VOL. 1 NO. 3 DESEMBER 2017 107 INDONESIAN JOURNAL OF NURSING PRACTICES Wiwiek Retti Andriani1, Elsye Maria Rosa2, Moh. Afandi2 1 Akper Ponorogo 2 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Email: rereqoe@gmail.com Peningkatan Capaian K ompetensi K ognitif Mahasiswa Akper Pemkab Ponorogo deng an Penerapan Peer-Assisted (PAL) Info Artikel Masuk Revisi Diterima DOI Number : : 25 Juli 2017 : 10 November 2017 : 30 Novermber 2017 : 10.18196/ijnp.1368 Abstrak Pros es pembel aj aran yang di tekankan s aat i ni adal ah student centered learning yang memberi kan kes empatan mahas i s wa untuk membangun s endi ri pengetahuannya s ehi ngga akan memperol eh pemahaman mendal am. Sal ah s atu pembel aj ara n i novati f dengan s trategi student centered learning yai tu Peer-Assisted Learning (tutor s ebaya). Metode PAL mampu meni ngkatkan pemahaman (s ecara kogni ti f) pada tutor dan tutees, di karenakan kons ep-kons ep dapat di j el as kan s ecara s ederhana dengan menggunakan bahas a yang pal i ng mudah di fahami dan s es uai dengan l evel mahas i s wa. Kons ep i ni di kenal s ebagai kons ep kes el aras an kogni ti f (cognitive congruence). Tuj uan penel i ti an i ni adal ah menganal i s i s penerapan metode peer-assisted learning (PAL) dal am meni ngkatkan pencapai an kompetens i kogni ti f mahas i s wa. Penel i ti an i ni menggunakan des ai n quasy experiment dengan rancangan pre and post-test with control group design. Tehni k s ampl i ng menggunakan simple random sampling, dengan s ampel s ej uml ah 60 mahas i s wa s emes ter empat yang terbagi menj adi dua kel ompok perl akuan dan kontrol . Ins trumen penel i ti an menggunakan multiple choice question. Data di anal isis menggunakan t-tes t, dengan α = 0.05. Has i l uj i s tati sti k menunj ukkan bahwa rata -rata ni lai pre-tes t dan pos t-tes t mengal ami perubahan s i gni fi kan (p val ue 0.000). Ni l ai rata -rata pre-tes t (42,40) termas uk dal am kategori ti dak kompeten s edangkan ni l ai rata -rata pos t-tes t (84,27) s ehi ngga termas uk dal am kategori kompeten. Sedan gkan pada kel ompok kontrol s ebel um perl akuan ni l ai mean (40,67) termas uk dal am kategori ti dak kompeten. Setel ah mendapatkan i ntervens i non -PAL, ni l ai mean meni ngkat menj adi (69,60) termas uk kategori ti dak kompeten. Penerapan peer-assisted learning berpengaruh s i gni fi kan untuk meni ngkatkan kompetens i kogni ti f mahas i s wa. Kata kunci: Apl i kas i , Peer-assisted Learning (PAL), kompetens i kogni ti f. Abstract The learning process that is emphasized today is student centered learning, this learning provides an opportunity student to build their own knowledge so that gain a deep understanding. One of innovative learning with student centered learning strategy is Peer-Assisted Learning (peer tutor). The PAL method is able to improve understanding (cognitively) on tutor and tutees, as concepts can be explained simply by using the easiest language to understand and match the student level. This concepts is know as the concept of cognitive alignment (cognitive congruence). The aim of the research is to analyze the application of PAL method to increase the achievement of students’ competency. The research used quasi-experimental design, pre and post-test plan with mailto:rereqoe@gmail.com INDONESIAN JOURNAL OF NURSING PRACTICES 108 control group design. The sampling technique was simple random sampling. The samples were currently fourth semester students, 60 students were divided in 2 groups, treatment group and control group. The instrument was multiple choice questions for cognitive competency evaluation and checklist for psychomotor competency and affective evaluation. Data were analyzed by using T-test, with 0.05 degree of significance. The result showed that the average value of pre-test and post-test examination experiencing significant changes (p=0.000). The average value of pre-test (42.40) was categorized incompetence, while the average value of post-test (84.27) was classified as competence. Whereas in control group before implementation of PAL the mean value was 40.67. It was classified as incompetence. After PAL intervention it increased into 69.60 or categorized as competence. It was concluded that there was significant influence of PAL application to improve students’ cognitive competence. Keywords: applications, Peer-assisted Learning (PAL), cognitive competence Pendahuluan Kurikulum pendidikan saat ini mengarah pada pendekatan kompetensi. Mahasiswa dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan, attitude, juga keterampilan klinik (Mulder, 2006). Kurikulum pendidikan saat ini mengamanahkan perubahan pendekatan pembelajaran teacher centered learning ke metode student centered learning. Metode belajar yang lebih menekank an pada keaktifan mahasiswa, saat ini mulai b an y ak digunakan untuk lebih mendorong partisipasi aktif dan berpikir kreatif. Metode pembelajaran yang diterapkan di lingkungan Akper Pemkab Ponorogo sebagian besar cenderung pada pembelajaran yang bersifat konvensional (teacher centered learning). Hal ini menjadikan mahasiswa pasif, cenderung hanya mendengar, komunikasi satu arah, tidak ada diskusi dengan teman terkait materi yang harus dikuasai. Diperlukan adanya metode pembelajaran yang membuat mahasiswa berinteraksi dengan teman dan aktif diskusi untuk mengasah kemampuan berfikir kritis. Ladyshewsky (2000, dalam Tice, 2014) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang baik untuk meningkatkan hasil pendidikan dan sangat berguna untuk mengembangkan kompetensi siswa. Salah satu metode yang di tawarkan adalah Peer-Assisted Learning (PAL) (Stone, Cooper, & Cant, 2013). Peer-Assisted Learning (PAL) merupakan salah satu metode atau strategi pembelajaran yang bersifat student center learning karena dianggap sebagai suatu metode pembelajaran kolaboratif, kooperatif dan memberikan manfaat secara akademik bagi mahasiswa (Santee & Garavalia, 2006; Secomb J, 2008; Yu et al., 2011). Menurut Tice (2014) salah satu dasar teoritis untuk semua jenis peer teaching dan learning adalah cooperative learning. Perspektif yang mengarahkan penelitian dan pengembangan cooperative learning adalah interaksi sosial, perkembangan kognitif dan teori - teori perilaku belajar. Penggunaan PAL dalam program pendidikan kesehatan medis, keperawatan, terapi fisik, terapi okupasi, obat-obatan, pelatihan atletik, dan pendidikan tinggi, merupakan strategi pendidikan yang tepat digunakan karena menawarkan agar siswa aktif berpartisipasi (Henning, Weidner, & Mellisa, 2008). Asistensi atau yang disebut juga Peer Assisted Learning (PAL) adalah suatu kegiatan pembelajaran dimana perolehan ilmu berasal dari rekan yang derajatnya sama dengan peserta yang menerima ilmu (Topping, 1996). Metode PAL ini dapat menggunakan mahasiswa sebaya pada satu tahun angkatan yang sama (peer-) maupun pada tahun angkatan yang berbeda namun tidak berjauhan ( near-peer), dalam satu jenjang pendidikan yang setara (misalnya Diploma), maupun lintas jenjang, dalam VOL. 1 NO. 3 DESEMBER 2017 109 satu institusi pendidikan maupun lintas institusi (Topping, 1996). Peer-Assisted learning merupakan salah satu implementasi pembelajaran dalam kelompok kecil yang bermanfaat untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi, pengembangan kompetensi intelektual dan professional, dan pengemban gan kepribadian mahasiswa (Brown & Atkins, 2002). Metode Peer-Assisted Learning (PAL) terbukti memberikan manfaat secara akademik bagi mahasiswa pengajar (tutor) maupun peserta (tutees) (Yu, et al., 2011). Manfaat bagi mahasiswa (tutees), akan lebih akrab dengan tutor dibandingkan dengan fasilitator dosen, sehingga lebih mudah dalam proses pembelajaran (Sheldon; 1973 cit. Burke et al., 2007). Interaksi dengan rekan sebaya juga diketahui dapat meningkatkan rasa percaya diri dan komitmen untuk belajar, meningkatkan perhatian bersama antara peserta dan bermanfaat untuk peningkatan keterampilan (Topping & Ehly, 1998; Buckley & Zamora, 2007). Secara teori, hal yang diyakini mendukung keberhasilan PAL terletak pada adanya fakta bahwa tutor dan mahasiswa peserta (tutees) mempunyai pengetahuan dasar dan pengalaman yang sama, yang dikenal sebagai keselarasan kognitif (cognitive congruence). Adanya kesesuaian kognitif ini memungkinkan asisten mahasiswa memahami secara lebih mendalam tingkat pengetahuan, kebutuhan belajar, masalah kognitif yang dihadapi serta capaian yang diharapkan terhadap mahasiswa pesertanya sehingga asisten mahasiswa ini mampu menjelaskan konsep-konsep secara sederhana dengan menggunakan bahasa yang pali ng mudah difahami sesuai dengan level mahasiswa pesertanya (Ten Cate & Durning, 2007a). Keterampilan komunikasi bisa dilatih melalui metode Peer-assisted learning karena memberikan kesempatan kepada seluruh mahasiswa, baik tutor maupun tutee untuk mengemukakan ide, pendapat, pertanyaan, maupun jawaban dalam diskusi kelompok kecil. Pada saat yang sama, metode PAL juga bisa digunakan untuk melatih keterampilan berfikir. Tutor menyampaikan informasi yang berkaitan dengan materi secara terstruktur dan mudah dipahami oleh temannya. Tutee juga dituntut untuk mencerna, mengkritisi, dan bahkan menawarkan informasi baru yang berkaitan dengan materi yang disampaiakan oleh tutor. Dalam metode PAL, terdapat 4 prinsip yang saling berkaitan secara sistemik, yaitu respon aktif siswa, kesempatan bagi siswa untuk memberikan respon, umpan balik, serta penguatan (Heron, Villareal, & Yao, 2006). Model pembelajaran dengan PAL ini mampu menutup kesenjangan nilai antar mahasiswa, meningkatkan suasana akademik yang kondusif, budaya kolaborasi daripada kompetisi, situasi yang mendukung proses pembelajaran serta alternatif inovasi bagi institusi dengan keterbatasan sumber daya manusianya (Ross & Cummings, 2009). Teori dasar pengembangan model pembelaj aran peer-assisted learning (PAL) adalah teori constructivism dari Jean Piaget, yang menyatakan bahwa tahap perkembangan kognitif melibatk an berbagai macam faktor, seperti: kematangan, pengalaman, dan faktor lingkungan sosial. Piaget berpendapat bahwa ketika orang menghadapi informasi baru yang tidak sesuai dengan pengaturan pengetahuan dan pemikiran mental mereka saat ini, sebuah kontradiksi yang menyebabkan ketidak seimbangan. Hal ini menyebabkan pelajar mengakomodasi informas i baru dan mengubah pemahaman sehingga mencapai keseimbangan. Dengan cara ini, pelajar membangun pengetahuan mereka sendiri. (Falchikov, 2001). Sejalan dengan Piaget, teori zone of proximal development oleh Vygotsky (1978), menyatakan bahwa perkembangan kognitif membutuhkan interaksi sosial. Vygotsky menetapkan bahwa interaksi sosial memainkan peran penting d al am pengembangan kognisi (Vygotsky, 1986). Dukungan belajar dari rekan-rekan di "komunitas praktek", sebagai akibatnya, memberikan kesempatan bagi praktisi pemula untuk merenungkan proposisi pengetahuan (fakta dan konsep), pengetahuan kerajinan profesional (belajar dari pengalaman, keterampilan), dan pengetahuan pribadi (Donaghy, Carey & Beeman, 1998 dalam Ibrahim, 2011). Vygotsky berpendapat bahwa berbagai keterampilan dapat dikembangkan dengan bimbingan orang dewasa atau kolaborasi dengan teman melebihi yang dapat dicapai sendiri. Pusat untuk teorinya INDONESIAN JOURNAL OF NURSING PRACTICES 110 adalah ide dari zone of proximal development (ZPD) yang berarti suatu zona perkembangan ketika anak tidak mampu melakukan suatu kegiatan belajar tanpa bantuan, namun dapat melakukannya secara baik dibawah bimbingan orang dewasa. Tingkat perkembangan ditentukan melalui pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau kolaborasi dengan rekan- rekan yang lebih mampu (Toping, 1996; Falchikov, 2001; Ten Cate & Durning, 2007). Berdasarkan uraian di atas, maka didapatkan rumusan permasalahan: apakah penerapan model pembelajaran peer-assisted learning (PA L) mampu meningkatkan capaian kompetensi kognitif mahasiswa. Penelitian ini diharapkan memperkaya konsep atau teori yang mendukung perkembangan ilmu keperawatan tentang model pembelajaran dengan pendekatan student centered learning (SCL) dan dapat menjadi evaluasi dan masukan bagi pengeelola pendidikan (bagian akademik) Akper Pemkab Ponorogo dalam mengambil kebijakan untuk perbaikan program pembelajaran. Metode Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester IV Akper Pemkab Ponorogo sejumlah 124 orang. Tehnik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 60 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan (n=30) dan kelompok kontrol (n=30). Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian quasy experiment dengan desain pre-test and post - test with control group design. Kelompok eskperime n dalam penelitian ini diberikan perlakuan penerapan model pembelajaran peer-assisted learning (PAL), sedangkan kelompok kontrol diberikan dengan metode pembelajaran konvensional ceramah dari dosen. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif peer-assisted learning (PAL), sedangkan variabel terikatnya adalah kompetensi kognitif. Penelitian dilakukan dari bulan Oktober 2016 sampai bulan Februari 2017 di Akper Pemkab Ponorogo melalui rangkaian prosedur, meliputi: 1) Tahap pemilihan tutor dilakukan oleh tim pengajar dan bekerjasama dengan kemahasiswaan untuk seleksi tutor, 2) Tahap briefing tutor yang dilakukan oleh koordinator mata kuliah dan tim pengajar. Briefing tutor dilakukan sebanyak 4 kali tatap muka/session. 3) Evaluasi kesiapan dan pemahaman tutor tentan g materi yang telah diberikan saat briefing, 4) Tahap pre-test kemampuan kognitif tutees, 5) Tahap cognitive phase, yaitu tahap interaksi antara tutor dan tutees dalam rangka intelektualisasi dan pemahaman materi ( Zone Proximal Development) dilakukan minimal 4 kali/session, 6) Tahap post-test kemampuan tuttes setelah dilakukan peer-tutor Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes menggunakan multiple choice questions (MCQ) sejumlah 25 soal dengan mo d e l soal vignete yang disusun oleh peneliti dengan tim pengajar. Instrumen penelitian sebelumnya telah dilakukan review oleh tim pengajar dan dilanjutkan dengan uji validitas dan reliabilitas pada tanggal 12 Januari 2017 di prodi Diploma III Keperawatan FIK Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Hasil uji validitas instrumen dengan Pearson Product Moment, instrumen dinyatak an valid dengan nilai corrected item-total correlation lebih besar dari koefisien korelasi minimal (>0.444) sehingga instrumen dapat digunakan. Instrumen juga dinyatakan reliable setelah dilakukan uji Cronbach Alpha, nilai sebesar 0.746>0,6. Hal ini menunjukkan bahwa instumen memiliki reliabilitas yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif mahasiswa. Kompetensi kognitif mahasiswa diukur seban y ak 2 kali, yaitu pre-test (sebelum mendapatkan perlakuan). Setelah mahasiswa mendapatkan intervensi berupa pemberian materi dengan menerapkan metode pembelajaran peer-assisted learning (pada kelompok eksperimen) dan metode pembelajaran konvensional ceramah (kelompok kontrol), selanjutnya dilakukan post- test untuk mengevaluasi kompetensi kognitif mahasiswa. Setelah semua data terkumpul selanjutnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. VOL. 1 NO. 3 DESEMBER 2017 111 Uji normalitas dengan Kolmogorov-smirnov, sedangkan uji homogenitas dengan Levene’s Tes t of Equality Variances. Tehnik analisa data untuk menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan statistik parametrik. Hal ini dikarenakan hasil dari uji normalitas dan homogenitas data menunjukkan data berdistribusi normal dan tidak ada perbedaan signifikan dari kedua varians. Analisis data yang digunakan untuk menjawab hipotesis adalah uji paired t-test untuk melihat perbedaan rata-rata kompetensi kognitif pre-test dan post-test. Sedangkan untuk melihat perbedaan metode peer-assisted learning dengan metode konvensional ceramah dilakukan uji Independen t t-test. Hasil Hasil perhitungan uji normalitas menunjukkan bahwa kedua kelompok berdisribusi normal. Berdasarkan perhitungan analisis uji homogenitas menunjukkan varians kedua kelompok homogen. Tabel 1.1 Perubahan Kompetensi Kognitif sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok perlakuan dan kontrol mahasiswa Semester IV Akper Pemkab Ponorogo (n=60) Kel ompok Waktu Pengukuran Mean SD p-val ue Perl akuan Pre-test 42,40 9,83 0,000 Post-test 84,27 7,04 Kontrol Pre-test 40,67 8,01 0,000 Post-test 69,60 8,04 Sumber: Data Pri mer, 2017 Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa mahasiswa kelompok intervensi sebelum perlakuan nilai mean 42,40+9,83, termasuk dalam kategori tidak kompeten. Kompetensi meningkat setelah perlakukan menjadi 84,27+7,04, termasuk kategori kompeten. Sedangkan pada kelompok kontrol sebelum perlakuan nilai mean 40,67+8,01, termasuk dalam kategori tidak kompeten. Setelah mendapatkan intervensi non-PAL, nilai mean meningkat menjadi 69,60+8,04, tetap dalam kategori tidak kompeten. Rata-rata nilai kompetensi kognitif pada kelompok eks pe rimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil uji Paired t-test didapatkan ρ = 0.000 (ρ<0,05). Hal itu berarti ada perbedaan rata-rata kompetensi kognitif mahasiswa pre-test dan post-test. Hasil uji statistik Independet t-test didapatkan ρ = 0.000, artinya ρ-value < α (0.05). Artinya H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh penerapan metode pembelajaran peer- assisted learning terhadap kompetensi kognitif mahasiswa. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kompetensi kognitif pada kelomp ok perlakuan dan kelompok kontrol setelah mendapatkan perlakuan (intervensi). Nilai m ea n kompetensi kognitif kelompok perlakuan pada saat pre-test termasuk kategori tidak kompeten dan mean pada saat post-test meningkat menjadi kategori kompeten. Sedangkan nilai mean kompetensi domain kognitif mahasiswa kelompok kontrol pada saat pre-test termasuk kategori tidak kompeten kemudian mengalami peningkatan nilai mean tapi tidak berubah kategoriya adalah tidak kompeten pada saat post- test. Stanberg (1985, cit. Topping, 1996) menyebutkan bahwa ada beberapa komponen yang teridentifikasi dan mungkin mengalami peningkatan selama proses PAL diantaranya: kemampuan meta-kognitif dalam merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi diri dalam mengajar. Selain itu, dimungkinkan juga adanya peningkatan dalam menilai, terkait dengan penggunaan pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural dan kontekstual. Maksudnya adalah seorang mahasiswa ketika menjadi tutor PAL, dalam proses mengajarkan keterampilan, sebenarnya dengan sendirinya d i a akan belajar dan terus belajar cara mengajar yang baik. Termasuk di dalamnya cara menyampaikan suatu materi keterampilan agar lebih mudah dicerna oleh peserta, pemilihan kata yang tepat INDONESIAN JOURNAL OF NURSING PRACTICES 112 bahkan memberikan contoh yang mudah dipahami oleh mahasiswa pesertanya. Proses kognitif yang terjadi meliputi: proses memah ami (perceiving), membedakan (differentiating), memilah (selecting), menyimpan (storing), menyimpulkan (inferring), menerapkan (applying), menggabungkan (combining), menil ai (justifying), dan merespon (responding). Peningkatan kompetensi kognitif mahasiswa pada kelompok yang diterapkan metode PAL sejalan dengan teori zone of proximal development oleh Vygotsky (1978), yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif membutuhkan interaksi sosial. Vygotsky menetapkan bahwa interaksi sosial memainkan peran penting dalam pengembangan kognisi (Vygotsky, 1986). Proses interaksi antar mahasiswa merupakan proses belajar sebagai upaya memahami informasi yang baru (Brooks and Brooks, 1993; Eggen and Kauchak, 2012). Didukung juga dengan teori perkembangan kognitif Piaget, bahwa kerjasama diantara rekan sebaya (peer-tutor) mendorong pertukaran pemikiran dan diskusi secara nyata, dan kerjasama. Kerjasama diantara rekan sebaya penting untuk mengembangkan sikap, berfikir kritis, objektivitas, dan refleksi diskursif (Falchikov, 2001). Perbedaan nilai ini dikarenakan tutor PAL dapat berfungsi dengan efektif, tutor yang memiliki keselarasan kognitif dengan tutee dan menguasai materi dengan baik mampu memberikan pemahaman kepada tutee. Dalam penerapan peer-assisted learning, diharapkan tutor menjadi sumber belajar utama dan pemicu belajar bagi tutee (Gunarya, 2011). Berdasarkan tujuan pembelajaran yang berorientasi pada student center learning (SCL), pembelajaran peer-assisted learning mendo ro n g tutor menggunakan kemampuan untuk lebih aktif berbagi informasi dengan tutee untuk mencapai solusi dan pemahaman serta mengelola pembelajarannya secara mandiri (Roscoe & Chi, 2014). Metode pembelajaran peer-assisted learning, memiliki dua komponen utama, yaitu menjelaskan dan mempertanyakan. Keduanya mempunyai dua unsur membangun pengetahuan (kognitif) dan memberitahukan pengetahuan. Seorang tutor dalam suatu kelompok, mendapatkan manfaat saat memberikan penjelasan pada tutee. Sebab saat memberikan informasi seorang tutor melakukan pengintegrasian konsep dan prinsip serta memunculkan ide baru. Selain itu, saat tutee bertanya dengan pertanyaan yang spesifik dan mendalam, maka akan mendukung tutee untuk merefleksikan pengembangan pengetahuan (kognitif), dimana seorang tutor berperan membantu proses ini sekaligus menguatkan pemahamannya (Roscoe & Chi, 2014; (Depaz & Moni, 2012). Model pembelajaran peer-assisted learning membantu tutor membangun meta- kognisi, merefleksikan pengetahuan dan pengalaman, serta mengkonstruksi pengetah u an dengan cara menyimpulkan maupun menyatukan ide. Hal tersebut yang menyebabkan adanya peningkatan kompetensi kognitif mahasiswa pada kelompok perlakuan. Stanberg (1985, cit. Topping, 1996) menyebutkan bahwa ada beberapa komponen yang teridentifikasi dan mungkin mengalami peningkatan selama proses PAL diantaranya: kemampuan meta-kognitif dalam merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi diri dalam mengajar. Penelitian ini melibatkan responden remaja, dimana pada masa ini terdapat tugas-tugas sesuai fase perkembangan. Salah satu tugas perkembangan fase remaja adalah interaksi intens dengan teman untuk mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep tentang kehidupan sosial (Monks, Knoers, & Haditono, 2012). Sejalan dengan pendapat Inhelder dan Piaget bahwa perubahan otak p ad a masa remaja dibutuhkan untuk perkembangan kognitif, melalui bertukar ide dengan teman sebaya akan meningkatkan perkembangan berfikir secara operasional. Keterbatasan dari penelitian diantaranya: peneliti tidak melakukan eksplorasi gaya belajar, motivasi tutor dan tutee, beban belajar mahasiswa, observasi proses PAL hanya pada satu kompetensi. Selain itu, responden yang dilibatkan dalam penelitian, baik kelompok perlaku an atau kontrol adalah mahasiswa dalam satu institusi, VOL. 1 NO. 3 DESEMBER 2017 113 sehingga kemungkinan kedua kelompok bertemu dan berdiskusi diluar proses pembelajaran tidak dapat dikendalikan oleh peneliti. Implikasi dari penelitian ini diharapkan metode PAL membantu mahasiswa dalam membangun kerangka konseptual (constructivism) pengetahuan dan keterampilan. Melalui pembelajaran PAL, mahasiswa akan berlatih untuk mengasah kemampuan kognitif, menyampaikan ide pada teman belajar, dan berlatih komunikasi dua arah antara tutor dan tutee. Kesimpulan Pembelajaran dengan metode peer-assisted learning (PAL) dan metode konvesional (ceramah) berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi mahasiswa semester IV di Akper Pemkab Ponorogo. Metode pembelajaran PAL mempunyai pengaruh signifikan untuk meningkatkan kompetensi kognitif mahasiswa. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi lan d asan institusi untuk menjadikan PAL sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran student centered learning (SCL) pada materi. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penelitian dengan desain eksperimen murni dengan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi mahasiswa, misalnya gaya belajar, motivasi, lingkungan belajar dll, selain itu juga perlu mempertimbangkan untuk melibatkan responden yang berbeda lokasi penelitian untuk kelompok kontrol dan eksperimen sehingga masing-mas in g tidak saling mempengaruhi. Referensi Brooks, J.G., & Brooks, M.G. (1993). In Search of Understanding: The Case for Constructiv is t Classrooms. Alexandria, VA: Association for Supervisio and Curriculum Development. Brown, G., & Atkins, M. (2002). Effective Teaching in Higher Education. London: Taylor and Francis e-Library. Buckley, S. & Zamora, J. (2007). Effects of participation in a cross year peer tutoring program in clinical examination skills on volunteer tutor's skills and attitudes toward teachers and teaching. BMC Med Education. 7; 20. Depaz, I., & Moni, R. (2012). Using peer-teaching to support co-operative learning in undergraduate pharmacology. Biosciences Education Jaournal, 11; 98- 108. Eggen, Paul & Kauchak, Don. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran Mengejar Konten dan Ketrampilan Berfikir. Jakarta: Indeks. Falchikov, N. (2001). Learning Together: Peer Tutoring in Higher Education. London: Routledge Falmer. Gunarya, A. (2011, Maret 31). Model Perilaku Belajar. Retrieved from http://repository.unhas.ac.id/handle/123 456789/27 Henning, J. M., Weidner, T. G., & Mellisa, M. C. (2008). Peer Assisted Learning in Clinical Education: Literatur Review. Athletic Training Education Journal, 84-90. Heron, T., Villareal, D., & Yao, M. (2006). Peer Tutoring Systems: Application in Classroom and Specialized Enviroments. Reading & Writtings Quarterly, 27-45. Monks, F., Knoers, A., & Haditono, S. (2012). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Cetakan 14. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Mulder, H. (2006). Competency Based Trainning: What, Why & How? dalam Proceeding, Teaching Learning Procces & Assesment in Competence Based Education. Roscoe, R., & Chi, M. (2014). Understanding tutor learning: knowledge building and knowledge telling in peer tutors explanation and questions. Review of Education Research, 77 (4); 534-574. Ross, M., & Cummings, A. (2009). Peer Assisted Learning, A practical guide for medical teachers Edisi 3. UK: Elsevier. Secomb, J. (2008). A systematic review of peer teaching and learning in clinical education . Journal of clinical nursing. 17, pp. 703-16. Stone, R., Cooper, S., & Cant, R. (2013). The Value of Peer Learning in Undergraduate Nursing education: A Systematic Revi e w. International Scholary Research Notice, 1- 10. Ten, C., & Durning, S. (2007). Peer teaching in Medical Education: twelve reason to mo v e from theory to practice. Medical teacher, 591-599. INDONESIAN JOURNAL OF NURSING PRACTICES 114 Topping, K. (1996). The Effectivenss of Peer Tutoring in Further ad Higher Education: A Typology and Review of the Literatu re . Higher Education, Vol. 32, o. 3, 321-345. Vygotsky, L.S. (1978). Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes. Cambridge: MA: Harvard University Press. Yu, T., Wilson, N., Singh, P., Lemanu, D., Hawke n , S., & Hill, A. (2011). Medical students-as- teachers: a systematic review of peer- assisted teaching during medical school. Advance in Medical Education and Practice Vol. 2, 157-172.