTAKHUL JANNAH sesuai dengan nama mesjid yangberada di dalam LPKA dan kegiatan pesantren ini wajib di ikuti oleh semua anak didik.Pada proses pelaksanaannya mengenai kurikulum dan RPP itu diserahkan kepadalembaga mitra yang memang menjadi penanggungjawab kegiatan pesantren. RPP dalamkegiatan pesantren baru secara verbal dan belum di administrasikan dengan baik. Jurnal Empowerment Volume 7 Nomor 2, September 2018 e-ISSN : 2580-7692 p-ISSN : 2252-4738 207 B. Pelaksanaan Program Pembinaan Karakter Anak Berkonflik Dengan HukumPelaksanaan program pembinaan karakter berbasis pesantren bagi ABH ini merupakankegiatan yang harus di ikuti oleh semua anak didik. Pelaksanaan kegiatan pembinaan inidilaksanakan empat kali dalam seminggu dari pukul 09.00-12.30 WIB setelah anakdidik melaksanakan sholat dzuhur berjamaah. Pada prosesnya anak didik akandikumpulkan di mesjid MIFTAKHUL JANNAH untuk mengikuti kegiatan pesantren.Walaupun kegiatan pesantren ini wajib di ikuti oleh semua anak didik akan tetapi padapelaksanaannya karena waktunya yang bersamaan dengan kegiatan pendidikan danpembinaan lain maka hanya untuk anak didik yang pada saat itu memiliki waktu kosongsaja dalam artian anak didik yang memang pada kegiatan pendidikan dan pembinaantutornya tidak hadir. Sehingga anak didik yang memiliki waktu luang diarahkan untukmengikuti kegiatan pesantren. Adapun jadwal kegiatannya yaitu : Tabel 1Jadwal Kegiatan Pesantren No Hari Materi1 Selasa Fiqih (Ustad Nono)Tahsin (Ustad Soni)2 Rabu Tadabur Qur’an (UstadKoko)Tauhid (Ustad Heru)3 Kamis Motivasi (Ustad Catur)Tadabur Qur’an (UstadIman)4 Jumat Hafalan (Ustad Boby)Pelaksanaan kegiatan pesantren ini bertujuan untuk menumbuhkan nilai-nilai karakterbudi pekerti anak didik di LPKA. Dalam membentuk karakter anak didik yang kurangbaik menjadi baik memang perlu dukungan dari semua yakni pengelola, pembina,masyarakat, orangtua bahkan anak didik, karena pendidikan karakter bergerak darikesadaran (awareness), pemahaman (understanding), kepedulian (concern), dankomitmen (commitment), menuju tindakan (doing or acting) (Mulyasa, 2016). Olehkarena itu, keberhasilan program pembinaan karakter bergantung pada ada tidaknyakesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen dari semua penyelenggara programpembinaan karakter untuk melaksanakan nilai- nilai kebenaran dan keteladanansehingga menjadi manusia seutuhnya (Mulyana, 2015). Sehingga bisa dikatakan bahwasalah satu penyebab ketidakmampuan seseorang berperilaku baik meskipun telahmemiliki pemahaman tentang kebaikan itu disebabkan karena tidak terlatih untukmelakukannya. Kegiatan pembinaan karakter ini tidak sebatas memberikan ilmu akantetapi ada proses peneladanan dari orang-orang yang berada dilingkungan anak didik.Anak didik binaan dari LPKA sebelumnya merupakan seorang siswa yang memangmendapatkan pendidikan budi pekerti melalui pendidikan agama. Pendidikan yangmereka peroleh ternyata belum memberi dampak secara afektif dan psikomotoriksehingga mereka melakukan perilaku menyimpang dan terpaksa menjadi anak didikbinaan LPKA. Ada berbagai faktor yang menyebabkan hasil pendidikan agama yangdiperoleh anak didik tidak menggembirakan yaitu :pertama, Pendidian Agama terlalu Jurnal Empowerment Volume 7 Nomor 2, September 2018 e-ISSN : 2580-7692 p-ISSN : 2252-4738 208 kognitif, pendekatan yang dilakukan terlalu berorientasi pengisisn otak, memberi tahumana yang baik dan mana yang buruk, yang spatutnya dilakukan dan yang tidaksepatutnya, dan seterusnya. Aspek afektif dan psikomotornya tidak tersinggung,kalaupun terseinggung sangat kecil sekali, kedua, problema yang bersumber dari anakitu sendiri, yang datang dari latar belakang keluarga yang beraneka ragam yangsebagaian ada yang sudah tertata dengan baik akhlaknya di rumah dan ada yang belum. Ketiga, terkesan bahwa tanggungjawab pendidikan agama tersebut berada di pundakguru agama saja. Keempat, keterbatasan waktu yang tersedia dengan bobot materipendidikan agama yang dicanangkan (Su’dadah, 2014).Pembinaan anak didik berorientasi sebagai upaya menumbuh kembangkan pembinaanjiwa, agar menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna dikemudian hari(Sambas, Syawali, & Suhardiman, 2016). Proses pembinaan karakter budi pekeri bagianak didik ini menggunakan berbagai metode seperti ceramah, tanya jawab, diskusikelompok, curah pendapat yang memang pada dasarnya metode dalam kegiatanpembinaan diserahkan sesuai dengan materi yang akan disampaikan oleh ustadz. Mediayang digunakan dalam kegiatan pesantren ini seperti al-quran, modul-modul, alat tulisdan poster-poster wudhu atau sholat yang digunakan sebagai alat bantu untukmemberikan materi. Adapun pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan partisipatif-andragogy yaitu pelibatan anak didik sebagai sumber belajar dalam prosespembelajarannya dengan mengangkat pengalaman-pengalaman yang dialami oleh anakdidik. Sarana dan prasarana belajar yang digunakan dalam proses pembinaankondisinya relatif baik seperti mesjid sebagai tempat dalam pelaksanaan pembinaan,alat tulis, papan tulis, modul-modul, al-quran dan iqro, infokus, serta buku-bukukeagamaan lainnya yang berkaitan dengan materi. C. Evaluasi Program Pembinaan Karakter Anak Berkonflik Dengan HukumSetiap program yang telah dilaksanakan tentunya harus ada evaluasi atau penilaianterhadap program yang akan atau telah dilaksanakan. Hal ini dilakukan agarmempermudah pengelola dan pelaksana kegiatan untuk mendeteksi hal-hal yang akanmenjadi pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan kegiatan. Evaluasi programpada penelitian ini menggunakan model evaluasi terfokus pada pengambilan keputusanyang mana evaluasi ini diarahkan untuk menghimpun, mengolah dan menyajikan datasebagai masukan untuk pengambilan keputusan. “Model evaluasi ini dilakukan untukmengidentifikasi empat unsur program yaitu konteks, masukan, proses dan hasil(Sudjana, 2008) Program pembinaan karakter merupakan proses pembiasaan yangdilakukan oleh seseorang, karena karakter dalam diri seseorang akan terbentuk melaluikegiatan pembiasaan yang diterima dari rangsangan lingkungan. Karakter merupakanakhlak atau tabiat seseorang yang melekat kuat dalam dirinya yang akan tertanam terusmenerus sampai sepanjang hayat, dapat dibayangkan apabila karakter tersebut tidakdibentuk khususnya dari individu itu sejak kecil maka kemungkinan besar karakterburuk yang melekat pada dirinya akan mengakar kuat sepanjang hidupnya, oleh karenaitu, “karakter dapat dibentuk melalui pembiasaan (habit) sejak anak usia dini” (Nuraida,2016).Evaluasi program pembinaan karakter pada penelitian ini di fokuskan pada segi : Jurnal Empowerment Volume 7 Nomor 2, September 2018 e-ISSN : 2580-7692 p-ISSN : 2252-4738 209 1. KonteksProgram pembinaan anak didik melalui kegiatan pesantren di LPKA merupakankegiatan wajib yang harus di ikuti oleh semua anak didik. Anak didik yang mengikutikegiatan pesantren diharapkan dapat memberikan perubahan perilaku yang baik.Anak didi yang berada di LPKA memang anak-anak spesial yang terpaksa harusberada didalam LAPAS ANAK karena memang perbuatan yang telah mereka lakukansudah tidak bisa ditoleransi atau di maafkan. Selama mengikuti kegiatan pembinaandan pendidikan di LPKA anak didik memang berprilaku sangat baik hal inidikarenakan ada motivasi dari dalam diri peserta didik untuk berubah danmendapatkan remisi dari pengelola. Pengelola memberikan reward terhadap anakdidik yang menaati peraturan. Untuk kegiatan pesantren ini sarana dan prasaranasudah disediakan oleh pengelola seperti infokus, layar, spidol, papan tulis sebagaipenunjang dalam kegiatan pesantren. Meskipun anggaran yang dimiliki oleh lembagaminim akan tetapi pihak lembaga selalu memberikan yang terbaik denganmemperhatikan kepentingan terbaik bagi anak seperti hal nya memberikanttutor/ustadz yang memiliki kompetensi sesuai dengan yang dibutuhkan anak didik. 2. MasukanPembinaan anak didik di LPKA bertujuan untuk membentuk anak didik yangmemiliki karakter budi pekerti baik. Penanaman nilai-nilai budi pekerti ini didukungoleh lembaga mitra LPKA dengan terlibat dalam program pendidikan dan pembinaanyang akan diberikan kepada anak didik Penanaman budi pekerti yang harus dimilikianak didik ini dituangkan dalam piagam arcamanik yang dituangkan dalam 10 pointyaitu :a. Anak adalah amanah Tuhan Yang Maha Esa, generasi penerus bangsa wajibmendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk dapat tumbuh danberkembang secara optimal;b. Penahanan dan penjatuhan pidana penjara bagi anak merupakan upaya terakhirdan dilakukan paling singkat dengan memperhatikan kepentingan terbaik bagianak;c. Tujuan sistem pembinaan dan pembimbingan anak adalah keadilan restoratifberbasis budi pekerti;d. Pemberian pidana penjara bukan merupakan bentuk balas dendam dari Negara;e. Selama menjalankan pembinaan dan pembimbingan tidak boleh diasingkan darikeluarga dan masyarakat;f. Dalam proses pembinaan dan pembimbingan anak berhak mendapatkanperlindungan dari kekerasan dan segala bentuk diskriminasi lainnya sesuaidengan harkat dan martabat kemanusiaan;g. Pendidikan merupakan intisari pembinaan dan pembimbingan bagi anak dalamrangka meningkatkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual,pengembangan potensi diri serta pelatihan keterampilan dalam upayapengembangan minat dan bakat;h. Pembinaan dan pembimbingan anak wajib diarahkan untuk sesegera mungkindikembalikan kepada keluarga dan masyarakat dalam bentuk program Asimilasidan Integrasi;i. Negara menjamin perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak melaluipenyediaan sumber daya dan sarana prasarana yang ramah anak; Jurnal Empowerment Volume 7 Nomor 2, September 2018 e-ISSN : 2580-7692 p-ISSN : 2252-4738 210 j. Pembinaan dan pembimbingan terhadap anak dilaksanakan secara sinergiantara pengasuh, pembimbing kemasyarakatan, keluarga, dan masyarakat. 3. ProsesPada pelaksanaan kegiatan pesantren yang dilaksanakan empat hari dalam seminggudengan tiap harinya akan ada dua ustadz yang memberikan materi yang mana materiyang diberikan akan berbeda pada setiap harinya. Anak didik dan ustadz selamakegiatan pesantren tejadi komunikasi yang baik dan interaktif, kedekatan ini bisadilihat dari keakraban yang ditunjukkan oleh anak didik terhadap para ustadz, anakdidik sudah tidak malu untuk sharing mengenai hal apapun yang membuat anakdidik bingung. Media dan metode yang diberikan para ustadz saat memberikanmateri pun lebih banyak praktek sehingga membuat anak didik lebih tertarik untukmengikuti pesantren.Belum ada kegiatan rencana tindak lanjut pasca mengikuti pembinaan melaluikegiatan pesantren ini. Menurut pengelola dan tutor hal ini dikarenakan waktukeberadaan anak didik yang bervariasi serta keterbatasan dari pengelola untukmengawasi anak didik pasca keluar dari LPKA. Lingkungan belajar pada programpembinaan karakter melalui kegiatan pesantren ini hanya dilakukan didalam mesjiddan belum bisa di laksanakan diluar lingkungan LPKA karena memperhatikan darisegi keamanan anak didik. 4. HasilAnak didik yang menjadi informan pada penelitian ini sebelum masuk ke LPKAmerupakan anak didik yang broken home dan tidak mendapatkan perhatian darikeluarganya sehingga mereka mencari perhatian dari teman dan lingkungansekitarnya dengan terlibat atau menjadi anggota gang. Berdasarkan hasil wawancaradan pengamatan peneliti terhadap kegiatan pesantren anak didik di LPKA bahwaanak didik mengalami perubahan karakter yang cukup baik, anak didik selalumelakukan sholat berjamah, membaca al-quran, sopan terhadap yang lebih tuaseperti memberi salam, jujur, disiplin, hormat kepada teman dan lebih menghargaiperbedaan yang awalnya mereka jarang melakukan nilai-nilai baik tersebut..Perubahan perilaku yang ditunjukkan karena ada pembiasaan yang dilakukan olehpihak pengelola dan pembina terhadap anak didik dalam kesehariannya selamaberada di LPKA. Karakter budi pekeri yang diharapkan dapat dimiliki oleh anak didiksebagai bekal saat mereka harus kembali ke lingkungan masyarakat dan keluarga.Pembinaan anak berorientasi kepada upaya menumbuh kembangkan pembinaanjiwa, agar menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna dikemudian hari(Sambas, Syawali, & Suhardiman, 2016). Jurnal Empowerment Volume 7 Nomor 2, September 2018 e-ISSN : 2580-7692 p-ISSN : 2252-4738 211 KESIMPULANKesimpulan penelitian disusun berdasarkan pertanyaan penelitian, hasil analisis datadan pembahasannya. Secara keseluruhan, hasil penelitian dapat disimpulkan sebagaiberikut : 1. Perencanaan Program Pembinaan Karakter Anak Berkonflik Dengan HukumPengelola dan tutor melakukan identifikasi kebutuhan belajar (need analysist) terlebihdahulu sebelum melaksanakan pembinaan keagamaan melalui kegiatan pesantren.Pengelola merumuskan tujuan program yang ingin dicapai dalam bentuk program kerjadan jadwal kegiatan pembinaan keagamaan. Adapun tutor merumuskan tujuan programpembinaan keagamaan melalui kegiatan pesantren baru secara verbal saja dan belumsecara tertulis, karena tujuan dari program sudah dirumuskan terlebih dahulu olehpihak pengelola.Pengelola menyusun desain/ rancangan program terlebih dahulu yangditerjemahkan dari kurikulum yang diperoleh dari kemenag sedangkan untukpembuatan Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) diserahkan oleh pengelola kepadatim pengajar (ustadz). Namun tutor/ ustadz tidak menggunakan kurikulum yang adadikarenakan memang kesulitan dalam mengkoordinasikan dengan tim pengajar lainnya.Sehingga tutor membuat Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) secara verbal saja dandiserahkan kepada ustadz masing-masing sesuai materi yang akan disampaikanterhadap anak didik.Sebelum pelaksanaan pembinaan dimulai, pengelola dan ustadztelah mempersiapkan prangkat yang berkaitan dengan pelaksanaan pesantren sepertimedia, modul, sarana dan prasarana. 2. Pelaksanaan Program Pembinaan Karakter Anak Berkonflik Dengan HukumMateri yang diberikan oleh ustad/tutor dalam proses kegiatan pesantren relevan(sesuai) dengan kriteria anak didik yang berdasar kepada kebutuhan anak didikwalaupun belum sesuai dengan minatnya. Materi utama yang diberikan yaitu materikeagamaan berkaitan dan budi pekerti serta baca al-quran dengan tartil.Langkah-langkah kegiatan pesantren yang dilakukan oleh pengelola dan tutor pada programpembinaan diawali dengan pre test kemampuan membaca al-quran anak didik,pengelompokkan anak didik yang masuk kelas A,B atau C, proses pembinaan melaluikegiatan pesantren, dan evaluasi yang dilakukan oleh pengelola dan tutor yangdilaksanakan setahun dua kali. Pendekatan yang digunakan dalam proses kegiatanpesantren dalam rangka menumbuhkan budi pekerti anak didik adalah pendekatanpartisipatif-andragogy yaitu pelibatan anak didik sebagai sumber belajar dalam prosespembelajarannya dengan mengangkat pengalaman-pengalaman yang dialaminya.Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan pesantren yaitu diskusi, ceramah,praktek, tanya jawab dan demonstrasi. Sarana dan prasarana belajar yang digunakandalam proses pembinaan kondisinya relatif baik seperti mesjid sebagai tempat dalampelaksanaan pembinaan, alat tulis, papan tulis, modul-modul, al-quran dan iqro, infokus,serta buku-buku keagamaan lainnya yang berkaitan dengan materi. 3. Evaluasi Program Pembinaan Karakter Anak Berkonflik Dengan HukumEvaluasi atau penilaian terhadap anak didik dilakukan melalui pengamatan sikap danprilaku,kemampuan membaca al-quran dan iqro, hafalan surat-surat pendek, hafalan Jurnal Empowerment Volume 7 Nomor 2, September 2018 e-ISSN : 2580-7692 p-ISSN : 2252-4738 212 bacaan sholat, dan kegiatan lomba-lomba yang diadakan oleh ustadz seperti adzan,pidato dan MTQ. Belum ada kegiatan rencana tindak lanjut pasca mengikuti pembinaanmelalui kegiatan pesantren ini. Menurut pengelola dan tutor hal ini dikarenakan waktukeberadaan anak didik yang bervariasi serta keterbatasan dari pengelola untukmengawasi anak didik pasca keluar dari LPKA. Lingkungan belajar pada programpembinaan karakter melalui kegiatan pesantren ini hanya dilakukan didalam mesjiddan belum bisa dilaksanakan diluar lingkungan LPKA karena memperhatikan dari segikeamanan anak didik. DAFTAR PUSTAKA Gunarsa, S. (1997). Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Bandung: PT.BPK GunungMulia. Koswara, R. (2014). Manajemen Pelatihan Life Skill Dalam Upaya Pemberdayaan SantriDi Pondok Pesantren. Jurnal Empowerment Volume 4,, 37-50.Moleong, L. J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif-Edisi Revisi. Bandung: RemajaRosdakarya.Mulyana, E. (2015). Pendidikan Karakter Dalam Rangka Pembangunan Bangsa. Jurnal Empowerment Volume 3, 41-49.Mulyono, D. (2017). Menegaskan Karakter Pendidikan Nonformal. Empowerment, 1(1).Mulyasa, E. (2016). Manajemen Pendidkan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.Mustika, I. (2013). Mentradisikan Kesantunan Berbahasa:Upaya Membentuk GenerasiBangsa yang Berkarakter. Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia, 1-11.Nuraida, N. (2016). Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Melalui Pendidikan Pencak SilatUntuk Anak Usia Dini (Studi Kasus di Paguron Pencak Silat Galura PanglipurBandung). Jurnal Prograam Studi Pendidikan Guru PAUD Vol.2, 59-77.Sambas, N., Syawali, H., & Suhardiman, 3. D. (2016). Pendidikan Berbasis Budi PekertiTerhadap Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Di Lembaga Pembinaan KhususAnak (Lpka) Kls Ii Bandung. Prosiding Seminar Nasional (pp. 565-576). Bandung:Penelitian dan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora.Su’dadah. (2014). Pendidikan Budi Pekerti ( Integrasi Nilai Moral Agama denganPendidikan Budi Pekerti ). Jurnal Kependidikan, Vol. II No. 1, 132-141.Sudjana, D. (2008). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: PT RemajaRosdakarya.sudjana, D. (2010). Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah. Jurnal Empowerment Volume 7 Nomor 2, September 2018 e-ISSN : 2580-7692 p-ISSN : 2252-4738 213