77 VOL. 1 NO. 1 DESEMBER 2016 Pengaruh Situasional Terhadap Kecemasan Mahasiswa Program Studi D III Keperawatan Menghadapi Ujian Skill Laboratorium: Studi Mixed Methods Yulifah Salistia Budi1, Shanti Wardaningsih2, Moh Afandi2 1 Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jln. Lingkar Selatan Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, 55183 2 Program Studi Magister Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jln. Lingkar Selatan Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, 55183 e-mail: yulifahsalistia@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian: untuk mengetahui pengaruh situasional terhadap kecemasan dan tingkat kecemasan mahasiswa prodi D III Keperawatan STIKES Banyuwangi dalam menghadapi ujian skill lab. Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian gabungan model sekuensial eksplanatori, yang melibatkan mahasiswa, dosen dan laboran yang dilakukan pada 16- 20 Januari 2017. Data yang didapat dianalisis dengan uji statistik Kruskal Wallis, dilanjutkan analisis kualitatif secara manual kemudian disimpulkan dari kedua analisis tersebut. Hasil: Hasil penelitian secara kuantitatif bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan ringan, dengan uji statistik Kruskal Wallis didapatkan pengaruh yang tidak signifikan pada situasional terhadap kecemasan mahasiswa. Hasil uji kualitatif di dapatkan empat tema yaitu kebisingan, temperatur ruangan, timing ujian dan persiapan lingkungan. Kesimpulan: didapatkan bahwa kecemasan mahasiswa berada pada tingkat ringan, terdapat pengaruh faktor situasional terhadap kecemasan mahasiswa program studi D III Keperawatan STIKES Banyuwangi dalam menghadapi ujian skill lab. Hasil ini diharapkan ada tindak lanjut untuk mahasiswa, dosen, dan laboran dari pihak terkait untuk mengatasi kecemasan mahasiswa menghadapi ujian skill lab terkait situasional atau suasana saat ujian skill lab. Kata kunci : cemas, mahasiswa keperawatan, skill lab ABSTRACT Purpose: The purpose of this study wasto determine the influence of situational to anxiety and anxiety levels of diploma nursing students at Institute of Health Sciences Banyuwangi in the skill exam laboratory. Method: This study used a mixed methods with explanatory sequential models, by involved were students, lectures and the lab staff in January, 16th-20 th 2017. The Info Artikel: Masuk : 27 Agustus 2016 Revisi : 20 November 2016 Diterima : 3 Desember 2016 DOI Number : 10.18196/ijnp.1151 78 quantitative analysis used Kruskall Wallis test, followed by a qualitative analysis of manually categorizing data then inferred from both the analysis. Result: The result of quantitative method that the majority of respondents were in mild anxiety levels, by Kruskall Wallis obtained a not significant influence on situational to anxiety of Diploma Nursing Student in the exam skills lab. Qualitative results indicated to four themes: noisy, temperature skill room, timing in the exam skill lab and preparation of the situational. Conclusion: that the majority of respondents were in mild anxiety levels and there’s the influence of situational to anxiety in diploma nursing students. By that results, to have follow-up for students, examiner, and the lab staffs from relevant parties concerned to overcome the student’s anxiety toward the lab skills exam related in atmosphere skill lab exam. Keywords: anxiety, lab skills, nursing students PENDAHULUAN Jenjang Diploma III keperawatan berperan sebagai perawat terampil dalam menyelesaikan masalah keperawatan secara mandiri dan berke lompok yang direncanakan sesuai dengan standar asuhan keperawatan, dengan kemampuan menerima tanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan asuhan keperawatan professional, sesuai dengan lingkup praktik dan hukum atau peraturan perundangan (Aipdiki, 2014). Untuk memenuhi kemampuan tersebut maka dilakukan suatu uji kompetensi dimana pada ujian tersebut nantinya bertujuan untuk mengukur kemampuan mahasiswa. Dimana dari data tingkat kelulusan uji kompetensi cenderung masih fluktuatif. Prosentase lulusan terjadi pada periode I tahun 2015 yaitu 29,49% untuk Diploma III keperawatan, pada periode II tahun 2015 terjadi kenaikan prosentase kelulusan menjadi 64,38 % (Dikti, 2016). Faktor yang mempengaruhi kelulusan uji kompetensi yaitu adanya perbedaan persepsi pencapaian kompetensi pada instrumen yang digunakan antar penguji dan peserta, selain itu stress dan kecemasan juga berpengaruh pada hasil uji kompetensi (Pratiwi & Mufdillah, 2009). Standart minimal kompetensi dapat diketahui dengan penyelenggaraan uji kompetensi dengan ujian skill lab (OSCE/OSCA) yang merupakan suatu metode penilaian mahasiswa atau lulusan pendidikan kesehatan yang lebih kompleks (Turner & Dankoski, 2008). Ujian merupakan salah satu cara mengevaluasi mahasiswa terhadap suatu materi belajar dan juga menjadi sumber kecemasan bagi mahasiswa (Basuki, 2015). Ujian skill lab harus dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat serta harus dilakukan secara lengkap tanpa terlewati satu unsur pun dalam waktu uji yang singkat (± 10 menit tiap satu keterampilan), untuk mendapatkan nilai yang bagus (Arief, S. & Sumarni, 2013). Hal tersebut memungkinkan timbulnya kecemasan pada mahasiswa keperawatan sebelum melaksanakan ujian lab klinik keperawatan. Menurut Kemenkes RI (2010) bahwa suatu laboratorium dapat berfungsi efektif dan efisien harus memperhatikan hal-hal terkait persyaratan minimal, yaitu jenis dan jumlah peralatan, serta bahan habis pakai berdasarkan pada kompetensi yang akan dicapai, bentuk dan desain laboratorium harus memperhatikan keselamatan atau keamanan dan kenyamanan, adanya standart operasional prosedur atau instruksi kerja, adanya pelaporan dan dokumentasi dari setiap kegiatan praktikum di masing-masing laboratorium. Jumlah peserta yang diajar, kebutuhan untuk ketenangan, temperatur ruangan, pencahayaan, kebisingan, ventilasi udara, dan perabot ruangan sangat penting ketika memilih tempat (Potter & Perry, 2010). Kecemasan dalam menghadapi ujian merupakan suatu manifestasi emosi yang bercampur baur dan dialami oleh seorang individu sebagai reaksi dalam menghadapi ujian yang dapat mempengaruhi fisik dan psikis. Menurut Peplau (1952) dalam Suliswati (2014) ada empat tingkatan yaitu (1)Kecemasan Ringan, dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari- hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas, (2) Kecemasan Sedang, individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi 79 VOL. 1 NO. 1 DESEMBER 2016 penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain, (3) Kecemasan Berat, lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang kecil dan spesifik dan tidak dapat berfikir hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah/arahan untuk terfokus pada area lain, dan (4) Panik, dimana individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian. Adapun faktor-faktor yang mempengarui kecemasan mahasiswa menghadapi skill test menurut Yang, et all (2014) yaitu sikap pengawas ujian, suasana ujian, ketrampilan mahasiswa, ujian itu sendiri dan perasaan intern yang dialami oleh mahasiswa itu sendiri (tidak yakin lulus). Untuk mengurangi kecemasan, individu mempunyai mekanisme pertahanan diri yaitu mekanisme dan strategi koping. Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan serta respon terhadap situasi yang mengancam. Berdasarkan tingkatan ansietas membutuhkan lebih banyak energi untuk mengatasi ancaman tersebut. Sedangkan Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk mengubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan/dihadapi. (Rasmun, 2009). Menurut Ahyar (2010) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi strategi koping yaitu kesehatan fisik, keyakinan atau pandangan positif, ketrampilan memecahkan masalah, ketrampilan sosial, dukungan sosial dan materi. Maka, rumusan masalah pada penelitian ini adalah seberapa level kecemasan mahasiswa dan apakah ada pengaruh situasional terhadap kecemasan mahasiswa D III Keperawatan menghadapi ujian skill lab? Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan mahasiswa menghadapi ujian skill lab, pengaruh situasional atau suasana ruang ujian terhadap kecemasan dalam menghadapi ujian skill lab pada mahasiswa prodi D III Keperawatan. METODE Penelitian ini dilakukan di STIKES Banyuwangi pada tanggal 16-20 Januari 2017. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode gabungan (mixed methods) antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Strategi yang digunakan dalam metode penelitian ini yaitu eksplanatoris sekuensial dimana urutan analisis kuantitatif dan kualitatif, yang bertujuan untuk mengidentifikasi komponen konsep (subkonsep) melalui analisis data kuantitatif dan kemudian mengumpulkan data kualitatif guna memperluas informasi yang tersedia. Mixed method menghasilkan fakta yang lebih komprehensif dalam meneliti masalah penelitian, karena penelitian ini memiliki kebebasan untuk menggunakan semua alat pengumpul data yang dibutuhkan. Sedangkan kuantitatif atau kualitatif hanya terbatas pada jenis alat pengumpul data tertentu saja. U n t u k d a t a k u a n t i t a t i f d i p e r o l e h d e n g a n membagikan kuesioner NSTAS yang berisi empat faktor yang mempengaruhi kecemasan mahasiswa mengahadapi ujian skill lab yang mana nanti responden memilih salah satu jawaban pada setiap faktor tersebut dan instrumen ZSAS yang telah tervalidasi kepada responden yaitu mahasiswa prodi DIII Keperawatan STIKES Banyuwangi dengan tehnik total sampling sebanyak 66 mahasiswa. Kemudian data diuji dengan uji statistik Kruskall Wallis menggunakan program paket komputer. Data kualitatif diperoleh dengan tehnik FGD pada partisipan (6 mahasiswa) dan wawancara mendalam kepada lima informan (4 dosen dan 1 laboran) yang dilakukan di laboratorium dan ruang dosen dengan pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, kemudian hasilnya dianalisis secara sistem manual dengan pengkodean untuk menentukan makna final atau tema. 80 HASIL A. Analisa Kuantitatif Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Mahasiswa (n=66) Variabel Frekuensi Persentase (%) Tingkat kecemasan Ringan 42 63,6 Sedang 22 33,3 Berat 2 3,1 Sumber : Data Primer 2017 Berdasarkan tabel 1. tingkat kecemasan responden sebagian besar berada pada level ringan yaitu 63,6%. Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin dan integritas fisik (n=66) Variabel Frekuensi Persen (%) ρ value Usia 0,514** 18 17 25,8 19 28 42,4 20 16 24,2 21 5 7,6 Jenis Kelamin 0,011* Laki-Laki 18 27,3 Perempuan 48 72,7 Integritas Fisik Sehat 66 100 - Sumber : Data Primer 2017 * ρ < 0,05 signifikan hasil uji Kruskal Wallis ** ρ > 0,05 tidak ada pengaruh signifikan hasil uji Kruskal Wallis Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan faktor situasional yang mempengaruhi kecemasan (n=66) Frekuensi Persen (%) Sangat tidak setuju 1 1,5 Tidak setuju 3 4,5 Netral 26 39,4 Frekuensi Persen (%) Setuju 33 50,0 Sangat setuju 3 4,5 Sumber : Data Primer 2017 Berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden menjawab setuju, hal ini berarti faktor situasional mempengaruhi 50% responden terhadap kecemasan. Setelah di uji menggunakan uji statiktik Krukall Walis di dapatkan hasil ρ hitung > 0,05 yaitu 0,074 berarti Ho diterima, artinya situasional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecemasan mahasiswa menghadapi ujian skill lab. B. Analisa Kualitatif Analisis tema dilakukan setelah data dikumpulkan melalui FGD, wawancara terstruktur yang disusun menjadi transkrip verbatim dan beberapa dokumen yang berkaitan dengan ujian skill lab. Hasil analisa data tersebut dilakukan pemaknaan kemudian dikategorisasikan berdasarkan teori dan mengacu pada tujuan khusus penelitian. Proses pembentukan masing-masing tema dijabarkan dalam bentuk bagan yang menjelaskan tentang proses pembentukan tema. Tahapan pembentukan tema diawali dengan pembentukan koding makna kemudian kategorisasi dan tahap terakhir adalah perumusan tema. Berat 2 3,1 Sumber : Data Primer 2017 Berdasarkan tabel 1. tingkat kecemasan responden sebagian besar berada pada level ringan yaitu 63,6%. Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin dan integritas fisik (n=66) Variabel Frekuensi Persen (%) ρ value Usia 0,514** 18 17 25,8 19 28 42,4 20 16 24,2 21 5 7,6 Jenis Kelamin 0,011* Laki-Laki 18 27,3 Perempuan 48 72,7 Integritas Fisik Sehat 66 100 - Sumber : Data Primer 2017 * ρ < 0,05 signifikan hasil uji Kruskal Wallis ** ρ > 0,05 tidak ada pengaruh signifikan hasil uji Kruskal Wallis Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan faktor situasional yang mempengaruhi kecemasan (n=66) Frekuensi Persen (%) Sangat tidak setuju 1 1,5 Tidak setuju 3 4,5 Netral 26 39,4 Setuju 33 50,0 Sangat setuju 3 4,5 Sumber : Data Primer 2017 Berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden menjawab setuju, hal ini berarti faktor situasional mempengaruhi 50% responden terhadap kecemasan. Setelah di uji menggunakan uji statiktik Krukall Walis di dapatkan hasil ρ hitung > 0,05 yaitu 0,074 berarti Ho diterima, artinya situasional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecemasan mahasiswa menghadapi ujian skill lab. B. Analisa Kualitatif Analisis tema dilakukan setelah data dikumpulkan melalui FGD, wawancara terstruktur yang disusun menjadi transkrip verbatim dan beberapa dokumen yang berkaitan dengan ujian skill lab. Hasil analisa data tersebut dilakukan pemaknaan kemudian dikategorisasikan berdasarkan teori dan mengacu pada tujuan khusus penelitian. Proses pembentukan masing-masing tema dijabarkan dalam bentuk bagan yang menjelaskan tentang proses pembentukan tema. Tahapan pembentukan tema diawali dengan pembentukan koding makna kemudian kategorisasi dan tahap terakhir adalah perumusan tema. Koding Kategori Tema Ramai Keadaan ruang ujian ramai Kebisingan ruang ujian Gaduh Berisik Bagan 1. Pembentukan tema kebisingan ruang ujian Berdasarkan pernyataan mahasiswa dan informan tentang kebisingan ruang ujian saat ujian skill lab yaitu: “…diluar rame..keburu pindah ruangan yang lain pula, soalnya masuknya gak barengan sih buk tiap ruangan..” (P3, P, 19 thn) “…suasana ruang ujiannya buk, gaduh banget kalo ujian…” (P4, L, 19 thn) Koding Kategori Tema Masuk gak barengan Memulai barengan Pengaturan waktu ujian Timing ujian Penguji telat Bagan 2. Pembentukan tema timing ujian Bagan 1. Pembentukan tema kebisingan ruang ujian Berdasarkan pernyataan mahasiswa dan informan tentang kebisingan ruang ujian saat ujian skill lab yaitu: “…diluar rame..keburu pindah ruangan yang lain pula, soalnya masuknya gak barengan sih buk tiap ruangan..” (P3, P, 19 thn) “…suasana ruang ujiannya buk, gaduh banget kalo ujian…” (P4, L, 19 thn) 81 VOL. 1 NO. 1 DESEMBER 2016 Berat 2 3,1 Sumber : Data Primer 2017 Berdasarkan tabel 1. tingkat kecemasan responden sebagian besar berada pada level ringan yaitu 63,6%. Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin dan integritas fisik (n=66) Variabel Frekuensi Persen (%) ρ value Usia 0,514** 18 17 25,8 19 28 42,4 20 16 24,2 21 5 7,6 Jenis Kelamin 0,011* Laki-Laki 18 27,3 Perempuan 48 72,7 Integritas Fisik Sehat 66 100 - Sumber : Data Primer 2017 * ρ < 0,05 signifikan hasil uji Kruskal Wallis ** ρ > 0,05 tidak ada pengaruh signifikan hasil uji Kruskal Wallis Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan faktor situasional yang mempengaruhi kecemasan (n=66) Frekuensi Persen (%) Sangat tidak setuju 1 1,5 Tidak setuju 3 4,5 Netral 26 39,4 Setuju 33 50,0 Sangat setuju 3 4,5 Sumber : Data Primer 2017 Berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden menjawab setuju, hal ini berarti faktor situasional mempengaruhi 50% responden terhadap kecemasan. Setelah di uji menggunakan uji statiktik Krukall Walis di dapatkan hasil ρ hitung > 0,05 yaitu 0,074 berarti Ho diterima, artinya situasional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecemasan mahasiswa menghadapi ujian skill lab. B. Analisa Kualitatif Analisis tema dilakukan setelah data dikumpulkan melalui FGD, wawancara terstruktur yang disusun menjadi transkrip verbatim dan beberapa dokumen yang berkaitan dengan ujian skill lab. Hasil analisa data tersebut dilakukan pemaknaan kemudian dikategorisasikan berdasarkan teori dan mengacu pada tujuan khusus penelitian. Proses pembentukan masing-masing tema dijabarkan dalam bentuk bagan yang menjelaskan tentang proses pembentukan tema. Tahapan pembentukan tema diawali dengan pembentukan koding makna kemudian kategorisasi dan tahap terakhir adalah perumusan tema. Koding Kategori Tema Ramai Keadaan ruang ujian ramai Kebisingan ruang ujian Gaduh Berisik Bagan 1. Pembentukan tema kebisingan ruang ujian Berdasarkan pernyataan mahasiswa dan informan tentang kebisingan ruang ujian saat ujian skill lab yaitu: “…diluar rame..keburu pindah ruangan yang lain pula, soalnya masuknya gak barengan sih buk tiap ruangan..” (P3, P, 19 thn) “…suasana ruang ujiannya buk, gaduh banget kalo ujian…” (P4, L, 19 thn) Koding Kategori Tema Masuk gak barengan Memulai barengan Pengaturan waktu ujian Timing ujian Penguji telat Bagan 2. Pembentukan tema timing ujian Bagan 2. Pembentukan tema timing ujian Berdasarkan hasil analisa kualitatif yang melibatkan mahasiswa, dosen dan laboran didapatkan pernyataan yaitu: “…coba aja kalo pengujinya itu masuknya barengan semua, jadi khan memulainya bareng…” (P2, P, 18 thn) “…pengujinya beberapa ada yang suka datang telat dan memberikan kelonggran waktu kepada mahasiswa yang tidak menguasai skill lab sehingga mengganggu timing saat ujian” (I5, P, 34 thn) Berdasarkan hasil analisa kualitatif yang melibatkan mahasiswa, dosen dan laboran didapatkan pernyataan yaitu: “…coba aja kalo pengujinya itu masuknya barengan semua, jadi khan memulainya bareng…” (P2, P, 18 thn) “…pengujinya beberapa ada yang suka datang telat dan memberikan kelonggran waktu kepada mahasiswa yang tidak menguasai skill lab sehingga mengganggu timing saat ujian” (I5, P, 34 thn) Koding Kategori Tema Ruangan panas Suhu ruang ujian Temperatur ruangan Bagan 3. Pembentukan tema temperatur ruangan Berdasarkan pernyataan mahasiswa dan informan tentang suhu ruang ujian yaitu: “…ruangannya panas…” (P5, P, 19 thn) “…hanya saja ruangan agak panas…(I2, L, 35th) Koding Kategori Tema Persiapan ruangan Pengkondisian ruang ujian Persiapan lingkungan Bagan 4. Pembentukan tema persiapan lingkungan Berdasarkan pernyataan informan tentang persiapan lingkungan ruang ujian skill lab yaitu: “..persiapan ruangan untuk ujian skill lab oleh petugas laboratorium pada H-2 pelaksanaan ujian..” (I5, P, 27th) Berdasarkan hasil analisa kualitatif yang melibatkan mahasiswa, dosen dan laboran di dapatkan empat tema yaitu kebisingan ruang ujian, timing ujian, temperatur ruangan dan persiapan lingkungan. Pembahasan A. Karakteristik responden (jenis kelamin dan usia) Pada penelitian ini lebih dari separuh responden adalah perempuan mengalami kecemasan ringan. Dari hasil uji statistik Kruskal Wallis menunjukkan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh signifikan terhadap kecemasan. Hal tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lallo, et al (2013) bahwa mahasiswa perempuan memiliki kemungkinan hampir tiga kali untuk mengalami kecemasan daripada laki- laki. Menurut Kaplan & Sadock (2010) menyatakan bahwa wanita lebih sering mengalami kecemasan daripada pria. Wanita memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan bahwa wanita lebih peka dengan emosinya, yang pada akhirnya mempengaruhi perasaan cemasnya. Sehingga dalam hal ini jenis kelamin mempengaruhi kecemasan mahasiswa menghadapi ujian skill lab. Untuk usia, pada penelitian ini sebagian besar responden berusia 19 tahun, dan dari hasil uji statistik dengan Kruskal Wallis menunjukkan bahwa usia tidak berpengaruh terhadap kecemasan mahasiswa. Menurut Ramaiah (2007) menyatakan bahwa kriteria diagnostik untuk gangguan kecemasan pada umumnya adalah berusia 18 tahun atau lebih. Tingkat maturasi individu akan mempengaruhi tingkat kecemasan. Kecemasan pada remaja mayoritas disebabkan oleh perkembangan seksual. Pada dewasa berhubungan dengan ancaman konsep diri, dimana konsep diri merupakan pengetahuan individu tentang diri (Wigfield dan Karpathian, 1991 dalam Potter & Perry, 2010). Skill tes sangat relevan terjadi pada kalangan mahasiswa dalam hal ini mahasiswa keperawatan (Yang et al, 2014). Data tersebut memperlihatkan bahwa dalam usianya, mereka berusaha untuk mencari solusi atau memperbaiki situasi dalam menyelesaikan masalah yang sedang mereka alami, sehingga bisa menekan kecemasan dengan strategi koping. Bagan 3. Pembentukan tema temperatur ruangan Berdasarkan pernyataan mahasiswa dan informan tentang suhu ruang ujian yaitu: “…ruangannya panas…” (P5, P, 19 thn) “…hanya saja ruangan agak panas…(I2, L, 35th) Berdasarkan hasil analisa kualitatif yang melibatkan mahasiswa, dosen dan laboran didapatkan pernyataan yaitu: “…coba aja kalo pengujinya itu masuknya barengan semua, jadi khan memulainya bareng…” (P2, P, 18 thn) “…pengujinya beberapa ada yang suka datang telat dan memberikan kelonggran waktu kepada mahasiswa yang tidak menguasai skill lab sehingga mengganggu timing saat ujian” (I5, P, 34 thn) Koding Kategori Tema Ruangan panas Suhu ruang ujian Temperatur ruangan Bagan 3. Pembentukan tema temperatur ruangan Berdasarkan pernyataan mahasiswa dan informan tentang suhu ruang ujian yaitu: “…ruangannya panas…” (P5, P, 19 thn) “…hanya saja ruangan agak panas…(I2, L, 35th) Koding Kategori Tema Persiapan ruangan Pengkondisian ruang ujian Persiapan lingkungan Bagan 4. Pembentukan tema persiapan lingkungan Berdasarkan pernyataan informan tentang persiapan lingkungan ruang ujian skill lab yaitu: “..persiapan ruangan untuk ujian skill lab oleh petugas laboratorium pada H-2 pelaksanaan ujian..” (I5, P, 27th) Berdasarkan hasil analisa kualitatif yang melibatkan mahasiswa, dosen dan laboran di dapatkan empat tema yaitu kebisingan ruang ujian, timing ujian, temperatur ruangan dan persiapan lingkungan. Pembahasan A. Karakteristik responden (jenis kelamin dan usia) Pada penelitian ini lebih dari separuh responden adalah perempuan mengalami kecemasan ringan. Dari hasil uji statistik Kruskal Wallis menunjukkan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh signifikan terhadap kecemasan. Hal tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lallo, et al (2013) bahwa mahasiswa perempuan memiliki kemungkinan hampir tiga kali untuk mengalami kecemasan daripada laki- laki. Menurut Kaplan & Sadock (2010) menyatakan bahwa wanita lebih sering mengalami kecemasan daripada pria. Wanita memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan bahwa wanita lebih peka dengan emosinya, yang pada akhirnya mempengaruhi perasaan cemasnya. Sehingga dalam hal ini jenis kelamin mempengaruhi kecemasan mahasiswa menghadapi ujian skill lab. Untuk usia, pada penelitian ini sebagian besar responden berusia 19 tahun, dan dari hasil uji statistik dengan Kruskal Wallis menunjukkan bahwa usia tidak berpengaruh terhadap kecemasan mahasiswa. Menurut Ramaiah (2007) menyatakan bahwa kriteria diagnostik untuk gangguan kecemasan pada umumnya adalah berusia 18 tahun atau lebih. Tingkat maturasi individu akan mempengaruhi tingkat kecemasan. Kecemasan pada remaja mayoritas disebabkan oleh perkembangan seksual. Pada dewasa berhubungan dengan ancaman konsep diri, dimana konsep diri merupakan pengetahuan individu tentang diri (Wigfield dan Karpathian, 1991 dalam Potter & Perry, 2010). Skill tes sangat relevan terjadi pada kalangan mahasiswa dalam hal ini mahasiswa keperawatan (Yang et al, 2014). Data tersebut memperlihatkan bahwa dalam usianya, mereka berusaha untuk mencari solusi atau memperbaiki situasi dalam menyelesaikan masalah yang sedang mereka alami, sehingga bisa menekan kecemasan dengan strategi koping. Bagan 4. Pembentukan tema persiapan lingkungan Berdasarkan pernyataan informan tentang persiapan lingkungan ruang ujian skill lab yaitu: “..persiapan ruangan untuk ujian skill lab oleh petugas laboratorium pada H-2 pelaksanaan ujian..” (I5, P, 27th) Berdasarkan hasil analisa kualitatif yang melibatkan mahasiswa, dosen dan laboran di dapatkan empat tema yaitu kebisingan ruang ujian, timing ujian, temperatur ruangan dan persiapan lingkungan. PEMBAHASAN A. Karakteristik responden (jenis kelamin dan usia) Pada penelitian ini lebih dari separuh responden adalah perempuan mengalami kecemasan ringan. Dari hasil uji statistik Kruskal Wallis menunjukkan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh signifikan terhadap kecemasan. Hal tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lallo, et al (2013) bahwa mahasiswa perempuan memiliki kemungkinan hampir tiga kali untuk mengalami kecemasan daripada laki-laki. Menurut Kaplan & Sadock (2010) menyatakan bahwa wanita lebih sering mengalami kecemasan daripada pria. Wanita memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan bahwa wanita lebih peka dengan emosinya, yang pada akhirnya mempengaruhi perasaan cemasnya. Sehingga dalam hal ini jenis kelamin mempengaruhi kecemasan mahasiswa menghadapi ujian skill lab. Untuk usia, pada penelitian ini sebagian besar responden berusia 19 tahun, dan dari hasil uji statistik dengan Kruskal Wallis menunjukkan bahwa usia tidak berpengaruh terhadap kecemasan mahasiswa. Menurut Ramaiah (2007) menyatakan bahwa kriteria diagnostik untuk gangguan kecemasan pada umumnya adalah berusia 18 tahun atau lebih. Tingkat maturasi individu akan mempengaruhi tingkat kecemasan. Kecemasan pada remaja mayoritas disebabkan oleh perkembangan seksual. Pada dewasa berhubungan dengan ancaman konsep diri, dimana konsep diri merupakan pengetahuan individu tentang diri (Wigfield dan Karpathian, 1991 dalam Potter & Perry, 2010). Skill tes sangat relevan terjadi pada kalangan mahasiswa dalam hal ini mahasiswa keperawatan (Yang et al, 2014). Data tersebut memperlihatkan bahwa dalam usianya, mereka berusaha untuk mencari solusi atau memperbaiki situasi dalam menyelesaikan masalah 82 yang sedang mereka alami, sehingga bisa menekan kecemasan dengan strategi koping. Hal tersebut seiring dengan konsep strategi koping (Ahyar,2010) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi strategi koping salah satunya adalah dengan ketrampilan memecahkan masalah dan kesehatan fisik. Dan hal tersebut juga didukung bahwa semua responden dalam keadaan sehat saat dilakukan penelitian. B. Pengaruh Situasional terhadap kecemasan mahasiswa menghadapi ujian skill lab Dari hasil penelitian, tingkat kecemasan responden lebih dari separuh berada pada level ringan dialami oleh responden wanita berada pada usia 19 tahun. Menurut Peplau (1952) dalam Suliswati (2014) bahwa cemas ringan dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Pada penelitian ini mahasiswa masih berada pada level ringan sehingga mereka mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Kemudian hal tersebut di dukung oleh dosen dan laboran yang menyatakan persiapan mereka selama pembelajaran praktikum dan saat akan menguji serta pernyataan mereka saat menjumpai mahasiswa yang mengalami kecemasan, yaitu dengan menanyakan kesiapan mahasiswa sebelum memulai ujian dan menenangkan mahasiswa. Laboran menyiapkan ruangan dengan mengatur jarak penguji dengan mahasiswa, membuat tata tertib untuk dosen dan mahasiswa yang harusnya dipatuhi. Dengan hasil data tersebut, maka mahasiswa sebagian besar mengalami kecemasan yang masih ringan dan dapat diatasi dengan mekanisme koping individu dan strategi koping mereka, sehingga situasional berada pada level yang tidak berpengaruh secara signifikan secara kuantitatif. Berdasarkan hasil kualitatif dengan menanyakan kembali jawaban dari kuesioner yang digunakan bahwa separuh dari responden berasumsi bahwa faktor lingkungan mempengaruhi terhadap kecemasan. Dari uji statistik Kruskal Wallis menunjukkan bahwa faktor lingkungan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecemasan mahasiswa. Hasil FGD dengan mahasiswa, bahwa mereka tidak nyaman dengan lingkungan yang ramai dan panas serta pengaturan waktunya. Pada hasil rekapitulasi kuesioner NSTAS bahwa pilihan netral dari responden lebih cenderung setuju terhadap pertanyaan tentang situasi lingkungan ujian. Keefektifan suatu pembelajaran pada mahasiswa dipengaruhi pula oleh dukungan fasilitas untuk menjadi bagian dari suatu tim. Jika lingkungan tidak terstruktur dengan baik, hal ini dapat membuat mahasiswa mudah terancam dan mengalami kecemasan (Papastavrou, E, et al, 2010). Dimana untuk hal tersebut juga sudah diatur dalam Kemenkes RI (2010), mengenai manajemen iklim pembelajaran laboratorium. Faktor lingkungan fisik merupakan faktor dimana pengajaran dilakukan sehingga membuat proses belajar menjadi menyenangkan atau menjadi suatu pengalaman yang menyulitkan. Dalam hal ini, harus memilih lingkungan yang membantu untuk memfokuskan diri pada tugas pembelajaran. Jumlah peserta yang diajar, kebutuhan untuk ketenangan, temperatur ruangan, pencahayaan, kebisingan, ventilasi udara, dan perabot ruangan sangat penting ketika memilih tempat (Potter & Perry, 2010). Dari hasil FGD dengan mahasiswa menjelang ujian, bahwa mereka menyatakan ada beberapa penguji yang telat sehingga mengganggu timing ujian yang terbatas dan waktu memulainya tidak bersamaan. Ping et al,(2008) menyatakan bahwa yang menyebabkan performa mahasiswa mengalami penurunan yaitu kegugupan akibat pembatasan waktu, kurangnya pemahaman materi, pasien tidak kooperatif, perasaan tertekan dan kurang percaya diri. Saat OSCE mahasiswa mengalami kesulitan dalam manajemen waktu dan hal tersebut menyebabkan timbulnya perasaan tertekan (Esswi et al, 2013). 83 VOL. 1 NO. 1 DESEMBER 2016 Strategi koping mampu menekan kecemasan mahasiswa, seperti yang dilakukan oleh mahasiswa saat menghadapi ujian yaitu dengan mencari lingkungan yang tenang dengan tidak mendengarkan keramaian yang dilakukan oleh mahasiswa yang lain sehingga kecemasan mahasiswa masih berada pada level ringan. Maka dalam penelitian ini walaupun secara kuantitatif didapatkan hasil yang tidak signifikan terhadap kecemasan, tetapi sebenarnya bagi mahasiswa situasional cenderung mempengaruhi timbulnya kecemasan. Dari kecenderungan tersebut mahasiswa menggunakan strategi koping untuk meminimalkan kecemasan mereka menjelang ujian skill lab. KESIMPULAN Pada penelitian ini disimpulkan bahwa kecemasan mahasiswa berada pada tingkat ringan, dan terdapat pengaruh faktor situasional/lingkungan terhadap kecemasan mahasiswa program studi D III Keperawatan STIKES Banyuwangi dalam menghadapi ujian skill lab. Hasil ini diharapkan ada tindak lanjut untuk mahasiswa, dosen, dan laboran dari pihak terkait untuk mengatasi kecemasan mahasiswa menghadapi ujian skill lab terkait situasional atau suasana saat ujian skill lab bahwa perlunya standarisasi ruang ujian yang nyaman untuk mahasiswa dan penguji serta mahasiswa dapat memilih atau menggunakan strategi koping yang lebih tepat dalam mengatasi kecemasan menjelang ujian skill lab. DAFTAR PUSTAKA Ahyar. (2010). Konsep Diri dan Mekanisme Koping dalam Aplikasi Keperawatan. (diakses 9 Agustus 2015). Tersedia dari: www.e-psikologi.com Arief, S., & Sumarni. (2013). Hubungan kecemasan menghadapi ujian skills lab modul shock dengan prestasi yang dicapai pada mahasiswa FK Universitas Gajah Mada angkatan 2000. diakses 5 Mei 2013 dari http://www.ebookspdf.org/download/kecemasan.html Basuki, I., & Hariyanto. (2015). Asesmen Pembelajaran. Remaja Rosdakarya Offset. Bandung. Dikti. (2016). Uji Kompetensi Nasional Progam Pendidikan D3 Keperawatan untuk ProfesionalitasTenaga Perawat. Diakses 19 April 2016 dari http://belmawa.ristekdikti.go.id Esswi,A., Badawy, A.S., & Shaliabe,H. (2013). OSCE in maternity and community health nursing: Saudi nursing student’s perspective. American Journal of Research Communication, Vol.1, No.3, 143-162 Kaplan, HI, Saddock, BJ & Grabb, JA. (2010). Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis. Bina Rupa Aksara. Tangerang. Kemenkes RI. (2010). Standart Laboratorium Keperawatan Pendidikan Tenaga Kesehatan. Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan Lallo, D.A., Kandou, L. F. J., & Munayang, H. (2013). Hubungan kecemasan dan hasil ujian UAS-1 mahasiswa baru fakultas kedokteran universitas Sam Ratulangi Manado tahun ajaran 2012/2013. E-Journal Universitas Sam Ratulangi. Vol 1, no 2. Papastavrou, E., Lambrinou, E., Tsangari, H., Saarikoski, M. & Leino-Kilpi, H. (2010). Student nurses experience of learning in the clinical environment. Nurse Education in Practice, vol. 10, no. 3, pp. 176-82 Ping, L.T., Subramaniam, K., & Krishnaswamy, S. (2008). Original article test anxiety : state , trait and relationship with exam. , 15(2). Potter, P.A & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa: Yasmin Asih, dkk. Jakarta, EGC Pratiwi, C., & Mufdlillah. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Uji Kompetensi Dengan Metode OSCA Lulusan DIII Kebidanan Di Propinsi DIY. Ramaiah. (2007). Kecemasan: Bagaimana Mengat asi Penyebabnya. Pustaka Obor. Jakarta. Rasmun. (2009). Stress Koping dan Adaptasi. CV. Sagung Seto. Jakarta Suliswati. (2014). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC. Jakarta. Tim Bahan Penyusunan Kurikulum AIPDiKi. (2014). Bahan Pengembangan Kurikulum Prodi D III Keperawatan. Asosiasi Institusi Pendidikan Diploma III Keperawatan Regional 6 Jawa Timur. Surabaya. Yang, R., Lu, Y., Chung, M. & Chang, S. (2014). Developing a short version of the test anxiety scale for baccalaureate nursing skills test - A preliminary study. Nurse Education in Practice, vol. 14, no. 6, pp. 586-590.