The particular dialect or language that a person chooses to use on any occasion is called a code Copyright © 2018 The Author IDEAS is licensed under CC-BY-SA 4.0 License Issued by English study program of IAIN Palopo 78 IDEAS Journal of Language Teaching and Learning, Linguistics and Literature ISSN 2338-4778 (Print) ISSN 2548-4192 (Online) Volume 6, Number 1, June 2018 pp. 78 – 89 Pemerolehan Bahasa (Analisis Pemerolehan Fonologi (Vokoid Dan Kontoid) Pada Anak 24 Bulan) PALDY paldy@uncp.ac.id University of Cokroaminoto Palopo, Indonesia Received : 13 Mei 2018; Accepted : 28 Mei 2018 URL : http://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/ideas Abstrak Perkembangan bahasa merupakan salah satu mata rantai pertumbuhan anak. Pada penelitian ini membahas tentang pemerolehan bahasa pada anak khusunya pemerolehan fonologi (vokoid dan kontoid) dan faktor yang mempengaruhi pemerolehan fonologi. Penelitian ini adalah studi kasus pada anak berumur 24 bulan bernama Alfian. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pemerolehan bunyi vokoid dan kontoid pada anak. Pengumpulan data melalui observasi dan kemudian direkam dan wawancara pada orang tua Alfian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemerolehan vokoid dalam bahasa Indonesia pada Alfi dikategorikan baik karena bunyi yang diucapkan sudah sempurna, variasi alofonik untuk masing-masing bunyi sudah ada, kecuali untuk [o] dan [e] yang sebenarnya merupakan bagian dari diftong [au] dan [ai]. Kemudian beberapa kontoid yang sudah dikuasainya, ada yang masih berfluktuasi dengan bunyi lain, dan bahkan ada yang sama sekali belum dikuasainya. Adapun kontoid yang sudah dikuasainya adalah [b], [p], [m], [n], [d], [g] dan [l]. Konsonan yang masih muncul fluktuatif adalah [t], [c], dan [s]. Bunyi frikatif [s] diakhir kata secara jelas diucapkan Alfi dengan jelas pada kata ‘habis’ diucapakan dengan kata ‘abis’, namun pada awal kata sering diucapkan [c] misalnya ‘cucu’/’susu’. Adapun kontoid yang belum dapat diucapakan Alfi adalah [h], [r], [k], [j], [y], [q], [w], [x] dan [z]. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan fonologi pada alfi adalah belum sempurnanya alat-alat ucap dan juga adanya faktor stimulus dari keluarga atau lingkungan sekitarnya. . Kata kunci: Pemerolehan Bahasa; Fonologi, Anak 24 Tahun. http://u.lipi.go.id/1457703302 mailto:faldy@uncp.ac.id http://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/ideas I D E A S , V o l . 6 , N o . 1 , J u n e 2 0 1 8 I S S N 2 3 3 8 - 4 7 7 8 ( P r i n t ) I S S N 2 5 4 8 - 4 1 9 2 ( O n l i n e ) 79 Pendahuluan Proses pemerolehan dan penguasaan bahasa anak-anak merupakan satu perkara yang cukup menakjubkan bagi para penyelidik dalam bidang psikoliguistik. Bagaimana manusia memperoleh bahasa merupakan satu isu yang sangat mengagumkan. Berbagai teori dari bidang disiplin yang berbeda telah dikemukakan oleh para pengkaji untuk menerangkan bagaimana proses ini berlaku dalam kalangan anak-anak. Disadari ataupun tidak sistem-sistem linguistik dikuasai dengan pantas oleh individu anak-anak walaupun umumnya tidak melalui pengajaran formal. Berkaitan dengan proses pemerolehan bahasa, meskipun secara umum tekah diklasifikasikan oleh para ahli, ternyata perkembangan bahasa anak yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan, meskipun usia anak-anak itu sama. Perbedaan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain faktor stimulus dari keluarga atau lingkungan sekitarnya. Setiap anak mengalami proses pemerolehan bahasa yang beragam. Ada yang cepat memperoleh bahasa dengan banyak kosakata, ada yang biasa saja, namun ada juga yang sedikit memperoleh kosakata, bahkan ada yang terlambat. Ada yang lancar mengucapkan huruf, ada yang bercampur antara huruf yang satu dengan yang lainnya, ada juga yang cadel, tidak dapat mengucapkan bunyi getar [r]. Dalam kajian ini penulis melakukan observasi terhadap pemerolehan bahasa pertama anak yang berusia 24 bulan (2 tahun), khususnya berkaitan dengan pemerolehan dalam bidang fonologi. Hasil pengamatan akan dikaitkan dengan teori-teori tentang pemerolehan bahasa pertama, sehingga dapat diketahui bagaimanakah perkembangan fonologi anak yang dijadikan subjek penelitian. 1. Adapun yang menjadi fokus penelitan dalam makalah ini adalah pemerolehan fonologi, yang terdiri dari pemerolehan vokoid dan kontoid anak usia 24 bulan serta faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan fonologi anak usia 24 bulan. Krashen dalam Schutz mengatakan pemerolehan bahasa sebagai "the product of a subconscious process very similar to the process children undergo when they acquire their first language.1 Dengan kata lain pemerolehan bahasa adalah proses bagaimana seseorang dapat berbahasa atau proses anak-anak pada umumnya memperoleh bahasa pertama. Dardjowidjojo mendefinisikan pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya. 2Pemerolehan bahasa pertama terjadi apabila pelajar biasanya seorang anak yang sejak semula tanpa bahasa dan kini dia memperoleh satu bahasa. Yang disebut bahasa ibu adalah adalah bahasa 1 Richardo Schultz, Stephen Krashen's Theory of Second language Acquisition. h.12 2 Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik (Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia), (Jakarta: Unika Atma Jaya, 2003), h. 225 P a l d y Pemerolehan Bahasa (Analisis Pemerolehan Fonologi (Vokoid dan Kontoid) pada Anak 24 Bulan) 80 yang pertama kali dipelajari secara alamiah dari ibunya atau dari keluarga yang memeliharanya. Bahasa ibu lazim disebut bahasa pertama, karena bahasa itulah yang pertama dipelajari anak. Meskipun tidak selalu bahasa pertama yang dikuasai anak sama dengan bahasa pertama yang dikuasai ibunya. Atau, si anak belajar bahasa pertama tidak dari ibunya tetapi dari orang tua asuhnya. Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama (Bl) anak terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa anak, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk bahasanya. Pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit. a. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Mukalel menyebutkan empat hal yang mempengaruhi pemerolehan bahasa pertama yaitu:3 a) Lingkungan fisik. Hal-hal di sekitar anak memiliki banyak hubungan dengan apa dan bagaimana ia memperoleh suatu bahasa. Lebih dari orang dewasa, anak memperoleh benar-benar keterlibatan dengan hal-hal di sekelilingnya. Anjing, kucing, rumah, dan pohon di sekitar rumah memiliki hubungan dengan cara anak mempelajari bahasa pertamanya. b) Lingkungan sosial. Anak tumbuh berkembang diantara orang tuanya dan anak yatim piatu mengalami dunia yang berbeda dalam pembelajaran bahasa. Anak yang ibunya keluar untuk bekerja setiap hari dan yang selalu bersama ibunya memperoleh bahasa pertama yang cukup berbeda walaupun yang sebelumnya sulit menebus tidak hadirannya. Ibu, keluarga dan tetangga merupakan unsur sosial yang paling penting dalam perkembangan bahasa alamiah anak. Faktor sosiologis itu lebih menentukan dari apapun dalam proses pembelajaran B1. c) Sumber daya fisik dan ekonomi. Perkembangan bahasa anak dari keluarga yang ekonomi lemah memiliki banyak alasan yang menghambat dibandingkan anak dari keluarga mampu. Sumber daya ekonomi mempengaruhi kontak anak dengan hal-hal dan kejadian dan bisa jadi membatasi jarak pengalaman anak secara utuh. Faktor ekonomi menentukan dalam pengalaman anak secara keseluruhan. Hal ini juga dapat menentukan sejauh mana kemungkinan pengembangan orang tua dalam kepeduliannya bagi perkembangan bahasa anak. 3 Joseph C. Mukalel, Psychology of Language Learning, (New Delhi: Discovering Publishing House, 2003), hh. 15-16 I D E A S , V o l . 6 , N o . 1 , J u n e 2 0 1 8 I S S N 2 3 3 8 - 4 7 7 8 ( P r i n t ) I S S N 2 5 4 8 - 4 1 9 2 ( O n l i n e ) 81 d) Motivasi. Pembelajaran B1 perlu memiliki motivasi yang sangat kuat. Ini merupakan ciri khas yang unik pada bahasa pertama atau bahasa lain. Ada kebutuhan menarik yakni internal dan eksternal. b. Tahap-Tahap Proses Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Sebagaimana yang sering dijelaskan, mekanisme bicara merupakan kemungkinan yang cruide. Anak itu lahir diberkahi dengan potensi dasar untuk berbahasa dalam bentuk alat bicara biologis dan kemampuan pengkoordinasian dan produksi bicara didalamnya. Kemampuan mental dan biologis ini berfungsi sebagai landasan untuk perkembangan bahasa. Hal ini seperti yang dikemukakan Djardowijojo perkembangan bahasa seorang anak tidah hanya dipengaruhi oleh perkembangan neurologis tetapi juga oleh perkembangan biologisnya. 4 Sebuah penelitian menggambarkan bahwa pada usia 0 – 11 tahun, kemampuan anak untuk menyerap (mengucapkan dan memahami makna kata) sangat luar biasa, sedangkan masa sesudah itu, perkembangan kemampuan kembali ke irama dan tempo yang normal (tidak terlalu cepat). Mukalel menjelaskan tahap-tahap proses pemerolehan bahasa anak sebagai berikut:5 a) Tahap tangisan (0-3 bulan). Tangisan pertama bayi berfungsi sebagai titik awal kelahiran yang mingkin menjadikan semua kegiatan paru-paru dan alat bicara. b) Tahap mendengkur/cooing (2-6 bulan). Tahap ini bayi mengeluarkan bunyi seperti huruf vokal. c) Tahap mengoceh (6-12 bulan). Ujaran yang paling signifikan bayi yang paling awal adalah suara ocehan yang ditandai dengan sistem dua arah yaitu suara ba…ba, ma…ma, pa…pa’ yang dihasilkan oleh bayi yang disampaikan ke pusat otak sebagai dorongan pendengaran dimana mengaktifkan bayi lebih lanjut untuk memproduksi suara yang sama lagi. d) Tahap echolalia (12-18 bulan), Elemen artikulasi yang sama diproduksi oleh bayi seperti ibunya. Echolalia yang demikian dijelaskan sebagai ear-vocal reflex. Ada pendengaran ganda yang bercabang yuang disebabkan oleh ibu juga oleh bayi. Ibu mengungkapan kata ‘doll’ dan bayi dengan sehat hati mengulang dengan bunyi da. e) Tahap ‘naming explosion’ (18-24 bulan). Tahap ini merupakan pengkondisian elemen artikulasi oleh obyek dan situasi. ini ditandai dengan penamaan benda pada anak-anak sebagaimana di ulurkan 4 Soenjono Dardjowidjojo, Kisah Pemerolehan Bahasa Anak (Echa), (Jakarta: UnikaAtma Jaya, 2000), h. 60 5 Mukalel, op. cit, h. 17 P a l d y Pemerolehan Bahasa (Analisis Pemerolehan Fonologi (Vokoid dan Kontoid) pada Anak 24 Bulan) 82 dan ditemukan oleh anak. Respon kondisional ini dipengaruhi oleh stimulasi visual ‘the doll’, dengan stimulus verbal, kata ‘doll’. Boneka yang nyata yang diperlihatkan bersamaan dengan kata ‘doll’ mengaktifkan anak untuk mengasosiasikan keduanya dan mempelajari kata ‘doll’ dan mengingatnya dalam hubungannya dengan benda ‘doll’. f) Tahap linguistic adult’. Tahap terakhir dalam proses ini adalah sangat berkarakteristik secara linguistik. Disini stimulus verbal itu sendiri dapat membangkitkan respon verbal. Anak telah mencapai alam bahasa yang nyata. Ia dalam posisi fungsi pada level bahasa simbolik. Anak dapat menjawab pertanyaan; kata doll dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan tanpa adanya bantuan visual lagi. Anak mulai memahami simbol kata, bukan hanya meniru satuan bunyi saja. c. Pemerolehan Fonologi Perkembangan bahasa merupakan salah satu mata rantai pertumbuhan anak. Anak mengalami sebuah proses belajar secara bertahap untuk mencapai sebuah keutuhan berbahasa. Fase perkembangan bahasa menjadi tiga tahap. Tahap pertama merupakan fase fonologis, yaitu fase ketika anak bermain dengan bunyi-bunyi bahasa, dimulai dengan berceloteh hingga menyebutkan kata-kata sederhana. Fase ini dimungkinkan terjadi pada anak yang baru lahir hingga berumur dua tahun. Pada umur 2—7 tahun, anak akan mengalami fase sintaksis. Pada fase kedua ini, anak menunjukkan kesadaran gramatis sehingga ia menunjukkan usaha berbicara menggunakan kalimat. Tahap terakhir adalah fase semantik. Di usia 7—11 tahun, anak mulai dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam kata. Pada waktu dilahirkan, anak hanya memiliki sekitar 20% dari otak dewasanya. Ini berbeda dengan binatang yang sudah memiliki sekitar 70%.6 Karena perbedaan inilah maka binatang sudah dapat melakukan banyak hal segera setelah lahir, sedangkan manusia hanya bisa menangis dan menggerak-gerakkan badannya. Proporsi yang ditakdirkan kecil pada manusia ini mungkin memang “dirancang” agar pertumbuhan otaknya proporsional pula dengan pertumbuhan badannya. Fonologi merupakan bagian pertama dan dasar dari sistem internalisasi bahasa anak. Pemerolehan secara konstan dengan bahasa orang dewasa memungkinkan anak untuk meningkatkan bunyi mereka. internalisasi bukanlah proses yang masuk kedalam sistem. Proses internalisasi pada anak tidak mengambil secara keseluruhan sistem bunyi dari bahasa tertentu dan kemudian melanjutkan untuk memperoleh kosakata dalam bahasa. Pemerolehan tersebut 6 Soenjono Dardjowidjojo,2000, h.244 I D E A S , V o l . 6 , N o . 1 , J u n e 2 0 1 8 I S S N 2 3 3 8 - 4 7 7 8 ( P r i n t ) I S S N 2 5 4 8 - 4 1 9 2 ( O n l i n e ) 83 merupakan sebuah proses yang tumpang tindih dengan hasil bahwa setiap sistem berjalan kurang lebih sejajar dengan lainnya. Anak menghasilkan kurang lebih bunyi ‘tidak memiliki khas' selama fase artikulasi. Pada saat yang sama telinga anak selalu secara cepat menyerap apa yang orang dewasa ucapkan di berbagai situasi meski itu di rumah. Karena semua bahasa ini terdiri dari bunyi yang didefinisikan dalam hal karakteristik fonetik, organ pendengaran anak berkenalan dengan kegiatan ini dan dalam perjalanan waktu, sebagai akibatnya, anak akan mengacak artikulasi untuk menggantikan bahasa yang ia dengar. Anak menggunakan bunyi-bunyi yang telah didengar dan dipelajarinya dengan bunyi-bunyi yang belum didengar dan dipelajari, misalnya menggantikan bunyi /l/ yang sudah dipelajari dengan bunyi /r/ yang belum dipelajari. Pada akhir periode berceloteh, anak sudah mampu mengendalikan intonasi, bahasa yang dipelajarinya. Menurut Jakobson (1971) dalam Dardjowidjojo, pemerolehan bunyi berjalan selaras dengan kodrat bunyi itu sendiri dan anak memperoleh bunyi-bunyi ini melalui suatu cara yang konsisten. Bunyi pertama yang keluar dari anak adalah kontras antara vokoid dan kontoid. Dalam hal bunyi Vokoid ini, ada tiga vokoid yang disebut sebagai sistem vokoid minimal (minimal vocalic system) yaitu (u, i, a) yang sifatnya uversal artinya dalam bahasa manapun ketiga bunyi vokoid ini pasti ada. Suatu bahasa bisa memiliki lebih dari tiga vokoid ini, tetapi tidak ada bahasa yang kurang dari tiga vokoid ini. Mengenai kontoid, Jokobson (1971) dalam Dardjowidjojo, mengatakan bahwa kontras pertama yang muncul adalah oposisi antara oral dengan nasal (p-t) (m-n) dan kemudian disusun oleh labial dengan dental (p-t). 7 Sistem kontras seperti ini disebut sistem kontoid minimal dan terdapat pada bahasa manapun didunia. Bahwa inventori bunyi-bunyi bisa saja berbeda dari satu bahasa kebahasa yang lain memang merupakan fakta, tertentu hubungan sesama bunyi itu sendiri bersifat universal. Clark dan clark menentukan fakta bahwa anak-anak mengenali makna berdasarkan presepsi mereka sendiri terhadap bunyi kata-kata yang mereka dengar. 8 Vokoid lebih dahulu dikuasai oleh anak-anak, baru kemudian bunyi-bunyi kontoid. Dardjowidjojo mengemukakan bahwa pada umur 6 minggu anak-anak mulai mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip dangan bunyi kontoid atau vokoid. Bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan bentuknya karena memang belum terdengar jelas. Proses ini dinamakan cooing dekutan. Pada umur 6 bulan. Anak mulai mencampur kontoid dan vokoid sehingga membentuk apa yang disebut istilah babbling ‘celotehan. Secara grandual, kontoid dan vokoid itu berubah sehingga muncullah kata-kata seperti mama, mami, papa. dst. 7 Soenjono Dardjowidjojo, 2000, h.22 8 Clark, Herbert H. dan Eve. Clark, Psychology and Language: An Introduction to Psycholinguistics.(New York: Harcourt Brace Jovanovich inc. 1977), h.34 P a l d y Pemerolehan Bahasa (Analisis Pemerolehan Fonologi (Vokoid dan Kontoid) pada Anak 24 Bulan) 84 Pada sekitar umur 2 tahun, kontoid pada akhir kata banyak yang tidak diucapkan sehingga mobil akan diujarkan /mbil/. Sampai sekitar unur 3 tahun anak belum dapat mengucapkan gugus kontoid sehingga (eyang) putri akan disapa dengan /ti/. Satu hal yang perlu dipahami benar adalah patokan tahun ini sangat relatif. Ukuran tidak boleh tahun kalender tetapi harus tahun neurobiologi, artinya pada tahap perkembangan neurobiologi mana seorang anak dapat mengucapkan bunyi-bunyi tertentu. . Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Adapun tehnik pengumpulan data dilakukan melaului observasi dan wawancara. Sumber data utama adalah Muhammad Alfian (24 bulan), sedangkan sumber data pendukung lainnya adalah orang tua Alfi. Alfian adalah anak kedua. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati pola pendidikan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya dengan melakukan perekaman pengembangan pemerolehan bahasa anak dan mencatat dan mengamati kata-kata yang diujarkan. Data dikumpulkan selama kurang lebih 30 hari dengan observasi dan wawancara. Hasilnya dicatat dan direkam. Selanjutnya, data yang diperoleh diklasifikasikan sesuai masalah yang menjadi fokus penelitian. . . Hasil dan Pembahasan Identitas Lingkungan Subjek Ayah dan Ibu Alfian adalah berasal dari suku bugis dan telah lama tinggal di Palopo, sehingga bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dialek Palopo. Dengan demikian Alfi bahasa pertama adalah bahasa Indonesia. Di lingkungan tempat Alfi tinggal, ada dua yang digunakan yakni bahasa Bugis Palopo dan bahasa Indonesia. Jadi kondisinya adalah multilingual. Alfi adalah anak kedua dari 2 bersaudara. Dia dilahirkan dengan berat 3.2 kg. Dalam proses perkembangan fisik Alfi bisa dikatakan normal dan tidak berbeda dengan anak-anak yang pada umumnya. Pada usia 24 bulan, Alfi tumbuh sehat secara fisik maupun psikis. Pembahasan Hasil Penelitian 1). Pemerolehan Vokoid Pada usia 24 bulan bunyi-bunyi vokoid yang muncul adalah sebagai berikut: [a] [ampu] ‘lampu [i] [abis] ‘habis’ I D E A S , V o l . 6 , N o . 1 , J u n e 2 0 1 8 I S S N 2 3 3 8 - 4 7 7 8 ( P r i n t ) I S S N 2 5 4 8 - 4 1 9 2 ( O n l i n e ) 85 [u] [cucu] ‘susu’ [e] [nene] ‘nenek’ [o] [ot] ‘dot’ [“] [‘coa] ‘kecoa’ Bunyi diftong yang muncul dilafalkan dengan vokoid seperti: [au] [mau] ‘mau’ [au] [bau] ‘bau’ [au] [aut] ‘laut’ [ai] [ai] ‘air’ [ue] [ue] ‘kue’ Dari kata-kata yang dapat diucapkan diatas menunjukkan bahwa Alfi sudah menguasai semua vokoid dalam bahasa Indonesia. Variasi alofonik untuk masing-masing bunyi sudah ada, kecuali untuk [o] dan [e] yang sebenarnya merupakan bagian dari diftong [au] dan [ai]. 2). Pemerolehan Kontoid Beberapa bunyi kontoid sudah mampu diucapkan Alfi seperti pada kata-kata berikut ini: [papa] ‘papa’ [ampu] ‘lampu’ [bau] ‘bau’ [igi] ‘pergi’ [alon] ‘balon’ [ndada] ‘tidak ada’ [mam] ‘makan’ [peda] ‘sepeda’ [ia] ‘bian’ (nama kaka Alfi) [pik} ‘opik’ (nama sepupu Alfi) Dari kata-kata diatas, Alfi sudah mampu mengucapkan bunyi hambat [p] seperti kata ‘papa’ dan ‘ampu (lampu)’ dan [b] pada kata ‘bau’ yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang berbau busuk. Misalnya ketika Alfi buang air besar dipopoknya, dia memberitahukan dengan mengucapkan kata ‘bau’. Tetapi jika kata ‘pergi’ dia hanya mengucapkan ‘igi’, ini menunjukkan bahwa Alfi belum mampu mengucapkan [p] diawal kata yang diikuti vokal [i]. tetapi dia sudah mampu mengucapkan kata ‘papa’, dimana [p] diikuti vokal [a]. Demikian halnya kata ‘balon’, Alfi belum mampu mengucapkan [b] yang terletak diawal kalimat. Selanjutnya, kata ‘ndada’ yang berarti ‘tidak ada’. Sebenarnya kata ini adalah variasi atau dialek bahasa Palopo. Ini menunjukkan bahwa kata yang diucapkan Alfi dipengaruhi oleh lingkungannya. Beberapa huruf yang belum mampu diucapkan Alfi adalah bunyi glottal [h] pada kata ‘habis’ yang diucapkan Alfi dengan ‘abis’, bunyi nasal velar [k] pada kata ‘makan’ diucapkan ‘mam’, bunyi semivokal [w] pada saat Alfi mengucapkan ‘pik’ yang dimaksud adalah ‘opik’ (nama sepupu Alfi). P a l d y Pemerolehan Bahasa (Analisis Pemerolehan Fonologi (Vokoid dan Kontoid) pada Anak 24 Bulan) 86 Dari contoh-contoh diatas, Alfi belum mampu mengucapkan banyak kosakata seperti anak-anak lain yang pada umumnya sudah mampu mengucapkan kosakata lain. Kosakata Alfi masih dikatakan sangat sedikit. Kata-kata yang diucapkan hanya sebatas kata-kata penting yang sering dia dengar. Hal ini kemungkinan disebabkan kesulitan artikulasi dan masukan yang didengarnya lebih sering bunyi-bunyi monoftong. Lingkungan sekitar Alfi dalam bahasa sehari-hari memang mengucapakan bunyi-bunyi monoftong sehingga Alfi hanya dapat mengerti bunyi-bunyi seperti itu. Dari kata-kata yang diucapkan Alfi menunjukkan bahwa Alfi mengalami keterlambatan berbicara. Ini dapat dipengaruhi oleh kematangan perkembangan biologis dan otak yang belum sempurna. Jika dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengan Alfi, mereka sudah mampu mengucapkan bunyi-bunyi vokal dan konsonan dengan cukup jelas dan kosakata yang dimiliki sudah banyak. Hanya baru beberapa kontoid yang sudah dikuasainya, ada yang masih berfluktuasi dengan bunyi lain, dan bahkan ada yang sama sekali belum dikuasainya. Adapun kontoid yang sudah dikuasainya adalah [b], [p], [m], [n], [d], [g] dan [l]. Konsonan yang masih muncul fluktuatif adalah [t], [c], dan [s]. Bunyi frikatif [s] diakhir kata secara jelas diucapkan Alfi dengan jelas pada kata ‘habis’ diucapakan dengan kata ‘abis’, namun pada awal kata sering diucapkan [c] misalnya ‘cucu’/’susu’. Adapun kontoid yang belum dapat diucapakan Alfi adalah [h], [r], [k], [j], [y], [q], [w], [x] dan [z]. Jika dikaitkan dengan teori pemerolehan yang dikemukakan oleh para ahli, secara umum pemerolehan fonologi yang dicapai Alfi memang mengikuti urutan pemerolehan yang bersifat universal. Pada usia 24 bulan semua vokoid sudah dikuasainya. Namun dalam hal pemerolehan kontoid mengalami keterlambatan sesuai dengan status usia Alfi yang bisa dikatakan masih mudah dari usia 24 bulan pada anak-anak yang lahir dengan usia kehamilan yang normal. Secara umum perkembangan bahasanya dapat dikatakan normal. 3). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemerolehan Fonologi Hasil observasi memperlihatkan munculnya berbagai variasi dalam memperoleh bahasa khususnya pemerolehan fonologi. Variasi yang muncul sebagian besar diakibatkan oleh belum sempurnanya alat-alat ucap pada anak. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan Lenneberg bahwa perkembangan bahasa anak mengikuti jadwal biologis yang tidak dapat ditawar. Seperti yang ditambahkan juga oleh Djardowijojo perkembangan bahasa seorang anak tidak hanya dipengaruhi oleh perkembangan neurologis tetapi juga oleh perkembangan biologisnya. Seseorang anak tidak dapat dipaksa atau dipacu untuk mengujarkan sesuatu, bila kemampuan biologisnya belum memungkinkan. Sebaiknya, bila seorang anak secara biologis dapat mengujarkan sesuatu, dia I D E A S , V o l . 6 , N o . 1 , J u n e 2 0 1 8 I S S N 2 3 3 8 - 4 7 7 8 ( P r i n t ) I S S N 2 5 4 8 - 4 1 9 2 ( O n l i n e ) 87 tidak akan dapat pula dicegah untuk tidak mengujarkannya. Pertumbuhan biologis akan tampak dalam konstruksi fisik mulut seorang anak. Menurut beberapa penjelasan bahwa anak-anak dapat berujar pada umur 24 bulan. Faktor lain yang berpengaruh adalah stimulus dari keluarga atau lingkungan sekitarnya. Beberapa data yang diperoleh menunjukan munculnya bunyi-bunyi bahasa anak yang diperolehnya melalui peniruan (imitative speech) seperti pada pelafalan diftong asli seperti (au) dan (ue) pada kata ‘mau’, bau, dan kue. Hal ini kemungkinan besar selain disebabkan oleh kesulitan artikulasi, tetapi juga karena masukan yang didengar Alfi lebih sering berupa monoftong. Penutur dewasa yang ada disekitar Alfi dalam bahasa sehari-hari memang mengucapkan bunyi-bunyi itu sebagai monoftong (abis: habis), (ampu: lampu), dan (alon; balon) sehingga dapat dimengerti bila Alfi pun menghasilkan bunyi yang monoftong pula. Contoh lain tampak pula ketika mengucapkan ‘pergi’ menjadi ‘igi’ atau kata (susu) yang kadang-kadang diucapkan (cucu), karena input juga yang diterima seperti itu. . Kesimpulan Pemerolehan kebahasaan yang dialami oleh Alfi dapat dikatakan dalam tahap yang normal. Secara umum, pemerolehan fonologinya telah mengikuti urutan normal seperti umumnya anak-anal lain. Kondisi penguasaan vokoid sudah sempurna dan lengkap, namun dalam hal kontoid masih belum lengkap dan sempurna. Pemerolehan fonologi sejalan dengan perkembangan biologis atau alat ucapnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah lingkungan dimana menggunakan bahasa sehari-hari yakni bahasa Indonesia dialek Palopo yang menyebabkan munculnya kosakata tertentu dalam bahasa Indonesia. P a l d y Pemerolehan Bahasa (Analisis Pemerolehan Fonologi (Vokoid dan Kontoid) pada Anak 24 Bulan) 88 Referensi Clark, Herbert H. dan Eve. Clark. (1977) Psychology and Language: An Introduction to Psycholinguistics. New York: Harcourt Brace Jovanovich inc. Dardjowidjojo, Soenjono. (2000) Kisah Pemerolehan BahasaAnak (Echa). Jakarta: Unika Atma Jaya. _____________________.(2003) Psikolinguistik (Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia). Jakarta: Unika Atma Jaya. Joseph C. Mukalel (2003), Psychology of Language Learning. New Delhi: Discovering Publishing House. Richardo Schultz (2006), Stephen Krashen's Theory of Second language Acquisition. Online. 30 de janero de.