Jurnal MJN Vol. 3 No. 1 JUNI 2016.indd 69 Muhammadiyah Journal of Nursing Yudan Harry Sandika1, Ema Waliyanti2 Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY Email : yudan.sandika@yahoo.co.id Telepon : 085643357042 Sikap Mahasiswa Terhadap Kebijakan Kampus Bebas Asap Rokok di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT Smoking is one of the problems in society that is diffi cult to be resolved. In 2011, 6 million deaths each year are caused by smoking. The number of smokers in Indonesia continues to grow which is dominated by the age of 15 years and above. To overcome these problems, the government issued a policy of banning smoking in the learning process places. UMY is one of the places that have already implemented smoke-free campus since 2011, however there are people who still smoke in the campus. The purpose of this study was to determine how the students’ attitude of Universitas Muhammadiyah Yogyakarta toward a smoke-free campus policy. This study was a qualitative research with phenomenological approach. The data was taken using the disccusion focus groups, depth interviews and observation. Participants in this study were determined by purposive sampling which were 20 participants consisting of students and campus employees in UMY. The validity of the data in this study was done by using triangulation, triangulation methods and peer debriefi ng. Data analysis by using the soft ware open code version 4.2. The results indicated that the students who were active smokers agreed and disagreed on KBBR, nevertheless there are diff erences in attitudes related to compliance with these rules. Students who were active smokers who agreed to KBBR supported and there were students who did not support the KBBR. But students who were active smokers that did not agree to KBBR did not support the implementation of KBBR on campus. Unlike the students who were active smokers, passive smokers students all agreed and supported KBBR in UMY. By that attitude, UMY needs to increase their knowledge and socialization of KBBR to the students, therefore the students are able to increase the positive attitude towards KBBR in order to create a clean and smoke-free campus. Keywords: Attitude, KBBR, UMY ABSTRAK Merokok merupakan salah satu masalah di masyarakat yang sampai saat ini sulit untuk diselesaikan. Pada tahun 2011, 6 juta kematian tiap tahunnya disebabkan oleh kebiasaan merokok. Jumlah perokok di Indonesia terus bertambah yang didominasi oleh usia 15 tahun keatas. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan merokok di tempat proses belajar mengajar. UMY adalah salah satu tempat yang sudah menerapkan kebijakan kampus bebas asap rokok sejak tahun 2011, namun sampai saat ini masih ada yang merokok di dalam kampus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sikap mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta terhadap kebijakan kampus bebas asap rokok.. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data diambil menggunakan metode focus group disccusion, wawancara mendalam dan observasi. Partisipan dalam penelitian ini ditentukan dengan purposive sampling sebanyak 20 orang partisipan yang terdiri dari mahasiswa dan karyawan kampus UMY. Keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik triangulasi sumber, triangulasi metode dan peer debriefi ng. Analisis data secara tematik dengan bantuan soft ware open code versi 4.2. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa perokok aktif memilki sikap setuju dan tidak setuju terhadap KBBR, namun ada perbedaan sikap terkait dengan kepatuhan terhadap aturan tersebut. Mahasiswa perokok aktif yang setuju terhadap KBBR ada yang mendukung dan ada yang tidak mendukung adanya KBBR. Sedangkan mahasiswa perokok aktif yang tidak setuju terhadap KBBR tidak mendukung penerapan KBBR di kampus. Berbeda dengan mahasiswa perokok aktif, mahasiswa perokok pasif semuanya setuju dan mendukung adanya KBBR di UMY. Dengan adanya sikap tersebut UMY perlu meningkatkan pengetahuan dan sosialisasi adanya KBBR terhadap mahasiswa sehingga dapat menumbuhkan sikap yang positif terhadap KBBR agar tercipta kampus yang bersih dan bebas asap rokok. Kata kunci : Sikap, KBBR, UMY 70 Muhammadiyah Journal of Nursing PENDAHULUAN Merokok merupakan salah satu masalah di masyarakat yang sampai saat ini sulit untuk diselesaikan. Kebiasaan merokok merupakan salah satu perubahan gaya hidup yang disebabkan oleh efek globalisasi dan dapat mempengaruhi kesehatan manusia Mengkonsumsi rokok dapat menimbulkan banyak kerugian dan menimbulkan berbagai masalah kesehatan, bahkan kematian1. 6 juta kematian terjadi setiap tahunnya yang disebabkan oleh kebiasaan merokok, termasuk di dalamnya yaitu perokok pasif2. Pada tahun 2007 jumlah perokok usia 15-19 tahun mencapai 18,8%, angka ini menunjukan peningkatan dari tahun 2001 sebanyak 12,7%3. Hal ini dikarenakan usia tersebut termasuk dalam kategori usia remaja dimana pada fase ini terjadi peralihan dari kanak- kanak ke dewasa. Fase ini merupakan masa pencarian jati diri melalui mencoba hal-hal baru dan perilaku beresiko4. N e g a r a I n d o n e s i a t e l a h m e l a k u k a n pengendalian asap rokok melalui Undang – Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 dan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 42 tahun 2009. Peraturan ini mengamanatkan pentingnya pengembangan kawasan tanpa rokok. Pada pasal 115 Undang – undang Republik Indonesia menjelaskan kawasan tanpa rokok yaitu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, dan tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta termasuk tempat proses belajar mengajar yang telah menerbitkan Surat Keputusan Rektor Nomor: 164/ SK-UMY/XII/2011 tentang implementasi program kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta bersih dan bebas asap rokok (KBBR). Kebijakan kampus bebas asap rokok yang telah ada sejak tahun 2011 belum dapat menghilangkan perokok aktif di lingkungan kampus UMY. Berdasarkan hasil observasi masih terdapat mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang merokok di dalam kampus. Agar jumlah perokok dapat berkurang maka langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengetahui sikap mahasiswa terhadap kebijakan kampus bebas asap rokok. Sikap memberikan corak pada tingkah laku dan perbuatan manusia, dalam hal ini sikap mahasiswa terhadap kebijakan kampus bebas asap rokok menentukan tindakan dan perbuatan mahasiswa untuk mematuhi atau melanggar peraturan. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Partisipan dalam penelitian ini adalah civitas akademika UMY yang terdiri dari mahasiswa dan karyawan sebanyak 20 partisipan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive samping dengan kriteria mahasiswa aktif yang dapat menunjukan kartu mahasiswa dan bersedia menjadi partisipan, kriteria inklusi untuk partisipan karyawan adalah karyawan yang telah bekerja di UMY selama minimal 1 tahun dan bersedia menjadi partisipan. Pengambilan data dilakukan dengan metode focus group disccusion (FGD,) wawancara mendalam dan observasi yang dilaksanakan pada bulani Maret-Juni 2016. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan FGD, panduan wawancara mendalam dan ceklist observasi. Dalam pelaksanaan pengambilan data dibantu menggunakan alat perekam, kamera, dan alat tulis untuk membuat catatan lapangan. Keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik triangulasi sumber, triangulasi metode dan peer debriefi ng. Analisis data secara tematik dengan bantuan soft ware open code versi 4.2. 71 Muhammadiyah Journal of Nursing HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik partisipan Tabel. karakteristik partisipan Karakteristik responden Frekuensi (f) Persentase (%) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Total 13 7 20 65 35 100,00 Usia 20-30 31-40 40-50 Total Status akademik Mahasiswa Karyawan Total 17 2 1 20 16 4 20 85 10 5 100,00 80 20 100,00 Status merokok Merokok Tidak merokok 12 8 60 40 Total 20 100,00 Dari tabel diatas menunjukan bahwa partisipan paling banyak adalah laki-laki sebanyak 13 orang (65%) dengan usia paling banyak adalah sebayak 20-30 tahun (85%). Status akademik terbanyak adalah mahasiswa sebanyak 16 orang (80%) dan status merokok partisipan terbanyak adalah merokok sebanyak 12 orang (60%). 2. Sikap mahasiswa terhadap KBBR a. Sikap mahasiswa perokok aktif Gambar.1 Sikap mahasiswa perokok aktif terhadap KBBR Mahasiswa perokok aktif memiliki sikap setuju dan tidak setuju terhadap KBBR, namun ada perbedaan sikap terkait dengan kepatuhan terhadap aturan tersebut. Hanya satu partisipan perokok aktif yang mendukung penerapan KBBR, yang ditunjukan dengan tidak merokok di dalam kampus. Partisipan mengungkapkan bahwa dengan adanya kebijakan ini kampus jadi bisa bebas asap rokok dan tidak merugikan semua pihak. Partisipan juga mendukung terlaksananya kebijakan ini dengan patuh terhadap KBBR. Seperti yang diungkapkan partisipan berikut ini : “setuju sih, karena kan biar nggak ngerugiin semuanya …kalau di kampus enggak merokok (P9, wawancara mendalam) Disisi lain sebagian besar mahasiswa perokok aktif yang setuju dengan KBBR tidak mendukung penerapan KBBR. Mereka masih merokok di dalam kampus. Partisipan mengungkapkan setuju dengan larangan merokok di dalam ruangan saja, namun untuk di luar ruangan partisipan masih belum setuju. Partisipan mengaku masih merokok ketika berada di luar ruangan apabila tempat sepi, hal ini dilakukan karena tidak ada fasilitas yang disediakan untuk tempat merokok. Berikut adalah ungkapan partisipan: “… mungkin kalau enggak boleh merokok ini misalkan di dalam ruangan ya, tapi setelah di luar ruangan boleh lah” (P3, diskusi kelompok 1) “…. Kalau udah ngasih kebijakan gini setidaknya kasih lah satu area yang bebas asap rokok khusus buat perokok, jadi kan kaya perokok aktif kalau nggak ada tempat mesti nyuri-nyuri tempat…”. (P2, diskusi kelompok 1) Selain sikap setuju terhadap KBBR ada partisipan yang benar-benar tidak setuju dan tidak mendukung penerapan KBBR. Partisipan beranggapan bahwa orang itu semakin ditekan 72 Muhammadiyah Journal of Nursing semakin melanggar dan peraturan semacam ini dapat mendiskriminasi perokok aktif. Adapun ungkapan yang diutarakan partisipan, yakni: “….kalau tujuanya untuk mengurangi pongkonsumsi rokok kurang setuju juga. Justru kebanyakan dikita orang itu semakin ditekan semakin melanggar. Itu fakta..” (P7, wawancara mendalam) “enggak sih enggak setuju, soalnya itu apa yaa namanya rokok udah ada dijual berarti kan ya untuk dikonsumsi” (P8, wawancara mendalam) b. Sikap mahasiswa perokok pasif terhadap KBBR Gambar.2 Sikap mahasiswa perokok pasif terhadap KBBR S e b a g i a n p a r t i s i p a n p e r o k o k p a s i f menyatakan bahwa mereka sangat setuju KBBR. Partisipan beranggapan kebijakan ini dapat mengatur semua masyarakat kampus untuk tidak merokok. Partisipan juga mengaku sangat setuju dengan KBBR dikarenakan alasan kesehatan, dimana rokok mengganggu kesehatanya, seperti yang diungkapkan: “sangat setuju, soalnya kan, soalnya kalau mereka berada di dalam kampus UMY, ya mereka harus ngikutin apa yang peraturan UMY itu. Kecuali kalau udah di luar gerbang. Di luar kampus gitu boleh keluar aturan, bukan tanggung jawab UMY lagi. (P11, wawancara mendalam) “sangat setuju, karena sejatinya saya bukan perokok, jadi saya sangat terganggu sebetulnya kalau ada seorang perokok yang merokok di dekat saya, karena asap rokok sangat mengganggu buat saya. Saya akan merasa pusing kalau terkena asap rokok dan itu sangat menyesakkan…..” (P10, wawancara mendalam) Kemudian sebagian besar dari partisipan perokok pasif menyatakan setuju KBBR. Mereka beranggapan bahwa kebijakan ini mampu mengurangi dampak akibat rokok. Dengan berkurangnya dampak akibat rokok, angka kematian yang disebabkan oleh rokok juga dapat menurun. Berikut adalah beberapa ungkapan partispan: “setuju, setidaknya itu bisa mengurangi dampak yang ditimbulkan, mengurangi angka kematian yang ditimbulkan oleh rokok” (P16, wawancara mendalam) PEMBAHASAN 1. Sikap mahasiswa perokok aktif terhadap KBBR Pada penelitian ini, sikap mahasiswa perokok aktif di UMY adalah setuju dan tidak setuju terhadap KBBR. Partisipan perokok aktif yang memiliki sikap setuju terhadap KBBR ada yang mendukung dan ada yang tidak mendukung penerapan KBBR. Sikap memiliki berbagai macam karakteristik, salah satunya adalah keluasan sikap. Keluasan sikap yang dimaksud adalah, kesetujuan dan ketidak setujuan orang terhadap objek sasaran terkadang tidak sama luasnya5. Kesetujuaan dapat mengenai sedikit aspek saja, namun juga dapat mengenai semua aspek. Partisipan mahasiswa perokok aktif dalam penelitian ini yang mendukung dan patuh terhadap KBBR memiliki sikap setuju pada semua isi SK Rektor UMY tentang implementasi kampus bebas asap rokok, sedangkan partisipan yang tidak mendukung penerapan KBBR hanya setuju pada sebagian isi saja. Sikap setuju pada semua isi SK KBBR membuat mahasiswa patuh dan mendukung 73 Muhammadiyah Journal of Nursing penerapan KBBR. Mahasiswa yang memiliki sikap positif terhadap kawasan tanpa rokok di kampus UNPAD cenderung akan melakukan hal-hal yang diatur di dalam kawasan tanpa rokok di kampus UNPAD6. Meski partisipan merupakan perokok aktif, namun ketika berada di lingkungan kampus partisipan memilih untuk tidak merokok. Berbeda dengan mahasiswa perokok aktif yang setuju pada semua isi SK KBBR. Mahasiswa yang setuju pada sebagian isi SK KBBR masih melakukan pelanggaran. Hal ini dikarenakan partisipan hanya setuju pada larangan merokok di dalam ruangan. Untuk larangan merokok di luar ruangan partisipan tidak setuju. Responden yang memiliki sikap positif cenderung akan lebih patuh. Sedangkan responden yang memiliki sikap negatif, lebih besar kemungkinanya untuk tidak patuh7. Kemudian selain memiliki sikap setuju terhadap KBBR, partisipan perokok aktif di UMY juga ada yang memiliki sikap tidak setuju dengan KBBR. Mahasiswa tidak mendukung penerapan KBBR, mereka masih sering merokok di sembarang tempat di area kampus UMY. Siswa yang mempunyai sikap negatif cenderung ingin diberi kebebasan8. Dalam hal ini mahasiswa menginginkan kampus memberikan kebebasan bagi mereka untuk merokok. Beberapa partisipan menginginkan adanya ruangan khusus untuk merokok agar dirinya tetap bisa merokok ketika berada di kampus dan tidak merokok di sembarang tempat. Hampir semua informan perokok baik dari Fakultas Kesehatan maupun Non Kesehatan setuju apabila diterapkan peraturan tentang adanya pembagian antara smoking area dan no smoking area9. Mereka mengatakan perlu adanya tempat khusus untuk merokok sehingga mereka tidak merokok di sembarang tempat. Namun hal ini tidak dapat dibenarkan, karena di dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 dan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 42 tahun 2009 menjelaskan bahwa tempat proses belajar mengajar termasuk dalam kawasan tanpa rokok. 2. Sikap mahasiswa perokok pasif terhadap KBBR Semua partisipan perokok pasif memiliki sikap positif terhadap KBBR di UMY yaitu sangat setuju dan setuju. Mereka patuh dan tidak melakukan pelanggaran. Responden yang mempunyai sikap cukup dan sikap baik cenderung patuh terhadap kawasan tanpa rokok10. Selain patuh terhadap KBBR, mahasiswa perokok pasif juga mendukung penerapan KBBR dengan cara menegur pelanggar di area kampus UMY. Sejalan dengan SK Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta d i m a n a p r o g r a m K B B R i n i m e r u p a k a n tanggung jawab semua civitas akademika termasuk mahasiswa. SIMPULAN 1. Sikap mahasiswa perokok aktif terhadap KBBR di UMY adalah setuju dan tidak setuju KBBR. Sikap setuju pada semua isi SK KBBR membuat mahasiswa patuh dan mendukung penerapan KBBR, sikap setuju pada sebagian isi SK KBBR membuat mahasiswa terkadang melanggar KBBR, dan sikap tidak setuju terhadap KBBR membuat mahasiswa tidak mendukung penerapan KBBR.. 2. Sikap mahasiswa perokok pasif terhadap KBBR di UMY adalah sangat setuju dan setuju. Sikap ini menjadikan mahasiswa patuh dan mendukung terhadap KBBR. SARAN Universitas Muhammadiyah Yogyakarta d a p a t m e l a k u k a n s o s i a l i s a s i K B B R s e c a r a berkelanjuran kepada segenap warga kampus dan mendambah tanda larangan merokok di area 74 Muhammadiyah Journal of Nursing kampus, baik di dalam gedung maupun di luar gedung agar mahasiswa memiliki pengetahuan yang baik tentang KBBR dan yang terpenting dapat memunculkan partisipasi segenap warga kampus dalam penegakan KBBR. sanksi tegas bagi pelanggar juga diperlukan untuk membuat efek jera pelanggar di area kampus. DAFTAR PUSTAKA Firdiana, A. (2013) . Gambaran Sikap Mahasiswa Unpad Terhadap Kawasan Tanpa Rokok di Kampus Unpad. Karya Tulis Ilmiah strata satu Universitas Padjadjaran. Jamal, H., Leida, M., Thaha., & Ansariadi. (2012). Kepatuhan Mahasiswa Terhadap Penerapan Kawasan Bebas Asap Rokok di Kampus Universitas Hasanuddin. Kementrian Kesehatan RI (2011). Informasi tentang penanggulangan masalah merokok melalui radio . Jakarta. Kementrian Kesehatan RI (2013). Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta. Rahmadi, A., Lesatari, Y., & Yenita (2013). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Rokok Dengan Kebiasaan merokok Siswa SMP di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. Diakses 5 November 2015, dari htt p://jurnal.fk .unand.ac.id/ index.php/jka/article/view/62. Robaka, Y., Rimawati, E., & Nurjanah. (2013). Kepatuhan Mahasiswa Terhadap Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Karya Tulis Ilmiah strata satu Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Semarang. Salawati & Amalia. (2010). Perilaku Merokok di Kalangan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Semarang. Prosiding Seminar Nasional Unimus. Diakses pada 5 November 2015, dari htt p://jurnal.unimus. ac.id/index.php/psn12012010/article/ view/70. Sax,G. (1980). Principles of educational and Psychological Measurement and Evaluation, 2nd edition, Belmon:Wadsworth Publishing Company. Widiansyah, M. (2014). Faktor-faktor Penyebab Perilkau Remaja Perokok di Desa Sidorejo Kabupaten Penajam Paser Utara. eJurnal Sosiologi (4): 1-12. Diakses tanggal 23 Februari 2016, dari htt p://ejournal. sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/ uploads/2014/10/penting%20(10-02-14-12- 04-55).pdf. World Health Organization (WHO) tahun 2011.