vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.143 749 received : 13-02-2021 revised : 26-04-2021 published : 15-06-2021 metode observasi lingkungan dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa mts hari pujiyanto mts al islam gondangnrejo, indonesia haripujiyanto19@gmail.com abstrak: secara khusus penelitian ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan hasil belajar ilmu pengetahuan alam materi ekosistem melalui metode observasi lingkungan bagi siswa kelas vii mts al-islam gondangrejo. penelitian ini dilaksanakan di mts al islam gondangrejo, kecamatan gondangrejo, kabupaten karanganyar dengan subyek penelitian siswa – siswi kelas vii a tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 31 siswa. metode penelitian tindakan kelas dipakai pada penelitian ini yang terdiri atas dua kali tindakan dalam dua siklus, sedangkan tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: merencanakan tindakan ( planing), melakukan tindakan (acting), melakukan pengamatan (observating) dan merefleksi hasil tindakan (reflecting). dari alat pengumpul data berupa test, observasi, dan dokumentasi yang merupakan dasar hasil penelitian dapat dikemukakan kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut : (1) hasil belajar ilmu pengetahuan alam materi ekosistem bagi siswa dapat ditingkatkan melalui metode observasi lingkungan, (2) terdapat peningkatan peran serta siswa yang signifikan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode observasi lingkungan, hal ini dapat dilihat pada dengan adanya perubahan siswa dalam proses pembelajaran yang telah mampu menjawab pertanyaan – pertanyaan dari guru baik pertanyaaan tingkat rendah maupun pertanyaan tingkat tinggi. kata kunci: hasil belajar ipa; metode observasi lingkungan; proses pembelajaran https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.143 mailto:email@domain.com vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.143 750 pendahuluan ketika siswasiswi mengikuti kegiatan belajar mata pelajaran imu pengetahuan alam ( ipa ) mereka sudah beranggapan bahwa pelajaran ipa adalah pelajaran yang tidak menarik, dan sulit difahami sehingga ini selalu berakibat setiap berlangsung kegiatan belajar mengajar ipa para siswa cenderung pasif, kurang bisa menerima pelajaran dengan baik, bahkan mereka seringkali takut dengan pelajaran ini. hal ini merupakan kondisi awal siswa-siswa kelas vii a mts al-islam gondangrejo pada semester genap tahun 2019 yang terjadi sebelum diadakan penelitian kenyataan seperti inilah yang dialami oleh siswa kelas vii a mts al islam gondangrejo pada semester genap tahun 2018/2019. hal ini terbukti berdasarkan tiga penilaian harian mata pelajaran ilmu pengetahuan alam materi ekositem, nilai rerata siswa hanya sekitar 54 dengan perolehan nilai rerata 70 keatas hanya 10 siswa atau hanya sekitar 32 persen saja dari seluruh siwa. dari rerata hasil belajar siswa yang hanya 54 berarti siswa dalam menguasai mata pelajaran ilmu pengetahuan alam kemampuannya masih dibawah kriteria ketuntasann minimal (kkm) yaitu sebesar 70. harapannya dengan penggunaan metode observasi lingkungan siswa beserta gurunya bisa memperoleh pengalaman langsung melalui pembelajaran situasi sesungguhnya diluar kelas dengan melibatkan siswa kepada lingkungan yang sebenarnya untuk dipelajari, diamati dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar. landasan teori hakekat ilmu pengetahuan alam badan standar nasional pendidikan ( bsnp ) dalam model pembelajaran ipa terpadu menjelaskan bahwa ipa berhubungan dengan penggalian keingin tahuan tentang alam secara ilmiah, maka dari itu ipa merupakan proses inkuiri. dalam hal ini pada kegiatan pembelajarannya dititik beratkan kepada pemberian pengalaman langsung dalam rangka pengembangan kompetensi agar memahami dan menjelajahi alam secara sistematis. pembelajaran ipa sebaiknya harus inkuiri dan mendatangkan pengalaman dengan maksud mengarahkan siswa mendapatkan pengetahuan yang lebih baik berkaitan dengan alam sekitar. hakekat belajar belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya( moh. surya,1997) , sedangkan dalam pandangan witherington (1952) dijelaskan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. hasil belajar hasil belajar merupakan suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan (nana sudjana) https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.143 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.143 751 metode observasi. observasi secara sederhana dapat diartikan pengamatan terhadap suatu objek atau pokok permasalahan, sehingga metode observasi dapat diartikan sebagai suatu metode pembelajaran bagi siswa dengan pengamatan suatu obyek atau pokok permasalahan yang dikemukan atau yang disampaikan guru melalui media atau lingkungan sekitar. kerangka berfikir kondisi awal sebelum sebelum diadakannya penelitian ini guru belum memanfaatkan penggunaan metode observasi lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar, padahal disekeliling sekolah penggunaan metode ini sangat mendukung sekali sebab jika dilihat dari letak sekolah kebetulan berdekatan dengan sawah dan kebun. sehingga dari belum adanya penggunaan metode tersebut mengakibatkan selalu rendahnya hasil belajar ilmu pengetahuan alam materi ekosistem bagi siswa kelas vii a mts alislam. dari kondisi tersebut supaya hasil belajar siswa menjadi lebih baik maka perlu diadakan suatu tindakan yang dilakukan oleh guru / peneliti yaitu dengan cara penggunaan metode observasi lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar. hipotesis tindakan hipotesis tindakan yang diajukan berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir sebagai berikut : penggunaan metode observasi lingkungan sekitar dapat meningkatkan hasil belajar bagi siswa kelas vii a mts al – islam gondangrejo pada semester genap 2018/ 2019. metode setting dan subyek penelitian kegiatan penelitian dilakukan pada semester genap yaitu mulai bulan januari 2019 hingga juni 2019, alasan pada waktu tersebut karena materi dari mata pelajaran yang diteliti sesuai dengan materi yang diajarkan pada bulan – bulan tersebut. sedangkan tempat penelitian di mts al-islam gondangrejo karanganyar yang merupakan tempat peneliti mengajar, selain itu di mts alislam gondangrejo disekitarnya dikelilingi kebun dan banyak persawahan, sehingga memudahkan peneliti dalam mengambil data sebab pada penelitian ini menggunakan metode observasi lingkungan sehingga dengan berdekatannya lokasi penelitiaan dengan sekolah maka waktu yang digunakan bisa lebih efektik karena tidak habis dalam perjalanan. tehnik dan alat pengumpulan data data berupa hasil tes, observasi ,dan dokumentasi merupakan teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data sedangkan alat pengumpul datanya berupa butir soal tes ,lembar observasi dan dokumen daftar nilai. prosedur penelitian metode peneltian tindakan kelas ( ptk ) dipakai dalam melakukan penelitian ini yang terdiri dari dua siklus, siklus i dengan kelompok siswa besar(8 siswa), sedang siklus 2 dengan kelompok kecil (2 siswa). adapun langkah tiap sikus terdiri atas: https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.143 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.143 752 a. planing ( perencanaan ) merupakan perencanaan awal oleh peneliti yaitu dengan menentukan banyak siswa dalam satu kelompok sekaligus membentuknya, , selain itu juga menyiapkan lembar pertanyaan yang akan digunakan sebagai bahan evaluasi setelah pelaksanaan observasi. b. acting ( pelaksanaan ) para siswa mulai melaksanakan pembelajaran dengan mengadakan observasi lingkungan dengan mencatat apa yang ditemuinya sesuai petunjuk yang ada pada lembar observasi sedang guru memberikan bimbingan pada semua kelompok. c. observing ( pengamatan ) guru melakukan observing / pengamatan selama berlangsungnya kegiatan. pengamatan ini juga digunakan untuk mengetahui sikap para siswa pada waktu kegiatan berlangsung d. reflecting ( merefleksi ) merupakan refleksi guru terhadap semua tindakan pada satu siklus sehingga dapat diperoleh analisa sementara pada siklus i untuk dapat dibandingkan pada keadaan sebelum siklus satu atau sebelum diadakan penelitian. hasil deskripsi kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2 (kondisi akhir) 1. tindakan tabel 1. hasil tindakan penelitian kondisi awal siklus 1 siklus 2 / kondisi akhir pada pembelajaran sains materi ekosistem belum menggunakan metode obsevasi lingkungan pada kegiatan pembelajaran sains materi ekosistem sudah menggunakan metode observasi lingkungan dengan cara kelompok besar, setiap kelompok mempunyai 8 atau 7 anggota siswa pada pembelajaran sains materi ekosistem materi ekosistem sudah memanfaatkan metode observasi lingkungan dengan cara kelompok kecil, setiap kelompok mempunyai 2 anggota siswa 2. kegiatan pembelajaran tabel 2. hasil kegiatan pembelajaran kondisi awal siklus 1 siklus 2 / kondisi akhir masih banyak siswa yang pasif, masih banyak siswa yang kurang minat mengikuti pelajaran siswa yang pasif mulai berkurang , sedang minat untuk mengikuti pelajaran meningkat meskipun belum semuanya para siswa aktif mengikuti pelajaran , sedang minat untuk mengikuti pelajaran tinggi. 3. hasil belajar tabel 3. hasil belajar kondisi awal siklus 1 siklus 2/kondisi akhir penilaian harian pada kondisi awal hasil belajar terkecil 30 hasil belajar terbesar 80 rerata hasil belajar 52 penilaian harian pada siklus i hasil belajar terkecil 40 hasil belajar terbesar 90 rerata hasil belajar 61 penilaian harian pada siklus 2 hasil belajar terkecil 60 hasil belajar terbesar 100 rerata hasil belajar 71 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.143 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.143 753 1. proses pembelajaran terdapat peningkatan keaktifan siswa serta minat belajar siswa setelah pada kondisi akhir dalam proses pembelajaran ipa materi ekosistem 2. hasil pembelajaran setelah pada kondisi akhir terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari rerata 52 menjadi 71 atau ada peningkatan sebesar 26 persen simpulan 1. penggunaan metode observasi lingkungan ternyata dapat meningkatkan hasil belajar ilmu pengetahuan alam materi ekosistem bagi siswa kelas vii a mts al islam gondangrejo semester genap tahun 2018/2019. 2. proses pembelajaran dengan menggunakan metode observasi lingkungan ternyata dapat meningkatkan peran serta siswa dalam proses pembelajaran yang signifikan, hal ini dapat dilihat pada dengan adanya perubahan siswa dalam proses pembelajaran yang telah mampu menjawab pertanyaan – pertanyaan dari guru baik pertanyaaan tingkat rendah maupun pertanyaan tingkat tinggi. 3. minat belajar siswa dalam negikuti kegiatan pembelajaran meningkat. saran 1. bagi guru a. dalam mengajar hendaknya guru perlu memperhatikan metode yang tepat terhadap materi pelajaran yang akan disampaikan kepada para siswa. b. perlunya penggunaaan metode observasi lingkungan pada penyampaian pelajaran ipa materi ekosistem 2. bagi siswa dalam pembelajaran hendaknya siswa untuk bersikap aktif dan kreatif, sehingga proses pembelajaran dapat berjalaan dua arah yaitu tidak hanya dari guru saja, tetapi siswa juga dapa bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru atau temannya 3. bagi sekolah karena hasil penelitian ternyata dapat meningkatkan hasil pembelajaran, maka diharapkan sekolah dapat mengarsip penelitian ini atau diterapkan pada guru yang lain daftar rujukan jurnal kependidikan, volume 46, nomor 1, mei 2016, halaman 14-28 eduhumaniora: vol. 5 no. 2, juli 2013 jurnal kreatif tadulako online vol. 4 no. 3 issn 2354-614x jurnal pendidikan, volume 16, nomor 2, september 2015, 110-126 sugiyono, (2011), metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d , bandung : alfabeta sri wuryastuti & ima ni’mah (2013): model pembelajaran berbasis lingkungan, serang. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.143 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.143 754 faidhani, achmad (2017): pengembangan model pembelajaran inkuiri berbantuan media ipai untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills), jakarta innobel guru pendidikan menengah artawan, gde, dkk. (2015) :penerapan model pembelajaran penemuan ( discoveri leaning ) dalam pembelajaran teks hasil observasi melalui observasi lingkungan sekolah kelas x sma negeri 1 singaraja https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.143 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.172 890 received : 21-04-2021 revised : 12-05-2021 published : 30-06-2021 penerapan metode bermain berbantuan media peluru modifikasi untuk peningkatan belajar tolak peluru fita dwi atmaja sd negeri 2 belikurip, indonesia qankfita@gmail.com abstrak subyek yang menjadi penelitan ini adalah subjek siswa sd negeri 2 belikurip. penelitian menunjukkan bahwa a) adanya peningkatan pembelajaran yang dilihat melalui antusiasme siswa dalam pembelajaran yang semula kurang, menjadi cukup pada siklus i dan baik pada kondisi siklus ii; b secara klasikal semula 67,5 menjadi 76,3 siklus i dan 82,3 pada siklus ii belajarnya semula 62,5% menjadi 87,5% pada siklus i dan 100% pada siklus ii; dan 3) peningkatan secara klasikal semula 68,0 menjadi 72,7 pada siklus i dan 80,5 pada siklus ii dengan ketuntasan belajarnya semula 62,5% menjadi 87,5% pada siklus i dan 100% pada siklus ii. kata kunci: hasil belaja tolak peluru; metode bermain; media peluru modifikasi https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.172 mailto:qankfita@gmail.com vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.172 891 pendahuluan pada proses pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan, siswa kesulitan melakukan tolak peluru. salah satu faktor yang mempengaruhi banyak siswa yang nilainya rendah adalah bagi siswa dengan berat peluru asli terlalu berat dan besar untuk digunakan dalam pembelajaran, sehingga siswa merasa kesulitan dalam cara memegang peluru, cara menolak peluru tidak gerakan mendorong peluru tetapi melempar serta tidak diakhiri dengan gerakan lanjutan yang tepat. hasil penilaian menunjukkan bahwa pengetahuan siswa berkaitan tolak peluru masih belum memuaskan. nilai rata-rata sebesar 67,5. kemudian capaian nilai tertinggi yaitu 90 dan nilai terendahnya adalah 40. rentang nilai yaitu 50. ketuntasan belajar yaitu 62,5%. selain hasil belajar yang belum maksimal, hasil belajar juga menunjukkan hasil yang belum memuaskan. hasil belajar yang berkaitan dengan keterampilan siswa dalam tolak peluru menunjukkan nilai rata-rata 68,0. capaian nilai tertingi yaitu 75 dan capaian terendahnya 56. ketuntasan belajar yaitu 62,5%. penelitian dikuatkan oleh wahyuningsih (2012) dengan judul upaya peningkatan pembelajar tolak peluru dengan metode bermain siswa kelas v sekolah dasar negeri 3 plumbungan. selain itu penelitian dikuatkan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh kenya rini (2012) dengan judul peningkatan hasil belajar tolak peluru melalui pendekatan metode bermain bola karet pada siswa kelas v sd negeri 2 patikraja metode jenis penelitian penelitian tindakan kelas. tempat penelitian penelitian dilaksanakan di sd negeri 2 belikurip subjek penelitian subjek penelitian ini adalah siswa sd negeri 2 belikurip berjumlah 8 siswa a. sumber data data diperoleh dari nilai ulangan pjok dan unjuk kerja siswa semester 1 tahun pelajaran 2020 / 2021 serta hasil pengamatan ketika siswa melakukan kegiatan pembelajaran tolak peluru. b. teknik dan alat pengumpulan data a. observasi yaitu mengumpulkan data dengan mengamati aktvitas siswa pada setiap siklus. b. melalui dokumen yaitu mengumpulkan data hasil belajar tolak peluru pada saat belum diadakan tindakan (kondisi awal). c. kegiatan wawancara setelah pembelajaran. d. pengisian catatan lapangan saat pembelajaran. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.172 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.172 892 hasil siklus i hasil belajar siklus i menunjukkan kondisi yang cukup. dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa yang mencapai 87,5%. presentase ini telah sesuai harapan ketuntasan belajar siswa. capaian nilai tertinggi pada hasil belajar sebesar 90 sedangkan capaian nilai terendahnya sebesar 60. rentang hasil belajar sebesar 30 poin. nilai rata-rata hasil belajar siklus i yaitu 76,3. hasil tersebut telah berada di atas kkm (<65) tetapi belum melampaui indikator kinerja yang ditetapkan. gambar 1. diagram sebaran hasil belajar kd 3.3 prasklus diagram tersebut menunjukkan hasil belajar pada kondisi siklus i. frekuensi yang memperoleh hasil belajar pada kategori perlu bimbingan paling banyak yaitu 1 anak atau 12,5%. frekuensi yang memperoleh hasil pada kategori cukup sebanyak 3 anak atau 37,5%. frekuensi memperoleh kategori baik sekali sebesar 2 anak atau 25,0%. hasil belajar kd 4.3 siklus i tabel 1. hasil belajar kd 4.3 siklus i no nama siswa capaian katerangan 1 nilai tertinggi 81 2 nilai terendah 63 3 rata-rata 72,7 4 ketuntasan 87,5% tabel tersebut menunjukkan hasil belajar siswa dalam mempraktikkan kombinasi gerak dasar tolak peluru kondisi siklus i. dilihat dari ketuntasan belajar siswa mencapai 87,5%. prersentase ini telah mampu melampaui indikator kinerja minimal 80%. capaian nilai tertinggi pada hasil belajar sebesar 81 sedangkan capaian nilai terendahnya sebesar 63. rentang hasil belajar 3 sebesar 18 poin. nilai rata-rata hasil belajar siklus i yaitu 72,7. hasil tersebut telah berada di atas kkm (<65) namun masih belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan. peningkatan belajar siklus i tersebut dikarenakan capaian hasil belajar siswa dalam kategori perlu bimbingan hanya tinggal sedikit. peningkatan belajar siklus ii tersebut karena sudah tidak ada siswa yang memperoleh capaian hasil belajar siswa dalam katagori perlu bimbingan. adapun sebaran hasil belajar tersebut sebagai berikut: 1 3 2 2 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 perlu bimbingan cukup baik baik sekali https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.172 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.172 893 gambar 2. diagram sebaran hasil belajar siklus ii diagram tersebut menunjukkan sebaran hasil belajar pada kondisi siklus ii. frekuensi yang memperoleh hasil belajar pada kategori cukup sebanyak 4 anak atau 50,0%. frekuensi yang memperoleh hasil belajar pada kategori baik sebesar 3 anak atau 37,5%. frekuensi siswa yang memperoleh baik sekali sebesar 1 anak atau 12,5%. pembahasan 1. proses pembelajaran tabel 2. peningkatan persentase siswa yang antusias dalam pembelajaran prasiklus, siklus i dan siklus ii no aspek persentase kategori 1 prasiklus 50,0 kurang 2 siklus i 75,0 cukup 3 siklus ii 87,5 baik berdasarkan tabel tersebut persentase siswa yang antusias dalam pembelajaran selalu mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan di tiap siklus. semula persentase antusias siswa dalam pembelajaran hanya 50% (kurang) kemudian tindakan siklus i telah meningkatkan persentase antusias siswa menjadi 75,0% (cukup). peningkatan tindakan siklus i sebesar 25 poin. persentase sebesar 50% dari kondisi prasiklus. kemudian persentase siswa yang antusias dalam pembelajaran kembali meningkat setelah dilakukan tindakan siklus ii menjadi 87,5% (sangat baik). peningkatan yang terjadi yaitu sebesar 12,5 poin. persentase peningkatan tersebut sebesar 16,7% dari kondisi siklus i. lalu peningkatan persentase siswa yang antusias dalam pembelajaran secara keseluruhan sebesar 37,5 poin. persentase peningkatan tersebut sebesar 75,0% dari kondisi prasiklus. 2. peningkatan hasil belajar pengumpulan hasil belajar ini dilakukan melalui kegiatan tes di akhir tiap-tiap siklus. hasil belajar yang dikumpulkan di tiap-tiap siklus kemudian diolah dan dianalisis. hasil pengolahan dan analisis data tersebut menunjukkan adanya peningkatan yang cukup berarti. adapaun perbandingan hasil belajar tiap-tiap siklus sebagai berikut: 0 4 3 1 0 1 2 3 4 5 perlu bimbingan cukup baik baik sekali https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.172 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.172 894 gambar 3. diagram peningkatan hasil belajar diagram tersebut menunjukkan peningkatan dari prasiklus hingga siklus ii. semula nilai rata-rata hasil belajara hanya 67,5 setelah dilakukan tindakan siklus i meningkat menjadi 76,3 dan setelah penerapan tindakan siklus ii kembali meningkat menjadi 82,5. peningkatan yang terjadi pada siklus i sebesar 8,8 poin dengan persentase peningkatan hasil belajar pada siklus i yaitu sebesar 13,0% dari prasiklus. peningkatan yang terjadi pada siklus ii sebesar 6,3 poin dengan persentase peningkatan hasil belajar pada siklus ii sebesar 8,2% dari siklus i. secara keseluruhan hasil belajara ini sebesar 15,0 poin atau 22,2% dari prasiklus. 3. peningkatan hasil belajar gambar 4. diagram peningkatan hasil belajar diagaram tersebut menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar 3 dari prasiklus hingga siklus ii. semula ketuntasan belajar sebesar 62,5% saja. kemudian setelah tindakan siklus i, ketuntasan belajar menjadi 87,5% dan pada akhir siklus ii telah mencapai 100%. peningkatan ketuntasan belajar siklus i sebesar 25,0 poin peningkatan pada siklus ii sebesar 12,5 poin. persentase peningkatan pada siklus i sebesar 50,0% dari prasiklus sedangkan pada siklus ii hanya 14,3% dari siklus i. secara keseluruhan, peningkatan ketuntasan belajar yaitu 37,5 poin atau 60% dari prasiklus. prasiklus siklus 1 siklus 2 ketuntasan (%) 62.5 87.5 100.0 rata-rata kelas 67.5 76.3 82.5 62.5 87.5 100.0 67.5 76.3 82.5 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 prasiklus siklus 1 siklus 2 ketuntasan (%) 62.5 87.5 100.0 rata-rata kelas 68.0 72.7 80.5 62.5 87.5 100.0 68.0 72.7 80.5 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.172 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.172 895 simpulan pembelajaran tolak peluru dengan media peluru modifikasi lebih efektif dan meningkat. dibuktikan dengan adanya peningkatan proses pembelajaran yang dilihat melalui antusiasme siswa dalam pembelajaran yang semula berada pada kategori kurang, menjadi cukup pada siklus i dan baik pada kondisi siklus ii. terdapat peningkatan pengetahuan tentang menerapkan prosedur kombinasi tolak peluru setelah dilakukan metode berbantuan media modifikasi. terdapat peningkatan keterampilan tentang mempraktikkan kombinasi tolak peluru setelah dilakukan metode berbantuan media modifikasi. saran siswa harus melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan penuh kesungguhan serta memiliki aktivitas yang tinggi. guru harus menyajikan pembelajaran dengan pendekatan maupun metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran. sekolah harus memfasilitasi guru dalam mengembangkan keprofesiannya daftar rujukan a. widya, mochamad djumidar. 2004. belajar berlatih gerak-gerak dasar atlet dalam bermain. jakarta: pt. rajagrafindo persada. wahyuningsih, heni. 2012. upaya peningkatan pembelajar tolak peluru dengan metode bermain siswa kelas v sekolah dasar negeri 3 plumbungan kecamatan pagentan kabupaten banjarnegara. kurniawan, eko. 2015. upaya peningkatan pembelajaran gerak dasar tolak peluru gaya linear melalui pendekatan bermain pada siswa kelas v sd negeri 2 nusamangir, kecamatan kemranjen, banyumas tahun pelajaran 2014/2015. nurhidayat, yulida. 2015. upaya peningkatan gerak dasar tolak peluru melalui pemberian model bermain peluru ceria siswa kelas v sd negeri i banaran kecamatan pracimantoro kabupaten wonogiritahun pelajaran 2014/15. kenya rini, dyah ayu. 2012. peningkatan hasil belajar tolak peluru melalui pendekatan metode bermain bola karet pada siswa kelas v sd negeri 2 patikraja kec. patikraja kab. banyumas https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.172 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.216 1309 received : 23-06-2021 revised : 28-07-2021 published : 29-08-2021 meningkatkan kegiatan perolehan belajar melalui penggunaan media gambar mengenal jenis-jenis budaya di indonesia pada mata pelajaran ips siswa sd yulia rozani sd negeri 025/ii muara bungo, indonesia yuliarozani27@guru.sd.belajar.id abstrak: perlu dilakukan pembaharuan dan cara mengajar pendidik dalam mengelola proses kegiatan mengajar di bidang ilmu pengetahuan sosial (ips) pada jenjang sekolah dasar sebagai respons terhadap penurunan kualitas dari pengetahuan peserta didik. penelitian ini dilaksanakan di sdn no. 25/ii muara bungo dengan tujuan menaikkan kegiatan dan perolehan dari belajar peserta didik di sekolah dasar umumnya dan khususnya di kelas iv sd negeri 025/ii muara bungo. selain itu, untuk meningkatkan kreativitas dan mutu seorang pendidik dalam proses pembelajaran. hasil penelitian adalah aktivitas masing-masing siswa meningkat dari perolehan nilai belajar peserta didik 66,66 % siklus 1 pada siklus ii 71,42% siklus iii 78,09%. dengan hasil penelitian ini tentunya diperoleh intisari yaitu penggunaan media gambar, baik itu visual dan audio visual dapat meingkatkan aktivitas pembelajaran di bidang ips bagi peserta didik sd khususnya di kelas iv sd negeri 25/ii muara bungo. kata kunci: media gambar; kegiatan; perolehan belajar https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.216 mailto:yuliarozani27@guru.sd.belajar.id vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.216 1310 pendahuluan pelajaran ips adalah suatu muatan pelajaran yang disampaikan di sekolah dasar yang membahas tentang sekumpulan kejadian, sebuah fakta dan konsep yang berkenan dengan masalah sosial. dengan muatan pelajaran ips, peserta didik dikenalkan tentang bagaimana masyarakat yang demokratis dengan tanggung jawab sebagai masyarakat sipil yang cinta damai. oleh karena itu, tentunya mahasiswa akan menghadapi banyak tantangan yang cukup sulit dikarenakan kehidupan secara global selalu berubah setiap waktunya. hal itu berdasarkan pemahaman bsnp (2006:575) yang menjelaskan bahwa isi dari pelajaran pengetahuan sosial dibuat untuk dapat dikembangkan konigtif, pengertiannya, kesanggupan analisis terhadap suatu kondisi sosial masyarakat yang akan dihadapi, serta mampu memasuki kehidupan sosial yang dinamis. dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan selain mengubah struktur pengetahuan peserta didik juga membuat sebuah kreativitas lingkungan. kegiatan belajar berkaitan dengan jenis pengetahuan yang diperoleh dan mengikutsertakan sebuah peran dari lingkungan sosial (sanjaya, 2009:102). dapat dikatakan bahwa keberanian melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar adalah kemampuan atau keterampilan seorang guru dalam membuat informasi yang mengedukasi dengan pendidik dan anak didik yang meliputi unsur pengetahuan, sikap serta keterampilan, untuk memperoleh sebuah perencanaan. pada aspek penilaian dan langkah selanjutnya untuk mencapai rencana pembelajaran. berdasarkan uraian diperoleh ketentuanya, yaitu muatan pelajaran ips memiliki nilai pendekatan dan hal perlu menyiapkan kualitas masyarakat yang handal, kompeten, dan bermartabat dari awal. masih ditemukan model pembelajaran dengan memakai metode ceramah pada aktivitas belajar mengajar sehingga peserta didik tidak memperoleh ketercapaian proses belajar (hutauruk, maulina, & manik, 2018 ; suarni, 2019). namun, pemakaian metode serta pendekatan dan media (alat) adalah sesuatu hal yang sangat perlu dalam kegiatan proses pembelajaran. ketercapaian dalam tujuan pembelajaran adalah ketepatan penggunaan sebuah media dan metode dalam aktivitas pembelajaran. oleh sebab itu, pentingnya kondisi kegiatan belajar mengajar yang menggembirakan dan dapat membentuk sisa menjadi lebih aktif dan senang untuk belajar. dengan semakin aktif peserta didik dalam aktivitas belajarnya, tentunya dapat berhasil pada kegiatan pembelajaran tersebut. efisiensi sebuah proses belajar terdiri dari petunjuk yaitu taraf pembelajaran, keselarasan tingkatan belajar dengan zaman. machin (2014) juga menjelaskan bahwa pendekatan belajar pada dasarnya yaitu sebuah upaya bentuk ketepatan dalam meningkatkan pelajaran. dalam sebuah kehidupan nyata, yaitu manusia dalam berbagai hal selalu berupaya untuk meningkatkan faedah pelajaran pada pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (ips) di kelas iv sd negeri 025/ii muara bungo masih menggunakan metode konvesional akibatnya anak didik menjadi kurang memahami isi materi pelajaran yang dibahas. hal tersebut disebabkan oleh masih rendahnya tingkat penalaran peserta didik. hal lain yang dipermasalahkan antara lain (a) peserta didik kurang keikutsertaanya dalam aktivitas pembelajaran, (b) dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar peserta didik tidak bersemangat, (c) susasana kelas tidak kondusif, (d) dalam aktivitas belajat tidak menggunakan media, dan (e) kurang kemauan peserta didik ikut berpikir kreatif. https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.216 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.216 1311 metode penelitian studi ini dilakukan di sekolah dasar negeri 25/ii muara bungo yang beralamat di jalan h. ibrahim syamsir, kecamatan bungo dani kabupaten bungo. jumlah siswa sebanyak 108 siswa dengan mata pencaharian oran tua siswa yang beragam. ada yang bekerja sebagai buruh, pedagang dan pns. namun, mayoritas peserta didik ini berasal dari anak pedagang, karena tempat tinggal mereka dekat dengan pasar.jumlah siswa kelas iv, yaitu 21 siswa. keadaan sekolah ini yaitu memiliki rombel sebanyak enam tenaga guru dan tenaga kependidikan sebanyak dua belas orang. studi yang dilaksanakan penulis ini dimulai dari bulan agustus sampai oktober 2019.perolehan dari setiap siklus melalui sebuah penelitian ini, dari siklus tersebut dilakukan berdasrkan hasil perubahan dari masing-masing siklus yang sudah dirancang dengan prosedur sebagai berikut : metode, implementasi, pengamatan dan refleksi. data dikumpulkan sejak awal penelitian dengan memperhatikan semua proses yang terlihat. penelitian ini dilakukan dengan menganalisis gambaran yang menggunakan sebuah teknik dan akumulasi yang didapatkan dari kegiatan belajar mengajar. data yang diperoleh untuk analisis interpretasi data antara lain: 1) hasil belajar diperoleh dari nilai tes hasil belajar siswa. 2) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menggunakan media gambar diperoleh dengan menganalisis tingkat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran melalui lembar observasi dapat dikelompokan yaitu : lebih baik (a), baik (b), cukup (c) dan kurang baik (d). 3) kemampuan guru dalam mengajar diperoleh dengan menganalisis kinerja guru berdasarkan aktivitas belajar pada lembaran observasi di kelompokan ke dalam sangat baik (a), baik,(b) cukup (c), dan kurang (d) perolehan dari setiap siklus melalui sebuah penelitian ini, dari siklus tersebut dilakukan berdasrkan hasil perubahan dari masing-masing siklus yang sudah di rancang dengan prosedur sebagai berikut: metode, implementasi, pengamatan dan refleksi, tahap dari siklus i,ii dan iii adalah : 1. perencanaan. a. melalui penelitian dengan refleksi pada setiap siklus dibuatlah sebuh perencaan pembelajaran b. membuat rpp yang di pakai media gambar. c. buatlah instrumen yang akan di pakai pada siklus yang di teliti d. membuat lkpd e. mengembangkan alat evaluasi pembelajaan. 2. implementasi peneliti melaksanakan kegiatan mengunakan sebuah wahana gambar berdasarkan rpp dan perencanaan ulang siklusi. aktivitas pada kegiatan di tahap ini adalah mengimplementasikan metode yang di gunakan pada aktivitas kegiatan belajar mengajar berdasarkan kemampuan pertama menghargai jenis suku serta jenis kebudaya yang ada di indonesia melalui pembelajaran ada beberapa tahapan dalam penggunaan media gambar di antaranya (a) pada tahap orientasi, guru meniup seruling bambu dan memukul rebana di depan kelas, (b) dalam kegiatan apersepsi, guru bercerita tentang alat musik daerah di indonesia, (c) guru memberikan motivasi dengan mengingatkan siswa untuk mempelajari alat https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.216 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.216 1312 musik daerah sebagai kekayaan alam indonesia agar tidak diakui oleh bangsa lain, (d) guru menjelaskan kepada siswa bahwa pelajaran hari ini adalah belajar tentang keanekaragaman jenis media musik tradisional serta senjata tradisional warisan nenek moyang dari berbagai daerah di indonesia. saat berinteraksi dengan siswa diselingi dengan pertanyaan, tanggapan dan pertanyaan siswa, (e) siswa memperhatikan gambar yang ditampilkan guru, (f) siswa mencari informasi tentang alat musik dan senjata tradisional di indonesia dari buku sumber, (g) melalui diskusi, siswa mencari informasi tentang nama-nama alat musik tradisional dan senjata yang ditampilkan oleh guru melalui gambar, (h) guru memfasilitasi peserta didik dalam aktivitas belajar dengan penggunaan sebuah media gambar, (i) siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya tentang lagu dan senjata tradisional di indonesia, (j) guru membimbing siswa dalam berdiskusi, untuk menghasilkan ide, (k) siswa secara berkelompok secara bergiliran maju ke depan kelas untuk menyebutkan nama tarian pada media gambar di papan tulis. hal ini kemudian dilakukan kepada perwakilan masing-masing kelompok, (l) siswa mengerjakan tugas pada lks untuk melatih siswa lebih memahami keanekaragaman alat musik dan senjata tradisional di indonesia dengan bantuan media gambar. siswa dan guru menyimpulkan hasil belajar, (n) siswa dan guru mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang mereka tidak mengerti, (o) guru dan siswa membuat kesimpulan dan memberikan penguatan, dan (p) siswa mengikuti tes formatif untuk mengetahui kemampuan siswa mengapresiasi keragaman bahasa di indonesia yang disampaikan melalui media gambar. 3. pengamatan. peneliti melakukan observasi terhadap aktivitas siswa dengan menggunakan media gambar. pada kegiatan akhir proses pembelajaran dengan melakukan pengamatan dari aktivitas siswa dan kinerja guru yang dilaksanakan oleh observer dengan memakai lembaran sebuah observasi mengenai situasi pada kegiatan pembelajaran. 4. refleksi. dengan melakukan revisi dalam perencanaan tindakan terhadap pembelajaran pada tahap siklus iii dengan membuat keputusan tentang tindakan pembelajaran dengan media gambar. untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar menghargai jenis suku dan jenis budaya di indonesia pada siswa kelas iv sd negeri 25/ii di 2019. adapun ketercapaian yang diperoleh peserta didik dalam setiap siklus terlihat pada beberapa tabel penelitian, yaitu nilai rata-rata 66,66 dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 100. pada siklus ii nilai rata-rata menjadi 78,09 dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 100. pembahasan berdasarkan hasil analisis data, perolehan nilai belajar peserta didik tahap siklus ii dengan kkm 65, yaitu nilai rata-rata menjadi 78,09 dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 100. tabel 1. hasil belajar no kkm 65 menggunakan media gambar tuntas belum tuntas 1. jumlah 1640 18 3 2. rata-rata 78,09 3. nilai tertinggi 100 4. nilai terendah 50 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.216 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.216 1313 dari perolehan rata-rata kelas siswa mampu menyelesaikan hasil kerjanya, hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi aktivitas siswa yang meningkat. siklus i rata-rata nilai yang di peroleh 66.66, siklus ii 71,42% menjadi 78,09 pada siklus ketiga. dari data yang diperoleh, maka diketahui sebuah data dari siklus 1, 2, dan 3 secara menyeluruh dari aktivitas perolehan belajar peserta didik dengan menghargai sebuah jenisjenis kebudayaan sebuah daerah di indonesia pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (ips) mendapatkan peningkatan. peserta didik sudah bisa menyebutkan jenis-jenis suku bangsa, jenis bahasa, jenis-jenis alat musik tradisional dan senjata tradisional. jenis lagu dan tarian daerah, serta jenis rumah adat dan upacara adat dari setiap daerah di seluruh indonesia. selain itu, untuk kinerja guru dari aspek lembar observasi sudah terlihat menunjukkan peningkatan dengan baik. dengan mengunakan sebuah media berupa gambar,bagi peneliti sangat membantu pada saat melakukan penelitian tindakan kelas. untuk memudahkan memotivasi peserta didik untuk berpikir peneliti mencari sebuah metode yang mudah dalam pembelajaran.mengharapkan peserta didik dapat lebih terangsang mengembangkan rasa ingin tahu tentang jenis-jenis kebudayaan dan jenis-jenis ras di indonesia. tentunya dengan mengunakan alat berupa gambar-gambar yang diambil dari media visual atau audio visual, dapat memunculkan ide-ide dalam memahamin suatu hal. simpulan berdasrkan perolehan dari tahap masing-masing siklus pada penelitian tindakan di jenjang sekolah dasar, yaitu pada peserta didik kelas iv sdn 25/ii ma bungo. selama tiga siklus diambil kesimpulan sebagai berikut. a. dengan wahana berupa gambar dari sebuah media baik media visual atau audio visual pada mata pelajaran ilmu pegetahuan social (ips), dengan hasil uji kopetensi dasar yang diperoleh dari materi pembelajaran jenis ras suatu bangsa dan kebudayaan setiap bangsa di daerah, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik di sekolah, terutama di kelas iv sdn 25/ii maura bungo. b. perolehan dari hasil belajar pada masing-masing tahap memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa, yang pada siklus pertama diperoleh rata-rata 66,66% dan siklus ii diperoleh rerataan 71,42% dan pada siklus iii 78,09 %. daftar rujukan amri, amri, dan andi jusman tharihk. “pengembangan perangkat asesmen pembelajaran proyek pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan.” didaktika biologi: jurnal penelitian pendidikan biologi 2, no. 2 (2018): 103–12. arifin, zainal. evaluasi pembelajaran. bandung, 2009. azhar, arsyad. media pembelajaran. jakarta, 2009. badan standar nasional pendidikan. pelajaran ips, t.t. hamalik. proses belajar mengajar. jakarta: bumi aksara, 2001. hutauruk, deswidya s, intan maulina, dan yuni mariani manik. “hasil belajar peserta didik dengan strategi pemberdayaan berpikir melalui pertanyaan (pbmp) di sma negeri 5 medan.” didaktika biologi: jurnal penelitian pendidikan biologi 2, no. 1 (2018): 33–40. https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.216 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.216 1314 machin, achmad. “implementasi pendekatan saintifik, penanaman karakter dan konservasi pada pembelajaran materi pertumbuhan.” jurnal pendidikan ipa indonesia 3, no. 1 (2014). rohani, ahmad. pengelolaan pengajaran. jakarta, 2010. sagala, gagne. “pengertian belajar,” 2011, 17. sanjaya, wina. strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. jakarta: media kencana predana, 2009. https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.216 3. pengamatan. 4. refleksi. vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.145 765 received : 13-02-2021 revised : 26-05-2021 published : 15-06-2021 peningkatan antusias dan hasil belajar siswa dengan metode resitasi dan diskusi pada mapel ppkn purnomo kuncoro sdn larangan 11 banten, indonesia purnomohari07@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan antusias siswa dengan metode resitasi dan diskusi. penelitian ini termasuk penelitian tindakan dengan subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas v sdn larangan 11. hasil penelitian ini adalah adanya 22 siswa yang tuntas belajar dengan persentase 70% pada siklus 1. selain itu, pada siklus 2 terdapat 29 siswa yang tuntas dengan persentase 93%. kata kunci: antusias; hasil belajar; ppkn; resitasi dan diskusi https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.145 mailto:purnomohari07@gmail.com vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.145 766 pendahuluan kegiatan pembelajaran merupakan proses hubungan/ interaksi antara siswa dengan guru di sekolah. guru merupakan pihak yang memanajemen, mengatur , dan pelaksana pembelajaran. tidak salah jika guru disebut sebagai sentral pembelajaran. guru sebagai pelaksana pembelajaran sudah berkewajiban mengelola, mengatur, dan proses pembelajaran. guru jugalah yang berkewajiban mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran. selain tuntutan mengelola dan mengatur kelas, guru juga dituntut untuk membuat pembelajaran semakin menarik, efektif, dan efisien. hal itu bertujuan agar materi ajar yang disampaikan guru lebih dapat membuat siswa senang sehingga menambah motivasi siswa terhadap pembelajaran. apalagi berdasarkan temuan data awal penelitian, peneliti menemukan bahwa sebagian guru masih menggunakan metode ceramah yang dianggap siswa masih membosankan. ada bapak dan ibu guru yang masih cenderung meminta siswa untuk hafalan materi ajar. hal tersebut cenderung menimbulkan sauatu kebosanan di dalam kelas sehingga siswa tidak tertarik dengan mata pelajaran tersebut. peneliti menawarkan metode resitasi dan diskusi guna mengatasi masalah antusias siswa. metode resitasi dapat dipadukan dengan metode diskusi. metode resitasi dapat didefinisikan sebagai cara, teknik, atau metode pembelajaran yang dilakukan dengan pemberian tugas di luar jam pelajaran kepada siswa. menurut ahmadi (1991:118), pelaksanaan tugas tersebut dapat dilakukan siswa di luar jam pelajaran yaitu bisa di perpustakaan, laboratorium, gazebo literasi, dll. metode diskusi adalah bentuk pembelajaran yang melibatkan kelompok kelas baik kelompok kecil atau kelompok besar. diskusi kelompok dapat memberi bermanfaat bagi pemebelajaran di kelas apalagi bagi kelompok kecil karena kegiatan pembelajaran dilaporkan secara keseluruhan. laporan ini dapat lebih bermanfaat untuk siswa karena para siswa dapat saling mengetahui hasil belajar setiap kelompok. siswa dapat memperkirakan hasil kelompoknya dengan kelompok lain, mungkin hasilnya belajarnya sama tetapi diperoleh dengan cara yang berbeda. dengan kata lain, melalui teknik ini pengalaman belajar siswa dalam memahami materi tertentu akan bertambah. surakhmad (1990:114) menjelaskan bahwa teknik resitasi memiliki beberapa fase, yaitu guru memberi tugas, siswa melaksanakan/ mengerjakan tugas, dan siswa melaporkan dan mempertanggungjawabkan tugas tersebut pada guru. menurut surakhmad, teknik resitasi biasa disebut dengan pemberian pekerjaan rumah meskipun sebenarnya metode ini ranah dan ruang lingkupnya lebih luas. jadi, ttekni resitasi tidak hanya sekadar memberi pekerjaan rumah. berdasarkan latar belakang tersebut, diperlukan suatu tindak lanjut guna menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. oleh karena itu, perlu diadakan suatu tindakan berupa pelaksanaan metode resitasi dan diskusi. metode jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah (pts) dengan empat tindakan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan; dan refleksi. jika hasil refleksi penelitian menunjukkan diperlukan tindakan perbaikan atas tindakan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dilanjutkan ke siklus selanjutnya. semua rencana, pelaksanaan, pengawasan, dan refleksi pada siklus satu perlu disempurnakan. dalam rancangan penelitian ptk ini, jika siklus satu tidak berhasil, maka dilakukan siklus dua dengan cara memperbaiki tindakan, misalnya, dengan membuat jadi lebih sederhana materi pembelajaran atau menambah media pembelajaran. jika siklus dua tidak https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.145 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.145 767 terjadi peningkatan, maka siklus tiga perlu disiapkan guna menghilangkan kesulitan dan hambatan dalam pembelajaran. penyelesaian masalah atau solusi tersebut didasarkan pada refleksi pada setiap siklus sebelumnya. penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah (pts) yang menggambarkan teknik/metode pembelajaran dengan resitasi dan diskusi. peneliti juga mendeskripsikan proses dan hasil yang diinginkan dapat tercapai. penelitian dilaksanakan di sdn larangan 11 yang beralamat di jalan haji manuk no. 180 kelurahan larangan utara kec. larangan kota tangerang. penelitian ini menggunakan subjek siswa kelas v sdn larangan 11 tahun ajaran 2019/2020. penelitian ini menggunakan data kuantitatif berupa hasil belajar. penelitian ini menggunakan data kualitatif berupa deskripsikan hasil pengamatan pembelajaran yang dilakukan. kemudian, pembelajaran tersebut dibandingkan dengan pembelajaran yang seharusnya terjadi sesuai dengan dasar teori yang sesuai. teknik pengumpulan data dengan teknik (a) tes dan (2) nontes. alat yang berupa tes terdiri dari lks dan lembar evaluasi. alat yang nontes terdiri dari lembar observasi, pedoman wawancara, dan alat evaluasi berupa draf pertanyaan. lembar observasi mengetahui hasil belajar siswa yang rendah. pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui dan mendeskripsikan latar belakang tentang alasan atau sebab motivasi/antusias dan hasil belajar siswa rendah. terakhir, adanya alat evaluasi yaitu draf pertanyaan digunakan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya kegiatan metode resitasi dan diskusi dalam pembelajaran siswa pada mapel ppkn tema ke 3. penelitian ini menggunakan beberapa langkah dalam proses analisis data. langkahlangkah tersebut antara lain reduksi data, memaparkan data, dan membuat simpulan penelitian. data penelitian yang tidak sesuai dengan ruang lingkup penelitian dapat disisihkan. jika masih dirasa kekurang data, maka peneliti dapat menambah data penelitian sehingga data penelitian sudah dianggap jenuh. hasil dan pembahasan siklus 1 tahap siklus 1 penelitian ini dilakukan pada 15—25 agustus 2019 dan 1—15 september 2019. pada siklus satu ini, pembelajaran sudah menggunakan teknik/metode resitasi dan diskusi. peneliti bertindak sebagai pengamat selama proses pembelajaran. hasil pengamatan dituliskan dalam lembar observasi. berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dapat diketahui bahwa proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus satu belum kondusif. siklus satu pelum sesuai harapan peneliti. hal tersebut dapat dikarenakan siswa belum terbiasa dengan penerapan metode resitasi dan diskusi. oleh karena itu, ketika dalam pembelajaran para siswa masih belum sepenuhnya memahami apa yang harus dilakukannya. secara umum, diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar lebih banyak daripada jumlah siswa ketika pada prasiklus. berdasarkan hasil dari kegiatan siklus pertama, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada tahap siklus pertama motivasi/antusias siswa serta hasil belajar siswa terhadap mapel ppkn siswa kelas v menunjukkan peningkatan positif, yaitu ketuntasan belajar siswa melebihi standar kkm daripada siklus sebelumnya. berdasarkan hasil pengamatan siklus satu proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. selain itu, situasi pembelajaran juga kondusif. dari keseluruhan siswa, terdapat 22 siswa yang mendapatkan nilai lebih dari kkm, https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.145 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.145 768 dengan persentase 70%. dengan demikian, teknik resitasi dan diskusi dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi/antusias siswa. siklus 2 berdasarkan pengamatan pada siklus dua, dapat diketahui bahwa proses belajar mengajar sudah bisa dikatakan berjalan lebih kondusif. selain itu, situasi pembelajaran juga sesuai harapan peneliti. hal itu dapat dilihat dari siswa yang sudah sudah paham dengan penerapan teknik resitasi dan diskusi. dengan demikian, banyak siswa yang sudah memahami tindakan-tindakan apa saja yang perlu dilakukan dalam pembelajaran. hasil penelitian dalam siklus dua ini dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan antusias dan motivasi siswa dalam pembelajaran. hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya 29 siswa yang memperoleh nilai di atas kkm. berdasarkan hasil pengamatan pada siklus dua, penelitian ini dapat diketahui bahwa pada siklus dua ini proses pembelajaran sudah berjalan dengan sangat baik. selain itu, proses belajar dan mengajar juga mengalami peningkatan keaktivan dari pada siklus pertama. hal itu dapat dibuktikan dari keseluruhan siswa, terdapat 29 siswa yang memperoleh nilai di atas kkm. persentase ketuntasan belajar siswa adalah 93%. dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teknik resitasi dan diskusi meningkatkan antusias dan hasil belajar siswa pada mapel ppkn. simpulan berdasarkan penjabaran hasil dan pembahasan penelitian tersebut, maka peneliti dapat mengambil simpulan penelitian sebagai berikut. 1. dengan menggunakan teknik resitasi dan diskusi, maka terjadi peningkatan antusias dan hasil belajar siswa. hal tersebut dibuktikan dengan adanya 22 siswa yang tuntas belajar pada siklus pertama, dengan persentase 70% 2. dengan menggunakan teknik resitasi dan diskusi, maka dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa. hal tersebut dibuktikan dengan adanya 29 siswa yang tuntas belajar pada siklus kedua dengan persentase 93%. daftar rujukan abimanyu, soli. 2008. strategi pembelajaran. jakarta: direktoral jendral pendidikan tinggi depdiknas. dimyati ,dan mudjiono. 2006. belajar dan pembelajaran. jakarta. rineka cipta dan departemen pendidikan dan kebudayaan. mukhlis, abdul. (ed). 2000. penelitian tindakan kelas. makalah panitia pelatihan penulisan karya ilmiah untuk guru-guru se-kabupaten tuban. mohamad surya. 2004. psikologi pembelajaran dan pengajaran. bandung: pustaka bani quraisy. oemar, hamalik. 2003. proses belajar mengajar. jakarta : bumi aksara ratna wilis. 1996. teori-teori belajar. jakarta: erlangga suharsimi arikunto. 2002. prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. jakarta: rineka cipta. surakhman, winarno. 1980. metode pengajaran nasional. bandung: jemmars. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.145 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.166 839 received : 22-04-2021 revised : 07-05-2021 published : 30-06-2021 upaya meningkatkan prestasi belajar pada pembelajaran daring instalasi motor listrik menggunakan lembar kerja peserta didik (lkpd) interaktif titis mukti ratnawati smk wiworotomo purwokerto, indonesia titismukti15@gmail.com abstrak: pembelajaran dalam jaringan atau daring selama masa pandemi sudah tidak asing lagi di dunia pendidikan. pembelajaran ini mutlak dilaksanakan untuk mengurangi tingkat penyebaran virus corona sekaligus membantu menyukseskan program pemerintah. banyak kendala tentunya dalam pembelajaran daring, baik dari segi peserta didik maupun pihak guru. hal ini penulis mengimplementasikan pembelajaran menggunakan e-lkpd liveworksheets pada mata pelajaran instalasi motor listrik (plc) kd 3.12 memahami spesifikasi plc. penelitian ini dilaksanakan pada dua kelas yakni xii titl 1, titl 2 masing-masing kelas dengan jumlah responden 16 siswa dengan menggunakan nstrumen kuisioner dan hasil belajar siswa. berdasarkan penelitian diperoleh peningkatan hasil belajar siswa kelas xii titl 1 mencapai 79 sedangkan kelas xii titl 2 80. sehingga dalam pengguanaan lkpd interaktif ini dapat diimplementasikan pada satuan pendidikan untuk mencapai evalusai hasil belajar siswa sesuai dengan ketuntasan. namun penggunaan liveworksheets ini harus memperhatikan tingkat jaringan internet yang stabil. implementasi penggunaan lkpd interaktif liveworksheet dapat dijadikan media pembelajaran bagi guru dan tenaga pendidik lainnya. kata kunci: prestasi belajar siswa, plc, lkpd interaktif https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.166 mailto:titismukti15@gmail.com vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.166 840 pendahuluan pandemi di indonesia bahkan hampir seluruh dunia bukan suatu hal yang dianggap remeh. pandemi ini mengakibatkan semua sektor mengalami kelumpuhan ekonomi bahkan pendidikan juga terkena dampaknya. covid-19 merupakan suatu virus yang menyerang sistem pernapasan menyebabkan infeksi di paru-paru dan bisa menyebabkan kematian. sampai saat ini kasus yang terpapar virus ini masih tinggi meskipun pihak pemerintah selalu menggaungkan tentang program 3 m dengan harapan masyarakat mematuhi prokes tersebut demi menekan jumlah yang terpapar berkurang. dampak adanya covid-19 di dunia pendidikan menjadikan pembelajaran dalam jaringan (daring) menjadi suatu keharusan agar proses pembelajaran tetap berlangsung dengan baik. pembelajaran daring adalah salah satu model pembelajaran di masa pandemi yang mutlak menggunakan akses internet. sudah tentu dalam pembelajaran daring membutuhkan kesiapan dari berbagai pihak yakni pihak sekolah, peserta didik dan para pemangku jabatan. menurut ayuni et al.(2020) perangkat laptop atau handphone serta paket internet merupakan fasilitas yang diberikan kepada guru dari pihak sekolah, selain itu agar belajar daring berjalan dengan efektif tak lupa pihak orang tua pun mendukung dengan adanya handphone serta paket internet juga . memanfaatkan android dan personal komputer merupakan salah satu penunjang berjalannya belajar daring. menurut syawal.(2021) suatu sistem operasi yang terpasang pada sebuah smartphone yang dapat digunakan untuk menjalankan sebuah aplikasi merupakan pengertian dari android, sedangkan suatu alat elektronik yang dapat digunakan untuk mengolah data dan mencari informasi adalah personal komputer. adanya pandemi ini merupakan eksekusi bagi pelaku teknologi diantaranya peluang bagi industri 4.0, teknologi cyber, otomatisasi dalam pertukaran data, yang semuanya harus berbasis internet of thing (iot). (sutisno & nurdiyanti, 2020). menurut sutisno & nurdiyanti.(2020) eksekusi industri 4.0 pada masa pandemi menuntut tetap stay at home bagi pemangku ilmu pengetahuan, dengan rasio tekanan kerja berkurang 0,5 %. menurut ayuni et al.(2020) terkait dengan hal tersebut penggunaan media ict model interaktif pada pembelajaran daring lebih efektif dan efisien penggunaan bahan ajar yang baik juga menentukan berhasil tidaknya proses pembelajaran. menurut rizki et al.(2018) yang termasuk contoh bahan ajar bisa berupa cetak, audio, audio visual dan interaktif. namun di masa pandemi ini pemanfaatan lkpd cetak tidak bisa dilaksanakan sehingga dalam proses pembelajaran daring menggunakan lkpd yang sifatnya interaktif agar lebih efektif dan efisien karena menggunakan media ict yang familiar dengan nama lkpd interaktif atau e-lkpd. menurut zahroh & yuliani.(2021) bahwa e-lkpd dapat diakses secara mudah baik melalui pc/laptop maupun smartphone. data pada e-lkpd didukung dengan gambar dan video serta pertanyaan pada e-lkpd dapat langsung dijawab seketika oleh peserta didik tanpa harus masuk ke link aktif menuju google form atau sejenisnya dan hasil pengerjaan e-lkpd oleh peserta didik setelah diklik menu “finish” maka akan secara otomatis terkirimkan pada email pendidik. kegiatan pembelajaran dapat dikatakan berhasil bisa dibuktikan dengan adanya tolak ukur yang tertuang dalam sistem penilaian. menurut published & negeri.(2021) kreativitas peserta didik dapat tumbuh jika ditentukan oleh interaksi yang edukatif. seberapa besar prestasi yang diraih merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam suatu pembelajaran. (prasetya, 2021) https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.166 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.166 841 materi instalasi motor listrik tentang plc yang diajarkan pada siswa kelas xii titl 1 dan xii titl 2 di smk dengan target pembelajaran siswa seminimal mungkin pada level menganalisis spesifikasi fungsi dari bagian-bagian plc sehingga setara dengan ketrampilan berpikir kritis. dalam mata pelajaran instalasi motor listrik berkaitan erat dengan pengendalian motor listrik 3 fasa. kendali motor listrik bisa secara manual, semi otomatis dan otomatis terprogram misalnya dengan plc ( programmable logic controlled). motor listrik 3 fasa merupakan jenis motor induksi yang digunakan untuk lingkungan industri.(tohir & assegaf, 2021). dalam pembelajaran instalasi motor listrik untuk kelas xii titl ini lebih fokus kepada pengendalian motor listrik secara otomatis menggunakan plc (programmable logic controlled). berdasarkan hal tersebut peneliti membuat e-lkpd interaktif dengan liveworksheets yang bertujuan untuk mempermudah siswa dalam pembelajaran plc. sebuah media yang mengubah lembar kerja tradisonal menjadi interaktif dan tentu disajikan secara online (mendukung kondisi pembelajaran daring saat ini) merupakan arti dari liveworksheets (fitriani et al., 2021) metode penelitian adalah sebuah tindakan yang dilakukan berdasarkan treatment yang didasarkan pada penggambaran suatu action pada kelas tertentu. menurut imam gunawan .(2013) dengan memahami makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dapat meningkatkan sensivitas terhadap kondisi yang dihadapi. menggunakan langkah pengamatan, wawancara, dan penelaahan dokumen merupakan karakteristik utama dari penelitian kualitatif. (dewantara & e-mail, 2011). menurut sona .(2021) ada dua macam teknik analisis data yaitu teknik kuantitatif dan kualitatif. pada teknik kuantitatif menggunakan pemodelan menggunakan prosentase (%) untuk mengukur tingkat motivasi dan hasil belajar siswa, sedangkan penggunaan gambaran hasil penelitian berupa sajian deskriptif merupakan ciri teknik kualitatif. penulis menggunakan kuisoner .(lindawati, 2016) dalam metode deskriptif kualitatif ini dilakukan dengan kuisioner berupa survei kuisioner menggunakan google form sebagai respon untuk peggunaan e-lkpd sedangkan untuk pengambilan data hasil belajar siswa menggunakan pengisian e-lkpd berbasis liveworksheets. siswa kelas xii titl smk wiworotomo purwokerto dengan jumlah siswa 32 orang adalah subjek dari penelitian ini. hasil belajar plc pada masa pandemi kelas xii titl smk wiworotomo purwokerto mutlak dilakukan secara full daring. pelaksanaan pembelajaran secara daring khususnya untuk mata pelajaran ini bukan suatu hal yang mudah. karena mata pelajaran ini idealnya harus melakukan pembelajaran praktek secara luring. untuk mengatasi permasalahan tersebut, penulis tetap melakukan pembelajaran secara daring dengan bantuan e-lkpd interaktif berupa e-lkpd berbasis liveworksheets. penggunaan e-lkpd interaktif berbasis liveworksheets ketika diterapkan dalam pembelajaran instalasi motor listrik bisa dikatakan efektif dengan pertimbangan sebagai berikut : a) meminimalisir tingkat bertemu antara guru dan siswa di masa pandemi b) memanfaatkan media internet bisa langsung berbagi link c) penilaian hasil belajar siswa secara otomastis dan tersistem https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.166 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.166 842 d) efisiensi waktu hal ini dibuktikan dari respon siswa dalam penggunaan e-lkpd interaktif berbasis liveworksheets dari kuisioner yang penulis bagikan dalam google form sebagai berikut : gambar 1. kuisioner lkpd peneliti memperoleh hasil angket atau kuisioner yang telah didistribusikan kepada peserta didik yang terkait dengan penggunaan e-lkpd liveworksheet mudah digunakan dalam melaksanakan ulangan harian atau evaluasi harian. hal ini menunjukan bahwa penggunaan aplikasi yang memudahkan siswa dan guru mengakses dan mengerjakan suatu test dengan tipe model lkpd yang dihubungkan dengan aplikasi liveworksheet efektif dan efisien untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya dalam metode evaluasi hasil belajar siswa. berdasarkan responden yang mengisi kuisioner berjumlah 32 siswa, diantaranya memperoleh hasil 96.9% siswa menggunaan e-lkpd aplikasi liveworksheet mudah. akan tetapi diantaranya 3.1 % menganggap penggunaan aplikasi tersebut sulit dan masih membutuhkan adaptasi terkait fitur dan perangkat yang digunakan. gambar 2. pengoperasian lkpd https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.166 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.166 843 pada kuisioner menunjukan bahwa dalam pengoperasian liveworksheet sebagai media e-lkpd mudah dalam pengoperasiannya, namun dalam menjalankannya membutuhkan kestabilan sinyal. beberapa siswa terkendala pada jaringan sinyal pada tempat tinggal masingmasing. sehingga berpengaruh pada pengisian dan submit e-lkpd yang membutuhkan waktu yang lama. berdasarkan hasil responden sebesar 96,9% siswa menganggap pengoprasian penggunaan e-lkpd dengan aplikasi liveworksheet mudah. 3.1% siswa menganggap aplikasi tersebut kurang stabil jika diterapkan dalam pembelajaran mengingat tempat tinggal dan stabilitas jaringan atau koneksi internet. gambar 3. petunjuk pengerjaan lkpd penulis telah memberikan instruksi pengerjaan tes atau evaluasi yang dimasukan pada penggunaan e-lkpd dengan aplikasi liveworksheet. sehingga siswa dengan mudah menggunakan dan memahami instruksi yang diberikan penulis dengan baik. berdasarkan hasil yang diperoleh, sebanyak 87,5% mampu memahami instruksi atau petunjuk yang penulis berikan melalui aplikasi tersebut. akan tetapi ada 12,5% siswa masih belum dapat memahami instruksi yang diberikan penulis dengan baik. gambar 4. pemahaman mataeri https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.166 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.166 844 adanya evaluasi ini, siswa diharapkan mampu memahami spesifikasi instalasi motor listrik (plc) yang termasuk dalam kd. 3.12 dan pertanyaan yang berikan penulis sebagai sarana tolak ukur pemahaman siswa pada materi tersebut. berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukan sebanyak 87,5% siswa memahami pembelajaran mengenai instalasi motor listrik (plc) dengan baik dan telah menunjukan peningkatan hasil belajar yang baik berdassarkan penilaian menggunakan e-lkpd liveworksheet. sedangkan, sebanyak 12,5% siswa masih membutuhkan proses memahami materi terkait instalasi motor listrik (plc). gambar 5. kepraktisan lkpd e-lkpd dengan menggunakan liveworksheet praktis dalam penggunaannya, hal ini menunjukan 87,5% siswa mampu dan mudah dalam mengoperasikan dan sangat praktis. sebanyak 12,5% menganggap penggunaan aplikasi e-lkpd liveworksheet tidak stabil dikarenakan koneksi internet. dari kuisioner yang penulis berikan kepada 32 responden siswa kelas xii titl dapat dianalisa bahwa adanya e-lkpd berbasis liveworksheet untuk mata pelajaran instalasi motor listrik bisa dikatakan memudahkan siswa ketika ulangan harian bisa dilihat pada hasil respon diagram lingkaran no 1 hasilnya 96,9 % merespon mudah. untuk pengoperasian dari e-lkpd liveworksheets hasilnya 96,9 % mudah dioperasikan sedang yang 3,1 % ada yang mengalami kendala dari jaringan internet dalam hal ini adalah sinyal internet yang naik turun. untuk petunjuk pengerjaan tiap butir soal, pemahaman materi yang ditanyakan serta kepraktisan penggunaan untuk ulangan harian hasilnya 87,5 % menyatakan bisa dipahami dan bersifat praktis jika digunakan oleh siswa. sedangkan untuk data hasil ulangan harian mata pelajaran instalasi motor listrik menggunakan e-lkpd liveworksheets sebagai berikut : tabel 1. hasil penggunaan e-lkpd liveworksheet (xii titl 1) no siswa nilai 1 responden 1 93 2 responden 2 93 3 responden 3 27 4 responden 4 93 5 responden 5 93 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.166 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.166 845 6 responden 6 80 7 responden 7 80 8 responden 8 80 9 responden 9 100 10 responden 10 80 11 responden 11 80 12 responden 12 53 13 responden 13 80 14 responden 14 80 15 responden 15 80 16 responden 16 67 tabel 2. hasil penggunaan e-lkpd liveworksheet (xii titl 2) no siswa nilai 17 responden 17 80 18 responden 18 53 19 responden 19 47 20 responden 20 80 21 responden 21 67 22 responden 22 87 23 responden 23 60 24 responden 24 93 25 responden 25 93 26 responden 26 93 27 responden 27 80 28 responden 28 87 29 responden 29 67 30 responden 30 93 31 responden 31 100 32 responden 32 93 penggunaan aplikasi liveworksheet menunjukkan bahwa terdapat beberapa siswa memiliki peningkatan hasil belajar. terdapat 1 siswa dalam masing-masing kelas memiliki nilai sempurna (100) namun ada juga yang memperoleh nilai 27 pada kelas xii titl 1. pembahasan hasil belajar pada siswa kelas xii titl 1 dan xii titl 2 menunjukkan adanya peningkatan ketika menggunakan media e-lkpd liveworksheets. adanya media e-lkpd liveworksheets ini memudahkan siswa dalam memahami materi plc hal ini terbukti ketika pelaksanaan ulangan harian menggunakan aplikasi ini ternyata sangat memudahkan siswa dalam memgerjakan apalagi disaat pandemi ini. karena siswa tidak harus datang ke sekolah untuk mengerjakan tetapi bisa diakses dari rumah tinggal mengklik dari link yang sudah dibagikan oleh guru. menurut andriyani et al.(2020) aplikasi liveworkheet merupakan sebuah aplikasi gratis yang disediakan google yang bersifat interaktif dan otomatis yang mempermudah guru dalam hal mengkoreksi hasil pekerjaan siswa, pada aplikasi ini siswa sangat dipermudah dalam penggunaan karena bersifat online sehingga bisa mengerjakan dan mengirim jawaban secara online kepada gurunya. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.166 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.166 846 dalam e-lkpd liveworksheets yang penulis buat didalam tiap butir-butir soal tetap memperhatikan kompetensi dasar yakni kd.3.12 memahami spesifikasi plc. hal ini diperhatikan agar pembahasan pada tiap nomor soal tetap berpedoman pada kd yang dibahas. pembuatan tiap butir soal disesuaikan dengan kemampuan peserta didik dalam kd tersebut, agar peserta didik pada kd tersebut bisa tuntas. cara penggunaan e-lkpd sebagai berikut : 1) peserta didik wajib menggunakan handphone android untuk mengakses link 2) klik link https://www.liveworksheets.com/hs1736616dz 3) setelah klik link maka peserta didik dapat mengerjakan langsung tiap butir soal sesuai dengan petunjuk pada masing-masing soal. 4) jika sudah selesai harap mengklik “ finish “ 5) kemudian kirim jawaban ke email titismukti15@gmail.com 6) hasil pekerjaan akan langsung otomatis terekap. di bawah ini adalah salah satu contoh e-lkpd liveworksheets hasil pekerjaan peserta didik : gambar 6. contoh lkpd pada liveworksheets data siapa nama peserta didik, kelas berapa, waktu mengerjakan, serta berapa hasil yang diperoleh. adanya e-lkpd liveworksheets juga berdampak langsung pada pengkoreksian bagi guru karena nilai yang diperoleh langsung muncul, untuk pengarsipan data tersebut bisa langsung diprint out ataupun dapat disimpan dalam bentuk files pdf. mengevaluasi hasil belajar siswa dengan menggunakan aplikasi liveworksheet terekam https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.166 https://www.liveworksheets.com/hs1736616dz mailto:titismukti15@gmail.com vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.166 847 secara otomatis hasil nilai akan terekap secara individu dan dibubuhi hasil nilai. guru tidak perlu mengoreksi hasil pekerjaan siswa. selain itu penggunaan e-lkpd ini menghadirkan fitur-fitur dalam pengerjaannya, yakni dengan blank parts, matching, dsb. hal ini menjadi lkpd yang mudah disesuaikan dengan konteks soal yang akan diberikan kepada siswa. siswa tidak bosan dan jenuh dengan tipe soal serta pengerjaannya, pasalnya pembelajaran saat pandemi pada sebelumnya penulis hanya menerapkan lkpd konvensional dan menurut penulis tidak efektif dan efisien. selain itu penulis biasanya untuk melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan menggunakan google forms dan tugas konvensional pada lms. simpulan berdasarkan implementasi dari penggunaan e-lkpd liveworksheets sebagai salah satu upaya meningkatkan prestasi pada mata pelajaran instalasi motor listrik kd 3.12 memahami spesifikasi plc, selain itu aplikasi e-lkpd liveworksheets mampu dioperasikan secara mudah, praktis dan disesuaikan dengan jenis tipe soal yang akan dicantumkan oleh guru. sehingga memudahkan guru dalam mengevaluasi tingkat pemahaman siswa pada kd tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan yaitu ketuntasan tiap kompetensi. akan tetapi penggunaan liveworksheets ini pada tingkat koneksi jaringan internet yang stabil. hal ini dapat dijadikan pedoman dan inspirasi metode pengembangan lkpd interaktif bagi guru dan tenaga pendidik lainnya. daftar rujukan andriyani, n., hanafi, y., safitri, i. y. b., & hartini, s. (2020). penerapan model problem based learning berbantuan lkpd live worksheet untuk meningkatkan keaktifan mental siswa pada pembelajaran tematik kelas va. prosiding pendidikan profesi guru, september, 122–130. http://eprints.uad.ac.id/21216/1/12. novi andriyanipgsd %28122-130%29.pdf ayuni, d., marini, t., fauziddin, m., & pahrul, y. (2020). kesiapan guru tk menghadapi pembelajaran daring masa pandemi covid-19. jurnal obsesi : jurnal pendidikan anak usia dini, 5(1), 414. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.579 dewantara, k. h., & e-mail, s. (2011). deskripsi kualitatif sebagai satu metode dalam penelitian pertunjukan. harmonia: journal of arts research and education, 11(2), 173–179. https://doi.org/10.15294/harmonia.v11i2.2210 fitriani, n., hidayah, i. s., & nurfauziah, p. (2021). live worksheet realistic mathematics education berbantuan geogebra : meningkatkan abstraksi matematis siswa smp pada materi segiempat. 5(1), 37–50. imam gunawan. (2013). metode penelitian kualitatif. 1–14. lindawati, s. (2016). penggunaan metode deskriptif kualitatif untuk analisis strategi pengembangan kepariwisataan kota sibolga provinsi sumatera utara. seminar nasional aptikom (semnastikom), hotel lombok raya mataram, 833–837. prasetya, a. e. (2021). meningkatkan hasil pembelajaran online sejarah berbasis media presentasi interaktif. jira: jurnal inovasi dan riset akademik, 2(5), 737–748. https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.136 published, r. r., & negeri, s. s. m. p. (2021). pembelajaran daring melalui media google classroom smp negeri 1 pacet. 2(2), 178–186. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.166 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.166 848 rizki, w., nurmaliah, c., & sarong, m. a. (2018). pemanfaatan lembar kerja peserta didik (lkpd) berbasis problem based learning (pbl) terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi sistem ekskresi manusia di mtsn rukoh kota banda aceh. biotik: jurnal ilmiah biologi teknologi dan kependidikan, 4(2), 136. https://doi.org/10.22373/biotik.v4i2.1081 sona, m. e. r. (2021). peningkatan motivasi dan hasil belajar bahasa arab dengan pembelajaran kontekstual berbasis pemodelan. jira: jurnal inovasi dan riset akademik, 2(2), 202–212. https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 sutisno, a. n., & nurdiyanti, d. (2020). sistem daring pembelajaran jarak jauh sebagai realisasi merdeka belajar di masa pandemi. dwija cendekia: jurnal riset pedagogik, 4(2), 265. https://doi.org/10.20961/jdc.v4i2.45286 syawal, i. (2021). pengembangan modul pembelajaran mikrokontroler berbasis online untuk mahasiswa teknik elektro. 02(01), 1–5. tohir, t., & assegaf, a. (2021). rancang bangun simulator sistem pengasutan start-delta motor induksi 3 fasa dengan model transisi tertutup. jira: jurnal inovasi dan riset akademik, 2(5), 634–642. https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.127 zahroh, d. a., & yuliani. (2021). pengembangan e-lkpd berbasis literasi sains untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis peserta didik pada materi pertumbuhan dan perkembangan. bioedu, 10(3), 605–616. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.166 microsoft word 04-roslina.doc vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.183 952 received : 15-05-2021 revised : 22-06-2021 published : 29-07-2021 meningkatkan hasil belajar peserta d i d i k p a d a pelajaran fisika materi usaha dan energi dengan menerapkan model project based learning roslina hidayati sma negeri 15 surabaya, indonesia linasman15@gmail.com abstrak: keberhasilan suatu kelas dalam kbm tidak lepas dari peran seorang guru, proses belajar mengajar tidak akan terjadi bila tidak ada guru.dengan berbagai teknik, model, dan pendekatan pembelajaran yang ada, semua itu hanya mengindikasikan tingkat dominasi peran guru. dengan metode ceramah, guru meniadi pelaku utama proses pembelajaran. dalam teknik diskusi, guru. berperan sebagai narasumber. dan. saat melakuken pembelajaran mandiri, peran guru sebagai motivator dan sekaligus supervisor kegiatan anak didiknya. penelitian tindakan kela ini. dibuat bertujuan untuk : (1) dengan menerapkan mode~ project based leaming untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan basil belajar fisika pada materi usaha dan energi pada peserta didik kelas x ipa-1, (2) mengetahui langkah-langkah saat proses pembelajaran dengan menerapkan model. project based leaming berhasil membuat semangat belajar fisika pada materi asaha dan energi pada peserta didik kelas x ipa-1 sman 15 surabaya. .jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan penelitian indakan kelas (ptk) yang dilaksanakan dalam 2 siklus masing-masing dalam 4 tahap, yaitu: tahap perencanaan (planning}, pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). instrumen penelitian divalidasi oleh sesama guru fisika di sma negeri 15 surabaya. soal diujikan pada kelas x ipa-1 di sma negeri 15 surabaya untuk diambil data ·penelitiannya. data dianalisis dengan metode kualitatif dan kuantitatif. hasil penelitian adalah (1) menerapkan model project based learning pada materi pokok usaha dan energi dapat rneningkatkan basil belajar fisika peseta didik kelas x ipa-1 di sma negeri 15 surabaya, (2) mengukur beser peningkatan hasil belajar fisika pada materi usaha dan energi rata..rata sebelum tindakan sebesar 39. siklus l nilai test yang didapatkan sebesar 49 dengan kategori kurang dan pada siklus 2 nilai test yang didapatkan sebesar 71,5 dengan kategori cukup, hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan basil belajar dari siklus l ke siklus ii langkah-langkah menerapkan project based leaming yang terdiri dari: pertanyaan essensial, perencanaan, penyusun jadwal, pengawasan, penilaian, dan evaluasi. kata kunci: motivasi; prestasi belajar; belajar f isika; usaha dan energi vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.183 953 pendahuluan proses pembelajaran merupakan suatu sistem. pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk danmemengaruhi proses pembelajaran. namun demikian, komponen yang selamaini dianggap sangat memengaruhi proses pendidikan adalah komponen guru.hal ini memang wajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan peserta didik sebagai subjek dan objek belajar. agar dapat mencapai tujuan pembelajaran sekaligus mengelola kelas agar dapat menjadi sebuah tim yang solid, komunikatif, dan kondusif selama prosespembelajaran. seorang guru diharapkan mampu mengelola pembelajarandengan baik. pembelajaran yang monoton tentunya akan perpengaruh terhadap semangat belajar dan prestasi belajar peserta didik. guru belum memberikan metode pembelajaran fisika yang tepat sesuai materi pelajaran yang akan diajarkan sehingga pemahaman peserta didik terhadap konsep-konsep fisika masih masih kurang. pemilihan strategi dan model pembelajaran yang relevan dengan standar kompetensi juga dapat memacu kemampuan serta minat belajar peserta didik demi tercapainya optimalisasi kualitas pembelajaran (wijanarko et al., 2017). berdasarkan pengalaman mengajar fisika di smk negeri 1 surabaya,ditemukan beberapa kendala pada saat peserta didik menerima pelajaran.misalnya peserta didik cepat bosan saat menerima pelajaran, mudahmengantuk, berbicara dengan teman-temannya di luar materi yang sedangdibahas dalam pembelajaran, peneliti kadang-kadang hanya fokus pada satupeserta didik saja sehingga peserta didik lain merasa terabaikan. disamping itu,peserta didik masih menganggap fisika adalah salah satu mata pelajaran yangdianggap sangat sulit untuk dipelajari karena banyaknya rumus yang harusdipahami. anggapan tersebut dibuktikan dengan pendapat peserta didik bahwapelajaran fisika itu harus menguasai semua rumus dan pelajaran yangmembosankan untuk dipelajari. salah satu penyebabnya karena pembelajaranfisika merupakan pembelajaran konvensional, sehingga peserta didik kurangdapat memahami secara luas materi pelajaran yang diberikan pendidik dan jugapeserta didik kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga kurangmeningkatnya keaktifan, kreatifitas serta keterampilan peserta didik. akibatnya nilai-nilai yang didapatkan saat ujian fisika sangatlah rendah dan di bawahkriteria ketuntasan minimal (kkm). berdasarkan pengalaman tersebut peneliti ingin mencoba metode pembelajaran yang bisa melibatkan pesertadidik lebih dalam pembelajaran sehingga peserta didik menjadi tertarik dalammengikuti pelajaran fisika dan salah satu solusinya dengan menerapkan project based learning dilatarbelakangi oleh teori konstruktivistik yang menyediakan banyak kesempatan bagi peserta didik untuk menciptakan lingkungan belajar yang aktif. materi fisika usaha dan energi merupakan salah satu materi yang diajarkanpada peserta didik kelas x semester 1, ada banyak peristiwa yangberhubungan dengan usaha dan energi dalam kehidupan sehari-hari. berbagai peristiwa tersebut kemudian akan memberikan pertanyaan besar yangmendasari pemikiran peserta didik, mengapa hal itu dapat terjadi dan apa yangterjadi pada benda-benda tersebut. peserta didik dapat diarahkan untuk dapatmenyelesaikan permasalahan dengan merancang sebuah proyek denganmenerapkan prinsip usaha dan energi pada kehidupan sehari-hari. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.183 954 metode penelitian ini melibatkan siswa kelas x ipa dengan jumlah siswa 36 orang. penentuan penelitian pada kelas tersebut adalah sesuai dengan tempat peneliti mengajar. dengan demikian peneliti mengetahui kemampuan maupun karakter dari siswa kelas x ipa-1 tersebut. kelas x ipa-1 merupakan kelas yang kompleksitas prestaslnya, penerimaan siswa disini dari pendaftaran online sesuai dengen ppdb dinas provinsi jatim, jadi ada 4 jalur melalui cara masuk peserta didik, bisa dari jalur prestasi, jalur rnitra warga, jalur regular dan jalur siswa inklusi, jadi intelektual para peserta didik juga bervariasi sesuai dengan jalur masuknya, kondisi di kelas x ipa-1 dapat dikatakan sebagai kelas yang beragam kemampuan peserta didiknya diambil dari urertan berdasarkan abjad dalam absensinya dan seluruh kelas x ipa yang terdiri dari empat kelas. dengan rnerujuk pada kenyataan tersebut, rnaka karakteristik dari kelas x ipa-1 dapat dikatakan kelas yang secara intelegensinya biss dibilang merata, kedisiplinannya, kemampuan nalar, dan pikirnya sangat bervariasi, kritis, dan terlebih dari keluarga yang strata ekonominya bervariasi. penelitian ini dilaksanakan selama 1,5 bulan, sejak pertengahan agusius hingga akhir september, yaitu siklus i pada tanggal 13 dan 20 agustus 2019 sedangkan siklus ii pada tanggal 26 agustus dan 2 september 2019. untuk analisis data dan pembuatan laporan di rencanakan berakhir pada tanggal akhir september 2019. penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (ptk) yang bertujuan meningkatkan hasil belajar fisika dengan menggunakan model pembelajaran pbl metode penelitian ini menunjuk pada penelitian kemmis dan mc. taggan yang mengembangkan penelitiannya berdasarkan konsep yang dikembangkan oleh lewin, dengan disertai beberapa perubahan. menurut kemmis dan mciaggert, masing-masing siklus penelitian ptk terdiri dari empat komponen yaitu pereneanaan, tindakan, observasi, dan refleksi (widayati, 2014). tahapan/langkah-langkah pada siklus i sebagai berikut : 1. perencanaan (planning), merupakan tahap awal setelah diperoleh gambaran umum tentang kondisi, situasi pernbelajaran di kelas, dan lingkungannya dapat dikenali dengan baik. 2. pelaksanaan tindakan (action) yaitu tentng pelaksanaan tindakan merupakan penerapan skenario pembelajaran yang telah direncanakan dan terkendali serta berusaha untuk memperbaiki keadaan. 3. pengamatan (observation) yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu guru sejawat, pengamatan yang dilakukan rneliputi saat proses pernbelajaran berlangsung mengamati aktivitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran fisika pada saat berlangsungnya kegiatan pembelaiaran dengan menggunakan instrument observasi yang telah dibuat dan disiapkan. 4. refleksl tindakan (reflection) tahap ini merupakan tahap menganalisis pada lembar respon peserta didik yang kemudian akan digunakan sebagai refleksi, metode dan langkahlangkah pembelajaran mana saja yang kurang atau sudah dapat meningkatkan hasil belaiar fisika pada materi usaha dan energy dengan model pembelajaran pjbl. hasil observasi dan refleksi digunakan dalam rnenentukan perbaikan pada siklus i. sedangkan pada siklus ii dengan tahapan yang sama, hanya saja terdapat penekanan sebagai perbaikan dari siklus i. data penelitian dapat diperoleh dalam dua kategori, yaitu kualitatif dan kuantitaif. data kualitatif diperoleh dari hasil validasi guru fisika, serta lembar respon peserta didik berupa komentar dan saran untuk bahan perbaikan pada siklus selanjutnya. sedangkan data kuantitatif merupakan data penilaian dari soal pretest dan posttest. indikator keberhasilan dan vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.183 955 kinerja adalah berfokus pada pemilihan variable dengan fokus untuk menjawab permasalahn yang dihadapi dalam proses pembelajaran fisika. keberhasilan penelitian ini dapat dililhat dari dua sisi, yaitu dari sisi pretes dan dari sisi hasil. dari sisi proses keberhasilan penelitian ini dengan penerapan model pembelajaran yang dipiliih sebagai alternalif pemecahan masalah pelajaran dapat dilihat dari adanya perubahan tingkah laku belajar peserta didik yang relevan atau yang positif secara signifkan, seperti meningkamya motivasi belajar peserta didik di kelas, meningkatnya partisipasi belajar peserta didik, meningkatnya keberanian benanya dan berpendapat, meningkamya atensi atau perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran, meningkatnya kemampuan mendengarkan, meningkatnya kreativitas belajar peserta didik, meningkatnya interaksi belajar, dan lain sebagainya. sedangkan keberhasilan dari sisi hasil dapat dilihat dari meningkatnya prestasi hasil belajar peserta didik dan ketuntasan belajar peserta didik secara signifikan sesuai dengan acuan yang telah ditentukan dalam penelitian ini (dwija i wayan, 2020). acuan penialain berupa kkm, yaitu kkm nilai fisika yang ada di smk negeri 1 hanyalah 60, jadi terbilang sangat rendah sekali,sehingga menyesuaikan dengan kriteria yang ada pada umumnya. berikut ini ditetapkan kriteria penilaian hasil penelitian tentang penguasaan materi fisika atau kompetensi dan tentang aktivitas peserta didikdalam proses pembelajaran, sebagai berikut: tabel 1. kriteria penilaian penguasaan materi no niiai kriteria 1 <59 rendah 2 60– 75 cukup 3 76 –85 tinggi 4 86– 100 tinggi sekali tabel 2. kriteria ketuntasan belajar peserta didik no niiai kriteria 1 <60 tidak tuntas (remedi) 2 60 100 tuntas tabel 3. kriteria aktivitas peserta didik yang relevan dengan belajar no nilai/frekuensi kriteria 1 < 59 rendah 2 60–75% cukup 3 76– 85% tinggi 4 86 – 100% tinggi sekali tabel 4. kriteria aktivitas peserta didik yang tidak relevan dengan belajar no nilai/frekuensi kriteria 1 1 –19% rendah sekali 2 20 39% rendah 3 40–59% cukup 4 60–79% tinggi 5 80– 100% tinggi sekali vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.183 956 penelitian ini menggunakan metode ptk bertujuan untuk memperbaikikondisi pembelajaran, dalam hal ini hasil belajar fisika pada materi usaha dan energi siswa kelas x sma negeri 15 surabaya. oleh karena itu, indikator keberhasilan penelitian ini ditandai dengan adanya peningkatan hasil belajarfisika materi usaha dan energi setelah menggunakan model pembelajaran pjbl. indikator keberhasilan lain yaitu dengan terpenuhinya sebagian besarpeserta didik pada batas nilai kriteria kentuntasan minimal (kkm) yang berlakudi sman 15 surabaya,peserta didik dikatakan tuntas dalam pembelajaran fisika jika telah mencapai skor 60. hasil hasil penelitian pada siklus i tentang penilaian soal pre test, yang peneliti amati dan soal post test yang ,enjadi bahan penilaian proses pembelajaran. persentase ketercapaian peserta didik dalam hasil belajar fisika dijabarkan dalam tabel 5 tabel 5. persentase keterangan hasil belajar fisika siklus i jenis test % kp min max reatar pre-test 27 55 41 post test 53 61 57 untuk memperoleh hubungan antara nilai pretest dan post test maka ditambahkan keduanya dan dibagi 2 dan bisa dilihat hasilnya masih kurang memuaskan seperti pada tabel 6 tabel 6. rata-rata nilai pre test dan post test rerata pre test rerata post test (pre test + post test) kriteria 41 57 49 rendah dari tabel di atas bahwa nilai rata-rata test kognitif siklus i terkihat masih jauh dari ekspektasi peneliti dan akan menjadi bahan evaluasi pada siklus ii agar hasilnya dapat lebih baik lagi. sedangkan hasil pada siklus ii dari segi aspek kognitif yaitu yang meliputi pre test dan post test, menunjukkan kemampuan awal mengenahi materi yang akan dipelajari dan post menunjukkan penguasaan konsep fisika yang dikauasi peserta didik setelah tindakan. pada siklus ii, persentase ketercapaian hasil belajar fisika peserta didik dijabarkan dalam tabel 7 sebagai berikut : tabel 7. persentase keterangan hasil belajar fisika siklus i jenis test % kp min max reatar pre-test 56 62 59 post test 68 100 84 maka ditambahkan keduanya dan dibagi 2.dengan hasil seperti pada tabel 8 sebagai berikut : tabel 8. rata-rata nilai pre test dan post test rerata pre test rerata post test (pre test + post test) kriteria 59 84 71,5 cukup vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.183 957 dari tabel 8 terlihat bahwa hubungan antara nilai pre test dan post test sebesar 71,5 dengan kriteria cukup. skor rata-rata pre test sebesar 59 dan post test sebesar 84 dengan kenaikan pre test ke post test sebesar 25 poin, sedangkan peserta didik yang tuntas belajar mencapai 100%. sementara dari segi praktikum, maka dari hasil pengamatan dari aktifitas peserta didik saat mengikuti pelajaran yaitu saat perserta didik mengamti, menyusun hipotesis, melakukan eksperimen, mengklarifikasi data ke dalam tabel, interpelasi data, menyimpulkan, dan mengomunikasikan pada siklus i seperti pada tabel 9. tabel 9. persentase ketercapaian penilaian prosespraktikum no aspek keterampilan proses sains persentase keterampilan proses sains (%) kategori kelompok rat rata 1 2 3 4 5 6 7 8 1. mengamati 90 95 87,5 93,8 87,5 87,5 87,5 87,5 89,5 sangat baik 2. menyusun hipotesis 90 90 87,5 87,5 93,8 87,5 75 81,3 86,6 sangat baik 3. melakukan eksperimen 90 90 87,5 93,8 87,5 81,3 81,3 93,8 88,1 sangat baik 4. mengklasifikasi data ke dalam tabel 90 85 87,5 87,5 87,5 81,3 87,5 75 85,1 baik 5. interpretasi data 70 80 75 100 87,5 87,5 100 93,8 86,7 sangat baik 6. menyimpulkan 75 75 81,3 93,8 87,5 81,3 75 81,3 81,3 baik 7. mengomunikasikan 80 75 100 87,5 68,8 75 75 100 82,6 baik rerata 83,6 84,3 86,6 92,0 85,7 83,0 83,0 87,5 85,7 baik sedangkan hasil dari proses praktikum pada siklus ii seperti pada tabel 10. tabel 10. menunjukkan persentaseketercapaian prosesspraktikum peserta didik no. aspek keterampilan proses sains persentase keterampilan proses sains (%) kate gori kelompok rata rata 1 2 3 4 5 6 7 8 1. mengamati 90 95 87,5 93,8 87,5 87,5 87,5 90 89,5 sangat baik 2. menyusun hipotesis 90 90 87,5 87,5 93,8 87,5 90 81,3 88,4 sangat baik 3. melakukan eksperimen 90 90 87,5 93,8 87,5 81,3 81,3 93,8 88,2 sangat baik 4. mengklasifikasi data ke dalam tabel 90 85 87,5 87,5 87,5 90 87,5 75 86,2 baik 5. interpretasi data 90 80 75 100 87,5 87,5 100 93,8 89,2 sangat baik 6. menyimpulkan 75 75 81,3 93,8 87,5 81,3 90 81,3 83,2 baik 7. mengomnikasikan 80 90 100 87,5 90 75 90 100 89 baik pada akhir proses pembelajaran peneliti dan peserta didik melakukan evaluasi terhadap aktivitas dan basil keria proyek yang sudeh dijalankan. proses evaluasi dilakukan dengan cara peserta didik diminta untuk mengisi lembar respon peserta didik yang berisi tentang ungkapan, perasaan, dan pengalaman peserta didik selama mengikuti proses, pembelajaran vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.183 958 dari lernbar respon peserta didik tersebut diketahui bahwa peserta didik, senang dengan model pembelajaran pjbl yang berupa merancang percobaan. proses evaluasi juga dilakukan penelitian diskusi dengan peserta didik diperoleh bahwa proses pembelajaran pada siklus ii sudah menujukkan penerapan model pembelajaran pjbl dapat meningkatkan hasil belaiar fisika dan keterampilan proses sains peserta didik kelas x ipa-1. pembahasan permasalahan inti dalam proses pembelajaran fisika di kelas x ipa-1 sma negeri 15 surabaya ini adalah aktivitas belajar peserta didik di kelas yang kurang aktif, proses pembelajaran terpusat pada guru (teacher centered) karena guru rnemberikan konsep-konsep pembelajaran fisika secara tekstual, guru jarang mengajak peserta didik untuk melakukan percobaan di karenakan sman 15 peserta didik tidak rnengetahui dari mana konsep-konsep fisika tersebut diperoleh. hasil belajar fisika pesena didik pada ranah kognitif juga masih rendah dibuktikan saat peneliti rnelaksanakan ptk dengan rata-rata nilai ulangan harian peserta didik di bawah kkm dan hanya dua peserta didik yang tuntas belajar. tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fisika dan proses praktikum peserta didik kelas x ipa-1 dengan menggunakan model pembelajaran pjbl walaupun masih dilakukan di dalarn kelas dan untuk mengetahui besar peningkatan hasil belajar fisika dan proses praktikum setelah diberikan model pembelajaran pjbl (jayadiningrat & ati, 2018). sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (ptk) yang terdiri dari beberapa siklus. adapun dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus. siklus i merupakan hasil dari peneliti yang dilaksanakan di awal sedangkan siklus ii berdasarkan hasil refleksi sesudah mengetahui kekurangan dan kelemahan dari penilaiaan awal. dengan menganalisis hasil dari tindakan pada siklus ii, dapat diketahui bahwa pada siklus ini telah terjadi peningkatan hasil belajar fisika peserta didik dari aspek kognitif dan peningkatan keterampilan proses praktik. rerata nilai kognitif (pre test) sebesra 59 telah meningkat dengan post tes sebesar 84 seeta nilai peserta didik yang tuntans belajar mencapai 75%. kedua rata-rata tersebut merupakan nilai tertinggi yang dicapai. tercapainya hasil belajar fisika dan keterampilan proses praktek peserta didik sebagaimana telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran atau tibdakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar fisika dan keterampilan proses praktek. hal ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran pjbl berupa merancang percobaan projek dapat meningkatkan hasil belajar fisika dan proses praktikum peserta didik. simpulan pelaksanaan penelitian telah diupayakan semaksimal mungkin agar sesuai dengan tujuan penelitian, tetapi terdapat keterbatasan dan kelemahan yang tidak dapat dihindarkan. berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di sma negeri 15 surabaya dan pembahasan yang telah dikemukakan maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah peningkatan proses praktikum siklus i ke siklus ii menunjukkan peningkatan motifasi dalam keterampilan proses sains peserta didik dari rata-rata 85,7 dengan kategori baik ke rata-rata 87,7 dengan kategori baik pada siklus ii. sedangkan pada penerapan model pembelajaran project based learning (pjbl) pada materi pokok usaha dan energy dapat meningkatkan hasil belajar fisika dengan proses praktikum siswa kelas x ipa-1 sman 15 surabaya. besar vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.183 959 peningkatan hasil belajar fisika dapat dilihat dari besar nilai kognitif rata-rata sebesar 59 sebelum tindakan menjadi 84 setelah tindakan. dengan demikian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar fisika dari siklus i ke siklus ii daftar rujukan a suhaenah suparno. (2011). membangun kompetensi belajar. direktorat jendralpendidikan tinggi departemen pendidikan nasional. dwija i wayan. (2020). metodologi penelitian pendidikan. yayasan gandhi puri. http://yayasangandhipuri.penerbit.org/index.php/books/article/view/18/17 jayadiningrat, m. g., & ati, e. k. (2018). peningkatan keterampilan memecahkan masalah melalui model pembelajaran problem based learning (pbl) pada mata pelajaran kimia. jurnal pendidikan kimia indonesia, 2(1), 1. https://doi.org/10.23887/jpk.v2i1.14133 muhammad fathurrohman. 2015. model-model pembelajaran inovatif.yogyakarta: ar-ruzz media. widayati, a. (2014). penelitian tindakan kelas. jurnal pendidikan akuntansi indonesia, 6(1), 164. https://doi.org/10.21831/jpai.v6i1.1793 wijanarko, a. g., supardi, k. i., & marwoto, p. (2017). keefektifan model project based learning terbimbing untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar ipa. journal of primary education, 6(2), 120–125. https://doi.org/10.15294/jpe.v6i2.17561 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.168 857 received : 22-04-2021 revised : 27-05-2021 published : 30-06-2021 peningkatan kualitas manajemen umkm dan minat wirausaha mahasiswa melalui pembelajaran project-based learning ali mutasowifin institut pertanian bogor, indonesia alimu@apps.ipb.ac.id abstrak: salah satu pihak yang terdampak hebat oleh pandemi covid-19 adalah usaha mikro, kecil, dan menengah. kondisi ini mengkhawatirkan mengingat mayoritas pelaku usaha di indonesia termasuk ke dalam kelompok ini dan menyerap sebagian besar tenaga kerja. selama ini pun, karena beragam kendala yang dihadapi, menjadikan kinerja umkm masih lemah dan kontribusinya terhadap produk domestik bruto tidaklah sebanding dengan besarnya jumlah maupun tenaga kerja yang diserapnya. dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan, paper ini menawarkan gagasan melalui pembelajaran project-based learning yang memungkinkan mahasiswa, sejalan dengan tuntutan merdeka belajar kampus merdeka, untuk tidak sekedar belajar di kelas namun berkesempatan mengimplementasikan teori-teori yang telah mereka pelajari ke dalam praktik dunia usaha nyata. aktivitas ini diharapkan tidak saja akan mampu memperdalam pemahaman atas teori, memperkaya bekal dalam menjawab tantangan masa depan yang lebih kompleks, serta menumbuhkan minat berwirausaha di kalangan mahasiswa, namun juga sekaligus akan dapat meningkatkan kualitas manajemen usaha di kalangan umkm. kata kunci: umkm; mahasiswa wirausaha; manajemen; project-based learning; mbkm https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.168 mailto:email@domain.com vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.168 858 pendahuluan di tengah industri keuangan yang berkembang pesat, masih terdapat golongan masyarakat yang belum merasakan jasa yang ditawarkan oleh industri keuangan. acapkali diberitakan, misalnya, di beberapa daerah yang dikenal sebagai penghasil sumberdaya alam yang berlimpah, ada penduduk yang membeli kendaraan berharga ratusan juta rupiah dengan membawa berkarung-karung uang tunai. kondisi semacam itu tidak dapat dilepaskan dari rendahnya tingkat literasi keuangan masyarakat. banyak kalangan masyarakat dinilai belum memahami produk-produk yang dikeluarkan oleh pelaku usaha jasa keuangan seperti asuransi, perbankan, perusahaan pembiayaan, pergadaian, pasar modal, dana pensiun, maupun lembaga keuangan mikro. padahal, studi menunjukkan bahwa akses kepada produk-produk tersebut dapat berkontribusi meningkatkan pertumbuhan ekonomi (sahay, 2015). tingkat melek keuangan masyarakat indonesia memang terbilang rendah. survei nasional yang diadakan oleh otoritas jasa keuangan (ojk) pada 2019 tentang literasi keuangan, memang menggambarkan kondisi tersebut. survei yang melibatkan 12.773 responden dari 34 provinsi tersebut dilangsungkan untuk memahami tingkat literasi dan utilisasi sektor jasa keuangan. hasil survei menunjukkan bahwa literasi keuangan masyarakat baru sekitar 38,03% dengan tingkat inklusi berkisar 76,19%. survei tersebut menunjukkan baru 36,12% responden yang memahami jasa perbankan, 19,40% mengerti produk dan jasa asuransi, 17,81% responden memahami jasa pegadaian, 15,17% menguasai lembaga pembiayaan, 14,13% memahami dana pensiun, serta pasar modal yang dimengerti 4,92% responden. pemahaman terendah terjadi di sektor lembaga keuangan mikro yang hanya dipahami 0,85% responden. tingkat pemahaman yang rendah ini menyebabkan rendahnya pula tingkat pemanfaatan produk-produk keuangan, khususnya nonbank, yang tergambarkan pada indeks inklusi keuangan. pada sektor perbankan, indeks inklusi tercatat 73,88%, yang bermakna 73,88% masyarakat telah menggunakan jasa perbankan. sedangkan di sektor perasuransian, hanya 13,15% penduduk yang telah memanfaatkannya. indeks inklusi paling rendah terjadi di sektor lembaga keuangan mikro, karena hanya 0,72% penduduk yang sudah memanfaatkannya. tingkat literasi di kalangan koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah (kumkm) juga rendah, sekitar 40,7% dengan tingkat inklusi 60,62%. padahal, rendahnya literasi keuangan ini menyebabkan terbatasnya permintaan terhadap layanan keuangan, sementara kondisi melek keuangan memungkinkan pengambilan keputusan keuangan lebih baik (cole et al., 2010). kondisi ini memprihatinkan, mengingat kumkm menyimpan potensi dan peran strategis dalam perekonomian nasional. menyitir data kementerian koperasi dan ukm, hingga akhir desember 2019 jumlah koperasi aktif di indonesia mencapai 123.048 unit dengan total anggota berjumlah 22.463.738 orang. sementara jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (umkm) diperkirakan mencapai 65,465 juta unit atau sekitar 99,99% dari keseluruhan unit usaha yang ada. keberadaan koperasi dan umkm yang sangat besar dan menyebar ke seluruh penjuru negeri merupakan bukti kekukuhan ekonomi riil dalam struktur pelaku ekonomi nasional. umkm di indonesia juga menyerap sangat banyak tenaga kerja, hingga 119,562 juta jiwa, atau berkisar 96,92% dari seluruh tenaga kerja. angka ini jauh di atas rata-rata tingkat penyerapan tenaga kerja oleh umkm secara global yang hanya mencapai 70% (gonzales, 2015). besarnya tingkat penyerapan tenaga kerja ini menyumbang kontribusi signifikan https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.168 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.168 859 terhadap penciptaan stabilitas pasar tenaga kerja, mendorong lahirnya wirausaha baru, sekaligus menurunkan tingkat pengangguran. selain kiprah di dalam negeri, umkm juga berperan memperkuat ekspor nonmigas nasional, dengan menyumbang kontribusi sebesar rp 339.190,5 miliar, atau 15,65% dari total ekspor nonmigas nasional. hal ini juga menunjukkan kemampuan dan daya saing umkm dalam perdagangan internasional. walaupun memegang posisi dan peran penting dalam perekonomian nasional, namun kondisi keseluruhan koperasi dan umkm masih lemah dan memprihatinkan. padahal, sejalan dengan amanat konstitusi, di antara tujuan nasional yang ingin digapai adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, yang dalam bidang ekonomi seharusnyalah dimaknai mendahulukan kemakmuran masyarakat dibandingkan kemakmuran orang seorang. pembangunan ekonomi, dengan demikian selayaknya ditujukan pada ikhtiar mewujudkan demokrasi ekonomi, melalui pemberdayaan koperasi dan umkm. lemahnya umkm, misalnya dapat ditilik dari kebijakan kredit dan pembiayaan. data statistik perbankan indonesia menunjukkan bahwa dari total kredit perbankan, yang disalurkan pada sektor umkm tidak pernah melebihi 20%. hal ini terasa tidak adil jika mengingat sektor umkm berkontribusi sebanyak 60,51% dari produk domestik bruto. menyitir data otoritas jasa keuangan (ojk), kredit perbankan yang disalurkan kepada umkm yang bankable memang terus tumbuh, meski persentasenya masih rendah. porsi kredit umkm ini diperkirakan akan membesar sejalan dengan peraturan bank indonesia (bi) nomor 17/12/pbi/2015 yang mewajibkan bank-bank umum untuk meningkatkan porsi kredit umkmnya secara bertahap, yakni sebesar 5% pada 2015, 10% pada 2016, 15% pada 2017, dan 20% pada 2018. apalagi pemerintah telah mencanangkan target bahwa pada 2024 kredit untuk umkm akan mencapai 30% dari total kredit yang disalurkan perbankan nasional. sumber: beritagar.id gambar 1. kredit umkm terhadap total kredit perbankan https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.168 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.168 860 tak dapat dimungkiri, covid-19 memukul telak pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (umkm). beragam pembatasan mobilitas yang diberlakukan di banyak wilayah guna mencegah meluasnya pandemi telah menutup kesempatan umkm untuk menjalankan usahanya. sayangnya, perkembangan teknologi, yang bisa menyiasati pelbagai pembatasan itu pun belum mampu dioptimalkan karena keterbatasan pengetahuan, sarana, dan prasarana yang dimiliki. sementara itu, di sisi lain, perguruan tinggi memiliki sumberdaya manusia dan sumber daya pengetahuan dalam jumlah yang memadai untuk membantu meningkatkan kualitas umkm, baik dari sisi manajemen usaha maupun kapabilitas teknologi informasi. gagasan strategi pembelajaran melalui project-based learning diharapkan dapat menjadi sarana umkm untuk meningkatkan kapasitas usaha, sekaligus pada saat yang sama memperdalam kecakapan mahasiswa serta memperkuat kesiapan mereka dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks saat mereka lulus kelak. metode artikel ini mendasarkan pada penelitian pengembangan atau research and development (r&d), yakni upaya atau kegiatan untuk pengembangan sebuah produk secara efektif untuk digunakan sekolah, dan bukan dalam rangka menguji sebuah teori (gay, 1990). santyasa (2009) mengemukakan 4 karateristik penelitian dan pengembangan, yang meliputi: 1. masalah yang hendak dicarikan solusi bersifat riil, terkait inovasi atau penerapan teknologi dalam proses pembelajaran sebagai pertanggungjawaban profesional dalam peningkatan kualitas pembelajaran. 2. pengembangan pola, pendekatan dan metode pembelajaran serta media pembelajaran yang menunjang efektifitas pencapaian kompetensi siswa. 3. proses pengembangan produk, pelaksanaan validasi melalui uji ahli, serta uji coba lapangan secara terbatas agar produk yang dihasilkan berguna dalam peningkatan kualitas pembelajaran. 4. proses pengembangan pola, pendekatan, metode, modul, serta media pembelajaran yang didokumentasikan dengan baik serta dilaporkan dengan sistematis menuruti kaidah penelitian yang mengedepankan orisinalitas. sedangkan akker (1999), mengajukan 4 tahap penelitian dan pengembangan yang biasa diterapkan dalam dunia pendidikan, yakni tahap pemeriksaan pendahuluan, penyesuaian teoritis, uji empiris, serta dokumentasi, analisis dan refleksi, yang bisa digambarkan sebagai berikut: https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.168 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.168 861 gambar 2. model tahapan penelitian dan pengembangan diskusi berdasarkan data kementerian pendidikan dan kebudayaan, saat ini terdapat 4.611 perguruan tinggi di seluruh indonesia, dengan 36.169 program studi, yang menjadi wadah 291.628 dosen serta tempat mendidik 8.801.262 mahasiswa. bila dihitung terhadap populasi penduduk berusia 19-23 tahun, maka pada 2019 angka partisipasi kasarnya tercatat 35,69% (kemenristekdikti, 2019). meskipun keadaan ini masih jauh di bawah capaian negara-negara maju, namun para mahasiswa ini sesungguhnya memiliki potensi besar yang diharapkan dapat mengurangi financial illiteracy di kalangan masyarakat, khususnya umkm. selama ini, para mahasiswa perguruan tinggi, misalnya yang berada di bawah fakultas ekonomi (atau sebutan lainnya yang sejenis), mempelajari banyak mata kuliah yang membekali mereka dengan pengetahuan di bidang akuntansi, manajemen keuangan, manajemen lembaga keuangan, manajemen risiko, serta mata kuliah-mata kuliah lain yang berkaitan. demikian juga mereka yang berasal dari program studi lain, seperti matematika atau statistika, yang telah dibekali dengan beragam mata kuliah yang terkait dengan aktuaria. atau mahasiswa ilmu komputer yang tentu cakap membuat program atau memanfaatkan aplikasi komputer. sayangnya, mereka tidak memiliki kesempatan untuk membaktikan atau membuktikan pengetahuan yang mereka miliki tersebut, kecuali saat menempuh ujian tengah dan akhir semester. sebenarnya, selama ini beberapa perguruan tinggi telah melakukan beragam upaya untuk membantu para mahasiswanya, misalnya melalui program magang atau membantu lulusan memperoleh pekerjaan. namun, seperti dikemukakan oleh alonso dan o’neill (2011), tidak banyak yang melihat cara-cara yang potensial bagi perguruan tinggi dalam membantu kegiatan operasional. kegiatan-kegiatan yang selama ini telah diselenggarakan juga kurang mengoptimalkan pengetahuan dan kompetensi mahasiswa dalam membantu menyelesaikan persoalan-persoalan yang ditemui masyarakat. kondisi ini disadari oleh kementerian pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi yang kemudian memperkenalkan kebijakan anyar di bidang pendidikan tinggi yang diberi nama program “merdeka belajar – kampus merdeka (mbkm)”. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.168 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.168 862 program mbkm menawarkan kesempatan kepada mahasiswa guna memperoleh pengalaman belajar yang lebih luas serta kompetensi baru lewat beragam kegiatan pembelajaran di luar program studi asal, dengan harapan kelak mampu mengantarkan lulusan yang siap menghadapi tantangan kehidupan yang semakin kompleks (kemdikbud, 2020). salah satu yang didorong adalah penerapan model pembelajaran melalui project-based learning. umkm merupakan salah satu tempat yang sesuai untuk penerapan project-based learning. salah satu persoalan yang dihadapi oleh umkm adalah buruknya manajemen usaha. lemahnya manajemen umkm ini berdampak pada banyak hal, seperti menghambat akses pembiayaan dari perbankan atau memanfaatkan bantuan pendanaan dari pemerintah. apatah lagi akses pembiayaan dari lembaga-lembaga keuangan yang lain. seperti kita ketahui, perbankan cenderung menggunakan saluran tradisional dalam menyalurkan kredit atau pembiayaan, serta menetapkan persyaratan yang ketat dalam menentukan kelayakan penyaluran dana. misalnya, umkm banyak menemui kendala terkait terbatasnya jumlah kredit, banyaknya dokumen yang harus disiapkan, besarnya agunan yang harus disediakan, serta tingginya suku bunga (marston, 2015). akibatnya, banyak pengusaha kelas umkm sulit mendapatkan kesempatan untuk memperolehnya. survei yang dilakukan sahay (2015) menunjukkan bahwa umkm menghadapi kendala dalam memperoleh kredit 10% lebih banyak dibandingkan usaha berskala besar. guna mengatasi hal ini, dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas manajemen, sehingga umkm mampu naik kelas menjadi bankable. mahasiswa dapat mengambil peran memperbaiki kualitas manajemen umkm dengan menjadi semacam konsultan bagi umkm. perguruan tinggi mempersiapkan mahasiswa dan membagi mereka kedalam kelompok-kelompok kecil. setiap kelompok kecil beranggotakan empat atau lima mahasiswa dengan keahlian atau peminatan yang beragam, seperti keuangan, pemasaran, produksi, dan sumberdaya manusia, matematika/statistika dan komputer. setiap kelompok ini kemudian ditugaskan ke umkm di seputar wilayah kampus atau ke daerah lain yang memungkinkan. selama jangka waktu tertentu, setiap kelompok diminta mempelajari permasalahan yang dihadapi oleh umkm tersebut dan kemudian menawarkan solusi cara-cara memperbaikinya. misalnya, salah satu kelemahan utama yang lazim ditemui pada umkm adalah lemahnya kemampuan dan keterampilan manajer dan staf, sehingga berakibat kepada buruknya manajemen keuangan (gonzales, 2015). mereka tidak terbiasa mencatat transaksi keuangan yang dilakukan, sehingga menyulitkan pembuatan laporan keuangan. padahal, laporan keuangan yang baik merupakan salah satu prasyarat penting dalam penilaian kelayakan pemberian kredit atau pembiayaan oleh perbankan atau lembaga pembiayaan lainnya. di sinilah kelompok mahasiswa yang ditugaskan mendampingi umkm dapat memberikan kontribusi penting. para mahasiswa yang telah memiliki bekal pengetahuan di bangku kuliah mengenai akuntansi dan manajemen keuangan dapat memberikan pemahaman kepada pengelola umkm tentang seluk beluk manajemen keuangan. misalkan, bagaimana memilah dan menganalisis transaksi, mencatat transaksi, hingga menyusun dan menyajikan laporan keuangan. para mahasiswa juga dapat membantu menganalisis kondisi keuangan umkm, misalkan berapa banyak kebutuhan tambahan modal serta sumber-sumber pendanaan yang tersedia, serta kemampuan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut nantinya. apabila memungkinkan, para mahasiswa konsultan ini dapat mendampingi umkm hingga berhasil memperoleh https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.168 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.168 863 pembiayaan dari perbankan, pegadaian, perusahaan pembiayaan atau sumber-sumber pembiayaan lainnya. demikian pula berkaitan dengan pengelolaan risiko yang masih merupakan masalah yang sering diabaikan oleh umkm. padahal, kemampuan mengelola risiko dengan baik akan memungkinkan umkm untuk dapat meningkatkan kapasitas usaha serta menghindarkan diri dari kemungkinan kerugian yang dapat mengancam keberlangsungan usaha. menghadapi permasalahan ini, para mahasiswa yang berasal dari program studi matematika/statistika/ keuangan tentu memiliki kemampuan memadai untuk memberikan gambaran analisis biayamanfaat (cost-benefit analysis) pemanfaatan asuransi oleh umkm. selain itu, salah satu kendala penetrasi industri asuransi adalah ketiadaan produk asuransi yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat. menjawab permasalahan ini, belum lama ini industri asuransi menawarkan asuransi mikro. melalui program ini, asuransi mikro berpeluang untuk dipasarkan dengan baik oleh mahasiswa yang berperan sebagai konsultan. hal serupa dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan minat umkm terhadap peran dan manfaat dana pensiun bagi perkembangan usaha. selama ini, dana pensiun lebih populer dan dianggap hanya dibutuhkan oleh usaha berskala besar, namun jarang memperoleh perhatian dari umkm. keikutsertaan umkm pada dana pensiun akan memberikan dampak positif terhadap rekrutmen dan motivasi karyawan dalam bekerja, sehingga diharapkan akan berdampak pula pada peningkatan produktivitas usaha (terry dan white, 1997). hal ini penting dilakukan, karena produktivitas yang rendah biasanya juga berarti upah yang lebih rendah dan kondisi kerja yang buruk (gonzales, 2015). para mahasiswa juga berkesempatan untuk membantu umkm menyusun business plan. penyusunan business plan yang baik akan memungkinkan umkm memiliki peta jalan dalam pengembangan usahanya, termasuk kebutuhan tambahan dana yang diperlukan untuk pengembangan usaha. saat ini, umkm juga dituntut untuk mampu memanfaatkan kecanggihan internet guna mendukung perkembangan usaha, misalnya menjangkau pasar lebih luas memanfaatkan pemasaran lewat internet. dengan kemampuan yang dimiliki, mahasiswa dapat membantu umkm untuk melek internet serta membimbing mereka bagaimana mendayagunakan internet untuk membantu mengembangkan usaha. meskipun para mahasiswa telah memperoleh pengetahuan tentang materi yang akan disampaikan kepada umkm melalui perkuliahan, akan lebih berhasil guna jika sebelum mahasiswa turun ke lapangan, pelaku usaha jasa keuangan dapat memberikan tambahan bekal guna memperdalam pengetahuan para mahasiswa. hal ini sekaligus dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan perkembangan state of the art industri jasa keuangan, termasuk produk-produk baru yang ditawarkan. mengirimkan mahasiswa ke umkm di berbagai wilayah, tentu memerlukan pendanaan. pendanaan juga diperlukan untuk membuat buku panduan atau bahan penjelas materi untuk disampaikan kepada para pengelola umkm. untuk itu, perguruan tinggi dapat menjalin kerjasama dengan pelaku usaha jasa keuangan. pelaku usaha jasa keuangan dapat mendanai kegiatan ini dengan dana operasional, misalnya sebagai bagian dari beban pemasaran, maupun memasukkannya sebagai bagian dari corporate social responsibility atau program kemitraan dan bina lingkungan. yang juga tidak boleh dilupakan adalah keberlanjutan program (sustainability), sehingga perlu dijadwalkan tahapan monitoring dan evaluasi, berupa kunjungan berikutnya setelah masa pendampingan berakhir, guna memantau perkembangan umkm tersebut. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.168 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.168 864 kegiatan ini dapat merupakan bagian terstruktur dari perkuliahan, pada mata kuliah yang relevan. dengan demikian, diperlukan penjadwalan, pendampingan, laporan, dan penilaian. penilaian terhadap mahasiswa dapat merupakan kombinasi antara kegiatan mahasiswa saat program berlangsung, laporan, presentasi, serta penilaian yang diberikan oleh pemilik/manajer umkm. sumber penilaian dapat beragam. dumouchel (2010), misalnya, menawarkan sumber evaluasi beserta persentasenya: jurnal yang dibuat oleh mahasiswa (15%); partisipasi, dukungan dan umpan balik kawan sekelompok (10%); laporan 1: proposal projek klien (10%); kontrak klien (5%); laporan 2: laporan antara—kemajuan dan telaah pustaka (15%); laporan 3: penulisan akhir tentang apa saja yang telah dilakukan (25%); presentasi kelas tentang laporan akhir dan pengalaman konsultasi (10%); penilaian klien tentang kinerja, motivasi, dan sikap mahasiswa. gambar 3. kerangka pelaksanaan project-based learning di umkm gambaran tentang kerangka kerjasama antara pelaku usaha jasa keuangan, perguruan tinggi, serta kumkm dapat dilihat pada gambar 3, di mana ketika mahasiswa masuk ke dalam umkm tidak saja diharapkan dapat mengatasi masalah yang ada namun juga mampu menawarkan pengembangan umkm tersebut. simpulan tantangan di masa depan yang berubah dengan sangat cepat membutuhkan antisipasi yang berlainan dengan yang telah kita lakukan sebelumnya. memenuhi harapan program merdeka belajar kampus merdeka, perlu dirancang model pembelajaran yang lebih memungkinkan mahasiswa untuk terlibat lebih erat dengan permasalahan nyata yang ada di masyarakat. salah satu yang selaras dengan itu adalah model pembelajaran project-based learning. potensi besar yang dimiliki dunia pendidikan tinggi sangat sesuai untuk dipertemukan dengan kondisi umkm yang memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. dengan menerapkan pembelajaran project-based learning tidak saja membuat mahasiswa memiliki https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.168 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.168 865 kesempatan memahami lebih baik penerapan teori yang telah dipelajari, namun juga berkesempatan berkontribusi dalam meningkatkan kualitas manajemen umkm. selain itu, model pembelajaran semacam ini juga diharapkan mampu menumbuhkembangkan minat mahasiswa untuk berwirausaha sehingga pada akhirnya dapat mendorong kemajuan ekonomi bangsa. daftar rujukan akker j., et.al. (2006). educational design research. london and new york: routledge. alonso, a.d. and m.a. o’neill. (2011). can universities assist small hospitality enterprises? the operators’ view. journal of foodservice business research. vol. 14, no. 1, pp. 5367. beritagar. (2021). https://lokadata.beritagar.id/chart/preview/kredit-umkm-terhadap-totalkredit-perbankan-2013-2020-1611816269 cole, s., t. sampson, b. zia. (2010). prices or knowledge? what drives demand for financial services in emerging markets? working paper 09-117. dumouchel, l. (2010). knowledge transfer and relationship building among students, the small business community, and the university. proceedings of international conference on intellectual capital, knowledge management & organizational learning. pp. 154-160. gay, l.r. (1991). educational evaluation and measurement: competencies for analysis and application. second edition. new york: macmillan publishing company. gonzales, a. (2015). how small companies can change the world. diperoleh 23 november 2015 dari https://agenda.weforum.org/2015/10/how-small-companies-can-change-theworld/ hastings, j.s., b.c. madrian, dan w.l. skimmyhorn. (2012). financial literacy, financial education and economic outcomes. working paper 18412. international bank for reconstruction and development/the world bank. (2014). global financial development report 2014: financial inclusion. washington dc 20433. kementerian pendidikan dan kebudayaan. (2020). panduan penyusunan kurikulum pendidikan tinggi di era industri 4.0 untuk mendukung merdeka belajar kampus merdeka. jakarta: direktorat jenderal pendidikan tinggi kementerian pendidikan dan kebudayaan. kementerian riset, teknologi, dan pendidikan tinggi. (2019). statistik pendidikan tinggi tahun 2019. jakarta: pusat data dan informasi iptek dikti. marston, d. (2015). how to bolster financial inclusion. diperoleh 24 november 2015 dari https://agenda.weforum.org/2015/01/how-to-bolster-financial-inclusion/ sahay, r. (2015). does access to financial services improve living standards? diperoleh 23 november 2015 dari https://agenda.weforum.org/2015/09/ does-access-to-financialservices-improve-living-standards/ santyasa, i.w. (2009). metode penelitian pengembangan & teori pengembangan modul. makalah disajikan dalam pelatihan bagi para guru tk, sd, smp, sma, dan smk tanggal 12-14 januari 2009, di kecamatan nusa penida kabupaten klungkung terry, n.g. and p.j. white. (1997). the role of pension schemes in recruitment and motivation: some survey evidence. employee relations, vol. 19 iss: 2, pp.160 – 175. yates, d.a. and c. ward. (2009). increasing student engagement through community organization partnerships. business education innovation journal. vol. 1, no. 2, pp. 2230. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.168 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.218 1322 received : 23-06-2021 revised : 17-07-2021 published : 29-08-2021 meningkatkan hasil belajar ipa melalui model pembelajaran flipped classroom terintegrasi portal rumah belajar untuk siswa sd supriyatni sdn 6 lubuk besar, indonesia priskilaupy@gmail.com abstrak: sd negeri 6 lubuk besar merupakan sekolah dasar yang berlokasi di kabupaten bangka tengah. keberadaan sekolah ini berada pada wilayah kecamatan mayoritas peserta didiknya berasal dari masyarakat desa di sekitar wilayah sekolah berada. masyarakat desanya pun memiliki mata pencaharian yang homogen karena mayoritas orang tua dari peserta didik bermata pencaharian sebagai nelayan,pekebun dan penambang timah konvensional. selain struktur mata pencaharian yang homogen, rata-rata latar belakang pendidikan orang tua dari peserta didik di sdn 6 lubuk besar adalah tamatan sd dan smp. kondisi ini membawa pengaruh kepada motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik yang cenderung rendah. penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ekonomi bagi siswa sdn 6 lubuk besar dengan menerapkan model pembelajaran flipped classroom berbasis portal rumah belajar. melalui inovasi dalam model pembelajaran di kelas diharapkan peserta didik di sdn 6 lubuk besar tumbuh motivasi belajarnya yang kemudian akan berpengaruh kepada hasil belajar peserta didik khususnya untuk mata pelajaran ipa. kata kunci: rumah belajar; flipped classroom; ipa https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.218 mailto:priskilaupy@gmail.com vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.218 1323 pendahuluan dewasa ini telah pandemi covid-19 telah melanda kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. namun perkembangan teknologi revolusi industri 4.0 tetap tidak dapat dihindari.termasuk di dalamnya terjadi dalam dunia pendidikan. revolusi 4.0 mengakibatkan terjadinya perubahan secara cepat, di mana industri mulai menyentuh semua sendi kehidupan manusia yang menghubungkan antara manusia, mesin dan data melalui internet dan digitalisasi. dalam dunia pendidikan di indonesia, tantangan dalam revolusi 4.0 tidak dapat dihindari lagi kedatangannya. kemudahan dalam mengakses data, menghubungkan manusia walau berbeda jarak dan waktu semua terkoneksi melalui teknologi digital. perubahan ini juga mengakibatkan terjadinya perubahan dalam proses pembelajaran, di mana pembelajaran sudah memanfaatkan sistem informasi digital. kondisi ini membuat pembelajaran tidak lagi berbatas kepada ruang dan waktu., dan tidak lagi berpusat pada guru sebagaimana pembelajaran konvensional. pembelajaran adalah suatu sistem yang menunjukkan interaksi antara pendidik dan peserta didik yang dirancang sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa. pembelajaran di kelas pada umumnya menunjukkan bagaimana proses belajar dan mengajar antara peserta didik dan pendidik yang terjadi di dalam kelas. ketika terjadi revolusi 4.0, maka pembelajaran mengalami pergeseran makna yang lebih luas di mana akses peserta didik untuk belajar tidak hanya bersumber kepada pendidik tetapi sangat luas jangkauannya oleh keberadaan teknologi sehingga tidak ada lagi batasan waktu dan tempat bagi peserta didik untuk belajar. menurut yasmin (2009), tujuan pembelajaran adalah mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. aspek kognitif adalah ranah pembelajaran yang terkait pada hasil belajar intelektual, aspek afektif berkaitan dengan sikap peserta didik dalam pembelajaran, dan aspek psikomotorik berkaitan dengan kemampuan peserta didik berketerampilan dan berkemampuan. guru harus mampu menempatkan diri sebagai pendidik yang memiliki keterampilan berteknologi dalam menghadapi perubahan pembelajaran berbasis informasi digital, tetapi juga harus mampu menjadi seorang pendidik yang berkarakter yang dapat menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. sd negeri 6 lubuk besar merupakan sekolah dasar yang berlokasi di kabupaten bangka tengah. keberadaan sekolah ini berada pada wilayah kecamatan mayoritas peserta didiknya berasal dari masyarakat desa di sekitar wilayah sekolah berada. masyarakat desanya pun memiliki mata pencaharian yang homogen karena mayoritas orang tua dari peserta didik bermata pencaharian sebagai nelayan,pekebun dan penambang timah konvensional. selain struktur mata pencaharian yang homogen, rata-rata latar belakang pendidikan orang tua dari peserta didik di sdn 6 lubuk besar adalah tamatan sd dan smp. kondisi ini membawa pengaruh kepada motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik yang cenderung rendah. selain itu, dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0., sdn 6 lubuk besar memiliki keterbatasan dalam sarana dan prasarana. keterbatasan sarana tik di sekolah seperti tidak adanya perangkat komputer untuk siswa mengakibatkan siswa tidak bisa dalam memanfaatkan teknologi komputer disekolah. akses internet yang digunakan peserta dalam kegiatan belajar masih sangat rendah. kepemilikan gawai dengan koneksi internet lebih banyak digunakan peserta didik untuk bersosial media atau bermain game. selain faktor keterbatasan sarana dan prasarana, peran tenaga pendidik di sdn 6 lubuk besar belum optimal dalam memanfaatkan tik dalam kegiatan pembelajaran. pemanfaatan tik masih sebatas pada pengolahan nilai raport dan minimal beberapa sudah mulai https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.218 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.218 1324 menggunakan proyektor di kelas pada saat kegiatan pembelajaran. peneliti merupakan guru kelas di sdn 6 lubuk besar pada awalnya merasa tertarik untuk memanfaatkan tik dalam kegiatan pembelajaran. ketertarikan ini semakin kuat dengan didukung atas ikut serta nya peneliti dalam kegiatan diklat pembatik dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh pusdatin kemdikbud dengan portal rumah belajar melalui laman https://simpatik.belajar.kemdikbud.go.id rumah belajar adalah sebuah portal yang dikembangkan kementerian pendidikan dan kebudayaan melalui pusdatin yang berisi pembelajaran berbasis tik online yang dapat diakses seluruh masyarakat tanpa dipungut biaya. salah satu fitur utama dalam rumah belajar yang dapat dijadikan bahan untuk model pembelajaran flipped classroom adalah fitur sumber belajar. fitur ini dapat menjadi sarana pembelajaran yang tidak berbatas ruang dan waktu. peserta didik dapat belajar di mana, saja, kapan saja dan dengan siapa saja. dengan berbekal ilmu yang didapat saat mengikuti kegiatan bimtek pembelajaran berbasis tik, peneliti mencoba menerapkan sebuah model pembelajaran flipped classroom yang berbasis portal rumah belajar. adapun model pembelajaran flipped classroom merupakan model pembelajaran di mana peserta didik mempelajari materi atau konten di luar kelas atau di rumah secara mandiri melalui internet kemudian melakukan diskusi atau active learning di kelas. guru mengarahkan peserta didik untuk belajar menggunakan portal rumah belajar dengan menggunakan fitur sumber belajar sehingga peserta didik lebih memanfaatkan gawai dan koneksi internetnya untuk kegiatan belajar di rumah. oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk melakukan sebuah penelitian mengenai penerapan model pembelajaran flipped classroom berbasis portal rumah belajar terhadap peningkatan hasil belajar ipa peserta didik di sdn 6 lubuk besar konsep dari flipped classsroom pada dasarnya berasal dari universitas harvard pada tahun 1990 di mana eric mazur (1991) menyatukan pembelajaran berbasis komputer untuk menuntun mahasiswa kelas fisika nya belajar di luar kelas. flipped classroom merupakan suatu cara yang dapat diberikan pendidik dengan meminimalkan jumlah intruksi langsung dalam praktik mengajar sambil memaksimalkan interaksi satu sama lain (johnson: 2013). flipped classroom merupakan metode pembelajaran terbalik di mana pembelajaran yang seharusnya dilakukan di kelas, maka dilaksanakan oleh peserta didik di rumah. misalnya dengan menonton video pembelajaran terkait materi, membaca modul terkait materi di rumah kemudian ketika di kelas peserta didik dapat lebih interaktif dalam berdiskusi terkait materi yang telah dipelajari di rumah. dalam melaksanakan pembelajaran terbalik (flipped classroom) maka guru harus memperhatikan 4 pilar keterlaksanaan dari flipped classroom, antara lain: 1. fleksibel environment (lingkungan yang fleksibel) pada flexible environtment ini guru memberikan keleluasan kepada peserta didik untuk berinteraksi dan merefleksikan hasil pembelajarannya. namun guru tetap harus memonitor dan memberikan arahan atas cara belajar siswa terhadap konten. 2. learning culture shift (mengubah gaya belajar) pada pilar yang kedua ini, peserta didik mendapat kesempatan untuk mendapatkan pengalaman bermakna dalam kegiatan belajarnya tanpa berpusat kepada guru. pada dasarnya inti dari pilar kedua ini adalah guru harus mengubah konsep belajar siswa dari berpusat kepada guru menjadi berpusat kepada peserta didik. https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.218 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.218 1325 3. intentional content (konten yang disengaja atau direncanakan) guru harus mempersiapkan konsep pada pilar ketiga ini untuk dapat diakses oleh peserta didik, misalnya melalui menentukan video pembelajaran, atau memberikan link e-modul yang dapat diakses oleh peserta didik di rumah. 4. professional educators (pendidik profesional) guru harus menempatkan dirinya sebagai pendidik professional baik bagi peserta didik sebagai individu, kelompok kecil atau dalam lingkup kelas dengan melakukan penilaian formatif, merekam data untuk instruksi masa depan dan bertanggung jawab dalam keberhasilan kegiatan pembelajaran. model pembelajaran flipped classroom dibagi dalam 3 fase kegiatan meliputi kegiatan pertama dinamakan dengan kegiatan pre class. pada fase ini, peserta didik diarahkan untuk melaksanakan kegiatan seperti menonton video pembelajaran, atau membaca buku dan emodul, kemudian mencatat hal-hal yang kurang jelas atau ingin didiskusikan di kelas. fase kedua yaitu in class. dalam fase ini, peserta didik berkolaborasi, berdiskusi, dan bertanya pada guru atau anggota kelompok mengenai materi pelajaran. seluruh peserta didik mempunyai kesempatan yang sama untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. guru juga dapat terlibat aktif untuk melakukan pendekatan sehingga dapat mengukur apa yang telah dilaksanakan oleh peserta didik di rumah terkait dengan pembelajaran. pada fase ketiga yaitu out class. pada fase ini peserta didik sudah dapat menghubungkan materi yang didapatkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. tinjauan pustaka portal rumah belajar rumah belajar adalah salah satu portal pembelajaran berbasis tik online yang dikembangkan oleh pusat teknologi informasi dan komunikasi (pustekkom). pustekkom adalah salah satu unsur pendukung kementerian pendidikan dan kebudayaan di bidang teknologi informasi dan komunikasi pendidikan dan kebudayaan yang bertanggung jawab kepada menteri melalui sekretariat jenderal sesuai dengan permendikbud ri no 11 tahun 2015 tentang organisasi dan tata kerja kementerian pendidikan dan kebudayaan (pustekkom: 2018) portal rumah belajar menyediakan fitur utama dan fitur pendukung. fitur utama dalam portal rumah belajar, seperti sumber belajar, buku sekolah elektronik, bank soal, kelas maya, laboratorium maya, peta budaya, wahana jelajah angkasa dan pengembangan keprofesian berkelanjutan. flipped classroom yang berbasis rumah belajar akan memanfaatkan sumber belajar, buku sekolah elektronik, kelas maya dan bank soal untuk interaksi dan kegiatan pembelajaran pre class yang dilaksanakan oleh peserta didik. hasil belajar ipa dimyati dan moedjiono (2013) menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar atau tindak belajar. selanjutnya disebutkan ciri-ciri belajar ada tiga yaitu: 1) hasil belajar memiliki kapasitas berupa pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, sikap dan cita-cita, 2) adanya perubahan mental dan jasmani, dan 3) memiliki dampak pengajaran dan dampak pengiring. https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.218 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.218 1326 hasil belajar adalah keseluruhan hasil proses pembelajaran yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu yang ditandai dengan adanya kemampuan penguasaan konsep, perubahan sikap dan perilaku siswa serta mampu dan terampil mempraktikkan/menerapkan baik secara individu maupun secara bersama-sama dalam kehidupan bermasyarakat, dan bernegara. berdasarkan latar belakang penelitian dan tinjauan pustaka yang ada, peneliti bertujuan melaksanakan penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ekonomi bagi siswa sdn 6 lubuk besar dengan menerapkan model pembelajaran flipped classroom berbasis portal rumah belajar. melalui inovasi dalam model pembelajaran di kelas diharapkan peserta didik di sdn 6 lubuk besar tumbuh motivasi belajarnya yang kemudian akan berpengaruh kepada hasil belajar peserta didik khususnya untuk mata pelajaran ipa. metode sebelum penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan, maka peneliti mengadakan observasi dan pengumpulan data dari kondisi awal kelas yang akan diberi tindakan, yaitu kelas 5a sdn 6 lubuk besar tahun pelajaran 2020/2021 semester 1. pengetahuan awal ini perlu diketahui agar kiranya penelitian ini sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peneliti, apakah benar kiranya kelas ini perlu diberi tindakan yang sesuai dengan apa yang akan diteliti oleh peneliti yaitu penggunaan model pembelajaran flipped classroom berbasis portal rumah belajar untuk meningkatkan hasil belajar ekonomi pada materi permintaan dan penawaran. untuk mengungkap kondisi awal dari kelas yang menjadi objek tindakan kelas ini maka peneliti melakukan observasi langsung. peneliti menyiapkan alat tes yang akan digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan penguasaan awal materi. untuk mengukur kemampuan awal siswa dilaksanakan observasi di kelas 5a sdn 6 lubuk besar. pada pembelajaran ini peneliti memberikan soal kepada siswa untuk dikerjakan secara individu. kemudian peneliti mengawasi dan mencatat siswa yang aktif dan yang tidak aktif serta mencontoh jawaban dari teman, juga siswa yang sudah menguasai, belum menguasai dan sedikit menguasai materi. setelah selesai dengan waktu yang sudah ditentukan, lalu membahas dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari tiap siswa dan siswa juga yang menjawab. peneliti memberikan penjelasan bagi yang belum tepat dalam menjawab dan memberi penjelasan tambahan agar siswa lebih mengusai materi itu, peneliti terus mencatat semua kegiatan dalam kelas. setelah selesai kegiatan belajar tadi yang terakhir diberikan post test. pada pelaksanaan post test ini siswa mengerjakan soal diberi waktu selama 35 menit. hasil test dari 28 siswa didik yang ada di kelas tersebut didapatkan hasil: 2 siswa mendapatkan nilai kurang dari 50, 12 siswa mendapatkan nilai antara 50 hingga 64, sedangkan siswa yang telah tuntas atau mendapatkan nilai di atas kkm (kriteria ketuntasan minimal) ada 14 siswa. dari paparan hasil nilai yang didapatkan siswa maka tampak bahwa yang mencapai ketuntasan belaiar hanya 50,00%. dari kondisi awal yang ada tersebut maka perlu diadakan suatu tindakan untuk mengangkat kemampuan penguasaan materi pelajaran ipa dari siswa kelas 5a sdn 6 lubuk besar. berdasarkan tanya jawab yang dilakukan peneliti terhadap siswa, terungkap bahwa siswa mempunyai kelemahan pada pengembangan skill pengerjaan suatu masalah penyelesaian materi karena kurang memahami konsep dan kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar, serta kurang berlatih dalam menyelesaikan soal soal. bertolak dari kondisi awal tersebut maka peneliti merencanakan tindakan penelitian dengan menerapkan pembelajaran model flipped classroom pada pembelajaran ipa di kelas 5 sdn 6 lubuk besar. https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.218 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.218 1327 hasil dan pembahasan hasil penelitian peneliti melaksanakan dua kali siklus dalam penelitian ini. sebelum melaksanakan siklus pertama, peneliti terlebih dahulu telah melaksanakan observasi. berdasarkan hasil observasi, peneliti mulai melaksanakan tahap siklus satu dan menerapkan model pembelajaran flipped classroom. guru mengarahkan peserta didik untuk menggunakan portal rumah belajar yang dapat diakses di luar kelas. setelah mengarahkan peserta didik melalui portal rumah belajar khususnya fitur sumber belajar di mana guru membagikan link video pembelajaran dan sumber belajar yang dipelajari di rumah, maka pada pelaksanaan pembelajaran di kelas guru mengarahkan peserta didik untuk berdiskusi. pada akhir pembelajaran guru memberikan pos test terkait materi pelajaran. berdasarkan hasil post test, terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik dibandingkan sebelum diberikan tindakan berupa penggunaan model pembelajaran flipped classroom. kemudian peneliti melaksanakan siklus kedua, di mana pembelajaran tetap menggunakan model pembelajaran flipped classroom dan menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang sama. sama seperti pada siklus i, peneliti memberikan post test pada akhir pembelajaran di mana hasil belajar peserta didik lebih meningkat lagi dibanding siklus i. hasil belajar peserta didik dari tahap observasi, siklus i dan siklus ii tampak pada tabel berikut ini: tabel 1. hasil observasi siklus i dan siklus ii no aspek yang diobservasi observasi siklus 1 siklus ii 1 siswa yang aktif mengikuti pembelajaran 12 20 22 2 siswa yang aktif bertanya 10 18 23 3 siswa yang aktif mengemukakan pendapat 8 14 19 4 siswa yang berani mengerjakan di depan kelas 5 12 16 pada saat observasi, aktivitas siswa di kelas yang aktif mengikuti pelajaran sebanyak 12 orang, siswa yang aktif bertanya sebanyak 10 orang, siswa siyang aktif mengemukakan pendapat sebanyak 8 orang, dan siswa yang berani mengerjakan soal di depan kelas sebanyak 5 orang. pada tahap siklus i dan ii, terjadi peningkatan aktivitas siswa di kelas, di mana siswa yang aktif mengikuti pelajaran meningkat menjadi 20 siswa pada siklus i dan 22 siswa pada siklus ii, siswa yang aktif bertanya meningkat menjadi 18 siswa pada siklus i dan 23 siswa pada siklus ii. siswa yang aktif mengemukakan pendapat meningkat menjadi 14 siswa pada siklus i, dan 19 siswa pada siklus ii. siswa yang berani mengerjakan soal di depan kelas meningkat menjadi 12 orang pada siklus i dan 16 orang pada siklus ii. https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.218 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.218 1328 tabel 2. hasil post test materi no nilai observasi siklus 1 siklus ii 1 0 49 2 1 0 2 50 64 12 10 5 3 65 79 12 13 11 4 80 100 2 5 10 5 nilai rata-rata kelas 63,92% 74,03% 79,61 6 presentasi ketuntasan 50% 69,23% 80,77 pada saat observasi sebelum dilaksanakan tindakan model pembelajaran flipped classroom, siswa yang mendapat nilai antara 0-49 sebanyak 2 siswa. siswa yang mendapat nilai 50-64 sebanyak 12 orang, siswa yang mendapat nilai 65-79 sebanyak 12 orang dan siswa yang mendapat nilai 80-100 sebanyak 2 orang. nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 63, 92 dan presentase ketuntasan belajar materi permintaan dan penawaran sebesar 50%. sementara setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran menggunakan model flipped classroom terjadi peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil postest di mana siswa yang mendapat nilai 049 sebanyak 1 orang pada siklus i dan turun menjadi tidak ada siswa yang memperoleh nilai 049 pada siklus ii. siswa yang mendapat nilai antara 50-64 sebanyak 10 siswa pada siklus i dan 5 siswa pada siklus ii. siswa yang mendapat nilai 65-79 sebanyak 13 siswa pada siklus i dan 11 siswa pada siklus ii. dan siswa yang mendapat nilai antara 80-100 sebanyak 5 siswa pada siklus i dan 10 siswa pada siklus ii. nilai rata-rata siswa meningkat dari 74,03 pada siklus i menjadi 79,61 siswa pada siklus ii. sedangkan presentase ketuntasan meningkat dari 69,23% pada siklus i menjadi 80,77% pada siklus ii. pembahasan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. sebelum dilaksanakan siklus i, peneliti melakukan kegiatan observasi di kelas 5 pada mata pelajaran ipa materi sistem peredaran darah. berdasarkan hasil observasi, ditemukan bahwa hasil belajar ipa kelas 5 sdn 6 lubuk besar masih sangat rendah. dari hasil observasi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik adalah guru masih belum mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mengaktifkan siswa dalam belajar. untuk melakukan penelitian pada siklus i ini peneliti melakukan tindakan yang meliputi menyiapkan silabus materi pembelajaran dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. membuat lembar kerja siswa yang digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam belajar dengan penyusunan tahap demi tahap yang membawa siswa dalam penernuan masalah. membuat alat evaluasi yang digunakan untuk mendapatkan data kemampuan siswa setelah mendapatkan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran flipped classroom. membuat solusi dan iangkah berkaitan kelemahan siswa dalam menyelesaikan masalah. pelaksanaan tindakan pada siklus i, peneliti melakukan kegiatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, dimulai dengan penjelasan pada siswa tentang kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa dalam mengikuti kegiatan. peneliti memberikan penjeiasan tentang pokok bahasan yang akan dipelajari serta menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan berkaitan dengan pengajaran dalam tehnik menstimulir siswa untuk belajar bersama dalam kelompok. sebelum masuk pada materi di kelas, guru memberikan sosialisasi i mengenai pemanfaatan portal rumah belajar dan kaitannya dengan menggunakan model pembelajaran flipped classroom. setelahnya guru dapat memberikan link untuk siswa mendapatkan konten web maupun konten video pembelajaran di fitur sumber belajar.. https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.218 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.218 1329 ketika siswa telah melaksanakan pembelajaran di rumah secara daring, pada kelas tatap muka maka guru melaksanakan pembelajaran melalui diskusi kelompok dengan diawali koordinasi peserta didik untuk menemukan masalah dan pemecahan masalahnya. saat peserta didik berdiskusi, guru melakukan pengamatan serta memberikan jalan tengah jika terdapat kebingungan pada peserta didik. peserta didik lebih aktif dalam berdiskusi karena mereka telah membangun pengetahuan awal mengenai materi yang didiskusikan melalui pembalajaran secara daring dalam portal rumah belajar. peserta didik tetap diberikan kesempatan untuk tampil ke depan mempresentasikan hasil diskusinya guna mengembangkan keterampilan abad 21 bagi peserta didik yaitu keterampilan mengkomunikasikan. pada akhir pengajaran yaitu 35 menit terakhir dari pembelajaran peneliti memberikan post test yang harus diselesaikan oleh seluruh siswa secara individual.soal post test yang diberikan kepada siswa dikembangkan sesuai dengan indicator pencapaian kompetensi yang telah terlebih dahulu disusun oleh peneliti. berdasarkan hasil refleksi dari siklus i, maka dilaksanakan perbaikan pada kegiatan perencanaan di siklus ii. pada siklus ii secara umum kegiatan pembelajaran dengan model flipped classroom tetap dilaksanakan seperti yang telah dilaksanakan pada siklus i. ada beberapa hal yang diubah pelaksanaannya dalam siklus ii. bentuk perubahan tindakan yang dilakukan pada siklus ii yaitu, setiap pertemuan peneliti memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya dan siswa diminta lebih aktif dan kooperatif dalam proses pembelajaran. intraksi peneliti dengan siswa lebih diintensifkan, peneliti memberikan bimbingan kepada siswa yang belum memahami materi atau dengan tutor sebaya. kemudian siswa diberikan evaluasi tentang penguasaan materi dalam waktu 1 jam pelajaran atau 35 menit. berdasarkan hasil ulangan tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa. didapatkan hasil yang sesuai dengan indikator pencapaian hasil yang diharapkan karena dari 28 siswa yang ada dalam kelas 5 sdn 6 lubuk besar hanya terdapat 5 siswa yang mendapatkan nilai dibawah batas ketuntasan minimal, sehingga prosentasi siswa yang telah tuntas adalah 79,60 %. penerapan model pembelajaran flipped classroom berbasis portal rumah belajar ini telah mampu meningkatkan hasil belajar ekonomi pada kelas 5 sdn 6 lubuk besar. dilihat dari data nilai/skor maksimum dan minimum serta rata-rata tampak bahwa siswa secara bertahap mampu meningkatkan hasil belajarnya melalui kegiatan belajar di kelas. hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (hanif: 2016). dalam penelitian ini, yang menunjukkan terdapat peningkatan hasil belajar sistem operasi dengan menggunakan model pembelajaran flipped classroom berbantuan edmodo. simpulan berdasarkan hasil analisis data penelitian, setelah dilaksanakan tindakan penelitian dikelas 5 sdn 6 lubuk besar dengan menerapkan model pembelajaran flipped classroom berbasis portal rumah belajar maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar ipa khususnya materi sistem peredaran darah. berdasarkan hasil wawancara, menurut peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran flipped classroom, mereka lebih siap dan percaya diri dalam mengikuti pembelajaran di kelas karena telah memiliki konsep yang mereka dapatkan dari kegiatan pembelajran di rumah. aktivitas pembelajaran di kelas pun menjadi https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.218 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.218 1330 lebih aktif dan bermakna sesuai dengan harapan pembelajaran abad 21 yang sedang marak digaungkan di dunia pendidikan. secara kuantitatif hasil belajar siswa meningkat di mana nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 79,66 dan presentase ketuntasan kelas meningkat menjadi 80,77%. saran berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, ada beberapa saran antara lain: 1) guru sebaiknya kreatif dalam menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran, 2) guru selalu memberikan motivasi kepada peserta didik untuk terus belajar menggunakan model pembelajaran flipped classroom, 3) sekolah terus meningkatkan sarana dan prasarana pendukung tik dalam pembelajaran yang berbasis tik. daftar rujukan abeysekera, lakmal and dawson, phillip. 2015. motivation and cognitive load in the flipped classroom: definition, rationale and a call for research. higher education research & development, vol. 34, no. 1, pp. 1-14. dimyati dan mudjiono. 2013. belajar dan pembelajaran. jakarta: rineka cipta graziano, k. 2016. flipped classroom: making the connections and finding the balance. in s. bryans-bongey, & k. graziano (eds.), online teaching in k-12: models, methods, and best practicesforteachers and administrators (pp.131-146). information today inc. hanif, husni nadya. 2016. perbandingan antara model pembelajaran flipped classroom berbantuan edmodo dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar sistem operasi (eksperimen kelas x smk 1 banyudono). skripsi tidak diterbitkan. surakarta: universitas negeri sebelas maret surakarta. johnson, graham brent. 2013. student perceptions of the flipped classroom. columbia: the university of british columbia sugiyono. 2015. metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan r&d. bandung:: alfabeta. yamin, martinis. 2009. strategi pembelajaran berbasis kompetensi. jakarta: gaung persada. kemdikbud. 2018. rumah belajar rumah masa depan pendidikan indonesia. http://pena.belajar.kemdikbud.go.id https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.218 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.162 804 received : 22-04-2021 revised : 21-05-2021 published : 29-06-2021 peningkatan hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (pjok) melalui penerapan pendekatan saintifik berbantuan video pembelajaran pada masa pandemi i putu winasa smp negeri satu atap bunga mekar, indonesia putuwin277@gmail.com abstrak penelitian ini melibatkan siswa kelas viiib berjumlah 19 orang semester ii smp satu atap bunga mekar tahun pelajaran 2020/2021 pada pendidikan jasmani olahraga kesehatan (pjok). langkah-langkah pendekatan saintifik berbantuan video pembelajaran dilaksanakan sebanyak 2 (dua) siklus. data dikumpulkan melalui google form/whaatsaap group dan dianalisis secara kuantitatif. hasil belajar pjok dari siklus i 80,15 (baik) meningkat 8,99 menjadi 89,14 (baik) siklus ii, ketuntasan klasikal (kk) dari siklus i 94,74% meningkat 5,26% menjadi 100% siklus ii. kata kunci: pendekatan saintifik, video pembelajaran; hasil belajar pjok https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.162 mailto:putuwin277@gmail.com vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.162 805 pendahuluan pendidikan merupakan bagian dari setiap usaha manusia untuk membetuk perilaku yang terampil dalam menghadapi perkembangan berbagai bidang di era glonalisasi, melalui proses pembelajaran (rizki amelia nur andani, tri saptuti susiani, 2015). sdm yang bekualitas mampu memanfaatkan teknologi tepat sasaran sesuai dengan perkembangan jaman (yunita & wijayanti, 2017). setiap manusia indonesia memiliki hak yang sama dalam mengembangakan pendidikannya untuk melangsungkan kehidupannya kearah yang lebih baik (sari et al., 2020). di era pandemi covid-19, teknologi sangat berpengaruh pada bidang pendidikan, dimana dalam proses pembelajaran dilaksanakan secara online yang dikenal dengan pembelajaran jarak jauh (pjj). hal teresebut dilakukan untuk memutus penyebaran virus covid 19. pjj dapat dilakukan secara fleksibel taanpa terikat oleh ruang dan waktu (ar setiawan, 2020). hasil belajar pra siklus pjok pada tanggal 10 dan 17 pebruari 2021 di kelas viiib semester genap smp negeri satu atap bunga mekar tahun pelajaran 2020/2021 pada pjj masih belum optimal, itu terlihat dari kentuntasan hasil belajar peserta didik 15 orang sudah tuntas (78,89%) dan 4 orang belum tuntas (21,05%). nilai hasil rata-rata hasil belajar secara klasikal yaitu 74,12 dengan kategori cukup. hal tersebut dikarenakan siswa dalam proses pembelajaran cenderung mengalami kesulitan dalam mempraktekkan gerakan berdasarkan buku pedoman yang hanya sebatas teori dan gambar, yang tidak ada contoh gerakan nyata. pembelajaran pjok dirancang dalam bentuk aktivitas-aktivitas memotivasi siswa untuk melakukan gerakan dengan senang hati, sehingga dapat menumbuhkan sikap mental yang baik, meningkatkan keterampilan fisik dan derajat kebugaran siswa (yulianti, 2017). dalam pembelajaran penjasorkes guru harus mampu menciptakan dan menarik perhatian siswa untuk belajar secara mandiri (resty gustiawati, fahrudin, 2014). sesuai dengan kurikulum 2013 pendekatan saintifik secara otomatis diterapkan dalam pembelajaran pjok (pinton setya mustafa1, 2020). penerapan pendekatan saintifik pada proses pembelajaran dapat dilakukan sesuai dengan situasi kelas yang meliputi 5 (lima) langkah yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengasososiasi, dan mengkomunikasikan (banawi, 2019). pada pelaksanaaan pembelajaran selalu memberikan peluang kepada siswa untuk berkreatifitas sebanyak-banyaknya (hadi, 2016). dengan demikian pendekatan saintifik sangat cocok diterapkan pada proses pembelajaran pjok yang mampu menciptakan siswa untuk berpikir kritis tanpa adanya tekanan. perkembangan teknologi dapat memperlancar kegiatan belajar mengajar, salah satunya dengan adanya media pembelajaran. media pembelajaran mampu memberikan contoh secara nyata dan jelas yaitu berupa video pembelajaran (putu darma wisada, i komang sudarma, 2019). video pembelajaran sangatlah mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran ((deo dedika haking, 2019). dengan adanya video pembelajaran siswa memperoleh penjelasan dan gerakan yang nyata dari materi yang dipelajari (akhmad busyaeri, tamsik udin, 2016). jadi, video pembelajaran adalah kegiatan yang dirangcang secara sistematis, jelas dan menarik oleh guru bersangkutan, guna memberikan informasi secara nyata kepada siswa. adapun langkah-langkah penerapan saintifik berbantuan video pembelajaran yaitu yaitu mengamati video pembelajaran, menanya tentang video pembelajaran, mencoba gerakan dari video pembelajaran, mengasosiasi gerakan yang dilakukan berdasarkan contoh dari video pembelajaran dan mengkomunikasikan gerakan secara berulang-ulang agar menjadi sempurna sesuai video pembelajaran. selain itu penelitian ini dikuatkah oleh beberapa jurnal yaitu pembelajaran penjas teknik dasar passing sepak bola meningkat (panji nur wicaksono, indra jati kusuma, rifqi festiawan, https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.162 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.162 806 neva widanita, 2020), kemampuan komunikasi matematis dan berpikir kreatif meningkat, (tresia widiani, m. rif’at, 2016), meningkatnya kemampuan guru (esisna, 2020), media pembelajaran video powerpoint dapat meningkatkan hasil belajar (kusmiyati, 2021) dan kemampuan berbicara anak (putu mila puspita, i nyoman wirya, 2016). metode jenis penelitian penelitian tindakan kelas yang melibatkan peran guru dan siswa. subjek penelitian siswa smp negeri satu atap bunga mekar berjumlah 19 orang. tempat penelitian di smp negeri satu atap bunga mekar. prosedur penelitian pembelajaran tiap-tiap siklus minimal tiga kali pertemuan. adapun tahapannya tersaji seperti gambar 01. gambar 1. prosedur penelitian https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.162 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.162 807 jadwal penelitian tabel 1. jadwal penelitian jadwal pelajaran kelas viiib siklus i siklus ii hari rabu/2jp (2 x 30 menit) pertemuan pertama : 24 pebruari 2021 pertemuan kedua: 03 maret 2021 pertemuan ketiga:10 maret 2021 pertemuan pertama : 24 maret 2021 pertemuan kedua: 31 maret 2021 pertemuan ketiga: 7 april 2021 teknik pengumpulan data data dikumpulkan dengan melalui tes hasil belajar yang meliputi penilain kompetensi sikap, pengetuhuan dan komptensi keterampilan melaui aplikasi whatsaap group dan google form (roji dan eva yulianti, 2017). teknik analisis data dianalisis secara deskriptif kualitatif (arikunto, 2002). 1) nilai siswa = (nilai perolehan/skor maksimal) x 100 2) rata-rata = jumlah nilai keseluruhan/banyaknya siswa 3) ketuntasan klasikal (kk) kk = 100%x siswajumlah tuntasyangsiswabanyak tabel 2. pedoman kkm pjok kelas viii smp negeri satu atap bunga mekar kkm kompetensi penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan rentang nilai kategori (k) predikat (p) keterangan (ket 70 91-100 sangat baik a tuntas (t) 80 – 90 baik b 70 – 79 cukup c 0 – 69 kurang d belum tuntas (bt) hasil dan pembahasan hasil pra siklus pada penilaian kompetensi sikap: 4 orang kategori baik (21,05%), 13 cukup (68,42%) dan 2 kurang (10,52%). rata-rata nilai kompentensi sikap 75,47 dengan kategori cukup. pada pra siklus ini siswa sebanyak 17 orang (89,47%) sudah tuntas dan 2 (10,53%) belum tuntas. b) penilaian kompetensi pengetahuan: 10 baik (52,63%), 6 cukup (31,58%) dan 3 kurang (15,79%). rata-rata nilai kompentensi pengetahuan 75,74 dengan kategori cukup. sebanyak 16 orang (84,21%) tuntas dan 3 (15,79%) belum tuntas. c) penilaian kompetensi keterampilan: 4 baik (21,05%), 7 cukup (36,84%) dan 8 kurang (42,11%). rata-rata nilai kompentensi keterampilan 71,16 dengan kategori cukup. pada pra siklus siswa sebanyak 11 orang (57,89%) tuntas dan 8 (42,11%) belum tuntas. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.162 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.162 808 dari data hasil penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan siklus diperolehlah data hasil belajar pjok materi jalan cepat, seperti pada tabel 03 berikut. tabel 3. data hasil belajar pjok jalan cepat pada pra siklus no rentang nilai kategori frekuensi presentase (%) ketuntasan klasikal nilai rata-rata 1 91-100 sangat baik 0 0% 15 orang tuntas (78,95%) 74,12 kategori cukup 2 80-90 baik 4 21,05% 3 70-79 cukup 11 57,89% 4 0-69 kurang 4 21,05% 4 orang belum tuntas (21,05%) total 19 100% 19 orang (100%) berdasarkan tabel 03 diatas menunjukkan bahwa 4 orang kategori baik (21,05%), 11 orang kategori cukup (57,89%) dan 4 orang kategori kurang (21,05%). hasil belajar kentuntasan 15 orang sudah tuntas (78,89%) dan 4 orang belum tuntas (21,05%). dari data tersebut, maka dipandang perlu untuk meningkatkan hasil belajar pjok. hasil penelitian siklus i penilaian kompetensi sikap: 2 orang sangat baik (10,53 %), 12 baik (63,16 %), dan 4 cukup (21,05%) dan 1 kurang (5,26%). rata-rata nilai kompentensi sikap 81,03 dengan kategori baik. pada siklus i ini siswa sebanyak 18 orang (94,74%) sudah tuntas dan 1 (5,26%) belum tuntas. penilaian kompetensi pengetahuan: 11 baik (57,89%), dan 7 cukup (36,84%) dan 1 kurang (5,26%). rata-rata nilai kompentensi pengetahuan 79,61 dengan kategori cukup. pada siklus i ini siswa sebanyak 18 orang (94,74%) sudah tuntas dan 1 (5,26%) belum tuntas. penilaian kompetensi keterampilan: 2 sangat baik (10,53 %), 7 baik (36,84%), dan 9 cukup (47,37%) dan 1 kurang (5,26%). rata-rata nilai kompentensi keterampilan 79,82 dengan kategori cukup. pada siklus i siswa sebanyak 18 orang (94,74%) sudah tuntas dan 1 (5,26%) belum tuntas. dari data hasil penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan siklus diperolehlah data hasil belajar pjok materi senam lantai, seperti pada tabel 04 berikut. tabel 04. data hasil belajar pjok senam lantai pada siklus i no rentang nilai kategori frekuensi presentase (%) ketuntasan klasikal nilai rata-rata 1 91-100 sangat baik 2 10,53% 18 orang tuntas (94,74%) 80,15 kategori baik 2 80-90 baik 7 36,84% 3 70-79 cukup 9 47,37% 4 0-69 kurang 1 5,26% 1 orang belum tuntas (5,26%) total 19 100% 19 orang (100%) berdasarkan tabel 04 diatas menunjukkan bahwa 2 orang mencapai hasil belajar kategori sangat baik (10,53%), 7 orang kategori baik (36,84%), 9 orang kategori cukup (47,37%) dan 1 orang kategori kurang (5,26%). 18 orang tuntas (94,74%) dan 1 belum tuntas (5,26%). nilai hasil rata-rata hasil belajar secara klasikal yaitu 80,15 dengan kategori baik. dari hasil analisis data pada tindakan siklus i sudah memenuhi kriteria keberhasilan, tetapi belum maksimal. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.162 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.162 809 hasil refleksi siklus i 1) kurang semangat dalam pembelajaran, yaitu masih ada rasa engan bertanya terhadap materi yang belum mengerti, 2) siswa kurang teliti dalam mengamati video, sehingga dalam mencoba gerakan ragu-ragu, 3) siswa kurang teliti dalam menjawab soal, itu terlihat pada jawabannya tidak nyambung dengan pertanyaan, 4) pada kegiatan mengasosiasi, siswa masih enggan membandingkan gerakan yang dilakukan dengan video serta memperbaiki kesalahankesalahan gerak yang dilakukan, 5) pada kegiatan mengkomunikasikan, siswa dalam mempraktekkan gerak, masih engan melakukan gerakan berulang-ulang sehingga gerakan masih kaki. upaya mengatasi hal tersebut adalah sebagai berikut. 1) menekankan kembali tentang langkah-langkah pendekatan saintifik berbantuan video secara pembelajaran lebih optimal, 2) merangsang semangat siswa agar berani bertanya jika belum mengerti dalam proses pembelajaran, 3) menekankan siswa untuk mengamati video dengan lebih teliti, sehingga pada kegiatan mencoba tidak ragu-ragu, 4) menekankan pada kegiatan mengasosiasi lebih teliti, agar menemukan keselahan-kesalahan gerak yang dilakukan dengan berkali-kali membandingkan gerakan yang dilakukan dengan video, 5) pada langkah mengkomunisikan, menekankan pada peserta didik untuk mempraktekkan gerakan berulang-ulang agar gerkan menjadi luwes atau otomatisasi. hasil penelitian siklus ii penilaian kompetensi sikap: 10 orang sangat baik (47,37%), 9 baik (52,63%) dan tidak ada pada kategori cukup dan kurang. rata-rata nilai kompentensi sikap 88,49 baik. siklus ii 19 orang (100%) tuntas. penilaian kompetensi pengetahuan: 10 sangat baik (52,63%), 7 baik (36,84%), 2 cukup (10,53%) dan tidak ada pada kategori kurang. rata-rata nilai kompentensi pengetahuan 91,45 sangat baik. siklus ii 19 orang (100%) tuntas. penilaian kompetensi keterampilan: 5 sangat baik (26,32%), 13 baik (68,42%), 1 cukup (5,26%) dan tidak ada pada kategori kurang. rata-rata nilai kompentensi keterampilan 87,50 baik. siklus ii 19 orang (100%) tuntas. dari data hasil penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan siklus diperolehlah data hasil belajar pjok materi pencak silat, seperti pada tabel 05 berikut. tabel 5. data hasil belajar pjok pencak silat pada siklus ii no rentang nilai kategori frekuensi presentase (%) ketuntasan klasikal nilai rata-rata 1 91-100 sangat baik 10 52,63% 19 orang tuntas (100%) 89,14 kategori baik 2 80-90 baik 9 47,37% 3 70-79 cukup 0 0% 4 0-69 kurang 0 0% 0% total 19 100% 19 orang (100%) berdasarkan tabel 05. di atas menunjukkan bahwa 10 orang sangat baik (52,63%), 9 baik (47,37%), tidak ada pada kategori cukup dan kurang. kentuntasan hasil belajar 19 orang tuntas (100%). nilai hasil rata-rata hasil belajar secara klasikal yaitu 89,14 baik. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.162 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.162 810 hasil refleksi siklus ii kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan karena memperhatikan hasil refleksi pada siklus sebelumnya. hal teresebut terlihat dari 1) siswa lebih bersemngat dakam proses pembelajaran, 2) siswa mengamati video dengan lebih teliti, 3) siswa lebih berani bertanya dan mengemukakan pendapatnya dari sebelumnya, 4) siswa dalam kegiatan atau langkah mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasikan sudah lebih bagus dari pembelajaran sebelumnya. pembahasan hasil belajar pra siklus secara klasikal yaitu 74,12 cukup dengan kentuntasan 15 (78,89%), siklus i 80,15 baik dengan ketuntasan klasikal 94,74%. selanjutnya, siklus ii 89,14 baik dengan ketuntasan klasikal sebesar 100%. peningkatan nilai rata-rata sebanyak 8,99, sedangkan untuk ketuntasan klasikal sebanyak 5,26%. adapun beberapa kendala yang dihadapi dalam proses belajar yaitu peserta didik: adayang kurang semangat dalam pembelajaran, yaitu masih ada rasa engan bertanya terhadap materi yang belum mengerti, kurang teliti dalam mengamati video, sehingga dalam mencoba gerakan ragu-ragu; kurang teliti dalam menjawab soal, itu terlihat pada jawabannya tidak nyambung dengan pertanyaan; pada kegiatan mengasosiasi, peserta didik masih enggan membandingkan gerakan yang dilakukan dengan video serta memperbaiki kesalahan-kesalahan gerak yang dilakukan; pada kegiatan mengkomunikasikan, siswa dalam mempraktekkan gerak, masih engan melakukan gerakan berulang-ulang sehingga gerakan masih kaki. mengatasi kendala-kendala dan permasalahan tersebut, solusi yang diberikan yaitu: menekankan kembali tentang langkah-langkah pendekatan saintifik berbantuan video secara pembelajaran lebih optimal; memberikan rangsangan motivasi kepada siswa agar bersemangat dan berani bertanya jika belum mengerti dalam proses pembelajaran; menekankan siswa untuk mengamati video dengan lebih teliti, sehingga pada kegiatan mencoba tidak ragu-ragu; menekankan pada kegiatan mengasosiasi lebih teliti, agar menemukan keselahan-kesalahan gerak yang dilakukan dengan berkali-kali membandingkan gerakan yang dilakukan dengan video; pada langkah mengkomunisikan, menekankan pada peserta didik untuk mempraktekkan gerakan berulang-ulang agar gerkan menjadi luwes atau otomatisasi. dari apa yang dipaparkan di atas, bahwa pendektan saintifik berbantuan video pembelajaran memiliki beberapa kebaikan-kebaikannya yaitu: siswa mampu merumuskan dan menyelesaikan masalah, berpikir analitis, bereksperimen dan mengaktualisasikan pembelajaran yang dirancang oleh guru, video yang menarik dapat mempengaruhi sikap dan emosi siswa, siswa secara langsung mendapatkan umpan balik secara visiual terhadap keterampilan yang dimiliki, siswa dapat memutar video kapan saja, dan guru tidak perlu mengalami kesulitan mengulang-ulang materi, . dengan demikian hipotesis yang berbunyi “apakah penerapan pendekatan saintifik berbantuan video pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar pjok smp negeri satu atap bunga mekar tahun pelajaran 2020/2021” dapat terjawab. simpulan dapat ditarik simpulan, bahwa pendekatan saintifik berbantuan video pembelajaran dapat menigkatkan hasil belajar pjok smp negeri satu atap bunga mekar tahun pelajaran 2020/2021, rata-rata hasil belajar siklus i 80,15 menjadi 89,14 di siklus ii dan ketuntasan belajar siklus i 94,74 % menjadi 100% di siklus ii. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.162 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.162 811 saran 1) gurumembiasakan diri untuk melakukan inovasi pembelajaran 2) sekolah agar menjadikan hasil penelitian digunakan sebagai referensi peningkatan mutu pembelajaran. daftar rujukan akhmad busyaeri, tamsik udin, a. z. (2016). pengaruh penggunaan video pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar mapel ipa di min kroya cirebon. al ibtida: jurnal pendidikan guru mi, 3(1), 116–137. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.24235/al.ibtida.snj.v3i1 ar setiawan, a. m. (2020). lembar kegiatan literasi saintifik untuk pembelajaran jarak jauh topik penyakit coronavirus 2019 (covid-19). edukatif : jurnal ilmu pendidikan, 2(1), 28–37. https://doi.org/https://doi.org/10.31237/osf.io/qb5w9 banawi, a. (2019). implementasi pendekatan saintifik pada sintaks discovery/inquiry learning, based learning, project based learning asmin. jurnal biology science & education 2019, 8(1), 90–100. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.33477/bs.v8i1.850 deo dedika haking, y. s. (2019). pengembangan media video pembelajaran renang pada mata pelajaran pjok untuk siswa kelas v sd. jktp: jurnal kajian teknologi pendidikan, 2(4), 320–328. https://doi.org/10.17977/um038v2i42019p320 djajadi, m. (2019). pengantar penelitian tindakan kelas (classroom action research). in pengantar penelitian tindakan kelas (1st ed.). cv. arti bumi intaran. https://www.researchgate.net/publication/340412200_pengantar_penelitian_tindaka n_kelas_classroom_action_research esisna, d. (2020). peningkatan kemampuan guru dalam pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dan tematik melalui review video proses belajar mengajar (pbm) di tk binaan kecamatan harau kabupaten lima puluh kota. menara ilmu, xiv(01), 31–42. https://garuda.ristekbrin.go.id/author/view/1574231 hadi, w. (2016). meningkatkan kemampuan penalaran siswa smp melalui pembelajaran discovery dengan pendekatan saintifik. kalamatika jurnal pendidikan matematika, 1(1), 93–108. https://doi.org/10.22236/kalamatika.vol1no1.2016pp93108 kusmiyati. (2021). pengaruh media pembelajaran video powerpoint terhadap peningkatan hasil belajar biologi pada kondisi pandemi covid-19. jurnal inovasi pendidikan menengah, 1(1), 48–56. https://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1981371 panji nur wicaksono, indra jati kusuma, rifqi festiawan, neva widanita, d. a. (2020). evaluasi penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran pendidikan jasmani materi teknik dasar passing sepak bola panji. jurnal pendidikan jasmani indonesia, 16(1), 41–54. https://doi.org/https://doi.org/10.21831/jpji.v16i1.29774 pinton setya mustafa1, m. e. w. (2020). penerapan pendekatan saintifik dalam aktivitas belajar pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di smk negeri 4 malang. jurnal penjakora, 7(2), 78–92. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.23887/penjakora.v7i2 putu darma wisada, i komang sudarma, a. i. w. i. y. s. (2019). pengembangan media video pembelajaran berorientasi pendidikan karakter. journal of education technology, 3(3), 140–146. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.162 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.162 812 https://doi.org/http://dx.doi.org/10.23887/jet.v3i3.21735 putu mila puspita, i nyoman wirya, p. a. a. (2016). penerapan pendekatan saintifik berbantuan media kartu gambar untuk meningkatkan kemampuan berbicara di tk catur paramita. pendidikan anak usia dini universitas pendidikan ganesha, 4(2), 1–11. https://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1375457 resty gustiawati, fahrudin, dan m. m. s. (2014). implementasi model-model pembelajaran penjas dalam meningkatkan kemampuan guru memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran penjasorkes. jurnal ilmiah solusi, 1(3), 33–40. https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2c5&q=implementasi+modelmodel+pembelajaran+penjas+dalam+meningkatkan+kemampuan+guru+memilih+ dan+mengembangkan+strategi+pembelajaran+penjasorkes&btng= rizki amelia nur andani, tri saptuti susiani, w. (2015). penerapan pendekatan saintifik dengan media audio visual dalam peningkatan pembelajaran matematika tentang bangun ruang pada siswa kelas v sd negeri 5 bumirejo tahun ajaran 2014/2015. kalam cendekia pgsd kebumen, 3(5.1), 452–456. https://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1418972 roji dan eva yulianti. (2017). buku siswa pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan smp/mts kelas viii. in dan h. a. r. suroto, taufik hidayah, hermawan pamot raharjo (ed.), blog gerai edukasi (edisi revi). pusat kurikulum dan perbukuan, balitbang, kemendikbud. https://blog.geraiedukasi.com/2019/09/download-bukupaket-pjok-kelas-8.html sari, w., rifki, a. m., & karmila, m. (2020). analisis kebijakan pendidikan terkait implementasi pembelajaran jarak jauh pada masa darurat covid 19. jurnal mappesona, 2(2), 1–13. https://jurnal.iainbone.ac.id/index.php/mappesona/issue/view/99 tresia widiani, m. rif’at, r. i. (2016). penerapan pendekatan saintifik dan pengaruhnya terhadap kemampuan komunikasi matematis dan berpikir kreatif siswa. jurnal pendidikan dan pembelajaran khatulistiwa, 5(1), 1–14. https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/13550 yulianti, r. dan e. (2017). buku guru pendidikan jasmani dan kesehatan, olahraga, dan kesehatan smp/mts kelas viii ( dan h. a. r. suroto, taufik hidayah, hermawan pamot raharjo (ed.); edisi revi, vol. 2). pusat kurikulum dan perbukuan, balitbang, kemendikbud. https://blog.geraiedukasi.com/2019/09/download-bukupaket-pjok-kelas-8.html yunita, d., & wijayanti, a. (2017). pengaruh media video pembelajaran terhadap hasil belajar ipa ditinjau dari keaktifan siswa. sosiohumaniora: jurnal ilmiah ilmu sosial dan humaniora, 3(2), 153–160. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30738/sosio.v3i2.1614 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.162 abstrak vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.160 782 received : 17-04-2021 revised : 28-05-2021 published : 29-06-2021 pelaksanaan workshop untuk meningkatkan keterampilan guru dalam membimbing kegiatan ekstrakurikuler tulis dan baca puisi kepada siswa melalui teknik asosiasi dan fantasi naning indarwati sdn 2 krajankulon kaliwungu kab. kendal, indonesia indarwatinaning46@gmail.com abstrak tujuan penelitian adalah melalui workshop dapat meningkatkan keterampilan guru dalam membimbing kegiatan ekstrakurikuler tulis dan baca puisi dengan penerapan teknik asosiasi dan fantasi. metode yang digunakan adalah penelitian tindakan sekolah dengan dua siklus dan masing-masing siklus melalui empat tahapan, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflection). teknik pengambilan data penelitian dilakukan dengan cara observasi, angket, dan dokumentasi untuk mendeskripsikan tingkat keberhasilan pelaksanaan workshop bagi guru dalam membimbing kegiatan ekstrakurikuler tulis dan baca puisi. penelitian berlangsung selama tiga bulan, yaitu oktober–desember 2019 di sdn 2 krajankulon kaliwungu kabupaten kendal. teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif, kualitatif. hasil observasi guru dalam membimbing kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi siklus 1 adalah 78,7 %; hasil angket guru terhadap pelaksanaan workshop, pelatihan, hingga pendampingan siklus 1 adalah 77,2% masih perlu ditingkatkan dari target yang diharapkan, yaitu 85%. pada siklus 2 tingkat ketercapaian hasil observasi guru dalam membimbing kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi mengalami peningkatan, yaitu 86,4% dan hasil angket guru terhadap pelaksanaan workshop, pelatihan, hingga pendampingan siklus 2 adalah 86,2%, sehingga penelitian ini sudah memenuhi harapan dari indikator pencapaian yang ditetapkan, yaitu 85%. dapat disimpulan bahwa melalui workshop terdapat peningkatan keterampilan guru dalam membimbing kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi dengan penerapan teknik asosiasi dan fantasi kepada siswa di sdn 2 krajankulon kaliwungu kabupaten kendal tahun pelajaran 2019/2020. kata kunci: workshop; ekstrakurikuler tulis baca puisi; asosiasi dan fantasi https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.160 mailto:indarwatinaning46@gmail.com vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.160 783 pendahuluan berdasarkan kurikulum sdn 2 krajankulon tahun pelajaran 2019/2020, bahwa perlu menumbuhkan aktivitas dan memupuk prestasi siswa melalui pengembangan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler. terdapat beberapa kegiatan ekstrakurikuler di sdn 2 krajankulon, yaitu bidang keagamaan, olahraga, dan seni. salah satu bidang seni adalah kegiatan tulis dan baca puisi. kegiatan ini sangat sedikit peminatnya, padahal hampir setiap tahun dilaksanakan event lomba tersebut, sehingga sekolah mengalami krisis minat siswa bidang tulis dan baca puisi. mengapa demikian? sebenarnya menulis dan membaca puisi bagi siswa sekolah dasar bukanlah barang baru bagi siswa, namun demikian menulis dan membaca puisi di sd juga bukan hal mudah untuk dimiliki siswa sebagai suatu keterampilan. tak jarang dijumpai ketika siswa diberikan tugas untuk menulis puisi tidak memiliki ide dan siswa tidak mengerti apa yang harus dituliskan. tak jarang juga dijumpai ketika siswa harus membacakan sebuah puisi, siswa merasa malu karena tidak yakin kalau cara membacanya memenuhi harapan sehingga menibulkan kegaduhan karena ditertawakan temannya. hambatan menulis dan membaca puisi yang demikian, terjadi dalam proses pembelajaran di kelas sehingga ketika dilaksanakan kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi hanya beberapa siswa saja yang mengikuti. hal ini disebabkan karena belum diterapkannya suatu teknik yang mampu untuk meningkatkan daya tarik siswa terhadap kegiatan tersebut. siswa merasa tidak membutuhkan puisi, siswa belum menganggap bahwa menulis dan membaca puisi adalah sesuatu yang menyenangkan dan dapat dijadikan hoby serta sarana menyalurkan inspirasi. demikian juga halnya dengan guru. belum banyak guru yang tertarik dengan puisi dan tidak jarang dijumpai bahwa seorang guru belum pernah menulis puisi sekali pun semenjak menjadi guru. puisi yang ditampilkan adalah puisi karya orang lain. hal ini sangat berpengaruh kepada siswanya. siswa akan beranggapan bahwa gurunya juga tidak mampu berpuisi baik menulis atau membacanya. untuk mengatasi hal tersebut dilaksanakan pemberian bekal kepada guru dalam upaya membimbing kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi melalui workshop. secara umum, pengertian workshop adalah pertemuan beberapa kelompok orang yang memiliki minat, keahlian, ataupun profesi bidang tertentu yang terlibat aktif dalam suatu diskusi dan kegiatan intensif pada instansi tertentu untuk mencari pemecahan masalah, jalan keluar dari topik yang disajikan (https://accurate.id/marketingmanajemen/pengertian-workshop/). oleh karena itu, tak jarang dalam workshop menghadirkan narasumber dan menampilkan interaksi bersama untuk membahas suatu masalah tertentu. pelaksanaan workshop dilaksanakan dalam beberapa hari dengan perhitungan jumlah jam untuk menyampaikan materi dan memecahkan masalah disertai pelatihan yang bermanfaat untuk mendapatkan pengetahuan yang bisa diterapkan sesuai dengan bidang yang ditekuni. workshop kali ini dibahas secara tuntas teknik asosiasi dan fantasi yang dipergunakan guru untuk membimbing kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi bagi siswa sdn 2 krajankulon kaliwungu kab. kendal. kedua teknik ini diyakini mampu mengatasi kesulitan guru dalam membimbing siswa menulis dan membaca puisi, karena teknik asosiasi merupakan turunan dari teori peta konsep yang diadaptasi oleh nursisto pada tahun 1999 dengan nama teori asosiasi untuk menulis puisi (hudoyo, https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.160 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.160 784 2002). peta konsep memberikan kemudahan bagi otak untuk menerima sebuah materi dan mengambilnya kembali sewaktu-waktu (buzan, 2011). peta konsep adalah suatu alternatif solusi yang dirasa tepat sesuai dengan namanya, dapat memetakan informasiinformasi di dalam kepala. kehebatan peta konsep ini adalah dapat mengeluarkan ide-ide dari sebuah kata kunci yang masih bisa dikembangkan kemudian membantu siswa menggali ide sebanyak-banyaknya. peta konsep menggunakan pengingat visual sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan untuk belajar mengasosiasikan dan merencanakan. peta konsep dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan dengan mudah jauh lebih mudah dari pada pencatatan secara tradisional (sugiyanto, 2013). kelebihan peta konsep ini digunakan dalam mengajarkan menulis puisi di sekolah dasar sebagai sara menggali kreativitas. teknik asosiasi merupakan suatu teknik turunan dari peta konsep, dimana siswa dituntut dapat mengasosiasikan sebuah kata. berasosiasi dimaksudkan agar siswa terampil mencari pertautan hubungan antara suatu benda dengan benda lain yang keberadaannya saling melengkapi. teknik fantasi merupakan suatu teknik fantasi siswa untuk memahami suasana dalam puisi. berfantasi dalam membaca puisi, pembaca akan menghubungkan dengan situasi dan suasana puisi dengan kegiatan indera yang menampilkan suasana sedih, gembira, kagum, dsb. teknik fantasi dalam membaca puisi merupakan upaya menghadirkan suasana dan melibatkan imaji dan pancaindera untuk memperoleh suasana sesuai dengan tema dan larik-larik puisi yang dibacakan. imaji-imaji yang diciptakan harus berfungsi untuk mendukung isi dan suasana puisi (puspasari 2013). dengan demikian sejatinya berfantasi dalam pembacaan pusi melibatkan perasaan, ekspresi, dan gerak tubuh serta mimik untuk penghayatan pembacaan puisi. puspasari (2013) melakukan penelitian berjudul pengembangan strategi fantasi k-pop dalam pembelajaran menulis puisi untuk siswa smp kelas vii. hasil penelitian adalah hasil rata-rata nilai keseluruhan buku panduan strategi fantasi k-pop mencapai 67.6% pada ahli strategi pembelajaran, 98% pada ahli pembelajaran puisi, dan 97.5% pada ahli praktisi. nilai keseluruhan produk dari hasil semua uji kelayakan mencapai 87.7% yang berarti produk layak dan dapat diimplementasikan. disimpulkan bahwa buku panduan strategi fantasi k-pop dapat diimplementasikan pada pembelajaran menulis puisi khususnya siswa kelas vii. penelitian berjudul peningkatan kemampuan membaca ekspresif puisi siswa kelas iii sd wirolegi 05 melalui metode demonstrasi dilakukan oleh sri (2010). berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran bahasa indonesia dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan membaca ekspresif puisi siswa kelas iii sdn wirolegi 05 kecamatan sumbersari kabupaten jember tahun pelajaran 2009-2010. hal ini jelas tergambar dari nilai yang dicapai oleh siswa pada siklus i dan siklus ii. pada siklus i hanya terdapat 21 siswa (72,41%) yang mencapai kkm sedangkan pada siklus ii terdapat 27 siswa (89,65%) yang mencapai kkm. penelitian berjudul peningkatan kemampuan menulis puisi melului teknik pengamatan objek langsung siswa kelas iv sdn mojorayung 03 kecamatan wungu kabupaten madiun tahun pelajaran 2008/2009 dilakukan oleh nuraini (2009). hasil penelitian adalah (1) hasil belajar dari siklus i siswa yang tuntas belajar sebanyak 7 siswa menjadi 21 siswa atau dari 28% menjadi 84% mengalami kenaikan 56%, ini berarti peningkatan hasil tersebut berkaitan dengan proses pembelajaran dengan menggunakan https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.160 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.160 785 diskusi kelompok dan didukung oleh pemahaman dalam mengekspresikan sesuai dengan objek langsung, (2) keaktifan minat belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus 1 adalah 58 pada siklus ii meningkat menjadi 74,2, ada peningkatan 16,25. nuraini (2009) menyimpulkan bahwa dengan teknik pengamatan objek langsung kemampuan menulis puisi siswa kelas iv meningkat. beberapa penelitian telah dipaparkan. penelitian puspasari (2013) berupa pengembangan strategi fantasi k-pop dalam pembelajaran menulis puisi untuk siswa smp kelas vii. penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang menghasilkan buku ajar. penelitian selanjutnya adalah penelitian sri (2010) tentang kegiatan pembelajaran bahasa indonesia dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan membaca ekspresif puisi siswa kelas iii sd, dan penelitian nuraini (2009) tentang teknik pengamatan objek langsung untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas iv. dari beberapa penelitian yang ada belum ada peneliti yang memaparkan telaah mengenai peningkatan keterampilan guru dalam membimbing kegiatan ekstrakurikuler tulis dan baca puisi dengan penerapan teknik asosiasi dan fantasi kepada siswa. dengan demikian, penelitian ini merupakan hal yang baru dan belum pernah diteliti, sehingga bukanlah penelitian saduran atau penelitian ulang yang pernah dilakukan. metode penelitian penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan sekolah dengan transfer ilmu dari kepala sekolah kepada guru melalui workshop. kepala sekolah sebagai narasumber. kegiatan workshop diikuti dengan pelatihan serta pendampingan dalam melaksanakan bimbingan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi. materi workshop yang disampaikan adalah teknik asosiasi dan fantasi dalam menulis dan membaca puisi, untuk membekali guru dalam meningkatkan keterampilan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi. metode penelitian yang digunakan adalah metode desriptif pemecahan masalah yang diteliti dengan gambaran subjek penelitian adalah guru sdn 2 krajankulon kaliwungu kab. kendal. jumlah guru yang dilibatkan sebagai subjek penelitian adalah 8 orang guru kelas, dan 2 orang guru mata pelajaran. waktu dan tempat penelitian di sdn 2 krajankulon dalam rentang waktu oktober sampai dengan desember 2019. dengan rangkaian kegiatan menyusun proposal penelitian tindakan sekolah, menyusun instrumen, pengumpulan data melalui dua siklus, yaitu siklus 1 dan 2. prosedur penelitian dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi pada tiap siklusnya. perencanaan dilakukan dengan penyusunan proposal dan melakukan sosialisasi kepada guru melalui rapat sekolah. peneliti menyampaikan alasan dilaksanakannya penelitian dan tindakan sekolah. perencanaan disusun dengan merumuskan tujuan, permasalahan, rencana alur tindakan, penyusunan instrumen. pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dan masing-masing siklus terdiri atas tiga pertemuan. pertemuan 1 siklus 1 dengan workshop pengenalan teknik asosiasi dan fantasi dalam menulis dan membaca puisi. workshop pertemuan kedua dilaksanakan dengan memberikan pelatihan dan menumbuhkan kecintaan dan kemahiran guru dalam menggali inspirasi menciptakan puisi dan membacakannya dengan teknik https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.160 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.160 786 fantasi. pertemuan ketiga dilaksanakan pendampingan kepada guru dalam membimbing ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi. pada pertemuan ini pula dilaksanakan evaluasi dan pengumpulan data penelitian siklus 1. demikian prosedur penelitian yang sama dan berulang di siklus 2. metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, hasil unjuk kerja, kuesioner, serta dokumentasi. selama pendampingan digunakan metode observasi dengan menggunakan lembar observasi. observasi dilaksanakan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, unjuk kerja, dan evaluasi. hasil observasi digunakan untuk mendeskripsikan proses dan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan. kuesioner (angket) digunakan untuk mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar untuk menjamin informasi yang valid dan akurat dalam sikap, perilaku, dan karakteristik guru dalam mendukung dan melaksanakan program sekolah berupa kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi. kuesioner ini berupa pertanyaan yang harus dijawab responden untuk mengetahui dan memperoleh data validitas yang relevan dengan tujuan penelitian. teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif (supardi 2006). perolehan hasil observasi dan kuesioner (angket) dianalisis secara deskriptif kuantitatif berdasarkan skor nilai 1–5. data-data tersebut dianalisis mulai dari siklus i dan siklus ii untuk dibandingkan dengan teknik deskriptif persentase, dengan rumus: n na = ------x 100% n keterangan: n = skor yang diperoleh n= skor total na= nilai akhir hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kriteria deskriptif persentase, yang dikelompokkan dalam lima kategori, yaitu sangat baik (sb), baik (b), cukup (c), kurang (k), dan sangat kurang (sk) dengan tabel interval nilai sebagai berikut (depdiknas 2002). tabel 1. kriteria penilaian skor nilai interval nilai (%) kategori 5 86 – 100 sangat baik (sb) 4 71 – 85 baik (b) 3 56 – 70 cukup (c) 2 41 – 55 kurang (k) 1 0 – 40 sangat kurang (sk) indikator kinerja dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah terdapat peningkatan keterampilan guru dalam membimbing siswa dalm kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi yang ditandai keberhasilan 85%. selain itu, juga ditandai dengan kemampuan unjuk kerja guru dalam menulis dan membaca pusi melalui pelatihan dalam workshop dengan nilai ketercapaian sangat baik (sb). https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.160 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.160 787 hasil hasil sebelum tindakan sebagaimana dicantumkan dalam kurikulum sekolah, bahwa ada beberapa kegiatan ektrakurikuler, salah satunya adalah menulis dan membaca puisi. sebelum dilaksanakan penelitian kegiatan ekskul yang satu ini menemui banyak kendala sehingga sangat kecil keberhasilan dan hasilnya tidak dapat dirasakan sebagai suatu pencapaian kurikulum yang maksimal. terbukti dengan belum pernah menjuarai lomba minimal di tingkat kecamatan. minimnya peserta dan kurangnya minat baik guru maupun siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi. salah satu penyebabnya adalah kurangnya daya tarik dikarenakan tidak pernah ada terobosan baru bagaimana cara membuat guru maupun siswa tertarik. peneliti menerapkan teknik menulis dan membaca puisi dengan melaksanakan workshop untuk meningkatkan keterampilan guru dalam membimbing siswa dalm kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi. materi workshop adalah teknik asosiasi dan fantasi dalam menulis dan membaca puisi bagi guru untuk dipakai sebagai bekal dalam membimbing siswa dalam kegiatan yang dimaksud. dapat ditarik kesimpulan bahwa sebelum dilakukan penelitian, kegiatan ekstrakurikuler tidak berjalan sesuai harapan. tujuan yang dicanangkan untuk kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi, yaitu mampu menjuarai lomba minimal tingkat kecamatan belum pernah terealisasi. guru tidak mengenal teknik yang tepat untuk mengajarkan bagaimana cara menulis puisi, menuangkan ide dan imajinasi serta bagaimana membaca puisi supaya dapat menikmati secara pribadi dan dinikmati banyak orang. hasil setelah tindakan siklus 1 workshop dengan pelatihan dan pendampingan guru dalam upaya meningkatkan keterampilan guru dalam membimbing kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi dengan teknik asosiasi dan fantasi. tahap pertama adalah perencanaan, yaitu penyusunan proposal dan sosialisasi kegiatan untuk menyamakan persepsi terhadap kegiatan workshop yang akan dilaksanakan. dilanjutkan dengan penyiapan instrumen kegiatan. tahap selanjutnya adalah pelaksanaan, yaitu melaksanakan workshop dan pemebrian latihan, serta pendampingan. selanjutnya dilaksanakan evaluasi melalui observasi dan refleksi. hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan guru saat membimbing kegiatan ekstrakurikuler menulis puisi dianalisis tiap item. terdapat tujuh item yang dipergunakan, dan masing-masing item disediakan skor penilaian 1–5, kemudian dihitung rata-rata tiap item dan tingkat ketercapaiannya. secara jelas hasil penialaian dapat dicermati pada tabel 2. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.160 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.160 788 tabel 2. hasil observasi siklus 1 indikator pengamatan nilai tingkat ketercapaian 1. guru bersemangat mengikuti dan menyambut gembira diadakannya workshop 75,0 75 % 2. setelah dilaksanakan workshop, guru selalu berantusias mengembangkan teknik asosiasi dan fantasi dalam puisi serta mampu menyampaikan kepada siswa penuh kegembiraan 84,2 84 % 3. guru mampu berimajinasi dan menulis puisi dengan teknik asosiasi dan fantasi 76,7 77 % 4. guru mampu menarik perhatian siswa dan mengajak siswa untuk aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi 75,4 75 % 5. guru mampu memotivasi siswa untuk optimis bisa menjadi yang terbaik 80,8 81 % 6. guru lebih kreatif dalam menyampaikan bimbingan kepada siswa setelah dilaksanakan workshop. 84,2 84 % 7. guru selalu memberikan reword dan tindak lanjut untuk kemajuan siswa 75,0 75 % rata-rata 78,7 rata-rata ketercapaian 79% (baik) perolehan nilai rerata adalah 78,7, rata-rata tingkat ketercapaian 79% dengan kategori baik. perolehan ini masih belum memuaskan karena indikator keberhasilan yang ditetapkan adalah 85%. hasil angket dianalisis dalam tujuh item yang dipergunakan. tiap pertanyaan disediakan angka 1–5 bagi responden, kemudian dihitung rata-rata dan tingkat ketercapaiannta. secara jelas dapat dicermati dalam tabel 3. tabel 3. hasil angket siklus 1 indikator pengamatan nilai rata-rata tingkat ketercapaian 1. saya menyukai kegiatan workshop dalam rangka membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi 74,2 74 % 2. saya bersedia mengarahkan siswa untuk menyukai puisi 81,7 82 % 3. saya akan selalu berusaha jika motivasi siswa mengikuti kegiatan ekskul menurun 76,3 76 % 4. sebelumnya saya tidak pernah mengenal teknik asosiasi dan fantasi dalam puisi 74,2 74 % 5. setelah mengetahui teknik asosiasi dan fantasi, saya menyukainya dan merasa mudah dalam berpuisi 78,8 79 % 6. saya selalu memotivasi siswa saya menjadi juara dalam kegiatan atau lomba 81,7 82 % 7. saya akan mencari bibit siswa terampil berpuisi melalui teknik asosiasi dan fantasi 73,8 74 % rata-rata 77,2 rata-rata ketercapaian 77% (baik) perolehan nilai rerata kuesioner adalah 77,2, rata-rata tingkat ketercapaian 77% dengan kategori baik. perolehan ini masih belum memuaskan karena indikator keberhasilan yang ditetapkan adalah 85%. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.160 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.160 789 tingkat ketercapaian keterampilan guru dalam membimbing kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi siklus 1 secara umum kategori yang dihasilkan adalah baik, namun indikator ketercapaian masih jauh dari harapan, yaitu 85%. peneliti masih harus berupaya maksimal agar hasil sesuai dengan indikator ketercapaian yang sudah ditetapkan . namun demikian, kelebihan pelaksanaan siklus 1 adalah guru sudah mendesain pembimbingan ekstrakurikuler dengan teknik asosiasi dan fantasi yang menyenangkan, dan siswa mampu merespons dan mengapresiasi positif seluruh rangkaian kegiatan . hasil setelah tindakan siklus 2 tingkat ketercapaian hasil pengamatan siklus 2 terhadappelaksanaan workshop keterampilan guru dalam membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi dengan teknik asosiasi dan fantasi mengalami kenaikan yang signifikan. kenaikan tersebut dapat dicermati pada tabel 4. tabel 4. hasil observasi siklus 2 indikator pengamatan nilai ratarata tingkat ketercapaian 1. guru bersemangat mengikuti dan menyambut gembira diadakannya workshop 86,7 87 % 2. setelah dilaksanakan workshop, guru selalu berantusias mengembangkan teknik asosiasi dan fantasi dalam puisi serta mampu menyampaikan kepada siswa penuh kegembiraan 87,5 87 % 3. guru mampu berimajinasi dan menulis puisi dengan teknik asosiasi dan fantasi 85,8 86 % 4. guru mampu menarik perhatian siswa dan mengajak siswa untuk aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi 84,2 84 % 5. guru mampu memotivasi siswa untuk optimis bisa menjadi yang terbaik 86,7 87 % 6. guru lebih kreatif dalam menyampaikan bimbingan kepada siswa setelah dilaksanakan workshop. 88,0 88 % 7. guru selalu memberikan reword dan tindak lanjut untuk kemajuan siswa 85,0 85 % rata-rata 86,37 rata-rata ketercapaian 86% (sangat baik) dari tabel 4 setelah dinilai dan dianalisis melalui 7 indikator. hampir setiap indikator sudah dilaksanakan dengan benar dan baik oleh setiap guru. perolehan nilai adalah 86,37, rata-rata tingkat ketercapaian 86% dengan kategori sangat baik. perolehan ini sangat memuaskan karena indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu 85% sudah tercapai. hasil kuesioner siklus 2, dirangkum dari 7 indikator. masing-masing indikator diberikan rentang nilai 1–5 dan dihitung nilai dan tingkat ketercapaian. hasil kuisioner siklus 2 dapat dicermati pada tabel 5. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.160 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.160 790 tabel 5. hasil kuisioner siklus ii indikator pengamatan nilai tingkat ketercapaian 1. saya menyukai kegiatan workshop dalam rangka membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi 87,5 87 % 2. saya bersedia mengarahkan siswa untuk menyukai puisi 87,5 87 % 3. saya akan selalu berusaha jika motivasi siswa mengikuti kegiatan ekskul menurun 85,4 85 % 4. sebelumnya saya tidak pernah mengenal teknik asosiasi dan fantasi dalam puisi 85,0 85 % 5. setelah mengetahui teknik asosiasi dan fantasi, saya menyukainya dan merasa mudah dalam berpuisi 86,3 86 % 6. saya selalu memotivasi siswa saya menjadi juara dalam kegiatan atau lomba 87,1 87 % 7. saya akan mencari bibit siswa terampil berpuisi melalui teknik asosiasi dan fantasi 85,0 85 % rata-rata 86,2 rata-rata ketercapaian 86% (sangat baik) dari tabel 5 dapat dicermati bahwa hampir setiap indikator penilaian dilakukan oleh setiap guru dengan baik, hal ini terbukti dengan perolehan nilai rata-rata 86,2 dengan kategori sangat baik, indikator ketercapaian 86% sudah melebihi indikator kinerja yang telah ditetapkan, yaitu 85%. tindak lanjut hipotesis tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini membuktikan bahwa pelaksanaan workshop dengan materi penerapan teknik asosiasi dan fantasi dapat meningkatkan keterampilan guru dalam membimbing kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi. peningkatan tersebut maliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor guru yang sudah terangkum dalam tiap indikator lembar observasi dan angket. dengan dukungan data dan fakta dalam tiap siklusnya, maka penelitian tindakan sekolah ini dapat dijadikan rujukan bagi guru atau pemerhati pendidikan yang akan meneliti dan mendeskripsikan setiap interaksi maupun inovasi pembelajaran. interaksi yang ditekankan adalah interaksi multiarah yang dapat menjalin hubungan batin sehingga dapat menciptakan suasana sekolah yang nyaman serta tercapai tujuan yang dicanangkan. suasana menyenangkan dalam interaksi menuntun guru pada penanaman sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan kepada siswanya. kreatifitas guru dalam berinovasi akan menjadi barometer bagi semangat dan aktivitas siswa untuk berkembang dan menghasilkan karya, baik sastra maupun nonsastra. oleh karena itu, guru perlu menciptakan inovasi yang dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagaimana tujuan yang tuangkan dalam undang-undang sisdiknas, yaitu mengembangkan kemampuan, membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yme, berakhlak mulia, sehat, beilmu, cakap, kreatif, dan mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.160 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.160 791 simpulan dari serangkaian penelitian dan pengambilan data dapat disimpulkan bahwa melalui workshop terdapat peningkatan keterampilan guru dalam membimbing kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi dengan penerapan teknik asosiasi dan fantasi kepada siswa di sdn 2 krajankulon kaliwungu kabupaten kendal tahun pelajaran 2019/2020. data yang diperoleh siklus 1, yaitu hasil observasi guru dalam membimbing kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi siklus i adalah 78,7 %; hasil angket guru terhadap pelaksanaan workshop, pelatihan, hingga pendampingan siklus i adalah 77,2% masih perlu ditingkatkan dari target yang diharapkan, yaitu 85%. pada siklus 2 tingkat ketercapaian hasil observasi guru dalam membimbing kegiatan ekstrakurikuler menulis dan membaca puisi mengalami peningkatan, yaitu 86,4% dan hasil angket guru terhadap pelaksanaan workshop, pelatihan, hingga pendampingan siklus 2 adalah 86,2%, sudah melampaui indikator pencapaian yang ditetapkan, yaitu 85%. daftar rujukan buzan, toni. 2011. buku pintar mind map. jakarta: gramedia pustaka utama. hodoyo. 2002. peta konsep. jakarta: pusat perbukuan depdiknas. minarsih, 2009. peningkatan kemampuan menulis puisi melului teknik pengamatan objek langsung siswa kelas iv sdn mojorayung 03 kecamatan wungu kabupaten madiun tahun pelajaran 2008/2009. jember: fkip.pgsd universitas jember. nektarity. 2015. variasi dan teknik menulis pusi. http://www.rumpunnektar.com/2013/09/variasi-teknik-dalam-menulis-puisi.html diakses tanggal 15 oktober 2019. nn. 2021. pengertian workshop dan perbedaannya dengan training dan seminar. https://accurate.id/marketing-manajemen/pengertian-workshop/ puspasari, yunita. 2013. pengembangan strategi fantasi k-pop dalam pembelajaran menulis puisi untuk siswa smp kelas vii tahun 2012/2013. malang: fakultas sastra universitas negeri malang. skripsi. http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/sastra-indonesia/article/view/27180 diakses tanggal 15 oktober 2019. sugiyanto. 2013. model-model pembelajaran inovatif. surakarta: yuma pustaka sarno. 2018. pengelolaan pembelajaran puisi dengan peta konsep pada siswa kelas tinggi sd negeri joglo 76 surakarta. tesis. ums. http://eprints.ums.ac.id/65931/16/naskah%20pi.pdf sri, tutut, nurul musarofa. 2010. peningkatan kemampuan membaca ekspresif puisi siswa kelas iii sd wirolegi 05 melalui metode demonstrasi. skripsi jember: fkip.pgsd universitas jember. sutrisno. 2009. menulis puisi melalui model ”pengembangan fantasi korelatif”. skripsi. yogyakarta: uny http://omtrisno06.blogspot.co.id/ diakses tanggal 15 januari 2016. syukur, nurben. 2014. cara membaca puisi yang baik dan benar. http://artikel.um.ac.id/index.php/sastra-indonesia/article/view/27180. diakses tanggal 15 oktober 2019. trihartanto, slamet. 2009. model bahasa indonesia yang mengembangkan kreativitas anak. semarang: lpmp jawa tengah. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.160 http://www.rumpunnektar.com/2013/09/variasi-teknik-dalam-menulis-puisi.html https://accurate.id/marketing-manajemen/pengertian-workshop/ http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sastra-indonesia/article/view/27180 http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sastra-indonesia/article/view/27180 http://eprints.ums.ac.id/65931/16/naskah%20pi.pdf http://omtrisno06.blogspot.co.id/ http://artikel.um.ac.id/index.php/sastra-indonesia/article/view/27180 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 906 received : 23-04-2021 revised : 11-05-2021 published : 30-06-2021 penggunaan laboratorium virtual phet untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa sma arifudin sman 1 amuntai, indonesia arifudin.mpd@gmail.com abstrak: penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar materi listrik arus searah melalui penggunaan laboratorium virtual phet di sman 1 amuntai pada bulan juli-agustus 2020. metode penelitian terdiri dari empat tahap setiap siklusnya yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. instrumen yang digunakan terdiri dari lks praktikum dengan laboratorium virtual dan tugas pada tiap akhir pertemuan. hasil penelitian mengungkapkan penggunaan laboratorium virtual phet pada pembelajaran daring dengan google classroom berhasil meningkatkan hasil belajar siswa, baik pada aspek pengetahuan ataupun ketrampilan. pada aspek pengetahuan, rata-rata siswa meningkat. pada siklus i dari nilai rata-rata siswa 78 dana pada siklus ii menjadi 85. pada aspek ketrampilan menggunakan lks praktikum laboratorium phet nilai rata-rata siswa juga meningkat, pada siklus i mencapai 81, dan pada siklus ii menjadi 87. ketuntasan klasikal pada siklus i 82% dan meningkat menjadi 94% pada siklus ii. kata kunci: laboratorium virtual; phet; pembelajaran jarak jauh; google classroom; hasil belajar https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 mailto:arifudin.mpd@gmail.com vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 907 pendahuluan pandemi telah mendorong kemdikbud untuk melaksanakan pembelajaran dari rumah secara nasional. kebijakan ini merekomendasikan satuan pendidikan melaksanakan pembelajaran jarak jauh (pjj) pada semua jenjang pendidikan. tujuan kemdikbud melaksanakan pembelajaran jarak jauh (pjj) antara lain adalah memastikan pemenuhan hak siswa terhadap layanan pendidikan, melindungi pendidik, tenaga pendidikan, peserta didik dan orang tua selama wabah covid-19. lebih lanjut, kemdikbud membuat dua kategori pelaksanaan bdr, yaitu daring dan luring. pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (daring) menggunakan perangkat terkoneksi internet dan pembelajaran jarak jauh luar jaringan luring menggunakan tv radio, modul dan lembar kerja siswa, serta media belajar di lingkungan sekitar. sebagai implementasi kebijakan kemdikbud di atas, pembelajaran fisika pada kelas xii mipa-1 sman 1 amuntai juga dilaksanakan secara daring dengan aplikasi google classroom. classroom merupakan aplikasi yang dikembangkan google untuk membuat kelas maya, memberikan informasi terkait kegiatan belajar mengajar (kbm), memberikan bahan ajar yang berbentuk teks atau multimedia, memberikan valuasi pembelajaran, tugas, atau bahan ajar dalam bentuk yang lain. sebagai media yang relatif baru diimplementasikan dalam pembelajaran, penggunaan google classroom dalam pembelajaran fisika menarik untuk dikaji dari berbagai aspek baik siswa, guru, maupun sarana pendukung. sebenarnya google classroom sudah cukup lama dikembangkan, tetapi semakin banyak penggunanya ketika pandemi sehingga perlu untuk dikaji dari sisi pengguna dan sarana pendukungnya. pada mata pelajaran fisika, dan juga sains secara umum, sejumlah konsep perlu didukung dengan suatu percobaan atau praktikum agar konsep tersebut mudah dipahami peserta didik. terdapat dua aspek yang tidak terpisahkan pada pembelajaran fisika, yaitu fisika sebagai produk yang dapat berupa pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori, dan fisika sebagai proses kerja ilmiah (masril et al., 2012). pada kenyataannya, pembelajaran fisika di kelas sangat menekankan pada aspek produk. pada sebagian besar pelaksanaan pembelajaran, para siswa hanya dijejali dengan konsep, prinsip, teori-teori fisika, yang tidak jarang membuat para siswa merasa berat dan bosan memahami fisika. apa yang dilakukan guru dalam pembelajaran tidak bisa juga dianggap salah, karena tuntutan kurikulum dan alokasi waktu diberikan dianggap tak sebanding. pun dalam pelaksanaan ujian di sekolah ataupun masuk ke jenjang pendidikan lebih tinggi, yang diujikan pada dasarnya berupa konsep, hukum ataupun teori dibanding kepada aspek proses. sebagai bidang studi yang mempelajari gejala alam, seharusnya pembelajaran fisika tidak hanya menekankan pada kemampuan matematis tetapi juga diorientasikan pada pemahaman gejala fisis dan didasarkan pada pengalaman belajar. pembelajaran yang banyak memberikan pengalaman belajar bermakna bisa dilakukan dengan praktikum di laboratorium. pembelajaran fisika dengan bantuan praktikum, akan mendorong siswa membangun konsep lebih bermakna dengan mengaitkan hasil percobaan dengan materi yang sudah dimiliki siswa. peserta didik yang telah memiliki konsep melalui proses ilmiah melalui kegiatan praktikum di laboratorium akan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan sains yang dihadapi (lestari & diana, 2018). tetapi dalam kondisi pandemi, aktifitas belajar harus dilakukan dari rumah, maka kegiatan praktikum tersebut sulit atau bahkan tidak mungkin dilaksanakan. sebagai alternatif agar pembelajaran bermakna melalui praktikum terlaksana adalah dengan cara melaksanakan kegiatan praktikum secara maya (virtual). kegiatan praktik virtual merupakan praktikum dengan laboratorium dalam bentuk digital di komputer (rizal et al., 2018). menurut asrizal et https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 908 al., (2019) praktikum menggunakan laboratorium virtual merupakan percobaan tanpa laboratorium sebenarnya (riil) yang mendorong siswa mengkaitkan aspek teoritis dan praktis. pada laboratorium virtual sudah disediakan alat dan bahan praktik layaknya pada laboratorium sebenarnya. ada beberapa alasan melakukan praktikum dengan laboratorium virtual, diantaranya praktikum tersebut sulit dilakukan di laboratorium nyata, atau karena tidak ada atau minim alat-alat pratikum yang dimiliki (dewa et al., 2020). dengan menggunakan laboratorium virtual, siswa bisa melakukan praktikum kapanpun dan dimanapun mereka inginkan, sehingga mereka bisa menguji konsep yang telah diterima melalui praktikum di laboratorium virtual sampai memahami konsep tersebut. jika pembelajaran dilaksanakan di sekolah tentu akan mudah membawa para siswa untuk praktikum baik laboratorium fisika (riil) maupun laboratorium virtual, tetapi selama pembelajaran daring “desain praktikum” tentu menjadi tidak sederhana. masalahnya, para siswa sma mayoritas memiliki handphone berbasis android dibanding komputer. berdasar survei pada kelas xii mipa-1, dari jumlah 28 siswa yang di rumahnya terdapat laptop sekitar 12 (42,9%), meskipun begitu semua siswa memiliki handphone. karena itu, untuk melakukan praktikum laboratorium virtual guru harus menentukan suatu aplikasi yang bisa dijalankan di semua perangkat, baik komputer ataupun handphone, sehingga seluruh siswa bisa menggunakannya. terdapat sejumlah aplikasi atau layanan web untuk melakukan simulasi ataupun praktikum dengan laboratorium virtual, baik yang berbayar ataupun tidak, tetapi yang paling banyak digunakan adalah phet (physics education technology). phet merupakan layanan yang disediakan oleh universitas colorado untuk pembelajaran. meskipun layanan phet sudah tersedia beberapa tahun sebelum pandemi, namun para guru lebih memilih praktikum di laboratorium fisika dibanding komputer. phet memudahkan siswa memahami materi yang perlu dipraktekkan di laboratorium fisika, seperti kelistrikan, gerak, panas, bunyi, gelombang dan sebagainya. bahkan phet menyajikan simulasi yang laboratorium fisika tingkat sma sulit menyediakan sarananya seperti, efek fotolistrik, model atom hidrogen, dan fisi nuklir. terdapat beberapa platform simulasi yang disediakan phet, diantaranya java, flash, dan html5. jika praktikum dengan laboratorium virtual menggunakan perangkat komputer tentu semua platform tersebut bisa didukung, tetapi kalau menggunakan handphone android atau ios yang langsung didukung adalah html5. tangkapan layar laman situs phet yang menunjukkan ragam laboratorium virtual dan platform yang didukungnya, ditampilkan pada gambar 1 berikut: gambar 1. pilihan jenis simulasi atau laboratorium virtual yang disediakan phet https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 909 hasil penelitian terdahulu oleh (adyan et al., 2019) menyatakan penggunaan discovery learning dengan virtual laboratory pada materi gelombang mekanik dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik. peneliti lain, (adlina et al., 2019) mendapatkan model pembelajaran discovery learning dan simulasi phet berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. hasil penelitian (ekawati et al., 2015) menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar fisika siswa dengan pembelajaran yang menggunakan simulasi phet. pada penelitian (simbolon, dedi holden, 2015) memperoleh peningkatan hasil belajar fisika yang signifikan pada pembelajaran pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen riil dengan laboratorium virtual dibandingkan dengan pembelajaran langsung. selanjutnya hasil penelitian (nurrokhmah & sunarto, 2013) menyatakan penggunaan laboratorium virtual berbasis inkuiri berkontribusi terhadap hasil belajar siswa pada materi kelarutan sebesar 10,11%. beberapa penelitian di atas, yang menyatakan penggunanaan laboratorium virtual dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar, mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut. perbedaannya adalah penulis melakukan penelitian penerapan pembelajaran berbantuan laboratorium virtual dalam pembelajaran daring melalui aplikasi google classroom. tujuan penelitian yang penulis lakukan adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi listrik arus searah dengan praktikum menggunakan laboratorium virtual phet pada kelas xii mipa-1 sman 1 amuntai. metode pada penelitian ini penulis berupaya meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan metode penelitian tindakan kelas melalui pembelajaran jarak jauh berbantuan google classroom dan laboratorium virtual. desain penelitian menggunakan model siklus kemmistaggart yang terdiri dari: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi (muhammad anugrah, s.pd.i., s.sos., 2019:55). pentahapan penelitian tersaji pada gambar 2 berikut: gambar 2. model siklus kemmis-taggart https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 910 pada tahap studi pendahuluan, peneliti memberikan kuis awal kepada subjek. subjek penelitian adalah 28 siswa kelas xii mipa-1 sma negeri 1 amuntai. pada pembelajaran tatap muka kelas xii mipa-1 merupakan kelas yang aktif dalam pembelajaran, tetapi ketika pembelajaran daring penulis mendapatkan beberapa permasalah, diantaranya tugas yang diserahkan banyak terlambat dengan jawaban yang kurang tepat sehingga ketuntasan klasikalnya rendah yaitu 64%. penelitian ini difokuskan pada penilaian hasil belajar siswa, baik nilai pengetahuan maupun ketrampilan. penilaian pada aspek pengetahuan merupakan nilai tugas pada tiap akhir pembelajaran, sedang nilai praktikum diperoleh dari kegiatan praktikum dengan laboratorium virtual pada tiap siklus. data yang dikumpulkan yaitu daftar nilai tes atau tugas praktikum siswa dalam proses pembelajaran fisika menggunakan rekam layar dan unduh hasil dalam format excel. indikator keberhasilan penelitian diamati dengan meningkatnya hasil belajar siswa pada materi listrik arus searah. keberhasilan pembelajaran dilihat dari batas nilai kkm yaitu 75 yang telah dicapai siswa pada kelas tersebut telah mencapai 85%. jika hasil belum mencapai ketuntasan klasikal 85% akan dilanjutkan pada siklus berikutnya dengan terlebih dulu melakukan refleksi pada siklus sebelumnya. siklus berhenti jika jumlah siswa yang mencapai kkm dengan prosentase ketuntasan klasikal 85%. data akhir yang diperoleh berupa skor hasil belajar siswa ditiap siklus, baik nilai dari praktikum laboratorium virtual atau nilai tes tiap akhir materi pembelajaran. hasil tahap pra siklus pada tahap pra siklus, pembelajaran daring dilakukan melalui google classroom dengan materi ajar sebagian berada pada blog penulis (fisikasma.xyz), dan diskusi kelas selain dengan google classroom dilakukan juga dengan grup whatsapp, tanpa menggunakan praktikum virtual. tahap pra siklus dilaksanakan pada hari rabu, 15 juli 2020 selama 4 jam pelajaran (@25 menit) dari jam 10:30 – 12:25. pada kegiatan pembelajaran tahap pra siklus adalah tentang hukum ohm. pada akhir materi peneliti memberikan tugas (kuis) dengan google classroom yang diselesaikan pada hari itu juga. pada dasarnya materi kuis berupa materi awal yang telah diajarkan atau materi ipa-fisika tentang listrik arus dinamis yang telah dipelajari sewaktu siswa berada pada kelas ix tingkat smp/mts. hasil kuis pada pertemuan pertama menurut peneliti belum memuaskan. penyerahan tugas masih banyak terlambat dengan prosentase ketuntasan klasikal masih rendah. hasil pra siklus yang diperoleh terdapat 10 orang dari 28 siswa belum tuntas, atau ketuntantasan klasikal 64%, dan sebanyak 8 siswa terlambat menyerahkan tugas. ringkasan lengkap hasil pra siklus tersaji pada tabel 1 berikut: tabel 1. hasil pra tindakan no keterangan pra siklus 1 skor tertinggi 100 2 skor terendah 25 3 rerata hasil belajar 79 4 prosentase ketuntasan klasikal 64% 5 terlambat menyerahkan tugas 8 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 911 berdasar tabel tersebut, maka perlu dilakukan tindakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa karena prosentase ketuntasan klasikal hanya 64%. tindakan akan dilakukan dengan praktikum laboratorium virtual dalam pembelajaran daring melalui google classroom. tetapi sebelum menggunakan praktikum dengan laboratorium virtual, peneliti menganalisa sarana pendukung untuk pembelajaran daring tersebut. berdasarkan survei yang peneliti lakukan, tidak semua siswa memiliki perangkat komputer. berdasarkan hasil survei diperoleh hanya 12 siswa yang memiliki laptop/komputer baik itu milik siswa tersebut atau anggota keluarga dalam rumah tersebut, tetapi semua siswa tersedia handphone untuk pembelajaran. dengan kondisi ini maka praktikum laboratorium virtual harus menggunakan aplikasi yang bisa dijalankan di handphone. karena itu peneliti memilih laboratorium virtual phet yang berbasis html5, sehingga bisa digunakan di semua perangkat. siklus i tindakan pada siklus i dilaksanakan dalam dua pertemuan. pertemuan pertama digunakan untuk praktikum laboratorium virtual, kemudian pertemuan berikutnya untuk memberikan materi tentang konsep. pada pertemuan i para siswa mengerjakan lembar kerja siswa (lks) tentang hukum ohm dengan menggunakan laboratorium virtual phet circuit construction kit. karena peneliti beranggapan para siswa baru pertama menggunakan laboratorium virtual, maka cara menggunakan aplikasi dijelaskan secara virtual dengan memanfaatkan google meet. praktikum dengan laboratorium virtual dan penyelesaian lks bisa dikerjakan setelah jam pembelajaran. pada pertemuan kedua siklus i, peneliti memberikan materi rangkaian listrik. hasil tindakan siklus i jumlah siswa yang nilainya mencapai kkm pada kegiatan praktikum adalah 23 dari 28 siswa, sedang pada tugas materi rangkaian listrik mencapai 24 dari 28 siswa. kriteria ketuntasan minimal (kkm) untuk mata pelajaran fisika di xii mipa adalah 75. rerata jumlah ketuntasan klasikal dari kedua pertemuan pada siklus i adalah 82%. pencapaian penelitian pada siklus i dapat dilihat dari perbandingan hasil belajar yang diperoleh siswa antara pra siklus dengan siklus i pada tabel 2 berikut: tabel 2. hasil pra siklus dan siklus i no keterangan pra siklus siklus i praktikum virtual lab. tugas rangkaian listrik 1 nilai tertinggi 100 98 100 2 nilai terendah 25 60 60 3 rerata hasil belajar 79 81 78 4 prosentase ketuntasan klasikal 64% 82% 82% 5 terlambat menyerahkan tugas 8 17 21 dibandingkan dengan saat pra siklus, pada siklus i sudah ada terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas, dengan prosentase ketuntasan klasikal mencapai 82%. tetapi jumlah siswa yang terlambat menyerahkan tugas meningkat cukup signifikan. jumlah siswa yang terlambat menyerahkan tugas praktikum adalah 17 siswa dan terlambat menyerahkan tugas materi rangkaian listrik mencapai 21 orang. meskipun jumlah siswa yang mencapai kkm meningkat, namun belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, yaitu ketuntasan klasikal lebih dari 85%. sehingga tindakan pada siklus i perlu dilakukan refleksi untuk melanjutkan siklus berikutnya, sehingga diperoleh hasil yang diharapkan. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 912 siklus ii pada siklus ii dilakukan dalam dua kali pertemuan. pertemuan pertama untuk praktikum laboratorium virtual, kemudian pertemuan berikutnya untuk memberikan materi tentang konsep. pada pertemuan pertama siklus ii, para siswa mengerjakan lembar kerja siswa (lks) tentang hukum kirchoff dan tegangan jepit menggunakan laboratorium virtual phet circuit construction kit. berbeda dengan siklus i, panduan penggunaan laboratorium phet disediakan dalam bentuk video. hal ini supaya para siswa bisa lebih leluasa dalam memutar ulang jika masih belum paham cara penggunaannya. praktikum dengan laboratorium virtual dan penyelesaian lks tentang hukum kirchoff bisa diselesaikan setelah pembelajaran. pada pertemuan kedua siklus ii, peneliti memberikan materi hukum kirchoff. hasil dari tindakan siklus ii diperoleh bahwa jumlah siswa yang nilainya mencapai kkm pada kegiatan praktikum hukum kirchoff dan tegangan jepit sebanyak 26 dari 28 siswa, sedang pada tugas materi hukum kirchoff mencapai 27 dari 28 siswa. rerata jumlah ketuntasan klasikal dari kedua pertemuan pada siklus ii adalah 94%. pencapaian penelitian pada siklus ii dibandingkan dengan tindakan sebelumnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut: tabel 3. perbandingan hasil tindakan setiap siklus no keterangan pra siklus siklus i siklus ii praktikum virtual lab. tugas rangkaian listrik praktikum virtual lab. tugas hukum kirchoff 1 nilai tertinggi 100 98 100 93 100 2 nilai terendah 25 60 60 70 70 3 rerata hasil belajar 79 81 78 87 85 4 jumlah siswa belum tuntas 10 5 5 2 1 5 prosentase ketuntasan klasikal 64% 82% 82% 93% 95% 6 terlambat menyerahkan tugas 8 17 21 4 1 berdasarkan data pada tabel di atas, maka dapat dilihat hasil belajar siswa pada siklus ii sudah meningkat dibanding siklus sebelumnya. berdasarkan data terdapat peningkatan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 10% (dari 84% menjadi 94%), sedang rata-rata nilai kelas meningkat dari 82,5 menjadi 86. karena tindakan pada siklus ii sudah memberikan hasil sesuai indikator keberhasilan penelitian, yaitu jumlah ketuntasan klasikal mencapai 85%, maka tidak perlukan tindakan siklus berikutnya. secara keseluruhan perkembangan hasil belajar dari tindakan yang dilakukan ditampilkan pada grafik 1 berikut: https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 913 gambar 3. grafik perkembangan hasil belajar tiap siklus pembahasan pada siklus i meskipun jumlah siswa yang tidak mencapai kkm berkurang dibanding saat pra siklus, tetapi jumlah siswa yang terlambat menyerahkan tugas meningkat tajam. kondisi ini menurut peneliti, karena sejumlah siswa belum begitu paham dengan penggunaan aplikasi laboratorium virtual phet. hal ini karena saat pemaparan penggunaan phet menggunakan google meet tidak dilakukan rekam layar yang bisa dibagikan untuk diputar ulang oleh siswa yang masih belum paham. penggunaan google meet menurut peneliti kurang efektif karena dari survei yang dilakukan sebagian besar siswa masih menggunakan paket data, dan saat penelitian ini dilakukan belum ada bantuan kuota belajar dari kementrian pendidikan dan kebudayaan. karena itu sebagai pertimbangan pelaksanaan siklus ii, peneliti membuat tutorial penggunaan phet dalam bentuk video. kekurangpahaman pada penggunaan laboratorium virtual phet berimbas pada keterlambatan penyerahan tugas rangkaian listrik, karena tugas tersebut selain bisa diselesaikan dengan hitungan matematis bisa juga diselesaikan melalui laboratorium virtual phet dengan konsep hukum ohm. berdasarkan diskusi di grup whatsapp sejumlah siswa memang masih menemui kendala dalam penggunaan praktikum laboratorium virtual, seperti terlihat pada gambar 3 berikut: 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 nilai tertinggi nilai terendah rerata hasil belajar prosentase ketuntasan klasikal s ko r jenis skor pra siklus virlab (siklus i) formatif (siklus i) virlab (siklus ii) formatif (siklus ii) https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 914 gambar 4. tangkapan layar dikusi dengan siswa melalui aplikasi whatsapp pada siklus ii, penjelasaan kegiatan praktikum dibuat dengan lebih detil. penulis juga lebih leluasa karena video tutorial penggunaan laboratorium virtual dibuat dalam keadaan offline, dan siswa bisa memutar-ulang video tutorial jika merasa belum paham. hasil dari tindakan siklus ii diperoleh siswa yang nilainya mencapai kkm pada kegiatan praktikum hukum kirchoff dan tegangan jepit sebanyak 26 dari 28 siswa, sedang pada tugas materi hukum kirchoff mencapai 27 dari 28 peserta didik. rerata ketuntasan klasikal dari kedua pertemuan pada siklus ii adalah 94%. hasil ketuntasan klasikal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan praktikum laboratorium virtual dengan phet dapat memperbaiki hasil belajar siswa ketika pembelajaran moda daring. kondisi ini menurut penulis, karena para siswa yang melakukan praktikum memiliki pengalaman belajar dan makin mudah memahami konsep, hukum, atau teori tentang listrik arus searah. selain itu, para siswa juga bisa mencoba (eksperimen) materi berupa konsep atau teori yang disampaikan oleh gurunya melalui laboratorium virtual pada materi baru yang diberikan oleh gurunya. hasil di atas sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya, misalnya penelitian yang dilakukan oleh (setiari, 2021) yang berjudul penerapan media laboratorium virtual phet pada materi listrik dinamis untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas ix smp labschool cibubur tahun pelajaran 2020-2021, yang menyimpulkan laboratorium virtual phet dapat https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 915 meningkatkan hasil belajar siswa pada pada tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. penelitian lain yang senada dilakukan oleh, dewa et al., (2020) yang berjudul pengaruh pembelajaran daring berbantuan laboratorium virtual terhadap minat dan hasil belajar kognitif fisika. kesimpulan pada penelitian dewa et al., (2020) adalah pembelajaran daring yang dipadukan dengan simulasi phet akan meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif. peneliti saputra et al., (2020) dalam penelitian yang berjudul pengaruh penggunaan media simulasi phet terhadap hasil belajar fisika, menyimpulkan bahwa hasil belajar fisika dengan pembelajaran berbantuan phet lebih baik dibandingkan kelas yang praktikum tanpa menggunakan laboratorium virtual phet. sedangkan peneliti (alam, yuniar; nonggala putra, fatra; solichin, 2021) dalam penelitian yang berjudul pengaruh simulasi phet (physics education and technology) terhadap kualitas dan hasil belajar, menyimpulkan bahwa simulasi phet bepengaruh positif dan signifikan antara simulasi phet terhadap kualitas dan hasil belajar fisika. simpulan pandemi covid-19 yang melanda sebagian besar penduduk bumi membawa perubahan mekanisme pada proses pembelajaran sehingga sekolah memberlakukan pembelajaran jarak jauh (pjj). pengimplementasian teknologi pembelajaran daring google classroom pada pembelajaran fisika perlu didukung dengan aplikasi lain, yang mampu menyajikan praktikum layaknya para siswa belajar di sekolah. hal ini penting, karena untuk memahami fisika tidak cukup hanya membaca produk sains yang berupa, fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori, tetapi pembelajar juga perlu mengalami proses mendapatkan produk tersebut. selama pembelajaran dalam moda daring proses sains tersebut sulit dilakukan, karena tidak mungkin peralatan praktikum fisika siap pakai dan tersedia di rumah siswa. karena itu perlu dicarikan solusi sehingga kegiatan pembelajaran berupa “proses sains” tetap dilakukan meski dalam kondisi pembelajaran jarak jauh. penerapan praktikum dengan laboratorium virtual phet mampu meningkatkan nilai rerata dan jumlah siswa yang tuntas dalam pembelajaran fisika di sman 1 amuntai. hasil penelitian ini menunjukkan jumlah ketuntasan belajar pada listrik arus searah meningkat sebesar 30% (dari 64% menjadi 94%). selain jumlah siswa yang tuntas pada pembelajaran meningkat, hal yang tidak diabaikan adalah penggunaan praktikum dengan laboratorium virtual akan memberikan pengalaman belajar yang sangat berguna untuk mempelajari konsep-konsep fisika berikutnya. daftar rujukan adlina, manurung, s. r., & apriani, y. (2019). efektivitas model discovery learning berbantuan simulasi phet terhadap hasil belajar fsika di kelas x sma swasta alwashliyah 1 medan. jurnal inovasi pembelajaran fisika (inpafi), 7(4), 9–16. adyan, f. b., purwanto, a., & nirwana, n. (2019). upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan model discovery learning berbantuan virtual laboratory. jurnal kumparan fisika, 2(3), 153–160. https://doi.org/10.33369/jkf.2.3.153-160 alam, yuniar; nonggala putra, fatra; solichin, r. (2021). pengaruh simulasi phet ( physic education and tecnology) terhadap kualitas dan hasil belajar. 6, 225–231. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 916 asrizal, a., hendri, a., & festiyed, f. (2019). penerapan model pembelajaran penemuan mengintegrasikan laboratorium virtual dan hots untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa sma kelas xi. november, 49–57. https://doi.org/10.31227/osf.io/bknrf dewa, e., maria ursula jawa mukin, & oktavina pandango. (2020). pengaruh pembelajaran daring berbantuan laboratorium virtual terhadap minat dan hasil belajar kognitif fisika. jartika jurnal riset teknologi dan inovasi pendidikan, 3(2), 351–359. https://doi.org/10.36765/jartika.v3i2.288 ekawati, y., haris, a., & amin, b. (2015). penerapan media simulasi menggunakan phet (physics education and technology) terhadap hasil belajar fisika peserta didik kelas x sma muhammadiyah limbung. jurnal pendidikan fisika unismuh, 3(1), 121393. lestari, m. y., & diana, n. (2018). keterampilan proses sains (kps) pada pelaksanaan praktikum fisika dasar i. indonesian journal of science and mathematics education, 1(1), 50–54. http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ijsme/article/view/2474/1828 masril, hidayati, & darvina, y. (2012). disain laboratorium virtual melalui ict. jurnal fmipa, 4(1), 1–8. muhammad anugrah, s.pd.i., s.sos., m. p. (2019). penelitian tindakan kelas_(langkahlangkah praktis pelaksanaan penelitian tindakan kelas) yogyakarta: leutikaprio, nurrokhmah, i. e., & sunarto, w. (2013). pengaruh penerapan virtual labs berbasis inkuiri terhadap hasil belajar kimia. chemistry in education, 2(2). rizal, a., adam, r. i., & susilawati, s. (2018). pengembangan laboratorium virtual fisika osilasi. jurnal online informatika, 3(1), 55. https://doi.org/10.15575/join.v3i1.140 saputra, r., susilawati, s., & verawati, n. n. s. p. (2020). pengaruh penggunaan media simulasi phet (physics education technology) terhadap hasil belajar fisika. jurnal pijar mipa, 15(2), 110. https://doi.org/10.29303/jpm.v15i2.1459 setiari, o. h. (2021). penerapan media laboratorium virtual phet pada materi listrik dinamis untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas ix smp labschool cibubur tahun pelajaran 2020-2021. simbolon, dedi holden, s. (2015). pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen riil dan laboratorium virtual terhadap hasil belajar fisika siswa. jurnal pendidikan dan kebudayaan, 21(3), 299. https://doi.org/10.24832/jpnk.v21i3.192 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.174 microsoft word 06-husen.docx vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.21 48 received : 01-07-2020 revised : 15-08-2020 published : 20-09-2020 media video you tube tutorial lari sprint untuk peningkatan prestasi belajar smp negeri 4 wonomerto moh. hosen smpn 4 sumberasih probolinggo, indonesia mohammadhosen1972@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan media video youtube tutorial untuk meningkatkan hasil pembelajaran lari sprint. subjek penelitian ini adalah siswa kelas viia smp negeri 4 wonomerto sebanyak 24 siswa. teknik pengumpulan data meliputi tes praktik lari sprint, lembar observasi siswa selama mengikuti pembelajaran. teknik analisis data menggunakan deskriptif persentase untuk mengungkap hasil ketuntasan belajar. hasil siklus i menunjukkan bahwa 60 % siswa mencapai ketuntasan belajar . hasil siklus ii menunjukkan bahwa 90 % siswa mencapai ketuntasan belajar. karena persentase ketuntasan hasil belajar siswa melampaui 80%, penelitian tindakan kelas ini telah mencapai indikator keberhasilan. abstract: this study aims to describe the application of youtube tutorial video media to improve learning outcomes for sprinting. the subjects of this study were 24 students of class viia smp negeri 4 wonomerto. data collection techniques include sprint running practice tests, student observation sheets during the lesson. the data analysis technique uses descriptive percentages to reveal the results of learning completeness. the results of cycle i showed that 60% of students achieved mastery learning. the results of cycle ii showed that 90% of students achieved mastery learning. because the percentage of student learning outcomes exceeds 80%, this classroom action research has achieved indicators of success. kata kunci: media pembelajaran, video youtube, lari sprint vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.21 49 pendahuluan pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan, perilaku hidup sehat, aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. pengalaman belajar yang disajikan akan membantu untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan yang aman, efisien, dan efektif. pendidikan jasmani merupakan pendidikan tunggal yang cakupannya cukup luas. sebagai upaya mencapai tujuan pendidikan jasmani, maka di dalam kurikulum pendidikan jasmani diajarkan berbagai macam cabang olahraga. namun demikian, materi yang diajarkan dalam pendidikan jasmani didasarkan pada jenjang pendidikan masing-masing. artinya, materi pendidikan jasmani antara jenjang pendidikan paling bawah (sekolah dasar) berbeda dengan sekolah menengah pertama (smp) maupun sekolah menengah atas (sma) atau kejuruan (smk). sekolah menengah pertama (smp) merupakan salah satu fase yang dilalui anak untuk memulai belajar berbagai hal. dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, guru diharapkan dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan/olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportivitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) dan pembiasaan pola hidup sehat. pelaksanaan pembelajaran jasmani juga dituntut tidak hanya melalui pengajaran yang konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun juga melibatkan unsur fisik, mental intelektual, emosi dan sosial. menurut depdiknas (2007: 3—4) dalam hamdani (2013: 1), ruang lingkup mata pelajaran penjaskes di sekolah dasar meliputi aspek-aspek permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas air, danpendidikan luar kelas dan kesehatan. salah satu masalah utama yang sering terjadi di dalam pembelajaran teknik dasar lari khususnya jarak pendek (lari sprint), antara lain belum optimalnya siswa dalam melaksanakan teknik dasar lari sprint. pada proses pembelajaran teknik dasar lari tersebut, terlihat banyak siswa yang tidak sungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran. sebagian besar siswa bermalas-malasan, dalam melakukan teknik dasar lari siswa terlihat acuh tak acuh, sehingga hasil belajar yang diperoleh kurang maksimal dan belum memuaskan. dalam mengajar lari sprint, walaupun gerakan atau latihan yang diberikan sangat mudah, namun perlu langkah pengamanan oleh seorang guru. hal ini untuk menghindari adanya kesalahan gerak ataupun kecelakaan saat latihan. sering guru menjumpai anak-anak yang takut melakukan latihan atau salah melakukan gerakan kemudian adanya rasa takut. kemudian, peserta didik tidak berani melakukan latihan lagi. akhirnya siswa merasa jenuh, karena adanya anggapan bahwa lari sprint adalah olahraga yang membuat lelah. akibatnya, motivasi dan perhatian siswa pada materi lari sprint menjadi berkurang. kecepatan lari sprint yang dilakukan pun belum sepenuhnya maksimal. hal ini juga mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah. media pembelajaran merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. menurut aqib (2010: 58), media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian,dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. media pembelajaran selain dapat meningkatkan motivasi belajar olah raga, juga mampu meningkatkan hasil belajar yang diharapkan. hasil belajar olah raga yang diharapkan adalah siswa mampu menguasai keterampilan gerak. selain itu, dalam pembelajaran pendidikan jasmanilah murid harus belajar menyadari hubungan antara kegiatan yang teratur dengan timbulnya perasaan nyaman dan sehat. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.21 50 metode penelitian metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). model ptk yang digunakan dalam penelitian ini adalah model dari kemmis-mc.taggart. instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. rencana pelaksanan pembelajaran (rpp) 2. lembar pengamatan tes praktik analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa statistik diskriptif. data yang berupa kata-kata/kalimat dari catatan lapangan dan hasil wawancara diolah menjadi kalimatkalimat yang bermakna dan dianalisis secara statistik deskriptif. statistik deskriptif akan memberikan gambaran terhadap gejala–gejala penelitian, untuk menjawab pertanyaan penelitian yang ada (riyanto,2010:104). statistik diskiriptif adalah menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksudmembuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisas. dalam hal ini peneliti hanya ingin mendeskripsikan penggunaan media video compact disk dapat meningkatkan kecepatan lari sprintpada siswa kelas 6 sdn kaduara barat iii kabupaten pamekasan. hasil dan pembahasan pada siklus pertama peneliti melakukan dua kali tatap muka selama 6 jam pelajaran. materi pada siklus 1 adalah materi pelajaran lari sprint. pertemuan pertama tanggal 05 agustus 2019 dan pertemuan kedua tanggal 12 agustus 2019. pada siklus pertama diperoleh nilai rata-rata sebesar 72 dengan persentase ketuntasan sebesar 50% (12 siswa) dan persentase ketidaktuntasan sebesar 50% (12 siswa). pada siklus kedua peneliti melakukan dua kali pertemuan dan setiap pertemuan selama 3 jam pelajaran. pada siklus kedua, materi pembelajarannya adalah materi pelajaran lari sprint. pertemuan pertama tanggal 19 agustus 2019 dan kedua tanggal 26 agustus 2019. pada siklus kedua diperoleh nilai rerata sebesar 85 dengan persentase ketuntasan sebesar 96% (23 siswa) dan persentase ketidaktuntasan sebesar 4% (1 siswa). berdasarkan hasil observasi, aktivitas siswa pada siklus penelitian pada proses pembelajaran lari sprint menunjukan adanya peningkatan kemampuan siswa dari siklus pertama sampai siklus kedua. analisis data hasil belajar siswa dapat dilihat dari tabel 1 berikut. tabel 1. analisis data hasil belajar siswa. no. keterangan peningkatan siklus 1 siklus 2 peningkatan 1. rerata kecepatan lari 72 85 13 poin 2. jumlah siswa yang tuntas 12 23 11 peserta didik 3. prosentase ketuntasan 50 % 96% 46% vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.21 51 simpulan penggunaan media video yotube tutorial lari sprint dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik kelas vii smp negeri 4 wonomerto tahun pelajaran 2019/2020. peningkatan hasil pembelajaran tersebut dapat dijabarkan antara lain berupa (1) kecepatan lari sprint peserta didik meningkat sebesar 13 point; (2) jumlah siswa yang tuntas bertambah sebanyak 11 orang; dan (3) prosentase ketuntasan meningkat sebesar 46 %. berdasarkan hasil penelitian dan indikator keberhasilan penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media video yotube tutorial lari sprint dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik kelas vii smp negeri 4 wonomerto tahun pelajaran 2019/2020. daftar rujukan [1] asrori, mohammad. 2012. penelitian tindakan kelas. bandung: wacana. [2] aqib, zainal prima. 2010. profesionalisme guru dalam pembelajaran. surabaya: insan cendekia. [3] heryana, dadan dan giri verianti.2017. pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. jakarta:kementerian pendidikan nasional. [4] suliwati. 2016. upaya meningkatkan kecepatan lari sprint melalui media video compact disk pada siswa kelas vi sdn kaduara barat iii kabupaten pamekasan tahun ajaran 2015/2016. pamekasan: penelitian tindakan kelas. [5] prima riyanto,yatim. 2010. metodologi penelitian pendidikan. surabaya : sic. [6] sukidin, basrowi dan suranto. 2010. manajemen penelitian tindakan kelas. surabaya: insan cendekia. [7] susilana, rudi dan cepi riyana. 2012. media pembelajaran,bandung: wacana. [8] sumiati dan asra. 2012. metode pembelajaran. bandung: wacana. [9] syah, muhibbin prima. 2006. psikologi belajar. jakarta : raja grafindo persada. vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.170 873 received : 22-04-2021 revised : 27-05-2021 published : 30-06-2021 efektivitas daring menggunakan media sway untuk siswa smp pada bimbingan tik sehrotul amanah smp negeri 7 surabaya, indonesia thufail05.sa@gmail.com abstrak di masa pendemi pemerintah menerapkan proses pembelajaran secara online dari rumah dengan memanfaatkan jaringan internet yang disebut dengan pembelajaran daring. pembelajaran daring tidaklah mudah dilakukan karena siswa belajar dari rumah tanpa pengawasan dari guru. tidak semua siswa mengerti dan faham materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. selama ini guru hanya mentransfer pengetahuan saja tanpa mengetahui tingkat keberhasilan ataupun keefektivitasnya. mayoritas siswa bosan jika hanya dominan pada tugas bukan materi. siswa membutuhkan penjelasan materi yang lebih menarik dan interaktif dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. sway merupakan salah satu aplikasi baru dari microsoft office 365 untuk membuat presentasi yang interaktif dan lebih menarik. dengan sway belajar mengajardaring akan lebih hidup dimana konten pada sway terdapat teks, gambar, audio, dan video. ditambah dapat diintegrasikan dengan model evaluasi secara online, maka sway sangat power full untuk dijadikan media pembelajaran. sasaran penelitian ini siswa kelas viii yang mengikuti bimbingan tik. penelitian ini melalui beberapa tahapan meliputi survey pendapat tentang belajar mengajardaring pada siswa dan guru, rancangan pembuatan media sway, uji coba media sway, revisi media sway dan implementasi. hasil uji coba dari guru dan siswa yakni 92,26% guru lebih menyukai media belajar mengajarsway dan 90% siswa lebih berminat dan bertambah semangat belajar dengan media belajar mengajarsway. dari hasil uji coba berdasarkan angket penggunaan media sway pada belajar mengajardaring sangatlah diminati siswa maupun guru yang mengikuti kemajuan tren teknologi terbaru. kata kunci: pembelajaran daring; media; sway https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.170 mailto:thufail05.sa@gmail.com vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.170 874 pendahuluan di masa pandemi banyak perubahan terjadi mulai dari perilaku keseharian termasuk dalam proses belajar mengajar. yang semula proses belajar mengajar dilaksanakan disekolah sekarang mengalami perubahan menjadi proses belajar mengajar dari rumah dengan koneksi jaringan internet. proses belajar mengajar secara daring adalah belajar mengajar secara online dengan memanfaatkan jaringan internet dimana antar guru dan siswa tidak berinteraksi secara langsung. proses belajar mengajar secara daring merupakan salah satu bagian e-learning (elektronik learning). merujuk pada buku teknologi informasi dan komunikasi (tik) kelas vii pada bab 3 salah satu peranan tik di bidang pendidikan adalah elektronik learning yang disebut dengan e-learning. elektronik learning merupakan proses belajar mengajar jarak jauh dengan koneksi internet tanpa harus berinteraksi secara langsung dengan siswa. siswa dapat melakukan proses belajar mengajartanpa harus berinterakasi langsung dengan guru. dengan cara ini proses belajar mengajarselama pandemi masih bisa terlaksana. meskipun secara formal proses belajar mengajarmasih bisa dilakukan namun karena peserta didik harus belajar dirumah tanpa pengawasan secara langsung dari guru. tak ada yang bisa menjamin peserta didik tersebut memahami secara keseluruhan apa yang diberikan oleh gurunya. hal inilah yang dapat mengganggu hasil belajar mengajardaring. dengan adanya permasalahan tersebut peneliti melakukan penelitian keefektifitasan dari belajar mengajardaring. peneliti melakukan jajak pendapat kepada siswa dan guru melalui angket kuisioner permasalahan selama belajar mengajardaring kepada siswa kelas viii smp negeri 7 surabaya. hasil angket kuisioner terdapat 60 % siswa sulit memahami materi belajar mengajar yang diberikan guru dan 40 % siswa memahami materi yang diberikan. dari hasil survey peserta didik belajar mengajardaring selama ini monoton karena guru lebih sering dalam pemberian tugas bukan penjelasan materi. siswa berharap belajar mengajardaring dibuat lebih menarik melalui teks, video, gambar, dan audio. kesimpulan dari survey tersebut sebagai evaluasi bagi para guru sebagai tenaga pengajar seperti apa metode belajar mengajardaring yang menyenangkan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. dasar teori daring daring adalah proses belajar mengajartanpa berinteraksi langsung antara guru dan siswa dengan koneksi jaringan internet. belajar mengajardaring merupakan salah satu bagian elektronik learning (e-learning). elektonik learning (e-learning) merupakan sistem belajar mengajar jarak jauh dengan koneksi internet tanpa berinteraksi langsung antara guru dan siswa. pembelajaran daring disesuaikan dengan perangkat pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum pembelajaran. proses pembelajaran daring dapat dilakukan melalui sarana media sosial seperti whatsapp, google, microsoft office 365 atau website sekolah. menurut penelitian desi andriani sitanggang, bambang p. andi, diat nurhidayat (2020) manfaat e-learning yaitu meningkatkan interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan pengajar darimana dan kapan saja (time and place flexibility), menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience), mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of course as well as archivable capabilities). “kelebihan daring ialah fleksibel, interaktivitas, kecepatan, visualisasi” (salwaa alwabiin : 2021) , namun penguaasaan materi tergantung pada semangat dan daya serap siswa. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.170 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.170 875 selain ada sisi positif namun proses belajar mengajar daring ada kekurangannya. kekurangan dari pembelajaran daring yaitu tidak ada pengawasan dari guru secara langsung, proses belajar mengajar cenderung ke tugas bukan pemahaman materi. tidak semua tempat tersedia fasilitas internet. sway menurut dr. dra. erni muniarti, m. pd. sh. “sway adalah salah satu aplikasi microsoft office 365 yang digunakan untuk membuat media presentasi pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik. sway sebuah aplikasi baru yang diluncurkan oleh microsoft office 365 pada tahun 2014 dan sudah mengalami pengembangan”. sway memiliki desain professional untuk laporan dan presentasi yang akan dibuat. para guru dapat memanfaatkan sway sebagai media membuat pelajaran yang lengkap sehingga belajar mengajarsecara daring lebih interaktif dan lebih menarik. memudahkan para orang tua dalam mendampingi belajar mengajarsecara daring dan siswa mendapatkan pengalaman baru dalam mengerjakan tugas sekolah tanpa ribet. sway mudah diakses dari web, tablet, pc maupun android. kelebihan sway desain sangat cantik dan interaktif menyesuaikan diri dengan layout perangkat. segala fitur diberikan kendali penuh kepada pengguna. sway terdapat fitur berbagi melalui docs.com. dan pengguna dapat mengelolah dan menambahkan dokumen lainnya baik pdf atau tautan web agar menarik metode penelitian menggunakan metode researh and developmen. langkah-langkah dalam pembuatan media belajar mengajarsway adalah : gambar 1. tahapan pembuatan media sway 1. tahap penelitian pengumpulan informasi dilakukan dengan cara survey pendapat ke siswa selama belajar mengajardaring berlangsung. kemudian dilakukan pembuatan materi sesuai dengan hasil survey untuk bimbingan tik. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.170 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.170 876 2. tahap perencanaan tahap perencanaan pembuatan media office sway untuk bimbingan tik yaitu : membuat rancangan draf belajar mengajardaring dengan office sway sesuai rpp membuat design office sway untuk menarik minat peserta didik menyiapkan materi sesuai dengan kurikulum 2013 mengisi konten dalam office sway : a. materi ajar b. materi pendukung c. quiz d. tugas e. video pembelajaran 3. tahap desain produk 1. membuat rancangan dari office sway 2. menyiapkan fitur-fitur sway yang akan dibuat. 3. pilih tema untuk office sway 4. membuat konten office sway untuk mempermudah peserta didik memahami isi yang ada pada office sway. 5. menyusun materi untuk bimbingan yang akan disampaikan 6. mengisi alur cerita sway : desain cover menyiapkan materi bimbingan tik sesuai angket kuisioner menyiapkan video pembelajaran form soal pilihan ganda dengan memanfaatkan form office 365 soal mengunggah file konten digital dengan memanfaatkan form office 365 quiz dengan memanfaatkan quizziz di https://www.quizziz.com hasil analisis hasil dari penelitian ini berupa media pembelajaranmengajar sway untuk mata pelajaran bimbingan tik. 1. membuat design cover dan tata letak dengan canva.com buka link https://www.canva.com/ kemudian pilih daftar gambar 2. tampilan web canva https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.170 https://www.quizziz.com/ https://www.canva.com/ vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.170 877 2. mengisi konten sway 1. login https://www.office.com/ 2. pilih sway kosong baru gambar 3. tampilan sway kosong 3. membuat storytelling media pembelaran sway. susun konten materi yang akan disampaikan atau dipresentasikan dengan menambahkan beberapa konten berupa teks, gambar, video, audio, dan dokumen office. gambar 4. tampilan alur cerita sway 4. setting desain sway agar lebih menarik minat siswa 5. setting materi sesuai dengan pokok bahasan. untuk tambahkan video klik tanda plus 6. untuk menambahkan soal-soal pada sway kita bisa memanfaatkan form pada office 365. langkah-langkahnya sama dengan menambahkan video pada konten. klik tanda plus pada kartu sway pilih tanda plus kemudan pilih sematkan / embed. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.170 https://www.office.com/ vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.170 878 gambar 5. tampilan menambahkan soal-soal pada sway 7. lanjutkan setting konten pada sway sesuai dengan pokok bahasan 8. bagikan link sway gambar 6. tampilan berbagi sway jika konten pada sway sudah selesai langkah terakhir klik berbagi untuk membagikan sway. pada menu berbagi teradapat tiga pilihan kemudian pilih cara salah satu untuk membagikan sway. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.170 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.170 879 3. menguji coba menggunakan media pembelajaran sway 1. sosialisasi media belajar mengajarsway ke guru-guru gambar 7. tampilan sosialisaai media belajar mengajarsway 2. guru – guru mengisi angket tentang media pembelajaran 3. sosialisasi ke siswa gambar 8. tampilan bimbingan tik dengan media sway melalui team meeting gambar 9. tampilan daftar hadir siswa team meeting https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.170 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.170 880 4. memberikan tugas ke siswa dengan beberapa tahap yaitu : 1. tugas dalam bentuk form soal berupa pilihan ganda 2. tugas mengunggah konten digital 5. ujian dibagi mejadi ujian quiz dengan memanfaatkan aplikasi quizziz di web https://www.quizziz.com ujian pts dalam bentuk multiple choice dengan dibatasi waktu ujian pas dalam bentuk multiple choice dan essay dengan dibatasi waktu. pembahasan untuk mengakses media belajar mengajarsway siswa tidak perlu sebuah akun cukup klik link yang sudah disiapkan. sway dapat berfungsi disemua browser seluler pada semua platform. dari hasil uji coba dari guru dan siswa diperoleh sebesar 92,26% guru lebih menyukai media belajar mengajarsway dan 90% siswa lebih memahami materi dengan media belajar mengajarsway dan siswa lebih bersemangat dalam belajar. tabel 1. hasil angket kuisioner guru pengajar no. aspek skor sebelum skor sesudah efektivitas 1 fitur konten pada sway sangat mudah digunakan 72 80 95 % 2 sway lebih mudah digunakan dan dipelajari 22 50 90 % 3 sway sangat membantu dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan pembelajaran selama daring 80 90 87 % 4 sway lebih efektif selama pembelajaran daring dilaksanakan 80 89 90 % total 252 309 90 % tabel 2. hasil angket kuisioner siswa kelas viii no aspek skor sebelum skor sesudah efektivitas 1 media pembelajaran lebih interaktif sehingga mudah di pahami dan dimengerti 235 240 97,92 % 2 link soal-soal mudah diakses 210 240 87,5 % 3 memudahkan komunikasi antar siswa maupun guru dan siswa 110 110 90,67% 4 sway mudah diakses 350 360 97,22% 5 sway fleksibel dapat diakses dimanapun dan kapanpun 220 240 91,67% 6 meningkatkan semangat belajar siswa 310 360 86,11% 7 relevan 115 129 95,83% total 1550 1680 92.26% https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.170 https://www.quizziz.com/ vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.170 881 simpulan dari penelitian ini menghasilkan media pembelajran sway berbasis web untuk bimbingan tik dengan pokok bahasan peranan tik kelas viii smp negeri 7 surabaya. dari hasil uji coba berdasarkan angket kuisioner 92,26% guru lebih menyukai media sway karena sway presentasi lebih menarik dan lebih hidup. sedangkan dari hasil angket siswa 90% siswa lebih mudah faham dan mengeri materi yang disampaikan. pembelajaran secara daring menggunakan media sway dapat diterima dengan sangat baik untuk diterapkan pada bimbingan tik pokok bahasan peranan tik kelas viii smp negeri 7 surabaya. semua guru bisa memanfaatkan media belajar mengajarsway sebagai media belajar mengajarselama daring di masa pandemi saat ini. karena sway lebih dinamis dan interaktif dan lebih menarik selain itu sway lebih fleksibel. daftar rujukan surat edaran menteri pendidikan dan kebudayaan no. 3 tahun 2020 tentang pencegahan covid 19 sugiyono. (2013). metode penelitian dan pengembangan (research and development/r&d). bandung: alfabeta. deni, d. (2011). teknologi pembelajaran. bandung: pt remaja rosdakarya. empty e. & hartono, z. (2005). e-learning konsep dan aplikasi. yogyakarta: andi. erick kurniawan, antonius rachmat.(2010). teknologi informasi dan komunikasi untuk smp/mts. kementerian pendidikan nasional. desi andriani sitangggang, bambang p. andi, diat nurhidayat (2020). efektivitas e-learnu learning berbasis moodle di smk karya guna kelas xi tkj ii materi ajar praktik jaringan komputer. jurnal pinter. vol 4. no. 1 juni 2020. salmaa awwaabiin. (2021). pengertian, kendala, manfaat dan strategi belajar mengajardaring. https://penerbitdeepublish.com/pembelajarandaring/#:~:text=pengertian%20pembelajaran%20daring.%20pembelajaran%20darin g%20sederhananya%20dapat%20diartikan,daring%20sebagai%20bagian%20dari%2 0e-learning%20atau%20pembelajaran%20elektronik. diakses 15 april 2021 dr. dra. erni murniarti, m.pd., sh, pemanfaatan microsoft 365: sway, one note dan teams sebagai media belajar mengajarsaat pandemi global; http://fkip.ustjogja.ac.id/wpcontent/uploads/materi-presentasi-dr.-dra.-erni-murniati-m.pd_.-sh..pdf. memulai menggunakan sway. https://support.microsoft.com/id-id/office/memulaimenggunakan-sway-2076c468-63f4-4a89-ae5f424796714a8a#:~:text=sway%20adalah%20aplikasi%20baru%20dari,interaktif%2c %20serta%20banyak%20hal%20lainnya.&text=sway%20gratis%20digunakan%20o leh%20siapa,%2c%20atau%20outlook.com). diakses 25 maret 2020. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.170 https://penerbitdeepublish.com/pembelajaran-daring/#:~:text=pengertian%20pembelajaran%20daring.%20pembelajaran%20daring%20sederhananya%20dapat%20diartikan,daring%20sebagai%20bagian%20dari%20e-learning%20atau%20pembelajaran%20elektronik https://penerbitdeepublish.com/pembelajaran-daring/#:~:text=pengertian%20pembelajaran%20daring.%20pembelajaran%20daring%20sederhananya%20dapat%20diartikan,daring%20sebagai%20bagian%20dari%20e-learning%20atau%20pembelajaran%20elektronik https://penerbitdeepublish.com/pembelajaran-daring/#:~:text=pengertian%20pembelajaran%20daring.%20pembelajaran%20daring%20sederhananya%20dapat%20diartikan,daring%20sebagai%20bagian%20dari%20e-learning%20atau%20pembelajaran%20elektronik https://penerbitdeepublish.com/pembelajaran-daring/#:~:text=pengertian%20pembelajaran%20daring.%20pembelajaran%20daring%20sederhananya%20dapat%20diartikan,daring%20sebagai%20bagian%20dari%20e-learning%20atau%20pembelajaran%20elektronik http://fkip.ustjogja.ac.id/wp-content/uploads/materi-presentasi-dr.-dra.-erni-murniati-m.pd_.-sh..pdf http://fkip.ustjogja.ac.id/wp-content/uploads/materi-presentasi-dr.-dra.-erni-murniati-m.pd_.-sh..pdf https://support.microsoft.com/id-id/office/memulai-menggunakan-sway-2076c468-63f4-4a89-ae5f-424796714a8a#:~:text=sway%20adalah%20aplikasi%20baru%20dari,interaktif%2c%20serta%20banyak%20hal%20lainnya.&text=sway%20gratis%20digunakan%20oleh%20siapa,%2c%20atau%20outlook.com). [05 https://support.microsoft.com/id-id/office/memulai-menggunakan-sway-2076c468-63f4-4a89-ae5f-424796714a8a#:~:text=sway%20adalah%20aplikasi%20baru%20dari,interaktif%2c%20serta%20banyak%20hal%20lainnya.&text=sway%20gratis%20digunakan%20oleh%20siapa,%2c%20atau%20outlook.com). [05 https://support.microsoft.com/id-id/office/memulai-menggunakan-sway-2076c468-63f4-4a89-ae5f-424796714a8a#:~:text=sway%20adalah%20aplikasi%20baru%20dari,interaktif%2c%20serta%20banyak%20hal%20lainnya.&text=sway%20gratis%20digunakan%20oleh%20siapa,%2c%20atau%20outlook.com). [05 https://support.microsoft.com/id-id/office/memulai-menggunakan-sway-2076c468-63f4-4a89-ae5f-424796714a8a#:~:text=sway%20adalah%20aplikasi%20baru%20dari,interaktif%2c%20serta%20banyak%20hal%20lainnya.&text=sway%20gratis%20digunakan%20oleh%20siapa,%2c%20atau%20outlook.com). [05 https://support.microsoft.com/id-id/office/memulai-menggunakan-sway-2076c468-63f4-4a89-ae5f-424796714a8a#:~:text=sway%20adalah%20aplikasi%20baru%20dari,interaktif%2c%20serta%20banyak%20hal%20lainnya.&text=sway%20gratis%20digunakan%20oleh%20siapa,%2c%20atau%20outlook.com). [05 microsoft word 02-hendi.docx vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.19 10 received : 01-07-2020 revised : 15-08-2020 published : 20-09-2020 peningkatkan hasil pembelajaran pola bilangan dengan penerapan model realistik kelas viii c smp negeri 1 wonomerto s. hendi susirowanto smp negeri 1 wonomerto probolinggo, indonesia susirowanto72@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan proses pembelajaran matematika menjadi lebih aktif, kreatif, dan menyenangkan dengan menerapkan model realistik dalam pembelajaran pola bilangan. model realistik sebagai upaya pemecahan masalah belajar demi menciptakan kondisi dan suasana proses pembelajaran matematika yang efektif, efisien, inovatif, dan lebih bermakna terutama bagi siswa. jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (ptk), dengan subjek penelitian yaitu siswa sebanyak 22 anak, dengan rincian 14 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. dalam proses pembelajaran matematika tentang pola bilangan dengan menerapkan model realistik dapat berjalan efektif, praktis, kreatif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa kelas. abstract: this study aims to improve learning outcomes and the mathematics learning process to be more active, creative, and fun by applying a realistic model in learning number patterns. the realistic model is an effort to solve learning problems in order to create conditions and an atmosphere for an effective, efficient, innovative, and more meaningful mathematics learning process, especially for students. this type of research is a classroom action research (ptk), with the research subjects as many as 22 students, with details of 14 male students and 8 female students. in the process of learning mathematics about number patterns by applying realistic models, it can be effective, practical, creative and fun so that it can improve the quality and learning outcomes of class students. kata kunci: strategi pembelajaran, model realistik, pola bilangan vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.19 11 pendahuluan berdasarkan pengamatan terhadap siswa, khususnya kelas viii smp negeri 1 wonomerto menganggap sampai saat ini ilmu-ilmu eksakta termasuk dalam hal ini mata pelajaran matematika masih menakjutkan. disamping itu, kaitannya dengan pengalaman pembelajaran matematika tersebut, khususnya mengenai pola bilangan , berdasarkan studi lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa masih lemah dalam bidang kemampuan, kecerdasan, ketangkasan, dan penguasaannya sehingga mengalami kesulitan, dan secara berkesinambungan dapat mempengaruhi proses dan hasil belajaar. disamping itu, berdasarkan opini langsung dari para siswa mengatakan bahwa pelajaran matematika adalah paling sulit, sehingga kurang tertarik dan mau belajarpun juga merasa malas/ enggan. selanjutnya, kejadian yang muncul dari pengalaman pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung di kelas, seperti dalam membahas geometri, statistika, bilangan, dan persamaan nampak bahwa siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menunjukkan kurang adanya partisipasi, kurang terlibat aktif, lemah berinisiatif dan kurang kontributif dalam berfikir kritis. kesemuanya ini dapat terjadi karena muncul pemikiran sejak awal dari kalangan siswa yang menganggap bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang paling sulit dan paling tidak disukai. selain itu, juga tidak dapat dipungkiri bahwa dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika masih dominan dan berorientasi tentang hasil, sedangkan kualitas prosesnya masih kurang dipedulikan. misalnya dalam implementasi ini guru sering menuntut agar siswa hafal atau menguasai rumus-rumus, siswa dapat menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas dengan benar, dalam ulangan atau ujian nilainya harus bagus. bertolak dari permasalahan diatas, tentunya sebagai refleksi pembelajaran matematika yang sedang berjalan agar kualitas prosesnya meningkat dan berdampak pada hasil belajar yang lebih baik, maka dalam konteks ini guru matematika di smp negeri 1 wonomerto ingin menerapkan penelitian tindakan kelas dalam rangka melakukan pemecahan masalah belajar demi untuk menciptakan kondisi dan suasana proses pembelajaran matematika yang efektif, efisien, dan lebih bermakna terutama bagi diri siswa, antara lain dengan jalan melakukan pengembangan model pembelajaran yang inovatif dan dinamis. sehubungan dengan kegiatan penelitian tindakan kelas ini, judul yang kami kemukakan yaitu ”upaya meningkatkan hasil belajar matematika dengan penerapan model realistik dalam pembelajaran pola bilangan di kelas viii-c smp negeri 1 wonomerto semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020”. dalam praktik pembelajaran matematika di kelas, pendekatan atau model realistic sangat memperhatikan aspek-aspek informal, kemudian mencari jembatan untuk mengantarkan pemahaman siswa pada matematika formal. pandangan realistic bermula dari pandangan freudental sebagai ahli matematika yang peduli terhadap pendidikan matematika. menurut brower (dalam turmudi, 2002:45) mengatakan, seorang ahli matematika dipengaruhi oleh pandangan konstruktifnya, dan mengenalkan slogan “mathematics as human activity”, yaitu : matematika tidak semestinya diperkenalkan kepada siswa sabagai ready made product, tetapi siswa harus menemukan matematika (reinvention) atau sering dideskripsikan sebagai discovery (penemuan) atau rediscovery (penemuan kembali). menurut kurikulum 2004 (depdiknas, 2003:4) menjelaskan, dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya memulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). dengan mengajukan masalah-masalah yang kontekstual, siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep-konsep matematika. berdasarkan vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.19 12 pendapat di atas, maka banyak permasalahan yang sering dijumpai dalam kehidupan seharihari terkait dengan suku barisan bilangan dan deret bilangan. oleh sebab itu, pada proses pembelajaran pola bilangan dengan menerapkan model realistic ini, sesuai dengan standar kompetensi dan indicator yang terdapat di dalam kurikulum 2004 meliputi 1. jenis dan bentuk pola bilangan, dengan indikator :a) menyatakan kejadian sehari-hari yang berkaitan dengan barisan dan deret bilangan; (b) mengenal unsure-unsur pola bilangan seperti suku pertama, suku berikutnya, beda; (c) menentukan dan menghitung suku ke-n barisan bilangan 2. menentukan suku ke-n dan jumlah pertama deret; dengan indicator yaitu: (a) mengenal pengertian deret aritmatika naik dan turun, (b) menemukan rumus suku ke-n dan jumlah n suku pertama deret aritmatika; (c) menghitung nilai suku ke-n dan jumlah sampai suku ke-n deret aritmatika; 3. menggunakan sifat-sifat deret, dengan indikator, yaitu (a) menemukan sifat-sifat deret aritmatika; (b) menggunakan sifat-sifat deret aritmatika untuk menyelesaikan masalah; dan (c) menggunakan konsep deret dalam kehidupan sehari-hari metode penelitian penelitian ini dilaksanakan di smpn 1 wonomerto, dengan subyek yang diteliti adalah siswa kelas viii-c pada semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 dengan jumlah siswa sebanyak 22 anak, dengan rincian 14 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. rancangan penelitian ini dibuat dalam bentuk penelitian tindakan kelas (ptk), dengan mengadaptasi model dari kemmis & mc. taggart (dalam wardani,dkk, 2003:4,19), yang dikembangkan melalui 4 (empat) tahapan, antara lain (1) perencanaan( planning), (2) pelaksanaan tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting). prosedur kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara berdaur yaitu menggunakan dua siklus yang penerapannya bersamaan dengan proses pembelajaran. diantara kedua siklus tersebut merupakan satu rangkaian kegiatan, maksudnya dalam pelaksanaan siklus ii adalah sebagai kelanjutan dari kegiatan refleksi sekaligus peningkatan dari hasil pelaksanaan siklus i. alur pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas ini dapat diilustrasikan dengan skema/ diagram berikut. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.19 13 gambar 1. siklus i dan siklus ii perencanaan; merumuskan indikator, rpp, lks, instrumen observasi, & alat tes, melatih siswa untuk memahami konsep barisan dan deret bilangan pelaksanaan tindakan : proses pembelajaran dg penerapan model realistik di ruang kelas denan bantuan alat pembelajaran o o o siklus 1 o siklus 2 perbaikan rencana : menyusun rencana ulang yg dimodifikasi, dan menyiapkan lks siswa yg kurang aktif belajar diusahakan agar lebih meningkat pelaksanaan tindakan proses pembelajaran penekanan pada kegiatan pemantapan model realistic, observasi, rekaman data dan evaluasi refleksi; masih ada siswa yang belum menguasai materi pelajaran, tidak aktif belajar (diskusi kelompok), perbaikan & peningkatan bangun ruang observasi-evaluasi; siswa mengikuti proses pembelajarandengan diskusi kelompok dan individual analisis data, interpretasi, simpulan refleksi; agar pembelajaran pola bilanganlebih mudah, maka diterapkan pembelajaran realistik observasi-evaluasi; siswa yang tadinya belajar/diskusi kelompok dan individual kurang aktif akan menjadi lebih baik vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.19 14 ada dua teknik yang digunakan untuk menganalisis data yaitu analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan perubahan perilaku siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran terutama kemampuan belajar. sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan untuk menjelaskan data-data yang diperoleh dari hasil kegiatan evaluasi proses pembelajaran sehingga peneliti dapat mengadakan interpretasi dan menarik kesimpulan terhadap pelaksanaan tindakan. penilaian proses fokusnya adalah pengamatan terhadap tingkat kemampuan belajar matematika tentang barisan dan deret bilangan, meliputi kemampuan : (a) menyatakan masalah dalam konteks sehari-hari (m); (b) menemukan rumus dan menghitung (r) ; (c) menggunakan konsep (k) sedangkan skala penilaian menggunakan skor 1-5 dengan keterangan : § kemampuan sangat baik = skor 5 § kemampuan baik = skor 4 § kemampuan cukup = skor 3 § kemampuan kurang = skor 2 § kemampuan sangat kurang = skor 1 disamping pengamatan kemampuan diatas, maka dalam penelitian ini dilakukan pula evaluasi hasil proses pembelajaran matematika. dalam menganalisis data hasil evaluasi belajar tersebut digunakan teknik kategori standar penilaian (kriteria) yang ditetapkan oleh depdikbud (1994:52), sebagai berikut : a (amat baik) = 90 – 100 b (baik) = 75 – 89 c (cukup) = 60 – 74 d (kurang) = 46 – 59 e (sangat kurang) = ≤ 45 dari hasil analisis data dikaitkan dengan pencapaian kkm siswa terhadap materi pelajaran yang disajikan berdasarkan ktsp yang berlaku yaitu 68 % (nilai minimal 68,00). sedangkan untuk menentukan ketuntasan belajar digunakan kriteria 85% dari jumlah seluruh siswa telah menguasai materi yang diajarkan (mencapai kkm). hasil dan pembahasan berangkat dari hasil pengamatan dan analisis data di atas, dapat dikatakan bahwa kualitas proses dan hasil belajar matematika tentang pola bilangan dengan menerapkan model realistik pada siswa kelas viii-c smp negeri 1 wonomerto pada semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 yang dilakukan melalui dua siklus, dan berakhir ditandai dengan adanya peningkatan yang signifikan. untuk membuktikan seberapa besar terjadi peningkatan dan keberhasilan proses pembelajaran matematika tentang pola bilangan dengan menerapkan model realistik, maka dalam pembahasan ini akan kami kemukakan perbandingan hasil kegiatan penelitian dari kedua siklus pelaksanaan proses pembelajaran, antara lain mengenai hasil belajar (evaluasi) seperti tercantum dalam table 4.2 dan table 4.4 di atas. dari kedua data dalam table tersebut menunjukkan hasil yang dicapai oleh 36 siswa, pada siklus i menunjukkan rata-rata sebesar 62,38 termasuk dalam kategori c (cukup), sedangkan nilai rata-rata yang diperolehpada siklus ii menunjukkan 81,27 termasuk kategori nilai b (baik).dalam hal ini terlihat terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus ii sebesar 18,89. dalam table 4.2 dan table 4.4 juga menunjukkan vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.19 15 bahwa 89% dari 36 siswa telah memperoleh nilai dengan kriteria minimal (≥ 68) atau telah tuntas belajar sesuai standar yang ditetapkan dalam ktsp. disamping itu dapat dikemukakan pula bahwa dari hasil penelitian tersebut terdapat beberapa kelebihan, antara lain (a) dengan mengaplikasikan model realistic dalam proses pembelajaran matematika tentang pola bilangan dapat mendorong siswa untuk meningkatkan kemampuan siswa terutama dalam masalah, kemampuan menemukan rumus dan menghitung, serta kemampuan menggunakan konsep matematika, dan (b) semakin tumbuh sikap keberanian, kemandirian, rasa percaya diri, dan pengalaman siswa melalui belajar dengan menerapkan model realistic sehingga dapat mendorong tumbuhnya partisipasi, keaktifan dan kreativitas dalam belajar. selanjutnya pada akhir pembahasan, berdasarkan refleksi proses pembelajaran pada siklus ii ini ada hal penting yang perlu untuk ditindaklanjuti dari hasil kegiatan penelitian tindakan kelas ini antara lain : terdapat 5 siswa (11%) masih belum tuntas belajar, sehingga perlu diadakan upaya remedial (perbaikan individual), dan yang dilakukan peneliti/guru dalam hal ini adalahdengan memberikan tugas mandiri kepada siswa yang bersangkutan, sehingga dalam proses pembelajaran matematika tentang pola bilangan dengan menerapkan model realistic ini dapat tercapai tingkat keefektivan dan keefisienannya secara mutlak. simpulan berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran matematika tentang pola bilangan dengan menerapkan model realistic dapat berjalan efektif, praktis, kreatif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa kelas viii-c smp negeri 1 wonomerto semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020. berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian tindakan kelas tersebut di atas, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut : 1) dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar (prestasi belajar) dari proses pembelajaran matematika agar lebih efektif dan efisien, hendaknya guru menerapkan model realistik ; 2) agar proses pembelajaran matematika lebih konkret dan mudah dikuasai siswa sehingga prestasi belajarnya meningkat, maka hendaknya guru menerapkan model realistik dalam proses belajar mengajarnya (pbm nya) vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.19 16 daftar rujukan [1] ali, mohamad. 1992. konsep dan penerapan cbsa dalam pengajaran, bandung: sarana panca karya. [2] adinawan, m.cholik & sugiono. 2002. matematika 3a dan 3b untuk smp kelas viii, jakarta: airlangga. [3] buchori, dkk. 2005. jenius matematika 3 untuk smp/mts kelas viii. semarang: aneka ilmu. [4] depdiknas. 2001. manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. buku . jakarta: dirjen dikdasmen. direktort sltp. [5] kemendikbud. 2003. kurikulum 2004 standar kompetensi matapelajaran matematika smp(draft final). jakarta: depdiknas. [6] kusuma, ervina yudha. 2004. dr. math menjelaskan aljabar, bandung: pakar raya. [7] negoro, st & harahap b. 1998. ensiklopedia matematika, jakarta: ghalia indonesia. [8] nurhadi, dkk. 2004.pembelajaran kontekstual dan penerapannya dalam kbk (edisi kedua revisi), malang: universitas negeri malang. [9] sukidin, dkk. 2002. manajemen penelitian tindakan kelas ), tanpa kota: insan cendekia. [10] wahyudin & sudrajat. 2003. ensiklopedia matematika dan peradaban manusia, jakarta: tarity samudra berlian. [11] wardani, dkk. 2003. penelitian tindakan kelas, jakarta: universitas terbuka. vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.164 820 received : 22-04-2021 revised : 23-05-2021 published : 29-06-2021 fungsi media sosial dalam peningkatan motivasi dan keterampilan menulis teks recount erika ambarita sman 56 jakarta, indonesia erika@sman56.sch.id abstrak: facebook merupakan media sosial online yang sudah sangat banyak digunakan untuk pembelajaran, mulai level sekolah dasar sampai perguruan tinggi, sehingga para guru dituntut harus inovatif dan kreatif untuk bisa meningkatkan semangat belajar siswa. hampir di seluruh dunia menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa internasional dengan berbagai tujuan juga sebagai media komunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. tidak hanya itu, bahasa inggris juga merupakan prestise; orang yang dapat berkomunikasi menggunakan bahasa inggris dianggap sebagai orang modern. penelitian ini bertujuan untuk: 1) menyelidiki bahwa facebook (fb) dapat meningkatkan motivasi siswa dalam menulis teks recount, 2).untuk menerapkan penggunaan facebook (fb) sebagai media dalam peningkatan keterampilan menulis teks recount. subyek pelaku tindakan adalah satu orang guru bahasa inggris kelas xmipa3 dan penerima tindakan adalah 36 siswa kelas x-mipa3 sma negeri 56 jakarta dengan hasil belajar lebih rendah dibandingkan dengan kelas x lainnya. dokumen tertulis dan narasumber adalah sumber data penelitian ini. daftar nilai, jurnal mengajar, dan teks recount adalah dokumen tertulis. adapun narasumber yaitu siswa, guru, juga kolaborator. data dikumpulkan melalui teknik tes, observasi dan wawancara. terjadi peningkatan terlihat dari sebagian besar jumlah siswa yang hasil scorenya dalam tulisan teks recount meningkat. sebelum pelaksanaan tindakan dari 36 siswa hanya 4 orang (12.5%) yang minat belajarnya tinggi dan sisanya 32 orang (87.5%) minat belajarnya sedang. pada akhir tindakan sebanyak 4 orang (12.5%) minat belajarnya sangat tinggi, 27 orang (84.38%) minat belajarnya tinggi, sisanya 4 orang (3.12%) minat belajarnya sedang. kata kunci: facebook; siklus; online; kreatif; inovatif https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.164 mailto:erika@sman56.sch.id vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.164 821 pendahuluan english lesson yang diajarkan di sekolah indonesia, merupakan bahasa asing. banyak tantangan yang ditemui dalam mengajarkan bahasa inggris sebab bukan sebagai bahasa ibu dan dalam keseharian pun jarang digunakan, karena sejak kita dilahirkan tidak menggunakan bahasa inggris melainkan bahasa indonesia. penggunaan bahasa inggris biasanya diajarkan pertama kali di sekolah, pada tingkat sekolah dasar bahkan sekolah menengah pertama.tentu saja peran guru pada saat mengajarkan bahasa inggris sangat diandalkan para siswa. agar siswa bisa berkomunikasi dengan langsung ataupun tidak langsung merupakan target tujuan pembelajaran bahasa inggris. seperti kita ketahui bahwa terdapat empat keterampilan dalam bahasa yakni listening, speaking, reading dan writing yang wajib diajarkan. mendengar dan membaca bersifat pasif atau reseptif, sementara berbicara dan menulis termasuk dalam keterampilan aktif atau produktif. keempat keterampilan itu penting. namun, keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan yang mendorong siswa untuk menjadi lebih semangat dalam berkarya. kegiatan menulis bukan sekadar menulis di atas kertas kosong; namun lebih kompleks dan teliti. menulis adalah kombinasi antara proses dan produk. kita membutuhkan proses yang cukup panjang mulai dari perencanaan, penyusunan, pengeditan,dan penyusunan akhir untuk menghasilkan karya tulis. selain itu, dalam menulis, seorang penulis perlu mengungkapkan ide-ide, pengalaman, pemikiran, dan perasaannya sehingga ia harus didukung oleh komponen bahasa yang memadai seperti tata bahasa, kosa kata, dan ejaan. berdasarkan hasil pengamatan kepada siswa sman 56 jakarta, sebagian besar siswa kelas sepuluh kurang berminat untuk menulis. itu karena mereka menganggap menulis sebagai hal yang sulit dilakukan. para siswa kelas x-mipa3 khususnya, melakukan kegiatan menulis lebih buruk daripada kelas sepuluh lainnya. sebagian besar siswa menyatakan bahwa sulit untuk mulai menulis. para siswa merasa sulit untuk menulis karena mereka tidak tahu apa yang harus ditulis. tanggapan umum dari banyak siswa ketika mereka diminta untuk menulis adalah bahwa mereka tidak memiliki informasi untuk dituliskan. kurangnya praktik menulis membuat siswa berprestasi buruk dalam menulis. banyak dari mereka juga enggan menulis karena mereka bosan dan tidak tertarik dengan penggunaan media konvensional dalam proses pembelajaran. suasana belajar dengan menggunakan media social facebook adalah suatu aktivitas yang menyenangkan untuk memberikan motivasi kepada siswa. media sosial seperti facebook, twitter, dan google, sering digunakan para siswa untuk menuliskan apa yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, dan itu adalah keterampilan menulis. pada link ww.socialbakers.com, dalam bulan februari 2013, indonesia sebagai negara dengan jumlah pengguna facebook keempat tertinggi di dunia, dengan jumlah users mencapai 47.165.080. ini berarti bahwa orang indonesia cukup aktif di facebook termasuk usia sekolah. di jejaring sosial itu, mereka merasa bebas dan senang menulis pikiran, suasana hati, dan pendapat. mengambil manfaat dari aktivitas siswa secara tertulis di facebook dapat dijadikan guru sebagai kegiatan menulis. meningkatkan kebiasaan menulis dengan memberikan motivasi untuk menulis lebih dan lebih tidak hanya dalam situasi tidak resmi, tetapi juga dalam situasi resmi. mamfaat penelitian ini, untuk siswa yang bermasalah dalam menulis bahasa inggris dan guna meningkatkan hasil belajar bahasa inggris. untuk guru diharapkan dapat menjadi inovasi dalam pembelajaran dan dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa dengan menyenangkan. untuk sekolah hasil penelitian ini akan memberikan pengaruh positip untuk perbaikan dan peningkatan mutu pengajaran. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.164 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.164 822 metode kelas x-mipa3 sman 56 jakarta adalah tempat penelitian action research ini dilaksanakan ta 2019/2020. subjeknya terdiri dari 1 (satu) orang english teacher kelas xmipa3 disertai penerima tindakan adalah 36 siswa kelas x-mipa3 dengan pertimbangan hasil belajar menulis text recount kurang maksimal dibandingkan dengan kelas pararel. pengumpulan data yaitu menggunakan instrumen berupa a). ulangan, b). observasi c). wawancara. pelaksanaan ulangan dilakukan sebelum dilakukan tindakan ataupun sesudah. ulangan yang diberikan sebelum pelaksanaan tindakan adalah pretes yaitu untuk mendapatkan hasil belajar sebelum dimulainya pelaksanaan tindakan. ulangan yang dikerjakan setelah mereka mengikuti pelaksanaan tindakan disebut postes. postes bermamfaat untuk melihat perkembangan score siswa pada tiap akhir siklus. jenis tes yang diberikan adalah tes esay. teknik observasi atau pengamatan dilakukan oleh kolaborator. observasi dipakai untuk mencatat hasil data yang berkaitan dengan proses/interaksi proses belajar mengajar, tingkah laku, dan interaksi antar siswa untuk mengetahui situasi pembelajaran saat pelaksanaan tindakan. tipe pengamatan adalah pengamatan berstruktur, yaitu pengamatan dengan mengunakan pedoman pengamatan (lembar observasi). orang pertama yang memperkenalkan penelitian ini adalah kurt lewin.komponen tindakan, yaitu plan, act, observ, dan reflection. keempat komponen tersebut merupakan desain siklus, seperti gambar berikut : gambar 1. model ptkkurt lewin keempat kegiatan berlangsung secara berulang dalam dua siklus. tiap pelaksanaan siklus dilakukan dengan mengarahkan perubahan pada tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatnya motivasi dan keterampilan siswa dalam menulis teks recount menggunakan facebook. hasil adapun prosedur pelaksanaan tindakan tiap-tiap siklus diuraikan berikut ini. siklus i: berdasarkan analisis hasil belajar siswa yang diperoleh sebelum dilaksanakannya tindakan, terlebih dahulu peneliti mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi dalam menulis teks recount. peneliti menyusun prosedur kegiatan pelaksanaan penelitian, yaitu: a).perencanaan.kegiatan. dalam tahap ini adalah menyiapkan kelengkapan prapelajaran yang terdiri dari : 1). menyusun jadual, 2). membuat rpp, 3). mengkonsep lembaran observasi yang akan digunakan pada saat pengamatan belajar mengajar dilaksanakan, 4). mempersiapkan dan memeriksa media pembelajaran antara lain foto obyek wisata, lcd, dan komputer, 5). pembuata alat uji yang plan act reflection observ https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.164 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.164 823 bermamfaat untuk mengetahui peningkatan motivasi dan keterampilan telah berhasil. b).pelaksanaan tindakan. melakukan aktivitas belajar-mengajar berdasarkan lesson plan dalam dua kali kegiatan di kelas. adapun urutan kegiatan pengajaran yang akan dilaksanakan dalam siklus pertama, dipisahkan dalam dua pertemuan yaitu: 1).guru mengabsen siswa., 2).guru menjelaskan kompetensi dasar (kd) dan indikator yang akan dipelajari hari itu, 3).guru mengulang lagi akan penguasaan materi yakni tanya jawab mengenai pengertian juga karakteristik teks recount, 4). dengan aktif berkomunikasi dalam group, seluruh siswa terlibat dalam diskusi untuk menentukan ciri khusus teks recount, topik-topik yang dapat diangkat menjadi tulisan teks recount, 5). guru menayangkan tulisan dari facebook, siswa ditugaskan memilih salah satunya dan menuliskannya menjadi teks recount, 6). guru memberi contoh bagaimana cara merevisi teks bacaan di facebook dengan memberikan contoh yang tidak benar, kemudian siswa dibimbing untuk mengetahui kesalahan yang sudah dilakukan dan memperbaikinya, 7). siswa memperlihatkan tulisannya, 8). memberikan kesimpulan dan reflesksi penyebab kesalahan penulisan paragraf, 9). guru memberikan penghargaan kepada siswa yang paragraf teks recountnya paling baik. pembahasan media sosial facebook merupakan salah satu yang populer banyak digunakan sekarang ini oleh masyarakat indonesia dan dunia. penelitian banyak dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa facebook memiliki potensi yang baik untuk digunakan dalam kelas menulis. saikaew, et al (2011) melakukan penelitian berjudul “menggunakan facebook sebagai alat pelengkap untuk pengajaran dan pembelajaran”. studi ini menyajikan pendekatan dan pengalaman dalam menggunakan facebook untuk program sarjana dan pascasarjana serta untuk pembelajaran informal dan formal. temuan menunjukkan bahwa facebook memiliki potensi yang sangat baik yang berfungsi sebagai saluran pembelajaran seumur hidup bagi para guru dan siswa. sebuah studi yang berjudul "efektivitas grup facebook pada mengajar dan meningkatkan menulis: persepsi siswa" dilakukan oleh yunus dan salehi (2012) untuk menyelidiki persepsi siswa tentang efektivitas kelompok facebook untuk mengajar dan meningkatkan penulisan. temuan menunjukkan bahwa 'kelompok facebook adalah alat yang efektif untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa, terutama pada tahap brainstorming. teks recount diajarkan dalam mata pelajaran bahasa inggris. menurut gerot & wignell (1994), "jenis text yang mengulang suatu peristiwa untuk tujuan memberi informasi dan menghibur disebut recount teks". demikian pula, anderson & anderson (1997) mendefinisikan "recount teks sebagai kumpulan kalimat yang peristiwa masa lalu dikemukakan kembali, umumnya dalam kronologis kejadian". tujuan teks recount untuk memberi audiens gambaran tentang suatu peristiwa apa, kapan dan bagaimana terjadi. beberapa contoh teks recount adalah: laporan surat kabar, percakapan, pidato, wawancara televisi, laporan saksi mata, dan surat. tabel 1. kategori motivasi keterampilan siswa https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.164 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.164 824 simpulan teks recount adalah suatu kumpulan kalimat yang menceritakan kembali pengalaman atau peristiwa yang sudah lampau dalam urutan kronologis dengan tujuan memberi informasi. dalam menulis teks recount, siswa dapat menceritakan segalanya tentang pengalaman masa lalu. mereka juga dapat menceritakan kembali pengalaman orang lain seperti keluarga, teman, kerabat, dll. contoh-contoh teks recount yang dapat dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari adalah menulis buku harian. beberapa orang terbiasa menulis semua yang terjadi pada mereka dalam buku harian. umumnya, hal-hal yang mereka tulis adalah peristiwa faktual yang mereka hadapi pada hari itu. contoh lain teks recount adalah status facebook. orang-orang cenderung berbagi apa yang terjadi pada mereka dan perasaan mereka tentang hal itu dengan teman-teman mereka di facebook. mereka memposting status yang menceritakan tentang pengalaman mereka, biasanya dalam bentuk yang sangat sederhana. jenis-jenis teks ini disimpulkan sebagai teks recount. oleh karena itu, penulisannya diketik dalam bentuk dan cara yang lebih sederhana; mungkin itu sebabnya pengguna facebook tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka menulis teks recount tidak hanya hampir setiap hari, namun berkali-kali sehari. selain itu, mereka tidak menyadari bahwa mereka menikmati menceritakan kisah mereka di facebook. melalui penggunaan media social facebook oleh kelas x-mipa3 motivasi dan keterampilan menulis teks recount dapat meningkat. peningkatan tersebut terlihat dari sebagian besar jumlah siswa yang hasil scorenya dalam tulisan teks recount meningkat. sebelum pelaksanaan tindakan dari 36 siswa hanya 4 orang (12.5%) yang minat belajarnya tinggi dan sisanya 32 orang (87.5%) minat belajarnya sedang. pada akhir tindakan sebanyak 4 orang (12.5%) minat belajarnya sangat tinggi, 27 orang (84.38%) minat belajarnya tinggi, sisanya 4 orang (3.12%) minat belajarnya sedang. pengembangan penggunaan facebook dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan menulis teks recount dapat dilakukan dengan mengutamakan hal-hal berikut: memilih gambar-gambar dari facebook yang familiar dan sesuai dengan minat siswa, menyajikan banyak pilihan gambar dari facebook sehingga siswa bebas memilih sesuai dengan minatnya. menyajikan gambar dari facebook tidak hanya melalui layar lcd, tetapi juga dalam bentuk cetak yang dikelompokkan berdasarkan minatnya.terakhir, siswa mempublikasikan tulisanya dengan membacakan di depan kelas. daftar rujukan abbas, e. w. (2016). “mengatasi kesulitan menulis “ amirza, m. (2019). “the use of facebook in teaching english writing (a case study to second year students of mas al-manar aceh besar”. etd unsyiah. aqib, zainal. 2007. “penelitian tindakan kelas untuk guru”. bandung: yrama widya bin tahir, s. z. (2013). “penggunaan facebook untuk meningkatkan kemampuan menulis teks deskriptif mahasiswa fkip jurusan bahasa inggris di universitas iqra buru”. jurnal prospek, 15(1), 68-76. dantes, a. s. v. (2017). “using facebook group comment as a reinforcement activity in teaching writing to senior high school students” (doctoral dissertation, universitas negeri padang). fadhila, n. a., & maharani, m. m. (2020). ”improving students’writing skill in recount text by using facebook closed group”. prosiding konferensi ilmiah mahasiswa unissula (kimu) klaster humanoira. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.164 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.164 825 hadi, m. j. (2016).”pemanfaatan media sosial facebook sebagai media peningkatan kemampuan menulis mahasiswa”. jurnalistrendi: jurnal linguistik, sastra, dan pendidikan, 1(1). hidayat, t. (2013). “lebih dekat dengan facebook”. elex media komputindo. irmawati, d. k. (2012). “using facebook through process-genre based approach to improve the ability of grade 8 class c of junior high school 19 malang in writing descriptive texts.(thesis)”. disertasi dan tesis program pascasarjana um. kusumastuty, m. i. (2019). “penggunaan bahasa indonesia, bahasa daerah, dan bahasa inggris dalam status di media sosial facebook” in seminar nasional bahasa, sastra, dan seni (sesanti) (pp. 448-456). lukitasari, m. (2015). "penggunaan jejaring sosial (facebook) sebagai sarana meningkatkan motivasi. jurnal pendidikan informatika dan sains" 4(1), 91–98. marsakawati, n. p. e. (2014). "facebook: media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis paragraf deskriptif". saung-guru, 423. meinawati, e., & baron, r. (2019). “media sosial dan pembelajaran: studi efektivitas penggunaan facebook dalam pembelajaran bahasa inggris”. jurnal tatsqif, 17(1), 34-51. nadia silcha, w. (2014). “using facebook for process writing strategy to enhance the teaching of recount text for 8th grade students at smp brawijaya smart school malang”. tugas akhir jurusan manajemen-fakultas ekonomi um. ningtyas, n. r. (2018). “the effect of peer feedback on facebook group on students'writing recount text (a quasi-experimental at the tenth grade students of sma mawaddah depok in academic year 2016/2017)” (bachelor's thesis, jakarta: fitk uin syarif hidayatullah jakarta). rumaidi, a. (2015). “the effectiveness of writing comments on facebook to improve writing skill” (an experimental research in the eleventh grade students of sma n 2 (doctoral dissertation, fakultas bahasa unissula). rasyid, f. (2013). “the use of facebook groups in teaching efl writing at university level” (doctoral dissertation, universitas pendidikan indonesia). susilawati, s., gailea, n., & masrupi, m. (2019). “the effectiveness of facebook towards student’s writing recount text and vocabulary mastery”. bahtera: jurnal pendidikan bahasa dan sastra, 18(2), 135-147. silcha, w. n. (2014). “using facebook for process writing strategy to enhance the teaching of recount text for 8th grade students at smp brawijaya smart school malang”. skripsi jurusan sastra inggris-fakultas sastra um, 2014(2014). salman, a., & pulungan, s. m. (2017). “pendedahan diri, motivasi dan kepuasan penggunaan facebook dalam menjalin persahabatan”. jurnal komunikasi: malaysian journal of communication, 33(1). saikaew, et al (2011) “menggunakan facebook sebagai alat pelengkap untuk pengajaran dan pembelajaran”. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.164 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.164 826 sakkir, g. (2018). “pengembangan modul pengajaran menulis berbasis facebook” (doctoral dissertation, pascasarjana). triasmara, e. k., purwaningsih, h., & dardjito, h. (2020, march). “memerdekakan siswa menggunakan media sosial facebook untuk meningkatkan motivasi menulis”. in seminar nasional pendidikan (vol. 1, no. 1). wulandari, r. (2018). “the use of facebook group in teaching writing recount text at the tenth grade students sma negeri 2 bone (pre experimental research)”. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.164 salman, a., & pulungan, s. m. (2017). “pendedahan diri, motivasi dan kepuasan penggunaan facebook dalam menjalin persahabatan”. jurnal komunikasi: malaysian journal of communication, 33(1). sakkir, g. (2018). “pengembangan modul pengajaran menulis berbasis facebook” (doctoral dissertation, pascasarjana). microsoft word 06-qonik.docx vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.125 610 received : 15-04-2021 revised : 21-04-2021 published : 07-05-2021 supervisi berbasis presensi fingerprint untuk meningkatkan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan di sdn bendul merisi 408 surabaya qonik sdn bendul merisi 408 surabaya, indonesia aanminany@gmail.com abstrak: tujuan penelitian untuk meningkatkan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan melalui supervisi berbasis absensi fingerprint. metode yang digunakan adalah penelitian tindakan sekolah dengan dua siklus dan masing-masing siklus melalui empat tahapan, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflection). teknik pengambilan data penelitian dilakukan dengan cara observasi dan penilaian langsung terhadap peningkatan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif, kualitatif. pada siklus i kinerja pendidik dan tenaga kependidikan melalui supervisi berbasis absensi fingerprint berada pada persentase 38,89% masih jauh dari target minimal ≥70% sehingga perlu dilakukan siklus ii. pada siklus ii terjadi peningkatan pendidik dan tenaga kependidikan melalui supervisi berbasis absensi fingerprint meningkat menjadi 83,33% dan ini telah melebihi dari target yang ingin di capai cari upaya peningkatan pendidik dan tenaga kependidikan melalui supervisi berbasis absensi fingerprint. kesimpulan yang dapat diambil bahwa upaya peningkatan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah melalui supervisi berbasis absensi fingerprint telah berhasil dan dapat diterapkan di sdn bendul merisi 408 kecamatan wonocolo kota surabaya. kata kunci: penelitian tindakan sekolah; supervise; absensi; fingerprint vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.125 611 pendahuluan peningkatan mutu pendidikan tidak hanya dibebankan kepada siswa saja. pendidik sebagai pelaksana dari pendidikan juga dituntut untuk selalu mengajar sesuai dengan perubahan zaman, termasuk zaman globalisasi yang mana perkembangan iptek sangat cepat. menurut sagala (2013), pendidikan merupakan suatu proses yang terdiri dari pengembangan dan pelatihan, pengetahuan dan keterampilan, pikiran, karakter, dll., yang dilakukan melalui lembaga pendidikan formal. pendidik sudah selayaknya bertugas melaksanakan proses dan penilaian pembelajaran. selain itu, pendidik juga melakukan kewajiban membimbing dan melatih siswa, serta melakukan pengabdian masyarakat baik berupa penelitian ataupun nonpenelitian. para pendidik, khususnya guru, wajib berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan undang-undang. selain bertugaas mendidik dan mengajar, para pendidik juga menjadi sasaran evaluasi kinerja. sasaran kinerja pendidik meliputi (1) merencanakan proses pembelajaran; (2) melaksanakan proses pembelajaran, khususnya proses menyampaikan materi ajar, bagaimana mengatur kelas, dan bagaimana menggunakan variasi metode mengajar; (3) evaluasi hasil pembelajaran, antara lain penggunaan jenis tes atau nontes yang digunakan dalam menilai hasil belajar siswa; kesesuaian tes dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diajarkan pada siswa; dan (4) kemampuan dan keterampilan pendidik dalam memotivasi siswa, mengatur dan berinteraksi dengan dengan siswa, khususnya siswa yang mempunyai masalah dalam proses pembelajaran. selain para guru, pihak yang bertanggung jawab pada keberhasilan pembelajaran di sekolah adalah kepala sekolah. kepala sekolah berkewajiban untuk memberi pengawasan, pembinaan, dan penilaian pembelajaran. kepala sekolah merupakan salah satu pihak yang bertugas melakukan supervisi pembelajaran di sekolah. willes (1975) menjelaskan bahwa tujuan sebuah sipervisi adalah untuk menjaga proses operasional sekolah, baik dengan melakukan pembinaan, pengawasan, dan pendampingan pendidik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. supervisi yang dilakukan kepala sekolah berhubungan langsung dengan pendiidk. akan tetapi, secara tidak langsung dapat berkaitan dengan proses pembelajaran siswa di sekolah. usaha-usaha untuk mempersiapkan tenaga pendidik dan tanaga kependidikan yang profesional sudah sering dilakukan. namun, dalam masyarakat diketahui bahwa sebagian pendidik masih memiliki kinerja yang kurang baik dalam melaksanakan tugas di sekolah. “hal tersebut dapat dilihat dari (1) masih tenaga pedidik dan atnaga kependidikan tidak disiplin untuk hadir awal waktu di sekolah; (2) masih tenaga pedidik dan tanaga kependidikan guru yang saat jam kerja tidak berada di lingkungan sekolah meski tidak ada jam mengajar di kelas; (3) masih adanya tenaga pedidik dan tanaga kependidikan yang pulang kerja duluan dari jadwal pulang kerja yang telah ditentukan; (4) masih diberlakukanya sistem absen manual tandatangan untuk absensi kehadiran dan kepulangan tenaga pedidik dan tanaga kependidikan; dan (5) masih belum digunakanya teknologi untuk mencatat absensi tenaga pedidik dan tenaga kependidikan. berdasarkan data yang ditemukan di lapangan, maka untuk meningkatkan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan perlu dilakukan supervisi pendidik. kinerja tenaga pendidik dan tenaga kependidikan perlu ditingkatkan agar mutu sekolah menjadi lebih baik. terciptanya kinerja tenaga pedidik dan tenaga kependidikan yang baik tentunya akan meningkatkan profesional kerja. untuk itu perlu rasanya dilakukan supervisi terhadap kinerja tenaga pedidik vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.125 612 dan tenaga kependidikan khususnya terhadap absensi melalui supervisi tenaga pedidik dan tenaga kependidikan. metode jenis rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. penelitian ini bertujuan untuk mencari solusi atas beberapa masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. penelitian ini mendeskripsikan suatu proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah, khususnya yang berkaitan dengan supervisi. dengan kata lain, penelitian ini menjelaskan usaha peningkatan kinerja guru melalui program supervisi, khususnya berbasis absensi fingerprint. penelitian ini meliputi dua siklus. masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu (1) rencana, (2) proses/pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. untuk lebih jelas dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. rencana awal. peneliti sebelum mengadakan penelitian perlu menentukan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan langkah-langkah tindakan/kegiatan, termasuk penentuan alat pengumpul data, instrument penelitian, dll. 2. setelah rancangan penelitian selesai, maka selanjutnya peneliti menentukan langkah konkret/ tindakan apa saja yang perlu dilakukan ketika terjun di lapangan. 3. peneliti juga melaksanakan pengamatan. pengamatan dilakukan ketika pendidik berada di sekolah, yaitu ketika terjadi proses pembelajaran di kelas. peneliti mencatat data-data penelitian yang ditemukan melalui proses pengamatan ini. peneliti menggunakan instrumen lembar observasi dan cacatan lapangan. dengan instrument tersebut diharapkan peneliti dapat memperoleh data secara objektif, misalnya aktivitas pembelajaran di kelas ketika terjadi pemberian tindakan berlangsung, reaksi siswa ketika merespons tindakan, atau informasi lain yang dapat dipakai sebagai analisis data penelitian. 4. refleksi. dalam tahapan ini, peneliti memilah, memilih, dan mengkaji hasil penelitian. penelitian tindakan sekolah dilaksanakan di sdn bendul merisi 408, bendul merisi, surabaya. pemilihan sekolah tersebut bertujuan kinerja pendidik di sekolah. penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja dengan menerapkan supervisi berbasis absensi fingerprint. selanjutnya peneliti menyampaikan solusi dari beberapa permasalahan yang berkaitan dengan kesulitan dan hambatan proses pembelajaran yang dialami oleh pendidik. pengumpulan data dengan wawancara dan observasi. wawancara dilakukan untuk mengetahui pemahaman kinerja pendidik dan tenaga kependidikan. observasi untuk mengetahui informasi kompetensi guru dalam melaksanakan supervisi berbasis absensi fingerprint terhadap kinerja pendidik. diskusi dilakukan antara peneliti, pendidik dan tenaga kependidikan. teknik analisa data penelitian ini menggunakan teknik deskriptif. arikunto (2006) menjelaskan bahwa teknik analisis data deskriptif digunakan untuk menggambarkan data penelitian yang diperoleh. fungsinya teknik analisis data ini adalah untuk memperoleh deskripsi keberhasilan guru dalam pelaksanaan supervisi berbasis absensi fingerprint . keberhasilan peningkatan kinerja pendidik dengan penerapan supervisi berbasis absensi fingerprint pada pendidik di sdn bendul merisi 408 kecamatan wonocolo kota surabaya, jika nilai rata-rata peningkatan kinerja pendidik dengan menerapkan supervisi berbasis absensi fingerprint secara keseluruhan sudah mencapai nilai sebesar ≥70%, vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.125 613 tabel 1. indikator penilaian supervisi berbasis absensi fingerprint no indikator penilaian kinerja pendidik dan tenaga kependidikan menggunakan absensi fingerprint penilaian y t 1 hadir di sekolah tepat waktu (max 07:15 wib) 2 berada di lingkungan sekolah selama waktu kerja 3 pulang kerja tepat waktu (minimal 14:00 wib) jumlah jumlah ya (y) pembahasan dari hasil wawancara terhadap 18 orang tenaga pendidik dan kependidikan, peneliti memperoleh informasi bahwa semua guru 3 guru sudah pernah mencoba absensi fingerprint , 15 orang lainnya belum pernah melakukan mencoba absensi fingerprint . kebanyakan guru belum pernah mencoba absensi fingerprint dan bagaimana menerapakan absensi fingerprint di sekolah untuk meningkatkan kinerja pendidik. melalui penelitian ini, peneliti berusaha meningkatkan kinerja pendidik dengan melakukan supervisi berbasis absensi fingerprint . berdasarkan data yang didapat, diketahui 83,33% pendidik dan tenaga kependidikan di sdn bendul merisi 408 belum pernah melakukan absensi fingerprint . siklus 1 berdasarkan siklus i terhadap kinerja pendidik dengan melaksanakan supervisi berbasis absensi fingerprint diperoleh informasi/data bahwa masih ada pendidik dan tenaga kependidikan yang masih mempunyai kinerja yang kurang baik dibandingkan pada saat observasi awal pra siklus sejumlah pendidik dan tenaga kependidikan sudah adanya peningkatan kinerja. dari 3 indokator supervisi berbasis absensi fingerprint terhadap kinerja pendidik didapatkan data bahwa terhadap indikator (1) hadir di sekolah tepat waktu (max 07:15 wib) didapatkan ada 8 pendidik yang sudah memiliki kinerja baik, terhadap indikator (2) berada di lingkungan sekolah selama waktu kerja didapatkan ada 7 pendidik sudah memiliki kinerja baik, terhadap indikator (3) pulang kerja tepat waktu (minimal 14:00 wib) ada 6 pendidik sudah memiliki kinerja baik. persentase kinerja pendidik dan tenaga kependidikan yang didapatkan pada siklus i berada pada angka 21 (ya) dari 54 total indikator atau 38,89%, hasil ini menujukan bahwa usaha peningkatan kinerja pendidik dengan supervisi berbasis absensi fingerprint belumlah berhasil karena belum mencapai kreteria minimum (70%) yang di harapkan, sehingga perlu dilakukan kembali siklus ii. siklus 2 dari 3 indokator supervisi berbasis absensi fingerprint terhadap kinerja pendidik didapatkan data bahwa terhadap indikator (1) hadir di sekolah tepat waktu (max 07:15 wib) didapatkan ada 15 pendidik yang sudah memiliki kinerja baik, terhadap indikator (2) berada di lingkungan sekolah selama waktu kerja didapatkan ada 14 pendidik yang sudah memiliki kinerja baik, terhadap indikator (3) pulang kerja tepat waktu (minimal 14:00 wib) ada 16 pendidik yang memiliki kinerja baik. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.125 614 persentase kinerja pendidik yang didapatkan pada siklus i berada pada angka 45 (ya) dari 54 total indikator atau 83,33%, hasil ini menujukan bahwa usaha peningkatan kinerja pendidik dengan supervisi berbasis absensi fingerprint telah berhasil meningkatkan kinerja dengan hasil yang telah melewati kreteria minimum (70%) yang di harapkan, sehingga penelitian ini dapat dihentikan. kesimpulan penelitian ini adalah upaya meningkatkan kinerja pendidik melalui supervisi berbasis absensi fingerprint di sdn bendul merisi 408 kecamatan wonocolo kota surabaya, telah berhasil diterapkan dengan pencapaian 83,33% pendidik memiliki kinerja yang baik. simpulan berdasarkan hasil penelitian di bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. program peningkatan kinerja pendidik menunjukan peningkatan yang signifikan. pendidik menunjukkan kinerja yang baik dengan capaian 38,89%, yaitu meningkat menjadi 83,33% 2. terjadinya peningkatan aspek kinerja pendidik dan tenaga kependidikan melalui supervisi berbasis absensi fingerprint menunjukan bahwa program ini layak untuk diterapkan di sdn bendul merisi 408 kecamatan wonocolo kota surabaya. daftar rujukan arikunto. 2006. prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. jakarta : pt. rineka cipta cahyana, dkk. 2005. jamur tiram pembibitan, pembudidayaan dan analisis usaha. jakarta: penebar swadaya. erna maeyasari (2012) “pengaruh efektivitas. penerapan absensi fingerprint terhadap disiplin pegawai negeri sipil heriawanto. 2004. analisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja. karyawan magister manajemen agribisnis institut pertanian bogor. skripsi nawawi, hadari (1985). metode penelitian bidang sosial. yogyakarta : gadjah. mada university press. fx sudarsono. makalah untuk penataran dosen. lembaga penelitian ikip yogyakarta, 1999. widyahartono. 1992. kerangka dasar sistem inforamasi manajemen. cetakan keempat. gramedia. jakarta. bpfe-yogyakarta microsoft word 21-toto.docx vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.127 634 received : 13-02-2021 revised : 26-04-2021 published : 07-05-2021 rancang bangun simulator sistem pengasutan startdelta motor induksi 3 fasa dengan model transisi tertutup toto tohir1, abdullah assegaf2 politeknik negeri bandung (polban), indonesia toto.tohir@polban.ac.id abstrak: motor induksi yang dikenal dengan nama lain motor asinkron adalah suatu mesin listrik yang merubah dari energi listrik menjadi energi mekanik. motor induksi 3 fasa paling banyak dijumpai dalam dunia industri karena mempunyai keuntungan konstruksi yang kuat, sederhana terutama bila motor dengan rotor sangkar, kehandalan tinggi, efisiensi relatif tinggi pada kondisi normal, tidak memiliki sikat sehingga rugi geseknya relatif kecil, biaya pemeliharaan rendah dan harganya relatif murah. artikel ini ini merupakan hasil penelitian tentang merancang dan merealisasikan sistem pengasutan start-delta transisi tertutup dengan menambahkan resistor yang berfungsi sebagai pereduksi arus mula pada saat motor beroperasi. prisnip utama dari sistem pengasutan start-delta adalah untuk mengurangi arus start sehingga tegangan yang diterima oleh motor 380/√3 volt. metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimen dalam produk simulator yang meliputi studi literatur, pembuatan dokumen bill of material (bm), perancangan simulator, pemasangan komponen pengawatan instalasi kontrol dan daya, uji coba simulator. motor induksi 3 fasa yang diuji memiliki spesifikasi daya 7,5 hp, tegangan 380.415 volt, frekuensi 50 hz, putaran 2900 rpm. pengujian yang dilakukan dengan motor tanpa beban, hasil pengujian yang diperoleh arus start relatif rata-rata rendah sebsar 17 amper dengan tegangan mendekati tegangan nominal sebesar 380 volt, waktu perpindahan dari start ke delta sebesar 0,25 detik. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan sistem pengasutan start-delta transisi tertutup diperoleh tegangan antar fasa lebih stabil dan tegangan mendekati tegangan nominal jika dibandingkan dengan sistem pengasutan start-delta transisi terbuka, arus start relatif kecil dan terjadi pengurangan waktu ketika terjadi perpindahan dari posisi start ke delta. kata kunci: motor induksi; pengasutan; start-delta; transisi tertutup , vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.127 635 pendahuluan motor induksi atau yang dikenal dengan motor asinkron banyak digunakan di dalam kehidupan sehari-hari baik di peralatan rumah tangga maupun di lingkungan industri. motor induksi yang digunakan pada umumnya adalah jenis motor induksi satu fasa untuk lingkungan rumah tangga dan motor induksi tiga fasa untuk lingkungan industri. motor induksi tersebut perlu pengasutan yaitu pengasutan secara langsung atau yang dikenal dengan direct on line (dol) dan start-delta (y-δ). penelitian sebelumnya pernah dilakukan untuk menetukan berapa arus yang dihasilkan, arus yang diperoleh dari sistem pengasutan dol dan y-δ dengan menggunakan aplikasi etap adalah sebesar 5 kali dari arus nominal motor (dol) dan 2 kali dari arus nominal motor jika dilakukan pengasutan y-δ (rival, denny dan rini, 2021). penelitaian yang serupa dilakukan untuk menguji pengasutan motor induki secara dol dan y-δ dengan memilih komponen yang tepat (yandri, m.ismail yusuf, hie khee dan ayong hiedro, 2016). sistem pengasutan motor. metoda pengasutan motor induski 3 fasa yδ untuk pengembangan instalasi daya dan penerangan di laboratorium di bengkel listrik (anwar said dan yuda bastiar, 2015). salah satu penyebab gangguan yang terjadi pada sistem pengasutan motor induksi adalah terjadinya kedip tegangan jika menggunakan motor induksi dengan kapasitas besar, untuk mengatasi hal tersebut maka digunakan pengasutan y-δ. penelitian yang dilakukan sebelumnya adalah dengan menganalisa berapa persen yang terjadi drop tegangan, hasil studi diperoleh nilai 45% mampu mereduksi kedip tegangan yang terjadi pada busbar (andi pawawoi, 2009). penelitain yang serupa untuk mengurangi kedip tegangan pada sistem pengasutan y-δ yaitu dengan menggunakan metode tap resistor (tawarno dan ghoni musyawar, 2018). peneliti lain melakukan uji karakteristrik dari beberapa metode pengasutan motor induksi (yusnan badruzzaman, 2012). menggunakan aplikasi plc untuk menguji karakateritik beberapa sistem pengasutan motor induksi (toto tohir, 2019). tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji karakteristik motor induksi 3 fasa y-δ dengan kapasitas motor daya 7,5 hp, tegangan 380/415 volt, frekuensi 50 hz, putaran motor 2900 rpm menggunakan metode transisi tertutup dengan menambahkan komponen resistor yang berfungsi untuk mereduksi arus mula motor, pengujian dilakukan motor tanpa beban. hasil yang diperoleh dari pengujian arus mula relatif rendah rata-rata 17 amper dengan tegangan mendekati tegangan nominal sebesar 380 volt. metode metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimen dengan membuat simulator sebagai materi uji sistem pengasutan motor induksi 3 fasa y-δ transisi tertutup. pada pengujian motor karakteristik pengasutan y-δ transisi tertutup motor induksi yang digunakan adalah motor dengan daya sebesar 7,5 hp, tegangan 380/415 volt, frekuensi 50 hz dengan putaran 2900 rpm seperti yang ditunjukkan tabel 1 spesifikasi motor induksi 3 fasa. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.127 636 tabel 1. spesfikasi motor induksi 3 fasa yang di uji parameter motor induksi spesifikasi merek terco tipe motor ahvb serial number aevbkb027r50fmb standar confirm to iec 60034-20:2008 output 5,5kw/7,5hp full load (rpm) 2900rpm efficiency fl 85%,nl 85,5%, 1/2l 84% power factor ¾ load : 0,84 ½ load : 0,78 current (380v/50hz) full load : 11,2 a locked rotor : 73 a torsi full load : 1,845 kg-m locked rotor 180% flt pull up : 160% flt pull out : 250% flt voltage 380/415 v frequency 50 hz ip 55 gambar 1 menunjukkan diagram daya dan kontrol untuk sistem pengasutan motor y-δ dengan menggunakan komponen utama tiga buah kontaktor. gambar 1 menunjukkan karakteristik dari arus dan putaran motor pada saat pengasutan y-δ.. gambar 1. diagram daya dan kontrol y-δ gambar 1 menunjukkan bahwa untuk mengoperasikan motor induksi tiga fasa dengan sistem pengasutan y-δ membutuhkan tiga peralatan kontaktor yang bekerja secara berurutan yaitu kontaktor k1 dan k3 bekerja bersamaan dengan hubungan start kemudian beberapa saat kontaktor k2 kerja dengan hubungan delta dan kontaktor k3 mati penggantian tersebut menggunakan timer. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.127 637 gambar 2. karakteristik arus dan putaran motor pada kondisi pengasutan y-δ gambar 2 menjelaskan karakteristik antara arus dan putaran pada saat kondisi pengasutan y-δ dimana kondisi arus saat motor beroperasi terjadi lonjakan dan pada kondisi hubungan delta maka terjadi penurunan arus begitu juga dengan putaran dari motor. untuk seting komponen pengasutan motor induksi y –δ diperlukan perhitungan yang tepat agar hasil uji nya mendekati benar dan sempurna. adapun seting kompoen yang diperlukan menggunakan persamaan sebagai berikut: seting kemampuan hantar arus (kha) kabel, 𝐾𝐻𝐴 𝑘𝑎𝑏𝑒𝑙 = 125 % 𝑥 𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 (1) seting gawai proteksi (mcb), 𝑆𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑀𝐶𝐵 = 11 % 𝑥 𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 (2) seting thermal over load relay (tolr), 𝑆𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑂𝐿𝑅 = 110 % 𝑥 𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 (3) seting nilai resistor, 𝑅 = !" (%"&'(&'() *,, ./ (0123)√5 (4) drop tegangan atau kedip tegangan dengan persamaan, 𝛥𝑉(𝑣𝑜𝑙𝑡) = 𝑘 𝑥 𝐼𝑏 𝑥 * ( (𝑟 𝐶𝑜𝑠 ɸ + 𝑥 𝑆𝑖𝑛 ɸ) (5) 𝛥𝑉(%𝑡) = 67 7 (6) vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.127 638 gambar 3 menunjukkan diagram daya sistem pengasutan motor induksi y/δ transisi tertutup. gambar 3. diagram daya sistem pengasutan motor induksi y/δ transisi tertutup pada gambar 3 diagram daya sistem pengasutan motor induksi y/δ transisi tertutup.terdiri dari komponen pengaman mcb, kontrol pengendali berupa kontaktor dan timer, serta dlengkapi dengan thermal over load relay (tolr) yang berfungsi sebagai pengaman motor jika terjadi panas yang berlebihan akibat beban. hasil gambar 4 menunjukkan simulator yang dibuat mulai dari pembuatan lay-out tampak depan, belakang dan realisasi dari simulator pengasutan y/δ. dari gambar 5 diperoleh rancangan simulator dan realisasi pengasutan motor induksi y/δ dalam bentuk meja yang bisa dipindah-pindah sesuai dengan kebutuhan ruangan. simulator tersebut membutuhkan suplai listrik tiga fasa untuk motor induksi dan satu fasa untuk kontrol pengasutan. pengujian karakteristik motor pada perangkat simulator menggunakan kabel penghubung sesuai dengan diagram kontrol dan daya sistem pengasutan y/δ. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.127 639 gambar 4. rancangan dan realisasi simulator sistem pengasutam motor induksi y/δ hasil yang diperoleh dari perhitungan seting komponen ditunjukkan pada tabel 2. tabel 2. hasil perhitungan seting komponen sistem pengasutan motor induksi y/δ transisi tertutup hasil perhitungan seting/pemilihan kompone kemampuan hantar arus kabel (kha)= 14 amper dipilih kabel nyaf dengan penampang 2,5mm2 seting mcb = 12.88 amper dipilih mcb 16 amper seting termal over load relai (tolr)=12,32 amper dipilih tolr dengan rating 10 sdg 16 amper resistor = 13,059 ohm dipilih resistor 13 ohm drop tegangan (v) = 1,82 volt drop tegangan (%) = 0,47 drop tegangan masih dibawah standar 4 % (persyaratan umum instalasi listrikpuil 2011) dari tabel 2 diperoleh hasil perhitungan baik kemampuan hantar arus (kha), mcb, tolr, resistor maka untuk seting dari komponen disesuaikan dengan komponen yang ada dipasaran dan sesuai standar, drop tegangan yang diperoleh dari hasil perhitungan masih rendah jika dibandingkan dengan standar persyaratan umum instalasi listrik (puil) 2011 yaitu 4%. gambar 5 menunjukkan hasil pengujian karakateristik arus pengasutan y/δ transisi terbuka. gambar 6 menunjukkan hasil pengujian karakateristik arus pengasutan y/δ transisi tertutup. gambar 7 menunjukkan hasil pengujian karakateristik tegangan pengasutan y/δ vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.127 640 transisi terbuka. gambar 8 menunjukkan hasil pengujian karakateristik tegangan pengasutan y/δ transisi tertutup. gambar 5. karakateristik arus kondisi pengasutan y/δ transisi terbuka gambar 6. karakateristik arus kondisi pengasutan y/δ transisi tertutup vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.127 641 gambar 7. karakateristik tegangan kondisi pengasutan y/δ transisi terbuka gambar 8. karakateristik tegangan kondisi pengasutan y/δ transisi tertutup dari hasil pengujian karakteristik arus pada pengasutan y/δ transisi terbuka yang ditunjukan gambar 5 terlihat lonjakan arus mula motor lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil pengujian karakteristik arus masing-masing fasa pada pengasutan y/δ transisi tertutup hal ini disebabkan dengan adanya tambahan komponen resistor yang ditunjukkan gambar 6. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.127 642 demikian juga hasil pengujian untuk karakteristik tegangan pada pengasutan y/δ transisi terbuka terjadi drop tegangan yang ditunjukkan gambar 7 jika dibandingkan dengan hasil uji karakteristik tegangan pada pengasutan y/δ transisi tertutup yang ditunjukkan gambar 8. pembahasan dari hasil pengujian diperoleh bahwa tegangan antar fasa memperoleh nilai mendekati nilai tegangan nominal motor yaitu tegangan rata-rata sebesar 389,3 volt jika dibandingkan dengan pengasutan y/δ transisi terbuka tegangan rata-rata sebesar 364 volt sehingga menurut teori terjadi drop tegangan. ditinjau dari arus dengan menggunakan pengasutan y/δ tertutup memperoleh nilai arus rata-rata sebesar 17 a dengan waktu perpindahan relatif singkat yaitu 0,25 detik. pengasutan y/δ transisi tertutup akan lebih cocok jika digunakan untuk aplikasi motor listrik yang berdaya besar hal ini dikarenakan memiliki arus mula yang sangat tinggi hal ini bisa menggangu jaringan listrik. simpulan berdaasrkan hasil pengujian dari simulator sistem pengasutan y/δ transisi tertutup lebih baik jika dibandingkan dengan sistem pengasutan y/δ transisi terbuka dari faktor tegangan dan arus nya. dengan sistem pengasutan y/δ drop tegangan yang diperoleh sebesar 1,87 volt atau setara dengan 0,47 % masih di bawah standar persyaratan umum instalasi listrik (puil 2011). saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya pemilihan bahan resistor merupakan faktor utama khusunya untuk memperhatikan karakteristik suhu pada komponen resistor tersebut. daftar rujukan badruzzaman , y. (2012, april). pengasutan konvensional motor induksi tiga fasa rotor sangkar tupai. jtet, 1(1), 41 – 47. pawawoi , a. (2009, november). analisis kedip tegangan (voltage sags) akibat pengasutan motor induksi dengan berbagai metode pengasutan studi kasus di pt. abaisiat raya. teknika, 1(32), 49-56. rasul, r. a., irawan, d., & astutik, r. p. (2021, january). analisa pengasutan motor 4,16 kv sebagai pengisi boiler di pltu gresik. jurnal indonesia sosial teknologi, 2(1), 128-136. said, a., & bastiar, y. (2015, mei). pengasutan motor induksi tiga phasa pada pengembangan instalasi tenaga dan instalasi penerangan di bengkel listrik. politeknologi no. 2 mei, 14(2). tawarno, & masyahar, g. (2018, januari). mereduksi kedip tegangan akibat pengasutan motor induksi. jurnal cahaya bagaskara, 3(1), 28-31. tohir, t. (2019). rancang bangun kendali motor 3 fasa berbasis plc dengan metodea pemograman function block diagram. senter2019 (pp. 501-511). bandung: uin. yandri, yusuf, m. i., khwee, k. h., & hendro, a. (2016). perbandingan pemilihan komponen pengasutan motor induksi tiga fasa antara sistem langsung ke jala-jala (dol starting) dengan sistem pengasutan bintang segitiga ( y-d starting). jurnal edukasi dan penelitian informatika (jepin), 2(2), 142-151. microsoft word 17-zaenal.docx vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.135 729 received : 03-04-2021 revised : 29-04-2021 published : 08-05-2021 nilai-nilai moderasi beragama dalam permendikbud no. 37 tahun 2018 achmad zainal abidin sdn menanggal 601 surabaya, indonesia zainalgpaisby@gmail.com abstrak: penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya peristiwa intoleransi dan radikalisme di dunia pendidikan dalam beberapa tahun terakhir. peristiwa tersebut banyak terjadi baik di kalangan guru, siswa, maupun lembaga pendidikan mulai jenjang tk hingga perguruan tinggi. salah satu contohnya adalah tepuk anak saleh yang ditambahi dengan “islam yes, kafir no” pada pelajar sd. hal ini merupakan tantangan bagi dunia pendidikan, khususnya bagi negara untuk tetap menjaga nilai-nilai moderasi beragama demi persatuan dan kesatuan bangsa. melihat hal tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui nilai-nilai moderasi beragama yang terdapat pada peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan (permendikbud) nomor 37 tahun 2018 tentang perubahan atas permendikbud no. 24 tahun 2016 tentang kompetensi inti (ki) dan kompetensi dasar (kd). apakah ki dan kd tersebut sudah proporsional dan mengakomodasi nilai-nilai moderasi beragama dalam pembelajaran? untuk menjawab hal tersebut, dilakukan penelitian dengan metode studi literatur. peneliti ingin melakukan kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka terkait dengan nilai-nilai moderasi beragama dalam permendikbud no. 37 tahun 2018 khususnya pada kd mata pelajaran pendidikan agama islam (pai) pada sd, membaca dan mencatat, serta mengolah bahan penelitian. berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa di dalam permendikbud no. 37 tahun 2018 hanya terdapat 46 dari 96 total kd pai sd. dengan demikian hanya 46,94% kd pai sd yang bernilai moderasi beragama. oleh karena itu, selain perlu dilakukan upaya untuk menangkal radikalisme dan intoleransi beragama di sekolah, penyempurnaan kurikulum dengan memperbanyak kd pai yang bernilai moderasi beragam perlu dilakukan. kata kunci: nilai; moderasi beragama; kd pai vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.135 730 abstract: this research is motivated by the many events of intolerance and radicalism in the world of education in recent years. these events occur a lot among teachers, students, and educational institutions ranging from kindergarten to college. one example is the pat of a pious child coupled with "islam yes, kafir no" on elementary school students. this is a challenge for the world of education, especially for the country to maintain the values of religious moderation for the sake of unity and unity of the nation. seeing this, researchers are interested to know the values of religious moderation contained in the regulation of the minister of education and culture (permendikbud) no. 37 of 2018 concerning changes to permendikbud no. 24 of 2016 on core competencies (ki) and basic competencies (kd). are the ki and kd already proportionate and accommodate the values of religious moderation in learning? to answer this, research was conducted by literature study method. researchers want to conduct activities related to library data collection methods related to the values of religious moderation in permendikbud no. 37 of 2018, especially in kd islamic religious education (pai) subjects in elementary school, reading and recording, and processing research materials. based on the results of the study, it can be concluded that in permendikbud no. 37 of 2018 there are only 46 out of 96 total kd pai sd. thus only 46.94% of kd pai sd is worth religious moderation. therefore, in addition to efforts to counter radicalism and religious intolerance in schools, improvement of the curriculum by multiplying kd pai which is worth various moderation needs to be done. keywords: values; religious moderation; kd pai pendahuluan pada desember 2016, pusat pengkajian islam dan masyarakat (ppim) uin syarif hidayatullah jakarta merilis hasil riset bahwa, banyak guru pendidikan agama islam (pai) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah cenderung bersikap intoleran dan berpaham eksklusif. sebagian besar dari mereka tidak setuju pemimpin non-muslim. penolakan mereka terhadap pemimpin non muslim mencapai angka persentase sangat tinggi. sebagai contoh, sebesar 89% untuk kepala daerah, 87% untuk kepala sekolah, dan 80% untuk kepala dinas. sebagian besar dari mereka (81%) juga tidak setuju pendirian tempat ibadah agama lain di daerahnya. melihat dari hasil riset tersebut, bila para gurunya saja memiliki sikap dan pemahaman seperti itu, maka paham radikalisme dan sikap intoleran sangat berpotensi besar terdoktrinasi sejak dini, saat anak-anak belajar dan berada di bangku sekolah. hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh balai litbang agama makassar (blam) tahun 2016. hasil riset menunjukkan bahwa 10% siswa sma berpotensi intoleran dan radikal. dalam policy brief series, issue 4 vol. 1 2018 disebutkan, ancaman radikalisme di sekolah semakin mengkhawatirkan. hasil survei siber nasional menyatakan terdapat 41,4% siswa di sekolah beropini sangat radikal dan 2,4% beraksi sangat radikal. adapun opini dan aksi sangat moderat siswa mencapai 10% dan 54,3%. hal ini tidak bisa diremehkan begitu saja karena angka tersebut bisa jadi merupakan embrio dari semakin besarnya sikap intoleransi dan radikalisme di negara ini sehingga usaha dalam mewujudkan moderasi beragama sangatlah sulit tercapai. beberapa hasil riset telah terungkap dan hasilnya sangat mencengangkan. sikap intoleran dan paham radikalisme semakin merajalela di kalangan pelajar. hal tersebut bisa terjadi dilatarbelakangi oleh setidaknya ada dua faktor penyebab. pertama, implementasi vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.135 731 pendidikan toleransi di sekolah kurang diterapkan. kedua, pendidikan agama selama ini lebih mengarah kepada simbol dan doktrin semata, kurang fokus pada pengamalan substansi agama itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari. bisa juga disimpulkan bahwa, pendidikan agama pada sekolah-sekolah saat ini masih belum berhasil. pendidikan agama yang diberikan hanya pada tataran tekstual dan pemahaman, bukan kontekstual dan pengalaman serta pengamalan. brenda watson dalam education and belief (1987) mengatakan, ada tiga sebab utama gagalnya pembelajaran agama di sekolah-sekolah. pertama, proses pendidikan yang diajarkan guru lebih mengarah kepada proses indoktrinasi. kedua, pendidikan agama lebih bersifat normatif-informatif. ketiga, kuatnya ideologi atau komitmen agama guru itu sendiri. dari ketiga sebab yang dikemukakan oleh brenda watson tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap toleran dan moderasi beragama di kalangan pelajar tidak akan terwujud bila pendidikan agama di sekolah hanya diajarkan melalui proses indoktrinasi, normatif-informatif, serta tekstual semata. namun, perlu adanya implementasi secara langsung oleh siswa sehingga mereka mendapatkan pengalaman dan pengamalan tentang sikap toleran dan moderasi beragama. sebelum lebih jauh membahas sebab gagalnya pendidikan agama tersebut, sebaiknya juga dilakukan analisis terhadap nilai-nilai moderasi beragama pada regulasi materi kompetensi inti (ki) dan kompetensi dasar (kd) yang telah ditetapkan oleh pemerintah. regulasi yang dimaksud adalah peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan (permendikbud) no. 37 tahun 2018 tentang perubahan atas permendikbud no. 24 tahun 2016 tentang ki dan kd. apakah nilai-nilai moderasi beragama pada regulasi tersebut sudah sangat proporsional dan dapat mengakomodasi kepentingan internalisasi nilai-nilai moderasi beragama dalam pembelajaran? berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan kajian dan analisis. adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji, menganalisa, dan mengetahui bagaimana nilai-nilai moderasi beragama yang terdapat dalam permendikbud no. 37 tahun 2018. fokus penelitiannya adalah kd untuk pai jenjang sd. apakah kd pai sd pada regulasi tersebut sudah mengakomodasi nilai-nilai moderasi beragama? apakah nilai-nilai moderasi beragama pada semua kd pai sd dalam regulasi tersebut sudah maksimal? metode penelitian metode dalam penelitian ini menggunakan studi literatur. studi literatur adalah serangkaian kegiatan pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelola bahan penelitian. secara umum, studi literatur merupakan cara untuk menjawab permasalahan yang dihadapi dengan mencari sumber-sumber baik data primer maupun data sekunder yang berupa buku, jurnal, makalah, artikel, majalah, dan data-data tertulis lainnya. penelitian dengan studi literatur tidak membutuhkan turun langsung ke lapangan, bertemu dan wawancara dengan responden. data-data yang dibutuhkan dapat diperoleh dari sumber pustaka atau dokumen. data primer merupakan data utama. data utama dalam penelitian ini yaitu permendikbud no. 37 tahun 2018 yang di dalamnya terdapat ki dan kd pai jenjang sd. peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang nilai-nilai moderasi beragama dalam kd pai sd. adapun data sekunder sebagai data pendukung dalam penelitian ini yaitu buku-buku, jurnal, dokumen, dan sumber tertulis lainnya yang ada kaitannya dengan nilai-nilai moderasi beragama. data ini digunakan oleh peneliti untuk mengidentifikasi nilai-nilai moderasi beragama pada kd pai sd dalam regulasi tersebut. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.135 732 peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan cara mencari serta mengumpulkan data, baik data primer maupun data sekunder. setelah data terkumpul, peneliti akan menelaah dan menganalisa data-data tersebut sehingga mendapatkan data atau informasi sebagai bahan penelitian. adapun analisis data yang peneliti lakukan adalah dengan metode deduktif induktif. metode deduktif peneliti gunakan untuk menjelaskan nilai-nilai moderasi beragama. sedangkan metode induktif digunakan untuk mengkaji nilai-nilai moderasi beragama yang terdapat dalam permendikbud no. 37 tahun 2018. hasil penelitian dari analisis data terhadap nilai-nilai moderasi beragama pada permendikbud no. 37 tahun 2018 ditemukan bahwa terdapat 46 kd dari 98 kd pai sd di semua kelas. berikut adalah tabel hasil analisis datanya. tabel 1. jumlah nilai-nilai moderasi beragama pada kd pai sd no. kelas jumlah kd aspek mata pelajaran pai jumlah prosentase (%) al-qur’an aqidah akhlak fiqih spi 1 i 17 1 2 3 1 1 8 47,06 2 ii 15 2 1 2 1 2 8 53,33 3 iii 14 1 1 2 2 1 7 50 4 iv 21 1 1 2 3 7 33,33 5 v 17 1 1 2 1 3 8 47,06 6 vi 14 1 1 2 1 3 8 57,14 jumlah kd 98 7 7 13 6 13 46 46,94 nilai-nilai moderasi beragama pada kd pai sd tidak sampai separuh dari jumlah keseluruhan kd, yakni 46,94%. adapun prosentase terbesar kd yang memiliki nilai moderasi beragama secara berurutan, yaitu kelas vi (57,14%) kemudian kelas ii (53,33%), kelas iii (50%), kelas i dan kelas v (47,06%) dan kelas iv (33,33%) yang paling sedikit dengan jumlah kd terbanyak. jadi, hanya kelas vi dan ii yang kd-nya memiliki nilai moderasi beragama berjumlah lebih dari separuh. kelas iii berjumlah separuh persis. sedangkan untuk kelas i, iv, dan v tidak sampai separuh (gambar 1). gambar 1. grafik jumlah kd yang bernilai moderasi beragama berdasarkan kelas 0 10 20 30 40 50 60 kelas i kelas ii kelas iii kelas iv kelas v kelas vi total kd jumlah kd moderasi beragama prosentase (%) vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.135 733 bila dilihat dari aspek mata pelajaran pai, jumlah kd yang memiliki nilai-nilai moderasi beragama paling banyak pada aspek akhlak dan spi. nilai-nilai moderasi beragama pada kd kedua aspek tersebut berjumlah 13 (28,26%) dari 46 kd. sedangkan untuk aspek al-qur’an dan aqidah terdapat 7 kd (15,22%). kd yang memiliki nilai moderasi beragama paling sedikit terdapat pada aspek fiqih, yaitu 6 kd (13,04%) (gambar 2). gambar 2. grafik jumlah kd yang bernilai moderasi beragama berdasarkan aspek pai dari hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai moderasi beragama pada permendikbud no. 37 tahun 2018, khususnya pada kd pai sd masih kurang maksimal. jumlah kd yang memiliki nilai moderasi beragama tidak sampai separuh dari jumlah keseluruhan, yaitu 46 dari 98 kd. pembahasan nilai-nilai moderasi beragama nilai dalam bahasa inggris disebut value. nilai secara bahasa berarti harga. antony giddens (1995), mengartikan nilai sebagai suatu gagasan yang dimiliki seseorang maupun kelompok mengenai apa yang layak, apa yang dikehendaki, serta apa yang baik dan buruk. sedangkan nilai menurut danandjaja (2002), adalah pengertian yang dimiliki seseorang akan sesuatu yang lebih penting maupun kurang penting, apa yang lebih baik dan kurang baik, dan juga apa yang lebih benar dan apa yang salah. jadi, nilai merupakan konsep yang menunjukkan pada segala sesuatu yang dianggap berharga dalam kehidupan manusia, yaitu tentang sesuatu yang dianggap benar, baik, layak, indah, pantas, penting, dan dikehendaki oleh manusia dalam kehidupannya. sebaliknya, sesuatu yang tidak bernilai dianggap salah, tidak baik, tidak layak, buruk, tidak pantas, tidak penting, dan tidak diinginkan oleh masyarakat. kata moderasi dalam bahasa arab yaitu ُةَّیِطَسَوَْلا (al-wasaṫiyyah). al-wasaṫiyyah secara bahasa, berasal dari kata wasaṫ. al-asfahaniy (2009), mengartikan wasaṫ dengan sawā’un, yaitu tengah-tengah di antara dua batas, atau dengan keadilan, yang tengah-tengah atau yang standar atau yang biasa-biasa saja. wasaṫan juga bermakna menjaga dari bersikap tanpa kompromi bahkan meninggalkan garis kebenaran agama (mufradāt al-fāẓ al-qur’ān, 2009). sedangkan makna yang sama juga terdapat dalam mu’jam al-wasīṫ (1972), yaitu ‘adulan dan 0 5 10 15 20 25 30 35 al-qur'an aqidah akhlak fiqih spi total kd jumlah kd moderasi beragama prosentase (%) dari jumlah kd moderasi beragama vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.135 734 khiyāran yang berarti sederhana dan terpilih. moderasi dalam hal ini dapat diartikan sebagai yang di tengah-tengah, adil, standar, dan terpilih. moderasi dalam kamus besar bahasa indonesia edisi v, didefinisikan dengan pengurangan kekerasan; penghindaran keekstreman. dengan demikian, seorang yang moderat dapat didefinisikan sebagai seorang yang mengurangi dan menghindari sikap dan perilaku yang keras dan ekstrem. orang tersebut selalu bersikap dan berperilaku di tengah-tengah, adil, standar, dan biasa-biasa saja. jadi, moderasi (al-wasaṫiyyah) adalah keadaan terpuji seseorang yang menjaganya untuk bersikap dan berperilaku moderat serta terhindar dari dua sikap ekstrem; sikap ifrāṫ (berlebih-lebihan) dan sikap muqaṣṣir (mengurang-ngurangi). dengan demikian, moderasi beragama dapat diartikan sebagai sikap dan kesadaran seseorang untuk bisa menerima keberagaman dan kebebasan beragama seseorang atau sekelompok orang dengan saling menghargai, menghormati, membiarkan, dan membolehkan pendirian dan keyakinan beragamanya. afrizal nur dan dan mukhlis (2015), dalam penelitiannya menyebutkan beberapa ciriciri seorang muslim moderat sebagai berikut: (1) tawassuṫ (mengambil jalan tengah); (2) tawāzun (berkeseimbangan); (3) i’tidāl (lurus dan tegas); (4) tasāmuḥ (toleransi); (5) musāwah (egaliter); (6) syūrā (musyawarah); (7) iṣlāḥ (damai/reformasi); (8) aulawiyyah (mendahulukan yang prioritas); (9) taṫawwur wa ibtikār (dinamis dan inovatif); dan (10) tahaḍḍur (berkeadaban). sebaliknya, seseorang yang tidak memiliki beberapa ciri tersebut atau bahkan ia memiliki sikap dan perilaku sebaliknya, maka bisa dikatakan sebagai seorang yang tidak moderat. berdasarkan pengertian dan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa nilainilai moderasi beragama mencakup: sikap saling menghargai dan menghormati, kasih sayang, kerja sama dan tolong-menolong, adil, damai, toleransi, hidup rukun, peduli dan simpatik terhadap sesama. nilai-nilai inilah yang dijadikan acuan dalam menganalisa semua kd pai pada jenjang sd dalam permendikbud no. 37 tahun 2018. dengan begitu, dapat ditemukan dan disimpulkan seberapa maksimal kd pai sd yang memiliki nilai-nilai moderasi beragama. permendikbud no. 37 tahun 2018 peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan ri no. 37 tahun 2018 ini merupakan perubahan atas permendikbud no. 24 tahun 2016 tentang kompetensi inti (ki) dan kompetensi dasar (kd) yang di dalamya menyebutkan beberapa ki dan kd semua mata pelajaran dari tingkat sd, smp, hingga sma dan smk. namun yang menjadi fokus penelitian ini adalah adalah ki dan kd mata pelajaran pai dan budi pekerti pada jenjang sd. kd pai pada jenjang sd dalam permendikbud no. 37 tahun 2018 berjumlah 98 kd yang terdiri atas: kelas i, 17 kd; kelas ii, 15 kd; kelas iii, 14 kd; kelas iv 21 kd; kelas v 17 kd; dan kelas vi 14 kd. dalam hal ini jumlah kd pai yang paling banyak terdapat pada kelas iv, yaitu 21 kd. sedangkan yang paling sedikit jumlah kd pai adalah kelas iii dan vi, yaitu 14 kd. berikut tabel pemetaan kd pai pada jenjang sd. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.135 735 tabel 2. pemetaan kd pai sd no. kelas aspek mata pelajaran pai jumlah kd al-qur’an aqidah akhlak fiqih spi 1 i 2 4 4 2 5 17 2 ii 4 1 3 2 5 15 3 iii 2 2 3 3 4 14 4 iv 1 4 8 2 6 21 5 v 1 3 5 2 6 17 6 vi 1 3 2 1 7 14 jumlah kd 11 17 25 12 33 98 mata pelajaran pai dan budi pekerti terdiri atas 5 aspek, di antaranya al-qur’an, akidah, akhlak, fikih, dan sejarah peradaban islam (spi). kd pai sd pada permendikbud no. 37 tahun 2018 juga memuat kelima aspek tersebut. adapun jumlahnya sebagai berikut: aspek al-qur’an, 11 kd; aspek aqidah, 17 kd; aspek akhlak, 25 kd; aspek fiqih, 12 kd; dan aspek spi, 33 kd. jumlah kd terbanyak terdapat pada aspek spi, yaitu 33 kd. sedangkan jumlah kd paling sedikit adalah aspek al-qur’an, yaitu 11 kd. semua kd pai sd baik dari kelas i hingga kelas vi maupun dari semua aspek pai dianalisa dan dilakukan penelitian terkait dengan nilai-nilai moderasi beragama. kd yang dianalisa dan diteliti lebih difokuskan hanya pada kd pengetahuan (ki-3) karena materi pada kd tersebutlah yang diajarkan kepada para siswa. adapun hasil analisanya dapat diketahui bahwa dari semua kd pai jenjang sd yang berjumlah 98 terdapat 46 kd yang bernilai moderasi beragama. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai moderasi beragama pada permendikbud no. 37 tahun 2018 khususnya untuk materi pai jenjang sd tergolong masih kurang maksimal. dari keseluruhan kd pai sd, hanya 46,94% yang memiliki nilai-nilai moderasi beragama. simpulan berdasarkan hasil analisis nilai-nilai moderasi beragama dalam permendikbud no. 37 tahun 2018, khususnya kd pai pada jenjang sd, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kd pai sd yang memiliki nilai moderasi beragama masih belum maksimal. kd pai sd yang memiliki nilai-nilai moderasi beragama berjumlah 46 dari 98 kd, yakni hanya 46,94%. dengan demikian, hasil tersebut masih kurang efektif untuk mendukung terwujudnya sikap moderasi beragama siswa pada sekolah dasar. oleh karena itu, selain moderasi beragama harus diimplementasikan dalam pembelajaran, penerapan pembelajaran kontekstual, dan guru membiasakan siswa untuk bersikap moderasi beragama, pemerintah juga diharapkan dapat menyempurnakan kurikulum dengan menambah nilai-nilai moderasi beragama pada kd yang telah ditetapkan. dengan demikian, nilai-nilai moderasi beragama di kalangan pelajar khususnya jenjang sd akan terwujud sesuai tujuan dan harapan. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.135 736 daftar rujukan al-ashfahani, al-raghib. (2009). mu’jam mufradat alfaz al-qur`an, tahqiq nadim mar’asliy. beirut: darul al-fikr. anis, ibrahim dkk. (1972). al-mu’jam al-wasit. mesir: majma’ al-lughah al-‘arabiyyah. badan pengembangan bahasa dan perbukuan. (2020). kbbi v 0.4.0 beta (40) luar jaringan (luring/android). jakarta: kementerian pendidikan dan kebudayaan republik indonesia. convey indonesia. (2018). ancaman radikalisme di sekolah. policy brief series, issue 4, vol. 1, 1-10. danandjaja, james. (2002). folklor indonesia: ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. jakarta: pustaka utama grafiti. danial dan wasriah. (2009). metode penulisan karya ilmiah. bandung: laboratorium pendidikan kewarganegaraan upi. giddens, anthony. (1995). politics, sociology and social theory: encounters with classical and contemporary social thought. cambridge: polity (publisher). menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia. (2018). peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan ri no. 37 tahun 2018 tentang perubahan atas peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan ri no. 24 tahun 2016 tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar. muchith, m. saekan. (2016). radikalisme dalam dunia pendidikan. addin, vol. 10, no. 1, 163-180. mussafa, rizal ahyar. (2018). konsep nilai-nilai moderasi dalam al-qur’an dan implementasinya dalam pendidikan agama islam. (unpublished sarjana’s skripsi) universitas islam negeri walisongo semarang, semarang, indonesia. nur, afizal dan mukhlis. (2015). konsep wasathiyah dalam al-qur’an (studi komparatif antara tafsir al-tahrir wa at-tanwir dan aisar at-tafasir). an-nur, vol. 4 no. 2, 205-225. saptoni. (ed.). (2019). menanam benih di ladang tandus: potret sistem produksi guru agama islam di indonesia. yogyakarta: cis form. syafruddin, didin dan ismatu ropi. (2018). gen z: kegalauan identitas keagamaan. jakarta: ppim uin jakarta. watson, brenda. (1987). education and belief. oxford: blackwell publishers. microsoft word 12-azharia.docx vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.114 505 received : 13-03-2021 revised : 01-04-2021 published : 15-04-2021 penerapan model pembelajaran kooperatif student team achievement division (stad) berbantuan video animasi untuk meningkatkan keterampilan menulis teks eksplanasi siswa madrasah aliyah azhariansah madrasah aliyah nurul ummah, kota yogyakarta, indonesia ianiansah2019@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan menulis teks eksplanasi siswa madrasah aliyah nurul ummah kota yogyakarta setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division (stad) berbantuan video animasi. jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (ptk) dengan menggunakan model kemmis & mctaggart. penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. setiap siklus dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan yang setiap pertemuan meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan beserta observasi, dan refleksi. teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes tulis. teknik analisis data kualitatif mempergunakan model miles & huberman, sedangkan teknik analisis data kuantitatif menggunakan statistik deskriptif. hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan menulis teks eksplanasi siswa ma nurul ummah kota yogyakarta setelah penerapan model pembelajaran kooperatif student team achievement division (stad) berbantuan video animasi berhasil ditingkatkan. di siklus 1, terdapat 27 siswa yang telah mencapai skor ≥75 atau sebesar 79.41%. di siklus 2, terdapat 30 siswa yang telah mencapai skor ≥75 atau sebesar 88.23% dalam kategori tinggi. persentase di siklus 2 ini telah melampaui persentase keberhasilan penelitian sebesar 85% dengan kenaikan sebesar 11.11%. kata kunci: stad; video animasi; teks eksplanasi vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.114 506 pendahuluan pembelajaran bahasa di indonesia tidak lepas dari adanya pengaruh pembelajaran bahasa yang berlaku di dunia saat ini. pelbagai model, pendekatan, dan metode pembelajaran bahasa yang mengalami perkembangan di dunia dipungut ke dalam pembelajaran bahasa indonesia. secara umum, terdapat dua corak penyajian materi pembelajaran bahasa di dunia yang turut memengaruhi materi pembelajaran bahasa di indonesia, yaitu pembelajaran dengan konsentrasi pokoknya pada bentuk (form) bahasa dan pembelajaran dengan konsentrasi pokok pada fungsi (function) bahasa. pembelajaran dengan memokusan bentuk bahasa lebih terkonsentrasi pada kecakapan pemahaman struktur (tata bahasa), sedangkan pembelajaran dengan konsentrasi pada fungsi bahasa lebih terfokuskan pada kecakapan pemakaian bahasa (kemendikbud, 2013: 9). di kurikulum 2013, pembelajaran bahasa indonesia mempergunakan pembelajaran berbasis teks. pembelajaran berbasis teks ialah pembelajaran yang menjadikan teks sebagai dasar, asas, pangkal, dan tumpuan. dalam konteks ini, fungsi pembelajaran bahasa indonesia ialah pengembangan kemahiran pemahaman dan penciptaan teks karena komunikasinya berlangsung dalam teks atau pada ranah teks (dewantara, sutama, dan wisudariani, 2019: 276). karena aktivitas pamungkas dalam pembelajaran berbasis teks harus terproduksi teks, siswa harus dituntut untuk terlatih dalam menulis agar mahir dalam melakukannya. menulis dapat dipahami dengan daya ungkap ekspresi terhadap sesuatu dengan mempergunakan bahasa tulis. sesuatu yang dimaksudkan di sini bisa dimaknai dengan pikiran, perasaan, dan pengalaman, baik dari diri sendiri maupun dari orang lain (saleh, 2016: 96). untuk itu, siswa harus mempunyai nalar yang kreatif saat akan menulis teks. salah satu teks tersebut adalah teks eksplanasi. ditelisik dalam kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa indonesia, teks eksplanasi ialah materi dalam kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa kelas xi sekolah menengah atas (sma), madrasah aliyah (ma), dan sekolah menengah kejuruan (smk). materi teks eksplanasi tersajikan dalam struktur dan kaidah kebahasaan. teks eksplanasi ini ialah teks yang memuat pemaparan mengenai proses yang berkaitan dengan fenomena-fenomena alam, sosial, ilmu pengetahuan, budaya, dan sebagainya. teks eksplanasi bersumber dari pertanyaan seseorang yang berkaitan dengan “mengapa” dan “bagaimana” dari fenomena tersebut. (priyatni, 2014: 82). teks eksplanasi memiliki tiga struktur, yakni pernyataan umum, rangkaian sebab akibat, dan interpretasi. eksplanasi ditulis untuk men-justifikasi bahwa sesuatu yang dijelaskan secara kausal itu betul adanya dengan memerhatikan kaidah kebahasaannya (budi, 2017: 68). oleh karena itu, siswa dituntut untuk mempunyai nalar kritis dan kreatif agar mampu mengungkapkan fenomena-fenomena yang dijumpainya ke dalam sebuah tulisan sehingga terciptalah teks eksplanasi sesuai dengan yang dikehendaki. studi pendahuluan menunjukkan bahwa dalam pembelajaran teks eksplanasi, terkadang ditemui adanya siswa yang masih belum seutuhnya memahami teks yang sedang ditelaahnya. siswa masih belum mampu memahami struktur, kaidah, karakteristik, serta kebahasaan teks eksplanasi. padahal, siswa tidak hanya sekadar mengetahui dan memahami bentuk teks semata, tetapi juga harus dituntut untuk mempraktikkannya dengan menuliskan bentuk teks yang diketahui dan dipahaminya tersebut. jika tidak segera teratasi, persoalan ini akan menjadi preseden negatif bagi pembelajaran berbasis teks, terutama menulis teks eksplanasi, karena akan melahirkan sebuah asumsi bahwa menulis itu susah sehingga siswa tidak memiliki motivasi untuk memulainya. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.114 507 dengan kondisi riil di atas, peneliti sekaligus sebagai guru mata pelajaran bahasa indonesia menyadari bahwa pembelajaran yang dikerjakan selama ini belum efektif karena pilihan model pembelajaran dirasakan belum tepat. guru masih lebih mendominasi ketimbang keaktifan siswa dalam pembelajaran. siswa lebih cenderung hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, pasif, dan berat hati untuk mengajukan pertanyaan dan pendapat. karena tidak muncul dinamika, kreativitas, dan keaktifan siswa, guru mengalami kesulitan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. siswa pun menemui kesukaran dalam upaya pemahaman atas materi teks eksplanasi, lebih-lebih menulis teks eksplanasi. oleh karenanya, perlu adanya solusi agar hasil belajar siswa dapat meningkat. dari hasil penelusuran pelbagai pustaka yang berhubungan dengan persoalan pembelajaran serta pengalaman peneliti sebagai guru, alternatif untuk menyelesaikan persoalan tersebut adalah penerapan model pembelajaran yang lebih memokuskan keaktifan siswa dan memberi kesempatan bagi siswa untuk upaya pengembangan imajinasinya. model pembelajaran yang dituju di sini ialah model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division (stad). pembelajaran kooperatif tipe stad ialah model pembelajaran yang memiliki penekanan pada aktivitas peserta didik dengan cara berkelompok kecil secara heterogen. sesudah diberikan suatu pekerjaan kepada kelompok, tiap-tiap anggota kelompok dituntut untuk mempelajarinya dan jika salah satu anggota sudah memahaminya, ia harus memberikan bantuan pada anggota yang lainnya. kelebihannya ialah adalah terdapat kerja sama dalam kelompok dan kesuksesan kelompok bergantung dari kesuksesan individu (aryana, al idrus, dan harjono, 2015: 50). model pembelajaran kooperatif tipe stad dipandang relevan untuk diimplementasikan pada pembelajaran materi teks eksplanasi karena dalam mempelajari teks eksplanasi tidak hanya sekadar adanya pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep teks, tetapi juga diperlukan suatu kecakapan dalam menulis teksnya secara baik dan benar. selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe stad antara kerja kelompok dan kerja individu dilakukan secara berimbang di dalam penerapannya. ini diperlukan dalam pembelajaran materi teks eksplanasi karena pada akhirnya kerja individu menjadi fokus utamanya dalam memproduksi teks walaupun penggalian pengetahuan dan pemahaman teks serta ide-ide dapat dilakukan secara berkelompok dengan berdiskusi antarteman. untuk efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe stad, dibutuhkan media yang mendukung. media pembelajaran yang terpilih adalah video animasi. secara literal, animasi adalah “menghidupkan”. maksudnya adalah upaya untuk menggerakkan sesuatu yang tidak bisa bergerak sendiri. animasi ialah kombinasi dari komputer dan video (imamah, 2012: 34). video animasi ini berfungsi sebagai media pembelajaran yang menunjang keefektifan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe stad dengan materi teks eksplanasi. dari uraian tersebut dan untuk perbaikan proses pembelajaran beserta hasil pembelajaran bahasa indonesia dalam materi teks eksplanasi pada siswa, penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan menulis teks eksplanasi siswa madrasah aliyah (ma) nurul ummah kota yogyakarta kelas xi semester 1 tahun pelajaran 2020/2021 setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe stad berbantuan video animasi. metode lokasi penelitian di madrasah aliyah (ma) nurul ummah kota yogyakarta, sedangkan waktu penelitiannya di semester 1 tahun pelajaran 2020/2021. objek penelitian difokuskan pada upaya meningkatkan keterampilan menulis teks eksplanasi siswa saat pembelajaran vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.114 508 bahasa indonesia, sedangkan subjek penelitiannya adalah semua siswa kelas xi ips ma nurul ummah kota yogyakarta saat mengikuti pembelajaran bahasa indonesia pada semester 1 tahun pelajaran 2020/2021 yang terdiri atas 34 siswa. jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (ptk) dengan menggunakan model kemmis & mctaggart (arikunto, 2002: 131). penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. setiap siklus dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan yang setiap pertemuan meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan beserta observasi, dan refleksi. teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes tulis. teknik analisis data kualitatif mempergunakan model miles & huberman, sedangkan teknik analisis data kuantitatif menggunakan statistik deskriptif. hipotesis tindakan penelitian adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe stad berbantuan video animasi dapat meningkatkan keterampilan menulis teks eksplanasi siswa ma nurul ummah kota yogyakarta kelas xi semester 1 tahun pelajaran 2020/2021. untuk mencapai hal tersebut, indikator keberhasilan penelitian adalah (1) keberhasilan belajar siswa pada pembelajaran bahasa indonesia materi pokok teks eksplanasi dengan kriteria keberhasilan hasil belajar secara individu ≥75 dan (2) keberhasilan belajar siswa pada pembelajaran bahasa indonesia materi pokok teks eksplanasi dengan kriteria keberhasilan penelitian 85%. hasil siklus 1 hasil belajar bahasa indonesia siklus 1 dilaksanakan oleh peneliti berdasar pada hasil tes setelah pertemuan 2 di siklus 1 karena di pertemuan 1 dipergunakan untuk memahami struktur dan kaidah kebahasaan teks eksplanasi (kd. 3.4). hasil belajar siklus 1 ialah hasil belajar dari kd 4.4, yaitu memproduksi teks eksplanasi. kriteria hasil belajar siswa dalam menulis teks eksplanasi ini adalah ≥75. skor ≥75 berdasarkan amatan terhadap hasil kerja tiap-tiap siswa dalam menulis teks eksplanasi dengan memerhatikan empat aspek, yaitu isi, struktur, ejaan, dan kalimat. hasilnya berikut ini. tabel 1. keberhasilan menulis teks eksplanasi siklus 1 keterangan nilai frekuensi % n≥75 27 79.41% n<75 7 20.59% berdasarkan data hasil menulis teks eksplanasi siklus 1 di atas, terdapat 27 siswa yang telah mencapai skor ≥75 atau sebesar 79.41% dan masih terdapat 7 siswa yang belum mencapai nilai ≥75 atau sebesar 20.59%. artinya, pencapaian 79.41% ini masih di bawah kriteria keberhasilan penelitian sebesar 85%. berdasarkan hasil tersebut, peneliti dan guru kolaborator berdiskusi untuk menentukan tindakan selanjutnya dalam rangka memperbaiki siklus 1. pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 pada dasarnya sudah berjalan dengan baik dan hasil belajar pun sudah cukup baik. hanya saja, jika melihat indikator keberhasilan penelitian yang sebesar 85%, hal ini masih terdapat beberapa hal yang perlu ditingkatkan karena pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe stad berbantuan video animasi belum berjalan dengan optimal. beberapa permasalahan yang ditemukan adalah (1) perhatian siswa belum seutuhnya tertuju pada kegiatan pembelajaran, (2) alokasi waktu masih dirasakan kurang karena siswa kekurangan waktu dalam mencari informasi materi dan berdiskusi, (3) adanya beberapa siswa mengalami vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.114 509 kendala jaringan internet, (4) kerja sama siswa dalam kelompok masih kurang dalam mempelajari materi karena masih ditemukan siswa yang diam dan tidak berdiskusi, (5) saat mengalami kesulitan dalam kelompok, masih terdapat siswa yang menanyakan kesulitan dengan langsung bertanya kepada guru tanpa mendiskusikannya terlebih dahulu dengan anggota kelompok, (6) siswa terlihat belum siap dengan model pembelajaran yang baru, dan (7) keberhasilan keterampilan menulis teks eksplanasi siswa kelas x ips 1 hanya mencapai 79.41% yang masih di bawah kriteria sebesar 85%. dengan temuan di atas, peneliti disarankan oleh guru kolaborator untuk menambah alokasi waktu bagi pertemuan kedua di siklus 2, yaitu alokasi waktu yang dipergunakan untuk menulis teks eksplanasi. selain itu, disarankan juga adanya bimbingan intensif bagi siswa satu per satu melalui whatshap jalur pribadi atau telepon langsung mengingat pembelajaran dilaksanakan secara daring (online) untuk memberikan perhatian, motivasi, dan mengatasi masalah sesuai kondisi siswa masing-masing selama proses pembelajaran. siklus 2 pengamatan hasil belajar bahasa indonesia siklus 2 dikerjakan oleh peneliti berdasar pada hasil tes setelah pertemuan 2 di siklus 2 karena di pertemuan 1 juga dipergunakan untuk memahami struktur dan kaidah kebahasaan teks eksplanasi (kd. 3.4). sama halnya dengan siklus 1, hasil belajar siklus 2 merupakan hasil belajar dari kd 4.4, yaitu memproduksi teks eksplanasi. kriteria keberhasilan keterampilan menulis teks eksplanasi ini adalah ≥75. skor ≥75 berdasar pada amatan atas hasil kerja tiap-tiap siswa dalam menulis teks eksplanasi dengan memerhatikan empat aspek, yaitu isi, struktur, ejaan, dan kalimat. hasilnya sebagai berikut. tabel 2. keberhasilan menulis teks eksplanasi siklus 2 keterangan nilai frekuensi % n≥75 30 88.23% n<75 4 11.76% berdasarkan data hasil menulis teks eksplanasi siklus 2, terdapat 30 siswa yang telah mencapai nilai ≥ 75 atau sebesar 88.23% dan masih terdapat 4 siswa yang belum mencapai nilai ≥ 75 atau sebesar 11.76%. artinya, pencapaian 88.23% ini telah melampaui kriteria keberhasilan penelitian sebesar 85%. berdasarkan hasil penelitian pada siklus 2 di atas, dilakukan refleksi. refleksi dilakukan dengan memertimbangkan hasil menulis teks eksplanasi siswa kelas x ips 1 yang diperoleh pada siklus 2 dan mengevaluasi hasil tindakan atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe stad berbantuan video animasi. proses model pembelajaran kooperatif tipe stad berbantuan video animasi pada siklus 2 menunjukkan hasil yang memuaskan. hal ini terbukti dari hasil menulis teks eksplanasi siswa kelas x ips 1 yang telah melampaui kriteria keberhasilan penelitian yang ditetapkan sebelumnya. hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus 2 adalah (1) video animasi yang dimanfaatkan sebagai pendamping penerapan model pembelajaran kooperatif tipe stad sangat membantu siswa dalam memahami teks eksplanasi, (2) penambahan alokasi waktu di siklus 2 pertemuan 2 juga memberikan keleluasaan aktivitas diskusi dan aktivitas menulis teks eksplanasi, (3) secara keseluruhan hasil pembelajaran telah tercapai dengan baik sehingga tercukupkan sampai dengan siklus 2, dan (4) keaktifan siswa per siswa selama proses pembelajaran perlu menjadi perhatian dan bimbingan secara intensif. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.114 510 pembahasan penerapan pembelajaran bahasa indonesia dengan model pembelajaran kooperatif tipe stad berbantuan video animasi dari siklus 1 ke siklus 2, menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis teks eksplanasi siswa kelas x ips 1. hal ini tampak pada tabel berikut. tabel 3. kenaikan keterampilan menulis teks eksplanasi siklus persentase ≥ 75 1 79.41% 2 88.23% peningkatan 11.11% pada tabel di atas, terjadi peningkatan keterampilan menulis teks eksplanasi siswa kelas x ips 1 dari siklus 1 ke siklus 2. kenaikannya adalah sebesar 11.11%. dari perbandingan ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe stad berbantuan video animasi dapat meningkatkan keterampilan menulis teks eksplanasi siswa kelas x ips 1 madrasah aliyah (ma) nurul ummah kota yogyakarta. disadari bahwa keterampilan berkaitan erat dengan kreativitas dan kreativitas memiliki differensi dengan kecerdasan. dyers, j. h. (via machali, 2014: 89) mengemukakan bahwa 2/3 dari kompetensi kreativitas seseorang didapatkan lewat pendidikan dan 1/3 lainnya bersumber dari bawaan. berbeda halnya kompetensi kecerdasan karena 1/3 kompetensi kecerdasan didapatkan dari pendidikan dan 2/3 lainnya dari bawaan. artinya, seorang guru tidak mampu melakukan banyak hal untuk mengembangkan kecerdasan seorang anak, tetapi seorang guru mempunyai banyak peluang untuk mengembangkan kreativitas seorang anak. dyers juga mengemukakan bahwa pembelajaran dengan fokus mengembangkan kecerdasan tidak akan menghasilkan perolehan secara signifikan karena hanya kenaikan 50%) bila diperbandingkan yang meningkatkan kreativitas yang bisa mencapai 200%. oleh karenanya, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe stad berbantuan video animasi cukup membantu untuk dapat membentuk kreativitas peserta didik yang dimaksud. simpulan keterampilan menulis teks eksplanasi siswa ma nurul ummah kota yogyakarta kelas xi ips semester 1 tahun pelajaran 2020/2021 setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe stad berbantuan video animasi berhasil ditingkatkan. di siklus 1, terdapat 27 siswa yang telah mencapai skor ≥75 atau sebesar 79.41%. di siklus 2, terdapat 30 siswa yang telah mencapai skor ≥75 atau sebesar 88.23% dalam kategori tinggi. persentase di siklus 2 ini telah melebihi dari persentase keberhasilan sebesar 85%. kenaikannya adalah sebesar 11.11%.. daftar rujukan arikunto, suharsimi. 2002. prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. jakarta: asdi mahasatya. aryana, i. g. m. r., agil al idrus, and ahmad harjono. 2015. “pengaruh model pembelajaran kooperatif nht dan stad terhadap hasil belajar sikap siswa sma negeri 2 gerung.” jurnal pijar mipa 10 (2). https://doi.org/10.29303/jpm.v10i2.30. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.114 511 budi, eko nur. 2017. “penerapan pembelajaran virtual class pada materi teks eksplanasi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar bahasa indonesia siswa kelas xi ips 2 sma 1 kudus tahun 2017.” jurnal pendidikan ilmu sosial 27: 14. dewantara, a a n bagus janitra, i made sutama, and ni made rai wisudariani. 2019. “pembelajaran bahasa indonesia berbasis teks di sma negeri 1 singaraja.” jurnal pendidikan bahasa dan sastra indonesia undiksha 9 (2). https://doi.org/10.23887/jjpbs.v9i2.20462. imamah, n. 2012. “peningkatan hasil belajar ipa melalui pembelajaran kooperatif berbasis konstruktivisme dipadukan dengan video animasi materi sistem kehidupan tumbuhan.” jurnal pendidikan ipa indonesia, 5. kemendikbud. 2013. buku guru: bahasa indonesia ekspresi diri dan akademik untuk kelas x. jakarta: kementerian pendidikan dan kebudayan. machali, imam. 2014. “kebijakan perubahan kurikulum 2013 dalam menyongsong indonesia emas tahun 2045.” jurnal pendidikan islam 3 (1). priyatni, endah tri. 2014. desain pembelajaran bahasa indonesia dalam kurikulum 2013. jakarta: bumi aksara. saleh, moch. 2016. “peningkatan kemampuan menulis teks eksplanasi komplek melalui model stad pada siswa sma.” briliant: jurnal riset dan konseptual 1 (1): 95. https://doi.org/10.28926/briliant.v1i1.14. microsoft word 19-silvia.docx vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.195 1142 received : 12-05-2021 revised : 18-06-2021 published : 29-07-2021 implementasi pembelajaran dalam jaringan dengan menggunakan instagram dan liveworksheets pada masa pandemi silvia hazlita smp negeri 1 selat nasik, indonesia hazlita.silvia@gmail.com abstrak: corona virus menuntut guru untuk berinovasi demi menciptakan pembelajaran yang tidak memberatkan siswa sekaligus meningkatkan jumlah partisipan di kelas. salah satu caranya dengan menggunakan instagram dan liveworksheets sebagai media pembelajaran dan evaluasi. tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengalaman penulis dalam mengimplementasikan pembelajaran dalam jaringan dengan menggunakan instagram dan liveworksheets pada masa pandemic di smp negeri 1 selat nasik. metode penulisan yang dilakukan adalah best practice, yaitu menceritakan pengalaman penulis selama kegiatan berlangsung sejak awal pemberian instruksi hingga selesai evaluasi. subjek kegiatan berjumlah 70 orang siswa kelas ix yang sedang mempelajari materi kesebangunan dan kekongruenan. data diperoleh melalui tes tertulis dalam jaringan dan wawancara. data dianalisis secara deskriptif kuantitatif untuk tes tertulis dan deskriptif kualitatif untuk wawancara. hasil kegiatan menunjukkan adanya perbedaan jumlah partisipan antara pembelajaran dalam jaringan secara konvensional dengan pembelajaran dalam jaringan dengan menggunakan instagram dan liveworksheets. kata kunci: instagram; liveworksheets; partisipan vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.195 1143 pendahuluan corona virus 19 sebagai penyakit baru sudah menjadi sebuah pandemi (susilo et al., 2020), 2020). menurut (yuliana, 2020), virus rna strain tunggal ini berasal dari wuhan, china dan mampu menginfeksi saluran pernapasan manusia. (fitriani, 2020), menjelaskan gejala utama corona virus (covid) 19 berupa demam, batuk kering, dyspnea, fatigue, nyeri pada otot serta sakit kepala. (putria et al., 2020) menyebutkan infeksi covid 19 yang disebabkan virus corona baru telah menjadi sebuah pandemi baru, bisa menulari manusia dan penyebarannya sangat cepat. untuk merespon pandemi ini, pemerintah pun menganjurkan untuk bekerja dan belajar dari rumah. menurut (wahidah et al., 2020), perlu sinergitas pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi penyebaran pandemic. karenanya guru wajib ikut serta dalam memutus rantai penyebaran covid dengan mengikuti anjuran pemerintah. (abidin et al., 2020) menyimpulkan bahwa covid-19 memberikan dampak besar pada dunia pendidikan. kegiatan belajar mengajar yang awalnya dilaksanakan secara konvensional terpaksa harus diubah menjadi pembelajaran jarak jauh dari rumah. menurut (nafrin & hudaidah, 2021), perubahan system pembelajaran menjadi sebuah tantangan baru dalam belajar. social distancing mengharuskan pembelajaran yang semula dilakukan di kelas terpaksa harus ditiadakan dan diganti dengan pembelajaran dalam jaringan dari rumah. social distancing adalah langkah menjaga jarak yang bertujuan untuk mengurangi kontak fisik dan potensi penularan penyakit (bell et al., 2006). (abidah et al., 2020) menjelaskan contoh jenis pembelajaran jarak jauh adalah pembelajaran dalam jaringan (daring). menurut (handarini & wulandari, 2020), pembelajaran dalam jaringan bisa menjadi salah satu solusi pembelajaran dalam masa social distancing. pembelajaran dalam jaringan dikenal juga dengan istilah e-learning. untuk mengantisipasi perkembangan jaman mutlak diperlukan sistem e-learning (elyas, 2018). sudah saatnya sistem e-learning perlu diadaptasikan ke dalam proses pembelajaran karena kelebihan yang dimilikinya. (herliandry et al., 2020) menjelaskan pembelajaran dalam jaringan dapat mempermudah pentransferan informasi di berbagai kondisi dan situasi. menurut (hartanto, 2016), contoh faktor pendukung keberhasilan pada pembelajaran dalam jaringan adalah interaksi yang maksimal peserta didik dengan guru. tetapi di dalam pelaksanaannya ternyata pembelajaran dalam jaringan memiliki kelemahan. menurut (aji, 2020), kebijakan belajar di rumah bisa menimbulkan gangguan seperti pembelajaran siswa, proses penilaian, pembatalan hasil penilaian di mata public, hingga sulitnya mendapat pekerjaan setelah lulus. (putria et al., 2020) menerangkan bahwa pembelajaran dalam jaringan dirasa kurang efektif untuk memberikan materi pelajaran. peserta didik mudah jenuh saat belajar dan penggunaan media pembelajarannya pun menjadi kurang maksimal. (mamluah & maulidi, 2021) membahkan bahwa masih ada guru yang gagap teknologi. oleh karenanya guru harus mau meningkatkan kemampuan it dan berinovasi dalam menentukan metode dan media terbaik yang bisa digunakan dalam pembelajaran. pemerintah pun harus mendukung dengan memfasilitasi guru baik dengan penyelenggaraan pelatihan yang mendukung maupun pemenuhan fasilitas lain yang dirasa perlu. namun menurut (waryanto, 2006), pembelajaran dalam jaringan, khususnya pada masa pandemi, cukup efektif untuk mengatasi masalah pendidikan di indonesia, walaupun masih ada kelemahan di dalamnya. setidaknya pembelajaran dalam jaringan mempermudah peserta didik dalam mengakses pendidikan di tengah kondisi yang kurang mendukung. (suryati, 2017) menambahkan walaupun pembelajaran dilakukan dengan bantuan aplikasi dari jarak vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.195 1144 jauh, guru tetap memegang peranan penting dalam pencapaian kompetensi peserta didik. guru harus bisa mendesain pembelajaran yang menarik dengan pembelajaran jarak jauh sebagai kendaraan yang membantu mentrasfer ilmu kepada para peserta didik. media pembelajaran sangat berpengaruh pada keberhasilan kegiatan belajar mengajar. (mahnun, 2012) menyebutkan bahwa berhasil tidaknya sebuah media pembelajaran dalam peningkatan kualitas peserta didik juga ditentukan dari kemampuan guru dalam memilih media yang tepat. media pembelajaran sangat beragam. menurut (aghni, 2018), media pembelajaran memiliki fungsi komunikasi, motivasi, kebermaknaan, penyamaan persepsi dan individualitas. media pembelajaran tidak hanya berdampak bagi perkembangan kognitif peserta didik, tetapi juga bagi daya imajinasinya. menurut (mahendra, 2017), instagram adalah media social yang popular di kalangan remaja untuk menunjukkan eksistensi. selain untuk tempat mengunggah foto pribadi, media social ini juga dapat membantu remaja untuk menemukan segala informasi. instagram bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran jarak jauh. menurut (ambarsari, 2020), aplikasi instagram dapat digunakan sebagai media pembelajaran. (rubiyati et al., 2017) menyebutkan bahwa pemanfaatan instagram bisa berpengaruh pada kreatifitas remaja. remaja yang bisa memanfaatkan instagram dengan baik, kreativitas dalam belajarnya pun semakin baik. (prihatiningsih, 2017) menambahkan melalui instagram remaja bisa mengetahui informasi terupdate. instagram juga dapat direkomendasikan sebagai alat komunikasi yang baik melalui foto atau video yang diunggah maupun secara siaran langsung. menurut (l, 2019), evaluasi merupakan kegiatan mengumpulkan data dan informasi yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan belajar peserta didik. data ini digunakan untuk melihat sudah sejauh mana program yang disusun telah berjalan. data ini juga bisa digunakan untuk menentukan revisi program kegiatan pembelajaran selanjutnya. seorang guru harus bisa menentukan jenis evaluasi yang tepat digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan belajar peserta didiknya. (z & aristia, 2018) menyebutkan jenis instrument evaluasi terbagi menjadi bentuk tes (objektif) dan non tes (non-objektif). dalam kaitannya dengan pandemi, evaluasi bentuk tes bisa diselenggarakan dalam jaringan. penyelenggaraan tes ini bisa dibantu dengan pemanfaatan situs evaluasi online gratis bernama liveworksheet. situs ini bisa diakses di www.liveworksheets.com secara gratis dengan syarat guru harus mendaftarkan diri untuk memperoleh sebuah akun. jenis soal yang bisa dibuat di situs ini sangat beragam. guru bisa memilih tipe soal drop-down (letakkanturun), multiple choice (pilihan ganda), check boxes (mencentang), joint with arrow (menghubungkan), drag-drop (tarik dan letakkan) maupun listening-speaking (mendengarkan-berbicara). guru juga bisa menggunakan soal yang telah dibuat pengguna lainnya dengan menyalin link soal tersebut dan membagikannya ke grup peserta didik. kelebihan lain dari situs ini adalah setelah selesai mengerjakan evaluasi, system otomatis akan memberikan skor pada sheet yang dikerjakan siswa. melihat tantangan dunia pendidikan yang terdampak covid-19 dan alternative solusi yang ada, penulis pun mencoba mengkombinasikan media sosial instagram dan liveworksheets untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran dalam jaringan di masa pandemic ini. karenanya peneliti ingin menceritakan pengalaman mengajar terbaik melalui implementasi pembelajaran dalam jaringan dengan menggunakan instagram dan liveworksheets pada masa pandemi. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.195 1145 metode tulisan ini merupakan best practice dengan mendeskripsikan pengalaman penulis saat mengimplementasikan pembelajaran dalam jaringan dengan menggunakan instagram dan liveworksheets pada masa pandemic di smp negeri 1 selat nasik. subjek kegiatan adalah 70 orang siswa di kelas ix yang sedang mempelajari materi kesebangunan dan kekongruenan. sebelum memulai kegiatan, penulis memetakan dan menganalisa kd dan ki. penulis juga merumuskan indikator pencapaian kompetensi, menentukan model pembelajaran dan menyusun rpp. penulis lalu menganalisa banyak partisipan untuk materi yang sama pada semester sebelumnya. banyak partisipan sebelumnya digunakan untuk menjadi pembanding pada hasil kegiatan ini. subjek kegiatan diberikan pelatihan khusus tentang cara menggunakan instagram dan livewoeksheets. penulis mempersiapkan slide paparan materi berbentuk powerpoint yang dikonversi ke dalam format foto. foto paparan ini diunggah ke akun instagram dan menjadi bahan belajar untuk pelaksanaan kegiatan. penulis mempersiapkan evaluasi berupa soal tes berbentuk pilihan ganda, menjodohkan dan mencocokkan. evaluasi yang sudah jadi kemudian diunggah ke dalam akun liveworksheets penulis. pada saat pelaksanaan, subjek diberikan instruksi di whatsapp grup untuk membuka link bahan ajar di instagram. subjek diberi waktu untuk mempelajari bahan ajar tersebut dan berdiskusi di grup kelas. penulis lalu menanyakan hal-hal apa saja yang tidak dipahami subjek dari bahan ajar tersebut. penulis lalu memberikan link evaluasi liveworksheets pada subjek dan mempersilahkan subjek untuk bertanya pada guru terkait pengerjaan evaluasi. pembelajaran ditutup dengan penulis mengumumkan batas waktu pelaksanaan evaluasi. saat proses evaluasi sedang berlangsung, penulis akan menelaah dokumen nilai pada materi yang sama di tahun sebelumnya. penulis akan menghitung banyak partisipan dan non partisipan dari daftar nilai yang ada. penulis lalu akan mengkonversi banyak partisipan dan non partisipan ke bentuk persentase untuk memudahkan penulis saat akan membandingkan banyak partisipan pada kedua metode pembelajaran. selanjutnya penulis akan merekap hasil evaluasi yang diperoleh peserta didik yang tercantum pada lembar liveworksheetnya. penulis lalu menghitung jumlah partisipan dan mencari persentase partisipannya lalu mengkonversikannya ke dalam bentuk persentase. selanjutnya, persentase partisipan pembelajaran jarak jauh dengan metode konvensional akan dibandingkan dengan persentase partisipan pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan instagram dan liveworksheets untuk melihat tingkat partisipannya. kemudian penulis akan menganalisa non partisipan pembelajaran dalam jaringan menggunakan instagram dan liveworksheets dengan mewawancarai subjek. tujuannya adalah untuk mencari tahu factor apa saja yang menyebabkan subjek menjadi non partisipan. hasil yang dimaksud sebagai partisipan dalam kegiatan ini adalah subjek yang mengikuti kegiatan sampai akhir, yaitu dengan menyelesaikan evaluasi pembelajarna yang diberikan. yang dimaksud sebagai non partisipan dalam kegiatan ini adalah subjek yang tidak mengikuti kegiatan sampai akhir, yaitu dengan menyelesaikan evaluasi pembelajaran yang diberikan. berdasarkan analisis hasil evaluasi, banyak partisipan pada pembelajaran materi yang sama di tahun sebelumnya dengan metode konvensional adalah 31 orang dari 64 orang. dengan demikian persentase partisipannya adalah 48,44%. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.195 1146 tabel 1. tabel partisipan pembelajaran dalam jaringan melalui metode konvensional jumlah subjek banyak partisipan persentase partisipan banyak non partisipan persentase non partisipan 64 31 48,44% 33 51,56% gambar 1. bahan ajar yang diposting di instagram. gambar 2. evaluasi di liveworksheets vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.195 1147 setelah memberikan instruksi melalui whatsapp group, subjek membuka link instagram yang diberikan dan berdiskusi di grup kelas dengan teman-temannya. subjek menanyakan hal-hal yang kurang dipahaminya. lalu subjek membuka link liveworksheets yang diberikan penulis. hal-hal yang kurang dipahami tentang liveworksheets, mulai dari pengoperasian hingga soal yang tertulis di lembar soal ditanyakan pada tahap ini. subjek yang telah selesai mengerjakan soal evaluasinya melapor pada penulis melalui chat pribadi. penulis kemudian mengecek jawaban yang dikirimkan subjek di akun liveworksheetsnya. gambar 3. hasil evaluasi subjek di liveworksheets berdasarkan analisis data hasil evaluasi implementasi pembelajaran dalam jaringan dengan menggunakan instagram dan liveworksheets pada masa pandemic di smp negeri 1 selat nasik, banyak partisipannya adalah 52 orang dari 70 orang. sehingga presentasenya adalah 74,29%. tabel 2. tabel partisipan pembelajaran dalam jaringan menggunakan instagram dan liveworksheets jumlah subjek banyak partisipan persentase partisipan banyak non partisipan persentase non partisipan 70 52 74,29% 18 25,71% pembahasan dari hasil wawancara pada subjek yang menjadi participant diperoleh informasi bahwa subjek mengalami pembelajaran yang menyenangkan. subjek bisa bermain instagram, sekaligus belajar. serta lembar evaluasi liveworksheets yang otomatis menampilkan skor saat subjek selesai mengerjakan evaluasi membuat subjek menjadi termotivasi. subjek merasa usahanya tidak sia-sia karena bisa langsung melihat hasil dari jawabannya. dari hasil wawancara pada subjek yang tidak menjadi partisipan diperoleh hasil sebagai berikut: vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.195 1148 tabel 3. tabel sebaran alasan subjek non partisipan no alasan banyak non partisipan persentase 1 sedang tidak memiliki ponsel pintar 3 4,28 % 2 tidak mendapat informasi 3 4,28 % 3 tidak bisa mengirimkan jawaban ke guru 5 7,15 % 4 tidak ada komentar 7 10 % jumlah 18 25,71 % penjelasan : a. tiga orang subjek sedang tidak memiliki ponsel pintar ini dikarenakan ponsel yang biasa digunakan untuk pembelajaran dalam jaringan sedang dibawa oleh orang tuanya untuk bekerja di tanjungpandan (beda pulau dengan pulau mendanau). b. tiga orang subjek tidak mendapat informasi ini dikarenakan di area tempat tinggalnya tidak ada sinyal dan pada saat pelaksanaan evaluasi memiliki kendala lain sehingga tidak memungkinkan untuk ke tempat yang memiliki akses sinyal yang memadai. c. lima orang subjek yang tidak bisa mengirimkan jawaban ke guru dikarenakan kesalahan teknis pada saat memasukkan data. d. tujuh orang subjek tidak berkomentar dikarenakan kurangnya semangat, kepedulian dan kesadaran dirinya dalam mengikuti pembelajaran. meskipun terdapat perubahan banyak partisipan dengan pembelajaran menggunakan instagram dan liveworksheets, namun masih ada kendala karena masih terdapat 25,71% subjek non partisipan. adapun masalah tersebut terjadi karena keterbatasan fasilitas (ponsel pintar dan sinyal) sebesar 8,56 %, kesalahan teknis saat memasukkan data di liveworksheets sebesar 7,15 % serta adanya subjek yang kurang kepedulian dan kesadaran di diri subjek untuk tetap belajar selama pembelajaran jarak jauh berlangsung sebesar 10 %. cara mengatasi masalah subjek yang tidak menjadi partisipan karena keterbatasan fasilitas baik ponsel pintar maupun sinyal adalah dengan memanjangkan waktu pengumpulan tugas sehingga subjek bisa mencari alternative penyelesaian untuk kendala yang tengah dihadapinya. cara mengatasi masalah bagi subjek yang tidak bisa mengirimkan jawabannya karena kesalahan dalam memasukkan data di liveworksheets adalah dengan melakukan sosialisasi ulang sampai subjek mengerti cara memasukkan data yang benar di liveworksheets. sementara bagi subjek yang tidak menjadi partisipan karena kurangnya kepedulian dan kesadaran adalah dengan memberikan motivasi sekaligus teguran agar ke depannya mau peduli dan aktif dengan pembelajaran yang dilaksanakan. simpulan dari hasil implementasi pembelajaran dalam jaringan dengan menggunakan instagram dan liveworksheets pada masa pandemi di smp negeri 1 selat nasik diperolah data bahwa ada perbedaan jumlah partisipan yaitu 48,44 % pada pembelajaran dalam jaringan dengan metode konvensional dan 74,29% pada pembelajaran dalam jaringan menggunakan instagram dan liveworksheet. dengan demikian bisa disimpulkan bahwa penggunaan instagram dan liveworksheet dalam pembelajaran e-learning di masa pandemi dapat meningkatkan banyak partisipan. selain itu, masih terdapat 25,71 % peserta didik yang menjadi non partisipan. dari hasil wawancara ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa faktor yang mengakibatkan peserta didik menjadi non partisipan pada pembelajaran daring menggunakan instagram dan liveworksheets. faktor-faktor tersebut adalah keterbatasan fasilitas baik ponsel pintar maupun sinyal, masih terjadi kesalahan pada saat memasukkan data di liveworksheet serta kurangnya vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.195 1149 semangat, kepedulian dan kesadaran peserta didik untuk tetap belajar selama pembelajaran jarak jauh berlangsung. karenanya perlu pendekatan lebih lagi kepada peserta didik agar mau tetap semangat dan aktif pada saat pembelajaran dalam jaringan selama masa pandemi. daftar rujukan abidah, a., hidaayatullaah, h. n., simamora, r. m., fehabutar, d., & mutakinati, l. (2020). the impact of covid-19 to indonesian education and its relation to the philosophy of “merdeka belajar.” studies in philosophy of science and education, 1(1), 38–49. https://doi.org/10.46627/sipose.v1i1.9 abidin, z., hudaya, a., & anjani, d. (2020). efektivitas pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi covid-19. research and development journal of education, special ed(october), 131–146. https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/rdje/article/view/7659/3379 aghni, r. i. (2018). fungsi dan jenis media pembelajaran dalam pembelajaran akuntansi. jurnal pendidikan akuntansi indonesia, xvi(1), 98–107. https://journal.uny.ac.id/index.php/jpakun/article/view/20173/10899 aji, r. h. s. (2020). dampak covid-19 pada pendidikan di indonesia : salam : jurnal sosial & budaya syar-i, 7(5), 395–402. https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i5.15314 ambarsari, z. (2020). penggunaan instagram sebagai media pembelajaran bahasa dan sastra indonesia pada era 4.0. penggunaan instagram sebagai media pembelajaran bahasa dan sastra indonesia pada era 4.0, 81–86. http://digilib.unimed.ac.id/41225/1/fulltext.pdf bell, d., nicoll, a., fukuda, k., horby, p., monto, a., hayden, f., wylks, c., sanders, l., & van tam, j. (2006). nonpharmaceutical interventions for pandemic influenza, national and community measures. emerging infectious diseases, 12(1), 88–94. https://doi.org/10.3201/eid1201.051371 elyas, a. h. (2018). penggunaan model pembelajaran e-learning dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. jurnal warta, 56(04), 1–11. http://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/juwarta/article/view/4 fitriani, n. i. (2020). tinjauan pustaka covid-19 : virologi, patogenesis dan manifestasi klinis. jurnal medika malahayati, 4(3), 194–201. http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/medika/article/view/3174/pdf handarini, o. i., & wulandari, s. s. (2020). pembelajaran daring sebagai upaya study from home (sfh) selama pandemi covid 19. jurnal pendidikan administrasi perkantoran (jpap), 8(3), 496–503. https://doi.org/10.1093/fampra/cmy005 handayani, d., hadi, d. r., isbaniah, f., burhan, e., & agustin, h. (2002). penyakit virus corona 2019. jurnal respirologi indonesia, 3(1), 9–12. https://jurnalrespirologi.org/index.php/jri/article/view/101/110 hartanto, w. (2016). penggunaan e-learning sebagai media pembelajaran. jurnal pendidikan ekonomi : jurnal ilmiah ilmu pendidikan, ilmu ekonomi dan ilmu sosial, 10(1), 1–18. https://jurnal.unej.ac.id/index.php/jpe/article/view/3438/2696 herliandry, l. d., nurhasanah, n., suban, m. e., & kuswanto, h. (2020). pembelajaran pada masa pandemi covid-19. jtp jurnal teknologi pendidikan, 22(1), 65–70. https://doi.org/10.21009/jtp.v22i1.15286 l, i. (2019). evaluasi dalam proses pembelajaran idrus l 1. adaara : jurnal manajemen pendidikan islam, 9(2), 920–935. https://jurnal.iainbone.ac.id/index.php/adara/article/view/427/352 vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.195 1150 mahendra, b. (2017). eksistensi sosial remaja dalam instagram (sebuah perspektif komunikasi). jurnal visi komunikasi, 16(01), 151–160. https://publikasi.mercubuana.ac.id/files/journals/16/articles/1649/submission/original/16 49-3678-1-sm.pdf mahnun, o. n. (2012). media pembelajaran ( kajian terhadap langkah-langkah pemilihan media dan implementasinya dalam pembelajaran ). jurnal pemikiran islam, 37(1), 27–35. http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/anida/article/view/310/293 mamluah, s. k., & maulidi, a. (2021). pembelajaran jarak jauh (pjj) di masa pandemi covid-19 di sekolah dasar. jurnal basicedu, 5(2), 869–877. https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/800/pdf nafrin, i. a., & hudaidah. (2021). perkembangan pendidikan indonesia di masa pandemi covid19. edukatif : jurnal ilmu pendidikan, 3(2), 456–462. https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/324/pdf prihatiningsih, w. (2017). motif penggunaan media sosial instagram di kalangan remaja. jurnal communication, 8(1), 51–65. https://journal.budiluhur.ac.id/index.php/comm/article/view/651/543 putria, h., maula, l. h., & uswatun, d. a. (2020). analisis proses pembelajaran dalam jaringan (daring) masa pandemi covid19 pada guru sekolah dasar. jurnal basicedu, 4(4), 861–870. https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i4.460 rubiyati, asrori, m., & wicaksono, l. (2017). pengaruh pemanfaatan media sosial instagram terhadap kreativitas belajar pada remaja kelas vii. jurnal pendidikan dan pembelajaran khatulistiwa, 7(5), 1–8. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/download/25681/75676576765 suryati. (2017). sistem manajemen pembelajaran online, melalui e-learning. ghaidan: jurnal bimbingan konseling islam dan kemasyarakatan, 1(1), 60–76. http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/ghaidan/article/view/2034 susilo, a., rumende, c. m., pitoyo, c. w., santoso, w. d., yulianti, m., sinto, r., singh, g., nainggolan, l., nelwan, e. j., khie, l., widhani, a., wijaya, e., wicaksana, b., maksum, m., annisa, f., jasirwan, o. m., yunihastuti, e., penanganan, t., new, i., … cipto, r. (2020). coronavirus disease 2019 : tinjauan literatur terkini coronavirus disease 2019 : review of current literatures. jurnal penyakit dalam indonesia, 7(1), 45–67. http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/view/415/228 wahidah, i., septiadi, m. a., rafqie, m. c. a., fitria, n., hartono, s., & athallah, r. (2020). pandemik covid-19 : analisis perencanaan pemerintah dan masyarakat dalam berbagai upaya pencegahan. jurnal manajemen dan organisasi, 11(3), 179–188. https://journal.ipb.ac.id/index.php/jmo/article/view/31695. waryanto, n. h. (2006). online learning sebagai salah satu inovasi pembelajaran. in pythagoras (vol. 2, issue 1, pp. 10–23). http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132304807/online learning sebagai salah satu inovasi pembelajaran.pdf yuliana. (2020). corona virus disease (covid-19); sebuah tinjauan literatur. wellness and healthy magazine, 2(1), 187–192. ttps://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/21026/pdf z, a. w. h., & aristia, r. (2018). jenis jenis instrumen dalam evaluasi pembelajaran. universitas muhammadiyah sidoarjo, 1–13. http://eprints.umsida.ac.id/4050/1/evaluasi pembelajaran adea_risa-1.pdf microsoft word 09-mardi.docx vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.208 1259 received : 14-06-2021 revised : 12-07-2021 published : 20-08-2021 meningkatkan mutu sumber daya manusia bidang animasi melalui program smk pk (pusat keunggulan) mardi smk negeri 12 surabaya, indonesia mardianimator@yahoo.com abstrak: upaya pemerintah untuk terus meningkatkan daya saing sumber daya manusia indonesia terus dilakukan. melalui instuksi presiden no 9 tahun 2016 tentang revitalisasi smk mendorong semua pihak untuk melakukan perubahan mendasar dalam menyiapkan tenaga kerja siap pakai berdaya saing dengan tenaga kerja luar negeri. arus globalisasi memungkinkan tenaga luar negeri masuk ke negara manapun, termasuk indonesia. hal inilah yang mengkahawatirkan jika kita tidak siapkan akan berdapak kurang baik bagi negeri sendiri. jadilah tuan rumah di negeri sendiri. tenaga kerja level ii setingkat lulusan smk cukup banyak dibutuhkan oleh perusahaan. tenaga-tenaga terampil tersebut harus disiapkan sejak dari bangku sekolah, agar tidak lagi terjadi pengangguran. proses pembelajaran yang mengikuti kebutuhan industri dengan model project base learning diharapkan menjadi linier dengan proses produksi yang dilakukan perusahaan. pembelajaran yang memerdekakan memberikan peluang bagi siswa dalam kebebasan dalam memperoleh sumber belajar dari mana saja, dari internet, buku, makalah, guru, media dan lainnya. bagi guru dapat berinovasi dengan pembelajaran yang menarik melalui media-media baik on line dan cetak seperti buku, video tutorial, power point, media interactive dan lainnya. smk-pk merupakan program kementerian no 165 /m/ tahun 2021 yang berupaya membangkan kinerja dan peningkatan kualitas sdm di smk melalui kemitraan penyelarasan dengan dunia usaha dan industri. tujuan program tersebut diharapkan sdm lulusan smk negeri 12 surabaya benar-benar siap pakai/siap kerja. pekerjaan yang dilakukan di industri juga diajarkan dan dilakukan di sekolah. link and match benar-benar terjadi dalam kegiatan sekolah. mengacu pada hasil responden terhadap industri animasi sangat dibutuhkan siswa siap pakai baik pra produksi-produksi dan post produksi. bukan hanya skill tapi juga sikap kerja, karakter dan profil pelajar pancasila menjadi poin penting dalam memproduksi film animasi. kata kunci: sumber daya manusia; animasi; smk-pk vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.208 1260 pendahuluan fenomena di sekolah masih sering kita amati penggunaan model pembelajaran searah saat luring maupun daring. guru seolah sebagai sumber utama belajar yang banyak memiliki sejuta ilmu dan pengalaman masa lalu, sehingga siswa harus mengikuti apa yang diajarkan. guru kita istilahkan sebagai seorang yang patut kita gugu dan ditiru segalanya untuk diteladani. guru sebagai sosok yang pantas menjadi panutan, teladan, dihormati, sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. masalah ini yang masih banyak dianggap oleh masyarakat sehingga guru sebagai sumber utama belajar. seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fenomena pembelajaran bergeser dari searah menjadi dua arah. pembelajaran yang interaktif antara guru dan siswa sehingga siswa tidak lagi sebagai pendengar tetapi terjadi interaksi tanya jawab. pembelajaran siswa aktif diketahui dapat memberikan semangat bagi anak dan motivasi bagi guru untuk mendorong siswa aktif belajar. namun model pembelajaran ini masih kurang bagus karena guru dan siswa masih terikat oleh materi yang terdapat pada buku dan panduan yang disediakan. penemuan metode, strategi dan model pembelajaran terus berkembang. para ahli menyampaikan beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan seperti; cooperatif learning, contextual learning, realistic learning, problem base learning dan lainnya (barus, 2019). penyampaian materi pelajaran yang telah disesuaikan dengan kemajuan zaman. guru dan siswa belajar berdasarkan realita yang terjadi di masyarakat baik lingkungan sosial, lingkungan perdagangan, lingkungan industry, pemerintahan. perbaikan proses kbm (kegiatan belajar mengajar) tersebut sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan indonesia. penerimaan siswa baru yang diadakan melalui ppdb on line, dimana masyarakat diberi hak untuk menentukan sendiri atas pilihan jurusan yang dikehendaki baik ke sma maupun smk. khususnya di smk, siswa dapat memilih banyak jurusan yang dikehendaki, dengan harapan mereka telah memiliki skill awal untuk dikembangkan pada smk tersebut agar kelak setelah lulus dapat langsung bekerja sesuai dengan jurusan pilihannya dan ataumelanjutkan sesuai pilihan studinya. penilaian hasil belajar siswa yang awalnya dilakukan secara langsung baik uts (ujian tengah semester), sumatif (ujian semester), usek (ujian sekolah) dan unas (ujian nasional) yang masih banyak kecurangan di mana-mana, kini telah dilakukan secara komputerisasi yang cukup efektif terhindar dari kecurangan. fungsi ujian tidak lain sebagai upaya mengukur ketercapaian hasil belajar peserta didik, mengukur mutu pendidikan di suatu sekolah, tingkat kabupaten/kota, tingkat propinsi dan tingkat nasional. yang akhirnya tiap sekolah berlomba untuk mendongkrak hasil nilai menjadi baik agar memenuhi kualitas tersebut, merekapun malu dikatakan sekolah tidak bermutu. hal ini sangat ironis jika dikaitkan dengan fungsi utama ujian yang diputuskan pemerintah. melalui keputusan menteri pendidikan nadiem anwar makarim tentang peniadaan ujian nasional 2021(menteri pendidikan dan kebudayaan, n.d.), selain untuk menghidari anak indonesia dari covid 19 juga sebagai upaya untuk memberikan kemerdekaan kepada satuan pendidikan untuk memahami eksistensi ujian sebagai alat ukur ketercapaian hasil belajar peserta didik. sekolah dapat mengukur ketercapaian siswa dari ujian tengah semester, ujian semester dan ujian sekolah yang dapat dilakukan dengan semi on line. sekolah dapat menilai siswa dari hasil portofolio praktek yang pernah dibuat dan menilai perilaku selama di sekolah. berbagai upaya dilakukan sekolah, pemerintah, dan masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan. pandemi covid 19 yang hampir 2 tahun dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (ppkm) yang banyak menimbulkan permasalahan baru terutama vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.208 1261 pendidikan. guru dan siswa belum dapat berinteraksi langsung dalam mengikuti proses penbelajaran, namun semua itu bertujuan untuk menghindarkan rakyat indonesia dari angka kematian yang terus melonjak. pembelajaran dari rumah (bdr) merupakan langkah yang diambil agar pembelajaran terus berjalan. platform pembelajarn on line digunakan agar siswa dapat mengikuti kbm dari rumah dengan baik, seperti moodle, google classroom, microsoft 365, rumah belajar, media tv dan lainnya (barus, 2019). berbagai upaya dilakukan agar proses pembelajaran serta kualitas lulusan menjadi makin baik seiring dengan pesatnya perkembangan zaman. namun dalam hal pembelajaran praktik, semua kegiatan yang dilakukan secara daring tidaklah maksimal. oleh karena itu dibutuhkan penanganan serius oleh sekolah, pemerintah dan masyarakat bersinergi mengatasi masalah ini. dengan kasus ini penulis mengambil judul “meningkatkan mutu sumber daya manusia bidang animasi melalui program smk pk (pusat keunggulan)”. metode penelitian bertujuan untuk menghasilkan sumber daya manusia (sdm) bidang animasi melalui smk pk (pusat keunggulan). sehingga mulai dari input, intake dan lulusan dapat bekerja di bidang animasi baik di studio animasi, freeland bidang animasi ataupun melanjutkan studi di bidangnya. subyek penelitian yaitu siswa smkn 12 surabaya kelas x yang menjadi sasaran utama dari program smk pk tahun 2021. selain itu sarana prasarana, guru dan tenaga kependidikan, kurikulum, asesmen kompetensi sebagai pendukung dalam pembahasannya. metode yang digunakan dalam penelitian ini metode kualitatif, dengan mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, dan pendokumentasian pada sasaran penelitian (raco, 2018). saat ini peneliti merupakan salah satu team inti pelaksana program smk pk di smkn 12 surabaya dan sekaligus pengajar animasi di kelas x yang menjadi sasaran utama pembelajaran smk pk. instrumen penelitian ini dibuat dengan menggunakan google form yang akan di isi oleh siswa, guru, dan industri terkait dari pelaksanaan pembelajaran animasi dalam upaya meningkatkan mutu sdm melalui smk pk. analisa data dengan menggunakan grafik hasil pengisian quesioner yang telah di isi oleh steakholder tersebut. analisa data dijelaskan dalam bentuk paragraf hasil temuan yang diperoleh. hasil berdasarkan instruksi presiden nomor 9 tahun 2016 tentang revitalisasi smk yang bertujuan peningkatan kualitas dan daya saing sumber daya manusia dalam menghadapi arus globalisasi dengan munculnya revolusi industri 4.0 yang tidak mungkin di hindari, disertai arus perdagangan bebas baik tingkat asean maupun internasional maka diperlukan langkahlangkah konkrit dalam pendidikan (presiden republik indonesia, 2016). sektor utama revitalisasi smk bidang maritim, pertanian, kesehatan, pariwisata dan industri kreatif. berbagai program pemerintah digulirkan seperti program smk berbasis keunggulan wilayah, smk kawasan industri, teaching factory, program sertifikasi kompetensi bagi siswa dan lainnya. smk-pk (smk pusat keunggulan) merupakan keputusan menteri pendidikan kebudayaan, riset dan teknologi nomor 165 /m/ tahun 2021(pendidikan et al., 2021), merupakan program yang memiliki fokus dalam pengembangan kinerja dan peningkatan kualitas sdm di smk melalui kemitraan penyelarasan dengan dunia usaha dan industri. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.208 1262 smkn12 surabaya merupakan smk-pk dipilih oleh team dari kementerian pendidikan yang memenuhi syarat untuk mengemban pragram tersebut, sekaligus menjadi rujukan bagi smk lain. tujuan program smk pk sebagai upaya terus menerus mewujudkan peningkatan mutu sdm siswa smk yang selaras dengan kebutuhan masa kini di industri. mengurangi ketimpangan yang terjadi antara ketersediaan tenaga kerja dan kebutuhan yang diharapkan industri (suplay and demand) (husein, 2019). persiapan, pelaksanaan dan evaluasi dari sistem pembelajaran di sekolah smk-pk membutuhkan stekholder yang kompleks, baik dari input siswa, orang tua, kesiapan guru dalam pembelajaran, peran aktif dari industri, peran pengawas sekolah, peran pengawas dari perguruan tinggi, dan pemerintah. secara khusus smk-pk bertujuan memperkuat kemitraan kemdikbudristek dan pemerintah daerah, menghasilkan sdm smk makin kuat, meningkatkan softskill dan hardskill siswa sesuai demand industri yang berkarakter pancasila, penggunaan platform digital dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, pemenuhan sarana prasarana yang berstandart industri, memperkuat kemitraan kemdikbud ristek dengan dunia kerja (pendidikan et al., 2021). kurikulum smk-pk merupakan pokok materi yang perlu dipersiapkan terlebih dahulu dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar. struktur kurikulum cukup berbeda dengan smk yang tidak menerapkan smk-pk. gambar1. stuktur kurikulum smk-pk pada dasarnya struktur kurikulum smk-pk terdiri a.bagian umum, b. kejuruan, c. pengembangan profil pelajar pancasila, pengembangan karakter dan budaya kerja (panduan_pengembangan_kur_opr_sekolah.pdf, n.d.). bagian a.umum terdiri agama dan budi pekerti, ppkn, bahasa indonesia, pendidikan jasmani, sejarah dan seni, bagian b terdiri; matematika, bahasa inggris, informatika, proyek ilmu pengetahuan alam dan sosial, kejuruan, proyek kreatif dan kewirausahaan, praktek kerja lapangan, mata pelajaran pilihan dan muatan lokal. bagian c terdiri: penguatan profil pelajar pancasila, pengembangan karakter dan budaya kerja. pada bagian c tidak diajarkan secara khusus, namun inklud dalam pembelajaran tiap mata pelajaran bagian a dan b. pembelajaran dan penilaian pada smk-pk menggunakan kurikulum yang telah ditetapkan dengan melibatkan dunia kerja (link and match) (indrawan, 2014). pembelajaran pada bagian a harus di sampaikan dengan mengacu pada contextual learning yang memberikan materi-materi dengan paradigma baru yang berorientasi pada penguatan kompetensi, karakter vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.208 1263 dan budaya kerja yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. sebagai contoh pada pembelajaran agama diberikan melalui pemahaman tentang inti melaksanakan ibadah sholat, lalu diparaktekkan cara sholat yang baik dan bacaan yang benar, dilakukan tepat waktu. jika dikaitkan dengan pembuatan animasi maka dapat dibuat animasi yang bagus untuk media pembelajaran untuk konten youtube maupun yang lain. jika bahasa inggris yang diajarkan, guru dapat menggunakan hasil pembuatan cerita, script animasi untuk diterjemahkan dalam bahasa inggris baik dalam convertation, writing, reading dan recording (dubbing suara). kolaborasi antara beberapa mata pelajaran bagian a akan memperkuat siswa dalam menerapkan keilmuannya yang nanti akan digunakan dalam produksi animasi yang berkualitas seperti film-film animasi dari luar negeri. pemerintah telah berusaha menyediakan beberapa buku secara soft file yang dapat dipelajari baik oleh guru dan siswa agar semakin mudah dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran. sebuah aplikasi merdeka mengajar yang dapat di download melalui playstore juga disediakan untuk guru smk-pk yang berisikan buku-buku sebagai acuan dalam pembelajaran. guru tidak lagi banyak dibebani oleh administrasi yang menyebabkan tersita waktu dalam mengajar, menyiapkan materi mengajar, dan perangkat mengajar. guru akan lebih banyak memberikan soft skill dan hard skill yang dibutuhkan siswa sehingga tujuan utama mendidik siswa akan tercapai (pusat asesmen dan pembelajaran, 2020). gambar 2. aplikasi merdeka mengajar pembelajaran praktek animasi di smkn 12 surabaya diberikan sesuai kebutuhan yang diharapkan industri (mardi, 2021a). materi sesuai dengan skkni yaitu pembuatan cerita/sinopsis, script/scenario, membuat karakter, membuat storyboard, animatic, dubbing suara, membuat karakter, desain property, gambar latar, desain suasana, gambar gerak utama/keyframe, gambar sela/inbetween, pemindaian digital, pewarnaan karakter digital, pewarnaan background digital, 2d compisiting, modeling 3d hardsurface, modeling 3d organik, texturing, editing, dan lainnya(menteri ketenagakerjaan, n.d.). dasar-dasar animasi diberikan semua pada siswa di kelas x animasi, untuk memperkenalkan alur proses pembuatan animasi dari awal hingga akhir atau disebut tahap pra produksi animasi. sedangkan di kelas xi, dilanjutkan pada tahap produksi animasi dan pasca produksi animasi. semua kegiatan pembelajaran telah mengacu dengan model project base learning (fajra & novalinda, 2020). vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.208 1264 gambar 3. suasana ruang praktek pembuatan animasi yang asri sarana prasarana dalam pembelajaran animasi di smkn 12 surabaya sangat mendukung tercapainya kelancaran dalam pembuatan animasi setara dengan industri. personal komputer (pc) yang memenuhi standart industri akan menghasilkan karya animasi yang bagus. spesifikasi komputer core i7, ram/memori 16-32 gb, vga 2-8 gb, hardisk 1 tb telah disediakan sejumlah siswa dalam di studio animasi . siswa yang masih kelas awal (kelas 10) diperbolehkan memakai hp dan laptop untuk membuat cerita, script dan mendesain karakter. pasa saat produksi dan pasca produksi sarankan memakai pc karena lebih tahan dan lebih cepat untuk produksi animasi. sedangkan sarana untuk menggambungkan potongan-potongan film animasi mamakai rederfarm, karena lebih cepat dan hasilnya lebih bagus (mardi, s.pd., 2020). masa praktik kerja lapangan (pkl) di program keahlian animasi smkn 12 surabaya dilaksanakan dalam kurun waktu 6-12 bulan (pedoman praktik kerja lapangan (pkl) peserta didik smk cove 1, n.d.). hal ini berdasarkan hasil sinkronisasi dan musyawarah dengan berbagai studio yang ditempati prakerin. sebulan awal pkl siswa dibekali ilmu pra produksi dan soft skill agar dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang sudah terbangun dalam suasana di studio. beberapa materi pkl yang diberikan antara lain; menggambar pose, dasardasar software yang digunakan, dasar animasi, bouncing ball, pendulum, tail ball, animate, layout, coloring, modeling, rigging, texturing, compositing, rendering, visual effect dan lainnya. setiap siswa memiliki kemampuan dan kecakapan skill yang berbeda, sehingga diperlukan penanganan yang berbeda pula selama pkl. bagi siswa yang cepat menyelesaikan tugasnya maka akan diarahkan untuk mengikuti basic project produksi dari studio, sedang siswa yang agak lambat diarahkan untuk tetap mengerjakan tugas-tugas yang diberikan namun belum ikut serta mengerjakan project studio. ada beberapa hal yang perlu diketahui bahwa untuk dapat vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.208 1265 mengikuti project studio; 1) siswa memiliki skill yang bagus sesuai kebutuhan studio, 2) siswa memiliki karakter sikap, mental, watak yang baik, dapat dipercaya, budi pekerti luhur, sopan. 3) memiliki sikap kerja yang bagus, bertanggung jawab atas pekerjaannya, menyelesaikan tugas sesuai waktu yang diberikan (deadline), 4 dapat bekerjasama dengan yang lain. pendidikan karakter telah diberikan kepada siswa selama pkl. siswa selama pkl diarahkan untuk memilih satu keahlian khusus dalam animasi (sepecialis), misalnya membuat animatic saja, animator saja, editor saja, sehingga setelah selesai pkl siswa siap kerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki. kelebihan pelaksanaan pkl di animasi smkn 12 surabaya siswa mendapatkan bekal materi yang banyak dari studio baik softskill dan hardskill, siswa diikutkan produksi bersama dengan karyawan studio. setelah pkl siswa langsung dapat membuat tugas akhir short movie yang akan digunakan sebagai portofolio pribadi untuk persiapan pameran (mardi, 2021b), bekerja, dan kuliah. asesmen di smkn 12 animasi menggunakan asesmen kompetensi mandiri (akm) untuk pelajaran yang bersifat teoritis praktis (pusat asesmen dan pembelajaran, 2020). akm terdiri dari literasi dan numerasi. pada akm literasi, siswa dihadapkan pada soal-soal berupa teks/bacaan atau gambar bercerita yang harus dijawab siswa berdasarkan telaah/analisa sehingga dapat mengerti/memahami serta mengatasi apa yang terjadi dalam suatu permasalahan tersebut. sedang akm numerasi, dihadapkan pada soal cerita untuk dijawab siswa berdasarkan olah pikir yang menggunakan analisa matematis (angka-angka) dari permasalahan di lungkungan sekitar. pada program animasi smkn 12 menggunakan uji sertifikasi kompetensi (usk). usk diselenggarakan oleh lsp p1 smkn 12 surabaya dibawah naungan bnsp pusat bersama industri yang di tunjuk (bnsp, 2017). siswa diuji berdasarkan kkni level 2 yang didasarkan pada materi yang terdapat pada skkni yang diterbitkan pemerintah (menteri ketenagakerjaan, n.d.). siswa yang telah memenuhi standart kelulusan pada usk akan mendapatkan sertifikat garuda dari bnsp jakarta. hasil akhir siswa smk-pk, portofolio kerja, porto kuliah, pameran ta. pembahasan smk-pk di smk negeri 12 surabaya memiliki potensi masa depan dalam membentuk sdm bidang animasi yang berkualitas. semua steakholder yang tersedia bersama-sama bersinergi mengatasi masalah tenaga kerja level ii (smk) yang selama ini belum siap kerja. pembelajaran normative adaptif di kelas dengan model contextual learning, pembelajaran produktif dengan model project base learning mengacu pada materi-materi yang yang dibutuhkan oleh industri, secara kongkrit diawali dari sekolah. sinkronisai kurikulum dengan industri sangat diperlukan untuk mempersiapkan semua materi yang diperlukan di dunia kerja. pkl (praktek kerja lapangan) smkn 12 surabaya bidang animasi dibutuhkan waktu antara 6-12 bulan. selama pkl siswa diberikan materi pra produksi, produksi dan pasca produksi yang sangat dibutuhkan dalam pemenuhan sdm bidang animasi. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.208 1266 gambar 4. hasil responden smk-pk dengan studio animasi dari responden tersebut diketahui bahwa 61,5 persen industri animasi menginginkan smk-pk animasi melakukan sinkronisasi kurikulum dengan industri, melakukan pkl/prakerin siswa dan pemagangan guru di industry animasi, ada pembelajaran nyata project base dari studio animasi, dan pengujian berbasis sertifikasi kompetensi (usk) yang bekerjasama dengan industri. sedangkan di smkn 12 surabaya telah dilakukan sejak 2018. pemenuhan sdm kompeten dapat dibentuk dengan beberapa poin penting yaitu; 1) focus pada tuntutan industri terutama industri patner, 2) mengambil porsi pembelajaran sesuai tuntutan pekerjaan dengan pembelajaran dan latihan yang mendalam, bukan sekedar bisa dasardasarnya atau sekedar mengetahui, 3) guru memiliki pengalaman bekerja di industri, 4) guru harus mengadaptasi cara kerja studio, karena setiap studio memiliki beberapa devisi, 5) dalam pembelajaran sikap, agama, karakter, profil pelajar pancasila sudah harus diajarkan di sekolah, sehingga di kelas produksi dan saat pkl tinggal penerapannya, 6) perlu pembelajaran time schedule sehingga siswa dapat belajar untuk bekerja sesuai waktu yang ditentukan (deadline), 7) siswa di fokuskan untuk memperdalam 2d atau 3d yang mendalam agar sesuai dengan passion mereka nanti dalam dunia kerja. gambar 5. pembelajaran dengan model project base vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.208 1267 sejumlah 76,9 persen industry animasi (studio animasi) menyetujui dengan adanya pembelajaran model project base yang dilakukan smk-pk. selama pembelajaran di sekolah siswa menerapkan pembuatan produksi film animasi sesuai standart yang diberikan studio. simpulan smk negeri 12 surabaya (di bidang animasi khususnya) memiliki potensi yang bagus untuk menjadi sekolah pusat keunggulan. hal ini didukung dengan guru yang memiliki kompetensi skill dan beberapa telah menjadi asesor kompetensi bidang animasi. sarana prasarana yang telah memadahi sesuai standart peralatan di industri. pemenuhan siswa yang dilakukan dengan menggunakan test skill/bakat saat awal masuk (ppdb), sehingga mengurangi ketidaktepatan dalam memilih jurusan. sinkronisasi kurikulum dalam merombak isi kurikulum animasi di smkn 12 surabaya menjadi sumber utama dalam pembelajaran. diklat guru dalam mengguasai materi dan aplikasi distudi serta mengadopsi cara kerja studio menjadi hal penting untuk menindaklanjuti dalam pembelajaran project base di sekolah. pkl siswa smkn 12 surabaya yang dilakukan dilakukan selama 6-12 bulan sebagai tindaklanjut dari project base learning dan memperdalam proses produksi di studio animasi. menerapkan semua ilmu yang telah di dapat dari sekolah tentang sikap, budi pekerti, karakter, profil pelajar pancasila di lingkungan studio dan masyarakat dilingkungannya. uji sertifikasi kompetensi (usk) yang berstandart bersama bnsp dilakukansetiaptahun agar siswa kompetensi dan memiliki sertifikat yang di akui secara nasional bahkan internasional (bnsp, 2017). sebelum pengumuman kelulusan banyak siswa yang kembali ke tempat pkl untuk bekerja, hal ini sebagai indikasi bahwa siswa telah memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidangnya di animasi. sebagian memilih untuk menjadi freelancer (membuka usaha sendiri di rumah), sedang sebagian lain melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi (kuliah) daftar rujukan barus, d. r. (2019). model–model pembelajaran yang disarankan untuk tingkat smk dalam menghadapi abad 21. universitas negeri medan. http://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/38932 bnsp. (2017). skema sertifikasi kkni level ii pada kompetensi keahlian animasi. fajra, m., & novalinda, r. (2020). project based learning: innovation to improve the suitability of productive competencies in vocational high schools with the needs of the world of work. international journal of multi science, 1(08), 1–11. husein, m. t. (2019). link and match pendidikan sekolah kejuruan. rausyan fikr : jurnal pemikiran dan pencerahan, 15(2), 39–47. https://doi.org/10.31000/rf.v15i2.2037 indrawan, i. (2014). meningkatkan mutu pendidikan. al-afkar, 3(01), 68–79. mardi, s.pd., m. d. (2020). cara mudah membuat animasi (1st ed.). zifatama jawara. mardi, m. (2021a). digitalisasi pembuatan animasi di smk sebagai upaya meningkatkan hasil karya sesuai tuntutan industri. jira: jurnal inovasi dan riset akademik, 2(4), 385–395. https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.104 mardi, m. (2021b). pameran seni siswa di era modern sebagai upaya menggali potensi kreasi bangsa. jira: jurnal inovasi dan riset akademik, 2(5), 543–548. https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.118 menteri ketenagakerjaan. (n.d.). skkni 173-2020. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.208 1268 menteri pendidikan dan kebudayaan. (n.d.). edaran menteri tentang peniadaan ujian nasional. panduan_pengembangan_kur_opr_sekolah.pdf. (n.d.). pedoman praktik kerja lapangan (pkl) peserta didik smk cove 1. (n.d.). pendidikan, k. m., keunggulan, p., & lembaran, t. (2021). jdih.kemdikbud.go.id. presiden republik indonesia. (2016). instruksi presiden nomor 9 tahun 2016 tentang revitalisasi smk dalam rangka peningkatan kualitas dan daya saing sdm indonesia (pp. 1–10). https://kemdikbud.go.id/main/files/download/e451d9ec3a04121 pusat asesmen dan pembelajaran. (2020). akm dan implikasinya pada pembelajaran. pusat asesmen dan pembelajaran badan penelitian dan pengembangan dan perbukuan kementerian pendidikan dan kebudayaan, 1–37. raco, j. (2018). metode penelitian kualitatif: jenis, karakteristik dan keunggulannya. https://doi.org/10.31219/osf.io/mfzuj microsoft word 07-sri.docx vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.110 447 received : 13-03-2021 revised : 01-04-2021 published : 15-04-2021 penerapan game corrona untuk meningkatkan hasil belajar pada materi pengenalan peralatan dasar laboratorium kimia di kelas x smkn 1 mojoanyar sri hidayati smkn 1 mojoanyar kabupaten mojokerto, indonesia sh.analisiskimia@gmail.com abstrak: materi pengenalan peralatan dasar laboratorium kimia merupakan salah satu materi untuk mata pelajaran teknik dasar pekerjaan laboratorium kimia (tdplk). materi ini diberikan kepada peserta didik di jenjang smk kelas x untuk kompetensi keahlian kimia analisis. pada materi ini, peserta didik dituntut untuk mengenal nama alat-alat yang terdapat di laboratorium kimia, dari alat gelas, alat non gelas serta alat penunjang lainnya. selain mengenal nama alat, mereka juga dituntut untuk mengetahui fungsi setiap alat sehingga mereka akan lebih mudah melakukan dalam melakukan praktikum lanjutan di laboratorium kimia. tuntutan ini menjadi lebih sulit karena sebagian besar alat yang ada di laboratorium merupakan alat yang baru mereka kenal. sehingga diperlukan media menarik untuk mempermudah pengenalan alat dasar laboratorium kimia yaitu berupa game corrona-cocokno gambar karo nama (jawa-red). jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (ptk) dengan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. setiap siklus dilakukan sebanyak 1 kali pertemuan (3x45 menit). subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas x ka 1 smkn 1 mojoanyar tahun pelajaran 2019/2020. data hasil tes dianalisis secara deskriptif kuantitatif-kualitatif. hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai kelas pada siklus i sebesar 70 dengan 73% peserta didik mencapai kkm, sedangkan pada siklus ii rata-rata nilai kelas meningkat sebesar 80 dengan 88% peserta didik mencapai kkm. peningkatan hasil belajar juga terjadi untuk hasil belajar afektif maupun psikomotor. sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan game corrona mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. kata kunci: game corrona; alat dasar laboratorium kimia; smk kimia analisis vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.110 448 pendahuluan materi pengenalan alat laboratorium kimia merupakan materi yang diberikan pada mata pelajaran teknik dasar pekerjaan laboratorium kimia (tdplk) untuk tingkat x smk kompetensi keahlian kimia analisis. mata pelajaran ini termasuk mata pelajaran dasar yang harus ditempuh oleh peserta didik sebelum mereka melanjutkan pada pelajaran keahlian di tingkat selanjutnya. pada pelajaran ini, peserta didik diperkenalkan dengan nama alat gelas yang biasa digunakan di laboratorium kimia beserta fungsi dari alat tersebut. selama ini, materi pengenalan alat gelas kimia dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca modul tdplk kemudian mereka diperkenalkan langsung dengan alat yang ada di laboratorium kimia. pembelajaran semacam ini sangat efisien karena anak dapat langsung mengenal alat dan memahami fungsi alat tersebut secara langsung. permasalahan pembelajaran dengan metode ini yaitu peserta didik masih menggunakan teknik menghafal nama alat dan fungsinya, karena frekuensi mereka untuk bisa menggunakan alat gelas kimia masih sangat kecil mengingat mereka masih berada di tingkat x smk. sehingga diperlukan metode pengenalan baru yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. fenomena ini diikuti juga dengan rendahnya hasil belajar peserta didik untuk materi pengenalan alat laboratorium kimia. data pada kegiatan pra penelitian disebutkan bahwa ratarata nilai peserta didik tingkat x kompetensi keahlian kimia analisis smkn 1 mojokerto tahun pelajaran 2018/2019 untuk materi pengenalan alat kimia hanya sebesar 67 (kkm = 75) (data pribadi guru). kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru antara lain dengan menggunakan modul pembelajaran, video pembelajaran atau melihat dan mendata langsung alat kimia yang terdapat di laboratorium. metode pembelajaran yang digunakan masih berupa ceramah dan diskusi kelas. masalah kebosanan dan penyampaian materi yang kurang menarik merupakan masalah utama yang dihadapi oleh peserta didik selama kegiatan. masalah ini juga ditemukan oleh beberapa peneliti lain. yakin, suwindra dan mardana (2018) menyatakan bahwa diperlukan media pembelajaran berupa game edukasi yang dapat membuat pembelajaran lebih menarik sehingga peserta didik lebih termotivasi dalam pembelajaran. vitianingsih (2016) menjelaskan bahwa game edukasi diperlukan dalam pembelajaran sehingga kreativitas anak dapat berkembang selama proses pembelajaran berlangsung. sedangkan putri dan asrori (2019) menyebutkan bahwa media pembelajaran diperlukan untuk menggerakkan kembali motivasi sesuai dengan karakteristik peserta didik sehingga peserta didik masih dapat terus belajar meskipun tanpa ada pendampingan dari guru. banyak media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. pemilihan media pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik materi ajar sehingga materi dapat diseragamkan, materi menjadi lebih jelas dan menarik serta pembelajaran lebih interaktif. yang utama dalam pemilihan media ini adalah media mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik dan mampu mengatasi masalah keterbatasan ruang dan waktu dalam belajar (falahudin, 2014). adanya keterbatasan ruang dan waktu merupakan masalah lain yang dialami pengajar dalam proses pembelajaran pengenalan alat laboratorium kimia. jumlah ruang laboratorium yang masih terbatas dengan kegiatan praktikum yang berlangsung dalam waktu bersamaan menyebabkan pengenalan peralatan langsung ke laboratorium terkadang tidak dapat dilakukan. akibatnya pembelajaran dilakukan di kelas dengan sumber belajar berupa modul atau video seperti yang telah disebutkan sebelumnya. penggunaan game yang langsung dapat vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.110 449 diintegrasikan dengan gawai peserta didik menjadi salah satu penyelesaian masalah. menurut suasmoro, pembantu rektor iii its, game edukasi perlu dikembangkan dalam pembelajaran, karena game pendidikan ini tidak hanya menyenangkan tetapi juga mendidik (republika.co.id, 2011). bertolak dari hal tersebut di atas, maka peneliti mencoba menggunakan game untuk materi pengenalan peralatan laboratorium kimia di tingkat x smk kompetensi keahlian kimia analisis. game ini dibuat menggunakan web quickappninja (https://quickappninja.com) yang merupakan web penyedia pembuatan aplikasi game. web ini dapat digunakan untuk membuat game berbasis android dengan mudah karena tidak memerlukan instalasi tambahan ke pc (personal computer) serta tidak memerlukan keterampilan coding khusus. game ini diberi nama game corrona (cocokno gambar karo nama-jawa red.). game ini berisi beberapa gambar dan fungsi alat, pemain dapat menyelesaikan permainan dengan menebak nama alat. pemain diberi bantuan berupa huruf bantuan dalam menebak nama alat yang disediakan. berdasarkan paparan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar peserta didik kelas x smkn 1 mojoanyar pada materi pengenalan materi peralatan dasar laboratorium kimia berbantuan game corrona. metode penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (ptk) dengan melibatkan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan refleksi yang mungkin diikuti dengan perencanaan ulang (kunandar 2013). subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas x ka 1 kompetensi keahlian kimia analisis smkn 1 mojoanyar tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 34 orang. instrumen yang digunakan berupa soal tes formatif serta lembar observasi kegiatan pembelajaran. lembar observasi pembelajaran dilengkapi rubrik penilaian sehingga mempermudah pengamatan yang seringkali sulit dilakukan secara obyektif (efron & ravid, 2013). data hasil tes dianalisis secara deskriptif kuantitatif-kualitatif. untuk hasil formatif (kuantitatif) dianalisis kebenarannya sesuai dengan kunci jawaban. langkahnya adalah memeriksa kebenaran jawaban, menyusun hasilnya pada tabel dan dan menetapkan persentase banyak peserta didik yang telah memenuhi kkm yaitu 70. sedangkan untuk analisis data secara kualitatif dilakukan dengan tahap: menyeleksi dan mengelompokkan data (reduksi data), mendeskripsikan dan memaparkan data, serta menyimpulkan data atau memberikan makna dalam bentuk deskripsi. hasil penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara utuh bagaimana suatu proses pembelajaran tersebut dapat dilakukan (henning, stone & kelly, 2009). masing-masing siklus dilakukan selama 1 kali pertemuan (3x45 menit). hasil belajar peserta didik ditunjukkan dengan hasil tes formatif, hasil observasi afektif dan hasil observasi psikomotor peserta didik baik pada siklus i maupun siklus ii. media game corrona digunakan sebagai alat bantu guru dalam menyampaikan materi pengenalan peralatan gelas dan non gelas. kompetensi dasar dari materi ini adalah menerapkan penggunaan peralatan dasar laboratorium (alat-alat gelas dan non gelas) serta menggunakan peralatan dasar (alat-alat gelas dan non gelas) laboratorium. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.110 450 pada penyampaian materi tentang nama peralatan laboratorium kimia, peserta didik diminta untuk memasang aplikasi game corrona di gawai mereka masingmasing. tampilan gambar pada game corrona tentang peralatan laboratorium diberikan pada gambar 1. pada game ini, pengguna diberikan gambar dengan petunjuk fungsi alat pada gambar. pengguna game dapat menebak nama alat pada gambar dengan bantuan beberapa huruf yang diacak. jika pengguna berhasil menebak dengan benar, maka pengguna mendapatkan poin 25. selama permainan, pengguna dapat menggunakan menu “tanya teman” dan “pakai petunjuk” untuk menebak gambar pada setiap tingkat. namun, nilai pemain akan dikurangi setiap mereka menggunakan bantuan jawaban. untuk pengguna yang menggunakan menu “pakai petunjuk” dalam menjawab pertanyaan di setiap tingkat, maka pengguna akan mendapatkan tampilan seperti gambar 2. pada menu ini, pengguna diberikan tiga pilhan yaitu buka satu huruf dengan pengurangan 15 poin, hilangkan satu huruf dengan pengurangan 15 poin dan buka jawaban dengan pengurangan 30 poin. gambar 1. tampilan level 1 pada game corrona gambar 2. menu “pakai petunjuk” pada game corrona vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.110 451 jika pengguna menggunakan petunjuk ‘tanya teman”, maka pangguna akan mendapatkan tampilan pada gambar 3. pengguna game dapat bertanya kepada teman melalui whatsapp, telegram ataupun messenger. penggunaan bantuan dalam menjawab pertanyaan akan mempengaruhi poin yang didapatkan selama permainan berlangsung. hasil belajar peserta didik dengan menggunakan game corrona pada setiap siklus diberikan pada tabel 1. pada tabel 1 terlihat bahwa nilai rata-rata nilai tes kognitif peserta didik sebesar 70 pada siklus i dengan 73% peserta didik berhasil mencapai nilai di atas kkm. sedangkan pada siklus ii, rata-rata nilai tes kognitif peserta didik sebesar 80 dengan 88% peserta didik mencapai nilai di atas kkm. tabel 1. hasil tes kognitif peserta didik kelas x ka 1 pada siklus i dan siklus ii siklus ketuntasan individu ketuntasan klasikal rata-rata nilai tes i secara individu, peserta didik yang mencapai kkm (nilai tes > 70) pada siklus i sebanyak 25 peserta didik sedangkan sebanyak 9 peserta didik belum mencapai kkm (nilai tes≤70) secara klasikal, pembelajaran pada siklus i, persentase peserta didik yang mencapai kkm sebesar 73% 70 ii secara individu, peserta didik yang mencapai kkm (nilai tes > 70) pada siklus ii sebanyak 30 peserta didik sedangkan sebanyak 4 peserta didik belum mencapai kkm (nilai tes≤70) secara klasikal, pembelajaran pada siklus ii, persentase peserta didik yang mencapai kkm sebesar 88% 80 sedangkan hasil pengamatan afektif peserta didik selama mengikuti kegiatan pembelajaran diberikan pada tabel 2. pengamatan penilaian afektif (sikap) untuk pembelajaran menggunakan game corrona ini meliputi kerjasama peserta didik dalam kelompok, kemampuan peserta didik untuk menghargai pendapat orang lain serta keaktifan peserta didik dalam kegiatan kelompok. berdasarkan hasil pada tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata penilaian afektif peserta didik mengalami peningkatan. pada siklus i, persentase peserta didik melakukan kerjasama dalam kelompoknya, peserta didik mampu menghargai pendapat orang lain serta peserta didik aktif dalam kegiatan kelompok masing-masing sebesar 70,59%. sedangkan pada siklus ii, persentase peserta didik melakukan kerjasama dalam kelompoknya menjadi 88%, peserta didik menghargai pendapat orang lain sebesar 88% serta peserta didik aktif dalam kegiatan kelompok sebesar 97%. tabel 2. hasil observasi afektif peserta didik kelas x ka 1 pada siklus i dan siklus ii siklus indikator penilaian afektif (jumlah peserta didik) % rata-rata kerjasama menghargai aktif i 24 24 24 70,59% 70,59% 70,59% 70,59% ii 30 30 33 91% 88% 88% 97% selain hasil belajar kognitif dan afektif, peneliti juga menilai keterampilan peserta didik selama proses pembelajaran. hasil penilaian keterampilan (psikomotor) peserta didik diberikan pada tabel 3. penilaian keterampilan meliputi keterampilan menyampaikan pendapat, keterampilan mengatur anggota kelompoknya serta keterampilan mengoperasikan vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.110 452 game corrona. berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa pada siklus i, rata-rata peserta didik terampil menyampaikan pendapatnya dalam kelompok sebesar 74%, peserta didik mampu mengatur setiap anggota kelompoknya sebesar 76% serta peserta didik terampil mengoperasikan game corrona sebesar 74%. sedangkan pada siklus ii, jumlah rata-rata peserta didik yang terampil menyampaikan pendapatnya meningkat menjadi 82,35%, peserta didik mampu mengatur anggota kelompoknya sebesar 82,35% sedangkan keterampilan peserta didik dalam mengoperasikan game corrona menjadi 100%. tabel 3. hasil observasi psikomotor peserta didik kelas x ka 1 pada siklus i dan siklus ii siklus indikator penilaian psikomotor % rata-rata menyampaikan pendapat mengatur anggota kelompok mengoperasikan game corrona i 25 26 25 74,67% 74% 76% 74% ii 28 28 34 88,23% 82,35% 82,35% 100% pembahasan media pembelajaran merupakan alat bantu bagi guru untuk menyampaikan materi yang bersifat abstrak kepada peserta didik (david,. (1991) dalam falahudin,. (2014)). pemilihan materi ajar seharusnya didasarkan pada karakteristik materi dengan pengemasan menarik sehingga media pembelajaran mampu meningkatkan motivasi peserta didik (falahudin, 2014). media corrona merupakan media pembelajaran yang dapat ditanam langsung ke hp dengan sistem android. banyak media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis praktikum, seperti phet, game edukasi, virtual laboratory dan lain sebagainya. sinulingga, hartono & santoso (2016) melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan media pembelajaran phet dan menunjukkan bahwa penggunaan media phet mampu memperbaiki kesalahan konsep peserta didik yang ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar. penggunaan media berbasis game juga telah dilakukan di beberapa tingkat pendidikan seperti pendidikan sekolah dini. vetianingsih (2016) menyebutkan bahwa penggunaan game edukasi di sekolah paud dapat meningkatkan kreativitas anak karena dalam game edukasi terdapat tantangan serta ketepatan dalam permainan. banyak juga pembelajaran kimia yang dilakukan dengan bantuan game. clapson, gilbert & mugrove (2020) telah melaporkan tentang penggunaan game untuk materi polimer. penggunaan game meningkatkan minat belajar peserta didik untuk materi pembelajaran polimer yang merupakan materi baru bagi mereka. sedangkan maire, et.all (2017) menggunakan mini game untuk materi stoikiometri dan reaksi pembatas. hasilnya, peserta didik sangat menikmati permainan yang ada di dalamnya dan hasil belajar yang mereka capai meningkat dibandingkan peserta didik yang menerima materi ini tanpa menggunakan media game. penelitian tentang penggunaan media berbasis game untuk pembelajaran pengenalan alat juga telah dilaporkan oleh kavak & yamak (2016). game yang digunakan bernama “picture chem”, game ini dilakukan dengan menggunakan meja permainan, papan tulis dan kartu. hasil penggunaan game ini menunjukkan bahwa materi peralatan laboratorium yang diberikan dengan menggunakan media game meningkatkan minat, motivasi dan semangat belajar peserta didik yang diikuti dengan hasil belajar yang meningkat. namun, game ini vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.110 453 masih berupa permainan tradisional, sehingga dibutuhkan permainan berbasis komputer ataupun smartphone. game corrona merupakan hasil pengembangan dari permainan game tradisional yang telah ada. game ini berisi permainan tebak nama dan fungsi alat. game ini dapat ditanam langsung ke hp dengan sistem android. penggunaan game corrona untuk materi peralatan laboratorium kimia ini dilakukan di smkn 1 mojoanyar tahun pelajaran 2019/2020. berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa ratarata peserta didik telah mencapai nilai kkm yang berarti bahwa penggunaan game corrona dalam pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. pada siklus i, guru melakukan pembelajaran sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dibuat, mulai dari tahap pembukaan, motivasi, dilanjutkan presentasi materi pengenalan peralatan dasar laboratorium kimia kemudian kegiatan penutup. pembelajaran didesain dengan menggunakan pembelajaran berbasis game antar kelompok. setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. tugas diberikan berupa lkpd (lembar kerja peserta didik) yang berisi nama alat dan bahan pembuatnya. setiap kelompok diberi waktu selama 10 menit untuk mengerjakan pertanyaan kelompok pada lkpd. pemberian batasan waktu pengerjaan lkpd bertujuan agar setiap anggota kelompok dapat fokus pada pertanyaan tanpa ada kesempatan bagi mereka untuk bermain game secara mandiri. setelah selesai, perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. setelah itu, guru memberikan kesempatan kepada perwakilan kelompok untuk maju dan bertanding menjawab semua pertanyaan yang ada di dalam game corrona. waktu permainan pun dibatasi, yaitu selama 10 menit. pada siklus ini, guru terlihat masih sangat dominan karena kurangnya pesiapan dan adanya beberapa gangguan teknis. waktu pembelajaran banyak terbuang akibat peserta didik masih harus meng-install aplikasi terlebih dahulu ke dalam smartphone mereka masingmasing. di pihak lain banyak peserta didik yang masih kebingungan mencari file aplikasi yang telah dibagikan ke dalam sistem smartphone mereka. dalam pelaksanaan pembelajaran berbantuan game corrona pada siklus i, pada saat permainan berlangsung beberapa peserta didik masih sangat sibuk dengan aplikasi game yang baru. mereka cenderung tertarik untuk mengoperasikan game tersebut secara mandiri tanpa menghiraukan arahan dan bimbingan guru. keadaan ini memicu kegaduhan kelas akibat diskusi-diskusi kecil yang terjadi antar teman satu kelompok. hasil belajar pada materi peralatan dasar laboratorium berbantuan media game corrona telah ditunjukkan pada tabel 1, tabel 2 dan tabel 3. pada siklus i, terlihat bahwa jumlah peserta didik yang mendapatkan nilai lebih dari kkm sebesar 73% dengan nilai rata-rata 70. sebanyak 70,59% peserta didik mampu bekerjasama dalam kelompoknya, mampu menghargai pendapat orang lain dan aktif dalam kegiatan kelompok. sedangkan pengamatan keterampilan meliputi keterampilan menyampikan pendapat, keterampilan mengatur anggota kelompok yang lain serta keterampilan mengoperasikan permainan. dari hasil pengamatan terlihat bahwa 74% peserta didik telah mampu menyampaikan pendapat, 76% mampu mengatur anggota lainnya serta 74% mampu mengoperasikan fitur dalam permainan. hasil belajar yang telah didapatkan peserta didik pada siklus i masih belum memenuhi indikator keberhasilan pembelajaran, karena rata-rata nilai hasil belajar kognitif dan afektif masih rendah yaitu sebesar 70 meskipun nilai keterampilan sudah mencapai kkm. karena itulah peneliti kemudian memutuskan untuk melakukan perbaikan tindakan pada siklus ii dengan materi fungsi perlatan dasar laboratorium kimia. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.110 454 pada siklus ii pembelajarn dilakukan sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang telah dibuat meliputi kegiatan pembuka diikuti penjelasan tujuan pembelajaran dan penyampaian materi pembelajaran serta kegiatan inti pembelajaran setelah itu diakhiri dengan kegiatan penutup. kegiatan pembelajaran yang dilakukan di siklus ii disesuaikan dengan perbaikan yang telah direfleksi dari siklus i. game corrona telah terpasang di smartphone peserta didik sehingga tidak lagi banyak waktu yang terbuang karena kegiatan instalasi aplikasi. pada siklus ini, peserta didik juga sudah bisa menyesuaikan tempat duduk berkelompok sesuai dengan pertemuan sebelumnya sehingga kelas menjadi lebih tertib dan teratur. pengerjaan soal di lkpd secara kelompok berlangsung lebih tertib dan terarah karena peserta didik lebih fokus untuk menyelesaikan tugas kelompok di lkpd dan bersiap untuk mempresentasikan pekerjaannnya di depan kelas. hasil belajar pada siklus ii menunjukkan bahwa sebesar 88% peserta didik telah mencapai nilai di atas kkm dengan nilai rata-rata 80. sebanyak 88% peserta didik mampu bekerjasama dalam kelompoknya serta mampu menghargai pendapat orang lain dan 97% aktif dalam kegiatan kelompok. sedangkan pengamatan keterampilan menunjukkan bahwa bahwa 82,35% peserta didik telah mampu menyampaikan pendapat dan mampu mengatur anggota lainnya serta semua peserta didik (100%) telah mampu mengoperasikan fitur dalam permainan. penggunaan media game corrona dalam pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik baik kognitif, afektif maupun psikomotor. hal ini sejalan dengan penelitian kavak dan yamak (2016) yang menyebutkan bahwa penggunaan media pembelajaran berupa game untuk materi pengenalan alat dasar laboratorium kimia mampu meningkatkan minat belajar dan hasil belajar peserta didik. ifenthaler, eseryel & ge (2012) telah menyebutkan bahwa game dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang dapat membangun kognitif penggunanya selama disesuaikan dengan tujuan pembelajaran sehingga penggunaan game sebagai media pembelajaran tidak lagi menjadi kontroversi akibat game yang hanya dianggap sebagai media yang hanya mengedepankan kesenangan. media pembelajaran yang dapat langsung ditanamkan di smartphone menjadi nilai tambah untuk media ini. karena dengan demikian peserta didik belajar tanpa ada keterbatasan ruang dan waktu meskipun tanpa kehadiran guru (falahudin, 2014). pengulangan permainan dalam game dapat membantu peserta didik mengenal nama dan fungsi peralatan dasar laboratorium kimia yang jumlahnya sangat banyak. simpulan hasil penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran materi pengenalan peralatan dasar laboratorium kimia menunjukkan bahwa penggunaan game corrona mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik baik kognitif, afektif maupun psikomotor. pada siklus i didapatkan 73% peserta didik mendapatkan nilai tes lebih dari kkm dengan nilai rata-rata kelas 70, sebanyak 70,59% dan 74,67% peserta didik mendapatkan nilai afektif dan nilai psikomotor yang baik. sedangkan pada siklus ii, sebanyak 88% peserta didik mencapai nilai kkm dengan nilai rata-rata 80, 91% dan 88,23% peserta didik memperoleh nilai afektif dan psikomotor yang baik. dengan demikian penggunaan game corrona mampu memberikan peningkatan hasil belajar peserta didik baik kognitif, afektif maupun psikomotor. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.110 455 daftar rujukan annurwanda, pradibta. (2018). the effect of teams games tournament on mathematics self-efficacy in junior high schools. shs web of conferences 42. retrieved from https://doi.org/10.1051/shsconf/20184200079. clapson, m.l., gilbert, b. c. t. & musgrove, a. (2020). race to the reactor and other chemistry games: game-based and experiential learning experiences in materials and polymer chemistry. journal of chemical education. 97 (12). 4391-4399. doi: 10.1021/acs.jchemed.0c01135. retrieved from https://dx.doi.org/10.1021/acs.jchemed.0c01135. devries, david l. (1976). teams-games-tournament: a gaming technique that fosters learning. simulation & games. 7(1). 21-33. efron, s.e & ravid, r. (2013). action research in education: a practical guide. new york: the guildford press. erawati, ni ketut & suwarsini, ni made. (2019). efektivitas pembelajaran kooperatif dengan permainan dalam matematika. jurnal matematika. 9(2). 85-93. doi: 10.24843/jmat.2019.v09.i02.p114. falahudin, iwan. (2014). pemanfaatan media dalam pembelajaran. 1(4). paper ini dipresentasikan pada lokakarya regional ikatan widyaiswara indonesia (iwi) provinsi banten, patra jasa anyer beach resort, serang, 10 – 11 november 2014. 104-117. henning, j.e., stone, j.m & kelly, j.l. (2009). using action research to improve instruction: an interactive guide for teachers. new york: taylor & francis routledge. hidayat, rahmat. (2018). game-based learning: academic games sebagai metode penunjang pembelajaran kewirausahaan. buletin psikologi. 26 (2). 71-85. doi: 10.22146/buletinpsikologi.30988. retrieved from https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi. ifenhaler, d., eseryel, d. & ge, xun. (2012). assessment in game based learning: foundations, innovations and prespectives. new york: springer science + business media. kayak, n. & yamak, h. (2016). picture chem: playing a game to identify laboratory equipment items and describe their use. journal of chemical education. doi: 10.1021/acs.jchemed.5b00857. retrieved from pubs.acs.org/jchemeduc. kunandar. 2013. penilaian autentik (penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan kurikulum 2013). jakarta: pt. raja grafindo persada. luo, yu-jy, et.all. (2020). the effect of team-game-tournaments application towards learning motivation and motor skills in college physical education. sustainability. 1-12. doi: 10.3390/su12156147. retrieved from www.mdpi.com/journal/sustainability. maire, n. v. l. et all. (2017). clash of chemists: a gamified blog to master the concept of limiting reagent stoichiometry. journal of chemical education. 95(3). 410-415. doi: 10.1021/acs.jchemed.7b00256. retrieved from pubs.acs.org/jchemeduc. nadrah, dkk. (2017). the effect of cooperative learning model of teams games tournament (tgt) and students’ motivation toward physics learning outcome. international education studies. 10 (2). retrieved from ies.ccsenet.org. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.110 456 norton, lin s. (2009). action research in teaching and learning : a practical guide to conducting pedagogical research in universities. new york: taylor & francis routledge. putri, v.v.e & asrori, m. a. r. (2019). pemanfaatan digital game based dengan media aplikasi kahoot.it untuk peningkatan interaksi pembelajaran. inspirasi: jurnal ilmu-ilmu sosial. 16(2). 141-150. republika.co.id. (2011, 4 mei). its luncurkan game pendidikan. diakses pada 12 maret 2021 dari https://www.republika.co.id/berita/pendidikan/beritapendidikan/11/05/04%0d%09/lko2dj-its-luncurkan-game-pendidikan. sinulingga, p, hartanto, t.j & santoso, b. (2016). implementasi pembelajaran fisika berbantuan media simulasi phet untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi listrik dinamis. jurnal penelitian & pengembangan pendidikan fisika. 2(1). 57-64. retrieved from e-jurnal: http://doi.org/10.21009/1. vitianingsih, anik vega. (2016). game edukasi sebagai media pembelajaranpendidikan anak usia dini. jurnal inform. 1(1). yakin, r.q, suwindra, i.n.p & mardana, i.b.p. (2018). pengembangan media pembelajaran game edukasi fisika untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada materi gerak-gerak lurus beraturan, berubah beraturan, dan jatuh bebas. jppf. 8(2). 21-30. microsoft word 13-lira.docx vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.191 1078 received : 25-05-2021 revised : 13-06-2021 published : 29-07-2021 analisis kompetensi dasar pembelajaran keterampilan menyimak pada kurikulum 2013 revisi di tingkat smp dan sma lira hayu afdetis mana stkip pgri sumbar, indonesia lirahayuam@gmail.com abstrak: pada pembelajaran bahasa indonesia di sekolah, keterampilan menyimak belum direalisasikan dengan baik. hal itu disebabkan oleh terbatasnya ketersediaan media pembelajaran pembelajaran menyimak, adanya anggapan bahwa untuk keterampilan menyimak membutuhkan labor yang canggih. selain dari itu di dalam kurikulum 2013 revisi ini tidak menegaskan pembelajaran menyimak itu harus dilakukan, seakan memberi kebebasan kepada guru untuk memilih aspek membaca (reseptif) daripada aspek menyimak (reseptif). penyebab lainnya yang membuat keterampilan menyimak kurang mendapat perhatian adalah jumlah ketersediaan kompetensi dasar (kd) tentang aspek menyimak lebih sedikit dibandingkan keterampilan membaca. pada penelitian ini peneliti menguraikan kd menyimak dan membaca serta perbadingan antara jumlah kedua kd tersebut. penelitian ini bertujuan menggambarkan jumlah kd bahasa indonesia (aspek menyimak, membaca) yang mana terdapat pada kurikulum 2013 revisi. jenis penelitian ini dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif yang berfokus pada analisis dokumen kurikulum 2013 revisi. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aspek pembelajaran menyimak di tingkat smp pada kurikulum 2013 revisi berjumlah 40 kd, sedangkan aspek pembelajaran membaca berjumlah 50 kd. perbandingan aspek menyimak dan membaca di smp adalah 4:5. aspek pembelajaran menyimak di tingkat sma pada kurikulum 2013 revisi berjumlah 7 kd, aspek pembelajaran membaca berjumlah 51 kd. perbandingan aspek menyimak dan membaca di sma adalah 1:7,3. kata kunci: kurikulum; menyimak, membaca; smp; sma vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.191 1079 pendahuluan pada pembelajaran bahasa indonesia di sekolah, keterampilan menyimak belum direalisasikan dengan baik. baik itu di tingkat smp maupun di tingkat sma. pelajaran menyimak masih belum mendapatkan perhatian dan sering dianggap remeh oleh siswa maupun guru, apa lagi pada sekolah yang belum maju seperti sekolah yang ada di pedesaan. maka dari itu, dibutuhkan media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa (fujiastuti, yosi wulandari, 2019). dengan digunakannya media pembelajaran, maka siswa lebih termotivasi dan bersemangat dalam pembelajaran menyimak dari pada hanya membacakan teks di depan kelas. penelitian lain tentang media pembelajaran menyimak juga dilakukan oleh (damayanti, 2011). menurut damayanti media pembelajaran menyimak dongeng sangat penting karena itu merupakan kebutuhan dari siswa dan guru. kebutuhan ini dapat dilihat dari beberapa hal yaitu: belum menyediakan media pembelajaran yang sesuai dengan keterampilan yang hendak diajarkan, minimnya minat siswa saat pembelajaran berlangsung, guru kesulitan dalam memberi pemahaman kepada siswa. dari beberapa alasan tersebut, dibutuhkan media yang tepat untuk membuat peserta didik termotivasi untuk dapat menyimak dongeng. oleh sebab itu, perlu kiranya dikembangkan media pembelajaran menyimak dongeng sesuai kebutuhan siswa dan guru. menyimak adalah salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh semua orang. keterampilan berbahasa yang mendapatkan porsi kecil dalam pembelajaran bahasa indonesia ini perlu untuk diasah dan dipelajari agar siswa lebih cepat menangkap informasi yang disampaikan oleh lawan tutur atau media informasi lain. menurut (tapriatno, 2011) pembelajaran satu arah membuat siswa jenuh, penyajian materi ajar juga lebih menekankan pada teori. hal ini membuat siswa kurang mampu untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. menurut (wuryaningrum, 2019) menyimak tidak diminati dan dipentingkan di sekolah. hal tersebut dibuktikan dengan kurangnya pengembangan materi dan media pembelajaran menyimak. pendapat itu juga sama dengan (syafrina, dermawan, & widiati, 2017) dan (nurhayani, 2010) yang menyatakan bahwa selama ini keterampilan menyimak kurang mendapatkan perhatian. beberapa penyebab lain diremehkannya pembelajaran menyimak yaitu guru kurang peka dan kurang tanggap dengan kebutuhan siswa dalam pembelajaran menyimak. selama ini, dalam pembelajaran menyimak, guru hanya membacakan materi simakan pada siswa terutama pada materi cerita rakyat. (ariesty fujiastuti, yosi wulandari, 2019). menurut (fawzi, 2016) hal yang lebih mudah dilakukan guru yakni dengan mengembangkan penilaian secara tertulis sehingga penilaian menyimak menjadi terabaikan. berdasarkan beberapa pendapat peneliti tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menyimak bahasa indonesia kurang mendapat perhatian dan kurang diterapkan oleh guru di sekolah. hal itu diantaranya disebabkan oleh terbatasnya ketersediaan media pembelajaran, maksudnya pembelajaran menyimak membutuhkan media audio, audio visual yang tentunya harus disediakan dengan matang oleh guru di sekolah. selain dari itu di kurikulum 2013 ini tidak menegaskan aspek pembelajaran menyimak itu agar dilakukan atau diaplikasikan di sekolah, karena kompetensi dasar (kd) bahasa indonesia seakan memberi kebebasan kepada guru untuk memilih aspek membaca (reseptif) daripada aspek menyimak (reseptif). padahal keterampilan berbahasa itu terdiri dari 4 keterampilan, yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis. namun di sekolah, guru lebih memilih aspek membaca dengan alasan lebih mudah memberikan bahan bacaan kepada siswa dari pada memberi bahan simakan. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.191 1080 alasan lainnya yang membuat keterampilan menyimak itu terkesampingkan adalah adanya anggapan bahwa pembelajaran menyimak membutuhkan biaya yang cukup tinggi, peralatan yang lengkap dan labor yang canggih. padahal penyediaan media pembelajaran tidak serumit itu. suara yang direkam dari android, media pembelajaran yang dibuat guru di youtube serta merekam siswa yang kompeten di dalam membaca puisi, dongeng, drama dan lain sebagainya juga dapat dijadikan media pembelajaran menyimak yang menyenangkan. guru hanya perlu mempersiapkan sesuai dengan kebutuhan siswa dan tingkat jenjang pendidikan mereka, lalu memperdengarkannya kepada siswa. penyebab lainnya yang membuat keterampilan menyimak kurang mendapat perhatian adalah ketersediaan kompetensi dasar (kd) tentang aspek menyimak lebih sedikit dibandingkan keterampilan membaca (reseptif). pada pembahasan akan peneliti uraikan bunyi kd, kd menyimak dan membaca serta perbadingan antara jumlah kedua kd tersebut. metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif terhadap dokumen kurikulum (kompetensi dasar) mata pelajaran bahasa indonesia tingkat satuan pendidikan smp dan sma. kemudian dilakukan analisis kd pembelajaran menyimak dengan kd pembelajaran membaca yang sama-sama merupakan aspek keterampilan yang bersifat reseptif (menerima informasi). selanjutnya kd pembelajaran menyimak dan membaca tersebut dijumlahkan dan dibandingkan. menurut sukmadinata (2005:74) penelitian deskriptif dalam bidang pendidikan dan kurikulum pengajaran merupakan hal yang cukup penting, mendeskripsikan fenomenafenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran, implementasi kurikulum pada berbagai jenis, jenjang dan satuan pendidikan. dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan tertentu terhadap variable, tetapi semua kegiatan, keadaan, kejadian, aspek komponen dan variable berjalan apa adanya. menurut john w best (dalam sukmadinata, 2005:74) penelitian deskriptif tidak hanya berhenti pada pengumpulan data, pengorganisasian, analisis dan penarikan interpretasi serta penyimpulan, tetapi dilanjutkan dengan pembandingan, mencari kesamaan-perbedaan dan hubungan kasual dalam berbagai hal. penemuan makna adalah fokus dari keseluruhan proses yang dilakukan. dalam penelitin ini peneliti mengkaji secara mendalam kompetensi dasar pembelajaran menyimak dalam kurikulum 2013 revisi pada mata pelajaran bahasa indonesia. hasil dan pembahasan berikut ini akan dijabarkan satu persatu kd (kompetensi dasar) terkait dengan pebelajaran bahasa indonesia, apakah merupakan aspek keterampilan menyimak atau membaca. yang mana kedua aspek tersebut adalah sama-sama merupakan aspek reseptif (menerima atau menyerap informasi). vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.191 1081 kurikulum 2013 revisi mata pelajaran: bahasa indonesia tingkat: smp kelas: vii no kd (kompetensi dasar) aspek (reseptif) menyimak membaca 1 3.1 mengidentifikasi informasi pada teks deskripsi. √ √ 2 3.2 menelaah struktur dan kebahasaan pada teks deskripsi. √ √ 3 3.3 mengidentifikasi unsur-unsur pada teks narasi. √ √ 4 3.4 menelaah struktur dan kebahasaan pada teks narasi. √ √ 5 3.5 mengidentifikasi informasi pada teks prosedur. √ √ 6 3.6 menelaah struktur dan aspek kebahasaan pada teks prosedur. √ √ 7 3.7 mengidentifikasi informasi dari teks laporan hasil observasi. √ √ 8 3.8 menelaah struktur, kebahasaan, dan isi teks laporan hasil observasi. √ √ 9 3.9 menemukan unsur-unsur dari buku fiksi dan nonfiksi. x √ 10 3.10 menelaah hubungan unsur-unsur dalam buku fiksi dan nonfiksi. x √ 11 3.11 mengidentifikasi informasi dari surat pribadi dan surat dinas. √ √ 12 3.12 menelaah unsur-unsur dan kebahasaan dari surat pribadi dan surat dinas. √ √ 13 3.13 mengidentifikasi informasi dari puisi rakyat. √ √ 14 3.14 menelah struktur dan kebahasaan dari puisi rakyat. √ √ 15 3.15 mengidentifikasi informasi pada teks fable atau legenda. √ √ 16 3.16 menelaah struktur dan kebahasaan pada teks fable atau legenda. √ √ jumlah 14 16 kelas: viii smp no kd (kompetensi dasar) aspek (reseptif) menyimak membaca 1 3.1 mengidentifikasi unsur-unsur dari teks berita. √ √ 2 3.2 menelaah struktur dan kebahasaan dari teks berita. √ √ 3 3.3 mengidentifikasi informasi dari teks iklan, slogan, atau poster. √ √ 4 3.4 menelaah pola penyajian dan kebahasaan dari teks iklan, slogan, atau poster. √ √ 5 3.5 mengidentifikasi informasi dari teks eksposisi. √ √ 6 3.6 mengidentifikasi stuktur dan unsur kebahasaan dari teks eksposisi. √ √ 7 3.7 mengidentifikasi unsur-unsur pembangun dalam teks puisi. √ √ 8 3.8 menelaah unsur-unsur pembangun dalam teks puisi. √ √ 9 3.9 mengidentifikasi informasi dari teks ekplanasi. √ √ 10 3.10 menelaah isi teks ekplanasi berupa paparan kejadian suatu fenomena alam. √ √ 11 3.11 mengidentifikasi informasi pada teks ulasan. √ √ 12 3.12 menelaah struktur dan kebahasaan dari teks ulasan. √ √ 13 3.13 mengidentifikasi jenis saran, ajakan, arahan, dan pertimbangan atas permasalahan aktual dari teks persuasi. √ √ 14 3.14 menelaah struktur dan kebahasaan teks persuasi. √ √ 15 3.15 mengidentifikasi unsur-unsur teks drama √ √ 16 3.16 menelaah karakteristik unsur dan kaidah kebahasaan teks drama. x √ 17 3.17 menggali dan menemukan informasi dari buku fiksi dan non fiksi x √ 18 3.18 menelaah unsur yang dibaca dari buku fiksi dan nonfiksi. x √ jumlah 15 18 vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.191 1082 kelas: ix smp no kd (kompetensi dasar) aspek (reseptif) menyimak membaca 1 3.1 mengidentifikasi informasi dari teks laporan percobaan. √ √ 2 3.2 menelaah struktur dan kebahasaan dari teks laporan percobaan. √ √ 3 3.3 mengidentifikasi gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan dalam pidato persuasif. √ √ 4 3.4 menelaah struktur dan ciri kebahasaan dari pidato persuasif. √ √ 5 3.5 mengidentifikasi unsur dari teks cerita pendek √ √ 6 3.6 menelaah struktur dan aspek kebahasaan dari cerita pendek. √ √ 7 3.7 mengidentifikasi informasi dari teks tanggapan. √ √ 8 3.8 menelaah struktur dan kebahasaan dari teks tanggapan. √ √ 9 3.9 mengidentifikasi informasi dari teks diskusi. √ √ 10 3.10 menelaah pendapat dan argumen dari teks diskusi. √ √ 11 3.11 mengidentifikasi isi dari teks cerita inspiratif. √ √ 12 3.12 menelaah struktur dan kebahasaan dari teks cerita inspiratif. x √ 13 3.13 menggali informasi dari buku fiksi dan nonfiksi. x √ 14 3.14 menelaah hubungan antara unsur unsur dari buku fiksi atau nonfiksi x √ 15 3.15 menemukan unsur-unsur dari buku fiksi dan nonfiksi x √ 16 3.16 menelaah hubungan dalam buku fiksi dan nonfiksi. x √ jumlah 11 16 jumlah total kd smp (kelas x+xi+xii) 40 50 dari tabel kd (kompetensi dasar) dapat diperhitungkan bahwa aspek pembelajaran menyimak di tingkat smp pada kurikulum 2013 revisi berjumlah 40 kd (kompetensi dasar), sedangkan aspek pembelajaran membaca di tingkat smp pada kurikulum 2013 revisi berjumlah 50 kd (kompetensi dasar). jadi perbandingan aspek menyimak dan membaca adalah 44,4 % : 55,6 % atau 4 : 5 misalnya pada kelas vii smp dalam pembelajaran mengidentifikasi teks deskripsi siswa diarahkan untuk menyimak video deskripsi tentang kota padang karena hal ini lebih menarik dan mudah dipahami siswa. siswa akan lebih mudah memahami hal-hal yang berkaitan langsung dengan kehidupan mereka. seperti halnya mendeskripsikan atau menjelaskan kota yang sedang mereka tempati. setelah itu berikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan teks deskripsi tersebut. pada kelas viii smp dalam pembelajaran mengidentifikasi informasi dari teks iklan, slogan, atau poster siswa diminta untuk mengamati teks iklan, slogan atau poster di media sosial. hal ini dilakukan karena media sosial adalah salah satu hal yang paling dekat dengan kita semua, terlebih diera pandemi covid-19 banyak orang yang berinteraksi dengan media sosial, jadi sudah bisa dipastikan banyak sekali iklan, slogan atau poster yang bisa ditemukan siswa di media sosial. pada kelas xi smp dalam pembelajaran mengidentifikasi teks cerita pendek siswa diarahkan untuk menyimak video cerita pendek yang telah disiapkan oleh guru. siswa lebih antusias dan lebih tertarik jika guru bisa menyiapkan media untuk menunjang pembelajaran. salah satunya yaitu menyiapkan video cerita pendek. selain itu pada pembelajaran menelaah struktur dan kebahasaan dari teks cerita inspiratif seharusnya guru memang menyajikan sebuah video cerita inspiratif agar siswa lebih tertarik dan mudah memahami. disarankan untuk menyajikan cerita inspiratif dari tokoh-tokoh yang memang dikenal banyak orang agar lebih menarik perhatian siswa vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.191 1083 kurikulum 2013 revisi mata pelajaran : bahasa indonesia tingkat: sma kelas: x no kd (kompetensi dasar) aspek (reseptif) menyimak membaca 1 3.1 mengidentifikasi informasi teks laporan hasil observasi. √ √ 2 3.2 menganalisis isi dan aspek kebahasaan teks laporan hasil observasi. x √ 3 3.3 mengidentifikasi informasi teks eksposisi. √ √ 4 3.4 menganalisis struktur dan aspek kebahasaan teks eksposisi . x √ 5 3.5 mengevaluasi dari aspek makna tersirat dari teks anekdot. x √ 6 3.6 menganalisis struktur dan kebahasaan teks anekdot. x √ 7 3.7 mengidentifikasi nilai-nilai dan isi pada cerita rakyat. √ √ 8 3.8 membandingkan cerita rakyat dan cerpen. x √ 9 3.9 mengidentifikasi isi dari dua buku non fiksi dan satu novel. x √ 10 3.10 mengevaluasi pengajuan, penawaran dan persetujuan dalam teks negosiasi. √ √ 11 3.11 menganalisis isi, struktur dan kebahasaan teks negosiasi. x √ 12 3.12 menghubungkan permasalahan atau isu dari debat. x √ 13 3.13 menganalisis (permasalahan atau isu, sudut pandang dan argumen beberapa pihak, dan.simpulan) dari isi debat. x √ 14 3.14 menilai teks biografi dari segi hal yang dapat diteladani. x √ 15 3.15 menganalisis makna dan kebahasaan teks biografi. x √ 16 3.16 mengidentifikasi isi yang terkandung dalam.antologi puisi. √ √ 17 3.17 menganalisis puisi berdasarkan unsur pembangun. x √ 18 3.18 menganalisis yang.sudah dibaca berdasarkan isi dari minimal satu buku fiksi dan satu buku non fiksi. x √ jumlah 5 18 kelas: xi sma no kd (kompetensi dasar) aspek menyimak membaca 1 3.1 mengonstruksi informasi teks prosedur. x x 2 3.2 menganalisis struktur dan kebahasaan teks prosedur. x √ 3 3.3 mengidentifikasi informasi pada teks ekplanasi. √ √ 4 3.4 menganalisis struktur dan kebahasaan pada teks eksplanasi x √ 5 3.5 mengidentifikasi informasi yang disajikan dalam ceramah. x √ 6 3.6 menganalisis isi, struktur, dan kebahasaan ceramah. x √ 7 3.7 mengidentifikasi isi dari buku pengayaan (nonfiksi). x √ 8 3.8 mengidentifikasi kumpulan cerita pendek berdasarkan nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam buku pengayaan (nonfiksi x √ 9 3.9 menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek. x √ 10 3.10 menemukan isi dari.dua buku pengayaan (nonfiksi). x √ 11 3.11 menganalisis pesan yang dibaca dari satu buku fiksi. x √ 12 3.12 mengidentifikasi informasi penting dalam proposal kegiatan atau penelitian. x √ 13 3.13 menganalisis isi, sistematika, dan kebahasaan suatu proposal. x √ 14 3.14 mengidentifikasi informasi sebuah karya ilmiah. x √ 15 3.15 menganalisis sistematika dan kebahasaan karya iimiah. x √ vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.191 1084 16 3.16 membandingkan isi sebuah resensi dari berbagai resensi untuk menemukan sistematika. x √ 17 3.17 menganalisis dua karya yang berbeda berdasarkan kebahasaan resensi. x √ 18 3.18 mengidentifikasi alur cerita, babak demi babak, dan konflik drama. x √ 19 3.19 menganalisis isi dan kebahasaan drama. x √ 20 3.20 menganalisis dua buku fiksi yang dibaca berdasarkan pesan yang disampaikan. x √ jumlah 1 19 kelas: xii sma no kd (kompetensi dasar) aspek menyimak membaca 1 3.1 mengidentifikasi isi dan sistematika pada surat lamaran pekerjaan. x √ 2 3.2 mengidentifikasi unsur kebahasaan pada surat lamaran pekerjaan. x √ 3 3.3 mengidentiifikasi informasi dalam cerita sejarah. √ √ 4 3.4 menganalisis kebahasaan cerita atau novei sejarah. x √ 5 3.5 mengidentifikasi informasi teks editorial. x √ 6 3.6 menganalisis struktur dan kebahasaan teks editorial . x √ 7 3.7 menilai isi dua buku yang dibaca dari buku fiksi dan nonfiksi x √ 8 3.8 menapsir pandangan novel berdasarkan pengarang terhadap kehidupan. x √ 9 3.9 menganalisis isi dam kebahasaan novel. x √ 10 3.10 mengevaluasi.informasi dalam sebuah artikel. x √ 11 3.11 menganalisis kebahasaan artikel dan/atau buku ilmiah. x √ 12 3.12 membandingkan kritik sastra dan esay. x √ 13 3.13 menganalisis sistematika dan kebahasaan kritik dan esay. x √ 14 3.14 mengidentifikasi sebuah buku pengayaan non fiksi dan satu buku drama (fiksi). x √ jumlah 1 14 jumlah total kd sma (kelas x+xi+xii) 7 51 dari.tabel kd (kompetensi dasar) di atas maka dapat diperhitungkan aspek pembelajaran menyimak di tingkat smp pada kurikulum 2013 revisi berjumlah 7 kd (kompetensi dasar), sedangkan aspek pembelajaran membaca di tingkat smp pada kurikulum 2013 revisi berjumlah 51 kd (kompetensi dasar). jadi perbandingan aspek menyimak dan membaca adalah 12,1 % : 87,9 % atau 1 : 7,3 misalnya pada kelas x sma dalam pembelajaran menilai teks biografi dari segi hal yang dapat diteladani. siswa diarahkan untuk menyimak biografi dari salah satu orang yang berpengaruh di daerah sumatera barat. misalnya biografi buya hamka sebagai salah satu ulama yang berasal dari sumatera barat. siswa akan lebih antusias ketika ditayangkan biografi orang yang berasal dari daerah tempat tinggal. siswa dapat menyimak dan menyimpulkan halhal yang dapat diteladani dari tokoh biografi tersebut. pada kelas xi sma dalam pembelajaran mengidentifikasi alur cerita, babak demi babak, dan konflik drama seharusnya siswa diarahkan kepada keterampilan menyimak, yaitu menyimak sebuah drama untuk bisa diketahui alur cerita dan konflik cerita pada drama tersebut. hal ini dilakukan agar pembelajaran lebih efektif dan vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.191 1085 menarik sehingga siswa lebih mudah untuk memahami pembelajaran tersebut. selain pembelajaran biografi, pembelajaran mengonstruksi informasi teks prosedur seharusnya juga disajikan dalam bentuk video, hal ini dilakukan agar siswa bisa memahami dengan antusias apa saja langkah-langkah yang ada dalam sebuah teks prosedur. lalu guru bisa langsung bertanya jawab ketika video sudah selesai ditayangkan. pada kelas xii sma dalam pembelajaran mengidentifikasi isi dan sistematika pada surat lamaran pekerjaan agar pembelajaran ini mudah diterima siswa, guru dituntut untuk lebih kreatif. seperti menayangkan sebuah video yang berisi contoh surat lamaran pekerjaan dengan isi dan sistematika yang sudah tepat sesuai ejaan bahasa indonesia, selain itu siswa diarahkan untuk mencatat hal-hal penting dan kesalahankesalahan yang tidak diperbolehkan dalam menulis surat lamaran pekerjaan tersebut. hal ini dilakukan agar siswa lebih mudah untuk memahami pembelajaran tersebut. simpulan berdasarkan analisis kurikulum yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. aspek pembelajaran menyimak di tingkat smp pada kurikulum 2013 revisi berjumlah 40 kd (kompetensi dasar), sedangkan aspek pembelajaran membaca di tingkat smp pada kurikulum 2013 revisi berjumlah 50 kd (kompetensi dasar). jadi perbandingan aspek menyimak dan membaca adalah 44,4 % : 55,6 % atau 4 : 5 2. aspek pembelajaran menyimak di tingkat sma pada kurikulum 2013 revisi berjumlah 7 kd (kompetensi dasar), sedangkan aspek pembelajaran membaca di tingkat sma pada kurikulum 2013 revisi berjumlah 51 kd (kompetensi dasar). jadi perbandingan aspek menyimak dan membaca adalah 12,1 % : 87,9 % atau 1 : 7,3. ini merupakan salah satu penyebab pengajaran keterampilan menyimak kurang mendapat perhatian, kurang diaplikasikan oleh guru dan cendrung terpinggirkan dalam pengajaran keterampilan bahasa indonesia. saran 1. agar ini menjadi perhatian pemerintah, tim penyusun kurikulum dan guru, agar mengadakan revisi kurikulum terkait pengajaran pembelajaran bahasa indonesia, khususnya keterampilan pengajaran menyimak. mengingat pentingnya pengajaran keterampilan menyimak ini bagi siswa di smp dan sma. 2. agar perancang kurikulum memperhatikan dan mencantumkan aspek keterampilan menyimak serta sebaiknya seimbang dengan aspek keterampilan berbahasa lainnya, karena aspek keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis sama pentingnya. 3. agar guru bahasa indonesia juga mengajarkan aspek pembelajaran keterampilan menyimak serta menyeimbangkannya dengan aspek keterampilan berbahasa lainnya, serta menggunakan media pembelajaran menyimak yang dapat memotivasi siswa dalam belajar. daftar rujukan ariesty fujiastuti, yosi wulandari, i. s. (2019). pengembangan media flash berbasis komik dalam pembelajaran. jurnal teknologi pendidikan, 21(3), 201–213. damayanti, k. l. (2011). pengembangan pembelajaran media menyimak dongeng dengan program adobe flash. unnes, ii. fawzi, a. (2016). pengembangan alat penilaian pembelajaran menyimak eksposisi kelas x vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.191 1086 sma. bahasa dan seni: jurnal bahasa, sastra, seni dan pengajarannya, 44(2), 125–134. https://doi.org/10.17977/um015v44i22016p125 nurhayani, i. (2010). pengaruh penggunaan metode bercerita terhadap kemampuan menyimak siswa pada mata pelajaran bahasa indonesia. jurnal fakultas pendidikan islam dan keguruan universitas garut, 4(4), 6. sukmdinata, nana, syaodih (2005). metode penelitian pendidikan. badung: pt. remaja rosdakarya. syafrina, d., dermawan, t., & widiati, n. (2017). implementasi pembelajaran menyimak di sekolah menengah pertama. 706–713. tapriatno, t. (2011). pengembangan materi pembelajaran menyimak informasi bermuatan kearifan lokal pada siswa smp. wuryaningrum, r. (2019). pembelajaran menyimak. program studi pendidikan bahasa dan sastra indonesia fkip universitas jember. microsoft word 01-mardi.docx vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.118 543 received : 13-03-2021 revised : 01-04-2021 published : 03-05-2021 pameran seni siswa di era modern sebagai upaya menggali potensi kreasi bangsa mardi smkn 12 surabaya, indonesia mardianimator@yahoo.com abstrak: negara maju selalu mengadakan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. tidak mengherankan jika satiap saat muncul berbagai inovasi hasil karya yang beredar di tengah masyarakat. mereka mendaftarkan hak paten setiap penemuan yang di hasilkan sebelum di publis ke media massa, sehingga siapapun tidak bisa dan tidak boleh menjiplak karena sudah terlicensi. berbagai cara untuk memperkenalkan hasil penemuan yang mereka buat, mulai dari pameran konvensional sampai pameran secara virtual. negosiasi ke berbagai negara dilakukan agar produk yang dihasilkan dapat terjual ke seluruh dunia. oleh karena itu kami melakukan penelitian dari kegiatan pameran seni hasil karya siswa smkn 12 surabaya yang telah dilakukan dari tahun ke tahun untuk mendorong semangat berkreasi dan berinovasi. selain itu kegiatan pameran seni ini untuk mendorong siswa menjadi start up bisnis dari karya yang dihasilkan. lulusan smk selain untuk siap bekerja atau kuliah dapat menjadi wirausahawan dengan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka peroleh selama belajar di sekolah. melalui pameran seni siswa di era modern diharapkan melatih siswa menghadapi dunia nyata, memamerkan karya terbaiknya untuk mendapat pengakuan dari masyarakat luas, baik orang tua, guru, pemerintah dan industri. penelitian ini dilakukan dengan research and development (r&d) dari kegiatan pameran yang dilakukan siswa smkn 12 surabaya. tujuan penelitian untuk menggali potensi kreasi budaya bangsa. penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan mengumpulkan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi secara langsung pada subyek sasaran penelitian. subyek penelitian yaitu siswa kelas 12 smkn 12 surabaya, sedangkan obyek penelitian yaitu hasil karya siswa. kesimpulan bahwa pameran seni siswa di era modern dapat meningkatkan potensi kreasi budaya bangsa dan start up bisnis. kata kunci: pameran seni; era modern; kreasi bangsa vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.118 544 pendahuluan pameran merupakan kegiatan menampilkan karya kepada khalayak umum. kegiatan yang dilakukan dengan menggelar berbagai benda yang ditata rapi memakai property. berbagai model/bentuk baru ditawarkan yang berbeda dengan yang ada di pasaran. penemuan baru, kreasi baru, teknik baru, bentuk baru sebagai trend agar benda yang dipamerkan bisa dinikmati pendatang. di era globalisasi saat ini masyarakat cenderung menyukai kebudayaan asing yang dianggap baru dan dinilai lebih praktis daripada budaya lokal (nahak, 2019). produk-produk luar negeri yang dipamerkan dan dipasarkan secara bebas di indonesia berdampak pada daya beli beralih pada produk luar yang lebih murah dan lebih baik mutunya. akibatnya lambat laun generasi muda akan selalu menyukai produk luar dan menjauhi produk lokal. ironis lagi, jika makin banyak generasi yang menyukai budaya asing daripada hasil kebudayaan lokal bangsa sendiri. pameran seni siswa dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pameran konvensional dan pameran secara virtual. pameran konvensional yaitu pameran yang diselenggarakan secara nyata yang memerlukan tempat cukup luas, media publikasi langsung, dana sewa lahan yang cukup besar, mendatangkan penonton secara langsung, memajang karya secara langsung. sedangkan pameran secara virtual yaitu pameran yang ditampilkan di media maya seperti internet, website, instagram, facebook, twitter, whatsaap sehingga tidak memerlukan tempat yang luas, dana bisa diminimalisir, penoton cukup melihat melalui handphone, computer dan televisi tidak perlu mendatangkan penonton secara langsung, jangkauan penonton bisa lebih luas. saat ini promosi, unjuk kreasi dan layanan informasi beralih dari konvensional menjadi secara virtual, offline menjadi on line. sehingga strategi komunikasi yang hadir ditengahtengah masyarakat saat ini mempengaruhi cara pandang dan perilaku manusia dalam keseharian (surahman, 2016). kegiatan pameran seni dimaksudkan sebagai upaya memaparkan hasil pembelajaran siswa selama 3 tahun, menumbuhkan kecintaan generasi muda bangsa terhadap kesenian, mengembangkan kebudayaan asli indonesia. pameran seni siswa bertujuan untuk menanam kecintaan seni kepada siswa, meningkatkan kemampuan mengapresiasi suatu karya, sebagai sarana mengembangkan talenta seni, menunjukan kepada masyarakat untuk mendapat pengakuan umum, mendapatkan tanggapan, kritik, penilaian, penghargaan dan rangsangan untuk berkarya. pembelajaran produk kreatif dan kewirausahaan (pkk) di smk sebagai mata pelajaran yang mendapatkan tempat yang cukup banyak jamnya, 5 jam per minggu. materi yang diajarkan meliputi sikap dan perilaku wirausaha, menganalisa peluang usaha produk/jasa, memahami haki (hak atas kekayaan intelektual), menganalisa produk kemasan, menganalisa biaya produksi, menganalisa proses pembuatan prototipe, perencanaan produk massal, menerapkan produksi massal, metode perakitan produk massal, mengevaluasi hasil produk dengan rancangan, menentukan media promosi, menyeleksi strategi pemasaran, perkembangan usaha, dan menentukan standart laporan keuangan (hamid muhammad, 2017). bertolak dari materi pelajaran inilah smkn 12 surabaya setiap tahun selalu menginginkan pameran sebagai wahana berkreasi di bidang seni dan media pembelajaran bagi generasi muda untuk berinovasi. pemerintah mendorong kegiatan-kegiatan yang dapat menggerakkan perekonomian bangsa, baik dari usaha micro kecil dan menengah (umkm). dinas koperasi, dinas perdagangan, dinas pendidikan, dan dinas lainnya sering kali mengadakan kegiatan pameran sebagai upaya mendorong para pengusaha kecil dan menengah untuk terus mengembangkan vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.118 545 usahanya, mempromosikan barang-barangnya sehingga meningkatkan omset perdagangannya. pasar seni yang sering diadakan baik oleh pemerintah maupun kelompok-kelompok tertentu yang berupaya memasarkan dagangannya melalui pameran membutuhkan manajemen khusus agar yang dipasarkan dapat meningkatkan omset (suwotyantini, 2018). pameran seni siswa sebagai usaha menggali potensi budaya bangsa, untuk mempertahankan kearifan local dimasa pesatnya perkembangan informasi dan masuknya budaya asing (budi setyaningrum, 2018). potensi-potensi siswa yang memiliki talenta dibidang seni diperlukan wadah tersendiri untuk mendapat perhatian khusus dari sekolah, masyarakat, industri dan pemerintah. metode penelitian ini merupakan research and development tentang kegiatan pameran yang selalu dilakukan oleh siswa smkn 12 surabaya di akhir studinya. metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif diskriptif. peneliti menggali data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi yang secara langsung pada sasaran penelitian (raco, 2018). peneliti sekaligus sebagai wakil kepala sekolah bidang hubungan masyarakat (humas) dan pembimbing kegiatan pameran sekolah yang direncanakan, dilaksanakan dan dilaporkan siswa sehingga data dan informasi lebih akurat. penelitian ini bertujuan menggalakkan dan meningkatkan kegiatan pameran siswa sebagai upaya menggali potensi kreasi budaya bangsa di era modern. selain itu pameran dapat meningkatkan pembangunan kebudayaan indonesia dan membangun insan mandiri sejak dini (zuriatina, 2020). subyek penelitian yaitu siswa kelas 12 smkn 12 surabaya yang melaksanakan pameran. sedangkan obyek penelitian yaitu hasil karya animasi. instrumen dalam penelitian ini menggunakan angket quesioner yang dibuat dengan google form. instrumen lain dengan mengambil dokumentasi hasil karya yang telah dibuat. sedangkan analisa data dipaparkan dalam bentuk grafik perolehan dari pengisian angket dan grafik dari jumlah pengunjung pameran. prosedur teknik pengumpulan data dengan menggali informasi melalui observasi, wawancara, quesioner, dan dokumentasi dari karya yang dipamerkan baik secara konvensional maupun secara virtual, kemudian di rekap dan ditampilkan melalui tabel. sedang analisa data disajikan dengan menggunakan paparan hasil temuan dari kegiatan pameran. hasil smk negeri 12 surabaya merupakan sekolah seni terbesar se jawa timur bahkan se indonesia yang merupakan gabungan jurusan seni rupa, seni kriya dan seni pertunjukan. sekolah ini terdiri dari 15 kompetensi keahlian yaitu seni tari, seni karawitan, seni pedalangan, seni musik, seni teater, seni lukis, animasi, desain komunikasi visual (dkv), desain interior dan furniture, kriya kayu dan ukir, kriya logam dan perhiasan, kriya tekstil dan batik, kriya kulit dan imitasi, produksi film, serta multimedia. sebagai sekolah seni saat ini memiliki peranan yang cukup strategis dalam menghadapi dunia global, khususnya sektor industri kreatif kegiatan pameran hasil karya siswa merupakan salah satu wadah untuk menampilkan karya yang terdiri dari seni rupa, seni kriya, pertunjukan, dan multimedia di smk negeri 12 surabaya. kegiatan ini telah dilakukan setiap akhir tahun setelah siswa melakukan kegiatan pembuatan karya akhir atau “tugas akhir”. berbagai pihak sangat mendukung kegiatan ini, vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.118 546 dalam rangka menunjukkan pada masyarakat tentang kelayakan hasil karya yang telah dibuat oleh siswa, baik oleh orang tua, pemerintah propinsi, industri dan dunia usaha, serta seniman. generasi muda yang merupakan salah satu pilar penting peradaban dan pelopor terjadinya perubahan sangat berpengaruh penting bagi perkembangan seni dan teknologi untuk mempertahankan budaya yang sudah dimiliki bangsa kita tercinta ini, indonesia. di berbagai negara maju, mereka sangat intensif dengan melestarikan budayanya sendiri, memelihara dengan rapi, mengembangkan secara terus menerus dan memberikan peluang yang besar terhadap kelanjutannya. dengan kegiatan pameran ini akan memunculkan start up bisnis baru yang dapat dikembangkan oleh siswa pada kompetensi masing-masing. startup ini dapat dilakukan baik dengan online, semi online dan non online. kini saatnya pemerintah memberikan peluang pada sekolah sebagai pelestari budaya bangsa, pengembang industri kreatif, dan sekaligus memunculkan startup-startup baru yang berpotensi besar dalam pembangunan bangsa. maksud kegiatan pameran seni siswa smkn 12 surabaya yaitu 1) memaparkan hasil pembelajaran siswa selama 3 tahun kepada masyarakat luas, 2) menumbuhkan kecintaan generasi muda bangsa terhadap kesenian 3) memperkanalkan hasil karya dan keahlian siswa kepada masyarakat luas 4) mengembangkan dan melestarikan kebudayaan indonesia. tujuan kegiatan pameran seni siswa smkn 12 surabaya yaitu 1) menanamkan kecintaan di bidang seni dan multimedia, 2) meningkatkan kemampuan untuk mengapresiasi sebuah karya 3) sebagai sarana untuk menunjukkan dan mengembangkan talenta, seni pada siswa dan masyarakat dengan harapan mendapat pengakuan umum (dunia industri dan pemerintah), 4) sebagai sarana apresiasi dengan melihat pameran seni rupa dan multimedia dengan munculnya berbagai tanggapan, kritik, penilaian, penghargaan, dan rangsangan untuk berkarya. fungsi pameran seni siswa smkn 12 surabaya yaitu 1) mempromosikan hasil karya yang telah dibuat, 2) memulai belajar memasarkan karya seni dan start up bisnis. 3) mendorong wirausaha bagi siswa, 4) bersaing di era global. dasar hukum penyelenggaraan pameran yaitu 1) peraturan menteri dalam negeri nomor 52 tahun 2007 tentang pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan nilai budaya sosial budaya masyarakat, peraturan bersama menteri dalam negeri dan meteri kebudayaan dan pariwisata nomor 40/42 tahun 2009 tentang pedoman pelestarian kebudayaan. 3) peraturan direktur pendidikan vokasi nomor 18 tahun 2020 tentang petunjuk tekinis bantuan pemerintah fasilitasi sekolah menengah kejuruan yang melakukan pameran hasil karya peserta didik dan start up bisnis tahun 2020, 4) program kerja smkn 12 surabaya (humas) tentang pameran siswa. keberadaan pameran konvensional saat ini 1) pameran yang dipajang pada sebuah tempat untuk dipromosikan kepada orang lain, agar mereka memberikan apresiasi, 2)pameran membutuhkan tempat yang luas, biaya yang tidak sedikit, 3)dibutuhkan mengundang orang terdekat untuk dapat melihat/mengapresiasi, 4) persiapan yang melelahkan, pelaksanaan pameran hanya beberapa hari, dan akhir kegiatan belum bisa diprediksi hasilnya. keberadaan pameran modern (virtual) saat ini yaitu 1) pameran bisa dipajang dimana saja untuk dipromosikan kepada orang lain, agar mereka memberikan apresiasi, 2)pameran tidak membutuhkan tempat yang luas, biaya yang relatif sedikit, 3)dibutuhkan mengundang orang terdekat dan terjauh untuk dapat melihat/mengapresiasi, 4) persiapan, pelaksanaan dan akhir kegiatan dapat diprediksi relative lebih cepat. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.118 547 media yang digunakan untuk pameran seni siswa smkn 12 surabaya saat ini yaitu; 1) youtube (live dan non live), 2)instagram (live dan non live), 3) facebook, 4) whatsapp, 5)tweeter 6)linkin, 7)telegram, 8) instagram. gambar 1. pameran seni siswa dapat dilakukan secara konvensional dan virtual sejumlah 88,5% siswa menghendaki pameran dilakukan secara konvensional yang di kombinasi secara virtual. hal ini karya mereka di tata pada suatu ruang yang tidak terlalu besar, kemudian di promosikan secara virtual. sehingga apabila ada orang yang pingin melihat karya seni secara langsung tetap terkondisi keasliannya. gambar 2. pameran seni siswa dapat dilakukan secara konvensional dan virtual sedangkan media yang digunakan sebagai promosi 84,6% memilih semua media social (medsos) untuk mempercepat memperkenalkan produk karya sei yang dihasilkan. dengan model bayar ditempat (cod/ cash of delivery) saat ini juga sangat mempengaruhi daya beli masyarakat sebagai upaya meyakinkan barang produk yang di jual. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.118 548 gambar 6. pameran siswa di jatim expo di hadiri gubernur jawa timur simpulan dari hasil pembahasan diperoleh kesimpulan (1) pameran siswa dapat meningkatkan motivasi siswa untuk membuat karya yang lebih baik, (2) pameran siswa dapat mengkomunikasikan hassil karyanya ke khalayak umum, industry, sekolah dan pemerintah, (3) pameran siswa dapat menumbuhkan start up bisnis (on line dan of line), dan (4) pameran sebagai upaya potensi kreatifitas budaya bangsa. ucapan terima kasih terima kasih kepada ahlimedia yang support terhadap peneliti pemula, kepada kepala smkn 12 surabaya yang memberikan peluang seluas-luasnya terhadap kegiatan pameran, para orang tua yang selalu mendukung, pemerintah propinsi dan pemerintah kota surabaya yang selalu intensif medorong generasi muda untuk berkreasi. daftar rujukan budi setyaningrum, n. d. (2018). budaya lokal di era global. ekspresi seni, 20(2), 102. https://doi.org/10.26887/ekse.v20i2.392 hamid muhammad. (2017). keputusan direktur jendral pendidikan dasar dan menengah nomor 330/d.d5/kep/kr/2017. 142. nahak, h. m. . (2019). upaya melestarikan budaya indonesia di era globalisasi. jurnal sosiologi nusantara, 5(1), 65–76. https://doi.org/10.33369/jsn.5.1.65-76 raco, j. (2018). metode penelitian kualitatif: jenis, karakteristik dan keunggulannya. https://doi.org/10.31219/osf.io/mfzuj surahman, s. (2016). determinisme teknologi komunikasi dan globalisasi media terhadap seni budaya indonesia. rekam: jurnal fotografi, televisi, dan animasi, 12(1), 31. https://doi.org/10.24821/rekam.v12i1.1385 suwotyantini, d. (2018). jurnal ekobis dewantara vol. 1 no. 8 agustus 2018 strategi pemasaran karya seni lukis ( studi kasus pada pameran seni rupa dan pasar seni art joga) dwi suwityantini. jurnal ekobis dewantara, 1(8), 67–77. zuriatina, i. (2020). pengaruh pembangunan kebudayaan terhadap pembangunan manusia di indonesia. temali : jurnal pembangunan sosial, 3(1), 1–17. https://doi.org/10.15575/jt.v3i1.6364 microsoft word 05-septi.docx vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.108 430 received : 13-03-2021 revised : 01-04-2021 published : 15-04-2021 teknik solution focus brief counseling (sfbc) untuk mengurangi stres akademik siswa kelas x smk smti padang septilawati smk smti padang, indonesia septilawati04@gmail.com abstrak: solution focus brief counseling (sfbc) merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam layanan konseling individual. teknik sfbc memiliki pandangan bahwa sesungguhnya kebenaran dan realita itu bukan suatu hal yang absolute namun kebenaran dan realita bisa dikontruksikan atau dibangun. seyogyanya konseling individual dilaksanakan secara face to face, namun kondisi pandemi tidak memungkinkan untuk dilaksanakan. pembelajaran online memberikan dampak terhadap peserta didik kelas x yaitu stres akademik. atas dasar itulah peneliti berharap penelitian ini mampu mengurangi stres yang dialami peserta didik melalui konseling individual. efektivitas teknik sfbc dalam konseling individual dalam mengurangi stres akademik yang dialami peserta didik selama mengikuti pembelajaran daring dimasa pandemi. pelaksanaan teknik sfbc dalam konseling individual dilakukan secara virtual melalui media video call. dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas x yang mengalami kendala dalam pembelajaran online dan reveral dari wali kelas. metode yang digunakan sesuai kondisi pandemi adalah cyber counseling melalui video call. teknik ini masih memungkinkan konselor dan klien bertatap muka dan berkomunikasi secara lisan. konselor masih bisa memberi dan memperlihatkan rasa empat, perhatian yang ditampilkan oleh klien. hasil penelitian siklus 1 (satu) terlihat bahwa tingkat stres yang dialami siswa kelas x berada dalam kategori tinggi. artinya siswa dalam mengikuti pembelajaran online stres yang dirasakan tinggi. penelitian dilanjutkan pada siklus 2 (dua) dengan hasil terjadi penurunan tingkat stres dari kategori tinggi menjadi kategori cukup. dapat disimpulkan bahwa teknik sfbc yang digunakan dalam konseling individual yang pelaksanaannya melalui video call memberikan dampak yaitu penurunan tingkat stres yang dialami oleh siswa selama mengikuti pembelajaran online. kata kunci: solution focus brief counseling; konseling individual; stres akademik vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.108 431 pendahuluan pendidikan sebagai lembaga formal memiliki prosedur dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang tertuang dalam undang-undang. tujuan pendidikan dalam kurikulum 2013 diimplementasikan melalui program peminatan. dalam program peminatan ini peserta didik diharapkan mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki, menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, memiliki akhlak mulia, menjadi pribadi yang kreatif, mandiri serta bertanggung jawab. guru menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan di tanah air dan yang tak kalah penting adalah peran guru bimbingan dan konseling (bk) atau konselor. guru bk atau konselor memiliki peran mengarahkan kemana arah peminatan peserta didik dan mendalami materi yang disesuaikan dengan bakat, minat yang dimiliki. dalam melaksankan tugasnya guru bk atau konselor dituntut mampu merencanakan layanan sesuai dengan kebutuhan peserta didik, bagaimana melaksanakan dan apa yang menjadi indikator dari ketercapaian dan keberhasilan layanan. ketercapaian layanan salah satunya bergantung kepada kemampuan guru bk atau konselor dalam merencanakan layanan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. kondisi pembelajaran tahun 2020 merupakan kondisi yang berbeda dari tahun sebelumnya, dimana tahun lalu pembelajaran dilakukan secara tatap muka di sekolah, namun dengan kondisi pandemi pembelajaran dilaksanakan secara daring atau online. kondisi ini tentu layanan bk juga dilaksanakan secara online. guru bk atau konselor ditantang mampu melakukan kreativitas dan inovasi dalam memberi layanan agar terlaksana program yang telah dirancang diawal tahun. salah satu program layanan yang ada di bk adalah layanan konseling individual. konseling individual yang hakikatnya dilaksanakan secara face to face untuk tahun sekarang dilaksanakan secara online. dalam pelaksanaan konseling secara online membutuhkan teknik yang lebih sederhana namun tidak mengurangi kaidah keilmuan konseling itu sendiri. salah satu teknik yang bisa dijadikan rujukan yaitu solution focused brief counseling (sfbc). kenapa teknik ini? pemikirannya sangat situasional, teknik sfbc merupakan teknik yang relatif singkat , tidak memakan waktu banyak, dan dalam proses konselingnya lebih fokus kepada solusi dan kemampuan peserta didik. pembelajaran online memberikan dampak negatif kepada peserta didik. salah satu dampak yang cukup berpengaruh adalah stres selama mengikuti pembelajaran online. inilah yang menjadi alasan peneliti tertarik untuk mendalami lebih jauh apa yang bisa dilakukan oleh guru bk atau konselor dalam membantu peserta didik agar bisa membiasakan diri dan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi pembelajaran online ini. selain itu data survei yang dilakukan oleh smrc pada tahun 2020 menampilkan dengan populasi 2.201 orang, 92% menyatakan bahwa terdapat kendala dan masalah yang terkait dengan pembelajaran online. ini membuktikan bahwa pembelajaran online masih meninggalkan permasalahan yang harus diselesaikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. kendala yang dialami peserta didik tidak hanya berpengaruh kepada fisik namun secara psikologis juga berdampak. diantara gejala psikologis yang muncul adalah mudah marah, panik, sulit berpikir positif dan bahkan sulit harus memulai dari mana tugas yang diberikan oleh pihak sekolah. dampak fisik yang dirasakan mudah pusing, pegel-pegel dan bahkan ada yang mengalami sesak nafas. fenomena ini menggelitik peneliti untuk mencoba meminimalkan dampak yang dirasakan melalui layanan konseling individual yang akan dilaksanakan secara cyber counseling. selain itu kondisi yang dialami peserta didik juga dikuatkan oleh hasil survei vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.108 432 yang dilakukan oleh unicef tahun 2020 yang mengatakan 66% peserta didik tidak nyaman belajar di rumah, 87% ingin kembali ke sekolah, 88% bersedia menggunakan masker, dan 90% pentingnya jarak fisik jika kembali ke sekolah. berdasarkan data di atas maka peneliti beranggapan bahwa dengan pembelajaran online memberikan permasalahan bagi peserta didik sehingga mau tidak mau dan suka tidak suka mengganggu kelancaran pembelajaran. banyaknya faktor dan dampak yang dirasakan oleh peserta didik, maka dalam penelitian ini hanya difokuskan kepada dampak secara psikologis yaitu stres yang dirasakan oleh peserta didik. stres ini akan dikurangi melalui layanan konseling individual yang menggunakan teknik sfbc menggunakan cyber dalam hal ini media video call. metode rancangan penelitian penelitian adalah penelitian tindakan layanan (ptl) yang penulis buat untuk mengurangi tingkat stres yang dialami peserta didik selama pembelajaran online. penelitian ini menerapkan pendekatan solution focused brief counseling (sfbc) pada konseling individual melalui cyber. penelitian ini diawali dengan perencanaan dengan membuat janji dengan siswa melalui chat wa, dan data yang diperoleh dari wali kelas dan guru mata pelajaran., selanjutnya dilaksanakan konseling dengan prosedur; 1) establishing relationship (membangun hubungan baik), 2) identifying a solvable complaint (mengindentifikasi permasalahan yang bisa ditemukan solusi), 3) etasblishing goal (menetapkan tujuan), 4) desaining and implemeting intervention (merancang dan menetapkan intervensi). diakhir konseling dilaksanakan refleksi dengan kegiatan termination, evaluation, and follow-up (pengakhiran, evaluasi dan tindak lanjut). subjek penelitian subejek penelitian adalah peserta didik kelas x yang berjumlah 21 (dua puluh satu) orang. kriteri subjek penelitian adalah yang banyak mengalami kendala dalam pembelajaraan online, data dari wali kelas dan data dari guru mata pelajaran. prosedur pengumpulan data instrumen yang digunakan dalam penelitian ini angket. angket berisi pernyataan 15 butir yang secara konten sudah didiskusikan dengan rekan sejawat. prosedur pengumpulan data berupa angket melalui media whatshap dan konseling melalui video call. analisa data hasil angket datanya berupa kuantitatif sedangkan data konseling kualitatif. analisis data kuantitatif menggunakan rumus: 1. melihat tingkat stres yang dialami peserta didik menggunakan rumus: p = ! " x 100 keterangan : p = persentase tingkat stres klien f = skor yang dipilih klien n = skor maksimum vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.108 433 2. melihat keberhasilan konseling teknik sfbc adalah pertanyaan berskala (1 – 10). selanjutnya hasil dikonversikan kedalam skala sebagai berikut. tabel 1. kriteria tingkat stres no. interval persentase kriteria 1. 01% 15% kurang 2. 16% 30% cukup 3. 31% 45% tinggi 4. 46% 60% sangat tinggi konseling individual dinyatakan berhasil apabila klien sudah dikategori minimal cukup. implementasi dari kegiatan ini klien mengikuti pembelajaran dengan baik dan semua tuntutan pembelajaran dikerjakan dengan sebaik-baiknya. hasil penelitian kali ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, dan masing-masing siklus dilaksanakan 2 (dua) kali pertemuan. hasil penelitian secara kuantitatif dapat dilihat pada tabel berikut. tabel 2. perbandingan tingkat stres kelas x toi pada tiap siklus no sasaran layanan siklus i siklus ii %penurunan 1 klien 09 66,67 48,33 18,34 2 klien 13 41,67 26,67 15 3 klien 21 63,33 33,33 30 tabel 3. perbandingan tingkat stres kelas x-1 ki pada tiap siklus no sasaran layanan siklus i siklus ii %penurunan 1 klien 02 61,67 46,67 15 2 klien 07 63,33 46,67 16,66 3 klien 10 63,33 43,33 20 4 klien 13 61,67 48,33 13,34 5 klien 14 63,33 45,00 18,33 6 klien 17 61,67 45,00 16,67 7 klien 21 61,67 48,33 13,34 vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.108 434 tabel 4. perbandingan tingkat stres kelas x-2 ki pada tiap siklus no sasaran layanan siklus i siklus ii %penurunan 1 klien 02 58,33 50,00 08,33 2 klien 07 56,67 48,33 08,34 3 klien 17 58,33 48,33 10 4 klien 18 53,33 46,67 06,66 5 klien 20 60,00 50,00 10 6 klien 24 53,33 48,33 05 tabel 5. perbandingan tingkat stres kelas x-3 ki pada tiap siklus no sasaran layanan siklus i siklus ii %penurunan 1 klien 10 71,67 48,33 23,34 2 klien 21 53,33 48,33 05 tabel 6. perbandingan tingkat stres kelas x-4 ki pada tiap siklus no sasaran layanan siklus i siklus ii %penurunan 1 klien 09 81,67 48,33 33,34 2 klien 13 55,00 48,33 06,67 3 klien 21 60,00 50,00 10 pembahasan hasil angket siklus 1 dan 2 terlihat pada tabel terdapat penurunan tingkat stres, masingmasing kelas jumlah kliennya tidak sama namun ada kesamaan kode.untuk kelas x toi secara umum mengalami penurunan tingkat stres rata-rata 21,11%, dengan rincian klien 9 penurunannya 18,34%, klien 13 turun 15% dan klien 21 turun tingkat stresnya 30%. untuk kelas x-1 ki, terdapat 7 klien dengan rincian, klien 2 tingkat stresnya turun 15%, klien 7 tingkat stres turun 16,66%, klien 10 turun tingkat stresnya 20%, klien 13 mengalami penurunan 13,34%, klien 14 turun tingkat stresnya 18,35, klien 17 turun tingkat stresnya 16,67% dan klien 21 tingkat stresnya turun 13,34%. untuk kelas x-2 ki penurunan juga dialmi oleh 6 orang klien dengan data, klien 2 mengalami penurunan 8,33%, klien 7 mengalami penurunan 8,34%, klien 17 turun 10%, klien 18 turun 6,66% , klien 20 turun 10%dan klien 24 mengalami penurunan 5%. kelas x-3 ki klien hanya 2 (dua) orang yaitu klien 10 mengalami penurunan tingkat stres 23,345 dan klien 21 turun hanya 5%. sedangkan kelas x-4 ki ada 3 (tiga) klien yaitu klien 9 tingkat stresnya turun 33,34%, klien 13 turun tingkat stresnya 6,67% dan klien 21 turun 10%. penurunan tingkat stres masing-masing kelas menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. sesuai dengan indikator dalam instrumen atau angket dan fokus konseling diarahkan menggali lebih jauh indikator yang ada. dengan konseling terungkap bahwa dengan pembelajaran online emosi menjadi salah satu pemicu tingkat stres akademik. stres akademik merupakan academic stressor dalam proses pembelajaran misalnya tekanan untuk naik kelas lama belajar, kecemasan menghadapi ujian dan manajemen waktu (mufadal b, 2016). vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.108 435 selain itu penyebab stres akademik juga karena pola pikir yang dimiliki oleh klien. salah pola pikir memberikan self talk pada diri sendiri. pola pikir ini bisa positif bisa juga negatif. pola pikir positif diarahkan untuk mencari solusi dari permasalahan yang dialami, sedangkan pikiran negatif melahirkan berbagai alasan untuk menghindari permasalahan yang ada (abraham, 2004). pola pikir negatif disebut su’uzhan yang mengarah kepada prasangka buruk terhadap sesuatu dan berpikir tidak lagi masuk akal. pola pikir ini yang menjadi fokus dalam konseling dengan teknik sfbc. pikiran negatif yang dimiliki oleh klien dalam menyikapi pembelajaran online berdampak munculnya kendala dan kesulitan. kendala dan kesulitan yang yang dialami mengganggu proses pembelajaran itu sendiri. pemikiran negatif klien diarahkan menjadi positif dengan langkah-langkah konseling yang ada, seperti mempertanyakan perasaan klien sewaktu memiliki kesulitan dalam pembelajaran online. kemudian dengan reflection of feeling klien diajak menyatakan kembali perasaan dan dampak dari perasaan yang sudah diungkapkan. selanjutnya berpikir dengan pertanyaan tidak memikirkan permasalahan yang dialami (exeption question), kemudian mengajak klien berimajinasi tentang permasalahan seolah-olah secara ajaib masalah selesai dan diakhiri dengan scalla question penilaian terhadap diri setelah konseling. pikiran positif dengan kata lain husnuzhan yang berarti cara pikir yang menekankan pada pandangan dan emosi positif atas suatu kejadian. pikiran positif ini bisa ditujukan kepada diri sendiri maupun orang lain. pikiran positif dapat membawa ketenangan hati sehingga mampu menimbulkan keyakinan yang positif tentang diri sendiri. keyakinan diri yang positif ini yang menjadi tujuan dari konseling individual yang dilakukan kepada subjek penelitian. keyakinan diri positif dengan mengajak klien untuk mulai dari mengganti kalimat yang buruk tentang diri menjadi kalimat positif, seperti “saya tidak bisa mengerjakan pr” diganti dengan “saya akan berusaha mengerjakan pr”. konseling individual dengan teknik sfbc ini mengarahkan klien mampu berlatih mengubah pikiran negatif menjadi positif dengan cara mengubah keyakinan negatif menjadi keyakinan diri positif. simpulan berdasarkan penelitian dan pembahasan terdapat penurunan tingkat stres akademik yang dialami oleh klien, yaitu klien di kelas x toi secara mengalami penurunan tingkat stres akademik rata-rata 21,11%, kelas x-1 ki rata-rata 16,19%, kelas x-2 ki rata-rata 8,05%, kelas x-3 ki 14,17%, dan kelas x-4 ki 20%. layanan konseling individual yang dilaksanakan dengan menggunakan teknik solution focused brief counseling (sfbc) dimana pelaksanaannya relatif singkat dari segi waktu karena dalam pelaksanaan berfokus kepada solusi dan sesuai dengan kondisi waktu selama pandemi. pelaksanaan konseling individual dilaksanakan melalui virtual dengan menggunakan video call. setelah dilaksanakan konseling individual diperoleh data bahwa terdapat penurunan tingkat stres secara akademik terhadap klien. penurunan tingkat stres akademik ini terlihat dari hasil angket yang diberikan dan hasil konseling dengan menggunakan penilaian skala. daftar rujukan abraham, a. (2004). membangun kepribadian dengan berpikir positif. surabaya: diaglossia media. barseli, mufadhal. 2016. pengelolaan stres akademik siswa. padang: unp. gladding, samuel t. 2012. konseling profesi yang menyeluruh. jakarta: pt. indeks. kirana, dyah lutfiah. 2019. “cyber counseling sebagai salah satu model perkembangan vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.108 436 kraus, ron, george stricker and cedric speyer. 2011. online counseling a handbook for mental health professionals. elsevier: akademic press. konseling bagi generasi milenial”. altakziah, 8 (1): 51-63. komalasari, gantina, dkk. 2011.teori dan teknik konseling. jakarta: pt. indeks. nugroho, ahmad heri, dkk. (2018). penerapan solution focus brief counseling (sfbc) untuk meningkatkan konsep diri akademik siswa. jurnal bikotetik. volume 02 nomor 01. issn : 73-114. petrus, jerizal dan hanung sudibyo. 2017. “kajian konseptual layanan cybercounseling”. konselor, 6 (1): 6-12 prayitno, dkk 2004. dasar-dasar bimbingan dan konseling . jakarta: rineka. cipta. sumarwiyah, dkk. 2015. “solution focus brief counseling: alternatif pendekatan dalam konseling keluarga”. konseling gusjigang, 1 (2). undang-undang republik indonesia nomor 20 tahun 2003. tentang tujuan pendidikan nasional. 1990. jakarta: diperbanyak oleh pt armas duta jaya. microsoft word 04-khairil.docx vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.203 1206 received : 11-06-2021 revised : 13-07-2021 published : 20-08-2021 penerapan supervisi akademik dalam meningkatkan kemampuan guru membuat media pembelajaran ppt interaktif di sman 2 mukomuko khairul saleh sman 2 mukomuko, indonesia skhairul.19@gmail.com abstrak: kemampuan guru untuk menghasilkan materi pembelajaran yang efektif dalam bentuk presentasi powerpoint interaktif diharapkan meningkat sebagai hasil dari proyek ini. penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dengan setiap siklus terdiri dari empat langkah yaitu planning, acting, observation dan reflection. berdasarkan temuan tindakan siklus 1, disimpulkan bahwa sembilan instruktur (atau 45 persen) memiliki kemampuan yang cukup untuk membuat media pembelajaran, sedangkan sebelas guru (atau 55 persen) memiliki kemampuan yang cukup untuk membuat media pembelajaran. menghasilkan media pendidikan. pada siklus ii ditemukan adanya peningkatkan kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran. dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan supervisi akademik dapat membantu pengajar di sman 2 mukomuko dalam mengembangkan kompetensinya untuk membuat materi pembelajaran ppt interaktif. kata kunci: supervisi akademik; kemampuan guru; media pembelajaran; ppt interaktif vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.203 1207 pendahuluan peningkatan kualitas sumber daya manusia (sdm) tidak terlepas dari peranan penting pendidikan. oleh karena itu, kualitas pendidikan harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan agar kualitas sumber daya manusia juga meningkat (mulyasa, 2007). sadar akan peran vital peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah salah satunya melalui pendidikan, pemerintah dan swasta bekerja sama untuk melaksanakan tanggung jawab ini melalui berbagai kegiatan untuk menghasilkan pendidikan tinggi yang berkualitas, termasuk pengembangan dan penyempurnaan kurikulum. meskipun upaya pemerintah untuk meningkatkan fasilitas pendidikan, mengembangkan dan pengadaan bahan ajar, dan melatih guru serta tenaga kependidikan lainnya, upaya ini belum menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam peningkatan kualitas pendidikan. pasal 19 ayat (3) pp ri nomor 19 tahun 2005 menjelaskan bahwa “setiap satuan pendidikan bertanggung jawab merencanakan, melaksanakan, menilai dan mengawasi proses belajar siswa, serta menciptakan pendekatan instruksional yang efektif dan efisien”. keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan di tingkat satuan pendidikan tidak terlepas dari peranan seorang guru sebagai pihak yang bertanggung jawab langsung terhadap pelaksanaan proses kegiatan belajar dan mengajar di sekolah. pentingnya peranan seorang guru di dalam menentukan mutu hasil pendidikan tersirat dalam pasal 4 undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, yang tertulis “bahwa status profesional guru meningkatkan harkat dan martabatnya, serta perannya sebagai agen pembelajaran, semuanya berkontribusi pada peningkatan kualitas”. hal ini menunjukkan peran kritis pengajar dalam menyelenggarakan pendidikan di tingkat satuan pendidikan, mengarahkan siswa menuju pengembangan profesional dengan tujuan meningkatkan hasil pendidikan. di tingkat sma, kualitas guru harus selalu dioptimalkan agar mampu meningkatkan mutu pendidikan. banyak inisiatif telah dilakukan untuk mendidik guru untuk karir sebagai profesional. kenyataannya tidak semua guru berkinerja memuaskan dalam melaksanakan tanggung jawabnya. hal ini ditunjukkan oleh fakta bahwa (1) guru sering mengungkapkan ketidakpuasan terhadap perubahan kurikulum, (2) guru sering mengungkapkan ketidakpuasan dengan kurikulum yang padat dengan persyaratan, (3) siswa sering mengungkapkan ketidakpuasan dengan cara guru mengajar yang kurang menarik, dan (4) masih belum dapat menjamin mutu pendidikan sebagaimana mestinya” (imron, 2000). karena beban dan kompleksitas kegiatan dan peran guru, sangat penting untuk memberikan pengawasan atau saran terus-menerus kepada instruktur untuk meningkatkan kinerja mereka. kinerja guru harus ditingkatkan agar upaya mengarahkan siswa ke arah belajar dapat berkembang. kinerja seorang guru dikembangkan serta diperkuat dengan partisipasinya dalam kegiatan belajar mengajar. di sisi lain, kinerja guru, menurut pidarta (1992), dipengaruhi oleh hasil arahan dan pengawasan kepala sekolah. penerapan kurikulum 2013 menuntut pendidik untuk mengembangkan kemampuan baru agar berhasil dan efisien mengelola proses pembelajaran. produktivitas sekolah dalam hal memberikan layanan secara efisien kepada pengguna (siswa dan masyarakat) sangat bergantung pada kualitas guru yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan kapasitasnya untuk menyelesaikan tugas individu dan kelompok. alat atau perantara yang bermanfaat adalah alat yang memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dan siswa, sehingga membantu dalam proses belajar mengajar. ini vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.203 1208 sangat membantu guru dalam pengajarannya dan membuat subjek lebih mudah diterima dan dipahami oleh siswa. strategi ini menuntut guru yang mahir dalam menyeimbangkan media pembelajaran dan pendekatan pembelajaran. siswa dapat menjadi lebih terlibat dan mempertahankan materi ketika mereka menggunakan media pembelajaran. sutrisno (2011) menunjukkan bahwa penggunaan sumber daya pembelajaran berbasis powerpoint dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa. hal ini didukung oleh penegasan chen (2012) bahwa powerpoint adalah metode atau gaya belajar yang efektif hanya jika disajikan dan dirangsang dalam berbagai cara melalui penggunaan teknologi multimedia yang sesuai dalam lingkungan belajar. persoalannya, guru di sman 2 mukomuko masih menggunakan pola mengajar konvensional tanpa disertai media pembelajaran sehingga siswa tidak memperhatikan pelajaran karena bosan mendengarkan guru berbicara. hal ini dikarenakan masih banyak pendidik yang belum mampu membuat media pembelajaran yang menarik. mayoritas guru di sman 2 mukomuko memiliki pengetahuan tentang penggunaan komputer atau laptop. namun, belum dimanfaatkan dengan baik. hal tersebut didasarkan pada hasil observasi, dimana masih banyak guru yang belum memanfaatkan media teknologi untuk menunjang pembelajaran. dari permasalahan di atas, dibutuhkan suatu strategi/model/media yang inovatif dalam penyampaian materi agar lebih interaktif dan kreatif. guru yang kreatif tentunya dapat menguasai materi yang disampaikan, dengan strategi penyampaian serta keterampilan menggunakan berbagai macam media pembelajaran yang baik, salah satunya adalah penggunaan teknologi informatika. walaupun masih ada juga guru yang masih menggunakan buku pelajaran sebagai satu-satunya media pembelajaran. jika sistem pengajaran yang digunakan masih bersifat konvensional dikhawatirkan peserta didik sulit berkembang dalam mengikuti perkembangan teknologi. ada berbagai macam cara dilakukan oleh guru untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa, diantaranya adalah dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan. untuk mengikuti perkembangan zaman dan juga tuntutan tujuan pembelajaran, guru dituntut kreatif dalam meningkatkan sarana proses pembelajaran, salah satunya adalah penggunaan microsoft powerpoint dalam pembelajaran. menurut muhroghibi yang dikutip mulyawan (2013) dalam pembelajaran, media program microsoft powerpoint memiliki kelebihan di antaranya tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yang sedang disajikan. pembuatan media pembelajaran berbasis powerpoint bagi guru sman 2 mukomuko dirasa vital, karena guru sebagai ujung tombak pendidikan harus selalu waspada dan tanggap terhadap berbagai perubahan yang terjadi di sekitarnya. peran guru adalah secara konsisten untuk meningkatkan kecerdasan ilmiah dan kualitas pendidikan, memastikan bahwa informasi yang disampaikan kepada siswa adalah terkini. oleh karena itu, guru harus mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi yang semakin pesat. dalam keadaan seperti ini, peneliti berperan sebagai pembina sekolah, membantu guru untuk terus meningkatkan pembuatan media pembelajaran berupa presentasi powerpoint yang interaktif sesuai dengan tuntutan proses dan standar penilaian yang tertanam dalam standar nasional pendidikan. di dalamnya ditetapkan enam standar kompetensi kepala sekolah, salah satunya supervisi penelitian, yaitu pengembangan guru, sejalan dengan fungsi utama peneliti kepala sekolah yang tertuang dalam permendiknas no. 12 tahun 2007. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.203 1209 landasan teoritik supervisi akademik supervisi penelitian adalah sekelompok kegiatan yang dirancang untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya dalam memantau proses pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajarannya (daresh, 1989; glickman, et al; 2007). supervisi akademik terkait erat dengan penilaian guru terhadap kemampuan mereka untuk mengawasi pembelajaran siswa mereka. supervisi akademik dimaksudkan untuk mendukung instruktur dalam membangun kompetensinya, membangun kurikulum, membentuk kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (ptk) (glickman, dkk; 2007, sergiovanni, 1987). pengawasan akademik sangat penting untuk efektivitas keseluruhan program pendidikan (weingartner, 1973; alfonso et al., 1981; dan glickman, et al; 2007). hasil pemeriksaan penelitian menjadi sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme guru. supervisi akademik memerlukan pertumbuhan kepribadian siswa, kemampuan pedagogik, profesional, dan sosial. supervisi akademik bukanlah metode untuk mengevaluasi kinerja guru. apalagi jika tujuan utama penilaian adalah untuk mengetahui kualitas kehadiran guru dalam rangka akreditasi guru. ini bertentangan dengan ide supervisi akademik. supervisi penelitian adalah konsep luas yang mengacu pada serangkaian kegiatan yang dirancang untuk membantu guru mengembangkan kemampuan memantau proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajarannya. supervisi penelitian adalah tentang membantu guru meningkatkan keterampilan mereka untuk mencapai tujuan pendidikan mereka. dengan demikian, tujuan supervisi akademik bukan untuk mengevaluasi kinerja instruktur dalam mengarahkan proses pembelajaran, tetapi untuk mendukung guru dalam mengembangkan kemampuan profesionalnya. pengawasan kelompok adalah cara untuk mengembangkan program pengawasan untuk dua orang atau lebih. guru yang memiliki masalah, kebutuhan, atau kelemahan yang sama diklasifikasikan atau dikelompokkan menurut analisis kebutuhan. mereka kemudian diberikan layanan pengawasan yang secara khusus ditujukan untuk masalah atau kebutuhan mereka. menurut gwynn, ada tiga belas metode pengawasan kelompok yang berbeda, termasuk yang berikut: 1. “komite,” 2. “kerja kolaboratif dalam kelompok,” 3. “laboratorium kurikulum,” 4. “membaca terpandu,” 5. “demonstrasi pembelajaran,” 6. “wisata,” 7. “kuliah/belajar,” 8. “diskusi panel,” 9. “basis data pekerjaan,” 10. “asosiasi professional,” 11. “buletin pengawasan,” 12. “pertemuan para guru,” 13. “lokakarya atau konferensi untuk grup.” vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.203 1210 kompetensi dan profesionalisme guru menurut undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, seorang guru harus memiliki empat kompetensi: kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial. para pakar pendidikan telah menggarisbawahi perlunya seseorang yang memiliki kompetensi yang sesuai agar dapat berfungsi secara profesional. kuncinya adalah seseorang yang memiliki kompetensi lengkap akan bekerja secara profesional. seseorang yang hanya memiliki salah satu kompetensi yang dibutuhkan tidak akan dapat berfungsi secara profesional. kompetensi merupakan hasil interaksi antara kemampuan dan motivasi. tidak peduli seberapa cakapnya seseorang, dia tidak akan berfungsi secara profesional kecuali dia memiliki motivasi yang tinggi untuk melakukan pekerjaannya. di sisi lain, terlepas dari seberapa termotivasi seseorang untuk bekerja, dia tidak akan bekerja secara profesional jika dia tidak memiliki bakat yang diperlukan untuk melakukan pekerjaannya. sebuah teori yang dikemukakan oleh glickman konsisten dengan interpretasi ini (1981). menurutnya, guru dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok berdasarkan pendekatan mereka dalam mengelola proses pembelajaran. menurut pandangan ini, guru prototipe terbaik adalah guru prototipe profesional. seorang guru dapat diklasifikasikan sebagai prototipe profesional jika ia memiliki tingkat keterampilan yang tinggi (tingkat abstrak yang tinggi) dan tingkat motivasi kerja yang tinggi (tingkat komitmen yang tinggi). lebih lanjut, menurut peraturan menteri pendidikan nasional (permendiknas) nomor 16 tahun 2007 tentang kualifikasi akademik dan kompetensi guru, semua guru harus memenuhi kualifikasi akademik nasional dan standar kompetensi guru yang berlaku. kompetensi guru meliputi kemampuan pedagogik, karakteristik kepribadian, kemampuan interpersonal, dan kualitas profesional. permendiknas merinci kompetensi dasar instruktur dan kompetensi guru khusus mata pelajaran. “pembinaan guru melalui supervisi akademik kepala sekolah” supervisi akademik merupakan program yang dapat digunakan untuk melatih guru (supervisi penelitian). supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk membantu guru mengembangkan kemampuan memantau proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan penelitiannya. peraturan menteri pendidikan nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah menjelaskan bahwa salah satu keterampilan yang dibutuhkan kepala sekolah adalah keterampilan inspeksi. menurut permendiknas, seorang kepala sekolah harus mampu memantau kinerja akademik guru yang dipimpinnya. manajemen akademik membutuhkan keterampilan intelektual, interpersonal, dan teknologi (glickman, et al.). oleh karena itu, setiap kepala sekolah harus memahami dan menguasai pengertian manajemen akademik, termasuk konsep, tujuan, fungsi, prinsip, dan masalah hakikat supervisi akademik. media pembelajaran perkenalan dengan media pendidikan istilah "media" berasal dari bahasa latin medius, yang diterjemahkan sebagai "pertengahan, perantara, atau pengantar." istilah “media” dalam bahasa arab mengacu pada orang yang bertindak sebagai perantara atau penyampai pesan antara sumber dan penerima yang dituju dari suatu komunikasi (azhar arsyad, 2011:). menurut gerlach dan ely, sebagaimana dikutip oleh azhar arsyad (2011), media secara luas didefinisikan sebagai orang, sumber daya, dan peristiwa yang memfasilitasi perolehan vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.203 1211 pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa. dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan konteks pendidikan semuanya adalah media. sedangkan daryanto (2011) mendefinisikan media sebagai komponen komunikasi yang berperan sebagai saluran antara komunikator dan komunikan. selain itu, media di sini merupakan cara penyampaian pesan pembelajaran yang berkaitan langsung dengan paradigma pembelajaran, terutama melalui peran komunikator guru; dalam situasi seperti itu, guru harus menggunakan berbagai media. media merupakan salah satu strategi untuk memperlancar proses belajar mengajar. segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mengembangkan pikiran, perasaan, perhatian, keterampilan, dan kemampuan siswa. menurut heinich, sebagaimana dikutip oleh azhar arsyad (2011), media pembelajaran beroperasi sebagai saluran antara sumber dan tujuan, membawa atau memuat pesan atau informasi instruksional. sedangkan briggs dalam asnawir & usman (2002) mendefinisikan media pembelajaran sebagai media fisik untuk menyampaikan konten atau sumber pendidikan seperti buku, film, atau video. kemudian, persatuan pendidikan nasional menyatakan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi yang meliputi teknologi cetak, video, dan audio, serta perangkat keras. strauss dan frost menawarkan sembilan kriteria kritis untuk dipertimbangkan ketika memilih media pengajaran di dina indriana (2011). kesembilan faktor kritis tersebut adalah sebagai berikut: keterbatasan sumber daya kelembagaan, kesesuaian media untuk mata pelajaran yang diajarkan, karakteristik siswa atau siswa, perilaku dan tingkat keterampilan pendidik, tujuan pembelajaran mata pelajaran, hubungan pembelajaran, lokasi dan waktu pembelajaran, dan tingkat keragaman media. sementara itu, arief s. sadiman dkk. (2011) menyatakan bahwa pemilih media meliputi mereka yang: a) berniat mendemonstrasikannya dalam ceramah di media, b) akrab dengan media, seperti dosen yang terbiasa menggunakan proyektor transparansi, c) keinginan untuk memberikan gambaran yang lebih konkrit atau penjelasan, dan d) percaya bahwa media dapat melakukan lebih dari sekedar menarik perhatian. menurut azhar arsyad (2011), “media pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu mengajar, tetapi juga berpengaruh terhadap iklim, keadaan, dan lingkungan belajar yang diatur dan diciptakan oleh guru”. sementara itu, hamalik (dalam azhar arsyad, 2011) menekankan pentingnya memasukkan media pembelajaran ke dalam proses belajar mengajar karena dapat membantu siswa dalam mengembangkan minat dan keinginan baru, mendorong dan menggairahkan kegiatan belajarnya, bahkan memberikan efek psikologis pada siswa. . seiring dengan kemajuan teknologi, media pembelajaran juga mengalami kemajuan sebagai akibat dari pemanfaatan teknologi. azhar arsyad (2011) membagi media menjadi empat kategori berdasarkan teknologi ini adalah sebagai berikut. 1. “media yang dihasilkan dari teknologi percetakan.” 2. “media yang dihasilkan sebagai hasil dari teknologi audio visual.” 3. “teknologi media berbasis komputer.” 4. “media adalah hibrida dari teknologi cetak dan digital.” menurut ibrahim, sebagaimana dijelaskan oleh daryanto, klasifikasi media pendidikan (2011) media diklasifikasikan menjadi lima kategori berdasarkan ukuran dan kompleksitas instrumen dan peralatan yang digunakan, termasuk yang tidak memiliki proyeksi dua dimensi, yang tidak memiliki tiga dimensi. proyeksi, audio, proyeksi, televisi, video, dan komputer. kemp dan dayton (2011) mengkategorikan media ke dalam delapan kategori: cetak, display, vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.203 1212 transparansi overhead, rekaman audiotape, seri slide dan strip film, presentasi multi-gambar, rekaman video dan film langsung, dan komputer. microsoft office power point sebagai media pembelajaran interaktif microsoft power point adalah perangkat lunak presentasi berbasis multimedia yang ditemukan dan dikembangkan oleh perusahaan microsoft. program-program ini dibundel bersama di komputer sebagai program microsoft office. menurut russell (2012), "nama presentasi powerpoint berasal ketika microsoft merilis paket perangkat lunak powerpointnya." presenter sering menggunakan power point sebagai alat digital saat menyajikan topik kepada audiens”. dengan demikian, presentasi power point adalah presentasi yang disiapkan dengan perangkat lunak microsoft power point. powerpoint menyertakan menu yang memungkinkan pengguna untuk meningkatkan minat, interaktivitas, dan kenikmatan media pembelajaran. aplikasi microsoft ini secara khusus dibangun untuk memberikan presentasi, baik yang diselenggarakan oleh bisnis, pemerintah, pendidikan, atau individu, dan menyertakan berbagai elemen menu yang berkontribusi pada daya tarik program sebagai media komunikasi. jika digunakan dengan benar dan efisien, program ini menawarkan beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut: (1) penyajiannya menarik karena adanya permainan warna, huruf, dan animasi, serta teks animasi dan gambar atau foto animasi. (2) memiliki lebih banyak menumbuhkan rasa ingin tahu anak. banyak informasi mengenai bahan ajar yang ditawarkan, (3) pesan informasi visual mudah dipahami oleh siswa; (4) pendidik tidak perlu menjelaskan sebagian besar bahan ajar yang ditawarkan; (5) dapat direproduksi dan digunakan kembali, (6) dapat disimpan pada media optik atau magnetik seperti (cd/disket/flash disk), sehingga dapat dibawa-bawa. presentasi yang dibuat dengan powerpoint dapat disimpan dalam berbagai format, termasuk berikut ini: a) ppt (powerpoint presentation), yang merupakan format file biner yang kompatibel dengan semua versi powerpoint. (b) pps (powerpoint show), format file biner yang kompatibel dengan semua versi powerpoint (termasuk powerpoint 12), (c) pot (powerpoint template), format file biner yang kompatibel dengan semua versi powerpoint (termasuk powerpoint 12), dan (d) pptx (powerpoint presentation), format data berbasis xml yang hanya kompatibel dengan powerpoint 12. microsoft mengubah nama microsoft powerpoint dari microsoft powerpoint sendiri menjadi microsoft office powerpoint pada microsoft office system versi 2003.“versi terbaru dari powerpoint adalah 12 (microsoft office powerpoint 2007), yang ditawarkan sebagai bagian dari paket microsoft office system 2007.” sementara itu, abdul wahab rosyidi mengatakan dalam bukunya bahwa "microsoft powerpoint 2007 adalah alat aplikasi presentasi yang termasuk dalam rangkaian aplikasi microsoft office." microsoft office powerpoint sering digunakan dalam pendidikan klasik untuk presentasi, karena merupakan paket program berorientasi presentasi. presentasi microsoft office power point yang digunakan dalam pembelajaran klasik disebut sebagai presentasi personal, sesuai dengan pola penyajian yang diuraikan di atas. microsoft office powerpoint digunakan untuk menyediakan materi dalam pola presentasi ini, dan guru tetap mengontrol proses pembelajaran. dengan demikian, presentasi power point ini merupakan media yang sangat baik untuk membangkitkan dan meningkatkan semangat belajar siswa. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.203 1213 metode penelitian ini dilakukan dalam empat tahap: planning, acting, observation dan reflection. setiap tahap membutuhkan setidaknya dua siklus untuk diselesaikan. selama fase perencanaan, opsi operasional, jadwal, lokasi, dan fasilitas tambahan disediakan dalam hal ini menggunakan lembar observasi dan kuesioner. penelitian berlangsung antara bulan januari hingga februari 2019 di sman 2 mukomuko. penelitian ini difokuskan pada sman 2 mukomuko, sebuah sekolah dengan 20 guru. teknik pengumpulan data supervisor mengumpulkan data dengan mengisi lembar observasi selama prosedur penelitian tindakan untuk mendapatkan hasil penelitian yang menggunakan data kualitatif. instrumen penelitian instrumen penelitian berupa lembar observasi yang digunakan untuk melacak perkembangan kemampuan setiap guru selama proses pembelajaran (siklus 1 dan siklus 2). teknik analisis data untuk mengetahui keberhasilan proses pembinaan dalam kaitannya dengan tujuan penelitian kinerja sekolah, maka akan dilakukan analisis terhadap hasil media pembelajaran guru. selain itu, hasil observasi yang dilakukan selama pembinaan akan diilustrasikan untuk menentukan keberhasilan metode pembinaan dalam kaitannya dengan tujuan survei kinerja sekolah. jika lebih dari 50% guru tergolong sangat baik, maka pts tersebut dianggap berhasil. hasil dan pembahasan hasil penelitian 1. pra siklus dari data awal yang dikumpulkan selama kegiatan penelitian, terlihat bahwa sebagian besar guru masih berjuang untuk menciptakan media pembelajaran ppt interaktif yang menarik. tabel dan grafik berikut merangkum hasil tes kemampuan guru pra-siklus. tabel 1. nilai tahap prasiklus vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.203 1214 “gambar 1. hasil penilaian kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran pada tahap prasiklus” berdasarkan temuan penelitian, dari 20 instruktur yang mengikuti pelatihan pts, satu guru (5%) kurang mampu membuat media pembelajaran yang sesuai, sedangkan sisanya 19 guru (95%) memiliki kemampuan membuat media pembelajaran yang memadai. 2. siklus i (pertama) a. planning pada titik ini, peneliti mengantisipasi menyelesaikan tahapan berikut pada 11 januari 2019: 1) menentukan kapasitas instruktur untuk mengoperasikan dan mengembangkan materi pembelajaran power point interaktif, 2) meminta guru mengumpulkan media pembelajaran, 3) peneliti mendokumentasikan masalah yang ditemukan, dan 4) membuat rencana tindakan (dalam bentuk supervisi individu atau kelompok) berdasarkan temuan identifikasi masalah. b. acting pada tahap ini peneliti melakukan rencana tindakan supervisi individu/kelompok pada tanggal 18 januari 2019 untuk mengevaluasi media yang telah diperoleh guru sebelumnya. pertemuan kantor-konferensi individu digunakan untuk melakukan pengawasan. hal ini dilakukan khususnya bagi guru yang tidak mengumpulkan bahan ajar untuk memastikan penyebab/masalahnya. para peneliti mengantisipasi bahwa tahap ini akan berlangsung selama satu minggu dan akan dilakukan bekerja sama dengan orang lain. pada awal siklus i, indikator pencapaian hasil setiap komponen tidak sesuai/tercapai sesuai dengan rencana/keinginan peneliti. hal ini ditunjukkan dengan banyaknya permasalahan media pembelajaran buatan guru, antara lain slide yang tidak runtut, teks yang tidak kontras dengan latar belakang, sehingga sulit dibaca, dan tidak adanya transisi atau animasi. c. observation pada 25 januari 2019, diamati dua puluh guru. semuanya membuat media pendidikan, namun beberapa guru masih belum familiar dengan tools yang ada di vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.203 1215 microsoft office dan membutuhkan bimbingan. adapun komponen-komponen penilaian hasil belajar dapat diringkas sebagai berikut: 1) seorang instruktur tunggal memiliki kekuatan untuk membuat media pendidikan, yang sekarang kurang. 2) sementara sebagian besar guru memiliki keterampilan yang signifikan, kelemahannya adalah dalam penggunaan efek transisi dan animasi. d. reflection selama pelaksanaan siklus 1, kemampuan guru untuk meningkatkan media pembelajaran telah didemonstrasikan. berdasarkan temuan penelitian, dari dua puluh guru yang mengikuti pelatihan pts, sembilan guru (45 persen) memiliki keterampilan yang memadai untuk membuat media pembelajaran ppt interaktif, sebelas guru (55 persen) memiliki kemampuan yang cukup untuk membuat media pembelajaran ppt interaktif, dan tidak ada guru kurang memiliki kemampuan. tabel dan gambar berikut menggambarkan hasil kemampuan guru pada tindakan awal siklus i. “tabel 2. nilai tahap siklus i” “gambar 2. hasil penilaian kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran pada tahap siklus i” tindakan siklus 1 dilakukan berdasarkan data tersebut, dengan penekanan pada masalah yang dialami, seperti yang digambarkan oleh kasus terkait. dalam merencanakan kegiatan siklus ini, dilakukan pembelajaran kegiatan kelas pada siklus 2 dengan menggunakan hasil kegiatan refleksi siklus 1 untuk lebih meningkatkan dan memperkuat kemampuan instruktur untuk menciptakan media pembelajaran ppt interaktif yang mencapai hasil setidaknya 70%. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.203 1216 3. siklus ii (kedua) a. planning peneliti bertemu dengan rekan-rekan selama tahap perencanaan siklus kedua untuk menjadwalkan supervisi kelas dan membuat alat supervisi untuk siklus kedua. b. acting guru yang siap menerapkan perangkat manajemen pembelajaran mereka diawasi di dalam kelas oleh peneliti pada tahap ini. hal ini untuk memastikan kesesuaian rpp untuk pelaksanaan pembelajaran. c. observation pada tanggal 8 februari 2019, diamati dua puluh guru. masing-masing adalah media pendidikan yang sangat baik. d. reflection peneliti meninjau tindakan dan data yang dikumpulkan selama tahap refleksi. pelaksanaan siklus ii menunjukkan kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran berupa presentasi powerpoint interaktif lebih besar dibandingkan siklus sebelumnya. menurut temuan penelitian, 13 guru (atau 65 persen) memiliki bakat yang sangat baik, sedangkan 7 guru (atau 35 persen) memiliki kemampuan yang baik. tabel dan gambar berikut menggambarkan hasil kemampuan guru pada tindakan awal siklus i. “tabel 3. nilai tahap siklus ii” “gambar 3. hasil penilaian kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran pada tahap siklus ii” vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.203 1217 pembahasan data yang diperoleh sebelum dan selama proses penelitian tindakan menunjukkan bahwa kapasitas guru untuk merencanakan setiap komponen pembelajaran meningkat, menyiratkan bahwa temuan dari kegiatan penelitian tindakan sekolah ini menunjukkan bahwa supervisi akademik dilakukan. oleh kepala kelas dari dua puluh instruktur yang berjuang untuk membuat pembelajaran ppt lebih menarik. hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya peningkatan kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran ppt interaktif melalui latihan pts berhasil dilakukan. hal ini didasarkan pada hasil tindakan siklus i yang menunjukkan bahwa sembilan instruktur (atau 45 persen) memiliki bakat yang sangat kuat dalam menciptakan media pembelajaran, sedangkan sebelas guru (atau 55 persen) memiliki kemampuan yang sangat kuat dalam menciptakan media pembelajaran. media yang instruktif. kapasitas yang cukup untuk membuat media pendidikan. sepanjang siklus ii, kemampuan guru untuk membuat materi pembelajaran berkembang secara dramatis dari waktu ke waktu. oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penerapan kegiatan sekolah oleh kepala sekolah dapat meningkatkan kemampuan instruktur sman 2 mukomuko dalam menghasilkan media pembelajaran ppt interaktif untuk tahun ajaran 2018/2019. simpulan dari penelitian yang telah dibahas di atas, diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran ppt interaktif mengalami peningkatan dalam penerapan supervisi akademik di sman 2 mukomuko. 1. kegiatan supervisi akademik dilaksanakan dengan sangat baik untuk membantu pengembangan kompetens guru. tindakan ini harus terorganisir dan berkelanjutan. 2. saran ini perlu dipertahankan melalui supervisi akademik pelaksanaan pembelajaran untuk menilai kemampuan instruktur dalam menyampaikan dan menggunakan media pembelajaran interaktif. 3. sebagaimana diamanatkan oleh permendiknas no. 16 tahun 2007, supervisi juga harus dilakukan kepada semua guru dan harus mencakup semua aspek kompetensi/kemampuan guru. ucapan terima kasih peneliti dapat menyelesaikan jurnal ini dengan izin dan karunia tuhan yang maha esa. peneliti menyadari bahwa jurnal dan pts ini tidak akan tercapai tanpa doa, dukungan, dan semangat dari semua pihak, sehingga peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya. daftar rujukan arikunto, suharsimi. 2013. prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. jakarta: rineka cipta. arsyad, azhar. 2009. media pembelajaran. jakarta: rajawali pers. arsyad, azhar.1997. media pembeajaran. jakarta: raja grafindo persada. asnawir dan m. basyiruddin usman. 2002. media pembelajaran. jakarta: ciputat pers. denim, sudarwan. 1995. media komunikasi pendidikan. jakarta: buni aksara. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.203 1218 departemen pendidikan dan kebudayaan ri. 1982. alat penilaian kemampuan guru: buku i. jakarta: proyek pengembangan pendidikan guru. departemen pendidikan dan kebudayaan ri. 1982. panduan umum alat penilaian kemampuan guru.jakarta: proyek pengembangan pendidikan guru. departemen pendidikan dan kebudayaan ri. alat penilaian kemampuan guru: hubungan antar pribadi.buku iii. jakarta: proyek pengembangan pendidikan guru. departemen pendidikan dan kebudayaan ri. alat penilaian kemampuan guru: prosedur mengajar. buku ii. jakarta: proyek pengembangan pendidikan guru. djago, tarigan. 2007. berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa. bandung: angkasa. djunaidi, m. ghony dan fauzan almanshur. 2012. metodology penelitian kualitatif. jogjakarta: ar-ruzz media. hadi, yusuf miarso, dkk, 1984. teknologi komunikasi pendidikan. jakarta: cv.rajawali. iskandar. 2009. penelitian tindakan kelas. ciputat: cp pres. kamus besar bahasa indonesia. 2007. mulyanta & marlon leong. 2009. tutorial membangun multimedia interaktif media pembelajaran. yogyakarta: universitas atma jaya yogyakarta. mulyono. 2011. strategi pembelajaran . malang: tanpa penerbit. mustakim. 1994. membina kemampuan bahasa. jakarta: pt. utama gramedia pustaka utama. poerwadarminta. 2007. kamus umum bahasa indonesia. jakarta: balai pustaka. s. broto, a. 1980. pengajaran bahasa indonesia. jakarta: bulan bintang. sudjana, nana dan amad rivai. 1990. media pengajaran. bandung: cv. sinar baru bandung. suhardjono, a. azis hoesein, dkk (1995). pedoman penyusunan kti di bidang pendidikan dan angka kredit pengembangan profesi guru. digutentis, jakarta : diknas suhardjono. 2005. laporan penelitian eksperimen dan penelitian tindakan kelas sebagai kti, makalah pada pelatihan peningkatan mutu guru di lpmp makasar, maret 2005 suharsimi, suhardjono dan supardi. 2006. penelitian tindakan kelas. jakarta : pt bumi aksara supardi. 2005. penyusunan usulan, dan laporan penelitian penelitian tindakan kelas, makalah disampaikan pada “diklat pengembangan profesi widyaiswara”, ditektorat tenaga pendidik dan kependidikan dirjen pendidikan dasar dan menengah, departemen pendidikan nasional. microsoft word 12-lutfi.docx vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.131 675 received : 13-02-2021 revised : 15-04-2021 published : 07-05-2021 upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih tentang zakat melalui pembelajaran cooperative learning di mts al-ihsan tanah grogot lutfiati mts al-ihsan tanah grogot, indonesia klutfiati@gmail.com abstrak: penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar dari siswa pada materi pelajaran fiqih, khususnya materi zakat di kelas viii mts al-ihsan tanah grogot. ruang lingkup penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan proses pembelajaran mengunakan model pembelajaran cooperatif learning, dan peningkatan prestasi belajar. observasi pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (ptk). dengan guru bertindak sebagai peneliti sekaligus praktisi dibantu oleh teman sejawat sebagai kolaborator. penelitian ini dilakukan menggunakan dua siklus tindakan. setiap siklus yang dilakukan dua kali pertemuan. berdasarkan dari hasil observasi dan tes yang dilakukan menunjukkan penerapan dari pembelajaran yang kooperatif dapat memberikan hasil yang baik dari kualitas pembelajaran dan juga prestasi hasil belajar siswa. peningkatan itu dapat dilihat dari perkembangan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklusnya, baik secara klasikal maupun secara individual. peningkatan aktivitas belajar siswa terlihat dari komponen=kompenen indicator yang manjdi objek pengamatan. sementara peningkatan prestasi dilihat dari perolehan nilai siswa dari tes yang dilakukan. kata kunci: meningkatkan; prestasi belajar; materi zakat; cooperative learning vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.131 676 pendahuluan belajar merupakan proses perubahan perlaku yang dilakukan secara sadar dalam rangka pengembangan diri, baik pada aspek kognetif, apektif, dan psikomotorik. belajar merupakan jembatan internalisasi potensi yang ada pada setiap peserta didik dari tidak dimengerti manjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi bisa. dan itu dapat dilihat dari perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, baik secara formal atau informal. proses pembelajaran sekolah formal dilakukan di bawah bimbingan dan bimbingan gurunya, yang mana guru-guru selalu berusaha memberikan ilmu sebanyak mungkin dan murid menerima serta mengumpulkan ilmu tersebut sebanyak-banyaknya agar menjadi pegangan bekal dimasa yang akan datang. seperti dijelaskan dalam firman allah swt dalam surat al-‘alaq ayat 5: َْملَْعی َْمل اَم َناَسْنإلا َمَّلَع artinya: "dia mengajarkan kepada manusia, apa yang tidak diketahui-nya." (qs.96:5). pembelajaran merupakan proses interaktif, baik guru maupun oleh siswa. guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pebelajar. sehingga tumbuh perilaku interaktif belajar dan mengajar. materi pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai moral, seni religi, sikap dan keterampilan. hasil penelitian ahli tentang aktivitas guru-siswa yang berkaitan dengan bahan ajar adalah model pembelajaran. sejak tahun 1950-an, beberapa ahli di amerika serikat telah melakukan penelitian tentang model pembelajaran. pembuat pada penelitian metode pembelajaran amerika dari marc belth. pembelajaran tindakan dari belajar berusaha mencari metode pembelajaran. model atau metode yang ditemukan dapat diubah, diuji dan dikembangkan kembali, kemudian dapat diterapkan kegiatan yaitu pembelajaran sesuai dengan mode pembelajaran yang akan dilaksanakan. (lie, 2002). konsep di atas tentu tidak lepas dari upaya dalam meningkatkan kualitas suatu program pembelajaran yang diharapkan tumbuh pada peserta didik. guru di sekolah dapat mengembangkan berbagai aktivitas, semangat dan kreatifitas siswa dalam belajar diantaranya adalah dengan menceritakan sebuah pengalaman-pengalaman menarik bagi anak yang dapat merangsang dan menanyakan segala hal yang dapat ia tiru untuk dijadikan tauladan yang berhasil, dengan memberikan bimbingan belajar, memberikan conroh berakhlak yang baik, memberikan evaluasi, serta masih banyak hal lainnya. sebagai insan ciptaan tuhan, allah swt yang maha kuasa, manusia diwajibkan untuk selalu mengembangkan ilmunya. dakam proses belajar mengajar yang dilakukan di di mts. al-ihsan tanah grogot, guru cenderung lebih sering menggunakan metode konvensional yaitu ceramah. dalam metode ini, proses pembelajaran peran guru lebih dominan, sedangkan siswa sangat tertarik untuk mendengarkan dan memperhatikan dari penjelasan pengajar atau guru. memberikan kesempatan bagi siswa agar mengutarakan pendapatnya sangat kecil, hingga mengajar menjadi membosankan. siswa hanya menulis dan mendengarkan apa yang dikatakan guru, sehingga mereka hanya dapat mengingat dan mengingat topik. kondisi di atas merupakan hasil identifikasi yang dilakukan di kelas terteliti. identifikasi yang dilakukan dengan menguji teknik observasi dan tes terhadap siswa atau siswi terteliti menunjukkan hasil bahwa prestasi mahasiswa pada topik fiqh khususnya materi zakat masih kurang memuaskan. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.131 677 dapat dilihat dari hasil tes pretasi dan mempunyai hasil observasi yang dilakukan peneliti. hasil tes yang dilakukan untuk mengetahui bahwa rata-rata nilai pretasi siswa masih berasa di bawah kkm yang telah ditetapkan, dan tingkat ketuntasan belajar siswa masih di bawah 80%. kondisi di atas terjadi karena pembelajaran yang dipimpin guru bersifat monoton dan tidak berubah. guru tidak memberikan banyak keleluasaan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. keadaan ini memberi kesempatan kepada siswa untuk menjadi pasif dan non-kreatif. berdasarkan kondisi tersebut, peneliti bersama teman sejawat mencoba mengembangkan metode pembelajaran untuk mengatasi masalah yang ada. melalui diskusi tersebut disepakati penerapan model pembelajaran kooperatif pada kelas penelitian untuk meningkatkan hasil belajar sejarah peradaban islam. pembelajaran ini dipilih dengan asumsi dapat memberikan peluang peningkatan aktivitas dan intensitas belajar anak. penelitian yang dilakukan ini, merupakan pengembangan tindak lanjut dari penelitian sebelumnya dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. ada beberapa tindakan dari penelitian terdahulu yang dilakukan nura rahmad (2014) yang berjudul peningkatan hasil belajar aqidah akhlak dikelas viii mts negeri balikpapan dengan metode cooperative learning. hasil dari penelitian menghasilkan pembelajaran yang kooperatif agar meningkatkan hasil belajar siswa, baik proses maupun hasil. metode penelitian dilakukan di mts al-ihsan tanah grogot, desa senaken kabupaten paser kecamatan tanah grogot. subject dalam penelitian ini adalah siswa putri viii dengan jumlah 30 siswa. pemilihan kelas siswa kelas viii putri sebagai subjek penelitiann dilatarebelakangi oleh dua hal. pertama, peneliti sebagai guru mata pelajaran fiqih di kelas terteliti yang memiliki tanggung jawab untuk keberhasilan pembelajaran mata pelajaran yang diampu. kedua, sebagian besar siswa kelas viii mts al-ihsan tanah grogot, dari hasil tes awal yang dilakukan belum mengalami ketuntasan belajar sesuai kkm yang ditetapkan. desain yang digunakan pada penelitian ini adalah ptk (penelitian tindakan kelas). penelitian ini harus melibatkan guru yang membawakan mata pelajaran lain sebagai teman (observer) dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. kegiatan yang dilakukan bersama guru (teman sejawat) diantaranya (1) bersama-sama membuat perencanaan pembelajaran, (2) bersama-sama merefleksikan hasil tindakan yang dilakukan, dan (3) bersama-sama melakukan tindakan korektif pada siklus berikutnya. penelitian dilaksanakan sebanyak dua siklus. kegiatan penelitian diawali studi pendahuluan/observasi awal dan refleksi untuk menentukan tindakan apa yang tepat mengatasi permasalahan/kesulitan guru dan siswa dalam pembelajaran fiqih, khususnya materi zakat. penelitian dilakukan berdasarkan model atau metode penelitian tindakan yang digunakan dan akan mengembangkan yang dilakukan oleh kemmis dan mc taggart (1992), alur tindakan penelitian dapat dilihat pada gambar 1. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.131 678 gambar 1. proses penelitian tindakan yang diadaptasi model atau metode dari kemmis dan taggart alur penelitian tindakan di atas dipaparkan leih lanjut dalam bentuk deskripsi pelaksanaan tindakqn. deskripsi pelaksanaan tindakan dimaksudkan sebagai pedoman peneliti dalam melaksanakan tindakan pembelajaran fiqih dengan pembelajaran kooperatif. adapun deskripsi pelaksanaan pembelajaran fiqih materi zakat dengan menggunakan pembelajaran cooperative diketahui pada tabel 1 berikut. tabel 1. deskripsi pelaksanan pembelajaran fiqih dengan pembelajaran cooperatif learning no tahap deskripsi pelaksanaan tindakan 1 kegiatan awal atau pendahuluan a) guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam b) guru melakukan dialog dan interaksi serta melakukan apersepsi untuk membangkitkan skemata siswa c) guru dapat menyampaikan tujuan pelajaran & mejelaskan kegiatan dilakukan dalam pembelajaran akan dilakukan vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.131 679 2 kegiatan inti a) guru membagi siswa tiap kelompok 4 sampai 6 siswa b) peserta didik diminta untuk membaca buku teks tentang pengertian zakat dan dalilnya c) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati beberapa permasalahan terkait ketentuan zakat. d) peserta akan diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan tentang terkait hasil pengamatan mereka menjelaskan dari pengertian zakat dan macam-macam zakat baik secara tertulis maupun secara lisan e) guru memberi kesempatan kepada setiap peserta untuk menunjuk siswa lain secara acak untuk menjawab pertanyaan dari teman mereka. f) peserta didik aktif mengajukan pertanyaan kepada guru terkait tentang pengertia zakat dan dalilnya 3 kegiatan akhir atau penutup a) pengajar atau guru dengan siswa melakukan evaluasi dan refleksi b) pengajar atau guru dengan siswa membuat kesimpulan c) pengajar atau guru memberikan tugas tambahan untuk dikerjakan di rumah data-data penelitian dikumpulkan melalui teknik observasi langsung yaitu wawancara dan pengujian. teknik observasi pada penelitian ini menggunakan agar memantau lingkungan kelas dan suasana proses pembelajaran. mencermati kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa selama pembelajaran fiqih dan pembelajaran kooperatif. instrumen yang merampungkan data dengan teknik ini yaitu pedoman observasi. metode wawancara digunakan untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan implementasi “fiqih” melalui pembelajaran kooperatif. siswa dan guru yang diwawancarai. hasil wawancara menjadi inti dari refleksi yang dapat meningkatkan tindakan selanjutnya. untuk mengumpulkan data dengan teknik ini digunakan alat bantu berupa pedoman wawancara. teknik pengujian digunakan untuk menentukan tingkat prestasi siswa. instrumen yang digunakan adalah item soal. selanjutnya akan menggunakan teknik analisis yaitu "analisis data model aliran" yang dijelaskan oleh miles dan huberman (1996). analisis data yang dijelaskan ada empat tahap, yaitu (1) menganalisis data, (2) mereduksi data, (3) menyajikan data, dan (4) meringkas data. hasil penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan sesuai prosedur penelitian. dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh rekan kerja sebagai pengamat dalam mengamati aktivitas guru dan siswa. pembentukan kelompok koperasi dalam penelitian telah dilakukan dengan baik. siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang dibentuk secara heterogen, dari aspek kecepatan belajar. masing-masing kelompok diberi nama kelompok dengan nama-nama bunga dan setiap anggota kelompok diberi nomor kepala, yakni a, b, c, d, dan e. berdasarkan dari hasil observasi yang dilakukan pada kegiatan siklus 1, guru dan siswa melaksanakan kegiatan pendidikan dalam rangka pembelajaran kooperatif. observasi dan penilaian difokuskan pada tiga aspek, yakni aktivitas belajar siswa, aktivitas belajar guru, dan hasil belajar siswa. hasil observasi dan penilaian pada ketiga aspek itu bisa dilihat tabel berikut. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.131 680 tabel 2. aktivitas belajar pada siswa setiap siklus no aspek yang harus diamati nilai ratarata siklus i siklus ii 1 tingkat kerjasama dengan siswa 3 3 2 siswa termotivasi mengikuti pelajaran 3 3 3 konsentrasi siswa saat pelajaran sedang berlangsung 3 4 4 kompetensi siswa dalam menyelesaikan tugas 3 3 5 siswa dapat menjawab pertanyaan dari guru atau siswa lain 2 3 jumlah skor 14 16 perparameter 70 80 keterangan: skor tertinggi perparameter = 4, skor total maksimal = 20 kriteria penilaian : 0 39 = sangat kurang 40 55 = kurang 56 65 = cukup 66 79 = baik 80 100 = sangat baik berdasarkan hasil dari tabel 2, menunjukkan peningkatan aktivitas pendidikan siswa pada siklus i dan siklus ii. pada siklus i parameter aktivitas pendidikan siswa mencapai 70 yang menunjukkan bahwa aktivitas pendidikan siswa termasuk dalam kategori baik. meskipun demikian, kegiatan pendidikan klasikal siswa tidak mencapai angka minimal 80 yang diharapkan. sementara itu, pada sikkus ii terjadi peningkatan yang lebih signifikan. parameter aktivitas belajar siswa mencapai 80 pada kategori amat baik, dan secara klasikal aktivitas belajar siswa tersebut sudah memenuhi target minimal. hasil ini juga sejalan dengan hasil observasi terhadap aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru. berdasarkan hasil observasi aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru juga mengalami peningkatan. hasul tersebut disajikan pada tabel 3 berikut: tabel 3. aktivitas pembelajaran guru setiap siklus no aspek yang diamati nilai ratarata siklus i siklus ii 1 penerapan dengan menggunakan metode pembelajaran 4 4 2 mengadakan komunikasi dua arah 2 4 3 mengatur peserta didik selama belajar 3 3 4 menuntun peserta didik dalam proses pembelajaran 3 4 5 menjawab semua pertanyaan dari peserta didik 4 4 6 memotivasi para peserta didik 2 4 jumlah 18 23 rata-rata 3 4 vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.131 681 skor tertinggi pada setiap aspek adalah 4, yang diuraikan pada kriteria penilaian sebagai berikut: tabel 4. kriteria penilaian nilai keterangan 1 kurang 2 cukup 3 baik 4 sangat baik berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai rata-rata pengelolaan pembelajaran guru pada siklus i adalah 3 poin dengan kategori baik. hal ini menunjukkan bahwa guru cukup baik dalam mengelola pembelajaran. namun pada siklus berikutnya pengelolaan pembelajaran harus lebih ditingkatkan lagi agar lebih baik, karena mulai dari pengelolaan pembelajaran ini akan tercipta tingkat aktivitas siswa yang lebih tinggi, dan hasil belajar yang lebih baik akan dihasilkan. sementara itu, pada siklus ii tergambar rata-rata dari 6 aspek yang diamati mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai 4 atau pada karegori sangat baik. hal ini menmbuktikan adanya penerapan pembelajaran yang kooperatif, selain meningkatkan kegiatan belajar siswa juga meningatkan kegiatan belajar guru. peningkatan dari aktivitas belajar pada siswa dan guru berdampak pula pada peningkatan prestasi belajar siswa, seperti tersaji yang dapat dilihat tabel 5 berikut. tabel 5. rekapitulasi prestasi belajar siswa setiap siklus no keterangan perolehan siklus i siklus ii 1 nilai terendah 65 75 2 nilai tertinggi 85 90 3 nilai rata-rata kelas 77 82 4 jumlah peserta didik yang belum tuntas belajar 8 0 5 jumlah peserta didik yang tuntas belajar 22 30 berdasarkan hasil dari tabel 4, diketahui bahwa peserta didik atau siswa yang telah mencapai ketuntasan secara perorangan adalah sebanyak 22 orang (mendapat nilai tinggi atau sama dengan nilai 75), dan siswa yang tidak mencapai ketuntasan individual sebanyak 8 orang (tidak memenuhi nilai 75). sedangkan rata-rata prestasi belajar siswa klasikal adalah 77. hasil tindakan siklus i di atas ditindaklanjuti dengan perbaikan pada tindakan siklus ii. pada siklus ii tergambar bahwa peningkatan belajar siswa secara classical telah mencapai 100%. yang berarti dari 30 siswa kelas viii, selurunya telah mendapat nilai sama atau lebih dari kkm yang ditetapkan, yakni 75. pembahasan berdasarkan pemaparan hasil penelitian yang bersumber dari hasil observasi, wawancara, dan ter prestasi, dan hasil reflesi serta interpretasi diuraikan hasil sebagai berikut. 1) aktivitas belajar siswa meningkat dari 70 menjadi 80 pada siklus i ke siklus ii. artinya batas kegiatan belajar minimal 80 yang diharapkan siswa telah terpenuhi. 2) pengelolaan materi yang diajarkan yang dilakukan oleh guru pada siklus 2 dapat dinilai tergolong baik dan mengalami peningkatan dari siklus 1. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.131 682 3) prestasi belajar siswa pada siklus ii lebih baik dari pada siklus i. terlihat bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada siklus i 77 meningkat menjadi 82 poin pada siklus ii. artinya kelengkapan klasik telah melampaui tingkat keberhasilan 100%. dengan demikian ketuntasan klasikal hasil belajar peserta didik pada siklus ii memenuhi syarat ketuntasan. faktor yang mempengaruhi penerapan model cooperative learning yaitu jumlah siswa di kelas cukup banyak dikhawatirkan sebagian siswa ada yang kurang paham dengan pembelajaran berlangsung, dengan metode ini guru dapat mengetahui mana yang rendah kemampuan siswa dan mana yang tinggi kemampuan siswa dalam belajar, dan dengan dibentuknya beberapa kelompok siswa yang kurang memiliki kemampuan ada kemamjuan dengan bertemunya teman yang memiliki kemampuan tinggi dalam belajar. kemauan atau minat siswa juga mempengaruhi penerapan model cooperative learning, siswa merasa senang dan percaya diri dalam mengikuti pembelajaran. pengaruh yang lain didalam melaksanakan proses belajar mengajar bisa jadi oleh faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa. pada siklus i pembelajaran difokuskan pada implementasi model cooperative learning. jadi secara teknis, baik guru maupun siswa menggunakan penerapan model cooperative learning dalam pembelajaran. sebelum memulai penelitian ini, peneliti dan guru telah membahas tentang penerapan metode pembelajaran. meski begitu, masih terdapat beberapa kendala dalam penerapan metode ini dalam siklus, diantaranya kemampuan mengorganisasi siswa selama proses pembelajaran. namun guru dapat dengan cepat menyelesaikan masalah tersebut dengan membagi menjadi beberapa kelompok dan meminta pendapat dari masingmasing kelompok, sehingga membuat siswa lain lebih aktif di kelas. berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus tindakan i terlihat bahwa kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan perkuliahan individu mengalami peningkatan. kemampuan belajar klasikal pada siklus i hanya 73%. namun pada siklus ii meningkat menjadi 100% yang berarti melebihi standar integritas yang dipersyaratkan. seperti yang ditunjukkan pada tabel 6 di bawah ini. tabel 6. peningkatan prestasi belajar siswa setiap siklus no siklus nilai rata-rata 1 pra 72 2 i 77 3 ii 82 vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.131 683 data peningkatan prestasi belajar di atas, disajikan dalam bentuk diagram berikut ini. gambar 2. grafik hasil belajar setiap siklus keberhasilan dari penelitian langsung pada kelas ini tidak terlepas dari para guru yang secara berkelanjutan untul memperbaiki kemampuannya dalam menetapkan model cooperative learning. dengan metode ini mampu mengetahui peningkatan muridnya dari materi yang telah diberikan, dan pertanyaan atau pendapat yang diungkapkan para peserta didik. jika ada pernyataan yang cukup sulit dan agak baik dari murid dapat mendorong guru untuk memahami lebih mendalam dan mencari sumber-sumber lebih lanjut. hasil ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh supriijono (2010) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif bukan saja dapat memberi peluang siswa dalam beraktifitas belajar, tetapi juga menumbuhkan kepekaan antara satu dengan yang lain. simpulan melalui hasil penelitian dan pembahasan upaya peningkatan hasil belajar materi zakat melalui pembelajaran kooperatif pada siswa kelas viii mts al-ihsan tanah grogot tahun ajaran 2020/2021, peneliti dapat menarik kesimpulan tentang penerapan model pembelajaran kooperatif. hal tersebut dapat meningkatkan kemampuan belajar dan prestasi belajar siswa yang terlihat dari peningkatan aktivitas belajar dan peningkatan prestasi belajar siswa pada setiap siklusnya. dengan penerapan pembelajaran kooperatif maka peningkatan aktivitas belajar siswa juga mengalami peningkatan. pada siklus ii aktivitas belajar siswa termasuk dalam kategori baik, melebihi batas minimal aktivitas belajar siswa 80 yang berarti aktivitas belajar siswa telah mencapai indeks keberhasilan, dan peningkatan aktivitas tersebut berpengaruh positif. dampak peningkatan prestasi akademik siswa. hal ini terlihat dari ketuntasan belajar, nilai rata-rata siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu pada siklus 1 mempunyai dengan nilai 77, dan mempunyai peningkatan pada siklus 2 yaitu 82. hasil tersebut menjelaskan tujuan penetapan dari peneliti, yaitu standarisasi ketuntasan dari hasil belajar siswa, nilai clasical sudah memenuhi dengan nilai 80, dan rata-rata nilai 75 poin yang diperoleh siswa sudah terpenuhi secara individual. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 pra siklus siklus i siklus ii vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.131 684 berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, beberapa saran yang dikemukakan, yaitu: 1) kepada rekan guru, terapkan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah peradaban islam; 2) kepada siswa agar lebih rajin, rajin dan sabar dalam belajarnya belajar. melalui penerapan model pembelajaran kooperatif, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan hasil akhir pembelajaran dapat ditingkatkan; 3) peneliti selanjutnya yang berharap dapat melakukan penelitian serupa, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi peneliti. kegiatan penelitian selanjutnya. daftar rujukan al-qur’an terjemahan indonesia. arikunto suharsimi. 2002. prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, jakarta: rineka cipta. arikunto suharsimi, dkk., 2006. penelitian tindakan kelas, jakarta: bumi aksara. kemmis,s.dan r.mc.taggart.1992. the action research planner. victoria:deakin universit lie, anita.2002. cooperative learning mempraktekkan cooperative learning di ruangruang kelas. jakarta :grasindo. miles,m.b. dan michael, h.a. 1996. analisis data kualitatif. diterjemahkan oleh tjethep rohendi rohidi.1992. jakarta:ui press. muhaimin. 2004. paradigma pendidikan islam bandung: pt. remaja rosdakarya. rahmad, nur. 2004. peningkatan hasil belajar aqidah akhlak di kelas viii mts negeri balikpapan dengan metode cooperative learning dalam jurnal pendidikan inovatif. edisi 2 tahun 2014. slavin, robert e. 2005.cooperative learning teori, riset, dan praktik diterjemahkan oleh narilita yusron.bandung:penerbit nusa media. suderadjat, hari. 2004. implementasi kurikulum berbasis kompetensi (kbk) bandung: cipta cekas grafika. suprijono, agus, 2010. cooperatif learning teori dan aplikasi pakem, yogyakarta:pustaka pelajar. wolcott harry f. 1994. transforming qualitative data, sage publication, london. yusak burhanuddin, administrasi pendidikan: penerbit pustaka setia bandung 1998 microsoft word artikel 2.docx vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.137 11 received : 09-05-2021 revised : 25-12-2021 published : 30-01-2022 penerapan pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013 untuk mengembangkan keterampilan abad 21 siswa sekolah dasar agustinus tanggu daga program studi pgsd stkip weetebula sumba barat daya ntt, indonesia agus_daga@yahoo.com abstrak: keterampilan abad 21 sangat dibutuhkan oleh peserta didik dewasa ini untuk mengantisipasi perubahan global yang sangat cepat. keterampilan abad 21 sangat relevan dengan tren pembelajaran abad 21 yang diterapkan di sekolah dasar. pendekatan saintifik yang diterapkan kurikulum 2013 dapat meningkatkan keterampilan abad 21 siswa kolah dasar. masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan pendekatan saintifik untuk meningkatkan keterampilan abad 21 siswa sekolah dasar. tujuan penelitian ini adalah menjelaskan tentang kurikulum 2013 di sekolah dasar, keterampilan abad 21, dan implementasi pendekatan saintifik mengembangkan keterampilan abad 21. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatis dengan metode kepustakaan. data diperoleh dari berbagai referensi yang berkaitan dengan topik penelitian. teknik analisis data yang digunakan adalah analisis konten. penelitian ini menemukan bahwa (1) kurikulum 2013 menerapkan pendekatan saintifik dalam perencanaan, proses dan evaluasi pembelajaran; (2) keterampilan abad 21 di sekolah dasar meliputi keterampilan berpikir kritis, komunikasi, kolabrasi, dan kreativitas; (3) implementasi pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas peserta didik; (4) implementasi pendekatan saintifik dapat dipadukan dengan strategi dan model pembelajaran yang relevan seperti pembelajaran aktif dan kooperatif. kata kunci: saintifik; keterampilan abad 21; kurikulum 2013 vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.137 12 pendahuluan salah satu karakteristik kurikulum 2013 sebagaimana dinyatakan dalam permendikbud nomor 22 tahun 2016 adalah penerapan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran di sekolah dasar. implementasi pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran meliputi tiga domain yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan. domain sikap berkaitan dengan mengapa peserta didik belajar, domain keterampilan berkaitan dengan bagaimana peserta didik belajar, dan domain pengetahuan berkaitan dengan apa yang dipelajari oleh peserta didik (permatasari, 2014; lestari, 2015). sesuai dengan permendikbud nomor 81a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum kegiatan pembelajaran berbasis saintifik meliputi 5 kegiatan belajar peserta didik yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. rhosalia (2017) mengatakan bahwa dengan pendekatan saintifik peserta didik dapat melakukan kegiatan observasi, bertanya dan bernalar serta menyampaikan sikap, keterampilan, pengetahuan yanh diperolehnya dalam kegiatan pembelajaran. kurikulum 2013 telah mengadopsi dan mengembangkan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan lulusan (makhrus et al., 2018; redhana, 2019). hal ini selaras dengan sagala (dalam syukri et al., 2019) bahwa peningkatan mutu pendidikan dapay dicapai melalui orientasi akademis dan orientasi keterampilan hidup (life skills). penerapan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran perlu didisain agar peserta didik dapat membangun pengetahuan, keterampian dan sikap (nurdyansyah & fahyuni, 2016), sehingga memberikan mengalaman belajar yang luas, nyata dan bermakna bagi peserta didik. pendekatan saintifik dalam pembelajaran memfasilitasi peserta didik untuk membangun keterampilan, sikap dan pengetahuan secara aktif melalui prosedur ilmiah seperti mengamati, merumuskan masalah dan hipootesis, mengumpulkan dan menganalisis data, dan mengambil kesimpulan yang benar dan logis (nurdyansyah & fahyuni, 2016). proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat memberikan mengalaman belajar kepada peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan, keterampilan dan sikap tersebut, sehingga menjadi sesuatu yang bermakna baginya. keterampilan abad 21 membutuhkan proses pembelajaran yang memperhatikan langkah penemuan dan pengembangan konsep baik yang dirancang oleh guru maupun dilaksanakan secara mandiri oleh peserta didik. proses pembelajaran tersebut mengikuti prosedur pendekatan saintifik, sehingga proses dan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi peserta didik. oleh sebab itu, banyak penelitian menemukan bahwa pendekatan saintifik mengembangkan atau meningkatkan keterampilan abad 21. misalnya penelitian kusnadi (dalam rohaeti & koswara, 2018) menemukan bahwa peserta didik yang mendapatkan perlakuan dengan pendekatan saintifik dapat mengambangkan keterampilan berpikir kritis dibandingkan dengan peserta didik dengan perlakuan konvensionnal dalam pembelajaran. demikian juga penelitian rudyanto (2016) menunjukan bahwa peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan model discovery learning memiliki kemempuan berpikir kreatif lebih baik dibandigkan dengan peserta didik yang hanya mengikuti pembelajaran dengan model ekspositori. meskipun demikian ternyata terdapat banyak masalah yang berkaitan dengan penerapan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran di sekolah dasar. penelitian hidayati (2017) menunjukan bahwa masih banyak guru yang tidak paham tentang bagaimana melatih peserta didik berpikir tingkat tinggi. kemudian penelitian yuliati (2017) menyimpulkan bahwa vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.137 13 meskipun keterampilan berpikir kreatif peserta didik meningkat melalui penerapaan pendekatan saintifik yang dipadukan dengan model pembelajaran berbasis masalah namun peningkatan itu masih dalam kategori sedang. selanjutnya, penelitian mulyasari & sudarya (2017) menyimpulkan bhwa dalam menerapkan pendekatan saintifik siswa kelas v sd masih kebingungan dalam kegiatan menanya dan belum mampu membuat pertanyaan serta menyusun kalimat pertanyaan dengan benar. berdasarkan uraian di atas maka masalah pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan keterampilan abad 21 melalui penerapan pendekatan saintifik di sekolah dasar. maka penelitian ini bertujuan menjelaskan tentang (1) kurikulum 2013, (2) keterampilan abad 21, dan (3) implementasi pendekatan saintifik mengembangkan keterampilan abad 21 peserta didik sekolah dasar. metode jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. metode yang digunakan adalah metode kepustakaan. penelitian kualitatif menyelidiki kondisi obyek alamiah di mana peneliti menjadi instrumen utama (departemen pendidikan nasional, 2008). adapun metode kepustakaan digunakan untuk pengumpulan informasi dan data dari berbagai literatur yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian (yaniawati, 2020). studi kepustakaan dilakukan dengan membaca hasil-hasil studi terbaru yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya (raihan, 2017). prosedur penelitian yang ditempuh adalah memilih topik, mencari data atau informasi, meperjelas fokus penelitian, menganalisis informasi atau data, penyajian data, penyusunan artikal (putra & setiawati, 2020) dengan tujuan menelaah berbagai data dan informasi yang sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian (sari & asmendri, 2020). teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kontens untuk memperolah data yang valid sesuai dengan koneks penelitian. dalam analisis konten tersebut, data atau informasi yang diperoleh dipilih, dibandingkan, digabungkan untuk memperoleh deskripsi yang relevan dengan penelitian (mirzaqon & purwoko, 2018). hasil kurikulum 2013 di sekolah dasar kurikulum 2013 diberlakukan di sekolah dasar untuk menggantikan kurikulum 2006 atau ktsp. keduanya berbasis kommpetensi dalam tiga ranah yaitu kopetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan untuk membentuk dimensi afeksi, psikomotor, dan kognitif peserta didik melalui berbagai tema dan mata pelajaran dalam proses pembeajaran. (sinambela, 2013). menurut rusman (2019) pengembangan kurikulum 2013 dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik memiliki kompetensi sebagai warga negara, beriman, produktif, kreatif dan inovatif untuk berpartisipasi dalam kehodupan bermasyarakat baik dalam secara nasional maupun internasional. oleh karena itu, karakteristik kurikulum 2013 dalam mengembangkan keterampilan abad 21 melalui proses pembelajaran meliputi penerapan pendekatan saintifik, pembelajaran tematik terpadu, keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan penilaian otentik. keterampilan berpikir kritis dalam konteks ranah anderson dan karthwohl mencakup level analisis, evaluasi dan mengkreasi (fajriyah & agustini, 2018). menurut brookhart (dalam kurniati et al., 2016) keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi kemampuan logika dan penalaran, analisis, evaluasi, dan kreasi, pemecahan, dan pengambilan keputusan. vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.137 14 adapun menurut chatib (dalam fitriani et al., 2019) keterampilan berpikir tingkat tinggi dibutuhkan untuk membantu peserta didik dalam memecahkan masalah, melaksanakan tugastugas individu, serta memperoleh hasil yang berkualitas dalam proses pembelajaran. selaras dengan pendapat tersebut dimensi keterampilan dalam permendikbud nomor 20 tahun 2016 meliputi keterampilan berpikir kritis dan kreatif, kolaborasi, komunikasi, mendiri sesuai dengan perkembangan peserta didik. pembelajaran terpadu yang didisein berbasis tema tersebut bertujuan mengembangkan pemahaman peserta didik lebih terlibat dalam pembelajaran (narti et al., 2016). pembelajaran tematik terpadu menggabungkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalamman bermakna kepadapeserta didik (suriansyah et al., 2014) dimana keterpaduan dalam pembelajaran tematik terpadu tampak dari aspek waktu, materi, dan kegiatan pembelajaran khsusnya langkah-langkah pembelajaran (ananda & abdilah, 2018). menurut helmiati (2012) tema mengandung gagasan pokok yang dijadikan pokok pembahasan. tema mengandung pula kemungkinan konsep-konsep terbaik dari berbagai disiplin dan terpilih menjadi sentral proses pembelajaran yang dibahas oleh peserta didik. dalam pembelajaran tematik terpadu, peserta didik dapat mempelajari mata pelajaran secara integrase dan menemukan hubungannya secara sederhana. oleh karena itu, pembelajaran tematik terpadu dinilai efektif membantu peserta didik mengeksplorasi dan mengembangkan konsep yang saling terkait sehingga memberikkan pengalaman mendalam dan bermakna bagi peserta didik (anggraini et al., 2020). dalam pembelajaran berbasis tematik terpadu peserta didik dimungkinkan megeksplorasi dan menemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara holistik, otentik, dan bermakna (sari et al., 2018). peserta didik sekolah dasar melihat semu mata pelajaran secara utuh dan memahami hubungan antar konsep secara sederhana. pembelajaran tematik terpadu dipandang efektif dalam membantu peserta didik melihat dan mengembangkan konsep yang saling terkait. pembelajaran ini terintegrasi dengan menggunakan tema untuk menghubungkan beberapa materi, sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik (anggraini et al., 2020). adapun majid (sari et al., 2018) mengatakan bahwa suatu pembelajaran tematik terpadu memungkinkan siswa baik secara individu ataupun kelompok untuk menggali dan menemukan konsep holistik, otentik, dan bermakna. pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013 sebenarnya bukan suatu yang sama sekali baru. meskipun demikian pendekatan saintifik sangat diprioritasan dalam implementasi kurikulum 2013. guru wajib menerapkan pendekatan saintifik baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan proses pembelajaran. bahkan, guru yang tidak melaksanakan pendekatan saintifik dianggap tidak melaksanakan kurikulum 2013 (susilana & ihsan, 2014). menurut nurdyansyah & fahyuni (2016) pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran memiliki karakteristik, yaitu (1) student centered, (2) keterampillan proses untuk membangun pengetahuan pengetahuan, sikap, keterampilan, (3) adanya proses kognitif untuk menstimulasi perkembangan kognitif untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan (4) penekanan pada mengembangkan karekter peserta didik. selanjutnya, proses pembeajaran yang menerapkan prndekatan saintifik melalui tahap-tahap mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta (wina et al., 2017). meskipun demikian tahapan pendekatan saintifik ini bukanlah langkah-langkah atau siklus pembelajaran melainkan pengelaman belajar peserta didik. oleh karena itu, proses pembelajaran saintifik melangkapi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi dalam kurikulum 2006 dengan vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.137 15 tahapan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan (deswita et al., 2018). penilaian otentik diterapkan dalam implementasi kurikulum 2013 dalam mengevaluasi hasil belajar peserta didik. penilaian dipandang sebagai kegiatan menghimpun data untuk menggambarkan perkembangan peserta didik sesudah melaksanakan proses pembelajaran di kelas (ani, 2013; tosuncuoglu, 2018). selanjutnya, stiggins (dalam widodo et al., 2011), kemudian dikutip juga (kunandar, 2013) mengatakan bahwa penilaian otentik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukan kemampuan dan keterampilan yang telah dikuasainya untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran maupundalam kehiduppan sehari-hari. penilaian tersebut menggunakan instrument penilaian yang relevan dengan kompetensi yang hendak dicapai baik dalam kompetensi inti meupun dalam kompetensi dasar. penilaian yang demikian sesuai dengan ciri-ciri penilaian otentik menurut brown (dalam refnaldi & zaim, 2018), antara lain peserta didik diharuskan untuk menghasilkan sesuatu, pembelajaran disimulasikan seperti dalam dunia nyata, berbasis proyek atau penugasan, menekankan pemikiran tingkat tinggi dan problem solving, dan memberikan informasi tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik. penilaian autentik dilaksanakan melalui penilaian proses maupun hasil belajar dalam domain sikap, keterampilan dan pengetahuan (umami, 2018) sebagaimana diatur dalam permendikbud nomor 23 tahun 2016 yang menyatakan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik mencakup dimensi sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik. keterampilan abad 21 istilah keterampilan abad 21 mengacu pada serangkaian pengetahuan, keterampilan, kebiasaan kerja, dan karakter yang diyakini sangat penting untuk sukses di dunia dewasa ini. keterampilan abad 21 mengacu pada keterampilan yang diperlukan untuk memungkinkan peserta didik menghadapi tantangan dunia abad 21 yang aktif secara global, bertransformasi secara digital, bergerak maju secara kolaboratif, berkembang secara kreatif, serta mencari sumber daya manusia yang kompeten dan cepat. dalam mengadopsi perubahan (singh et al., 2020). keterampilan abad 21 menurut trilling dan fadel (dalam mayasari et al., 2016) mencakup keterampilan hidup dan karir, keterampilan belajar dan inovasi, serta keterampilan media informasi dan teknologi. menurut greenstein (dalam ramdani et al., 2019) peserta didik perlu memiliki dan menguasai keterampilan berpikir kritis, problem solving, berpikir kreatif, metakognisi, komunikasi, berkolaborasi, literasi serta kemampuan menjalani kehidupan dan karir untuk menghadapi kemajuan dalam abad 21. dalam konteks tersebut change leadership group dan dikutip oleh wagner (dalam zubaidah, 2016) mengemukakan beberapa keterampilan atau kompetensi yang dibutuhkan peserta didik untuk menjalani kehidupannya yaitu critical thinking and problem solving, collaboration and leadership, agility and adaptability, initiative and entrepreneurial spirit, communicating effectively, accessing and analyzing information, and curiosity and advice. demikian juga partnership of 21st century skills (dalam anagün, 2018; maulidah, 2019) mengemukakan 3 keterampilan yang perlu dikuasai oleh peserta didik dalam menghadapi abad 21 yaitu keterampilan belajar dan inovasi, keterampilan hidup dan karier, dan keterampilan informasi, media, teknologi. menurut pratiwi et al (2019) pembelajaran abad 21 di sekolah dasar mengajarkan 4 keterampilan utama yaitu communication, collaboration, critical thinking, dan creativity agar menghasilkan lulusan yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.137 16 penerapan pendekatan saintifik dan keterampilan abad 21 secara historis, derek hudson (dalam rhosalia, 2017) mengatakan bahwa pendekatan saintifik diperkenalkan pertama kali di amerika dengan penekanan pada metode laboratorium formalistik terhadap fakta-fakta ilmiah. pendekatan saintifik sebagai metode ilmiah dalam proses pembelajaran melibatkan keterampilan berproses melalui tahapan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk memperoleh keterampilan, sikap dan pengetahuan (mulyasari & sudarya, 2017). pendekatan saintifik menekankan pendekatan yang berpusat pada peserta didik untuk menghadirkan partisipasi aktif dan keterlibatan dalam proses pembelajaran yang difasilitasi oleh guru (rostika & prihantini, 2019). oleh karena itu, dalam pendekatan saintifik guru merancang dan melaksanakan proses pembelajaran agar peserta didik aktif membentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui tahapan-tahapan ilmiah (faizah, 2015; nuraida, 2019) dalam rangka mengembangkan keterampilan abad 21. pendekatan saintifik mengembangkan keterampilan berpikir kritis pendekatan saintifik perlu diterapkan di dalam kegiatan pembelajaran karena dapat mengembangkan berbagai keterampilan seperti keterampilan kolaborasi. robert. h ennis (dalam handriani et al., 2017) mendefinisikan berpikir kritis ebagai pemikiran reflektif secara logis yang berfokus pada memutuskan apa yang diyakini atau dilakukan. alfred de vito (dalam pratiwi, 2014) mengatakan bahwa pendekatan saintifik membangun kemampuan berpikir sains, mengembangkan rasa ingin tahu dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis sebagai salah satu keterampilan berpikir kritis. selanjutnya, jenicek (dalam zubaidah, 2010) mengemukakan bahwa berpikir kritis mendisiplinkan dan mengaktifkan kemampuan intelektual untuk membangun pengetahuan, mensintesa dan menerapkan serta mengevaluasinya melalui proses observasi, refleksi, menalar dan komunikasi dalam proses pembelajaran. menurut cottrel (2005), berpikir kritis melibatkan (1) identifikasi pemikiran, argument dan kesimpulan orang lain, (2) memverifikasi berbagai bukti ilmiah dari perpektif berbeda, (3) menganalisis gagasan atau argumentasi dan bukti-bukti ilmiay yang bertentangan secara benar, (4) mampu melihat hal-hal yang tersirat dibalik permukaan yang membentuk dugaandugaan yang kurang tepat, (5) menganalisis berbagai metode dan teknik untuk membentuk konsep dan pengetahuan yang lebih menarik, (6) menggali dan menganalisis berbagai masalah secara teratur dan terstruktur berdasarkan logika ilmiah yang mendalam, (7) menarik kesimpulan tentang kebenaran argumentasi berdasarkan bukti yang valid dan reliabel, (8) menyajikan pengetahuan dan argumentasi secara terstruktur dan logis untuk memberikan keyakinan kepada orang lain. fisher (dalam lusiana et al., 2020) mengatakan bahwa berpikir kritis merupakan pola berpikir rasional, reflektif, dan integratif untuk menguraikan yang diperoleh dan dilaksanakan. indikator berpikir kritis meliputi keterampilan dalam menginterpretasikan, kemampuan memberi penjelasan secara eksplanatoris, mampu melakukan evaluasi dan mengatur diri sendiri (wakhidah, 2018). bahkan machin (dalam liana, 2020) mengatakan bahwa melalui langkah-langkah atau prosedur ilmiah dalam pendekatan saintifik maka peserta didik dapat mengembangkan keteramplan berpikir kritis di dalam kegiatan pembelajaran. vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.137 17 pendekatan saintifik mengembangkan keterampilan kreatif konsep kreativitas memiliki makna yang beranekaragam dari para ahli. menurut willingham (dalam hasan et al., 2019), berpikir kreatif merupakan kemampuan berpikir yang mampu menghasilkan imajinasi, ide baru, hipotesis alternatif, dan kemampuan evaluasi. torrance (dalam anwar et al., 2012) menjelaskan keterampilan kreatif sebagai kemampuan untuk mengerti permasalahan yang dihadapi, membuat asumsi-asumsi, menciptakan gagasan orisinal dan unik, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara tepat. berpikir kreatif mengandung aspek kefasihan, keluwesan, keaslian, dan keterincian dan elaborasi pada peserta didik yang dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran. sedangkan menurut ikasen et.al (dalam rudyanto, 2016) kemampuan berpikir kreatif merupakan proses kontruksi ide yang menekankan pada aspek kelancaran, keluwesan, keaslian, dan keterincian. menurut redhana (2019) dalam proses pembelajaran, keterapilan berpikir kreatif bagi peserta didik mencakup (1) penggunaan berbagai teknik dan metode untuk menghasilkan ide atau gagasan secara luas dan mendalam, (2) menciptakan ide, gagasan, produk yang orisinal dan baru, (3) memperbaiki, memaksimalkan dan mengambangkan berbagau usaha yang bercorak kreatif beik sendiri maupun bekerja sama dengan orang lain. penerapan pendekatan saintifik dapat mengembangkan kreativitas peserta didik didukung oleh adanya karakteristik peserta siswa sekolah dasar yang berada pada usia 6-12 tahun. karateristik peserta didik sekolah dasar menunjang proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan kreativitas. hal ini sejalan dengan santrock (dalam kau, 2017) bahwa peserta didi sekolah dasar sudah dapat berpikir logis, memahami pembicaraan dengan orang lain, membentuk argumentasi untuk menyelesaikan masalah, melakukan klasifikasi dan menghubungkan obyek atau peristiwa secara berurutan. selanjutnya, pengenalan berpikir ilmiah padapeserta didik akan mendorong berkembangnya kemampuan kreativitas. berbagai mata pelajaran yang terppadu dalam tema-tema berkontribusi positif terhadap pengembangan kreativitas. hal ini sejalan dengan rudyanto (mahmudi, 2010) bahwa aktivitas pembelajaran bersifat investigatif dan divergen akan memfasilitasi peserta didik untuk menyelesaikan masalah secara kreatif. kemampuan berpikir divergen menurut haryanto (2006) memiliki karakteristik (1) lateral, artinya memandang suatu persoalan dari beberapa sisi, (2) divergen menyebar ke berbagai arah untuk menemukan banyak jawaban, (3) holistik sistemik, bersifat menyeluruh global, (4) intuitif-imajinatif, (5) independen, dan (6) tidak teramalkan (unpredictable). pendekatan saintifik mengembangkan keterampilan komunikasi keterampilan komunikasi perlu dipahami, dimiliki, dan dikuasai oleh peserta didik dalam menghadapi pembelajaran era abad 21, khususnya untuk menggali dan mengeksplorasi pengetahuan, menyampaikan pengetahuan kepada orang lain baik secara lisan maupun secara tertulis. dengan keterampilan komunikasi maka proses pembelajaran akan menjadi lebih interaktif, efektif baik antara peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru sebagai fasilitator pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran (marfuah (2017). komunikasi efektif dalam proses pembelajaran dapat dibangun dengan menyampaikan ige atau gagasan secara lisan, tertulis dan nonverbal, mendengarkan aktif dan efektif untuk membentuk makna, berkounikasi dengan suatu tujuan yang jelas dan dipahami, memanfaatkan berbagai media dan teknologi komunikasi, membangun komunikasi mengena dalam berbagai lingkungan yang beragam (redhana, 2019). dalam konteks pembelajaran matematika di sekolah dasar, komunikasi merupakan kemampuan untuk mengungkapkan idevol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.137 18 ide matematis baik secara lisan maupun tulisan (pratiwi & apriani, 2019). selanjutnya, pugalee (dalam kanedi, 2014) mengatakan bahwa keterampilan berkomunikasi sangat dibutuhkan peserta didik dalam proses pembelajaran agar proses pembelajaran lebih aktif dan interaktif dengan proses mengemukakan, mengeksplanasikan, mendeskripsikan sehingga peserta didik semakin mendalam pengetahuan tentang matematika. pendekatan saintifik dapat mengembangkan keterampilan komunikasi peserta didik menurut bistari (2012) karena dalam implementasi pendekatan saintifik tersebut kemampuan komunikasi memegang peranan penting dalam aktivitas pembelajaran khususnya dalam memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi peserta didik. kemampuan komunikasi tersebut dibutuhkan untuk mengomunikasikan berbagai gagasan dalam memecahkan masalah pembelajaran dan memaknai hasil pemecahan masalah yang dicapai oleh peserta didik. kemudian menurut penelitian rahardjo (2019), salah satu tahapan dalam pendekatan saintifik adaah komunikasi dimana peserta didik menyampaikan dan menerima ide atau gagasan dalam proses pembelajaran serta menyampaikan dan menerima hasil-hasil atau pencapaian dalam pembelajaran tersebut. peserta didik harus memaparkan gagasan dan temuannya dengan kemampuan komunikasi lisan atau tertulis. hal ini akan semakin mengambangkan kemampuan komunikasi peserta didik. pendekatan saintifik mengembangkan keterampilan kolaborasi pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran diyakini dapat mengembangkan keterampilan kolaborasi peserta didik baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar. national education asociation (dalam junedi et al., 2020) mengemukakan bahwa keterampilan kolaborasi dipandang sebagai kemampuan bekerja efektif dan efisien dalam kelompok, luwes dan kompromi dalam mencapai tujuan kelompok, berbagi tugas dan tanggungjawab, serta respek terhadap kontribusi anggota kelompok. sedangkan roberts (dalam septikasari & frasandy, 2018) menyatakan bahwa keterampilan kolaborasi mengandung implisit bekerja dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama dengan menghargai sumbangsih setiap setiap orang. pembelajaran kolaboratif menggunakan dan memfasilitasi interaksi sosial sebagai sarana membentuk keterampilan, sikap dan pengetahuan peserta didik dalam proses pembelajaran. selanjutnya menurut redhana (2019), keterampilan kolaborasi memungkinkan peserta didik dapar bekerja secara efektif dalam tim, peserta didik dapat lebih fleksibel dan kompromi dalam mencapai tujuan bersama, peserta didik menjadi lebih bertanggungjawab terhadap permasalahan yang dihadapi atau pokok pembahasan, serta lebih menerima dan menghargai kontribusi teman-temannya dalam kelompok. dengan demikian, keterampilan kolaorasi sangat pentig dalam proses pembelajaran pesrta didik untuk mencapai tujuan dan hasil pembelajaran secara efektif (fitriani et al., 2019). kemampuan berkerjasama terutama dalam kelompok dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. pendekatan saintifik dapat mengembangkan keterampilan komunikasi karena pendekatan saintifik menekankan dan mengeksplorasi kerjasama antara peserta didik dan peserta didik dengan guru. melalui pendekatan saintifik baik peserta didik maupun guru dimungkinkan dan difasilisi untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah pembelajaran (fadhilaturrahmi, 2017) bahkan memfasilitasi peserta didik dalam membahas materi pembelajaran atau memecahkan yang dibahas dengan berbagai sumber belajar tanpa bergantung pada informasi dari guru (majid, 2014) melalui proses mengobservasi, menanya, vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.137 19 menerapkan, menyimpulkan, dan mengkreasi (daryanto, 2014) yang dapat dilakukan baik dalam kelompok kecil maupun kelompok yang lebih besar. pembahasan pengembangan keterampilan berpikir kritis penerapan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis peserta didik. sebagai keterampilan reflektis dalam memecahkan masaah dan mengambil keputusan, berpikir kritis diimplementasikan dengan kegiatan analisisdan evaluasi argument untuk menentukan kesimpulan logis, tepat dan relevan (stobaugh, 2013). hal ini sesuai dengan hasil penelitian azizah et al (2018) bahwa keterampilan berpikir kritis memiliki indikator yaitu merumuskan masalah, menentukan keputusan dan strategi pemecahan, dan menilai keputusan atau pemecahan yang telah ditentukan. demikian juga penelitian septiasari et al (2020) yang menemukan adanya perbedaan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar ipa peserta didik kelas v dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran resiprokal dibandingkan dengan peserta didik yang belajar dengan pendekatan saintifik. selanjutnya, agustin et al (2016) dalam penelitiannya menemukan bahwa keterampilan berpikir kritis peserta didik sekolah dasar pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi lebih meningkat. kemampuan siswa sekolah dasar dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis melalui pendekatan saintifik tersebut sejalan dengan pendapat santrock (2001) yang menyatakan bahwa berpikir kritis mengandung pemikiran yang reflektif, produktif, dan evaluatif baik dalam memecahkan masalah pembelajaran maupun masalah dalam kehidupan sehari-hari. menurut trilling dan fadel (dalam haryanti, 2017) kompetensi berpikir kritis yang harus diajarkan kepada peserta didik adalah kemampuan bernalar secara efektif, kemampuan menggunakan sistem berpikir, kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan, serta kemampuan memecahkan masalah. pengembangan keterampilan berpikir kreatif kreativitas memiliki peranan penting bagi keberhasilan peserta didik baik untuk melanjutkan ke jenjang berikut maupun untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan. kreativitas berkaitan dengan gagasan atau sesuatu yang unik atau baru. kreativitas dibutuhkan untuk membuka cara-cara baru yang berkontribusi terhadap peningkatan mutu pembelajaran (ramdani & artayasa, 2020). kreativitas merupakan keterampilan dan kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru, unik, bermakna dan bermanfaat berdasarkan sesuatu yang sudah ada sebelumnya (priyanto, 2014). keterampilan berpikir kreatif siswa dapat dikembangkan karena guru memfasilitasi dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kreativitasnya (tumurun et al., 2016). artinya, peranan guru sangat penting dalam memfasilitasi pengembangan keterampilan kreativitas peserta didik. efektivitas pendekatan saintifik mengembangkan kreativitas peserta didik sekolah dasar sejalan dengan beberapa penelitian berikut ini. penelitian eksperiman di terhadap siswa sekolah dasar ishak et al (2017) menunjukan bahwa peserta didik di kelas eksperiman mengalami peningkatan keterampilan kreativitas melalui implementasi pendekatan saintifik yang dipadukan dengan model pembelajaran penemuan dibandingkan dengan peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran hanya dengan model pembelajaran stad di kelas kontrol. selanjutnya, penelitian rudyanto (2016) dalam pembelajaran matematika vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.137 20 menggunakan pendekatan saintifik yang dipadukan dengan model discovery learning menunjukan bahwa rata-rata skor ketuntasan peserta didik secara individual dan klasikal lebih tinggi dalam berpikir kreatif dan penguatan karakter lebih tinggi dibandingkan dengan ratarata skor ketuntasan peserta didik secara individual dan klasikal peserta didik yang mendapatkan model pembelajaran ekspositori. kemampuan peserta didik sekolah dasar mengembangkan kemampuan berpikir kreatif sejalan dengan karakteristik siswa sekolah dasar, khususnya kelas v yang usianya berkisar 11—12 tahun. pada fase ini, peserta didik memiliki perkembangan berpikir pada tahap operasional konkrit, di mana dalam pembelajaran peserta didik berinteraksi dengan obyek yang dipelajari, mampu mengambil makna dari materi pembelajaran, menemukan perspektif lain dalam proses belajar. karakteristik berpikir demikian menjadi modal dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif (fauziah, 2011). pengembangan keterampilan berpikir kreatif tersebut sejalan dengan pendapat santrock (dalam muqodas, 2015) yang mengatakan bahwa terdapat ada enam faktor yang dapat mempengaruhi kreatifitas peserta didik yaitu jenis kelamin, status sosioekonomi, urutan kelahiran, lingkungan kota vs lingkungan pedesaan, inteligensi pada setiap umur, dan keluarga. demikian juga yeni rachmawati dan euis kurniati (dalam septikasari & frasandy, 2018) menyatakan bahwa berkembangnya kreativitas peserta didik sekolah dasar didukung oleh faktor guru yang (1) memberikan rangsangan mental yang baik rangsangan diberikan pada aspek kognitif maupun kepribadiannya serta suasana psikologis anak, (2) menciptakan lingkungan kondusif belajar yang kondusif untuk memperlancar mengakses sumber belajar yang untuk mengembangkan kreativitasnya, (3) menunjukan kreativitasnya sehingga menjadi mpdel atau contoh bagi peserta didik dalam mengembangkan kereativitas. pengembangan keterampilan komunikasi keterampilan komunikasi memiliki empat indikator pencapaian dalam proses pembelajaran, yaitu mampu mengeluarkan ide dan pemikiran dengan efektif, mampu mendengarkan dengan efektif, mampu menyampaikan informasi dengan baik, dan menggunakan bahasa yang baik dan efektif (budiono & abdurrohim, 2020). menurut devito (dalam dharmayanti, 2013), terdapat lima kriteria untuk meningkatkan keterampilan komunikasi dalam proses pembelajaran yaitu openness (keterbukaan), empathy (empati), supportiveness (dukungan), positiveness (sikap positif), dan equality (kesetaraan). pengembangan keterampilan komunikasi peserta didik di sekolah dasar sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh kompetensi dan peran guru dalam proses pembelajaran tersebut. menurut junedi et al (2020), kemampuan dan peran guru tersebut adalah knowladge yaitu penguasaan materi, strategi pembelajaran; performance yaitu kemampuan pedagogis; product yaitu kemampuan mengevaluasi hasil belajar peserta didik khusunya keterampilan komunikasi dalam pembelajaran abad 21. lebih lanjut, hayati dan mulyani (2019) mengatakan bahwa efektifitas pendekatan saintifik meningkatkan keterampilan komuikasi peserta didik karena pendekatan saintifik mencakup kemampuan tahapan mengobservasi, mengolah dan menganalisis informasi, mendeskripsikan hing ga menguji informasi menjadi sesuatu yang valid dan dipertanggungjawabkan. tahapan-tahapan tersebut mensyaratkan kemampuan komunikasi peserta didik sehingga keterampilan komunikasi dapat berkembang. efektifitas pendekatan saintifik dalam mengembangkan keterampilan komunikasi peserta didik sekolah dasar sejalan dengan beberapa penelitian berikut ini. hasil penelitian tindakan kelas fadhilaturrahmi (2017) di kelas v sd menunjukan bahwa pada pertemuan i vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.137 21 persentase nilai rata-rata keterampilan komunikasi pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. peserta didik selalu mengalami penigkatan dari pertemuan i ke pertemuan ii, bahkan rata-rata skor keterampilan kommunikasi matematika peserta didik berada pada kategori tinggi. selanjutnya, penelitian putri & kurniawan (2020) di kelas v sd tentang penerapan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran melalui metode observasi dan wawancara menunjukan bahwa peserta didik mampu mengungkapkan ide atau gagasan secara tulisan, mampu berkomunikasi untuk berbagai tujuan, serta dapat membuat catatancatatan tentang hasil observasi yang dilakukan di dalam kegiatan eksperiman. kemudian, penelitian tindakan kelas yang dilakukan rizki et al (2015), dengan menerapkan penekatan saintifik yang dipaduukan dengan model pembelajatan kooperatif tipe jigsaw menunjukan bahwa dari siklus i ke siklus ii terjadi peningkatan yang cukup signifikan keterampilan komunikasi. hal ini berarti bahwa pendekatan saintifik yang diterapkan dalam model pembelajara jigsaw dapat mengembangkan keterampilan komunikasi peserta didik sekolah dasar meskipun peningkatan tersebut terjadi pada tema tertentu. pengembangan keterampilan kolaborasi keterampilan kolaborasi sangat penting dalam kegiatan dikelas karena dapat menambah pengetahuan siswa dalam mencapai tujuan belajar. penerapan keterampilan kolaborasi pada peserta didik sekolah dasar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran yang dapat membuat peserta didik belajar untuk membagi tugas dengan adil, memotivasi anggota untuk bertanggungjawab atas tugasnya, dan menggunakan kemampuan sosial dengan baik (ulhusna et al., 2020). bahkan ali mustadi (dalam nadhiroh & pujiriyanto, 2020) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kolaboratif tidak ada persaingan atau rivalitas antar peserta didik melainkan saling belajar satu sama lain secara aktif dan interaktif. keterampilan kolaborasi sangat membantu peserta didik baik untuk memperoleh hasil balajar yang maksimal maupun dalam mengembangkan keterampilan kolaborasi. peserta didik yang memiliki keterampilan kolaborasi dalam kegiatan pembelajaran dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (fitriani et al., 2019). perkembangan keterampillan kolaborasi peserta didik dapat dicapai melalui peran dan fungsi guru yang memfasilitasi perkembangan tersebut. artinya, guru sangat berperan dalam mengembangkan keterampilan kolaborasi peserta didik selain pengembangan kemampuan akademik. hal ini sejalan dengan johnson, roger dan edythe (dalam fitriani et al., 2019), mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran guru wajib mengembangkan keterampilan kolaborasi peserta didik untuk sehingga kerja sama dalam kelompok dan mengembangkan pola relasi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. pendekatan saintifik meningkatkan keterampilan kolabrasi peserta didik di sekolah dasar sejaan dengan beberapa hasil penalitian berikut ini. penelitian indarini dan wahyudi (dalam sulistiyawati, 2020) dalam menerapkan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran numbered heads together (nht) berbantuan puzzle di kelas iv sd menunjukan peningkatan yang signifikan baik keterampilan kolaborasi maupun ketuntasan klasikal hasil belajar pada pra siklus, siklus i dan siklus ii. selanjutnya, dalam penelitian sunbanu et al (2019) pada kelas v sd marsudirini 77 salatiga menemukan bahwa melalui penerapan pendekatan saintifik yang dipadukan dengan model pembelajaran two stay two stray terdapat peningkatan hingga 80% indikator keterampilan kolaborasi dengan kategori sangat mampu berkolaborasi dalam proses pembelajaran. sejalan dengan hasil penelitian tersebut, halimah et al (2019) dalam penelitiannya menunjukan bahwa terdapat peningkatan vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.137 22 keterampilan kolaborasi peserta didik dari pra siklus hingga siklus ii yaitu 65% hingga 95%. hal ini berarti bahwa pendekatan saintifik yang dipadukan dengan model pembelajaran aktif dan kooperatif mampu meningkatkan baik hasiil belajar maupun keterampilan kolaborasi peserta didik di sekolah dasar. simpulan berdasarkan uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut. pertama, kurikulum 2013 mengembangkan kompetensi peserta didik dalam domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. kedua, pendekatan saintifik diimplementasikan dalam kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan abad 21 di sekolah dasar. ketiga, keterampilan abad 21 di sekolah dasar mengacu pada ketermapilan berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan kreativitas peserta didik. keempat, pendekatan saintifik meliputi kemampuan kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. kelima, pendekatan saintifik dapat dipadukan dengan berbagai strategi dan mode pembelajaran sehingga menjadi lebih efektif dalam mengembangkan keterampilan abad 21 peserta didik di sekolah dasar. ucapan terima kasih peneliti mengucapkan kasih berlimpah kepada sekolah tinggi keguruan dan ilmu pendidikan (stkip) weetebula sumba barat daya ntt, prodi pengembangan kurikulum sps universitas pendidikan indonesia bandung yang telah memberikan dukungan yang sangat berarti bagi peneliti selama ini. daftar rujukan agustin, y., fadiawati, n., & tania, l. (2016). peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi laju reaktif melalui pendekatan saintifik. jurnal pendidikan dan pembelajaran kimia, 5 (3), 98–112. https://doi.org/10.24114/sejpgsd.v7i1.6834 anagün, ş. s. (2018). teachers’ perceptions about the relationship between 21st century skills and managing constructivist learning environments. international journal of instruction, 11(4), 825–840. https://doi.org/10.12973/iji.2018.11452a ananda, r., dan abdilah. (2018). pembelajaran terpadu karakteristik, landasan, fungsi, prinsip dan model. medan: lembaga peduli pengembangan pendidikan indonesia. anggraini, v., edriati, s., maharani, a. d., & husnita, l. (2020). implementation of thematic learning model at elementary schools of lima puluh kota regency. 2and sosial and human research symposium, 409(sores 2019), 470–472. https://doi.org/10.2991/assehr.k.200225.100 ani, y. (2013). penilaian autentik dalam kurikulum 2013. seminar nasional implementasi kurikulum 2013, november, 742–749. anwar, m. n., shamim-ur-rasool, s., & haq, r. (2012). a comparison of creative thinking abilities of high and low achievers secondary school students. international interdisciplinary journal of education, 1(1), 3–8. https://www.researchgate.net/publication/235009374_a_comparison_of_creative_thi nking_abilities_of_high_and_low_achievers_secondary_school_students azizah, m., sulianto, j., & cintang, n. (2018). analisis keterampilan berpikir kritis siswa sekolah dasar pada pembelajaran matematika kurikulum 2013. jurnal penelitian pendidikan, 35(1), 61–70. https://doi.org/10.15294/jpp.v35i1.13529 vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.137 23 bistari, b. y. (2012). pengembangan kemandirian belajar berbasis nilai untuk meningkatkan komunikasi matematik. jurnal pendidikan matematika dan ipa, 1(1), 11–23. https://doi.org/10.26418/jpmipa.v1i1.148 budiono, h., & abdurrohim, m. (2020). peran guru dalam mengembangkan keterampilan komunikasi (communication) siswa kelas v sekolah dasar negeri teratai. jurnal ika pgsd (ikatan alumni pgsd) unars, 8(1), 119–127. https://doi.org/https://doi.org/10.36841/pgsdunars.v8i1.589 cottrel, s. (2005). critical thinking skills: developing effective analysis and argument. new york: palgrave macmilan. daryanto. (2014). pembelajaran tematik, terpadu, terintegrasi kurikulum 2013. yogyakarta: gava media. departemen pendidikan nasional. (2008). pendekatan, jenis, dan metode penelitian pendidikan. direktorat tenaga kependidikan direktorat jenderal peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan departemen pendidikan nasional. deswita, r., kusumah, y. s., & dahlan, j. a. (2018). peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui model pembelajaran core dengan pendekatan scientific. edumatika : jurnal riset pendidikan matematika, 1(1), 35–43. https://doi.org/10.32939/ejrpm.v1i1.220 dharmayanti, p. a. (2013). teknik role playing dalam meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal siswa smk. jurnal pendidikan dan pengajaran, 46(3), 256–265. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.23887/jppundiksha.v46i3.4228 fadhilaturrahmi. (2017). penerapan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik peserta didik di sekolah dasar. eduhumaniora :jurnal pendidikan dasar kampus cibiru, 9(2), 109–118. https://doi.org/10.17509/eh.v9i2.7078 faizah, u. (2015). penerapan pendekatan saintifik melalui model project based learning untuk meningkatkan ketrampilan proses dan hasil belajar siswa kelas iv sd negeri seworan, wonosegoro. scholaria : jurnal pendidikan dan kebudayaan, 5(1), 24–38. https://doi.org/10.24246/j.scholaria.2015.v5.i1.p24-38 fajriyah, k., & agustini, f. (2018). analisis keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa sd pilot project kurikulum 2013 kota semarang. jurnal pendidikan dan pembelajaran ke-sd-an, 5(1), 1–6. https://doi.org/https://doi.org/10.31316/esjurnal.v5i1.594 fauziah, y. n. (2011). analisis kemampuan guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa sekolah dasar kelas v pada pembelajaran ilmu pengetahuan alam. jurnal upi, edisi khus(2), 98–106. fitriani, d., jalmo, t., & yolida, b. (2019). penggunaan problem based learning terhadap keterampilan kolaborasi dan berpikir tingkat tinggi. jurnal bioterdidik, 7(3), 77–87. http://jurnal.fkip.unila.ac.i255d/index.php/jbt/article/view/17 halimah, mawardi, & wardani, k. w. (2019). peningkatan keterampilan kolaborasi pada mata pelajaran matematika kelas 4 sdn gendongan 03 melalui penerapan model pembelajaran teams games tournament (tgt). journal for lesson and learning studies, 2(1), 46–52. https://doi.org/10.23887/jlls.v2i1.17319 handriani, l. s., harjono, a., & doyan, a. (2017). pengaruh model pembelajaran inkuiri terstruktur dengan pendekatan saintifik terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar fisika siswa. jurnal pendidikan fisika dan teknologi, 1(3), 210–220. https://doi.org/10.29303/jpft.v1i3.261 vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.137 24 haryanti, y. d. (2017). model problem based learning membangun kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar. jurnal cakrawala pendas, 3(2), 57–63. https://doi.org/10.31949/jcp.v3i2.596 haryanto. (2006). pengembangan cara berpikir divergen-konvergen sebagai isu kritis dalam proses pembelajaran. majalah ilmiah pembelajaran, 2(1), 1–12. hasan, r., lukitasari, m., utami, s., & anizar. (2019). the activeness , critical , and creative thinking skills of students in the lesson study-based inquiry and cooperative learning. jurnal pendidikan biologi indonesia, 5(1), 77–84. hayati, l., & mulyani. (2019). penerapan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa sekolah menengah pertama. jurnal pijar mip, 14(1), 44–49. https://doi.org/10.29303/ jpm.v14.l1.998 helmiati. (2012). model pembelajaran. yogyakarta: aswaja pressindo. hidayati, a. u. (2017). melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran matematika pada siswa sekolah dasar. terampil: pendidikan dan pembelajaran dasar, 4(2), 143–156. ishak, m., jekti, d. s. d., & sridana, n. (2017). pengaruh penerapan pendekatan saintifik menggunakan model pembelajaran discovery dan kooperatif tipe stad terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik sdn 13 ampenan. jurnal pijar mipa, 12(1), 5–10. https://doi.org/10.29303/jpm.v12i1.326 junedi, b., mahuda, i., & kusuma, j. w. (2020). optimalisasi keterampilan pembelajaran abad 21 dalam proses pembelajaran pada guru mts massaratul mut’allimin banten. transformasi: jurnal pengabdian masyarakat, 16(1), 63–72. https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/transformasi/article/view/1963 kanedi. (2014). pembelajaran matematika dengan teknik problem posing untuk meningkatkan kemampuan penalalaran dan komunikasi matematis siswa sekolah dasar. (tesis). bandung: universitas pendidikan indonesia. kau, m. a. (2017). peran guru dalam mengembangkan kreativitas anak sekolah dasar. proceeding seminar dan lokakarya nasional revitalisasi laboratorium dan jurnal ilmiah dalam implementasi kurikulum bimbingan dan konseling berbasisi kkni, 157–166. http://journal2.um.ac.id/index.php/sembk/article/view/1281 kunandar. (2013). penilaian autentik: penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan kurikulum 2013 suatu pendekatan praktis. 2013. jakarta: rajagrafindo persada. kurniati, d., harimukti, r., & jamil, n. a. (2016). kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa smp di kabupaten jember dalam menyelesaikan soal berstandar pisa. jurnal penelitian dan evaluasi pendidikan, 20(2), 142–155. https://doi.org/10.21831/pep.v20i2.8058 lestari, d. a. (2015). pendekatan saintifik dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan ketrampilan bertanya siswa. widyagogik: jurnal pendidikan dan pembelajaran sekolah dasar, 3(1), 66–78. https://doi.org/https://doi.org/10.21107/widyagogik.v3i1.1683 liana, d. (2020). berpikir kritis melalui pendekatan saintifik. jurnal mitra pendidikan guru madrasah ibtidaiyah, 6(1), 15–27. lusiana, l., suhartati, & zubaidah, t. (2020). kemampuan berpikir kritis siswa melalui strategi pembelajaran prediction-observation-explanation (poe) di kelas viii smpn 18 banda aceh. jurnal ilmiah mahasiswa pendidikan matematika, 5(1), 25–32. http://www.jim.unsyiah.ac.id/pendidikan-matematika/article/view/12721 vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.137 25 mahmudi, a. (2010). mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis. konferensi nasional matematika xv unima, 1–9. majid, a. (2014). pembelajaran tematik terpadu. bandung : remaja rosdakarya. makhrus, m., harjono, a., syukur, a., & bahri, s. (2018). analisis rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp) terhadap kesiapan guru sebagai “role model” keterampilan abad 21 pada pembelajaran ipa smp. jurnal penelitian pendidikan ipa, 5(1), 66–72. https://doi.org/10.29303/jppipa.v5i1.171 marfuah. (2017). meningkatkan keterampilan komunikasi peserta didik melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. jurnal pendidikan ilmu sosial, 26(2), 148–160. https://doi.org/10.17509/jpis.v26i2.8313 maulidah, e. (2019). character building dan keterampilan abad 21 dalam pembelajaran di era revolusi industri 4.0. semina nasinal pgsd, 138–146. mayasari, t., kadarohman, a., rusdiana, d., & kaniawati, i. (2016). apakah model pembelajaran problem based learning dan project based learning mampu melatihkan keterampilan abad 21? jurnal pendidikan fisika dan keilmuan, 2(1), 48–55. https://doi.org/10.25273/jpfk.v2i1.24 mirzaqon, a. t., & purwoko, b. (2018). studi kepustakaan mengenai landasan teori dan praktik konseling expressive writing library. jurnal bk unesa, 8(1), 1–8. https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bk-unesa/article/view/22037 mulyasari, i. e., & sudarya, y. (2017). penerapan pendekatan saintifik untuk meningkatkan keterampilan bertanya siswa kelas v sekolah dasar. jurnal pendidikan guru sekolah dasar, 2(2), 13–25. https://doi.org/10.17509/jpgsd.v2i2.13256 muqodas, i. (2015). mengembangkan kreativitas siswa sekolah dasar. jurnal metodik didaktik, 9(2), 25–33. https://doi.org/10.17509/md.v9i2.3250 nadhiroh, p. s., & pujiriyanto. (2020). keterampilan kolaborasi mahasiswa teknologi pendidikan dalam mata kuliah kewirausahaan berbasis proyek. jurnal epistema, 1(1), 31–38. narti, y., setyosari, p., degeng, n. s., & dwiyogo, w. d. (2016). thematic learning implementation in elementary school (phenomenology studies in pamotan sdn 01 and 01 majangtengah dampit malang). international journal of science and research, 5(11), 1849–1855. https://doi.org/10.21275/art20163223 nuraida, d. (2019). peran guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran. jurnal teladan: jurnal ilmu pendidikan dan pembelajaranan pembelajaran, 4(1), 51–59. nurdyansyah, & fahyuni, e. f. (2016). inovasi model pembelajaran sesuai kurikulum 2013. sidoarjo: nizmania learning center. permatasari, e. a. (2014). implementasi pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013 pada pembelajaran sejarah. indonesian journal of history education, 3(1), 11–16. permendikbud nomor 20 tahun 2016 tentang standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah. permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah. permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan. permendikbud nomor 81a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum. pratiwi, s. n., cari, c., & aminah, n. s. (2019). pembelajaran ipa abad 21 dengan literasi sains siswa. jurnal materi dan pembelajaran fisika, 9(1), 34–42. vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.137 26 https://doi.org/https://doi.org/10.20961/jmpf.v9i1.31612 pratiwi, v., & apriani, i. f. (2019). pendekatan saintifik dalam pembelajaran tematik sd. seminar nasional pendidikan dasar 2016 universitas pendidikan indonesia, july, 1– 11. https://doi.org/10.31227/osf.io/6x892 priyanto, a. (2014). pengembangan kreativitas pada anak usia dini melalui aktivitas bermain. jurnal ilmiah guru caraka olah pikir edukatif, 2(18), 41–47. putra, a. f., & setiawati, d. (2020). studi kepustakaan penerapan konseling cognitive information processing (cip) dalam lingkup pendidikan. jurnal bk unesa, 11(5), 773–784. https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bkunesa/article/view/36060/32069 putri, a. j., & kurniawan, a. r. (2020). analisis pencapaian keterampilan komunikasi pada proses pembelajaran. jurnal riset pendidikan dasar, 3(2), 154–161. https://doi.org/https://doi.org/10.26618/jrpd.v3i2.3438 rahardjo, m. m. (2019). implementasi pendekatan saintifik sebagai pembentuk keterampilan proses sains anak usia dini. scholaria: jurnal pendidikan dan kebudayaan, 9(2), 148–159. https://doi.org/10.24246/j.js.2019.v9.i2.p148-159 raihan. (2017). metodologi penelitian. jakarta: universitas islam jakarta. ramdani, a., & artayasa, i. p. (2020). keterampilan berpikir kreatif mahasiswa dalam pembelajaran ipa menggunakan model inkuiri terbuka. jurnal pendidikan sains indonesia, 8(1), 1–9. https://doi.org/10.24815/jpsi.v8i1.15394 ramdani, a., jufri, a. w., gunawan, g., hadisaputra, s., & zulkifli, l. (2019). pengembangan alat evaluasi pembelajaran ipa yang mendukung keterampilan abad 21. jurnal penelitian pendidikan ipa, 5(1), 98–108. https://doi.org/10.29303/jppipa.v5i1.221 redhana, i. w. (2019). mengembangkan keterampilan abad ke-21 dalam pembelajaran kimia. jurnal inovasi pendidikan kimia, 13(1), 2239–2253. refnaldi, e. m., & zaim, m. (2018). using authentic assessment to better facilitate teaching and learning: the case for students’ writing assessment. sixth international conference on languages and arts, may, 333–337. https://doi.org/10.2991/icla17.2018.57 rhosalia, l. a. (2017). pendekatan saintifik (scientific approach) dalam pembelajaran tematik terpadu kurikulum 2013 versi 2016. journal of teaching in elementary education, 1(1), 59–77. https://doi.org/10.30587/jtiee.v1i1.112 rizki, s., mawardi, & permata, h. k. i. (2015). peningkatan keterampilan berkomunikasi melalui model pembelajaran kooperatif jigsaw. jurnal bidang pendidikan dasar, 3(2), 1–6. rohaeti, e. e., & koswara, d. (2018). mathematical critical thinking and resiliency: experiment of grade-7 students using scientific approah. jurnal riset pendidikan matematika, 5(2), 223–232. https://doi.org/10.21831/jrpm.v5i2.17322 rostika, d., & prihantini. (2019). pemahaman guru tentang pendekatan saintifik dan implikasinya dalam penerapan pembelajaran di sekolah dasar. eduhumaniora :jurnal pendidikan dasar, 11(1), 86–94. https://doi.org/https://doi.org/10.17509/eh.v11i1.14443 rudyanto, h. e. (2016). model discovery learning dengan pendekatan saintifik bermuatan karakter untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. premiere educandum: jurnal pendidikan dasar dan pembelajaran, 4(1), 41–48. vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.137 27 https://doi.org/10.25273/pe.v4i01.305 rusman. (2019). manajemen kurikulum. rajawali press. santrock, j. w. (2001). educational psychology (fifth edit). new york: mcgraw-hill. sari, m., & asmendri. (2020). penelitian kepustakaan (library research) dalam penelitian pendidikan ipa. natural science: jurnal penelitian bidang ipa dan pendidikan ipa, 6(1), 41–53. https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/naturalscience/article/view/1555/1159 sari, n. a., akbar, s., & yuniastuti. (2018). penerapan pembelajaran tematik terpadu di sekolah dasar. jurnal pendidikan: teori, penelitian, dan pengembangan, 3(12), 1572–1582. septiasari, p., dantes, n., & suastra, w. (2020). pengaruh model reciprocal teaching berbasis pendekatan saintifik terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar ipa kelas v. pendasi: jurnal pendidikan dasar indonesia, 4(1), 85–94. https://doi.org/https://doi.org/10.23887/jpdi.v4i1.3096 septikasari, r., & frasandy, r. n. (2018). keterampilan 4c abad 21 dalam pembelajaran pendidikan dasar. tarbiyah al-awlad, 8(2), 107–117. sinambela, p. nauli j. m. (2013). kurikulum 2013 dan implementasinya dalampembelajaran. jurnal generasi kampus, 6(2), 17–29. singh, p. m., sing, s., nagpal, j., acharya, s., & rachh, h. (2020). 21st century skills: a handbook. new delhi: central board of secondary education. stobaugh, r. (2013). assesing critical thinking in middle and high schools: meeting the common core. new york: routledge. sulistiyawati, d. y. (2020). peningkatan keterampillan kolaborasi dan hasil belajar materi debit untuk siswa kelas v sdn kentungan dengan model stad. yogyakarta: program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sanata dharma. sunbanu, h. ., mawardi, & wardani, k. w. (2019). peningkatan keterampilan kolaborasi siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif two stay two stray di sekolah dasar. jurnal basicedu, 3(4), 2037–2041. suriansyah, a., aslamiah, sulaiman, & noorhafisah. (2014). strategi pembelajaran. jakarta: rajagrafindo persada. susilana, r., & ihsan, h. (2014). pendekatan saintifik dalam implementasi kurikulum 2013 berdasarkan kajian teori psikologi belajar. edutech, 1(2), 183–195. https://doi.org/https://doi.org/10.17509/edutech.v13i2.3095.g2119 syukri, i. i. f., rizal, s. s., & al hamdani, m. d. (2019). pengaruh kegiatan keagamaan terhadap kualitas pendidikan. jurnal penelitian pendidikan islam, 7(1), 17–34. https://doi.org/10.36667/jppi.v7i1.358 tosuncuoglu, i. (2018). importance of assessment in elt. journal of education and training studies, 6(9), 163–167. https://doi.org/10.11114/jets.v6i9.3443 tumurun, s. w., gusrayani, d., & jayadinata, a. k. (2016). pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi sifatsifat cahaya. jurnal pena ilmiah, 1(1), 101–110. https://doi.org/10.23819/pi.v1i1.2936 ulhusna, m., putri, s. d., & zakirman, z. (2020). permainan ludo untuk meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa dalam pembelajaran matematika. international journal of elementary education, 4(2), 130–137. https://doi.org/10.23887/ijee.v4i2.23050 umami, m. (2018). penilaian autentik pembelajaran pendidikan agama islam dan budi vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.137 28 pekerti dalam kurikulum 2013. jurnal kependidikan, 6(2), 222–232. https://doi.org/10.24090/jk.v6i2.2259 wakhidah, n. (2018). pembelajaran dengan pendekatan saintifik terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa calon guru madrasah ibtidaiyah. premiere educandum : jurnal pendidikan dasar dan pembelajaran, 8(1), 150–160. https://doi.org/10.25273/pe.v8i2.2950 widodo, s., irmayanti, e., & sulistyono. (2011). asesmen autentik. kediri: universitas pgri. wina, d. r., hindarto, n., & prasetyo, a. p. b. (2017). studi kasus pendekatan saintifik dalam pembelajaran ipa pada kurikulum 2013 di smp negeri 5 semarang. journal of innovative science education, 6(1), 17–27. https://doi.org/10.15294/jise.v6i1.17045 yaniawati, r. p. (2020). penelitian studi kepustakaan. seminar penyamaan persepsi studi kepustakaan di lingkungan dosen fkip unpas, april, 1–31. yuliati, y. (2017). peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa sekolah dasar melalui model pembelajaran berbasis masalah. seminar nasional pendidikan dasar, 2, 224– 129. zubaidah, s. (2010). berpikir kritis: kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran sains. seminar nasional sains 2010 dengan tema optimalisasi sains untuk memberdayakan manusia di pascasarjana universitas negeri surabaya, january, 1–14. zubaidah, s. (2016). keterampilan abad ke-21: keterampilan yang diajarkan melalui pembelajaran. seminar nasional pendidikan program studi pendidikan biologi stkip persada khatulistiwa sintang kalimantan barat, december, 1–17. microsoft word 14-husni.docx vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.157 1087 received : 12-05-2021 revised : 23-06-2021 published : 29-07-2021 analisis pengaruh motivasi terhadap kinerja individu (guru) husni anwar1, yusra defawati2, demina3, sufyarma marsidin4 iain batu sangkar sumatera barat, indonesia ummyzhafran@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja seorang guru terhadap kinerjanya dalam menjalankan tugas di dalam proses pembelajaran. motivasi kerja seorang guru adalah daya dorong yang menjadikan dia bersemangat, dalam berkarya secara sungguh-sungguh mengerahkan segala daya dan upayanya sehingga apa yang ditargetkannya tercapai dengan maksimal. motivasi kerja guru ini juga dipengaruhi oleh banyak faktor. ada faktor dari dalam diri guru itu sendiri. ada juga faktor dari lingkungannya. kepala sekolah dan teman sejawat adalah faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru dari lingkungannya. dengan adanya motivasi yang kuat pada guru, maka guru tersebut akan dengan senang hati dalam menjalankan tugas keprofesiannya. sehingga dengan demikian kinerja guru tidak lagi dipertanyakan. artinya kinerja guru akan meningkat dengan sendirinya. metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka. dengan teknik penulisan laporan secara deskriptf. hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah motivasi mempengaruhi kinerja guru secara signifikan. kata kunci: motivasi; kerja; kinerja vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.157 1088 pendahuluan pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat asasi. oleh karenanya membicarakan mengenai hal ini tidak akan ada habisnya. mustofa et al. (2018) menyatakan pendidikan merupakan sebentuk pertolongan yang diberikan oleh seseorang yang sudah dewasa kepada orang lain yang dipandang belum dewasa, dengan tujuan supaya orang tersebut mencapai kedewasaanya. mustofa menjelaskan yang dimaksud dengan orang dewasa di sini adalah seorang guru, yang menjalankan peran dan tugasnya yaitu memberikan pembinaan kepada siswa-siswanya yang bisa dikatakan belum dewasa secara keilmuan, sehingga dengan pembinaan tersebut siswa-siswa tadi dapat mencapai kedewasaan secara proporsional. peran seorang guru tidak dapat dikesampingkan dalam suatu proses pendidikan. karena guru salah satu komponen pendidikan paling utama. guru juga merupakan salah satu unsur penentu tercapainya tujuan pendidikan. hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh nawangsih & linayaningsih. ( 2015) bahwa kesiapan guru sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan pendidikan, kesiapan guru tersebut mencakup proses mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. dalam menjalankan peran pentingnya tersebut, seorang guru harus memiliki daya dorong yang kuat dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya. daya dorong tersebut secara umum dapat dikatakan sebagai motivasi. sehingga dengan itu guru akan mampu bertahan dalam menghadapi berbagai rintangan untuk mencapai tujuan dari pendidikan.. di sisi lain motivasi tersebut akan memberikan peluang kepada guru untuk melahirkan inovasiinovasi dan prestasi dalam tugasnya, maka akan tercipta iklim belajar yang selalu terbarui. hal ini akan memberikan implikasi positif kepada kualitas pendidikan. rendahnya motivasi yang ada pada diri seorang guru, akan mengakibatkan rendahnya kinerja yang diperlihatkan (mustofa et al, 2018). rendahnya kinerja guru dapat terlihat dari, guru akan menjalankan tugasnya tanpa target, apa adanya, guru menjalankan tugas hanya sebagai pelepas kewajiban saja. kondisi ini dapat membahayakan mutu pendidikan. maka oleh sebab itu, kondisi ideal yang harus dibangun adalah meningkatkan motivasi kerja untuk mencapai kinerja yang maksimal. metode penelitian ini merupakan penelitian studi pustaka ( library research ). yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang terdapat dalam makalah, jurnal ilmiah, dan sebagainya. adapun metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik penulisan laporan penelitian secara deskriptif. adapan pengujian hipotesis tidak penulis lakukan dalam penelitian ini. penulis hanya mengggambarkan dan mendeskripsikan kondisi sesungguhnya tentang suatu variabel atau suatu keadaan. dalam penelitian kualitatif, masalah di eksplor dari data dan fakta. setelah perumusan masalah, data dan fakta digali lagi untuk mendapatkan pemahaman yang utuh. kemudian secara induktif ditariklah kesimpulan, sehingga menjadi kesimpulan dari penelitian. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.157 1089 hasil motivasi motivasi merupakan suatu dorongan yang memberikan kekuatan yang menjadi pengendali, sehingga dengan itu seseorang tergerak untuk bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan (isnarizal shoim, any kustiyah, 2019). sementara itu enriko (2018) mengatakan bahwa motivasi merupakan kekuatan pendorong dari dalam diri seseorang sehingga ia melakukan suatu kegiatan atau perbuatan. jika seseorang memiliki motivasi untuk meraih sesuatu, maka dia akan berusaha sekuat kemampuan yang dimilikinya untuk mewujudkan hal tersebut. kekuatan pendorong itulah yang menjadikannya berusaha maksimal untuk mencapai keinginannya. kekuatan itulah motivasi yang dimaksud. menurut (damanik, 2019) motivasi guru adalah daya gerak dan rangsangan terhadap keinginannnya, sehingga dengan itu menyebabkan guru tersebut bersemangat dalam melaksanakan tugas sebagai seorang pendidik, baik tugas secara administrasi maupun tugas mengajar di dalam kelas, daya gerak ini timbul karena guru tersebut merasakan bahwa kebutuhannya terpenuhi. kebutuhan ini tidak saja secara jasmani, tapi juga secara rohani. kebutuhan secara jasmani terpenuhi dapat dilihat dari, guru tesebut mendapatkan gaji dari hasil kerjanya, mendapatkan hadiah atau penghargaan berupa benda dari pimpinannya, jika dia memperlihatkan prestasi dalam kerjanya. sedangkan kebutuhan secara rohani, terlihat dari penghargaan dan apresiasi dari pimpinannya di sekolah,diberi kesempatan untuk berpendapat, respek dari teman-teman sejawat, merasa aman dan bahagia dalam bertugas dan lain-lain. mustofa et al (2018) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu yang memberikan dorongan semangat untuk bekerja bagi seseorang sehingga dengan semangat itu ia akan bekerja semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan dan skill profesional yang dimilikinya, sehingga tujuan organisasi yang menaunginya tercapai. begitupun dengan motivasi kerja guru merupakan dorongan semangat untuk bekerja dan berkarya di dunia pendidikan dengan mengerahkan semua potensi profesional guru yang dimilikinya, dengan tujuan supaya target-terget lembaga pendidikan tersebut tercapai. artinya motivasi akan memberikan kekuatan kepada seseorang untuk bekerja keras dalam mencapai tujuan, apakah itu tujuan pribadi, maupun tujuan organisasi. dari beberapa pengertian motivasi di atas, dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan daya dorong, penggerak, penyemangat, kekuatan yang menjadikan seseorang untuk berbuat, berkarya, berprestasi, berinovasi secara profesional, dalam rangka mencapai apa yang ditargetkannya, baik target pribadi maupun target lembaga. motivasi memiliki tiga elemen yang harus diperhitungkan, yaitu (a) terjadinya motivasi berawal dari perubahan energi yang ada pada setiap pribadi, (b) motivasi diketahui dengan adanya perasaan seseorang, (c) adanya teori stimulus dan respon terhadap motivasi, dia ada karena adanya respon dari fikiran seseorang, yaitu apa yang dituju oleh orang tersebut. siagiaan dalam (damanik, 2019). motivasi tidak nampak secara kasat mata, tapi motivasi diiterpretasikan melalui tindakan individu, dengan tujuan mencapai cita-cita yang diinginkan. motivasi memiliki ciri khas antaranya, motivasi itu beragam, tidak tetap, setiap pribadi memiliki motivasi yang berbeda, dan motivasi tidak dapat dicerna oleh indra penglihatan (chasanh et al, 2019). dapat dikatakan bahwa motivasi tidaklah berwujud, tidak ada bendanya, tidak dapat diraba dan dilihat, melainkan sesuatu yang hanya dapat dirasakan melalui tindakan dan sepak terjang seseorang dalam mencapai apa yang diinginkannya. motivasi yang dimiliki oleh setiap orang berbeda-beda, meskipun tujuan dan target yang akan dicapai sama. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.157 1090 kinerja guru kinerja merupakan prestasi yang diraih seseorang terkait pekerjaannya. dimana prestasi tersebut merupakan hasil akhir dari suatu proses kegiatan yang dilakukan seseorang sehingga tujuan yang diharapkan dapat dicapai. pencapaian kinerja ini merupakan perbandingan hasil kerja seseorang dengan standar yang telah ditetapkan. jika kinerja tersebut sesuai dengan standar atau melebihi, maka disimpulkan bahwa kinerjanya baik. prestasi kerja seseorang diharapkan menghasilkan mutu yang baik (suryani & abidin, 2021). menurut kartomo and slameto (2016), kinerja merupakan hasil kerja yang diperoleh oleh sesorang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab kerjanya, dimana hasil tersebut dikomparasikan dengan indikator-indikator dan standar-standar kerja tertentu. hasil kinerja dapat diketahui dengan melakukan penilaian kinerja terhadap orang tersebut. sementara menurut efida (2016) kinerja guru adalah tingkat ketercapaian guru dalam menjalankan tugasnya melalui unjuk kerja yang dilakukannya. kinerja guru adalah kemampuan yang diperlihatkan guru dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai seorang guru. jika hasil dari pekerjaan tersebut sesuai dengan standar dan tujuan yang akan dicapai, maka kinerja dari guru tersebut dapat dikategorikan baik dan memuaskan (ubabuddin, 2018). senada dengan itu andriyuan (2018) mengatakan bahwa prestasi kerja seorang guru dapat diamati dan di nilai berdasarkan kriteria kompetensi yang ada pada guru, adapun bentuk dari kegiatan guru yang dinilai tersebut adalah membuat perencanaan, praktek di kelas, dan melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. secara umum dapat disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan prestasi yang diraih oleh guru dalam melaksanakan tugasnya secara profesional, dengan mengacu pada standar yang sudah ditentukan. tindakan konkrit dari kinerja guru adalah semua aktivitasnya dalam pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru mengaplikasikan profesionalitasnya dalam membuat perencanaan untuk pembelajaran, menjalankan rencana pembelajaran yang sudah dibuatnya, serta bagaimana guru tersebut mengevaluasi hasil pembelajarannya. secara detail hanafiah dalam (sudarmo & anwar, 2019) mengungkapkan gambaran prestasi kerja guru dalam bertugas adalah sebagai berikut: (1) senyum dan simpati. dalam kesehariannya ketika guru menghadapi siswa, dia harus menunjukkan senyuman dan simpatinya kepada siswa, sambutan bersahabat, ramah dan menyenangkan, sehingga siswa menjadi tidak bosan dalam proses belajar. (2) empati dan antusias. seorang guru haruslah menunjukkan sikap empatinya kepada siswa. sehingga siswa merasa ada perhatian dari gurunya, dan ikut merasakan apa yang diraskan siswanya. guru juga antusias dalam mengembangkan potensi yang dimiliki siswa, oleh karenanya siswa dapat meraih kesuksesannya. (3) hormat dan menghargai. tidak hanya guru yang harus dihormati, siswa juga harus dihormati dan dihargai oleh gurunya. hal ini dapat kesan baik bagi siswa, sehingga tercipta hubungan yang baik antara guru dan siswa. (4) visi dan keuntungan. komitmen guru terhadap masa depan yang lebih baik bagi siswanya harus dimiliki oleh guru. setidaknya dengan ini memberikan motivasi bagi siswa untuk meraih keberhasilannya di masa depan. (5) inisiatif, inovatif, dan mengesankana. (6) peduli dan bekerjasama, (7) memberdayakan potensi siswa sesuai dengan passionnya. (8) tujuan yang jelas. jelasnya tujuan akan semakin mendekatkan keberhasilan. maka dari itu, kejelasan tujuan yang akan dicapai haruslah sudah difahami oleh guru, sehingga dia akan mudah mengarahkan anak untuk mencapai tujuan pembelajaran. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.157 1091 pembahasan secara gamblang dapat dikatakan bahwa motivasi kerja akan mempengaruhi kinerja individu. semakin tinggi motivasi seseorang, maka kinerjanya akan semakin baik. sebagaimana yang simpulkan oleh luis aparicio guterres (2018) pada penelitiannya di smun 2 baucau, bahwa motivasi kerja yang baik, dapat meningkatkan kinerja guru, dengan kata lain motivasi kerja individu mempengaruhi secara positif dan signifikan kinerja guru. hal serupa juga disebutkan dalam penelitian (fatikah & fildayanti, 2019) yang menyimpulkan bahwa motivasi pada guru yang merupakan motivasi dari dalam individu di tambah dengan motivasi dari kepala sekolah adalah hal yang sangat urgen dalam menjalankan tugasnya. besarnya motivasi dari kepala sekolah sebagai bentuk motivasi dari luar individu, akan berdampak kepada kinerja dari guru itu sendiri. motivasi yang ada pada guru juga akan berimbas kepada peserta didik. semakin tinggi motivasi yang dimiliki guru, maka semakin besar pula pengaruh di dapatkan oleh siswa, efeknya akan terasa kepada hasil pembelajaran. sebaliknya, jika motivasi guru kurang, maka siswa juga akan kurang bersemangat dalam pembelajaran. kinerja guru dapat meningkat dengan memberikan motivasi. adapun penyebab terjadinya penurunan prestasi kerja adalah rendahnya dorongan guru untuk menghasilkan prestasi dalam kerjanya. dorongan yang dimaksud adalah motivasi itu sendiri. dengan dorongan tersebut seseorang memiliki daya dan energi untuk berbuat, untuk meraih apa yang diingikannya. kesimpulan dari penelitian ini adalah motivasi memberikan pengaruh terhadap kinerja guru. jika motivasi mengajar tinggi, maka kinerja guru juga demikian (isnarizal shoim, any kustiyah, 2019). tabel 1. hasil analisis regresi koefisien thitung p-value konstanta motivasi kompetensi disiplin kerja 5,638 0,248 0,455 0,201 4,694 5,511 4,065 0,000 0,000 0,000 adjusted r2 f statistik 0,608 30, 470 0,000 dari tabel dapat dibuat persamaan regresi dari pengaruh motivasi, kompetensi, dan displin kerja terhadap kinerja guru, yaitu y= 5,638+0,248.x1 + 0,455.x2 + 0,201. x3. dari rumus terlihat bahwa memang benar motivasi, kompetensi, dan disiplin kerja mempengaruhi kinerja guru. seandainya saja ketiga variabel x konstan, yang salah satunya adalah motivasi, maka kinerja akan bernilai positif. jika motivasi meningkat, maka kinerja guru juga akan meningkat. pada penelitian yang dilakukan oleh mawaddatullin (2017) juga menunjukkan hal yang serupa. bahwa analisis datanya menunjukkan bahwa motivasi kerja guru berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru. kekuatan pengaruh motivasi terhadap kinerja mencapai angka 10,3%. pada uji regresi menjelaskan jika tanpa variabel motivasi maka nilai kinerja gurunya adalah 49,074. jika skor variabel motivasi ditambahkan, maka akan terjadi peningkatan nilai sebesar 0,604. nilai itu adalah nilai dari kinerja gurunya. dalam penelitian ini juga terdeteksi ciri-ciri guru yang memiliki motivasi tinggi antara lain guru senantiasa mengeluarkan semua kemampuan yang dimilikinya dalam melaksanakan pembelajaran, guru senantiasa bangga dengan profesinya sebagai seorang guru, selalu berharap memberikan vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.157 1092 prestasi terbaik dalam menjalankan tugasnya, dan senantiasa fokus, konsentrasi dalam bertugas. hasil serupa juga ditemukan oleh sutikno, bagus p yudh (2018) pada penelitiannya. yang sampai pada kesimpulan bahwa kinerja guru atau prestasi kerja guru memiliki kaitan yang sangat erat dengan motivasi kerja guru. guru yang ada di sekolah tempat penelitian dilaksanakan, smkn 5 jember, melaksanakan kewajibannya dengan sebaik-baiknya didasari oleh motivasi kerja dengan tekun dan sungguh-sungguh. kepala sekolah dinilai memberikan daya dorong yang kuat terhadap para guru dalam melaksanakan tugasnya. besarnya pengaruh motivasi terhadap kinerja berada pada angka 28,6%. sehingga disarankan sekolah sangat perlu untuk mempertakan dan mengembangkan usaha-usaha untuk mendorong guru agar dapat bekerja dengan sungguh-sungguh. adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain, kepala sekolah dapat memberikan reward kepada gurunya terhadap sekecil apapun hasil usaha atau prestasinya, sehingga dengan itu guru menjadi merasa dihargai, diperhatikan dan diberi apresiasi. hal ini akan menjadikan guru memberikan kinerja terbaiknya pada setiap momen dalam proses pembelajaran dan pembinaan siswa. membuat kebijakan atau keputusan yang mengikat guru untuk bekerja lebih baik dan kreatif. sehingga diperoleh hasil yang maksimal dan inovatif. meningkatkan program pengembangan kualitas guru dan mengeratkan hubungan kekeluargaan antara warga sekolah sehingga tercipta hubungan yang harmonis dan lingkungan kerja yang kondusif. hasil akhir yang diharapakan tak lain dan tak bukan adalah motivasi kerja guru dapat ditingkatkan sehingga berimbas pada peningkatan kinerja guru smk negeri 5 jember. adanya upaya-upaya dari pimpinan sekolah untuk meningkatkan motivasi kerja para gurunya adalah sebuah kemestian. pimpinan harus pandai-pandai memilih dan memformulasikan strateginya. sehingga guru dapat enjoy menjalankan program tersebut. tanpa adanya paksaan. managemen yang baik terhadap peningkatan motivasi ini sangatlah diperlukan. karena disana akan nampak perencaaan yang jelas, program yang tertata dengan rapi, pelaksanaan kerja yang terukur, dan evaluasi kerja yang jelas. di akhir proses akan diraih peningkatan motivasi yang menggembirakan pimpinan sekolah. sehingga kinerja yang meningkat dapat dirasakan oleh segenap warga sekolah. kondisi di atas diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh wayan et al (2019). dalam rangka menjaga motivasi guru sehingga terjadi peningkatan kinerja, maka diperlukan usaha-usaha yang terstruktur oleh pihak-pihak tertentu untuk mewujudkannnya. pihak tersebut adalah pemimpin sekolah atau kepala sekolah. sebagaimana terlihat pada tabel 2 berikut : vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.157 1093 tabel. 2. hasil output regresi linier berganda unstandardized coefficients standardized coefficients model b std. error beta t sig 1 (constant) 0,000 0,069 0,000 1,000 kepemimpinan (x1) 0,571 0,139 0,571 4,106 0,000 motivasi ( x2) 0,313 0,139 0,313 2,250 0,028 r=0,857 r square = 0,735 adjusted r square = 0,725 f statistik = 76,090 signifikansi = 0,000 dependen variabel : kinerja persamaan regresi linier berganda : y = 0,000 + 0,571x1 + 0,313x2 tabel. 2 menunjukkan hubungan yang positif antara kepemimpinan dengan motivasi. dalam artian bahwa kepemimpinan sebagai variabel x1 berpengaruf positif dan signifikan terhadap kinerja guru sebagai variabel y. adapun upaya yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah adalah memberikan apresiasi terhadap prestasi kerja yang diraih guru. apresiasi yang diberikan tidak perlu dengan hal-hal yang wah atau menghabiskan banyak anggaran. pemberian ucapan selamat, penyerahan piagam dan peningkatan kesejahteraan bagi guru yang prestasi adalah alternatif yang dapat diberikan kepada guru. kepala sekolah dituntut sungguh-sungguh untuk menjalankan program-program serupa. sehingga tumbuh keinginan dari dalam diri guru itu sendiri untuk berprestasi. teman sejawat juga dapat melakukan hal-hal yang akan meningkatkan motivasi. lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan kondusif untuk berprestasi, secara tidak langsung akan meningkatkan motivasi berprestasi bagi guru. kegiatan yang dapat dilakukan bersama teman sejawat adalah membuat komunitas-komunitas formal maupun informal. yang dimanfaatkan untuk diskusi dan sharing mengenai info-info terkini, yang dapat meningkatkan profesionalisme guru. pemberian motivasi juga dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga yang mendukung dan terkait dengan fungsi dan tugas guru, seperti lpmp, organisasi profesi, dan tokoh-tokoh pendidikan yang dipandang kompeten. leadership dan motivasi secara terus menerus atau bertahap memberikan pengaruh positif terhadap kinerja guru di sman 3 purworejo (wulandari, 2019). variabel stres kerja, motivasi kerja, dan pelatihan mempengaruhi secara signifikan kinerja guru smk gondang wonopringgo. dapat dikatakan secara simultan variabel yang ada mempengaruhi signifikan kinerja guru (rosyadi, 2020). hasil yang sama juga ditenukan oleh (damanik, 2019) yang mengatakan bahwa motivasi dan komitmen guru secara bersamaan memberikan pengaruh baik/positif terhadap peningkatan prestasi kerja guru. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.157 1094 simpulan dari hasil studi pustaka yang penulis lakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa ternyata pada kondisi normal, motivasi kerja guru mempengaruhi kinerjanya. motivasi tersebut tidak saja datang dari dalam dirinya, tapi juga datang dari lingkungannya. kepala sekolah dan teman sejawat adalah faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang. kepala sekolah memberikan motivasi dengan merancang dan melaksanakan program-program yang akan meningkatkan profesinalisme guru tersebut. sehingga kapasitas guru tersebut bertambah dan potensinya berkembang. kepala sekolah juga dapat menyentuh sisi emosional dari guru, sehingga tercipta daya dorong yang kuat dari dalam diri guru tersebut untuk berbuat lebih baik dalam pekerjaannya sebagai seorang guru. hal ini akan mampu meledakkan semangat berkarya dan berprestasi bagi seorang guru, sehingga kinerjanya menunjukkan peningkatan. bersama teman sejawat, seorang guru juga dapat menyalurkan energi positifnya. sehingga motivasi kerja meningkat dan kinerja berkembang pesat. daftar rujukan andriyuan, a. (2018). meningkatkan profesionalisme guru mengajar melalui penerapan penilaian kinerja guru di smp negeri 5 singingi kabupaten kuantan singingi. jurnal pajar (pendidikan dan pengajaran), 2(4), 497. https://doi.org/10.33578/pjr.v2i4.5690 chasanh, l., toharudin, m., & setiyoko, d. t. (2019). pengaruh motivasi kerja dan kinerja guru terhadap pengelolaan kelas di sdn siwungkuk 01 wanasari brebes. jurnal kontekstual, 01(1), 33–38. damanik, b. e. (2019). pengaruh motivasi dan komitmen terhadap peningkatan prestasi kerja guru. jurnal ekonomi dan bisnis, 2(1), 178–188. efida, l. (2016). pengaruh penilaian kinerja dan motivasi kerja guru terhadap produktivitas pendidikan di sd negeri gugus vi kecamatan sungaitarab. alfikrah: jurnal manajemen pendidikan, 4(2), 227. https://doi.org/10.31958/jaf.v4i2.423 enriko, f. (2018). pengaruh kepemimpinan transformasional, disiplin dan motivasi kerja terhadap kinerja guru. jurnal pembangunan nagari, 3(2), 39. https://doi.org/10.30559/jpn.v3i2.102 fatikah, n., & fildayanti. (2019). strategi kepala sekolah dalam peningkatan motivasi dan etos kerja guru di sma negeri bareng jombang noor fatikah 1 , fildayanti 2. ijies: indonesian journal of islamic education, 2(2), 167–182. isnarizal shoim, any kustiyah, s. (2019). analisis motivasi, kompetensi, dan disiplin kerja terhadap kinerja guru di smp al-islam 1 surakarta. angewandte chemie international edition, 6(11), 951–952., 03(01), 186–192. kartomo, a. i., & slameto, s. (2016). evaluasi kinerja guru bersertifikasi. kelola: jurnal manajemen pendidikan, 3(2), 219. https://doi.org/10.24246/j.jk.2016.v3.i2.p219-229 luis aparicio guterres, w. g. s. (2018). pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja dosen. idaarah: jurnal manajemen pendidikan, 2(2), 155. https://doi.org/10.24252/idaarah.v2i2.6533 mawaddatullin, n. (2017). pengaruh kompetensi managerial kepala sekolah, disiplin, kerja dan motivasi kerja guru terhadap kienerja gurudi sekolah dasar negeri gugus ii kec kediri kabupaten lombok kab lombok utara. jurnal ilmiah profesi pendidikan, 1. mustofa, a., mustofa, a., & medan, s. a. (2018). peran motivasi kerja dalam meningkatkan vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.157 1095 kinerja guru di madrasah aliyah swasta aisyiyah medan. iii(02), 104–117. nawangsih, s. k., & linayaningsih, f. (2015). hubungan antara motivasi dan kinerja guru di sma ‘x.’ jurnal dinamika sosial budaya, 17(1), 117. https://doi.org/10.26623/jdsb.v17i1.507 rosyadi, i. (2020). pengaruh stres kerja , motivasi kerja, pelatihan kerja terhadap kinerja guru. indonesian journal of strategic management, 3(1). https://doi.org/10.25134/ijsm.v3i1.3630 sudarmo, s. n., & anwar, h. (2019). profil kepemimpinan kepala madrasah, motivasi kerja dan kinerja guru di madrasah aliyah swasta. al-minhaj: jurnal pendidikan islam, 2(1), 20–37. suryani, k., & abidin, z. (2021). meningkatkan kompetensi guru melalui penilaian kinerja guru madrasah ibtiaiiyah kecamatan kalapanunggal. 10(1). sutikno, bagus p yudha, r. i. (2018). pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja guru melalui kepuasan kerja pada smk negeri 5 jember. 0(1), 515–526. ubabuddin. (2018). profesionalisme guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama islam melalui penilaian kinerja guru. photosynthetica, 2(1), 1–13. http://link.springer.com/10.1007/978-3-319-768878%0ahttp://link.springer.com/10.1007/978-3-319-935942%0ahttp://dx.doi.org/10.1016/b978-0-12-409517-5.000073%0ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.jff.2015.06.018%0ahttp://dx.doi.org/10.1038/s415 59-019-0877-3%0aht wayan, n., astiti, p., wilian, s., & sridana, n. (2019). pengaruh tunjangan profesi dan motivasi kerja terhadap kinerja guru seni budaya slta di kota mataram. jurnal ilmiah profesi pendidikan, 4(1), 40–48. wulandari, r. n. c. (2019). pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja guru sma negeri 3 purworejo. rahman teknik perkasa bekasi. jurnal ilmiah manajemen ubhara, 6(1), 45–53. microsoft word 17-putu.docx vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193 1114 received : 30-05-2021 revised : 25-06-2021 published : 29-07-2021 penerapan model siklus belajar 7e untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar ipa siswa smp putu eka rusmayani smp n 2 nusa penida, indonesia ekarusmayani11@gmail.com abstrak penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (ptk). penelitian ini bertujuan untuk 1) meningkatkan aktivitas siswa kelas viiid smp negeri 2 nusa penida pada pembelajaran ipa, 2) meningkatkan hasil belajar siswa kelas viiid smp negeri 2 nusa penida dalam pembelajaran pokok bahasan pembelajaran pokok bahasan (1) struktur dan fungsi tumbuhan, (2) sistem pencernaan pada manusia, (3) zat aditid dan adiktif, (4) sistem peredaran darah pada manusia. subjek penelitian ini adalah siswa kelas viiid smp negeri 2 nusa penida tahun pelajaran 2019/2020 pada semester ganjil yang berjumlah 24 siswa, terdiri atas 12 putri dan 14 putra. penelitian ini dilaksanakan setiap siklus dalam dua siklus, dimana setiap siklus dilaksanakan melalui 4 tahapan, yaitu: 1) perencanaan penelitian, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi/evaluasi, dan 4) refleksi. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) terdapat peningkatan aktivitas siswa yaitu dari 67,73 berkatagori sedang pada siklus i menjadi 79,675,38 berkatagori baik pada siklus ii. (2) terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari siklus i sebesar 65,50 menjadi 71,54 pada siklus ii. berdasarkan temuan di atas disarankan yaitu: temuan tentang efektifnya penerapan penerapan model siklus belajar 7e sebagai salah satu alternatif dalam proses pembelajaran ipa. kata kunci: model siklus belajar 7e; aktivitas siswa; hasil belajar vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193 1115 abstract this research is a classroom action research (ptk). this study aims to 1) increase the activity of class viiid students of smp negeri 2 nusa penida in science learning, 2) to improve learning outcomes of class viiid students of smp negeri 2 nusa penida in learning the subject of learning (1) structure and function of plants, (2)) digestive system in humans, (3) additives and addictive substances, (4) circulatory system in humans. the subjects of this study were class viiid students of smp negeri 2 nusa penida in the 2019/2020 academic year in the odd semester, totaling 24 students, consisting of 12 girls and 14 boys. this research was carried out every cycle in two cycles, where each cycle was carried out through 4 stages, namely: 1) research planning, 2) action implementation, 3) observation / evaluation, and 4) reflection. the results of this study indicate that: (1) there is an increase in student activity, from 67.73 moderate in the first cycle to 79.675.38 in the good category in the second cycle. (2) there is an increase in student learning outcomes from the first cycle of 65.50 to 71.54 in the second cycle. based on the findings above, it is suggested that: findings about the effective application of the 7e learning cycle model as an alternative in the science learning process. keywords: 7e learning cycle model; student activities; learning outcomes pendahuluan tantangan dalam pembelajaran adalah menciptakan pengalaman yang melibatkan siswa, mendukung mereka berpikir, memahami, menjelaskan, dan memecahkan permasalahan ilmiah (akinbobola & afalabi 2010). berbagai inovasi pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta untuk meningkatkan mutu pendidikan di indonesia. inovasi sudah dilakukan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah sampai pendidikan tinggi. pemerintah telah menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (ktsp) sejak tahun 2005 hingga dilaksakanannya kurikulum k 13. k13 dirancang dan diimplementasikan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan berbuat. dalam pembelajaran ipa, hendaknya peserta didik terlibat secara aktif untuk mengkonstruksi dan mengasimilasi pengetahuan melalui kegiatan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. untuk dapat membelajarkan peserta didik secara aktif, maka guru harus mampu menjadi seorang fasilitator atau mediator yang inovatif sehingga mampu menyediakan wahana bagi peserta didik untuk mempelajari konsep ipa, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. pemahaman konsep yang baik erat kaitannya dengan hasil belajar siswa. penelitian ini berkaitan langsung dengan proses pembelajaran khususnya bidang sains (ipa) di smp negeri 2 nusa penida. sampai saat ini pemahaman konsep siswa masih rendah. berdasarkan penilaian hasil belajar siswa dalam mata pelajaran ipa kelas viii pada kd 3.1; 3.2; dan 3.3 semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 rata-rata nilai ulangan harian 1 masih belum memenuhi syarat kriteria ketuntasan minimal ipa kelas viii yaitu 76. rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas viii pada viii pada kd 3.1; 3.2; dan 3.3, pada tahun ajaran 2019/2020 yaitu 59,95 dengan ketuntasan 48,89%. dari kelima kelas viii, kelas viiid smp n 2 nusa penida memiliki nilai yang terendah dibandingkan kelas lainya. berdasarkan hasil observasi vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193 1116 diperoleh rata-rata nilai ulangan pada semester 1 pada pra siklus, pada tahun ajaran 2019/2020 untuk kelas viiid sebesar 51,28 dengan ketuntasan 38,46% . berdasarkan pengamatan sementara, rendahnya hasil belajar ipa siswa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : (1) kemasan pembelajaran masih menitikberatkan pada kemampuan hafalan, memecahkan masalah lama, dan kurang memperhatikan pemahaman konsep siswa, (2) konsep ipa yang dibelajarkan dianggap sulit oleh peserta didik, (3) kurangnya pengkaitan antara konsep ipa yang dibelajarkan dengan masalah nyata, (4) kurangnya kegiatan praktikum dalam pembelajaran ipa, dan (6) kinerja ilmiah yang menjadi tuntutan ktsp dalam penilaian proses pembelajaran belum dilakukan secara optimal. pengemasan pembelajaran dewasa ini tidak sejalan dengan hakekat pembelajaran menurut kaum kontruktivis (wirtha & rapi, 2008; gemer, 2010). kemasan pembelajaran masih menitikberatkan pada kemampuan hafalan, memecahkan masalah lama. menurut wenning (2011) model pembelajaran penemuan belum banyak digunakan. guru belum memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang metode ilmiah. kedua, guru masih menggunakan paradigma “teaching by telling approach”. demikian pula dalam proses pembelajaran fisika, sampai saat ini masih didasari asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan dari guru ke siswa. ketiga, tingkat pemahaman konsep siswa terhadap materi ipa masih rendah. hal ini dapat dilihat dari indikasi bahwa pemahaman terhadap materi fisika cenderung sebatas ingatan dan hafalan fakta-fakta, rumus-rumus, dan alogaritma. pemahaman merupakan inti pembelajaran. girad & wong (dalam saleh, 2011) menyatakan pemahaman konsep meliputi pengetahuan dan kemampuan menggunakan konsep ilmiah dalam mengembangkan model mental, dan menjelaskan suatu fenomena alam. berdasarkan permasalahan di atas, perlu diterapkan strategi pembelajaran yang inovatif agar terjadi kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sesuai dengan paham konstruktivisme. pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif secara ekstensif atas dasar teori bahwa, peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendikusikan konsepkonsep tersebut dengan temannya (slavin, 2005). vygotsky (dalam suparno, 1997) mengatakan bahwa pengetahuan peserta didik akan dibentuk melalui proses kerja sama dengan teman lain (learning community) dan pembelajaran akan bermakna jika konsep ipa yang dibelajarkan dikaitkan dengan permasalahan-permasahan konstekstual. tujuan penelitian ini adalah untuk . meningkatkan aktivitas dan meningkatkan hasil belajar ipa siswa dengan penerapan model pembelajaran model siklus belajar 7e. metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang dirancang dalam dua siklus. setiap siklus dalam rancangan penelitian ini terdiri dari empat tahapan, yaitu : (1) planing/perencanaan, (2) acting/tindakan, (3) observing and evaluating/observasi dan penilaian, dan (4) reflecting/refleksi yang berulang secara siklis (tantra, 1997). subyek penelitian tindakan adalah semua peserta didik kelas viiid smp negeri 2 nusa penida semester i tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 26 orang, terdiri atas 12 putri dan 14 putra. pemilihan subyek ini didasarkan pada rerata ulangan harian i pada kompetensi dasar sebelumnya tidak mencapai ketuntasan klasikal. sedangkan obyek penelitian adalah hasil belajar ipa dan aktivitas siswa dalam pembelajaran ipa untuk kd 3.4; 3.5; 3.6; 3.7 vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193 1117 instrumen pengumpul data yang digunakan berupa lembar observasi dan tes hasil belajar. yang disusun dan dikembangkan sendiri oleh penulis. instrumen penilaian sikap terdiri dari empat indikator, yaitu : (1) kerja sama dalam kelompok belajar, (2) peran dalam kelompok belajar, (3) perhatian terhadap kegiatan pembelajaran, n (4) inisiatif dalam pembelajaran. perilaku atau sikap peserta didik yang diobservasi diberikan skor. untuk memperoleh data hasil belajar siswa ipa maka digunakan instrumen penilaian hasil belajar berbentuk obyektif sebanyak 15 (lima belas) item. setiap item yang dijawab benar diberikan skor 1 dan item yang dijawab salah diberikan skor 0. dan dan 5 (lima) soal uraian dengan skala 0-4 selanjutnya skor yang diperoleh peserta didik dikonversikan dalam skala seratus seperti halnya mengkonversikan penilaian sikap di atas. ketuntasan aspek kognitif peserta didik ditentukan dengan menggunakan daya serap siswa/peserta didik (dss) dan ketuntasan klasikal (kk). ketuntasan siswa ditentukan berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (kkm) ≥ 67 dan ketuntasan klasikal atau kk ≥ 67%. keseluruhan data hasil penelitian di analisis secara deskriptif menentukan tingkat sikap dan hasil belajar siswa. hasil deskripsi proses pembelajaran pada siklus i penelitian tindakan ini dilaksanakan di kelas viiid smp n 2 nusa penida tahun pelajaran 2019/2020, dengan jumlah subjek 26 orang. penelitian ini dilaksanakan dari hari selasa 21 september s/d kamis 14 nopember 2019. subjek penelitiannya adalah siswa kelas viiid smp negeri 2 nusa penida tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 26 orang dengan perincian 14 orang siswa putra dan12 orang siswa putri. penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus dengan 4 kd. siklus i dilaksanakan dalam tujuh kali pertemuan. enam pertemuan untuk pembelajaran dan 1 kali untuk melaksanakan tes dengan menggunakan tiga rencana pembelajaran. masingmasing pertemuan menggunakan rpp dan lks kontruksi dalam pembelajaran. materi yang dibahas pada siklus i meliputi: struktur dan fungsi tumbuhan; dan sistem pencernaan makanan. secara garis besar, deskripsi pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model siklus belajar sebagai berikut. pertemuan pertama, proses pembelajaran dimulai dengan kegiatan pendahuluan (tahap eleciion) yang berlangsung sepuluh menit menit. rangkaian kegiatan pendahuluan terdiri dari: mengabsen siswa, membacakan kompetensi dasar dan membacakan indikator hasil belajar, memerikan apersepsi, menyampaikan indikator pembelajaran, manfaat pembelajaran, mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, memotivasi siswa dalam mengekspresikan pengetahuannya.” bagaimana padi dapat menghasilkan beras? di manakah proses tersebut berlangsung? bagian manakah dari tumbuhan yang berperan untuk proses tersebut? setelah mendapatkan jawaban yang beragam dari siswa, guru kemudian mengantarkan masalah tersebut pada materi yang akan dibahas. guru mensosialisasikan pembelajaran dengan menerapkan model siklus belajar dan menyampaikan sistem penilaian yang akan dilaksanakan selama proses pembelajaran. guru membacakan anggota masing-masing kelompok. kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan inti (60 menit). guru mengidentifikasi dan menyajikan fenomena yang berkaitan dengan konsep organ tumbuhan yang akan dipelajari.siswa bekerja sama dengan anggota kelompok untuk menjelaskan fenomena yang vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193 1118 disajikan, berdasarkan pengetahuan awalnya dengan menyampaikan sejumlah hipotesis (tahap engagement ). guru membagikan lks dan siswa melaksanakan eksperimen (tahap explor). hasil eksperimen dianalisis oleh siswa untuk dapat menjawab hipotesis, dan menuangkannya dalam bentuk laporan (tahap explanation). guru membimbing siswa memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan fenomena yang disajikan secara jelas dan sederhana. siswa mengelaborasi pengetahuan yang sudah di bangun dengan pengetahuan awalnya (tahap elaborasi). kegiatan diakhiri dengan penutup selama 10 menit. guru mengevaluasi sejauh mana pemahaman konsep siswa dan kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa (tahap evaluation). siswa mengaplikasikan pemahaman konsep yang dimiliki dengan menyebutkan contoh lain yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, atau menyelidiki fenomena lain yang berkaitan dengan konsep yang telah diperkenalkan (tahap extension). untuk pertemuan kedua sampai ke enam, hampir sama dengan pertemuan pertama hanya materi yang dibelajarkan berbeda. pada pertemuan kedua dibahas struktur dan fungsi daun, bunga, buah dan biji, pada pertemuan ketiga dibahas jaringan pada tumbuhan. pada pertemuan keempat bahan dan zat makanaan. pada pertemuan kelima dibahas organ pencernaan makanan, pada pertemuan keenam dibahas gangguan pada sistem pencernan makanan. pelaksanaan tes hasil belajar untuk siklus 1 dilaksanakan pada pertemuan ke ketujuh. tes hasil belajar pada siklus 1 mencakup materi pada siklus 1. kegiatan berlangsung lancer dan tidak ada yang menyontek data hasil penelitian pada siklus i data hasil penelitian pada siklus-1 memuat tentang sikap peserta didik dalam pembelajaran ipa dan hasil belajar atau penguasaan konsep ipa. rekapitulasi nilai sikap siswa pada siklus i disajikan dalam tabel 1 dan rekapitulasi hasil belajar siswa disajikan dalam tabel 2. tabel 1. rekapitulasi kategori aktivitas siswa pada siklus 1 no komponen yang dianalisis jumlah persentase 1 kategori sikap sangat baik 5 19,23% 2 kategori sikap baik 4 15,38% 3 kategori sikap sedang 13 46,15% 4 kategori sikap kurang 4 15,38% 5 jumlah nilai siswa 26 6 rata-rata 67,73 7 standar deviasi 13,73 berdasarkan analisis data aktivitas siswa pada siklus 1. diperoleh nilai sikap peserta didik terhadap pembelajaran ipa pada siklus 1 sebagai berikut: nilai minimum 45, nilai maksimum 90, rata-rata 67,73 dengan kategori sikap kurang terhadap pembelajaran ipa 15,38% dengan sd = 13,73 vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193 1119 tabel 2. rekapitulasi data hasil belajar siswa pada siklus 1 no nilai jumlah persentase 1 nilai minimal 30 2 nilai maksimal 90 3 jumlah siswa tuntas 13 50% 4 jumlah siswa belum tuntas 13 50% 5 jumlah nilai siswa 1703 6 rata-rata 65,50 7 standar deviasi 15 untuk nilai hasil belajar siklus i diperoleh nilai minimal 30 dan nilai maksimal 90, dengan rata-rata 65,50 dengn ketuntasan klasikal 50%. refleksi pembelajaran siklus i refleksi pada siklus i didasarkan hasil observasi dan evaluasi proses pembelajaran pada siklus i. selama proses pembelajaran secara umum berjalan lancar, namun ada beberapa kendala yang dihadapi dalam proses belajar. 1. saat meminta siswa menuju kelompoknya masing-masing, ada siswa yang bercanda yang menyebabkan kelas menjadi gaduh. 2. saat mengerjakan tugas kelompok, masih ada siswa yang tidak ikut bekerja dalam kelompoknya, dan hanya siswa yang berkemampuan lebih saja yang mengerjakannya sendiri. 3. saat diskusi kelas, hanya sebagian kecil siswa yang memberi tanggapan, sedangkan siswa lain kurang semangat. berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi siklus i, maka diambil langkah dalam proses pembelajaran sebagai berikut. 1. memberi peringatan kepada siswa agar tidak membuat gaduh dalam pembelajaran 2. memberi bimbingan dan memotivasi agar anggota kelompok saling bekerja sama 3. merancang lks yang digunakan agar lebih dapat dipahami siswa 4. memberikan penghargaan bagi siswa yang memberikan tanggapan pada saat diskusi dan mendapatkan nilai terbaik. deskripsi proses pembelajaran pada siklus ii siklus ii dilaksanakan dalam 2 rencana pembelajaran untuk enam kali pertemuan. materi yang dibahas pada siklus ii meliputi: zat aditif, pengaruh zat aditif bagi kesehatan, penyalahgunaan zat aditif, organ peredaran darah, sistem peredaran darah pada manusia. secara garis besar, deskripsi pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan siklus belajar 7e adalah sebagai berikut. pada pertemuan kedelapan, proses pembelajarn dimulai dengan kegiatan pendahuluan yang berlangsung kurang dari 10 menit. pada kegiatan pendahuluan terdiri atas: pada pertemuan pertama, proses pembelajaran dimulai dengan kegiatan pendahuluan (tahap eleciion) yang berlangsung sepuluh menit menit. rangkaian kegiatan pendahuluan terdiri dari: mengabsen siswa, membacakan kompetensi dasar dan membacakan indikator hasil belajar.memerikan apersepsi, menyampaikan indikator pembelajaran, manfaat pembelajaran, mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, memotivasi siswa dalam vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193 1120 mengekspresikan pengetahuannya. ”ketika pulang sekolah, apakah kamu sering bertemu dengan penjual makanan atau minuman? bagaimana pendapatmu tentang tampilan dan rasa makanan serta minuman tersebut? agar memiliki warna yang menarik dan memiliki rasa yang lezat, penjual biasanya menambahkan zat tertentu dalam makanan dan minuman agar menarik. bagaimana pendapatmu tentang makanan dan minuman tersebut yang berwarnawarni tersebut? apakah makanan dan minuman tersebut nampak menarik? apakah makanan sehat?” kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan inti (60 menit). guru mengidentifikasi dan menyajikan fenomena yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari.siswa bekerja sama dengan anggota kelompok untuk menjelaskan fenomena yang disajikan, berdasarkan pengetahuan awalnya dengan menyampaikan sejumlah hipotesis (tahap engagement ). guru membagikan lks dan siswa melaksanakan eksperimen (tahap explor). hasil eksperimen dianalisis oleh siswa untuk dapat menjawab hipotesis, dan menuangkannya dalam bentuk laporan (tahap explanation). guru membimbing siswa memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan fenomena yang disajikan secara jelas dan sederhana. siswa mengelaborasi pengetahuan yang sudah di bangun dengan pengetahuan awalnya (tahap elaborasi). kegiatan diakhiri dengan penutup selama 10 menit. guru mengevaluasi sejauh mana pemahaman konsep siswa dan kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa (tahap evaluation ). siswa mengaplikasikan pemahaman konsep yang dimiliki dengan menyebutkan contoh lain yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, atau menyelidiki fenomena lain yang berkaitan dengan konsep yang telah diperkenalkan (tahap extension). untuk pertemuan sembilan sampai 11, hampir sama dengan pertemuan kedelapan materi yang dibelajarkan berbeda, pengaruh zat aditif bagi kesehatan, penyalahgunaan zat aditif, organ peredaran darah, sistem peredaran darah pada manusia. data hasil penelitian pada siklus ii rekapitulasi data nilai sikap siswa pada siklus ii disajikan dalam tabel 3 dan rekapitulasi data pemahaman konsep siswa untuk siklus ii disajikan dalam tabel 4. tabel 3. data rekapitulasi kategori sikap siswa pada siklus ii no komponen yang dianalisis jumlah persentase 1 kategori sikap sangat baik 7 26,92% 2 kategori sikap baik 6 23,08% 3 kategori sikap sedang 12 41,15% 4 kategori sikap kurang 1 3,85% 5 jumlah nilai siswa 1960 6 rata-rata 75,38 7 standar deviasi 13,71 berdasarkan analisis data aktivitas siswa pada siklus ii. diperoleh nilai sikap peserta didik terhadap pembelajaran ipa pada siklus ii sebagai berikut: nilai minimum 50, nilai maksimum 95, rata-rata 75,38 dengan kategori sikap sedang terhadap pembelajaran ipa 41,15 % dengan sd = 13,71 vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193 1121 tabel 5. rekapitulasi data hasil belajar siswa pada siklus ii no nilai jumlah persentase 1 nilai minimal 30 2 nilai maksimal 88 3 jumlah siswa tuntas 18 69,23% 4 jumlah siswa belum tuntas 10 38,46% 5 jumlah nilai siswa 1876 6 rata-rata 71,54 7 standar deviasi 16 untuk nilai hasil belajar ipa siklus ii sebagai berikut : nilai minimum 30 nilai maksimum 88, rata-rata 71,54 dengan ketuntasan klasikal (kk) 69,23%. data hasil rekapitulasi nilai rata-rata aktivitas belajar dan nilai rata-rata hasil belajar siswa masing-masing siklus tertera pada tabel 4..9 dan profil aktivitas belajar dan hasil belajar siswa tiap masing-masing siklus disajikan pada gambar 1. profil aktivitas dan hasil belajar ipa siswa tiap siklus disajikan dalam gambar 4.1. gambar 1. profil sikap dan hasil belajar ipa siswa tiap siklus berdasarkan hasil analisis data dari siklus-1 ke siklus-2 terjadi peningkatan secara signifikan, yaitu peningkatan aktivitas belajar sebesar 7,65 % dan peningkatan hasil belajar sebesar 6,04 %. refleksi pembelajaran siklus ii hal-hal yang ditemukan dalam siklus kedua ini adalah siswa sudah mampu berdiskusi dengan baik memanfaatkan berbagai buku ajar dan memanfaatkan teman dalam kelompok kecil atau kelompok besar. hal lain juga ditemukan bahwa sudah banyak muncul persaingan yang sehat untuk bisa menjadi kelompok berikutnya dengan menyakan kepada teman yang sudah duluan masuk ke kelompok berikutnya. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 aktivitas belajar hasil belajar ipa 67,73 65,5 75,38 71,54 siklus 1 siklus 2 vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193 1122 bagian ini menyajikan hasil penelitian/ atau hasil pemikiran. hasil penelitian dapat dilengkapi dengan tabel, grafik (gambar), dan/atau bagan. bagian pembahasan memaparkan hasil pengolahan data, menginterpretasikan penemuan secara logis, mengaitkan dengan sumber rujukan yang relevan. usahakan untuk menampilkannya seringkas dan sekomprehensif mungkin. pembahasan harus terfokus pada hasil dan bagaimana hasil tersebut dapat menjawab masalah yang diangkat. pembahasan berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa aktivitas siswa pada sikus pertama secara klasikal adalah 67,31 dengan katagori sedang, tetapi ada 4 siswa dengan aktivitas kurang. ini menunjukkan bahwa aktivitas perlu ditingkatkan lagi pada siklus berikutnya. sedangkan pada siklus kedua aktivitas siswa sudah mencapai 75,38 dengan katagori baik dan masih ada 1 orang siswa yang memiliki aktivitas dengan katagori kurang 1 orang. ini berarti ada peningkatan aktivitas dari siklus pertama. dalam penelitian ini aktivitas yang sulit ditingkatkan adalah interaksi siswa dengan guru, hal ini karena siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran konvensional yang hanya dengan metode ceramah saja. hasil analisis mengenai hasil belajar ipa siswa didapatkan hasil pada siklus pertama bahwa hasil rata-rata siswa adalah 65,50 jika dibandingkan dengan kkm mata pelajaran ipa untuk kelas viii, yaitu 67, memang jauh lebih besalebih rendahr dan juga kalau kita bandingkan dengan ulangan harian mereka sebelumnya pada mata pelajaran ipa jauh lebih tinggi, tetapi masih ada 15 siswa yang belum tuntas pada siklus pertama ini. pada siklus kedua didapatkan hasil hasil belajar siswa yaitu rata-rata kelas 71,54 dengan 10t anak belum tuntas. hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus pertama ke siklus kedua. temuan penelitian ini didukung oleh pembelajaran model siklus belajar 7e yang menyatakan bahwa: pertama, model siklus belajar 7e merupakan salah satu model belajar yang berlandaskan konstruktivis. pembelajaran dengan siklus ini menyelidiki konsep-konsep dan hubungannya melalui pengalaman langsung ke dalam jaringan konseptual yang terpadu. pada tiap fase, akan dilatih kemampuan berpikir siswa. guru yang menerapkan siklus belajar 7e, dapat merancang pembelajaran yang mengaitkan pemahaman awal siswa dengan konteks, menyediakan situasi kondusif dalam belajar. pengajaran dengan siklus belajar 7e dimulai dengan pengalaman langsung, mengamati suatu fenomena, bekerja dengan bahan dalam serangkaian kegiatan eksperimen dan diakhiri dengan penguasaan konsep secara ilmiah serta diikuti dengan penyuguhan konsep-konsep dan pengaplikasiaanya dalam kehidupan seharihari. siswa belajar dengan aktif pada tiap tahapan fasenya. pembelajaran konvensional merupakan sebuah praktik yang mekanistik dari pemberian informasi yang menggunakan paradigma behavioristik, menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata. menurut brooks & brooks (1993); wenning (2010), penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar. sedangkan peran siswa adalah menerima, menyimpan, dan melakukan aktivitas-aktivitas lain yang sesuai dengan informasi yang diberikan. dalam proses pembelajaran keterampilan vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193 1123 berpikir siswa jarang dilatih. guru berasumsi bahwa keberhasilan program pembelajaran dilihat dari ketuntasannya menyampaikan seluruh materi yag ada dalam kurikulum. kedua, secara operasional empiris penelitian ini menggunakan lks dengan materi yang sama. perbedan lks yang digunakan terletak pada strategi yang digunakan. untuk lks pada kelompok m7e menggunakan lks yang sesuai dengan tahapan siklus belajar 7e. lks ini menuntun siswa menemukan jawaban sendiri melalui serangkaiaan kegiatan seperti perumusn masalah, hipotesis, eksperimen. sedangkan untuk kelompok pembelajaran konvensional menggunakan lks yang berpola konvensional seperti lks yang digunakan di sekolah, menerapkan pengetahuan secara linier. pembelajaran dengan model siklus belajar 7e melatih siswa untuk bernalar, berpikir abstrak untuk memahami konsep, berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoretis formal berdasarkan proposisi-proposisi, membuat hipotesis, mengambil kesimpulan, mengaplikasikan pengetahuannya dan mengembangkan teori fisika. simpulan berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dalam penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) aktivitas siswa kelas viiid smp negeri 2 nusa penida semester ganjil pada pelajaran ipa tahun pelajatan 2019/2020 mengalami peningkatan. hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas belajar ipa pada siklus i sebesar 67,73 (kategori sedang) mengalami peningkatan sebesar 7,65 pada siklus ii menjadi 75,38 (berkategori baik). (2) hasil belajar ipa siswa kelas viiid smp negeri 2 nusa penida semester ganjil pada pelajaran ipa tahun pelajatan 2019/2020 mengalami peningkatan. hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar ipa pada siklus i sebesar 65,50 mengalami peningkatan sebesar 6,04 pada siklus ii menjadi 71,54. daftar rujukan akinbobola, a. o., & afalabi, f. 2010. construktivist practices through quided discovery approach: the effect on students’ cognitive achievement in nigeria senior secondary school physics. journal of physics and chemistry education. 2 (1): 16-25. arif, s. 2001. pemerdayaan pembelajaran ipa dalam upaya menumbuhkembangkan sikap positif terhadap lingkungan. jurnal pendidikan dan kebudayaan, nomor 032, tahun ke-7, november 2001. arikunto, suharsimi. 2006. prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. edisi revisi vi. jakarta : rineka cipta. bsnp. 2006. panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah. depdiknas. costu, b., ayas, a., & niaz, m. 2010. promoting conceptual change in first year students understanding of evaporation. journal of chemistry education research and practice. 11: 5-6. fishbein, martin dan icek ajzen. 1975. belief, attitude, intention, and behavior : an introduction to theory and research. london addison. wesley published company. fosnot.1996. enquiring teacherrs. enquiring learners. a constructivist approach for teaching. new york: columbia university. kocakulah, m. s., & kural, m. 2010. investigation of conceptual change about double-slit interference in secondary school physics. internasional journal of environmental & science education. 5(10): 435-460. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193 1124 lie, anita. 2007. cooperative learning. jakarta : penerbit pt grasindo. lunenburg, f. c. 2011. critical thinking and constructivism techniques for improving student achievement. national forum of teacher education journal. 21(3): 1-9. muslimin, dkk.2000. pembelajaran kooperatif. surabaya: unesa university press. nurkancana, i w dan sunartana. 1992. evaluasi hasil belajar. surabaya : usaha nasional. puskur. 2006. ktsp smp/mts mata pelajaran ipa. depdiknas. sadia, i.w. 1996. pengembangan model belajar konstruktivis dalam pembelajaran ipa di smp. disertasi pps upi bandung: tidak diterbitkan. santyasa, i w. 2008a. asesmen kinerja, fortofolio, dan kriteria penilaian. makalah. disajikan dalam pelatihan tentang pembelajaran dan assesmen inovatif bagi guru-guru sekolah menengah di kecamaan nusa penida, tanggal 22, 23, dan 24 agustus 2008 di nusa penida. santyasa, i w. 2008b. pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran kooperatif. makalah. disajikan dalam pelatihan tentang pembelajaran dan assesmen inovatif bagi guruguru sekolah menengah di kecamaan nusa penida, tanggal 22, 23, dan 24 agustus 2008 di nusa penida. setiawan, didang. 2004. konstruktivisme dalam pembelajaran. buletin pusat perbukuan depdiknas vol. 10 tahun 2004. slavin, robert e. 2005. cooperative learning. theory, research, and practice: second edition. boston: allyn and bacon. suzuk, e., corlu, m. a., & gurel, c. 2011. students’ perceptions of learning effiency of introductory physics course. eurasian journal physics and chemistry education. 65-71. sornsakda, s., sukaringarm, p., & singseewo, a. 2009. effects of learning environmental education using the 7e-learning cycle with metacognitive techniques and teacher’s handbook approaches on learning achievement, integrated science proses skills and critical thinking of mathayomsuksa 5 students with different learning achievement. pakistan journal of social sciences. 6(5): 297-303. puskur. 2006. ktsp smp/mts mata pelajaran ipa. depdiknas. microsoft word 03-malik.docx vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.120 563 received : 13-04-2021 revised : 25-04-2021 published : 03-05-2021 pengaruh budaya dan kedisiplinan siswa terhadap sikap peduli lingkungan di sman 1 geger kabupaten madiun sebagai sekolah adiwiyata mandiri malik ashari sman 1 geger kabupaten madiun, indonesia asharimalik73@gmail.com abstrak: indikasi sikap yang muncul dalam kriteria sekolah adiwiyata adalah sikap peduli lingkungan. sikap peduli lingkungan di sekolah dapat dipengaruhi oleh budaya dan kedisiplinan. di sekolah siswa dapat berinteraksi dengan seluruh warga sekolah dan dengan lingkungan sekolahnya. penelitian bertujuan mengetahui pengaruh budaya dan kedisiplinan terhadap sikap peduli lingkungan serta mengetahui sumbangan efektifnya. metode penelitian dengan survey, bersifat kuantitatif dan jenis penelitian korelasional. hipotesis diuji dengan regresi ganda. pengumpulan data menggunakan angket dan dilaksanakan juli sampai nopember 2018 pada sampel siswa kelas x, xi, xii sman 1 geger kabupaten madiun. kesimpulannya ada pengaruh budaya dan kedisiplinan terhadap sikap peduli lingkungan. pengaruh budaya dan kedisiplinan secara simultan memberi sumbangan efektif tertinggi terhadap sikap peduli lingkungan sebesar 26,73% disusul budaya sebesar 22,28%, dan paling rendah kedisiplinan sebanyak 7,19%. saran berdasarkan hasil penelitian bahwa pengaruh budaya dan kedisiplinan secara simultan terhadap sikap peduli lingkungan baru bisa mengungkap 26,73%, selebihnya perlu penelitian lanjutan untuk mengungkap variabel lainnya. kata kunci: budaya; kedisiplinan; sikap peduli lingkungan vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.120 564 pendahuluan manusia dibandingkan dengan makhluk hidup lain mempunyai kelebihan yaitu adanya akal fikiran. sebagian manusia tidak menyadari bahwa hidup manusia itu berinteraksi dengan makhluk hidup lain yang saling membutuhkan dan akan akan terjadi ketidakseimbangan hidup jika salah satu komponen diabaikan. ineraksi tidak hanya dengan komponen biotik tapi juga ada interaksi dengan komponen abiotik. sekolah merupakan gerbang awal ilmu pengetahuan dan tempat transfer informasi. melalui sekolah, pembinaan, penanaman, pelibatan siswa secara aktif dalam menumbuhkan kepedulian lingkungan sangat potensial dan cocok disampaikan melalui jalur pendidikan. idealnya sekolah menyeimbangkan kemampuan pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada siswa. namun sebagian sekolah hanya mengutamakan pengetahuan untuk mengejar prestasi akademik supaya siswa diterima di perguruan tinggi favorit dengan mengesampingkan keterampilan dan sikap. penanaman moral perlu ditekankan terlebih lagi terkait dengan sikap peduli lingkungan. pernyataan itu dapat dilihat dalam slogan kebersihan sebagian dari iman. orang yang bisa menjaga kebersihan berarti orang itu bersikap baik kepada diri sendiri, sesama manusia dan lingkungan sebagai salah satu pertanda orang yang beriman. kerusakan lingkungan hidup ada berbagai bentuk, di antaranya kebakaran hutan, pencemaran, gempa bumi, gunung meletus, dan lain-lain. kerusakan lingkungan hidup dapat disebabkan dua faktor, yakni akibat ulah manusia dan akibat peristiwa alam. kerusakan yang disebabkan oleh manusia ini justru lebih besar dibanding kerusakan akibat bencana alam. hal ini mengingat kerusakan yang dilakukan bisa terjadi secara terus menerus dan cenderung meningkat, umumnya disebabkan oleh aktifitas manusia yang tidak ramah lingkungan. kementerian lingkungan hidup (2009: 5) menyatakan bahwa “salah satu fungsi pendidikan adalah menyiapkan individu agar berkembang menjadi dewasa yang mencapai kehidupan yang berkualitas. kehidupan yang berkualitas ini meliputi berbagai aspek, baik sosial, ekonomi, emosional, intelektual, moralitas maupun spiritualitas. pendidikan bertujuan membentuk manusia indonesia seutuhnya”. kementerian negara lingkungan hidup telah memberikan andil yang sangat besar untuk memacu sekolah dalam pelestarian lingkungan hidup dengan memberikan penghargaan berupa adiwiyata. tujuan sekolah adiwiyata untuk mewujudkan masyarakat sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan dengan menciptakan kondisi yang lebih baik bagi sekolah untuk menjadi wadah pembelajaran dan juga penyadaran segenap warga sekolah diantaranya murid, guru, orang tua/wali murid dan lingkungan masyarakat demi terciptanya upaya pelestarian lingkungan hidup. sman 1 geger madiun telah berhasil mendapatkan penghargaan adiwiyata dua kali dari menteri kelestarian lingkungan hidup tahun 2009 dan 2010. selanjutnya pada tahun 2011 sman 1 geger madiun mendapatkan penghargaan adiwiyata mandiri dari presiden republik indonesia. keberhasilan untuk memperoleh penghargaan adiwiyata mandiri di sman 1 geger madiun tidak terlepas dari sikap peduli lingkungan siswa. sikap peduli lingkungan siswa berhubungan dengan kondisi beberapa hal yaitu: faktor budaya dan kedisiplinan. budaya merupakan suatu tatanan menuju kehidupan yang lebih baik dengan bersumber pada asas-asas yang terkandung dalam kehidupan manusia. dari asas tersebut tercermin sikap dan sifat yang tampak dalam kehidupan bermasyarakat. sikap yang dimaksud adalah untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap keindahan dan kebersihan lingkungan. lingkungan yang bersih dan sehat adalah lingkungan yang nyaman dan aman agar terhindar dari segala penyakit. nilai keindahan dan kebersihan menopang kehidupan manusia dalam bersikap dan berkarya dalam suatu vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.120 565 kegiatan. adat kebiasaan perilaku sikap peduli lingkungan bisa dipengaruhi karena pembiasaan yang sering dilakukan dalam keluarga di rumah. disiplin merupakan suatu sifat atau kemampuan yang dimiliki seseorang untuk taat dan bisa mengendalikan diri, agar tetap mematuhi aturan yang telah dibuat atau disepakati. disiplin merupakan suatu sikap atau perlaku yang tentunya diharapkan oleh banyak orang, khususnya dalam dunia pendidikan. disiplin tidak lepas dari aturan, norma, prosedur, organisasi, kerja sama, hukuman, dan lain sebagainya. metode subyek penelitian adalah murid kelas x sampai kelas xii sman 1 geger kab. madiun semester ganjil tahun pelajaran 2018-2019 dengan populasi 768 siswa. sampel adalah siswa kelas x diambil 80 siswa, kelas xi ipa diambil 80 siswa dan kelas xii ipa diambil 80 siswa. jumlah sampel yang diambil adalah 240 siswa. dasar penentuan sampel ini didasarkan oleh pendapat isaac dan michael dalam sugiyono (2009). penelitian ini teknik pengambilan sampel dengan random sampling (pengambilan sampel acak) mengingat populasi homogen yang terbagi dalam kelas yang seragam. metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, bersifat kuantitatif dan jenis penelitian adalah jenis korelasional. hipotesis diuji dengan regresi ganda. pengumpulan data dari variabel (budaya, kedisiplinan dan sikap peduli lingkungan) menggunakan angket skala likert. waktu penelitian bulan juli 2018 sampai oktober 2018 ukuran sikap mengenai faktor budaya, meliputi faktor keluarga, faktor religi. tingkat kedisiplinan meliputi kehadiran, kerapian, kepribadian, ketertiban, kerukunan. sikap peduli lingkungan meliputi kebersihan, keindahan, kenyamanan, kesehatan, kehematan. tabel 1. perincian instrumen variabel penelitian variabel indikator sub indikator faktor budaya 1. kebersihan keluarga 2. ketaatan agama a. orang tua b. saudara c. pembantu rumah tangga d. norma keluarga perintah agama tingkat kedisiplinan 1. kehadiran 2. kerapian 3. kepribadian 4. ketertiban 5. kerukunan presensi di kelas pakaian seragam sekolah a. perhiasan b. rambut c. tutur kata d. hak milik a. penggunaan hp b. perawatan barang c. pelompat pagar d. perilaku merokok e. jenis bacaan f. persenjataan terlarang g. narkoba a. intimidasi b. perkelahian sikap peduli lingkungan 1. kebersihan 2. keindahan a. kebersihan pribadi b. kebersihan lingkungan c. sistem pengelolaan sampah a. budidaya tanaman hias b. penataan ruang vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.120 566 3. kenyamanan 4. kesehatan 5. kehematan c. pembuatan taman pemanfaatan lahan a. makanan dan minuman b. kesehatan lingkungan a. listrik b. air c. atk dan bahan lain indikator dan sub indikator seperti tabel angket yamg sudah dibuat selanjutnya diuji normalitas, linieritas dan uji signifikansi persamaan regresinya dengan program spss versi 16. pengujian hipotesis, data yang terkumpul dari penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik statistik. untuk mencari hubungan antar variabel, digunakan analisis korelasi. analisis korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan antara satu variabel bebas dengan satu variabel bebas lain atau satu variabel bebas dengan variabel terikat. sedangkan untuk menguji model hubungan antar variabel yang berbentuk sebab akibat digunakan teknik analisis regresi ganda. proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan program aplikasi analisis statistik spss versi 16. skema kerangka pemikiran teknik regresi ganda sebagai berikut: gambar 1. rancangan koefisien korelasi (r) pada regresi ganda. keterangan: x1 = faktor budaya, x2 = tingkat kedisiplinan, y = sikap peduli lingkungan hasil hasil penelitian terhadap faktor budaya siswa sman 1 geger madiun per kelas tertera pada gambar 2. sedangkan rata-rata faktor budaya siswa sman 1 geger pada tabel 2. gambar 2. faktor budaya per kelas 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% kelas x kelas xi kelas xii sangat kurang (040) kurang (41-54) sedang (55-65) baik (66-83) sangat baik (84-100) vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.120 567 tabel 2. faktor budaya siswa sman 1 geger madiun no. faktor budaya persentase 1. 2. 3. 4. 5. sangat kurang (0–40) kurang (41–54) sedang (55–65) baik (66–83) sangat baik (84–100) 0% 0% 2% 40% 58% jumlah 100% berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa siswa sman 1 geger madiun sebagian besar mempunyai faktor budaya sangat baik sebanyak 58%, siswa mempunyai faktor budaya baik 40%, siswa yang mempunyai faktor budaya sedang 2%, siswa yang mempunyai faktor budaya kurang dan sangat kurang 0%. hasil penelitian terhadap tingkat kedisiplinan siswa sman 1 geger per kelas tertera pada gambar 3. sedangkan rerata tingkat kedisiplinan siswa sman 1 geger pada tabel 3. . gambar 3. tingkat kedisipinan per kelas tabel 3. tingkat kedisiplinan siswa sman 1 geger no. tingkat kedisiplinan persentase 1. 2. 3. 4. 5. sangat kurang (0–40) kurang (41–54) sedang (55–65) baik (66–83) sangat baik (84–100) 0% 0% 1% 15% 84% jumlah 100% berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa siswa sman 1 geger madiun sebagian besar mempunyai tingkat kedisiplinan sangat baik sebanyak 84%, siswa mempunyai tingkat kedisiplinan baik sebanyak 15%, siswa mempunyai kedisiplinan sedang 1%, siswa yang kurang dan sangat kurang dalam kedisiplinan sebanyak 0%. 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% kelas x kelas xi kelas xii sangat kurang (040) kurang (41-54) sedang (55-65) baik (66-83) sangat baik (84-100) vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.120 568 gambar 4. sikap peduli lingkungan per kelas hasil penelitian terhadap sikap peduli lingkungan siswa sman 1 geger per kelas tertera pada gambar 4. sedangkan rerata sikap peduli lingkungan siswa sman 1 geger di tabel 4. pada tabel 4 tersebut diketahui bahwa sebagian besar siswa mempunyai sikap peduli lingkungan sangat baik sebanyak 76%, siswa mempunyai sikap peduli lingkungan baik sebanyak 24%, siswa yang sikap peduli lingkungan sangat kurang, kurang dan sedang sebanyak 0%. tabel 4. tingkat kedisiplinan siswa sman 1 geger no. tingkat kedisiplinan persentase 1. 2. 3. 4. 5. sangat kurang (0–40) kurang (41–54) sedang (55–65) baik (66–83) sangat baik (84–100) 0% 0% 0% 24% 76% jumlah 100% uji normalitas. berdasarkan signifikansi yang tertera dalam tabel kolomogorovsmirnov dan shapiro-wilk maka dapat disimpulkan bahwa semua sebaran data penelitian ini dinyatakan berdistribusi normal, sebab semua signifikansi di dalam tabel lebih besar dari angka 0,05. uji linieritas. hasilnya dari pengujian dengan memanfaatkan spps versi 16 semua variabel prediktor memiliki hubungan linier dengan variabel kriterium. 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% kelas x kelas xi kelas xii sangat kurang (040) kurang (41-54) sedang (55-65) baik (66-83) sangat baik (84-100) vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.120 569 gambar 5. rancangan koefisien pada regresi ganda. keterangan: x1 = faktor budaya, x2 = tingkat kedisiplinan, y = sikap peduli lingkungan uji signifikansi persamaan regresi menunjukkan semua jalur hubungan di seluruh blok dapat dinyatakan signifikan dan dapat memenuhi persyaratan untuk pembuktian hipotesis dengan prosedur regresi ganda. uji hipotesis pengaruh variabel faktor budaya, variabel tingkat kedisiplinan terhadap variabel sikap peduli lingkungan seperti pada gambar 5. tabel 5 tabel koefisien korelasi faktor budaya, tingkat kedisiplinan terhadap sikap peduli lingkungan dan signifikansinya variabel koefisien korelasi sign keterangan pengaruh x1 (faktor budaya) terhadap y (sikap peduli lingkungan) hubungan x1(faktor budaya) terhadap x2(kedisiplinan) pengaruh x2 (kedisiplinan) terhadap y (sikap peduli lingkungan) pengaruh x1 (faktor budaya) dan x2 (kedisiplinan) dengan y (sikap peduli lingkungan) 0,470 0,365 0,268 0,517 0,000 0,000 0,000 0,000 significant significant significant significant pada tabel 5 di atas menunjukkan pengaruh faktor budaya yang signifikan terhadap sikap peduli lingkungan. artinya semakin tinggi faktor budaya dimiliki siswa maka akan diikuti semakin tingginya sikap peduli lingkungan. tingkat kedisiplinan signifikan dengan sikap peduli lingkungan. artinya semakin tinggi tingkat kedisiplinan siswa maka akan diikuti semakin tingginya sikap peduli lingkungan. faktor budaya dan tingkat kedisiplinan secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap sikap peduli lingkungan siswa. artinya semakin meningkat faktor budaya dan tingkat kedisiplinan siswa maka akan diikuti semakin meningkatnya sikap peduli lingkungan. besarnya sumbangan efektif variabel-variabel tersebut disajikan dalam tabel 6. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.120 570 tabel 6. sumbangan efektif budaya dan kedisiplinan terhadap sikap peduli lingkungan variabel koefisien jalur total % (persen) x1 (faktor budaya) -y (sikap peduli lingkungan) 0,2228 0,2228 22,28 x2 (kedisiplinan) y (sikap peduli lingkungan) 0,071931 0,0719 7,19 x1 (faktor budaya) dan x2 (kedisiplinan) – y (sikap peduli lingkungan) 0,2673 0,2673 26,73 sumbangan efektif sebesar 22,28% berasal dari pengaruh factor budaya, sumbangan efektif sebesar 7,19% berasal dari pengaruh tingkat kedisiplinan sedangkan jika secara bersamaan/ simultan antara factor budaya dan tingkat kedisiplinan menghasilkan sumbangan efektif sebesar 26,73%. sesuai dengan urutan besar kecilnya kontribusi terhadap pembentukan sikap peduli lingkungan siswa maka faktor budaya, jika dibanding dengan variable tingkat kedisiplinan memiliki sumbangan efektif lebih besar terhadap sikap peduli lingkungan siswa sman 1 geger madiun. pembahasan pengaruh faktor budaya terhadap sikap peduli lingkungan faktor budaya yang meliputi indikator keluarga dan agama. sikap peduli lingkungan meliputi indikator kebersihan, keindahan, kenyamanan, kesehatan dan kehematan. hubungan manusia dengan lingkungan saling mempengaruhi dan ada ketergantungan satu dengan lainnya. dalam satu keluarga dengan lingkungan di bawah kendali orang tua dan saudara pembiasaan baik yang dilakukan di lingkungan keluarga akan di bawa siswa jika berada pada lingkungan yang baru, misalnya di sekolah. orang tua yang yang mengajarkan kebersihan, kerapian di rumah sifat itu akan ditiru untuk dipraktekkan di sekolah. makin berkembang persepsi atau wawasan yang dibina dan dipahami maka siswa makin menghayati, meyakini, dan mengamalkan. dalam segi agama ada slogan ”kebersihan adalah sebagian dari iman”. slogan itu bagi siswa bisa sebagai motivasi untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan karena didalamnya nilai positif jika orang melakukannya. dengan dasar itu siswa yang mempunyai nilai agama baik akan mempunyai sikap peduli lingkungan yang baik juga. kenyataan nilai agama yang merupakan bagian dari faktor budaya dapat meningkatkan sikap peduli lingkungan didukung oleh seorang peneliti yang bernama ari widiyanto tahun 2007 dengan judul penelitian: “hubungan tingkat religiusitas dengan sikap terhadap lingkungan alam”. hasil pembahasan itu menunjukkan semakin besar nilai faktor budaya (indikator keluarga dan agama) maka semakin tinggi juga sikap peduli lingkungan siswa (indikator kebersihan, keindahan, kenyamanan, kesehatan dan kehematan). sumbangan efektif faktor budaya terhadap sikap peduli lingkungan lingkungan sebesar 22,28% pengaruh tingkat kedisiplinan terhadap sikap peduli lingkungan kedisiplinan merupakan sikap, tindakan, atau perilaku siswa sebagai individu sekaligus warga sekolah yang menyangkut kemampuan (mental) untuk dapat menerima, menerapkan, dan melaksanakan kaidah-kaidah atau aturan yang berlaku dengan menerapkan cara hidup yang teratur dan tertib dalam lingkungan sekolah. disiplin kaitannya dengan sikap peduli lingkungan merupakan sikap atau tindakan dengan mematuhi peraturan dan tata tertib sekolah yang menyangkut kebersihan dan keindahan lingkungan sebagai sekolah adi wiyata. penerapan vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.120 571 disiplin dalam sekolah sangat penting dan perlu ditegakkan. disiplin yang baik adalah disiplin yang timbul karena adanya kesadaran dalam diri. disiplin merupakan modal keberhasilan dari setiap kegiatan termasuk dalam hal kepedulian terhadap lingkungan. hasil pembahasan hubungan tingkat kedisiplinan dengan sikap peduli lingkungan menunjukkan semakin besar tingkat kedisiplinan (indikator kehadiran, kerapian, kepribadian, ketertiban, dan kerukunan) maka semakin tinggi juga sikap peduli lingkungan siswa (indikator kebersihan, keindahan, kenyamanan, kesehatan dan kehematan). total sumbangan efektif tingkat kedisiplinan terhadap sikap peduli lingkungan lingkungan sebesar 7,19% pengaruh budaya dan kedisiplinan terhadap sikap peduli lingkungan pembiasaan siswa yang dilakukan di rumah dengan pendidikan dan pengawasan dari orang tua, berbekal pemahaman agama siswa akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan karena ada ajaran agama yang menyatakan kebersihan sebagian dari iman menjadi pemicu penngkatan sikap peduli lingkungan siswa. dalam hal bersamaan, diikuti kedisiplinan siswa dengan penuh kesadaran mematuhi peraturan dan tata tertib sekolah maka memperkuat lagi siswa dalam sikap peduli terhadap lingkungan. perhatian orang tua dan guru mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa dalam menjaga lingkungan. kedisiplinan siswa akan meningkatkan sikap peduli lingkungan siswa di sekolah. budaya hidup bersih masyarakat berawal dari kehidupan keluarga. orang tua yang menerapkan kedisiplinan ketat dalam hal kebersihan lingkungan maka anaknya juga berdisiplin dalam menjaga kebersihan lingkungan dimana pun termasuk di sekolah. besarnya sumbangan efektif faktor budaya dan tingkat kedisiplinan terhdap sikap peduli lingkungan sebesar 26,73%. simpulan kesimpulan budaya berpengaruh terhadap sikap peduli lingkungan siswa, dengan sumbangan efektif sebesar 22,28%. kedisiplinan berpengaruh terhadap sikap peduli lingkungan siswa, dengan sumbangan efektif sebesar 7,19%. sumbangan efektif tertinggi terjadi pada pengaruh budaya dan kedisiplinan secara simultan/ bersama-sama terhadap sikap peduli lingkungan sebesar 26,73% saran pihak sekolah, dinas pendidikan dan kantor lingkungan hidup perlu memprioritaskan pengaruh budaya dan kedisiplinan untuk menciptakan sikap peduli lingkungan. penelitian pengaruh budaya dan kedisiplinan secara bersama terhadap sikap peduli lingkungan baru bisa mengungkap 26,73% selebihnya perlu penelitian lanjutan untuk mengungkap variabel lainnya. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.120 572 daftar rujukan arikunto, suharsimi. 2006. dasar-dasar evaluasi pendidikan. jakarta : bina aksara. asep suryana dan riduwan. 2010. statistika bisnis. bandung: alfa beta bakker, j.w.m. 1998. filsafat kebudayaan: sebuah pengantar. jakarta: gunung mulia darsono, valentinus. 1995. pengantar ilmu lingkungan. yogyakarta : penerbit universitas atma jaya. farida, meutia. 2003. kebudayaan nasional indonesia: penataan pola pikiran. jakarta: universitas indonesia. (on line). www.bappenas.go.id/get-file-server/node/8539, diakses 5 agustus 2018 gregory a. kimble. 1980. principle of genaral psychology. new york ian l.pepper. 2006. environment and pollution science. english: academic press iswarin. 2011. perubahan potensial membran sel akar kangkung (ipomoea aquaticaforsk) sebagai indikator pencemaran lingkungan air limbah. jurnal penelitian vol. 1 no. 1 april 2011. hal 35-40. malang: universitas brawijaya kementerian pendidikan nasional. 2011. jenjang pendidikan. jakarta: departemen pendidikan nasional. (on line) http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan_di_indonesia, diakses 7 juli 2018 kementerian lingkungan hidup. 2011. implementasi komponen dan standar adiwiyata. jakarta: departemen kedudayaan dan pariwisata (on line) http://www.menlh.go.id/implementasi-komponen-dan-standar-adiwiyata/, diakses 7 juli 2018 kementerian negara lingkungan hidup. 2009. wujudkan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan. surabaya: badan lingkungan hidup provinsi jawa timur krech, d and r.s. crutchfield. 2008. theory and problema at social psychology. mc grawhill book company inc. new york. masitoh, dewi. 2006. tingkat kedisiplinan masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih terhadap lingkungannya, studi kasus pada masyarakat banaran, kelurahan sekaran, kecamatan gunungpati semarang. semarang: universitas negeri semarang. (on line) http://lib.unnes.ac.id/4183/ , diakses 5 juli 2018 mulyono. 2011. hubungan antara sikap peduli lingkungan hidup dan masa kerja dengan prestasi belajar pendidikan lingkungan hidup mahasiswa s1 pgsd unit program belajar jarak jauh universitas terbuka (upbjj-ut) surakarta. surakarta: program pascasarjana universitas sebelas. (on line) http://pasca.uns.ac.id/?p=1481, diakses 5 juli 2018 peter m. senge. 2006. the fifth displine: the art and practice of the learning organization. new york: doubleday putrawan, i.m. 2008. pengujian hipotesis dalam kajian social. jakarta : rineka cipta. roger dan david johnson. 2000. learning method. jakarta : gunung agung. santoso. 2002. spss. mengelola data statistika secara profesional. jakarta: gramedia santoso, s. 2007. menguasai statistika di era reformasi dengan spss 16. jakarta: elex media komputindo seragih, r.f. 2010. pendidikan mengenai lingkungan dalam rangka pembangunan berkelanjutan. jurnal ilmu pendidikan 9(2) juni 2002. suhartini. 2015. pengaruh disiplin kerja dan iklim komunikasi terhadap kinerja pegawai dinas perhubungan kota yogyakarta, dengan motivasi kerja sebagai variabel intervening, jurnal siasat bisnis, volume 19 (1), januari 2015 vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.120 573 sugiyono. 2009. metode penelitian pendidikan. bandung: penerbit alfabeta sugiyono. 2010. statistika untuk penelitian. bandung: penerbit alfabeta tapa h. 2008. upaya optimalisasi disiplin melalui pelayanan dasar bimbingan dan konseling bagi siswa kelas viiic smpn 2 purwodadi tahun pelajaran 2008-2009. jurnal pendidikan vol 2 no. 6 oktober 2006. issn: 1979-6161. tu’u, tulus. 2004. peran disiplin pada perilaku dan prestasi siswa. jakarta: grasindo widiyanto. 2007. hubungan tingkat religiusitas dengan sikap terhadap lingkungan alam. jurnal psikologia. vol. 1 no. 2 hal 86-94, 2 desember 2007. program studi psikologi fk. medan: universitas sumatera utara yustina dan poernomo, s. 2010. pengelolaan sampah perkotaan. pusbangdikuniversitas riau. pekanbaru. microsoft word 03-yuliati.doc vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.106 407 received : 13-03-2021 revised : 01-04-2021 published : 15-04-2021 peningkatan minat belajar proses industri kimia melalui pendekatan contextual teaching and learning (ctl) dengan model pasa (pecture and student active) yulianti smk smti padang, indonesia youlie75.yn@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat siswa belajar proses industri kimia melalui penerapan metode pendekatan contextual teaching and learning (ctl) dengan model pasa (pictures and student active) dan meningkatkan prestasi belajar siswa. penelitian dilakukan melalui dua siklus. standar kompetensi yang dilaksanakan adalah membaca diagram alir proses sederhana. pada siklus pertama kompetensi dasar yang diberikan adalah membaca diagram alir proses industri pulp dan kertas, sedangkan pada siklus kedua kompetensi dasar yang diajarkan membaca diagram alir proses industri pupuk. pada setiap siklus dilakukan diskusi dan tugas kelompok, penyelesaian tabel dan diberikan tes akhir berupa ulangan harian. pada akhir siklus selalu dilakukan pengisian kuesioner minat dan motivasi belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan penerapan metode pendekatan contextual teaching and learning (ctl) dengan model pasa (pictures and student active). pada siklus pertama kualifikasi minat adalah baik dengan nilai 3,74 dan meningkat menjadi kualifikasi sangat baik dengan nilai 4,19 pada siklus kedua. dengan meningkatnya minat siswa, motivasi siswa juga meningkat dari baik dengan nilai 3,6 pada siklus pertama menjadi baik dengan nilai 3,82 pada siklus kedua. hasil belajar juga menunjukan peningkatan dari rata-rata kelas 82,95 pada siklus pertama menjadi 83,93 pada siklus kedua. begitu juga dengan nilai akhir rata-rata kelas meningkat dari 84,39 pada siklus pertama menjadi 85,24 pada siklus kedua. dengan demikian penerapan metode pendekatan contextual teaching and learning (ctl) dengan model pasa (pictures and student active) dalam pembelajaran proses industri kimia telah berhasil meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa, sekaligus prestasi belajar siswa. kata kunci: contextual teaching and learning; pictures and student active; proses industri kimia; diagram alir vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.106 408 pendahuluan dalam rangka meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran proses industri kimia (pik) serta untuk menghilangkan kesan bahwa pelajaran proses industri kimia hapalan saja, maka perlu diupayakan metode yang dapat memotivasi untuk menuntaskan materi dengan baik. pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu kepada siswa sebagai pusat sumber belajar, sehingga dalam strategi pembelajaran proses industri kimia (pik) diharapkan siswa dapat menguasai konsep atau materi secara proporsional. pada penelitian ini dipergunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (ptk). tujuan yang utama dari penelitian ini adalah mencoba melihat berbagai kemungkinan upaya peningkatan minat belajar peserta didik kelas x3 smk-smti padang pada mata pelajaran pik melalui pendekatan contextual teaching and learning (ctl) dengan model p a s a (pictures and student active). pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang dikerjakannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan yang diterapkannya dalam kehidupan mereka sebagi anggota keluarga dan masyarakat (nurhadi dalam buku rusman. model-model pembelajaran: mengembangkan profesionalisme guru) (jakarta: rajawali persada, 2013), 189. penelitian ini, dilakukan dengan 2 siklus. proses pembelajaran dengan pendekatan ctl melalui model pasa dilaksanakan dengan tahapan (1) pembagian kelompok kecil (2) siswa mendeskripsikan gambar-gambar (3) menelaah dan menganalisis setiap gambar (4) mendiskusikan gambar-gambar tersebut (5) melakukan presentasi lisan (6) melaksanakan post tes berupa quiz dan soal-soal obyektif/subyektif. perbaikan kualitas pendidikan dimulai dari perbaikan kualitas pengajaran, tersedianya sarana dan prasarana yang memadai namun hal ini juga harus ditunjang dengan kualitas siswa. komponen dalam sistem ini saling terkait dan terpadu mempengaruhi variabel-variabel peningkatan hasil pembelajaran. penelitan ini bertujuan mencari bentuk pendekatan proses belajar mengajar dengan model pembelajaran tertentu yang sesuai dengan karakteristik pelajaran proses industri kimia di smk smti padang. menurunnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran prose industri kimia (pik), karena mengganggap mata pelajaran prose industri kimia (pik) hanya bersifat hafalan yang sulit untuk dipelajari berakibat rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pik. hal ini ditunjukan dengan dengan nilai mata pelajaran pik yang dicapai siswa pada ujian akhir semester yang relatif rendah. hal ini menimbulkan keprihatinan bagi semua yang terlibat dalam proses pembelajaran pik, termasuk peneliti selaku salah satu guru mata pelajaran pik. untuk itu perlu dicari penyebab utama permasalahan tersebut dan pemecahannya. berubahnya kurikulum yang terus-menerus secara cepat menyebabkan kurangnya pemahaman guru tentang cara pembelajaran dan evaluasi belajar yang sesuai dengan kurikulum tersebut. kesulitan yang sering dialami oleh guru adalah dalam pemilihan metode yang tepat agar guru dapat menanamkan ilmu secara mudah, sehingga siswa menguasai kompetensi yang telah ditetapkan pada kurikulum yang diacu. dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat diharapkan hasil pembelajaran yang dicapai menjadi optimal. pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah saat ini merupakan pembelajaran klasikal dengan jumlah siswa antara 35 – 40, sehingga sulit bagi seorang guru untuk menerapkan semua yang dianjurkan dalam kurikulum. mengelola kelas dengan jumlah siswa sebanyak itu memerlukan strategi pembelajaran dan menuntut kreativitas guru yang memadai. banyaknya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa yang tidak disertai alokasi waktu yang memadai vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.106 409 menyebabkan guru kesulitan membagi waktu antara target penyelesaian materi dengan pemilihan metode yang dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar pik. seorang guru harus mampu menerapkan metoda pembelajaran yang inovatif sehingga dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar. metode penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas x.3 sekolah menengah kejuruan smti padang yang beralamat di jalan ir.h.juanda 2 kecamatan padang barat, kota padang sumatera barat. penelitian dilaksanakan pada bulan april – juni 2016 pada jam pembelajaran proses industri kimia di kelas x.3 dengan subjek penelitian siswa kelas x.3 smk-smti padang semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 36 siswa, terdiri dari 21 siswa putra dan 15 siswa putri. teknik pengumpulan data 1. sumber data, lembar hasil observasi dan lembar hasil pengisian angket minat dan lembar jawaban siswa. 2. jenis data, meliputi data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari skor penyelesaian tugas kelompok dan hasil observasi kelas. 3. pengamatan, dilakukan sendiri oleh guru sebagai pengamat di kelas. pengamatan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya. 4. catatan harian, berisi catatan perubahan cara guru dalam menentukan metode pembelajaran agar siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar pada satu kompetensi dasar mampu meningkatkan minat belajar siswa. 5. observasi aktivitas kelas, pengamatan kelas untuk merekam interaksi guru dan siswa dalam hal pemahaman kemampuan kompetensi dasar siswa, meliputi suasana kelas, aktivitas siswa, dan interaksi siswa di dalam kelas. 6. pengukuran hasil belajar, pengukuran hasil belajar menggunakan soal evaluasi bentuk essay yang disusun berdasarkan kompetensi dasar yang digunakan dalam pembelajaran instrumen penelitian instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. lembar observasi 2. lembar pengisian angket minat 3. lembar pengisianangket motivasi 4. lembar gambar tahapan proses 5. lembar tabel proses 6. lembar soal evaluasi analisis data analisis data dilakukan berdasarkan perubahan keaktifan siswa dalam diskusi kelompok dan keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok yang dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan soal-soal proses industri kimia dalam bentuk lembar gambar tahapan proses industi dan lembar tabel peralatan proses yang diberikan saat vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.106 410 turnamen untuk setiap siklus. selain itu analisis dilakukan pula terhadap hasil pengisian angket atau kuesioner motivasi dan minat belajar siswa dan hasil evaluasi akhir. prosedur penelitian perencanaan dalam penelitian ini menggunakan dua siklus dan masing-masing siklus menggunakan empat komponen tindakan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalam suatu spiral yang saling berkaitan. adapun kegiatan tahap perencanaan meliputi: a. menyiapkan lembar observasi untuk mengamati berlangsungnya proses pembelajaran dan penerapan metode contextual teaching and learning (ctl) dengan model p a s a (pictures and student active) b. menyiapkan materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa sebelum pembelajaran dilaksanakan, sehingga siswa dapat membacanya terlebih dahulu di rumah untuk bahan diskusi kelompok. c. menyiapkan soal-soal dalam bentuk lembar potongan-potongan tahapan proses industri kimia dan lembar tabel gambar peralatan-peralatan proses industri kimia. lembar-lembar ini ini akan digunakan untuk kerja kelompok turnamen antar kelompok. d. membagi kelompok diskusi menjadi enam kelompok dengan jumlah anggota tiap kelompok sebanyak 6 siswa. pengelompokan ini disusun guru dengan distribusi yang sama antara jumlah laki dan perempuan pada masing-masing kelompok .. e. merencanakan kegiatan belajar-mengajar sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai. f. membuat kuesioner atau anket motivasi dan minat belajar otk siswa g. membuat soal evaluasi untuk mengetahui kompetensi yang telah dikuasai dan dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode contextual teaching and learning (ctl) dengan model p a s a (pictures and student active). pelaksanaan langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : a. guru melaksanakan pembelajaran kegiatan belajar-mengajar sesuai rencana pembelajaran yang telah disiapkan, meliputi : apersepsi, kegiatan inti, dan penutup serta pemberian tugas di rumah. b. mengamati proses belajar-mengajar dengan berpedoman pada lembar observasi siswa. c. selama diskusi kelompok berlangsung, guru berkeliling membimbing kelompok-kelompok diskusi yang ada dalam memecahkan soal-soal berupa menyusun potongan-potongan gambar tahapan proses industri kimia.. guru mengamatisiswa yang aktif maupun yang kurang aktif dalam kelompok. d. masing-masing perwakilan kelompok yang telah siap, akan menempelkan gambar tahapan proses di papan tulis, dan dilanjutkan dengan kelompok berikuttnya. nilai tertinggi akan diperoleh oleh kelompok yang pertama maju untuk menempel gambar di papan tulis dan diikuti oleh kelompok-kelompok berikutnya. e. setelah menyelesaikan tahapan proses industri kimia, selanjutnya guru membagikan tabel lembaran gambar alat beserta fungsinya kepada masing-masing kelompok. siswa dalam kelompok diintruksikan menyelesaikan kolom-kolom yang kosong pada tabel tersebut dengan menempelkan gambar yang cocok dengan fungsinya atau menuliskan fungsi alat vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.106 411 yang sesuai dengan gambar yang tersedia. kelompok yang tercepat dan menyelesaikan tabel dengan benar akan mendapatkan nilai tertinggi. f. guru menyimpulkan hasil kerja perwakilan masing-masing kelompok dalam menyusun gambar tahapan proses industri kimia. selanjutnya kegiatan dilanjutkan dengan diskusi kelas yang diharapkan akan diperoleh penguasaan konsep yang sama antar siswa. g. guru memberikan reward pada kelompok yang berperan aktif dan yang memiliki jumlah jawaban benar paling banyak serta memberi motivasi pada kelompok yang kurang aktif. h. guru mengintruksikan kelompok terbaik untuk maju dan menanmpilkan hasil kerja dalam menyelesaikan tabel peraltan beserta fungsinya.. guru memotivasi tiap-tiap kelompok agar mempersiapkan diri untuk menghadapi pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. bagi kelompok yang mendapat skor tertinggi akan diberikan reward. observasi untuk memudahkan pemantauan, analisis, dan pengambilan kesimpulan terhadap keberhasilan tindakan yang dilakukan, perlu ditetapkan kriteria keberhasilan tindakan. a. peningkatan minat belajar siswa dengan indikator 1) adanya peningkatan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan metode contextual teaching and learning (ctl) dengan model p a s a (pictures and student active) 2) adanya peningkatan kerja sama antar siswa dalam pelaksanaan diskusi kelompok menggunakan gambar atau dengan visualisasi 3) adanya aktivitas siswa saat dilaksanakannya turnamen antar kelompok. b. peningkatan hasil belajar siswa dengan indikator : 1) adanya peningkatan perasaan senang dan puas pada siswa. 2) adanya peningkatan kompetensi siswa pada pembelajaran dilihat dari nilai yang diperoleh. refleksi hasil analisis refleksi siklus pertama yang berasal dari observasi di kelas, digunakan sebagai acuan untuk menentukan tindakan pada tahapan siklus berikutnya. adanya peningkatan keaktifan siswa merupakan indikator peningkatan minat belajar siswa terhadap pembelajaran proses industri kimia. hal ini dapat digunakan oleh guru sebagai acuan untuk memperbaiki kualitas pembelajarannya hasil data hasil tugas penyelesaian diagram alir kelompok yang didapat pada siklus pertama dapat dilihat pada tabel 1. berdasarkan hasil rekapitulasi skor pelaksanaan tugas kelompok terlihat empat kelompok bernilai sangat baik dan dua kelompok bernilai baik. hal ini menunjukkan bahwa semua anggota kelompok telah berpartisipasi dalam kelompoknya untuk menyelesaikan diagram alir proses industri pulp dan kertas. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.106 412 tabel 1. nilai tugas diskusi kelompok dalam belajar proses industri kimia siswa kelas x.3 pada siklus i no kelompok jumlah skor akhir nilai sikap diskusi kelompok 1 1 98 sangat baik 2 2 87 baik 3 3 92 sangat baik 4 4 88 baik 5 5 93 sangat baik 6 6 92 sangat baik adapun hasil tugas penyelesaian diagram alir kelompok yang didapat pada siklus kedua dapat dilihat pada tabel 2. berdasarkan hasil rekapitulasi skor pelaksanaan tugas kelompok terlihat empat kelompok bernilai sangat baik dan lima kelompok bernilai baik. hal ini menunjukkan bahwa semua anggota kelompok telah berpartisipasi dalam kelompoknya untuk menyelesaikan diagram alir proses industri pupuk. tabel 2. nilai tugas diskusi kelompok dalam belajar proses industri kimia siswa kelas x.3 pada siklus 2 no kelompok jumlah skor akhir nilai sikap diskusi kelompok 1 1 89 baik 2 2 91 sangat baik 3 3 84 baik 4 4 95 sangat baik 5 5 89 baik 6 6 99 sangat baik 7 7 90 sangat baik 8 8 88 baik 9 9 79 baik dari perbandingan data tabel 1 pada siklus pertama dengan data tabel 2 pada siklus kedua, secara keseluruhan tidak terlalu meningkat. namun dari observasi yang dilakukan terlihat aktivitas siswa cukup meningkat. peningkatan ini menunjukan bahwa siswa sudah mulai memperlihatkan antusiasnya dalam pembelajaran pik. pada siklus kedua ini siswa sudah memahami aturan permainan sehingga pada saat pelaksanaan tidak merasa kebingungan atau keragu-raguan. empat kelompok di siklus pertama, yang bernilai sangat baik menunjukkan tingginya tingkat keaktifan anggota kelompok tersebut. untuk dua kelompok yang masih bernilai baik, tingat keaktifannya sedikit di bawah enam kelompok lainnya. banyak faktor yang menyebabkab pebedaan nilai sikap dan keaktifan kelompok belajar pada siklus pertama ini. salah satunya adalah terlalu banyaknya anggota dalam tiap-tiap kelompok. kurangnya minat dan motivasi juga menjadi penyebab perbedaan nilai sikap masing-masing kelompok. kurangnya minat untuk berkompetisi ini pada akhirnya akan berefek pada kurangnya daya serap terhadap materi pelajaran yang di bahas pada pembelajran saat itu. disamping itu siswa belum begitu memahami secara benar aturan permainan yang berlaku pada turnamen antar kelompok ini. ketika di siklus kedua, antusiasme siswa dalam kelompok terlihat dari meningkatnya nilai kelompok dan tingginya nilai aktifitas peserta tiap kelompok. keaktifan peserta tiap kelompok mendukung keaktifan seluruh kelompok dan keaktifan kelompok membuat seluruh vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.106 413 siswa dan kelas menjadi aktif. hal ini menghasilkan hidupnya pembelajaran pik dikelas. perbandingan kekuatan kompetisi dan keaktifan siswa yang dilihat dari nilai kelompok, dapat dilihat pada tabel 3 berikut. tabel 3. perbandingan persentase keaktifan siswa dalam diskusi kelompok belajar proses industri kimia siswa kelas x.3 pada siklus i dan sikus 2 no kriteria keaktifan persentase di siklus 1 (%) persentase di siklus 2 (%) 1 percaya diri dalam menunjukkan kemampuan 77 78 2 memberikan respon positif terhadap kejadian di ruang belajar 80 83 3 berani tampil ke depan 80 83 4 berani kemukakan pendapat 80 100 5 menghargai pendapat orang lain 80 80 6 iklas menerima keberhasilan teman atau kelompok lain 78 78 7 sportif 80 80 8 jujur 80 80 9 cepat menjawab pertanyaan 80 80 10 aktif dalam kelompok 100 100 rata-rata 81,5 84,2 adapun data hasil pengisian kuesioner minat dan motivasi pada siklus 1, nilai minat secara klasikal adalah baik untuk pernyataan positif dan cukup baik untuk pernyataan negatif. sedangkan nilai motivasi secara klasikal untuk pernyataan positif maupun pernyaan negatif adalah baik. sedangkan pada siklus 2, terdapat perubahan pada minat dan motivasi siswa, yaitu terjadinya peningkatan minat dan motivasi belajar siswa. perbandingan peningkatan minat ini terlihat pada tabel 4, motivasi pada tabel 5. tabel 4. perbandingan minat belajar siswa pada siklus 1 dan siklus 2 no kondisi siklus 1 siklus 2 angket minat angket minat pernyataan positif pernyataan negatif pernyataan positif pernyataan negatif 1. perhatian (attention) 3,81 ( baik ) 2,7 (cukup baik) 4,08 (sangat baik) 3,2 ( baik) 2. relevansi (relevance) 3,83 ( baik ) 3,5 (baik) 4,35 (sangat baik) 3,5 (baik) 3. percaya diri (confidence) 3,69 ( baik ) 3,1 (baik) 4,21 ( baik ) 3,4 ( baik) 4. kepuasan (satisfaction) 3,62 ( baik ) 2,4 (cukup baik) 4,10 (sangat baik) 3,1 (baik) rata-rata 3.74 ( baik ) 2,93 (cukup baik) 4,19 (sangat baik) 3,3 ( baik) vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.106 414 tabel 5. perbandingan motivasi belajar siswa pada siklus 1 dan siklus 2 no kondisi siklus 1 siklus 1 pernyataan positif pernyataan negatif pernyataan positif pernyataan negatif 1. perhatian (attention) 3,5 ( baik ) 2,94 (baik) 3,93 (baik) 3,5 (baik) 2. relevansi (relevance) 3,52 ( baik ) 3,11 (baik) 3,92 (baik) 3,5 (baik) 3. percaya diri (confidence) 3,6 ( baik ) 3,15 (baik) 3,85 (baik) 3,5 (baik) 4. kepuasan (satisfaction) 3,83 ( baik ) 3,39 ( baik) 3,58 (baik) 3,5 (baik) rata-rata 3,61 ( baik ) 3,15 ( baik) 3,82 (baik) 3,5 ( baik) untuk hasil belajar pada siklus 1, dari seluruh siswa kelas x.3, terdapat 93,6 % (30 orang) siswa yang tuntas atau mencapai kkm dan 16,4 % (6 orang) yang belum tuntas dengan capaian nilai rata-rata kelas 82,94. selanjutnya nilai akhir siswa yang mencapai atau lebih dari kkm mencapai 100% dengan nilai rata-rata kelas 84,39. hasil belajar ini merupakan cerminan minat dan motivasi siswa dalam belajar proses industri kimia. pada siklus kedua, nilai rata-rata kelas hasil belajar siswa mengalami peningkatan. namun jumlah siswa yang mencapai ketuntasan sedikit menurun. dari seluruh siswa kelas x.3 terdapat 80,56 % (29 orang) siswa yang tuntas atau mencapai kkm dan 19,44 % (7 orang) yang belum tuntas. penurunan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan tidak berpengaruh terhadap nilai rata-rata kelas. pada siklus kedua ini nilai rata-rata kelas hasil belajar siswa meningkat dari 82,94 menjadi 83, 93. selanjutnya niali akhir seluruh siswa kelas x.3 mencapai metuntasan 100% dengan rata-rata kelas mengalami peningkatan yaitu dari 84,39 menjadi 85,24. peningkatan angka-angka tersebut menunjukan adanya peningkatan kompetisi siswa dalam pembelajaran pik. peningkatan ini tak lepas dari meningkatnya minat dan motivasi siswa dalam belajar pik. perbandingan nilai hasil belajar ini dapat dinilat pada tabel 6 berikut ini. tabel 6. perbandingan nilai hasil belajar proses industri kimia siswa kelas x.3 pada siklus i dan siklus 2 no kriteria nilai nilai siklus 1 nilai siklus 2 evaluasi akhir evaluasi akhir 1 tertinggi 97,5 91,1 97,5 91,5 2 terendah 54 75 62,5 75 3 rata-rata kelas 82,94 84,39 83,93 85,24 pembahasan observasi kegiatan siswa yang dilakukan selama melaksanakan ptk dari siklus pertama sampai siklus kedua dapat dijelaskan sebagai berikut. mata pelajaran proses industri kimia ini telah peneliti ampu selama sepuluh tahun. materi pada pembelajaran pik diberikan dalam bentuk standar kompetensi. dalam satu semester terdapat satu standar kompetensi dengan beberapa kd. pada semester genap standar kompetensi yang harus dikuasi siswa adalah membaca diagram alir proses industri sederhana dengan lima kompetensi dasar. siswa harus mampu dan menguasai proses-proses industri vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.106 415 minimal lima industri pada kompetensi dasar mata pelajaran pik di semester genap ini. standar kompetensi membaca diagram alir proses industri ini merupakan prasyarat untuk mata pelajaran produktif lainnya di kelas xi. materi membaca diagram alir proses industri sederhana berisi tentang proses fisika dan kimia tentang industri terkait yang dipelajari. siswa juga harus menguasai bahan baku dan bahan utama proses serta peralatan-peralatan yang digunakan dalam proses industri, baik itu peralatan utama maupun peralatan pendukung.. dari tahun ketahun, peneliti mengamati dan merasakan bahwa minat siswa sangatlah kurang ketika mempelajari tentang materi yang terkait dengan diagram alir. hal inilah yang membuat peneliti merasa tertantang untuk mencarikan solusi dan strategi mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan menerapkan metode pasa sebelum melaksanakan tindakan pada siklus pertama, peneliti terlebih dahulu menyusun rncana pelaksanaan pembelajaran (rpp). materi pembelajaran pada siklus pertama diberikan kepada siswa satu minggu sebelum pembelaran dilaksanakan. hal ini dilakukan dengan harapan siswa terlebih dahulu membacanya di rumah sehingga ketika pembelajaran dilaksanakan siswa telah menguasai materi yang akan dipelajari. peneliti membagi siswa dalam kelompok-kelompok untuk melaksanakan diskusi antara kelompok. tugas kelompok dilakukan dalam bentuk penempelan gambar-gambar tahapan diagram alir proses industri-industri yang sedang dipelajari pada saat itu dan dilanjutkan dengan pengisian tabel pencocokan peralatan yang digunakan sesuai fungsinya terkait industri yang dipelajari. observasi pada siklus pertama menunjukan adanya perubahan sikap siswa terhadap pembelajaran dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. dalam pembelajaran terlihat siswa yang selama ini kurang semangat dan jarang berpartisipasi mulai menunjukan ketertarikannya. ketertarikkan ini karena pembelajaran lebih banyak menggunakan itampilan gambar-gambar proses maupun peralatan yang digunakan. dengan penggunaan gambar ini siswa akan lebih mudah mengingat dan mempelajarinya. metode contextual teaching and learning (ctl) dengan model p a s a (pictures and student active) yang diterapkan pada pembelajaran ini mulai merangasang keinginan siswa untuk belajar walaupun masih ada siswa dalam kelompok yang belum aktif. secara umum memang terjadi perubahan, namun perubahan ini belum signifikan. pada siklus pertama ini dari 6 kelompok yang ada, terdapat empat kelompok yang menunjukan nilai yang sangat baik dari dua kelompok lainya yang bernilai baik. hal ini dapat dilihat dari nilai observasi sikap dalam diskusi dan nilai pengolahan angket minat dan motivasi siswa yang diisi di akhir pembelajaran yang masih rendah. penyebab rendahnya nilai minat dan motivasi siswa ini karena pada siklus pertama siswa hanya dibagi dalam enam kelompok dengan anggota enam orang perkelompok. banyaknya jumlah anggota perkelompok berakibat banyaknya anggota kelompok yang pasif. disamping itu penyebabnya adalah karena siswa belum memahami sepenuhnya strategi permainan yang akan dilaksanakan. karena itu pada siklus kedua peneliti mencari solusi dan menyusun rencana pembelajaran yang sedikit berbeda dengan siklus pertama. pada siklus kedua, materi pembelajaran berbeda dengan materi pembelajaran siklus pertama. kelompok diskusi pada siklus kedua ini dibagi dalam sembilan kelompok diskusi dengan anggota empat orang perkelompok. pada siklus kedua ini peneliti terlebih dahulu manguraikan dan menjelaskan tahap demi tahap materi yang telah dibaca siswa di rumah. peneliti juga menjelaskan bagaimana kelompok melakukan tugasnya. pada siklus pertama, vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.106 416 untuk satu diagram alir dikerjakan bersama oleh semua kelompok, sehingga satu kelompok hanya berpeluang menempel satu potongan gambar saja. sedangkan pada siklus kedua setiap kelompok bertanggung jawab menyelesaikan satu diagram alir. hal ini menuntut semua anggota kelompok untuk aktif menyelesaikan diagram alir secepat mungkin untuk mendapatkan point tertinggi. dengan cara ini terlihat siswa sangat aktif berkompetisi antara kelompok dan lebih banyak kelompok yang menyelesaikan tugas kelompok dengan kesalahan yang sedikit. dari hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar pik pada siklus kedua ini terjadi peningkatan keaktifan siswa berdiskusi dalam kelompok, minat dan motivasi. pada siklus kedua terjadi peningkatan minat dan motivasi siswa dari kualifikasi baik menjadi sangat baik. peningkatan aktifitas, minat dan motivasi siswa ini dikarenakan beberapa hal diantaranya siswa sudah memahami aturan permainan yang akan dilaksanakan, siswa juga sebelumnya telah lebih memahami materi yang akan didikusikan, siswa sudah mulai terbuka dan mau bekerjasama dengan teman satu kelompok meskipun tingkat prestasi mereka berbeda. disamping itu siswa termotivasi karena reward yang diberikan oleh guru, sehingga mereka berlomba untuk mendapatkan reward tersebut dengan berusaha semaksimal mungkin menyelesaikan tugas dengan baik dan benar. berbanding lurus dengan aktivitas, minat dan motivasi siswa, dengan rata-rata kelas nilai hasil belajar dari 82,94 menjadi 83,93 dan rata-rata kelas niali akhir siswa dari 84,39 menjadi 85,24. siswa yang awalnya kurang akti, saat siklus kedua mulai aktif dan antusias. meningkatnya antusias siswa menyebabkan meningkatnya antusisa dan aktivitas kelompok sehingga juga menyebabkan meningkatkan keaktifan kelas secara keseluruhan. hal ini juga memicu untuk meningkatnya hasil belajar siswa secara keseluruhan. peningkatan hasil belajar pada pembelajaran proses industri kimia (pik) ini dapat dilihat pada lampiran. berdasarkan hasil observasi pada tindakan penelitian ini, peneliti selaku guru telah berhasil melaksanakan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas, minat dan motivasi siswa sehingga kualitas proses dan hasil pembelajaran proses industri kimia juga meningkat. disamping itu motivasi peneliti sendiri sebagai seorang guru juga meningkat. dengan penelitian ini peneliti juga termotivasi untuk menerapkan metode-metode lain dalam pembelajaran guna lebih meningkatkan lagi minat dan motivasi siswa. meskipun peneliti telah berhasil meningkatkan minat, motivasi dan kualitas hasil belajar, peneliti masih menemukan kekurangan-kekurangan pada pelaksanaan penelitian ini. kekurangan pada pembelajaran proses industri kimia yang ditemukan adalah masih kurang maksimalnya kemampuan siswa berkomunikasi dalam diskusi, baik dengan teman sesama kelompok maupun dengan guru. masih adanya anggapan bahwa pembelajaran pik bermuatan teoritis 100% yang sulit dihafal juga menjadi salah satu kelemahan, sehingga ketika terdapat soal yang bersifat teoritis, siswa akan malas dan kesulitan. disamping itu kesibukan guru juga menjadi salah satu kendala untuk mengembangkan model dan metode pembelajaran. simpulan simpulan dari hasil penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. penerapan pembelajaran dengan metode contextual teaching and learning (ctl) dengan model p a s a (pictures and student active) dalam pembelajarn proses industri kimia dengan standar kompetensi membaca diagram alir proses sederhana dengan vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.106 417 kompetensi dasar membaca diagram alir proses industri pulp and paper dan membaca diagram alir proses industri pupuk memberikan peningkatan aktifitas siswa dalam belajar. rata-rata pada siklus pertama 81,5% meningkat menjadi 84,2% pada siklus kedua 2. penerapan pembelajaran dengan metode contextual teaching and learning (ctl) dengan model p a s a (pictures and student active) dalam pembelajarn proses industri kimia dengan standar kompetensi membaca diagram alir proses sederhana dengan kompetensi dasar membaca diagram alir proses industri pulp and paper dan membaca diagram alir proses industri pupuk memberikan peningkatan minat siswa dari baik dengan nilai 3,74 dan menjadi sangat baik dengan nilai 4,19. 3. penerapan metode contextual teaching and learning (ctl) dengan model p a s a (pictures and student active) ini juga memberikan peningkatan motivasi siswa dari dari baik dengan nilai 3,61 menjadi baik dengan nilai 3,82. 4. peningkatan minat dan motivitas diawali dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran juga menyebabkan meningkatnya hasil belajar siswa dari siklus pertama dengan rata-rata kelas 82,94 menjadi 83,93. hal ini juga meningkatkah nilai akhir ratarata kelas dari 84,39 menjadi 85,24. 5. jadwal pembelajaran siswa yang sering berubah yang menyebabkan berubahnya tempat belajar, mempengaruhi semangat siswa dalam pembelajaran, karena dapat membuyarkan konsentrasi siswa. daftar rujukan kurniawan, deni. (2014). pembelajaran terpadu tematik (teori, praktik dan penilaian), bandung: alfabeta. sardiman am. (2014). interaksi dan motivasi belajar mengajar. jakarta: raja grafindo persada kunandar, (2013). langkah mudah penelitian tindakan kelas, jakarta: rajawali press rusman, (2013). model-model pembelajaran: mengembangkan profesionalisme guru, jakarta: rajawali persada sukardi, (2013). metode penelitian pendidikan tindakan kelas, jakarta: bumi aksara hosnan, m. (2014). pendekatan saintifikdan kontekstual dalam pembelajaran abad 21kunci sukses implementasi kurikulum 2013. bogor: ghalia indonesia sambodo, made ari. (2007). peningkatan ranah kognitif dan afektif peserta didik kelas x6 sma laboratorium pada mata pelajaran sejarah melalui pendekatan contextual teaching and leraning dengan model pasa (pictures and student active) gunawan, arif. (2013). penerapan model contextual teaching and leraning menggunakan cd interaktifuntuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas v sd n plumbon 02 kabupaten semarang johnson, elaine b (2008). contextual teaching and leraning, bandung asyar, rayandra. (2011). kreatif mengembangkan media pembelajaran. jakarta :gaung persada press, cet.1 setyowati, suparni, (2008). kimia industri untuk sekolah menengah kejuruan trianto. (2012). mendesain model pembelajaran inovatif-progresif konsep, landasan, dan implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (ktsp). jakarta: kencana microsoft word 10-novi.docx vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.112 479 received : 13-03-2021 revised : 01-04-2021 published : 15-04-2021 meningkatkan minat dan hasil belajar siswa melalui teknik running dictation pada pembelajaran reading bahasa inggris kelas xii di smk smak padang novi sastri smk smak padang, indonesia novi.sastri@gmail.com abstrak kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan bakat dan minat peserta didik. hasil belajar bisa meningkat jika metode atau teknik pembelajaran menarik bagi peserta didik. ada peserta didik yang menunjukan sikap peduli, aktif, antusias karena ingin mendapatkan nilai yang bagus, tetapi ada pula yang bersikap pasif, kurang berminat, tidak peduli selama kegiatan pembelajaran berlangsung. dari beberapa metode pembelajaran yang ada, pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kooperatif mampu untuk meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik. teknik pembelajaran ini mengharapkan peserta didik untuk bekerja dalam team.teknik running dictation menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik dan mengatasi kebosanan serta mampu untuk mengembangkan karakter pada diri peserta didik. penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan dua siklus. pada setiap siklusnya ada empat tahapan yaitu : planning ( rencana ), action ( tindakan ), observasi ( pengamatan ) dan reflection ( refleksi ). subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas xii.8 smk smak padang semester genap tahun pelajaran 2019/2020. berdasarkan penelitian yang telah dilakukan rata-rata hasil belajar sebelum dilakukan penelitian adalah 72,13 , setelah diadakan penelitian rata-rata hasil belajar menjadi 79,23 pada siklus i dan meningkat menjadi 90,40 pada siklus ii. kemudian juga dibuktikan dengan ceklist observasi dan penyebaran kuesioner yang menunjukan bahwa teknik running dictattion mampu meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik. kata kunci: running dictation; minat belajar; hasil belajar vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.112 480 pendahuluan pada saat ini banyak sekali generasi millenial yang tidak menerapkan budaya literasi. padahal pemerintah telah menggalakan budaya literasi dan tercantum pada kurikulum 2013. berbagai upaya dilakukan oleh guru agar peserta didik gemar membaca salah satunya yaitu dimana diwajibkan setiap sekolah untuk membuat pojok literasi agar peserta didik gemar membaca. pojok literasi ini ditempatkan di kelas agar peserta didik kapan saja bisa membaca baik sebelum guru memulai pembelajaran maupun ketika istirahat, tetapi kegiatan ini tidak membuat peserta didik langsung untuk menyukainya. peserta didik lebih cenderung mendengarkan instruksi dari guru saja. padahal peserta didik diminta untuk lebih menerapkan budaya literasi yang sesuai dengan tuntutan akm. materi pembelajaran lebih banyak dalam bentuk wacana dan teks yang menuntut kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis. tapi kenyataannya peserta didik kurang berminat jika ada materi wacana atau teks. berbagai alasan dikemukan diantaranya kosa kata yang tidak diketahui, model pembelajaran yang menonton, baca dan jawaban pertanyaan dan sebagainya. pembelajaran bahasa umumnya lebih banyak materi dalam bentuk wacana, salah satunya bahasa inggris. ada empat keterampilan bahasa yaitu keterampilan menyimak ( listening), membaca (reading), menulis (writing) dan keterampilan berbicara (speaking), secara terintegrasi. sesuai dengan pendapat somadoyo (2011) bahwa keterampilan membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa dari 4 ketarmpilan berbahasa yang harus ada. keterampilan membaca menurut byrne dalam slamet (2009:106) pada dasarnya tidak hanya pada kemampuan membaca simbol-simbol grafis menjadi bentuk kata, dan kata-kata dirangkai menjadi kalimat berdasarkan aturan yang ada, tetapi keterampilan membaca adalah keahlian mengeluarkan ide atau gagasan dalam tulisan berupa rangkaian susunan kalimat utuh, lengkap dan jelas sehingga apa yang dipikirkan oleh penulis bisa disalurkan dan dikomunikasikan kepada pembaca. disaat seorang melakukan kegiatan membaca ada suatu proses yang terjadi pada saat itu yaitu proses untuk mencari informasi yang terkandung dalam sebuah teks dari setiap rangkaian kalimat dan paragraf untuk menangkap suatu ide atau gagasan secara tertulis maupun tersirat. untuk membiasakan keterampilan membaca ini tentu berkaitan erat juga dengan minat. jika seseorang tidak memiliki minat dalam membaca maka keterampilan ini juga tidak berkembang. menurut slameto (2010:180) minat merupakan suatu keinginan atau rasa yang muncul terhadap suatu hal atau kegiatan tanpa ada yang menyuruh untuk melakukannya. sementara winkel (1996) berpendapat bahwa minat merupakan kecenderungan rasa tertarik seseorang terhadap suatu mata pelajaran atau topik tertentu pada materi pembelajaran dan merasakan senang ketika mempelajari materi tersebut. maka dapat disimpulkan minat merupakan suatu ketertarikan yang ada pada diri seseorang terhadap suatu subjek tanpa ada paksaan untuk melakukannya dan ketika melakukannya orang tersebut merasa senang. banyak faktor yang diperlukan untuk mengembangkan minat terhadap membaca diantaranya adalah materi dan model pembelajaran yang menarik bagi peserta didik. guru harus mampu mencarikan materi yang menarik dan model pembelajaran yang menarik juga. agar peserta didik mau melaksanakan keterampilan membaca ini salah satunya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran running dicatation. menurut widiyanto (2005: 5), running dictation adalah sebuah kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara berpasangan atau berkelompok. kegiatan ini mampu memberikan dampak yang positif dalam pembelajaran sehingga tercapainya tujuan pembelajaran. teknik running dicatation ini bisa diterapkan kedalam empat keterampilan berbahasa yaitu vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.112 481 mendengarkan, membaca, menulis dan berbicara sehingga menjadi kegiatan yang menyenangkan dalam pembelajaran menurut case (2013: 1). running dictation merupakan metode pembelajaran berbentuk game dimana peserta didik melakukannnya secara berkelompok. kegiatan ini dilakukan dengan cara membagi peserta didik dalam kelompoknya masing-masing yang terdiri dari 4 atau lebih dengan kemampuan yang berbeda. peserta didik dalam satu kelompok akan membagi tugasnya masing-masing dan semuanya akan mendapatakan giliran yang sama. tugas dari anggota tersebut sebagai penulis dan pembisik. ada beberapa tahapan dalam melaksanakan metode running dictation yaitu : 1. peserta didik dibagi kedalam beberapa kelompok kecil dengan anggota 4 – 5 orang, 2. materi yang akan dijadikan bahan untuk kegiatan ditempelkan pada dinding kelas (bagian belakang), 3. setiap kelompok akan menjelaskan tugasnya dan menunjuk satu orang peserta didik pertama sebagai pelari dan penulis, posisinya akan bergantian pada setiap anggota kelompok. pelari akan berlari menuju penulis dengan membisikan materi yang telah dibaca dan dihafalnya. penulis akan menulis apa yang didengarkannya. jika pelari lupa, maka boleh mengulangi lagi. peserta didik diminta telah mengatur strategi agar mampu menyelesaikan game ini dengan cepat dan baik, 4. setelah satu giliran selesai, anggota kelompok lainnya akan bergantian melaksanakan tugasnya sampai selesai, 5. sebelum pelaksanaan kegiatan ini, anggota kelompok terlebih dahulu berdiskusi mengenai teks, pronunciation, dan strategi yang mungkin perlu disusun agar bisa menang dan berhasil. setelah selesai kegiatan running dictation, hasil kerja dari setiap kelompok akan diperiksa oleh kelompok lain apakah cocok atau tidak dengan teks pada kelompok yang bersangkutan. 6. kelompok yang selesai terlebih dahulu akan menjadi pemenang, dengan memperhatikan waktu dan ketepatan kalimat, 7. hasil pendiktean diperiksa dengan sistem silang, 8. hasil kerja kelompok di diskusikan secara bersama. teks yang diberikan pada setiap kelompok merupakan potongan dari sebuah teks utuh. kemudian peserta didik akan menggabungkannya dengan kelompok lain sehingga menjadi sebuah teks utuh yang berurutan. setiap anggota kelompok juga akan menyampaikan informasi yang ada pada potongan teks milik mereka baik yang tersurat maupun tersirat. pada akhir kegiatan peserta didik dan guru menyimpulkan informasi yang terkait tentang teks tersebut. adapun manfaat yang didapatkan dalam teknik running dictation ini adalah 1. melatih keterampilan pengucapan peserta didik. 2. meningkatkan keterampilan menulis peserta didik. 3. melatih keterampilan mendengarkan peserta didik. 4. melatihan keterampilan berbicara peserta didik. 5. menumbuhkan kemampuan peserta didik bekerja dalam team 6. menumbuhkan dan mengembangkan karakter peserta didik. 7. melatih peserta didik untuk mengembangkan strategi dalam bekerja. 8. menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.112 482 telah banyak penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode running dictation ini dalam pembelajaran bahasa khususnya bahasa inggris seperti yang telah dilakukan oleh sardju (2017) yang berjudul “peningkatan keterampilan berbicara doubt expression melalui model pembelajaran running dictation menggunakan media tegar pada peserta didik kelas ix-6 mts negeri 1 ternate”. tujuan penelitian tersebut untuk mengembangkan kemampuan menulis dan berbicara peserta didik untuk bercerita atau deskripsi yang diungkapkan secara lisan. hasil yang didapat dari penelitian ini adalah pada siklus i rata-rata kelas 68,76 dan siklus ii 76,46, terjadi peningkatan 7,7%. peneliti lain yaitu dilla (2018) melakukan penelitian untuk memperbaiki kemampuan mendengarkan (listening) peserta didik melalui running dictation. pada penelitiannya terjadi peningkatan kemampuan mendengar peserta didik yang dibuktikan melalui nilai rata-rata kelas pada siklus i yaitu 63% dan pada siklus ii yaitu 75%. tidak hanya dari segi nilai yang mengalami peningkatan tetapi dari aktifitas peserta didik juga mengalami peningkatan dari 75% siklus i menjadi 89% pada siklus ii. banyak peneliti menggunakan teknik running dictation untuk mengatasi masalah pada pembelajarannya, meningkatkan hasil belajar dan minta peserta didik terhadap empat dasar keahlian dalam berbahasa yaitu mendengarkan (listening), membaca (reading), menulis (writting), dan berbicara ( speaking). berdasarkan hal tersebut, peneliti menggunakan teknik running dictation untuk memecahkan masalah pembelajaran keterampilan membaca (reading) sehingga tujuan pembelajaran keterampilan membaca dalam mata pelajaran bahasa inggris tercapai, dengan merumuskan masalah sebagai berikut : (1) bagimanakah pendekatan keterampilan proses melalui teknik running dictation diterapkan pada pembelajaran keterampilan membaca (reading) mata pelajaran bahasa inggris di smk smak padang, (2) apakah teknik running dictation mampu untuk meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik pada keterampilan membaca mata pelajaran bahasa inggris di smk smak padang. penelitian ini bertujuan untuk melihat penerapan teknik ruuning dictation pada keterampilan membaca, apakah mampu untuk meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik. disamping itu, untuk memberikan suatu suasana pembelajaran yang menarik, menyenangkan, mengembangkan karakter dan membuat peserta didik aktif selama pembelajaran berlangsung. metode rancangan pada penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (ptk) yang dilakukan dengan menggunakan dua siklus. pada setiap siklus ada empat tahapan beradasarkan arikunto (2008:16) yaitu a. perencanaan yaitu peneliti merencanakan kegiatan yang akan dilakukannya, yaitu mempersiapkan materi dan merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp) b. pelaksanaan. pada tahapan ini akan diperkenalkan teknik running dictation dan aturan mainnya kepada peserta didik dan membagi peserta didik ke dalam kelompok kecil. c. pengamatan. pada tahapan ini peneliti dan kolaborator akan mengamati tingkah laku dan sikap peserta didik selama tindakan dengan memberikan tanda pada lembaran pengamatan, d. refleksi,yaitu mengambil kesimpulan dan hasil terhadap penelitian yang dilakukan, apakah mendapatkan hasil yang sesuai harapan atau belum. berdasarakan hasil refleksi inilah apakah penelitian lanjut ke siklus ke ii atas sudah puas pada siklus i. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.112 483 subjek dari penelitian ptk ini adalah peserta didik smk smak padang kelas xii.8 tp 2019/2020 sebanyak 30 orang peserta didik yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. peserta didik xii.8 ini termasuk peserta didik yang memiliki minat belajar rendah. ketika pembelajaran berlangsung ada peserta didik yang bersikap acuh, kurang aktif, tidak bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan. karakter peserta didik pada umumnya adalah peserta didik yang suka bergerak dan ribut. jika diberikan pembelajaran yang monoton mereka tidak minat dan suka menganggu temannya yang serius belajar atau tidur. teknik pengambilan data yang digunakan merupakan tes, pengamatan dan penyebaran angket (kuesioner). untuk data tes, peserta didik diberikan tes diawal sebelum tindakan sebagai data awal kemudian dilakukan tes pada setiap akhir siklus untuk melihat hasil belajar peserta didik setelah dilakukan tindakan. untuk pengamatan juga dilakukan diawal sebelum tindakan dan selama tindakan. apakah terjadi perubahan sikap dan perilaku selama di beri tindakan. untuk pengamatan terhadap perilaku peneliti dibantu oleh kolaborator mencatat sikap dan perilaku peserta didik sesuai dengan form yang ada. sikap dan perilaku yang diamati yaitu (1) tanggung jawab, (2) respon peserta didik terhadap materi, (3) keaktifan peserta didik, (4) kejujuran dalam mengerjakan tugas dengan menggunakan skala 1-5 dengan keterangan disetiap pointnya. selain menggunakan tes, lembaran pengamatan untuk mengumpulkan data ada juga penyebaran angket atau kuesioner yang diberikan kepada peserta didik diakhir siklus ii. pada kuesioner ini ada 8 pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik dengan memilih a. iya dan b. tidak. setelah peserta didik menjawab, hasilnya akan dianalisis untuk melihat minat peserta didik terhadap pembelajaran keterampilan membaca (reading) dengan menerapkan teknik running dictation. untuk menganalisis data digunakan analisis secara kualitatif dan kuantitatif. data kuantitatif didapatkan dari hasil belajar peserta didik berupa hasil tes diawal, siklus i dan siklus ii. ada tiga data yang dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik sederhana dengan mencari nilai rata di setiap tes dan presentase ketuntasan belajar. untuk mecari persentase ketuntasan belajar peserta didik , bisa digunakan rumus berdasarkan sudijono (2009:43) yaitu : p = f x 100% n keterangan p : presentase ketuntasan belajar f : jumlah peserta didik yang tuntas belajar n : jumlah seluruh peserta didik analsis data secara kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan selama tindakan dan kuesioner yang diberikan kepada peserta didik setelah berakhirnya siklus ii. analisis data kualitatif berupa informasi dalam bentuk kalimat yang memberikan deskripsi dari setiap rubrik pada lembaran pengamatan dengan mengamati 4 poit dan 8 pertanyan pada kuesioner yang telah disebutkan diatas. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.112 484 hasil analisis terhadap hasil penelitian didapatkan sebelum tindakaan rata-rata hasil belajar yang didapatkan adalah 72,13 hasil ini masih dibawah rata-rata yang ditargetkan yaitu 80. kemudian dilakukan tindakan pada siklus i dengan menerapkan teknik running dictation maka didapatkan hasil belajar dengan nilai rata-rata 79,23. jika dilihat hasil yang didapat sudah baik tetapi belum mencapai ketuntasan maka dilanjutkan ke tindakan pada siklus ii. sebelum dilanjutkan ke siklus ii perlu dilakukan terlebih dari refleksi sehingga pada siklsu ii bisa mendapatkan hasil yang diharapkan. setelah siklus ii dilaksanakan maka didapatkan hasil perbandingan sebagai berikut: tabel 1. hasil belajar nilai rata-rata kelas sebelum tindakan siklus i siklus ii 72,13 79,23 90.40 pada tabel 1 diatas bisa dilihat rata-rata kelas yang didapatkan oleh peserta didik kelas xii.8 sebelum tindakan adalah 72,13, siklus i adalah 79,23 dan siklus ii adalah 90.40. ada kenaikan 7,1 point dari sebelum tindakan dan 11,17 point dari siklus i ke siklus ii. jadi terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas setelah diberi tindakan pembelajaran dengan teknik running dictation. jumlah peserta didik yang mendapatkan nilai di atas standar ketuntasan ( 80) pada siklus i yaitu 19 orang dari 30 peserta didik dengan kata lain indikator ketecapaian pada siklus i belum tercapai, yaitu 63 % peserta didik telah memperoleh nilai di atas 80 dari 80% target yang direncanakan. grafik dibawah ini adalah progress report (rekapan) dari nilai rata-rata kelas siswa sebelum tindakan, siklus i dan siklus ii gambar 1. grafik progres report (rekapan) 0 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031 nilai rata-rata kelas sebelum tindakan siklus i siklus ii vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.112 485 data penelitian terhadap minat belajar peserta didik pada penerapan teknik running dictation diperoleh melalui lembaran pengamatan oleh kolaborator pada saat kegiatan berlangsung. berdasarkan data yang diperoleh, terlihat bahwa hasil pengamatan pada siklus i dan siklus ii terjadi perubahan sikap dan perilaku yang bisa dilihat pada tabel 2 dibawah ini : tabel 2. data pengamatan no indikator point siklus i siklus ii 1 tanggung jawab selama kegiatan belajar 1 2 0 2 7 1 3 1 0 4 4 9 5 16 20 2 respon terhadap materi yang diberikan dengan menggunakan teknik running dictation 1 1 0 2 9 1 3 14 5 4 3 14 5 3 10 3 keaktifan dalam kegiatan belajar 1 0 0 2 1 1 3 8 0 4 6 7 5 15 22 4 kejujuran dalam mengerjakan tugas 1 0 0 2 8 0 3 3 4 4 14 6 5 5 20 hasil pengamatan terhadap tingkah laku peserta didik bisa dilihat pada tabel diatas. pada siklus i peserta didik yang mendapatkan point tertinggi yaitu 5 pada setiap rubrik masih rendah. ini berarti bahwa minat peserta didik yang ditunjukan melalui 4 indikator diatas belum berkembang. point peserta didik pada setiap indikator hampir merata pada setiap skala, padahal pada penelitian ini diharapkan peserta didik mencapai skala 5. maka dilanjutkan penelitian ke siklus ii dengan menacatat penyebab dan kelemahan pada siklus i. pada siklus ii di desain pembelajaran yang lebih menarik tetapi masih menerapkan teknik running dicatation misalnya dengan mencari materi yang disenangi peserta didik. pada siklus ii di dapatkan data terhadap minat peserta didik disetiap indikator mengalami peningkatan. peserta didik telah banyak berada di skala 3-5. ini mununjukan bahwa teknik runnung dicatation yang dilaksanakan mampu untuk meningkatkan minat belajar peserta didik. selain menggunakan lembaran pengamatan juga digunakan angket (kuesioner) untuk melihat bakat dan minat peserta didik terhadap pembelajaran dengan menggunakan teknik ruuning dictation dalam pembelajaran bahasa inggris. apakah teknik ini bermanfaat atau tidak bagi mereka seperti dalam grafik dibawah ini : vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.112 486 gambar 2. hasil kuesioner berdasarkan grafik diatas bisa dilihat jumlah peserta didik yang memberi tanggapan terhadap kuesioner yang diberikan kepada peserta didik terhadap pembelajaran dengan menggunakan teknik running dictation pada keterampilan membaca. jumlah tanggapan peserta didik yang menjawab “ya” dari pertanyaan 1 sampai 8 pada umumnya berada diatas rata-rata hanya pada pertanyaan 2 (dua) ada 9 (sembilan) orang peserta didik yang menjawab tidak. pertanyaan pada nomor 2 berbunyi “apakah anda merasa malas membaca teks dalam bahasa inggris?”. jadi hanya ada 9 orang peserta didik yang suka membaca teks bahasa inggris. kemudian dilanjutkan bertanya kepada peserta didik yang menjawa “ya” yang terdapat 21 orang peserta didik. mereka memberikan alasan karena mereka tidak mengerti bahasa inggris dan banyak kosa kata yang tidak mereka pahami. pembahasan berdasarkan analisis tindakan pada siklus i, didapatkan hasil pengamatan sebagai berikut (1) peserta didik belum sepenuhnya melakukan kegiatan running dictation karena peserta didik belum paham dengan teknik ini dan peserta didik juga tidak membawa perlengkapan pembelajaran seperti kamus yang diguanakan untuk mencek pronunciation dan arti kata, (2) masih ada peserta didik yang kurang percaya diri untuk melakukan kegiatan ini karena kegiatan ini juga melihatkan keterampilan berbicara peserta didik, (3) masih ada peserta didik yang belum aktif dan mengandalkan teman yang pintar dikelompoknya sehingga muncul kelicikan dalam kegiatan ini. nilai karakter peserta didik tidak berkembang dengan baik. berdasarkan pengamatan dan interpretasi maka dilakukan refleksi pada siklus i yaitu : 1. guru harus memahami dan memastikan peserta didik telah paham terhadap instruksi kerja dengan teknik running dictation, 2. memotivasi peserta didik untuk melakukan kegiatan ini, 3. sikap tegas kepada peserta didik bahwa boleh santai tetapi serius, 4. mengembangkan nilai-nilai karakter peserta didik pada kegiatan ini karena pada siklus i terjadi kecurangan dan muncul nilai karakter jelek pada beberapa orang peserta didik. 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b 7a 7b 8a 8b iya : a / tidak : b 30 0 21 9 30 0 27 3 29 1 30 0 30 0 30 0 jumlah siswa dalam menjawab kuesioner series1 vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.112 487 setelah ada refleksi dari siklus i dimana hasilnya belum memuaskan, maka dilanjutkan pada siklus ii. hasil belajar peserta didik yang disamakan dengan ketuntasan belajar karena syarat peserta didik untuk mencapai ketuntasan apabila peserta didik mencapai nilai tes 80>. nilai rata-rata kelas saja belum bisa dianggap bahwa hasil belajar peserta didik meningkat. bisa saja ada beberapa peserta didik yang mendapatkan nilai 100 sehingga nilai rata-rata kelas menjadi besar. padahal kenyataannya masih ada beberapa peserta didik yang memperoleh nilai dibawah standar ketuntasan. tabel dibawah ini menggambarkan hasil ketuntasan peserta didik sebelum tindakan, siklus i dan siklus ii yang dilengkapi dengan persentase. tabel 3. pencapaian ketuntasan peserta didik kriteria jumlah peserta didik presentase sebelum tindakan siklus i siklus ii sebelum tindakan siklus i siklus ii tuntas 10 19 30 33% 63% 100% belum tuntas 20 11 0 67% 37% 0% dari tabel diatas bisa dilihat bahwa ada 10 orang peserta didik yang tuntas dan 20 orang peserta didik yang belum tuntas sebelum tindakan. maka di berikan tindakan terhadap pembelajaran yaitu dengan menerapkan teknik running dictataion dan pengamatan terhadap sikap dan perilakuk peserta didik. setelah tindakan pada siklus i didapatkan peserta didik yang tuntas 19 orang dan belum tuntas masih ada 11 orang. hasil penelitian yang belum cukup bagus jika dilihat dari jumlah ketuntasan peserta didik tetapi jika dilihat dari hasil ratarata 79,23 sudah mendekati standar ketuntasan yaitu 80. penelitian dilanjutkan ke siklus ii dengan masih menerapakan teknik running dictation. hasil ketuntasan peserta didik siklus ii menjadi 30 orang dan yang belum tuntas nol dengan persentase 100%. penerapan teknik running dictation pada keterampilan membaca mampu untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. untuk melihat minat belajar peserta didik, data diperoleh dari penyebaran angket atau kuesioner yang diberikan kepada peserta didik. sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian hasil bahwa ada 4 indikator dengan skala 1 -5. skala yang tertinggi berarti hasil yang terbaik. dari tabel 2 setiap indikator masih terdapat skala 1 – 3. ini berarti bahwa minat peserta didik masih belum kelihatan karena ada beberapa hal indikator di diri peserta didik berada pada skala 1-3. peserta didik masih bercanda, belum fokus, tanggung jawab yang masih kurang, dimana selama ini pada pembelajaran keterampilan membaca, kebanyakan peserta didik hanya melihat atau menyontek pada temannya tanpa harus berpikir sendiri. kebiasan ini terjadi karena pembelajaran keterampilan membaca yang mononton yaitu baca, translate dan jawab pertanyaan. melalui teknik running dictation ini dikembangkan pembelajaran keterampilan berbahasa yang menyenangkan dan aktif. ruang kelas menjadi ribut, peserta didik berusaha untuk menjadikan kelompoknya unggul dari yang lain. peserta didik yang tidak terbiasa melihat kamus menjadi biasa, peserta didik yang tadinya menyontek sekarang tidak lagi. jadi, dari lembaran pengamatan yang dilakukan pada siklus i dan dilanjutkan pada siklus ii terlihat vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.112 488 peningkatan. peserta didik sudah banyak berada pada skala 3-5 pada setiap indikator yang diamati. disamping data pengamatan, juga digunakan kuesioner untuk melihat minat belajar peserta didik. kuesioner yang digunakan ada 8 pertanyaan dengan jawaban a : ya dan b: tidak, yang rekapan hasilnya bisa dilihat pada grafik 2 dibawah: gambar 3. grafik pengisian kuesioner bisa dilihat bahwa peserta didik lebih menyukai teknik running dictation pada pembelajaran keterampilan membaca. secara umum dapat diartikan bahwa penerapan teknik running dictation pada keterampilan membaca mata pelajaran bahasa inggris cukup bagus dan menyenangkan bagi peserta didik. peserta didik menjadi aktif dan bersemangat untuk belajar. peserta didik yang tadinya tidak menyukai bahasa inggris menjadi suka. peserta didik yangg tidak mengetahui ucapan dari sebuah kata mereka menjadi tahu karena sebelum membisikan kepada teman mereka harus memastikan terlebih dahulu ucapannya yang benar. begitu juga untuk arti dari sebuah kosa kata. jadi ada beberapa kompetensi yang bisa peserta didik tingkatkan selama penerapan teknik running dictataion yaitu pengucapan, penentuan arti kosa kata, acuan kata atau referensi kata dan makna dari sebuah teks. simpulan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik telah dilakukan dengan menggunakan 2 siklus dengan menggunakan teknik running dictation. pada siklus i dilaksanakan 3 kali pertemuan dengan durasi waktu 9 x 45 menit, dimana 1 kali pertemuan durasi waktunya 3 x 45 menit. begitu juga pada siklus ii, durasi waktunya 9 x 45 menit ( 3 kali pertemuan). penerapan running dictation mampu untuk meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik. hal ini dapat dibuktikan dari pencapaian nilai rata-rata kelas meningkat dari sebelumnya, peningkatan nilai rata-rata tersebut dari siklus i ke siklus ii adalah 79,23 dan 90,40 serta pencapaian ketuntasan peserta didik yaitu 63% pada siklus i dan 100% pada siklus ii. dalam penerapan teknik running dictation dalam penelitian ini, peserta didik harus berpartisipasi dalam semua kegiatan pembelajaran. peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari materi berulang-ulang, kosa kata dan informasi tersurat dan tersirat melalui teman sebaya. peserta didik saling bertukar informasi dengan teman satu kelompok dan 30 0 21 9 30 0 27 3 29 1 30 0 30 0 30 00 10 20 30 40 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b 7a 7b 8a 8b iya : a / tidak : b jumlah siswa menjawab kuesioner series1 vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.112 489 dengan kelompok lainnya. melalui variasi pembelajaran dan materi yang autentik, sehingga minat dan hasil belajar peserta didik dapat meningkat. peningkatan minat peserta didik juga terjadi dengan penerapan teknik running dictation. hal ini dapat dibuktikan melalui ceklist observasi terhadap 4 indikator yang dilakukan oleh kolaborator yaitu (1) tanggung jawab selama kegiatan, (2) respon terhadap materi dengan menggunakan teknik running dictation, (3) keaktifan dalam belajar, dan (4) kejujuran dalam mengerjakan tugas. disamping itu juga dilakukan penyebaran kuesioner tentang pelaksanaan teknik running dictation untuk meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik yang bisa dilihat pada bagian hasil penelitian daftar rujukan case, a. 2013. “how to use running dictations in efl classes”. tefl.net: resources for teachers of english. ewing, k., and b. huguelet. 2009. “the english of math—it’s not just numbers!” dalam s. rilling, & m. dantas-whitney (editor), authenticity in the language classroom and beyond: adult learners. alexandria, va: tesol, hal. 71-83. ida hendriyani sardju. peningkatan keterampilan berbicara doubt expression mellaui model pembelajaran running dictation mengguanakan media tegar pada peserta didik kelas ix-6 mts negeri 1 ternate tahun pelajaran 2016/2017. jurnal penelitian humaro. vol 8 no.2 periode november 2017. mulyono abdur rahman. 2006. pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. jakarta : rineka cipta m. basyiruddin usman. 2002. guru profesional dan implementasi kurikulum. jakarta : ciputat press. nora dilla. menggunakan metode audio lingual dengan teknik running dictation untuk memperbaiki kemampuan mendengarkan narrative text. jurnal kajian pembelajaran dan keilmuan. vol 2 no. 1. 2018. omar hamalik. 2002. psikologi belajar dan mengajar. bandung, sinar baru al gensindo, rubin, d. 2011. a practical approach to teach reading. boston: allyn dan bacon. slamet, st.y. 2009. dasar-dasar keterampilan berbahasa indonesia. surakarta: lpp uns slameto. 2010. belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. jakarta: pt. rineka cipta. somadoyo, samsu. 2011. strategi dan teknik pembelajaran membaca.yogyakarta: graha ilmu. sungurtekin, ş., g. o. sezer, p. bağçeli-kahraman, dan ö. sadioğlu. 2009. “the views of pre-service teachers about creative drama: a study according to gender”. i̇lköğretim online, vol. 8(3), hal. 755-770. syamsul nizar. 2002. filsafat pendidikan islam. jakarta : ciputat press. tarigan, henry guntur. 1984. membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa. bandung : angkasa topkaya, e. z. dan ö küçük. 2010. an evaluation of 4th and 5th grade english language teaching program. i̇lköğretim online, vol. 9(1), hal. 52-65. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.112 490 widiyanto. 2005. “mengembangkan listening skill melalui running dictation”. disajikan pada simposium nasional inovasi pembelajaran dan pengelolaan sekolah ke-3. malang, 15 agustus 2015. winkel. 1996. psikologi pengajaran. jakarta : grasindo. yunus, abidin. 2012. pembelajaran membaca berbasis pendidikan karakter. bandung: pt. refika aditama. microsoft word 01-mardi.docx vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.104 385 received : 13-03-2021 revised : 01-04-2021 published : 15-04-2021 digitalisasi pembuatan animasi di smk sebagai upaya meningkatkan hasil karya sesuai tuntutan industri mardi smkn 12 surabaya, indonesis mardianimator@yahoo.com abstrak: tujuan penelitian ini sebagai upaya mencari solusi agar hasil karya siswa yang dibuat sesuai dengan standart industri. sehingga proses praktik pembuatannya diperlukan control quality dari pihak industri. dalam pengerjaan animasi memerlukan peralatan memadai, fasilitas internet, literasi pendukung pengetahuan, penguasaan komputer dan skill yang cukup. setiap tahun permintaan tenaga kerja bidang animasi terus meningkat, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya lowongan kerja yang di tawarkan dari berbagai studio animasi. pada prinsipnya semua perusahaan memerlukan tenaga yang trampil siap untuk bekerja di bidangnya. pada kenyataannya lulusan siswa kompetensi animasi masih banyak yang belum siap kerja. sebagai upaya memecahkan permasalahan tersebut kami mengadakan penelitian dengan pengumpulan data menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan menggali data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi secara langsung pada subyek sasaran penelitian. subyek penelitian yaitu siswa kelas 12 kompetensi animasi smkn 12 surabaya, sedangkan obyek penelitian yaitu hasil karya siswa. proses pembelajaran pembuatan animasi secara digital di smkn 12 surabaya dengan model project base learning menggunakan metode penugasan diharapkan meningkatkan hasil karya sesuai tuntutan industri. kata kunci: digitalisasi; hasil karya; tuntutan industri vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.104 386 pendahuluan kemajuan teknologi komputer dan aplikasi berperan penting di masa kini. era baru perkembangan teknologi telah merambah ke berbagai sektor baik bidang ekonomi, pariwisata, industry, manajemen, industri kreatif, dan lainya. bidang industri kreatif antara lain animasi, desain komunikasi dan visual, film, kerajinan, aplikasi, reklame, desain arsitektur, seni lukis, desain interior, desain furniture, dan lain sebagainya. dengan adanya pandemi covid 19, beberapa peraturan diterbitkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan agar kita terhindar dari bahaya covid 19 (dirjenpendis, 2020) . social distanching, physical distancing, tidak berkerumun dan tidak keluar rumah jika tidak sangat penting, selalu mencuci tangan, dan memakai masker. sehingga proses pembelajaran selama pandemi disesuaikan dengan kondisi daerah masing masing berdasarkan tingkat penyebarannya (kemdikbud, 2020b). pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan petunjuk yang di instruksikan oleh kepala dinas pendidikan daerah masing masing, dan informasi dari satgas covid 19. pada zona hijau pembelajaran dapat dilaksanakan dengan secara tatap muka (ptm), zona kuning/orange pembelajaran dilaksanakan dengan 25 persen masuk sekolah untuk tatap muka, sedangkan untuk zona merah/hitam pembelajaran harus dilaksanakan secara daring (online). model pembelajaran dapat dilakukan secara variatif. ada yang dengan daring, luring dan kombinasi. sarana yang digunakan untuk daring bisa dengan whatsapp, moodle, teleconference zoom, google meet, google class room, microsoft team, dan sebagainya. sedangkan metode yang digunakan guru disesuaikan dengan siatuasi dan kondisi siswa agar selama pembelajaran tetap menyenangkan sehingga tercapai tujuan dari materi yang diberikan. guru dapat menyampaikan dengan ceramah, tanya jawab, diskusi, problem solfing, penugasan, dan lainnya (kemdikbud, 2020a). sekolah menengah kejuruan (smk) memiliki peran sangat penting pada masa kini dalam menyiapkan tenaga terampil, siap kerja dan siap wirausaha. sejak di gulirkan instruksi presiden nomor 9 tahun 2016 tentang revitalisaasi, smk mulai berbenah diri dengan segala upaya untuk penyempurnaan dan penyelarasan kurikulum, menyiapkan sarana prasarana, meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidkan untuk mencetak sdm unggul dan meningkatkan akses sertifikasi lulusan (presiden republik indonesia, 2016). berbagai langkah dilakukan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan agar pendidikan di indonesia semakin maju setara dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat. standar proses pembelajaran yang terdiri dari pembelajaran pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan tetap menjunjung potensi kewilayahan sebagai kekayaan budaya daerah di indonesia (baswedan, 2016). proses pembelajaran yang mendorong siswa lebih aktif dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi di saat ini di masyarakat. dengan memberikan motivasi, problem solving, mengontrol kegiatan siswa, memberikan pertanyaan, memberikan umpan balik, memberikan reward sebagai upaya agar siswa meningkatkan peran siswa mengerjakan tugas dan tanggungjawabnya (chiang & lee, 2016). konsep pembelajaran link and macth telah di gulirkan semasa menteri pendidikan dan kebudayaan bapak wardiman djojonegoro dengan menerapkan pendidikan sistem ganda (psg). dalam perkembangannya model link and macth tetap di tingkatkan di sesuaikan dengan perkembangan zaman. dengan model ini diharapkan lulusan smk dapat terserap di dunia usaha dan dunia industri (du/di) (husein, 2019). vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.104 387 dalam pembuatan animasi ada 2 (dua) cara yaitu manual dan digital. cara manual, seseorang harus memulai dengan membuat cerita, script, storyboard, membuat background di kertas, membuat karakter di kertas, membuat gambar gerakan lembar demi lembar kertas yang tersusun dengan pegbar dan di scan satu persatu untuk di gabungkan dalam sebuah gerakan, sehingga memerlukan waktu yang sangat lama (randy et al., 2019). dalam membuat karakter ada tuntunan yang harus dipahami agar menjadi bagus dan menarik (hale & coyle, 2009). sedangkan pada pembuatan animasi secara digital seseorang dapat menggunakan computer dan aplikasi yang dipilih, waktu yang digunakan retaif lebih cepat, tergantung kecepatan seseorang dalam menggunakan tool pada aplikasinya. sedangkan output film animasi yang dibuat dapat berupa animasi 2 dimensi dan animasi 3 dimensi . seiring perkembangan teknologi hampir semua perusahaan animasi menggunakan cara yang ke 2 yaitu dengan proses digital. smk negeri 12 surabaya yang memiliki jurusan animasi juga harus menyesuaikan dengan kondisi di du/di. pembuatan animasi secara digital sebagai upaya meningkatkan hasil karya sesuai tuntutan industri. digitalisasi pembuatan animasi sebagai langkah yang tepat agar proses pembuatan animasi makin cepat dan output lulusan dapat langsung terserap oleh dunia kerja (wilson, 2020). metode penelitian ini dirancang untuk meningkatkan hasil karya siswa dalam praktek pembuatan animasi agar standart dengan kebutuhan industri. metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. peneliti menggali data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi yang secara langsung pada sasaran penelitian (gumilar rusliwa somantri, 2005). saat ini peneliti sebagai pengajar yang terlibat langsung dalam proses pembuatan hasil karya animasi di sekolah sehingga data dan informasi lebih akurat. selain itu peneliti juga sebagai pembimbing prakerin (praktek kerja industri) yang mengamati secara langsung dalam proses pembuatan animasi di industri. sedangkan model pembelajaran di sekolah kami gunakan dengan model project base learning yaitu memberikan informasi tugas, pengerjaan tugas, monitoring tugas, dan penilaian tugas (ismuwardani et al., 2019). penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa digitalisasi pembuatan karya animasi di smk dapat meningkatkan hasil karya sesuai tuntutan industri. sebagai pembanding nantinya disajikan data nilai hasil karya siswa yang dibuat dengan cara manual (tanpa komputer). subyek penelitian yaitu siswa kelas 12 smkn 12 surabaya yang sedang mengerjakan tugas akhir. siswa kelas xii terdiri dari 2 kelas dengan jumlah seluruhnya 57 siswa. instrumen dalam penelitian ini menggunakan angket quesioner yang dibuat dengan google form. instrumen lain dengan mengambil nilai produktif dari hasil karya yang telah dibuat. sedangkan analisa data dipaparkan dalam bentuk grafik perolehan dari pengisian angket dan grafik dari hasil nilai yang diperoleh dari tugas yang dikerjakan. prosedur teknik pengumpulan data dengan menggunakan google drive dari karya yang dibuat baik secara manual maupun secara digital, kemudian di rekap dengan disajikan melalui tabel. sedang analisa data disajikan dengan menggunakan paparan hasil temuan dari penggunaan komputer digital dalam pembuatan hasil karya. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.104 388 hasil pembelajaran pembuatan animasi di smk negeri 12 surabaya mengacu pada struktur kurikulum 2013 rev.2017 (dikdasmen, 2017). mata pelajaran kompetensi keahlian animasi meliputi muatan nasional (a) yaitu pendidikan agama dan budi pekerti, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, bahasa indonesia, matematika, sejarah indonesia, bahasa inggris dan bahasa asing lainnya. muatan kewilayahan (b) meliputi: seni budaya, pendidikan jasmani olah raga dan kesehatan. muatan peminatan kejuruan (c) yang dibagi menjadi 3 bagian yaitu (1) c1 dasar bidang keahlian terdiri dari mata pelajaran simulasi dan komunikasi digital, tinjauan seni, dasar-dasar kreatifitas, (2) c2 dasar program keahlian terdiri dari mata pelajaran dasar-dasar seni rupa, gambar, dan sketsa, (3) c3 kompetensi keahlian terdiri dari mata pelajaran videografi, animasi 2d, animassi 3d, digital processing, produk kreatif dan kewirausahaan. berdasarkan spektrum kurikulum 2018, kompetensi animasi merupakan bagian dari program keahlian seni rupa, bidang keahlian seni dan industri kreatif (kementerian pendidikan dan kebudayaan, 2018). kompetensi inti dan kompetensi dasar (kikd) keahlian animasi telah ditetapkan pemerintah pada smk (hamid muhammad, 2017). kikd terbagi c1, c2, dan c3, masing masing mata pelajaran meliputi kompetensi inti 3 (pengetahuan) dan kompetensi inti 4 (keterampilan). sehingga sebelum melakukan praktek kerja, maka siswa harus dibekali terlebih dahulu dengan teori-teori/tata cara dalam penggunaan atau pengoperasian suatu alat/media. guru praktek memberikan materi pelajaran animasi sesuai yang tertulis pada kikd pada kompetensi keahlian animasi. pembagian jumlah jam sesuai yang ditetapkan pada pelajaran produktif/praktek, guru mengajar sesuai dengan tema mata pelajaran masing masing. pada kelas 10 materi yang diberikan yaitu (1) c1 dasar bidang keahlian terdiri dari mata pelajaran simulasi dan komunikasi digital, tinjauan seni, dasar-dasar kreatifitas, (2) c2 dasar program keahlian terdiri dari mata pelajaran dasar-dasar seni rupa, gambar, dan sketsa. masing-masing mata pelajaran terdapat teori dan praktek yang berkaitan erat dengan kesenirupaan. sehingga siswa harus memahami tata cara menggambar yang diperuntukan dalam pembuatan animasi (mardi, s.pd., 2020a). guru menyampaikan materi dengan metode mengajar yang sesuai agar dapat mengarahkan siswa berlatih kreatif inovatif. metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demontrasi dan penugasan diterapkan, demi terselesaikannya materi di kikd. menggunakan peragaan langsung dan memberikan contoh-contoh dalam menyampaikan materi. setiap penugasan dikoreksi dan dikembalikan sebagai umpan balik. guru ibarat seorang dalang yang banyak cerita dan banyak akal agar tugas dikerjakan siswa dengan baik. pembelajaran di animasi sangat erat kaitannya dengan materi seni rupa. materinya terdapat prinsip-prinsip seni dan unsur-unsur seni. prinsip seni rupa yaitu kesatuan, keseimbangan, keseraian/harmony, irama/ritme, perbandingan/ proporsition, dan fokus perhatian/ centre of interest. sedang unsur-unsur seni rupa terdiri dari titik, garis, bentuk, ruang, tekstur, dan gelap terang (mardi, s.pd., 2020a). perencanaan pembuatan animasi dilakukan secara manual (diatas kertas) seperti menggambar bentuk (2ddan3d), menggambar sketsa (manusia, binatang, benda, motif, tumbuhan, suasana), menggambar nirmana (datar dan ruang), mengggambar karakter, menggambar perspektif, menggambar layout, menggambar latar (background), menggambar adegan (pose), menggambar kunci (key), menggambar sela (inbeetwen), menggambar mimik wajah (ekspresion), dan menggambar gerak (acting) (williams, 1999). materi tersebut sebagai upaya untuk mengolah rasa, karsa, dan mengenal vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.104 389 secara langsung penerapan prinsip seni rupa dan unsur seni rupa dalam menggambar untuk animasi. prakerin (praktek kerja industri) merupakan program link and match agar dapat menerapkan pembelajaran praktek yang telah diberikan disekolah (husein, 2019). sebelumnya siswa harus mengajukan permohonan dengan melampirkan karya sebagai portofolio. jika karya sudah layak maka siswa tersebut berangkat prakerin, namun jika karya belum layak maka harus direvisi dahulu. tiap perusahaan animasi berbeda cara seleksi siswa prakerin, ada yang dengan portofolio namun ada yang test paktek langsung yang dibatasi waktu, misalnya membuat short movie dengan batas waktu hanya 3 hari langsung kirim via email. pada waktu praktek kerja industri (prakerin) dihadapkan pada masa training awal yaitu pengenalan tool aplikasi, pengenalan perusahaan, pengenalan etos kerja, budaya kerja, dan pengenalan tentang project yang bersifat tertutup (rahasia perusahaan). disinilah anak-anak memulai belajar bekerja dengan benar dan tepat waktu sesuai jam kerja. pada tahap praktek kerja mereka diarahkan pada pekerjaan yang sifatnya spesialisasi, artinya tidak semua pekerjaan harus mereka kuasai (tidak seperti di sekolah). siswa hanya diajarkan satu bidang pekerjaan saja, misalnya menggerakkan karakter saja (animator). pekerjaan animator ternyata juga cukup banyak dan rumit, yaitu harus mengerti alur cerita, memahami script/skenario, memahami storyboard, dan yang paling penting memahami dan menerapkan 12 prinsip animasi. seorang animator harus dapat menggerakkan karakter seolah-olah menjadi hidup. proses produksi animasi keseluruhan ada 3 tahapan yaitu (1) pra produksi yang terdiri dari pembuatan cerita/sinopsis, pembuatan script/skenario, desain karakter, storyboard, desain background, dubbing/rekaman suara, (2) produksi terdiri dari pembuatan animatic, modelling, rigging, terxturing, coloring, animate, compositing, layout, lighting, (3) pasca produksi terdiri dari rendering, finishing dan mastering (mardi, s.pd., 2020b). berdasarkan lowongan kerja yang dibutuhkan perusahaan animasi diantaranya; 3d animator, motion grafic artis, storyboard artis, video editor, vfx artis, 3d modeler, lighting artis, 3d generalist, compositor, ilustrator, 2d animator, 2d generalist, script writer, rigging artist, layout artist, project koordinator, texture artist, technical artist, render artist, dan lainnya (wilson, 2020). pekerjaan proses digital memiliki spesifikasi proses dan cara kerja yang berbeda. oleh sebab itu pada saat siswa prakerin diarahkan pada satu bidang saja agar terampil. saat ini yang paling banyak dibutuhkan di perusahaan animasi yaitu animator (orang yang menggerakkan karakter). sedang bidang yang lain tidak banyak. semua bidang pekerjaan tersebut saat ini telah menerapkan digitalisasi dalam proses pembuatannya. hasil observasi saat siswa prakerin di studio animasi dalam proses membuat animasi di perusahaan diawali dengan membuat script/ skenario dengan software celtex, untuk membuat storyboard dengan software medibang, clip studio paint (csp), paint tool sai, untuk membuat karakter 2d dengan medibang, clip studio paint, paint tool sai, photoshop, untuk membuat background dengan medibang, csp, paint tool sai, photoshop, adobe ilustrator (ai), corel, untuk merekam suara dengan software nuendo, adobe audition, untuk membuat animatic (gerakan dasar) dengan software toon boom storyboard, pencil 2d, csp, untuk menggerakkan karakter (animate) 2d dengan toon boom harmony dan moho. sedangkan untuk menggerakkan karakter (animate) 3d dengan software maya, blender, 3dsmax. untuk composite dan render menggunakan adobe premiere, sedang untuk membuat effect tertentu dilakukan dengan software adobe after effect. teknik menggerakkan karakter dapat dilakukan dengan motion capture dengan menggunakan beberapa kamera untuk merekam gerakan aktor vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.104 390 (manusia) yang ditempeli alat dan terhubung dengan karakter yang telah disiapkan pada komputer. dari hasil survei, perusahaan animasi memiliki 3 kategori usaha dalam memproduksi animasi yaitu 1) membuat intelektual property (ip) sendiri, 2) jasa animasi dengan mengerjakan order dari perusahaan lain (service), dan 3) membuat ip sendiri tapi juga menyediakan jasa animasi (service). sesuai dengan edaran menteri pendidikan dan kebudayaan bahwa un dan ujian kesetaraan di tiadakan digantikan dengan ujian pada satuan pendidikan (usp) sebagai ujian secara teori dan uji kompetensi kejuruan sebagai ujian berbasis praktek (nadiem anwar makarim, 2021). ujian praktek dapat dilakukan oleh sekolah bersama mitra industri dan atau dengan menggunakan lsp yang diuji oleh asesor. pada prinsipnya lulusan smk harus siap bersaing di dunia kerja sesuai skill/ kompetensi yang dipelajarinya. berdasarkan perolehan nilai yang didapat dari pengerjaan project animasi secara manual dan secara digital sebagai berikut: gambar 1. nilai praktek membuat animasi kelas 12 keterangan grafik garis: garis hijau: nilai membuat animasi secara digital garis biru : nilai membuat animasi secara manual berdasarkan total nilai yang diperoleh siswa tersebut diketahui bahwa dalam pembuatan animasi secara digital memiliki nilai lebih tinggi dibanding dengan pembuatan animasi secara manual. materi pelajaran praktek yang semula dilakukan siswa klas 12 smkn 12 surabaya dengan manual kini dapat dilakukan secara digital diantaranya; (1) membuat sinopsis/cerita dari menulis diatas kertas dapat dibuat dengan aplikasi microsoft word atau notepad txt, membuat script/scenario dibuat dengan aplikasi celtex, membuat storyboard yang awal di dengan menggambar di kertas kini dapat dibuat dengan aplikasi toonboom storyboard, menggambar karakter dan background yang biasanya dibuat dengan kertas kini sudah dapat dibuat dengan photoshop, csp, ai, untuk menggerakan karakter yang awal dibuat dengan kertas frame by frame, gambar kunci/key dan gambar antara/inbeetwen kini dapat dibuat secara digital dengan mamakai aplikasi moho, toonboom harmony dengan memberi rig/tulang terlebih dahulu. sedangkan untuk menggambungkan dari beberapa short film animasi dengan menggunakan aplikasi adobe premiere, untuk membuat effect khusus dengan menggunakan adobe after effect. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.104 391 pembuatan animasi secara digital juga dilakukan pada studio-studio animasi, hal ini kami melihat saat mengadakan kunjungan industri ke studio animasi sebelum masa pandemi dan saat monitoring prakerin. alasan utama pembuatan animasi secara digital adalah agar lebih efisien, efektif dan menghasilkan animasi sesuai tuntutan klien/pelanggan. pengerjaan pembuatan animasi menggunakan komputer dengan spesifikasi yang bagus dan membutuhkan tempat/ruang yang cukup. oleh sebab itu, dimasa pandemi covid 19 produksi animasi tidak banyak berpengaruh karena dikerjakan dalam ruangan secara digital. berikut kami tampilkan grafik batang hasil survei pengerjaaan animasi dari studio animasi. gambar 2. grafik batang pembuatan animasi di studio animasi keterangan: hasil survei bahwa pembuatan animasi di perusahaan animasi 98% dengan proses digital, sedang 2 % bebas menggunakan aplikasi apa saja. di sekolah kami melakukan pembelajaran selama pandemi dengan model project base learning yaitu memberikan informasi tugas, pengerjaan tugas, monitoring tugas, dan penilaian tugas melalui aplikasi moodle dan google clasroom (kemdikbud, 2020b). pengerjaan dirumah dengan menggunakan laptop yang dimiliki, sedang saat composite dan render kita lakukan di sekolah dengan bergantian sesuai aturan protokol kesehatan yang ketat. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.104 392 gambar 3. pembuatan animasi di rumah keterangan: suasana praktek siswa di rumah saat pandemi covid 19. gambar 4. pembuatan animasi keterangan: suasana praktek siswa sebelum pandemi dan saat pandemi covid 19. pembahasan hasil sinkronisasi kurikulum kompetensi keahlian animasi smkn 12 surabaya dengan beberapa perusahaan animasi telah merumuskan kebijakan dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai kikd yang telah ditetapkan namun juga sesuai dengan tuntutan industri (hamid muhammad, 2017). rumusan tersebut menjadi tolok ukur sekolah, guru dan siswa agar selalu berinovasi sesuai perkembangan zaman. penyesuaian sarana prasarana pendukung pembelajaran dilakukan untuk menghasilkan karya yang terbaik. guru dan tenaga kependidikan melakukan upgrade teknologi, melakukan pemagangan mempelajari ilmu-ilmu yang baru yang saat ini sedang digunakan industri. berdasarkan hasil informasi dari prakerin yang dilakukan di semester 4 dan 5 siswa smkn 12 surabaya dan saat pemagangan guru diketahui bahwa dalam pembuatan animasi selalu menggunakan cara digitalisasi, sedang pembuatan secara manual hanya digunakan melatih kepekaan seni pada proses pra produksi animasi. misalnya membuat cerita, menggambar karakter, menggambar pose, menggambar background, menggambar foreground. untuk selanjutnya gambar manual tersebut diterapkan secara digital di komputer agar mempermudah penyimpanan file dan pembuatan animasi pada langkah selanjutnya. setiap studio yang di tempati prakerin telah menerapkan specialisasi pada bidang tertentu dengan teknik digital menggunakan komputer. misalnya modelling saja, background artis, animate, compositing, rendering, generalis dan lainnya. prakerin sesuai dengan program link and match yang dicanangkan pemerintah, yang selama ini di sekolah diajarkan secara keseluruhan materi dalam kurikulum sesuai kikd(husein, 2019). pembelajaran baik teori dan praktek, secara manual dan digital selama vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.104 393 mengikuti prakerin perusahaan animasi hanya diberikan 1 (satu) bidang pekerjaan agar siswa lebih mendalami/terampil pada 1 (satu) bidang saja. program kelas industri di smkn 12 program keahlian animasi sebagai upaya untuk meningkatkan sdm yang unggul, dimana sekolah sebagai mitra dudi dapat ikut serta mengerjakan project animasi yang layak sesuai dengan tuntutan industri sekaligus sebagai pembelajaran di sekolah (apriadi et al., 2020). program ini telah kami mulai sejak 2017 yang menghasilkan film series “gino and friends”, film animasi konten youtube kerjasama studio fun cican dengan judul “jalan-jalan ke kebun binatang surabaya-smkn 12 surabaya x fun cican”, “naik bis keliling surabaya-smkn 12 surabaya x fun cican”. chanel youtube “animasi smkn12” sebagai wadah publikasi dan promosi karya animasi yang dibuat dari tugas akhir (ta) oleh siswa pada kelas 12. sedangkan untuk pembelajaran wirausaha telah membuat situs website “catha studio.com” yang melayani pembuatan animasi, pembuatan bamper, editing video dan lainnya. semua kegiatan ini sebagai wujud pembelajaran berbasis kontektual dengan model project base learning dengan proses pembuatan secara digital pada computer, sehingga karya yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan pelanggan/klien di industri animasi (ismuwardani et al., 2019). simpulan berdasarkan hasil kurikulum sinkronisasi antara pendidikan dan pelatihan di sekolah dengan industri diperoleh rumusan materi pada kikd yang disesuaikan dengan tuntutan perkembangan saat ini. pembelajaran secara manual diberikan untuk pengenalan dasar dasardasar seni rupa, mengolah rasa seni, daya cipta dan kreasi agar menghasilkan kreatifitas ynag unik. sedang untuk kelas 12 kompetensi keahlian animasi smkn 12 surabaya yang sudah melaksanakan prakerin sebagai program link and match, telah diberikan pengalaman yang cukup banyak dalam berproduksi animasi digital di perusahaan. pembuatan animasi kelas 12 kompetensi keahlian animasi smkn 12 surabaya dengan model project base learning pada masa pandemi saat ini sangat sesuai sebagai motivasi siswa dalam berkarya. memberikan tuntunan dalam kejelasan informasi tugas, jadwal pengerjaan tugas, monitoring tugas, dan penilaian tugas melalui aplikasi moodle, google clasroom, google doc, serta berkomunikasi dengan zoom, whatsapp sangat membantu siswa dalam memahami pekerjaan yang harus diselesaikan. pekerjaan animasi merupakan pekerjaan secara team, jadi dalam satu team terdiri dari 5-10 anak yang masing-masing memiliki keahlian yang berbeda dalam proses berkarya. pembelajaran berfokus pada siswa sesuai skill dan pengalamannya sangat di utamakan. karya animasi yang layak jual, unik, menarik dengan pembuatan secara digital dapat meningkatkan hasil karya yang sesuai dengan tuntutan industri. ucapan terima kasih terimakasih kami sampaikan kepada: 1. kepala smkn 12 surabaya, atas dukungan moral untuk guru smk selalu berinovasi 2. direktorat pendidikan sekolah menengah kejuruan atas program kelas industri 3. direktorat jenderal vokasi yang telah memberikan kesempatan pada program reskilling upskilling 4. kementerian pendidikan dan kebudayaan atas program revitasisasi smk vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.104 394 daftar rujukan apriadi, p. f., sudjimat, d. a., & yoto. (2020). project-based learning to improve learning outcomes and 21st century skills of vocational high school students competency of light vehicle engineering skills. in journal of physics: conference series (vol. 1700). https://doi.org/10.1088/1742-6596/1700/1/012046 baswedan, a. (2016). permendikbud no 22 tahun 2016. peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia nomor 22.tahun 2016 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah, 53(9). chiang, c. l., & lee, h. (2016). the effect of project-based learning on learning motivation and problem-solving ability of vocational high school students. international journal of information and education technology, 6(9), 709–712. https://doi.org/10.7763/ijiet.2016.v6.779 dikdasmen. (2017). surat keputusan dirjen dikdasmen nomor : 130/d/kep/kr/2017 tentang struktur kurikulum pendidikan menengah kejuruan. jakarta : dikdasmen. dirjenpendis. (2020). salinan keputusan bersama menteri pendidikan dan kebudayaan, menteri agama, menteri kesehatan, dan menteri dalam negeri republik indonesia. 1–17. gumilar rusliwa somantri. (2005). memahami metode kualitatif. elektrosvyaz, 9(5), 26. hale, r. b., & coyle, t. (2009). drawing lessons from the great masters (p. 272). http://books.google.com/books?id=meqmpwtjngoc&pgis=1 hamid muhammad. (2017). keputusan direktur jendral pendidikan dasar dan menengah nomor 330/d.d5/kep/kr/2017. 142. husein, m. t. (2019). link and match pendidikan sekolah kejuruan. rausyan fikr : jurnal pemikiran dan pencerahan, 15(2), 39–47. https://doi.org/10.31000/rf.v15i2.2037 ismuwardani, z., nuryatin, a., & doyin, m. (2019). implementation project based learning model to increased creativity and self-realiance of students on poetry writing skills. journal of primary education unnes, 8(1), 51–58. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpe/article/view/25229 kemdikbud. (2020a). kepmendikbud nomor 719/p/2020 tentang pedoman pelaksanaan kurikulum pada satuan pendidikan dalam kondisi khusus. www.kemdikbud.go.id, 022651, 9. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/08/kemendikbudterbitkan-kurikulum-darurat-pada-satuan-pendidikan-dalam-kondisi-khusus kemdikbud. (2020b). penyesuaian kebijakan pembelajaran di masa pandemi covid-19. www.kemdikbud.go.id, 26. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/08/kemendikbud-terbitkankurikulum-darurat-pada-satuan-pendidikan-dalam-kondisi-khusus kementerian pendidikan dan kebudayaan. (2018). spektrum_perdirjen_06_2018.pdf. mardi, s.pd., m. d. (2020a). buku menggambar untuk animasi (1st ed.). zifatama jawara. mardi, s.pd., m. d. (2020b). cara mudah membuat animasi (1st ed.). zifatama jawara. nadiem anwar makarim. (2021). surat edaran menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 1 tahun 2021 tentang peniadaan ujian nasional. presiden republik indonesia. (2016). instruksi presiden nomor 9 tahun 2016 tentang revitalisasi smk dalam rangka peningkatan kualitas dan daya saing sdm indonesia (pp. 1–10). vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.104 395 https://kemdikbud.go.id/main/files/download/e451d9ec3a04121 randy, b., bancroft, t., chamba, cordova, r., bills, m., loish, tulp, w., rodgon, sandoval, g., andeson, k., & loopydave. (2019). the character designer. williams, r. (1999). the animator’s survival kit a manual of methods principlas and formulas for clasical, computer, games, stop motion and internet animators. wilson, d. (2020). lulusan vokasi sebagai tulang punggung sdm animasi indonesia. microsoft word 11-kahar.docx vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.210 1282 received : 13-06-2021 revised : 18-07-2021 published : 20-08-2021 paparan best practice implementasi pemanfaatan tik dan teknologi terkini untuk pembelajaran daring di masa pandemi covid-19 kaharudin smp negeri 2 moga kab. pemalang, indonesia kaharudin51@guru.smp.belajar.id abstract: we have compiled this best practice article to communicate our experience as teachers in providing on line learning services to students during the covid-19 pandemic. we use documentation and library research techniques with qualitatife analitic methode to support the required data needed in the hope that the empirical evident validity is met properly. the covid-19 pandemic has had a wide impact on the world education globally. the development of android-based information and communication technology on the industrial reality was progressing rapidly . the impact of the 4.0 industrial revolution and the covid-19 pandemic had changed people’s behavior and especially in the world of education, a fast change education methode from the conventional face to face learning system into the technology based on-line learning. the indonesian ministry of education and culture on the respect of the danger of the spread of the pandemic covid-19 out break among the world of education was instituted the learning from home (lfh = bdr) policy and the learning account for students, teachers and school admin has been launching. the concequence of the bdr policy is the provision of on-line learning services. this very fast change of cource requires the readiness of educators and students to take advantage of the latest ict and technology (gadget). the following presentation is to discuss the use of the learning management system (lms) application in our school smp negeri 2 moga in the school year of 2020/2021. keyword: pandemic; bdr; learning account; android application; lms vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.210 1283 artikel best practise ini kami susun untuk mengkomunikasikan pengalaman kami sebagai guru dalam memberikan layanan pembelajaran on-line kepada siswa selama masa pandemic covid-19. kami menggunakan tehnik penelusuran dokumentasi dan pustaka dengan metode analisa kualitatif untuk mendukung paparan data yang dibutuhkan, dengan harapan validitas evidence terpenuhi dengan baik. pandemi covid-19 telah berdampak luas pada dunia pendidikan secara global. perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berbasis android pada realitas dunia industry telah mengalami kemajuan yang pesat. dampak revolusi industry 4.0 dan pandemi covid-19 telah mengubah perilaku masyarakat khususnya dalam dunia pendidikan, dengan cepat mengubah metode pendidikan dari system tatap muka konvensional menjadi pembelajaran berbasis teknologi on-line. kementerian pendidikan dan kebudayaan republik indonesia dalam menyikapi bahaya penyebaran wabah pandemic covid-19 di kalangan dunia pendidikan memberlakukan kebijakan belajar dari rumah (bdr) dan akun belajar bagi siswa, pendidik dan admin sekolah telah diluncurkan untuk mendukungnya. konsekuensi dari kebijakan bdr adalah penyediaan layanan pembelajaran on-line. perubahan yang sangat cepat ini menuntut kesiapan pendidik dan peserta didik untuk mengadaptasi dan memanfaatkan ict dan teknologi (gadget) terkini. berikut pemaparan pembahasan penggunaan aplikasi lms di sekolah kami pada tahun ajaran 2020/2021. pendahuluan pada akhir tahun 2019 dan memasuki tahun 2020 dunia digemparkan dengan adanya wabah corona virus-19 yang lazim dengan istilah covid-19. pandemi covid-19 yang terjadi hingga memasuki tahun 2021 ini telah berdampak luas dalam berbagai segi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan ber-negara di seluruh dunia termasuk indonesia . perubahan perilaku sosial masyarakat atas adanya pandemi covid-19 ini telah berdampak nyata dalam dunia pendidikan, diantaranya dalam penyelenggaraan layanan pendidikan dari metode lama/konvensional (luring) menjadi pembelajaran daring. menurut amalia, a & sa’adah (2021), kendala-kendala dalam pembelajaran daring dimasa pandemic diantaranya adalah adanya keterbatasan kemampuan adaptasi dan penguasaan teknologi informasi oleh pendidik dan peserta didik, kurangnya dukungan sarpras terkait dan keterbatasan akses internet. disamping terjadinya perubahan yang amat drastis dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat atas terjadinya pandemi covid-19 dan adanya revolusi industri 4.0, maka mau tidak mau penyesuaian dan perbaikan atas penyelenggaraan layanan pendidikan dengan mengadaptasi perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, teknologi pendidikan, serta adaptasi teknologi terkini menjadi tantangan permasalahan pembelajaran abad-21 yang amat urgen (pusdatin kemdikbud, 2021a) demikian pula dalam pengembangan alat evaluasinya (ramdani et al., 2019). ketidaksiapan guru dan siswa dalam adaptasi teknologi akan menjadi permasalahan dalam pembelajaran daring. atas dasar permasalahan di atas, penulis memandang perlu untuk menyusun artikel the best practice terkait implementasi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (tik) dan teknologi terkini (teknologi android) berdasarkan penelusuran kepustakaan, dokumentasi, pengalaman dan pengamatan kami sebagai guru di smp negeri 2 moga kabupaten pemalang. metode yang kami gunakan dalam pengumpulan data tersebut kemudian dianalisis dengan tehnik reduksi untuk pengambilan simpulan dengan harapan, semoga artikel ini bermanfaat dalam memperbaiki kendala pengelolaan pembelajaran daring dalam dunia pendidikan. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.210 1284 kajian teoritik teknologi informasi dan komunikasi (tik) teknologi informasi dan komunikasi terkini telah berkembang pesat, terutama setelah ditemukan teknologi berbasis android. dalam hal ini, smartphone (hand phone = hp) berbasis android yang telah dikembangkan secara komersial oleh beberapa vendor, seperti brand hp samsung, apple, dan oppo. hal tersebut menimbulkan perilaku baru dalam masyarakat, dimana menurut wardiana, pertumbuhan teknologi informasi telah menciptakan beraneka ragam kegiatan yang berbasis teknologi, seperti: e-government, e-commerce, e-education, emedicine, dan sebagainya, yang semuanya berbasis elektronik (wardiana, w (2002). pengembangan teknologi terkini dalam bidang pendidikan dalam bentuk layanan e-learning berkembang pesat. penelitian terkait mobile learning telah dilakukan oleh kajonmane (kajonmane, 2020) adapun studi kasus achievement and motivation terkait e-learning oleh lin, dkk (lin, 2014). dalam hal pengertian teknologi informasi, wardiana menyatakan bahwa teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global wardiana, w.(2002). implementasi dari pernyataan wardiana dalam penerapan teknologi terkini dapat dijumpai pada aplikasi-aplikasi yang tersedia di playstore. pembelajaran daring pembelajaran dalam jejaring atau istilah kerennya “ on-line learning atau e-learning = pembelajaran daring ‘’ pada tahun 2020 menjadi sangat popular di kalangan dunia pendidikan, baik jenjang dasar, menengah maupun perguruan tinggi sehubungan kebijakan bdr. sebelum membahas lebih lanjut terkait on-line learning, pengertian learning perlu kami sampaikan. apa yang dimaksud dengan pembelajaran (what is learning?). apabila kita meminta peserta didik untuk melakukan browshing atau penelusuran atas permasalahan tersebut dengan search engine google, maka mereka akan mendapati pernyataan learning is the process of acquiring new understanding, knowledge, behaviors, skills, values, attitudes, and preferences (belajar adalah proses memperoleh pemahaman, pengetahuan, perilaku, keterampilan, nilai-nilai, sikap, dan preferensi baru (wikipedia.org,.learning). kemampuan untuk belajar dimiliki oleh manusia, hewan, dan beberapa mesin; ada juga bukti untuk beberapa jenis pembelajaran di tanaman tertentu. menurut ambrose, dkk., learning atau pembelajaran dipandang sebagai sebuah proses perubahan yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman belajar dan peningkatan potensi perkembangan kepribadian pembelajar untuk menghadapi masa depan (ambrose et al, 2010, p.3. wikipedia.org). perubahan pada pembelajar diharapkan terjadi pada aspek level knowledge, attitude or behavior. as a result of learning, learners come to see concepts, ideas, and/or the world differently. pada konten tersebut, pembelajaran dimaksudkan sebagai suatu proses yang mengarah/menghasilkan perubahan sebagaimana dikehendaki. perubahan yang terjadi pada pembelajar ini meliputi ranah pengetahuan, sikap atau perilaku dan keterampilan (uzer usman, moh., setiawati, 1993) yang dapat berupa konsep, ide, atau cara pandang dunia vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.210 1285 ini yang berbeda yang diperoleh dari hasil pengalaman dan peningkatan potensinya untuk memperbaiki kinerja dan pembelajarannya pada masa depan. jadi, hasil belajar itu penting, karena setelah kegiatan (proses) belajar daring dilaksanakan maka harus ada hasil belajar (berupa perubahan) pada ketiga aspek tersebut. pandemi covid-19 pandemi covid-19 telah tersebar di seluruh dunia dan besar pengaruhnya terhadap kesehatan masyarakat dunia (harapan h, ryan m, yohan b, 2021) . pada masa pandemic tersebut banyak negara-negara termasuk indonesia yang memberlakukan “ distance learning’’ teknik dimana dalam pelaksanaan pembelajaran secara teori dan dengan dukungan penggunaan video conference diharapkan lebih efisien dan murah dari segi pembiayaan bagi peserta didik dan sebagai upaya untuk mengendalikan penyebaran pandemi virus (muhammad nur, y.u., 2020). metode metode yang digunakan dalam penelusuran ilmiah dalam best practice ini adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik dokumentasi dan angket untuk mendapatkan data-data terkait. data-data primer kami peroleh dari dashboard dan konten menu aplikasi yang kami gunakan, baik aplikasi schoology, akun pembelajaran, maupun google aplication. paparan data tersebut kami analisis secara kualitatif melalui tabulasi, infografis dan reduksi untuk mendapatkan kesimpulan. hasil 1. penelusuran awal pembelajaran daring yang dilaksanakan guru-guru di smp negeri 2 moga pada tahun pelajaran 2019/2020 belum menggunakan media aplikasi learning management system (lms) schoology, mereka belum mengenalnya demikian pula peserta didiknya. mengingat bahwa pada semester 1 tp. 2020/2021 dimana wabah pandemic covid-19 secara nasional telah menyebar ke daerah dan pembelajaran tatap muka tidak diperkenankan, maka manajemen sekolah mengambil prakarsa kebijakan untuk mengenalkan lms schoology dan menerapkannya untuk layanan pembelajaran daring bagi peserta didik. 2. penelusuran siklus-1 tahap perencanaan: 1) pelaksanaan meeting guru / sosialisasi lms schoology 2) pembuatan akun schoology dan pengembangannya untuk layanan kelas daring 3) sosialisasi lms schoology pada siswa tahap pelaksanaan dan hasil: a) meeting guru/sosialisasi lms schoology dilaksanakan pada tanggal 26 juli 2020, diikuti oleh guru sejumlah 43 orang dengan zoom meeting. adapun materi sosialisasi adalah tata cara pendaftaran pendidik pada portal schoology dengan hasil terbuatkan akun schoology sebagaimana data berikut: vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.210 1286 gambar 1. keberhasilan guru membuat akun schoology sebagai pendidik sebagai dampak adanya kebijakan bdr pada masa pandemi, maka melalui sosialisasi lms schoology dengan memperhatikan ketentuan protocol kesehatan, adaptasi pembelajaran daring dengan cepat dapat ditindaklanjuti para guru, dan dengan interaksi serta sharing pengalaman maka kompetensi dalam adaptasi teknologi tersebut dapat ditingkatkan. dalam pelaksanaan meeting, penggunaan zoom meeting atau google meet sangat membantu kelancaran sosialisasi pembelajaran daring. b). pembuatan akun schoology gambar 2. halaman front end schoology vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.210 1287 dalam proses pendaftaran/pembuatan akun, siswa disarankan mengakses aplikasi lms schoology melalui browser chrome yang terdapat di hp android mereka. pada gambar ke-4, terdapat pilihan menu (instructor, student, parent). untuk guru pilih insructor, sedangkan untuk siswa pilih student untuk di klik siswa guna memperoleh akun hak akses sebagai siswa, dan setelah itu kode akses di isi serta dilanjut dengan klik continue. setelah menu sign up dipilih instructor, maka form yang nampak membutuhkan data sebagai berikut: 1. first name (isi dengan nama depan anda) 2. last name (isi dengan nama belakang anda) 3. email address (isi dengan alamat email aktif anda) 4. phone number (isi dengan nomor hp anda) 5. job title (isi dengan status pekerjaan anda, dalam hal ini sebagai guru) 6. school/district (isi dengan nama sekolah anda, yakni smp negeri 2 moga) 7. country (isi /pilih dengan nama negara anda, yakni indonesia) 8. comment (isi dengan komentar anda atau biarkan kosong) setelah form tersebut terisi dan telah disetujui ketentuan yang ada, maka akun sebagai instruktur telah jadi untuk siap digunakan dalam mengakses schoology dan membuat courses dengan pengaturan-pengaturan yang tersedia. untuk peserta didik, dengan klik menu student pada schoology, maka prosesnya dari awal sign up sampai berhasil bergabung dalam pembelajaran daring ipa kelas 9 fgh yang telah kami persiapkan, contohnya adalah sebagaimana gambar berikut: gambar 3. sampel pengisian form registrasi pendaftaran akun schoology gambar 4. sampel join schhology dan pesan adanya siswa yang ingin bergabung vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.210 1288 setelah pendidik berhasil membuat akun dan mengaksesnya, maka langkah-langkah berikutnya adalah pembuatan konten-konten pembelajaran dalam dashboard situs schoology, baik berupa dokumen materi pembelajaran, penugasan, evaluasi maupun pesan up date yang dapat diakses oleh peserta didik yang telah berhasil membuat akun dan bergabung dalam schoology yang dibuat guru. dalam schoology guru juga dapat meng-up-load file berupa jpg, doc, mp4 untuk mendukung konten yang dibuat, sementara peserta didik dapat mengaksesnya dan melampirkan upload file sebagai respon atas penugasan yang mereka terima. c). sosialisasi lms schoology pada siswa sosialisasi penggunaan layanan pembelajaran dengan lms schoology pada peserta didik dilakukan melalui interaktif chatting wa group kelas yang ada. materi sosialisasi berisikan cara mengakses schoology, mendaftar akun sebagai siswa dan bergabung dalam kelas pembelajaran daring yang dibuat oleh guru mata pelajaran. menurut samsuar & refliyanto , dalam hal pemanfaatan tik dan teknologi terkini, kesiapan kita untuk menghadapi tantangan revolusi industri itu dalam bidang pendidikan adalah segera meningkatkan kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia indonesia, dengan melahirkan operator dan analis handal bidang manajemen pendidikan sebagai pendorong kemajuan pendidikan berbasis teknologi informasi untuk menjawab tantangan revolusi industri 4.0 yang melaju pesat. berdasarkan paparan di atas, pemanfaatan tik dan teknologi terkini dalam bidang pendidikan di era revolusi industri 4.0 dan konsepsi pendidikan sepanjang hayat, serta launching “ merdeka belajar “ dari mas menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia, maka pemanfaatan tik dan teknologi terkini telah menjadi kebutuhan dari penyelenggara pendidikan, pendidik, dan peserta didik di setiap jenjang pendidikan baik tingkat dasar, menengah, bahkan perguruan tinggi, tidak terkecuali di unit pelaksana teknis smp negeri 2 moga kabupaten pemalang. dalam pelaksanaan pembelajaran daring menggunakan aplikasi lms schoology, kendala yang dijumpai peserta didik pada waktu mengakses schoology dapat mereka konsultasikan pada guru melalui chat wa group. interaksi maya pendidik-peserta didik. 3. penelusuran siklus-2 tahap perencanaan: a) pengembangan lms schoology untuk layanan pembelajaran daring b) pembuatan konten pembelajaran/penugasan c) pemantauan aktivitas pembelajaran daring lms schoology mapel ipa tahap pelaksanaan dan hasil: pengembangan lms schoology untuk layanan pembelajaran daring setelah sosialisasi pembelajaran daring dilaksanakan, pembuatan akun pendidik dan peserta didik selesai, maka langkah berikutnya adalah mengembangkan lms schoology agar siap digunakan untuk memberikan layanan pembelajaran daring. hasil pengembangan sebagaimana dimaksud diantaranya adalah pembuatan kelas daring, pembuatan folder, penambahan halaman, pembuatan konten pembelajaran dan penugasan pembelajaran. keberhasilan guru dalam mempersiapkan pengembangan ini sangat penting untuk dapat memulai melaksanakan pembelajaran dengan lms schoology. setelah kelas daring berhasil dibuat, maka konten pembelajaran/penugasan harus dibuat agar siswa dapat beraktivitas untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar pada kelas tersebut., sebagai contoh vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.210 1289 adalah: gambar 5. pembuatan kelas untuk layanan pembelajaran daring ipa terdapat kode gabung pada suatu kelas yang perlu diberitahukan kepada siswa agar mereka dapat bergabung dan menyelesaikan tugas-tugas yang dipersiapkan dalam pembelajaran daring. gambar 6. sampel peserta didik pada kelas daring setelah peserta didik bergabung dalam kelas mata pelajaran ipa, maka mereka siap diberi penugasan belajar daring. pada waktu login untuk mengakses melalui handphone android, mereka tidak boleh lupa user name serta password yang telah dibuatnya. permasalahan akan timbul apabila siswa lupa user name/password untuk login dan hal ini dapat diatasi dengan konsultasi interaktif chatting wa kepada guru mata pelajaran terkait. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.210 1290 pembuatan konten pembelajaran daring untuk membuat konten pembelajaran dalam schoology, kita wajib login terlebih dahulu dengan mengisikan data-data akun yang telah dibuat pada waktu regristrasi, sebagai contoh: gambar 7. login atau sign in schoology setelah user guru berhasil login, langkah berikutnya adalah klik kelas yang telah dibuat sehingga nampak seperti gambar berikut, kemudian klik pada menu material untuk memilih konten apa yang akan dibuat, apakah membuat folder baru (add folder), membuat penilaian (add assigment), menambah halaman (add page), menambah media album (add media album), dst. gambar 8. pembuatan konten pembelajaran daring dalam pembuatan konten pembelajaran, pendekatan technological pedagogical and content knowlarge (tpack) yang dikembangkan oleh mkoehler, (2011) dalam framework tpack telah menginspirasi pengembangan pembelajaran abad ke-21 (yanuarti, r., 2021) sebagaimana dalam artikel penelitian developing tpack (kohler,m.j., 2011) yang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.210 1291 gambar 9. sampel hasil pengembangan resources (sumber daya) konten menarik untuk memotivasi belajar siswa atas pembelajaran daring mata pelajaran ips dengan topik perekonomian dengan pemanfaatan gadget dapat dibuat sebagaimana berikut: gambar 10. e-commerce linkaja dan payment methode (e-commerce) pemantauan aktivitas pembelajaran daring melalui pengaturan dalam schoology, kita dapat memantau aktivitas siswa dalam mengakses pembelajaran daring yang kita buat melalui notifikasi pesan email. kita juga dapat memantau aktivitas mereka (kehadiran/ketidak hadiran) dalam dashboard schoology pada menu attendance. 4. penelusuran siklus-3 perencanaan pembelajaran daring pada semester 2 tp. 2020/2021 a. sosialisasi akun pembelajaran dan pendayagunaannya b. pembelajaran daring dengan menggunakan google classroom, rb dan media sosial pelaksanaan dan hasil: a). akun pembelajaran telah disosialisasikan kepada pendidik dan siswa, demikian juga cara mengaktivasi akun pembelajaran. keberhasilan mengaktivasi akun pembelajaran merupakan suatu prestasi hasil belajar dalam aspek kognitif, afektif dan keterampilan. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.210 1292 gambar 11. sampel keberhasilan aktivasi akun pembelajaran pendidik untuk sinergitas dan komunikasi group pendidik, bapak/ibu guru yang telah mengaktivasi akun pembelajaran tersebut didaftar dalam group pendidik smp negeri 2 moga. dari 53 guru dan karyawan smp negeri 2 moga yang telah mengaktivasi akun pembelajaran ada 43 orang yang berarti sebesar 81,13 %. adapun pada sampel kelas 9h tp. 2020/2021 terdapat 28 siswa dimana 14 anak telah mengaktivasi akun pembelajaran dan 14 anak belum mengaktivasi (50%). no. nama alamat akun e-mail nis aktivasi akun belajar.id sudah belum 1. amr ahmadrizki561@smp.belajar.id 5536 1 2. ap ajipirmansah71@smp.belajar.id 5542 1 3. as andisubasri49@smp.belajar.id 5549 1 4. ani ,anisaikrima91@smp.belajar.id 5554 1 … … … … … … 26. syh syifaulhasanah94@smp.belajar.id 5764 1 27. ta tiyaliani15@smp.belajar.id 5767 1 28. wa windaapriliyanti24@smp.belajar.id 5775 1 jumlah 14 14 melalui bdr, pembiasaan penggunaan teknologi android hp kepada peserta didik dalam pembelajaran daring perlu terus ditingkatkan, mengingat teknologi terkini hp android telah memungkinkan pendidik melaksanakan pembelajaran dari mana saja dan kapan saja dengan memanfaatkan fasilitas aplikasi yang tersedia. adapun bagi peserta didik, mereka dapat vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.210 1293 belajar kapan saja, dan dimana saja dengan menggunakan hp android perhatikan gambar berikut: gambar 11. akses konten menu pada portal rumah belajar & pemanfaatan menu google apps akun belajar kemdikbud (pusdatin kemdikbud, 2021b) akun pembelajaran dapat digunakan untuk mengakses sumber belajar di portal rumah belajar, dimana menu yang tersedia berupa konten-konten digital untuk jenjang sd, smp/mts, dan sma/smk. b). pembelajaran daring dengan menggunakan google classroom, rumah belajar, dan media sosial youtube (yanuarti, r., 2021) pada akhir tahun 2020, kementerian pendidikan dan kebudayaan telah melakukan launching akun belajar.id untuk operator sekolah, pendidik, dan peserta didik. file yang menginformasikan akun belajar tersebut dapat di download oleh operator sekolah untuk selanjutnya diberitahukan kepada guru dan siswa terkait. setelah akun belajar disosialisasikan, maka langkah berikutnya adalah melakukan aktivasi akun. pedoman tata cara aktivasi akun belajar dapat diakses melalui portal rumah belajar kemdikbud (mutmainah, siti., julaeha, 2021) dengan alamat https://belajar.kemdikbud.go.id/ atau dicari dalam channel youtube, dan untuk anak-anak didik kami di smp negeri 2 moga mereka dapat mengakses di konten medsos kahr-channel youtube dengan alamat https://youtu.be/ghq28wzcpbu, kami juga telah melakukan sharing panduan aktivasi akun belajar di google classroom. setelah kami mengevaluasi pemanfaatan paket bantuan internet bagi pendidik dan peserta didik dari kemdikbud, memasuki semester 2 tp. 2020/2021 penggunaan aplikasi schoology di sekolah kami digantikan dengan aplikasi google classroom (gc). dengan penggunaan gc tentu tantangan yang kami hadapi adalah mempersiapkan pemanfaatan aplikasi tersebut untuk layanan pembelajaran daring dan mempersiapkan peserta didik untuk dapat bergabung dan mengakses gc. adapun tantangan terberatnya bagi kami sebagai pendidik adalah bagaimana caranya tanpa melalui kegiatan tatap muka dengan peserta didik, mereka dapat melakukan aktivasi akun belajar.id dan menggunakannya untuk mengakses pembelajaran daring gc. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.210 1294 gambar 12. pedoman aktivasi akun belajar dan sampel dokumen assignment gc sumber: kahr drive image collection & kahr channel (kaharudin, 2021) untuk mengatasi permasalahan daring, kami memberikan layanan konsultatif chatting melalui wa group dan membuat video panduan aktivasi akun belajar yang kami up-load di channel youtube sebagaimana gambar 20, kemudian kami share di wa group peserta didik. gambar 13. vp pemanfaatan tik & gadget pada pembelajaran daring setelah kami amati, ternyata masih banyak siswa yang belum melakukan aktivasi akun belajar sehingga diperlukan tindakan bimbingan aktivasi akun tatap muka pada waktu peserta didik hadir ke sekolah dengan memenuhi protocol kesehatan kegiatan luring tes. komunikasi interaktif dan pembiasaan penggunaan hp android untuk mengakses konten pembelajaran daring merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan bdr. konten video pembelajaran gb. 20 tersebut telah dipresentasikan dalam forum 1st icistech (international conference of innovation, science, technology, education, children and health) tahun 2021 group-4 pada tanggal 14 februari 2021 yang diselenggarakan oleh ahlimedia press dalam kerjasama dengan itsk rs. dr. soepraoen malang, jawa timur. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.210 1295 dalam pelaksanaan pembelajaran daring, pemanfaatan aplikasi yang mendukung pembelajaran seperti medsos, portal rumah belajar dan google classroom berperan penting dalam keberhasilan penugasan bdr, diantaranya aplikasi google form yang sangat membantu guru dalam membuat file evaluasi belajar untuk kemudian dilakukan sharing file melalui classroom atau wa group. form tersebut (sebagai contoh pada gambar 19 uk-2 bioteknologi) juga sangat bermanfaat untuk mengumpulkan data survey, sebagaimana contoh dokumentasi berikut: gambar 15. diagram lingkar infografis hasil respon guru pada suatu survey form dalam pelaksanaan pembelajaran daring dalam temuan penelusuran dokumen angket, penggunaan komunikasi wa group dan aplikasi google classroom dalam layanan pembelajaran daring di smp negeri 2 moga ternyata menjadi pilihan yang mudah diikuti oleh peserta didik sebagaimana tercermin dalam infografik berikut: gambar 16. respon siswa atas survey penggunaan aplikasi pembelajaran daring mendasari hasil-hasil survey atas kemudahan peserta didik dalam mengakses pembelajaran daring tersebut, maka sudah sewajarnya pada semester 2 tp. 2020/2021 pemanfaatan aplikasi google classroom dan wa digunakan kembali secara umum oleh bapak/ibu guru smp negeri 2 moga dalam layanan bdr kepada peserta didik setelah pada semester 1 menggunakan lms schoology. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.210 1296 simpulan a) pemanfaatan tik dan teknologi terkini pada hp android telah menjangkau berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat global, diantaranya dalam bentuk e-government, e-commers, e-money, e-banking,dan e-learning (aplikasi lms). b) pemanfaatan tik dan teknologi terkini dalam dunia pendidikan di era revolusi industri 4.0 adalah suatu keniscayaan. kendala-kendala dalam pemanfaatan teknologi aplikasi lms merupakan tantangan yang tidak perlu dirisaukan, tetapi perlu dicarikan solusi. c) smp negeri 2 moga kabupaten pemalang telah menggunakan aplikasi lms schoology untuk layanan pembelajaran bdr pada semester 1 tp. 2020/2021, sedangkan pada semester 2 aplikasi google classroom digunakan secara umum oleh guru. d) akun belajar kemdikbud telah disosialisasikan kepada guru dan siswa, dimana aktivasi akun belajar oleh para guru dan karyawan telah mencapai > 80 %, sedangkan pada peserta didik masih sangat rendah sehubungan belum adanya pembinaan aktivasi akun belajar melalui tatap muka karena terkait bdr dan kepatuhan terhadap protokol kesehatan. e) kendala akses penugasan/evaluasi kompetensi pembelajaran pada gc mata pelajaran ipa yang sering dijumpai oleh peserta didik adalah terkait belum teraktivasinya akun belajar. untuk mengatasi hal ini, sharing sosialisasi video pembelajaran yang memuat panduan aktivasi akun yang dapat mereka akses melalui channel youtube maupun chatting wa group sangatlah penting. adapun, solusi alternatif berikutnya yang ditempuh adalah membuat classroom dengan akun gmail umum, sehingga peserta didik terlayani dalam pembelajaran daring. saran-saran 1) pemanfaatan berbagai media on-line baik lms, e-book maupun medsos perlu terus dikembangkan, berdasar penelitian zahara, dkk (zahara et al., 2017). 2) penelitian terkait variable-variabel yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran daring perlu dilakukan sebagai upaya pengembangan kompetensi dan keterampilan guru abad ke21 sebagaimana hasil penelitian ramdani, dkk (ramdani et al., 2019). 3) distance learning dan protocol kesehatan adalah upaya yang tengah dilakukan untuk pengendalian penyebaran virus covid-19 dalam kalangan dunia pendidikan, kepatuhan terhadap ketentuan terkait merupakan bentuk partisipasi positif yang dibutuhkan untuk meminimalisir dampak pandemic, maka jangan sekali-kali diabaikan. daftar rujukan amalia, a., sa’adah, n. (2021). dampak wabah covid-19 terhadap kegiatan belajar mengajar di indonesia. jurnal psikologi, 13(2), 2014–2225. https://doi.org/10.35760/psi.2020.v13i2.3572. budi, b. b., arif, e., & roem, e. r. (2019). pemanfaatan media sosial. jurnal ranah komunikasi (jrk), 3(1), 34. https://doi.org/10.25077/rk.3.1.34-44.2019 harapan h, ryan m, yohan b, et al. (2021). covid-19 and dengue: double punches for dengue-endemic countries in asia. rev med virol. 2021;31:e2161. review in medical virology, 2(31). https://doi.org/https://doi.org/10.1002/rmv.2161 kaharudin. (2021). vp pemanfaatan tik dan teknologi terkini. kahr youtube channel. https://www.youtube.com/watch?v=nsv5xsqunfo kajonmane, et al. (2020). a personalised mobile learning system for promoting stem vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.210 1297 discipline teachers’ tpack development. international journal of mobile learning and organisation (ijmlo), vol. 14, no. 2, 14(2), 215. https://doi.org/10.1504/ijmlo.2020.106186 kohler,m.j., et al. (2011). deep-play: developing tpack for 21st century teachers. international journal of learning technology, 6(2), 146. https://doi.org/10.1504/ijlt.2011.042646 lin, . et al. (2014). the study of achievement and motivation by e-learning–a case study. international journal of information and education technology, 4(5), 421–425. https://doi.org/10.7763/ijiet.2014.v4.442 marley. r, et al. (2017). empirical evidence on the validity of using accounting research subjects’ self-reported gpa as a proxy measure of actual gpa. international journal of critical accounting, 9(3), 193–205. https://doi.org/10.1504/ijca.2017.088716 mkoehler. (2011). frame work tpack. © 2012 by tpack.org. http://tpack.org muhammad nur, y.u., et al. (2020). tools and strategy for distance learning to respond covid-19 pandemic in indonesia. ingã©nierie des systã¨mes dâ€tminformation, 25(3), 383–390. https://doi.org/10.18280/isi.250314 muhyiddin, m., & nugroho, h. (2021). a year of covid-19: a long road to recovery and acceleration of indonesia’s developmen. jurnal perencanaan pembangunan: the indonesian journal of development planning, 5(1), 1–19. https://doi.org/10.36574/jpp.v5i1 mutmainah, siti., julaeha, j. (2021). penerapan model pembelajaran memanfaatkan rumah belajar (vol. 01). pusdatin kemdikbud. pusdatin kemdikbud. (2021a). diklat simpatik kemdikbud. pusdatin. https://simpatik.belajar.kemdikbud.go.id/pembatik/ pusdatin kemdikbud. (2021b). portal rumah belajar. copyright 2021 © rumah belajar. https://belajar.kemdikbud.go.id/ ramdani, a., jufri, a. w., et al. (2019). pengembangan alat evaluasi pembelajaran ipa yang mendukung keterampilan abad 21. jurnal penelitian pendidikan ipa, 5(1). https://doi.org/10.29303/jppipa.v5i1.221 samsuar, r. (2018). pendidikan dan tantangan pembelajaran berbasis teknologi informasi di era revolusi industri 4.0. e-tech journal ilmiah teknologi pendidikan universitas negeri padang, 6 no. 2, 18. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/e-tech uzer usman, moh., setiawati, l. (1993). upaya optimalisasi kegiatan belajar mengajar. remaja rosdakarya. yanuarti, r., a. (2021). modul 05 optimalisasi pemanfaatan tik dalam pembelajaran abad 21.pdf. pusdatin kemdikbud. https://youtu.be/ymqihjsepom zahara, n., djufri, d., & sarong, m. a. (2017). optimalisasi pembelajaran dengan e-book dan media pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas x sma pada materi dunia tumbuhan. biotik: jurnal ilmiah biologi teknologi dan kependidikan, 2(2), 105. https://doi.org/10.22373/biotik.v2i2.243 microsoft word 10-sugiyono.docx vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.189 1029 received : 07-05-2021 revised : 27-06-2021 published : 29-07-2021 pelaksanaan supervisi akademik pengawas sekolah untuk mengoptimalkan pembelajaran jarak jauh (pjj) kunjungan rumah di masa pandemi covid-19 sugiyono dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten kendal, indonesia sugiyono.wasdikbud@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mengukur optimalisasi pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (pjj) oleh guru sd dengan kunjungan rumah melalui supervisi akademik pengawas sekolah di lingkungan kecamatan brangsong kabupaten kendal. pembelajaran jarak jauh di kecamatan brangsong diduga banyak mengalami hambatan. hambatan tersebut antara lain hambatan kemampuan dan ketaktersediaan perangkat, yaitu hp bagi peserta didik. untuk mengatasi hal tersebut guru melakukan solusi, yaitu kunjungan rumah. seberapa jauh keberhasilan kunjungan rumah untuk keberhasilan pjj di masa pandemi? pengawas sekolah melaksanakan supervisi akademik untuk melakukan pemantauan dan pemberian motivasi agar guru sd tetap bersemangat melaksanakan pjj selama masa pandemi covid-19. penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan alur penelitian tindakan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi melalui dua siklus. masing-masing siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan subjek penelitian kepala sekolah dan guru di dabin 3 kecamatan brangsong kabupaten kendal. pengambilan data dilakukan bulan agustus–september 2020 melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. analisis data tiap siklus dikonsultasikan dalam deskriptif persentase (%) dengan ketercapaian indikator kinerja 85% dan kriteria sangat baik. perolehan rata-rata hasil penelitian siklus i sebesar 3,1 tingkat ketercapaian 78,21% kategori baik menjadi 3,52 dengan tingkat ketercapaian 88,57% pada siklus ii kategori sangat baik. disimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi akademik kepada guru dapat mengoptimalkan pelaksanaan pjj kunjungan rumah di masa pandemi covid-19. pengawasan dan motivasi kepada guru sangat menentukan keberhasilan pjj kunjungan rumah, baik secara individu maupun kelompok kecil. kata kunci: supervisi akademik; pjj; kunjungan rumah; pandemi covid-19 vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.189 1030 pendahuluan pandemi covid-19 melanda dunia tak terkecuali indonesia. semua sektor terimbas oleh pandemi ini tak terkecuali juga dunia pendidikan. sejak pertengahan maret 2020, pendidikan yang biasa dilaksanakan dengan tatap muka total terhenti. .hal yang tidak diduga selama ini, sehingga dapat dikatakan hampir selama tahun 2020 pendidikan indonesia nyaris tanpa persiapan untuk melaksanakan sistem pembelajaran jarak jauh (pjj). kurikulum yang disusun dalam menyongsong tahun pelajaran 2019/2020 adalah kurikulum dengan ki/kd yang dipersiapkan untuk pembelajaran tatap muka di sekolah. namun yang terjadi adalah masa pandemi covid-19 yang diperkirakan berjalan secara berkepanjangan. menanggapi keadaan tersebut pemerintah melalui kemdikbud ri menetapkan kurikulum darurat di masa pandemi covid-19. namun demikian, guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan formal di sekolah malakukan upaya semaksimal mungkin agar pendidikan dan pembelajaran tetap berjalan. guru tetap berusaha diawali dari tataran yang sederhana melalui whatsapp, youtube, atau video pembelajaran manual dari guru, semata-mata agar pembelajaran tetap bisa berjalan. teknologi untuk memenuhi pjj kini sudah dirasa semakin berkembang dengan memanfaatkan teknologi, seperti google classroom, zoom, dan sebagainya. namun demikian, berkembangnya teknologi untuk penyampaian pembelajaran jarak jauh (pjj) tidak semua bisa dikuasai dan dimanfaatkan unsur pelaksana pendidikan utamanya guru dan siswa. di daerah tertentu pelaksanaan pembelajaran dengan pemanfaatan teknologi banyak mengalami kendala, yaitu kemampuan mengoperasikan serta pemahaman it dan ketersediaan perangkat, misalnya hp atau laptop. demikian pula dengan kendala sinyal yang paling berpengaruh kepada pelaksanaan pjj berbasis teknologi. kendala tersebut pasti ada di setiap daerah. guru benar-benar harus memikirkan bagaimana mengatasi kendala tersebut dan siswanya tetap mendapatkan haknya, yaitu memperolah dan menyerap materi yang disampaikan. di daerah seperti di kecamatan brangsong kabupaten kendal ada upaya guru, yaitu melakukan kunjungan rumah. kunjungan rumah atau dikenal home visit tersebut dilakukan baik secara individu maupun kelompok kecil. secara individu diberikan kepada anak yang tidak memiliki jangkauan teman terdekat dan memiliki masalah ketersediaan perangkat gawai. secara kelompok dilakukan guru kepada dua atau tiga siswa dengan jarak rumah terdekat untuk melakukan bimbingan dan pembelajaran karena ketaktersediaan perangkat gawai. secara garis besar identifikasi permasalahan dalam pembelajaran jarak jauh (pjj) adalah tantangan dalam mengadopsi teknologi ke dalam proses belajar mengajar sepenuhnya. setelah hampir satu tahun berjalan sejak masa transisi siswa tetap mengalami tekanan yang tinggi untuk mengikuti pembelajaran jarak jauh (selanjutnya pjj). guru membebani siswa dengan tugas-tugas yang banyak untuk mengimbangi pelaksanaan tatap muka yang sebelumnya dilaksanakan. siswa menjadi jenuh dan cenderung bosan, sehingga terkesan menyepelekan tugas dan kewajiban dalam pjj. siswa juga sangat bergantung dengan orang tua untuk mengerjakan tugas. orang tua turut kebingungan dengan kondisi yang terjadi dan terpaksa mengambil alih tugas guru dalam mendampingi puteranya belajar. dengan pjj orang tua sangat prihatin terhadap pencapaian hasil belajar yang diperoleh putera puterinya. otang tua tidak bisa meniru pola mengajar yang disampaikan guru sehingga anak sering menjadi korban kekerasan orang tua yang tak pandai mengolah kesabaran yang dimilikinya. tugas sekolah seringkali memakan waktu lebih banyak sehingga tingkat stres mereka semakin tinggi. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.189 1031 tantangan yang dipaparkan sedikit banyak dapat terkurangi dengan adanya upaya guru. peran dan kehadiran guru di masa pandemi sangat dibutuhkan oleh siswa. guru dapat memberikan layanan pemecahan kesulitan yang dialami dengan melakukan kunjungan rumah sebagai ganti pembelajaran tatap muka. kunjungan rumah ini dapat dilakukan baik secara kelompok maupun individual untuk memberikan solusi pemecahan masalah bagi siswanya. guru berusaha membuat kelompok belajar dalam jaringan (daring), yaitu whatsapp sebagai sarana komunikasi untuk menjembatani kepentingan bersama. namun pada kenyataannya ada saja siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran karena orang tua tidak mampu menyediakan gawai atau ponsel android. kendala sinyal jaringan yang lemah juga sangat mengganggu dan siswa terkadang tidak bisa mengerjakan tugas pembelajaran yang diberikan guru. dalam hal ini kunjungan rumah adalah solusi tepat untuk mengatasi kesulitan pjj yang dilaksanakan di masa pandemi. layanan kunjungan rumah merupakan salah satu teknik untuk dekat dengan siswa dalam upaya membantu mengentaskan permasalahan pembelajaran daring. tentu saja guru dan siswa tetap dalam aturan prokes dengan alat pelindung masker, face shield, dan menjaga jarak. untuk memantau selama pjj diperlukan juga pengawasan dan kontrol dari pihak yang berwenang, misalnya pengawas atau kepala sekolah. melalui pengawasan dan kontrol dapat terjalin komunikasi untuk memecahkan permasalahan yang ada dan dirasakan pihak sekolah dan guru. dalam pelaksanaan pjj, guru juga memerlukan motivasi dan sambung rasa kepada kepala sekolah maupun pengawas. pengawas diharapkan dapat menampung dan memberikan solusi atas permasalahan pjj yang dihadapi guru. salah satunya melalui supervisi akademik. supervisi akademik adalah rangkaian kegiatan untuk membantu guru dalam mengembangkan kemampuan dalam mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan (glickman 2007). tujuan supervise akademik adalah (1) membantu guru mengembangkan kompetensinya (2) mengembangkan kurikulum, dan (3) mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (ptk). supervisi akademik merupakan salah satu fungsi mendasar (essential fuction) dalam keseluruhan program sekolah. hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme guru. sasaran supervise akademik adalah kemampuan guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, memanfaatkan hasil penilaian untuk meningkatkan layanan pembelajaran. menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, memanfaatkan sumber belajar yang tersedia, dan mengembangkan interaksi pembelajaran (strategi, metode, dan teknik) yang tepat. sebagaimana telah diteliti oleh makmun (2021) dengan judul penelitian “kombinasi pembelajaran media daring dengan strategi home visit pada masa pandemi covid-19 pada sekolah dasar negeri 1 batu layar”. makmun menyimpulkan bahwa dengan strategi home visit dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam melakukan pembelajaran. walaupun tidak secara maksimal alokasi waktu pertemuan yang dilakukan karena dilakukan secara bergiliran atau kelompok belajar. sholeh (2021) mencoba mengatasi problematika pembelajaran daring pada siswa sd di maca pandemic covid-19 dan menuangkannya dalam penelitian. kesimpulan yang didapat bahwa adanya komunikasi dan kerjasama yang intensif antara guru, siswa, dan orang tua, siswa lebih terbimbing dan terbantu dalam pembelajaran sehingga mereka dapat mengatasi kesulitan belajar. dalam kaitannya dengan pelaksanaan supervisi akademik di masa pandemi suharni (2021) melakukan penelitian berjudul “upaya meningkatkan kemampuan guru dalam vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.189 1032 pembuatan kelengkapan perangkat pembelajaran daring melalui supervisi kepala sekolah di sd negeri 40 mataram”. suharni (2021) menyimpulkan bahwa melalui supervisi kepala sekolah kemampuan guru dalam membuat kelengkapan perangkat pembelajaran daring mengalami peningkatan secara sidnifikan. supervisi akademik efektif digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru sd dalam pembuatan kelengkapan perangkat pembelajaran. marianis (2021) dalam penelitian berjudul “implementasi supervisi akademik masa pendemi covid-19 dalam meningkatkan sdm smpn 1 sungai pua” menyimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi akademik pada masa pandemi covid-19 dapat meningkatkan kualitas guru di smpn 1 sungai pua. padang (2021) melakukan penelitian berjudul “peningkatan kreatifitas dan inisiatif guru pendidikan agama kristen melalui pelatihan pengelolaan pembelajaran model daring pada masa pandemi covid-19 di sekolah binaan tingkat menengah. kesimpulan yang dirumuskan adalah model pembelajaran daring dapat mengatasi kesulitan pelaksanaan pembelajaran di masa pendemi covid-19 melalui kreatifitas dan inisiatif guru dalam mengelola pembelajaran di rumah. kreatifitas dan inisiatif guru dalam pembuatan rpp meningkat 20%, pengeloalaan pembelajaran daring 14%, keaktifan siswa 18% dan nilai hasilbelajar siswa 9,6% setelah ada tindakan siklus 1 dan siklus 2. pelaksanaan pembelajaran masa pandemi di rumah berjalan lancar. penelitian djaswadi (2021) berjudul peningkatan kompetensi guru dalam menerapkan pembelajaran daring masa pendemi covid-19 dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik sd negeri tambahagung 03 kecamatan tambakkromo semester 1 tahun pelajaran 2020/2021. melalui penelitian tersebut disimpulkan bahwa ada melalui supervisi terdapat peningkatan dalam pengelolaan kelas meliputi telaah rpp dan pelaksanaan pembelajaran daring serta prestasi peserta didik. data kuantitatif yang disajikan, yaitu guru kelas 6 sebesar 32,4%, yaitu 71 menjadi 94, guru kelas 5 sebesar 20,5%, yaitu 72 menjadi 88, guru kelas 4 sebesar 22,7%, yaitu 75 menjadi 92. proses pembelajaran aktif dan kreatif, inovatif serta efektif dan menyenangkan diterapkan dengan cukup baik untuk meningkatkan prestasi peserta didik. penelitian berjudul “upaya kepala sekolah dalam meningkatkan keterlaksanaan pembelajaran jarak jauh (pjj) melalui supervisi” dilakukan oleh istiqomah (2021). diuraikan bahwa ada situasi yang tidak normal terhadap pelaksanaan pjj akibat adanya pandemi covid19, yang berdampak juga pada pelaksanaan supervise yang dilakukan. penelitian menghasilkan simpulan bahwa terdapat 13 platform pembelajaran jarak jauh yang digunakan guru dengan rata-rata kehadiran peserta didik dalam pelaksanaan pjj sebesar 67%, target kurikulum sebesar 72% dan daya serap peserta didik terhadap materi sebesar 58%. selanjutnya berliani (2021) dalam penelitiannya berjudul “implementasi supervisi akademik dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru masa pandemi covid-19 di sdn 5 langkai kota palangkaraya menyimpulkan bahwa implementasi supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru masa pandemi covid-19 secara keseluruhan setelah dilakukan penelitian siklus 1 dan 2 berjalan dengan baik. program suoervisi berfokus pada peningkatan dan pengembangan kemampuan serta keterampilan guru dalam pemanfaatan teknologi untuk mendukung proses pembelajaran secara daring. program supervisi kepala sekolah secara terjadwal dilaksanakan dengan zoom meeting. respons guru terhadap supervisi di masa pandemi sangat baik. murnie (2020) melakukan penelitian berjudul “optimalisasi pembelajaran daring di sekolah dasar: sebagai respons dari new normal di era covid-19. hasil penelitian vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.189 1033 menunjukkan bahwa optimalisasi pembelajaran daring era new normal pandemi covid-19 sudah berjalan dengan baik yang ditandai dengan a) adanya supervise akademik yang dilakukan kepala sekolah b) pemanfaatan video pembelajaran serya project based learning dalam rangka mengantisipasi kejenuhan dan kebosanan siswa dalam mengikuti pembelajaran daring c) factor pendukung dalam optimalisasi pembelajaran daring meliputi jaringan internet, kuota internet, dan pemberian waktu cukup bagi siswa untuk mengumpulkan tugas d) kendala yang dihadapi berupa mesih terdapat siswa yang belum memeliki fasilitas gaway dan orang tuanya sibuk bekerja dan tidak mendampingi anaknya. bila dibandingkan beberapa penelitian yang disajikan, makmun (2021) membahas kombinasi daring dan home visit. sholeh (2021) memaparkan adanya komunikasi dan kerjasama yang intensif antara guru, siswa, dan orang tua dalam mengatasi kesulitan belajar di amsa pandemi covid-19. suharni (2021) sebagai kepala sekolah melakukan supervisi akademik dalam lingkup pembuatan perangkat pembelajaran daring, sedangkan marianis (2021) sebagai pengawas sekolah melakukan supervisi akademik dalam hal kualitas guru. padang (2021) model pembelajaran daring dapat mengatasi kesulitan pelaksanaan pembelajaran di masa pendemi covid-19 melalui kreatifitas dan inisiatif guru dalam mengelola pembelajaran di rumah. djaswadi (2021) melalui supervisi terdapat peningkatan dalam pengelolaan kelas meliputi telaah rpp dan pelaksanaan pembelajaran daring serta prestasi peserta didik. istiqomah (2021) menghasilkan simpulan bahwa terdapat 13 platform pembelajaran jarak jauh yang digunakan guru. berliani (2021) melaksanakan program suoervisi berfokus pada peningkatan dan pengembangan kemampuan serta keterampilan guru dalam pemanfaatan teknologi untuk mendukung proses pembelajaran secara daring. murnie (2020) optimalisasi pembelajaran daring era new normal pandemi covid-19 sudah berjalan dengan baik. atas dasar telaah beberapa penelitian yang disajikan belum ada yang melaksanakan penelitian dengan menerapkan supervisi akademik pengawas sekolah bagi guru dalam upaya mengoptimalkan pembelajaran jarak jauh (pjj) melalui kunjungan rumah di masa pandemi covid-19, sehingga penelitian ini asli bukan saduran. metode penelitian dilaksanakan di lima sd dabin 3 semester 1 tahun 2020/2021, kecamatan brangsong kabupaten kendal. alasan pemilihan dabin 3 sebagai tempat penelitian ini adalah peneliti sebagai pengawas pembina di dabin 3 kecamatan brangsong kabupeten kendal. waktu penelitian dilaksanakan mulai dari perencanaan sampai dengan pelaporan kurang lebih tiga bulan, yaitu bulan agustus hingga oktober 2020. subjek penelitian sepuluh sd, sepuluh kepala sd, dan 56 guru. teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi teknik nontes, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. instrumen yang digunakan adalah indtrumen kepala sekolah, guru, dan siswa. instrumen tersebut sangat diperlukan kaitannya dengan keberhasilan penelitian yang memerlukan data dari semua unsur, yaitu kepala sekolah, guru, siswa yang saling terkait dengan pelaksanaan pjj kunjungan rumah. validasi data dilakukan dengan menganalisis perolehan data hasil observasi dan wawancara siklus i, dan siklus ii guna mengetahui keberhasilan penelitian. perolehan tiap siklus kemudian dibandingkan untuk menetapkan seberapa jauh peningkatan yang dicapai setelah refleksi tiap siklusnya. data yang dianalisis melalui hasil observasi kemudian dilakukan triangulasi. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.189 1034 analisis data dalam penelitian tindakan sekolah ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif (supardi 2009). perolehan hasil pengamatan melalui supervisi akademik dianalisis secara deskriptif kuantitatif berdasarkan skor hasil observasi. data-data tersebut dianalisis mulai dari siklus i dan siklus ii untuk dibandingkan dengan teknik deskriptif persentase. berikut adalah tabel kriteria penilaian (supardi 2009). tabel 1. interval dan kriteria penilaian observsi nilai interval skor nilai nilai kategori 5 4,5 – 5,0 86 – 100 sangat baik (sb) 4 3,9 – 4,4 71 – 85 baik (b) 3 3,3 – 3,8 56 – 70 cukup (c) 2 2,7 – 3,2 41 – 55 kurang (k) 1 0,0 – 2,6 0 – 40 sangat kurang (sk) prosedur penelitian dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi pada tiap siklusnya. perencanaan dilakukan dengan penyusunan proposal dan melakukan sosialisasi kepada guru melalui rapat kepala sekolah. peneliti menyampaikan alasan dilaksanakannya penelitian dan tindakan sekolah. perencanaan disusun dengan merumuskan tujuan, permasalahan, rencana alur tindakan, dan penyusunan instrumen. pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dan masing-masing siklus terdiri atas tiga pertemuan. pertemuan pertama siklus 1 dengan melakukan evaluasi pelaksanaan pembelajaran daring selama semester 2 tahun pelajaran 2019/2020. pengawas melakukan sosialisasi kepada sekolah binaan, dengan menginventarisasi setiap permasalahan yang timbul dalam pembelajaran daring. pertemuan kedua dilaksanakan dengan memberikan pengarahan melalui kunjungan pengawas kepada sekolah binaan. pertemuan ketiga dilaksanakan pendampingan kepada guru dalam melaksanakan pjj kunjungan rumah. pada pertemuan ini pula dilaksanakan evaluasi dan pengumpulan data penelitian siklus 1. demikian prosedur penelitian yang sama dan berulang di siklus 2. hasil dan pembahasan hasil sebelum tindakan pelaksanaan pembelajaran sejak 16 maret 2019 yang semula dilaksanakan secara tatap muka penuh, namun setelah pandemi covid-19 melanda dunia pembelajaran dilaksanakan dengan sistem jarak jauh dalam jaringan (daring). pembelajaran daring dilaksanakan dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada. guru nyaris tanpa persiapan, apa yang musti dilakukan untuk tetap bisa melakukan pembelajaran. guru memanfaatkan sarana seadanya, yaitu dengan memanfaatkan grup whatsapp. guru juga masih harus belajar dengan aplikasi lainnya untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. pemanfaatan media pembelajaran jarak jauh yang dipilih ternyata belum memenuhi harapan. ada sepuluh sekolah binaan yang peneliti lakukan hanya ada tiga sekolah yang mengembangkan aplikasi lain selain grup whatsapp, yaitu google classroom, youtube, dan aplikasi belajar online lainnya. untuk pembelajaran secara sinkronus guru juga memanfaatkan media google meet, zoom cloud. namun demikian hanya beberapa guru yang bisa megoperasikan dan memakainya dalam pjj. banyak kendala yang dihadapi. kendala yang dihadapi peserta didik dalam pjj sangat dirasakan sebagian besar guru. kataktersediaan perangkat hp android, paket data, dan jaringan sinyal menjadi penghambat yang utama dalam pelaksanaan pjj. kendala tersebut menjadi hambatan yang serius dalam vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.189 1035 proses pjj. guru memaklumi keadaan dan mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. solusi itu adalah melakukan kunjungan rumah kepada siswa. diutamakan siswa yang dikunjungi adalah siswa yang tidak mampu memiliki hp. siswa yang tidak mampu secara akademik dan membutuhkan bantuan, pantauan, dan motivasi guru agar tetap belajar. siswa yang malas mengerjakan tugas juga menjadi sasaran utama kunjungan. kunjungan rumah dilakukan guru baik secara individual maupun kelompok kecil. hasil penelitian siklus 1 penelitian siklus 1 diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. tahapan tersebut memeiliki peran sendiri dalam menetukan keberhasilan penelitian. berikut adalah uraian tiap tahap penelitian siklus 1 perencanaan siklus 1 perencanaan siklus 1 diawali dengan pembuatan proposal penelitian dengan merumuskan latar belakang masalah dan tujuan penelitian. peneliti menginventarisasi persoalan dan permasalahan pjj yang telah terlaksana. peneliti menyusun instrument yang diperlukan dalam penelitian. pelaksanaan siklus 1 pelaksanaan dilakukan peneliti dengan sosialisasi secara umum tentang evaluasi dan rencana penelitian tindakan kepada sekolah binaan melalui kepala sekolah. kepala sekolah melalukan sosialisasi kepada guru di sekolah masing-masing untuk melakukan pjj kunjungan rumah sebagai upaya mengatasi kesulitan dalam pembelajaran daring. peneliti melakukan supervisi atau kunjungan kepada masing-masing sekolah binaan untuk menyampaikan optimalisasi pjj melalui kunjungan rumah. peneliti menyampaikan instrumen penelitian yang harus dipenuhi oleh setiap guru yang melaksanakan pjj kunjungan rumah. observasi siklus 1 observasi dilakukan peneliti setelah pertemuan ketiga siklus 1. dengan hasil sebagaimana tabel 2 berikut. tabel 2. hasil penelitian siklus 1 responden/sekolah binaan indikator rerata nilai 1 2 3 4 5 1 3 3 3 3 3 3,0 75 2 4 4 3 4 2 3,4 85 3 3 3 3 4 2 3,0 75 4 4 3 3 3 3 3,2 80 5 3 2 3 3 3 2,8 70 6 4 3 4 3 3 3,4 85 7 4 3 4 3 2 3,2 80 8 3 2 3 4 3 3,0 75 9 4 3 3 3 3 3,2 80 10 4 3 3 4 2 3,2 80 rerata skor 3,5 2,79 3,29 3,43 2,64 3,1 78,21 rerata nilai 87,5 69,6 82,1 85,7 66,1 vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.189 1036 dari hasil tabel 2 dapat diamati pula diagram hasil penelitian siklus 1 gambar 1. diagram hasil penelitian siklus 1 tahap refleksi dilakukan dengan menginventarisasi semua kelebihan dan kekurangan siklus 1 untuk dilakukan perbaikan atas segala kelemahan yang timbul. kelebihan siklus 1 adalah motivasi bagi setiap guru dan sekolah yang telah melaksanakan pjj kunjungan rumah secara maksimal sehingga memperkecil ketakberhasilan pembelajaran daring di masa pendemi covid-19. hasil penelitian siklus 2 sebagaimana siklus 1, siklus 2 juga dilaksanakan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. berikut uraian hasil penelitian tiap tahapan siklus 2 perencanaan siklus 2 perencanaan dilakukan dengan penyusunan rencana tindakan peningkatan hasil penelitian siklus 2. menyampaikan hasil evaluasi siklus 1 untuk dicarikan solusi pemecahan tindakan di siklus 2. penyampaian hasil penelitian siklus 1 kepada sekolah binaan dan menyosialisasikan kriteria keberhasilan penelitian sebagai indicator kinerja. pelaksanaan siklus 2 tahap pelaksanaan siklus 2 adalah memberikan penjelasan akan kekurangan dan kelebihan siklus 1 untuk dilakuakn perbaikan pada siklus 2 untuk memberi penegasan akan pentingnya peningkatan keberhasilan pjj kunjungan rumah melalui supervisi akademik. observasi siklus 2 tahap observasi dilakuakn peneliti dengan melakukan supervise akademik melalui instrument observasi yang telah disusun dan wawancara kepada guru sekolah binaan. peningkatan keberhasilan pjj kunjungan rumah melalui supervisi dapat dicermati dalam tabel 3 berikut. 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 rerata skor rerata nilai hasil penelitian siklus 1 indikator rerata nilai vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.189 1037 tabel 3. hasil penelitian siklus 2 responden/sekolah binaan indikator rerata nilai 1 2 3 4 5 1 4 4 3 4 3 3,6 90 2 4 4 4 4 3 3,8 95 3 3 3 4 4 3 3,4 85 4 4 4 3 3 3 3,4 85 5 4 4 3 3 4 3,6 90 6 4 3 4 4 3 3,6 90 7 4 3 4 3 3 3,4 85 8 3 3 3 4 3 3,2 80 9 4 4 4 3 4 3,8 95 10 4 3 3 4 3 3,4 85 rerata skor 3,79 3,43 3,64 3,64 3,21 3,52 88,57 rerata nilai 94,6 85,7 91,1 91,1 80,4 dari hasil tabel 2 dapat diamati pula diagram hasil penelitian siklus 2 gambar 2. diagram hasil penelitian siklus 2 refleksi siklus 2 tahap refleksi siklus 2 dilakukan dengan menganalisis hasil penelitian siklus 2. setelah dilakukan perhitungan data hasil penelitian hasilnya ada peningkatan yang cukup signifikan sehingga tidak perlu ada siklus 3. indikator kinerja yang ditetapkan adalah 85% sedangkan hasil penelitian sudah mencapai lebih, yaitu 88, 57%, sehingga penelitian berjudul “pelaksanaan supervisi akademik pengawas sekolah untuk mengoptimalkan pembelajaran jarak jauh (pjj) kunjungan rumah di masa pandemi covid-19 dinyatakan berhasil. 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 rerata skor rerata nilai siklus 2 indikator rerata nilai vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.189 1038 simpulan berdasarkan data penelitian tiap siklusnya disimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi akademik telah menjadikan pembelajaran jarak jauh (pjj) dengan kunjungan rumah di sekolah binaan dabin 3 kecamatan brangsong kabupaten kendal berjalan secara optimal. bantuan yang diberikan guru pada kunjungan rumah memberikan dampak yang baik kepada siswa dalam menyelesaikan pjj selama masa pandemi covid-19. keberhasilan penelitian ditunjukkan dengan data hasil penelitian siklus 1 sebesar 78,21% dengan kategori baik. meningkat dengan signifikan pada hasil penelitian siklus 2, yaitu 88,57% kategori sangat baik. daftar rujukan berliani. t. wahyuni r. lenny, r & sisilia. 2021. implementasi supervis akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru di masa pendemi covid-19 di sdn 5 langkai kota palangkaraya. equity in education journal,3(1).1-10. https://doi.org/10.37304/eej.v3i1.2447 djaswadi.2021. upaya peningkatan kompetensi guru dalam menerapkan pembelajaran daring di masa pendemi covid-19 untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik sd negeri tambahagung 03 kecamatan tambakrono semester 1 tahun pelajaran 2020/2021. journal of industrial engineering & management research.2(1).156-179.retrieved from http://www.jiemar.org glickman, c.d., gordon, s.p., and ross-gordon, j.m. 2007. supervisionand instructional leadership a development approach. seventh edition. boston: perason. istiqomah. t. 2021. upaya kepala sekolah dalam meningkatkan keterlaksanaan pembelajaran jarak jauh (pjj) melalui supervisi. jurnal muara pendidikan, 6(1).41-49. https://doi.org/10.52060/mp.v6i1.519 makmun, sukran.2021.kombinasi pembelajaran media daring dengan strategi home visit pada masa pandemi covid-19 pada sekolah dasar negeri 1 batu layer. jurnal ilmiah telaah. http://journal.ummat.ac.id/index.php/telaah p-issn2477-2429 | e-issn 2620-6226 vol 6 no 1, januari 2021 marianis. 2021. implementasi supervisi akademik masa pendemi covid-19 dalam meningkatkan sdm smpn 1 sungai pua. journal of applied, social, and education studies volume 2, no. 1, april 2021, e-issn: 2723-4614, hal. 27-40. murnie. 2020. optimalisasi pembelajaran daring di sekolah dasar: sebagai respons dari new normal di era covid-19. equity in education journal.2(2).68-76. https://doi.org/10.37304/eej.v2i2.1852 padang. r. 2021. peningkatan kreatifitas dan inisiatif guru pendidikan agama kristen melalui pelatihan pengelolaan pembelajaran model daring pada masa pandemi covid-19 di sekolah binaan tingkat menengah. cybernetics: journal educational research and social studies. 1(1),21-54. sholeh, abdul. 2021. implementasi pendekatan home visit upaya mengatasi problematika pembelajaran daring pada siswa sekolah dasar di masa pandemic covid-19. jurnal bidang pendidikan dasar, 5(1), 80 89. https://doi.org/10.21067/jbpd.v5i1.5155 suharni. 2021. upaya meningkatkan kemampuan guru dalam pembuatan kelengkapan perangkat pembelajaran daring melalui supervisi kepala sekolah di sd negeri 40 mataram. nusantara: jurnal pendidikan dan ilmu sosial; volume 3, nomor 1, maret 2021; 75-89 https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/nusantara microsoft word 14-sumina.docx vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.133 694 received : 24-03-2021 revised : 02-04-2021 published : 07-05-2021 upaya meningkatkan kemampuan menelaah teks piwulang pupuh sinom dengan metode koremor pada siswa smp suminarsih smp negeri 1 gabus, grobogan, indonesia meinanda.sum@gmail.com abstrak: tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan proses pembelajaran menelaah teks piwulang pupuh sinom menggunakan metode koremor untuk siswa smp dan meningkatkan kemampuan menelaah teks piwulang pupuh sinom dengan metode koremor untuk siswa smp. untuk tempat penelitiannya di smpn 1 gabus. adapun pelaksanaan penelitian yaitu di bulan februari 2020 sampai dengan bulan april 2020. adapun subjek penelitian yakni siswa kelas vii. untuk pengumpulan data menggunakan teknik observasi serta tes tertulis. sedangkan untuk analisis data mengguankan teknik deskriptif kualitatif dan komparatif. setelah dilaksanakan menggunakan dengan metode koremor, proses pembelajaran menelaah teks piwulang pupuh sinom meningkat menjadi baik. kedisiplinan, keaktifan, semangat kerja sama, rasa percaya diri dan tanggung jawab siswa menjadi lebih baik. persentase hasil observasi terhadap sikap siswa selama proses pembelajaran di kegiatan prasiklus sebesar 64%, untuk pelaksanaan di siklus i sebesar 74% dan di siklus ii meningkat menjadi 89%. hasil belajar berupa kemampuan menelaah teks piwulang pupuh sinom pada siswa smp meningkat. pada pelaksanaan prasiklus siswa yang tuntas belajar ada 20 siswa atau sebesar 63%, pada pelaksanaan siklus i ada 23 siswa atau sebesar 72%, dan pada pelaksanaan siklus ii ada 29 siswa atau sebesar 91%. kata kunci: koremor; menelaah; sinom vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.133 695 pendahuluan menurut (purwanto, 2014:107) yang dimaksud keberhasilan dalam pendidikan akan terwujud apabila terdapat proses pembelajaran yang lebih efektif. pembelajaran yang lebih efektif dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. faktor internal yakni faktor yang berkaitan dengan diri siswa meliputi kemampuan, minat, motivasi, dan keaktifan belajar, sedangkan faktor eksternal yakni faktor dari luar diri siswa, antara lain model pembelajaran, media pembelajaran, sarana, dan kelas. menelaah teks piwulang serat wulangreh pupuh sinom merupakan salah satu materi pembelajaran mata pelajaran bahasa jawa di kelas vii sekolah menengah pertama. sehubungan dengan kompetensi tersebut, kemampuan pada siswa kelas viia smpn 1 gabus tahun ajaran 2019/2020 dalam menelaah materi masih rendah. dari sejumlah 32 siswa hanya 20 yang telah tuntas dalam belajar. persentase keberhasilan pembelajaran sebesar 63%. padahal, indikator keberhasilan pembelajaran sebesar 85%. hal itu berarti pembelajaran belum berhasil. identifkasi masalah (1) pemilihan metode dan teknik pembelajaran kurang menarik sehingga kurang dapat merangsang semangat belajar siswa.(2) siswa kurang berminat mengikuti pembelajaran menelaah teks piwulang pupuh sinom. (3) sarana dan prasarana pendukung dalam pembelajaran kurang lengkap dan kurang mendukung. (4) persiapan yang dilakukan guru untuk pembelajaran menelaah teks piwulang pupuh sinom kurang optimal. berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan (1) meningkatkan proses pembelajaran menelaah teks piwulang pupuh sinom dengan metode koremor untuk siswa kelas viia smpn 1 gabus tahun ajaran 2019/2020. (2) meningkatkan kemampuan menelaah teks piwulang pupuh sinom menggunakan metode koremor untuk siswa kelas viia smpn 1 gabus tahun ajaran 2019/2020. adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih baik secara teoretis maupun dengan cara praktis. dalam segi teoritis, dari penelitian ini berhasil memberikan sumbangan pemikiran terhadap teori pembelajaran berkenaan dengan penelitian dalam dunia pendidikan. disamping itu, hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai pendorong bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian yang lebih luas. dari segi praktis, hasil penelitian ini merupakan sebuah informasi tentang metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menelaah teks piwulang pupuh sinom. untuk tahap berikutnya hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan untuk guru mata pelajaan bahasa jawa guna lebih meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menelaah teks piwulang pupuh sinom di kelas-kelas yang lain. landasan teoretis adapun pengertian menelaah yaitu mempelajari, menyelidiki, mengkaji, memeriksa, atau menilik. didalam pelaksanaannya siswa harus bisa memahami isi wacana dari suatu teks yang dibaca. selanjutnya mengkaji bagian demi bagian berdasarkan struktur dari wacana tersebut. pemahaman merupakan proses berpikir serta belajar. di sebutkan demikian sebab untuk menuju ke arah pemahaman diperlukan dua hal yakni proses belajar dan berpikir. seperti dijelaskan oleh poerwadarminta (1991: 636) bahwa pemahaman merupakan proses, perbuatan, dan cara memahami. teks piwulang pupuh sinom merupakan salah satu di antara sebelas tembang macapat. dijelaskan oleh sutardjo (2011: 10) bahwa macapat berasal dari kata maca ‘membaca’ dan pat yang berubah menjadi mat, dan mat berasal dari bahasa belanda maat berarti ‘irama, vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.133 696 metrum, tembang’. sehingga macapat dapat diartikan membaca dengan irama tembang atau metrum atau menyanyi. irama atu lagu dalam tembang macapat sering dibentuk dengan gregel, yaitu perpanjangan suara dengan penuh estetis, naik turunnya suara. sedangkan tembang macapat tersebut mengulas tentang kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai dengan meninggal. dapat diartikan juga bahwa tembang yang mengulas tentang kehidupan anak manusia yang masih membutuhkan bimbingan serta tuntunan dari orang tua mereka yakni tembang sinom. menurut wasisto (2020), tembung atau kata sinom berasal dari kata “sinom” yang berarti sebuah pucuk yang baru tumbuh ataupun bersemi. pupuh atau tembang sinom ini secara filosofi menggambarkan manusia yang mulai tumbuh dan beranjak dewasa, serta telah menjadi seorang pemuda atau remaja yang sedang bersemi atau berkembang. pada saat menjadi seorang remaja, maka tugas mereka adalah untuk menuntut ilmu sebaik dan setinggi mungkin agar bisa menjadi pucuk. menurut pendapat lainnya sinom merupakan gambaran tentang seseorang yang akan menginjak usia muda, mulai memasuki masa yang indah, penuh dengan harapan dan anganangan sehingga menjelang usia akil-balik atau menjelang dewasa. adapun pathokan atau paugeran tembang atau pupuh sinom yakni terdiri atas 9 gatra atau 9 baris, dan guru wilangan 8 8 8 8 7 8 7 8 12, serta mempunyai guru lagu a i a i i u a i a. untuk tembang atau pupuh sinom memiliki watak yang digunakan untuk mengungkapkan suasana yang bersemangat, bijaksana, kadang bersifat sedih dan bersifat gembira. karakter yang ada pada tembang sinom memuat tentang kerahmatan dan kesabaran yang tulus. tembang sinom sesuai jika digunakan dalam membuat syair tembang yang mempunyao tujuan untuk menyampaikan piwulang (mengajari) wewarah (membimbing), juga dapat digunakan dalam acara yang mempunyai perwatakan pemberian nasehat orang tua terhadap anaknya atau yang lebih muda. metode koremor sebagai metode kooperatif yang dikembangkan dari salah satu metode informal kooperatif yaitu cooperative review dan disandingkan dengan metode numbered heads together. teknik pelaksanaan pembelajaran metode koremor dijelaskan oleh huda (2012: 131132) sebagai berikut : (1) siswa ditempatkan guru dalam kelompok-kelompok kooperatif yang terdiri dari 3 atau 4 anggota. adapun setiap anggota mempunyai nomor masing-masing dari 1, 2, 3 atau 1, 2, 3, 4. (2) guru atau siswa menyampaikan berbagai pertanyaan review, kemudian dalam masing-masing kelompok mendiskusikan jawabannya. (3) kemudian guru memanggil secara acak dari salah satu nomor salah satu kelompok untuk menjelaskan jawaban kelompoknya. (4) apabila terdapat informasi yang belum tercakup didalam penjelasan yang disampaikan tadi, guru memanggil nomor yang sama (atau dapat juga nomor yang berbeda) dari kelompok berbeda untuk memaparkan penjelasannya kembali, begitu seterusnya selama masih ada informasi penting yang belum tersampaikan dalam jawaban siswa. (5) untuk anggota kelompok yang bisa menjawab dengan benar atau dapat memberikan informasi tambahan atas jawaban tersebut, maka kelompok tersebut akan memperoleh poin khusus. pembelajaran untuk menelaah teks piwulang pupuh sinom pada kondisi awal belum menggunakan metode koremor. dalam pembelajaran siswa kurang bersemangat, pasif, dan kurang tertarik dengan mengikuti pembelajaran. hasil pembelajaran untuk menelaah teks piwulang pupuh sinom termasuk kategori rendah. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.133 697 pada tahap tindakan guru menerapkan metode koremor untuk menelaah teks piwulang pupuh sinom. pada siklus i pembentukan kelompok berdasarkan tempat duduk yang berdekatan. penataan tempat duduk juga secara konvensional. pada siklus i ini proses pembelajaran berlangsung lebih baik daripada sebelum tindakan. demikian juga hasil dan ada perubahan sikap siswa. akan tetapi, dalam siklus sebelumnya belum tercapai indikator keberhasilan sehingga akan dilaksanakan tindakan siklus ii. dalam pelaksanaan siklus ii pembentukan kelompok diatur oleh guru dengan memperhatikan tingkat kemampuan siswa dan gender. adapun setiap kelompok terdapat siswa yang berkemampuan tinggi, berkemampuan sedang, dan yang kurang kemampuannya. dalam masing-masing kelompok, ada siswa laki-laki dan perempuan. penataan tempat duduk juga tidak seperti biasanya, tetapi membentuk tapal kuda. pada siklus ii proses pembelajaran menjadi lebih baik lagi, serta ada perubahan perilaku dan hasil belajar meningkat dan mencapai indikator keberhasilan. hipotesis tindakan yang diajukan ada didalam penelitian ini adalah (1) penggunaan metode koremor dapat meningkatkan proses pembelajaran menelaah teks piwulang pupuh sinom pada siswa kelas viia smpn 1 gabus tahun ajaran 2019/2020. (2) penggunaan metode koremor dapat meningkatkan hasil belajar dalam menelaah teks piwulang pupuh sinom pada siswa kelas viia smpn 1 gabus tahun ajaran 2019/2020. metode untuk ptk (penelitian tindakan kelas) ini dilaksanakan di smpn 1 gabus dimana alamatnya berada di jalan tahunan nomor 11, kecamatan gabus, kabupaten grobogan. lokasi smp 1 gabus berbatasan dengan kabupaten blora. penelitian ini dilaksanakan tiga bulan yaitu sejak bulan februari 2020 sampai dengan april 2020. adapun subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas viia smpn 1 gabus kabupaten grobogan tahun ajaran 2019/2020 adapun jumlah siswanya 32 siswa. dari sejumlah siswa tersebut terdiri 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa informasi tentang proses pembelajaran dengan metode koremor dan hasil belajar berupa kemampuan siswa dalam menelaah teks piwulang pupuh sinom. dalam peneletian ini untuk mengumpulkan data menggunakan dua cara yaitu dengan tes dan observasi. untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda serta rekaman gambar menggunakan observasi. sedangkan untuk tes mengacu pada pengertian bentuk-bentuk pertanyaan, tugas, atau latihan yang harus dikerjakan oleh siswa. siswa dituntut untuk berpikir tentang dan mempergunakan apa yang diketahui yang berkenaan dengan pertanyaan yang harus dijawab didalam tes bentuk esai. valididasi data menurut patton dalam sutopo (2006: 92) juga menjelaskan bahwa teknik trianggulasi ada 4 macam yakni trianggulasi data, trianggulasi peneliti, trianggulasi metodologis, dan trianggulasi teoretis. didalam penelitian ini pengembangan validitas data adalah dengan trianggulasi data atau yang disebut juga dengan trianggulasi sumber. sumber datanya berbentuk arsip atau dokumen hasil observasi proses pembelajaran dan nilai siswa dalam menelaah teks piwulang pupuh sinom. untuk menganalisis data-data yang telah dikumpulkan menggunakan teknik analisis yakni teknik deskriptif komparatif dan teknik deskriptif kualitatif. untuk data kuantitatif menggunakan teknik deskriptif komparatif yaitu untuk membandingkan hasil belajar vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.133 698 antarsiklus. teknik deskriptif kualitatif berkaitan dengan data kualitatif yaitu mencakup kegiatan dalam mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dalam proses pembelajaran berdasarkan kriteria normatif dari ketentuan yang ada. indikator keberhasilan (1) pembelajaran dikatakan berhasil apabila kedisiplinan, keaktifan, semangat kerja sama, rasa percaya diri, dan tanggung jawab siswa kelas viia smpn 1 gabus tahun ajaran 2019/2020 dalam proses pembelajaran menelaah teks piwulang pupuh sinom dengan metode koremor secara klasikal mencapai 85% atau lebih. (2) pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil tes kemampuan menelaah teks piwulang pupuh sinom siswa kelas viia smpn 1 gabus tahun ajaran 2019/2020 secara klasikal mencapai 85% atau lebih. hasil penelitian dan pembahasan perkembangan proses pembelajaran tabel 1. peningkatan proses pembelajaran menelaah teks piwulang pupuh sinom dengan metode koremor no aspek yang diamati presentase hasil butir sikap prasiklus siklus i siklus ii 1 kedisiplinan siswa dalam pembelajaran 64 % 77% 87% 2 keaktifan siswa dalam pembelajaran 65% 75% 89% 3 semangat kerjasama dalam kelompok 63% 70% 90% 4 rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran 67% 73% 89% 5 tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas 63% 74% 88% presentase keberhasilan 64% 74% 89% peningkatan presentase keberhasilan 10% 15% berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui perkembangan proses pembelajaran menelaah teks piwulang pupuh sinom dengan metode koremor di kelas viia smp negeri 1 gabus tahun pelajaran 2019/2020. kedisiplinan siswa dalam pembelajaran pada prasiklus sebesar 64%, dalam pelaksanaan siklus i meningkat menjadi 77%, dalam siklus ii meningkat lagi menjadi 87%. keaktifan siswa dalam prasiklus sebesar, 65%, dalam pelaksanaan siklus i menjadi 75%, dalam siklus ii menjadi 89%. semangat kerja sama siswa dalam prasiklus sebesar 63%, siklus i menjadi 70%, dan dalam pelaksanaan siklus ii meningkat menjadi 90%. rasa percaya diri siswa dalam prasiklus sebesar 67%, dalam pelaksanaan siklus i menjadi 73%, dan siklus ii meningkat menjadi 89%. tanggung jawab siswa dalam prasiklus sebesar 63%, pada siklus i sebesar 74%, dalam pelaksanaan siklus ii meningkat menjadi 88%. persentase keberhasilan proses pembelajaran menelaah teks piwulang pupuh sinom dengan metode koremor awal kegiatan atau prasiklus sebesar 64%, dalam pelaksanaan siklus i menjadi 74%, dan pada pelaksanaan siklus ii meningkat menjadi 89%. ada peningkatan sebesar 10% dari prasiklus ke siklus i dan 15% dari siklus i ke siklus ii. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.133 699 peningkatan hasil belajar tabel 2. peningkatan hasil tes kemampuan menelaah teks piwulang pupuh sinom no aspek prasiklus siklus i siklus ii 1 nilai minimum 53 60 70 2 nilai maksimum 83 90 100 3 rata-rata nilai 71,77 77,81 84,79 4 jumlah siswa 32 32 32 5 siswa belum tuntas 12 9 3 6 siswa tuntas 20 23 29 7 presentase keberhasilan 63% 72% 91% 8 peningkatan presentase keberhasilan 9% 19% berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui peningkatan rata-rata nilai siswa kelas viia smpn 1 gabus tahun ajaran 2019/2020 dalam menelaah teks piwulang pupuh sinom sejak prasiklus sampai dengan siklus ii. saat prasiklus nilai terendah siswa adalah 53, dalam pelaksanaan siklus i meningkat menjadi 60, dan meningkat lagi dalam pelaksanaan siklus ii menjadi 70. nilai tertinggi saat prasiklus adalah 83, dalam pelaksanaan siklus i meningkat menjadi 90, dan dalam pelaksanaan siklus ii menjadi 100. rata-rata nilai saat prasiklus adalah 71,77. setelah dilakukan tindakan dengan metode koremor saat siklus i nilai rata-rata meningkat menjadi 77,81 dan dalam pelaksanaan siklus ii meningkat lagi menjadi 84,79. jumlah siswa yang tuntas belajar pada prasiklus sebanyak 20, pada siklus i meningkat menjadi 23 siswa, dan siklus ii meningkat lagi menjadi 29. persentase keberhasilan pada prasiklus sebesar 63%, pada siklus i meningkat menjadi 72%, dan pada siklus ii meningkat lagi menjadi 91%. adapun besar peningkatan keberhasilan dari prasiklus ke siklus i sebesar 9% dan dari siklus i ke siklus ii sebesar 19%. menurut pembahasan tersebut akan diketahui bahwa dari prasiklus sampai dengan siklus ii proses pembelajaran menelaah teks piwulang pupuh sinom dengan metode koremor telah mengalami peningkatan. persentase keberhasilan proses pembelajaran pada siklus ii mencapai 89%. nilai kemampuan menelaah teks piwulang pupuh sinom dari prasiklus sampai dengan siklus ii juga terdapat peningkatan dengan persentase keberhasilan dalam siklus ii yaitu sebesar 91%. indikator keberhasilan proses dan hasil belajar yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu sebesar 85%. oleh karena indikator keberhasilan telah tercapai, maka penelitian tindakan dengan metode koremor dihentikan sampai pada siklus ii. pembelajaran menelaah teks piwulang pupuh sinom dengan metode koremor di kelas viia smpn 1 gabus semester i tahun ajaran 2019/2020 dinyatakan telah berhasil. simpulan kesimpulan sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) proses pembelajaran menelaah teks piwulang pupuh sinom meningkat menjadi baik setelah dilaksanakan tindakan dengan metode koremor. kedisiplinan, keaktifan, semangat kerja sama, rasa percaya diri, dan tanggung jawab siswa kelas viia smpn 1 gabus tahun ajaran 2019/2020 menjadi lebih baik. persentase hasil observasi terhadap sikap siswa selama proses pembelajaran saat prasiklus sebesar 64%, dalam pelaksanaan siklus i sebesar vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.133 700 74% dan dalam siklus ii meningkat menjadi 89%. (2) hasil belajar berupa kemampuan menelaah teks piwulang pupuh sinom pada siswa kelas vii a smpn 1 gabus tahun ajaran 2019/2020 meningkat. saat prasiklus siswa yang tuntas belajar sebanyak 20 atau sebesar 63%, dalam pelaksanaan siklus i sebanyak 23 atau sebesar 72%, dan dalam pelaksanaan siklus ii sebanyak 29 atau sebesar 91%. saran saran yang dapat disimpulkan berdasarkan penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut (1) guru mata pelajaran bahasa jawa hendaknya dalam melaksanakan pembelajaran materi menelaah teks piwulang pupuh sinom dapat menerapkan pendekatan, metode, dan menggunakan teknik pembelajaran yang tepat yang dapat meningkatkan proses dan hasil belajar. (2) peneliti bidang pendidikan dapat memanfaatkan metode koremor untuk penelitian tindakan kelas pada kompetensi yang lain. daftar rujukan adi suprayitno. 2020. menyusun ptk era 4.0. yogyakarta: cv. budi utomo depdiknas. 2009. modul: panduan implementasi standar penilaian pada ktsp di sekolah. jakarta: depdiknas. endang widi winarni. 2018. teori dan praktik penelitian kuantitatif, kualitatif, ptk, r&d. jakarta: bumi aksara wasisto, roni han. 2020. komunikasi sosial pada tembang macapat. communicare, volume 1, nomor 1, 2020. kurniawan, endang dan endah mustaqimah. 2010. modul suplemen mgmp bermutu: penilaian. jakarta: kementerian pendidikan nasional dirjen pmptk pppptk bahasa. priyantono dan sawukir. 2017. marsudi basa lan sastra jawa kanggo smp/mts kelas vii jilid 2. jakarta: penerbit erlangga. purwanto. (2014). psikologi pendidikan. jakarta: rineka cipta. silbermen. 2007. aktive learning 101 strategi pembelajaran aktif. yogyakarta: yappendis. sudharto, dkk. 1991. sekar macapat jumbuh kaliyan wulangan basa jawi. semarang: pt masscom graphy semarang. tresno sukendro dan sukarman. 2017. widya basa jawa kanggo smp/mts kls. vii/k2013. jakarta : erlangga. microsoft word 02-mulyani.docx vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.201 1189 received : 17-06-2021 revised : 26-07-2021 published : 20-08-2021 model assure dan media infografis pada desain pembelajaran sosiologi di masa pandemi covid-19 mulyani1, asmendri2 sman 1 koto salak dharmasraya1; iain batusangkar sumatera barat2 indonesia mulyanisosiologi@gmail.com1, asmendri@iainbatusangkar.ac.id2 abstrak: sosiologi merupakan ilmu yang erat kaitannya dengan mmanusia, proses hubungan manusia serta budayanya. sejak pandemic covid-19, pembelajaran sosiologi mengalami ruang gerak yang sempit. guru selaku pendidik perlu mendesain pembelajaran sedemikian rupa sehingga pembelajaran tetap dapat dilaksanakan dengan baik. desain pembelajaran merupakan scenario yang tersusun secara sistematis sesuai dengan alur yang harus diikuti. dalam mendesain pembelajaran guru perlu memperhatikan model dan media yang tepat. model assure merupakan model pembelajaran yang simple, logis dan inovatif. dalam penerapannya guru perlu mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1) analisis peserta didik, 2) penetapan tujuan, 3) memilih metode, media dan bahan ajar, 4) menggunakan metode, media dan bahan ajar, 5) melibatkan peserta didik, dan 5) melakukan evaluasi dan revisi. selain model, juga perlu memperhatikan media pembelajaran yang tepat. media infografis merupakan media visual dengan tampilan teks dan gambar yang dapat membantu mempermudah peserta didik dalam memahami materi, mengingat dan mengambil keputusan. kolaborasi model assure dan media infografis cocok digunakan dalam pembelajaran sosiologi saat pandemic covid-19. kata kunci : desain pembelajaran; model assure; media infografis; pembelajaran sosiologi abstract: sociology is a science that is closely related to humans, the process of human relations and their culture. since the covid-19 pandemic, the study of sociology has experienced a narrow range of motion. teachers as educators need to design learning in such a way that learning can still be carried out properly. learning design is a scenario that is systematically arranged according to the flow that must be followed. in designing learning teachers need to pay attention to the right model and media. the assure model is a simple, logical and innovative learning model. in its application the teacher needs to follow the steps as follows: 1) analyze students, 2) set goals, 3) choose methods, media and teaching materials, 4) use methods, media and teaching materials, 5) involve students, and 5 ) evaluate and revise. in addition to the model, it is also necessary to pay attention to the right learning media. infographic media is a visual media with text and image display that can help make it easier for students to understand the material, remember and make decisions. the assure model collaboration and infographic media are suitable for use in sociology learning during the covid-19 pandemic. keywords: learning design; assure model; infographic media; sociology learning vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.201 1190 pendahuluan kondisi masyarakat yang dilanda pandemi covid-19 memberi dampak pada berbagai sector kehidupan. lembaga pendidikan merupakan salah satu sector yang terdampak pandemi covid-19 diantara sektor-sektor lainnya. proses pembelajaran tatap muka beralih dengan moda daring yang dilaksanakan dari rumah atau bdr. peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran dari rumah masing-masing. kondisi seperti ini menjadi polemik tersendiri bagi orang tua, peserta didik, bahkan guru. sementara kondisi pandemi covid-19 belum dapat dipastikan sampai kapan akan berakhir, sedangkan proses pendidikan harus terus dilaksanakan dan tidak bisa ditunda. proses kegiatan pembelajaran dari rumah yang dilakukan melalui media secara daring dirasa kurang efektif dan maksimal. pelaksanaan pembelajaran dengan moda daring dipilih sebagai salah satu cara kegiatan belajar jarak jauh yang dianggap mampu meminimalkan penyebaran virus covid-19. akan tetapi, setelah kegiatan ini dilakukan timbul rasa was-was terhadap keefektifan pembelajaran daring (komalasari, 2020). keraguan untuk tetap melanjutkan pembelajaran daring semakin meningkat apalagi hasil belajar yang diperoleh peserta didik merosot dibandingkan dengan pembelajaran sebelum terjadi pandemi covid-19. hal ini tidak dapat dipungkiri. peserta didik merasa dirinya kurang bahkan tidak mampu untuk memahami dan menguasai materi pelajaran yang diberikan melalui daring. ditambah jaringan internet yang kurang memadai untuk daerahdaerah tertentu. keadaan ini juga menjadikan peserta didik kurang semangat belajar dan makna pembelajaran kurang terasa bagi mereka. sementara dalam permendikbud nomor 22 tahun 2016, menjelaskan bahwa proses kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan disetiap satuan pendidikan harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, serta dapat mendorong peserta didik menjadi aktif dan berpartisipasi. setiap satuan pendidikan juga dituntut melakukan manajemen pembelajaran dengan baik, sehingga proses belajar dapat maksimal penilaian proses pembelajaran juga dapat ditingkatkan sehingga mampu mencapai kompetensi lulususan (rozie iskandar, 2020). pembelajaran yang dilaksanakan secara daring dirasa tidak bisa memenuhi tuntutan standar proses. hal tersebut disebabkan oleh berbagai factor diantaranya jaringan internet yang kurang memadai, motivasi belajar peserta didik yang menurun dan berdamapk pada hasil belajar yang merosot serta peserta didik merasa kesulitan memahami materi pelajaran dengan cara daring. menyikapi kondisi yang terjadi dalam proses pendidikan saat pandemic covid-19, lahir skb 4 menteri yang menyatakan pembelajaran tatap muka boleh dilaksanakan kembali dengan mematuhi protocol kesehatan. ini menjadi berita yang menggembirakan bagi guru dan peserta didik yang rindu dengan pembelajaran yang dilakukan secara langsung melalui tatap muka. agar pembelajaran selama pandemic lebih bermakna bagi peserta didik, maka guru harus terampil dan piawai mendesain pembelajaran. dalam mendesain pembelajaran guru perlu mengkolaborasikan antara kebutuhan peserta didik dengan kompetensi yang harus dikuasai setelah pembelajaran dilaksanakan. sebagai desainer, kepiawaian guru akan terlihat dari cara menentukan metode, model, media serta alokasi waktu yang tersedia dalam pembelajaran (meriyati, 2019). menurut (rozie iskandar, 2020), desain pembelajaran sangat berkaitan dengan penetapan pencapaian tujuan pembelajaran. untuk mencapainya dibutuhkan strategi dan teknik serta rancangan media yang tepat. dalam mengembangkan desain pembelajaran guru harus mengenali karakteristik dan menyusun sistem pembelajaran sesuai dengan kondisi peserta didik. ini sangat penting bagi guru dalam memilih model pembelajaran yang cocok sesuai mata pelajaran yang diampu. model pembelajaran merupakan sebuah konsep dalam pelaksanaan vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.201 1191 kegiatan belajar yang dilakukan mengikuti alur tertentu, dimana konsep ini diterapkan demi tercapainya tujuan pembelajaran (susilowati, 2017). pada kondisi pandemic covid-19, guru perlu memprioritaskan pemilihan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi serta gaya belajar peserta didik agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. model assure merupakan salah satu model yang dapat direkomendasikan kepada guru dalam mendesain pembelajaran. model ini sangat bisa diimplementasikan oleh semua mata pelajaran pada proses kegiatan pembelajaran. salah satunya mata pelajaran sosiologi yang mempelajari tentang manusia dan hubungan sosialnya dalam masyarakat. model assure merupakan rangkaian petunjuk yang memuat procedural dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran termasuk termasuk memuat tentang media dan teknologi yang akan digunakan dalam pembelajaran (nawawi, 2018). tidak hanya penggunaan model yang tepat dalam pembelajaran, media pembelajaran yang akan digunakan juga perlu dirancang dengan tepat pula. apabila ini dilakukan maka akan berdampak positif pada motivasi belajar maupun hasil belajar yang diperoleh peserta didik. pada situasi pandemic covid-19 ini, guru perlu memikirkan penggunaan model dan media yang cocok dengan gaya belajar peserta didik dan juga motivasi belajar yang sudah menurun. model dan media pembelajaran inovatif yang digunakan dalam mata pelajaran sosiologi diharapkan dapat mendongkrak kualitas pembelajaran yang dilaksanakan. dalam memilih model dan media pembelajaran yang akan digunakan, guru hendaknya juga memperhatikan karakteristik setiap peserta didik. hal ini penting dilakukan karena setiap peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda satu sama lain. dimana gaya belajar akan memberi pengaruh bagi peserta didik terhadap cara mereka mendapatkan informasi dan memahami pembelajaran (anarida dyah nur likhah, a. dakir, 2002). semenjak pandemic covid-19, ruang gerak proses pembelajaran sosiologi semakin sempit dengan adanya kondisi mematuhi protocol kesehatan physical distancing. hal ini disebabkan karena masyarakat merupakan objek kajian dari mata pelajaran sosiologi. ruang gerak kegiatan pembelajaran yang dilakukan terhadap masyarakat semakin terbatas, begitu juga dalam lingkungan sekolah (komalasari, 2020). proses interaksi sosial dalam proses pembelajaran terjadi secara langsung antara guru sebagai pendidik dengan peserta didik dalam kelas menjadi kurang maksimal pada saat pandemic covid-19. maka dari itu penting sekali memilih model dan media pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran. dengan demikian tujuan pembelajaran yang diharapkan bisa dicapai dengan baik. model assure dan media infografis cocok untuk digunakan dalam pembelajaran inovatif pada desain pembelajaran sosiologi saat pandemic covid-19. metode penelitian tentang model assure dan media infografis pada desain pembelajaran sosiologi saat pandemic covid-19 menggunakan metode penelitian kualitatif. metode ini memiliki sifat fleksibel serta menggunakan multi perspektif dan berbagai metode (nugrahani, 2014). tidak hanya fleksibel, penelitian kualitatif juga bersifat deskriptif dan mengutamakan analisis. penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kepustakaan. penelitian dilakukan dengan cara menghimpun sumber-sumber kepustakaan. dalam penelitian kepustakaan peneliti mengumpulkan berbagai informasi serta data dari berbagai sumber yang terdapat diperpustakaan seperti buku, jurnal, artikel yang diterbitkan media massa, serta berbagai jurnal elektronik yang erat kaitannya dengan permasalahan yang dibahas (m. sari, 2020). objek vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.201 1192 kajian penelitian kepustakaan yaitu berbagai sumber literasi yang dirujuk dari jurnal-jurnal penelitian serta buku sumber. teknik pengumpulan data pada pene;itian kualitatif dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu observasi, komunikasi, pengukuran, wawancara dan telaah dokumen. pada penelitian kepustakaan ini peneliti menggunakan telaah dokumen sebagai teknnik pengumpulan data atau yang lebih dikenal dengan dokumentasi. telaah dokumen dilakukan dengan cara menghimpun berbagai sumber-sumber tertulis seperti buku, jurnal baik cetak maupun elektronik, surat kabar dan lain-lain (arikunto, 2006). sumber yang dicari dan dibutuhkan adalah sumber yang membahas tentang desain pembelajaran, model assure, media pembelajaran infografis serta pembelajaran sosiologi pada saat pandemi. sedangkan analsiis datanya dilakukan dengan mengkaji konsep model pembelajaran assure, media infografis dalam desain pembelajaran sosiologi saat pandemic covid-19. untuk pengecekan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara memanfaatkan bahan-bahan referensi yang dijadikan rujukan. hasil dan pembahasan desain pembelajaran dikaji dari segi istilah desain, dalam bahasa inggris berasal dari kata design yaitu rancangan, perencanaan dan persiapan. sementara dalam ilmu manajemen pendidikan, perencanaan atau yang dikenal planning merupakan persiapan yang dilakukan untuk menyusun keputusan melalui tahapan-tahapan atau langkap-langkah penyelesaian yang terstruktur untuk mencapai tujuan yang diharapkan. desain pembelajaran dikatakan sebagai sistem yang memuat multi komponen yang saling berkaitan satu sama lain (syahril, 2018). desain pembelajaran sangat dekat dengan aktivitas guru sebagai desainer atau perancang. dimana proses pembelajaran erat kaitannya dengan tugas guru sebagai penddik di sekolah. pada kegiatan pembelajaran guru membuat desain pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pada model yang akan digunakan. dengan harapan peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar. tidak hanya itu saja, desain pembelajaran dibuat agar tujuan pembelajaran bisa dicapai dengan baik. desain pembelajaran merupakan scenario bagi guru untuk melaksanakan proses kegiatan belajar dan pembelajaran. dalam desain pembelajaran dijelaskan sistematika ataupun alur yang akan dilakukan oleh guru pada saat melaksanakan proses pembelajaran. dalam berbagai sudut pandang, desain pembelajaran dikategorikan sebagai disiplin, sebuah ilmu, suatau sistem dan juga sebagai proses. sebagai sebuah proses, desain pembelajaran adalah pengembangan pengajaran yang tersusun secara terstruktur yang digunakan khusus teori pembelajaran demi menjamin mutu pembelajaran. selain itu juga sebagai penyususnan rencana pembelajaran hendaknya sesuai dengan sistem kurikulum yang digunakan. sebagai disiplin, mengkaji tentang berbagai penelitian dan teori-teori mengenai strategi dan proses pengembangan kegiatan pembelajaran serta pelaksanaannya. sementara itu desain pembelajaran sebagai ilmu, dimaknai ilmu yang bisa digunakan sebagai dasar untuk menciptakan dan menegambangkan pengetahuan secara lebih spesifik, pelaksanaan, penilaian serta pengelolaan kondisi yang memberikan fasilitas layanan pembelajaran dalam skop besar maupun kecil pada tingka kesulitan berbagai bidang studi. sedangkan desain pembelajaran sebagai sistem mencakup pada sistem pembelajaran dan pelaksanaanya yang meliputi sarana, fasilitas yang mendukung dalam peningkatan mutu belajar(syahril, 2018). vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.201 1193 menurut (sari, 2018), terdapat beberapa komponen utama dalam desain pembelajaran yaitu; 1) adanya penetapan tujuan pembelajaran secara umum maupun khusus, 2) peserta didik sebagai pihak yang menjadi fokus dalam kegiatan pembelajaran, 3) melakukan kegiatan analisis terhadap topic, tema atau materi-materi yang akan dipelajari, 4) menyusuun strategi pembelajaran dalam skala makro maupun mikro. strategi makro merupakan strategi yang dilakukan dalam kurun waktu satu tahun, sementara strategi mikro dilakukan dalam satu kegiatan pembelajaran, 5) penilaian, kegiatan penilaian dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pelajaran. pengukuran dilakukan terhadap kompetensi peserta didik setelah memperoleh pembejaran untuk melihat penguasaan materi pelajaran. (meriyati, 2019) mengemukakan unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam desain pembelajaran, yaitunya ; 1) kajian dari kebutuhan belajar sekaligus tujuan yang hendak dicapai, kendala yang ditemui serta prioritas-prioritas yang harus diketahui untuk dikembangkan, 2) pemilihan materi atau tugas dilakukan berdasarkan tujuan yang akan dicapai, 3) mengenal karakteristik peserta didik, 4) menetapkan isi materi pelajaran 5) pemberian tugas dengan memperhatikan tujuan, 6) pengembangan silabus 7) memilih media yang cocok dan tepat 8) pelayanan penunjang sesuai dengan kebutuhan, 9) evaluasi hasil belajar, 10) menentukan ujia kemampuan awal pada peserta didik. dengan demikian bisa disimpulkan, bahwa desain pembelajaran merupakan cara atau kiat dalam menyusun rancangan pembelajaran meliputi media, metode, teknologi, strategi, bahan belajar yang dapat membantu penyampaian pembelajaran secara efektif kepada peserta didik. sebagai desainer, guru perlu memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai aspek dalam proses kegiatan pembelajaran diataranya, kondisi peserta didik, karakteristik peserta didik, gaya belajar peserta didik, isi materi pelajaran yang akan disampaikan, media yang dipilih, strategi yang digunakan guru hingga evaluasi pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. model assure dalam mendesain pembelajaran, guru perlu memilih dan memilah model-model pembelajaran yang dapat menjadikan pembelajaran memiliki arti dan makna bagi pelaku pembelajaran terutama peserta didik. model assure merupakan model pembelajaran yang simple, sederhana dan juga inovatif sehingga dapat digunakan oleh guru pada berbagai jenjang pendidikan maupun berbagai mata pelajaran. model assure dapat menjadi model yang cocok bagi pendidik. dalam desain pembelajaran guru perlu merencanakan dan menyususn secara runtut dan sistematis langkah-langkah kegiatan yang akan ditempuh serta mengkolaborasikan antara media dan teknologi dalam kegiatan pembelajaran (anarida dyah nur likhah, a. dakir, 2002) model assure merupakan petunjuk yang memuat procedur pembelajaran mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan proses pembelajaran dimana media dan teknologi menjadi perhatian penting bagi guru agar pembelajaran efektif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai (nawawi, 2018). model assure tidak hanya cocok digunakan untuk mengembangkan media dan teknologi pembelajaran, melainkan juga cocok digunakan dalam pemilihan materi serta strategi yang akan diterapkan (krismiati & fernandes, 2020). kata assure merupakan sebuah singkatan yang mudah diingat dan memiliki makna khusus yaitu to make sure (meyakinkan). setiap huruf dari kata assure masing-masing memiliki arti tersendiri. pertama a, yaitu analyze learner (melakukan analisis peserta didik sebagai peserta belajar). kedua s, yaitu state objectives (perumusan tujuan belajar dan pembelajaran). ketiga s, select metthods, media and materials (pemilihan metode, media dan vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.201 1194 bahan ajar yang tepat). keempat u, yaitu utilize media and materials (menggunakan media dan bahan ajar yang sesuai). kelima r, yaitu require learner participation (mengembangkan peran serta peserta didik dalam kegiatan belajar) dan keenam e, yaitu evaluate and revise, yaitu melakukan kegiatan penilaian dan perbaikan). secara struktur terdiri dari indicator yang berasal dari kata kerja yaitu analyze, state, select, utilize, require dan evaluate (meriyati, 2019). model assure termasuk salah satu model pembelajaran yang simple dan logis. model ini dirancang mulai dari melihat perhatian peserta didik, tujuan yang harus dipenuhi, materi yang akan disajikan, mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan pembeljaran, menilai pemahaman peserta didik, melakukan umpan balik serta kegiatan evaluasi (susiloningsih, 2015). langkah-langkah yang harus diperhatikan saat menerapkan model assure dalam pembelajaran meliputi: 1. melakukan analisis terhadap peserta didik. dalam hal ini perlu sekali memperhatikan karakteristik peserta didik secara umum, gaya belajar yang biasa dilakukan, latar belakang kehidupan peserta didik, kompetensi awal yang dimiliki peserta didik, kondisi psikologis serta hal-hal lain yang menyangkut kondisi peserta didik. pemahaman yang baik terhadap peserta didik sangat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang didinginkan (rozie iskandar, 2020). hal ini senada dengan (yaumi et al., 2018), bahwa analysis peserta didik perlu memperhatikan karakteristik umum yang dimiliki peserta didik secara keseluruhan seperti usia, tingkat gender, latar belakang keluarga, kondisi fisik dan sebagainya. selanjutnya perlu memperhatikan pengetahuan prasyarat yang dapat menggambarkan kemamapuan, ketrampilan, minat, bakat yang harus dimiliki oleh peserta didik sebelum pembelajaran. selain itu gaya belajar yang dimiliki peserta didik juga harus menjadi perhatian. 2. melakukan perumusan tujuan pembelajaran. dalam merumuskan tujuan pemebelajaran, sangat penting memperhatikan aspek abcd yaitu audience, behavior, condition and degree. audience adalah sasaran belajar atau peserta didik, behavior merupakan kompetensi yang harus dikuasai dan dimiliki oleh peserta didik sebagai pebelajar, condition adalah situasi dan kondisi yang mendukung bagi peserta didik agar dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. sedangkan degree merupakan tingkatan yang dicapai peserta didik setelah mengikuti pembelajaran mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. 3. memilih metode, media dan materi ajar. dalam proses kegiatan pembelajaran guru perlu melakukan pemilihan metode yang tepat dan cocok digunakan dalam kegiatan belajar yang dilakukan. ketika memilih metode, media dan bahan ajar guru harus mempertimbakan dan memperhatikan kecocokan dan ketepatannya dalam kegiatan belajar. 4. memanfaatkan media dan bahan ajar. menurut (meriyati, 2019),terdapat lima p dalam memanfaatkan media dan bahan ajar yaitu; 1) priview the materials ( penting sekali bagi guru melakukan kajian bahan ajar yang akan digunakan), 2) prepare the materials (guru harus menyiapkan bahan ajar yang akan dimanfaatkan dalam proses pembelajaran), 3) prepare environment (mempersiapkan kondisi lingkungan sekitar yang kondusif untuk pembelajaran), 4) prepare the learners (mempersiapkan peserta didik), 5) provide the learning experience (pengalaman belajar yang pernah diperoleh oleh peserta didik dalam kehidupannya ) 5. partisipasi peserta belajar. diperlukan keikutsertaan peserta didik secara aktif dalam memahami materi pelajaran yang dipelajari. pembelajaran lebih dipusatkan pada peserta didik (student center), sehingga partisipasi peserta didik akan lebih terlihat. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.201 1195 6. melakukan kegiatan evaluasi dan revisi. evaluasi dilakukan untuk melihat dan mengukur ketercapaian belajar peserta didik. sudahkah pserta didik menguasasi materi pelajaran dan mampu mengimplementasikan hal-hal yang menjadi tanggung jawabnya. dengan melakukan kegiatan evaluasi diharapkan kemampuan pesrta didik meningkat. selain itu juga, apakah seluruh rangkaian pembelajaran yang dilakukan telah berjalan dengan baik atau harus dilakukan perbaikan untuk dapat meningkatkan kualitass pembelajaran. revisi atau perbaikan dilakukan untuk melihat hasil data yang diperoleh setelah evaluasi. kegiatan ini dilakukan untuk melihat, apakah terdapat kesenjangan yang berarti antara yang diharapkan dengan yang ditemui di lapangan. ini dapat dilihat dari reaksi peserta didik terhadap metode, media dan bahan ajar yang diberikan guru. antara peserta didik sebagai pebelajar dengan guru saling memberi pengaruh satu sama lainnnya. evaluasi dan revisi harus dilakukan secara berkelanjutan dengan mempertimbangkan bebrapa hal yaitu; 1) penilaian otentik dan tradisional, 2) mengecek seluruh proses pembelajaran yang didalamnya termasuk media dan teknologi yang digunakan, 3) apabila terdapat perbedaan antara tujuan dan hasil yang dicapai maka harus dilakukan revisi (yaumi et al., 2018). berdasarkan penjelasan diatas, bahwa model assure merupakan model yang sederhana, logis, inovatif serta memperhatikan banyak hal seperti karakteristik peserta didik, gaya belajar, metode, media, bahan ajar yang digunakan oleh guru, keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran hingga kegiatan evaluasi dan revisi pada pembelajaran yang dilaksanakan. model ini cocok untuk diimplementasikan pada kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran. media infografis pengembangan desain pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak hanya memperhatikan model pembelajaran saja, akan tetapi juga harus mempertimbangkan media pembelajaran yang menarik, cocok dan inovatif. guru harus memilih media yang tepat untuk materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. dalam situasi pandemic covid-19, media pembelajaran menjadi pertimbangan yang urgen agar peserta didik memiliki motivasi untuk belajar baik secara daring maupun luring. media sangat penting bagi guru maupun pesrta didik. bagi guru media dapat membantu menutupi keurangan penyampaian dan bagi peserta didik dapat membantu memudahkan memahami materi pelajaran. hal ini dikarenakan media pembelajaran menjadi sarana dalam mentrasnfer informasi dan ilmu kepada sasaran belajar yaitu peserta didik. media pembelajaran akan lebih memperjelas penyajian pesan, menjadikan waktu lebih efektif, gairah belajar menjadi meningkat, mengatasi keterbatasan ruang maupun waktu, memberi kemungkinan peserta didik belajar sendiri sesuai dengan minat dan kemampuannya. kedudukan media begitu penting dalam proses pembelajaran, sebab media dapat menjadi sarana dan perantara yang bisa menutupi kekurangan dalam penyampainan informasi yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik (mansur, 2020). maka dari itu guru diharapkan mampu memilih media yang tepat sehingga pembelajaran efektif dan tujuan dapat dicapai. media infografis merupakan salah satu media yang dapat direkomendasikan dalam kegiatan pemebelajaran saat pandemic covid-19. media ini didesain sedemikian rupa sehingga akan memudahkan bagi peserta didik maupun orang yang membaca tanpa harus membaca teks yang snagat panjang. media infografis dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan memahami, mengingat bahkan mengambil keputusa. media infografis merupakan vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.201 1196 media visual yang tidak hanya berisi teks semata, tetapi dapat dikolaborasikan dengan gambar pendukung. menurut (mansur, 2020) media infografis juga mengandung ilustrasi yang disajikam secara runtut. ilustrasi sangat membantu bagi pembaca memahami makna teks yang disampaikan. karena ilustrasi lebih mempertegas informasi yang disampaikan. pendapat senada juga dikemukakan (anita, 2020), bahwa infografis bebrbentuk visual yang digunakan untuk memnyampaikan informasi agar lebih mudah dipahami dengan cepat. selain itu juga dikombinasikan antara teks dengan gambar, data sehingga menjadi lebih menarik. media infografis dapat didesain sedemikian rupa sehingga menjadi menarik bagi peserta didik. selain itu pesan pembelajaran lebih mudah dipahami. media ini didesain dengan menggunakan teknologi baik menggunakan laptop, computer, bahkan dengan android. sehingga pembelajaran pada masa pandemic covid-19 tidak monoton bagi peserta didik. ini juga cocok dalam penerapan model assure pada kegiatan pembelajaran. pembelajaran sosiologi saat pandemi covid-19 sosiologi sebagai mata pelajaran yang erat kaitannya dengan manusia dan segala proses hubungan manusia, mendapatkan tantangan selama pandemic covid-19. perlakuan menjaga jarak (social distancing) menjadi problem yang harus dipecahkan segera. kondisi ini mempersempit ruang gerak sosiologi, akan tetapi pembelajaran sosiologi harus tetap dilakukan dengan baik dan bermakna. dalam kegiatan pembelajaran sosiologi sebelum pandemic covid19, biasanya dilakukan dengan pengalaman-pengalaman langsung dalam masyarakat. peserta didik langsung terjun atau mengamati berbagai fenomena sosial yang terjadi. akan tetapi pendemi covid-19 mengubah kondisi tersebut. dan ini harus dicarikan solusi agar pembelajaran sosiologi tetap bermakna. selain erat dengan kehidupan manusia dan budayanya, pembelajaran sosiologi juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) mengembangkan ilmu pengetahuan yang memiliki kaitan dengan hubungan antarmanusia serta produk dari hubungan, 2) mengkaji tentang perilaku, interaksi sosial, kebudayaan serta menganalisis pengaruhnya, 3) memiliki tema esensial yang berkaitan dengan perilaku manusia dalam masyarakat baik dalam lingkup organisasi kecil maupun besar seperti keluarga, politik, agama, suku bangsa dan kelompok lainnya, dan 4) teori yang dikembangkan berdasarkan pada observaasi ilmiah serta penelitian (tahmidaten, 2020). pembelajaran sosiologi saat pandemic covid-19 bisa tetap bermakna bagi peserta didik apabila guru tidak hanya sebatas melakukan transfer informasi dan pengetahuan semata, akan tetapi juga memfasilitasi kegiatan pembelajaran, menjadikan mereka pembelajar serta menjadikan pengetahuan sebagai sarana untuk melakukan transformasi diri. ini dapat dilakukan dengan memfasilitasi peserta didik supaya berani dalam menampilkan potensi yang dimilikinya. peserta didik dapat mengungkapkan status dan peran yang disandangnya dalam kehidupan sosial di masyarakat sekitar tempat tinggal. dalam pembelajaran sosiologi, guru harus memfasilitasi secara lebih luas mengenai hal-hal yang mesti dilakukan oleh peserta didik. peserta didik harus menguasai pengetahuan sosiologi, mengembangkan praktek pengetahuan sosiologi yang lebih erat dengan ketretampilan sosial, menumbuhkan sikap empati dan kepedulian terhadap permasalahan sosial serta memiliki tanggung jawab dalam membantu mencarikan solusi permasalahan sosial. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.201 1197 menyikapi kondisi tersebut, beberapa hal penting yang harus dilakukan soleh guru sosiologi yaitu 1) memahami kd secara benar, 2) mengembangkan ipk sesuai dengan kd, 3) melakukan aktifitas pembelajaran selaras dengan ipk, 4) mengembangkan bahan ajar, lkpd serta media yang tepat untuk mencapai ipk, 5)mengembangkan instrument penilaian, 6) mengembangkan rpp yang menuat semua aktifitas pembelajaran (tahmidaten, 2020). dalam situasi pandemic covid-19, kegiatan pembelajaran sosiologi akan menjadi bermakna apabila guru memfasilitasi peserta didik dengan pengalaman-pengalaman hidup dan belajar yang diperolehnya, mengungkapkan potensi yang dimiliki, dan guga guru memperhatikan hal-hal penting yang harus dikuasai dalam proses pembelajaran. memilih media, model, strategi dan teknologi yang sesuia dengan situasi pandemic covid-19 akan dapat menjadikan pembelajaran sosiologi tidak terhalang meskipun ruang geraknya terbatas. pembelajaran sosiologi pada saat pandemic covid-19 dengan model assure dan media infografis dapat diterapkan dengan mengikuti langkah-langkah sesuai model tersebut. pertama guru terlebih dahulu melakukan kegiatan analisis untuk mengetahui kondisi awal peserta didik, mengetahui jenis kelamin, kemampuan belajar yang dimiliki oleh peserta .guru juga perlu memperhatikan kebiasaan belajar yang biasa dilakukan. kegiatan analisis ini dilakukan agar guru lebih mengenali peserta didik dengan baik. sehingga dapat memahami bagaimana kondisi peserta didik yang akan belajar. dengan adanya kegiatan analisis diharapkan nantinya tujuan dari pembelajaran dapat dicapai dengan baik. kegiatan analisis dilakukan pada awal ketika peserta didik diterima sebagai warga belajar di sekolah. sementara pada kegiatan pembelajaran kegiatan ini dapat dilakukan saat pertama kegiatan pembelajaran dimulai dan atau selama proses pembelajaran sampai guru benar-benar mengenali karakteristik peserta didiknya. kedua, menetapkan tujuan pembelajaran. sebagaimana dalam kurikulum 2013, penetapan tujuan pembelajaran perlu memperhatikan komponen abcd. a yaitu audience adalah sasaran pembelajaran atau peserta didik. guru perlu memperhatikan sasaran (peserta didik) yang akan mengikuti kegiatan pembelajaran sosiologi. b yaitu behavior merupakan kemampuan yang akan dicapai oleh peserta didik. c yaitu condition merupakan situasi dan kondisi yang terjadi pada saat kegiatan pembelajaran. ini dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik saat pembelajaran apakah terjadi perubahan perilaku atau tida selama mereka mengikuti proses pembelajaran. d yaitu degree merupakan hasil pencapaian yang diperoleh peserta didik selama pembelajaran. tujuan pembelajaran dijabarkan dalam bentuk deskripsi secara jelas. guru tidak hanya sekedar merancang tujuan pembelajaran dalam rpp, namun harus mengupayakan ketercapaian tujuan tersebut dalam proses sesuai dengan langkah-langkah dengan menggunakan model sesuai sintaknya, metode, media yang tepat, mengupayakan pencapaian kompetensi dasar (kd) pengetahuan dan ketrerampilan serta mengintegrasikan penanaman nilai-nilai karakter. ketiga, guru harus bisa memilih metode, media dan bahan ajar sosiologi dengan tepat. metode yang dipilih disesuaikan dengan materi pelajaran. guru dapat memilih media infografis sebagai media pembelajaran sosiologi. media infografis merupakan media pembelajaran yang inovatif dan akan dapat membantu mempermudah peserta didik dalam mempelajari materi sosiologi. guru sosiologi membuat desain media infografis bisa menggunakan aplikasi-aplikasi gratis seperti canva maupun aplikasi lain dengan menguraikan teks materi secara lugas dan jelas serta dipertegas dengan tampilan gambar atau data berbagai kejadian-kejadian yang terjadi di masyarakat. misalnya pada materi globalisasi. guru sosiologi mendesain media infografis yang memuat materi tersebut dengan melampirkan gambar sesuai dengan materi tersebut. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.201 1198 keempat, menggunakan metode, media dan bahan ajar. dalam pembelajaran sosiologi guru hendaknya menggunakan metode-metode yang tidak membosankan. metode diskusi, sosio drama, cocok untuk materi sosiologi yang mengkaji berbagai fenomena sosial masyarakat yang dituangkan melalui media infografis yang didesain dengan menarik. begitu juga bahan ajar yang digunakan guru juga harus dipertimbagkan kegunaannya. sebagaimana pada saat memilih metode, media dan materi ajar. guru sosiologi juga menggunakan metode, media serta materi ajar yang telah ditetapkan. guru dapat mendesain media menggunakan laptop atau hp android untuk membuat media infografis yang menarik dan bermutu. guru bisa menampilkan materi yang diajarkan dalam media infografis yang berisi teks materi dan gambar. contoh media infografis yang telah penulis desain dapat dilihat pada gambar berikut: gambar 1. media infografis materi globalisasi kelas xii ips tahun 2020/2021 kelima, melibatkan peserta didik. sosiologi sebagai ilmu yang objek kajiannya masyarakat sudah pasti tidak terlepas dari segala permasalahan-permasalahan yang dialami manusia serta fenomena-fenomena sosial yang terjadi. sebagai pebelajar mesti ikut serta berpartisipasi secara aktif melalui kegiatan diskusi, jejak pendapat, keterampilan sosial, kegiatan sosial, empati dan tanggung jawab terhadap permasalahan yang timbul di masyarakat. bahkan peserta didik juga memiliki tanggung jawab untuk membantu mencarikan solusi yang terjadi dalam masyarakat sekitarnya. keenam, kegiatan evaluasi dan revisi. kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengukur ketercapaian pemahaman terhadap materi sosiologi yang telah dipelajari. bentuk evaluasi atau penilaian sosiologi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bentuk tes. pemberian soal dengan menggunakan berbagai stimulus yang menarik sesuai materi yang dipelajari akan membantu. dalam sosiologi berbagai fenomena sosial sangat dekat dan erat dengan materi yang dipelajari. kejadian dan contoh yang kontekstual akan lebih memudahkan peserta didik vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.201 1199 memahami dan menempatkan dirinya sesuai dengan peran yang dimiliki. setelah kegiatan evaluasi maka dilakukan kegiatan revisi. revisi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh perbaikan-perbaikan. sehingga untuk kedepannya pembelajaran sosiologi menjadi bermakna bagi peserta didik dan tujuan pembelajaran dapat dicapai. model assure dan media infografis dapat dijadikan rekomendasi agar pembelajaran sosiologi menjadi bermakna pada saat pandemic covid-19. selain itu juga dapat digunakan pada mata pelajaran lain pada berbagai jenjang pendidikan. simpulan pandemic covid-19, menjadikan ruang gerak pembelajaran sosiologi menjadi sempit. seorang guru selaku desainer kegiatan pembelajaran harus mampu mendesain pembelajaran yang menarik dalam situasi dan kondisi apapun. desain pembelajaran merupakan cara atau scenario yang disusun secara sistematis oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. dalam pengembangannya guru dapat menggunakan model dan media yang tepat dengan memperhatikan berbagai hal seperti kondisi peserta didik, gaya belajar dan lainnya. model assure menjadi salah satu model yang dapat dijadikan rujukan dalam pembelajaran sosiologi saat pandemic covid-19. model ini cukup simple, logis, inovatif dan mudah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. model assure dapat dimaknai perkata yaitu a adalah analyze learners, s adalah state objectivities, s adalah select methods, media and materials, u adalah utilize method, media and materials, r adalah require learner participation dan e adalah evaluate and revise. langkah-langkah model assure yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah: 1) guru harus melakukan analisis terhadap kondisi peserta didik, 2) pentingnya menentukan tujuan yang akan dicapai, 3) memilih metode, media dan materi ajar yang akan disampaikan dalam kegiatan pembelajaran, 4) memanfaatkan metode, media dan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan, 5) melibatkan peserta didik untuk dapat berpartisispasi dan berperan serta secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, 6) melakukan kegiatan evaluasi dan revisi terhadap proses pembelajaran guna melihat tingkat keberhasilan yang dicapai. selain penggunaan model pembelajaran yang tepat juga perlu memperhatikan media pembelajaran yang tepat pula pada pembelajaran sosiologi saat pandemic covid-19. media infografis merupakan media yang sangat menunjang untuk materi-materi sosiologi yang luas. media infografis yang merupakan media visual ini dapat membantu peserta didik dalam memahami, mengingat dan mengambil keputusan. dimana media ini didesain dengan tampilan teks maupun ilustrasi berupa gambar maupun data yang menarik sehingga memudahkan peserta didik memahami materi pelajaran. dalam pembelajaran sosiologi, guru harus memfasilitasi peserta didik beberapa cara yaitu penguasaan pengetahuan sosiologi, mengembangkan praktek pengetahuan sosiologi terhadap keterampilan sosial dan menumbuhkan sikap empati dan tanggung jawab. kolaborasi antara model dan media yang tepat akan menjadikan pembelajaran terlaksana dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat dicapai. selain itu juga sangat membantu bagi guru maupun peserta didik dalam proses pembelajaran terutama pada saat pandemic covid-19. berdasarkan simpulan diatas, saran yang dapat diberikan dalam pemeblajaran sosiologi saat pandemic covid-19 menjadi lebih bermakna, maka guru perlu memilih model maupun media pembelajaran yang cocok dengan karakteristik peserta didiik. sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.201 1200 daftar rujukan anarida dyah nur likhah, a. dakir, n. h. (2002). pengaruh penerapan model pembelajaran assure terhadap hasil belajar ips. 449. anita, r. v. (2020). media pembelajaran. pppptk pkn dan ips. batu arikunto, s. (2006). prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. rineka cipta. dr.meriyati. (2019). orientasi baru desain pembelajaran. fakta press iain raden intan lampung. komalasari, r. s. dan e. (2020). membangun efektifitas pembelajaran sosiologi di tengah pandemi covid-19. edusocius jurnal ilmiah penelitian pendidikan dan sosiologi, 4(1), 3. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/ed/article/viewfile/25073/15152 krismiati, n., & fernandes, r. (2020). peran mgmp dalam pengembangan desain pembelajaran di era revolusi industri 4.0. jurnal perspektif: kajian sosiologi dan pendidikan, 3(2), 287–294. mansur, h. (2020). pengembangan media pembelajaran infografis untuk meningkatkan minat belajar mahasiswa developing infographical media i n learning to increase the students ’ interest. 4(1), 37–48. nawawi. (2018). mendesain pembelajaran efektif berdasarkan model assure. prosiding pkm-csr, vol. 1 (2018), 1, 1302–1307. nugrahani, f. (2014). metode penelitian kualitatif dalam penelitian pendidikan bahasa. 305. rozie iskandar, f. f. (2020). implementasi model assure untuk mengembangkan desain pembelajaran di sekolah dasar. 4(4), 1052–1065. sari, b. k. (2018). desain pembelajaran model addie dan implementasinya dengan teknik jigsaw. 87–102. sari, m. (2020). penelitian kepustakaan (library research) dalam penelitian pendidikan ipa. 6(1), 41–53. susiloningsih, w. m. s. dan e. (2015). penerapan model assure dengan metode problem solving untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis 9(1), 1468–1477. susilowati. (2017). pengembangan model problem based learning collaborative dalam pembelajaran sosiologi. 1(1), 52–61. syahril. (2018). pengembangan desain model assure pada pembelajaran ips sd/mi tarbiyah al awlad, viii edisi, 65–75. tahmidaten, l. (2020). pembelajaran sosiologi bermakna. 22. yaumi, m., islam, u., & alauddin, n. (2018). penerapan model assure dalam pengembangan media dan teknologi pembelajaran pai penerapan model assure dalam pengembangan media dan teknologi pembelajaran pai. december. microsoft word 07-heni.docx vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 342 received : 20-12-2020 revised : 25-01-2021 published : 15-03-2021 model discovery learning dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada materi reaksi redoks dan elektrokimia kelas 12 ipa heni hasanah man 2 kota bandung, jawa barat, indonesia henihasanah183@yahoo.co.id abstrak: penelitian tindakan kelas ini bertujuan mengetahui adanya peningkatkan hasil belajar dan keaktivan peserta didik dalam pembelajaran kimia materi reaksi redoks dan elektrokimia melalui metode discovery learning untuk peserta didik kelas 12 ipa 4 di man 2 kota bandung, yang subjek penelitiannya terdiri dari 36 peserta didik yakni 16 putra dan 20 putri. model discovery learning merupakan model pembelajaran yang membantu peserta didik memahami konsep-konsep abstrak. selain itu, peserta didik juga dilatih untuk memiliki keterampilan bekerja sama dalam kelompok atau timework, sehingga dapat menumbuhkan aktivitas dan inteaksi antar peserta didik. analisis dalam penelitian dilakukan dengan mengolah data hasil tes akhir siklus, hasil observasi dan dokumentasi. berdasarkan hasil analisis diperoleh aktivitas peserta didik siklus i dalam kategori baik (75) sedangkan pada siklus ii dalam kategori sangat baik (92). hal ini menunjukkan adanya perubahan aktivitas peserta didik ke arah yang lebih baik. dan nilai ratarata peserta didik dalam menyelesaikan lkpd pada siklus i nilai rata-ratanya adalah 87,9 dengan kriteria sangat baik, dan pada siklus ii nilai rata-ratanya adalah 92,5 dengan kriteria sangat baik. rata-rata nilai hasil evaluasi dari siklus i dan siklus ii secara berturut-turut menggambarkan peningkatan yaitu dari nilai siklus i 68,59 (cukup) dan siklus ii 82,7 (sangat baik), yang berarti terdapat peningkatan hasil belajar. dengan demikian diperoleh simpulan bahwa metode discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas 12 ipa 4 di man 2 kota bandung pada materi reaksi redoks dan elektrokimia. jadi disarankan dalam pembelajaran berikutnya diharapkan menggunakan metode discovery learning dengan harapan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. kata kunci: discovery learning; aktivitas; hasil belajar; redoks elektrokimia vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 343 pendahuluan pelajaran kimia dianggap oleh sebagaian peserta didik sebagai mata pelajaran yang susah dipahami, karena tidak terlepas dari berbagai rumus, kode-kode, istilah-istilah serta konsepkonsep dasar yang menuntut pemahaman serta daya nalar yang cukup tinggi. dengan kata lain, bagi mereka yang tidak terbiasa mengembangkan penalaran dan berlatih berfikir dengan baik, dapat menyebabkan kesulitan untuk memahami konsep-konsep kimia, sehingga berdampak pada kurangnya motivasi yang ditunjukkan dengan kurang aktif dalam proses pembelajaran dan capaian kognitifnya juga kurang. hal ini terjadi di kelas 12 ipa 4 man 2 kota bandung, yang dibuktikan dengan peserta didik yang mencapai kkm baru 50%. artinya mereka memiliki nilai kurang dari 75 untuk materi awal redoks dan elektrokimia. kkm yang sudah ditetapkan untuk materi ini adalah 75. materi pertama dari bab ini adalah mengenai penyetaraan persamaan reaksi redoks. sedangkan pembelajaran redok dan elektrokimia bagian pertama ini, diharapkan minimal 80% peserta didik mendapatkan nilai diatas kkm. kesulitan mereka dalam mencapai hasil belajar, yaitu ketika dihadapkan dengan konsep abstrak. konsep menyetarakan persamaan redoks merupakan konsep yang abstrak. oleh karena itu mereka sulit mendapatkan hasil belajar yang diharapkan. hal ini juga mengakibatkan motivasi belajar peserta didik menurun. rendahnya motivasi belajar ini sangat berkontribusi terhadap rendahnya hasil belajar dan keterampilan berpikir peserta didik. kemampuan peserta didik dalam mengikuti proses aktivitas belajar dapat dilihat berdasarkan perolehan pemahaman hasil belajar (wulandari, 2016, p. 14). aktivitas pembelajaran dapat menghasilkan perubahan yang terjadi pada peserta didik. perubahan yang dimaksud merupakan perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. perubahan ini merupakan penyempurnaan dari hasil perubahan yang telah dicapai peserta didik sebelurnnya. upaya yang dilakukan dalam memecahankan masalah yang muncul dalam pembelajaran kimia di 12 mia 4 man 2 kota bandung, yakni dengan melakukan penelitian tindakan kelas (ptk). dengan menggunakan metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah model discovery learning. banyak ahli berpendapat bahwa model discovery learning unggulan dalam membantu peserta didik memahami konsep-konsep sulit. discovery learnin juga dapat melatih keterampilan bekerjasama dalam kelompok. pembelajaran menggunakan model discovery leorning sangat menekankan munculnya aktivitas dan interaksi di antara peserta didik untuk saling memotivasi, bekerjasama serta saling rnembantu dalam menguasai materi pelajaran. berdasarkan pemikiran yang telah diuraikan maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan aktivitas hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran redoks elektrokimia melalui metode dist o very learning. metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dimana kegiatan yan dilakukan sebelumnya adalah mengidentifikasi perimasalahan yang dialami dalam pembelajaran. penelitian ini terdiri dari empat kegiatan utama yaitu: (a) perencanaan; (b) tindakan (c) pengamatan dan (d) refleksi. dalam pelaksanaannya, keempat komponen kegiatan utama itu berlangsung secara terus-menenis karenanya disebut siklus. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 344 siklus pelaksanaan tindakan kelas dalam ptk dapat digambarkan pada gambar 1 berikut : gambar 1. siklus penelitian tindakan kelas (arikunto, 2006:74) penelitian dilakukan pada peserta didik madrasah aliyah negeri 2 kota bandung kelas 12 ipa 4 pada semester 1 tahun ajaran 2016/2017. kegiatan ini dilaksanakan karena peserta didik mengalami kesulitan saat menghadapi konsep yang dianggap rumit seperti pada konsep reaksi redoks dan elektrokimia. secara terperinci setting penelitian tindalan kelas ini, adalah sebagaimana dapat dilihat pada table 1. tabel 1. seting penelitian no. siklus pertemuan waktu 1. siklus 1 pertemuan 1 selasa, 16 agustus 2016 2. siklus 1 pertemuan 2 selasa, 23 agustus 2016 3. siklus 2 pertemuan 1 selasa, 30 agustus 2016 4. seklus 2 pertemuan 2 senin, 5 september 2016 dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan melalui instrumen yang telah disusun sebelumnya, yaitu pedoman observasi, lembar kerja peserta didik (lkpd) dan tes evaluasi pada setiap siklus. permasalahan pengamatan perencanaan siklus i pelaksanaan siklus i refleksi siklus i hasil refleksi siklus i perencanaan siklus ii pelaksanaan siklus ii pengamatan refleksi siklus ii jika masalah belum selesai siklus selanjutnya vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 345 tabel 2. teknik pengumpulan data no sumber data target teknik pengumpulan instrumen 1 pendidik dan peserta didik aktifitas proses pembelajaran pada setiap siklus menggunakan pendekatan discovery learning observasi saat pembelajaran berlangsung lembar observasi aktivitas pendidik dan peserta didik 2 peserta didik kemampuan peserta didik untuk menyelesaikan lkpd discovery learning dalam stiap sikulusnya pengisian lkpd pada setiap tahap pembelajaran discovery leaning pada setiap siklus lkpd discovery learning 3 peserta didik ketercapaian indikator hasil belajar peserta didik pada konsep reaksi redoks dan elektrokimia pada setiap siklus pemberian tes evaluasi setiap siklus setelah selesai pembelajaran soal evaluasi pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan jenis data dan instrumen yang digunakan yaitu sebagai berikut: 1. pengelompokkan peserta didik peserta didik di kelompokkan menjadi kelompok yang sama rata, dimana pada setiap kelompok terdapat peserta didik dengan kemampuan berpikir tinggi, sedang dan rendah. pengelompokkan dilakukan berdasarkan nilai evaluasi pada saat melakukan observasi di kelas 12 ipa 4. 2. lembar kerja peserta didik (lkpd) hasil dari lkpd dijadikan sebagai data kemampuan peserta didik pada saat proses pembelajaran dengan pembelajaran discovery learning. pengolahan data lkpd ini melalui tahap-tahap berikut: a. identifikasi terhadap lks yang telah diselesaikan peserta didik b. setiap poin lembar kerja diberikan skor sesuai dengan ketentuan c. skor yang diperoleh setiap kelompok dijumlahkan d. jumlah skor yang diperoleh masing-masing kelompok kemudian dirata-ratakan. x = ∑n n × 100 keterangan : ∑n = jumlah skor lkpd x = nilai n = jumlah skor total (arikunto s., 2010: 264) e. nilai rata-rata lkpd masing-masing kelompok belajar dibuat diagram batang f. nilai rata-rata lkpd yang diinterpretasikan dengan ketentuan sebagai berikut: vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 346 tabel 3. predikat pencapaian nilai lkpd no. rentang nilai interpretasi 1. 80-100 baik sekali 2. 66-79 baik 3. 55-65 cukup 4. 40-55 kurang 5. 30-39 gagal (syah, 2008: 153) g. mendeskripsikan hasil penilaian lkpd berdasarkan kelompok belajar 3. tes evaluasi setelah selesai pembelajaran dalam setiap siklus selalu diakhiri dengan memberikan tes evaluasi, pada penelitian ini data-data yang diperoleh diolah melalui tahapan-tahapan berikut: a. identifikasi lembar jawaban hasil evaluasi b. setiap indikator lembar jawaban peserta didik diberi skor sesuai dengan kisi-kisi penilaian yang telah direncanakan sebelumnya. c. skor masing-masing peserta didik dijumlahkan d. jumlah skor tes tertulis peserta didik dirata-ratakan x* = ∑x n keterangan : x$ = rata-rata hitung ∑x = jumlah nilai n = banyaknya data tabel 4. predikat pencapaian nilai tes hasil belajar nilai kategori 80-100 sangat baik 70-79 baik 60-69 cukup 50-59 kurang 0-49 gagal (syah, 2008: 153) e. menetapkan batas kelompok prestasi penetapan batas kelompok dilakukan dengan mengacu pada nilai rata-rata evaluasi harian pada pertemuan sebelumnya. 4. observasi pengolahan data hasil observasi dikelompokkan berdasarkan jenis data yang didapat yakni sebagai berikut: a. data observasi pendidik data ini digunakan dalam upaya mengetahui sejauh mana aktifitas pendidik ketika mengajar dan mengamati tindakan yang dirasa kurang pada pendidik saat melaksanakan proses pembelajaran. data ini kemudian dijadikan bahan refleksi pada saat kegiatan diskusi yang dilakukan pendidik dan observer) untuk memperbaiki kekurangan yang dilakukan agar tidak vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 347 dilakukan lagi pada siklus berikutnya, pengolahan dilakukan berdasarkan lagkah-langkah berikut: 1) identifikasi format observasi pembelajaran dari observer 2) identifikasi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan 3) identifikasi hasil dokumentasi saat pembelajaran 4) identifikasi aspek-aspek discovery learning yang teraplikasi saat pembelajaran berlangsung 5) ideskripsikan penggunaan discovery learning dalam materi reaksi redoks dan elektrokimia. b. data observasi peserta didik data observasi peserta didik ini dilakukan untuk menggambarkan aktivitas peserta didik saat pembelajaran berlangsung pada setiap siklusnya. langkah-langkah pengolahan datanya adalah: 1) identifikasi lembar observasi saat proses pembelajaran dari observer 2) menjumlahkan jawaban “ya” dan “tidak” 3) hasil observasi aktivitas dalam kelompok diolah dengan menghitung jumlah aktivitas yang muncul yang kemudian di rata-ratakan. dan teknik menghitung aktivitas peserta didik digunakan rumus sebagai berikut: aktivitas kbm peserta didik = jumlah observervasi jawaban ya jumlah maksimal observasi jawaban ya x 100% a) mengidentifikasi aspek-aspek pembelajaran discovery learning yang telah terlaksana. b) mendeskripsikan penggunaan pembelajaran discovery learning pada konsep reaksi redoks dan elektrokimia. tabel 5. predikat pencapaian nilai aktivitas peserta didik nilai kategori 80-100 sangat baik 70-79 baik 60-69 cukup 50-59 kurang 0-49 gagal (syah, 2008: 153) hasil kondisi awal pembelajaran kimia di kelas 12 ipa-4 madrasah aliyah negeri 2 kota bandung sebelum dilakukan penelitian sudah terlihat cukup aktif. namun dalam efektifitasnya belum sepenuhnya tercapai. beberapa peserta didik masih terlihat kurang aktif yaitu sekitar 10 orang dalam proses pembelajaran sehingga berdampak pada kurangnya kemampuan kognitif peserta didik. hal ini dapat dilihat dari capaian kkm yang sudah melampaui standar, baru 50 % dari peserta didik keseluruhan. jadi nilai peserta didik masih kurang dari 75 untuk materi awal “redoks dan elektrokimia”. materi pertama dari bab ini adalah mengenai penyetaraan persamaan reaksi redoks dan sel volta. sedangkan pembelajaran redok dan elektrokimia bagian pertama ini, diharapkan minimal 80% peserta didik mendapatkan nilai diatas kkm. kesulitan peserta didik dalam mencapai hasil pembelajaran yang bersifat abstrak yakni salah satunya vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 348 konsep redoks dan elektrokimia menyebabkan motivasi belajar peserta didik menurun. hal ini berdampak pada hasil belajar dan keterampilan berpikir peserta didik menjadi kurang. karena itu peneliti berdiskusi untuk mencari solusi tindakan yang tepat yaitu dengan metode discovery learning. hasil data penelitian yang didapatkan yaitu lembar pengamatan aktivitas pendidik dan aktivitas peserta didik, lkpd (lembar kerja peserta didik) discovery learning, dan tes evaluasi konsep redoks dan elektrokimia pada setiap siklusnya, dan tes ulangan harian redoks dan elektrokimia. 1. deskripsi pelaksanan pembelajaran discovery learning dalam materi redoks dan elektrokimia proses pembelajaran discovery learning dalam materi redoks dan elektrokimia dilakukan dalam 2 siklus meliputi tahapan stimulus, perumusan masalah, pengumpulan data, pengolahan data, verifikasi data, menyimpulkan dan generalisasi. konsep reaksi redoks dan elektrokimia pada siklus 1 yaitu materi korosi, sedangkan pada siklus 2 yaitu materi elektrolisis. penelitian dimulai pada tanggal 16 agustus sampai 5 september 2016. penelitian ini dilakukan di kelas 12 ipa-4 man 2 kota bandung dengan jumlah peserta didik 36 orang. a. siklus i siklus i dalam penelitian ini berisi tentang kegiatan pembelajaran yang berpedoman pada deskripsi pembelajaran métode discovery learning. dan terdiri dari 2 kali pertemuan dengan submateri yang dibahas adalah tentang korosi. 1) pertemuan 1 siklus ke-1 pertemuan 1 pada siklus pertama dilakukan pada: hari : selasa 16 agustus 2016 tempat : kelas 12 ipa 4 a) perencanaan pendidik dan observer berdiskusi dalam menyusun perencaan pembelajaran yang akan dilaksanakan. materi yang dipilih mengenai redoks dan elektrokimia. dirancang kegiatan pembelajaran yang sesuai tahapan model discovery learning.. selain itu juga disusun lkpd yang sesuai tahapan discovery learning. b) pelaksanaan pembelajaran pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh guru kimia yang berkolaborasi dengan mahasiswa ppl yang sedang melaksanakan observasi, dan observer lainnya adalah dosen pembimbing ppl dari uin sunan gunung djati bandung. pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah disusun bersama. peserta didik kemudian berkelompok dengan anggota kelompoknya masing-masing dengan anggota tiap kelompok antara 4-5 orang. selama proses pembelajaran dilakukan observasi oleh observer dan guru kimia sebagai tim peneliti. hal ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meninjau aktivitas peserta didik maupun pendidik ketika proses pembelajaran. setiap observer memiliki lembar observasi kegiatan pembelajaran, dengan harapan observer bisa melaksanaan observasi secara akurat. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 349 pembelajaran pada siklus i berisi tentang kegiatan pembelajaran yang berpedoman pada deskripsi pembelajaran siklus i. sub materi yang dibahas yaitu tentang korosi. aktivitas yang diobservasi meliputi tahapan-tahapan berikut: (1) tahap stimulus diawal pembelajaran, sebelum masuk pada tahap perumusan masalah, pendidik menggali terlebih dahulu pengetahuan awal peserta didik dengan menampilkan gambar beberapa benda dalam kehidupan sehari-hari yang mengalami korosi kemudian mengajukan pertanyaan untuk memotivasi peserta didik. pertanyaan yang diajukan pendidik yaitu “apa kalian pernah melihat paku atau pagar yang berkarat?”, peserta didik menjawab “pernah”. pendidik kembali bertanya “kira-kira apa yang menyebabkan paku atau pagar rumah menjadi berkarat?”, peserta didik menjawab “terkena air hujan”. pengetahuan awal peserta didik mengenai korosi belum sepenuhnya muncul tetapi peserta didik sudah termotivasi untuk mempelajari korosi. pendidik memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai korosi. gambar 2. pendidik memberi motivasi kepada peserta didik pada siklus i pendidik membagi peserta didik menjadi 8 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang. pendidik memberikan lkpd korosi untuk lebih menggali pengetahuan peserta didik mengenai korosi. (2) tahap perumusan masalah pada tahapan ini peserta didik membaca wacana dalam lkpd dan merumuskan masalah berdasarkan wacana tersebut. pada siklus i ini,belum seluruh peserta didik merumuskan masalah sesuai yang diharapkan. masih ada beberapa peserta didik dalam kelompok merasa kebingungan menghubungkan fenomena dengan rumusah masalah yang harus diajukan. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 350 gambar 3. aktivitas pendidik dalam membimbing peserta didik pada tahap perumusan masalah siklus i (3) tahap pengumpulan data guru membimbing peserta didik dalam menjalankan perintah yang tertera didalam lkpd, yaitu meminta peserta didik mengumpulkan data sebanyak mungkin dari berbagai sumber (buku, majalah atau internet) mengenai korosi, faktor penyebab korosi, dan cara pencegahannya. pada lembar kerja yang diberikan kepada peserta didik, terdapat tabel yang berfungsi untuk menampung hasil temuan peserta didik mengenai pengertian korosi, faktor penyebab korosi, dan cara pencegahannya. sehingga peserta didik dapat memudahkan peserta didik dalam proses pengumpulan data. karena peserta didik sudah terbantu dengan adanya infirmasi mengenai data yang harus dikumpulkan. gambar 4. aktivitas peserta didik pada proses pengumpulan data (4) tahap pengolahan data data yang telah didapat pada tahap sebelumnya diolah oleh peserta didik. untuk membantu dalam pelaksnaan tahap ini, pendidik menyediakan tabel yang lebih interaktif yang dapat menjadikan peserta didik memahami dan dapat mengaplikasikan materi yang dipelajari secara langsung. sehingga data yang telah dikumpulkan oleh setiap peserta didik dalam kelompok menjadi lebih sistematis, lebih ringkas dan menjadi sebuah data yang hanya diperlukan dalam menyelesaikan masalah. ada beberapa peserta didik dalam kelompok yang masih vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 351 merasa kebingungan mengaitkan data yang diperoleh dengan aplikasinya secara nyata. (5) tahap verifikasi peserta didik sudah mendapat pemahaman pada tahap sebelumnya, pada tahap ini peserta didik diberikan pertanyaan yang dapat mengarah pada materi yang telah dipelajari. pertanyaan yang diajukan pendidik didalam lkpd dapat menuntun peserta didik agar meninjau ulang data yang telah dikumpulkan. dengan begitu peserta didik dapat mendapatkan pemahaman secara menyeluruh karena telah beberapa kali melakukan peninjauan ulang. (6) tahap menyimpulkan hasil data yang telah dikumpulkan pada lembar kerja mengenai korosi, faktor penyebab dan cara pencegahannya, dipresentasikan oleh masing-masing kelompok kepada teman-teman kelas yang lain. presenter telah menginformasikan hasil tugas dan data percobaan dengan komunikatif. peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran mengenai korosi, faktor penyebab dan cara pencegahannya. kesimpulan yang dipaparkan adalah dalam bentuk kalimat yang singkat dan jelas. kebanyakan peserta didik belum membuat kesimpulan dengan kalimat yang ringkas dan jelas. (7) tahap evaluasi tahap ini dilaksanakan diakhir pembelajaran, dimana pendidik memberikan soal tes evaluasi korosi bagi semua peserta didik agar mengetahui sejauh mana penguasaan konsep korosi setiap peserta didik. gambar 5. aktivitas peserta didik pada tahap evaluasi siklus i setelah tahap-tahap dalam pembelajaran telah dilaksanakan dan ditutup dengan tes evaluasi tertulis. tes evaluasi dilaksanakan dalam waktu yang cukup singkat sehingga peserta didik tidak menuangkan pemikirannya secara keseluruhan.hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 352 tabel 6. hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada siklus i kelompok aspek yang diamati jumlah skor maksimal (6) nilai 1 2 3 1 2 1 1 4 81,8 2 2 2 1 5 93,9 3 2 2 1 5 90,9 4 1 2 1 4 81,8 5 1 2 1 4 87,9 6 1 2 1 4 87,9 7 2 2 1 5 90,9 8 2 2 1 5 87,9 rata-rata 75 87,9 keterangan aspek yang diamati: 1. keaktifan dalam mengajukan pertanyaan, menjawab, dan menyampaikan gagasan 2. antusias dalam menyelesaikan tugas dalam lkpd task based learning 3. berbagi ide baik antar teman sekelompok maupun teman sekelas hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada siklus i menunjukkan peserta didik belum seluruhnya aktif dan antusias dalam kbm dengan menggunakan discovery learning. keadaan ini dapat dibuktikan dari ratarata keaktifan peserta didik yang baru mencapai 75 yang artinya belum sepenuhnya keaktifan tercapai. pada tahap ini pendidik tidak menjelaskan petunjuk pengerjaan lkpd dalam pembelajaran discovery learning secara rinci, sebagian kelompok masih belum bisa merumuskan masalah dan mengolah data dengan tepat, peserta didik masih merasa kebingungan sehingga peserta didik kurang berbagi ide dengan teman kelompoknya maupun kelompok lain sehingga menyebabkan kurang aktifnya pembelajaran, sebagian besar kegiatan diskusi kelompok pada siklus i ini belum sepenuhnya terlihat. pengelolaan waktu oleh pendidik pada siklus i ini juga belum efektif sehingga menghambat pada pelaksanaan evaluasi. c) observasi (tanggapan observer) berdasarkan hasil data dari lembar observasi, observer menyampaikan hasil pengamatannya terhadap pembelajaran discovery learning yang telah diterapkan yaitu sebagai berikut: pendidik tidak menjelaskan petunjuk lkpd secara rinci, hal ini menyebabkan peserta didik kebingungan dalam mengisi lkpd yang diberikan, pengorganisasian waktu kurang tepat sehingga waktu dan proses pembelajaran kurang efisien. peserta didik belum bisa merumuskan masalah dengan tepat sesuai dengan wacana yang diberikan pada lkpd, hal ini menyebabkan proses pembelajaran menjadi terhambat. kemudian, peserta didik belum mengerti bagaimana mengaplikasikan materi sehingga beberapa peserta didik kurang terlibat aktif dalam tugas peran maupun diskusi kelompok. d) refleksi siklus i temuan-temuan dari hasil observasi yang diperoleh observer dalam siklus i, selanjutnya dibicarakan dalam kegiatan refleksi terhadap siklus i. temuan ini kemudian digunakan sebagai acuan dalam menyusun rencana kegiatan proses pembelajaran pada siklus ii. refleksi sklus i dibahas pada tiap tahap pembelajaram discovery learning) yang meliputi stimulus, perumusan masalah, pengumpulan data, pengolahan data, verifikasi data, menyimpulkan dan generalisasi. hasil observasi dan refleksi aktivitas peserta didik dan pendidik yaitu disajikan pada tabel 7. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 353 tabel 7. hasil observasi dan refleksi aktivitas peserta didik dan pendidik siklus i tahapan discovery learning tindakan pendidik refleksi tindakan peserta didik refleksi stimulus menampilkan fenomena dan memancing peserta didik untuk bertanya. pendidik menampilkan fenomena yang ditampilkan kepada peserta didik dan mengarahkan agar peserta didik termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. kebanyakan dari peserta didik belum aktif bertanya saat pembelajaran. peserta didik perlu diberikan motivasi agar aktif dalam pembelajaran. perumusan masalah membimbing peserta didik melakukan perumusan masalah pada lkpd. pendidik mengarahkan peserta didik cara membuat perumusan masalah agar pembelajaran lebih efektif. kelompok 1, kelompok 5 dan kelompok 6 belum mampu merumuskan masalah berdasarkan data yang diberikan pada lkpd. peserta didik perlu diberi arahan yang jelas dan diberi contoh agar bisa merumuskan masalah dari wacana yang ada. pengumpulan data memandu peserta didik mengumpulkan data. dalam memandu peserta didik, pendidiks harus memberikan petunjuk dengan jelas dan rinci agar data yang dikumpu;kan dapat dimengerti oleh peserta didik. peserta didik mengumpulkan data dari berbagai sumber diantaranya internet dan buku. data yang dikumpulkan peserta didik belum terkumpul dengan rapi. peserta didik perlu diberi arahan dalam mengumpulkan data agar data yang dikumpulkan rapid an sesuai dengan yang diperlukan. pengolahan data meminta peserta didik mengisi tabel pengolahan data pada lkpd. pendidik harus menjelaskan dengan rinci seperti apa data yang harus diolah oleh peserta didik. kelompok 1 dan kelompok 7 belum bisa mengolah data dengan tepat. pendidik harus memberikan arahan secara lebih rinci agar peserta didik dapat memahami data apa saja yang harus diolah. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 354 pembuktian pendidik mengarahkan peserta didik membuktikan contoh yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep yang baru dipelajari. pendidik harus lebih melibatkan diri, jangan sampai terjadi miskonsepsi pada peserta didik. kebanyakan peserta didik sudah bisa membuktikan contoh nyata dari konsep yang dipelajari. pendidik harus menyajikan fenomenafenomena yang dapat menuntun peserta didik pada pembuktian. menyimpulkan mengarahkan peserta didik untuk menyimpulkan pembelajaran mengenai korosi. mengarahkan peserta didik untuk menyimpulkan pembelajaran mengenai korosi. pengarahan bisa dalam bentuk kalimat inti atau pertanyaan singkat. peserta didik menyimpulkan pembelajaran dengan baik. peserta didik harus lebh diarahkan agar kesimpulan yang diberikan sesuai dengan harapan. evaluasi membagikan soal evaluasi mengerjakan soal evaluasi 2) pertemuan ke-2 silkus 1 pertemuan pertama pada siklus pertama ini dilakukan pada: hari : selasa, 23 agustus 2016 tempat : kelas 12 ipa 4 pada pertemuan ini dilakukan evaluasi secara tertulis untuk melihat hasil belajar yang dilakukan pada siklus 1 2. siklus ii siklus ke-2 dilaksanakan dalam dua pertemuan. proses kegiatan tiap pertemuannya adalah: a. pertemuan pertama siklus ii waktu dan tempat pertemuan pertama siklus ke ii yaitu: hari : selasa, 30 agustus 2016 tempat : kelas 12 ipa 4 1) perencanaan kegiatan perencanaan pada siklus 2 pertemuan 1 ini meliputi: a) membuat deskripsi pembelajaran, lkpd, format observasi akivitas pendidik dan peserta didik, soal evaluasi untuk setiap siklus dalam konsep korosi dan elektrolisis. b) mengumpulkan data hasil belajar peserta didik pada konsep reaksi redoks dan elektrokimia sebelumnya untuk selanjutnya dapat mengelompokkan peserta didik berdasarkan prestasi. c) membuat jadwal pelaksanaan pembelajaran untuk siklus ii. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 355 2) pelaksanaan siklus ii pembelajaran pada siklus ii berisi kegiatan-kegiatan pembelajaran yang berpedoman pada hasil refleksi pada siklus i dan deskripsi pembelajaran siklus ii. siklus ii dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, pertemuan ke-1 membahas tentang elektrolisis dan pertemuan ke-2 membahas tentang hukum faraday. a) tahap stimulus sesuai tahap pembelajaran pada siklus 1, diawal pembelajaran, sebelum masuk pada tahap perumusan masalah, pendidik menggali terlebih dahulu pengetahuan awal peserta didik dengan menyampaikan pertanyaan: “apa yang kalian ketahui mengenai reaksi elektrolisis”, peserta didik menjawab “dalam sel elektrolisis energi listrik diubah menjadi energi kimia bu. tapi bu bagaimana proses didalam sel elektrolisis sehingga energy listrik dapat diubah menjadi energi kimia?”. pendidik kemudian menjawab “untuk mengetahui proses lebih lanjut mengenai reaksi elktrolisis, akan kita bahas hari ini”, peserta didik menjawab “baik bu”. pengetahuan awal peserta didik mengenai elektrolisis belum sepenuhnya muncul tetapi peserta didik sudah termotivasi untuk mempelajari elektrolisis. pendidik memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai elektrolisis. pada pertemuan kedua, motivasi peserta didik kembali digali. pendidik menyajikan fenomena sebuah sungai yang tercemar. fenomena tersebut terdapat juga didalam lkpd yang diberikan kepada peserta didik. peserta didik sangat antusias ketika disajikan fenomena sungai yang tercemar. pendidik bertanya pada peserta didik “anak-anak, apakah kalian pernah melihat sungai yang tercemar?”, anak-anak menjawab “pernah bu”. kemudian pendidik bertanya lagi “bagaimana tanda-tanda suatu sungai bisa dikatakan tercemar?”. peserta didik menjawab “ airnya keruh dan ikannya mati bu”. kemudian peserta didik yang lain bertanya “lalu bu apa yang menyebabkan sungai menjadi tercemar?”. pendidik kemudian menjawab “untuk mengetahui jawabannya mari kita ikuti pembelajaran hari ini. dengan keantusiasan tersebut, dapat dikatakan bahwa motivasi peserta didik sangat bagus dan pengetahuan awalnya sudah tergali. gambar 6. pendidik memberi motivasi kepada peserta didik pada siklus ii pendidik membagi peserta didik menjadi 8 kelompok yang berjumlah 4-5 orang. pendidik memberikan lkpd hukum faraday untuk lebih menggali pengetahuan peserta didik mengenai hukum faraday. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 356 b) tahap perumusan masalah tahap perumusan masalah, peserta didik membaca wacana yang terdapat dalam lkpd dan merumuskan masalah berdasarkan wacana tersebut. gambar 7. aktivitas pendidik dalam membimbing peserta didik pada tahap perumusan masalah siklus ii c) tahap pengumpulan data pendidik membimbing peserta didik dalam menjalankan perintah yang tertera didalam lkpd, yaitu pada tahap ini pendidik meminta peserta didik mengumpulkan data sebanyak mungkin dari berbagai sumber (buku, majalah atau internet) mengenai elektrolisis dan hukum faraday. pada lembar kerja yang diberikan kepada peserta didik, terdapat pertanyaan yang berfungsi untuk menampung hasil temuan peserta didik elektrolisis dan hukum faraday. sehingga peserta didik dapat memudahkan peserta didik dalam proses pengumpulan data. karena peserta didik sudah terbantu dengan adanya informasi mengenai data yang harus dikumpulkan. gambar 8. aktivitas peserta didik pada proses pengumpulan data siklus ii d) tahap pengolahan data data yang telah didapat pada tahap sebelumnya diolah oleh peserta didik. untuk membantu dalam pelaksnaan tahap ini, pendidik menyediakan tabel yang lebih interaktif yang dapat menjadikan peserta didik memahami dan dapat mengaplikasikan materi yang dipelajari secara langsung. sehingga data yang telah dikumpulkan oleh setiap peserta didik dalam kelompok menjadi lebih sistematis, lebih ringkas dan menjadi sebuah data yang hanya diperlukan dalam penyelesaikan masalah. ada beberapa peserta didik dalam kelompok yang masih merasa kebingungan mengaitkan data yang diperoleh dengan aplikasinya secara nyata. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 357 e) tahap verifikasi peserta didik sudah mendapat pemahaman pada tahap sebelumnya, pada tahap ini peserta didik diberikan pertanyaan yang dapat mengarah pada materi yang telah dipelajari. pertanyaan yang diajukan pendidik didalam lkpd dapat menuntun peserta didik agar meninjau ulang data yang telah dikumpulkan. dengan begitu peserta didik dapat mendapatkan pemahaman secara menyeluruh karena telah beberapa kali melakukan peninjauan ulang. f) tahap menyimpulkan hasil data yang telah dikumpulkan pada lembar kerja mengenai elektrolisis dan hokum faraday, dipresentasikan oleh masing-masing kelompok kepada teman-teman kelas yang lain. presenter telah menginformasikan hasil kerjanya dalam diskusi dengan komunikatif. gambar 9. peserta didik mempresentasikan hasil kerja saat diskusi kelompok peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran mengenai elektrolisis dan hukum faraday. kesimpulan yang dipaparkan adalah dalam bentuk kalimat yang singkat dan jelas. peserta didik sudah bisa menyimpulkan pembelajaran dengan baik. gambar 10. peserta didik antusias saat menyimpulkan vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 358 b. pertemuan ke-2 siklus ii tahap evaluasi tahap ini dilaksanakan diakhir pembelajaran, dimana pendidik memberikan soal evaluasi elektrolisis untuk diselesaikan oleh setiap peserta didik agar mengetahui sejauh mana penguasaan konsep elektrolisis setiap peserta didik. gambar 11. aktivitas peserta didik pada tahap evaluasi siklus ii setelah tahap-tahap dalam pembelajaran telah dilaksanakan dan ditutup dengan tes evaluasi tertulis. tes evaluasi dilaksanakan dalam waktu yang memadai, sehingga peserta didik dapat menuangkan seluruh pemikirannya. tabel 8. hasil pengamatan aktivitas peserta didik di siklus ke ii kelompok hal-hal yang diamati jumlah skor maksimal (6) nilai 1 2 3 1 2 1 1 4 90,4 2 2 2 2 6 90,4 3 2 2 2 6 96 4 1 2 1 5 90,4 5 2 2 2 6 92,3 6 2 2 2 6 92,3 7 2 2 1 5 94,2 8 2 2 2 6 94,2 rata-rata 92 92,5 keterangan aspek yang diamati: 4. keaktifan dalam mengajukan pertanyaan, menjawab, dan menyampaikan gagasan 5. antusias dalam menyelesaikan tugas dalam lkpd task based learning 6. berbagi hasil pemikiran baik dengan sekelompok maupun teman sekelas hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada siklus ii menunjukkan peserta didik lebih aktif dan antusias dalam kbm dengan menggunakan discovery learning, hal ini dapat dilihat dari ratarata keaktifan peserta didik yang mencapai 92 yang artinya hampir seluruh peserta didik aktif dan antusias dalam pembeajaran. pada tahap ini pendidik menjelaskan petunjuk pengerjaan lkpd dalam pembelajaran discovery learning secara rinci, semua kelompok sudah bisa merumuskan masalah dan mengolah data dengan tepat, peserta didik tidak sungkan berbagi ide dengan teman kelompoknya maupun kelompok lain sehingga pembelajaran lebih aktif, kegiatan diskusi kelompok pada siklus ii hampir sepenuhnya terlihat. pengelolaan waktu oleh vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 359 pendidik pada siklus ii sudah efektif sehingga tidak menghambat pada pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi. 3. tanggapan observer tanggapan hasil pengamatan observer terhadap pembelajaran discovery learning yang dilaksanakan yaitu sebagai berikut: pendidik menjelaskan petunjuk pengerjaan lkpd secara rinci pada awal pembelajaran, hal ini didasarkan pada hasil refleksi pada siklus sebelumnya. pendidik memandu peserta didik dalam pengisian lkpd sehingga meminimalisir kurangnya pemahaman peserta didik pada proses pembelajaran. peserta didik sudah mengerti tentang bagaimana cara merumuskan masalah sesuai wacana yang telah diberikan.dalam memperoleh informasi hendaknya diberikan referensi situs di internet atau buku literatur agar tidak terjadi distorsi informasi saat pengumpulan data pada proses pembelajaran discovery learning. gambar 12. observer dan pendidik kimia melakukan diskusi hasil observasi 4. refleksi siklus ii berdasarkan temuan dan pengamatan yang diperoleh pada siklus ii serta hasil pengamatan dari observer terhadap pendidik, maka dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus ii. hasil observasi dan refleksi aktivitas peserta didik dan pendidik disajikan dalam tabel 9. tabel 9. hasil observasi dan refleksi aktivitas peserta didik dan pendidik siklus ii tahapan discovery learning tindakan pendidik refleksi tindakan peserta didik refleksi stimulus menampilkan fenomena dan memancing peserta didik untuk bertanya. pendidik menampilkan fenomena yang ditampilkan kepada peserta didik dan mengarahkan agar peserta didik termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. peserta didik sudah aktif bertanya saat proses pembelajaran. peserta didik perlu diberikan motivasi agar tetap aktif dalam pembelajaran. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 360 tahapan discovery learning tindakan pendidik refleksi tindakan peserta didik refleksi perumusan masalah membimbing peserta didik melakukan perumusan masalah pada lkpd. pendidik mengarahkan peserta didik cara membuat perumusan masalah agar pembelajaran lebih efektif. semua kelompok sudah bisa merumuskan masalah dengan baik. peserta didik harus tetap diberi arahan yang jelas agar tidak terjadi miskomunikasi dalam perumusan masalah. pengumpulan data memandu peserta didik mengumpulkan data. dalam memandu peserta didik, pendidik harus memberikan petunjuk dengan jelas dan rinci agar data yang dikumpulkan dapat dimengerti oleh peserta didik. peserta didik mengumpulkan data dari berbagai sumber diantaranya internet dan buku. data yang dikumpulkan peserta didik sudahterkumpul dengan rapi. peserta didik perlu diberi arahan dalam mengumpulkan data agar data yang dikumpulkan rapi dan sesuai dengan yang diperlukan. pengolahan data meminta peserta didik mengisi tabel pengolahan data pada lkpd. pendidik harus menjelaskan dengan rinci seperti apa data yang harus diolah oleh peserta didik. hampir seluruh kelompok mengolah data dengan rinci, kelompok 1 belum mengolah data dengan rinci pendidik harus memberikan arahan secara lebih rinci agar peserta didik dapat memahami data apa saja yang harus diolah. pembuktian pendidik mengarahkan peserta didik membuktikan contoh yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep yang baru dipelajari. pendidik harus lebih melibatkan diri, jangan sampai terjadi miskonsepsi pada peserta didik. kebanyakan peserta didik sudah bisa membuktikan contoh nyata dari konsep yang dipelajari. pendidik harus menyajikan fenomenafenomena yang dapat menuntun peserta didik pada pembuktian. menyimpulkan mengarahkan peserta didik untuk menyimpulkan pembelajaran mengenai korosi. mengarahkan peserta didik untuk menyimpulkan pembelajaran mengenai korosi. pengarahan bisa dalam bentuk kalimat inti atau pertanyaan singkat. peserta didik menyimpulkan pembelajaran dengan baik. peserta didik harus lebh diarahkan agar kesimpulan yang diberikan sesuai dengan harapan. evaluasi membagikan soal evaluasi mengerjakan soal evaluasi vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 361 c) pertemuan ke-2 siklus ii pertemuan ke dua pada siklus ii dilakukan: hari : senin, 5 september 2016 tempat : kelas 12 ipa 4 pada pertemuan ini dilakukan evaluasi secara tertulis untuk mengukur keberhasilan proses belajar dengan mengisi soal tes tertulis. berdasarkan data hasil yang didapatkan selama penelitian, kemudian diolah dan dilakukan pembahasan secara mendalam, baik terhadap kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan lkpd discovery learning untuk setiap siklus maupun terhadap hasil evaluasi secara tertulis. 1. siklus i berdasarkan hasil perhitungan data lkpd pada siklus i diperoleh nilai rata-rata lkpd dari seluruh kelompok belajar yaitu 87,9 dengan predikat baik. peserta didik tidak terlibat aktif pada pembelajaran, hal ini dikarenakan pendidik tidak menjelaskan secara rinci tentang tugas peran yang harus dilakukan peserta didik. berikut disajikan data hasil lkpd pada siklus 1 dalam tabel 4.5. tabel 9. nilai lkpd setiap kelompok belajar pada siklus i kelompok tahapan lkpd jumlah skor maksimal (33) nilai 1 2 3 4 1 1 9 12 5 27 81,8 2 2 9 14 5 31 93,9 3 3 10 12 5 30 90,9 4 2 8 12 5 27 81,8 5 1 9 14 5 29 87,9 6 1 8 15 5 29 87,9 7 2 10 13 5 30 90,9 8 2 8 14 5 29 87,9 rata-rata 29 87,9 keterangan: 1 : perumusan masalah 2 : pengumpulan data 3 : pengolahan data 4 : verifikasi sedangkan untuk hasil belajar berdasarkan evaluasi belajar peserta didik melalui pengukuran tes evaluasi pada siklus pertama diperoleh rata-rata 68,53. hal ini masih menunjukkan bahwa pencapaian hasil belajar masih belum memenuhi target kkm yang sudah direncanakan, yaitu 75. 2. siklus ii berdasarkan hasil perhitungan data lkpd pada siklus ii diperoleh nilai rata-rata lkpd dari seluruh kelompok belajar yaitu 92,5 dengan predikat sangat baik. berdasarkan hasil tersebut, terjadi peningkatan nilai yaitu dari siklus i ke siklus ii yang dapat dilihat dari nilai rata-rata kelompok belajar 87,9 (siklus i) ke 92,5 (siklus ii), dengan demikian peningkatan nilainya sebesar 4,6. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 362 dari hasil perhitungan data lkpd siklus ii, diperoleh nilai dari tiap kelompok belajar setiap tahap pembelajaran discovery learning terjadi peningkatan. hal ini dapat dilihat dari selisih nilai rata-rata kelompok belajar peserta didik. adapun peserta didik yang semula tidak aktif dalam pembelajaran mengalami peningkatan menjadi aktif, hal ini dikarenakan pendidik menjelaskan dengan rinci dan memandu peserta didik dalam pengisian lkpd pada peserta didik yang kurang aktif pada siklus i. berikut disajikan data hasil lkpd pada siklus ii yang dituangkan dalam tabel 10. tabel 10. nilai lkpd setiap kelompok belajar dalam siklus ii kelompok tahapan lkpd jumlah skor maksimal (26) nilai 1 2 3 4 1 4 2 12,5 5 23,5 90,4 2 2,5 2 14 5 23,5 90,4 3 3,5 2 14,5 5 25 96 4 3 1,5 14 5 23,5 90,4 5 2,5 2 14,5 5 24 92,3 6 2,5 2 14,5 5 24 92,3 7 3 2 14,5 5 24,5 94,2 8 3 2 14,5 5 24,5 94,2 rata-rata 24 92,5 keterangan: 1 : perumusan masalah 2 : pengumpulan data 3 : pengolahan data 4 : verifikas hasil analisis lkpd setiap kelompok belajar pada setiap siklus, dijadikan dasar dalam menentukan nilai rata-rata lkpd setiap siklusnya yaitu dapat dilihat dalam tabel 11. tabel 11. nilai rata-rata lkpd kelompok belajar setiap siklus kelompok belajar nilai lkpd siklus i siklus ii 1 81,8 90,4 2 93,9 90,4 3 90,9 96 4 81,8 90,4 5 87,9 92,3 6 87,9 92,3 7 90,9 94,2 8 87,9 94,2 rata-rata 87,9 92,5 berdasarkan tabel 11 nilai lkpd peserta didik pada setiap siklus seluruh kelompok sudah baik dengan peningkatan rata-rata penguasaan konsep redoks dan elektrokimia. peningkatan nilainya yaitu dari 87,9 (siklus i) ke 92,5 (siklus ii). hal ini menunjukkan bahwa semua kelompok mempunyai kemampuan yang baik dan menunjukkan keterangan bahwa pembelajaran discovery learning sudah mulai di pahami peserta didik pada setiap siklusnya. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 363 3. analisis hasil belajar peserta didik setiap tahap pembelajaran discovery learning tiap siklus berdasarkan nilai evaluasi indikator keberhasilan belajar peserta didik secara individu diukur melalui soal-soal evalusi, setiap soal menguji kemampuan satu indikator. soal evaluasi dibuat untuk setiap siklus. hasil evaluasi belajar peserta didik melalui pengukuran tes evaluasi pada siklus ke-1 diperoleh rata-rata 68,53. dan hasil siklus kedua diperoleh peningkatan hasil evaluasi menjadi 82,15. dengan demikian terdapat peningkatan hasil evaluasi sebesar 13,64. dari hasil di atas diperoleh informasi bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik pada konsep redoks dan elektrokimia mengalami peningkatan. peningkatan hasil belajar peserta didik ditunjukkan oleh tabel 12 berikut. tabel 12. nilai rata-rata hasil belajar peserta didik setiap siklus no uraian hasil belajar siklus i siklus ii 1 jumlah peserta didik 36 36 2 nilai rata-rata 68,53 82,17 3 jumlah peserta didik yang tuntas (≥ 75) 19 orang 33 orang 4 prosentase 52,8% 91,7% tabel di atas memberikan gambaran bahwa hasil belajar peserta didik dalam konsep redoks dan elektrokimia meningkat setiap siklusnya. hal ini memberikan informasi bahwa ratarata hasil belajar peserta didik pada konsep redoks dan elektrokimia setiap siklusnya terjadi peningkatan, dapat dilihat dari selisih antara nilai rata-rata hasil belajar peserta didik pada siklus i dan ii. nilai rata-rata siklus i yaitu 68,53 dan siklus ii yaitu 82,17, selisih peningkatan nilai rata-rata keterampilan berpikir kritis peserta didik sebesar 13,64. data pada tabel 12 bila disajikan dalam bentuk grafik sebagaimana gambar 13 berikut: gambar 13. grafik nilai rata-rata hasil belajar peserta didik pada setiap siklus pembahasan penentuan standar kompetensi (sk), kompetensi dasar (kd) dan materi pokok yang dipergunakan sebagai materi pokok tindakan kelas ini dipilih berdasarkan kesesuaian waktu dengan tingkat kesulitan yang hampir sama pada materi pokok tersebut. materi redoks dan elektrokimia ditentukan sebagai materi yang dalam pembelajarannya, dapat menggunakan dan mengaplikasikan model discovery learning, sehingga peserta didik yang merasa sulit dalam 0 100 siklus i siklus ii nilai rata-rata uji kompetensi redoks elektrokimia nilai rata-rata vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 364 belajar akan memperoleh pemahaman lebih baik. indikasi yang menunjukkan hal tersebut yaitu adanya peningkatan aktivitas peserta didik serta hasil belajarnya. aktivitas yang lebih baik pada pembelajaran menggunakan model discovery learning merupakan menifestasi dari implementasi yang optimum untuk aspek kontruktivisme, inquiry, authentic assesment dan reflection. secara umum angka rerata aktivitas peserta didik pada pembelajaran yang menggunakan metode discovery learning jauh lebih baik, sedangkan pada kelas dengan pembelajaran biasa, aktivitas peserta didik berada di bawah pembelajaran yang menggunakan metode discovery learning. keadaan ini terjadi karena metode discovery learning akan memberikan efek pembelajaran lebih bermakna dibanding dengan pembelajaran yang biasa digunakan pada umumnya. hasil evaluasi belajar yang baik pada pembelajaran menggunakan metode discovery learning juga menggambarkan bahwa peserta didik lebih menerima materi pokok pada setiap standar kompetensi (sk) dan kompetensi dasar (kd) dengan difasilitasi model pembelajaran yang lebih mengaktifkan potensi diri pada penggalian informasi mengenai struktur materi yang harus dikuasai, dipahami, dihayati dan dilaksanakan. peserta didik menjadi aktif dan mampu menyerap lebih besar konsep-konsep yang dibangun sendiri, atau bersama dengan kelompok belajar. hasil evaluasi dii setiap siklus terjadi peningkatan yang lebih baik pada saat menggunakan metode discovery learning. berarti peserta didik lebih bisa menerima dan memahami materi pokok dengan membangun sendiri pemahaman yang telah dimiliki dengan pemahaman-pemahaman baru. mudahnya proses pemahaman ini terjadi dengan di aplikasikannya model discovery learning. pencapaian indikator peserta didik secara umum juga meningkat. peserta didik aktif belajar dan mampu menyerap lebih besar konsep-konsep yang dibangun sendiri atau bersama dengan kelompok belajarnya baik untuk siklus i maupun dengan siklus ii. pembelajaran dengan metode discovery learning bertujuan meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi reaksi redoks dan elektrokimia yang dilaksanakan dua siklus. siklus i pembelajaran materi korosi (lkpd i) dan siklus ii dilaksanakan materi elektrolisis dan hukum faraday (lkpd ii). prosedur penelitiannya dalam tiap siklus mulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. lkpd yang disajikan berisi 6 tahap pembelajaran discovery learning yaitu: 1) stimulus; 2) perumusan masalah; 3) pengumpulan data; 4) pengolahan data; 5) verifikasi; dan 6) menyimpulkan . berdasarkan hasil pengolahan data, lkpd yang digunakan selama pembelajaran menunjukkan hasil yang baik dengan kenaikan nilai rata-rata di setiap siklus. diantara faktor yang menjadikan peserta didik berhasil adalah ketika pendidik dapat mengoptimalkan tugasnya sebagai fasilitator sehingga peserta didik termotivasi untuk meraih kompetensi-kompetensi yang ingin diraih (upi, 2007: 231). aktivitas peserta didik selama penerapan pembelajaran dalam penelitian ini, menurut hasil observasi diperoleh aktivitas yang cukup baik. pada siklus i aktifitas peserta didik dalam berdiskusi dan setiap tahap pembelajaran discovery learning belum sepenuhnya tercapai dengan baik karena model pembelajaran discovery learning ini adalah model pembelajaran yang baru bagi peserta didik. sehingga peserta didik masih perlu bimbingan agar aktivitas lebih terarah karena peserta didik belum cukup memahami dengan pembelajaran discovery learning yang diterapkan. pendidik harus menjelaskan terlebih dahulu tugas yang harus dikerjakan peserta didik dalam lkpd discovery learning. nilai rata-rata aktivitas pada siklus i yang diperoleh peserta didik adalah 75. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 365 di siklus ke ii aktivitas peserta didik terjadi peningkatan yaitu peserta didik sudah mulai memahami tahapan dari pembelajaran discovery learning dan peserta didik antusias dengan pembelajaran yang baru mereka ketahui. aktivitas peserta didik yang meningkat ini juga dipengaruhi oleh peran pendidik yang berperan sebagai fasilitator,memberi contoh dan membimbing peserta didik dalam setiap tahap pembelajaran agar peserta didik dapat membangun pengetahuannya sendiri dengan baik. selain itu, peserta didik sudah terbiasa dengan pembelajaran yang diterapkan pendidik yaitu discovery learning. pembelajaran discovery learning efektif untuk peserta didik membangun kemampuannya sendiri dengan konsep-konsep yang sedang dipelajarinya. nilai rata-rata aktivitas pada siklus ii yang diperoleh peserta didik adalah 92. artinya terdapat peningkatan nilai ratarata aktivitas peserta didik, dimana pada siklus pertama 75 dan siklus ke ii yaitu 92. aktifitas pendidik juga mengalami peningkatan dari siklus pertama ke siklus berikutnya. di siklus pertama pendidik harus dapat membagi dan memperhatikan waktu pada saat proses pembelajaran dan memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada peserta didik sebelum mengerjakan soal secara berkelompok serta membimbing peserta didik ketika pembelajaran secara kelompok berlangsung, hal ini menyebabkan kurang optimalnya waktu untuk melaksanakan tahapan pembelajaran discovery learning, sehingga waktu melebihi rencana awal pembelajaran. pada siklus ii aktifitas pendidik mengalami peningkatan yaitu pendidik sudah dapat menjelaskan dengan baik petunjuk lkpd yang harus dikerjakan oleh peserta didik dan membimbing peserta didik saat pembelajaran kelompok. pendidik sudah bisa membagi waktu pada proses pembelajaran. melalui refleksi yang dilaksanakan setelah pembelajaran berlangsung yang diperoleh berdasarkan hasil temuan dan observasi observer, aktivitas pendidik mengalami peningkatan dikarenakan pendidik dapat mengetahui berbagai kekurangannya ketika melaksanakan pembelajaran pada siklus pertama, sehingga pendidik dapat memperbaikinya di siklus berikutnya. proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan tahapan pembelajaran discovery learning. berdasarkan hasil analisis hasil belajar peserta didik di setiap pelaksanaan metode discovry learning materi redoks dan elektrokimia terjadi peningkatan rata-rata capaian hasil belajar di setiap siklus. yakni dari 68,53 menjadi 82,17 di silkus berikutnya. selain itu aktivitas peserta didik saat berkelompok juga mengalami peningkatan kea arah yang lebih baik. dari hasil analisis perolehan nilai lkpd secara keseluruhan, memberikan gambaran adanya peningkatan. keadaan ini dikarenakan lkpd terus diperbaiki disaseaikan dengan hasil refleksi pada siklus sebelumnya. peserta didik pun antusias dalam mencari dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui bimbingan pendidik sebagai fasilitator. indikator keberhasilan belajar peserta didik melalui pembelajaran discovery learning secara umum mengalami peningkatan di setiap siklus, dari analisis hubungan tahap pembelajaran discovery learning melalui lkpd dengan indikator keterampilan berpikir kritis didapatkan data nilai rata-rata lkpd siklus i 87,9 dan siklus ii 92,5. menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik dalam pengerjaan lkpd secara kelompok. hasil evaluasi tertulis yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran pada setiap siklus menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar yaitu nilai rata-ratanya siklus i 68,53 dan siklus ii 82,17. hal ini dikarenakan dalam pembelajaran discovery learning peserta didik dituntut aktif dalam proses pembelajaran sehingga berpengaruh pada hasil belajar peserta didik. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.102 366 secara umum metode discovery learning cocok diterapkan pada materi redoks dan elektrokimia di man 2 kota bandung, karena di dalam pembelajarannya sendiri banyak mengajarkan peserta didik untuk belajar aktif, tetapi tidak terlepas dari semua itu bahwa pembelajarandengan menggunakan metode-metode yang lain dapat pula digunakan atau diterapkan pada konsep redoks dan elektrokimia. simpulan penelitian tindakan kelas dalam menerapkan metode discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam memahami materi reaksi redoks dan elektrokimia di man 2 kota bandung. kesimpulan penelitian tindakan kelas ini adalah: 1) aktivitas peserta didik mengalami peningkatan melalui penerapan pembelajaran discovery learning pada konsep redoks dan elektrokimia. hal ini dapat dilihat dari hasil penerapan tahapan pembelajaran discovery learning yang seluruhnya teraplikasi dengan baik dan lancar. jumlah rata-rata aktivitas peserta didik selama pembelajaran di siklus pertama nilai rata-rata aktivitas peserta didiknya sebesar 75 (baik) , dan pada siklus ii nilai rata-rata aktivitas peserta didiknya sebesar 92 (sangat baik), 2) kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan lkpd untuk setiap siklus pembelajaran discovery learning pada konsep redoks dan elektrokimia mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata siklus i sebesar 87,9 (sangat baik) dan nilai ratarata siklus ii sebesar 92,5 (sangat baik). hal ini dikarenakan pada lkpd siklus i dilakukan refleksi untuk perbaikan pada lkpd siklus ii, 3) indikator hasil belajar peserta didik setelah pembelajaran discovery learning terjadi peningkatan setiap siklusnya. analisis indikator keterampilan berpikir kritis peserta didik diukur melalui tes evaluasi. berdasarkan analisis penguasaan konsep redoks dan elektrokimia mengalami adanya peningkatan hasil belajar yaitu 68,53 (cukup) di siklus pertama dan 82,17 (sangat baik) di siklus berikutnya. daftar rujukan arikunto, s. (2006). penelitian tindakan kelas. jakarta: bumi aksara. arikunto, s. (2010). prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. jakarta: pt rineka putra. mubarok, c. (2014). penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar peserta didik kelas x tav pada standar kompetensi melakukan instalasi sound system di smk negeri 2 surabaya. jurnal pendidikan teknik elektro , 3, 215221. supriyanto, b. (2014). penerapan discovery learning untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas vi b mata pelajaran matematika pokok bahasan keliling dan luas lingkaran di sdn tanggul wetan 02 kecamatan tanggul kabupaten jemer. jurnal pendidikan , 2, 165-174. suyanta. (2013). modul plpg kimia redoks dan elektrokimia. jurnal pendidikan , 1, 1-41. syah, m. (2008). psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. bandung: pt rosdakarya. upi, t. p. (2007). ilmu dan aplikasi pendidikan. bandung: pt imperial bhakti utama. utami, b. (2009). kimia 3: untuk sma/ma kelas 12 program ilmu alam. jakarta: pusat perbukuan departemen pendidikan nasional. wulandari ismi, y. (2015). implementasi model discovery learning dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik mata pelajaran ekonomi kelas x iis i sma negeri 6 surakarta tahun pelajaran 2014/2015. jurnal pendidikan , 1, 1-21. microsoft word 06-listio.docx vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.205 1226 received : 09-06-2021 revised : 17-07-2021 published : 20-08-2021 keterlibatan orang tua pada pemilihan jurusan perguruan tinggi siswa sma listiowatty sman 1 klapanunggal, indonesia listiowatty@gmail.com abstrak: orang tua adalah figur yang sangat berpengaruh bagi anak. keterlibatan orang tua merupakan cara orang tua untuk memastikan kehidupan anak-anaknya berada dalam kondisi terbaik. keterlibatan yang dilakukan salah satunya adalah ikut memberi arahan ataupun mengambil keputusan dalam pemilihan jurusan perguruan tinggi anaknya yang berada di kelas xii sma. keterlibatan yang positif dari orang tua akan membawa dampak yang baik bagi jiwa anak untuk siap menjalani tahapan pendidikannya. namun keterlibatan negatif yang kerap kurang disadari, dapat membuat anak merasa tidak nyaman dengan banyaknya tuntutan untuk melakukan segala sesuatu demi terpenuhinya harapan orang tua, terutama dalam pemilihan jurusan di perguruan tinggi. penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan studi kasus kepada 39 siswa xii sma mipa dan ips. data didapat melalui angket yang diedarkan pada bulan juli 2021, setelah masa kelulusan sekolah. dari data yang ada ditemukan masih ada pilihan jurusan yang bukan semata berdasarkan minat, bakat dan kemampuan, tapi merupakan pilihan orang tua. untuk itu perlu upaya pemahaman tentang perkembangan anak secara utuh kepada para orang tua. diharapkan pengetahuan dan pemahaman itu akan membuat orang tua lebih bijaksana dalam keterlibatannya untuk mengarahkan pilihan jurusan bagi anakanaknya. kata kunci: keterlibatan orang tua; pemilihan jurusan; siswa sma vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.205 1227 pendahuluan bagi seorang anak, orang tua adalah sosok yang paling penting dalam perjalanan hidupnya. dari orang tua lah, seorang anak belajar banyak tentang keterampilan hidup mulai dari hal sederhana hingga yang memerlukan pembahasan rumit. dalam proses pendidikan, peranan orang tua memiliki porsi yang cukup besar dalam mempengaruhi keberhasilan belajar anak. hilgard..seperti yang dikutip..wina sanjaya (2006) mengatakan bahwasanya 3 faktor yang berpengaruh pada prestasi belajar adalah..faktor internal,.eksternal.dan.pendekatan belajar. orang tua.merupakan.faktor eksternal yang cukup.mempengaruhi anak dalam.belajar. dalam kajian lain, mardianto (2012) menyebutkan bahwa keluarga dengan komunikasi dan suasana yang nyaman, membuat anak juga mampu belajar dengan baik. tentu saja harus di awali.dari.satu.persepsi.yang.sama antara.orang.tua, angota keluarga lain,..sekolah dan..peran..semua fihak terhadap peran pendidikan. sejalan dengan itu, keterlibatan keluarga ditunjukkan dengan peran aktif dari orang tua. wong (2012) dalam jurnal yang ditulis oleh dwi hardiyanti (2021) menyebutkan, “keterlibatan orang tua adalah sejauh mana orang tua tertarik, mengetahui tentang, dan mau berperan aktif dalam kegiatan sehari-hari anak-anaknya. kegiatan ini diantaranya adalah kegiatan belajar dan proses menuju tiap jenjang pendidikan. dari paparan diatas, keterlibatan orang tua pada dasarnya adalah peran aktif orang tua dalam keikutsertaan mengkondisikan kegiatan anak-anaknya. namun, keterlibatan itu dapat menjadi hal yang positif dan juga dapat menjadi negatif. keterlibatan positif dapat memberikan efek yang membangun sisi kemandirian anak. sedangkan keterlibatan negatif dapat berdampak buruk bagi perkembangan mental anak. bentuk keterlibatan yang dapat dilakukan orang tua dijabarkan oleh epstein (1995, 1996, 2001, 2002, 2005, 2010 & 2011) sebagaimana dapat dilihat pada gambar 1. eipstein mengklasifikasikan keterlibatan orang tua menjadi enam dimensi yaitu mengasuh anak, berkomunikasi, menjadi sukarelawan atau mendukung sekolah, belajar dukungan orang tua di rumah, pengambilan keputusan, dan bekerja sama dengan komunitas. gambar 1. teori overlapping sphere of influence (epstein) pada usia remaja, keterlibatan orang tua masih diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan, terlebih dalam pemilihan jurusan. pemilihan jurusan adalah kegiatan menentukan jurusan/bidang yang akan ditempuh di perguruan tinggi. pemilihan jurusan ini adalah hal yang cukup rumit bagi siswa kelas xii. keputusan itu harus dilakukan di akhir masa belajar di tingkat sma. penentuan jurusan yang diambil menjadi vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.205 1228 sangat penting karena akan menentukan jalan kehidupan yang ditempuh di masa mendatang. pemilihan jurusan itu nantinya akan menjadi bidang kerja yang dijalani dalam mencari pekerjaan. jurusan yang dipilih biasanya adalah yang sesuai dengan minat dan bakat peserta didik. pada umumnya peserta didik yang berada di jurusan peminatan mipa akan memilih bidang sains ketika di perguruan tinggi. begitupun peserta didik dari jurusan peminatan ips, akan memilih bidang yang berkaitan dengan dunia sosial dalam pemilihan jurusan di perguruan tinggi. pertimbangan pemilihan jurusan di perguruan tinggi ternyata tidak semudah yang dibayangkan. banyak faktor yang dapat turut mempengaruhi keputusan peserta didik untuk memilih jurusan apa yang akan dijalaninya nanti. bagi sebagian besar peserta didik, hal ini sangat rumit dan perlu banyak berkonsultasi dengan pihak-pihak yang bisa memberikan masukan. di era globalisasi seperti sekarang, referensi mengenai macam-macam jurusan sangat mudah dicari di dunia maya, baik dari televisi, web, youtube, instagram maupun sumber media sosial yang lain. sumber informasi tersebut tersedia dengan mudah dan dapat diakses kapan saja sebagai bahan pertimbangan peserta didik dalam memilih bidang yang akan ditempuhnya. sebagian besar siswa kelas xii akan mulai mencari informasi ketika memasuki semester ke lima. bagi sekolah yang memiliki guru bimbingan dan konseling yang aktif, maka informasi itu dapat pula diterima dari para guru bk. konsultasi dan kegiatan bertukar gagasan pun akan banyak terjadi di masa awal kelas xii. pada umumnya, peserta didik sudah memiliki gambaran tentang jurusan apa yang akan menjadi pilihan di saat kuliah nanti. gambaran itu merupakan wujud cita-cita dan harapan yang menjadi patokan awal pengambilan keputusan. pengambilan keputusan dalam menentukan jurusan perlu perencanaan yang baik dan matang. banyak faktor yang harus menjadi pertimbangan. faktor-faktor ini dapat mempengaruhi pilihan akhir peserta didik kelas xii dalam pemilihan jurusan di perguruan tinggi. putro (2017) menyampaikan, pengambilan keputusan dalam menentukan karir adalah bagian tugas perkembangan yang seharusnya dimiliki remaja. menurut mann, harmoni dan power (dalam santrock, 2003) keputusan yang diambil remaja, dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor internal, berupa nilai kehidupan, inteligensi, bakat, minat, kepribadian dan pengetahuan serta jasmani. adapun faktor eksternal, diantaranya adalah masyarakat,.sosial.ekonomi negara, status sosial-ekonomi dari keluarga, pengaruh..keluarga, sekolah dan teman sebaya. salah satu faktor yang harus dipertimbangkan pengaruhnya adalah keluarga, karena di usia remaja, keberadaan mereka masih dianggap menjadi bagian tanggung jawab orang tuanya. walaupun bukan faktor dominan, tapi pengaruh keluarga, dalam hal ini orang tua, dapat menjadi unsur penimbang yang cukup diperhitungkan oleh para peserta didik. hal tersebut senada dengan penelitian yang dibuktikan fouad et all (2016), yang menjelaskan bahwasanya harapan orang tua memiliki pengaruh yang sangat penting bagi seorang anak dalam pengambilan keputusan, terutama dalam fase kehidupan karirnya. penelitian sejenis yang turut menguatkan berasal dari kumar (2016) yang mennyatakan pengaruh orang tua, terutama ayah, mempunyai hubungan yang signifikan dengan keputusan pemilihan jurusan seorang anak. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.205 1229 keadaan itu pun dialami oleh sebagian siswa kelas xii sma. dalam kenyataannya, masih ada faktor pilihan orang tua yang cukup menentukan keputusan mereka dalam menentukan jurusan kuliah. walau terlihat sederhana, tetapi masalah ini harus mendapat perhatian lebih dalam. banyak efek yang akan muncul jika seorang peserta didik harus menjalani pendidikannya tanpa minat dan passion nya sendiri. seharusnya pendidikan itu tidak menjadi beban, melainkan sarana setiap individu untuk berkembang sesuai minat dan bakatnya. untuk itu, penulis merasa perlu melihat lebih jauh tentang fenomena keterlibatan orang tua dalam penentuan jurusan perguruan tinggi pada siswa kelas xii sma. diharapkan penelitian ini dapat memberikan solusi bagaimana seharusnya setiap pendidik, baik guru maupun orang tua dapat memberikan kebebasan pendidikan bagi para peserta didik untuk berkembang dengan maksimal dan bahagia, memberi kehidupan pembelajaran yang memerdekakan. metode penelitian ini disusun menggunakan metode kualitatif. tokoh jane richie menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti. penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dalam bentuk studi kasus yang bersifat deskriptif. studi kasus dikatakan sebagai studi mengenai individu-individu, aksi dan interaksi, peninggalan atau artefak perilaku, setting, serta peristiwa atau insiden tertentu (poerwandari; 2005). studi kasus merupakan susunan uraian dan penjelasan yang komprehensif tentang berbagai aspek seorang individu, kelompok, suatu organisasi (komunitas), program, ataupun keadaan sosial. peneliti studi kasus berupaya menghimpun dan mengkaji sebanyak mungkin data tentang subjek yang diteliti. studi kasus menggunakan berbagai metode, seperti wawancara, pengamatan, penelaahan dokumen, (hasil) survei, dan data apa pun untuk menguraikan suatu kasus secara terinci (mulyana, 2001). lincoln dan guba, 1985: 39-41 (dalam mulyana, 2001: 201-202) mengemukakan bahwa yang istimewa dari studi kasus adalah dapat menjadi sarana paling utama bagi peneliti untuk menggambarkan pandangan subjek yang diteliti, menjadi gambaran menyeluruh yang mirip dengan kondisi yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, menjadi sarana efektif untuk menunjukkan hubungan dengan responden, memungkinkan pembaca untuk menemukan keterpercayaan dengan memberikan uraian lengkap untuk penilaian atas konteks. penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai fenomena pilihan orang tua yang turut melatarbelakangi siswa kelas xii dalam memutuskan pemilihan jurusan di perguruan tinggi dan solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut. data yang dihasilkan dalam penelitian ini bersumber dari data primer yaitu hasil angket kepada peserta didik kelas xii di sman 1 klapanunggal, kabupaten bogor, jawa barat. responden yang turut berpartisipasi sejumlah 39 orang. penyebaran angket dilakukan pada bulan juli 2021 setelah proses pemilihan jurusan perguruan tinggi berhasil ditempuh oleh responden. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.205 1230 hasil dari hasil temuan penelitian yang didapatkan dari data angket, tergambar ada beberapa faktor yang mempengaruhi peserta didik dalam menentukan pilihan jurusan di perguruan tinggi. data berasal dari 39 responden yang terdiri dari 39 peserta didik kelas xii, 8 orang berjenis kelamin laki-laki dan 31 orang berjenis kelamin perempuan. data tersebut diambil acak, dari kelas mipa terdata 27 orang dan ips terdata 12 orang. angket disebar dengan memberikan pertanyaan tentang apa faktor yang paling berpengaruh dalam pemilihan jurusan perguruan tinggi beserta alasan nya. seluruh responden menjawab dengan menyesuaikan keadaan realita yang dialaminya. dari grafik yang ada (gambar 2), terlihat empat faktor dominan yang muncul dalam fenomena pemilihan jurusan, yaitu faktor minat (26 responden), orang tua (11 responden), teman (1 responden) dan asal pilih jurusan (1 responden). dengan melihat sebaran jumlah jawaban responden, didapat satu faktor internal yang dominan dan tiga faktor eksternal. dari ketiga faktor eksternal terlihat satu yang paling tinggi jumlah jawaban respondennya, yaitu dari faktor orang tua. artinya, faktor ekternal yang berasal dari orang tua cukup memberi intervensi dibanding faktor eksternal lainnya. fenomena ini menggambarkan kondisi yang perlu penanganan lebih lanjut agar faktor eksternal sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dapat mendukung faktor internal yang sudah ada. faktor eksternal yang sejalan dengan faktor internal, yaitu minat peserta didik, akan memberi dampak positif dan motivasi bagi prestasi pendidikannya di perguruan tinggi. sebaliknya, faktor eksternal yang tidak sejalan dengan minat peserta didik dapat menjadi penghambat kelancaran proses pendidikan di tingkat selanjutnya. gambar 2. grafik jumlah faktor yang mempengaruhi pemilihan jurusan pada tabel pada gambar 3. dapat ditemukan latar belakang munculnya jawaban responden tentang faktor yang mempengaruhi keputusan memilih jurusan ke perguruan tinggi. jawaban ini merupakan alasan keputusan yang diambil peserta didik. sebagian besar sudah sesuai dengan minat dan cita-citanya. namun ada faktor eksternal yang membuat peserta didik terpaksa memilih jurusan tersebut untuk mengikuti arahan pilihan yang datang dari orang tua. 1 9 20 10 2 6 0 0 5 10 15 20 25 teman orang tua minat asal pilih faktor yang mempengaruhi siswa dalam pemilihan jurusan ke perguruan tinggi perempuan laki-laki vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.205 1231 tabel 1. alasan responden no inisial nama jenis kelamin jurusan peminatan di sma faktor yang mempengaruhi pilihan keterangan 1 ass p mipa minat karena cita-cita saya menjadi seorang scientist di bidang penelitian dan pengembangan hutan, jadi saya memutuskan dengan sangat matang untuk mengambil program studi kehutanan. dan saya menjadikan ipb university sebagai kampus pilihan karena menurut saya ipb memang berada di lingkup saintek dan saya merasa ipb sejalur dengan cita-cita saya yaitu menjadi scientist 2 af l ips orang tua sejujurnya ini bukan cita cita pribadi, tapi saya memilih ini karena melalui beberapa pertimbangan juga melihat prospek kerja dari jurusan ini sendiri. 3 av l mipa minat karena menjalankan keinginan sesuai dengan kemauan sendiri, memiliki pengaruh besar untuk membentu jati diri saya sendiri. 4 afr l mipa orang tua awalnya keputusan ada ditangan sendiri, cuman allah berkehendak lain, jadi sekarang ikutin pilihan orangtua dan jalaninya dengan baik. 5 al p mipa minat karena dari kecil saya mempunyai tujuan yaitu menjadi orang sukses dan bisa bermanfaat bagi orang banyak. berawal dari kasian melihat orang-orang jalanan yang tidak bisa makan, dari situ saya bertekad agar menjadi orang sukses dan bisa berbagi kesesama. sebelum menjadi orang sukses, saya harus berpendidikan dahulu contohnya harus masuk ke perguruan tinggi 6 ay p ips minat karena memilih jurusan sesuai dengan keinginan kita ataupun citacita kita, kita bisa lebih enjoy dalam melakukan studi dari jurusan tersebut. kita punya planning untuk kedepannya, kita yang menjalankan, insyaallah orang tua akan tetep mendukung pilihan anaknya. ada rasa bangga tersendiri jika kita lulus di jurusan yang memang kita citacitakan. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.205 1232 7 ae p ips minat sy memilih ips dan mengambil jurusan di kampus, sesuai dengan passion dan cita-cita saya untuk menjadi seorang auditor 8 arsfb p mipa minat karena keinginan saya sendiri untuk masuk ke jurusan yang saya suka dan saya minati dan saya merasa senang akan ketika saya keterima di jurusan tersebut, karena menurut saya jika kita mengambil jurusan yang tidak kita sukai atau kita minati akan mengacu kepada pola belajar kita kedepannya nanti 9 cwm p mipa minat karena cita cita saya milik saya dan tidak akan ada yang mampu mempengaruhi hal tersebut 10 dd p mipa minat awalnya saya memilih jurusan psikologi karena terinspirasi dari orang-orang sekitar saya, tapi kehendak allah berkata lain, saya diterima di perguruan tinggi jurusan sastra inggris, saya berada di ambang antara bahagia dan sedih, tapi saya percaya, mungkin akan ada hal baik yang bisa saya syukuri nantinya, tapi satu hal yang tidak akan membuat saya berhenti, saya akan belajar psikologi secara otodidak, dan guru saya bilang bahwa literatur psikologi itu menggunakan bahasa inggris, itu keberuntungan bagi saya. 11 drt p mipa minat karena dari kecil saya sudah bercitacita, serta yang akan menjalankan studi saya, ya saya sendiri bukan orang lain. untuk orang tua, beliau pun mendukung apapun pilihan saya, dan guru pun selalu memberi saran untuk mengambil pilihan yang memang sesuai apa yang saya citacitakan. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.205 1233 12 dafs p mipa orang tua alasannya karena orang tua saya selalu mendukung apapun pilihan saya selagi saya bisa mempertanggung jawabkan, sehingga saya bisa lebih leluasa memilih jurusan sesuai minat dan cita-cita saya. selain itu, saya tidak ingin kedepannya salah dalam memilih jurusan. 13 dak p mipa orang tua karena orang tua mendukung 14 ead p ips minat alasan memilih jurusan ips karena minat dan basic saya lebih kebidang ilmu sosial dan punya basic entrepreneur (pengusaha) 15 ebdd p ips minat karena saya akan mencintai apa yang saya kerjakan, dan kebebasan yang diberi oleh orang tua. 16 esg p mipa orang tua memilih ipa karena mengikuti permintaan orang tua dan saat itu mikir kalau ipa bisa linjur ke jurusan ips juga 17 gs l ips minat karna cita cita saya memiliki hubungan dengan hobby saya 18 is p mipa minat saya ingin mengasah minat dan bakat saya melalui jurusan yang saya ambil dan ingin meneruskan usaha keluarga maka dari itu saya mengambil jurusan yang masih ada keterkaitannya dengan usaha keluarga. 19 knrs p mipa asal memilih jurusan saya sendiri tidak tahu apa minat dan bakat saya sampai saat ini, jadi saya memilih jurusan sastra indonesia karena saya sadar saya menyukai dunia sastra. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.205 1234 20 kn p ips orang tua karna sejujurnya saya gatau mau mengambil jurusan apa dan orang tua menyuruh mengambil jurusan sastra jepang ini dan juga keputusan ini udh direncanakan dari saya kelas 10 21 laa p mipa jurusan yang dipilih oleh figur teman dekat awalnya tidak kepikiran sama sekali ke jurusan tersebut namun setelah mendalami dan mencari tahu tentang jurusan tersebut ternyata saya merasa saya cocok dalam jurusan tersebut saya menanyakan ke beberapa teman dekat namun mereka mengatakan saya cocok dalam bidang itu ketimbang bidang yang saya pilih di awal 22 mcp p mipa minat karena jika saya memilih jurusan sesuai dengan apa yang saya citacitakan, sudah pasti saya akan menjalaninya dengan senang hati, dan tanpa paksaan. sehingga, dalam meraih cita-cita akan menjadi lebih mudah. 23 msa p ips minat melihat banyak peluang ketika mengambil jurusan ips dan memang bakat minat di jurusan ips 24 nsb p mipa minat karena bisa memenuhi kebutuhan kedepan nya terutama finansial 25 na p mipa minat karena itu merupakan cita² saya, jadi sesulit apapun tantangan ataupun cobaan didepan nanti saya tidak akan menyerah karena yang saya jalani merupakan cita² saya 26 nf p mipa minat saya memiliki cita-cita yang akan saya capai dan saya menyukai kegiatan di dalamnya. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.205 1235 27 paf p ips minat karena saya ingin membantu seseorang. dengan membantu permasalahan mereka dan melihat mereka lega dan senang saat masalahnya selesai. saya merasa ikut senang dan bahagia melihat wajah bahagia mereka 28 paep p mipa orang tua 1. sudah memilih sesuai dengan citacita tpi tidak disetujui 2. jurusan kuliah yg ada kampus pilihan orang tua 3. banyak jurusan kuliah yang tidak diperbolehkan 29 rpe l mipa minat karena memang sedari sd saya sudah memiliki cita cita yang sama dengan jurusan yang saya pilih dan tidak pernah berubah sampai sekarang. 30 rwb l mipa minat saya ingin kampus yang tentunya jauh lebih baik daripada yang saya dapatkan saat ini, saya yakin dan mampu untuk mencapai itu, doakan saya bu. salam hangat dari saya. camaba itb/ugm `22 :) 31 ra p mipa minat agar lebih mudah untuk melanjutkan perguruan tinggi dengan jurusan yg kita minati 32 ror p mipa orang tua cita cita pribadi untuk menjadi pribadi yang sukses dan membahagiakan orang tua 33 rak l mipa minat karena untuk bisa menggapai cita cita saya dari kecil 34 sis p ips orang tua biar dapet pekerjaan sesuai jurusan 35 sa p ips orang tua alasannya karena saya ingin cita cita saya tercapai agar bisa membahagiakan ke dua orang tua saya vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.205 1236 36 sw p mipa minat karena masa depan kita yang menentukan akan di bawa kemana. dan kemampuan yang kita miliki hanya kita yang tau, jika memilih jurusan tidak sesuai dengan keinginan nantinya tidak akan benar 37 taa l mipa minat karena merupakan suatu impian saya untuk menjadi pengusaha 38 tkn p mipa orang tua karena orang tua membebaskan memilih jurusan 39 zaf p ips minat karena dari kecil memang cita cita saya mengarah jurusan yang sekarang saya pilih, jadi itu memperkuat alasan saya untuk memilih jurusan tersebut pembahasan kehidupan seorang anak sejak bayi hingga dewasa, tak pernah lepas dari rasa tanggung jawab orang tua. hampir dipastikan bahwa sebagian besar orang tua sangat berhati-hati dalam merawat dan melindungi anaknya dari hal-hal yang dianggap tidak baik atau merugikan. rasa kasih sayang orang tua diwujudkan dalam sikap yang mewarnai pola asuh dalam mendidik anak-anaknya. pola asuh yang dilakukan tak lepas dari berbagai hal, termasuk diantaranya adalah harapan bagi kehidupan yang lebih baik. harapan orang tua, sebagaimana pendapat yang diungkapkan santrock (2012), perbedaan harapan bergantung kepada budaya, pola asuh orang tua dan masa remajanya yang sudah dijalani. bagi sebagian besar orang tua di indonesia masih menyimpan kekhawatiran akan masa depan anaknya yang sudah beranjak dewasa. oleh karena itu tak jarang orang tua mengambil sikap untuk turut serta dalam setiap langkah atau keputusan yang akan diambil anaknya. keputusan yang menjadi perhatian sebagian besar orang tua adalah masalah pendidikan anak. banyak orang tua yang bersikeras memilihkan tempat sekolah atau kursus anaknya hanya untuk memastikan bahwa anak-anaknya mendapatkan apa yang diharapkan. jika harapan orang tua dapat sejalan dengan harapan yang dimiliki anak, sesuai bakat, minat dan kemampuannya, maka itu bisa menjadi motivasi besar yang akan memotori semangat anak dalam menempuh pendidikan dan karirnya. anak-anak akan merasa nyaman dengan dukungan penuh secara moril maupun materi dari orang tuanya. namun pada kenyataannya, masih ada perbedaan yang cukup mendasar dari harapan orang tua dengan minat anak dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi. dalam penelitian yang dilakukan oleh educational psychologist dari integrity development flexibility (idf) menyatakan bahwa sebagian mahasiswa indonesia masuk jurusan yang tidak sesuai dengan dirinya. sebagian besar mahasiswa masuk jurusan kuliah akibat menuruti keinginan dari orang tuanya dan tidak melihat kemampuan serta keinginan dirinya (saragih, 2016). begitupun wisnu prabowo, munawir yusuf dan rini setyowati (2019) dalam penelitiannya menyatakan ada hubungan signifikan antara student self efficacy dengan persepsi terhadap harapan dari orang tua dengan bagaimana pengambilan keputusan para remaja dalam menentukan jurusan kuliah. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.205 1237 orang tua dapat memberi pertimbangan dan arahan pada anaknya untuk dapat memilih jurusan kuliah yang nanti akan diambil. anak dan orang tua merupakan satu ikatan yang tidak dapat dilepas sampai kapanpun. orang tua tetap harus ikut dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan yang berdampak besar bagi diri anak (soesandirejo, 2017). namun dalam hal pengambilan keputusan, tak jarang orang tua mengambil porsi yang jauh lebih besar, bahkan ada pula yang sangat otoriter memaksakan kehendaknya kepada anaknya. hal inilah yang akan menjadi kendala dan masalah besar di kemudian hari. anak-anak yang menjalani masa pendidikannya dibawah tekanan dan bayang-bayang tuntutan orang tua atau pihak eksternal lain, tidak akan memiliki kenyamanan. kesehatan mentalnya akan terganggu dengan banyaknya tuntutan yang tak menjadi harapannya. apa yang dilakukan akan bersifat formalitas tanpa diiringi minat untuk berkembang. anak-anak seperti ini akan melalui masa pendidikannya tanpa prestasi, sekedar ingin cepat lulus dengan nilai seadanya dengan berbagai cara. hal tersebut dilakukan hanya untuk memenuhi harapan orang tua atau pihak eksternal yang memintanya. sungguh waktu akan banyak terbuang percuma selama masa belajar. dari data yang diperoleh dalam penelitian ini, didapati 11 orang anak yang terdeteksi memilih jurusan perguruan tinggi karena pertimbangan orang tua. ada yang mengikuti arahan orangtua karena faktor ekonomi, agar mudah mendapat pekerjaan. ada yang mengikuti saran orangtua dalam memilih jurusan karena faktor jarak ke lokasi belajar. ada juga yang menghindari memilih jurusan dan lokasi perguruan tinggi yang jauh dari rumah karena rasa tidak tega meninggalkan orang tuanya di kota asal. ada pula yang merasa bebas memilih jurusan karena orang tuanya membebbaskan. apapun alasan nya, semua memiliki pola yang sama, yaitu rasa patuh pada orang tua sehingga rela melakukan hal apapun demi membahagiakan hati orang tuanya. inilah ciri khas masyarakat timur yang penuh tata krama. melihat dua sisi dari dampak keterlibatan orang tua dalam pengambilan keputusan belajar peserta didik, maka perlu diupayakan adanya pemahaman yang benar pada orang tua tentang pentingnya minat dan bakat dalam menjalani suatu bidang. orang tua perlu memahami tentang tugas perkembangan remaja dan problematika di dalamnya. sikap anak yang mengikuti pilihan orang tua bukan berarti menjamin tersalurkannya minat dan bakat anak. anak perlu beradaptasi dengan lebih keras agar bisa menyesuaikan diri dengan dunia baru yang dipilihkan orang tuanya. direktorat pembinaan pendidikan keluarga kemendikbud telah mengeluarkan program pelibatan keluarga di satuan pendidikan. tujuan program ini adalah untuk jalin kemitraan dan keselarasan dalam program pendidikan di setiap satuan pendidikan, keluarga, dan juga lingkungan, sebagai tri-sentra pendidikan dalam membangun suatu ekosistem pendidikan yang cukup kondusif untuk mengembangkan karakter dan budaya berprestasi peserta didik. program ini telah dicanangkan sejak 2016 dan sudah dilaksanakan di 6 koridor se indonesia, yaitu koridor sumatera, koridor jawa, koridor kalimantan, koridor sulawesi, koridor bali-ntt-ntb dan koridor maluku-papua. manfaat program ini adalah agar orang tua dapat memahami program sekolah, menyelaraskan kegiatan anak di rumah, memberi masukan bagi kemajuan sekolah, mengetahui dan memberi dukungan bagi perkembangan belajar anak di sekolah dan dapat membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi sekolah. dalam program ini orang tua dituntut untuk berperan menciptakan lingkungan belajar di rumah yang menyenangkan dan mendorong perkembangan budaya prestasi anak, menjalin interaksi dan komunikasi yang hangat dan penuh kasih sayang dengan anak, memberikan motivasi dan menanamkan rasa percaya diri anak, menjalin komunikasi yang aktif dengan vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.205 1238 pihak sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, serta berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler yang dilakukan anak di sekolah. strategi pelaksanaan kemitraan perencanaan program kemitraan dalam kegiatan pelibatan keluarga di satuan pendidikan diantaranya : • menganalisis kebutuhan anak • menyusun rencana..aksi..program..kemitraan (rapk) • perkumpulan orang tua/wali di tingkat kelas • membuka jaringan komunikasi dan informasi pelaksanaan program kemitraan • mengembangkan kapasitas keahlian warga sekolah • menghadiri pertemuan wali kelas dengan orang tua/wali • membuat rencana kelas orang tua/wali • melibatkan orang tua/wali sebagai motivator/inspirator bagi peserta didik • turut terlibat dalam pentas kelas akhir tahun • pelibatan orang tua/wali lainnya program kemdikbud di atas sejalan dengan teori yang disampaikan oleh epstein. teori epstein yang membahas 6 dimensi keterlibatan orang tua juga dapat menjadi salah satu panduan dalam memberi pemahaman pada orang tua. teori ini membahas 6 dimensi keterlibatan orang tua sebagai berikut : 1. mengasuh anak, 2. berkomunikasi, 3. menjadi sukarelawan untuk mendukung sekolah, 4. belajar dengan dukungan orang tua di rumah, 5. pengambilan keputusan, dan 6. bekerja sama dengan komunitas. sekolah sebagai instansi yang menaungi kegiatan belajar peserta didik harus membuka kesempatan untuk mempersiapkan program pelatihan atau seminar yang ditujukan sebagai pendidikan bagi orang tua. diharapkan upaya ini dapat membuka wawasan orang tua tentang perkembangan anaknya secara menyeluruh, tidak hanya mengejar nilai raport dan peringkat kelas, namun juga terpenuhinya kebutuhan kesehatan psikis anak. agar anak dapat menyelesaikan tahap demi tahap pendidikannya dengan penuh bahagia dan nyaman. simpulan orang tua adalah figur yang sangat penting bagi anak. keterlibatan orang tua merupakan cara orang tua untuk melindungi dan memastikan kehidupan anak-anaknya berada dalam kondisi terbaik. keterlibatan yang positif dari orang tua akan membawa dampak yang baik bagi jiwa anak untuk siap menjalani tahapan pendidikannya. namun keterlibatan negatif yang kerap kurang disadari, dapat membuat anak merasa tidak nyaman dengan banyaknya tuntutan untuk melakukan segala sesuatu demi terpenuhinya harapan orang tua, terutama dalam pemilihan jurusan di perguruan tinggi. untuk itu perlu upaya pemahaman tentang perkembangan anak secara utuh kepada para orang tua. diharapkan pengetahuan dan pemahaman itu akan membuat orang tua lebih mengerti pentingnya minat dan bakat dalam memutuskan bidang atau jurusan yang akan dipilih di pendidikan selanjutnya.. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.205 1239 daftar rujukan sanjaya, wina. strategi pembelajaran berorientasi standard proses pendidikan. (jakarta:kencana 2006) h:110. mardianto, psikologi pendidikan, (medan: perdana publishing 2012), h:236. hardiyanti, dwi (2021). keluarga: pendekatan teoritis terhadap keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak usia dini. sentra cendekia http://e-journal.ivet.ac.id/index.php/sc. doi: https://doi.org/10.31331/sc.v2i1.kodeartikel. epstein, j. l. (1995). school/family/community partnerships. phi delta kappan, 76(9), 701712. epstein, j. l. (1996). perspectives and previews on research and policy for school, family, and community partnerships. in a. booth and j. f. dunn (eds.), family–school links: how do they affect educational outcomes? (pp. 209–246). mahwah,nj: erlbaum. epstein, j. l. (2001). school, family, and community partnerships: preparing educators and improving schools. boulder, co: westview press. eipstein, j. l., sanders, m. g., simon, b. s. at all. (2002). school, family and community partnerships, your handbook for action: second edition. thousand oaks, california: corwin press. epstein, j. l. (2005). attainable goals? the spirit and letter of the no child left behind act on parental involvement. sociology of education, 78(2), 179-182. epstein, j. l. (2010). school, family, and community partnerships: preparing educators and improving schools. boulder, co, usa: westview press. epstein, j. l. (2011). school, family, and community partnerships: preparing educators and improving schools (2nd ed.). philadelphia, pa: westview press. putro, z. k. (2017). memahami ciri dan tugas perkembangan masa remaja. jurnal aplikasi ilmu-ilmu agama. 17 (1). 25-32. retrived ftom ejournal.uin-suka.ac.id/ santrock (2003) john w. adolescence. perkembangan remaja. edisi keenam. jakarta: erlangga. fouad, n. a., kim, s., ghosh, a., chang, w., & figueiredo, c. (2016). family influence on career decision making: validation in india and the united states. journal of career assessment, 24(1), 197–212. https://doi.org/10.1177/1069072714565 782. kumar, s. (2016). parental influence on career choice traditionalism among college students in selected cities in ethiopia. international journal of psychology and educational studies, 3(3), 23–30. https://doi.org/10.17220/ijpes.2016.03.003 poerwandari, e. k. (2005). pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia (edisi.ketiga). depok: lpsp3 fakultas psikologi universitas indonesia. mulyana, deddy (2001). metode penelitian kualitatif, remaja rosdakarya santrock, j w. (2012). life span development : thirteenth edition. university of texas : dallas : mc graw-hill. saragih, r. (2016). ternyata 87% mahasiswa di indonesia salah memilih jurusan. retrived from https://tanyakarir.com/2016/06/28/ternyata-87-mahasiswa-di-indonesiasalahmemilih-jurusan/ vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.205 1240 prabowo, wisnu, et,all (2019). jurnal psikologi pendidikan & konseling: jurnal kajian psikologi pendidikan dan bimbingan konseling volume 5 nomor 1 juni 2019. hal 42-48 p-issn: 2443-2202 e-issn: 2477-2518 homepage: http://ojs.unm.ac.id/index.php/jppk doi: https://doi.org/10.26858/jppk.v5i1.7460 soesandirejo. (2017). dikotomi timur dan barat; orang tua, anak, dan keluarga. retrived from http://www.wacana.co/2017/01/dikotomi-timur-dan-barat-orang-tua-anak-dankeluarga/ direktorat pembinaan pendidikan keluarga kemendikbud, http://repositori.kemdikbud.go.id/512/1/ortekpenerimabantuan2016 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 849 received : 25-04-2021 revised : 17-05-2021 published : 30-06-2021 kesantunan berbahasa siswa smp melalui media sosial whatsapp: kajian pragmatik dwi yono smp negeri 3 babat lamongan, indonesia mbimakesit01@gmail.com abstrak dewasa ini, ada fenonema penyimpangan terhadap kesantunan berbahasa di kalangan kaum milenial. penyimpangan tersebut sering terjadi saat mereka melakukan tindak tutur baik dengan teman sebaya maupun dengan orang yang lebih tua. tidak sedikit kaum milenial saat ini kurang mempunyai unggah-ungguh atau tatakrama terhadap lawan tutur. pelanggaran terhadap prinsip kesantunan berbahasa tersebut tidak menutup kemungkinan juga terjadi kepada para siswa smp negeri 3 babat dalam kesehariannya. penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesantunan berbahasa para siswa smp negeri 3 babat baik dengan teman sebaya maupun dengan orang yang lebih tua. penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. sedangkan data penelitian berupa transkrip chatting/percakapan melalui whatsapp. teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dengan teknik sadap sebagai teknik dasar dan teknik catat sebagai teknik lanjutan dari teknik simak bebas libat cakap. hasil penelitian keseluruhan data yang diperoleh, bila ditinjau dari maksim kedermawanan maupun nosi muka, menggambarkan bahwa 80 % siswa smp negeri 3 babat berkesantunan positif dan 20% berkesantunan negatif baik terhadap teman sebaya maupun dengan orang yang lebih tua. kata kunci: kesantunan berbahasa; maksim kedermawanan; nosi muka abtract now days, there is a phenomena of deviation toward a politeness in language on millennial generation. the deviation is often happened when they make a conversation either with peer or the older. not little, the millennial generations have have just little manner or politeness toward the listeners. the deviations toward politeness in language can also be happened to students of smp negeri 3 babat, lamongan east java, in their daily activity. this research is aimed to describe politeness in language on students of smp negeri 3 babat either with peer or the older. this research use qualitative descriptive method. while research data are some transcripts of chatting through social media of whatsapp. technique of data collecting which is used for providing data is, observing method which uses tapping technique as basic technique and writing technique as next technique from speaking free observing method. result of this research is, 80% students have positive politeness in language and 20% have positive politeness in language either toward peer or toward the older. key words: politeness in language; philanthropy maxim; positive face and negative face https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 mailto:mbimakesit01@gmail.com vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 850 pendahuluan dewasa ini anak-anak zaman now atau millennial sudah berada pada era revolusi industri 4.0. seiring dengan berkembangnya budaya, mereka lebih senang berkutat dan berkomunikasi dengan facebook, whatsapp, instagram, game on line dalam dunia maya ketimbang berkomunikasi dengan dunia nyata di lingkungan sekitarnya. mereka bisa berkomunikasi secara bebas dan enjoy tanpa memperhatikan siapa lawan tuturnya. salah satu dampak komunikasi melalui media sosial digital tersebut pada era revolusi industri 4.0 adalah, kaum muda kurang memperhatikan ketaatan terhadap kesantunan berbahasa (unggah-ungguh, etika, dan tata krama) dalam melakukan tindak tutur terhadap lawan tutur. kekurangtaatan terhadap kesantunan berbahasa tersebut terdapat pada, ada atau tidaknya pelanggaran-pelanggaran terhadap kesantunan berbahasa. pelanggaranpelanggaran kesantunan berbahasa tersebut tecermin pada saat penggunaan tuturan dalam sebuah tindak tutur antara petutur dan lawan tutur dalam melakukan komunikasi dari sebuah kegiatan. hasil tindak tutur tersebut dapat dianalisa apakah tuturan tersebut merugikan atau menguntungkan lawan tutur atau petutur. hal itu disebabkan karena bentuk pelanggaran tersebut bisa diamati pada ada atau tidak adanya tuturan muka positif atau penggunaan tuturan muka negatif. bila saat melakukan tuturan tersebut terdapat pelanggaran atau kekurangtaan terhadap kesantunan berbahasa, maka hal tersebut dapat menimbulkan ketidakharmonisan antara penutur dan lawan tutur dalam melakukan tindak tutur. hal itu disebabkan karena ada pihak-pihak yang merasa tidak nyaman, tidak enak hati, atau merasa terganggu dalam tuturan tersebut. ketidaksantunan berbahasa tersebut sebenarnya bisa diminimalkan untuk menghindari ketidakharmonisan dalam tindak tutur. permasalahan yang terjadi dewasa ini adalah terdapatnya ketidakfahaman (ketidaktaatan atau pelanggaran pelanggaran) terhadap kesantunan berbahasa. kaum milenial kurang memperhatikan dampak yang timbul akibat dari tuturan yang tidak sesuai dengan kesopansantunan. mereka kurang memahami kapan saatnya menggunakan kesantunan positif atau kesantunan negatif. apakah sebuah tuturan mengandung kesantunan positif atau kesantunan negatif ? ketidakfahaman tersebut sangat nampak dari sebuah realita kehidupan di masyarakat luas. bahwa ada kecenderungan anak-anak dewasa ini kurang mengerti unggah-ungguh, tata karma, sopan santun dalam sebuah tindak tutur baik terhadap teman sebaya maupun orang yang lebih tua. akibatnya, mereka terkadang menggunakan kesantunan negatif terhadap lawan tuturnya yang seharusnya tidak perlu dilakukan dalam tindak tutur, misalnya tuturan terhadap orang yang layak dan pantas dihormati umpamanya ayah dan ibu, kakek dan nenek, atau bapak/ibu guru atau lainnya. dari beberapa permasalahan tentang kesantunan berbahasa yang terjadi di masyarakat tersebut , penulis ingin mengetahui lebih dalam tingkat kesantunan berbahasa kaum milenial dewasa ini. berikut ini merupakan tulisan-tulisan serupa terdahulu yang telah menginspirasi munculnya penulisan ilmiah kesantunan berbahasa tersebut. beberapa tulisan ilmiah terdahulu tersebut adalah sebagai berikut: 1) luthfiatin, ida (2007) dengan penelitian yang berjudul “kesantunan imperatif dalam interaksi antarsantri putri pondok pesantren sunan drajat banjaranyar paciran lamongan jawa timur”. tujuan penulisan tersebut adalah, untuk mengetahui gambaran kesantunan imperatif antar santri putri pondok pesantren sunan drajat; 2) henni isnaini hartini, hasnah faizah ar, charlina (https://media.neliti.com, 30 juni 2019, 23:18) melakukan penelitian dengan judul “kesantunan berbahasa dalam komentar caption instagram”. tulisan tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan komentar caption dalam instagram yang sesuai dengan prinsip kesaantunan berbahasa. penggunaan prinsip prinsip kesantunan yang tidak tepat akan menimbulkan ketidakharmonisan dalam sebuah tindak tutur antara penutur dan petutur/lawan tutur. sebab, ketidakharmonisan tersebut bisa menimbulkan ancaman tersendiri bagi lawan tutur. ancaman tersebut menimbulkan respon bermacam-macam dari petutur. petutur bisa melakukan tindak tutur secara apa adanya dalam merespon tuturan tersebut. mereka yang memahami kesantunan berbahasa akan https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 https://media.neliti.com/ vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 851 merespon dengan menggunakan tindak tutur yang mengekspresikan kesantunan positif. atau sebaliknya, mereka akan meresponnya dengan memberikan tuturan kesantunan negatif. bahkan, tidak menutup kemungkinan, karena adanya ancaman besar, petutur memberikan respon melakukan tindak tutur secara off records atau tidak melakukan respon apapun dengan tidak melakukan tindak tutur atau diam saja karena merasa terancam. dari uraian tentang fenomena ketidaksantunan di kalangan kaum milenial dewasa ini termasuk di antaranya siswa smp negeri 3 babat lamongan jawa timur, ada tiga permasalahan yang bisa dirumuskan dalam penelitian ini. rumusan masalah tersebut meliputi: 1) bagaimanakah kesantunan berbahasa anak-anak smpn 3 babat dengan menggunakan maksim kedermawanan dalam tuturan melaui whatsapp antara siswa terhadap teman sebaya?; 2) bagaimanakah kesantunan anak anak smpn 3 babat dengan menggunakan maksim kedermawanan dalam tuturan melalui whatsapp antara siswa terhadap orang yang lebih tua?; 3) bagaimanakah kesantunan berbahasa siswa smp negeri 3 babat dengan teman sebaya maupun dengan orang yang lebih tua melalui whatsapp ditinjau dari strategi kesantunan berbahasa pada nosi muka positif dan muka negatif? secara umum penelitian ini mempunyai tujuan untuk memperoleh gambaran realita kesantunan berbahasa dalam komunikasi melalui whatsapp baik antarsiswa sebaya maupun antara smp negeri 3 babat dengan orang yang lebih tua baik di sekolah maupun di luar sekolah. sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan kesantunan berbahasa melalui whatsapp dalam komunikasi antarsiswa smp negeri 3 babat lamongan dengan menggunakan nosi muka positif dan muka negatif. metode penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif. hal itu disebabkan karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan ketaatan atau pelanggaran terhadap prinsipprinsip kesantunan berbahasa yakni, maksim kedermawanan dan nosi muka pada siswa smp. negeri 3 babat lamongan jawa timur . subyek penelitian yang digunakan sebagai sumber data adalah siswa kelas 9 smp negeri 3 babat lamongan jawa timur . sedangkan jumlah sampel penelitian sebanyak 20 siswa. data penelitian yang berhasil dikumpulkan sebanyak 20 transkrip chatting/percakapan terhadap teman sebaya, 20 transkrip percakapan terhadap orang yang lebih tua, dan 40 transkrip percakapan (ditinjau dari nosi muka) baik terhadap teman sebaya maupun terhadap orang yang lebih tua. pengumpulan data dilaksanakan dengan metode simak dengan teknik sadap (teknik dasar) dan teknik catat sebagai teknik lanjutan. adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses penyediaan data penelitian meliputi: 1) tahap pertama adalah, memberi tugas siswa untuk menemukan beberapa chatting yang telah dilaksanakan dengan teman sebaya, misalnya teman bermain, teman satu kelas, atau teman satu sekolah. selain itu, siswa juga mencari beberapa chatting yang telah dilaksanakan dengan orang yang usianya lebih tua dari dokumen-dokumen data yang tersimpan dalam memori hp androidnya; 2) tahap kedua, siswa mengumpulkan hasil chatting terhadap teman sebayanya dan orang yang usianya lebih tua tersebut dalam bentuk jpeg (gambar) hasil screenshoot dari berbagai dokumen dialog yang tersimpan dalam memori android. selanjutnya, beberapa data chatting atau dialog tersebut yang terkumpul tersebut ditulis ulang ke dalam bahasa indonesia baku dan bukan dalam bahasa sasaran (bahasa ibu); 3) tahap ketiga adalah, mereduksi data. proses pereduksian data tersebut dilaksanakan dengan cara memilih dan mencatat data-data yang dianggap penting dan mendukung penelitian. data-data yang dianggap tidak begitu esensial akan dieliminasi/disingkirkan; (4) penyajian data, yaitu mengklasifikasikan data sejenis. data sejenis tersebut berdasarkan lawan tutur dari sebuah tindak tutur, teman sebaya dan orang yang usianya lebih tua. selain itu, penyajian data juga berdasarkan jenis-jenis kesantunan berbahasa. apakah https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 852 tuturan yang digunakan tergolong kesantunan positif (nosi muka positif) misalnya menyenangkan lawan tutur atau termasuk katagori kesantunan berbahasa negatif (nosi muka negatif), umpama tidak menyenangkan/mengenakkan lawan tutur. ; (5) penarikan simpulan, yaitu membuat simpulan dari semua data yang sudah didapat pada awal sampai akhir penelitian. pembahasan kesantunan berbahasa memegang peranan penting dalam berkomunikasi. kesantunan berbahasa sangat menentukan baik buruknya hubungan antara penutur dan petutur (lawan tutur). bila kesantunan berbahasa terdapat dalam sebuah percakapan, maka terdapat pula hubungan komusikasi yang baik. artinya kedua belah pihak merasa nyaman dan senang. mereka sama-sama diuntungkan. sedangkan bila dalam sebuah percakapan tidak terdapat kesantunan berbahasa, maka hubungan antara penutur dan petutur akan terganggu atau buruk. hal itu disebabkan karena ada satu pihak yang diuntungkan dan ada pihak lain yang dirugikan. penelitian ini akan memaparkan hasil percakapan antara siswa smp negeri 3 babat dengan teman sebayanya dan dengan orang yang lebih tua. peneliti akan menggambarkan kesantunan berbahasa siswa smp negeri 3 babat melalui berbagai percakapan tersebut dengan menggunakan maksim kedermawanan dan nosi muka. bab ini mendeskripsikan data-data tentang hasil chatting/ percakapan dari sampel yang telah ditetapkan sebelumnya. data percakapan tersebut merupakan data penelitian yang akan digunakan sebagai bahan analisis data penelitian dan pembahasannya. analisis dan pembahasan data penelitian akan terfokus pada ada atau tidak adanya kesantunan berbahasa ditinjau dari maksim kedermawanan baik terhadap teman sebaya maupun terhadap orang yang lebih tua. jumlah data yang telah dikumpulkan sebanyak 40 (empat puluh) data penelitian. keempat puluh data tersebut meliputi 20 (dua puluh) data penelitian berupa chatting terhadap teman sebaya dan 20 (dua puluh) data penelitian lainnya terhadap orang yang lebih tua. hasil analisis data penelitian dari 20 (dua puluh) data yang berupa transkrip kesantunan berbahasa terhadap teman sebaya ditinjau dari maksim kedermawanan diperoleh hasil sebagai berikut: 1) sebanyak 17 data penelitian yakni data 1, data 2, data 4, data 5, data 7, data 8, data 9, data 10, data 11, data data 13, data 14, data 15, data 16, data 17, data 18, data 19, data 20 telah mematuhi prinsip-prinsip sopan santun. dan sebanyak 3 data penelitian yakni data 3, data 6, dan data 12 telah melanggar prinsip kesopansantunan karena menggambarkan kerugian lawan tutur. sedangkan hasil analisis data penelitian dari 20 (dua puluh) data yang berupa transkrip kesantunan berbahasa terhadap orang yang lebih tua ditinjau dari maksim kedermawanan diperoleh hasil sebagai berikut: 1) sebanyak 17 data penelitian yakni data 21, data 23, data 24, data 25, data 27, data 28, data 29, data 31, data 31, data 33, data 34, data 35, data 36, data 37, data 38, data 39, data 40 telah mematuhi prinsip-prinsip sopan santun. dan sebanyak 4 data penelitian yakni data 22, data 26, data 30, dan data 32 telah melanggar prinsip kesopansantunan karena menimbulkan kerugian lawan tutur. selain hal di atas, penelitian ini juga menganalisis 40 (empat puluh) data penelitian dari tinjauan nosi muka (muka positif dan muka negatif) terhadap kesantunan berbahasa siswa smp negeri 3 babat melalui media sosial whatsapp kepada teman sebaya maupun terhadap orang yang lebih tua. hasil analisis dari 20 (dua puluh) data penelitian kesantunan berbahasa terhadap teman sebaya ditinjau dari nosi muka, peroleh hasil sebagai berikut: 1) sebanyak 17 data penelitian yakni data 1, data 2, data 4, data 5, data 6, data 7, data 9, data 10, data 11, data https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 853 13, data 14, data 15, data 16, data 17, data 18, data 19, dan data 20 telah melakukan kesantunan positif atau menggambarkan muka positif. sebanyak 3 data penelitian yakni data 3, data 8, dan data 12 telah melakukan kesantunan negatif karena menggambarkan ancaman terhadap muka. sementara hasil analisis terhadap data penelitian kepada orang yang lebih tua, diperoleh hasil sebagai berikut: sebanyak 16 data penelitian yakni data 21, data 23, data 24, data 25, data 27, data 28, data 29, data 31, data 33, data 34, data 35, data 36, data 37, data 38, data 39, dan data 40 menggambar muka positif kepada orang yang lebih tua karena menggambarkan rasa hornat, menghargai, memberi pilihan, tidak direktif, dan tidak mengancam muka lawan tutur. sebanak 4 data penelitian yaitu data 22, data 26, data 30, dan data 32 menggambarkan kesantunan negatif (muka negatif) kepada orang yang lebih tua karena menggambarkan tuturan direktif, tidak menaruh rasa hormat, tidak menghargai, tidak memberi pilihan, dan mengancam muka lawan tutur. tabel 1. rekapitulasi data kesantunan berbahasa siswa smp negeri 3 babat terhadap nosi muka kepada teman sebaya no informan data kesantunan positif negatif 1 arengga data 1 √ 2 diana data 2 √ 3 citra data 3 √ 4 dinar data 4 √ 5 raka data 5 √ 6 inka data 6 √ 7 alvian data 7 √ 8 siska data 8 √ 9 selsi data 9 √ 10 eggy data 10 √ 11 putri data 11 √ 12 della data 12 √ 13 bagus data 13 √ 14 nindi data 14 √ 15 nindi data 15 √ 16 aulia data 16 √ 17 nadia data 17 √ 18 isnaini data 18 √ 19 widiyanadana data 19 √ 20 suci data 20 √ jumlah 17 3 tabel 2. rekapitulasi data kesantunan berbahasa siswa smp negeri 3 babat terhadap nosi muka kepada orang yang lebih tua no informan data kesantunan positif negatif 1 arengga data 21 √ 2 diana data 22 √ 3 citra data 23 √ 4 dinar data 24 √ 5 raka data 25 √ 6 inka data 26 √ 7 alvian data 27 √ https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 854 8 siska data 28 √ 9 selsi data 29 √ 10 eggy data 30 √ 11 putri data 31 √ 12 della data 32 √ 13 bagus data 33 √ 14 nindi data 34 √ 15 nindi data 35 √ 16 aulia data 36 √ 17 nadia data 37 √ 18 isnaini data 38 √ 19 widiyanadana data 39 √ 20 suci data 40 √ jumlah 16 4 simpulan ada 40 (empat puluh) transkrip data hasil penelitian kesantunan berbahasa. dari keempat puluh data yang telah berhasil dikumpulkan, 20 (dua puluh) data merupakan transkrip percakapan melalui media sosial whatsapp antara siswa dengan teman sebayanya. sedangkan dua puluh data lainnya merupakan transkrip percakapan melalui media sosial whatsapp antara siswa smp negeri 3 babat dengan orang yang lebih tua. berdasarkan hasil analisis data yang telah dibahas di bab iv, dapat disimpulkan beberapa simpulan sebagai berikut ini: 1. hasil pembahasan dan kajian tentang kesantunan berbahasa, ditinjau dari prinsip sopan santun maksim kedermawanan, diperoleh data sebagai berikut: jumlah siswa smp negeri 3 babat yang telah melakukan ketaatan terhadap kesantunan berbahasa dengan teman sebaya melalui media sosial whatsapp sebanyak sebanyak 17 anak atau (85 %); 2) jumlah siswa smp negeri 3 babat yang telah melakukan pelanggaran atau tidak mematuhi prinsip-prinsip kesantunan berbahasa dengan teman sebaya sebanyak 3 anak (15 %), yakni data 3, data 6, dan data 12. 2. hasil pembahasan dan kajian tentang kesantunan berbahasa, berdasarkan prinsip sopan santun maksim kedermawanan, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) jumlah siswa smp negeri 3 babat yang telah melakukan kesantunan berbahasa terhadap orang yang lebih tua melalui media sosial whatsapp sebanyak sebanyak 16 atau (80 %); (2) jumlah siswa smp negeri 3 babat yang telah melakukan pelanggaran atau tidak mematuhi prinsip-prinsip kesantunan berbahasa terhadap orang yang lebih tua sebanyak 4 anak ( 20 %) karena cenderung direktif. 3. hasil penelitian kesantunan berbahasa ditinjau dari nosi muka (muka positif atau muka negatif) terhadap siswa smp negeri 3 babat kepada teman sebaya, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) siswa yang memenuhi prinsip sopan santun terhadap kesantunan positif sebanyak 17 atau (85%); (2) siswa yang melakukan pelanggaran terhadap prinsip sopan santun utamanya terhadap nosi muka atau kesantunan negatif sebanyak 3 atau (15%); (3) siswa yang melakukan kesantunan positif (muka positif) kepada orang yang lebih tua berjumlah 16 anak (80%); (4) siswa yang melakukan kesantunan negatif (muka negatif) kepada orang yang lebih tua berjumlah 4 anak (20%). https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 855 4. hasil penelitian keseluruhan data di atas, bila ditinjau dari maksim kedermawanan maupun nosi muka, menyimpulkan bahwa siswa smp negeri 3 babat telah memenuhi ketaatan terhadap prinsip-prinsip kesantunan berbahasa. artinya, tuturan siswa smp negeri 3 babat lebih menggambarkan berkesantunan positif daripada berkesantunan negatif baik percakapan terhadap teman sebaya maupun dengan orang yang lebih tua. saran berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, dapat disajikan beberapa saran bagi guru bahasa indonesia: (a) hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan untuk mengkaji kesantunan berbahasa melalui media sosial. (b) penggunaan media sosial whatsapp dapat digunakan guru sebagai salah satu sarana alternatif dalam pembelajaran materi ajar bahasa indonesia. (c) kesantunan berbahasa dapat dijadikan guru sebagai bahan yang perlu diajarkan dalam pembelajaran kebahasaan. (d) guru bahasa indonesia sebaiknya membimbing para siswanya agar senantiasa menggunakan tuturan kesantunan positif dan menghindari tuturan-tuturan yang mengandung kesantunan negatif dalam sebuah tindak tuturan sesuai konteks dan kaidah-kaidah bahasa yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. bagi peserta didik: (a) dalam melakukan chatting/percakapan melalui media sosial whatsapp, para siswa hendaknya lebih berhati-hati utamanya hal-hal yang terkait dengan kesantunan berbahasa. sehingga para siswa bisa terhindar dari penggunaaan kesantunan negatif yang bisa merugikan orang lain baik terhadap teman sebaya maupun terhadap orang yang lebih tua. (b) nilai-nilai tuturan kesantunan berbahasa yang terdapat dalam chatting/percakapan dapat dijadikan renungan dan refleksi kehidupan. sehingga tuturantuturan kesantunan positif diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan lebih lanjut bagi peneliti lain untuk menganalisis kesantunan berbahasa melalui media sosial utamanya whatsapp. daftar rujukan arikunto, suharsini. 1993. prosedur penelitian satu pendekatan praktek. jakarta: rineka cipta. chaer, abdul. 2010. kesantunan berbahasa. jakarta: rineka cipta. charlina, henni isnaini hartini, hasnah faizah ar. 2017. kesantunan berbahasa dalam komentar caption instagram. (https://media.neliti.com, 30 juni 2019, 23:18) juniardi, yudi. 2018. analisis kesantunan berbahasa dan variasi bahasa dalam berkomunikasi via twitter. (https://www.researchgate.net/publication/32359634863, 30 juni 2019, 23:32). luthfiatin, ida. 2007. kesantunan imperatif dalam interaksi antarsantri putri pondok pesantren sunan drajat banjar anyar paciran lamongan jawa timur. (https://repositori.ac.id atau official url:https: //lib.unair .ac.id 30 juni 2019, 22:50 pm). mahsun, m. s. 2017. metode penelitian bahasa: tahapan, strategi, metode, dan tekniknya. depok: rajagrafindo persada. rustono. 1999. pokok-pokok pragmatik. semarang: cv. ikip semarang press. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 https://media.neliti.com/ https://www/ https://repositori.ac.id/ vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 856 silalahi, puspa rinda. 2012. kesantunan berbahasa siswa-siswi di lingkungan sekolah smp negeri 5 binjai. (https://jurnal.unimed.ac.id, 30 juni 2019, 23:43 pm). sugiyono, 2016. metode penelitian kuantitatif, kualitati, dan r&d. bandung: alfabeta. tarigan, henry guntur. 2015. pengajaran pragmatik. bandung: angkasa. undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. (https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wpcontent/uploads/2016/08/uu_no_20_th_20 03.pdf, 29 mei, 08:34) yule, george. 2014. pragmatik. yogyakarta: pustaka pelajar. (yule, george. 1996. pragmatics. oxford: oxford university press). https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 https://jurnal.unimed.ac.id/ https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wpcontent/uploads/2016/08/uu_no_20_th_2003.pdf https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wpcontent/uploads/2016/08/uu_no_20_th_2003.pdf vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 769 received : 17-04-2021 revised : 28-05-2021 published : 15-06-2021 pembelajaran sejarah menyenangkan melalui hasil kreativitas vlog history aries eka prasetya sma negeri 22 surabaya, indonesia aku22bingung@gmail.com abstrak kompetensi pembelajaran abad 21 menjadi misi pengajaran sejarah di sekolah. untuk mencapai kompetensi pembelajaran tersebut yang dikenal dengan 4c (communication, collaboration, critical thinking and problem solving, creativity and inovation) seorang guru sejarah harus jeli terhadap karakteristik peserta didik yang dihadapinya. bila berpijak pada teori generasi yang dikemukakan oleh karl mannheim, maka peserta didik yang sedang dihadapi oleh guru-guru mata pelajaran sejarah indonesia dan guru mata pelajaran sejarah (peminatan) adalah mereka yang berada di zona generasi z (igeneration). generasi ini lahir ketika dunia sudah dikepung oleh teknologi digital. dinyatakan bila generasi ini sangat akrab dengan teknologi digital. karakter peserta didik ini sebaiknya diberi ruang oleh seorang guru sejarah dengan membawa kreativitas digital ke ruang kelas. salah satu media belajar yang memberi ruang kreativitas digital adalah vlog. peserta didik secara berkelompok diberi tugas untuk membuat vlog tentang materi pembelajaran yang sedang dipelajari. mereka dibebaskan untuk berkreasi menampilkan materi dengan gaya dan kreativitas sendiri. guru mendamping kegiatan mereka mulai dari merumuskan isi vlog yang akan ditampilkan, pembagian kerja dan cara menyelesaikan tugas. ternyata ketika cara belajar ini dicoba diterapkan, peserta didik menunjukkan minat belajar yang sangat baik. kata kunci : 4c; generasi z; kreativitas digital; minat belajar https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 mailto:aku22bingung@gmail.com vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 770 pendahuluan inovasi pembelajaran harus diciptakan oleh seorang tenaga pendidik indonesia. seorang tenaga pendidik, yaitu guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (undang-undang no. 14 tahun 2005, bab i, pasal 1 ayat 1). prinsif profesionalitas yang dimaksud, salah satunya adalah guru tersebut memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia (uu no. 14 tahun 2005, bab iii, pasal 7 ayat 1b). prinsif-prinsif profesionalitas mengarahkan pada empat kompetensi guru yang wajib dipenuhi, yakni; 1) kompetensi pedagogik, 2) kompetensi kepribadian, 3) kompetensi sosial, dan 4) kompetensi profesional (uu no. 14 tahun 2005, pasal 10, ayat 1). seandainya setiap guru memahami isi undang-undang guru dan dosen yang menjadi salah satu acuan pelaksaan pendidikan, maka bisa diprediksi bila kualitas tenaga pendidik di indonesia akan sangat menggembirakan. tentunya tidak akan ada masalah yang mengarah pada penilaian tentang rendahnya kemampuan pedagogik dan profesional guru di lapangan. guru, khususnya guru mata pelajaran sejarah indonesia dan guru sejarah peminatan, dituntut untuk membuat inovasi-inovasi pembelajaran, serta membuat kreativitas baru yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. peserta didik tentunya akan mendapat beragam pengalaman belajar dari inovasi dan kreativitas guru ketika menerapkan metode, model dan media pembelajaran yang akan berpengaruh pada minat belajar peserta didik. gaya belajar peserta didik saat ini sangat berbeda dengan gaya belajar peserta didik di masa lalu. era digitalisasi yang melanda seluruh sendi kehidupan manusia, berpengaruh besar terhadap karakteristik manusia indonesia, baik secara incividu maupun kolektif. kondisi inilah yang sebaiknya menjadi pijakan pertama bagi seorang guru mata pelajaran sejarah indonesia dan sejarah peminatan untuk melakukan inovasi dan kreativitas pembelajaran. peserta didik yang dihadapi oleh seorang guru mata pelajaran sejarah indonesia dan sejarah peminatan adalah generasi muda indonesia yang terkategorikan pada zona generasi z (igeneration), mereka adalah generasi muda indonesia penguasa dan pengguna media digital. menurut data statistik dari hasil penelitian yang dilakukan oleh kominfo dengan sampel penelitian adalah anak dan remaja usia 10-19 tahun sebanyak 400 responden, 79,5% dari responden tersebut adalah pengguna media sosial yang aktif (https://www.kominfo.go.id, diunduh tanggal 26 november 2020, pukul 05.55 wib). terdapat tiga motivasi utama yang dikemukakan oleh responden, yakni ; 1) untuk mencari informasi, 2) untuk terhubung dengan teman (teman lama atau teman baru), dan 3) untuk hiburan. pola interaksi sosial mengalami perubahan. saat ini cenderung lebih ramai interaksi sosial di dunia maya daripada di dunia nyata. kontak dan komunikasi yang menjadi syarat bisa berlangsungnya aktivitas interaksi sosial, mengalami perubahan bentuk. keterampilan komunikasi digital menunjukkan kualitas yang lebih baik dibanding dengan proses interaksi sosial yang dilakukan secara langsung. proses pembelajaran di sekolah-sekolah sebagain besar cenderung berlangsung dengan pola-pola belajar di masa lalu. masih banyak guru yang memposisikan dirinya sebagai pusat belajar. metode ceramah masih mendominasi kegiatan pembelajaran di dalam kelas. guru sejarah pun tidak sedikit yang menggunakan metode ini. pada akhirnya peserta didik yang duduk di bangku pendidikan menengah atas mengalami masalah ketika harus menyelesaikan pertanyaan yang menuntut keterampilan peserta didik dalam berpikir kritis. keterampilam berpikir kritis (critical thinking skill) sangat penting dimiliki oleh peserta didik, dikarenakan https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 https://www.kominfo.go.id/ vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 771 kemampuan tersebut merupakan salah satu keterampilan yang diharapkan untuk dikuasai oleh seorang peserta didik abad 21. tanpa perubahan gaya mengajar, maka pendidikan nasional yang berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (undang-undang no. 20 tahun 2003 pasal 3) masih merupakan sebuah keniscayaan. simpulannya, kompetensi pedagogik dan profesionalitas seorang guru khususnya guru mata pelajaran sejarah indonesia dan guru mata pelajaran sejarah peminatan merupakan ujung tombak untuk mewujudkan keberhasilan belajar peserta didik. tinjauan pustaka memahami kurikulum 2013 kurikulum 2013 lahir dari tuntutan dan tantangan eksternal yang berasal dari revolusi industri 4.0 yang terjadi pada abad 21. revolusi industri mengakibatkan disrupsi dan vuca (volatility, uncertainly, complexity, ambiguity). untuk menghadapinya maka pemerintah indonesia melalui kementrian pendidikan, pada tahun 2013 mengeluarkan kurikulum 2013. alasan internalnya adalah fenomena bonus demografi yang ditandai dengan melimpahnya populasi usia produktif. saat ini jumlah penduduk indonesia usia produktif (usia 15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 20202035, pada saat angkanya mencapai 70% (materi umum dan materi khusus pelatihan kurikulum 2013 : 4). jadi tantangan besar yang dihadapi oleh pelaku dunia pendidikan indonesia adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan. untuk menghadapi sebuah kondisi yang berubah cepat serta penuh ketidak pastian maka diperlukan strategi yang bisa digunakan untuk menghadapinya, diantaranya adalah ppk (penguatan pendidikan karakter), gls (gerakan literasi sekolah), dan hots (higher order thinking skill) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi (ir. drs. djohan yoga , m.sc., mot., ph.d., seminar nasional upi, tanggal 18 oktober 2019). ketiganya diproyeksikan untuk menghadapi tantangan di masa kini yakni tahun 2021 dan masa yang akan datang (khususnya tahun 2045 ketika indonesia mencapai kemerdekaannya yang ke-100 tahun “indonesia emas”, yang pastinya tidak ada seorang pun yang bisa memprediksi dengan baik tentang bentuk permasalahan yang akan dihadapi oleh generasi muda indonesia di masa yang akan datang. ketiganya, baik ppk, gls dan hots harus di semai dan ditumbuhkembangkan oleh guru dan pengelola manajemen sekolah mulai di tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan atas. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 772 gambar 1. tantangan menuju tahun 2045 program penguatan pendidikan karakter, memang sangat penting untuk ditumbuh kembangkan dalam dunia pendidikan. pergeseran fungsi lembaga pendidikan (sekolah) saat ini sedang terjadi. peserta didik cenderung memunculkan budaya dari luar yang belum tentu sesuai dan tepat untuk dipraktekkan di lingkungan sekolah. program penguatan pendidikan karakter dilakukan melekat dalam proses pembelajaran di kelas atau dilakukan melalui kegiatan pembiasaan seperti melakukan ibadah bersama, atau kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan sekolah. perpres no. 87 tahun 2017 bab i pasal 1 ayat 1, memberi rambu-rambu dalam pelaksanaan pendidikan karakter, “penguatan pendidikan karakter yang selanjutnya disingkat ppk adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi hati , olah rasa, olah pikir, dan olahraga dengan pelibatan dan kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari gerakan nasional. berdasarkan perpres tersebut minimal ada 5 nilai utama karakter prioritas ppk, yakni; 1) religius, 2) integritas, 3) nasionalis, 4) mandiri, dan 5) gotong royong. gerakan literasi sekolah, merupakan program penting untuk membantu kemampuan peserta didik agar memiliki kemampuan abad 21 yang dikenal dengan 4c yakni ; 1) communication (kemampuan komunikasi), 2) collaboration (kemampuan beraktifitas bersama), 3) critical thinking and problem solving (kemampuan berpikir kritis dan kemampuan menyelesaikan masalah), dan 4) creative and innovation (kreatif dan inovatif). hanya saja, pada saat ini hasil penelitian yang dilakukan oleh world’s most literate national ranked yang dilakukan oleh central connecticut state university yang dilakukan pada bulan maret 2016, menyatakan bila minat baca yang ditunjukkan oleh bangsa indonesia berada pada peringkat 60 dari 61 negara yang di nilai. peringkat ke-60 tersebut berada di atas bostwana dan di bawah thailand. menurut data unesco minat baca masyarakat indonesia hanya 0,001%, artinya dari 1000 orang indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. namun dengan realita data yang menyimpulkan bila minat membaca bangsa indonesia rendah, lembaga riset digital marketing memperkirakan pada tahun 2018 jumlah pengguna gawai pintar di indonesia lebih dari 100 juta orang dan memposisikan indonesia pada urutan keempat dunia setelah cina, india dan amerika. (https://www.kominfo.go.id, diunduh tanggal 25 november 2020 pukul 17.35wib). https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 https://www.kominfo.go.id/ vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 773 minat baca yang rendah tidak berbanding lurus dengan pola perilaku manusia indonesia. hasil penelitian we are social yang dilakukan tahun 2017, mengungkapkan bila orang indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam per hari, dari jumlah pemilik gadget dalam posisi ke lima di dunia. pada akhirnya, orang indonesia menjadi sasaran empuk untuk info provokasi, hoaks dan fitnah, karena memiliki perilaku yang malas membaca buku namun paling aktif di media sosial, dan suka menatap layar gadget hingga berjam-jam. tidaklah heran, bila pola perilaku tersebut berpengaruh terhadap kemampuan peserta didik ketika mengikuti proses pembelajaran di kelas khususnya mata pelajaran sejarah indonesia dan sejarah peminatan. kecenderungan mereka tidak menguasai fakta, sulit mengemukakan isi pikirannya, kemampuan menyelesaikan masalah yang rendah, dan ragu dalam membuat kreativitas ketika menerima tugas individu maupun kelompok. peserta didik di jenjang pendidikan sekolah menengah atas, diarahkan untuk memiliki kemampuan berpikir pada level perkembangan berpikir c3-c6 atau dikategorikan ke dalam dimensi pengetahuan prosedural dan metakognitif. . tabel 1 : dimensi kognitif dan dimensi pengetahuan no perkembangan berfikir taksonomi bloom bentuk pengetahuan jenjang pendidikan keterangan 1 mengingat (c1) pengetahuan faktual sd smp/ mts lower order thinking skills (lot’s) 2 menginterpretasi prinsip (memahami/c2) pengetahuan konseptual 3 menerapkan ( c3) pengetahuan prosedural sma/ ma 4 menganalisis (c4) mengevaluasi (c5) mengkreasi (c6) pengetahuan metakognitif higher order thinking skill’s (hot’s) sumber : diramu dari materi pelatihan kurikulum 2013 : 2016 didasarkan pada rancangan kurikulum 2013, maka pembelajaran hots (higher order thinking skill) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dimaksud tetap harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan berpikir dan psikologi peserta didik yang dihadapi. menurut jean piaget perkembangan kognitif terdiri atas empat tahap, yaitu: 1) tahap sensori motoris (usia 0-2 tahun) pada tahap ini anak berada pada masa pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan sensori-motoris yang sangat jelas; 2) tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun) perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif, semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tetapi oleh perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya; 3) tahap operasional konkrit (usia 7-11 tahun) pada tahap ini anak masih berpikir konkrit menyebabkan mereka belum mampu menangkap yang abstrak; 4) tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas) pada masa ini anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupakan hasil dari berpikir logis. aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya. anak mulai mampu mengembangkan pikirannya serta mampu mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi, arti simbolik dan kiasan (mohammad asrori, 2007). https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 774 untuk mengimplementasikan hots, seorang guru, khususnya guru sejarah yang mengampu mata pelajaran sejarah indonesia dan sejarah peminatan, bisa melakukannya ketika proses pembelajaran berlangsung dan penilaian hasil belajar. ketika melakukan proses belajar, strategi belajar saintifik menjadi ciri dari kurikulum 2013. strategi saintifik ini memuat 5 langkah kegiatan yang dikenal dengan 5 m, yaitu 1) mengamati (observing); 2) menanya (questioning); 3) menalar (associating); 4) mencoba (experimenting); dan 5) membangun jejaring (networking). sumber : materi pelatihan kurikulum 2013 : 2016 gambar 2. langkah-langkah pendekatan saintifik berdasarkan rancangan teknis kurikulum 2013 tersebut, maka metode, model dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru sejarah, harus mengarah pada strategi pembelajaran saintifik. tentunya bila kita analisa, pendekatan saintifik ini mengarah pada keterampilan 4c yang menjadi ciri kompetensi abad 21 yang harus dikuasai oleh peserta didik. metode pembelajaran yang digunakan pun tentunya harus memiliki kemampuan untuk mengaktifkan peserta didik melakukan kegiatan bersama, membangun kemampuan komunikasi, mampu menyelesaikan masalah secara individu dan kolektif dalam waktu yang telah ditentukan dan kreatif dalam menyajikan materi pelajaran di hadapan peserta didik lainnya ketika proses menjejaring dilaksanakan. setelah kegiatan pembelajaran yang bersifat hots, maka dalam proses evaluasi pun bisa digunakan tingkat soal yang hots juga. jangan sampai peserta didik menerima soal dengan tingkat kesulitan yang berada pada ranah soal hots namun dalam proses belajar sehari-hari mereka tidak pernah dibimbing untuk melakukan kegiatan belajar hots. hingga saat ini, masih banyak guru tidak terkecuali guru mata pelajaran sejarah indonesia dan peminatan, yang memahami kurikulum 2013 hanya sekedar perubahan tuntutan administrasi belaka. padahal kelengkapan administrasi, dalam hal ini adalah rpp (rencana pelaksanaan pembelajaran) hanya lah sebagian kecil dari elemen kurikulum 2013. jauh lebih dari sekedar keterampilan menyusun administrasi pembelajaran, seorang guru khususnya yang mengajar mata pelajaran sejarah indonesia dan peminatan harus memahami esensi dari kurikulum 2013 sehingga mereka memiliki kemampuan untuk menciptakan generasi muda indonesia yang siap menghadapai perubahan dan pembuat perubahan. peserta didik generasi z dijenjang pendidikan menengah atas, subjek belajar adalah peserta didik yang terkelompokkan ke dalam zona generasi z atau igeneration. generasi ini berada pada rentang usia antara 8 sampai 23 tahun (lahir tahun 1995-2010). mereka menguasai kemampuan digital yang sangat baik. setiap hari selalu bersentuhan dengan dunia digital dan akrab dengan media observing ( mengamati) questioning ( menanya) associating (menalar) experimenting ( mencoba) networking (membentuk jejaring ) https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 775 sosial. secara statistik generasi z bisa menghabiskan waktu sekitar 7,5 jam perhari berinteraksi dengan gawai, 22 % remaja generasi z masuk ke akun media sosial lebih dari 10 kali setiap hari, sekitar 75% remaja generasi z memiliki gawai sendiri, 25% digunakan untuk media sosial, 54% untuk texting, dan 24% untuk instant message. penguasaan terhadap teknologi informasi ini berpengaruh terhadap kemampuan berpikir, berinteraksi dan berperilaku (hari wibawa, universitas negeri semarang, diunduh tanggal 14 oktober 2020, pukul 06.00 wib). oleh karenanya tidaklah heran, apabila kegandrungan mereka terhadap dunia digital membangun karakter yang berbeda dengan guru sejarah yang saat ini berada di area kelompok generasi baby boomer dan generasi x, namun sedikit bisa dihadapi oleh guru sejarah yang berada di area generasi y ( millenial). gambar 3. kelompok generasi generasi z memiliki keterampilan yang tinggi dalam menguasai it, daya ingat kuat, memiliki percaya tinggi yang tinggi, pandai bicara, lebih berani dalam mengemukakan pendapat, rasa ingin tahunya tinggi dan cepat dewasa. hanya saja kurang memiliki daya juang, sulit diatur, kurang mandiri, kurang mampu menerapkan sopan santun, kurang bertanggung jawab, kurang fokus, cepat bosan, manja, kurang memiliki kepekaan terhadap lingkungan, mudah tersinggung, kecanduan gadget, sulit mengatur waktu dan menentukan prioritas, banyak membuang waktu, anti sosial, mementingkan pencitraan diri di dunia sosial, lebih tertutup, malas, mudah bertengkar di media sosial, maunya serba instan. generasi z adalah generasi yang tidak mengenal masa saat telpon genggam belum diproduksi, saat mayoritas mainan sehari-hari masih tradisional generasi z adalah generasi muda yang tumbuh dan berkembang dengan sebuah ketergantungan yang besar pada teknologi digital (elizabeth t. santoso ,2015 : xxiii) dan (hellen chou p, 2012 : 35). keterampilan 4c dan kreativitas vlog kecenderungan gaya belajar generasi z bersifat aplikatif dan tidak menyukai cara belajar konvensional, disebabkan kemudahan yang diperoleh dalam mengakses informasi. karakter belajar generasi z yang dipengaruhi oleh keberadaan internet bisa dimanfaatkan oleh guru sejarah untuk mengembangkan metode pembelajaran yang berbasis teknologi. herry https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 776 mukhlis dalam artikelnya “fahami remaja generasi z” yang dimuat af magazine, menawarkan ide yang bisa dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan belajar generasi z, salah satunya dengan mengupload tugas ke dalam channel youtube. di sma negeri 22 surabaya, provinsi jawa timur, peserta didik kurang memiliki keterampilan abad 21. kemampuan komunikasi di dalam kelas dalam menyampaikan isi pikiran baik berupa pertanyaan, jawaban, ketidak setujuan, atau pendapat masih rendah. dalam satu kelas tidak lebih dari 5 orang dari 34 orang peserta didik yang memiliki kemauan dan kemampuan komunikasi. kecenderungannya mereka memilih diam dan penyimak. ketika ditelusuri, mayoritas dari mereka menunjukkan rasa ragu untuk berbicara dikarenakan takut salah dalam berbicara. maksudnya bukan salah dalam menyampaikan pendapat, namun salah dalam menggunakan bahasa pengantar yang digunakan dalam proses belajar, yaitu bahasa indonesia. kemampuan berbahasa nasional dikalahkan oleh kemampuan berbahasa daerah. hal inilah yang sering menjadi sebab mereka memilih pasif dalam proses belajar di kelas. metode penelitian dilaksanakan di sma negeri 22 surabaya selama bulan juli 2020-januari 2021 yaitu ketika memberikan tugas vlog history kepada siswa dalam pembelajaran sejarah. pengamatan dilakukan pada kelas-kelas yang diampu dan diberikan perlakukan menggunakan tugas vlog sebagai media pembelajarannya sekaligus tugas siswa. penelitian menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif analitis. data informasi yang diperlukan dengan menggunakan prinsip 5 w + 1 h. hasil generalisasi mengutamakan makna dari persepsi berbagai pendapat sebuah peristiwa. (asmani, 2011) kegiatan kolaboratif sering diterapkan. mereka dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok dengan jumlah anggota kelompok yang sama jumlahnya. biasanya dalam mata pelajaran sejarah indonesia, anggota kelompok berjumlah 6 orang dengan jumlah kelompok sebanyak 6 kelompok. jadi jumlah peserta didik dalam satu kelas berjumlah 36 orang. pada tanggal 25 juli 2020 pernah dilakukan kegiatan belajar dengan menggunakan metode belajar learning together di kelas x ipa 5. kelas di desain dengan membagi peserta didik ke dalam 6 kelompok, setiap kelompok berjumlah 6 orang, dan setiap kelompok diberi tugas untuk memecahkan masalah yang telah dibuat dalam lkpd, dengan waktu yang ditentukan selama 10 menit. setelah waktu yang ditentukan berakhir, hanya ada satu kelompok yang mampu menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, sedangkan 5 kelompok lainnya tidak mampu menyelesaikan tugas dengan waktu yang ditentukan. ketika ditelusuri maka ditemukan jawaban dari kelompok yang berhasil menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, sebagai berikut; 1) setiap anggota kelompok diberi tugas individu yang harus diselesaikan, 2) setiap anggota kelompok yang telah mendapat tugas, mengerjakan tugasnya di lembaran mandiri, 3) setelah selesai, hasil pekerjaannya disatukan dengan menyematkan kertas-kertas jawaban tersebut menjadi satu laporan utuh. sedangkan untuk kelima kelompok lainnya tidak melakukan yang demikian. mereka memahami tugas yang diberikan secara kepada kelompoknya harus dikerjakan oleh diri mereka secara individu. perbedaan antara satu kelompok yang berhasil mengerjakan tugas kelompok tepat waktu dengan 5 kelompok yang tidak berhasil mengerjakan tugas kelompok tepat waktu, terletak pada kemampuan mereka dalam membaca soal, petunjuk dan perintah soal, serta kemampuan memecahkan masalah, kreatif dalam menyelesaikan tugas, kemampuan bekerja sama, dan kemampuan komunikasi di dalam kelompok. kelompok yang berhasil menyelesaikan tugas https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 777 tepat waktu menunjukkan rasa puas dari kreativitas mereka dalam menyelesaikan tugas kelompok tersebut. hasil desain pembelajaran sejarah menggunakan vlog berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dari sampel satu kelas, bisa disimpulkan bila ketempilan 4c masih belum dimiliki oleh peserta didik di sma negeri 22 surabaya, provinsi jawa timur, khususnya peserta didik yang duduk di bangku kelas x (sepuluh), padahal mereka adalah peserta didik hasil produk kurikulum 2013. mereka mendapatkan pengalaman belajar tentang pembelajaran kolaboratif, dan saintifik ketika berada di jenjang pendidikan dasar (sd kelas 3 dan smp), namun ketika diuji coba dengan tugas sederhana, hanya satu kelompok yang mampu menunjukkan keterampilan 4c. selanjutnya metode pembelajaran kolaboratif lainnya pernah dilakukan dengan cara presentasi kelompok, ternyata keterampilan untuk berbicara di depan kelas menunjukkan masalah yang sama dengan kemampuan bekerja kolaboratif. mereka mengalami masalah komunikasi. hal ini dipengaruhi oleh penguasaan materi yang kurang karena menganggap bila presentasi bisa dilakukan dengan cara membaca dan materi tidak perlu dikuasai dengan baik. sehingga suasana diskusi yang merupakan kegiatan lanjutan dari presentasi tidak berjalan dengan baik. suasana kelas terasa hening karena kelompok yang mempresentasikan hasil kerja kelompoknya tidak menguasai materi, begitupun dengan peserta diskusi kelas. mereka memilih menjadi penyimak yang pasif. tentunya sangat jauh dari harapan terwujudkan keterampilan 4c yang menjadi pembelajaran abad 21. gambar 4. salah satu hasil vlog history buatan siswa kondisi kelas yang pasif, peserta didik yang ragu untuk berkreasi, kemampuan analisa yang rendah dan ketidak mampuana dalam memecahkan masalah. tidak hanya terjadi di satu kelas. di kelas-kelas lainnya pun terjadi situasi yang serupa. oleh karenanya, disimpulkan harus ada sebuah perubahan metode, model dan media belajar yang bisa megaktifkan daya kreativitas peserta didik dalam belajar, sehingga mereka menjadi subjek belajar yang aktif. mengingat https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 778 zona generasi, peserta didik saat ini berada pada zona generasi z (igeneration) sekelompok generasi muda yang sangat akrab dengan dunia digital. berdasarkan hal tersebut, muncul ide untuk membawa kreativitas dihital ke ruang kelas, salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran project based learning, metode pembelajaran learning together dan media pembelajaran adalah video blog (vlog). alasan digunakannya vlog sebagai media belajar, disebabkan karena jiwa zaman yang sedang dilakoni oleh peserta didik saat ini adalah penuh dengan teknologi digital. vlog adalah bentuk kreativitas digital yang menarik minat generasi muda tidak terkecuali dengan peserta didik di sma negeri 22 surabaya. modal pertama yang menjadi bahan kajian adalah gawai pintar (smartphone) dimiliki oleh mayoritas peserta didik di sma negeri 22 surabaya. pemanfaatan gawai pintar tersebut memang beragam, mayoritas akan digunakan untuk main game, lalu melakukan interaksi virtual melalui media sosial, menonton film melalui channel youtube, atau berjejaring di media sosial seperti instagram dan facebook. berdasarkan modal dasar yang dimiliki oleh peserta didik, maka diputuskan untuk memberi tugas proyek yang merupakan tugas kelompok yang harus diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan. langkah pertama adalah guru membagi peserta didik ke dalam enam kelompok dengan jumlah anggota kelompok yang sama. langkah kedua adalah melakukan diskusi kecil di dalam kelompok untuk membuat pembagian tugas dan isi materi yang akan disampaikan, langkah ketiga dengan dibimbing dan diawasi oleh guru mereka menuju tempat yang akan digunakan untuk membuat video, langkah keempat adalah mengedit rekaman yang telah dibuat hingga siap ditayangkan di youtube, dan langkah kelima video tersebut dinaikkan ke dalam channel youtube. langkah terakhir diapresiasi bersama hasil vlog yang telah di buat ke dalam kelas dan vlog yang telah dibuat dibagikan kepada peserta didik lainnya dan menjadi sumber belajar mata pelajaran sejarah. gambar 5. alur kerja pembuatan projek vlog membawa kreativitas vlog, ternyata berhasil menaikkan minat belajar sejarah di sma negeri 22 surabaya. keberanian berbicara pun dimunculkan oleh peserta didik secara keseluruhan. namun keterampilan berbicara ditunjukkan oleh peserta didik secara mayoritas. selain itu, empat keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik, melalui tugas projek vlog, semua indikator nyaris dipenuhi. kemampuan kolaborasi, ditunjukkan mulai dari awal merumuskan konsep vlog hingga kegiatan dilapangan. ketika di lapangan pun karakter peserta didik bisa dinilai. sikap menghargai pendapat orang lain, mampu bekerja kolektif, kerja keras, guru membagi peserta didik ke dalam enam kelompok melakukan diskusi kecil di dalam kelompok untuk membuat pembagian tugas dibimbing dan diawasi oleh guru mereka menuju tempat yang akan digunakan untuk membuat video mengedit rekaman di upload ke dalam channel youtube https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 779 mandiri, memiliki daya kreatifitas menjadi salah satu indikator penilaian sikap. kemampuan komunikasi pun ditunjukkan, ternyata ketika mengerjakan tugas vlog, hampir semua peserta didik berupaya untuk menyampaikan materi sejarah dengan kalimat sendiri. mereka berusaha membaca materi, dan berupaya mengingat dan menyampaikan dengan bahasa dan gaya bertutur yang baik. hal ini merupakan ebuah kenyataan yang menakjubkan karena mereka cenderung pasif ketika belajar sejarah di kelas. gambar 6. penugasan vlog history membuat siswa tampil percaya diri ketika harus presentasi tugasnya didepan kelas kemungkinan ruang belajar yang berbentuk kotak tersebut secara tidak langsung mempengaruhi kebebasan kreativitas sehingga mereka memilih menjadi penyimak yang pasif. sehingga benar, gaya belajar peserta didik yang sebenarnya baik karena sesuai dengan perkembangan psikologi si peserta didik. potensinya akan muncul ketika mereka diberi kepercayaan untuk melaksanakan aktifitas belajar dengan cara belajar yang mereka sukai. ternyata melalui tugas vlog ini, peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik. kemampuan komunikasi, kolaborasi, pemecahan masalah dan daya berpikir krtis, dan kreativitas serta inovasi, muncul dari proses awal, tengah dan akhir kegiatan pembelajaran. simpulan memberi pengalaman belajar yang mengarah pada kegiatan pembelajaran aktif, menjadi sebuah hal yang menggembirakan. biasanya materi pelajaran sejarah di sampaikan di ruang kelas. kegiatan yang dilakukannya tidak jauh dari diskusi dan presentasi. kreativitas belajar tidak terasah dengan baik, menurut anggapan peserta didik generasi z. namun tugas proyek dengan membuat vlog, ternyata membalikkan sebuah pernyataan bila mereka adalah peserta didik yang pasif, kurang memiliki kemampuan komunikasi yang baik, kurang memiliki rasa percaya diri, kemampuan kolaborasinya rendah, keterampilan memecahkan masalahnya pun bermasalah, menjadi sebuah penilaian yang positif. ternyata dengan diberi kepercayaan untuk mengerjakan tugas proyek yang sesuai dengan karakter zaman dan jiwa peserta didik yang dikaterikan ke dalam generasi z, maka hasil tugas bisa diselesaikan dengan tepat waktu dengan hasil yang sangat menakjubkan. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 780 simpulannya, setiap guru sejarah harus terus melakukan invasi dan kreativitas dalam melaksanakan kegiatan mengajarnya. memahami jiwa zaman sangatlah penting, dan mengaktifkan seluruh potensi peserta didik akan membangun keterampilan 4c yang merupakan modal dasar untuk hidup di abad 21. oleh karenanya membawa kreativitas ke ruang kelas dalam mata pelajaran sejarah adalah sebuah alternatif untuk terciptanya proses belajar kolaboratif yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan peserta didik. diharapkan kemampuan analisa ketika mereka berupaya menyelesaikan tugas bisa dibawa kedalam proses penguasaan materi sejarah. daftar rujukan undang-undang no. 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional . undang-undang no. 14 tahun 2005, tentang guru dan dosen. perpres no. 87 tahun 2017, tentang penguatan pendidikan karakter. asmani, jamal makmur. 2011. metodologi praktis penelitian pendidikan. jogjakarta: diva press darmadi. 2017) pengembangan model & metode pembelajaran dalam dinamika belajar siswa. yogyakarta : cv. budi utama. isjoni. 2013. pembelajaran kooperatif meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta didik. yogyakarta : pustaka pelajar. kamarga, hansiswany dan kusmarni, yani (ed). 2012. pendidikan sejarah untuka manusia dan kemanusiaan : refleksi perjalanan karir prof. dr.h. said hamid hasan, ma. jakarta : bee media indonesia. kementrian pendidikan dan kebudayaan. 2013. materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 sma/ma dan smk/mak sejarah indonesia. jakarta : psdmpkpmp. pratama, helen chou. 2012. cyber smart parenting : kiat sukses menghadapi dan mengasuh generasi digital. bandung : pt. visi anugerah indonesia. santoso, elizabeth t. 2015. raising children in digital era. jakarta : elex media komputindo. yani, ahmad dan rahmat, mamat. 2018. teori dan implementasi pembelajaran saintifik kurikulum 2013. bandung : refika. perdana, dedi ilham. 2013. kurikulum dan pendidikan di indonesia : proses mencari arah pendidikan yang ideal di indonesia atau hegemoni kepentingan penguasa semata. jurnal pemikiran sosiologi volume 2 no. 1, mei 2013. https://jurnal.ugm.ac.id/jps/article/view/23412/pdf. diunduh tanggal 2 oktober 2020, pukul 15.00 wib. purnomo, agus . et al. 2016. pengembangan pembelajaran blended learning pada generasi z. jurnal teori dan praksis pembelajaran ips. vol. 1. no. 1 april 2016. p-issn 2503-1201 & e issn 2503-2547. http://journal2.um.ac.id/index.php/jtppips/article/download/230/187. diunduh tanggal 14 oktober 2020, pukul 05.45 wib. putra, yanuar surya. 2016 . the oritical view : teori perbedaan generasi. among makarti vol. 9 no. 18, desember 2016. http://jurnal.stiema.ac.id/index.php/ama/article/viewfile/142/133. diunduh tanggal 14 oktober 2020, pukul 05.40 wib. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 https://jurnal.ugm.ac.id/jps/article/view/23412/pdf http://journal2.um.ac.id/index.php/jtppips/article/download/230/187 http://jurnal.stiema.ac.id/index.php/ama/article/viewfile/142/133 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 781 susilo, agus dan sarkowi. 2018. peran guru sejarah abad 21 dalam menghadapi tantangan arus globalisasi. historia : jurnal pendidik dan peneliti sejarah, vol ii no. 1 (oktober 2018). diunduh tanggal 29 september 2020, pukul 05.50 wib wibawanto, hari. 2016. generasi z dan pembelajaran di pendidikan tinggi. simposium mengenal dan memahami generasi z. haruskah pendidikan tinggi berubah?. upt elearning institut teknologi bandung, 24 oktober 2016. https://eportfolio4hariwibawanto.filles.wordpress.com. diunduh tanggal 15 oktober 2020, pukul 06. 30 wib. mukhlis, herry. 2015. fahami remaja generasi z. af magazine. november 2015. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.146 https://eportfolio4hariwibawanto.filles.wordpress.com/ microsoft word 05-agustin.docx vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.184 960 received : 27-05-2021 revised : 18-06-2021 published : 29-07-2021 media pembelajaran matematika berbasis aplikasi android pada siswa smk dwi agustin irmawati1, ummu sholihah2 institut agama islam negeri tulungagung, indonesia irmaagustin66@gmail.com1, u.sholihah@yahoo.com2 abstrak: android biasanya digunakan oleh siswa hanya untuk bermain game dan media sosial, dengan aplikasi yang dikembangkan ini android bisa digunakan untuk sesuatu yang lebih bermanfaat, diantaranya untuk mempelajarai materi serta latihan soal secara langsung. penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengetahui apakah media berbasis android ini valid dan efektif di gunakan pada materi peluang. subjek penelitian ini adalah siswa smkn 1 rejotangan, tulungagung dengan kelas xi kpr 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas xi kpr 2 sebagai kelas control. penelitian ini menggunakan jenis penelitian r & d model addie yaitu yaitu: (1) analisis (analiyze), (2) perancangan (design), (3) pengembangan (development), (4) implementasi (implementation), (5) evaluasi (evaluation). media ini divalidasi oleh 2 orang ahli yaitu ahli materi dan ahli media. hasil penelitian menunjukkan bahwa media pembelajaran berbasis aplikasi android ini di katakan valid, karena sesuai dengan hasil validasi dari ahli media yang mendapatkan nilai 22, sedangkan dari ahli materi yang mendapatkan nilai 18 yang masuk kriteria “valid”, media pembelajaran berbasis aplikasi android ini di katakan efektif di tinjau dari rata-rata hasil nilai ulangan siswa di kelas eksperimen sebesar 85, yang masuk dalam kriteria efektif. kata kunci: media pembelajaran; matematika; android vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.184 961 pendahuluan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia salah satunya adalah pendidikan, karena dengan pendidikan manusia bisa mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. untuk meningkatkan sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan yang sangat penting, sehingga dalam pendidikan selalu ada sesuatu yang menarik yang harus di kembangkan (nandita apsari & rizki, 2018). tetapi permasalahan yang ada dalam pendidikan indonesia salah satu nya adalah kualitas pendidikan. untuk mencapai kualitas pendidikan yang baik, maka pemerintah seringkali mengganti kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. tetapi seringkali guru juga di buat bingung dengan pergantian kurikulum, karena yang berhubungan langsung dengan pendidikan dan sebagai pelaksana kurikulum adalah guru dan siswa. guru dalam proses pembelajaran kadang-kadang kesulitan untuk memilih metode yang tepat ketika di terapkan dalam pembelajaran. begitu juga dengan siswa, kadang mereka sulit memahami materi yang di sampaikan oleh guru karena seringkali guru ketika mengajar hanya menggunakan metode ceramah (prihatiningsih 2021). tanpa adanya metode yang tepat dan penggunaan media yang menarik kadang siswa merasa bosan dan jenuh dalam proses pembelajaran. menurut hamalik penggunaan media dalam pembelajaran akan dapat meningkatkan keinginan dan juga minat siswa dalam mengikuti pembelajaran secara aktif (sari and putra 2018). konsep matematika yang dipelajari siswa dapat dipahami dengan baik apabila disajikan dengan bantuan berbagai media pembelajaran yang kongkret, di harapkan siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan tetapi siswa juga mempunyai kemampuan yang tinggi dalam memecahkan permasalahan (maqsudah 2020). siswa akan lebih termotivasi ketika belajar, apabila di sertai dengan media pembelajaran yang menarik. pemakaian media dalam pembelajaran akan membangkitkan motivasi, semangat dan minat yang baru sehingga membawa pengaruh yang positif pada siswa (yulia sari 2018). media pembelajaran matematika dapat membantu pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. sekarang ini perkembangan teknologi berkembang begitu pesat, sehingga perlu adanya media pembelajaran yang membuat prosses belajar mengajar lebih menarik dan efektif (zakiy 2018). media pembelajaran berdasarkan fungsinya dapat berupa alat peraga dan sarana. prinsip penyusunan alat peraga bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu akan di terima dan di tangkap oleh panca indera. semakin banyak indera yang di ggunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak pula pengetahuan yang di peroleh. manfaat praktis dari media pembelajaran, seperti yang di kemukakan oleh arsyad antara lain : a). dapat memperjelas pesan dan informasi yang di sampaikan guru sehingga dapat memperlancar proses belajar mengajar, b). mampu meningkatkan dan mengarahkan fokus siswa sehingga dapat meningkatkan motvasi belajar, c). mampu meminimalisir keterbatasan fungsi indera, ruang dan waktu, dan d). siswa mampu mempunyai kesamaan pengalaman tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan mereka (rudi 2018). media pembelajaran di bedakan menjadi dua, yaitu media digital dan media tradisional. media tradisional merupakan media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan tanpa menggunakan alat-alat elektronik. sedangkan media digital adalah media pembelajaran yang penggunaanya harus didukung oleh perangkat computer atau alat elektronik lainnya. diantara beberapa jenis media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, yaitu: (1) media cetak/teks; (2) media pameran/display; (3) media audio/suara; (4) gambar bergerak/motion pictures; (5) multimedia; (6) media berbasis web atau internet (ayu damayanti 2019). vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.184 962 seperti yang kita lihat kondisi saat ini, dimana pembelajaran lebih banyak dilaksanakan secara online, maka yang banyak di kembangkan adalah media pembelajaran berbasis online, misalnya web atau aplikasi di android siswa secara langsung. seiring dengan perkembangan teknologi yang berkembang saat ini model pembelajaran dengan menggunakan teknologi menjadi sesuatu yang tidak bisa kita hindari (yulistiaani 2016). siswa dimanapun berada selalu sibuk dengan smartphone nya. dengan smartphone siswa bisa mencari apapun yang di ingin di ketahui dengan hanya membuka smartphonennya. smartphone merupakan gadget yang mayoritas dimiliki dan dibawa oleh siswa setiap saat, yang sering digunakan siswa untuk membuka suatu web (setyadi & qohar, 2017). tetapi dalam kenyataannya penggunaan smartphone di kalangan siswa belum maksimal ketika di gunakan untuk pembelajaran, siswa lebih banyak menggunakan smartphone untuk mengakses media social. untuk itulah untuk memaksimalkan fungsi smartphone bagi siswa dan tidak hanya di gunakan untuk game dan media social saja, maka perlu di adakan pengembangan media pembelajaran matematika berbasis aplikasi di smartphone yang fokus pada pemahaman materi, interaktif dan melibatkan kegiatan aktif siswa. media pembelajaran berbasis android ini dapat di gunakan oleh siswa dimana saja secara offline. dalam aplikasi ini siswa bisa langsung menginstall di dalam smartphone mereka. dalam aplikasi tersebut didalamnya terdapat materi yang lengkap, mulai dari aturan perkalian, factorial, permutasi dan kombinasi sampai peluang kejadian majemuk. selain materi juga di lengkapi dengan contoh soal, video pembelajaran yang berhubungan dengan materi peluang, serta soal ulangan harian yang bisa di kerjakan secara online. dengan adanya aplikasi dalam android ini di harapkan pembelajaran dapat berjalan secara efektif, dan siswa bisa aktif dalam mengikuti pembelajaran. untuk mencapai pembelajaran yang efektif, maka diperlukan adanya partisipasi aktif dari dari guru maupun siswa dan juga di dukung dengan suasana kelas yang kondusif. mulyana mengemukakan pembelajaran yang efektif ditandai dengan adanya sikap dari siswa yang bisa mengikuti pembelajaran dengan aktif ketika di kelas (nugroho 2014). dalam penelitian ini pembelajaran yang efektif ditandai dengan adanya ketercapaian ketuntasan dalam prestasi belajar, adanya pengaruh yang positif terhadap penggunaan media, dan adanya perbedaan prestasi belajar antara kelas eksperimen dengan kelas control. berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di smk negeri 1 rejotangan diperoleh informasi bahwa pembelajaran matematika yang terjadi di sekolah tersebut belum mencapai hasil belajar yang memuaskan terutama dalam materi peluang. dalam materi peluang terdapat subbab yang banyak, sehingga siswa kadang bingung dalam memahami materi dan hal tersebut berakibat pada rendahnya hasil ulangan harian pada bab peluang tersebut. selain berakibat pada nilai hasil ulangan harian yang rendah, ternyata dari hasil nilai ujian nasional dalam mata pelajaran matematika banyak yang masih di bawah kkm. hal tersebut salah satunya dikarenakan, guru hanya menggunakan cara konvensional dalam menerangkan materi tersebut, yaitu lebih banyak menggunakan metode ceramah. belum adanya media pembelajaran yang di gunakan inilah yang mempengaruhi rendahnya kemampuan kognitif siswa. oleh karena itu dibutuhkan media pembelajaran yang dapat mengajak siswa, untuk mampu meningkatkan kemampuan kognitif dalam memecahkan masalah matematika. berdasarkan uraian di atas. maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah media berbasis android ini valid dan efektif di gunakan pada materi peluang. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.184 963 metode penelitian ini menggunakan penelitian r & d dengan model addie, karena model ini di kembangkan secara sistematis dan sesuai dengan desain pembelajaran (haryanti, 2016). model ini memiliki lima langkah atau tahapan yang mudah di pahami dan di implementasikan untuk mengembangkan produk pengembangan, misalnya buku bahan ajar, modul pembelajaran, video pembelajaran, multimedia dan sebagainya. penelitian ini dilaksanakan di smkn 1 rejotangan. subjek dalam penelitian ini siswa kelas xi kpr tahun ajaran 2020/2021, metode pengumpulan data menggunakan tes (pre tes dan post tes), angket dan wawancara. instrumen tes ada 5 soal uraian. analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. hasil model addie terdiri dari lima langkah, yaitu : (1) analisis (analiyze), (2) perancangan (design), (3) pengembangan (development), (4) implementasi (implementation), (5) evaluasi (evaluation). langkah-langkah penelitian di uraikan sebagai : 1. analisis ( analiyze) kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah menganalisis kebutuhan terhadap pengembangan media yang akan di gunakan. yang dilakukan adalah melakukan analisis materi dan analisis media berdasarkan kompetensi dasar, sarana dan juga karakteristik siswa. selain itu dilakukan juga analisis terhadap situasi dan kondisi di smkn 1 rejotangan, bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang biasanya di lakukan oleh bapak/ibu guru di sekolah tersebut. 2. perancangan (design) setelah melakukan analisis, tahap yang dilakukan selanjutnya adalah perancangan media. pada tahap perancangan ini yang dilakukan oleh peneliti adalah: a. merancang garis besar media yang di gunakan. b. menentukan materi yang sesuai dengan waktu dan juga media c. pembuatan desain tampilan media. d. perancangan menu yang di tampilkan dalam aplikasi. e. penyusunan materi serta contoh soal. f. penyusunan soal untuk mengetahui kemampuan siswa. g. pemilihan video pembelajaran yang tepat. 3. pengembangan (development), pada tahap perancangan ini adalah menyusun media berupa aplikasi di android. kegiatan pada tahap ini terbagi menjadi dua, yaitu : a. pembuatan media. pembuatan media ini di sesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan siswa. media aplikasi di android ini berdasarkan spesifikasi sebagai berikut : 1) berbentuk aplikasi di android yang harus di install oleh masing-masing siswa. pada halaman pertama ketika membuka aplikasi ini terlihat seperti gambar dibawah ini: vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.184 964 gambar 1. tampilan menu 2) pada menu materi bisa langsung di akses oleh siswa secara offline dan juga di sertai contoh soal. 3) selain ateri dan contoh soal, aplikasi ini juga di sertai dengan video pembelajaran, soal ulangan harian, dan juga whatsapp untuk menghubungi guru ketika ada persoalan terkait dengan materi yang belum dipahami gambar 2. tampilan pada video penjelasan materi b. penilaian oleh para ahli media dan juga materi yang di masukkan dalam aplikasi harus di nyatakan layak oleh para ahli sebelum dilaksanakan dalam pembelajaran secara langsung kepada siswa. hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan media dan juga materi yang di berikan. data yang di peroleh dari para ahli media dan ahli materi, selanjutnya di analisis dan dilakukan revisi untuk perbaikan media yang akan di gunakan. peneliti meminta dua orang ahli yaitu drs. h. makrus sebagai guru matematika senior dan dedy subagyo, m.pd sebagai guru teknik elektronika industri di smkn 1 rejotangan. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.184 965 saran dari validator materi adalah agar di tambahkan soal-soal untuk latihan, jadi tidak langsung mengerjakan soal ulangan dan juga untuk pengerjaan ulangan harian agar di google form di setting siswa bisa mengerjakan tidak hanya sekali, sehingga siswa bisa mempelajari kembali materi dan bisa memperbaiki nilai. sedangkan saran dari validator ahli media adalah agar tampilan menu pada materi dan contoh soal di pisah agar siswa bisa lebih fokus. selain itu video pembelajaran yang di berikan bisa ditambah lagi. gambar 3. tampilan menu sebelum di tambahkan latihan soal gambar 4. tampilan sebelum ada tambahan dari validator media. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.184 966 tabel 1. hasil validasi media no aspek yang di nilai skor aspek tampilan 1 kemenarikan animasi dan gambar 3 2 kesesuaian ukuran tulisan dan gambar 3 3 kesesuaian tata letak gambar dan tulisan 3 aspek tulisan 4 kemudahan tulisan untuk di baca 4 5 kemudahan kalimat untuk di pahami 3 6 kesesuaian warna dan tulisan 3 total 18 tabel 2. hasil validasi materi no aspek yang di nilai skor aspek tampilan 1 kesesuaian media dengan materi peluang 3 2 kesesuaian konsep yang di tampilkan dalam media 3 3 kejelasan animasi dan gambar dengan materi peluang 2 4 kejelasan video dalam menyampaikan materi peluang 3 aspek tulisan 5 kemudahan kalimat untuk di pahami 4 6 keefektifan kaliamat dalam materi 3 7 kelengkapan kalimat/informasi yang di butuhkan 4 total 22 4. implementasi (implementation) hasil media yang telah di buat, selanjutnya di implementasikan di sekolah yang telah di pilih. tujuan pelaksanaan implementasi ini adalah untuk mengevaluasi media yang telah di buat, selanjutnya di lakukan evaluasi. dari hasil evaluasi ini dijadikan acuan untuk merevisi media yang telah di buat. implementasi ini di laksanakan kepada siswa satu kelas dan juga dua orang ahli, selanjutnya mereka diminta mengisi angket kriteria kualitas media pembelajaran berupa checklist. dari hasil angket itulah, kemudian di ketahui kualitas media pembelajaran yang telah di buat, kenudian dilakukan revisi untuk perbaikan media teersebut. 5. evaluasi (evaluation). tahap yang terakhir adalah evaluasi. pada tahap ini peneliti mengumpulkan data pada tiap tahapan yang di gunakan untuk menyempurnakan data dan kelayakan media yang telah di buat. pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, lembar validasi ahli dan juga angket terkait respon siswa terhadap penggunaan media. pembahasan berdasarkan hasil validasi ahli dan uji coba, dapat diketahui bahwa media pembelajaran berbasis aplikasi android pada materi peluang di katakan valid. kevalidan aplikasi tersbut didasarkan pada hasil validasi ahli media dan juga ahli materi. validasi ahli media menunjukkan bahwa skor yang di peroleh adalah 18 dan dari ahli materi menunjukkan bahwa diperoleh ratarata skor adalah 22. media pembelajaran berbasis aplikasi android yang dikembangkan ini tidak hanya berisi materi peluang, tetapi juga memungkinkan siswa untuk terlibat aktif ketika belajar melalui aplikasi tersebut dengan bertanya langsung kepada guru melalui whatsapp. pada media yang dikembangkan, diberikan beberapa pilihan menu yang bisa di akses langsung oleh siswa.selain vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.184 967 itu juga di lengkapi dengan video penjelasan materi sehingga siswa tidak hanya membaca materi, namun juga mengamati dan memahami materi lewat video tersebut. media pembelajaran berbasis aplikasi android ini juga menyediakan latihan soal berupa soal ulangan harian secara online, dan nilai yang di peroleh siswa langsung dapat di ketahui oleh guru. dengan adanya soal ulangan harian secara online ini membuat siswa lebih tertarik untuk mengerjakan soal, karena ketika siswa telah mengerjakan soal ulangan tersebut, berarti siswa telah tuntas dalam memahami materi yang di sediakan dalam aplikasi android. dengan mengerakan soal tersebut siswa bisa memperdalam pemahaman dan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. hal ini karena soal-soal yang di berikan di desain supaya siswa memiliki pengalaman belajar yang tinggi. media yang di gunakan oleh guru dalam pembelajaran dapat membantu siswa untuk membangun pemahaman materi berdasarkan kemampuan mereka masing-masing.selain itu media juga dapat memfasilitasi kemampuan sswa yang beragam di dalam kelas, sehingga siswa bisa mendapatkan pengalaman belajar yang sama sesuai gaya belajar mereka masing-masing. media pembelajaran merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran, selain dapat meningkatkan kualitas pendidikan, media pembelajaran dapat meningkatkatkan motivasi dan keinginan siswa untuk belajar matematika (fitri 2021). secara umum, kelebihan media pembelajaran yang telah dikembangkan adalah: 1) tampilan media pembelajaran yang sederhana, 2) materi yang di sajikan secara lengkap sebagai bahan belajar siswa secara mandiri, 3) aplikasi android yang di berikan bisa di akses langsung oleh siswa secara offline, 4) di sajikan tutorial video pembelajaran disertai penjelasan contoh soal, sehingga siswa bisa lebih memahami materi karena tidak hanya membaca materi saja. tetapi, media aplikasi android ini juga masih memiliki beberapa kekurangan, yaitu: 1) aplikasi android ini hanya berisi satu bab saja yaitu bab peluang, 2) hasil kebenaran jawaban dari latihan soal tidak bisa langsung di ketahui siswa. untuk menguji keefektifan media ini adalah dengan mengukur hasil belajar siswa yaitu dengan membandingkan hasil nilai ulangan harian dari kelas eksperimen dan kelas control. kelas control dengan pembelajaran langsung oleh guru dan kelas eksperimen yaitu pembejaran menggunakan media aplikasi android. pelaksanan ulangan harian dilaksanakan setelah 3 kali pertemuan pada kelas control. tetapi pada kelas eksperimen siswa bisa mengerjakan ulangan harian setelah mempelajari materi secara mandiri dalam aplikasi android yang telah di berikan kepada siswa. selanjutnya hasil penggunaan media aplikasi android yang telah dikembangkan dan di implementasikan langsung kepada siswa menunjukkan bahwa siswa memberikan respon positif terhadap penggunaan media tersebut. berdasarkan hasil respon siswa menunjukkan bahwa aplikasi android mampu membuat pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, dan tidak membuat siswa takut dan cemas ketika pembelajaran berlangsung. dengan meningkatnya rasa percaya diri dan keberanian siswa, hal ini akan membuat siswa lebih mudah untuk memahami materi yang di berikan dan dalam pemecahan masalah yang di berikan (indah 2020). penilaian keefektifan media pembelajaran di lihat dari hasil rata-rata nilai ulangan harian siswa. media pembelajaran di katakan efektif apabila rata-rata skor tes hasil ulangan harian di atas kkm yang di tetapkan sekolah yaitu 75 (dwijayani 2017). dari hasil ulangan harian kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat di lihat adanya perbedaan rata-rata siswa, dimana rata-rata di kelas eksperimen mendapatkan rata-rata yang lebih tinggi di bandingkan kelas kontrol. di kelas eksperimen mendaptkan rata-rata hasil ulangan harian sebesar 85, sedangkan pada kelas kontrol mendapatkan rata-rata hasil nilai ulangan harian 79,72. selain itu ketuntasan klasikal di vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.184 968 kelas eksperimen adalah > 75% yaitu sebesar 88 %, sedangkan di kelas kontrol ketuntasan klasikal siswa <75%, yaitu sebesar 72,2 % dari hasil tersebut menyatakan bahwa penggunaan media aplikasi android jika di ukur dari ketuntasan klasikal dapat dikatakan efektif digunakan sebagai media dalam pembelajaran. simpulan berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan media berbasis aplikasi android maka dapat disimpulkan bahwa : 1. media pembelajaran berbasis aplikasi android ini di katakan valid, karena sesuai dengan hasil validasi dari ahli media yang mendaatkan nilai 22, sedangkan dari ahli materi yang mendapatkan nilai 18 yang masuk kriteria “valid” 2. media pembelajaran berbasis aplikasi android ini di katakan efektif di tinjau dari ratarata hasil nilai ulangan siswa di kelas eksperimen sebesar 85, yang masuk dalam kriteria efektif. dari hasil tersebut, maka media pembelajaran berbasis aplikasi android yang di kembangkan ini dapat di jadikan alternative pemecahan masalah bagi guru terhadap adanya problem siswa yang kurang gemar belajar matematika serta menjadi sumbangan teknologi yang dapat di kembangkan bagi guru di sekolah menengah kejuruan. berdasarkan hasil penelitian maka direkomendasikan untuk peneliti selanjutnya agar mengembangkan aplikasi dengan tambahan fitur/menu yang lain, serta ditambahkan materi yang lain sehingga tidak hanya terdiri dari satu bab materi saja. daftar rujukan ayu damayanti, puspita. 2019. “pengembangan media pembelajaran matematika interaktif berbasis powerpoint pada materi kerucut.” kreano: jurnal matematika kreatifinovatif 10(2):119–24. doi: https://doi.org/10.15294/kreano.v10i2.16814. dwijayani, ni made. 2017. “pengembangan media pembelajaran icare.” 8(2):126–32. doi: https://doi.org/10.15294/kreano.v8i2.10014. fitri. 2021. “pengembangan media pembelajaran matematika menggunakan mit app inventor di smkn 2 wajo.” jurnal mediatik : jurnal media pendidikan teknik informatika dan komputer 4(1):1–4. doi: https://doi.org/10.26858/jmtik.v4i1.19720. haryanti, fhina. 2016. “pengembangan modul matematika berbasis discovery learning berbantuan flipbook maker untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pada materi segitiga.” kalamatika jurnal pendidikan matematika 1(2):147–61. doi: https://doi.org/10.22236/kalamatika.vol1no2.2016pp147-161. indah, parsianti. 2020. “pengembangan media pembelajaran monopoli aritmatika (monika) pada pembelajaran matematika.” fibonaci, jurnal pendidikan matematika dan matematika 6(2):133–40. doi: https://doi.org/10.24853/fbc.6.2.133-140. maqsudah, binti. 2020. “pemanfaatan media pasir dan tali koor untuk menemukan rumus volume dan luas permukaan bola pada pembelajaran matematika.” jurnal inovasi dan riset akademik doi: https://doi.org/1(2):276–82. doi: 10.47387/jira.v1i3.50. nandita apsari, putri. 2018. “media pembelajaran matematika berbasis android pada materi program linear.” aksioma : jurnal matematika dan pendidikan matematika 7(1):161–70. doi: http://dx.doi.org/10.24127/ajpm.v7i1.1357. nugroho, aryo andi. 2014. “pengembangan media pembelajaran matematika melalui elearning pada mata kuliah teori bilangan.” aksioma : jurnal matematika dan vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.184 969 pendidikan matematika 5(1):67–89. doi: https://doi.org/10.26877/aks.v5i1/maret.556. prihatiningsih, anna. 2021. “upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika bagi siswa smp menggunakan media berbasis aplikasi “molarga“.” jurnal inovasi dan riset akademik doi: https://doi.org/2(2):262–72. doi: 10.47387/jira.v2i2.93. rudi, sumiharsono. 2018. media pembelajaran. ii. edited by a. dedy. jember: pustaka abadi. sari, novi yulya, and fredi ganda putra. 2018. “pengembangan media pembelajaran berbantuan software swishmax pada bahasan bangun ruang sisi datar.” aksioma : jurnal matematika dan pendidikan matematika 9(2):72–83. doi: 10.26877/aks.v9i2.2907. setyadi, danang. 2017. “pengembangan media pembelajaran matematika berbasis web pada materi barisan dan deret.” kreano, jurnal matematika kreatif-inovatif 8(1):1–7. doi: https://doi.org/10.15294/kreano.v8i1.5964. yulia sari, novi. 2018. “pengembangan media pembelajaran berbantuan software swishmax pada bahasan bangun ruang sisi datar.” aksioma : jurnal matematika dan pendidikan matematika 9(2):72–83. doi: https://doi.org/10.26877/aks.v9i2.2907. yulistiaani, safrina. 2016. “pengembangan media pembelajaran matematika berbantuan sofware prezi dengan pendekatan kontekstual pada materi bangun ruang sisi datar kelas viii semester ii.” aksioma 7(1):84–92. doi: https://doi.org/10.26877/aks.v7i1.1413. zakiy, m. abdurrahman. 2018. “pengembangan media android dalam pembelajaran matematika.” triples s, journals of mathematisc education 1(2):88–96. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.217 1315 received : 29-06-2021 revised : 13-07-2021 published : 29-08-2021 online teachers training: increasing elementary school teachers’ ability in daily speaking english for bilingual teaching purposes at islamic school redjeki agoestyowati institut ilmu sosial stiami, jakarta, indonesia redjeki.agoestyowati@gmail.com abstract: bilingual class (indonesian and english) for some lessons must be done in islamic elementary school of al azhar 17 bintaro. therefore, english training for teacher was conducted. this program was a challenge for all teachers of sd al azhar 17 bintaro to improve their competence in teaching by using two languages and to improve the ability of using english for daily communication with students. the aims of the training was to prepare the implementation of bilingual classes that was done 10 meetings and each meeting was done 4 hours. english teacher training program include: games and icebreaking, group and class discussions, role-play, sharing session, microteaching (presentation), and feedback evaluation. participants were always enthusiastic in doing all activities. feedback from other participants was very good. at the end of the training, there was an increase in the competence of all participants in using english expressions for teaching purposes. they seem more confident and communicate more fluently in english. the school hopes that the bilingual training program in schools will continue to be a success. keywords: teacher’s training; online training; english skills https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.217 mailto:redjeki.agoestyowati@gmail.com vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.217 1316 introduction there are many elementary schools in indonesia and the islamic elementary school of al azhar 17 bintaro or it is also known as albin is one of the leading schools in indonesia that is located in jalan bonjol no. 9, rt. 6 / rw. 2, pondok karya, pondok aren, pd. karya, kec. pd. aren, kota tangerang selatan, banten 15221. islamic elementary school of al azhar 17 is growing fast. sd islam al-azhar 17 bintaro or albin is an islamic school that combines islamic and general curriculum. the school builds a well-educated, intelligent and creative generation. al azhar 17 bintaro islamic elementary school is under the management of the al azhar islamic boarding school foundation, which was established in 1952, with its head office in the al azhar grand mosque complex, jl. sisingamangaraja, kebayoran baru, south jakarta. the laying of the first stone for the construction of the al azhar 17 bintaro islamic elementary school in 1995, while the first batch began in 1997. nowadays, many activities are conducted for both students and teachers, because of that several achievements have been achieved by both teachers and students of sd al azhar 17 bintaro. one of the programs that were done for all teachers to increase their bilingual teaching skills is "english training for all teachers". by doing this training, it is hoped that teachers' teaching skills in bilingual language will be improved. all teachers participated in the program and a trainer trained and shared teaching skills and experience in bilingual language. the trainer was also accompanied by a foreign teacher who helped participants to practice their english. based on sri wuli fitriati’s research (2016) about increasing teacher competence in speaking english for instructional purposes for bilingual teaching at al azhar islamic sd 29 semarang it was mentioned that training is needed to improve the ability of english teachers, especially speaking english for instructional purposes. the training’s aims was to prepare teachers in this bilingual class and participants were always enthusiastic in every activity. feedback from other participants of teachers who do microteaching is very supportive and constructive. at the end of the training, there is an increased competence of trainee teachers in using english phrases for teaching purposes. they seem more confident and more fluent in english. the school expects ongoing english training to succeed bilingual teaching programs in schools. having this activities routine, most of the teachers have a good time for sharing about teaching and learning activities. they can share, because this english training is an activity for teachers, from teachers and by the teachers. through sharing, good communication good sharing among teachers can be well maintained. when teachers can share and able communicate well with other teachers, they will also have good communication with their students, teachers can implement their sharing program when they teach their students. this english training program was managed and supported well by the headmaster and vice headmasters. they gave attention to the english abilities of all teachers. several kinds of achievements have been achieved by the students. one of them is because of their students' english abilities. all teachers realized the importance of english in this era for all students, so english is used by all teachers for teaching, especially for opening the class and closing their teaching and learning activities. most of the teachers have applied some fun activities before and after the class and most of the students are motivated to be involved in some activities made by the teacher. this is a challenge for sd al azhar 17 bintaro's teachers to use bilingual language in teaching. https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.217 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.217 1317 the vision of this school is to creating students who have good morals, excellence in achievement, and mastery of science and technology. the missions are performing a holistic education system that integrates religion and the general knowledge (imtaq, science, and technology), to build an islamic culture in a school environment that is implemented in everyday life, also applying active, innovative, creative, effective, and fun learning, then applying information and communication technology-based learning (information & communication technology). bilingual language in teaching has been done for non-english lessons, such as math, bahasa indonesia, etc. therefore english training was conducted to improve teachers' skills in speaking and presenting some material in english. also to build their confidence to teach nonenglish lessons in english and to develop teachers' idea to have some fun activities with their students. all teachers who are teaching in bilingual language must be able to speak both indonesian and english fluently and confidently. therefore, it is necessary to examine how long it takes a teacher to be ready to teach using two languages and what level of bilingual skills is needed or by a teacher to be able to teach bilingual classes. the main purpose of english training for teachers is to increase the competence of teachers in using english for managing all classroom activities, especially before and after the class or opening and closing the session plus interesting icebreaking. bilingual classroom teachers must have sufficient ability to manage all class activities in english, such as checking students' attendance, praying before the class, giving motivation in english, doing some icebreaking, delivering or presenting the lesson well, finishing the class with some fun ways, etc. and all is done in bilingual. to be able to do those activities mentioned above, teachers need to have special speaking skills, because some words or sentences used by the teachers are often heard by the students during the session. teachers can be role models in using simple english either inside or outside the classroom. students usually follow what the teachers say because teachers are the first person or even the closest person after parents. some words or sentences that are often used by the teachers, will also be used by the students. for this reason, english training is needed because it is very important to prepare for the bilingual class. all teachers realized the importance of training, so they always attended the training session. methode of the training the english training was conducted twice a month on saturdays from 8 a.m. until 11.45. the program was done in one year, both offline and online, from february 2021 – june 2021, and attended by 30 teachers and vice headmaster. the program was done online because of covid-19 pandemic, it was then done by zoom. all teachers attended the meeting, and chit-chat before the class, continued by a speech from one of the teachers or giving motivational words or wise words, and then the class is always started by an icebreaking to cheer them up. icebreaking is done by the teachers for the teachers and from the teachers. therefore all teachers must be creative to think about the idea of any icebreaking. all icebreaking that has been presented at the beginning of the class, can be then used by all teachers when they teach in their class. all teachers were very enthusiastic to show their class games and icebreaking that is presented for all participants. this teachers' training is a good activity because all teachers can get more ideas to have fun classes, better idea how to https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.217 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.217 1318 handle a class happily and nicely. on the day of the training, a teacher shared their teaching activities, experience, problem, and solution, etc. so, this weekly training is also a place to build better communication among teachers of sd al azhar 17 bintaro. here is some sample of training activities, such as writing, speaking, grammar, preparing a lesson plan, teaching experience sharing, some expressions used for teaching, important sentences for teachers, group and class discussions, making some class games and icebreakers with or without kit or equipment, modeling, preparation of teaching scenarios, and microteaching, role-play, dialogue, presentation, etc. result and discussion as it was mentioned earlier that this training was done online, so we did not use a wide classroom or lcd projector but all participants must use a laptop. even though it was zoom training, but it was also fun with some fun and interesting activities. the program was fun because all participants were seriously involved in the training. here are some activities that had been done: 1. introduction all teachers have to practice giving a simple introduction. we did role-play and considered other participants are students who have different characters such as shy students, naughty, discipline, stubborn, clever, lazy students, etc. 2. games for opening and closing classes to create enthusiasm in following class lessons, teachers must have several kinds of online classroom games and activities based on the lesson they teach. teachers must have some fun ways to start the class. again we did role-play for this session and all teachers have to present their fun opening and those fun ways from all teachers can be implemented in their classes. they shared not only how to start the class, but also shared about fun ways to finish the class. 3. english expression used in class trainer shared some important sentences, expressions, or questions used in class for example: a. sentences: "open the door, please open the door, open your book page 10, please open your book page 10, clean the whiteboard, write your name here, listen carefully, come forward please, don't be late, please don't be late, don't read loudly, don't be lazy, etc. b. expression: you look so beautiful today, you look handsome today, your bag is good, your shoes are new, you have new shoes, your english is excellent, great, clever, two thumbs up, etc. c. questions: "how are you? is there any homework? who is absent today? why do you come late? how did you come here this morning? did you sleep well last night? 4. homework and assignment at the end of each session, the trainer always gave some homework or assignment to all participants, and that homework or assignment must be presented in the next session, either individual or group assignment. most of all teachers' presentations can be implemented by some teachers, they can be modified based on the lesson they teach. presenting their homework and assignment is part of the happy sharing session because the presenter considered all participants as elementary students of al-azhar 17 bintaro. https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.217 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.217 1319 5. online icebreakers based on the topic of the lesson in order not to get bored following the lesson, especially in the middle of the session, all teachers must be able to share and perform some creative activities for students, and they had several ideas to create some fun activities based on the lesson they teach, such as: a. find something b. two thumbs up if yes c. instruction games d. hidden object e. object pictionary f. odd one out g. word chain h. etc. and this is one of the pictures: here is the link when we did some activities by zoom: https://www.youtube.com/watch?v=txx7mtm4fke&t=21s picture 1: online icebreaking and games 6. teaching sharing session teacher sharing is a space to come forth and share experiences that one believes other teachers and participants would learn from and develop their thoughts in the process. teachers are change agents and one of the ways for this change to gain momentum is when there are free spaces for teachers to connect, share ideas and challenges faced, have discussions, brainstorm, and more. all training participants were allowed to present their teaching experience, share some interesting classroom activities, etc. feedback of participants' sharing will be given by the trainer and some participants who are willing to give feedback. trainer and participants may comment about presenter's english grammar, vocabularies, fluency, performance, teaching and learning media/teaching equipment, etc. this feedback aims to make their teaching skills and abilities better than before. all training participants were very happy when they listened to some comments from other participants. 7. questions & answers and discussion session participants were also allowed to ask many things related to teaching and learning activities or to discuss some important points in teaching, for example how to handle difficult students, how to be a fair teacher, discuss the most difficult part in teaching, teaching equipment, etc. of course, the language used for discussion is english. https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.217 https://www.youtube.com/watch?v=txx7mtm4fke&t=21 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.217 1320 8. feedback evaluation on the last day of the training, the trainer asked all participants about the importance of english training for teachers. most of them gave the opinion that english training for teachers is very important especially to improve their teaching skills by using bilingual language. some feedback was also asked by whatsapp, for example: picture 2: sample of feed back evaluation obstacle and solution there are not many obstacles during the program, and here are some of the little problem, such as: 1. some teachers who had to join training sometimes had some other meeting with other teachers, students’ parents or meeting with management, etc. so there were some participants who were not able to join the program. 2. not all participants open their camera during the class. sometimes there are two or three who did not use camera 3. signal sometimes up and down, voice is not very clear, sometimes there is strange sound, such as children noise. baby crying, seller offers their food, etc 4. the level of participants’ english is different. some participants had excellent english and some of them had a little english. here are some solution, when there were some obstacles: 1. participants who did not join the class, they can listen the zoom recording of the missing session or ask other participants about the material of that day, so they did not miss any lesson. 2. when participants, did not open their zoom camera, trainer asked the reason. if it was reasonable, that would be okay. 3. when signal is up and down, ask the participants to move the room to have better connection, even though sometimes moving to another room did not have any effect to the internet connection. 4. when the level of english is different, trainer asked better students to guide some participants who still had difficulties in using english for daily conversation. https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.217 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.217 1321 coclusion and suggestion in order to be able to teach in bilingual language for the new academic year, most teachers had join english teachers training program for 5 months and the program ran well. it was good because the vice headmaster could also join the program. there is a high commitment from the school of sd al azhar 17 bintaro for the success of the bilingual teaching program in facing the academic year. by joining this training, most participants (teachers) looks more confident in using english for daily communication or for teaching. their speaking and teaching skill using bilingual language is improved. teachers’ sharing experience also add their knowledge and other teachers’ experience can be implemented in the next class. the training was good but there is only one suggestion about the level of english of participants. as it was mentioned in the discussion above that they have different level of english, it is better if the program is divided by two classes, level a and level b or elementary level and intermediate level. elementary level is a class for participants (teachers) who have standard basic english and intermediate level is class for participants (teachers) who have better standard of english, able to use english for daily communication, understand about english for daily life. training can be continued by visiting other classes. teachers visit other teachers’ classes or trainer sometimes visit some participants and then feedback is given after teaching. by visiting real classes, trainer will know whether teachers can implement all the training material in their real class or not. bibliography agoestyowati, r. (2020). dampak positif dan negatif tentang pembelajaran online saat pandemi covid-19 melanda (april, mei, juni 2020) di institut stiami jakarta. aksara public, 4(3), 112-118. retrieved from https://aksarapublic.com/index.php/home/article/view/436 sri wuli fitriati, alief noor farida (2016) peningkatan kompetensi guru dalam speaking english for instructional purposes untuk pengajaran bilingual di sd islam al azhar 29 bsb semarang https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.217 https://aksarapublic.com/index.php/home/article/view/436 microsoft word 16-abel.docx vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.220 1341 received : 11-06-2021 revised : 13-07-2021 published : 29-08-2021 penerapan multimedia interaktif sebagai media alternatif mata pelajaran biologi di sma isabel coryunitha panis fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas katolik widya mandira, kupang, indonesia isabelpanis@unwira.ac.id abstrak: pengembangan multimedia pembelajaran menjadi sangat esensial bagi proses pembelajaran, hal tersebut dikarenakan setiap materi yang disampaikan oleh pembelajar akan semakin mudah apabila diterapkan bersamaan dengan pengunaan multimedia sebagai alat bantu ajar. hasil penelitian ini akan memfokuskan pada pengunaan macromedia flash sebagai alat bantu ajar untuk mata pelajaran biologi di tingkat sma. macromedia flash yang diterapkan berisikan materi ajar, soal-soal penugasan, yang disertai dengan tampilan teks, audio serta animasi yang berisikan materi pelajaran biologi untuk kelas xi ipa yang ada di semester kedua (2). fokus penelitiannya dilakukan di sma katolik santa maria malang. rancangan model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari model pengembangan sadiman. tujuan dari penerapan model pengembangan ini adalah untuk menghasilkan multimedia interaktif yang mampu menjadi alternative media ajar bagi pebelajar pada sekolah menengah atas/ kejuruan pada bidang studi yang lain. kata kunci: pengembangan; multimedia interaktif; biologi; sma vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.220 1342 pendahuluan teori dan praktik dalam upaya mendesain, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola hingga pada tahapan evaluasi merupakan domaindomain dari bidang ilmu teknologi pembelajaran (richey, 1994). domain – domain teknologi pembelajaran mengaitkan segala penerapannya dengan bantuan teknologi, sehingga mampu menjadi tolak ukur profesi para pakar teknolog pembelajaran (meyer, 2009). multimedia interaktif yang berisi materi pelajaran serta animasi dan video yang menarik, diharapkan dapat menjadi sarana yang dapat menunjang minat siswa untuk belajar (muni, 2004). computer assisted instruction (cai) menjadi alternative media yang digunakan sebagai upaya penyampaian pesan dari pembelajar kepada pebelajar. kemudahan yang muncul dalam pembelajaran mengunakan cai adalah kompleksitas pengunaanya yang telah disesuaikan dengan kemajuan iptek. cai memiliki sifat interaktif yang mampu merubah pengalaman dan proses belajar siswa, proses tersebut dapat diketahui saat pembelajar sudah mulai mendapatkan akses dalam menerapkan berbagai media pembelajaran guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar mengajar di dalam kelas (kemp et al, 1985). komputer sebagai salah satu produk teknologi dinilai tepat digunakan sebagai alat bantu pengajaran. berbagai macam pendekatan instruksional yang dikemas dalam bentuk program pengajaran berbantuan komputer atau cai seperti: drill and practice, simulasi, tutorial dan permainan bisa diperoleh lewat computer (setyosari, 2005) ipa terpadu merupakan pengabungan dari beberapa mata pelajaran ipa di tingkat sekolah menengah, antara lain: biologi, kimia dan fisika. mata pelajaran biologi mengungkap berbagai cara pandang pembelajar tentang bagaimana proses alamiah itu dapat terjadi, dengan cara mencari tahu tentang alam dan manusia secara sistematis, maka belajar biologi bukan sekedar menguasai kumpulan pengetahuan, yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja. proses mendalami materi pelajaran biologi merupakan suatu proses penemuan, oleh sebab itu sangatlah penting dibuatkan media pembelajaran yang berbasis komputer. dengan demikian siswa tidak mengalami kesulitan dalam memahami istilah-istilah dalam bidang garapan biologi, yang hanya mengandalkan kemampuan menghafal. berdasarkan hal itu, materi yang berhubungan dengan sains sangat cocok untuk dijelaskan melalui multimedia pembelajaran. hal ini berkaitan dengan sifat dari materi sains sendiri yang banyak berhubungan dengan penjelasan suatu fenomena, proses, dan hal-hal lain yang dinamis. pebelajar kelas xi ipa di smak santa maria telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam bidang it. para pebelajar di smak ini sudah sangat fasis mengunakan komputer/leptop atau bahkan sudah sering terkoneksi dengan jaringan internet yang memang telah digunakan di sekolah tersebut, sehingga dengan mudah mereka mampu mengakses semua informasi yang sehubungan dengan pembelajaran. khusus untuk pembelajaran biologi ini siswa/i kelas xi ipa sudah mengunakan paket pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum sekolah dan sudah banyak diberikan contoh pengunaan multimedia interaktif yang bisa digunakan untuk menopang belajar mereka sehari-hari. metode metode penerapan multimedia interaktif pada penelitian ini diarahkan dengan mengunakan flow chart sadiman (sadiman, 2005. adapun alasan mengapa memilih model pengembangan dalam bentuk flow chart sadiman ini yaitu karena modelnya yang sistematis dan telah berkembangan pesat dikalangan pengembang khusus pembuatan multimedia vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.220 1343 interaktif. tahapan – tahapan yang akan diterapkan pada penelitian ini, dimulai dengan tahap validasi. validasi yang dilakukan meliputi desain, materi dan media. pada penelitian ini ahli media merupakan dosen yang memiliki keahlian tentang media pembelajaran dan memahami perencanaan pembelajaran baik dalam media instruksional maupun non instruksional. sedangkan untuk ahli materi adalah guru bidang studi mata pelajaran biologi yang menguasai materi. ahli desain adalah dosen yang memiliki keahlian tentang desain pembelajaran dan memahami perencanaan pembelajaran baik dalam media instruksional maupun non instruksional. dan terakhir, audiens adalah para pebelajar kelas xi ipa di smak santa maria, malang. jenis data pengembangan ini menggunakan data kualitatif. data kualitatif diperoleh dari angket ahli media, ahli materi, ahli desain dan tanggapan siswa tentang produk (setyosari, 2007). aspek indikator dan kriteria pernyataan yang terdapat dalam angket untuk ahli media, ahli materi, ahli desain dan audiens (siswa) menggunakan skala 4. untuk angka 4 bararti sangat sesuai dengan jawaban option a, skala 3 berarti cukup sesuai dengan jawaban option b, skala 2 berarti kurang sesuai dengan jawaban option c, skala 1 berarti tidak sesuai dengan jawaban option d. data pengembangan media ini menggunakan instrument berbentuk angket. angket digunakan untuk mengukur keefektifan media yang dikembangkan. instrument angket digunakan untuk mengumpulkan data dari ahli media, ahli materi, ahli desain dan audiens/pebelajar. hasil dan pembahasan pada bab ini pengembang menyajikan dua hal inti, yaitu: 1) analisis data , 2) revisi produk pengembangan. berdasarkan dari analisis data serta revisi produk pengembangan yang disajikan antara lain: hasil validasi ahli materi/isi mata pelajaran biologi, hasil validasi ahli media pembelajaran terhadap produk pengembangan multimedia interaktif, hasil validasi ahli desain pembelajaran terhadap produk pengembangan multimedia interaktif, hasil uji coba perorangan dalam bentuk tanggapan 5 siswa kelas xi ipa, hasil uji coba kelompok kecil dalam bentuk tanggapan 10 siswa kelas xi ipa, dan hasil uji coba kelompok besar (lapangan) dalam bentuk hasil tanggapan 50 siswa kelas xi ipa. dalam setiap isi bagian meliputi isi analisis data yang disajikan dan revisi produk pengembangan. uji coba perorangan uji coba perorangan pada multimedia interaktif pembelajaran ini dilaksanakan pada 5 siswa kelas xi ipa. uji coba perorangan ini dimaksudkan untuk memantau sejauh mana penyampaian materi pembelajaran biologi pada kelas xi ipa melalui pengunaan multimedia interaktif pembelajaran di dalam kelas. serta dalam rangka mengetahui kelemahan yang tidak nampak dalam pembuatan multimedia interaktif pembelajaran ini. berdasarkan angket yang telah dibagikan kepada para siswa saat uji coba perorangan ini berlangsung maka diperoleh data antara lain: vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.220 1344 tabel 1. uji coba perorangan no komponen yang dinilai skor responden skor uji coba skor maksimal persentase (%) 1 2 3 4 1. kemudahan pengaksesan dan pengoperasian navigasi pada multimedia interaktif pembelajaran. 0 2 3 0 13 20 65% 2. kejelasan uraian, pembahasan, dan contoh pada materi. 0 0 4 1 16 20 80% 3. kecepatan untuk memahami isi materi pada multimedia interaktif pembelajaran 0 0 5 0 15 20 75% 4. kemenarikan isi pembelajaran pada multimedia interaktif pembelajaran dibanding media pembelajaran yang lain 0 1 2 2 16 20 80% 5. kemudahan penggunaan soal kuis. 0 0 4 1 16 20 80% 6. kemudahan soal kuis untuk di pahami. 0 1 2 2 16 20 80% 7. kemenarikan komposisi tampilan dan penataan layout pada multimedia interaktif pembelajaran. 1 1 2 1 13 20 65% 8. kemudahan penggunaan animasi sebagai praktek/simulasi. 0 2 3 0 13 20 65% 9. kejelasan gambar dan ilustrasi yang digunakan sebagai materi. 0 1 4 0 14 20 70% 10. kesesuaian penggunaan multimedia dalam pembelajaran 0 0 3 2 17 20 85% total 14 200 745% total rata-rata 745% 10 = 75% saran: 1.mengunakan bahasa indonesia pada materi video yang digunakan 2.soal kuis terlampau sulit 3.musiknya terlalu dominan berdasarkan dari hasil uji coba perorangan yang dilaksanakan oleh pengembang berdasarkan 5 orang responden dari siswa kelas xi ipa pada mata pelajaran biologi maka dapat diketahui bahwa rata-rata kualifikasi yang diperoleh dari multimedia interaktif pembelajaran tersebut adalah 75%. hal ini dapat menunjukan bahwa pengunaan multimedia interaktif pembelajaran ini diklasifikasikan: cukup layak. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.220 1345 revisi produk pengembangan dibuat berdasarkan komentar dan saran yang diberikan dari uji coba perorangan pada multimedia interaktif pembelajaran antara lain: (1) pengunaan bahasa indonesia pada materi video yang digunakan, (2) soal kuis terlampau sulit, (3) musik latarnnya terlalu dominan. dari komentar dan saran tersebut, maka pengembang melakukan evaluasi yang diikuti dengan revisi terhadap produk pengembangan multimedia interaktif pembelajaran pada mata pelajaran biologi. langkah yang dilakukan dalam proses revisi tersebut adalah mengunakan bahasa indonesia pada materi yang ada, menyesuaikan soal kuis dengan isi materi serta menyelaraskan kembali musik latar yang digunakan agar tidak dominan. uji coba kelompok kecil uji coba kelompok kecil pada multimedia interaktif pembelajaran ini dilaksanakan pada 10 siswa kelas xi ipa. uji coba kelompok kecil ini dimaksudkan untuk memantau sejauh mana penyampaian materi pembelajaran biologi pada kelas xi ipa melalui pengunaan multimedia interaktif pembelajaran di dalam kelas. serta dalam rangka mengetahui kelemahan yang tidak nampak dalam uji coba perorangan yang dilaksanakan sesudah pembuatan multimedia interaktif pembelajaran ini. berdasarkan angket yang telah dibagikan kepada para siswa saat uji coba kelompok kecil ini berlangsung maka diperoleh data antara lain: tabel 2. uji coba kelompok kecil no komponen yang dinilai skor responden skor uji coba skor maksimal persentase (%) 1 2 3 4 1. kemudahan pengaksesan dan pengoperasian navigasi pada multimedia pembelajaran. 0 0 5 5 35 40 88% 2. kejelasan uraian, pembahasan, dan contoh pada materi. 0 1 7 2 37 40 93% 3. kecepatan untuk memahami isi materi pada media pembelajaran 0 1 8 1 30 40 75% 4. kemenarikan isi pembelajaran pada multimedia pembelajaran dibanding media pembelajaran yang lain 0 0 6 4 34 40 85% 5. kemudahan penggunaan soal kuis. 0 0 4 6 36 40 90% 6. kemudahan soal kuis untukdipahami. 0 0 5 5 35 40 88% 7. kemenarikan komposisi tampilan dan penataan layout pada multimedia pembelajaran. 0 1 2 7 36 40 90% 8. kemudahan penggunaan animasi xzsebagai praktek/simulasi. 0 0 5 5 35 40 88% 9. kejelasan gambar dan ilustrasi yang digunakan sebagai materi. 0 0 5 5 35 40 88% vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.220 1346 10. kesesuaian penggunaan multimedia dalam pembelajaran 0 1 4 5 34 40 85% total 347 400 870% total rata-rata 870% 10 = 87% saran: perbanyak warna dari latar belakang animasi berdasarkan dari hasil uji coba kelompok kecil yang dilaksanakan oleh pengembang berdasarkan 10 orang responden dari siswa kelas xi ipa pada mata pelajaran biologi maka dapat diketahui bahwa rata-rata kualifikasi yang diperoleh dari multimedia interaktif pembelajaran tersebut adalah 87%. hal ini dapat menunjukan bahwa pengunaan multimedia interaktif pembelajaran ini diklasifikasikan: sangat layak. revisi produk pengembangan dibuat berdasarkan komentar dan saran yang diberikan dari uji coba kelompok kecil pada multimedia interaktif pembelajaran adalah memperbanyak pengunaan warna pada animasi gambar. dari komentar dan saran tersebut, maka pengembang melakukan evaluasi yang diikuti dengan revisi terhadap produk pengembangan multimedia interaktif pembelajaran pada mata pelajaran biologi. langkah yang dilakukan dalam proses revisi tersebut adalah menyesuaikan warna pada materi dengan sumber yang ada dan sesuai kreativitas pengembang. uji coba kelompok besar (lapangan) bagian akhir dari validasi multimedia ini adalah uji coba kelompok besar (lapangan) pada multimedia interaktif pembelajaran ini dilaksanakan kepada 65 siswa kelas xi ipa. uji coba kelompok besar ini dimaksudkan untuk memantau sejauh mana penyampaian materi pembelajaran biologi pada kelas xi ipa melalui pengunaan multimedia interaktif pembelajaran di dalam kelas. serta dalam rangka mengetahui kelemahan yang tidak nampak dalam uji coba perorangan dan kelemahan pada uji coba kelompok kecil yang dilaksanakan sesudah pembuatan multimedia interaktif pembelajaran ini. berdasarkan angket yang telah dibagikan kepada para siswa saat uji coba kelompok besar ini berlangsung maka diperoleh data antara lain: tabel 3. uji coba kelompok besar no komponen yang dinilai skor responden skor uji coba skor maksimal persentase (%) 1 2 3 4 1. kemudahan pengaksesan dan pengoperasian navigasi pada multimedia pembelajaran. 0 6 111 100 217 260 83% 2. kejelasan uraian, pembahasan, dan contoh pada materi. 0 2 135 76 213 260 82% 3. kecepatan untuk memahami isi materi pada media pembelajaran 0 10 150 40 200 260 77% vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.220 1347 4. kemenarikan isi pembelajaran pada multimedia pembelajaran dibanding media pembelajaran yang lain 0 2 81 148 231 260 89% 5. kemudahan penggunaan soal kuis. 0 14 96 104 214 260 82% 6. kemudahan soal kuis untukdipahami. 0 12 105 96 213 260 82% 7. kemenarikan komposisi tampilan dan penataan layout pada multimedia pembelajaran. 0 12 78 128 219 260 84% 8. kemudahan penggunaan animasi sebagai praktek/simulasi. 0 10 96 112 218 260 84% 9. kejelasan gambar dan ilustrasi yang digunakan sebagai materi. 0 8 105 104 217 260 83% 10. kesesuaian penggunaan multimedia dalam pembelajaran 0 4 102 116 222 260 85% total 2164 2600 831% total rata-rata 831% 10 = 83% berdasarkan dari hasil uji coba kelompok besar yang dilaksanakan oleh pengembang berdasarkan 65 orang responden dari siswa kelas xi ipa pada mata pelajaran biologi maka dapat diketahui bahwa rata-rata kualifikasi yang diperoleh dari multimedia interaktif pembelajaran tersebut adalah 83%. hal ini dapat menunjukan bahwa pengunaan multimedia interaktif pembelajaran ini diklasifikasikan, ”sangat layak“. revisi produk pengembangan tidak dibuat berdasarkan sudah tidak adanya komentar dan saran yang diberikan dari uji coba kelompok besar. hal ini disebabkan multimedia interaktif pembelajaran yang di buat oleh pengembang telah memenuhi semua prasyarat media untuk digunakan dalam pembelajaran dalam kelas. simpulan dalam memberikan saran pemanfaatan produk, pengembang perlu memaparkan beberapa hal yang berhubungan dengan pemanfaatan produk pengembangan multimedia interaktif pembelajaran untuk kelas xi ipa di sma sebagai berikut: produk multimedia interaktif pembelajaran ini akan sangat baik manfaatnya apabila pebelajar memahami terlebih dahulu petunjuk pemanfaatan yang dibuat oleh pengembang sebelum melakukan proses pembelajaran. produk multimedia interaktif pembelajaran ini digunakan oleh siswa sebagai alat atau media serta sarana dalam penyampaian pesan dari pengajar. produk multimedia interaktif pembelajaran ini disarankan untuk mampu menambah daya kreativitas pembelajar dalam mengajar materi biologi. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.220 1348 daftar rujukan sadiman, arif. dkk 2005. media pendidikan dan pengertian, pengembangan dan pemanfaatnya, cetakan keenam. jakarta: pt raja grafindo persada. kemp, jerrold e., and dayton, deane k. 1985. planning and producing instuctional media. new york: harper & row publisher inc. meyer, richard. 2009. multimedia learning – prinsip dan aplikasi. surabaya: itspress. munib, achmad. 2004. jurnal teknologi informasi, volume 5 nomor 2 molenda, m. james d russels & robert henich. 2005. instructional technology and media for learning.cournier kendalville, inc. arsyad. 2006. media pembelajaran. jakarta pt. raja grafindo persada. kemp, jerrold e., and dayton, deane k. 1985. planning and producing instuctional media. new york: harper & row publisher inc. meyer, richard. 2009. multimedia learning – prinsip dan aplikasi. surabaya: itspress. munib, achmad. 2004. jurnal teknologi informasi, volume 5 nomor 2 molenda, m. james d russels & robert henich. 2005. instructional technology and media for learning.cournier kendalville, inc setyosari, punadji dan widijoto, heru. 2007. metode penelitian pendidikan. malang: fakultas ilmu pendidikan universitas negeri malang. setyosari, punadji dan sihkabuden. 2005. media pembelajaran. malang: elang mas. sadiman, arif. dkk 2005. media pendidikan dan pengertian, pengembangan dan pemanfaatnya, cetakan keenam. jakarta: pt raja grafindo persada. sadiman, arief. s. 2008. media pendidikan: pengertian, pengembang, pemanfaatanya. jakarta: pt raja grafindo persada. seels, b.b dan richey, r.c. 1994. instructional technology: the definition and domain of the field. washington dc. aect microsoft word 02-imroatus.docx vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.181 925 received : 30-05-2021 revised : 21-06-2021 published : 29-07-2021 analisis kesiapan orang tua menghadapi pembelajaran tatap muka (ptm) di masa pandemi imroatus sholikhah sd negeri babakan 02 setu kota tangerang selatan, indonesia imroatusiimsholikhah@gmail.com abstrak penelitian ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kesiapan orang tua siswa dalam menghadapi ptm pada masa pandemi, mengetahui faktor-faktor pendukung orang tua yang mengizinkan anaknya melaksanakan ptm pada masa pandemi beserta bentuk dukungannya. metode ini ditulis dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenology. subjek penelitian adalah orang tua kelas 5 sd negeri babakan 02, kecamatan setu, kota tangerang selatan. hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap ptm dengan penerapan protokol kesehatan. faktor-faktor yang menjadi dasar orang tua mengizinkan ptm antara lain: sanitasi sekolah yang memadai dan memenuhi standar, kepercayaan kepada pihak sekolah untuk menerapkan protokol kesehatan, transportasi yang aman dari rumah menuju ke sekolah, mengejar ketertinggalan materi, orang tua tidak mempunyai waktu yang khusus untuk mendampingi anak dalam belajar, persiapan perlengkapan kesehatan, serta sosialisasi covid-19 kepada anak-anaknya. bentuk dukungan orang tua dalam pelaksanaan ptm antara lain: kesediaan orang tua dalam membersihkan sarana kesehatan sekolah, seperti toilet, tempat cuci tangan, dan membersihkan ruang belajar, serta menyediakan vitamin dan pendukung lainnya. kata kunci: kesiapan; pembelajaran tatap muka; masa pandemi abstract this study was written with the aim of knowing the description of the readiness of parents in facing ptm during the pandemic, knowing the supporting factors of parents who allow their children to carry out ptm during the pandemic and the forms of support. this method is written using a qualitative method with a phenomenological approach. the subjects of the study were parents of grade 5 sd negeri babakan 02, setu district, south tangerang city. the results showed that parents had a high interest in ptm with the application of health protocols. the factors that form the basis for parents to allow ptm include: adequate school sanitation and meet standards, trust in the school to implement health protocols, safe transportation from home to school, catch up with material, parents do not have special time to assist children in learning, preparing health equipment, and socializing covid-19 to their children. the forms of parental support in the implementation of ptm include: the willingness of parents to clean school health facilities, such as toilets, hand washing stations, and cleaning study rooms, as well as providing vitamins and other supports. keywords: readiness; face-to-face learning; pandemic period vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.181 926 pendahuluan belajar adalah fitrah manusia yang merupakan pemberian dari allah swt. yaitu supaya manusia mengembangkan potensi yang dimiliki dengan semaksimal mungkin. seseorang akan dianggap telah belajar tentang suatu hal yaitu jika sudah dapat menunjukkan adanya perubahan perilaku pada dirinya (kurniawan, 2021), artinya ada kematangan dalam berperilaku pada diri orang tersebut dengan harapan menjadi lebih baik dari sebelumnya. senada dengan pendapat tersebut, salah satu tujuan dari pembelajaran adalah terciptanya perubahan pada tingkah laku manusia (purnami, 2020), yaitu membentuk pribadi yang semakin dewasa dalam berperilaku serta semakin matang dalam berpikir dan bertindak. pandemi covid-19 menjadi fenomena yang mengejutkan bagi dunia secara umum, di mana masa ini telah mengubah hampir seluruh tatanan hidup manusia. pandemi diartikan dengan suatu wabah penyakit yang bersifat global (utami, 2020). beberapa negara melakukan lockdown demi memutus mata rantai penyebaran virus ini. sedangkan indonesia sendiri melakukan pembatasan sosial berskala besar (psbb) secara bertahap dan pada akhirnya memberlakukan era new normal dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. tujuan psbb sendiri yaitu demi menanggulangi semakin merebaknya penyakit dengan kedaruratan kesehatan masyarakat (gunadha & bhayangkara, 2020). hampir seluruh sektor mengalami perubahan, termasuk dunia pendidikan menjadi bagian yang ikut terkena dampaknya. pembelajaran yang biasanya dilaksanakan di lingkungan sekolah, tiba-tiba dengan mewabahnya virus ini pada bulan maret 2020, harus dialihkan ke pembelajaran jarak jauh (pjj), baik dalam jaringan (daring) yaitu menggunakan teknologi informasi yang merupakan sarana proses pembelajaran (nurfatimah et al., 2020) atau pun luar jaringan (luring) yaitu melalui pemanfaatan program belajar seperti belajar melalui media televisi, radio, modul dan sebagainya (kemdikbud, 2020). akhir-akhir ini muncul wacana akan dibuka ptm yang bersifat terbatas. ptm menjadi salah satu bentuk pembelajaran yang dinilai efektif untuk mengubah tingkah laku tersebut, karena di dalamnya ada interaksi secara langsung antara guru dengan peserta didik. saat ini ptm yang diwacanakan adalah ptm dengan model blended learning yaitu dengan sistem penggabungan antara dua metode atau pun lebih di dalam pelaksanaan proses pembelajaran (nurgesang et al., 2019) yaitu dengan penerapan ptm terbatas dan pembelajaran sistem online. ptm di masa pandemi seperti ini bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan, semua membutuhkan adaptasi, baik itu dari sisi tenaga pendidik, peserta didik, orang tua, dan juga fasilitas yang cukup menunjang untuk melaksanakan pembelajaran itu sendiri. adapun kunci utamanya yaitu penerapkan adaptasi kebiasaan baru dengan cara menerapkan cara hidup yang akan mengarahkan terciptanya kehidupan serta kebiasaan baru yang diiringi dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat (prabawati, 2020). adapun kebiasaan baru pada masa pandemi ini meliputi penggunan masker, handsanitizer, tidak ada jabat tangan antara siswa dan guru, dan proses pembelajaran dengan waktu yang lebih singkat, dan hal yang mendukung keselamatan bersama. zona wilayah untuk melaksanakan ptm adalah wilayah dengan zona hijau di bawah pengawasan satgas covid-19 setempat. dibukanya kembali dunia pendidikan membutuhkan kesiapan orang tua yaitu kesediaan untuk melakukan sesuatu dengan segala resiko yang dihadapi. orang tua sebagai orang yang mempunyai tanggung jawab utama dalam pendidikan anak-anaknya (wulan sari, 2018). kesiapan orang tua erat kaitannya dengan partisipasi orang tua yang mempengaruhi terhadap peningkatan kualitas program pendidikan (jamilah, 2020). dengan kata lain kesiapan orang tua yang dimaksud adalah kesediaan orang tua baik untuk hal-hal yang bersifat materi vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.181 927 maupun non materi. kesiapan orang tua untuk melapas anak-anaknya melakukan ptm ini menjadi faktor yang penting untuk dipertimbangkan ketika wacana ptm ini digaungkan. orang tua memberikan tanggapan yang beragam terhadap rencana ptm yang bersifat terbatas (kompas, 2021b). tentunya bukan tanpa alasan, akan tetapi ada rasa khawatir anaknya akan melakukan interaksi dengan orang lain, tetapi di satu sisi memandang bahwa pendidikan di lingkungan sekolah yang dilakukan bersama di bawah bimbingan guru secara langsung dipandang perlu untuk dilaksanakan demi tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal. ptm terbatas ini tetap dengan izin orang tua serta penerapan protokol kesehatan demi mencegah penularan covid-19 pada lingkungan sekolah (kompas, 2021a). diharapkan dengan dibukanya kembali dunia pendidikan, aktivitas belajar peserta didik kembali beranjak normal di lingkungan sekolah. dari uraian tersebut maka rumusan masalahnya adalah bagaiamana kesiapan orang tua dalam menghadapi ptm pada masa pandemi covid-19? penelitian ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kesiapan orang tua siswa dalam mengawal anak-anaknya melaksanakan ptm pada masa pandemi, mengetahui faktor-faktor pendukung orang tua yang mengizinkan anaknya melaksanakan ptm pada masa pandemi, dan untuk mengetahui bentuk dukungan orang tua terhadap sekolah dalam menyelenggarakan ptm. dengan demikian diperoleh gambaran tentang kesiapan orang tua dalam menghadapi ptm pada masa pandemi ini. metode penelitian ini mengacu pada metode kulatitatif fenomenology, yaitu fokus pada apa yang dialami oleh individu (helaluddin, 2018). penelitian kualitatif yaitu penelitian yang fokus pada pemahaman tentang fenomena yang terjadi (sugianto, 2020). subjek penelitian adalah orang tua siswa kelas 5 pada sd negeri babakan 02 kecamatan setu, kota tangerang selatan dengan responden sebanyak 54 orang. teknik pengumpulan data dengan menggunakan quisioner melalui pengisian google form yang dikirim melalui group media sosial orang tua siswa. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yaitu lebih menekankan analisis untuk memperoleh sebuah gambaran (kusuma et al., 2015) melalui google form. adapaun sistematika penelitian diadopsi dari (akbar et al., 2021) sebagai berikut : gambar 1. sistematika penelitian penyebaran google form pengisian google form analisis data hasil vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.181 928 keterangan: 1. penyebaran google form peneliti mengirim link google form di group media sosial orang tua. 2. pengisian google form responden menjawab pertanyaan di google form. 3. analisis data menganalisis data yang terekam dan memilih data yang relevan dengan penelitian. 4. hasil mengaitkan hasil dengan teori yang sudah ada. hasil belajar di rumah mayoritas orang tua melakukan pendampingan terhadap anaknya ketika belajar di rumah yaitu sebesar 85%, sedangkan 15% lainnya anak-anak belajar sendiri tanpa didampingi oleh orang tuanya. ayah pencari nafkah terbesar, lalu yang kedua adalah ibu yaitu bagi yang single parent, sedangkan yang ayah dan ibu sama-sama bekerja pada posisi paling sedikit. dengan demikian pendamping terbesar ketika anak-anak belajar di rumah adalah ibu. sebagian besar orang tua memiliki tingkat kepedulian dan perhatian yang tinggi terhadap tugas-tugas anak yang diberikan oleh pihak sekolah atau guru-guru di sekolah. tugas-tugas sekolah dapat berupa tugas tes tulis, tugas praktik, tugas proyek, dan yang lainnya. 85% 15% gambar 1. grafik pendampingan orang tua ketika belajar di rumah didampingi tidak didampingi 72% 22% 6% gambar 2. grafik orang tua yang bekerja ayah ibu ayah dan ibu 89% 0% 11% gambar 3. grafik orang tua yang mengetahui tugas-tugas anak dari gurunya ya tidak kadang-kadang vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.181 929 ketika ayah dan ibu dalam waktu bersamaan tidak dapat mendampingi anak-anaknya belajar di rumah maka jumlah paling besar didapat anak-anak belajar sendiri tanpa pendampingan siapa pun, bagi yang punya kakak maka tugas mendampingi anak-anak dalam belajar akan diganti oleh kakaknya, ada kalanya anak-anak dititipkan ke sanak saudaranya, bahkan juga anak dititipkan ke tetangganya. ada pula yang diserahkan pendampingannya ke kakek atau neneknya. tidak banyak anak yang mempunyai guru les atau ikut lembaga bimbingan di luar sekolah mengingat tingkat ekonomi saat ini yang kurang mendukung. dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anak yang belajar dari rumah dapat memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh pihak sekolah atau pun guru dengan baik. dalam hal ini pihak orang tua berusaha dengan maksimal mencari sumber belajar pendukung lainnya supaya anak-anak dapat menyerap materi pelajaran dengan baik. untuk penggunaan perangkat teknologi anak-anak dapat mengoperasikan dengan baik seperti gadget, handphone, laptop atau pun yang lainnya. dewasa ini perangkat tersebut bukan menjadi sesuatu yang baru, akan tetapi anak-anak sudah terbiasa mengoperasikan perangkat tersebut untuk bermain game dan browsing, bahkan anak-anak lebih paham dalam mengoperasikan perangkat teknologi dibanding dengan orang tuanya. 4% 31% 15% 2%0% 6% 42% gambar 4. grafik pendamping anak ketika orang tua tidak mendampingi kakek/ nenek kakak saudara guru les asisten rumah tangga tetangga tidak ada pendamping 76% 9% 15% gambar 5. grafik pemahaman anak terhadap materi saat belajar di rumah paham tidak mungkin 100% gambar 6. grafik penggunaan perangkat pembelajaran bisa tidak mungkin vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.181 930 kesiapan pembelajaran tatap muka 1. informasi dan pemahaman orang tua seputar covid-19 hampir semua orang tua mengetahui penularan covid-19 dapat terjadi melalui percikan ludah seseorang, cairan yang keluar dari mulut dan juga lubang hidung. maka dari itu pentingnya penggunaan masker sebagai pelindung diri ketika melakukan interaksi dengan orang lain dan juga melakukan jaga jarak (social distancing). secara umum pengetahuan orang tua cukup tinggi tentang tanda-tanda bahwa seseorang terjangkit covid-19, yaitu dengan disertai demam yang tinggi, batuk kering yang tak berkesudahan, rasa lelah dan letih di seluruh badan, sulit untuk bernapas, dan tidak dapat mencium bau serta yang lainnya. informasi yang didapat oleh orang tua siswa tentang orang tanpa gejala (otg) dapat menularkan covid-19 cukup tinggi yaitu 83% dari keseluruhan responden, 14% lainnya menyatakan tidak tahu tentang orang yang tak bergajala pun dapat menularkan covid-19, sedang 3% menyatakan salah bila otg dapat menularkan covid-19. 98% 2%0% gambar 7. grafik percikan ludah, cairan dari mulut dan hidung dapat menularkan covid-19 benar salah tidak tahu 94% 2% 4% gambar 8. grafik tanda terjangkit covid-19 : demam, batuk kering, rasa lelah, sulit bernapas benar salah tidak tahu 83% 3% 14% gambar 9. grafik orang tanpa gejala (otg) dapat menularkan covid -19 ke orang lain. benar salah tidak tahu vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.181 931 pemahaman orang tua siswa dalam upaya mencegah covid-19 adalah dengan menggunakan perangkat kesehatan seperti penggunaan masker ketika keluar rumah, penggunaan handsanitizer, dan juga kebiasaan mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, terbiasa melakukan jaga jarak (social distancing) ketika melakukan interaksi dengan orang lain. dari data di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa sebanyak 83% orang tua siswa mengetahui orang yang mempunyai penyakit penyerta (comorbidy) rentan terkena covid-19 dibanding dengan orang yang tidak mempunyai penyakit bawaan tersebut. penyakit penyerta ini contohnya darah tinggi, diabetes, jantung, asma, dan sebagainya. dengan demikian akan menjadi pertimbangan orang tua apabila anak-anaknya ada indikasi tersebut maka hendaknya mempertimbangkan dengan matang ketika anak-anaknya hendak berinteraksi dengan orang lain. 2. kerentanan anak terhadap covid-19 dari data tersebut dapat dilihat bahwa 98% orang tua yang anaknya tidak pernah terpapar covid, sedangkan jumlah anak yang pernah terpapar covid ada di angka 2% . data ini menunjukkan bahwa saat ini kondisi anak dan keluarganya sehat dan dapat melakukan aktivitas sosial dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. 100% 0% 0% gambar 10. grafik pencegahan covid-19 dengan perangkat kesehatan benar salah tidak tahu 83% 2% 15% gambar 11. grafik penyakit penyerta lebih rentan terkena covid-19 benar salah tidak tahu 98% 2% gambar 12. grafik anak tidak terpapar covid-19 ya tidak vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.181 932 data di atas menunjukkan sarana transportasi yang digunakan oleh anak menuju ke sekolah relatif aman untuk anak melakukan jaga jarak dengan orang lain yaitu 87%, selebihnya sebanyak 13% menunjukkan bawhwa transportasi kurang memungkinkan untuk jaga jarak. data terbesar menunjukkan bahwa anak sudah terbiasa mencuci tangan di bawah air mengalir minimal 20 detik untuk menjaga kesehatan dan mencegah terjangkit covid-19. dari data di atas dapat dilihat bahwa kebiasaan menggunakan masker ketika beraktivitas di luar rumah dan melakukan interaksi sosial dengan orang lain sudah bisa diterapkan dengan baik. hal ini dilakukan dengan dengan penuh kesadaran karena memandang bahwa menggunakan masker adalah cara terbaik untuk melindungi diri dan orang lain. dapat diambil sebuah kesimpulan dari data tersebut bahwa anak-anak sudah menerapkan etika batuk dengan baik dan benar, yaitu menutup dengan masker, menutup mulut dan hidung dengan lengan bagian dalam, menutup mulut dan hidung menggunakan tisu, dan membuang masker atau tisu ke tempat sampah. 87% 13% gambar 13. grafik transportasi dengan jaga jarak ya tidak 93% 7% gambar 14. grafik kebiasaan anak cuci tangan pakai sabun ya tidak 100% 0% gambar 15. grafik kebiasaan menggunakan masker ya tidak 93% 7% gambar 16. grafik kebiasaan menerapkan etika batuk dengan benar ya tidak vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.181 933 data di atas mengisyaratkan bahwa anak sudah terbiasa menghindari kerumunan untuk mencegah terpapar covid-19. gambaran yang bisa ditangkap dari data di atas adalah bahwa anak sudah terbiasa melakukan jaga jarak (social distancing) dengan orang lain ketika melakukan interaksi sosial di luar rumah. wilayah tempat tinggal anak sebagian besar berada di zona hijau yang memungkinkan untuk melakukan aktivitas sosial dengan catatan tetap mematuhi protokol kesehatan, seperti penggunaan masker, menggunakan handsanitizer, cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir, dan melakukan jaga jarak demi menjaga keselamatan bersama. untuk informasi zona sekolah sendiri masih banyak orang tua yang masih kurang tahu bahwa di sekolah termasuk dalam kategori yang mana, namun begitu 35% mengetahui bahwa zona sekolah termasuk zona hijau dan 15% zona kuning yang memungkinkan orang untuk melakukan aktivitas sosialnya. 94% 6% gambar 17. grafik kebiasaan anak menghindari kerumunan ya tidak 98% 2% gambar 18. grafik kebiasaan menerapkan menjaga jarak ya tidak 48% 13% 11% 0% 28% gambar 19. grafik zona tempat tinggal anak hijau kuning merah hitam tidak tahu 35% 15%9%0% 41% gambar 20. grafik zona sekolah hijau kuning merah hitam tidak tahu vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.181 934 3. faktor orang tua mengizinkan ptm data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang tua mengizinkan anaknya melakukan ptm di sekolah karena orang tua mengetahui sanitasi sekolah yang cukup memadai untuk dilakukan ptm, yaitu antara lain seperti sarana toilet yang cukup memadai, tempat cuci tangan yang memenuhi standar, handsanitizer yang disediakan oleh pihak sekolah serta fasilitas lainnya yang menunjang. orang tua memberikan kepercayaan yang maksimal kepada pihak sekolah untuk menyelenggarakan ptm, yaitu dilakukan tes suhu badan sebelum memasuki area sekolah, adanya pembatasan jumlah siswa, pencegahan dan antisipasi timbulnya kerumunan serta mengatur jarak tempat duduk antarsiswa, dan sudah dibentuk tim satgas covid-19 tingkat sekolah. orang tua sudah mempertimbangkan dengan matang sarana transportasi yang aman dan memungkinkan untuk antar jemput anaknya yang melakukan kegiatan ptm. mulai dari antarjemput kendaraan pribadi (mobil/ motor), sepeda, dan bagi yang tidak memungkinkan antarjemput menggunakan alternatif angkutan umum seperti jasa taksi, ojek online, dan yang lainnnya. bagi yang rumahnya dekat maka dengan jalan kaki. 98% 2% gambar 21. grafik sanitasi sekolah memadai untuk ptm ya tidak 100% 0% gambar 22. grafik kepercayaan kepada pihak sekolah penerapan protokol kesehatan ya tidak 98% 2% gambar 23. grafik transportasi aman menuju sekolah ya tidak 91% 9% gambar 24. grafik mengejar materi yang tertinggal ya tidak vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.181 935 data di atas menggambarkan bahwa sebagian besar orang tua masih khawatir akan materi yang diserap anaknya ketika belajar di rumah tidak bisa dikuasai secara maksimal. sehingga ketika wacana untuk ptm mendapat sambutan yang cukup baik dari orang tua. separuh lebih orang tua ketika mendampingi belajar anak di rumah tidak bisa maksimal, karena orang tua mempunyai kewajiban untuk mengurus rumah tangga yang cukup menyita waktu. belum lagi ditambah bagi yang masih mempunyai anak kecil, maka waktu yang diluangkan untuk mendampingi belajar semakin sedikit. untuk menghadapi ptm ini, orang tua berusaha semaksimal mungkin mempersiapkan perlengkapan kesehatan, seperti handsanitizer, masker, tisu kering, tisu basah, dan perlengkapan lainnya yang menunjang. untuk menghindari anak jajan di sekolah atau sekitarnya, maka orang tua bertekad akan membekali anak dengan makanan dan minuman sendiri dari rumah dengan alasan lebih higienis. apalagi dalam kondisi masih pandemi seperti ini, kantin sekolah pun belum mulai beroperasi. upaya orang tua dalam mempersiapkan anak ptm bukan hanya yang bersifat materi, akan tetapi memandang bahwa edukasi terhadap anak-anaknya akan pentingnya mencegah terpapar covid-19 menjadi hal yang harus dilakukan demi menjaga keselamatan anak 43% 57% gambar 25. grafik orang tua tidak memiliki waktu untuk mendampingi anak belajar ya tidak 100% 0% gambar 26. grafik persiapan perlengkapan kesehatan ya tidak 98% 2% gambar 27. grafik persiapan bekal makanan dan minuman dari rumah ya tidak 100% 0% gambar 28. grafik melakukan sosialisasi pencegahan covid-19 ya tidak vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.181 936 terutama ketika berada di lingkungan sekolah. sementara orang tua tidak mendampingi anakanaknya ketika ptm dilaksanakan. 4. dukungan orang tua terhadap pencegahan covid-19 sebanyak 96% orang tua menyatakan dukungannya terhadap pelaksanaan ptm, sedangkan 4% lainnya belum mendukung dilaksanakannya ptm ini. dukungan tersbut dalam bentuk kesediaan orang tua untuk membersihkan sarana kebersihan, seperti toilet dan tempat cuci tangan, serta membersihkan ruang belajar. selain itu orang tua juga bersedia untuk menyiapkan perlengkapan kesehatan, vitamin dan sejenisnya yang diperlukan. pembahasan dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian orang tua melakukan proses pendampingan anaknya yang belajar di rumah sebesar 85%, bahkan ketika orang tua tidak dapat mendampinginya maka orang tua berusaha untuk mencarikan penggantinya, yaitu dari unsur kakak, saudara, kakek/ nenek, tetangga, atau pun guru lesnya, tetapi tidak ada yang menyerahkan pendampingan terhadap asisten rumah tangga. sebanyak 76% anak dapat menyerap materi pelajaran yang disampaikan oleh gurunya, selebihnya anak masih memerlukan bimbingan yang lebih serius dan hal ini menjadi pr bersama antara pihak sekolah dan orang tua tentunya. walaupun dinilai cukup berhasil dalam pjj ini, akan tetapi pada intinya pembelajaran dengan jarak jauh dan tanpa tatap muka maka ilmu pengetahuan yang ditangkap oleh siswa lebih lama untuk dicerna (purnami, 2020). untuk penggunaan perangkat pembelajaran, semua anak sudah dapat mengoperasikannya dengan baik. hal ini menandakan bahwa penguasaan informasi teknologi sudah mendukung untuk dilakukannya pembelajaran jarak jauh. namun begitu, bukan berarti sudah sempurna, tetap saja ada kendala yang dihadapi, seperti jaringan internet yang kurang stabil dan masih ada masyarakat yang kurang dalam hal daya beli kuota untuk belajar, sehingga menghambat proses belajar mengajar jarak jauh. senada dengan hal tersebut dikemukakan oleh (mukhlison, 2021) ada beberapa kendala yang dihadapi selama pjj, yaitu sdm yang terbatas, gadget yang terbatas, sulit dalam mengakses internet, listrik yang naik turun serta kuota yang kurang mencukupi dari orang tua. informasi dan pengetahuan orang tua seputar covid-19 tabel 1. pemahaman orang tua terhadap covid-19 no. covid-19 benar salah tidak tahu 1. penularan covid-19 melalui cairan hidung dan mulut 98% 2% 0% 2. tanda terjangkit covid-19 : batuk, demam, dll 94% 2% 4% 3. otg dapat menularkan covid-19 83% 3% 14% 4. pencegahan covid dengan perangkat kesehatan 100% 0% 0% 5. penyakit penyerta lebih rentan covid-19 83% 2% 15% 96% 4% gambar 29. grafik dukungan terhadap pencegahan covid-19 ya tidak vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.181 937 apabila dikalkulasi secara keseluruhan data tersebut maka dapat ditarik sebuah kesimpulan tentang pemahaman orang tua terhadap covid-19 sangat tinggi yaitu mencapai 458%, sedangkan 9% belum memahami, dan sebanyak 33% tidak tahu. berangkat dari pengetahuan orang tua tersebut, dapat menjadi dasar ketika orang tua mengizinkan anakanaknya untuk melakukan kegiatan ptm yang bersifat terbatas ini, tentunya sudah dipertimbangkan dengan sangat matang akan dampak baik dan buruknya bagi anak. orang tua dan steakholder yang ada diupayakan untuk memfungsikan tim satgas covid-19 sekolah (widara, 2021) dengan harapan ptm berjalan dengan baik dan lancar dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat. kerentanan anak terhadap covid-19 tabel 2. kerentatan anak terhadap covid-19 no. kerentanan anak terhadap covid-19 ya tidak 1. anak tidak terpapar covid-19 98% 2% 2. transportasi dengan jaga jarak 87% 13% 3. kebiasaan cuci tangan pakai sabun 93% 7% 4. kebiasaan pakai masker 100% 0% 5. kebiasaan menerapkan etika batuk dengan benar 93% 7% 6. kebiasaan menghindari kerumunan 94% 6% 7. kebiasaan jaga jarak (social distancing) 98% 2% dari data tersebut apabila ditotal maka 663% anak sudah menerapkan upaya pencegahan terpapar covid-19, yaitu dengan menerapkan kebiasaan yang mendukung supaya tidak terserang covid-19, sedangkan 37% lainnya belum terbiasa menerapkan pola kebiasaan tersebut. hal tersebut sejalan dengan (septiani, 2020) tentang pencegahan terhadap virus corona yaitu : menggunakan masker, mencuci tangan, menutup mulut pada saat batuk dan bersin, menjaga jarak, dan istirahat yang cukup serta memakan makanan yang bergizi. selain itu yang perlu dipertimbangkan adalah zona yang aman supaya anak benar-banar tidak rentan terhadap covid-19. untuk zona wilayah tempat tinggal 48% berada di zona hijau dan 13% berada di zona kuning, zona merah sebesar 11% dan tidak ada yang berada di zona hitam, selebihnya tidak tahu berada di zona yang mana. untuk zona sekolah menurut pengetahuan orang tua yaitu 35% berada di zona hijau dan 15% berada di zona kuning, 9% di zona merah, dan 0% zona hitam dan 41% tidak tahu. untuk wilayah dengan zona hijau artinya masyarakat dapat melakukan aktivitas secara normal dengan protokol kesehatan, zona kuning dengan pembatasan aktivitas sosial serta zona merah dan hitam dengan protokol kesehatan yang sangat serius (pasys, 2020). artinya pada zona hijau dapat dilakukan aktivitas sosial dengan protokol kesehatan, pada zona kuning ruang gerak lebih terbatas lagi, sedangkan pada zona merah dan hitam maka lebih diperketat lagi aktivitasnya dengan protokol kesehatan yang lebih ketat pula. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.181 938 faktor orang tua mengizinkan ptm tabel 3. faktor orang tua mengizinkan ptm no. faktor orang tua mengizinkan ptm ya tidak 1. sanitasi sekolah 98% 2% 2. kepercayaan kepada pihak sekolah 100% 0% 3. transportasi yang aman 98% 2% 4. mengejar materi yang tertinggal 91% 9% 5. tidak ada waktu khusus untuk mendampingi anak 57% 43 6. persiapan perlengkapan kesehatan 100% 0% 7. persiapan bekal makanan dan minuman 98% 2% 8. sosialisasi covid-19 100% 0% data tersebut menunjukkan bahwa persiapan orang tua dalam memberikan izin kepada anak-anaknya yang akan melaksanakan kegiatan ptm ini cukup tinggi, yaitu apabila dijumlahkan mencapai 742%, sedangkan 58% masih ragu. peran dan izin orang tua di sini sangat penting, karena faktor kesuksesan tidak hanya berada di pundak guru melainkan yang utama adalah orang tua (badria et al., 2018). anak yang akan melaksanakan ptm adalah anak yang mendapatkan izin dari orang tua, sedangkan yang tidak mendapatkan izin orang tua maka tidak diperkenankan melaksanakan ptm di lingkungan sekolah. izin yang diberikan tentunya bukan hanya yang hitam di atas putih saja alias tertulis, melainkan kesedian orang tua dalam mempersiapkan hal-hal yang bersifat materi atau pun edukasi tentang covid-19 menjadi faktor yang penting demi terlaksananya ptm ini. orang tua yang mendukung dilaksanakannya ptm sebanyak 94% dan 6% lainnya tidak merespon. bentuk dukungan yang diberikan oleh orang tua yaitu kesediaannya untuk bekerja sama dengan pihak sekolah membersihkan sarana kesehatan, seperti toilet, tempat cuci tangan, menjaga kebersihan ruang belajar, dan juga dalam hal penyediaan vitamin serta pendukung lainnya. tindakan yang seperti ini mereka lakukan demi menjaga lingkungan sekolah yang tetap bersih dan sehat supaya anak-anak mereka yang melaksanakan ptm dapat belajar dengan nyaman dan terhindar covid-19. dalam kondisi pandemi seperti ini, orang tua berpikir bahwa menjaga kebersihan bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah saja, tetapi termasuk di dalamnya adalah orang tua siswa demi terciptanya sekolah yang sehat. simpulan dari uraian di atas dapat ditarik benang merah bahwa meskipun orang tua tidak lepas dari tanggung jawab ketika anaknya belajar di rumah, namun mereka sangat berharap anaknya akan memiliki pembimbing belajar yang benar-benar mumpuni di bidangnya, dalam hal ini adalah guru. tidak bisa dipungkiri ketika anak belajar di rumah banyak sekali sumber belajar yang bisa didapatkan, apalagi di era 4.0 ini yang sangat canggih dan cepat dalam mencari berbagai informasi dengan gadget. pendampingan yang diberikan orang tua terkadang tidak bisa maksimal, karena banyak kegiatan rumah tangga yang harus diselesaikan dalam waktu bersamaan. wacana dibuka ptm tersebut memberikan angin segar bagi para orang tua untuk melihat kembali anaknya menemukan keceriaan belajar di lingkungan sekolah. dengan demikian, kesiapan orang tua dalam menghadapi ptm pada masa pandemi covid-19 ini baik, yaitu ditunjukkan dengan berbagai persiapan yang matang dalam menyambut ptm. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.181 939 saran penyelenggaraan ptm harus benar-benar memperhatikan zona wilayah, yaitu zona hijau dan di bawah pengawasan satgas covid-19 setempat karena menyangkut keselamatan bersama. daftar rujukan akbar, k. r., wilastiara, e. b., noviyanti, r., ardiani, r., & sudinadji, m. b. (2021). analisis perilaku masyarakat selama pandemic covid-19 dan new normal. jira: jurnal inovasi dan riset akademik, 2(1), 65–78. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 badria, i. l., fajarianingtyas, d. a., & wati, h. d. (2018). pengaruh peran orang tua dan kesiapan belajar terhadap prestasi belajar ipa. lensa (lentera sains): jurnal pendidikan ipa, 8(1). https://doi.org/10.24929/lensa.v8i1.33 gunadha, r., & bhayangkara, | chyntia sami. (2020). 5 hal yang tak boleh dilakukan selama pembatasan sosial berskala besar. suara.com. https://www.suara.com/news/2020/04/01/152754/5-hal-yang-tak-boleh-dilakukanselama-pembatasan-sosial-berskala-besar?page=all helaluddin, h. (2018). mengenal lebih dekat dengan pendekatan fenomenologi: sebuah penelitian kualitatif. https://www.researchgate.net/publication/323600431_mengenal_lebih_dekat_deng an_pendekatan_fenomenologi_sebuah_penelitian_kualitatif jamilah, j. (2020). kesiapan orang tua dalam pengelolaan pendidikan anak usia dini. autentik : jurnal pengembangan pendidikan dasar, 3(2), 86– 96. https://doi.org/10.36379/autentik.v3i2.37 kemdikbud. (2020). kemendikbud terbitkan pedoman penyelenggaraan belajar dari rumah. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/05/kemendikbud-terbitkanpedoman-penyelenggaraan-belajar-dari-rumah kompas. (2021a, march 25). pembelajaran tatap muka disiapkan, aturannya, hingga rencana uji coba di dki. https://nasional.kompas.com/read/2021/03/25/08542911/pembelajaran-tatap-mukadisiapkan-aturannya-hingga-rencana-uji-coba-di-dki?page=all kompas. (2021b). beragam respons wali murid di kota tangerang soal wacana belajar tatap muka juli mendatang. https://megapolitan.kompas.com/read/2021/03/04/20315811/beragam-respons-walimurid-di-kota-tangerang-soal-wacana-belajar-tatap?page=all. kurniawan, a. (2021). 26 pengertian belajar menurut para ahli pendidikan dan daftar pustakanya. https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-belajar/ kusuma, n. a., irhandayaningsih, a., & kurniawan, a. t. (2015). analisis penggunaan metode mind mapping untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman (studi kualitatif siswa tunarungu sd kelas v di slb negeri semarang). mukhlison. (2021). kendala pembelajaran jarak jauh dan solusinya. https://www.stit-alkifayahriau.ac.id/kendala-pembelajaran-jarak-jauh-dan-solusinya/ vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.181 940 nurfatimah, n., hamdian affandi, l., & syahrul jiwandono, i. (2020). analisis keaktifan belajar siswa kelas tinggi di sdn 07 sila pada masa pandemi covid-19. jurnal ilmiah profesi pendidikan, 5(2), 145–154. https://doi.org/10.29303/jipp.v5i2.130 nurgesang, f. a., wicaksono, a. b., dhewanto, s. a., & suryawan, d. (2019). integrasi kuliah tatap muka dan praktikum untuk mengoptimalkan sistem pembelajaran pada mata kuliah gambar manufaktur. refleksi pembelajaran inovatif, 1(2). https://doi.org/10.20885/rpi.vol1.iss2.art7 pasys, r. (2020). apa itu zona hijau, zona merah hingga zona hitam terkait virus corona? https://kids.grid.id/read/472179856/apa-itu-zona-hijau-zona-merah-hinggazona-hitam-terkait-virus-corona?page=all prabawati, a. (2020). pembuatan piranti kehidupan masyarakat di masa pandemi covid-19. majalah ilmiah pelita ilmu, 3(1), 75. https://doi.org/10.37849/mipi.v3i1.194 purnami, p. (2020). dampak lain cara belajar tanpa tatap muka terhadap peningkatan pengetahuan siswa sd. jurnal ilmiah wuny, 2(2). https://doi.org/10.21831/jwuny.v2i2.34683 septiani, a. (2020). bagaimana cara mencegah dan menghindari virus corona? https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5048106/bagaimana-cara-mencegahdan-menghindari-virus-corona sugianto, o. (2020, april 13). penelitian kualitatif, manfaat dan alasan penggunaan. https://binus.ac.id/bandung/2020/04/penelitian-kualitatif-manfaat-dan-alasanpenggunaan/ utami, f. a. (2020). apa itu pandemi? https://www.wartaekonomi.co.id/read276620/apa-itupandemi widara, k. a. (2021, june 14). dukungan orang tua sangat dibutuhkan pada praktek ptm terbatas di sekolah. okezone. https://news.okezone.com/read/2021/06/14/1/2424780/dukungan-orang-tua-sangatdibutuhkan-pada-praktek-ptm-terbatas-di-sekolah wulan sari, p. o. (2018). hubungan perhatian orang tua terhadap kesiapan belajar siswa dan prestasi belajar. pedagogi: jurnal ilmu pendidikan, 18(1), 85. https://doi.org/10.24036/fip.100.v18i1.301.000-000 vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.176 1359 received : 27-08-2021 revised : 23-09-2021 published : 30-09-2021 siaran pendidikan: radio dan televisi edukasi teguh arie sandy, irena febriyan ningsih, laila nuraini, anggita styanindya hasna, alwi hamed universitas negeri yogyakarta teguhariesandy@uny.ac.id abstrak penulisan artikel jurnal ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pemanfaatan siaran pendidikan melalui radio dan televisi edukasi sebagai salah satu bentuk inovasi pendidikan untuk menunjang proses pembelajaran siswa, terutama selama pandemi ini agar pembelajaran tetap dapat terlaksana dengan baik. hasil kajian yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa media televisi mempunyai potensi yang tinggi untuk menyampaikan pesan pendidikan/pembelajaran dan mampu menarik perhatian serta minat peserta didik. bahkan kenyataannya, sebagian besar dari kehidupan peserta didik ada di depan televisi. begitu halnya dengan radio edukasi, melalui siarannya menunjukkan potensinya yang dapat membangkitkan dan mampu menyentuh pribadi pendengar. hal ini tercatat pada acara siaran dongeng live secara monolog, anak-anak antusias menanyakan tokoh yang ada dalam dongeng dan memberikan komentar tentang tokoh dan cerita yang telah didengarkan. dengan berkembangnya teknologi, siaran radio edukasi saat ini semakin mudah diakses secara cepat dan dapat dengan mudah didengarkan melalui handphone sehingga lebih praktis dan mudah dibawa kemana saja. untuk itu, pentingnya siaran televisi dan radio edukasi dijadikan sebagai salah satu sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran. kata kunci: siaran pendidikan; radio edukasi; televisi edukasi abstract writing this journal article aims to describe the use of educational broadcasts through educational radio and television as a form of educational innovation to support the student learning process, especially during this pandemic so that learning can still be carried out properly. the results of the study conducted by the author indicate that television media has a high potential to convey educational/learning messages and is able to attract the attention and interest of students. in fact, most of the students' lives are in front of the television. likewise with educational radio, through its broadcasts it shows its potential that can arouse and be able to touch the listener's personality. this was recorded in a monologue broadcast of live fairy tales, the children enthusiastically asked about the characters in the fairy tales and gave comments about the characters and stories they had heard. with the development of technology, educational radio broadcasts are now easier to access quickly and can be easily listened to via mobile phones so that they are more practical and easy to carry anywhere. for this reason, the importance of educational television and radio broadcasts is used as a source of learning in learning activities. keywords: educational broadcasts; educational radio; educational television https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.176 mailto:teguhariesandy@uny.ac.id vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.176 1360 pendahuluan pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap manusia. setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. pendidikan sangat penting bagi manusia, sebab tanpa pendidikan manusia tidak akan berkembang atau bahkan terbelakang. sehingga perlu adanya pendidikan yang memiliki tujuan membentuk manusia seutuhnya. dalam mencapai tujuan pendidikan yang baik, maka perlu ada proses pembelajaran yang baik pula. dimana proses pembelajaran itu sendiri merupakan suatu proses mempengaruhi peserta didik agar mencapai tujuan suatu pembelajaran. dalam proses pembelajaran pendidik dituntuk untuk dapat menyampaikan materi yang diajarkan dan memberikan fasilitas yang mendukung di dalam proses pembelajaran. sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran dengan mudah. namun, pada kondisi pandemic sekarang ini menjadi kendala bagi sekolah dalam melaksanakan proses pembelajaran. misalnya guru mengalami kesulitan dalam hal media pembelajaran. disamping itu, di era yang semakin meluasnya kemajuan di bidang teknologi komunikasi, dan ditemukannya dinamika proses belajar, maka pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran semakin menuntut dan memperoleh media pendidikan yang bervariasi secara luas juga. karena belajar adalah proses internal dalam diri manusia maka guru bukanlah merupakan satu-satunya sumber belajar, namun merupakan salah satu komponen dari sumber belajar. pemerintah telah melakukan berbagai inovasi untuk meunjang proses pembelajaran siswa, terutama selama pandemic ini agar pembelajaran tetap dapat terlaksana dengan baik. salah satunya yaitu adanya siaran pendidikan melalui penggunaan media radio dan televisi edukasi sebagai media pembelajaran siswa. untuk itu, pada makalah ini akan membahas materi tentang siaran pendidikan: radio dan televisi edukasi sebagai sumber belajar dalam pendidikan yang akan dikaji secara detail. kajian literatur dan pembahasan pengertian dan sejarah radio edukasi berdasarkan dokumen tertulis di radio edukasi yogyakarta, radio edukasi (re) berdiri pada tanggal 11 september 1980 sesuai kepmendikbud nomor 222g/0/1980 dengan nama bpmr yogyakarta (balai produksi media radio). kemudian berdasarkan kepmendikbud nomor 103/0/2003, sejak tanggal 18 juli 2003 bertambah fungsi menjadi bpmr yogyakarta (balai pengembangan media radio). tanggal 17 april 2012 berubah nama menjadi bpmrp (balai pengembangan media radio pendidikan) berdasarkan permendikbud nomor 23 tahun 2012. radio edukasi (re) merupakan salah satu sumber belajar atau media pendidikan yang dikembangkan oleh balai pengembangan media radio pendidikan (bpmrp) yogyakarta sebagai unit pelaksana teknis (upt) pusat teknologi informasi dan komunikasi pendidikankementerian pendidikan dan kebudayaan (pustekkom-kemendikbud). re merupakan wadah untuk mengimplementasi-kan hasil-hasil pengembangan program media audio/ radio pendidikan yang diproduksi oleh bpmrp yogyakarta. radio edukasi mulai beroperasi pada tanggal 1 oktober 2007 di yogyakarta dan dipancarkan melalui frekuensi am 1251 khz. re menyiarkan berbagai materi pendidikan yang dikemas dengan santun, cerdas, dan menghibur serta disiarkan dalam berbagai bentuk program acara. konten siaran yang disajikan atau disiarkan re terdiri atas media audio pendidikan, baik untuk pendidikan formal, nonformal maupun informal. media audio yang ditujukan untuk pendidikan formal adalah media audio https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.176 vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.176 1361 penunjang pendidikan (mapp). media audio untuk pendidikan nonformal, antara lain berisikan “dongeng”, “kisah tokoh”, “risalah nabi dan sahabat”, “re musisi”, serta “re jalan-jalan sore (jjs). peran radio edukasi sebagai radio pendidikan peranan siaran radio dalam dunia pendidikan telah diyakini sebagai salah satu sumber belajar yang ekonomis, praktis, mudah, dan fleksibel dan sesuai dengan tujuan seperti halnya kriteria sumber belajar. selaras dengan pemikiran yang telah dikemukakan, pemanfaatan media radio sebagai media pembelajaran telah dapat memenuhi kesembilan karakteristi media radio sebagaimana yang dikemukakan oleh dodi mawardi yaitu: (a) theater of mind (media radio memiliki kemampuan untuk membangkitkan imajinasi pendengar) (b) personal (media radio mampu menyentuh pribadi pendengar) (c) sound only (media radio hanya menggunakan media suara dalam menyajikan informasinya) (d) at once (media radio dapat diakses dengan cepat dan seketika) (e) heard once (media radio didengar secara sepintas) (f) secondary medium half aers media (media radio hanya bisa menjadi teman dalam beraktivitas) (g) radio secara fisik mudah dibawa kemana saja) (h) local (media radio bersifat lokal, hanya di daerah yang terjangkau frekuensinya) (i) linear (media radio tersusun secara sistematis) berkaitan dengan karakteristik media radio di atas, re melalui siarannya menunjukkan potensinya yang dapat membangkitkan dan mampu menyentuh pribadi pendengar. hal ini tercatat pada acara siaran dongeng live secara monolog, anak-anak antusias menanyakan tokoh yang ada dalam dongeng dan memberikan komentar tentang tokoh dan cerita yang telah didengarkan. dengan berkembangnya teknologi internet, siaran re saat ini semakin mudah diakses secara cepat dan seketika melalui streaming di website radioedukasi.com, bahkan sekarang ini, siaran re dapat dengan mudah didengarkan melalui handphone sehingga lebih praktis dan mudah dibawa kemana saja. sebagai salah satu jenis sumber belajar, re (radio edukasi)dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar karena materi pembelajaran yang disiarkan melalui re adalah: (a) dirancang sesuai kebutuhan sasaran pendengar (peserta didik, guru, dan masyarakat pemerhati pendidikan) (b) memberikan pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada peserta didik (c) memberikan informasi yang akurat dan terbaru (d) membantu memecahkan masalah pendidikan. (e) memberikan berbagai informasi yang disiarkan seputar dunia pendidikan. kelebihan dan kekurangan radio edukasi kelebihan yang dimilki radio edukasi adalah (a) biaya produksi lebih murah. sebagai alat komunikasi atau media komunikasi, radio ketika produksi biayanya murah karena produksi dalam radio sangat mudah dilakukan dan dapat diselesaikan dalam waktu yang sangat cepat dibandingkan acara televisi. (b) sifatnya yang instrutif hal ini bisa terlihat dari sifat radio yang memanfaatkan gelombang udara dalam prosesnya penyiarannya. fakta ini tidak dapat terbantahkan karena dapat menembus ruang dan waktu manapun yang tidak dapat ditembus oleh media lain. (c) radio yang mudah dibawa dan mobile. saat ini kita tidak asing dengan radio yang ada di smartphone atau handphone, hal inilah yang disebut mobile. bisa dengan mudah diakses baik melalu headset ataupun speaker bluetooth. seiring perkembangan jaman yang juga menyebabkan berkembangnya teknologi, yang mana jika dulu radio mempunyai dimensi yang besar, dan sekarang yang kita temui adalah dimensi radio yang lebih kecil dan dapat dibawa kemanapun dengan harga yang terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. (d) sasaran komunikan yang spesifik sebagaimana yang kita ketahui bahwa radio juga digemari https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.176 vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.176 1362 oleh kalangan muda. karena mudah diakses, dan memiliki pembahasan update tentang anak muda, menjadikan radio favorit di semua kalangan usia. hal tersebut membuktikan bahwa radio mampu untuk fokus pada pendengar berdasarkan skop demografis tertentu. ini karena para penyiar yang berkesempatan untuk menyiarkan sesuatu seperti halnya pengumuman yang ditujukan pada obyek tertentu. (e ) fleksibel radio terkenal akan flesibilitasnya, karena proses untuk siarannya tidak membutuhkan waktu dan proses yang berbelit. program yang diciptakan secara cepat, disiarkan saat itu juga, mengirim pesan dan dapat berubah secara cepat ketika ingin mengadakan perubahan. sedangkan, berikut ada beberapa kelebihan radio edukasi, yakni diantaranya: (a) resiko rentan mengalami gangguan indera pendengar karena radio sifatnya hanya mendengar, hal ini bisa membuat dampak yang buruk kepada indera pendengar jika dilakukan secara terus menerus baik melalui headset ataupun speaker aktif. melihat kebiasaan para pendengar di usia muda yang gemar mendengarkan segala sesuatu melalui headset, hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan gangguan pendengaran. (b) hanya audio saja. lain halnya televisi yang dilengkapi dengan gambar, radio hanya mengandalkan suara sang penyiar ataupun lagu-lagu yang disiarkan saja. hal inilah merupakan kelemahan dari radio yang terkadang mengganggu beberapa pendengar yang mengingkan tampilan visual suatu media. pengertian televisi edukasi berdasarkan buku sekilas pustekkom, televisi edukasi (tve) merupakan salah satu program unggulan pada pusat teknologi informasi dan komunikasi pendidikan (pustekkom) yang pada tanggal 12 oktober 2004 diresmikan pendiriannya oleh mendiknas, malik fajar. program televisi pendidikan yang diberi nama televisi edukasi ini dilaksanakan untuk mewujudkan kebijakan rencana strategis kemdikbud. tujuan tve ini adalah untuk memberikan layanan siaran pendidikan yang berkualitas dalam rangka menunjang dan mendukung peningkatan serta pemerataan pendidikan nasional. sasaran program tve adalah peserta didik dari semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, praktisi pendidikan, dan masyarakat. selain itu juga diharapkan dapat membantu penuntasan wajib belajar, siswa di daerah terpencil yang masih kekurangan guru dan bahan ajar, serta menunjang proses pembelajaran reguler dan jarak jauh (pusat teknologi informasi dan komunikasi pendidikan, 2007). televisi edukasi (tve) adalah stasiun televisi yang mengkhususkan diri pada siaran pendidikan. tve merupakan salah satu program unggulan pustekkom. visinya adalah: menjadi siaran televisi pendidikan yang santun dan mencerdaskan. misinya meliputi: a) mencerdaskan masyarakat, b) menjadi tauladan bagi masyarakat, c) menyebarluaskan informasi dan kebijakan depdiknas, dan d) mendorong masyarakat gemar belajar. tujuannya memberikan layanan siaran pendidikan berkualitas untuk menunjang tujuan pendidikan nasional. sasarannya adalah peserta didik dari semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan, praktisi pendidikan, serta masyarakat (pustekkom, 2009). banyak program siaran yang ditayangkan oleh di tve antara lain: informasi pendidikan, fisika itu asyik, aku juga ingin tahu, science insight, dan siaran pendidikan interaktif. metode siaran dilakukan melalui penampilan guru di depan layar televisi edukasi dengan memberikan berbagai pemecahan soal dan materi yang terkait dengan topik yang akan dibahas. struktur program siaran pendidikan interkatif ini terdiri atas opening program, teaser atau cuplikan materi yang akan disampaikan, pengenalan narasumber oleh presenter, pembahasan soal sesuai kisi-kisi ujian nasional, interaktif dengan pemirsa melalui telepon, sms atau media https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.176 vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.176 1363 sosial dan diakhiri dengan closing program. durasi body program selama 45 menit dengan lama tayang selama 1 jam dengan dibagi menjadi 4 segmen. pada akhir segmen ke 4 disajikan quiz dengan pertanyaan sesuai materi yang dibahas. peran dan fungsi televisi edukasi sebagai tv pendidikan televisi merupakan alat yang digunakan sebagai sarana komunikasi searah yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan-pesan kehidupan. televisi dianggap sebagai media pembelajaran yang efektif dan menarik, karena alat ini dapat merekam dan menangkap objek gambar hidup yang sebenarnya, dari tempat yang jauh dapat dilihat dan dinikmati oleh pemirsa seolah-olah kejadian itu berada didepan matanya. dengan jaringan komunikasi dan informasi yang mudah dan efektif untuk penyampaian pesan, maka dunia pendidikan seharusnya juga ikut mengambil peran dalam penanganan media televisi ini sebagai pusat sumber belajar. artinya, para perencana dan praktisi pendidikan tidak hanya sebagai penonton dari luar arena program pertelevisian indonesia. tetapi ikut ambil bagian penayangan program kependidikan yang dikemas untuk kepentingan pembinaan ahlak, moral dan nilai-nilai budaya indonesia. sebagai salah satu sumber belajar, ada 3 pola atau cara pemanfaatan program siaran tve, yaitu pemanfaatan program siaran tve sesuai dengan jadwal siaran tve (pemanfaatan siaran tve secara langsung). dimana agar pembelajaran selaras dengan jam tayang tve, maka guru mendownload jadwal tersebut dari situs tve di internet, atau melalui situs pencari (misal: google). selain itu, guru dapat merelay siaran dari tvri, karena tve telah melakukan kerjasama dengan stasiun tvri, program tve yang ditayangkan adalah diprioritaskan pada mata pelajaran matematika, bahasa indonesia, dan bahasa inggris untuk peserta didik smp dan mts. pemanfaatan siaran tve sebagai penugasan. berdasarkan jadwal tayangan siaran tve yang ada, guru menugaskan para peserta didiknya untuk mengikuti tayangan siaran tve tentang mata pelajaran tertentu pada waktu tertentu. peserta didik dapat melaksanakan tugas ini di sekolah atau di rumah, baik secara perseorangan maupun dalam bentuk kelompok kecil. pemanfaatan program siaran tve sebagai pengisi jam pelajaran kosong. apabila guru berhalangan hadir karena sesuatu hal, maka guru piket atau guru serumpun dapat mengisi jam pelajaran kosong yang ada dengan menayangkan siaran tve kelebihan dan kekurangan tv edukasi untuk kelebihan tve yaitu (a) televisi dapat memancarkan berbagai jenis bahan audiovisual termasuk gambar diam, film, objek, spesimen, dan drama. (b) televisi bisa menyajikan model dan contoh-contoh yang baik bagi siswa. (c) televisi dapat membawa dunia nyata kerumah dan ke kelas-kelas, seperti orang, tempat-tempat, dan peristiwa-peristiwa, melalui penyiaran langsung atau rekaman. (d) televisi dapat memberikan kepada siswa peluang untuk melihat dan mendengar sendiri. (e) televisi dapat menyajikan program-program yang dapat dipahami oleh siswa dengan usia dan tingkatan pendidikan yang berbeda-beda. (f) televisi dapat menyajikan visual dan suara yang amat sulit diperoleh pada dunia nyata; misalnya ekspresi wajah, dan lain-lain. (g) televisi dapat menghemat waktu guru dan siswa, misalnya dengan merekam siaran pelajaran yang disajikan dapat diputar ulang jika diperlukan tanpa harus melakukan proses itu kembali. disamping itu, televisi merupakan cara yang ekonomis untuk menjangkau sejumlah besar siswa pada lokasi yang berbeda-beda untuk penyajian yang bersamaan. (h) televisi merupakan medium yang menarik, modern dan selalu siap diterima oleh anak-anak karena mereka mengenalnya sebagai bagian dari kehidupan luar sekolah mereka (i) televisi sifatnya langsung https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.176 vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.176 1364 dan nyata. dengan televisi siswa tahu kejadian-kejadian mutakhir, mereka bisa mengadakan kontak dengan orang-orang besar/terkenal dalam bidangnya, melihat dan mendengarkan mereka berbicara. (j) pesawat tv relatif murah. sedangkan kekurangan tve yaitu (a) televisi hanya mampu menyajikan komunikasi satu arah; (b) televisi pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada kesempatan untuk memahami pesa-pesannya sesuai dengan kemampuan individual siswa; (c) layar pesawat televisi tidak mampu menjangkau kelas besar sehingga sulit bagi semua siswa untuk melihat secara rinci gambar yang disiarkan; (d) kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi dengan guru, dan siswa bisa jadi bersikap pasif selama penayangan; (e) jika akan dimanfaatkan di kelas jadwal siaran dan jadwal pelajaran di sekolah sering kali sulit disesuaikan; (f) program di luar kontrol guru, dan besarnya gambar dilayar relatif kecil dibanding dengan film, sehingga jumlah siswa yang dapat memanfaatkan terbatas. simpulan berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa radio edukasi (re) merupakan salah satu sumber belajar atau media pendidikan yang dikembangkan oleh balai pengembangan media radio pendidikan (bpmrp) yogyakarta. sedangkan televisi edukasi merupakan salah satu program unggulan pada pusat teknologi informasi dan komunikasi pendidikan. penggunaan radio dan televisi edukasi dalam pembelajaran dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap proses belajar mengajar sebagai salah satu bentuk inovasi pendidikan untuk mengatasi permasalahan dalam pendidikan, terutama dalam pembelajaran daring karena adanya pandemi covid 19. radio edukasi (re) memiliki peran dalam pendidikan yaitu konten/materi program siaran adalah untuk kepentingan pendidikan dasar, menengah, tinggi, dan nonformal, informasi tentang pendidikan dan informasi pendukung sehingga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber untuk belajar. untuk tve sendiri dapat memberikan layanan siaran pendidikan yang berkualitas dalam rangka menunjang dan mendukung peningkatan serta pemerataan pendidikan nasional. terdapat 3 pola pemanfaatan tve yaitu pemanfaatan program siaran sesuai jadwal, pemanfaatan tve sebagai penugasan dan pemanfaatan tve sebagai pengisi jam kosong. adanya radio dan televisi edukasi sebagai media penunjang pembelajaran tentunya juga dapat meningkatkan kreatifitas dalam program-program pendidikan agar lebih menarik untuk dikemas dan dikembangkan agar tidak hilang oleh kemajuan teknologi dan terus diminati oleh masyarakat luas. saran dengan adanya radio dan televise edukasi ini, harapannya guru dapat memanfaatkan siaran atau program yang tersedia sebagai salah satu penunjang dalam pembelajaran. radio dan televisi edukasi juga dapat lebih meningkatkan kreatifitas dalam program-program pendidikan agar lebih menarik untuk dikemas dan dikembangkan agar tidak hilang oleh kemajuan teknologi dan terus diminati oleh masyarakat luas. oleh karena itu, dalam era teknologi yang semakin maju ini guru juga dituntut untuk mampu berinovasi dalam menciptakan suatu media pembelajaran atau sarana belajar siswa yang lebih bervariatif, terutama untuk mengatasai permasalahan pendidikan dalam pembelajaran yang dilakukan secara daring. https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.176 vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.176 1365 daftar rujukan innayah. 2014. radio edukasi sebagai salah satu sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran. jurnal kwangsan vol. 2 no 1, november 2014. yogyakarta : balai pengembangan media radio pendidikan (bpmrp). kuswita, herry. 2014. strategi penyajian program pendidikan di televisi edukasi. jurnal komunikologi vol 11 no 1, maret 2014. jakarta : universitas esa unggul jakarta. murwatiningsih, susanti. 2016. evaluasi program siaran pendidikan interaktif televisi edukasi mata pelajaran ipa. jurnal evaluasi pendidikan vol. 7 no 1, maret 2016. jakarta timur : fkip uhamka. purnama, eka khristiyanta. 2011. program siaran radio edukasi sebagai sumber belajar masyarakat pedesaan. jurnal of rural development vol 11 no 2 agustus 2011. pusat teknologi informasi dan komunikasi pendidikan. 2007. sekilas pustekkom, tve, edukasi, net, dan pjj. jakarta: depdiknas. pustekkom. televisi edukasi. 2014. televisi edukasi (tve) sebagai aplikasi teknologi dalam peningkatan mutu pendidikan. yogyakarta https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.176 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 792 received : 27-04-2021 revised : 18-05-2021 published : 29-06-2021 pengembangan media presentasi berbasis animasi untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis matematis siswa mts indiyanti1, ummu sholihah2 1mtsn 7 nganjuk jawa timur, 2universitas islam sayyid ali rahmatullah tulungagung jawa timur, indonesia indiyanti42@gmail.com, sholihah2280@gmail.com abstrak kondisi wabah covid -19 yang menjangkiti seluruh belahan dunia telah mengubah pola pendidikan yang telah ada dan berlangsung lama, proses belajar mengajar yang awalnya dilaksanakan di dalam kelas secara langsung tidak dapat lagi dilaksanakan, hal ini disebabkan adanya aturan untuk membatasi interaksi dan menjaga jarak demi memutus rantai penularan wabah covid 19. sehingga dibutuhkan adanya suatu alat yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran daring siswa selama wabah covid berlangsung. pada penelitian ini, peneliti mengembangkan sebuah media power point berbasis animasi berbentuk video pembelajaran yang bisa dimanfaatkan siswa selama kegiatan belajar mandiri dirumahnya sebagai pendukung pembelajaran daring. video pembelajaran ini disajikan secara menarik supaya siswa dapat memahami materi segitiga yang disampaikan dengan jelas, mudah serta tidak bosan karena tampilan yang dusajikan berupa tampilan animasi. materi pokok segitiga adalah materi yang diambil untuk penelitian ini, materi ini adalah satu dari sekian banyak materi yag harus dikuasasi siswa pada jenjang mts kelas 7 semster 2. kompetensi dasar yang diharapkan dalam pembelajaran ini adalah siswa mampu mengaitkan rumus keliling dan luas berbagai jenis segiempat dan segitiga, serta menyelesaikan masalah kontektual yang berkaitan dengan luas dan keliling segempat dan segitiga. agar tercapai kompetensi dasar yang diharapkan, diperlukan suatu media yang kreatf dan inovatif yang mampu membangkitkan keinginan, minat serta semangat belajar siswa pada pembelajaran matematikan serta dapat meningkatkan prestasi belajar pada materi segitiga. serta mampu memunculkan kemampuan berfikir kritis matematis siswa dalam menyelesaian permasalahan di sekitar siswa yang berkaitan dengan materi segitiga. metode yang dikembangkan adalah metode riset dan pengembangan r & d menggunakan urutan metode borg dan gall yang di oleh soenarto (2003). diujikan pada siswa mtsn 7 nganjuk , jawa timur, indonesia pada siswa kelas 7 dengan responden sebanyak 66 siswa. berdasarkan penelitian yang dilakukan media pembelajaran power point berbasis animasi yang dikembangkan valid dari aspek validitas media, validitas isi materi dan respon siswa terhadap media yang diberikan serta mampu meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa kelas vii mtsn 7 nganjuk , jawa timur. kata kunci: pengembangan media; berpikir kritis matematis; siswa mts https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 mailto:indiyanti42@gmail.com mailto:sholihah2280@gmail.com vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 793 pendahuluan perkembangan zaman ditandai dengan adanya perkembangan dalam segala aspek kehidupan, ilmu pengetahuan dan teknologo merupakan salah satu aspek yang berkembang pesat dalam kehidupan. perkembangan ilmu pengetahuan harus disertai perkembangan pada sistem pendidikan yang diberlakukan pada suatu bangsa. banyak usaha diterapkan pemerintah indonesia dalam meningkatkan mutu pendidikan. munculnya gagasan gagasan baru yang kreatif dan inovatif dari pihak yang terkait dengan pendidikan sangat dibutuhkan dalam upaya untuk meningkatan mutu pendidikan. optimalisi kinerja pada seluruh komponen pengajaran adalah usaha yang dilakukan oleh pemerintah indonesai. guru adalah satu unsur penting dalam komponen pendidikan, karena guru memiliki penting dalam keberhasilan kegiatan pembelajaran. guru juga memiliki peran yang penting dalam menumbuhkan suasana belajar yang membuat siswa senang dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilakukan berjalan secara maksimal. untuk mencapai kondisi tersebut seorang guru harus memiliki kemampuan untuk mengkreasi dan menginovasi pembelajaran dalam kelasnya. belajar merupakan interaksi yang diperoleh sesorang sebagai hasil dari proses perubahan tingkah laku.(pane & darwis dasopang, 2017). hasil belajar sebagai bentuk perubahan perilaku harus memiliki sifat berkelanjutan, memiliki fungsi, bersifat positif, aktif, serta memiliki arah . berdasarkan pendapat ahli pendidikan dan psikologi bentuk peralihan perilaku dimanapun dan dalam keadaan apapun. aktivitas seorang yang laksanakan dengan sadar ataupun dengan kondisi tidak sadar menunjukkan keaktifan seseorang dalam aspek mental pada dirinya. menurut dimyati dan mudjiono dalam artikel evitasari (evitasari, 2021) kegiatan belajar adalah kegiatan yang mengenai pribadi setiap orang yang bersifat menyeluruh, yang meliputi sikap, nilai nilai , ketertarikan terhadap suatu hal, pengungkapan serta penyesuaian emosi social dari beberapa pengertian yang diungkapkan dapat diambil kesimpulan bahwabelajar adalah suatu proses pada diri sesorang yang diperlihatkan dengan adanya perubahan tingkah laku dan sikap yang menyangkut kognitif, psikomotorik dan afektif pada individu yang belajar. derajat kemampuan yang dapat diperoleh oleh setiap diri dalam melakukan usaha tertentu disebut sebagai hasil belajar. (fadillah, 2016). kompetensi yag diharapkan adalah terlihatnya kemampuan siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang diinginkan dalam bidang tertentu setelah siswa mengikuti proses pembelajaran. menurut oemar malik dalam penelitian khoirul budi utomo (utomo, 2018) pembelajaran merupakan perpaduan faktor faktor yang berkaitan dengan manusia, materi, peralatan dan urutan yang memiliki kaitan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. undang undang tentang sistem pendidikan nasional yang tertuang dalam uu no 20 tahun menjelaskan bahwa proses pembelajaran adalah suatu aktivitas timbal balik yang terjadi antara siswa, guru serta keadaan sekitar belajar yang dipakai dalam proses pembelajaran. dari kedua pengertian yang disebutkan dapat dijelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu kegitan sadar berkelanjutan yang dilaksanakan sebagai usaha yang dikerjakan oleh seorang guru dan siswa yang memiliki tujuan agar siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar yang ditunjukkan dengan perubahan perilaku untuk meendapatkan kompetensi baru yang berlangsung dalam kurun waktu lama. menurut suprijono dalam penelitian muh yusuf (muh. yususf, 2009) hasil belajar yang diinginkan yaitu hasil belajar yang terdiri dari segi kemampuan mengetahui https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 794 (pengetahuan, ingatan), memahami (memahami, menjelaskan, meringkas, memberi contoh), penerapan , analisis (menguraikan, mencari hubungan), sintesa ( mengorganisasikan, membuat perencanaan) dan mengevaluasi. kemampuan sikap yang diharapkan meliputi sikap menerima, menilai, mengorganisasi mengkarakterisasi. sedangkan kemampuan ketrampilan yang diharapkan meliputi inisiasi, pra rutin dan rulinitas. hamalik dalam penelitian firdaus daud (daud, 2012) hasil belajar adalah derajat memahami dan menguasai kompetensi sesorang siswa pada bidang ilmu yang dipelajari setelah melakukan proses pembelajaran. hasil belajar ialah proses akhir perkembangan kepribadian siswa setelah melalui proses pendidikan, pelatihan atau proses pengajaran. dari beberapa definisi yang disebutkan, peneliti menyimpukan bahwa hasil belajar adalah output yang diperoleh sebagai hasil dari proses interaksi pendidik (guru) dan peserta didik (siswa) yang ditunjukkan dengan adanya peralihan sikap dan perilaku yang meliputi kemampuan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang dikur dengan alat ukur berupa evaluasi. kondisi wabah covid -19 yang menjangkiti seluruh belahan dunia telah mengubah pola pendidikan yang telah ada dan berlangsung lama, proses belajar mengajar yang awalnya dilaksanakan pada ruang kelas secara langsung tidak dapat lagi dilaksanakan, hal ini disebabkan adanya aturan untuk membatasi interaksi dan menjaga jarak demi memutus rantai penularan wabah covid 19.(hendrayana, 2020). keberlangsungan pendidikan di masa wabah harus dilakukan dalam jarak jauh melalui bantuan teknologi. meskipun tidak bisa dipungkiri kecanggihan teknologi tidak dapat menggantikan peran seorang guru, dosen serta tranmisi kedua belah fihak yang saling berkonikasi antara guru dan siswa. pembelajaran tidak hanya usaha nyata untuk mendapatan pengetahuan tetapi sangat berkaitan dengan nilai, ketrampilan, sikap social, kerjasama serta kompetensi yang harus dicapai. keadaan wabah seperti sekarang menjadi ujian dan tantangan tersendiri bagi seorang guru untuk tetap berkreasi dan berinovasi pengembangkan teknologi untuk mempermudah pembelajaran dalam rangka mempersiapkan siap menghadapi tantangan dunia pendidikan di abad 21. kompetensi penting yang dibutuhkan dunia pendidikan di abad 21 adalah pembelajaran kemandirian, lulusan yang dihasilkan tidak harus selalu bekerja pada orang lain, tetapi mereka dituntut untuk bisa membuka lapangan kerja secara mandiri. pembelajaran secara jarak jauh melalui bantuan jaringan merupaknan suatu pembelajaran yang dapat dilakukan agar sesorang guru tetap dapat melakukan kegiatan pembelajaran. (sri sunarti, 2020). menurut dabbagh dan ritland dalam penelitian novita arnesti dan abdul hamid (novita arnesi1 dan abdul hamid k.2, 2015) jarak jauh melalui bantuan jaringan merupakan pola pengajaran yang bersifat terbuka dan tersebar dengan menggunakan perangkat pedagogik melalui internet serta teknolgi berbasis jaringan lainnya untuk dapat memfasilitasi kegiatan melajar dan mengajar yang terjadi anata pendidik (guru) dan peserta didik (siswa). muatan pelajaran yang diajarkan dalam kurukulum pendidikan dasar dan menengah adalah pembelajaran pada mata pelajaran matematika. dalam peraturan menteri pendidikan nasional no 22 tahun 2006 dalam diktat model model pembelajaran matematika (shadiq et al., 2009) hal hal yang ingin dicapai pada pembelajaran matematika agar setiap siswa mempunyai kompetensi dalam 1) faham dan mengerti aturan dasar matematika, mendefisisikan hubungan antar aturan, serta menerapkan aturan atau algoritma dengan cermat, terampil, tepat dan efisien dalam memecahkan suatu permasalahan. 2) memanfaatkan proses bernalar pada aturan yang ada, membuat generalisasi matematika, membuktikan atau https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 795 menjelaskan suatu gagasan matematika tertentu . 3) memecahkan permasalahan yang ada disekitar siswa yang terdiri dari kompetensi untuk membuat bahasa matematika, serta meramalkan hasil dari pemecahan masalah yang dihadapi. 4) mengkomunikasikan ide yang diperoleh dalam bentuk gambar, tabel, diagram atau media lain yang dapat menjelaskan gagasan yang dimaksudkan. 5) mempunyai rasa memiliki matematika dalam kehidupan, yaitu memilki keingintahuan yang tinggi, perhatian, keinginan serta kemantapan diri dalam menyelesaikan permasalahan matematika. bedasarkan data pisa, yaitu sebuah teknik evaluasi dunia yang digunakan sebagai indikator pencapaian untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa indonesia di tingkat dunia. hasil pisa hingga tahun 2020 menjelaskan bahwa kualitas pendidikan nasional kita masih rendah, sekitar 60 – 70 % siswa indonesia masih lemah dalam kemampuan membaca, sains serta matematika.(kasih, 2020) factor yang menyebabkan rendahnya kompetensi matematika siswa adalah persepsi siswa bahwa matematikan adalah ilimu yang sulit difahami, bersifat kaku, tersifat teori karena tudak ada dalam kehidupan siswa, hanya berisi rumus dan symbol, serta pengalaman pembelajaran materi yang kurang inovatif yang menyebabkan siswa malas untuk belajar matematika. kondisi yang sama juga terjadi pada madrasah tsanawiyah negeri 7 nganjuk, rata rata nilai mata pelajaran matematika masih sangat rendah, 60 % siswa di madrasah ini masih memilki nilai yang rendah, yang berada dibawah nilai kkm pada mata pelajaran matematika, mereka masih memiliki asumsi bahwa pelajaran matemaika adalah pelajaran yang sulit, asumsi tersebut yang mengakibatkan motivasi belajar pada mata pelajaran matematika menjadi rendah. agar kualitas pembelajaran matematika di madrasah tsanawiyah negri 7 nganjuk meningkat, dibutuhkan adanya suatu media pembelajaran inovatif dan menyenangkan yang bisa dimanfaatkan siswa dalam memahami materi serta kompetensi yang diharapkan pada pembelajaran matematika. menurut depdiknas dalam penelitian muhson ali (muhson, 2010) media diambil dari bahasa latin dari kalimat umum “medium” yang artinya penghubung. pengertian secara umumnya adalah semua alat atau perlengkapan yang dapat dimanfaatkan untuk mengalihkan berita dari sumber berita kepada penerima penerima menurut heinich pada diktat rohani (rohani, s.ag., 2019) media adalah sarana komunikasi yang digunakan sebagain alat komunikasi yang meliputi film, televisi, diagram, komputer serta infrastruktur lainnya yang mendukung terjadinya komunikasi. perangkat teknologi informasi komputer adalah salah satu media yang dianggap memilki peranan positif dalam dunia pendidikan. (hamdan husein batubara., 2017). teknologi komputer mampu mengubah cara pandang tentang belajar. dalam proses belajar 1)guru bukan satu satu sumber informasi 2) ruang kelas tidak harus dibatasi oleh sebuah ruangan dengan ukuran tertentu, tetapi pembelajaran dapat dilakukan dengan tidak mengenal batas ruangan maupun batas waktu pelaksanaan. 3) penggunakan kertas sebagai media pembelajaran telah beralih pada media on line atau daring yang tidak lagi membutuhkan kertas sebagai media yang utama 4) fasilitas yang bersifat fisik berubah menjadi fasilitas yang berbentuk jaringan atau koneksi 5) waktu belajar yang awalnya terjadwal secara rutin berubah menjadi waktu yang fleksifel untuk belajar. ada banyak kemampuan yang harus diguasai oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis teknologi informasi computer yaitu 1) peraturan dalam penggunaan teknologi informasi computer 2) penggunaannya harus dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum dan penilaian 3) harus mampu meningkatkan kompetensi yang diharapkan dalam sebuah pembelajaran 4) penggunakan bahan dan alat yang berkaitan https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 796 dengan teknologi informasi computer 5) etika atau tata cara dalam organisasi dan administrasi 6) penggunannya harus dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi professional guru. menurut umar hamalik (1986), djamarah (2002) dan sadiman dkk (1986) dalam artikel yana mulyanah(mulyanah, 2015) media bisa digolongkan menurut jenisnya, yaitu 1) media suara, merupakan media yang hanya dapat didengar, seperti radio 2) media gambar, merupakan media yang bisa dilihat dengan indera mata 3) media suara gambar merupakan media yang dapat didengar dan dapat dilihat. media jenis ini dibagi lagi menjadi 2, yaitu 1) suara gambar tanpa gerak, yang menampilkan suara dan gambar diam, contohnya film yang memapilkan suara tanpa ada gambar 2) suara gambar gerak, yang dapat menampilkan suara dan gambar yang bergerak, contoh : film, kaset video,dan dvd. daryanto (2013) dalam penelitian rizqi ilyasa aghni(rizqi ilyasa aghni, 2018), kegunaan media pembelajaran adalah 1) memberi penjelasana agar materi yang diberikan tidak bersifat verbal dan abstrak 2) menanggulasi adanya kerbatasan ruang, waktu dan tenaga 3)meningkatkan motivasi belajar sesuai bakat dan minat peserta didik 5) memberikan stimulus yang sama, menyamakan pengalaman,agar tercipta persepsi yang sama antar peserta didik 6)kegiatan pembelajaran memuat lima hal penting diantaranya: guru, materi pengajaran, media pembelajaran, siswa dan unsur penting yang ingin dicapai dalam pembelajaran. dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan sebuah media power point berbasis animasi berbentuk video pembelajaran yang bisa dimanfaatkan siswa selama kegiatan belajar mandiri dirumahnya sebagai pendukung pembelajaran daring. video pembelajaran ini disajikan secara menarik supaya siswa dapat memahami materi segitiga yang disampaikan dengan jelas, mudah serta tidak bosan karena tampilan yang dusajikan berupa tampilan animasi. materi pokok segitiga adalah materi yang diambil untuk penelitian ini, materi ini adalah satu dari sekian banyak materi yag harus dikuasasi siswa pada jenjang mts kelas 7 semster 2. kompetensi dasar yang diharapkan dalam pembelajaran ini adalah mengaitkan rumus keliling dan luas berbagai jenis segiempat dan segitiga, serta menyelesaikan masalah kontektual yang berkaitan dengan luas dan keliling segempat dan segitiga. agar tercapai kompetensi dasar yang diharapkan, diperlukan suatu media yang kreatf dan inovatif yang mampu membangkitkan keinginan, minat serta semangat belajar siswa pada pembelajaran matematikan serta dapat meningkatkan prestasi belajar pada materi segitiga. serta mampu memunculkan kemampuan berfikir kritis matematis siswa dalam menyelesaian permasalahan di sekitar siswa yang berkaitan dengan materi segitiga. berfikir kritis merupakan kemampuan yang harus dikuasai dan terus diasah oleh sorang siswa pada semua mata pelajaran, kareana kemampuan berfikir kritis bukan merupakan bawaan lahir dan tidak dapat berkembang secara alami (cahyono, 2017). berfikir kritis adalah rangkaian proses yang memiliki tujuan untuk dapak menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan kepercayaan akan kemampuan diri seseorang tentang apa yang harus dilakukan, tidak tidak hanya berorientasi untuk mendapatkan jawaban yang benar serta nilai yang bagus saja, tetapi lebih utama jawaban harus menyertakan jawaban, fakta atau informasi yang ada(fristadi & bharata, 2015). jansen (2011) dalam penelitian wewe melkior (wewe, 2017) terdapat beberapa ketrampilan yang harus ditekankan dalam level pengembangan berfikir kritis, diantaranya 1) mampu mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang relevan 2) mampu bersifat fleksibel baik dalam bentuk maupun gaya 3) mampu meramalkan 4) mampu mengajuan pertanyaan tingkat tinggi, yang jawaban dari pertanyaan itu membutuhkan analisis 5) https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 797 membertimbangkan dengan teliti bukti bukti yang diajukan untuk menarik suatu kesimpulan 6) menggunakan model yang sesuai 7)menganalisis dan meramalkan informasi yang diperoleh 8) mengkopseptualisasi strategi 9) menghindari informasi yang bersifat ambigu 10) mampu menghasilkan beberapa kemungkinan dalam pemecahan masalah 11) mengembangkan kemampuan berdiskusi dan mengemukakan pendapat. metode metode yang dikembangkan adalah metode riset dan pengembangan r & d menggunakan urutan urutan pada model borg dan gall yang di oleh soenarto (2003). diujikan pada siswa mtsn 7 nganjuk , jawa timur, indonesia pada siswa kelas 7 dengan jumlah siswa atau responden sebanyak 66 siswa. adapun materi yang diambil adalah materi segitiga yang meliputi sifat segitiga, jenis – jenis segitiga serta luas dan keliling segitiga. pembahasan media pembelajaran power point berbasis animasi yang mengembangkan urutan urutan model borg dan gall yang dimodifikasi oleh soenarto (2003), yaitu : menganalisis produk berupa media pembelajaran powerpoint berbasis animasi yang dikembangkan, mengembangkan produk awal yang telah dihasilkan, dan menguji produk kepada team validator dan kepada siswa. 1. menganalisis hasil video, yang berbentuk media powerpoint berbasis animasi. analisa yang dilakukan meliputi analisis konsep, rancangan produk dan pengumpulan materi yang diperlukan dalam penyusun media. (setyadi & qohar, 2017). pada ini, peneliti melaksanakan pengamatan dan mengumpulkan data terkait hal hal yang diperlukan dalam perencanaan perangkat pembelajaran, materi yang dipilih adalah materi segitiga yang meliputi sub materi, pengertian segitiga, jenis jenis segitiga, syarat tiga buah garis dapat membentuk segtiga, luas serta keliling segitiga. pada tahap design peneliti merancang video pembelajaran power point berbasis animasi, pengaturan letak, pengaturan suara, pengaturan animasi dan lain sebagainya. pada tahap collection material, peneliti membuat materi yang kan diunggah dalam video yang dikembangkan. pembuatan materi meliputi pembuatan materi pengertian segitiga dan jenis jenis segitiga dengan menggunakan aplikasi powtoon, sedangkan materi syarat 3 garis membentuk segituga, luas dan keliling segituga dikembnagkan dengan menggunakan aplikasi video power point. 2. mengembangkan hasil video awal yang telah dihasilkan mengembangkan awal video dilakukan dengan memproduksi video pembelajaran dengan penggunakan aplikasi powton. materi yang dikembangkan adalah pengertian segitiga serta jenis jenis segitiga. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 798 gambar 1. perkenalan gambar 2. kegiatan apersepsi gambar 3. materi/ isi pembelajaran materi syarat tiga garis dapat ,membentuk segitiga disajikan dengan meggunakan video power point, kemudian kedua video digabung dengan menggunakan aplikasi clidio https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 799 gambar 4. tampilan video pada aplikasi power point gambar 5. pemberian contoh untuk memudahkan pemahaman siswa gambar 6. kesimpulan https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 800 gambar 7. latihan soal gambar 7. bentuk soal eksplorasi 3. uji coba produk kepada team validator dan kepada peserta didik. setelah hasil awal video selesai dikembangkan, uji coba produk kepada team validator dan kepada peserta didik. team validator terdiri dari validator ahli media dan validator ahli isi. validator ahli media dilakukan oleh 2 teman sejawat guru yang memampu bidang studi tik dan menguasai media pembelajaran. sedangkan validator ahli isi dilakukan oleh 4 teman sejawat guru yang mengampu bidang studi matematika di mtsn 7 nganjuk. hasil penilaian validator terhadap media disajikan dalam tabel 1 dibawah ini : tabel 1. hasil validasi media kriteria yang dinilai skor rata rata tiap aspek aspek tampilan kemenarikan tampilan dan animasi yang disajikan 4 pengaturan tata letak animasi, gambar dan tulisan 3 ketepatan media dengan karakteristik siswa 4 aspek tulisan mudah dibaca, mudah difahami 2 kalimat yang digunakan untuk dimengerti 3 ketepatan penggunaan warna animasi dan tulisan 3 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 801 aspek suara suara pada animasi 3 suara pada video power point 2 rata rata skor kevalidan 3,0 berdasarkan tabel 1,dapat disimpulkan bahawa skor kevalidan yang diperoleh sebesar 3,0 skor tersebut menunjukkan bahwa media pembelajaran yang disajikan dapat dikatakan valid. namun dari tabel diketahui bahwa masih ada kekurangan pada aspek kemudahan tulisan untuk dibaca, menurut validator ahli media tampilan yang muncul terlalu cepat sehingga siswa akan kesulitan untuk membaca materi yang diberikan. demikian pila pada suara pada video power point, suara pada video power point terlalu kecail. dari kedua masukan diatas maka penulis melakukan revisi dua kali yaitu pada pengaturan tampilan tulisan serta suara video power point. tabel 2. hasil validasi ahli materi /isi kriteria yang dinilai skor rata rata tiap aspek aspek isi ketepatan materi yang diajukan 4 ketepatan konsep segitiga dengan media yang dibuat 4 kecocokan animasi dan gambar yang ditampilkan dengan materi 4 kesesuaian suara pada media dengan materi segitiga 2 aspek bahasa bahasa yang digunakan mudah dimengerti 3 kalimat yang digunakan efektif 3 kelengkapan materi yang dibutuhkan siswa 3 rata rata skor kevalidan 3,3 berdasarkan tabel 2, dapat disimpulkan bahawa skor kevalidan yang diperoleh sebesar 3,3 skor tersebut menunjukkan bahwa media pembelajaran yang disajikan dapat dikatakan valid berdasarkan isi materi yang diberikan. ujicoba berikutnya dengan memberikan media tersebut kepada siswa dengan tujuan supaya peneliti mengetahui respon siswa terhadap media yang dibuat. siswa diminta untuk mengisi angket dan diminta untuk menilai media tersebut. penelilaian yang dilakukan diarahkan untuk mengetahi respon siswa terhadap media pada aspek desain dan fungsi media sebagai alat bantu siswa dalam pembelajaran. hasil analisis respon siswa dapat dilihat pada tabel 3 tabel 3. hasil angket respon siswa terhadap media kriteria yang dinilai skor rata rata tiap aspek tulisan, gambar dan animasi menarik 3,2 kalimat yang digunakan jelas 3,0 keruntutan dalam penyampaian isi/materi 3,1 media mudah untuk diakses 3,1 media mampu memberikan kemudahan kepada siswa dalam 3,2 memahami materi segitiga https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 802 media mampu memotivasi siswa untuk senang dan semangat dalam 3,3 belajar matematika rata rata skor kevalidan 3,15 berdasarkan tabel 3, dapat dsimpulkan bahawa skor angket respon siswa terhadap media yang diperoleh sebesar 3,15 skor tersebut menunjukkan bahwa media pembelajaran yang disajikan dapat dikatakan valid berdasarkan hasil angket respon siswa terhadap media. ditinjau dari aspek hasil belajar siswa, diperoleh data bahwa setelah siswa menggunakan media powerpoint berbasis animasi rata rata hasil belajar siswa pada materi segitiga meningkat, survey awal tentang materi segitiga diperoleh rata rata siswa 67,38 sedangkan setelah menggunkana media diperoleh rata rata siswa menjadi 78,5. nilai rata rata tersebut sudah berada diatas kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan, yaitu 75,0. dari hasil pengerjaan soal eksplorasi juga diperoleh data siswa memiliki berbagai cara yang berbeda untuk menentukan ukuran segitiga. hal tersebut menunjukkan siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam menjawab soal yang bersifat terbuka, siswa juga mampu memberi alasan yang sesuai dengan jawaban yang diberikan. kesimpulan media pembelajaran power point berbasis animasi yang dikembangkan valid dari aspek validitas media, validitas isi materi dan respon siswa terhadap media yang diberikan serta mampu meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa kelas vii mtsn 7 nganjuk , jawa timur. media yang dikembangkan masih terbatas pada materi segitiga serta masih menggunakanan animasi sederhana, oleh karena itu peneliti berikutnya dapat mengembangkan media pembelajaran berbasis animasi yang lebih menarik serta diterapkan pada materi lain pada konteks pembelajaran matematika smp/mts. daftar rujukan batubara, h. h. (2017). pengembangan media pembelajaran matematika berbasis android untuk siswa sd/mi. muallimuna, jurnal madrasah ibtidaiyah, 3(1), 1–27. https://ci.nii.ac.jp/naid/40021243259/ cahyono, b. (2017). analisis ketrampilan berfikir kritis dalam memecahkan masalah ditinjau perbedaan gender. aksioma, 8(1), 50–64. daud, f. (2012). pengaruh kecerdasan emosional (eq) dan motivasi belajar terhadap hasil belajar biologi siswa sma 3 negeri kota palopo. jurnal pendidikan dan pembelajaran universitas negeri malang, 19(2), 243–255. evitasari. (2021, may 13). pengertian belajar menurut para ahlino. terraview.com. https://www.terraveu.com/pengertian-belajar-menurut-para-ahli/ fadillah, a. (2016). analisis minat belajar dan bakat terhadap hasil belajar matematika siswa. m a t h l i n e : jurnal matematika dan pendidikan matematika, 1(2), 113–122. https://doi.org/10.31943/mathline.v1i2.23 fristadi, r., & bharata, h. (2015). meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan problem based learning. seminar nasional matematika dan pendidikan matematika uny, 597–602. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 803 hendrayana, y. (2020). tantangan dunia pendidikan dimasa pandemi. dikti.kemendikbud.go.id. https://dikti.kemdikbud.go.id/kabar-dikti/kabar/tantangandunia-pendidikan-di-masa-pandemi/ kasih, a. p. (2020, april 5). nilai pisa siswa indonesia rendah, nadiem siapkan 5 strategi ini kasih download aplikasi kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat: android: https://bit.ly/3g85pka ios: https://apple.co/3hxwj0l. kompas.com. https://edukasi.kompas.com/read/2020/04/05/154418571/nilai-pisa-siswa-indonesiarendah-nadiem-siapkan-5-strategi-ini?page=all muh. yususf, m. (2009). pengaruh cara dan motivasi belajar terhadap hasil belajar programmable loic controller (plc) siswa kelas iii jurusan listrik smk negeri 5 maksar. pendidikan teknik elektro fakultas teknik unm. jurnal medtek, 1(2), 1– 6. muhson, a. (2010). pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi informasi. pendidikan akuntansi indonesia, viii(2), 1–10. mulyanah, y. (2015). media. kompasiana. novita arnesi1 dan abdul hamid k.2. (2015). penggunaan media pembelajaran online – offline dan komunikasi interpersonal terhadap hasil belajar bahasa inggris. jurnal teknologi informasi & komunikasi dalam pendidikan, 2(1). pane, a., & darwis dasopang, m. (2017). belajar dan pembelajaran. fitrah:jurnal kajian ilmu-ilmu keislaman, 3(2), 333. https://doi.org/10.24952/fitrah.v3i2.945 rizqi ilyasa aghni. (2018). fungsi dan jenis media pembelajaran dalam pembelajaran akuntansi. jurnal pendidikan akuntansi indonesia, xvi(1). rohani, s.ag., m. p. (2019). media pembelajaran. setyadi, d., & qohar, a. (2017). pengembangan media pembelajaran matematika berbasis web pada materi barisan dan deret. kreano, jurnal matematika kreatif-inovatif, 8(1), 1–7. https://doi.org/10.15294/kreano.v8i1.5964 shadiq, f., sutanti, t., hidayah, n., nasional, d. p., & kependidikan, t. (2009). modelmodel pembelajaran (t. sutanti (ed.)). pusat pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan (pppptk) matematika. sri sunarti, m. p. (2020). media pembelajaran di masa pandemi covid -19. bdk palembang, kementerian agama ri. https://bdkpalembang.kemenag.go.id/berita/mediapembelajaran-di-masa-pandemi-covid-19 utomo, k. b. (2018). strategi dan metode pembelajaran pendidikan agama islam mi. modeling:jurnal program studi pgmi, 5(2), 145–156. wewe, m. (2017). upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika dengan problem posing pada siswa kelas viii smp negeri 4 golewa tahun ajaran 2016 / 2017. jurnal math educator nusantara (jmen), 03(76). https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.161 microsoft word 10-cikani.docx vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.129 652 received : 13-03-2021 revised : 15-04-2021 published : 07-05-2021 meningkatkan aktivitas belajar melalui penerapan model problem based learning dengan berorientasi pembelajaran high order thinking skills dan keterampilan abad 21 siswa smp cik‘ani smp negeri 1 pandaan, indonesia cikani1311@gmail.com abstrak: menurut peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan no. 103 tahun 2014 mengenai pembelajaran di tingkat pendidikan dasar dan menengah pasal 2 ayat 1, menjelaskan pelaksanaan pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah harus berbasis aktivitas, kreatifitas dengan karakteristik. amanat pemerintah mengharapkan peserta didik dapat mencapai berbagai kompetensi dengan penerapan pembelajaran hots (higher order thinking skills) dan keterampilan abad 21, dan hasil observasi dan wawancara di smpn 2 sukorejo aktivitas pembelajaran ipa, aspek pembelajaran berbasis masalah, tingkat berpikir hots dan keterampilan abad 21 masih rendah. penelitian ini merupakan penelitian ptk (penelitian tindakan kelas) dengan 2 siklus masing-masing siklus ada empat tahap dengan jenis diskriptif kualitatif, instrumen yang digunakan berupa : 1)lembar observasi, 2)lembar catatan lapangan dan 3)soal tes dan soal lembar kerja. berdasarkan hasil observasi dan wawancara di smpn 2 sukorejo ditemukan data bahwa pembelajaran berbasis aktifitas dengan karakteristik yang sesuai dengan amanat permendikbud no 103 tahun 2014 pasal 2 ayat 1 pada proses pembelajaran masih belum maksimal sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitihan dengan tujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran pbl(problem based learning) dapat meningkatkan aktifitas dengan karakteristik dengan berorientasi pada pembelajajaran hots dan keterampilan abad 21. hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase aktivitas belajar siswa yakni 68,28% pada siklus 1 menjadi 83,8,% pada siklus ii artinya ada peningkatan sebesar 15,52%, sedangkan untuk tingkat pemecahan masalah dari 63,8 % pada siklus 1 menjadi 78,975 % pada siklus ii artinya ada peningkatan sebesar 15,175 %i berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model problem base learning dengan berorientasi hots dan keterampilan abad 21 dapat meningkatkan aktifitas belajar dan keterampilan pemecahan masalah dengan karakteristik siswa. kata kunci: aktifitas belajar; problem base learning; high order thinking skills; keterampilan abad 21 vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.129 653 pendahuluan dalam permendikbud no. 103 tahun 2014 dikatakan bahwa pembelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah pasal 2 ayat 1 menjelaskan bahwa pembelajaran dilakukan berpedoman pada aktivitas belajar dengan karakteristik siswa a) interaktif dan inspiratif, b) menyenangkan menantang dan mendorong siswa untuk aktif berpartisipasi, c) kontekstual dan kolaboratif, d) menyediakan tempat yang cukup luas bagi prakarsa kreatifitas dan kemandirian siswa dan e) berdasarkan dengan minat, bakat, kemampuan dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. permendikbud no. 103 tahun 2014 ayat 2) menjelaskan pembelajaran menggunakan pendekatan, strategi, model, dan metode yang mengacu pada karakteristik peserta didik (permen kemendikbud nomor 103 tahun 2014 pembelajaran pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.pdf, t.t.). berdasarkan amanat permendikbud di atas, sebagai pendidik, guru memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. peningkatan kualitas ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya melalui peningkatan keprofesionalan kompetensi guru dalam menentukan pendekatan model dan metode pembelajaran di kelas. sesuai dengan amanat kurikulum 13 bahwa dalam pembelajaran disamakan dengan suatu proses ilmiah yang isinya pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan mengkomunikasi. (permendikbud no. 103 tentang pembelajaran pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah, 2014) selain hal tersebut pemerintah juga mengharapkan peserta didik dapat mencapai berbagai kompetensi dengan penerapan pembelajaran hots (higher order thinking skills) dan keterampilan abad 21. kompetensi tersebut meliputi berpikir kritis (critical thinking), kreatif dan inovatif (creative and innovative), kemampuan berkomunikasi (communication), kemampuan untuk bekerja sama (collaboration) dankepercayaan diri (confidence). untuk memenuhi harapan pemerintah tersebut pembelajaran ipa harus disusun dan harus sesuai dengan kemampuan siswa. pembelajaran ipa tidak sekedar mentransfer ilmu kepada siswa. tetapi seharusnya juga mendorong siswa untuk berfikir kritis, kreatif sehingga dapat memberikan solusi pada permasalahan secara mandiri atau problem solving yang dikenal dengan kemampuan berfikir tingkat tinggi dan keterampilan abad 21. pembelajaran abad 21 telah mengubah nilai dan cara pandang, seperti dari pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa, dari pembelajaran yang hanya mentransfer ilmu (transfer knowledge) menjadi pembelajaran yang interaktif, inspiratif dan menyenangkan dan tidak bisa dipungkiri bahwa pada pembelajaran terdahulu lebih berpusat pada guru (centered teacher), sehingga siswa hanya sebagai pendengar setia dan guru lebih mendominasi dalam pembelajaran. peserta didik harus duduk dengan rapi, pandangan mengarah ke depan (guru) tangan dilipat di atas meja dan menunggu perintah guru untuk melakuakan aktifitas. guru lebih banyak menggunakan metode yang monoton seperti ceramah, diskusi satu arah. pembelajaran ipa dikemas kurang menarik hanya seperti mendengarkan cerita-cerita dalam sejarah. metode pembelajaran yang seperti ini tentu banyak kelemahannya, dikarenakan setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. menurut ramson.(ramson, 2010) pembangunan ide atau pengetahuan dapat dilakukan dengan pemberian masalah nyata, langsung, serta relevan dengan kebutuhan pengetahuan siswa tersebut, sehingga dalam pembelajaran guru dituntut untuk mampu mengemas kegiatan pembelajaran dengan model yang dapat memberikan kesempatan bagi para siswa melakukan eksplorasi sederhana sehingga mereka tidak hanya sekedar menerima dan menghafal. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.129 654 salah satu model pembelajaran yang berorientasi hots adalah problem based learning (pbl), diartikan sebagai proses pembelajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para pesera didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah untuk memperoleh pengetahuan (duch, 1995). sesuai dengan harapan di dalam permendikbud no. 103 tahun 2014 bahwa peserta didik harus bisa berperan aktif dan sebagai pelaku serta pencipta ilmu pengetahuan dan bukan sebagai konsumen saja. selain itu penulis juga mengembangkan metode diskusi dan eksperimen dengan menggunakan media genotive card, pembelajaran ini lebih menekankan pada aspek kognitif, keterampilan dan kolaborasi antar peserta didik sehingga pembelajaran menjadi lebih aktif, kreatif dan ikut terlibat secara nyata dalam pembelajaran menggunakan genotive card dalam persilangan dihibrida. di akhir pembelajaran diharapkan peserta didik mampu menentukan perbandingan fenotive, genotip yang heterozigot, fenotip bibit unggul pada f2(filial ke-2) dan menerapkan teknik persilangan dihibrida di lingkungannya, dengan petunjuk, bimbingan dan pengawasan dari guru selaku pembimbing dalam praktikum. berdasarkan hasil temuan depdiknas tentang pembelajaran ipa pada tahun-tahun sebelumnya masih berpusat pada penguasaan teori, hafalan serta terminologi. pembelajaran dengan metode yang berpusat pada guru akibatnya akan mengurangi hak-hak dan kebutuhan siswa dalam pembelajaran yang mengakibatkan proses pembelajaran kurang menarik dan kurang melatih berpikir kritis dan kreatif. fenomena pembelajaran ipa di kelas ix smpn 2 sukorejo kabupaten pasuruan berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis selama ini belum berlangsung secara optimal hal ini ditunjukkan oleh beberapa fenomena :1) pemilihan pendekatan dan model pembelajaran yang kurang tepat karena belum memperhatikan kebutuhan dan karakteristik peserta didik sehingga peserta didik kurang aktif 2) metode mengajar kurang tepat masih mendominasi ceramah, diskusi dua arah dan belum melatih peserta didik untuk berlatih berfikir kritis dan kreatif 3) media yang digunakan kurang menarik dan kontekstual, dan 4) pembelajaran berbasis masalah yang berorientasi pada pembelajaran hots dan keterampilan abad 21 masih rendah berdasarkan fenomena diatas penulis mempunyai ketertarikan untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “meningkatkan aktivitas belajar melalui penerapan model pbl dengan berorientasi pembelajaran hots dan keterampilan abad 21 siswa kelas ix-e smpn 2 sukorejo “ yang memeliki tujuan untuk membenahi sistem pembelajaran di kelas. (zubaidah, 2016) yang menyatakan bahwa pembealajaran pbl ( problem based learning) dapat meningkatkan pembelajaran yang hots dan keterampilan abad 21 pada siswa di kelas. metode di dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (ptk) dengan dua siklus, setiap siklus terbagi menjadi empat tahap yaitu (perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi) berjenis penelitian deskriptif kualitatif. pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena data yang akan diperoleh dinyatakan dalam bentuk verbal dan dianalisis tanpa menggunakan statistik. penelitian digunakan untuk mendeskripsikan peristiwa-peristiwa di lapangan sehingga penelitian ini bersifat deskriptif. penelitian hanya dilakukan pada satu sasaran, yaitu dengan subyek kelas ix-e dengan jumlah 35 orang siswa smpn 2 sukorejo tahun pelajaran 2019/2020 dengan batasan penelitian mengenai penerapan pembelajaran pbl yang berorientasi pada pembelajaran hots dan keterampilan abad 21 pada materi kd. 3.7(mendiskripsikan). instrumen penelitian yang vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.129 655 digunakan ada lima yaitu: 1) lembar observasi 2) lembar catatan lapangan 3) soal tes dan soal lembar kerja, 4) silabus dan 5) rpp berbasis pembelajaran pbl. analisis data dilakukan dengan menelaah semua data yang diperoleh melalui lembar observasi, soal tes siswa, dan wawancara. sebelum data dianalisis secara deskriptif, data dari beberapa observer dikumpulkan dan dilakukan triangulasi data agar data yang diperoleh sesuai dengan kenyataan di lapangan. yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar dan tingkat kemampuan pemecahan masalah. data yang diambil bersumber dari hasil observasi, tempat kejadian peristiwa, dan hasil wawancara. dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi untuk aktivitas belajar keterampilan pemecahan masalah dan tes akhir siklus untuk keterampilan hots dan abad 21 sebagai teknik pengumpulan data. instrumen pembelajaran meliputi silabus, rpp berbasis pbl, dan lks berbasis hots. i. interaksi tatap muka ii. saling ketergantungan positif iii. akuntanbilitas individu iv. keterampilan antar personal v. usaha gambar 1. grafik aktivitas belajar siswa pada siklus 1 dan 2 i. grafik aspek keterampilan pemecahan masalah siklus 1 dan siklus 2 mengidentifikasi masalah ii. merencanakan pemecahan masalah iii. kemampuan menyelesaikan masalah berbasis hots iv. kemampuan menafsirkan/menemukan ide dalam memberikan solusi masalah gambar 2. grafik tingkat pemecahan masalah pada pembelajaran hots dan keterampilan abad 21 vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.129 656 gambar 3. foto kegiatan proses pembelajaran pbl pembahasan pembelajaran berbasis masalah merupakan pengembangan saat ini sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran salah satunya dengan menerapkan pembelajaran pbl/ problem based learning yang merupakan suatu system pembelajaran untuk memperhatikan kebutuhan pengembangan keterampilan dan pemecahan masalah, dan mempermudah siswa dalam memperoleh pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan (redjeki, 2014). yang menjadi focus variabel dari pbl adalah informasi dan masalah yang didapatkan. jadi, pbl merupakan model pembelajaran yang menyajikan permasalahan nyata untuk merangsang peserta didik agar tumbuh rasa ingin tahu, termotivasi sehingga mempermudah mencari informasi sebagai acuan dalam pemecahan masalah yang dihadapi. tahap dalam memperoleh informasi untuk memecahkan masalah inilah yang akan mempermudah siswa peserta didik dalam mengkontruksi pengetahuannya sehingga dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis peserta didik. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.129 657 keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan bernalar dan berfikir reflektif yang ditujukan untuk membuat suatu kesimpulan dari permasalahan sehingga lebih meyakinkan untuk bisa digunakan. kemampuan memecahkan masalah secara real merupakan tujuan utama dari model pembelajaran pbl. kurikulim berfikir kritis yang dirancang oleh ennis meliputi 12 indikator yang meliputi 5 kelompok kemampuan berpikir kritis 1) elementary clarification (memberikan penjelasan sederhana), 2) basic support (membangun keterampilan dasar), 3) inference (menyimpulkan), 4) advanced clarification (membuat penjelasan lebih lanjut), strategy and tactics (strategi dan taktik). (hartati, 2015) salah satu model pembelajaran di era globalisasi yang mampu melatih keterampilan abad 21 adalah model pembelajaran pbl (wagner, 2008; slough & milam, j. o. , 2013)dalam (tantri dkk., 2016). haigt, kelly, r. , & bogda, b. (2005) dalam (tantri dkk., 2016) dikatakan bahwa pbl merupakan model pembelajaran yang memiliki daya dan kekuatan untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi-analisis, sintetis dan evaluasi. pendapat ini didukung oleh hasil edvisions (2007) dalam jrpf yang mengatakan bahwa lebih dari 70 sekolah atau lebih yang telah menerapkan pbl dalam pembelajarannya menunjukkan peningkatan keterampilan abad 21, dan peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi (tantri dkk., 2016). mcgrath (2004) dalam (tantri dkk., 2016) menyatakan adanya hubungan yang sangat signifikan antara model pbl dan keterampilan abad 21 seperti terlihat pada table 1 seperti dibawah ini. tabel 1. model pbl dan keterampilan abad 21 yang menunjukkan hubungan signifikan dengan penerapan pbl dalam pembelajaran peserta didik memiliki keterampilan berkomunikasi dan keterampilan untuk menyampaikan gagasan /ide, organisasi dan mengatur waktu, keterampilaniberinkuiri, keterampilan diri danirefleksi,ipartisipasi dalamikelompok, serta keterampilan kepemimpinan (fisher, 2010).(tantri dkk., 2016) berdasarkan hasil penelitian pada siklus 1 dan siklus 2, iaktivitasibelajar siswaidengan model pbl dengan berorientasi pada pembelajaran hots dan abad 21 diperoleh paparan data sebagai berikut: vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.129 658 paparan kegiatan belajar pada siklus 1 kegiatan pembelajaran pada di siklus i dilakukan di kelas ix-e smpn 2 sukorejo sebanyak dua kali pertemuan pada bulan oktober tahun 2019 sesuai dengan sintaks pembelajaran pbl antara lain : 1)imengorientasikan siswa pada masalah 2)imengorganisasikan siswa untuk belajar , 3)imembantuipenyelidikanimandiri/kelompok, 4)imengembangkan danimenyajikan hasilipenyelidikan , 5)ianalisis danievaluasiiproses pemecahanimasalah(wasonowati & redjeki, 2014). pada awal pelakasanaan pembelajaran, guru mengawali dengan menunjukkan tanaman cabai besar yang berwarna merah dan cabai kecil yang bewarna hijau, dari hal tersebut perhatian siswa semuanya tertuju pada media. sebagian siswa bertanya tentang fungsi dari media tersebut. guru memulai kegiatan pembelajaran dengan memberikan stimulus yaitu melakukan kegiatan tanya jawab sebagai berikut “berdasarkan pengamatan kalian sebutkan ciri-ciri yang tampak dari cabe ini?” semua peserta didik dapat menyebutkan ciri-cirinya dengan benar yaitu memiliki warna merah dan hijau, memiliki bentuk tangkai panjang dan pendek, kemudian guru melanjutkan pertanyaan “apakah fenotip dari mawar ini ?” akan tetapi hanya nafisa saja yang menjawab dengan benar yaitu bahwa fenotip pada tanaman cabe memiliki sifat warna adalah merah, hijau dan memiliki bentuk tangkai panjang dan kecil. kemudian guru mencoba memberikan konflik pertanayaan untuk menggali pengetahuan lebih dalam dengan memberikan pertanyaan “apakah cabai ini juga memiliki sifat yang tak terlihat oleh mata ? semua siswaiterdiam dan terjadi konflik berpikir untuk menjawab pertanyaanm tersebut, akhirnya ada yang menjawab “ya, memiliki” (nafisa, amanda, imamudin dan sahrul) , kemudian guru menggali pertanyaan lanjutan yaitu “tunjukkan contoh sifat tanaman cabai yang tak tak terlihat oleh mata? semua siswa tidak ada yang menjawab, akhirnya guru memaparkan konsep tentang sifat yang tampak oleh mata (fenotip) ternyata dikendalikan oleh sifat yang tak tampak (genotip). guru memaparkan langkah dan cara kerja model pembelajaran pbl. pbl (problem based learning) dan membagi kelompok, kegiatan inti tahap-tahap pembelajaran pbl menurut.(wasonowati & redjeki, 2014) a) mengorientasikan peserta didik pada masalah, dalam tahap ini siswa diminta mengamati video tentang persilangan monohibrida pada tumbuhan bunga kertas dan diminta untuk membuat/ memunculkan pertanyaan dari tayangan video tersebut, ada 2 orang anak yang memunculkan pertanyaan, 1) mengapa pada hasil perkawinan/persilangan monohibrida menghasilkan sifat yang tidak sama pada keturunannya ? (cantika), 2) apakah ada kemungkinan pada keturunannya memiliki sifat campuran. dari pertanyaan tersebut akan dipilih untuk ditulis dijadikan sebagai permasalahan yang akan dipelajari pada tahap berikutnya. b) tahap mengelompokkan siswa untuk belajar, siswa diminta untuk mengelompok berdasarkan kelompok yang telah dibagi sebelumnya berdasarkan heterogenitas kemampuan akademik sehingga dapat berkolaborasi dengan baik. c) membantu penyelidikan secara kelompok/mandiri, peserta didik difasilitasi untuk melalkukan penyelidikan dengan melakukan percobaan persilangan dihibrida menggunakan media genotive card yang telah disiapkan sesuai dengan lkpd yang tersedia dan mengumpulkan informasi dari buku paket untuk mengerjakan tugas sesuai dengan lk(lembar kerja) d) mengembangkan menyajikan hasil penyelidikan, peserta didik menyajikan hasil penyusunan persilangan berupa poster tempel monohibrida hasil kerja kelompok dan kelompok lain menanggapi hasil paparan kerja kelompok . vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.129 659 e) analisa dan penilaian proses kegiatan pemecahan masalah, siswa menganalisa hasil poster tempel persilangan monohibrida yang telah dibuat berdasarkan jumlah macam genotip, jumlah macam fenotip, persentase rasio perbandingan fenotip dan genotip pada filial (keturunan ke-2) dengan membandingkan hasil dan buku referensi yang digunakan sebagai bahan acuan. permasalahan yang muncul pada siklus 1 antara lain : a) peserta didik terlihat tampak masih kaku baik pada saat mengajukan pertanyaan saat memunculkan masalah tahap 1, menyajikan hasil, dan analisis pemecahan masalah. b) tingkat berpikir kritis dan kreatif siswa masih rendah terlihat pada saat tahap membuat pertanyaan/masalah setelah menyaksikan tayangan video dan gambar. gambaran data hasil pengamatan pada siklus 1 gambaran kegiatan proses belajar pada siklus 1 ada 3 pengamat yaitu indah setiyaningsih, aris trapsilowati, dan akhmad nasor yang bertugas untuk mengamati aktifitas belajar dan suasana belajar dengan menggunakan lembar observasi. dan lembar catatan lapangan tabel 2. rincian data aktifitas belajar pada siklus 1 aspekiaktifitas belajar skor aktifitas belajari(%) % keberhasilan interaksiitatapimuka 74,66 baik saling ketergantungan positif 66 cukup sumbangan individu 67,25 cukup ketrampilan antar individu 65,50 cukup usahai 68,00 cukup rata-rata 68.28 cukup berdasarkan tabel diatas menunjukkan hasil siklus 1 bahwa diketahui aktivitas belajar yang memiliki persentase paling tinggi adalah aspekiaktivitas interaksiitatap mukai, dengan persentase 74,66 %, aspek usaha dengan presentase 68,00%, aspek sumbangan individu 67.25 %, dan aspek saling ketergantungan positif sebesar 66 %. taraf keberhasilan aktivitas belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus 1 adalah 68,28% dengan predikat cukup. penyebab masih rendahnya aktivitas belajar di siklus 1 adalah peserta didik belum beradaptasi dengan model pembelajaran pbl, belum terbiasa menggunakan media pembelajaran genotive card , rasa percaya diri pada peserta didik masih kurang terbentuk untuk mengkomunikasikan hasil pekerjaan pada lembar kerja, siswa banyak yang merasa bingung dengan penggunaan media baru, sebab peserta didik masih terpaku pada metode ceramah dan menjadi pendengar saja, hanya beberapa peserta didik yang terbiasa untuk presentasi. berdasarkan hasil lembar observasi dilapangan pada siklus 1 menunjukkan bahwa peserta didik tidak hadir sebanyak 3 orang, yaitu lukman (a), fadillah (i), dan samsudin (a). kondisi pembelajaran terlihat tenang tanpa ada kericuhan kecil saat memasang media genotive card diatas meja, terlihat beberapa siswa hanya menyaksikan anggota kelompoknya sedang bekerja sebab belum ada kesempatan untuk mencoba, dan beberapa siswa masih kurang memahami cara penggunaan genotive card, beberapa siswa meninggalkan ruang diskusi untuk mencari sumber bacaan di perpustakaan, saat melakukan presentasi masih kaku vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.129 660 dan belum interaktif diakibatkan oleh pelannya suara presentator dalam menyampaikan materinya, presentator terlihat masih kurang ekspresif, malu untuk berbicara dan kurang membangkitkan motivasi pada saat diskusi sedang berlangsung. tahap penutup pembelajaran situasi pembelajaran terlihat cukup antususias, dengan adanya beberapa peserta didik yang telah berani mengajukan pertanyaan seperti nafis, nadia, dan imamudin, walaupun beberapa siswa masih tetap pasif. paparan kegiatan pada siklus 2 paparan kegiatan belajar pada siklus 2 dilakukan hari kamis, 20-12-2019, langkahlangkah pembelajaran pada siklus 2 tidak jauh berbeda dengan langkah pembelajaran pada siklus 1 yang berbeda pada submateri yaitu persilangan dihibrida yaitu persilangan dengan 2 sifat beda. setiap kelompok menyilangkan sifat yang sama yaitu sifat bentuk dan warna biji, namun suasana pembelajaran pada siklus 2 tampak berbeda, setiap kelompom dan anggota kelompok begitu antusias dalam memainkan dan memasangkan genotive card. saat presentasi berlangsung banyak pertanyaan yang muncul dengan berbagai versi dari anggota kelompok sehingga peserta didik dalam kelompok terlihat lebih aktif, termotivasi, dan antusias. paparan data hasil observasi siklus 2 tabel 3. rincian aktifitas belajar pada siklus 2 aspekiaktifitas belajar skor aktifitas belajar (%) % keberhasilan interaksi tatap muka 90,22 sangat baik saling ketergantungan positif 84 baik sumbangan individu 85,35 cukup ketrampilan antar individu 80,1 baik usaha 79,22 baik rata-rata 83,8 baik dari hasil pengamatan siklus 2 terlihat bahwa aspek aktivitas belajar menunjukkan persentase paling tinggi adalah aspek interaksi tatap muka 90,22 %, sumbangan individu 85,35 % kemudian aspek saling ketergantungan 84 % , keterampilan antar personal 80,1 % dan aspek usaha 79,22 % secara keseluruhan rata-rata aktivitas belajar peserta didik di siklus 2 adalah 83,8 % dengan predikat baik. berdasarkan hasil observasi dilapangan pada siklus 2 tampak bahwa semua siswa hadir. kegiatan diskusi tampak hidup dan cukup kondusif. genotive card dimainkan dan dipasang dengan baik di papan persilangan, sehingga peserta didik tidak gaduh sebagai indikasi telah memahami dan mengerti penggunaan media tersebut. semua peserta didik mencoba menggunakan media dan tidak hanya melihat temannya bekerja seperti pertemuan sebelumnya, sebab telah terbentuk jobsheet, peserta didik betah berada dikelas tidak ada yang keluar untuk meminjam buku di perpustakaan karena peserta didik telah mempersiapkan dengan matang semua alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembelajaran dengan baik. pada sesi diskusi, untuk memaparkan hasil terlihat peserta didik sangat antusias dan saling menanggapi kelompok yang satu dengan yang lain, karena yang bertugas mempresentasikan hasil percaya diri dan tidak grogi karena telah menguasai konsep materi dengan baik dan tahu tentang cara menggunsksn media dengan benar materi tentang persilangan dihibrida yang vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.129 661 berakibat memotivasi suasana kelas menjadi lebih hidup. tahap membuat kesimpulan oleh amanda dan cicik diperkuat oleh guru. semua siswa hadir pada siklus 2, 5 orang siswa adanya penurunan siswa yang tidak aktif, dan diskusi tampak hidup dan antusias memotivasi dan menyenangkan. menurut (isjoni, 2009) pembelajaran kooperatif adalah cara belajar bersama, untuk saling membantu dan memotivasi antara satu individu dengan yang lainnya sehingga bisa dipastikan setiap individu dalam anggota kelompok dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. (isjoni, 2009) dengan bekerjasama secara kooperatif peserta didik menjadi lebih terdorong untuk lebih antusias dan termotivasi dalam pembelajaran ditambah dengan pemberian penghargaan kepada klelompok terbaik. refleksi berdasarkan hasil pada grafik 1 dan 2 dapat diketahui bahwa aktivitas belajar mengalami peningkatan pada ke-5 aspek yaitu ; interaksietatap muka, salingeketergantungan positif, sumbangan individu, keterampilan antar individu, dan hal ini disebabkan karena : 1. pembelajaran direncanakan dengan menyususn rpp yang susuai dengan karakteristik siswa, berbasis aktifitas, dan dilaksanakan sesuai perencanaan pembelajaran yang telah disusun. aktivitas siswa sesuai dengan karakteristik siswa yang dimaksud adalah :a) interaktif dan inspiratif b) menyenangkan menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, c) kontekstual dan kolabaratif, memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa kreatifivitas serta kemandirian peserta didik yang sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan perkembangan fisik serta perkembangan psikologis peserta didik, 2. lk(lembar kerja) disusun secara sistematis, bergambar dan berwarna sehingga meanarik minat dan perhatian siswa 3. peningkatan pengorganisasian kelompok dengan baik, penjelasan awal tentang model pbl lebih diperjelas pada siklus 2 berdasarkan hasil pada grafik 1 dan 2 pada aspek pemecahan masalah dapat diketahui bahwa ke-empat aspek mengalami peningkatan hal ini disebabkan karena : 1. siswa mulai terlatih untuk menyelesaikan paembelajaran berbasis masalah, 2. lembar kerja (lk) disusun lebih sistematis, konten materi lebih kontekstual berhubungan dengan dunia nyata ,menantang dan sesuai dengan minat, bakat peserta didik 3. media genototive chard yang digunakan lebih bervariatif dan diberi kode pada masingmasing kartu untuk memudahkan, 4. metode pembelajaran dengan bermain pada saat penyelidikan kelompok dan didkusi kelompok pada siklus 2 lebih menarik karena melibatkan semua anggota kelompok untuk bisa berperan aktif tindakan perbaikan yang perlu dilakuakn oleh guru pada siklus 1 antara lain : lebih menekankan tentang pentingnya kerja sama dengan sesama anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama dalam pembelajaran, guru lebih meningkatkan pembimbingan kelompok yang mengalami kesulitan, media genotive card perlu diberi kode, pemilihan 4 warna kertas yang berbeda dan mencolok untuk membedakan sifat yang dominan dan resesif. dengan melihat grafik hasil aktifitas siswa dan catatan observasi lapangan pada siklus 2 lebih meningkat daripada pembelajaran pada siklus 1. dari hasil pengamatan lembar observasi pada vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.129 662 siklus 1 terlihat ada beberapa siswa yang absen, beberapa siswa dalam kelompok yang tidak aktif dalam diskusi maupun mengerjakan lembar kerja. dari grafik dapat disimpulkan aktifitas belajar siswa mengalami peningkatan dari 68,49% menjadi 83,8% di siklus 2. untuk melakukan kegiatan belajar guru telah memilih strategi, metode dan model pembelajaran untuk mendesain kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang, mengeksplorasi kemampuan siswa untuk bisa menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi. untuk menyajikan teori dan konsep yang terbaru di dalam sains perlu dirancang dan dikreasikan secara matang sehingga dapat memunculkan minat belajar siswa secara mandiri, contohnya dalam mempelajari materi proses persilangan dihibrida, guru mengapersepsi kegiatan pembelajaran dengan menayangkan video persilangan tanaman jagung dengan metode dihibrida. siswa selanjutnya diminta untuk menganalisis fenotip dan genotip dan perbandingan persentasenya, harapannya adalah siswa mampu mengkontruksi konsep, mengevalusi dan mengkreasi tentang berbagai persoalan persilangan dihibrida. untuk melatih siswa dalam berfikir kritis, guru telah memberikan peluang yang cukup kepada peserta didik untuk membuat dan mengajukan pertanyaan tentang persilangan dihibrida dengan pertanyaan yang terbuka ataupun tertutup. dalam mempelajari konsep, teori dan prinsip sebaiknya tidak disajikan hanya dengan dibaca dan dihafal, hendaknya dalam mempelajari dan memahami prinsip, kosep dan teori tersebut melalui proses dan tahapan yang bisa dilakukan untuk mendapatkan generalisasi, baik secara deduktif dan induktif. dapat diambil sebagai contoh untuk mempelajari konsep hukum mendel ii, siswa dapat diarahkan memperoleh konsepnya melalui praktik bermain genotive card secara berkelompok/mandiri kemudian dianalisis dan didapatkan kesimpulan tentang hukum mendel ii tentang assortasi bahwa alela suatu gen tidak akan mempengaruhi gen yang lain. upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi atau high order thinking skills dan berkomunikasi, siswa telah dilatih untuk mengungkapkan gagasan atau pendapat mengenai kekurangan dan kelebihan yang telah dialami selama proses pembelajaran, peserta didik diharapkan mampu merefleksikan seluruh kegiatan belajar yang telah mereka alami. pada lembar kerja guru telah mendesain pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk berfikir kritis dan tingkat tinggi, contohnya dalam mengkontruksi konsep atau memecahkan masalah guru dapat menanyakan beberapa pertanyaan 5w + 1h (apa, mengapa, dimana, kapan, siapa, bagaimana). siswa diharapkan mampu memanfaatkan dan mengembangkan pengetahuan metakognitif yang pernah diperoleh sebelumnya serta dapat mengkaitkan konsep yang satu dengan yang lain sehingga konsep yang diperoleh dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk pemecahan masalah yang baru. pertanyaan dengan konsep 5w + 1h diharapkan dapat melatih siswa untuk berfikir kritis, bernalar, kreatif dalam memahami pengetahuan sains yang bermakna, sehingga mampu meningkatkan aktifitas dan motivasi belajar siswa. membiasakan siswa untuk berfikir kritis dan tingkat tinggi saat pembelajaran itu saja belum cukup sebelum digunakan instrument penilaian yang dapat mengakomodasi hal tersebut. setiap tes dan evaluasi yang akan dilakukan sebaiknya guru menyusun soal yang dapat melatih dan menggali kemampuan pesrta didik dalam menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi yang disebut sebagai berfikir tingkat tinggi. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.129 663 simpulan: dalam penelitian ini didapatkan beberapa kesimpulan antara lain: 1) penerapan pembelajaran model problem based learning (pbl) dengan berorientasi pada pembelajaran hots dan keterampilan abad 21 dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas ix-e di smp negeri 2 sukorejo tahun ajaran 2019/2020 dengan kategori keberhasilan baik terbukti pada siklus 1, rata-rata aktivatas belajar sebesar 68,48% menjadi 83,8 % pada siklus 2. 2)penerapan pembelajaran dengan model pbl dengan berorientasi pada pembelajaran hots dan keterampilan abad 21 bisa meningkatkan kemampuan kognitif, psikomotorik siswa dalam pemecahan masalah, berpikir kritis( critical dan creative thinking) sehingga dapat meningkatkan kualitas berpikir.3) penarapan pembelajaran model problem based learning (pbl) dapat meningkatkan kemampuan pembelajaran abad 21 4c (comunication, colaboration, critical and creative thinking), dengan berkarakter bangsa indonesia yang bermartabat. ucapan terima kasih penyusunan artikel ini bisa terselesaikan sesuai dengan harapan karena adanya motivasi, dorongan baik secara material dan spiritual dari berbagai pihak. oleh sebab itu penulis menyampaikan ungkapan terima kasih kepada, bpk tekad suprihantono, s.pd selaku kepala smp negeri 2 sukorejo yang telah memberi motivasi, bpk akhmad nasor s.pd, ibu indah setiyaningsih s.pd, ibu aris trapsilowati, s.pd, m.pd selaku observer dalam penelitian ini, bpk gunawan pudyo satoto selaku pengawas pkp dinas pendidikan kabupaten pasuruan dan tak lupa penulis mengucapkan terimah kasih kepada bpk pemateri antara lain ; bpk.dr. sentot kusairi, m.si, bpk nurul hidayat m.si, s.si dan bpk. heriyanto s.pd, m.pd pada workshop penulisan karya ilmiah untuk meningkatkan publikasi guru fisika dan ipa yang telah membimbing selama penyusunan artikel di universitas negeri malang. hendy lukmanul hakim dan robby jauhari irsyad sebagai inspirator dan motivator, serta siswasiswi kelas ix-e smp negeri 2 sukorejo tahun pelajaran 2019/2020.. daftar rujukan duch. (1995). peningkatan keterampilan berpikir kritis mengenal masalah (1) pada pembelajaran metode penemuan terbimbing. hartati. (2015). meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui implementasi model problem based learning (pbl) pada pembelajaran ipa terpadu siswa smp. isjoni. (2009). pembelajaran kooperatif meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta didik. pustaka pelajar. permen kemendikbud nomor 103 tahun 2014 pembelajaran pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.pdf. (t.t.). permendikbud no. 103 tentang pembelajaran pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. (2014). 1–5. ramson, a. (2010). model pembelajaran konstruktivis untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa smp pada topik cahaya. upi. redjeki, s. (2014). model-model pembelajaran yang mendukung kurikulum. sukmadinata. (2011). landasan psikologi proses pendidikan, remaja. remaja rosdakarya. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.129 664 tantri dkk. (2016). apakah model pembelajaran problem based learning dan project based learning mampu melatihkan keterampilan abad 21. 2. wasonowati, r. r. t., & redjeki, t. (2014). penerapan model problem based learning (pbl) pada pembelajaran hukum hukum dasar kimia ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar siswa kelas x ipa sma negeri 2 surakarta tahun pelajaran 2013/2014. 3(3), 10. zubaidah, s. (2016). keterampilan abad ke-21: keterampilan yang diajarkan melalui pembelajaran. 17. vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 813 813 received : 29-04-2021 revised : 11-05-2021 published : 29-06-2021 penerapan metode pemecahan masalah untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun dan persegi wido utomo sd negeri 3 panunggalan kabupaten grobogan jawa tengah, indonesia widoutomo4@gmail.com abstrak sekolah sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan fitrah sdm. meningkatkan sifat sdm harus dimungkinkan melalui peningkatan sifat pelatihan. salah satunya melalui penyelesaian penelitian kegiatan balai studi. motivasi pada anak sekolah dasar melalui strategi berpikir kritis. berdasarkan refleksi pra-kegiatan , peneliti melakukan kegiatan i dan kegiatan ii, masing-masing terdiri dari 4 fase, yaitu penyusunan, pelaksanaan, persepsi dan refleksi tertentu. pelaksanaan kegiatan utama dan kegiatan ii dengan menerapkan teknik pembelajaran berpikir kritis pada materi ipa menghitung volume bangun ruang 3d dapat diperluas. perluasan ini dapat ditemukan pada pemahaman anak pada setiap kegiatan . pada tahap pra kegiatan jumlah anak yang mencapai keberhasil an belajar adalah 43% (15 anak ) dengan kelas normal 68, pada kegiatan 1 meningkat menjadi 57% (20 anak ) dengan kelas normal 73 dan pada kegiatan 2 meningkat menjadi 91% (32 anak ) dengan kelas normal 80. dari hasil peningkatan pembelajaran yang telah dilakukan, sangat mungkin ditutup; pemanfaatan teknik berpikir kritis yang baik dapat meningkatkan pemahaman anak terhadap materi, anak menjadi lebih dinamis dalam mengemukakan pandangannya dan menyampaikan hal-hal yang tidak mereka lihat, sehingga pemahaman anak terhadap materi meningkat. selain itu, pemanfaatan media pembelajaran yang menarik telah memiliki pilihan untuk menjelaskan data yang disampaikan oleh pengajar, dengan adanya media pembelajaran juga lebih menarik bagi anak untuk mengikuti latihan-latihan pembelajaran. kata kunci : metode pemecahan masalah; pemahaman; menghitung volume bangun dan persegi https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 mailto:widoutomo4@gmail.com vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 814 814 pendahuluan belajar berpikir kritis adalah suatu kemajuan dari latihan-latihan belajar yang menggarisbawahi interaksi penalaran dasar dan pemeriksaan untuk menentukan permasalahan yang harus dirujuk. prosedur pembelajaran berpikir kritis sebagai salah satu jenis pendekatan pembelajaran situasional anak (study terfokus metodologi). heruman (2008: 109) menyatakan bahwa dalam penyajian matematika spasial, selama ini pendidik secara terus terang memberikan data kepada anak tentang sifat-sifat bentuk matematika. foto-foto di buku sumber digunakan oleh anak , meskipun pendidik menggunakan alat peraga, anak hanya melihat keadaan ruang yang ditampilkan oleh pendidik . biasanya pengajar tidak memahami komponen-komponen matematika, sehingga pengawasan pembelajaran di ruang belajar tidak berlaku dalam hal pemenuhan standar pemenuhan. seringkali pengajar merasa telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memilih sistem pembelajaran, yang meliputi pilihan strategi pembelajaran, prosedur yang digunakan, langkah-langkah pembelajaran yang tertata, media pembelajaran yang digunakan, hasil yang dicapai anak masih belum ideal. sehubungan dengan kegiatan belajar aritmatika dalam kemampuan yang disebutkan di atas, dapat dilihat bahwa banyak anak tampak tidak peduli dalam mengikuti latihan pembelajaran. ketika pendidik memberikan contoh pertanyaan, beberapa anak bersiap untuk menjawab pertanyaan instruktur dan masih banyak pertanyaan yang belum diselesaikan oleh anak . untuk penggambaran tertentu dari interaksi belajar, pada akhirnya konsekuensi dari tes perkembangan pada kemampuan esensial ini tidak ideal. dimana rata-rata yang dicapai oleh anak baru mencapai 73. oleh karena itu, para analis menyadari masalah di balik kekecewaan interaksi pembelajaran. dalam penelitian ini, peneliti merinci masalah tersebut, khususnya: "apakah penggunaan strategi berpikir kritis tentang menghitung volume bangun datar dan persegi siap untuk meningkatkan pemahaman anak di sekolah dasar?". ujian ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu: (1) bagi anak , untuk meningkatkan interaksi pengaturan anak , untuk merangsang pendapatan anak agar lebih dinamis dalam mengikuti latihan pembelajaran, untuk memberikan iklim belajar yang indah kepada anak . (2) bagi pengajar sebagai spesialis, untuk meningkatkan pelaksanaan pendidik, memberikan kebebasan kepada pengajar untuk lebih mengembangkan kapasitasnya, akibat dari penelitian ini telah memberikan manfaat bagi pengajar sebagai analis. (3) bagi sekolah, sangat baik dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk menentukan strategi pembelajaran yang dikembangkan lebih lanjut, bahan pembelajaran untuk menentukan langkah-langkah dan pengaturan serta arah tujuan yang akan dicapai, sebagai pedoman untuk meningkatkan interaksi pendidikan dan pembelajaran. tinjuan pustaka pemahaman winataputra (2004: 2.6) menyatakan bahwa pemahaman adalah penyesuaian tingkah laku. seorang individu yang belajar akan mengubah atau membangun perilakunya, baik sebagai informasi, kemampuan mesin atau otoritas kualitas (sikap). seperti yang ditunjukkan oleh terapis, tidak semua perubahan perilaku dapat dikelompokkan ke dalam pemahaman. perubahan perilaku yang menggabungkan pengaturan adalah perubahan yang dihasilkan dari pertemuan (kerjasama dengan iklim) di mana kegiatan mental dan gairah terjadi. perubahan tingkah laku sebagai pemahaman dirangkai menjadi tiga wilayah (distrik), yaitu: informasi (intelektual), kemampuan mesin (psikomotor) dan otoritas kualitas atau https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 815 815 mentalitas (penuh perasaan). dalam pembelajaran perubahan perilaku sebagai pengaturan didefinisikan dalam merinci tujuan pembelajaran. mengenai apa yang dimaksud dengan pencapaian atau pemahaman oleh muhibbin syah, sebagaimana dikutip oleh abu muhammad ibn abdullah (2008) adalah “tingkat prestasi anak atau anak dalam merenungkan topik di sekolah atau pesantren yang dikomunikasikan sebagai skor. didapat dari hasil tes terhadap sejumlah topik tertentu". kemudian, oleh benjamin s. blossom, sebagaimana dikutip oleh abu muhammad ibn abdullah (2008), pemahaman diurutkan menjadi tiga bidang, khususnya: 1) ruang psikologis; 2) penuh ruang perasaan (emotional area); dan 3) ruang psikomotor (daerah psikomotor). menghitung volume bangun dan persegi sebelum menentukan volume kubus, satuan volume yang baku dapat dilihat dari tangga satuan berikut ini: km³ hm³ dam³ m³ dm³ cm³ mm³ gambar 1. tangga satuan rumus volum kubus = rusuk x rusuk x rusuk 1 m 1 m 1 m panjang rusuk kubus di samping adalah 1 m, maka volumnya = 1 m x 1 m x 1 m = m³ karena 1 m = 10 dm, maka volum kubus = 1 m x 1 m x 1 m = 1 m³ = 10 dm x 10 dm x 10 dm = 10 x 10 x 10 x dm³ = 1000 dm³ jadi, 1 m³ = 1000 dm³ https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 816 816 karena 1m = 100 cm, maka volum kubus = 1 m x 1 m x 1 m = 100 cm x 100 cm 100 cm = 100 x 100 x 100 x cm³ = 1.000.000 cm³ berdasarkan hubungan di atas dapat dibuat hubungan antar satuan volum sebagai berikut: 1 m³ = 1.000.000 cm³ media media seperti yang ditunjukkan oleh heinich, et al (1982) menandakan "pusat individu" (antara), atau sumber pesan mediator. (sumber) dengan penerima pesan (beneficiary). dalam kerjasama media pembelajaran ini dapat digambarkan dengan baik dan jelas menginstruksikan dan mempelajari latihan pada dasarnya adalah kegiatan korespondensi. dalam kegiatan korespondensi ini pengajar berperan sebagai (komunikator) yang akan menyampaikan pesan/menyampaikan materi (messages) kepada anak sebagai penerima pesan (korespondensi). agar pesan atau materi pelatihan yang disampaikan oleh pengajar dapat diketahui oleh anak , diperlukan sarana untuk menyampaikan pesan, yaitu media pembelajaran tertentu. media dapat dikenali tergantung pada kondisi, khususnya media halus (shopisticate media) dan media dasar (basic media). media modern adalah media yang baru dibuat di pabrik karena terdiri dari segmen-segmen yang kompleks dan biasanya membutuhkan tenaga dalam penyajiannya. media dasar adalah media yang dapat dibuat sendiri oleh pengajar atau ahli media dan umumnya tidak mengharapkan tenaga untuk memperkenalkannya. media langsung dikumpulkan menjadi media gambar diam, desain, etalase dan realitas. (setiawan, 2008: 1.1). metode penelitian metode pembelajaran pemecahan masalah teknik pembelajaran berpikir kritis sebagai salah satu jenis pendekatan pembelajaran yang disusun anak (studi terfokus metodologi). dikatakan demikian dengan alasan bahwa dalam metodologi ini anak mengambil bagian yang dominan dalam interaksi pembelajaran. hasil rencana pemeriksaan pengujian ini menggunakan homeroom activity exploration (vehicle). pelaksanaan penelitian kegiatan wali kelas ini terdiri dari dua kegiatan . setiap kegiatan terdiri dari empat tahap, yaitu penyusunan, kegiatan, persepsi, dan refleksi. mata pelajaran ujian materi ujian ini adalah peningkatan pemahaman pada mata pelajaran aritmatika dan sumber informasi yang digunakan adalah anak , dengan jumlah 35 anak , terdiri dari anak laki-laki dan anak perempuan. analis memilih subjek ini karena kemampuan mereka dalam memastikan volume bangun dan persegi masih rendah. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 817 817 penunjuk eksekusi point dari ujian ini adalah tercapainya kesepakatan anak yang diketahui melalui hasil tes. diumumkan berhasil jika nilai yang didapat sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, tujuan akhir dari penelitian ini adalah 70. prestasi gaya lama adalah anak yang mencapai skor 70 setidaknya 75% dari jumlah anak yang habis. diperiksa. anak yang mendapat nilai dasar 70 dinyatakan selesai, sedangkan anak yang mendapat nilai di bawah 70 dinyatakan kurang atau tidak berhasil. instrumen ujian instrumen yang digunakan dalam ujian ini adalah instrumen tes dan non tes. instrumen tes digunakan untuk mengungkap informasi tentang memperluas pemahaman anak dalam memahami volume bangun datar dan persegi. tes yang digunakan adalah tes perkembangan sebagai eksposisi. sementara itu, instrumen non-tes digunakan untuk mengungkap perubahan perilaku anak . instrumen yang dimaksud adalah manual untuk penggambaran perilaku alam, manual untuk jurnal instruktur, dan manual untuk jurnal anak . penggambaran perilaku lingkungan digunakan untuk memutuskan perilaku anak selama interaksi pembelajaran tentang menentukan volume bujur sangkar dan bujur sangkar 3d melalui teknik berpikir kritis, jurnal instruktur berisi kesan atau pertemuan yang dirasakan atau didapat ilmuwan selama kegiatan pembelajaran, dan jurnal anak digunakan oleh spesialis. untuk menemukan reaksi mereka terhadap cara para analis meneruskan mencari tahu tentang menghitung volume bentuk dan kotak 3d melalui teknik berpikir kritis. pembahasan perbaikan pembelajaran kegiatan i rencana pemeriksaan pengujian ini menggunakan homeroom activity exploration (vehicle). pelaksanaan penelitian kegiatan wali kelas ini terdiri dari dua kegiatan . setiap kegiatan terdiri dari empat tahap, yaitu penyusunan, kegiatan, persepsi, dan refleksi.mata pelajaran eksplorasi. materi eksplorasi ini adalah peningkatan pemahaman pada mata pelajaran ipa dan sumber informasi yang digunakan adalah anak , dengan jumlah 35 anak , terdiri dari anak laki-laki dan anak perempuan. spesialis memilih mata pelajaran ini dengan alasan bahwa keterampilan mereka dalam menghitung volume bentuk padat dan kotak masih rendah. penunjuk eksekusi point dari ujian ini adalah tercapainya pengaturan anak yang diketahui melalui hasil tes. dinyatakan efektif jika nilai yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, tujuan akhir dari penelitian ini adalah 70. prestasi gaya lama adalah anak yang mencapai skor 70 setidaknya 75% dari jumlah anak yang dipertimbangkan. . anak yang mendapat nilai dasar 70 dinyatakan berhasil , sedangkan anak yang mendapat nilai di bawah 70 dinyatakan kurang atau tidak efektif. instrumen ujian instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan non tes. instrumen tes digunakan untuk mengungkap informasi tentang memperluas pemahaman anak tentang menghitung volume bentuk dan kotak. tes yang digunakan adalah tes perkembangan berupa makalah. kemudian, instrumen non-tes digunakan untuk mengungkap perubahan https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 818 818 perilaku anak . instrumen yang dimaksud adalah manual untuk penggambaran perilaku alam, manual untuk jurnal instruktur, dan manual untuk jurnal anak . penggambaran perilaku biologis digunakan untuk menentukan perilaku anak selama kegiatan pembelajaran tentang menghitung volume bangun datar dan persegi melalui strategi berpikir kritis, jurnal instruktur berisi kesan atau pengalaman yang dirasakan atau diperoleh ilmuwan selama interaksi pembelajaran, dan jurnal anak digunakan oleh spesialis. untuk menemukan reaksi mereka terhadap cara para ilmuwan meneruskan mencari tahu tentang menghitung volume bujur sangkar dan bujur sangkar 3d melalui strategi berpikir kritis. perbaikan pembelajaran kegiatan ii pada kegiatan kedua analis memusatkan perhatian pada pelaksanaan peningkatan pembelajaran dengan menerapkan teknik berpikir kritis. dengan menerapkan strategi ini, efek samping dari penilaian pembelajaran anak dapat meningkat secara maksimal. dalam hal sebelum peningkatan pembelajaran kegiatan i derajat kulminasi mencapai 57%, setelah peningkatan pembelajaran kegiatan ii mencapai 91%. demikian pula dengan nilai normal kelas, jika pada peningkatan pembelajaran kegiatan i nilai normal anak baru adalah 68, setelah peningkatan pembelajaran kegiatan ii meningkat menjadi 73. perluasan ini dapat terjadi karena selama ini waktu yang digunakan meningkat. pembelajaran kegiatan ii pendidik telah memanfaatkan teknik berpikir kritis dengan baik. dengan menerapkan teknik berpikir kritis ini instruktur telah memberikan kebebasan kepada anak untuk terlibat secara efektif dengan kegiatan belajar dan pekerjaan pendidik tidak terlalu dominan. selama waktu yang dihabiskan untuk meningkatkan pembelajaran kegiatan ii, dapat dikatakan bahwa anak dalam mengikuti pembelajaran juga tulus dan tidak banyak bicara. selain itu, penguasaan materi oleh mahaanak lebih baik karena dapat juga menjadi faktor dalam meningkatkan realisasi yang telah dilakukan dalam dua kegiatan . dengan tercapainya peningkatan pembelajaran kegiatan ii, cenderung dikatakan bahwa strategi berpikir kritis yang diterapkan pendidik ampuh. akibatnya peningkatan pembelajaran dapat diselesaikan pada kegiatan ii. dengan demikian jumlah anak yang berhasil dari 35 anak menjadi 32 anak atau tingkat kulminasinya mencapai 91%, sehingga peningkatan hasil belajar anak pada peningkatan pembelajaran kegiatan i sudah mencapai 75%, maka peningkatan pembelajaran sangat berhasil pada kegiatan ii. untuk 3 mahaanak yang belum lulus, dapat dikatakan bahwa mereka memiliki tingkat pengetahuan yang kurang ideal. oleh karena itu, para ilmuwan mengadakan arahan yang unik untuk mereka. simpulan simpulan simpulan yang diperoleh adalah penerapan metode pemecahan masalah dapat meningkatkan pemahaman konsep menghitung volume kubus dan balok. hal ini dibuktikan pada jumlah anak yang berhasil pada kegiatan 1 sebanyak 20 anak dari 35 anak dan pada kegiatan 2 adalah 32 anak dari 35 anak . saran tindak lanjut strategi pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para pendidik lain jika mengalami permasalahan pembelajaran yang sama dengan peneliti adalah sebagai berikut: (1) pergunakanlah model kongkrit dalam pembelajaran matematika, khususnya pada https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 819 819 pembelajaran geometri. (2) terapkanlah metode pembelajaran yang sesuai dengan materi, misalnya metode pemecahan masalah. harapan peneliti, dapatlah kiranya laporan peneliti ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan acuan apabila ada di antara para pendidik sedang mengalami permasalahan pembelajaran yang sama seperti yang peneliti hadapi. selanjutnya, untuk lebih menguji kebenaran hasil penelitian ini dapat dilakukan penelitian lebih lanjut. daftar rujukan heruman. (2008). model pembelajaran matematika di sekolah dasar. bandung: pt. remaja rosdakarya. hudojo, h. (2005). pengembangan kurikulum dan pembelajaran matematika. malang: um press johnson, e. b. (2007). contextual taching and learning: menjadikan kegaiatn belajar mengajar mengasyikkan dan bermakna. bandung: mizan learning center (mlc) prasetyo. (2002). strategi belajar mengajar. salatiga: widyasari press. rochaminah, s. (2008). penggunaan metode penemuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis mahaanak kependidik an. bandung: pt. remaja rosdakarya. wardani, i. g. a. k. ; dkk. (2006). pemantapan kemampuan profesional (panduan). jakarta: universitas terbuka. wardani, i. g. a. k. ; dkk. (2006). penelitian tindakan kelas. jakarta: universitas terbuka. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 827 received : 12-04-2021 revised : 20-05-2021 published : 29-06-2021 meningkatkan motivasi guru melalui supervisi secara berkala dan pemberian penghargaan guru terbaik wati rahayu smp negeri 1 pangandaran, indonesia watirahayu0208@gmail.com abstrak: smp n 1 pangandaran merupakan sekolah unggulan di kabupaten pangandaran dengan guru yang senior dan beberapa merupakan guru inti, guru tutor dan instruktur kabupaten kurikulum 2013. namun hasil raport mutu tahun 2019 pada standar proses masih belum optimal. tujuan dari penelitian adalah meningkatkan motivasi guru dalam proses pembelajaran, meningkatkan kompetensi calon kepala sekolah, meningkatkan prestasi peserta didik dan menciptakan student wellbeing. penelitian ini dilakukan 2 siklus, dengan teknik yang dipakai teknik individual dengan model supervise tradisional, pada siklus pertama pendekatan tidak langsung dan pendekatan kolaboratif pada siklus 2. metode observer tidak langsung pada siklus 1 dan observer langsung pada siklus 2. setiap siklus ada perencanaan, pelaksanaan, refleksi, monev dan tindak lanjut. melalui supervise secara berkala dan pemberian penghargaan guru terbaik pada siklus 1 menghasilkan 98% guru merasa termotivasi, rata-rata hasil nilai supervise proses pembelajaran 94,23, hasil monitoring keterlaksanaan kegiatan 98,8, evaluasi peningkatan calon kepala sekolah 95,4, evaluasi hasil kegiatan 98,5, evaluasi peningkatan prestasi peserta didik 83, pencapaian student wellbeing 81,6 dan pada siklus kedua menghasilkan 100% guru merasa termotivasi, rata-rata hasil nilai supervise proses pembelajaran 98,10, hasil monitoring keterlaksanaan kegiatan 99,7, evaluasi peningkatan calon kepala sekolah 98,75, evaluasi hasil kegiatan 99,17, evaluasi peningkatan prestasi peserta didik 84,6, pencapaian student wellbeing 86,1. dari hasil penelitian terlihat menunjukan angka sangat baik dan naik sehingga disimpulkan supervisi secara berkala dan pemberian penghargaan kepada guru terbaik dapat memotivasi guru dalam proses pembelajaran, meningkatnya prestasi peserta didik, pencapaian student wellbeing dan peningkatan kompetensi calon kepala sekolah. kata kunci: supervisi akademik; pemberian penghargaan; motivasi; peningkatan prestasi dan pencapaian students wellbeing https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 mailto:watirahayu0208@gmail.com vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 828 pendahuluan latar belakang penelitian adalah karena kesenjangan antara keadaan sekolah yang memiliki guru guru potensial dan merupakan sekolah unggulan di kabupaten pangandaran dengan hasil nilai raport mutu tahun 2019 pada standar proses masih belum optimal. dengan keadaan masa pandemi ini dilakukan pemebelajaran jarak jauh maka memotivasi guru sangat perlu agar dapat lebih kreatif dan inovasi dalam proses pembelajaran. dari kesenjangan dan keadaan tersebut maka penelitian ini akan melihat apakah dengan supervise secara berkala dan pemberian penghargaan guru terbaik dapat memotivasi guru dalam proses pembelajaran?. tujuan diadakan penelitian adalah memotivasi guru dalam proses pembelajaran, meningkatkan kompetensi calon kepala sekolah, meningkatkan prestasi belajar peserta didik dan pencapaian student wellbeing. manfaat penelitian ini bagi peserta didik menciptakan student wellbeing rasa merdeka belajar, pengalaman belajar bermakna yang dapat digunakan pada permasalahan yang dihadapinya, dapat meningkatkan tanggung jawab, komitmen, rasa percaya diri, dapat 3 meningkatkan hasil belajar. bagi guru: meningkatnya kompetensi calon kepala sekolah, menciptakan kompetitiv diantara guru sehingga timbul kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan profesional guru, tercapainya kompetensi dasar sesuai dengan waktu yang sudah di programkan, bahan untuk informasi penelitian berikutnya. bagi sekolah: dapat meningkatkan nilai raport motu khususnya pada proses pembelajaran pada tahun 2021. penelitian dengan melakukan supervisi proses pembelajaran secara berkala dan pemberian penghargaan guru terbaik sebagai upaya meningkatkan motivasi guru dalam proses pembelajaran merupakan hal baru dan ide penulis sendiri. kekuatan keberhasilan motivasi guru ketika terjadi guru kreatif dan inovasi melakukan pembelajaran dan memiliki daya saing positif untuk menciptakan student wellbeing dan peningkatan prestasi belajar siswa. motivasi menurut irfan.(2018) semakin tinggi motivasi semakin besar usaha yang dilakukan, menurut adiesti.(2019) adanya hubungan motivasi dengan perilaku ibu untuk mobilisasi dini, menurut chasanh et al.(2019) adanya pengaruh sikap motivasi kerja dan kinerja guru terhadap pengelolaan kelas. menurut (yacub, 2012) tingkat pendidikan produktivitas tenaga kerja juga ditentukan oleh motivasi yaitu dorongan kuat dari manusia untuk melakukan aktivitasnya guna mencapai tujuan, dikatakan bahwa 90% keberhasilan ditentukan oleh motivasi hidup seseorang sedangkan 10% adalah ditentukan oleh kecerdasan. jadi meningkatkan motivasi pembelajaran adalah melakukan peningkatan usaha kerja dan kinerja yang dilakukan guru pada proses pembelajaran di dalam kelas agar mampu menghasilkan pembelajaran yang lebih baik dan efektif terhadap pengelolaan kelas. supervisi akademik dan tenaga kependidikan dimaksud untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran secara berkelanjutan di sekolah. pelaksanaan supervisi secara berkala dan berkesinambungan untuk proses pembelajaran efektif dan bermutu. pembelajaran oleh guru yang berkualitas dan didukung tenaga pendidikan yang baik akan mewujudkan prestasi peserta didik yang meningkat (lppksps, 2020),supervise akademik dapat meningkat motivasi berprestasi guru (samudi, 2018), supervisi akademik yang dilakukan semakin baik mengasilkan mutu pendidikan yang semakin baik pula (agustina, 2017), secara teoritis dikatakan bahwa supervisi proses pembelajaran dengan kunjungan kelas akan meningkatkan kompetensi guru. secara praktik terbukti bahwa supervisi proses pembelajaran dengan kunjungan kelas dapat meningkatkan kompetensi guru (sriwahyuni, 2019), pelaksanaan supervisi proses pembelajaran pengawas dan kepemimpinan kepala madrasah semakin baik kualitasnya, maka https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 829 semakin baik pula perencanaan administrasi guru (rubianingsih, 2018), melalui supervisi akademik meningkatkan kompetensi pendagogik guru (suraida, fitri, 2014). jadi supervisi secara berkala dapat meningkatkan kualitas pendidikan, tercapainya layanan proses pembelajaran yang bermutu, meningkatkan prestasi peserta didik, meningkatkan motivasi berprestasi guru, meningkatkan kemampuan kompetensi guru, dan menjadikan pembelajaran berkualitas. pemberian penghargaan berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja pegawai (rangkuti, 2019). agar tercapai kinerja yang optimal diperlukan reward sebagai bentuk dorongan atau motivasi dalam bekerja (simanjuntak & caisara, 2018). menurut syamsuddin.(2015) salah satu upaya mengoptimalkan peningkatan kepuasan kerja pegawai adalah dengan pemberian reward. menurut (supriyatna dudu; hadi, sholikul, 2021) the reward and punishment variables together have a significant and significant effect on the work motivation of employees at pt antam tbk, ubpe pongkor. pemberian penghargaan untuk guru terbaik akan menciptakan suasana kompetitif dan daya saing positif sehingga guru akan berpengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran untuk melakukan inovasi, kreatifitas dan maksimal dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan lebih baik. metode pelaksanaan supervise proses pembelajaran dilakukan dan di bantu oleh tim supervise sebanyak 11 orang. kegiatan penelitian dilakukan dengan melalui 2 siklus. metode pengumpulan data, siklus 1: pendekatan yang dipilih adalah pendekatan tidak langsung. dengan teknik yang dipakai teknik individual dengan model supervise tradisional, metode observer tidak langsung, membagikan angket ( format isian supervise untuk diisi sendiri sebagai evaluasi diri) dan wawancara. dan pada siklus 2: dengan pendekatan kolaboratif (langsung dan tidak langsung) dengan dengan teknik individual dan model tradisional dengan metode membagikan angket dan wawancara dan sebagian dengan observasi langsung kunjungan kelas. penelitian dilakukan di smp negeri 1 pangandaran dengan jumlah guru 57 sebagai objek sekaligus responden dan sebanyak 10% dari jumlah siswa yaitu 105 siswa secara acak untuk mengisi angket. adapun untuk reponden siswa karena masa pembelajaran jarak jauh maka angket melalui on line goegle form. hasil dan pembahasan pada siklus 1 ternyata 57 guru sudah dilakukan supervise tidak langsung, jadi 100% disupervisi. merekap nilai supervise dari tim supervise di peroleh rata-rata nilai supervise tidak langsung 94,22 dengan kualitatif sangat baik. melakukan monitoring keterlaksanaan kegiatan meliputi persiapan, pelaksanaan. berdasarkan hasil monitoring keterlaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan yang direncanakan. hal ini sama dengan pendapat responden sebanyak 11 orang yang terdiri dari kepala sekolah, guru, tendik, dan siswa dengan hasil. tabel 1. hasil monitoring nilai akhir 93,3 100 jumlah responden 2 9 nilai rata-rata 98,8 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 830 gambar 1. grafik monev dengan nilai kuantitatif 98,8% dan kualitatif a= sangat baik. melakukan evaluasi untuk kompetensi calon kepala sekolah (cks), hasil peningkatan kompetensi pada cks di sekolah magang berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan mendapat tanggapan dari responden sebanyak 10 orang yang terdiri dari kepala sekolah, guru, tendik dan siswa dengan hasil sebagai berikut: tabel 1. hasil monitoring nilai 91,2 95,8 100 jumlah 3 5 2 nilai rata-rata 95,5 gambar 2. grafik monev pk dari akpk siklus 1 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 831 dari hasil tersebut diatas maka nilai kuantitatif 95,5% dengan kualifikasi a=sangat baik. melakukan evaluasi untuk sasaran yang berkaitan dengan kinerja sekolah hubungannya dengan ketercapaian kegiatan rencana proyek kepemimpinan (rpk). penjelasan hasil evaluasi memunculkan ketercapaian kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan motivasi guru dalam proses pembelajaran. hasil evaluasi kegiatan rpk dari responden sebanyak 11 orang yang terdiri dari kepala sekolah, guru dantendik sebagai berikut: tabel 3. monev hasil kegiatan rpk siklus 1 nilai 97,2 98,6 100 jumlah 3 6 2 nilai rata-rata 98,5 gambar 3. grafik monev hasil kegiatan rpk siklus 1 dari hasil di atas maka nilai kualifikasi a= sangat baik dengan nilai kuatitas 98,5% hasil monitoring dan evaluasi dari responden siswa dari 10% yang seharusnya sebanyak 102, karena terbatas waktu baru diperoleh 25 responden dengan cara mengisi pada goegle form dengan hasil rata-rata 83 sebagai berikut: tabel 4. monev peningkatan prestasi siswa https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 832 gambar 4. grafik monev peningkatan prestasi siswa siklus 1 dengan nilai kualifikasi b=baik dan kuantitasnya 83% dari 10% peserta didik adalah 102 namun baru diperoleh 25 responden dengan cara mengisi pada goegle form dengan hasil sebagai berikut: tabel 5. monev pencapaian students wellbeing siklus 1 gambar 5. monev pencapaian student wellbeing siklus 1 dari hasil tersebut maka nilai kuantitatifnya 81,6% dengan kualitas b= baik. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 833 mencermati hasil monev secara kualitatif dan kuantitatif terhadap pencapaian indikator program kegiatan rpk, ternyata dari wawancara diketahui guru-guru sangat termotivasi. memetakan komponen atau indikator yang lemah dan yang kuat berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi, guru senior sudah cukup puas dengan cara mengajarnya karena beberapa pernah menjadi guru inti dan instruktur kabupaten. sebagai tindak lanjut dari siklus 1 adalah merencanakan siklus ke 2 untuk melihat kondisi nyata dengan metode observasi langsung pada kegiatan siklus 2 persiapannya sudah tinggal sedikit saja meneruskan dari siklus 1 yaitu: menentukan jadwal pelaksanaan supervisi siklus 2, menyiapkan format supervise proese pembelajaran, menyiapkan pemberikan penghargaan guru terbaik, mereviu dan menggandakan instrumen monitoring kegiatan yang sudah dibuat untuk digunakan pada siklus2. pelaksanaan pada kegiatan siklus 2, menggunakan pendekatan kolaboratif (langsung dan tidak langsung), teknik individual, metode observasi kunjungan kelas dan wawancara, dengan di bantu oleh tim supervisi. meningkatkan indicator dan melihat fakta sesungguhnya pada kompetensi yang lemah berdasarkan hasil monev siklus 1. menggali potensi dan kreatifitas guru dalam mengajar agar tampak ketika disupervisi. ternyata 57 guru sudah dilakukan supervise langsung dan tidak langsung, jadi 100% disupervisi pada siklus 2. merekap nilai supervise dari tim supervise di peroleh rata-rata nilai supervise langsung dan tidak langsung diperoleh nilai 95,10 dengan kualitatif sangat baik. berdasarkan hasil monitoring keterlaksanaan kegiatan rpk berjalan sesuai dengan yang direncanakan. hal ini sama dengan pendapat responden sebanyak 20 orang yang terdiri dari kepala sekolah, guru, tendik, siswa dan komite sekolah, baik perencanaan maupun pelaksanakan semuanya dikerjakan dan jawaban responden 20 orang menjawab ya sebagai berikut: tabel 6. monev keterlaksanaan rpk siklus 2 nilai akhir 93,33 100 jumlah responden 1 19 rata-rata nilai 99,7 gambar 6. grafik monev keterlaksanaan rpk siklus 2 dari tabel dan grafik di atas nilai kuantitatif 99,7% dan kualitatifnya a= sangat baik. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 834 hasil peningkatan kompetensi pada calon kepala sekolah (cks) di sekolah magang berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan mendapat tanggapan dari responden sebanyak 20 orang yang terdiri dari kepala sekolah, guru, tendik, komite, dan siswa, dengan hasil sebagai berikut: tabel 7. monev analisis kompetensi peningkatan kompetensi siklus 2 nilai akhir 95,8 100 jumlah responden 6 14 rata-rata nilai 98,75 gambar 7. grafik monev peningkatan kompetensi calon kepala sekolah siklus 2 dari tabel dan grafik maka nilai kualitatif a= sangat baik, dan kuantutatif nya 98,75. hasil evaluasi kegiatan rpk dari responden sebanyak 20 orang yang terdiri dari kepala sekolah, guru, tendik, dan komite sekolah sebagai berikut: tabel 8. monev hasil kegiatan siklus 2 nilai akhir 98,6 100 jumlah responden 11 9 rata-rata nilai 99,17 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 835 gambar 8. grafik monev hasil kegiatan siklus 2 dari tabel dan grafik tersebut maka nilai kuantitatif 99,17% dan kualitatifnya a= sangat baik. dari 10% peserta didik yang terdapak terdapat 105 responden dengan cara mengisi pada goegle form dengan hasil sebagai berikut: tabel 9. monev peningkatan prestasi siswa siklus 2 rata-rata nilai = 84,6 gambar 9. grafik monev peningkatan prestasi siswa siklus 2 dari tabel dan grafik diatas nilai kuantitatif 84,6% dan kualitatifnya b= baik. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 836 dari 10% peserta didik yang terdapak terdapat 105 responden dengan cara mengisi pada goegle form dengan hasil sebagai berikut: tabel 10. monev pencapaian students wellbeing siklus 2 rata-rata nilai = 86,1 gambar 10. grafik monev pencapaian students wellbeing siklus 2 dari tabel dan grafik nilai kuantitatif 86,1 dan kualitatifnya a= sangat baik dari hasil siklus 1 dan 2 diperoleh data monev sebagai berikut tabel 11. hasil jenis monev no jenis monev prosentase nilai keterangan siklus 1 siklus 2 1 banyaknya guru yang di supervisi 100 100 semua 2 hasil wawancara menyatakan guru termotivasi 56 57 naik 3 nilai supervise proses pembelajaran 94,23 95,10 naik 4 monitoring keterlaksanaan kegiatan rpk dan pk 98,8 99,7 naik 5 evaluasi peningkatan kompetensi cks berdasarkan hasil akpk 95,4 98,75 naik 6 evaluasi hasil kegiatan rpk dan pk 98,5 99,17 naik 7 evaluasi peningkatan prestasi peserta didik 83 84,6 naik 8 pencapaian students wellbeing 81,6 86,1 naik https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 837 dari siklus 1 memang sudah sangat baik, namun karena pendekatan tidak langsung dengan metode juga tidak langsung masih perlu dilakukan siklus 2 untuk lebih meyakinkan, dan ternyata hasil dari siklus 2 sangat baik semua hasil monev mengalami peningkatan dan sangat baik terlihat lebih jelas pada tabel tersebut. ada satu orang guru yang merasa tidak termotivasi karena dirinya sudah mau pensiun, namun demikian hasil wawancara mengatakan bahwa kegiatan supervise secara berkala dan pemberian penghargaan sangat bagus dan baik bahkan dirinya menyarankan untuk dilaksanakan secara berkelanjutan. pada intinya guru sudah paham cara mengajar hanya kadang ada butuh dorongan dan penyegaran untuk memotivasi selalu memberikan layanan yang terbaik. tindak lanjut dari kegiatan ini untuk dipertahankan dan dilaksanakan secara terperiodik. hasil dari monev pencapaian students wellbeing dengan responden 105 peserta didik menghasilkan secara kuantitatif 86,1% dan kualitatif a(sangat baik) hal ini menjawab dari pertanyaan pada monev tentang pencapaian kebahagiaan peserta didik sebagai berikut: melalui kegiatan supervise secara berkala dan pemberian penghargaan guru terbaik menjadikan guru termotivasi dalam proses pembelajaran hal ini berdampak baik kepada siswa merasa lebih termotivasi dalam belajar, hal ini seperti : kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru membuat siswa lebih nyaman dalam belajar, hasil kegiatan ini memberikan guru kreatif dan inovatif sehingga siswa belajar dengan riang dan gembira, proses pembelajaran menjadikan siswa bergairah dan semangat dalam belajar, siswa mengakui hasil kegiatan menumbuhkan rasa senang dan gembira sehingga tumbuh sikap peduli, toleransi, jujur, kreatif, disiplin, dan peningkatan prestasi belajar siswa. simpulan akhirnya dapat disimpulkan berdasarkan hasil kegiatan monitoring dan evaluasi diperoleh sebagai berikut:kegiatan yang dilakukan nilai kualitatif 99,17 dengan kuantitatif a (sangat baik): melalui supervise secara berkala dan pemberian penghargaan guru terbaik telah dapat memotivasi guru dalam proses pembelajaran, evaluasi peningkatan kompetensi calon kepala sekolah berdasarkan hasil akpk nilai kualitatif 98,75 dengan kuatitatif a (sangat baik): telah berhasil meningkatkan kompetensi calon kepala sekolah, evaluasi peningkatan prestasi peserta didik nilai kualitatif 84,6 dengan kualitatif b (baik) : telah berhasil meningkatkan prestasi belajar peserta didik, pencapaian students wellbeing nilai kuantitatif 86,1 dengan kualitalif a (sangat baik): telah berhasil pencapaian students wellbeing. daftar rujukan adiesti, f. (2019). hubungan motivasi dengan perilaku ibu post partum dalam melakukan mobilisasi dini relation of motivation with post partum mother ’ s behavior. jurnal biomedika dan kesehatan, 12(01). agustina, e. (2017). supervisi akademik kepala sekolah, profesionalisme guru dan mutu pendidikan. jurnal administrasi pendidikan, 24(2), 62–70. https://doi.org/10.17509/jap.v24i2.8294 chasanh, l., toharudin, m., & setiyoko, d. t. (2019). pengaruh motivasi kerja dan kinerja guru terhadap pengelolaan kelas di sdn siwungkuk 01 wanasari brebes. jurnal kontekstual, 01(1), 33–38. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 838 fitri, s. (2014). peningkatan kompetensi pedagogik guru melalui supervisi akademik. industrial engineering online journal, 3(2). https://ejournal.uksw.edu/scholaria/article/download/26/24/ irfan, n. (2018). hubungan motivasi belajar dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar matematika. ekuivalen pendidikan matematika, 31(1), 48–53. http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/ekuivalen/article/view/4353 lppksps. (2020). 3. supervisi guru dan tenaga kependidikan. rangkuti, r. (2019). pengaruh pemberian penghargaan dan pelatihan kerja terhadap produktivitas kerja pada pt. bank rakyat indonesia (persero) cabang teluk betung. journal of chemical information and modeling, 53(9), 1689–1699. rubianingsih, s. (2018). jurnal ilmiah profesi pendidikan hubungan pelaksanaan supervisi akademik pengawas dan kepemimpinan kepala madrasah dengan perencanaan administrasi guru mts negeri di kota mataram tahun 2017 jurnal ilmiah profesi pendidikan. jurnal ilmiah profesi pendidikan, 3(november), 154–162. https://doi.org/10.29303 samudi, s. (2018). penerapan supervisi akademik sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja guru sekolah dasar. jurnal pajar (pendidikan dan pengajaran), 2(1), 142. https://doi.org/10.33578/pjr.v2i1.4889 simanjuntak, m., & caisara, d. o. (2018). hubungan pemberian penghargaan (reward) dengan kinerja petugas rekam medis di rsup h. adam malik medan tahun 2017. jurnal ilmiah perekam dan informasi kesehatan, 3(1), 431–437. sriwahyuni, n. (2019). peningkatan kemampuan guru dalam proses pembelajaran berkualitas melalui supervisi akademik dengan teknik kunjungan kelas pada guru sekolah dasar. jurnal pendidikan dasar, 7, 51–57. https://doi.org/10.20961/jpd.v7i1.29318 supriyatna dudu; hadi, sholikul, r. k. b. (2021). pengaruh reward dan punishment terhadap motivasi kerja karyawan diâ pt antam tbk ubpe pongkor departemen process plant. el-mal: jurnal ekonomi & bisnis islam, vol 2 no 1 (2021): el-mal: jurnal kajian ekonomi & bisnis islam, 70–88. http://journal.laaroiba.ac.id/index.php/elmal/article/view/315/256 syamsuddin, s. (2015). peningkatan kepuasan kerja (job satisfaction) pegawai melalui optimalisasi pemberian penghargaan (reward). shautut tarbiyah, vol 21, no 2 (2015): pendidikan, ilmu sosial, dan keagamaan, 147–166. https://ejournal.iainkendari.ac.id/index.php/shautut-tarbiyah/article/view/375/360 yacub, j. (2012). produktivitas kinerja guru dan motivasi mengajar. as-salam vol 1 no 1 (2012): dinamika hukum & pendidikan di indonesia, 1, 67. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.165 microsoft word 01-nia.doc vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.200 1179 received : 21-06-2021 revised : 12-07-2021 published : 20-08-2021 pemanfaatan media pesan suara untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa inggris di masa pandemi khusniati ningsih smk negeri 1 karangdadap, kab. pekalongan, indonesia nianingsihguru@gmail.com abstrak keterampilan berbicara (speaking skil) merupakan suatu proses komunikasi untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan pesan kepada orang lain secara lisan menurut kriteria tertentu sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai. keterampilan berbicara bermanfaat dalam melakukan interaksi komunikasi antara guru dan peserta didik. dalam konteks kelas bahasa inggris tentunya keterampilan berbicara mempunyai nilai, tujuan dan kepentingan yang berbeda daripada sekedar berbicara pada umumnya. selama ini keterampilan berbicara dilakukan oleh peserta didik melalui diskusi dan kemudian dilanjutkan presentasi di depan kelas. akan tetapi kegiatan seperti ini tidak lagi bisa dilakukan di masa pandemi yang memberlakukan pembelajaran jarak jauh. karena disamping kendala rendahnya rasa percaya diri peserta didik juga adanya hambatan teknis seperti kondisi jaringan dan koneksi yang tidak stabil, dan minimnya kuota yang dimiliki peserta didik. berangkat dari kondisi inilah, guru hendaknya bisa menyelenggarakan pembelajaran yang kreatif inovatif dan relevan dengan tuntutan pembelajaran abad 21. dalam hal ini peneliti memilih pesan suara pada aplikasi whatsapp dan microsoft teams sebagai salah satu solusi pembelajaran bercitarasa abad 21 dalam meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik. sebagai instrumen penilaian keterampilan berbicara mengacu pada assessing speaking h. douglas brown mencakup 6 kriteria yaitu grammar, vocabulary, fluency, comprehension, pronunciation , dan task. setelah penerapan terjadi peningkatan ketrampilan berbicara. peserta didik yang aktif berbicara bertambah jumlahnya. peserta didik juga ada peningkatan rasa percaya diri meski kadang masih terdengar canggung dan malu-malu. hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai speaking skill. kondisi awal sebelum menggunakan media pesan suara, hanya 6 peserta didik (16,67%) saja yang berhasil tuntas dari sebanyak 36 peserta didik. pada siklus i menggunakan pesan suara hanya 13 (36,11%) peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar. kemudian meningkat pada siklus berikutnya yaitu sebanyak 28 (77,78%) peserta didik yang berhasil mencapai ketuntasan belajar. terakhir pada siklus iii terdapat 33 ( 91,67%) peserta didik yang berhasil menuntaskan kkm, dan hanya 3 peserta didik saja atau 0,08% yang belum berhasil tuntas. kata kunci: speaking skill; speaking assesment; pesan suara vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.200 1180 pendahuluan keberadaan bahasa adalah untuk menyelenggarakan kehidupan. disinilah signifikansi bahasa diajarkan sehari-hari sebagai perangkat komunikasi yang paling fundamental. tidak semata untuk menyebarkan informasi dan instrumen untuk mewariskan nilai, bahasa juga sebagai media kontak dalam menyertai suatu tindakan. pada posisi ini, seorang pengguna bahasa sebagai bagian dari anggota komunitas sosial akan selalu menjalin interaksi bahasa dengan pengguna bahasa lainnya. di lingkup sekolah, pengajaran bahasa pada umumnya ditujukan untuk mempersiapkan pembelajar menjadi mahir dan terampil melakukan interaksi-interaksi yang komunikatif dengan melibatkan empat macam kecakapan yakni mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. pada prinsipnya, penggunaan bahasa turut ditentukan oleh faktor-faktor linguistik dan non-linguistik, karena bahasa harus mampu mengatasi kendala-kendala akibat faktor sosial, ekonomi, ideologi, politik, jender, dan sebagainya. faktor-faktor linguistik mencakup kata, frase, kalimat, dan wacana yang tentu saja tidak akan pernah cukup untuk membuat komunikasi lebih mudah dipahami dan diterima. para pengguna bahasa membutuhkan kontribusi dari luar bahasa itu sendiri yakni konteks yang melingkupi, apa yang disebut sebagai faktor non-linguistik. faktor inilah yang kemudian membantu para pendengar atau penerima pesan untuk menangkap apa yang disampaikan dan dimaksud oleh pembicara atau pengirim pesan. selama interpretasi pendengar tidak jauh berbeda dari yang diinginkan oleh penyampai pesan maka bisa dikatakan bahwa komunikasi mencapai keberhasilan. dengan demikian bahasa berada pada posisi sentral bagi keberlangsungan suatu komunikasi. komunikasi dapat didefinisikan sebagai pertukaran ide antara minimal satu orang pembicara dan satu orang pendengar. ide-ide tersebut lantas ditransmisikan bisa dalam bentuk bahasa verbal maupun non-verbal. terkait pengertian tersebut, ur (1996) mengatakan kalau bila seseorang memahami suatu bahasa secara alamiah dia bisa dibilang sanggup berdialog dalam bahasa tersebut. peryataan ini menegaskan bahwa keterampilan berbicara menandai jikalau seseorang itu mengenali dan mengerti suatu bahasa. bahasa itu bisa direpresentasikan dalam bentuk perkataan ataupun lisan. ini artinya kalau belajar bahasa sejatinya adalah belajar berkomunikasi, dan komunikasi itu adalah berbicara (speaking). paparan ini jelas sekali memperlihatkan hubungan langsung antara apa yang seorang katakan dan bagaimana orang yang bersangkutan memperlakukan kata-kata tersebut secara komunikatif dan interaktif. sama halnya dengan pembelajaran bahasa bagi peserta didik yang berlangsung di sekolah-sekolah khususnya bahasa inggris. bahasa inggris sebagai bahasa asing harus bisa dijadikan pengalaman sehari-hari mereka melalui latihan berulang-ulang yang diajarkan sekaligus dibiasakan di kelas bahasa inggris. ini yang akan menentukan pengetahuan dan pemahaman mereka. dalam pembelajaran bahasa inggris, bisa jadi guru adalah satu-satunya sumber interaksi, dan kelas merupakan satu-satunya konteks sosial untuk mempraktekan bahasa tersebut. maka dari itu, penting melihat bahwa setiap peserta didik memiliki potensi individu untuk belajar dan potensi ini akan berkembang maksimal ketika ia berinteraksi dengan orang lain yang lebih terampil yaitu guru dan temannya. memang usaha untuk mengarah ke hal itu akan menghadapkan guru bahasa inggris pada tuntutan yang berat. padahal guru bahasa inggris pada umumnya tidak memiliki bekal yang cukup untuk mengelola kelasnya, disamping juga keterbatasan khasanah interaksi bahasa inggris dalam konteks kelas. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.200 1181 namun jika ini benar-benar diterapkan pada tataran praktisnya maka akan menjadi sarana pedagogis yang berharga sekaligus bonus pembelajaran bagi peserta didik. selanjutnya, bahasa inggris tidak lagi menjadi pelajaran yang menakutkan dan dihindari, tetapi akan menjadi mata pelajaran yang menantang, menarik, menyenangkan dan dekat dengan peserta didik. pada gilirannya, peserta didik akan terbangun rasa percaya dirinya dalam setiap latihan demi latihan mengasah ketrampilan berbicara dengan memanfaatkan fitur pesan suara di kelas bahasa inggris. kesempatan tatap muka guru dengan peserta didik yang semakin terbatas dalam pembelajaran jarak jauh ini merupakan momen penting dalam proses pembelajaran. oleh karena itu dalam setiap kesempatan tatap muka dalam proses pembelajaran bahasa inggris sudah seharusnya diupayakan agar kesempatan peserta didik berbicara berjalan intens dan bemakna. pelibatan teknologi informasi dan komunikasi merupakan hal mutlak dalam memfasilitasi pelaksanaan pjj (pembelajaran jarak jauh). teknologi pada dasarnya hanya sekedar alat bantu, lebih penting dari itu adalah komitmen, kreativitas, dan kepedulian dari guru yang dapat memberikan pengalaman bermakna sehingga pjj bisa berjalan efektif dengan meghadirkan aneka ragam model dan metode yang menarik peserta didik. berawal dari konteks kelas melalui latihan berulang-ulang yang kemudian menjadi kebiasaan (knowledge of field), diharapkan rasa percaya diri peserta didik semakin tumbuh dan berkembang maksimal. situasi-situasi demikian memang harus terus menerus diciptakan dan dikembangkan sehingga kelas menjadi ruang keberlangsungan bahasa secara komunikatif dan aplikatif (classroom discourse). untuk itulah peranan guru secara intens memberikan ruang berbicara bagi peserta didik sangat menentukan. semakin besar ruang itu melalui latihan berulang-ulang maka akan semakin besar bonus pembelajaran yang diperoleh peserta didik dalam mengasah ketrampilan berbicaranya. demi menanggulangi permasalahan di atas dibutuhkan model belajar mengajar yang sesuai. disinilah guru sudah seharusnya memberikan ruang yang luas bagi peserta didik agar ikut aktif partisipatif dalam setiap kegiatan belajar mengajar. partisipasi aktif peserta didik bisa menjadi parameter sejauh mana sudah menguasai materi dan menjadikannya sebagai pengalaman belajar yang bermakna dan bermanfaat bagi pemahaman peserta didik untuk menuju materi-materi berikutnya. pola pendekatan ini dapat dicoba lewat aktivitas menguraikan, mendiskusikan, mendemostrasikan, memproyeksikan dengan berkolaborasi dan bergotongroyong agar pekerjaan bisa diselesaikan dengan baik dan dipahami oleh semua. bersumber pada hasil pengamatan serta pengalaman peneliti, proses belajar mengajar yang dilaksanakan di kelas bahasa inggris utamanya pada aspek keterampilan berbicara masih jauh dari harapan. hal ini disebabkan kurangnya rasa percaya diri peserta didik, terbatasnya kemampuan peserta didik dalam mengembangkan kosakata, guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan relevan sehingga kurang memotivasi peserta didik dalam berbicara, guru kurang memberikan ruang kepada peserta didik melalui latihan berulang-ulang dalam meningkatkan keterampilan berbicara dengan memanfaatkan fitur pesan suara. rumusan masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik di kelas bahasa inggris selama masa pandemi melalui pesan suara. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.200 1182 tujuan penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah di atas adalah untuk mengetahui bagaimana upaya meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik dalam kelas bahasa inggris selama masa pandemi melalui pesan suara. hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktisnya. manfaat teoritisnya adalah pesan suara dapat digunakan sebagai salah satu solusi dalam mengatasi kendala mengembangkan keterampilan bahasa terutama pada aspek keterampilan berbicara peserta didik selama pandemi. manfaat praktisnya bagi peserta didik yaitu untuk meningkatkan rasa senang dan percaya diri peserta didik agar senantiasa termotivasi terlibat aktif khususnya dalam mengasah keterampilan berbicara; bagi peneliti dapat menjadi solusi dalam meningkatkan mutu pembelajaran yang inovatif dan bercitarasa abad 21 serta membantu dalam pengembangan karya ilmiah untuk dijadikan penilaian guna meningkatkan kualitas profesionalisme guru; bagi sekolah dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan kurikulum sesuai dengan karakteristik, kebutuhan dan kondisi peserta didik dalam konteks pembelajaran abad 21. pembelajaran sinkron dan asinkron istilah pembelajaran sinkron dan asinkron menjadi populer sejak datangnya pandemi covid 2019 dan cenderung terus menjadi trend dalam menghadirkan salah satu solusi pembelajaran citarasa abad 21. sebagai hal baru tentu saja butuh banyak penyesuaian dan tidak sedikit menuai keluhan dan keterbatasan mulai dari persoalan teknis sampai prinsip penyelenggaraannya. perbedaan paling utama antara pembelajaran sinkron dan asinkron adalah terkait kehadiran. pada pembelajaran sinkron, peserta didik dan guru hadir bersama secara serentak untuk melakukan tatap muka virtual. sesi kegiatanpun terjadwal pada satu waktu dan fokus, membuka kesempatan untuk terjadinya interaksi yang aktif dan diskusi langsung antara guru dan peserta didik. sedangkan pada pembelajaran asinkron, peserta didik dan guru tidak memiliki keterikatan waktu atau dengan kata lain bisa hadir kapan saja sesuai dengan kesiapan dan kecepatan belajar masing-masing individu. berbeda dengan pembelajaran sinkron yang mengharuskan koneksi internet yang kuat dan stabil serta perangkat yang memadai dan kompatibel, pembelajaran asinkron bersifat fleksibel dan bisa diakses kapan saja serta adakalanya sekedar perlu koneksi ringan. pembelajaran asinkron dihadirkan agar peserta didik bisa belajar mandiri namun tetap terbimbing. kemandirian ini untuk menjadikan peserta didik lebih siap dalam menyongsong pembelajaran bercitarasa abad 21 yang serba canggih dan kompleks. sebagaimana hal ini sudah menjadi perhatian oleh bapak pendidikan kita, ki hajar dewantara (2017) dalam metode pengajarannya yang dikenal sebagai “sistem among” tentang peserta didik yang mandiri. sistem ini diimplementasikan untuk mendidik peserta didik jadi mahluk yang dapat merasa, berpikir, dan berperan mandiri. disamping membagikan pengetahuan yang dibutuhkan serta berguna, guru butuh membuat peserta didik cakap dalam mencari sendiri pengetahuannya serta menggunakannya agar dapat mendapatkan manfaatnya. inilah yang menjadi fokus sistem pendidikan among. pengetahuan yang dibutuhkan serta berguna adalah pengetahuan yang cocok dengan kebutuhan sebenarnya sesuai perkembangan zaman serta material dari manusia selaku masyarakat di lingkungannya. senada hal ini dalam artikel jurnal yang ditulis oleh wawan eko mujito (2014) metode belajar yang diusung oleh ki hajar dewantara adalah metode among. among dimaknai bagaimana menjaga perkembangan batin peserta didik melalui bimbingan yang terarah dan vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.200 1183 terencana dengan baik. ini sudah seharusnya ditumbuhkembangkan oleh guru berdasarkan karakter peserta didik dan lingkungan sekitarnya agar peserta didik mendapatkan pertumbuhan lahir dan batin sesuai kodratnya. untuk mencapai pembelajaran yang sukses dan itu artinya bisa dijangkau oleh semua peserta didik dimana saja dan kapan saja maka perlu memadukan kedua tipe pembelajaran ini. dengan mengkombinasikan pembelajaran sinkron dan asinkron diharapkan kendala ruang dan waktu bisa teratasi dan sentuhan personal tetap bisa diberikan serta interaksi langsung tetap bisa diselenggarakan tanpa mengabaikan kecepatan belajar masing-masing individu yang berbeda, dan tetap bisa mendukung jika ada sebagian kegiatan yang bersifat kolaboratif. berbicara menurut cameron sebagaimana yang ditulis fasaaro hulu (2018) adalah menuturkan kata perkata melalui suara ataupun bercakap dengan orang memakai bahasa. sejalan pengertian ini masih dalam ahli lain spartt, pulverness, dan williams mengemukakan bahwa yang dimaksud berbicara merupakan pemakaian bahasa yang disampaikan kepada orang lain untuk dikomunikasikan secara lisan sehingga bisa dimengerti oleh orang lain. berbicara merupakan bagian paling esensi dalam kelas bahasa. kehadiran pembicara sangatlah penting untuk menciptakan bahasa sasaran dalam wujud lisan. mengenai proses penilaian keterampilan berbicara, disini penulis mengacu pada rubrik penilaian oleh h. douglas brown dalam bukunya language assesment and classroom practices halaman 172-173 table 7.2 oral proficiency scoring categories. penilaiannya meliputi 6 kriteria yaitu grammar, vocabulary, comprehension, fluency, task,dan pronunciation. penilaian ini dilaksanakan sebagai bagian dari proses pembelajaran. hal ini dimaksudkan untuk memberi masukan dan menggali informasi-informasi yang dibutuhkan guru tentang pemahaman dan penguasaan peserta didik terhadap materi demi perbaikan dan penyesuaian proses belajar mengajar pada pertemuan berikutnya, sekaligus memastikan bahwa tujuan pembelajaran yang akan dicapai apakah telah terlaksana semua atau baru sebagian. dalam hal ini, upaya peneliti meningkatkan ketrampilan berbicara bagi peserta didik adalah melalui rekaman suara, secara lebih spesifik disini yaitu dengan menggunakan fitur pesan suara. pesan suara adalah salah satu fitur yang terdapat dalam aplikasi messenger seperti microsoft teams, whatapp, google docs dan line yang berguna untuk mengirimkan pesan suara sebagai penganti ketika tidak memungkinkan untuk mengetik pesan. jika ingin mendengarkan pesan suara yang masuk dari sebuah pesan suara, kita bisa menggunakan earphone atau jika tidak menggunakan earphone maka suara dari pesan suara akan terdengar melalui speaker utama ( external speaker). hasil dan pembahasan sebelum berlaku pembelajaran jarak jauh (pjj), keterampilan berbicara dalam kelas bahasa inggris berlangsung secara konvensional yaitu peserta didik melakukan presentasi di depan kelas bak secara individu ataupun kelompok. akan tetapi kegiatan seperti ini tentu saja tidak lagi bisa dilakukan dalam konteks pembelajaran moda daring. salah satu cara yang pernah peneliti lakukan dalam mengasah keterampilan berbicara peserta didik pada awal pjj adalah melalui tatap muka virtual (pembelajaran sinkron). namun dalam pelaksanaannya tidak bisa berjalan sesuai harapan bahkan jauh dari harapan. karena disamping kendala rendahnya rasa percaya diri peserta didik juga adanya hambatan dari halhal yang bersifat teknis seperti kondisi jaringan dan koneksi yang tidak stabil, dan terbatasnya kuota yang dimiliki peserta didik. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.200 1184 menurut hotmaria (2021), kecakapan berbahasa pada dasarnya meliputi empat kecakapan (skill) yaitu menulis, membaca, mendengarkan dan berbicara. oleh karena itu kecakapan berbicara menjadi salah satu penanda keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran bahasa inggris. namun sejauh ini kecakapan berbicara (speaking skill) lebih jarang diasah dan dibiasakan di kelas bahasa inggris dibanding ketiga kecakapan lainnya seperti kecakapan membaca (reading skill), kecakapan menulis (writing skill), dan kecakapan mendengarkan (speaking skill). untuk itulah peneliti mencari cara bagaimana kegiatan melatih kecakapan berbicara ini tetap bisa dilaksanakan meski ada kendala jarak jauh dan agar pemakaian kuota lebih hemat serta waktu lebih efektif dengan memanfaatkan fitur pesan suara yang terdapat dalam aplikasi whatsapp maupun platform pjj lain seperti microsoft teams. waode (2017), jurnal pendidikan dan pembelajaran sekolah dasar ada tiga hal utama yang bisa mendorong peserta didik aktif berbicara pada saat pembelajaran : a) memberikan ruang kepada peserta didik untuk berlatih berbicara dalam kehidupan sehari-hari, b) tugas berbicara yaitu peserta didik berupaya memakai sebagian bahasa yang mereka tahu lalu direspon dengan pemberian umpan balik, c) dalam berbicara, peserta didik mempunyai peluang guna mengaktifkan elemen bahasa yang sudah disimpan dalam benak mereka. sehingga secara langsung dan alami, peserta didik dapat memakai kata serta frasa dengan mudah. pendapat lain sebagaimana yang dikemukakan oleh halliday dalam wardah (2019) kalau dalam komunikasi lisan seseorang wajib mencermati tiga perihal yaitu berbicara untuk proses pelayanan, sebagai proses sosialisasi, dan berdasarkan kepercayaan kalau yang diinformasikan itu bermakna dan berterima. tahapan upaya meningkatkan keterampilan berbicara melalui pesan suara pelaksanaan kegiatan keterampilan berbicara dengan memanfatkan fitur pesan suara baik pada platform microsoft teams maupun whatsapp terdiri dari 3 siklus. setiap siklus mencakup 2 kegiatan pembelajaran yaitu pembelajaran sinkron atau tatap muka virtual melalui google meet dan microsoft teams, dan pembelajaran asinkron berupa bimbingan kelompok melalui whatsapp group. tahap pembelajaran meliputi persiapan, presentasi, dan kegiatan kelompok. pada tahap persiapan, hal yang dilakukan guru yaitu menyusun perangkat pembelajaran mencakup silabus, rpp, bahan ajar, lkpd, sampai rancangan evaluasi dan menyiapkan media pembelajaran yang menarik. tambahan pula menyusun lembar pengamatan sikap untuk mengumpulkan data tentang aktivitas peserta didik selama pembelajaran, dan menyusun lembar penilaian keterampilan berbicara peserta didik. tahap presentasi guru mengulas tujuan dan langkah-langkah pembelajaran, mengenalkan dan menerangkan materi berdasarkan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. ketiga tahap kegiatan kelompok, ini dilakukan untuk mengatasi keterbatasan waktu dan kendala jarak dalam proses pembelajaran sehingga waktu bisa maksimal, dan melatih peserta didik untuk berani menyampaikan presentasinya tanpa rasa malu, dan aktif bertanya jika belum paham. usai pembelajaran sinkron dilanjutkan pembelajaran asinkron dengan tujuan memberikan penguatan dan pendalaman materi kepada peserta didik dan memastikan apakah peserta didik sudah paham, juga untuk memantau perkembangan keterampilan berbicara peserta didik dalam bentuk pesan suara yang mereka kirimkan melalui whatsapp dan microsoft teams. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.200 1185 hasil yang dicapai menurut wardah (2019) yang mengutip pendapat bachman dan palmer (2010) jikalau peserta didik wajib menampilkan kecakapan bahasa lewat uji kinerja. sebagai evaluasinya maka pekerjaan-pekerjaan yang diberikan ke peserta didik dapat mendorong mereka berpartisipasi aktif serta merasa antusias terlibat di setiap percakapan ataupun berbicara dalam konteks lain sehari-hari. senada hal ini, ahli lain mckey menggolongkan tugas ini dalam dua tipe : 1) aktivitas berbicara murni semacam menceritakan, menerangkan suatu gambar/foto, tugas kategorisasi, oral presentation, serta genre lain yang cuma berbicara, 2) aktivitas yang mencermati/menyimak suatu kecakapan dan kecakapan berbicara dilakukan secara serentak misalnya wawancara lisan dan tugas tanya jawab. mendukung pendapat tersebut, fasaro hulu (2018) mengacu pendapat manurung bahwa keberhasilan keterampilan berbicara peserta didik nampak pada partisipasi aktif saat mereka menerangkan ataupun mengulas suatu topik tertentu, kecakapan dalam melaksanakan peran yang ditugaskan serta saat presentasi, kecakapan ketika bertanya juga ketika memberikan jawaban ataupun tanggapan, serta kecakapan berpendapat sampai berdebat. untuk pertama kali, tentunya hasil dari kegiatan pembelajaran speaking skill di kelas x tbsm 2 smk negeri 1 karangdadap dengan memanfaatkan fitur pesan suara masih belum memuaskan. namun ketika dilanjutkan pada kegiatan kedua, sudah terdapat perbedaan. peserta didik yang berbicara melalui pesan suara sudah jauh lebih banyak. harapannya ini menunjukkan tingkat rasa percaya diri peserta didik semakin meningkat dan tidak lagi canggung merekam suaranya sendiri melalui pesan suara. pada intinya, telah terjadi sedikit peningkatan ketrampilan berbicara dalam kegiatan yang kedua. dibandingkan kegiatan pertama yang belum tampak keaktifan dalam interaksi guru dan peserta didik. belajar dari kekurangan pada kegiatan pertama, pada kegiatan kedua ini peserta didik lebih sering didorong untuk mencoba berbicara melalui fitur pesan suara meski sekedar menyampaikan 2 -3 kalimat saja. oleh karena itu, kegiatan pembelajaran speaking skill dengan pesan suara harus sering dilakukan untuk membangun rasa percaya diri peserta didik. kalau rasa percaya diri peserta didik sudah semakin baik maka diharapkan keterampilan berbicara peserta didik pun bisa meningkat pada akhirnya. jika guru sering memberikan seluas-luasnya ruang berbicara kepada peserta didik maka akan tumbuh pembiasaan. kalau sudah terbiasa pastinya peserta didik tidak perlu lagi merasa canggung dan guru tidak perlu lagi memberikan dorongan ekstra agar peserta didik mau berbicara. sehingga waktu pembelajaran pun menjadi lebih efektif dan antusiasme peserta didik meningkat. peserta didik akan dengan sendirinya berlomba-lomba berbicara atau menyampaikan presentasi melalui fitur pesan suara tanpa perlu diminta atau dipaksa lagi. sejalan dengan ini maka keterampilan speaking skill pun semakin lebih baik dan rasa percaya diri peserta didik semakin meningkat. bisa dikatakan telah terjadi peningkatan ketrampilan berbicara. peserta didik yang aktif berbicara bertambah jumlahnya. peserta didik juga ada peningkatan rasa percaya diri meski kadang masih terdengar canggung dan malu-malu. pada saat yang sama guru memberikan dorongan dan motivasi terus menerus kepada peserta didik untuk mencoba berbicara melalui fitur pesan suara. proses penilaian keterampilan berbicara pada siklus i yaitu peserta didik mendeskripsikan suatu tempat wisata dalam 2-3 kalimat saja secara bergiliran dengan sesama anggota kelompoknya. sementara pada siklus ii yaitu peserta didik menganalisa penerapan simple present tense yang terdapat dalam teks yang mereka buat, lalu dipresentasikan dan vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.200 1186 disampaikan melalui fitur pesan suara. masing-masing peserta didik menganalisa 2-3 kalimat saja. terakhir pada siklus iii, peserta didik belajar menganalisis penerapan noun phrase yang terdapat dalam teks yang sudah mereka buat sebelumnya secara berkelompok. lalu mempresentasikannya melalui pesan suara secara bergiliran. tabel 1. perbandingan rata-rata pra siklus, siklus i, ii dan iii no uraian jumlah peseta didik nilai rata-rata tuntas belum tuntas 1 pra siklus 6 orang 30 orang 32 2 siklus i 13 orang 23 orang 65 3 siklus ii 28 orang 8 orang 76 4. siklus iii 33 orang 3 orang 79 berdasarkan temuan diatas, ternyata pada kondisi awal (pra siklus) hanya sebagian kecil yang telah mencapai ketuntasan belajar dengan capaian nilai rata-rata 32. peserta didik yang memiliki nilai kurang dari kkm 70 sebanyak 30 orang ( 83,33 % ) dan yang telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 6 orang saja ( 16,67 %). selanjutnya pada siklus i nilai rata-rata mencapai 65, dan peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar mulai meningkat ada 13 orang (36,11% ) dan yang belum tuntas ada 23 orang (63,89% ). siklus i ini terdiri dari dua kegiatan yaitu pembelajaran sinkron dan asinkron. siklus ii sama seperti siklus i mencakup pembelajaran sinkron dan asinkron juga. disini peserta didik yang tuntas bertambah menjadi 28 orang (77,78% ) dan yang belum tuntas berkurang menjadi 8 orang saja ( 22,22 %). nilai rata-rata yang dicapai pada siklus ii adalah 76. terakhir siklus iii, sebanyak 33 peserta didik mencapai ketuntasan belajar atau (91,67% ) dan tinggal 3 orang saja yang masih saja belum tuntas atau sekitar ( 0,08% ) pada pembelajaran sinkron (tatap muka virtual ) pertemuan pertama, penerapan ketrampilan berbicara peserta didik bisa berupa presentasi, diskusi, melakukan tanya jawab, dan atau sekedar memberikan tanggapan. sedangkan pada pertemuan asinkron (bimbingan melalui grup whatsapp), peserta didik berlatih ketrampilan berbicara dengan memanfaatkan fitur pesan suara. pada siklus ii untuk pembelajaran sinkron, guru membimbing peserta didik menganalisa penerapan simple present tense pada teks yang mereka buat. harapannya, peserta didik akan lebih cepat memahami materi dan lebih percaya diri ketika mendiskusikannya bersama guru karena mereka akan lebih familiar dengan tulisan mereka sendiri. sedangkan untuk pembelajaran asinkron, peserta didik menyampaikan presentasinya melalui fitur pesan suara. dapat dikatakan, pada siklus terakhir (siklus iii) telah terjadi peningkatan ketrampilan berbicara dan peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 91,67 %. dibandingkan siklus sebelumnya yang belum tampak keaktifan dalam interaksi guru dan siswa. peserta didik yang aktif berbicara pada siklus iii bertambah jumlahnya. peserta didik juga sedikit meningkat rasa percaya dirinya meski kadang masih canggung dan malu-malu. pada saat yang sama guru sewaktu pembelajaran asinkron memberikan dorongan dan vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.200 1187 motivasi terus menerus kepada peserta didik untuk mencoba berbicara melalui fitur pesan suara. simpulan dapat disimpulkan kalau kendala yang menyebabkan rendahnya prestasi dan motivasi belajar peserta didik dipengaruhi oleh unsur-unsur semisal metode yang guru biasanya gunakan, sehingga penggunaan metode-metode yang sifatnya menarik minat dan motivasi peserta didik sangat diperlukan. berdasar pada rendahnya motivasi belajar, prestasi belajar sampai dengan kepercayaan diri peserta didik yang disampaikan pada latar belakang masalah, penggunaan metode pembelajaran yang lebih berpusat kepada students-centred diharapkan mampu menyelesaikan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar peserta didik utamanya pada aspek keterampilan berbicara. berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka bisa ditarik kesimpulan bahwa pesan suara bisa meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik kelas x tbsm 2 smk negeri 1 karangdadap pada materi descriptive text. hal ini bisa dijabarkan sebagai berikut: pesan suara dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan minat dan motivasi peserta didik dalam membiasakan keterampilan berbicara, dan latihan berbicara seperti ini sudah seharusnya sering diterapkan agar peserta didik memiliki keberanian melakukan tanya jawab, diskusi dan presentasi secara lisan. sebagai bonus pembelajaran, nilai-nilai utama karakter sebagai pelajar pancasila dalam melatih keterampilan berbicara bahasa inggris melalui fitur pesan suara dapat diperoleh peserta didik sebagai berikut. 1. relijius pada awal dan akhir voice notes peserta didik membiasakan mengucap salam. 2. kesantunan peserta didik belajar menyampaikan presentasinya dalam bahasa yang baik dan santun. 3. percaya diri peserta didik mendapatkan rasa nyaman sebagai modal keberanian berbicara tanpa takut mengalami perundungan dan bahwa semua memiliki kesempatan berbicara, tidak ada yang mendominasi dan juga tidak perlu ada yang underestimate. 4. kerjasama peserta didik berkesempatan bagaimana mengasah kemampuan kerjasama dalam keterbatasan ruang, jarak dan komunikasi serta membudayakan belajar pemecahan masalah bersama temannya dalam mengatasi kesulitan dan tantangan belajar. 5. tanggungjawab peserta didik berupaya mencari cara daripada mencari alasan untuk tetap memenuhi tanggngjawab menyelesaikan tugas-tugas belajar dalam konteks pembelajaran moda daring. daftar rujukan arikunto, suharsimi. (2006). prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. jakarta : rineka cipta brown, h. douglas. 2004. language assesment : principles and classroom practices. new york : pearson education. pp 172-173. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.200 1188 hamsia, waode. (2017). strategi metakognitif keterampilan berbicara bahasa inggris. else jurnal pendidikan dan pembelajaran sekolah dasar. v(1), 4. http://dx.doi.org/10.30651/else.v1i2b.1182 hanafiah, wardah. (2019). peningkatan keterampilan berbicara bahasa inggris melalui media film. jurnal epigram. v (16), 151-152. https://doi.org/10.32722/epi.v16i2.2229 hotmaria. (2010). upaya meningkatkan keterampilan berbicara bahasa inggris pada materi pengandaian diikuti perintah/saran menggunakan strategi pembelajaran three step view. v (5), 2. http://dx.doi.org/10.23887/jear.v5i1.31558 hulu, fasaaro. (2018). efektifitas direct method dalam peningkatan berbicara bahasa inggris mahasiswa. jurnal basis. v(5), 23-24. https://doi.org/10.33884/basisupb.v5i2.814 kemdikbud. pelajar pancasila. https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/?page_id=2817 diakses pada 28/06/2021 tarigan, henry guntur. (1983). berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa.bandung : angkasa. ur, p. (1996). a course in language teaching: practice and theory. cambridge: cambridge university press wawan eko mujito. (2014). konsep belajar menurut ki hadjar dewantara dan relevansinya dengan pendidikan agama islam dalam jurnal pendidikan islam vol. ix juni 2014. wiryopranoto, suhartono dan herlina, nina dan marihandono, djoko dan tangkilisan, yudha b. 2017. ki hajar dewantara : pemikiran dan perjuangannya. jakarta : museum kebangkitan nasional. http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/4881 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.169 866 received : 13-02-2021 revised : 26-04-2021 published : 29-06-2021 eksplorasi hasil belajar siswa melalui intervensi video-youtube kreasi guru sukmayati sma laboratorium unsyiah banda aceh, indonesia sukmayati151269@gmail.com abstrak penelitian ini dilatar belakangi oleh kebutuhan terhadap media pembelajaran yang sesuai untuk pembelajaran jarak jauh. kondisi ini menimbulkan kekhawatiran penulis dan mencari solusi terbaik agar proses belajar berjalan dengan baik dan hasil belajar siswa tercapai secara optimal. penulis mengambil inisiatif untuk melakukan inovasi dengan menciptakan video pembelajaran sendiri untuk digunakan dalam pembelajaran daring dengan melakukan adaptasi dalam beberapa aspek yang dianggap penting. tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengaruh pemanfaatan video-kreasi guru terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa inggris. sample penelitian ini adalah 30 siswa kelas xii-ipa 1 sma laboratorium unsyiah yang dipilih secara acak. instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah soal tes hasil belajar siswa yang berjumlah 20 soal pilihan ganda dan 5 soal essai tentang materi caption. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan video-kreasi guru membawa pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. oleh karena itu disarankan agar para guru memiliki inisiatif untuk menciptakan video buatan sendiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa. kata kunci: exploarasi; intervensi; video-youtube kreasi guru; hasil belajar abstract: this research was conducted due to the need for appropriate learning media for distance learning. this condition raised concern for the author to find the best solution so that the learning process ran well and student learning outcomes were achieved optimally. the author took the initiative to innovate a media by creating her own instructional videos to be used in online learning by adapting several aspects which are considered necessary.the purpose of this study was to explore the effect of the use of teacher-created videos on student learning outcomes in learning english. the sample of this study was 30 students of class xii-ipa 1 unsyiah laboratory high school who were randomly selected. the instrument used for data collection was 20 multiple choice questions and 5 essay questions on the topic of caption. the results showed that the use of teacher-created videos had a positive effect on student learning outcomes. therefore it is suggested that teachers have the initiative to create their own made videos to improve student learning outcomes. keyword:exploration; intervention; teacher-created videos; learning outcome https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.169 mailto:sukmayati151269@gmail.com vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.169 867 pendahuluan pandemi covid-19 membawa pengaruh terhadap dunia pendidikan. salah satu perubahan nyata yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mengimplementasikan pola belajar jarak jauh. proses belajar mengajar tidak lagi berlangsung secara tatap muka sebagaimana dalam kondisi normal.pannen (2019) mendefinisikan pembelajaran jarak jauh sebagai proses belajar mengajar yang dilakukan dengan memanfaatkan media komunikasi yang bervariasi karena guru dan siswa berada pada tempat yang berbeda. menurut merriemwebster, pembelajaran jarak jauh merupakan metode belajar dimana guru dan siswa tidak bertemu di dalam kelas sehingga mereka membutuh media pembelajaran seperti internet, email, mail, modul, dan sebagainya untuk melangsungkan pembelajaran (distance learning, 2021). untuk menyikapi kondisi pembelajaran jarak jauh yang telah dipaparkan diatas, sma laboratorium unsyiah, dimana penulis mengajar menggunakan beberapa aplikasi pembelajaran seperti spadaaceh, whatsapp, zoom, dan google meet. melalui aplikasi ini, guru selaku pendidik dapat memasukkan semua kebutuhan yang mendukung kelancaran proses pembelajaran seperti bahan ajar berupa materi cetak, power poin maupun video pembelajaran, tugas, quiz, soal latihan, dan ujian. selain itu, guru juga dapat melakukan interaksi dengan peserta didik melalui platform virtual meeting yang sudah tersedia dalam aplikasi tersebut. meskipun fasilitas pembelajaran telah tersedia, dalam kondisi pembelajaran jarak jauh seperti saat ini, guru seharusnya melakukanadaptasi baik dari segi bahan ajar, media yang digunakan maupun strategi penyampaian materi. untuk memaksimalkan terlaksananya proses belajar mengajar yang efektif makadiperlukan suatu alat bantu atau media. menurut ayuningrum (2012) jika seorang guru menggunakan perangkat pembelajaran disertai media pembelajaranyang sesuai dengan karakter peserta didik, mata pelajaran yang disampaikan, suasana dan prasarana penunjang yang baik maka akan menuntun siswa untuk dapat meningkatkan hasil belajar. salah satu media yang dianggap sesuai dan menarik untuk digunakan adalah video pembelajaran karena media tersebut mengandung unsur gerak sehingga menarik bagi para siswa. sehubungan dengan hal tersebut, secara pribadi penulis mengambil inisiatif untuk menciptakan video pembelajarannya sendiri karena beberapa pertimbangan sebagai berikut:1) dengan menciptakan video pembelajaran sendiri, penulis memiliki kebebasan berkreasi. penulis dapat menyesuaikan materi ajar dengan kebutuhan dan kondisi peserta didiknya karena penulis memahami latar belakang dan tingkat kemampuan mereka, 2) penulis dapat menyesuaikan cara penyampaian atau penjelasan materi agar mudah dipahami, 3) penulis memiliki peluang untuk mengintegrasikan materi yang kontekstual dengan penguatan nilai karakter bagi peserta didiknya dengan memasukkan contoh-contoh yang mendukung itu, 4)penulis dapat mengintegrasikan nilai-nilai islami dan kearifan lokal, 5) penulis dapat membangun hubungan emosional atau kedekatan dengan siswa karena video tersebut dapat mewakili kehadiran penulis di hadapan mereka. farah dan barnett (2019) mengemukakan bahwa video kreasi guru pada pembelajaran jarak jauh dapat mengatasi kesulitan belajar siswa yang memiliki tingkat kemampuan berbeda-beda, ada siswa yang memiliki kebutuhan khusus dan ada juga yang tidak hadir untuk mengikuti pembelajaran. dengan memanfaatkan video yang dibuat oleh guru, guru dapat memberdayakan siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan cara masing-masing dan membangun penguasaan atau pemahaman materi melalui tahapan demi tahapan. dengan cara ini, pembelajaran menjadi lebih efektif dan tugas guru menjadi lebih ringan. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.169 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.169 868 video sebagai salah satu media pembelajaran memegang peranan yang penting dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran jarak jauh.arsyad (2013 ) dalam awang (2016) menyatakan bahwa pemanfaatan video pembelajaran dapat memfasilitasi tugas guru dalam menyampaikan materi atau bahan ajar serta pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirancang. azhar juga menambahkan bahwa dalam memilih video yang akan digunakan, guru sebaiknya memberikan perhatian terhadap beberapa hal agar memudahkan pemahaman siswa. diantara aspek tersebut adalah objektivitas video maksudnya video tersebut dapat memberikan pengalaman belajar yang luas, nyata, dan mendalam bagi siswa. aspek lain yang harus dipetimbangkan adalah kemanfaatan video bagi pengembanganpengetahuan siswa. oleh karena itu, materi yang disajikan sebaiknya yang sesuai dengan materi yang sedang diajarkan dan berkaitan erat dengan kehidupan nyata siswa. dengan kata lain, materi yang disajikan bersifat kontekstual. aspek lain yang tidak kalah penting adalah pengintegrasian nilai-nilai karakter yang berhubungan dengan pendidikan seperti kedisiplinan, tanggung jawab, berpikir kritis, dan lain-lain. selanjutnya video yang baik juga memiliki daya tarik yang tinggi sehingga mampu membangkitkan motivasi siswa untuk mempelajari materi atau konsep pelajaran. jika semua aspek tersebut dimiliki dalam sebuah video pembelajaran maka proses dan hasil belajar siswa akan berjalan dengan baik. beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh para guru dan praktisi pendidikan tentang pengaruh pemanfaatan video terhadap hasil belajar siswa. menurut rasi dan poikela (2016) dalam carmichael (2017), video merupakan salah satu media yang memiliki fungsi memberikan konteks yang lebih luas dan detail sehingga dapat membantu mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang topik yang dibahas. berkaitan dengan penyampaian pengetahuan yang bersifat praktis, video jelas merupakan media yang lebih baik dan sesuai dibandingkan materi tertulis khususnya untuk mendemonstrasikan "cara" secara visual. ini juga dapat berfungsi sebagai pemicu dalam pembelajaran berbasis masalah, melalui penyajian informasi otentik. ada beberapa alasan mengapa menciptakan video pembelajaran sendiri oleh guru dianggap penting. berdasarkan hasil penelitiannya, vierstra (2020) memaparkan beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menciptakan video sendiri. kehadiran video kreasi guru pada pembelajaran jarak jauh dapat memberi dukungan besar bagi para siswa yang belajar dan berpikir dengan cara yang berbeda-beda. disamping itu, dengan membuat video sendiri, guru dapat menyesuaikan materi ajarnya dengan kebutuhan siswanya. selanjutnya, guru dapat menjalin hubungan emosionalnya dengan para siswanya meskipun melalui pembelajaran online. video kreasi guru tidak hanya membantu siswa memahami perintah atau penugasan dalam bentuk tertulis namun dapat memudahkan mereka memahami isi materi yang sedang disampaikan oleh guru sehingga memudahkan pemahaman mereka. jika siswa mudah dalam memahami konsep maka diasumsikan hasil belajar mereka juga akan lebih optimal. sebagai tindak lanjut dari pembuatan video pembelajaran oleh guru, untuk memudahkan akses bagi siswa dan guru–guru lain yang membutuhkan, video tersebut kemudian dikemas dan dipublikasi ke dalam aplikasi youtube video. hal ini dianggap penting karena aplikasi youtube memberikan beberapa kemudahan bagi para penggunanya sebagaimana dipaparkan oleh kulageri. menurut, kulageri (2016), youtube memberikan kontribusi yang besar khususnya bagi generasi muda. dalam pembelajaran bahasa inggris, peran media youtube sangat penting khususnya untuk melatih keterampilan mendengarkan. melalui akses pada video-video tersebut siswa memperoleh pengalaman belajar yang tidak jauh berbeda dengan yang ingin disampaikan oleh guru secara tatap muka, baik dalam hal https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.169 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.169 869 konten materi maupun teknik penyampaiannya. dengan mempertimbangkan beberapa keuntungan yang dipaparkan diatas, penulis terinspirasi untuk melakukan suatu inovasi dengan menciptakan dan memanfaatkan video pembelajaran tersebut untuk melaksanakan pengajaran bahasa inggris khususnya selama pembelajaran jarak jauh. penelitian ini diharapkan memberikan manfaat : 1) bagi penulis: penulis dapat memaksimalkan proses dan hasil belajar peserta didiknya. disamping itu, penulis dapat mengetahui seberapa efektifnya video pembelajaran kreasi sendiri ketika digunakan dalam proses pembelajaran, 2) bagi siswa:pemanfaatan video-kreasi penulis dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bahasa inggris karena mereka merasa seperti belajar langsung dari guru mereka. disamping itu, penggunaan video tersebut dapat memudahkan pemahaman siswa karenatingkat kesulitan materi dan teknik penyampaiannya sudah disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi siswa,3)bagi guru dan peneliti lain: video-kreasi penulisini juga memberi manfaat bagi guru-guru di sekolah lain yang belum menciptakan video pembelajaran mereka sendiri. disamping itu, media ini dapat dijadikan salah satu referensi bagi peneliti yang ingin melaksanakan penelitian serupa, 4) bagi sekolah: hasil penelitian ini juga memberikan manfaat bagi sekolah dimana penulis bertugas yaitu dapat menambah khasanah sumber belajar bagi peserta didik dan dapat menjadi sumber inspirasi bagi teman-teman sejawat untuk meningkatkan kreativitas mereka. metode penelitianini berbentuk studi kuantitatif dimana penulis ingin melihat hasil belajar siswa setelah belajar bahasa inggris melalui intervensi video kreasi penulis selama pembelajaran jarak jauh. sampel pada penelitian ini berjumlah 30 siswa kelas xii-ipa1 sma laboratorium unsyiah banda aceh, provinsi aceh, indonesia. pemilihan sampel dilakukan secara acak atau menggunakan teknik random sampling dandilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2020/2021. data studi ini diambil dari nilai kuiz bahasa inggris materi caption text yang diunggah melalui aplikasi liveworksheet, sebuah aplikasi interaktif yang biasa digunakan untuk proses evaluasi. instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes tulis berupa 20 soal pilihan ganda dan 5 soal essai pada topik caption.nilai hasil tes ini kemudian dikumpulkan dan dianalisis dengan menggunakan rumus persentase sederhana untuk mengetahui persentase ketuntasan belajar dengan kkm 75. jika persentase nilai capaian siswa berada pada rentang (0%-25%) termasuk katagori kurang, (26%-50%) termasuk katagori cukup, (51%-75%) termasuk katagori baik, dan (76%-100%) termasuk katagori amat baik. hasil dan pembahasan untuk mengetahui hasil penelitian ini, penulis memberikan tes tulis untuk melihat hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan video youtube kreasi penulis. berikut disajikan rekapitulasi nilai hasil tes siswa. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.169 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.169 870 tabel 1. nilai kuis bahasa inggris pada materi caption. no. uraian hasil perolehan 1. 2. 3. 4. 5. jumlah skor nilai pengetahuan jumlah siswa yang tuntas persentase ketuntasan rata-rata nilai pengetahuan rata-rata nilai praktik 2590 25 orang 84,37% 80,94 83,22 tabel diatas menunjukkan perolehan nilai peserta didik pada materi caption. berdasarkan data pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh untuk nilai pengetahuan adalah 80,94 dengan persentase ketuntasan84,37 % atau sejumlah 25 dari 30 siswa memperoleh nilai >75, sedangkan jumlah siswa yang tidak mencapai ketuntasan berjumlah 5 orang atau 15,63%. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketuntasan klasikal sudah berada pada rentang nilai (76%-100%) dengan katagori amat baik. pencapaian hasil belajar ini diasumsikan sebagai dampak dari pemanfaatan video youtube kreasi penulis selama pembelajaran jarak jauh. hal ini dibandingkan dengan nilai-nilai siswa yang diambil dari penilaian sebelumnya ketika penulis belum membuat video pembelajaran sendiri. pada pembelajaran sebelumnya, penulis hanya mengirimkan materi cetak yang diambil dari buku atau power poin yang sudah ada. kadang-kadang penulis menggunakan video youtube yang sudah tersedia di channel youtube yang merupakan karya orang lain. berdasarkan hasil diskusi penulis dengan siswa yang dilaksanakan secara virtual menggunakan zoom dan googlemeet, penulis memperoleh informasi bahwa sebelumnya sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep materi yang dikirimoleh guru melalui software yang disediakan oleh sekolah. alasan yang diberikan oleh sebagian besar siswa adalah mereka sulit memahami apa yang mereka baca sendiri atau apa yang mereka tonton apalagi jika penjelasannya dalam bahasa inggris. ditambah lagi, materi yang diberikan dalam video tidak terlalu dekat dengan kehidupan mereka sehingga menambah kesulitan pemahaman mereka. penulis meminta siswa memberikan komentar tentang video yang dibuat oleh penulis. dari masukan yang diberikan siswa dapat diambil beberapa hal positiftentang penggunaan video-kreasi penulis tersebut diantaranya: 1) video tersebut mudah dimengerti karena materi dan contoh-contoh yang diberikan sangat dekat dengan kehidupan atau keseharian siswa misalnya materi tentang caption. dalam hal ini, penulis memberikan contoh tentang bangunan-bangunan bersejarah di kota banda aceh, dan kejadian-kejadian yang ada di lingkungan sekolah siswa. 2) teknik penyampaian materi sesuai dengan latar belakang dan kemampuan siswa. dalam hal ini, penulis mengombinasikan penggunaan dua bahasa yaitu bahasa inggris dan indonesia. penyesuaian ini sangat membantu siswa dalam memahami konsep materi yang disampaikan, 3) pengintegrasian nilai karakter dan kearifan lokal. hampir semua video yang dibuat oleh penulis berisi pengintegrasian nilai karakter misalnya nilai kesopanan, disiplin, tanggung jawab, saling menghargai, dan membantu sesama. demikian juga halnya dengan budaya lokal. sebagian besar contoh yang penulis berikan meliputi nilainilai yang diusung oleh masyarakat setempat. kesemua kelebihan dan keunikan ini membawa pengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa. 4) video kreasi penulis dapat membangun keeratan hubungan emosional dengan siswa karena kehadiran penulis dapat mewakili penulis dihadapan para siswa. hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh arsyad (2013) dalamawang (2016) tentang beberapa aspek yang seharusnya menjadi pertimbangan dalam pemilihan video pembelajaran. aspek tersebut adalah pemanfaatan video pembelajaran dapat https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.169 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.169 871 memfasilitasi tugas guru dalam menyampaikan materi atau bahan ajar serta pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirancang. video bersifat objektif dan kontekstual sehinggadapat memberikan pengalaman belajar yang luas, nyata, dan mendalam bagi siswa. disamping itu, video dapat mengembangkanpengetahuan siswa karena mudah dipahami. aspek lain adalah pengintegrasian nilai-nilai karakter yang berhubungan dengan pendidikan sebagaimana telah penulis paparkan diatas.pendapat vierstra (2020) juga sejalan dengan temuan penelitian ini tentang beberapa keuntungan yang diperoleh dengan pemanfaatan video kreasi guru. menurut vierstra guru dapat menyesuaikan materi ajarnya dengan kebutuhan siswanya. selanjutnya, guru dapat menjalin hubungan emosionalnya dengan para siswanya meskipun tidak bertatap muka. video kreasi guru juga membantu siswa memahami penugasan sehingga memudahkan mereka memahami isi materi yang sedang disampaikan oleh guru sehingga memudahkan pemahaman mereka. jika siswa mudah dalam memahami konsep maka diasumsikan hasil belajar mereka juga akan lebih optimal. simpulan dan saran simpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran bahasa inggris dengan menggunakan video pembelajaran kreasi guru dapat ditarik kesimpulan bahwa intervensi video pembelajaran kreasi guru membawa pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa karena persentase ketuntasannya berada pada katagori amat baik. saran berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut: 1) sebaiknya guru, khususnya guru bahasa inggris menggunakan video pembelajaran sebagai salah satu media pembelajaran yang menarik sehingga dapat menumbuhkan motivasi peserta didik dalam pembelajaran, 2) sebaiknya guru terus meningkatkan kemampuan dan kreativitas dengan menciptakan video pembelajaran agar lebih efektif untuk digunakan karena sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik masing-masing, dan 3) kepada pihak sekolah agar memberikan dukungan penuh kepada para guru yang berkeinginan meningkatkan kreativitasmereka dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. daftar rujukan arsyad, a. (2013). media pembelajaran edisi revisi. rajawali pers. awang, r. e. a. (2016). pengaruh media video pembelajaran terhadap hasil belajar ips siswa kelas v sd di kecamatan ngaliyan kota semarang. universitas negeri semarang. ayuningrum, f. (2012). pengembangan media video pembelajaran untuk siswa kelas x pada kompetensi mengolah soup kontinetal di smk n 2 godean. pengembangan media video pembelajaran untuk siswa kelas x. carmichael, m., reid, a.-k., & karpicke, j. d. (2017). assessing the impact of educational video on student engagement , critical thinking and learning : the current state of play. sage, 22. www.sagepublishing.com distance learning. (n.d.). retrieved january 8, 2021, from https://www.merriamwebster.com/dictionary/distance learning farah, k., & barnett, r. (2019). a 5-step guide to making your own instructional videos. https://www.edutopia.org/article/5-step-guide-making-your-own-instructional-videos https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.169 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.169 872 kulageri, p. (2016). what are the advantages and disadvantages of video as an educational medium? https://www.quora.com/what-are-the-advantages-and-disadvantages-ofvideo-as-an-educational-medium pannen, p. (2019). belajar jarak jauh. https://www.google.com/search?q=belajar+jarak+jauh&oq=belaj%09%09%09ar+ja rak+jauh&aqs=chrome..69i57j0i457j0l4j0i22i30l2.9465j0j7&sourcei%09d=chrome &ie=utf-8 rasi, p., & poikela, s. (2016). a review of video triggers and video production in higher education and continuing education pbl settings. in interdisciplinary journal of problem-based learning (vol. 10, issue 1). https://doi.org/10.7771/1541-5015.1609 vierstra, g. (2020). teacher videos: 5 reasons why making your own videos can help with distance learning. https://www.understood.org/en/school-learning/foreducators/empathy/teacher-videos-5-reasons-why-making-your-own-videos-canhelp-with-distance https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.169 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.173 896 received : 14-04-2021 revised : 26-05-2021 published : 30-06-2021 upaya meningkatkan kinerja guru melalui supervisi administrasi oleh kepala sekolah di sdn kebonbatur 2 mranggen demak isticharoh sdn kebonbatur 2, kec. mranggen kab. demak, indonesia isticharohmpd@gmail.com abstrak: berdasarkan hasil survey pendahuluan melalui wawancara yang dilakukan di sdn kebonbatur 2 mranggen demak, dalam pelaksanaan proses pendidikan , terdapat temuan awal dimana masih terdapat guru yang memiliki produktivitas kerja yang rendah, diukur dari pencapaian hasil kerja guru dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah. sejumlah 25% guru menjelaskan bahwa apa yang dirumuskan dalam kurikulum belum sepenuhnya tercapai. masih kurangnya produktivitas guru juga teridentifikasi melalui hasil belajar siswa yang mana masih terdapat sekitar 20% siswa yang prestasinya lebih rendah dari kkm yang ditetapkan. desain penelitian ini adalah pendlitian tindakan sekolah (pts) dilakukan tiga siklus. hasil observasi pra penelitian tindakan sekolah,siklus i, siklus ii dan siklus iii. hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kompetensi guru dari yang kurang aktif menjadi lebih aktif, dari yang kurang disiplin menjadi lebih disiplin, dan dari yang kurang mandiri menjadi lebih mandiri. perolehan nilai rata-rata pada pra siklus dari 8 indikator produktivitas kerja masih diantara skor 2 dan 3, yaitu sebesar 2,71 dengan kkm 65. pada siklus i skor sebesar 3 pada siklus ii skor sebesar 3,7 dan pada siklus iii tercapai skor 4 dari nilai ratarata prasiklus sebesar 2,71 sampai siklus iii terjadi peningkatan skor sebesar 1,29. hasil pada siklus iii sebanyak guru 10 guru (83,3%) dalam kategori baik dan 2 orang guru (16,6%) dalam kategori sangat baik. kata kunci: kinerja guru; produktivitas kerja guru; supervisi administrasi https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.173 mailto:isticharohmpd@gmail.com vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.173 897 pendahuluan kepala sekolah berperan sangat besar untuk kemajuan lembaga pendidikan yang dipimpinnya sehingga pengalaman maupun pengetahuan yang dimiliki menjadi sebuah hal yang akan membantunya dalam pembangunan lembaga pendidikan. setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. pengawas bertanggung jawab tentang keefektifan program itu. oleh karena itu, supervisi haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. mulyasa (2007: 3) menjelaskan bahwa pendidikan adalah salah satu wahana yang berperan untuk meningkatkan kualitas sdm, sehingga kualitas pendidikan harus selalu ditingkatkan. menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya,tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kuailtas pendidikan. pelaksanaan supervisi dapat menjadi bagian dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja guru. pelaksanaan supervisi dalam pp no 19 tahun 2005 pasal 1 ayat (25) dijelaskan sebagai bagian dari upaya penjaminan mutu satuan pendidikan untuk mencapai standar nasional pendidikan. pasal 19 ayat (3) pp no 19 tahun 2005 mengisyaratkan bahwa pengawasan merupakan bagian dalam upaya terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien, sedangkan pasal 23 mengisyaratkan bahwa supervisi menjadi salah satu bagian dari pengawasan. menurut sagala (2010:89), untuk meningkatkan produktivitas guru dalam proses pembelajaran, diperlukan adanya supervisi pembelajaran. supervisi menurut pp no 19 tahun 2005 mencakup supervisi administrasi,supervisi administrasi dan supervisi lembaga. supervisi administrasi meliputi aspek-aspek pelaksanaan proses pembelajaran. menurut purwanto (2007: 86), salah satu fungsi supervisi adalah memberikan bantuan kepada anggota organisasi (seperti guru) dalam menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi. hal ini menunjukkan pentingnya supervisi, sebab permasalahan akan selalu muncul dalam pelaksanaan proses pembelajaran mengikuti perkembangan-perkembangan situasi yang ada. masalah-masalah yang tidak terselesaikan atau tidak diperoleh solusi yang mamadai tentunya akan berdampak pada terhambatnya upaya meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. berdasarkan hasil survey pendahuluan melalui wawancara yang dilakukan di wilayah sdn kebonbatur 2 mranggen demak, dalam pelaksanaan proses pendidikan , terdapat temuan awal dimana masih terdapat guru yang memiliki produktivitas kerja yang rendah, diukur dari pencapaian hasil kerja guru dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah. sejumlah 25% guru menjelaskan bahwa apa yang dirumuskan dalam kurikulum belum sepenuhnya tercapai. masih kurangnya produktivitas guru juga teridentifikasi melalui hasil belajar siswa yang mana masih terdapat sekitar 20% siswa yang prestasinya lebih rendah dari kkm yang ditetapkan. hal ini mengindikasikan bahwa masih perlu dikembangkan upaya supervisi administrasi yang diharapkan dapat memberikan solusi pada permasalahan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. terselesaikannya kendalahttps://doi.org/10.47387/jira.v2i6.173 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.173 898 kendala administrasi guru diharapkan akan meningkatkan output kerja guru dalam kondisi dimana sumber daya yang dibutuhkan hanya sedikit memerlukan support tambahan. lebih tingginya output kerja guru dibanding target-target yang ditetapkan ataupun dibanding dengan penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan merupakan indicator dari tingginya produktivitas kerja guru. hal ini perlu didukung dengan upaya pemberian motivasi kerja oleh kepala sekolah sebagai supervisor, sehingga produktivitas kerja guru lebih mudah ditingkatkan. survay awal yang dilakukan kepala sekolah juga menunjukkan adanya temuan bahwa kendala-kendala administrasi yang dialami guru sdn kebonbatur 2 bersumber dari kendalakendala konseptual dan teknis yang mana guru sangat mengharapkan bantuan dari supervisor untuk memberikan solusi, seperti masalah strategi pengembangan proses pembelajaran yang efektif, strategi penggunaan media pembelajaran, serta masalah teknis lainnya. disisi lain, guru terlihat belum memiliki motivasi yang tinggi dalam menyelesaikan masalah pembelajaran secara mandiri akibat ketidakpercayaan diri dalam merumuskan strategi pembelajaran di sekolah. rumusan masalah penelitian ini adalah (1) bagaimanakah langkah-langkah pelaksanaan supervisi administrasi kepada guru untuk meningkatkan produktivitas kerja guru di sdn kebonbatur 2 mranggen demak? (2) seberapa peningkatan produktivitas kerja guru setelah pelaksanaan supervisi administrasi yang dikembangkan oleh kepala sekolah? tujuan penelitian penelitian ini adalah (1) langkah-langkah pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah kepada guru untuk meningkatkan produktivitas kerja guru di sdn kebonbatur 2 mranggen demak (2) besarnya peningkatan produktivitas kerja guru setelah pelaksanaan supervisi administrasi dikembangkan oleh kepala sekolah. penelitian yang relevan laeli kurniati (2007) dalam penelitiannya menemukan adanya temuan bahwa supervisi kepala sekolah secara simultan yang dilakukan secara bersamaan dengan upaya membangun motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja, yang berarti juga bahwa pelaksanaan supervisi yang memadai mampu menjadi faktor atas produktivitas kerja. hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja akan diikuti dengan tingginya kinerja guru, begitu sebaliknya. besarnya pengaruh supervisi dan motivasi kerja terhadap kinerja mencapai 20,7%. penelitian ini dilaksanakan di sdn kebonbatur 2 mranggen demak tahun 2019,dengan simpulan penelitian yaitu secara simultan supervisi administrasi kepala sekolah dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru sdn kebonbatur 2 mranggen demak tahun 2019. faktor motivasi bukan dijadikan sebagi faktor pengontrol atas pengaruh yang ditimbulkan oleh supervisi terhadap produktivitas kerja, akan tetapi menjadi faktor yang bersama-sama dengan supervisi menciptakan pengaruh terhadap produktivitas kerja. administrasi dan supervisi pendidikan merupakan serangkaian kegiatankegiatan yang berupa pelayanan yang diberikan sekolah mencakup bagaimana pelaksaanan belajar-mengajar agar dapat memperlancar proses pembelajaran itu sendiri. maka dari itu pentingnya administrasi dan supervisi pendidikan yang ada pada sekolah merupakan bagian dari proses pembelajaran itu dengan mengetahui teknik, metode, serta pelaksanaan administrasi dan supervisi pendidikan itu dan memberikan manfaat bagi guru agar termotivasi untuk selalu meningkatkan kempetensinya dalam menyusun administrasi pembelajaran.. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.173 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.173 899 adapun desain penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan oleh kepala sekolah kepada guru-guru sdn kebonbatur 2 kecamatan mranggen,demak gambar 1. desain penelitian hasil penelitian sdn kebonbatur 2 mranggen demak dengan nss 101032101034 terletak di jl dongko raya desa kebonbatur kecamatan mranggen kabupaten demak dengan nspn 20319175 . visi dan misi sekolah visi, misi, dan tujuan sdn kebonbatur 2 mranggen demaktidak lepas dari dasar kependidikan umum sebagai berikut: a. visi unggul dalam prestasi, santun dalam berperilaku, berwawasan lingkungan berdasarkan imtaq dan iptek b. misi (1) mengedepankan iman dan taqwa di segala aspek kehidupan semua warga sekolah (2) melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif,kreatif,inovatif dan menyenangkan (3) menumbuhkan semangat berprestasi kepada semua warga sekolah sesuai bakat dan minat (4) meningkatkan pengetahuan di bidang iptek kepada semua warga sekolah (5) menjalin kerjasama yang harmonis dalam suasana kekeluargaan (6) membiasakan budaya tertib, disiplin,sopan dan bersih dalam kehidupan sehari-hari. kondisi produktivitas kerja guru sebelum dilaksanakannya penelitian adalah diantara kurang dan sedang, diamati berdasarkan indikator-indikator berikut: https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.173 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.173 900 tabel 1. hasil observasi pra penelitian tindakan sekolah indikator skor hasil observasi observator i observator ii observator iii 1. kualitas kerja guru: ketelitian, kerapian, ketepatan dan kesesuaian terhadap standar dalam pengajaran, penelitian, peningkatan kompetensi dan wawasan. 2. kuantitas kerja: kemampuan mencapai target 3. kecepatan kerja: kemampuan menyelesaikan administrasi per satuan waktu 4. penyelesaian kerja: baik buruknya administrasi yang diselesaikan 5. kehandalan kerja: keadaan bekerja dalam kondisi tanpa pengawasan, ketepatan menjalankan dan menyelesaikan administrasi 6. hubungan kerja: kemampuan bekerja sama dalam menyelesaikan tugas 7. keselamatan kerja: kemampuan bekerja sacara aman, kewaspadaan, keselamatan. 2 2 3 2 2 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 1 2 3 3 4 4 rata-rata 2,71 sumber: hasil observasi pra pelaksanaan penelitian tindakan *keterangan skor: 1 : sangat rendah 2 : rendah 3 : sedang 4 : tinggi 5 : sangat tinggi berdasarkan hasil observasi pra pelaksanaan penelitian tindakan sekolah tersebut, terlihat bahwa produktivitas kerja guru dilihat berdasarkan 8 indikator produktivitas kerja masih diantara skor 2 dan 3, yaitu sebesar 2,71. hal ini menunjukkan bahwa produktivitas guru baru dalam taraf hampir cukup. pencapaian target program pembelajaran masih rendah. pencapaian target ini diukur baik dari target prestasi belajar siswa maupun target-target dalam indikator program pembelajaran berdasarkan rpp yang dikembangkan. pencapaian hasil belajar riil masih dibawah kkm, dimana untuk semua bidang studi pada semua siswa, ratarata kkm yang ditetapkan adalah 7,0 sedangkan ketuntasan belajar rata-rata siswa baru mencapai 6,5. bimbingan peningkatan kompetensi melalui iht berlangsung dengan baik, dimana guru telah melakukan presentasi dalam hasil iht dengan baik. adapun hasil observasi terhadap produktivitas kerja guru adalah sebagai berikut: tabel 2. hasil observasi siklus i indikator skor hasil observasi observator i observator ii observator iii 1. kualitas kerja guru: ketelitian, kerapian, ketepatan dan kesesuaian terhadap standar dalam pengajaran, penelitian, peningkatan kompetensi dan wawasan. 2. kuantitas kerja: kemampuan mencapai target 3. kecepatan kerja: kemampuan menyelesaikan pekerjaan per satuan waktu 4. penyelesaian kerja: baik buruknya pekerjaan yang 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.173 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.173 901 indikator skor hasil observasi observator i observator ii observator iii diselesaikan 5. kehandalan kerja: keadaan bekerja dalam kondisi tanpa pengawasan, ketepatan menjalankan prosedur dan peraturan, pemaman pekerjaan, 6. hubungan kerja: kemampuan bekerja sama dalam menyelesaikan tugas 7. keselamatan kerja: kemampuan bekerja sacara aman, kewaspadaan, keselamatan. 3 4 3 3 4 3 3 4 4 rata-rata 3,0 sumber: hasil observasi siklus i pelaksanaan penelitian tindakan sekolah *keterangan skor: 1 : sangat rendah 2 : rendah 3 : sedang 4 : tinggi 5 : sangat tinggi hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan produktivitas kerja guru dalam pra penelitian ii,dan diharapkan dapat ditingkatkan lagi dalam siklus selanjutnya. adapun hasil observasi terhadap produktivitas kerja guru adalah sebagai berikut: tabel 3. hasil observasi siklus ii indikator skor hasil observasi observator i observator ii observator iii 1. kualitas kerja guru: ketelitian, kerapian, ketepatan dan kesesuaian terhadap standar dalam pengajaran, penelitian, peningkatan kompetensi dan wawasan. 2. kuantitas kerja: kemampuan mencapai target 3. kecepatan kerja: kemampuan menyelesaikan pekerjaan per satuan waktu 4. penyelesaian kerja: baik buruknya pekerjaan yang diselesaikan 5. kehandalan kerja: keadaan bekerja dalam kondisi tanpa pengawasan, ketepatan menjalankan prosedur dan peraturan, pemaman pekerjaan, 6. hubungan kerja: kemampuan bekerja sama dalam menyelesaikan tugas 7. keselamatan kerja: kemampuan bekerja sacara aman, kewaspadaan, keselamatan. 4 4 3 4 4 4 3 4 5 3 3 3 5 3 3 3 4 4 4 4 4 rata-rata 3,7 sumber: hasil observasi siklus ii penelitian tindakan berdasarkan hasil observasi pada siklus ii, terlihat bahwa aktivitas supervisi administrasi hamper semuanya telah berlangsung dengan baik, dan hanya pada satu aktivitas yang belum baik yaitu pada bimbingan pengembangan rpp. tindakan perbaikan yang perlu dilakukan pada siklus iii adalah mengupayakan pelatihan khusus pada guru untuk dalam memahami konsep secara jelas, pelatihan anlisis, pembuatan contoh rpp, dan evaluasi bersama. produktivitas guru sudah mengalami peningkatan menjadi https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.173 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.173 902 pelaksanaan siklus iii, hanya tinggal dilaksanakan program peningkatan kompetensi guru dalam menyusun rpp, dan perlu dilaksanakan bersama-sama oleh kepala sekolah dan pengawas. kegiatan supervisi lainnya dihentikan oleh karena sudah baik dan perlunya berfokus pada masalah utama yaitu meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun rpp melalui tahapan-tahapan berikut: (1) memberikan penjelasan tentang standar acuan dari bsnp. (2) seksi tanya jawab tentang hal-hal yang menjadi kendala guru dalam memahami standar acuan bsnp (3) menjelaskan secara jelas apa dan bagaimana cara menetukan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. (4) pelatihan menetukan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator, dan melakukan analisis pada contoh yang diberikan.(a) penjelasan apa dan bagaimana menentukan tujuan pembelajaran (b) pelatihan merumuskan tujuan pembelajaran (b) menjelaskan bagaimana memasukkan alokasi waktu (c) pelatihan memasukkan alokasi waktu (d) penjelasan tentang menentukan materi pembelajaran (e) pelatihan menetapkan materi pembelajaran .penjelasan tentang bagaimana menetapkan metode, teknik pembelajaran, dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran secara inovatif : pelaksanaan tindakan pada siklus iii sesuai dengan perencanaan, yang diselenggarakan dengan cara workshop dengan dibantu pengawas sekolah. dalam setiap konsep, dilakukan satu kali pelatihan, dan dalam akhir kegiatan dilakukan demonstrasi analisis atas rpp yang dibuat beberapa guru, dan guru diminta memberikan solusi atas permasalahan yang muncul..pelaksanaan tetap dengan metode partisipatif dan berbasis masalah, dimana pelatihan tambahan diberikan ketika terdapat permasalahan-permasalahan yang dialami guru. tabel 4. hasil observasi produktivitas guru siklus iii indikator skor hasil observasi observator i observator ii observator iii 1. kualitas kerja guru: ketelitian, kerapian, ketepatan dan kesesuaian terhadap standar dalam pengajaran, penelitian, peningkatan kompetensi dan wawasan. 2. kuantitas kerja: kemampuan mencapai target 3. kecepatan kerja: kemampuan menyelesaikan pekerjaan per satuan waktu 4. penyelesaian kerja: baik buruknya pekerjaan yang diselesaikan 5. kehandalan kerja: keadaan bekerja dalam kondisi tanpa pengawasan, ketepatan menjalankan prosedur dan peraturan, pemaman pekerjaan, 6. hubungan kerja: kemampuan bekerja sama dalam menyelesaikan tugas 7. keselamatan kerja: kemampuan bekerja sacara aman, kewaspadaan, keselamatan. 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 3 3 5 3 4 4 4 4 4 5 4 rata-rata 4 sumber: hasil observasi siklus iii pelaksanaan penelitian tindakan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus iii menunjukkan hasil yang baik, dimana kemungkinan perbaikan yang perlu dilakukan adalah mengkutsertakan guru dalam kegiatan diluar dalam rangka meningkatkan kemampuan menyusun rpp. produktivitas guru mencapai skor 4 yang berarti sudah baik atau produktif. pembahasan https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.173 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.173 903 pelaksanaan supervisi administrasi pada penelitian tindakan sekolah ini bertumpu pada asas perbaikan pelaksanaan program-program pembelajaran. prinsip-prinsip pelaksanakaan supervsi pada penelitian tindakan ini adalah dilaksanakan berdasarkan permasalahanpermasalahan: rendahnya kualitas kerja guru terkait dengan ketepatan dan kesesuaian terhadap standar dalam pengajaran, penelitian, peningkatan kompetensi dan wawasan. pendekatan-pendekatan dalam proses pembelajaran belum dikembangkan dengan baik, dimana guru belum mampu mengembangkan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang modern, mengakibatkan rendahnya capaian kerja guru. disisi lain, kemampuan guru dalam menetapkan kkm juga masih rendah, dimana kkm ditetapkan bukan berdasarkan perhitungan pencapaian target program pembelajaran masih rendah. pencapaian hasil belajar riil masih dibawah kkm, dimana untuk semua bidang studi pada semua siswa, rata-rata kkm yang ditetapkan adalah 7,5 sedangkan ketuntasan belajar rata-rata siswa baru mencapai 7,1. pada siklus i dilaksanakan upaya-upaya perbaikan melalui (1) bimbingan secara kelompok melalui workshop internal di sekolah: (2) bimbingan pengembangan penelitian pembelajaran kolabaratif sesama guru; (3) bimbingan meningkatkan kemampuan menetapkan kkm secara standard, (4) bimbingan dan pelatihan mengembangkan rpp yang sesuai dengan kondisi siswa dan sumberdaya sekolah, (5) bimbingan dan pelatihan menetapkan target program pembelajaran yang handal, (6) bimbingan dan pelatihan mengembangkan strategi proses pembelajaran yang mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. peningkatan produktivitas guru dari pra pelaksanaan sampai pada akhir siklus iii adalah sebagai berikut: tabel 5. peningkatan produktivitas kerja guru pra penelitian tindakan sekolah siklus i siklus ii siklus iii 2,71 3 3,7 4 hasil tersebut dapat digambarkan dengan grafik berikut: gambar 1. grafik peningkatan produktivitas kerja guru. adanya peningkatan produktivitas kerja guru akibat pelaksanaan supervisi administrasi tersebut menunjukkan kesesuaian dengan pendapat para ahli, dimana pelaksanaan supervisi 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 pra tindakan siklus i siklus ii siklus iii produktivitas produktivitas https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.173 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.173 904 administrasi yang efektif berdampak pada terjadinya perbaikan-perbaikan program pembelajaran sehingga produktivitas kerja guru yang terkait dengan bidang akademik dapat ditingkatkan. simpulan berdasarkan atas hasil penbelitian tindakan sekolah yang dilakuakn, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. pelaksanaan supervisi administrasi dapat dikembangkan dengan mendasarkan pada permasalahan-permasalahan yang muncul di sekolah terkait dengan program-program pembelajaran yang dikembangkan guru. 2. pelaksanaan supervisi administrasi yang efektif mampu meningkatkan produktivitas kerja guru di sekolah oleh karena terselesaikannya permasalahan-permasalahan guru dalam pengembangan maupun pelaksanaan program-program pembelajaran di sekolah. saran berdasarkan atas hasil penelitian, dibuat saran-saran sebagai berikut: 1. kepala sekolah perlu mengidentifikasi permasalahan-permasalahan pendidikan di sekolah secara lebih rinci sehingga kendala-kendala pembelajaran dapat terselesaikan secara lebih baik. 2. supervisi administrasi perlu dilaksanakan secara kontinu sehingga tidak terjadi kendalakendala yang fatal akibat akumulasi permasalahan akademik. daftar pustaka umam, khaerul. 2010. perilaku organisasi. bandung: pustaka setia yusron dahlan. 2009. faktor–faktor yang mempengaruhi produktivitas.http://dahlanforum.wordpress.com/2009/06/27/faktor-faktor-yangdapat-mempengaruhi-produktivitas/. diakses pada 25 juli 2009 soripada. 2007. konsep sekolah model dan intrumen verifikasi sekolah model sma. www.psb-psma.org diakses pada 25 juli 2009. blumberg, hansen. 1974. the human side of relationships between supervisors and teachers to understand their interactions. human resource journal vol 11. january, 1974 vincent gaspersz. 2000. manajemen produktivitas total. jakarta: gramedia pustaka utama kusnan. 2009. urgensi supervisi administrasi bagi dosen di institusi pendidikan tinggi. http://pendidikantinggi.hostei.com/produk/1-kusnan.pdf igneel. 2009. supervisi pendidikan. http://dikot.blogspot.com/2009/11/supervisipendidikan.html. diakses pada 25 juli 2009 sahertian, piet a. konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan : dalam rangka pengembangan sumber daya manusia. jakarta: penerbit rineka cipta, 2000. syaiful sagala. 2010. supervisi pembelajaran dalam profesi pendidikan. bandung: alfabeta ngalim purwanto. 2009. administrasi dan supervisi pendidikan. bandung: remaja rosmpakarya h.a. syamsudin makmun. 2005. psikologi kependidikan. bandung: remaja rosmpakarya suharsimi arikunto. 1997. prosedur penelitian. jakarta: rineka cipta budiyono. 2007. motede statistik untuk penelitian. surakarta: universitas sebelas maret https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.173 http://dahlanforum.wordpress.com/2009/06/27/faktor-%e2%80%93-faktor-yang-dapat-mempengaruhi-produktivitas/ http://dahlanforum.wordpress.com/2009/06/27/faktor-%e2%80%93-faktor-yang-dapat-mempengaruhi-produktivitas/ http://dahlanforum.wordpress.com/2009/06/27/faktor-faktor-yang-dapat-mempengaruhi-produktivitas/ http://dahlanforum.wordpress.com/2009/06/27/faktor-faktor-yang-dapat-mempengaruhi-produktivitas/ http://www.psb-psma.org/ http://dikot.blogspot.com/2009/11/supervisi-pendidikan.html http://dikot.blogspot.com/2009/11/supervisi-pendidikan.html vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.173 905 sudjana. 2002. metoda statistika. bandung: tarsito herman r. soetisna. 2007. pengukuran produktivitas. bandung: laboratorium psk&e tiitb komarudin. 2004. manajemen pengawasan kualitas terpadu. jakarta: rajawali, gomes, faustino cardoso. 2002. manajemen sumberdaya manusia. yogyakarta: andi offset. puslitjaknov, 2008. metodepenelitian pengembangan. jakarta: depdiknas sinungan, muchdarsyah. 2003. produktivitas, apa dan bagaimana. jakarta: bumi aksara. h.a.r tilaar. 1999. paradigmabaru pendidikan nasional. jakarta: rineka cipta bogdan, r..c. & biklen, s.k. 1982. qualitative research for education. boston:allyn & bacon inc. danim, sudarwan. 2002. inovasi pendidikan. bandung: pustaka setia. danim, sudarwan. 2010. kepemimpinan pendidikan. bandung: alfabeta depdiknas. 2001. kurikulum smp. jakarta: depdiknas. dediknas. 2003. undang-undang r i nomor 20 tentang sistem pendidikan nasional. bandung: citra umbara. supriadi, d. 2000. reformasi pendidikan dalam konteks otonomi daerah. yogyakarta: adicita. depdiknas. 2004. pola pembinaan sistem pendidikan tenaga kependidikan pgsmp. jakarta: depdiknas. depdiknas. 2005. undang-undang ri nomor 14 tentang guru dan dosen. jakarta: depdiknas. depdiknas. 2006. standar kompetensi guru kelas smp/mi lulusan s 1 pgsmp. jakarta: depdiknas. depdiknas.2008. stanpembangunan pendidkan nasional. jakarta: depdiknas. goetz, j.p. & comte, lmd. 1984. ethnography and qualitative design and educational research. new york: academy press inc. hasan, s.h. 2004. kurikulum dan tujuan pendidikan. bandung: pasca sarjana upi. hatten, k.j. & rosenthal, s.r. 2001. reaching for the knowledge edge. new york: amrican management association. manisera, marica., dusseldrp, e., and kooij, a.j. van. 2005. component structure of job satisfaction based on herzberg’s theory. italy: leiden university slade, l.a. and rush, m. 1991.achievement motivation and dynamics of task difficulty choices. journal of personality and society psychology vol 6 no 1, 165-172. sukmadinata, nana saodih,2009. landasan psikologi proses pendidikan. bandung: remaja rosmpakarya williams, j.k. 2003. maslow’s hierarchy of needs and alderfer’s erg theory. london: slc https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.173 microsoft word 14-musa.doc vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.116 522 received : 13-03-2021 revised : 01-04-2021 published : 15-04-2021 upaya meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran biologi melalui cooperated integrated reading and composition (circ) bagi siswa sma kelas xi ipa musa sma wachid hasjim maduran, indonesia musaanami13@gmail.com abstrak: penelitian berdasarkan permasalahan, apakah proses pembelajaran kooperatif tipe circ dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan partisipasi belajar siswa, dan peningkatan pemahaman siswa. penelitian ini hanya dikhususkan pada siswa kelas xi ipa-1 sma wachid hasjim maduran yang berjumlah 28 siswa dan dilaksanakan tanggal 13 – 28 agustus 2019 semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020. materi yang disampaikan adalah bidang studi biologi terutama materi struktur dan fungsi sel. jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (action research) sebanyak dua putaran/siklus. setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan revisi. instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah rencana pelaksanaan pembelajaran, pretes, lembar hasil belajar, lembar kerja siswa, postes dan angket. data pengamatan dianalisis menggunakan uji presentase. hasil penelitian menunjukkan adanya 1) adanya peningkatan motivasi dan partisipasi belajar siswa, 2) terjadi peningkatan pemahaman siswa, 3) ketuntasan klasikal secara keseluruhan meningkat dari siklus i sampai siklus ii yaitu, siklus i (64,29%), siklus ii (82,14%), 4) respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe circ adalah senang atau positif. kata kunci : cirs; meningkatkan; hasil belajar vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.116 523 pendahuluan biologi sebagai salah satu bidang ipa menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasangagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. mata pelajaran biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidang matematika, fisika, kimia dan pengetahuan pendukung lainnya. dengan demikian, penguasaan biologi menuntut pemahaman ilmu-ilmu lainnya. salah satu persoalan dalam pembelajaran biologi di kelas xi ipa-1 sma wachid hasjim maduran lamongan adalah rendahnya pemahaman siswa terhadap mata pelajaran biologi. hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang harus mengikuti remidi pada materi struktur dan fungsi sel sebagai unit terkecil kehidupan di kelas xi ipa yang harus mengikuti remidi yaitu 17 siswa dari 28 siswa. ini berarti bahwa terdapat 60,71% siswa yang tidak mencapai nilai batas ketuntasan kognitif ≥ 75. besarnya jumlah siswa yang ikut remidi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya motivasi dan minat belajar yang kurang, siswa tersebut kebanyakan kurang aktif mencari sumber belajar. selama proses diskusi kelompok/kelas siswa kurang aktif berperan, sebagian kelompok masih terlihat menyiapkan tugas kelompoknya sehingga perhatiannya kurang, mereka terlihat kurang antusias. beberapa hasil wawancara dengan siswa yang mengikuti remidi, antara lain: siswa merasa tidak tahu kalau ada tugas/ulangan, hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak memerhatikan informasi yang diberikan oleh guru, siswa belajar tidak mempunyai target/ sasaran yang jelas sehingga asal membaca, sebagian dari mereka merasa materi ujiannya sulit. kelemahan yang dijumpai pada sisi guru sebagai fasilitator antara lain masih banyak mendominasi kelas atau memberikan tambahan informasi kepada siswa, metode pembelajaran yang digunakan guru tidak melibatkan siswa secara optimal, informasi yang disampaikan guru kadang-kadang terlalu cepat sehingga siswa tidak dapat menyimak atau mencatatnya, dan kurang mampu memotivasi siswa untuk menggali sumber belajar lewat perpustakaan. dengan latar belakang kondisi siswa di atas, maka diperlukan adanya variasi metode pembelajaran terutama yang lebih melibatkan siswa dalam proses kbm dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga proses belajar mengajar lebih menarik dan hasilnya lebih optimal. proses belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran cooperated integrated reading and composition (circ) diharapkan dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran biologi dengan kompetensi dasar : struktur dan fungsi sel sebagai unit terkecil kehidupan di kelas xi ipa-1 sma wachid hasjim maduran lamongan. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.116 524 metode penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (ptk) dengan menerapkan model circ. penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 13 28 agustus 2019 semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 di sma wachid hasjim maduran. subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas xi ipa-2 sma wachid hasjim maduran tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 28 siswa dengan pokok bahasan struktur dan fungsi sel. jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (ptk) atau classroom action research, yang di dalamnya terdapat tindakan-tindakan untuk memperbaiki mutu kegiatan pembelajaran di kelas. dalam rumusan masalah telah ditetapkan, model pembelajaran yang digunakan oleh peneliti yaitu model cooperated integrated reading and composition (circ) /kooperatif terpadu membaca dan menulis. penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan minat, motivasi, respon dan perhatian belajar siswa pada mata pelajaran biologi serta meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar struktur dan fungsi sel sebagai unit terkecil kehidupan di kelas xi ipa-1. dalam ptk ini peneliti berkolaborasi dengan rekan sejawat dari guru biologi kelas x sma wachid hasjim maduran lamongan. peneliti terlibat langsung dalam merencanakan tindakan kelas, melakukan tindakan, observasi dan refleksi. rekan sejawat melakukan observasi aktifitas siswa dan guru, serta memberikan masukan-masukan. disain penelitian yang digunakan mengacu pada model kemis dan mc taggart (1988) dimana satu siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. adapun uraian 4 tahapan tersebut dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. persiapan rencana tindakan perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus 1 adalah sebagai berikut : 1) menyusun rancangan pembelajaran siklus 1 serta menyusun butir soal pretes yang dimanfaatkan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum standar kompetensi dimulai. 2)menyiapkan lembar kerja siswa dalam bentuk lembar diskusi dan menyusun media transparansi yang memuat organella-organella sel. 3)membagi kelompok diskusi dan membuat denah tempat duduk kelompok pada saat diskusi kelompok. 4) menyusun pokok uji siklus 1 (postes siklus 1). 5) menyusun poin-poin yang akan diobservasi oleh teman sejawat. b. pelaksanaan tindakan pelaksanaan tindakan dimulai dengan: 1) membagi kelompok diskusi yang beranggotakan 3-4 orang secara heterogen sehingga terbentuk 9 kelompok (jumlah siswa 28 orang). 2) guru membagikan materi dalam bentuk lks yang akan didiskusikan pada masing-masing kelompok. 3) siswa bekerja sama saling membacakan dan menentukan ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap materi yang telah ditentukan guru dan ditulis pada lembar kertas. 4) salah satu kelompok mempresentasikan dan kelompok lain menanggapi hasil presentasinya. setiap anggota kelompok dimotivasi agar dapat memberi jawaban atas tanggapan kelompok lain. 5) setelah sessi presentasi dan diskusi kelas, guru membimbing siswa menarik kesimpulan bersama. selama pembelajaran berlangsung dilakukan observasi untuk memperoleh bahan penyusunan refleksi. refleksi dilakukan oleh peneliti bersama rekan sejawat guru biologi. fokus observasi dilakukan terhadap pelaksanaan diskusi kelompok dalam pengenalan konsep dan pemahaman konsep struktur fungsi sel sebagai unit terkecil kehidupan, presentasi dan tanya jawab dengan kelompok lain. hasil observasi dicatat sebagai catatan vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.116 525 bebas. sedangkan umpan balik siswa tentang pengalaman belajar dijaring lewat angket, hasil diskusi, presentasi, nilai tugas dan nilai ulangan harian. instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: rencana pelaksanaan pembelajaran, silabus, pretes, lembar hasil belajar, lembar kerja siswa, postes dan angket. pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi selama pembelajaran berlangsung dari tiap siklus berupa catatan bebas, catatan guru dari hasil tanya jawab dengan siswa atau rekan sejawat sebagai pengamat. data penelitian diperoleh dari isian angket respon siswa terhadap model pembelajaran circ, hasil diskusi, nilai presentasi, nilai tugas dan hasil ulangan harian. soal tes dibuat oleh guru sendiri. data hasil diskusi, nilai presentasi, nilai tugas dan hasil ulangan harian. analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: 1. data observasi data obsevasi ini di ambil melalui pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator sebagai observer, yang dilakukan pada saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran di kelas. pengolahannya dengan menggunakan rumus : keterangan: a = jumlah siswa yang melakukan kegiatan b = jumlah siswa keseluruhan 2. data angket menganalisis data hasil angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut c. data tes hasil belajar peneliti menentukan nilai setiap siswa dari hasil pretes dan postes masing-masing siklus dengan pemberian nilai skala 100, dimana kkm (kriteria ketuntasan minimal) untuk pelajaran biologi adalah 75. kemudian menentukan banyaknya siswa yang mendapat nilai diatas atau sama dengan 75 (siswa yang sudah tuntas). banyaknya siswa yang mendapat nilai ≥ 75 di hitung prosentasenya dengan menggunakan rumus: sementara skor nilai rata-rata diperoleh dengan cara menjumlahkan skor nilai seluruh siswa dibagi dengan jumlah siswa. %100x b a %100x enruhrespondjumlahselu londenaktuajumlahresp %100x ruhsiswajumlahselu sayangtuntajumlahsisw vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.116 526 hasil penelitian dan pembahasan siklus i a. tahap perencanaan 1) menyusun rancangan pembelajaran siklus 1 serta menyusun butir soal pretes yang dimanfaatkan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum standar kompetensi dimulai. 2) menyiapkan lembar kerja siswa (untuk kelompok 1 sampai 5) dalam bentuk lembar diskusi dan menyusun media transparansi yang memuat organella-organella sel. 3) membagi kelompok diskusi dan membuat denah tempat duduk kelompok pada saat diskusi kelompok. 4) menyusun pokok uji siklus 1 (postes siklus 1). 5) menyusun poin-poin yang akan diobservasi oleh teman sejawat. b. tahap pelaksanaan siklus 1 dilaksanakan selama 3 kali pertemuan @ 2x45 menit dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1) peneliti sebagai guru membuka pelajaran dengan menyebutkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kompetensi dasar 2) guru membagikan soal pre tes 3) guru membagi 9 kelompok diskusi, siswa diminta duduk sesuai denah yang telah disusun oleh guru 4) siswa diminta membuka meteri pelajaran sesuai dengan standar kompetensi : struktur dan fungsi sel sebagai unit terkecil kehidupan 5) peneliti membagi tugas/lks yang sama untuk didiskusikan dalam kelompok, misalnya pada pertemuan 1 semua kelompok mempelajari materi nomor 1 dan 2 dengan metode circ tetapi tugas masing-masing kelompok untuk presentasi tidak sama. tugas presentasi untuk setiap kelompok pada setiap pertemuan diberikan dalam tabel 4.1. 6) guru meminta siswa secara berkelompok mengerjakan lembar kerja siswa /lembar kerja diskusi. 7) semua hasil diskusi dicatat oleh siswa pada transparansi yang telah dibagikan oleh guru 8) guru meminta sesuai dengan urutan kelompok untuk mempresentasikan jawaban dari diskusi kelompok 9) siswa lain dapat menyiapkan pertanyaan dari materi yang belum jelas 10) guru dan pengamat mencatat temuan-temuan dalam kegiatan proses pembelajaran 11) guru mengumpulkan lembar jawab diskusi yang telah ditulis di atas transparansi 12) guru memperjelas konsep-konsep yang belum dimengerti oleh siswa dan memperbaiki materi yang salah konsep serta membuat kesimpulan. 13) guru menugaskan siswa untuk mengerjakan lks sel hewan dari lks yang telah dimiliki siswa. 14) guru membagi soal post tes. 15) guru mengumpulkan jawaban siswa dari post tes vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.116 527 untuk hasil pengolahan nilai ketuntasan siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut. tabel 1. hasil nilai rata-rata ketuntasan siklus 1 no nama siswa jenis penilaian pada siklus i ketuntasan i ii iii iv v vi ya tidak 1 a 66 75 77 70 71 72 v 2 b 78 78 76 77 83 78 v 3 c 75 75 82 78 82 78 v 4 d 54 72 70 82 66 69 v 5 e 70 80 74 85 75 77 v 6 f 82 82 85 78 90 83 v 7 g 40 62 77 74 45 60 v 8 h 78 80 72 78 83 78 v 9 i 48 70 70 75 75 68 v 10 j 74 72 78 76 79 76 v 11 k 77 68 72 80 80 75 v 12 l 76 74 70 78 81 76 v 13 m 82 78 65 79 84 78 v 14 n 45 68 70 70 50 61 v 15 o 74 68 77 76 79 75 v 16 p 75 66 78 82 80 76 v 17 q 70 75 82 78 75 76 v 18 r 72 74 85 74 78 77 v 19 s 70 78 77 75 76 75 v 20 t 55 70 74 74 78 70 v 21 u 60 70 70 72 72 69 v 22 v 75 65 75 70 80 73 v 23 w 68 78 76 78 74 75 v 24 x 70 77 80 78 80 77 v 25 y 66 78 78 70 71 73 v 26 z 75 82 79 78 82 79 v 27 aa 74 85 85 80 78 77 v 28 ab 66 70 73 70 76 71 v jumlah 1915 1915 2070 2127 2135 2123 2071 rata-rata 68,39 68,39 73,93 75,96 76,25 75,82 73,95 % ketuntasan 64,29 35,71 vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.116 528 berdasarkan tabel 1, dapat diubah menjadi diagram batang di bawah ini. gambar 1. diagram nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan pada siklus 1 berdasarkan gambar 1 nilai akhir proses dan hasil belajar ternyata terdapat 10 siswa (35,71%) yang belum memenuhi skbm (standar ketuntasan belajar minimal) sedangkan yang telah memenuhi skbm adalah 18 siswa (64,29%).. nilai minimal yang diperoleh siswa pada siklus 1 adalah 60 dan nilai tertinggi adalah 83, sehingga rentang nilai hasil belajar adalah 23, rata-rata nilai akhir siklus 1 adalah 73,95. siklus ii siklus 2 dilaksanakan selama 3 kali pertemuan @ 2 x 45 menit dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. rencana tindakan 1) menyusun rencana pembelajaran siklus 2 2) menyusun lembar kerja siswa untuk kelompok 6, 7, 8 dan 9 3) menyusun soal post tes siklus 2 4) menyiapkan angket untuk melihat respon siswa terhadap pembelajaran circ / kooperatif terpadu membaca dan menulis. b. pelaksanaan tindakan 1) menugaskan seluruh siswa untuk membaca topik / konsep sel tumbuhan 2) kelompok presentasi, diminta untuk menyiapkan diri dengan tugas berikut seperti pada tabel 2. pretes disk usi presenta si tugas postest nilai akhir ketuntas an siklus 1 68,39 73,93 75,96 76,25 75,82 73,95 64,29 58 60 62 64 66 68 70 72 74 76 78 ni la i nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan siklus 1 vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.116 529 tabel 2. tugas presentasi kelompok pada setiap pertemuan siklus 2 no pertemuan klp presentasi materi diskusi dan presentasi 1 rabu, 21/08/2019 vi dinding sel dan vacuola vii kloroplas dan plastida 2 selasa, 27/08/2019 viii perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan 3 rabu, 28/08/2019 ix transport melalui membran (transport aktif dan pasif) ujian siklus 2 3) siswa lain diminta mencermati dan membuat pertanyaan dari konsep yang belum jelas 4) guru selaku peneliti dan pengamat mencatat temuan-temuan dalam kegiatan pembelajaran 5) guru menjelaskan konsep-konsep yang belum dimengerti oleh siswa dan memperbaiki materi yang salah konsep serta membuat kesimpulan 6) guru memberikan tugas untuk mengerjakan lks sel tumbuhan dari lks yang dimiliki siswa 7) guru membagikan angket untuk diisi oleh siswa dan menariknya kembali 8) guru membagi soal post tes 9) mengumpulkan hasil post tes c. observasi/evaluasi selama proses pembelajaran siklus 2 peneliti bersama pengamat melakukan pengamatan dan penilaian terhadap siswa, aspek yang dinilai , aktifitas diskusi kelas, dan presentasi lisan. hasil penilaian pada siklus 2 ditampilkan tabel 3. tabel 3. hasil nilai rata-rata ketuntasan siklus 2 no nama siswa jenis penilaian pada siklus i ketuntasan i ii iii iv v vi ya tidak 1 a 75 77 70 69 73 v 2 b 81 78 84 85 82 v 3 c 78 86 80 85 82 v 4 d 77 82 84 69 78 v 5 e 81 77 87 78 81 v 6 f 85 86 94 93 90 v 7 g 77 81 76 48 71 v 8 h 83 76 80 86 81 v 9 i 71 74 75 70 73 v 10 j 75 82 78 82 79 v 11 k 75 76 82 83 79 v 12 l 77 75 80 84 79 v 13 m 81 70 81 87 80 v 14 n 77 75 76 53 70 v 15 o 75 81 78 82 79 v 16 p 73 85 84 83 81 v 17 q 78 86 85 78 82 v 18 r 77 89 76 81 81 v 19 s 81 81 77 78 79 v 20 t 71 78 76 79 76 v vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.116 530 21 u 68 77 70 73 72 v 22 v 70 79 72 83 76 v 23 w 79 80 80 77 79 v 24 x 80 84 80 83 82 v 25 y 82 82 72 74 78 v 26 z 85 83 80 85 83 v 27 aa 86 89 87 81 86 v 28 ab 80 88 84 79 83 v jumlah 2178 2257 2228 2188 2213 rata-rata 77,79 80,61 79,57 78,14 79,03 % ketuntasan 82,14 berdasarkan tabel 3, dapat diubah menjadi diagram batang seperti di bawah ini. gambar 2. diagram nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan pada siklus 2 berdasarkan gambar 2, nilai rata-rata kegiatan diskusi adalah 77,79, rata-rata presentasi adalah 80,61, penugasan 79,57, postes 78,4 dan nilai rata-rata akhir adalah 79,03. untuk ketuntasan ada 5 siswa (17,85%) yang belum memenuhi skbm (standar ketuntasan belajar minimal) sedangkan yang telah memenuhi skbm adalah 23 siswa (82,14%). d. refleksi hasil observasi dan hasil penilaian terdapat beberapa catatan selama berlangsungnya pembelajaran pada siklus 2 antara lain : 1) siswa lebih siap memperhatikan kelompok presentasi, karena telah membaca materi sel tumbuhan lebih dahulu. 2) respon siswa secara lisan dan angket senang dengan model pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis, karena merasa dituntut dapat menyampaikan dengan baik di hadapan teman-temannya dan anggota kelompok aktif mengikuti diskusi. 3) menurut pengamat pembagian tugas kelompok presenter lebih merata. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.116 531 4) pengelolaan kelas oleh guru baik, penumbuhan motivasi, penghargaan kepada siswa lebih banyak diberikan sehingga siswa lebih bersemangat. berdasarkan hasil observasi dan hasil evaluasi, ternyata hasil yang diperoleh pada siklus 2 mengalami peningkatan. siswa yang belum tuntas sesuai skbm tinggal 5 siswa (17,85%) dan yang telah memenuhi skbm adalah 23 siswa (82,14%). nilai yang diperoleh siswa terendah pada siklus 2 adalah 70 dan tertinggi 90 sehingga rentang hasil belajar 20. rata-rata nilai akhir hasil belajar siklus 2 adalah 79,03. gambar 3. diagram batang perbandingan nilai rata-rata siklus 1 dan siklus 2 berdasarkan gambar 3, dapat disimpulkan bahwa antara siklus 1 dan siklus 2 terjadi kenaikan nilai pada seluruh aspek yang dinilai, yaitu : nilai rata-rata kegiatan diskusi pada siklus 1 adalah (73,93) sedangkan pada siklus 2 adalah (77,79), rata-rata presentasi siklus 1 (75, 96) pada siklus 2 naik menjadi (80,61), penugasan pada siklus 1 adalah (76,25) pada siklus 2 naik menjadi (79,57), postes pada siklus 1 adalah (75,82) pada siklus 2 naik menjadi ( 78,4) dan nilai rata-rata akhir siklus 1 adalah (73,95) sedangkan pada siklus 2 menjadi (79,03). untuk ketuntasan pada siklus 1 ada 10 siswa yang belum memenuhi skbm (35,71%) untuk siklus 2 ada 5 siswa (17,85%) yang belum memenuhi skbm (standar ketuntasan belajar minimal) sedangkan yang telah memenuhi skbm adalah pada siklus 1 sebanyak 18 siswa (64,29%) sedangkan untuk siklus 2 naik menjadi 23 siswa (82,14%). pretes disk usi presenta si tugas postest nilai akhir ketuntas an siklus 1 68,39 73,93 75,96 76,25 75,82 73,95 64,29 siklus 2 77,79 80,61 79,57 78,4 79,03 82,14 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 ni la i perbandingan nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan siklus 1 dan siklus 2 vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.116 532 analisis angket siswa respon siswa terhadap metode pembelajaran circ yang diperoleh dari wawancara angket disajikan pada tabel 4. tabel 4. analisis data angket siswa no pertanyaan jawaban ket. a b c 1 sebelum model kooperatif terpadu membaca dan menulis dilaksanakan, sukakah anda dengan materi struktur dan fungsi sel sebagai unit terkecil kehidupan a tidak suka b suka 4 (14,29% ) 24 (85,71 %) 2 menurut anda, mempelajari sendiri materi struktur dan fungsi sel sebagai unit terkecil kehidupan : a sukar b sedang c mudah 7 (25,00% ) 19 (67,86 %) 2 (7,14% ) 3 menarikkah materi struktur dan fungsi sel di pelajari ? a menarik b tidak menarik 21 (75,00% ) 7 (25,00 %) 4 apakah perlu kerjasama teman/ bantuan guru dalam memahami materi struktur dan fungsi sel ? a ya b tidak 26 (92.86% ) 2 (7,14% ) 5 sudah pernahkah model pembelajaran cooperated integrated reading and composition (circ) / kooperatif terpadu membaca dan menulis di laksanakan di kelasmu ? a sudah pernah b tidak pernah (0%) 28 (100%) 6 sebelum diskusi kelompok, apakah anda membaca materi pembelajaran yang ditugaskan ? a ya b tidak 24 (85,71% ) 4 (14,29 %) 7 pada saat diskusi kelompok, apakah anda banyak terlibat / mengutarakan pendapat ? a sering b jarang c tidak pernah 22 (78,57% ) 4 (14,29 %) 2 (7,14% ) 8 setelah membaca materi pembelajaran, apakah anda membuat catatan tentang konsepkonsep/ide-ide pokoknya ? a ya b tidak 26 (92.86% ) 2 (7,14% ) 9 apakah setelah membaca materi pembelajaran, anda membuat ide tersendiri untuk menemukan ide-ide pokok ? a ya b tidak 22 (78,57% ) 6 (21,43 %) 10 dalam diskusi di kelompokmu, apakah semua anggota aktif terlibat ? a ya b tidak 24 (85,71% ) 4 (14,29 %) 11 termotivasikah belajar anda, setelah mengetahui teman-teman dalam satu kelompok aktif mengemukakan pendapat ? a ya b tidak 25 (89,29% ) 3 (10,17 %) 12 apakah kesimpulan hasil diskusi kelompok anda disetujui oleh semua anggota kelompok ? a ya b tidak 21 (75,00% ) 7 (25,00 %) vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.116 533 13 sukakah anda dengan model pembelajaran cooperated integrated reading and composition / kooperatif terpadu membaca dan menulis ? a suka b tidak suka 25 (89,29% ) 3 (10,17 %) 14 mudahkah anda menyerap materi pelajaran dengan model pembelajaran cooperated integrated reading and composition/kooperatif terpadu membaca dan menulis ? a ya b tidak 24 (85,71% ) 4 (14,29 %) 15 apakah anda dapat menyerap materi pembelajaran yang disampaikan oleh temanmu melalui presentasi ? a ya b tidak 25 (89,29% ) 3 (10,17 %) 16 bagimanakah pendapat anda tentang media pembelajaran yang digunakan (alat, gambar)? dapatkah media tersebut memperjelas pemahaman materi yang disampaikan presenter? a ya b tidak 26 (92.86% ) 2 (7,14% ) berdasarkan tabel 4 rekapitulasi data respon siswa terhadap model pembelajaran circ, terlihat bahwa : sebagian besar siswa membaca materi pelajaran yang ditugaskan sekaligus membuat catatan tentang konsep-konsep / ide-ide pokoknya sebelum melakukan diskusi kelompok. sebagian besar siswa dapat mengutarakan pendapat pada saat diskusi kelompok, separuh dari jumlah siswa sudah membuat ide tersendiri untuk menemukan ide-ide pokok setelah membaca materi pembelajaran, sebagian besar siswa aktif dalam diskusi kelompok, semua siswa termotivasi belajar setelah mengetahui teman satu kelompok aktif mengemukakan pendapat, sedikit sekali siswa yang tidak menghargai pendapat teman lain, sebagian besar siswa senang dengan model pembelajaran circ, sebagian besar siswa mudah menyerap materi pelajaran dengan model pembelajaran circ, sudah cukup banyak siswa yang dapat menyerap materi pembelajaran yang disampaikan temannya melalui presentasi, hampir semua siswa setuju bahwa dengan media pembelajaran dapat memperjelas pemahaman materi yang disampaikan presenter. kesimpulan proses dan hasil belajar biologi pada standar kompetensi: struktur dan fungsi sel sebagai unit terkecil kehidupan dapat optimal/meningkat dengan menggunakan model circ pada siswa kelas xi ipa-1 sma wachid hasjim maduran lamongan. pada siklus 1, hasil belajar siswa mencapai rata-rata klasikal 73,95 dengan ketuntasan belajar 64,29%. sedangkan pada siklus 2 mengalami peningkatan rata-rata klasikal 79,03 dengan ketuntasan belajar 82,14%. respon siswa terhadap model pembelajaran cooperated integrated reading and composition (circ) adalah senang, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan aktifitas mengemukakan pendapat dalam diskusi, dan menghargai pendapat siswa lain. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.116 534 daftar rujukan dinas pendidikan dan kebudayaan perluasan dan peningkatan smu 2006 , teknis penelitian tindakan kelas sekolah menengah atas, surabaya nurhadi, yasin, b., senduk, a. g. 2004. pembelajaran kontekstual dan penerapannya dalam kbk. malang: universitas negeri malang. nur, m., wulandari, p.r. pengajaran berpusat kepada siswa dan pendekatan konstruktivis dalam pengajaran. surabaya: universitas negeri surabaya. nasution, m.a. 2003. berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar. jakarta: pt bumi aksara. prayitno, b. pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian kurikulum 2004 sma, mata pelajaran biologi, departemen pendidikan nasional dirjen dikdasmen direktorat pendidikan menengah umum, 2003. putra, i.s., pratiwi, a. 2004. strategi sukses. bandung: itb suharsini arikunto (2006 penelitian tindakan kelas, jakarta : bumi aksara. vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.144 755 received : 13-02-2021 revised : 16-04-2021 published : 15-06-2021 penggunaan multimedia sebagai upaya meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik tunagrahita uyun siti syarifah skhn 01 kota serang, banten, indonesia uyunstsyarifah@gmail.com abstrak dari hasil belajar peserta didik tunagrahita terlihat bahwa, proses pembelajaran selama ini seperti kurang mendapat perhatian. menurunnya minat dan hasil belajar peserta didik akan berdampak kurang/ hilangnya dukungan orang tua untuk mengantarkan mereka belajar ke sekolah. mengetahui keadaan demikian, guru berkreativitas dan berinovasi mencoba menerapkan multimedia dalam proses kegiatan pembelajaran. beberapa alasan menerapkan metode hot-rock pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah minat belajar tumbuh karena pembelajaran jadi lebih menyenangkan, tujuan pembelajaran dan bahan pelajaran lebih mudah dipahami peserta didik, tambahan variasi metode pembelajaran, tidak sebatas pembelajaran konvensional dan waktu belajar peserta didik lebih efektif dan efisien. selanjutnya prosentase ketuntasan hasil pembelajaran peserta didik tunagrahita dalam penerapan metode hot-rock mengalami peningkatan dari sebelumya dengan kriteria ketuntasan minimal (kkm) 6,5. kata kunci: anak tunagrahita; minat belajar; multimedia hot-rock; hasil belajar https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.144 mailto:uyunstsyarifah@gmail.com vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.144 756 pendahuluan dari hasil belajar peserta didik tunagrahita terlihat bahwa, proses pembelajaran selama ini seperti kurang mendapat perhatian. menurunnya minat dan hasil belajar peserta didik yang akan berdampak kurang/ hilangnya dukungan orang tua untuk mengantarkan anak belajar ke sekolah. anak tunagrahita memiliki potensi terlemah untuk mengembangkan potensinya, sehingga dalam upaya pemberdayaan mereka perlu pendampingan yang berkesinambungan. tujuan pendidikan bagi anak tunagrahita adalah untuk mengoptimalkan sisa potensi yang dimiliki anak sehingga dapat menjadikan anak cakap dan mandiri. kreativitas guru sebagai pendidik dalam ketepatan pengambilan pilihan media pembelajaran, menentukan peningkatan dari kualitas hasil dan proses pembelajaran. menurut (& -, 2019), guru bisa meningkatkan minat belajar peserta didik dengan melakukan ; 1) menjelaskan tujuan pembelajaran dengan lebih rinci. 2) menumbuhkan semangat belajar. 3) menghadirkan situasi belajar yang menyenangkan. 4) metode yang digunakan harus menarik. 5) memberi penghargaan atau hadiah pada keberhasilan siswa. 6) memberi penilaian. 7) memberi catatan pada pekerjaan rumah peserta didik. 8) menumbuhkan sikap siap bersaing dan kerjasama. sedangkan menurut (nurita, 2018), dampak perkembangan teknologi pada bidang pendidikan. penggunaan berbagai media sebagai sarana untuk menyampaikan bahan materi pembelajaran. sementara metode belajar merupakan pengaturan dalam pengorganisasian materi pembelajaran serta strategi dalam penyampaiannya. sementara hasil belajar merupakan pengalaman selama proses kegiatan pembelajaran untuk mengetahui kemampuan dan minat peserta didik. alasan mengambil media pembelajaran berbasis multimedia menurut (permadi & saini, 2017), adalah pembelajaran jadi lebih menarik peserta didik karena mereka dapat melihat, mendengarkan dan mudah dimengerti sekaligus dapat memberikan motivasi. guru dapat mengkombinasikan lebih dari dua media secara bersamaan, mengkolaborasikan strategi satu dengan strategi lainnya. sejalan dengan pernyataan sebelumnya bahwa pengunan media yang menyenangkan dapat meningkatkan focus minat peserta didik untuk belajar. pengguaan hot-rock sebagai multimedia merupakan salah satu alternative dalam menunjang peningkatan pengalaman kegiatan belajar peserta didik. menurut (sari, 2016) manfaat dari penggunaan multimedia secara umum, adalah suasana kegiatan proses pembelajaran jadi lebih interakaktif, menarik, waktu mengajar lebih efektif dan efisen. proses kegiatan pembelajaran bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, sehingga proses pengalaman dan hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan. kini peranan multimedia dalam pembelajaran menjadi semakin penting, karena multimedia yang penggunaanya dalam pembelajaran berbasis computer, dengan tujuan meningkatkan kegiatan pembelajaran yang mandiri serta peranan yang aktif dari peserta didik (cbsa). sistem multimedia yang terdiri dari komponen media-media (teks, gambar, grafis, animasi, audio dan video) tersebut dirancang untuk saling melengkapi sehingga menjadi suatu sistem yang berdaya guna dan tepat guna, di mana suatu kesatuan menjadi lebih baik daripada jumlah bagian-bagiannya (thewhole is greater than the sum of its parts). (priyanto, 2009). sejalan dengan pernyataan diatas menurut (febriyanto & saputra, 2019) perkembangan jaman sekarang tidak terlepas dengan teknologi, begitu juga dengan pendidikan. inovasi pembelajaran dalam teknologi dengan banyaknya aplikasi atau conten-conten pembelajaran yang lebih kreatif, menarik, memberi tantangan yang memancing minat belajar siswa. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.144 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.144 757 dalam pembelajaran multimedia digunakan sebagai upaya memaksimalkan keseluruhan kerja otak baik yang rasional maupun emosional, bagian otak kiri maupun otak kanan. penentuan pemilihan warna, bentuk dan suara pada media pembelajaran akan mempengaruhi cara kerja otak dalam memproses, menyimpan, dan mengambil informasi (sari, 2016). menurut (iye et al., 2020), sebaiknya guru menggunakan multimedia dalam kegiatan proses pembelajaran agar supaya dapat menyentuh bergai indera. pelibatan hampir seluruh unsur unsur indera memberikan pengalaman pada proses pembelajaran yang berkesan bagi peserta didik. dengan demikian selain dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar juga penggunaan waktu belajar jadi lebih efektif dan efisien. penggunaan multimedia dalam pembelajaran sebagai bentuk pengenalan literasi teknologi. beberapa alasan menerapkan multimedia yang salah satunya metode hot-rock dalam kegiatan pembelajaran untuk peningkatan minat dan pemahaman peserta didik, hal ini menurut (sari, 2016) antara lain: 1. pembelajaran jadi lebih menyenangkan sehingga dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar. 2. materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan lebih jelas dan mudah dipahami yang memungkinkan ketercapaian tujuan pembelajaran dengan lebih baik. 3. menambah variasi metode pembelajaran yang sebelumnya dilakukan secara konvensional. 4. kegiatan pembelajaran jadi lebih berfaritif karena ada aktivitas seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lainlain. tinjauan pustaka pengertian anak tunagrahita istilah tunagrahita sering digunakan dalam menyebut anak yang memiliki kemampuan iq di bawah rata-rata atau dalam bahasa asing (inggris) menyebutnya dengan istilah “mental retarded, mental retardation, mental defektive”. untuk memahami anak tunagrahita terlebih dahulu kita harus memahami ma (mental age) dimana kemampuan mental anak yang dimiliki pada usia tertentu, artinya bahwa anak tunagrahita mempunyai mental age dibawah ca (cronolog age), oleh karena itu kemampuan kecerdasan anak tunagrahita di bawah rata rata kemampuan kecerdasan anak pada umumnya.. sebagaimana telah dikembangkan dalam definisi aamd (american association of mental deficiecy) bahwa istilah mental terbelakang menunjukkan secara jelas kemampun fungsi intelektual di bawah rata-rata yang terjadi dalam masa perkembangan disertai kesulitan dalam penyesuaian perilaku. penyesuaikan perilaku di atas dimaksudkan bahwa anak dapat dikatakan tunagrahita, dilihat dari kekmampuan beradaftasi dengan lingkunganaya, sedangkan masa perkembangan yang dimaksud bila ke-tunagrahita-an itu terjadi di bawah usia 18 tahun. anak yang mengalami keterlambatan usia mental sehingga usia mentalnya tidak sebanding dengan usia lahirnya (sari et al., 2017). menurut (yosiani, 2014), anak tunagrahita adalah individu dengan intelegensi dibawah rata rata intelegensi dibawah intelegensi ratarata anak normal, yaitu iq 84 ke bawah. anak tunagrahita biasanya akan mengalami masalah dalam penyesuaian perilaku dilingkungannya. hal tersebut dimaksud bahwa anak tunagrahita sulit untuk dapat memikul tanggung jawab social dan mandiri secara penuh seperti anakanak normal yang lainnya. permasalahan lain yang akan dialami anak tunagrahita dalam kelompok usia sebayanya dalam hal komunikasi dan keterampilan akademik. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.144 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.144 758 mengacu pada fungsi intelektual secara umum ketunagrahitaan menunjukkan dengan jelas (meyakinkan) di bawah rata-rata diiringi permasalahan dalam penyesuaian perilaku yang terjadi dalam masa perkembangan. penyimpangannya menekankan signifikansi secara jelas, artinya jika perkembangan keterhambatan intelektualnya sedikit di bawah normal, hal tersebut tidak termasuk tunagrahita. penyimpangan keterhambatanya sangat jelas sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus, rochyadi ( 2012). ciri-ciri anak tunagrahita perlu diperhatikan ada tiga kriteria untuk mengidentifikasi anak tunagrahita (rochyadi, 2012), yaitu: a. anak tunagrahita mempunyai iq dibawah anak normal yang rata rata 100, maka anak tunagrahita mempunyai iq paling tinggi 70. tingkat perkembangannya mempunyai hambatan minimal 3 tahun dibawah usia yang sebenarnya sehingga mereka membutuhkan pendidikan layanana khusus. b. mengalami keterhambatan hampir dalam semua perkembangan seperti sulit dalam hal prilaku adaftif/ penyesuaian prilaku yang berpengaruh pada penampilannya. mereka miskin terhadap tanggung jawab penyelesaian tugas tugas jika dibandingkan dengan usianya. c. ketunagrahitaanya berlangsung pada periode perkembangan, yang dimulai sejak dari masa konsepsi anak sampai batas usia anak 18 tahun. secara umum ketunagrahitaan itu jelas mengacu pada keterhambatan fungsi intelektual dibawah rata rata yang menyebabkan hambatan dalam penyesuaian prilaku yang terjadi dimasa perkembangan. batasan penyimpanganya jelas secara signifikan yang dimaksud adalah jika hambatan intelektualnya hanya sedikit dibawah normal dan tidak membutuhkan layanan khusus maka tidak termasuk kedalam tunagrahita. rochyadi ( 2012) dari pengertian diatas anak tunagrahita adalah anak dengan kecerdasanya rata rata di bawah anak anak normal sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus. klasifikasi anak tunagrahita pengelompokan anak tunagrahita pada umumnya didasarkan pada taraf inteligensinya. menurut (rochyadi, 2012) , klasifikasi anak tunagrahita ini terdiri dari: a. tunagrahita ringan kelompok anak dalam pembelajaranya masih bisa calistung sederhana (membaca, menulis dan berhitung yang sederhana) yang dalam perkembangannya setingkat anak kelas 3 – 6 sd pada usia 16 tahun. dengan layanan pendidikan dan bimbingan yang baik, mereka dapat dididik menjadi tenaga kerja semi-skille seperti steam motor atau mobil, laundre, pertanian atau peternakan juga pekerjaan di rumah tangga dan dengan sedikit pengawasan mereka bahkan bisa bekerja di pabrik. b. tunagrahita sedang kelompok anak yang bisa dididik dalam mengerjaan rutinitas, mengurus diri sendiri, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, berjalan di jalan raya, melindungi diri. dalam bidang akademik mereka sangat sulit untuk bisa belajar, akan tetapi masih dapat menulis secara social, seperti menulis nama sendiri, alamat rumah dan lain-lain. hanya saja dalam batas tertentu masih perlu pengawasa, bimbingan dan bantuan dari pihak lain, sementara kecerdasannya setelah dewasa sebatas usia 6 tahun rata-rata anak normal. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.144 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.144 759 c. tunagrahita berat kelompok anak yang membutuhkan perawatan total sehingga hampir sepanjang hidupnya membutuhkan pengawasan dan perlindungan. d. tunagrahita sangat berat kelompok anak dengan kondisi fisik sama dengan anak tunagrahita berat bahkan ada yang tidak dapat berjalan sehingga sepanjang hidupnya memerlukan bantuan pihak lain. berdasarkan klasifikasi di atas, kita dapat memberikan pelayanan dan bimbingan sesuai dengan kebutuhan mereka. strategi dan media pembelajaran dalam pendidikan anak tunagrahita menurut (widiastuti, 2019) strategi yang dapat digunakan dalam mengajar anak tunagrahita meliputi: a. strategi pengajaran yang diindividualisasikan merupakan jenis pembelajaran berpusat pada siswa yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap individu dan dalam pelaksanaanya perlu dilakukan; 1. peserta didik dikelompokkan sesuai minat dan kemampuan belajarnya. 2. lingkungan belajarnya diatur sesuai kebutuhan peserta didik sehingga setiap peseta didik memungkinkan mengatur kebutuhan belajarnya sendiri. 3. mengadakan pusat belajar pada sudut sudut kelas, sehingga peserta didik memungkinkan belajar disesuaikan kebutuhan dan minatnya. b. kooperatif pada kelompok murid dengan kemampuan yang heterogen, penerapan strategi kooperatif merupakan strategi yang paling efektif. dalam bidang pendidikan mengintegrasikan anak tunagrahita dengan anak normal agar belajar bersama akan menumbuhkan sikap sosialisasi yang positif dan penghargaan pada prestasi belajar, sehingga harga diri anak tunagrahita meningkat dan memberi kesempatan dalam pengembangan potensinya dengan optimal. guru harus mampu menciptakan sikap ketergantungan positif antara anak tunagrahita dengan anak normal dalam merancang materi bahan ajar pada proses pembelajaran. c. strategi modifikasi tingkah laku penerapan strategi modifikasi tingkah laku bertujuan untuk merubah, mengurangi atau menghilangkan sikap atau tingkah laku yang buruk menjadi baik. sehingga guru harus bisa memilih sikap atau tingkah laku yang akan dikembangkan atau harus dihilangkan. dalam melaksanakan strategi ini memerlukan kiat atau teknik khusus, misalnya memberikan reinforcement (pujian, tanda bintang, acungan jempol, dll). pemberian reinforcement pelanpelan bisa dikurangi agar tidak jadi ketergantugan. menurut (abdullah, 2013), pendidik bagi anak berkebutuhan khusus membutuhkan strategi dan pendekatan khusus dengan tujuan agar anak : (1) paham dengan kondisinya, (2) dapat bersosialisasi dalam lingkungan kehidupannya, (3) punya daya juang, (4) mempunyai life skill sesuai kemampuan dan kebutuhnya, dan (5) paham sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.144 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.144 760 ketentuan khusus dalam melaksanakan evaluasi belajar anak tunagrahita menurut (widiastuti, 2019), ada ketentuan khusus pada pelaksanaan evaluasi belajar bagi anak tunagrahita. a. evaluasi dilakukan bukan hanya diakhir kegiatan pembelajaran akan tetapi dilakukan juga selama dalam proses pembelajran. pada proses pembelajaran, respon peserta didik, sikap, kecepatan atau kelambatannya. peserta didik yang lambat atau hasil yang kurang akan mendapatkan pengulangan atau penyederhanaan materi pelajaran. b. instrument sebagai alat evaluasi yang menilai hasil belajar anak tunagrahita sama dengan anak normal, alat evaluasi disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan kemampuannya. c. kriteria keberhasilan, keberhasilan dalam pembelajarannya dibandingkan dengan kemajuan yang dicapai dari waktu ke waktu. sehingga penilaiannya mengacu pada capaian perbandingan prestasi atas dirinya sendiri yang dari kemarin dan hari ini. d. hasil capaian pada evaluasi dalam bentuk kuantitatif dan kualitatif. contohnya pada pelajaran matematika, siswa mendapat nilai angka 7 dengan penjelasan, misalnya nilai 7 yang dimaksud, siswa mampu menyelesaikan penjumlahan 14 dan pengurangan 13. multimedia pada anak tunagrahita multi media berasal dari kata multi yang artinya banyak atau bermacam macm sedangkan media artinya alat atau sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan pesan atau informasi. sehingga pengertian multimedia adalah penggunaan gabungan dari sarana atau media yang menampilkan berbagai elemen informasi, contohnya : animasi, video, teks, suara, graphics, atau gambar yang sifatnya interaktif dengan tujuan sebagai penyampai informasi (sari, 2016). sejalan dengan pernyataan diatas, menurut (herdiyanto & praherdhiono, 2020), dalam proses pembelajaran pada peserta didik tunagrahita memerlukankan pendamping khusus. tujuan pendamping khusus supaya peserta didik tidak mengabaikan materi yang disampaikan jadi hanya fokus belajar. selanjutnya guru juga harus mampu menciptakan suasana menyenangkan, hal itu dapat dilakukan dengan menggunakan multimedia dalam proses pembelajaranya. dalam menunjang kegiatan proses pembelajaran, kreatif penggunaan multimedia yang menarik bisa menjadi alternative sebagai daya tarik bagi peserta didik untuk belajar, dengan media yang demikian, fokus peserta didik dalam belajar bisa ditingkatkan. multimedia yang sering digunakan dalam dunia informatika, untuk membuat website, dunia game juga dimanfaatkan didalam dunia pendidikan dan bisnis. dalam pembelajaran penggunaan multimedia sebagai upaya memaksimalkan seluruh bagian otak agar bisa bekerja, baik otak kiri ataupun otak kanan, baik yang rasional ataupun emosional. penampilan bentukan baik warna atau suara sangat menentukan dan mempengaruhi cara otak dalam memproses, menyimpan, dan mengambil informasi sehingga menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, (sari, 2016). secara umum, manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan multimedia adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar peserta didik dapat ditingkatkan, dan proses belajar mengajar dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap belajar peserta didik dapat ditingkatkan (sari, 2016) metode hot-rock digunakan dalam membuat evaluasi multiple choice/ pilihan ganda. hot-rock adalah nama lain dari aplikasi hot potatoes dan rocketcake. rocketcake adalah https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.144 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.144 761 software dengan lisensi bebas (free ware) yang digunakan untuk membuat konten kuis berbasis web dengan format html 5. hot potatoes dan rocketcake, merupakan software dengan lisensi bebas (free ware) yang dapat digunakan untuk membuat konten pembelajaran berbasis web dengan format html 5, kedua program ini memungkinkan pemula dan profesional untuk membuat dan menerbitkan konten web html 5 tanpa pemrograman apapun, e smart pustekom (2019) hot potatoes asal kata dari bahasa inggris yaitu “hot” yang artinya “panas” dan “potatoes” artinya “kentang”. tampilan muka aplikasi ini seperti namanya merupakan bentuk beberapa buah kentang yang disusun bertumpuk. software ini diciptakan oleh universitas victoria di kanada, sebagai media untuk mengeksplorasi naskah soal dengan tampilan yang menarik. hot potatoes dapat dikatakan sebagai media pembuatan bank soal, yang terdiri atas enam program yang bisa dimanfaatkan untuk mengeksplor materi pembelajaran dan soal secara interaktif yang berbasis web, sari (2016). menurut (iye et al., 2020), aplikasi hot potatoes dapat dikatakan sebagai media pembelajaran tergantung dari isinya sudah memenuhi unsur pembelajaran dan atau tujuan instruksional dari setiap materi dan naskah soal. sehingga, semua unsur pembelajaran dapat tercapai dan menimbulkan perasaan ingin tahu peserta didik sehingga menjadi lebih rajin lagi dalam belajar. dengan metode hot-rock pada pembelajaran membuat optimalisasi kerja seluruh bagian otak baik dalam penerimaan, pengolahan, penyimpanan, penggunaan informasi dan terjadi secara efisien (sari, 2016). metode pelaksanaan menerapkan metode hot-rock dalam kegiatan proses pembelajaran dilakukan langkah langkah kegiatan sebagai berikut : langkah langkah kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran pada peserta didik tunagrahita, membuat prosedur penanganan sesuai tujuan pembelajaran sebagai berikut: menyusun skenario pembelajaran, untuk meningkatkan aktifitas pembelajaran dengan konten hot-rock. membuat dan menyiapkan alat penilaian dalam pembelajaran untuk mengukur peningkatan kemampuan dan minat belajar pesrta didik. membuat lembar observasi skenario pelaksanaan pembelajaran sekaligus untuk melakukan pengamatan sesuai lembar observasi yang sudah disiapkan seperti berikut ini: a. awal melakukan apersefsi dengan tanya jawab materi yang akan diberikan. b. inti 1) semua peserta didik diberi lembaran soal, selanjutnya guru membacakan soal dengan jawabanya secara bertahap. 2) semua peserta didik dibimbing mengerjakan soalnya hingga selesai 3) guru menjelaskan akan memeriksa hasil jawaban dari pertanyaan soal yang sudah dikumpulkan. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.144 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.144 762 4) guru menyiapkan soal yang sama dalam bentuk kuis di hotrock 5) satu persatu nama peserta didik dipanggil untuk mengecek hasil jawabanya, sementar itu peserta didik yang lain diberi tugas mewarnai gambar sesuai contoh. secara berurutan guru membacakan soal, sementara anak mengikuti bacaan guru dari laptop beserta pilihan jawabannya. selanjutnya guru meminta anak mengklik jawaban yang sama dengan lembaran soalnya. jika responnya; hu hu hu dan emotikon yang muncul wajah sedih kecewa menandakan jawabanya salah. sedangkan jika responnya prok prok prok suara tepukan kemenangan pertanda jawabanya benar. 6) peserta didik yang paling baik nilaiya diberikan reward. c. akhir semua peserta didik membereskan perlengkapan belajar yang telah dipakai ketempatnya masing masing. tempat dan waktu serta lembaga yang menunjang tempat dalam penelitian ini adalah tempat dimana anak tunagrahita sedang mengenyam pendidikannya, yaitu sekolah khusus negeri 01 kota serang yang beralamat di jl. bhayangkara no. 045 rt. 001 rw. 024. kelurahan sumur pecung kecamatan kota serang. sekolah ini merupakan sekolah pertama untuk anak-anak berkebutuhan khusus yang memiliki ijin operasional pada tahun 1993. sasaran peserta didik tunagrahita sedang dengan rombel kelas iv, terdiri dari 4 peserta didik dan satu siswi. sasaran dalam penelitian ini secara eksplisit dirumuskan dalam pertanyaan penelitian yang meliputi penggunaan multimedia hot-rock sehingga dapat meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik di skh negeri 01 kota serang. hasil dan pembahasan dari uraian diatas, evaluasi pada setiap kegiatan pembelajaran mutlak sangat perlu untuk dilakukan. hal ini bertujuan melihat efektivitas kegiatan belajar tersebut sudah efektif atau belum. evaluasi ini bisa dilakukan dengan menganalisis nilai hasil belajar peserta didik. berikut ini uraian hasil kegiatan pembelajarn dengan metode hot-rock seperti: 1. suasana yang kondusif dan menyenangkan dalam proses kegiatan belajar mengajar dapat memudahkan siswa untuk menyerap materi pembelajaran 2. media pembelajaran yang tepat sangat membantu siswa dalam meningkatkan minat belajar. 3. alat bantu dalam pembelajaran yang kami buat dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. pengamatan ketuntasan hasil pembelajaran dalam penerapan metoda hot-rock mengalami peningkatan dari sebelumnya dengan kkm 6,5, hal ini dapat dilihat dalam bentuk tabel grafik 1. perbandingan hasil evaluasi menggunakan lembar soal dengan hot-rock. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.144 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.144 763 gambar 1. hasil evaluasi sumber: data olahan, 2021 manfaat aplikasi hot-rock adapun metode hot-rock ini diharapkan akan memberikan manfaat untuk kualitas pendidikan dan pembelajaran sebagaimana tersebut di bawah ini: 1. bagi peserta didik : mengenalkan aplikasi hot-rock dalam penilaian diharapkan dapat mengukur ketercapaian belajar, meningkatkan pemahaman dan kemandirian semangat belajar pada peserta didik tunagrahita. 2. bagi guru : menjadi salah satu alternatif untuk menyusun naskah soal dengan mudah, praktis dan menarik. metode ini bisa dimanfaatkan untuk mendukung proses evaluasi yang lebih interaktif di kelas. 3. bagi sekolah: merupakan bahan pertimbangan dalam pengadaan multimedia sebagai media pembelajaran pada evaluasi bagi anak tunagrahita. kesimpulan dan saran kreatifitas guru pada pembelajaran dengan mengunakan metode hot-rock dalam proses kegiatan belajar mengajar dapat mengembangkan proses kbm, membuat suasana pembelajaran lebih kondusif dan menyenangkan, sehingga mampu meningkatkan pemahaman dan hasil belajar pada peserta didik tunagrahita. daftar pustaka -, s., & -, p. (2019). upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. g-couns: jurnal bimbingan dan konseling, 3(1), 73–82. https://doi.org/10.31316/g.couns.v3i1.89 abdullah, n. (2013). mengenal anak berkebutuhan khusus. magistra, 25(286), 1–10. https://www.academia.edu/31661651/mengenal_anak_berkebutuhan_khusus febriyanto, e., & saputra, h. v. (2019). media pembelajaran berbasis multimedia https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.144 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.144 764 interaktif.pdf. 1(1), 15–23. https://books.google.co.id/books?id=rsr5dwaaqbaj&printsec=frontcover&dq=bu ku+media+pembelajaran+berbasis+multimedia+interaktif&hl=id&sa=x&ved=2ahu kewji7ttanc3sahvhu30khvehculq6aewahoecamqag#v=onepage&q=bu ku media pembelajaran berbasis multimedia interakti herdiyanto, d., & praherdhiono, h. (2020). pengembangan multimedia pembelajaran tunagrahita. 3(1), 88–96. iye, r., buru, u. i., & buru, u. i. (2020). pengembangan aplikasi multimedia hot potatoes dalam evaluasi pembelajaran bahasa indonesia pada siswa smp negeri 9 buru ( development of hot potatoes multimedia applications in evaluation of indonesian learning in smp 9 students in buru ). nurita, t. (2018). development of circle learning media to improve student learning outcomes. pengembangan media pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa, 03(2), 171–187. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1321/2/022099 permadi, a. s., & saini, m. (2017). upaya meningkatkan hasil belajar ipa melalui penerapan media pembelajaran berbasis multimedia peserta didik. bitnet: jurnal pendidikan teknologi informasi, 2(2), 20–26. https://doi.org/10.33084/bitnet.v2i2.754 priyanto, d. (2009). pengembangan multimedia pembelajaran berbasis komputer. 14(1), 1– 13. rochyadi, e. (2012). karakteristik dan pendidikan anak tunagrahita. pengantar pendidikan luar biasa, 6, 1–54. http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._pend._luar_biasa/195608181985031endang_rochyadi/modul/pgsd4409-m6-lpk.pdf sari, d. n. (2016). … potatoes berbasis multimedia sebagai alat evaluasi hasil belajar kognitif pembelajaran kimia materi redoks siswa kelas x sman 12 …. https://lib.unnes.ac.id/26899/ sari, s. f. m., binahayati, b., & taftazani, b. m. (2017). pendidikan bagi anak tuna grahita (studi kasus tunagrahita sedang di slb n purwakarta). prosiding penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, 4(2), 217–222. https://doi.org/10.24198/jppm.v4i2.14273 widiastuti, ni luh gede karang. (2019). prinsip khusus dan jenis layanan pendidikan bagi anak tunagrahita. prinsip khusus dan jenis layanan pendidikan bagi anak tunagrahita, 9(2), 1689–1699. yosiani, n. (2014). e-journal graduate unpar e-journal graduate unpar. e-journal graduate unpar, 1(2), 111–124. hardianto, s. l. (2017). teknis penulisan naskah bahan ajar bebasis multimedia dan web. jakarta, dki jakarta, indonesia. tim penyusun naskah plpg plb . (2011). modul pendidikan dan latihan profesi guru. jakarta: fakulas ilmu pendidikan unj. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.144 microsoft word artikel 4.docx vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.155 41 received : 15-06-2021 revised : 27-12-2021 published : 30-01-2022 peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam pengembangan budaya mutu di masa pandemi covid-19 rini susila, pardi, demina, sufyarma marsidin sma negeri 2 sungai rumbai, indonesia rinisusila2273@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan mengungkapkan bagaimana peranan kepala sekolah dalam pengembangan budaya dan mutu di masa pandemic covid-19. ruang lingkup penelitian ini meliputi pengembangan budaya dan mutu di masa pandemic covid19 di sma kabupaten dharmasraya, sumatera barat. metode yang digunakan adalah studi literature. hasil penelitian menunjukkan peranan kepemimpinan kepala sekolah di masa pandemic covid-19 untuk meningkatkan budaya mutu secara umum dapat dicapai yaitu; 1) komitmen terhadap visi sekolah, 2) visi sekolah menjadi pedoman untuk mengelola sekolah dimasa pandemic, 3) mengelola dan memimpin sekolah dengan berorientasi kepada visi sekolah dan memfokuskan kegiatan pada pembelajaran dan kinerja guru 4) kepala sekolah menjalin kerjasama dengan pihak luar. kesimpulan, hasil penelitian menunujukkan bahwa dari analisis data dan kajian ilmiah sebelumnya kemudian dihubungkan dengan fenomena saat pandemic covid-19, peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam pembelajaran semakin di butuhkan untuk meningkatkan budaya belajar, sehingga sekolah mencapai prestasi dan mutu sekolah. kata kunci: kepemimpinan kepala sekolah; pengembangan budaya, mutu; pandemic covid-19 vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.155 42 pendahuluan kepala sekolah adalah guru yang diberikan tugas tambahan sebagai pimpinan sekaligus manejer sekolah. dalam upaya membangun budaya dan peningkatan mutu pendidikan, pemerintah memberikan kewenangan yang luas kepada sekolah dalam mengelola sumber daya yang tersedia, sehingga menuntut kepala sekolah untuk memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tinggi. sekolah yang berbudaya sekaligus bermutu atau dikenal dengan budaya mutu dimulai dari efektifnya kepemimpinan kepala sekolah. menurut mulyasa (2019), kepemimpinan efektif kepala sekolah ditandai dengan efektifitas pembelajaran yang tinggi, kepemimpinan yang kuat dan demokratis, manajemen tenaga kependidikan yang efektif dan profesional, tumbuhnya budaya mutu, serta teamwork yang cerdas, kompak, dan dinamis. kepala sekolah yang memimpin dengan efektif akan melahirkan sekolah yang efektif, produktif, mandiri, dan akuntabel. setidaknya ada sepuluh prinsip yang mesti dipahami dan dilaksanakan oleh kepala sekolah jika ingin menjadi sekolah yang efektif ialah; memiliki visi, misi dan tujuan yang utuh, bertanggung jawab, memberikan contoh keteladanan, memberikan pelayanan terbaik, mampu mengembangkan anggota organisasi, memupuk rasa persatuan dan kesatuan, fokus kepada kemajuan peserta didik, manajemen yang mengutamakan praktik, menyesuaikan gaya kepemimpinan, serta memanfaatkan kekuasaan dan keahlian (mulyasa 2019). indikator kepala sekolah efektif yang dapat melahirkan budaya mutu di sekolaha yaitu sebagai berikut. pertama, komitmen yang kuat terhadap visi sekolah dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai kepala sekolah. kedua, menjadikan visi sekolah sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengelolaan dan memimpin sekolah. ketiga, memfokuskan kegiatan pada pembelajaran dan kinerja guru (mulyasa 2019). namun, kondisi budaya mutu di sekolah saat ini cenderung turun karena pandemic covid-19. pembelajaran biasanya tatap muka dialihkan kepada pembelajaran jarak jauh (pjj). tidak semua sekolah siap melakukan pekerjaan ini. keputusan cepat yang harus diambil kepala sekolah diharapkan membuat warga sekolah tenang dan nyaman tetapi pembelajaran tetap berjalan dengan perubahan perubahan, kurikulum, desain pembelajaran, model pembelajaran, strategi pembelajaran, dan penilaian. di sisi lain, setelah berlansungnya pembelajaran di masa pandemi covid-19 terlihat hasil yang signifikan dengan situasi yakni terlihat aktifitas siswa belajar menurun, kehadirannya dalam pembelajaran daring (dalam jaringan) juga kurang. interaksi siswa dengan guru dan siswa dengan siswa kurang. semangat siswa menurun. semuanya itu dipengaruhi oleh budaya mutu sekolah yang diciptakan oleh kepala sekolah. dari hasil penelitian syafa’ati et al ( 2021), ditemukan bahwa peserta didik banyak mengalami kesulitan belajar dengan (pjj) terutama dengan menggunakan media daring whatshap karena tidak adanya interaksi secara lansung siswa dengan guru, siswa dengan siswa. hal ini berdampak pada prestasi belajar siswa. permasalahan lainnya menyangkut guru sulit memantau perkembangan belajar siswa, guru tidak dapat mengajarkan materi secara lengkap. siswa mengaku mengalami kesulitan, mengaku bosan belajar. tetapi prestasi siswa dapat tercapai kalau ada pendampingan dari pihak luar terutama orang tua. dapat disampaikan bahwa kalau kepemimpinan kepala sekolah sangat mempengaruhi pembelajaran jarak jauh (pjj) untuk menciptakan budaya mutu sehingga di masa pandemic, guru, peserta didik dan tenaga kependidikan tetap berorientasi kepada budaya mutu dan berprestasi. maka dibutuhkan kepemimpinan kepala sekolah yang efektif. vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.155 43 pentingnya budaya mutu dapat dianalisis dari beberapa hal. pertama, perkembangan ilmu pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi berkembang begitu pesat sehingga tidak terbatas ruang dan waktu. hal ini sangat berpengaruh terhadap pendidikan. sekolah harus mampu menyelaraskan lajunya perkembangan tersebut dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat. kedua, sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan untuk mencapai pembangunan nasional. hal ini menjadi tantangan bagi sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. ketiga, kondisi covid-19 membuat rontoknya perekonomian masyarakat, sehingga membutuhkan kecerdasan fisik dan mental untuk menghadapinya. untuk itu dunia pendidikan adalah menjadi tumpuan harapan bagi pemerintah untuk melahirkan manusiamanusia yang kreatif dan inovatif dalam menghadapi pandemic ini. oleh karena itu, dalam situasi pendemi covid-19 kepala sekolah mesti tetap mengembangkan budaya mutu sekolah. kepala sekolah membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, guru, tenaga kependidikan, orang tua, komite, serta masyarakat. dengan demikian pengelolaan sekolah di masa pandemic covid-19 tetap dimulai dengan merencana pendidikan yang berbudaya mutu. memanfaatkan situasi pandemic menjadi peluang bagi sekolah untuk tetap berprestasi. semangat dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah. dalam penelitian ini memfokuskan kepada bagaimana peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan budaya mutu di masa pandemic covid-19 sehingga visi, misi, dan tujuan sekolah tetap dapat terwujud. berpedoman kepada fenomena dan literature serta kajian ilmiah yang relevan penelitian ini bertujuan mengungkapkan peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan budaya mutu di masa pandemic covid-19. metode metode penulisan artikel ini berdasarkan hasil pengkajian kepustakaan atau beberapa rujukan ilmiah yang relevan secara kritis dan mendalam. menurut sari & asmendri (2018), penelitian kepustakaan merupakan kajian penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan informasi dan data dari sumber perpustakaan seperti buku referensi, hasil penelitian sebelumnya yang sejenis, artikel, catatan, serta berbagai jurnal yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan. kegiatan dilakukan secara sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyimpulkan. langkah pertama untuk melakukan tinjauan pustaka dimulai dengan mengidentifikasi kata kunci dan menemukan sumber dayanya. setelah menemukan literature, maka perlu menentukan apakah itu sumber yang baik untuk digunakan dan relevan dengan penelitian. kemudian menganalisis apakah sumber itu baik dan akurat yaitu berasal dari jurnal-jurnal nasional. mulai dari jurnal yang direferensikan, lalu buku, kemudian makalah konferensi, disertasi, tesis dan artikel yang belum ditinjau setelah dikirimkan ke situs web. sertakan artikel pendukung untuk menyempurnakannya maka perlu penelitian lanjutan yaitu penelitian yang sedang dilakukan oleh penulis. sertakan penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif sebelumnya sebagai artikel pendukung (creswell 2011). hasil berdasarkan analisis literature diperoleh makna dan tafsiran dari kepemimpinan. menurut riyanta (2016), kepemimpinan merupakan upaya yang memberi teladan, motivasi, dan memberdayakan karyawan dalam melaksanakan tugas. kepemimpinan kepala sekolah juga akan berpengaruh terhadap pelaksanaan proses pendidikan khususnya terhadap vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.155 44 pembinaan guru dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan. (said 2018). kepemimpinan kependidikan berkaitan dengan usaha kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dengan menciptakan rasa aman, bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan baik secara individu atau kelompok sehingga perilaku kepala sekolah dapat mendorong, mengarahkan dan memotivasi guru untuk bekerja sama dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah (mulyasa 2019). kepemimpinan dapat memberi warna budaya sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan (husni 2014). kepemimpinan kepala sekolah berperan sangat signifikan dimasa pandemic covid-19 dalam mempertanggungjawabkan keamanan, kenyamanan dan ketertiban lingkungan serta warga sekolah, guru tenaga kependidikan, siswa, termasuk orang tua (khairuddin 2020). kepala sekolah sebagai leader, ia harus membangun dan menjaga serta mengembangkan kultur organisasi, harus mampu memahami warga sekolah yang dipimpinnya, baik guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik. pemahaman tersebut akan menciptakan kultur organisasi yang baik tetap terjaga sehingga semua dapat melaksanakan fungsinya masing-masing dengan baik serta mampu mewujudkan visi dan misi sekolah yang telah ditetapkan.(purwanto 2019). kepemimpinan atau kegiatan memimpin merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan orang-orang lain agar mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam rangka mencapai tujuan bersama (khairuddin 2020). dapat dimaknai bahwa kepemimpinan kependidikan yang baik memiliki visi dan misi yang jelas. kepemimpinan pendidikan ialah kepala sekolah yang mampu menjabarkannya visi, misi, dan tujuan sekolah dalam langkah-langkah nyata, mampu menggerakkan anggota organisasi untuk bekerja sama mewujudkannya dalam budaya mutu, mampu menggerakkan semua unit-unit organisasi sekolah, seperti bidang pengajaran dan kurikulum, bidang sarana prasarana dan bidang ke siswaan, serta bidang hubungan masyarakat dan publikasi, serta bidang perencanaan dan keuangan. selain itu, juga mampu menggerakkan semua anggota untuk berpartisipasi dan berprestasi. semua ingin dan mampu menghasilkan dan mengembangkan karya secara terus menerus. sehingga terbentuk system yang turun temurun dan inilah yang disebut sebagai budaya mutu. ada sepuluh prinsip kepemimpinan kepala sekolah yang efektif (mulyasa 2019). hal tersebut dibahas sebagai berikut. memiliki visi, misi, dan tujuan yang jelas kepala sekolah yang memiliki pemahaman yang jelas tentang visi, misi, dan tujuan sekolah. memaknai visi sebagai representasi dari organisasi di masa depan dalam pandangan pelanggan, karyawan, pemilik dan stakeholder lainnya. visi merupakan pandangan yang mengkritalisasi dari perwujudan kemampuan (competence), kebolehan (ability), dan kebiasaan (self efficacy), dalam melihat, menganalisis dan menafsirkan. visi juga disebut sebagai pandangan jauh ke depan, meluas dan dalam, berdaya abstrak, memiliki kekuatan dahsyat serta dapat menerobos ruang dan waktu serta tempat tanpa batas. misi adalah pernyataan tegas, atau langkah nyata (what do they want to be) yang akan diambil, dilaksanaknan untuk mencapai visi. adapun tujuan adalah bentuk riil dari konsep konsep ideal visi, misi. tujuan dapat diukur (persentase, besaran waktu, dan sebagainya ). pemaknaan pengembangan budaya mutu dalam hal ini adalah pewujudan dari visi, misi, dan tujuan sekolah untuk mencapai mutu pendidikan. visi, misi, dan tujuan yang jelas itu vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.155 45 dapat terlihat dari; 1) niat ikhlas dalam melaksanakan tugas, 2) religius dan taat melaksanakan ajarannya, 3) berniat baik menjadi kepala sekolah, 4) berperilaku adil dalam setiap keputusan, 5) setiap aktivitas tugas bermotif ibadah, 6) bersikap rendah hati, 7) berkeinginan yang kuat untuk memajukan sekolah, 8) tidak berorientasi materi dan hasil pekerjaan, 9) bertanggung jawab dalam setiap ucapan dan perbuatan, dan10) suka memaafkan. visi, misi dan tujuan sekolah dimasuksud, dibuat berdasarkan analisis kekuatan dan kelemahan sekolah dan juga tantangan dari luar dan dari dalam sekolah. pemahaman kepala sekolah yang jelas terhadap visi, misi, dan tujuan sekolah membuat kepala sekolah selalu menyosialisasikannya kepada stakeholder sekolah yaitu, guru, tenaga kependidikan, siswa, orang tua, komite, dan masyarakat. komunikasi yang dipakai adalah komunikasi efektif, tidak memerintah tapi mengajak sembari memberi teladan. bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai kepala sekolah, menanamkan keyakinan dalam dirinya bahwa yang dijalannya adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan di dunia dan diakhirat. kemudian semua tindakan yang dibuat oleh staf adalah tanggung jawab kepala sekolah. memikul tanggung jawab adalah kewajiban seorang pemimpin dalam berbagai situasi dan kondisi. ini yang membuat seorang pemimpin menjadi berwibawa di hadapan bawahannya. dalam rangka membangun kepercayaan dan tanggung jawab sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus mampu memberdayakan seluruh warga sekolah agar mau melaksanakan usaha-usaha yang bertujuan untuk mewujudkan tujuan sekolah. untuk itu, kepala sekolah memberi informasi yang berkesinambungan, sistematika pekerjaan, panduan yang jelas dan memberi dukungan, pengetahuan, dan kesempatan yang lebih banyak serta kepercayaan, sehingga mereka meraih kepercayaan diri yang kuat untuk mencapai tujuan sekolah. keteladanan keteladanan adalah dimensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah yang lahir dari kesatuan kata dengan tingkah laku. melalui pembinaan yang intensif kepada bawahan membuat sifat keteladanan ini dapat pula diadopsi warga sekolah. keteladanan dalam bertingkah laku dapat dicontohkan melalui disiplin dalam kehadiran dan berpakaian. mampu berkomunikasi yang menyenangkan, sehingga timbul rasa saling menghargai. bertingkah laku bukan saja yang berkaitan dengan tipe kepemimpinan tapi juga beretika dalam menjalin hubungan dengan warga sekolah, orang tua dan masyarakat. transparansi dalam keuangan. bersikap berani dalam menanggung resiko pada setiap keputusan yang diambil dengan penuh perhitungan. sifat keteladanan juga tercermin dari mudah memaafkan orang lain, dan bertawakkal kepada allah swt. memberdayakan staf kebutuhan yang paling mendalam dalam diri seseorang adalah harga diri. oleh karena itu, seorang kepala sekolah harus bisa menghargai bawahan sekecil apapun pekerjaannya. misalnya mengapresiasi pekerjaannya dengan mengucapkan “terima kasih”, sehingga mereka merasa dihargai, diperlukan, dan berguna. maka sikap menghargai staf ini harus dibudayakan oleh kepala sekolah dengan setulus hati dengan semua orang. jangan ada sangka yang akan membuat keruh suasana, tetapi berhati-hati sangat penting. disampaikan nurpina (2016) dalam penelitiannya bahwa terdapat pengaruh langsung positif penghargaan (reward) vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.155 46 terhadap prestasi kerja. oleh karena itu, pengahrgaan sangat dibutuhkan oleh bawahan, maka kepala sekolah sebagai pemimpin diharapkan mampu memerankan sikap menghargai bawahan. pendekatan dengan cara-cara baik pemimpin yaitu kepala sekolah dengan bawahan akan memberikan energy positif terhadap bawahan, sehingga ada keinginannya untuk membalas kebaikan tersebut dengan cara baik pula. disamping pendekatan, ada lagi cara lain untuk menghargai bawahan dengan cara memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar, mengikuti pelatihan, menambah pendidikan, mengikuti organisasi kolektif guru seperti mgmp, diskusi, seminar, lokakarya, dan memberikan fasilitas untuk itu serta dukungan finansial. banyak mendengar aktifitas mendengar adalah salah satu syarat mutlak yang dimiliki oleh kepala sekolah agar mampu, mempertimbangkan, mengambil keputusan, dan mengajak bawahan kepada tujuan sekolah, sehingga keputusan yang diambil tidak membuat resah warga sekolah. jadi seorang pemimpin harus berorientasi kepada hubungan baik maka harus banyak mendengar. bukankah allah swt memfungsikan pendengaran manusia lebih awal dari organ yang lain. sebab diakhirat kelak pendengaran juga yang akan difungsikan pertama. oleh karena itu, pendengaran sebenarnya tidak pernah tidur. memberikan pelayanan prima memberikan layanan terbaik membuktikan kepada bawahan bahwa kepala sekolah dapat dipercaya. begitu juga pelayanan terhadap peserta didik karena merekalah pasar pertama sekolah. kepala sekolah sebagai pimpinan disamping memberikan pelayanan kepada warga sekolah, juga memberikan arahan, dan bimbingan agar setiap guru, tenaga kependidikan menyadari tugas dan fungsinya di sekolah sebagai pelayan peserta didik. bahkan tamu yang datang, baik dari masyarakat, orang tua, atau pejabat dinas lainnya. kepuasan peserta didik serta warga lainnya akan menaikkan nilai jual sekolah. artinya, sekolah akan semakin diminati masyarakat dan bahkan menjadi sekolah favorit. ada beberapa cara sekolah melayani peserta didik antara lain; disiplin dalam kehadiran, bersikap ramah, layanan yang cepat dari tenaga kependidikan, memberi penghargaan dan pujian, memberi teguran dan hukuman, memberikan layanan tambahan (di luar sekolah), bersikap kooperatif dengan orang tua dan masyarakat, membentu peserta didik secara optimal memecahkan masalahnya, menjaga hubungan harmonis sesame warga sekolah, memperbaiki layanan secara berkesinambungan. memberikan layanan prima merupakan modal utama dalam menarik minat peserta didik dan calon peserta didik. mengembangkan orang lain sikap pemimpin yang mampu mengembangkan orang lain adalah pemimpin yang bekerja berlandaskan keikhlasan. kepala sekolah harus memiliki sikap ini. disamping itu, harus jeli melihat potensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan, sehingga dapat dikembangkan potensi dan karirnya. hal ini akan memberikan dampak kepada mutu layanan yang diberikan, sehingga mutu layanan pembelajaran semakin meningkat. dilihat dari sudut pandang organisasi, sekolah adalah team work yang dipengaruhi oleh komitmen dari anggota organisasi. komitmen dapat diartikan sebagai keyakinan dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai yang dikembangkan organisasi. vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.155 47 kemudian kesediaan untuk bekerja, bersungguh-sungguh untuk komitmen menjadi anggota organisasi. setelah komitmen organisasi terbentuk maka kepala sekolah mengusahakan terbentuknya kerjasama yang baik dilingkungan sekolah dengan berbagai strategi antara lain; tentukan tujuan bersama dengan jelas yaitu visi, misi, dan tujuan sekolah. uraikan visi, misi, dan tujuan tersebut dan buat struktur organisasinya dalam pencapaiannya. perjelas keahlian dan tanggung jawab anggota. di samping tugas utama sebagi guru juga diberi tugas-tugas tambahan seperti pembina pemngembangan diri pramuka, wali kelas, pembina osis. hal ini berdasarkan keahlian masing-masing. tentukan waktu untuk mengatur strategi bekerjasama, hindari masalah yang dapat diprediksi, gunakan aturan sekolah yang telah disepakati bersama, senantiasa bekerjasama, wujudkan gagasan menjadi kenyataan, saling mempercayai, evaluasi tim secara berkala, dan jangan menyerah kalau ada kendala, rintangan dan masalah. memberdayakan sekolah untuk memberdayakan sekolah maka kepala sekolah wajib memberdayakan dirinya terlebih dahulu. dengan cara perluasan keterbatasan kewenangan dengan berkomunikasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan sekolah, lakukan dialog batin sebelum mengambil keputusan. mengupayakan dukungan dan mengurangi hambatan eksternal. memberdayakan sekolah diawali dengan membudayakan organisasi di sekolah. ada empat budaya organisasi; 1) budaya kekuasaan, 2) budaya peran, 3) budaya tugas, dan 4) perorangan. kepala sekolah yang ingin memberdayakan sekolah memiliki 2 syarat, yaitu kepercayaan dan keterbukaan. kepala sekolah memberi kepercayaan kepada guru, karyawan dan juga bisa menoleransi kesalahan yang dilakukan oleh mereka. toleransi terhadap kesalahan bukan berarti menutup mata atas kecerobohan yang dilakukan berulang-ulang. kunci yang kedua adalah keterbukaan terhadap bawahan terutama dalam memberikan informasi untuk perbaikan diri masing-masing. setelah itu, kepala sekolah mengambil peran sebagai supervisor untuk membantu guru dalam mengelola pembelajaran, memperlancar pengembangan sekolah, menerima konsultasi, menjadi perekat kerja sama, membimbing dan menerima konsultasi. bekerjasama dengan pihak lain untuk memberdayakan sekolah. fokus kepada peserta didik kebutuhan utama yang harus dipenuhi kepala sekolah adalah pelayanan terhadap peserta didik dalam hal pembelajaran, apapun kondisinya. segala fasilitas yang tersedia diarahkan kepada kegiatan pembelajaran, sehingga tercipta pelayanan prima. apalagi kondisi pandemic covid-19, layanan pendidikan juga harus ditingkatkan, dimodifikasi dan gunakan media serta sarana-sarana yang sesuai dengan kondisinya. perubahan kurikulum, desain pembelajaran sesuai kondisi pandemic, media pembelajaran untuk pembelajaran jarak jauh (pjj) menjadi wajib seperti jaringan, paket internet, laptop atau hp. di samping itu, motivasi kepada siswa adalah termasuk dalam pelayanan prima terhadap peserta didik. menyediakan guru bimbingan konseling (bk), atau memberi motivasi dengan melibatkan pihak luar seperti dari perguruan tinggi dan lain-lain. manajemen yang berorientasi praktik seorang kepala sekolah harus dapat mempraktikkan gagasan dalam tindakan nyata, bukan sekedar teori saja. untuk menghindari hal itu, kepala sekolah harus memiliki sifat vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.155 48 inovatif, yang tercermin dalam cara bekerja secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, pragmatis, serta adabtabel, dan fleksibel. konstruktif berarti kepala sekolah berusaha memotivasi warga sekolah untuk berkembang dengan cara membina dan mendorong warga sekolah berkembang optimal dalam menjalankan tugas tanggung jawabnya. kreatif berarti kepala sekolah berusaha mencari ide dan cara baru untuk menjalankan tugas. delegatif berarti kepala sekolah berupaya mendelegasikan tugas kepada guru dan tenaga kependidikan sesuai dengan deskripsi tugas, jabatannya. integratif, kepala sekolah dalam menjalankan tugas selalu mensinergikan seluruh kegiatan sehingga saling mendukung untuk produktif, efektif dan efisien. pragmatis artinya kepala sekolah dalam menetapkan kegiatan atau target berdasarkan kondisi nyata dan kemampuan serta peluang dan kelemahan yang dimiliki sekolah. adaptabel dan fleksibel artinya dalam meningkatkan profesionalisme di sekolah kepala sekolah harus mampu beradaptasi dan fleksibel dalam situasi baru dan berusaha menciptakan situasi kerja yang menyenangkan. kepala sekolah yang inovatif adalah kepala sekolah yang mampu menemukan dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah. dalam melakukan inovasi-inovasi kepala sekolah menerapkan kombinasi berbagai gaya kepemimpinan. misalnya, pada umumnya menggabungkan gaya kepemimpinan berorientasi tugas dan hubungan kemanusiaan. meskipun kepala sekolah ingin bersikap demokratis namun kadang-kadang harus otoriter dalam mengambil keputusan. oleh karena itu, gaya kepemimpinan yang dianut oleh kepala sekolah adalah gaya kepemimpinan situasional. dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dapat menciptakan budaya mutu di sekolah dengan memperhatikan 10 prinsip yang dapat dijadikan pedoman dalam bertindak dan bertingkah laku kepada warga sekolah, guru, tenaga kependidikan dan peserta didik. berorientasi kepada mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah serta fokus untuk kemajuan peserta didik. budaya mutu budaya mutu sekolah adalah gaya hidup berkualitas di sekolah yang tercermin dalam praktik dan perilaku guru, tenaga kependidikan, dan siswa dengan beberapa indikator yaitu; komitmen organisasi sekolah untuk memajukan pendidikan; pemenuhan infrastruktur dan sarana penunjang pendidikan; usaha pelayanan prima terhadap pelanggan; pengembangan profesionalisme guru;, pembentukan tim kerja yang efektif; menjalin kerjasama dengan pihak luar sekolah; pengevaluasian sekolah secara teratur; penetapan reward and punishment (hidayat et al. 2018). budaya mutu dapat dikembangkan oleh kepala sekolah yang profesional. budaya sekolah dapat mengungkapkan bagaimana sekolah beraktifitas dan mekanisme internal. budaya sekolah juga dapat menjadi prediktor perbedaan mutu antar sekolah. budaya sekolah memberikan panduan penilaian sesuatu yang penting, sesuatu yang baik, sesuatu yang benar, dan cara meraihnya (kholis, zamroni, and sumarno 2014). budaya sekolah tergambar dalam hubungan sesama warga sekolah ketika bekerja, pada saat proses pembelajaran, maupun ketika berkomunikasi (husni 2014). dalam penelitian hidayat et al (2018) dan didukung penelitian terdahulu menjelaskan bahwa budaya mutu di sekolah bisa ditingkatkan melalui optimalisasi kegiatan sekolah dengan cara beberapa prinsip: komitmen pada kemajuan sekolah; pemenuhan infrastruktur sekolah; pelayanan prima internal dan eksternal; pengembangan profesionalisme tenaga vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.155 49 pendidik; tim kerja yang solid; kerjasama dengan pihak luar; pengevaluasian sekolah; penetapan reward and punishment (hidayat et al. 2018). peningkatan mutu sekolah diawali dengan visi yang merupakan cita-cita yang ingin diraih sekolah di masa mendatang. visi yang jelas mampu mendorong seluruh warga sekolah untuk saling bekerjasama dalam mencapai tujuan sekolah. untuk mempermudah pencapaian tujuan sekolah, visi dijabarkan secara lebih konkrit dalam misi sekolah. misi ini digunakan sebagai pedoman yang mengarahkan sekolah pada pencapaian visi. dalam misi sekolah terdapat dua aspek yaitu operasional dan moral. aspek operasional berupa rancangan program, sedangkan aspek moral berupa kepemimpinan. kepemimpinan menentukan budaya sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah (husni 2014). berdasarkan literature di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah yang baik adalah, kepala sekolah yang memimpin dengan visi, misi, dan tujuan yang jelas, sehingga terwujud dalam budaya mutu yang menjadi pembeda antarsekolah. budaya mutu yang kuat akan mengantarkan sekolah menjadi sekolah yang bermutu, dan dipercaya masyarakat sebagai tempat belajar yang baik untuk anak-anaknya. ada hubungan yang signifikan antara peranan kepemimpinan kepala sekolah dengan budaya mutu. budaya mutu yang tinggi dan kuat dilahirkan dari peranan kepemimipinan kepala sekolah yang efektif. artinya sekolah yang bermutu akan dilahirkan oleh kepemimpinan kepala sekolah yang efektif. sebaliknya, sekolah yang memiliki budaya mutu yang rendah dan lemah dilahirkan dari peranan kepemimpinan yang lemah pula dan akan melahirkan sekolah yang tidak bermutu. terdapat beberapa indikator iklim dan budaya mutu sekolah yang baik. pertama, tujuan sekolah mencerminkan keunggulan yang ingin dicapai, diumumkan, dan disosialisasikan secara luas (menyangkut visi sekolah). kedua, tujuan-tujuan pembelajaran dirumuskan dengan cara yang dapat diukur. ketiga, fasilitas fisik sekolah dirawat dengan baik, termasuk segera diperbaiki. keempat, penempilan fisik sekolah yang rapi, bersih, nyaman, dan aman. kelima, sekolah menciptakan rasa memiliki, sehingga guru dan peserta didik menunjukkan rasa bangga terhadap sekolah. keenam, menggunakan relasi kekeluargaan. ketujuh, guru menggunakan metode pembelajaran yang sesuai (mulyasa 2019). budaya mutu merupakan merupakan kebiasaan baik dan berprestasi yang harus tertanam dalam setiap sanubari warga sekolah, sehingga setiap perilaku harus didasari dengan profesionalisme. kebiasaan baik ini sudah menjadi budaya menyangkut berbagai aspek mulai dari perencanaan organisasi, struktur organisasi, prosedur, sampai hasil pekerjaan dengan rasa tanggung jawab yang tinggi bagi setiap bagian unit organisasi dengan tetap mempertimbangkan keterbatasan sumber daya yang ada. pandemi covid-19 sejak mewabahnya the corona virus disease 2019 (covid-19) di kota wuhan cina tanggal 13 desember 2019 yang mewabah begitu cepat sehingga hampir ke seluruh dunia terkena serangannya. maka pada tanggal 11 maret 2020 badan kesehatan dunia ( who) mengumumkan bahwa covid-19 memiliki tingkat penularan yang begitu cepat, akhirnya ditetapkan sebagai pandemic global. pada saat itu, pandemi covid-19 telah menginfeksi lebih dari 4.248.389 orang dengan 294.046 kematian, yang terkonfirmasi di 202 negara pada tanggal 14 mei 2020 (who 2020). sifatnya yang mudah menyebar dan memiliki keragaman genetic membuat semakin berbahaya (mackenzie and smith 2020). vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.155 50 dalam mengantisipasi dampak pandemic covid-19 beberapa negara menetapkan ‘lockdown’ untuk menghambat penyebaran covid-19, termasuk indonesia. pandemi ini menyebabkan tatanan kehidupan social dan budaya masyarakat menjadi terganggu dan berganti model. pemerintah mengambil kebijakan menutup tempat-tempat berkumpulnya massa, termasuk sekolah di semua. proses belajar mengajar beralih dari tatap muka ke pembelajaran jarak jauh (distance education). beberapa permasalahan yang ditimbulkan oleh pandemi covid-19, guru memberi pembelajaran online atau pembelajaran jarak jauh. materi pembelajaran dipilih hanya yang esensial saja, yang menyebabkan perubahan kurikulum. pembelajaran tetap harus berjalan maksimal. oleh sebab itu, guru dituntut memiliki kepedulian, keikhlasan, semangat belajar yang tinggi untuk menguasai cepat teknologi, kesabaran, dan daya tahan yang tinggi. dari hasil penelitian asmuni (2020), disampaikan bahwa probematika pembelajaran di masa pandemic covid-19 antara lain sebagai berikut. pertama, konten materi yang disampaikan guru belum tentu dipahami peserta didik secara komprehensif, karena mereka hanya memehami berdasarkan sudur pandangnya sendiri. keedua, kemampuan guru terbatas dalam menyajikan pembelajran daring. ketiga, keterbatasan guru dalam mengontrol pembelajaran daring. keempat, peserta didik tidak tertarik dengan belajar daring. kelima, peserta didik tidak punya perangkat seperti telepon genggam, pc, ataupun laptop. keenam, peserta didik tinggal di wilayah yang tidak ada akses internet. ketujuh, semakin lama pembelajaran daring semakin membuat bosan peserta didik. kedelapan, belajar daring menambah pengeluaran orang tua, orang tua tidak ada waktu untuk mengontrol pembelajaran daring anaknya. adapun masalah-masalah yang dialami siswa dalam pembelajaran daring antara lain sebagai berikut. pertama, pembelajaran daring membingungkan ssiwa. kedua, informasi dan materi pembelajaran yang menumpuk. ketiga, siswa mengalami stress akibat pembatasan fishycal distancing (robandi and mudjiran 2020). pembelajaran daring membuat peserta didik memerlukan usaha lebih besar untuk menguasai modul dan materi-materi pelajaran yang biasanya disajikan secara nyata hardcopy-nya, tetapi sekarang disajikan dalam bentuk tulisan di dunia maya atau vedio, atau livestreaming. akhirnya, peserta didik bosan dengan sajian menu pembelajaran yang seperti itu terus-menerus. syafa’ati et al (2021) dalam penelitiannya menyampaikan bahwa pada pembelajaran daring di masa pandemic covid-19 mengalami banyak kesulitan dan membawa dampak besar dalam belajar. pertama, pembelajarn dalam jaringan (daring) serta pembelajaran jarak jauh (pjj) menyebabkan tidak adanya interaksi lansung antara siswa dan guru. guru sulit memantau prestasi belajar siswa. guru tidak dapat mengajarkan materi secara lengkap. siswa mengaku kesulitan dalam menyerap materi pelajaran. siswa mengaku bosan dan malas belajar. akhirnya, prestasi belajar siswa menjadi rendah. kedua, prestasi belajar siswa dapat meningkat jika ada bantuan pendampingan dari pihak luar, terutama orang tua. terdapatnya perhatian pengawasan dan bimbingan dari orang tua anak menjadi bersemangat dan tidak malas dalam belajar. oleh karena itu, pembelajaran daring membutuhkan motivasi dan dorongan dari orang tua. pembahasan berdasarkan literature yang sudah diuraikan bahwa seorang kepala sekolah adalah pemimpin di sekolah yang dapat membawa pendidikan menjadi lebih maju. untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan tersebut seorang kepala sekolah harus mampu mengaplikasikan vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.155 51 sepuluh prinsip kepemimpinan efektif sebagaimana yang sudah diuraikan tersebut. dengan melaksanakan prinsip-prinsip kepemimpinan itu, akan terbentuk budaya mutu sebagai pembeda antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain. saat pandemi covid-19 pembelajaran dipindahkan dari sekolah ke rumah atau belajar dari rumah (bdr) atau dengan istilah pembelajaran jarak jauh (pjj). pembelajaran tersebut bisa dalam jaringan (menggunakan kuota internet), dan dapat juga luar jaringan (tidak menggunakan kuota internet). menyikapi hal ini seorang kepala sekolah harus bisa mempertahankan kebiasaan-kebiasaan berkualitas warga sekolah (budaya mutu) yang sudah ada di sekolah dan bahkan diharapkan mampu mengembangkan budaya mutu tersebut di masa pandemic dengan segala keterbatasan proses pembelajaran atau perobahan model dan strategi pembelajaran. peran kepala sekolah di masa pendemi covid-19 diminta lebih ekstra dibanding masa sebelum pandemic. hal ini akibat banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik dan guru. dari hasil penelitian asmuni (2020), disampaikan bahwa probematika pembelajaran di masa pandemic covid-19 antara lain sebagai berikut. pertama, konten materi yang disampaikan guru belum tentu dipahami peserta didik secara komprehensif, karena ia hanya memahami berdasarkan sudur pandangnya sendiri. kedua, kemampuan guru terbatas dalam menyajikan pembelajran daring. ketiga, keterbatasan guru dalam mengontrol pembelajaran daring. keempat, peserta didik tidak tertarik dengan belajar daring. kelima, peserta didik tidak punya perangkat seperti telepon genggam, pc, ataupun laptop. keenam, peserta didik tinggal di wilayah yang tidak ada akses internet. ketujuh, semakin lama pembelajaran daring semakin membuat bosan peserta didik. kedeplapan, belajar daring menambah pengeluaran orang tua. orang tua tidak ada waktu untuk mengontrol pembelajarn daring anaknya. intinya, permasalahan pembelajaran itu ditimbulkan oleh guru, peserta didik, orang tua, dan fasilitas jaringan internet. keempat komponen ini harus bisa bersinergi dalam proses pembelajaran. peran kepala sebagai pemimpin di sini sangat dibutuhkan. saat situasi pembelajaran tidak stabil, kepala sekolah tetap harus mengembil peran dan fungsi sebagai penenang situasi (tidak membuat cemas warga sekolah dan orang tua). keterampilan teknis kepala sekolah diminta untuk bisa dan mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (tik). memberikan informasi tentang teknis pembelajaran dengan memberikan himbauan, surat edaran dan segala administrasi dimasa pandemic harus dibuat dengan tujuan supaya warga sekolah dan orang tua tenang dan tidak ragu akan keberlansungan proses pembelajaran. ada beberapa rumusan yang dapat disimpulkan untuk menentukan peran kepala sekolah dalam mengembangkan budaya mutu di masa pandemic covid-19. pertama, kepala sekolah menunjukkan komitmen untuk memajukan pembelajaran dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah. kepala sekolah menghimbau dan mengingatkan dengan mengeluarkan surat edaran kepada guru, tenaga kependidikan dan siswa bahwa pembelajaran harus tetap dilaksanakan walaupun ditengah pandemic covid-19 dengan menjaga protocol kesehatan. menggunakan media computer, jaringan internet, dan semua fasilitas sekolah yang dapat dimanfaatkan. untuk itu kepala sekolah dengan sepenuh hati (ikhlas) menyediakan waktu, pikiran, tenaganya dan mengalokasikan dana sekolah untuk pemenuhan pelayanan pembelajaran terhadap siswa. dengan demikian, akan terlihat komitmen kepala sekolah untuk memajukan pendidikan sehingga timbul trust kepada kepala sekolah. untuk itu, kepala sekolah harus mengeluarkan surat komitmen pada kemajuan pendidikan adalah modal utama kepala sekolah dalam memimipin sekolah di masa pandemic. diperlihatkan dari perilaku kepala sekolah vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.155 52 memberdayakan bawahannya yaitu menitikberatkan kepada kerjasama untuk menyukseskan pembelajatran karena inilah tugas utama guru. kerjasama dapat terjadi kalau kepala sekolah memiliki gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi. gaya kepemimpinan situasional yaitu menyesuaikan keputusan yang diambil dengan tingkat kematangan guru dan tenaga kependidikan. kebijakan kepemimpinan yang dapat memberdayakan bawahan menjadi amat penting dilakukan untuk melahirkan budaya mutu disekolah. oleh karena itu, kepala sekolah harus membentuk team work yang tangguh dan cerdas dimasa pandemic covid-19. membentuk team pembelajaran di masa covid-19. di dalamnya terdiri dari personil guru dan tenaga kependidikan yang memiliki kemampuan teknologi informasi dan komunikasi lebih baik. guru yang belum mampu membuat media pembelajaran menggunakan komputer dengan mengadakan pelatihan guru dengan pendekatan tutor teman sebaya. menyosialisasikan pengajaran ini kepada orang tua dan komite, sehingga orang tua tidak berprasangka bahwa walaupun anaknya di rumah tetapi tetap belajar. serta diminta orang tua memberikan masukkan terhadap pembelajaran yang di berikan guru, ditulis pada buku penghubung orang tua/wali dengan guru wali kelas. setelah berjalan 1 bulan wali kelas harus mengecek buku penghubung dan dievaluasi kegiatan pembelajaran itu. kedua, menjadikan visi sekolah sebagai pedoman pada pengelolaan dan memimpin sekolah. kepala sekolah harus memahami visi sekolah secara utuh dan memahamkannya kepada seluruh warga sekolah akhirnya mereka memiliki kepeduliaan dan komitmen yang tinggi pula terhadap tujuan pembelajaran, prosedur penilaian, dan akuntabilitas. oleh karena itu, kepala sekolah menyisihkan waktu untuk mengomunikasikan untuk mengingatkan kembali akan visi ini kembali kepada kepada warga sekolah yaitu guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik. keberhasilan sekolah biasanya berangkat dari pemahaman yang utuh terhadap visi sekolah bagi setiap warga sekolah. dengan dipahaminya visi oleh setiap warga sekolah maka berbagai pedoman untuk pengembangan rencana kegiatan harus sesuai prinsipprinsip manajemen yaitu planning, organizing, actuating, and controlling. pada masa pandemic covid-19 pengelolaan pembelajaran tetap berdasarkan visi sekolah, namun disesuaikan dengan situasi. pembagian kelompok kerja guru di sekolah dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp), merumuskan tujuan pembelajaran dan penilaian difasilitasi oleh kepala sekolah, atau dengan saling berkomunikasi dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas utama guru tersebut. kepala sekolah dalam hal ini memastikan masing-masing guru membuat rpp sesuai dengan situasi pembelajaran covid-19. dengan memberikan reword dan punishment kepada guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang berpedoman kepada rpp masa covid-19. yaitu guru yang membuat rpp dan melaksanakan pembelajarannya diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan online pembuatan media pembelajaran dengan memberikan support sejumlah paket internet. oleh karena itu, kepala sekolah tetap harus memantau pembelajaran daring dengan cara online pula. kepala sekolah menyediakan pemenuhan fasilitas sarana prasaran pembelajaran. memperhatikan dan mencarikan solusi dari permasalahan-permasalahan fasilitas pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh (pjj). permasalahanpermasalahan belajar daring atau pembelajaran jarak jauh (pjj) yang menghambat proses pembelajaran dapat dikomunikasikan untuk dicarikan solusi dengan stakeholder sekolah, guru, tenaga kependidikan, orang tua, komite, masyarakat, serta pihak luar yang mau membantu sekolah. selalu memotivasi bawahan dengan kalimat-kalimat positif. hal yang harus ditanamkan vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.155 53 kepada bawahan adalah setiap permasalahan bisa dicarikan solusinya kalau mau berusaha dan tidak boleh menyerah dengan keadaan. oleh karena itu, budaya mutu tetap akan terbentuk dan terlaksana di tengah pandemic. bagi siswa yang memiliki tingkat kemampuan belajar yang tinggi tetap di fasilitasi untuk mengikuti lomba-lomba akademik dan nonakademik secara online. kepala sekolah mengingatkan guru untuk guru selalu menyampaikan motivasi berprestasi ditengah pandemi covid-19. ketiga, senantiasa memfokuskan kegiatannya kepada pembelajaran dan pembinaan kinerja guru di kelas. kepala sekolah mengembangkan profesional guru, dan tenaga kependidikan. sebelum dilakukan kegiatan, kepala sekolah harus sudah mendapatkan gambaran tentang materi pelatihan apa yang dibutuhkan oleh guru dan tenaga kependidikan berkaitan dengan kelancaran tugas dan fungsinya masing-masing. misalnya, guru membutuhkan pelatihan pembuatan vedio-vedio pembelajaran. maka kepala sekolalah harus mengkomunikasikan bagaimana strategi pelaksanaannya di tengah pandemi. ada beberapa alternatif, 1) mengikuti pelatihan daring (zoom meeting), 2) mengadakan pelatihan lansung dengan mendatangkan nara sumber, dengan memakai protokol kesehatan, 3) peer teaching, belajar antar sesama teman guru dan tenaga kependidikan yang lebih mahir. lalu dikomunikasikan mana yang terbaik. seterusnya diputuskan oleh kepala sekolah berdasarkan analisis keuangan dan pertimbangan kesehatan, efisiensi waktu dan tenaga. kepala sekolah memberdayakan tim kerjanya sehingga menjadi tim kerja yang solid. wakil kepala sekolah, bendahara, pembina osis, guru bk, operator, kepala tu adalah orang-orang yang difungsikan strategis di sekolah. mereka harus orang-orang yang memiliki komitmen, integritas, disiplin dan loyalitas yang tinggi terhadap tugas. untuk memastikannya peran kepala sekolah sebagai pemimpin membimbing, mengarahkan dan memberi contoh teladan kepada mereka tentang komitmen kerja kepala sekolah dalam memajukan pendidikan. mendeskripsikan tugas masing-masing jabatannya dengan tugas dan tanggung jawab yang mesti diselesaikannya berhubungan dengan pencapaian dan pengembangan budaya mutu di tengah pandemi covid-19. misalnya, wakil kesiswaan diberi pandangan bahwa siswa harus tetap berprestasi di tengah pandemic. kalau ada lomba-lomba antar peserta didik setingkat kota/kabupaten sampai tingkat nasional bahkan internasional, sekolah harus berusaha mengisi peluang ini dengan maksimal. wakil kurikulum bersama tim pengembang kurikulum bertugas mendesain kurikulum masa pandemic. bagaimana cara menciptakan team work yang tangguh di masa covid-19. pertama, kepala sekolah membentuk dan memfokuskan pada kelompok-kelompok kerja dibentuk, sehingga berkembang kerjasama antar kelompok dalam penanganan pembelajaran dimasa covid-19. motivasi individu akan menjadi tugas semua orang dalam kelompok. pemimpin selalu menilai kerja kelompok, buka perindividu. setiap kelompok akan memacu kerja teman yang kurang baik. kedua, melimpahkan kewenangan kepada kelompok dalam hal menyangkut teknis pelaksanaan pekerjaan. orang-orang yang berada dalam kelompok sudah dipilih diantaranya ada yang sudah biasa menggeluti pekerjaan tertentu. ketiga, meransang kreatifitas, setiap upaya mencarikan solusi pembelajaran daring selalu di arahkan untuk peningkatan kopetensi guru sehingga kinerja guru dapat meningkat. kreatifitas bisa timbul kalau kesempatan itu diberikan oleh pimpinan, jadi tugas pemimpin memberikan motivasi agar guru dan tenaga kependidikan bisa kreatif. keempat, memberdayagunakan semua personil sesuai dengan bakat dan minatnya, karena manusia adalah sumber daya yang harus selalu ditingkatkan kompetensinya agar organisasi lebih maju. dengan sdm yang cerdas vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.155 54 maka organisasi sekolah akan bermutu. kelima, tetap menjunjung pola pembinaan perilaku (karakter) baik terhadap guru, apalagi terhadap peserta didik. misalnya dengan memberikan penghargaan kepada guru ataupun peserta didik akan memberikan motivasi kepada guru untuk bekerja maksimal. begitukan kepada peserta didik, dengan cara memberikan penghargaan, ia akan semakin bersemangat untuk berprestasi walaupun di masa covid-19. kenam, menyebarkan kepemimpinan kepada orang lain sehingga timbul kemandirian dari organisasi, kecuali menyisakan sedikit untuk kewenangan kepala sekolah misalnya mengambil keputusan dan pengaruh pada orang lain. ketujuh, membentuk kerjasama dengan masyarakat dalam menengani pemutusan mata rantai covid-19. keempat, kepala sekolah menjalin kerjasama dengan semua pihak yang membawa nilai positif. kepala sekolah menjalin kerja sama dengan pihak luar seperti puskesmas, kepolisian, perusahaan. di masa pandemic sekolah membutuhkan pelayanan kesehatan, penertiban pemakaian protokol kesehatan dan pengamanan bagi pihak sekolah yang melanggar, membutuhkan bantuan sarana prasarana kesehatan untuk memutus rantai penyebaran covid19, seperti masker, hand sanitizer, desinfektan, wastafel dan lain-lain. komunikasi yang efektif sangat dibutuhkan untuk menyampaikan kebutuhan sekolah atas fasilitas, sarana dan prasarana tersebut. budaya mutu merupakan sikap yang harus tetap tertanam dalam hati sanubari warga sekolah walaupun di masa pandemic covid-19. dalam hal ini akan tercermin dari setiap prilaku yang didasari oleh profesionalisme. perilaku ingin menjadi lebih baik, berprestasi, dan terus menerus ingin dikerjakan. karena itu harus ada system mutu yang baku sebagai acuan yang baku untuk pedoman perbaikan. system tersebut mencakup struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab, prosesdur dan proses, sampai hasil pekerjaan dengan tetap mempertimbangkan keterbatasan sumber daya (mulyasa 2019). simpulan peranan kepemimpinan kepala sekolah dimasa pandemic covid-19 untuk meningkatkan budaya mutu secara umum dapat dicapai yaitu sebagai berikut. pertama, komitmen terhadap visi sekolah. kedua, visi sekolah menjadi pedoman untuk mengelola sekolah dimasa pandemic. ketiga, mengelola dan memimpin sekolah dengan berorientasi kepada visi sekolah dan memfokuskan kegiatan pada pembelajaran dan kinerja guru. keempat, kepala sekolah menjalin kerjasama dengan pihak luar. berfokus kepada perananan kepala sekolah untuk memajukan pembelajaran dan kinerja guru maka budaya mutu tercapai walaupun dimasa pandemic covid-19. dengan terciptanya budaya mutu di sekolah maka prestasi sekolah akan muncul, baik dari peserta didik, guru, maupun tenaga kependidikan. akhirnya sekolah tersebut akan banyak peminatnya. daftar rujukan asmuni, asmuni. (2020). problematika pembelajaran daring di masa pandemi covid-19 dan solusi pemecahannya. jurnal paedagogy 7(4):281. doi: https://doi.org/10.33394/jp.v7i4.2941. creswell, john w. (2011). educational research: planning, conducting, and evaluating quantitative and qualitative research (fourth edition). pearson (boston). hidayat, rais, henny suharyati, yuyun elizabeth patras, sutji harjanto, and haposan andi. (2018). optimalisasi budaya mutu sekolah untuk meningkatkan komitmen guru: vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.155 55 jurnal manajemen pendidikan 6(2):595–606. doi: 10.33751/jmp.v6i2.786. husni, m. (2014). budaya sekolah dan peningkatkan mutu pendidikan: el-qudwah 0(0):1–24. khairuddin. (2020). kepemimpinan kepala sekolah di tengah pandemi copid-19: jurnal pendidikan “edukasi” 8(2):171–83. kholis, nur, zamroni zamroni, and sumarno sumarno. (2014). mutu sekolah dan budaya partisipasi stakeholders. jurnal pembangunan pendidikan: fondasi dan aplikasi 2(2):130–42. doi: 10.21831/jppfa.v2i2.2639. mackenzie, john s., and david w. smith. (2020). covid-19—a novel zoonotic disease: a review of the disease, the virus, and public health measures. asia-pacific journal of public health 32(4):145–53. doi: 10.1177/1010539520931326. mulyasa, h. (2019). manajemen kepemimpinan kepala sekolah. 7th ed. jakarta: pt bumi aksara. nurpina, siti. (2016). pengaruh penghargaan (reward) dan motivasi berprestasi terhadap prestasi kerja guru sma negeri di kabupaten sukabumi. jurnal manajemen pendidikan 7(2):1337. doi: 10.21009/jmp.07205. purwanto, nurtanio agus. (2019). kepemimpinan pendidikan ( kepala sekolah sebagai manager dan leader). 1st ed. yogyakarta: pujangga press. riyanta, t. (2016). mengembangkan budaya mutu sekolah melalui kepemimpinan transformasional. jurnal manajemen pendidikan uny 12(2):37–48. robandi, dedi, and mudjiran mudjiran. (2020). dampak pembelajaran dari masa pandemi covid-19 terhadap motivasi belajar siswa smp di kota bukittinggi. jurnal pendidikan tambusai 4(3):3498–3502. doi: 10.31004/jptam.v4i3.878. said, akhmad. (2018). kepemimpinan kepala sekolah dalam melestarikan budaya mutu sekolah. 2(1):258–73. doi: doi: http://dx.doi.org/10.32478/evaluasi.v2i1.77. sari, milya, and asmendri. (2018). penelitian kepustakaan (library research) dalam penelitian pendidikan ipa. penelitian kepustakaan (library research) dalam penelitian pendidikan ipa 2(1):15. syafa’ati, jovana shelvi nur, sucipto, and mila roysa. (2021). analisis prestasi belajar siswa pada pembelajaran daring di masa pandemi covid-19. jurnal educatio 7(1):122–28. doi: 10.31949/educatio.v7i1.882. vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.171 882 received : 22-04-2021 revised : 27-05-2021 published : 30-06-2021 digital platform's: investigations in the application of music practice learning dani nur saputra jakarta state university, indonesia daninursaputra6@gmail.com abstract one of the competencies that must be possessed in the 21st century is digital literacy skills. this ability must be possessed by every student and lecturer in integrating digital platforms into learning, especially in the current pandemic era. this study aims to investigate the effectiveness of a digital platform in its application to practical courses. researchers use google classroom as a sample of the many types of digital platforms. this type of research is descriptive qualitative using a case study approach. the object of this research were 26 active students who took music ensemble courses, while the variable being investigated was the use of google classroom in learning. data collection was carried out by means of questionnaires, observations, and interviews. the results show that digital platforms can be used as an alternative solution to carry out online learning in the midst of a pandemic. however, it is not optimal for the music ensemble course because of several factors, including the location of the student's residence which is difficult to get a signal, material that students find difficult, the availability of their own musical instruments, and the student's ability to play music. keywords: digital platform; google classroom; practice learning; ansamble music https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.171 mailto:daninursaputra6@gmail.com vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.171 883 introduction the world has entered the era of digital technology. every human activity cannot be separated from the role of a technology. technology offers convenience for every human being. however, not every human being can adapt to the very fast technological advances. some things that cause someone to be unable to keep up with developments include age, economy below average, and the environment in which they live. the age factor has an impact on the low ability in the field of technology or commonly referred to as technology illiteracy (clueless). these clerics are usually dominated by the baby boomer generation and the x generation, where the two generations are the generation that experienced the initial transition to the digital technology era. the baby boomer generation was born in 1946 to 1964 and generation x was born in 1965-1976 (wibawanto, 2016). it is different from generation y and z who were born in the technological era where generation y was born in 1977 to 1998 and generation z was born in 1999 to 2012 (nindyati, 2017). based on data research literature, generation y dominates in terms of the use of communication technology such as email, sms, and social media such as facebook, telegram and instagram. (shahreza, 2017). the next factor is the economy which is below average, causing someone to be unable to buy technological devices such as smartphones, laptops and other computer devices. the third factor is the living environment, such as a village in the interior, which has minimal electricity and internet. these three factors generally become an obstacle for a person to be able to follow the development of technological advances. these obstacles must be faced, especially for academics in order to compete in the midst of advances in the technological era the demands of the current era are digital capabilities that are oriented towards the capabilities of the 21st century (saputra, 2020). one of the competencies contained in the abilities that must be possessed in the 21st century is digital literacy skills oriented to the internet of things. this capability can create a communication and data network from anywhere in the world using only a computer or smartphone, and change the pattern or lifestyle of humans in working and socializing (greengard, 2015). therefore, technology is something that really needs to be adapted into all aspects of the field including education. the use of technology in education can help the learning process more effectively, quickly and efficiently to be applied in the current digital era (saputra, 2020). one part of the basic essences in education is the learning process which involves communication and information activities that occur through teacher-student interactions (wijaya, 2016). however, this essence will be constrained without the use of internet technology, especially during the current pandemic. the pandemic condition that occurred caused face-to-face learning interactions in class to no longer be carried out. therefore, teachers inevitably have to integrate technology into learning. one way to continue to carry out the learning process that is carried out remotely is to optimize the google classroom in carrying out the learning process. google classroom is an online digital platform that can be used to carry out collaborative learning activities between teachers and students (sudarsana, 2019). online learning provides several benefits, including providing easy access so that students can follow https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.171 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.171 884 the learning process from anywhere. in addition, students can repeat the material provided whenever they want so that the study schedule is more flexible (al-maroof, 2018). learning that is done online does not go completely as expected. this is because the existing networks where students live are different. there are students who live in villages and have minimal internet network. this causes students to miss the material presented, in fact, not a few students did not submit assignments due to delays in information due to unstable networks. worse, there are students who do not have the effort to try to find signals to other places so they prefer to surrender to the value they are from the lecturer. not only the signal, the material load and media that are owned are also the impact of students choosing to be passive and surrender in terms of obtaining final grades. this research was conducted in order to investigate the effectiveness of using digital platforms in learning music practices. music ensemble is one of the practical courses in the music education study program, jakarta state university. this subject is very important for students in the future where they will become a teacher or music educator. music ensemble material is material that must be included in the school curriculum, so that competence in playing ensemble music becomes the main indicator in determining student graduation in this course. every student must be able to follow the material and complete assignment bills, semester mid-test, and final semester examinations. in addition, the ability to record, edit videos, and uploading to the google classroom platform is an important aspect that must be done by students in taking this lecture. therefore, there is a need for research in an effort to investigate the effectiveness of the use of digital platforms (google classrom) in practical learning (music ensembles) in music education study program, jakarta state university. research methodology this study uses a qualitative descriptive method with a case study approach. qualitative research methods are research procedures that produce descriptive data in the form of written or spoken words from people and observable behavior (moleong (2012). practical learning is learning that is difficult to do online. this is due to several things, among others, the limitations of the media owned by students, unstable internet networks, the video editing process that not all students can do well, and the process of uploading video files that have a large capacity.with these constraints, this study aims to investigate and assess the effectiveness of digital platforms in practical learning in practical courses. this research was conducted with a case study approach in the music ensemble course and google classroom as a digital platform that is quite familiar in music education study programs. the object of this research is the students who are involved in the music ensemble course, while the variables studied are the use of the google classroom platform by students in music ensemble lectures. data collection techniques used were through observation, documentation study, and interviews. observation is a way for researchers to see the phenomena or symptoms that are observed and researched. documentation studies are carried out by collecting relevant previous research articles to find research gaps. there are several previous studies that have examined https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.171 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.171 885 the google classroom, but no research has been found by researchers on efforts to optimize google classrooms, especially in practical learning. the data collected is then analyzed using the approach of miles and huberman (2014) which consists of data reduction, data presentation, and conclusion drawing. results and discussion a digital platform is a collection of several software or applications that can be used to share information and communication from one place to another. this digital platform has internet network facilities that are connected using a satellite network. several digital platforms can be accessed using a smartphone or computer device connected to the internet network. this digital platform is created and developed by companies engaged in technology science. the use of digital platforms makes it easy for anyone who uses them. the platform can be used as an economic wheel for several people. one example is the sale of products and services online. other than that, the tourism sector also often uses digital platforms to market its location. digital platforms are used by all aspects of the field of science including education. education, especially higher education, must be able to integrate technology into its learning system. without technological interference, universities will be left behind and unable to produce graduates who are competent and ready to compete in today's modern era. one of the digital platforms studied in this study is google classroom. researchers examined the use of google classrooms because the platform is quite familiar and is often used in distance lectures in most of the courses in the music education study program, language and arts faculty, jakarta state university. the research was conducted in a class that contained music practice material, namely the musical ensemble course. the background of the researcher in choosing the music ensemble class is because music ensemble material exists at every level of education from elementary, junior high, high school, and college, so this subject is very important to be mastered by students of the strata one music education program. in addition, this course is a subject that is directly handled by researchers who work as lecturers in the music education study program. the study was conducted on twenty-six active students who attended lectures in odd semester 113.there are twenty-five students of class 2019, and one student of class 2018. one student is a student who did not graduate in the previous year, so the student has to repeat because the ensemble course is a compulsory course for students of the music education study program. the twenty active students taking part in musical ensemble courses come from a variety of different family backgrounds and previous schools. family is one of the important aspects involved in supporting student success in learning. apart from family, previous school background also determines a student's ability to play music skills. some students are high school graduates, some are music vocational graduates. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.171 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.171 886 figure 1. students in music ensemble class of all the students who took the ensemble course, it turned out that not all of them could well follow the learning process carried out online using google classroom. it is proven by several findings from the number of students who are active in participating in each learning process, including in the work of assignments given, midterm tests, and final semester exams. figure 2. assignment value based on the first findings above, it can be seen that of the twenty-six students only twelve students submitted the assignments given by the lecturers and got grades. five students submitted late, and nine students did not collect on the daily assignments given by the lecturer. the next finding, namely the collection of midterm tests can be seen in the following figure. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.171 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.171 887 figure 3. mid-semester test score based on the results of the data above, it appears that not all students take midterm tests. of the twenty-six students, only nineteen students submitted midterm tests, and seven students neither did nor submitted midterm tests. furthermore, the researcher also obtained data results on the final semester test scores which can be seen in the following figure. figure 3. final semester exam score based on the data above, it can be seen that of the twenty-six students only twenty students did and collected, three students did not do it, and three students were not in the group. the final semester exams have a large enough weight, but not all students do it well. based on the results found in this study, it can be calculated the percentage of the total student involvement in doing assignments, midterm tests, and final semester exams in this musical ensemble course. the percentage amount can be seen in the following figure. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.171 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.171 888 figure 4. student engagement percentage the above percentage shows that as many as twenty one percent of the total number of students are said to have lost contact and there has been no news since the first lecture was conducted online using the google classroom platform. even though they are registered and on the list of students who are members of the google classroom. thirty-seven percent of all students do not assign assignments given by the lecturers. twenty-nine percent of students did not take midterm tests, and as many as thirteen percent of students did not take final semester exams.based on the research results, it was found that not one hundred percent of students actively participated in the learning process due to several things as stated in the background section of this study. on the background of the research, it has been stated that there are obstacles in carrying out practical courses in learning using digital platforms. these obstacles include the absence of devices that support learning such as laptops, recording media, and musical instruments, as well as the location of students who are on an unstable signal network so that students cannot participate in learning effectively. based on the results research data and the calculation of the overall score of students, it was found that there were only two students who received the a grade (86-100), eight students received an a(81-85), four students received a b + (76-80), three students get a b grade (7175), two students get a b(66-70), two students get a c (56-60), and five students are in the range of grades 55 and below and are declared not passing the music ensemble course odd semester 113, so that the student must return to repeat lectures next year. conclusion digital platforms can be used as an alternative in carrying out learning activities that are quite effective, especially during a pandemic. however, online media is only suitable for use as an alternative and support for the learning process during distance learning. online learning that is carried out using google classrom is not yet optimal for use in learning ensemble music practices. it is still seen that there are five students who did not pass this course. other factors https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.171 vol.2 no.6 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.171 889 that lead to less than optimal use of the google classroom digital platform in learning musi practice are, among others, the location where students live which are difficult to get signals, material that students find difficult, the availability of their musical instruments, and the ability of students to play music. references al-maroof, r. a. s., & al-emran, m. (2018). students acceptance of google classroom: an exploratory study using pls-sem approach. international journal of emerging technologies in learning, 13(6). greengard, s. (2015). the internet of things. mit press. miles,m.b, huberman,a.m, dan saldana,j. (2014). qualitative data analysis, a methods sourcebook,edition 3. usa: sage publications. terjemahan tjetjep rohindi rohidi, ui-press. nindyati, a. d. (2017). pemaknaan loyalitas karyawan pada generasi x dan generasi y (studi pada karyawan di indonesia). journal of psychological science and profession, 1(3), 59-66. saputra, d. n. (2020). penerapan flipped classroom pada pembelajaran teori musik di prodi pendidikan musik. pedagogia, 18(3). saputra, d. n. (2020). peningkatan kompetensi mahasiswa dalam komposisi musik melalui penggunaan software sibelius. jurnal kajian seni, 6(2), 142-162. shahreza, m. (2017). komunikator politik berdasarkan teori generasi. nyimak: journal of communication, 1(1), 33-48. sudarsana, i. k., putra, i. b. m. a., astawa, i. n. t., & yogantara, i. w. l. (2019, march). the use of google classroom in the learning process. in journal of physics: conference series (vol. 1175, no. 1, p. 012165). iop publishing. wibawanto, h. (2016). generasi z dan pembelajaran di pendidikan tinggi. simposium nasional pendidikan tinggi. bandung (id).[internet].[diunduh pada tanggal 5 maret 2018]. tersedia pada: http://event. elearning. itb. ac. id/assets/download/materi3. pdf. wijaya, a. (2016, february). analysis of factors affecting the use of google classroom to support lectures. in the 5th international conference on information technology and engineering application (iciba2016). bina darma university. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.171 microsoft word 05-aisyah.docx vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.122 590 received : 13-02-2021 revised : 21-04-2021 published : 03-05-2021 analysis curiosity and analogy abilities of college student reviewed from a scientific approach at the university of muhammadiyah bone a. st. aisyah nur1, anwar ramli2, inanna3, andi muhamad iqbal akbar asfar4, a. m. irfan taufan asfar5, ernawati6 department of social science state university of makassar, indonesia1,2,3,6, department of social science university muhammadiyah bone, indonesia 1,6, doctoral program of educ. science state university of makassar, indonesia3,4, department of chemical engineering of polytechnic state of ujung pandang, indonesia3, department of mathematic education of university muhammadiyah bone, indonesia4 andichalazwyboyman3@gmail.com1, anwar288347@yahoo.com2, inanna@unm.ac.id3, andiifalasfar@gmail.com4, tauvanlewis00@gmail.com5, ernawati280694@gmail.com6 abstract: curiosity is an attitude and action that always tries to find out more deeply and broadly from something that is learned. meanwhile, analogy is a thought process to draw conclusions based on similar processes or data. this is inversely proportional to the reality in the field based on the observations of researchers at university of muhammadiyah bone, researchers see that the curiosity and analogy skills of college student in the economic learning process are still classified as very low. lecturers can strive for learning by using innovative, effective and creative learning, which can provide opportunities and encourage college student to have high curiosity in order to practice their analogical reasoning skills. in connection with this, the efforts made by researchers to build curiosity and analogy skills of college student in economic learning, namely the need for a scientific approach or a scientific process-based approach which is the organization of learning experiences in a logical order including the learning process by observing, questioning, collecting information, reason (associate) and communicate. the type of research used is quantitative research using experimental quantitative methods. the research design used, namely quasi experimental design with the form of non-equivalent control group design. the results of this study are proven by the results of the analysis of the recapitulation of the student's analogy ability test which can be seen in the average final test in the experimental class, which is 7,621 and the initial test reaches a value of 6,961. while the results of the final test recapitulation of the analogy ability of college student in the control class reached a value of 6,276 while the initial test results reached a value of 7.5. while the results of student responses are in the valid and reliable category. keywords: curiosity; analogy; scientific approach vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.122 591 preliminary dewi (2014:102); ntim (2015:2) explained that reasoning is one aspect of higher-order thinking skills in the latest curriculum which is categorized as a basic competency that must be mastered by college student. meanwhile, muchsin & khumaedi (2016:34) explained that, the ability to think analogy is very important for college student in forming a mindset to find solutions to problems faced in the learning process. analogical thinking is a transformation of habitual thinking from a simple and spontaneous way to a more structured and systematic way. rankhumise, petrus & imenda (2014:298) explained that analogous thinking is the center of learners' cognition in the learning process. therefore, in the learning process the ability to think analogy is very important because analogy will sharpen the reasoning power of college student. the analogy ability of college student will be honed or developed when accompanied by high curiosity by college student, because the seriousness of college student in learning depends on the desire that arises from within them. this desire that arises can be called curiosity. high curiosity can make college student follow the learning process better. therefore, the success of the learning process carried out by the lecturer is determined by the curiosity and interest in learning of college student. curiosity is an attitude and action that always seeks to know more deeply and extends from something it has learned, seen, and heard (kemdiknas. 2010:10). curiosity makes college student more sensitive in observing various phenomena or events in their surroundings can also be used to show a sense of interest in something. curiosity is the initial capital for college student in the learning process. the existence of curiosity, will encourage college student to fulfill their curiosity. in order to fulfill his curiosity that will lead college student to the process of searching and then finding. the efforts that college student can make in the search process include asking directly to the lecturer, discussing with friends and looking for some material in several other book sources besides handbooks or the internet (ameliah., munawaroh & muchyidin. 2016:10). zetriuslita, wahyudin, & jarnawi (2017:65) stated that, curiosity has the characteristic of finding something, where college student are enthusiastic about learning and finding ways to investigate existing problems. weible & zimmerman (2016) stated that, curiosity is the most important aspect in the investigation process to solve problems. based on the observations of researchers at university of muhammadiyah bone, it was found that the college student' curiosity and use of analogy during the teaching and learning process in class were still relatively low. in the learning process, namely college student do not have motivation, interest in learning, are unable to cooperate, express opinions, ask questions, answer, are unable to express their understanding and the material presented by the lecturer is not able to last long, and there is no effort of college student in learning which refers to the activity of connecting what is already known with what you want to understand. this causes most college student to use less analogous reasoning. this problem is caused because the habits of college student in learning are always fixated on the lecturer, so that college student do not have many ideas about the problems given by the lecturer. therefore, the implementation of learning in class, the lecturer does not only convey information for the achievement of learning objectives but also creates learning experiences for college student, the lecturer must strive so that activities in the classroom can provide the widest possible opportunity for the experience of college student. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.122 592 the lecturer's role is not only limited as a lecturer (transfer of knowledge), but also as a guide, trainer, developer and manager of learning activities that can facilitate student learning activities in achieving the goals that have been created. therefore, lecturers must be able to find approaches that can support their role, so that teaching and learning activities can be carried out effectively and efficiently. if a lecturer does learning effectively and efficiently, this will affect the learning outcomes of college student. based on these problems, lecturers can strive for learning by using innovative, effective and creative learning, which can provide opportunities and encourage college student to have high curiosity in order to practice their analogical reasoning skills. in connection with this, the efforts made by researchers to build curiosity and analogy skills of college student in economic learning, namely the need for a scientific approach or a scientific process-based approach which is the organization of learning experiences in a logical order including the learning process by observing, questioning, collecting information, reason (associate) and communicate. learning with a scientific approach is a learning process designed in such a way that college student actively construct concepts, laws or principles through the stages of observing (to identify or find problems), formulate problems, propose or formulate hypotheses, collect data with various techniques, analyze data, draw conclusions and communicate the concepts, laws or principles found (sufairoh. 2016:120; hamniati., jufri & syukur. 2019:109). besides that, it can also attract college student' attention because the learning process involves college student in the mental activity process through a discussion of findings and makes college student not feel bored in the learning process nur, et all (2018) and nur, et all (2018). method this type of research used in this research is quantitative research. the quantitative research method can be defined as a research method based on the positivism philosophy, used to research on certain populations or samples, data collection using research instruments, statistical quantitative data analysis with the aim of testing predetermined hypotheses (sugiyono, 2016:8). the quantitative research design used in this research is quasi experimental design. sugiyono (2014:114) states that, quasi experimental design is a design that has a control group, but cannot fully function to control external variables that affect the implementation of the experiment. the quasi experimental design form used is the non-equivalent control group design. sugiyono (2014:116) explained that, in the non-equivalent control group design, there was an experimental group and a control group that were not chosen randomly. the design patterns used in this study are as follows: (adapted from sugiyono, 2016:79) figure 1. non-equivalent control group design research design e c x o2o1 o4o3 vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.122 593 information: o1 : giving the initial test (pretest) to the experimental class o2 : giving the final test (post-test) to the experimental class o3 : giving the initial test (pretest) to the control class o4 : giving the final test (post-test) to the control class x : providing treatment (application of learning models) in the experimental class results the results in this study, namely the grid of test and non-test instruments in the learning process in building college student' curiosity and analogy skills in the learning process using a scientific approach. a. curiosity curiosity is an attitude and action that always seeks to know more deeply and extends from something it has learned, seen, and heard (kemdiknas. 2010:10). curiosity makes college student more sensitive in observing various phenomena or events in their surroundings can also be used to show a sense of interest in something. curiosity is the initial capital for college student in the learning process. the existence of curiosity, will encourage college student to fulfill their curiosity. in order to fulfill his curiosity that will lead college student to the process of searching and then finding. the efforts that college student can make in the search process include asking directly to the lecturer, discussing with friends and looking for some material in several other book sources besides handbooks or the internet (ameliah., munawaroh & muchyidin. 2016:10). zetriuslita, wahyudin, & jarnawi (2017:65) stated that, curiosity has the characteristic of finding something, where college student are enthusiastic about learning and finding ways to investigate existing problems. weible & zimmerman (2016) stated that, curiosity is the most important aspect in the investigation process to solve problems. the existence of curiosity will certainly make college student try to find, find, and conclude natural problems that college student find in everyday life (muhammad., listiani & adhani. 2018:113). curiosity as a scientific attitude has three components, namely belief, feeling, and action (aaas, 2009; mukhopadhyay, 2014). the first component of a scientific attitude is belief. beliefs are the cognitive basis of scientific attitudes. belief in what applies to shape cognitive learners. the second component is feeling, which is associated with college student' emotions about their scientific beliefs. the third component of a scientific attitude is action. learners tend to act on scientific beliefs according to their feelings or opinions (mukhopadhyay, 2014). the indicators of curiosity in this study can be seen in table 1.1 below: table 1. indicators of curiosity concept variables indicator operational definition of variables curiosity shows an attitude of interest or disinterest in the discussion of material having interests and interests in objects or subjects that are not the same. usually curiosity is a strong learner in one area, but rather weak or absolutely no curiosity in other fields (salirawati, 2012:220). curiosity makes college student more sensitive in observing various phenomena or events in their surroundings can also be used to show a sense of interest in something (amalia & vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.122 594 concept variables indicator operational definition of variables pujiastuti. 2016:526). interest can also be said to like or like each person in an activity, where interest is the cause of the activity being carried out by someone and is also the cause of participation in an activity. college student who have high or low interest will affect learning achievement (muldayanti. 2013:17). interesting learning can make college student motivated to learn (hidayatiningsih & suprapto. 2013:336). ask lecturers and friends about the subject matter ask or read sources outside the textbook about material related to the lesson. the lecturer must be able to present the learning process and learning conditions that are conducive to the growing curiosity of college student such as being patient in facing questions, always guiding and providing reinforcement, asking challenging questions, empathy and packaging material that contains hanging explanations, so that it makes college student curious to ask (salirawati. 2012:220). looking for information from various sources about learning materials according to kemendiknas (2010:10) curiosity is an attitude and action that always tries to know more deeply and extends from something that it has learned, seen and heard. college student who have high curiosity also have high motivation in finding answers to a problem (hidayatiningsih & suprapto. 2013:336). seek information from various sources about general knowledge ask the lecturer about something she heard from your mother, father, friend, radio or television. arifin (2003) stated that, asking is an indicator of thinking that college student who have high learning motivation tend to ask more frequently than college student who have low motivation. (adapted from daptasi putri. 2013:20; putri, khanafiyah & susanto. 2014:58) b. analogy the ability to think by analogy is the center of learners' cognition in the learning process which requires a continuous process as a cultural process. culture is built through several stages, starting from building concepts to understanding what is learned, including building analogy skills. (rankhumise, petrus & imenda. 2014:298). gofur (2014:21-22) states that analogical reasoning is an activity and a process of concluding based on the similarity of data or facts. petkov (2017:90) explained that, analogy is the brightest manifestation of relational thinking which is the ability to see relationships, not only the relations of things but also the relationships between ideas which are then used to obtain other objects or ideas that speak of two things. different, one not the other, but two different things compared to one another. jonane (2015:118) explains that, in the analogy that is sought is the similarity of two different things and draws conclusions on the basis of that similarity. analogy can be used as an explanation or as a basis for reasoning (magdas, 2015:1). sementara ningrum & rosyidi (2014:22); roesdiana (2016:173) explained that analogical reasoning is a thought process to draw conclusions based on similar processes or data. this shows that analogical reasoning skills play an important role in the success of college student in learning. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.122 595 the analogy problem that will be discussed refers to the analogy ability indicator according to azmi (2017: 104-107); nur (2018: 234), namely : a. seeking similar processes in an uncalculated economic task; b. identify similar processes that occur between several economic materials on the same subject; c. identify similar processes that occur between several economic materials on different subjects, and d. looking for the similarity of processes between economic material if it is related to everyday life. c. scientific approach the scientific approach is learning that makes college student motivated, makes learning more meaningful by creating a pleasant learning atmosphere and college student are directly involved both physically and mentally in the learning process. learning with a scientific approach will encourage college student to find the information they need by themselves, they not only get information from the lecturer, but they can get information from various sources, for example from friends, from experience, from environmental observations and from the internet, so that this scientific approach will make college student more active and independent (fatmawati., sukidin & suyadi. 2017: 138). dewi (2019: 216) states that learning with a scientific approach aims to familiarize college student with using scientific methods or process skills in learning a material. the scientific approach is the approach used in learning that is carried out through a scientific process (fadlillah, 2014: 175). in the scientific process, college student construct knowledge by asking questions, making observations, making measurements, collecting data, organizing and interpreting data, estimating results, conducting experiments, concluding and communicating (martin & david, 2006: 67). hamniati., jufri, & syukur (2019:109) states that, learning with a scientific approach is a learning process designed in such a way that college student actively construct concepts, laws or principles through the stages of observing (to identify or find problems), formulate problems, propose or formulate hypotheses, collect data with various techniques, analyze data, draw conclusions and communicate the concepts, laws or principles found. the principles of the scientific approach in learning activities are student-centered learning, forming student self-concepts, avoiding verbalism, providing opportunities for college student to assimilate and accommodate concepts, laws and principles, encouraging increased student thinking skills, increasing student learning motivation and teaching motivation. lecturers, provide opportunities for college student to practice skills in communication, and there is a process of validation of concepts, laws, principles constructed by college student in their cognitive structures (makmunah., tripalupi & haris. 2019:333). table 2. table description of activities and the role of lecturers in learning activities using the scientific approach learning steps activity description lecturer's role observe learning activities that college student can do for example reading, listening, listening, seeing (with or without tools). the competence that you want to develop through the learning experience to observe is to train sincerity, thoroughness, and the ability to find information facilitating college student to carry out the process of observing. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.122 596 learning steps activity description lecturer's role ask learning activities that can be done are creating and asking questions, question and answer, discussing information that is not yet understood, additional information that you want to know, or as clarification. the competencies developed are the development of creativity, curiousity, the ability to formulate questions for the development of critical thinking skills, and the formation of the character of lifelong learners (life long learner). facilitating college student to do the questioning process. gather information/try this activity is conducting experiments, reading various other sources of information besides those found in textbooks, observing objects, observing events, and interviewing a source. the competencies that want to be developed include: college student will develop a conscientious, honest, polite attitude, respect other people's opinions, have the ability to communicate, have the ability to gather information in various ways, develop learning habits, and become a lifelong learner (life long learner) . facilitating college student to do the process of gathering information/trying. reasoning/ associating forms of learning activities that can be provided by educators include information processing ranging from a variety of information that deepens and expands information to mutually supportive information, even different or contradictory ones. through this learning experience, it is hoped that college student will develop an honest, thorough, disciplined, obedient to the rules, work hard, are able to apply a procedure in thinking deductively or inductively to draw a conclusion. facilitating college student to do the process of reasoning / associating. communicate providing learning experiences to carry out learning activities in the form of conveying the results of the observations he has made, the conclusions he obtained based on the results of the analysis, carried out either orally, in writing, or other methods and media. this is intended so that college student have the opportunity to develop their competence in terms of developing an honest, thorough, tolerant attitude, thinking systematically, expressing opinions in a concise and clear way, so that they are able to speak properly and correctly. facilitating college student to do the process of communicating. the characteristics of the scientific approach according to kurniasih & berlin (2014: 33) are: a. child-centered; b. involves science process skills in constructing concepts, laws or principles; c. involving cognitive processes that have the potential to stimulate the development of the intellect, especially college student' higher order thinking skills , and d. can develop student character. the advantages and disadvantages of the scientific approach according to aprianita (2015: 691-692), namely: a. excellence 1. guide college student to solve problems through careful planning, data collection, data analysis to produce conclusions; 2. guide college student to think systematically, critically, creatively, carry out research activities and build knowledge conceptualizations; 3. fostering student sensitivity to problems that occur in their environment; vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.122 597 4. familiarize college student with learning risks; 5. fostering college student' abilities in argumentation and communication, and 6. developing student character. b. weakness 1. can inhibit the time-consuming pace of learning; 2. failure and errors in conducting experiments will result in errors in conclusions, and 3. if there are college student who are less interested in the material being studied, it can cause learning to be ineffective. learning objectives with a scientific approach are based on the advantages of this approach. where, the advantages of the scientific approach according to machin (2014: 2829) are as follows: 1. increase intellectual abilities, especially higher order thinking skills; 2. to shape college student' abilities in solving a problem systematically; 3. the creation of learning conditions in which college student feel that learning is a necessity; 4. obtaining high learning outcomes; 5. to train college student in communicating ideas, especially in writing scientific articles, and 6. to develop student character. as for the impact of instructional and impact bridesmaids approach to scientific in the study of this, can be seen in the image below: figure 2. schematic the instructional impact and accompanying impact of the scientific approach instructional impact accompaniment impactampak pengiring d. accompaniment impact the instrument is a tool used by researchers to obtain data, process and interpret information obtained from respondents using the same measurement pattern (siregar, 2014: 75). the research instrument used in this study was an essay test. the instruments in this study used: scientific aproach model knowledge base competencies (kd-3) basic competencies of knowledge application skills (kd-4) basic competencies of spiritual attitude (kd-1) basic competence for social attitudes (kd-2 vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.122 598 1. written test the written test is a test of learning outcomes of college student. achievement test used to measure the extent to which an understanding of learners against the material being studied, as well as curiosity and ability analogy learners in the learning economy. the test was conducted by the researcher twice, the first was a pretest or te test before applying a scientific approach to the learning process. the test used in this research is in the form of a test description. the second test is the post-test or after applying the scientific approach in the learning process the assessment rubric in this study is used as a reference in the tests used. the scores used are between 1-4 according to the indicators determined by the researcher. the written test used by the researcher in this study was inseparable from the test instrument grid to support the researcher in making the questions to be given to college student. the test instrument grid used by the researcher can be seen in the following table: table 3. grid test instrument no. aspect definition indicator problem indicators instrument's shape question number 1 analogy ningrum & rosyidi (2014: 22); roesdiana (2016: 173) explains that analogical reasoning is a thought process to draw conclusions based on similar processes or data. looks for similar processes in an economic task without calculations. college student are able to find alternative answers about the similarity of processes in economic assignments without calculations based on the right solutions then share the knowledge they get accompanied by accurate explanations and have been able to write five lontara characters correctly description 1-3 2 identify similar processes that occur between several economic materials on the same subject. college student are able to identify source problems, target problems and build correspondence between source problems and target problems and make conclusions about what analogies are used correctly and have been able to write five lontara characters correctly description 4-6 3 identify similar processes that occur between several economic subjects on different subjects. college student are able to identify similar processes that occur between several materials and describe various examples accompanied by appropriate explanations on different subjects and description 7-8 vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.122 599 no. aspect definition indicator problem indicators instrument's shape question number have been able to write five lontara characters correctly 4 looking for the similarity of processes between economic material when linked to everyday life college student can look for alternative answers according to the concept and are able to combine examples contextually and have been able to write five lontara characters correctly description 9-10 the following is a rubric table for assessing college student' analogy skills: table 4. rubric analogy student assessment abilities indicators / aspects scoring thesis score score max looks for similar processes in an uncalculated economic task. didn't identify anything (no answer) 0 4 college student are not able to find alternative answers about the similarity of processes in economic tasks without calculations based on the right solution and then share the knowledge they get accompanied by accurate explanations 1 college student have not been able to find alternative answers about the similarity of processes in economic tasks without calculations based on the right solution and then share the knowledge they have gained accompanied by inaccurate explanations 2 college student are able to find alternative answers about the similarity of processes in economic tasks without calculations based on the right solution then share the knowledge they have gained accompanied by inaccurate explanations 3 college student are able to find alternative answers about the similarity of processes in economic assignments without calculations based on the right solutions then share the knowledge they get accompanied by accurate explanations and have been able to write five lontara characters correctly 4 identify similar processes that occur between several economic materials on the same subject. didn't identify anything (no answer) 0 4 college student are not able to identify source problems, target problems and are unable to build a correspondence between source problems and target problems and not draw conclusions about what analogy to use correctly 1 college student have not been able to identify the source problem and the target problem and have not been able to build any correspondence between the source problem and the target problem by making conclusions about what analogy is used correctly 2 college student are able to identify source problems, target problems and build correspondence between source problems and target problems but have not been able to make conclusions about what analogies are used correctly 3 college student are able to identify source problems, target problems and build correspondence between source problems and target problems and 4 vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.122 600 indicators / aspects scoring thesis score score max make conclusions about what analogies are used correctly and have been able to write five lontara characters correctly identify similar processes that occur between several economic subjects on different subjects. didn't identify anything (no answer) 0 4 college student are not able to identify similar processes that occur between several materials and do not describe various examples accompanied by inappropriate explanations on different subjects 1 college student have not been able to identify the similarity of processes that occur between several materials and describe various examples accompanied by inaccurate explanations on different subjects 2 college student are able to identify similarities in processes that occur between several materials and describe various examples accompanied by explanations that are not yet precise on different subjects 3 college student are able to identify similar processes that occur between several materials and describe various examples accompanied by appropriate explanations on different subjects and have been able to write five lontara characters correctly 4 looking for the similarity of processes between economic material when linked to everyday life didn't identify anything (no answer) 0 4 college student cannot find alternative answers according to the concept and are not able to combine examples contextually 1 college student can look for alternative answers but are not yet in accordance with the concept and have not been able to combine examples contextually 2 college student can look for alternative answers in accordance with the concept and have not been able to integrate examples contextually 3 college student can look for alternative answers according to the concept and are able to combine examples contextually and have been able to write five lontara characters correctly 4 (adapted from nur, 201 8 : 155-156 ) 2. questionnaire the questionnaire is an information collection technique that allows the analysis to study the attitudes, beliefs, behavior and characteristics of several people (siregar, 2014: 44). the questionnaire data obtained from this study were used to determine the response of college student to learning economics with a scientific approach. the questionnaire used refers to the indicators of curiosity and analogy of college student. the non-test instrument grid (questionnaire) used by researchers can be seen in the following table: table 5. grating non test instrument (questionnaire) concept variables indicator sub indicator statement items curiosity shows an attitude of interest or disinterest in the discussion of material 1. trying even if it's wrong 2. work on problems 3. active thinking 13, 9 14.12 18, 5 ask lecturers and friends about the subject matter 1. spirit 2. never give up 3. discipline 15.6 10.2 7.3 looking for information from various sources about 1. seek to find out more 2. have high motivation 19.20 vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.122 601 concept variables indicator sub indicator statement items learning materials 21.22 seek information from various sources about general knowledge 1. searching for information 2. read 3. asking 17.8 11.14 16.1 discussion the purpose of this study was to analyze the taste wanted to know and the ability analogy participant college student in terms of approach to scientific university of muhammadiyah bone measured by the results of tests the understanding of the economic subjects. p there is a class experiment in give treatment to approach scientific, while the grade control only given direct instruction. a. curiosity instruments non test (questionnaire), which consists of 22 items statement first advance researchers did test the validity and reliability. p roses development to get the prototype final, which is the instrument of research that is val id, practical and effective to be implemented. 1. validity test asfar & aspikal (2017); asfar, et all (2018) and asfar, asfar & sartina (2018) stated that, before validating models and learning tools, research instruments were first developed. the development of learning models and tools is an effort to provide an alternative learning model that is practical, meaningful, and fun. therefore, in this study, the researcher validated the learning device (questionnaire) before applying the learning model to the research sample. the test results of non-test instruments were analyzed to determine the validity of each item of the statement. analysis of the test instruments in this study used microsoft excel and spss. the results of testing the validity of the questionnaire given to college student who were not the research sample, namely the 1th semester college student of class b of the economic education study program. the results of the validity calculation are discussed in the following table: table 6. the decision to test the validity of the questionnaire no. statement item correlation coefficient / r count t count t table decision 1 0.4732056 2.89265 1,69913 valid 2 0 .175757 3 .96145 1,69913 valid 3 0.662183 4.75879 1,69913 valid 4 0. 7 00 666 4 .35494 1,69913 valid 5 0.5606163 3,64582 1,69913 valid 6 0.3681629 2.13239 1,69913 valid 7 0.568231 3,71872 1,69913 valid 8 0.5613517 3.6528 1,69913 valid 9 0.4204592 2.49555 1,69913 valid vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.122 602 no. statement item correlation coefficient / r count t count t table decision 10 0. 6 623203 3 .09339 1,69913 valid 11 0.6205106 4.26111 1,69913 valid 12 0.3109667 1.76196 1,69913 valid 13 0.4330694 2,58737 1,69913 valid 14 0.7192424 5.57494 1,69913 valid 15 0. 9 04982 4 .15064 1,69913 valid 16 0.4485522 2.70267 1,69913 valid 17 0.6205106 4.26111 1,69913 valid 18 0.6488948 4.59259 1,69913 valid 19 0.7271363 5,70399 1,69913 valid 20 0.3170779 1,80042 1,69913 valid 21 0.3227013 1.83603 1,69913 valid 22 0.3423486 1,96217 1,69913 valid (adapted from processed research data) based on the results of testing the validity of the questionnaire used by researchers, it can be concluded that every atiem statements are contained in the questionnaire were in the category valid. so that each item statements were used in the study is appropriate to use to measure the opinion of participants of the college student on the use of approach to scientific to build a sense of want to know and the ability analogy participant college student in the process of learning. 2. reliability test the test results of non-test instruments were analyzed to determine the reliability (consistency) of each item of the statement. analysis of the test instruments in this study used microsoft excel and spss. the results of the questionnaire reliability test were given to college student who were not the research samples, namely the 1th semester college student of class b of the economic education study program. the results of the validity calculation are discussed in the following table : table 7. questionnaire reliability testing decisions no. items per nyataan r count r table don't count r11 decision 1 0.4732056 0.374 2.892655 0.6424162 reliable 2 0 4 75 757 0.374 4 .961447 0.2989682 reliable 3 0.662183 0.374 4.758793 0.796763 reliable 4 0.400666 0.374 2,35494 0.5721079 reliable 5 0.5606163 0.374 3,645815 0.718455 reliable 6 0.3681629 0.374 2.132395 0.5381858 reliable 7 0.568231 0.374 3,718717 0.7246777 reliable 8 0.5613517 0.374 3.652796 0.7190586 reliable vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.122 603 no. items per nyataan r count r table don't count r11 decision 9 0.4204592 0.374 183.9943 0.5920046 reliable 10 0.3623203 0.374 2.093393 0.5319165 reliable 11 0.6561126 0.374 4.681924 0.7923527 reliable 12 0.3109667 0.374 1.761964 0.4744082 reliable 13 0.4330694 0.374 2,587366 0.6043942 reliable 14 0.7192424 0.374 5.574937 0.8366969 reliable 15 0.504982 0.374 3.150639 0.6710804 reliable 16 0.4485522 0.374 2.702668 0.6193111 reliable 17 0.6205106 0.374 4.261107 0.7658211 reliable 18 0.6488948 0.374 4.592595 0.7870663 reliable 19 0.7271363 0.374 5.703988 0.8420138 reliable 20 0.3170779 0.374 1,800419 0.4814869 reliable 21 0.3227013 0.374 1.836025 0.4879428 reliable 22 0.3423486 0.374 1,962172 0.5100741 reliable (adapted from processed research data) based on the results of testing the reliability of the questionnaire used by researchers, it can be concluded that each item statements were used in the study is located in the categories reliable. thus, the statement reliable fit for use to measure the opinion of participants of the college student about the approach scientifically to build a sense of want to know and the ability analogy participant college student in the process of learning. b. analogy before the questions were given to the two sample groups, a trial was conducted for the questions to be used as a test tool. the questions were tried out in a class that was not the research sample but still had the same level of education as the research sample, namely the 1th semester college student of class b of the economic education study program at the university of muhammadiyah bone with a total of 10 questions. based on the results of the recapitulation of the experimental class student scores on the aspect of the student's analogy ability indicator, it can be seen in the following table: table 8. the results of the recapitulation of the experimental class college student' scores indicator pre test post test average of each question item average per indicator total average average of each question item average per indicator total average looks for similar processes in an uncalculated economic task. 7 .85 6.95 6. 961 8 .76 7 .88 7. 621 6 .38 7 .59 6 .62 7 .29 identify similar processes that occur between several economic materials on the same subject. 5 .88 6. 9 4 6 .18 7 .57 5 8 .00 8 .97 vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.122 604 indicator pre test post test average of each question item average per indicator total average average of each question item average per indicator total average identify similar processes that occur between several economic subjects on different subjects. 6 .91 7. 4 4 7 .12 7 . 6 9 7 .97 8 .26 looking for the similarity of processes between economic material when linked to everyday life 7 .00 6. 515 7 .21 7.3 4 6 .03 7 .47 (adapted: from processed research data) based on the results of the calculation of the test indicators above, it appears that the total average in the pre-test reaches a score of 6 . 961 and at the time of the final test (post test) , namely 7,621 which means that the student's score during the final test (post test) has increased. this is evidenced by the enthusiasm of college student when following the learning material with the scientific approach applied by the researcher. meanwhile, based on the results of the recapitulation of the control class student scores on the aspect of the student's analogy ability indicator , it can be seen in the following table: table 9. the results of the recapitulation of the control class student scores indicator pre test post test r verage each item questions average per indicator total average average of each question item average per indicator total average looks for similar processes in an uncalculated economic task. 7 .29 7 .28 7. 5 6 .77 5 .48 6. 276 6 .97 5 .06 7 .58 4 .61 identify similar processes that occur between several economic materials on the same subject. 8 .00 8. 1 6 6 .03 6 .32 8 .32 6 .61 identify similar processes that occur between several economic subjects on different subjects. 7 .19 6. 935 6 .29 6 .42 6 .68 6 .55 looking for the similarity of processes between economic material when linked to everyday life 7 .19 7 .6 25 6 .19 6 .8 85 8 .06 7 .58 (adapted: from processed research data) based on the results of the calculation of the test indicators above, it appears that the total average in the pre test reached a score of 7. 5 and in the final test (post test), which is 6 . 276 which means that the results of the final test (post test) given by college student have decreased significantly, because it is lower than the pre-test scores that have been vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.122 605 given. this is evidenced by the lack of enthusiasm of college student when participating in learning material with the direct learning model applied by the researcher. the analogy ability of control and experimental class college student in the learning process can be described in the following table 10: table 10. percentage score ability analogy college student category student analogy skills very low low enough good very good pre test control 5 20 2 2 1 post test control 10 15 5 pre test experiment 10 1 2 1 0 2 post test experiment 4 10 15 5 adapted: from processed spss research data based on the results of the percentage score ability analogy to college student at the top, can be concluded that, the value of the ability analogy to college student about pretest the majority located on the ability analogy low . ability analogy participant learners based on the value of the pre-test grade control the majority are in the category of low, while the results of the test post test experience an increase of category " low " to the category of " enough ". while based on the results of the test pre test class experiment shows that the ability analogy participant college student also were on katerori low, while based on the results of posttest experience an increase, from the category of " low " to the category of " good ". it is proved that the approach is scientifically capable of improving the ability of the analogy of the participant college student in the process of learning. conclusion based on the discussion of the results of research and computation analysis of data obtained by the researchers can be concluded that, approach to scientific is one of the approaches in the process of learning that can improve the flavor wanted to know and the ability analogy participant college student in the process of learning. it is in proved by the results of the analysis of recapitulation test the ability of the analogy of college student who can be seen in the average test end (post-test) on a class experiment, which amounted to 7,621 and test the initial (pre-test) reached a value of 6,961. while the results of recapitulation test end (post-test) the ability analogy to college student in grade control reached a value of 6.276, while the results of the test early (pre-test) reached a value of 7.5. by because it's, approach to scientific is one of the alternative solutions to improve the taste wanted to know and the ability analogy college student. curiosity of college student can be seen from the response of college student to the process of learning that is applied by the lecturer. it is can be seen by the results of the test try that applied by the researchers on the results of test validity and reliability. the result of the validity of the study is, shows every item statement is in category valid. meanwhile, based on the reliability results, it shows that each statement item is in the reliability category. so that the questionnaire that had been tested experimented researchers can be in use without any item statements were wasted. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.122 606 acknowledgments many thanks to the rector of the muhammadiyah bone university who has provided the opportunity and support for this research. thank you also to makassar state university and muhammadiyah bone university for providing support so far. references hamniati, r., jufri, w, a & syukur, a. (2019). pengaruh implementasi pendekatan saintifik terintegrasi model pembelajaran diskoveri terhadap penguasaan konsep dan keterampilan proses sains peserta didik pada materi ipa kelas viii smpn 13 mataram tahun ajaran 2015/2016. jurnal ilmiah pendidikan indonesia 1(1): 108114 sufairoh. (2016). pendekatan saintifik & model pembelajaran k-13, jurnal pendidikan profesional, 5(3):116-125. weible, j. l., & zimmerman, h. t. (2016). science curiosity in learning environments: developing an attitudinal scale for research in schools, homes, museums, and the community. international journal of science education, 693(june). https://doi.org/10.1080/09500693.2016. 1186853. zetriuslita, z., wahyudin, w., & jarnawi, j. (2017). mathematical critical thinking and curiosity attitude in problem based learning and cognitive conflict strategy: a study in number theory course. international education studies, 10(7), 65. https://doi.org/10.5539/ies.v10n7p65. ameliah, h, i., munawaroh, m & muchyidin, a. (2016). pengaruh keingintahuan dan rasa percaya diri siswa terhadap hasil belajar matematika kelas vii mts negeri i kota cirebon. eduma, 5(1):9-21. dewi, r, n. (2014). developing test of high order mathematical thinking ability in integral calculus subject. international journal of education and research, 2(12): 101-108. ntim, s. (2015). working memory capacity-induced errors in children’s analogical reasoning: implications for learning outcome. international journal of academic research in psychology. 2(1): 36-56. muchsin & khumaedi. (2016). strategi pembelajaran fisika terintegrasi al-quran meningkatkan sikap spiritual, berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa. physics communication, 1(1): 33-44. rankhumise., petrus, m & imenda, n, s. (2014). using a bicycle analogy to alleviate student’s alternative conceptions and conceptual difficulties in electric circuits. mediterranean journal of social sciences mcser publishing, rome-italy, 5(15): 297-302. sugiyono. (2016). metode penelitian pendidikan pendekatn kuantitatif, kualitatif dan r & d. bandung: alfabeta. sugiyono. (2014). penelitian pendidikan. bandung: alfabeta kemdiknas. (2010). pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. pedoman sekolah. jakarta: badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulum. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.122 607 ameliah, h, i., munawaroh, m & muchyidin, a. (2016). pengaruh keingintahuan dan rasa percaya diri siswa terhadap hasil belajar matematika kelas vii mts negeri i kota cirebon. eduma, 5(1):9-21. zetriuslita, z., wahyudin, w., & jarnawi, j. (2017). mathematical critical thinking and curiosity attitude in problem based learning and cognitive conflict strategy: a study in number theory course. international education studies, 10(7), 65. https://doi.org/10.5539/ies.v10n7p65. weible, j. l., & zimmerman, h. t. (2016). science curiosity in learning environments: developing an attitudinal scale for research in schools, homes, museums, and the community. international journal of science education, 693(june). https://doi.org/10.1080/09500693.2016. 1186853. muhammad, n, s., listiani & adhani, a. (2018). hubungan antara literasi sains dan rasa ingin tahu siswa pada materi ekosistem di sma negeri 3 tarakan. natural: jurnal ilmiah pendidikan ipa, 5(2): 112-116. amalia, f, n & pujiastuti, e. (2016). kemampuan berpikir kritis dan rasa ingin tahu melalui model pbl. seminar nasional matematika x universitas negeri semarang: 523-531. rankhumise., petrus, m & imenda, n, s. (2014). using a bicycle analogy to alleviate student’s alternative conceptions and conceptual difficulties in electric circuits. mediterranean journal of social sciences mcser publishing, rome-italy, 5(15): 297-302. gofur, a. (2014). peningkatan kemampuan penalaran induktif matematik siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (gi) (penelitian tindakan kelas di smk n 13 jakarta). skripsi: universitas islam negeri (uin). petkov, g. (2017). test of depth of knowledge for the mathematical concepts and principles for children. journal of international scientific publications, volume 15: 90-99. jonane, l. (2015). analogies in science education. pedagogika/pedagogy, t. 119(3): 116125. magdas, i. (2015). analogical reasoning in geometry education. 8(1): 57-65. ningrum, k, r & rosyidi, a, h. (2014). profil penalaran permasalahan analogi siswa sekolah menengah pertama ditinjuau dari perbedaan gender: artikel roesdiana, l. (2016). pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dan penalaran matematis siswa. judika (jurnal pendidikan unsika), 4(2): 169-184. azmi, p, m. (2017). mengembangkan kemampuan analogi matematis, jurnal cendekia: jurnal pendidikan matematika, 1(1): 100-111. nur, a, s, a. (2018). build the ability of the analogy of students through the implementation of learning model gold (guided, organizing, leaflets, discovery) with the application of lontara alphabet bilingual android-based on economics learning material human needs in class x sman 6 bone bone regency. thesis: high school of teacher training and education (stkip) muhammadiyah bone. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.122 608 fatmawati, l., sukidin & suyadi, b. (2017). perbedaan hasil belajar siswa melalui pendekatan konvensional dengan pendekatan saintifik pada kompetensi dasar fungsi manajemen siswa kelas x di sma negeri 4 jember tahun ajaran 2016/2017. jurnal pendidikan ekonomi: jurnal ilmiah ilmu pendidikan, ilmu ekonomi, dan ilmu sosial, 11(2): 134-139. doi: 10.19184/jpe.v11i2.6460 dewi, s. (2019). pendekatan saintifik dalam peningkatan keaktifan siswapada pembelajaran agama islam di sma. dayah: journal of islamic education, 2(2):212-229. fadlillah, m. (2014). implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran sd/mi, smp/mts,& sma/ma. yogyakarta: ar-ruzz media martin & david, j. (2006). elementary science methods: a constructivist approach, fourth edition. usa: thomson wadsworth. hamniati, r., jufri, w, a & syukur, a. (2019). pengaruh implementasi pendekatan saintifik terintegrasi model pembelajaran diskoveri terhadap penguasaan konsep dan keterampilan proses sains peserta didik pada materi ipa kelas viii smpn 13 mataram tahun ajaran 2015/2016. jurnal ilmiah pendidikan indonesia 1(1): 108114 makmunah, j, s., tripalupi, e, l & haris, a, i. (2019). implementasi pendekatan saintifik pada mata pelajaran ips kelas vii di smpn se-kecamatan seririt tahun ajaran 2017/2018. jurnal pendidikan ekonomi undiksha, 11(1):331-340. kurniasih, i & berlin, s. (2014). sukses mengimplemetasikan kurikulum 2013. jakarta: kata pena. aprianita, r. (2015). menerapkan pendekatan saintifik yang berorientasi pada kemampuan metakognisi dan keterampilan sosial (merancang pembelajaran matematika untuk siswa cerdas istimewa). seminar nasional matematika dan pendidikan matematika uny 2015, hal: 689-696, isbn. 978-602-73403-0-5. machin, a. (2014). implementasi pendekatan saintifik, penanaman karakter dan konservasi pada pembelajaran materi pertumbuhan. jurnal pendidikan ipa indonesia (jpii), 3(1): 28-35. siregar, s. (2014). statistik parametrik: untuk penelitian kuantitatif. jakarta: bumi aksara. ningrum, k, r & rosyidi, a, h. (2014). profil penalaran permasalahan analogi siswa sekolah menengah pertama ditinjuau dari perbedaan gender: artikel. roesdiana, l. (2016). pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dan penalaran matematis siswa. judika (jurnal pendidikan unsika), 4(2): 169-184. nur, a, s, a., asfar, a, m, i, t., ruhni & a, nurliah. (2018). building students’ analysis through the application of gold (guided, organizing, leaflet, discovery) models with lontara bilingual applications based on android. 1 st international conference on advanced multidisciplinary research (icamr 2018). https://doi.org/10.2991/icamr-18.2019.58. 227: 233-236 nur, a, s, a., hartina., ruhni., jamaluddin., a, m, sari & hasriati.(2018). pembelajaran ekonomi melalui aplikasi gold lontara berbasis android. prosiding seminar hasil penelitian (snp2m): 131-136 asfar, a, m, i, t & aspikal. (2017). pengembangan model pembelajaran berbasis connecting extending review (cer) untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematika. seminar nasional riset inovatif 2017: 621-630. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.122 609 asfar, a, m, i, t., asfar, a, m, i, a., darmawati &, d, darmawan. (2018). the effect of reace (relating, exploring, applying, cooperating, and evaluating) learning model toward the understanding of mathematics concept. journal of physics: conference series. 1028(1), 012145 asfar, a, m, i, t, asfar., a, m, i, a& sartina. (2018). modifikasi model pembelajaran missouri mathematics project (mmp) dengan model pembelajaran explicit instruction (ei) dalam meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. aksara public. 2(4):23-28 microsoft word 08-usamah.docx vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.111 457 received : 13-03-2021 revised : 01-04-2021 published : 15-04-2021 peningkatan kompetensi kepala madrasah pada unsur kinerja melalui supervisi individu pada madrasah ibtidaiyah binaan di kota pontianak usman kementerian agama kota pontianak, indonesia man03101970@gmail.com abstrak untuk mengetahui sejauhmana kemampuan kepala madrasah didalam mengelola madrasah maka perlu dilakukan penilaian kinerja kepala madrasah (pkkm). penilaian kinerja kepala madrasah (pkkm) merupakan suatu proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data tentang kualitas kepala madrasah dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagai kepala madrasah. peraturan menteri agama nornor 58 tahun 2017 dan juknis dirjen pendis nomor : 1111 tahun 2019 menjelaskan bahwa penilaian kinerja kepala madrasah rneliputi; usaha pengernbangan madrasah yang dilakukan selama rnenjabat sebagai kepala rnadrasah, pelaksanaan tugas manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi pada guru dan tenaga kependidikan sesuai dengan standar nasional pendidikan. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kepala madrasah dalam mengelola pengembangan usaha madrasah, mengetahui kemampuan kepala madrasah dalam melaksanakan tugas manajerial, mengetahui kemampuan kepala madrasah dalam mengembangkan kewirausahaan di madrasah dan mengetahui kemampuan kepala madrasah dalam melakukan supervisi pendidik dan tenaga kependidikan. metode penelitian tindakan sekolah (pts) atau penelitian tindakan (action research) digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui peningkatan dan rata-rata kemampuan kepala madrasah dalam penilaian kinerja kepala madrasah. kata kunci: kompetensi kepala madrasah; unsur kinerja; supervisi individu vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.111 458 pendahuluan dalam sistem pendidikan nasional, pengawas madrasah memiliki fungsi strategis dalam peningkatan mutu proses pembelajaran peserta didik. fungsi tersebut terkait dengan tanggung jawab pengawas madrasah dalam hal pembinaan kepalas madrasah maupun guru. pembinaan tersebut diharapkan berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan nasional secara umum. berdasarkan pemikiran tersebut, diperlukan penguatan pengawas madrasah dan kepala madrasah. pola penguatan ini didasarkan kepada banyaknya hasil penelitian dari dalam maupun luar negeri yang menyatakan bahwa kualitas sekolah erat kaitannya dengan kualitas kepemimpinan kepala madrasah dengan asumsi bahwa kualitas madrasah akan meningkat jika kemampuan kepala madrasah dan pengawas madrasah pun ditingkatkan. untuk mengetahui sejauhmana kemampuan kepala madrasah didalam mengelola madrasah maka perlu dilakukan penilaian kinerja kepala madrasah (pkkm). penilaian kinerja kepala madrasah (pkkm) merupakan suatu proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data tentang kualitas kepala madrasah dalam melaksanakan tugas pokoknya se bagai kepala madrasah. peraturan menteri agama nornor 58 tahun 2017 bab v pasal 17 ayat 5 menjelaskan bahwa penilaian kinerja kepala rnadrasah rneliputi; usaha pengernbangan madrasah yang dilakukan selama rnenjabat sebagai kepala rnadrasah, pelaksanaan tugas manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi pada guru dan tenaga kependidikan sesuai dengan standar nasional pendidikan. penilaian kinerja kepala madrasah dilakukan secara berkala setiap tahun dan secara kumulatif setiap empat tahun. penilaian kinerja tahunan dilaksanakan oleh pengawas madrasah, sedangkan penilaian kinerja empat tahunan dilaksanakan oleh tim penilai yaitu 1 (satu) orang kepala bidang, 1(satu) orang kasi. 2 (orang) pengawas, 2 (dua) orang guru, 2 (dua) orang tenaga kependidikan dan 2 (dua) orang dari unsur komite . hasil penilaian kinerja dikategorikan dalam tingkatan amat baik, baik, cukup, sedang, atau kurang. untuk menjamin penyelenggaraan pendidikan dan pengelolaan madrasah yang efektif, efisien, dan akuntabel serta untuk memenuhi kebutuhan pemenuhan kepala madrasah yang professional, maka pelaksanaan penilaian kinerja kepala madrasah harus dilaksanakan sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang telah diatur oleh regulasi. dalam penelitian ini yang difokuskan kepada peningkatan kinerja kepala madrasaah meliputi: usaha pengembangan madrasah, pelaksanaan tugas manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada guru dan tenaga kependidikan, hal inilah yang melatar belakangi penelitian ini dimana adanya hasil supervisi akademik dan manajerial pada bulan nopember 2020 yang diambil secara acak dari 9 madrasah binaan, seperti yang disajikan dalam tabel berikut. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.111 459 tabel 1. supervisi p e n i l a i a n k i n e r j a k e p a l a m a d r a s a h b i n a a n n o n a m a t u g a s u t a m a j u m l a h r a t a 2 u p m p t m p k s k g t k 1 . r e s p o n d e n 1 63,00 61,00 53,61 65,00 242,61 60,65 2 . r e s p o n d e n 2 58,00 54,63 50,83 61,00 224,46 56,12 3 . r e s p o n d e n 3 53,00 71,10 43,89 74,09 242,08 60,52 4 . r e s p o n d e n 4 64,00 60,00 52,22 65,00 241,22 60,31 5 . r e s p o n d e n 5 58,00 60,73 48,06 67,27 234,06 58,52 6 . r e s p o n d e n 6 41,00 69,88 49,44 75,45 235,77 58,94 7 . r e s p o n d e n 7 54,00 64,39 49,17 60,45 228,01 57,00 8 . r e s p o n d e n 8 59,00 69,27 45,00 58,18 231,45 57,86 9 . r e s p o n d e n 9 66,00 63,54 58,00 71,82 259,36 64,84 jumlah 516,00 574,54 450,22 598,26 2139,02 534,76 rata-rata 57,33 63,84 50,02 66,47 237,67 59,42 s u m b e r : d a t a o l a h a n k e t : 1 . u p m = u s a h a p e n g e m b a n g a n m a d r a s a h 2 . p t m = p e l a k s a n a a n t u g a s m a n a j e r i a l 3 . p k = p e n g e m b a n g a n k e w i r a u s a h a a n 4 . s k g k = s u p e r v i s i k e p a d a g u r u d a n t e n a g a k e p e n d i d i k a n keterangan: kreteria ketercapaian 90 < nkkm ≤ 100 =amat baik (a) 75 < nkkm ≤ 90 =baik (b) 60 < nkkm ≤ 75 =cukup (c) 50 < nkkm ≤ 60 =sedang (d) dari nilai yang peroleh seperti yang terdapat pada tabel 1, menunjukkan bahwa kemampuan kepala madrasah dalam mengelola madrasah masih kurang, hanya sebesar ratarata 59,42 katagori kurang, sehingga perlu pembinaan lebih lanjut. selain itu ternyata bahwa kepala madrasah belum memahami dalam mengelola kegiatan madrasah baik dibidang pengembangan kewirausahaan, manajerial, pengembangan kewirausahaan dan supervisi kepada guru dan tenaga kependidikan, karena selama ini kepala madrasah terpola dengan kebiasaan yang penting pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar berjalan dengan baik, gurunya ada di madrasah dan siswanya ada tanpa memperhatikan pengelolaan dibidang manajemennya terutama dibidang administrasi. kurangnya pemahaman kepala madrasah terhadap pengelolaan madrasah dibidang manajemen mengakibatkan kemampuan madrasah dalam bidang administrasi menjadi rendah, sehingga perlu dilakukan pembinaan dengan memeberikan pelatihan dibidang administrasi khususnya dibidang pengembangan usaha madrasah,manajerial, kewirausahaan maupun dibidang supervisi guru dan tenaga kependidikan denganbertujuan agar kepala madrasah memahami dan mampu dalam mengelola administrasi madrasah sehingga kualitas madrasah lebih meningkat. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.111 460 metode penelitian ini berbentuk penelitian tindakan sekolah (pts). penelitian tindakan (action research) adalah penelitian yang berorintasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu pada suatu kelompok subjek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. (jenny evilin. p dkk, 2016: 85). hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam penelitian tindakan, menurut sudarsono, f.x, dalam eni kurniawati (2017: 147) yakni: rencana, tindakan, observasi dan refleksi penelitian tindakan yang dilakukan oleh kepala madrasah atau pengawas untuk mengatasi masalah manajerial maupun akademik disebut school action research atau penelitian tindakan sekolah (pts). peneliti pts dilakukan oleh kepala madrasah atau pengawas madrasah dengan subyek penelitiannya adalah kepala madrasah atau tenaga kependidikan lainnya. penelitian tindakan bertujuan mengembangkan keterampilanketrampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di madrasah tempat kepala madrasah dan tenaga pendidik lainnya bekerja. tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan adanya peningkatan kompetensi kepala madrasah pada unsur kinerja melalui supervisi individu pada madrasah ibtidaiyah binaan di kota pontianak tahun 2021 hasil dan pembahasan hasil penelitian pada bimbingan tahap 1 penilaian ini dilakukan pada hari dan tanggal yang sama dengan pembinaan individu. setelah data hasil penilaian kinerja kepala madrasah di rekap, ternyata hasilnya masih dalam capaian “cukup” dengan persentase ketercapaian hanya 74,76%. rincian hasil penilaian pada siklus i sebagai berikut: tabel 2. rincian hasil penilaian siklus i pada bulan februari 2020 n o n a m a t u g a s u t a m a j u m l a h r a t a 2 u p m p t m p k s k g t k 1 . responden 1 83,00 81,10 73,61 75,00 312,71 78,18 2 . responden 2 68,00 64,63 70,83 81,32 284,78 71,32 3 . responden 3 73,00 81,10 63,89 84,09 302,08 75,52 4 . responden 4 74,00 80,49 72,22 75,00 301,71 75,43 5 . responden 5 68,00 70,73 68,06 77,27 284,06 71,01 6 . responden 6 51,00 79,88 69,44 95,45 295,77 73,94 7 . responden 7 64,00 74,39 79,17 70,45 288,01 72,00 8 . responden 8 69,00 79,27 75,00 68,18 291,45 72,86 9 . responden 9 76,00 83,54 88,89 81,82 330,25 82,56 jumlah 626,00 695,13 661,11 708,58 2690,82 672,82 rata-rata 69,56 77,24 73,46 78,73 298,98 74,76 s u m b e r : d a t a o l a h a n vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.111 461 k e t : 1 . u p m = u s a h a p e n g e m b a n g a n m a d r a s a h 2 . p t m = p e l a k s a n a a n t u g a s m a n a j e r i a l 3 . p k = p e n g e m b a n g a n k e w i r a u s a h a a n 4 . s k g k = s u p e r v i s i k e p a d a g u r u d a n t e n a g a k e p e n d i d i k a n keteria ketercapaian : 90 < nkkm ≤ 100 =amat baik (a) 75 < nkkm ≤ 90 =baik (b) 60 < nkkm ≤ 75 =cukup (c) 50 < nkkm ≤ 60 =sedang (d) sumber : data olahan gambar 1. grafik siklus 1 dari data tabel dan grafik siklus 1 rekapitulasi penilaian pkkm untuk 9 (sembilan) madrasah binaan kota pontianak, nampak bahwa nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 74,76 dengan katagori cukup. dari 9 (sembilan) kepala madrasah tersebut nilai baik diperoleh untuk 4 (empat) kepala madrasah yaitu responden 1 (satu) 78,18,responden 3 (tiga) sebesar 75,52, responden 4 (empat) sebesar 75,43 dan responden 9 (sembilan) sebesar 82,56. untuk nilai cukup 5 (lima) kepala madrasah yaitu responden 2 (dua) sebesar 71,32, responden 5 (lima) sebesar 71,01, responden 6 (enam) sebesar 73,94, responden 7 (tujuh) sebesar 72,00 dan responden 9 (sembilan) 72,86. kegiatan menilai kinerja kepala madrasah (pkkm) tahun 2020 siklus ii dilakukan setelah adanya supervisi individu melalui bimbingan tahap ii seperti yang sudah dijadwalkan kepada kepala madrasah . setelah data supervisi di rekap, hasilnya sudah memperoleh capaian “baik” dengan persentase ketercapaian 84,21%. rincian hasil penilaian pada siklus ii sebagai berikut: vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.111 462 tabel 3. rincian hasil penilaian siklus ii pkkm 9 madrasah binaan n o n a m a t u g a s u t a m a j u m l a h r a t a 2 u p m p t m p k s k g t k 1 . responden 1 90,20 90,24 86,81 88,00 355,25 88,81 2 . responden 2 78,00 87,98 64,00 98,87 328,85 82,21 3 . responden 3 85,00 86,59 67,37 93,18 332,14 83,04 4 . responden 4 82,50 89,02 79,17 89,76 340,45 85,12 5 . responden 5 78,50 90,74 76,89 84,59 330,72 82,68 6 . responden 6 80,00 78,97 70,14 95,45 324,56 81,14 7 . responden 7 66,50 76,39 88,50 95,45 326,84 81,71 8 . responden 8 83,50 81,10 82,64 73,87 320,61 80,15 9 . responden 9 94,50 91,77 90,28 95,45 372 93,00 jumlah 738,70 772,80 705,80 814,62 3031,42 757,86 rata-rata 82,08 85,87 78,42 90,51 336,82 84,21 s u m b e r : d a t a o l a h a n k e t : 1 . u p m = u s a h a p e n g e m b a n g a n m a d r a s a h 2 . p t m = p e l a k s a n a a n t u g a s m a n a j e r i a l 3 . p k = p e n g e m b a n g a n k e w i r a u s a h a a n 4 . s k g k = s u p e r v i s i k e p a d a g u r u d a n t e n a g a k e p e n d i d i k a n kreteria ketercapaian 90 < nkkm ≤ 100 =amat baik (a) 75 < nkkm ≤ 90 =baik (b) 60 < nkkm ≤ 75 =cukup (c) 50 < nkkm ≤ 60 =sedang (d) sumber : data olahan gambar 2. grafik siklus 2 vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.111 463 c s… 69,6 77,2 73,5 78,7 299,0 74,882,1 85,9 78,4 90,5 336,8 84,2 12,5 8,6 5,0 11,8 37,9 9,5 0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 350,0 400,0 1 2 3 4 jumlah rata-rata grafik persentase pencapaian dan peningkatan series1 series2 series3 dari data tabel dan grafik siklus 2 rekapitulasi penilaian pkkm untuk 9 (sembilan) madrasah binaan kota pontianak, nampak bahwa nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 84,21 dengan katagori “baik”. dari 9 (sembilan) kepala madrasah tersebut nilai baik diperoleh untuk 8 (delapan) kepala madrasah yaitu responden 1 (satu) sebesar 88,81,responden 2 (dua) sebesar 82,21, responden 3 (tiga) sebesar 83,04, responden 4 (empat) sebesar 85,12, responden 5 (lima) sebesar 82,68, responden 6 (enam) sebesar 81,14, responden 7 (tujuh) sebesar 81,71,dan responden 8 (delapan) sebesar 80,15. 1 (satu) responden yaitu responden 9 (sembilan) memperoleh nilai sebesar 93,00 dengan katagori “amat baik”. untuk nilai cukup tidak ada. berdasarkan deskripsi hasil penelitian, bahwa hasil penilaian kinerja kepala madrasah (pkkm) dapat meningkatkan kemampuan kepala madrasah ibtidaiyah binaan di kota pontianak melalui supervisi individual. hal ini didasarkan pada data yang diperoleh dari hasil kemampuan kepala madrasah dalam mengelola kegiatan madrasah melalui penilaian kinerja kepala madrasah tahun 2021, sebagai berikut: a. persentase ketercapaian tabel 4. persentase ketercapaian dan peningkatan no komponen hasil bulan nopember 2020 hasil bulan februari 2021 % peningkatan 1 pengembangan usaha madrasah 69,56 82,08 12,52 2 p e l a k s a n a a n t u g a s m a n a j e r i a l 77,24 85,87 8,63 3 p e n g e m b a n g a n k e w i r a u s a h a a n 73,46 78,42 4,96 4 s u p e r v i s i k e p a d a g u r u d a n t e n a g a k e p e n d i d i k a n 78,73 90,51 11,78 j u m l a h 298,98 336,82 37,89 r a t a r a t a 74,76 84,21 9,45 sumber : data olahan diagram batang persentase hasil ketercapaian komponen hasil penilaian kinerja kepala madrasah pada bulan nopember 2020 dan februari tahun 2021: sumber : data olahan gambar 3. grafik presentase pencapai vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.111 464 tabel 5.kreteria ketercapaian per komponen penilaian kinerja kepala madrasah (pkkm) tahun 2021 no komponen kreteria bulan nopember kreteria bulan februari 1 pengembangan usaha madrasah cukup baik 2 p e l a k s a n a a n t u g a s m a n a j e r i a l baik baik 3 p e n g e m b a n g a n k e w i r a u s a h a a n cukup baik 4 s u p e r v i s i k e p a d a g u r u d a n t e n a g a k e p e n d i d i k a n baik amat baik sumber : hasil analisis nilai pkkm tahap i dan tahap ii pada tabel 5 nampak pada bulan nopember 2020 kreteria ketercapaian penilaian kinerja kepala madrasah (pkkm) kaatagori baik terletak pada komponen pelaksanaan tugas manajerial dan supervisi kepada guru dan tenaga kependidikan. sedangkan katagori cukup terletak pada komponen pengembangan usaha madrasah dan pengembangan kewirausahaan. pada bulan februari ada peningkatan katagori nilai yang diperoleh yaitu untuk nilai baik ada 3 (tiga) komponen antara lain pengembangan usaha madrasah, pelaksanaan tugas manajerial dan pengembangan kewirausahaan. sedangkan satu komponen mendapatkan katagori amat baik yaitu supervisi kepada guru dan tenaga kependidikan. tabel 6. rekapitulasi jumlah dan persentase responden berdasarkan kreteria ketercapaian no kreteria bulan nopember bulan februari jumlah (orang) % jumlah (orang) % 1 baik sekali 0 0,00 1 11,11 2 baik 4 44,44 8 88,89 3 cukup 5 55,56 0 0,00 4 kurang 0 0,00 0 0,00 jumlah 9 orang 100% 9 orang 100% sumber : hasil analisis jumlah dan persentase kreteria pencapaian pada tabel 6 terlihat pada bulan nopember katagori nilai baik ada 4 (empat) orang dengan persentase sebesar (44,44%) sedangkan nilai cukup ada 5 (lima) orang dengan persentase (55,56%). pada bulan februari ada peningkatan persentase ketercapaian nilai baik sebanyak 8 (delapan) orang dengan persentase sebesar (88,89%) dan 1 (satu) orang katagori amat baik dengan persentase sebesar (11,11%). dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan kompetensi kepala madrasah pada unsur kinerja dapat meningkat melalui supervisi individu pada madrasah ibtidaiyah binaan di kota pontianak tahun 2021. simpulan kesimpulan setelah dilaksanakannya bimbingan dan supervisi kepada kepala madrasah ibtidaiyah binaan di kota pontianak, maka terdapat peningkatan kemampuan kepala madrasah dalam penilaian kinerja kepala madrasah dari rata-rata pencapaian persentasi 74,76% dibulan nopember 2020 menjadi 84,21% pada bulan februari 2021 terlihat ada peningkatan secara signifikan sebesar 9,45%. dalam hal ini pelaksanaan bimbingan kepada kepala madrasah oleh pengawas pembina untuk meningkatkan kompetensi vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.111 465 dibidang akademik dan manajerial berhasil dengan baik ini ditunjukkan dari kemampuan kepala madrasah dalam penilaian kinerja kepala madrasah (pkkm). saran-saran dengan memperhatikan pembahasan dan hasil penelitian, peneliti menyarankan: 1. bimbingan kepada kepala madrasah untuk meningkatkan kompetensi dibidang akademik dan manjerial merupakan salah satu cara untuk memberikan informasi kepada kepala madrasah dalam penilaian kinerja kepala madrasah. 2. pelaksanaan supervisi individu adalah salah satu tindakan yang efektif yang dapat digunakan oleh pengawas pembina dalam memberikan pembinaan kepada kepala madrasah. 3. penelitian ini masih bersifat umum, sehingga masih memungkinkan untuk peneliti lainnya meneliti secara khusus komponen-komponen yang terdapat dalam penilaian kinerja kepala madrasah. 4. pembinaan dan pembimbingan kepada kepala madrasah tentang penilaian kinerja kepala madrasah (pkkm) oleh pengawas pembina, dilakukan secara berkala agar lebih baik dan lebih sempurna didalam mengelola kegiatan yang ada di madrasah sehingga pengelolaan madrasah lebih efektif dan efisien. daftar pustaka peraturan menteri agama republik indonesia nomor 58 tahun 2017 tentang kepala madrasah:pma ri arikunto, suharsimi. 2006. penelitian tindakan kelas (classroom action research-car). jakarta: pt. bumi aksara. aqib, zainal dkk. 2017. penelitian tindakan sekolah (teori dan aplikasi), jogjakarta: andi. bahan pembelajaran utama. 2015. supervisi akademik. jakarta: pusat pengembangan tenaga kependidikan badan pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan kebudayaan dan penjamin mutu pendidikan. edisi revisi untuk prodep. evelin palunsu, jenny dkk. 2016. pengembangan profesi.modul pengawas sekolah pembelajar kelompok kopetensi i. jakarta: derektorat jendral guru dan tenaga kependidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan republik indonesia. edisi ke-1. kurniawati, eni dewi. 2016. menulis publikasi ilmiah. cara praktis dan contoh penulisan publikasi ilmiah. yogyakarta: writing revulution. peraturan pemerintah republik indonesia nomor 74 tahun 2008 tentang guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan. jakarta: pp ri peraturan menteri pemberdayaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 21 tahun 2010tentang jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya. jakarta: kemendikbud petunjuk teknis penilaian kinerja kepala madrasah nomor 1111 tahun 2019. dirjen pendis. jakarta: kemenag ri pedoman pelaksanaan penilaian kinerja guru. 2010. jakarta:direktorat jendral peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan kementerian pendidikan nasional. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.111 466 sugiyono. 2008. metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan r & d (cetakan ke 6) bandung: penerbit alfabeta sunendar, tatang. dkk. 2016.pelaksanaan supervisi manajerial. modul pengawas sekolah pembelajar kelompok kompetensi e. jakarta: derektorat jendral guru dan tenaga kependidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan republik indonesia. edisi ke-1. suwithi, ni wayan.dkk. 2016. supervisi akademik. modul pengawas sekolah pembelajar kelompok kompetensi a. jakarta: derektorat jendral guru dan tenaga kependidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan republik indonesia. edisi ke-1. microsoft word 13-prasetyo.docx vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.115 512 received : 13-03-2021 revised : 01-04-2021 published : 15-04-2021 penerapan model listen-pairs-share untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran listening di smp negeri 2 ngawi matrik agoes prasetyo smp negeri 2 ngawi, indonesia matrik.prasetyo@gmail.com abstrak penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan bagaimanakah penerapan model listen-pair-share (lps) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran listening di kelas viii-a smp negeri 2 ngawi tahun pelajaran 2013/2014. metode yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian tindakan kelas. subjek penelitian ini, yaitu siswa kelas viii-a smpn 2 ngawi yang berjumlah 32 siswa terdiri dari 12 putra dan 20 putri. sedangkan tempat pelaksanaan penelitian ini berlangsung di smp negeri 2 ngawi pada tahun pelajaran 2013/2014. ada dua jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini, yaitu data kualitatif dan kuantitatif. data kualitatif bersumber dari hasil pengamatan sikap siswa, anget siswa, dan foto kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung di kelas, sedangkan data kuantitatif terdiri dari hasil pre-test dan post-test kemampuan listening siswa. hasil penelitian tindakan kelas menunjukkan bahwa penerapan model listen-pair-share (lps) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran listening. hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas siswa, yaitu di siklus i sebesar 83 dan di siklus ii, nilai rata-rata kelas siswa sebesar 85. selain aspek kognitif tersebut, hasil belajar siswa juga menunjukkan kemajuan yang positif di aspek afektif dan psikomotor selama proses pembelajaran listening bahasa inggris di kelas. nilai ratarata sikap afektif siswa berpredikat “baik”. kata kunci: listen-pair-share; belajar; listening vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.115 513 pendahuluan bahasa inggris merupakan salah satu bahasa utama komunikasi antarbangsa dan sangat diperlukan untuk berpartisipasi dalam pergaulan dunia. perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat dewasa ini menyebabkan pergaulan tidak dapat lagi dibatasi oleh batas-batas negara. kurikulum 2013 menyadari peran pentingnya bahasa inggris tersebut dalam menyampaikan gagasan melebihi batas negara indonesia serta untuk menyerap gagasan dari luar yang dapat dipergunakan untuk kemaslahatan bangsa dan negara sebagai akibat derasnya arus informasi dan teknologi tersebut. oleh karena itu, proses pembelajaran bahasa inggris di sekolah-sekolah harus ditingkatkan dalam rangka menghadapi era abad 21 jika tidak bangsa indonesia akan tertinggal dari bangsa lain (kementerian pendidikan dan kebudayaan, 2017). pembelajaran bahasa inggris yang menitikberatkan pada keempat keterampilan berbahasa haruslah dikembangkan secara berimbang, baik keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. disamping itu, kompetensi yang ditekankan dari kurikulum 2013 dalam pembelajaran bahasa inggris adalah keseimbangan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. kemampuan berbahasa inggris yang dituntut dibentuk melalui pembelajaran berkelanjutan: dimulai dengan meningkatkan kompetensi pengetahuan tentang jenis, kaidah, dan konteks suatu teks, dilanjutkan dengan kompetensi keterampilan menyajikan suatu teks tulis dan lisan baik terencana maupun spontan dengan pelafalan dan intonasi yang tepat, dan bermuara pada pembentukan sikap kesantunan berbahasa. untuk mewujudkan kompetensi di atas, maka satu per satu dikembangkanlah keterampilan berbahasa inggris secara baik dan mendukung. keterampilan mendengarkan adalah salah satu dari keterampilan berbahasa yang harus dikuasai peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas dan tidak semua siswa mampu menguasai keterampilan ini. keterampilan mendengarkan sangat membutuhkan sekali konsentrasi yang tinggi, kesabaran dan ketelitian dalam menangkap informasi yang disajikan. jika, seorang siswa kurang menunjukkan sikap afektif yang baik terhadap proses pembelajaran mendengarkan ini, maka hal ini akan membawa dampak yang kurang baik pada hasil belajar siswa. memang, disadari atau tidak bahwa banyak kendala yang dihadapi oleh siswa ketika guru melaksanakan proses pembelajaran listening ini. terlebih lagi, pelajaran bahasa inggris di indonesia hanya sebagai second language acquisition. padahal, kita ketahui bahwa kemampuan mendengarkan merupakan kemampuan bawaan yang dibawa sejak lahir dan dikembangkan melalui proses belajar (suyanto, 2007). hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan mendengarkan dapat ditingkatkan melalui pembelajaran seperti kemampuankemampuan berbahasa yang lainnya, yaitu keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. farida, dkk. (2009: 1) menyatakan bahwa “orang setiap hari menggunakan waktu komunikasinya 45% untuk mendengarkan, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca, dan 9% untuk menulis.” pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan mendengarkan sebenarnya sudah dilatih dan dikembangkan secara tidak sadar oleh manusia bahkan sejak anakanak telah mempergunakan keterampilan ini untuk sebagian besar aktifitas dalam kehidupan berkomunikasi sehari-hari. bahkan intensitas penggunaan kemampuan mendengarkan itu melebihi dari kemampuan berbahasa lainnya. namun, jika kurang diasah atau dilatih keterampilan listening tersebut, maka keterampilan ini akan berdampak pada rendahnya kemampuan mendengarkan siswa. perlu diketahui bahwa tujuan akhir pembelajaran bahasa inggris untuk peserta didik tingkat menengah pertama adalah pada tingkat literasi, yaitu menyiapkan kemampuan berbahasa mereka agar bisa menguasai dan mempergunakan bahasa inggris untuk proses vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.115 514 kehidupan sehari-hari. maka, tugas guru bahasa inggris sebagai pendidik adalah memberikan bekal keterampilan atau skill pada siswa terhadap kemampuan berbahasa inggris secara berimbang baik listening, speaking, reading, dan writing. termasuk arah dan tujuan pembelajaran listening yaitu minimal siswa mampu mendengarkan/menangkap pesan atau informasi secara jelas pada berbagai macam jenis teks transaksional/interpersonal, monolog, dan teks fungsional pendek. berdasarkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar mendengarkan di kelas viii-a smp negeri 2 ngawi menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. hal itu dapat dilihat dari nilai rata‐rata kelas yaitu 80. seharusnya nilai siswa bisa mencapai lebih dari 83 sebagai standar kkm pelajaran bahasa inggris. jika mengacu pada hasil ulangan listening tersebut, penulis menyimpulkan bahwa siswa kelas viii-a smp negeri 2 ngawi mengalami kesulitan dalam pembelajaran listening di kelas. secara garis besar, masalah-masalah yang muncul tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: (1) masalah yang bersumber dari siswa dan (2) masalah yang bersumber dari guru sebagai aktor dalam pembelajaran di kelas. dari sudut pandang siswa, beberapa hal yang menjadikan kendala mengapa siswa kelas viii-a smpn 2 ngawi mengalami kegagalan dalam proses pembelajaran mendengarkan, antara lain: (1). kosakata. hampir sebagian besar siswa merasa lemah dalam hal penguasaan kosakata sehingga mereka mengalami kesulitan dalam menangkap kata atau pesan informasi yang disajikan. terlebih lagi jika siswa menangkap kosakata yang baru yang belum pernah didengarkan. hal tersebut didukung oleh pernyataannya larry dan christine (2012: 93) “with regard to cognitive factors, it appears that l2 vocabulary plays a significant role in successful listening outcome and that l1 listening ability also has an impact”. (2). kurang konsentrasi. siswa sering kali mengalami gangguan ketika proses pembelajaran mendengarkan berlangsung, baik gangguan dari dalam maupun luar. ketenangan dalam memusatkan pikiran atau konsentrasi dalam pembelajaran mendengarkan memang sangatlah penting sekali. jika kurang tenang dalam berkonsentrasi, maka dapat dipastikan bahwa siswa akan mengalami kesulitan dalam menangkap pesan dan informasi yang didengar, dan (3). kurang termotivasi dalam mengikuti setiap pembelajaran mendengarkan. siswa menganggap bahwa pembelajaran listening adalah materi pelajaran yang sulit dipelajari. jika guru pada setiap pertemuan selalu memberikan motivasi belajar pada siswa di kelas, maka akan banyak membawa perubahan sikap, minat,dan perhatian siswa pada pelajaran mendengarkan. dan sebaliknya, jika seorang guru hanya bertugas mengajar dan menyampaikan materi saja dan hanya fokus pada hasil pembelajaran listening saja tanpa memberikan motivasi kepada siswa dalam belajar, maka akan berpengaruh terhadap psikologis siswa terhadap mata pelajaran tersebut. sedangkan dari dimensi guru, ada beberapa hal yang menjadikan penyebab kegagalan siswa dalam pembelajaran mendengarkan, yaitu: (1) siswa beralasan terlalu cepat. mereka mengeluhkan bunyi yang dihasilkan dari kata dan kalimat yang didengarnya lajunya begitu kilat. sementara prinsipnya, mereka hanya diperintahkan untuk menangkap informasi dengan tepat dan ringkas. siswa menyerap ide pokok atau hal-hal penting saja dari sebuah wacana yang diperdengarkan, bukan semuanya, (2) metode dan strategi yang kurang tepat diterapkan oleh guru. pilihan metode mengajar yang tepat pastinya akan membawa dampak perubahan hasil pembelajaran di kelas. selama ini, guru masih menerapkan metode pembelajaran mendengarkan yang terlalu monoton sehingga siswa cepat bosan dan cenderung tidak memperhatikan penjelasan guru. berbeda sekali jika seorang guru menyampaikan pelajaran mendengarkan dengan cara-cara yang menarik dan mengasyikkan sehingga siswa menjadi vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.115 515 tertarik dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran di kelas, dan (3) guru hanya fokus terhadap hasil pembelajaran mendengarkan daripada prosesnya dan memberikan tes secara langsung serta menilai siswa tanpa memberikan strategi-strategi dan bantuan. dari permasalahan di atas, penulis berpendapat dan memberikan sebuah solusi dalam membantu menyelesaikan masalah dalam pembelajaran listening di kelas viii-a smp negeri 2 ngawi agar mampu menstimulasi siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas dengan mengadakan inovasi pembelajaran yang berjudul “penerapan model listen-pair-share untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran listening”. walaupun cara pembelajaran atau metode pembelajaran ini sudah begitu dikenal oleh banyak kalangan guru, peneliti telah memodifikasi beberapa langkah model cooperative sebelumnya, yaitu thinkpair-share. penulis memilih model pembelajaran ini untuk mengatasi kelemahan yang terjadi pada siswa kelas viii-a smp negeri 2 ngawi agar hasil belajar siswa semakin meningkat dan hal ini sebagaimana didukung oleh pendapatnya seorang ahli pendidikan, anita lie (2008:57) yang mengungkapkan kelebihan model ini sebagai berikut. model pembelajaran ini memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. keunggulan lain dari model pembelajaran ini adalah: (a) meningkatkan partisipasi siswa, (b) cocok untuk tugas sederhana, (c) lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, (d) interaksi lebih mudah, dan (e) lebih mudah dan cepat membentuknya. metode berdasarkan kajian masalah dalam pembelajaran listening, baik itu tentang kosakata, siswa cenderung pasif, siswa tidak percaya diri dalam menyampaikan pendapat, dan sebagainya, maka dibangunlah sebuah model pembelajaran inovasi listen-pairs-share yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan siswa pada mata pelajaran bahasa inggris. dalam pelaksanaan pembelajaran ini, penulis mempergunakan metode penelitian tindakan kelas untuk menguji keberhasilan model pembelajaran ini. model pembelajaran listen-pairs-share ini mempergunakan beberapa tahapan, yaitu: 1. listen dalam proses ini, siswa diajak untuk lebih fokus mendengarkan suatu teks baik itu dialog, teks monolog, dan teks fungsional pendek yang bisa dibacakan oleh guru, bersumberkan dari kaset/cd/vcd, maupun guru bisa menunjuk siswa yang memiliki kemampuan dalam mengucapkan bahasa inggris yang lebih fasih dan jelas. 2. pairs setelah siswa diajak untuk mendengarkan teks sebanyak 3x dan tentunya sudah mencatat informasi yang didengarkan, guru meminta siswa untuk berbagi informasi tersebut dengan teman sebangku. dengan panduan guru, siswa diajak dalam kegiatan berbagi informasi dengan pasangannya (sharing in pairs). 3. share selanjutnya, guru mengajak siswa untuk memperdalam kosakata yang dipelajari dengan kegiatan kelas. secara bersama-sama, guru mengajarkan kosakata dan bisa menerangkan konsep serta arti makna kosakata tersebut. guru bisa mengembangkan kegiatan ini untuk memotivasi siswa agar menumbuhkan rasa percaya dirinya dengan meminta siswa mengerjakan tugas di depan kelas. disini, siswa diminta untuk mendiskusikan juga terkait soal atau pertanyaan yang berhubungan dengan teks yang diperdengarkan. pembahasan vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.115 516 dalam skala kelas sangat diperlukan untuk menguji rasa percaya diri siswa maupun tanggung jawab serta kerjasama dengan teman sebangku. subjek penelitian ini adalah siswa kelas viii-a smp negeri 2 ngawi tahun pelajaran 2013/2014. metode yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian tindakan kelas. subjek penelitian ini, yaitu siswa kelas viii-a smpn 2 ngawi yang berjumlah 32 siswa terdiri dari 12 putra dan 20 putri. sedangkan tempat pelaksanaan penelitian ini berlangsung di smp negeri 2 ngawi pada tahun pelajaran 2013/2014. ada dua jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini, yaitu data kualitatif dan kuantitatif. data kualitatif bersumber dari hasil pengamatan sikap siswa, anget siswa, dan foto kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung di kelas, sedangkan data kuantitatif terdiri dari hasil pre-test dan post-test kemampuan listening siswa. hasil berikut ini disajikan data hasil tes listening mata pelajaran bahasa inggris : tabel 1. distribusi frekuensi hasil tes listening 1 bahasa inggris sebelum diterapkan “listen-pairs-share” interval nilai titik tengah (x) frekuensi (f) fx 89-93 91 5 455 84-88 86 8 688 79-83 81 8 648 74-78 76 4 304 69-73 71 3 213 64-68 66 4 264 n= 32 ∑fx=2572 mean : ∑𝒇𝒙 𝑵 = 𝟐𝟓𝟕𝟐 𝟑𝟐 = 𝟖𝟎 tabel 2. distribusi frekuensi hasil tes listening 2 bahasa inggris setelah diterapkan metode “listen-pairs-share” interval nilai titik tengah(x) frekuensi (f) fx 96-100 98 1 98 91-95 93 2 186 86-90 88 11 968 81-85 83 9 747 76-80 78 6 468 71-75 73 1 73 60-70 68 2 136 n=32 ∑fx=2676 mean = ∑)* + = ,-./, = 83 vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.115 517 tabel 3. distribusi frekuensi hasil tes listening 3 bahasa inggris setelah diterapkan “listen-pairs-share” interval nilai titik tengah(x) frekuensi (f) fx 94-95 94.5 1 94.5 92-93 92.5 0 0 90-91 90.5 3 271.5 88-89 88.5 6 531 86-87 86.5 2 173 84-85 84.5 16 1352 82-83 82.5 3 247.5 80-81 80.5 1 80.5 n=32 ∑fx=2750 mean = ∑)* + = ,.01 /, = 85 sedangkan hasil observasi penilaian sikap siswa selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut: tabel 4. hasil pengamatan sikap siswa kelas viii-a smpn 2 ngawi no. nama siswa penilain sikap nilai keterangan a b c d e f 1 siswa 1 4 3 4 4 3 3 3.5 b 2 siswa 2 4 4 4 3 4 4 3.8333333 sb 3 siswa 3 4 3 4 4 3 3 3.5 b 4 siswa 4 4 3 4 3 3 4 3.5 b 5 siswa 5 4 4 4 4 4 4 4 sb 6 siswa 6 3 4 4 3 4 3 3.5 b 7 siswa 7 4 3 4 3 3 4 3.5 b 8 siswa 8 3 3 4 3 4 4 3.5 b 9 siswa 9 4 4 4 4 4 4 4 sb 10 siswa 10 3 3 4 4 3 4 3.5 b 11 siswa 11 4 4 3 3 4 3 3.5 b 12 siswa 12 3 4 4 3 3 4 3.5 b 13 siswa 13 3 3 4 4 3 4 3.5 b 14 siswa 14 3 4 4 3 4 3 3.5 b 15 siswa 15 3 4 4 4 3 3 3.5 b 16 siswa 16 4 3 4 3 3 4 3.5 b 17 siswa 17 4 4 4 3 3 3 3.5 b 18 siswa 18 4 3 3 3 4 4 3.5 b 19 siswa 19 4 3 4 4 3 3 3.5 b 20 siswa 20 3 4 4 4 3 3 3.5 b 21 siswa 21 3 4 3 3 4 4 3.5 b 22 siswa 22 3 4 3 3 4 3 3.3333333 b 23 siswa 23 4 4 3 3 3 4 3.5 b 24 siswa 24 4 3 3 3 3 3 3.1666667 b 25 siswa 25 4 3 3 3 4 4 3.5 b 26 siswa 26 4 3 3 3 3 3 3.1666667 b vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.115 518 27 siswa 27 4 3 3 3 3 4 3.3333333 b 28 siswa 28 4 3 3 3 4 3 3.3333333 b 29 siswa 29 4 3 3 3 3 4 3.3333333 b 30 siswa 30 3 3 3 3 3 3 3 b 31 siswa 31 4 3 3 3 3 4 3.3333333 b 32 siswa 32 4 3 3 3 3 3 3.1666667 b keterangan penskoran : 4 = apabila selalu konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap 3 = apabila sering konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap dan kadang-kadang tidak sesuai aspek sikap 2 = apabila kadang-kadang konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap dan sering tidak sesuai aspek sikap 1 = apabila tidak pernah konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap keterangan penilaian sikap: a = sikap jujur b = sikap disiplin c = sikap tanggung jawab d =percaya diri e = sikap kerjasama f =sikap berani tabel 5. hasil angket tertutup terhadap penerapan metode pembelajaran “listen-pairs-share” no pernyataan respom jumlah prosentase ya tidak 1 apakah saudara merasa senang dengan mengikuti kegiatan pembelajaran bahasa inggris dengan metode ini? 32 0 32 100% 2 apakah menurut saudara pelajaran bahasa inggris itu mengasyikkan? 32 0 32 100% 3 menurut saudara, apakah cara guru mengajarkan keterampilan mendengarkan ini menarik dan menyenangkan? 29 3 32 90.60% 4 ketika pembelajaran mendengarkan berlangsung, apakah saudara dapat menangkap dan memahami pesan/ informasi yang disampaikan? 25 7 32 78% 5 setelah mengikuti pembelajaran ini, apakah saudara menjadi suka dan tertarik pelajaran bahasa inggris? 32 0 32 100% vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.115 519 pembahasan pada tabel 1 terlihat hasil ulangan kemampuan mendengarkan bahasa inggris siswa kelas viii-a smp negeri 2 ngawi sebelum metode inovasi pembelajaran melalui “listen-pairsshare” diaplikasikan. data tersebut merupakan gambaran umum tentang tingkat kemampuan mendengarkan siswa kelas viii-a smp negeri 2 ngawi yang masih rendah dan kurang dari kkm (kriteria ketuntasan minimal) yang ditentukan oleh pihak guru dan sekolah,yaitu 83. data tersebut juga menunjukkan bahwa siswa kelas viii-a smp negeri 2 ngawi mengalami kendala dalam pembelajaran mendengarkan. pada tabel distribusi bergolong menggambarkan hanya 40,1% atau 13 siswa yang hanya mendapatkan nilai di atas kkm. lalu, terdapat 19 siswa memperoleh nilai di bawah kkm. berdasarkan hasil data di atas, maka penulis mengaplikasikan sebuah inovasi pembelajaran melalui metode yang dinamakan “listen-pairs-share” yang membantu siswa kelas viii-a smp negeri 2 ngawi dalam meningkatkan kemampuan mendengarkan atau listening. setelah metode ini diterapkan di kelas viiia, maka diperoleh hasil data sebagaimana tersaji di dalam tabel 2. pada tabel tersebut menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata tes kemampuan mendengarkan siswa kelas viii-a smp negeri 2 ngawi, yaitu 83,3. komposisi penyebaran nilai tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: (1). ada 18 siswa atau 56,25% siswa yang mendapatkan nilai di atas kkm dan (2). 43,75% atau 14 siswa memperoleh nilai di bawah kkm. sedangkan pada tabel 3 distribusi bergolong pada hasil tes kemampuan mendengarkan (listening) siswa kelas viii-a smp negeri 2 ngawi diperoleh gambaran peningkatan hasil yang baik. rata-rata nilai ulangan tes kemampuan mendengarkan siswa adalah 85. peningkatan hasil inovasi pembelajaran ini juga dapat dilihat pada data hasil pengamatan sikap/perilaku siswa yang diamati oleh guru ketika proses pembelajaran berlangsung. guru mengamati 6 sikap dalam pembelajaran, yaitu jujur, disiplin, tanggung jawab, percaya diri, kerjasama, dan santun. jika merujuk gambaran data hasil pengamatan sikap atau perilaku siswa tersebut menunjukkan bahwa siswa kelas viii-a smp negeri 2 ngawi memperlihatkan sikap yang baik selama proses pembelajaran melalui model listen-pair-share ini. siswa rata-rata berpredikat “baik” pada masing-masing aspek sikap mereka terhadap pembelajaran di kelas. ada 3 dari 32 siswa di kelas yang memperoleh predikat “sangat baik”. sedangkan sisanya, yaitu 29 siswa mendapatkan predikat “baik”. di sisi lain, hasil pengamatan data kualitatif dari angket yang dibagikan ke siswa menunjukkan hasil yang memuaskan terhadap proses pembelajaran ini. dari pernyataan ke-1 tentang minat siswa terhadap pelajaran bahasa inggris, 32 siswa memberikan respon “ya”. artinya 100% siswa setuju dan senang dengan inovasi pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. pernyataan ke-2 tentang pendapat siswa terhadap pelajaran bahasa inggris diperoleh hasil 100% siswa menjawab “ya”. siswa sependapat bahwa bahasa inggris itu mengasyikkan. pernyataan ke-3 tentang bagaimana guru mengajarkan kemampuan endengarkan dengan metode “listen-pair-share”. 90,6% siswa menyukai inovasi pembelajaran ini. mereka berpendapat bahwa cara mengajar guru dengan metode tersebut sangatlah membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan mendengarkan atau listening. pada pernyataan ke-4, respon siswa terhadap pemahaman materi listening, sebanyak 78% siswa bisa menangkap informasi yang dimaksud di dalam isi/topik percakapan yang didengarkan. memang masih ada beberapa siswa yang belum bisa menangkap isi pesan atau materi listening. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.115 520 namun demikian, melalui latihan yang intensif, guru bisa memberikan latihan mendengarkan ini agar siswa menjadi terbiasa untuk mendengarkan materi bahasa inggris. menanggapi pernyataan ke-5, sebanyak 32 siswa memberikan respon baik setelah mereka mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model listen-pair-share. simpulan berdasarkan pada rumusan masalah pada karya ilmiah ini, yaitu (1) bagaimanakah penerapan model listen-pair-share pada pembelajaran listening di kelas viii-a smp negeri 2 ngawi dan (2) bagaimanakah model listen-pair-share dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran listening di kelas viii-a smp negeri 2 ngawi, maka hasil penerapan model listen-pair-share dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. pada prinsipnya model pembelajaran listen-pair-share dapat diterapkan pada pembelajaran listening dengan baik. model ini dikembangkan melalui tiga tahapan proses pembelajaran, yaitu listen, pairs, dan share. masing-masing tahapan tersebut mempunyai karekateristik pembelajaran yang berbeda-beda namun tetap dalam satu kesatuan yang menunjang proses pembelajaran listening. listen, artinya guru mengajak siswa untuk fokus dan konsentrasi mendengarkan informasi yang didengar, pairs artinya siswa dalam bimbingan guru melaksanakan kegiatan saling bertukar informasi dengan pasangannya. siswa saling mendengarkan dan mencatat informasi satu sama lain. kemudian, share artinya guru melaksanakan kegiatan diskusi kelas untuk membahas pertanyaan-pertanyaan yang ada di teks dan kegiatan peningkatan serta pemahaman kosakata dapat dimunculkan pada sesi ini. guru dapat mengembangkan lagi setiap tahapan tersebut dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran lain yang menunjang dan mendukung bagaimana siswa meningkatkan pemahaman kosakata, permainan yang menumbuhkan rasa keberanian, dan kerjasama kelompok. 2. dengan melihat hasil belajar siswa baik sebelum dan sesudah penerapan model listenpair-share, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model listen-pair-share dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas viii-a smp negeri 2 ngawi dalam keterampilan mendengarkan. indikator ini ditunjukkan dengan kenaikan nilai hasil belajar siswa dimana sebelum penerapan model ini yaitu 80, meningkat pada hasil belajar siswa di siklus ke-1 dan siklus ke-2, yaitu 83 dan 85. selain perubahan hasil belajar kognitif, penerapan model listen-pair-share di kelas viii-a smp negeri 2 ngawi, juga membawa dampak perubahan sikap/perilaku (afektif) siswa ketika proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. perubahan-perubahan itu muncul sebagaimana dijelaskan oleh teoritis penerapan pembelajaran kooperatif ini yaitu teori konstruktivisme yang lahir dari gagasan piaget dan vygotsky yang keduanya menekankan adanya hakekat sosial dalam belajar. sikap afektif siswa seperti, keaktifan belajar di kelas, kerjasama/gotong royong, disiplin, santun, dan keberanian mengungkapkan pendapat merupakan dampak implementasi model listen-pairs-share ini. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.115 521 daftar rujukan anita lie. 2008. cooperalitive learning. jakarta : pt grasindo. bowering, margaret, bridget m. leggett, and michael harvey. ”opening up thinking: reflections on group work in a bilingualpostgraduate program”international journal of teaching and learning in higher education, 2007, volume 19, number 2, 105-116issn: 1812-9129 farida,dkk. 2009. pembelajaran mendengarkan. departemen pendidikan nasional, direktorat jenderal peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, pusat pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan bahasa: jakata kementerian pendidikan dan kebudayaan. 2017. bahasa inggris. “when english rings a bell”. kelas viii. kementerian pendidikan dan kebudayaan: jakarta. susanah, sa’idi amin. “implementasi model struktur intelek dengan pengajuan masalah pada materi segi empat” dalam jurnal wahana, volume 51, nomer 2, desember 2008. moon, jayne. 2000. children learning english. oxfod: macmillian heinemann. richard, jack c. 2008. teaching listening and speaking from theory to practice. usa: cambridge university press sudjana, nana. 2010. penilaian hasil proses belajar mengajar. (cet. xv). bandung: pt. ramaja rosdakarya. suyanto, kasihani. 2007. english for young learners.jakarta: pt. bumi aksara. trianto. 2010. mendesain model pembelajaran inovatif-progresif: konsep, landasan, dan implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (ktsp). jakarta: kencana wahidmurni,alifin mustikawan,dan ali ridho. 2010. evaluasi pembelajaran: kompetensi dan praktik. yogyakarta: nuha letera. microsoft word 03-endang.docx vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.20 17 received : 01-07-2020 revised : 15-08-2020 published : 20-09-2020 buku pintar untuk peningkatan prestasi belajar menulis teks persuasif siswa kelas viic smp negeri 1 wonomerto endang susilowati smpn 1 wonomerto probolinggo, indonesia endangsus58@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan prestasi siswa dalam menulis teks persuasif dan perubahan perilaku menulis teks persusif dengan buku pintar. buku pintar membuat peserta didik bersemangat dalam menulis. secara tidak langsung meningkatkan prestasi belajar menulis teks persuasif peserta didik sehingga terpenuhi kkm kelas dan individu. penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (ptk) dengan subjek penelitian adalah guru mata pelajaran bahasa indonesia dan objek penelitiannya adalah peserta didik kelas viii c. buku pintar berhasil meningkakan prestasi belajar menulis teks persuasif dengan ratarata peningkatan sebesar 30 poin pada seluruh aspek penilaian, 14 poin melampaui nilai kkm sebesar 75. abstract: this study aims to describe the increase in student achievement in writing persuasive texts and changes in the behavior of writing persuasive texts using smart books. smart books make students excited in writing. indirectly, it increases the learning achievement of students in writing persuasive texts so that class and individual kkm are fulfilled. this research is a classroom action research (ptk) with the research subject being indonesian language subject teachers and the object of research is students of class viii c. smart books have succeeded in increasing learning achievement in writing persuasive texts with an average increase of 30 points in all aspects of assessment 14 points exceeded the kkm score of 75. kata kunci: bahan ajar pembelajaran, buku pintar, teks persuasif vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.20 18 pendahuluan dalam pembelajaran kompetensi dasar 4.11 disebutkan menceritakan kembali m bentuk teks persuasif dengan memperhatikan struktur, unsur kebahasaan, dan isi secara lisan dan tulismenulis teks prosedur dengan memperhatikan pilihan kata, kelengkapan struktur, dan kaidah penggunaan kata kalimat/ tanda baca/ejaan dengan indikator pencapaian kompetensi 4.6.2 menulis teks persuasif dengan memperhatikan pilihan kata, kelengkapan struktur, dan kaidah penggunaan kata kalimat/ tanda baca/ejaan pada viii c smp negeri 1 wonomerto tahun pelajaran 2019/2020 , dijumpai fakta sebagai berikut: 1. terdapat 52 % peserta didik berhasil mencapai kkm pada kd ini. dan 48 % tidak berhasil mencapai kkm dengan nilai rata-rata kelas sebesar 67. dapat dikatakan pembelajaran pada kd ini belum berhasil mencapai kkm sebesar 75. 2. hasil pengamatan dalam pembelajaran menulis teks persuasif terdapat 50 % peserta didik tidak aktif, tidak minat, dan tidak bisa bekerja sama dengan kelompoknya, dengan kepercayaan diri 18 % . dua fakta di atas penyebab peserta didik belum memenuhi kriteria indikator dalam pencapaian kompetensi. oleh karena itu, dipilih media pemeblaajran buku pintar untuk menyelesaikan masalah tersebut yang dikembang dengan penelitian tindakan kelas (ptk) . diharapkan dengan langkah di atas dapat menyelesaikan permasalahan sehingga peserta didik mampu menulis teks persuasif dan indikator pencapaian kompetensi terpenuhi. teks persuasif adalah kumpulan paragraf yang inti dari bacaan yang disuguhkan adalah untuk mengajak, membujuk, atau menyuruh dan meyakinkan pembaca agar terpengaruh bacaan sehingga memiliki pemikiran yang sama. harapannya, pembaca akan mengikuti dan melakukan apa yang sudah dituliskan oleh penulis didalam teks persuasi. hal yang harus diperhatikan dalam membuat teks persuasif 1. pemilihan kata: kata: kata-kata yang digunakan untuk menyusun paragraf dalam teks persuasi haruslah menarik. kalimat yang disusun dengan menarik akan lebih meninggalkan kesan yang baik untuk pembacanya. 2. kemampuan mengolah emosi: kemampuan mengolah emosi: pemilihan kata yang menarik pada poin di atas dapat digunakan . rangkaian kata untuk menyusun teks persuasi sebaiknya dibuat dengan baik sehingga emosi dapat tersampaikan kepada pembaca. 3. data/bukti: sertakan data, bukti, dan fakta: menambahkan bukti-bukti atau fakta untuk memperkuat gagasan yang kalian tulis dalam teks persuasi. buku adalah kumpulan beberapa lembar kertas yang disampul berisi teks yang ditulis penulis. sedangkan pintar artinya pandai. istilah buku pintar diciptakan untuk memotivasi peserta didik gemar menulis, dan mengabadikan karya tulisnya dalam buku sederhana yang dibuatnya, dikreasi sendiri baik bentuk, modelnya, sampulnya, isinya, penulisannya. dengan gaya/ stile penulisnya sendiri. penulisannya ada dua cara, yaitu: (1) ditulis tangan, dan (2) diketik computer. buku pintar adalah buku ditulis yang berisi karya teks yang oleh penulis sendiri. bukan karya orang lain. untuk mengabadikan karya peserta didik. diinspirasi semangat melahirkan penulis handal, pembelajaran menulis di arahkan agar peserta didik menghasilkan karya yang terbaik tidak terlupakan dan terbuang sia-sia, bisa dibaca dan dinikmati peserta didik lain diperpustakaan dengan mementingkan rasa bangga dengan karya sendiri, dan terus bersemangat belajar menghasilkan kaya terbaik. peserta didik smpn krejengan terus berjuang melengkapi pengetahuannya tentang menulis. buku pintar dipilih sebagai wadah menuangkan karya terbaik dari hasil proses kreatifnya menulis. kali ini vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.20 19 buku pintar dimanfaatkan untuk menuangkan ide kreatif menulis teks persuasif. dengan demikian, tersebutlah buku ini buku pintar menulis teks persuasif. kerangka berpikir pada penelitian tindakan kelas ini, yaitu: 1. buku pintar membuat peserta didik bersemangat menulis buku pintar paling baik. secara tidak langsung meningkatkan prestasi belajar menulis teks persuasif peserta didik. 2. buku pintar memotivasi belajar menulis teks persuasif peserta didik hingga terpenuhi kkm kelas dan individu. metode penelitian subjek (pelaku) penelitian adalah guru mata pelajaran bahasa indonesia. dan objek penelitiannya adalah peserta didik kelas viii c yang berjumlah 24 orang . yang mempelajari materi bab iii tentang teks prosedur. lokasi penelitian di kelas viii c smp negeri 1 wonomerto yang beralamat di jl. raya sukapura 34 kecamatan wonomerto kabupaten probolinggo. penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (ptk) atau classroom action research (car) yang dilakukan secara kolaboratif. ptk dilakukan dengan pengkajian berulang. terdapat empat langkah dalam ptk yang meliput : (1) perencanaan (planning); (2) tindakan (action); (3) pengamatan (observation); dan (4) refleksi (reflection). penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya hingga tercapai indikator keberhasilan penelitian yang diinginkan. adapun alur penelitiannya adalah sebagai berikut. gambar 1: model penelitian tindakan kelas kemmis dan mc taggart. perencanaan (plan) tindakan dan pengamatan (action) pengamatan (observation) refleksi vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.20 20 dalam prosedur penelitian tindakan kelas terdapat beberapa tahapan, yaitu: 1. tahapan penelitian siklus i a. perencanaan, merupakan tahap awal kegiatan untuk menentukan lagkah-langkah pemecahan masalah, rencana pelaksanaan pembelajaran, menyusun pedoman observasi dan wawancara, menyusun rancangan evaluasi, menentukan objek dan mempersiapkan alat dokumentasi. b. tindakan, merupakan pelaksanaan rencana tindakan pada siklus i dilakukan dalam dua kali pertemuan yang dilakukan oleh guru dengan menerapkan strategi pembelajaran raft (role-audience-format-topic). c. observasi, dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan mencatat kejadian-kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi dengan membuat lembar catatan lapangan. hal yang diamati selama proses pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran dan aktivitas guru maupun siswa selama pelaksanaan pembelajaran. d. refleksi, dilakukan evaluasi dari pelaksanaan tindakan pada siklus i untuk perencanaan pembelajaran siklus berikutnya. refleksi pada akhir pembelajaran bertujuan untuk megetahui kelebihan dan kelemahan pembelajaran yang telah dilaksanakan. apabila indikator keberhasilan belum tercapai, hasil refleksi digunakan untuk menentukan langkah lebih lanjut sebagai dasar perbaikan pada pembelajaran berikutnya pada siklus ii dan seterusnya instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu: (1) lembar observasi, lembar observasi untuk mendata, memberikan gambaran proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. lembar observasi diisi berdasarkan pedoman observasi yang digunakan untuk mengobservasi siswa; (2) pedoman wawancara terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui peningkatan yang terjadi pada pembelajaran menulis teks prosedur dengan buku pintar; (3) tes adalah tes tertulis siswa belajar menulis teks prosedur dengan buku pintar (4) dokumentasi, dan catatan lapangan. analisis tes dilakukan dengan cara menentukan komponen penilaian bercerita fantasi dengan skala untuk masingmasing aspek penilaian. hal ini dilakukan untuk menghindari subjektivitas dalam penilaian. tabel 1. penilaian menulis teks persuasif no aspek penilaian kriteria skor 1 isi teks judul singkat, padat, dan jelas ada 1 tidak 0 argumentasi ada 1 tidak 0 fakta ada 1 tidak 0 persuasi ada 1 tidak 0 penutup/ kesimpulan ada 1 tidak 0 2 pengembangan ide jelas 1 tidak 0 logis logis 1 tidak 0 sesuai judul sesuai 1 vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.20 21 tidak 0 3 buku pintar ada 1 tidak 0 kreatifitas ada 1 tidak 0 tulisan rapi 1 hasil dan pembahasan tahap pratindakan perilaku peserta didik kelas viii c pada tahap pratindakan dalam pembelajaran menulis teks persuasif, mencapai 50 % peserta didik aktif mengingikuti pembelajaran dan 60 % peserta didik berminat mengikuti pembelajaran dengan baik dan nilai kepercayaan diri dalam mulis teks persuasif 40 % peserta didik penuh percaya diri. dan kerjasama yang baik tampak pada 70 % peserta didik dari 24 anak dalam mengikuti mengikuti pembelajaran. kondisi ini jauh dibawah kkm 75. pada tahap pra tindakan prestasi belajar menulis teks persuasif pada aspek penilaian struktur teks terdapat 80 % peserta didik yang menulis judul teks persuasif yang ditulisnya. 20 % belum memberi judul pada teks persuasif yang ditulisnya. paragraf argumentasi pada awal isi ditulis sebanyak 50 % peserta didik, dan 50 % tidak menulisnya. sedangkan yang berhasil menulis paragraf yang berisi fakta sebanyak 60% dari 24 peserta didik dan 40 % tidak menulisnya. paragraf persuasif berhasil ditulis dengan baik sebanyak 70 % peserta peserta didik, dan 30% persen peserta didik tidak menulis paragraf persuasif dengan baik. bagian akhir atau penutup ditulis sebabyak76 % peserta didik dan 24% persen peserta didik tidak menulis bagian penutup teks persuasif. dengan rata-rata penulisan struktur teks persuasif prestasi kelas 67 % masih dibawah kkm 75 % , 8 point dibawah ekspektasi kkm kelas 75. pada aspek penulisan struktur kebahasaan yang meliputi 4 (empat ) aspek penilaian, antara lain: (1) pengembangan ide penulisan dilakukan dengan baik oleh 70 % peserta didik , dan 30 % peserta didik belum mengembangkan idenya dengan baik. aspek lain yang mempengaruhi adalah sebanyak 60 % peserta didik menulis teks persuasif sesuai dengan judul yang tulisnya. namun terdapat 40 % peserta didik melunis teks persuasifnya menyimpang dari judul yang dipilihnya. ada hal menarik dijumpai dalam penelitian ini, pilihan kata/ diksi diperhatikan peserta didik sebanyak 70 % peserta didik, ini sangat membantu dalam pengembangan ide paragraf. meskipun masih ada 30 % peserta didik yang tidak memerhatikan diksi ddan ini masih rendah jauh di bawah kkm. dengan rata-rata nilai struktur kebahasaan teks persuasif 62 %. ada 13 poin dibawah kkm . merunut penjelasan di atas pada tahap pratindakan rata-rata kkm kelas viii c pada keterampilan menulis teks persuasif 8 poin dan 13 poin masih jauh dibawah kkm. berdasarkan data yang diperoleh pada tahap pratindakan, peneliti mengajak peserta didik kembali belajar menulis teks persuasif untuk memperbaiki prestasi pada tahap pratindakan, dengan cara menulis teks yang telah ditulis peserta didik diperbaiki. dan perbaikannya ditulis pada buku pintar menulis teks persuasif . pada tahap siklus 1 aspek penilaian ditambah pembuatan buku pintar. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.20 22 siklus i pada tahap siklus 1 proses pembelajaran menulis teks persuasif dikembangkan dengan menggunakan buku pintar sebagai media penulisan teks persuasif, untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi pada siklus pra tindakan. dan inovasi pemilihan media penulisan ini mencairkan suasana pembelajaran pada siklus 1, sehingga suasana pembelajaran sangat interaktif, komunikatif dan lebih dinamis dibanding pada tahap pra tindakan perilaku peserta didik kelas viii c pada tahap siklus 1 dalam pembelajaran menulis teks persuasif, mencapai 100 % peserta didik aktif mengingikuti pembelajaran dan 85% peserta didik berminat mengikuti pembelajaran dengan baik dan nilai kepercayaan diri dalam mulis teks persuasif 90 % peserta didik penuh percaya diri. dan kerjasama yang baik tampak pada 80 % peserta didik dari 24 anak dalam mengikuti pembelajaran. dengan rata-rata perubahan perilaku meningkat menjadi 89 % melampaui kkm. kondisi ini 14 poin melampaui dibawah kkm 75. untuk lebih memperjelas informasi perubahan perilaku menulis peserta didik kelas viii c pada pra tindakan perhatikan grafik berikut ini. gambar 2. grafik perubahan perilaku menulis teks persuasif pada tahap pra tindakan prestasi belajar menulis teks persuasif pada aspek penilaian struktur teks terdapat 100 % peserta didik yang menulis judul teks persuasif yang ditulisnya. 0 % belum memberi judul pada teks persuasif yang ditulisnya. paragraf argumentasi pada awal isi ditulis sebanyak 80 % peserta didik, dan 20 % tidak menulisnya. sedangkan yang berhasil menulis paragraf yang berisi fakta sebanyak 90% dari 24 peserta didik dan 10 % tidak menulisnya. paragraf persuasif berhasil ditulis dengan baik sebanyak 85 % peserta peserta didik, dan 15 % persen peserta didik tidak menulis paragraf persuasif dengan baik. bagian akhir atau penutup ditulis sebabyak 100 % peserta didik dan 0 % persen peserta didik tidak menulis bagian penutup teks persuasif. dengan rata-rata penulisan struktur teks persuasif prestasi kelas 91 % melampaui kkm 75 % , 16 poin di atas ekspektasi kkm kelas 75. data perolehan presetasi penulisan struktur teks persuasif dapat dilihat pada grafik berikut ini. 0 100 berani minat percaya diri kerja sama perubahan perilaku menulis teks persuasif siklus i vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.20 23 gambar 3. grafik penulisan struktur teks persuasif pada aspek penulisan struktur kebahasaan yang meliputi 4 (empat ) aspek penilaian, antara lain: (1) pengembangan ide penulisan dilakukan dengan baik oleh 100 % peserta didik , dan 0 % peserta didik belum mengembangkan idenya dengan baik. aspek lain yang mempengaruhi adalah sebanyak 80 % peserta didik menulis teks persuasif sesuai dengan judul yang tulisnya. namun terdapat 20 % peserta didik menunis teks persuasifnya menyimpang dari judul yang dipilihnya. ada hal menarik dijumpai dalam penelitian ini, pilihan kata/ diksi diperhatikan peserta didik sebanyak 90 % peserta didik, ini sangat membantu dalam pengembangan ide paragraf. meskipun masih ada 10 % peserta didik yang tidak memerhatikan diksi dan rata-rata nilai pretasi pada aspek ini melampaui nilai kkm. dengan rata-rata nilai struktur kebahasaan teks persuasif 88 %. ada 13 poin melampaui kkm . untuk lebih jelasnya perhatikan grafik dibawah ini. gambar 4. penulisan struktur kebahasaan persuasif pada aspek penilaian pembuatan buku pintar peserta didik yang menulis teks persuasifnya pada buku pintar menulis teks persuasif yang dibuatnya sendiri dengan rapi dan menarik. sehingga tulisan teks persuasifnya di dokumentasikan dadam sebuah buku karya mereka sendiri. sebagai sebuah pengalaman baru yang belum pernah dilakukannya peserta didik bersemangat melakukkannya. hal ini dibuktikan dengan data seluruh peserta didik kelas viii c menulis teks persuasifnya dalam buku pintar yang bersampul buku sebanyak 100% 0 50 100 judul argumentasi fakta persuasif penutup penulisan struktur teks siklus 1 0 100 se su ai… pe ng em b… pil ha n k at a ka lim at … struktur kebahasaan siklus 1 vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.20 24 peserta didik dari 24 orang. buku pintar merka ditulis dengan kreatif oleh 80 % peserta didik dengan kreasi dan sentuhan penuh kesabaran terlihat dari hasil karyanya buku itu ditulis dengan sepenuh hati dengan tulisan yang rapi sebesar 90 % peserta didik pad teks persuasifnya dengan tulis tangan. rata-rata kelas pada siklus 1 mencapai 92 % melampaui 48 poin pada nilai kkm. gambar 5. grafik penulisan teks persuasif berdasarkan penjabaran data di atas , jelas terlihat terjadi peningkatan secara signifikan pada prestasi belajar menulis teks persuasive pada buku pintar di tahap siklus 1 dengan di bandingkan menggunakan metode menulis konvesnsional pada tahap pratindakan. agar lebih jelas melihat perbandingan perningkatan prestasi belajar pada pra tindakan dilanjutkan penjelasan nilai peningkatannya pada setiap aspek penilaian. setelah melihat perolehan hasil pengamatan terhadap perilaku dan penilaian langsung pada keterampilan menulis yang meliputi aspek struktur teks dan struktur kebahasaan dapat kita bandingkan perolehan perubahan perilaku pada tahap pra tindakan dengan siklus1 sebagai berikut. gambar 6. perbandingan perubahan perilaku menulis teks persuasif c 0 50 100 buku pintar kreatif tulisan menulis teks persuasif di buku pintar siklus 1 0 20 40 60 80 100 aktif minat percaya diri kerja sama pra tindakan siklus 1 vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.20 25 peningkatan prestasi belajar peserta didik kelas vii c terlihat perubahan perilaku semakin positif sebesar 68 poin pada siklus 1 di banding pada tahap pratindakan , yang diindikasikan dengan beberapa peningkatan antara lain pada keaktifan bertambah 50 poin pada siklus 1. diikuti minat belajar meningkat 25 poin. yang sangat mengejutkan peningkatan yang sangat tajam terlihat pada kepercayaan diri peserta didik dalam menulis teks prosedur mencapai 50 poin. perilaku takut salah yang terlihat pada tahap pratindakan tidak lagi terlihat pada siklus 1. diikuti peningkatan sebesar 10 poin pada kerja sama peserta didik dalam menyelesaikan tugas dan mengasah keterampilan menulis teks persuasif. ratarata peningkatan perubahan perilaku menulis teks persuasif sebesar 68 poin. gambar 7. grafik peningkatan perubahan perlaku menulis teks persuasif setelah melihat perolehan hasil prestasi peserta didik pada penulisan teks persuasif pada keterampilan menulis yang meliputi aspek struktur teks dan struktur kebahasaan dapat kita membandingkan perolehan pada tahap pra tindakan dengan siklus1 sebagai berikut, untuk selanjutnya menemukan nilai peningkatan pada tiap aspek penilaian. berikut penjelasan perbandingan pada tiap aspek penilaian. gambar 8. grafik perbandingan prestasi menulis struktur teks persuasif pada aspek struktur teks, terdapat penambahan sebesar 24 poin dibanding tahap pratindakan, dengan rincian sebagai penulisan judul teks persuasif meningkat sebesar 20 poin dibanding tahap pratindakan. penulisan paragraf argument sesuai dengan judul teks persuasif meningkat sebesar 30 poin. penulisan paragraph fakta yang baik pada teks persuasif dilakukan peserta didik meningkat 30 poin. paragraf persuasi ditulis pada teks 0 20 40 60 berani minat percaya diri kerja sama 0 50 100 ju du l ar gu me nt as i fa kta pe su as i pe nu tu p pratindakan siklus 1 vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.20 26 persuasif meningkat sebesar 15 poin . dan dan peningkatan sebesar 24 poin pada penulisan paragraf penutup dalam teks pesuasif yang ditulis peserta didik. untuk melihat lebih rinci peningkatan prestasi peserta didik kelas viii c pada pembelajaran menulis teks persuasif sebagai berikut. gambar 9. grafik peningkatan prestasi menulis struktur teks persuasif setelah melihat perolehan hasil pengamatan terhadap perilaku dan penilaian langsung pada keterampilan menulis yang meliputi aspek struktur teks dan struktur kebahasaan dapat kita bandingkan perolehan perubahan perilaku pada tahap pra tindakan dengan siklus1 sebagai berikut: gambar 10. grafik perbandingan prestasi menulis struktur kebahasaan persuasif pada aspek struktur kebahasaan, terdapat penambahan sebesar 25 poin dibanding menulis tahap pratindakan,dengan rincian sebagai pengembangan ide meningkat sebesar 30 poin dibanding tahap pratindakan. penulisan paragraf sesuai dengan judul teks persuasif meningkat sebesar 20 poin. penulisan teks persuasif peserta didik memerhatikan pilihan kata meningkat sebesar 20 poin . dan peningkatan sebesar 30 % pada penulisan kalimat efektif dalam teks pesuasif yang ditulis peserta didik meningkat 30 poin. untuk melihat lebih rinci peningkatan prestasi peserta didik kelas viii c pada pembelajaran menulis teks persuasive sebagai berikut. 0 10 20 30 ju du l ar gu me nt as i fa kta pe rsu as i pe nu tu p 0 20 40 60 80 100 pe ng em ba ng an id e se su ai jud ul pil iha n k at a ka lim at ef ek tif vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.20 27 gambar 11. grafik peningkatan prestasi menulis struktur kebahasaan dari uraian di atas pada siklus terjadi peningkatan rata-rata kelas pada seluruh aspek penilaian sebesar 30 poin dibanding pada tahap pratindakan. dengan nilai rata-rata prestasi kelas 14 poin melampau kkm. simpulan berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa buku pintar berhasil meningkakan prestasi belajar menulis teks prosedur pada kelas viii c smp negeri 1 wonomerto tahun pelajaran 2019/2020 dengan ratarata peningkatan sebesar 30 poin pada seluruh aspek penilaian, 14 poin melampaui nilai kkm sebesar 75. berdasarkan simpulan tersebut, disarankan buku pintar dapat digunakan pada pembelajaran menulis teks lainnya. dengan modifikasi yang lebih kreatif lagi. daftar rujukan [1] departemen pendidikan nasional. 2005. kamus besar bahasa indonesia. jakarta: balai pustaka. [2] departemen pendidikan nasional. 2017. buku siswa bahasa indonesia revisi 2017. kelas viii jakarta: balai pustaka. [3] departemen pendidikan nasional. 2017. buku siswa bahasa indonesia revisi 2017. kelas viii jakarta: balai pustaka. [4] kurniasari, rina. 2010. peningkatan keterampikan bercerita siswa kelas viic smp negeri 2 karanganyar, kebumen dengan menggunakan media komik tanpa kata. skripsi. yogyakarta : program studi bahasa dan sastra indonesia, fbs universitas negeri yogyakarta. [5] kustandi dan sutjipto. 2011. media pembelajaran manual dan digital. jakarta: ghalia indonesia madya. [6] nugraha. 2009. media pembelajaran. http://yudinugraha.co.cc/?. diunduh pada tanggal 29 oktober 2011 [7] suwarsih. 2006. teori dan praktik penelitian tindakan. bandung: alfabeta. [8] nurgiyantoro, burhan. 2009. penilaian dalam pengajaran bahasa dan sastra. yogyakarta. 0 50 pengembangan ide sesuai judul pilihan kata kalmat efektif peningkatan prestasi microsoft word 09-rusli.docx vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.128 643 received : 13-03-2021 revised : 15-04-2021 published : 07-05-2021 bibliobattle sebagai sarana meningkatkan minat dan keterampilan siswa dalam meresensi buku di masa pandemi covid-19 masfufah rusli man 1 mojokerto, indonesia ruslimasfufah1975@gmail.com abstrak selama pembelajaran daring (pjj) di masa pandemic covid-19, kompetensi dasar (materi pembelajaran) yang berkaitan dengan keterampilan menulis resensi memeroleh hasil kurang maksimal, baik dari minat maupun dari teknik menulis sehingga kompetensi dasar yang ditetapkan tidak tercapai. untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pencapaian kompetensi dasar menulis resensi ini, diperlukan metode khusus. bibliobattle dipilih sebagai cara untuk meningkatkan minat dan keterampilan meresensi di masa pandemi covid-19. penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana bibliobattle mampu meningkatkan minat dan keterampilan siswa dalam meresensi buku. metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi (pengamatan). hasil yang diperoleh, bibliobattle mampu meninkatkan minat dan keterampilan siswa dalam meresensi buku di masa pandemic covid-19. kata kunci: bibliobattle; resensi; menulis vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.128 644 pendahuluan keterampilan dalam berbahasa dibagi menjadi empat tataran, yakni, keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. dari keempat keterampilan tersebut, keterampilan yang memiliki tingkat kesulitan paling tinggi adalah keterampilan menulis. hal ini disebabkan hasil akhir dari keterampilan menulis, seseorang dituntut untuk menghasilkan sesuatu atau memproduksi sesuatu, yakni tulisan. untuk menghasilkan tulisan ini tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat, melainkan membutuhkan waktu berlatih yang panjang dan terus menerus. selain itu, dalam keterampilan menulis juga dibutuhkan kecerdasan dan ketelitian penulis. (riyanti, 2019) kemampuan keempat keterampilan tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, dapat dikatakan keempatnya saling terkait. keterampilan menulis tidak akan dapat dicapai dengan sempurna jika seseorang tidak menguasai keerampilan membaca. hal ini telah diamanatkan pada pedoman mata pelajaran bahasa indonesia penyelarasan kurikulum 2013 (kemendikbud, 2016), yakni menekankan agar peserta didik mampu mendengarkan, berbicara, memirsa (viewing), membaca, dan menulis. kompetensi dasar (kd) dalam mata pelajaran bahasa indonesia dikembangkan berdasarkan keseluruhan keterampilan berbahasa tersebut secara terpadu, saling berhubungan, dan saling mendukung dalam pengembangan tiga lingkup materi utamanya, yakni pembelajaran berbahasa, bersastra, dan pengembangan literasi. selain itu, pada ranah pengembangan literasi, literasi diartikan sebagai kemampuan peserta didik dalam “melek wacana”. keterampilan awalnya menekankan pada pengembangan kompetensi menulis dan membaca. kemampun berliterasi merupakan bentuk integrasi dari kemampuan mendengarkan, berbicara, memirsa, membaca, menulis, dan berpikir kritis. dalam pengembangannya, literasi merupakan upaya peningkatan kemampuan berbahasa dan bersastra yang berhubungan dengan keberhasilannya dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. hal itu di antaranya ditandai dengan kegemaran dan kemampuannya dalam membaca makna tersurat dan tersirat, kemampuan menulis secara benar dan jelas; serta dapat mengembangkan kemampuannya itu melalui berbagai kegiatan sehari-hari di sekolah, di masyarakat,ataupun di dunia kerja nantinya. untuk mewujudkan hal yang termaktub dalam kurikulum tersebut, diperlukan upaya yang maksimal dalam pembelajaran bahasa indonesia, khususnya pembelajaran menulis. salah satu kompetensi dasar menulis yang harus dikuasai oleh siswa klas xii adalah menulis resensi. kegiatan menulis resensi buku memiliki manfaat yang cukup mendasar bagi kemampuan siswa. dalam menulis resensi buku siswa dituntut untuk terampil membaca dan menulis. keterampilan menulis ini sangat berguna bagi para siswa agar dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya, dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan, lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi, dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat, dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara objektif, lebih mudah memecahkan permasalahan dengan cara menganalisis tulisannya, mendorong siswa untuk terus belajar aktif dan membiasakan siswa berfikir serta berbahasa secara tertib dan teratur (riyanti, 2019). pada pembelajaran kompetensi dasar menulis resensi siswa kelas xii man 1 mojokerto juga diperlukan upaya-upaya khusus agar memeroleh hasil yang terbaik, mengingat untuk tahun ini pandemi covid-19 melanda negeri ini sehingga pembelajaran dilakukan secara daring atau pembelajaran jarak jauh (pjj). vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.128 645 selama pembelajaran daring (pjj), kompetensi dasar (materi pembelajaran) yang berkaitan dengan keterampilan menulis, banyak siswa yang terlambat dalam pengumpulan tugas serta hasil kerja yang copas dari karya orang lain (maraknya plagiarisme). faktor tersebut menjadi indikator bahwa hasil pembelajaran menulis kurang maksimal, baik dari minat maupun dari teknik menulis sehingga kompetensi dasar yang ditetapkan tidak tercapai. untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pencapaian kompetensi dasar menulis resensi ini, diperlukan metode khusus. bibliobattle dipilih sebagai cara untuk meningkatkan minat dan keterampilan meresensi di masa pandemi covid-19. hal ini diasumsikan bahwa dengan bibliobattle siswa akan lebih tertarik untuk meresensi buku dengan baik sesuai ketentuan sebuah resensi buku. bibliobattle merupakan kegiatan yang memperlombakan presentasi terhadap isi sebuah buku. peserta mempresentasikan isi buku layaknya meresensi buku namun dikemas dalam bentuk video yang dilombakan. peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah orang telah paham terhadap buku yang dipaparkan. (panuntun, 2018). pendapat lain mengatakan bahwa bibliobattle challenge adalah permainan ulasan buku yang dikembangkan di graduate school of informatics di kyoto university (jepang). bibliobattle challenge ini dilaksanakan untuk mengembangkan komunikasi mahasiswa dalam memotivasi orang lain untuk memiliki minat membaca buku untuk selanjutnya minat tersebut dibagikan melalui media sosial. dalam pelaksanaan bibliobattle challenge tersebut mahasiswa diminta untuk mengulas buku favorit terpilih di kelas dalam bentuk video kemudian mengunggahnya ke akun media sosial pribadinya. (fauziah, 2019) sedangkan agustina & rusmono pada tahun 2018 dengan judul “boosting communication skills of millenial generation through bibliobattle” hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi yang diperoleh oleh generasi milenial dapat diasah atau dibuat melalui kegiatan bibliobattle challenge. taniguchi dengan judul “bibliobattle: informal community scheme based on book review session” yang dilakukan di kyoto university tahun 2009, pada penelitian ini ditemukan hasil bahwa bibbliobattle tidak hanya memiliki satu fungsi, yaitu, berbagi informasi, tetapi juga memiliki berbagai fungsi seperti, kemampuan mengembangkan komunikasi, membuat buku menarik, dan menghasilkan konten video yang natural. (dalam fauziah, 2019) sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh paparan bagaimana bibliobattle sebagai sarana meningkatkan minat dan keterampilan siswa dalam meresensi buku di masa pandemi covid-19. metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. penelitian deskriptif kualitatif merupakan metode penetian yang berfokus pada pendeskripsian fenomenafenomena yang berhubungan dengan perilaku manusia maupun latar belakangnya dalam memecahkan masalah. penelitian ini dilakukan tidak untuk menganalisis angka namun mendeskripsikan hasil penelitian secara detail. penelitian deskriptif kualitatif dimaksudkan untuk mendefinisikan sebuah kejadian untuk mendapatkan sebuah arti, konsep, karakteristik, metafora, simbol, maupun deskripsi (angrosino, dalam pertiwi & weganofa, 2015). demikian juga dengan penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kuaitatif karena mendeskripsikan perubahan perilaku siswa. khususnya, yang berkaitan dengan minat dan keterampilan dalam meresensi buku. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.128 646 dalam pengambian data, peneliti melakukan beberapa tahapan yaitu: (a) menentukan siswa yang menjadi subyek penelitian, (b) melakukan pengamatan selama proses pembuatan video bibliobattle, (c) mengumpulkan dengan mengunggah video bibliobattle di instagram masing-masing siswa dan menandai instagram peneliti. karena cara mengumpulkan data pada penelitian ini menggunakan observasi (pengamatan), alat penelittian yang digunakan adalah seperangkat aturan dalam melakukan pengamatan. seperangkat aturan yang dimaksud berupa rubrik yang berisi hal-hal atau kegiatan yang akan diamati pada proses dan hasil pembuatan bibliobattle (resensi buku)/ video bibliobattle responden karya dari 63 siswa mipa 2 dan mipa 6 semester vi. hal ini seperti yang dikatakan oleh aedi (2010: 5-6) bahwa alat pengamatan yang berupa seperangkat aturan pengamatan ini, biasa digunakan dalam kegiatan pengamatan yang tersistem, yakni pengamat bekerja sesuai dengan aturan yang telah dibuat. aturan-aturan tersebut berisi daftar jenis kegiatan yang kemungkinan terjadi atau kegiatan yang akan diamati. kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai 1 februari 2021 sampai dengan 31 maret 2021, pada siswa mipa 2 dan mipa 6 semester vi man 1 mojokerto, dengan menggunakan desain penelitian antara lain: merencanakan penelitian, melaksanakan penelitian, dan menyusun laporan penelitian. pada kegiatan perencanaan, peneliti merumuskan masalah, menentukan tujuan, melakukan pengamatan (survei) awal. pada tahap pelaksanaan penelitian, yang dilakukan adalah reduksi data (pengumpulan dan penyeleksian), pengolahan dan penyajian data. pada tahap pelaporan inilah peneliti melaporkan (menulis) semua hal yang telah dilakukan mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian. hasil data hasil observasi awal terhadap minat dan keterampilan siswa dalam menulis resensi pada masa pandemi covid-19 (pembelajaran jarak jauh/ daring) tersaji sebagai berikut tabel 1. hasil pengamatan terhadap minat meresensi buku no rombel jumlah siswa siswa yang memenuhi aspek penilaian ketepatan waktu pengumpulan originalitas karya kreativitas (dalam angka) (dalam persen) (dalam angka) (dalam persen) (dalam angka) (dalam persen) 1 mipa 2 semester vi 35 17 48 % 7 20 % 16 45 % 2 mipa 6 semester vi 28 13 46 % 10 36 % 12 42 % dari tabel 1 tersebut, dapat dilihat bahwa dari dua rombongan belajar (rombel), siswa yang memenuhi aspek penilaian (indikator penilaian) minat terhadap pembelajaran meresensi buku pada aobservasi awal (tanpa menggunakan bibliobattle) masing-masing tidak mencapai 50%. memenuhi aspek penilaian diartikan bahwa siswa seharusnya mencapai kriteria ketuntasan minimal (kkm) pada kompetesi dasar meresensi buku, yakni 78. pada rombongan belajar mipa 2 semester vi, ketepatan waktu pengumpulan tugas hanya 48% atau 17 siswa dari 35 siswa; originalitas karya (keaslian karya yang dibuat) hanya 20%, unsur plagiarisme masih mendominasi; kreativitas dari karya yang dihasilkan hanya 45% atau 16 siswa dari 35 siswa. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.128 647 pada rombongan belajar mipa 6 semester vi, ketepatan waktu pengumpulan tugas hanya 46% atau 13 siswa dari 28 siswa; originalitas karya (keaslian karya yang dibuat) hanya 36%, unsur plagiarisme masih mendominasi; kreativitas dari karya yang dihasilkan hanya 42% atau 12 siswa dari 28 siswa. tabel 2. hasil pengamatan terhadap keterampilan meresensi buku no rombel jumlah siswa siswa yang memenuhi aspek penilaian struktur resensi kebahasaan (dalam angka) (dalam persen) (dalam angka) (dalam persen) 1 mipa 2 semester vi 35 7 20 % 5 14 % 2 mipa 6 semester vi 28 10 36 % 7 25 % dari tabel 2 tersebut, dapat dilihat bahwa dari dua rombongan belajar (rombel), siswa yang memenuhi aspek penilaian (indikator penilaian) penguasaan keterampilan terhadap pembelajaran meresensi buku pada aobservasi awal (tanpa menggunakan bibliobattle) masing-masing tidak mencapai 50%. memenuhi aspek penilaian diartikan bahwa siswa seharusnya mencapai kriteria ketuntasan minimal (kkm) pada kompetesi dasar meresensi buku, yakni 78. pada rombongan belajar mipa 2 semester vi, kelengkapan struktur resensi hanya 20% atau 7 siswa dari 35 siswa; kebahasaan (ketepatan penggunaan bahasa) mencapai 14% atau 5 siswa dari 35 siswa. pada rombongan belajar mipa 6 semester vi, kelengkapan struktur resensi hanya 36% atau 10 siswa dari 28 siswa; kebahasaan (ketepatan penggunaan bahasa) mencapai 25% atau 7 siswa dari 28 siswa. setelah mengetahui hasil observasi awal (survey awal) belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (kkm), dilakukan penugasan ulang kompetensi dasar meresensi buku dengan pembuatan bibliobattle dengan tujuan memeroleh hasil yang lebih baik. hasil yang diperoleh setelah penugasan ulang kompetensi dasar meresensi buku dengan pembuatan bibliobattle akan dideskripsikan melalui tabel berikut, yakni: 1. tabel 3 adalah tabel untuk menjawab permasalahan, “bagaimanakah bibliobattle sebagai sarana meningkatkan minat siswa dalam meresensi buku?” tabel 3. hasil pengamatan terhadap minat meresensi buku no rombel jumlah siswa siswa yang memenuhi aspek penilaian ketepatan waktu pengumpulan originalitas karya kreativitas (dalam angka) (dalam persen) (dalam angka) (dalam persen) (dalam angka) (dalam persen) 1 mipa 2 semester vi 35 32 91 % 35 100 % 30 86 % 2 mipa 6 semester vi 28 25 89 % 28 100 % 24 96 % vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.128 648 dari tabel 3 tersebut, dapat dilihat bahwa dari dua rombongan belajar (rombel), siswa yang memenuhi aspek penilaian (indikator penilaian) minat terhadap pembelajaran meresensi buku dengan menggunakan bibliobattle masing-masing sudah mencapai lebih dari 85%. memenuhi aspek penilaian diartikan bahwa siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (kkm) pada kompetesi dasar meresensi buku, yakni 78. pada rombongan belajar mipa 2 semester vi, ketepatan waktu pengumpulan tugas mencapai 91% atau 32 siswa dari 35 siswa; originalitas karya (keaslian karya yang dibuat) mencapai 100%, unsur plagiarisme tidak ditemukan; kreativitas dari karya yang dihasilkan mencapai 86% atau 30 siswa dari 35 siswa. pada rombongan belajar mipa 6 semester vi, ketepatan waktu pengumpulan tugas mencapai 89% atau 25 siswa dari 28 siswa; originalitas karya (keaslian karya yang dibuat) mencapai 100%, unsur plagiarisme tidak ditemukan; kreativitas dari karya yang dihasilkan mencapai 96% atau 24 siswa dari 28 siswa. 2. tabel 4 adalah tabel untuk menjawab pertanyaan, “bagaimanakah bibliobattle sebagai sarana meningkatkan keterampilan siswa dalam meresensi buku?” tabel 4. hasil pengamatan terhadap keterampilan meresensi buku no rombel jumlah siswa siswa yang memenuhi aspek penilaian struktur resensi kebahasaan (dalam angka) (dalam persen) (dalam angka) (dalam persen) 1 mipa 2 semester vi 35 30 85 % 28 80 % 2 mipa 6 semester vi 28 26 92 % 23 82 % dari tabel 4 tersebut, dapat dilihat bahwa dari dua rombongan belajar (rombel), siswa yang memenuhi aspek penilaian (indikator penilaian) penguasaan keterampilan terhadap pembelajaran meresensi buku dengan menggunakan bibliobattle masing-masing sudah mencapai lebih dari 80%. memenuhi aspek penilaian keterampilan meresensi buku (kelengkapan struktur resensi dan ketepatan penggunaan bahasa) ini diartikan bahwa siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (kkm) pada kompetesi dasar meresensi buku, yakni 78. pada rombongan belajar mipa 2 semester vi, kelengkapan struktur resensi mencapai 85% atau 30 siswa dari 35 siswa; kebahasaan (ketepatan penggunaan bahasa) mencapai 80% atau 28 siswa dari 35 siswa. pada rombongan belajar mipa 6 semester vi, kelengkapan struktur resensi mencapai 92% atau 26 siswa dari 28 siswa; kebahasaan (ketepatan penggunaan bahasa) mencapai 82% atau 23 siswa dari 28 siswa. pembahasan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bibliobattle mampu meningkatkan minat dan keterampilan siswa dalam meresensi buku. berdasarkan data hasil observasi awal, diketahui bahwa saat siswa melakukan resensi (tidak menggunakan bibliobattle) diperoleh hasil yang tidak maksimal. siswa yang mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal (kkm) kurang dari 50%, baik dari minat maupun keterampilan dalam meresensi buku, khususnya di masa pandemi covid-19 (pembelajaran jarak jauh/ daring). vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.128 649 berdasarkan observasi awal (survei awal) melalui wawancara pada siswa, tidak tercapainya pembelajaran meresensi buku ini disebabkan oleh beberapa faktor,antara lain: (1) siswa merasa, meresensi buku adalah hal yang tidak menarik dan membosankan; (2) karena pembelajaran dilaksanakan jarak jauh (daring), siswa merasa santai, menganggap hasil kerja tidak akan dikoreksi guru sehingga sah-sah saja untuk mencontek atau menyalin karya orang lain. (hasil wawancara, 15 februari 2021) karena faktor tersebut, kriteria ketepatan waktu pengumpulan tugas, originalitas karya, dan kreativitas penyelesaian tugas tidak tercapai. begitupula dengan keterampilan meresensi buku, tidak memeroleh hasil yang maksimal. karena siswa tidak sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas (rendah minat), hal itu berdampak secara otomatis pada penguasaan keterampilan dalam meresensi buku (pemahaman struktur dan kebahasaan resensi). seperti yang dikatakan oleh wahyuningsih (hlm. 131), bahwa minat seseorang akan sangat memengaruhi kemampuan dia menulis. jika seseorang mempunyai keinginan yang tinggi terhadap menulis, kemampuan menulisnya akan baik. namun sebaliknya, jika keinginan untuk menulis rendah, rendah pula kemampuannya. keinginan yang kuat akan mampu memotivasi seseorang untuk mau melakukan sesuatu termasuk menulis. salah satu tugas guru adalah mmenumbuhkan keinginan yang kuat untuk belajar, salah satunya adalah kegiatan menulis. motivasi atau dorongan dari guru mempunyai peranan yang penting dalam menumbuhkan keinginan seseorang dalam hal ini siswa untuk mengikuti pembelajaran menulis dengan baik menulis. seorang guru harus mampu membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. jika keinginan beajar sudah terbentuk, keajegan dalam belajar juga akan terbentuk termasuk kegiatan menulis (wahyuningsih, 2011:131). berangkat dari pendapat tersebut, untuk meningkatkan minat dan keterampilan siswa dalam meresensi buku, digunakan bibliobattle. bibliobattle merupakan kegiatan yang memperlombakan presentasi terhadap isi sebuah buku. peserta mempresentasikan isi buku layaknya meresensi buku namun dikemas dalam bentuk video yang dilombakan. peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah orang yang telah paham terhadap buku yang dipaparkan (panuntun, 2018) berdasarkan konsep tersebut, peneliti memilih bibliobatte sebagai sarana meningkatkan minat dan keterampilan meresensi buku. dengan bibliobattle, pembelajaran meresensi akan menjadi lebih menyenangkan sehingga siswa tertarik untuk belajar meresensi buku. langkah yang harus dilakukan siswa dalam memenuhi tugas meresensi buku dalam bentuk bibliobattle, yakni: yag pertama, siswa membaca buku pilihannya. kemudian, langkah kedua, siswa membuat video yang berisi ulasan isi buku yang telah dibaca tadi lengkap dengan kekurangan dan kelebihannya serta nilai buku. setelah jadi video, masing-masing siswa mengunggah video tersebut ke akun instagramnya masing-masing dengan menandai akun instagram guru/ peneliti. peneliti memanfaatkan akun media sosial sebagai bagian dari membuat siswa lebih tertantang untuk mengerjakan tugasnya dengan sungguh-sungguh. selain itu juga karena selama pembelajaran jarak jauh/ daring masa pandemic covid-19 ini media sosial adalah hal yang paling dekat dengan siswa. hal ini sejalan degan yang dikemukan oleh kuntarto, bahwa pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (tik) mempunyai peran yang sangat penting dalam pembelajaran, mulai dari proses pembelajaran sampai dengan evaluasi pembelajaran. dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (tik) pembelajaran akan lebih efektif. dalam penelitian ini, bibliobattle merupakan bagian dari pemanfaatan teknologi sebagai media dalam pembelajaran meresensi vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.128 650 buku. sedangkan pemanfaatan media sosial (instagram) merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam pemebelajaran meresensi buku ini. dan setelah diterapkannya pembelajaran meresensi dengan menggunakan bibliobattle, hasil yang diperoleh cukup signifikan. terjadi peningkatan minat dan keterampilan dalam meresensi buku seperti yang dapat dilihat hasilnya pada tabel 3 dan 4. pada tabel tersebut terlihat bahwa capaian siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (kkm), nilai minimal 78, di atas 50 % siswa. siswa yang mengumpulkan tepat waktu telah mencapai lebih dari 85%, yang menjaga originalitas karyanya 100 % karena mereka benar-benar harus melakukannnya sendiri, kreativitas pembuatan bibliobattle lebih dari 85 %. demikian juga dengan kemampuan meresensi masing-masing siswa juga mengalami peningkatan, baik pemahaman struktur resensi maupun kebahasaannya. simpulan dari paparan pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa pemakaian bibliobattle mampu meningkatkan minat dan keterampilan siswa dalam meresensi buku di masa pandemic covid 19. hal itu ditunjukkan dengan adaya peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik dari sisi minat maupun keterampilan meresensi dari sebelumnya kurang dari 50 % yang mampu mencapai kkm menjadi lebih dari 85 % yang mampu mencapai kkm. daftar pustaka fauziah, siva suralyn 2019. studi mengenai motif pemilihan buku mahasiswa dalam bibliobattle challenge (kuantitaif deskriptif pada mata kuliah bimbingan minat baca mahasiswa perpusinfo 2017) universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu fauziyyah, rima amirah. 2017. implementasi pembelajaran remedial menulis resensi buku universitas pendidikan indonesia http://repository.upi.edu/id/eprint/31654 kuntarto, eko dan asyhar, rayandra, 2016. pengembangan model pembelajaran blended learning pada aspek learning design dengan platform media sosial online sebagai pendukung perkuliahan mahasiswa. https://repository.unja.ac.id/626/2/artikel%20jurnal-blended%20learning.pdf moleong, l.j. 1989. metode penelitian kualitatif. ramaja karya, bandung nazir, m. (1988). metode penelitian. jakarta: ghalia indonesia. nasution. 1992. metode penelitian naturalistik kualitatif. tarsito, bandung panuntun, galih & margareta aulia rachman. 2018. bibliobattle sebagai strategi promosi: studi kasus di perpustakaan kementerian sosial republik indonesia. program studi ilmu perpustakaan dan informasi, fakultas ilmu pengetahuan budaya, universitas indonesia journal.ugm.ac.id/bip/article/download/34628/24540 riyanti, supini dkk. 2019. korelasi antara minat baca dengan kemampuan menulis teks prosedur kompleks pada siswa kelas vii smp negeri sumber rejo kabupaten musi rawas. https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jurnaldiksa doi: https://doi.org/10.33369/diksa.v5i1.9236 weganofa, riza & widya hanum sari pertiwi. lingua vol. 10, no. 1, juni 2015 • issn 1693-4725 • e-issn 2442-3823 pemahaman mahasiswa atas metode penelitian kualitatif: sebuah refleksi artikel hasil penelitian ejournal.uinmalang.ac.id/index.php/humbud/article/download/3029/pdf vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.128 651 wahyuningsih, nuning. penerapan pendekatan contextual teaching and learning (ctl) dengan catatan harian dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas x sman 2 cirebon, (swadaya gunung jati cirebon: deiksis-jurnal pendidikan bahasa dan sastra indonesia), hlm. 131. tim. 2016. pedoman mata pelajaran bahasa indonesia penyelarasan. kemendikbud https://yudikustiana.wordpress.com/kurikulum-2013/ microsoft word 11-reni.docx vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.187 1039 received : 22-05-2021 revised : 12-06-2021 published : 29-07-2021 efektivitas moda luring teknik guru kunjung pada pembelajaran matematika materi perpangkatan dan bentuk akar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa smp reni resmanawati smp negeri 1 cikancung, indonesia smp_cikancung_1@yahoo.com abstrak: penelitian tindakan kelas ini berjudul “efektivitas moda luring teknik guru kunjung pada pembelajaran matematika materi perpangkatan dan bentuk akar, untuk meningkatkan prestasi belajar kelas ix-b smp negeri 1 cikancung tahun pelajaran 2020/2021”. sejak kondisi pandemi covid-19 terjadi, kegiatan belajar dilaksanakan dari rumah melalui pembelajaran jarak jauh, dengan moda daring atau luring. tujuan dilaksanakan guru kunjung adalah untuk memperoleh gambaran tentang efektivitas pembelajaran pada materi perpangkatan dan bentuk akar di kelas ix-b. penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus, dengan masingmasing siklus terdiri dari empat langkah, merujuk pada model yang dikembangkan oleh kurt lewin, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. hasil dari penelitian menunjukkan teknik guru kunjung pada materi perpangkatan dan bentuk akar berlangsung efektif, hal ini dibuktikan dengan indikator efektivitas yang diperoleh mengalami peningkatan dari sebelum diberi tindakana/pra siklus, setelah tindakan siklus i dan siklus ii. berdasarkan analisa hasil kegiatan yaitu aktivitas pembelajaran sebelum diberi tidakan semua aspek hanya 40% (katagori kurang), setelah diberi tindakan maka terjadi kenaikan yang sangat signifikan yaitu aktivitas pembelajaran menjadi 70% pada siklus i dan 90% pada siklus ii, proses komunikasi dari 40% sebelum tindakan menjadi 75% setelah tindakan siklus i dan naik menjadi 90% setelah tindakan siklus ii, demikian pula untuk respon peserta didik dari 40 % sebelum tindakan, menjadi 75% setelah tindakan siklus i dan 90% setelah tindakan siklus ii, sehingga hasil belajar yang semula 40 % naik menjadi 64% dan 86% setelah tindakan siklus ii. berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran moda luring dengan teknik guru kunjung berlangsung efektiv dan dapat meningkatkan prestasi belajar kelas ix-b smp negeri 1 cikancung. kata kunci: efektivitas; moda luring; teknik guru kunjung; prestasi belajar vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.187 1040 pendahuluan pendidikan merupakan tonggak utama keberhasilan seseorang dalam menggapai harapan dan cita-cita, sebab melalui pendidikan akan diperoleh perubahan sikap dan pola pikir yang akan berimbas pada langkahnya kelak di kemudian hari. pernyataan ini sejalan dengan fungsi pendidikan sebagaimana dijelaskan pada undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menjelaskan fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab. sebagai proses pembentukan pribadi maka pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. sistematis oleh karena proses pendidikan berlangsung melalui tahapan-tahapan berkesinambungan dan sistemik oleh karena berlangsungnya dalam semua situasi kondisi, di semua lingkungan yang saling mengisi (lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat). sebagaimana tercantum dalam uu sisdiknas mengenai prinsip penyelenggaraan pendidikan pada bab iii pasal 4 bahwa pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. kondisi pandemi yang melanda bumi ini menjadikan sektor pendidikan merupakan salah satu sektor yang terdampak, dan berimbas pada kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung sebelum pandemi tiba. corona telah mereset segalanya, kegiatan belajar yang semula dilaksanakan di sekolah dalam kapasitas bertemunya antar peserta didik dengan peserta didik, dan peserta didik dengan guru di sekolah dan ruangan kelas menjadi tidak bisa terlaksana, karena keselamatan dan kesehatan pendidik, peserta didik dan tenaga kependidikan merupakan faktor utama selama masa pandemi ini. namun demikian hal ini membuka peluang dan kesempatan kepada semua pihak untuk berpikir mencari berbagai alternatif dan solusi sehingga kegiatan pembelajaran dapat tetap berlangsung karena peserta didik memiliki hak untuk tetap belajar. seiring berjalannya waktu dengan kondisi yang sedang melanda dunia termasuk negara kita indonesia, banyak perubahan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai cara untuk mengatasi dan mengantisipasi permasalahan yang timbul akibat pandemi ini, salah satunya adalah adanya kebijakan belajar dari rumah (bdr) dan pembelajaran jarak jauh (pjj). pjj menjadikan peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajaran menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi dan media lain. kondisi ini sudah berlangsung sejak tanggal 16 maret 2020, dengan mengoptimalkan fasilitas belajar secara daring/online melalui pemanfaatan berbagai aplikasi pembelajaran daring antara lain whatsapp, google classroom, google form dan aplikasi lain yang bisa membantu terselenggaranya proses pendidikan. dengan adanya fasilitas tersebut di atas, dan sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik, guru berusaha untuk tetap dapat melaksanakan kewajiban dan tugasnya dalam memberikan layanan pendidikan kepada para peserta didiknya dan senantiasa menjalin komunikasi yang intensif baik dengan peserta didik maupun dengan orangtua peserta didik. hal ini dipandang penting karena orangtua adalah kekuatan besar dalam membangun keyakinan pada putera/puterinya sebagai peserta didik pada jenjang manapun. orangtua memiliki peran yang strategis ketika mereka harus mendampingi putra/puterinya belajar dari rumah. keadaan ini sebenarnya kesempatan bagi orangtua untuk memberikan pendampingan yang paling baik daripada saat putera/puterinya berada full di sekolah. dengan demikian kondisi pandemik dan tuntutan vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.187 1041 pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah telah memberikan nilai-nilai kreativitas yang tinggi bagi orangtua, sehingga mereka mampu membangun kebersamaan secara sinergis. belajar dari rumah melalui pembelajaran jarak jauh berdasarkan surat edaran mendikbud nomor 4 tahun 2020 dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik, tanpa terbebani menuntaskan seluruh capaian kurikulum kenaikan kelas maupun kelulusan. pendidikan yang dilaksanakan memfokuskan pada pendidikan kecakapan hidup, sehingga guru memiliki peran penting yaitu membantu peserta didik menghadapi ketidakpastian yang disebabakan oleh pandemi, melibatkan peserta didik untuk terus belajar meskipun kegiatan sekolah normal terganggu. namun semua itu tidaklah mudah untuk dilakukan, karena ini merupakan hal baru dan tidak disangka sebelumnya, perlu adaptasi kebiasaan baru antara guru sebagai pendidik, dan orangtua di rumah yang akan berperan sebagai guru dalam mendampingi kegiatan belajar putera/puterinya dan peserta didik itu sendiri. terkait dengan mata pelajaran matematika, pada saat kegiatan pembelajaran dilaksanakan melalui moda daring dan komunikasi melalui aplikasi whatsapp ataupun google classroom ternyata masih banyak peserta didik yang merasa kesulitan untuk mamahami materi/bahan ajarnya, jika dibandingkan dengan kegiatan belajar tatap muka. imbasnya adalah pada penyelesaian tugas yang masuk hanya sekitar 40-50% saja dari satu kelas dan respon mereka juga terhadap pelajaran matematika sangat kurang. hal ini dimungkinkan karena mereka tidak memahami materi pelajaran yang sedang dipelajari sehingga prestasinyapun menurun. selain itu kendala fasilitas untuk daring mulai dari kepemilikan gawai/komputer yang tidak dimiliki oleh semua peserta didik, karena kondisi dan latar belakang ekonomi yang berbeda, kuota dan signalpun menjadi kendala yang dihadapi dalam kegiatan belajar melalui moda daring ini. akibat dari semuanya adalah kegiatan belajar menjadi tidak efektif dan menyebabkan terjadinya peserta didik yang mengalami learning lost. guru yang berperan sebagai pendidik dan sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya berusaha untuk mencari solusi agar bisa mengatasi berbagai kendala yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran yang dihadapi oleh peserta didiknya, sehingga peserta didik yang memiliki keterbatasan untuk mengikuti kegiatan belajar secara daring dapat terfasilitasi. untuk mengatasi ketidaksiapan peserta didik pada kegiatan belajar dengan menggunakan moda daring maka kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan moda luring. kegiatan pembelajaran dengan menggunakan moda luring memungkinkan adanya kegiatan guru kunjung diterapkan untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik terutama dalam pelajaran matematika pada materi perpangkatan dan bentuk akar yang dilengkapi dengan ketersediaan modul yang sudah disusun oleh guru. pada saat rencana kegiatan guru kunjung disampaikan, peserta didik dan orangtuanya merespon dengan sangat baik, karena kegiatan ini dimungkinkan juga sebagai bentuk home visit yang dapat memotret langsung kegiatan belajar peserta didik dan interaksi langsung antara guru dengan peserta didik, dan guru dengan orangtua peserta didik, serta antarsesama peserta didik dengan jumlah terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan yang disampaikan oleh pemerintah melalui berbagai media informasi. pada moda luring dengan teknik guru kunjung, peneliti sebagai pendidik melaksanakan kegiatan ini dengan mendata terlebih dahulu peserta didik yang mengalami kendala terhadap pembelajaran moda daring. selanjutnya menyiapkan modul untuk kegiatan guru kunjung agar peserta didik memiliki keinginan untuk belajar dan pada pelaksanaannya guru bekerjasama dengan wali kelas serta guru bimbingan konseling yang dapat bertindak sebagai observer. selain itu peneliti perlu juga melakukan diskusi dan tukar pikiran dengan rekan-rekan satu vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.187 1042 rumpun dengan mata pelajaran matematika khususnya, termasuk dengan peserta didik. berdasarkan hasil diskusi dengan rekan-rekan sesama guru mata pelajaran matematika dapat disimpulkan bahawa teknik guru kunjung merupakan cara yang memungkinkan untuk dapat dilakasanakan. pada penelitian kali ini, materi yang akan dibahas merujuk kepada standar kompetensi inti pengetahuan dengan kompetensi dasarnya (kd) adalah (3.1) “menjelaskan dan melakukan operasi bilangan berpangkat, bilangan rasional dan bentuk akar serta sifatsifatnya”. materi ini dipilih karena peserta didik dimungkinkan sudah memiliki materi prasyarat pada jenjang sebelumnya. landasan teoritis pembelajaran jarak jauh (pjj) pembelajaran yang berlangsung pada masa pandemi seperti yang sedang kita hadapi dan sudah mencapai lebih dari satu tahun, merupakan hal yang tidak pernah terbayangkan akan terjadi, sehingga kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung selama ini mengalami perubahan dan penyesuaian dengan situasi dan kondisi yang dihadapai. banyak terjadi adaptasi kebiasaan baru di berbagai sektor, termasuk pada dunia pendidikan. berdasarkaan data dari unesco lebih dari 91% populasi peserta didik di dunia telah dipengaruhi oleh penutupan sekolah karena pandemi covid-19. untuk mengatasi hal ini pemerintah mengeluarkan panduan belajar jarak jauh dengan tujuan mendorong kolaborasi orang tua, guru, peserta didik, untuk berdaya belajar dalam menghadapi situasi darurat akibat virus corona, juga memastikan peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna, menantang dan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik. aktivitas belajar dilaksanakan dari rumah( bdr) cocok dengan pesan edaran mendikbud no 4 tahun 2020 tentang panduan pembelajaran jarak jauh( pjj) yang diperkuat dengan pesan edaran sesjen no 15 tahun 2020 tentang panduan belajar dari rumah. pada hakekatnya proses belajar mengajar jarak jauh ialah pembelajaran yang berlangsung sejauh hayat yang berorientasikan pada kepentingan, keadaan, serta ciri pembelajar. pembelajaran sejauh hayat ialah salah satu wujud hak asasi manusia, ialah kalau tiap manusia harus, mencari ilmu semenjak lahir ataupun dalam buaian bunda sampai wafat dunia, dan berhak buat menemukan apa yang dibutuhkan buat petumbuhan serta pertumbuhan dirinya cocok dengan normanorma yang berlaku dalam warga. proses belajar mengajar jarak jauh sifatnya spesial( khusus) yang meliputi beberapa program pembelajaran serta proses belajar mengajar ataupun pemberdayaan pembelajar, sehingga membolehkan diperolehnya pembelajaran yang cocok dengan hakikat manusia ialah meliputi atensi, kebutuhan serta kemampuannya. pembelajarn jarak jauh ialah pembelajaran terbuka yang membagikan peluang kepada siapa saja, pada umur berapa saja, buat mendapatkan pembelajaran apa saja, dari sumber mana saja serta dari siapa saja. pembelajar bisa mendapatkan pembelajaran di rumah( home based education) yang dibimbing oleh orangtua ataupun anggota keluarga. proses belajar mengajar jarak jauh( distance learning) ialah bagian dari pembelajaran jarak jauh( distance education). proses belajar mengajar jarak jauh berperan membagikan layanan pembelajaran kepada kelompok warga yang tidak bisa menjajaki pembelajaran secara tatap muka ataupun regular( uu nomor. 20/ 2003). proses belajar mengajar jarak jauh di indonesia sudah lama ada yaitu sejak awal kemerdekaan, dan berlanjut dengan dirintisnya smp terbuka pada tahun 1979 pada 5 lokasi yaitu di lampung selatan, cirebon, tegal, jember dan lombok barat. sedangkan pada jenjang perguruan tinggi dengan diselenggarakannya universitas terbuka yang mampu menyentuh seluruh wilayah tanah air vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.187 1043 bahkan luar negeri. sesuai dengan surat edaran mendikbud nomor 4 tahun 2020, dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan sebagaimana diuraikan berikut ini. a. tidak membahayakan sebagaimana guru di seluruh dunia mencoba untuk mengurangi kemungkinaan kerugian dalam belajar karena gangguan sekolah, keselamatan dan kesejahteraan peserta didik (students well-being) harus menjadi hal ter penting untuk dipikirkan. upaya penyampaian kurikulum secara jarak jauh tidak menciptakan lebih banyak stres dan kecemasan bagi peserta didik dan keluarganya. b. realistis guru hendaknya memiliki ekspektasi yang realistis mengenai apa yang dapat dicapai dengan pembelajaran jarak jauh, dan menggunakan penilaian profesional untuk menilai konsekuensi dari rencana pembelajaran tersebut. moda daring dalam konteks pembelajaan jarak jauh (pjj), ada dua moda yang dikembangkan dan direkomendasikan pemerintah unuk menjamin keberlangsungan pembelajaran. kedua moda itu adalah daring dan luring. daring merupakan singkatan dari “dalam jaringan” sebagai pengganti kata online yang sering kita gunakan dalam kaitannya dengan teknologi internet. daring adalah terjemahan dari istilah online yang bermakna tersambung ke dalam jaringan internet. pembelajaran daring artinya pembelajaran yang dilakukan secara online, menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial. dalam kegiatan pembelajaran secara daring peserta didik dan pendidik juga peserta didik dengan sesama peserta didik melakukan komunikasi dan belajar secara online dengan menggunakan platform dan aplikasi yang telah tersedia, misalnya dengan menggunakam aplikasi google classroom, google form, zoom maupun whatssapp. kelebihan belajar secara daring, peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dari berbagai media dengan fasilitas internet yang ada, dan kegiatan belajar bisa berlangsung lebih cepat tanpa terbatas jarak dan waktu. pengolahan hasil belajar peserta didik lebih mudah juga lebih hemat dari segi tenaga, dan peserta didik belajar lebih mandiri. namun, di balik itu semua terdapat kekurangan/kelemahan dari pembelajaran secara daring yaitu: (1) tidak semua peserta didik memiliki fasilitas untuk kegiatan moda daring, hal ini tentu saja berkaitan dengan kondisi ekonomi dan latar belakang sosial peserta didik dan orangtua peserta didik, mereka harus siap dengan kuota internet yang memadai(2) tidak semua orangtua peserta didik dapat memberikan bimbingan dan pendampingan pada kegiatan belajar putera/puterinya disebabkan oleh aktivitas dan tugas-tugasnya sebagai orangtua di rumah dalam hal pemenuhan kebutuhan bagi peserta didik(faktor ekonomi)( 3) pembelajaran secara daring tidak bisa melihat kondisi fisik dan psikis yang sedang dialami oleh peserta didik;(4) kegiatan pembelajaran cenderung berlangsung satu arah;(5)guru kesulitan komunikasi dengan orangtua sebagai mitra pada kegiatan belajar di rumah;(6) kesulitan orangtua dalam memahami pelajaran dan memotivasi peserta didik di rumah;(7) peningkatan rasa stres akibat isolasi belajar dari rumah. moda luring moda pembelajaran kedua yang menjadi tren dan ciri dari pjj pada sat ini adalah moda luring, luring artinya ”luar jaringan”. pembelajaran secara luring dapat diartikan sebagai kegiatan pembelajaran tanpa harus menggunakan koneksi internet, kegiatan belajar peserta vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.187 1044 didik bisa dari rumah dengan mengikuti pembelajaran melalui televisi maupun peserta didik belajar tatap muka terbatas dengan gurunya dengan mengikuti aturan protokol kesehatan yang berlaku. kelebihan pembelajaran yang dilaksanakan secara luring adalah (1)secara ekonomi lebih hemat karena tidak memerlukan fasilitas untuk daring; (2) tidak terpengaruh oleh jaringan internet;(3) memungkinkan adanya interaksi dua arah antara peserta didik dengan gurunya dan peserta didik dengan sesama peserta didik.(4) sedangkan kelemahan pembelajaran dengan menggunakan moda luring antara lain ;(5) tidak memaksimalkan dan mengikuti perkembangan teknologi yang ada;(6) keterbatasan waktu yang tersedia; guru kunjung guru kunjung merupakan salah satu teknik dalam kegiatan pembelajaran moda luring yang bisa diterapkan pada daerah zona hijau dan kuning dengan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. banyak manfaat dari kegiatan guru kunjung antara lain; (a) peserta didik bisa lebih terbuka menyampaikan permasalahan dalam pembelajaran;(b) guru dapat memotret langsung peran serta dukungan orangtua peserta didik terhadap kegiatan belajar putera/puterinya;(c) proses pembelajaran dapat teramati langsung pada saat kegiatan berlangsung dan permasalahan yang menjadi kendala dapat teratasi dengan lebih cepat;(d) memberikan pembelajaran secara lebih realistis dibanding pembelajaran jarak jauh € dapat memastikan kondisi peserta didik baik secar fisik maupun secara psikis;(f) kegiatan pembelajaran lebih interaktif karena terjadi dua arah;(g) kegiatan pembelajaran lebih humanis. materi matematika “perpangkatan dan bentuk akar” pada kegiatan pembelajaran dengan teknik guru kunjung, materi yang dipelajari adalah perpangkatan dan bentuk akar sebagaimana tertera pada peta konsep berikut: gambar 1. peta konsep materi perpangkatan vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.187 1045 materi perpangkatan terdiri atas: 1. bilangan berpangkat 2. perkalian pada perpangkatan 3. pembagian pada perpangkatan 4. pangkat nol, pangkat negatif dan bentuk akar 5. notasi ilmiah adalah julius wilhelm richard dedekind yang lahir pada 3 oktober 1831 dan wafat pada 12 februari 1916, pada usia 85 tahun. beliau merupakan matematikawan asal jerman yang sangat dipertimbangkan dalam sejarah matematika, sebagi salah satu penemu di bidang matematika, pemikiran dedekind menemukan bahwa konsep bilangan secara kuantitif dan merupakan representatif suatu label yang disebut bilangan. 1. bilangan berpangkat perpangkatan adalah perkalian berulangdari suatu bilangan yang sama. bentuk umum dari perpangkatan adalah an = a x a x a x a..........x a, sebanyak n, dengan n adalah bilangan bulat positif. contoh perpangkatan 3 seperti di bawah ini: 3 x 3 x 3 x 3 x 3 = 35 3 disebut sebagai bilangan pokok (basis) sedangkan 5 sebagai pangkat (eksponen). contoh lain dari perpangkatan bilangan bulat negatif, bilangan desimal dan bilangan pecahan adalah sebagi berikut: • (-2)3 = (-2) x (-2) x (-2) = -8 • (0,3)4 = (0,3) x (0,3) x (0,3) x (0,3) = 0,0081 • !! " " # = ! " x! " x! " = ! $ 2. perkalian pada perpangkatan hasil kali dari perpangkatan dengan basis yang sama sifat perkalian dalam perpangkatan : am x an = am+n contoh : 32 x 33 = 32+3 = 35 52 x 53 = (5 x 5) x ( 5 x 5 x 5 ) = 55 (-4)3 x ( -4 )4 = ( -4) x (-4) x (-4 ) x ( -4 ) x ( -4 ) x ( 4 ) = ( -4 )7 hasil pemangkatan dari perpangkatan dengan basis yang sama sifat pemangkatan pada perpangkatan : (am)n = am.n = amn contoh: (32)3 = 32.3 = 36 (32)4 = 32 .4 = 38 hasil perpangkatan dari suatu perkalain bilangan sifat perpangkatan dari perkalian bilangan : ( a x b)m = am x bn contoh : (2 x 3) 3 = 23 x 33 (5 x 4 )6 = 56 x 46 3. pembagian pada perpangkatan hasil bagi dari perpangkatan dengan basis yang sama secara umum bentuk % ! %" = am-n contoh : & # &$ = 64-3 = 61 '( % '(& = -47-2 = -45 vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.187 1046 perpangkatan pada pecahan contoh : !" # " # = " $ #$ 4. pangkat nol, pangkat negatif dan bentuk akar pangkat nol untuk setiap a bilangan real tak nol, a0 bernilai 1 secara aljabar dapat ditulis kembali sebagai berikut: a0 = 1 untuk a bilangan real dan a ≠ 0 contoh : 1) ( ' (' = 4&'& = 4) ( ' (' = ( + ( + ( + ( + ( ( + ( + ( + ( + ( = (),& (),& = 1 jadi 4) = 1 2) 1 = 10) pangkat negatif untuk setiap a bilangan real tak nol dan n bilanagan bulat berlaku: a-n = ! %" untuk a ≠ 0, a bilangan real dan n bilangan bulat contoh : ! -& = 5'" 6'# = ! &$ bentuk akar √𝑎 dibaca akar kuadrat a jika a tidak negatif, √𝑎 adalah bilangan tidak negatif dimana (√𝑎 )2 = a √𝑎" dibaca akar pangkat n dari a, jika a tidak negatif maka √𝑎" b dan b tidak negatif, jika hanya jika bn = a dan b tidak negatif. jika a negatif dan n ganjil, maka √a( = b jika hanya jika bn = a menyederhanakan perkalian bentuk akar 1. b√a + c√a = ( b + c)√a 2. b√a − c√a = ( b − c)√a 3. √ab = √a x b = √a x √b jika a dan b bilangan positif, dan b ≠ 0, maka berlaku @ % . = @ % . notasi ilmiah notasi ilmiah (bentuk baku) dari suatu bilangan positif dituliskan dalam bentuk a x 10n dengan .....1 ttabel 1,67), maka hipotesis diterima. kata kunci: aplikasi act tv; learning society; menulis cerpen vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.109 438 pendahuluan pada hakikatnya, pembelajaran bahasa indonesia di sekolah dapat mengembangkan kepribadian melalui dua aspek, yakni: bahasa sebagai proses komunikasi dan sastra sebagai pembentuk moralitas. pembelajaran sastra memiliki fungsi utama untuk memperluas kepekaan jiwa kemanusiaan, kepedulian sosial, dan menanamkan nilai-nilai religius. kesusastraan mengajak siswa memahami, menikmati, menghayati, dan menulis. menulis diartikan sebagai proses menuangkan ide atau gagasan didalam pikiran seseorang. menulis sejatinya menjadi aspek penting dalam pembelajaran. namun, masih banyak siswa yang kesulitan dalam mengekspresikan ide. banyak guru mengeluh terhadap minimnya kemampuan menulis siswa pada saat pjj, terutama pada materi cerpen. hal ini tertuju pada hasil belajar yang dikumpulkan melalui melalui pesan elektronik (e-mail), menunjukkan nilai rata-rata rendah. mirisnya, beberapa siswa mengumpulkan tugas dari hasil jiplakan internet. hal ini menggambarkan rendahnya kemampuan menulis cerpen serta tergerusnya nilai-nilai kejujuran pada diri siswa. saefuddin (2014:52) mengungkapkan ada beberapa faktor yang diduga dapat berpengaruh pada hasil belajar: (a) kurangnya motivasi belajar siswa. (b) tidak adanya minat dan bakat. (c) model atau metode belajar kurang baik dan efektif. (d) media yang digunakan masih kurang baik. menyikapi permasalahan di atas, diperlukan pemanfaatan media teknologi yang tepat, sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa dan perkembangan zaman. implementasi pelaksanaan kurikulum saat pjj, dituntut untuk mengubah paradigma pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran secara digital. belajar dari rumah hakikatnya tidak lagi sebagai tuntutan kompetensi kurikulum. diperlukan adanya media pembelajaran inovatif sebagai pelaksanaan literasi teknologi menghadapi learning society sebagai capaian pjj. (yulianingsih, dkk, 2020) learning society merupakan suatu masyarakat di mana ide dari pembelajaran menanamkan setiap jaringannya. sebuah tempat di mana individu dan organisasi didorong untuk belajar tentang dinamika kehidupan mereka dan bagaimana hal ini mengubah; sebuah tempat yang atas dasar perubahan cara belajar baik melalui sekolah atau institusi lain yang dapat membantu perkembangan pemahaman dan pembelajaran. sebuah tempat yang keseluruhan anggotanya didorong untuk belajar; akhirnya dan mungkin tempat yang paling penting yang dapat belajar untuk mengubah kondisi pembelajaran yang demokratis. pentingnya suatu kebutuhan belajar dititikberatkan atas asumsi bahwa peserta didik akan belajar secara efektif, apabila semua komponen program pembelajaran terlaksana dan dapat membantu peserta didik dalam pemenuhan kebutuhan belajarnya. international society for technology in education (iste) (dalam latif: 2020) kompetensi dan literasi teknologi berselancar di dunia maya menjadi keterampilan dasar yang diperlukan dalam pelaksanaan pjj. hal ini berpengaruh terhadap efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar. sementara itu, peningkatan standarisasi pengajar dan pembelajar dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi perlu diupayakan oleh semua pihak yang terlibat dalam pjj. pembelajaran jarak jauh memiliki peran multifungsi menggunakan media komunikasi. saat ini, komunikasi guru dan siswa era pjj adalah smartphone. melalui smartphone kita bisa memanfaatkan fitur aplikasi sebagai media pembelajaran. media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya dapat vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.109 439 mempertinggi hasil belajar yang dicapainya dan menambah efektivitas komunikasi dan interaksi antara pengajar dan pembelajar (umar, 2016). aplikasi act diyakini sebagai media yang tepat utuk pembelajaran cerpen. aplikasi ini dapat diunduh secara gratis di play store. aplikasi act (aksi cepat tanggap) merupakan suatu lembaga kepedulian masyarakat terhadap aksi kemanusiaan, mulai dari pertolongan pada masyarakat hingga penanggulangan dana. aplikasi ini menyediakan program inspirasi nilai kemanusiaan. mengetuk pintu hati dengan berita kedermawanan dan kemanusiaan sebagai aksi peduli sesama, untuk skala lokal, nasional, regional, dan global. pada dasarnya aplikasi act memberikan nilai-nilai edukasi dan inspirasi berupa video-video pendek, wawancara singkat, dan realita kehidupan sosial yang menjadi program kemanusiaan. menggerakkan potensi kemanusiaan (humanity), kedermawanan (philanthropy), dan kerelawanan (volunteerism). (sektiono & nugraheni, 2016) salah satu lsm di indonesia yang bergerak pada dunia sosial dan kemanusiaan adalah “aksi cepat tanggap” yang selanjutnya disebut act. organisasi ini secara resmi berdiri pada tangal 21 april 2005 dengan badan hukum sebagai yayasan. act berawal dari kegiatan tanggap darurat, kemudian mengembangkan kegiatannya ke program pemulihan pasca bencana, pemberdayaan, dan pengembangan masyarakat, serta program berbasis spiritual seperti qurban, zakat, dan wakaf. act bahkan menjadi organisasi yang menginspirasi pemerintah untuk membentuk bnpb atau badan nasional penanggulangan bencana. televisi kemanusiaan mengembangkan aktifitasnya, mulai dari kegiatan tanggap darurat bencana alam, peduli sesama, life humanity, dan kajian religi. adapun programprogram pilihan dari act, yaitu: (1) humanity talk, (2) inspirasi langit, (3) lensa kemanusiaan, (4) kacamata dermawan, (5) indonesia dermawan, (6) cerita relawan, (7) act talks, dan (8) waqf bussines forum. berkaitan dengan pjj, aplikasi ini dapat dimanfaatkan sebagai wadah learning society. televisi kemanusiaan sebagai sumber daya pelaksanaan/implementasi siswa untuk menyelami aksi di lembaga kemanusiaan secara daring. humanity channel memberi nilai-nilai edukasi dan inspirasi, menunjukkan bahwa adanya keterkaitan dan kebermanfaatan dari aplikasi untuk digunakan pada materi menulis cerpen genre sosio-religi. cerpen sebagai pembelajaran kesusastraan memiliki peran sentral, khususnya dalam mengajarkan pendidikan karakter kepada peserta didik. cerita pendek merupakan imitasi kehidupan nyata yang sarat akan pembelajaran hidup dapat diajarkan kepada peserta didik membentuk moralitas, mencerminkan kehidupan bermasyarakat yang dapat dijadikan pedoman hidup pembaca. cerita pendek digunakan oleh pengarang untuk saling berbagi pesan moral dalam kehidupan. para pengarang cerpen sengaja menyisipkan pesan moral secara implisit untuk mengajarkan pendidikan moral dengan cara yang menyenangkan tanpa menggurui pembacanya. (sukarti, 2013). di dalam cerpen, terdapat unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan religi. salah satu unsur ekstrinsik tersebut diungkapkan wellek dan warren dalam nurgiyantoro meliputi keadaan subjektivitas individu yang memiliki sikap sosial, keyakinan, dan pandangan hidup yang pada karya sastra (nurullah dan rusdiawan, 2018) sastra dan learning society sebagai pembelajaran yang berpusat pada manusia sebagai penunggang teknologi digital menggunakan aplikasi act sebagai media televisi vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.109 440 pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen genre sosio-religi, guna membentuk keperibadian humanis dan religius. metode penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif, dengan metode eksperimen. desain penelitian ini menggunakan pre-experimental designs, dalam bentuk one-goup pretestpostes design. populasi penelitian meliputi seluruh siswa kelas xi sma ypi amir hamzah berjumlah 288 siswa. sampel penelitian ini menggunakan total sampling (sampling jenuh) berjumlah 36 siswa (laki-laki 18 orang dan perempuan 18 siswa). instrumen penelitian berupa dokumentasi dan test menulis cerpen genre sosio-religi dengan indikator, yakni: (1) kesesuaian judul dan tema, (2) struktur dan diksi, (3) isi dan nilai sosio-religi, (4) keaslian. teknik analisis data dilakukan dengan mencari nilai persentase nilai rata-rata pretest dan posttest. kemudian, menguji hipotesis. hasil temuan penelitian ini menunjukkan hasil belajar siswa kelas x di sma ypi amir hamzah t.a 2020-2021 yang diukur pada pretest-posttest, dilanjutkan perhitungan efektifitas. adapun data hasil belajar siswa, dijabarkan pada tabel berikut: data penelitian tabel 1. data hasil belajar siswa melalui pretest dan posttest no. pretes x1 posttest x2 1. 60 85 2. 62 79 3. 58 89 4. 60 80 5. 66 82 6. 65 96 7. 73 94 8. 67 95 9. 69 92 10. 72 80 11. 78 90 12. 65 97 13. 73 81 14. 74 84 15. 60 84 16. 63 92 17. 55 93 18. 82 90 19. 62 83 20. 61 88 21. 55 86 22. 57 96 23. 68 83 24. 58 74 25. 69 100 26. 75 100 27. 80 87 28. 65 73 vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.109 441 29. 68 76 30. 76 77 31. 70 76 32. 64 93 33. 71 92 34. 73 95 35. 63 86 36. 69 87 2406 3135 berdasarkan data hasil belajar di atas, dapat di klarifikasikan sebagai berikut: tabel 2. frekuensi hasil belajar pretest interval frekuensi persentase 55-58 5 13,9% 59-62 6 16,7% 63-66 7 19,4% 67-70 7 19,4% 71-74 6 16,7% 75-78 3 8,3% 79-82 2 5,6% 36 100% tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang memperoleh hasil belajar dengan nilai maksimal. banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah kkm sebayak 31 orang, sedangkan yang tuntas hanya 5 orang. dengan demikian, dilakukan adanya pembelajaran lanjutan dengan bantuan media pembelajaran. adapun data nilai hasil belajar siswa berbantuan media (posttest), yaitu: tabel 3. frekuensi hasil belajar posttest interval frekuensi persentase 73-76 4 11,1% 77-80 4 11,1% 81-84 6 16,7% 85-88 6 16,7% 89-92 6 16,7% 93-96 7 19,4% 97-100 3 8,3% 36 100% tabel di atas menunjukkan bahwa 32 siswa memperoleh nilai ketuntasan dengan kategori sangat baik dan baik. sedangkan siswa yang belum mencukupi kkm hanya berjumlah 4 siswa. dengan demikian akan dibandingkan secara spesifik melalui grafik berikut ini: vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.109 442 gambar 1. perbandingan hasil belajar hasil perbandingan di atas akan dihitung keabsahannya melalui data dan perhitungan strandar deviasi berikut: tabel 4. hasil jumlah nilai rata-rata dan standar deviasi no. x1 x2 x12 x22 devition (x2 x1) d2 1. 60 85 3600 7225 25 625 2. 62 79 3844 6241 17 289 3. 58 89 3364 7921 31 961 4. 60 80 3600 6400 20 400 5. 66 82 4356 6724 16 256 6. 65 96 4225 9216 31 961 7. 73 94 5329 8836 21 441 8. 67 95 4489 9025 28 784 9. 69 92 4761 8464 23 529 10. 72 80 5184 6400 8 64 11. 78 90 6084 8100 12 144 12. 65 97 4225 9409 32 1024 13. 73 81 5329 6561 8 64 14. 74 84 5476 7056 10 100 15. 60 84 3600 7056 24 576 16. 63 92 3969 8464 29 841 17. 55 93 3025 8649 38 1444 18. 82 90 6560 8100 8 64 19. 62 83 3844 6889 21 441 20. 61 88 3721 7744 27 729 21. 55 86 3025 7396 31 961 22. 57 96 3249 9216 39 1521 23. 68 83 4624 6889 15 225 24. 58 74 3364 5476 16 256 25. 69 100 4761 10000 31 961 26. 75 100 5625 10000 25 625 27. 80 87 6400 7569 7 49 28. 65 73 4225 5329 8 64 29. 68 76 4624 5776 8 64 30. 76 77 5776 5929 1 1 31. 70 76 4900 5776 6 36 32. 64 93 4096 8649 28 784 33. 71 92 5041 8464 15 225 0 20 40 60 80 100 pretest posttest posttest preetest vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.109 443 34. 73 95 5329 9025 22 44 35. 63 86 3969 7396 23 529 36. 69 87 4761 7569 18 324 jmlh 2406 3135 162354 274939 722 17406 dari hasil pengolahan data di atas, maka diperoleh perbedaan signifikan antara nilai rata-rata dan standar deviasi pada pretest dan posttest sebagai acuan hasil belajar. tabel 5. nilai rata-rata dan standar deviasi no. statistik n pretest posttest 1. nilai ratarata/mean 36 66,8 87 2. standar deviasi 36 6.7 7,4 tabel di atas menunjukkan perbedaan nilai pretest dan nilai posttest. nilai pretest 66,8 dengan sd 6,7 > nilai posttest 87 dengan sd 7,4. berdasarkan perbandingan tabel, diartikan bahwa adanya peningkatan pada hasil belajar yang dapat diterima dan dapat dilanjutkan pada perhitungan keberhasilannya (uji persyaratan dan pembuktian hipotesis). pengujian persyaratan analisis dan pengujian hipotesis uji persyaratan analisis dalam penelitian ini yaitu uji validitas ahli (expertjudgment), dengan mengkonsultasikan instrument penilaian unjuk kerja (performance assessment). adapun hasil yang diperoleh dari validasi ahli ini adalah kelayakan rubrik instrumen penilaian unjuk kerja berdasarkan indikator kesesuaian judul dan tema, isi dan nilai sosio-religi, struktur-diksi, dan keaslian. data yang telah melalui proses uji validitas, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t. berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diketahui bahwa perbandingan nilai t hitung sebesar 13,3 lebih kecil dari ttabel yaitu 1,67. dari penjelasan di atas, disimpulkan bahwa thitung (13,3) < ttabel (1,67), maka hipotesis pada penelitian ini diterima. pembahasan hasil penelitian menunjukkan kemampuan menulis cerpen genre sosio-religi siswa kelas xi sma ypi amir tahun ajaran 2020/2021 yang diukur melalui tes pada pretest dan posttest , menunjukkan pengetahuan yang berbeda dari masing-masing siswa. pada hasil belajar siswa pretest dengan nilai rata-rata 66,8, sedangkan pada posttest nilai rata-rata siswa 87. setelah menggunakan media aplikasi act, hasil belajar siswa meningkat signifikan. siswa termotivasi untuk belajar dengan bantuan smartphone sebagai bioskop praktis. secara tidak langsung siswa terjun mengobservasi kegiatan kemanusiaan, sebagai wadah bermasyarakat dalam menggerakkan humanity (kemanusiaan), philanthropy (kedermawanan), dan volunteerism (kerelawanan), sebagai bagian dari implementasi learning society. program televisi kemanusiaan yang banyak digemari siswa pada aplikasi, antara lain: kegiatan tanggap darurat bencana alam, pemulihan pasca bencana, peduli kasih bermasyarakat, dan program spriritual. hal ini diyakini membangun pengetahuan siswa akan nilai-nilai sosial, sehingga melatih berfikir kreatifnya berdasarkan pengalaman pada proses pembelajaran audiovisualnya sehingga, meningkatkan kemampuan menulis. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.109 444 penelitian serupa dilakukan (hudhana & sulaeman, 2019) pada temuannya, perolehan hasil belajar dalam pretest dan postest di sma n 1 kabupaten tangerang yaitu mendapat rata-rata nilai 60 meningkat menjadi 70 pada nilai postest. media video scribe efektif dalam pembelajaran karena dapat menarik minat, antusias, keaktifan siswa, meningkatkan imajiansi, dan meningkatkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran cerita pendek berbasis pendidikan karakter. pada penelitian ini, pembelajaran cerpen dengan konsep learning society memanfaatkan information and communication technology (ict) berperan vital menghadapi kebutuhan zaman. berimplikasi pada aplikasi act sebagai bioskop praktis membuka jendela siswa dalam konteks bermasyarakat era pjj, sehingga dapat memotifasi siswa untuk menulis yang kemudian berpengaruh pada hasil belajarnya. learning society dinilai sebagai pendidikan seumur hidup salah satunya diharapkan pendidikan kultural, yakni menghargai nilai-nilai sosial dan agama. learning society menanamkan cara belajar, motifasi kuat pada diri siswa untuk belajar terus sepanjang hidupnya, memberikan skill secara efektif agar mampu beradaptasi dengan masyarakat yang cendrung berevolusi. menghadapi pelajar digital berpandangan luas dan sarat pengetahuan, memungkinkan baginya untuk belajar secara konstruktif . maka, upaya mewujudkan learning society adalah dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan proses melalui aplikasi digital sebagai konsep bermasyarakat. merujuk konsep di atas, menurut (ariyana, dkk , 2020) kenormalan baru tentunya mengubah paradigma kegiatan belajar mengajar di kelas, tetapi dengan konsep merdeka belajar di era pandemik ini mewajibkan pendidik untuk berinovatif. media yang dibutuhkan peserta didik saat ini adalah media yang dapat memberikan gambaran yang jelas untuk melukiskan suatu keadaan, yang nantinya media tersebut dapat menjadi inspirasi peserta didik untuk mengembangkan ide dan gagasan. sebuah media pendidikan dapat dikatakan berhasil apabila media tersebut mampu menghantarkan materi kepada peserta didik dengan baik dan memotivasi dalam belajar. keberhasilan aplikasi act sebagai learning society dapat dilihat dari data telah melalui proses uji validitas yang berlanjut ke pengujian hipotesis. ditemukan perbandingan bahwa thitung (13,3) < ttabel (1,67) yang menyatakan hipotesis diterima. karena t-hitung lebih besar dari pada t-tabel, maka ho diterima dan penelitian ini signifikan. disimpulkan bahwa aplikasi act sebagai learning society terbilang efektif meningkatkan kemampuan menulis cerpen genre sosio-religi. simpulan penelitian ini mengkaji kemampuan siswa pembelajaran menulis cerpen genre sosioreligi dengan memanfaatkan aplikasi act sebagai learning society. (1) hasil belajar pengukuran pengetahuan siswa dengan nilai rata-rata pretest 66,8, mengalami peningkatan pada posttest dengan rata-rata 87. maka, aplikasi act sebagai learning society meningkatkan hasil belajar dan menunjukkan capaian yang lebih baik dibanding secara konvensional. meningkatkan hasil belajar. (2) hasil pengujian data berdasarkan perhitungan menunjukkan perbandingan nilai t hitung sebesar 13,3 lebih kecil dari ttabel yaitu 1,67 (thitung 13,3 < ttabel 1,67), hipotesis diterima. maka, aplikasi act dan konsep learning society terbilang efektif meningkatkan kemampuan menulis cerpen genre sosio-religi. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.109 445 daftar rujukan ariyana, a., ramdhani, i. s., & sumiyani, s. (2020). merdeka belajar melalui penggunaan media audio visual pada pembelajaran menulis teks deskripsi. silampari bisa: jurnal penelitian pendidikan bahasa indonesia, daerah, dan asing, 3(2), 356–370. https://doi.org/10.31540/silamparibisa.v3i2.1112 dian fitri nurullah, rusdiawan, n. (2018). lingua, vol. 15, no. 2, september 2018. 15(2), 163–174. https://doi.org/10.30957/lingua.v15i2 hudhana, w. d., & sulaeman, a. (2019). pengembangan media video scribe dalam meningkatkan keterampilan menulis cerpen. pena: jurnal pendidikan bahasa dan sastra, 9(1), 43. saefuddin, a. dan i. b. (2014). pembelajaran efektif (kedua). pt remaja rosdakarya. sektiono, d., & nugraheni, r. (2016). implementasi good governance pada lembaga swadaya masyarakat (studi kasus pada aksi cepat tanggap cabang semarang). diponegoro journal of mangement, 6(1), 1–10. umar, s. w. (2016). peningkatan keterampilan menulis teks cerpen dengan strategi copy the master melalui media audiovisual pada siswa kelas ix di smp negeri 2 tolitoli. jurnal kreatif tadulako online, 4(6), 1–15. yulianingsih, w., lestari, g. d., & dewi, u. (2020). learning society kampung inggris. beta aksara. http://repository.unesa.ac.id/sysop/files/2020-11-18_book:1.learning society kampung inggris_wiwin tambahan.pdf ariyana, a., ramdhani, i. s., & sumiyani, s. (2020). merdeka belajar melalui penggunaan media audio visual pada pembelajaran menulis teks deskripsi. silampari bisa: jurnal penelitian pendidikan bahasa indonesia, daerah, dan asing, 3(2), 356–370. https://doi.org/10.31540/silamparibisa.v3i2.1112 dian fitri nurullah, rusdiawan, n. (2018). lingua, vol. 15, no. 2, september 2018. 15(2), 163–174. https://doi.org/10.30957/lingua.v15i2 hudhana, w. d., & sulaeman, a. (2019). pengembangan media video scribe dalam meningkatkan keterampilan menulis cerpen. pena: jurnal pendidikan bahasa dan sastra, 9(1), 43. saefuddin, a. dan i. b. (2014). pembelajaran efektif (kedua). pt remaja rosdakarya. sektiono, d., & nugraheni, r. (2016). implementasi good governance pada lembaga swadaya masyarakat (studi kasus pada aksi cepat tanggap cabang semarang). diponegoro journal of mangement, 6(1), 1–10. umar, s. w. (2016). peningkatan keterampilan menulis teks cerpen dengan strategi copy the master melalui media audiovisual pada siswa kelas ix di smp negeri 2 tolitoli. jurnal kreatif tadulako online, 4(6), 1–15. yulianingsih, w., lestari, g. d., & dewi, u. (2020). learning society kampung inggris. beta aksara. http://repository.unesa.ac.id/sysop/files/2020-11-18_book:1.learning society kampung inggris_wiwin tambahan.pdf ariyana, a., ramdhani, i. s., & sumiyani, s. (2020). merdeka belajar melalui penggunaan media audio visual pada pembelajaran menulis teks deskripsi. silampari bisa: jurnal penelitian pendidikan bahasa indonesia, daerah, dan asing, 3(2), 356–370. https://doi.org/10.31540/silamparibisa.v3i2.1112 dian fitri nurullah, rusdiawan, n. (2018). lingua, vol. 15, no. 2, september 2018. 15(2), 163–174. https://doi.org/10.30957/lingua.v15i2 hudhana, w. d., & sulaeman, a. (2019). pengembangan media video scribe dalam vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.109 446 meningkatkan keterampilan menulis cerpen. pena: jurnal pendidikan bahasa dan sastra, 9(1), 43. saefuddin, a. dan i. b. (2014). pembelajaran efektif (kedua). pt remaja rosdakarya. sektiono, d., & nugraheni, r. (2016). implementasi good governance pada lembaga swadaya masyarakat (studi kasus pada aksi cepat tanggap cabang semarang). diponegoro journal of mangement, 6(1), 1–10. umar, s. w. (2016). peningkatan keterampilan menulis teks cerpen dengan strategi copy the master melalui media audiovisual pada siswa kelas ix di smp negeri 2 tolitoli. jurnal kreatif tadulako online, 4(6), 1–15. yulianingsih, w., lestari, g. d., & dewi, u. (2020). learning society kampung inggris. beta aksara. http://repository.unesa.ac.id/sysop/files/2020-11-18_book:1.learning society kampung inggris_wiwin tambahan.pdf microsoft word 02-nur.docx vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.119 549 received : 01-04-2021 revised : 25-04-2021 published : 03-05-2021 penerapan model problem based learning untuk meningkatan pemahaman konsep, aktivitas, kinerja dan hasil belajar siswa sma nurmuflihatin sman 1 sekaran lamongan, indonesia muflihatinnur@gmail.com abstrak penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep, aktivitas siswa, dan kinerja siswa pada materi fluida dinamis dengan digunakannya model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). pembelajaran berbasis masalah ini menerapkan penelitian tindakan (ation researh) tiga putaran. dalam satu putaran terdiri dari empat tahap yaitu rancangan,kegiatan dan pengamatan,refleksi serta refisi. sasaran penelitian ini adalah siswa/siswi kelas xiipa1 sman i sekaran lamongan.pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif . data yang diperoleh dari hasil lembar evaluasi siswa,lembar observasi guru dan siswa,lembar kinerja siswa dalam proses belajar mengajar.kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan yaitu penerapan model problem based learning dapat meningkatkan pehaman konsep ,aktivitas, kinerja hasil belajar siswa pokok bahasan fluida dinamis. hal ini dibuktikan dengan peningkatan skor rata-rata nilai siswa serta meningkatnyaa kriteria ketuntasan minimal (kkm). peningkatan nilai rata-rata hasil belajar dilihat dari ulangan tiap siklus,nilai rata-rata sebelum adanya tindakan yaitu 59,80 kemudian setelah dilakukan tindakan pada siklus 1 nilai rata-ratanya berubah menjadi 71,03 selanjutnya hasil ulangan pada siklus ii berubah 78,28 dan rerata hasil akhir siklus iii menjadi 83,9. prosentase mengalami peningkatan dalam hal ketercapaian ketuntasan minimal dari 40,6 % pada keadaan awal, kemudian berubah 62,1 % pada akhir siklus i dan pada siklus ii akhir menjadi 82,8 % dan pada siklus iii akhir menjadi 89,7 %. aktivitas hasil belajar siswa dari penelitian tindakan kelas juga mengalami peningkatan. 5 aspek aktivitas siswa yang diamati yaitu pasif, mendengarkan penjelasan, mencatat,mengajukan pertanyaan dan melakukan diskusi .keadaan mula-mula sebelum adanya tindakan sebesar 49,4 % dan berubah menjadi 63,5 % pada kondisi siklus i .selanjutnya setelah dilakukan tindakan siklus ii dan iii aktivitas belajar siswa menjadi 68,6 % dan 71,0 % .kinerja siswa selama praktikum juga mengalami peningkatan,pada kondisi awal diperoleh hasil 30,3 %,pada siklus 1 mencapai 45,1 %,siklus ii mencapai 63,7 % dan siklus iii menapai 79,4 %. penggunaan metode pembelajaran problem based learning sebaiknya diterapkan dan dikembangkan lagi pada materi yang lebih luas, hal ini menyebabkan peningkatan prestasi hasil belajar siswa untuk mata pelajaran fisika. kata kunci : problem based learning; pemahaman konsep; aktifitas dan kinerja; fluida dinamis vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.119 550 pendahuluan peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan dalam pembangunan negara kita terutama di bidang pendidikan. pelaku pendidik yang berkualitas dan berkarakter akan menentukan mutu kehidupan pribadi suatu negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam mengatasi persoalan-persoalan hidup, dan tantangan kehidupan yang terjadi dalam masyarakat yang serba kompleks dan beragam. dalam mewujudkan hal di atas bukan hal yang mudah dan sederhana. perlu upaya keras dan sungguh-sungguh dan tidak dapat dicapai dalam waktu singkat. seluruh komponen bangsa harus memberi dukungan dalam berbagai sektor, baik jasmani atau rohani. dalam pencapain tujuan itu upaya yang dilakukan harus maksimal, berkesinambungan dan berkelanjutan, serta berlangsung terus menerus tidak boleh terputus pada satu generasi saja.. dalam menciptakan manusia indonesia yang utuh dan berkualitas melalui pendidikan dibutuhkan seperangkat prasarana dan sarana pendukung yang cukup. satu kesatuan yang terdiri dari berbagai komponen pendidikan di negara kita berdasarkan rancangan pelajaran mata pelajaran tertentu dalam satu jenjang pendidikan dimana komponennya esensial dan utama yang perlu dikembangkan dan dikreasikan oleh pelaku pendidik dan ini perlu mendapat perhatian dari berbagai elemen, yaitu guru sebagai ujung tombak pelaksana, kurikulum di sekolah, pengembang kurikulum dan pemerintah. dengan melihat uraian latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep pokok bahasan fluida dinamis setelah diterapkannya model problem based learning dan mengetahui bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah (model problem based learning) dapat meningkatkan aktivitas dan kinerja siswa kelas xi ipa sman 1 sekaran lamongan. tinjauan pustaka pengajaran model problem based learning pengajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi dan kondisi yang berorientasi pada masalah yang diberikan di kelas. menurut ibrahim dan nur (200: 2)), “pengajaran berbasis masalah dikenal dengan nama lain seperti project-based teacihg (pembelajaran proyek), experienced-based education (pendidikan berdasarkan pengalaman), authentic learning (pembelajaran autentik), dan achoered instruction (pembelajaran berakar pada kehidupan nyata)”. tabel 1. tahapan pengajaran model pembelajaran berbasis masalah tindakan perilaku guru tindakan 1 siswa berorientasi pada masalah yang diberikan. guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran, menjelaskan peralatan yang diperlukan dalam praktek, memberi semangat siswa agar aktif terlibat pada aktivitas penyelesaian masalah yang dipilihnya tindakan 2 mengorganisasi siswa untuk belajar dalam pemecahan masalah yang diberikan guru membimbing siswa dalam mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubugnan dengan masalah yang diberikan tersebut vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.119 551 tindakan 3 membimbing penyelidikan individual dan kelompok berdasarkan masalah yang ada guru mengajak siswa untuk mengumpulkan informsi sebanyakbanyaknya yang sesuai dengan masalah yang diberikan, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan data dan hasil dari masalah yang berikan. tindakan 4 mengembangkan dan menyajikan hasil data eksperimen terhadap masalah yang ada guru membimbing siwa merencanakan dan menyiapkan hasil data yang sesuai lembar kerja seperti membuat laporan praktikum tindakan 5 menganalisa dan mengevaluasi hasil kerja siswa dalam proses pemecahan maslah guru membimbing siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap data hasil penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. proses belajar mengajar dalam pendidikan proses belajar mengajar hubungan guru dan siswa tidak bisa lepas satu dengan yang lain.keduanya merupakan bagian dari pelaku pendidikan.sehingga dalam proses belajar mengajar mereka saling memberi umpan balik,dan guru memegang peranan penting dalam proses belajar dalam memberikan pendidikan dan pengajaran dengan tujuan tertentu. definisi aktivitas belajar aktivitas belajar peserta didik menurut ( sardiman,2005:96): “aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan fisik atau jasmani maupun mental atau rohani yang saling berkaitan sehingga tercipta belajar yang optimal dalam aktivitas belajar ini peserta didik haruslah aktif mendominasi dalam mengikutiproses belajar mengajar sehingga mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.” kinerja siswa kinerja siswa merupakan salah satu alternatif penilaian yang difokuskan pada dua aktivitas pokok yaitu : 1. pengamatan atau obsrvasi proses saat berlangsungnya unjuk ketrampilan 2. evaluasi hasil percobaan atau eksperimen metode penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas.dan melalui berbagai tindakan atau tahapan yang saling berkelanjutan. tempat penelitian, waktu penelitian dan subyek penelitian 1. tempat penelitian sman 1 sekaran tahun pelajaran 2019/2020. 2. waktu penelitian bulan agustus -desember semester satu tahun pelajaran 2019/2020 3. subyek penelitian siswa kelas xi ipa-1 tahun pelajaran 2019/2020. pokok bahasan fluida dinamis vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.119 552 rancangan penelitian tindakan kelas tahapan yang dilalui dalam ptk digambarkan sebagai berikut: gambar 1. scema penelitian tindakan kelas gambar 1. rancangan penelitian jadwal penelitian jadwal kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut. tabel 2. jadwal penelitian kegiatan bulan ke.. tahun 2019 agustus ( tanggal ) september ( tanggal ) oktober ( tanggal ) november ( tanggal ) desember ( tanggal ) perancangan 12, 19 persiapan 25 ,30 8,15, 20 pelaksanaan 24 5,14,18,20 12,18,24 2,3 analisis data 9,10 laporan 12,13 presentasi,revisi 19,20 instrumen penelitian 1. silabus pembelajaran fisika kelas xi ipa 2. rencana pelajaran (rp) fluida dinamis tiap siklus 3. lembar kerja siswa (lks) tiap siklus 4. tes formatif (pilihan ganda ) siklus ken rekomenda si rencana i tindakan observa si reflek sisi siklus i refleksi rencana i tindaka n observa si siklus ii vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.119 553 teknik analisis data penelitian 1. untuk menilai ulangan atau tes formatif a. validitas tes tingkat kevalidan ini dapat dihitung dengan korelasi product moment: (suharsimi arikunto, 2001: 72) b. reliabilitas (suharsimi arikunto, 20001: 93) 2. untuk ketuntasan belajar untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut: hasil dan pembahasan penelitian tindakan kelas ini melalui 3 tahapan siklus, yaitu siklus ke-i siklus ke-ii dan siklus ke-iii siswa kelas xi ipa1 sma negeri 1 sekaran tahun pelajaran 2019-2020 semester satu. tabel 3. pengelolaan pembelajaran awal sebelum di adakan tindakan siklus no aspek yang diamati penilaian ratarata p1 p2 i pengamatan selama kegiatan belajar mengajar a. pendahuluan 1. memotivasi siswa dalam proses belajar mengajar 2. menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 2 3 3 2 2,5 2,5 b. kegiatan inti 1. mendiskusikan tahapan pembelajaran. 2. membimbing siswa melakukan kegiatan belajar mengajar 3. membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok dalam memecahkan masalah 4. siswa mempresentasikan hasil ekperimen yang telah dilakukan. 5. pembimbingan siswa untuk membuat kesimpulan atau temuan konsep setelah bereksperimen 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 c. penutup 1. menyimpulkan hasil temuan konsep siswa 2. memberikan evaluasi pada ahir pembelajaran 3 3 3 3 3 3 ii pembagian waktu 3 3 3 iii antusiasme kelas 1. siswa antusias dalam proses belajar mengajar 2. guru antusias dalam proses belajar mengajar 3 3 3 3 3 3 jumlah 36 36 36 å å= n x x ( )( ) ( ){ } ( ){ }å åå å ååå -= 2222 yynxxn yxxyn rxy )1( 2 2/21/1 2/21/1 11 r r r + = %100 ... x siswa belajartuntasyangsiswa p å å= vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.119 554 tabel 4. hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel : no aktivitas guru yang diamati persentase 1 menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai 8,30 2 memotivasi siswa/merumuskan masalah dalam proses kbm 10.00 3 mengkaitkan pelajaran hari ini dengan pokok bahasan berikutnya 8,30 4 menyampaikan pokok bahasan dalam pemecahan masalah 6,67 5 menjelaskan pokok bahasan yang sulit difahami oleh siswa 11,67 6 memberi bimbingan ke siswa dalam penemuan konsep selama pemecahan masalah 8,30 7 meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan 6,67 8 memberikan tanggapan langsung pada siswa selama proses belajar 10,00 9 membimbing siswa merangkum pelajaran 8,30 tabel 5. keadaan awal aktivitas siswa sebelum tindakan siklus tindakan siswa dalam kelas jumlah siswa persentase jumlah siswa siswa pasif dalam proses belajar mengajar 10 31,2 % siswa mendengarkan penjelasan guru 28 87,5 % siswa mencatat materi 32 100 % siswa akatif bertanya pada guru 3 9,4 % siswa berdiskusi dg teman 10 31,2 % rata-rata skor aktivitas 51,86% tabel 6. keadaan awal kinerja siswa selama praktikum sebelum tindakan siklus tindakan siswa selama praktikum jumlah siswa persentase jumlah siswa ketepatan merangkai peralatan 5 15,,6 % ketepatan menggunakan alat ukur 15 46,87 % ketepatan menuliskan data 20 62,5 % jujur dalam menuliskan data 10 31,25 % ketertiban dan manajemen waktu 10 31,25 % rata-rata skor aktivitas 37,5 % tabel 7. keadaan awal siswa berdasrkan uh fluida statik nilai jumlah siswa persentase jumlah siswa ketuntasan persentase ketuntasan < 40 9 28,1 % belum 59,4 % 41 – 74 10 31,3 % belum 75 – 100 13 40,6 % tuntas 40,6 % jumlah 32 100 % 100 % nilai tertinggi = 90 ; nilai terendah = 40 dan rerata = 59,8 vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.119 555 tabel 8. pengelolaan pembelajaran kelas setelah dilakukan tindakan siklus 1 no aspek yang diamati penilaian ratarata p1 p2 i pengamatan selama kegiatan belajar mengajar a. pendahuluan 1. memotivasi siswa dalam proses belajar mengajar 2. menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 4 3 4 3 4 3,0 b. kegiatan inti 1. mendiskusikan tahapan pembelajaran. 2. membimbing siswa melakukan kegiatan belajar mengajar 3. membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok dalam memecahkan masalah 4. siswa mempresentasikan hasil ekperimen yang telah dilakukan. 5. pembimbingan siswa untuk membuat kesimpulan atau temuan konsep setelah bereksperimen 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3,5 4 3 c. penutup 1. menyimpulkan hasil temuan konsep siswa 2. memberikan evaluasi pada ahir pembelajaran 3 3 3 3 3 3 ii pembagian waktu 3 3 3,0 iii antusiasme kelas 1. siswa antusias dalam proses belajar mengajar 2. guru antusias dalam proses belajar mengajar 4 4 4 3 4 3,5 jumlah 41 41 41 tabel 9. keadaan aktivitas guru setelah tindakan siklus 1 no aktivitas guru yang diamati persentase 1 menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai 11,67 2 memotivasi siswa/merumuskan masalah dalam proses kbm 6,67 3 mengkaitkan pelajaran hari ini dengan pokok bahasan berikutnya 8,30 4 menyampaikan pokok bahasan dalam pemecahan masalah 10,00 5 menjelaskan pokok bahasan yang sulit difahami oleh siswa 11.67 6 memberi bimbingan ke siswa dalam penemuan konsep selama pemecahan masalah 11,67 7 meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan 10.00 8 memberikan tanggapan langsung pada siswa selama proses belajar 10,00 9 membimbing siswa merangkum pelajaran 8,33 tabel 10. keadaan akhir aktivitas siswa setelah tindakan siklus i tindakan siswa dalam kelas jumlah siswa persentase jumlah siswa siswa pasif dalam proses belajar mengajar 10 31,25 % siswa mendengarkan penjelasan guru 24 75,0 % siswa mencatat materi 32 100 % siswa akatif bertanya pada guru 15 40,62 % siswa berdiskusi dg teman 25 78,12 % rata-rata aktivitas 64,99 % vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.119 556 tabel 11. keadaan kinerja siswa selama praktikum setelah tindakan siklus 1 tindakan siswa selama praktikum jumlah siswa persentase jumlah siswa ketepatan merangkai peralatan 15 46,8 % ketepatan menggunakan alat ukur 20 62,5 % ketepatan menuliskan data 20 62,5 % jujur dalam menuliskan data 25 78,13 % ketertiban dan manajemen waktu 15 46,8 % rata-rata skor aktivitas 59,35 % tabel 12. nilai tes formatif pada siklus i no. urut siswa nilai keterangan no.urut siswa nilai keterangan t tt t tt 1 65 √ 17 65 √ 2 55 √ 18 70 √ 3 70 √ 19 80 √ 4 85 √ 20 80 √ 5 65 √ 21 80 √ 6 80 √ 22 70 √ 7 85 √ 23 80 v 8 80 √ 24 80 √ 9 40 √ 25 80 √ 10 80 √ 26 75 √ 11 80 √ 27 60 √ 12 80 √ 28 80 √ 13 75 √ 29 70 √ 14 40 √ 30 60 √ 15 85 √ 31 65 √ 16 55 √ 32 75 √ jumlah 9 7 jumlah 9 7 jumlah skor yang dicapai 2290 jumlah skor maksimal ideal 3200 % skor yang tercapai 71,6 tabel 13. keadaan akhir siklus 1 ulangan harian fluida dinamis nilai jumlah siswa persentase jumlah siswa ketuntasan persentase ketuntasan < 40 2 6,25 % belum 43,75 % 41 – 74 12 37,5 % belum 75 – 100 18 56,3 % tuntas 56,25 % jumlah 32 100 % 100 % nilai tertinggi siswa= 85 ; nilai terendah siswa= 40 dan rerata = 71,6 vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.119 557 tabel 14. pengelolaan pembelajaran kelas setelah dilakukan tindakan siklus ii no aspek yang diamati penilaian ratarata p1 p2 i pengamatan selama kegiatan belajar mengajar a. pendahuluan 1. memotivasi siswa dalam proses belajar mengajar 2. menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 4 4 4 4 4,0 4,0 b. kegiatan inti 1. mendiskusikan tahapan pembelajaran. 2. membimbing siswa melakukan kegiatan belajar mengajar 3. membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok dalam memecahkan masalah 4. siswa mempresentasikan hasil ekperimen yang telah dilakukan. 5. pembimbingan siswa untuk membuat kesimpulan atau temuan konsep setelah bereksperimen 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4,0 3,5 3 4 4 c. penutup 1. menyimpulkan hasil temuan konsep siswa 2. memberikan evaluasi pada ahir pembelajaran 4 4 4 4 4 4 ii pembagian waktu 4 3 3,5 iii antusiasme kelas 1. siswa antusias dalam proses belajar mengajar 2. guru antusias dalam proses belajar mengajar 3 4 3 4 3 4 jumlah 45 45 45 tabel 15. keadaan aktivitas guru setelah tindakan siklus ii no aktivitas guru yang diamati persentase 1 menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai 13.33 2 memotivasi siswa/merumuskan masalah dalam proses kbm 11,67 3 mengkaitkan pelajaran hari ini dengan pokok bahasan berikutnya 10,00 4 menyampaikan pokok bahasan dalam pemecahan masalah 11,67 5 menjelaskan pokok bahasan yang sulit difahami oleh siswa 13.33 6 memberi bimbingan ke siswa dalam penemuan konsep selama pemecahan masalah 13,33 7 meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan 8,30 8 memberikan tanggapan langsung pada siswa selama proses belajar 13.33 9 membimbing siswa merangkum pelajaran 11.67 tabel 16. keadaan akhir aktifitas siswa setelah tindakan siklus ii tindakan siswa di dalam kelas jumlah siswa persentase jumlah siswa siswa pasif dalam proses belajar mengajar 5 15,6 % siswa mendengarkan penjelasan guru 30 93,8 % siswa mencatat materi 32 100 % siswa akatif bertanya pada guru 20 62,,5 % siswa berdiskusi dg teman 30 93,8 % rata-rata aktivitas 73,14 % vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.119 558 tabel 17. keadaan kinerja siswa selama praktikum setelah tindakan siklus 1i tindakan siswa dalam praktikum jumlah siswa persentase jumlah siswa ketepatan merangkai peralatan 26 81,2 % ketepatan menggunakan alat ukur 27 84,4 % ketepatan menuliskan data 28 87,5 % jujur dalam menuliskan data 28 87,5 % ketertiban dan manajemen waktu 26 81,2 % rata-rata skor aktivitas 84,36 % tabel 18. nilai tes formatif pada siklus ii no urut siswa nilai keterangan no. urut siswa nilai keterangan t tt t tt 1 75 √ 17 75 √ 2 60 √ 18 85 √ 3 85 √ 19 85 √ 4 90 √ 20 90 √ 5 70 √ 21 80 √ 6 80 √ 22 75 √ 7 85 √ 23 85 √ 8 80 √ 24 85 √ 9 65 √ 25 85 √ 10 85 √ 26 85 √ 11 80 √ 27 70 √ 12 85 √ 28 85 √ 13 75 √ 29 65 √ 14 60 √ 30 75 √ 15 85 √ 31 80 √ 16 65 √ 32 75 √ jumlah 11 5 jumlah 14 2 jumlah skor yang dicapai 2505 jumlah skor maksimal ideal 3200 % skor yang tercapai 78,3 tabel 19. keadaan akhir siklus ii ulangan harian fluida dinamis nilai jumlah siswa prosentase jumlah siswa ketuntasan persentase ketuntasan < 40 0 0 % belum 21,88 % 40 – 74 7 21,88 % belum 75 – 100 25 78,13 % tuntas 78,13 % jumlah 32 100 % 100 % nilai tertinggi siswa = 90 ; nilai terendah siswa = 60 dan rerata = 78,3 vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.119 559 tabel 20. pengelolaan pembelajaran kelas setelah dilakukan tindakan siklus iii no aspek yang diamati penilaian ratarata p1 p2 i pengamatan selama kegiatan belajar mengajar a. pendahuluan 1. memotivasi siswa dalam proses belajar mengajar 2. menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 4 4 4 3 4,0 3,5 b. kegiatan inti 1. mendiskusikan tahapan pembelajaran. 2. membimbing siswa melakukan kegiatan belajar mengajar 3. membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok dalam memecahkan masalah 4. siswa mempresentasikan hasil ekperimen yang telah dilakukan. 5. pembimbingan siswa untuk membuat kesimpulan atau temuan konsep setelah bereksperimen 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4,0 4,0 4,0 3,5 4,0 c. penutup 1. menyimpulkan hasil temuan konsep siswa 2. memberikan evaluasi pada ahir pembelajaran 3 4 3 4 3,0 4,0 ii pembagian waktu 4 4 4,0 iii antusiasme kelas 1. siswa antusias dalam proses belajar mengajar 2. guru antusias dalam proses belajar mengajar 4 4 3 4 4,0 4,0 jumlah 47 47 47 tabel 21. keadaan aktivitas guru setelah tindakan siklus iii no aktivitas guru yang diamati persentase 1 menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai 13.33 2 memotivasi siswa/merumuskan masalah dalam proses kbm 13.33 3 mengkaitkan pelajaran hari ini dengan pokok bahasan berikutnya 11,67 4 menyampaikan pokok bahasan dalam pemecahan masalah 13,33 5 menjelaskan pokok bahasan yang sulit difahami oleh siswa 13,33 6 memberi bimbingan ke siswa dalam penemuan konsep selama pemecahan masalah 11,67 7 meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan 11,67 8 memberikan tanggapan langsung pada siswa selama proses belajar 13,33 9 membimbing siswa merangkum pelajaran 13,33 tabel 22. keadaan akhir aktifitas siswa setelah tindakan siklus iii tindakan siswa dalam kelas jumlah siswa persentase jumlah siswa siswa pasif dalam proses belajar mengajar 1 3,1 % siswa mendengarkan penjelasan guru 31 96,9 % siswa mencatat materi 32 100 % siswa akatif bertanya pada guru 30 93,8 % siswa berdiskusi dg teman 31 96,9 % rata-rata aktivitas 78,14 % vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.119 560 tabel 23. keadaan kinerja siswa selama praktikum setelah tindakan siklus iii tindakan siswa dalam praktikum jumlah siswa persentase jumlah siswa ketepatan merangkai peralatan 27 84,,4 % ketepatan menggunakan alat ukur 28 87,5 % ketepatan menuliskan data 28 87,5 % jujur dalam menuliskan data 28 87,5 % ketertiban dan manajemen waktu 26 81,3% rata-rata skor aktivitas 85,6 % tabel 24. nilai tes formatif pada siklus iii no. urut siswa nilai keterangan no. urut siswa nilai keterangan t tt t tt 1 80 √ 16 75 √ 2 75 √ 17 80 √ 3 85 √ 18 85 √ 4 100 √ 19 90 √ 5 80 √ 20 90 √ 6 85 √ 21 85 √ 7 90 √ 22 80 √ 8 85 √ 23 90 √ 9 70 √ 24 85 √ 10 90 √ 25 90 √ 11 85 √ 26 85 √ 12 80 √ 27 80 √ 13 89 √ 28 85 √ 14 65 √ 29 70 √ 15 85 √ 30 80 √ 31 85 √ 32 85 √ jumlah 15 2 jumlah 14 1 jumlah skor yang dicapai 2670 jumlah skor maksimal ideal 3200 % skor yang tercapai 83,4 tabel 25. keadaan akhir siklus iii ulangan harian fluida dinamis nilai jumlah siswa persentase jumlah siswa ketuntasan persentase ketuntasan < 40 0 0 % belum 9,37 % 40 – 74 3 9,37 % belum 75 – 100 29 90.62 % tuntas 90,62 % jumlah 32 100 % 100 % nilai tertinggi siswa= 100 ; nilai terendah siswa = 65 dan rerata = 83,4 vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.119 561 tabel 26. rekapitulasi rata-rata hasil belajar,aktivitas ,kinerja siswa tiap siklus. aspek keadaan awal siklus i siklus ii siklus iii pokok bahasan skor pokok bahasan skor pokok bahasan skor pokok bahasan skor rata-rata hasil belajar yang dicapai siswa fluida statis 59,8 fluida dinamis 71,6 0 fluida dinamis 78,3 fluida dinamis 83,4 aktifitas siswa 51,86 % 64,9 9% 73,14 % 78,14 % kinerja siswa 37,5 % 59,5 % 78,3 % 85,6 % . simpulan kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan yaitu penerapan model problem based learning dapat meningkatkan pehaman konsep ,aktivitas, kinerja hasil belajar siswa pokok bahasan fluida dinamis. hal ini dibuktikan dengan peningkatan skor rata-rata nilai siswa serta meningkatnyaa kriteria ketuntasan minimal (kkm). peningkatan nilai rata-rata hasil belajar dilihat dari ulangan tiap siklus,nilai rata-rata sebelum adanya tindakan yaitu 59,80 kemudian setelah dilakukan tindakan pada siklus 1 nilai rata-ratanya berubah menjadi 71,03 selanjutnya hasil ulangan pada siklus ii berubah 78,28 dan rerata hasil akhir siklus iii menjadi 83,9. prosentase mengalami peningkatan dalam hal ketercapaian ketuntasan minimal dari 40,6 % pada keadaan awal, kemudian berubah 62,1 % pada akhir siklus i dan pada siklus ii akhir menjadi 82,8 % dan pada siklus iii akhir menjadi 89,7 %. aktivitas hasil belajar siswa dari penelitian tindakan kelas juga mengalami peningkatan. 5 aspek aktivitas siswa yang diamati yaitu pasif, mendengarkan penjelasan, mencatat,mengajukan pertanyaan dan melakukan diskusi .keadaan mula-mula sebelum adanya tindakan sebesar 49,4 % dan berubah menjadi 63,5 % pada kondisi siklus i .selanjutnya setelah dilakukan tindakan siklus ii dan iii aktivitas belajar siswa menjadi 68,6 % dan 71,0 % .kinerja siswa selama praktikum juga mengalami peningkatan,pada kondisi awal diperoleh hasil 30,3 %,pada siklus 1 mencapai 45,1 %,siklus ii mencapai 63,7 % dan siklus iii menapai 79,4 %. penggunaan metode pembelajaran problem based learning sebaiknya diterapkan dan dikembangkan lagi pada materi yang lebih luas,hal ini menyebabkan peningkatan prestasi hasil belajar siswa untuk mata pelajaran fisika. . saran saran yang bisa diberikan berdasarkan hasil data penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. pelaksanaan penggunaan model problem based learning membutuhkan persiapan dan peralatan yang cukup, dimana guru harus sanggup memilih pokok bahasan yang benarbenar bisa diterapkan dengan metode pembelajaran model problem based learning dalam kegiatan belajar mengajar sehingga diperoleh prestasi yang maksimal. 2. dalam upaya peningkatan kemampuan menerapkan konsep dan prinsip pada materi fisika, guru sebaiknya lebih intensif melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.119 562 yang cocok dengan kondisi dan kemampuan siswa.dari situ siswa diharapkan dapat menemuan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan mandiri, sehingga terbiasa dalam memecahkan masalah yang dihadapi. daftar rujukan arikunto, suharsimi. 2002. prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. jakarta: rineksa cipta ali, muhammad. 1996. guru dalam proses belajar mengajar. bandung: sinar baru algesindon. hadi, sutrisno. 198. metodologi research, jilid 1. yogyakarta: yp. fak. psikologi ugm. melvin, l. siberman. 2004. aktif learning, 101 cara belajar siswa aktif. bandung: nusamedia dan nuansa. ngalim, purwanto m. 1990. psikologi pendidikan. bandung: pt. remaja rosdakarya. riduwan. 2000. belajar mudah penelitian untuk guru-karyawan dan peneliti pemula. bandung: alfabeta. surakhmad, winarno. 1990. metode pengajaran nasional. bandung: jemmars. microsoft word 06-irwan.docx vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 970 received : 21-05-2021 revised : 30-06-2021 published : 29-07-2021 komparasi algoritma klasifikasi untuk orientasi minat mahasiswa dalam penuntasan studi muhammad rizki fahdia1, dwiza riana2, fachri amsury3, irwansyah saputra4, nanang ruhyana5 stmik nusa mandiri rizki.muz@nusamandiri.ac.id1, dwiza@nusamandiri.ac.id2, fachri.fcy@nusamandiri.ac.id3, irwansyah.iys@nusamandiri.ac.id4, nanang.ngy@nusamandiri.ac.id5 abstrak: politeknik tri mitra karya mandiri adalah salah satu perguruan tinggi vokasi yang berada di wilayah cikampek kabupaten karawang yang pada tahun akademik 2017/2018 mempunyai jumlah mahasiswa mencapai 987 orang mahasiswa.namun sayangnya dari total jumlah mahasiswa tidak seluruhnya mempunyai orientasi minat yang sesungguhnya untuk kuliah, banyak factor yang mempengaruhinya. tinginya tingkat orientasi minat mahasiswa yang tidak memilih kuliah, inilah yang membuat diadakan penelitian tentang sebab-sebab mengapa mahasiswa berkuliah dikampus ini serta mecari solusi guna mengurangi jumlah mahasiswa yang menjadi non aktif ketika diketahui mempunyai orientasi minat yang bukan untuk kuliah. dengan melakukan komparasi menggunakan 3 algoritma yang termasuk dalam metode klasifikasi data mining yaitu; decision tree c4.5, naïve bayes dan k-nearest neighbor penelitian ini mencari nilai akurasi dan area under curve (auc) yang terbaik dari ketiga algoritma yang dikomparasi guna ditentukan model yang digunakan pada penentuan orientasi minat mahasiswa. hasil dari komparasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah; algoritma decision tree c4.5 mempunyai nilai akurasi sebesar 91,75% dan auc sebesar 0,969, naïve bayes mempunyai nilai akurasi sebesar 86,77% dan auc sebesar 0,930 sedangngkan k-nearest neighbor mempunyai nilai akurasi sebesar 88,61% dan auc sebesar 0,500. melalui uji beda yang dilakukan menggunakan operator t-test pada rapid miner ditemukan hasil bahwa algoritma decision tree c4.5 merupakan algoritma terbaik dari 3 buah algoritma yang digunakan, maka dalam penelitian ini digunakan rule decision tree c4.5 untuk diterapkan pada deployment yang dilakukan. kata kunci: orientasi minat mahasiswa; komparasi; auc; decision tree c4.5; naïve bayes; k-nearest neighbor vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 971 comparison of classification algorithm for orientation of interest students in study assessment abstract: tri mitra karya mandiri polytechnic is one of the vocational colleges located in the cikampek area of karawang regency, which in the 2017/2018 academic year has 987 students. but unfortunately from the total number of students not all have real interest orientation for college, many the factors that influence it. the high level of orientation of the interest of students who did not choose college, this is what made a study of the reasons why students study at the campus and find solutions to reduce the number of students who become non-active when they are known to have interest in orientation that is not for college. by comparing using 3 algorithms included in the data mining classification method, namely; this decision tree c4.5, naïve bayes and k-nearest neighbor research looked for the best value of accuracy and area under curve (auc) of the three comparable algorithms to determine the model used in determining the orientation of student interest. the results of the comparison carried out in this study are; decision tree c4.5 algorithm has an accuracy value of 91.75% and auc of 0.969, naïve bayes has an accuracy value of 86.77% and auc of 0.930 while k-nearest neighbor has an accuracy value of 88.61% and auc of 0.500 . through different tests conducted using the t-test operator on rapid miner, the results found that the decision tree c4.5 algorithm is the best algorithm of the 3 algorithms used, then in this study used the decision tree c4.5 rule to be applied to the deployment carried out. keywords: student interest orientation; comparative; auc; decision tree c4.5; naïve bayes; k-nearest neighbor pendahuluan politeknik tri mitra karya mandiri adalah salah satu perguruan tinggi vokasi yang berada di wilayah cikampek kabupaten karawang. politeknik ini telah berdiri selama kurang lebih 17 tahun di mulai dari tahun 2001. jumlah mahasiswa politeknik tri mitra karya mandiri tiap tahun mengalami kenaikan walaupun tidak signifikan. salah satu faktor yang mendorong keinginan dari calon mahasiswa menjadi mahasiwa di kampus ini adalah minat dari mahasiswa itu sendiri, terkadang minat yang dimiliki juga tidak menjadi dasar pertimbangan calon mahasiswa masuk ke kampus ini. beberapa faktor menjadi penentu dari terealisasinya calon mahasiswa menjadi mahasiswa, dari mulai faktor finansial hingga faktor hobi dari calon mahasiswa tersebut. pada penelitian ini digali keinginan sesungguhnya dari mahasiswa baru yang telah terdaftar pada kampus ini, sehingga diharapkan didapat pemetaan berdasarkan orientasi sesungguhnya mahasiswa tersebut dalam melanjutkan studinya dan faktor-faktor pendukungnya yang menyebabkan calon mahasiswa tersebut mendaftar di politeknik tri mitra karya mandiri. minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. siswa yang memiliki minat vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 972 terhadap subyek tertentru cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. minat menunjukkan adanya suatu ketertarikan terhadap sesuatu (chusanawati, 2015). ketika seorang siswa memutuskan untuk melanjutkan studinya ke jenjang lebih tinggi, maka banyak faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut, dimana minat seseorang juga terkadang menjadi faktor utama dalam pengambilan keputusan yang dihasilkan untuk melanjutkan studi tersebut. menyikapi hal tersebut maka minat seseorang tidak dapat diabaikan sebagai salah satu variabel pengambilan keputusan, pada politeknik tri mitra karya mandiri terdaftar 987 mahasiswa dengan 865 orang mahasiswa tercatat sebagai mahasiswa aktif dan 122 orang sebagai mahasiswa non aktif dari berbagai latar belakang sosial dan berbagai penyebab sehingga mahasiswa tersebut melanjutkan studi di kampus ini. untuk penelitian ini sendiri digunakan data dari kuisioner yang dibagikan kepad 219 orang mahasiswa baru tahun akademik 2017/2018 yang diharapkan dapat mengetahui korelasi dari orientasi minat sesungguhnya mahasiswa dengan faktor lain yang menyebabkan mereka melanjutkan studinya di kampus ini. analisa mengenai orientasi minat mahasiswa telah dilakukan menggunakan berbagai metode. penelitian sebelumnya telah banyak dilakukan dengan menerapkan metode klasifikasi data mining oleh peneliti dalam melakukan analisa klasifikasi orientasi data mahasiswa beserta akurasinya, seperti penelitian yang dilakukan (hastuti, 2012) dimana peneliti tersebut melakukan komparasi untuk mengetahui tingkat akurasi dari masing-masing algoritma. algoritma yang digunakan adalah logistic regression, decision tree, naïve bayes dan neural network. data yang digunakan sebanyak 3861 mahasiswa program studi teknik informatika, sistem informasi dan desain komunikasi visual universitas dian nuswantoro. hasil dari proses klasifikasi dievaluasi dengan menggunakan cross validation, confusion matrix, roc curve dan t-test untuk mengetahui algoritma klasifikasi data mining yang paling akurat untuk prediksi mahasiswa non aktif. penelitian lainnya dilakukan oleh (tahyudin et al., 2013) yang membandingkan beberapa algoritma klasifikasi data mining, khususnya decision tree (dt), naive bayes (nb), artificial neural network (ann), algoritma support vector machine (svm) dan logistic regression (lr) dengan evaluasi validasi silang dan t-test untuk memprediksi kelulusan siswa tepat waktu. metode yang digunakan adalah metode perbandingan. penelitian lainnya dari daniel swanjaya dan abidatul izzah, pada penelitian ini digunakan untuk memprediksi minat dan bakat kerja yang dimiliki oleh mahasiswa dengan menggunakan decision tree. data yang digunakan dalam paper ini adalah data nilai 8 mata kuliah wajib dari 42 alumni jurusan s1 matematika. sedangkan lapangan kerja yang tersedia meliputi pengajar, pegawai, dan entrepreneur. hasil evaluasi classifier ini menunjukkan nilai auc diatas 0.9 untuk masing-masing profesi (daniel swanjaya, 2015). penelitian lainnya dari liliana swastina metelusuri tentang pemilihan jurusan yang tidak sesuai dengan kemampuan, kepribadian, minat dan bakat yang dapat mempengaruhi mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. parameter pemilihan jurusan adalah indeks prestasi kumulatif semester 1 dan 2, hasil eksperimen dan evaluasi menunjukan bahwa algoritma decision tree c4.5 akurat diterapkan untuk penentuan kesesuaian jurusan mahasiswa dengan tingkat akurasi 93,31 % dan akurasi rekomendasi jurusan sebesar 82,64% (swastina, 2013). untuk mendapatkan hasil yang diinginkan pada penelitian ini, digunakan algoritma decision tree c4.5, naïve bayes dan k-nearest neighbor yang merupakan tiga buah algoritma yang dapat memberikan hasil analisa klasifikasi sesuai yang diharapkan pada penelitian ini, ke tiga metode tersebut merupakan sepuluh klasifikasi data mining paling vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 973 popular (xindong wu, n.d. 2009). analisa akan dilakukan dengan membandingkan beberapa metode klasifikasi data mining, diantaranya yaitu algoritma decission tree c4.5, naïve bayes, dan k-nearest neighbor, ketiga metode tersebut digunakan untuk mengetahui model orientasi minat mahasiswa apakah bekerja atau kuliah dan faktor lainnya yang menyebabkan mereka memutuskan melanjutkan studinya di politeknik tri mitra karya mandiri berdasarkan nilai akurasi dan area under curve. dengan mengambil beberapa tahapan penelitian dan pengambilan data dari banyaknya orientasi minat mahasiswa yang diteliti sehingga dapat diketahui model dan skema dari orientasi kerja dan orientasi kuliah, analisa juga akan membandingkan hasil akurasi dan area under curve dari ketiga algoritma tersebut sehingga dapat diketahui algoritma yang lebih baik dari hasil penelitian dan pengujian data tersebut. hasil penelitian akan diusulkan kepada pihak manajemen politeknik tri mitra karya mandiri tentang kriteria penyebab mahasiswa memilih kampus ini sebagai tujuan studinya berdasarkan orientasi minat mahasiswa sesungguhnya dan faktor-faktor lain yangmendukung, sehingga diharapkan dimasa yang akan datang dapat diperoleh strategi promosi yang tepat, strategi mempertahankan mahasisw yang aktif dari godaan non aktif ketika mendapatkan pekerjaan, strategi memperrtahankan mahasiwa aktif berdasarkan minat dan bakatnya serta hal lainnya yang dirasa perlu berdasarkan kriteria klasifikasi yang dihasilkan. masalah penelitian orientasi minat mahasiswa adalah salah satu keinginan yang mendasar dari mahasiswa ketika sebelumnya dia berada pada posisi pendidikan dibawah perguruan tinggi. minat yang berbeda, keinginan orang tua, faktor finansial dan juga ketersediaan akan tersalurnya bakat yang dimilikinya ketika melanjutkan studi menjadi variable yang turut menentukan jadi tidaknya seorang calon mahasiswa melanjutkan studinya khususnya dikampus politeknik tri mitra karya mandiri. permasalahan yang timbul adalah dari jumlah 219 mahasiswa baru yang terdaftar pada tahun akademik 2017/2018 ketika diadakan tanya jawab secara langsung ternyata tidak 100% mahasiswa baru tersebut berorientasi untuk kuliah, banyak juga diantara mereka yang berorientasi untuk bekerja. hal ini tentunya menarik untuk diteliti karena bila pola orientasi mahasiswa ini dapat ditemukan, maka akan banyak hal yang bisa diperbaiki terutama untuk strategi mempertahankan mahasiswa tetap aktif akibat dari godaan dunia industri sebelum mereka selesai kuliah dan juga strategi promosi dan rekutmen kepada calon mahasiswa baru di masa yang akan datang. pada penelitian ini difokuskan pada pencarian algoritma terbaik berdasarkan nilai akurasi dan area under curve, dimana hasil dari penelitian tersebut akan ditemukan pola klasifikasi dari orientasi minat mahasiswa yang diteliti. hasil dari pola tadi akan dikaji dan diajukan usulan ke pihak manajemen politeknik tri mitra karya mandiri untuk dapat melakukan langkah antisipasi bila terjadi ganguan pada aktifitas perusahaan di masa yang akan datang berdasarkan usulan dari hasil penelitian ini. identifikasi masalah analisa klasifikasi orientasi minat mahasiswa telah banyak dibahas pada penelitianpenelitian sebelumnya, tetapi untuk studi kasus yang diangkat pada penelitian ini belum banyak analisa yang dilakukan. hal ini disebabkan karena klasifikasi yang dihasilkan mencakup dari variabel-variabel standar yang jarang diekspoitasi dan usulan yang akan diberikan dalam melalui suatu model atau pola yang ada. penelitian ini dilakukan karena vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 974 adanya orientasi minat mahasiswa yang ternyata berbeda dan menyebabkan mereka kuliah di kampus ini, sehingga dikuatirkan akan timbul efek yang kurang baik dimasa yang akan datang. analisa masalah dilakukan dengan menggunakan komparasi tiga buah algoritma yaitu decision tree c4.5, naïve bayes dan k-nearest neighbor. untuk mendapatkan solusi dari permasalahan di atas, penelitian difokuskan untuk menjawab pertanyaan riset sebagai berikut : “bagaimana komparasi dan akurasi dari algoritma klasifikasi untuk orientasi minat mahasiswa dalam penuntasan studi ? “ ruang lingkup penelitian analisa permasalahan yang akan dikaji pada tesis ini dibatasi pada analisa orientasi minat mahasiswa yang ada di politeknik tri mitra karya mandiri khususnya mahasiswa tahun akademik 2017/2018, dimana analisa akan dilakukan dengan melakukan komparasi algoritma decision tree c4.5, naïve bayes dan k-nearest neighbor yang digunakan untuk mengetahui tingkat akurasi dan auc yang terbaik dari ketiga algoritma tersebut berdasarkan orientasi minat mahasiswa yang terjadi, untuk data tes dari hasil development digunakan dengan data dari tahun 2018/2019. tujuan dan manfaat penelitian penelitian ini bertujuan untuk menganalisa seberapa besar pengaruh model yang dihasilkan dalam membuat klasifikasi orientasi minat mahasiswa mempengaruhi minat sesungguhnya dari mahasiswa tersebut. dengan menggunakan algoritma decision tree c4.5, naïve bayes dan k-nearest neighbor sebagai komparatornya untuk mendapat hasil akurasi dan area under curve yang diinginkan. manfaat dari penelitian ini adalah dengan ditemukannya tingkat akurasi dan auc yang tepat dari ketiga algoritma yang digunakan diharapkan dapat digunakan untuk membantu dalam menentukan berbagai macam strategi kemahasiswaan di kampus ini pada masa yang akan datang. manfaat untuk politeknik tri mitra karya mandiri dari penelitian ini adalah dengan didapatnya model atau rule dari orientasi minat mahasiswa maka akan lebih mudah bagi pihak manajemen kampus untuk melakukan pemetaan orientasi siswa, menghasilkan strategi yang tepat untuk rekrutmen mahasiswa, yang aktif dan non aktifan mahasiswa serta berbagai macam problema mahasiswa yang berhubungan dengan orientasi minatnya dimasa yang akan datang. landasan teori slameto (2010:180) mengemukakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentru cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. minat menunjukkan adanya suatu ketertarikan terhadap sesuatu (chusanawati, 2015).menurut crow and row dalam djaali mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang lain, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 975 kegiatan itu sendiri (djaali, 2007:121). sedang menurut syah (2009:175) minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi adalah ketertarikan siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi yang tumbuh secara sadar dalam diri siswa tersebut (chusanawati, 2015). ketertarikan tersebut menyebabkan siswa memberikan perhatian yang lebih terhadap perguruan tinggi yang akan mereka masuki. besarnya kecilnya minat seseorang pada sesuatu dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti siswa itu sendiri, lingkungan yang mendukung, teman, dan keluarga. syah (2008: 136) di kutip dari reber (1988), minat tidak termasuk istilah popular dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. menurut monks, knoers, dan haditono (2004) minat dipengaruhi oleh dua faktor (chusanawati, 2015): a. faktor dari dalam (intrinsik) suatu perbuatan yang memang diinginkan karena seseorang senang melakukannya. disini minat datang dari dalam diri orang itu sendiri. orang senang melakukan perbuatan itu demi perbuatan itu sendiri. seperti: rasa senang, mempuyai perhatian lebih, semangat, motivasi,emosi. b. faktor dari luar (ekstrinsik) suatu perbuatan dilakukan atas dorongan/pelaksanaan dari luar. orang melakukan perbuatan itu karena ia didorong/dipaksa dari luar. seperti: lingkungan, orang tua, guru, teman. data mining data mining adalah kajian yang meliputi kegiatan pengumpulan, pembersihan, pemrosesan, dan analisa sekumpulan data sehingga dengan kegiatan tersebut dapat diperoleh pemahaman yang mendalam akan data (aggarwal, 2015). data mining telah banyak menarik perhatian di dunia sistem informasi dan di masyarakat secara keseluruhan dalam beberapa tahun ini, karena ketersediaan luas dalam jumlah besar data dan kebutuhan segera untuk mengubah data tersebut menjadi informasi yang berguna dan pengetahuan. informasi dan pengetahuan yang diperoleh dapat digunakan untuk aplikasi mulai dari pasar analis, deteksi penipuan, dan retensi pelanggan, untuk pengendalian produksi dan ilmu pengetahuan eksplorasi (han, kamber, & pei, 2012). banyaknya data, ditambah dengan kebutuhan untuk alat analisis data yang kuat, telah digambarkan sebagai kaya data tapi miskin informasi. jumlah data yang tumbuh secara cepat, dikumpulkan dan disimpan dalam repositori data yang besar dan banyak, telah jauh melampaui kemampuan mannusia untuk memahami data-data tersebut tanpa mampu mengelola data tersebut. akibatnya, data yang dikumpulkan dalam repositori data yang besar menjadi “kuburan data” (han et al., 2012). data mining adalah disiplin ilmu yang mempelajari metode untuk mengekstrak pengetahuan atau menemukan pola dari suatu data yang besar (han et al., 2012). vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 976 gambar 1. konsep data mining metode data mining yang banyak digunakan ada 5 metode, yaitu : 1. estimasi estimasi adalah metode dalam data mining yang bertujuan untuk menerka sebuah nilai yang belum diketahui (han et al., 2012). syarat digunakannya metode ini bila datanya bersifat numerik dan memiliki label, misal menerka penghasilan seseorang ketika informasi mengenai orang tersebut diketahui. algoritma yang digunakan antara lain linear regression, neural network, support vector machine. 2. prediksi prediksi digunakan untuk memperkirakan nilai masa mendatang (han et al., 2012). syarat digunakannya metode ini bila datanya numerik dan memiliki time series, misalnya memprediksi harga saham pada kurun waktu tertentu. algoritma yang digunakan antara lain linear regression, neural network, support vector machine. 3. klasifikasi klasifikasi adalah sebuah proses analisa data yang menghasilkan model-model untuk menggambarkan kelas-kelas yang terkandung di dalam data (han et al., 2012). syarat digunakannya metode ini apabila atribut datanya numerik atau nominal dan label data nominal, misalnya klasifikasi kelulusan mahasiswa. algoritma yang digunakan antar lain naïve bayes, k-nearest neighbor, decession tree c4.5, id3, cart, linear discriminat analisys, logistic regression. 4. klastering clustering (pengelompokan), yaitu pengelompokan mengidentifikasi data yang memiliki karakteristik tertentu (han et al., 2012). syarat digunakannya metode ini apabila dataset tidak memiliki label, misalnya klasifikasi bunga iris. algoritma yang digunakan antara lain k-means, k-medoids, self-organizing map (som), fuzzy cmeans. 5. asosiasi asosiasi dinamakan juga analisis keranjang pasar, dimana fungsi ini mengindetifikasikan item-item produk yang kemungkinan dibeli konsumen bersamaan dengan produk lain atau adakah hubungan antar item dalam suatu transaksi, misalnya ketika konsumen belanja susu pda sebuah mini market, maka seberapa besar peluang konsumen tersebut juga membeli sikat gigi. algoritma yang digunakan antara lain apriori, generalized sequential pattern (gsp), fp-growth dan gri algorithm vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 977 gambar 2. metode data mining tahapan proses data mining data mining memiliki tiga tahapan proses yang satu sama lain saling terkait, yaitu: 1. pengumpulan data pada tahapan pertama ini, data mentah dikumpulkan menggunakan berbagai perangkat yang sesuai dengan jenis datanya, misalnya program crawler untuk data berbentuk situs web. pengumpulan data yang baik akan sangat mempengaruhi proses data mining selanjutnya (aggarwal, 2015). 2. pre-processing data data yang telah dikumpulkan pada tahap pertama seringkali tidak dalam bentuk yang sesuai untuk proses analisa menggunakan algoritma data mining. oleh karena itu, data tersebut harus di pre-processing. hasil akhir pre-processing ini disebut dataset, yakni data yang sudah dalam bentuk yang sesuai dengan algoritma yang akan digunakan untuk analisa (aggarwal, 2015). 3. analisa data tahap ketiga ini merupakan proses yang sangat esensial dimana sebuah metode yang pintar diaplikasikan untuk mengekstrak pola-pola yang terkandung dalam data (han et al., 2012). 4. penyajian pengetahuan hasil dari tahap ketiga adalah pola-pola menarik dan pengetahuan dari data yang selanjutnya disajikan kepada user menggunakan teknik-teknik penyajian dan visualisasi pengetahuan (han et al., 2012). bentuk penyajian ini bisa berbentuk pohon untuk algoritma decision tree, klasifikasi klasifikasi adalah sebuah proses analisa data yang menghasilkan model-model untuk menggambarkan kelas-kelas yang terkandung di dalam data (han et al., 2012). model model tersebut disebut classifier. jadi, classifier inilah yang akan digunakan untuk menyusun kelaskelas yang terkandung di dalam data. ada banyak jenis algoritma klasifikasi, tiga diantaranya adalah decision tree c4.5, naïve bayes dan k-nearest neighbour (k-nn). klasifikasi terdiri memeriksa fitur dari objek yang baru disajikan dan menugaskannya ke salah satu rangkaian kelas yang telah ditentukan. objek yang akan diklasifikasikan umumnya diwakili oleh catatan dalam tabel database atau field, dan tindakan klasifikasi dari dari menambakan kolom baru dengan kode kelas dari beberapa jenis. tugas klasifikasi dicirikan oleh definisi kelas yang didefinisikan dengan baik, dan seperangkat pelatihan yang vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 978 terdiri dari contoh-contoh yang telah diklasifikasikan. tugasnya adalah membangun model dari beberapa jenis yang dapat diterapkan pada data yang tidak terklasifikasi untuk mengklasifikasikannya. klasifikasi data mining adalah suatu metode pembelajaran, untuk memprediksi nilai dari sekelompok attribut dalam menggambarkan dan membedakan kelas data atau konsep yang bertujuan untuk memprediksi kelas dari objek yang label kelasnya tidak diketahui. klasifikasi data terdiri dari 2 langkah proses. pertama adalah learning (fase training), dimana algoritma klasifikasi dibuat untuk menganalisa data training lalu direpresentasikan dalam bentuk rule klasifikasi. proses kedua adalah klasifikasi, dimana data tes digunakan untuk memperkirakan akurasi dari rule klasifikasi (han et al., 2012). dalam klasifikasi data mining, pemprosessan klasifikasi terbagi menjadi empat bagain yaitu (gorunescu, n.d.): a. kelas yang terdapat pada objek. contohnya: resiko penyakit diabetes, resiko kredit, customer loyalty, jenis gempa. b. predictor variabel independen yang direpresentasikan oleh karakteristik (atribut) data. contohnya: merokok, minum alkohol, tekanan darah, tabungan, aset, gaji. c. training dataset satu set data yang berisi nilai dari kedua komponen di atas yang digunakan untuk menentukan kelas yang cocok berdasarkan predictor. d. testing dataset berisi data baru yang akan diklasifikasikan oleh model yang telah dibuat dan akurasi klasifikasi dievaluasi decision tree decision tree digunakan untuk mempelajari klasifikasi dan prediksi pola dari data dan menggambarkan relasi dari variabel attribut x dan variabel target y dalam bentuk pohon (ye, 2015). decision tree adalah struktur menyerupai flowchart dimana setiap internal node (node yang bukan leaf atau bukan node terluar) merupakan pengujian terhadap variabel attribut, tiap cabangnya merupakan hasil dari pengujian tersebut, sedangkan node terluar yakni leaf menjadi labelnya (han et al., 2012). algoritma c4.5 dan pohon keputusan merupakan dua model yang tak terpisahkan, karena untuk membangun sebuah pohon keputusan dibutuhkan algoritma c4.5. algoritma c4.5 merupakan pengembangan dari algoritma id3. algoritma c4.5 dan id3 diciptakan oleh seorang peneliti di bidang kecerdasan buatan bernama j. rose quinlan pada akhir tahun 1970-an. algoritma c4.5 membuat pohon keputusan dari atas ke bawah, di mana atribut paling atas merupakan akar (root), dan yang paling bawah dinamakan daun (leaf). secara umum alur proses algoritma c4.5 untuk membangun pohon keputusan dalam data mining adalah: 1. pilih atribut sebagai simpul akar. 2. buat cabang untuk tiap-tiap nilai. 3. bagi kasus dalam cabang. 4. ulangi proses untuk setiap cabang sampai semua kasus pada cabang memiliki kelas yang sama. pemilihan atribut sebagai simpul, baik akar (root) atau simpul internal didasarkan pada nilai gain tertinggi dari atribut-atribut yang ada. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 979 gambar 3. contoh decision tree naïve bayes naive bayes merupakan sebuah pengklasifikasian probabilistik sederhana yang menghitung sekumpulan probabilitas dengan menjumlahkan frekuensi dan kombinasi nilai dari dataset yang diberikan. algoritma mengunakan teorema bayes dan mengasumsikan semua atribut independen atau tidak saling ketergantungan yang diberikan oleh nilai pada variabel kelas. definisi lain mengatakan naive bayes merupakan pengklasifikasian dengan metode probabilitas dan statistik yang dikemukan oleh ilmuwan inggris thomas bayes, yaitu memprediksi peluang di masa depan berdasarkan pengalaman di masa sebelumnya. naive bayes didasarkan pada asumsi penyederhanaan bahwa nilai atribut secara kondisional saling bebas jika diberikan nilai output. dengan kata lain, diberikan nilai output, probabilitas mengamati secara bersama adalah produk dari probabilitas individu (marlina, putera, & siahaan, 2016). keuntungan penggunaan naive bayes adalah bahwa metode ini hanya membutuhkan jumlah data pelatihan (training data) yang kecil untuk menentukan estimasi paremeter yang diperlukan dalam proses pengklasifikasian. naive bayes sering bekerja jauh lebih baik dalam kebanyakan situasi dunia nyata yang kompleks dari pada yang diharapkan. bentuk umum dari teori naïve bayes seperti dibawah ini: 𝑷(𝑯│𝑿) = (𝑷(𝑿│𝑯)𝑷(𝑯))/𝑷(𝑿) dimana: x :data dengan class yang belum diketahui h :hipotesis data x merupakan suatu class spesifik p(h|x) :probabilitas hipotesis h berdasar kondisi x ( posteriori probability) p(h) :probabilitas hipotesis h (prior probability) p(x|h) :probabilitas x berdasar kondisi pada hipotesis h p(x) :probabilitas dari x (2.1) vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 980 k-nearest neigbors (k-nn) algoritma k-nearest neigbors (k-nn) jenis metode yang tidak mendapatkan model dari data training. k-nn hanya menyimpan dataset, k-nn terjadi pada saat prediksi dengan adanya test case baru. dengan adanya test case baru, ramalannya didapat mencari kasus serupa dalam data training yang tersimpan (torgo, n.d.). dalam masalah klasifikasi, prediksi ini biasanya diperoleh dengan memilih dan dengan demikian angka ganjil untuk k diinginkan. jenis model ini sangat bergantung pada pengertiaan kesamaan antar kasus. gagasan ini biasanya didefinisikan dengan bantuan metrik di atas ruang input yang ditentukan oleh variable predictor. metrik ini adalah fungsi jarak yang bisa menghitung angka yang mewakili “perbedaan” antara dua pengamatan. ada banyak fungsi jarak, namun pemilihan yang agak sering adalah fungsi jarak euclidean yang didefinisikan sebagai berikut: 𝑑 +𝑋!,𝑋". = /∑ +𝑋!,$ − 𝑋",$. %& $'( dimana p adalah jumlah prediktor, dan xi dan xj adalah dua pengamatan. metode ini sangat sensitif terhadap metrik yang dipilih dan juga adanya variabel yang tidak relevan. selain itu skala variabel harus seragam jika tidak, kita mungkin meremehkan beberapa perbedaan dalam variabel dengan nilai rata-rata lebih rendah. pilihan jumlah (k) juga merupakan parameter penting dari metode ini, nilai yang sering termasuk angkadi himpunan {1, 3, 5, 7, 11} tapi jelas ini hanya heuristik. namun, bisa dikatakan bahwa nilai (k) yang lebih besar harus dihindari karena ada resiko menggunakan kasus yang ada. k-fold cross validation k-fold cross validation adalah teknik untuk mengevaluasi model dengan membagi data asli menjadi data training dan data testing yang ditetapkan untuk mengevaluasinya. kfold cross validation data asli dibagi secara acak menjadi subset dengan ukuran yang sama, validasi yang membagi data ke dalam k bagian dan kemudian masing-masing bagian akan dilakukan proses klasifikasi. metode cross validation biasa digunakan untuk menghindari overlapping pada data testing, pada cross validation data testing dan data training otomatis melakukan pemisahan. confusion matrix confusion matrix merupakan ringkasan hasil prediksi pada masalah klasifikasi, dimana jumlah prediksi yang benar dan salah dirangkum dengan nilai hitungan dan dipecah oleh masing-masing kelas. confusion matrix adalah teknik untuk meringkas kinerja algoritma klasifikasi. keakuratan klasifikasi bisa menyesatkan jika memiliki jumlah pengamatan tidak sama di setiap kelas atau memliki lebih dari 2 (dua) kelas dalam suatu dataset contohnya y atau x. keakuratan klasifikasi yang spesifik bisa dilihat pada tabel 2.1 model confusion matrix tabel 1. model confusion matrix actual class y n predicted class y tp (true positive) fp (false positive) (2.2) vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 981 dari tabel 2.1 tentang prediksi confusion matrix akan dijelaskan pada keterangan sebagai berikut 1. kelas yang diprediksi adalah y, dan kelas sebenarnya adalah y ini bernilai “ true positive” atau tp 2. kelas yang diprediksi adalah y, dan kelas sebenarnya adalah n ini bernilai “ false positive” atau fp 3. kelas yang diprediksi adalah n, dan kelas sebenarnya adalah y ini bernilai “ false negative” atau fn 4. kelas yang diprediksi adalah n, dan kelas sebenarnya adalah n ini bernilai “ true negative” atau tn confusion matrix disusun secara matriks 2x2 seperti ditunjukan pada tabel 2.1 kelas yang diprediksi disusun secara horizontal dalam baris dan kelas sebenarnya disusun secara vertical dalam kolom, walaupun terkadang sebaliknya. keempat contoh kasus tersebut akan digunakan untuk memahami dan menjelaskan kinerja klasifikasi, keakuratan klasifikasi merupakan pengukuran yang menunjukkan seberapa baik pengklasifikasi mengidentifikasi dengan benar dari suatu objek. menghitung confusion matrix dapat memberikan suatu gagasan yang lebih baik tentang model suatu algoritma klasifikasi semakin tepat dan jenis mengetahui jenis kesalahan apa yang dibuatnya. adapun rumusan confusion matrix adalah: a. accuracy didefinisikan sebagai kemampuan pengklasifikasi untuk memilih semua kasus yang dipilih dan menolak semua kasus yang ditolak. untuk pengklasifikasi dengan akurasi 100%, berarti fn (false negative) = fp (false positive) = 0. accuracy yang diberikan sebagai berikut: (tp+tn) / (tp+fp+tn+fn). b. sensitivity adalah kemampuan pengklasifikasi untuk memilih semua kasus yang perlu dipilih. klasifikasi yang sempurna akan memilih semua produk y yang sebenarnya dan tidak melewatkan produk y yang sebenarnya. dengan kata lain tidak ada false negative. pada kenyataannya, setiap klasifikasi akan kehilangan beberapa y dan dengan demikian ada beberapa false negative. sensitivity dinyatakan sebagai rasio (atau persentase) dihitung sebagai berikut: tp / (tp + fn). c. specificity adalah kemampuan pengklasifikasi untuk menolak semua kasus yang perlu ditolak. klasifikasi yang sempurna akan menolak semua y dan tidak akan memberikan hasil yang diterapkan. dengan kata lain, tidak akan ada false positive. pada kenyataan, setiap pengklasifikasi akan memilih beberapa kasus yang perlu ditolak dengan demikian memiliki beberapa kasus yang perlu ditolak dan dengan demikian ada beberapa false positive. specificity dinyatakan sebagai rasio (atau persentase) dihitung sebagai berikut: tn / (tn + fp). d. precision adalah proporsi kasus ditemukan yang sebenarnya relevan. contoh kasus dengan angka 70 dan dengan demikian presisi adalah 70/100 atau 70%. 70 dokumennya (expected) n fn (false negative) tn (true negative) vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 982 adalah tp (true positive), sedangkan sisanya 20 adalah fp (false positive). oleh karena itu precision dihitung sebagai berikut tp / (tp + fp). e. recall didefinisikan sebagai proporsi kasus relevan yang sebenarnya ditemukan diantara semua kasus yang relevan. contoh kasus 70 dari total 110 (70 ditemukan + 40 terjawab) kasus yang benar-benar ditemukan, sehingga memberi recall 70/110 = 62.62%. oleh karena itu recall dihitung sebagai berikut tp / (tp + fn). tabel 2. evaluation measure term calculation sensitivity tp/(tp+fn) specificity tn/(tn+fp) precision tp/(tp+fp) recall tp/(tp+fn) accuracy (tp+tn)/(tp+tn+fp+fn) tabel 2. merangkum semua rumus perhitungan dari accuracy, sensitivity, specificity, precision, dan recall. kurva roc kurva roc adalah grafik antara sensitifitas (true positive) pada sumbu y dengan 1spesifisitas pada sumbu x (false positive). kurva roc menggambarkan trade-off relative antara true positive dan false positive. tetapi untuk mempresentasikan grafis yang menentukan klasifikasi yang lebih baik, digunakan metode yang menghitung luas daerah dibawah kurva roc yang disebut auc (area under curve). auc mengukur kinerja dengan memperkirakan probabilitas output dari sampel yang dipilih secara acak dari populasi positif atau negatif, semakin besar nilai auc, semakin baik klasifikasi yang digunakan. berikut contoh gambar auc. gambar 4. contoh kurva roc – auc (sumber rapidminer) gambar 4 menggambarkan kurva roc dimana sumbu x mewakili false positive dan sumbu y mewakili true positive. untuk mengklasifikasi keakuratan algoritma dengan menggunakan auc bisa dilihat pada tabel klasifikasi auc. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 983 tabel 3. klasifikasi auc performance klasifikasi 0.90 – 1.00 excellent classification 0.80 – 0.90 good classification 0.70 – 0.80 fair classification 0.60 – 0.70 poor classification 0.50 – 0.60 failure pada tabel 3. klasifikasi auc dimana performance yang memiliki nilai 0.50 – 0.60 termasuk dalam klasifikasi failure, untuk nilai 0.60 – 0.70 termasuk dalam poor classification, untuk nilai 0.70 – 0.80 termasuk dalam fair classification, untuk nilai 0.80 – 0.90 termasuk dalam good classification dan untuk nilai 0.90 – 1.00 termasuk dalam excellent classification (gorunescu, n.d.). crips-dm crisp-dm atau cross industry standard process for data mining adalah sebuah cara yang ditempuh untuk secara sistematis menyelesaikan masalah penelitian. crisp-dm merupakan hasil kolaborasi dari beberapa perusahaan, diantaranya daimler-benz, hra, ncr corp., dan spss inc. yang mulai dirintis sejak tahun 1999 (indra purnama. ragil saputra, 2014). gambar 5. proses crips-dm adapun tahapan-tahapan dalam crips-dm adalah sebagai berikut: 1. business understanding pada tahap ni dibutuhkan pemahaman tentang substansi dari kegiatan data mining yang akan dilakukan, kebutuhan dari perspektif bisnis. kegiatannya antara lain: menentukan sasaran atau tujuan bisnis, memahami situasi bisnis, menentukan tujuan data mining dan membuat perencanaan strategi serta jadwal penelitian. 2. data understanding pada tahap ini dilakukan pengumpulan data awal, mempelajari data untuk bisa mengenal data yang akan dipakai. fase ini mencoba mengidentifikasikan masalah vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 984 yang berkaitan dengan kualitas data, mendeteksi subset yang menarik dari data untuk membuat hipotesa awal. 3. data preparation tahap ini sering disebut sebagai tahap yang padat karya. aktivitas yang dilakukan antara lain memilih tabel dan field yang akan ditransformasikan ke dalam database baru untuk bahan data mining (set data mentah). 4. modelling tahap ini menentukan tehnik data mining yang digunakan, menentukan tools data mining, teknik data mining, algoritma data mining, menentukan parameter dengan nilai yang optimal. 5. evaluation tahap ini interpretasi terhadap hasil data mining yang ditunjukan dalam proses pemodelan pada fase sebelumnya. evaluasi dilakukan secara mendalam dengan tujuan menyesuaikan model yang didapat agar sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai dalam fase pertama. 6. deployment tahap dimana hasil dari seluruh tahapan sebelumnya digunakan secara nyata. metode penelitian jenis penelitian penelitian secara umum dapat diartikan sebagai sebuah usaha untuk mencari pengetahuan. pencarian pengetahuan ini melalui metode pencarian solusi dari permasalahan secara objektif dan sistematis (kothari, n.d.). adapun dua jenis pendekatan penelitian yang utama adalah: a. metode penelitian kualitatif metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berhubungan dengan penilaian subjektif dari sikap, pendapat, dan perilaku. secara umum teknik yang digunakan adalah interview pada kelompok tertentu dan wawancara yang mendalam (kothari, 2004). b. metode penelitian kuantitaif metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang melakukan penelitian pada sample tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan (kothari, 2004). untuk itu dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif, adapun desain riset yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. adapun data yang dicari didapatkan melalui cara penyebaran kuisioner, ini dilakukan untuk mencari hasil dari variable yang menyebabkan seseorang terpengaruh dalam mengambil suatu. jenis penelitian eksperimen dibagi dua, yaitu: a. eksprimen absolut vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 985 eksperimen absolut mengarah kepada dampak yang dihasilkan dari eksperimen, misalnya pengaruh honor dosen terhadap kinerja (kothari, 2004). b. eksperimen komparatif. eksperimen eksperimen komparatif yaitu membandingkan dua objek yang berbeda, misalnya membandingkan dua algoritma yang berbeda dengan melihat hasil statistik masingmasing mana yang lebih baik (kothari, 2004). pada penelitian ini, jenis penelitian yang diambil adalah eksperimen komparatif. dalam penelitian ini mengkomparasi penerapan metode decision tree c4.5, naïve bayes, dan k-nearest neighbor yang dalam hal pengujian ketiga metode akan dipilih salah satu metode yang paling baik tingkat akurasi serta area under curve dari masing-masing algortitma. metode pemilihan populasi dan sampel populasi populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (kothari, 2004). populasi yang ada dalam penelitian ini adalah populasi mahasiswa aktif yang tercatat pada politeknik tri mitra karya mandiri tahun akademik 2017/2018, dimana data mahasiswa tersebut didapat dari data internal bagian akademik politeknik tri mitra karya mandiri. sampel sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili) (kothari, 2004). sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah mahasiswa politeknik tri mitra karya mandiri tahun akademik 2017/2018 semester 1, dimana mahasiswa tersebut merupakan mahasiwa baru pada pergutuan tinggi ini sehingga lebih representative guna kepentingan pengambilan sampel data pada pembuatan tesis ini. data ini adalah data kuisioner yang disebarkan pada mahasiswa baru pada saat martikulasi dilakukan di lingkungan kampus, dan yang digunakan untuk penelitian ini dan telah mendapatkan persetujuan dari pihak manajemen politeknik tri mitra karya mandiri khususnya bagian akademik. adapun data tersebut dapat diketahui pada tabel 6. dibawah ini vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 986 tabel 6. data mahasiswa politeknik tmkn program studi jumlah mahasiswa aktif tidak aktif 4 987 865 (87,63%) 122 (12,37%) adapun data sampel yang diambil ditunjukan pada tabel 7. dibawah ini tabel 7. data sampel mahasiswa non aktif program studi jumlah mahasiswa aktif tidak aktif 4 219 219 (100%) 0 (0% data sampel yang diambil masih mencapai 100% karena seluruh mahasiswa baru hadir pada saat penyebaran kuis dan mengembalikan jumlah kuisioner yang diedarkan sesuai dengan jumlah yang dibagikan yaitu 219 kuisioner, diharapkan data sampel tersebut mewakili dari data penelitian yang akan dilakukan metode pengumpulan data metode pengumpulan data dibagi menjadi dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder. data primer yaitu data yang dikumpulkan pertama kali, melalui observasi, interview, kuesioner, dan lain lain. data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan dan dianalisis oleh orang lain baik yang telah dipublikasikan maupun yang belum dipublikasikan, misalnya dari dokumentasi, literatur, buku, jurnal, dan informasi lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. dalam penelitian ini metode pengumpulan data untuk mendapatkan sumber data yang digunakan adalah metode pengumpulan data primer dengan cara kuisioer, sedangkan data pendukung lainnya didapat dari buku, jurnal dan publikasi lainnya. instrumen penelitian pada tesis ini digunakan beberapa instrumen penelitian yang menunjang hasil dari tesis ini. adapun instrument-intrumen yang digunakan adalah; 1. penelitian ini menggunakan data primer berupa data orientasi minat mahasiswa yang dihasilkan dari kuisioner yang diedarkan dan akan digunakan sebagai instrumen guna memperoleh data dalam proses orientasi minat mahasiswa 2. data disajikan dalam bentuk tabulasi model dan variabel masingmasing sebanyak 219 orientasi mahasiswa terdiri dari 63,50% orientasi mahasiswa kuliah dan 36,50% orientasi mahasiswa kerja. 3. perangkat lunak yang digunakan untuk menganalisis adalah rapidminer kerangka kerja penelitian metodologi penelitian adalah sebuah cara yang ditempuh untuk secara sistematis menyelesaikan masalah penelitian. melalui metodologi penelitian ini kita dapat mempelajari langkah-langkah umum yang dilaksanakan oleh para peneliti dalam mempelajari permasalahan riset mereka (kothari, 2004). untuk penelitian data mining, telah ada metodologi standar yang disebut crisp-dm atau cross industry standard process for data vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 987 mining. crisp-dm merupakan hasil kolaborasi dari beberapa perusahaan, diantaranya daimler-benz, hra, ncr corp., dan spss inc. yang mulai dirintis sejak tahun (indra purnama, ragil saputra, 2014). menggunakan klasifikasi berbasis ml menggunakan dataset yang bentuknya sudah terstruktur sebagai masukan untuk algoritma klasifikasi (bramer, 2013). kerangka kerja klasifikasi secara garis besar dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut (sutoyo, 2012): gambar 6. framework penelitian klasifikasi 1. structured data data masukan untuk algoritma klasifikasi yang tipe data attribut dan labelnya telah sesuai dengan algoritma klasifikasi yang akan digunakan. untuk decision tree misalnya maka attributnya numerik (integer, real) sedangkan labelnya kategori (binomial, polinomial). 2. classification berdasarkan data masukan yang tipe data attribut dan labelnya telah sesuai maka algoritma klasifikasi akan memproses data tersebut untuk menghasilkan pengetahuan. untuk decision tree misalnya maka pengetahuan yang didapatkan direpresentasikan dalam bentuk pohon keputusan dengan aturan if-then. 3. evaluation pengetahuan yang telah didapatkan selanjutnya dievaluasi untuk diverifikasi kehandalannya. contoh bentuk evaluasi ini adalah k-fold cross validation dengan k adalah jumlah pengulangan proses evaluasi. contohnya, 10-fold cross validation yang akan mengulang percobaan sebanyak 10 kali dengan hasil akhir adalah nilai rata-rata dari 10 kali percobaan tersebut. tahapan analisa secara umum tahapan yang akan dilakukan dalam melakukan analisa efektifitas sesuai dengan metode crips-dm adalah sebagai berikut: gambar 7. crips-dm yang dimodifikasi vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 988 1. business understanding pada tahap ini mulai disusun kerangka penelitian yang akan dilakukan, tujuan instansi yang akan dilibatkan, data yang akan digunakan, waktu pelaksanaan serta hasil apa yang ingin dicapai. pada tahap ini pula struktur pekerjaan dari sisi manajerial diolah dan dan tetapkan. berdasarkan dari hasil data yang dihasilkan dari kuisioner tentang orientasi minat mahasiswa dapat diketahui bahwa jumlah data yang di catat sebanyak 219 data sesuai jumlah mahasiswa baru, dimana tercatat 139 data mahasiswa berorientasi kuliah dan 80 mahasiswa berorientasi hasil data akan diolah dan dibuatkan model untuk mengetahui pola type orientasi minat mahasiswa. kemudian data akan diolah untuk mencari nilai akurasi dan auc dari algoritma yang dipilih. hal ini dilakukan dengan memanfaatkan teknik klasifikasi data mining model decision tree c4.5, naïve bayes dan k-nearest neighbor. 2. data understanding pada tahap ini dilakukan seting data yang akan diambil dan juga melakukan pengumpulan data. adapun pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data pada politeknik tri mitra karya mandiri khususnya mahasiswa baru tahun akademi 2017/2018 sebagai objek penelitian. 3. data preparation pada tahap ini mulai dibagi data yang didapat diatas, data dibagi dalam label dan atribut yang telah ditentukan dan membuang data-data yang tidak dibutuhan dalam keperluan analisa, sehingga didapat hasil data yang siap dianalisa. 4. modelling pada tahap ini mulai ditentukan algoritma yang digunakan dan melakukan analisis data berdasarkan algoritma yang telah ditentukan. untuk penelitian digunakan algoritma decision tree c4.5, naïve bayes dan k-nearest neighbor sebagai alat ukur perbandingan tingkat akurasi nan nilai auc analisa penelitian. 5. evaluation pada tahap ini diuji hasil dari analisa yang dilakukan serta memperbaiki bila ditemukan kesalahan dalam penggunaan data ataupun algoritma. pada tahap ini pula dipastikan bahwa analisa tersebut dapat digunakan sebagaimana yang diinginkan dan mendapat hasil sesuai dengan apa yang direncanakan 6. deployment pada tahap ini akan dilakukan uji kecocokan antara hasil yang keluar dari algoritma berdasarkan tool rapidminer dengan hasi yang keluar melalui ms. excel berdasarkan dari rule algoritma yang terpilih, kemudiah hasil penelitian akan diserahkan kepada pihak/instansi terkait dalam hal ini manajemen politeknik tri mitra karya mandiri guna dapat ditindak lanjuti solusi kedepan yang diinginkan berdasarkan pola model yang didapat dari penelitian tersebut. hasil dan pembahasan implementasi metodologi sesuai dengan metodologi penelitian yang telah dipaparkan pada bab 3, berikut implementasi metodologi tersebut pada penelitian yang kami laksanakan: vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 989 business understanding tahapan i dari crisp-dm adalah business understanding. pada tahapan pertama ini kami membuat beberapa pertanyaan. a. pertanyaan pertama, apa tujuan dari penelitian ini? jawabannya adalah tujuan dari penelitian ini adalah megetahui klasifikasi dari minat sesungguhnya dari mahasiswa di politeknik tri mitra karya mandiri, apakah keinginan dari mahasiswa tersebut adalah kuliah atau bekerja berdasarkan kategorikategori yang telah ditentukan dari hasil penelitian. b. mengapa minat mahasiswa bekerja atau kuliah sebagai objek penelitian? jawabannya adalah karena terus menurunnya jumlah mahasiswa per angkatan yang aktif mengikuti perkuliahan dari mulai pendaftaran hingga masuk ke semester akhir. hal ini tentu saja berimbas pada menurunnya jumlah pendapatan yang dihasilkan dari mahasiswa dan juga mengakibatkan penilaian yang kurang baik dari lldikti terhadap kinerja kampus dengan banyaknya mahasiswa yang menjadi non aktif. c. data orientasi minat mahasiswa manakah yang akan menjadi pilihan untuk diteliti? jawabannya adalah data mahasiswa tahun akademik 2017/2018. d. manakah algoritma yang terbaik untuk membuat model klasifikasi orientasi minat mahasiswa? untuk mendapatkan jawabannya maka diperlukan penelitian yang sifatnya perbandingan dengan membandingkan tiga jenis algoritma. pada penelitian ini digunakan algoritma decision tree c4.5, naïve bayes dan knearest neighbor data understanding tahapan ii dari crisp-dm adalah data understanding. pada tahapan kedua ini kami meneliti minat mahasiswa yang dilakukan pada mahasiswa tahun akademik 2017/2018 dengan menggunakan metode kuis atau angket untuk menghasilkan data yang diinginkan, kemudian menyusunnya untuk digunakan pada tahap selanjutnya, yaitu tahap data preparation. berikut langkah-langkah yang telah di laksanakan. 1. melakukan kuis atau angket kepada mahasiswa dan menjadikan data hasil kuis tersebut sebagai basis data yang akan digunakan dalam penelitian ini. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 990 tabel 8. data hasil angket/kuis minat mahasiswa tahun akademik 2017/2018 2. melakukan verifikasi dan klarifikasi data kepada pihak politeknik tri mitra karya mandiri khususnya pada bagian akademik tentang hasil kuisioner terhadap atributatribut data yang dirasa ambigu, sehingga didapatkan data yang valid yang sesuai. 3. memberikan tambahan data yang sesuai berdasarkan hasil verifikasi dan klarifikasi sehingga data dapat diolah untuk penelitian guna mendapatkan hasil yang diharapkan. data preparation tahapan iii dari crisp-dm adalah data preparation. pada tahapan ketiga ini dilakukan cleaning dan pembersihan data sehingga didapatkan dataset yang akan siap diolah pada tahap berikutnya yaitu modeling. tahapan ini dilakukan dengan menghilangkan atributeatribut yang tidak mempengaruhi proses pengolahan data. data hasil cleaning terdiri dari 5 atribut dan 1 buah label. adapun pembagian atribut dan label dapat dilihat pada tabe 4.2 dibawah ini. tabel 9. pembagian atribut dan label nama tipe jenis l/p binominal atribut usia text atribut pekerjaan orang tua polynominal atribut penghasilan orang tua integer atribut faktor utama polynominal atribut orientation binominal label no. urut l/p usia pekerjaan orang tua penghasilan orang tua faktor utama orientation 0001 l 18 pns 4,500,000 orang tua kerja 0002 l 18 karyawan 3,500,000 orang tua kerja 0003 l 17 petani 4,500,000 orang tua kerja 0004 l 18 pns 4,500,000 orang tua kerja 0005 l 17 wiraswata 4,500,000 program studi kerja 0006 l 17 wiraswata 4,500,000 program studi kerja 0007 l 18 pns 5,000,000 program studi kerja 0008 l 17 wiraswata 4,500,000 program studi kerja 0009 l 18 pns 5,000,000 program studi kerja 0010 l 17 petani 4,500,000 orang tua kerja 0011 l 18 pns 5,000,000 orang tua kerja 0012 l 18 karyawan 3,500,000 orang tua kerja 0013 l 18 pns 5,000,000 orang tua kerja 0014 l 17 petani 4,500,000 orang tua kerja 0015 l 17 petani 3,500,000 olahraga kerja 0016 l 18 kuliah 4,500,000 olahraga kerja 0017 l 17 petani 3,500,000 olahraga kerja 0018 l 17 petani 3,500,000 olahraga kerja 0019 p 17 petani 3,500,000 olahraga kerja 0020 l 17 petani 3,500,000 olahraga kerja 0021 l 17 petani 3,500,000 olahraga kerja 0022 l 17 petani 3,500,000 olahraga kerja 0023 l 18 karyawan 3,500,000 olahraga kerja 0024 l 17 pns 3,500,000 olahraga kerja laporan kuisioner minat mahasiswa tahun akademik 2017/2018 politeknik tri mitra karya mandiri vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 991 dari data yang ada dan di olah berdasarkan atribut dan label serta dibersihkannya data dari variable-variabel yang tidak diperlukan, maka dataset yang dihasilkan dari proses ini adalah sebagai berikut tabel 10. dataset minat mahasiswa politeknik tri mitra karya mandiri tahun akademik 2017/2018 modelling tahapan iv dari crisp-dm adalah modelling. pada tahapan ini, dataset yang telah dibuat pada tahap sebelumnya digunakan sebagai masukan untuk algoritma klasifikasi. pada penelitian ini akan digunakan tiga jenis algoritma, yaitu, decision tree, c4.5, naïve bayes dan k-nearest neighbor. adapun untuk analisa dan pengujian dilakukan dengan menggunakan rapidminer sebagai software bantu analisa dan pengujiannya decision tree c4.5 tujuan utama dari menganalisis data dengan menggunakan algoritma decision tree c4.5 ini yaitu ingin mendapatkan rule (ralf kilkenberg markus hofmann, 2014), dimana dari rule yang dihasilkan tersebut akan dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan pada data baru. rule ini akan didapat berdasarkan dari model pada gambar 4.1. gambar 8. proses decision tree l/p usia pekerjaan orang tua penghasilan orang tua faktor utama orientation l 18 pns 4,500,000 orang tua kerja l 18 karyawan 3,500,000 orang tua kerja l 17 petani 4,500,000 orang tua kerja l 18 pns 4,500,000 orang tua kerja l 17 wiraswata 4,500,000 program studi kerja l 17 wiraswata 4,500,000 program studi kerja l 18 pns 5,000,000 program studi kerja l 17 wiraswata 4,500,000 program studi kerja l 18 pns 5,000,000 program studi kerja l 17 petani 4,500,000 orang tua kerja l 18 pns 5,000,000 orang tua kerja l 18 karyawan 3,500,000 orang tua kerja l 18 pns 5,000,000 orang tua kerja l 17 petani 4,500,000 orang tua kerja l 17 petani 3,500,000 olahraga kerja l 18 kuliah 4,500,000 olahraga kerja l 17 petani 3,500,000 olahraga kerja l 17 petani 3,500,000 olahraga kerja p 17 petani 3,500,000 olahraga kerja l 17 petani 3,500,000 olahraga kerja l 17 petani 3,500,000 olahraga kerja l 17 petani 3,500,000 olahraga kerja vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 992 dari hasil proses decision tree tersebut akan menghasilkan suatu model pohon keputusan yang dihasilkan oleh rapidminer seperti terlihat pada gambar 4.2 dibawah ini. gambar 9. model decision tree c4.5 (pohon keputusan) selain menghasilkan pohon keputusan dalam bentuk grafik, model ini juga menampilkan uraian dari gambar tersebut kedalam bentuk deskripsi rule seperti yang terlihat pada gambar 4.3 dibawah ini gambar 10. deskripsi decision tree vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 993 dari rule yang terlihat pada pohon keputusan dan deskripsi decision tree terlihat pola/model minat mahasiswa. menggunakan status orientation yang dijadikan label dapat diketahui model orientation mahasiswa politeknik tri mitra karya mandiri tahun akademik 2017/2018. adapun rule atau model yang didapat adalah: 1. bila faktor utama berdasarkan akademik atau beasiswa maka mahasiswa tersebut akan memilih kuliah sebagai orientasinya. 2. bila faktor utama berdasarkan perguruan tinggi favorit atau kampus unggulan maka mahasiswa tersebut akan memilih kerja sebagai orientasinya. 3. bila faktor utama berdasarkan adanya kegiatan keagamaan yang baik di kampus, dan memiliki usia 17 tahun maka mahasiswa tersebut akan memilih kuliah sebagai orientasinya dan bila diatas 17 tahun maka akan memilih kerja sebagai orientasinya. 4. bila faktor utama berdasarkan adanya kegiatan dibidang music atau kesenian di kampus, dan memiliki usia 17 tahun maka mahasiswa tersebut cenderung untuk memilih kuliah sebagai orientasinya dan bila diatas 17 tahun maka akan memilih kerja sebagai orientasinya. 5. bila faktor utama berdasarkan adanya kegiatan dibidang olahraga di kampus, dan orangtuanya mempunyai penghasilan diatas 3.750.000 maka mahasiswa tersebut cenderung untuk memilih kuliah sebagai orientasinya dan bila orangtuanya mempunyai penghasilan dibawah 3.750.000 namun diatas 3.250.00 maka akan memilih kerja sebagai orientasinya, tapi bila mempunyai penghasilan dibawah 3.250.00 maka akan memilih kuliah sebagai orientasinya. 6. bila faktor utama berdasarkan pengaruh dari orang tua dan pekerjaan orang tua dari mahasiswa tersebut adalah karyawan, maka mahasiswa tersebut cenderung untuk memilih kuliah sebagai orientasinya, bila pekerjaan orang tua dari mahasiswa tersebut adalah pekerja lapangan, maka mahasiswa tersebut cenderung untuk memilih kuliah sebagai orientasinya, bila pekerjaan orang tua dari mahasiswa tersebut adalah pns, maka mahasiswa tersebut cenderung untuk memilih kerja sebagai orientasinya, bila pekerjaan orang tua dari mahasiswa tersebut adalah wiraswata, maka mahasiswa tersebut cenderung untuk memilih kuliah sebagai orientasinya, namun bila pekerjaan orang tua dari mahasiswa tersebut adalah petani dan berusia 17 tahun, maka mahasiswa tersebut cenderung untuk memilih bekerja sebagai orientasinya, bila diatas 17 tahun maka mahasiswa tersebut cenderung untuk memilih kuliah sebagai orientasinya 7. bila faktor utama berdasarkan program studi yang ada di kampus dan pekerjaan orang tua dari mahasiswa tersebut adalah karyawan, maka mahasiswa tersebut cenderung untuk memilih kuliah sebagai orientasinya, bila pekerjaan orang tua dari mahasiswa tersebut adalah pekerja lapangan, maka mahasiswa tersebut cenderung untuk memilih kuliah sebagai orientasinya, bila pekerjaan orang tua dari mahasiswa tersebut adalah pns, maka mahasiswa tersebut cenderung untuk memilih kuliah sebagai orientasinya, bila pekerjaan orang tua dari mahasiswa tersebut adalah wiraswata, maka mahasiswa tersebut cenderung untuk memilih kerja sebagai orientasinya, namun bila pekerjaan orang tua dari mahasiswa tersebut adalah, maka mahasiswa tersebut cenderung untuk memilih kuliah sebagai orientasinya. 8. bila faktor utama berdasarkan prestasi dibidang sain dari kampus ini maka mahasiswa tersebut akan memilih kuliah sebagai orientasinya. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 994 bentuk rule atau model yang terbentuk dari pohon keputusan dan deskripsi decision tree adalah model yang terjadi pada type incident log pada server dari tahun 2016 hingga 2018 naïve bayes dalam membuat model naive bayes terlebih dahulu kita mencari probabilitas hipotesis untuk masing-masing kelas p(h). hipotesis yang ada yaitu mahasiswa beorientasi kuliah dan kerja. dataset yang digunakan sama seperti pengujian algortima decision tree c4.5, dengan total data yaitu 219 data orientasi mahasiswa dengan 139 mahasiswa beorientasi kuliah dan 80 mahasiswa berorientasi kerja perhitungan probabilitas yaitu seperti dibawah ini: p(kuliah) = 139 : 219 = 0.634703196347032 p(kerja) = 80 : 219 = 0.365296803652968 proses penggunaan rapidminer untuk algoritma naive bayes dapat dilihat pada gambar 11 dibawah ini: gambar 11. proses naïve bayes dari proses ini didapat simple distribution yang digambarkan pada gambar dibawah ini. gambar 12. simple distribution naïve bayes probabilitas 0,635 dari 6 distribusi dan orientasi mahasiwa kerja mendapat nilai probabilitas 0,365 dari 6 distribusi. artinya perhitungan manual probabilities hipotesis untuk kelas orientasi mahasiwa kuliah dan kerja sesuai dengan hasil yang keluar dari proses aplikasi rapidminer. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 995 knearest neighbor adapun model yang terbentuk dari proses k-nearest neighbor adalah sebagai berikut: gambar 13. proses k-nearest neighbor gambar 14. klasifikasi k-nearest neighbor dari knn classification dapat dijabarkan bahwa dari 219 data dengan 5 buah dimensi/atribut dan 1 buah label menghasilkan 2 buah kelas yaitu kelas kerja dan kuliah. evaluation tahap v dari crisp-dm adalah evaluation. evaluasi bertujuan untuk menentukan nilai kegunaan dari model yang telah berhasil kita buat pada langkah sebelumnya. untuk evaluasi digunakan 10-fold cross validation untuk dapat menghasilkan nilai akurasi dan nilai area under curve sebagai bahan perbandingan dalam menentukan algoritma terbaik yang digunakan. 10-fold cross validation bekerja dengan membagi dataset masukan menjadi 10 bagian yang sama rata. 9 bagian kemudian di-training sedangkan yang 1 bagian lainnya digunakan untuk testing. proses ini diulang sebanyak 10 kali untuk setiap bagian sehingga setiap bagian dari kesepuluh bagian pernah menjadi data untuk testing. operator cross validation melakukan proses 10-fold cross validation ini untuk ketiga algoritma yang digunakan. untuk setiap percobaan akan dihitung akurasinya. akurasi akhir adalah nilai ratarata dari akurasi sepuluh percobaan tersebut. hasilnya dapat disajikan dalam bentuk confusion matrix. adapun desain penggunaan 10fold cross validation dapat dilihat pada gambar 4.8 dibawah ini vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 996 gambar 15. proses perbandingan c4.5, naïve bayes dan k-nn gambar 16. desain proses 10 fold cross validation untuk c4.5 gambar 16 adalah desain proses yang berada di dalam operator cross validation c4.5 yang terdapat pada gambar 15. algoritma decision tree c4.5 digunakan untuk melakukan training terhadap dataset masukan dimana kemudian hasilnya digunakan untuk melakukan testing menggunakan dataset yang sama. gambar 17. desain proses 10 fold cross validation untuk naïve bayes gambar 17 adalah desain proses yang berada di dalam operator cross validation naïve bayes yang terdapat pada gambar 15. algoritma k-nn digunakan untuk melakukan training terhadap dataset masukan dimana kemudian hasilnya digunakan untuk melakukan testing menggunakan dataset yang sama. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 997 gambar 18. desain proses 10 fold cross validation untuk k-nn gambar 18. adalah desain proses yang berada di dalam operator cross validation knn yang terdapat pada gambar 15. algoritma k-nn digunakan untuk melakukan training terhadap dataset masukan dimana kemudian hasilnya digunakan untuk melakukan testing menggunakan dataset yang sama. dari hasil proses yang ada pada gambar 15 dapat dihasilkan nilai akurasi dan auc dari ketiga algoritma yang dibandingkan tersebut. adapun hasil-hasilnya dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah ini; akurasi dan auc algoritma decision tree c4.5 hasil proses pada gambar 15 untuk algoritma decision tree c4.5 pada bagian akurasi adalah sebesar 91,75 persen. hal ini ditampilkan pada gambar 21 dibawah ini. gambar 19. hasil akurasi decision tree c4.5 pada gambar 19 confusion matrix decision tree menghasilkan nilai accuracy sebesar 91,75% dan dari gambar 19 mendapatkan prediksi sebagai berikut: a) prediksi kerja – true kerja (tp) = 67 b) prediksi kerja – true kuliah (tn) = 5 c) prediksi kuliah – true kerja (fp) = 13 d) prediksi kuliah – true kuliah (fn) = 134 untuk nilai auc decision tree c4.5 berdasarkan hasil proses gambar 15 adalah sebesar 0.929. hal ini ditampilkan pada gambar 20 dibawah ini. gambar 20. hasil auc decision tree c4.5 vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 998 akurasi dan auc algoritma naïve bayes hasil proses pada gambar 15 untuk algoritma naïve bayes pada bagian akurasi adalah sebesar 86,77 persen. hal ini ditampilkan pada gambar 21 dibawah ini. gambar 21. hasil akurasi naïve bayes pada gambar 21 confusion matrix decision tree menghasilkan nilai accuracy sebesar 86,77% dan dari gambar 21 mendapatkan prediksi sebagai berikut: a) prediksi kerja – true kerja (tp) = 54 b) prediksi kerja – true kuliah (tn) = 3 c) prediksi kuliah – true kerja (fp) = 26 d) prediksi kuliah – true kuliah (fn) = 136 untuk nilai auc naïve bayes berdasarkan hasil proses gambar 15 adalah sebesar 0.930. hal ini ditampilkan pada gambar 22 dibawah ini. gambar 22. hasil auc naïve bayes akurasi dan auc k-nearest neighbor hasil proses pada gambar 4.8 untuk algoritma k-nearest neighbor pada bagian akurasi adalah sebesar 88,61 persen. hal ini ditampilkan pada gambar 4.16 dibawah ini. gambar 23. hasil akurasi k-nearest neighbor pada gambar 23 confusion matrix decision tree menghasilkan nilai accuracy sebesar 88,61% dan dari gambar 23 mendapatkan prediksi sebagai berikut: a) prediksi kerja – true kerja (tp) = 77 b) prediksi kerja – true kuliah (tn) = 22 vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 999 c) prediksi kuliah – true kerja (fp) = 3 d) prediksi kuliah – true kuliah (fn) = 117 untuk nilai auc k-nearest neighbor berdasarkan hasil proses gambar 15 adalah sebesar 0.500. hal ini ditampilkan pada gambar 24 dibawah ini. gambar 24. hasil auc k-nearest neighbor hasil berdasarkan pada gambar 19, gambar 21 dan gambar 23 tentang nilai confusion matrix decision tree c4.5, naïve bayes dan k-nearest neighbord maka didapatkan nilai perbandingan dari tiap seperti pada tabel 4.4 tentang perbandingan nilai confusion matrix 3 (tiga) algoritma tabel 11. perbandingan confusion matrix decision tree, naïve bayes dan k-nearest neighbord berdasarkan pada tabel 11 perbandingan confusion matrix decision tree c4.5, naïve bayes dan k-nearest neighbord maka maka didapatkan nilai untuk menghitung dari nilai accuracy, sensitivity, specificity, precision, dan recall yang bisa dilihat dari tabel 12 berikut tabel 12 perbandingan nilai accuracy, sensitivity, specificity, precision, dan recall confusion matrix decision tree c4.5, naïve bayes dan k-nearest neighbord dt c4.5 (%) nb (%) k-nn (%) accuracy 91,75 86,77 88,61 sensitivity 33,33 28,42 39,69 specificity 27,77 10,34 88,00 precision 83,75 67,50 96,25 recall 33,33 28,42 39,69 prediksi dt c4.5 nb k-nn pred lancar true lancar (tp) 67 54 77 pred macet true macet (tn) 5 3 22 pred lancar true macet (fp) 13 26 3 pred macet true lancar (fn) 134 136 117 vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 1000 berdasarkan pada tabel 4.5 tentang perbandingan nilai accuracy, sensitivity, specificity, precision, dan recall, maka nilai accuracy decision tree c4.5 mendapatkan nilai akurasi sebesar 91,75%, naïve bayes mendapatkan nilai akurasi sebesar 86,77% dan k-nearest neighbord mendapatkan nilai akurasi 88,61%. setelah melalui proses 10-fold validation seperti yang diterapkan pada desain gambar 15, maka dapat diperoleh hasil akurasi dan auc dari masing-masing algoritma yang digunakan. nilai akurasi dan auc digunakan sebagai langkah awal perbandingan pencarian algoritma terbaik yang akan dihasilkan. pebandingan hasil perhitungan nilai akurasi dan auc untuk metode decision tree c4.5, naïve bayes, dan k-nearest neighbor dapat dilihat pada tabel 13. tabel 13. komparasi nilai akurasi dan auc pada sisi akurasi tabel 4.6 menggambarkan bahwa hasil perbandingan nilai akurasi, menunjukan bahwa algoritma decision tree c4.5 mendapatkan nilai tertinggi yaitu 91,75%, diikuti dengan k-nearest neighbor dengan nilai 88,61%, dan naïve bayes dengan nilai 86,77%. dari ke tiga algoritma yang diuji berdasarkan nilai akurasi maka didapatkan bahwa algortima decision tree c4.5 memperoleh nilai terbaik dari sisi akurasinya. untuk auc tabel 4.6 menggambarkan bahwa hasil perbandingan nilai auc, menunjukan bahwa algoritma naïve bayes mendapatkan nilai tertinggi yaitu 0,930, diikuti dengan decision tree c4.5 dengan nilai 0,929 dan k-nearest neighbor dengan nilai 0,500. dari ke tiga metode yang dibandingkan decision tree c4.5 dan naïve bayes mendapat nilai auc klasifikasi excellent, dikarenakan memiliki nilai diantara 0.9 – 1.0, sedangkan knearest neighbord mendapat nilai auc klasifikasi failure karena memiliki nilai antar 0,5 – 0,6 (gorunescu, n.d.). uji beda walaupun secara hasil uji pada rapid miner menunjukan bahwa algoritma naïve bayes menunjukan hasil yang terbaik dari sisi auc yaitu 0,930 dan dari sisi akurasi decision tree c4.5 mempunyai nilai terbaik yaitu 91,75%, namun pada penelitian ini yang menggunakan perbandingan tiga buah algoritma tetap dilakukan uji beda. uji beda ini dilakukan untuk mengetahui seberapa signifikan perbedaan dari masing-masing algoritma dan seberapa besar kemungkinan algoritma tersebut mempunyai pengaruh terhadap algoritma lainnya, oleh karena itu maka dilakukan uji beda guna mendapatkan algoritma terbaik dari ketiga algortima yang diuji. ketiga algoritma yang digunakan akan di uji dengan operator t-test dari rapidminer sehingga dapat menghasilkan penilaian tentang algoritma terbaik yang akan digunakan. hal ini dapat dilihat pada desain uji beda pada gambar 25 dibawah ini. c4.5 naïve bayes k-nn akurasi 91,75 % 86,77 % 88,61 % auc 0,929 0,930 0.500 vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 1001 gambar 25. proses t-test c4.5, naïve bayes dan k-nn setelah proses pada rapidminer dijalankan maka didapatkan hasil t-test seperti pada gambar 26 dibawah ini. gambar 26. hasil uji beda dari hasil uji beda terlihat bahwa algoritma decision tree mempunyai nilai terbaik yaitu 0,226 dibandingkan dengan algoritma naïve bayes dan nilai 0,034 dibandingkan knearest neighbor, sementara k-nearest neigbord mempunyai nilai 0,491 dibandingkan dengan naïve bayes. dengan demikian dari uji beda dapat ditarik kesimpulan bahwa algoritma decision tree c4.5 adalah algoritma terbaik yang dapat digunakan pada penelitian ini. hal tersebut ditunjukan pula bahwa algoritma decision tree c4.5 mempunyai nilai probabilitas terbaik diantara ketiga algoritma yang diuji karena memiliki nilai alpha <= 0,05. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 1002 deployment pada tahap ini deployment dilakukan dengan menggunakan algoritma decision tree c4.5 hal ini terjadi karena algoritma tersebut adalah algoritma terbaik setelah dilakukan uji beda dan mendapat nilai dibawah alpha sehingga algoritma decision tree c4.5 akan digunakan sebagai rule dari deployment yang akan kita bangun. proses ini sendiri dilakukan untuk membuktikan hasil dari rule/model algoritma terhadap data sesungguhnya serta mengetahui nilai akurasi yang dihasilkan oleh algoritma yang diuji. pada tahap ini penelitian ini digunakan rule/model dari decision tree c4.5 sebagai landasan uji pada uji kecocokan algoritma. deployment pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan uji kecocokan algoritma. uji kecocokan yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk menguji sejauh mana nilai akurasi yang dihasilkan oleh algoritma decision tree c4.5 sebagai salah satu yang terpilih dari ketiga algoritma yang diuji jika dibandingkan dengan dataset yang ada dan juga deployment sederhana yang dilakukan pada microsoft excell. pada tahap ini akan dilihat seberapa besar kemiripan atau kecocokan yang terjadi dari hasil perhitungan algoritma decision tree c4.5 dengan deployment yang akan dilakukan di microsoft excell menggunakan rule atau model yang dihasilkan oleh algoritma decision tree c4.5. dataset yang di uji coba menggunakan menggunakan tool rapidminer melalui operator exampleset sesuai dengan rule yang telah ditentukan dengan hasil 63,50% berorientasi kuliah dan 36,50% berorientasi kerja. bila kita jabarkan maka terdapat 139 orientasi mahasiswa kuliah dan 80 orientasi mahasiswa kerja dari total 219 data orientasi mahasiswa yang diuji. gambar 27. hasil uji dataset menggunakan algoritma decision tree c4.5 adapun hasil dari uji dataset menggunakan algoritma decision tree c4.5 dengan 219 data mahasiswa dengan 5 regular atribut dengan 1 buah label yang mempunyai dua buah nilai label, dapat dilihat pada gambar dibawah ini. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 1003 gambar 28. hasil uji dataset klasifikasi orientasi menggunakan algoritma decision tree c4.5 penerapan rule algoritma decision tree c4.5 menggunakan microsoft excell yang digunakan sebagai alat uji perbandingan kecocokannya menghasilkan nilai sebesar 68,50% mahasiswa berorientasi kuliah dan 31,50% mahasiswa berorientasi kerja. bila kita jabarkan maka terdapat 150 orang mahasiswa berorientasi kuliah dan 59 orang mahasiswa berorientasi kerja dari total 219 orang mahasiswa yang diteliti, hal ini dapat dilihat pada gambar 29. gambar 29. hasil uji dataset menggunakan microsoft excell dari hasil uji dataset diatas maka dapat dilihat dalam bentuk tabel perbandingan dari hasil uji algoritma decision tree dan juga ms. excel yang menggunakan rule decision tree seperti pada tabel 14 dibawah ini tabel 14. hasil perbandingan uji dataset kuliah % kerja % dataset 139 63,50% 80 36,50% c4.5 139 63,50% 80 36,50% ms. excell 150 68,50% 69 31,50 % vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 1004 adapun hasil perbandingan dataset dari awal hingga dilakukan uji kecocokan dapat dilihat pada gambar 30. hasil kecocokan antara dataset yang diolah oleh algoritma decision tree dan microsoft excell sebanyak 174 data atau 79,50% data cocok dan tidak cocok sebesar 45 data atau 20,50% data. hal ini menunjukan bahwa ada perbedaan hasil pengolahan dari algoritma terpilih yaitu decision tree c4.5 dengan ms. excel, dimana dari tiap data yang diuji tidak semuanya mempunyai kesesuaian yang sama, sehingga didapat data ke tidak cocokan yang mencapai 20,50% data mahasiswa yang diuji. gambar 30. hasil uji kecocokan algoritma dari hasil perbandingan uji kecocokan diatas dapat dilihat bahwa tingkat perbedaan dari penghitungan menggunakan microsoft excell yang menggunakan mengakomodir rule decision tree c4.5, menunjukan hasil berbeda yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan hasil perhitungan yang keluar dari algoritma decision tree c4.5 hasil dari proses pada pada rapidminer. hal ini disebabkan oleh sebaran data yang sangat dinamis pada rule decision tree c4.5 yang dikeluarkan oleh rapidminer, sehingga ketika di aplikasikan ke microsoft excell terjadi perbedaan yang cukup signifikan namun masih berada pada hasil diatas 75% tingkat kecocokan. rancangan gui berdasarkan hasil percobaan yang dilaksanakan, dikarenakan algoritma c4.5 memiliki akurasi yang lebih tinggi, dalam deployment akan digunakan hasil dari algoritma c4.5. implementasi graphical user interface (gui) dapat dilakukan dengan menginputkan data uji kecocokan, jika disubmit akan muncul uji kecocokan yang diinputkan. rancangan gui dapat melakukan prediksi beberapa data sekaligus, dengan cara upload file sesuai dengan data. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 1005 gambar 31.tampilan upload data orientasi pada halaman utama ini, gui dirancang untuk dapat digunakan menguji kebenaran pola yang dihasilkan dalam bentuk tampilan web menggunakan bahasa pemograman php. gambar 32. hasil uji kecocokan algoritma by alikasi implikasi penelitian hasil dari penelitian yang telah dilakukan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak politeknik tri mitra karya mandiri untuk dapat memanfaatkan model yang terbentuk dari penelitian ini dalam membuat langkah strategis guna mencegah terjadinya penurunan atau pengurangan jumlah mahasiwa secara masif di semester-semester lanjutan yang disebakan oleh kesempatan kerja dengan merekrut mahasiswa yang memang sebelumya lebih berorientasi kerja daripada kuliah. adapun usulan yang dapat diberikan berdasarkan rule model yang terjadi pada algoritma decision tree c4.5 antara lain: a. lebih melakukan penyaringan kepada mahasiswa baru berdasarkan hasil penelitian ini, sehingga dapat dihasilkan calon mahasiswa yang memang ingin melanjutkan studi dan mempunyai kemampuan finansial yang baik, sehingga mengurangi adanya masalah kemahasiswaan di kemudian hari. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 1006 b. pihak politeknik diharapkan dapat mencari strategi promosi yang jitu sehingga dapat memperoleh calon mahasiswa yang mempunyai kriteria yang diinginkan berdasarkan hasil penelitian ini. c. lebih menggalakan dinamika kampus melalui berbagai kegiatan yang sesuai dengan minat mahasiswa, karena minat mahasiswa yang tersalurkan membuat mahasiswa tersebut cenderung untuk menekunin minatnya dan menyelesaikan kuliah tepat pada waktunya. d. menyikapi kemampuan orangtua berdasarkan kemampuan finansial dan pekerjaannya, sehingga dapat ditemukan solusi yang baik yang tidak terlalu memberatkan orangtua dari sisi finansial dan tidak mengurangi ataupun menghilangkan oenghasilan bagi universitas dari sisi finansial. e. mengadakan even-even baik dari sisi akademis seperti even sains dan ketrampilan juga even-even keagamaan, olah raga dan seni, dimana selain untuk menyalurkan minat mahasiswa juga sebagai ajang promosi kepada calon mahasiswa dari berbagai smu?smk di wilayah cikampek dan sekitarnya. simpulan berdasarkan pengujian komparasi algoritma decision tree c4.5, naïve bayes dan knearest neighbor, dapat diketahui bahwa nilai akurasi orientasi minat mahasiswa di politeknik tri mitra karya mandiri mendapatkan hasil bahwa algoritma decision tree c4. adalah algoritma terbaik dari ketiga algoritma tersebut. hal ini dapat dilihat pada hasil uji beda dari ketiga algoritma tersebut, dimana didapatkan hasil untuk algoritma decision tree dengan nilai sebesar 0,226 ketika diuji dengan algoritama naïve bayes dan nilai sebesar 0,034 ketika di uji dengan algoritma k-nearest neighbor. sehingga setelah melalui uji beda didapat kesimpulan bahwa algoritma decision tree c4.5 adalah algoritma yang terbaik dibandingkan dengan algoritma naïve bayes dan k-nearest neighbor karena algoritma decision tree c4.5 menunjukan nilai perbedaan yang cukup signifikan karena mempunyai nilai alpa <0,05. karena hal tersebut maka dengan menggunakan rule algoritma decision tree c4.5 dapat digunakan untuk pengujian dataset orientasi minat mahasiswa, sehingga dengan menggunakan rule itu algoritma decision tree c4.5 pula penulis melakukan deployment sederhana pada penelitian ini. daftar rujukan aggarwal, c. c. (2015). data mining: the textbook. springer international publishing. baradwaj, b. k. (2011). mining educational data to analyze students ‟ performance, 2(6), 63–69. bramer, m. (2013). principles of data mining. chusanawati, t. (2015). pengaruh promosi terhadap minat kuliah studi kasus di politeknik negeri jakarta, 12(2), 105–110. daniel swanjaya, a. i. (2015). educational data mining untuk mengetahu pola minat kerja mahasiswa, 978–979. gorunescu, f. (2009). data mining concepts, models and techniques. han, j., kamber, m., & pei, j. (2012). data mining: concepts and techniques. san francisco, ca, itd: morgan kaufmann. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.185 1007 hastuti, k. (2012). analisis komparasi algoritma klasifikasi data mining untuk prediksi mahasiswa non aktif, 2012(semantik), 241–249. indra purnama, ragil saputra, a. w. (2014). implementasi data mining menggunakan crips-dm pada sistem informasi eksekutif dinas kelautan dan perikanan provinsi jawa tengah. indra purnama. ragil saputra, a. w. (2014). implementasi data mining menggunakan crips-dm pada sistem informasi eksekutif dinas kelautan dan perikanan provinsi jawa tengan, 384. kothari, c. r. (2009). research methodology. kothari, c. r. (2004). research methodology, methods and technique (second revised edition). markus hofmann, r. k. (2006). rapid miner data mining use cases and business analytics application. markus hofmann, r. k. (2014). data mining and knowledge discovery series edited by. marlina, l., putera, a., & siahaan, u. (2016). data mining classification comparison ( naïve bayes and c4 . 5 algorithms ), 38(7), 380–383. sutoyo. (2012). perbandingan algoritma kkalsifikasi c4.5 dengan k-nn untuk text categoritation menggunakan clasiccal arabic corpus, 1–81. swastina, l. (2013). penerapan algoritma c4 . 5 untuk penentuan jurusan mahasiswa, 2(1). tahyudin, i., utami, e., amborowati, a., tahyudin, i., utami, e., & amborowati, a. (2013). comparing clasification algorithm of data mining to predict the graduation students on time, (december), 2–4. torgo, l. (n.d.). data mining with r learning with case studies data mining and knowledge discovery series. xindong wu, v. k. (n.d.). the top ten algorithms in data mining. ye, n. (2015). data mining theories, algorithms and examples. ieee potentials (vol. 16). microsoft word 06-mito.docx vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.230 1402 received : 30-06-2021 revised : 10-07-2021 published : 29-10-2021 metode pemberian tugas untuk meningkatkan keterampilan mendesain busana di kelas x tekstil-2 smkn 12 surabaya mito smkn 12 surabaya, indonesia m.hirohito@yahoo.co.id abstrak: dalam proses mendesain diperlukan proses kreasi, imajinasi, dan kreativitas untuk menghasilkan model-model yang menarik dan beraneka macam. sehubungan dengan hal tersebut, agar pelajaran menggambar atau mendesain busana dapat berhasil baik dan dapat diterapkan dalam praktik pembuatan busana, perlu adanya latihan yang ajeg. penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. hasil penelitian antara lain (1) pemberian tugas secara ajeg, tepat waktu, dan diperiksa secara cermat dapat meningkatkan keterampilan mendesain siswa; (2) penggunaan pensil yang tidak tepat dapat menghambat kelancaran pembuatan desain busana; dan (4) proporsi tubuh yang digunakan untuk mendesain busana disesuaikan dengan ukuran yang tepat sesuai dengan tugas yang diberikan. kata kunci: desain; busana; ptk vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.230 1403 pendahuluan mendesain busana merupakan kegiatan yang dikerjakan sebelum membuat suatu pakaian. dalam kegiatan mendesain diperlukan kreasi, imajinasi, dan kreativitas yang dapat menghasilkan model-model yang beranekaragam sesuai dengan perkembangan model sekarang ini. sehubungan dengan hal tersebut, agar pelajaran menggambar atau mendesain busana dapat berhasil baik dan dapat diterapkan dalam praktik pembuatan busana, perlu adanya latihan yang kontinu seiring dengan perkembangan iptek. dalam hal ini, tidak kalah pentingnya adanya dorongan dan bimbingan dari guru dalam praktik mendesain busana yang dapat mengarahkan bagaimana teknik-teknik yang tepat dalam mendesain tersebut. sesuai dengan undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas bab 1 no. 1 mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, bangsa dan negara. hal tersebut juga terdapat pada undang-undang no. 20 yang mengatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan/atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. berdasarkan peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 pasal 1 dijelaskan bahwa standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi kelulusan peraturan menteri (permen) pendidikan nasional no. 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, yang mana dinyatakan bahwa visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara indonesia berkembang menjadi manusia berkualitas menjadi produktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. untuk itu, perlu adanya keterampilan dan latihan bagi siswa. adanya keterampilan dapat menjadikan siswa kreatif dan mandiri karena siswa dituntut memiliki keterampilan tersebut sesuai dengan jurusan yang dipilih. smk adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari sekolah menengah pertama (smp), mts, atau bentuk lain yang sederajat. sehubungan dengan hal tersebut, pada sekolah kejuruan keterampilan sangat diutamakan. dalam kenyataan yang sering dihadapi di kelas, khususnya siswa smk 12 surabaya siswa malas mengerjakan tugas mendesain busana yang diberikan guru dan kurang percaya diri dengan hasil yang dibuatnya sehingga menghambat ketuntasan dari kompetensi kejuruan yang telah diprogramkan. dengan adanya masalah di atas, penulis akan mencoba menerapkan pembelajaran untuk melatih keterampilan mendesain dengan menggunakan metode pemberian tugas secara individu dengan memberikan contoh-contoh desain yang sudah jadi yang dibuat dengan bermacam-macam model agar siswa terampil dalam mendesain busana. metode penelitian penelitian ini merupakan penelitian studi kepustakaan yang terdiri atas kajian teoritis yaitu kajian literatur dari suatu studi eksperimen yang berupaya menerapkan strategi pembelajaran berbasis pembelajaran aktif inovatif kreatif efektif menyenangkan (paikem). pada bagian ini dilakukan pengkajian mengenai konsep dan teori yang digunakan berdasarkan literatur yang tersedia, terutama dari artikel-artikel yang dipublikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah. kajian pustaka berfungsi untuk vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.230 1404 membangun konsep atau teori yang menjadi dasar studi dalam penelitian. kajian pustaka atau studi pustaka merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penelitian, khususnya penelitian akademik yang tujuan utamanya adalah mengembangkan aspek teoritis maupun aspek manfaat praktis. kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini difokuskan pada kegiatan mendesain busana yang dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas x tekstil 2 dalam proses desain. prosedur penelitian ini menggunakan bentuk kolaborasi. seorang guru menjadi pihak kolaborator yang melaksanakan observasi di kelas. peneliti melaksanakan pembelajaran yang dirancang oleh peneliti sendiri dan bertanggung jawab penuh atas penelitian ini. subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas x tekstil 2 smk negeri 12 surabaya sebanyak 22 orang semester genap tahun pelajaran 2017 / 2018. penelitian ini dilaksanakan di smk negeri 12 surabaya yang berlokasi di jl. siwalankerto permai no.1, siwalankerto, kecamatan wonocolo, kota surabaya. adapun dalam penelitian ini, kelas yang akan dijadikan subjek penelitian adalah kelas x tekstil 2. hal ini didasarkan atas rendahnya motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran seni tari di kelas tersebut. penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, mulai dari penyususnan konsep pelaksanaan penelitian sampai dengan menyusun laporan. penelitian dilaksanakan pada semester genap dari bulan mei tahun 2017 sampai dengan bulan juni tahun 2017. pelaksanaannya pada waktu berlangsungnya kbm menggunakan jenis perlakuan tindakan kelas (clasroom action research) dengan menggunakan dua saiklus. apabila kedua siklus yang direncanakan masih terdapat masalah yang harus dipecahkan maka dapat dilanjukan dengan siklus berikutnya. pembahasan pengertian keterampilan pada hakikatnya keterampilan adalah suatu ilmu yang ada dalam diri manusia, keterampilan perlu dipelajari dan digali agar lebih terampil. menurut sukadiyanto (2005: 279), “keterampilan diartikan sebagai kompetensi yang diperagakan oleh seseorang dalam melaksanakan suatu tugas yang berkaitan dengan pencapaian suatu tujuan”. keterampilan sangat banyak dan beragam, semua itu bisa dipelajari. menurut sanjaya (2008: 142) menyebutkan bahwa keterampilan adalah pola kegiatan yang memiliki tujuan tertentu yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi. sedangkan menurut gordon (1994: 55) keterampilan merupakan kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat. pengertian ini biasanya cenderung pada aktivitas psikomotor. selain itu pengertian keterampilan menurut nadler (1986: 74), “ skill merupakan kegiatan yang memerlukan praktek atau dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas”. berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa keterampilan (skill) berarti kemampuan untuk melakukan suatu aktivitas atau pekerjaan yang memerlukan praktik untuk mencapai suatu tujuan secara mudah dan tepat. ciri-ciri individu terampil kata keterampilan identik dengan kata kecekatan. menurut ramanto (1991: 2), “orang yang dikatakan terampil adalah orang yang dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya secara cepat dan benar. akan tetapi, apabila orang tersebut mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaanya dengan cepat akan tetapi hasilnya tidak sesuai atau salah maka orang tersebut bukanlah orang yang disebut dengan terampil”. keterampilan menurut singer yang dikutip oleh roji (2004: 17) adalah “derajat keberhasilan yang konsisten dalam vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.230 1405 mencapai suatu tujuan yang efektif dan efisien ditentukan oleh kecepatan, ketepatan, bentuk, dan kemampuan menyesuaikan diri”. menurut robbins (2000: 494-495) pada dasarnya ketrampilan dapat dikategorikan menjadi empat yaitu basic literacy skill, technical skill, interpersonal skill, dan problem solving. 1. basic literacy skill (keahlian dasar) merupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti membaca, menulis dan mendengar. 2. technical skill (keahlian teknik) merupakan keahlian seseorang dalam pengembangan teknik yang dimiliki, seperti menghitung secara tepat, mengoperasikan komputer. 3. interpersonal skill (keahlian interpersonal) merupakan kemampuan seseorang secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerja, seperti pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja dalam satu tim. 4. problem solving (menyelesaikan masalah) merupakan proses aktivitas untuk menajamkan logika, beragumentasi dan penyelesaian masalah serta kemampuan untuk mengetahui penyebab, mengembangkan alternatif dan menganalisa serta memilih penyelesaian yang baik. individu dapat dikatakan memiliki tingkat keterampilan yang tinggi apabila memiliki keterampilan sesuai bidangnya masing-masing seperti basic literacy skill, technical skill, interpersonal skill, dan problem solving. maka dapat ditarik kesimpulan bahwa istilah terampil biasanya digunakan untuk menggambarkan tingkat kemampuan seseorang yang bervariasi. seseorang dikatakan terampil ketika mampu menguasai sesuatu, sesuai dengan yang seharusnya dikuasai dan dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. orang yang dikatakan terampil adalah orang yang dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya secara cepat, mudah dan benar. mudah dalam arti seseorng yang memiliki keterampilan dalam bidang tertentu akan melakukan suatu pekerjaan dibidang tersebut dengan minim hambatan dari dalam diri. sedangkan mudah dan benar dalam arti seseorang tersebut akan melakukan suatu pekerjaan dengan tingkat kesalahan yang minim dan dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. robert l katz yang dikutip oleh silalahi (2002;56), keterampilan teknik merupakan kompetensi spesifik untuk melaksanakan tugas atau kemampuan menggunakan teknik-teknik ,alat-alat,prosedur – prosedur dan pengetahuan tentang lapangan yang dispesialisasi secara benar dan tepat dalam pelaksanaan tugasnya. menurut armala (2013: 7), keterampilan teknis adalah kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, metode, atau teknik spesifik dalam bidang spesialis tertentu. keterampilan ini merupakan pemahaman dan kecakapan melakukan aktivitas pekerjaan yang berhubungan dengan bidang khusus atau pekerjaan tertentu. dalam bukunya (griffin & ebert, 2006: 172), disebutkan bahwa keterampilan teknis (technical skills) adalah keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas khusus. kemampuan programmer menulis kode, keterampilan animator untuk menggambar, dan kemampuan akuntan untuk mengaudit laporan perusahaan, semuanya merupakan contoh keterampilan vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.230 1406 teknis. orang mengembangkan keterampilan teknis melalui kombinasi antara pendidikan dan pengalaman. hard skill adalah pengetahuan dan kemampuan teknis yang dimiliki seseorang. hardskill dapat dinilai dari technical test atau practical test (faiz alam islami, 2012: 12). berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan teknis adalah kemampuan dan pengetahuan seseorang melaksanakan tugas dalam bidangbidang tertentu yang menggunakan teknik dalam pengerjaannya. keterampilan teknis disebut juga hardskill dan dapat dinilai dari technical test atau practical test. kemampuan ini lebih banyak berhubungan dengan keahlian tangan atau keahlian fisik lainnya yang dapat dikembangkan dengan berlatih, sebagai contoh kegiatan menggambar. simpulan berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa 1. pemberian tugas yang kontinu dapat meningkatkan keterampilan mendesain siswa; 2. setiap tugas yang diberikan harus dikumpul tepat waktu dan diperiksa dengan cermat; 3. penggunaan pensil yang tidak tepat dapat menghambat kelancaran pembuatan desain busana; 4. proporsi tubuh yang digunakan untuk mendesain busana disesuaikan dengan ukuran yang tepat sesuai dengan tugas yang diberikan. berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyarankan untuk meningkatkan kemampuan guru-guru di smk negeri 12 surabaya, khususnya guru busana, dalam penelitian ini sebaiknya metode pemberian tugas dalam pelajaran menggambar busana diberikan secara kontinu. untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam mendesain busana sebaiknya peralatan yang digunakan untuk mendesain harus dikontrol. daftar pustaka dimiyati dan mudjiono. 1999. belajar dan pembelajaran. jakarta : rineka cipta. djamarah bahri, syaiful. 2008. psikologi belajar. jakarta : rineka cipta. feftina hermawati, 2005. dasar-dasar menggambar busana. sanny poespo 2010. pose menggambar ilustrasi mode untuk pemula. yogyakarta: kanisius. siti fatimah, lucia maria santoso, dkk. 2010. model-model pembelajaran. jurnal mitra pendidikan dan pembelajaran 2 (1). 2021. 65—72. soeparno, 1997. media pengajaran bahasa. yogyakarta: intan pariwara. roestiyah. 1996:75 strategi belajar mengajar hal 132 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 1298 received : 13-06-2021 revised : 18-07-2021 published : 20-08-2021 peningkatan kompetensi belajar siswa melalui strategi kolaborasi komunitas dengan pemanfaatkan aplikasi google meet untuk pembelajaran daring yang interaktif dan komunikatif lini yulliyanti sd negeri 2 danyang, indonesia lini.yulliyanti@gmail.com abstrak: tujuan pelaksanaan best practice ini adalah untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa sd negeri 2 danyang pada masa pandemi covid-19 melalui aktivitas kolaborasi komunitas orang tua dalam pelaksanaan pembelajaran daring yang interaktif dan komunikatif menggunakan aplikasi google meet. best practice dilaksanakan di sd negeri 2 danyang, kecamatan purwodadi, kabupaten grobogan. subyek belajar adalah siswa kelas v yang pada semester i tahun pelajaran 2021/2022 ini berjumlah 51 anak yang dibagi menjadi 2 kelompok belajar daring. strategi pemecahan masalah dalam best practice ini dilakukan dengan cara berkolaborasi bersama komunitas orangtua siswa dengan memanfaatkan aplikasi google meet, guna melaksanakan interaksi pembelajaran secara live yang lebih komunikatif. dampak dan capaian hasil dari best practice ini mampu meningkatkan kompetensi belajar siswa kelas v sd negeri 2 danyang ditengah kebijakan ppkm karena pandemi covid-19. sebelum guru melaksanakan best practice, banyak keluhan orangtua siswa terhadap proses belajar anak yang akhirnya menjadikan capaian hasil belajar siswa rendah dengan ketuntasan kelas sebesar 67,3%. setelah guru melaksanakan praktik pembelajaran dengan strategi memanfaatkan kolaborasi komunitas orangtua siswa menggunakan aplikasi google meet, capaian hasil belajar siswa meningkat hingga ketuntasan kelas mencapai 86,3%. kata kunci: best practice; kolaborasi komunitas; pembelajaran google meet https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 mailto:lini.yulliyanti@gmail.com vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 1299 pendahuluan pembelajaran merupakan proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, seperti buku-buku dan alat peraga yang ada di sekolah. pembelajaran sebagai proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. interaksi dalam pembelajaran dimaknai sebagai proses komunikasi timbal balik antara guru dalam menyampaikan pesan dan siswa sebagai penerima pesan. maka sudah pasti dalam proses interaksi ini tidak lepas dari unsur komunikasi seperti: komunikator, komunikan, pesan, dan media. dalam prosesnya ketika berinteraksi, seorang guru tidak hanya mengajar saja, namun perlu memahami suasana psikologis dari siswa dan juga kondisi kelas. masing-masing dari guru dan siswa saling mempengaruhi, karena guru dan siswa harus memiliki hubungan yang erat dan baik demi mencapai tujuan pembelajaran. namun di tengah kondisi pandemi covid-19 yang terjadi saat ini dengan kebijakan pelaksanaan pembelajaran daring (dalam jaringan), interaksi pembelajaran yang seharusnya seperti di kelas tidak dapat dilaksanakan dengan baik, khususnya bagi sd negeri 2 danyang kecamatan purwodadi kabupaten grobogan. dalam kondisi seperti ini pembelajaran terkendala oleh berbagai hal. kebanyakan siswa dari sekolah ini berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah, yang orang tuanya bekerja sebagai pedagang pasar, petani dan karyawan. tidak semua siswa memiliki handphone sendiri untuk pembelajaran. hal ini diketahui saat guru menghubungi nomor hp yang terdaftar di sekolah, banyak yang diangkat orang tuanya yang sedang tidak berada di rumah karena bekerja. hal ini menjadikan guru tidak dapat memberikan bimbingan materi secara langsung kepada siswa ataupun untuk mengetahui sejauh mana proses belajar siswa di rumah. pada kondisi ini guru hanya dapat memberikan materi dari video dan buku pelajaran melalui pesan orangtuanya, yang tentunya siswa belajar searah. pada saat guru meminta tugas atau hasil pekerjaan siswa yang dikirim orang tua, banyak dari mereka mengeluh bahwa siswa tidak belajar maksimal, siswa merasa bosan, siswa tidak dapat bertanya kepada guru dan orangtua juga kurang memahami materi pelajaran anak, bahkan tidak sedikit pekerjaan siswa yang dikerjakan oleh orangtua/wali nya. al hasil saat dilakukan penilaian/ ulangan pada satu waktu, nilai hasil belajar siswa rendah dikarenakan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. masalah seperti ini sebelumnya juga pernah dilaporkan dalam jurnal ali sadikin dan afreni hamidah. dalam laporan disebutkan bahwa asumsi mahasiswa terhadap materi dan tugas tidak cukup karena perlu penjelasan secara langsung. dalam laporan tersebut juga dituliskan kutipan yang melaporkan, bahwa kelas yang dosennya sering masuk dan memberikan penjelasan menunjukkan pembelajarannya lebih baik dibandingkan kelas yang dosennya jarang masuk untuk menjelaskan materi(sadikin and hamidah 2020). hasil refleksi guru terhadap situasi dan permasalahan diatas, guru menemukan solusi terbaik untuk dipraktikkan. untuk tetap dapat melaksanakan interaksi pembelajaran seperti halnya di kelas tatap muka, dan dengan memperhatikan kebijakan pembelajaran daring (dalam jaringan) oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan, maka guru melaksanakan praktik pembelajaran secara live dengan berkolaborasi bersama komunitas orangtua/ wali siswa untuk menggunakan aplikasi googlemeet. maksud dari kolaborasi komunitas disini merupakan proses partisipasi/ peranserta orang/ kelompok, ataupun organisasi yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. dengan melakukan kolaborasi komunitas orangtua/ wali siswa kelas 5, diharapkan permasalahan dapat dipecahkan bersama, dengan memanfaatkan aplikasi google meet menjadikan pelaksaaan interaksi pembelajaran tatap muka secara live dalam jaringan dapat berjalan dengan baik, sehingga tujuan pembelajaran akan dapat tercapai https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 1300 dengan baik. bersama komunitas orangtua/ wali, guru mencari waktu luang bersama agar semua siswa dapat menggunakan handphone untuk belajar secara live, yang menjadikan pembelajaran “daring” dapat berjalan lebih interaktif dan komunikatif. berdasarkan semua itu guru yakin bahwa praktik kolaborasi komunitas orang tua dengan penggunaan aplikasi google meet ini mampu memberi solusi dari permasalahan yang ada. kajian pustaka kompetensi belajar siswa kompetensi belajar siswa atau lebih dikenal sebagai capaian hasil belajar siswa. hasil belajar adalah hasil penilaian guru terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. menurut sukmadinata, dikutip oleh yunita kusumaningsih (2010) menyebutkan, hasil belajar (achievement) merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. sesuai teori yang dikemukakan oleh benyamin bloom pada buku dasar-dasar proses belajar mengajar karangan nana sudjana (2009), menyebut jika kompetensi belajar siswa dapat kelompokan menjadi 3 (tiga) ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. dari kajian kognitif dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar merupakan pencapaian belajar siswa berdasarkan aspek pengetahuan dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep. hasil belajar bidang kognitif ini terdiri dari enam komponen yang saling berurutan, dimulai dari menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan kemudian mengevaluasi. rendahnya kompetensi belajar siswa di kelas v sd negeri 2 danyang pada saat ini merupakan dampak dari adanya kondisi pandemi covid-19 dimana pembelajaran dilaksanakan secara daring dengan berbagai keterbatasan. kolaborasi komunitas menurut abdulsyani, kolaborasi adalah suatu bentuk proses sosial, dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing(ginanjar 2015). hadari nawawi dalam ginanjar (2015) memberikan pengertian kolaborasi sebagai usaha untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan melalui pembagian tugas/pekerjaan. pembagian disini tidak dimaknai sebagai pengkotak-kotakan pekerjaan namun lebih dimakanai sebagai sebuah kesatuan kerja yang mengarah pada usaha pencapaian tujuan bersama. dalam kehidupan sosial masyarakat, banyak definisi menjelaskan arti komunitas. rulli nasrullah (2012) memberikan definisi komunitas dalam pendekatan: 1) terbentuk dari sekelompok orang; 2)saling berinteraksi secara sosial diantara anggota kelompok itu; 3) adanya kesamaan kebutuhan atau tujuan diantara anggota kelompok; 4) adanya keterbukaan individu anggota kelompok seperti: waktu. pada dasarnya setiap komunitas itu terbentuk dengan sendirinya, tidak ada paksaan dari pihak manapun, karena komunitas terbangun dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan setiap individu dalam kelompok tersebut, seperti komunitas orangtua siswa dalam kelas belajar. komunitas orangtua kelas v sd negeri 2 danyang terbentuk atas inisiatif guru dengan kesadaran bersama untuk mencapai tujuan bersama yaitu membantu siswa dalam proses belajar di masa pandemi covid-19. hal ini tentunya didasari bahwa tugas guru untuk mengembangkan siswa secara utuh dan optimal adalah tugas bersama yang harus dilaksanakan secara kolaboratif oleh guru dan orangtua/ wali siswa. hal ini mengingat masalah kesulitan belajar siswa yang lebih bersumber pada proses pembelajaran perlu mendapat perhatian orangtua. oleh karenanya https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 1301 kolaboratif komunitas orangtua/ wali dengan guru ini sangat diperlukan bagi perkembangan belajar di rumah. dari hasil penelitian halimah dinyatakan bahwa ketika orang tua dan penyelenggara pendidikan berkolaborasi dengan baik, dan memberi motivasi dalam proses pendidikan dan pembelajaran menghasilkan perilaku warga belajar yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan tanpa berkolaborasi dengan pendidikan dari keluarga (julianto 2019). pembelajaran daring dengan aplikasi google meet dikutip kuswanto (2018), sardiman menyatakan bahwa guru adalah salah satu komponen manusia dalam proses belajar mengajar yang berperan dalam upaya pembentukan sumber daya manusia potensial di bidang pembangunan. kinerja merupakan prestasi seseorang dalam suatu bidang atau keahlian tertentu, dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan yang didelegasikan dari atasan dengan efektif dan efesien. kinerja guru dapat dilihat dari interaksi belajar mengajar di kelas termasuk persiapannya dalam bentuk program semester ataupun persiapan mengajarnya (santris 2019). proses pembelajaran dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru mulai dari persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai pada tahap akhir pembelajaran yaitu pelaksanaan evaluasi dan perbaikan bagi siswa yang belum berhasil atau bisa dikatakan belum tuntas (tegowati et al. 2018). salah satu dampak pandemi covid-19 pada masalah pendidikan di indonesia menurut (syah 2020), yaitu psikologis peserta didik yang terbiasa belajar bertatap muka dengan guru. pada masa pandemi covid-19 saat ini memaksa guru untuk merubah desain pembelajarannya. situasi ini tentunya membuat sekolah dipaksa untuk melakukan inovasi dalam proses belajar mengajarnya. sebagaimana telah di instruksikan melalui kementerian pendidikan, pada masa pandemi covid-19, setiap sekolah wajib melaksanakan proses pembelajaran secara luring maupun daring. saat ini pembelajaran daring dapat dilakukan secara virtual antara guru dan siswa. syarifudin menyatakan, dengan pembelajaran virtual membuat proses belajar mengajar tidak terbatas oleh ruang maupun waktu (maulia, purnama, and si n.d.). pembelajaran daring ini memerlukan sarana media untuk proses pembelajarannya. salah satu alternatif yang dapat dipilih adalah aplikasi google meet yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. google meet adalah salah satu aplikasi video conference yang digunakan untuk proses meeting secara online yang dikeluarkan google (juniartini and rasna 2020). aplikasi ini memiliki fasilitas layaknya presentasi tatap muka namun via maya yang dapat diakses pada website, android, dan ios. dengan fitur video conference ini maka google meet dapat digunakan sebagai sarana dalam pembelajaran live dalam jaringan. saat ini google meet ini tersedia dalam layanan premium berbasis video conference, namun juga tersedia dalam layanan free. google meet dapat menjadi salah satu media pembelajaran guna menunjang proses pembelajaran dari rumah yang sekaligus mengajarkan kepada siswa untuk memanfaatkan teknologi sejak dini (juniartini and rasna 2020). kelebihan yang dimiliki oleh google meet yaitu tidak hanya dapat berbagi tayangan presentasi akan tetapi dapat merekam selama pertemuan berlangsung (assidiqi and sumarni n.d.). selain itu, google meet dapat menghubungan panggilan video berkualitas tinggi untuk grup yang dapat mencapai 250 orang (juniartini and rasna 2020), dimana hal ini sangat cocok untuk digunakan siswa di kelas. https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 1302 hasil survey arus survei indonesia di kumparan.com pada oktober 2020 terkait penggunaan platform pembelajaran jarak jauh popular di indonesia menyatakan hasil, google meet pada posisi kedua teratas setelah aplikasi zoom meeting (https://kumparan.com/beritaupdate/google-classroom-platform-terfavorit-saat-pjj-menurut-survei-nasional1uqpnqdlkg9, diakses 12 juli 2021). oleh karenanya penggunaan google meet ini diyakini akan mampu mengatasi permasalahan pada proses pembelajaran secara langsung terutama saat guru perlu menjelaskan materi atau kegiatan praktikum daring (dalam jaringan). hal ini guru memiliki keyakinan pilihan alternatif media pembelajaran live mengunakan google meet sudah tepat. metode sesuai instruksi kementerian melalui dinas pendidikan kabupaten grobogan, sd negeri 2 danyang pada semester i tahun pelajaran 2021/2022 ini masih menerapkan sistem daring (dalam jaringan). hal ini dikarenakan adanya pandemi covid-19 yang semakin meningkat. pembelajaran daring yang dilaksanakan di sd negeri 2 danyang kecamatan purwodadi kabupaten grobogan dilaksanakan menggunakan media sosial group wa atau whatsapp, dimana melibatkan semua orangtua/wali murid sebagai jembatan informasi pembelajaran antara guru dan siswa. namun pada saat ini di kelas v sd negeri 2 danyang mengalami permasalahan. permasalahan utama yang dihadapi guru saat ini adalah rendahnya capaian ketuntasan saat dilakukan penilaian belajar daring dalam satu waktu. siswa kelas v sd negeri 2 danyang saat ini berjumlah 51 anak dengan tingkat pemahaman yang berbeda-beda. hasil belajar dari 51 anak ini setelah dilakukan analisis nilai, diketahui pencapaian ketuntasan kkm untuk kd pkn sebesar 74,5%, kd ipa sebesar 62,7%, dan kd bahasa indonesia sebesar 64,7%. atau jika dirata-rata capaian ketuntasan nilai yang terdapat pada sub tema 1 organ gerak hewan baru mencapai 67,3%. tentunya hal ini jauh dari harapan, dan harus dicarikan solusi bagi perbaikan pembelajaran kedepannya. banyak orangtua mengeluh bahwa selama masa pandemi covid-19, aktifitas belajar siswa kurang disiplin, bangun siang, tidak maksimal dalam belajar, siswa merasa bosan, saat kesulitan belajar siswa tidak dapat bertanya kepada guru, dan ada beberapa siswa yang menggantungkan pekerjaan belajar berlimpah kepada orangtuanya. maka tidak salah jika saat dilakukan penilaian dalam pengawasan satu waktu masih banyak siswa mendapatkan nilai rendah, yang dikarenakan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. maka sebagai solusi dari permasalahan ini, guru melakukan praktik pembelajaran dengan strategi kolaborasi komunitas dengan memanfaatkan aplikasi google meet untuk pembelajaran live daring. secara sistematis cara pemecahan masalah yang dilakukan dengan strategi ini dapat digambarkan sebagai berikut: https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 https://kumparan.com/berita-update/google-classroom-platform-terfavorit-saat-pjj-menurut-survei-nasional-1uqpnqdlkg9 https://kumparan.com/berita-update/google-classroom-platform-terfavorit-saat-pjj-menurut-survei-nasional-1uqpnqdlkg9 https://kumparan.com/berita-update/google-classroom-platform-terfavorit-saat-pjj-menurut-survei-nasional-1uqpnqdlkg9 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 1303 input proses output gambar 1. alur dan siklus penyelesaian masalah dari gambar diatas, dapat dijabarkan penjelasan langkah-langkah kerja pelaksanaan strategi kolaborasi komunitas dengan memanfaatkan aplikasi google meet untuk pembelajaran live sebagai berikut: 1. guru memperoleh informasi masukan permasalahan pembelajaran melalui kegiatan refleksi dan analisis proses/nilai; 2. guru berkolaborasi dengan komunitas orangtua dengan memanfaatkan aplikasi google meet yang mana pada proses ini dilakukan langkah kerja bersiklus yakni: a. sebelum pelaksanaan pembelajaran live, guru menginisiasi pembentukan komunitas orangtua kelas v melalui wa group; b. guru membuat perencanaan pembelajaran live daring menggunakan aplikasi google meet; c. guru mengkomunikasikan rencana pembelajaran live dengan diskusi komunitas ortu melalui wa group. hal ini dilakukan untuk mencari waktu luang orangtua agar semua siswa dapat mengikuti pembelajaran live menggunakan fasilitas hp orangtua dan sekaligus menjadi pendamping anak belajar di rumah. dalam proses diskusi ini juga kemampuan belajar siswa rendah kemampuan belajar siswa meningkat kolaboratif komunitas ortu dengan google meet diskusi komunitas ortu melalui wa group evaluasi praktik, hambatan dan dampak perencanaan/ perbaikan pembelajaran live pendampingan pembelajaran live dengan google meet build wa group ortu kelas v https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 1304 guru mengundang siswa untuk pelaksanaan pembelajaran live melalui link yang dibagikan pada wa komunitas; d. sesuai dengan jadwal yang telah disepakati sebelumnya, sebagai pengingat, maka 1 (satu) jam sebelum dimulai, guru menginformasikan orangtua untuk mendampingi anak-anak belajar dirumah melalui wa group; e. guru melakukan pembelajaran live dengan google meet dan melakukan presensi kehadiran siswa pada kelas live. sedangkan orangtua diminta untuk membantu siswa mengkomunikasikan kepada guru tentang kesulitan belajarnya sampai selesai. 3. guru melakukan evaluasi terhadap praktik pembelajaran live dengan google meet, menemukan hambatan dan dampak yang diperoleh saat pembelajaran live menggunakan google meet; 4. guru melakukan refleksi kembali untuk membuat perbaikan dan atau rencana tindaklanjut. proses ini akan berulang-ulang untuk materi pembelajaran lainnya khususnya bagi materi-materi pembelajaran yang membutuhkan penjelasan tatap muka. hasil dan pembahasan kolaborasi komunitas dalam pembelajaran live menggunakan aplikasi google meet sebagaimana dijelaskan pada langkah-langkah strategi diatas, dapat dijelaskan bahwa selama berkolaborasi dengan komunitas orangtua berjalan lancar. meskipun demikian bukan berarti tidak menjumpai permasalahan baru sebagai akibat dari praktik tersebut. saat pertama guru membuat komunitas group whatsapp (wa) terlihat antusias orangtua dalam menggunakan aplikasi pesan ini. mereka saling memperkenalkan diri dalam forum komunitas. meskipun sebelumnya telah ada media google classroom untuk kelas v sd negeri 2 danyang, dengan komunitas group wa ini terlihat lebih responsif. guru memberikan penjelasan sejak awal akan aturan-aturan dalam menggunakan pesan wa group sebagai media komunikasi pihak sekolah dengan siswa di rumah. guru sebagai admin group komunitas ini menerapkan sistem buka tutup kirim pesan. guru memberikan informasi update tugas kepada siswa melalui komunitas orangtua ini, sedangkan pusat materi dan penugasan tetap menggunakan platform google clasroom. kegiatan ini berjalan lancar karena sudah terbiasa, namun tidak saat guru memulai menggunakan google meet, dimana bagi komunitas orangtua adalah sesuatu yang baru. bagi sebagian orangtua penggunaan google meet tidak menjadi kendala, namun bagi sebagian lagi perlu mendapat bimbingan guru. oleh karenanya sebelum guru memulai pembelajaran live, guru memberikan konsultasi bagi orangtua siswa yang belum paham. kegiatan kolaborasi komunitas ini tidak hanya sebagai jembatan informasi pembelajaran antara guru dan siswa saja, akan tetapi guru menjadikan sarana group wa ini sebagai sarana konseling belajar bagi siswa di rumah. berbagai persoalan kesiswaan dapat orangtua curahkan melalui diskusi orangtua di group wa ini. kemudian guru menampung segala informasi, yang nantinya akan diberikan solusi bagi pemecahan masalah yang dihadapi siswa saat belajar di rumah. demikian sebaliknya guru meminta bantuan tiap orangtua di rumah untuk mendampingi siswa belajar di rumah. saat pelaksanaan pembelajaran live menggunakan google meet, juga memperlihatkan situasi yang baik. guru membagi 51 siswa menjadi 2 kelompok belajar daring. beberapa siswa di rumah memperlihatkan adanya pendampingan oleh orangtua, dan beberapa lagi tidak. anakanak senang dapat melakukan tatap muka secara virtual, mendengarkan penjelasan guru dan saling tanya jawab. saat pertama pembelajaran live dilaksanakan banyak siswa yang masih https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 1305 malu untuk berinteraksi, namun dengan bantuan pendampingan orangtua mendorong situasi pembelajaran menjadi lebih inteaktif, komunikatif dan menyenangkan. selain digunakan untuk menjelaskan materi, google meet juga digunakan sebagai pengawasan penilaian siswa secara langsung, sehingga guru dapat memantau situasi siswa saat mengerjakan soal melalui video yang akhirnya jawaban masing-masing siswa di foto dan dikirimkan melalui link upload dokumen di platform google classroom. kemudian guru melakukan koreksi pekerjaan dan memberikan nilai. meskipun secara umum telah berjalan baik sesuai harapan, namun ditahapan awal menjumpai beberapa kendala atau masalah baru seperti: 1. beberapa orangtua merasa cuek dan tidak komunikatif, kurang memperhatikan belajar anak sehingga sering telat mengirim tugas dan atau tugas di kirim bersamaan dengan tugas hari sebelumnya; 2. beberapa orangtua tidak menjalankan peran kolaborasi dengan baik, misalnya tidak melaporkan perkembangan belajar anak di rumah padahal anak masih mengalami kesulitan dalam belajar; 3. hp orangtua siswa belum terinstal google meet; 4. beberapa orangtua siswa masih belum paham akan penggunaan aplikasi google meet; 5. beberapa orangtua siswa mengeluhkan boros kuota intenetnya. dari masalah/ kendala yang dialami selama praktik kolaborasi komunitas dengan memanfaatkan google meet untuk pembelajaran live, penulis melakukan serangkaian tindaklanjut sebagai solusi baru/ pemecahan masalah yang muncul diantaranya: 1. melakukan panggilan kepada orangtua dan memberikankan pengertian akan pentingnya kolaboratif ini untuk perkembangan belajar siswa di rumah; 2. guru sering-sering mengingatkan orangtua melalui wa komunitas, akan peran fungsinya selaku kolaborator pembelajaran agar meningkatkan keaktifannya dalam memperhatikan belajar anak di rumah; 3. guru membantu orangtua menginstal google meet; 4. guru membantu orangtua siswa dalam penggunaannya dengan cara membuat panduan yang di share ke wa komunitas; 5. guru memberikan pengertian akan pentingnya dukungan orangtua dalam pembelajaran di masa pandemi covid-19, dan meminta orangtua terus aktif dalam memperhatikan anak di rumah agar tidak salah dalam penggunaan kuota internet untuk bermain game online. dampak dan capaian hasil setelah melakukan evaluasi dan refleksi secara menyeluruh terhadap proses praktik kolaborasi komunitas dengan memanfaatkan google meet untuk pembelajaran live, dan mencermati berbagai masalah dan perbaikan (solusi) serta dampak-dampaknya, dapat dijelaskan bahwa keluaran (output) dari pelaksanaan praktik strategi ini mampu memberikan hasil akhir pada meningkatnya kompetensi belajar siswa, khususnya pada ranah kognitif. melalui peran serta (kolaborasi) orangtua di rumah menjadikan daya dorong bagi siswa untuk disiplin belajar, berani, tanggungjawab terhadap tugas dan lebih komunikatif jika mengalami kesulitan belajar. terlaksananya kegiatan praktik strategi ini memberikan dampak positif bagi pencapaian hasil belajar siswa kelas v sd negeri 2 danyang. sebagai dampak positif dari penerapan strategi ini diantaranya sebagai berikut: https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 1306 1. praktik kegiatan kolaborasi komunitas ini telah menyadarkan orangtua akan pentingnya mendampingi dan mendorong belajar siswa; 2. praktik kegiatan kolaborasi komunitas juga menyadarkan semua anggota komunitas akan pentingnya peran, fungsi dan kepedulian masing-masing dalam mencapai tujuan, khususnya dalam pembelajaran siswa; 3. melalui praktik kegiatan kolaborasi komunitas dengan pemanfaatan google meet untuk pembelajaran live menjadi pengalaman baru bagi orangtua dan siswa akan perkembangan teknologi video konferensi; 4. pemanfaatan google meet untuk pembelajaran live meningkatkan antusias siswa dalam pembelajaran, siswa menjadi aktif dan komunikatif kepada guru; 5. seiring berjalannya pembelajaran tatap muka virtual yang interaktif dan komunikatif, menjadikan pemahaman siswa terhadap materi dapat tuntas sehingga meningkatkan capaian kompetensi belajar siswa menjadi lebih baik. sebagai informasi akhir, bahwa praktik strategi kolaborasi komunitas dengan memanfaatkan google meet untuk pembelajaran live memberikan capaian hasil akhir pada meningkatnya kompetensi belajar siswa kelas v sd negeri 2 danyang pada masa pandemi covid-19. dari analisis nilai ulangan siswa setelah dilakukan praktik strategi ini, diketahui jika ketuntasan siswa secara klasikal meningkat atau lebih baik dibandingkan sebelum dilakukan strategi kolaborasi komunitas dan pembelajaran live. jika dibandingkan dengan capaian hasil penilaian sebelumnya dapat disajikan data hasil penilaian siswa sebagai berikut: tabel 1. perbandingan capaian hasil belajar siswa kelas v sd negeri 2 danyang unsur kd ketuntasan sebelum/ sesudah praktik stategi keterangan sebelum sesudah jumlah siswa % jumlah siswa % pkn 38 74,5% 46 90,2% meningkat ipa 32 62,7% 42 82,4% meningkat bahasa indonesia 33 64,7% 44 86,3% meningkat rata-rata 67,3% 86,3% meningkat dari tabel diatas dapat dipahami bahwa sesudah pelaksanaan praktik strategi kolaborasi komunitas dengan memanfaatkan google meet untuk pembelajaran live, berhasil meningkatkan capaian hasil belajar siswa kelas v sd negeri 2 danyang. penilaian ini didasarkan pada analisis nilai ulangan pada subtema 2: manusia dan lingkungan. dan peningkatan kompetensi/ hasil belajar siswa ini sesuai dengan dampak positif sebagaimana dijelaskan diatas. simpulan sesuai pembahasan dapat dibuat simpulan sebagai berikut: kompetensi belajar siswa kelas v sd negeri 2 danyang, kecamatan purwodadi, kabupaten grobogan pada masa pandemi covid-19, dapat ditingkatkan melalui praktik strategi kolaborasi komunitas dengan memanfaatkan aplikasi google meet untuk pembelajaran daring yang lebih interaktif dan komunikatif. https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 1307 saran sesuai hasil best practice ini penulis dapat memberikan rekomendasi sebagai berikut: 1. sebaiknya guru terus meningkatkan kinerja pembelajarannya secara responsif dan adaptif seperti pada situasi pandemi covid-19 yang mengharuskan guru berpraktik melaksanakan pembelajaran tatap muka dalam jaringan; 2. sebaiknya guru berkolaborasi dengan komunitas orangtua dan membina hubungan baik untuk menyelesaikan berbagai permasalahan siswa dalam pembelajaran, baik daring maupun luring; 3. guru dapat menggunakan aplikasi google meet yang bebas biaya layanan sebagai salah satu sarana praktik pembelajaran daring live yang lebih interaktif dan komunikatif; 4. sebaiknya sekolah yang memiliki permasalahan seperti yang dihadapi penulis ini dapat menerapkan strategi dan langkah-langkah serupa guna memecahkan masalah yang terjadi. daftar rujukan assidiqi, muhamad hasbi, and woro sumarni. n.d. “pemanfaatan platform digital di masa pandemi covid-19.” 6. e.mulyasa. 2007. standar kompetensi dan sertifikasi guru. bandung: pt. remaja. rosdakarya. ginanjar, adhitya. 2015. “strategi kolaborasi branchless bank syariah di tengah persaingan dan perubahan teknologi.” 1(2):12. https://kumparan.com/berita-update/google-classroom-platform-terfavorit-saat-pjj-menurutsurvei-nasional-1uqpnqdlkg9, diakses 12 juli 2021. julianto, alfin. 2019. “kolaborasi pendidikan nonformal, informal, dan formal dalam pendidikan pemuda di daerah istimewa yogyakarta.” diklus: jurnal pendidikan luar sekolah 3(1):14–22. doi: 10.21831/diklus.v3i1.24644. juniartini, nme, and iw rasna. 2020. “jurnal pendidikan dan pembelajaran bahasa indonesia vol 9 no 2, oktober 2020.” 9(2):9. kusumaningsih, yunita. 2010. "pengaruh kompetensi guru, motivasi belajar siswa, dan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi pada siswa kelas xi ips sma negeri 1 lasem". jurnal pendidikan insan mandiri: vol. 1 no. 1 (2013). kuswanto. 2018. “peningkatan kemampuan melaksanakan pembelajaran kontekstual melalui program pembinaan bagi guru kelas sd negeri 2 danyang kecamatan purwodadi kabupaten grobogan pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016”. ptk. (tidak dipublikasikan). maulia, pitria salim, hadi purnama, and m. si. n.d. “efektifitas google meet sebagai media pembelajaran daring selama pandemi covid-19 pada mahasiswa digita pr telkom university.” 5. rulli nasrullah. 2012. komunikasi antarbudaya di era budaya siber. jakarta: kencana. sadikin, ali, and afreni hamidah. 2020. “pembelajaran daring di tengah wabah covid-19.” biodik 6(2):109–19. doi: 10.22437/bio.v6i2.9759. santris, billy. 2019. “pengaruh kepemimpinan dan komitmen organisasi terhadap kinerja guru dengan motivasi sebagai variabel intervening pada sma sutomo 1 medan.” management innovation 26. sudjana, nana . 2009. penilaian hasil proses belajar mengajar. bandung : pt. remaja rosdakarya. https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 https://kumparan.com/berita-update/google-classroom-platform-terfavorit-saat-pjj-menurut-survei-nasional-1uqpnqdlkg9 https://kumparan.com/berita-update/google-classroom-platform-terfavorit-saat-pjj-menurut-survei-nasional-1uqpnqdlkg9 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 1308 syah, rizqon h. 2020. “dampak covid-19 pada pendidikan di indonesia: sekolah, keterampilan, dan proses pembelajaran.” salam: jurnal sosial dan budaya syar-i 7(5). doi: 10.15408/sjsbs.v7i5.15314. tegowati, tegowati, nenny syahrenny, wininatin khamimah, and mega arisia dewi. 2018. “strategi meningkatkan prestasi kerja guru berdasarkan motivasi, kompensasi, stres kerja, dan kepemimpinan.” inobis: jurnal inovasi bisnis dan manajemen indonesia 1(2):118–32. doi: 10.31842/jurnal-inobis.v1i2.24. https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211 microsoft word 02-nani.docx vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.105 396 received : 13-03-2021 revised : 01-04-2021 published : 15-04-2021 pengembangan media “deskripsi cerdas” untuk meningkatkan keterampilan menyajikan teks deskripsi siswa kelas vii nani nurcahyani smp negeri 1 tumpang kabupaten malang, indonesia nani.sumawe@gmail.com abstrak: siswa kelas vii smp masih kesulitan menyajikan teks deskripsi secara tulis karena media pembelajaran bahasa indonesia masih sedikit yang berbasis teknologi informasi (ti). siswa memerlukan media pembelajaran berbasis ti untuk meningkatkan keterampilan menulis teks deskripsi. tujuan penelitian ini adalah mengembangkan media “desdas” dalam meningkatkan keterampilan menulis teks deskripsi siswa kelas vii. ruang lingkup penelitian ini adalah pengembangan “deskripsi cerdas (desdas)” sebagai stimulus untuk meningkatkan keterampilan menulis teks deskripsi. metode analisis data pengembangan media dilakukan melalui teknik deskriptif dan kualitas media diukur dengan teknik deskriptif kuantitatif. model penelitian ini adalah penelitian pengembangan model four-d thiagarajan yakni define, design, develop, disseminate. teknik pengumpulan data pada proses penelitian pengembangan ini dengan dokumentasi, wawancara, angket, dan catatan pendukung, sedangkan kualitas media diukur dari validitas, kepraktisan, dan keefektifan media dalam meningkatkan keterampilan menulis teks dekripsi. subjek penelitian adalah siswa kelas vii. data proses pengembangan diperoleh dari deskripsi kegiatan pendefinisian, perencanaan, pengembangan, dan penyebaran sedangkan kualitas pengembangan diperoleh dari hasil data 1) validitas 91,5% kategori sangat valid; 2) kepraktisan 90% kategori sangat praktis; dan 3) keefektifan 86,6% kategori sangat efektif. penggunaan media desdas dapat meningkatkan keterampilan menyajikan teks fantasi dengan kategori sangat layak untuk diimplementasikan dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan keterampilan menyajikan teks fantasi siswa kelas vii. kata kunci: pengembangan; media deskripsi cerdas; teks deskripsi vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.105 397 abstract: class vii junior high school students still have difficulty presenting fantasy texts in writing because there are only a few indonesian language learning media based on information technology (it). students need it-based learning media to improve their fantasy text writing skills. the purpose of this study was to develop the "desdas" media in improving the fantasy text writing skills of seventh grade students. the scope of this research is the development of "smart descriptions (desdas)" as a stimulus to improve fantasy text writing skills. the data analysis method for media development was carried out through descriptive techniques and the quality of the media was measured by quantitative descriptive techniques. this research model is the development research of the thiagarajan four-d model namely define, design, develop, disseminate. the technique of collecting data in this research and development process uses documentation, interviews, questionnaires, and supporting notes, while the quality of the media is measured by the validity, practicality and effectiveness of the media in improving fantasy text writing skills. the research subjects were students of class vii. development process data is obtained from the description of defining, planning, developing, and distributing activities while the quality of development is obtained from the data 1) validity of 91.5% very valid categories; 2) practicality 90% of the category is very practical; and 3) effectiveness of 86.6% very effective category. the use of desdas media can improve the skills of presenting fantasy texts with a very feasible category to be implemented in learning and can improve the skills of presenting fantasy texts of class vii students keywords: development; deskripsi cerdas media; description text vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.105 398 pendahuluan tuntutan pembelajaran abad xxi pada era globalisasi seperti sekarang ini adalah mengembangkan dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (tik) dalam kegiatan pembelajaran. era globalisasi siswa dituntut mempunyai kemampuan dalam menguasai kecakapan 4c (critical thinking, creative, communicative, collaborative). oleh karena itu, guru sebagai fasilitator harus mampu merancang pembelajaran bermakna, kreatif, dan menyenangkan. hal tersebut selaras dengan implementasi kurikulum 2013, bahwa guru dituntut melaksanakan pembelajaran yang berkualitas dengan memilih metode, strategi, pendekatan, dan media yang tepat sehingga siswa mampu menguasai kecakapan 4c sesuai dengan perkembangan zaman. guru dituntut untuk memaksimalkan pemanfaatan tik dalam pembelajaran disesuaikan dengan masa belajar siswa yang pandai menggunakan teknologi, seperti gawai, tablet, gadget, dan laptop. keefektivan pemanfaatan tik dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan menguasai materi dan menghasilkan produk. stimulus dalam bentuk tik membuat siswa berpikir kritis dan aktif. selanjutmya, siswa dapat menggali ide-ide kreatif lalu mengomunikasikan dan mengolaborasikan dengan teman-temannya. tumpuan proses pembelajaran adalah siswa sebagai subjek belajar, bukan guru. menurut (yulianto, 2009), bahwa pembelajaran yang menyenangkan dan mencerdaskan tidak akan optimal jika orientasi pembelajaran adalah guru. guru hendaknya tidak boleh mengabaikan hak-hak, pertumbuhan, serta perkembangan siswanya. pembelajaran yang menyenangkan diharapkan memudahkan siswa dalam menguasai kompetensi guna mencapai tujuan pembelajaran. selanjutnya, menurut (suyatno, 2012.), bahwa subjek dalam paradigma kritis guru adalah siswa. siswa merupakan pelaku, bukan penderita adalah “fitrah manusia sejati”. siswa dilibatkan dalam pembelajaran dengan memberi stimulus sehingga siswa aktif sebagai pebelajar. berdasarkan dua pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kedudukan siswa dalam pembelajaran pada kurikulum 2013 adalah sebagai pelaku atau subjek yang mengharuskan siswa aktif. cakupan pembelajaran bahasa indonesia adalah pengetahuan kebahasaan dan cara penggunaannya secara efektif. hal tersebut tertuang dalam muatan kurikulum 2013 badan nasional standar pendidikan (bnsp) tahun 2016. siswa diharapkan mampu mempraktikkan fungsi bahasa indonesia sebagai sarana komunikasi secara efektif; menjadi pemikir (termasuk pemikir imajinatif); membangun dan membina hubungan; serta mengolaborasikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap berbahasa dengan kalimat yang baik dan benar. pembelajaran bermakna dapat diperoleh siswa jika siswa aktif dalam mencari informasi dan mengalaminya sendiri. siswa diharapkan memiliki keterampilan khusus untuk menjawab tantangan masa depan dan tidak hanya memahami konsep saja melalui pengalaman nyata. pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, dan inovatif membuat siswa aktif. selain itu, pembelajaran bermakna juga ditentukan oleh bakat dan minat siswa. mata pelajaran bahasa indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. keterampilan menulis dan berbicara siswa dinilai kurang. keterampilan menulis dan berbicara memerlukan usaha sadar dalam menulis kalimat lalu mengomunikasikan pesan kepada orang lain baik tulis atau lisan dan tidak diperoleh secara spontan. (muhdini, 2017), menyatakan bahwa keterampilan menulis dan berbicara bersifat produktif-ekspresif. kedua keterampilan tersebut berfungsi sebagai penyampai informasi. fenomena yang terjadi bahwa siswa hanya mampu menuliskan dua paragraf teks teks deskripsi dalam waktu tiga jam pelajaran. ironi dengan kenyataan bahwa vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.105 399 bahasa indonesia adalah bahasa yang digunakan sehari-hari baik sebagai pengantar pendidikan maupun pergaulan. permasalahan dalam pembelajaran menyajikan teks deskripsi dinilai terlalu kompleks. keterampilan menulis dan berbicara dipandang sulit oleh siswa. permasalahan ini juga terjadi di smpn 1 tumpang. (alfianika, 2016) mengemukakan bahwa kendala yang dihadapi siswa adalah sulit menemukan ide, diksi, dan kalimat dalam menyajikan teks teks deskripsi. bertolak dari pendapat tersebut ada dua persoalan yang tampak dalam menyajikan teks teks deskripsi yang dihadapi guru pertama, kesulitan siswa dalam mencari inspirasi atau ide dalam menyajikan teks teks deskripsi. kedua, persoalan guru berkaitan dengan pemilihan pendekatan, strategi, model, atau media pembelajaran belum memberikan pemahaman terhadap materi pembelajaran secara optimal. pemilihan media pembelajaran interaktif perlu dipertimbangkan agar materi yang disampaikan kepada siswa tepat sasaran. pengembangan media “deskripsi cerdas” digunakan ketika menyampaikan materi teks teks deskripsi. menurut (harsiati, 2016) bahwa kreativitas dapat dilatih dengan menulis teks deskripsi. penulis hebat dimulai dengan menulis pengalaman pribadi secara aktif untuk mengasah ide kreatif. penggalian teks deskripsi didapat dari pengalaman dan nuansa lokal yang ada di sekitar tempat tinggal. siswa yang kurang tekun dan cenderung takut berkreasi akan menghambat kreativitasnya dalam pembelajaran menyajikan teks teks deskripsi. berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa menyajikan teks deskripsi merupakan dua keterampilan berbahasa, meliputi keterampilan menulis dan berbicara. kedua keterampilan tersebut bersifat produktif-ekspresif. keterampilan menulis dan berbicara dapat diasah dengan belajar dengan tekun dan tidak takut berkreasi. permendikbud nomor 103 tahun 2014 menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan, strategi, model, dan media mengacu pada karakteristik siswa. penggunaan media yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran. media “deskripsi cerdas” digunakan untuk menunjang pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik dari media yang dipilih ketika proses pembelajaran berlangsung. media yang dipilih hendaknya mampu membangkitkan stimulus indera sehingga siswa menjadi aktif dalam pembelajaran. berdasarkan permasalahan tersebut dipandang perlu untuk pengembangan media “deskripsi cerdas” supaya pembelajaran di kelas menjadi bermakna. inovasi media “deskripsi cerdas” diharapkan menjadi solusi konstruktif dalam memberikan variasi keterampilan menyajikan teks teks deskripsi. media mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. media pengajaran yang konstruktif guna memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan minat siswa dalam mengikuti keberlangsungan pembelajaran. media “deskripsi cerdas” ini penting dikembangkan. salah satu kunci sukses dalam pembelajaran ialah menyediakan media berbasis tik yang mampu membangkitkan menarik dan memikat minat siswa untuk menyajikan teks teks deskripsi sehingga pembelajaran menjadi bermakna. munculnya kesenjangan antara kenyataan dan harapan harus dicari solusinya. peranan media pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dalam menyajikan teks teks deskripsi. guru professional harus meningkatkan kinerjanya karena menjadi ujung tombak pembelajaran atau penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran di kelas. guru harus mampu mendesain pembelajaran bermakna dan menciptakan suasana yang menyenangkan di kelas (hariadi, 2020). peran guru sebagai fasilitator pembelajaran dalam kurikulum 2013 diharapkan mampu membuat siswa aktif dan menyenangkan. hal tersebut selaras dengan isi peraturan menteri no. 19 tahun 2005 pasal 19 ayat 1, bahwa instansi vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.105 400 pendidikan melaksanakan pembelajaran melalui kegiatan aktif, kreatif, dan mandiri sesuai karakteristik, minat, bakat, dan perkembangan fisik siswa sehingga tercipta pembelajaran yang bermakna di kelas. berdasarkan analisis terhadap masalah dan penyebabnya dalam pembelajaran, guru perlu merancang kegiatan pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan perkembangan zaman dan pemanfaatan media tik dalam pembelajaran agar siswa memahami materi dan praktik menyajikan teks teks deskripsi. adapun solusi penyelesaian yang direncanakan adalah melaksanakan pembelajaran dengan penerapan media yang membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran. media interaktif tersebut adalah “deskripsi cerdas” yang berisi materi, contoh teks, latihan soal, dan kuis. tujuaannya agar siswa mampu menyajikan teks teks deskripsi. rumusan masalah dalam penelitian ini adalah a) bagaimana validitas media “deskripsi cerdas” untuk meningkatkan keterampilan menyajikan teks deskripsi siswa kelas vii?; b) bagaimana kepraktisan “deskripsi cerdas” untuk meningkatkan keterampilan menyajikan teks deskripsi siswa kelas vii?; c) bagaimana keefektifan “deskripsi cerdas” untuk meningkatkan keterampilan menyajikan teks deskripsi siswa kelas vii? penelitian pengembangan tujuannya menghasilkan produk pembelajaran. produk yang dihasilkan tujuannya untuk membantu meningkatkan proses pembelajaran. adapun penelitian yang relevan yaitu pertama, penelitian lain oleh (permadi, 2017) berjudul “pengembangan media interaktif berbasis web pada vc mata pelajaran ptkj di smk”. berdasarkan uji kelayakan, media ini layak digunakan. perbedaan penelitian terletak pada mata pelajaran, peneliti mengampu mata pelajaran bahasa indonesia di smp, sedangkan puspita dewi mengampu ptkj di smk. penelitian lain dilakukan oleh (mustika, 2017), dengan judul “pengembangan media pembelajaran interaktif dengan menggunakan metode multimedia development life cycle” menunjukkan hasil bahwa media ini sangat efektif diterapkan dalam pembelajaran. perbedaan dengan penelitian peneliti adalah pada metode yang digunakan, penelitian mustika menggunakan metode “miltomedia development life cycle” sedangkan peneliti menggunakan metode “project based learning”. penelitian lain dilakukan oleh (fiki kusuma astuti, 2018) dengan judul “effectiveness of elements periodic table interactive multimedia in nguyen tat thanh high school”. penelitian ini bertujuan mendeskripsikan keefektifan media interaktif elemen tabel periodik. perbedaan penelitian pada model penelitian yang digunakan adalah addie, sedangkan penelitian ini menerapkan model 4-d thiagarajan. penelitian lain oleh (priyonggo, 2018) berjudul “pengembangan media pembelajaran interaktif berbasis macromedia flash untuk materi sistem gerak pada manusia kelas viii. penelitian ini menguji vaiditas, keefektifan dan kepraktisan media dalam pembelajaran ipa. adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah lembar validasi, angket, dan tes. perbedaan penelitian adalah subjek penelitia siswa kelas vii smp. perbedaan yang lain, penelitian tersebut menerapkan model rnd untuk mata pelajaran ipa, sedangkan penelitian ini menerapkan model 4-d thiagarajan untuk mata pelajaran bahasa indonesia. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.105 401 metode metode analisis data pengembangan media dilakukan melalui teknik deskriptif dan kualitas media diukur dengan teknik deskriptif kuantitatif. desain penelitian ini menggunakan model pengembangan 4d (thiagarajan, 1974). model pengembangan four-d yaitu define, design, develop, disseminate. teknik pengumpulan data pada proses penelitian pengembangan ini dengan wawancara, dokumentasi, angket, dan catatan pendukung, sedangkan kualitas media diukur dari validitas, kepraktisan, dan keefektifan media untuk meningkatkan keterampilan menulis teks deskripsi. subjek penelitian adalah siswa kelas vii di smpn 1 tumpang. siswanya berjumlah 32 anak. pengambilan data dilakukan pada 1-30 maret 2020. ada empat tahapan dalam pengembangan model 4-d yaitu 1) define meliputi: tahap analisis awal, analisis siswa, analisis konsep, analisis tugas, analisis tujuan pembelajaran; 2) design meliputi: tahap mendesain dengan memerhatikan kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan kegrafikaan oleh validator ahli dan praktisi; 3) develop meliputi: kegiatan draf 1, draf 2, uji coba terbatas, draf 3, uji coba luas, dan draf 4; 4) disseminate meliputi: diseminasi kepada rekan guru di smpn 1 tumpang dan anggota mgmp kabupaten malang. pengembangan media ini diukur dari validitas, kepraktisan, dan keefektifan media untuk meningkatkan keterampilan menyajikan teks cerpen siswa kelas vii smpn 1 tumpang. validitas diukur dari hasil instrumen validasi ahli dan praktisi dalam hal kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan kegrafikaan. kepraktisan diukur dari keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp), respon siswa, dan respon guru. keefektifan diukur dari instrumen pengamatan aktivitas siswa dan guru serta ketuntasan hasil belajar. hasil hasil penelitian pengembangan ini digambarkan dengan tabel berikut. a) data validitas media “komik pelangi” tabel 1. validitas media “komik pelangi” no. variabel kelayakan jumlah nilai nilai maksimal persentase 1. kelayakan isi 41 45 91,1 2. kelayakan penyajian 34 35 97,1 3. kelayakan bahasa 27 30 90 4. kelayakan kegrafikaan 17 20 85 jumlah 119 130 91.5 berdasarkan data tabel 1 di atas hasil perhitungan pada aspek kelayakan isi jumlah nilai 41 dengan nilai maksimal 45 dan persentase 91,1%, aspek penyajian jumlah nilai 34 dengan nilai maksimal 35 dan persentase 97,1%, aspek bahasa jumlah nilai 27 dengan nilai maksimal 30 dan persentase 90%, dan aspek kegrafikaan jumlah nilai 17 dengan nilai maksimal 20 dan persentase 85%. semua aspek jumlah nilainya 119 dari nilai maksimal 130 dan persentase mencapai 91,5% . berdasarkan rentang nilai, hasil validitas 91,5% termasuk kategori a yaitu sangat valid dan layak digunakan. konversi nilai: a = 86-100, b = 71-85, c = 56-70, d = 4055, e = < 54. kategori a= sangat valid, b= valid, c= cukup valid, d= kurang valid (bsnp). vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.105 402 b) data kepraktisan media “komik pelangi” tabel 2. kepraktisanan keterlaksanaan rpp no. aspek penilaian jumlah nilai nilai maksimal persentase 1. penentuan pertanyaan mendasar 21 25 84 2. penyusunan perencanaan proyek 15 15 100 3. penyusunan jadwal 15 20 70 4. 5. 6. monitoring pengujian hasil evaluasi 19 18 18 20 20 20 95 90 90 jumlah 108 120 90 berdasarkan data tabel 2 di atas hasil perhitungan pada aspek penentuan pertanyaan mendasar jumlah nilai 21 dengan nilai maksimal 25 dan persentase 84%, aspek penyusunan perencanaan proyek jumlah nilai 15 dengan nilai maksimal 15 dan persentase 100%, aspek penyusunan jadwal jumlah nilai 15 dengan nilai maksimal 20 dan persentase 70%, aspek monitoring jumlah nilai 19 dengan nilai maksimal 20 dan persentase 95%, aspek pengujian hasil jumlah nilai 18 dengan nilai maksimal 20 dan persentase 90%, dan aspek evaluasi jumlah nilai 18 dengan nilai maksimal 20 dan persentase 90%. semua aspek dijumlah nilainya 108 dari nilai maksimal 120 dan persentase mencapai 90% . berdasarkan rentang nilai, hasil kepraktisan 90% termasuk kategori a yaitu sangat praktis dan layak dipraktikkan. konversi nilai: a = 86100, b = 71-85, c = 56-70, d = 40-55, e = < 54. kategori a= sangat praktis, b= praktis, c= cukup praktis, d= kurang praktis (bsnp). c) data keefektifan media “komik pelangi” tabel 3. keefektifan media komik no. aspek penilaian jumlah nilai nilai maksimal persentase 1. aktivitas guru 17 20 85 2. aktivitas siswa 16 20 80 3. hasil belajar 18 20 90 jumlah 52 60 86,6 berdasarkan data tabel 3 di atas hasil perhitungan pada aspek aktivitas guru jumlah nilai 17 dengan nilai maksimal 20 dan persentase 85%, aspek aktivitas siswa jumlah nilai 16 dengan nilai maksimal 20 dan persentase 80%, dan aspek hasil belajar jumlah nilai 18 dengan nilai maksimal 20 dan persentase 90%. semua aspek dijumlah nilainya 52 dari nilai maksimal 60 dan persentase mencapai 86,6% . berdasarkan rentang nilai, hasil keefektifan 86,6% termasuk kategori a yaitu sangat efektif dan layak digunakan. konversi nilai: a = 86-100, b = 71-85, c = 56-70, d = 40-55, e = < 54. kategori a= sangat efektif, b= efektif, c= cukup efektif, d= kurang efektif (bsnp). vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.105 403 gambar 1. hasil respon siswa terhadap media respon siswa terhadap media “deskripsi cerdas” sangat bagus. siswa bersemangat dalam belajar. siswa menjadi aktif dalam pembelajaran karena media berbasis tik yang digunakan guru sangat menarik. pembahasan hasil wawancara dengan guru bahasa indonesia dijadikan acuan dalam proses pengembangan selanjutnya. wawancara dilaksanakan pada 1 maret 2020. paparan guru bahasa indonesia yang bernama kusrianto, s.pd. berdasarkan hasil wawancara tersebut, diperoleh data mengenai pembelajaran teks cerpen berkenaan dengan penggunaan media di smpn 1 tumpang. hasil analisisnya adalah (1) media yang dipilih guru di smp negeri 1 tumpang monoton; (2) siswa kurang aktif, sehingga perlu ada pemecahan masalah ketika proses belajar berlangsung; (3) penggunaan media interaktif dan inovatif sangat diperlukan; (4) tingkat kemampuan siswa smp negeri 1 tumpang bervariasi, ada yang pandai dan ada yang memerlukan perhatian khusus. wawancara lainnya dilakukan dengan narasumber yang berasal dari siswa yang benama satrio aji bahwa perlu adanya inovasi media pembelajaran. berdasarkan hasil wawancara dengan siswa diperoleh data mengenai pembelajaran teks cerpen. adapun analisisnya adalah (1) media pembelajaran monoton; (2) pembelajaran berbasis buku teks; (3) kreativitas siswa kurang. oleh karena itu, sangat diperlukan media inovatif seperti “deskripsi cerdas”. media “deskripsi cerdas” ini merupakan aplikasi berbasis android yang dapat digunakan di laptop maupun gawai siswa. terciptanya media ini melalui proses panjang dalam membuat aplikasi pembelajaran. akhirnya media ini tercipta. media “deskrpsi cerdas” ini merupakan media interaktif yang dibuat dari aplikasi articulate storyline 3 yang dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi media yang menarik dan dapat digunakan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. media ini dibuat dan hasilnya disimpan dalam bentuk html5 lalu dipublish dengan menggunakan apk builder supaya responsif di gawai siswa. dalam aplikasi ini terdapat materi, contoh soal, contoh teks deskripsi, kuis, sertifikat menyelesaikan soal yang terdapat karakter guru sehingga menarik digunakan. dokumentasi kegiatan pembelajaran menggunakan media “deskripsi cerdas”, sebagai berikut. 0 10 20 30 40 m en ye n… ke be rm … m em ud … m em pe r… m em ot i… ju m la h s is w a daftar pertanyaan diagram respon siswa ya tidak column2 vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.105 404 gambar 2. tampilan awal media “deskripsi cerdas” gambar 3. tampilan materi dan soal “deskripsi cerdas” di laptop gambar 4. tampilan kuis dan sertifikat “deskripsi cerdas” di laptop berikut ini analisis kualitas media “deskripsi cerdas” dalam meningkatkan keterampilan menulis teks deskripsi. 1) validitas pengembangan media “deskripsi cerdas” untuk meningkatkan keterampilan menyajikan teks deskripsi siswa kelas vii tabel 4. validitas media no. validitas media belum tuntas tuntas 1. sebelum menggunakan media 53,1% 46,9% 2. sesudah menggunakan media 12,4% 87,6 % berdasarkan tabel 4 validitas hasil belajar siswa sebelum menggunakan media “deskripsi cerdas” didapatkan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 17 anak atau 53,1% dan yang tuntas sebanyak 15 anak atau 46,9%. siswa yang tuntas setelah menggunakan media ini vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.105 405 sebanyak sebanyak 28 anak atau 87,6% dan yang belum tuntas sebanyak 4 anak atau 12,4%. validitas media diukur validasi ahli dan praktisi dalam hal kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan kegrafikaan. konversi nilai: a=86-100, b=71-85, c=56-70, d=40-55, e=< 54. kategori a=sangat valid, b=valid, c=cukup valid, d=kurang valid. dengan demikian, sesuai dengan data yang diperoleh dapat ditegaskan bahwa media ‘deskripsi cerdas” sangat valid untuk dikembangkan pada teks deskripsi. keterampilan menulis teks meningkat 40,8%. 2) kepraktisan pengembangan media “deskripsi cerdas” untuk meningkatkan keterampilan menulis teks deskripsi siswa kelas vii tabel 5. kepraktisan media no. kepraktisan media belum tuntas tuntas 1. sebelum menggunakan media 53,1% 46,9% 2. sesudah menggunakan media 10% 90 % berdasarkan tabel 5 kepraktisan hasil belajar siswa sebelum menggunakan media “deskripsi cerdas” didapatkan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 17 anak atau 53,1% dan yang tuntas sebanyak 15 anak atau 46,9%. siswa yang tuntas setelah menggunakan media ini sebanyak sebanyak 29 anak atau 90% dan yang belum tuntas sebanyak 3 anak atau 10%. kepraktisan media diukur dari keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp), respon siswa, dan respon guru. konversi nilai: a=86-100, b=71-85, c=56-70, d=40-55, e=< 54. kategori a=sangat praktis, b=praktis, c=cukup praktis, d=kurang praktis. dengan demikian, sesuai dengan data yang diperoleh dapat ditegaskan bahwa media ‘deskripsi cerdas” sangat praktis untuk dikembangkan pada teks deskripsi. keterampilan menulis teks meningkat 43,2%. 3) keefektifan pengembangan media “komik pelangi” untuk meningkatkan keterampilan mennulis teks cerita pendek siswa kelas ix tabel 6. keefektifan media no. keefektifan media belum tuntas tuntas 1. sebelum menggunakan media 53,1% 46,9% 2. sesudah menggunakan media 10% 90 % berdasarkan tabel 6 keefektifan hasil belajar siswa sebelum menggunakan media “deskripsi cerdas” didapatkan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 17 anak atau 53,1% dan yang tuntas sebanyak 15 anak atau 46,9%. siswa yang tuntas setelah menggunakan media ini sebanyak sebanyak 29 anak atau 90% dan yang belum tuntas sebanyak 3 anak atau 10%. keefektifan media diukur dari pengamatan aktivitas siswa dan guru serta ketuntasan hasil belajar. konversi nilai: a=86-100, b=71-85, c=56-70, d=40-55, e=< 54. kategori a=sangat efektif, b=efektif, c=cukup efektif, d=kurang efektif. dengan demikian, sesuai dengan data vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.105 406 yang diperoleh dapat ditegaskan bahwa media “deskripsi cerdas” sangat efektif untuk dikembangkan pada teks cerpen. keterampilan menulis cerpen meningkat 43,2%. berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa media “deskripsi cerdas” ini pada aspek validitas hasilnya sangat valid dilihat dari angket validasi ahli dan praktisi, baik unsur kelayakan isi, kegrafikaan, kebahasaan, dan isi. aspek kepraktisan hasilnya sangat praktis dilihat dari keterlaksanaan rpp. aspek keefektifan hasilnya sangat efektif dilihat dari respon guru, siswa, dan hasil atau produk teks cerpen siswa yang meningkat. simpulan berdasarkan uraian data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. validitas pengembangan media “deskripsi cerdas” dalam meningkatkan keterampilan menyajikan teks deskripsi tergolong kategori sangat valid dan layak digunakan. 2. kepraktisan pengembangan media “deskripsi cerdas” dalam meningkatkan keterampilan menyajikan teks deskripsi tergolong kategori sangat praktis dan layak digunakan. 3. keektifan pengembangan media “deskripsi cerdas” dalam meningkatkan keterampilan menyajikan teks deskripsi tergolong kategori sangat efektif dan layak digunakan. daftar rujukan alfianika, n. (2016). buku ajar metode penelitian pengajaran bahasa indonesia. yogyakarta: deepublish. fiki kusuma astuti, d. (2018). effectiveness of elements periodic table interactive multimedia in nguyen tat thanh high school. ijiet, volume 2 nomor 1. hariadi, s. (2020). pengembangan multimedia teks wawanrembug berbasis blended learning pada siswa kelas vii. jurnal didaktika pendidikan dasar, 39-58. harsiati, d. (2016). bahasa indonesia kelas vii smp. jakarta: kementerian pendidikan dan kebudayaan. muhdini. (2017). modul pkb. jakarta: kementerian pendidikan dan kebudayaan. mustika, d. (2017). r. gita a.n. (2017) yang berjudul “pengembangan multimedia pembelajaran interaktif dengan menggunakan metode multimedia development life cycle”. join (jurnal online informatika), volume 2 nomor 2 halaman 121-126. permadi, a. a. (2017). pengembangan media interaktif berbasis web pada vc mata pelajaran ptkj di smk. scholaria (international), volume 7 nomor 2, halaman 94105. priyonggo, v. v. (2018). pengembangan media pembelajaran multimedia interaktif berbasis macromedia flash untuk materi sistem gerak pada manusia kelas vii. e-jurnal pensa, volume 6 nomor 3 halaman 198-203. s, t. (1974.). instructional development for training teacher of exceptional children. minnesota: the council for exceptional children. suyatno. (2012.). pembelajaran bahasa indonesia. surabaya: unesa press. thiagarajan, s. (1974). instructional development for training teacher of exceptional children. minnesota: the council for exceptional children. yulianto, b. (2009). strategi pembelajaran. surabaya: unesa press. microsoft word 20-amirotun.docx vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.197 1151 received : 17-05-2021 revised : 27-06-2021 published : 29-07-2021 optimalisasi layanan bimbingan klasikal dengan model problem-based learning untuk mengatasi perilaku bullying siswa smp amirotun solikhah smpn i bantul, indonesia solikhah.amirotun@gmail.com abstrak: tujuan penelitan ini untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan layanan bimbingan dengan model problem-based learning dapat mengatasi perilaku bullying di sekolah. responden penelitian ini terdiri dari siswa kelas viii berjumlah 24 anak yang diperoleh dari hasil penjaringan siswa sebanyak 300 anak. pengumpulan data dilakukan dengan observasi, tes prestasi belajar dan dokumentasi. metode dalam penelitian ini menggunakan dua siklus, yaitu siklus pertama dan siklus kedua. masingmasing siklus terdiri dari dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. pda setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. karena situasi pandemi covid, siklus kedua dilaksanakan melalui zoom meeting/ layanan jarak jauh. adapun diskusi kelompok dilaksanakan cukup beranggotakan 2 anak melalui whatsapp /video call. analisa data statistik penelitian ini menggunakan rumus t-test untuk menguji perbedaan hasil pretest dengan postest. kesimpulan penelitian ini pelaksanaan layanan bimbingan klasikal melalui metode problem-based learning optimal serta dapat mengatasi perilaku bullying. hal itu terbukti dari perolehan skor rata-rata post test siklus pertama dengan kedua mengalami penurunan -0,076. data yang lain, sebelum ada tindakan ada 19 anak hampir sering sekali melakukan pembullyian, 3 anak sering dan 2 hampir sering melakukan pembullyian. setelah mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui model problem-based learning terdapat 12 anak sama sekali tidak melakukan pembullyian, 3 anak pernah dan 9 anak kadang pernah melakukan pembullyian. selanjutnya rata-rata nilai diskusi kelompok siklus pertama dengan siklus kedua mengalami peningkatan 13,75. sedangkan rata-rata nilai individu siklus pertama dan siklus kedua juga meningkat 11,46. makna penurunan berarti perilaku bullying di sekolah teratasi. sedangkan makna peningkatan diartikan bahwa layanan klasikal dengan model problem-based learning kegiatan siswa lebih optimal. dengan demikin layanan klasikal melalui model problem-based learning yang dilaksanakan dengan optimal dapat mengatasi perilaku bullying di sekolah. kata kunci: layanan klasikal; problem-based learning; bullying vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.197 1152 pendahuluan sekolah adalah tempat untuk memperoleh pendidikan. di lembaga tersebut terdapat beberapa sumber belajar. masing-masing sekolah mengupayakan melengkapi fasilitas agar peserta didik memperoleh ilmu yang optimal. untuk memperlancar proses belajar mengajar, antara sekolah dengan wali murid terjadi kesepakatan agar saling memantau perkembangan baik pribadi, belajar ataupun sosialnya. hal tersebut sangat penting karena prestasi yang baik, dan maksimal ditunjang dengan adanya kenyamanan belajar baik di sekolah maupun di rumah. setiap orang tua mengharapkan putera puterinya senang belajar di sekolah. hambatan yang dialami para peserta didik antara lain adanya bullying pada siswa. bullying merupakan salah satu permasalahan yang sering muncul di dunia pendidikan, di mana perilaku tersebut termasuk agresif diantaranya menyakiti secara fisik maupun psikhis. (firdaus. 2019). siswa yang tidak nyaman karena mendapat kekerasan dari temannya, terdeteksi dari kegiatan proses belajar mengajar yang tidak lancar. mereka terganggu di dalam kegiatan sosial dan belajarnya. beberapa anak sulit berbicara, tidak konsentrasi bahkan sampai malas tidak mau sekolah (cahyani, 2017) mengatakan yang intinya bahwa kasus bullying baru teridentifiasi oleh guru, atau apabila korban telah mengalami gangguan psikhologis berat, misalnya trauma, takut terus menerus, pemukulan , perusakan atau perampasan barang. beberapa kasus ekstrem yang pernah terjadi bahkan korban terlanjur menganiaya diri sendiri. korban bullying lebih memilih untuk menghindari teman yang suka mengganggu, mereka juga menginginkan hubungan sosial yang baik sesama teman (akbar, 2013). selanjutnya kami menyebarkan angket untuk mengetahui sejauhmana perilaku bullying yang dialami siswa. dari 300 angket, yang sering sekali mengalami korban bullying dan sebagai pelaku 2 anak, yang sering sekali sebagai pelaku ada 4 anak. selanjutnya siswa yang sering sebagai pelaku bullying ada 18 anak. peneliti memutuskan mengadakan penelitian terhadap siswa yang sering dan bahkan sering sekali melakukan bullying. dari hasil tersebut kami merencanakan melaksanakan layanan klasikal terhadap 24 siswa sebagai pelaku maupun korban bullying. siswa sebagai korban dan pelaku dijadikan satu kelas, yang dinamai kelas herucakra. herucakra adalah tokoh wayang yang kuat, menghagai dan bersatu dalam kesatuan. peneliti melakukan kerjasama dengan guru mata pelajaran. pelaksanaannya guru bimbingan konseling/ peneliti minta jam pelajaran kepada beberapa guru mata pelajaran. hal tersebut karena guru bimbingan konseling tidak ada jatah masuk kelas. peran utama bullying adalah pelaku, korban dan saksi mata saksi mata yang juga diabaikan, tanpa ada penanganan membuat mereka potensial menjadi korban dan pelaku bullying berikutnya. pelaku perilaku bullying perlu diingatkan dan diperhatikan, supaya mereka mau menghargai atau memahami orang lain (cahyani, 2017). peneliti berharap agar para siswa yang dijadikan penelitian mengendalikan diri supaya tidak berlanjut melakukan pembullyian melalui media sosial. berita media (youtube, 2021), enam siswa smp di cilacap pada hari selasa, 29 desember 2020 melakukan pembullyian terhadap dua temannya sendiri. dalam video tersebut pelaku melakukan kekerasan di jalan. karena orang tua korban tidak terima maka kasus tersebut diserahkan ke polisi, apalagi pelaku masih di bawah umur. berita yang hampir sama bahwa pada bulan januari 2021 seorang siswi sekolah menengah pertama di gresik melakukan pembullyian terhadap temannya di lantai 2 yang alasannya karena korban dituduh merebut pacarnya. (youtube, 2021). karena viral di media sosial maka pelaku bisa segera ditangkap dan selanjutnya perkara ditangani polisi setempat. peneliti berharap perilaku bullying tidak berkelanjutan. siswa sebagai pelaku vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.197 1153 bullying diharapkan menyadari jika perbuatan tersebut merugikan orang lain. selanjutnya berniat dan berupaya tidak mengulanginya lagi. sedangkan sebagai korban bullying menata hati, memahami, berusaha menerima dan memaafkan teman yang sudah memperlakukan bullying terhadap dirinya. selanjutnya mereka yang mengetahui ada perlakuan bullying bisa mengingatkan atau melaporkan kepada bapak/ ibu guru di sekolah tersebut. pada awalnya, nampak siswa tidak menyadari bahwa dirinya sebagai pelaku bullying. tindakan bullying yang dilakukan terhadap temannya antara lain mengejek, menyebut nama sapaan, meremehkan. kemudian bullying fisik dalam bentuk menarik kerah baju, mendorong, serta memukul teman. bullying dibagi menjadi 3 jenis yaitu bullying fisik, bullying verbal, dan psikologis (sugiariyanti, 2010). kenyataan di sekolah menengah pertama, hal-hal yang dilakukan siswa sebagian besar berupa, mengejek, menyebut nama teman dengan julukan, mentertawakan, mencolek. kalau yang lebih diwaspadai jika ampai mengancam, memeras uang. dan lebih dipantau lagi jika sering melakukan perundungan fisik dan juga lewat media sosial. mengapa anak-anak bisa menjadi korban bullying? (argiati, 2010) menyatakan bahwa anak sebagai korban bullying di sekolah dikarenakan kurang konsentrasi belajar. mereka kehilangan kepercayaan diri, stres, gugup, takut, tegang dan trauma berkepanjangan. semakin sering siswa mengalami bullying di sekolah, maka semakin tinggi pula tingkat depresinya (ramadhani & retnowati, 2013). hasil penelitian menunjukkan bullying berdampak terhadap kecenderungan depresi pada remaja, di mana depresi tersebut bisa mengakibatkan perilaku bunuh diri atau melukai diri sendiri. (matraisa bara, 2014). tiga bentuk perilaku bullying antar lain fisik, verbal dan psikologis. (viola amanda dkk, 2020) jenis perilaku bullying terbanyak pada bullying fisik. sedangkan lokasi yang digunakan melakukan bullying yaitu di ruang kelas (abdurazak dkk). selanjutnya pada bulan januari sd april 2019 jenis kasusnya yaitu, kasus kekerasan fisik serta terdapat kasus bullying dan kasus bullying terhadap guru (sadiyah, 2020). bullying merupakan tindakan kekerasan yang dilakukan sesama teman sebaya. hal itu dapat dicegah melalui pendidikan karakter (yuyarti, 2018). penurunan perilaku bullying apabila komponen sekolah terjadi kerjasama dalam penyampaian materi anti bullying ((aryuni, 2017). adapun salah satu layanan kelas untuk mengatasi bullying yaitu kegiatan layanan klasikal melalui model problem-based learning. bimbingan klasikal merupakan suatu layanan bimbingan dan konseling kepada sejumlah peserta didik dalam satuan kelas yang dilaksanakan di kelas (sarono, 2014). tujuan pelayanan bimbingan dan konselin antara lain menumbuhkan aktivitas dalam mengembangkan potensi siswa agar mencapai tugas-tugas perkembangannya. materi yang diberikan diharapkan dapat meningkatkan pola pikir, wawasan, sikap, dan keterampilan serta perilaku yang baru sehingga mencapai kesuksesan dalam hidup dimasa yang akan datang (fanistika, 2013). sedangkan langkah-langkah bimbingan klasikal antara lain, mengajukan jadwal masuk kelas 2 jam setiap minggu, dan mempersiapkan materi, menyusun rencana pelaksanaan layanan dan mendokumentasikan rencana pelaksanaan layanan. kemudian pelaksanaan terdiri dari melaksanakan layanan bimbingan klasikal, mendokumentasikan dan mencatat peristiwa yang perlu perbaikan. berikutnya evaluasi dan tindaklanjut yaitu evaluasi proses dan hasil (kemendikbud, 2017). adapun problem-based learning adalah metode yang sangat memungkinkan untuk diterapkan dengan berdasarkan pertimbangan karakteristik siswa yang tergolong cukup kooperatif. (aldiyah, 2017). pendapat lainnya (trianto, 2010) menjelaskan bahwa pengajaran vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.197 1154 problem-based learning merupakan suatu pendekatan yang efektif dan siswa dituntut berpikir tinggi. pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. problem-based learning adalah salah satu model pembelajaran yang memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah serta meningkatkan prestasi belajar siswa (mulyani, 2020). dalam menerapkan problem-based learning, guru membuat perencanaan tertulis tentang langkah-langkahnya, misal jenis kegiatan, jadwal pelaksanaan serta perangkat yang dibutuhkan (nurunafiah, 2014). penerapan pbl yaitu meningkatkan kreatif siswa (abdurrozak dkk, 2016). setiap pembelajaran dengan problem-based learning selalu diawali dengan adanya masalah (fatimah adapun (indah dkk, 2016) model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah secara langsung yaitu model problem-based learning. karena dalam pbl bertujuan supaya siswa menerima hak otonom dalam belajar. layanan bimbingan klasikal perlu dioptimalkan. optimal berarti melakukan sesuatu kegiatan yang terbaik (kbbi, depdikbud, 1997). peneliti berharap agar pelaksanaan layanan bimbingan klasikal melalui problem-based learning dapat optimal. untuk itu alangkah baiknya pelaksanaan klasikal dengan model problem-based learning diperhatikan tahap-tahapnya. hal itu bisa berupa pemberian tugas kelompok dan individu. metode penelitian ini merupakan penelitian tindakan bimbingan konseling melalui layanan bimbingan klasikal dengan model problem-based learning. penelitian dilaksanakan melalui 2 siklus. tiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. adapun langkahlangkah dalam setiap siklus seperti diutarakan suharsimi arikunto dkk dalam bukunya penelitian tindakan kelas (2008:16) sebagai berikut. gambar 1. alur penelitian tindakan kelas vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.197 1155 siklus pertama meliputi empat tahapan. a) perencanaan tindakan: menyusun rencana pelaksanaan layanan dan kelengkapannya, yaitu materi, media, lembar kerja siswa, lembar observasi guru dan perangkat evaluasi layanan. b) tahap pelaksanaan tindakan: pertemuan pertama menayangkan power point, diskusi kelompok, presentasi, dan menyimpulkan. pada pertemuan kedua mengulas hasil kelompok, menayangkan materi power point, tanya jawab dan memberi tugas individu. langkah – langkah metode problem-based learning dapat dideskripsikan sebagai berikut : 1) guru bimbingan konseling memberi pre tes 2) guru bimbingan konseling menyampaikan tujuan yang ingin dicapai kepada para siswa pada awal layanan 3) guru bimbingan konseling menyampaikan dan menjelaskan materi lewat power point 4) guru mengelompokkan siswa menjadi 4 kelompok 5) setiap kelompok diberi kesempatan untuk berdiskusi menyelesaikan permasalahan yang diberikan dari guru. 6) setiap kelompok diarahkan untuk mencatat semua masukan/jawaban yang diperoleh dari siswa. 7) masing-masing kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusi secara acak kemudian teman kelompok lainnya menyimak, atau memberi masukan. 8) guru dan para siswa membuat kesimpulan dari permasalahan yang dikerjakan masing-masing kelompok. c) observasi: observasi berisi catatan keaktifan siswa, perhatian siswa, partisipasi siswa dan kedisiplinan siswa dalam mengikuti proses layanan. catatan lapangan adalah semua catatan yang dibuat oleh peneliti dan observer mengenai apa saja yang terjadi selama proses penelitian. hasil tes adalah nilai/skor yang diperoleh siswa dalam mengerjakan tes setelah dilakukan tindakan. d) merefleksi adalah apakah hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan sikap siswa baik pernah sebagai pelaku atau korban bullying di kelas. hal tersebut diketahui dengan membandingkan hasil pre tes dengan pos tes. penekanan pada siklus pertama ini adalah merefleksi pengendalian bullying fisik maupun verbal. siklus kedua juga melalui 4 tahapan: a) perencanaan: 1) membuat recana pelaksanaan layanan jarak jauh 2) merancang metode dan scenario layanan jarak jauh sesuai tujuan yang diharapkan 3) membuat dan menyiapkan aplikasi online kelas 4) membuat alat pedoman observasi vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.197 1156 b) pelaksanaan tindakan: 1) siswa mengikut online kelas dengan menyimak penjelasan materi lanjutan bullying dalam power point serta kegiatan yang dilaksanakan setelah online kelas 2) siswa dibagi kelompok oleh guru, masing-masing kelompok 2 siswa. 3) guru memberi tugas kepada siswa secara berkelompok, dikerjakan melalui whatsapp / video call. 4) siswa mengerjakan tugas menganalisa video, mempraktekkan metode problem-based learning 5) hasil kerja kelompok dikirim secara individu melalui whatsapp atau email 6) siswa mengikuti online kelas pertemuan yang kedua dengan diawali doa ,menyapa kesehatan peserta didik dan mengingatkan tetap menjaga protocol kesehatan. 7) guru mengulas hasil kerja kelompok siswa serta memberi kesan moral dari video (tugas kelompok) 8) guru menayangkan power point lanjutan materi sebelumnya. 9) guru menjelaskan materi pada power point 10) guru memberi tugas individu lewat link yang dikirim di whatsapp grup. 11) guru menyimpulkan dan memberi pesan moral tentang perlunya menghargai orang lain. 12) guru memberi evaluasi pos tes lewat whatsapp grup. c) observasi observasi dilaksanakan pada waktu layanan klasikal berlangsung. sewaktu layanan klasikal berlangsung observer mengadakan observasi dan menuliskan hasilnya dalam lembar evaluasi. observasi berisi catatan keaktifan siswa, perhatian siswa, partisipasi siswa dan kedisiplinan siswa dalam mengikuti proses layanan di kelas. catatan lapangan adalah semua catatan yang dibuat oleh peneliti dan observer mengenai apa saja yag terjadi selama proses penelitian.. hasil tes adalah nilai/skor yang diperoleh siswa dalam mengerjakan tes setelah dilakukan tindakan. d) refleksi merefleksi yaitu mengamati hasil penelitian apakah ada perubahan perilaku pada siswa. model design dalam penelitian ini lebih menggunakan model one grup pre test and post test design, yaitu menggunakan satu kelompok subyek serta melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada subyek. design ini dapat digambarkan sebagai berikut design penelitian 01 x 02 keterangan : 01 = pre test 02 = post test x = perlakuan (sumber : sugiyono, 2016) vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.197 1157 tahap pre test : diberikan untuk mengetahui kondisi awal perilaku bullying di sekolah. selanjutnya pelaksanaan layanan klasikal dengan model problem-based learning, subyek diberi post test untuk mengetahui perubahan tingkat bullying di sekolah.analisis data pendukung antara lain, menggunakan metode observasi, angket, dokumentasi indikator dalam penelitian ini yaitu dari 24 siswa yang diteliti apabila sebelum ada tindakan sering melakukan perundungan terhadap teman di sekolah, maka setelah mengikuti layanan bimbingan klasikal dengan model problem-based learning mengalami pengurangan sehingga tidak lagi sering melakukan perundungan atau tidak pernah lagi melakukan. apabila siswa yang diteliti memperoleh nilai rata-rata dari hasil belajar kelompok maupun individu mencapai 78 hasil hasil tindakan yang dilakukan peneliti terdiri dari 2 (dua) siklus. setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. setelah kegiatan layanan selesai, ada salah satu peserta didik yang menyampaikan permasalahan pribadi. jenis permasalahan tersebut bahwa klien merasa sangat terganggu dengan perilaku temannya, yaitu di media sosial masih sering diejek, dicela. guru menghargai keberanian dan kejujuran siswa tersebut. selanjutnya terjadi kesepakatan untuk konseling individu pada hari tertentu. gambar 2. diagram nilai 78 92 90 49 74 81 65 0 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 6 7 ju m la h sk or nomer soal diagram analisa soal pre-test siklus 1 pertemuan pertama series1 vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.197 1158 tabel 1. nilai dikusi kelompok nama kelompok nama nilai gatotkaca dbe 80 akb 80 arj 80 mej 80 ahb 80 rrj 80 bima ahg 75 nke 75 faf 75 mrj 75 sme 75 sqe 75 antasena bda 80 mea 80 nha 80 mgs 80 agb 80 sqg 80 wisanggeni hfe 75 rne 75 amc 75 nsj 75 fb 75 rie 75 hasil observasi kegiatan siswa diperoleh jumlah skor 27dengan nilai rata-rata 27:10= 2,7. hal yang perlu ditekankan pada siswa yaitu siswa kurang aktif bertanya dan menjawab, siswa kurang aktif berdiskusi dan siswa kurang menghargai temannya saat berbicara. perolehan nilai hasil observasi dari observer siklus pertama pertemuan pertama adalah 47 dengan nilai rata-rata 47 : 16 = 2,937. permasalahan yang perlu dibenahi yaitu dalam pemberian motivasi maupun penyampaian tujuan layanan. perencanaan tindakan siklus pertama pertemuan kedua. berdasarkan temuan hasil obseravasi mengenai rencana pelaksanaan layanan maka peneliti merencanakan layanan klasikal sebagai berikut:menyiapkan dan merevisi rencana pelaksanaan layanan. menyiapkan materi serta soal evaluasi individu.memilih waktu yang tepat. peneliti minta ijin kepada beberapa guru mata pelajaran agar anak-anak terlampir (24 nama nama siswa yang diteliti) mengikuti kegiatan layanan klasikal yang sudah direncanakan waktunya. pada pertemuan kedua perolehan nilai observer hasil observasi kegiatan siswa diperoleh skor 28 dengan perolehan skor 70,0. kemudian hasil observasi guru memperoleh 29, perolehan nilai skor 72,90. dari pe.rolehan tersebut ada peningkatan kemampuan dalam pemberian layanan kegiatan klasikal. namun belum mencapai nilai mutu baik. pada siklus pertama pertemuan kedua diperoleh data dari observer bahwa guru dalam melaksanakan kegiatan klasikal dengan model problem-based learning belum terlihat maksimal peningkatannya. diantaranya dalam menyampaikan tujuan, memberikan kesempatan kelompok untuk bertanya, dalam memotivasi siswa baru mendapat nilai cukup. hal yang masih ditingkatkan yaitu pada saat menayangkan power point agak lama , karena ada gangguan media. sebelum pelaksanaan perlu dicek lcd nya. selain itu saat membagi soal individu maupun soal vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.197 1159 post test agak sedikit riuh kondisi siswa. kebiasaan siswa kurang senang ketika menerima tugas / mengerjakan soal. dalam hal ini guru pelu meningkatkan diri atau mencari kiat bagaimana cara yang tepat agar siswa selalu senang mendapat tugas apapun dari guru. berdasarkan hasil amatan observer baik observasi belajar siswa dan observasi pengelolaan kelas serta guru belum mencapai nilai baik. guru perlu meningkatkan diri di dalam mengelola kelas sehingga siswa lebih konsentrasi, sungguh-sungguh serta aktif mengikuti kegiatan belajar. selanjutnya hasil pos test menunjukkan masih ada 3 anak yang sering melakukan pembullyian dan 21 anak yang masih pernah melakukan pembullyian. selain itu rata-rata hasil evaluasi kelompok menunjukkan 77,5 dan rata-rata hasil evaluasi individu menunjukkan 76,6. hasil pos test, evaluasi kelompok,dan evaluasi individu belum mencapai kriteria kebehasilan dalam penelitian ini. dengan demikian maka kegiatan siklus berlanjut pada siklus yang kedua. hasil observai siswa pada siklus ii pertemuan pertama adalah, pada indikator 1,5,6, 7, 8,9,dan 10 memperoleh skor 4 dengan nilai mutu (sangat baik). hal tersebut karena sudah mengikuti yang kegiatan siklus yang pertama sehingga ada peningkatan. untuk indikator no 2, 3, 4 dan memperoleh skor 3 dengan nilai mutu (baik). adapun perolehan skor penilaian guru dari observer yaitu, indikator 1,2,3,4,,8,9,10, 11,12 guru mendapatkan skor 4 berarti guru dalam melaksanakan kegiatan layanan sudah sangat baik. sedangkan indikator 5 , 6 dan 7 guru mendapatkan skor 3, menandakan dalam melaksanakan kegiatan layanan sudah baik. dengan perolehan skor tersebut sudah ada peningkatan bila dibandingkan dengan perolehan skor pada siklus pertama pertemuan pertama dan kedua.. namun demikian guru tetap harus meningkatkan kompetensi diri. sejak awal zoom meeting , guru mengajar sambil menyempatkan membaca tulisan yang dikirim siswa pada kolom percakapan. ketika tulisan tersebut terbaca, ternyata beberapa kiriman menuliskan tentang hambatan siswa saat awal bergabung. guru/ peneliti siap menindaklanjuti kerjasama dengan kolaborator agar membantu mengatasi hambatan tersebut. peneliti/guru berusaha mengevaluasi dan memperbaiki pada siklus kedua pertemuan kedua ini berdasarkan masukan dari observer dan refleksi penulis sendiri. misalnya jumlah anggota kelompok. siklus pertama 6 anak. untuk mengefektifkan dan mengingat situasi pandemi covid19, maka jumlah anggota kelompok cukup 2 anak.. bentuk soal evaluasi kelompok juga menyesuaikan situasi dan mengikuti perkembangan tehnologi. bentuk evaluasi kelompok adalah siswa membuka link yang diinformasikan dan dikirim melalui gurup kelas istimewa. tugas anak-anak menonton video tersebut, mencermati kemudian mengalisa permasalahannya,selanjutnya menjawab pertanyaan tertulis (essay)secara berdiskusi kelompok. hasil observasi dari peneliti/ guru bahwa siswa yang tidak mengikuti zoom meeting disebabkan karena beberapa hal antara lain 2 anak karena susah sinyalnya, 1 anak karena handphone milik orang tua (belum pulang kerja), 1 siswa karena tertidur, 1 siswa karena pergi mengikuti kegiatan orang tua, 1 siswa karena handphone belum ada aplikasi zoom. pertemuan berikutnya ada perbaikan dengan mengingatkan siswa agar mengatur waktu dengan baik agar tidak tertidur dan berada di rumah, mendownlod aplikasi, dan orang tua mengutamakan kegiatan pendidikan anak dengan mengupayakan handphone. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.197 1160 34 31 28 0 5 10 15 20 25 30 35 40 1 2 3 ju m la h s ko r nomer soal diagram analisa soal pre-test siklus kedua pertemuan kedua series1 pada pelaksanaan tindakan siklus ii pertemuan kedua beberapa siswa terlihat lebih antusias dalam menyelesaikan permasalahan. bagi siswa yang kurang antusias atau kurang merespon ternyata ada kendala dalam online zoom meeting. pada saat zoom meeting berlangsung maupun setelah berlangsung, beberapa siswa menyampaikan kendala. adapun kendala yang masih dihadapi antara lain, sinyal terputus atau tidak ada sinyal sama sekali. selanjutnya guru menutup layanan dengan memberikan kesimpulan, penguatan, dan penegasan. adapun hasil tes individu adalah tabel 2. rekapitulasi hasil evaluasi individu nilai jumlah siswa jumlah nilai 100 7 700 90 8 720 80 9 720 89,16 gambar 3. diagram nilai dengan demikian dapat peneliti sampaikan bahwa, pada indikator 1,2, 3, 4 5,6, 7, 8,9,dan 10 memperoleh skor 4 dengan nilai mutu (sangat baik). hal tersebut karena sudah mengikuti yang kegiatan siklus yang pertama dan siklus kedua pertemuan pertama sehingga ada peningkatan secara menyeluruh..namun demikian guru perlu mempertahankan dan masih selalu meningkatkan. adapun perolehan skor penilaian guru dari observer yaitu, indikator 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, 11,12 guru mendapatkan skor 4 berarti guru dalam melaksanakan kegiatan layanan sudah sangat baik. dengan perolehan skor tersebut semua aspek sudah mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan perolehan skor yang dilaksanakan pada 3 kali pertemuan sebelumnya. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.197 1161 berdasarkan deskripsi dan hasil analisis siklus ii, ternyata model layanan klasikal dengan model problem-based learning dapat meningkatkan siswa dalam menyelesaikan masalah. hal ini dapat dilihat dari antusias siswa dalam mengikuti layanan dan keaktifan siswa selama proses layanan berlangsung. bukti lainnya yaitu rata-rata nilai baik evaluasi kelompok maupun individu mengalami peningkatan. adapun nilai pre-test dengan postest yang dicapai siswa juga mengalami perubahan penurunan. makna mengalami penurunan diartikan sebelum ada kegiatan layanan bimbingan klasikal dengan model problem-based learnig, hampir semuasiswa sering melakukan bullying, namun setelah mendapatkan layanan melalui pbl perilaku bullying menjadi berkurang. sejumlah 12 anak tidak pernah lagi melakukan pembullyian, 3 anak masih melakukan pembullyian dan 9 anak kadang pernah melakukan pembullyian. karena kriteria keberhasilan sudah tercapai maka siklus yang kedua ini sudah dihentikan. kalau hubungannya dengan karakter, peneliti lebih luas amatannya saat pelaksanaan siklus pertama. observer pun berkontribusi banyak dalam amatan terhadap layanan. namun dalam siklus kedua peneliti tetap berusaha dalam memberikan pengamatan peserta didik. oleh karena itu hasil amatan observer dan peneliti antara silkus pertama dengan kedua kurang bisadiperbandingkan. sebab siklus pertama melalui tatap muka sedangkan siklus melalui daring /online. namun melihat/ mencermati juga menilik hasil evauasi ada peningkatan maka pesan moral peneliti sampaikan melalui watshap kelas istimewa. pembahasan siklus 1 pelaksanaan tindakan diadakan dalam dua kali pertemuan. adapun temuan yang diterima oleh peneliti yaitu, sebelum pra tindakan hasil pre test menunjukkan sejumlah 19 anak hampir sering sekali melakukan pembullyian terhadap teman-temannya. kemudian sejumlah 3 anak termasuk sering melakukan pembullyian dan 2 anak tergolong hampir sering melakukan pembullyian. kemudian hasil pos test menunjukkan bahwa masih ada 3 siswa yang sering melakukan pembullyian dan 21 siswa yang masih pernah melakukan pembulyian di sekolah. adapun hasil penilaian diskusi kelompok pada siklus 1 yaitu dua kelompok memperoleh nilai di atas angka 78. sedangkan dua kelompok lainnya masing-masing memperoleh nilai di bawah angka 78. kemudian hasil penilaian individu pada siklus 1 pertemuan kedua yaitu, 20 anak yang mendapat nilai di atas 78 dan 4 anak mendapat nilai di bawah 78. peneliti mengumpulkan hasil amatan dari observer baik amatan terhadap siswa maupun terhadap guru. diperoleh hasil sebagai berikut, hasil observasi siswa pada pertemuan pertama mendapat skor 27. jadi skor perolehannya 67,5 atau nilai angka yang dicapai 2,7 yang berarti nilai mutu lebih dari cukup. kemudian hasil observasi pengelolaan terhadap guru skor yang didapat 47, dan skor perolehannya 73,4 atau nilai angka yang dicapai yang dicapai 2,9 dengan nilai mutu lebih dari cukup/ belum baik. dalam pertemuan pertama hal yang perlu diperhatikan diperbaiki antara lain guru kurang perhatian dalam mengelola kelas, sehingga beberapa siswa nampak kurang konsentrasi dalam mengikuti layanan. situasi kelas kurang kondusif. pada saat pembagian kelompok diskusi keadaan kelas nampak riuh. sebagian siswa tidak merasa nyaman menjadi bagian dari kelompoknya. ketika diskusi kelompok berlangsung, beberapa siswa dalam kelompok tersebut kurang aktif berdiskusi. hal itu kemungkinan jumlah anggota kelompok yang banyak sehingga sebagian siswa kurang merasa mempunyai tanggungjawab dalam mengikut kegiatan vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.197 1162 sedangkan pada pertemuan kedua hasil observasi siswa menunjukkan skor 28 sehingga skor perolehan 70,0 dengan nilai angka 2,8 yang berarti nilai mutu lebih dari cukup. kemudian hasil observasi pengelolaan kelas dan guru dalam kegiatan layanan skor yang diperoleh 34 sehingga skor perolehan menjadi 72,9 dengan nillai angka 2,9 yang berarti nilai lebih dari cukup atau belum mencapai baik. dari hasil amatan tersebut, kekurangan bagi siswa pada siklus pertama pertemuan kdua antara lain sebagian siswa berbicara sendiri ketika guru sedang menjelaskan pelajaran atau menayangkan materi power point. di samping itu siswa belum sepenuhnya mempunyai minat / keinginan untuk menuangkan idenya secara lisan. dalam menyimpulkan materi siswa perlu sering diberi motivasi. pada siklus pertama ini masukan observer secara administrasi yaitu lembar soal pre test perlu dicantumkan rubrik penilaian hasil belajar afektif siswa sehingga siswa memahami skor yang diperoleh ketika mengisi instrument. kemudian evaluasi dari peneliti sendiri yaitu rencana pelaksanaan layanan pada pertemuan pertama belum memperjelas ciri rencana pelaksanaan layanan higher order thinking skill. selanjutnya peneliti merevisi dengan menambah tulisan pada kalimat tertentu antara lain religius, gotong royong, nasionalisme, dan budaya. dari uraian di atas termasuk hasil pre tes dengan post pada siklus i yang menunjukkan bahwa masih ada 3 siswa yang sering melakukan pembullyian dan 21 siswa masih pernah melakukan pembullyian di sekolah maka siklus ini belum bisa dihentikan. karena salah satu indicator keberhasilan penelitian ini siswa yang diteliti tidak lagi melakukan pembullyian di sekolah. oleh karena itu peneliti melanjutkan kegiatan layanan klasikal pada siklus ii. pada siklus ii layanan klasikal dengan tehnik problem-based learning dilaksanakan pada hari senin, tanggal 13 april 2020 dan selasa, 21 april 2020. pelaksanaan layanan siklus melalui jarak jauh. hal tersebut karena mulai hari senin, 23 maret 2020 kegiatan belajar mengajar melalui daring (situasi masa pandemi covid-19). oleh karena itu layanan klasikal dan pengambilan data yang kami lakukan melalui jarak jauh (daring). hal tersebut sudah diijinkan oleh bapak kepala sekolah. adapun pelaksanaan layanan klasikal dilakukan dua kali yaitu berlangsung hari senin, 13 april 2020 dan hari selasa, tanggal 21 april 2020. layanan klasikal pada pertemuan pertemuan pertama , senin, 13 april 2020 menggunakan aplikasi zoom. adapun id meeting 897-975-8119. pelaksanaan pada pukul 18.30 sd 19.15 wib. kegiatan ini merupakan yang pertama kali bagi guru bk maupun siswa. dari 24 siswa, yang bisa mengikuti join meeting ada 18 siswa. peserta didik yang tidak bisa mengikuti zoom meeting berbagai alasan hambatannya. karena sinyal tidak sambung, handphone milik orang tua (orang tua belum pulang kerja), tidak bisa diinstal handphonnya, dan tertidur setelah maghrib. pada pertemuan pertama ini peneliti /guru memberi reward/ penghargaan. bagi 3 siswa yang bisa gabung awal zoom meeting mendapat hadiah menarik. kemudian peneliti/guru mengadakan perubahan mengenai pembagian jumlah anggota diskusi kelompok. pada siklus i tiap kelompok berjumlah 6 orang, maka siklus kedua ini jumlah anggota diskusi kelompok cukup 2 orang agar siswa memanfaatkan waktu lebih efektif. selanjutnya guru juga akan memberi penghargaan kepada kelompok diskusi yang pertama kali mengirim jawaban. selain itu guru mempertegas di dalam memberikan motivasi terhadap siswa serta menginfo ulang tentang sanksi bagi yang melanggar uu ite. karena pelaksanaan diskusi kelompok secara online, maka guru/ peneliti berpesan saat zoom meeting agar siswa benar-benar menggunakan waktu dan berdiskusi sesuai materi yang dikirim guru lewat grup kelas istimewa. disamping vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.197 1163 itu guru mengingatkan melalui whatsapp. guru /peneliti menghubungi para siswa yang belum mengikuti zoom meeting , dengan menginfokan beberapa hal agar para siswa mencari tahu pasangan atau anggota kelompoknya serta bertanya mengenai materi yang disampaikan guru saat itu. kemudian bentuk soal evaluasi kelompok dibuat lebih menarik yaitu awalnya siswa menonton / memperhatikan video singkat yang beritanya sesuai dialami siswa setingkat smp yang terjadi nyata di salah satu propinsi di indonesia. hasil amatan dari observer baik amatan terhadap siswa maupun terhadap guru diperoleh sebagai berikut, hasil observasi siswa pada pertemuan pertama mendapat skor 37. jadi skor perolehannya 92,5 atau nilai angka yang dicapai 3,7 yang berarti nilai mutu mendekati sangat baik. kemudian hasil observasi pengelolaan terhadap guru skor yang didapat 45, dan skor perolehannya 93,7 atau nilai angka yang dicapai yang dicapai 3,75 dengan nilai mutu mendekati sangat baik. dari skor hasil observasi tersebut sudah ada peningkatan baik siswa maupun guru dalam mengelola kelas. berikut langkah-langkah kegiatan layanan yang dilaksanakan secara jarak jauh/ online pada pertemuan pertama a. guru mengumumkan melalui grup kelas istimewa bahwa bagi kelompok pertama kali mengirim tugas serta nilai sempurna mendapat penghargaan dari guru. b. bagi 3 anak yang bergabung lebih awal dalam zoom meeting juga mendapat penghargaan dari guru. c. guru mengirimkan soal pre tes sehari sebelum pelaksanaan online melalui zoom meeting. jawaban segera dikirim melalui whatsapp atau emel. d. guru membuka salam dan memimpin berdoa e. guru bimbingan konseling menanyakan kesiapan peserta didik f. guru bimbingan konseling menayangkan media slide power point mengenai bullying. g. peserta didik mengamati slide power point dari guru bimbingan konseling. h. guru binbingan konseling mengungkapkan sebuah kasus kemudian melalui tanya jawab kasus tersebut terselesaikan bersama peserta didik. i. guru bimbingan konseling membentuk kelas menjadi 12 kelompok. tiap kelompok terdiri 2 siswa. j. nama kelompok menggunakan nama tarian daerah dengan tujuan peserta didik cinta budaya daerah. k. guru bimbingan konseling memberi tugas secara berkelompok, yaitu membuka you tube mengenai “kisah pilu siswi smp purworejo yang mengalami perundungan”. l. guru bimbingan konseling memotivasi peserta didik agar tugas dikerjakan dengan senang, ikhlas dan pasti bisa tepat waktu pengumpulannya. m. layanan ditutup dengan bacaan doa. namun sebelum ditutup pesan guru bimbingan konseling agar tugas dikerjakan dengan japri, vidcall atau yang lainya. guru bimbingan konseling tetap mengingatkan agar siswa mengikuti protokol kesehatan. selanjutnya pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 21 april 2020. upaya yang dilakukan oleh peneliti antara lain lebih sering mengingatkan / memotivasi siswa agar berusaha mengikuti zoom meeting. saat berlangsungnya zoom meeting siswa yang tidak mengikuti 3 anak. hal tersebut karena sinyal yang lemah / tidak sampai. layanan yang ditampilkan juga lebih menarik yaitu menayangkan video singkat tentang bullying disertai tanya jawab (jawaban bisa lewat kolom chart) dilanjutkan juga menayangkan video seorang pembully yang kena azab (tidak sampai selesai tampilannya). video tersebut yang akan vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.197 1164 dijadikan tugas individu di rumah sehingga siswa penasaran segera memutar ulang video you tube tersebut. dialog dalam video tersebut berbahasa inggris dan terjadi di salah satu studi pendidikan di luar negeri. pada saat zoom meeting siswa diberi kesempatan untuk menulis pertanyaan di kolom chart. pertanyaan yang belum terjawab bisa dilanjut jawaban lewat grup kelas istimewa. hasil amatan dari observer baik amatan terhadap siswa maupun terhadap guru diperoleh sebagai berikut, hasil observasi siswa pada pertemuan kedua mendapat skor 40. jadi skor perolehannya 100 atau nilai angka yang dicapai 4,0 yang berarti nilai mutu sangat baik. kemudian hasil observasi pengelolaan terhadap guru skor yang didapat 48, dan skor perolehannya 100 atau nilai angka yang dicapai yang dicapai 4,0 dengan nilai mutu sangat baik. dari skor hasil observasi tersebut sudah lebih meningkat lagi baik siswa dalam mengikuti layanan maupun guru dalam mengelola kelas. adapun siklus ke 2 pada pertemuan kedua, langkah layanannya sebagai berikut: 1) guru membuka salam dan memimpin berdoa 2) guru bimbingan konseling menanyakan kesiapan peserta didik 3) guru bimbingan konseling menanyakan kembali materi sebelumnya atau merefres tugas kelompok. 4) guru bimbingan konseling menayangkan media slide power point mengenai bullying dan mengingatkan agar hati-hati menulis di media sosial 5) peserta didik mengamati slide power point dari guru bk. 6) guru memutarkan video bullying, dilanjut dengan tanya jawab isi video tersebut. 7) guru bimbingan konseling menayangkan sebentar youtube tentang azab seorang pembully, namun tidak sampai selesai diputar, kemudian dihentikan. selanjutnya guru bimbingan konseling memberikan link untuk membuka video tersebut. 8) guru bimbingan konseli memberikan tugas rumah secara individu, namun pengerjaan bisa saling berdiskusi melalui whatsapp japri, telpon atau vidcall, 9) guru bimbingan konseling memberikan waktu pengerjaan selama 3 hari. tugas individu dikirim melalui whatsapp (ditulis kemudian difoto, kirim file, emel,). 10) guru bimbingan konseling menginfomasikan jika memberikan evaluasi post test setelah kegiatan online selesai. soal dikirim melaui whatsapp dan malam itu juga dikerjakan, jawaban dikirim melaui whatsapp. 11) layanan ditutup dengan bacaan doa. namun sebelum ditutup pesan guru bk agar para siswa tetap jaga kesehatan, (taat protokol kesehatan), dan selalu bersyukur, menghargai, tanggungjawab, rajin dan pemaaf dan tetap beretika di media social. hasil pre-tes siklus kedua dalam diagram batang (laporan pelaksanakan tindakan siklus ii) menunjukkan bahwa pernyataan soal no 1 (saya mempermalukan teman di media sosial) tergolong sering sekali dilakukan), kemudian no 2 (saya menyebar gossip di media sosial) dan 3 (saya mencela teman di media sosial), termasuk pernyataan di mana siswa sering melakukan. setelah adanya layanan bimbingan klasikal dengan model problem-based learning perilaku tersebut terkendali / berkurang. dalam table di atas menunjukkan 12 siswa sudah tidak melakukan perilaku bullying di kelas, kemudian 3 siswa masih pernah melakukan bullying dan 9 siswa kadang pernah melakukan bullying kelas, namun dalam satu perilaku. jika melihat data rata-rata hasil pre tes dengan post test pada siklus 1i menunjukkan bahwa rata-rata skor yang diperoleh mengalami penurunan. terbukti hasil pre test tertulis 2,472 kemudian data hasil pos test rata-rata skor yang diperoleh tertulis 1,400. angka 2,472 bermakna vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.197 1165 siswa hampir sering melakukan pembullyian, sedangkan angka 1,400 bermakna siswa pernah melakukan pembullyian. dari hasil tersebut sesuai dengan teori dari t-test, bahwa adanya perlakuan /tindakan sehingga hasil pre test dengan pos test mengalami penurunan. pelaksanaan tindakan pada siklus ke ii pada pertemuan ke 1 dengan pertemuan ke 2 peserta didik mulai ada peningkatan dalam proses layanan. hal tersebut terbukti dari adanya beberapa aktifitas peserta didik yang positif antara lain: a. jumlah peserta didik yang mengikuti join meeting bertambah. ada 3 peserta didik yang tidak ikut gabung, hal itu karena sinyal yang jelek. b. peserta didik mulai memperhatikan / merespon/ menanggapi jika ada informasi baik di grup kelas istimewa atau japri c. peserta didik terlihat antusias dalam bertanya lewat whatsaap ketika ada yang kurang dipahami. d. peserta didik segera mengumpulkan tugas baik tugas kelompok maupun individu. pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dan kedua berikut ini hasil kegiatan belajar siklus 1 dengan siklus 2 tabel 3. rekapitulasi skor pre tes dengan pos tes siklus 1 no uraian pre test post test kenaikan/ kemunduran keterangan 1 jumlah skor 543 359 -184 secara keseluruhan perbandingan antara pre-test dengan pos test mengalami penurunan 2 rata-rata 3,232 2,136 -1,096 skor pos-test 3, 232 berarti siswa sering membully sedangkan 2,136, bermakna rata-rata siswa pernah membully tabel 4. rekapitulasi skor pre tes dengan pos tes siklus ii no uraian pre test post test post test keterangan 1 jumlah skor 178 96 -82 secara keseluruhan perbandingan antara pre-test dengan pos test mengalami penurunan 2 rata-rata 2,472 1,400 -1,172 skor pos-test 2, 472 berarti siswa hamper sering membully sedangkan 1,400, bermakna rata-rata siswa tidak pernah membully dan hanya beberapa siswa pernah melakukan vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.197 1166 tabel 5. rekapitulasi nilai kelompok siklus 1 dan siklus ii no uraian siklus i siklus ii kenaikan 1 jumlah nilai 1860 2190 330 2 rata-rata 77,5 91,25 13,75 3 nilai terendah 75 85 10 4 nilai tertinggi 80 100 20 tabel 6. rekapitulasi hasil tes individu (siklus 1 dan 2) no uraian siklus i siklus ii kenaikan 1 jumlah nilai 1865 2140 275 2 rata-rata 77,70 89,16 11,46 3 nilai terendah 70 70 10 4 nilai tertinggi 90 90 0 dengan data di atas peneliti menguraikan sebagai berikut : hasil tes yang dilakukan pada akhir siklus ii ternyata ada perubahan angka. karena obyek penelitian adalah sikap bullying, di mana kata tersebut termasuk kata kerja negatif, maka skor yang diharapkan peneliti bukan kenaikan, tetapi kemunduran. data pre tes dengan pos tes siklus 1 mengalami kemunduran – 1,096. sebelum diberi layanan klasikal skor yang diperoleh 3, 231. makna angka tersebut dalam satu bulan sebelumnya rata-rata siswa sering melakukan pembullyian terhadap temannya. setelah diberi layanan, selang 4 hari skor yang diperoleh 2,136. makna angka tersebut dalam 4 hari rata-rata siswa berkurang didalam melakukan pembullian terhadap temannya. selanjutnya pada siklus ke ii, skor pretes dengan pos -tes mengalami kemunduran -1,172. satu bulan sebelum mendapat layanan bimbingan klasikal, skor yang diperoleh 2,472. makna angka tersebut bahwa dalam satu bulan sebelum diberi layanan rata-rata siswa hampir sering melakukan pembulliyan di media sosial. setelah diberi layanan bimbingan klasikal dengan model problem-based learning dalam waktu 7 hari skor yang diperoleh 1,300. makna angka tersebut bahwa dalam 7 hari setelah diberi layanan ratarata siswa berkurang / hampir tidak pernah di melakukan pembullyan di media social. data siswa pre tes sebelum ada tindakan menunjukkan 19 anak hamper sering sekali melakukan perilaku bullying, dan 3 anak sering melakukan perilaku bulling serta 2 anak hampir sering berperilaku bullying. kemudian hasil pos test siklus kedua pertemuan kedua menunjukkan 12 anak tidak melakukan pembullian, 3 anak pernah membully dan 9 anak kadang pernah melakukan pembullyian. selain perubahan siswa berkurang dalam melakukan pembulliyan, ada peningkatan di bidang kognitif. hasil / perolehan nilai kelompok ada peningkatan antara siklus 1 dengan siklus ii. perolehan tes individu juga mengalami peningkatan antara siklus 1 dengan siklus ii. pada akhir siklus ii ini, guru juga mencari data beberapa siswa agar mengisi skala penilaian hasil bimbingan klasikal peserta didik. adapun data yang diperoleh rata-rata siswa merasa senang mendapat layanan bimbingan klasikal dengan model problem-based learning. (lampiran 5). berdasarkan hasil post test, evaluasi kelompok, evaluasi individu yang sesuai krietria indicator kebehasilan penelitian, maka siklus kedua sudah dihentikan. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.197 1167 simpulan 1. layanan bimbingan klasikal dengan model problem-based learning yang dilaksanakan secara optimal dapat mengatasi perilaku bullying pada siswa kelas viii. 2. hal-hal yang dilakukan guru bimbingan konseling sekolah dalam mengatasi perilaku bullying pada siswa kelas viii antara lain : a. presentasi guru guru memaparkan materi secara klasikal b. belajar dalam kelompok secara berkelompok siswa mendiskusikan sebuah masalah. c. tes /evaluasi evaluasi terdiri dari evaluasi kelompok maupun individu. tes dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi layanan dengan dihadapkan sebuah masalah sehingga bisa menyelesaikan bersama maupun secara individu. d. informasi lisan yang selalu ditegaskan tentang sanksi melakukan bullying baik secara langsung maupun lewat media sosial. e. pemberian reward/ penghargaan pada siklus kedua kepada : kelompok diskusi yang pertama kali mengirim tugas serta hasilnya sempurna. bagi 3 siswa yang bergabung lebih awal mendapat hadiah dari guru. daftar rujukan kementerian pendidikan dan kebudayaan. direktorat jenderal guru dan tenaga kependidikan, 2017 panduan operasional penyelenggaraan bimbingan dan konseling smp riana cahyani, 2017 pencegahan dan penangaan bullying di sekolah. yogyakarta: cahya pustaka fery muhammad firdaus (2019).upaya mengatasi bullying di sekolah dasar dengan mensinergikan program sekolah dan parenting program melalui who;eschool approach argiati, s.h.b (2010). studi kasus perilaku bullying pada siswa sma di yogyakarta. jurnal penelitian bappeda kota yogyakarta. 5, 54-69. akbar, g.(2013). mental imagery mengenal lingkungan sosial yang baru pada korban bullying. ejournal psikologi.1,(1) 23-37. evy aldiyah, (2017). best practise mengembangkan sikap ilmiah dan keterampilan proses peserta didik melalui metode ajar problem-based learning. sri mulyani, (2020)penerapan metode pembelajaran problem-based learning guna meningkatkan hasil belajar ipa di masa pandemi covid 19 widayanti, r , & dwi nur’aini, k. 2020). penerapan model pembelajaran problem-based learning untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dan aktivitas siswa, mathema: jurnal pendidikan matematika , 2(1), 12. ramadhani, a., retnowati, s. (2013). depresi pada remaja korban bullying. jurnal psikologi universitas gadjah mada, vol.9, no.2. matraisa bara (2014). studi deskriptif pada perilaku bullying masa remaja. jurnal ilmiah masa remaja. volume 3, no 1 2014. fatimatus sakdiyah, betie febriana wahyu endang. (2020). resiliensi dan kejadian bullying pada remaja smp di demak. bima nursing journal vol 1, 2 mei 2020. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.197 1168 suharsimi arikunto (2014). penelitian tindakan kelas. yunin nurun nafiah (2014) penerapan model problem-based learning untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. viola amanda dkk (2020). bentuk dan dampak perilaku bullying terhadap peserta didik. sugiariyanti (2010). perilaku bully pada anak dan remaja. muthia aryuni(20170. strategi pencegahan bullying melalui program “ sekolah care” bagi fasilitator sebaya. nur indah dkk (2016). peningkatan kemampuan literasi matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran problem-based learning di kelas vii. abdurozak dkk (2016), pengaruh model problem-based learning terhadap kemampuan berpkir kreatif siswa fatia fatimah (2009) kemampuan komunikasi matematika dan pemecahan masalah melalui problem-based learning microsoft word artikel 3.docx vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.140 29 received : 04-06-2021 revised : 12-12-2021 published : 30-01-2022 improving the quality of religious learning during the covid-19 pandemic through a reflective model for islamic religious education teachers ahmadi kantor kementerian agama kabupaten mojokerto, indonesia alabid.ahmad1@gmail.com abstract this study aims to determine the level of effectiveness of the reflective model in improving the quality of learning during the covid-19 pandemic. the results of this study provide a technical picture of policy making in education units as well as actions that need to be taken to improve the quality of islamic religious education teachers in primary schools. this research shows that islamic religious education teachers in schools have different views and learning styles in responding to the covid-19 pandemic. as much as 87% of teachers agree with the learning from home (lfh) policy, but the rest think that learning will not be of good quality if it is done online. the interesting thing that was revealed in this study was that the teachers of islamic religious education had optimism and enthusiasm to improve the quality of learning through various learning innovations in the midst of a pandemic. revlective model emphasizes learning that involves reflective thinking activities in the process. this study used an action research method involving 32 islamic religious education teachers from 30 elementary schools in mojokerto district. the process of planning, implementing, observing and evaluating is carried out with 2 models, namely synchronous and asynchronous. keywords: learning; covid-19; reflective model; teacher; islamic religious education vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.140 30 introduction the increasing number of positive cases of covid-19 in indonesia including the number of people from the age group of children and adolescents encourages some parties to continue to support the policy of closing schools and other learning institutions (setiati & azwar, 2020). judging from the educational aspect, the application of online learning during school closures is considered not to be an appropriate and viable alternative to islamic religious education due to the characteristic factors of learning and also inadequate resource support (muazza et al., 2018). in following elementary school level learning, especially those in the area experienced many obstacles in the learning process. this condition requires teachers to increase creativity and innovation in carrying out teaching and learning activities. teachers at this level are not only asked to continue to provide learning so as not to experience lags, but also as a very responsible party in creating an interesting learning atmosphere, spirit of learning and knowledge transfer (djaswadi, 2021; hanafi et al., 2020; mahmudah, 2021). more severe conditions may be felt by islamic religious education teachers at the elementary school level. they have a responsibility that is not light. class mastery in carrying out learning activities is not only to convey theory but also to convey the practice of iibadah activities. students need a coordination of body movement learning in learning such as prayer worship learning. recite the qur'an and religious books are required to come face to face so that teachers know the quality of reading, makhraj, and eloquence, as well as the quality of understanding and understanding of religious books. another reason, religious education is character building education that must be monitored continuously over a long period of time (ahmad et al., 2020; white et al., 2021). government decisions related to learning activities change rapidly over time. the last policy is in accordance with the joint decision of the minister of education and culture, minister of religious affairs, minister of health and minister of home affairs of the republic of indonesia decided that education is still not allowed to conduct face-to-face education activities. this condition makes some islamic education teachers need to improve their skills, especially in the field of information technology. the data collected by researchers shows that class management capabilities during the covid-19 pandemic are relatively low. this is evidenced by field observation and academic supervision conducted by researchers. academic supervision is emphasized on 3 main component aspects, namely learning planning, learning process and implementation and learning evaluation. these three components greatly affect the quality of learning (mugiyono, 2021) the decrease in the quality of learning that occurs at the elementary school level, especially islamic education subjects, makes some researchers think that the main factor that causes it is innovation of low religious learning and tends to be monotonous (sutisna & indraswati, 2021; syamsidah et al., 2021). learning innovation plays an important role in the press of teaching and learning activities (rofik, 2019, 2019). the characteristics of elementary school students that are different from other levels of education require the intervention of many parties in solving this problem. this study aims to find out more clearly the quality of learning of islamic religious education teachers in elementary schools in the midst of the covid-19 outbreak. this research also reveals efforts to improve the quality of learning by using reflective learning models that have been proven to provide good academic supervision actions. vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.140 31 reflective model is one of the efforts of education supervisors in providing guidance and evaluation of activities and learning processes conducted by teachers in schools. reflective learning model emphasizes classroom mastery, preparation of learning tools, process of teaching and learning activities to evaluation of learning. reflective model has at least been done by researchers to improve the quality of learning in various countries (farahian et al., 2021; gayathri et al., 2021, 2021; rădulescu, 2013). researchers try to provide reflective model actions in three ways, namely academic mentoring, improvement of online learning skills and evaluation of learning for islamic religious education teachers in elementary school level. this research is very important to do considering that not many researchers focus on solving field problems with methods of action in research at the elementary education level. this research also reveals a gap between conventional learning and online learning that is enforced today considering the pandemic is still ongoing. although data shows that the rate of covid-19 infection in children and adolescents is relatively low (ludvigsson, 2020). in addition, the effectiveness of religious learning in elementary schools also becomes controlled by the presence of education supervisors. hopefully this research can be a source of inspiration for government policy making, especially the education office in carrying out academic supervision to improve the quality of learning in indonesia. method this research is qualitative research with the approach of surveillance action research conducted by school supervisors as researchers. the subjects of this study were 32 islamic religious education teachers from 30 elementary schools in trowulan and pungging in mojokerto, east java. the research was conducted in 3 cycles covering planning, action, observation and reflection from january to march 2021. figure 1. surveillance action research flow vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.140 32 this study was conducted with 2 models, namely synchronous and asynchronous. aims to avoid direct contact with research subjects as it was implemented during the covid-19 pandemic. the research also used various communication media zoom meeting, google meet, whatsapp and limited field observation. the first stage, this research is a planning phase that is interpreted as an action plan to improve, improve or change behaviors and attitudes as a solution in learning practices. in this case is the improvement of the quality of religious learning. the next phase of action, namely efforts to improve, improve or change desired by researchers. observation that is observing the results or impact of actions carried out on teachers is the next activity. then the reflection phase is done to review, see, and consider the results or impacts of actions of various criteria. the revision as the last phase is carried out based on the results of reflections that have been done. this surveillance action research confirms that the variable studied is the improvement of the quality of religious learning during the covid-19 pandemic through reflective methods for islamic religious education teachers in mojokerto district. the indicator of achievement of this study is when 85% of teachers from the schools studied have achieved a minimum completion with a score of 75. if the increase has occurred in cycles 1 and 2, then the next cycle does not need to be done because the action has been judged effective. this is based on some research that has been done before (mugiyono, 2021; wardani et al., 2021) data analysis techniques are used to calculate the magnitude of the improvement in learning quality using percentage techniques. quantitative data obtained from the results of pretest and posttest which is then conducted different test analysis with t test and anova. field confirmation is also done by assessing the learning tools that have been made by each islamic education teacher. assessment of learning devices, implementation of learning and evaluation of learning is carried out using the 2013 curriculum standard issued by the ministry of education and culture of the republic of indonesia. result and discussion this research found a new paradigm in the study of islam in elementary school. these findings are based on 3 important aspects namely teacher professionalism, self-development and effective communication. these three components are obtained from the results of an indepth study of islamic religious education teachers during the covid-19 pandemic. the covid-19 pandemic requires teachers to innovate learning, especially in the field of information and communication technology mastery (djaswadi, 2021; saefi et al., 2020; ulhaq et al., 2020). on the other hand, this condition has a positive impact in the form of improving the ability of teachers to adapt quickly according to the needs of the times (mahmudah, 2021; xue et al., 2021). primary school level is one of the most important education sectors to consider. at this age, children have different characteristics than high school-age students or college students. teachers are required to be more active in providing understanding especially during the covid-19 pandemic. it is not easy for teachers to carry out distance learning with uneven facilities in various regions. this condition makes teachers have to innovate learning in order to be able to attract the attention of children in learning the subjects taught (kusumaningtyas et al., 2020; syamsidah et al., 2021). islamic religious education has special characteristics in carrying out learning at the vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.140 33 elementary school level. teachers are not only required to transfer religious knowledge, but also provide certain worship practices that must be taught such as prayer readings, reading the quran, daily prayers and various other pai learnings. this research at least provides an overview of the process and efforts to improve the quality of learning of islamic religious education teachers in elementary schools. the following is a table of sociodemographic characteristics of research respondents. table 1. school distribution profile no. responden male female pns non-pns student 1. sd negeri jambuwok 1 1 204 2. sd negeri domas 1 1 92 3. sd negeri beloh 1 1 256 4. sd negeri temon 1 1 233 5. sd negeri pakis 1 1 1 187 6. sd negeri pakis 2 1 1 125 7. sd negeri sentonorejo 1 1 227 8. sd negeri trowulan 1 1 374 9. sd negeri bejijong 1 1 1 177 10. sd negeri bejijong 2 1 1 116 11. sd negeri kejagan 1 1 199 12. sd negeri jatipasar 1 1 151 13. sd negeri watesumpak 1 1 1 168 14. sd negeri watesumpak 2 1 1 169 15. sd negeri wonorejo 1 1 1 175 16. sd negeri wonorejo 2 1 1 75 17. sd negeri panggih 1 1 250 18. sd negeri bicak 1 1 114 19. sd negeri balongwono 1 1 182 20. sd negeri pungging 1 2 2 228 21. sd negeri pungging 2 1 1 164 22. sd negeri pungging 3 1 1 127 23. sd negeri lebaksono 1 1 176 24. sd negeri tunggalpager 2 2 310 25. sd negeri balongmasin 1 1 1 158 26. sd negeri balongmasin 2 1 1 118 27. sd negeri jabon 1 1 140 28. sd negeri kedungmungal 1 1 213 29. sd islam nahrul ulum 1 1 129 30. sd islam elkisi 1 1 110 total 17 15 13 19 5347 vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.140 34 table 2. sosiodemographic characteristics of the partisipans (n=32) no. variable responden freq (n) % 1 gender male 17 53.1250 famale 15 46.8750 2 age <30 18 56.2533 >30 14 43.7530 3 status pns 13 40.62512 non-pns 19 59.37522 4 majors of education islamic education 26 81.2533 non-islamic education 6 18.7533 the demographic distribution of these respondents influences the effectiveness of the given action. efforts to improve the quality of learning during the covid-19 pandemic for islamic religious education teachers at the elementary school level are divided into 3 cycles of action. the activity in cycle i is to carry out guidance in the form of academic supervision. supervision is an assessment and mentoring activity of teacher competence in carrying out teaching and learning activities. this activity aims to provide evaluation and disability improvement to teachers and solve problems that occur in the learning process. academic supervision is emphasized on the preparation of learning device documents in accordance with national standards that have been determined. in cycle i, pretest activities are carried out followed by the exposure of materials to support religious learning through online, followed by discussions and ended with posttest. here is a spread of observations of teacher activity in cycle i that focuses on exploring the quality of learning tools, the achievement of tasks, and the implementation of online learning during the pandemic. tabel 3. result of cycle i no. responden pretest learning plan (lp) learning & teaching (lt) assesment (as) 1 gender male 67.75 70.33 72.15 64.66 female 73.86 73.48 70.65 68.90 2 age <30 76.33 74.63 75.05 70.00 >30 64.25 70.18 70.65 68.90 3 status pns 68.66 74.75 70.90 69.00 non-pns 70.63 69.85 71.45 63.00 4 major of education islamic education 72.45 73.66 74.00 71.00 non-islamic education 68.95 70.80 72.30 68.00 the data above are grouped into 4 categories, namely gender, age, staffing status and academic qualifications. these results show that the level of ability of teachers in planning learning is still relatively low. even for teachers of islamic religious education non-civil servants only get a score of 69.85 which means the ability of teachers is still in a low position. vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.140 35 this correlates with the assessment of supervisors when the implementation of learning. an average score of 73.56 indicates that teachers need to improve their educational skills. this is because the measurement instruments used are based on the reference of the learning standards of the "merdeka belajar" program initiated by the government in line with the covid-19 outbreak. indirectly this greatly affects the teacher's psychological where they have to change the style of face-to-face learning that is usually done in the classroom, switching to virtual classes through online media. research in cycle i also found the fact that islamic religious education teachers still have difficulty in conducting learning evaluation activities. this is due to the difference in the learning system conducted by each school. the government based on the decree of the minister of education and culture of the republic of indonesia number 1 of 2020 confirms that learning is conducted online by not imposing the completion of the curriculum as it should be. teachers are given the freedom to manage classes and carry out learning using various media and learning innovations in an "merdeka" manner in accordance with central government policy. the pretest results conducted by researchers before conducting research actions, related to the knowledge, attitudes and practices of teachers in carrying out learning during the covid19 pandemic. from the data above it can be known that the average pretest value still tends to be low. this condition is influenced by several factors including age and gender. this study showed that female islamic education teachers had higher pretest scores than men at 73.86 with 67.75 and teachers under the age of 30 had better knowledge, attitudes and learning practices than teachers over the age range of more than 30 years. this condition is consistent with hanafi's research which says that age will affect the level of effective communication of teachers with students (hanafi et al., 2020). this will certainly affect the ability of teachers in carrying out online learning. teacher skills are a prerequisite for learning success (djaswadi, 2021). teachers are required to have good academic ability in organizing learning. transfer of knowledge from teacher to student requires not only accuracy of knowledge but also has good classroom management skills (kusumaningtyas et al., 2020; mahmudah, 2021; syamsidah et al., 2021). the higher the quality of learning conducted by teachers, the better the learning outcomes that will be obtained by students (fernández-peña et al., 2016). this is the basis of the importance of research on this surveillance action carried out. to achieve comprehensive research results, this research was conducted in 2 cycles with reflective model approach. reflective learning model is a reflective learning technique that is based on improving the results of academic supervision that has been done by the education supervisor. reflective defense is a learning process that involves reflective thinking activities in the process (farahian et al., 2021; gurzynski-weiss, 2014). based on the results of the study in cycle i obtained the results that the ability of islamic religious education teachers in learning is still relatively low, the researchers took action in the form of coaching the improvement of learning skills and quality by using reflective learning models. this learning model emphasizes that teachers as research subjects play an active role in following academic guidance. improving the quality of learning is emphasized in 3 aspects, namely learning planning, implementation of online learning and evaluation of online shopping. reflective model used in this study refers to ignatian pedagogy paradigm consisting of 3 main elements namely experience, reflection and action (kolvenbach, 2021). vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.140 36 figure 2. reflective learning model reflective model has had a significant impact on teachers' ability to improve the quality of religious learning during the covid-19 pandemic. this is indicated by cycle ii data that shows the following results. table 4. result of cycle ii no. responden pretest learning plan (lp) learning & teaching (lt) assesment (as) posttest 1 gender male 77.80 96.00 90.10 83.60 93.12 female 79.80 97.80 93.60 84.50 93.90 2 age <30 79.33 95.60 95.00 91.50 89.95 >30 78.55 93.50 93.60 90.50 90.40 3 status pns 78.77 95.70 93.90 89.70 93.60 non-pns 79.63 96.80 94.40 90.80 94.50 4 major of education islamic education 79.75 96.60 93.00 87.60 95.60 non-islamic education 77.95 94.80 95.30 90.50 95.05 it is interesting to note that the improvement of the quality of religious learning by teachers occurs because of several things, namely the provision of actions in the form of training and mentoring the creation of learning plans and facilitation of online learning through google meet. this shows that the quality of learning is not only determined by school facilities and infrastructure, but also determined by the competence of teachers in line with some previous research (gayathri et al., 2021; rahman talukder et al., 2021; yusuf & wekke, 2015). experience reflection action vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.140 37 table 5. gender-based test gender n mean std. deviation std. error mean learning plan (lp) male 17 86.0493 9.42755 .66168 female 15 82.0711 9.38437 .66861 learning & teaching (lt) male 17 60.9360 7.04939 .49477 female 15 58.3503 6.80217 .48463 assessment (as) male 17 64.6502 6.70162 .47036 female 15 62.7360 6.66099 .47458 total male 17 211.6355 18.83133 1.32170 female 15 203.1574 19.22293 1.36958 table 6. t-test results by gender f sig. t df sig. (2tailed) mean difference std. error difference lp equal var assumed .001 .970 4.229 398 .000 3.97820 .94074 equal var not assumed 4.229 397.742 .000 3.97820 .94067 lt equal var assumed .075 .784 3.731 398 .000 2.58571 .69295 equal var not assumed 3.733 397.987 .000 2.58571 .69258 as equal var assumed .000 .982 2.865 398 .004 1.91421 .66824 equal var not assumed 2.865 397.771 .004 1.91421 .66818 tot al equal var assumed .136 .712 4.456 398 .000 8.47811 1.90273 equal var not assumed 4.454 396.982 .000 8.47811 1.90332 based on the test results using non-paired t test obtained sig value. p for knowledge 0.000, attitude 0.000, skills 0.004, and a total of 0.000, then for the components of learning plan, learning &teaching, assessment and the number there is a real difference between men and women, where men are better. reviewed from learning plan, learning & teaching, assessment and quantity, assuming the value of p <0.05 then can be expressed differently. even in these results, all p values are less than 0.01, which means at a better level of significance, with a confidence level of 99%. from the data above it can be concluded that the implementation of cycle ii has shown excellent results. thus, cycle iii in the study of this surveillance action is not necessary to be implemented. conclusion this research has shown that the improvement of the quality of religious learning during the covid-19 pandemic for islamic religious education teachers at the elementary school level can be measured by 3 things, namely learning plan, learning &teaching, and assessment. these three components should be given action by the education supervisor to provide academic guidance and supervision on the learning conducted. this study confirms the correlation between the readiness of learning devices and the implementation of learning. the vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.140 38 better the process of preparing learning tools, the better the quality of learning implementation. islamic religious education teachers have a high level of media adaptation and learning innovation during the covid-19 pandemic. the paradigm change of online learning that began to be introduced with the concept of "merdeka belajar" also requires teachers to continue to develop in accordance with the conditions of the times. acknowladgment we would like to thank the affair of the ministry of religion of mojokerto for facilitating this research and to elementary schools and madrasah ibtidaiyah in the trowulan and pungging districts for their willingness to support this research activity. references ahmad, i. f., putro, n. h. p. s., thontowi, z. s., syafii, a., & subakti, m. a. (2020). trends in the implementation of higher-order thinking skills in islamic religious education in madrasahs and schools: a systematic literature review. jurnal pendidikan islam, 9(2), 195–216. https://doi.org/10.14421/jpi.2020.92.195-216 djaswadi, d. (2021). upaya peningkatan kompetensi guru dalam menerapkan pembelajaran daring masa pandemi covid 19 dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik sd negeri tambahagung 03 kecamatan tambakromo semester i tahun ajaran 2020/2021. journal of industrial engineering & management research, 2(1), 156–179. https://doi.org/10.7777/jiemar.v2i1.122 farahian, m., avarzamani, f., & rajabi, y. (2021). reflective thinking in an efl writing course: to what level do portfolios improve reflection in writing? thinking skills and creativity, 39, 100759. https://doi.org/10.1016/j.tsc.2020.100759 fernández-peña, r., fuentes-pumarola, c., malagón-aguilera, m. c., bonmatí-tomàs, a., bosch-farré, c., & ballester-ferrando, d. (2016). the evaluation of reflective learning from the nursing student’s point of view: a mixed method approach. nurse education today, 44, 59–65. https://doi.org/10.1016/j.nedt.2016.05.005 gayathri, b., vedavyas, r., sharanya, p., & karthik, k. (2021). effectiveness of reflective learning in skill-based teaching among postgraduate anesthesia students: an outcomebased study using video annotation tool. medical journal armed forces india, 77, s202–s207. https://doi.org/10.1016/j.mjafi.2020.12.028 gurzynski-weiss, l. (2014). triangulating graduate instructor learning in fl teaching methods: questionnaires, concept maps, and reflective teaching journals. procedia social and behavioral sciences, 141, 171–181. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.05.031 hanafi, y., murtadho, n., hassan, a. r., ikhsan, m. a., & diyana, t. n. (2020). development and validation of a questionnaire for teacher effective communication in qur’an learning. british journal of religious education, 42(4), 424–434. https://doi.org/10.1080/01416200.2019.1705761 kolvenbach, f. (2021). ignatian pedagogy: a practical approach 1993. educate magis. https://www.educatemagis.org/living-tradition/ignatian-pedagogy-a-practicalapproach/ vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.140 39 kusumaningtyas, r., sholehah, i. m., & kholifah, n. (2020). peningkatan kualitas pembelajaran guru melalui model dan media pembelajaran bagi generasi z. warta lpm, 23(1), 54–62. https://doi.org/10.23917/warta.v23i1.9106 ludvigsson, j. f. (2020). systematic review of covid‐19 in children shows milder cases and a better prognosis than adults. acta paediatrica, 109(6), 1088–1095. https://doi.org/10.1111/apa.15270 mahmudah, s. (2021). peningkatan kualitas pembelajaran guru kelas v dan vi melalui pembimbingan partisipasi aktif kepala sekolah di sd negeri 2 jobokuto jepara tahun pelajaran 2019/2020. jurnal pendidikan, 30(1), 105–112. https://doi.org/10.32585/jp.v30i1.1244 muazza, m., mukminin, a., habibi, a., & hidayat, m. (2018). education in indonesian islamic boarding schools: voices on curriculum and radicalism, teacher, and facilities. the islamic quarterly, 62(4), 507–536. mugiyono, m. (2021). supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru sd negeri 219 bengkulu utara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. jpt : jurnal pendidikan tematik, 2(1), 1–12. rădulescu, c. (2013). reinventing reflective learning methods in teacher education. procedia social and behavioral sciences, 78, 11–15. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.04.241 rahman talukder, md. m., green, c., & mamun-ur-rashid, md. (2021). primary science teaching in bangladesh: a critical analysis of the role of the dped program to improve the quality of learning in science teaching. heliyon, 7(2), e06050. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2021.e06050 rofik. (2019). development of islamic cultural history learning materials in indonesia’s 2013 curriculum. jurnal pendidikan islam, 8(2), 309–344. https://doi.org/10.14421/jpi.2019.82.309-344 saefi, m., fauzi, a., kristiana, e., adi, w. c., muchson, m., setiawan, m. e., islami, n. n., ningrum, d. e. a. f., ikhsan, m. a., & ramadhani, m. (2020). survey data of covid19-related knowledge, attitude, and practices among indonesian undergraduate students. data in brief, 31, 105855. https://doi.org/10.1016/j.dib.2020.105855 setiati, s., & azwar, m. k. (2020). covid-19 and indonesia. acta medica indonesiana, 51(1), 84–89. sutisna, d., & indraswati, d. (2021). kecakapan manajemen kelas guru sebagai upaya penyelesaian problematika pembelajaran dimasa pandemi covid 19. pendas : jurnal ilmiah pendidikan dasar, 5(2), 204– 220. https://doi.org/10.23969/jp.v5i2.3491 syamsidah, s., t, r., qurani, b., & muhiddin, a. (2021). peningkatan kualitas profesionalisme guru dengan pelatihan model model pembelajaran. seminar nasional pengabdian kepada masyarakat, 0(0), article 0. https://ojs.unm.ac.id/semnaslpm/article/view/18287 ulhaq, z. s., kristanti, r. a., hidayatullah, a. a., rachma, l. n., susanti, n., & aulanni’am, a. (2020). data on attitudes, religious perspectives, and practices towards covid-19 among indonesian residents: a quick online cross-sectional survey. data in brief, 32, 106277. https://doi.org/10.1016/j.dib.2020.106277 vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.140 40 wardani, r. k., santosa, h., & rahmawati, d. (2021). the role of academic supervision and communication on teacher performance. journal of education research and evaluation, 5(2), article 2. https://doi.org/10.23887/jere.v5i2.31597 white, c. j., baimel, a., & norenzayan, a. (2021). how cultural learning and cognitive biases shape religious beliefs. current opinion in psychology, 40, 34–39. https://doi.org/10.1016/j.copsyc.2020.07.033 xue, q., xie, x., liu, q., zhou, y., zhu, k., wu, h., wan, z., feng, y., meng, h., zhang, j., zuo, p., & song, r. (2021). knowledge, attitudes, and practices towards covid-19 among primary school students in hubei province, china. children and youth services review, 120, 105735. https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2020.105735 yusuf, m., & wekke, i. s. (2015). active learning on teaching arabic for special purpose in indonesian pesantren. procedia social and behavioral sciences, 191, 137–141. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.04.245 microsoft word artikel 3.docx vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.255 1366 received : 27-08-2021 revised : 23-09-2021 published : 30-09-2021 inovasi media pendidikan di indonesia pramita putri arifin1, nurul endah amara fitri sam br matondang2, dian dhini pratiwi3, rendra reymundus4 fakultas ilmu pendidikan, universitas negeri yogyakarta pramitaputri.2019@student.uny.ac.id, nurulendah.2019@student.uny.ac.id, diandhini.2019@student.uny.ac.id, rendrareymundus.2019@student.uny.ac.id abstrak pendidikan merupakan hal yang penting dalam membentuk peradaban bangsa. sebab di dalamnya terdapat proses pembelajaran, dimana guru mengajarkan pengetahuan baru kepada peserta didik. pada konteks ini guru berperan penting dalam menyampaikan dan mengajarkan pengetahuan tersebut kepada peserta didik. maka media pendidikan menjadi perantara interaksi antara guru dan siswa selama pembelajaran. untuk dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran sekaligus tuntutan zaman yang dinamis maka guru dituntut tidak hanya mampu menggunakan media pendidikan tetapi juga diperlukannya inovasi media pendidikan. kajian mengenai "inovasi media pendidikan" ini menggunakan metode studi kepustakaan yaitu dilakukan dengan mengekplorasi dan/atau menelaah beberapa jurnal, buku, dan dokumendokumen (elektronik maupun cetak) serta sumber-sumber informasi atau data lainnya yang sesuai atau relevan dengan kajian. hasil dari kajian didapati bahwa inovasi media pendidikan adalah ide, produk atau suatu hal baru tentang media yang digunakan sebagai alat dan bahan pengajaran yang bermaksud untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalan pengajaran. tentunya media pendidikan memiliki ciri umum, fungsi hingga manfaat dalam pembelajaran. contoh inovasi media pendidikan di antaranya poster, papan atau buku interaktif, alat peraga, lagu, video, permainan, aplikasi berbasis teknologi, dan buku teks digital. kata kunci: inovasi; media; pendidikan abstract education is an important thing in shaping the nation's civilization. because in it there is a learning process, where the teacher teaches new knowledge to students. in this context, the teacher plays an important role in conveying and teaching this knowledge to students. then the educational media becomes an intermediary for interaction between teachers and students during learning. to be able to achieve learning goals as well as the demands of a dynamic era, teachers are required not only to be able to use educational media but also to need educational media innovation. this study on "innovation of educational media" uses the literature study method, which is carried out by exploring and/or reviewing several journals, books, and documents (electronic and printed) as well as other sources of information or data that are appropriate or relevant to the study. the results of the study found that educational media innovation is an idea, product or something new about the media that is used as a tool and teaching material that intends to increase effectiveness and efficiency in teaching. of course, educational media have general characteristics, functions and benefits in learning. examples of educational media innovations include posters, interactive boards or books, props, songs, videos, games, technology-based applications, and digital textbooks. keywords: innovation; media, education vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.255 1367 pendahuluan pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam membentuk sebuah peradaban bangsa. sriwilujeng (2017) berpendapat bahwa pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaaan oleh kelompok orang yang kemudian diturunkan ke generasi berikutnya melalui pelatihan, pengajaran, dan penelitian (firawati, 2021). pendidikan akan melahirkan perubahan dan penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. dalam hal ini, faktor yang mempunyai peranan yang sangat penting yaitu guru. profesionalisme guru kini semakin menyeruak ke ruang publik seiring dengan meningkatnya tuntutan akan mutu pendidikan. guru akhirnya menjadi sorotan karena merekalah yang menjadi patokan terdepan yang berinteraksi langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran. dalam kondisi seperti ini, guru dituntut untuk mengembangkan keahlian, pengetahuan dan melahirkan hal-hal baru. guru yang mampu berinovasi berarti menandakan guru tersebut bisa mengembangkan ide-ide kreatif yang mereka miliki. kemampuan utama yang harus dimiliki oleh para pendidik adalah dalam strategi pembelajaran. artinya seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai mata pelajaran yang akan diajarkannya, tetapi juga harus menguasai dan mampu mengajarkan pengetahaun tersebut pada peserta didik. metode lebih penting dari pada materi, dan guru lebih penting dari pada metode dan materi. mengingat kondisi para pendidik dan calon pendidik, maka usaha untuk mendalami serta mengaplikasikan media pembelajaran inovatif menjadi salah satu alternatif. media pembelajaran merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara guru dan siswa. hal ini sangat membantu guru dalam mengajar dan memudahkan siswa menerima dan memahami pelajaran. proses ini membutuhkan guru yang mampu menyelaraskan antara media pembelajaran dan metode pembelajaran. teknologi pendidikan semakin berkembang dengan ditemukan metode-metode pembelajaran yang baru dan pemanfaatan media berbasis komputer digunakan sebagai sarana pendukung pendidikan (surya, 2012:1). berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak kemajuan yang sangat pesat terhadap dunia pendidikan. dalam proses belajar mengajar, terdapat dua unsur yang sangat penting dan saling berkaitan, yaitu metode pembelajaran dan media pembelajaran (pram, 2013:2). pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar juga dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru bagi siswa, membangkitkan motivasi belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa, serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran. dalam konteks pembelajaran penggunaan media interaktif tidak berarti menghilangkan peran guru sebagai salah satu sumber belajar. guru tetap memiliki peran sentral yang tidak bisa diabaikan. penggunaan media interaktif justru merupakan bentuk inovasi yang harus dilakukan oleh seorang guru sesuai dengan tuntutan undang-undang sisdiknas no. 20 tahun 2003, sehingga perannya akan mencerminkan kompetensi sebagai seorang guru yang berkualitas, kreatif dan inovatif. dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, maka sangat dibutuhkan peran pendidik yang profesional. sesuai dengan undang-undang republik indonesia no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. sementara itu, dalam kenyataannya banyak guru yang sudah menggunakan media namun belum mampu untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran secara inovatif dalam kegiatan belajar mengajar. menurut (panut setiono, 2017) pada vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.255 1368 pelaksanaannya guru kurang maksimal dalam meggunakan media pembelajaran, selanjutnya guru lebih sering menggunakan pembelajaran yang konvesional yaitu pembelajaran dengan metode ceramah saja dan penggunaan media tidak berlangsung terus menerus setiap harinya. perlu adanya profesionalisme guru dalam mengikuti perkembangan media dan menggunakan media pendidikan yang inovatif. profesionalisme guru dituntut agar terus berkembang sesuai dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk mampu bersaing baik di forum regional, nasional maupun internasional. tujuan adanya penelitian ini adalah untuk menyusun dan mendeskripsikan kajian teori mengenai: 1) pengertian inovasi media pendidikan, 2) ciri-ciri umum media pendidikan, 3) jenis-jenis media pendidikan, 3) fungsi dan manfaat media pendidikan, dan 5) contoh-contoh inovasi media pendidikan. metode kajian ini menggunakan metode studi pustaka. studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian (doktor et al., 2016). ciri utama dalam studi pustaka yaitu pertama, penulis atau peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash) atau data angka, bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan. kedua, data pustaka yang diperoleh merupakan data pustaka “siap pakai” yang berarti peneliti tidak terjung langsung kelapangan melainkan berhadapan langsung dengan sumber data yang ada di perpustakaan. ketiga, umumnya data pustaka merupakan sumber sekunder, yaitu bahan atau data yang diperoleh peneliti berasal dari tangan kedua serta bukan data orisinil dari data pertama di lapangan. keempat, yaitu data pustaka memiliki kondisi tidak dibatasi oleh ruang dan waktu (zed, 2003:4-5). dalam penelitian kepustakaan peneliti mengumpulkan berbagai informasi serta data dari berbagai sumber yang terdapat diperpustakaan seperti buku, jurnal, artikel yang diterbitkan media massa, serta berbagai jurnal elektronik yang erat kaitannya dengan permasalahan yang dibahas (published et al., 2021). berdasarkan penjelasan di atas, maka pengumpulan data dari kajian ini yaitu dilakukan dengan mengekplorasi dan/atau menelaah beberapa jurnal, buku, dan dokumen-dokumen (elektronik maupun cetak) serta sumber-sumber informasi atau data lainnya yang sesuai atau relevan dengan kajian. hasil penelitian dan pembahasan pengertian media pendidikan dunia pendidikan dari masa ke masa terus mengalami perubahan dalam segala aspek didalamnya, terutama di masa pandemi covid-19. dimana pembelajaran tidak bisa dilaksanakan secara tatap muka sehingga berbagai stakeholder pendidikan terutama guru harus berinovasi agar pembelajaran dapat terlaksana. salah satunya inovasi media pendidikan. inovasi sendiri memiliki berbagai definisi, diantaranya inovasi menurut uu no. 19 tahun 2002 yang menjelaskan bahwa inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau pengrekayasaan yang dilakukan dengan tujuan melakukan pengembangan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah ada ke dalam sebuah produk atau proses proses produksi. vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.255 1369 bateman & snell (2009) memiliki pandangan yang selaras bahwa inovasi merupakan perubahan positif pada metode atau teknologi yang bermanfaat dan bermula dari ide yang sudah ada sebelumnya dimana terdapat dua tipe inovasi yaitu inovasi proses dan inovasi produk. berbeda dari bateman dan snell, menurut everett m rogers (1983) inovasi merupakan gagasan, praktik, atau benda yang diterima sebagai hal baru oleh individu atau kelompok secara sadar untuk diadopsi. rogers (1983) juga memiliki pandangan yang sama terkait inovasi sebagai berikut : innovation is an idea, practice, or object that is perceived as new by an individual or other unit of adoption. artinya inovasi merupakan sebuah ide, praktek, atau objek yang dianggap baru oleh individu atau kelompok lain yang mengadopsinya. sedangkan makmur dan thahier (2015) menjelaskan bahwa inovasi adalah proses pemikiran manusia untuk menemukan output, input, proses yang baru dan dapat memberi manfaat pada kehidupan manusia. dari berbagai pendapat atau pandangan diatas dapat dicermati bahwa tidak ada perbedaan signifikan terkait definisi inovasi. pada intinya inovasi merupakan sebuah ide, gagasan ,praktek, input, output yang baru untuk memberikan manfaat pada kehidupan manusia. sedangkan media pendidikan atau media pembelajaran dapat diartikan sebagai alat dan bahan yang dipergunakan dalam pembelajaran. menurut national education association media pembelajaran merupakan sebuah sarana komunikasi baik cetak maupun pandang dengar, termasuk perangkat keras didalamnya. zakiah drajat juga berpendapat bahwa media pendidikan atau pembelajaran merupakan suatu hal yang dapat didengar, dilihat atau diindra baik yang berada dalam kelas atau luar kelas sebagai media komunikasi dalam proses interaksi belajar mengajar guna meningkatkan efektivitas (zakiah daradjat, 1995:265). sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa inovasi media pendidikan yaitu inovasi media pendidikan adalah ide, produk atau suatu hal baru tentang media yang digunakan sebagai alat dan bahan pembelajaran yang bermaksud untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pengajaran. ciri-ciri umum media pendidikan menurut oemar hamalik ada beberapa ciri-ciri umum media pembelajaran, yaitu; 1) media pembelajaran berupa benda yang bisa diamati menggunakan panca indra, 2) media mampu menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, serta realistis sehingga perbedaan persepsi setiap siswa pada suatu informasi dapat diperkecil, 3) media pembelajaran adalah alat bantu belajar yang bisa digunakan di luar dan di dalam kelas, 4) media digunakan untuk memperlancar komunikasi antara guru dengan siswa ketika proses pembelajaran. (arsyad. 2016) mengemukakan terdapat ciri-ciri umum dari media pendidikan seperti; 1) media pendidikan mempunyai pengertian fisik yang dikenal dengan hardware (perangkat keras) yang bisa didengar, dilihat, diraba oleh panca indera, 2) media pendidikan memiliki pengertian software (perangkat lunak) yang merupakan isi dari yang ingin disampaikan ke siswa, 3) penekanan media pendidikan terdapat dalam audio dan visual, 4) memiliki pengertian sebagai alat bantu pada proses belajar baik diluar maupun didalam kelas, 5) digunakan untuk komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran, 6) dapat digunakan secara masal, kolompok besar, kelompok kecil, atau perorangan, 7) sikap, organisasi, perbuatan, strategi, dan manajemen berhubungan dalam penerapan suatu ilmu. berdasarkan pendapat ahli di atas, makan dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri umum dari media pendidikan yaitu benda yang dapat diamati dengan panca indera (hardware yang dapat dirasakan dengan panca indera dan software adalah isi materi yang ada dalam hardware), vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.255 1370 mampu menanamkan konsep dasar yang benar, alat bantu belajar yang bisa digunakan di dalam dan di luar kelas, memperlancar komunikasi guru dengan siswa, penekanannya pada audio dan visual, media pendidikan dapat digunakan secara masal, kolompok besar, kelompok kecil, atau perorangan, dan sikap, organisasi, perbuatan, strategi, dan manajemen berhubungan dalam penerapan suatu ilmu. jenis-jenis media pendidikan menurut oemar hamalik (1986), djamarah (2002) dan sadiman, dkk (1986), jenis media yaitu: a) media auditif, mengandalkan kemampuan suara seperti tape recorder. b) media visual, mengandalkan indra penglihatan dalam wujud visual. seperti poster dan gambar. c) media audiovisual, mempunyai unsur suara dan unsur gambar. media audiovisual dibagi ke dalam dua jenis yaitu 1) audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound slide, 2) audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti film, video cassete, dan vcd. jenis-jenis media pendidikan menurut sudjana dan rivai (1997) sebagai berikut: a) media grafis atau media dua dimensi, yaitu media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar seperti gambar, grafik, foto, bagan atau diagram, poster kartun, dan komik. b) media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solit model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, dan lain-lain. c) model proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan ohp dan lain-lain. d) penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran. berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa jenis media pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu media visual yang mengandalkan indra penglihatan seperti gambar, poster, foto, bagan dsb. media audio mengandalkan indra pendengaran seperti radio, rekaman, dan tape rekorder serta media audiovisual yang menonjolkan unsur suara dan gambar seperti film dan video. fungsi dan manfaat media pendidikan mckown dalam bukunya “audio visual aids to instruction” mengemukakan empat fungsi media yaitu a) mengubah titik berat pendidikan formal, yaitu dari materi abstrak menjadi kongkret, tadinya teoritis menjadi fungsional praktis, b) membangkitkan motivasi belajar, media dapat menarik perhatian siswa dan pembelajaran lebih menarik, c) memberikan kejelasan, dengan media materi yang disajikan akan lebih mudah dimengerti karena media dapat memperjelas suatu materi, d) memberikan stimulasi belajar, terutama rasa ingin tahu siswa tinggi terhadap media tersebut dan materi. wina sanjaya (2014) menjabarkan beberapa fungsi media dalam beberapa jenis yaitu a) fungsi komunikatif, yaitu untuk memudahkan komunikasi antara penyampai pesan dan penerima pesan, b) fungsi motivasi, dengan media diharapkan siswa akan lebih termotivasi dalam belajar, c) fungsi kebermaknaan, yaitu kemampuan siswa untuk menganalisis dan mencipta dapat meningkat melalui media pendidikan. serta meningkatkan aspek sikap dan keterampilan level tinggi d) fungsi penyamaan persepsi, yaitu setiap siswa memiliki pandangan yang sama terhadap informasi yang disuguhkan, e) fungsi individualitas yaitu melayani kebutuhan setiap individu yang memiliki minat dan gaya belajar yang berbeda. berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dipahami bahwa fungsi media pendidikan yaitu menjadikan pembelajaran menjadi lebih konkret, membangkitkan motivasi belajar siswa karena pembelajaran lebih menarik, memperjelas materi, memberikan stimulasi belajar siswa, vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.255 1371 memudahkan komunikasi antara guru dan siswa, memberikan pandangan yang sama terhadap informasi yang disuguhkan, dan media dapat melayani kebutuhan setiap individu. menurut kemp dan dayton (1985) manfaat media pendidikan yaitu a) penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan, sehingga penafsiran yang berbeda dapat dihindari, b) proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, c) proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, d) efisiensi waktu dan tenaga, e) meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, f) media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, g) media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar, h) merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif. menurut ensiclopedi of educational research, nilai atau manfaat media pendidikan adalah a) meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk berfikir sehingga mengurangi verbalitas, b) memperbesar perhatian siswa, c) meletakkan dasar yang penting untuk perkembangan belajar oleh karena itu pelajaran lebih mantap, d) memberikan pengalaman yang nyata, d) menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, f) membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu perkembangan bahasa, g) memberikan pengalaman yang tidak diperoleh dengan cara yang lain, h) media pendidikan memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara guru dan murid, i) media pendidikan memberikan pengertian atau konsep yang sebenarnya secara realita dan teliti, j) media pendidikan membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar. berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dipahami bahwa manfaat media pendidikan yaitu penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan, proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, proses pembelajaran menjadi lebih interaktif karena adanya komunikasi antara guru dan siswa, efisiensi waktu dan tenaga, meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk berpikir, memperbesar perhatian siswa, memberikan pengalaman yang nyata karena media memungkinkan adanya aktivitas siswa, dan membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar. contoh inovasi media pendidikan adapun berbagai contoh inovasi media dalam bidang pendidikan yang sudah terapkan, diantaranya; a) poster, b) papan atau buku interaktif, c) alat peraga, d) lagu, e) video, f) permainan tradisional dan konvensional, g) aplikasi berbasis teknologi, h) buku teks digital (digital text book) simpulan inovasi media pendidikan adalah ide, produk atau suatu hal baru tentang media yang digunakan sebagai alat dan bahan pengajaran yang bermaksud untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pengajaran. media pendididkan memiliki ciri umum, beberapa di antaranya yaitu benda yang diamati dengan panca indera, dapat menanamkan konsep dasar yang benar, alat bantu belajar yang bisa digunakan di dalam dan di luar kelas, dan memperlancar komunikasi guru dengan siswa. jenis media pendidikan di antaranya media visual yang mengandalkan indra penglihatan, media audio mengandalkan indra pendengaran serta media audiovisual yang menonjolkan unsur suara dan gambar. fungsi media pendidikan yaitu menjadikan pembelajaran menjadi lebih konkret, membangkitkan motivasi belajar siswa, memperjelas materi pembelajaran, memberikan stimulasi belajar siswa, memudahkan komunikasi antara guru dan siswa, memberikan pandangan yang sama terhadap informasi yang disuguhkan, dan media dapat melayani vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.255 1372 kebutuhan setiap individu. sedangkan manfaat media pendidikan beberapa di antaranya yaitu penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan, proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, dan efisiensi waktu dan tenaga. contoh inovasi media pendidikan yaitu poster, papan atau buku interaktif, alat peraga, lagu, video, permainan, aplikasi berbasis teknologi, dan buku teks digital. saran diharapkan guru untuk selalu berinovasi mengembangkan media pembelajaran yang akan dia gunakan. dari berbagai pengalaman dan referensi yang dijalani, guru hendaknya bisa mengembangkan berbagai media yang semakin kedepannya semakin efektif dan efisien digunakan untuk menunjang proses pembelajaran di kelas. daftar pustaka aghni, rizqi ilyasa. (2018). fungsi dan jenis media pembelajaran dalam pembelajaran akuntansi. vol. xvi, no.1. tahun 2018. aji, pram satyo dan suparman. 2013. pengaruh media pembelajaran. menggunakan macromedia flash 8 pokok bahasan internet pada mata pelajaran tik terhadap prestasi belajar siswa kelas xi ipa sma n 6 purworejo. jurnal pendidikan teknik informatika: edisi 1 : 1-4. dharma, surya. 2012. manajemen kinerja falsafah teori dan penerapannya. yogyakrta: pustaka pelajar. falahudin, iwan. (2014). pemanfaatan media dalam pembelajaran. edisi 1 no. 4. oktober – desember 2014. p.104-117. firawati. (2021). pengaruh penggunaan media kartu kata bergambar terhadap kemampuan membaca permulaan siswa kelas i sekolah dasar. 1–16. http://eprints.umsida.ac.id/1649/1/shofiul%20mifullah.pdf diakses 12 september 2021 http://eprints.ums.ac.id/48953/3/bab%20i.pdf diakses 12 september 2021 klasifikasi media pembelajaran. diakses di https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/29308/mod_resource/content/3/kl asifikasi%20media%20pembelajaran.pdf pada sabtu, 11 september 2021 pukul 19.45 wib lisbijanto, herry. 2013. batik. yogyakarta: graha ilmu. mitfah, m. (2013). fungsi, dan peran media pembelajaran sebagai upaya peningkatan kemampuan belajar siswa. vol. 1. nomor 2. desember 2013. mulyani & asmendri. (2021). model assure dan media infografis pada desain pembelajaran sosiologi di masa pandemi covid-19. vol.2. no.8. 2021. panut setiono, i. r. (2017). kreativitas guru dalam menggunakan media pembelajaran di kelas v sekolah dasar panut setiono 1 dan intan rami 2. gentala pendidikan dasar. 2(2). 219–236. rahmat, h. (2019). mobile learning berbasis appypie sebagai inovasi media pendidikan untuk digital natives dalam perspektif islam. jurnal tarbawi. 16 (1). 34-50. s, isran rasyid karo-karo & rohani. (2018). manfaat media dalam pembelajaran. vol. vii. no. 1. januari – juni 2018. supriyadi. (2016). community of practitioners : solusi alternatif berbagi pengetahuan antar pustakawan. (2): 83-93, 2016. vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.255 1373 thabroni, gamal. (2020). media pembelajaran: pengertian, ciri, fungsi, kriteria, dsb. https://serupa.id/media-pembelajaran/ diakses pada tanggal 11 september 2021. umar. (2014). media pendidikan: peran dan fungsinya dalam pembelajaran. volume 11. nomor 1. edisi januari-juli 2014. zulkifli. (2010). pengaruh media komik terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks. skripsi. fakultas ilmu trbiyah dan keguruan. uin syarif hidayatullah. microsoft word 04-lira.docx vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.107 418 received : 13-03-2021 revised : 01-04-2021 published : 15-04-2021 respon siswa terhadap aplikasi tiktok sebagai media pembelajaran bahasa indonesia lira hayu afdetis mana stkip pgri sumatera barat, indonesia lirahayuam@gmail.com abstrak artikel ini merupakan gagasan tertulis sebagai langkah awal yang akan peneliti lakukan untuk merancang perangkat pembelajaran bahasa indonesia dengan menggunakan sebuah aplikasi yang bernama aplikasi tiktok. media pembelajaran merupakan sarana yang sangat mempengaruhi proses belajar siswa unuk membantu kelancaran kegiatan pembelajaran. di era pandemi ini guru banyak kebingungan dalam menentukan media pembelajaran. media pembelajaran yang ideal haruslah menarik, dekat dengan siswa dan membuat mereka senang dan akrab. aplikasi tiktok merupakan aplikasi yang digemari oleh masyarakat pada saat sekarang ini termasuk siswa smp maupun siswa sma. subjek dalam penelitian ini adalah siswa smp dan sma di sumatera barat yang berjumlah 231 orang. data dari penelitian dikumpulkan dengan menggunakan google form untuk melihat respon siswa terhadapat aplikasi tiktok terhadap pembelajaran bahasa indonesia. hasil dari penelitian repon siswa terhadap aplikasi tiktok sebagai media pembelajaran bahasa indonesia yaitu: pertama, sebagian besar siswa beranggapan bahwa apliaksi tiktok adalah aplikasi yang baik, menguntungkan dan menghibur. kedua, siswa sangat setuju apabila tiktok dijadikan sebagai media pembelajaran. ketiga, ada beberapa kompetensi dasar pembelajaran bahasa indonesia pernah ditonton siswa dari tiktok, yaitu teks narasi, teks prosedur, teks eksposisi, teks eksplanasi dan teks anekdot, walaupun belum semua siswa pernah menonton teks tersebut di tiktok. keempat, pengaplikasiannya yang mudah dan fitur yang beragam, maka aplikasi tik tok dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa indonesia. untuk mengetahui keefektifan aplikasi tik tok dalam meningkatkan hasil belajar bahasa indonesia, diperlukan penelitian lanjut berikutnya. kata kunci: respon siswa; aplikasi tiktok; media pembelajaran bahasa vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.107 419 abstract this article is a written idea as the first step that researchers will take to design indonesian language learning tools using an application called the tiktok application. learning media is a means that greatly influences the student learning process to help smooth learning activities. in this pandemic era, teachers were confused in determining learning media. the ideal learning media must be attractive, close to students and make them happy and familiar. the tiktok application is an application favored by the community at this time including junior high school students and high school students. the subjects of this study were junior high and high school students in west sumatra who thought 231 people. the data from the research were collected using a google form to see student responses to the tiktok application on indonesian language learning. the results of the research on the students' responses to the tiktok application as a learning medium for indonesian are: first, most students think that the tiktok application is a good, profitable and entertaining application. second, students strongly agree with the tiktok visit to be used as a learning medium. third, there are several basic competencies of learning indonesian that have been watched by students from tiktok, namely narrative text, procedure text, exposition text, explanatory text and anecdotal text, although not all students have ever watched the text on tiktok. fourth, its easy application and various features, the tik tok application can be used in learning indonesian. to see the effectiveness of the tik tok application in improving indonesian learning outcomes, next. keywords: student response; tiktok application; indonesian language learning media pendahuluan artikel ini merupakan gagasan tertulis sebagai langkah awal yang akan peneliti lakukan untuk merancang perangkat pembelajaran bahasa indonesia dengan menggunakan sebuah aplikasi yang bernama aplikasi tiktok. aplikasi tiktok merupakan aplikasi yang digemari oleh masyarakat pada saat sekarang ini termasuk siswa smp maupun siswa sma. apalagi semenjak era pandemi covid-19 ini, siswa sebagian besar belajar dari rumah melalui elearning, google classroom, zoom, wa, dan platform lainnya siswa juga mendownload aplikasi tiktok sebagai hiburan dan menambah ilmu pengetahuan lainnya. tik tok merupakan sebuah aplikasi jaringan sosial dan platform video musik asal tiongkok yang diluncurkan pada september tahun 2016. aplikasi tersebut dipergunakan para penggunanya untuk membuat video musik berdurasi pendek mereka sendiri. seorang guru juga bisa membuat video pembelajaran dengan menggunakan tiktok tersebut. maka dari itu peneliti tertarik untuk menjadikan tiktok sebagai media pembelajaran, karena diduga aplikasi tiktok akan membuat senang dalam belajar. di era pandemi ini guru banyak kebingungan dalam menentukan media pembelajaran. guru cenderung menggunakan media yang tidak bervariasi dalam pembelajaran. hal ini akan membuat siswa merasa bosan untuk belajar, tidak mengerti materi pembelajaran, hasil pembelajaran tidak dicapai dengan tuntas dan siswa pun menjadi frustasi. dengan mengembangkan media pembelajaran dengan menggunakan apliaksi tiktok akan membuat siswa tertarik, belajar dengan menyenangkan dan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. media pembelajaran yang ideal haruslah menarik, dekat dengan siswa dan membuat mereka senang dan akrab. generasi z sangat menikmati aplikasi tiktok ini, apabila digunakan serta digunakan secara tepat maka aplikasi tik tok akan menjadi sebuah media pembelajaran yang menarik serta menyenangkan. penggunaan aplikasi tik tok sebagai vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.107 420 media pembelajaran diharapkan membantu peserta didik dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. media pembelajaran interaktif dapat membantu guru dalam menyampaikan pem-belajaran dengan efektif dan efisien. melalui aplikasi tik tok, guru dapat dengan mudah menciptakan pembelajaran interaktif, sehingga dapat disesuaikan dengan lingkungan, situasi, dan kondisi dan kebutuhan siswa. aplikasi tik tok adalah sebuah jaringan sosial dan platform video musik tiongkok yang dluncurkan pada september 2016. aplikasi tersebut membolehkan para pemakai untuk membuat video musik pendek mereka sendiri. sepanjang kuartal pertama (q1) 2018, tiktok mengukuhkan diri sebagai aplikasi paling banyak diunduh yakni 45,8 juta kali. jumlah itu mengalahkan aplikasi populer lain semacam youtube, whatsapp, facebook messenger, dan instagram menurut fatimah kartini bohang (dalam wisnu, 2018). dominan dari pengguna aplikasi tik tok di indonesia sendiri adalah anak milenial, masih sekolah, atau biasa disebut dengan generasi z. aplikasi tik tok pernah diblokir pada 3 juli 2018, tik tok mulai diblokir di indonesia. kemenkominfo telah melakukan pemantauan mengenai aplikasi ini selama sebulan dan mendapati akan banyak sekali masuknya laporan yang mengeluh tentang aplikasi ini. terhitung sampai 2 juli tersebut, laporan yang masuk mencapai 2.753 laporan. menurut menteri rudiantara, banyak sekali konten negatif terutama sekali untuk anak-anak. namun dengan berbagai pertimbangan dan regulasi baru maka pada agustus 2018 aplikasi tik tok ini dapat kembali di unduh. salah satu regulasi yang ditengarai adalah batas usia pengguna, yaitu usia 11 tahun. terlepas dari permasalahan tersebut, melihat fakta jumlah penggunanya kurang lebih 10 juta lebih di indonesia dan dominan merupakan anak usia sekolah (siswa), maka dapat dilihat bahwa aplikasi tik tok menjadi primadona, digeluti dan menarik minat para milenial, yang lebih dominan anak usia sekolah. tik tok dapat dikreasikan menjadi media pembelajaran yang menarik dan interaktif bagi siswa dalam pembelajaran bahasa indonesia. berdasarkan permasalahan diatas terlihat bahwa aplikasi tiktok sangat digemari oleh kalangan siswa baik smp maupun sma. maka dengan menggunakan aplikasi tiktok sebagai media pembelajaran bahasa indonesia dapat menjadi pemicu meningkatkan respon siswa dalam menanggapi berbagai materi pembelajaran yang disuguhkan guru. guru memilih aplikasi tiktok sebagai media pembelajaran bertujuan agar siswa tidak bosan belajar dalam situasi di era pandemi covid19 ini. maka dapat disimpulkan bahwa aplikasi tik tok memenuhi kriteria sebuah media pembelajaran yang baik, yaitu menarik dan dekat dengan siswa, kususnya dalam pembelajaran bahasa indonesia. metode penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. sampel dalam penelitian ini adalah siswa smp dan sma di sumatera barat. data dikumpulkan dengan menggunakan google form untuk melihat respon siswa terhadapat aplikasi tiktok terhadap pembelajaran bahasa indonesia. jumlah reponden adalah 231 orang siswa yang tersebar di sekolah smp dan smu di sumatera barat. tahapan analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. hasil penelitian ini adalah siswa sangat setuju apabila aplikasi tiktok ini digunakan sebagai media pembelajaran bahasa indonesia. pengaplikasiannya yang mudah dan fitur yang beragam, maka aplikasi tik tok dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa indonesia. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.107 421 untuk mengetahui keefektifan aplikasi tik tok dalam meningkatkan hasil belajar bahasa indonesia, diperlukan penelitian lanjut berikutnya. hasil dan pembahasan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa smp dan smp di sumatera barat, diperoleh poin-poin penting terkait respon siswa terhadap aplikasi tiktok sebagai media pembelajaran bahasa indonesia. hasil penelitian dipaparkan mulai dari karakteristik informan hingga pembahasan berdasarkan literatur yang relevan dengan berbagai aspek yang diteliti. selengkapnya adalah sebagai berikut. 1. mengenal aplikasi tiktok gambar 1. respon tentang aplikasi tiktok berdasarkan hasil tanggapan siswa tentang respon siswa terhadap aplikasi tiktok sebagai media pembelajaran bahasa indonesia. dari keseluruhan tanggapan siswa terhadap aplikasi tiktok terdapat 229 tanggapan bahwa terlihat siswa mengenal aplikasi tiktok yaitu: 95,2 % memberikan tanggapan bahwa siswa mengenal aplikasi tiktok. jelas siswa sangat mengenal aplikasi tiktok. 4,8% memberikan tanggapan bahwa mungkin siswa mengenal aplikasi tikto, dan 0% siswa tidak mengenal aplikasi tiktok. pada dasarnya siswa smp dan sma di sumatera barat sangat mengenal aplikasi tiktok. dari diagram lingkaran di atas dapat disimpulkan bahwa siswa sangat mengenal aplikasi tiktok. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.107 422 2. mendownload atau menggunakan aplikasi tiktok berdasarkan hasil tanggapan siswa tentang respon siswa terhadap aplikasi tiktok sebagai media pembelajaran bahasa indonesia siswa memberikan tanggapan terhadap mendownload atau menggunakan aplikasi tiktok sebanyak 228 tanggapan yaitu: 68% siswa smp dan sma mendownload atau menggunakan aplikasi tikto sebagai aplikasi yang digemari, 23,2% siswa smp dan sma tidak mendownload atau menggunakan aplikasi tiktok karena tidak tertarik dengan aplikasi tiktok, dan 8,8% siswa smp dan sma mungkin mendownload atau menggunakan aplikasi tiktok. berdasarkan diagram lingkaran diatas dapat disimpulkan bahwa siswa smp dan sma di sumatera barat mendownload atau menggunakan aplikasi tiktok. gambar 2. respon tentang aplikasi tiktok 3. manfaat dari melihat aplikasi tiktok dapat menguntungkan dan menghibur berdasarkan hasil tanggapan siswa tentang respon siswa terhadap aplikasi tiktok sebagai media pembelajaran bahasa indonesia siswa memberikan tanggapan terhadap manfaat dari melihat aplikasi tiktok dapat menguntungkan dan mengibur sebanyak 230 tanggapan yaitu: 57% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa dengan melihat aplikasi tiktok dapat menguntungkan dan menghibur siswa tersebut, 7,7% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa dengan melihat aplikasi tiktok tidak mendapatkan keuntungan dan tidak mendapatkan hiburan, dan 34,3% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa dengan melihat aplikasi tiktok mungkin mendapatkan keuntungan dan vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.107 423 mungkin mendapatkan hiburan. berdasarkan diagram lingkaran diatas dapat disimpulkan bahwa siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa dengan melihat aplikasi tiktok menguntungkan dan menghibur. 4. melihat aplikasi tiktok sebagai aplikasi yang negatif dapat merugikan dan tidak menghibur berdasarkan hasil tanggapan siswa tentang respon siswa terhadap aplikasi tiktok sebagai media pembelajaran bahasa indonesia siswa memberikan tanggapan terhadap melihat aplikasi tiktok sebagai aplikasi yang negatif dapat merugikan dan tidak menghibur sebanyak 229 tanggapan yaitu: 12, 7% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa dengan melihat aplikasi tiktok mengatakan aplikasi tiktok adalah aplikasi negatif yang dapat merugikan dan tidak menghibur, 46,7% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa dengan melihat aplikasi tiktok bukan aplikasi negatif yang dapat merugikan dan tidak menghibur, dan 40,6% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa dengan melihat aplikasi tiktok mungkin aplikasi negatif yang dapat merugikan dan tidak menghibur. berdasarkan diagram lingkaran diatas dapat disimpulkan bahwa aplikasi tiktok bukan aplikasi negatif yang dapat merugikan dan menghibur siswa smp dan sma di sumatera barat. gambar 3. respon tentang aplikasi tiktok 5. menyukai aplikasi tiktok berdasarkan hasil tanggapan siswa tentang respon siswa terhadap aplikasi tiktok sebagai media pembelajaran bahasa indonesia siswa memberikan tanggapan terhadap menyukai aplikasi tiktok sebanyak 218 tanggapan yaitu: 5% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa menyukai aplikasi tiktok karena bisa merekam suara, 17,4% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa menyukai aplikasi tiktok karena bisa merekam video, 17,9% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa menyukai aplikasi tiktok tanpa alasan, 15,1% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa menyukai aplikasi tiktok karena bisa diedit, 18,3% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa menyukai aplikasi tiktok karena bisa dishare, 9,6% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa menyukai aplikasi tiktok karena bisa duet video, 82, 1% siswa vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.107 424 smp dan sma memberikan tanggapan bahwa menyukai aplikasi tiktok karena menghibur, 27,5% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa menyukai aplikasi tiktok karena bisa melihat artis idola, 49,1% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa menyukai aplikasi tiktok tanpa alasan, dan 47,2 siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa menyukai aplikasi tiktok karena banyak pembelajaran didalamnya. berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa menyukai aplikasi tiktok dengan alasan karena menghibur dan mendapatkan pemeblajaran didalamnya. gambar 4. respon tentang aplikasi tiktok 6. aplikasi tiktok digunakan sebagai media pembelajaran bahasa indonesia (menyimak, berbicara, membaca dan menulis) berdasarkan hasil tanggapan siswa tentang respon siswa terhadap aplikasi tiktok sebagai media pembelajaran bahasa indonesia siswa memberikan tanggapan terhadap aplikasi tiktok digunakan sebagai media pembelajaran bahasa indonesia (menyimak, berbicara, membaca dan menulis) sebanyak 229 tanggapan yaitu: 23,6% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa sangat setuju aplikasi tiktok digunakan sebagai media pembelajaran bahasa indonesia yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. 57,6% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa setuju aplikasi tiktok digunakan sebagai media pembelajaran bahasa indonesia yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. 11,4% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa tidak setuju aplikasi tiktok digunakan sebagai media pembelajaran bahasa indonesia yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. 4,15% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa sangat tidak setuju aplikasi tiktok digunakan sebagai media pembelajaran bahasa indonesia yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. 3,3% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa aplikasi tiktok digunakan sebagai media pembelajaran bahasa indonesia yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa setuju aplikasi tiktok digunakan sebagai media pembelajaran bahasa indonesia yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.107 425 gambar 5. respon tentang aplikasi tiktok 7. pernah menonton atau membuat video tentang cara membuat sesuatu atau cara melakukan sesuatu (teks prosedur) dengan menggunakan aplikasi tiktok berdasarkan hasil tanggapan siswa tentang respon siswa terhadap aplikasi tiktok sebagai media pembelajaran bahasa indonesia siswa memberikan tanggapan terhadap pernah menonton atau membuat video tentang cara membuat sesuatu atau cara melakukan sesuatu (teks prosedur) dengan menggunakan aplikasi tiktok sebanyak 233 tanggapan yaitu: 33% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa pernah menonton atau membuat video tentang cara membuat sesuatu atau cara melakukan sesuatu yaitu teks prosedur dengan menggunakan aplikasi tiktok. 50,2% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa tidak pernah menonton atau membuat video tentang cara membuat sesuatu atau cara melakukan sesuatu yaitu teks prosedur dengan menggunakan aplikasi tiktok. 10,7% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa mungkin pernah menonton atau membuat video tentang cara membuat sesuatu atau cara melakukan sesuatu yaitu teks prosedur dengan menggunakan aplikasi tiktok. berdasarkan diagram lingkaran diatas dapat disimpulkan bahwa siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa tidak pernah menonton atau membuat video tentang cara membuat sesuatu atau cara melakukan sesuatu yaitu teks prosedur dengan menggunakan aplikasi tiktok. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.107 426 8. pernah menonton atau membuat video kronologis atau cerita tentang sesuatu (teks narasi) dari aplikasi tiktok berdasarkan hasil tanggapan siswa tentang respon siswa terhadap aplikasi tiktok sebagai media pembelajaran bahasa indonesia siswa memberikan tanggapan terhadap pernah menonton atau membuat video kronologis atau cerita tentang sesuatu yaitu teks narasi dari aplikasi tiktok sebanyak 232 yaitu: 27,6% bahwa siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa pernah menonton atau membuat video kronologis atau cerita tentang sesuatu yaitu teks narasi dari aplikasi tiktok. 56% bahwa siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa tidak pernah menonton atau membuat video kronologis atau cerita tentang sesuatu yaitu teks narasi dari aplikasi tiktok. 16,4% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa mungkin pernah menonton atau membuat video kronologis atau cerita tentang sesuatu yaitu teks narasi dari aplikasi tiktok. berdasarkan diagram lingkaran diatas dapat disimpulkan bahwa siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa tidak pernah menonton atau membuat video kronologis atau cerita tentang sesuatu yaitu teks narasi dari aplikasi tiktok. gambar 6. respon tentang aplikasi tiktok 9. pernah menonton atau membuat video yang berisi cerita lucu/berisi humor tetapi juga berisi sindiran (teks anekdot) dari aplikasi tiktok berdasarkan hasil tanggapan siswa tentang respon siswa terhadap aplikasi tiktok sebagai media pembelajaran bahasa indonesia siswa memberikan tanggapan terhadap pernah menonton atau membuat video yang berisi cerita lucu/berisi humor tetapi juga berisi sindiran yaitu teks anekdot dari aplikasi tiktok sebanyak 227 tanggapan yaitu: 57,3 % siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa pernah menonton atau membuat video yang berisi cerita lucu/berisi humor tetapi juga berisi sindiran yaitu teks anekdot dari aplikasi tiktok. 33% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa tidak pernah menonton atau membuat video yang berisi cerita lucu/berisi humor tetapi juga berisi sindiran yaitu teks anekdot dari aplikasi tiktok. 9,7% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa mungkin pernah menonton atau membuat video yang berisi cerita lucu/berisi humor tetapi juga berisi sindiran yaitu teks anekdot dari aplikasi tiktok. berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa pernah menonton atau membuat video yang berisi cerita lucu/berisi humor tetapi juga berisi sindiran yaitu teks anekdot dari aplikasi tiktok. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.107 427 gambar 6. respon tentang aplikasi tiktok 10. aplikasi tiktok digunakan untuk menonton atau membuat video goyang dan joget saja berdasarkan hasil tanggapan siswa tentang respon siswa terhadap aplikasi tiktok sebagai media pembelajaran bahasa indonesia siswa memberikan tanggapan terhadap aplikasi tiktok digunakan untuk menonton atau membuat video goyang dan joget saja sebanyak 231 tanggapan yaitu: 11,3% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa aplikasi tiktok pernah digunakan untuk menonton atau membuat video goyang dan joget saja. 70,6% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa aplikasi tiktok tidak digunakan untuk menonton atau membuat video goyang dan joget saja. 18,2% siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa aplikasi tiktok mungkin pernah digunakan untuk menonton atau membuat video goyang dan joget saja. berdasarkan diagram lingkaran diatas dapat disimpulkan bahwa siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa aplikasi tiktok tidak digunakan untuk menonton atau membuat video goyang dan joget saja. 11. alasannya karena berdasarkan hasil tanggapan siswa tentang respon siswa terhadap aplikasi tiktok sebagai media pembelajaran bahasa indonesia siswa memberikan tanggapan terhadap alasan aplikasi tiktok digunakan untuk menonton atau membuat video goyang dan joget saja sebanyak 186 tanggapan dengan alasan yaitu: karena aplikasi tiktok digunakan sebagai media pembelajaran dan hal-hal lain, karena tiktok banyak juga mengajarkan tentang hal positif vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.107 428 tidak semua berisi yang negatif tergantung kita masing-masing saja cara menggunakannya, karena aplikasi tiktok ini juga bisa menghibur tanpa harus joget-joget di depan kamera tiktok bisa membuat video dakwah dan lain-lain, karena aplikasi tiktok tidak semata-mata untuk bergoyang saja, tetapi juga bisa digunakan sebagai media pembelajaran.banyak tiktoker yang menjadikan tiktok sebagai wadah pembelajarannya. berdasarkan tanggapan-tanggapan mahasiswa di atas maka seorang guru yang akan membuat media pemebalajaran dengan menggunakan aplikasi tiktok perlu mengumpulkan dan mempersiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, baik dari segi kesesuaian materi dengan topik, gaya bahasa yang mereka inginkan pada sebua media pembelajaran yang disesuaikan dengan aplikasi tiktok yang digunakan, tampilan (lay out), cara pemberian materi yang menarik kepada siswa sehingga pembelajaran menjadi efektif dan efesien yang dapat meningkatkan minat belajar siswa diera pandemi covid19 ini. kemudian dari hasil pengisian angket (point 6) tersebut bisa dilihat bahwa bahwa siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa setuju aplikasi tiktok digunakan sebagai media pembelajaran bahasa indonesia yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. pada pengisian angket (point 9) tersebut bisa dilihat bahwa siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa pernah menonton atau membuat video yang berisi cerita lucu/berisi humor tetapi juga berisi sindiran yaitu teks anekdot dari aplikasi tiktok. pada pengisian angket (point 10) tersebut bisa dilihat bahwa siswa smp dan sma memberikan tanggapan bahwa aplikasi tiktok tidak digunakan untuk menonton atau membuat video goyang dan joget saja. dengan alasan karena aplikasi tiktok digunakan sebagai media pembelajaran dan hal-hal lain, karena tiktok banyak juga mengajarkan tentang hal positif tidak semua berisi yang negatif tergantung kita masing-masing saja cara menggunakannya, karena aplikasi tiktok ini juga bisa menghibur tanpa harus joget-joget di depan kamera tiktok bisa membuat video dakwah dan lain-lain, karena aplikasi tiktok tidak semata-mata untuk bergoyang saja, tetapi juga bisa digunakan sebagai media pembelajaran.banyak tiktoker yang menjadikan tiktok sebagai wadah pembelajarannya. kegiatan belajar mengajar ini mencakup baik kegiatan guru maupun kegiatan siswa yang perlu diwujudkan dalam setiap pengajaran untuk dapat mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. keberhasilkan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran terpadu tergantung pada wawasan, pengetahuan, pemahaman, dan tingkat kreativitasnya dalam mengelola dan mempersiapkan media pemeblajaran sekreatif mungkin. semakin semakin kreatif guru dalam membuat media pembelajaran makan akan semakin bagus respon siswa dalam menanggapi pembelajaran yang diberikan dan semakin luas wawasan dan pemahaman dosen terhadap materi tersebut maka berkecenderungan akan semakin baik pembelajaran yang dilaksanakan. simpulan berdasarkan pemaparan dan pembahasan di atas maka dapat disimpulan bahwa sebagian besar siswa beranggapan bahwa apliaksi tiktok adalah aplikasi yang baik, menguntungkan dan menghibur. siswa sangat setuju apabila tiktok dijadikan sebagai media pembelajaran ada beberapa kompetensi dasar pembelajaran bahasa indonesia pernah ditonton siswa dari tiktok, yaitu teks narasi, teks prosedur, teks eksposisi, teks eksplanasi dan teks anekdot, walaupun belum semua siswa pernah menonton teks tersebut di tiktok. pengaplikasiannya yang mudah dan fitur yang beragam, maka aplikasi tik tok dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa indonesia. untuk mengetahui keefektifan aplikasi tik vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.107 429 tok dalam meningkatkan hasil belajar bahasa indonesia, diperlukan penelitian lanjut berikutnya. daftar rujukan aji, w. n., & setiyadi, d. b. p. (2020). aplikasi tik tok sebagai media pembelajaran keterampilan bersastra. metafora: jurnal pembelajaran bahasa dan sastra, 6(2), 147-157. aji, w. n. (2018, december). aplikasi tik tok sebagai media pembelajaran bahasa dan sastra indonesia. in prosiding seminar nasional pertemuan ilmiah bahasa dan sastra indonesia (vol. 431, pp. 431-40). luisandrith, d. r., & yanuartuti, s. (2020). interdisiplin: pembelajaran seni tari melalui aplikasi tik tok untuk meningkatkan kreativitas anak. jurnal seni tari, 9(2), 175-180. dewanta, a. a. n. b. j. (2020). pemanfaatan aplikasi tik tok sebagai media pembelajaran bahasa indonesia. jurnal pendidikan dan pembelajaran bahasa indonesia, 9(2), 79-85. warini, n. l., dewi, n. p. e. s., susanto, p. c., & dewi, p. c. (2021, january). daya tarik tiktok sebagai media pembelajaran bahasa inggris online. in seminar ilmiah nasional teknologi, sains, dan sosial humaniora (sintesa). rasyid, m. h. (2020). pembelajaran puisi secara daring dengan media pembelajaran berbasis aplikasi (tik tok) kelas x sma negeri 3 pati. in prosiding seminar nasional pascasarjana (prosnampas) (vol. 3, no. 1, pp. 352-358). ramadhan, r. (2020). aplikasi tiktok sebagai media pembelajaran bahasa arab baru dizaman digital. multaqa nasional bahasa arab, 3(1). kasin, b. a. w. (2020). perancangan media pembelajaran seni budaya aspek teater materi teknik dasar seni peran menggunakan aplikasi tiktok di sekolah menengah pertama negeri 3 tanasitolo kabupaten wajo sulawesi selatan (doctoral dissertation, universitas negeri makassar). microsoft word artikel 6.docx vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.221 62 received : 16-09-2021 revised : 27-12-2021 published : 30-01-2022 pelatihan distance learning: strategi pembelajaran analisis data kuantitatif bagi peserta kelas sosial naily kamaliah direktorat pengembangan kompetensi-brin, indonesia naily1809@gmail.com abstrak dalam upaya untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat dan ilmiah, maka seorang peneliti perlu memahami metodologi penelitian yang tepat. beberapa pendekatan dalam penelitian sosial, diantaranya adalah penelitian kuantitatif, kualitatif, serta mix methods. pada pelatihan metodologi penelitian sosial, ketiga pendekatan perlu disampaikan. materi analisis data kuantitatif, menjadi salah satu materi pelatihan yang menjadi momok bagi peserta pelatihan, khususnya peserta yang terbiasa melakukan penelitian secara kualitatif. dengan adanya revolusi industri 4.0, maka dilakukan mitigasi pelatihan dalam skema pembelajaran distance-learning. tulisan ini akan mengulas strategi pembelajaran analisis data kuantitatif, bagi kelas sosial, melalui pembelajaran distance learning. metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. pengumpulan data dilakukan melalui media angket, juga melalui observasi yang dilakukan saat pembelajaran. hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran analisis data kuantitatif bagi peserta kelas sosial, memberikan tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran diatas 90. kata kunci: strategi pembelajaran; analisis; data kuantitatif abstract in an effort to obtain accurate and scientific research results, a researcher needs to understand the right research methodology. several approaches in social research, including quantitative research, qualitative, and mix methods. in the social research methodology training, the three approaches need to be delivered. quantitative data analysis material is one of the training materials that is a scourge for training participants, especially participants who are accustomed to conducting qualitative research. with the industrial revolution 4.0, mitigation training is carried out in the distance-learning learning scheme. this paper will review learning strategies for quantitative data analysis, for social classes, through distance learning. methods this research uses a qualitative descriptive approach. data was collected through questionnaires, as well as through observations made during learning. the results of the study indicate that the application of quantitative data analysis learning strategies for social class participants, provides a level of achievement of learning objectives above 90. keywords: learning strategy; quantitative; data analysis vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.221 63 pendahuluan berdasarkan uu nomor 5 tahun 2014 tentang aparatur sipil negara (asn), asn adalah profesi yang berlandaskan pada kompetensi yang sesuai dengan bidang tugas. dalam pp no.11 tahun 2017 (diperbaharui dalam pp no.17 tahun 2020) tentang manajemen pegawai negeri sipil (pns) disebutkan bahwa setiap pns memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk diikutsertakan dalam pengembangan kompetensi. pengembangan kompetensi tersebut merupakan upaya pemenuhan kebutuhan kompetensi pns dengan standar kompetensi jabatan dan rencana pengembangan karier. pengembangan kompetensi dilakukan sedikitnya 20 jp dalam setahun, baik itu pengemabangan kompetensi manajemen, teknis, dan sosio kultural, yang dilakukan melalui jalur pelatihan, untuk mencapai persyaratan standar kompetensi jabatan dan pengembangan karier pns. dalam upaya untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat dan ilmiah, maka seorang peneliti perlu memahami metodologi penelitian yang tepat. metodologi berguna untuk memetakan pekerjaan penelitian secara keseluruhan, memberikan kredibilitas kepada hasil penelitian yang dicapai, membantu peneliti serta mengorganisir seluruh kegiatan penelitian agar sampai pada tahap pengambilan keputusan. sebagaimana dijelaskan peraturan lembaga ilmu pengetahuan indonesia nomor 20 tahun 2019, standar kompetensi yang dipersyaratkan pada jabatan fungsional peneliti, berdasarkan standar kompetensi pada peneliti ahli pertama adalah menguasai dasar keilmuan sesuai bidang kepakaran melalui tahapan: (i) mengidentifikasi masalah; (ii) melakukan penelusuran informasi ilmiah untuk mencari alternatif solusi atas masalah; (iii) mencari solusi atas masalah; (iv) menganalisis hasil; dan (v) menyampaikan hasil yang menjadi topik kegiatan pada tingkat dasar, sehingga mengacu pada standar kompetensi inilah, disusunlah kurikulum pelatihan metodologi penelitian sosial. pelatihan metodologi penelitian sosial, menjadi salah satu pelatihan yang banyak diminati, tidak hanya bagi kalangan peneliti sosial, namun juga bagi pejabat fungsional lainnya. beberapa pendekatan dalam penelitian sosial, diantaranya adalah penelitian kuantitatif, kualitatif, serta mix methods. pada pelatihan metodologi penelitian sosial, materi statistika ini perlu diperkenalkan, tidak hanya bagi peneliti kuantitatif, tetapi juga peneliti kualitatif. statistika adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara mengumpulkan data hingga penarikan kesimpulan. dalam dunia penelitian, statistika perlu dikenalkan sebelum peneliti merancang sebuah penelitian. saat peneliti menentukan jumlah sampel yang akan digunakan, menentukan teknik samplingnya, menyusun instrumen penelitian, melakukan pengolahan data, hingga menarik kesimpulan, peneliti perlu mempelajari pentingnya ilmu statistika. nurizzati (2012) juga menjelaskan bahwa statistika sangat penting bagi peneliti, dalam penyusunan model penelitian, merumuskan hipotesis, pengambilan data, menyusun rancangan penelitian, hingga penyajian dan analisis data penelitian. peneliti juga perlu melakukan interpretasi data penelitian untuk membunyikan data-data penelitian tersebut. materi statistika pada pelatihan metodologi penelitian, disampaikan pada 3 materi yang berbeda yaitu materi analisis data kuantitatif, penyusunan instrumen, dan metode pengumpulan data. materi analisis data kuantitatif, menjadi salah satu materi pelatihan yang menjadi momok bagi peserta pelatihan, khususnya peserta yang terbiasa melakukan penelitian secara kualitatif. dengan adanya revolusi industri 4.0, banyak perubahan yang terjadi pada sistem pembelajaran yang umumnya dilakukan secara klasikal, dengan dilakukannya mitigasi pelatihan dalam skema pembelajaran distance-learning. melalui metode ini, diharapkan lembaga pelatihan dapat adaptif terhadap kondisi terkini, tetap berorientasi pada tujuan, relevansi dengan kebutuhan organisasi dan peserta, mempertimbangkan efisien dan efektifitas vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.221 64 terhadap sumber daya yang ada, bertitik tolak pada urgensi permasalahan, serta berorientasi pada mutu. dalam mendesain pembelajaran berbaris distance learning, skenario mengajar dan belajar perlu dipersiapkan fasilitator dengan matang (elyas, 2018). selain materi ajar, skenario pembelajaran yang mengundang keterlibatan peserta secara aktif, kontruktif dalam proses pembelajaran, dan menciptakan pembelajaran interkatif di kelas perlu dipersiapkan. peserta pelatihan berasal dari background penedidikan yang berbeda-beda. untuk peneliti sosial khususnya peneliti kualitatif, yang berasal dari background pendidikan sastra, hukum, antropologi, tidak pernah mendapatkan materi statistik saat dibangku kuliah. sundayana, r (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan pentingnya mengelompokkan peserta pada praktikum statistik dengan tiga kategori: peserta yang kemampuan awalnya rendah, sedang, dan tinggi. peserta dengan kemampuan awal rendah dan sedang pada praktikum statistik lebih tepat jika dijelaskan dengan menggunakan software microsoft excel. sedangkan peserta yang mempunyai kemampuan awal yang tinggi dapat menggunakan microsoft excel dan software statistik spss. secara tatap muka di kelas, materi analisis data kuantitatif, akan lebih mudah diterima peserta, dengan interaksi langsung antara peserta dan fasilitator. namun, kondisi tersebut tidak mudah diterapkan pada model pembelajaran distance learning. sehingga fasilitator perlu membuat strategi pembelajaran analisis data kuantitatif, agar peserta dapat menerima esensi dari materi analisis data kuantitatif, peserta dapat termotivasi untuk belajar dan mengaplikasikan ilmu yg diperoleh saat pelatihan, serta tujuan pembelajaran dapat tercapai. tulisan ini akan mengulas strategi pembelajaran analisis data kuantitatif, bagi peserta peneliti sosial, melalui pembelajaran distance learning. metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. pengumpulan data dilakukan melalaui media angket dan melalui observasi yang dilakukan saat pembelajaran. objek penelitian adalah peserta pelatihan metodologi penelitian sosial gelombang ke-1 dan ke-2, dengan total responden 45 peserta. peserta gelombang ke-1 sebanyak 20 peserta, sedangkan peserta gelombang ke-2 sebanyak 25 peserta. instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner sebagai instrumen survey pendahuluan untuk mengetahui karakteristik responden, melalui pengisian google form, dengan pertanyaan: metode penelitian yang pernah digunakan (kualitatif, kuantitatif); apakah sudah pernah mendapat materi statitik saat dibangku kuliah; apakah sudah pernah mengoperasikan software statistik. saat pembelajaran secara tatap maya, fasilitator juga perlu membuat strategi khusus dengan memberikan kuis. hal tersebut bertujuan untuk mengetahui pemahaman peserta terhadap metode analisis data kuantitatif, sehingga fasilitator mampu mengatur mana subbab materi yang perlu mendapat penekanan. media tes tertulis dilakukan dengan menggunakan media kahoot. tes ini dapat memotret pemahaman peserta sebelum masuk pada statistik lebih lanjut. pengolahan data dilakukan dengan menggunakan microsoft excel, dan dilakukan analisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan analisis kualitatif. analisis statistik deskriptif disajikan dalam pie chart untuk mengetahui metode statistik yang pernah dipelajari dan software statistik yang pernah digunakan; serta barchat untuk mengetahui perbandingan pemahaman peserta gelombang ke-1 dengan gelombang ke-2 terhadap skala pengukuran data. vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.221 65 hasil hasil angket didapatkan bahwa sebanyak 22% peserta, saat dibangku kuliah, belum pernah mendapatkan pembelajaran metode statistika: lebih dari 50% peserta sudah pernah mendapatkan materi statistika, meski hanya analisis deskriptif statistik, serta sebanyak 26 % peserta yang sudah pernah belajar statistika inferensial. gambar 1. metode statistika yang pernah dipelajari untuk menggambarakan penguasaan software statistik dilakukan pula identifikasi melalui pertanyaan software statistik yang pernah digunakan, sehingga fasilitator dapat menyusun strategi: apakah peserta perlu diberikan software statistic ataukah software statistik yang digunakan justru akan mengganggu/mubazir jika disampaikan. pertanyaan ini bersifat semi terbuka. dimana ada item jawaban: belum pernah, beberapa software statistik yang disertakan, ada juga software statsitik yang merupakan pertanyaan terbuka yang bisa diisi oleh peserta. gambar 2. software statistik yang pernah digunakan belum pernah 22% deskriptif 52% inferensial 26% metode statistika yang pernah dipelajari belum pernah deskriptif inferensial belum pernah 67% spss 33% software statistik yang pernah digunakan belum pernah spss vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.221 66 sebanyak 67% peserta belum pernah menggunakan software statistic. ada pun 33% lainnya sudah pernah menggunakan software statistik spss. observasi juga dilakukan fasilitator saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. kuis ini untuk memberi gambaran kepada fasilitator; apakah peserta sdh menangkap indikator hasil belajar yang pertama. tentang skala pengukuran data. hasil kuis ini akan memudahkan fasilitator untuk memberikan strategi selanjutnya. mana bagian materi yang perlu mendapat penekanan, apakah bab deskriptif atau inferensial. gambar 3. hasil kuis skala pengukuran data pada peserta gelombang ke-1, hasil kuis menunjkkan peserta belum begitu paham dengan skala pengukuran data. hasilnya dapat dibandingkan dengan peserta pada gelombang ke-2, meskipun tidak condong ke kanan. pembahasan analisis data kuantitatif adalah satu mata pelatihan yang disampaikan pada pelatihan metodologi penelitian sosial. indikator hasil belajar yang diharapkan setelah materi ini disampaikan yaitu: peserta mampu melakukan persiapan pengolahan data dengan tepat; menentukan metode pengolahan dan analisis data kuantitatif dengan tepat; melakukan interpretasi data kuantitatif dengan tepat; melakukan praktik metode analisis dan interpetasi data kuantitatif menggunakan software statistik. beberapa strategi yang dilakukan untuk mitigasi pada pembelajaran distance learning adalah bagi peserta sebelum tatap maya, diawal pelatihan peserta sudah diminta untuk membaca modul pelatihan. ada pun bagi fasilitator, penyampaian materi saat pembelajaran tatap maya tentunya disesuaikan dengan karakteristik peserta pelatihan. perlunya fasilitator mengetahui karakteristik peserta dengan menyebarkan angket yang disebarkan sebelum materi disampaikan, fasilitator sudah dapat memetakan 26% peserta yang sudah memahami metode analisis inferensial. analisis inferensial adalah tingkatan tertinggi yang akan disampaikan pada materi analisis data kuantitatif. dengan informasi pendahuluan seperti ini, fasilitator sudah memagang nama8 6 3 3 5 2 11 4 3 0 2 4 6 8 10 12 0-19 20-39 40-59 60-79 80 100 kuis gel 1 gel 2 vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.221 67 nama peserta yang memang telah memahami materi analisis data dan peserta mana yang perlu mendapatkan perhatian. peserta yang pernah mendapatkan materi statistika inferensial akan dipantau melalaui startegi selanjutnya, dan menjadi fokus fasilitator saat melakukan interaksi di kelas dengan pantauan apakah dapat menjadi leader pada strategi praktikum selanjutnya. peserta yang belum pernah menerima materi akan menjadi anggota yang disebar pada berbagai kelompok. kuis interkatif selanjutnya, untuk mengetahui tingkat pemahaman materi awal, dilakukan kuis terhadap metode pengolahan data yang sesuai dan skala pengukuran data, dengan menggunakan aplikasi kahoot. kahoot merupakan sebuah platform permainan online yang dapat diadaptasi untuk kegiatan belajar dalam pelatihan. kahoot memiliki beberapa fitur salah satu diantaranya adalah quiz. dengan menggunakan fitur quiz kahoot, akun peserta setelah terkoneksi dengan internet, dapat menjawab melalui hp atau laptop sesuai dengan pertanyaan yang ditampilkan di layar zoom oleh akun guru. melalui laman https://kahoot.com/, fasilitator dapat mengendalikan jalannya kuis. ada pun peserta melalui laman https://kahoot.it/ setelah memasukkan game pin dan “nick name” secara otomatis dapat mengikuti kuis (irwan, dkk., 2019). penelitian yang dilakukan oleh irwan, luthfi, & waldi (2019) didapatkan hasil bahwa kahoot terbukti memberi hasil yang signifikan dalam menigkatkan hasil belajar siswa, dan dapat menjadi media alternative untuk memberikan suasana pembelajaran intaraktif. dengan adanya media pembelajaran interaktif, tampilan yang menarik tentuanya akan menumbuhkan minat belajar siswa. melalui media kahoot, fasilitator dapat memberikan penjelasan (setelah peserta menjawab pertanyaan) pada setiap soal. dengan media kahoot ini pula, fasilitator dapat mengukur tingkat pemahaman peserta, dan dapat memetakan siapa peserta yang dianggap mampu untuk menjadi leader pada sesi pengolahan data. tentunya media kahoot juga memiliki kendala jika peserta tidak menyiapkan peralatan sebelumnya, sehingga persiapan peserta untuk kahoot ini perlu diantisipasi sebelumnya. fasilitator dapat meminta peserta untuk menyiapkan dua alat saat pembelajaran, dengan laptop sebagai media pembelajaran tatap maya, dan handphone sebagai alat bantu pembelajaran. hal tersebut dilakukan untuk memudahkan kuis dengan kahoot ini berlangsung. menurut ilmiyah& sumbawati (2019) kahoot terbukti dapat membuat suasana di kelas lebih menyenangkan, terjadi interaksi dua arah antara fasilitator dengan peserta, meskipun mempengaruhi fokus peserta. peserta akan fokus dalam persaingan, perlombaan mencapai skor tertinggi, sehingga dalam quiz skala pengukuran data, ulasan dari fasilitator akan disampaikan setelah semuai quiz telah dijawab oleh peserta. kuis menggunakan kahoot sangat bergantung pada jaringan internet yang memadai. kelebihan dari kahoot ini fasilitator dapat melakukan check apakah peserta masih mengikuti kegiatan pelatihan, atau justru tidak di lokasi pembelajaran. hasil skala pengukuran data dengan menggunakan kahoot, dapat disimpulkan hanya 3 peserta dari gelombang 2, yang memahami materi ini. data ketiga peserta ini, ter-record oleh kahoot. untuk selanjutnya, dapat menajdi bahan fasilitator dalam startegi pembelajaran selanjutnya. vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.221 68 strategi pembelajaran interaktif tahapan selanjutnya adalah materi analisis data baik deskritif dan inferensial. peserta tentunya sudah memiliki gambaran terhadap data-data yang dikumpulkan baik itu berupa gambar, dokumen wawancara, angket, kuesioner, catatan lapangan, foto, dsb. data-data tersebut hanya akan menjadi bank data dan tidak memberikan informasi apabila tidak diolah dan dilakukan analisis. motivasi ini disampaikan di awal supaya peserta menjadi tertarik dengan materi kuantitatif. materi ini membutuhkan kemampuan dan pemahaman peserta untuk menentukan metode yang tepat. hal tersebut untuk menyesuaikan skala pengukuran data dan pertanyaan penelitian yang ingin di jawab. stretegi pembelajaran distance learning, diharapkan dapat mengajak partisipasi aktif peserta yang dilakukan secara dua arah. metode pembelajaran satu arah hanya akan menjadikan peserta pelatihan menjadi malas, kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran analisis data kuantitatif. hal tersebut karena menempatkan peserta didik hanya sebagai objek dan membatasi mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran (masitoh dan dewi, 2009). dalam pembelajaran distance learning, fasilitator dapat melakukan pembelajaran secara interaktif, dan dilakukan secara dua arah. peserta dapat diajak untuk melakukan pembahasan terhadap penyajian data baik secara deskriptif maupun secara inferensial. fasilitator dapat berinteraksi dengan peserta, menggunakan permainan wheel of names, sehingga peserta akan dipanggil secara acak. metode ini juga akan memaksa peserta untuk tertib dan tetap berada di ruang pelatihan meskipun secara pelatihan dengan metode distance learning akan dapat membuat peserta melakukan kegiatan double job, atau tidak berada di ruangan. startegi pembelajaran cooperative learning stad stad (student team achievement division) adalah strategi pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil yang mengutamakan kerjasama antar peserta untuk memudahkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran (cahyono & suwarni, 2005). peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dalam beberapa breakout rooms. fasilitator akan dibantu oleh tim fasilitator, sehinga skema pembelajaran yang awalnya dilakukan dalam kelas besar dapat lebih dipertajam pada kelompok-kelompok breakout rooms. dengan tools analisis data kuantitatif yang lebih spesifik. peserta dalam kelompok yang sama, akan dipandu oleh seorang fasilitator dengan skema praktikum pengolahan dan analisis data. diawali dengan paparan materi, bagaimana cara menabulasi data, memasukkan data pada software statistik, mengolahan data dengan metode tertentu. selanjutnya, peserta dalam kelompok akan diberikan tugas untuk mengerjakan studi kasus yang lebih spesifik, serta dengan kasus yang ditemukan diinstansi asal peserta. fasilitator akan memfasilitasi peserta dengan bahan ajar untuk mendukung kegiatan praktikum. tujuan dibentuknya kelompok cooperative learning stad adalah memberikan kesempatan kepada peserta untuk berdiskusi dan menyampaikan gagasan dalam kelompok. saat sesi penugasan kelompok, fasilitator hanya memantau dan tidak diperkenankan meninggalkan ruang breakout room guna membantu peserta. skema ini akan memberikan ruang seluas-luasnya kepada anggota kelompok untuk bersama-sama menyelesaikan tugas dari faslitator. vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.221 69 tutor sebaya tidak mudah bagi fasilitator untuk menyusun strategi pada sesi praktikum secara distance learning. agar peserta dapat mempelajari semua metode analisis data kuantitatif, fasilitator memberikan kesempatan kepada semua peserta untuk dapat berinteraksi, serta pembelajaran dapat dilakukan secara dua arah. menggunakan skema pembelajaran secara distance learning membutuhkan budaya dan kebiasaan peserta untuk belajar mandiri (elyas, 2018). dengan metode ini, tidak semua peserta familiar, bahkan ada yang tidak pernah menggunakan software statistik (gambar 2). untuk memberikan kesempatan peserta belajar mandiri, praktik langsung dengan skema distance learning, dan diharapkan semua peserta dari kelompok lain paham tentang metode analisis data yang dipelajari di kelompok lain, maka strategi metode tutor sebaya menjadi alternatif strategi yang dapat diterapkan, menurut masitoh dan dewi (2009), metode yang dapat diadaptasi dalam pembelajaran matematika yaitu menggunakan metode tutor sebaya. metode tutor sebaya mampu memberikan suasana belajar yang efektif, interaktif, peserta mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi, mampu membangun hubungan interpersonal sehingga diharapkan peserta lebih termotivasi dan percaya diri. metode tutor sebaya juga merupakan media bagi peserta untuk mengembangkan konsep (ahdiyat, 2014), sehingga peserta dapat menyesuaikan, sesuai dengan kebutuhan di instasi masing-masing juga jabatan fungsional masing-masing. melalui metode tutor sebaya ini, terjadi interaksi antara sesama peserta dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh fasilitator. metode tutor sebaya juga menekankan pada keterlibatan seluruh peserta, dan kerjasama kelompok dalam menyelesaikan tugas dari fasilitator. fasilitator dituntut untuk lebih selektif dalam menentukan peserta yang akan dikelompokkan dalam sebuah kelompok (ahdiyat, 2014). untuk pemilihan tutor, dilakukan berdasarkan kriteria pilihan/rekomendasi dari fasilitator, mampu menjelaskan teori statistik, mampu mengoperasikan software statsitik, memiliki pemahaman untuk menginterpretasikan data, serta mampu men-delivery materi dengan baik. tim fasilitator akan terus memantau proses pembelajaran hingga selesai, dan memberi masukan sekiranya ada teori atau pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh tutor sebaya. proses belajar dengan tutor sebaya memudahkan peserta dalam berkomunikasi, dan lebih kooperatif. hal tersebut karena penyampaian materi melalui tutor sebaya akan menggunakan bahasa seharihari, lebih akrab, sehingga membantu peserta untuk lebih memahami materi. peserta akan lebih kreatif dalam mencari studi-studi kasus, karena peserta lebih mudah bertanya, lebih terbuka, dan dapat bertukar pikiran pada tema yang familiar diinstansi mereka, dengan teman sebaya, daripada dengan fasilitator (anggorowati, 2011). evaluasi ketercapaian tujuan pembelajaran diakhir sesi peserta kemudian memberikan evaluasi kepada fasilitator terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran. hasilnya didapatkan hasil untuk gelombang 1 rata-rata ketercapaian tujuan pembelajaran adalah 91,4, sedangkan pada gelombng 2 sebesar 92,1. simpulan pembelajaran mata pelatihan analisis data kuantitatif secara distance learning memerlukan startegi khusus bagi peserta kelas sosial, terutama untuk memudahkan peserta yang belum pernah mendapat materi statistik di bangku perkuliahan formal. strategi dilakukan dengan membuat perencanaan yang matang melalui informasi karakteristik peserta, yang digali dari kegiatan survey pendahuluan melalui angket. penerapan vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.221 70 kuis interaktif, pembelajaran interaktif, dilakukan untuk menggali wawasan peserta, terhadap materi teori analisis deskriptif dan inferensial. skema praktikum dilakukan dengan strategi kombinasi cooperatif learning stad, dan tutor sebaya. strategi pembelajaran analisis data kuantitatif tersebut mampu memberikan tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran diatas 90. daftar rujukan ahdiyat, m. (2014). metode tutor sebaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi pengolahan data. jurnal formatif, 4(1), (71-79). anggorowati. (2011). penerapan model pembelajaran tutor sebaya padamata pelajaran sosiologi. jurnal komunitas, 3 (1), 103-120. elyas, a. n. (2018). penggunaan model pembelajaran e-learning dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. jurnal warta, 56(4), (1-11), https://doi.org/10.46576/wdw.v0i56.4 ilmiyah, n. h. & sumbawati, m.s. (2019). pengaruh media kahoot dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa. jurnal information engineering and educational technology, 3(1). irawan, i, luthfi, z. f. dan waldi, a. (2019). efektifitas penggunaan kahoot! untuk meningkatkan hasil belajar siswa [effectiveness of using kahoot! to improve student learning outcomes], pedagogia: jurnal pendidikan, 8 (1), 10.21070/pedagogia.v8i1.1866 masitoh & dewi, l. (2009). strategi pembelajaran. jakarta: direktorat jenderal pendidikan islam. nurizzati, y. (2017). peranan statistika dalam penelitian sosial ekonomi. jurnal edueksos, 1(1). sundayana, r. (2012). upaya meningkatkan kemampuan komunikasi statistika melalui pemberian praktikum pengolahan data berbantuan komputer pada mahasiswa prodi pendidikan matematika stkip-garut. jurnal pendidikan matematika, 1(2), (51-58). undang-undang nomor 5 tahun 2015 tentang aparatur sipil negara. peraturan pemerintah nomor 11 tahun 2017 tentang manajemen pegawai negeri sipil. peraturan pemerintah nomor 17 tahun 2020 tentang perubahan atas peraturan pemerintah nomor 11 tahun 2017 tentang manajemen pegawai negeri sipil. peraturan lipi nomor 20 tahun 2019 tentang petunjuk teknis jabatan fungsional peneliti. microsoft word 04-fina.docx vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.121 574 received : 13-02-2021 revised : 21-04-2021 published : 03-05-2021 efektivitas media permainan tangga konsep (mind ladder game) untuk meningkatkan keterampilan menyusun teks cerita pendek fina mulianastiti smp negeri 4 malang, indonesia finamulia@gmail.com abstrak: proses pembelajaran teks cerita pendek pada siswa kelas ix ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menyusun cerita pendek berdasarkan kerangka dengan memperhatikan struktur teks dan kebahasaan. data pemerolehan nilai dari hasil ulangan harian (uh) menunjukkan bahwa 52 % siswa masih ikut remedi sedangkan ulangan tengah semester (uts) menunjukkan bahwa 43,5 % siswa masih ikut remedi. khusus kompetensi dasar menyusun teks cerita pendek, mereka masih mengalami kesulitan karena kecanduan gawai dan game online. penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (ptk) yang dilaksanakan dalam dua. masingmasing siklus terdiri dari 3 tahap yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan dan observasi, (3) evaluasi dan refleksi. penelitian ini menggunakan media inovatif dan interaktif yang diberi nama permainan tangga konsep (mind ladder game). hasil menunjukkan bahwa keterampilan menyusun teks cerita pendek menunjukkan hasil belajar yang signifikan. pada siklus 1 peningkatan keterampilan menyusun orientasi dengan rata-rata klasikal 100 dengan ketuntasan klasikal sebesar 100%, sedangkan peningkatan komplikasi masih menurun dengan rata-rata klasikal sebesar 72 dengan ketuntasan klasikal sebesar 17,3%, dan peningkatan resolusi dengan ratarata klasikal sebesar 88% dengan ketuntasan klasikal sebesar 95,6%. hasil penelitian pada siklus 2 peningkatan keterampilan menyusun orientasi dengan rata-rata klasikal 100% dengan ketuntasan klasikal sebesar 100%, sedangkan peningkatan komplikasi mengalami peningkatan dengan rata-rata klasikal sebesar 96 dengan ketuntasan klasikal sebesar 82,6%, dan peningkatan resolusi dengan rata-rata klasikal sebesar 97 dengan ketuntasan klasikal sebesar 86,9%. kata kunci: mind ladder game; permainan tangga konsep; teks cerita pendek; struktur teks cerita pendek vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.121 575 pendahuluan di smp negeri 4 malang kelas 9 diajarkan materi teks cerita pendek. siswa masih membutuhkan pemahaman terkait tahapan alur yang ada pada sturktur teks cerita. pembelajaran pemahaman alur ini masih belum banyak siswa ketahui, sehingga penulis ingin memberi materi yang lebih mendalam terkait alur cerita pendek tersebut. siswa lebih menyukai pembelajaran audio-visual yang menarik daripada pembelajaran hanya sekadar membaca saja yang hanya melibatkan visual saja. perkembangan dunia digital semakin maju dan berkembang. hal ini ditandai dengan banyaknya media pembelajaran yang inovatif dan interaktif yang menggunakan media digital. guru dituntut harus mampu dalam memanfaatkan multimedia dan menggunakan media digital untuk menunjang pembelajaran di kelas. guru tidak boleh konservatif dalam menjalankan proses mengajarnya, melainkan harus memiliki sifat progresif dengan terus memperbaiki diri pada setiap penampilannya dalam pembelajaran. pembelajaran berbasis media ini dapat memanfaatkan video game, video, web, program komputer dan internet untuk menciptakan edutainment yang menyenangkan bagi siswa. siswa diajak aktif dalam pembelajaran di kelas. berdasarkan proses pembelajaran teks cerita pendek pada siswa kelas ix.i semester gasal dapat dilihat bahwa masih banyak siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran. guru sudah menggunakan media gambar untuk ilustrasi cerita pendek, menayangkan materi pembelajaran dalam power point dan menayangkan video film kartun untuk menyusun teks cerita pendek. namun siswa masih banyak yang belum menampakan keaktifan yang menyenangkan. mereka merasa masih terbebani dalam mengerjakan tugas-tugas dari guru. data pemerolehan nilai dari hasil ulangan harian (uh) menunjukkan bahwa 52 % siswa masih ikut remedi sedangkan ulangan tengah semester (uts) menunjukkan bahwa 43,5 % siswa masih ikut remedi. faktor lain pun ikut mempengaruhi proses belajar siswa salah satunya yaitu mereka banyak yang ketagihan video game baik bermain di handphone maupun di komputer. maraknya game online dan offline ini mengakibatkan mengganggu konsentrasi belajar mereka di rumah. waktu untuk belajar banyak tersita untuk bermain game. penelitian yang sejenis belum ditemukan. namun penelitian yang menggunakan media video game berbasis program adobe flash cs3 sudah pernah dilaksanakan misalnya video game ular tangga. peneliti menelah penelitian yang dilaksanakan oleh apriyanto (2012) dengan judul pengembangan media pembelajaran permainan ular tangga berbasis adobe flash cs3 untuk menunjang ktsp pada pokok bahasan gerak lurus smp kelas ix. berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin menciptakan suasana belajar aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan dengan menggunakan media permainan tangga konsep” (mind ladder game). metode jenis penelitian jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (ptk). istilah penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa inggris yaitu classroom action research. penelitian tindakan kelas dapat dimaknai dari kata yang membentuknya, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. kata penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunkan cara ddan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. kata tindakan menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.121 576 dilakukan dengan tujuan tertentu. kelas dalam hal ini tidak terkait pada pengertian ruang kelas, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula (arikunto, 2006:91) penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang strategis bagi pendidik untuk meningkatkan dan atau memperbaiki layanan pendidikan dalam konteks pembelajaran di kelas. tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan meningkatkan layanan profesional pendidik dalam menangani proses belajar mengajar. penelitian ini dirancang dalam empat tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. sebelum melakukan tindakan, peneliti melakukan studi pendahuluan di lapangan. penelitian tindakan kelas menurut susilo (2008:1) adalah penelitian sebagai sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh guru atau calon guru yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi pembelajaran. penelitian tindakan kelas adalah bagaiman sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu (wiriaatmaja, 2007:13) pendapat kunandar (2008:46) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang (a) praktik-praktik pendidikan mereka, (b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi dimana praktik-praktik tersebut dilaksanakan. dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mencari masalah atau hambatan pembelajaran yang terjadi selama proses pembelajaran yang diterapkan seorang pendidik , sehingga seorang peneliti harus mampu mencari titik pemecah atau penyelesain dari masalah atau hambatan tersebut melalui tindakan-tindakan nyata dengan menggunakan metode, strategi, alat atau media baik itu baru maupun yang diinovasikan dengan harapan mampu menyelesaikan atau meminimalisisasi masalah atau hambatan. dengan demikian, penelitian tindakan kelas memfokuskan untuk memperbaiki praktik dalam pembelajaran di kelas sehingga pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. kehadiran dan peran peneliti di lapangan penelitian tindakan kelas (ptk) merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaikai atau meningkatkan mutu proses pembelajaran dan hasil pembelajaran di kelas. peneliti mencobakan suatu media baru yang merupakan gagasan baru yang belum pernah diujicobakan. media baru tersebut adalah permaianan tangga konsep (mind ladder). dalam pelaksanaan pembealajaran di kelas pun menggunakan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan ilmiah (saintific learning). dalam penelitian ini, peneliti merupakan pengumpul data dan kehadiran peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai guru model yang menerapkan pembelajara. dalam penelitian tindakan kelas diperlukan observer yaitu guru bahasa indonesia. peneliti bersama teman guru bahasa indonesia terlibat langsung dalam merencanakan tindakan, melakukan tindakan, observasi, refleksi, pengumpulan data, dan menganalisis data. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.121 577 lokasi dan waktu penelitian penelitian tindakan kelas (ptk) ini dilaksanakan di kelas ix i smp negeri 4 malang yang beralamat di jalan veteran 37 kelurahan lowokwaru malang telepon (0341) 551289 . peneliti memilih sekolah ini karena peneliti sedang bertugas mengajar di smp negeri 4 malang dan sekolah ini merupakan sekolah yang ditunjuk oleh kemendiknas untuk melaksanakan kurikulum 2013. penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2018/2019. penelitian ini berlangsung selama dua bulan yaitu bulan april sampai dengan mei 2019. peneliti melaksanakan studi pendahuluan pada bulan september 2019, sedangkan pelaksanaan siklus penelitian pada bulan september-oktober 2019. subjek penelitian subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas ix.i smp negeri 4 malang dengan jumlah 33 siswa. siswa kelas ix.i merupakan siswa yang dijaring melalui tes online pada penerimaan siswa baru. mereka adalah siswa putra yang mempunyai bakat dalam bidang seni khususnya paguyuban peminat seni tradisi atau ppst . siswa ix i merupakan siswa yang aktif, cenderung tidak mau diam, dan memiliki daya energi yang luar biasa. di kelas ini yaitu terdiri dari hanya siswa putra saja, memiliki kemampuan yang heterogen. kemampuan dan tingkat belajar yang berbeda-beda. ada siswa yang selalu siap dalam menerima pelajaran, ada siswa yang lambat belajarnya dan ada siswa yang selalu meminta bimbingan dari guru. ada siswa yang mempunyai permasalahan di keluarga sehingga mengganggu belajar di sekolah. hambatan proses bealajar lainnya adalah hampir semua siswa putra di kelas ix.i menyukai game baik game online maupun game offline. hal inilah dapat dikeatahui oleh peneliti ketika proses pembelaajaran ada siswa yang bermain game di handphone mereka. siswa yang seperti itu diberi peringatan dengan menyita handphone-nya dan memanggil orang tua ke sekolah. hal yang menjadi perhatian peneliti dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas. dengan tindakan ini diharapkan siswa lebih konsentrasi dan dapat bealajar dengan senang tanpa beban. data dan sumber data data dalam penelitian tindakan keals ini merupakan data yang diambil peneliti yang berupa data proses tindakan dan data hasil tindakan. data proses berupa data verbal dan data tingkah laku subjek yang diteliti yang bersumber dari kegiatan belajar mengajar pemahaman teks cerita pendek dengan menggunakan media permainan tangga konsep. data proses diperoleh dari pengamatan perilaku siswa, data hasil kegiatan studi pendahuluan, yaitu data hasil rekaman wawancara dan hasil pengamatan pembelajaran di kelas sebelum tindakan dan sesudah tindakan. sedangkan data hasil tindakan berupa transkrip hasil evaluasi pemahaman strutur teks cerita pendek. instrumen pengumpulan data instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga mudah diolah (arikunto, 2012:151). dalam penelitian ini ada dua instrumen yaitu instrumen kunci dan instrumen penunjang. dalam penelitian ini yang menjadi instrumen kunci adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp), sedangkan instrumen penunjang adalah sebagai berikut. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.121 578 (1) pedoman observasi pedoman observasi berisi sejumlah pedoman pengamatan selama proses tindakan. pedoman tersebut berisi pengamatan aktivitas siswa dan guru selama penelitian. (2) pedoman wawancara pedoman wawancara ini berisi hasil wawancara dengan siswa tentang pelaksanaan tindakan. sikap dan penialain siswa terhadap media pembelajaran yang diberikan. (3) rubrik penilaian proses pedoman rubrik penilaian proses ini meliputi instrumen penilaian proses belajar siswa di kelas dan proses mengajar guru dalam pembelajaran. (4) rubrik penilaian hasil pedoman rubrik penilaian hasil meliputi tes pemahaman siswa terhadap struktur teks cerita pendek. analisis data, evaluasi dan refleksi menurut patton dalam moleong dalam pararuk (2011:103) analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. analisis data dilaksanakan dalam tiga tahap. pertama, reduksi data yaitu proses menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah atau kebutuhan penelitian. kedua, menyajikan data yaitu data hasil reduksi disajikan dengan cara mengorganisasikannya. ketiga, menarik kesimpulan yaitu kesimpulan dan verifikasi data, semua data yang terkumpul dan selanjutnya akan ditarik sebuah simpulan. hasil analisis data akan dievalusi dengan menyesuaikan hasil analisis dengan kriteria yang ditetapkan pada rancangan penelitian. hasil analisi data tersebut sebagai bahan refleksi dan selanjutnya untuk digunakan dalam perbaikan rancangan tindakan pembelajaran pada siklus berikutnya. hasil hasil pra tindakan selama proses pembelajaran siswa masih kesulitan dalam menyusun urutan kutipan cerita pendek berdasarkan struktur teks cerita pendek. siswa kesulitan dalam mengubah teks cerpen dari internet ke dalam struktur teks cerita pendek. kesulitan tersebut diuraikan sebagai berikut. (1) siswa kesulitan dalam memahami struktur orientasi. (2) siswa kesulitan memahami struktur komplikasi. (3) siswa kesulitan memahami struktur resolusi. data dokumentasi hasil keterampilan menyusun teks cerita pendek pratindakan dapat dilihat pada tabel 1 berikut. tabel 1. keterampilan menyusun teks cerita pendek pratindakan rentangan nilai nilai catatan 0 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 10 siswa 6 siswa remedi 81 – 100 13 siswa rata-rata klasikal 81 ketuntasan klasikal 56,5 % vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.121 579 hasil pembelajaran teks cerita pendek siswa kelas ix.i siswa smp negeri 4 malang pada semester gasal tahun ajaran 2019/2020 menunjukkan data pemerolehan nilai dari hasil ulangan harian (uh) menunjukkan bahwa 52 % siswa masih ikut remedi sedangkan ulangan tengah semester (uts) menunjukkan bahwa 43,5 % siswa masih ikut remedi. sehingga 52 % siswa masih ikut remedi 1 kali dan ada 4 siswa yang ikut remedi 2 kali. itu pun masih ada 1 siswa yang belum menunjukkan ketuntasan belajar karena semua hasil remedi masih di bawah kkm (7,5). salah satu nilai yang kurang dikarenakan belum memahami struktur teks cerita pendek. siswa belum bisa mengurutkan kutipan teks cerita pendek berdasarkan tahapan alur cerita. faktor lain pun ikut mempengaruhi proses belajar siswa salah satunya yaitu mereka banyak yang ketagihan video game baik bermain di handphone maupun di komputer. maraknya game online dan offline ini mengakibatkan mengganggu konsentrasi belajar mereka di rumah. waktu untuk belajar banyak tersita untuk bermain game. masalah pembelajaran di kelas harus segera ditindaklanjuti agar segera teratasi dengan baik. oleh sebab itu, peneliti memilih untuk melakukan penelitian tindakan kelas (ptk). hasil belajar siklus 1 hasil belajar siswa pada siklus 1 ini terdiri dari (a) penilaian pemahaman struktur orientasi, komplikasi, dan resolusi, (b) nilai total pemahaman, (c) nilai rata-rata klasikal pemahaman siswa. hasil belajar siswa dilaporkan secara individual (lihat lampiran). data hasil pemahaman struktur teks cerita pendek pada siklus 1 dapat dipaparkan pada tabel sebagai berikut. tabel 2. pemahaman struktur teks cerita pendek siklus 1 rentangan nilai orientasi komplikasi resolusi total nilai rata-rata pemahaman 0 – 20 0 0 0 0 21 – 40 0 0 0 0 41 – 60 0 8 siswa 0 0 61 – 80 0 11 siswa 1 siswa 3 siswa 81 – 100 23 siswa 4 siswa 22 siswa 20 siswa rata-rata klasikal 100 72 88 84 ketuntasan klasikal 100 % 17,3 % 95,6 % 86,9 % berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa hasil belajar pemahaman struktur teks cerpen pada siklus 1 yaitu ketuntasan klasikal untuk pemahaman orientasi sudah 100%, sedangkan pemahaman komplikasi masih 17,3%, dan pemahaman resolusi mencapai 86,9%. sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa secara klasikal masih mengalami kesulitan dalam memahami struktur komplikasi pada teks cerita pendek. hal ini disebabkan (a) siswa masih belum bisa membedakan tahapan alur pada struktur komplikasi, (b) siswa belum bisa mengurutkan kutipan teks pada struktur komplikasi, (c) permainan tangga konsep masih mempunyai kelemahan dalam mendukung pemahaman siswa. jadi, dengan pemerolehan data tersebut peneliti harus dapat memperbaiki tindakan untuk perbaikan pada siklus 2. peneliti dan observer mempersiapkan perbaikan tindakan, yaitu sebagai berikut: (a) peneliti memperbaiki waktu pengerjaan permaianan tangga konsep lebih diperpanjang waktu pengerjaanya (b) pada lks ditulis hasil kesimpulan yang diambil siswa mengenai struktur teks dan tahapan alur yaitu pengertian masing-masing tahapan alur teks cerita pendek. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.121 580 struktur orientasi hanya terdapat tahapan alur paparan saja. siswa tidak mengalami kesulitan karena mereka dapat dengan menemukan kata kunci dalam kutipan teks cerita pendek. hasil peningkatan pemahaman struktur orientasi pada siklus 1 dapat dilihat dari data sebagai berikut. gambar 1. diagram peningkatan keterampilan menyusun orientasi siklus 1 dari tabel di atas menjelaskan bahwa seluruh siswa secara klasikal mengalami peningkatan 100 % dalam memahami struktur orientasi teks cerita pendek. hal ini disebabkan oleh siswa sudah mampu mencari kata kunci sebagai penanda struktur orientasi pada tahapan alur paparan. siswa ada yang masih salah dalam menyusun tahapan alur pada struktur komplikasi ini. beberapa siswa terlihat mengulang dan masih salah dalam menyusun komplikasi sehingga mengulang permaianan. ketika mengulang waktu yang tersedia hanya 20 detik, mereka kekurangan waktu dan mengulang kembali. pada level 3 belum ada yang dapat menyelesaikan tahapan alur pada struktur komplikasi. data peningkatan pemahaman struktur komplikasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. gambar 2. diagram peningkatan keterampilan menyusunkomplikasi siklus 1 dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa yang sudah meningkatkan pemahaman struktur komplikasi pada siklus 1 sebanyak 17,3 %, sedangkan siswa yang belum meningkat seabanyak 82,7%. dari pelaksanaan tindakan siklus 1 ini diperoleh dimana letak titik permasalahan siswa yang mengalami kesulitan dalam menyusun dan mengurutkan kutipan teks cerita pendek. siswa sudah meningkat 100% siswa sudah meningkat, 17.3 % siswa belum meningkat, 82.7 % vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.121 581 data yang didapat peneliti pada saat tindakan dalam meningkatkan pemahaman struktur resolusi pada siklus 1 ini dapat dilihat dari tabel peningkatan pemahaman struktur resolusi siklus1 berikut. gambar 3. diagram peningkatan keterampilan menyusun resolusi siklus 1 hasil belajar siklus 2 setelah melaksanakan tidakan pada siklus 2 didapat peningkatan pemahaman strutur teks cerita pendek. melalui permainan tangga konsep (mind ladder game), siswa mengalami peningkatan pemahaman struktur teks cerita pendek. maka ditunjukakan dengan hasil belajar siswa pada siklus 2 ini terdiri dari (a) penilaian pemahaman struktur orientasi, komplikasi, dan resolusi, (b) nilai total pemahaman, (c) nilai rata-rata klasikal pemahaman siswa. hasil belajar siswa dilaporkan secara individual (lihat lampiran). ringkasan data hasil belajar siswa dipaparkan sebagai berikut. tabel 3. keterampilan menyusun struktur teks cerita pendek siklus 2 rentangan nilai orientasi komplikasi resolusi total nilai rata-rata pemahaman 0 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 4 siswa 1 siswa 3 siswa 81 – 100 23 siswa 19 siswa 22 siswa 20 siswa rata-rata klasikal 100 96 94 97 ketuntasan klasikal 100 % 82,6 % 95,6 % 86,9 % data di atas dapat dijelaskan bahwa hasil belajar pemahaman struktur teks cerpen pada siklus 2 mengalami peningkatan. peningkatan pemahaman dapat dilihat dari ketuntasan klasikal pemahaman orientasi tetap 100%, sedangkan pemahaman komplikasi naik menjadi 82,6 %, dan pemahaman resolusi tetap mencapai 86,9%. sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa secara klasikal sudah mengalami peningkatan dalam memahami struktur komplikasi pada teks cerita pendek. peningkatan pemahaman struktur komplikasi dipengaruhi factor sebagai berikut. (a) siswa masih belum bisa membedakan tahapan alur pada struktur komplikasi, (b) siswa belum bisa mengurutkan siswa sudah meningkat, 96,6% siswa belum meningkat, 4,4% vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.121 582 kutipan teks pada struktur komplikasi, (c) permainan tangga konsep masih mempunyai kelemahan dalam mendukung pemahaman siswa. jadi, dengan pemerolehan data tersebut peneliti harus dapat memperbaiki tindakan untuk perbaikan pada siklus 2. peneliti dan observer mempersiapkan perbaikan tindakan, yaitu sebagai berikut: (a) peneliti memperbaiki waktu pengerjaan permaianan tangga konsep lebih diperpanjang waktu pengerjaanya (b) pada lks ditulis hasil kesimpulan yang diambil siswa mengenai struktur teks dan tahapan alur yaitu pengertian masing-masing tahapan alur teks cerita pendek. permainan tangga konsep masih menggunakan permainan tangga konsep yang masih sama dengan pembelajaran siklus 1. siswa semakin memahami isi bacaan teks cerita pendek. siswa sudah berlatih dengan menggunakan permainan (game). sehingga siswa masih tidak mengalami kesulitan dan masih dapat menemukan struktur orientasi pada tahapan paparan level 1, level 2, dan level 3. data siswa yang mampu meningkatkan pemahaman komplikasi dapat dilihat dari diagram berikut. gambar 4. diagram ketuntasan klasikal keterampilan menyusun orientasi siklus 2 pembelajaran pada siklus kedua ini mengalami peningkatan pemahaman struktur komplikasi. banyak siswa yang dapat meningkatkan pemahamnnya terhadap struktur komplikasi. meskipun ada siswa yang masih mengulang permainan sebanyak 1 kali, karena belum bisa mengurutkan di bagian komplikasi. itu pun hanya mengulang satu kali permainan. siswa yang belum bisa mengurutkan struktur komplikasi ada 5 siswa. data peningkatan pemahaman struktur komplikasi teks cerita pendek dapat dilihat dari tabel berikut. gambar 5. diagram ketuntasan klasikal keterampilan menyusun komplikasi siklus 2 siswa yang meningkat ; 100% siswa sudah meningkat 82,6% siswa belum meningkat 28% vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.121 583 proses pembelajaran pada siklus 2 ini dalam rangka peningkatan pemahaman struktur resolusi teks cerita pendek. peningkatan pemahaman struktur resolusi teks cerita pendek melalui media tangga konsep (mind ladder game) mengalami peningkatan. meskipun masih ada siswa yang mengulang permainan satu sampai dua kali. namun siswa dapat menyelesaikan dengan baik. data peningkatan pemahaman struktur resolusi siklus 2 dapat dilihat pada tabel berikut. gambar 6. diagram ketuntasan klasikal keterampilan menyusun struktur resolusi siklus 2 data dari diagram tersebut menjelaskan bahwa siswa yang sudah mengalami peningkatan 95,6% sedangkan siswa yang belum meningkat pemahaman struktur teks cerita pendek adalah 4,4%. hal ini masih sama dengan siklus 1 yaitu ada dua siswa yang belum meningkat. faktor tersebut karena dua siswa ada yang belum teliti dalam menganalisa struktur resolusi, khususnya di level 2 pada teks cerita pendek si kancil dan siput. evaluasi kebermanfaatan media berdasarkan data dan temuan penelitian seperti yang dipaparkan di atas, maka dilakukan evaluasi terhadap proses dan tindakan yaitu sebagai berikut. (a) kelebihan-kelebihan pelaksanaan pada siklus 1 1. penyusunan lks sudah menunjukkan kompetensi inti, kompetensi dasar. 2. permainan tangga konsep (mind ladder game) masih dibutuhkan perbaikan misalnya waktu, kutipan yang masih ada yang kurang misalnya pada resolusi. 3. permainan sudah menarik dan membuat siswa seperti bermain. mereka sangat antusias untuk menyelesaikan permainan. 4. teks cerita pendek menarik dan mudah dipahami. (b) kelemahan-kelamahan pelaksanaan pada siklus 1 1. indikator masih global seharusnya diperbaiki dengan memfokuskan pada peningkatan pemahaman struktur teks cerita pendek. 2. permainan harus direvisi seperti kutipan yang hilang diperbaiki 3. ada siswa yang masih bermain game lain selain permainan tangga konsep. 4. rata-rata klasikal pemahaman struktur komplikasi masih sangat kurang yaitu 72. ini masih dibawah kkm (kkm = 75). 5. ketuntasan klasikal pemahaman struktur komplikasi masih sangat kurang yaitu 17,3 %. siswa sudah meningkat 95,6% siswa belum meningkat 4,4% vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.121 584 refleksi berdasarkan hasil evaluasi, maka dari hasil pembelajaran pada siklus 1 ini dapat dilakukan refleksi sebagai berikut. 1. pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 dapat dilaksanakan dengan baik dan berorientasi siswa . pembelajaran sudah mencerminkan pembelajaran paikem (pembelajaran aktif,inovatif, kreatif, dan menyenangkan). 2. siswa mendapat tantangan untuk menyelesaiakn tiap level permaianan tangga konsep ( menambah motivasi belajar siswa terhadap pemahaman struktur teks cerita pendek). 3. hasil pemahaman siklus 1 yaitu pemahaman orientasi 100%, pemahaman komplikasi 17,3 % ; sedangkan resolusi 95,6 %. penelitian ini masih diperlukan siklus 2 perlu peningkatan pemahaman struktur komplikasi pada teks cerita pendek. tindak lanjut berdasarkan hasil refleksi, maka tindak lanjut yang harus dilaksanakan untuk perbaikan pada siklus kedua adalah sebagai berikut. 1. proses pembelajaran pada siklus sebelumnya harus dipertahankan, tetapi ada beberapa perbaikan proses pembelajaran. siswa harus bermain permainan tangga konsep saja. siswa harus lebih teliti dalam bermain game. 2. aturan permaianan tangga konsep harus diperbaiki dan paparan yang tidak ada pada level 3 harus seegera diperbaiki. siswa dapat mengulang dengan waktu yang sama dengan awal permaianan. 3. tindakan perbaikan dalam peningkatan pemahaman siswa terhadap struktur komplikasi yaitu siswa harus memperhatikan kata kunci pada tiap-tiap kutipan teks yang sudah dipelajari pada siklus sebelumnya. jadi siswa harus mengingatnya dengan baik. pembahasan pendapat sudrajat (2013) yang menyatakan bahwa melalui pendekatan saintifik/ilmiah, selain dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian. artinya, dalam proses pembelajaran, siswa dibelajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan diajak untuk beropini apalagi fitnah dalam melihat suatu fenomena. mereka dilatih untuk mampu berfikir logis, runut dan sistematis, dengan menggunakan kapasitas berfikir tingkat tinggi (high order thingking/hot). pembelajaran yang dilaksanakan guru dalam penelitian ini sangat selaras dengan pendapat sudrajat tersebut. peranan guru sebagai desainer pembelajaran yang menyelnggarakan pembelajaran yang berorientasi siswa harus dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran. maka peneliti menggunakan sebuah media interaktif bagi siswa yaitu permainan tangga konsep (mind ladder game) sangat cocok untuk membantu siswa mengoordinasi segala pengetahuannya dan menemukan fakta-fakta baru tentang struktur teks cerita pendek. siswa menemukan sendiri masalah belajar mengapa belum dapat menyusun teks cerita pendek berdasarkan struktur teks cerita pendek. berikut desain permainan tangga konsep (mind ladder game). vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.121 585 gambar 7. desain media permainan tangga konsep (mind ladder game) dari gambar di atas menjelaskan bagian-bagian permainan tangga konsep (mind ladder game). bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut. a. anak tangga, jumlah disesuaikan dengan tahapan alur teks cerita pendek. tangga konsep ini terdiri dari tahapan alur pada struktur teks cerita pendek. struktur orientasi terdiri dari paparan; struktur komplikasi terdiri dari rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan, dan klimaks; sedangkan struktur resolusi terdiri dari leraian dan selesaian. b. kartu teks, berisi kutipan teks cerita pendek berdasarkan tahapan alur teks cerita pendek. c. alat penghitung waktu (timer) berfungsi untuk menghitung waktu permainan. d. kotak tahapan alur berfungsi untuk meletakkan kartu kutipan yang sesuai dengan tahapan alur teks cerita. e. tombol cek berfungsi untuk mengecek salah atau benar dari jawaban mengurutkan kutipan teks cerita. f. tombol ulang, berfungsi untuk mengulang permainan jika ingin lanjut ke level berikutnya. g. kotak ajaib, berisi tentang aturan permainan, kutipan bacaan teks cerita, skor hasil penialainn akhir pekerjaan guru sebagai motivator berusaha memotivasi siswa dengan bermain sambil belajar struktur teks cerita pendek. sehingga siswa dapat menemukan pengetahuan baru melalui kegiatan bermain. apa lagi siswa ix.i adalah siswa khusus olah raga yang lebih menyukai permainan dan petualangan. siswa semakin termotivasi dalam menyusun kutipan teks cerita pendek berdasarkan tahapan alur. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.121 586 gambar 8. siswa bermain tangga konsep berdasarkan hasil penelitian siklus 1 ditemukan titik dimana masalah mengapa siswa belum ammpu menyusun kutipan teks cerita pendek yaitu siswa belum memahami struktur komplikasi dengan baik. mereka masih mengalami kesulitan dalam menyusun berdasarkan tahapan alur pada struktur komplikasi. struktur serita pendek terdiri dari orientasi, komplikasi dan resolusi. struktur orientasi terdiri tahapan alur paparan. struktur komplikasi terdiri dari rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan dan klimaks. sedangkan struktur resolusi terdiri dari tahapan alur leraian dan selesaian. permaianan tangga konsep (mind ladder game) ini menjelaskan bahwa menyusun kutipan-kutipan teks cerita berdasarkan tahapan alur. tahapan alur cerita pendek digambarkan seperti menaiki anak tangga dan akhirnya menurun dan berhenti. anak tangga pertama merupakan tahapan alur paparan, anak tangga kedua merupakan rangasangan, anak tangga ketiga merupakan tikaian, anak tangga keempat merupakan rumitan, anak tangga kelima adalah puncak cerita yang disebut klimaks, dan akhirnya mengalami penurunan konflik yang digambarkan anak tangga menurun yang disebut dnegan leraian, dan berhenti di anak tangga terakhir yang berada di bawah yang disebut selesaian. tangga konsep struktur cerita pendek dapat dilihat dari grafik berikut. gambar 9. tangga konsep struktur cerita pendek vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.121 587 berdasarkan gambar tersebut struktur orientasi berada pada dasar tangga yang berupa paparan cerita yaitu tahapan alur yang menceritakan awal mula cerita. tangga kedua samapai tangga keenam merupakan struktur komplikasi yang terdiri dari rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan dan klimaks. tahapan alur rangsangan adalah cerita mulai berkembang dengan adanya rangsangan cerita yaitu mulai ada pemicu konflik. tahapan alur gawatan adalah cerita mulai menggawat atau meluas sehingga menimbulkan gejolak permasalahan yang menimpa tokoh cerita. tahapan alur tikaian adalah tahapan alur sedang berkembang mulai timbul konflik (batin, fisik atau ideologi). tahapan alur rumitan adalah tahapan alur yang menceritakan bahwa masalah semakin rumit dan sulit. sedangkan klimaks adalah tahapan dimana alur cerita berada di puncak cerita dengan ditandai konflik semakin meruncing (misalnya: perpisahan, perceraian, pertikaian, dll). pada struktur resolusi terdapat tahapan alur leraian dan selesaian. tahapan alur leraian adalah tahapan alur mulai ada penurunan dengan munculnya pihak ketiga (tokoh pelerai/ sampingan) yang melerai pertikaian antar tokoh cerita. sedangkan tahapan alur selesaian adalah tahapan alur yang menggambarkan akhir dari cerita yaitu berakhir bahagia (happy ending) atau berakhir sedih (sad ending). maka keberhasilan peningkatan pembelajaran ini selaras dengan dua pendapat ahli berikut. (1) menurut hope dan dayton dalam sumarni dalam apriyanto (2012) menyatakan bahwa ada lima bentuk pembelajaran berbantuan komputer yang bisanya digunakan untuk mendeskripsikan cara-cara pembelajaran berbantuan komputer yang dapat dilakukan dalam bidang apapun, yaitu model tutorial, model drill and practice, model problem solving, model simulasi dan model game. model game adalah bentuk permainan yang disajikan mengacu pada proses pembelajaran dengan menggunakan program multimedia yang mengacu pada aktifitas belajar dan bermain. dengan demikian, siswa tidak merasa sedang benar-benar bealajar. (2) menurut sadiman dalam sumarni dalam apriyanto (2012:17) menyebutkabn beberapa kelebihan permaianan sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut. (1) permaianan adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan dan sesuatu yang menghibur. (2) permaianan memungkinkan adanya partisipasi aktif dari siswa untuk belajar. (3) permainaan dapat memberikan umpan balik secara langsung. hasil peningkatan pemahaman struktur teks cerita pendek siswa kelas ix.i dari siklus 1 dan siklus 2 mengalami peningkatan. peningkatan ini merupakan keberhasilan dari pembelajaran menggunakan media permainan tangga konsep (mind ladder game). hasil peningkatan pemahaman struktur teks cerita pendek dapat dilihat dari data berikut. tabel 4. hasil peningkatan keterampilan menyusun teks cerita pendek rentangan nilai siklus 1 siklus 2 orientasi komplikasi resolusi orientasi komplikasi resolusi 0-20 21-40 41-60 8 siswa 61-80 11 siswa 1 siswa 4 siswa 3 siswa 81-100 23 siswa 4 siswa 22 siswa 23 siswa 19 siswa 20 siswa rata-rata klaiskal 100 72 88 100 96 97 ketuntasan klasikal 100% 17,3% 95,6% 100% 82,6% 86,9% vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.121 588 dari data di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian peningkatan pemahaman struktur teks cerita pendek siswa kelas ix.i mengalami peningkatan. peningkatan pemahaman struktur orientasi pada siklus 1 meningkat 100%, sedangkan pada siklus 2 masih meningkat 100%. peningkatan pemahaman struktur komplikasi pada siklus 1 masih 17,3%, tetapi meningkat pada siklus 2 mencapai 82,6%. sedangkan peningkatan pemahaman struktur resolusi pada siklus 1 siswa yang menningkat 95,6%, sedangkan pada siklus 2 menurun 86,9%. dari data tersebut peningkatan pemahaman orientasi stagnan dari siklus 1 dan siklus 2. namun pada pemahaman komplikasi mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari siklus 1 peningkatan sebesar 17,3% menjadi meningkat pada siklus 2 yaitu 82,6%. akan tetapi pada pemahamn resolusi menurun dari siklus 1 sebesar 95,6% menurun menjdadi 86,9%. hal ini karena siswa belum teliti dan masih terjebak dengan permainan. pembelajaran menggunakan media permainan tangga konsep (mind ladder game) mengalami keberhasilan yang luar biasa dalam membentuk pengetahuan siswa. hal ini senada dengan pendapat asyar (2012) bahwa media memiliki peran yang sangat penting yaitu suatu sarana atau perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau saluran dalam suatu proses komunikasi antara komunikator dan komunikan. menurut rusman, dkk (2012) berpendapat bahawa pemerolehan pengetahuan, perubahan sikap, dan keterampilan, dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. sehingga pada siklus 1 dapat meningkat dan siklus 2 pun mengalami peningkatan yang luar biasa. siswa dapat memperoleh pengetahuan dan penguatan pengetahuan kembai dari siklus ke siklus. dan siswa pun mengalami ketuntasan belajar dalam meningkatkan pemahaman struktur teks cerita pendek. simpulan berdasarkan paparan data dan temuan penelitian serta pembahasan, maka hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan seabagai berikut. 1. pembelajaran dengan media permainan tangga konsep (mind ladder game) dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap struktur orientasi pada teks cerita pendek yang terdiri dari tahapan alur paparan. 2. pembelajaran dengan media permainan tangga konsep (mind ladder game) dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap struktur komplikasi pada teks cerita pendek yang terdiri dari tahapan alur rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan, dan klimaks. 3. pembelajaran dengan media permainan tangga konsep (mind ladder game) dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap struktur resolusi pada teks cerita pendek yang terdiri dari tahapan alur leraian dan selesaian. ucapan terima kasih terima kasih penulis ucapkan kepada ibu dr. pancayani dinihari, m.pd. selaku kepala smpn 4 malang yang banyak memberi dorongan dan motivasi kepada penulis. terima kasih tak terhingga untuk suami dan keluarga tercinta yang selalu menemani baik suka maupun duka dan selalu membimbing dalam kelelahan dan membangkitkan semangat dari keputusasaan. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.121 589 daftar rujukan aprilianty , evie.2013. kurikulum 2013: pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran sejarah.[online]tersedia:http://sejarahakademika. blogspot.com/2013/12/kurikulum2013-pendekatan-ilmiah-dalam.html [07 april 2014] arifin ,zainal. 2012. penelitian pendidikan.bandung:pt remaja rosdakarya. arikunto, suharsimi. 2006. prosedur penelitian. jakarta: pt rineka cipta. hamid, moh. sholeh. 2013. metode edutainment. jogjakarta:diva press. kemmis, s dan mc taggart, r.1992. the action research planner (third edition). victoria, australia: deakin university. kurniawan, dwi. 2010. pengembangan media pembelajaran permainan ular tangga berbasis macromedia flash 8.0 pada pokok bahasan pendudukan jepang di indonesia untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas xi program ips sma negeri 10 malang. skripsi tidak diterbitkan. malang : jurusan sejarah fakultas ilmu sosial universitas negeri malang. moloeng, lexy. 2000. metodologi penelitian kualitatif. bandung:remaja rosdakarya. mulianastiti, fina.2020. permainan tangga konsep (mind ladder game) untuk memahami alur teks narasi. jombang: kun fayakun. pararuk, ika novianti. 2011. peningkatan kemampuan menulis cerpen berdasarkan pengalaman diri sendiri melalui strategi mind mapping siswa kelas x-6 sma negeri 1 talun. skripsi tidak diterbitkan. malang : jurusan sastra indonesia fakultas sastra universitas negeri malang. sadiman, a. s. dkk. 2009. media pendidikan pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya. jakarta: rajawali pers. sugiyono. 2013. metode penelitian pendidikan.bandung: alfabeta. susilo, h. dkk. 2008. penelitian tindakan kelas sebagai sarana pengembangan keprofesionalan guru dan calon guru. malang:bayumedia publishing. wena, made. 2008. strategi pembelajaran inovatif kontemporer.jakarta: bumi aksara. wiriatmaja, rochiati. 2007. metode penelitian tindakan kelas. bandung: pt remaja rosdakarya. microsoft word 01-srianah.docx vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.18 1 received : 01-07-2020 revised : 15-08-2020 published : 20-09-2020 kartu pintar untuk peningkatan prestasi belajar berpidato persuasif kelas ix smp negeri 1 sukapura kabupaten probolinggo srianah smp negeri 1 sukapura probolinggo, indonesia srianahsmpn1sukapura@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar menulis teks pidato persuasif kelas ix dengan media kartu pintar pada smp negeri 1 sukapura kabupaten probolinggo. kartu pintar diterapkan dalam pembelajaran menulis teks pidato persuasif dan hasilnya dapat memudahkan siswa dalam menyerap materi pembelajaran menulis pidato persuasif. subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas ixa berjumlah 26 orang. metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (ptk) atau classroom action research (car) yang dilakukan secara kolaboratif. abstract: this study aims to describe the improvement in the learning achievement of class ix persuasive speech text writing with smart card media at smp negeri 1 sukapura, probolinggo regency. smart cards are applied in learning to write persuasive speech text and the results can make it easier for students to absorb persuasive speech writing learning material. the subjects of this study were 26 students of class ixa. the method used is classroom action research (car) which is carried out collaboratively. kata kunci: media pembelajaran, kartu pintar, pidato persuasif vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.18 2 pendahuluan dalam pembelajaran kompetensi dasar 4.4. menuangkan gagasan, pikiran, arahan atau pesan dalam pidato (pelepasan kelas ix) secara lisan dan/atau tulis dengan memerhatikan struktur dan kebahasaan. 4.4.2 menulis teks pidato persuasif dengan memerhatikan struktur dan kebahasaan pada ix smp negeri 1 sukapura tahun pelajaran 2019/2020 , dijumpai fakta terdapat 50 % peserta didik berhasil mencapai kkm pada kd ini. dan 48 % tidak berhasil mencapai kkm 5 % tidak berpidato persuasif dengan nilai rata-rata kelas sebesar 67. dapat dikatakan pembelajaran pada kd ini belum berhasil mencapai kkm sebesar 75. fakta tersebut penyebab peserta didik belum memenuhi kreteria ketuntasan minimal (kkm) dan indikator pencapaian kompetensi (ipk). untuk penyelesaian masalah di atas, dipilih media kartu pintar yang dikembangkan dalam penelitian tindakan kelas (ptk). pidato persuasif adalah jenis pidato yang bertujuan untuk menarik perhatian para pendengar, memengaruhi, serta bersifat mengajak atau membujuk para pendengar agar mereka menjadi yakin dan mau melakukan sesuai dengan tujuan pidato tersebut. isi pidato persuasif berdasarkan pada argumentasi yang nalar, logis, masuk akal, dan dapat dipertanggungjawabkan. pidato persuasif bersifat mengajak dan menghimbau masyarakat untuk melakukan hal yang bermanfaat bagi kehidupan. pidato persuasif merupakan salah satu cara efektif guna menggerakan masyarakat untuk berbuat yang lebih baik dan lebih kreatif. seringkali pada event-event tertentu banyak ditemui pidato persuasif yang di lakukan kepada khalayak. media kartu pintar adalah kartu yang membuat peserta didik pintar belajar. diadopsi dari ustadz murtadho, dosen bahasa arab ikip malang tahun 1995 pada mata kuliah penelitian. media kartu pintar ini sederhana terbukti berhasil menumbuhkan minat berlajar menulis peserta didik di smpn 2 krejengan. terinspirasi dari fakta tersebut, maka media kartu pintar ini diterapkan di smp negeri 1 sukapura untuk pembelajaran menulis teks pidato persuasif. penerapan kartu pintar pada pembelajaran teks pidato persuasif merupakan hal baru dan masih membutuhkan penyesuaian dengan kondisi peserta didik smp negeri 4 sukapura. tidak ada kendala krusial. malah peserta didik antusias dan penuh rasa penasaran melakukannya dari awal hingga akhir kegiatan pembelajaran. akhir kegiatan peserta didik menghasilkan kartu pintar pidato persuasif yang dalam proses media kartu pintar ini memudahkan peserta didik menulis teks pidato. dan setelah selesai kartu tersebut dapat digunakan untuk kegiatan berlatih berpidato persuasif. penerapan kartu pintar dalam pembelajaran teks pidato perlu dibuktikan keefektifan manfaatnya dalam penelitian tindakan kelas ini selanjutnya. metode penelitian penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (ptk), yaitu penelitian tindakan yang bertujuan memperbaiki mutu pembelajaran di kelas. smp negeri 1 sukapura dipilih peneliti sebagai tempat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas ixa pada semester gasal tahun ajaran 2019/ 2020 terletak di kecamatan sukapura kabupaten probolingo jawa timur. pelaksanaan pengambilan data menyesuaikan jadwal pelajaran bahasa indonesia kelas ix yang dilaksanakan pada hari senin jam ke 2-4 (07.40-09.09.40 wib) dan hari selasa jam ke 1-3 (07.00-09.00 wib). subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas ixa berjumlah 26 orang. subjek penelitian ini dipilih berdasarkan observasi awal oleh peneliti sendiri atas rekomendasi kepala smp negeri 1 sukapura. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.18 3 penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (ptk) atau classroom action research (car) yang dilakukan secara kolaboratif. ptk dilakukan dengan pengkajian berulang. terdapat empat langkah dalam ptk yang meliput : (1) perencanaan (planning); (2) tindakan (action); (3) pengamatan (observation); dan (4) refleksi (reflection). penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya hingga tercapai indikator keberhasilan penelitian yang diinginkan. prosedur penelitian tindakan kelas (ptk) ada 2 siklus, yaitu: (1) siklus i dan (2) siklus ii. dimana setiap siklusnya melalui tahapan sebagai berikut: 1. perencanaan, merupakan tahap awal kegiatan untuk menentukan lagkah-langkah pemecahan masalah, rencana pelaksanaan pembelajaran, menyusun pedoman observasi dan wawancara, menyusun rancangan evaluasi, menentukan objek dan mempersiapkan alat dokumentasi. 2. tindakan, merupakan pelaksanaan rencana tindakan pada siklus i dilakukan dalam dua kali pertemuan yang dilakukan oleh guru dengan menerapkan strategi pembelajaran raft (role-audience-format-topic). 3. observasi, dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan mencatat kejadian-kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi dengan membuat lembar catatan lapangan. hal yang diamati selama proses pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran dan aktivitas guru maupun siswa selama pelaksanaan pembelajaran. 4. refleksi, dilakukan evaluasi dari pelaksanaan tindakan pada siklus i untuk perencanaan pembelajaran siklus berikutnya. refleksi pada akhir pembelajaran bertujuan untuk megetahui kelebihan dan kelemahan pembelajaran yang telah dilaksanakan. apabila indikator keberhasilan belum tercapai, hasil refleksi digunakan untuk menentukan langkah lebih lanjut sebagai dasar perbaikan pada pembelajaran berikutnya pada siklus ii dan seterusnya. instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu: (1) lembar observasi, lembar observasi untuk mendata, memberikan gambaran proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. lembar observasi diisi berdasarkan pedoman observasi yang digunakan untuk mengobservasi siswa; dan (2) dokumentasi, dan catatan lapangan. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.18 4 tabel 1. pedoman penilaian menulis teks pidato persuasif aspek penilaian kreteria skor kereram pilan m enulis struktur t eks judul sesuai tema 1 tidak 2 salam ada 1 tidak 2 sapaan ada 1 tidak 2 pengantar ada 1 tidak 2 isi sesuai judul 1 tidak 2 penutup ada 1 tidak 2 kebahasaan ejaan benar 1 tidak 2 tanda baca benar 1 tidak 2 pilihan kata variatif 1 tidak 0 kalimat efektif efektif 1 tidak 0 paragraf persuasif sesuai judul 1 tidak 0 m enulis di kartu pintar buat kartu pintar buat 1 tidak 0 kreatifiras ada 1 tidak 0 tulisan rapi 1 tidak 0 hasil dan pembahasan penelitian ini diawali dengan kegiatan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran dan sebagai upaya mencari solusi. peneliti melakukan wawancara dengan peserta didik kelas ix a smp negeri 1 sukapura unutk mengetahui permasalahan yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah. data menunjukan hasil nilai rata-rata kelas ix a pada materi berpidato persuasif tahun pelajaran 2019/2020 belum mencapai kkm yaitu 50% dari 26 peserta didik yang memenuhi kkm hanya 13 peserta didik, dilihat dari hasil pembelajaran pada pra siklus. lebih jelas terlihat kondisi ini pada gambar 1. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.18 5 gambar 1. prestasi belajar berpidato persuasif dari data tersebut dapat dilihat hasil belajar peserta didik prasiklus melalui tabel 1 berikut. tabel 1. hasil belajar peserta didik prasiklus jumlah siswa nilai tertinggi nilai terendah nilai rata kelas siswa tuntas siswa tidak tuntas jumlah % jumlah % 26 80 40 69 13 50 13 50 berdasarkan pada tabel 1 hasil belajar prasiklus menunjukkan dari 26 peserta didik yang memenuhi kkm sebanyak 13 peserta didik, dan 13 peserta didik tidak tuntas kkm. ini terjadi karena peserta didik belum menyiapkan naskah berpidato persuasif dengan baik. selanjutnya peneliti melakukan tahap pelaksanaan yaitu siklus untuk mencapai indikator keberhasilan. siklus akan berhenti pada saat indikator keberhasilan sudah tercapai. adapun penerapan penulisan kartu pintar pada penulisan teks pidato persuasif dalam penelitian tindakan kelas dilakukan terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning). kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti pada tahap perencanaan ini dengan merefleksikan dan menganalisis masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran serta mencari alternatif pemecahan masalahnya. kegiatan utama yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan ini yaitu: 1. menganalisis kurikulum dalam rangka mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok yang akan disampaikan dengan menggunakan media kartu pintar untuk kegiatan menulis teks pidato persuasif; 2. menetapkan indikator ketercapaian hasil belajar menulis teks pidato persuasif di kartu pintar dengan mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar; 3. membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp) dengan menggunakan kartu pintar; menyiapkan lembar kerja produk, sebagai penerapan dari penulisan teks pidato persuasive di kartu pintar learning; menyiapkan lembar observasi evaluasi siswa sebagai penilaian dari hasil belajar; membuat format penilaian serta menyiapkan sarana dan prasarana yang dapat mendukung dalam proses pembelajaran; menyusun instrumen pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas adalah dengan lembar obseravsi. nama peserta didik 78 80 40 75 79 56 45 65 75 65 64 67 80 75 75 60 vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.18 6 pelaksanaan tindakan (acting) pada tahap ini peneliti menerapkan strategi joyful learning mengacu pada rpp dalam waktu 2 kali pertemuan (6 jam pelajaran). pelaksanaan pertemuan pertama dimulai dari kegiatan pendahuluan dengan melakuakan doa bersama, menyiapkan siswa untuk belajar dan menyampaikan tujuan pembelejaran. tujuan pemebelajaran pertemuan pertama siswa dapat memahami cara menulis teks pidato di kartu pintar dan siswa dapat menulis teks pidato persuasif di kartu pintar. kegiatan selanjutnya guru memulai kegiatan inti dengan membimbing peserta didik menulis teks persuasif di kartu pintar . pada tahapan ini dilakukan dengan langka sebagai berikut: (1) guru membuat peserta didik membuat kartu pintar ; (2) setelah selesai membuat kartu, guru membimbing peseta didik menulis setiap bagian teks pidato pada satu kartu; (3) setelah selesai menulis teks, peserta didik diminta mengedit teks pidato persuasif yang dibuatnya di kartu pintar; (4) peserta didik diminta memperbaiki, jika terjadi kesalahan menulis teks persuasif. (5) peserta didik diminta saling bertukar kartu dan saling mengedit kartu pintar berpidato persuasif temannya. (6) peserta didik diminta saling mengembalikan kartu pinta milik temannya; (7) peserta didik diminta memperbaiki kartunya yang salah tulis. observasi (observing) pelaksanaan proses pembelajaran dengan strategi joyful learning ini diamati dan dinilai oleh observer. hasil penilaian pengisian instrumen observasi tindakan guru, siswa dan kondisi lingkungan disajikan pada tabel 2 berikut. tabel 2. hasil penilaian pengisian instrumen observasi indeks hasil observasi rata-rata % setiap pertemuan siimpulan 1 ii rata-rata kategori inseks observasi pembelajaran guru (ipg) 70 80 75 baik inseks observasi respon siswa (irs) 80 94 87 sangat baik inseks observasi kondisi lingkungan (ikl) 75 85 80 baik refleksi (reflecting) refleksi dilaksanakan setelah observasi dan tindakan dilakukan. pada tahapan ini, peneliti melakukan analisis terhadap hasil observasi proses kegiatan mengajar guru, respon siswa dan kondisi lingkungan untuk mengukur keberhasilan penerapan penulisan teks pidato persuasif di kartu pintar untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas ix a smp negeri 1 sukapura. jika pada hasil refleksi tidak sesuai dengan indikator keberhasilan maka akan dilakukan perbaikan pembelajaran untuk dilaksanakan pada siklus selanjutnya. hasil nilai yang diperoleh setelah dilakukan tindakan pada siklus i dengan menggunakan kartu pintar pada penulisan teks persuasif dapat dilihat pada gambar 2 berikut. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.18 7 gambar 2. hasil nilai pada siklus 1 dari data tersebut dapat dilihat hasil belajar peserta didik prasiklus melalui tabel 3 berikut. tabel 3. hasil belajar peserta didik prasiklus jumlah siswa nilai tertinggi nilai terendah nilai rata kelas siswa tuntas siswa tidak tuntas jumlah % jumlah % 26 96 60 87 24 93 1 7 berdasarkan hasil pada tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar menulis teks pidato persuasif di kartu pintar siswa kelas ix a telah mencapai indikator keberhasilan penelitian, terdapat 24 peserta didik yang memenuhi kriteria ketuntasan dengan presentase 93 % dan siswa yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan sebanyak 2 siswa dengan peresentase 7% dan memperoleh hasil rata-rata kelas sebesar 87 setelah dilakukan peneltian mulai dari pra siklus sampai dengan siklus i menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar peaerta didik. peningkatan tersebut terjadi setelah diterapkannya penulisan kartu pintar pada mata pelajaran bahasa indonesia materi menulis pidato persuasif aljabar. berikut ini gambar 3 berupa data perbandingan hasil belajar menulis pidato persuasif peserta didik kelas ix a. nama peserta didik 96 95 60 95 92 75 75 85 90 80 85 84 95 90 90 86 vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.18 8 gambar 3. data perbandingan hasil belajar menulis pidato persuasif berdasarkan dari data perbandingan maupun diagram 4, dapat diketahui bahwa dari pra siklus sampai dengan siklus i dalam penelitian tindakan kelas siswa mengalami perubahan hasil belajar dan siswa dapat mencapai kkm yang telah ditetapkan. rata-rata kelas yang diperoleh siswa kelas ix a juga meningkat, dari mulai pra siklus 69 dan siklus i 87. hasil dari data yang diperoleh, peningkatan hasil belajar pada materi menulis teks berpidato dapat dipresentasekan pada tabel 4 berikut. tabel 4. data peningkatan prestasi belajar matematika peserta didik prasiklus siklus 1 nilai tertinggi 80 96 nilai terendah 40 60 mencapai kkm 69 87 yaitu ≥ 75 50% 7% berdasarkan tabel 4 peningkatan hasil belajar menulis teks pidato peserta didik kelas ix b diatas dapat kita lihat bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa indonesia materi menulis teks pidato dengan menerapakn penulisan di kartu pintar dari pra siklus sampai dengan siklus i mengalami peningkatan. data yang diperoleh dari hasil tes menunjukan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan secara bertahap dan cukup baik dibandingkan sebelum diterapkannaya kartu pintar. simpulan berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan penulisan kartu pintar menunjukkan peningkatan pada hasil belajar bahasa indonesia materi menulis teks pidao persuasif kelas ix a smp negeri 1 sukapura. hal ini dapat dilihat dari pra siklus dan siklus i, dimana pada pra siklus 13 peserta didik yang memenuhi kriteria ketuntasan minimum (kkm), dengan nilai rata-rata kelas 67. siklus i meningkat menjadi 24 peserta didik yang mencapai ketuntasan dengan nilai rata-rata kelas 87. adapun observasi pembelajaran pada siklus i memperoleh nilai rata-rata ipg = 80% dengan kategori baik, irs = 87 % dengan kategori sangat baik, dan ikl = 80% dengan kategori baik. nama peserta didik 78 80 40 75 79 56 45 65 75 65 64 67 80 75 75 60 96 95 60 95 92 75 75 85 90 80 85 84 95 90 90 86 vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.18 9 berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan saran untuk meningkatkan hasil belajar siswa; bagi guru setiap pembelajaran sebaiknya diterapkan berbagai strategi pembelajaran yang bervariasi dan dapat membuat siswa merasa senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; meningkatkan hasil belajar, minat dan motivasi belajar bagi siswa; bagi pihak sekolah dapat dijadikan referensi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah serta meningkatkan fasilitas pada lingkungan sekolah. daftar rujukan [1] departemen pendidikan nasional. 2005. kamus besar bahasa indonesia. jakarta: balai pustaka. [2] departemen pendidikan nasional. 2017. buku guru bahasa indonesia. kelas ix jakarta: balai pustaka. [3] departemen pendidikan nasional. 2017. buku siswa bahasa indonesia. kelas ix jakarta: balai pustaka. [4] kustandi dan sutjipto. 2011. media pembelajaran manual dan digital. jakarta: ghalia indonesia madya. [5] nugraha. 2009. media pembelajaran. http://yudinugraha.co.cc/?. diunduh pada tanggal 29 oktober 2011suwarsih. 2006. teori dan praktik penelitian tindakan. bandung: alfabeta. [6] nurgiyantoro, burhan. 2009. penilaian dalam pengajaran bahasa dan sastra. yogyakarta. microsoft word 11-sri.docx vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.113 491 received : 13-03-2021 revised : 01-04-2021 published : 15-04-2021 penggunaan media sticky note dengan model think pair share bertingkat dalam meningkatkan kemampuan menjawab pertanyaan dan penguasaan konsep interaksi makhluk hidup pada siswa smp sri handayati smp negeri 1 pandaan, indonesia handayatisri312004@gmail.com abstrak: latar belakang penelitian ini adalah rendahnya aktivitas siswa khususnya dalam menjawab pertanyaan dan penguasaan konsep interaksi makhluk hidup dengan lingkungan yang disebabkan oleh oleh pembelajaran berpusat pada guru, penggunaan media kurang optimal hanya terbatas pada powerpoint saja dengan menggunakan media yang menarik dan sesuai dengan karakteristik siswa seperti sticky note serta penerapan model yang cocok seperti model think pair share bertingkat diharapkan terjadi interaksi siswa dengan media secara optimal sehingga aktvitas dan penguasaan konsepnya meningkat. salah satu bentuk aktivitas siswa adalah kemampuan menjawab pertanyaan sangat penting dalam proses pembelajaran agar anak mudah mengungkapkan pendapatnya, anak berani menuangkan ide atau gagasan baik secara lisan di depan umum maupun secara tertulis, melatih berpikir kritis dan menguasai konsep materi pelajaran. penelitian tindakan kelas ini terdiri atas dua siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi, dan setiap siklus terdiri atas tiga pertemuan. indikator kinerjanya 85% siswa tuntas kkm dan 85% siswa menunjukkan kemampuan menjawab pertanyaan baik. tindakan pada siklus i yaitu siswa melakukan pembelajaran menggunakan media sticky note dengan model think pair share awalnya secara individu (berfikir) kemudian berpasangan (pair 1, 2 siswa atau 3), kelompok besar (pair 2, 4 atau 5 siswa) kemudian diskusi atau mengemukakan atau menjelaskan ke anggota (share) dilanjutkan tes penguasaan konsep. tindakan pada siklus ii sama, hanya saja ada perbaikan yaitu sebelumnya siswa diberi ringkasan materi agar dipelajari di rumah, guru memberi contoh penggunaan bahasa yang baik dan benar, guru memberi contoh konsep yang benar, dibuat kompetisi perolehan skor menjawab antar siswa di dalam kelompok dan guru memotivasi siswa yang kemampuan menjawab pertanyaan dan penguasaan konsepnya rendah. pada kondisi awal 48,5% siswa tuntas kkm 67, pada siklus i menjadi 71% dan pada siklus ii meningkat menjadi 86%. kemampuan menjawab pertanyaan dengan baik adalah pada siklus i sebanyak 47% siswa meningkat menjadi 89% pada siklus ii. tindakan berhasil karena telah memenuhi indikator kinerja. kata kunci: media sticky note; think pair share bertingkat; kemampuan menjawab pertanyaan; penguasaan konsep vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.113 492 pendahuluan dalam proses pembelajaran sering kita temui adanya kelemahan maupun kesulitan baik dari siswa maupun dialami oleh guru. kelemahan atau kesulitan yang dialami oleh siswa diantaranya adalah sulitnya dalam mengemukakan pendapat baik secara lisan maupun dalam bentuk tertulis pada saat mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari temannya, sulit untuk interaksi dengan media, dengan teman atau dengan gurunya. sementara kesulitan yang dialami guru diantaranya bagaimana mengelola proses pembelajaran agar semua siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaraan, bagaimana memilih media atau model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa maupun topik yang akan diberikan pada siswa. sementara hambatan yang sering terjadi selama proses pembelajaran ipa antara lain, rendahnya motivasi belajar, kurang adanya interaksi dalam pembelajaran baik antara siswa dengan guru maupun antar siswa serta kurangnya keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan atau mengajukan pertanyaan baik berasal dari guru maupun dari temannya saat kegiatan diskusi. sehingga hal ini menjadi masalah tersendiri bagi guru ipa, dalam hal ini bagaimana menciptakan kondisi yang kondusif bagi semua peserta didik bukanlah pekerjaan mudah bagi seorang guru tugas guru adalah memberikan solusi terhadap permasalahan pada proses pembelajaran. solusi tersebut bisa melalui pengunaan model, metode ataupun media yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan topik yang akan dibahas, mudah dilaksanakan dan tentunya dapat mengatasi kesulitan atau hambatan yang terjadi. media dan model pembelajaran yang tepat akan menentukan keberhasilan suatu pembeajaran. hal ini sesuai dengan pendapat kurniawan, dalam marsa, (2016) yang menyatakan bahwa penggunaan model ataupun media pembelajaran yang tidak sesuai, maka pembelajaran tidak akan menarik atau menyenangkan bagi siswa, siswa menjadi pasif, hanya sebagai pendengar saja. selama ini guru menggunakan model ceramah, diskusi atau penugasan, jika menggunakan media hanya terbatas media powerpoint untuk menjelaskan materi tersebut. membuat media powerpoint tidaklah sulit karena sumber gambargambar tentang interaksi makhluk hidup dengan lingkungan mudah diperoleh dari internet. dari sisi struktur isi, media powerpoint yang digunakan sudah memenuhi syarat sebagai media pembelajaran yang baik, tetapi jika guru tidak pandai mengelola proses pembelajaran maka komunikasi yang dibangun hanya bersifat satu arah yaitu dari guru ke siswa dan kurang dapat menimbulkan suasana interaktif dalam proses pembelajaran. akibatnya proses pembelajaran menjadi monoton dan membosankan baik bagi guru terlebih bagi siswa. banyak siswa yang bercerita sendiri dengan temannya bahkan ada yang mengantuk. hanya sedikit siswa yang curah perhatiannya tinggi dan tetap berkonsentrasi pada pelajaran yaitu anak-anak yang punya minat belajar tinggi. demikian juga guru akhirnya lelah sendiri karena terlalu banyak mendominasi pembicaraan. kemampuan menjawab pertanyaan merupakan salah satu aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. dalam menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari temannya saat presentasi merupakan salah satu kendala dalam proses pembelajaran. sebagian besar siswa kesulitan mengemukakan ide atau gagasan saat menjawab pertanyaan, kemampuan menggunaan bahasa yang baik dan benar serta ketepatan dalam menjawab merupakan indikator dalam kemampuan menjawab yang merupakan salah satu contoh aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran. interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. interaksi peristiwa belajar mengajar mempunyai arti luas, tidak sekedar hubungan antara guru dan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. dalam hal ini bukan hanya menyampaikan pesan berupa materi vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.113 493 pembelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. pembelajaran secara konvensional yang berpusat pada guru kurang melatih siswa untuk berinteraksi dan berkolaborasi dengan temannya. kemampuan menjawab pertanyaan sangat penting untuk dikembangkan pada anak sejak dini dalam kehidupannya karena menjawab pertanyaan merupakan suatu cara untuk merespon orang lain dan melatih kemampuan anak dalam berbahasa khususnya berbahasa lisan (nurbiana dhieni dan lara fridani, 2007). dengan mengembangkan kemampuan menjawab pertanyaan, anak dapat dengan mudah mengungkapkan pendapat yang ingin disampaikan, anak berani berbicara di depan umum, dan melatih anak untuk berpikir kritis. berkaitan dengan kompetensi dasar yang dipelajari, apabila anak mampu menjawab pertanyaan dengan benar, anak berani berbicara dan berani mengungkapkan pendapatnya, maka anak tersebut memahami dan menguasai materi dengan baik. penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. sedangkan definisi penguasaan konsep menurut bloom yaitu kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberi interpretasi dan mampu mengaplikasikannya. dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami makna pembelajaran dan mampu menerapkan dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (luh gede, 2010). ` berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan diatas, perlu untuk dicarikan solusi sebagai upaya dalam mengurangi hambatan atau kendala dalam pembelajaran. salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kemampuan menjawab pertanyaan dan penguasaan konsep adalah dengan menggunakan media sticky note yang dipadukan dengan model think pair share bertingkat (tpsb). arini dan nuryatin (2018: 16) mengatakan bahwa “sticky notes merupakan selembaran kertas catatan berwarna-warni dengan ukuran khusus yang memiliki sebaris perekat di salah satu sisi, biasanya berada di belakangnya”. sedangkan, andrian (2017: 110) mengatakan bahwa “sticky notes merupakan potongan kertas berukuran kecil dengan berbagai macam warna dan terdapat strip lem di bagian atasnya”. di indonesai sticky note lebih dikenal dengan nama postit note atau kertas tempel. berdasarkan penelitian yang telah dilakukan arini (2018) diperoleh kesimpulan bahwa penerapan teknik kata mengalir dengan media sticky notes dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi pada siswa kelas viii d smp negeri 2 magelang serta dapat memberikan perubahan perilaku siswa ke arah yang positif. sementara andrian (2017) mengungkapkan bahwa untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam konteks pembelajaran bermakna maka post it dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran tersebut model think pair share bertingkat (tpsb) yang digunakan pada penelitian ini dilakukan secara berjenjang mulai kelompok perpasangan kecil (2 siswa), kelompok berpasangan besar (2 pasang (4 siswa)). berfikirnya dilakukan secara berjenjang dari individu, pasangan kecil dan pasangan besar. sehingga peneliti menyebutnya sebagai model think pair share bertingkat (tps bertingkat), demikian juga dengan tahap pair dan sharenya. menurut zulfah (2017) think pair share dalam bahasa indonesia artinya berpikir, berpasangan dan berbagi. lebih lanjut zulfah mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think pair share memberikan siswa kesempatan siswa untuk bekerja sendiri dalam memecahkan masalah yang diberikan guru selain itu juga berkesempatan untuk bekerja sama di dalam kelompok. model pembelajaran ini menghendaki siswa untuk belajar saling vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.113 494 membantu dalam kelompok kecil. sementara menurut azlina dalam siregar (2014) teknik pembelajaran think pair share melibatkan berbagi dengan pasangan yang memungkinkan siswa untuk mengetahui ide-ide baru, dan jika perlu menjelaskan atau mengatur ulang ide mereka sebelum mereka menyajikan ke kelompok yang lebih besar berdasarkan permasalah ditas peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan media sticky note dengan model thin pair share bertingkat (tpsb) dalam meningkatkan kemampuan menjawab pertanyaan dan penguasaan konsep interaksi makhluk hidup dengan lingkungan pada siswa kelas vii e dengan harapan dapat memperbaiki kualitas pembelajaran ipa. metode sumber data dalam penelitian ini adalah siswa. adapun bentuk datanya adalah kemampuan menjawab pertanyaan dan nilai penguasaan konsep. nilai kemampuan menjawab pertanyaan diperoleh dari hasil observasi ketika siswa menjawab pertanyaan guru secara individu dan berkelompok. sedangkan nilai penguasaan konsep diperoleh dari penilaian tes tertulis. alat pengumpul data dalam penelitian ini berupa lembar observasi kemampuan menjawab pertanyaan dan soal tes tertulis penguasaan konsep. teknik pengumpulan datanya adalah melakukan observasi kemampuann menjawab pertanyaan dan melakukan penilaian penguasaan konsep..supaya data tentang kemampuan menjawab pertanyaan dan penguasaan konsep yang diperoleh valid, maka instrumen penelitian dikonsultasikan kepada guru inti ipa dan koordinator ipa. untuk menentukan nilai kemampuan menjawab pertanyaan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. membuat lembar observasi kemampuan menjawab pertanyaan beserta rubriknya seperti di bawah ini: tabel 1. lembar observasi kemampuan menjawab pertanyaan no aspek yang dinilai 1 memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide dan gagasannya yang dituangkan pada media sticky note 2 menggunakan bahasa yang baik dan benar 3 menjelaskan konsep dengan baik dan benar tabel 2. rubrik observasi kemampuan menjawab pertanyaan no. aspek yang nilai kriteria skor 1. memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide dan gagasannya yang dituangkan pada media sticky note menjawab lebih dari 5 3 menjawab antara 2 – 4 2 menjawab 1 1 2. menggunakan bahasa yang baik dan benar menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar 3 menggunakan bahasa indonesia tetapi kurang sistematis dalam menjelaskan 2 menggunakan bahasa campuran bahasa indonesia dan jawa 1 vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.113 495 no. aspek yang nilai kriteria skor 3. menjelaskan konsep dengan baik dan benar dapat menjelaskan konsep dengan baik dan benar 3 kurang dapat menjelaskan konsep dengan baik dan benar 2 tidak dapat menjelaskan konsep dengan baik dan benar 1 b. melakukan observasi kemampuan menjawab pertanyaan pada saat siswa menuliskan jawaban pada sticky note baik secara mandiri maupun di dalam kelompoknya. dalam hal ini pengamatan dilakukan sendiri oleh guru dengan tujuan agar pembelajaarn berjalan secara alami dan siswa tidak merasa ada yang mengawasi c. memberi skor pada setiap aspek kemampuan menjawab pertanyaan sesuai dengan rubrik yang telah dibuat. d. menjumlah skor kemampuan menjawab pertanyaan. e. mengkonversi jumlah skor kemampuan menjawab pertanyaan ke dalam skala 100 sehingga diperoleh nilai sebagai berikut: kemampuan menjawab pertanyaan yaitu: 1) 91-100 = amat baik 2) 66 90 = baik 3) 56 65 = cukup 4) ≤ 55 = kurang f. menentukan persentase siswa yang nilai kemampuan menjawab pertanyaannya ≥ baik. langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1) menentukan siswa yang nilai kemampuan menjawab pertanyaannya ≥ baik dan yang belum baik. 2) menghitung jumlah siswa yang nilai kemampuan menjawab pertanyaannya ≥ baik. 3) menghitung persentase siswa yang nilai kemampuan menjawab pertanyaannya ≥ baik dengan rumus: nilai kemampuan menjawab pertanyaan = skor yang diperoleh x 100 skor maksimal = skor yang diperoleh x 100 9 % siswa yang nilai kemampuan menjawab pertanyaan ≥baik = jumlah siswa kemampuan menjawab pertanyaan ≥ baik x 100% total jumlah siswa vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.113 496 g. mencermati aspek kemampuan menjawab pertanyaan yang masih rendah rata-rata skornya sebagai bahan refleksi. sementara untuk mengetahui nilai penguasaan konsep hal yang dilakukan antara lain: 1) menyusun kisi-kisi soal 2) menyusun butir soal tes tertulis yang berbentuk essay beserta kunci jawaban dan norma penilaian 3) melakukan tes tertulis. 4) memberi skor pada setiap nomor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan norma penilaian 5) menjumlah skor tes tertulis setiap siswa. 6) mengkonversi jumlah skor tes tertulis setiap siswa ke dalam skala 100 sehingga diperoleh nilai penguasaan konsep sebagai berikut: 7) menentukan siswa yang tuntas dan yang belum tuntas kkm dengan kriteria nilai: ˂ 67 = belum tuntas ≥ 67 = tuntas 8) mencermati soal yang nilainya masih rendah sebagai bahan refleksi. 9) menentukan persentase siswa yang tuntas kkm 67 untuk kd interaksi makhluk hidup dengan lingkungan. langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a) menentukan siswa yang nilai penguasaan konsepnya tuntas dan yang belum tuntas. b) menghitung jumlah siswa yang sudah dan yang belum tuntas. c) menghitung persentase siswa yang tuntas kkm dengan rumus: penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus, tiap siklus terdiri atas 3 pertemuan dan setiap pertemuan berlangsung selama 2 x 40 menit. setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. sebelum tindakan dilakukan, guru melakukan observasi awal kemampuan menjawab pertanyaan dan penguasaan konsep pada kd interaksi makhluk hidup dengan lingkungan. siklus i dan ii terdiri atas tiga pertemuan, setiap pertemuan dilaksanakan dalam waktu 2 x 40’. setiap siklus dilakukan dalam 4 tahap meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. jika pada siklus i indikator kinerja belum tercapai, maka dilanjutkan dengan siklus ii. alokasi waktu dan tindakan sama, hanya perlu dilakukan perbaikan-perbaikan tindakan supaya indikator kinerja tercapai. nilai penguasaan konsep = skor yang diperoleh x 100 skor maksimal persentase siswa tuntas kkm = jumlah siswa tuntas kkm x 100% jumlah siswa vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.113 497 hasil kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan diketahui bahwa kemampuan dan penguasaan konsep siswa kelas vii e terhadap materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan masih rendah, hal ini terlihat dari data berikut: tabel 3. ketuntasan penguasaan konsep prasiklus keterangan kondisi prasiklus jml siswa % siswa tuntas 17 48,5% belum tuntas 18 51,4% rata-rata nilai 62,7 rendahnya kemampuan menjawab pertanyaan dan penguasaan konsep siswa dikarenakan guru belum menggunakan media dan model pembelajaran yang memudahkan siswa menguasai konsep tersebut dan memberi banyak kesempatan kepada siswa untuk berbicara dan berani menjawab pertanyaan dan berinteraksi baik dengan guru maupun dengan temannya. siklus i hasil pengamatan setelah dilaksanakan tindakan pada siklus i adalah sebagai berikut: 1) kemampuan menjawab pertanyaan tabel 4. nilai kemampuan menjawab pertanyaan siklus i nilai kategori pertemuan 1 pertemuan 2 rata-rata pertemuan 1 dan 2 % jml siswa % jml siswa % jml siswa % 86-100 a 2 6% 4 11% 3 9% ≥ baik = 16 siswa =46% 66-85 b 13 37% 13 37% 13 37% 56-65 c 6 17% 16 46% 11 31% < baik = 19 siswa 54% ≤56 k 14 40% 2 6% 8 23% jumlah 35 100% 35 100% 35 100% dari tabel tersebut ada 3 siswa yang nilainya amat baik dan 13 siswa yang nilainya baik. jadi jumlah total siswa yang nilainya minimal baik (≥ baik) ada 16 siswa atau 46% dan yang kurang baik (< baik) ada 19 siswa atau 54%. hal ini belum memenuhi indikator kinerja yaitu 85% atau 30 siswa mempunyai nilai kemampuan menjawab pertanyaan minimal baik. belum tercapainya indikator kinerja tidak terterlepas dari rata-rata skor dari tiap aspek kemampuan menjawab pertanyaan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. tabel 5. rata-rata skor aspek kemampuan menjawab pertanyaan siklus i no aspek skor rata2 pertemuan 1 pertemuan 2 1 keaktifan dalam menjawab 2,15 2,41 2,28 2 bahasa yang digunakan 2,21 2,29 2,25 3 konsep yang disampaikan 1,82 2,09 1,96 vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.113 498 dari tabel tersebut terlihat bahwa rata-rata skor yang paling tinggi adalah pada aspek keaktifan menjawab, selanjutnya skor di bawahnya bahasa yang digunakan dan rata-rata skor yang paling rendah adalah pada aspek konsep yang disampaikan. kemampuan menjawab dapat dilihat berapa kali siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan dituliskan pada sticky note dalam kelompoknya, dengan kategori jika menjawab 1 skornya 1, menjawab 2-3 pertanyaan skornya 2 dan menjawab > 4 pertanyaan skornya 3. dengan rata-rata skor 2,28 dapat disimpulkan bahwa rata-rata setiap siswa telah menjawab lebih dari 2 pertanyaan, meskipun bahasa yang digunakan belum baik dan konsep disampaikan belum sepenuhnya benar. setidak-tidaknya penggunaan media sticky note dengan model tpsb dalam pembelajaran telah mengurangi perasaan takut berbicara pada diri siswa berani menuliskan ide-idenya sehingga mereka berani menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru secara tertulis melalui media sticky note 2) penguasaan konsep setelah dilakukan tes penguasaan konsep secara tertulis pada pertemuan ke-3, diperoleh hasil sebagai berikut: tabel 6. ketuntasan penguasaan konsep siklus i keterangan kondisi prasiklus jml siswa % siswa tuntas 25 71% belum tuntas 10 29% rata-rata nilai 67,8 hasil tes penguasaan konsep menunjukkan, baru 71% siswa yang tuntas kkm 67 untuk kd interaksi makhluk hidup dengan lingkungan. hal ini masih jauh dari indikator kinerja yaitu 85% siswa tuntas kkm. kebanyakan siswa banyak yang salah menjawab soal tentang ekosistem dan komponennya, perbedaan ekosistem dan lingkungan. ini dapat dimengerti karena untuk mempelajari hal yang baru dan asing maka siswa mempelajarinya tidak dapat sekali langsung mengerti tetapi perlu berkali-kali membacanya. sementara, siswa baru sekali belajar yaitu pada saat dalam proses pembelajaran. siklus ii pengamatan terhadap penguasaan konsep dilakukan dengan cara memberi tes tertulis. hasil pengamatannya adalah sebagai berikut: 1) kemampuan menjawab pertanyaan tabel 7. nilai kemampuan menjawab pertanyaan siklus ii nilai kategori pertemuan 1 pertemuan 2 rata-rata pertemuan 1 dan 2 % jml siswa % jml siswa % jml siswa % 91-100 a 6 17% 7 20% 7 20% ≥ baik = 31 siswa =89% 76-90 b 23 66% 26 74% 24 69% 66-75 c 6 17% 2 6% 4 11% < baik = 4 siswa =11% ≤65 k 0 0% 0 0% 0 0% jumlah 35 100% 35 100% 35 100% vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.113 499 dari tabel tersebut ada 7 siswa yang nilainya amat baik dan 24 siswa yang nilainya baik. jadi jumlah total siswa yang nilainya minimal baik (≥ baik) ada 31 siswa atau 89% dan yang kurang baik (< baik) ada 4 siswa atau 11%. hal ini sudah memenuhi indikator kinerja yaitu 85% atau 31 siswa mempunyai nilai kemampuan menjawab pertanyaan minimal baik. rata-rata skor dari tiap aspek kemampuan menjawab pertanyaan mengalami peningkatan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. tabel 8. rata-rata skor aspek kemampuan menjawab siklus ii no aspek skor rata2 pertemuan 1 pertemuan 2 1 keaktifan dalam menjawab 2,71 2,88 2,8 2 bahasa yang digunakan 2,44 2,59 2,5 3 konsep yang disampaikan 2,21 2,21 2,2 dari tabel tersebut terlihat bahwa rata-rata skor yang paling tinggi adalah pada aspek keaktifan menjawab, selanjutnya skor di bawahnya adalah bahasa yang digunakan dan ratarata skor yang paling rendah adalah pada aspek konsep yang disampaikan. 2) penguasaan konsep setelah dilakukan tes penguasaan konsep secara tertulis pada pertemuan ke-3, diperoleh hasil sebagai berikut: tabel 9. ketuntasan penguasaan konsep siklus ii keterangan kondisi prasiklus jml siswa % siswa tuntas 30 86% belum tuntas 5 14% rata-rata nilai 75,2 hasil tes penguasaan konsep menunjukkan sudah ada 30 siswa atau 85% yang tuntas kkm 67 untuk kd interaksi makhluk hidup dengan lingkungan. hal ini sudah mencapai indikator kinerja yaitu 85% siswa tuntas kkm. rata-rata nilai siswa juga mengalami peningkatan menjadi 75,2 atau sudah di atas kkm. pembahasan kemampuan menjawab pertanyaan dari hasil observasi yang dilakukan, kemampuan menjawab pertanyaan mengalami peningkatan dari siklus i ke siklus ii. hal ini disebabkan penggunakan media sticky notes dengan model tpsb memiliki dua sisi sekaligus yang berdampak positif terhadap siswa yaitu media sticky note dapat berfungsi sebagai media dalam penyampain ide atau gagasan yang baik yaitu menjelaskan konsep tentang interaksi makhluk hidu dengan lingkungan nilai kemampuan menjawab pertanyaan dan rata-rata skornya pada siklus i dan ii dapat dilihat pada tabel di bawah ini. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.113 500 tabel 10. nilai kemampuan menjawab lisan siklus i dan ii tabel 11. skor kemampuan menjawab pertanyaan siklus i dan ii aspek rata-rata skor kenaikan rata-rata skor siklus i siklus ii 1 2,28 2,79 0,51 2 2,25 2,51 0,26 3 1,96 2,21 0,25 data pada tabel di atas akan lebih jelas jika dilihat pada grafik di bawah ini. gambar 1. grafik persentase siswa yang nilai kemampuan menjawabnya baik dan yang belum baik pada siklus i dan ii gambar 2. grafik rata-rata skor aspek menjawab pertayaan siklus i dan ii 46%54% siklus i baik kurang baik 89% 11% siklus ii baik kurang baik 2,28 2,79 2,25 2,51 1,96 2,21 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 siklus i siklus ii rata-rata skor aspek menjawab pertanyaan aspek 1 aspek 2 aspek 3 skor nilai kategori siklus i siklus ii kenaikan keterangan jml siswa % jml siswa % jml siswa % 91-100 a 16 46% 31 89% 15 42% ≥ baik 76-90 b 66-75 c 19 54% 4 11% -15 -42% ˂ baik ≤65 k jumlah 35 100% 35 100% vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.113 501 penguasaan konsep kemampuan siswa dalam menguasai konsep interaksi makhluk hidup dengan lingkunagn diukur dengan kriteria ketuntasan minimal (kkm) yaitu 67. ketuntasan kkm antara prasiklus, siklus i dan siklus ii mengalami peningkatan yang dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini. tabel 12. ketuntasan siswa dalam penguasaan konsep organisasi kehidupan ketuntasan prasiklus siklus i siklus ii % kenaikan jml siswa % jml siswa % jml siswa % tuntas 17 48,5% 25 71% 30 86% 43% belum tuntas 18 51,4% 10 29% 5 14% -43% jumlah 35 100% 35 100% 35 100% gambar 3. grafik persentase ketuntasan siswa pada prasiklus, siklus i dan siklus ii sebelum penelitian dilakukan atau prasiklus, ketuntasan belajar siswa hanya 48,5 % atau 17 siswa, pada siklus i menjadi 71% dan pada siklus ii meningkat menjadi 86%. untuk menguasai konsep tentang interaksi makhluk hidup dengan lingkungan tidaklah mudah karena pembahasannya sangat komplek karena menyangkut kehidupan dan lingkungan.. oleh sebab itu pemilihan media dan model pembelajaran yang tepat sangat membantu siswa untuk memahami konsep tersebut. penggunaan media sticky note dengan model think pair share bertingkat (tpsb) berfungsi mempermudah siswa dalam menyampaikan ide-ide atau gagasan, berkolaborasi dan bekerjasama. selain itu penggunaan media sticky note dengan model think pair share bertingkat (tpsb) meningkatkan interaksi dan kedekatan siswa dengan media pembelajaran, tidak seperti media powerpoint yang sulit diakses oleh siswa karena terpusat di depan kelas penggunaan media sticky note dengan model think pair share bertingkat (tpsb) berhasil menguarai ketegangan suasana belajar. siswa lebih santai, mereka punya kebebasan 49%51% pra siklus tuntas belum tuntas 71% 29% siklus i tuntas belum tuntas 96% 4% siklus ii tuntas belum tuntas vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.113 502 bergerak dan berbicara, mempunyai banyak kesempatan untuk berpikir tanpa persaan takut dan tertekan. mereka juga dapat saling bercanda dengan temannya ketika melakukan pembelajaran melalui penggunaan media sticky note dengan model think pair share bertingkat (tpsb). hal ini berpengaruh besar pada kemampuan siswa menguasai konsep interaksi makhluk hidup dengan lingkunagn. dengan demikian penggunaan media sticky note dengan model think pair share bertingkat (tpsb) dapat dikatakan berhasil meningkatkan penguasaan konsep siswa pada kd tersebut. simpulan dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. penggunaan media sticky note dengan model think pair share bertingkat (tpsb) dapat meningkatkan kemampuan menjawab pertanyaan interaksi makhluk hidup dengan lingkunagn pada siswa kelas vii e smp negeri pandaan tahun pelajaran 2018/2019. 2. penggunaan media sticky note dengan model think pair share bertingkat (tpsb) dapat meningkatkan penguasaan konsep interaksi makhluk hidup dengan lingkungan pada siswa kelas vii e smp negeri 1 pandaan tahun pelajaran 2018/2019. saran 1. bagi siswa agar membiasakan membaca materi pelajaran sebelum proses pembelajaran dimulai misalnya pada malam harinya supaya siap menghadapi pelajaran. selain itu siswa tidak perlu malu bertanya kepada guru tentang materi yang belum jelas, serta tidak usah takut menjawab pertanyaan guru karena khawatir salah. 2. bagi guru ipa yang lain dapat mencoba model pembelajaran ini untuk proses pembelajaran interaksi makhluk hidup dengan lingkungan. 3. bagi sekolah agar memotivasi supaya inovatif menggunakan model-model dan media pembelajaran sehingga materinya mudah dipahami oleh siswa. daftar rujukan andrian, r. (2017). pembelajaran bermakna berbasis post it. jurnal mudarrisuna: media kajian pendidikan agama islam, 7(1), 103-118. arifuddin, m. (2018). meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran ipa dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. berkala ilmiah pendidikan fisika, 6(1), 130-141. arini, d. r., & nuryatin, a. (2018). peningkatan keterampilan menulis puisi menggunakan teknik kata mengalir dengan media sticky notes pada siswa kelas viii d smp negeri 2 magelang. jurnal pendidikan bahasa dan sastra indonesia, 7(1), 14-18. azizah, n. (2012). kolaborasi think pair share dan card sort disertai media flash card untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar ekonomi di sma negeri 5 surakarta tahun pelajaran 2011/2012. dhieni, nurbiana dan fridani, lara. 2007. metode pengembangan bahasa: hakikat perkembangan bahasa anak. semarang: ikip veteran. https://fatkhan.web.id/langkah-langkah-model-pembelajaran-think-pair-share/ diakses tanggal 24 januari 2019 https://bertema.com/sintaks-model-pembelajaran-tps-think-pair-share diakses 20 februari 2019 vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.113 503 hurlock, elizabeth b. 2001. perkembangan anak. jakarta: erlangga. kementerian pendidikan dan kebudayaan republik indonesia.(2014). buku guru ilmu pengetahun alam. jakarta: kementerian pendidikan dan kebudayaan republik indonesia mariana, i. m. a., & praginda, w. (2009). hakikat ipa dan pendidikan ipa. bandung: pppptk ipa. marsa, m., hala, y., & taiyeb, a. m. (2016). pengaruh penggunaan lembar kerja peserta didik berbasis pendekatan ilmiah terhadap aktivitas dan hasil belajar ipa biologi kelas vii peserta didik smp negeri 2 watampone. sainsmat: jurnal ilmiah ilmu pengetahuan alam, 5(1). nashirotun, b. (2020). peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan metode jigsaw dan media tubuh manusia pada pembelajaran ipa di mts. negeri 4 klaten jawa tengah. jurnal paedagogy, 7(4), 402-407. ni'mah, a., & dwijananti, p. (2014). penerapan model pembelajaran think pair share (tps) dengan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa kelas viii mts. nahdlatul muslimin kudus. upej unnes physics education journal, 3(2). puspitasari, s. (2019). upaya meningkatkan hasil belajar ipa dengan menggunakan model pembelajaran think pair share. jurnal global edukasi, 3(1), 55-60. rintayati, p., & putro, s. p. (2014). meningkatkan aktivitas belajar (active learning) siswa berkarakter cerdas dengan pendekatan sains teknologi (stm). didaktika dwija indria, 1(2), 21-22. rosita, i., & leonard, l. (2015). meningkatkan kerja sama siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe think pair share. formatif: jurnal ilmiah pendidikan mipa, 3(1). sardiman, arif. 1996. media pendidikan. jakarta: raja grafindo persada silvina, r. (2017). pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (tps) dan kemampuan awal terhadap hasil belajar biologi siswa kelas viii smpn 38 sijunjung. jurnal pendidikan rokania, 2(2), 265-273. siregar, t. e., fauzan, a., & ahda, y. (2014). penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dilengkapi lks untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi siswa kelas vii5 smp negeri 14 padang. kolaboratif, 2(1). sobah, i. f., & hasanah, r. (2013). pengaruh penggunaan media sticky notes dalam model pembelajaran kooperatif tipe stad (student teams achievement divisions) pada materi perpindahan panas terhadap hasil belajar siswa di sman 1 nganjuk. inovasi pendidikan fisika, 2(3). sugiyanto. 2010. model-model pembelajaran inovatif. surakarta: yuma pressindo suhartono. 2005. pengembangan keterampilan bicara anak usia dini. jakarta: departemen pendidikan nasional. susan verner, http://busyteacher.org/13620-7-simple-learning-centerspost-it-notes.html/ (di akses, 13 april 2019) winataputra, udin s. 2005. strategi belajar mengajar. jakarta: universits terbuka vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.113 504 yanti, m. (2016). penggunaan media sketsa untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ipa kelas iv di madrasah ibtidaiyah quraniah 8 palembang (skripsi) (doctoral dissertation, uin raden fatah palembang). zulfah, z. (2017). pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan pendekatan heuristik terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa mts negeri naumbai kecamatan kampar. jurnal cendekia: jurnal pendidikan matematika, 1(2), 1-12. microsoft word 08-susti.docx vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.207 1251 received : 24-06-2021 revised : 21-07-2021 published : 20-08-2021 efektivitas google classroom terhadap hasil belajar tematik siswa sd sustiningsih sdn gajahkumpul, indonesia sustiningsih75@guru.sd.belajar.id abstrak: tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran tematik dengan menggunakan media google classroom pada masa pandemi covid-19. dalam pembelajaran tematik di masa pandemi ini, guru harus mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik meskipun dengan jarak jauh. salah satu cara yang tepat adalah dengan menggunakan media google classroom. penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif jenis pre-experimental dengan one group pretest-posttest design. subyek penelitian ini adalah siswa kelas v sdn gajahkumpul kabupaten pati sebanyak 15 siswa. penelitian ini dilaksanakan pada bulan juli semester i tahun siswaan 2021/2022. teknik pengumpulan data menggunakan tes, observasi, dan wawancara. validasi data menggunakan teknik korelasi product moment. teknik analisis data menggunakan uji n-gain. data pretest diperoleh dari hasil rata-rata ulangan harian materi penyajian data sebelum menggunakan media google classroom. selanjutnya guru melaksanakan pembelajaran dengan media google classroom. data posttest diperoleh dari hasil rata-rata ulangan harian setelah menggunakan media google classroom. efektivitas media google classroom ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 25% dengan uji n-gain 0,375 dengan kategori sedang. dengan demikian media google classroom dapat meningkatkan hasil belajar tematik siswa kelas v. kata kunci: google classroom; hasil belajar; tematik vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.207 1252 pendahuluan pandemi covid-19 berdampak ke berbagai sektor salah satunya adalah sektor pendidikan. dampak yang besar dirasakan oleh siswa sekolah dasar. kegiatan belajar mengajar semua jenjang dilakukan dirumah siswa masing-masing dan dilakukan melalui media daring. guru harus melakukan inovasi agar pembelajaran tetap optimal. pemanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dapat dioptimalkan dalam kondisi ini. google classroom merupakan salah satu contoh media pembelajaran daring. google classroom dilengkapi dengan fasilitas komunikasi antara guru dan siswa, antara teman sekelas dan antara siswa dengan sumber belajar lainnya. (sudibjo, 2019). keefektifan elearning menggunakan google classroom berhasil mendukung rekomendasi pembelajaran yang dikeluarkan oleh pemerintah indonesia (tinungki & nurwahyu, 2020). pembelajaran tidak terbatas hanya pada jam-jam tertentu akan tetapi dapat dilakukan lebih massif dan terbuka sehingga guru dan siswa dapat dapat melaksanakan interaksi pembelajaran dengan lebih leluasa (ahmad, firdausi nuzula, 2020). kemudahan dalam memanfaatkan google classroom akan menginspirasi siswa untuk tetap bersemangat belajar (fitri rahmawati et al., 2020) dan (murtikusuma et al., 2019). meskipun guru dapat memberikan semangat dan dukungan kepada siswa, mereka dapat terus belajar bahkan dalam situasi selain tatap muka (nainggolan & manalu, 2021). setelah siswa mengunduh aplikasi google classroom, guru dapat mengundang siswa untuk bergabung dengan membagikan kode. guru juga dapat memberikan tugas kepada siswa dan melampirkan informasi tentang batas waktu. berbasis tugas, siswa dapat mengerjakan tugas di buku tulis kemudian mengumpulkan tugas berupa foto dari tugas tersebut. sistem akan mencatat waktu pengumpulan tugas oleh siswa dan guru dapat melihat status pengumpulan tugas. selanjutnya guru dapat memberikan penilaian terhadap tugas yang dikumpulkan oleh siswa. selain itu, untuk setiap siswa, guru dapat mengomunikasikan pekerjaannya secara online. untuk membuat kelas lebih interaktif, guru dapat membuat pertanyaan secara online dan setiap siswa dapat menjawab pertanyaan secara efektif meningkatkan kualitas pembelajaran (nadziroh, 2017). strategi scaffolding berbasis blended learning yang dibantu oleh google classroom efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan efikasi diri siswa (suryani et al., 2021). google classroom menunjukkan bahwa itu efektif sebagai alat belajar aktif (shaharanee et al., 2016). pembelajaran tematik atau pembelajaran terpadu merupakan konsep pembelajaran yang melibatkan banyak mata pelajaran dan memberikan pengalaman yang bermakna bagi anak. guru harus mampu membangun kohesi pada suatu topik. pengembangan pembelajaran mata pelajaran membutuhkan kreativitas guru. topik yang dipilih menyesuaikan dengan kehidupan sehari-hari siswa dan menjadikan pembelajaran bermakna. (hidayah et al., 2015). (sari et al., 2018) dan (nafi et al., 2016) menyatakan bahwa pembelajaran tematik sekolah dasar adalah pengintegrasian sikap, pengetahuan, keterampilan, dan dimensi lain menjadi satu kesatuan, memadukan keterampilan beberapa siswa inti, saling berhubungan dan melengkapi, serta memadukan keterampilan inti setiap siswa. setiap siswa masih memiliki kemampuan masing-masing. kemampuan menghubungkan mata siswa yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.207 1253 dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa google classroom mempermudah interkasi guru dan siswa. pembelajaran tematik menggabungkan berbagai kompetensi dari beberapa muatan pelajaran. dengan menggunakan google classroom siswa lebih aktif dan termotivasi mengakses berbagai sumber materi dan tepat waktu mengerjakan tugas. metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif jenis pre-experimental dengan one group pretest-posttest design. subyek penelitian ini adalah siswa kelas v sdn gajahkumpul kabupaten pati sebanyak 15 siswa. penelitian ini dilaksanakan pada bulan juli semester i tahun siswaan 2021/2022. teknik pengumpulan data menggunakan tes, observasi, dan wawancara. data pretest diperoleh dari hasil rata-rata ulangan harian tema 1 organ gerak hewan dan manusia sebelum menggunakan media google classroom. selanjutnya guru melaksanakan pembelajaran dengan media google classroom. data posttest diperoleh dari hasil rata-rata ulangan harian setelah menggunakan media google classroom. data observasi diperoleh dari pengamatan perilaku siswa dalam merespon penjelasan guru materi tema 1 organ gerak hewan dan manusia saat melaksanakan pembelajaran melalui google classroom. kegiatan wawancara dilaksanakan pada akhir pembelajaran melalui google classroom. guru meminta pendapat siswa tentang pemahaman materi sebelum dan sesudah menggunakan google classroom. validasi data menggunakan teknik korelasi product moment. dari 40 soal uji coba terdapat 22 soal valid dan hanya 20 soal yang digunakan untuk pengambilan data. teknik analisis data menggunakan uji n-gain. desain penelitian digambarkan sebagai berikut. dimana : o1 = nilai pretest (sebelum diberi perlakuan). x = treatment yang diberikan o2 = nilai posttest (setelah diberi perlakuan). teknik analisis data dilaksanakan dengan cara membandingkan rata-rata pretest (sebelum menggunakan google classroom) dengan rata-rata posttest. data yang digunakan adalah nilai pre dan post test. lakukan analisis data menggunakan uji n-gain untuk mengetahui persentase kenaikan rata-rata hasil pretest dan posttest. hasil pembelajaran menggunakan google classroom diawali dengan beberapa persiapan. guru meminta siswa menginstal aplikasi google classroom di hp kemudian guru menjelaskan cara bergabung di kelas google classroom menggunakan link yang diberikan guru. selain itu guru juga menjelaskan cara menggunakan google classroom. setelah semua siswa memahami cara menggunakan google classroom guru mulai pembelajaran dengan google classroom. dokumentasi dari kegiatan pembelajaran menggunakan aplikasi google classroom disajikan pada gambar 1. o1 x o2 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.207 1254 gambar 1. materi dan tugas di google classroom gambar 2. daftar tugas yang dikirim siswa berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada siswa kelas v, didapatkan data sebagai berikut. tabel 1. kriteria presentase keaktifan siswa persentase (%) kriteria 87,50 – 100 sangat aktif 75,00 – 87,49 aktif 50,00 – 74,99 cukup aktif 0 – 49,99 kurang aktif tabel 2. keaktifan siswa aspek sebelum menggunakan google classroom setelah menggunakan google classroom jumlah persentase (%) jumlah persentase (%) a 5 33 10 67 b 9 60 12 80 c 8 53 13 87 𝑋" 7,3 48,67 11,67 78 kriteria kurang aktif aktif keterangan: a: membangun pengetahuan sendiri b: kondusifitas kelas c: antusiasme siswa vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.207 1255 tema1 organ gerak hewan dan manusia merupakan materi pertama di awal kelas v. di kelas sebelumnya pembelajaran berlangsung menggunakan whatsapp baik untuk penyampaian materi maupun pengiriman tugas. pengiriman tugas siswa yang berupa foto yang dikirimkan lewat whatsapp guru akan membuat memori hp guru cepat penuh. karena sudah penuh, kadang-kadang ada guru yang menghapus materi yang sudah disampaikan di chat wahatsapp. setelah dikoreksi guru, foto tugas siswa juga akan dihapus. hal demikian menyebabkan guru tidak mempunyai tempat yang terorganisasi dengan baik dalam mendokumetasikan materi dan hasil karya siswa. siswa pun akan menghapus chat whatsapp yang berisi materi pembelajaran. akibatnya siswa tidak dapat mengakses lagi materi pembelajaran. pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan metode tes, yaitu prestest dan posttest. data hasil penelitian dijabarkan dalam tabel berikut. tabel 3. hasil belajar pretest dan posttest keterangan pretes postes jumlah siswa 15 15 rata-rata nilai 60 75 nilai tertinggi 80 95 nilai terendah 50 67 jumlah siswa tuntas 7 12 jumlah siswa tidak tuntas 8 3 berdasarkan tabel di atas, jumlah siswa yang mengikuti pre-test dan post-test adalah 15.. rata-rata nilai mengalami kenaikan 25 %. nilai tertinggi pretes dan postest mengalami kenaikan 18,75%. nilai terendah pretest dan posttes mengalami kenaikan 34%. ketuntasan siswa mengalami kenaikan 71,42%. uji n-gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar setelah menggunakan google classroom. n-gain = !"#$ &#!''(!')!"#$ &$('(!' !"#$ *+(,-)!"#$ &$('(!' tabel 4. kriteria n-gain interval koefisien kriteria n-gain > 0,70 tinggi 0,30 < n-gain < 0,70 sedang n-gain ≤ 0,30 rendah tabel 5. n-gain hasil belajar rata-rata pretest rata-rata postest skor maksimal n-gain 60 75 100 0,375 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.207 1256 berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa setelah pembelajaran menggunakan google classroom terbukti terdapat peningkatan hasil, yakni berdasar uji n-gain sebesar 0,375 yang berarti berkategori sedang. terdapat perbedaan pada rerata hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan google classroom. hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian (ropinus sidabutar, 2021) yang menjelaskan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata antara mata kuliah dengan dan tanpa media pembelajaran interaktif berbasis google classroom. hasil penelitian tersebut juga senada dengan penelitian yang dilakukan oleh (pamungkas et al., 2020), (ramadhan & tarsono, 2020), (neudeck et al., 2008), (simangunsong et al., 2021), dan (destyana & surjanti, 2021) yang menyatakan bahwa pemanfaatan google classroom sangat baik dan efektif digunakan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar. integrasi teknologi digital dalam pembelajaran melatih disiplin siswa (santosa et al., 2020). dengan menggunakan google classroom, maka kemampuan pemecahan masalah siswa menjadi lebih baik (maharani & kartini, 2019). pembahasan dari hasil observasi dan wawancara terlihat bahwa siswa dapat berperan lebih aktif dalam memperoleh kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri, sehingga memperdalam pemahamannya dan diversifikasi proses pembelajaran. peningkatan hasil belajar yang dicapai setelah menggunakan google classroom disebabkan oleh lingkungan belajar yang lebih mendukung dan aktif di dalam kelas. ketertarikan dan antusiasme siswa lebih terlihat dari sebelumnya, apalagi distribusi materi pembelajaran tidak terfokus pada guru. budaya belajar yang terbentuk setelah menggunakan google classroom adalah siswa secara aktif membangun rasa ingin tahunya sendiri, membangun kepribadian yang mau membantu teman yang mengalami kesulitan, dan mengoptimalkan penggunaan waktu kelas karena kegiatan yang terstruktur. dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator, memungkinkan siswa lebih leluasa membangun pemahaman konseptualnya dari stimulasi media yang dipelajarinya. dalam e-learning (media google classroom), terdapat kegiatan terstruktur yang memungkinkan siswa untuk mengatur waktu belajarnya di dalam kelas, yang sejalan dengan optimalisasi fasilitas yang ada. oleh karena itu, aktivitas siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri diharapkan dapat membantu siswa mengingat dan memahami materi dalam jangka waktu yang lebih lama. selain meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, penggunaan google classroom juga dapat meningkatkan aktivitas siswa dengan mengajukan pertanyaan dan menunjukkan pekerjaan rumah yang telah diselesaikan. kelebihan lainnya adalah hasil karya siswa menjadi lebih beragam dan kreatif, karena siswa memiliki sumber belajar yang luas, sehingga memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan media google classroom. dengan menggunakan google classroom, siswa mempunyai kemampuan teknologi yang lebih dibandingkan yang tidak menggunakannya.. hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian (khunaini & sholikhah, 2021) yang menyatakan bahwa gaya mengajar google classroom dan guru jika diterapkan secara bersamaan akan berdampak pada motivasi belajar. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.207 1257 simpulan berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan google classromm cukup efektif untuk pembelajaran daring tematik kelas v tema “organ gerak hewan dan manusia”. efektivitas google classromm dalam pembelajaran dilihat dari meningkatnya rata-rata hasil belajar pada saat pretest dan postest yaitu sebesar 25% dengan uji n-gain sebesar 0,375 yang berarti berkategori sedang. dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan google classroom, penulis memberikan saran agar guru menerapkan pembelajaran berbasis proyek dan meningkatkan kemampuan menggunakan teknologi. selain itu hendaknya guru meningkatkan interaksi antar siswa dan menciptakan suasana belajar yang aktif. demikian pula siswa juga perlu meningkatkan rasa tanggung jawab dan kemandirian. daftar rujukan ahmad, firdausi nuzula, k. m. (2020). efektivitas pembelajaran daring dengan menggunakan google classroom pada mata pelajaran matematika di madrasah aliyah pelajaran matematika di madrasah ali darul falah batu jangkih. elhikam: jurnal pendidikan dan kajian keislaman, xiii(1), 72. damayanti, n. p. a. (2021). efektivitas pembelajaran bahasa indonesia dengan google classroom terhadap minat baca saat pandemi covid-19. jurnal ilmu pendidikan, 4(2), 246–256. destyana, v. a., & surjanti, j. (2021). efektivitas penggunaan google classroom dan motivasi belajar terhadap hasil belajar peserta didik mata pelajaran ekonomi. edukatif : jurnal ilmu pendidikan, 3(3), 1000–1009. https://edukatif.org/index.php/edukatif/index fitri rahmawati, b., zidni, & suhupawati. (2020). learning by google classroom in students’ perception. journal of physics: conference series, 1539(1). https://doi.org/10.1088/1742-6596/1539/1/012048 hidayah, n., pgmi, j., tarbiyah, f., & keguruan, d. (2015). tematik sd. terampil pendidikan dan pembelajaran dasar, 2, 34–49. khunaini, n., & sholikhah, n. (2021). pengaruh penggunaan learning management system google classroom dan gaya mengajar guru terhadap motivasi belajar pada pembelajaran daring. edukatif: jurnal ilmu pendidikan, 3(5), 2079–2090. maharani, n., & kartini, k. s. (2019). penggunaan google classroom sebagai pengembangan kelas virtual dalam keterampilan pemecahan masalah topik kinematika pada mahasiswa jurusan sistem komputer. pendipa journal of science education, 3(3), 167–173. https://doi.org/10.33369/pendipa.3.3.167-173 murtikusuma, r. p., hobri, fatahillah, a., hussen, s., prasetyo, r. r., & alfarisi, m. a. (2019). development of blended learning based on google classroom with osing culture theme in mathematics learning. journal of physics: conference series, 1165(1). https://doi.org/10.1088/1742-6596/1165/1/012017 nadziroh, f. (2017). analisa efektifitas sistem pembelajaran berbasis e-learning. jurnal ilmu komputer dan desain komunikasi visual (jikdiskomvis), 2(1), 1–14. nafi, i., muakibatul, h., & mudiono, a. (2016). pengelolaan kelas dalam pembelajaran tematik di sekolah dasar. jurnal pendidikan, 1(5), 901–904. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.207 1258 nainggolan, a. p., & manalu, r. b. b. (2021). pengaruh penggunaan google classroom terhadap efektifitas pembelajaran. journal coaching education sports, 2(1), 17–30. https://doi.org/10.31599/jces.v2i1.515 neudeck, s., ruo, m., & modrzejewski, s. (2008). auswertung o1 / o2. main, 6, 1–12. pamungkas, d., aini, n., novianti, n., & ... (2020). efektifitas google classroom terhadap keaktifan mahasiswa dalam era revolusi industri 4.0. … the journal education …, 44–53. https://unimuda.e-journal.id/theorema/article/view/537 ramadhan, o. m., & tarsono, t. (2020). efektifitas pembelajaran sejarah kebudayaan islam melalui google classroom ditinjau dari hasil belajar siswa. jinop (jurnal inovasi pembelajaran), 6(2), 204–214. https://doi.org/10.22219/jinop.v6i2.12927 ropinus sidabutar. (2021). efektivitas penerapan media pembelajaran interaktif berbasis google classroom dalam. jurnal ilmiah aquinas, 4(2), 344–352. santosa, f. h., negara, h. r. p., & samsul bahri. (2020). efektivitas pembelajaran google classroom terhadap kemampuan penalaran matematis siswa. jurnal pemikiran dan penelitian pendidikan matematika (jp3m), 3(1), 62–70. https://doi.org/10.36765/jp3m.v3i1.254 sari, n. a., akbar, s., & yuniastuti. (2018). penerapan pembelajaran tematik terpadu di sekolah dasar. journal.um.ac.id, 3(12), 1572–1582. http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/11796 shaharanee, i. n. m., jamil, j. m., & rodzi, s. s. m. (2016). google classroom as a tool for active learning. aip conference proceedings, 1761(august). https://doi.org/10.1063/1.4960909 simangunsong, v. h., simangunsong, m. i., & heri, b. (2021). efektivitas pembelajaran web menggunakan google classroom sistem persamaan linear dua variabel ( spldv ) kelas x sma. 14(1), 187–195. sudibjo, a. (2019). penggunaan media pembelajaran ipa berbasis google classroom pada materi alat optik untuk meningkatkan respons motivasi dan hasil belajar siswa di smp negeri 4 surabaya. jurnal education and development, 7(3), 278–284. suryani, y., ningrum, a. r., hidayah, n., & dewi, n. r. (2021). the effectiveness of blended learning-based scaffolding strategy assisted by google classroom toward the learning outcomes and students’ self-efficacy. iop conference series: earth and environmental science, 1796(1). https://doi.org/10.1088/1742-6596/1796/1/012031 tinungki, g. m., & nurwahyu, b. (2020). the implementation of google classroom as the elearning platform for teaching non-parametric statistics during covid19 pandemic in indonesia. international journal of advanced science and technology, 29(4), 5793–5803. microsoft word 03-tri.doc vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.202 1201 received : 16-06-2021 revised : 26-07-2021 published : 20-08-2021 pembelajaran daring di sma negeri 1 karanganyar di masa pandemi covid-19 tri purwanti sma negeri 1 karanganyar, indonesia purwanti.tri1909@gmail.com abstrak fokus penelitan ini ,bagaimana pembelajaran daring di sma negeri 1 karanganyar. dengan focus utamanya adalah kesiapan guru dalam mengajar beserta kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran,juga kendala yang dihadapinya. metode penelitian kuantitatif yang dipilih oleh peneliti, dengan studi kasus jenis penelitiannya, dengan memanfaatkan sumber data dari beberapa guru dan siswa. observasi non partisipan, wawancara dan dokumentasi dalam teknik pengumpulan datanya. peneliti melakukan analisis data dengan triangulasi.dalam pembelajaran daring di sma negeri 1 karanganyar , dilakukan sesuai jadwal, sehingga tidak ada siswa yang mengikuti lebih dari 1 pelajaran pada saat bersamaan.pembelajaran daring dilakukan dengan banyak hambatan dari guru maupun dari siswa. kata kunci: pembelajaran daring; sma; covid-19 vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.202 1202 pendahuluan wabah pandemic covid-19 di indonesia sejak pertengahan tahun 2020 telah menyebabkan hilangnya nyawa banyak orang, sehingga menyebabkan perubahan dalam kehidupan, termasuk pendidikan yang tadinya dilakukan dengan tatap muka, dengan adanya wabah ini maka pelajaran dengan sistem daring .dari kasus inilah, peneliti mengambil judul “pembelajaran daring di sma saat adanya covic-19”. seluruh masyarakat indonesia sekarang ini diberikan waktu untuk menikmati hidup mereka dengan penuh tantangan yang ada. segala sesuatu dilakukan untuk hidup sehat,makan yang cukup bergizi. begitu juga pembelajaran daring yang mewajibkan siswa dan guru untuk belajar dari rumah, dengan harapan untuk memutus mata rantai penyebaran covic-19.dengan pembelajaran daring ,banyak orang tua atau wali siswa yang menganggap bahwa pendidikan sekarang ini hanya bersifat formalitas,sehingga ada beberapa siswa yang tidak mengikuti pelajaran di karenakan sedang mengerjakan tugas rumah tangga, juga ada beberapa siswa yang terkendala sinyal. keinginan siswa untuk belajar sungguh-sungguh didasari oleh rasa senang untuk belajar"(yunitasari & hanifah, 2020, hlm. 237)" negara indonesia ,merupakan negara berkembang hampir dalam segala sektor,termasuk pendidikannya. tantangan negara indonesia dimasa yang akan datang sangat kompleks jika pendidikan sekarang ini tidak dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas.walaupun pendidikan dilaksanakan dengan pembelajaran daring,diharapkan dapat mencapai pendidikan yang berkualitas .kemajuan pendidikan di indonesia tidak terlepas dari semua komponen pendidikan, termasuk guru sebagai pendidik, siswa,peran orang tua atau wali. menteri pendidikan dan kebudayaan (mendikbud) pada tanggal 24 maret 2020 diharuskan mengeluarkan surat edaran, bahwa proses belajar mengajar dilaksanakan di rumah melalui pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh ,nomor 4 tahun 2020 (dewi, 2020, hlm. 56). tujuan dari penelitan in, akibat dari adanya virus covid-19ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran daring dirumah pada siswa sma negeri 1 karangnayar. dalam mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan dengan mengambil data dari berbagai sumber data dengan teknik dokumentasi yang ada dijurnal,majalah,dan berita. berita dan artikel yang dipilih mengenai pembelajaran daring di sekolah dan dampak covid-19 . dari hasil penelitian didapat bahwa pembelajaran daring dilaksanakan dengan hasil yang cukup baik jika pelaksanaannya adanya ikatan interaksi antara guru dan siswa beserta orang tua atau wali siswa(dewi, 2020, hlm. 56) seseorang dapat berubah positif dapat disebabkan karena belajar, sehingga akan mendapatkan hasil yang optimal baik itu kecakapan, keterampilan, dan pemahaman yang baru tentang pengetahuan. dari hasil proses tersebut terlihat dari perolehan hasil prestasi belajarnya. segala sesuatu yang penting dari proses belajar yang terjadi pada setiap orang memang melalui proses belajar , sehingga akan mengenal lingkungan sekitarnya dan mampu menyesuaikannya. perubahan diri seseorang dari belum mampu menjadi mampu merupakan proses belajar yang terjadi dalam jangka waktu tertentu(maulidi, 2017, hlm. 56). kondisi kelas yang kondusif dan edukatif ,dalam proses pembelajaran normal, terdapat timbal balik antara guru dengan siswa atau interaksi antara guru dan siswa secara langsung. pendidikan di indonesia selalu berkembang dikarenakan adanya perkembangan metode dan media pendidikan ini. proses belajar mengajar dilakukan dengan pembelajaran jarak jauh atau daring yang dilakukan dengan berbagai aplikasi, karena adanya kendala di saat covid19,yang pelaksanaan proses belajar mengajar dilakukan dengan pembelajaran daring, di sma negeri 1 karanganyar menggunakan aplikasi microsoft teams dan whatsapp, sehingga vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.202 1203 pembelajaran di lakukan dari rumah masing-masing, sehingga hasil belajar yang diperoleh masih kurang optimal. suatu proses yang dilakukan guru pada akhir kegiatan pembelajaran atau akhir program untuk menentukan angka hasil peserta didik merupakan hasil belajar seseorang"(mamluah & maulidi, 2021a, hlm. 871)",. pencapaian kompetensi hasil belajar yang mendasarkan pada pola tingkah laku, sikap, pemahaman, dan pola pikirnya. sedangkan kompetensi dasar sesuai yang ingin di kehendaki dalam standar proses .sedangkan sistem dan teknis pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru dilakukan secara daring di rumah . para guru belum memiliki kesiapan penuh tentang pembelajaran daring sehingga pembelajaran daring ini sifatnya premature . terutama guru yang masih belum begitu menguasai teknologi digital,juga para guru dan siswa yang berada di desa-desa yang sulit untuk mendapatkan internet. sehingga selama ini pembelajaran daring sepertinya formalitas saja , anggapan dari orang tua atau wali siswa. siswa yang positip adalah siswa yang mudah menyerap materi pelajaran(sutrisno & murdiono, 2017, hlm. 58) karena pembelajaran daring di masa covid-19 banyak yang berpendapat bahwa, mutu pendidikan di indonesia turun. sebab utamanya adalah banyaknya siswa yang tidak mempunyai perangakat pembelajaran yang memadai, juga terkendala internet. pada akhirnya pembelajaran daring di sma negeri 1 karanganyar dapat berjalan sesuai jadwal yang diberikan,walau masih banyak kendala yang dihadapinya. metode penelitian metode penelitian kualitatif yang digunakan peneliti, penelitian kualitatif penelitian yang menggambarkan pengumpulan dilapangan secara mendalam. penelitian kualitatif ini peneliti tidak memanipulasi data, di sebabkan penelitian berdasarkan ditemukan di lapangan yang berupa fakta-fakta.(s.ag.,m.pd.iwan her, 2019, hlm. 14) penelitan dilaksanakan di sma negeri 1 karanganyar kebumen. data berasal dari beberapa siswa dan beberapa guru. teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan observasi,wawancara, dan dokumentasi(mamluah & maulidi, 2021, hlm. 3) . peneliti dalam analisa datanya menggunakan model milles dan huberman, yaitu pengumpulan data,reduksi data, penyajian data dan kesimpulan (s.ag.,m.pd.iwan her, 2019). adapun teknik triangulasi data pada pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh di lapangan. hasil dan pembahasan virus covid-19, mewabah di indonesia sekitar desember 2019, virus tersebut menyerang manusia dari pernapasan, dengan penularannya melalui kontak langsung dengan pendertia atau dengan melalui udara,sehingga virus ini sangat mematikan (sidqi & auliya, 2021, hlm. 141). sehingga pemerintah indonesia telah menghimbau kepada masyarakat untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19dengan mengurangi tatap muka ataupun kerumunan, begitu juga dalam bidang pendidikan, maka dilakukan dengan pembelajaran daring. disaat adanya covid-19 ini, maka pendidikan dilakukan dari rumah . pendidikan melalui online atau e-learning,sebetulnya baik untuk dilaksanakan ,jika semua yang terlibat dalam pendidikan tersebut betul-belum mematuhi semua ketentuan yang berlaku , namun ketika metode ini harus diterapkan pada setiap jenjang pendidikan hal ini mendapat perhatian khusus (arifa, t.t., hlm. 54). karena pembelajaran daring didunia pendidikan di indonesia. diberlakukan serentak, hal inilah yang dilakukan untuk menghindari penularan atau memutus rantai penularan covid-19. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.202 1204 media atau aplikasi yang digunakan pada saat pembelajaran daring berlangsung sma negeri 1 karanganyar menggunakan aplikasi microsoft team dan whatsapp. aplikasiaplikasi yang lainnya juga masih banyak yang belum dikuasai (yunitasari & hanifah, 2020, hlm. 238). penelitian ini didapatkan dua focus yang di deskripsikan berdasarkan hasil dokumentasi, observasi dan wawancara. fokus penelitian adalah untuk mengetahui kondisi guru dan siswa selama pembelajaran daring ,juga untuk melihat hambatan-hambatan yang dihadapi guru dan siswa selama pembelajaran daring berlangsung. kondisi guru selama daring , sangat membutuhkan waktu untuk mempelajari penggunaan microsoft teams, apalagi kondisi yang sedang bekerja dirumah ,dengan kondisi medan yang berbeda sehingga sinyal ada yang susah mendapatkannya. apalagi ada guru yang usianya sudah mendekati pensiun sehingga keterbatasan pengetahuan teknologi yang menyebabkan kendala dalam pembelajaran daring ini. kondisi siswa dengan latar belakang keluarga yang berbeda , ada yang mampu untuk memiliki hp yang memadai untuk pembelajaran daring, juga ada siswa yang karena keterbatasan penghasilan orang tua,menyebabkan siswa tidak dapat memiliki hp yang memadai untuk pembelajaran daring. dari hasil wawancara secara daring siswa kelas xi ips ,sma negeri 1 karanganyar dengan jumlah siswa 144 adalah sebagai berikut: tabel 1. hasil wawancara no pertanyaan jawaban siswa jumlah siswa prosentase 1 apakah ada hambatan saat ada 47 32,64 % pembelajaran daring? tidak 97 67,36 % 2 apakah tempat tinggal siswa ya 31 21,53 % sulit sinyal tidak 113 78,47 % 3 apakah hp siswa memadai ya 99 68,75 % untuk pembelajaran daring? tidak 45 31,25 % dilihat dari hasil wawancara daring tersebut dapat disimpulkan , ternyata masih ada sebagian siswa yang mempunyai hambatan dalam pembelajaran daring, baik itu dari hp siswa yang tidak memadai untuk daring, juga sulitnya mendapatkan sinyal. apalagi pembelajaran daring di sma negeri 1 karanganyar dengan menggunakan aplikasi microsoft teams, yang memaksa untuk mencari sinyal yang kuat untuk bisa membuka dan menggunakan aplikasi ini. sama halnya dengan sma negeri 1 karanganyar, yang membuat aturan teknisnya diharapkan guru menggunakan aplikasi microsoft teams yang didalamnya terdapat sub aplikasi. juga dilakukan pembelajarannya dengan whatsapp. memang, aplikasi ini membutuhkan sinyal yang kuat ,dan juga kuota yang harus ada selalu((pdf) efektifitas whatsapp sebagai media belajar daring, t.t., hlm. 778). oleh sebab itu maka semua komponen yang ada di sekolah wajib menguasai teknologi digital. vol.2 no.8 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.202 1205 simpulan pembelajaran daring di sma negeri 1 karanganyar, kebumen di saat adanya covic19 ternyata masih banyak kendala yang dihadapinya, diantaranya kesiapan guru dalam mengajar, siswa yang menerima pelajaran , juga kendala sinyal internet. ada beberapa siswa yang tidak mengikuti pelajaran dikarenakan tidak mempunyai kuota internet. untuk meminimalisir kendala yang dihadapi siswa maka pemerintah memberi kuota gratis kepada guru juga siswa. tetapi dari pemberian itu ternyata tidak mencukupi untuk pembelajaran daring selama 1 bulan. sma negeri 1 karanganyar menggunakan aplikasi microsoft teams dan whatsapp ,yang memaksa mencari sinyal yang kuat untuk bisa membuka dan menggunakan aplikasi ini. daftar rujukan arifa, f. n. (t.t.). tantangan pelaksanaan kebijakan belajar dari rumah dalam masa darurat covid-19. 6. dewi, w. a. f. (2020). dampak covid-19 terhadap implementasi pembelajaran daring di sekolah dasar. edukatif : jurnal ilmu pendidikan, 2(1), 55–61. https://doi.org/10.31004/edukatif.v2i1.89 mamluah, s. k., & maulidi, a. (2021). pembelajaran jarak jauh (pjj) di masa pandemi covid-19 di sekolah dasar. jurnal basicedu, 5(2), 869–877. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i2.800 maulidi, a. (2017). hubungan kecerdasan spiritual (spiritual quotient) dengan moral siswa ma nurul huda pakandangan barat kec. bluto kab. sumenep tahun 2011/2012. maharot : journal of islamic education, 1(1), 55–69. https://doi.org/10.28944/.v1i1.167 (pdf) efektifitas whatsapp sebagai media belajar daring. (t.t.). diambil 23 juni 2021, dari https://www.researchgate.net/publication/348698978_efektifitas_whatsapp_sebagai _media_belajar_daring s.ag.,m.pd.i, i. h. (2019). metodologi penelitian pendidikan ( kualitatif, kuantitatif dan mixed method ). hidayatul quran. sidqi, n. a., & auliya, p. (2021). analisis kesiapan guru dalam pembelajaran jarak jauh saat covid-19. literasi : jurnal kajian keislaman multi-perspektif, 1(1), 137–158. https://doi.org/10.22515/literasi.v1i1.3261 sutrisno, s., & murdiono, m. (2017). pengembangan modul pendidikan anti korupsi pada mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan untuk kelas x sekolah menengah atas. harmoni sosial: jurnal pendidikan ips, 4(1), 55–66. https://doi.org/10.21831/hsjpi.v4i1.9789 yunitasari, r., & hanifah, u. (2020). pengaruh pembelajaran daring terhadap minat belajar siswa pada masa covid 19. edukatif : jurnal ilmu pendidikan, 2(3), 232–243. https://doi.org/10.31004/edukatif.v2i3.142 microsoft word 05-elvira.docx vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 312 received : 25-02-2020 revised : 01-03-2021 published : 15-03-2021 peningkatan partisipasi aktif dan hasil belajar ppkn siswa smp melalui pendekatan kooperatif tipe student team achievement divisions (stad) pada materi norma dan keadilan elvira nurini hidayat smp negeri 2 wagir kabupaten malang, indonesia nurinielvira@gmail.com abstrak penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan partisipasi aktif dan hasil belajar siswa kelas vii b smp negeri 2 wagir kabupaten malang dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe stad dalam proses pembelajaran ppkn pada materi norma dan keadilan. penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), yaitu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. subjek penelitian ini siswa kelas vii b smp negeri 2 wagir yang berdasarkan pengamatan peneliti mempunyai nilai yang paling rendah dibandingkan kelas yang lain dalam hal partisipasi aktif dan hasil belajar. teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, tes dan dokumentasi. untuk menganalisis data dari hasil lembar observasi partisipasi aktif dan nilai rata-rata kelas mengunakan statistik deskriptif. hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe stad pada mata pelajaran pkn dapat meningkatkan partisipasi aktif dan hasil belajar siswa. hal ini terbukti dari hasil observasi peningkatan partisipasi aktif belajar siswa pada siklus ii. pada siklus i siswa yang memenuhi kriteria minimum pemenuhan partisipasi aktif yaitu nilai minimum 70 sebanyak 20 siswa (62% jumlah siswa keseluruhan). pada siklus ii terdapat kenaikan jumlah siswa yang memenuhi kriteria minimum pemenuhan partisipasi aktif yaitu nilai minimum 70 sebanyak 27 siswa (84% jumlah siswa keseluruhan). untuk hasil belajar, nilai rata-rata pada siklus i sebesar 78,59 naik menjadi 81,72 pada siklus ii. berdasarkan ketuntasan klasikal, terjadi peningkatan jumlah siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal nilai 75, dimana untuk siklus i sebanyak 24 siswa (75% jumlah siswa keseluruhan) memenuhi ketuntasan hasil belajar, meningkat pada siklus ii menjadi 30 siswa (94% dari jumlah siswa keseluruhan). karena ketuntasan klasikal sudah tercapai dan partisipasi aktif siswa meningkat maka penelitian dihentikan sampai siklus ii. berdasarkan hasil observasi partisipasi aktif dan nilai hasil belajar siswa tiap akhir siklus, didapatkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe stad mampu meningkatkan partisipasi aktif dan hasil belajar siswa kelas vii b smp negeri 2 wagir semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 pada pembelajaran ppkn materi norma dan keadilan. kata kunci: partisipasi aktif; hasil; metode kooperatif tipe stad vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 313 pendahuluan pembelajaran dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan dalam diri siswa secara terencana baik aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap. interaksi yang terjadi selama proses belajar dipengaruhi oleh lingkungan sekolah yang terdiri atas guru, peserta didik, kepala sekolah, materi dan berbagai sumber. menurut sadali (2006) kualitas pembelajaran diukur dan ditentukan oleh seberapa besar kegiatan pembelajaran dapat menjadi alat pengubah tingkah laku individu kearah yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. yang tidak boleh dilupakan dalam proses pengembangan sumber daya manusia adalah pembentukan karakter kebangsaan pada sumber daya manusia itu sendiri dalam pembentukan masyarakat yang berpedoman pada pancasila sebagi pedoman hidup bangsa dan bernegara. salah satu pembelajaran yang berpengaruh dalam proses pembentukan karakter berbangsa dan bernegara adalah pembelajaran mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (ppkn). mata pelajaran ppkn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warganegara yang baik, cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan dalam pancasila dan uud 1945, untuk dapat membentuk warga negara yang cerdas, kreatif, dan partisipatif. pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dirancang berbasis aktivitas terkait dengan sejumlah tema kewarganegaraan yang diharapkan dapat mendorong siswa menjadi warga negara yang baik melalui kepedulian terhadap permasalahan dan tantangan yang dihadapi masyarakat sekitarnya. kepedulian tersebut ditunjukkan dalam bentuk partisipasi aktif dalam pengembangan komunitas yang terkait dengan diri siswa. kompetensi yang dihasilkan tidak lagi terbatas pada kajian pengetahuan dan keterampilan penyajian hasil dalam bentuk karya tulis, tetapi lebih ditekankan kepada pembentukan sikap dan tindakan nyata yang mampu dilakukan oleh tiap siswa. dengan demikian akan terbentuk sikap cinta dan bangga sebagai bangsa indonesia. menurut pengamatan peneliti sebagai guru mata pelajaran ppkn di smp negeri 2 wagir, prestasi atau hasil belajar peserta didik untuk mata pelajaran ppkn masih belum memenuhi standar yang diinginkan. hal ini terjadi karena materi ppkn yang sebelumnya lebih banyak disampaikan dengan metode cerah atau berorientasi pada guru. yang pada akhirnya seringkali membuat peserta didik bosan dan tidak kreatif, karena menganggap mata pelajaran ppkn tidak menarik dan membosankan. berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti berupaya memperbaiki metode pembelajaran yang mampu mengembangkan pola interaksi guru dengan siswa sehingga siswa menjadi termotivasi, kreatif, responsif, dan interaktif. salah satu metode pembelajaran adaalah pembelajaran berbasis kooperatif. dalam hal ini yang inging peneliti lakukan adalah penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions (stad). pembelajaran kooperatif tipe stad ini merupakan salah satu metode kooperatif yang paling sederhana, metode yang paling baik untuk permulaan bagi untuk menggunakan pendekaatan kooperatif. bentuk pembelajaran ini melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. berdasarkan pengamatan peneliti selaku guru mata pelajaran ppkn di smp negeri 2 wagir, kelas vii b pada tahun pelajaran 2017/2018 memiliki hasil belajar ppkn yang paling rendah dibandingkan kelas yang lainnya. kelas ini seringkali dikeluhkan oleh guru yang lain vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 314 karena termasuk kelas yang selalu ribut, susah diatur, bahkan ketika guru menerangkan materi beberapa siswa tidur. seringkali tugas yang diberikan para guru pengajar tidak dihiraukan. untuk itulah pada penelitian ini peneliti menjadikan kelas vii b sebagai subyek penelitian. peneliti memfokuskan penelitian pada partisipasi aktif dan hasil belajar ppkn siswa kelas vii b smp negeri 2 wagir kabupaten malang semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. hipotesis peneliti, penggunaan metode pembelajaran kooperati tipe stad bisa meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas vii b pada khususnya dan kelas vii pada umumnya untuk pembelajaran ppkn. untuk itulah pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui peningkatan partisipasi aktif dan hasil belajar ppkn siswa kelas vii b smp negeri 2 wagir kabupaten malang semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 melaui pendekatan kooperatif tipe student team achievement divisions (stad) pada materi norma dan keadilan. kajian teori partisipasi aktif siswa partisipasi siswa dalam pembelajaran sering juga diartikan sebagai keterlibatan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran (mulyasa, 2004). partisipasi merupakan wujud tingkah laku siswa secara nyata dalam kegiatan pembelajaran yang merupakan totalitas dari suatu keterlibatan mental dan emosional siswa sehingga mendorong mereka untuk memberikan kontribusi dan bertanggung jawab terhadap pencapaian suatu tujuan yaitu tercapainya hasil belajar yang memuaskan. menurut sudjana (2002) partisipasi siswa di dalam pembelajaran merupakan salah satu bentuk keterlibatan mental dan emosional. disamping itu, partisipasi merupakan salah satu bentuk tingkah laku yang ditentukan oleh lima faktor, antara lain: (1) pengetahuan/kognitif berupa pengetahuan tentang tema, fakta, aturan dan ketrampilan; (2) kondisi situasional seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial dan faktor-faktor social; (3) kebiasaan sosial seperti kebiasaan menetap dan lingkungan; (4) kebutuhan meliputi kebutuhan approach (mendekatkan diri), avoid (menghindari) dan kebutuhan individual; dan (5) sikap meliputi pandangan/perasaan, kesediaan bereaksi, interaksi sosial, minat dan perhatian. hasil belajar menurut kamus besar bahasa indonesia (nurjanah, 2007), hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan kepuasan kepada individu yang belajar. sudjana (2002) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki setelah seseorang memiliki pengalaman belajarnya. hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar. siswa yang berhasil dalam belajar yaitu yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. hasil belajar ditentukan oleh evaluasi. evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan pengukuran hasil belajar. tujuan utama evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. tingkat keberhasilan dapat dinyatakan dalam huruf, kata atau simbol (mudjiono, 2002). pendidikan pancasila dan kewarganegaraan pada hakekatnya ppkn merupakan civic education. ppkn adalah proses yang meliputi semua pengaruh positif yang dimaksudkan untuk membentuk pandangan seorang warga negara vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 315 dalam peranannya di masyarakat. ppkn mengambil bagian dari pengaruh positif dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. ciri yang penting dari ppkn adalah: (1) merupakan program pendidikan (proses yang meliputi pengaruh positif ); (2) fokus materinya adalah ideologi nasional, proses pemerintahan sendiri, hak dan kewajiban asasi dan warga negara sebagaimana yang dijamin dalam konstitusi ditambah dengan pengaruh positif dari keluarga, sekolah dan masyarakat; dan (3) tujuannya adalah membentuk orientasi warga negara tentang peranannya dalam masyarakat (cholisin, 2004). pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dipandang sebagai mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu terbentuknya warganegara yang baik sesuai dengan falsafah dan konstitusi bangsa indonesia. melalui pendidikan pancasila dan kewarganegaraan diharapkan warga negara mampu memahami, menganalisis, serta menjawab berbagai masalah yang di hadapai masyarakat, berbangsa, dan bernegara secara tepat, rasional, konsisten, berkelanjutan, dan bertanggung jawab dalam rangka mencapai tujuan nasional (sunarso, 2006). pembelajaran kooperatif tipe stad (student teams-achievement division) pembelajaran kooperatif tipe stad adalah metode pembelajaran kooperatif untuk mengelompokkan kemampuan yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. keanggotaan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. ciri-ciri pembelajaran tipe stad, yaitu kelas dibagi dalam kelompokkelompok kecil, tiap kelompok terdiri 4-5 anggota yang heterogen, dan belajar dengan metode pembelajaran kooperatif dan prosedur kuis (suyatno, 2009) pembelajaran stad bertujuan memotivasi siswa untuk membantu kelompoknya dalam memahami materi. kinerja guru yang mengunakan stad mengacu pada belajar kelompok, menyajikan informasi akademik baru pada siswa dengan menggunakan prosentase verbal atau tes. guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu. metode penelitian jenis dan desain penelitian penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau sering disebut dengan classroom action research. maksud penelitian yang dilakukan oleh guru kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran (susilo, 2007). penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif berupa tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. penelitian ini berupaya untuk meningkatkan partisipasi aktif dan hasil belajar siswa. pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kuantitatif, sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa angka-angka dari partisipasi aktif siswa dan tes hasil belajar siswa. desain penelitian yang dikembangan dalam penelitian ini adalah desain yang diadaptasi dari kemmis dan taggart (suwarsih madya, 1994 :20), yang menggambarkan bahwa penelitian vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 316 tindakan kelas dilaksanaan melalui beberapa siklus dan masing-masing terdiri dari 4 tahap. bagan model spiral kemmis dan taggart digambarkan sebagai berikut: gambar 1. proses penelitian tindakan kemmis & mc. taggart (2014) lokasi dan waktu penelitian penelitian ini dilaksanakan di smp negeri 2 wagir kabupaten malang, yang secara geografis terletak di jalan raya sukodadi no. 1 kecamatan wagir kabupaten malang. penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018, bulan agustus 2017 sampai bulan september 2017. jadwal pelaksanaan penelitian tindakan disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran ppkn kelas vii b yaitu hari selasa. subjek penelitian subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas vii b semester 1 tahun pelajaran 2017/2018, dengan jumlah siswa 32. terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. pemilihan kelas vii b karena menurut pengamatan peneliti sebagai guru mata pelajaran ppkn kelas vii di smp negeri 2 wagir, kelas vii b mempunyai partisipasi dan hasil belajar yang lebih rendah dibandingkan kelas yang lainnya. teknik pengumpulan data (1) pengamatan (observation) pada penelitian ini pengamatan yang digunakan adalah observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam kesempatan yang sama pengamat memasuki dan mengikuti kelompok yang sedang diamati. teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang situasi pembelajaran yang terjadi selama melakukan proses vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 317 pembelajaran. kegiatan observasi ini dilakukan disetiap pertemuan. pengumpulan data dilakukan dengan instrumen lembar pengamatan (2) tes tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid atau kelompok (arikunto, 1997). tes dalam hal ini berupa soal-soal yang diujikan kepada siswa untuk mengetahui hasil belajar pkpn. data yang dikumpulkan yaitu data hasil belajar dengan menggunakan kriteria ketuntasan minimal (kkm) mata pelajaran ppkn. (3) teknik dokumentasi teknik ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai kegiatan yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. teknik ini lebih menjelaskan suasana yang terjadi dalam proses pembelajaran. dokumentasi berupa foto atau gambar yang digunakan untuk mengambar secara visual kondisi yang terjadi saat proses belajar mengajar berlangsung. instrumen penelitian untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian, digunakan beberapa teknik sebagai berikut: a) lembar observasi kegiatan siswa lembar observasi/pengamatan, yaitu lembar yang berisi indikator-indikator proses pembelajaran dalam pelaksanaan pengamatan dikelas. lembar observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga peneliti hanya mengamati hal-hal yang termasuk dalam kategori keaktifan, yaitu mengikuti proses pembelajaran. kisi-kisi pada lembar pengamatan sebagai berikut: tabel 1. kisi-kisi lembar observasi partisipasi aktif siswa no. indikator nomer item 1. siswa aktif berperan selama proses pembelajaran 1, 2 2. melakukan diskusi dalam kelompok stad 9, 5 3. mengajukan dan menjawab pertanyaan dengan baik 7, 8 4. mengerjakan soal-soal dengan baik 3, 6 5. mau bekerjasama dalam kelompok 4, 10 pemberian skor pada lembar observasi sebagai berikut: skor 4 apabila selalu melakukan sesuai aspek pengamatan. skor 3 apabila sering melakukan sesuai aspek pengamatan. skor 2 apabila kadang-kadang melakukan sesuai aspek pengamatan. skor 1 apabila tidak pernah melakukan sesuai aspek pengamatan. b) soal tes tes adalah serentetan pertanyaan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu. untuk instrumen tes yang digunakan adalah tes terhadap hasil belajar siswa setelah pembelajaran ppkn, yang berbentuk pilihan ganda. jumlah soal tes sebanyak 20 butir dengan soal pilihan ganda empat alternatif jawaban yaitu a, b, c, dan d. pemberian skor jawaban untuk soal pilihan ganda digunakan skor 1 jika pilihan benar dan 0 untuk pilihan salah. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 318 uji coba instrumen untuk menguji instrumen hasil belajar, menggunakan validitas isi. validitas isi suatu tes hasil belajar adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisis, penelusuran atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar yaitu sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pembelajaran (sudijono, 2007). validitas dilakukan dengan menyamakan isi instrumen dengan kisi-kisi yang telah dibuat. dalam kisi-kisi instrumen ini terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pertanyaan yang telah dijabarkan dari indikator. teknik analisis data (1) analisis data observasi data proses pembelajaran yang terdapat pada lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, dianalisis secara deskriptif untuk tiap siklus. penilaian dapat dilihat dari hasil skor pada lembar observasi yang digunakan. data observasi yang telah diperoleh dihitung, kemudikan di sajikan secara deskriptif. setelah diperoleh skor pada aspeknya kemudian peneliti menentukan kategori tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yaitu tercantum dalam tabel berikut: tabel 2. kriteria partisipasi aktif siswa no nilai kriteria 1 < 50 kurang 2 50 – 69 sedang 3 70 – 89 baik 4 90 – 100 baik sekali (2) analisis hasil belajar siswa dalam teknik menganalisis data hasil belajar digunakan teknik statistik deskriptif yaitu dengan penyajian berupa data tabel, dengan perhitungan rata-rata. untuk mengetahui keberhasilan peningkatan indeks hasil belajar siswa dalam siklus yang dilaksanakan secara keseluruhan cukup di lihat dari perhitungan rata-rata nilai siswa dari siklus i dan ii. hasil tes formatif siswa pada akhir masing-masing siklus dihitung nilai rata-ratanya (mean). berikut ini, rumus mencari rata-rata (mean) data tunggal menurut sudjiono (2007), adalah: keterangan: mx : rata-rata (mean) σ x : jumlah dari hasil skor-skor (nilai-nilai) yang ada n : number of cases (banyaknya skor-skor itu sendiri) sedangkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa digunakan rumus: vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 319 keterangan: effect size : peningkatan skor (nilai) x̄ post test 2 : skor rata-rata siklus 2 x̄ post test 1 : skor rata-rata siklus 1 prosedur penelitian penelitian ini dilakukan dalam bentuk siklus, masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. penelitian ini di desain sebagai penelitian tindakan kelas (ptk) yang akan dilakukan dengan beberapa siklus. 1) siklus pertama a) perencanaan pada siklus pertama diawali dengan membuat perencanaan tentang materi dan pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan di kelas untuk siklus i. perencanaan ini disusun oleh peneliti. langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan tindakan antara lain sebagai berikut: • membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan materi yang akan diajarkan • membuat lembar observasi untuk mengamati partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. • membuat soal tes dan lembar kerja siswa dalam tahap ini peneliti mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan menyusun instrumen yang akan digunakan. b) tindakan tindakan pada pembelajaran ppkn menerapkan metode stad, langkah yang dilakukan pada waktu tindakan adalah membawa kesiapan siswa untuk masuk ke materi dengan menyesuaikan keadaan siswa pada pembelajaran yang akan disampaikan. langkah tersebut antara lain sebagai berikut: 1) penyajian materi guru memulai dengan menyampaikan indikator yang akan dicapai, memberikan apersepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi yang telah dipelajari agar siswa dapat menghubungkan dengan materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, kemudian guru menyampaikan meteri yang akan dipelajari saat itu. penyajian materi dapat menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan sebagainya disesuaikan dengan isi materi dan kemampuan siswa. 2) belajar kelompok setiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa yang heterogen. guru mendampingi siswa melakukan kegiatan belajar, memberikan motivasi kepada anak dan membantu siswa memecahkan masalah berbagai kesulitan dalam belajar. siswa secara kelompok kemudian mempresentasikan hasil kelompoknya masing-masing, kemudian kelompok yang mempresentasikan memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi dan bertanya. peran guru disini mengatur jalannya presentasi dengan menjelaskan maksud pertanyaan, membatasi waktu untuk memberikan kesempatan kepada yang lain, dan memberikan tambahan informasi untuk melengkapi konsep siswa. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 320 3) kuis setelah melakukan belajar kelompok dan presentasi, guru memberikan kuis individu, dimana siswa diharuskan mengerjakan sendiri tanpa bantuan anggota kelompok, sehingga secara individu bertanggung jawab atas apa yang yang telah dipelajarinya. kuis ini sebagai penilaian akhir (post test) yang bertujuan untuk mengetahui seberapa tingkat kemampuan atau pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan, setelah di terapkannya metode kooperatif tipe stad pada proses pembelajaran. 4) perhitungan skor perkembangan individu. setelah diperoleh skor tes, dihitung skor perkembangan individu berdasarkan selisih perolehan skor tes terdahulu (skor dasar) dengan skor tes terakhir.. 5) penghargaan kelompok berdasarkan skor perkembangan individu yang diperoleh siswa, siswa dapat memberikan sumbangan skor bagi kelompoknya. perhitungan skor kelompok ditentukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, hebat, dan super. c) observasi pada saat proses pembelajaran berlangsung, observer mengamati segala yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. pengamatan tersebut meliputi keaktifan siswa, kreatifitas yang dilakukan oleh guru melalui penggunaan metode, interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa dan bahan ajar, pembelajaran yang membuat siswa merasa senang, dan cara guru membimbing dan memotivasi siswa dalam pembelajaran. pada kegiatan pengamatan ini, peneliti mengunakan instrumen observasi antara lain lembar observasi. d) refleksi refleksi yang dimaksud adalah upaya evaluasi yang dilakukan oleh para partisipan yang terlibat dalam penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan. dalam tahap ini, peneliti selaku guru ppkn melakukan analisis hasil tindakan siklus i, antara lain dengan mengambil kesimpulan tentang kemampuan siswa setelah tindakan, menilai hasil belajar, keaktifan, dan kreatifitas yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan teman dan bahan ajar. apabila dalam hasil refleksi tersebut terdapat aspek-aspek yang belum tercapai atau berhasil, maka akan dilakukan perbaikan pada siklus ii. pelaksanaan siklus ii akan dilaksanakan setelah refleksi pada siklus i. 2) siklus kedua kegiatan pada siklus ii bermaksud untuk perbaikan pada siklus i. kegiatan pada siklus ii dirancang dengan mengacu hasil refleksi pelaksanaan pembelajaran pada siklus i. tindakan pada siklus ii sama dengan prosedur yang ada pada siklus i yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang berupa penyempurnaan dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi dalam siklus i. hasil refleksi pada siklus kedua ini merupakan langkah penting untuk menentukan apakah siklus penelitian akan dihentikan atau diteruskan ke siklus selanjutnya. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 321 kriteria keberhasilan tindakan dari semua siklus yang telah dilakukan maka dapat dikatakan berhasil apabila partisipasi aktif dan hasil belajar siswa meningkat, dengan ketentuan: (1) partisipasi aktif siswa peningkatan partisipasi aktif siswa, dapat dikatakan berhasil apabila minimal 75% (24 siswa) dari jumlah siswa yang ada mencapai skor rata-rata 70 dari hasil lembar observasi siswa. hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan secara langsung dalam proses pembelajaran di kelas berdasarkan lembar observasi partisipasi aktif siwa pada lampiran 12. (2) hasil belajar siswa untuk hasil belajar siswa, tingkat keberhasilan atau ketuntasan klasikal dicapai jika nilai yang diperoleh minimal 85% (27 siswa) dari jumlah siswa yang ada telah berhasil mencapai batas nilai kriteria ketuntasan minimal yaitu nilai 75. nilai hasil belajar diperoleh dari hasil tes setiap akhir siklus. sehingga dalam hal ini siklus dapat dihentikan apabila kriteria tingkat keberhasilan tersebut telah tercapai. hasil penelitian (1) pelaksanaan siklus i tindakan pertama pada siklus i dilaksanakan pada hari selasa, 22 agustus 2017 dengan alokasi waktu 3 x 40 menit, pada pokok bahasan “norma dalam kehidupan bermasyarakat. sedangkan tindakan kedua dilaksanakan pada hari selasa, 29 agustus 2017 dengan alokasi waktu 3 x 40 menit, melanjutkan pokok bahasan norma dalam kehidupan bermasyarakat. (a) partisipasi aktif peneliti menggunakan lembar observasi partisipasi aktif siswa dengan subyek yang diamati adalah aktivitas siswa. hasil observasi pada partisipasi aktif siswa dilihat dari hasil pengamatan dalam setiap aspeknya, dengan kisi-kisi indikator yang diamati adalah sebagai berikut: siswa aktif berperan serta dalam kegiatan pembelajaran dikelas selama proses pembelajaran, melakukan diskusi dalam kelompok stad, mengajukan dan menjawab pertanyaan dengan baik pada waktu diskusi kelompok, mengerjakan soal-soal kelompok dengan baik, dan mau bekerjasama dalam kelompok. dari hasil observasi didapatkan hasil sebagai berikut: tabel 3. hasil observasi partisipasi aktif siswa pada siklus i no nisn nama siswa hasil observasi siklus i pemenuhan partisipasi (m/tm) total skor nilai skor 1. 1537 abelia putri ananta 35 87.5 m 2. 1538 ahmad choirudin 32 80 m 3. 1539 alfan 25 62.5 tm 4. 1540 arik ayub pernanda 23 57.5 tm 5. 1541 candra dwi maulana 31 77.5 m 6. 1542 clarita discha n.p 36 90 m 7. 1543 dimas febrianzah 27 67.5 tm 8. 1544 dita lutviani 29 72.5 m 9. 1545 eka dewi ramadina 34 85 m vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 322 10. 1546 ferdian tri cahyono 33 82.5 m 11. 1547 ifka octaviana 27 67.5 tm 12. 1548 ikke putri 32 80 m 13. 1549 kurotul dian mahendra 22 55 tm 14. 1550 kusnul khotimah 32 80 m 15. 1551 lismi soffi eka fardania 32 80 m 16. 1552 mochamad soleh 27 67.5 tm 17. 1553 nur salim 32 80 m 18. 1554 oktavia romahdona 24 60 tm 19. 1555 putri mahfiro nisa 35 87.5 m 20. 1556 raka rachmadhani 26 65 tm 21. 1557 repi mariska 35 87.5 m 22. 1558 revalina faradillah f 25 62.5 tm 23. 1559 riska diya novita 33 82.5 m 24. 1560 rizal rivaldo 26 65 tm 25. 1561 rohim ma'ruf 35 87.5 m 26. 1562 romy andrian syah 32 80 m 27. 1563 sandi tri wijaya 27 67.5 tm 28. 1564 sellayola ananda putri 33 82.5 m 29. 1565 suci 25 62.5 tm 30. 1566 tegar fajar romadhona 32 80 m 31. 1567 yani romadhon 33 82.5 m 32. 1568 yofi anggah adi saputra 28 70 m jumlah memenuhi (m) 20 / 62% tidak memenuhi (mt) 12 / 38% rata-rata 29.94 74.84 dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada siklus i, dari 32 siswa yang mengikuti pembelajaran pada siklus i, terdapat 20 siswa (62%) yang memenuhi nilai minimal pemenuhan partisipasi yaitu minimal nilai 70, sedangkan 12 siswa (38%) yang lain belum berhasil mencapai nilai minimal pemenuhan partisipasi aktif. berdasarkan kriteria keberhasilan tindakan untuk partisipasi aktif siswa, jumlah siswa yang harus mencapai nilai minimal pemenuhan partisipasi yaitu nilai 70 harus mencapai 75% (24 siswa). berdasarkan hasil observasi partisipasi aktif siswa dan beberapa temuan kondisi partisipasi aktif siswa pada tiap-tiap indikator yang belum memenuhi kriterita keberhasilan tindakan serta belum semua indikator mencapai kriteria, maka partisipasi aktif siswa pada mata pelajaran ppkn dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe stad dalam proses pembelajaran siklus i dikatakan belum berhasil. sehingga masih diperlukan adanya siklus ii untuk memperbaiki beberapa kekurangan pembelajaran pada siklus i. (b) hasil belajar untuk nilai hasil belajar pada siklus i, nilai didapatkan dari hasil analisis tes penilaian di akhir siklus i berupa nilai yang diperoleh masing-masing siswa terhadap soal yang dikerjakan setelah diterapkannya model pembelajaran tipe stad dalam proses pembelajaran. adapun perhitungan penilaian hasil belajar siswa pada siklus i adalah sebagai berikut: vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 323 tabel 4. penilaian hasil belajar siklus i no nisn nama siswa hasil belajar siklus i ketuntasa n (tuntas / remidi) 1. 1537 abelia putri ananta 80 tuntas 2. 1538 ahmad choirudin 92 tuntas 3. 1539 alfan 72 remidi 4. 1540 arik ayub pernanda 76 tuntas 5. 1541 candra dwi maulana 80 tuntas 6. 1542 clarita discha nophia p 80 tuntas 7. 1543 dimas febrianzah 88 tuntas 8. 1544 dita lutviani 84 tuntas 9. 1545 eka dewi ramadina 92 tuntas 10. 1546 ferdian tri cahyono 52 remidi 11. 1547 ifka octaviana 84 tuntas 12. 1548 ikke putri 92 tuntas 13. 1549 kurotul dian mahendra 80 tuntas 14. 1550 kusnul khotimah 56 remidi 15. 1551 lismi soffi eka fardania 76 tuntas 16. 1552 mochamad soleh 76 tuntas 17. 1553 nur salim 76 tuntas 18. 1554 oktavia romahdona 88 tuntas 19. 1555 putri mahfiro nisa 96 tuntas 20. 1556 raka rachmadhani 72 remidi 21. 1557 repi mariska 68 remidi 22. 1558 revalina faradillah f 76 tuntas 23. 1559 riska diya novita 76 tuntas 24. 1560 rizal rivaldo 72 remidi 25. 1561 rohim ma'ruf 88 tuntas 26. 1562 romy andrian syah 76 tuntas 27. 1563 sandi tri wijaya 64 remidi 28. 1564 sellayola ananda putri 96 tuntas 29. 1565 suci 76 tuntas 30. 1566 tegar fajar romadhona 88 tuntas 31. 1567 yani romadhon 60 remidi 32. 1568 yofi anggah adi saputra 84 tuntas jumlah nilai 2515 rata-rata 78,59 tuntas 24 / 75% tidak tuntas (remidi) 8 / 25% hasil belajar siswa pada siklus i diperoleh setelah siswa mengerjakan post tes siklus i, dimana dari tabel penilaian hasil belajar siklus i diketahui bahwa nilai ratarata hasil post test siklus i sebesar 78,59 dengan nilai tertinggi 96 dan nilai terendah 52. jumlah siswa yang memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimal nilai 75 sebanyak 24 siswa (75%), yang belum memenuhi sebanyak 8 siswa (25%). dengan acuan ketuntasan klasikal hasil belajar minimal 85% jumlah siswa memenuhi kriteria ketuntasan minimal, maka dapat dikatakan hasil belajar siswa pada siklus i masih belum memenuhi indikator keberhasilan tindakan. adapun keadaan mengenai hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran ppkn pada siklus i digambarkan pada diagram di bawah ini: vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 324 gambar 2. diagram penilaian hasil belajar siswa siklus i setelah mempunyai data nilai hasil belajar siswa pada siklus i secara keseluruhan, maka data tersebut dibandingkan dengan nilai hasil belajar siswa pada pra siklus. perbandingan nilai hasil belajar siswa pada tahap pra siklus dengan siklus i dapat dilihat pada tabel di bawah ini: tabel 5. perbandingan nilai hasil belajar pra siklus dan siklus i no hasil tes pra siklus siklus i 1 nilai tertinggi 48 52 2 nilai terendah 88 96 rata-rata 74,63 78,59 data nilai hasil belajar pra siklus menunjukkan nilai terendah sebesar 48 dan nilai tertinggi 88 dengan rata-rata nilai siswa 74,63. jumlah siswa yang memenuhi ketuntasan klasikal mencapai 18 siswa atau 56% jumlah siswa keseluruhan. data hasil belajar siswa pada siklus i menunjukkan peningkatan hasil belajar dibandingkan dengan hasil belajar pada pra siklus. yang artinya pelaksanaan pembelajaran pada siklus i dengan menggunakan metode kooperatif tipe stad mampu meningkatkan hasil belajar siswa meskipun belum memnuhi ketuntasan klasikal hasil belajar. berdasarkan hasil refleksi, dan berdasarkan data partisipasi aktif serta hasil belajar siswa pada siklus i, peneliti memandang perlu adanya siklus lanjutan yaitu siklus ii untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus ii dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe stad. (2) pelaksanaan tindakan siklus ii tindakan pertama pada siklus ii dilaksanakan pada hari selasa, 5 september 2017 dengan alokasi waktu 3 x 40 menit pada pokok bahasan “arti penting norma dalam mewujudkan keadilan”. sedangkan tindakan kedua pada siklus ii dilaksanakan pada hari selasa, 12 september 2017 dengan alokasi waktu 3 x 40 menit, dengan melanjutkan pokok bahasan “arti penting norma dalam mewujudkan keadilan“. (a) partisipasi aktif dari hasil observasi diperoleh data partisipasi aktif siswa pada siklus ii sebagai berikut: 52 96 78,59 0 20 40 60 80 100 120 nilai terendah nilai tertinggi rata-rata nilai penilaian hasil belajar siswa siklus i vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 325 tabel 6. hasil observasi partisipasi aktif siswa pada siklus ii no nisn nama siswa hasil observasi siklus ii pemenuhan partisipasi (m/tm) total skor nilai skor 1. 1537 abelia putri ananta 35 87.5 m 2. 1538 ahmad choirudin 32 80 m 3. 1539 alfan 27 67.5 tm 4. 1540 arik ayub pernanda 28 70 m 5. 1541 candra dwi maulana 31 77.5 m 6. 1542 clarita discha n.p 36 90 m 7. 1543 dimas febrianzah 30 75 m 8. 1544 dita lutviani 30 75 m 9. 1545 eka dewi ramadina 34 85 m 10. 1546 ferdian tri cahyono 33 82.5 m 11. 1547 ifka octaviana 29 72.5 m 12. 1548 ikke putri 32 80 m 13. 1549 kurotul dian mahendra 25 62.5 tm 14. 1550 kusnul khotimah 32 80 m 15. 1551 lismi soffi eka fardania 33 82.5 m 16. 1552 mochamad soleh 29 72.5 m 17. 1553 nur salim 32 80 m 18. 1554 oktavia romahdona 26 65 tm 19. 1555 putri mahfiro nisa 35 87.5 m 20. 1556 raka rachmadhani 30 75 m 21. 1557 repi mariska 35 87.5 m 22. 1558 revalina faradillah f 25 62.5 tm 23. 1559 riska diya novita 33 82.5 m 24. 1560 rizal rivaldo 29 72.5 m 25. 1561 rohim ma'ruf 35 87.5 m 26. 1562 romy andrian syah 33 82.5 m 27. 1563 sandi tri wijaya 29 72.5 m 28. 1564 sellayola ananda putri 33 82.5 m 29. 1565 suci 26 65 tm 30. 1566 tegar fajar romadhona 32 80 m 31. 1567 yani romadhon 33 82.5 m 32. 1568 yofi anggah adi saputra 30 75 m jumlah memenuhi (m) 27 / 84% tidak memenuhi (mt) 5 / 16% rata-rata 31.00 77.50 berdasarkan kriteria keberhasilan tindakan untuk partisipasi aktif siswa, dimana jumlah siswa yang harus mencapai nilai minimal pemenuhan partisipasi yaitu nilai 70 harus mencapai 75% (24 siswa), maka dapat dijelaskan bahwa partisipasi aktif siswa pada siklus ii ini sudah memenuhi kriteria keberhasilan tindakan. (b) hasil belajar adapun perhitungan penilaian hasil belajar siswa pada siklus ii adalah sebagai berikut: vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 326 tabel 7. penilaian hasil belajar siklus ii no nisn nama siswa hasil belajar siklus ii ketuntasan (tuntas / remidi) 1. 1537 abelia putri ananta 80 tuntas 2. 1538 ahmad choirudin 92 tuntas 3. 1539 alfan 80 tuntas 4. 1540 arik ayub pernanda 76 tuntas 5. 1541 candra dwi maulana 80 tuntas 6. 1542 clarita discha nophia p 80 tuntas 7. 1543 dimas febrianzah 88 tuntas 8. 1544 dita lutviani 84 tuntas 9. 1545 eka dewi ramadina 92 tuntas 10. 1546 ferdian tri cahyono 72 remidi 11. 1547 ifka octaviana 84 tuntas 12. 1548 ikke putri 92 tuntas 13. 1549 kurotul dian mahendra 80 tuntas 14. 1550 kusnul khotimah 68 remidi 15. 1551 lismi soffi eka fardania 75 tuntas 16. 1552 mochamad soleh 76 tuntas 17. 1553 nur salim 76 tuntas 18. 1554 oktavia romahdona 88 tuntas 19. 1555 putri mahfiro nisa 96 tuntas 20. 1556 raka rachmadhani 84 tuntas 21. 1557 repi mariska 80 tuntas 22. 1558 revalina faradillah f 76 tuntas 23. 1559 riska diya novita 76 tuntas 24. 1560 rizal rivaldo 76 tuntas 25. 1561 rohim ma'ruf 88 tuntas 26. 1562 romy andrian syah 76 tuntas 27. 1563 sandi tri wijaya 76 tuntas 28. 1564 sellayola ananda putri 96 tuntas 29. 1565 suci 76 tuntas 30. 1566 tegar fajar romadhona 88 tuntas 31. 1567 yani romadhon 80 tuntas 32. 1568 yofi anggah adi saputra 84 tuntas jumlah nilai 2615 rata-rata 81,72 tuntas 30 / 94% tidak tuntas (remidi) 2 / 6% dengan acuan ketuntasan klasikal hasil belajar minimal 85% jumlah siswa memenuhi kriteria ketuntasan minimal, maka dapat dikatakan hasil belajar siswa pada siklus ii sudah memenuhi indikator keberhasilan tindakan. adapun keadaan mengenai hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran ppkn pada siklus ii digambarkan pada diagram di bawah ini: vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 327 gambar 3. diagram penilaian hasil belajar siswa siklus ii penilaian hasil belajar siswa pada siklus ii secara keseluruhan jika dibandingkan dengan penilaian hasil belajar siswa pada siklus i telah mengalamai peningkatan ditinjau dari rata-rata penilaian hasil belajar siklus ii yang meningkat dibandingkan rata-rata penilaian hasil belajar siklus i. perbandingan penilaian hasil belajar siswa pada siklus ii dan penilaian hasil belajar siswa pada siklus i ditunjukkan pada tabel di bawah. tabel 8. perbandingan penilaian hasil belajar siklus i dan siklus ii no hasil tes siklus i siklus ii 1 nilai tertinggi 52 68 2 nilai terendah 96 96 rata-rata 78,59 81,72 perbandingan penilaian hasil belajar siswa pada siklus ii dan pada siklus i dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe stad dalam proses pembelajaran dapat digambarkan pada diagram batang di bawah ini: gambar 4. perbandingan penilaian hasil belajar siklus i dan siklus ii 68 96 81,72 0 20 40 60 80 100 120 nilai terendah nilai tertinggi rata-rata nilai penilaian hasil belajar siswa siklus ii 0 20 40 60 80 100 skor terendah skor tertinggi rata-rata 52 96 78,59 68 96 81,72 perbandingan hasil belajar siklus i dan siklus ii siklus i siklus ii vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 328 pada tahap refleksi siklus ii, peneliti bersama observer mengevaluasi hasil dari tes dan lembar observasi. berdasarkan hasil lembar pengamatan untuk mengetahui partisipasi aktif siswa untuk pembelajaran siklus ii pada lampiran 14, partisipasi aktif yang telah diperoleh dalam proses pembelajaran di siklus i sudah memenuhi kriteria keberhasilan tindakan. dimana jumlah siswa yang memenuhi kriteria keberhasilan dalam melakukan partisipasi aktif sebanyak 27 siswa (84%) dengan memperoleh skor minimal 70 dari hasil lembar pengamatan. ditinjau dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa partisipasi aktif siswa pada siklus ii ini sudah memenuhi kriteria keberhasilan tindakan, karena jumlah siswa yang harus mencapai nilai minimal pemenuhan partisipasi yaitu nilai 70 minimal mencapai 75% (24 siswa). berdasarkan nilai hasil hasil belajar pada siklus ii dibandingkan dengan nilai hasil belajar pada siklus i, pada siklus ii terjadi peningkatan nilai rata-rata yaitu 81,72. pada siklus ii ini jumlah siswa yang memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimal nilai 75 sebanyak 30 siswa (94%), yang artinya sudah memenuhi indikator keberhasilan tindakan yaitu ketuntasan klasikal hasil belajar minimal 85% jumlah siswa memenuhi kriteria ketuntasan minimal. berdasarkan hasil refleksi, data partisipasi aktif, dan hasil belajar siswa pada siklus ii diketahui bahwa penerapan metode kooperatif tipe stad dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dan hasil belajar siswa dibandingkan dengan siklus i. keunggulan yang ada perlu dipertahankan untuk mendukung peningkatan strategi pembelajaran selanjutnya. sedangkan beberapa kelemahan dalam metode pembelajaran kooperatif tipe stad perlu diperbaiki untuk pertemuan selanjutnya. berdasarkan hasil tes dan hasil observasi dari silkus ii yang telah terjadi peningkatan dari silkus i, peneliti dan observer sepakat bahwa penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus iii. pembahasan pembahasan didasarkan atas hasil penelitian yang dilanjutkan dengan hasil refleksi pada akhir siklus. penelitian ini dilakukan selama dua siklus, di mana masing-masing siklus dilakukan dengan prosedur penelitian tindakan kelas (ptk) yaitu perencanaan, pengamatan, tindakan dan refleksi. secara umum proses pembelajaran yang berlangsung di setiap akhir siklus sudah berjalan dengan baik. pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe stad sangat membantu siswa untuk belajar bekerja sama dalam sebuah kelompok dan dapat memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. secara langsung maupun tidak langsung, siswa diajarkan untuk saling tergantung satu sama lain demi mendapatkan hasil yang maksimal untuk kelompok mereka, dan mempersiapkan diri dalam mengerjakan soal kuis yang akan dikerjakan secara individu. harapannya dengan pembelajaran yang lebih variatif ini akan mendorong siswa untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa dan hasil belajar siswa di kelas. (1) partisipasi aktif siswa hasil penelitian tindakan siklus i dan ii mengenai pembelajaran dengan kooperatif tipe stad menunjukkan adanya peningkatan terhadap partisipasi aktif siswa. peningkatan ini dapat dilihat pada perbandingan pemenuhan partisipasi aktif siswa pada siklus i dan siklus ii pada tabel dibawah ini. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 329 tabel 9. perbandingan partisipasi aktif siswa siklus i dan siklus ii no nama siklus i siklus ii tota l skor nila i sko r pemenuha n partisipa si tota l skor nila i sko r pemenuha n partisipa si ab s indu k 1 1537 abelia putri ananta 35 87.5 m 35 87.5 m 2 1538 ahmad choirudin 32 80 m 32 80 m 3 1539 alfan 25 62.5 tm 27 67.5 tm 4 1540 arik ayub pernanda 23 57.5 tm 28 70 m 5 1541 candra dwi maulana 31 77.5 m 31 77.5 m 6 1542 clarita discha n.p 36 90 m 36 90 m 7 1543 dimas febrianzah 27 67.5 tm 30 75 m 8 1544 dita lutviani 29 72.5 m 30 75 m 9 1545 eka dewi ramadina 34 85 m 34 85 m 10 1546 ferdian tri cahyono 33 82.5 m 33 82.5 m 26 1562 romy andrian syah 27 67.5 tm 29 72.5 m 12 1548 ikke putri 32 80 m 32 80 m 13 1549 kurotul dian m 22 55 tm 25 62.5 tm 14 1550 kusnul khotimah 32 80 m 32 80 m 15 1551 lismi soffi eka fardania 32 80 m 33 82.5 m 16 1552 mochamad soleh 27 67.5 tm 29 72.5 m 17 1553 nur salim 32 80 m 32 80 m 18 1554 oktavia romahdona 24 60 tm 26 65 tm 19 1555 putri mahfiro nisa 35 87.5 m 35 87.5 m 20 1556 raka rachmadhani 26 65 tm 30 75 m 31 1567 yani romadhon 35 87.5 m 35 87.5 m 22 1558 revalina faradillah firdausi 25 62.5 tm 25 62.5 tm 23 1559 riska diya novita 33 82.5 m 33 82.5 m 24 1560 rizal rivaldo 26 65 tm 29 72.5 m 25 1561 rohim ma'ruf 35 87.5 m 35 87.5 m vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 330 11 1547 ifka octaviana 32 80 m 33 82.5 m 27 1563 sandi tri wijaya 27 67.5 tm 29 72.5 m 28 1564 sellayola ananda p 33 82.5 m 33 82.5 m 29 1565 suci 25 62.5 tm 26 65 tm 30 1566 tegar fajar romadhona 32 80 m 32 80 m 21 1557 repi mariska 33 82.5 m 33 82.5 m 32 1568 yofi anggah adi saputra 28 70 m 30 75 m rata-rata 29.94 74.84 m=20 tm=12 31.00 77.50 m=27 tm=5 prosentase pemenuhan partisipasi 62% 84% dari tabel diatas dapat dilihat adanya peningkatan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran pada siklus ii dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus i. untuk siklus ii, siswa yang memenuhi nilai minimal pemenuhan partisipasi aktif mencapai 27 siswa dengan prosentase jumlah 84% dari jumlah siswa keseluruhan, meningkat dibandingkan jumlah siswa yang memenuhi nilai minimal pemenuhan partisipasi aktif pada siklus i yang mencapai 20 siswa dengan prosentase jumlah 62% dari jumlah siswa keseluruhan. berdasarkan peningkatan jumlah siswa yang memenuhi nilai minimal pemenuhan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran siklus i dan siklus ii tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe stad dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran. (2) hasil belajar siswa penilaian hasil belajar dilakukan pada setiap akhir siklus, dimana untuk penilaian hasil belajar siklus i dilaksanakan pada pertemuan 2 siklus i untuk pokok bahasan norma dalam kehidupan bermasyarakat, sedangkan untuk penilaian hasil belajar siklus ii dilaksanakan pada pertemuan 2 siklus ii untuk pokok bahasan arti penting norma dalam mewujudkan keadilan. perbandingan hasil belajar siswa pada siklus i dan siklus ii ditampilkan pada tabel di bawah ini. tabel 10. perbandingan hasil belajar siklus i dan siklus ii no nama siklus i siklus ii ab s indu k hasil belaja r ketuntasa n hasil belaja r ketuntasa n 1 1537 abelia putri ananta 80 tuntas 80 tuntas 2 1538 ahmad choirudin 92 tuntas 92 tuntas 3 1539 alfan 72 remidi 80 tuntas 4 1540 arik ayub pernanda 76 tuntas 76 tuntas 5 1541 candra dwi maulana 80 tuntas 80 tuntas vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 331 6 1542 clarita discha nophia putri 80 tuntas 80 tuntas 7 1543 dimas febrianzah 88 tuntas 88 tuntas 8 1544 dita lutviani 84 tuntas 84 tuntas 9 1545 eka dewi ramadina 92 tuntas 92 tuntas 10 1546 ferdian tri cahyono 52 remidi 72 remidi 26 1562 romy andrian syah 84 tuntas 84 tuntas 12 1548 ikke putri 92 tuntas 92 tuntas 13 1549 kurotul dian mahendra 80 tuntas 80 tuntas 14 1550 kusnul khotimah 56 remidi 68 remidi 15 1551 lismi soffi eka fardania 75 tuntas 75 tuntas 16 1552 mochamad soleh 76 tuntas 76 tuntas 17 1553 nur salim 76 tuntas 76 tuntas 18 1554 oktavia romahdona 88 tuntas 88 tuntas 19 1555 putri mahfiro nisa 96 tuntas 96 tuntas 20 1556 raka rachmadhani 72 remidi 84 tuntas 31 1567 yani romadhon 68 remidi 80 tuntas 22 1558 revalina faradillah firdausi 76 tuntas 76 tuntas 23 1559 riska diya novita 76 tuntas 76 tuntas 24 1560 rizal rivaldo 72 remidi 76 tuntas 25 1561 rohim ma'ruf 88 tuntas 88 tuntas 11 1547 ifka octaviana 76 tuntas 76 tuntas 27 1563 sandi tri wijaya 64 remidi 76 tuntas 28 1564 sellayola ananda putri 96 tuntas 96 tuntas 29 1565 suci 76 tuntas 76 tuntas 30 1566 tegar fajar romadhona 88 tuntas 88 tuntas 21 1557 repi mariska 60 remidi 80 tuntas 32 1568 yofi anggah adi saputra 84 tuntas 84 tuntas rata-rata 78.59 81.7 nilai terendah 52 68 nilai tertinggi 96 96 prosentase ketuntasan klasikal 75% t=24, r=8 94% t=30, r=2 penilaian hasil belajar siswa dengan pemberian tes di tiap akhir siklus bertujuan untuk mengukur sejauh mana siswa dapat menguasai materi yang telah disampaikan atau diajarkan oleh peneliti dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe stad. berdasarkan tabel perbandingan nilai hasil belajar siklus i dan siklus ii di atas, didapatkan terjadi peningkatan ketuntasan klasikal pada siklus ii. pada siklus ii, jumlah siswa yang memenuhi vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 332 kriteria ketuntasan minimal 75 mencapai 30 siswa dengan ketuntasan klasikal 94% dari jumlah siswa keseluruhan, meningkat dibandingkan siklus i dimana jumlah siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal 75 mencapai 24 siswa dengan ketuntasan klasikal 75% dari jumlah siswa keseluruhan. ketuntasan klasikal pada siklus ii yang mencapai 94% sudah melebihi indikator ketuntasan klasikal di atas 85% dari jumlah siswa keseluruhan. peningkatan ketuntasan klasikal pada siklus ii dari siklus i digambarkan pada diagram di bawah. gambar 5. diagram perbandingan ketuntasan klasikal siklus i dan siklus ii berdasarkan pengamatan peneliti dan observer, dan berdasarkan paparan data baik data pemenuhan partisipasi aktif siswa pada siklus i dan siklus ii maupun data penilaian hasil belajar pada siklus i dan siklus ii, semua indikator kinerja dan indikator keberhasilan tindakan dalam penelitian ini sudah tercapai pada siklus ii. secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan, baik pada partisipasi aktif siswa maupun pada hasil belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dengan menggunakan metode kooperatif tipe stad. peningkatan terjadi karena siswa mengalami pembelajaran, berlatih dan belajar bersama dengan temannya sendiri tidak hanya dari membaca atau mendengarkan ceramah guru sehingga hasil belajar mereka meningkat. siswa juga merasa senang mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung karena siswa selalu aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga siswa lebih paham terhadap materi yang dipelajari. dengan demikian penelitian yang telah dilakukan dapat membukikan hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa: (1) metode pembelajaran kooperatif tipa stad dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa khususnya pada mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan kelas vii b smp negeri 2 wagir semester 1 tahun pelajaran 2017/2018; dan (2) metode pembelajaran kooperatif tipe stad dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan kelas vii b smp negeri 2 wagir semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. simpulan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan pada pembelajaran siswa untuk mata pelajaran ppkn kelas vii b smp negeri 2 wagir kabupaten malang semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 0 20 40 60 80 100 siklus i siklus ii 75 94 diagram ketuntasan klasikal tiap siklus prosentase ketuntasan klasikal vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 333 1. dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe stad dapat meningkatkan partisipasi aktif belajar ppkn siswa kelas vii b smp negeri 2 wagir kabupaten malang semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. hal ini diketahui dari peningkatan nilai minimal pemenuhan partisipasi aktif untuk tiap siklusnya. dari siklus i, jumlah siswa yang memenuhi nilai minimal pemenuhan partisipasi dengan nilai minimal 70 mencapai 20 siswa (62% jumlah siswa secara keseluruhan), meningkat pada siklus ii dimana jumlah siswa yang memenuhi nilai minimal pemenuhan partisipasi mencapai 27 siswa (84% jumlah siswa secara keseluruhan). 2. dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe stad dapat meningkatkan hasil belajar ppkn siswa kelas vii b smp negeri 2 wagir kabupaten malang semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. peningkatan hasil belajar ini dapat dilihat dari adanya perubahan nilai rata-rata yang diperoleh siswa tiap akhir siklus, dimana dari nilai rata-rata siklus i sebesar 78,59 menjadi 81,72 pada siklus ii. dari siklus i, jumlah siswa yang memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimal sebesar 75 mencapai 24 siswa (75% jumlah siswa secara keseluruhan), meningkat pada siklus ii dimana jumlah siswa yang memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimal sebesar 75 mencapai 30 siswa (94% jumlah siswa secara keseluruhan). sehingga ketuntasan klasikal siswa dalam pembelajaran sudah tercapai pada siklus ii. saran berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maupun kesimpulan, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. di dalam proses pembelajaran, diharapkan guru lebih kreatif membimbing siswa dalam berdiskusi pada kelompoknya. 2. hendaknya guru yang menggunakan metode kooperatif stad menguasi pengetahuan tentang metode kooperatif stad secara menyeluruh supaya mampu mengembangkan pembelajaran dengan metode kooperatif tipe stad dengan banyak teknik pembimbingan siswa. 3. guru diharapkan lebih menekankan pada peningkatan kemampuan menjawab dan bertanya siswa, karena hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas menjawab dan bertanya siswa masih rendah daftar pustaka cholisin. 2004. pendidikan kewarganegaraan (civic education). yogyakarta: fakultas ilmu sosial dan ekonomi uny. gafur, a. 2003. standar operasional prosedur (sop) pengembangan silabus berbasis kemampuan dasar siswa sekolah menengah. yogyakarta http://turindraatp.blogspot.com/2009/06/pengertian-partisipasi.html. diambil pada september 2017. kauchak, e. 1998. methods for teaching. jakarta: pustaka pelajar kemmis, s., mctaggart, r., & nixon, r. 2014. the action research planner. (doing critical participatory action research). singapura: springer lie, a. 2002. kooperatif learning: mempraktekan kooperatif learning di luar kelas. jakarta:grassindo. mudjiono. d. 2000. belajar dan pembelajaran. jakarta: depdikbud dan pt renika cipta. muktakim. 2001. psikologi pendidikan. semarang: ftiw. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.100 334 mulyasa, e. 2004. kurikulum berbasis kompetensi. bandung: remaja rosdakarya offset nurjanah, siti. 2007. meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada pokok bahasan pengerjaan hitung campuran melalui model pembelajaran. krapyak permen no.22 tahun 2006 tentang standar isi. purwanto, n. 2002. ilmu pendidikan teoritis dan praktis. bandung : pt remaja. rosdakarya purwanto, n. 1993. psikologi pendidikan. bandung : pt remaja rosdakarya. sadali. 2006. manajemen sumber daya manusia. cetakan kesatu. bandung: pustaka setia. slameto. 1998. belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. jakarta: rineka cipta. slavin, r. 2009. cooperatif learning teori, riset dan praktik. bandung : nusa media. sobry, s. 2004. menuju pendidikan bermutu. mataram: ntp press soewarso. 1998. menggunakan strategi komperatif learning di dalam pendidikan ilmu pengetahuan sosial: edukasi sri hartati. 1997. strategi pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar biologi. edukasi sudijono, a. 2007. pengantar evaluasi pendidikan. jakarta: pt rajagrafindo persada. sudjana, n. 2002. penilaian hasil proses belajar mengajar. bandung :pt remaja rosdakarya. suharsimi, a. 1997. dasar-dasar evaluasi pendidikan. jakarta: bumi aksara. sunarso, 2006. pendidikan kewarganegaraan ppkn untuk perguruan tinggi. yogyakarta : ny press. suryosubroto, b. 1997. proses belajar mengajar di sekolah. jakarta: pt. rineksa cipta susilo. 2007. panduan penelitian tindakan kelas.yogyakarta: pustaka book publishen. suyatno. 2009 menjelajah pembelajaran inovatif. sidoarjo: masmedia buana pustaka. uu no.20 tahun 2003 tentang sisdiknas. bandung: citra umbara. winardi, 2002. motivasi dan pemotivasian dalam manajeman. jakarta: pt. grafindo persada wiriaatmadja, r. 2006. metode penelitian tindakan kelas. bandung: pascasarjana upi dan pt remaja rosdakarya. wiriaatmadja, r. 1995. cooperatif learning, theory, research, and practice. london : ally and bacon wiriaatmadja, r. 2006. dasar-dasar evaluasi pendidikan. jakrta: bumi aksara. microsoft word 15-heni.docx vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.134 701 received : 14-02-2021 revised : 21-04-2021 published : 08-05-2021 peningkatan hasil belajar dan kualitas karakter siswa melalui penerapan model tauhidul ilmi pada materi koloid heni hasanah man 2 kota bandung, indonesia henihasanah183@yahoo.co.id abstrak: penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kualitas karakter dan hasil belajar siswa pada materi koloid melalui model tauhidul ilmi. model tauhidul ilmi merupakan model pembelajaran yang menggabungkan sains sains dengan pembelajaran sains spiritual, melalui pendekatan yang berbeda pada proses pembelajaran holistik. latar belakang penelitian ini meliputi hasil survei yang menemukan terdapat 5,6% berkarakter rendah, 63,9% sedang dan hanya 37% siswa yang berkualitas dan hasil belajar pada materi koloid baru 13,9% tuntas dan 86,1% tidak tuntas. penelitian dilakukan dengan menganalisis data hasil tes siklus akhir, hasil observasi karakter siswa dan aktivitas guru dalam proses pembelajaran. langkah-langkah dalam penerapan model tauhidul ilmi dimulai dengan memberikan stimulasi kemudian menggali kearifan, mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, mengolah data, membuktikan / menguji hipotesis, mengkomunikasikan kesimpulan dan tahap terakhir evaluasi dan refleksi. penelitian ini menghasilkan peningkatan hasil belajar dari 13,9% tuntas menjadi 85,3%. dan peningkatan kualitas karakter siswa pada kategori atas dari 37% menjadi 61,1%. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui model tauhidul ilmi dapat meningkatkan hasil belajar dan kualitas karakter siswa kelas xi mipa 5 di man 2 kota bandung pada materi koloid. oleh karena itu, untuk pembelajaran selanjutnya diusulkan untuk menggunakan model tauhidul ilmi dalam pembelajaran koloid. kata kunci: tauhidul ilmi; karakter; hasil belajar; koloid vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.134 702 pendahuluan undang-undang republik indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menegaskan bahwa fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kompetensi dan pembentukan karakter, serta membangun bangsa yang layak. salah satu ciri karakter manusia yang berkualitas dalam hukum di atas, yang pertama adalah mereka yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada tuhan yang maha esa serta memiliki akhlak yang mulia. orang yang beriman, bertakwa dan akhlak mulia dibentuk oleh proses kehidupan dan terutama oleh seluruh proses pendidikan, baik proses pendidikan formal, informal maupun nonformal. dalam proses pendidikan formal, pendidikan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab pendidik guru agama atau guru pendidikan kewarganegaraan. namun pendidikan peningkatan karakter merupakan tanggung jawab semua guru mata pelajaran. pendidikan karakter merupakan proses yang berkesinambungan dan tidak pernah berakhir. pendidikan karakter harus mendasari semua kegiatan pendidikan yang berakar pada nilai-nilai agama dan budaya bangsa. namun disadari atau tidak, sekolah pada umumnya, termasuk sekolah bercirikan islam, mengajarkan kepada siswanya materi seperti biologi, kimia, fisika, dan geografi, tanpa menyimpulkan bahwa yang dibicarakan adalah keagungan. dan kebesaran dari allah. mahakuasa. jadi proses belajar ipa hanya bersifat kognitif. dan akhlak yang luhur masih dibahas dalam mata pelajaran tertentu, seperti ilmu agama dan ppkn. oleh karena itu, kualitas akhlak mulia siswa masih jauh dari yang diharapkan. berdasarkan hasil survei siswa man 2 kota bandung tahun 2019, masih terdapat kualitas karakter rendah 5,6%, kualitas karakter sedang 63,9% dan kualitas karakter tinggi 37%. meskipun madrasah aliyah merupakan lembaga pendidikan islam, namun diharapkan tidak ada satupun siswanya yang memiliki kualitas karakter yang rendah. fenomena kualitas karakter hasil survey yang masih rendah menjadi salah satu latar belakang penulis dalam penelitian ini. perolehan capaian belajar pada materi koloid yang masih rendah juga menjadi latar belakang penelitian. dari hasil evaluasi koloid dengan pembelajaran ceramah dan penugasan saja menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. terdapat 86% siswa yang belum tuntas dan baru 13,9% dari peserta didik yang tuntas. berdasarkan fenomema di atas maka dilakukanlah penelitian tindakan kelas menggunakan model tauhidul ilmi dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar dan kualitas karakter para peserta didik. kemudian diharapkan dapat mengetahui proses penerapan tauhidul ilmi dalam pembelajaran koloid di man 2 kota bandung. model pembelajaran tauhidul ilmi merupakan model pembelajaran yang berupaya memadukan sains sains dengan pembelajaran sains spiritual, melalui berbagai pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil proses pembelajaran secara holistik. upaya perbaikan ini dicapai dengan menggunakan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu seperti pengetahuan tentang cara kerja otak, cara kerja memori, motivasi, citra diri, kepribadian, emosi, perasaan, pemikiran hingga pengetahuan metakognisi. tauhidul ilmi dipilih sebagai model pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan kualitas karakter siswa di man 2 bandung, karena potensi madrasah aliyah negri 2 bandung sangat mendukung dalam penyelenggaraan pendidikan kimia berbasis nilainilai agama. hal ini dikarenakan: (1) sarana dan prasarana di madrasah aliyah negeri 2 kota bandung yang dipelajari dilengkapi dengan laboratorium kimia yang memadai, perpustakaan, masjid, (2) budaya kerja madrasah berbasis agama. misalnya, terbiasa membaca dan berdoa sebelum mulai belajar dan bekerja, sholat berjamaah, menumbuhkan salam, bahkan di beberapa vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.134 703 madrasah aliyah sudah terbiasa menghafal alquran (3) kurikulum berbasis agama dan menghafal muroja'ah. struktur kurikulum madrasah aliyah memiliki muatan pendidikan agama yang lebih banyak, antara lain pelajaran akhlak aqidah, fiqh, hadits alquran, bahasa arab dan sejarah islam. penerapan model pembelajaran tauhidul ilmi sejalan dengan harapan pemerintah. karena berdasarkan permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses penyelenggaraan pendidikan diharapkan proses pembelajaran harus bersifat interaktif, menginspirasi, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dan menawarkan ruang yang cukup untuk berinisiatif, kreativitas dan kemandirian, demikian pula pada bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. sehingga terciptanya pembelajaran yang holistik (holistik). diperlukan rencana yang cermat untuk menciptakan pembelajaran semacam itu. rancangan kurikulum yang akan dirancang meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp), media dan sumber pembelajaran (bahan ajar), perangkat penilaian pembelajaran (baik proses maupun penilaian hasil belajar), lks dan perangkat evaluasi pembelajaran. metode metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas dua siklus. proses penelitian tindakan kelas (ptk) dilaksanakan secara berdaur dengan 4 tahapan pada setiap siklusnya yaitu perencanaan, pengambilan tindakan, observasi dan refleksi. dan setiap siklus dilaksanakan dalam dua pertemuan. terselesaikan terselesaikan (mahfud ,2017:33) gambar 1. diagram alur desain penelitian subjek penelitian adalah siswa man 2 kota bandung kelas xi mipa 5 2019 sebanyak 36 siswa yang terdiri dari 16 putra dan 20 putri. sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru sebaya sebagai pemerhati proses pembelajaran dan karakter siswa. data yang diperoleh dari siswa adalah data hasil belajar dan permasalahan à alternatif pemecahan à pelaksanaan ( rencana tindakan ) tindakan i ß refleksi i ß analisis data i ß obervasi i s ik lu s i permasalahan à alternatif pemecahan à pelaksanaan ( rencana tindakan ) tindakan ii ß refleksi ii ß analisis data i ß obervasi ii s ik lu s ii belum terselesaikan siklus selanjutnya vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.134 704 angket skala sikap. sedangkan observer memperoleh data dari observasi pelaksanaan pembelajaran dengan model tauhidul ilmi. teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, tes dan angket menggunakan google form. metode observasi digunakan untuk memperoleh data tentang proses pembelajaran dengan menggunakan model tauhidul ilmi dan data tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran. sedangkan metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa. analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini tidak dimaksudkan untuk digeneralisasikan, melainkan untuk mendapatkan kepastian apakah ada perbaikan dan perbaikan seperti yang diharapkan. oleh karena itu, analisis berupa analisis penyajian deskriptif kualitatif, dimana langkah awal dimulai dengan pemilihan, penyederhanaan, pengklasifikasian, pemfokusan, pengorganisasian dan pengabstrakan kesimpulan dari makna hasil analisis. analisis data hasil belajar siswa dilakukan secara kuantitatif dengan persentase. langkah pertama setelah mendapatkan nilai hasil belajar dirata-ratakan pada setiap siklus. kemudian mengkategorikan persentase siswa yang nilainya tidak tercapai ( kkm). penelitian tindakan kelas ini berhasil jika data kualitatif berupa aktivitas guru dan kualitas karakter siswa ditingkatkan dari siklus ke siklus. kualitas karakter siswa terbagi menjadi (1) rendah, (2) sedang dan (3) tinggi. promosi berhasil jika setidaknya persentase siswa dengan aktivitas rendah telah mencapai 0%. indikator keberhasilan berdasarkan data kuantitatif yaitu hasil belajar siswa menentukan bahwa peningkatan hasil belajar siswa dianggap berhasil apabila rata-rata nilai siswa setelah post test pada akhir setiap siklus adalah persentase siswa yang mendapat nilai dibawah kkm) sudah mencapai maksimal 15%. sedangkan persentase siswa yang hasil belajarnya sudah tercapai (= /> kkm) minimal 85%. tabel berikut digunakan untuk memfasilitasi membaca. tabel 1. format hasil belajar siswa no kategori nilai kondisi awal siklus 1 siklus 2 1 belum tuntas (kkm) hasil model pembelajaran kimia berbasis nilai-nilai religious khususnya model tauhidul ilmi merupakan alternative inovasi pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan capaian belajar berupa kognitif, maupun afektif juga psikomotornya. pada penelitian ini hasil cpaian belajar kognitif diperoleh melalui pretest dan posttest. afektif melalui observasi karakter peserta didik, dan psikomotorik melalui praktikum di laboratorium. deskripsi kondisi awal sebelum ptk dilaksanakan di kelas xi mipa 5 semester genap tahun 2019 man 2 kota bandung, berdasarkan observasi masih banyak yang memiliki kualitas karakter yang rendah. salah satu indikatornya pada saat sholat berjama’ah yang dilaksanakan setiap sholat duhur, masih banyak siswa yang tidak mengikutinya. ini merupakan salah satu indikator karakter spiritual. setelah dilakukan survai menggunakan angket melalui google form, mengenai vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.134 705 karakter spiritual, sikap kritis, kejujuran dan percaya diri diperoleh data sebagaimana dilihat pada tabel kualitas karakter peserta didik. tabel 2. kualitas karakter peserta didik kondisi awal no kategori keaktifan kondisi awal 1 tinggi 37% 2 sedang 63,9% 3 rendah 5,6% hasil kategorisasi dan prosentasi dari tes hasi belajar sebelum dilakukan tindakan kelas pada materi koloid dapat terlihat pada tabel 3. tabel 3. hasil belajar siswa pada kondisi awal dari tabel di atas dapat terlihat jelas banyak sekali siswa yang belum mencapai kkm, padahal materi awal koloid ini relatif lebih mudah dibanding materi sebelumnya. oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang direncanakan dengan baik dan terintegrasi, agar dapat menguatkan karakter dan hasil belajar para peserta didik. pembelajaran kimia khususnya dalam materi koloid yang bertujuan menguatkan karakter akhlak mulia, apalagi dengan mengintegrasikan nilai-nilai religius, tentunya membutuhkan perencanaan/persiapan yang matang. persiapan pembelajaran kimia berbasis nilai-nilai religius untuk penguatan karakter akhlak mulia dapat dilakukan bersama guru-guru kimia yang lain misalnya pada agenda musyawarah guru mata pelajaran (mgmp) pelajaran kimia dan bekerjasama dengan guru-guru pendidikan agama, atau di madrasah dapat bekerjasama dengan guru-guru aqidah akhlak dan guru-guru alquran hadist. melalui kerja sama ini perencanaan yang dibuat akan lebih sempurna dan dalam pelaksanaannya dapat bersama-sama dengan guru pai yang bersangkutan. hasi penelitian hasi penelitian siklus 1 yang dilakukan dalam 2 kali pertemuan, secara lebih jelas dapat diuraikan pada tahapan berikut: perencanaan tindakan perencana pada tindakan siklus 1 untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp) dua kali pertemuan. rpp dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran tauhidul ilmi sesuai dengan urutan langkah dalam teori model ini. langkah-langkah pembelajaran yang direncanakan (dirinci dalam rpp) adalah sebagai berikut: (1) menentukan isi pembelajaran, (2) mereview pengalaman pembelajaran sebelumnya, (3) menentukan tujuan pembelajaran, (4) menjelaskan stimulus, (5) berdiskusi menggali hikmah dari stimulus fenomena-fenimena alam yang disajikana, (6) mengidentifikasi permasalahan (7) melakukan pengumpulan data dari sumber yang berbeda, (8) memberikan no kategori nilai kondisi awal 1 belum tuntas (kkm) 13,9% vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.134 706 bukti tanggapan siswa, (9) menyimpulkan dan mengkomunikasikan, ( 10) melakukan refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan & observasi berdasarkan hasil observasi oleh dua pengamat yang merupakan guru juga, dengan menggunakan lembar observasi dalam dua kali pertemuan, ditemukan bahwa proses pembelajaran sudah berlangsung sesuai dengan rpp, namun terdapat beberapa langkah yang belum optimal, diantaranya: (1) media yang digunakan dalam proses pembelajaran belum optimal, karena belum memperkuat penjelasan tentang tugas yang dilakukan peserta didik, (2) optimalisasi setiap langkah pembelajaran harus dilakukan lagi, (3) langkah mengevaluasi tingkat unjuk kerja, memberikan umpan balik, dan pemberian tugas harus diperbaiki lagi. gambar 2. siswa berdiskusi kelompok saat menyelesaikan lks pertemuan 1 berdasarkan hasil observasi kualitas karakter baik pada saat pembelajaran maupun di luar saat pembelajaran kimia, kalau dirata-ratakan hasilnya adalah 18,75% kualitas karakternya tinggi, 62,5% sedang dan 2,8% rendah. kalau dibandingkan dengan pada keadaan awal adalah sebagai berikut: tabel 5. kualitas karakter kondisi awal dan siklus 1 no kualitas karakter kondisi awal siklus 1 1 tinggi 37% 18,75% 2 sedang 63,9% 62,5% 3 rendah 5,6% 2,8% tabel di atas menunjukkan bahwa kualitas karakter peserta didik pada siklus 1 mengalami peningkatan. tetapi ptk belum dikatakan berhasil, karena indikator yang ditetapkan adalah jika persentase peserta didik yang kualitas karakternya dengan kategori rendah mencapai 0%. setelah dilakukan tes untuk melihat hasil belajar pada siklus pertama, diperoleh 82,35% sudah tuntas artinya sudah ada peningkatan. bila dibandingkan dengan keadaan awal dapat dilihat sebagai berikut: vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.134 707 tabel 5. hasil capaian belajar siswa saat kondisi awal no kategori nilai kondisi awal siklus 1 1 belum tuntas (kkm) 13,9% 82,35% refleksi refleksi dilaksanakan setelah proses pembelajaran berlangsung yang dilakasanakan pengajar bersama para observer. dari dua observer menunjukkan bahwa pembelajaran secara umum sudah bagus, tetapi harus ada beberapa yang harus diperbaiki diantaranya: (1) penggunaan media pembelajaran belum dilakukan, (2) optimalisasi setiap langkah pembelajaran harus diperhatikan lagi, sehingga langkah-langkah yang sudah direncanakan dapat terlaksana dengan baik. hasi penelitian siklus 1i perencanaan tindakan perencana tindakan yang dilakukan pada siklus 2 untuk meningkatkan kualitas karakter dan hasil belajar siswa adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp) dua sesi (termasuk rpp lengkap). rpp dikembangkan dengan model pembelajaran tauhidul ilmi yang sama seperti pada siklus 1. secara umum langkah-langkah pembelajaran pada siklus 2 sama dengan siklus 1. perbedaannya adalah tindakan pada setiap langkah dioptimalkan sesuai dengan hasil refleksi pada siklus 1. pelaksanaan tindakan & observasi berdasarkan observasi oleh dua observer, dengan menggunakan lembar observasi dalam dua kali pertemuan, yakni diperlukan optimalisasi dalam pelaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran. oleh karena itu pada pelaksanaan siklus 2 pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai denga rpp. jadi secara umum sudah sesuai dengan rencana tindakan (rpp pertemuan ii). berdasarkan observasi dan hasil analisis data diketahui bahwa pembelajaran sudah berlangsung sangat baik. menurut observer 1, menurutnya masih ada dua langkah yang belum optimal dilakukan. tetapi menurut observer 2 dan 3 menyatakan sudah sangat bagus. hal itu berarti menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berlangsung sangat bagus. berdasarkan data observasi 2 siklus ii hasil observasi karakter peserta didik pada siklus 2 sudah lebih baik, yakni kategori tinggi sudah 61,1% dan yang sedang 38,9%. sedangkan sedah memenuhi target bahwa tidak ada siswa yang karakternya berkategori rendah. jadi terjadi peningkatan kualitas karakter peserta didik, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut. tabel 6. kualitas karakter peserta didik kondisi saat awal dan siklus 1 no kategori keaktifan kondisi awal siklus 1 siklus 2 1 tinggi 37% 18,75% 61,1% 2 sedang 63,9% 62,5% 38,9% 3 rendah 5,6% 2,8% 0 vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.134 708 rata-rata nilai hasil belajar pada siklus 2 dari pertemuan ke satu dan kedua, mengalami kenaikan dibanding di siklus 1, yakni dari 82,35% yang tuntas di siklus 1 menjadi 85,3% peserta didik yang sudah tuntas. perbandingan nilai tes hasil belajar peserta didik, terlihat pada tabel 7. tabel 7. hasil belajar kondisi awal, siklus 1 dan 2 no kategori nilai kondisi awal siklus 1 siklus 2 1 belum tuntas (kkm) 13,9% 82,35% 85,3% refleksi refleksi selalu biasanya dilaksanakan selepas pembelajaran berlangsung. pada siklus ke 2 pun demikian. berikut adalah gambaran kegiatan refleksi pada siklus ke-2. gambar 3. kegiatan refleksi yang dilakukan bersama observer berdasarkan analisis hasil capaian belajar dan kualitas karakter siswa, maka dapat di simpulkan bahwa hasil capaian belajar dan kualitas karakter siswa mengalami peningkatan serta sudah sesuai dengan indikator keberhailan ptk ini. oleh karena itu ptk sudah dinyatakan berhasil. pembahasan model pembelajaran pada penelitian yang dilakukan ini adalah model tauhidul ilmi. model tauhidul ilmi berupaya untuk memadukan sains saintific dengan pembelajaran sains spiritual, melalui berbagai pendekatan secara holistic untuk meningkatkan hasil belajar secara kognitif serta capaian penguatan akhlak mulia. upaya pengembangan pada model tauhidul ilmi dilakukan dengan memadukan pengetahuan dari beberap disiplin ilmu seperti pengetahuan tentang bagaimana cara kerja otak, cara kerja memori, bagaimana munumbuhkan motivasi, citra diri, kepribadian, mengelola emosi, perasaan, berpikir sampai pada pengetahuan metakognisi. model pembelajaran tauhidul ilmi dilaksanakan melalui 8 langkah dalam proses kegiatan belajar mengajarnya, yaitu sebagaimana dapat dilihat pada gambar berikut. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.134 709 gambar 4. langkah-langkah model pembelajaran tauhidul ilmi penerapan model tauhidul ilmi dalam materi koloid dapat diamati sebagaimana gambar berikut: gambar 5. langkah-langkah model pembelajaran tauhidul ilmi vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.134 710 berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan beberapa catatan penting yaitu: (1) proses pembelajaran sains berbasis nilai religius, dengan melakukan aktivitas tafakkur dan tadzakkur, dapat menumbuhkan kesadaran transendental, interconnection, unity of universe, unity of god serta kesadaran sebagai khalifah fil ardl bila aktivitas pembelajaran berlandaskan pada alquran surat ali imron:190-191. (2) tumbuh kesadaran transendental, interconnection, unity of universe, unity of god serta kesadaran sebagai khalifah fil ardl, pada diri seseorang akan mendorong pada keyakinan (beliefing) untuk menjadikan dirinya taat pada agamanya sehingga menjadi siswa yang berakhlak mulia, (3) pembelajaran kimia untuk mencapai kompetensi inti (ki) yang diharapkan dalam kurikulum 2013, yaitu ki 1 berupa kompetensi sikap spiritual, kemudian ki 2 berupa kompetensi sikap social, ki 3 mengenai kompetensi pengetahuan dan ki 4 berupa kompetensi keterampilan dapat dilakukan dengan memadukan pembelajran sains-saintifik dan pembelajaran sains spiritual. pembelajaran sainssaintifik dapat dilakukan dengan pendekatan saintifik, hots, model-model pembelajaran aktif. sedangkan pembelajaran sains-spiritual dapat dilakukan dengan pendekatan filosofis, transcendental, emosional, hikmah dan pemaknaan. simpulan berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) kondisi awal kualitas karakter dan hasil capaian belajar siswa pada pembelajaran materi koloid pada siswa kelas xi mipa 5 man 2 kota bandung tahun 2019 sebelum menggunakan tauhidul ilmi model masih kurang memuaskan, (2) proses penerapan model tauhidul ilmi untuk meningkatkan karakter dan hasil belajar siswa kelas xi mipa 5 man 2 kota bandung tahun 2019 pada materi koloid, terdiri dari 8 tahapan yaitu stimulasi, menggali hikmah, mengidentifikasi masalah, mengumpulkan berbagai data, mengolah berbagai data, membuktikan, mengambil kesimpulan dan merefleksikan/mengevaluasi, (3) hasil kualitas karakter setelah pelaksanaan tindakan 61,1% kategori tinggi, 38,9% sedang dan tidak ada kategori rendah, dan perolehan hasil belajar siswa kelas xi mipa 5 man 2 kota bandung tahun 2019 pada materi koloid yaitu pada akhir sanggar didapatkan 85% tuntas dan 14,7% tidak tuntas. sehingga terjadi peningkatan baik pada kualitas karakter maupun hasil belajar. daftar rujukan adi gunawan w. (2012). “genius learning strategy petunjuk praktis untuk menerapkan accelerated learning”. jakarta: gramedia pustaka utama anderson & krathwohl, d. (2017). kerangka landasan untuk pembelajaran, pengajaran dan asesmen. alih bahasa: agus prihantoro. yogyakarta: pustaka pelajar. departemen agama. (2008). alquran dan terjemahnya. jakarta: depag gunawan, aw. (2012), “genius learning strategy; petunjuk praktis untuk menerapkan accelerated learning”. jakarta: gramedia pustaka utama heni h. (2019). creative learning alternatif model pembelajaran penguatan karakter. bandung: tursina media utama heni h, sanusi a, kasmadi i.s, sudrajat a., (2019). the manajement of development in chemical learning based on religious values for strengthening the student final action. international journal of education research, 2, 11 kasmadi, i. s. (2017). pembelajaran kimia terintegrasi karakter religius. semarang: unnes press vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.134 711 kementerian agama ri dan lipi. (2018). tafsir ilmi mengenal ayat-ayat sains dalam alqur’an jilid 11. jakarta:widya cahya mahfud, an. (2015). be a good teacher: membangun mindset guru luar biasa. semarang: rafi sarana perkasa. mahfud, an. (an_mahfud@yahoo.com). (2018:24 juli) bab ii model pembelajaran. e-mail kepada heni hasanah (henihasanah183@yahoo.co.id) mulyasa, e. (2011). manajemen pendidikan karakter. bandung: rosdakarya. nurdin, m. (2013). “internalization of islamic values in shaping consciousness pai anticorruption through curriculum development in secondary schools”. international journal of scientific & technology research vol. 2 (2), 30-34. rahmat, jalaluddin. (2007). belajar cerdas; belajar berbasiskan otak. bandung: penerbit mlc. sanusi, a. (2015). sistem nilai : alternatif wajah-wajah pendidikan. bandung: nuansa cendekia. shihab, q. (2002). tafsir al misbah (pesan, kesan dan keserasian alquran). jakarta: lentera hati. microsoft word 18-fahrudin.docx vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.194 1125 received : 02-05-2021 revised : 28-06-2021 published : 29-07-2021 peningkatan kompetensi guru dalam membuat dan menerapkan media pembelajaran power point melalui kegiatan workshop in house training muh. fahrudin sd negeri getas ii playen, yogyakarta, indonesia muhfahrudin@gmail.com abstrak: penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam membuat serta menerapkan media pembelajaran powerpoint melalui kegiatan workshop in house training. metode penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah. peneliti merupakan kepala sekolah dari sekolah dasar negeri getas ii. subyek penelitian merupakan guru-guru dari sekolah dasar negeri getas ii. penelitian tindakan sekolah dikatakan berhasil apabila sebanyak 85% guru peserta kegiatan mendapatkan nilai minimal masuk kategori baik untuk nilai kinerja guru melalui kegiatan in house training di sekolah sd negeri getas ii kapanewon playen tahun pelajaran 2020/ 2021. hasil dari data wawancara dan observasi yang telah dilakukan menunjukkan tingkat partisipasi dan nilai kemampuan peserta in house training. rata-rata tingkat partisipasi guru dalam siklus satu sebanyak 80,25 dan meningkat menjadi 87,64 saat siklus dua. nilai kemampuan guru dalam membuat dan menerapkan media pembelajaran powerpoint pada siklus satu adalah 81,47 dan meningkat menjadi 87,30 pada siklus dua. dari analisis data yang dilakukan, dapat dibuktikan bahwa kegiatan in house training berhasil meningkatkan kompetensi guru dalam membuat dan menerapkan media pembelajaran powerpoint dengan hasil yang mencapai 87,30% dari target yang telah ditentukan yaitu 85%. kata kunci: kompetensi guru; power point; penerapan media; in house training vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.194 1126 pendahuluan peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor: 16 tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru, dan angka kreditnya menyebutkan dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru mempunyai kewajiban antara lain: merencanakan pembelajaran/bimbingan, melaksanakan pembelajaran/bimbingan yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran/bimbingan, serta melaksanakan pembelajaran/perbaikan dan pengayaan (2009: 6). maka berdasarkan peraturan menpan dan reformasi birokrasi tersebut maka guru mempunyai kewajiban: merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. afnil guza (2009: 52) mengatakan bahwa kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik. dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa guru atau tenaga didik harus mengembangkan kompetensinya supaya pembelajaran yang bermutu dan berfokus terhadap perkembangan peserta didik dapat tercapai dengan baik. spencer and spencer memandang bahwa kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dari atau superior dalam suatu pekerjaan atau situasi. r.m. guion dalam spencer and spencer mendefinisikan kemampuan atau kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berpikir, dalam segala situasi dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama. dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kemampuan adalah merujuk pada kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bias dilihat dari pikiran, sikap, dan perilakunya (hamzah b. uno, 2007: 78). menurut muhaimin (2014) kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keseharian (heni ribut handayani, 2019). dengan demikian dari beberapa pendapat para ahli di atas bahwa kompetensi dapat disimpulkan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh setiap guru yang menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. kompetensi tersebut dapat terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan maupun sikap profesional dalam menjalankan fungsi-fungsi sebagai guru. dalam melaksanakan pembelajaran tugas keprofesian serta kewajiban guru perlu ditanamkan dengan baik. tak lepas dari itu, kesuksesan dari suatu kegiatan pembelajaran juga ditentukan oleh minat dan motivasi siswa dalam mengikuri kegiatan pembelajaran. masnur muslih menyebut kegiatan pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber, dan anak dengan pendidik. kegiatan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. proses belajar bersifat individual dan kontektual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangan dan lingkungannya. situasi kondusif pembelajaran berdampak pada keberhasilan siswa dalam menerima/menyerap materi pelajaran. kemampuan menyerap materi pelajaran membawa dampak pada peningkatan hasil belajar siswa (2008: 163). maka dari itu, guru perlu mengupayakan terselenggaranya kegiatan pembelajaran yang kreatif dan penuh inovasi agar dapat meningkatkan minat dan motivasi bagi siswa dalam mempelajari sebuah materi dengan antusias. menurut degeng pembelajaran berarti upaya membelajarkan siswa (made wena. 2009:2). pembelajaran dalam suatu definisi upaya mempengaruhi siswa agar belajar, atau secara singkat dapat dikatakan bahwa pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.194 1127 (hamzah b. uno, 2009). sedangkan dalam isjon, pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik (isjon, 2009: 14). dengan demikian dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristrik bidang studi, serta berbagai strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengolahan, maupun pengorganisasian pebelajaran. proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa factor yang dapat menentukan keberhasilan tercapainya tujuan pembelajaran. faktor-faktor tersebut adalah guru, peserta didik, dan sarana prasarana. sarana adalah sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajara, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain sebagainya. prasarana adalah segala sesuatu yang yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya (wina sanjaya, 2006: 52). alat pelajaran adalah alat yang digunakan untuk memperjelas konsep/ teori /cara kerja tertentu yang digunakan dalam proses pembelajaran atau bimbingan. alat pelajaran mempunyai ciri memperjelas konsep/teori/cara keeja suatu alat da nada unsur modifikasi/inovasi bila sebelumnya sudah pernah ada sekolah tersebut (kementerian pendidikan dan kebudayaan dirjend gurudan tenaga kependidikan, 2019: 53). salah satu dari berbaga alat pelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh tenaga didik adalah powerpoint/slideshow. microsoft power point merupakan salah satu program yang sangat baik dan populer untuk presentasi, banyak digunakan dalam berbagai keperluan, seperti seminar, lokakarya, pelatihan, pengajaran, dll(widada.hr, 2010:1). menurut nurhidayati dalam zulfi azhar (2020) powerpoint merupakan media yang digunakan untuk menampilkan poin-poin pokok dari materi yang kita sampaikan dengan fitur-fitur yang menarik). menurut mangkulo (2011) dengan powerpoint, para pengajar dapat mendesain aplikasi yang dapat membantu para pelajar untuk lebih mudah berinteraksi dengan materi pelajatan yang disampaikan. dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa microsof power point adalah sebuah program komputer untuk presentasi yang dikembangkan oleh microsoft di dalam paket aplikasi kantoran mereka. aplikasi power point banyak digunakan oleh kalangan pebisnis, para pendidik siswa, dan trainer. dengan menggunakan program ini memungkinkan peresenter membuat tampilan di layar silih berganti, dengan animasi seperti layaknya sebuah pertunjukan. program ini cocok digunakan dalam pembelajaran, pelatihan, promosi perusahaa, layanan dan sejenisnya karena dapat diintegrasikan dengan suara, gambar, bahkan film. powerpoint memiliki manfaat yang tidak sedikit karena pemanfaatan media berbasis multimedia memiliki pengaruh besar terhadaphasil ingatan siswa. pemanfaatan media dengan konsep multimedia presentasi perlu menjadi bahan pertimbangan guru. media dengan konsep multimedia sangat membantu guru maupun siswa agar lebih mudah mencapai tujuan pembelajaran. dengan menerapkan powerpoint sebaga media pembelajaran, guru dapat mendesain situasi yang beragam dalam pembelajaran sehingga kondisi kelas menjadi dinamis. kegiatan pembelajaran juga membutuhkan kondisi yang dinamis. kompetensi dalam pembelajaran yang dimiliki guru akan membawa peserta didik untuk siap mengikuti kegiatan inti pembelajaran. keberhasilan guru dala menerapkan media pembelajaran yang menarik seperti powerpoint juga mampu membawa peserta didik termotivasi untuk mengikuti kegiatan inti pembelajaran. salah vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.194 1128 satu komponen yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran adalah media pembelajaran. berdasarkan hasil penelitian hikmah (2020) menyatakan bahwa media pembelajaran powerpoint dapat menarik minat belajar siswa sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan. maka dari itu, penggunaan media powerpoint merupakan salah satu kompetensi yang perlu guru miliki. dari observasi yang dilakukan peneliti diketahui bahwa keaktifan siswa sd negeri getas ii kapanewon playen dalam pembelajaran di kelas masih rendah yang ditandai dengan siswa tidak perhatian dalam kegiatan pembelajaran, kurang semangat dalam belajar, dan tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru. selain itu, berdasarkan hasil monitoring dan supervisi yang dilakukan kepala sekolah di sd negeri getas ii kapanewon playen, hanya sebanya 60% guru yang telah mempunyai kompetensi dalam pembelajaran dengan baik termasuk dalam aspek menyajikan pembelajaran yang menarik bagi siswa. kemudian dari observasi selama guru mengajar di kelas, diketahui bahwa kurangnya perhatian dan minat siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut disebabkan salah satunya oleh cara mengajar guru. guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran belum sesuai dengan apa yang diharapkan. selain fakta-fakta tersebut, peneliti juga menemukan beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya pemanfaatan media powerpoint di sdn getas ii kapanewon plater. faktor-faktor tersebut diantaranya adalah: tidak semua guru mampu dan menguasai teknologi informasi dan komunikasi; faktor usia guru, para guru yang telah lanjut usia merasa tidak mampu dan kerepotan untuk mengoperasikan maupun menyiapkan media powerpoint; guru yang tidak terbiasa menggunakan media powerpoint merasa penggunaan media tersebut justru kurang efisien dan merepotkan sehingga memakan banyak waktu pembelajaran; disamping itu, padahal sdn getas ii telah memiliki peralatan yang cukup memadahi bagi tenaga didik untuk menerapkan powerpoint dala pembelajaran. salah satu cara untuk mengatasi kekurangan dan rendahnya kompetensi guru dalam hal tersebut, sekiranya dapat diatasi dengan dilaksanakannya in house training. maka dari itu, dilakukanlah penelitian yang berjudul “peningkatan kemampuan guru dalam membuat dan menerapkan media pembelajaran power point melalui kegiatan workshop in house training”. penelitian ini sejalan dengan penelitian relevan sebelumnya yang berjudul “identifikasi hambatan dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi guru kelas iv sekolah dasar di gugus vi uptd kecsangatan ponjong kabupaten gunung kidul”. penelitian ini disusun oleh nugroho, mahasiswa jurusan pendidikan guru sekolah dasar tahun 2013, universitas negeri yogyakarta. subjek penelitian adalah guru kelas iv di gugus vi pada tahun ajar 2014/2015. penelitian bertempat di gugus vi uptd kecsangatan ponjong. metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap guru kelas iv di gugus vi uptd kecsangatan ponjong mendukung terhadap penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (tik) dalam pembelajaran. ketersediaan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi (tik) di gugus vi masih terbatas belum memenuhi perbandingan dengan jumlah siswa yang ada. dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan guru-guru sdn getas ii dapat menyusun dan menerapkan media-media pembelajaran yang inovatif khususnya powerpoint sehingga pembelajaran yang diterima oleh peserta didik dapat menggugah motivasi serta minat mereka sehingga tujuan pembelajaran dan hasil belajar dapat tercapai dengan baik. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.194 1129 metode penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, mulai bulan juli 2020 sampai dengan september 2020. penelitian ini dilaksanakan di sd negeri getas ii, padukuhan ngrunggo, desa getas, kapanewon playen, kabupaten gunungkidul, daerah istimewa yogyakarta. subjek adalah informan atau nara sumber yang menjadi sumber data. jadi subjek penelitian tindakan sekolah (pts) tersebut adalah para guru di sd negeri getas ii. guru yang menjadi subjek penelitian ini adalah semua guru kelas, guru pendidikan agama islam dan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sd negeri getas ii kapanewon playen. guru yang terlibat dalam kegiatan penelitian sindakan sekolah (pts) ini adalah guru kelas dan guru pendidikan agama islam yang berjumlah seluruhnya delapan orang. objek penelitian pada penelitian tindakan sekolah (pts) ini adalah peningkatan kompetensi guru dalam membuat dan menerapkan powerpoint dalam pembelajaran di sd negeri getas ii kapanewon playen tahun pelajaran 2020/2021. jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan sekolah (pts). penelitian tindakan sekolah (pts) merupakan suatu pencerminan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah sekolah secara bersama. prosedur penelitian tindakan sekolah (pts) ini mencakup 4 tahap kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan dalam bentuk penelitian tindakan sekolah (pts). peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai kepala sekolah sekaligus sebagai peneliti. tujuan akhir yang ingin dicapai dari penelitian tindakan sekolah ini adalah meningkatnya kemampuan guru dalam menggunakan media powerpoint di kelas masing-masing yang menjadi tanggung jawabnya. penelitian tindakan sekolah berhasil jika setidknya 85% guru peserta kegiatan mendapatkan nilai minimal baik untuk nilai kinerja guru melalui kegiatan in house training di sekolah sd negeri getas ii kapanewon playen tahun pelajaran 2020/ 2021. teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah angket, wawancara, observasi dan monitoring. observasi dilakukan untuk mengetahui motivasi dan kompetensi guru dalam kegiatan pembelajaran. observasi dan monitoring dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh kolaborator. analisa data yang diperoleh dari kegiatan observasi selama kegiatan tindakan berlangsung meliputi analisis data hasil observasi terhadap partisipasi guru dalam kegiatan peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran melalui supervisi akademik menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan dilengkapi sajian prosentase. selanjutnya data yang diperoleh diinterprestasikan dengan kalimat. kategori dari hasil observasi dinyatakan dengan sebutan sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang. penentuan status kategori menggunakan interval sebagai berikut: tabel 1. interval dari kategori hasil observasi interval kategori 91-100% sangat baik 76-90% baik 61-75% cukup 51-60% kurang ≤50% sangat kurang (dirjen pmptk, 2010: 143) vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.194 1130 hasil penilaian motivasi dan kompetensi guru dalam pembelajaran melalui kegiatan in house training dianalisa secara deskriptif. hasil analisis secara deskriptif tersebut selanjutnya dianalisis secara kualitatif. hasil deskripsi kondisi sebelum diselenggarakannya in house training sebelum dilaksanakannya in house training, hasil supervisi dengan instrumen pemantauan pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas yang dilakukan kepala sekolah diketahui hanya 60% guru yang telah mencapai nilai minimal baik dalam keterampilan membuat dna merapkan media pembelajaran atau alat peraga powerpoint di sekolah. hasil itu masih jauh dari yang harapan, kekurangmampuan guru dalam pembuatan alat pembelajaran powerpoint yang menarik di sekolah berakibat pada siswa minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. siswa kurang tertarik pada pembelajaran dan apa yang disampaikan guru. ketika siswa tidak tertarik dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung , akan berakibat pada rendanya hasil belajar siswa. telah diketahui bersama bahwa kesan pertama atau first impression siswa diawal pembelajaran menentukan perhatian dan minat siswa selanjutnya. sebanyak guru atau 40% guru masih kurang dan mengalami kesulitan dalam pembuatan alat pembelajaran powerpoint yang mampu meningkatkan minat dan motivasi siswa pada materi. maka dari itu, kepala sekolah berupaya menyenggalaran workshop in house training dengan harapan guru-guru sdn getas ii dapat membuat dan menerapkan powerpoint pada saat pembelajaran di kelas. deskripsi data dan hasil siklus i siklus i terdiri atas kegiatan persiapan, tindakan, dan refleksi. pada kegiatan persiapan, dilakukan persiapan peralatan yang dipakai meliputi persiapan media kegiatan workshop in house training dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, dan instrumen pengumpul data penelitian. peneliti/ kepala sekolah memberi arahan dan pembinaan kepada guru tentang cara meningakatan kemampuan dalam membuat media pembelajaran powerpoint. selanjutnya adalah tahap tindakan, tahap ini mengacu pada rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disusun sebelumnya. tahap tindakan dilakukan dengan dua kali pertemuan. pada pertemuan pertama jum’at 16 oktober 2020, kegiatan awal yang dilakukan meliputi kegiatan motivasi berupa penyampaian informasi mengenai tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan tindakan diadakannya kegiatan workshop in house training (iht). selama sesi tersebut, dilakukan juga observasi untuk menilai para guru. teknik penilaian tersebut digunakan untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang telah dilakukan oleh narasumber yang memberikan motivasi kepada guru. kegiatan awal kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti. dalam kegiatan inti dilakukan presentasi seorang kepala sekolah dan guru model untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan media powerpoint. guru yang ditampilkan adalah guru yang mempunyai kemampuan mengajar yang lebih dibandingkan dengan guru lain. kegiatan pertemuan pertama siklus i diakhiri dengan pemberian tugas pada peserta untuk menyusun rancangan media pembelajaran yang berbasis powerpoint. pada pertemuan ke dua siklus i yang dilaksanakan pada jum’at, 30 oktober 2020, kegiatan yang dilakukan adalah praktik microteaching oleh setiap peserta in hose training. masing-masing guru melakukan simulasi menerapkan dalam kegiatan pembelajaran menggunakan media powerpoint. yang dilakukan peserta yang sedang tidak berperan sebagai vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.194 1131 guru bertugas untuk memperhatikan rekan guru yang tampil untuk berperan sebagai guru yang sedang menerapkan pembelajaran yang memanfaatkan media powerpoint. setelah seorang guru selesai tampil, maka guru yang lain memberi saran ketika tampilan seorang guru sedang didiskusikan. peneliti pada saat kegiatan berlangsung berperan sebagai motivator (untuk menghidupkan diskusi), fasilitator, dan narasumber agar kemampuan guru sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan dari siklus i, diperoleh data tingkat partisipasi guru dalam kegiatan didapat dari hasil observasi yang dilakukan oleh kolaborator. dari data yang diperoleh melalui observasi dan angket dari siklus i dapat disajikan dalam tabel berikut: tabel 2. skor tingkat partisipasi guru dalam workshop in house training untuk mengembangkan kompetensi guru dala menyusun dan menerapkan powerpoint untuk pembelajaran siklus i no nama guru tingkat partisipasi guru 1 adiatna, s.pd 81 2 dra. darmi, s.pd 84 3 endang lestari, s.ag 85 4 nanda gestawan, s.pd 75 5 nanik trisnaniyati, s.pd 78 6 nur suwartiningsih, s.pd 81 7 radiyono, s.pd 78 8 titik muryanti, s.pd 80 rerata tingkat partisipasi guru 80,25 dari tabel 2 di atas dapat ditemukan perolehan skor partisipasi peserta in house training dalam menggunakan dan menerapkan powerpoint dalam pembelajaran yang dapat dilihat di tabel 3 berikut, tabel 3. perolehan skor partisipasi peserta in house training dalam menggunakan dan menerapkan powerpoint dalam pembelajaran no tingkat partisipasi frekuensi presentase (%) 1 sangat baik 0 0 2 baik 7 87,5 3 cukup 1 12,5 4 kurang 0 0 5 sangat kurang 0 0 jumlah 8 100 dari tabel tersebut terlihat bahwa pada siklus i ini, tingkat partisipasi guru dalam kegiatan in house training yang dicapai guru sebagai berikut, sebanyak 7 atau 87,5% guru mencapai tingkat partisipasi baik dan 1 atau 12,5% guru mencapai tingkat partisipasi cukup. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.194 1132 data kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan powerpoint didapat dari hasil pengsangatan yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan bantuan kolaborator. data yang telah diperoleh disajikan dalam tabel berikut: tabel 4. perolehan nilai kemampuan guru dalam menerapkan dan menggunakan powerpoint pada siklus i no nama guru skor capaian nilai kategori 1 adiatna, s.pd 92 85,19 b 2 dra. darmi, s.pd 87 80,55 b 3 endang lestari, s.ag 90 83,33 b 4 nanda gestawan, s.pd 81 75,00 c 5 nanik trisnaniyati, s.pd 81 75,00 c 6 nur suwartiningsih, s.pd 93 86,11 b 7 radiyono, s.pd 89 82,41 b 8 titik muryanti, s.pd 91 84,25 b rerata nilai kemampuan menerapkan dan menggunakan powerpoint pada siklus i 81,47 b data tersebut jika dibuat dalam tabel kategori nilai kemampuan guru dalam menerapkan dan menggunakan powerpoint sesuai interval yang telah ditentukan adalah sebagai berikut: tabel 5. kategori nilai kemampuan menerapkan pembelajaran menggunakan media powerpoint pada siklus i no nilai kemampuan frekuensi presentase (%) 1 sangat baik 0 0 2 baik 6 75 3 cukup 2 25 4 kurang 0 0 5 sangat kurang 0 0 jumlah 8 100 selanjutnya dari tabel di atas, terlihat bahwa pada siklus i ini nilai kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan powerpoint sebanyak 6 guru atau 75% guru mencapai nilai dalam ketegori baik, 2 guru atau 25 % guru mendapat nilai dalam kategori cukup. tingkat partisipasi tertinggi yang diperoleh adalah 85, dna yang terendah adalah 75. nilai kemampuan tertinggi yang diperoleh adalah 86,11 dengan kategori b, dan nilai kemampuan terendah 75,00 dengan kategori c. pelaksanaan in house training dalam meningkatkan ketrampilan menggunakan media powerpoint dalam pembelajaran berjalan lancar. guru dapat mengikuti proses pembinaan yang telah disampaikan oleh narasumber dengan baik. peserta in house training cukup antusias berpartisipasi dalam kegiatan hal tersebut terlihat dari guru-guru yang memperhatikan dan menyimak narasumber. guru juga cukup bersemangat dalam menanggapi dan memberi saran pada sesi diskusi. berdasarkan pengamatan yang dilakukan kolaborator, pelaksanaan in house training dengan melibatkan guru relatif dapat berjalan dengan cukup baik sesuai dengan yang direncanakan. beberapa kendala kecil yang muncul terjadi karena masalah teknis terutama saat menyiapkan peralatan in house training seperti lcd. kendala yang terjadi dapat diatasi dengan cukup baik. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.194 1133 setelah kegiatan siklus i terlaksana, maka dilakukan refleksi dan evaluasi mengenai halhal yang telah terjadi dalam rangkaian kegiatan siklus i dengan harapan siklus ii dapat terlaksana dengan lebih baik lagi dibandingkan siklus i. kegiatan refleksi dilakukan dengan melakukan diskusi antara peneliti bersama kolaborator dengan membahas pelaksanaan dan hasil penelitian tindakan, meliputi tingkat partisipasi guru dalam in house training, baik ketika guru memperhatikan guru yang sedang memberi materi dan memberikan contoh mengenai penyusunan dan penerapan media pembelajaran powerpoint. refleksi juga dilakukan terhadap keaktifan dan partisipasi guru atau peserta in house training saat memberi saran ataupun pertanyaan pada saat sesi pembukaan, inti termasuk saat sesi diskusi, dan penutup. partisipasi guru yang baik terlihat dari semangat untuk mengikuti tahapan kegiatan yaitu sejak awal, inti yang meliputi penyampaian materi dari narasumber, penyusunan rancangan media pembelajaran berbasis powerpoint, maupun ketika melakukan ulasan dari kegiatan yang telah dilakukan guru maupun yang mereka lakukan sendiri. dengan dilaksanakannya in house training diharapkan pelatihan ini dapat meningkatkan kemampuan menerapkan dan menggunakan powerpoint yang sangat mereka butuhkan untuk mengupayakan keberhasilan tercapainya tujuan pembelajaran oleh siswa yang mereka bimbing di kelas. dari hasil penilaian yang telah dilakukan bersama kolaborator, peserta in house training dalam menerapkan dan membuat powepoint, diketahui sebanyak 6 guru atau sebanyak 75% dengan kategori baik, 2 guru atau sebanyak 25% memperoleh kategori cukup. maka, dari hasil penilaian kemampuan menerapkan media powerpoint dalam in house training tersebut diketahui hasil yang dicapai masih belum mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu sebanyak 85% guru mencapai nilai dengan kategori baik dalam menerapkan pembelajaran berbasis powerpoint. rendahnya capaian nilai ketrampilan menggunakan dan menerapkan powerpoint ini dikarenakan dalam penyiapan rancangan media pembelajaran belum maksimal. rancangan media belum memuat komponen media pembelajaran secara utuh. faktor lain yang menyebabkan nilai ketrampilan menggunakan dan menerapkan powerpoint dalam pembelajaran belum sesuai harapan adalah karena guru masih kaku dan lambat dalam mengoperasikan ms. office powerpoint. pada saat menampilkan hasil pekerjaannya, guru terlihat malu dan belum menjiwai karakternya sebagai guru kelas yang sedang mengampu siswanya. dalam refleksi juga didiskusikan rencana dan rancangan tindakan untuk siklus ii. pelaksanaan siklus ii direncanakan untuk memantapkan persiapan dalam berbagai hal baik dari peserta, fasilitator (peneliti), maupun sarana prasarana kegiatan. beberapa hal yang perlu dibenahi dari siklus i yang akan diperbaiki saat pelaksanaan siklus ii antara lain, rancangan media perlu diperbaiki dengan memperhatikan komponen dan syarat media pembelajaran yang baik dan benar; pada saat guru mempraktikan pembelajaran dengan powerpoint, guru harus lebih serius dan bersungguh-sungguh layaknya ia tampil di kelas yang diampu; peserta yang tidak sedang berperan sebagai guru yang menerapkan pembelajaran dengan powerpoint harus bersungguh-sungguh berperan sebagai siswa. deskripsi data dan hasil siklus ii kegiatan pada siklus ii hampir sama dengan pelaksanaan tindakan siklus i namun ada beberapa perubahan yang dilakukan berdasarkan evaluasi dan refleksi dari siklus i yang telah dilakukan beberapa waktu lalu. perubahan pelaksanaan tindakan siklus ii antara lain sebagai berikut: untuk keperluan perbaikan rancangan media pembelajaran yang akan digunakan pada in house training, guru diwajibkan kembali membuka rujukan cara menerapkan dan menggunakan powerpoint dari berbagai sumber dengan tujuan rencana pelaksanaan vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.194 1134 pembelajaran yang dihasilkan akan dapat dijadikan panduan ketika pelaksanaan pembelajaran; guru yang akan memperagakan pembelajaran dengan powerpoint diambil dari guru yang mempunyai nilai tertinggi dari hasil penilaian pada siklus i; peserta diwajibkan mencatat kelebihan dan kekurangan dari kegiatan in house training dan disampaikan pada sesi diskusi; guru yang sedang berperan sebagai pemerhati harus mengikuti dan memperhatikan sungguhsungguh supaya pada saat gilirannya dapat mempraktikkan dengan benar dan lebih baik. pada siklus ii, susunan kegiatan yang dilakukan terdiri dari kegiatan persiapan dan kegiatan tindakan yang terdiri dari dua pertemuan. pada tahap persiapan tindakan, pihak penyelenggara in house training mempersiapkan peralatan yang dipakai meliputi persiapan media kegiatan diskusi berupa proyektor lcd, bahan diskusi berupa rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan digunakan untuk mempraktekan yang telah disusun guru, dan instrumen penelitian. pada awal kegiatan penyelenggara memberi apersepsi dan arahan kepada guru tentang model pembinaan yang akan dilakukan dan perilaku guru yang diharapkan selama kegiatan tindakan berlangsung. setelah kegiatan persiapan selesai, dilaksanakanlah kegiatan tindakan. kegiatan dalam tahap tindakan ini mengacu pada rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disusun dengan tahap kegiatan awal dan kegiatan inti. pertemuan pertama dari kegiatan tindakan dilaksanakan pada senin, 15 maret 2021. kegiatan awal yang dilakukan pada pertemuan pertama, meliputi pengarahan dan pembekalan materi dengan guru pada kegiatan siklus ii. kegiatan selanjutnya adalah mengulas atau merefleksi bersama kegiatan yang telah dilakukan pada siklus i. pada kegiatan ini pengawas sekolah (peneliti) menyampaikan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan dan hasil tindakan yang dilakukan pada siklus i. kegiatan ini dilakukan agar peserta mengetahui kelebihan dan kekurangan selama pelaksanaan siklus i sehingga pada siklus ii peserta dapat berkarya dengan lebih maksimal. pada kegiatan inti, kepala sekolah memberikan contoh dalam menyusun dan menerapkan powerpoint sebagai media pembelajaran yang menarik untuk siswa. setelah itu, guru-guru mempraktikkan pembelajaran menggunakan powerpoint yang berpacu pada rancangan media yang telah dibentuk pada siklus i. setelah guru mempraktikkan pembelajaran, maka dilanjutkan dengan mendiskusikan presentasi atau microteaching guru tersebut. setiap peserta diberi kesempatan untuk memberi saran dan masukan. setelah selesai mendiskusikan tampilan dari guru model maka kegiatan selanjutnya adalah penampilan dari peserta secara bergilir. masing-masing peserta secara bergiliran tampil berperan sebagai guru sementara guru lainnya berperan sebagai pemerhati. penilaian terhadap tingkat kemampuan menerapkan dan menggunakan powerpoint dalam pembelajaran diambil pada saat guru sedang mengikuti kegiatan in house training sekolah. pada pertemuan ke dua kegiatan yang dilakukan adalah meneruskan kegiatan praktik mengajar dari peserta yang belum dapat pada tampil pada pertemuan 1 siklus ii. evaluasi peserta dilakukan ketika peserta tampil berperan sebagai guru. pada akhir kegiatan pada pertemuan 2 siklus ii ini dilakukan ulasan secara menyeluruh dari pelaksanaan dan hasil. kegiatan ini juga digunakan oleh guru untuk mengungkapkan pendapat, ide, saran, dan kritik dari pelaksanaan in house training yang telah dilaksanakan. data tingkat partisipasi guru dalam kegiatan in house training didapat dari hasil observasi yang dilakukan oleh kolaborator. dari data yang diperoleh melalui observasi dan angket dari siklus ii dapat disajikan dalam tabel berikut. tabel 6. skor tingkat partisipasi guru dalam workshop in house training untuk mengembangkan kompetensi guru dala menyusun dan menerapkan powerpoint untuk pembelajaran siklus ii vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.194 1135 no nama guru tingkat partisipasi guru 1 adiatna, s.pd 91 2 dra. darmi, s.pd 88 3 endang lestari, s.ag 88 4 nanda gestawan, s.pd 75 5 nanik trisnaniyati , s.pd 85 6 nur suwartiningsih, s.pd 91 7 radiyono, s.pd 92 8 titik muryanti, s.pd 91 rerata tingkat partisipasi guru 87,63 selanjutnya dari tabel tersebut diatas, data dari tingkat partisipasi peserta kegiatan in house training guru pada pertemuan ke dua tersebut disajikan ke dalam tabel berikut, tabel 7. perolehan skor partisipasi peserta in house training dalam menggunakan dan menerapkan powerpoint dalam pembelajaran siklus ii no tingkat partisipasi frekuensi presentase (%) 1 sangat baik 4 50 2 baik 3 37,5 3 cukup 1 12,5 4 kurang 0 0 5 sangat kurang 0 0 jumlah 8 100 dari tabel tersebut terlihat bahwa pada siklus ii ini tingkat partisipasi guru dalam kegiatan in house training yang dicapai guru sebagai berikut, sebanyak 4 guru atau 50 % guru dalam kategori tingkat partisipasi sangat baik, dalam kategori baik sebanyak 3 atau 37,50 %. dan ada 1 guru atau 12,5 % guru tingkat partisipasinya dalam kategori cukup. nilai partisipasi tertinggi yang diperoleh adalah 92 dengan kategori sangat baik dan nilai terendahnya 75 dengan kategori cukup. adapun hasil penilaian ada pada data yang diperoleh melalui penilaian kemampuan guru dalam menerapkan dan menggunakan powerpoint dalam pembelajaran melalui workshop in house training dapat disajikan dalam tabel berikut: tabel 8. perolehan nilai kemampuan guru dalam menerapkan dan menggunakan powerpoint pada siklus ii no nama guru skor capaian nilai kategori 1 adiatna, s.pd 100 92,59 a 2 dra. darmi, s.pd 96 88,89 b 3 endang lestari, s.ag 98 90,74 a 4 nanda gestawan, s.pd 81 75,00 c 5 nanik trisnaniyati, s.pd 92 85,19 b 6 nur suwartiningsih, s.pd 101 93,52 a vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.194 1136 7 radiyono, s.pd 98 90,74 a 8 titik muryanti, s.pd 99 91,67 a rerata nilai kemampuan menerapkan dan menggunakan powerpoint pada siklus ii 87,30 b apabila disajikan dalam tabel frekuensi maka: tabel 9. kategori nilai kemampuan menerapkan pembelajaran menggunakan media powerpoint pada siklus ii no nilai kemampuan frekuensi presentase (%) 1 sangat baik 4 50 2 baik 3 37,5 3 cukup 1 12,5 4 kurang 0 0 5 sangat kurang 0 0 jumlah 8 100 dari tabel tersebut terlihat bahwa pada siklus ii ini pencapaian kategori nilai hasil penilaian terhadap kompetensi guru menerapkan powerpoint dalam pembelajaran yang dicapai guru sebagai berikut, sebanyak 4 guru atau sebanyak 50% guru mencapai nilai dalam kategori a, 3 guru atau 37,5% guru mencapai nilai b, dan 1 guru atau sebanyak 12,5 %, guru mencapai nilai dalam kategori c. dari data ini terlihat 50 % guru telah mencapai nilai dalam kategori sangat baik, 37,5% guru telah mencapai nilai dalam kategori baik dan 12,5% guru mencapai nilai dalam kategori cukup. nilai rerata dari 8 guru nilainya sebesar 87,63. jadi berdasarkan indikator keberhasilan yang telah disepakati yaitu 85%, maka guru telah berhasil membuat dan menerapkan powerpoint dalam pembelajaran dengan baik. penerapan powerpoint dalam pembelajaran dengan guru sebagai contoh diketahui dari observasi yang dilakukan oleh kolaborator dengan bantuan instrumen observasi pelaksanaan penerapan powerpoint. berdasarkan pengsangatan yang dilakukan kolaborator, pelaksanaan kegiatan in house training relatif dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan. beberapa kendala kecil yang muncul tidak berpengaruh pada kelancaran pelaksanaan in house training. setelah pertemuan dua terlaksana sepenuhnya, selanjutnya dilakukan kegiatan refleksi dengan melakukan diskusi antara peneliti dengan kolaborator penelitian membahas pelaksanaan dan hasil penelitian tindakan, meliputi tingkat partisipasi guru dalam kegiatan in house training yang telah dilaksanakan. dari refleksi diketahui mayoritas tingat partisipasi guru dalam kategori sangat baik. penilaian terhadap guru dalam menerapkan pembelajaran dengan powerpoint yang didapat telah melampui standar minimal yang ditentukan yaitu 85% dengan memperoleh skor rata-rata sebesar 87,30 % perbandingan hasil siklus i dengan siklus ii perkembangan tingkat partisipasi guru dalam kegiatan in house training dari siklus i dan siklus ii dapat dilihat dari observasi terhadap partisipasi guru dalam kegiatan. berdasarkan hasil observasi diketahui baik pada siklus i maupun siklus ii tingkat partisipasi guru dalam kegiatan in house training. jika dilihat dari rerata tingkat partisipasi terlihat pada siklus i pertemuan kedua memperoleh rata-rata 80,25 dan pada siklus ii pertemuan kedua meningkat dengan mencapai rerata 87,63. pencapaian peningakatan kemampuan guru menerapkan powerpoint sebagai media pembelajaran melalui kegiatan in house training dilihat dari hasil kinerja guru pada siklus i dan siklus ii. dari analisis data, terlihat adanya peningkatan setelah diselenggarakannya in vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.194 1137 house training. hal ini ditunjukkan dari kenaikan nilai kemampuan guru dalam menerapkan powerpoint sebagai media yang sebelum dikenai tindakan hanya mencapai nilai 60, kemudian setelah dikenai tindakan siklus i peserta memperoleh nilai rerata 81,47. kemudian setelah dikenai tindakan siklus ii nilai rerata yang diperoleh mencapai 87,30. pembahasan 1. tingkat partipasi guru dalam kegiatan in house training berdasarkan data yang diperoleh melalui hasil observasi selama kegiatan siklus i in house training, rata-rata dari tingkat partisipasi guru peserta workshop sebesar 80,25. pada kegiatan siklus ii berdasar data yang diperoleh diketahui rerata skor tingkat partisipasi guru dalam menerapkan powerpoint sebagai media pembelajaran melalui in house training meningkat menjadi 87,63. di bawah ini disampaikan tabel dan grafik perkembangan tingkat partisipasi dalam kegiatan in house traning pada siklus i dan siklus ii. tabel 10. perbandingan rata-rata tingkat partisipasi guru dalam kegiatan in house trainig keterangan rata-rata tingkat partisipasi guru siklus i 80,25 siklus ii 87,64 gambar 1. grafik perkembangan tingkat partisipasi guru dalam kegiatan in house training angka satu sampai delapan yang berada pada grafik menunjukkan nomor urut partisipan in house training. kemudian nilai 0-100 yang berada di tepi kiri grafik adalah perolehan skor dari masing-masing partisipan in house trainig, nilai partisipasi guru siklus i ditunjukan dari grafik biru, sedangkan siklus ii dari grafik oranye. berdasarkan grafik pada gambar 1 di atas, terlihat ada perkembangan tingkat partisipasi guru dalam kegiatan in house training siklus i dan siklus ii. adanya peningkatan partisipasi guru dalam kegiatan in house training tersebut tidak terlepas dari semangat dan minat guru dalam menerapkan powerpoint dalam pembelajaran yang terinspirasi oleh narasumber serta guru model dalam memberikan contoh pemanfaatan powerpoint sebagai media pembelajaran yang diketahui dapat mempermudah pekerjaan guru dan meningkatkan motivasi siswa dalam menguasai sebuah materi. ketertarikan guru dalam kegiatan tindakan ini juga terlihat dari presensi kehadiran guru dari awal hingga akhir kegiatan. 2. tingkat kemampuan guru dalam membuat dan menerapkan powerpoint sebagai gambaran untuk melihat perkembangan tingkat kemampuan guru dalam membuat dan menerapkan powerpoint dalam pembelajaran dilihat dari perolehan nilai dalam kegiatan in house training disampaikan table dan grafik sebagai berikut: tabel 11. perbandingan perolehan nilai dalam kegiatan in house trainig keterangan sebelum siklus siklus i siklus ii sangat baik 0 0 4 0 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 6 7 8 perbandingan skor tingkat partisipasi guru siklus i siklus ii vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.194 1138 baik 3 5 3 cukup 5 3 1 kurang 0 0 0 dari table 11 di atas, dapat diamati bahwa sebelum dilaksanakannya siklus i dan ii, guru dengan kemampuan membuat dan menerapkan powerpoint dalam pembelajaran baik ada sebanyak tiga, dan yang memperoleh nilai cukup ada lima guru. setelah adanya siklus i, guru dengan perolehan skor baik ada tiga orang dan yang memperoleh nilai cukup ada sebanyak tiga orang. dapat disimpulkan bahwa siklus i telah meningkatkan kemampuan dari dua guru dalam membuat dan menerapkan powerpoint dalam pembelajaran, dua guru tersebut sebelumnya memperoleh nilai cukup dan setelah siklus i mereka mendapat nila baik. kemudian setelah siklus ii guru yang memperoleh nilai cukup sebanyak satu orang, baik tiga orang, dan sangat baik empat orang. maka siklus ii telah meningkat kemampuan guru membuat dan menerapkan powerpoint dalam pembelajaran, dua orang yang awalnya memperoleh nilai cukup meningkat menjadi baik dan menyisakan satu guru yang masih memperoleh nilai cukup. empat guru yang sebelumnya mendapat nilai baik memperoleh nilai sangat baik setelah siklus ii dan menyisakan satu guru yang nilainya tetap dikategori baik. perbandingan jumlah nila perolehan guru dalam membuat dan menerapkan powerpoint dalam pembelajaran dapat dilihat dari tabel di bawah ini. tabel 12. perbandingan perolehan nilai dalam kegiatan in house trainig no nama guru skor capaian siklus i siklus ii 1 adiatna, s.pd 92 100 2 dra. darmi, s.pd 87 96 3 endang lestari, s.ag 90 98 4 nanda gestawan, s.pd 81 81 5 nanik trisnaniyati, s.pd 81 92 6 nur suwartiningsih, s.pd 93 101 7 radiyono, s.pd 89 98 8 titik muryanti, s.pd 91 99 rata-rata 81,47 87,30 untuk menghitung presentase kenaikannnya, penelitian menggunakan rumus (akhir – awal) / awal x 100%. maka, presentase kenaikan kemampuan membuat dan menerapkan powerpoint dalam pembelajaran oleh guru setelah siklus ii adalah 7,2% yang sebelumnya (siklus i) masuk dalam kategori baik klaster bawah menjadi baik klaster atas. hasil yang diperoleh telah melampui target yang telah disepakati yaitu 85%. 3. kelancaran pelaksanaan kegiatan in house training saat awal siklus atau pada pertemuan 1 dan 2 kegiatan pendampingan relatif lancar walaupun masih terjadi hambatan-hambatan kecil seperti persiapan alat yang belum sigap sehingga memakan waktu yang cukup lama, keterlambatan kehadiran peserta kegiatan, serta dala inti kegiatan juga terjadi hambatan seperti guru guru yang masih canggung untuk melakukan kegiatan seperti pada sesi tampil ataupun diskusi. alasan guru tidak percaya diri dalam kegiatan in house training adalah ketakutan guru jika membuat kesalahan yang dapat membuat malu. hal ini wajar karena guru belum terbiasa. untuk mengatasi hambatan tersebut, guru pembicara menekankan kepada peserta untuk relax dan jangan takut apabila salah karena vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.194 1139 narasumber, guru model, dan peserta in house training sama-sama belajar, dan kepercayaan diri perlu ditanamkan demi kebaikan guru sendiri di masa depan. pada siklus ii, pelaksanaan in house trainig dapat lebih lancar dan guru lebih antusias mengikuti kegiatan dengan aktif bertanya dan berdiskusi, pada saat praktik mengajar pun guru yang tampil benar-benar menjiwai sebagai guru kelas, dan guru yang sedang tidak tampil menjiwai sebagai siswa sekolah dasar. dari hasil wawancara, guru-guru yang telah mengikuti kegiatan in house training menyampaikan bahwa kegiatan yang telah dilaksanakan sangat bermanfaat karena telah mengembangkan pengetahuan serta ketrampilan guru dalam membuat serta menggunakan powerpoint sebagai media pembelajaran di kelas. guru yang mengikuti kegiatan in house training menjadi lebih termotivasi untuk terus berinovasi dalam mengembangkan kemampuannya terutama dalam penguasaan teknologi agar dapat mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran baik dari sisi pendidik maupun peserta didik. simpulan berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil dapat disimpulkan bahwa kegiatan in house training di sekolah dapat meningkatkan kemampuan guru membuat dan menerapkan powerpoint dalam pembelajaran dari sd negeri getas ii kapanewon playen tahun pelajaran 2020/2021. peningkatan partisipadi dan kompetensi guru ditandai dengan indikator keberhasilan penelitian terlampaui, capaian prosentase guru yang dapat mencapai nilai kategori baik untuk nilai partisipasi dan kompetensi sebesar 87,30%. hasil ini jauh melebihi indikator penelitian yang mentargetkan 85% guru mencapai nilai minimal baik dalam motivasi dan kompetensi dalam pembelajaran. berdasarkan pengalaman penulis bahwa melalui kegiatan in house training dapat disampakan saran bagi dinas terkait perlunya melakukan peninjauan ke sekolah-sekolah untuk melihat kondisi fasilitas tik, sekaligus meninjau pemanfaatan dan hambatan media tik khususnya media powerpoint. selain itu, bagi dinas terkait perlu melakukan kerjasama dengan pihak sekolah untuk memberikan pelatihan tik kepada guru-guru di sd. sehingga, guru-guru di sekolah dasar mampu menciptakan pembelajaran yang maksimal dan berkualitas. bagi pihak sekolah khususnya kepala sekolah dan para guru sekolah dasar. bagi kepala sekolah, sebaiknya memberikan motivasi dan dukungan penuh terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis tik. dukungan penuh dari kepala sekolah akan sangat berpengaruh terhadap pembelajaran yang dilakukan guru. jika guru diberikan keleluasaan menggunakan berbagi fasilitas dan media yang ada, maka guru akan mampu menciptakan pembelajaran yang berkualitas. selain hal itu, kinerja guru juga akan meningkat karena mendapat dukungan penuh dari kepala sekolah. kepala sekolah sebagai pemimpin juga berkewajiban untuk ikut serta dan mendukung para guru dalam mengembangkan kompetensi yang dimilikinya. salah satu dukungan tersebut juga dapat berupa pengadaan pelatihan untuk para guru sehingga mereka mendapatkan solusi atas ketidakmampuan dirinya dalam menggunakan tik. bagi para guru sekolah dasar sendiri sebaiknya memiliki kemauan dan semangat untuk terus mengembangkan potensi dirinya sesuai yang diamanhkan pemerintah. guru harus mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya mengenai iptek agar mampu menjadi guru yang berkompeten dan dapat menciptakan pembelajaran yang berkualitas. jika memang mereka belum menguasai media tik, sebaiknya mereka tidak merasa malu dan malas untuk mempelajari lebih dalam. sehingga mereka dapat memanfaatkan media tik khususnya media powerpoint dalam proses pembelajaran. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.194 1140 bagi peneliti lanjutan, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi bagi para peneliti lain untuk melakukan penelitian terhadap variabel yang sama secara lebih mendalam. daftar rujukan --------, (2008). educational psicology: theory and practice. jakarta: pt rineka cipta. afnil guza, undangundang sisdiknas dan undangundang guru dan dosen. arsyad, azhar. (2014). media pembelajaran. jakarta: rajawali pers ayuningtyas, a. e., slameto, s., & dwikurnaningsih, y. (2017). evaluasi program pelatihan in house training (iht) di sekolah dasar swasta. kelola: jurnal manajemen pendidikan, 4(2), 171. https://doi.org/10.24246/j.jk.2017.v4.i2.p171-183 caswita, c. (2020). upaya meningkatkan kompetensi guru menerapkan tik dalam proses pembelajaran melalui in house training. didaktika tauhidi: jurnal pendidikan guru sekolah dasar, 7(1), 1. https://doi.org/10.30997/dt.v7i1.2342 direktorat jenderal peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan kemdiknas. (2010). pedoman pelaksanaan penilaian kinerja guru (pkg). jakarta: kemendikbud. direktorat profesi pendidik (2008). standar pengembangan kelompok kerja guru musyawarah guru mata pelajaran. jakarta: depdiknas ri. direktorat jenderal guru dan tenaga kependidikan kemendikbud (2017). panduan kerja kepala sekolah. jakarta: kemendikbud. fahrudin muh. (2021). peningkatan kemampuan guru dalam pembelajaran kooperatif model student teams achievement divisions melalui kelompok kerja guru di sdn getas ii. gunungkidul: syntax idea. doi: https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v3i5.1208 guru dan angka kreditnya. jakarta: kemendiknas. hamzah b. uno dan nina lsangatenggo, (2016). tugas dalam pembelajaran: jakarta: bumi aksara. guru hamzah b. uno, (2009). model pembelajaran.jakarta : pt bumi aksara. hikmah, s. n., maskar, s., & indonesia, u. t. (2020). pemanfaatan aplikasi microsoft powerpoint pada siswa smp kelas viii dalam pembelajaran koordinar kartesius. jurnal ilmiah matematika realistik. 1(1), 15–19. hutahaean, j., azhar, z., & mulyani, n. (2020). pelatihan aplikasi microsoft powerpoint bagi guru dan staf sd negeri 010240 pematang cengkring kecsangatan medang deras. jurdimas (jurnal pengabdian kepada masyarakat) royal, 3(2), 147–154. https://doi.org/10.33330/jurdimas.v3i2.516 isjoni, (2009), pembelajaran kooperatif. yogyakarta: pustaka pelajar. jakarta: asa mandiri. jayadipura, y. (2018). in house training untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun rpp. idaarah: jurnal manajemen pendidikan, 2(2), 260. https://doi.org/10.24252/idaarah.v2i2.6808 khaerani, n. c. (2016). peningkatan kompetensi guru dalam menyusun rpp melalui kegiatan iht (in house training). didaktikum: jurnal penelitian tindakan kelas, vol. 17. no. 1. (2016) lia, l., isroqmi, a., & indasari, m. (2017). pelatihan pembuatan media pembelajaran berbasis powerpoint bagi guru madrasah ibtidaiyah. seminar nasional pengabdian kepada masyarakat 2017, 5, 288–297. made wena, (2009). strategi pembelajaran inovatif kontemporer. jakarta: pt bumi aksara. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.194 1141 mangkulo, alexander hengky. 2011. cara mudah menguasai visual basic 6.0. surabaya: elex media komputindo. masnur muslich, (2008). ktsp pembelajaran berbasis kompetensi dan kontekstual. jakarta: pt bumi aksara. misbahudin, d., rochman, c., nasrudin, d., & solihati, i. (2018). penggunaan power point sebagai media pembelajaran: efektifkah? wapfi (wahana pendidikan fisika), 3(1), 43. https://doi.org/10.17509/wapfi.v3i1.10939 nurbayan, t. (2019). peningkatan kemampuan menggunakan microsoft power point sebagai media pembelajaran bagi guru pendidikan khusus melalui kegiatan pelatihan dengan metode tutor sebaya di gugus 11 kota tangerang. unik pendidikan luar biasa, 4(15), 1–15. https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/unik/article/view/8147 peraturan menteri negara menpan no. 16 tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya. jakarta: menpan dan reformasi. permendiknas nomor: 35 tahun 2010 tentang petunjuk teknis jabatan fungsional robert e. slavin (2010). cooperative learning.bandung: nusa media. sa’bani, f. (2017). peningkatan kompetensi guru dalam menyusun rpp melalui kegiatan pelatihan pada mts muhammadiyah wonosari. jurnal pendidikan madrasah, volume 2, nomor 1, mei 2017 sadun akbar dan hadi sriwijayana. (2002). pengembangan kurikulum dan pembelajaran ip. yogyakarta: cipta media. santoso, d., nurbani, n., puspitasari, h., lesmana, c., nurcahyo, r. w., koriaty, s., arifin, a., marlianto, f., liwayanti, u., lestari, i., permana, r., & budiman, r. d. a. (2019). workshop pembuatan media pembelajaran mgmp ppkn mandiri smp kabupaten kubu raya 2018. gervasi: jurnal pengabdian kepada masyarakat, 3(1), 47. https://doi.org/10.31571/gervasi.v3i1.1196 sardiman (2011), interaksi dan motivasi belajar mengajar, jakarta: raja grafido persada/ rajawali press. subekti, b. d. (2019). upaya peningkatan kompetensi guru dalam pembuatan skenario pembelajaran inovatif melalui iht (in house training) di sd negeri 1 wirotaman. inventa, 3(1), 80–86. https://doi.org/10.36456/inventa.3.1.a1809 suharsini arikunto. (2008). prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. jakarta : pt rineka cipta tutik rachmawati dan daryanto. (2013). penilaian kinerja profesi guru dan angka kreditnya, yogyakarta: gava media. widada , h.r. 2010 . mudah membuat media pembelajaran multimedia interaktif . yogyakarta . pustaka widyatama. wina sanjaya. (2006). strategi pembelajaran. jakarta: media group. yulianti, f. (2019). peningkatan keterampilan guru membuat powerpoint melalui in house training di sd negeri pabuaran. jurnal penelitian kebijakan pendidikan, 11(3), 99–114. https://doi.org/10.24832/jpkp.v11i3.206 microsoft word 04-nining.docx vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.268 148 received : 29-04-2022 revised : 22-05-2022 published : 19-06-2022 implementasi media google classroom pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran daring nining sari mtsn 3 medan sarinining597@gmail.com abstrak penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sejauh mana implementasi penggunaan media google classroom dan ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran pkn secara daring pada siswa kelas vii 1 di mtsn 3 medan pada tahun pelajaraan 2020/2021. implementasi pembelajaran daring menggunakan google classroom di kolaborasikan dengan bantuan group whatsaap siswa di kelas vii 1 mtsn 3 medan yang berjumlah 32 orang pada mata pelajaran pkn dengan materi keberagaman pada masyarakat indonesia. hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa pada pretest 25% dan postest 81,25% sebesar 56,25%. media google classsroom mampu membantu peserta didik dalam proses pembelajaran yang berkualitas, karena tugas-tugas peserta didik dapat dikumpulkan, didistribusikan, dinilai dimana dan kapanpun tanpa terikat batas jam pelajaran seperti di sekolah. pendidik juga dapat berinovasi dalam memberikan pembelajaran yang terbaik dalam pembelajaran daring. kata kunci : media google classroom; pendidikan kewarganegaraan; ketuntasan belajar vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.268 149 pendahuluan bulan pebruari 2020, awal mula covid 19 masuk ke indonesia. bermula dari datangnya warga indonesia yang baru pulang dari wuhan, menyebabkan kluster baru di indonesia. dengan adanya kluster baru, membuat pemerintah mengambil langkah strategis dalam penyikapannya. pemerintah, khususnya menteri kesehatan langsung melacak siapa saja yang pulang ke indonesia. tak lama kemudian muncullah kluster-kluster baru, yang membuat masyarakat panik. kepanikan tersebut menimbulkan rasa solidaritas di semua komunitas masyarakat menjadi menurun. penyelamatan diri individu dan keluarga menjadi nomor satu dibandingkan menyelamatkan komunitas. pereduksian ke akuan, menjadi sangat dominan dikalangan masyarakat. masyarakat dengan memperhitungkan nasibnya sendiri dan keluarganya menjadi sangat protektif dan menang sendiri. kepanikan semakin mencuat dan melebar di segala lini hingga tak memandang bulu, mulai dari lapisan masyarakat kecil hingga ke pegawai pemerintahan. kepanikan yang sudah merebak, mengakibatkan intitusi pemerintahan seperti dinas pendidikan melakukan kebijakan yang sebelumnya belum pernah di lakukan. kementrian pendidikan dan kebudayaan (kemdikbud) yang dikepalai oleh mas nadiem makarim terpaksa harus memutar otak untuk keberlangsungan proses pendidikan. proses pendidikan, yang dahulunya memakai tehnik tatap muka langsung sekarang dengan adanya keadaan darurat karena bencanan non alam covid 19 membuat proses belajar mengajara dialihkan menjadi daring (dalam jaringan). tentulah ini menjadi persoalan baru, dimana tata kebiasaan dan kebudayaan yang selama ini dijalankan harus dialihkan menjadi online. pemberlakuan sekolah virtual mulai dari sd,smp, sma dan sederajat hinga perguruan tinggi pun terpaksa harus dan wajib menjalankan proses pendidikan dengan jalan virtual. pemberlakuan sekolah virtual ini, merupakan jalan terbaik untuk keberlangsungan proses pendidikan. sebab pendidikan sangatlah penting dalam suatu peradaban. meskipun tidak bisa bertatap muka dalam pembelajaran disebabkan merebaknya pandemi, banyak cara yang dapat dilakukan agar pembelajaran tetap berlangsung. salah satunya adalah dengan menerapkan sistem elearning menggunakan google classroom pada pembelajaran pkn di mtsn 3 medan pada tahun ajaran 2020/2021. google classroom dapat digunakan melalui mobile phone maupun laptop atau komputer. pembelajaran mobile-learning dapat mengubah mobile phone memiliki fungsi tambahan muatan pelajaran yang semula hanya digunakan untuk telepon, sms, dan internet menjadi perangkat untuk alat belajar yang lengkap (yuniati, 2011). mengarahkan siswa untuk terbiasa dan menyenangi pembelajaran daring adalah tugas guru (oktiani, 2017) . pembelajaran daring memiliki tujuan untuk memberikan layanan yang bersifat masif dan lebih umum agar peminatnya lebih banyak (oktafia, 2020). kendala yang terberat adalah bagaimana guru harus terampil menggunakan teknologi belajar daring ini dan mengimbaskan keterampilan ini juga pada siswa. dari permasalahan inilah penulis mencoba mencari solusinya dengan berbagai usaha dan strategi yang dilakukan untuk mengembangkan pemikiran siswa yang beraneka ragam, ditambah lagi pada masa pandemi sekarang yang mengharuskan siswa untuk belajar dirumah, maka kehadiran google classroom menjadi salah satu solusi dengan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi saat ini. vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.268 150 metode penelitian penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang dapat diaplikasikan secara luas dalam pembelajaran (sugiono, 2011) dengan menggunakan pembelajaran e-learning google classroom. penyampaian ke siswa bagaimana cara menggunakan google classroom digunakan akun wathsaap dimana siswa bergabung dalam group kelas di akun wathsaap. subjek penelitian ini adalah siswa kelas vii mtsn 3 medan. penelitian ini melibatkan 32 orang siswa yaitu siswa kelas vii 1 pada tahun pelajaran 2020/2021. materi yang digunakan yaitu keberagaman dalam masyarakat indonesia. penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap awal mencari sumber tentang pemanfaatan goole classroom dalam pembelajaran. tahap pelaksanaan dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran yang dibimbing melalui group kelas di wathsaap. kemudian tahap evaluasi yang diberikan setelah siswa selesai melakukan pembelajaran dengan google classroom. teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu teknik dokumentasi dan observasi. teknik analisis yang digunakan yaitu analisis induktif. setelah data terkumpul, oleh peneliti akan dianalisis dan diinterpretasikan sehingga akan mudah dalam menarik kesimpulan akhir. analisis data secara induktif yaitu segala hal yang bersifat khusus akan dicari dan ditarik kesimpulannya untuk dapat menjelaskan segala hal yang bersifat umum (naserly, 2020). segala hal yang ditemukan oleh peneliti akan dianalisis dan diobservasi melalui data dan berbagai studi kepustakaan. hal ini untuk mencapai keberhasilan dalam penggunaan metode deskriptif melalui observasi sehingga terfokus pada tujuan penelitian. hasil dan pembahasan implementasi pembelajaran daring menggunakan google classroom di kolaborasikan dengan bantuan group whatsaap siswa di kelas vii 1 mtsn 3 medan yang berjumlah 32 orang pada mata pelajaran pkn dengan materi keberagaman pada masyarakat indonesia dilakukan dengan tahapan berikut. 1. fitur google classroom aplikasi google classroom sangat aman untuk digunakan. dapat diakses menggunakan internet di komputer atau android dengan browser apa pun, seperti chrome, firefox, internet explorer, termasuk safari. secara umum, google classroom mendukung rilis browser utama secara berkelanjutan (rini, dkk, 2021). google classroom dapat diunduh dan disiapkan dengan mudah. pengajar dapat menyiapkan kelas dan mengundang siswa serta rekan pengajar lainnya jika diperlukan. di halaman tugas kelas, siswa dapat berbagi informasi tugas, pertanyaan, dan materi. google classroom membuat pengajar dapat menghemat waktu dan kertas. mereka dapat membuat kelas, memberikan tugas, berkomunikasi, dan melakukan pengelolaan, semuanya di satu tempat. google classroom juga menawarkan pengelolaan yang lebih baik. siswa dapat melihat tugas di halaman tugas, di aliran kelas, atau di kalender kelas. semua materi kelas otomatis disimpan dalam folder google drive. selain itu, google classroom memungkinkan terjadi komunikasi antara pengajar dengan murid atau antar-murid lebih efektif. pengajar dapat membuat tugas, mengirim pengumuman, dan memulai diskusi kelas secara langsung. siswa dapat berbagi materi antara satu sama lain dan berinteraksi dalam aliran kelas atau melalui email. pengajar juga dapat melihat dengan cepat siapa saja yang sudah dan belum menyelesaikan tugas, serta langsung memberikan nilai dan masukan real time. yang paling utama google classroom tidak berisi vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.268 151 iklan dan tidak pernah menggunakan konten pengguna atau data siswa untuk tujuan periklanan (wicaksono, 2020) 2. proses pembuatan google classroom masuk ke aplikasi google classroom atau akses lewat peramban di pc. a. klik get started, dan pilih alamat surel (email) google yang ingin digunakan untuk bergabung di google classroom. b. tekan tanda plus (+) di pojok kanan. c. ada dua pilihan, yaitu join class dan create class. pilih create class. d. ada dua pilihan role, yaitu teacher/student. anda bisa memilih salah satunya. e. isi kolom class name, section, subject, dan room. f. setelah kelas dibuat, google classroom akan otomatis generate class code. anda bisa membagikan class code ini kepada para murid agar bisa join class. g. pada bagian classwork, anda bisa mengunggah materi, memberikan tugas, atau mengadakan kuis. h. agar lebih mudah dan hemat waktu, pertanyaan kuis tidak perlu diketik satu per satu di bagian question/pertanyaan. jadikan satu file, kemudian unggah dengan klik add. i. jangan lupa tetapkan skor maksimum yang bisa didapat pelajar dan tenggat waktu (due). j. kemudian klik assign. k. lakukan hal yang sama untuk memberikan tugas berupa daftar pertanyaan. jadikan satu file, kemudian unggah dengan klik add. l. jangan lupa tetapkan skor maksimum yang bisa didapat pelajar dan tenggat waktu (due). m. kemudian klik ask. 3. implementasi google classroom pada pembelajaran pkn setelah guru membuat akun google classroom, melalui akun whatsaap group kelas guru membimbing siswa bagaimana caranya untuk masuk ke akun google classroom serta bagaimana caranya siswa dapat mengerjakan semua yang diarahkan guru. siswa bergabung di room yang sudah disediakan dengan memasukkan kode kelas terlebih dahulu. guru mendistribusikan materi atau tugas dengan cara memposting filefile materi atau tugas di google classroom, sehingga dapat diakses secara langsung oleh seluruh siswa yang sudah bergabung di dalamnya. untuk penilaian guru dapat langsung menilai hasil kerja siswa, selain itu dengan menggunakan google classroom guru dapat mengetahui jumlah siswa yang sudah dan siswa yang belum mengumpulkan tugas. hal tersebut sesuai dengan pernyataan aryani (2020) dimana, dengan menggunakan google classroom guru akan lebih mudah dalam melakukan evaluasi terhadap proses belajar siswa. dengan adanya layanan google classroom yang cukup lengkap maka pembelajaran secara daring dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. hal tersebut sejalan dengan pendapat ashadi (2020) yang menyatakan bahwa google classroom dapat menjadi suatu media distribusi tugas, pengumpulan tugas, bahkan penilaian tugas-tugas oleh guru, sehingga dapat membantu memudahkan guru dan siswa dalam proses belajar secara mendalam. vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.268 152 4. ketuntasan belajar dengan google classroom ketuntasan belajar yang diperoleh dari hasil belajar pkn menggunakan google classroom tersebut pada hasil pretest dari 32 peserta didik sebanyak 8 peserta didik dengan persentase (25,00%) dinyatakan tuntas dan 24 peserta didik dengan persentase (75,00%) dinyatakan tidak tuntas dengan nilai rata-rata yaitu 55,33 dapat dilihat pada grafik berikut: gambar 1. grafik ketuntasan belajar siswa pada pre test pada tahap postest dari 32 peserta didik sebanyak 26 peserta didik dengan persentase (81,25%) dinyatakan tuntas dan sebanyak 6 peserta didik dengan persentase (18,75%) dinyatakan tidak tuntas dengan nilai rata-rata 82,85. dapat dilihat pada grafik berikut : gambar 2. grafik ketuntasan belajar siswa pada posttes 0 10 20 30 40 50 60 70 80 tuntas tidak tuntas tuntas; 25 tidak tuntas; 75 % k et un ta sa n ketuntasan belajar siswa pada pretest 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 tuntas tidak tuntas tuntas; 81,25 tidak tuntas; 18,75 % k et un ta sa n ketuntasan belajar siswa pada posttest vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.268 153 berdasarkan hasil ketuntasan siswa pada pretest 25% dan postest 81,25% terjadi kenaikan ketuntasan belajar siswa sebesar 56,25% . kesimpulan berdasarkan data proses pembelajaran dan ketuntasan belajar pkn pada siswa kelas vii mts n 3 medan terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa pada pretest 25% dan postest 81,25% sebesar 56,25%. dengan demikian media google classsroom mampu membantu peserta didik dalam proses pembelajaran yang berkualitas, karena tugas-tugas peserta didik dapat dikumpulkan, didistribusikan, dinilai dimana dan kapanpun tanpa terikat batas jam pelajaran seperti di sekolah. media ini memfasilitasi para pendidik untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan yang dimiliki para pendidik kepada peserta didik. pendidik mempunyai kebebasan waktu untuk membagikan kajian ilmu, memberikan tugas mandiri, mengalokasikan tugas, dan mengatur waktu pengumpulan tugas kepada peserta didik. selain itu, pendidik juga dapat menciptakan ruang diskusi bagi para peserta didik secara online. daftar pustaka aryani, d., malabay, m., ariessanti, h. d., & putra, s. d, 2020, pelatihan pemanfaatan google classroom untuk mendukung kegiatan pembelajaran daring saat pandemi covid 19 di smpit insan rabbani. jurnal abdidas, 1(5) ashadi, n. r., & suhaeb, s. (2020). hubungan pemanfaatan google classroom dan kemandirian terhadap hasil belajar mahasiswa ptik pada masa pandemi. jurnal media elektrik, 17(2), 46-51. naserly, m. k, 2020, implementasi zoom, google classroom, dan whatsapp group dalam mendukung pembelajaran daring (online) pada mata kuliah bahasa inggris lanjut. edutech consultant bandung jurnal aksara public, 4(2): 155-165. oktafia, h. ik, 2020, pembelajaran daring sebagai upaya study from home (sfh) selama pandemi covid 19. jurnal pendidikan administrasi perkantoran (jpap), 8 (3), 496503. oktiani, i, 2017, kreativitas guru dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik. jurnal kependidikan, 5 (2), 216–232. rini satikah, dkk, 2021, pemanfaatan google classroom sebagai media pembelajaran di masa pandemi covid-19, jurnal petik volume 7, no 1, maret sugiyono, s, 2011, metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r&d. bandung: alfabeta. yuniati, l, 2011, pengembangan media pembelajaran mobile learning efek doppler sebagai alat bantu dalam pembelajaran fisika yang menyenangkan. jp2f 2(2). wicaksono, m. d, 2020, pemanfaatan google classroom dalam strategi pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran ips kelas viii. inspirasi (jurnal ilmu-ilmu sosial). microsoft word 11-utami.docx vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.130 665 received : 13-02-2021 revised : 15-04-2021 published : 07-05-2021 penggunaan model pembelajaran kooperatif time token untuk meningkatkan kualitas pembelajaran teknologi pengolahan kelapa sri utami harsanti smk smti padang, indonesia sriutamiharsanti74@gmail.com abstrak: praktik teknologi pengolahan kelapa merupakan pelajaran yang diajarkan di kelas xi smk smti padang. pada pelajaran ini peserta didik diharapkan mampu melakukan pengolahan kelapa menjadi produk pangan. untuk mencapai target pembelajaran, penyampaian konsep materi disampaikan secara satu arah oleh guru dan kemudian peserta didik diberi kesempatan untuk berdiskusi. tahap pembelajaran dilanjutkan dengan praktik secara berkelompok. dengan metode ini, tidak semua peserta didik dapat memusatkan perhatian selama pembelajaran. untuk menarik perhatian peserta didik dalam pembelajaran, digunakan model pembelajaran yang bersifat kooperatif dengan menggunakan kartu berbicara atau time token. pembelajaran dengan time token ini diterapkan untuk membuktikan apakah penggunaan kartu time token mampu membuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran sehingga meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta didik. dari penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa penerapan model pembelajaran ini telah mampu membuat aktivitas peserta didik meningkat dalam pembelajaran. komunikasi peserta didik dengan guru maupun dengan sesama peserta didik saat pelaksanaan praktikum juga terlihat meningkat. saat guru menerangkan materi, peserta didik lebih antusias dan penuh perhatian serta tidak sungkan mengajukan pertanyaan jika ada materi yang kurang dimengerti. peningkatan aktivitas tersebut, berdampak juga pada peningkatan hasil belajar peserta didik. hal ini terlihat dari meningkatnya nilai rerata peserta didik. peningkatan juga terlihat pada jumlah peserta didik yang memiliki nilai di atas standar ketuntasan minimal. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran dengan menggunakan kartu time token memberikan pengaruh positif, dimana sebagian besar peserta didik terlihat semakin aktif dalam proses pembelajaran praktik teknologi pengolahan kelapa sehingga pemahaman dan hasil belajar peserta didik pun meningkat. kata kunci: teknologi pengolahan kelapa; time token; hasil belajar; aktivitas belajar vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.130 666 pendahuluan proses pembelajaran merupakan suatu bentuk interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam menyampaikan pesan atau pengetahuan yang diharapkan dapat merubah sikap dan perilaku peserta didik. kualitas pembelajaran dikatakan baik, apabila prosesnya baik dan memberikan hasil yang juga baik. beberapa hal yang akan mempengaruhi proses pencapaian keberhasilan dalam sebuah pembelajaran antara lain adalah model pembelajaran yang digunakan pendidik. agar peserta didik memiliki semangat dan fokus dengan pembelajaran, diperlukan model pembelajaran dimana siswa dapat berperan aktif dalam menemukan sebuah konsep materi. dengan demikian kualitas pembelajaran juga dapat meningkat. praktik teknologi pengolahan kelapa merupakan mata pelajaran muatan lokal yang diajarkan di kelas xi smk smti padang. pada mata pelajaran ini siswa diharapkan mampu melakukan pengolahan terhadap kelapa menjadi produk pangan. untuk mencapai target pembelajaran baik dari segi pengetahuan, keterampilan maupun sikap, selama ini guru menjelaskan materi di depan kelas dengan bantuan power point. sebelum dilanjutkan dengan praktik, siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan hal yang belum dipahami. di akhir pembelajaran siswa diminta membuat laporan praktikum yang merangkum hal-hal penting yang terjadi selama praktik, mulai dari tujuan hingga kesimpulan praktik. metode mengajar yang cenderung monoton karena masih berpusat pada guru (teacher centered) membuat peserta didik cenderung jenuh dalam mengikuti pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran. untuk menghindari kejenuhan peserta didik, perlu diterapkan variasi mengajar sehingga peserta didik banyak terlibat aktif dalam memahami dan merumuskan konsep materi pembelajaran. dengan pembelajaran yang bersifat kooperatif, peserta didik akan lebih terpusat perhatiannya serta berperan aktif dalam setiap kegiatan. penggunaan kartu bicara time token menjadi salah satu alternatif pembelajaran kooperatif yang mampu menarik perhatian peserta didik. dengan kartu ini peserta didik akan lebih termotivasi untuk berani mengungkapkan pendapat terkait konsep materi yang sedang dipelajari. berdasarkan alasan ini, peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul “penggunaan model pembelajaran kooperatif time token untuk meningkatkan kualitas pembelajaran teknologi pengolahan kelapa”. tindakan yang diberikan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model pembelajaran ini dapat meningkatkan aktivitas peserta didik serta hasil belajarnya dalam pembelajaran praktik teknologi pengolahan kelapa. fanani (2013) dalam penelitiannya telah membuktikan bahwa penggunaan kartu time token menunjukkan nilai partisipasi keterampilan sosial yang sangat tinggi. partisipasi peserta didik yang tinggi pada akhirnya meningkatkan pemahaman dan memberikan hasil pembelajaran yang lebih baik. dalam penelitian senada, ningzaswati, dkk (2015) juga telah melakukan penelitian terkait bagaimana pengaruh penggunaan kartu time token terhadap aktivitas peserta didik selama pembelajaran dan bagaimana pengaruhnya terhadap hasil belajar matematika. dari penelitian yang dilakukan, ningzaswati (2015) membandingkan hasil belajar siswa dengan pembelajaran konvensional. ternyata peningkatan hasil belajar maupun aktivitas hasil belajar terlihat signifikan pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan teknik time token. sementara itu dalam penelitian kandaga (2017) terkait upaya peningkatan kemampuan pemahaman dan disposisi matematis, disimpulkan bahwa penggunaan kartu time token mampu menunjukkan peningkatan pemahaman matematis dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan materi dengan pembelajaran konvensional. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.130 667 model pembelajaran kooperatif time token merupakan alternatif model pembelajaran yang dapat dijadikan solusi dalam meningkatkan hasil belajar dan aktifitas peserta didik dalam memahami konsep dalam mata pelajaran “teknologi pengolahan kelapa”. dengan model ini, guru dapat memotivasi peserta didik untuk menambah wawasan terkait materi yang sedang dipelajari. pembelajaran yang bersifat kooperatif ini juga efektif dalam meningkatkan keterampilan sosial serta melatih rasa percaya diri peserta didik untuk tampil menyampaikan pendapatnya. dalam menyimpulkan pemahaman, peserta didik juga dilatih untuk dapat menghargai pendapat dan bekerjasama dengan teman sekelasnya secara umum maupun dalam kelompoknya secara khusus. langkah-langkah dalam penerapan pembelajaran kooperatif time token ini diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran oleh guru. selanjutnya guru mengondisikan kelas agar siap melaksanakan diskusi secara klasikal. dalam proses pembelajaran ini, peserta didik diberi tugas untuk memahami konsep materi terlebih dahulu. selanjutnya guru memberikan beberapa kartu berbicara (time token) dengan lama waktu bicara sekitar 30 detik untuk setiap kartu yang ada di tangan peserta didik. setelah peserta didik memahami konsep materi, guru memancing siswa untuk melakukan diskusi terkait materi. bagi siswa yang akan berkomentar, terlebih dahulu harus menyerahkan kupon kepada guru. satu kupon, hanya berlaku untuk satu kali bicara. peserta didik diperbolehkan memberikan komentar selanjutnya bergiliran dengan peserta didik lain hingga kupon berbicara yang di tangannya habis. bagi peserta didik yang masih memegang kupon, wajib berbicara atau berkomentar hingga kupon di tangannya habis. demikian seterusnya sampai semua peserta didik berbicara atau berkomentar terkait materi. di akhir diskusi, guru akan memberikan penilaian bagi peserta didik sesuai kualitas komentar dan wakti bicara yang digunakan. dengan penggunaan model pembelajaran time token peserta didik dimotivasi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, tidak pasif dalam diskusi dan tidak menggantungkan diri pada teman yang aktif saat ingin mengemukakan pendapatnya. dengan demikian situasi pembelajaran menjadi aktif dan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi menjadi meningkat. dalam pembelajaran, peserta didik dilatih untuk mengomunikasikan pendapatnya selama diskusi, saling mendengarkan, berbagi informasi dan siap menerima analisis peserta diskusi lainnya. dengan demikian peserta didik pun terlatih menghargai pendapat orang lain. sementara itu, guru mengambil peran mengarahkan proses diskusi sehingga peserta didik dapat merumuskan solusi atas permasalahan yang didiskusikan. selain kelebihan-kelebihan tersebut, model pembelajaran ini juga memiliki beberapa kekurangan. bagi kelas yang memiliki jumlah peserta didik yang banyak, penerapan model pembelajaran ini akan banyak menyita waktu, baik pada saat persiapan maupun pelaksanaan proses pembelajaran. proses pembelajaran menjadi lebih lama disebabkan peserta didik mempunyai kewajiban menghabiskan kupon berbicara yang dimilikinya dengan cara berbicara satu demi satu. metode rancangan penelitian tindakan yang penulis berikan pada peserta didik mengindikasikan bahwa penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas (ptk) yang bertujuan agar terjadi perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran di kelas. penelitian ini dimulai dari tahapan perencanaan proses pembelajaran, tahap pelaksanaan, kemudian dilanjutkan dengan tahap refleksi terhadap tindakan yang telah diberikan agar guru dapat memperbaiki kinerjanya dalam upaya vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.130 668 peningkatan kualitas pembelajaran. penelitian ini terdiri dari dua siklus, dimana masingmasing siklus membutuhkan dua kali tatap muka pembelajaran. subjek penelitian penelitian dilaksanakan di kelas xi.3 sekolah menengah kejuruan smti padang mulai bulan juli – september 2018. prosedur pengumpulan data untuk menghimpun data, penulis melakukan beberapa aktivitas yang terdiri dari observasi, dokumentasi dan ujian atau tes. proses observasi dipandu oleh ceklis observasi dan dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung sesuai dengan langkah-langkah tindakan yang telah dijelaskan oleh guru. analisis data proses analisis data yang diperoleh dilakukan menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan membandingkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik sebelum dan setelah guru memberikan tindakan. untuk mengetahui apakah tindakan yang diberikan berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa, penulis menghitung rata-rata nilai pengetahuan peserta didik. selanjutnya dilakukan penghitungan persentase siswa yang memperoleh nilai di atas standar ketuntasan minimum. proses analisis ini dilakukan baik pada siklus pertama maupun siklus kedua. pengujian persentase ketuntasan siswa perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peran suatu model pembelajaran mampu meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran secara tuntas, dan untuk menyimpulkan apakah model pembelajaran tersebut dapat dikatakan efektif atau tidak. pencapaian daya serap sama atau lebih dari nilai 75 menunjukkan bahwa peserta didik telah tuntas dalam pembelajaran tersebut. dalam hal ini angka 75 merupakan nilai skm (standar ketuntasan minimal). peserta didik yang memoeroleh nilai kurang dari 75 belum dapat dikatakan tuntas sehingga harus mengikuti kegiatan remedial atau perbaikan. persentase ketuntasan belajar secara klasikal ditentukan dengan rumusan berikut. % ketuntasan kelas = jumlah peserta didik yang memenuhi skm x 100% jumlah total peserta didik sedangkan untuk menghitung nilai akhir aspek kognitif peserta didik dapat digunakan rumus berikut ini. s skor yang diperoleh nilai akhir tes = ____________________ x 100 s skor tertinggi untuk melakukan observasi atau pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa, dapat dibuat pedoman observasi yang terdiri dari daftar jenis kegiatan selama pembelajaran. aspek yang diamati dalam penelitian terdiri dari 5 aspek, meliputi proses komunikasi siswa dengan guru, komunikasi antarsiswa dalam kelompok, perhatian siswa dalam pembelajaran, vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.130 669 partisipasi siswa dalam diskusi, serta kehadiran siswa dalam pembelajaran. masing-masing aspek diberi skor dengan kriteria berikut. aktivitas “sangat baik” diberi poin 3, aktivitas “cukup baik” diberi poin 2, aktivitas “kurang baik” diberi poin 1 dan aktivitas “tidak baik” diberi poin 0. selanjutnya untuk menentukan skor akhir dari aktivitas peserta didik selama pembelajaran, dapat digunakan rumus berikut. total poin x 2 nilai akhir = ____________ 3 skor maksimal yang diperoleh peserta didik = 10 untuk menentukan persentase aktivitas peserta didik secara klasikal, digunakan rumus berikut ini. s perolehan nilai akhir = ____________ x 100 % s maksimal adapun kriteria aktivitas peserta didik secara klasikal dapat dilihat pada tabel berikut. tabel 2. kriteria aktivitas peserta didik secara klasikal no. jumlah persentase kategori 1. 82% 100% sangat aktif 2. 63% 81% aktif 3. 44% 62% cukup aktif 4. 25% 43% kurang aktif berdasarkan kebijakan sekolah, keberhasilan maupun kualitas pembelajaran ditentukan oleh keterlibatan aktif peserta didik selama pembelajaran baik keterlibatan secara sosial, mental, maupun fisik. aktivitas yang demikian menunjukkan bahwa peserta didik memiliki semangat belajar dan rasa percaya diri yang baik. jika aktivitas positif belajar peserta didik telah menunjukkan persentase ≥ 75%, maka dapat dikatakan telah memenuhi indikator keberhasilan suatu pembelajaran. hasil kegiatan penelitian dilakukan sebanyak dua siklus yang terdiri dari dua kali tatap muka per siklus. pada setiap siklus, peneliti melakukan tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi (pengamatan), dan refleksi. hasil tindakan yang telah dilakukan dalam penelitian ini dideskripsikan dalam bentuk hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik yang telah mengikuti pembelajaran “teknologi pengolahan kelapa” dengan pembelajaran kooperatif time token. rekapitulasi hasil perhitungan dari variabel hasil belajar dapat dilihat pada tabel berikut. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.130 670 tabel 2. perbandingan hasil belajar siswa pada tiap siklus no keterangan pra siklus (pre test) siklus i siklus ii 1 nilai capaian tertinggi 87 100 100 2 nilai capaian terendah 51 52 55 3 rata – rata hasil belajar 60,56 74,25 76,75 4 persentase ketuntasan belajar klasikal 11,76 47,06 64,71 diagram di bawah ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik dari aspek kognitif atau pengetahuan. gambar 1. grafik peningkatan hasil belajar siswa adapun rekapitalasi hasil perhitungan terhadap aktivitas peserta didik yang diobservasi, tergambar pada tabel berikut ini. tabel 3. aktivitas hasil belajar peserta didik pada tiap siklus no aspek yang diamati siklus i rata-rata siklus i siklus ii rata-rata siklus ii skor pertemuan 1 skor pertemuan 2 skor pertemuan 3 skor pertemuan 4 1 komunikasi dengan guru 1,61 1,83 1,72 2,11 2,56 2,33 2 komunikasi antarsiswa dalam kelompok 1,44 1,78 1,61 2,17 2,39 2,28 3 perhatian siswa dalam pembelajaran 2,11 2,22 2,17 2,33 2,56 2,44 4 partisipasi siswa dalam diskusi 0,61 0,67 0,64 1,11 1,67 1,39 5 kehadiran siswa dalam pembelajaran 3,00 3,00 3,00 2,83 2,83 2,83 vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.130 671 pembahasan hasil belajar siswa dari tabel perbandingan hasil belajar di setiap siklus terlihat pada siklus pertama rerata nilai hasil belajar meningkat dari 60,56 menjadi 74,25. persentase peserta didik yang memenuhi nilai skm (standar ketuntasan minimal) meningkat 35,30% yaitu dari 11,76% menjadi 47,06%. meningkatnya nilai rerata hasil belajar peserta didik disebabkan karena pada siklus 1 peserta didik sudah mendapat gambaran yang lebih jelas tentang konsep teknologi pengolahan kelapa yang ditayangkan melalui video dan didiskusikan dengan metode time token. namun demikian persentase jumlah peserta didik yang memiliki nilai di atas standar ketuntasan minimal masih jauh dari yang diharapkan dan belum mencapai 75 %. hal ini kemungkinan disebabkan karena peserta didik masih menyesuaikan diri dengan metode pembelajaran time token. sebagian peserta didik masih ragu-ragu dan malu dalam mengungkapkan pendapat. rendahnya persentase ketuntasan dalam kelas menunjukkan bahwa keberhasilan pembelajaran kelas masih harus ditingkatkan lagi. hal ini disebabkan karena ada beberapa peserta didik yang masih pasif dan belum berpartisipasi penuh selama pembelajaran. pada tindakan selanjutnya di siklus ii peneliti membagi peserta didik menjadi 4 kelompok dan menggunakan media lembar kerja siswa (lks) sebagai bahan untuk melakukan diskusi kelompok. melalui diskusi kelompok, peserta didik dapat membahas materi yang ada sehingga lebih interaktif saat guru melakukan proses diskusi. tindakan perbaikan lain adalah dengan meningkatkan intensitas guru dalam menyampaikan pokokpokok materi pembelajaran. dengan adanya perbaikan pada siklus ii, peserta didik terlihat makin memahami konsep teknologi pengolahan kelapa. hal ini terlihat dari peningkatan nilai rerata hasil belajar peserta didik dan persentase ketuntasan kelas. dari data yang diolah diperoleh nilai rata – rata hasil belajar siswa 76,75 dengan ketuntasan belajar klasikal mencapai 64,71%. terjadi peningkatan ketuntasan belajar klasikal sebesar 17,65%. dengan penerapan model pembelajaran time token, peserta didik dimotivasi untuk aktif berbicara selama proses diskusi berlangsung. penggunaan kartu berbicara memberikan kesempatan berbicara yang adil bagi semua peserta didik sehingga tidak ada lagi peserta didik yang pasif selama pembelajaran berlangsung. tindakan yang memancing peserta didik untuk aktif berbicara terkait topik pembelajaran, membuat pemahaman peserta didik terhadap konsep materi menjadi lebih matang. aktivitas belajar siswa berdasarkan tabel 3 yang menunjukkan gambaran aktivitas belajar peserta didik di setiap pertemuan, terlihat pada pertemuan pertama komunikasi siswa dengan guru memiliki skor 1,61(kategori kurang). rendahnya skor untuk aspek ini disebabkan karena pada pertemuan awal, peserta didik masih ragu dan sungkan untuk berkomunikasi intens dengan guru selama pembelajaran. begitu pula dengan aspek komunikasi antarsiswa dalam kelompok diskusinya memiliki skor 1,44. hal ini disebabkan karena mereka baru berinteraksi dengan teman sekelas yang baru di kelas xi ini, walaupun ada beberapa yang sudah saling kenal dekat. aspek perhatian siswa dalam pembelajaran sudah cukup baik yaitu dengan skor rata-rata 2,11. kemudian, partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.130 672 tergolong masih s a n g a t rendah dengan rata-rata skor 0,61. hal ini disebabkan karena adanya perasaan canggung antara guru dan peserta didik sehingga keaktifan bertanya maupun menjawab di dalam proses diskusi menjadi terhalang. pada aspek kehadiran dalam pembelajaran, semua peserta didik cukup disiplin mengikuti pembelajaran. hampir semua peserta didik bertahan dalam kelas selama pembelajaran berlangsung. skor maksimal diperoleh untuk aspek ini yaitu dengan skor rata-rata 3 yang tergolong sangat baik karena tidak ada peserta didik yang izin ataupun sakit. pada pertemuan kedua, terlihat sedikit peningkatan aktivitas belajar siswa dimana aspek komunikasi siswa dengan guru meningkat menjadi 1,83. komunikasi antarsiswa dalam kelompok diskusi meningkat menjadi 1,78, perhatian siswa dalam pembelajaran meningkat menjadi 2,22 dan partisipasi siswa dalam diskusi meningkat menjadi 0,67. untuk kehadiran, semua siswa masih lengkap sehingga mendapatkan skor tertinggi yaitu 3,00. model pembelajaran time token yang diterapkan memperlihatkan peningkatan aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. mereka bertukar pendapat, saling belajar, dan saling memberi. namun, karena keterbatasan waktu pembelajaran, ternyata tidak semua peserta didik mendapat kesempatan berbicara. rasa malu dan kurang percaya diri juga masih menjadi penghambat bagi beberapa siswa untuk memberanikan diri dalam mengungkapkan pendapatnya. sebaliknya, peserta didik yang aktif justru merasa terkekang karena dibatasi untuk berbicara. dalam kegiatan diskusi, masih terlihat sebagian anggota kelompok yang belum serius dan mengandalkan teman lain saat mengerjakan tugas-tugas yang terdapat dalam lembar kerja siswa (lks). secara umum, pada pertemuan ketiga terlihat kegiatan diskusi kelompok semakin hidup dengan adanya partisipasi aktif dari anggota kelompok. dari tabel terlihat komunikasi peserta didik dengan guru sudah semakin baik dengan skor 2,11. hal ini dikarenakan pada pertemuan ketiga peserta didik sudah mulai mengenal guru. begitu pula dengan aspek komunikasi antarsiswa dalam kelompok diskusi juga mendapat kategori baik dengan ratarata skor 2,17. hal ini disebabkan karena pada pertemuan ketiga, mereka telah dikelompokkan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang. aspek perhatian siswa dalam pembelajaran meningkat dari pertemuan sebelumnya yaitu dengan skor 2,33. namun demikian, partisipasi aktif siswa dalam diskusi hanya mengalami sedikit kenaikan dan masih tergolong rendah dengan skor 1,11. hal ini disebabkan karena ada beberapa peserta didik yang masih malu sehingga partisipasi dalam diskusi, baik keaktifan bertanya maupun menjawab masih rendah. pada aspek kehadiran dalam pembelajaran, terjadi penurunan skor yaitu 2,83 disebabkan karena ada satu orang siswa yang berhalangan hadir karena sakit. namun semua peserta didik yang hadir tetap antusias mengikuti pembelajaran. pada pertemuan keempat, terlihat peningkatan aktivitas belajar peserta didik dimana komunikasi dengan guru meningkat menjadi 2,56. komunikasi antarsiswa dalam kelompok meningkat menjadi 2,39, perhatian siswa dalam pembelajaran meningkat menjadi 2,56 dan partisipasi siswa dalam diskusi meningkat menjadi 1,67. untuk kehadiran, masih kurang 1 orang siswa dikarenakan sakit sehingga mendapatkan skor yaitu 2,83. pada siklus ii aktivitas belajar peserta didik menunjukkan peningkatan disebabkan karena peserta didik semakin memahami model pembelajaran ini dan rasa percaya dirinya pun mulai muncul. peningkatan aktivitas belajar disebabkan karena untuk dapat memahami materi dengan baik, peserta didik dituntut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. pemahaman yang vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.130 673 baik terhadap konsep materi dengan sendirinya akan memberikan pengaruh pada pencapaian prestasi belajar peserta didik. keunggulan model pembelajaran ini tampak dari ratanya pembagian peran peserta didik dalam mengemukakan pendapat dengan adanya kartu time token yang dimiliki peserta didik. dengan demikian, tidak ada lagi dominasi oleh sebagian peserta didik selama proses diskusi berlangsung. adanya kewajiban menghabiskan kartu berbicara, juga meminimalisir jumlah peserta didik yang sama sekali pasif dalam menyampaikan pendapat. kebiasaan peserta didik yang menggantungkan diri pada peserta didik yang aktif selama proses diskusi, juga dapat diminimalisir dengan model pembelajaran time token ini. di awal penerapan model pembelajaran ini, beberapa peserta didik yang selama ini cenderung pasif akan mengalami kesulitan saat mengemukakan pendapatnya. namun dengan motivasi yang diberikan guru serta dorongan tanggung jawab untuk menghabiskan kupon bicaranya, pada akhirnya peserta didik ini terlatih untuk mengungkapkan pendapatnya dengan menjawab atau menanyakan materi yang sedang dipelajari saat itu. keterampilan sosial peserta didik juga dapat dikembangkan dengan baik karena peserta didik secara tidak langsung dilatih untuk memberikan kesempatan berbicara pada peserta didik lain dan menghargai pendapat yang dikemukakan temannya. efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif time token dinilai cukup baik sebagai upaya meningkatkan aktivitas selama pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. model ini memberikan ruang yang cukup sehingga peserta didik mampu mengontruksi pengetahuan, mengembangkan kemampuan yang ada, bekerjasama dalam kelompok diskusi, saling menghargai dalam proses curah pendapat, saling menghargai dan mengakui kelebihan teman dalam proses diskusi sehingga terbangun rasa memiliki dan suasana saling mendukung proses pembelajaran (ningzaswati dkk, 2015) simpulan simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini, bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif time token terbukti menunjukkan peningkatan hasil belajar yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata sebelum perlakuan sebesar 60,56 menjadi 76,75 setelah perlakuan. ketuntasan belajar klasikal juga meningkat sebesar 52,95% yaitu dari 11,76% menjadi 64,71%. model pembelajaran ini juga berkontribusi dalam peningkatan aktivitas peserta didik dalam diskusi kelompok selama proses pembelajaran berlangsung. daftar rujukan fanani, hanif dan j.a. pramukantoro. 2013. pengaruh teknik pembelajaran kooperatif tipe time token arends terhadap hasil belajar siswa pada mata diklat dasar dasar kelistrikan di smkn 1 sidoarjo. jurnal pendidikan teknik elektro. volume 2 nomor 3. 829-836. ibrahim muslimin, fida rachmadiarti, muhammad nur dan ismono. 2000. pembelajaran kooperatif. university press. surabaya. kandaga, thesa. 2017. penerapan model pembelajaran time token untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan disposisi matematis siswa sma. jurnal edumatica. volume 07 nomor 01. issn : 2088-2157. kunandar. 2012. langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagai pengembangan profesi guru. jakarta: raja grafindo persada. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.130 674 moedjiono dan m. dimyati. 1992. strategi belajar mengajar. jakarta: departemen pendidikan nasional direktorat jenderal pendidikan tinggi direktorat ketenagaan. mulyasa. 2009. kurikulum tingkat satuan pendidikan. bandung: pt. remaja rosdakarya. ningzaswati, dwi ratna, a.a.i.n. marhaeni, i wayan suastra. 2015. pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik time token terhadap aktivitas belajar dan hasil belajar ipa siswa kelas vi sd. e-journal program pascasarjana universitas pendidikan ganesha. program studi pendidikan dasar. volume 5(1). rusman. 2016. model-model pembelajaran. mengembangakan profesionalisme guru. jakarta: rajawali pers. suardi, moh. 2018. belajar dan pembelajaran. yogyakarta : deepublish. sugiyanto. 2008. model-model pembelajaran kooperatif. surakarta : depdikbud. suherman. 2009. model belajar dan pembelajaran berorientasi kompetensi siswa. http://pkab.wordpress.com/2009/04/29/model-belajar-dan-pembelajaranberorientasi-kompetensi-siswa/ ( 5 juli 2018) sulistiawati, tika. 2017. pengaruh model pembelajaran time token terhadap kemampuan berbicara siswa pada mata pelajaran bahasa indonesia kelas iii min 7 bandar lampung. skripsi. fakultas tarbiyah dan keguruan institut agama islam negeri raden intan lampung. lampung, indonesia. microsoft word 01-titin.docx vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.281 210 received : 28-06-2022 revised : 28-07-2022 published : 15-08-2022 kiat mengatasi krisis pembelajaran dan learning obstacle titin sugiarti guru sdn kedungrejo, indonesia titinrachman21@gmail.com abstrak di era pandemi yang melanda negeri ini selama kurang lebih dua setengah tahun, dunia pendidikan dihadapkan pada krisis pembelajaran dan learning obstacle. krisis pembelajaran adalah kondisi dimana situasi tidak stabil dan dapat berbahaya karena membawa pengaruh negatif dalam pembelajaran. dikatakan krisis pembelajaran karena di mana para siswa dituntut untuk belajar secara jarak jauh (pjj) yang notabenenya harus menggunakan sarana digital teknologi baik secara sinkronus maupun asinkronus. capaian target kurikulum tidak bisa hingga 100%, dikarenakan guru hanya memilih kd-kd yang esensial saja dengan penyederhanaan kompetensi dasar. selain itu kesiapan guru sebagai pendidik dalam transformasi digital belum sepenuhnya siap menghadapi pjj. siswa tidak hanya diberi tugas-tugas saja, namun guru dalam masa pjj harus mempu memanfaattkan teknologi sebagai sarana media pembelajarannya. pada kenyataannya tidak semua guru mampu melaksanakan hal tersebut. jaringan internet juga menjadi faktor terpenuhinya tujuan yang diharapkan. jika tidak ada paket interner atau sinyal yang tidak bersahabat, maka pembelajaran tidak akan tersampaikan ke murid. terjalinnya kedekatan hubungan antara pendidik dengan peserta didik secara interpersonal belum bisa diwujudkan karena terpisahkan oleh jarak. kata kunci: krisis pembelajaran; learning obstacle; metode vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.281 211 pendahuluan di era pandemi yang melanda negeri ini selama kurang lebih dua setengah tahun, dunia pendidikan dihadapkan pada krisis pembelajaran dan learning obstacle. krisis pembelajaran adalah kondisi dimana situasi tidak stabil dan dapat berbahaya karena membawa pengaruh negatif dalam pembelajaran. dikatakan krisis pembelajaran karena di mana para siswa dituntut untuk belajar secara jarak jauh (pjj) yang notabenenya harus menggunakan sarana digital teknologi baik secara sinkronus maupun asinkronus. capaian target kurikulum tidak bisa hingga 100%, dikarenakan guru hanya memilih kd-kd yang esensial saja dengan penyederhanaan kompetensi dasar. selain itu kesiapan guru sebagai pendidik dalam transformasi digital belum sepenuhnya siap menghadapi pjj. siswa tidak hanya diberi tugas-tugas saja, namun guru dalam masa pjj harus mempu memanfaattkan teknologi sebagai sarana media pembelajarannya. pada kenyataannya tidak semua guru mampu melaksanakan hal tersebut. jaringan internet juga menjadi faktor terpenuhinya tujuan yang diharapkan. jika tidak ada paket interner atau sinyal yang tidak bersahabat, maka pembelajaran tidak akan tersampaikan ke murid. terjalinnya kedekatan hubungan antara pendidik dengan peserta didik secara interpersonal belum bisa diwujudkan karena terpisahkan oleh jarak. sektor sosial ekonomi juga berpengaruh besar dengan adanya pandemi covid 19 ini, karena banyak wali murid yang di phk (pemutusan hubungan kerja) dan mata pencaharian lain yang terimbas terpaksa harus banting setir dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pangan dan perhatian tentang pendidikan tidak menjadi perhatian utama. kemampuan wali murid untuk meenggunakan media digital pembelajaran juga tidak sepenuhnya dapat memanfaatkan karena ada yang gaptek (gagap teknologi). belum lagi hp yang dipakai orang tua kerja, sehingga jika mengerjakan tugas online siswa harus menunggu orang tua pulang kerja. pendampingan orang tua untuk putra putrinya selama belajar di rumah juga bermacam-macam karaktristiknya, ada yang sabar dan telaten, ada yang tidak mampu mendampingi putra-putrinya belajar di rumah, dan lain sebagainya. selain dikatakan krisis pembelajaran, dunia pendidikan di indonesia juga mengalami learning obstacle, yaitu adanya hambatan belajar yang dialami siswa pada saat proses pembelajaran. berdasarkan riset internal dan eksternal kemendikbudristek, mengungkap bahwa pandemi telah memicu learning loss atau kehilangan pembelajaran pada anak-anak. menilik hal tersebut maka terjadi krisis pembelajaran dan learning obstacle merambah ke sektor-sektor lain dalam ranah dunia pendidikan. sangat miris dengan fenomena yang ada saat ini. disini perlu adanya sebuah gerakan untuk mengembalikan keadaan yang normal dan tidak ada krisis pembelajaran di sekolah tempat kita bernaung. hadirnya sosok guru, lebih–lebih peran guru penggerak untuk mengembalikan kondisi yang stabil dan menyingkirkan hambatan – hambatan untuk memajukan pendidikan indonesia. diantara perubahan yang dapat dilakukan dalam mencegah krisis pembelajaran adalah dengan cara : 1. mengembalikan anak ke sekolah dengan cara yang paling aman. disini penerapan protokol kesehatan hendaknya benar-benar diterapkan untuk mencegah penyebaran virus corona sehingga murid dan guru merasa aman berada di sekolah. 2. menghindari stres dengan menerapkan pembelajaran sosial emosional. guru, wali murid, dan murid tidak perlu kwatir berlebihan yang akan menyebabkan stres dengan demikian maka imun tubuh akan menurun. ada cara terbaik untuk belajar yaitu keluar dari zona aman. bagaimanapun juga perlu berdamai dengan keadaan dan tetap harus melanjutkan pembelajaran dengan penyesuaian dan perbaikan diri. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.281 212 3. membagi kelas menjadi kelompok kecil. ini hal yang baru, tapi saatnya para pengajar mencoba bereksperimentasi dengan cara baru karena ini adalah kesempatan untuk berinovasi.tidak semua murid memiliki level kompetensi yang sama, unggul di satu bidang belum tentu unggul dibidang lain. membagi kelompok belajar berdasarkan kompetensi yang sama. misalnya satu kelompok fokus pada hal yang paling menyulitkan atau paling menarik bagi siswa. 4. menerapkan project based laerning dengan membuat assesment bentuk project based learning maka siswa akan bertanggungjawab, terikat satu sama lain, menciptakan tantangan, berkolaborasi, bekerja sama dalam menyelesaikan project tersebut. profil pelajar pancasila gotong royong terbentuk dalam lingkup pembelajaran. 5. alokasi lebih banyak waktu bagi yang tertinggal guru diharapkan juga bisa memberikan fokus yang lebih kepada murid tertinggal, sehingga mereka lebih percaya diri saat bergabung lagi di kelas, saat pandemi ini berakhir. ini kesempatan emas para pengajar melibatkan orang tua untuk lebih memahami dan membantu pembelajaran yang terganggu. 6. fokus pada hal yang terpenting dari pada kejar tayang semua topik belajar, mungkin para guru bisa menguatkan konsep fundamental yang mendasari kemampuan murid, untuk bisa sukses di mata pelajaran apapun. misalnya literasi, numerasi atau pendidikan karakter. kemampuan pada konsep fundamental akan dapat dikembangkan siswa seiring perjalanannya menimba ilmu dimanapun ia berada. 7. berkolaborasi antar guru guru yang penasaran dengan metode belajar guru lainnya jangan ragu meminta pertolongan atau best practice dari orang lain. misalnya bisa ikut kelas dan mulai observasi apa yang dilakukan, bagaimana menyampaikan bahan atau berdiskusi tentang metode dan strategi apa yang tepat digunakan dalam mengatasi krisis pembelajaran. 8. meningkatkan dukungan keluarga pendidikan untuk anak tidak hanya dipasrahkan sepenuhnya pada guru, namun dalam keluarga yang menanamkan pondasi pertama tentang nilai-nilai kebajikan dan ditunjang dengan pendidikan formal di sekolah, maka perlu adanya kerja sama yang baik antara guru dan orang tua untuk mendukung perkembangan pendidikan anak. 9. melakukan coaching jika terjadi permasalahan. kemampuan siswa satu dengan yang lain tentunya tidak sama, oleh karena itu menghadapi siswa yang mengalami permasalahan baik secara akademi dalam capaian pembelajaran maupun non akademik, maka guru perlu melakukan coaching pada siswa tersebut, yaitu dengan cara memberi pertanyaan – pertanyaan yang mengarah pada siswa untuk dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri. 10. strategi implementasi kurikulum efektivitas kurikulum dalam kondisi khusus semakin menguatkan pentingnya perubahan rancangan dan strategi implementasi kurikulum secara lebih komprehensif. dalam hal ini peran institusi yaitu sekolah juga pemegang peranan untuk mengatasi krisis pembelajaran dan learning obstacle. perlu untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka. pertama, karena keunggulannya adalah lebih sederhana dan mendalam karena kurikulum ini akan fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya. kemudian, tenaga pendidik dan peserta didik akan lebih merdeka karena peserta vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.281 213 didik memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya. sedangkan bagi guru, mereka akan mengajar sesuai tahapan capaian dan perkembangan peserta didik. lalu sekolah memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik. keunggulan lain dari penerapan kurikulum merdeka ini adalah lebih relevan dan interaktif. salah satunya tak bedakan ipa dan ips di mana pembelajaran melalui kegiatan projek akan memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual, misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi profil pelajar pancasila. satuan pendidikan dapat memilih tiga opsi dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka pada tahun ajaran 2022/2023. pertama, menerapkan beberapa bagian dan prinsip kurikulum merdeka tanpa mengganti kurikulum satuan pendidikan yang sedang diterapkan. kedua, menerapkan kurikulum merdeka menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan. ketiga, menerapkan kurikulum merdeka dengan mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar. selain krisis pembelajaran, pada masa pandemi ini dunia pendidikan juga mengalami learning obstacle atau yang dikenal dengan hambatan belajar. ada tiga jenis learning obstacle, yaitu : 1. ontogenic obstacle yaitu hambatan karena keterbatasan dari diri siswa dalam suatu pengembangan diri atau berkaitan dengan kesiapan mental belajar siswa. untuk mengatasi hambatan ini guru melakukan penerapan pembelajaran berdifferensiasi yaitu penerapan pembelajaran berdasarkan kebutuhan siswa. guru melakukan pemetaan kebutuhan siswa berdasarkan kesiapan belajar siswa, profil belajar siswa, dan gaya belajar siswa. dalam hal ini guru bisa menerapkan strategi pembelajaran berbasis konten, produk, atau proses yang dilakukan berdasarkan kemampuan siswa. 2. didactical obstacle yaitu hambatan yang muncul dari metode ataupun pendekatan yang digunakan seorang guru. guru yang senantiasa bergerak untuk menciptakan inovasi pembelajaran dan melaksanakan variasi metode pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa maka akan dapat melakukan pendekatan interpersonal yang humanis, memberikan pembelajaran sesuai dengan kodrat alam dan jamannya, dan dapat menempatkan posisi kontrol sebagai manager yaitu guru berbuat sesuatu bersama murid , mempersilahkan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid menemukan solusi atas permasalahannya, menginginkan murid sebagai murid yang merdeka. 3. epistemological obstacle yaitu keterbatasan pengetahuan yang dimiliki siswa pada konteks tertentu. diagnostik kognitif dan non kognitif dilakukan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. dengan melakukan diagnostik, maka guru akan dapat memberikan layanan pembelajaran yang berpihak pada siswa. guru akan mengetahui keterbatasan pengetahuan siswa dalam konteks tertentu, sehingga guru akan memberikan jembatan sebagai pengembangan konteks tersebut dalam mengurangi keterbatasan pengetahuan siswa. dari keadaan yang nyata saat ini terjadi pada dunia pendidikan, maka peran guru penggerak untuk menggerakkan ekosistem pendidikan bersama dengan rekan guru lain mampu mengatasi krisis pembelajaran dan menyingkap hambatan belajar siswa. dengan demikian teori vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.281 214 yang didapatkan selama pendidikan guru penggerak diimplementasikan dalam aksi nyata dalam pembelajaran sehingga kwalitas proses pendidikan berorientasi pada murid dapat mendukung proses dan hasil belajar peserta didik. prinsipnya adalah hasil belajar peserta didik tidak hanya diukur dengan nilai-nilai berupa angka, melainkan juga pada karakter dan sikap peserta didik yang tertuang dalam profil pelajar pancasila. microsoft word 05-vandaria.docx vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.23 36 received : 01-07-2020 revised : 15-08-2020 published : 20-09-2020 penggunaan metode buzz group dengan media diorama dua dimensi untuk meningkatkan pemahaman dampak perilaku menyimpang mata pelajaran sosiologi vandaria bunga nirwana sman 1 kwadungan ngawi, indonesia vandariabunga01@gmail.com abstrak: tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi pemahaman perilaku menyimpang mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas x ips 1 sman 1 kwadungan menggunakan metode buzz group dengan media diorama dua dimensi. dengan pemahaman dampak perilaku menyimpang pada siswa, diharapkan juga membawa dampak positif yaitu peningkatan prestasi belajar pada pelajaran sosiologi. penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian sebanyak 24 siswa. hasil penelitian menunjukkan terdapat kenaikkan yang tuntas belajar dari 5 siswa (20,83%) pada pra tindakan menjadi 16 siswa (66,67%) pada siklus i, dan menjadi 22 siswa (91,67%) pada siklus ii. sedangkan yang belum tuntas belajar mengalami penurunan dari 19 siswa (79,17%) pada pra tindakan menjadi 8 siswa (33,33%) pada siklus i, dan menjadi 2 siswa (8,33%) pada siklus ii. abstract: the purpose of this study was to determine a description of the understanding of deviant behavior in sociology subjects in class x ips 1 sman 1 kwadungan using the buzz group method with two-dimensional diorama as media. by understanding the impact of deviant behavior on students, it is hoped that it will also have a positive impact, namely an increase in learning achievement in sociology lessons. this study used a classroom action research design with 24 students as research subjects. the results showed that there was an increase in complete learning from 5 students (20.83%) in the pre-action to 16 students (66.67%) in the first cycle, and to 22 students (91.67%) in the second cycle. meanwhile, those who have not completed learning have decreased from 19 students (79.17%) in the pre-action to 8 students (33.33%) in the first cycle, and to 2 students (8.33%) in the second cycle. kata kunci: buzz group, diorama, sosiologi vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.23 37 pendahuluan perilaku menyimpang dapat terjadi dimana-mana dan kapan saja, baik di sekolah, keluarga, maupun dalam kehidupan masyarakat. biasanya perilaku menyimpang ini dilakukan oleh kalangan remaja termasuk siswa. karena pada tahap ini remaja masih mencari jati dirinya yang ideal menurutnya, sehingga tidak jarang yang mereka lakukan adalah hal-hal yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku dalam pandangan masyarakat umum. oemar hamalik. 1992:95. banyak faktor atau sumber yang menjadi penyebab timbulnya perilaku menyimpang, baik yang berasal dari dalam diri individu maupun berasal dari luar diri individu. dan biasanya mereka tidak menyadari akan dampak merugikan baik kepada dirinya sendiri maupun orang lain. oleh karena itu guru harus mampu memberikan pemahaman akan dampak negatif dari perilaku menyimpang ini. salah satu cara agar untuk memahamkannya adalah dengan menggunakan metode buzz group dengan media diorama dua dimensi. untuk memahamkan siswa tentang dampak perilaku menyimpang maka perlu digunakan metode mengajar yang kreatif dan inovatif, salah satunya dengan menggunakan metode buzz group berbantuan media diorama dua dimensi. dengan metode dan media tersebut diharapkan siswa akan lebih mudah dalam memahami dampak perilaku menyimpang dan akan menghindari perilaku menyimpang. terkait dengan permasalahan tersebut di atas, maka untuk mengkaji lebih mendalam tentang peningkatan pemahaman siswa, peneliti ingin melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “penggunaan metode buzz group dengan media diorama dua dimensi untuk meningkatkan pemahaman dampak perilaku menyimpang mata pelajaran sosiologi siswa kelas x ips-1 sman 1 kwadungan kabupaten ngawi tahun 2017/2018” dari judul tersebut maka masalah dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan yakni bagaimanakah penerapan metode buzz group dengan media diorama dua dimensi untuk meningkatkan pemahaman dampak perilaku menyimpang pada siswa kelas x ips-1 sman 1 kwadungan tahun 2017/2018. sedangkan tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui deskripsi pemahaman perilaku menyimpang mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas x ips 1 sman 1 kwadungan menggunakan metode buzz group dengan media diorama dua dimensi perilaku adanya perilaku yang teratur dan sesuai dengan yang diinginkan pada menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha yang berlaku dalam satu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut. setiap kelompok menginginkan anggotanya. m. dalyono (2005:102). 1. ciri-ciri perilaku menyimpang a. penyimpangan harus dapat didefinisikan perilaku menyimpang bukanlah semata-mata ciri tindakan yang dilakukan orang, melainkan akibat dari adanya peraturan dan penerapan saksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap perilaku tersebut. b. penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak perilaku menyimpang tidak selalu merupakan hal yang negatif. ada beberapa penyimpangan yang diterima bahkan dipuji, dan dihormati seperti orang jenius mengemukakan pendapat-pendapat baru yang kadang-kadang bertentangan dengan pendapat umum. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.23 38 c. penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak pada kebanyakan masyarakat modern, tidak ada seorang pun yang masuk kategori sepenuhnya penuh (konfirmasi) atau pun sepenuhnya penyimpangan (orang benarbenar menyimpang) d. penyimpangan terhadap budaya nyata atau budaya sosial budaya ideal disini adalah peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat, tetapi dalam kenyataannya tidak ada seorang pun yang penuh terhadap segenap peraturan resmi antara budaya nyata dengan budaya sosial selalu terjadi kesenjangan. e. terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan apabila pada suatu masyarakat terdapat nilai atau norma yang melarang suatu perbuatan yang minim sekali diperbuat oleh banyak orang, maka akan muncul norma-normal menghindarkan. jadi norma-norma penghindaran merupakan suatu bentuk menyimpang perilaku yang bersifat setengah melembaga f. penyimpangan sosial bersifat adaptif (penyesuaian) penyimpangan sosial tidak selalu menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemeliharaan stabilitas sosial. kita harus mengetahui sampai batas tertentu, perilaku apa yang kita harapan dari orang lain, apa yang orang lain ingin dari kita, serta wujud masyarakat seperti apa yang pantas bagi sosialis anggotanya. 2. jenis-jenis perilaku menyimpang a. penyimpangan sosial primer penyimpangan sosial primer adalah penyimpangan yang bersifat sementara (temporer) orang yang melakukan penyimpangan primer masih tetap dapat diterima oleh kelompok sosialnya karena tidak secara terus-menerus melanggar norma-norma umum, misalnya pelanggaran terhadap rambu-rambu lalu lintas, meminum minuman keras di suatu pesta. b. penyimpangan sosial sekunder penyimpangan sosial sekunder adalah penyimpangan sosial yang dilakukan secara terus menerus, meskipun sanksi telah diberikan kepadanya, sehingga pada pelakunya secara umum dikenal sebagai orang yang berprilaku menyimpang. 3. penyebab-penyebab terjadinya penyimpangan a. perilaku menyimpang karena sosialisasi teori sosialisasi didasarkan pada pandangan bahwa dalam sebuah masyarakat ada norma inti dan nilai-nilai tertentu yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat. jika seorang siswa bergaul dengan orang-orang yang berprilaku menyimpang seperti berandalan, pemabuk, atau pencandu narkoba, maka lambat daun ia akan mempelajari nilai-nilai dan norma itu kemudian diserap dalam kepribadiannya, lama kelamaan ia melakukan perbuatan-perbuatan itu. b. perilaku menyimpang karena annomir secara sederhana anomir diartikan sebagai suatu keadaan di masyarakat tanpa norma. anomie adalah suatu situasi tanpa norma dan tanpa arah sehingga tidak tercipta keselarasan ada, konsep tersebut dipakai untuk menggambarkan sebuah masyarakat yang memiliki banyak norma dan nilai tetapi antara norma dan nilai yang satu dengan yang lainnya saling bertentangan, akibatnya timbul keadaan tidak hanya vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.23 39 seperangkat nilai atau norma yang dapat dipatuhi secara konsisten dan diterima secara luar. c. penyimpangan karena hubungan deferensial agar terjadi penyimpangan seorang harus mempelajari terlebih dahulu bagaimana caranya pengajaran ini terjadi karena akibat interaksi sosial antara seseorang dan orang lain. d. perilaku menyimpang karena pemberian julukan (labeling) teori ini menyebutkan bahwa perilaku menyimpang lahir karena adanya batasan (cap, julukan, sebutan) atas suatu perbuatan yang disebut menyimpang. dengan memberikan cara pada sesuatu perilaku sebagai perilaku menyimpang, berarti kita menciptakan serangkaian perilaku yang cenderung mendorong orang untuk melakukan penyimpangan. metode buzz group metode buzz group merupakan bentuk diskusi kelas yang didalamnya dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil untuk melaksanakan diskusi singkat tentang suatu problem. diskusi ini mempunyai kedudukan yang penting dalam pembelajaran guna melatih siswa dalam mengemukakan pendapatnya. seperti pemahaman tentang dampak perilaku menyimpang sangat penting untuk di diskusikan agar ada upaya preventif untuk mencegah tidak terjadinya perilaku-perilaku menyimpang tersebut. langkah-langkah buzz group di antaranya sebagai berikut. dimyati dan moedjiono, 1992:43. 1. siswa menyimak penjelasan guru tentang indikator yang akan dicapai dalam proses pembelajaran. 2. siswa mengelompok menurut kelompok diskusi yang telah ditentukan yaitu satu kelas dibagi menjadi 8 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota sesuai dengan urutan daftar hadir 3. siswa mencermati materi pelajaran yang akan didiskusikan 4. siswa mendengarkan penjelasan guru tentang cara dan aturan diskusi 5. siswa mulai buzz group 6. setelah selesai diskusi siswa menyiapkan hasil kerja kelompok dan mempresentasikan dengan mengunakan media diorama dua dimensi di depan kelas 7. siswa bersama guru membuat rangkuman media diorama dua dimensi media diorama dua dimensi adalah alat bantu pembelajaran berupa gambar gambar menarik tentang peristiwa, kejadian, perilaku yang di bentuk menjadi sebuah diorama (ilustrasi) dua dimensi dengan bahan dasar stereform. media ini berfungsi untuk menjelaskan sebuah peristiwa/perilaku baik oleh siswa maupun guru.penggunaan gambar sebagai media pembelajaran memiliki peranan penting karena siswa sangat tanggap terhadap stimulus visual yang menarik dan inovatif. tujuan penggunaan media dua dimensi (benda tiruan) menurut daryanto, 2010: 30-31 antara lain (a) mengatasi kesulitan yang muncul ketika mempelajari obyek yang terlalu besar, (b) untuk mempelajari obyek yang telah menjadi sejarah di masa lampau, (c) untuk mempelajari obyek yang tak terjangkau secara fisik, (d) untuk mempelajari obyek yang mudah dijangkau tetapi tidak memberikan keterangan yang memadai, (e) untuk mempelajari vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.23 40 konstruksi-konstruksi yang abstrak, dan (f) untuk memperlihatkan proses dari obyek yang luas. metode penelitian penelitian ini menggunakan desain tindakan model kemmis & mc taggart. model yang dikemukakan oleh kemmis & mc taggart terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. pengertian siklus dalam hal ini adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas x ips-1 sman 1 kwadungan kabupaten ngawi sebanyak 24 anak terdiri dari laki-laki 15 siswa dan perempuan 9 siswa. penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di sman 1 kwadungan kabupaten ngawi. penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tahun pelajaran 2017/2018 semester genap dimulai bulan maret 2018 sampai dengan mei 2018. dalam penelitian ini ada beberapa instrumen yang digunakan untuk menjaring data penelitian, yaitu: kuesioner, dokumen, dan catatan lapangan. instrument penelitian disusun secara fleksibel dengan harapan agar segala bentuk permasalahan yang mungkin timbul dapat dieliminir dan dapat dicarikan solusinya dengan cepat dan tepat. (suharsimi arikunto, 2002:56). kuesioner diberikan kepada siswa setelah setiap siklus kegiatan selesai dilaksanakan. kuesioner yang diberikan untuk menjaring data tentang perilaku menyimpang dan sikap siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data yang berupa nilai hasil belajar siswa. hasil belajar ini hanya digunakan sebagai pelengkap dan sekaligus untuk mengetahui kemajuan hasil belajar siswa. nilai hasil belajar selanjutnya disebut sebagai prestasi belajar siswa. prestasi belajar siswa dijaring melalui evaluasi pada saat sebelum pelaksanaan tindakan, setelah siklus i, dan setelah siklus ii. cncatatan lapangan dilakukan dengan jalan mencatat berbagai kejadian yang dianggap penting pada saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung, dan data tersebut belum terekam oleh instrumen yang lain. dengan demikian diharapkan tidak ada data penting yang terlewatkan dalam kegiatan penelitian ini. data yang berhasil dikumpulkan melalui teknik observasi, angket, wawancara, dan catatan lapangan kemudian dianalisis mengacu pada metode analisis dari miles & huberman (sugiyono, 2008: 337-345). metode analisis tersebut terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan. lexy j. moleong, (2004: 330-331) menyatakan bahwa untuk menguji keabsahan data dapat menggunakan teknik triangulasi sumber, untuk data hasil wawancara, observasi, angket, dan catatan lapangan. validitas dilakukan dengan triangulasi sumber, artinya data yang diperoleh melalui beberapa teknik pengumpulan data pada sumber yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan ditarik kesimpulan data. prosedur penelitian 1. persiapan penelitian dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, peneliti melakukan berbagai persiapan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. refleksi awal, peneliti mengidentifikasi permasalahan perilaku menyimpang pada siswa kelas x ips-1. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.23 41 b. peneliti merumuskan permasalahan secara operasional yang relevan dengan rumusan masalah penelitian. c. peneliti merumuskan hipotesis tindakan. hipotesis tindakan ini bersifat tentatif, sehingga sangat mungkin akan mengalami perubahan sesuai dengan keadaan di lapangan. d. menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan. 2. siklus penelitian pelaksanaan tindakan dan pengamatan dalam penelitian ini dibagi dalam 2 siklus. setiap siklus dibagi dalam dua kali pertemuan. kegiatan pelaksanaan tindakan dalam setiap siklus, dibarengi dengan pengamatan yang dapat dilakukan sebagai berikut: a. guru melaksanakan desain pembelajaran dengan metode buzz group. yang telah direncanakan. b. guru melakukan pembelajaran dengan metode buzz group. c. guru memberikan sanksi berupa tugas kepada masing-masing siswa yang belum dapat menjawab pertanyaan yang diajukan. d. guru mengamati kegiatan siswa dengan menggunakan alat perekam, pedoman pengamatan serta catatan lapangan. e. setiap akhir siklus, guru memberikan kuesioner kepada siswa tentang perilaku menyimpang dan kuesioner tentang sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran. 3. refleksi peneliti mengadakan telaah terhadap data-data hasil penelitian yang telah dilakukan, melalui: analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan, dan menyimpulkan. hasil yang diperoleh berupa temuan tingkat efektifitas desain pembelajaran dengan metode buzz group yang telah dirancang dan menginventarisir daftar permasalahan yang muncul di lapangan, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan perencanaan. teknis analis data pemahaman perilaku menyimpang tersebut diuraikan dalam bentuk pernyataan yang dituangkan dalam angket kemandirian siswa. skala penilaian dengan menggunakan empat (4) titik, yaitu : 1 = tidak pernah; 2 = jarang; 3 = sering; 4 = selalu. untuk mengetahui tingkat kemandirian belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan kriteria sebagai berikut. tabel 1. klasifikasi penilaian kemandirian belajar siswa no prosentase klasifikasi 1 0 – 50 tidak paham 2 51 – 65 kurang paham 3 66 – 85 paham 4 86 – 100 sangat paham sedangkan skala penilaian yang digunakan adalah: skor 1 = tidak senang; skor 2 = kurang senang; skor 3 = senang; skor 4 = sangat senang. untuk mengetahui sikap siswa dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan kriteria sebagai berikut. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.23 42 tabel 2. klasifikasi penilaian sikap siswa no prosentase klasifikasi 1 0 – 50 tidak senang 2 51 – 65 kurang senang 3 66 – 85 senang 4 86 – 100 sangat senang untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat maka data yang telah terkumpul dianalisis secara statistik yaitu mengunakan rumus mean: σ x m = --------- (1) n keterangan: m = mean/ rata-rata σ x = jumlah nilai n = jumlah siswa sedangkann untuk mengetahui prosentase ketuntasan belajar dengan rumus: jumlah siswa tuntas prosentase ketuntasa = ------------------------- x 100 lah seluruh kelas untuk mengetahui adanya peningkatan dengan membandingkan nilai rata-rata masingmasing siklus dengan tabel sebagai berikut: siklus 1 siklus ii rata-rata prosentase siswa disebut memiliki prestasi belajar dalam proses kegiatan belajar mengajar apabila masing-masing siswa telah memperoleh nilai minimal 75. sedangkan secara klasikal disebut berhasil atau tuntas belajar apabila minimal 85 % dari siwa telah memperoleh nilai minimal 75. hasil dan pembahasan pratindakan kegiatan pratindakan yang dilakukan pada siswa kelas kelas x ips-1 sman 1 kwadungan menemukan permasalahan yaitu motivasi belajar siswa rendah, sebagaimana ditunjukkan dalam rekapitulasi hasil kuesioner kemandirian belajar siswa. berdasarkan perhitungan dalam rekapitulasi angket sikap siswa tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa bersikap kurang senang terhadap kegiatan belajar mengajar sebagaimana ditunjukkan oleh jumlah skor mean sebesar 0,29. selain berdasarkan hasil analisis data tersebut juga diketahui dari hasil tes siswa pada pra tindakan, bahwa siswa yang sudah tuntas belajar sebesar 5 siswa (20,83%), dan yang belum tuntas belajar sebesar 19 siswa (79,17%). vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.23 43 hasil penelitian siklus i berdasarkan rekapitulasi hasil kuesioner kemandirian belajar siswa, dapat dilihat dalam tabel berikut ini. tabel 3. rekapitulasi angket kemandirian belajar pada siklus i skor keterangan jumlah % rata-rata 1 tidak mandiri 0 0 0 2 kurang mandiri 6 25,00 0,25 3 mandiri 14 58,33 0,28 4 sangat mandiri 4 16,67 0,17 jumlah 24 100 berdasarkan hasil tersebut, sebagian besar siswa sudah mandiri dalam belajar, yaitu sebesar 58,33%. sedangkan skor mean sudah menunjukkan angka 0,28. sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran, sebagaimana ditunjukkan oleh table rekapitulasi hasil angket sikap siswa berikut ini tabel 4. rekapitulasi angket sikap siswa pada siklus i skor keterangan jumlah % rata2 1 tidak senang 3 12,50 0,125 2 kurang senang 3 12,50 0,13 3 senang 11 45,83 0,46 4 sangat senang 7 29,17 0,29 jumlah 24 100 berdasarkan perhitungan dalam rekapitulasi angket sikap siswa tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa sudah merasa senang terhadap kegiatan belajar mengajar sebagaimana ditunjukkan oleh jumlah skor mean sebesar 0,46. hasil belajar selain berdasarkan hasil analisis data tersebut juga diketahui dari hasil tes siswa pada siklus i, bahwa siswa yang sudah tuntas belajar sebesar 16 siswa (66,67%), dan yang belum tuntas belajar sebesar 8 siswa (33,33%). jadi hasil belajar siswa ada peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar pada pra tindakan. refleksi berdasarkan hasil pengamatan, pengisian angket, dan hasil evaluasi dalam siklus i, maka kegiatan pembelajaran dapat direfleksikan sebagai berikut: ø kondisi kelas sudah kondusif, sehingga perlu terus dijaga bahkan diting-katkan lebih baik lagi. ø sangsi yang diberikan sering dianggap ringan oleh siswa, sehingga perlu dipertimbangkan sangsi yang lebih berat sesuai dengan tingkat kesalahannya. ø pertanyaan yang bersifat membimbing sudah baik, sehingga perlu terus diper-tahankan bahkan ditingkatkan. ø pembuatan rangkuman sudah didominasi oleh siswa, sehingga guru cukup menjadi fasilitator. ø kemandirian belajar siswa cukup baik. ø sikap siswa semakin baik. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.23 44 secara klasikal kegiatan pembelajaran belum tuntas, karena hanya 21 siswa (70,00%) yang telah memperoleh nilai 75 atau lebih. namun sudah ada peningkatan jika dibandingkan dengan hasil evaluasi pada pra tindakan. hasil penelitian siklus ii berdasarkan rekapitulasi hasil kuesioner kemandirian belajar siswa, dapat dilihat dalam tabel berikut ini tabel 5. rekapitulasi angket kemandirian belajar pada siklus ii skor keterangan jumlah % skor mean 1 tidak mandiri 0 0 0 2 kurang mandiri 3 12,50 0,13 3 mandiri 16 66,67 0,67 4 sangat mandiri 5 20,83 0,21 jumlah 24 100 berdasarkan hasil tersebut, sebagian besar siswa sudah mandiri dalam belajar, yaitu sebesar 66,67%, dan 20,83% sangat mandiri. sedangkan skor mean sudah menunjukkan angka 0,67 dan 0,21. sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran, sebagaimana ditunjukkan oleh table rekapitulasi hasil angket sikap siswa berikut ini (lihat lampiran): tabel 6. rekapitulasi angket sikap siswa pada siklus ii skor keterangan jumlah % skor mean 1 tidak senang 0 0 0 2 kurang senang 1 4,17 0,04 3 senang 11 45,83 0,46 4 sangat senang 12 50,00 0,50 jumlah 24 100 berdasarkan perhitungan dalam rekapitulasi angket sikap siswa tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa sudah merasa senang terhadap kegiatan belajar mengajar, yaitu 45,83% senang dan 50,00% sangat senang. sedangkan jumlah skor mean sebesar 0,46 dan 0,50. selain berdasarkan hasil analisis data tersebut juga diketahui dari hasil tes siswa pada siklus ii (lihat lampiran), bahwa siswa yang sudah tuntas belajar sebesar 22 siswa (91,67%), dan yang belum tuntas belajar sebesar 2 siswa (8,33%). secara klasikal kegiatan belajar mengajar sudah tuntas belajar, karena yang memperoleh nilai 75 atau lebih telah mencapai jumlah lebih dari 85%. refleksi berdasarkan hasil pengamatan, pengisian angket, dan hasil evaluasi dalam siklus ii, maka kegiatan pembelajaran dapat direfleksikan sebagai berikut: ø kondisi siswa sudah dapat menyesuaikan dengan metode yang digunakan. ø guru dapat melakukan kegiatan lebih baik. ø pembuatan rangkuman sudah didominasi siswa. ø kemandirian belajar siswa sudah baik. ø sikap siswa juga sudah baik vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.23 45 ø secara klasikal kegiatan pembelajaran sudah tuntas, karena 22 siswa (91,67%) telah memperoleh nilai 75 atau lebih. berdasarkan hasil observasi, pengisian angket oleh siswa, dan hasil tes yang dilakukan pada pra tindakan, siklus i dan siklus ii, maka dapat diuraikan sebagai berikut. 1. kemandirian belajar siswa berdasarkan hasil angket tentang kemandirian siswa yang dilakukan pada pra tindakan, siklus i dan siklus ii (lihat lampiran), maka dapat diketahui sebagaimana dalam tabel berikut ini: tabel 7. perbandingan kemandirian siswa pra tindakan, siklus i dan siklus ii. skor kualifikasi pra tindakan siklus i siklus ii jml % rata 2 jml % rata 2 jml % rata2 1 tidak mandiri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 kurang mandiri 7 29,17 0,29 6 25,00 0,25 3 12,50 0,13 3 mandiri 13 54,17 0,54 14 58,33 0,58 16 66,67 0,67 4 sangat mandiri 4 16,67 0,17 4 16,67 0,17 5 20,83 0,21 jumlah 24 100 24 100 24 100 kemandirian siswa berdasarkan tabel di atas dapat diuraikan bahwa yang menyebutkan siswa kurang mandiri mengalami penurunan dari 7 siswa (29,17%) pada pra tindakan, menjadi 6 siswa (25,00%) pada siklus i, dan menjadi 3 siswa (12,50%) pada siklus ii. kualifikasi yang menyebutkan siswa mandiri mengalami kenaikan dari 13 siswa (54,17%) pada pra tindakan, menjadi 14 siswa (58,33%) pada siklus i, dan menjadi 16 siswa (66,67%) pada siklus ii. kualifikasi yang menyebutkan siswa sangat mandiri mengalami kenaikan dari 4 siswa (16,67%) pada pra tindakan, menjadi 4 siswa (16,67%) pada siklus i, dan menjadi 5 siswa (20,83%) pada siklus ii. berdasarkan hasil angket tentang sikap siswa yang dilakukan pada pra tindakan, siklus i, dan siklus ii (lihat lampiran), maka dapat diketahui sebagaimana dalam tabel berikut ini: tabel 8. perbandingan hasil angket sikap siswa pada pra tindakan, siklus i, dan siklus ii skor kualifikasi pra tindakan siklus i siklus ii jml % rata2 jml % rata2 jml % rata2 1 tidak senang 4 16,67 0,17 3 12,50 0,13 0 0 0 2 kurang senang 7 29,17 0,29 3 12,50 0,13 1 4,17 0,04 3 senang 9 37,50 0,38 11 45,83 0,46 11 45,83 0,46 4 sangat senang 4 16,67 0,17 7 29,17 0,29 12 50,00 0,50 jumlah 24 100 24 100 24 100 sikap siswa yang diperoleh dari angket menunjukkan bahwa kualifikasi yang menyatakan tidak senang mengalami penurunan dari 4 siswa (16,67%) pada pra tindakan menjadi 3 (12,50%) pada siklus i dan tidak ada (0,00%) pada siklus ii. kualifikasi yang menunjukkan kurang senang menunjukkan penurunan dari 7 siswa (29,17%) pada pra tindakan menjadi 3 siswa (12,50%) pada siklus i dan menjadi 1 siswa (4,17%) pada siklus ii. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.23 46 kualifikasi yang menyatakan senang mengalami kenaikan dari 9 siswa (37,50%) pada pra tindakan menjadi 11 siswa (45,83%) pada siklus i, dan menjadi 11 siswa (45,83%) pada siklus ii. kualifikasi yang menyatakan sangat senang mengalami kenaikan dari 4 siswa (16,67%) pada pra tindakan menjadi 7 siswa (29,17%) pada siklus i, dan menjadi 12 siswa (50,00%) pada siklus ii. 3. hasil evaluasi berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada pra tindakan, siklus i, dan siklus ii (lihat lampiran), maka dapat diketahui sebagaimana dalam tabel berikut ini. tabel 9. perbandingan hasil evaluasi no kegiatan tuntas belum tuntas jml % jml % 1 pra tindakan 5 20,83 19 79,17 2 siklus i 16 66,67 8 33,33 3 siklus ii 22 91,67 2 8,33 hasil evaluasi menunjukkan terdapat kenaikkan yang tuntas belajar dari 5 siswa (20,83%) pada pra tindakan menjadi 16 siswa (66,67%) pada siklus i, dan menjadi 22 siswa (91,67%) pada siklus ii. sedangkan yang belum tuntas belajar mengalami penurunan dari 19 siswa (79,17%) pada pra tindakan menjadi 8 siswa (33,33%) pada siklus i, dan menjadi 2 siswa (8,33%) pada siklus ii. simpulan dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab iv penelliti dapat memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut. a. peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran diindikasikan dengan meningkatnya rata-rata motivasi belajar yakni jika pada siklus i rata-rata motivasi mencapai kategori cukup pada siklus ii naik menjadi kategori tinggi. sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan metode buzz group keefektifan pembelajaran meningkat dan siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar belajar. b. peningkatan prestasi belajar siswa diindikasikan dengan tingkat ketuntasan yang selalu mengalami kenaikan. kenaikan tersebut diindikasikan (1) angka ketuntasan mengalami kenaikan yakni jika pra siklus sebesar 20,83% meningkat menjadi 66,67% pada siklus i dan pada siklus ii meningkat menjadi 91,67%, (2) angka ketidaktuntasan mengalami penurunan yakni jika pada pra siklus sebesar 19 siswa menurun menjadi 8 siswa pada siklus i dan menurun menjadi 2 siswa pada siklus ii, (3) rata-raka kelas mengalami kenaikan dari 67,50 pada pra siklus meningkat menjadi 75,42 pada siklus i dan meningkat menjadi 78,75 pada siklus ii. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.23 47 daftar rujukan [1] azis, muhamad saleh, dkk. 2015. penerapan metode buzz group untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika di smp, jurnal pendidikan dan pembelajaran vol 4, no 6. [2] dalyono, m. 2005. pikologi pendidikan. jakarta: pt asdi mahasatya, rineka cipta. [3] daryanto. 2010. media pembelajaran. yogyakarta: gava media. [4] dimyati dan moedjiono. 1992. strategi belajar mengajar. depdikbud dirjen dikti: proyek pembinaan tenaga kependidikan [5] hamalik, oemar. 1992. psikologi belajar dan mengajar. bandung: sinar baru. [6] muin sibuea, dkk 2017. pengaruh metode pembelajaran diskusi buzz group terhadap hasil belajar dasar listrik dan elektronika siswa kelas x titl smkn 2 doloksanggul jurnal pendidikan teknologi dan kejuruan: vol. 19 no. 1 [7] soekanto, soedjono. 2007. sosiologi suatu pengantar. jakarta: pt grafindo persada. [8] upej unnes physics education, 2016. metode diskusi buzz group dengan analisis gambar untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. journal vol 5 no 1 microsoft word 01-fahrudin.docx vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.274 159 received : 09-05-2022 revised : 22-06-2022 published : 11-07-2022 peningkatan kedisiplinan dan kinerja guru melalui keteladanan di sd negeri getas ii muh. fahrudin sd negeri getas ii muhfahrudin550@gmail.com abstrak penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan tingkat kedisiplinan dan kinerja guru melalui keteladanan di sekolah dasar negeri getas ii tahun pelajaran 2021/2022. penelitian dilakukan dengan metode penelitian tindakan sekolah. subjek dari penelitian ini adalah guru kelas i, ii, iii, iv, v, vi, dan guru mata pelajaran pendidikan agama islam sekolah dasar negeri getas ii. pengumpulan data melalui observasi kedisiplinan dan kinerja guru melalui keteladanan di sd negeri getas ii tahun pelajaran 2021/2022, dan penilaian hasil tindakan pembelajaran. sedangkan analisis data yang digunakan dengan analisis deskriptif kualitatif. hasil penelitian menunjukkan meningkatnya kedisiplinan dan kinerja guru melalui keteladanan di sd negeri getas ii kapanewon playen tahun pelajaran 2021/ 2022 yang ditandai adanya peningkatan nilai yang didapat antara sebelum dikenai tindakan dan setelah dikenai tindakan. nilai kedisiplinan dan kinerja guru melalui keteladanan ada peningkatan. sebelum dikenai tindakan nilai rerata kedisiplinan guru adalah 67,25, nilai rerata kinerja guru adalah 66,83. setelah dikenai tindakan nilai kedisiplinan guru pada akhir siklus i mendapat nilai rerata 74,84, dan nilai rerata kinerja guru adalah 74,74 dengan kategori cukup, dan pada akhir siklus ii nilai kedisiplinan mendapat nilai rerata 88,46 dan nilai rerata kinerja guru adalah 87,75 dengan kategori baik. kata kunci : peningkatan; kedisiplinan,kinerja; keteladanan vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.274 160 pendahuluan peningkatan adalah suatu proses, cara perbuatan untuk menaikkan sesuatu atau usaha kegiatan untuk memajukan sesuatu ke suatu arah yang lebih baik lagi dari pada sebelumnya. sedangkan kedisiplinan guru dan pegawai adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap pendidikan anak didiknya, karena bagaimana pun seorang guru atau tenaga kependidikan (pegawai) merupakan cermin bagi anak didiknya dalam sikap atau teladan, dan sikap disiplin guru dan tenaga kependidikan (pegawai) akan memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih baik. selanjutnya, kinerja guru adalah sejauh mana seorang guru bekerja sesuai dengan prosedur yang ada dalam mencapai tijuan yang telah direncanakan,. indikator pengukurannya adalah, kepemimpinan, penguasaan kelas, informasi dan perencanaan kualitas, penggunaan sumber daya manusia, jaminan kualitas produk dan jasa, kualitas hasil dan kepuasan siswa. keteladanan berasal dari kata “teladan”yaitu suatu perbuatan, barang dan sebagainya yang patut ditiru dan dicontoh. keteladanan yang dimaksud disini adalah sikap dan tingkah laku pemimpin, ucapan maupun perbuatan yang dapat ditiru dan diteladani oleh bawahannya. keteladanan melakukan apa yang harus dilakukan hal-hal yang tidak boleh dilakukan, baik karena keterikatan kepada peraturan undang-undang yang berlaku maupun karena limitasi yang ditentukan oleh nilai-nilai moral, etika dan sosial (siagian, 2003:105). penilaian kinerja proses organisasi dalam menganalisa pelaksanaan kerja karyawan. dalam penilaian dinilai konstribusi karyawan kepada organisasi selama periode waktu tertentu. umpan balik kinerja memungkinkan karyawan mengetahui seberapa baik bekerja jika dibandingkan dengan standard organisasi/ apabila penilaian kinerja dilakukan secara benar. para karyawan penyelia, departemen sumber daya manusia dan akhirnya organisasi akan dimungkinkan dengan melalui upaya-upaya karyawan memberikan konstribusi kepada organisasi. penilaian kinerja dengan seberapa baik seseorang melakukan pekerjaan yang ditugaskannya. penilaian kinerja memberikan dasar bagi keputusan-keputusan yang mempengaruhi gaji, promosi, pemberhentian, pelatihan, transfer dan kondisi-kondisi kepegawaian lainnya. berdasarkan hasil monitoring, supervisi kelas dan penilaian kinerja guru, setelah kepala sekolah memberikan contoh hasil kinerja guru sangat sigvinikan peningkatannya. maka dengan strategi keteladanan dari kepala sekolah akan tetap selalu digunakan untumeningkatkan kinerja guru, sehingga hasil mutu pendidikan di sd n getas ii akan tetap baik selamanya. di samping contoh tersebut di atas kepala sekolah untuk meningkatkan kometensinya selalu mengikuti seminr, pendidikan dan pelatihan, workshop baik yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan maupun dari pihak luar seperti e-guru.id, ahli media dan lain-lain. kepala sekolah juga meningkatkan ilmunya melalui pendidikan pasca sarjana atau s2. penerapan dalam meningkatkan kedisiplinan dan kinerja guru di sd n getas ii adalah melalui kegiatan keteladanan kepala sekolah, dimana kepala sekolah memberikan contohcontoh dalam setiap hari di sekolah seperti: disiplin waktu masuk kerja, disiplin kerja, disiplin beribadah, disiplin berpakaian, disiplin kehadiran dan kepulangan kerja, dan lain-lain. dari sekolah mengharapkan kepada guru perhatiannya terhadap kedisiplinan guru dan siswa, serta terus meningkatkan penerapan nilai-nilai kedisiplinan dan kinerja di sekolah. ini sangat baik bagi kemajuan pendidikan di sekolah pada masa mendatang, mengingat persaingan sekolah yang semakin meningkat. ada beberapa penelitian yang relevan diantaranya yang dilakukan oleh dorce bu berjudul “peranan kepemimpinan kepala sekolah dalammeningkatkan kinerja guru di smp negeri 2 vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.274 161 sentani kabupaten jayapura. hasil penelitian penelitian yang dilakukan oleh dorce bu`tu menunjukkan bahwa kepala sekolah memberikan keteladanan dilakukan melalui sikap yang positif, sedangkan unjuk kerja ditunjukkan dengan bekerja keras, disiplin dan bertanggung jawab. menggerakkan guru dilakukan dengan mengarahkan pada kesadaran untuk bekerja dari pada memberi hukuman. penelitian yang dilakukan oleh sri wahyuningsih berjudul “kepemimpinan kepala sekolah dalam pembinaan kinerja guru di sd negeri sosrowijayan yogyakarta”. hasil penelitian yang dilakukan oleh sri wahyuningsih menunjukkan bahwa pembinaan kinerja guru yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan pemberian bantuan dan dukungan kepada guru dan kerjasama kepala sekolah dan guru dalam pembelajaran dengan bentuk diskusi terhadap masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran. metode penelitian penelitian ini di sd negeri getas ii, pedukuhan ngrunggo, desa getas, kapanewon playen, kabupaten gunungkidul. waktu penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai bulan januari 2022 s,d awal mei 2022. subjek adalah informan atau nara sumber yang menjadi sumber data. jadi guru yang menjadi subjek penelitian tindakan ini adalah semua guru kelas dan guru pendidikan agama islam di sd negeri getas ii, kapanewon playen. guru yang terlibat dalam kegiatan penelitian tindakan sekolah ini adalah guru kelas 1 s.d vi dan guru pendidikan agama islam, yang seluruhnya berjumlah 7 orang. objek penelitian tindakan sekolah tersebut adalah kedisiplinan dan kinerja guru melalui keteladanan di sd negeri getas ii kapanewon playen tahun pelajaran 2021/ 2022. rencana tindakan merupakan tindakan yang disusun secara sistimatis, berorientasi ke depan dengan mempertimbangan peristiwa-peristiwa tak terduga apat dapat dapat sehingga dapatmengurangi atau mengeliminasi resiko. pengembangan rencana tindakan harus fleksibel agar dapat disesuaikan dengan pengaruh tak terduga dan kendala yang tidak dapat diamati. rencana tindakan dalam penelitian ini tindakan meliputi siklus i, dan siklus ii. tahap perencanaan kegiatan dibagi menjadi tiga tahap yaitu persiapan peralatan dan setting kegiatan, menentukan rencana kegiatan, dan menentuka rencana pelaksanaan tindakan. implementasi tindakan akan nampak pada serangkaian langkah pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. tindakan terdiri dari beberapa siklus dan setiap siklus terdiri dari beberapa tindakan.adapun tindakan dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. teknik pengumpulan data untuk menunjang terselenggaranya penelitian ini adalah wawancara, observasi dan penilaian. observasi dan monitoring dilakukan oleh peneliti yang dibantu kolaborator. penelitian tindakan sekolah (pts) bertujuan untuk menjaga ketelitian observasi dan monitoring terhadap tindakan yang dilakukan. observasi dan monitoring dilakukan dengan menggunakan beberapa instrumen yaitu, 1) lembar observasi terhadap partisipasi guru selama kegiatan pembelajaran, 2) lembar penilaian untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran. sumber data penelitian ini antara lain 1)guru sd n getas ii, sebagai sumber data tentang pendapatnya tentang pelaksanaan kegiatan peningkatan kedisiplinan dan kinerja melalui keteladanan, 2)pelaksanaan proses pembelajaran, sebagai sumber data terkait dengan proses penelitian tindakan sekolah (pts), 3)dokumen berupa laporan penelitian tindakan sekolah sebagai sumber data, 4)hasil pelaksanaan penilaian kinerja guru (pkg). analisis data hasil observasi terhadap partisipasi guru dalam kegiatan peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran melalui supervisi akademik menggunakan deskriptif kualitatif vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.274 162 dengan prosentase. data penelitian yang telah terkumpul dianalisa secara diskriptif dengan prosentase, selanjutnya diinterprestasikan dengan kalimat. kategori dari hasil observasi dinyatakan dengan sebutan sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. hasil penilaian kedisiplinan dan kinerja guru dalam pembelajaran melalui kegiatan keteladanan dianalisa secara diskriptif. hasil analisis secara diskriptif tersebut selanjutnya dianalisis secara kualitatif. hasil dan pembahasan deskripsi data awal dari hasil supervisi dengan intrumen pemantauan pelaksanaan kegiatan kedisiplimam yang dilakukan guru diketahui hanya 60% guru yang mempunyai nilai minimal baik dalam penerapan kedisiplinan dan kinerja guru-guru sd n getas ii. hasil itu masih jauh dari harapan, kekurangan kemampuan guru dalam penerapan kedisiplinan dan kinerja, berdasarkan temuan dari hasil pengamatan diketahui bahwa kurang berhasilnya kedisiplinan dan kinerja guru di sd negeri getas ii, sebagian guru atau 40% guru masih mengalami kesulitan dalam menjalankan kedisiplinan dan kinerja para guru. kelemahan guru di sd negeri getas ii dalam melaksanakan kedisiplinan dan kinerja disebabkan banyak faktor, salah satu diantaranya adalah kurangnya niat, kurang terbiasa dan keterbatasan kemampuan guru yang dimilikinya.. deskripsi data siklus i siklus i dilaksanakan dengan urutan kegiatan persapan, dan kegiatan tindakan. kegiatan persiapan meliputi persiapan peralatan yang dipakai dan pemberian arahan oleh peneliti/kepala sekolah tentang cara meningkatkan kedisiplinan dan kinerja guru melalui keteladanan kepala sekolah. kegiatan tindakan dalam tahap tindakan ini mengacu pada rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disusun dengan tahap kegiatan awal, inti, dan refleksi. dari data yang diperoleh melalui observasi dan angket dari siklus i dapat disajikan dalam tabel berikut: tabel 1. perolehan skor kedisiplinan guru pada siklus i no tingkat kedisiplinan frekuensi persentase (%) 1 amat baik 0 0 2. baik 3 42,85 3. cukup 4 57,14 4 kurang 0 0 dari tabel tersebut terlihat bahwa pada siklus i ini tingkat kedisiplinan guru dalam kegiatan keteladanan yang dicapai guru sebagai berikut, sebanyak 3 atau 42,85% guru mencapai tingkat kedisiplinan baik, dan 4 atau 57,14% guru mencapai tingkat kedisiplinan cukup. dari data yang diperoleh melalui observasi/ pengamatan dapat disajikan dalam tabel berikut: vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.274 163 tabel 2. perolehan nilai kedisiplinan pada siklus i no nilai frekuensi persentase (%) 1 amat baik 0 0 2. baik 6 75 3. cukup 2 25 4 kurang 0 0 5 sangat kurang 0 0 jumlah 8 100 tabel 3. skor tingkat kinerja guru pada siklus i no tingkat kedisiplinan frekuensi persentase (%) 1 amat baik 0 0 2. baik 3 42,85 3. cukup 4 57,14 4 kurang 0 0 5 sangat kurang 0 0 jumlah 7 100 dari tabel tersebut terlihat bahwa pada siklus i ini tingkat kedisiplinan guru dalam kegiatan keteladanan yang dicapai guru sebagai berikut, sebanyak 3 atau 42,85% guru mencapai tingkat kedisiplinan baik, dan 4 atau 57,14% guru mencapai tingkat kedisiplinan cukup. pelaksanaan pembinaan guru dalam meningkatkan kedisiplinan dan kinerja guru berjalan cukup lancar. guru mampu mengikuti proses pembinaan melalui kegiatan keteladanan kepala sekolah. berdasar pengamatan yang dilakukan kolaborator, pelaksanaan peningkatan kedisiplinan dan kinerja goru melalui kegiatan keteladanan, dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. beberapa kendala kecil yang muncul terjadi karena masalah teknis. kendala ini masih dapat teratasi dengan baik. kegiatan refleksi dilakukan dengan melakukan diskusi antara penulis dengan kolaborator penelitian membahas pelaksanaan dan hasil penelitian tindakan, meliputi tingkat kedisiplinan dan kinerja melalui keteladanan kepala sekolah. baik ketika guru memperhatikan kepala sekolah, menerapkan dalam keteladanan. refleksi hasil juga dilakukan terhadap hasil penelitian tindakan yaitu peningkatan kedisiplinan dan kinerja gurumelalui. partisipasi melihat hasil kedisliplinan dan kinerja, maka mengadakan kegiatan siklus ii pelaksanaan siklus ii direncanakan untuk memantapkan persiapan dalam berbagai hal baik dari peserta, fasilitator (peneliti), maupun sarana prasarana kegiatan. beberapa hal yang perlu dibenahi pada siklus ii sebagai penyempurnaan siklus i antara lain, 1) rencana pelaksanaan peningkatan kedisiplinan dan kinerja dibuat guru diperbaiki, 2) ada waktu kepala sekolah melaksanakan kegiatan ketauladanan guru harus melakukan dengan kesungguhan. deskripsi siklus ii pelaksanaan kegiatan tindakan pada siklus ii hampir sama dengan pelaksanaan tindakan siklus i. beberapa perubahan pada pelaksanaan siklus ii dilakukan mendasarkan evaluasi dan refleksi dari tindakan siklus i. beberapa perubahan pada pelaksanaan siklus ii dilakukan mendasarkan evaluasi dan refleksi dari tindakan siklus i. beberapa perubahan pelaksanaan tindakan siklus ii antara lain sebagai berikut, 1)untuk keperluan perbaikan rencana pelaksanaan kedisip;inan dan kinerja melalui keteladanan, 2)kepala sekolah memberi contoh kepada guru vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.274 164 baik tentang kedisiplinan da kinerja, 3)peserta diwajibkan mencatat kelebihan dan kekurangan dari kegiatan keteladanan kepala sekolah. adapun kegiatan yang dilakukan dalam siklus ii ini mengacu pada perencaan perbaikan tindakan berdasar hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus i. kegiatan awal yang dilakukan pada pertemuan pertama, meliputi pengarahan kedisiplinan dan kinerja guru. kegiatan dengan guru pada kegiatan siklus ii. kegiatan selanjutnya adalah mengulas atau merefleksi kegiatan yang telah dilakukan pada siklus ii. pada kegiatan ini pengawas sekolah (peneliti) menyampaikan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan dan hasil tindakan yang dilakukan. kegiatan ini dilakukan agar peserta mengetahui kelebihan dan kekurangan selama pelaksanaan kegiatan diskusi pada siklus i sehingga diharapkan peserta kegiatanketeladanan mengenai kedisiplinan dan kinerja guru. dengan lebih baik. selanjutnya, dalam kegiatan inti ada kegiatan penerapan keteladanan tentang kedisiplinan dan kinerja. kegiatan pada tahap awal yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah memberikan contoh cara menerapkan kedisiplinan dan kinerja. yang benar. kemudian para guru mempraktikkan cara menerapkan kedisiplinan dan kinerja yang telah dicontohi oleh kepala sekolah. pada pertemuan ke dua kegiatan yang dilakukan adalah meneruskan kegiatan kedisiplinan dan kinerja guru melalu ketelanan kepala sekolah. pada akhir kegiatan pada pertemuan 2 siklus ii ini dilakukan ulasan secara menyeluruh dari pelaksanaan dan hasil. kegiatan ini juga digunakan oleh guru untuk mengungkapkan pendapat, ide, saran, dan kritik dari pelaksanaan kedisiplinan dan kinerja. tabel 4. perolehan skor kedisiplinan guru siklus ii no tingkat partisipasi frekuensi persentase (%) 1 amat baik 2 28,57 2. baik 5 71,42 3. cukup 0 0 4 kurang 0 0 5 sangat kurang 0 0 jumlah 7 100 dari tabel tersebut terlihat bahwa pada siklus ii ini tingkat kedisiplinan guru melalui keteladanan kepala sekolah dapt digambarkan sebagai berikut:, sebanyak 2 guru atau 28,57 guru dalam kategori tingkat kedisiplinan amat baik, dalam kategori baik sebanyak 5 atau 71,42. data capaian hasil peningkatan guru dalam menerapkan kinerja dilakukan oleh peneliti dibantu kolaborator. adapun hasil penilaian ada pada data yang diperoleh melalui penilaian kemampuan guru dalam menerapkan kinerja melalui keteladanan dapat disajikan dalam tabel berikut: tabel 5. kategori nilai kinerja siklus ii no tingkat partisipasi frekuensi persentase (%) 1 amat baik 2 28,57 2. baik 5 71,42 3. cukup 0 0 4 kurang 0 0 5 sangat kurang 0 0 jumlah 7 100 vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.274 165 dari tabel tersebut terlihat bahwa pada siklus ii ini tingkat kinerja guru dalam kegiatan keteladanan pembelajaran yang dicapai guru sebagai berikut, sebanyak 2 guru atau 28,57 guru dalam kategori tingkat partisipasi amat baik, dalam kategori baik sebanyak 5 atau 71,42. adapun hasil penilaian ada pada data yang diperoleh melalui penilaian kemampuan guru dalam kinerja melalui ketauladanan. dapat disajikan dalam tabel berikut: tabel 6. tabel kategori nilai penilaian kinerja guru siklus ii no tingkat partisipasi frekuensi persentase (%) 1 amat baik 2 28,57 2. baik 5 71,42 3. cukup 0 0 4 kurang 0 0 5 sangat kurang 0 0 jumlah 7 100 dari tabel tersebut terlihat bahwa pada siklus ii ini pencapaian kategori nilai hasil penilaian terhadap kemampuan kinerja guru yang dicapai guru sebagai berikut, sebanyak 2 guru atau sebanyak 28,57 guru mencapai nilai dalam kategori a, 5 guru atau 71,42 guru mencapai nilai kategori baik diketahui dari observasi yang dilakukan oleh kolabolator dengan bantuan instrumen observasi. berdasar pengamatan yang dilakukan kolaborator, pelaksanaan kegiatan peningkatan kinerja guru melalui ketauladanan relatif dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. beberapa kendala kecil yang muncul tidak berpengaruh pada kelancaran pelaksanaan tindakan atau kegiatan ketauladanan.yang telah direncanakan. selanjutnya kegiatan refleksi dilakukan dengan melakukan diskusi antara peneliti dengan kolaborator penelitian membahas pelaksanaan dan hasil penelitian tindakan, meliputi tingkat kinerja guru dalam kegiatan kinerja melalui ketauladana. dari refleksi diketahui rata-rata kinerja guru dalam kategori baik yaitu 87,75. penilaian terhadap guru dalam menerapkan ketauladanan didapat nilai tertinggi 92,85 dan guru yang mencapai nilai minimal baik ada 85,71. perbandingan hasil siklus i dengan siklus ii a. perkembangan tingkat kinerja guru dalam kegiatan keteladanan dari siklus i dan siklus ii dapat dilihat dari observasi guru berdasar hasil observasi diketahui baik pada siklus i maupun siklus ii. jika dilihat dari rerata tingkat kinerja terlihat pada siklus i pertemuan kedua mencapai rerata 74,74 dan pada siklus ii pertemuan kedua meningkat mencapai rerata 87,75. b. peningakatan kemampuan guru menerapkan kinerja guru melalui keteladanan dari hasil kinerja guru pada siklus i dan siklus ii terlihat ada peningkatan kemampuan kinerja guru. hal ini terlihat dari adanya kenaikan nilai kemampuan guru menerapkan kinerja melalui keteladanan. selama dan setelah kegiatan tindakan dilakukan. nilai sebelum dikenai tindakan cuma 66,83 setelah dikenai tindakan akhir siklus i mendapat nilai rerata 74,74. dan setelah dikenai tindakan pada akhir siklus ii mendapat nilai rerata 87,75. vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.274 166 pembahasan a. tingkat kedisiplinan guru melalui keteladanan tingkat kedisiplinan melalui keteladanan pada siklus i berdasar data yang diperoleh melalui hasil observasi selama kegian rerata tingkat partisispasi guru sebesar 74,84 . pada kegiatan siklus ii berdasar data yang diperoleh diketahui rerata skor tingkat kedisiplinan meningkat menjadi 88,46. b. tingkat kinerja guru melalui keteladanan sebagai gambaran untuk melihat perkembangan tingkat kemampuan kinerja guru melalui ketauladanan guru pada sebelum dikenai tindakan 66,83, nilai rata-rata kinerja guru setelah dikrnai yindakan atau siklus i nilai rerata adalah 74,74. dan nilai kinerja guru pada siklus ii mencapai nilai rerata 87,75. hasil dari tindakan pada siklus i berdasar data yang diperoleh melalui hasil penilaian dengan instrumen penilaian terhadap penilaian kompetensi guru pembelajaran diketahui guru telah dapat menerapkan pembelajaran sesuai kaidah yang berlaku. berdasar penilaian kompetensi dalam pembelajaran yang telah dilakukan guru tersebut pada siklus i nilai kemampuan kinerja mencapai 74,74 dan guru yang telah mencapai nilai minimal baik ada sebanyak 3 orang 7 dari jumlah guru, meningkat dibanding nilai sebelum dikenai tindakan. sebelum . adapun guru yang mampu mencapai nilai minimal baik, sebelum siklus hanya 0. siklus ii berdasar hasil penilaian tersebut diketahui bahwa rerata nilai kinerja guru dalam menerapkan mencapai nilai rerata 87,75 amat baik 28,57 dan guru yang mencapai nilai minimal baik sebesar 71,42 berdasarkan hasil nilai di atas terlihat adanya perkembangan tingkat kedisiplinan dan kinerja guru selama tindakan dilakukan dari siklus i ke siklus ii. adanya peningkatan kedisiplinan dan kinerja guru dalam pembelajaran yang baik dan benar berdasar wawancara terhadap guru dikarenakan guru mempunyai perhatian dan keinginan untuk bisa menerapkan pembelajaran yang sesuai kaidah. c. kelancaran kegiatan peningkatan kedisiplinan dan kinerja guru melalu keteladaan pada awal awal siklus atau pada pertemuan 1 dan 2 kegiatan pendampingan relatif lancar walaupun masih terjadi hambatan -hambatan kecil. ketidaklancaran ini terjadi karena guru sendiri masih canggung untuk melakukan kegiatan keteladanan. alasan guru tidak percaya diri adalah ketakutan guru jika yang dilakukan tersebut salah dan takut kena kritik. hal ini wajar karena guru belum terbiasa. d. hasil peningkatan kedisiplinan dan kinerja guru melalui keteladanan secara umum penerapan guru dalam kegisiplinan dan kinerja melalui keteladanan berdampak positif terhadap guru dalam kemampuan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. kemampuan guru menerapkan berdampak pada kualitas pembelajaran yang dilakukan guru di kelas yang sebenarnya. simpulan keteladanan kepala sekolah mempunyai hubungan positif yang sigfinikan terhadap disiplin kerja guru sd n getas ii kapanewon playen, meningkat semakin baik. keteladanan kepala sekolah, maka akan meningkatkan kedisiplinan kinerja guru di sd n getas ii kapanewon playen. sebelum kepala sekolah menerapkan strategi keteladanan tentang kedisiplinan dan kinerja para guru, hasil penilaian kinerja guru masih tergolong rendah. dengan melihat hasil penilaian kinerja guru tersebut yang masih rendah, maka kepala sekolah bertindak menerapkan strategi keteladanan dengan maksud supaya kedisiplinan dan kinerja dari para guru vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.274 167 dapat meningkat dengan baik. setelah strategi keteladanan tersebut diterapkan di sd n getas ii, maka hasil penilaian kinerja guru dapat meningkat dengan baik yang ditunjukan pada tingkat kedisiplinan guru melalui keteladanan yang pada siklus i mendapatkan skor 74,84 meningkat menjadi 88,46 pada siklus ii. selain itu, tingkat kinerja guru melalui keteladanan juga meningkat yang awalnya 66,83 dan setelah dikenakan siklus i menjadi 74,74 dan setelah dikenakan siklus ii meningkat menjadi 87,75. penerapan pelaksanaan keteladanan dari kepala sekolah yang diterapkan adalah pemberian contoh tentang kedisiplinan dan kinerja guru yang lebih baik. beberapa contoh keteladanan yang diterapkan kepala sekolah dalam aspek kedisiplinan adalah disiplin waktu, displin berperilaku, disiplin berpakaian, disiplin beribadah, disiplin mengajar, disiplin mengerjakan administrasi, dan lain-lain. selanjutnya beberapa contoh keteladanan kinerja dari kepala sekolah antara lain: cara kerja kepala sekolah selalu baik, melakukan pembelajaran sesuai dengan pedoman yang ada , mengerjakan administrasi dengan benar dan lengkap, dan lain-lainnya. cara menerapkan keteladanan setiap hari kepala sekolah tidak bosan-bosannya memberi contoh tentang kedisiplinan dan kinerja yang baik dan benar, sehingga dengan harapan nilai penilaian kinerja guru meningkat yang sigfinikan. referensi afnil guza, undangundang sisdiknas dan undangundang guru dan dosen. jakarta: asa mandiri. direktorat jenderal guru dan tenaga kependidikan kemendikbud (2017). panduan kerja kepala sekolah. jakarta: kemendikbud. direktorat jenderal peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan kemdiknas. (2010). pedoman pelaksanaan penilaian kinerja guru (pkg). jakarta: kemendikbud. hasibuan dan moedjiono. (2009). proses belaja r mengajar, bandung : remaja rosdakarya. masrur muslich. (2008). ktsp pembelajaran berbasis kompetensi dan kontekstual. jakarta: bumi aksara. mulyasa, (2010). menjadi kepala profesional. bandung : pt remaja rosdakarya offset. nana sudjana. (2004). penilaian hasil proses belajar mengajar. bandung : pt remaja rosdakarya. peraturan menteri negara menpan no. 16 tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya. jakarta: menpan dan reformasi. permendiknas nomor: 35 tahun 2010 tentang petunjuk teknis jabatan fungsional guru dan angka kreditnya. jakarta: kemendiknas. peraturan bersama menteri pendidikan nasional dan kepala badan kepegawaian negara nomor ;03/v/pb/2010 dan nomor: 14 tahun 2010 tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka kreditnya. prijodarminto. ( 1994). disiplin kiat menuju sukses sondang p siagian. ( 2015). manajemen sumber daya manusia. jakarta : bumi aksara. suharsimi arikunto. (2006). prosedur penelitian suatu pendidikan praktis. jakarta: rineka cipta. tutik rachmawati dan daryanto. (2013). penilaian kinerja profesi guru dan angka kreditnya, yogyakarta: gava media. tim dosen ikip malang. (1989). kamus administrasi the ling gie. malang. . wiyani. (2015). etika profesi keguruan. yogyakarta : gava media. zamroni. ( 2007). meningkatkan mutu sekolah. jakarta : psap muhammadiyah. microsoft word 03-setyo.docx vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 329 received : 21-10-2022 revised : 30-11-2022 published : 11-12-2022 peningkatan hasil belajar ips melalui model pembelajaran think pair share pada siswa smp setyo gunarso smp negeri 3 dongko, kabupaten trenggalek, indonesia gunarsosetyo1@gmail.com abstrak: “suatu fenomena yang peneliti amati dalam dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini dalam kegiatan pembelajaran ips pada siswa kelas viii di smpn 3 dongko, peneliti menemukan banyak permasalahan yang terjadi sehingga menyebabkan hasil belajar siswa sangat rendah dengan ditandai banyaknya siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran ips. banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah kkm. peneliti mencoba alternatif pemecahan masalah tersebut dengan menerapkan model pembelajaran think pair share (tps) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui gambaran objektif peningkatan hasil belajar ips melalui model think pair share pada siswa kelas viii a smp negeri 3 dongko. subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas viii a smp negeri 3 dongko. rancangan penelitian ini meliputi tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. berdasarkan hasil penelitian, terbukti ada peningkatan hasil belajar, yaitu peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus 1 mencapai 74,55 meningkat 80,00 pada siklus 2 (meningkat 5,45 nilai), dan persentase ketuntasan siswa pada siklus 1 = 77,27% meningkat 94,55% pada siklus 2. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model think pair share mampu meningkatkan hasil belajar ips pada siswa kelas viii a smpn 3 dongko”. kata kunci: hasil belajar; ips; model pembelajaran; think pair share vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 330 pendahuluan sebagai seorang guru atau pendidik, maka harus memahami prinsip demokratis pendidikan. rumusan misi pendidikan yang berprinsip demokrasi nampaknya telah diwujudkan dalam metode pembelajaran yang tidak lagi mengutamakan guru sebagai subjek dan titik pusat lingkungan belajar, seperti halnya dalam pembelajaran tradisional. menyelidiki, bersikap terbuka, menghasilkan dan mempertahankan ide, mendorong pemikiran seseorang hingga batasnya untuk memecahkan masalah, menetapkan dan menjunjung tinggi standarnya sendiri, dan menghasilkan perspektif baru tentang masalah adalah contoh bagaimana menjadi kreatif dan inovatif (nurhadi, 2003: 19). fenomena yang sering muncul yang peneliti temui selaku guru ips di smpn 3 dongko bahwa masih banyak siswa dalam dua tahun terakhir yang kesulitan memahami mata pelajaran ips. peneliti mengajar di kelas viii a, dimana masalah ini juga muncul. jika dibandingkan dengan kelas lainnya, kelas viii a memiliki permasalahan yang paling menantang dalam kegiatan pembelajaran ips. berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan sebelumnya, peneliti menjumpai sebagian besar siswa kelas viii a ternyata masih menganggap ips sebagai mata pelajaran yang materinya sangat sulit dipahami. selain itu, metode pembelajaran yang tradisional dan membosankan masih digunakan oleh guru, seperti ceramah dan tanya jawab. pada akhirnya, hal ini sangat berdampak negatif terhadap hasil belajar siswa. banyak siswa dengan hasil belajar di bawah kkm = 65. peneliti akhirnya terdorong untuk melakukan modifikasi dan melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa ketika ada beberapa masalah dengan kegiatan pembelajaran di kelas. salah satu usaha yang peneliti lakukan adalah dengan mencoba menerapkan model pembelajaran thin pair and share di kelas untuk mata pelajaran ips. think pair share ialah model pembelajaran kolaboratif yang mencakup sintaks. guru membahas materi tradisional, memberikan masalah, dan meminta siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikannya. mereka juga mengikuti kuis individu, berbagi presentasi kelompok, menilai kemajuan setiap siswa, dan memberikan hadiah. (ngalimun: 2017). berikut judul yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas “peningkatan hasil belajar ips melalui model think pair share pada siswa kelas viii a smp negeri 3 dongko kabupaten trenggalek”. mempertimbangkan konteks masalah yang telah dijelaskan, peneliti mengidentifikasi hal-hal berikut sebagai masalah utama penelitian “bagaimana peningkatan hasil belajar ips melalui model think pair share pada siswa kelas viii a smp negeri 3 dongko kabupaten trenggalek?” penelitian bertjuan untuk mendapat pemahaman yang obyektif tentang bagaimana model think pair share di kelas viii dapat meningkatkan hasil belajar ips berdasarkan rumusan masalah di atas. siswa smp negeri 3 dongko kabupaten trenggalek. berikut keuntungan yang dapat diperoleh dari penelitian ini: 1) bagi siswa: “meningkatkan hasil belajar ips siswa, memotivasi siswa untuk lebih terlibat, mandiri, dan bertanggung jawab, memperoleh pembelajaran konkrit yang bukan sekedar konsep tetapi proses dari suatu peristiwa, dan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi dan bersemangat untuk berpartisipasi dalam pembelajaran”. 2) bagi guru: “meningkatkan kemampuan guru untuk mengatasi tantangan dalam mengajar ips, mendorong guru untuk menggunakan metode pengajaran yang kreatif untuk membuat pembelajaran menyenangkan, dan mengembangkan profesionalisme guru dalam menciptakan metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan mata pelajaran yang dipelajari”. 3) bagi sekolah: “hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam upaya mencari inovasi pembelajaran bagi guru lain, sebagai vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 331 masukan dalam meningkatkan dan mengintensifkan kualitas pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran yang lebih inovatif, sehingga kualitas pembelajaran lebih efisien khususnya pada kualitas sekolah”. kajian teori pengertian hasil belajar hasil belajar ialah hasil yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran selesai, yang ditunjukkan dengan hasil tes yang dilakukan guru setelah selesainya bahan ajar dalam satu mata pelajaran (abu ahmadi, 2005:47). hasil belajar menurut sudjana (2002:40) ialah menentukan tingkat penguasaan belajar seseorang dengan membandingkannya dengan standar yang ditetapkan oleh sistem penilaian yang relevan. tujuan hasil belajar ditunjukkan dengan adanya modifikasi pada perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang. dengan demikian, jenis mata pelajaran, teknik pembelajaran yang tepat, dan cara penyajian informasi semuanya memainkan peran penting dalam seberapa baik siswa belajar (yaitu, ada beberapa yang dapat dikomunikasikan secara efektif melalui peragaan, tetapi ada juga beberapa yang lebih cocok untuk dipraktekkan). seperti yang dapat disimpulkan dari beberapa definisi di atas, hasil belajar ialah hasil usaha belajar seorang siswa dari kegiatan pembelajaran akademik di sekolah selama kurun waktu tertentu, dimana pengetahuan dan pengalamannya diorganisasikan dalam bentuk struktur kognitif. pembelajaran ips di smp menurut muhammad numan somantri (2001: 92), “pendidikan ips adalah integrasi dari berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan mendasar manusia yang ditata, disajikan secara ilmiah, dan pedagogis untuk tujuan pendidikan. hal ini berlaku untuk sekolah dasar dan menengah”. pendekatan terpadu untuk pendidikan ips untuk sekolah disediakan dengan menggabungkan berbagai disiplin ilmu dengan tujuan pendidikan. siswa diantisipasi untuk dapat mencapai tujuan pendidikan melalui kombinasi berbagai disiplin ilmu. menurut trianto (2010:171), “ips adalah integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya, yang diwujudkan melalui pendekatan interdisipliner dari berbagai aspek dan cabang ilmu sosial”. ips diajarkan di sekolah-sekolah dan diambil dari pokok bahasan berbagai cabang ilmu sosial. supardi (2011: 182) menyatakan bahwa pembelajaran ips lebih menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki siswa untuk memecahkan masalah, baik yang sederhana maupun yang kompleks. pada intinya, pengajaran ips lebih menekankan pada pengajaran siswa bagaimana memecahkan masalah. menurut beberapa definisi yang telah diberikan di atas, mata pelajaran yang terpadu atau terpadu dari berbagai ilmu sosial dan humaniora, pendidikan ips di sekolah menitikberatkan pada keterampilan diri siswa untuk membantu mereka berkembang menjadi warga negara yang baik dan mampu menjadi warga negara yang baik. menyelesaikan masalah di lingkungannya model pembelajaran think, pair and share (tps) model cooperative learning tipe think pair share ialah metode pembelajaran kooperatif yang awalnya diciptakan pada tahun 1981 oleh profesor frank lyman dan rekan-rekannya di university of maryland. menurut m sunita (2014: 62) think pair share ialah strategi pengajaran di mana siswa secara individual meneliti masalah yang disajikan oleh guru, mendiskusikannya secara berpasangan, dan kemudian mempresentasikan temuan mereka kepada teman sekelasnya. dalam pembelajaran tps, siswa juga diberikan kesempatan untuk berpikir mandiri, vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 332 berdiskusi, saling membantu anggota kelompok, dan berbagi informasi dengan teman atau kelompok lain, klaim shoimin (2014:208). tint dan nyunt (2015:2) berpendapat bahwa think pair share merupakan strategi pembelajaran kooperatif yang tepat bagi siswa yang belajar bagaimana menggunakan strategi pembelajaran kooperatif. sehingga, peneliti menyimpulkan cooperative learning tipe think pair share ialah metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada keterlibatan siswa secara utuh dalam kegiatan pendidikan. metode penelitian rancangan penelitian tindakan kelas (ptk) yang berjudul: “peningkatan hasil belajar ips melalui model think pair share pada siswa smp ini dilaksanakan melalui siklus-siklus dan tiap siklus meliputi 4 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan , pengamatan, dan refleksi”. proses pelaksanaannya bersifat kolaboratif partisipatoris dengan guru serumpun. lokasi penelitian dilakukan di ruang kelas viii a smp negeri 3 dongko kabupaten trenggalek. partisipan dalam penelitian ini adalah 22 siswa kelas viiia smpn 3 dongko yang terbagi menjadi 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. instrumen tes digunakan oleh peneliti dalam proyek penelitian tindakan kelas ini. “tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (arikunto, suharsimi 2006, 150)”. metode yang digunakan adalah teknik analisis data kuantitatif. hasil belajar yang digunakan untuk mengevaluasi pemahaman siswa terhadap materi keadaan masyarakat indonesia pada masa penjajahan dan diambil pada akhir setiap siklus pembelajaran meliputi data kuantitatif. penyajian data secara bertahap dalam bentuk nilai, dengan memasukkan informasi dari setiap siklus. hasil dan pembahasan hasil penelitian 1. prasiklus setelah siswa menyelesaikan materi dampak monopoli perdagangan dengan kkm = 65, dilakukan kegiatan untuk mengetahui kondisi awal siswa dengan menggunakan ujian ulangan harian. ujian ini digunakan untuk mengukur seberapa baik siswa memahami keadaan material masyarakat indonesia era kolonial. hasil tes pra siklus kelas viiia ditampilkan pada tabel dan grafik berikut ini. tabel 1. nilai tahap prasiklus no kriteria rentang nilai frequensi presentase 1 tuntas 65 100 14 63,64% 2 belum tuntas 0 64 8 36,36% rata-rata 22 100% vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 333 gambar 1. hasil penilaian prasiklus kelas viii a berdasarkan hasil ulangan harian, kelas viii a memiliki rata-rata nilai terendah yaitu 68,64. ketuntasan kelas adalah 63,64% atau 14 siswa tuntas dan 36,36% atau 8 siswa tidak tuntas. nilai rata-rata sebesr 68,64. pemilihan kelas untuk penelitian tindakan kelas (ptk) dilakukan dengan berpedoman pada hasil tes kemampuan awal, serta pengamatan peneliti terhadap guru mata pelajaran ips kelas viii a dan mitra kerjasamanya mengenai pemanfaatan bahan ajar yang ada. 2. siklus 1 selama dua kali pertemuan pada siklus 1, yaitu pada hari rabu, 12 februari 2020, dan kamis, 13 februari 2020 dilakukan kegiatan edukasi. waktu 2 x pertemuan ialah 4 x 40 menit. pembelajaran dikelas viii a dengan menyampaikan materi pengaruh kebijakan kerja paksa. pembelajaran menerapkan model pembelajaran think pair share, yang terbagi dalam tahap think-pair pada pertemuan pertama, dan tahap share dan diakhiri tes tertulis pada pertemuan kedua. pada akhir pembelajaran siklus 1 dilakukan analisis efektivitas inisiatif terhadap hasil belajar siswa dalam menyelesaikan materi mata pelajaran dampak kebijakan kerja paksa. tes siklus 1 juga terdiri dari tes tertulis. pada dasarnya dari keadaan awal (tes tertulis pra siklus) hingga tes tertulis siklus 1, hasil belajar siswa mengalami peningkatan. berikut tabel dan grafik hasil tes siklus 1 siswa kelas viiia tabel 2. nilai tahap siklus 1 no kriteria rentang nilai frequensi presentase 1 tuntas 65 100 17 77,27% 2 belum tuntas 0 64 5 22,73% rata-rata 22 100% 64% 36% hasil penilaian prasiklus tuntas belum tuntas vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 334 gambar 2. hasil penilaian siklus 1 kelas viii a “berdasarkan hasil tes tertulis siklus 1 terdapat 5 siswa yang memperoleh nilai di bawah 65 (kkm = 65) dengan persentase 22,73% dan 17 siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 dengan persentase 77,27%. nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 74,55”. 3. siklus 2 kegiatan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan selama dua kali pertemuan, pada hari rabu tanggal 19 februari 2020 dan kamis tanggal 20 februari 2020. waktu 2 x pertemuan sama dengan 4 x 40 menit. pembelajaran siklus 2 dikelas viii a dengan menyampaikan materi perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme. analisis keefektifan tindakan terhadap hasil belajar siswa dilakukan pada akhir pembelajaran siklus 2 setelah siswa menyelesaikan pembelajaran tentang perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme. untuk siswa kelas viiia, hasil tes siklus 2 ditampilkan pada tabel dan grafik berikut tabel 3. nilai tahap siklus 2 no kriteria rentang nilai frequensi presentase 1 tuntas 65 100 21 95,45% 2 belum tuntas 0 64 1 4,55% rata-rata 22 100% gambar 3. hasil penilaian siklus 2 kelas viii a 77% 23% hasil penilaian siklus 1 tuntas belum tuntas 95% 5% hasil penilaian siklus 2 tuntas belum tuntas vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 335 “berdasarkan tes tertulis siklus 2 terdapat siswa yang mendapat nilai kurang dari 65 (kkm = 65) sebanyak 1 siswa dengan persentase sebesar 4,55% dan yang mendapat nilai ≥ 65 sebanyak 21 siswa dengan persentase sebesar 95,45%, dan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 80,00”. berdasarkan data aktivitas siswa pada mata pelajaran ips dengan menggunakan model pembelajaran think-pair-share untuk mempelajari materi keadaan masyarakat indonesia pada masa penjajahan, tujuan tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan prestasi akademik siswa. pembahasan melalui pengamatannya, peneliti dapat mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya masalah belajar yang ditimbulkan oleh penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa dan materi pelajaran yang dipelajari. penerapan model pembelajaran think pair share pada pelajaran ips tentang kondisi masyarakat indonesia pada masa penjajahan yang peneliti lakukan dalam dua siklus merupakan salah satu upaya yang peneliti lakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas viii a. model pembelajaran think pair share diterapkan pada kd dampak kebijakan kerja paksa pada siklus 1 dan pada kd perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme pada siklus 2. pada siklus 1, guru berhasil mendorong siswa untuk berpartisipasi lebih aktif di kelas. guru juga mendampingi siswa dalam kegiatan belajarnya dan memberikan bimbingan jika ada yang mengalami kesulitan. di akhir pembelajaran, guru memberikan tes tertulis untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mempengaruhi materi kebijakan kerja paksa. rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa naik dari 68,64 pada pra siklus menjadi 74,55 pada siklus 1 sesuai hasil ujian tertulis siklus 1 topik dampak peraturan perundang-undangan kerja paksa (mengalami peningkatan skor sebesar 5,91). siswa yang mendapat nilai kurang dari 65 (kkm = 65) sebanyak 5 siswa dengan persentase 22,73% dan yang mendapat nilai ≥ 65 sebanyak 17 siswa dengan persentase sebesar 77,27%. (mengalami peningkatan 13,64% dari persentase prasiklus) siswa pada siklus 2 diamati mampu menyelesaikan tugas dalam waktu yang ditentukan. selain itu, siswa lebih tertarik untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari. selain itu, siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pelajaran tentang perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme, membuat pelajaran lebih bermakna. dilihat dari aktivitas guru, pada siklus 2 terungkap bahwa guru sudah mampu mengatasi permasalahan yang mengemuka pada siklus 1. “rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus 1 adalah 74,55, meningkat menjadi 80,00 pada siklus 2 (mengalami peningkatan 5,45 nilai). sedangkan persentase ketuntasan klasikal pada siklus 1 sebesar 77,27%, kemudian meningkat menjadi 95,45% pada siklus 2 (mengalami peningkatan 18,18%). hasilnya, hasil belajar siswa kelas viii a pada materi kondisi masyarakat indonesia pada masa penjajahan dapat ditingkatkan dengan menggunakan model think pair share”. simpulan penerapan model pembelajaran think pair share pada materi keadaan masyarakat indonesia pada masa penjajahan mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas viii a smpn 3 dongko, sesuai temuan penelitian tindakan kelas (ptk) yang dilakukan. hal ini terbukti dari adanya peningkatan nilai rata-rata pada siklus 1 mencapai 74,55 meningkat 80,00 pada siklus 2 (meningkat 5,45 nilai), dan persentase ketuntasan siswa pada siklus 1 mencapai 77,27% meningkat 94,55% pada siklus 2. nilai perolehan siklus 2 ini sudah melebihi target penelitian vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 336 yang direncanakan. selain itu, model pembelajaran think pair share terbukti sangat berhasil mengubah suasana belajar menjadi aktif dan menyenangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas viii a smpn 3 dongko. daftar rujukan ahmadi, abu. (2005). psikologi belajar. jakarta: pt. rineka cipta. arikunto, suharsimi. (2006). prosedur penelitian. jakarta: pt rineka cipta m, sunita. (2014). tps (think-pair-share): an active learning strategy to teach theory of computation course. internasional journal of education research and technology 5(4): 62 ngalimun. (2017). stategi pembelajaran. yogyakarta: parama ilmu nurhadi. (2003). pendekatan kontekstual. jakarta: departemen pendidikan nasional. sapto, ari, dkk. (2017). ilmu pengetahuan sosial smp/mts kelas viii. jakarta: kementerian pendidikan dan kebudayaan (edisi revisi 2017). shoimin, aris. (2014). 68 model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013. yogyakarta: ar-ruzzmedia somantri, m. numan. (2001). menggagas pembaharuan pendidikan ips. bandung: pt. remaja rosdakarya sudirman. (2007). interaksi dan motivasi belajar mengajar. jakarta: raja grafindo persada. sudjana. (2002). strategi belajar mengajar. jakarta: rineksa cipta. supardi. (2011). dasar-dasar ilmu sosial. yogyakarta: ombak tint dan nyunt. (2015). “collaborative learning with think-pair-share technique”. computer applications: an international journal (caij) vol. 2 no 1. pg 1-11. trianto. (2010). konsep-konsep ips. bandung: pt rosdakarya. microsoft word 02-sapta.docx vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.236 1492 received : 12-09-2021 revised : 25-10-2021 published : 30-11-2021 peningkatan hasil belajar sifat mekanik bahan melalui latihan konversi satuan saptatuhu mardinugroho smk negeri kudu jombang, indonesia sapta71tuhu@gmail.com abstrak: maksud dari penelitian ini ialah mengetahui penerapan latihan konversi satuan terhadap peningkatan hasil sifat mekanik bahan pada siswa kelas x tgb 2 di smk negeri kudu semester 1 tahun 2018/2019. penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan dengan jumlah siklus sebanyak dua siklus. dalam setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan kegiatan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. sasaran penelitian ini adalah siswa kelas x tgb 2 di smk negeri kudu semester 1 tahun 2018/2019. analisa data ditampilkan dalam bentuk tabel yang selanjutnya bisa dibuat grafiknya disertai uraian secara deskriptif. data yang diperoleh berupa hasil tes yang dilaksanakan diakhir tiap fase, lembar observasi dan hasil wawancara siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran. melalui analisis data ternyata prestasi belajar siswa yang tuntas belajar mengalami peningkatan dari pemberian pre test (sebelum diberi tindakan), siklus i sampai siklus ii yaitu, pre test (45,45 %), siklus i (74,29 %), dan pada siklus ii (91,43 %). sedangkan dari hasil observasi dan wawancara siswa diperoleh data bahwa sebagian besar siswa merasa senang dan lebih termotivasi untuk mempelajari sifat mekanik bahan setelah diberi latihan konversi satuan dalam proses pembelajaran. kata kunci: peningkatan; sifat mekanik bahan; konversi satuan abstract: the purpose of this study was to find out the application of unit conversion exercises to improving the results of mechanical properties of materials in class x tgb 2 students at smk negeri kudu semester 1 of 2018/2019. this study uses two cycles of action research. each cycle consists of four stages, namely: planning, implementing actions, observing, and reflecting. the target of this research is the students of class x tgb 2 at smk negeri kudu semester 1 of 2018/2019. data analysis is presented in the form of tables and graphs accompanied by a descriptive description.the data obtained in the form of formative test results, observation sheets and student interviews during the learning process. from the results of data analysis, it was found that the learning achievement of students who had completed learning experienced an increase from giving pre-test (before the action), cycle i to cycle ii, namely, pre-test (42.45%), cycle i (74.29%), and in the second cycle (91.43%). meanwhile, from the results of student observations and interviews, it was obtained data that most of the students felt happy and more motivated to study the mechanical properties of materials after being given unit conversion exercises in the learning process. keywords: increasing; mechanical properties of materials; unit conversion vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.236 1493 pendahuluan harapan seorang pengajar ialah muridnya memahami materi pelajaran yang disampaikan saat kegiatan pembelajaran. namun ada kalanya banyak murid/siswa yang kurang memahami materi pelajaran yang telah disampaikan. hal ini berdasarklan perolehan nilai hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan, sehingga guru/pengajar perlu melakukan penelitian tindakan kelas sesuai permasalahan yang dihadapi. menurut arikunto (2007:28) penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru pengampu mata pelajaran (bertindak sebagai guru) dalam suatu kelas sebagai tempat mengajar. kegiatan belajar yang dilakukan merupakan penyempurnaan dari kegiatan sebelumnya. tahapan pada penelitian tindakan kelas secara umum terdiri dari: 1) membuat perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi dan 4) refleksi. hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh mulyasa, dalam bukunya yang diterbitkan tahun 2010 halaman 70 -71. adanya berbagai tahapan tersebut merupakan upaya agar penelitian ini berkualitas dan menarik. menurut suharjono (2003) diterangkan bahwa karya tulis ilmiah harus apik (asli perlu diteliti ilmiah konsisten). sementara selama ini upaya peningkatan hasil belajar sifat mekanik bahan belum banyak diteliti oleh para guru. kegiatan ptk (penelitian tindakan kelas) ini dilaksanakan untuk siswa/peserta didik kelas x tgb 2 semester 1 di smk negeri kudu. mata pelajaran yang diteliti yaitu fisika dengan materi pokoknya sifat mekanik bahan. berdasarkan hasil pengamatan pada pengalaman tahun sebelumnya di smk negeri kudu pada saat kbm, pembelajaran masih didominasi oleh guru atau disebut pembelajaran secara langsung. apabila peserta didik diberikan kesempatan bertanya, peserta didik tidak ingin bertanya. dari situ guru mengambil kesimpulan bahwa rasa ingin tahu peserta didik kurang, peserta didik kurang berani dalam berpendapat. peserta didik hanya mencatat penjelasan guru, diamati ada beberapa peserta didik yang tidur, ada pula peserta didik yang mengerjakan tugas mata pelajaran lain dan peserta didik yang duduk di barisan paling belakang tidak memperhatikan penjelasan guru. adanya berbagai kejadian dalam kelas yang bersifat negatif pada peserta didik tidak lepas dari nilai prestasi hasil belajar yang rendah pada pokok bahasan sifat mekanik bahan. rupanya dengan nilai yang rendah membuat mereka kurang bersemangat dalam belajar. kalau diamati penyebabnya adalah kurangnya pemahaman dalam mengkonversi satuan di bidang sifat mekanik bahan. untuk itulah perlu dilakukan penelitian tindakan agar nilai siswa terangkat supaya lebih semangat dalam belajar. pemahaman peserta didik akan meningkat salah satunya dengan adanya model pembelajaran yang sesuai. penggunaan model pembelajaran yang sesuai merupakan salah satu ikhtiyar yang ditempuh oleh guru guna mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran saat proses pembelajaran berlangsung. media pembelajaran juga akan memudahkan peserta didik dalam mempelajari materi pada mata pelajaran fisika. materi yang disajikan, bahasa, dan cara penyampaian materi juga sangat mempengaruhi pemahaman peserta didik. pemakaian media pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi yang akan dicapai. media pembelajaran ini seperti, modul, video, hand out, trainer dan lain-lain. penelitian ini dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi sifat mekanik bahan. lebih lanjut menurut kamisa (1997: 768), peningkatan kemampuan belajar dilakukan agar siswa lebih berprestasi. penelitian ini menggunakan model pembelajaran stad dengan menitik beratkan pada latihan konversi satuan dan media pembelajarannya berupa modul, handout, ppt serta video. peserta didik vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.236 1494 diharapkan dapat lebih mudah mempelajari materi dengan adanya model dan media pembelajaran yang sesuai. media pembelajaran berupa video dapat memperpendek waktu yang diperlukan untuk menguasai materi dalam kegiatan pembelajaran. peserta didik juga akan termotivasi dalam belajar dengan adanya media berupa video. berdasarkan beberapa masalah di atas untuk membantu mempermudah proses pembelajaran, maka diperlukan model pembelajaran yang tepat sebagai usaha seorang guru dalam rangka meningkatkan hasil belajar peserta didik. dari permasalahan tersebut, data penelitian yang dikembangkan terutama meliputi data tentang kemampuan psikomotorik dan kognitif pada siswa. trianto (2007) mengemukakan bahwa pembelajaran model kooperatif stad adalah merupakan pembalajaran kooperatif yang mengelompokkan siswa menjadi kelompok kecil secara heterogen. langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe stad adalah sebagai berikut: (1) penyampaian tujuan belajar dan motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada sebuah pembelajaran dan memotivasi peserta didik agar giat belajar. (2) pembagian kelompok siswa, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan beranggotakan 5-6 orang setiap kelompoknya secara heterogen. (3) kegiatan presentasi, maksudnya ialah sebelum memulai pembelajaran guru menjelaskan tujuan yang diharapkan setelah mengikuti pembelajaran. dalam hal ini ditekankan latihan konversi satuan bagi peserta didik. (4) kegiatan kelompok, peserta didik bekerja melalui kelompok yang telah dibentuk. (5) evaluasi, pelaksanaan evaluasi hasil belajar melalui pelaksanaan tes (soal evaluasi) sesuai materi pelajaran yang yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap hasil evaluasi masing-masing kelompok ketika siswa mengikuti pembelajaran secara berkelompok. (6) penghargaan atau panismen merupakan penghargaan yang diberikan oleh guru atas keberhasilan siswa ketika bekerja secara kelompok. kegiatan ptk dilaksanakan di lab ipa karena sarananya lengkap sehingga siswa dapat termotivasi dalam belajar. sebelum siswa/peserta didik melaksanakan praktikum terlebih dahulu guru mendemonstrasikan cara penggunaan alat praktek dan memberi latihan konversi satuan pada siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan aktivitas selama pembelajaran berlangsung. aktivitas pembelajaran tidak hanya mengutamakan peran guru, tetapi juga melibatkan peran siswa yang terlibat secara emosional, kegiatan fisik dan intelektual yang pada akhirnya diharapkan konsep-konsep fisika khususnya kompetensi sifat mekanik bahan yang dipelajari dapat lebih mudah dipahami dan dapat dicerna dengan lebih mudah oleh peserta didik serta dapat menumbuhkan motivasi belajar dikalangan para peserta didik. metode penelitian yang dilakukan penulis kali ini merupakan sebuah ptk, sebab digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam sebuah kelas dengan memberikan perlakuan tertentu (yuliawati, 2012:27). penelitian ini mengambil tempat di smk negeri kudu sekaligus sebagai tempat penulis mengajar. pelaksanaan penelitian pada tahun pelajaran 2018/2019 semester ganjil di kelas x tgb 2 dengan siswa sejumlah 35 orang. waktu diadakannya penelitian ini dimulai tanggal 2 oktober 2018 s.d 28 oktober 2018. kegiatan penelitian dimulai dengan persiapan, observasi, dan penyusunan laporan penelitian. menurut mulyasa (2010), teknik pengumpulan data menggunakan beberapa metode diantaranya adalah sebagai berikut: (1) observasi, dilakukan secara langsung pada saat proses pembelajaran berlangsung. mengumpulkan data keterlaksanaan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe stad, interaksi antar sesama peserta didik, dan interaksi peserta didik dengan vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.236 1495 guru. (2)tes berupa pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. di sinilah peserta didik ditempa dengan berbagai latihan konversi satuan agar bisa menyelesaikan berbagai soal yang berkaitan dengan sifat mekanik bahan. tes ini merupakan instrumen yang dipakai untuk melihat prestasi hasil belajar yang dicapai siswa setelah diberi perlakuan berupa pembelajaran kooperatif stad dengan menitik beratkan pada latihan konversi satuan. evaluasi berupa tes tertulis diadakan pada setiap akhir kegiatan pada siklus i dan ii. analisis data dalam penelitian ini mengacu pada reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. teknik analisa data disesuaikan dengan karakteristik data yang diambil. untuk data aspek kognitif, data hasil tes dinilai dan diambil rerata dari setiap siklus, kemudian dibandingkan rerata berdasarkan hasil evaluasi pada siklus i dan siklus ii. untuk data aspek psikomotorik, analisa data dengan cara memberi centang pada aspek psikomotor yang dicapai siswa, menghitung skor peroleh, selanjutnya membandingkan prosentase aspek psikomotorik berlandaskan data hasil tes pada siklus i dan ii. pembahasan dalam kegiatan pembelajaran siswa diharapkan memiliki kemampuan akademis dan budi pekerti yang mulia. untuk mewujudkan agar siswa memiliki kemampuan akademik yang bagus kadang terkendala adanya perolehan hasil belajar siswa yang kurang sesuai dengan harapan yang diinginkan oleh guru pengajar, sehingga pengajar atau guru perlu melaksanakan penelitian tidakan kelas. agar penelitian tersebut dapat berjalan dengan baik maka harus diikuti tahapan-tahapannya. sedangkan agar siswa memiliki budi pekerti yang luhur guru bisa mengamati perilaku siswa ketika kegiatan belajar sedang berlangsung. untuk mengamati perilaku siswa bisa diamati tingkah lakunya berupa kerjasama dengan sesama siswa dan ineraksinya selama kegiatan belajar. bila perilaku siswa masih belum sesuai dengan harapan maka hal ini bisa diatasi dengan melakukan ptk. untuk memudahkan pelaksanaan penelitian maka peserta didik dapat dipilah menjadi beberapa kelompok belajar dalam kelas. pada saat pembelajaran, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menyelesaikan problem yang diberikan oleh guru. melalui diskusi kelompok ini, peserta didik dapat memahami dan juga dapat meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial antar sesama peserta didik. peserta didik juga dilatih untuk saling menghargai pendapat peserta didik lainnya. inti dari pembahasan tentang latihan konversi satuan tidak lepas dari satuan dalam fisika secara umum. marthen kanginan (2016:68), konversi satuan adalah sistem yang merubah satuan dari satuan-satuan imperial (sistem inggris) ke dalam satuan-satuan metrik. konversi satuan yang perlu diketahui adalah sebagai berikut: (1)faktor konversi satuan panjang, misalnya: inchi tau inch(in), feet (ft), yard, mile (mil); (2)faktor konversi luas; (3)faktor konversi satuan volume; (4)faktor konversi satuan massa; (5)faktor konversi satuan waktu; (6)faktor konversi satuan kecepatan; (7)faktor konversi satuan gaya; (8)faktor konversi satuan tekanan; (9)faktor konversi satuan energi; (9)faktor konversi satuan daya vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.236 1496 pemahaman konversi satuan mutlak dibutuhkan oleh peserta didik karena dipakai dalam berbagai bidang. mulai kelas x hingga kelas xii untuk pelajaran produktif akan selalu menggunakan konversi satuan dalam menyelesaikan dalam berbagai hal. jika peserta didik kurang memahami tentang sistim satuan maka guru perlu mengadakan latihan penyelesaian soal konversi satuan yang diadakan sesuai pada siklus yang ada. pengertian latihan konversi satuan bisa bermakna siswa dilatih menyelesaikan berbagai konversi atau merubah nilai satuan tertentu ke bentuk satuan lainnya. latihan konversi satuan tentunya diawali dengan soal latihan sederhana terlebih dahulu baru ke soal latihan yang lebih rumit. ptk yang dilaksanakan ini merupakan ptk jenis eksperimental, yaitu penelitian yang diselenggarakan dengan berupaya untuk menerapkan berbagai teknik atau strategi kegiatan dalam pembelajaran secara efektif dan efisien. dalam kegiatan pembelajaran seorang guru bisa menggunakan lebih dari satu strategi pembelajaran yang bisa diterapkan agar tujuan instruksional tercapai (aqib, 2006: 20). penggunaan strategi pembelajaran ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat kegiatan pembelajaran. dengan menerapkan ptk ini nantinya kedepan diharapkan bisa sebagai alternatif dalam menentukan cara yang paling efektif, murah, menyenangkan dan meningkatkan motifasi belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal. mengenai analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisa data secara deskriptif, yaitu membandingkan beberapa kelompok data hasil penelitian yang telah dilaksanakan sehingga muncul suatu analisa data. dari analisa data tersebut dapat dinarasikan ada tidaknya pengaruh latihan konversi satuan terhadap prestasi hasil belajar siswa pada materi pembahasan sifat mekanik bahan. munculnya kegiatan latihan konversi satuan ini didasari oleh nilai pretes siswa yang rendah. nilai rendah tersebut disebabkan karena siswa kurang memahami sistim satuan pada sifat mekanik bahan. setelah dirasa peserta didik memahami konversi satuan barulah guru melangkah pada siklus i. siklus i diadakan tes berupa tes pengetahuan untuk mengukur pengetahuan peserta didik (yoni, 2010: 168-169). hasil tes menunjukkan belum mencapai target yaitu 75%. dilakukan refleksi dan hasilnya masih banyak peserta didik yang tidak saling berinteraksi dengan baik. masih ada beberapa siswa yang kurang konsentrasi karena sibuk dengan hand pone-nya. pendapat dari teman satu kelompoknya juga kurang diperhatikan dan dihargai. perlu diketahui bahwa siklus dalam ptk biasanya minimal ada dua siklus. ketuntasan belajar dapat dilihat dari aspek pengetahuan yang dilakukan pada siklus i. kriteria ketuntasan minimal adalah 75. tes pengetahuan yang diujikan berjumlah 10 soal pilihan ganda pada siklus i, di dapatkan 26 peserta didik atau 74.29% tuntas dan 9 peserta didik atau 25.71% tidak tuntas. tabel 1. hasil ketuntasan siklus i aspek yang dinilai kategori jumlah peserta didik persentase (%) ketuntasan belajar tuntas tidak tuntas 26 9 74,29 25,71 berdasarkan refleksi pada siklus i tersebut, penelitian berlanjut ke siklus ii dengan materi lanjutan dari siklus i. pada kondisi ini disamping guru memberi tes tertulis juga memeriksa pemahaman peserta didik dengan mengajukan pertanyaan secara acak dan bergilir. alasan memberi pertanyaan secara acak pada siswa adalah untuk menghemat waktu. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.236 1497 sedangkan maksud pemberian pertanyaan secara bergilir maksudnya adalah pertanyaan yang diajukan mulai dari kelompok satu dan seterusnya. dari kegiatan ini selanjutnya guru memodifikasi soal pada siklus ii. pada siklus ii ini ketercapaian hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan yang menggembirakan, yakni dari 74,29% menjadi 91,43%. hasil tes pengetahuan berdasarkan pengamatan pada siklus ii yang dapat dilihat pada tabel 2. tabel 2 hasil ketuntasan siklus ii aspek yang dinilai kategori jumlah peserta didik persentase (%) ketuntasan belajar tuntas tidak tuntas 32 3 91,43 8,57 pelaksanaan penelitian ini bisa dikatakan berhasil apabila target yang dicapai sesuai harapan (agung, 2012). penelitian ini bisa menbuahkan hasil bila masing-masing indikator proses dan hasil belajar mengalami peningkatan dan ketuntasan belajar minimal 75%. gambaran secara umum dengan menggunakan latihan konversi satuan adalah adanya perubahan nilai hasil belajar peserta didik pada materi sifat mekanik bahan pada mata pelajaran fisika. gambaran secara umum lainnya adalah bisa jadi latihan konversi satuan bisa diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar pada pokok bahasan lainnya pada mata pelajaran fisika. misalnya pada bahasan termodinamika, kelistrikan statis, kelistrikan dinamis, fluida statis, fluida dinamis, getaran, gelombang, bunyi dan lain-lainnya. hal ini disebabkan karena tiap pokok bahasan tersebut memerlukan pemahaman di bidang konversi satuan. simpulan dan saran simpulan setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan latihan konversi satuan seperti pada uraian terdahulu sebagaimana telah diuraikan yakni mulai uraian pada pendahuluan sampai pada pembahasan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan seperti berikut ini. 1. melalui menerapkan latihan konversi satuan ternyata hasil belajar peserta didik bisa meningkat. nilai prosentase ketuntasan peserta didik pada siklus i sebesar 74,29%, memperoleh peningkatan pada siklus ii menjadi 91,43%. 2. penerapan latihan konversi satuan dapat menimbulkan adanya peningkatkan keaktifan dan kreativitas peserta didik pada setiap siklus pembelajaran. saran hendaknya guru senantiasa betul-betul memperhatikan siswanya waktu mengajar, agar dalam menggunakan latihan konversi satuan hasilnya dapat optimal. agar mencapai keberhasilan dalam pembelajaran hendaknya guru menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan sebelum mengajar termasuk strategi pembelajaran yang digunakan. daftar rujukan aqib, zainal. 2006. penelitian tindakan kelas untuk: guru. bandung: yrama widya. arikunto, suharsimi dkk. 2006. penelitian tindakan kelas. jakarta: pt bumi aksara. agung, iskandar. 2012. panduan penelitian tindakan kelas bagi guru. jakarta: penerbit bestari buana murni, anggota ikapi. kamisa. 1997. kamus lengkap bahasa indonesia. surabaya: kartika. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.236 1498 marthen, kanginan. 2006. sains fisika jilid 1a . jakarta: penerbir erlangga. mulyasa. 2010. praktik penelitian tindakan kelas . bandung: pt remaja rosdakarya. suharjono. 2003. merancang usulan penelitian pembelajaran. jakarta: depdiknas. trianto. 2007. model-model pembelajaran novatif. jakarta: prestasi pustaka publisher yoni, acep. 2010. menyusun penelitian tindakan kelas. yogyakarta: familia. yuliawati, fitri. 2012. penelitian tindakan kelas untuk tenaga pendidik profesional, yogyakarta: pt pustaka insan madani, anggota ikapi. microsoft word 10-aning.docx vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.27 82 received : 01-07-2020 revised : 15-08-2020 published : 20-09-2020 peningkatan kemampuan menyusun instrumen penilaian sikap berbasis internet melalui pelatihan google form pada guru madrasah aliyah aning wulandari kementerian agama kabupaten bojonegoro, indonesia aning.wulandari@gmail.com abstrak: tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyusun instrumen penilaian sikap berbasis internet melalui pelatihan google form pada guru madrasah aliyah kabupaten bojonegoro tahun pelajaran 2019/2020. penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan sekolah dengan subjek penelitian sebanyak 27 orang dari 9 madrasah binaan. jenis data penelitian berupa data kuantitatif dan data kualitatif yang diperoleh dari hasil angket respon guru, lembar observasi, supervisi akademik dan dokumentasi. berdasarkan hasil penelitian, terjadi peningkatan skor hasil pengamatan sebesar 13,33%, sehingga meningkat dari predikat menyenangkan menjadi sangat menyenangkan. terjadi peningkatan respon guru sebesar 25,93%. hal ini menunjukkan bahwa pelatihan google form siklus kedua lebih menarik sehingga meningkatkan antusias guru. terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menyusun instrumen penilaian sikap berbasis internet dengan menggunakan google form. hal ini terbukti dari peningkatan hasil supervisi akademik sebesar 25,93%, yaitu guru yang mendapatkan predikat minimal baik meningkat menjadi 100% guru mendapatkan predikat minimal baik. abstract: the purpose of this study was to determine the increase in the ability to develop internet-based attitude assessment instruments through google form training for madrasah aliyah teachers in bojonegoro district for the 2019/2020 school year. this study used a school action research design with 27 research subjects from 9 fostered madrasas. this type of research data is in the form of quantitative data and qualitative data obtained from the results of teacher response questionnaires, observation sheets, academic supervision and documentation. based on the research results, there was an increase in the observed score of 13.33%, so that it increased from the predicate of fun to being very pleasant. there was an increase in teacher responses by 25.93%. this shows that the second cycle of google form training is more attractive, thereby increasing teacher enthusiasm. there is an increase in the ability of teachers in developing internet-based attitude assessment instruments using google form. this is evident from the increase in the results of academic supervision by 25.93%, that is, teachers who get a minimum predicate of good increase to 100% of teachers who get a minimum predicate of good. kata kunci: penilaian sikap, internet, google form vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.27 83 pendahuluan salah satu tugas pokok pengawas sekolah adalah melaksanakan pengawasan akademik, meliputi: pembinaan, pemantauan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan pada aspek kompetensi guru dan tugas pokok guru (mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik). dalam melaksanakan tugasnya, guru memiliki 5 (lima) kegiatan pokok, yaitu: (1) merencanakan pembelajaran atau pembimbingan; (2) melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan; (3) menilai hasil pembelajaran atau pembimbingan; (4) membimbing dan melatih peserta didik; dan (5) melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru (permendikbud no. 15 tahun 2018). berdasarkan hasil pengawasan akademik pada madrasah binaan tahun pelajaran 2018/2019, semua guru binaan telah melaksanakan kelima kegiatan pokok tersebut, namun khusus pada kegiatan menilai hasil pembelajaran, masih ditemukan hal-hal yang perlu diperbaiki. semua guru binaan telah melaksanakan penilaian pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan kurikulum 2013, namun belum semua guru melaksananakan penilaian sikap sesuai dengan kurikulum 2013. beberapa guru yang telah melaksanakan penilaian sikap, belum dilengkapi dengan instrumen penilaian sikap, seperti jurnal catatan harian pendidik, angket penilaian diri maupun angket penilaian antarteman. beberapa alasan guru tidak menyusun insrumen penilaian sikap, adalah: (1) masih ada guru yang belum mengetahui jenis-jenis instrumen penilaian sikap; (2) guru masih kesulitan dalam menyusun angket penilaian diri maupun angket penilaian antar teman; (3) guru merasa enggan menyusun instrumen penilaian sikap karena dirasa memberatkan dan mahal karena harus fotocopy angket sejumlah peserta didik. kondisi ini tentu memprihatinkan, mengingat penilaian sikap wajib dilaksanakan oleh semua guru dalam rangka mengintegrasikan penguatan pendidikan karakter, baik karakter religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas. oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah inovasi agar pelaksanaan penilaian sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial dapat dilaksanakan dengan mudah, paperless (tanpa menggunakan kertas), tanpa memberatkan dan mengganggu guru maupun peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. salah satu inovasi dalam pelaksanaan penilaian sikap adalah penilaian berbasis internet. instrumen penilaian sikap yang dimaksud adalah angket penilaian diri dan angket penilaian antarteman. peserta didik jaman sekarang adalah peserta didik milenial yang tidak bisa lepas dari internet, sehingga penilaian sikap berbasis internet akan menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta didik, dan dapat diisi kapanpun dimanapun tanpa menggangu pembelajaran. selain itu, saat ini kita sedang menghadapi revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi dan batas antara manusia, mesin dan sumber daya lainnya yang semakin konvergen melalui teknologi informasi dan komunikasi. revolusi industri 4.0 yang paling terasa bagi masyarakat adalah revolusi internet, atau disebut internet of things (semua sektor kehidupan tersambung ke internet) dan internet of people (semua orang tersambung ke internet). semua guru harus meng-update pengetahuannya agar siap menghadapi tantangan pendidikan 4.0 sebagai dampak dari revolusi industry 4.0. saat ini sudah banyak banyak dikembangkan pembelajaran berbasis internet, dan sudah saatnya instrumen penilaian sikap juga berbasis internet. ada banyak aplikasi yang dapat digunakan untuk menyusun instrumen penilaian sikap berbasis internet, diantaranya adalah: survey monkey, typeform, google form, soho survey, survey gizmo dan survey planet. namun karena masyarakat lebih popular dengan google, baik untuk kepentingan browsing di internet vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.27 84 maupun untuk kepentingan email (gmail), maka pelatihan yang diberikan kepada guru adalah pelatihan google form untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun instrumen penilaian sikap berbasis internet. penilaian hasil belajar secara esensial bertujuan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sekaligus mengukur keberhasilan peserta didik dalam penguasaan kompetensi yang telah ditentukan (kusnandar, 2013: 11). penilaian kurikulum 2013 menerapkan penilaian autentik (authentic assessment) yang dilaksanakan tidak hanya mengukur pencapaian akademik/kognitif peserta didik, tetapi juga mengukur perkembangan kepribadian peserta didik (muhaimin, 2016: 77). alasan penyusunan instrumen penilaian sikap berbasis internet dengan menggunakan google form adalah untuk efektifitas dan efisensi. dengan menggunakan google form, diharapkan peserta didik dapat mengisi angket kapanpun dan dimanapun, tidak terbatas saat proses pembelajaran di kelas, sehingga pengisian angket tidak mengganggu proses pembelajaran. berdasarkan hasil observasi, ternyata masih banyak guru yang belum mengenal google form. google form adalah alat yang berguna untuk membantu merencanakan acara, mengirim survei, memberikan siswa atau orang lain kuis, atau mengumpulkan informasi yang mudah dengan cara yang efisin. form juga dapat dihubungkan ke spreadsheet atau kolom hasil tanggapan responden. dengan spreadsheets memungkinkan untuk menunjukan bagaimana anda dapat menggunakan software ini untuk mengajukan berbagai pertanyaan, termasuk dimana pengguna anda merespon dengan jawaban teks sederhana atau respon teks lebih lanjut (https://wikipedia.com). guru perlu mendapatkan pelatihan google form untuk meningkatkan kemampuannya dalam menyusun instrumen penilaian sikap berbasis internet. dengan demikian, dalam penelitian ini akan dikaji langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menyusun instrumen penilaian sikap berbasis internet melalui pelatihan google form pada guru madrasah aliyah kabupaten bojonegoro tahun 2019/2020. berdasarkan latar belakang masalahs tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “bagaimanakah upaya peningkatan kemampuan menyusun instrumen penilaian sikap berbasis internet melalui pelatihan google form pada guru madrasah aliyah kabupaten bojonegoro tahun pelajaran 2019/2020?”. metode penelitian penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan sekolah. penelitian direncanakan dilaksanakan dalam 2 siklus, dengan masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. penelitian dilaksanakan di laboratorium komputer ma muhammadiyah 1 sumberejo yang beralamatkan di kecamatan sumberejo kabupaten bojonegoro. subjek penelitian adalah guru-guru dari madrasah binaan sebanyak 27 orang dari 9 madrasah binaan. penelitian dilaksanakan pada bulan juni – agustus 2019. sumber data penelitian adalah guru. sedangkan jenis data penelitian berupa data kuantitatif dan data kualitatif yang diperoleh dari hasil angket respon guru, lembar observasi, supervisi akademik dan dokumentasi. metode pengumpulan data adalah: (1) metode observasi (menggunakan lembar observasi), digunakan untuk mengumpulkan data aktifitas guru; (2) metode angket (menggunakan angket respon guru), digunakan untuk mengumpulkan data respon guru terhadap pelaksanaan pelatihan; (3) metode supervisi akademik (menggunakan instrument supervisi akademik), digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan guru dalam vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.27 85 menyusun instrumen penilaian sikap berbasis internet dengan menggunakan google form; dan (4) metode dokumentasi (foto). data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif (hasil angket respon guru dan hasil supervisi akademik) dan data kualitatif (hasil observasi dan dokumentasi). dioleh dengan cara mereduksi data, mendeskripsikan data dan menyimpulkan data. penelitian dikatakan berhasil jika: (1) 100% guru berhasil menyusun instrumen penilaian sikap berbasis internet menggunakan google form; dan (2) 100% guru mendapatkan hasil supervisi akademik minimal baik. tabel 1. diskripsi tahapan penelitian tahapan deskripsi kegiatan pada siklus 1 (sabtu, 13 juli 2019) deskripsi kegiatan pada siklus 2 (kamis, 22 agustus 2019) perencanaan telah tersusun rpa, materi pelatihan (google form), lembar kerja, lembar observasi, angket respon guru dan instrumen supervisi akademik telah tersusun rpa, materi pelatihan (spreadsheet). lembar observasi, angket respon guru dan instrumen supervisi akademik sama dengan siklus 1 pelaksanaan sebelum pelatihan google form, terlebih dahulu peserta dilatih cara menyusun instrument penilaian sikap, baik jurnal catatan harian pendidik, maupun angket penilaian diri dan penilaian antarteman. setelah itu pelatihan google form (langkah-langkah penggunaan google form dan cara menyusun angket penilaian diri dan angket penilaian antarteman berbasis internet menggunakan google form). dari 27 peserta, hanya 8 orang yang berhasil mengumpulkan angket penilaian sikap berbasis internet menggunakan google form. sedangkan yang 21 orang dilanjutkan pembuatannya di rumah. pelatihan google form (analisis spreadsheet). semua peserta sudah membuat dan mengumpulkan angket penilain sikap berbasis internet dengan menggunakan google form, dan sudah menyimpan data hasil pengisian angket dalam spreadsheets. selanjutnya peserta mendapatkan pelatihan analisis hasil angket dalam spreadsheet dan pelatihan cara menentukan nilai akhir sikap peserta didik. pengamatan kolaborator/observer adalah rekan sejawat, yaitu h. muntaha, m.si. berdasarkan analisis lembar observasi, skor yang diperoleh 50 dari skor maksimal 60, berarti pelatihan berjalan menyenangkan, sehingga perlu peningkatan di siklus kedua agar pelatihan sangat menyenangkan. berdasarkan analisis lembar observasi, diperoleh skor 58 dari skor maksimal 60, berarti pelatihan berjalan dengan sangat menyenangkan. refleksi hasil analisa angket respon guru: 9 guru (33,33%) antusias mengikuti pelatihan dan 18 guru (66,67%) sangat antusias mengikuti pelatihan. hasil analisa supervisi akademik: 2 guru (7,41%) mendapatkan predikat kurang, 5 guru (18,52%) predikat cukup, 12 guru (44,44%) guru predikat baik dan 8 guru (29,63%) guru predikat sangat baik. refleksi: (1) masih ada guru yang belum berhasil membuat angket penilaian sikap berbasis internet menggunakan google form, berarti perlu ada pendampingan agar sebelum siklus kedua, angket sudah jadi dan dapat diisi peserta didik; (2) persentase guru yang memiliki kemampuan minimal baik, baru hasil analisa angket respon guru: 2 guru (7,41%) antusias dan 25 guru (92,59%) merasa sangat antusias mengikuti pelatihan. hasil analisa supervisi akademik: 17 guru (62,96%) mendapat predikat baik dan 10 guru (37,04%) guru mendapat predikat sangat baik. refleksi: (1) persentase guru yang mengumpulkan instrument penilaian sikap berupa angket penilaian diri dan angket penilaian antarteman mencapai 100%; (2) dan 100% guru mendapatkan predikat minimal baik. dengan demikian indikator keberhasilan penelitian telah tercapai sehingga tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.27 86 tahapan deskripsi kegiatan pada siklus 1 (sabtu, 13 juli 2019) deskripsi kegiatan pada siklus 2 (kamis, 22 agustus 2019) 74,07% sehingga perlu pembinaan lagi agar 100% guru memiliki kemampuan minimal baik; (3) pada siklus kedua, perlu ada perbaikan dalam metode pelatihan agar hasilnya sesuai dengan indicator ketercapaian. hasil dan pembahasan berdasarkan hasil penelitian, dapat dideskripsikan hal-hal sebagai berikut: terjadi peningkatan skor hasil pengamatan sebesar 13,33%, yaitu dari skor 50 di siklus pertama menjadi 58 di siklus kedua, sehingga meningkat dari predikat menyenangkan menjadi sangat menyenangkan. hal ini dikarenakan pada siklus kedua guru lebih aktif mempresentasikan hasil kerjanya. terjadi peningkatan respon guru sebesar 25,93%, yaitu dari 9 guru (33,33%) yang antusias, menjadi 2 guru (7,41%) yang antusias, dan dari 18 guru (66,67%) yang antusias menjadi 25 guru (92,59%) yang sangat antusias. hal ini menunjukkan bahwa pelatihan google form siklus kedua lebih menarik sehingga meningkatkan antusias guru. terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menyusun instrument penilaian sikap berbasis internet dengan menggunakan google form, hal ini terbukti dari peningkatan hasil supervisi akademik sebesar 25,93%, yaitu dari 20 guru (74,07%) guru yang mendapatkan predikat minimal baik, meningkat menjadi 100% guru mendapatkan predikat minimal baik. peningkatan ini terjadi karena adanya bimbingan di luar jam pelatihan, sehingga kendalakendala yang dihadapi guru saat menyusun instrument penilaian sikap berbasis internet dengan menggunakan google form dapat segera diatasi. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelatihan google form dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun instrument penilaian sikap berbasis internet pada guru madrasah aliyah kabupaten bojonegoro tahun pelajaran 2019/2020. berdasarkan hasil wawancara dengan para peserta pelatihan, berikut kelebihan dan kelemahan penyusunan instrument penilaian sikap menggunakan google form: tabel 2. kelebihan dan kekurangan penyusunan instrument penilaian sikap berbasis internet menggunakan google form kelebihan kekurangan praktis tidak semua siswa punya smartphone, dan merekamerasa malu untuk pinjam temannya siswa antusias dan segera merespon karena pengisian angket menggunakan smartphone berbasis internet tidak semua peserta pelatihan menguasai computer, sehingga masih perlu minta tolong pada teman guru tik saat mengalami kesulitan lebih efektif dan menghemat waktu kemampuan mengoperasikan microsoft excel masih kurang sehingga analisis dilakukan secara manual dulu baru dimasukkan ke spreadsheet mudah dibuat dan mudah pengisiannya koneksi internet di madrasah terkadang lemah, sehingga mengganggu proses analisis data hasil angket vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.27 87 mengingat praktisnya penyusunan instrument penilaian sikap berbasis internet dengan menggunakan google form, maka beberapa guru akan menindaklanjuti hasil pelatihan dengan cara membuat instrument penilaian pengetahuan dan ketrampilan berbasis internet dengan menggunakan google form. simpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan menyusun instrumen penilaian sikap berbasis internet setelah mendapatkan pelatihan google form pada guru madrasah aliyah kabupaten bojonegoro tahun pelajaran 2019/2020. hal ini terbukti dari peningkatan sebesar 25,93% jumlah guru yang mendapatkan hasil supervisi akademik dengan predikat minimal baik, yaitu dari 20 guru (74,07%) pada siklus kesatu, meningkat menjadi 27 guru (100%) pada siklus kedua. berdasarkan kesimpulan, maka disarankan beberapa halyaitu bagi guru agar mensosialisasikan pengembangan instrument penilaian sikap berbasis internet menggunakan google form pada semua guru di madrasah dan agar mengembangkan penyusunan instrumen penilaian berbasis internet menggunakan google form pada penilaian pengetahuan dan penilaian ketrampilan. selanjutnya bagi kepala madrasah: agar memberikan fasilitas kepada para guru yang mengikuti pelatihan google form untuk mendiseminasikan hasil pelatihan kepada semua guru di madrasah, baik pada saat momen rapat dinas atau diagendakan secara khusus dan agar kepala madrasah memotivasi par aguru untuk mengembangkan pembelajaran berbasis internet. bagi pengawas madrasah: agar mengembangkan pelatihan kepada guru-guru lain di luar madrasah binaan, misalnya memberikan pelatihan kepada guru-guru yang tergabung dalam musyawarah guru mata pelajaran se-kabupaten bojonegoro dan mengembangkan pelatihan ke arah pelatihan pembelajaran berbasis internet (e-learning). daftar rujukan [1] direktorat pembinaan sma ditjen pendidikan dasar dan menengah. 2017. panduan penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan untuk sekolah menengah atas. [2] kusnandar. 2013. penilaian autentik (penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan kurikulum 2013) suatu pendekatan praktis disertai dengan contoh. jakarta: pt raja grafindo persada. [3] muhaimin. 2016. model pengembangan kurikulum & pembelajaran dalam pendidikan islam kontemporer di sekolah/madrasah dan perguruan tinggi. malang: uin-maliki press [4] permendikbud no. 15 tahun 2018 tentang beban kerja guru, kepala sekolah dan pengawas. microsoft word 03-rubiah.docx vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.276 179 received : 18-05-2022 revised : 22-06-2022 published : 11-07-2022 praktik penerapan kelompok belajar whatsapp dengan strategi reward competition untuk meningkatkan kedisiplinan belajar siswa pada pembelajaran moda daring rubiah sd negeri 2 danyang, kab. grobogan, indonesia biahprayitno@gmail.com abstrak tujuan dari best practice ini adalah untuk meningkatkan kedisiplinan belajar siswa kelas vi sd negeri 2 danyang pada pembelajaran moda daring melalui penerapan praktik kelompok belajar whatsapp dengan sistem reward competition pada semester ii tahun pelajaran 2020/2021. best practise dilaksanakan di kelas vi sd negeri 2 danyang, kecamatan purwodadi, kabupaten grobogan. strategi praktik ini membagi siswa ke dalam kelompok belajar whatsapp. selain itu system reward competition diterapkan untuk memotivasi semangat dan disiplin belajar siswa. dampak dan capaian hasil best practise menunjukkan adanya peningkatan kedisiplinan belajar siswa kelas vi sd negeri 2 danyang meskipun dalam moda pembelajaran daring. praktik ini diambil sebagai langkah guru untuk memecahkan masalah kelas karena penurunan keaktifan belajar siswa akibat moda pembelajaran daring. setelah guru melaksanakan praktik pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar whatsapp dan menerapkan strategi reward competition, menjadikan disiplin belajar siswa kelas vi meningkat. hasil skor instrument menunjukkan adanya peningkatan disiplin belajar siswa sebesar 27,17%. kata kunci: best practise; kelompok belajar whatsapp; reward competition; sdn 2 danyang vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.276 180 pendahuluan sd negeri 2 danyang, kecamatan purwodadi, kabupten grobogan, provinsi jawa tengah merupakan salah satu sekolah negeri. sebagai sekolah negeri tentunya seluruh kebijakan mengacu pada kementerian dan dinas pendidikan, seperti penerapan belajar daring (dalam jaringan) sebagai akibat dari dampak wabah covid 19. kebijakan belajar daring atau dari rumah ini mengharuskan siswa dan guru untuk aktif. meskipun demikian ternyata tidak mudah untuk melaksanakan pembelajaran daring seperti halnya kbm tatap muka di sekolah. berbagai persoalan pembelajaran mulai muncul satu demi satu sejak diterapkannya kebijakan belajar daring ini. keterbatasan sarana dalam menyampaikan materi pelajaran dan penerimaan materi pelajaran oleh siswa yang tidak maksimal menjadikan semangat dan disiplin belajar siswa dari rumah menurun. siswa sering terlambat dalam mengirim tugas belajarnya. saat siswa mengalami kesulitan belajar, tidak bisa bertanya kepada guru seperti halnya di kelas tatap muka. dan kurangnya pengetahuan orangtua/ wali murid terhadap materi pelajaran siswa juga menjadikan siswa kesulitan mendapatkan pendampingan belajar di rumah. terlepas dari banyaknya masalah yang dihadapi guru dan siswa kelas vi ini, faktor keaktifan dan kedisiplinan belajar siswa menjadi pokok permasalahan atau permasalahan utama yang perlu untuk diberikan tindakan agar tidak berdampak buruk pada hasil pembelajaran daring itu sendiri. pembelajaran yang dimaknai sebagai proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik, tidak dapat tercapai jika hal tersebut terus berjalan tanpa mendapatkan perubahan yang dapat menstimulus siswa untuk aktif dan disiplin belajar dari rumah. berbekal pada pemanfaatan aplikasi whatsapp guru mengirimkan tugas dan materi melalui gambar dan tulisan kepada siswa. namun tidak kegiatan tatap muka menjadikan siswa pasif dan semakin hari berakibat pada menurunnya disiplin belajar siswa sebagaimana disebutkan diatas. oleh karenanya pada saat ini, guru melaksanakan praktik terbaiknya untuk mengatasi pokok permasalahan diatas. setelah melakukan kajian dan memadukan alternative serta sarana yang dapat dimanfaatkan, guru sampai pada penerapan strategi untuk memecahkan masalah melalui penerapan metode belajar kelompok whatsapp dengan system reward competition. pembentukan kelompok kecil/ belajar di whatsapp group ini diharapkan agar masing-masing siswa saling mengingatkan dan dapat bekerjasama dalam satu waktu untuk belajar bersama. hal ini mengingat whatsapp dapat melakukan panggilan bersama meski terbatas. pembentukan pengurus kelompok whatsapp diyakini akan mendorong siswa lebih bertanggungjawab atas teman-temannya. dengan sistem kompetisi motivasi siswa untuk berlomba-lomba lebih baik. dari pemikiran inilah guru yakin bahwa pokok permasalahan seperti aktifitas dan disiplin belajar siswa yang tidak baik akan menjadi lebih baik. dengan harapan baru, yaitu semakin meningkatnya aktifitas dan disiplin belajar siswa akan memberi kontribusi pada capaian hasil belajar yang lebih baik. sesuai latar belakang masalah diatas, dapat dirumusankan permasalahan sebagai berikut: “apakah melalui penerapan kelompok belajar whatsapp dengan reward competition dapat meningkatkan kedisiplinan belajar siswa kelas vi sd negeri 2 danyang, kecamatan purwodadi, kabupaten grobogan, pada pembelajaran moda daring di semester ii tahun pelajaran 2020/2021?” vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.276 181 kajian pustaka pembelajaran daring (dalam jaringan) pelaksanaan pembelajaran daring (dalam jaringan) ini didasarkan pada surat edaran menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia, nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran coronavirus disease (covid19) pada poin pokok proses belajar dari rumah melalui mode jaringan. dikutip dari (naziah, maula, and sutisnawati n.d.) bahwa menurut kasmir, pembelajaran daring di indonesia dianggap hal baru, padahal tanpa disadari sudah dilaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan daring dimaksud. dalam pembelajaran daring (dalam jaringan) sekolah harus mempersiapkan sarana dan prasarana yang menunjang, sesuai dan dapat digunakan oleh semua peserta didik agar dapat berjalan dengan baik dengan ditandai adanya adanya peran aktif dari siswa/ peserta didik selama pembelajaran berlangsung. hal ini sesuai pendapat (lestari and gunawan 2020) dengan pernyataan, pembelajaran daring adalah salah satu jenis dari pembelajaran yang berbasis elektronik yang memanfaatkan alat-alat canggih seperti handphone pintar atau smartphone, laptop atau komputer dan yang didukung oleh jaringan internet yang memadai. meidawati dalam pendapatnya, pembelajaran daring dipahami sebagai pendidikan formal yang diselenggarakan oleh sekolah, dimana siswa dan guru berada pada lokasi dan jarak yang berbeda, sehingga sebagai penghubung keduanya diperlukan system komunikasi interaktif dan sumber daya di dalamnya. diantara sumberdaya ini, maka dapat digunakan berbagai platform aplikasi baik berbasis handphone pintar maupun computer seperti: zoom, google meet, whatsapp group, google classroom, dll. keaktifan belajar siswa erlis nurhayati menyebutkan, keaktifan belajar sebagai usaha atau kegiatan yang dilakukan dengan giat belajar. keaktifan belajar siswa penting dalam proses pembelajaran (nurhayati 2020). siswa perlu terlibat aktif dalam aktivitas pembelajaran yang dirancang sebagai bentuk dari usaha belajar dari siswa bukan hanya menerima pengetahuan dari guru saja, akan tetapi turut berperan aktif dalam pembelajaran. menurut latifah (mirdanda 2018) aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik dalam bentuk sikap, pikiran perhatian dan aktivitas lain guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. dengan berlakunya moda pembelajaran daring, dimana berbagai keterbatasan daya dukung menjadikan keaktifan siswa dinilai kurang. menurut (naziah et al. n.d.), faktor yang mengakibatkan keaktifan belajar siswa menjadi rendah pada pembelajaran daring, adalah: 1) tidak semua siswa mempunyai fasilitas yang menunjang untuk mengakses pembelajaran secara daring, 2) pengetahuan siswa masih terbatas dalam menggunakan alat komunikasi berbasis internet, 3) belum adanya kesadaran dari orangtua siswa akan pentingnya pembelajaran daring, 4) lokasi siswa yang tidak memiliki jaringan internet stabil. supaya pembelajaran menjadi efektif dan efisien, diperlukan adanya sumber daya pendukung di dalam proses pembelajaran itu sendiri, seperti motivasi siswa dan guru, situasi lingkungan belajar, program belajar dan sarana belajar. adanya daya dukung yang baik akan berpengaruh pada keaktifan belajar siswa menjadi lebih baik. menurut gagne dan briggs seperti dikutip nurhayati (2020), diantara faktor-faktor yang menyebabkan keaktifan belajar adalah 1) memberikan dorongan atau menarik perhatian kepada siswa, 2) menjelaskan tujuan intruksional, 3) mengingatkan kompetensi belajar, 3) memberikan stimulus, 4) memberi vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.276 182 petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya, 5) memunculkan aktivitas, 6) partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, 7) memberi umpan balik (feed back), dan 8) melakukan tes singkat diakhir pembelajaran,dan menyimpulkan setiap materi pelajaran. keaktifan belajar siswa merupakan bentuk nyata dari keterlibatan siswa secara langsung selama proses pembelajaran berlangsung. sebagai indikator dari keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran daring berlangsung mencakup hal berikut: 1) siswa terlibat dalam pelaksanaan tugas, 2) siswa aktif bertanya baik kepada guru maupun teman saat menjumpai kesulitan, 3) siswa ikut dalam diskusi, 4) siswa terlibat dalam pemecahan masalah pembelajaran, 5) siswa terlibat dalam pencarian informasi untuk memecahkan permasalahan yang sedang dibahas, dan 6) siswa dapat menilai diri sendiri atas keberhasilan yang dicapainya. (naziah et al. n.d.) kedisiplinan belajar siswa menurut gunarsa (yuliantika, 2017) disiplin belajar merupakan kepatuhan terhadap peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis dalam suatu proses perubahan tingkah laku yang menetap sebagai akibat dari pengalaman mengamati, membaca, menirukan, mencoba, mendengarkan, serta mengikuti arahan guru. god’s dictionary of education seperti yang dikutip oleh oteng sutrisna (yulliyanti 2021) menjelasakan ”disiplin belajar”, diantaranya seperti: a) mengerjakan tugas yang dirikan guru; b) datang di sekolah tepat waktu; c) siap dengan kelengkapan pembelajaran; d) memperhatikan/ menyimak kegiatan pembelajaran; e) partisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran; f) menyelesaikan tugas dari guru tepat waktu; g) mentaati tata tertib yang terkait dengan pembelajaran; h) menggunakan kesempatan bertanya; i) memberdayakan buku perpustakaan, alat laboratorium, sarana komputer, dan internet untuk pembelajaran; t) tanggung jawab dalam memelihara sarana pembelajaran milik sekolah. disiplin merupakan hal yang penting khususnya dalam kegiatan belajar mengajar, beberapa faktor yang mempengarui disiplin belajar menurut (tu’u 2004) antara lain: a. kesadaran diri, berfungsi sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. selain kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terbentuknya disiplin. b. pengikut dan ketaatan, sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturanperaturan c. yang mengatur perilaku individunya. hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat. d. alat pendidikan, untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai yang ditentukan dan diajarkan. e. hukuman, sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan. (sylvia 2003) menyatakan, terdapat beberapa strategi yang perlu diterapkan dalam upaya membina karakter disiplin bagi siswa, diantaranya: a. konsisten orang tua/ guru dalam menegakkan sikap disiplin kepada peserta didik; b. pujian sebagai bentuk perhatian yang positif; c. menerapkan konsekuensi; d. kontrol aktifitas yang boleh dan tidak sebagai bentuk prestasi dan bentuk hukuman; e. hadiah materi sebagai benda pendorong. vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.276 183 instrumen kekatifan dan kedisiplinan belajar siswa pada pembelajaran daring indikator kedisiplinan belajar menurut (wibowo 2012) indikator kedisiplinan meliputi: 1) datang tepat waktu, 2) membiasakan mengikuti aturan, 4) tertib berpakaian, 5) mempergunakan fasilitas dengan baik. daryanto (2013) membagi indikator disiplin belajar sebagai berikut: 1) ketaatan terhadap tata tertib sekolah, 2) ketaatan terhadap kegiatan pembelajaran di sekolah, 3) melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan 4) disiplin belajar di rumah. dengan mode whatsapp group dalam kelas yang berjumlah besar, maka selama pembelajaran daring seorang guru akan sulit mengukur keaktifan dan disiplin belajar dari masing-masing siswa. oleh karenanya guru perlu menyusun kisi-kisi penilaian sebagai instrument untuk menentukan tingkat keaktifan dan kedisiplinan belajar siswa selama pelaksanaan pembelajaran daring berlangsung. berdasarkan pendapat diatas, dan memperhatikan pengertian dan faktor-faktor pendukung keaktifan dan kedisiplinan belajar, dapat dikembangkan instrument sebagai berikut: tabel 1. instrumen kedisiplinan belajar siswa pada pembelajaran moda daring no aspek pengamatan checklist ya / tidak absen 1 2 … dst jml skor 1 siswa hadir dalam komunitas belajar dalam rentang waktu yang dijadwalkan 2 siswa terlibat dalam kelompok belajar/ diskusi seperti: bertanya dan atau menanggapi persoalan pembelajaran yang diberikan (berkomentar/ sharing file dalam aplikasi) 3 siswa mengikuti semua tahap pembelajaran yang diberikan guru secara daring berdasarkan rekam jejak digital 4 siswa mengirim tugas sesuai waktu yang ditetapkan total skor individu persentase skor individu rata-rata skor kelas kelompok belajar whatsapp whatsapp group merupakan fitur aplikasi dari media jejaring sosial berbasis pesan internet dari whatsapp yang dikeluarkan oleh group perusahaan meta. dengan memanfaatkan fitur aplikasi whatsapp group guru dan siswa dapat saling berkomunikasi meskipun dalam mode terbatas hingga 9 orang. pembentukan komunitas belajar dalam whatsapp dapat digunakan sebagai solusi dalam memecah kelas menjadi kelompok kecil, agar anggota dalam kelompok belajar dapat saling berinteraksi dengan lebih berfokus dan semua siswa dapat terlibat karena jumlahnya kecil. kelebihan fitur whatsapp group sehingga cocok digunakan untuk belajar kelompok adalah: 1) dapat melakukan panggilan dengan audio video; 2) dapat digunakan untul sharing file berupa tulisan, gambar maupun video; 3) tetap terjaga kerahasiaan isi informasi dalam group yang dibentuk. vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.276 184 reward reward dan punishment merupakan dua bentuk metode untuk memotivasi seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkanya. reward seharusnya sesuatu yang menyenangkan dan disenangi oleh anak-anak. besar kecilnya hadiah yang diberikan kepada yang berhak, tergantung dari banyak hal, terutama ditentukan oleh tingkat pencapaian yang diraih. bentuk-bentuk reward (hadiah) menurut emmer dan kawan-kawan (1984), ada bermacam-macam mulai dari yang berbentuk pengakuan, kegiatan, ataupun berbentuk benda. hadiah berupa benda, di dalam praktek telah banyak dilakukan oleh guru yakni pemberian hadiah yang berupa barang-barang yang diperkirakan mengandung nilai bagi siswa berupa makanan, uang, alat-alat tulis, alat-alat permainan atau buku-buku. (suharsini 2006). pembahasan strategi dan langkah pemecahan masalah pembelajaran daring yang dilaksanakan di sd negeri 2 danyang kecamatan purwodadi kabupaten grobogan, memperlihatkan banyak siswa telat dalam mengikuti pelajaran di whatsapp, hingga batas waktu pengiriman tugas belajar banyak siswa telat dalam memngirim tugasnya. dari pengamatan guru terhadap aktifitas kedisiplinan belajar siswa kelas vi sd negeri 2 danyang pada awal praktik menunjukkan tingkat persentase 60,87%. rendahnya kekatifan siswa ini didukung dengan laporan orangtua yang sering mengeluh bahwa selama masa pembelajaran daring, anak-anak kurang disiplin, sering bangun siang, lebih banyak bermain dari pada belajar, saat disuruh belajar anak cepat bosan, bahkan beberapa anak malah bergantung pada orangtuanya. dari masalah ini guru menghadirkan solusi dengan melaksanakan praktik pembelajaran dengan cara membentuk kelompok belajar whatsapp secara kecil dengan system reward competition. guru juga membentuk pengurus kelompok seperti: ketua dan anggota kelompok, yang bertujuan agar masing-masing siswa dapat bertanggungjawab dan bekerjasama dalam satu waktu untuk belajar. melalui kompetisi kelompok, guru memotivasi masing-masing kelompok untuk memenangkan hadiah dari guru. langkah pemecahan masalah dalam praktik ini dapat digambarkan sebagai berikut: vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.276 185 input proses output gambar 1. diagram siklus penyelesaian masalah dari diagram penyelesaian masalah diatas, dapat diberikan penjelasan bahwa sebagai langkah kerja pelaksanaan praktik guru sebagai berikut: 1. guru memiliki pengetahuan/ pengalaman awal sebagai informasi adanya masalah siswa melalui refleksi diri; 2. guru menyampaikan kepada komunitas kelas/ whatsapp group kelas akan rencana tindakan praktik membenttuk kelompok belajar kecil selamanya pembelajaran daring; 3. praktik tindakan dilaksanakan dengan langkah kerja sebagai berikut: a. guru membuat perencanaan pembelajaran, membuat peraturan dan pembagian tugas kelompok dengan mengkomunikasikan melalui whatsapp group kelas; b. guru membentuk kelompok kecil (kelompok belajar/ diskusi daring) melalui whatsapp group; c. sesuai dengan jadwal pelajaran guru melaksanaan pembelajaran dengan hadir di setiap kelompok belajar menggunakan aplikasi whatsapp; 4. guru melakukan evaluasi terhadap praktik pembelajaran, menemukan hambatan dan dampak selama praktik pembelajaran berangsung; 5. guru melakukan refleksi kembali untuk membuat perbaikan dan atau rencana tindaklanjut; 6. guru menyampaikan hasil kompetisi kelompok dan memberikan reward kepada kelompok belajar berperingkat terbaik. disilin bejaar siswa rendah disiplin belajar siswa meningkat kelompok belajar whatsapp pembentukan wa group evaluasi praktik, hambatan dan dampak perencanaan/ perbaikan praktik pembelajaran live pendampingan belajar di wa group masing-masing kelompok pembentukan sub wa group kelas vi vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.276 186 dampak dan capaian hasil guru membagi siswa menjadi 7 kelompok belajar yang beranggotakan 6-7 siswa dan memberikan nama kelompok. guru memberikan informasi pelajaran ditiap-tiap kelompok memberikan petunjuk arahan diskusi dan cara mengirim tugas belajarnya. dengan jumlah yang kecil ini masing-masing anggota kelompok dapat saling berkomentar bertukar pikiran sehingga mewujudkan proses belajar yang sesungguhnya. guru hadir dalam kelompok diskusi dan mengawasi tiap-tiap kelompok dengan membaca komentar group. guru melakukan penilaian disiplin belajar siswa menggunakan instrument yang telah dikembangkan. guru juga memberikan komentar sebagai penguatan atas hasil diskusi kelompok belajar. meskipun secara umum telah berjalan lancar, namun juga ditemui beberapa kendala atau masalah baru selama praktik ini dilaksanakan dan guru telah memberikan solusi, sebagai berikut: 1. ada siswa dalam kelompok belajar pasif dan tidak memahami tugas diskusi dengan baik. kemudian guru melakukan perbaikan dengan cara melakukan panggilan group dalam kelompok, memberikan motivasi dan mengingatkan akan pentingnya proses belajar diskusi secara daring; 2. ada siswa tetap tidak mengikuti kegiatan pembelajaran dengan diskusi daring, bahkan ada yang masih telat mengirim tugasnya. setelah guru mengadakan komunikasi dengan ketua kelompok, guru meminta ketua kelompok untuk berkunjung ke rumah siswa yang tidak aktif tersebut dan memberikan informasi kepada orangtuanya. selanjutnya guru memberikan pemahaman akan pentingnya peran orangtua selama masa belajar dari rumah; 3. orangtua bepergian dan siswa tidak dapat menggunakan hp untuk belajar daring sesuai jadwal. dalam hal ini guru meminta orangtua untuk memberikan informasi kepada guru jika hp yang digunakan anak sedang tidak di rumah, sehingga tugas diskusi kelompok dapat dilaksanakan dengan jadwal ulang; hasil refleksi guru terhadap pelaksanaan praktik pembelajaran melalui penerapan kelompok belajar whatsapp dengan strategi reward competition ini berjalan baik. hasil analisis data instrument menunjukkan meningkatnya skor kedisiplinan belajar siswa kelas vi sd negeri 2 danyang meski dalam moda daring. siswa termotovasi dengan adanya kehadiran guru pada kelompok kecil di whatsapp group dan penerapan reward competition berhasil memacu disiplin belajar siswa kelas vi ini. dari hasil penilaian 1 bulan penerapan praktik ini menunjukkan adanya peningkatan disiplin belajar siswa mencapai 27,17% dimana sebelumnya 60,87% menjadi 88,04%. jika dibandingkan dengan aktifitas dan kedisiplinan belajar siswa sebelumnya dapat disajikan data hasil capaian praktik ini sebagai berikut: vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.276 187 tabel 2. skor aktifitas dan kedisiplinan belajar siswa kelas vi sd negeri 2 danyang pada pembelajaran daring semester ii tahun pelajaran 2020/2021. no aspek pengamatan skor penilaian disiplin siswa awal akhir peningkatan 1 siswa hadir dalam komunitas belajar dalam rentang waktu yang dijadwalkan 56,52% 91,30% 34,78% 2 siswa terlibat dalam kelompok belajar/ diskusi seperti: bertanya dan atau menanggapi persoalan pembelajaran yang diberikan (berkomentar/ sharing file dalam aplikasi) 45,65% 76,09% 30,43% 3 siswa mengikuti semua tahap pembelajaran yang diberikan guru secara daring berdasarkan rekam jejak digital 93,48% 100,00% 6,52% 4 siswa mengirim tugas sesuai waktu yang ditetapkan 47,83% 84,78% 36,96% rata-rata skor 60.87% 88.04% 27.17% pada penilaian akhir pelaksanaan praktik tanggal 30 april 2021, jika dibandingkan pada penilaian awal pelaksanaan praktik yaitu 26 maret 2021 terdapat peningkatan nilai disiplin yang signifikan. bersamaan dengan peningkatan ini juga berdampak pada meningkatnya kompetensi belajar siswa yang semakin baik. reward di berikan kepada kelompok umar, didasarkan pada skor kelompok diskusi secara keseluruhan dari semua unsur penilaian mencapai 92,86% dan dari 2 unsur penilaian khusus di 1) siswa terlibat dalam kelompok belajar/ diskusi seperti: bertanya dan atau menanggapi persoalan pembelajaran yang diberikan (berkomentar/ sharing file dalam aplikasi); dan 2) siswa mengirim tugas sesuai waktu yang ditetapkan, keduanya mencapai 85,71%. selain berdampak pada membaiknya capaian kompetensi belajar, praktik ini juga memberikan dampak pada tanggungjawab siswa, toleransi dan kerjasama siswa semakin baik. simpulan dan saran simpulan sesuai pembahasan dapat disimpulkan bahwa, melalui praktik penerapan kelompok belajar whatsapp dengan strategi reward competition dapat meningkatkan kedisiplinan belajar siswa kelas vi sd negeri 2 danyang, kecamatan purwodadi, kabupaten grobogan pada pembelajaran moda daring di semester ii tahun pelajaran 2020/2021. rekomendasi sesuai hasil best practise ini, penulis dapat memberikan rekomendasi sebagai berikut: 1. guru sebaiknya melakukan refleksi diri terus menerus dan berinovasi pada pelaksanaan pembelajarannya; 2. guru sebaiknya terus hadir di tengah siswa untuk memberikan pendampingan belajar meskipun dalam moda daring; 3. guru dapat melaksanakan best practice mengatasi persoalan siswa dalam pembelajaran seperti yang penulis laksanakan ini; vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.276 188 daftar pustaka lestari, p. a. s., and gunawan. 2020. “the impact of covid-19 pandemic on learning implementation of primary and secondary school levels.” indonesian journal of elementary and childhood education 1:58–63. mirdanda, arsi. 2018. motivasi berprestasi dan disiplin peserta didik. pontianak: yudha english gallery. naziah, syifa tiara, luthfi hamdani maula, and astri sutisnawati. n.d. “analisis keaktifan belajar siswa selama pembelajaran daring pada masa covid-19 di sekolah dasar.” 12. nurhayati, erlis. 2020. “meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran daring melalui media game edukasi quiziz pada masa pencegahan penyebaran covid-19.” jurnal paedagogy 7(3):145. doi: 10.33394/jp.v7i3.2645. suharsini, arikunto. 2006. dasar-dasar evaluasi pendidikan. bandung: pt. remaja rosdakarya. sylvia, rimm. 2003. mendidik dan menerapkan disiplin pada anak prasekolah. jakarta: pt. gramedia widyasarana indonesia. tu’u, tulus. 2004. peranan disiplin pada perilaku dan prestasi siswa. jakarta: gramedia widyasarana indonesia. wibowo. 2012. manajemen kinerja (edusi ke3). jakarta: rajawali pers. yuliantika, siska. 2017. “analisis faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin belajar siswa kelas x, xi, dan xii di sma bhakti yasa singaraja tahun pelajaran 2016/2017.” jurnal pendidikan ekonomi undiksha 9(1):35. doi: 10.23887/jjpe.v9i1.19987. yulliyanti, lini. 2021. “peningkatan kompetensi belajar siswa melalui strategi kolaborasi komunitas dengan pemanfaatkan aplikasi google meet untuk pembelajaran daring yang interaktif dan komunikatif.” jira: jurnal inovasi dan riset akademik 2(8):1298–1308. doi: 10.47387/jira.v2i8.211. microsoft word 03-johanes.doc vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.182 941 received : 12-05-2021 revised : 15-06-2021 published : 29-07-2021 mengatasi perilaku membolos melalui konseling individual dengan pendekatan behavior teknik self management johanes mardijono sma negeri 15 surabaya, indonesia maret66@yahoo.co.id abstrak: perilaku membolos merupakan perilaku tidak masuk sekolah, meninggalkan sekolah ataupun jam pelajaran sebelum usai yang dilakukan tanpa mendapatkan izin dari sekolah yang dapat disebabkan karena faktor pribadi, keluarga, ataupun sekolah. fenomena yang ada pada siswa kelas x ips sma negeri 15 surabaya menunjukkan terdapat beberapa siswa yang melakukan perilaku membolos yang tinggi. tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui konseling individual menggunakan pendekatan behavior dengan teknik self management dapat mengatasi perilaku membolos pada siswa kelas x ips sma negeri 15 surabaya. jenis penelitian adalah pre eksperiment dengan desain penelitian one group pre test-post test design. subyek penelitian ini adalah siswa kelas x ips sma negeri 15 surabaya yang memiliki tingkat perilaku membolos yang tinggi. pemilihan subjek dilakukan melalui rekomendasi dari guru pembimbing dan terjaring 6 siswa, diantaranya adalah gp, nr, es, jp, ef dan dg. metode pengumpulan data menggunakan inventori. analisis data menggunakan teknik analisis data deskriptif persentase dan uji wilcoxon. hasil pre test menunjukkan terdapat 6 siswa yang memiliki perilaku membolos dengan kategori tinggi. setelah dilakukan konseling menggunakan pendekatan behavior dengan teknik self management, 6 siswa tersebut menunjukkan hasil pos test yang menurun yaitu perilaku membolos berada pada kategori rendah. berdasarkan hasil pre test dan post test yang ada menunjukkan adanya perubahan perilaku siswa kelas x ips sma negeri 15 surabaya yang mengalami penurunan perilaku membolos setelah dilakukan konseling individual menggunakan pendekatan behavior dengan teknik self management. berdasar hasil penelitian, peneliti memberikan saran : a) untuk pihak sekolah, diharapkan tidak menggunakan tindakan kekerasan ataupun hukuman untuk mengatasi masalah perilaku membolos, b) bagi guru pembimbing, diharapkan dapat memberikan layanan bimbingan dan konseling terutama layanan konseling individual menggunakan pendekatan behavior dengan teknik self management sebagai upaya dalam mengatasi perilaku membolos. kata kunci: perilaku membolos; konseling individual; pendekatan behavior; teknik self management vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.182 942 pendahuluan sekolah merupakan bagian dari pendidikan. di sekolah inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan kepada anak didik. kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan inti dalam pendidikan di sekolah. segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar. melalui kegiatan belajar mengajar ini juga proses transfer dan transformsi ilmu pengetahuan dapat diberikan kepada peserta didik. seperti halnya yang dikatakan oleh suryosubroto, kegiatan belajar mengajar merupakan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. komponen inti dalam kegiatan belajar mengajar adalah guru dan peserta didik. proses belajar mengajar dapat terlaksana apabila kedua komponen tersebut ada. jika salah satu komponen tidak hadir maka proses belajar mengajar tersebut tidak akan terjadi. sehingga proses transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik tidak dapat dilakukan. melihat pandangan diatas tentunya dapat diketahui bahwa kehadiran komponen inti dalam proses kegiatan belajar mengajar sangatlah penting. namun, melihat fenomena dilapangan saat ini menunjukkan hal berbeda. saat ini banyak ditemukan sekali salah satu komponen inti dari kegiatan belajar mengajar tidak hadir dalam kegiatan belajar mengajar. salah satu contoh bentuk persoalan tersebut adalah perilaku membolos siswa. saat ini banyak sekali ditemukan siswa yang tidak hadir mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah pada saat jam pelajaran. sering kali pada saat jam pelajaran mereka terlihat bermain di tempat sekitar sekolah seperti kantin, dan ditempat diluar sekolah seperti dirental play station ataupun mall. membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa, yang jika tidak segera diselesaikan atau diatasi dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. di negara yang disebut dengan “negara adi kuasa” amerika serikat, membolos adalah masalah yang mulai meresahkan, karena menurut beberapa penelitian perilaku membolos sangat dipercaya sebagai prediktor munculnya perilaku delinkuen pada remaja (studi mencatat 75-85% pelaku kenakalan remaja adalah yang suka membolos atau sangat sering absen dari sekolah). di amerika serikat, siswa yang membolos disebut sebagai person in need of supervision (pins) atau orang yang membutuhkan pengawasan (sugiman, 2017). secara akademi siswa yang ke sekolah tetapi sering membolos akan menanggung resiko kegagalan dalam belajar. selain itu bagi siswa yang gemar membolos dapat terlibat dengan hal-hal yang cenderung merugikan, mulai dari pencandu narkotika, pengagum freesex dan mengidolakan tindak kekerasan atau dengan istilah lain adalah tawuran. fenomena membolos ini juga terjadi di sma negeri 15 surabaya. menurut keterangan yang diperoleh dari guru bimbingan konseling fenomena membolos di sma negeri 15 surabaya banyak terjadi pada kelas x ips. dari keterangan guru bimbingan konseling diketahui bahwa pada tahun ajaran 2019/2020 jumlah siswa yang membolos setiap harinya mencapai klo dirata-rata pada kisaran 6 siswa. jika dihitung secara kasar maka setiap minggunya jumlah siswa yang membolos adalah 30 siswa. sedang setiap bulannya jumlah siswa yang membolos adalah 120 siswa. dari seluruh siswa yang membolos tersebut terdapat enam siswa yang mempunyai persentase membolos paling tinggi teknik konseling yang digunakan dalam mengatasi perilaku membolos dalam konseling behavior ini adalah tekhnik self management. self management adalah suatu strategi pengubahan perilaku yang dalam prosesnya individu mengarahkan perilakunya sendiri dengan vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.182 943 suatu teknik yaitu teknik self management meliputi pemantauan diri (self-monitoring), reinforcement yang positif (self-reward), perjanjian dengan diri sendiri (self-contracting), dan penguasaan terhadap ransangan (stimulus control). terkait dengan kasus perilaku membolos, dalam teknik self management guru pembimbing berperan membantu siswa agar mereka dapat mengembangkan potensi dan memecahkan setiap masalahnya dengan mengimplementasikan seperangkat prinsip atau teknik tersebut. penerapan teknik self management dengan mengkombinasikan teknik biasanya lebih berguna dari pada menggunakan satu teknik saja. ada tiga teknik yang fisibel untuk diterapkan dalam melakukan strategi pengelolaan diri, yaitu: pantau diri (self-monitoring), kendali stimulus (stimulus control), dan ganjar diri (self-reward). dalam upaya mengurangi perilaku membolos kali ini akan digunakan kombinasi teknik yaitu menggunakan teknik pemantauan diri dan kendali stimulus dengan tujuan agar lebih efektif (kisrini, 2020). pemantauan diri (self-monitoring) merupakan proses dimana siswa yang membolos diminta mengamati dan mencatat segala sesuatu tentang dirinya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. proses pemantauan diri digunakan siswa untuk mengumpulkan base line data mengenai perilaku membolos dalam suatu proses treatment. pemantauan diri juga dapat menghasilkan perubahan, ketika siswa mengumpulkan data tentang dirinya, data tersebut dapat mempengaruhi perilakunya lebih lanjut. membolos merupakan perilaku yang melanggar norma-norma sosial sebagai akibat dari proses pengondisian lingkungan yang buruk. dalam hal ini untuk mengurangi perilaku membolos maka proses pengondisian lingkungan yang buruk tersebut harus mengalami perubahan. hal tersebut dapat dilakukan melaui kendali stimulus. kendali stimulus (stimulus control) merupakan penataan kembali atau memodifikasi lingkungan sebagai isyarat kasus atau antiseden atas respon tertentu. untuk mengurangi perilaku membolos isyarat khusus yang merupakan anteseden bagi perilaku membolos harus dikurangi frekuensinya, ditata kembali, atau diubah waktu dan tempat kejadiannya. berdasarkan latar belakang tersebut di atas yang sangat menarik untuk diteliti, maka peneliti akan melakukan penelitian mengenai “mengatasi perilaku membolos melalui konseling individual menggunakan pendekatan konseling behavior dengan teknik selfmanagement pada siswa kelas x ips sma negeri 15 surabaya” metode metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. metode penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan konseling individu melalui pendekatan behavior dengan teknik self management dalam mengatasi perilaku membolos siswa. metode eksperimen yaitu, ”suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara 2 faktor yang sengaja ditimbulkan peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktorfaktor lain yang bisa mengganggu” (putra, 2020) . dengan cara ini peneliti sengaja membangkitkan timbulnya sesuatu kejadian atau keadaan, kemudian diteliti bagaimana akibatnya. dalam hal ini peneliti bermaksud untuk mengatasi perilaku membolos siswa menggunakan konseling indivisdu melalui pendekatan behavior dengan teknik self management kemudian peneliti bermaksud untuk mengetahui bagaimana akibat yang ditimbulkan. dalam penelitian ini yang digunakan adalah pre eksperiment design. penelitian ini juga biasa disebut dengan istilah quasi eksperiment atau eksperimen puravol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.182 944 pura. disebut demikian karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu (arikunto, 2019) desain penelitian yang digunakan adalah pre test dan post test group. dalam desain penelitian ini didalamnya melakukan 2 kali observasi (pengukuran) yaitu sebelum treatmen dan sesudah treatmen. observasi (pengukuran) sebelum treatmen o1 disebut pre test dan observasi (pengukuran) sesudah treatmen o2disebut post test. perbedaan antara o1 dan o2 (o1-o2) diasumsikan sebagai efek dari treatment. tahap pertama pre-test tujuan dari pre-test dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku membolos siswa kelas x ips sma negeri 15 surabaya sebelum diberikan perlakuan. pre-test ini diberikan kepada 6 orang dari siswa kelas x ips yang sebelumnya telah di seleksi terlebih dahulu. setelah diberi pre-test kemudian dari 6 siswa tersebut diberikan konseling individual dengan pendekatan behavior melalui teknik self management. tahap kedua pemberian treatment rencana pemberian treatment dalam penelitian diberikan kepada beberapa orang klien atau siswa yang telah dipilih. selanjutnya dengan menggunakan konseling individu melalui pendekatan behavior dan teknik se lf-management nperilaku membolos akan diatasi. rencana pemberian treatment akan dilakukan minimal 6 kali pertemuan. dengan rencana pertemuan sebagai berikut: tabel 1. rencana pertemuan konseling individual no pertemuan kegiatan waktu 1 i assesment 30 – 45 menit 2 ii assesmen tahap 2 30 – 45 menit 3 iii goal setting 30 – 45 menit 4 iv teknik implementasi 30 – 45 menit 5 v teknik implementasi tahap 2 30 – 45 menit 6 vi evaluasi dan terminasi 30 – 45 menit tabel 2. rancangan treatmen yang akan diberikan no tahapan kegiatan 1. assesmen a mempersilahkan klien menceritakan permasalahannya dalam hal ini, permasalahan yang akan dibahas adalah permasalahan klien yang melakukan perilaku membolos b mengidentifikasi perilaku yang bermasalah perilaku yang bermasalah sudah ditemukan sebelumnya pada tahap pre test yaitu perilaku membolos c mengklarifikasi perilaku yang bermasalah mengklarifikasi apakah hasil wawancara yang didapatkan sesuai dengan keadaan klien yang sesungguhnya. d mengidentifikasi peristiwa yang mengawali dan menyertai perilaku bermasalah mengidentifikasi hal apa yang menjadi alasan klien berperilaku membolos e mengidentifikasi intensitas perilaku bermasalah mengidentifikasi berapa kali klien melakukan perilaku membolos f mengidentifikasi perasaan klien saat menceritakan perilaku bermasalah menanyakan perasaan klien pada saat menceritakan permasalahan tentang perilaku membolosnya g merangkum pembicaraan klien h menemukan inti masalah menemukan inti masalah mengapa klien melakukan perilaku membolos i mengidentifikasi hal-hal yang menarik dalam kehidupan klien memberikan gambaran tentang manfaat berperilaku disiplin dan tidak membolos vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.182 945 2. goal setting a menentukan tujuan konseling tujuan dalam hal ini adalah mengatasi perilaku membolos. dalam hgal ini adalah teratasinya perilaku membolos yang dilakukan klien. b mempertegas tujuan yang ingin dicapai mempertegas bahwa tujuan dalam konseling ini adalah untuk teratasinya perilaku membolos yang dilakukan klien c meyakinkan klien bahwa praktikan ingin membantu klien dalam mencapai tujuan konseling meyakinkan bahwa praktikan ingin membantu klien untuk mengatasi perilaku membolosnya d membantu klien memandang masalahnya dengan memperhati kan hambatan yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai membantu klien dalam memandang perilakunya serta membantu klien dalam menemukan dan mengatasi hambatan yang dihadapinya dalam mencapai tujuan konseling e merinci tujuan menjadi sub tujuan yang berurutan dan operasional sub tujuan: mengurangi perilaku membolos klien 3 teknik implementasi a menentukan teknik konseling menentukan teknik konseling yang akan digunakan dalam mengurangi perilaku membolos yaitu menggunakan teknik self management b menyusun prosedur perlakuan sesuai dengan teknik yang diterapkan prosedur perlakuan teknik: 1.mengajarkan kepada klien bagaimana mengisi lembar se lf 2.meminta klien untuk mengisi lembar self management sesuai dengan apa yang menjadi tujuan konseling 3.meminta klien untuk melakukan apa yang telah ia tulis dalam lembar self management c melaksanakan prosedur perlakuan sesuai dengan teknik yang diterapkan melakukan prosedur self management sesuai dengan apa yang telahdirencanakan 4 evaluasi-terminasi a menanyakan dan mengevaluasi apa yang akan dilakukan klien setelah diberikan treatment. menanyakan kepada klien bagaimana perasaan klien setelah mendapatkan treatment serta menanyakan rencana atau tindakan yang akan dilakukan b membantu klien mentransfer apa yang dipelajari kedalam tingkah laku klien meminta klien untuk benar-benar melakukan apa yang ia tulis dalam lembar self management, agar tujuan konseling benar-benar dapat tercapai c mengeksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan membuat kesepakatan dengan klien untuk mengadakan konseling lanjutan d membahas tugas-tugas yang harus dilakukan pada pertemuan selanjutnya memberikan tugas kepada klien untuk tetap melakukan tugas dalam lembar self managementdan melaporkan perubahan yang terjadi e mengakhiri proses konseling mengakhiri proses konseling sumber : tahapan konseling behavior tahap pertama post-test dalam kegiatan ini peneliti memberikan inventory perilaku membolos kembali kepada klien setelah pemberian treatment. setelah itu membandingkan prosentase hasil dari inventori perilaku membolos antara sebelum dan sesudah pemberian treatment (suwardi et al., 2020). vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.182 946 metode dan alat pengumpulan data teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kuesioner. kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada subyek penelitian untuk dijawab. instrumen kuesioner dalam penelitian ini yaitu inventori tentang perilaku membolos sedangkan sebagai alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah inventori perilaku membolos. inventori adalah sebuah daftar kemungkinan masalah yang disusun untuk menggali dan mengungkap pengutaraan masalah yang pernah atau sedang dialami oleh seseorang, yang menyangkut keadaan pribadi individu, seperti: sikap, minat, kondisi jasmaniah, hubungan sosial kejiwaan, kondisi rumah dan keluarga, dan lain-lain. inventori ini bisa dirancang untuk fokus kepada satu aspek tunggal perilaku klien, atau bisa dikonstruksi secara luas untuk mencerminkan jangkauan karakteristik. dalam penelitian ini, inventoridirancang untuk satu aspek tunggal perilaku klien, yaitu perilaku membolos. adapun kriteria penilaian dalam instrument ini adalah: tabel 3. alternatif jawaban inventori no. alternative jawaban skor 1 sangat sering 4 2 sering 3 3 jarang 2 4 tidak pernah 1 hasil penelitian dengan judul “mengatasi perilaku membolos melalui konseling individual menggunakan pendekatan behavior dengan teknik self management pada siswa kelas x ips sma negeri 15 surabaya” dilaksanakan pada bulan oktober–november tahun 2019. sebelum melaksanakan konseling, terlebih dahulu dilaksanakan seleksi subyek. subyek penelitian diperoleh melalui konsultasi dengan guru pembimbing dan rekap absen. hasil dari seleksi subyek diperoleh enam subyek penelitian yang memiliki intensitas perilaku membolos tinggi. siswa tersebut adalah gp, nr, es, jp, ef dan dg. tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya mengatasi perilaku membolos melalui konseling individual menggunakan pendekatan behavior dengan teknik self management pada siswa kelas x ips sma negeri 15 surabaya. berdasarkan tujuan penelitian tersebut maka untuk mempermudah dan memperjelas penjabarannya, dalam penelitian ini akan dipaparkan hasil penelitian meliputi (a) gambaran masalah perilaku membolos sebelum memperoleh layanan konseling individual pendekatan behavior dengan teknik self management, (b) gambaran masalah perilaku membolos setelah memperoleh layanan konseling individual pendekatan behavior dengan teknik self management, (c) perbandingan masalah perilaku membolos antara sebelum dan sesudah memperoleh konseling individual pendekatan behavior dengan teknik self management, (d) perkembangan masalah perilaku membolos setelah konseling individual pendekatan behavior dengan teknik self management. sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu mengetahui deskripsi perilaku membolos sebelum memperoleh konseling individual pendekatan behavior teknik self management, maka akan diuraikan terlebih dahulu hasil pre test perilaku membolos subjek penelitian sebelum diberikan treatment pada tabel 4. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.182 947 tabel 4. hasil pre test tingkat perilaku membolos siswa sebelum mengikuti konseling individual pendekatan behavior dengan teknik self management no klien presentasi kriteria 1 k1 79 % timggi 2 k2 70 % timggi 3 k3 86 % sangat timggi 4 k4 71 % timggi 5 k5 81 % timggi 6 k6 69 % timggi rata rata 76 % timggi gambaran perilaku membolos siswa sebelum diberikan konseling individual pendekatan behavior teknik self management lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut : gambar 1. grafik hasil pre-test tingkat perilaku membolos siswa sebelum mengikuti konseling individual pendekatan behavior dengan teknik self management setelah dilaksanakan layanan konseling individual menggunakan pendekatan behavior dengan teknik self management kepada subjek penelitan, selanjutnya dilakukan post test untuk mengetahui tingkat perilaku membolos siswa. hasil post test selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5. tabel 5. hasil post test perilaku membolos siswa setelah mengikuti konseling individual pendekatan behavior dengan teknik self management no klien presentasi kriteria 1 k1 47 % rendah 2 k2 44 % rendah 3 k3 46 % rendah 4 k4 39 % rendah 5 k5 45 % rendah 6 k6 40 % rendah rata rata 43,5 % rendah gambaran perilaku membolos siswa setelah diberikan konseling individual pendekatan behavior teknik self management lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut : vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.182 948 gambar 2. grafik hasil post test tingkat perilaku membolos siswa sebelum mengikuti konseling individual pendekatan behavior dengan teknik self management perubahan perilaku membolos siswa antara sebelum dan sesudah memperoleh konseling individual pendekatan behavior teknik self management sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, akan dipaparkan perubahan perilaku membolos anatara sebelum dan setelah dilakukan layanan konseling individual pendekatan behavioral dengan teknik self management. berikut perbedaan antara hasil pre test dan post test perilaku membolos siswa. tabel 6. perbedaan perilaku membolos sebelum dan setelah mengikuti konseling individual pendekatan behavior teknik self management. no klien pre test poszt test penurunan % persentasi % kriteria persentasi % kriteria 1 k-1 79 % tinggi 47 % rendah 32 % 2 k-2 70 % tinggi 44 % rendah 26 % 3 k-3 86 % sangat tinggi 46 % rendah 40 % 4 k-4 71 % tinggi 39 % rendah 32 % 5 k-5 81 % tinggi 45 % rendah 36 % 6 k-6 69 % tinggi 40 % rendah 29 % rata rata 76 % tinggi 43,5 % rendah 32,5 % perbedaan perilaku membolos siswa antara sebelum dan sesudah mengikuti konseling individual pendekatan behavior teknik self management lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 3. gambar 3. persentase perilaku membolos antara sebelum dan setelah mengikuti konseling individual pendekatan behavior teknik self management pre test post test vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.182 949 pembahasan berdasarkan perhitungan table 4.1 dan gambaran grafik 4.1 dapat disimpulkan bahwa persentase perilaku membolos sebelum mendapatkan treatment rata-rata adalah 76%, yang termasuk dalam kategori tinggi. tingginya presentase rata-rata hasil pre test sebelum mengikuti kegiatan konseling behavior dengan teknik self management dapat dimaknai bahwa faktor yang menyebabkan timbulnya perilaku membolos juga tinggi. perilaku membolos merupakan perilaku tidak masuk sekolah, meninggalkan sekolah dan meninggalkan pelajaran sebelum usai yang disebabkan karena faktor pribadi, sekolah dan keluarga. dengan tingginya presentase yang dimiliki oleh setiap klien pada hasil pre test, hal tersebut menunjukkan bahwa faktor pribadi, sekolah dan keluarga yang menjadi penyebab munculnya perilaku membolos siswa juga sangat tinggi. berdasarkan hasil table diatas dapat diketahui bahwa tiap aspek penyebab perilaku membolos memilki presentase yang berbeda-beda. namun aspekaspek peneyebab perilaku membolos tersebut masuk dalam katergori tinggi. aspek pribadi memperoleh presentase paling tinggi yaitu sebesar 82,7% yang masuk dalam kategori tinggi. persentase tersebut dapat dimakanai bahwa sebagian besar perilaku membolos yang dilakukan oleh klien dilatar belakangi karena masalah pribadi. masalah pribadi tersebut seperti merasa gagal dalam belajar, kurang minat terhadap pelajaran, dan tidak mengerjakan pr. pada aspek sekolah memperoleh presentase sebesar 78,2% yang juga masuk dalam kategori tinggi. persentase tersebut dapat dimakanai bahwa perilaku membolos yang dilakukan oleh klien dilatar belakangi karena masalah sekolah seperti tidak senang dengan sikap guru, merasa kurang mendapat perhatian dari guru, dan terpengaruh oleh teman. sedang pada aspek keluarga memperoleh presentase paling rendah yaitu 72,7% yang masuk dalam kategori tinggi. persentase tersebut dapat dimaknai bahwa perilaku membolos yang dilakukan oleh klien dilatar belakangi karena masalah keluarga. masalah keluarga yang menjadi penyebab perilaku membolos antara lain adalah kurang mendapat perhatian dari orang tua, orang tua yang terlalu memanjakan anak, orang tua bersikap keras terhadap anak, dan ekonomi keluarga yang rendah. berdasarkan perhitungan hasil post test pada tabel 4.2 dan grafik 4.2 maka dapat disimpulkan bahwa perilaku membolos pada 6 klien siswa kelas x ips sma negeri 15 surabaya setelah mendapatkan treatment konseling individual pendekatan behavior teknik self management diperoleh persentase rata-rata 43.5% yang termasuk dalam kategori rendah. rendahnya persentase rata-rata hasil pre test tersebut dapat dimaknai bahwa terjadi penurunan pada faktor penyebab timbulnya perilaku membolos yang dilakukan oleh klien. dari hasil table dan grafik juga diketahui bahwa keenam klien rata-rata mengalami penurunan persentase yang masuk dalam kategori rendah. hal tersebut menunjukkan bahwa pada setiap klien telah terjadi penurunan terhadap permasalahan faktor penyebab timbulnya perilaku membolos. dengan demikian hasil post test diketahui bahwa selain terjadi penurunan pada keseluruhan tingkat perilaku membolos juga terdapat penurunan pada tiap aspek penyebab perilaku membolos. berikut hasil pot test tiap aspek peneyebab perilaku membolos setelah memperoleh layanan konseling individual pendekatan behavior dengan teknik self management. bila merujuk tabel 4.1 dan grafik 4.1 dan dibandingkan dengan tabel dan grafik 4.2, maka dapat diketahui bahwa tiap aspek perilaku membolos mengalami penurunan dan ratarata masuk dalam katergori rendah. pada aspek pribadi rata-rata klien memperoleh presentase sebesar 48,3% yang masuk dalam kategori rendah. persentase tesebut dapat dimaknai bahwa vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.182 950 telah terjadi penurunan pada permasalahan aspek pribadi yang menjadi penyebab timbulnya perilaku membolos seperti merasa gagal dalam belajar, kurang minat terhadap pelajaran, dan tidak mengerjakan pr. berdasarkan tabel 4.3 dan grafik 4.3 diketahui bahwa keseluruhan klien penelitian mengalami penurunan nilai yang cukup signifikan. hal ini terlihat dari perbandingan antara hasil pre test dan post test responden. persentase rata-rata perilaku membolos klien sebelum mendapatkan treatment dengan konseling individual pendekatan behavior teknik self management adalah 76% dan termasuk dalam kategori tinggi. hal tersebut menunjukkan bahwa aspek penyebab timbulnya perilaku membolos juga masih tinggi. sedangkan persentase rata-rata perilaku membolos setelah mendapatkan treatment dengan dengan konseling individual pendekatan behavior teknik self management berubah menjadi 43,5% dan termasuk dalam kategori rendah. secara keseluruhan penurunan rata-rata perilaku membolos antara sebelum dan setelah mendapatkan treatment adalah sebesar 32,5%. simpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan hasil penelitian dengan judul mengatasi perilaku membolos melalui konseling individual menggunakan pendekatan behavior dengan teknik self management siswa kelas x ips sma negeri 15 surabaya, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) perilaku membolos gp, nr, es, jp, ef dan dg sebelum mendapatkan treatment termasuk dalam kateori tinggi. hasil pre-test menunjukkan persentase rata-rata perilaku membolos sebelum mengikuti konseling individual pendekatan behavior dengan teknik self management sebesar 76 % yang termasuk dalam kategori tinggi. (2) perilaku membolos gp, nr, es, jp, ef dan dg setelah mendapatkan treatment mengalami penurunan dan masuk dalam kateori rendah. hasil post-test menunjukkan persentase rata-rata perilaku membolos setelah mengikuti konseling individual pendekatan behavior dengan teknik self management adalah sebesar 43,5 % yang termasuk dalam kategori rendah. (3) terdapat perubahan yang positif yaitu berupa penurunan yang signifikan pada perilaku membolos setelah diberi layanan konseling individual dengan pendekatan behavior melalui teknik self management. hal ini terbukti dari hasil uji wilxocon didapatkan z hitung sebesar 2.20 dibandingkan dengan z tabel dengan taraf signifikansi 0,025% dengan nilai z tabel sebesar 1.96. jadi hipotesis penelitian ini diterima. maka dengan demikian layanan konseling individual dengan pendekatan behavioral melalui teknik self management dapat mengatasi perilaku membolos. daftar rujukan arikunto. (2019). metodelogi penelitian, suatu pengantar pendidikan. in rineka cipta, jakarta. kisrini, e. (2020). upaya peningkatan kedisiplinan siswa masuk kelas melalui layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan behavioral. jcose jurnal bimbingan dan konseling, 2(02). https://doi.org/10.24905/jcose.v2i02.54 putra, a. (2020). metode konseling individu dalam mengatasi bolos sekolah siswa kelas viii smpn 3 lengayang sumatera barat. hisbah: jurnal bimbingan konseling dan dakwah islam, 16(2), 112–126. sugiman, a. m. r. (2017). perilaku menyimpang sisawa sma (studi eksplorasi peta dan faktor-faktor penyebab perilaku menyimpang) di sma negeri jumapolo. academy vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.182 951 of education journal, 8(2), 174–199. sugiyono. 2015. metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan r&d. bandung : alfabeta suwardi, s., suyatno, s., & arikunto, s. (2020). the effectiveness of a collaborative academic supervision model of principal and senior teachers in improving junior teachers’ academic supervision competence. universal journal of educational research, 8(12a). https://doi.org/10.13189/ujer.2020.082503 microsoft word 15-nelfi.docx vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.156 1096 received : 22-05-2021 revised : 13-06-2021 published : 29-07-2021 pelatihan daring sebagai upaya peningkatan kompetensi guru di era pandemi nelfi alida1, jamilus2 iain batu sangkar, indonesia nelfidza@gmail.com abstrak: pandemic covid-19 menjadi awal transformasi pendidikan. kegiatan pembelajaran yang sebelumnya berjalan secara luring, harus beralih ke pembelajaran daring sehingga guru dituntut untuk dapat menyajikan pembelajaran yang relevan. tuntutan ini membuat guru harus meningkatkatkan kompetensinya, terutama kompetensi penguasaan teknologi informasi. berbagai aplikasi online dapat dimanfaatkan guru dalam melaksanakan pembelajaran daring, mulai dari whatsapp, zoom meeting, google meet, google classroom, padlet dan aplikasi lainnya. pemanfaatan aplikasi yang variative akan menghasilkan pembelajaran yang lebih efektif bagi siswa. untuk dapat menggunakan berbagai fitur pembelajaran yang menarik dan efektif, seorang guru harus meningkatkan wawasan dan kemampuannya, salah satunya melalui pelatihan secara daring. dari beberapa penelitian yang dilakukan dan sudah dipublikasikan melalui jurnal ilmiah, maka didapatkan kesimpulan bahwa pelatihan daring cukup efektif dimanfaatkan sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi guru di era pandemic. kata kunci: pandemic; online learning; kompetensi; efektif abstract: the covid-19 pandemic is the beginning of the transformation of education. learning activities that previously ran offline, must switch to online learning so that teachers are required to be able to present relevant learning. this demand makes teachers have to improve their competence, especially the competence of mastering information technology. various online applications can be used by teachers in carrying out online learning, ranging from whatsapp, zoom meeting, google meet, google classroom, padlet and other applications. the use of varied applications will result in more effective learning for students. to be able to use various interesting and effective learning features, a teacher must increase his knowledge and abilities, one of which is through online training. from several studies conducted and published in scientific journals, it is concluded that online training is quite effective in being used as an effort to improve teacher competence in the pandemic era. keywords: pandemic; online learning; competence; effective vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.156 1097 pendahuluan pandemic covid-19 menjadi katalisator lahirnya babak baru dalam transformasi pembelajaran secara global. setelah terjadi peristiwa mengejutkan yang membuat vakumnya dunia pendidikan akibat dampak covid-19, hal ini terlihat dari data unesco yang menunjukkan besarnya jumlah pelajar yang terdampak covid-19 diawal pandemic ini terjadi. gambar 1. grafik penutupan sekolah di dunia sumber: (mohiuddin, 2020) perubahan signifikan dalam pembelajaran terjadi, dimana pembelajaran yang selama ini dikemas secara tatap muka diruang kelas berubah menjadi pembelajaran jarak jauh (pjj). hampir seluruh media on-line dimanfaatkan dan diberdayakan untuk menyukseskan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh yang lebih dikenal dengan pembelajaran daring (pembelajaran dalam jaringan). sebagai sebuah metode pembelajaran yang masih baru, pembelajaran daring menuntut seorang guru untuk memiliki kompetensi yang memadai, terkhusus kompetensi pemanfaatan iptek. kompetensi menunjukkan gambaran terhadap apa yang semestinya bisa dilakukan oleh seseorang untuk melakukan pekerjaannya baik itu kegiatan, sikap atau prilaku serta hasil yang dapat diperlihatkan oleh seseorang tersebut, dan untuk itu semua maka seseorang mestinya mempunyai pengetahuan, sikap serta keterampilan yang sejalan dengan bidang pekerjaannya (jamilus, 2019). maka kemampuan untuk bisa memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran sangat dibutuhkan oleh guru masa kini. berhasil tidaknya pendidikan jarak jauh sangat ditentukan oleh kreatifitas guru dalam memanfaatkan berbagai media dan teknologi yang ada, karena teknologi menjadi fasilitas utama penunjang terlaksananya proses pembelajaran jarak jauh (ambarita, 2021). maka sudah semestinya guru yang menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh juga menguasai berbagai teknologi dan media. untuk memiliki kompetensi penguasaana dan pemanfaatan teknologi secara optimal, maka belajar dan mengikuti pelatihan secara daring juga menjadi solusi paling vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.156 1098 tepat bagi para guru, hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan (subekti & kurniawati, 2020) yang menunjukkan hasil bahwa pelatihan daring sangat sesuai dengan kebutuhan para peserta. tulisan ini bertujuan untuk mengungkap seberapa efektif pelatihan daring dalam upaya peningkatan kompetensi guru diera pandemi. metode pendekatan studi yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi pustaka. pengumpulan data dilakukan dari berbagai sumber dalam bentuk jurnal ilmiah yang relevan yang kemudian di pilih, di sajikan dan di analisis. jurnal yang digunakan sebagai sumber data adalah jurnal-jurnal ilmiah yang membahas tentang pembelajaran daring untuk 5 tahun terakhir. hasil penelitian lira hayu afdetis mana hasil penelitian yang dilakukan terhadap guru-guru bahasa indonesia sumbar yang di publish oleh jurnal inovasi dan riset akademik volume 2 nomor 1 tahun 2021 menunjukkan hasil bahwa para guru umumnya telah siap untuk melaksanakan pembelajan daring, walaupun yang menyatakan siap itu 42,1% dari partisipan yang berjumlah 21 orang. dan sisanya menyatakan cukup siap dan kurang siap. kesiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran daring terlihat dari grafik: gambar 2. diagram kesiapan pembelajaran daring sumber: (mana, 2021 hal 96) dalam hal metoda pembelajaran yang efektif dilakukan oleh guru, maka porsi pembelajaran daring dan pembelajaran luring mendapatkan score yang sama. artinya, selama pandemic berlansung pembelajaran yang dirancang oleh guru harus bervariasi, selain pembelajaran daring yang menggunakan fasilitas internet ternyata juga dibutuhkan pembelajaran luring, dan guru harus bisa memanfaatkan media yang beragam untuk menghindari kebosanan siswa (mana, 2021) vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.156 1099 hasil penelitian tentang efektifitas media yang digunakan terlihat dalam grafik berikut: gambar 3. efektifitas media sumber: (mana, 2021 hal; 104) penelitian erika ambarita (sman 56 jakarta) hasil penelitian yang dilakukan di sman 56 jakarta, berkaitan dengan pemanfaatan padlet sebagai alternatif e-learning. penelitian senada juga sudah dilakukan oleh benyak peneliti sebelumnya, dimana secara umum pembelajaran dalam jaringan menjadi lebih inovatif dan interaktif dengan pemanfaatan berbagai fitur yang ada seperti padlet. padlet menjadi salah satu pilihan yang tepat karena dapat terintegrasi dengan berbagai fitur lainnya yang sudah cukup familiar dalam pembelajaran daring seperti whatsapp, youtube, google classroom dan lainnya (ambarita, 2021). penelitian shamim mondol (study on online classes in bangladesh) penelitian yang dilakukan terhadap 80 responden yang terdiri dari 30 pengajar dan 50 siswa disebuah universitas dibanglades, menunjukkan hasil bahwa selama pandemic berlansung maka pembelajaran online menjadi jauh lebih efektif. sesuai dengan data penelitian yang tersaji dalam grafik berikut ini: vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.156 1100 gambar 4. grafik solusi kelas online di masa covid-19 sumber: (mohiuddin, 2020 hal 237) disamping efektivitas pembelajaran daring ini, juga ditemukan kendala diantaranya berasal dari kurangnya pelatihan bagi para pengajar yang menyebabkan selama pembelajaran online para siswa kurang termotivasi dan minim yang berpartisipasi (mohiuddin, 2020) penelitian adaninggar septi surbekti dan lemmuela alvita kurniawati tulisan ini merupakan paparan hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat (pkm) yang dilakukan terhadap mgmp bahasa inggris sma daerah istimewa yogyakarta yang dikemas dalam bentuk pelatihan on-line. pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan pemberdayaan para guru serta meningkatkan kompetensi meraka baik pengetahuan ataupun keterampilan untuk mengelola pembelajaran yang efektif dimasa pembelajaran jarak jauh. melalui pelatihan ini, para peserta merasakan pentingnya pengembangan profesionalisme dan kinerja apalagi dalam kondisi tuntutan belajar jarak jauh (subekti & kurniawati, 2020). hasil penelitian tercermin dari grafik berikut: vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.156 1101 gambar 5. kesesuaian materi sumber: (subekti & kurniawati, 2020 hal 583) dari grafik terlihat bahwa pelatihan yang digelar sangat sesuai dengan kebutuhan guru dalam melaksanakan pembelajaran . penelitian diah aryani dkk tulisan diah dkk ini juga merupakan kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan pada guru-guru smpit insan rabbani tentang pemanfaatan google classroom sebagai salah satu alternatif media pembelajaran on-line dimasa pandemic. pelatihan yang dilakukan terhadap 15 guru yang pada awalnya 40% dari mereka belum memiliki aku gmail, sedangkan 46% belum mengenal google classroom, diakhir acara semua peserta mampu mengelola google classroom, mulai dari membuat kelas, mengupload file, video ataupun link sebagai bahan ajar dalam pembelajaran nantinya ). hasil dari pelatihan ini tergambar dalam grafik berikut: gambar 6. pemanfaatn google classroom sumber: (diah aryani1, malabay2, hani dewi ariessanti3, 2020 hal 376) vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.156 1102 gambar 7. distribusi pengetahuan siswa sumber: (diah aryani1, malabay2, hani dewi ariessanti3, 2020 hal 376) penelitian nia astuti dkk tulisan yang bersumber dari pelatihan yang dilakukan di sman 2 dewantara mengenai pengembangan media yang menunjang pembelajaran jarak jauh terhadap 30 guru dimana 60% merupakan guru diatas 50 tahun. dalam pelatihan ini di kembangkan system pembelajaran dengan menggunakan berbagai media seperti, google meet, whatsapp, zoom dan google classroom. \dari survey yang dilakukan penulis sebelum dan sesudah pelatihan, maka didapatkan porsi pembelajaran sebelum dan setelah pelatihan seperti terlihat pada grafik: gambar 8. grafik porsi pembelajaran sebelum pelatihan (sumber: astuti & isnani, 2021 hal: 450) vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.156 1103 gambar 9. grafik porsi pembelajaran setelah pelatihan sumber : (astuti & isnani, 2021 hal: 450) dari data penelitian didapatkan bahwa pelatihan yang dilakukan mampu meningkatkan aktivitas pembelajaran dikelas dengan mengoptimalkan berbagai media yang ada. penelitian undang rosidin dkk penelitian yang dilakukan undang dkk dilakukan dalam bentuk pelatihan pembelajaran daring dengan peserta 38 guru sman 1 gedongtataan. dari data yang didapat sebelum dan sesudah pelatihan dapat disimpulkan bahwa terdapat manfaat dan dampak yang cukup signifikan dari pelatihan yang diberikan terhadap kompetensi guru dalam pemanfaatan learning management system seperti table berikut: gambar 10. pemanfaatan lms sumber: (rosidin et al., 2021 hal 48) vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.156 1104 peningkatan kemampuan guru menggunakan media pembelajaran efektif melalui kegiatan pelatihan yang dilakukan terhadap guru-guru tersebut (rosidin et al., 2021). penelitian wicaksono dkk penelitian dalam bentuk pengabdian terhadap masyarakat ini di digelar menggunakan aplikasi zoom meeting dan diikuti oleh sebanyak 30 peserta yang berusia rata-rata 45 tahun. penelitian digelar tanggal pada 17 dan 24 oktober 2020. dari hasil penelitian didapatkan peningkatan kompetensi guru secara mayoritas dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk menyelenggarakan pembelajaran secara daring (m fajar wicaksono1*, hidayat2 & riani lubis4, 2021). penelitian fajriana dkk penelitian yang dilakukan di sman 1 dewantara pada tanggal 27 sampai 28 november 2020 menunjukkan hasil yang sangat signifikan. guru-guru yang sebelumnya hanya menerapkan pembelajaran menggunakan aplikasi whatsapp akhirnya mampu menggunakan aplikasi googleclassroom dalam pembelajaran daring mereka (fajriana1*, muhammad2, 2020). pembahasan untuk merespon kondisi darurat covid-19, dunia pendidikan harus beradaptasi dengan cepat. pembelajaran daring menjadi alternatif proses pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru, senada dengan temuan (mohiuddin, 2020) dalam penelitiannya dimana lebih kurang 59% dari responden setuju dan sangat setuju dengan online class sebagai alternatif pembelajaran yang efektif selama pandemi. untuk mewujudkan pembelajaran daring yang efektif, maka pelatihan bagi guru-guru sangat diperlukan. pelatihan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar individu dapat mencapai kemampuan tertentu untuk mewujudkan tujuan suatu organisasi (budi & ekhsan, 2020). kemapuan merancang pembelajaran daring menjadi tantangan baru dikalangan guru-guru indonesia secara umum (subekti & kurniawati, 2020). maka pelatihan mendisain pembelajaran secara daring, baik dalam hal mengenal media yang akan digunakan ataupun merancang konten yang akan dipakai harus dilakukan guru. beberapa penelitian dalam rangka peningkatan kompetensi guru untuk mempersiapkan pembelajaran daring yang dilakukan melalui kerjasama pengabdian kepada masyarakat oleh perguruan-perguruan tinggi, seperti penelitian (rosidin et al., 2021), (astuti & isnani, 2021), (diah aryani1, malabay2, hani dewi ariessanti3, 2020), (awaluddin & hendra, 2018), (somantri et al., n.d.), (m fajar wicaksono1*, hidayat2 & riani lubis4, 2021), (fajriana1*, muhammad2, 2020) dan (subekti & kurniawati, 2020) menunjukkan hasil yang senada bahwa pelatihan yang dilakukan sangat relevan dengan kebutuhan guru dalam rangka mempersiapkan pembelajaran daring dimasa pandemic. pelatihan yang dibutuhkan para guru sangat komplit, mulai dari pengenalan berbagai media yang dapat digunakan sampai kepada teknik pemanfaatan media, dan pembuatan kontenkonten yang dapat digunakan dalam pembelajaran. untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka pelatihan daring dianggap efektif karena tidak terbatas ruang dan waktu. selama pandemic berlansung kita diikat oleh aturan protokol kesehatan dimana kita harus menjaga jarak, dan menerapkan work from home untuk menekan angka penyebaran covid-19 (al hakim, 2021). vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.156 1105 dengan pelatihan secara daring, guru memiliki kesempatan yang luas untuk meningkatkan kompetensi tanpa harus meninggalkan tugas utamanya. simpulan kebutuhan meningkatkan kompetensi adalah sebuah keharusan bagi guru, apalagi dalam kondisi pendidikan yang mengalami transformasi sangat cepat. pandemic covid-19 mempercepat laju transformasi tersebut. dalam situasi yang jauh berubah, maka guru harus bisa beradaptasi dengan cepat pula. salah satu bentuk adaptasi guru adalah dengan meningkatkan pemahaman dan kemampuan menggunakan berbagai fitur yang dapat mendukung pembelajaran secara daring. pelatihan daring bagi guru untuk meningkatkan kompetensinya adalah salah satu jawaban dan alternatif yang bisa diterapkan. sekalipun pelatihan daring ini berdampak cukup signifikan dalam peningkatan kompetensi guru, namun masih banyak guru-guru yang belum tersentuh oleh pelatihan ini. kedepan terbuka kesempatan yang sangat luas bagi para peneliti untuk mengembangkan pelatihan-pelatihan yang diperlukan bagi guru-guru tentang pemanfaatan teknologi pembelajaran, apalagi sekarang sudah menjadi tuntutan zaman yang serba digital. daftar pustaka al hakim, m. f. (2021). peran guru dan orang tua: tantangan dan solusi dalam pembelajaran daring pada masa pandemi covid-19. riwayat: educational journal of history and humanities, 1(1), 23–32. http://jurnal.unsyiah.ac.id/riwayat/ ambarita, e. (2021). belajar dari rumah (bdr) menggunakan padlet alternatif e-learning pada masa pandemi covid-19 (studi kasus di sman 56 jakarta). jira: jurnal inovasi dan riset akademik, 2(1), 30–36. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.70 astuti, n., & isnani, w. (2021). pelatihan pengembangan media pembelajaran berbasis daring di era new normal pada guru sma negeri 2 dewantara. 5(2), 721–733. awaluddin, & hendra. (2018). fungsi manajemen dalam pengadaan infrastruktur pertanian masyarakat di desa watatu kecamatan banawa selatan kabupaten donggala. jurnal fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas tadulako indonesia, 2(1), 1–12. budi, w., & ekhsan, m. (2020). pelatihan tata bahasa inggris dasar secara daring sebagai upaya peningkatan kualitas sdm pada siswa smp n 10 tambun selatan. 1(1), 18–21. diah aryani1, malabay2, hani dewi ariessanti3, s. d. p. (2020). pelatihan pemanfaatan google classroom untuk mendukung kegiatan pembelajaran daring saat pandemi covid 19 di smpit insan rabbani. abdidas, 1(community development service on educational and healt sciences), 373–378. https://doi.org/10.31004/abdidas.vli5.67 fajriana1*, muhammad2, s. (2020). pelatihan strategi pembelajaran daring menggunakan google classroom bagi guru sma. jamaika: jurnal abdi masyarakat program studi teknik informatika universitas pamulang, 2(1). jamilus, j. (2019). model pelatihan berbasis need assesment dalam meningkatkan kompetensi supervisi akademik pengawas pai. al-fikrah: jurnal manajemen pendidikan, 7(2), 139. https://doi.org/10.31958/jaf.v7i2.1639 vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.156 1106 m fajar wicaksono1*, hidayat2, s. n., & riani lubis4, m. d. r. (2021). pemanfaatan teknologi informasi untuk pembelajaran daring bagi guru sekolah dasar negeri mustikajaya vii bekasi. indonesian community service and empowerment journal (icomse), 2(1), 84–91. mana, l. h. a. (2021). respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era covid-19. jira: jurnal inovasi dan riset akademik, 2(1), 93–106. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 mohiuddin, m. g. (2020). confronting covid-19 with a paradigm shift in teaching and learning : a study on online classes. 7(june), 231–247. https://doi.org/10.46291/ijospervol7iss2pp231-247 rosidin, u., widyastuti, rakhmawati, i., & kadaritna, n. (2021). pelatihan aplikasi learning managemen system bagi guru sma n 1 gedong tataan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran daring. jurnal pendidikan nasional, 2(1), 41–50. somantri, o., pratiwi, a. f., ikhtiagung, g. n., informatika, j. t., cilacap, p. n., elektro, j. t., & cilacap, p. n. (n.d.). jamaika : jurnal abdi masyarakat program studi teknik informatika universitas pamulang workshop pelatihan manajemen referensi dan sitasi untuk jamaika : jurnal abdi masyarakat program studi teknik informatika universitas pamulang. 23–31. subekti, a. s., & kurniawati, l. a. (2020). pelatihan mendesain pembelajaran daring menarik selama pandemi covid-19 dengan teknologi pembelajaran sederhana. dinamisia : jurnal pengabdian kepada masyarakat, 4(4), 588–595. https://doi.org/10.31849/dinamisia.v4i4.4679 microsoft word 04-artikel 4.docx vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.232 1441 received : 03-09-2021 revised : 20-09-2021 published : 30-10-2021 inovasi pengelolaan peserta didik di indonesia ratna sari titi handayani, hajar thawafina, via nuriyatun, indra cahya purnama fakultas ilmu pendidikan, universitas negeri yogyakarta, indonesia ratnasarititihandayani.2019@student.uny.ac.id ¹, hajarthawafina.2019@student.uny.ac.id² , vianuriyatun.2019@student.uny.ac.id³ , indracahyapurnama.2019@student.uny.ac.id⁴ abstrak : tujuan dari jurnal ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengelolaan peserta didik di sekolah dasar. metode pada jurnal ini menggunakan berbagai sumber tertulis, baik berupa buku-buku, majalah, artikel, dan jurnal, atau dokumendokumen yang relevan dengan materi inovasi pengelolaan peserta didik. hasil dari jurnal ini menunjukkan : (1) inovasi ppdb terus dilakukan demi mewujudkan pendidikan yang lebih baik seperti ppdb online dan juga jalur penerimaan peserta didik baru yang terus diperbarui yakni jalur zonasi, jalur afirmasi, jalur perpindahan tugas orang tua atau wali, dan jalur prestasi (2) terdapat dua jenis inovasi dalam pengelompokkan peserta didik yaitu pengelompokkan atas fungsi integrasi dan pengelompokan atas fungsi perbedaan. (3) inovasi dalam pengembangan bakat dan minat peserta didik dapat terlihat melalui layanan bimbingan konseling, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan pembiasaan/keteladanan (4) terdapat beberapa jenis inovasi dalam penempatan kapasitas peserta didik yaitu inovasi pada kegiatan literasi, inovasi dalam membangun ambisi dan keinginan berprestasi, serta inovasi dalam rangka memupuk rasa kepercayaan diri. kata kunci : inovasi; pengelolaan; peserta didik; pengelolaan peserta didik vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.232 1442 pendahuluan jaman yang terus berkembang serta munculnya masalah masalah yang belum dapat diatasi dengan cara yang sudah ada menjadi salah satu dasar dari adanya inovasi dalam berbagai bidang kehidupan, tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. selain sebagai tanggapan terhadap masalah pendidikan dan tuntutan zaman, inovasi pendidikan juga merupakan usaha aktif untuk mempersiapkan diri menghadapi masa datang yang lebih memberikan harapan sesuai dengan cita-cita yang diinginkan. inovasi dalam pendidikan dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti inovasi pengelolaan peserta didik, inovasi media pendidikan, inovasi kurikulum, serta inovasi – inovasi lain yang dapat mendukung kemajuan dalam pendidikan yang lain. salah satu inovasi yang akan kita bahas kali ini yaitu terkait inovasi pengelolaan peserta didik. pengelolaan peserta didik adalah suatu pengaturan terhadap peserta didik di sekolah, sejak peserta didik masuk sampai dengan peserta didik lulus, bahkan setelah menjadi alumni. pengelolaan peserta didik termasuk salah satu substansi pengelolaan pendidikan dan menduduki posisi strategis karena merupakan pusat layanan pendidikan. berbagai macam kegiatan, baik yang berada di dalam maupun di luar institusi persekolahan, tertuju kepada peserta didik. metode penelitian ini merupakan penelitian studi literatur yang dilakukan dengan menganalisis teori, jurnal, serta penelitian yang relevan. subjek penelitian ini adalah kajian teori tentang inovasi pengelolaan peserta didik, kajian teori tentang inovasi ppdb dan penempatan peserta didik, jurnal terkait dengan inovasi dalam pengembangan bakat dan minat peserta didik, serta inovasi dalam pengembangan kapasitas peserta didik. prosedur pada penelitian ini dilakukan dengan menganalisis masalah terkait dengan pengelolaan peserta didik di tingkat sekolah dasar kemudian dikembangkan dengan alternatif solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. solusi tersebut berasal dari data yang dikumpulkan dari berbagai literatur seperti buku, jurnal, dan penelitian yang relevan kemudian dianalisis sesuai dengan kebutuhan yang dikembangkan hasil dan pembahasan inovasi pengelolaan peserta didik menurut knezevlch (1984), pengelolaan peserta didik adalah suatu pengaturan terhadap peserta didik di sekolah, sejak peserta didik masuk sampai dengan peserta didik lulus, bahkan setelah menjadi alumni. sedangkan mulyasaa (2011) mengatakan bahwa pengelolaan peserta didik adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik mulai masuk sampai keluarnya pesert didik tersebut dari lembaga pendidikan. adapun dalam ditjen pmptk (2007), menyebutkan bahwa pengelolaan peserta didik adalah layanan yang memusatkan pada pengaturan, pengawasan, dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti pendaftaran, pengenalan, dan layanan individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, kebutuhan, dan minat sampai ia matang di sekolah. dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pengelolaan peserta didik ialah kegiatan pengaturan terhadap peserta didik mulai dari masuk hingga lulus sekolah, bahkan setelah menjadi alumni baik di luar mapun di dalam kelas untuk mengantarkan peserta didik menjadi lebih matang. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.232 1443 dari penjelasan mengenai pengertian inovasi dan pengelolaan peserta didik, dapat disimpulkan bahwa pengertian inovasi pengelolaan peserta didik ialah suatu ide, barang, atau metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal baru dalam pengaturan terhadap peserta didik di sekolah, sejak peserta didik masuk sampai dengan peserta didik lulus guna mengantarkan peseta didik menjadi lebih matang. prinsip dan tujuan pengelolaan peserta didik prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang/ kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. oleh karena itu prinsip harus dipedomani dalam melaksanakan tugas. jika prinsip ini sudah tidak dipedomani lagi, maka akan tanggal sebagai suatu prinsip. adanya prinsip pengelolaan peserta didik ini dimaksudkan agar dalam mengelola atau memanage peserta didik terdapat pedoman atau acuan yang bisa dijadikan pegangan. adapun prinsipprinsip pengelolaan peserta didik tersebut adalah sebagai berikut (sudrajat, 2010): 1. pengelolaan peserta didik dipandang sebagai bagian dari keseluruhan manajemen sekolah. atas dasar inilah, prinsip pengelolaan peserta didik harus mempunyai tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap tujuan manajemen secara keseluruhan. pengelolaan peserta didik harus tetap ditempatkan dalam kerangka manajemen sekolah. 2. segala bentuk kegiatan pengelolaan peserta didik haruslah mengemban misi pendidikan dalam rangka mendidik para peserta didik. segala bentuk kegiatan, baik itu ringan, berat, disukai atau tidak disukai oleh peserta didik, diarahkan untuk mendidik peserta didik dan bukan untuk yang lainnya. 3. kegiatan-kegiatan pengelolaan peserta didik haruslah diupayakan untuk mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan punya banyak perbedaan. perbedaan-perbedaan yang kerap muncul dari peserta didik membuat sebagian pihak menjadi cemburu, namun tidak diarahkan bagi munculnya konflik di antara mereka melainkan justru mempersatukan, saling memahami dan menghargai. 4. kegiatan pengelolaan peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik. oleh karena membimbing, haruslah terdapat ketersediaan dari pihak yang dibimbing. tidak mungkin pembimbingan demikian akan terlaksana dengan baik manakala terdapat keengganan dari peserta didik sendiri. 5. kegiatan pengelolaan peserta didik haruslah mendorong dan memacu kemandirian peserta didik. prinsip kemandirian demikian akan bermanfaat bagi peserta didik tidak hanya ketika di sekolah, melainkan juga ketika sudah terjun ke masyarakat. ini mengandung arti bahwa ketergantungan peserta didik haruslah sedikit demi sedikit dihilangkan melalui kegiatan kegiatan pengelolaan peserta didik. 6. apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu diupayakan oleh kegiatan pengelolaan peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik baik di sekolah lebih-lebih di masa depan. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.232 1444 tujuan pengelolaan peserta didik adalah untuk mengatur berbagai kegiatan peserta didik dengan maksud agar kegiatan-kegiatan tersebut dapat menunjang proses pembelajaran yang ada di sekolah (lembaga pendidikan). sedangkan tujuan khusus pengelolaan peserta didik yaitu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotorik siswa dan untuk mengembangkan dan menyalurkan kecerdasan, bakat dan minat peserta didik, serta untuk menyalurkan aspirasi harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik. sedangkan fungsi pengelolaan peserta didik adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri se-optimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi indiidualitasnya, segi sosial, aspirasi, kebutuhan dan segi-segi potensi peserta didik lainnya (sudrajat, 2010). berikut fungsi manajemen peserta didik secara khusus : a. fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik. fungsi ini diperuntukkan agar peserta didik dapat mengembangkan dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya tanpa mengalami kndala atau hambatan. potensi tersebut antara lain : kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan lainnya. b. fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik. fungsi ini diperuntukkan agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya, dengan orang tua, dan keluarganya, dengan lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan sosial masyarakatnya. fungsi ini ada kaitannya dengan hakikat peserta didik sebagai mahluk sosial. c. fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik. fungsi ini diperuntukkan agar peserta didik dapat tersalur hobi, kesenangan dan minatnya d. fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik. fungsi ini diperuntukkan agar peserta didik dapat sejahtera dalam kehidupannya. pendekatan dan tahapan pengelolaan peserta didik pendekatan dalam manajemen peserta didik yang dilakukan untuk mencapai tujuan dan fungsi manajemen peserta didik adalah sebagai berikut: 1. pendekatan kuantitatif (the kuantitative approach). pendekatan ini lebih menitik beratkan pada segi-segi administrasi dan birokratif lembaga pendidikan. wujud pendekatan ini adalah dengan mengharuskan kehadiran secara mutlak bagi peserta didik di sekolah, memperketat presensi, penuntutan disiplin yang tinggi, dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, dengan demikian diharapkan peserta didik menjadi mampu. 2. pendekatan kualitatif (the kualitative approach). pendekatan ini bertujuan untuk membuat peserta didik menjadi senang dan sejahtera. asumsi pendekatan ini adalah jika peserta didik senang dan sejahtera, maka mereka dapat belajar dengan baik, selain itu mereka juga akan senang mengembangkan dirinya sendiri di lembaga pendidikan yang mereka tempati. pendekatan ini juga menekankan perlunya penyediaan iklim yang kondusif dan menyenangkan bagi pengembangan diri secara optimal. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.232 1445 3. pendekatan terpadu. pendekatan ini merupakan perpaduan antara kedua pendekatan di atas, di dalam pendekatan ini peserta didik diminta memenuhi tuntutan-tuntutan birokratif dan administratif di sekolah dan sekolah juga menawarkan insentif-insentif lain yang dapat memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik, misalnya peserta didik diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas dan lembaga pendidikan menyediakan iklim yang kondusif untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut. terdapat beberapa tahapan dalam proses pengelolaan peserta didik, antara lain : 1. perencanaan penerimaan peserta didik baru langkah pertama dalam kegiatan pengelolaan peserta didik adalah melakukan perencanaa dengan menganalisis kebutuhan yaitu penetapan siswa yang dibutuhkan oleh lembaga pendidikan (sekolah). 2. penerimaan peserta didik baru penerimaan peserta didik baru di sebuah lembaga pendidikan (sekolah) pada dasarnya merupakan proses pencarian, menentukan dan menarik pelamar yang mampu untuk menjadi peserta didik di lembaga pendidikan. 3. seleksi penerimaan peserta didik seleksi penerimaan peserta didik baru adalah tahap pemilihan calon peserta didik untuk menentukan di terima atau tidaknya calon peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) tersebut berdsarkan ketentuan yang berlaku. 4. masa pengenalan lingkungan sekolah peserta didik kegiatan penerimaan siswa baru dengan mengenalkan situasi dan kondisi lembaga pendidikan (sekolah) tempat peserta didik itu menempuh pendidikan. 5. penempatan peserta didik sebelum peserta didik yang diterima pada sebuah lembaga pendidikan (sekolah) mengikuti proses pembelajaran, terlebih dahulu perlu ditempatkan dan dikelompokkan dalam kelompok belajarnya. pengelompokkan peserta didik yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah sebagian besar didasarkan kepada sistem kelas. 6. pembinaan dan pengembangan peserta didik langkah berikutnya dalam manajemen peserta didik adalah melakukan pembinaan dan pengembangan terhadap peserta didik. contoh pembinaan dan pengembangannya terletak pada diadakannya kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. di mana kegiatan tersebut menjadi wadah peserta didik untuk mengembangkan minat dan bakatnya di luar materi kelas. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.232 1446 7. pencatatan dan pelaporan pencatatan dan pelaporan tentang peserta didik di sebuah lembaga pendidikan (sekolah) sangat di perlukan. tujuan pencatatan tentang peserta didik dilakukan agar lembaga pendidikan (sekolah) dapat melakukan bimbingan yang optimal pada peserta didik. sedangkan pelaporan dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban lembaga pendidikan dalam pengembangan peserta didik. 8. kelulusan dan alumni proses kelulusan adalah kegiatan paling akhir dari manajemen peserta didik. kelulusan adalah pernyataan dari lembaga pendidikan (sekolah) tentang telah di selesaikannya program pendidikan yang harus di ikuti oleh peserta didik. inovasi dalam penerimaan peserta didik baru penerimaan peserta didik baru merupakan proses pencarian, menentukan dan menarik pelamar yang mampu untuk menjadi peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) yang bersangkutan (mustari, 2014:111). selanjutnya dijelaskan oleh mustari bahwa penerimaan peserta didik merupakan proses pendataan dan pelayanan kepada peserta didik yang baru masuk sekolah, setelah mereka memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sekolah menjelang tahun ajaran baru. mekanisme penerimaan peserta didik baru selalu diperbarui dari tahun ke tahun. evaluasi terhadap mekanisme ppdb terus dilakukan demi memenuhi hak setiap warga negara akan pendidikan dan mewujudkan pendidikan yang lebih baik. 1. penerimaan peserta didik baru (ppdb) online ppdb secara online mulai diberlakukan pada tahun 2011. dengan ppdb online, proses pendaftaran, seleksi, hingga pengumuman hasil penerimaan peserta didik dapat dipantau secara online dan real time. setiap daerah memiliki website tersendiri untuk mengakses informasi tentang ppdb di daerah masing-masing. untuk daerah jogja masyarakat dapat mengakses https://yogya.siap-ppdb.com/ untuk mendaftar serta mendapatkan info ppdb di yogyakarta dari sd-smp. 2. jalur penerimaan peserta didik baru terdapat empat jalur ppdb 2020, yakni jalur zonasi, jalur afirmasi, jalur perpindahan tugas orang tua atau wali, dan jalur prestasi. ketentuan tersebut didasarkan pada peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan no. 44 tahun 2020 tentang ppdb pada tk, sd, smp, sma dan smk. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.232 1447 namun, ketentuan jalur ppdb dikecualikan untuk sekolah yang diselenggarakan masyarakat, smk, sekolah kerjasama, sekolah indonesia di luar negeri, dan sekolah pendidikan khusus. kemudian sekolah pendidikan layanan khusus, sekolah berasrama, sekolah di daerah 3t (tertinggal, terdepan dan terluar), dan sekolah di daerah dengan jumlah penduduk terbatas. a. jalur zonasi jalur zonasi ditetapkan berdasarkan domisili peserta didik dan sekolah. artinya, sekolah bakal diprioritaskan bagi siswa dengan domisili terdekat. ketentuan domisili dibuktikan lewat alamat pada kartu keluarga yang diterbitkan paling singkat satu tahun sejak pendaftaran ppdb. tiap sekolah diharuskan menerima paling sedikit 50% dari daya tampung melalui jalur zonasi. penetapan wilayah zonasi dilakukan masing-masing pemerintah daerah. b. jalur afirmasi jalur afirmasi diperuntukkan bagi siswa dari keluarga ekonomi tidak mampu. siswa yang mendaftar lewat jalur ini bisa memilih sekolah di dalam maupun luar wilayah zonasi domisili. hal ini dibuktikan melalui keikutsertaan siswa dalam program keluarga tidak mampu dari pemerintah pusat atau daerah. orang tua atau wali harus menyertakan surat bersedia diproses hukum jika kedapatan memalsukan bukti. tiap sekolah harus menerima paling sedikit 15% dari daya tampung melalui jalur afirmasi. c. jalur perpindahan tugas orang tua atau wali siswa yang mendaftar lewat jalur perpindahan tugas orang tua atau wali harus menyertakan surat penugasan dari instansi, lembaga, kantor atau perusahaan orang tua. selain untuk siswa perpindahan orang tua atau wali, jalur ini juga bisa digunakan untuk anak guru. tiap sekolah diberikan kuota paling banyak menerima 5% dari daya tampung melalui jalur ini. d. jalur prestasi jalur prestasi dapat ditempuh menggunakan nilai ujian sekolah atau ujian nasional, dan hasil perlombaan atau penghargaan di bidang akademik atau non akademik. karena ujian nasional ditiadakan tahun ini, siswa bisa menggunakan nilai ujian sekolah atau akumulasi nilai rapor. hasil lomba dan penghargaan yang dapat digunakan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional dan internasional. bukti atas prestasi diterbitkan paling singkat enam bulan dan paling lama tiga tahun sejak vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.232 1448 tanggal pendaftaran ppdb. kuota jalur prestasi pada tiap sekolah dapat ditentukan pemerintah daerah dari sisa kuota jalur zonasi, afirmasi dan perpindahan. inovasi dalam penempatan peserta didik baru penempatan peserta didik tidak boleh dilakukan secara sembarangan. kepala sekolah harus bisa mengkondisikan berbagai perbedaan dan latar belakang yang dimiliki oleh peserta didik sehingga memudahkan para guru untuk mengoptimalkan pelayanan kepada mereka untuk mencapai prestasi sesuai yang diharapkan secara maksimal. terdapat berbagai macam cara yang dapat digunakan sekolah untuk mengelompokkan siswanya. inovasi dalam penempatan peserta didik dapat dilakukan dari setiap masing masing sekolah sesuai dengan keputusan yang berlaku. pengelompokkan peserta didik dijelaskan oleh yeager (imron, 2016:112) dibedakan atas dua jenis kelompok yaitu: 1. pengelompokkan atas fungsi integrasi. merupakan pengelompokkan peserta didik yang didasarkan atas kesamaan yang ada pada peserta didik, misalnya umur, dan jenis kelamin. pengelompokkan jenis ini akan melahirkan pembelajaran yang bersifat klasikal. 2. pengelompokkn atas fungsi perbedaan. merupakan pengelompokkan yang didasarkan pada perbedaan individual peserta didik, misalnya minat, bakat, serta kemampuan. pengelompokkan jenis ini akan melahirkan pembelajaran yang bersifat individual. dasar pengelompokan dengan kategori lain dikemukakan oleh soetopo (1982), bahwa dasar-dasar pengelompokan peserta didik ada 5 macam, yaitu: 1. friendship grouping pengelompokan peserta didik yang didasarkan pada kesukaan di dalam memilih teman antar peserta didik itu sendiri. jadi dalam hal ini peserta didik mempunyai kebebasan dalam memilih teman untuk dijadikan sebagai anggota kelompoknya. 2. achievement grouping pengelompokan peserta didik yang didasarkan pada prestasi yang dicapai oleh peserta didik. pengelompokan ini biasanya diadakan percampuran antara peserta didik yang berprestasi tinggi dengan peserta didik yang berprestasi rendah. 3. aptitude grouping pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas kemampuan dan bakat yang sesuai dengan apa yang dimiliki peserta didik itu sendiri. 4. attention or interest grouping pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas perhatian atau minat yang didasari kesenangan peserta didik itu sendiri. pengelompokan ini didasari oleh adanya peserta didik yang mempunyai bakat dalam bidang tertentu namun peserta didik tersebut tidak senang dengan bakat yang dimilikinya. 5. intellegence grouping pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas hasil tes intelegensi yang diberikan kepada peserta didik itu sendiri. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.232 1449 inovasi dalam pengembangan minat dan bakat peserta didik a) perencanaan pengembangan bakat dan minat peserta didik bakat adalah potensi dasar yang dibawa dari lahir. sedangkan minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu (utami munandar, 2011). potensi dasar yang dibawa peserta didik sejak lahir sangat beragam. oleh karena itu setiap peserta didik perlu mendapatkan perhatian dan layanan yang berbeda agar dapat berkembang secara optimal baik di sekolah maupun di rumah. pemberian layanan yang tepat sesuai dengan bakat dan minat siswa ini sangat memerlukan data yang akurat karena dengan data ini sekolah dapat menentukan. data ini dapat diperoleh diantaranya dengan cara: 1. tes minat bakat perbedaan antara tes bakat dan tes minat yaitu tes bakat digunakan untuk mengetahui kecenderungan kemampuan khusus pada bidang-bidang tertentu, sedangkan tes minat digunakan untuk mengungkap reaksi seseorang terhadap berbagai situasi yang secara keseluruhan akan mencerminkan minatnya. tes minat dan tes bakat ini pun memiliki fungsinya masing-masing yaitu : fungsi tes bakat : a. setiap individu dapat membedakan lebih jauh bakat yang dimiliki dan diinginkannya, b. pendidik dapat mengambil keputusan secara makro dalam membuat keputusan institusional, dan c. pendidik dapat lebih mudah mengembangkan bakat peserta didik yang sudah dikelompokkan berdasarkan bakatnya, sehingga mempermudah dalam proses mengembangkannya fungsi tes minat a. konseling karir untuk menempatkan individu sesuai dengan kemampuan dan ketertarikan pada suatu bidang, vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.232 1450 b. konseling pekerjaan untuk membantu mengindentifikasi permasalahan yang muncul, dan c. melihat minat peserta didik dalam memilih jurusan yang sesuai. 2. angket angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. data yang diperoleh dari tes bakat dan minat atau angket ini dapat digunakan untuk menentukan program pengembangan diri dalam mengembangkan bakat dan minat peserta didik. perencanaan merupakan awal dari segala aspek yang akan dilakukan dalam pengelolaan peserta didik. langkah awal perencanaan merupakan aktifitas untuk memilih berbagai alternatif tindakan yang bermuara pada target yang harus dicapai. setelah target ditetapkan, diikuti dengan langkah-langkah kegiatan perencanaan pengembangan bakat dan minat peserta didik diantaranya adalah: a. mendata bakat, minat, kreativitas peserta didik; b. mengklasifikasi data sesuai bakat, minat, dan kreativitas peserta didik; c. menyusun program atau jadwal; d. mengalokasikan dana; e. menyediakan sarana yang dibutuhkan; f. menyiapkan tenaga pelatih bakat, minat, kreativitas peserta didik; g. merencanakan penampilan karya/gelar seni/pentas; h. melakukan evaluasi. b) implementasi pengembangan bakat dan minat peserta didik pengembangan bakat dan minat peserta didik dapat dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, dalam hal ini lembaga pendidikan memfasilitasi peserta didik yang ingin mengembangkan dirinya melalui beberapa pelayanan. layanan ini dibimbing oleh konselor dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling atau guru dan tenaga kependidikan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler serta kegiatan pembiasaan. 1. layanan bimbingan konseling layanan bk merupakan proses pemberian bantuan terhadap siswa agar perkembangannya optimal sehingga anak didik bisa mengarahkan dirinya dalam bertindak dan bersikap sesuai dengan tuntutan dan situasi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. fungsi bimbingan disini adalah membantu peserta didik dalam memilih jenis sekolah lanjutannya, memilih program, lapangan pekerjaan vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.232 1451 sesuai bakat, minat, dan kemampuan. selain itu bimbingan dan konseling juga membantu guru dalam menyesuaikan program pengajaran yang disesuaikan dengan bakat minat siswa, serta membantu siswa dalam menyesuaikan diri dengan bakat dan minat siswa untuk mencapai perkembangan yang optimal. 2. kegiatan ekstrakulikuler kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan. kegiatan ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional. kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas kegiatan ekstrakurikuler wajib dan pilihan. bentuk ekstrakurikuler di suatu lembaga pendidikan dapat berupa : a. krida, misalnya: kepramukaan, latihan kepemimpinan siswa (lks), palang merah remaja (pmr), usaha kesehatan sekolah (uks), pasukan pengibar bendera (paskibra), dan lainnya. b. karya ilmiah, misalnya: kegiatan ilmiah remaja (kir), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan lainnya. c. latihan olah-bakat latihan olah-minat, misalnya: pengembangan bakat olahraga, seni dan budaya, pecinta alam, jurnalistik, teater, teknologi informasi dan komunikasi, rekayasa, dan lainnya. d. keagamaan, misalnya: pesantren ramadhan, baca tulis al qur’an, tahfidzul qur’an, ceramah keagamaan, dan retreat. e. bentuk kegiatan lainnya. kegiatan ekstrakurikuler ini ada dua besaran, yaitu individual, yakni kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh peserta didik secara perorangan, dan kelompok, yakni kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh peserta didik secara berkelompok dalam satu kelas (klasikal), kelas parallel, dan antarkelas. 3. pembiasaan/keteladanan program pengembangan diri dalam bentuk kurikulum tersembunyi biasanya dipergunakan untuk membiasakan dan membudayakan sikap, nilai, norma, tata krama, dan ketrampilan lunak (soft skills) lainnya. bentuk pembiasaan/ keteladanan diantaranya berupa: a. kegiatan rutin (upacara/apel, membaca sebelum mulai pelajaran, sholat berjama’ah, dsb). vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.232 1452 b. kegiatan spontan (mengatasi perbedaan pendapat, melakukan gotong royong mengatasi masalah yang terjadi, dsb). c. kegiatan keteladanan yang berupa perilaku dan hal baik yang diamalkan warga sekolah dan dapat diteladani para peserta didik (datang tepat waktu, berpakaian rapi, tersenyum dan memberi salam pada semua orang yang datang memungut dan membuang sampah pada tempatnya, dsb). simpulan pelayanan pada lembaga pendidikan yang menjadi fokus utama ialah peserta didik, di mana kesuksesan lembaga pendidikan (sekolah) dilihat dari perkembangan anak yang optimal dari setiap aspeknya. oleh karena itu pengelolaan peserta didik sangat diperlukan dan penting untuk dikuasi oleh pengelola lembaga. dalam pengelolaan peserta didik meliputi penerimaan peserta didik baru, masa pengenalan lingkungan sekolah peserta didik baru, penempatan peserta didik, pengembangan dan pembinaan peserta didik, pencatatan dan pelaporan, serta kelulusan dan alumni. dalam proses pengelolaan peserta didik, perlu adanya inovasi yang dimaksudkan untuk memperbaiki proses pengelolaan peserta didik agar menjadi lebih baik. terdapat beberapa inovasi yang dapat dilakukan pada proses pengelolaan peserta didik, yaitu inovasi penerimaan peserta didik baru, inovasi penempatan peserta didik,inovasi dalam pengembangan bakat dan minat peserta didik, serta inovasi dalam pengembangan kapasitas peserta didik. saran seorang pendidik harus mengetahui bahwa dalam mengelola atau memanage peserta didik, diperlukan prosedur-prosedur yang nantinya akan di implementasikan atau diaplikasikan demi terciptanya pembelajaran yang efektif di lembaga pendidikan (sekolah), dan jika guru atau lembaga pendidikan tidak mampu mengelola peserta didik dengan baik hal ini akan mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran menjadikannya kurang optimal. oleh karena itu sebagi pendidik maupun calon pendidik kita harus memperhatikan bagaimana pengelolaan peserta didik yang baik dan sesuai. daftar rujukan alwaniara, dkk. 2020. konsep dasar kelulusan dan alumni (makalah). lhokseumawe : institut agama islam negeri lhokseumawe. halaman 2-6 rifa’i, muhammad. 2018. manajemen peserta didik (pengelolaan peserta didik untuk efektivitas pembelajaran). medan : penerbit cv. widya puspita. halaman 8 13. istiroah, n. 2015. manajemen peserta didik di sekolah menengah atas patria bantu (skripsi). yogyakarta : universitas negeri yogyakarta. rusdiana. 2014. konsep inovasi pendidikan. bandung : cv. pustaka setia. halaman 44-46 sulistiowati, a, dkk. 2019. pengelolaan peserta didik (mkks-dik). kementerian pendidikan dan kebudayaan : penerbit direktorat jendral guru dan tenaga kependidikan. halaman 1 dan 10. permendikbud ri no.44 th 2019 tentang penerimaan peserta didik baru pada tk, sd, smp, sma, dan smk. microsoft word 08-wiragunawan.docx vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.188 1016 received : 23-05-2021 revised : 22-06-2021 published : 29-07-2021 penerapan model tutor sebaya berbantuan media presentasi dalam meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa i gusti ngurah wiragunawan smkn 1 kuta selatan, indonesia wiragunawan.ajar@gmail.com abstrak: penelitian dilaksanakan dalam rangka memperbaiki hasil belajar dan aktivitas siswa dalam memahami pelajaran housekeeping melalui penerapan tutor sebaya dan dikombinasikan dengan media power point. setting penelitian dilakukan di kelas xiiph6 smk negeri 1 kuta selatan semester genap tahun pelajaran 2019/2020. pelaksanaan pengambilan data menggunakan instrumen lembar evaluasi dan observasi unjuk kerja, serta lembar observasi aktivitas belajar. sedangkan teknik analisis datanya dilakukan secara kuantitatif dengan membandingkan hasil belajar dan aktivitas siswa sebelum menerapkan model tutor sebaya dengan setelah menggunakan model tutor sebaya. adapun hasil penelitian yang didapat antara lain : (1) hasil belajar yang meningkat dimana hasil siklus ke i yaitu 76,58 untuk nilai pengetahuan, 74,05 untuk nilai keterampilan, dan 75,32 untuk untuk nilai rata – rata. ketuntasan klasikal 72,97% untuk pengetahuan, 70,27 untuk keterampilan, dan 70,27 untuk nilai gabungan rata – rata. setelah siklus ke ii hasil belajar bertambah menjadi 82,03 untuk pengetahuan, 80,85 untuk nilai keterampilan, dan 81,39 untuk nilai rata – rata. ketuntasan klasikal sebesar 91,89% untuk semua aspek nilai. (2) peningkatan aktivitas belajar dengan rata – rata 12,68 (cukup aktif) setelah tindakan siklus ke i dan 14,16 (aktif) setelah dilakukan tindakan siklus ke ii. kata kunci: tutor sebaya; hasil belajar; aktivitas belajar; power point vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.188 1017 pendahuluan proses belajar yang mengacu pada kurikulum saat ini adalah berpusat pada siswa dimana mereka dapat belajar dari siapa saja dan darimana saja. melalui pendidikan siswa akan dapat mengembangkan pengalaman dan pengetahuan yang akan berguna bagi mereka di masa depan (fajrin & salam, 2020). hasilnya akan terjadi susasana kelas yang menggembirakan dimana setiap siswa menghormati pendapat siswa lainnya. metode yang digunakan oleh guru merupakan hal yang paling penting supaya siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang maksima. pada akhirnya pengajar harus dapat menentukan metode paling tepat yang searah dengan karakteristik kelas. namun dalam proses pembelajaran tentu terdapat hambatan yang sering terjadi pada guru atau siswa, seperti yang penulis alami ketika mengajar kelas xii ph 6 dimana proses pembelajaran yang sudah mengacu dengan pendekatan saintifik masih kurang maksimal yang ditandai dengan masih rendahnya hasil belajar siswa seperti yang ditampilkan dalam tabel berikut: tabel 1. deskripsi nilai awal (pra siklus) mata pelajaran housekeeping indikator pengetahuan ketermpilan nilai rata rata rata rata 69.73 69.64 69.68 siswa belum tuntas 12 orang 13 orang 13 orang siswa tuntas 25 orang 24 orang 24 orang ketuntasan klasikal 67.57 % 64.86 % 64.86 % menurut syakur (2021), hasil belajar merupakan nilai yang didapat siswa setelah menjalani pembelajaran. berdasarkan hasil ini penulis menelusuri penyebab rendahnya hasil belajar siswa dengan melakukan wawancara kepada siswa terutama yang belum tuntas. hasilnya didapat bahwa kendala utama mereka dalam proses pembelajaran adalah waktu pembelajaran yang relatif singkat sehingga tidak semua siswa dapat dipantau secara maksimal. seperti diketahui bersama di kelas xii semester genap waktu belajar efektif siswa kurang lebih hanya 2 bulan yang menyebabkan waktu untuk menyampaikan materi menjadi singkat. hal ini berpengaruh terhadap aktivitas siswa di kelas, seperti siswa yang tidak mendapat bimbingan guru enggan bertanya dan membaca buku, dan proses diskusipun kurang maksimal dimana siswa sering tidak mau menerima pendapat temanya, walaupun dalam kelompok sudah didesain dengan kemampuan yg beragam, namun statusnya dalam kelompok sama yaitu anggota. atas dasar kendala – kendala yang dialami, model pembelajaran yang dapat memberikan pemahaman yang merata kepada semua siswa dengan waktu yang efektif perlu dilaksanakan. menurut imron (2021), agar hasil belajar yang didapat siswa maksimal, guru wajib menggunakan perannya dengan maksimal. berdasarkan penelitian – penelitian yang sudah dilakukan, tutor sebaya merupakan metode yang dapat menumbuhkan aktivitas di dalam kelas sehingga diperoleh kualitas pembelajaran yang baik. hakikat tutor sebaya adalah siswa mengajari teman sekelasnya atau yang mengajar adalah teman sekelas. tutor sebaya merupakan pembelajaran kooperatif yang membina siswa agar memiliki rasa saling menghormati diantara siswa yang bekerja dalam tim. tutor merupakan siswa yang mewakili guru dalam memberikan bimbingan kepada temanya sehingga proses diskusi dapat berlangsung lebih nyaman sesuai dengan gaya pembelajaran yang siswa inginkan. melalui tutor sebaya, siswa tidak akan segan dibimbing oleh temannya sehingga pembelajaran menjadi maksimal. kegiatan bimbingan oleh vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.188 1018 tutor akan membuat pelajaran lebih dipahami sehingga akan berkempang dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. bimbingan dari tutor dapat membuat siswa lebih mudah dalam mempelajari materi yang diajarkan(putra et al., 2018). hasil penelitian putra et al (2018) mendapat kesimpulan hasil dan motivasi siswa dalam belajar dengan pendekatan tutor sebaya lebih baik daripada dengan sistem pembelajaran langsung. hasil yang sama juga didapat dari penelitian ahdiyat & sarjaya (2015) yang mendapatkan ada peningkatan nilai pelajaran matematika siswa kelas vi di sdn sukasari iii dengan penerapan tutor sebaya. menurut sukariana (2011), langkah penerapan model tutor sebaya dalam pembelajaran adalah: (1) guru memilih siswa yang akan menjadi tutor. tutor tersebut adalah siswa yang memiliki kemampuan lebih daripada teman – temannya. tutor – tutor tersebut diberikan bimbingan terlebih dahulu. (2) guru membuat beberapa kelompok, dimana ditempatkan satu orang tutor di setiap kelompok untuk mendampingi dan membimbing anggotanya. (3) anggota kelompok tersebut dibuat dengan beragam tingkat kemampuan dari cerdas, biasa, dan di bawah rata – rata. (4) setiap kelompok mendiskusikan tentang materi dan tugas yang harus dikerjakan dengan bimbingan masing – masing tutor. (5) guru dan tutor berkolaborasi membimbing anggota kelompok yang mendapat kendala ketika mempelajari materi yang diberikan. (6) observer membantu guru dalam mengawasi aktivitas yang dilakukan tutor dan anggota kelompok ketika mempelajari topik yang dibagikan. (7) siswa mempresentasikan hasil kerja dan bersama guru menyimpulkan tentang materi yang sudah dipelajari. (8) guru melaksanakan penilaian tentang materi yang sudah diajarkan. pembelajaran dengan model tutor sebaya akan lebih maksimal bila dikombinasikan dengan penggunaan media yang dapat membuat suasana di kelas lebih interaktif. media yang didesain dengan baik dapat mendukung siswa mencapai tujuan belajar. media pembelajaran mempunyai ciri khas, kelebihan serta kekurangan masing – masing. untuk itu sangat perlu didesain dengan terperinci agar bisa digunakan secara maksimal. power point merupakan software untuk media presentasi yang sederhana, memiliki tampilan menarik dan penggunaannya sudah familiar di kalangan guru maupun siswa. menurut purwanti et al. (2020), media power point membantu siswa dalam belajar saat pandemi sebab sangat mudah diaplikasikan dan berukuran kecil sehingga tidak menghabiskan kuota internet dalam memakainya. hasil belajar dengan power point bisa meningkatkan motivasi belajar, pemahaman yang baik terhadap pelajaran, dan tampilannya bagus sebagai media presentasi. guru dapat memakai power point dalam belajar terutama untuk menyampaikan topik pelajaran agar siswa dapat memahami materi dengan lebih maksimal. hal ini akan menyebabkan hasil belajar yang lebih baik (sukiyasa & sukoco, 2013). berdasarkan latar belakang dan hasil dari penelitian yang dikemukakan, maka dapat dibuat rumusan masalah: apakah penggunaan model tutor sebaya yang dikombinasikan dengan media presentasi power point dapat memperbaiki hasil belajar beserta dengan aktivitas belajar housekeeping siswa kelas xiiph6 smkn 1 kuta selatan? tujuan yang diharapkan akan tercapai setelah melaksanakan kegiatan ini yaitu untuk meningkatkan hasil belajar serta aktivitas siswa kelas xii ph 6 smkn 1 kuta selatan melalui penerapan model tutor sebaya yang dikombinasikan dengan media presentasi power point. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.188 1019 metode rancangan. .penelitian penelitian yang akan dilaksanakan dirancang model siklus. setiap siklus adalah rangkaian kegiatan yang terstruktur yang dimulai dari perencanaan tindakan, kegiatan inti berupa pelaksanaan tindakan, dilanjutkan dengan pengamatan, dan refleksi terhadap pelaksanaan dari masing – masing siklus yang sudah dilakukan. rancangan berupa siklus penelitian ditampilkan dalam gambar di bawah. gambar 1. model rancangan siklus (arikunto et al., 2019) penelitian direncanakan dalam waktu 4 bulan dimulai pada januari 2020 sampai dengan april 2020. waktu tersebut dibagi menjadi perencanaan, pelaksanaan, dan penulisan laporan penelitian di bagian terakhir. siklus i direncanakan dilaksanakan pada 21 januari 2020 dan 28 januari 2020, sedangkan untuk siklus ii direncanakan dilaksanakan pada 4 pebruari 2020 dan 11 pebruari 2020. subyek_penelitian siswa yang menjadi subyek penelitian diambil dari siswa xiiph6 kompetensi keahlian perhotelan smkn 1 kuta selatan, yang merupakan satu – satunya kelas yang penliti ajar di tingkat xii. jumlah subyek penelitan adalah 37 orang siswa, yang terdiri dari siswa laki – laki sebanya 19 orang, sedangkan siswa perempuan berjumlah 18 orang. instrumen dan teknik pengumpulan data dalam mendapatkan hasil penelitian digunakan instrumen dan teknik pengumpulan data sebagai berikut: perencanaan ke i siklus-i pengamatan ke i perencanaan ke ii siklus-ii pengamatan ke ii (hasil?) pelaksanaan ke i refleksi ke i pelaksanaan ke ii refleksi ke ii vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.188 1020 tes tertulis tes tertulis dilakukan setiap selesai siklus. jenis tes tertulis yang digunakan adalah esai, yaitu menjawab pertanyaan dengan terbuka dengan menjabarkan jawaban dengan kalimat sendiri (sanjaya, 2009). tes tertulis digunakan untuk menilai hasil belajar pengetahuan. observasi observasi yang dipakai adalah observasi yang sistematis dimana sebelum pelaksanaan tindakan dipersiapkan semua hal yang diperlukan seperti aspek yang akan dinilai, waktu, maupun alat yang dipakai (sanjaya, 2009). observasi unjuk kerja observasi unjuk kerja dilakukan untuk mengukur aspek keterampilan siswa. penilaian keterampilan siswa dilaksanakan setiap selesai siklus tindakan. instrumen penilaian yang dipakai adalah lembar observasi unjuk kerja/praktik. observasi aktivitas belajar observasi aktivitas siswa dilakukan peneliti untuk mengetahui aktivitas selama kegiatan di kelas yang dikerjakan oleh siswa. alat untuk mengukur aktivitas siswa selama kegiatan adalah lembar observasi, yang memuat indikator prilaku siswa yaitu perhatian terhadap materi, kerjasama kelompok, keberanian bertanya dan berpendapat, kedisiplinan mengerjakan tugas. catatan lapangan instrumen ini digunakan untuk mengetahui hal – hal yang menonjol selama kegiatan pembelajaran dengan pendekatan tutor sebaya dilaksanakan, serta hambatan atau kendala yang dialami tutor dan anggota kelompok selama kegiatan di kelas. analisis data hasil belajar analisis data dilakukan dengan mengambil nilai yang didapat oleh siswa dan membandingkan dengan nilai ketuntasan belajar minimal (kbm). kbm untuk mata pelajaran housekeeping adalah 70. siswa tuntas ditentukan apabila nilai tes tertulis, unjuk kerja, dan rataratanya minimal 70 (sesuai kbm). aktivitas belajar hasil observasi aktivitas siswa siswa ditentukan sesuai dengan aspek – aspek aktivitas yang diamati selama kegiatan pembelajaran. dalam mengamati aktivitas siswa, peneliti dibantu oleh observer. aspek – aspek yang dinilai adalah: tabel 2. aspek pengamatan aktivitas no aspek pengamatan 1 perhatian terhadap materi 2 kerjasama dalam kelompok 3 keberanian bertanya dan berpendapat 4 kedisiplinan mengerjakan tugas vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.188 1021 hasil hasil pelaksanaan. .siklus i pelaksanaan siklus ke i dilakukan pada tanggal 21 januari 2020 dan 28 januari 2020 pada saat mata pelajaran housekeeping dengan waktu 6x45menit. gambar 2. proses pelaksanaan siklus ke i materi yang diajarkan pada siklus ke i adalah sesuai dengan rencana pembelajaran yaitu: ruang lingkup pelayanan internal dan eksternal hotel, jenis – jenis barang/fasilitas/jasa yang disediakan housekeeping, dan prosedur menerima permintaan tamu. hasil..belajar..siswa pada akhir proses pembelajaran siklus ke i selanjutnya diberikan evaluasi berupa tes tertulis dan unjuk kerja/praktik. dari hasil tersebut didapat nilai yang ditampilkan sebagai berikut: tabel 3. hasil siklus ke i pengetahuan keterampilan nilai rata rata jumlah 2833.33 2740.00 2786.67 rata rata 76.58 74.05 75.32 siswa belum tuntas 10 orang 11 orang 11 orang siswa tuntas 27 orang orang orang ketuntasan klasikal 72.97 % 70.27 % 70.27 % hasil analisis data nilai pengetahuan 76,58 dan ketuntasan klasikal 72,97%. untuk nilai keterampilan sebesar 74,05 dan ketuntasan klasikal 70,27%. nilai rata – rata untuk siklus ke i yaitu 75,32 dan ketuntasan klasikal sebesar 70,27%. ini artinya hasil pada siklus ke i masih di bawah persyaratan indikator yang ditetapkan yaitu sebesar 75%. aktivitas belajar siswa selama pembelajaran peneliti memantau siswa dalam belajar dan mengamati aktivitas siswa. hasil observasi yang diamati seperti: perhatian pada materi pelajaran, sikap kerjasama di dalam kelompok, bertanya dan berpendapat, serta kedisiplinan mengerjakan tugas. dari kegiatan observasi yang dilakukan, diperoleh tingkat aktivitas dalam tabel: vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.188 1022 tabel 4. aktivitas pada siklus ke i rata – rata 12.68 cukup aktif siswa sangat aktif 2 org 5.41 % siswa aktif 16 org 43.24 % siswa cukup aktif 9 org 24.32 % siswa kurang aktif 7 org 18.92 % siswa sangat kurang aktif 3 org 8.11 % aktivitas rata – rata yang dimiliki siswa sesuai tabel adalah cukup aktif (nilai rata – rata 12,68). ini artinya belum sesuai dengan indikator yang disyaratkan yaitu mempunyai aktivitas belajar rata – rata ”aktif”. refleksi..siklus ke i setelah pelaksanaan siklus ke i, terdapat beberapa hasil yang dijadikan catatan yaitu: (1) sebagian kecil anggota kelompok tidak mampu beradaptasi dengan pendekatan tutor sebaya yang sedang diterapkan. (2) sebagian anggota kelompok tidak berada sesuai dengan kelompok yang ditetapkan. (3) ada anggota kelompok yang masih malu dalam memberikan pendapat. (4) sebagian tutor kurang sabar dalam membimbing anggota kelompoknya. sementara kelebihan – kelebihan yang sudah muncul antara lain: (1) pemahaman sebagian besar siswa semakin meningkat terhadap materi pelajaran. kelebihan ini ditunjukkan ketika menjelaskan tugas yang diberikan pada saat siswa dipilih secara acak untuk mewakili kelompoknya dalam presentasi di depan kelas. (2) aktivitas siswa terutama kerjasama dalam kelompok sudah terlihat mulai aktif. (3) tutor terlihat sangat antusias dalam membimbing angota kelompoknya. berdasarkan kajian kelemahan yang diamati, dilakukan beberapa langkah untuk siklus berikutnya: (1) peneliti lebih memperjelas tentang peran tutor dan kewajiban dari anggota kelompok agar kegiatan pembelajaran berjalan lebih tertib. (2) memotivasi siswa yang terlihat kurang aktif dalam pembelajaran. (3) memberi pengertian kepada tutor dalam membimbing anggotanya agar lebih sabar karena kemampuan dalam memahami materi antara anggota kelompok tidak sama. (4) memaksimalkan peran observer dengan ikut memberikan bimbingan ketika diskusi kelompok. hasil pelaksanaan siklus..ke..ii tindakan dilaksanakan pada tanggal 4 pebruari 2020 serta 11 pebruari 2020 pada saat pelajaran housekeeping dengan waktu 6x45menit. gambar 3. pelaksanaan siklus ii vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.188 1023 materi yang diajarkan yaitu : prosedur menindaklanjuti permintaan barang/fasilitas/jasa dari tamu, dan prosedur mengantarkan permintaan tamu. hasil..belajar..siswa dari pelaksanaan evaluasi berupa tes tertulis dan hasil unjuk kerja/praktik maka didapat hasil berikut: tabel 5. hasil siklus ke ii pengetahuan keterampilan nilai rata rata jumlah 3035.29 2992.30 3011.25 rata rata 82.03 80.85 81.39 siswa belum tuntas 3 orang 3 orang 3 orang siswa tuntas 34 orang 34 orang 34 orang ketuntasan klasikal 91.89 % 91.89 % 91.89 % aktivitas..belajar..siswa selama kegiatan di kelas peneliti dibantu oleh observer memantau siswa dalam belajar dan mengamati kegiatan tutor dan anggota kelompoknya. hasil pengamatan yang dilakukan ditampilkan dalam tabel berikut: tabel 6. aktivitas pada siklus ke ii rata – rata 14.16 aktif siswa sangat aktif 7 org 18.92 % siswa aktif 20 org 54.05 % siswa cukup aktif 7 org 18.92 % siswa kurang aktif 3 org 8.11 % siswa sangat kurang aktif 0 org 0.00 % berdasarkan hasil pada tabel maka didapat aktivitas dalam belajar ada pada kategori aktif (nilai rata – rata 14,16). ini artinya hasil yang dicapai sudah sesuai dengan indikator yang disyaratkan yaitu mempunyai aktivitas belajar rata – rata ”aktif”. refleksi..siklus..ke..ii setelah pelaksanaan pembelajaran siklus ke ii, terdapat perbaikan – perbaikan yang terlihat seperti: (1) siswa sudah lebih mengerti dan memahami metode tutor sebaya yang telah dilaksanakan. (2) keseriusan dan perhatian siswa terhadap materi dan tugas semakin baik. (3) aktivitas ketika belajar dan mengerjakan tugas semakin aktif. (4) tutor sudah memiliki kreativitas dalam memberikan materi dan membimbing anggotanya. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.188 1024 perkembangan hasil siklus ke i dan siklus ke ii perkembangan nilai yang didapat dalam penelitian disajikan dalam grafik berikut: gambar 4. grafik perkembangan hasil belajar dari grafik.di atas dapat dilihat nilai siswa yang meningkat. nilai rata – rata pengetahuan meningkat dari 69,73 saat sebelum tindakan (pra siklus), menjadi 76,58 di siklus ke i, serta 82,03 saat siklus ke ii. nilai keterampilan meningkat dari 69,64 pada pra siklus menjadi 74,05 pada siklus ke i dan 80,85 di siklus ke ii. sedangkan nilai rata – rata naik dari 69,68 pada pra siklus, 75,32 di siklus ke i dan 81,39 saat siklus ke ii. gambar 5. grafik perkembangan ketuntasan klasikal grafik di atas menunjukkan peningkatan ketuntasan klasikal. ketuntasan klasikal pengetahuan meningkat dari 67,57 pada prasiklus menjadi 72,97 di siklus ke i serta 91,89 di siklus ke ii. ketuntasan klasikal keterampilan naik dari 64,86 saat prasiklus menjadi 70,27 di siklus ke i serta 91,89 untuk siklus ke ii. untuk ketuntasan klasikal rata – rata bertambah dari 64,86 saat prasiklus menjadi 70,27 di siklus ke i dan 91,89 saat siklus ke ii. perkembangan aktivitas kegiatan siswa selama pembelajaran saat siklus ke i dan siklus ke ii, ditunjukan dalam grafik berikut: 69,73 69,64 69,68 76,58 74,05 75,32 82,03 80,85 81,39 62,00 64,00 66,00 68,00 70,00 72,00 74,00 76,00 78,00 80,00 82,00 84,00 pengetahuan keterampilan rata rata prasiklus siklusi siklusii 67,57 64,86 64,86 72,97 70,27 70,27 91,89 91,89 91,89 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 pengetahuan keterampilan rata rata prasiklus siklusi siklusii vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.188 1025 gambar 6. grafik perkembangan aktivitas siswa grafik di atas menunjukkan perkembangan aktivitas siswa dari siklus ke i menuju siklus ke ii. siswa dengan kategori “sangat aktif” meningkat dari 5,41% menjadi 18,92%. siswa “aktif” meningkat dari 43,24% menjadi 54,05%. siswa dengan kualifikasi “cukup aktif” berkurang dari 24,32% menjadi 18,92%. siswa “kurang aktif berkurang dari 18,92% menjadi 8,11%. sementara siswa dengan kategori “sangat kurang aktif” berkurang dari 8,11% menjadi 0. pembahasan hasil belajar siswa metode tutor sebaya adalah pendekatan yang dapat membuat siswa lebih bergairah untuk belajar dan guru juga termotivasi dalam mengajar. berdasarkan hasil yang didapat terjadi peningkatan hasil belajar dan ketuntasan klasikal. persentase peningkatannya disajikan di tabel berikut: tabel 7. hasil..belajar dan ketuntasan klasikal siswa indikator hasil belajar ketuntasan klasikal prasiklus siklus ke i siklus ke ii prasiklus siklus ke i siklus ke ii pengetahuan: nilai 69.73 76.58 82.03 67.57 72.97 91.89 peningkatan (%) 9.82 7.13 8.00 25.93 keterampilan: nilai 69.64 74.05 80.85 64.86 70.27 91.89 peningkatan (%) 6.34 9.17 8.33 30.77 rata rata: nilai 69.68 75.32 81.39 64.86 70.27 91.89 peningkatan (%) 8.08 8.06 8.33 30.77 5,41 43,24 24,32 18,92 8,11 18,92 54,05 18,92 8,11 0,00 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 sangat-aktif aktif cukup-aktif kurang-aktif sangat-kurang aktif siklusi siklusii vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.188 1026 berdasarkan tabel di atas, nilai pengetahuan, keterampilan dan nilai rata – rata mengalami kenaikan. nilai pengetauan naik 9,82% setelah tindakan pertama dan 7,13% setelah tindakan kedua. ketuntasan klasikal naik 8,00% setelah tindakan pertama dan 25,93% setelah dilakukan tindakan kedua. nilai keterampilan mengalami peningkatan 6,34% untuk tindakan pertama dan 9,17% untuk tindakan kedua. ketuntasan klasikal naik 8,33% di tindakan pertama dan 30,77% saat tindakan kedua. nilai rata – rata mengalami kenaikan 8,08% dan 8,06% sampai di tindakan kedua. ketuntasan klasikal naik 8,33% di tindakan pertama dan 30,77% setelah pelaksanaan tindakan kedua. nilai yang didapat ini memiliki kesamaan hasil dengan penelitian sebelumnya oleh sujiati (2020) yang mendapatkan hasil terjadi penambahan persentase ketuntasan klasikal dari siklus ke i dan siklus ke ii sebesar 65,39%. mahsup et al. (2020) juga mendapatkan hasil yang sama, yaitu terjadi peningkatan ketuntasan dan hasil belajar mahasiswa serta aktivitas berkriteria baik. hasil penelitian yang didapat wijiastuti & indrawati (2020) memperoleh hasil yang selaras, yaitu terjadi penambahan persentase ketuntasan belajar dari siklus ke i menuju siklus ke ii dari 33,33% menjadi 71,43% sehingga model tutor sebaya sudah sesuai dan sangat baik untuk memperbaiki kualitas belajar siswa. melalui penerapan model tutor sebaya terjadi peningkatan nilai siswa dan ketuntasan setelah dilaksanakan tindakan siklus i. namun pada siklus ke i siswa belum mampu mencapai indikator hasil belajar yang disyaratkan baik secara individu dan klasikal, terbukti nilainya masih banyak dibawah ketuntasan belajar minimal (kbm). setelah siklus ke ii hasil belajar siswa terdapat peningkatan dari siklus ke i, ini terlihat dari sebagian besar siswa sudah mencapai ketuntasan karena mereka sudah mengerti tentang alur pembelajaran yang dilakukan oleh tutor. menurut hastari (2019), penerapan tutor sebaya meringankan siswa ketika menerima materi pelajaran serta membuat minat belajar mereka meningkat. aktivitas belajar siswa penerapan model tutor sebaya sangat berpengaruh terhadap aktivitas siswa dalam memecahkan masalah, dimana siswa respon positif ditunjukkan oleh siswa dalam menggunakan media pembelajaran yang diberikan (putra et al., 2018). hasil ini sama dengan penelitian yang sudah dilaksanakan dimana aktivitas siswa selama pembelajaran pada siklus ke i dan siklus ke ii mengalami peningkatan seperti yang ditampilkan dalam tabel berikut: tabel 8. perkembangan aktivitas siswa siklus sangataktif aktif cukupaktif kurangaktif sangatkurang aktif ratarata kualifikasi i 5.41 43.24 24.32 18.92 8.11 12.68 cukup aktif ii 18.92 54.05 18.92 8.11 0.00 14.16 aktif dari tabel 8. disajikan perkembangan aktivitas belajar dari rata-rata 12,68 (cukup aktif) menjadi 14,16 (aktif). peningkatan aktivitas siswa tersebut terlihat dari indikator meningkatnya perhatian kepada topik dan tugas yang diberikan, kerjasama antar anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas, serta keaktifan dalam menyampaikan pendapat dan bertanya. model tutor sebaya memberi kemudahan siswa dalam belajar, siswa berperan aktif, dan bekerjasama dalam memecahkan masalah sehingga materi pelajaran tersampaikan secara merata. selain itu, dengan vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.188 1027 adanya media power point membuat suasana belajar lebih interaktif yang membuat siswa tertarik untuk melihat materi pelajaran. penelitian yang dilakukan oleh sukiyasa & sukoco (2013) juga memperlihatkan pemanfaatan media power point telah meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa. penelitian purwanti et al. (2020) juga menunjukkan bahwa terjadi efektivitas dalam pembelajaran melalui pemanfaatan media presentasi power point. peningkatan aktivitas siswa dengan model tutor sebaya juga didapat oleh putra et al (2018) dimana pembelajaran berbantuan tutor sebaya dapat menambah motivasi siswa dalam belajar dibandingkan dengan metode pembelajaran langsung. berdasarkan hasil positif yang didapat dan indikator yang disyaratkan sudah dicapai, yaitu minimal 75% siswa sudah tuntas dan rata – rata siswa memiliki aktivitas baik, maka hipotesis awal tindakan sudah terbukti yaitu dengan penerapan model tutor sebaya berbantuan media presentasi power point saat proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas dalam belajar housekeeping pada siswa di kelas xiiph6 smk negeri 1 kuta selatan semester genap tahun pelajaran 2019/2020. simpulan_ berdasarkan hasil yang sudah diperoleh dalam penelitian serta pembahasan yang telah dijabarkan sesuai dengan hasil dalam penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model tutor sebaya yang dikombinasikan dengan media presentasi power point dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa di kelas xiiph6 smk negeri 1 kuta selatan. mengingat hasil belajar yang baik dan aktivitas belajar yang aktif dengan penerapan model tutor sebaya berbantuan media power point, maka model ini dapat dicoba di kelas yang memiliki karakteristik permasalahan yang sama. ucapan_terima_kasih artikel ini dapat terselesaikan tepat waktu dan seuai dengan harapan peneliti berkat adanya kontribusi dan kerjasama pihak – pihak terkait. penulis sangat berterima kasih kepada rekan – rekan di kompetensi keahlian perhotelan yang sudah memberikan saran dan masukan dalam melaksanakan penelitian, serta pihak lain yang sudah membantu dalam penyelesaian artikel ini. daftar rujukan ahdiyat, m., & sarjaya. (2015). metode tutor sebaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi pengolahan data. formatif: jurnal ilmiah pendidikan mipa, 4(1), 71–86. https://doi.org/10.30998/formatif.v4i1.141 arikunto, s., suhardjono, & supardi. (2019). penelitian tindakan kelas (suryani (ed.); 3rd ed.). jakarta. fajrin, f., & salam, r. (2020). efektivitas pembelajaran ips menggunakan model pembelajaran tutor sebaya plus pada siswa kelas viii smp negeri 7 semarang. sosiolium, 2(1), 54–62. https://doi.org/10.15294/sosiolium.v2i1.39630 hastari, r. c. (2019). penerapan strategi tutor sebaya dalam meningkatkan motivasi belajar matematika. jurnal pengabdian kepada masyarakat, 4(1), 46–50. https://doi.org/10.26905/abdimas.v4i1.2811 imron. (2021). penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa min kudus. 2(2), 152–163. https://doi.org/https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.188 1028 mahsup, ibrahim, muhardini, s., nurjannah, & fitriani, e. (2020). peningkatan hasil belajar mahasiswa melalui model pembelajaran tutor sebaya. jurnal kependidikan: jurnal hasil penelitian dan kajian kepustakaan di bidang pendidikan, pengajaran dan pembelajaran, 6(3), 609. https://doi.org/10.33394/jk.v6i3.2673 purwanti, l., widyaningrum, r., & melinda, s. a. (2020). analisis penggunaan media power point dalam pembelajaran jarak jauh pada materi animalia kelas viii. journal of biology education, 3(2), 157. https://doi.org/10.21043/jobe.v3i2.8446 putra, l. v., purwanti, k. y., & khoiriyah, i. s. a. (2018). pembelajaran matematika model tutor sebaya dengan strategi heuristik vee. janacitta: journal of primary and children’s education, 1(2), 2615–6598. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.35473/jnctt.v1i2.80 sanjaya, w. (2009). penelitian tindakan kelas (1st ed.). kencana. sujiati, s. (2020). pembelajaran kooperatif berbasis tutor sebaya untuk meningkatkan hasil belajar ipa materi pesawat sederhana di smpn 1 kayangan. jurnal paedagogy, 7(1), 1–16. https://doi.org/https://doi.org/10.33394/jp.v7i1.2508 sukariana, i. m. (2011). penerapan model pembelajaran tutor sebaya untuk meningkatkan hasil belajar memahami prinsip kerja sistem kendali elektromagnetik pada siswa kelas xi teknik instalasi tenaga listrik smkn 1 kuta selatan tahun pelajaran 2011/2012. (pp. 1–54). smkn 1 kuta selatan. sukiyasa, k., & sukoco, s. (2013). pengaruh media animasi terhadap hasil belajar dan motivasi belajar siswa materi sistem kelistrikan otomotif. jurnal pendidikan vokasi, 3(1), 126–137. https://doi.org/10.21831/jpv.v3i1.1588 syakur, a. (2021). peningkatan aktivitas dan hasil belajar pkn melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada siswa kelas vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus. jira: jurnal inovasi dan riset akademik, 2(2), 132–151. https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.80 wijiastuti, s., & indrawati, d. (2020). peningkatan hasil belajar kimia materi senyawa hidrokarbon siswa smas pgri 1 maospati dengan metode tutor sebaya. inovasi jurnal diklat keagamaan, 14(3), 201–209. https://doi.org/https://doi.org/10.52048/inovasi.v14i3.173 microsoft word 02-sudarsih.docx vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.266 127 received : 21-04-2022 revised : 19-05-2022 published : 19-06-2022 meningkatkan kemampuan guru dalam proses kbm melalui supervisi akademik di uptd sd negeri 26 belinyu sudarsih kepala sekolah uptd sd negeri 26 belinyu bangka sudarsih6905@gmail.com abstrak tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar melalui kegiatan supervisi akademik. metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan sekolah (pts) dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. teknik pengumpulan data dengan wawancara, studi dokumen dan observasi. hasil penelitian menunjukkan bahwa supervisi akademik pada siklus 1 dan siklus 2 menunjukkan terjadi peningkatan skor pada aspek pelaksanaan pembelajaran dan administrasi hasil penilaian pembelajaran. hasil ini dapat dicapai karena adanya kerjasama yang baik antar kepala sekolah dan guru yang disupervisi. kepala sekolah berdiskusi dengan guru mengenai masalah yang dihadapi guru pada proses pelaksanaan pembelajaran dan aspek administrasi hasil pembelajaran. supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah merupakan usaha untuk memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pembelajaran, bahan pengajaran, metode, evaluasi atau penilaian pengajaran. supervisi akademik dapat membantu guru untuk mempelajari dan memahami tugas dan perannya sebagai seorang pendidik. abstract the purpose of this study is to improve the ability of teachers in the teaching and learning process through academic supervision activities. the research method used is school action research (pts) with a quantitative descriptive approach. data collection techniques with interviews, document studies and observation. the results showed that academic supervision in cycle 1 and cycle 2 showed an increase in scores on aspects of learning implementation and administration of learning assessment results. this result can be achieved because of good cooperation between the principal and the supervised teachers. the principal discusses with the teacher the problems faced by the teacher in the process of implementing learning and the administrative aspects of learning outcomes. academic supervision carried out by the principal is an effort to improve teaching, including stimulating, selecting job growth and teacher development as well as revising learning objectives, teaching materials, methods, evaluations or teaching assessments. academic supervision can help teachers to learn and understand their duties and roles as educators. kata kunci: supervisi akademik; kbm; sekolah sd vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.266 128 pendahuluan seringkali kita menjumpai guru-guru yang tidak kompeten dalam proses belajar mengajar. kompetensi guru merupakan problema besar dalam dunia pendidikan yang tidak mudah untuk diselesaikan. berdasarkan data pada tahun 2015 menunjukkan bahwa nilai uji kompetensi guru secara nasional berada di angka 56,69. hal inilah yang kemudian menjadi keresahan dalam dunia pendidikan sekaligus sebagai bukti potret kualitas guru kita yang ada di indonesia. dalam undang-undang nomor 16 tahun 2007 menetapkan empat syarat kompetensi yang mutlak ada di dalam diri seorang guru atau pendidik: kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. jika empat kompetensi guru tersebut tidak dimiliki secara utuh, maka akan muncul problematika yang tak seimbang dalam pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. permasalahan-permasalahan kemampuan guru bisa saja berangkat dari berbagai aspek, misalnya dari segi pengetahuan, guru yang kurang handal dalam menguasai bidangnya dan pengetahuan lainnya; dari segi keterampilan, guru lemah dalam masalah mendemonstrasikan materi pelajaran dan penerapan pengetahuan yang didapatkannya, tidak dapat memanfaatkan media pembelajaran edukatif; dari segi sikap, contohnya guru kurang bertanggung jawab terhadap materi yang diampu, kurang bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak muridnya dan lain sebagainya. kompetensi guru yang lemah bukan saja berpengaruh pada mutu masing-masing pendidikan di lembaga atau sekolah, akan tetapi juga dapat berpengaruh pada output peserta didik. sebagaimana yang terjadi di sd negeri oekiu desa nifuleo, seorang guru kelas iv yang telah bertugas selama tiga tahun di sdn oekiu yang berkualifikasi pendidikan s1 pendidikan belum dapat memanfaatkan media pembelajaran, sehingga proses pembelajaran di kelas sangat menjenuhkan dan monoton. karena kurangnya pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas iv ini, maka nilai ipa siwa 40% tidak memenuhi standar kelulusan. guru kelas iv ini hanya mengandal metode klasik seperti metode ceramah dan pemberian tugas menggunakan lks dari penerbit buku, hingga pada akhirnya siswa cenderung pasif dalam kegiatan belajar mengajar. melihat permasalahan yang timbul seperti itu, kepala sekolah sebagai seorang yang sangat berperan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan pada masing-masing sekolah yang dipimpinnya harus memperhatikan secara serius problema apapun yang terjadi di sekolahnya. karena keberhasilan kepala sekolah bukan hanya sekedar terlihat pada prestasi-prestasi sekolah yang telah diraih, akan tetapi juga tampak melalui kemampuannya dalam memberikan berbagai solusi penyelesaian masalah serta mengelola sumber daya yang sudah ada di sekolah. permasalahan-permasalahan yang muncul baik yang disebabkan dari pendidik atau juga peserta didik, perlu dicari solusinya. salah satunya yang dapat dijadikan rekomendasi pemimpin sekolah dalam memecahkan masalah-masalah yang digambarkan diatas ialah melalui kegiatan supervisi akademik. ahmad nur hamim dalam tulisannya menyimpulkan bahwa dengan adanya pelaksanaan supervisi akademik yang diselenggarakan di madrasah vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.266 129 tsanawiyah al-hidayah tanjung jabung timur guru lebih disiplin dalam penyiapan administrasi yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. begitupun fitriana kurnia dewi dalam tulisannya juga menemukan bahwa supervisi akademik di madrasah aliyah negeri cilacap dalam meningkatkan profesionalisme guru mengalami kemajuan. hal ini tampak pada peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas mulai dari perencanaan hingga evaluasi pembelajaran. supervisi akademik merupakan tugas kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan secara berkelanjutan di sekolah. kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran mesti memastikan bahwa semua guru harus memperoleh service supervisi akademik. semua guru harus mendapatkan layanan ini tanpa harus membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, status sosial dan berkebutuhan khusus. harapan dengan adanya pelaksanaan supervisi akademik secara terprogram dan berkesinambungan akan tercapai layanan proses pembelajaran berkualitas, sehingga akan berpengaruh pada peningkatan prestasi peserta didik di sekolah. uptd sd negeri 26 belinyu bangka juga demikian, untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan dan hasil belajar yang unggul, maka sudarsih selaku kepala sekolah sdn 26 belinyu bangka melaksanakan tugas utamanya yakni supervisi akademik. melihat banyak sekali guru-guru yang masih melakukan proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode pelajaran klasik dan kurang dalam penerapan metode pembelajaran variatif, aktif dan inovatif. dengan alasan tidak ingin terlalu repot, sehingga membuat anakanak di uptd sd negeri 26 belinyu bangka sulit untuk memahami materi pelajaran yang disampaikan di sekolah. selain itu juga, mayoritas guru masih kurang dalam penggunaan penerapan media pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar. metode penelitian metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah. penelitian tindakan sekolah adalah penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah. fokus penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah sekitar supervisi klinis, menyangkut aspek akademik, seperti proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru-guru. meningkatkan kemampuan guru dalam membelajarkan siswa di kelas, termasuk dalam hal membuat perencanaan, penggunaan media, membuat alat tes, implementasi pembelajaran inovatif dan lain-lain. sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer yang bersumber data dari subjek penelitian berupa hasil skala yang diberikan pada kegiatan pra siklus, siklus i dan siklus ii, dan data sekunder yang sumber datanya berasal dari orang guru (observer) berupa lembar hasil observasi pada siklus i dan ii. analisis data dalam penelitian kuantatif merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. untuk mengetahui tingkat kompetensi guru dengan instrumen skala, maka penentuan kategori kecenderungan dari tiaptiap variabel didasarkan pada norma atau ketentuan kategori. selanjutnya kategori tersebut vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.266 130 disusun dan kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif. metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. pengumpulan data dapat dilakukan dengan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. prosedur penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan dalam dua siklus merupakan proses pengkajian melalui sistem yang berdaur ulang dari berbagai kegiatan pelatihan. subjek penelitian adalah tiga orang guru di uptd sd negeri 26 belinyu bangka. pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, studi dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran dan observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas. analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kuantitatif. penilaian hasil supervisi dihitung pada pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 dengan menggunakan rumus dan klasifikasi berikut: nilai= total skor x 100 skor maksimal tabel 1. klasifikasi penilaian supervisi akademik interval nilai kualifikasi keterangan 86-100 a amat baik 70-85 b baik 55-69 c cukup di bawah 55 d kurang hasil penelitian uptd (unit pelaksana teknis dinas) pendidikan adalah lembaga yang melaksanakan kebijakan pemerintah kabupaten/kota dalam bidang pendidikan dan merupakan perpanjangan tangan dinas pendidikan kabupaten atau kota dalam mengimplementasikan peraturan dan kebijakan dalam pendidikan di tingkat kecamatan. uptd pendidikan sebagai pelaksana progam penyelenggaraan pendidikan di tingkat kecamatan merupakan pembina, pengembang, pemantau, penilai koordinator dan penasihat penyelenggara pendidikan di tingkat sekolah baik pendidikan formal maupun nonformal. unsur-unsur yang disupervisi kepala sekolah uptd sd negeri 26 belinyu bangka terhadap guru-guru uptd sd negeri 26 belinyu berkaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran dan administrasi penilaian hasil belajar. sebagaimana sejalan dengan amanat undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 20 (presiden republik indonesia, 2005) yang menyatakan bahwa kewajiban guru adalah melakukan perencanaan pembelajaran, melakukan pelaksanaan pembelajaran serta melaksanakan penilaian hasil pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. hasil penelitian pada pra siklus, guru 1 bapak hermanto memperoleh skor 57 untuk pelaksanaan dan skor 60 untuk administrasi penilaian hasil pembelajaran, hal ini berarti kualifikasi guru 1 berada pada kategori cukup. guru 2 ibu karni memperoleh skor 60 untuk vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.266 131 pelaksanaan dan skor 56 untuk penilaian hasil belajar, hal ini berarti kualifikasi guru 2 berada pada kategori cukup. guru 3 bapak zakariah memperoleh skor 70 untuk pelaksanaan dan skor 73 untuk penilaian hasil belajar, hal ini berarti kualifikasi guru 3 berada pada kategori baik. pada siklus 1, bapak hermanto memperoleh skor 60 untuk pelaksanaan dan skor 60 untuk administrasi penilaian hasil pembelajaran , hal ini berarti kualifikasi guru 1 berada pada kategori cukup. ibu karni memperoleh skor 65 untuk pelaksanaan dan skor 70 untuk administrasi penilaian hasil pembelajaran, hal ini berarti kualifikasi guru 2 berada pada kategori cukup pada pelaksanaan dan kategori baik pada administrasi penilaian hasil pembelajaran. bapak zakariah memperoleh skor 72 untuk pelaksanaan dan skor 78 untuk administrasi penilaian hasil pembelajaran, hal ini menunjukkan berarti kalifikasi guru 3 berada pada kategori baik. pada siklus 2, bapak hermanto memperoleh skor 80 pada pelaksanaan dan skor 70 pada administrasi penilaian hasil pembelajaran, hai ini menunjukkan kualifikasi guru 1 berada di kategori baik. ibu karni memperoleh skor 70 pada pelaksanaan dan skor 80 pada administrasi penilaian hasil pembelajaran, ini menunjukkan bahwa guru 2 berada di kategori cukup dan baik. bapak zakariah memperoleh skor 75 pada pelaksanaan dan 80 administrasi penilaian hasil pembelajaran, ini berarti kualifikasi guru 3 berada pada kategori baik juga. pada siklus 3, bapak hermanto memperoleh skor 90 pada pelaksanaan dan skor 73 pada administrasi penilaian hasil pembelajaran, hal ini menunjukkan kualifikasi guru 1 berada di kategori amat baik pada pelaksanaan dan baik pada administrasi penilaian hasil pembelajaran. ibu karni memperoleh skor 74 pada pelaksanaan dan skor 93 pada administrasi penilaian hasil pembelajaran, ini menunjukkan bahwa guru 2 berada di kategori baik pada pelaksanaan dan kategori amat baik pada administrasi penilaian hasil pembelajaran. bapak zakariah memperoleh skor 80 pada pelaksanaan dan 95 pada administrasi penilaian hasil pembelajaran, yang berarti pada pelaksanaan guru 3 berada di kategori baik dan amat pada administrasi penilaian hasil pembelajaran. hasil tindakan supervisi akademik tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan skor yang diperoleh guru baik pada aspek pelaksanaan proses pembelajaran dan administrasi penilaian hasil pembelajaran. dari mulainya pra siklus sampai dengan siklus 2, ketiga guru tersebut terus mengalami peningkatan skor. hal ini berarti supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah dapat dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu guru. hasil ini dapat dicapai karena adanya kerjasama yang baik antar kepala sekolah dan guru yang disupervisi. setelah melihat hasil pra siklus yang dinilai sangat rendah, kepala sekolah berusaha untuk memperbaiki cara guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan administrasi penilaian hasil pembelajaran dengan cara melakukan pembinaan yang intensif. kepala sekolah berdiskusi dengan guru mengenai masalah yang dihadapi guru pada proses pelaksanaan pembelajaran dan administrasi penilaian hasil pembelajaran, yaitu mengenai kegiatan pendahuluan, kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi) dan penutup pada pelaksanaan proses pembelajaran; penugasan terstruktur dan tidak terstruktur, vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.266 132 pelaksanaan penilaian afektif, psikomotorik, program remedial, analisis hasil ulangan dan bank soal dll, pada administrasi penilaian hasil pembelajaran. pembahasan supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. adam dan dickey mengatakan bahwa supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki pelajaran (supervision is a planned program for the improvement of instuction). program ini dapat dikatakan berhasil apabila supervisor memiliki keterampilan dan cara kerja yang efisien dalam bekerja sama dengan guru dan petugas pendidikan lainnya. jadi supervisi pada hakekatnya ialah program berencana untuk memperbaiki pengajaran tersebut atau perbaikan belajar dan mengajar. depdiknas merumuskan supervisi sebagai pembinaan yang diberikan kepada setiap staf sekolah supaya dapat meningkatkan kemampuannya untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih efisien. ada dua hal (aspek) yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan supervisi akademik yakni pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan hal-hal yang menunjang kegiatan belajar mengajar. herabudin menyatakan supervisi adalah segala cara bantuan yang dilakukan pimpinan sekolah yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personal sekolah lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan. supervisi dapat berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan gugu-guru di sekolah, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, memilih alat-alat pelajaran dan metode mengajar yang lebih baik, cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran, dan sebagainya. tiga kunci utama dalam pengertian supervisi akademik yaitu: pertama, supervisi pengajaran harus secara lansung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses belajar mengajar; kedua, perilaku supervisi dalam membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya harus didesain secara formil, sehingga jelas kapan mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut; ketiga, tujuan akhir supervisi pengajaran adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya. supervisi akademik bertujuan untuk memberikan penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. sergiovanni menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru di dalam supervisi akademik adalah melihat keadaan sebenarnya kinerja guru untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi di kelas. permasalahan-permasalahan itu dapat timbul dari berupa pertanyaan seperti berikut: apa keadaan yang terjadi sesungguhnya di dalam kelas?; aktivitas apa yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?; contoh aktivitas-aktivitas apa yang secara keseluruhannya aktivitas tersebut bermakna bagi guru dan murid?; apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?; apa kelebihan dan kekurangan guru serta bagaimana cara mengembangkannya?. vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.266 133 dengan adanya bentuk pertanyaan-pertanyaan seperti di atas, diharapkan akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. namun hal penting yang perlu ditegaskan dalam supervisi akademik ini bahwa setelah melakukan penilaian kinerja bukan berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, akan tetapi harus diteruskan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya supervisi memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas maupun kuantitas dari suatu organisasi atau kegiatan. supervisi bukan hanya kegiatan sesaat seperti inspeksi, melainkan kegiatan yang continue dan berkesinambungan sehingga para pendidik selalu berkembang dalam mengerjakan tugas, memecahkan berbagai masalah pendidikan dan pengajaran secara efektif dan efisien. di dalam kegiatan supervisi terdapat wawasan dan pandangan baru yang mengandung ide-ide pokok, seperti menggalakkan pertumbuhan profesionalitas guru dalam proses belajar mengajar, mengembangkan kepemimpinan demokratis, dan memecahkan berbagai masalah yang berkaitan dengan efektivitas proses belajar mengajar. supervisi harus menyeluruh, terutama bagi para guru yang telah diidentifikasi membutuhkan perbaikan yang signifikan. perbaikan harus dibuat setelah sejumlah besar pengamatan yang memungkinkan seorang kepala sekolah untuk melihat seluruh gambaran tentang apa yang dilakukan seorang guru di kelas. supervisi ini harus mengarahkan rencana kepala sekolah tentang sumber daya, saran, dan pengembangan profesional yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas guru secara individu. agar supervisi akademik dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka perlu memperhatikan sasaran dan prinsip-prinsip supervisi akademik sebagai acuan mendasar bagi aktifitasnya. sasaran yang hendak dicapai dalam kegiatan pelaksanaan supervisi akademik: 1. merencanakan, melaksanakan dan menilai hasil kegiatan pembelajaran dan bimbingan. 2. melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan. 3. menilai proses dan hasil pembelajaran. 4. memberikan umpan balik secara tepat dan teratur dan terus menerus kepada peserta didik. 5. memanfaatkan sumber-sumber belajar. 6. mengembangkan interaksi pembelajaran. 7. mengembangkan inovasi pembelajaran dan melakukan penelitian praktis. salah satu prinsip mendasar dari kegiatan dan pelaksanaan supervisi akademik adalah objektifitas yakni dalam penyusunan program supervisi akademik harus didasarkan kepada kebutuhan nyata pengembangan profesional guru dengan memperhatikan prinsip-prinsip supervisi akademik seperti: prinsip ilmiah (scientific) yang bercirikan objektif, menggunakan alat, sistematis, berencana dan berkesinambungan; prinsip demokratis yaitu bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan hangat dengan menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru; prinsip kerjasama, sharing of idea, sharing vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.266 134 of experience, yaitu memberi dorongan dan motivasi kepada pendidik, sehingga mereka merasa tumbuh dan berkembang bersama; prinsip konstruktif dan kreatif yaitu supervisi akademik dilakukan dengan suasana dan kondisi yang menyenangkan, sehingga mampu mendorong guru lebih kreatif dalam proses pembelajaran. pelaksanaan supervisi akademik diawali dengan melakukan analisa kebutuhan dengan cara identifikasi hasil pembinaan yang telah dilakukan sebelumnya. kemudian dilakukan penilaian dan pemantauan dalam bentuk kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan. masalah sensitif yang seringkali ditemukan dalam aktivitas supervisi akademik yang dihadapi di lingkungan pendidikan salah satunya upaya mengubah perilaku yang bersifat otokrat dan korektif menjadi perilaku yang konstuktif dan kreatif. makanya dalam pelaksanaan supervisi akademik dibutuhkan sikap keterbukaan dan mengutamakan hubungan kemanusiaan yang positif dari seorang supervisor akan membangkitkan keinginan dan kesungguhan guru untuk meningkatkan atau mengembangkan profesionalisnya sesuai dengan tuntutan tugasnya. dalam upaya pengembangan prestasi guru tersebut membutuhkan balikan dari supervisor. balikan itu berupa informasi atau data mengenai prilaku dan kinerjanya. goldhammer, anderson dan krajewski menjelaskan manfaat pertemuan balikan bagi guru: guru diberi penguatan dan kepuasan, sehingga bisa termotivasi dalam pekerjaannya; kepala sekolah dan guru dapat bersama-sama mendefinisikan secara tepat isu-isu dalam pengajaran; bila perlu dan memungkinkan, kepala sekolah bisa berupaya mengintervensi secara langsung untuk memberikan bantuan didaktis dan bimbingan bagi guru; guru bisa dilatih dengan teknik ini untuk melakukan supervisi terhadap dirinya sendiri; dan guru bisa diberi pengetahuan tambahan untuk meningkatkan kemampuan analisis diri secara profesional pada masa yang akan datang. pemimpin sekolah atau kepala sekolah pastinya menginginkan semua guru di sekolah yang dipimpinnya menjadi guru yang profesional. guru yang profesional membuat pekerjaan kepala sekolah lebih mudah. secara realistis, tidak setiap guru adalah guru yang profesional. profesionalsime seorang guru membutuhkan waktu untuk berkembang. komponen utama pekerjaan kepala sekolah adalah meningkatkan kualitas guru. seorang kepala sekolah yang bekerja efektif memiliki kemampuan untuk membantu guru mana pun dan membawanya ke tingkat berikutnya. kepala sekolah yang baik akan membantu guru yang kurang profesional menjadi guru yang profesional. kepala sekolah diharapkan memiliki pandangan bahwa membentuk seorang guru profesional merupakan sebuah proses yang membutuhkan waktu lama, kesabaran, dan banyak pekerjaan. sebagaimana hasil supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah sd negeri 26 belinyu bangka pada guru di sekolahnya. dari hasil mulai pada tahap pra siklus, siklus 1, siklus 2 maka dapat diketahui usaha kepala sekolah dalam mensupervisi guru di sd negeri belinyu bangka mampu meningkatkan kemampuan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan administrasi penilaian hasil pembelajaran. vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.266 135 tabel 2. hasil supervisi akademik no guru pra siklus siklus 1 siklus 2 pel aphb pel aphb pel aphb 1 hermanto 57 60 60 60 80 70 2 karni 60 56 65 70 70 80 3 zakariah 70 73 72 78 75 80 dari tabel di atas menunjukkan bahwa supervisi kepala sekolah sangat diperlukan untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran. menurut sugiyanti & narimo kepala sekolah dapat menyelenggarakan pertemuan kolaboratif bersama guru-guru untuk membahas perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran; metode dan media pembelajaran inovatif yang dapat digunakan guru; dan menyelenggarakan pelatihan tindakan kelas. selain itu guru-guru dapat melakukan diskusi untuk membahas dan memecahkan masalah bersama melalui tukar pikiran dan saling berbagi informasi. usaha dan upaya tersebut dapat digunakan sebagai wujud dari pemecahan masalah yang dihadapi guru. samsuadi menyatakan bahwa supervisi akademik yang dilakukan pengawas adalah usaha dalam upaya memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi orientasi pembelajaran, bahan pengajaran, metode, evaluasi dan penilaian pengajaran. pengawas dalam hal ini kepala sekolah diharapkan dapat membimbing guru dalam menyusun silabus dan rpp; membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi, metode dan teknik yang digunakan dalam pembelajaran; memantau guru dalam proses pembelajaran; membimbing guru dalam mengembangkan dan menggunakan media pembelajaran dan fasilitas pembelajaran secara efektif dan efisien; dan memotivasi guru untuk terus berusaha meningkatkan kualitas dan semakin menyadari peran pentingnya di dalam pendidikan. kepala sekolah dalam melakukan supervisi akademik, diharapkan untuk mempertimbangkan hal-hal yang menjadi prinsip supervisi akademik yaitu mempertimbangkan hubungan konsultatif, kolegial, tidak hierarkis, melaksanakan manajemen yang demokratis, dan berpusat pada guru, serta dilakukan berdasarkan kebutuhan gu-ru secara profesional. sistem supervisi akademik sangat bergantung pada observasi kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah atau pengawas. supervisi akademik didasarkan pada pengamatan, dan melibatkan pengumpulan data terus menerus menggunakan instrumen pengawasan. persyaratan untuk instrumen supervisi akademik guru harus memenuhi ukuran atau standar tertentu, yang berarti bahwa supervisi akademik dilakukan sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditentukan berdasarkan kriteria kinerja yang diadopsi oleh sekolah untuk menentukan efektivitas kinerja guru. supervisi akademik guru yang efektif sangat penting untuk memverifikasi dan mempertahankan pengajaran yang berkualitas tinggi dan untuk memastikan bahwa tujuan vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.266 136 pembelajaran tercapai. supervisi akademik guru akan membantu kepala sekolah dan pengawas untuk menilai kualitas pembelajaran yang dilakukan guru. supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada seorang guru adalah bagian penting dari keseluruhan proses kinerja guru yang bersangkutan, karena hasil yang diperoleh dari kegiatan pengawasan menjadi dasar bagi pengembangan guru profesional yang berkelanjut-an. pendekatan yang berarti untuk mengevaluasi supervisi akademik adalah alat yang tak ternilai bagi kepala sekolah, pengawas dan guru sendiri untuk mengatasi kebutuhan guru dalam pembelajaran dan untuk menembangkan profesionalisme. supervisi berarti mengawasi pekerjaan yang dilakukan oleh guru sebagai pengajar dan pendidik. supervisi meningkatkan situasi kegiatan belajar mengajar secara total. kepala sekolah harus mengikuti prinsip-prinsip supervisi yang benar yaitu: 1. mengetahui tujuan supervisi akademik untuk membantu, mendorong, dan membimbing bukan untuk mengkritik. 2. dilakukan dalam penuh semangat kerjasama antara guru dan kepala sekolah. 3. kegiatan supervisi harus dilakukan secara teratur dan efektif. 4. partialitas dan prasangka dalam supervisi. 5. kriteria penilaian harus diketahui guru. supervisi saat proses pembelajaran di kelas merupakan proses yang sangat penting dalam supervisi. kelas merupakan jantung dari situasi kegiatan belajar mengajar. evaluasi atau penilaian hasil belajar adalah berbagai kegiatan guru untuk mengolah informasi tentang kemajuan belajar yang dicapai oleh siswa. penilaian hasil belajar oleh guru berfungsi untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan untuk peningkatan hasil belajar siswa secara berkelanjutan dan berkelanjutan. penilaian hasil belajar guru dilakukan untuk memenuhi fungsi formatif dan sumatif dalam penilaian, dan bertujuan untuk: (1) menentukan tingkat penguasaan kompetensi, (2) membangun penguasaan kompetensi penguasaan, (3) membangun program peningkatan atau pengayaan berdasarkan pada tingkat penguasaan kompetensi dan, (4) meningkatkan implementasi pembelajaran. penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh guru merupakan sebuah proses pengumpulan informasi atau data prestasi belajar siswa dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, untuk memantau proses, kemajuan pembelajaran, dan peningkatan hasil pembelajaran melalui penugasan dan evaluasi hasil pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku. betapa pentingnya supervisi akademik bagi guru, maka sekolah perlu dikembangkan kerangka kerja atau instrumen untuk supervisi akademik yang didasarkan pada praktik terbaik yang didukung penelitian, konsisten dalam penerapan, adil bagi guru dan evaluator, dan ukuran kinerja guru yang valid dan dapat diandalkan. instrumen tersebut harus mencakup berbagai ukuran kinerja, tidak terbatas pada langkah-langkah input seperti bukti pengetahuan guru tentang materi pelajaran; keterampilan dalam merencanakan, menyampaikan, memantau, dan menilai pembelajaran siswa; keterampilan dalam mengembangkan dan vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.266 137 memelihara hubungan positif dengan siswa, orang tua, dan kolega; pengetahuan dan keterampilan dalam metode pedagogis untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan berbagai gaya dan kebutuhan belajar; dan komitmen terhadap pembelajaran siswa untuk potensi terbaik mereka. kepala sekolah harus membuat sistem penilaian kinerja dengan pendekatan berbeda untuk evaluasi yang didasarkan pada pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman guru. misalnya, guru pemula mungkin memerlukan pengawasan yang lebih intensif dalam proses evaluasi. selain itu, kepala sekolah harus memberikan umpan balik berupa daftar yang menyertakan kelemahan yang ditemukan selama supervisi. seorang kepala sekolah juga harus memberikan saran terperinci untuk memandu peningkatan guru. jika daftar ini sangat komprehensif, maka pilihlah beberapa hal yang anda yakini paling berpengaruh. setelah itu ditingkatkan ke area yang dianggap efektif, maka anda dapat beralih ke hal lain. ini dapat dilakukan baik secara formal maupun informal dan tidak terbatas pada apa yang ada dalam supervisi. kepala sekolah mungkin melihat sesuatu yang dapat meningkatkan guru pada kunjungan singkat ke ruang kelas. kepala sekolah dapat menawarkan umpan balik konstruktif yang dimaksudkan untuk mengatasi masa-lah yang lebih kecil. semua guru membutuhkan alat yang tepat untuk melakukan pekerjaan mereka secara efektif. para kepala sekolah harus dapat memberi guru sumber daya yang dibutuhkan. agar dapat menjadi tantangan karena kita saat ini hidup di era di mana pendanaan pendidikan adalah masalah yang signifikan. namun, di era internet, ada lebih banyak alat yang tersedia untuk guru daripada sebelumnya. guru harus diajar untuk menggunakan internet dan teknologi lainnya sebagai sumber daya pendidikan di kelas mereka. guru-guru profesional akan menemukan cara untuk mengatasinya masalah dalam kbm. namun, para kepala sekolah harus mendukung kinerja guru dengan memenuhi kebutuhan guru agar bisa memberikan guru sumber daya terbaik atau memberikan pengembangan profesional untuk menggunakan sumber daya yang mereka miliki secara efektif. bagi guru baru yang masih minin pengalamannya, kepala sekolah dapat mengarahkan guru senior untuk membantu guru baru tersebut. guru senior yang hebat dapat memberikan wawasan dan dorongan yang luar biasa kepada seorang guru yang baru atau yang belum berpengalaman. kepala sekolah harus mengembangkan guru senior yang ingin berbagi praktik terbaik dengan guru lain. mereka juga harus membangun suasana yang saling percaya dan mendorong di mana mereka dapat berkomunikasi, berkolaborasi, dan berbagi satu sama lain. para kepala sekolah harus membuat atau menjembatani hubungan mentor di kedua belah pihak. koneksi mentor yang solid dapat menjadi usaha belajar yang positif bagi guru senior dan guru junior. interaksi ini paling efektif ketika dilakukan sehari-hari dan berkelanjutan. kepala sekolah harus mendorong para guru untuk membuat jurnal kegiatan belajar mengajar sehari-hari. membuat jurnal bisa menjadi alat yang ampuh. jurnal dapat membantu seorang guru tumbuh dan berkembang melalui refleksi. hal ini dapat membantu guru dalam mengenali kekuatan dan kelemahan masing-masing dengan lebih baik. saat guru membuat vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.266 138 jurnal, hal ini juga bisa menjadi pengingat yang sangat baik mengenai hal-hal yang berhasil dan hal-hal yang tidak berfungsi dengan baik di kelas selama ke-giatan belajar mengajar. kepala sekolah harus membangun komunikasi yang baik dengan guru. mereka harus mendorong guru-guru di sekolah yang dipimpinnnya untuk membahas masalah dan mencari penyelesainnya. mereka harus melibatkan guru mereka dalam dialog dinamis yang berkelanjutan. dialog ini harus berkesinambungan terutama bagi para guru yang membutuhkan perbaikan. para kepala sekolah hendaknya membangun koneksi saling percaya dengan guru mereka. ini penting untuk meningkatkan kualitas guru. jika para kepala sekolahyang tidak mempunyai hubungan semacam ini dengan guru mereka, maka ia tidak akan melihat peningkatan dan pengembangan profesionalsime guru. para kepala sekolah harus menjadi pendengar aktif yang memberikan dorongan, kritik membangun, dan saran bila diperlukan supaya dapat meningkatan mutu guru, mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di sekolah. terakhir bagi pengawas sekolah disarankan untuk membantu kepala sekolah dalam pengembangan proses penilaian kinerja guru dan instrumen untuk menciptakan rasa kepemilikan dan komitmen terhadap penilaian kinerja yang efektif yang berfokus pada peningkatan pembelajaran siswa. pengawas harus membangun kerangka penilaian kinerja yang mengakui peningkatan pengajaran sebagai tanggung jawab kolektif kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru pelajaran dan tingkat kelas untuk memperkaya penilaian dan untuk pengembangan profesionalisme. kesimpulan supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki pelajaran (supervision is a planned program for the improvement of instuction). program ini dapat dikatakan berhasil apabila supervisor memiliki keterampilan dan cara kerja yang efisien dalam bekerja sama dengan guru dan petugas pendidikan lainnya. jadi supervisi pada hakekatnya ialah program berencana untuk memperbaiki pengajaran tersebut atau perbaikan belajar dan mengajar. dalam melakukan kegiatan supervisi akademik kepala sekolah sd negeri 26 belinyu melakukan objek penelitiannya pada tiga orang guru sd negeri 26 belinyu. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan skor yang sangat signifikan pada pelaksanaan proses pembelajaran dan administrasi hasil penilaian pembelajaran mulai dari tahap pra siklus, siklus 1, siklus 2, hingga siklus tiga. pada pra siklus guru 1 mendapatkan skor 57 dalam pelaksanaan dan skor 60 pada administrasi hasil penilaian belajar kategori cukup. guru 2 memperoleh skor 60 pada pelaksanakan dan skor 56 pada administrasi hasil penilaian belajar, kategori cukup. guru 3 memperoleh skor 70 pada pelaksanaan dan 73 pada administrasi hasil penilaian belajar dengan kategori baik. pada tahap siklus terakhir dapat dilihat skor guru 1 mencapai skor 90 pada pelaksanaan dan skor 73 pada administrasi hasil penilaian belajar. guru 2 mencapai skor 74 pada vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.266 139 pelaksanaan dan skor 93 pada administrasi hasil penilaian belajar. guru 3 memperoleh skor 80 pada pelaksanaan dan 95 pada administrasi penilaian hasil pembelajaran, yang berarti pada pelaksanaan guru 3 berada di kategori baik dan amat pada administrasi penilaian hasil pembelajaran. daftar pustaka arikunto, suharsimi. 2004. dasar-dasar supervisi akademik. jakarta: rineka cipta. kemdiknas. 2005. paket pelatihan 4 peningkatan mutu pendidikan dasar melalui mbs, psm dan pakem. jakarta: dikdasmen depdiknas. kemdiknas. 2007. modul supervisi akademik dalam peningkatan profesionalisme guru. jakarta: ditendik depdiknas. kemdiknas. 2010. materi diklat penguatan kepala sekolah kompetensi supervisi akademik. jakarta: ditendik ditjen pmptk kemdiknas. kemdiknas. 2010. materi diklat penguatan pengawas sekolah kompetensi supervisi akademik. jakarta: ditendik ditjen pmptk kemdiknas. sahertian, piet a. 2000. konsep dasar dan teknik supervisi akademik pendidikan. jakarta: rineka cipta. trianto. 2012. mendesain model pembelajaran inovatif dan progresif. jakarta: kencana prenada media group. direktorat tenaga kependidikan. (2008). penilaian kinerja guru. jakarta: departemen pendidikan nasional. herlambang, a. d. (2013). pelaksanaan pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi (tik) sma negeri. teknologi dan kejuruan: jurnal teknologi, kejuruan dan pengajarannya. irawan, d., wahyudin, a., & yanto, h. (2018). the moderating influence of the academic supervision of teacher competencies and commitment towards organizational of teacher performance. educational management. putri, n. h., & wibowo, u. b. (2018). pengaruh kinerja kepala sekolah terhadap keberhasilan manajemen berbasis sekolah melalui partisipasi masyarakat di smp. jurnal akuntabilitas manajemen pendidikan. samsuadi, s. (2015). pengaruh supervisi akademik dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap disiplin kerja guru. journal of educational science and technology (est), 1(2). microsoft word 00-suwendi.docx vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.287 313 received : 30-10-2022 revised : 02-11-2022 published : 10-11-2022 peningkatan kinerja guru sekolah mandiri berubah melalui program coaching dan counseling di smp negeri 4 purwodadi suwendi smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan, indonesia smpn4.purwodadi@gmail.com abstrak: tujuan dari best practice ini adalah untuk untuk meningkatkan kinerja guru sekolah mandiri berubah dalam proses pembelajaran ikm melalui praktik program coaching and counseling di smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan, pada pada semester i tahun pelajaran 2022/2023. best practise dilaksanakan di smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan, dengan sasaran guru yang mengajar di kelas 7 sebagai pelaksana ikm. strategi pemecahan masalah adalah melalui pelaksanaan praktik program coaching and counseling dengan langkah pemecahan masalah sebagai berikut: 1) persiapan; 2) pelak-sanaan coaching and counseling dengan tahapan a) menjalin hubungan; b) sasaran percakapan; c) membangkitkan kesadaran; d) langkah tindakan; dan e) menelaah kembali pembelajaran; dan langkah ke: 3) evaluasi dan tindaklanjut. capaian hasil best practise menunjukkan peningkatan kinerja guru berdasarkan nilai rata-rata apkg 1 dan apkg 2 meningkat sebesar 12,28% yaitu 76,39 (baik) (sebelum praktik) menjadi 88,67 (baik) pada akhir program, sehingga memberi dampak pada meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas ikm. kata kunci: best practice; coaching and counseling; kinerja guru; smp vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.287 314 pendahuluan pada tahun 2022, kemendikburistek telah mengeluarkan kebijakan pengembangan kurikulum merdeka yang diberikan kepada sekolah sebagai opsi tambahan dalam rangka melakukan pemulihan pembelajaran pada masa 2022-2024. untuk implementasi kurikulum merdeka (ikm), sekolah diberikan kebebasan untuk menentukan pilihannya berdasarkan kesiapannya dalam melaksanakan kurikulum merdeka. sesuai opsi pilihan dan hasil pendataan kemendikbudristek, smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan pada tahun pelajaran 2022/2023 ini menjadi salah satu peserta dari sekolah mandiri berubah. dengan demikian, berarti pada tahun pelajaran 2022/2023 ini smp negeri 4 purwodadi mulai menerapkan kurikulum merdeka untuk kelas 7 (tujuh). mengamati dari kinerja guru pada implementasi kurikulum merdeka (ikm) di kelas 7 (tujuh) smp negeri 4 purwodadi ini, kepala sekolah memaklumi bahwa setiap perubahan membutuhkan penyesuaian, dan setiap penyesuaian itu memerlukan waktu yang mungkin berdampak pada menurunnya kinerja, jika dibandingkan dengan kebiasaan sebelumnya. kurang maksimalnya kinerja guru dalam proses pelaksanaan implementasi kurikulum merdeka (ikm) ini sebagai akibat dari penyesuaian, dimana guru harus tetap melaksanakan tugasnya (mengajar) dan juga melaksanakan tugas belajarnya dalam memahami konsep perubahan kurikulum. sesuatu yang belum menjadi kebiasaan dan harus dikerjakan bersamaan dengan perilaku penyesuaian ini menjadi salah satu faktor tidak maksimal/ menurunnya kinerja guru di smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan. kurangnya kinerja guru dalam implementasi kurikulum merdeka di smp negeri 4 purwodadi ini disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi hambatan/ kendala, diantaranya: 1) ada guru yang menunjukkan sikap malas dengan penyesuaian hal baru; 2) minimnya sarana dan prasarana yang dimiliki guru dan sekolah; 3) keterbatasan referensi, dimana buku/ modul dari kementerian menjadi satu-satunya referensi bahan ajar yang ada, sedangkan ketersediaan untuk siswa masih belum memadai saat ini; 4) kurangnya kompetensi guru karena tidak memiliki pengalaman dengan merdeka belajar; 5) kurangnya waktu dan pelatihan bagi guru untuk menerapkan ikm di sekolah, sehingga pemahaman guru terhadap proses implementasi kurikulum merdeka tidak maksimal. jika kinerja guru, khususnya saat proses pembelajaran ikm masih kurang/ rendah, tentunya akan memberikan hasil yang tidak baik. oleh karenanya kepala sekolah perlu memberi solusi bagi peningkatan kinerja guru, sehingga dapat menjadikan kualitas pembelajaran ikm di sekolah menjadi lebih baik. menurut pendapat amran sebagaimana dikutip nurdin (emda, 2017), peningkatan kinerja guru melalui pengembangan profesionalisme guru dapat dilakukan melalui peningkatan kasah (knowledge, ability, skill, attitude, habit) yaitu peningkatan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan, sikap dan kebiasaan. maka sebagai salah satu tindakan praktik kepala sekolah guna meningkatkan kinerja guru ini adalah melalui praktik program coaching and counseling. coaching and counseling menjadi sebuah cara dimana konsepnya adalah memberikan bimbingan yang bertujuan membuka potensi orang untuk memaksimalkan kinerjanya, dan konseling akan membantu guru dalam memahami kinerjanya, menjadikan sarana berkeluhkesah, serta memperbaiki hubungan dengan orang lain. maka dengan strategi praktik ini diyakini akan dapat meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran, khususnya dalam implementasi kurikulum merdeka (ikm). vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.287 315 kajian pustaka kinerja guru dalam pembelajaran menurut (wibowo, 2007), kinerja mempunyai makna yang luas, bukan sekedar hasil kerja, namun juga bagaimana proses pekerjaan itu berlangsung. kinerja juga dimaknai sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang telah diberikan (mangkunegara, 2001). undang-undang republik indonesia menyatakan, guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (sodik et al., n.d.) tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi. tugas tersebut dilaksanakan dalam kerangka pembelajaran. suryosubroto mengelompokkan tugas guru dalam proses pembelajaran menjadi 3 (tiga) kegiatan yaitu: 1) merencanakan program pengajaran, seperti program tahunan, program semester, program mingguan, program satuan pelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran; 2) menyajikan dan melaksanakan pengajaran, seperti menyampaikan materi, menggunakan metode mengajar, menggunakan media, sumber belajar, mengelola kelas; 3) melaksanakan evaluasi, seperti menganalisis hasil evaluasi belajar, melaporkan hasil evaluasi belajar, dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan (dewi, 2020). untuk melihat kinerja guru dapat dilihat saat guru melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas termasuk bagaimana persiapannya dalam mengajar. berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru. georgia departemen of education telah mengembangkan teacher performance assessment instrument yang kemudian dimodifikasi oleh depdiknas menjadi alat penilaian kemampuan guru (apkg). alat penilaian kemampuan guru, meliputi: 1) rencana pembelajaran atau lebih dikenal dengan nama rpp (rencana pelaksanaan pembelajaran); 2) prosedur pembelajaran; dan (3) hubungan antar pribadi (hidayat, 2012). implementasi kurikulum merdeka (ikm) kurikulum adalah seperangkat peraturan yang berisi tujuan, isi, dan bahan pelajaran sebagai pedoman umum dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah. landasan utama dari perancangan kurikulum merdeka adalah filosofi merdeka belajar. kebijakan merdeka belajar menjadi langkah untuk mentransformasi pendidikan demi terwujudnya sumber daya manusia (sdm) unggul indonesia yang memiliki profil pelajar pancasila. dari landasan ini, maka dalam proses perancangan kurikulum merdeka memegang prinsip-prinsip: 1) sederhana, mudah dipahami dan diimplementasikan; 2) fokus pada kompetensi dan karakter semua peserta didik; 3) fleksibel; 4) selaras; 5) bergotong royong; 6) memperhatikan hasil kajian dan umpan balik. (pusat kurikulum dan pembelajaran, 2022). dalam pelaksanaan kurikulum merdeka, tugas guru tidak sekedar mampu merancang, tetapi juga harus memahami bagaimana siswa bisa mandiri dalam belajar. untuk itu, guru dapat melakukan pengembanagan dan pelaksanaan kurikulum merdeka, dengan berpedoman pada 4 (empat) hal (latifah, 2022), yaitu: 1) kemerdekaan guru untuk menentukan tujuan, cara dan refleksi belajar untuk terus menerus melakukan pengembangan diri; 2) mengembangkan kompetensi guru sehingga siap menghadapi tantangan pengajaran sesuai bidang studi, siswa dan relevan dengan konteksnya; 3) berkolaborasi dengan guru dan komunitas untuk vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.287 316 menghasilkan karya atau mencapai tujuan bersama; 4) mengembangkan karier sesuai potensi dan aspirasinya dengan tetap mengajar di kelas, seperti kesempatan berkarya, mengenalkan karya melalui presentasi, pameran atau di web/aplikasi dan mendapat umpan balik terhadap karyanya. coaching and counseling secara umum coaching (pembinaan) diartikan sebagai usaha untuk memberikan pengarahan dan bimbingan guna mencapai suatu tujuan tertentu. pembinaan merupakan hal yang umum digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, kecakapan di bidang pendidikan, ekonomi, sosial, kemasyarakatan, dan lainnya. coaching adalah proses memberikan arahan, motivasi dan rewards terhadap karyawannya dari seorang pimpinan yang terus menerus. coaching sebagai bentuk kemitraan dengan klien dalam proses pemikiran yang provokatif dan kreatif dalam menginspirasi mereka untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional mereka. (“fungsi coaching dan counseling,” n.d.) dikutip dari laman https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/konseling, counseling atau konseling dimaknai sebagai: 1. n pemberian bimbingan oleh yang ahli kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis dan sebagainya; pengarahan 2. n pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam memecahkan berbagai masalah; penyuluhan konsep coaching and counseling adalah membimbing untuk meningkatkan kinerja karyawan. coaching and counseling merupakan metode intervensi untuk membantu karyawan mengatasi masalah pada pekerjaan. tugas coach adalah mengajukan pertanyaan yang tepat di saat yang tepat, agar coachee bisa memulai suatu perjalanan menuju self discovery and awareness (pemahaman dan kesadaran mengenai keadaan diri sendiri) dari perspektif baru yang berbeda, yang akan menghantarkan seorang coachee pada kepercayaan diri dan pemberdayaan dari perspektif yang baru, sehingga timbul keberanian untuk melakukan tindakan-tindakan baru yang akan mencapai hasil dibandingkan sebelumnya. jenis-jenis coaching menurut coaching guide olympics (malik & aziz, 2018) yaitu: 1) driver. jenis ini memilih untuk mendorong dan mengatakan apa yang karyawan harus lakukan; 2) persuader. jenis ini memilih untuk membujuk dan mencoba sendiri apa yang karyawan inginkan; 3) amiable. jenis ini menggunakan gaya yang ramah dengan mengutamakan perasaan dan mendesak karyawan melakukan apa yang dirasa benar atau apa yang karyawan rasa caranya benar; 4) analyzer. jenis ini yang memilih untuk menganalisis dan cenderung mengikuti aturan dan prosedur bagaimana mewujudkannya. menurut kurnia, proses coaching yang populer digunakan saat ini menggunakan alur/ tahapan the coach model yang diciptakan oleh keith e. webb sebagai berikut: 1) c: connect (menjalin hubungan); 2) o: outcome (sasaran percakapan); 3) a: awareness (membangkitkan kesadaran); 4) c: course (langkah-langkah tinndakan); dan 5) h: highlights (menelaah kembali pembelajaran) (nuravida, 2020). vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.287 317 metode strategi dan langkah pemecahan masalah sebagai salah satu solusi guna meningkatkan kinerja pegawai (guru) kelas 7 (pelaksana ikm) di smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan pada tahun pelajaran 2022/2023 ini, kepala sekolah menetapkan strategi pemecahan masalah dengan pelaksanaan program coaching and counseling. untuk melaksanakan rumusan straregi ini, kepala sekolah menetapkan langkah kerja penyelesaian masalah yang disusun mengacu pada model coach dari keith e. webb sebagai berikut: 1. persiapan program coaching and counseling adapun perencanaan yang dilakukan meliputi: a) mengundang guru yang mengampu kelas 7 (tujuh) sebagai pelaksana ikm; b) menyiapkan tempat, alat dan bahan untuk kegiatan praktik coaching and counseling secarar klasikal. 2. pelaksanaan program coaching and counseling a. connect (menjalin hubungan) tahap pertama yang dilakukan kepala sekolah yang bertindak sebagai coach dan guru sebagai coachee, mengambil langkah sebagai berikut: 1) menjalin hubungan baik dengan menciptakan suasana yang harmonis, mengajak guru sharing pendapat dan pengalaman; 2) membangun kepercayaan dengan menjelaskan tujuan, prinsip dan pentingnya coaching (pembinaan) kinerja guru dalam pembelajaran ikm. b. outcome/ sasaran percakapan pada tahap ini kepala sekolah mengambil langkah praktik sebagai berikut: 1) menggali informasi kepada guru, perihal wawasan dan kesiapannya dalam pelaksanaan pembelajaran implementasi kurikulum merdeka (ikm); 2) kepala sekolah menggali informasi tentang hambatan/ kendala yang dihadapi guru dan perkembangan pelaksanaan prinsip merdeka belajar serta langkah tindakan untuk menguatkan profil pelajar pancasila. disini kepala sekolah memberikan solusi, intervensi, dukungan dan sharing pengalamanya kepada guru; 3) kepala sekolah membuat kesepatakan dengan guru untuk melakukan pertemuan kembali, guna membahas lebih lanjut tentang persiapan dan pelaksanaan implementasi kurikulum merdeka (ikm) dari masingmasing guru; c. awareness/ membangkitkan kesadaran. pada tahap ini langkah kerja kepala sekolah adalah: 1) kepala sekolah mendengarkan pemahaman, pemikiran, komitmen, dan tindakan guru dalam pelaksanaan implementasi kurikulum merdeka (ikm). disini kepala sekolah menanyakan masing-masing guru, bagaimana rencana dan pelaksanaan ikm yang sudah dilakukan selama 1 bulan terakhir dan yang akan dilakukan 1 bulan kedepan; 2) kepala sekolah menggali informasi faktor permasalahan yang dijumpai guru dan daya dukung terhadap rencana aksinya. disini kepala sekolah memberikan konsultasi untuk penguatan guru dan memberikan motivasi/ dukungannya kepada rencana tindakan guru di sekolah; d. course/ langkah tindakan pada tahap ini langkah kerja kepala sekolah meliputi: 1) kepala sekolah menanyakan perkembangan pelaksanaan ikm kepada guru; 2) kepala sekolah memberi motivasi guru untuk terus belajar, menemukan referensi dan model dalam melaksanakan ikm; 3) kepala sekolah memberikan konsultasi, pengajaran dan membuat penetapan vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.287 318 target pelaksanaan ikm dengan guru, perihal yang akan dicapai dari masing-masing pembelajaran untuk 1 (satu) bulan kedepan, berdasarkan perencanaan yang dibuat oleh masing-masing guru, yang meliputi: perencanaan kurikulum operasional satuan pendidikan, alur tujuan pembelajaran, perencanaan pembelajaran serta asesmen, pemanfaatan dan pengembangan perangkat ajar, dan proyek penguatan profil pelajar pancasila. e. higlights/ menelaah kembali pembelajaran pada tahap ini langkah yang dilakukan adalah meminta guru: 1) me-review kembali apa yang sudah di binakan dan dikonsultasikan sebelumnya; 2) menceritakan capaian hasil program coaching and counseling yang sudah dicapai; 3) memberitahukan hal-hal penting menurut guru untuk mendukung pelaksanaan ikm pada pembelajaran masing-masing. 3. evaluasi dan tindaklanjut program coaching and counseling pada tahapan ini langkah yang dilakukan sebagai berikut: a) melakukan refleksi terhadap proses pelaksanaan program coaching and counseling; b) melakukan analisis terhadap hasil pengamatan/ penilaian kinerja guru berdasarkan pada instrumen apkg; c) menentukan tindaklanjut program coaching and counseling. hasil dan pembahasan praktik coaching and counseling dan hambatan/ kendala sebelum praktik program coaching and counseling dilaksanakan, terlebih dahulu kepala sekolah membuat sejumlah perencanaan, seperti: 1) mengundang guru yang mengampu kelas 7 (tujuh) sebagai pelaksana ikm; 2) menyiapkan tempat, alat dan bahan untuk kegiatan praktik coaching and counseling secarar klasikal. pelaksanaan program coaching and counseling di smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan sesuai agenda kegiatan berikut: tabel 1. agenda praktik program coaching and counseling di smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan pada semester i tahun pelajaran 2022/2023. waktu kegiatan tempat senin, 29 agustus 2022 coaching and counseling: menjalin hubungan secara klasikal ruang guru senin – sabtu, 5 s/d 10 september 2022 coaching and counseling: menemukan sasaran percakapan secara personal ruang kepala sekolah rabu, 14 september 2022 coaching and counseling: membangkitkan kesadaran dan konseling secara klasikal ruang guru senin – sabtu, 19 s/d 28 september 2022 coaching and counseling: langkah tindakan dan konseling secara personal ruang kepala sekolah senin – sabtu, 3 s/d 14 oktober 2022 coaching and counseling: menelaah kembali pembelajaran secara personal ruang kepala sekolah program coaching and counseling dilaksanakan pertama pada hari senin, 29 agustus 2022 diselenggarakan secara klasikal dengan prinsip-prinsip pembinaan. kegiatan diikuti oleh 15 orang guru sasaran atau semua guru yang mengagmpu pelajaran di kelas 7 (pelaksana ikm mandiri berubah). ini merupakan langkah menjalin hubungan dari konsep coaching, dimana vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.287 319 kepala sekolah dan guru saling sharing pendapat dan pengalaman. pada kesempatan ini kepala sekolah menjelaskan tujuan, prinsip dan pentingnya coaching (pembinaan) kinerja guru dalam pembelajaran ikm. pada 1 (satu) minggu berikutnya tanggal 5 s/d 10 september 2022, secara personal kepala sekolah dan guru secara bergantian bertemu. disini kepala sekolah menanyai guru, perihal wawasan dan kesiapannya dalam pelaksanaan pembelajaran implementasi kurikulum merdeka (ikm). kepala sekolah juga menggali informasi tentang kendala yang dihadapi guru saat pelaksanaan prinsip merdeka belajar serta penguatan profil pelajar pancasila. pada hari rabu, 14 september 2022, kepala sekolah mengundang semua guru untuk pembinaan (coaching) secara klasikal di ruang guru setelah istirahat ke-2. agenda ini untuk melaksanakan tahap awareness/ membangkitkan kesadaran, dimana kepala sekolah menanyakan masingmasing guru, bagaimana rencana dan pelaksanaan ikm yang sudah dilakukan selama 1 bulan terakhir dan yang akan dilakukan 1 bulan kedepan. kepala sekolah menggali informasi tentang faktor permasalahan yang dijumpai guru dan daya dukung terhadap rencana aksinya. disini kepala sekolah memberikan konsultasi untuk penguatan guru, serta memberikan motivasi dan dukungannya kepada rencana tindakan guru secara klasikal. di minggu berikutnya, dapat dilaporkan dari tanggal 19 sampai dengan 28 september 2022, kepala sekolah dan guru bertemu kembali secara personal di ruang kepala sekolah. disini kepala sekolah menanyakan perkembangan pelaksanaan ikm dan memberi motivasi bagi guru. kepala sekolah memberikan pengajaran, konsultasi dan membuat kesepakatan penetapan target pelaksanaan ikm dengan guru perihal yang akan dicapai dari masing-masing pembelajaran untuk 1 (satu) bulan kedepan. dan pada tanggal 3 sampai dengan 14 oktober 2022, kepala sekolah bersama guru menelaah kembali pembelajaran secara personal yaitu face to face di ruang kepala sekolah. hasil evaluasi terhadap pelaksanaan program coaching and counseling, dari refleksi yang dilakukan kepala sekolah memberikan informasi telah berjalannya baik. terhadap analisis nilai kinerja guru berdasarkan pada instrumen apkg yang dilakukan pada awal pelaksanaan program dan di akhir agenda kegiatan, menginformasikan adanya peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran yaitu guru yang mengampu pelajaran di kelas 7 sebagai pelaksana dari ikm jalur sekolah mandiri berubah. meskipun program berjalan baik, namun dapat dilaporkan juga bahwa ditemui hambatan/ kendala dalam pelaksanaan praktik program coaching and counseling ini. beberapa kendala/ hambatan selama praktik berlangsung sebagai berikut: 1) ada guru yang merasa canggung, merasa dihakimi/ disalahkan, merasa dimarahi oleh kepala sekolah, padahal kepala sekolah mencoba untuk memberikan arahan, intervensi dan solusinya, sehingga kepala sekolah perlu lebih sabar dalam praktik coaching and conseling; 2) dijumpai adanya keterbatasan alat/ media seperti laptop dan akses internet yang dimiliki guru untuk mendukung pelaksanaan program; 3) masalah pengelolaan waktu sering terjadi. saat proses coaching and conseling tidak dapat dilaksanakan sesuai jadwal dan harus diundur, karena bentrok dengan aktifitas lain baik dari sisi kepala sekolah maupun oleh guru di sekolah, sehingga memerlukan pengelolaan waktu yang baik. dampak dan capaian hasil dapat dilaporkan sebagai capaian hasil dari praktik program coaching and counseling ini, secara umum guru pada sekolah mandiri berubah di smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan atau guru yang mengampu pelajaran di kelas 7 telah menunjukkan kinerja yang tinggi. pengukuran ini didasarkan pada hasil analisis terhadap instrumen penilaian kinerja guru menggunakan apkg 1 dan apkg 2 yang diambil sebelum pelaksanaan program (pre practise) vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.287 320 dan setelah pelaksanaan program (post practise). dari hasil analisis skor apkg, diketahui kinerja guru sekolah mandiri berubah atau guru pengampu pelajaran dalam ikm kelas 7 (tujuh) di smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan, menunjukkan hasil sebagai berikut: 1) kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran ikm mencapai skor nilai di skala 87,30 (baik); 2) kinerja guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran ikm mencapai skor dengan skala nilai 90,03 (baik); 3) berdasarkan data skor apkg 1 dan apkg 2 yang merupakan perwujudan dari kinerja guru dalam pembelajaran ikm, secara rata-rata menunjukkan capaian angka pada skala nilai 88,67 (baik). perbandingan data capaian hasil ini, dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut: tabel 2. analisis skala nilai kinerja guru dalam pembelajaran ikm di smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan pada semester i tahun pelajaran 2022/2023. keterangan skor penilaian awal program skor penilaian akhir program persentase peningkatan skala nilai skala nilai keterangan skala nilai keterangan a. perencanaan pembelajaran ikm 75,88 cukup 87,30 baik 11,42% b. pelaksanaan pembelajaran ikm 76,89 baik 90,03 baik 13,14% kinerja guru dalam pembelajaran ikm (rata-rata skor nilai a dan b) 76,39 baik 88,67 baik 12,28% berdasarkan tabel diatas, diketahui terjadi peningkatan skor kinerja guru dalam pembelajaran di smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan. peningkatan skor kinerja guru dalam membuat perencanaan pembelajaran ikm meningkat 11,42%, dan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran meningkat 13,14%. secara rata-rata peningkatan skor kinerja guru dalam pembelajaran ikm sebesar 12,28%, yaitu dari 76,39 (baik) pada penilaian awal program menjadi 88,67 (baik) di akhir penilaian program. dampak dari adanya peningkatan kinerja guru sekolah mandiri berubah di smp negeri 4 purwodadi ini, diantaranya: 1) memberi pengalaman dengan kemerdekaan belajar; 2) meningkatkan pengetahuan dan pengalaman guru dalam menggunakan platform merdeka mengajar; 3) meningkatkan ketrampilan dan pengalaman guru dalam menggunakan metode dan media ajar yang mendukung potensi siswa; 4) meningkatkan aktualisasi ide dan karya guru dalam memberikan bimbingan proyek penguatan profil pelajar pancasila; 5) meningkatkan kualitas pembelajaran dan menyenangkan; 6) kualitas pendidikan di sekolah meningkat, seiring dengan peningkatan kinerja gurunya. simpulan sesuai pembahasan dapat dibuat simpulan, rata-rata skor apkg 1 dan apkg 2 menunjukkan peningkatan skala nilai kinerja guru sekolah mandiri berubah di smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan pada semester i tahun pelajaran 2022/2023 sebesar 12,28%. dari peningkatan ini menjelaskan bahwa melalui praktik program coaching and counseling dapat meningkatkan kinerja guru sekolah mandiri berubah dalam proses pembelajaran ikm di smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan, pada pada semester i tahun pelajaran 2022/2023. vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.287 321 rekomendasi sesuai hasil best practise ini penulis dapat memberikan rekomendasi sebagai berikut: 1) sebaiknya guru terus mengembangkan diri untuk meningkatkan kinerjanya; 2) sebaiknya guru menjaga hubungan yang harmonis dengan kepala sekolah, agar tercipta komunikasi yang baik; 3) sebaiknya guru terus menggunakan platform merdeka mengajar; 4) sebaiknya sering dilakukan rapat pembinaan, monitoring dan evaluasi agar persoalan yang muncul dapat dicarikan solusi; dan 5) sebaiknya guru juga dapat menerapkan praktik coaching and conseling kepada siswanya. daftar pustaka dewi, r. (2020). kinerja guru dalam meningkatkan proses pembelajaran pada min mesjid raya baiturrahman banda aceh. journal informatic, education and management, 2(1), 11–21. https://doi.org/10.31219/osf.io/9xrba emda, a. (2017). strategi peningkatan kinerja guru yang profesional. lantanida journal, 4(2), 111. https://doi.org/10.22373/lj.v4i2.1883 fungsi coaching dan counseling. (n.d.). www.studilmu.com. retrieved august 19, 2022, from https://www.studilmu.com/blogs/details/fungsi-coaching-dan-counseling hidayat, h. (2012). pengaruh kompetensi profesional guru, motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja guru otomotif smk negeri se-kabupaten sleman. universitas negeri yogyakarta. latifah, i. (2022, february 16). mengenal dan merancang rpp kurikulum merdeka belajar. kompasiana. https://www.kompasiana.com/ifahlatifah9070/620d230d77cadb7e675fa962/mengena l-dan-merancang-rpp-kurikulum-merdeka-belajar malik, a., & aziz, a. (2018). pengaruh outbound management training (omt) dan coaching terhadap kinerja karyawan (studi pada karyawan pt bank x bumn tbk. cabang universitas brawijaya malang). jurnal administrasi bisnis (jab), 64(1), 180–186. mangkunegara, a. p. (2001). sumber daya manusia perusahaan. remaja rosdakarya. nuravida, v. (2020). pengaruh coaching dan teamwork terhadap produktivitas kerja (studi pada karyawan ciliwung camp nusantara) [stie malangkuçeçwara]. http://repository.stie-mce.ac.id/1049/ pusat kurikulum dan pembelajaran. (2022). kajian akademik kurikulum untuk pemulihan pembelajaran. badan standar, kurikulum, dan asesmen pendidikan kementerian pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi. sodik, n., oviyanti, f., & afgani, m. w. (n.d.). strategi meningkatkan kinerja guru pendidikan agama islam melalui program guru penggerak. al-wijdán: journal of islamic education studies, vi(2), 14. wibowo. (2007). manajemen kinerja. pt. raja grafindo persada. microsoft word 07-rahmi.docx vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.126 615 received : 13-02-2021 revised : 16-04-2021 published : 07-05-2021 peningkatan minat dan keterampilan menulis surat dinas dengan media “terberes” di smpn 4 malang rahmi sarifa smpn 4 malang, indonesia rahmisarifa@gmail.com abstrak: selama ini dalam melaksanakan pembelajaran surat dinas, guru hanya memberikan materi struktur dan buku eyd lalu siswa langsung ditugaskan menulis surat dinas. akibatnya, banyak siswa bersikap malas saat mengikuti pembelajaran menulis surat dinas. selain itu, nilai keterampilan menulis surat dinas mereka masih belum memenuhi ketuntasan belajar minimal (kbm) yang ditetapkan sekolah, yaitu 75. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana media “terberes” dapat meningkatkan minat dan keterampilan menulis surat dinas siswa kelas vii-b smpn 4 malang. penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (ptk) dengan model kemmis dan taggart yang terdiri atas empat tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan perefleksian. subjek penelitian ini adalah siswa kelas vii b smpn 4 malang yang berjumlah 36 siswa. data yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) data presentase minat siswa pada tiap aspek penilaian minat dan (2) data rata-rata nilai keterampilan menulis surat dinas siswa pada setiap aspek penilaian. sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas vii b smpn 4 malang. prosedur pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan rubrik penilaian hasil menulis surat dinas. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima, yakni media “terberes” dapat meningkatkan minat dan keterampilan menulis siswa kelas vii b smpn 4 malang. minat siswa dalam pembelajaran menulis surat dinas mengalami peningkatan dari sklus i ke siklus ii. pada siklus i, minat siswa sebesar 75,2%, sedangkan pada siklus ii meningkat menjadi 87,5%. keterampilan menulis surat dinas juga mengalami peningkatan. diperoleh rata-rata nilai keseluruhan aspek keterampilan menulis surat dinas pada siklus i adalah 75,6, sedangkan rata-rata nilai keseluruhan aspek keterampilan menulis surat dinas pada siklus ii adalah 84,5. kata kunci: minat; keterampilan; media terberes vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.126 616 pendahuluan pembelajaran menulis terbagi menjadi dua yaitu menulis nonsastra dan menulis sastra. salah satu kompetensi menulis nonsastra yang harus diajarkan dalam kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa indonesia adalah menulis surat dinas. dalam kurikulum 2013, pembelajaran menulis surat dinas wajib dibelajarkan pada peserta didik kelas tujuh semester genap untuk pendidikan sekolah menengah tingkat pertama. terdapat dua penelitian yang relevan terkait dengan pembelajaran menulis surat dinas. penelitian pertama adalah penelitian yang berjudul peningkatan keterampilan menulis surat dinas dengan model pembelajaran kooperatif tipe stad siswa kelas viii smp negeri 1 tengaran. penelitian itu dilakukan oleh panut di tahun 2014. hasil dari penelitian itu adalah terjadi peningkatan aktivitas dan keterampilan menulis surat dinas setelah digunakan model kooperatif tipe stad dalam pembelajaran menulis surat dinas. . penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh ferawati. penelitian ini berjudul peningkatan keterampilan menulis surat resmi pada siswa kelas viii mts alkhairaat sibalaya melalui strategi terbimbing. dari penelitian itu diperoleh kesimpulan bahwa penerapan strategi terbimbing mampu meningkatkan kemampuan menulis surat dinas siswa kelas viii mts alkhairaat sibalaya. peningkatan tersebut ditandai dengan tercapainya ketuntasan secara klasikal. kedua penelitian tersebut memiliki satu kesamaan dengan penelitian ini, yaitu meningkatkan keterampilan menulis surat dinas siswa. namun, pada penelitian itu tidak digunakan media yang dirancang secara khusus untuk mengefektifkan pembelajaran. pembelajaran menulis surat dinas adalah pembelajaran yang menuntut siswa dapat menyusun sebuah surat resmi yang berkaitan dengan kepentingan dinas. menulis surat dinas termasuk kompetensi yang cukup sulit bagi siswa karena untuk mencapainya, siswa harus memiliki ide atau gagasan, mengorganisasikan ide yang akan diungkapkan, serta mengetahui aturan penulisan sebuah surat dinas. untuk itu, diperlukan rancangan pembelajaran dari guru untuk membuat siswa mampu mencapai kompetensi tersebut secara mudah dan menyenangkan. ada faktor yang perlu diperhatikan jika ingin proses pembelajaran berjalan dengan baik. faktor tesebut adalah minat siswa. minat siswa dapat memengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. hal ini sejalan dengan pendapat sutjipto dalam makmun khairani (2013: 136) yang mengatakan bahwa minat merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. apabila bahan maupun kegiatan pembelajaran tidak sesuai dengan minat siswa maka mereka tidak akan belajar dengan baik sebab tidak menarik baginya. peserta didik akan malas belajar dan tidak akan mendapatkan kepuasan dari pembelajaran itu. sebaliknya, anak didik yang memiliki minat yang tinggi terhadap suatu pelajaran, maka dengan sendirinya, ia akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik lam dirinya. anak didik merasa mudah memahami sesuatu yang menarik minatnya sehingga proses belajar pun akan berjalan dengan lancar. dengan demikian, minat merupakan alat yang sangat penting dalam membangkitkan kegairahan belajar anak didik saat mengikuti pembelajaran di kelas. dari hasil observasi, banyak diantara siswa kelas 7b yang tampak kurang minat terhadap pembelajaran menulis surat dinas. terlihat hanya beberapa siswa yang mau perhatian terhadap instruksi yang diberikan oleh guru. mereka lebih memilih asik vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.126 617 memperbincangkan hal lain daripada memperhatikan pelajaran. mereka baru mau memperhatikan pelajaran setelah ditegur oleh guru. selain itu, mereka juga tidak dapat menyelesaikan tugas menulis surat dinas secara tepat waktu. banyak waktu yang terbuang karena mereka hanya duduk berpangku tangan atau berdiam diri. untuk itu, diperlukan suatu rancangan media pembelajaran yang dapat membuat mereka tertarik dalam mengikuti pembelajaran ini. selain itu, berdasarkan hasil pembelajaran menulis surat dinas sebelumnya, ditemukan beberapa permasalahan di kelas 7b. permasalahan yang utama adalah ditemukannya banyak kesalahan penggunaan bahasa dalam surat dinas yang mereka buat. kesalahan penggunaan bahasa ditemukan pada hampir pada setiap bagian surat dinas. mereka mengaku belum paham tentang beberapa aturan penulisan huruf kapital, penggunaan tanda baca, serta ejaan yang benar sesuai dengan pedoman umum ejaan bahasa indonesia. dari hasil penulisan surat dinas mereka, banyak pula ditemukan penggunaan kata atau kalimat yang tidak efektif. ada beberapa kalimat yang masih mengandung keberlebihan kata dan ketidaktepatan pemilihan kata. mereka menggunakan dua kata yang perannya sama dalam kalimat. hal ini tidak boleh terjadi dalam penulisan surat dinas yang sangat memperhatikan keefektifan kalimat. kemudian, di beberapa surat dinas mereka juga masih banyak menggunakan kata hubung dan kata ganti yang tidak tepat untuk sebuah surat dinas. dengan demikian, nilai rata-rata keterampilan menulis surat dinas siswa kelas 7b masih di bawah ketuntasan belajar minimal (kbm). penggunaan media yang tepat dan menarik dapat menjadi kunci terselesaikannya masalah-masalah dalam pembelajaran. hal ini sesuai dengan pendapat kemp dan dayton dalam yamin (2007), penggunaan media pembelajaran yang efektif dapat memberikan banyak manfaat antara lain: 1) penyampaian materi dapat diseragamkan, 2) jumlah waktu kegiatan pembelajaran dapat dikurang, 3) pembelajaran menjadi lebih menarik, dan 4) kualitas belajar siswa semakin meningkat. media pembelajaran yang diperlukan untuk pembelajaran menulis surat dinas adalah media yang dapat memberikan pengalaman berbahasa secara langsung, yaitu media yang dibuat dengan menganalisis secara langsung kalimat-kalimat yang biasa digunakan dalam surat dinas. dari kegiatan analisis ini diharapkan akan membuat siswa lebih mudah memahami aturan penulisan dalam surat dinas tanpa melalui penjelasan yang panjang dari sang guru. media yang dirancang harus dikemas sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa untuk dapat melakukan proses analisis secara mandiri dan mudah saat proses mengevaluasi hasil analisisnya. rancangan media yang efektif dan praktis untuk menganalisis surat dinas secara mandiri ini merupakan hal yang dipentingkan dalam penelitian ini dan menjadi pembeda dengan penelitian-penelitian lain yang juga membahas tentang keterampilan menulis surat dinas berkaitan dengan paparan di atas, dilakukan kaji tindak pembelajaran menulis dengan mengimplementasikan media ”terberes” melalui suatu penelitian tindakan kelas. penelitian ini bertujuan untuk memeroleh deskripsi bagaimana penggunaan media “terberes” dalam pembelajaran dapat meningkatkan minat dan keterampilan siswa dalam menulis surat dinas. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.126 618 metode subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas vii b smp negeri 4 malang. siswa kelas vii b adalah siswa kelas regular. kelas ini terdiri atas siswa dengan beragam latar belakang sosial dan ekonomi. secara akademik pun, siswa kelas vii b berasal dari berbagai tingkatan, sehingga kemampuannya pun beragam. keberagaman ini dipilih dengan tujuan agar tidak tercipta jarak psikologis antarsiswa serta kemajuan belajar dapat dicapai secara merata. penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (ptk). penelitian ini dirancang dengan mengadaptasi ptk model kemmis dan taggart. pelaksanaan ptk model kemmis dan taggart dalam sutejo (2009:52), mencakup empat langkah, yaitu (1) merumuskan masalah dan merencanakan tindakan, (2) melaksanakan tindakan sesuai rencana, (3) mengamati atau memonitor pelaksanaan tindakan, dan (4) merefleksi hasil pengamatan sebagai dasar untuk merencanakan tindakan selanjutnya. dengan demikian, penelitian ini menggunakan rancangan penelitian yang memiliki siklus spiral, yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan perefleksian. apabila belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar minimal (kbm) maka kembali dilakukan perencanaan hingga mencapai kbm.berikut ini disajikan bagan alur penelitian tindakan yang digunakan dalam penelitian ini. studi pendahuluan minat dan keterampilan menulis surat dinas temuan • rendahnya minat siswa dalam pembelaran menulis surat dinas. • pemilihan media yang kurang menarik. • keterampilan menulis surat dinas yang rendah. perencanaan • menyiapkan media pembelajaran” terberes” • penyusunan rencana dan prosedur tindakan yang akan diterapkan dalam pembelajaran. • menyiapkan lembar pengamatan aktivitas dan rubrik menulis surat dinas implementasi tindakan tahapan proses menulis surat dinas dengan media “terberes” 1. mengamati cara kerja penggunaan media 2. mengamati 12 pasang kalimat secara berkelompok. 3. menelaah kalimat yang benar dan yang salah pada kertas manila secara berkelompok. 4. menggunakan kartu eyd sebagai panduan dalam menganalisis kalimat yang benar/salah . 5. meletakkan kalimat yang penulisannya benar pada kotak di kertas manila dengan cara diselipkan sisi kiri dan kanannya. 6. mengevaluasi hasil kerja kelompok. pengamatan implementasi dan efeknya analisis dan refleksi peninjauan dan penjelasan beberapa kelemahan/kekurangan dalam penerapan media “terberes”. belum memenuhi kbm gambar 1. bagan alur penelitian tindakan vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.126 619 studi pendahuluan dilakukan sebagai langkah untuk mengetahui dan mendata permasalahan dalam pembelajaran menulis surat dinas. kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah mengobservasi proses pembelajaran dan mengkaji hasil surat dinas siswa sebelum menggunakan media “terberes”. kegiatan observasi atau refleksi awal digunakan saat proses pembelajaran berlangsung. kegiatan ini digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan minat siswa. dalam penelitian ini, adanya minat siswa dilihat dari adanya perhatian, ketertarikan, dan keikutsertaan. kegiatan mengkaji hasil surat dinas siswa digunakan setelah proses pembelajaran. kegiatan ini digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan keterampilan menulis surat dinas siswa. dalam penelitian ini, keterampilan menulis surat dinas siswa dilihat dari kelengkapan unsur surat, kesistematisan penyajian, ketepatan ejaan, ketepatan penggunaan tanda baca, kesesuaian kata yang digunakan, serta keefektifan penggunaan kata dalam kalimat. pada tahap perencanaan dilakukan beberapa kegiatan, yaitu menyusun jadwal pelaksanaan siklus i, menyusun rancangan program pembelajaran (rpp), menyiapkan media pembelajaran, menyusun instrumen pengumpul data. beberapa instrumen pengumpul data yang digunakan, yaitu format pengamatan aktivitas guru, format pengamatan aktivitas siswa, format penilaian minat siswa, format penilaian keterampilan menulis surat dinas, pedoman penilaian minat siswa, rubrik penilaian keterampilan menulis surat dinas siswa. pelaksanaan tindakan dikembangkan dalam dua siklus. setiap siklus terdiri atas 2 kali pertemuan. satu kali pertemuan menggunakan alokasi waktu 3x40 menit. pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai pengajar sedangkan pengamatnya adalah bu masfufah, rekan sejawat, guru bahasa indonesia. pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. subjek yang dipantau adalah aktivitas guru dan siswa. pengamatan siswa difokuskan pada aktivitas siswa ketika pembelajaran menulis surat dinas dengan media “terberes” berlangsung. pengamatan aktivitas guru dilakukan pada efektivitas guru dalam mengimplementasikan media pembelajaran tersebut. pengamatan atau observasi ini menggunakan instrumen lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa, panduan presentase minat siswa, dan rubrik penilaian keterampilan menulis surat dinas. pengisian lembar pengamatan guru dan siswa selalu dilakukan setiap siklus berjalan. panduan presentase minat siswa, digunakan untuk memperoleh data besarnya presentae minat siswa terhadap pembelajaran menulis surat dinas. rubrik penilaian keterampilan menulis surat dinas digunakan untuk memperoleh data rata-rata nilai siketerampilan menulis surat dinas. pada akhir pertemuan dalam setiap tahap pembelajaran dilakukan kegiatan refleksi. kegiatan refleksi dilakukan bersama bu masfufah, guru bidang studi bahasa indonesia smp negeri 4 malang. hal-hal yang dilakukan dalam tahapan refleksi ini meliputi: (1) menganalisis kegiatan tindakan yang telah dilakukan, (2) membahas perbedaan antara rencana tindakan dan pelaksanaannya, dan (3) menginterpretasi, memaknai, dan menyimpulkan data yang telah diperoleh. selain itu, dalam penelitian ini, juga dilakukan beberapa kegiatan lain, yaitu: (1) mengidentifikasi kelemahan siklus i, (2) mengidentifikasi kelebihan siklus i, dan (3) mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah untuk kelemahan pada siklus i. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.126 620 untuk mendapatkan data, penelitian ini menggunakan instrumen pengumpul data. beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi: (1) lembar pengamatan aktivitas guru, (2) lembar pengamatan aktivitas siswa, (3) pedoman penilaian minat siswa, dan (4) rubrik penilaian keterampilan menulis surat dinas. data penelitian dianalisis melalui tiga tahap yaitu mereduksi data, mendeskripsikan data, dan membuat kesimpulan. analisis data observasi/pengamatan aktivitas guru diolah berdasarkan dilaksanakan atau tidaknya kegiatan dalam pembelajaran. data observasi/pengamatan aktivitas siswa diolah berdasarkan kemunculan aspek-aspek yang diamati. hasil pengamatan aktivitas digunakan sebagai data penilaian minat siswa. kemunculan aspek diberi skor. presentase minat dihitung dalam masing-masing aspek dari minat, yaitu perhatian, ketertarikan, dan keikutsertaan. selanjutnya, untuk memperoleh persentase minat pada satu siklus, hasil dari masing-masing aspek ditambahkan lalu dibagi 3. persentase minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis surat dinas dengan media “terberes” pada masing-masing aspek dari minat diolah melalui rumus berikut ini. 𝑃𝑀𝑆 = 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 (36) 𝑥 100% keterangan: pms = persentase minat siswa aktivitas siswa yang mencerminkan adanya perhatian, ketertarikan, dan keikutsertaan dimaknai sebagai minat siswa dalam penelitian ini. semakin besar persentase minat siswa, semakin tinggi minat siswa mengikuti pembelajaran menulis surat dinas dengan media “terberes”. penilaian keterampilan menulis surat dinas siswa diolah dalam tiap aspek penilaian surat dinas, yaitu kelengkapan unsur surat , kesistematisan penyajian, ketepatan ejaan, ketepatan tanda baca, kesesuaian kata, dan keefektifan kata. naskah siswa diberi skor sesuai dengan rubrik penilaian keterampilan menulis surat dinas.untuk mengetahui nilai keterampilan menulis surat dinas siswa digunakan rumus berikut. 𝑁𝐾𝑆𝐷 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 (144) 𝑥 100 keterangan: nksd = nilai keterampilan surat dinas selanjutnya, untuk memperoleh nilai rata-rata keterampilan menulis surat dinas siswa kelas vii b pada satu siklus, yaitu dengan menambahkan hasil dari masing-masing aspek lalu dibagi 6. setelah skor diketahui, skor-skor tersebut dimaknai sesuai dengan pedoman keberhasilan pada tabel berikut. tabel 1. pedoman penilaian minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis surat dinas dengan media “terberes” interval nilai kualifikasi kualifikasi tingkat keberhasilan 93%--100% a sangat baik berhasil 84%--92% b baik berhasil 75%--83% c cukup tidak berhasil < 75 d kurang tidak berhasil vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.126 621 tabel 2. pedoman penilaian keterampilan siswa menulis surat dinas dengan media “terberes” interval nilai kualifikasi kualifikasi tingkat keberhasilan 93—100 a sangat baik berhasil 84—92 b baik berhasil 75—83 c cukup berhasil < 75 d kurang tidak berhasil berdasarkan tabel tersebut, siswa dikatakan memiliki minat yang baik dalam pembelajaran menulis surat dinas dengan media “terberes” jika nilai minat siswa mencapai 84%—100% dan siswa dikatakan terampil menulis surat dinas dengan “media terberes” jika mencapai nilai 75—100. hasil minat siswa dalam pembelajaran menulis surat dinas untuk mengetahui seberapa besar minat siswa terhadap pembelajaran menulis surat dinas, dilakukan observasi selama proses pembelajaran berlangsung. observasi dilakukan dengan mengisi format pengamatan aktivitas siswa yang menggunakan aspek perhatian, ketertarikan, dan keikutertaan. pada lembar pengamatan aktivitas siswa siklus i diperoleh data sebagai berikut. minat siswa dilihat berdasarkan nilai persentase siswa kelas 7b pada sikap perhatian yang mencapai 73,6%, sikap tertarik yang mencapai 74,3%, dan sikap ikut serta yang mencapai 77,8%. jika dirata-rata dari ketiga indikator minat tersebut, maka diperoleh hasil bahwa minat siswa kelas 7b dalam mengikuti pembelajaran menulis surat dinas pada siklus i mencapai presentase 75,2%. beberapa persentase masing-masing aspek menunjukkan bahwa pada siklus i belum mencapai taraf indikator berhasil yang ada pada interval 84%—92%. selanjutnya, pada lembar pengamatan aktivitas siswa siklus ii diperoleh data nilai persentase siswa kelas 7b pada sikap perhatian yang mencapai 84,7%, sikap tertarik yang mencapai 86,8%, dan sikap ikut serta yang mencapai 90,9%. jika dirata-rata persentase dari ketiga indikator minat tersebut, maka diperoleh hasil bahwa minat siswa kelas 7b dalam mengikuti pembelajaran menulis surat dinas pada siklus ii mencapai presentase 87,5%. persentase ini menunjukkan bahwa pada siklus ii telah mencapai taraf indikator keberhasilan karena ada pada interval 84%—92%. perbandingan perolehan persentase nilai minat siswa terhadap pembelajaran menulis surat dinas pada siklus i dan siklus ii dapat diamati secara jelas pada tabel berikut ini. tabel 3. perbandingan persentase nilai minat siswa terhadap pembelajaran menulis surat dinas aspek minat siklus i siklus ii perhatian 73,6% 84,7% ketertarikan 74,3% 86,8% keikutsertaan 77,8% 90,9% nilai rata-rata 75,2% 87,5% vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.126 622 keterampilan siswa dalam menulis surat dinas tingkat keterampilan siswa dalam menulis surat dinas dilihat dari perolehan nilai ratarata hasil menulis surat dinas siswa berdasarkan rata-rata nilai pada beberapa aspek penilaian. aspek-aspek penilaian yang digunakan untuk untuk mengukur keterampilan tersebut antara lain: (1) kelengkapan unsur surat dinas, (2) kesistematisan penyajian surat dinas, (3) kesesuaian kata yang digunakan, (4) ketepatan ejaan, (5) ketepatan penggunaan tanda baca, dan (6) keefektifan penggunaan kata dalam kalimat. selanjutnya, disajikan data dan temuan nilai rata-rata keterampilan menulis surat dinas per aspek pada tahap prasiklus, siklus i, dan siklus ii 1. keterampilan menulis surat dinas pada aspek kelengkapan unsur surat nilai rata-rata keterampilan menulis surat dinas siswa pada aspek kelengkapan unsur surat dilihat dari terpenuhinya indikator-indikator dalam rubrik penulisan surat dinas. indikator disusun berdasarkan bagian-bagian yang wajib ada dalam sebuah surat dinas. berikut ini disajikan tabel yang menampilkan secara jelas perbandingan hasil nilai rata-rata siswa dalam menyajikan secara lengkap bagian-bagian surat dinas pada tiap tahap pembelajaran, yaitu prasiklus, siklus i, dan siklus ii. tabel 4. perolehan nilai keterampilan menulis surat dinas pada aspek kelengkapan unsur surat tahapan total nilai nilai rata-rata pra siklus 104 72 siklus i 123 85 siklus ii 133 92 2. keterampilan menulis surat dinas pada aspek kesistematisan penyajian nilai rata-rata keterampilan menulis surat dinas siswa pada aspek kesistematisan penyajian surat dilihat dari terpenuhinya indikator-indikator dalam rubrik penulisan surat dinas. indikator disusun berdasarkan urutan yang tepat dalam menyajikan bagian-bagian surat dinas. berikut ini disajikan tabel yang menampilkan secara jelas perbandingan hasil nilai ratarata siswa dalam mengurutkan bagian-bagian surat dinas pada tiap tahap pembelajaran, yaitu prasiklus, siklus i, dan siklus ii. tabel 5. perolehan nilai keterampilan menulis surat dinas pada aspek kesistematisan penyajian unsur surat tahapan total nilai nilai rata-rata pra siklus 129 89 siklus i 135 94 siklus ii 142 99 3. keterampilan menulis surat dinas pada aspek ketepatan ejaan nilai rata-rata keterampilan menulis surat dinas siswa pada aspek ketepatan ejaan dilihat dari terpenuhinya indikator-indikator dalam rubrik penulisan surat dinas. indikator disusun berdasarkan benar tidaknya penulisan kata pada surat dinas. berikut ini disajikan tabel yang menampilkan secara jelas perbandingan hasil nilai rata-rata siswa dalam menulis kata dengan benar pada tiap tahap pembelajaran, yaitu prasiklus, siklus i, dan siklus ii. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.126 623 tabel 6. perolehan nilai keterampilan menulis surat dinas pada aspek ketepatan ejaan tahapan total nilai nilai rata-rata prasiklus 78 54 siklus i 83 58 siklus ii 108 75 4. keterampilan menulis surat dinas pada aspek ketepatan penggunaan tanda baca nilai rata-rata keterampilan menulis surat dinas siswa pada aspek ketepatan penggunaan tanda baca dilihat dari terpenuhinya indikator-indikator dalam rubrik penulisan surat dinas. indikator disusun berdasarkan benar tidaknya dalam meletakkan tanda baca dalam surat dinas. berikut ini disajikan tabel yang menampilkan secara jelas perbandingan hasil nilai rata-rata siswa dalam hal penggunaan tanda baca pada tiap tahap pembelajaran, yaitu prasiklus, siklus i, dan siklus ii. tabel 7. perolehan nilai keterampilan menulis surat dinas pada aspek ketepatan penggunaan tanda baca tahapan total nilai nilai rata-rata prasiklus 67 46,5 siklus i 85 59 siklus ii 108 75 5. keterampilan menulis surat dinas pada aspek kesesuaian pilihan kata nilai rata-rata keterampilan menulis surat dinas siswa pada aspek kesesuaian pilihan kata dilihat dari terpenuhinya indikator-indikator dalam rubrik penulisan surat dinas. indikator disusun berdasarkan sesuai tidaknya kata yang dipilih untuk sebuah surat dinas. berikut ini disajikan tabel yang menampilkan secara jelas perbandingan hasil nilai rata-rata siswa tentang kebenaran dalam memilih kata pada masing-masing tahap pembelajaran, yaitu prasiklus, siklus i, dan siklus ii. tabel 8. perolehan nilai keterampilan menulis surat dinas pada aspek kesesuaian kata tahapan total nilai nilai rata-rata prasiklus 76 53 siklus i 121 84 siklus ii 126 87,5 6. keterampilan menulis surat dinas pada aspek keefektifan kalimat nilai rata-rata keterampilan menulis surat dinas siswa pada aspek kekeefektivan kalimat dilihat dari terpenuhinya indikator-indikator dalam rubrik penulisan surat dinas. indikator disusun berdasarkan efektif tidaknya kalimat yang disusun dalam surat dinas. berikut ini disajikan tabel yang menampilkan secara jelas perbandingan hasil nilai rata-rata siswa dalam menyusun kalimat yang efektif pada tiap tahap pembelajaran, yaitu prasiklus, siklus i, dan siklus ii. tabel 9. perolehan nilai keterampilan menulis surat dinas pada aspek keefektifan kalimat tahapan total nilai nilai rata-rata prasiklus 93 64,5 siklus i 107 74 siklus ii 114 79 vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.126 624 pembahasan minat siswa dalam pembelajaran menulis surat dinas pada siklus i diperoleh hasil persentase minat siswa terhadap pembelajaran menulis surat dinas sebesar 75,2%. persentase ini merupakan nilai rata-rata dari persentase aspek perhatian, ketertarikan, dan keikutsertaan. ketiga aspek tersebut merupakan indikator besar kecilnya minat siswa. indikator tersebut diambil berdasarkan beberapa pendapat tentang minat, diantaranya pendapat dari slameto (2010:180) yang mengatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih menyukai dan rasa tertarik pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. selain itu, sesuai pula dengan yang dikemukakan oleh syaiful (2008:132) bahwa minat dapat diekspresikan anak didik melalui tiga hal, yaitu: 1) pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lain, 2) partisipasi aktif dalam sesuatu kegiatan yang diminati, serta 3) memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminatinya, tanpa menghiraukan yang lain. sikap perhatian, terlihat dari adanya aktivitas menyimak, menanggapi, bertanya, dan fokus pada materi yang disampaikan. untuk keempat aktivitas tersebut diperoleh informasi bahwa kemunculan aktivitas tersebut mencapai 104 kali dari kemunculan maksimal sebanyak 144 kali. sesuai rumus presentase yang digunakan dalam penelitian ini, diperoleh hasil perhitungan sejumlah 73,6% siswa yang melakukan aktivitas perhatian. sikap tertarik, terlihat dari adanya aktivitas menyimak, menanggapi, bertanya, dan fokus pada materi yang disampaikan. untuk keempat aktivitas tersebut diperoleh informasi bahwa kemunculan aktivitas tersebut mencapai 107 kali dari kemunculan maksimal sebanyak 144 kali. sesuai rumus presentase yang digunakan dalam penelitian ini, diperoleh hasil perhitungan sejumlah 74,3% siswa yang melakukan aktivitas ketertarikan. sikap ikut serta, terlihat dari adanya aktivitas menelaah, berdiskusi, menyimpulkan, dan menulis surat dinas. untuk keempat aktivitas tersebut diperoleh informasi bahwa kemunculan aktivitas tersebut mencapai 112 kali dari kemunculan maksimal sebanyak 144 kali. sesuai rumus presentase yang digunakan dalam penelitian ini, diperoleh hasil perhitungan sejumlah 77,8% siswa yang melakukan aktivitas keikutsertaan. dari beberapa temuan data di atas, dapat disimpulkan bahwa minat siswa lebih tinggi terhadap pembelajaran menulis surat dinas, jika dibandingkan dengan sebelum digunakan media “terberes. pada prasiklus hanya 60% siswa yang menunjukkan sikap perhatian, tertarik, dan ikut serta. hal ini merupakan bukti bahwa diperlukan sebuah rancangan media yang tepat untuk membangkitkan minat siswa. menurut sadiman (2009:7), media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran perasaan, perhatian, dan minat. hamalik dalam azhar arsyad (2014:19) juga mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. jadi, media pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan minat peserta didik. presentase nilai rata-rata minat siswa sebesar 75,2 % menunjukkan bahwa pada siklus i belum mencapai taraf indikator berhasil yang ada pada interval 84%—92%.persentase pada masing-masing aspek pun juga belum mencapai taraf keberhasilan tersebut. masih kurangnya minat siswa kelas 7b terhadap pembelajaran surat dinas disebabkan oleh beberapa faktor. pertama, rancangan media pembelajaran ‘terberes” masih belum cukup menarik karena vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.126 625 hanya disajikan dengan warna yang sama, yaitu hijau muda. penampilan potongan yang hanya satu warna mungkin menyebabkan siswa kurang tertarik untuk menggunakannya. alasan lainnya mengapa media “terberes” kurang mampu menaikkan minat belajar siswa adalah terjadinya kendala saat media tersebut digunakan dalam pembelajaran. kendala yang dialami siswa saat menggunakan media tersebut antara lain, belum adanya penomoran pada masing-masing kotak yang ada pada papan analisis. penomoran hanya ada pada potongan kertas yang berisi kalimat yang benar dan yang salah. akibatnya, terjadi kesulitan dalam mengevaluasi hasil analisis. dalam pengecekan jawaban perlu dilakukan pencocokan dengan kalimat yang akan dianalisis terlebih dahulu. proses pembelajaran menjadi berjalan cukup lamban sehingga menimbulkan rasa bosan diantara siswa. rasa bosan ini pada akhirnya akan membuat sebagian siswa tidak lagi fokus, “ngobrol” hal lain dengan temannya diselasela proses pengecekan jawaban hasil analisis kelompok. oleh karena itu, dilakukan perbaikan media sebelum melakukan siklus ii. perbaikan yang dilakukan pada media “terberes” adalah mengganti beberapa potongan kertas kalimat dengan kertas asturo berwarna hijau menyala dan melakukan pemberian nomor pada papan analisis. pada siklus ii, diperoleh hasil persentase minat siswa terhadap pembelajaran menulis surat dinas sebesar 87,5%. persentase ini menunjukkan bahwa pada siklus ii, besarnya persentase minat belajar siswa telah mencapai taraf indikator keberhasilan, yaitu ada pada interval 84%—92%. persentase tersebut merupakan nilai rata-rata dari sikap perhatian yang mencapai 84,7%, sikap tertarik yang mencapai 86,8%, serta sikap ikut serta yang mencapai 90,9%. peningkatan persentase yang cukup merata di setiap aspek menandakan adanya keberhasilan yang signifikan setelah dilakukan sedikit perbaikan pada media sebelum melakukan siklus ii. keterampilan siswa dalam menulis surat dinas secara umum, surat dinas berfungsi sebagai alat komunikasi tertulis untuk menyampaikan pesan yang bersifat formal atau resmi. akan tetapi, menurut e. zainal (1996), secara khusus, surat dinas memiliki beberapa fungsi sebagai berikut: 1) sebagai bukti hitam di atas putih, 2) sebagai alat pengingat, 3) sebagai bukti sejarah, 4) sebagai pedoman kerja, dan 5) sebagai duta perusahaan atau instansi. pembahasan tentang keterampilan menulis surat dinas dengan media “terberes” meliputi enam aspek penilaian, yaitu: (1) kelengkapan unsur surat dinas, (2) kesistematisan penyajian surat dinas, (3) kesesuaian kata yang digunakan, (4) ketepatan ejaan, (5) ketepatan penggunaan tanda baca, dan (6) keefektifan kalimat. ketercapaian kbm hasil belajar surat dinas dilihat dari rata-rata nilai keseluruhan aspek keterampilan menulis surat dinas. ketuntasan belajar minimal (kbm) yang ditentukan di smp negeri 4 malang adalah 75. dari hasil kajian nilai pada studi pendahuluan, di setiap surat dinas siswa dapat ditemukan kesalahan penulisan. kesalahan penulisan terjadi pada penggunaan kata/kalimat, tanda baca, dan ejaan. nilai surat dinas siswa untuk keseluruhan aspek penilaian, yang dinyatakan mendapatkan nilai cukup, hanya diperoleh oleh tiga siswa dari 36 siswa di kelas 7b, sedangkan yang lainnya hanya mendapat nilai kurang. oleh karena itu, keterampilan menulis surat dinas siswa kelas 7 b belum berhasil mencapai kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan oleh sekolah. menulis surat dinas secara klasikal masih rendah yaitu masih mencapai nilai rata-rata sebesar 68. berikut ini adalah pembahasan tentang data temuan, pada tahap prasiklus, siklus i, hingga siklus ii. pembahasan data temuan akan disajikan per aspek penilaian. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.126 626 keterampilan menulis surat dinas pada aspek kelengkapan unsur surat pada saat prasiklus ditemukan beberapa kekurangan dalam bagian-bagian surat dinas. salah satu kekurangan yang ditemukan adalah di bagian kepala surat banyak ditemukan tidak adanya alamat dari instansi/ lembaga yang mengirim surat, hanya ada nama instansi/lembaganya saja. padahal, di panduan penulisan surat dinas, kepala surat harus disertai dengan alamat instansi/lembaga. mereka pada umumnya menganggap bahwa adanya nama kota yang melekat pada nama instansi/lembaga sudah dapat menggantikan alamat instansi. menurut indri (2015:10), surat dinas memiliki bagian-bagian yaitu kepala surat (kop surat), tanggal dan nomor surat, lampiran, tujuan surat, salam pembuka , pembuka surat, isi surat, penutup surat, salam penutup, tanda tangan dan identitas pembuat surat, tembusan (jika ada pihak lain yang harus mengetahuinya). selain itu, pada bagian nomor surat, banyak ditemukan tidak adanya kode bulan dan tahun pembuatan surat. sesuai panduan penulisan surat dinas, nomor surat harus disertai kode bulan dan tahun pembuatan surat. selanjutnya, pada bagian isi surat dinas yang bertujuan untuk mengundang, banyak ditemukan tidak adanya informasi waktu dan tempat pelaksanaan yang jelas. dalam panduan penulisan surat dinas, isi surat pada surat dinas yang bertujuan mengundang harus menggunakan waktu dan tempat pelaksanaan yang jelas karena jika kedua hal itu tidak ada dapat membingungkan si penerima surat. pada tahap siklus i, jumlah siswa yang memperoleh skor 4 bertambah jumlahnya, sebaliknya jumlah siswa yang mendapat skor 2 menurun jika dibandingkan dengan jumlah siswa pada studi pendahuluan (prasiklus). hal ini menandakan bahwa ada suatu peningkatan terkait dengan keterampilan siswa dalam menulis surat dinas dilihat dari segi kelengkapan unsur suratnya. jenis kekurangan pada surat dinas siswa relatif sama dengan jenis kekurangan yang ditemukan pada tahap prasiklus, perbedaannya hanya pada jumlah siswa yang melakukan kesalahan tersebut berkurang. meskipun telah terjadi peningkatan keterampilan menulis surat dinas pada aspek kelengkapan unsur surat, perlu dilakukan beberapa tindakan perbaikan untuk diterapkan pada siklus ii. beberapa tindakan tersebut, antara lain: menambahkan materi bagian-bagian yang harus ada dalam surat dinas pada panduan penulisan surat dinas yang tersedia pada media “terberes” dan pembuatan peta konsep unsur-unsur penulisan surat dinas di buku catatan siswa. pada siklus ii, jumlah siswa yang memperoleh skor 4 semakin banyak, sedangkan jumlah siswa yang mendapat skor 3 dan skor 2 menurun jika dibandingkan dengan jumlah siswa pada siklus i. hal ini memberikan suatu simpulan bahwa ada peningkatan keterampilan menulis surat dinas dari segi kelengkapan unsur surat, yaitu dari nilai rata-rata pada siklus i yang mencapai 85 meningkat menjadi 92 pada siklus ii. pada aspek kelengkapan unsur surat mengalami peningkatan 7%. adapun penyebab ketidaklengkapan penulisan surat pada tahap ini masih relatif sama dengan prasiklus dan siklus i. keterampilan menulis surat dinas pada aspek kesistematisan penyajian pada umumnya, siswa membuat surat undangan dinas, surat edaran, dan surat tugas. menurut bratawidjaja dalam indri (2015), surat dinas memiliki tiga belas varian, yaitu: surat undangan dinas, surat kuasa, surat pengantar, surat perintah, surat edaran, surat keputusan, surat keterangan, surat perintah kerja, surat tugas, surat instruksi, surat pengumuman, surat nota dinas, dan surat memorandum. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.126 627 bentuk surat yang digunakan oleh siswa kelas 7b adalah bentuk surat berperihal. ada yang menggunakan bentuk lurus, ada pula yang menggunakan bentuk berlekuk. menurut lamuddin finoza (2009), seluruh bentuk surat “berperihal” ditulis dengan menggunakan tiga bentuk utama, yaitu 1) bentuk resmi indonesia, 2) bentuk lurus, dan 3) bentuk berlekuk. sementara itu, untuk surat “berjudul” ditulis dengan memakai judul dan tidak memakai “perihal”. berdasarkan hasil pengamatan pada studi pendahuluan, masih terdapat lebih dari 20 siswa yang menulis surat dinas secara tidak sistematis. ketidaksistematisan ini banyak ditemukan pada salam pembuka, pembuka surat dan isi surat. pada surat dinas siswa banyak ditemukan letak salam pembuka disejajarkan dengan pembuka surat. padahal, di panduan penulisan surat dinas, salam pembuka berada pada posisi sebelum pembuka surat. sesuai dengan pendapat harsiati (2016:250), yang mengatakan bahwa struktur surat dinas terdiri atas: kop surat, nomor surat, tanggal surat, lampiran, perihal, alamat surat, salam pembuka, paragraf pembuka, isi surat, paragraf penutup, nama dan tanda tangan pihak penanggung jawab surat, serta nama dan tanda tangan penulis surat. selain itu, pada surat dinas ditemukan pula posisi pembuka surat berada di dua tempat, yaitu di sebelum dan sesudah isi surat. berada pada dua posisi tentu saja tidak sistematis karena dalam panduan penulisan surat dinas, posisi pembuka surat harus berada sebelum isi surat karena isi dari bagian pembuka surat berfungsi sebagai pengantar isi surat. temuan berikutnya pada surat dinas siswa adalah posisi isi surat berada di posisi sebelum pembuka surat. dalam panduan penulisan surat dinas, isi surat pada surat dinas berada setelah pembuka surat. hal ini disebabkan bagian pembuka surat berfungsi sebagai pengantar isi surat pada siklus i, jumlah siswa yang memperoleh skor 4 bertambah, sedangkan siswa yang mendapat skor 3 semakin sedikit jika dibandingkan dengan jumlah siswa yang mendapat skor 4 pada studi pendahuluan (prasiklus). hal tersebut menandakan bahwa ada peningkatan keterampilan menulis surat dinas dari segi kesistematisan penyajian. agar dapat mencapai taraf nilai yang lebih baik, diadakan beberapa tindakan perbaikan yang dapat dilakukan pada siklus ii nanti. beberapa tindakan yang dapat dilakukan pada siklus ii dijabarkan sebagai berikut. 1) pemberian nomor pada tiap kotak yang ada pada kertas manila agar siswa belajar memosisikan unsur-unsur dengan urutan yang benar. 2) pemberian nomor pada semua potongan kertas manila sesuai dengan nomor kotak pada kertas manila agar memudahkan siswa dalam mengurutkan unsur surat. pada siklus ii, jumlah siswa yang memperoleh skor 4 bertambah. sebaliknya, jumlah siswa yang mendapat skor 3 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan jumlah siswa yang mendapat skor 4 pada siklus i. hal ini menandakan bahwa ada peningkatan keterampilan menulis surat dinas dari segi kesistematisan penyajian unsur surat. pada aspek penilaian ini mengalami peningkatan 6%. keterampilan menulis surat dinas pada aspek ketepatan ejaan darma dan kosasih (2009) mengartikan ejaan sebagai peraturan yang menyangkut huruf, kata, unsur serapan, keseluruhan sistem dan peraturan penulisan bunyi bahasa untuk mencapai keseragaman. dalam penulisan surat dinas, ketepatan ejaan harus diperhatikan dengan baik karena surat dinas termasuk surat resmi tentang hal kedinasan. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.126 628 menurut marjo (2005: 209), surat dinas merupakan surat resmi yang isinya menyangkut berbagai hal tentang kedinasan. definisi lain tentang surat dinas, di dalam kamus besar bahasa indonesia, adalah surat yang dikeluarkan oleh kantor pemerintah atau instansi atau lembaga resmi lainnya dan bebas dari biaya. dengan demikian, yang dimaksud dengan surat dinas adalah surat resmi yang dikeluarkan oleh suatu lembaga/instansi. berdasarkan hasil pengamatan pada studi pendahuluan (prasiklus), sebagian besar siswa tidak dapat menulis sebuah kata dengan ejaan yang benar. ketidaktepatan ejaan ini banyak ditemukan pada hampir setiap bagian surat. pada surat dinas siswa banyak ditemukan kesalahan penulisan huruf kapital. sebagian besar siswa tidak menggunakan huruf kapital pada penulisan nama bulan, lembaga, kota, isi perihal, tiap unsur nama orang, dll. padahal, di panduan penulisan surat dinas, huruf kapital pada penulisan nama bulan, lembaga, kota, isi perihal, tiap unsur nama orang. para siswa pada umumnya sedikit memiliki pengetahuan tentang ejaan kata yang benar. akibatnya, kata yang seharusnya diawali huruf kapital, ditulis dengan huruf kecil. begitu pula sebaliknya. selain itu, ketidaktepatan ejaan pada surat dinas terjadi pada penulisan kata depan dan kata majemuk yang tidak dipisah. padahal, di panduan penulisan surat dinas, penulisan kedua jenis kata tersebut harus dipisah. yang penulisannya tidak dipisah adalah kata berimbuhan/turunan. selain karena tidak tahu, kesalahan ejaan juga disebabkan kurang teliti/hati-hati saat menulis kata. kesalahan penulisan pada kepala surat dan lampiran juga ditemui pada hasil penulisan surat dinas siswa. penulisan kata jalan disingkat menjadi jl. sesuai puebi seharusnya ditulis lengkap. pada penulisan lampiran, kesalahan yang terjadi adalah penulisan kata lampiran ditulis lamp tanpa tanda baca apapun. padahal yang betul ditulis lengkap lampiran. sesuai pendapat mustifa (2017) yang mengatakan bahwa penulisan kata lampiran yang betul adalah ditulis secara lengkap, apabila akan disingkat harus disertai tanda baca titik. pada tahap siklus i, jumlah siswa yang memperoleh skor 4 bertambah, sedangkan jumlah siswa yang mendapat skor 2 dibandingkan dengan jumlah siswa pada studi pendahuluan (prasiklus), menandakan bahwa ada peningkatan keterampilan menulis surat dinas dari segi ketepatan ejaan. ketidaktepatan ejaan pada hasil surat dinas siswa dikarenakan pada surat dinas siswa banyak ditemukan kesalahan penulisan huruf kapital. sebagian besar siswa tidak menggunakan huruf kapital pada penulisan nama bulan, lembaga, kota, isi perihal, tiap unsur nama orang, dll. padahal, di panduan penulisan surat dinas, huruf kapital pada penulisan nama bulan, lembaga, kota, isi perihal, tiap unsur nama orang. para siswa pada umumnya tidak banyak memiliki pengetahuan tentang ejaan kata yang benar. akibatnya, kata yang seharusnya diawali huruf kapital, ditulis dengan huruf kecil. begitu pula sebaliknya. selain itu, ketidaktepatan ejaan pada surat dinas terjadi pada penulisan kata depan dan kata majemuk yang tidak dipisah. padahal, di panduan penulisan surat dinas, penulisan kedua jenis kata tersebut harus dipisah. seharusnya, yang penulisannya tidak dipisah adalah kata berimbuhan/turunan. berdasarkan temuan data, banyaknya jumlah siswa yang mendapatkan skor 4,3,2, atau 1, diperoleh total nilai 83 dengan nilai rata-rata 58 dari keterampilan menulis surat dinas siswa pada aspek ketepatan ejaan. dengan demikian, terjadi peningkatan nilai rata-rata surat dinas siswa pada aspek ketepatan ejaan, yaitu dari nilai rata-rata pada studi pendahuluan yang mencapai 54 meningkat menjadi 58 pada siklus i. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.126 629 tidak adanya siswa yang memperoleh skor 1 pada surat dinas siswa dibandingkan dengan adanya 5 siswa yang memperoleh skor 1 pada siklus i, menandakan bahwa ada peningkatan keterampilan menulis surat dinas dari segi ketepatan ejaan. ketepatan ejaan pada hasil surat dinas siswa dikarenakan pada surat dinas siswa banyak ditemukan kesalahan penulisan huruf kapital. sebagian besar siswa tidak menggunakan huruf kapital pada penulisan nama bulan, lembaga, kota, isi perihal, tiap unsur nama orang, dll. padahal, di panduan penulisan surat dinas, huruf kapital pada penulisan nama bulan, lembaga, kota, isi perihal, tiap unsur nama orang. para siswa pada umumnya tidak banyak memiliki pengetahuan tentang ejaan kata yang benar. akibatnya, kata yang seharusnya diawali huruf kapital, ditulis dengan huruf kecil. begitu pula sebaliknya. selain itu, ketidaktepatan ejaan pada surat dinas terjadi pada penulisan kata depan dan kata majemuk yang tidak dipisah. padahal, di panduan penulisan surat dinas, penulisan kedua jenis kata tersebut harus dipisah. seharusnya, yang penulisannya tidak dipisah adalah kata berimbuhan/turunan. dilihat dari perolehan skor pada rubrik penulisan surat dinas, diperoleh total nilai 108 dengan nilai rata-rata 75 dari keterampilan menulis surat dinas siswa pada aspek ketepatan ejaan. hal ini dapat membuktikan adanya peningkatan nilai rata-rata surat dinas siswa pada aspek ketepatan ejaan, yaitu dari nilai rata-rata pada siklus i yang mencapai 58 meningkat menjadi 75 pada siklus ii, maka ada peningkatan sebesar 17%. keterampilan menulis surat dinas pada aspek ketepatan penggunaan tanda baca pada siklus i, terjadi peningkatan keterampilan menulis surat dinas dari segi ketepatan penggunaan tanda baca jika dibandingkan dengan keterampilan pada tahap prasiklus. ketidaktepatan penggunaan tanda baca pada hasil surat dinas siswa dikarenakan pada surat dinas siswa banyak ditemukan kesalahan penulisan tanda titik. sebagian besar siswa tidak menggunakan tanda titik pada penulisan nomor, tanggal, lampiran, hal, alamat tujuan, dll. padahal, di panduan penggunaan tanda baca, tanda baca titik tidak digunakan di akhir nomor, tanggal, lampiran, hal, alamat tujuan, dll. para siswa pada umumnya tidak banyak memiliki pengetahuan tentang tanda baca yang benar. berdasarkan temuan data pada rubrik penilaian surat dinas pada aspek penggunaan tanda baca, diperoleh total nilai 85 dari hasil penulisan surat dinas siswa . setelah dilakukan penghitungan, diperoleh nilai-nilai rata-rata pada aspek penggunaan tanda baca, yaitu sebesar 59. berdasarkan hasil penskoran pada rubrik penilaian keterampilan menulis surat dinas, pada siklus ii diperoleh beberapa data skor siswa berkaitan dengan aspek ketepatan ejaan. surat dinas siswa yang mendapat skor 4 pada aspek ketepatan ejaan adalah sebanyak 5 siswa dari 36 siswa. surat dinas siswa yang mendapat skor 3 pada aspek ketepatan ejaan adalah sebanyak dua siswa dari 15 siswa. surat dinas siswa yang mendapat skor 3 pada aspek ketepatan ejaan adalah sebanyak dua siswa dari 16 siswa tidak ada siswa yang mendapat skor 1 pada aspek ketepatan pada surat dinas siswa banyak ditemukan kesalahan penulisan tanda titik. sebagian besar siswa tidak menggunakan tanda titik pada penulisan nomor, tanggal, lampiran, hal, alamat tujuan, dll. padahal, di panduan penggunaan tanda baca, tanda baca titik tidak digunakan di akhir nomor, tanggal, lampiran, hal, alamat tujuan, dll. para siswa pada umumnya tidak banyak memiliki pengetahuan tentang tanda baca yang benar. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.126 630 selain itu, ketidaktepatan penggunaan tanda baca pada surat dinas terjadi pada tidak digunakannya tanda baca koma setelah salam pembuka dan salam penutup, setelah kata hubung antarkalimat, dan sebelum kata hubung “tetapi”. padahal, di panduan penggunaan tanda baca koma harus digunakan pada bagian-bagian surat tersebut. hasil temuan data, ada 5 siswa yang memperoleh skor 4 pada surat dinas siswa, sedangkan pada siklus i hanya ada 1 siswa yang memperoleh skor 4. hal ini menandakan bahwa ada peningkatan keterampilan menulis surat dinas dari segi ketepatan penggunaan tanda baca. ketepatan penggunaan tanda baca pada hasil surat dinas siswa pada surat dinas siswa banyak ditemukan kesalahan penulisan tanda titik. sebagian besar siswa tidak menggunakan tanda titik pada penulisan nomor, tanggal, lampiran, hal, alamat tujuan, dll. padahal, di panduan penggunaan tanda baca, tanda baca titik tidak digunakan di akhir nomor, tanggal, lampiran, hal, alamat tujuan, dll. para siswa pada umumnya tidak banyak memiliki pengetahuan tentang tanda baca yang benar. selain itu, ketidaktepatan penggunaan tanda baca pada surat dinas terjadi pada tidak digunakannya tanda baca koma setelah salam pembuka dan salam penutup, setelah kata hubung antarkalimat, dan sebelum kata hubung “tetapi”. padahal, di panduan penggunaan tanda baca koma harus digunakan pada bagian-bagian surat tersebut. temuan data pada siklus ii, diperoleh total nilai sebesar 108, dengan nilai rata-rata 75 dari keterampilan menulis surat dinas siswa pada aspek ketepatan penggunaan tanda baca. hal ini merupakan bukti dari adanya peningkatan nilai rata-rata surat dinas siswa pada aspek ketepatan penggunaan tanda baca, yaitu dari nilai rata-rata pada siklus i yang mencapai 59 meningkat menjadi 75 pada siklus ii. pada aspek ketepatan tanda baca ini terjadii peningkatan 16%. keterampilan menulis surat dinas pada aspek kesesuaian pilihan kata berdasarkan hasil pengamatan pada studi pendahuluan (prasiklus), sebagian besar siswa tidak tepat dalam memilih kata yang sesuai untuk sebuah surat dinas. ketidaktepatan dalam memilih kata yang sesuai ini banyak ditemukan pada bagian pembuka surat, isi surat, dan penutup surat. pada surat dinas siswa masih ditemukan kata-kata yang kurang sesuai untuk digunakan dalam surat dinas. kata-kata tersebut diantaranya adalah digunakannya kata ganti “anda”. penggunaan kata “anda” kurang sesuai untuk digunakan oleh pengirim surat yang usianya lebih muda dibandingkan dengan usia orang yang dituju dalam surat. kata ganti tersebut dapat digunakan jika pengirm surat statusnya lebih tinggi atau sederajat dengan orang akan dikirimi surat. kata ganti “anda” ini setara dengan kata ganti “saudara”. kata ganti yang dapat digunakan untuk orang yang lebih tinggi statusnya daripada yang mengirim surat adalah kata “bapak/ibu”. selain itu, pada bagian penutup surat ditemukan penggunaan kata yang kurang sesuai untuk surat dinas. kata-kata yang digunakan tersebut adalah kata-kata banyak terima kasih dan kata ganti “nya”. surat dinas merupakan jenis surat resmi yang harus efisien dalam pemilihan kata. kata “banyak” merupakan kata yang memiliki makna berlebihan sehingga kurang sesuai untuk digunakan dalam surat dinas. begitu pula dengan kata ganti “nya”. kata ganti ini tidak sesuai digunakan pada surat dinas yang ditujukan untuk orang yang statusnya lebih tinggi dari si pengirim. kata ganti “nya” seharusnya diganti dengan kata ganti “bapak, ibu, atau saudara”. penggunaan kata ganti tersebut ditujukan untuk menghormati orang yang vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.126 631 dikirimi surat, yang status sosial maupun usianya lebih tinggi atau lebih tua daripada si pengirim surat. pada surat dinas siswa ditemukan penggunaan kata ganti “anda” untuk surat dinas yang ditujukan kepada seseorang yang status sosialnya lebih tinggi dari si pengirim. penggunaan kata “anda” kurang sesuai untuk digunakan oleh pengirim surat yang usianya lebih muda dibandingkan dengan usia orang yang dituju dalam surat. kata ganti tersebut dapat digunakan jika pengirm surat statusnya lebih tinggi atau sederajat dengan orang akan dikirimi surat. kata ganti “anda” ini setara dengan kata ganti “saudara”. kata ganti yang dapat digunakan untuk orang yang lebih tinggi statusnya daripada yang mengirim surat adalah kata “bapak/ibu”. selain itu, pada bagian penutup surat ditemukan penggunaan kata yang kurang sesuai untuk surat dinas. kata-kata yang digunakan tersebut adalah kata-kata banyak terima kasih dan kata ganti “nya”. surat dinas merupakan jenis surat resmi yang harus efisien dalam pemilihan kata. kata “banyak” merupakan kata yang memiliki makna berlebihan sehingga kurang sesuai untuk digunakan dalam surat dinas. begitu pula dengan kata ganti “nya”. kata ganti ini tidak sesuai digunakan pada surat dinas yang ditujukan untuk orang yang statusnya lebih tinggi dari si pengirim. kata ganti “nya” seharusnya diganti dengan kata ganti “bapak, ibu, atau saudara”. penggunaan kata ganti tersebut ditujukan untuk menghormati orang yang dikirimi surat, yang status sosial maupun usianya lebih tinggi atau lebih tua daripada si pengirim surat. paparan di atas sesuai dengan pendapat indri (2015) yang mengatakan bahwa kata yang seharusnya digunakan dalam surat dinas adalah kata yang mengandung kesesuaian, keumuman, dan kesantunan. yang dimaksud dengan kesesuaian adalah kata yang dipilih berdaya guna, jelas dan tidak mengandung keberlebihan. selanjutnya, keumuman mengandung arti bahasa yang digunakan dapat diterima secara umum. kesantunan dapat diartikan bahwa kata yang dipilih tidak menimbulkan ketersinggungan atau melanggar etika kesopanan. berdasarkan temuan data pada siklus ii diperoleh total nilai sebesar 126 dengan nilai rata-rata 87,5 dari keterampilan menulis surat dinas siswa pada aspek kesesuaian kata. hal ini dibuktikan dari adanya peningkatan nilai rata-rata surat dinas siswa pada aspek kesesuaian kata, yaitu dari nilai rata-rata pada siklus i yang mencapai 84 meningkat menjadi 87,5 pada siklus ii. pada aspek kesesuaian pilihan kata mengalami peningkatan sebesar 3,5%. keterampilan menulis surat dinas pada aspek keefektifan kalimat berdasarkan hasil pengamatan pada studi pendahuluan (prasiklus), sebagian besar siswa menggunakan kata yang kurang efektif dalam surat dinasnya. penggunaan kata yang tidak efektif menyebabkan ketidakefektivan pada kalimat. ketidaktefektifan penyusunan kalimat masih banyak ditemukan pada bagian pembuka surat, isi surat, dan penutup surat. pada surat dinas siswa masih ditemukan kata-kata yang kurang efektif . kata-kata yang kurang efektif ini adalah kata-kata yang mengandung keberlebihan. pada penutup surat, ditemukan penggunaan kata yang mengandung keberlebihan dalam surat dinas siswa, diantaranya penggunaan kata ganti “nya” pada kalimat” atas kesediaannya bapak”. kata ganti tersebut seharusnya tidak perlu digunakan karena “nya” pada kalimat itu tidak menggantikan kata apa pun. selain itu, pada bagian pembuka ataupun penutup surat ditemukan penggunaan kata yang kurang efektif. kata ”para” dipadukan dengan siswa-siswi. hal tersebut dikatakan tidak efektif karena kata “siswa-siswi sudah bermakna ‘banyak’, tidak perlu dipadukan dengan kata vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.126 632 “para”. begitu pula penggunaan kata “agar”, tidak perlu dipadukan dengan kata “supaya” karena kedua kata tersebut sama-sama memiliki makna ‘tujuan’. berdasarkan hasil penskoran pada rubrik penilaian keterampilan menulis surat dinas pada siklus i, diperoleh beberapa data skor siswa berkaitan dengan aspek keefektifan kata. surat dinas siswa yang mendapat skor 4 pada aspek keefektifan kata adalah sebanyak 3 siswa dari 36 siswa. surat dinas siswa yang mendapat skor 3 pada aspek keefektifan kata adalah sebanyak 29 siswa dari 36 siswa. yang mendapat skor 2 pada keefektifan kata, sebanyak 4 siswa dari 36 siswa. yang mendapat skor 1 pada keefektifan kata, tidak ditemukan. pada siklus i, jumlah siswa yang memperoleh skor 4 semakin banyak jika dibandingkan dengan jumlah siswa pada studi pendahuluan (prasiklus). hal ini menandakan bahwa ada peningkatan keterampilan menulis surat dinas dari segi keefektifan kalimat. yaitu dari nilai rata-rata pada studi pendahuluan yang mencapai 64,5 meningkat menjadi 74 pada siklus i. temuan di siklus ii diperoleh beberapa data skor siswa berkaitan dengan aspek keefektifan kata. surat dinas siswa yang mendapat skor 4 pada aspek keefektifan kalimat adalah sebanyak 10 siswa dari 36 siswa. hal tersebut menunjukkan bahwa ada 10 surat yang sudah berhasil menggunakan kata secara efektif. surat dinas siswa yang mendapat skor 3 pada aspek keefektifan kalimat adalah sebanyak 22 siswa dari 36 siswa. yang mendapat skor 2 pada aspek keefektifan kalimat adalah sebanyak 4 siswa dari 36 siswa. terakhir, yang mendapat skor 1 pada aspek keefektifan kata, tidak ditemukan. tidak ditemukannya hasil siswa yang mendapat skor 1 tersebut mengindikasikan siswa sudah mulai terampil dalam menyusun kalimat efektif. ketidakefektivan kalimat pada hasil surat dinas siswa dikarenakan pada surat dinas siswa masih ditemukan kata-kata yang kurang efektif . kalimat yang kurang efektif ini karena mengandung keberlebihan kata. pada penutup surat, ditemukan penggunaan kalimat yang mengandung keberlebihan dalam surat dinas siswa, diantaranya penggunaan kata banyakbanyak pada kalimat” kami mengucapkan banyak-banyak terima kasih”. kata “banyakbanyak” tersebut seharusnya tidak perlu digunakan karena penggunaan satu kata banyak saja sudah cukup. selain itu, pada bagian pembuka ataupun penutup surat ditemukan penggunaan kata yang kurang efektif. kata ”para” dipadukan dengan siswa-siswi. hal tersebut dikatakan tidak efektif karena kata “siswa-siswi sudah bermakna ‘banyak’, tidak perlu dipadukan dengan kata “para”. begitu pula penggunaan kata “agar”, tidak perlu dipadukan dengan kata “supaya” karena kedua kata tersebut sama-sama memiliki makna ‘tujuan’. berdasarkan temuan data pada rubrik penilaian menulis surat dinas, diperoleh total nilai dari keterampilan menulis surat dinas siswa pada aspek keefektifan kalimat. total nilai didapat dengan cara mengalikan jumlah siswa dengan skor, lalu hasilnya ditambahkan. setelah dilakukan penghitungan, diperoleh total nilai pada aspek keefektifan kalimat sebesar 114, dengan nilai rata-rata 79. berdasarkan hasil nilai rata-rata surat dinas tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan menulis surat dinas dilihat dari aspek keefektifan kalimat yang disusun. hal ini dibuktikan dari adanya peningkatan nilai rata-rata surat dinas siswa pada aspek keefektifan kalimat, yaitu dari nilai rata-rata pada siklus i yang mencapai 74 meningkat menjadi 79 pada siklus ii, terjadi peningkatan 5%. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.126 633 simpulan minat siswa dalam pembelajaran menulis surat dinas meningkat dari siklus i ke siklus ii. pada siklus i, minat siswa sebesar 75,2%, sedangkan pada siklus ii meningkat menjadi 87,5%. peningkatan minat siswa ini dilihat berdasarkan adanya peningkatan perhatian, ketertarikan, dan keikutsertaan. pada sikap perhatian terjadi peningkatan 11%, pada sikap ketertarikan terjadi peningkatan 12,5%, serta pada sikap keikutsertaan terjadi peningkatan 13%. keterampilan menulis surat dinas dengan media “terberes" meningkat dari siklus i ke siklus ii. rata-rata nilai keseluruhan aspek penilaian keterampilan menulis surat dinas pada siklus i adalah 75,6, sedangkan rata-rata nilai keseluruhan aspek penilaian keterampilan menulis surat dinas pada siklus ii adalah 84,5. peningkatan keterampilan menulis surat dinas siswa dilihat berdasarkan adanya peningkatan nilai pada tiap aspek penilaian keterampilan menulis surat dinas, yaitu kelengkapan unsur surat, kesistematisan penyajian, ketepatan ejaan, ketepatan penggunaan tanda baca, kesesuaian pilihan kata, dan keefektifan kalimat. daftar rujukan arsyad, azhar. 2013. media pembelajaran. jakarta:rajawali press bahri, syaiful djamarah. 2008. psikologi belajar. jakarta : pt. rineka cipta finoza, lamuddin. 2009. aneka surat sekretaris dan bisnis indonesia. jakarta:diksi insan mulia genesis, tim litbang kebahasaan. 2016. pedoman umum ejaan bahasa indonesia. yogyakarta:frasa lingua makmun, khairani. 2013. psikologi belajar. yogyakarta: aswaja pressindo marjo, y.s. 2005. surat-surat lengkap. jakarta:setia kawan press rofi’uddin. 2002. metode penelitian kualitatif dalam pengajaran bahasa indonesia. malang: fakultas sastra um sadiman. 2009. media pendidikan.jakarta: pt raya grafindo persada sanjaya, w. 2009. penelitian tindakan kelas. jakarta: kencana prenada media group. saraswati, indri. 2015. mahir membuat surat dinas dalam sekejap. yogyakarta:laksana slameto. 2010. belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. jakarta : pt. rineka cipta soedjito. 1994. surat menyurat resmi bahasa indonesia. bandung: remaja rosdakarya. sukardi. 2003. bimbingan dan penyuluhan belajar di sekolah. bandung : usaha nasional sujanto, agus. 2004. psikologi umum. jakarta: pt. rineka cipta sutejo. 2009. cara mudah menulis ptk: mencari akar dan sukses belajar. yogyakarta : pustaka felicha yamin, m. 2007. kiat membelajarkan siswa. jakarta: gaung persada press zainal, e.a.1996. penggunaan bahasa indonesia dalam surat dinas. jakarta: akademika pressindo harsiati, titik dkk. 2016. bahasa indonesia untuk smp/mts kelas viii. jakarta: erlangga mustifa, ana y. 2017. mahir berbahasa indonesia untuk smp/mts kelas vii. jakarta: erlangga kemendikbud. 2016. pedoman umum ejaan bahasa indonesia (puebi). jakarta: badan pengembangan dan pembinaan bahasa microsoft word 16-noviya.docx vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.124 712 received : 23-03-2021 revised : 21-04-2021 published : 08-05-2021 penggunaan media lagu dalam pembelajaran mufradat di tingkat madrasah aliyah noviya ekasanti man 1 mojokerto, jawa timur, indonesia noviyaekasanti@gmail.com abstrak: tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan media lagu dalam pembelajaran bahasa arab, terlebih untuk menguasai kosakata bahasa arab di madrasah aliyah (ma). peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas (ptk) yang terdiri dari dua siklus yang masing-masing siklus meliputi 3 tahap, yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan dan observasi, dan 3) refleksi. adapun teknik pengumpulan data yaitu tes dan non tes. sedangkan instrumen penelitian berupa pre-test , post-tes dan observasi. teknik analisis deskriptif komparatif digunakan untuk membandingkan hasil belajar pra siklus, siklus i dan siklus ii. adapun hasil dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa pembelajaran mufradat dengan menggunakan media lagu dapat digunakan sebagai media pembelajaran alternatif dan sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan bukti adanya peningkatan hasil belajar peserta didik mulai dari kondisi awal (pra siklus) sebesar 21,05% dari peserta didik yang nilainya sesuai dengan kkm, kemudian siklus pertama meningkat menjadi 28,95% dan akhirnya pada siklus kedua meningkat drastis menjadi 89,48%. hal tersebut sesuai dengan indikator keberhasilan yaitu minimal 75% dari capaian belajar, dan pembelajaran ini dikatakan berhasil. kata kunci: media lagu; pembelajaran mufrodat; madrasah aliyah abstract: the purpose of this study was to determine the application of the song media in learning arabic, especially in vocabulary mastery of madrasah aliyah (ma) students. this research uses classroom action research (ptk) which consists of two cycles, each of which includes 3 stages, namely 1) planning, 2) implementation and observation, and 3) reflection. the data collection techniques are test and nontest. while the research instruments were pre-test, post-test and observation. researchers used a comparative descriptive analysis technique by comparing the learning outcomes of pre-cycle, cycle i and cycle ii. the results showed that mufradat learning using song media can be used as an alternative learning media and is very effective for improving student learning outcomes with evidence of an increase in student learning outcomes starting from the initial conditions (pre-cycle) of 21.05% which is in accordance with the kkm, then the first cycle increased to 28.95% and finally in the second cycle increased dramatically to 89.48%. this is in accordance with the indicators of success, namely at least 75% of learning outcome, and this learning is successful. keywords: song media; vocabullary learning; islamic senior high school vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.124 713 pendahuluan berdasarkan keluhan para peserta didik tentang kesulitan mereka dalam menguasai bahasa arab dan rendahnya prestasi belajar dalam evaluasi pembelajaran, baik ulangan harian maupun ulangan semester yang telah dilampaui. data nilai menujukkan bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik sangat rendah. hasil belajar yang belum tuntas sesuai standar minimal ada 30 peserta didik 78,95% dengan perincian 27 peserta didik (71,05%) menunjukkan predikat kurang dan 3 peserta didik (7,90%) mendapat predikat sangant kurang, sedangkan yang tuntas sesuai standar minimal berjumlah 8 peserta didik (21,05 %) dengan perincian 6 peserta didik ( 15,79%) mendapat predikat baik serta 2 peserta didik (5,26%) mendapatkan predikat sangat baik dari jumlah keseluruhan 38 peserta didik kelas x mipa1 man 1 mojokerto tahun pelajaran 2016-2017. dalam bukunya sanjaya (2011:139) menuturkan bahwa kualitas hasil belajar yang rendah ditandai dengan pencapaian prestasi belajar yang belum sesuai standar kompetensi minimal kurikulum. pencapaian kompetensi merupakan perpaduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terefleksi dalam kehidupan sehari hari. walaupun fakta yang ada merupakan cita cita yang belum sepenuhnya terwujud. peneliti mengidentifikasi beberapa madrasah yang memberikan pelajaran bahasa arab sebagai ciri khas mereka. diketemukan fakta bawasannya mayoritas peserta didik belum berminat terhadap bahasa arab itu sendiri. beberapa faktor yang mempengaruhi minat siswa tersebut karena inovasi dan kretivitas guru sangat monoton dalam penggunaan metode dan media pembelajaran mufrodat. mayoritas guru masih menggunakan metode dan media tetap tidak berubah ubah bahkan itu yang membuat mufrodat cenderung cepat hilang dari memori. adapun faktor utama rendahnya minat peserta didik adalah karena kesulitan dalam menguasai kosakata bahasa arab sehingga berakibat pada kesulitan mengetahui isi pertanyaan yang dimaksud dalam sebuah pertanyaan, padahal kita semua memahami arti kosakata dalam penguasaan sebuah bahasa itu sendiri. akibatnya peserta didik mengalami kesulitan dalam menjawab soal dengan benar, hingga prestasi mereka menunjukkan kualitas yang rendah. metode yang monoton dan kurangnya penerapan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif membuat peserta didik merasa bosan dan kurang tertarik saat mengikuti proses pembelajaran, hal ini menjadi faktor penghambat utama. sadiman ( 2001: 89) menyatakan bahwa di dalam suatu pembelajaran sangat dibutuhkan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik. maka peneliti memilih media lagu untuk membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan menarik sehingga menjadi daya tarik untuk meningkatkan motivasi belajar sekaligus meningkatkan prestasi hasil belajar peserta didik. ada beberapa penelitian terkait seperti yang dilaksanakan rahmat ari wibowo (2018) tujuan penelitian 1). dalam menggambarkan penerapan lagu berbahasa inggris untuk meningkatkan kemapuan berbahasa inggris dan memperkaya perbendaharaan kata (vocabulary). 2. mengidentifikasi peningkatkan kemapuan berbahasa inggris dan perbendaharaan kata (vocabulary) setelah menggunakan metode lagu.metode penelitian kualitatif deskriptif dengan populasi dalam penelitian ini adalah 550 taruna dari akademi pelayaran (atp) veteran semarang. sampel jurusan teknik elektro kapal (tlk) yang berjumlah 36. adapun hasil analisis dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut 1) aplikasi lagu bahasa inggris untuk meningkatkan dan memperkaya kemampuan berbicara bahas inggris . 2) membuktikan bahwa media lagu untuk meningkatkan kemampuan berbahasa inggris dan memperkaya kosakata tersebut sangat efektif. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.124 714 ika khoirun (2020) tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penerapan metode bernyanyi dalam meningkatkan penguasaan kosa kata bahasa arab di mts ma’arif nu 07 purbolinggo. penelitian ini adalah penelitian kualitatif. adapun subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan siswa. peneliti menentukan alat untuk memperoleh data dalam penelitiannya ini dengan metode wawancara, metode observasi dan dokumentasi. kemudian untuk menganalisa data, peneliti menggunakan analisis deskriptif untuk menyajikan data. analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode bernyanyi di mts ma’arif nu 07 purbolinggo dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai kosa kata bahasa arab. hal ini dapat dilihat dari hafalan nyanyian yang mana lirik lagunya sudah diganti dengan kosakata bahasa arab untuk membuat siswa lebih antusias, komunikasi menjadi aktif dan interaktif. dari beberapa penelitian terdahulu, persamaannya adalah menggunakan media lagu sebagai pilihan solusi untuk meningkatkan prestasi belajar, namun objek materialnya berbeda dalam keterampilan menulis dan kosa kata bahasa arab. dalam penelitian ini, peneliti membahas media lagu untuk peningkatan penguasaan kosa kata bahasa arab. melalaui pembuktian dari beberapa penelitian sebelumnya, peneliti melihat bahwa media ini sangat efektif diterapkan pada mata pelajaran umum, kebanyakan media ini digunakan efektif untuk kelas tingkat dasar baik tk atau sd, dan peneliti ingin mengetahui kefektifan media ini untuk kelas menengah atas. peneliti menrapkan media tersebut untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menguasai mufradat bahasa arab, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil prestasi peserta didik yang signifikan. peneliti beranggapan bahwa media lagu ini sangat efektif dalam pembelajaran bahasa arab terlebih jika diterapkan pada materi penguasaan kosakata pada tingkat atas (ma). melalui media lagu, peserta didik akan terlibat aktif dalam pembuatan lirik lagu yang pas untuk irama lagu pilihan mereka. dengan media tersebut, peserta didik akan lebih mudah menghafal bahkan menguasai mufradat tanpa mereka sadari. karena salah satu kelebihan dari media ini adalah nada yang menarik dan menenangkan hati serta memunculkan rasa gembira ketika melafalkannya, dengan menekankan aspek refleksi daya ingat. jadi bila media ini digunakan dalam penguasaan mufradat sangat cocok sekali, dan hafalan kosakata peserta didik bisa bertahan lebih lama dalam memori mereka. kajian teori media lagu media lagu merupakan media yang banyak dipergunakan peserta didik kelas bawah yaitu pendidikan dasar. media ini termasuk klasik namun tetap asyik sebagai solusi praktis yang efektif utnuk meningkatkan hasil belajar bahasa arab dalam proses penguasaan kosakata. menurut aizid (2011:17) menuturkan bahwa lagu atau musik mampu meningkatkan kecerdasan intelegensi karena rangsangan ritmis berfungsi meningkatkan kerja otak manusia, dengan mengaktifkan saraf-saraf otak serta menciptakan perasaan tenang untuk mendukung kerja otak menjadi lebih optimal. mendengarkan lagu dapat meningkatkan kemampuan berbahasa, kreativitas, konsentrasi, dan daya ingat. adapun dalam ungkapan nurhayati (2012: 3-4 ) bahwa lagu merupakan sumber bahasa yang otentik. hampir tak ada batasan waktu dalam menggunakannya sebagai media untuk mengajar. lagu memperkuat motivasi peserta didik selama proses pembelajaran dan menjadi lebih sensitif terhadap bunyi. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.124 715 nurhayati (2009: 278), juga menguatkan bahwa lagu merupakan media serba guna untuk pembelajaran bahasa. seluruh fitur yang terdapat pada lagu bisa dimanfaatkan untuk sebuah pembelajaran berbagai objek kajian. semua skill berbahasa (istima’, qiroah, kitabah, dan kalam) dapat diajarkan dengan menggunakan lagu. lagu merupakan media alternatif untuk memfasilitasi pembelajaran bahasa, karena struktur kalimat dalam lagu memiliki sejumlah kelebihan. menurut brewster dkk (2002:162) seorang pakar sekaligus praktisi di bidang bahasa menyatakan bahwa banyak sekali keuntungan dan kelebihan penggunaan lagu sebagai learning resource. pertama, linguistic resource. lagu mejadi media pengenalan dan penguatan tata bahasa dan kosakata. selain itu, lagu juga mepresentasikan bahasa dalam kemasan baru yang lebih menyenangkan secara alamiah. pemanfaatannya sangat tepat untuk mengembangkan semua keterampilan bahasa secara integratif. kedua, affective/psychological resource. lagu meningkatkan motivasi peserta didik sekaligus menumbuhkan minat positif terhadap aktivitas apapun. lagu bukanlah hal yang menakutkan atau mengancam bagi peserta didik. sebaliknya, lagu bisa membantu meningkatkan rasa percaya diri peserta didik. sebagai bukti bahwa mereka sudah menguasai kosa kata bahasa arab. ketiga, cognitive resource. lagu mampu meningkatkan daya ingat, konsentarsi juga koordinasi. peserta didik menjadi lebih sensitif terhadap tanda rima sebagai alat bantu untuk memaknai makna. keempat, culture resource dan social resource. lagu memberi manfaat yang luar biasa dalam pembelajaran lafdziyah seperti makhorijul huruf, lahjah, intonasi. kesemuanya itu bisa dilatih secara natural melalui lagu. 1) kelebihan media lagu lagu bisa menjadi sumber pembelajaran alternative, mampu meningkatkan kreatifitas guru dan peserta didik, pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan karena lagu, kita juga meyakini bahwa lagu bisa menjadi stimulus untuk memotivasi peserta didik agar lebih focu, serta dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dari segi keilmuan dan kesenian budaya. 2) kekurangan media lagu jika media lagu dilakukan tanpa dibarengi metode dan tehnik pembelajaran lainnya maka proses pembelajaran akan menjadi monoton, karena lagu digunakan hanya sebagai media penyampaian dan harus didukung dengan pendekatan komunikatif lainnya. media lagu ini kurang efektif untuk anak yang pendiam atau tidak suka bernyayi, karena mereka lebihmenyukai suasana yang sunyi dalam belajar. sebelum menggunakan lagu sebagai media belajar, sebaiknya kita perhatikan beberapa hal sesuai saran brewster yaitu : a. buatlah konteks dengan menjelaskan tujuan serta latar belakang informasi. b. ajarkan terlebih dahulu kosakata terkait tema dengan alat bantu visual, aksi/ gerakan, realiata, miniature, atau replika dst. c. perdengarkan lagu sehingga peserta didik faham dengan irama dan nada. d. lakukan kegiatan imla’ lanjutan e. perhatikan makhorijul huruf, intonasi, lahjah dst (stressed words or syllables). f. ajak peserta didik untuk menyimak, mengulangi, dan berlatih menyanyikan lagu itu. g. beri catatan tertulis teks lagu. peserta didik memilih lagu yang tepat lalu mengubah lirik lagu sesuai dengan versi mereka sendiri, peserta didik bisa menyimak dan menyusun kata-kata terkait tema. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.124 716 h. ajak peserta didik untuk membandingkan bahasa dengan tipe sejenis bahasa ibu. i. menampilkannya secara bersama, individu, kelompok, dan berpasangan. menurut bonnie macmilan (2004 :7) sebenarnya manfaat menyanyi sangat banyak yaitu: (a) memperkenalkan suara sebagai bunyi, (b) memperbaiki pengucapan kata, (c) meningkatkan kemampuan berbahasa, termasuk perbendaharaan kata, kemampuan berekspresi dan kelancaran berkomunikasi, (d) membantu anak dalam pendengaran, ingatan dan hafalan, mengintegrasikan dan menghasilkan bahasa dalam bentuk bunyi, (e) pengembangan kemampuan mahir berbahasa, (f) sebagai alat dan media pembelajaran, dan (g) peneguhan eksistensi keberadaan diri seseorang. pembelajaran mufradat pembelajaran merupakan proses pemerolehan suatu hal tertentu dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. sedangkan istilah mufrodat merupakan kata berbahasa arab untuk mewakili makna kosa kata dalam bahasa indonesia. hal ini seiring dengan pendapat m abdul hamid, dkk (2016) memberikan konsep bahwa mufrodat adalah unsur terkecil yang dapat berdiri sendiri dan sebagai unsur utama penyusunan kalimat. memahami mufodat mempunyai makna mempelajari suatu bahasa tertentu. dan menurut ahmad efendi (2012) kosa kata dapat dibedakan dengan makna konotatif dan denotative. selain itu mufrodat bermakna entitas bagian dari bahasa terkait yang dapat diperoleh dengan beberapa cara tertentu paparan henry guntur tarigan (1986) “penguasaan kosa kata adalah hal yang mutlak dilakukan untuk pemerolehan bahasa, karena kosakata disusun menjadi suatu kalimat yang bermakna dan dapat difahami lawan bicara. hal ini merupakan dasar dalam pembelajaran bahasa dan merupakan syarat pokok untuk bisa berbahasa. karena bahasa seseorang tergantung pada kualitas dan kuantitas kosakata yang dimiliki. pengetahuan dengan kualitas yang terstandart dalam bahasa arab meliputi kata benda (isim), kata kerja ( fiil), dan kata selain keduanya (huruf) yang didukung dengan kemampuan ilmu sharaf dan nahwu dalam struktur untuk merangkai kalimat dengan tepat. adapun kuantitas merupakan banyaknya bilangan kosakata yang dimiliki seseorang untuk berkomunikasi dalam berbagai bidang kehidupan. dan saat ini, kemampuan peserta didik dalam penguasaan mufradat ini memang bergantung pada model, media, serta metode yang digunakan oleh guru bahasa. hal ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh pendidik, baik orang tua atau guru dalam pembelajaran yang berkaitan dengan usaha mereka untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. dimyati (1999) sedangkan penguasaan kosakata adalah berbagai upaya dan usaha dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk memberikan konsep dasar bahasa berupa kosakata berbahasa arab agar mereka mahir berkomunikasi baik lisan ataupun tulisan. pembelajaran mufradat merupakan unsur bahasa secara keseluruhan, karena mufradat merupakan komponen dasar bahasa. pembelajaran bahasa arab sebagai bahasa asing memiliki beberapa macam metode, di antara metode tersebut adalah: (1) metode mubasyaroh, dalam penerapan metode ini guru langsung menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar. jika terdapat kata-kata yang sulit, maka guru menjelaskan dengan media alat peraga, gerak tubuh, gambar dan lain-lain. (2) metode syafawiyah, metode ini adalah hampir sama dengan metode phonetic dan reform method, tetapi pada oral method penerapan bahasa difokuskan pada latihan-latihan lisan sehingga terbiasa berbicara lancar (fluently), serasi dan vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.124 717 spontan. (3) metode qira’ah, implementasi metode ini dengan membagi teks bacaan dengan adanya pendahuluan daftar kata dan diajarkan berdasarkan konteks, terjemahan atau gambargambar terkait tema. (4) metode qowaid wa tarjamah, kombinasi antara gramatika dan terjemah ini merupakan hafalan struktur dalam tata bahasa, penterjemahan kosa kata tanpa konteks, kemudian penterjemahan teks pendek dan penafsiran. sangat jarang diberikan latihan lisan, kecuali jika sangat diperlukan .(5)metode mim-mem, implementasi metode tidak terkait dengan nahwu atau drill gramatika, hanya menggunakan metode langsung mengikuti guru atau native informan. ada beberapa cara untuk mengukur kemampuan kosa kata yang dimiliki seseorang dengan cara fahmul masmu’. drill ( mumaarosah), memberikan tarooduf (persamaan kata), menanyakan tadzooodz ( lawan kata),menuangkan cerita, komunikasi lisan atau tulisan dll.hal ini menunjukkan bahwa penguasaan kosa kata merupakan mendasar dalam belajar suatu bahasa. maka penulis menyimpulkan bahwa bahwa belajar mufrodat adalah menguasai kosa kata mulai dari cara melafalkan, makna, dan bagaimana cara penggunaan dalam kalimat dengan tepat. metode dalam penelitian ini, pemilihan metode berfokus pada penelitian tindakan kelas (ptk ). adapun instrument pengumpulan data adalah observasi, pretest dan post tes. kemudian peneliti mengamati proses berupa aktifitas peserta didik dalam pembelajaran mufrodat dengan penerapan media lagu untuk melihat seberapa besar peningkatan kemampuan hasil belajar peserta didik. objek penelitian ini adalah kelas kelas x mipa 1 man 1 mojokerto tahun pelajaran 2016-2017, dengan jumlah peserta didik 38 peserta didik dengan rincian 3 laki laki dan 35 perempuan yang homogen dalam bidang science. penelitian ini dilaksanakan pada pembelajaran kosa kata atau mufrodat pada semester 2 pada tahun 2016/2017. dan ba bisa dipublikasikan saat ini dengan beberapa perbaikan. penuli menyajikan prosedur penelitian dengan dua siklus yang sudah menjadi ciri dari penelitian tindakan kelas sebagai berikut : siklus 1 1. perencanaan identifikasi masalah dilakukan oleh peneliti kemudian metetapkan solusi untuk pemecahan masalah yaitu media lagu, setelah itu peneliti menyusun rencana pembelajaran yang sesuai ki-kd dan indikator lengkap dengan langkah langkah pembelajaran untuk 2 kali pertemuan serta mempersiapkan sumber, bahan, dan media untuk membantu dalam proses pembelajaran,dengan menunjuk patner dalam penelitian untuk melaksanakan observasi proses pembelajaran. 2. tindakan peneliti menerapkan proses tindakan sesuai dengan rencana pembelajaran dengan member kesempatan kepada peserta didik untuk memilih lagu kegemaran mereka . peserta didik menuliskan semua kosa kata dan meramgkai kegiatan ini sesuai dengan rpp yang telah dibuat. 3. pengamatan /pengambilan data kegiatan pembelajaran yang diamati oleh observer dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan peneliti juga melakukan pengamatan kepada aktivitas peserta didik sebagai data dan juga memberikan berupa posttest kepada peserta didik. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.124 718 4. refleksi pemerolehan data dari proses pelaksanaan dan hasil evaluasi dalam pembelajaran, setelah pengamatan dilakukan, hasil yang didapat dievaluasi dengan diskusi untuk refleksi dan mendapatkan indikasi permasalahan kemudian mencari solusi yang tepat untuk perbaikan hasil yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. siklus 2 1. perencanaan setelah peneliti melakukan identifikasi masalah pada siklus 1 dan menetapkan solusi untuk rencana pembelajaran selanjutnya dengan menggunakan media lagu untuk pembelajaran siklus 2, beberapa perbaikan dilakukan berdasarkan pada hasil diskusi dan refleksi pada siklus 1 2. tindakan peneliti melaksanakan tindakan dalam proses pembelajaran dengan revisi berdasarkan refleksi siklus 1. hal ini dikarenakan hasil belajar peserta didik siklus 1 mengalami kenaikan tipis, dan masih ada 27 peserta didik yang masih belum sesuai dengan ketuntasan minimal, maka tindakan harus diulang kembali dengan solusi yang disesuaikan. 3. pengamatan/pengambilan data pengamatan kedua dilakukan pada proses pembelajaran dengan format observasi yang sudah disesuaikan dan menilai peserta didik melalui posttest. 4. refleksi setelah proses pengamatan selesai, evaluasi data pada siklus 2 dilakukan untuk refleksi, peneliti dan observer menganalisa data yang diperoleh pada siklus 1 dan 2 baik pengamatan terhadap aktivitas selama proses pembelajaran dan hasil posttest. pengumpulan data metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan instrument berupa observasi, tes, dan data. untuk melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi.sedangkan tes digunakan untuk menilai aspek kognitif yang berupa skor tes sebagai hasil belajar peserta didik. tes yang digunakan adalah berupa tes tulis dengan soal essay. tes selalu diberikan pada akhir pertemuan di setiap siklus. peneliti berharap adanya kenaikan yang signifikan sesuai indikator keberhasilan minimal 10% dari siklus i. kriteria keberhasilan penelitian ini dari proses dan hasil pemerolehan dalam posttest serta peran aktif mereka dalam pembelajaran. adapun kriteria hasil penelitian tentang aktivitas dan hasil belajar sebagai berikut: tabel 1. kriteria aktivitas peserta didik no nilai kriteria 1 < 59 kurang 2 60 – 75 sedang 3 76 – 89 baik 4 90 – 100 baik sekali vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.124 719 tabel 2. kriteria hasil belajar peserta didik no. nilai kriteria 1 < 59 kurang 2 60 – 69 sedang 3 70 – 89 baik 4 90 – 100 baik sekali pembahasan dan hasil peneliti membahas hasil penelitian yang dilakukam di kelas x mipa1 man 1 mojokerto tahun pelajaran 2016/2017. hal tersebut membuktikan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik yag meningkat dalam bilangan yang kecil dalam penguasan mufradat yang dilakukan pada siklus 1, namun pada siklus 2 mengalami kenaikan yang cukup besar. adapun paparan data peningkatan hasil belajar bisa kita lihat dengan data berikut : kondisi awal (pra siklus) berdasarkan nilai ulangan harian dan nilai pas disini disebut kondisi awal/pra siklus ini belum diterapkan pembelajaran dengan media lagu. peneliti mengidentifikasi hasil belajar dan keaktifan peserta didik yang berada pada presentase yang rendah. data ini membuktikan nilai pas yang rendah disajikan pada tabel berikut: tabel 3. hasil belajar peserta didik dalam penilaian akhir semester no kategori nilai kondisi awal 1 belum tuntas sesuai kkm ˂ 75 78.95% (30 peserta didik) 2 tuntas sesuai kkm ≥ 75 21,05% (8 peserta didik) 3 nilai tertinggi 95.00 4 nilai terendah 38,75 5 rerata 48,03 6 nilai = kkm 15,79 (6 peserta didik) 7 nilai ˃ kkm 5,26% (2 peserta didik) 8 nilai ˂ kkm 7,90% (3 peserta didik) melalui tabel tersebut, peneliti menyajikan kondisi awal peserta didik yang belum tuntas kkm sebanyak 30 peserta didik (78,95%), jumlah pesserta didik yang tuntas kkm berjumlah 8 peserta didik (21,05%). adapun nilai tertinggi 95,00 dan nilai terendah 38.7, dengan rata rata kelas 48,03, peserta didik yang tuntas sama dengan kkm berjumlah 6 peserta didik (15,79%), peserta didik yang memperoleh nilai di atas kkm berjumlah 2 peserta didik (5,26 %), sedangkan sebesar 78,95% atau 30 peserta didik belum mendapat predikat tuntas. rekapitulasi ketuntasan peserta didik ditunjukkan pada tabel berikut ini: vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.124 720 tabel 4. rekapitulasi hasil belajar pra siklus kondisi nilai kriteria ketuntasan minimal tertinggi terendah tuntas belum tuntas ket 95.00 38,75 8 30 belum mencapai 70% tuntas secara klasikal 21,05% 78,95% rerata 48,03 % jumlah 38 peserta didik berdasarkan kesimpulan tabel tersebut bisa dikatakan bahwa hasil belajar peserta didik masih rendah dan mayoritas belum tuntas sesuai dengan indikator yang diharapkan, keseluruhan kelas yang berjumlah 38 peserta didik hanya 21,05% yang sudah tuntas, dan yang belum tuntas masih berada pada angka 78,95% berjumlah 30 peserta didik. adapun ratarata hasil belajar peserta didik di kelas x mipa 1 man 1 mojokerto 2016/2017 berada pada angka 48,03 dengan nilai tertinggi 95.00 dan nilai terendah 38.75. jika melihat indicator keberhasilan 75%, maka pembelajaran ini masih belum dikatakan berhasil. siklus i peneliti merencanakan kegiatan pembelajaran untuk siklus 1 pada bulan april. dalam pelaksanaannya, peneliti bekerja sama dengan 2 orang observer yang mengamati proses proses pembelajaran dengan mengacu pada rpp yang telah disusun dengan sistematis serta solusi yang ditawarkan oleh peneliti untuk memperbaiki kondisi awal sehingga bisa diperbaiki pada siklus 1. langkah pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus i ini meliputi: a. perencanaan tindakan siklus i sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan adalah pada bulan april dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp) adalah kd 3.2. tema ةسردملا يف ةّماعلا قفارملا untuk dua kali pertemuan yaitu pada hari senin, 17 april 2017 (2 x 45 menit), dan selanjutnya pada rabu, 19 april 2017 (2 x 45 menit), komponen dari rpp terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. b. pelaksanaan tindakan siklus i c. hasil dan refleksi siklus i dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan dua orang observer pada siklus i, data yang diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik sebagai berikut : 1. pelaksanaan pembelajaran proses pembelajaran dengan media lagu dilaksanakan dua kali pertemuan dalam siklus i.adapun hasil pengamatan pembelajaran disajikan pada tabel dan grafik berikut: tabel 5. hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran no aspek skor observer 1 skor observer 2 rerata 1 pendahuluan 9 12 10,5 2 inti 16 16 16 3 penutup 12 12 12 total skor 37 40 38,5 tabel di atas menjelaskan bahwa pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus 1 dikategorikan baik berdasarkan hasil pengamatan dua observer yang memberikan skor pada kegiatan pendahuluan dengan rerata 10,5, sedangkan pada kegiatan inti vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.124 721 mempunyai skor rata rata 16 dan pada kegiatan penutup skor 12. jumlah total skor dibagi 17 tahapan pembelajaran maka menghasilkan skor 2,26. hasil tersebut (2,26) terjadi pembulatan menjadi 2 jika angka di belakang koma kurang dari 0,5. dan untuk lebih detailnya dapat dilihat pada grafik berikut: gambar 1. grafik hasil pengamatan melalui grafik tersebut bisa difahami penyajian informasi tentang rata-rata skor pembelajaran pada siklus 1 termasuk pada kategori baik. namun jika melihat skor kuantitas kinerja guru proses pembelajaran pada siklus 1 tergolong kategori cukup sesuai kategori interval nilai berikut 2. skor kuantitas kinerja guru pengamatan dilakukan dalam 17 tahapan pembelajaran, jika skor maksimal keseluruhan adalah 51, maka nilai pertahap adalah 3. berdasarkan observasi dari 2 observer, skor rata rata 38,5 dengan penghitungan 38,5/51x100=75. selayaknya kinerja guru tersebut bisa dikatakan “cukup” dengan dasar nilai konversi sebagai berikut: tabel 6. kriteria kinerja guru nilai kriteria < 59 kurang 51 – 60 sedang 61 – 75 cukup 76 – 90 baik 91– 90 baik sekali 3. hasil belajar peserta didik hasil belajar yang diperoleh dari tindakan siklus 1 dalam dua kali pertemuan menunjukkan sedikit peningkatan dari kondisi awal., tabel berikut ini adalah perinciannya: observer 1 observer 20 10 20 30 40 pend inti pen total 9 16 12 37 12 16 12 40 hasil pengamatan pembelajaran observer 1 observer 2 vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.124 722 tabel 7. hasil belajar peserta didik siklus 1 no kategori nilai rerata siklus 1 1 belum tuntas sesuai kkm ˂ 75 27 peserta didik (71.05%) 2 tuntas sesuai kkm ≥ 75 11 peserta didik (28,96%) 3 nilai tertinggi 98.50 4 nilai terendah 38,75 5 rerata 65,43 6 nilai = kkm 4 peserta didik (10,53%) 7 nilai ˃ kkm 7 peserta didik (18.43%) 8 nilai ˂ kkm 27 peserta didik (71.05%) dari tabel di atas bisa dijelaskan bahwa hasil belajar peserta didik pada siklus 1 peserta didik yang belum tuntas berjumlah 27 peserta didik (71,05%) mengalami sedikit penurunan sebesar 7,90%, sedangkan peserta didik yang tuntas adalah 11 peserta didik (28,96%),mengalami kenaikan sebesar 7,90% peserta didik yang mendapat nilai tertinggi sebesar 98,50 dan mendapat nilai terendah 38,75. adapun jumlah peserta didik yang memperoleh nilai sama dengan kkm sebanyak 4 peserta didik (10,53%), sedangkan peserta didik yang memperoleh nilai melampaui kkm berjumlah 7 peserta didik (18,43%) dan peserta didik yang mendapatkan nilai di bawah kkm masih berada pada angka 27 peserta didik (71,05%). tabel hasil belajar peserta didik tersebut bila dibuat grafik sebagai berikut: gambar 2. hasil siklus 1 peningkatan hasil belajar peserta didik tersebut dinyatakan ada dibandingkan dengan kondisi awal. berikut gambaran perbandingan tersebut dalam tabel di bawah ini: tabel 8. perbandingan hasil belajar peserta no kategori nilai kondisi awal rerata siklus 1 persentase kenaikan 1 belum tuntas kkm ˂ 75 30 peserta didik (78.95% ) 27 peserta didik (71.05%) 7,90% 2 tuntas sesuai kkm ≥ 75 8 peserta didik (21,05% ) 11 peserta didik (28,96%) 7,90% 3 nilai tertinggi 95.00 98.50 3.50 4 nilai terendah 38,75 38,75 0 5 rerata nilai 48,03 65,43 1,74 6 nilai = kkm 6 peserta didik 4 peserta didik 5,26% 71,05 28,96 10,53 18,43 71,05 0 20 40 60 80 27 peserta didik 11 peserta didik 4 peserta didik 7 peserta didik 27 peserta didikhasil belajar siklus 1 series1 vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.124 723 (15,79%) (10,53%) 7 nilai ˃ kkm 2 peserta didik (5,26%) 7 peserta didik (18.43%) 13,16% 8 nilai ˂ kkm 30 peserta didik (78,95%) 27 peserta didik (71.05%) 7,90% dalam tabel diatas bisa kita lihat kenaikan pada siklus 1 dari kondisi awal sangat rendah, hasil belajar peserta didik tersebut belum bisa dikatakan sesuai dengan indikator keberhasilan kurikulum. bisa dilihat bahwa pada siklus 1 peserta didik dengan predikat tuntas masih berada pada angka 28,96% mengalami kenaikan sebesar 7,90%, adapun standar ndikator keberhasilan minimal 70% peserta didik yang mendapat predikat tuntas minimal sama dengan kkm 75. maka peneliti membutuhkan perbaikan proses pada siklus berikutnya. 4. refleksi siklus i refleksi dilakukan setelah mendapatkan data dari pengamatan proses pembelajaran dan menerima hasil posttest yang dilakukan di akhir tindakan. tujuan refleksi ini untuk mengevaluasi pembelajaran dan bagaimana hasil belajar peserta didik, dan sejauhmana pengaruh penerapan media lagu dalam peningkatan penguasaan kosakata. dalam refleksi ini, peneliti bersama observer bekerjasama untuk memecahkan permasalahan dengan solusi dan perbaikan pada objek penelitian pada siklus i. peneliti menyimpulkan hasil refleksi sebagai berikut: a) guru harus lebih sistematis dan jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, sehingga peserta didik bisa mengikuti materi dengan baik. b) guru harus mengkaji ulang tentang pembagian lembar teks lagu pada peserta didik secara berkelompok dengan beberapa peserta didik. kelompok terkesan kurang efektif karena masih banyak dijumpai sebagian peserta didik kurang aktif tidak ikut melagukan kosata. oleh karena itu untuk siklus berikutnya teks diberikan perorangan. c) guru sebaiknya dalam membimbing membuat lagu dengan kosakata lebih optimal sehingga peserta didik bisa menggubahnya dengan mudah. d) guru harus bisa memberikan umpan balik yakni dengan cara menunjukkan secara detail kesalahan-kesalahan yang dilakukan beserta solusinya, dengan cara memotivasi dengan reward bagi peserta didik yang berani tampil atau yang bisa menjawab pertanyaan. e) guru harus memberikan kesempatan kelompok untuk mempraktikkan lagu kosakatanya di depan kelas. f) guru harus membimbing peserta didik secara menyeluruh, sehingga hasil belajar peserta didik tersebut meningkat. g) secara umum, guru harus mengoptimalkan langkah-langkah tindakan yang mendapatkan skor 1 dan 2, sehingga pada siklus berikutnya bisa naik dan lebih baik lagi. dari refleksi di atas harapannya bisa dilaksanakan pada siklus berikutnya, agar supaya proses pembelajaran dengan media lagu dan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan media lagu terdapat peningkatan yang lebih baik. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.124 724 siklus 2 setelah melakukan refleksi dengan beberapa perbaikan, maka peneliti menentukan pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus 2 di kelas x mipa 1 man 1 mojokerto pada bulan april.adapun proses pembelajaran harus tetap sesuai dengan rpp dengan memperhatikan kelemahan pada siklus 1 dan menerapkan solusi dari refleksi pada siklus 1, agar bisa mendapatkan hasil yang lebih baik pada siklus 2. proses tindakan yang dilakukan pada siklus 2 ini meliputi: a. pada tahap awal adalah perencanaan siklus i yang dijadwalkan di kelas tersebut yaitu pada bulan april sesuai dengan persiapan rpp pada kd 3.2. tema ةسردملا يف ةّماعلا قفارملا dilaksanakan dengan dua kali pertemuan yaitu pertemuan ketiga pada hari senin, 24 april 2017 (2 x 45 menit),dan pertemuanselanjutnya pada hari rabu, pada tanggal 26 april 2017 (2 x 45 menit), rpp disiapkan dengan proses yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. b. pelaksanaan tindakan siklus 2 c. hasil dan refleksi siklus 2 dari hasil pengamatan pada siklus 2, peneliti dan observer memperoleh data proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik sebaga berikut: 1. pelaksanaan pembelajaran pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan media lagu dilaksanakan dua pertemuan pada siklus 2. adapun aktivitas pembelajaran guru menunjukkan hasil pada tabel dan grafik berikut: tabel 9. hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran no aspek skor observer 1 skor observer 2 rerata 1 pendahuluan 16 16 16 2 inti 16 16 16 3 penutup 12 12 12 total skor 44 44 44 melalui tabel tersebut dapat difahami proses pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 dikatakan masuk dalam standar baik, hal ini bisa dibuktikan dengan skor yang dberikan para observer pada kegiatan pendahuluan dengan rata-rata skor 16, sedangkan rata-rata skor kegiatan inti menunjukkan angka 16, kemudian skor 12 merupakan rata rata kegiatan penutup. maka akumulasi total skor dibagi 17 tahapan pembelajaran yang menghasilkan nilai 2,58. skor terakhir pada siklus 1 (2,58) tersebut terjadi pembulatan menjadi 3, hal ini dikarenakan angka di belakang koma kurang dari 0,5.dan penggambaran secara detail disajikan dalam grafik berikut: vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.124 725 gambar 3. hasil pengamatan pembelajaran dengan melihat grafik di atas bisa kita fahami bahwa rata-rata skor pembelajaran pada siklus 2 masuk dalam kategori baik. begitu juga jika ditinjau dari skor kuantitas kinerja guru proses pembelajaran pada siklus 2 sudah masuk dalam kategori baik. 2. skor kuantitas kinerja guru seperti yang kita ketahui bersama jika tahapan pembelajaran berjumlah 17 tahap, dan skor maksimal pertahap adalah 3, penjumlahan skor keseluruhan adalah 51. maka berdasarkan hasil pengamatan dari 2 observer, jumlah skor yang didapatkan adalah 44 diterapkan dalam rumus hitung 44/51x100=86. maka hasil hitung ini masuk dalam kategori “baik” dengan nilai konversi berikut ini: tabel 10. kriteriakinerja guru nilai kriteria < 59 kurang 51 – 60 sedang 61 – 75 cukup 76 – 90 baik 91– 90 baik sekali 3. hasil belajar peserta didik berdasarkan hasil tindakan pada siklus 2, bisa difahami bahwa ada peningkatan yang cukup signifikan dari kondisi siklus 1, hal ini bisa dilihat pada tabel berikut ini: tabel 11. hasil belajar peserta didik siklus 1 no kategori nilai rerata siklus 2 1 belum tuntas sesuai kkm ˂ 75 4 peserta didik (10,53%) 2 tuntas sesuai kkm ≥ 75 34 peserta didik (89,47%) 3 nilai tertinggi 100,00 4 nilai terendah 57,00 5 rerata 81,11 6 nilai = kkm 4 peserta didik (10,53%) 7 nilai ˃ kkm 30 peserta didik (78,95%) 8 nilai ˂ kkm 4 peserta didik (10,53%) 16 0 16 0 16 0 16 0 16 0 16 0 12 0 12 0 12 00 10 20 30 40 50 pendahuluan inti penutup hasil pengamatan pembelajaran rata rata observer 2 observer1 vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.124 726 melalui tabel di atas, penyajian hasil belajar peserta didik pada siklus 2 yang belum tuntas berjumlah 4 peserta didik (10, 53%) mengalami penurunan yang cukup banyak sebesar 55,77%, sedangkan peserta didik yang sudah tuntas berjumlah 34 peserta didik (89,47%), skor ini mengalami kenaikan sebesar 60,52%. pemerolehan nilai tertinggi adalah 100,00 dan pemerolehan nilai terendah adalah 57,00. disajikan data bahwa peserta didik yang mendapatkan nilai kkm sebanyak 4 peserta didik (10,53%), serta peserta didik yang mendapat nilai melampaui kkm berjumlah 30 peserta didik (78,95%) dan peserta didik yang mendapatkan nilai di bawah kkm berjumlah 4 peserta didik (10,53%). demikian tabel hasil belajar peserta didik tersebut. hasil belajar peserta didik dinyatakan ada kenaikan yang signifikan dibandingkan dengan hasil belajar peserta didik pada siklus 1. perbandingan tersebut bisa ditunjukkan pada tabel di bawah ini: tabel 12. perbandingan hasil belajar peserta didik no kategori nilai kondisi awal siklus 1 siklus 2 1 belum tuntas kkm ˂ 75 30 peserta didik (78.95% ) 27 peserta didik (71.05%) 4 peserta didik (10,53%) 2 tuntas sesuai kkm ≥ 75 8 peserta didik (21,05% ) 11 peserta didik (28,96%) 34 peserta didik (89,47%) 3 nilai tertinggi 95.00 98.50 100,00 4 nilai terendah 38,75 38,75 57,00 5 rerata nilai 48,03 65,43 81,11 6 nilai = kkm 6 peserta didik (15,79%) 4 peserta didik (10,53%) 4 peserta didik (10,53%) 7 nilai ˃ kkm 2 peserta didik (5,26%) 7 peserta didik (18.43%) 30 peserta didik (78,95%) 8 nilai ˂ kkm 30 peserta didik (78,95%) 27 peserta didik (71.05%) 4 peserta didik (10,53%) terlihat dari hasil perbandingan hasil belajar pada siklus 1 sudah mengalami peningkatan dari kondisi awal, dan mengalami kenaikan sebesar 7,90%, karena belum sesuai standart maka diperlukan perbaikan lagi pada siklus 2 dengan kenaikan 60,53% sebanyak 23 peserta didik mendapatkan kenaikan prestasi diatas kkm dan masih tersisa 4 peserta didik (10,53%) yang masih berada pada tingkat dibawah kkm.pencapaian ketuntasan secara keseluruhan dari kondisi awal atau pra siklus sebesar 68,42% dan pencapaian klasikal 89,47% sudah melebihi standart minimal 70% peserta didik dengan kkm 75. 4. refleksi siklus 2 berdasarkan pengamatan proses pembelajaran pada siklus 2, proses evaluasi dan analisa data dilaksanakan oleh peneliti dan observer untuk menemukan realita hasil belajar peserta didik dengan penerapan media lagu dalam peningkatan penguasaan kosakata dalam proses pada siklus 2. hasil analisis data peserta didik pada saat pembelajaran dari kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan yang cukup besar seiring dengan meningkatnya motivasi dan minat belajar peserta didik pada siklus 2. antusias peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan media lagu dalam penguasaan kosakata sangat membantu peserta didik untuk berani melafalkan, bertanya dan mendemonstrasikan lagu gubahannya ke dalam kosakata vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.124 727 tentang al maroofiq al madrasah. sehingga tanpa mereka sadari mereka mampu menghafal banyak kosa kata dengan baik. hasil evaluasi analisis data pada siklus 2 ini bisa dinyatakan ada peningkatan yang cukup signifikan dibanding siklus 1. secara garis besar pembelajaran siklus 2 ini tergolong pada kategori baik. maka siklus ptk ini selesai pada dua siklus saja. simpulan kesimpulan peneliti menyimpulkan kajian ini dengan mempertimbangkan hasil penelitian yang telah dipaparkan mulai dari kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2 yang telah dilakukan oleh peneliti beserta observer. penelitian yang bertajuk penerapan media lagu ini memang benar benar efektif untuk meningkatkan penguasaan kosakata mata pelajaran bahasa arab pada peserta didik kelas x mipa1 man 1 mojokerto tahun 2016/2017. adapun pembuktian ini dibsajikan dalam bentuk data dari pengamatan tiap siklus dalam proses pembelajaran yang dilakukan. penyajian data dari aspek kinerja guru, dan penyajian data kenaikan hasil prestasi belajar peserta didik. setelah adanya perbandingan antar siklus maka bisa disimpulkan bahwa ada peningkatan skor proses pembelajaran guru dari siklus 1 yang masuk pada kategori cukup, telah berubah menjadi kategori baik pada siklus 2. adapun peningkatan kompetensi peserta didik dapat diwakilkan dengan tabel dan grafik dan data benar benar menunjukkan adanya kenaikan hasil belajar peserta didik lebih baik karena penerapan media lagu dalam penguasaan kosa kata. hal ini terbukti dengan meningkatnya hasil belajar peserta didik pada siklus 2 dibandingkan siklus sebelumnya dan sudah sesuai dengan indikator keberhasilan. analisis data menyatakan bahwa pada siklus 2 persentase hasil belajar peserta didik yang tuntas kkm berjumalh 34 orang atau 89,52%. padahal siklus sebelumnya yaitu siklus 1 persentase ketuntasan masih mencapai 28,96%, sedangkan indikator keberhasilan penelitian ini adalah minimal 75% dari seluruh peserta didik tuntas kkm. saran berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan analisis terkait dengan peningkatan penguasaan kosakata bahasa arab, perlu adanya perbaikan dan saran yang membangun. guru hendaknya senantiasa meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan dengan menerapkan metode dan media yang bervariasi yang disertai dengan sumber belajar yang sesuai dengan materi. karena jika guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional tanpa dibarengi media yang menarik, maka tujuan pembelajaran akan sulit tercapai. dengan mempertimbangkan penggunaan media lagu dalam peningkatan penguasaan kosakata bahasa arab dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. peneliti menyarankan media lagu bisa juga diunduh dari aplikasi youtube, dan sumber media native speaker lainnya. daftar rujukan anita, l. (2004). cooperative learning: mempraktikkan cooperative learning di ruangruang kelas. jakarta: pt. gransindo. dimyati & mudjiono. (1999). belajar dan pembelajaran. rineka cipta. guntur, t. h. (1989). pengajaran kosakata. bandung: angkasa. vol.2 no.5 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.124 728 hasan. (2016). media musik (lagu) dalam pembelajaran bahasa arab tingkat mi. jurnal ilmiah al qolam : vol 9 nomer 17 hasyem, s. (2016). keefektifan pembelajaran mufradat untuk meningkatkan kemahiran berbicara bahasa arab santri dayah di kota banda aceh. اـنـناـسل (lisanuna): jurnal ilmu bahasa arab dan pembelajarannya, 5(1), 144–155. huda, m. (2013). model-model pengajaran dan pembelajaran. yogyakarta: pustaka pelajar. huda, m. (2014). model-model pembelajaran: isu-isu metodis dan paradigmatis. yogyakarta: alfabeta. johson, i. (2013). cooperative learning. bandung: alfabeta. jumaryatun dkk, (2014). penggunaan media lagu sebagai upaya meningkatkan motivasi dan kemampuan menulis cerpen, basastra : vol 1 nomor 3 https://media.neliti.com/media/publications/53135-id-penggunaan-media-lagusebagai-upaya-meni.pdf. kurniasih, i. (2015). dkk. model pembelajaran untuk peningkatan profesionalitas guru. medan: kata pena. shoimin, a. (2014). media 68 model pembelajaran inovatif daalam kurikulum 2013. jogjakarta: ar-ruzz media. macmilan, bonnie. 2004. permainan kata dan musik:word and music games.batam: karisma publishing group. nisa, ika khoirun (2020). penerapan metode bernyanyi dalam meningkatkan penguasaan kosa kata bahasa arab di mts ma’arif nu 07 purbolinggo. https://repository.metrouniv.ac.id/id/eprint/3805/. qomaruddin, a. (2017). implementasi metode bernyanyi dalam pembelajaran mufradāt. jurnal kependidikan, 5(1), 25–36.doi: 10.24090/jk.v5i1.1240 microsoft word artikel 5.docx vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.227 1387 received : 27-08-2021 revised : 23-09-2021 published : 30-09-2021 pusat sumber belajar balai multimedia dan balai tekkomdik atika nurul aini1, dodi kurniawan2, belina wahyu cahyani3, oriza septentika andayani4, naila fauziatun nikmah5 universitas negeri yogyakarta, indonesia atikanurul.2019@student.uny.ac.id1 , dodikurniawan.2019@student.uny.ac.id2 , belinawahyu.2019@student.uny.ac.id 3 , orizaseptentika.2019@student.uny.ac.id 4, nailafauziatun.2019@student.uny.ac.id5, abstrak perkembangan tekonologi informasi pada saat ini telah mengalami perkembangan pesat. pemerintah berupaya melakukan berbagai macam cara untuk mengenalkan dan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi ke dalam lembaga pendidikan. secara sederhana, teknologi informasi adalah ilmu yang diperlukan untuk mengelola informasi agar informasi tersebut dapat dicari dengan mudah dan akurat. maka muncullah pusat sumber belajar. tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui tentang pusat sumber belajar balai multimedia/tekkomdik. metode penulisan menggunakan metode kualitatif deskriptif. pusat sumber belajar merupakan lembaga yang didirikan untuk membantu pendidik mengembangkan pengalaman-pengalaman belajar yang memungkinkan siswa agar berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. balai multimedia dan balai tekkomdik memiliki tujuan yang hampir sama, yaitu melakukan pengembangan, produksi, dan layanan pembelajaran yang memanfaatkan multimedia. kata kunci: pusat sumber belajar, balai bultimedia, balai tekkomdik abstract the development of information technology at this time has experienced rapid development. the government tried to do various ways to introduce and take advantage of the development of information technology into educational institutions. in simple terms, information technology is the science needed to manage information so that information can be searched easily and accurately. then came the learning resource center. the purpose of this paper is to find out about the center for learning resources center multimedia / tekkomdik. the writing method uses descriptive qualitative methods. the learning resource center is an institution established to help educators develop learning experiences that enable students to actively participate in the learning process. balai multimedia and balai tekkomdik, have almost the same goals, namely to develop, produce, and provide learning services that utilize multimedia. keywords: learning resource center, multimedia center, tekkomdik center vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.227 1388 pendahuluan proses pembelajaran ideal yang menghasilkan efektivitas dan efisiensi tinggi dipengaruhi banyak komponen dalam sistem pembelajaran. satu diantara beberapa komponen penting itu adalah ketersediaan peralatan, perlengkapan, fasilitas, sarana dan prasarana pembelajaran. kelengkapan fasilitas pembelajaran dan sarana prasarana tersebut bukan hanya sekedar memenuhi standar yang ditetapkan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku. keberadaan sarana prasarana pembelajaran itu menjadi bagian penting dalam mendukung efektivitas dan efisiensi proses dan hasil pembelajaran. fasilitas pendukung inilah yang dijadikan sebagai “pusat sumber belajar”. perkembangan berdirinya pusat sumber belajar (psb) didorong oleh berbagai pertimbangan baik secara filosofi tentang kebutuhan belajar manusia maupun pasang surut keberadaan psb. perkembangan itu misalnya dalam bentuk layanan yang diawali dengan keberadaan perpustakaan di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, hingga kemajuan teknologi informasi seperti yang tampak saat ini. perkembangan teknologi informasi telah berubah sedemikian rupa cepat, sehingga tatanan sumber daya manusia harus mampu mengikuti perkembangan teknologi saat ini. dalam hal ini pemerintah berupaya melakukan berbagai macam strategi untuk mengenalkan teknologi informasi dan memanfaatkannya sesuai dengan kaidahnya terlebih dalam hal yang berkaitan dengan pendidikan kepada kalangan masyarakat yang belum mampu mengetahui serta belum memanfaatkan teknologi informasi yang telah ada. secara sederhana teknologi informasi sendiri dapat dikatakan sebagai ilmu yang diperlukan untuk mengelola informasi agar informasi tersebut dapat dicari dengan mudah dan akurat. isi dari ilmu tersebut dapat berupa teknik-teknik dan prosedur untuk menyimpan informasi secara efisien dan efektif. seperti contoh pemanfaatan media-media pembelajaran baik berupa visual (gambar), audio (suara/ cassette recording), multimedia pembelajaran, serta pembelajaran berbasis e-learning. oleh karena itu, pemanfaatan teknologi informasi sangatlah dibutuhkan untuk menciptakan perangkat pendidikan yang lebih kompetitif dalam suatu pembelajaran. dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat, sekolah tidak perlu khawatir untuk mengejar ketertinggalan dalam pemanfaatan teknologi dengan kehadiran lembaga pendidikan yang bergerak dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi khususnya untuk membantu proses pembelajaran seperti balai multimedia dan balai teknologi komunikasi pendidikan. sekolah dapat bekerjasama untuk pengadaan dan pengembangan teknologi dalam pembelajaran. oleh karena itu, adanya balai multimedia dan balai teknologi komunikasi pendidikan diharapkan eksistensinya dalam penggunaan teknologi dalam mendukung pendidikan. kajian pustaka menurut zainuddin (1984) pusat sumber belajar merupakan pemusatan secara terpadu berbagai sumber belajar yang meliputi orang, bahan, peralatan, fasilitas lingkungan, tujuan dan proses. berisi komponen-komponen perpustakaan, pelayanan audio-visual, peralatan dan produksi, tempat berlatih mengembangkan kegiatan program instruksional dan tempat mengembangkan alat-alat bantu dalam pengembangan sistem instruksional. pusat sumber belajar (psb) juga merupakan tempat bagi tenaga kependidikan untuk mengembangkan bahan-bahan pengajaran dengan bantuan multimedia pendidikan terpadu yang terdiri atas unsur-unsur perpustakaan, workshop, audio-visual dan laboratorium. vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.227 1389 selanjutnya warsito (2008) menyatakan bahwa psb merupakan tempat di mana berbagai jenis sumber belajar dikembangkan, dikelola dan dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan pembelajaran. selanjutkan ditambahkan warsito, bahwa pusat sumber belajar merupakan suatu aktivitas yang terorganisasi yang berhubungan dengan kurikulum dan pembelajaran pada suatu satuan pendidikan. sementara itu balai pengembangan multimedia pendidikan dan kebudayaan (bpmpk) adalah salah satu unit pelaksana teknis yang berada di bawah naungan pusat teknologi informasi dan komunikasi pendidikan dan kebudayaan (pustekkom dikbud). tugas pokok bpmpk adalah melaksanakan pengembangan model multimedia dan memfasilitasi pemanfaatan model multimedia untuk pendidikan dan kebudayaan. sedangkan, balai teknologi komunikasi pendidikan (balai tekkomdik) daerah istimewa yogyakarta adalah salah satu unit pelaksana teknis dinas pendidikan, pemuda dan olahraga diy yang memiliki tugas menyelenggarakan pengembangan, produksi, dan layanan pembelajaran serta komunikasi pendidikan. metode metode yang digunakan dalam menyusun artikel ini yaitu menggunakan metode kualitatif deskriptif. penelitian deskriptif yaitu mengumpulkan data berdasarkan faktor faktor yang menjadi pendukung terhadap objek penelitian, kemudian menganalisa faktor faktor tersebut untuk dicari peranannya (arikunto, 2010: 151). penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat, kepercayaan orang yang akan diteliti dan kesemuanya tidak dapat di ukur dengan angka. dalam penelitian ini, teori yang digunakan dalam penelitian tidak dipaksakan untuk memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang telah diteliti (sulistyobasuki, 2006: 24). metode pendekatan deskriptif kualitatif adalah metode pengolahan data dengan cara menganalisa factor-faktor yang berkaitan dengan objek penelitian dengan penyajian data secara lebih mendalam terhadap objek penelitian. teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan studi literatur, wawancara, dan observasi. pembahasan a. pusat sumber belajar pusat sumber belajar adalah suatu lembaga atau institusi yang didirikan dalam lingkungan sekolah, perguruan tinggi dan masyarakat yang menyediakan fasilitas pengembangan sistem pembelajaran, pengembangan multimedia pembelajaran dan pelayanan kebutuhan sumber belajar berbentuk konsultasi, pelatihan, dan produksi untuk mendukung terlaksananya pembelajaran yang efektif dan efisien, mendorong terjadinya individualisasi pembelajaran serta mendukung penyediaan sumber belajar yang sesuai dengan gaya belajar peserta didik. pusat sumber belajar memiliki tujuan utama yaitu untuk memfasilitasi pengembangan sistem pembelajaran melalui suatu proses yang terus menerus dan sistematis, dalam rangka membantu pendidik mengembangkan pengalaman-pengalaman belajar yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. selan itu, psb juga bertujuan untuk menyelenggarakan berbagai pelatihan dan konsultasi dan produksi dalam pengembangan sistem pembelajaran, pengembangan multimedia pembelajaran, dan pelayanan kebutuhan, peminjaman bahan bacaan untuk mendukung terselenggaranya proses pembelajaran secara vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.227 1390 aktif dan efektif. cara yang dipilih adalah menyediakan berbagai macam pilihan untuk menunjang kegiatan kelas tradisional dan untuk mendorong penggunaan cara-cara baru (nontradisional), yang paling sesuai untuk mencapai tujuan program akademis dan kewajibankewajiban institusional yang direncanakan lainnya. psb memilki tujuan khusus sebagaimana yang dikutip dan dielaborasi dari rusmanto (2013) adalah menyediakan berbagai macam pilihan sumber belajar untuk menunjang kegiatan kelas tradisional, mendorong penggunaan cara-cara belajar terbaru yang paling cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran dan kewajiban institusional lainnya, memberikan pelayanan dalam perencanaan, produksi, operasional, dan tindak lanjut untuk pengembangan sistem pembelajaran, menyediakan program latihan untuk para pendidik mengenai pengembangan sistem pembelajaran dan integrasi teknologi dalam proses pembelajaran, memajukan usaha penelitian yang perlu tentang penggunaan media pembelajaran, menyebarluaskan informasi yang dapat membantu memajukan penggunaan berbagai macam sumber belajar dengan lebih efektif dan efesien, menyediakan pelayanan produksi bahan ajar, media dan perangkat pembelajaran lainnya, memberikan konsultasi untuk modifikasi dan desain fasilitas sumber belajar, membantu mengembangkan standar penggunaan sumbersumber belajar, menyediakan pelayanan pemeliharaan atas berbagai macam peralatan dan perlengklapan pembelajaran, membantu dalam pemilihan dan pengadaan bahan-bahan media dan peralatannya, dan menyediakan pelayanan evaluasi untuk membantu menentukan efektivitas berbagai strategi, model dan metode pembelajaran. pusat sumber belajar menjalankan beberapa fungsi meliputi fungsi pusat sumber belajar, fungsi pengembangan sistem pembelajaran, pengembang multimedia pembelajaran, dan fungsi produksi. pertama, fungsi sebagai pusat sumber belajar menurut tucker (1979) menyediakan fasilitas pendidikan, latihan dan pengenalan melalui produksi bahan media serta pemberian pelayanan penunjang (seperti sirkulasi peralatan audiovisual, penyajian program-program video, pembuatan katalog dan pemanfaatan pelayanan sumber-sumber belajar pada perpustakaan). selanjutnya menurut ellison (1972), psb memiliki fungsi antara lain memberikan fasilitas atau bantuan belajar bagi siswa, menyediakan sumber belajar kepada mahasiswa dan dosen, dan menyediakan bahan-bahan yang berguna untuk melaksanakan kurikulum dan pengalaman belajar bagi mahasiswa. kedua, fungsi pengembangan sistem pembelajaran yang membantu para pendidik (guru, dosen dan fasilitator) membuat rancangan pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran serta membantu pendidik secara individual dalam membuat desain dan pemilihan berbagai kebutuhan pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi proses pembelajaran. ketiga, fungsi pelayanan dan pengembangan multimedia terkait dengan pembuatan rencana penggunaan media untuk mendukung proses pembelajaran dan pelayanan pendukung yang dibutuhkan oleh pendidik dan peserta didik yang meliputi sistem penggunaan multimedia, fasilitas dan program belajar multimedia, pelayanan perpustakaan media, pemeliharaan dan penyampaian multimedia, pembelian bahan-bahan dan peralatan untuk mendesain multimedia, dan penyediaan produk multimedia pembelajaran. keempat, fungsi produksi merupakan pelayanan terhadap berbagai kebutuhan ketersediaan bahan pembelajaran termasuk kelengkapannya bagi pendidik dan peserta didik. fungsi produksi sangat diperlukan karena psb merupakan lembaga yang memungkinkan untuk menunjang kelancaran proses pembelajaran melalui penyediaan koleksi bahan atau media pembelajaran yang memadai baik berupa bahan cetak maupun non cetak seperti bahan vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.227 1391 video, bahan audio, bahan belajar berbantuan komputer, dan sebagainya. apalagi jika psb dikelola oleh para profesional yang handal di bidangnya, maka keberadaan psb menjadi subuah pusat belajar yang bermakna bagi masyarakat belajar. b. balai multimedia balai pengembangan multimedia pendidikan dan kebudayaan (bpmpk) adalah salah satu unit pelaksana teknis yang berada di bawah naungan pusat teknologi informasi dan komunikasi pendidikan dan kebudayaan (pustekkom dikbud). tugas pokok bpmpk adalah melaksanakan pengembangan model multimedia dan memfasilitasi pemanfaatan model multimedia untuk pendidikan dan kebudayaan. bpmr semarang berdiri berdasarkan surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia, nomor 0145/o/1979 tentang struktur organisasi balai yang selanjutnya sesuai dengan perkembangan beban kerja dirumuskan kembali tugas, fungsi dan susunan organisasi bpmr yang tertuang dalam sk mendikbud nomor 0222g10/1980 tentang penyempurnaan organisasi balai. adapun tugas dan fungsi bpmr semarang adalah melaksanakan produksi program pendidikan melalui media audio yaitu radio dan kaset. selain tugas tersebut bpmr semarang juga berfungsi sebagai mitra kerja instansi lain baik pemerintah maupun swasta yang ingin memanfaatkan keberadaan bpmr sebagai sumber belajar dan rumah produksi media audio. pada tahun 2003 menteri pendidikan nasional republik indonesia mengeluarkan keputusan mentri nomor 102/o/2003 tentang berubahnya bpmr semarang menjadi bpm semarang atau balai pengembangan multimedia semarang. perubahan ini tentu saja merubah fungsi bpmr semarang yang dahulu memproduksi program pembelajaran media audio menjadi bpm yang memproduksi program pembelajaran berbasis multimedia, bpm semarang juga melakukan perubahan fungsi yang dahulu hanya memproduksi tetapi kini bpm semarang juga melakukan pengembangan multimedia dengan mencari model dan format sajian multimedia baru yang dapat digunakan dalam sistem pembelajaran. pada tahun 2012 menurut permendikbud no 22 tahun 2012 berubah nama lagi menjadi balai pengembangan multimedia pendidikan. sejak berfungsi sebagai unit pengembang media, bpmpk hingga saat ini telah memgembangkan program multimedia pembelajaran interaktif (mpi), baik dalam format on-line maupun off-line. beberapa program produk bpmpk tersebut telah dimanfaatkan untuk menambah variasi sumber belajar bagi peserta didik kemudian program mp tersebut juga diupload di situs pendidikan "rumah belajar"yang dikelola pustekkom. mulai tahun 2009, bpmpk mengembangkan model dan format multimedia format mobile-learning dengan nama mobile edukasi (m-edukasi). model model yang telah dikembangkan antara lain multimedia pembelajaran interaktif (cd interaktif), multimedia pembelajaran interaktif on line, mobile edukasi, teaching aid, stock media, e-budaya, katalog media, virtual laboratorium, dan game edukasi. keberadaan visi dan misi merupakan syarat wajib bagi sebuah instansi agar tujuan yang akan dicapai lebih jelas dan terarah. dalam hal pencapaian suatu tujuan di perlukan suatu perencanaan dan tindakan nyata untuk dapat mewujudkannya, sepertihalnya instasi lain bpmpk tentunya juga memiliki visi, misi, dan tusi. bpmpk memiliki visi “tersedianya model pembelajaran inovatif dengan memanfaatkan multimedia untuk membentuk insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dengan berlandaskan gotong-royong”, serta misi bpmpk vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.227 1392 "menganalisis, merancang, dan membuat serta mengevaluasi model pembelajaran berbasis multimedia untuk pendidikan dan kebudayaan”. tujuan yang ingin dicapai oleh bpmk yakni untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis multimedia untuk pendidikan dan kebudayaan agar terlaksananya pengembangan dan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan dan kebudayaan melalui model pembelajaran berbasis multimedia. bpmpk bertugas melaksanakan pengembangan model multimedia untuk pendidikan dan kebudayaan dengan cara menganalisis model multimedia untuk pendidikan dan kebudayaan, perancangan model multimedia untuk pendidikan dan kebudayaan, pembuatan model multimedia untuk pendidikan dan kebudayaan, pendayagunaan sarana dan peralatan multimedia,fasilitasi pengembangan model multimedia untuk pendidikan dan kebudayaan,valuasi pengembangan model multimedia untuk pendidikan dan kebudayaan, dan pelaksanaan urusan ketatausahaan balai. terdapat beberapa konten dan program yang dibuat oleh bpmpk, yaitu: 1. edustore edustore merupakan aplikasi layanan konten digital milik bpmpk yang menyediakan media pembelajaran berupa bahan ajar mobile edukasi yang dapat diunduh dengan mudah dan dapat diakses di os android pada device handphone atau tablet. 2. edugame edugame merupakan game digital yang dirancang untuk pengayaan pendidikan mendukung pengajaran dan pembelajaran, menggunakan teknologi multimedia interaktif yang digunakan sebagai alternatif pembelajaran di luar kelas. misalnya dalam materi untuk anak usia 4-5 tahun misalnya dengan materi kereta api anak akan diajak “membantu pak masinis” merangkai gerbong kereta api dengan pola a-b-c. selain itu, bisa mengenal beberapa jenis kereta api melalui gambar yang ditampilkan sehingga anak akan mengenal alat transportasi, khususnya kereta api kini akan sangat menyenangkan, walaupun tidak bersama guru di sekolah. 3. teaching aid teaching aid merupakan alat peraga yang disajikan dalam bentuk virtual, program ini digunakan guru sebagai alat bantu mengajar. program ini diharapkan dapat mempermudah guru dalam penyampaian materi, mengambil media yang akan disajikan dalam pembelajaran di kelas, serta dapat menciptakan suasana yang menyenangkan di dalam kelas. media ini ditampilan secara parsial dengan metode penyampaian yang variatif berdasarkan materi yang dikembangkan. contoh program ini berjudul “kehidupan di pantai”, materi yang disajikan adalah keadaan alam yang ada di pantai, benda-benda yang ada di pantai, tata cara kehidupan dipantai, perbuatan-perbuatan yang baik saat berada di pantai, macam-macam mata pencaharian di pantai. materi disampaikan dengan mengunakan berbagai macam multimedia yang dapat menarik perhatian siswa, seperti video, animasi, puzzle, mewarnai serta gambar. 4. augmanted reality (ar) program ar merupakan teknologi yang menggabungkan dua dunia yaitu dunia nyata dan dunia virtual. artinya, gambaran kehidupan nyata dapat diintegrasikan dengan objek virtual seperti gambar, suara, lokasi, maupun video. dengan teknologi ar diharapkan pembelajaran model inkuiri dapat berlangsung, yaitu pembelajaran yang menekankan pada aktivitas peserta didik sehingga peserta didik lebih aktif mencari dan menemukan sendiri sesuatu konsep, pembelajaran juga berpusat pada peserta didik dan vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.227 1393 mengarah pada kolaborasi, berpikir kritis dan kreatif, yang merupakan keterampilan abad 21. contoh materi dari program ini yakni materi gelombang mekanik. pembahasan gelombang dibatasi pada gelombang mekanik, terdiri dari gelombang transversal, gelombang longitudinal, gelombang berjalan dan gelombang stasioner. program ini terdiri dari materi, soal evaluasi, dan bahan penyerta berupa lkpd dan marker. 5. si kece program ini dapat digunakan sebagai referensi bagi orang dewasa (dalam keluarga) dalam memberikan penguatan karakter anak pada generasi milenial dengan model tutorial mobile edukasi serie keluarga cerdas. program ini diharapkan dapat memberi manfaat dan sebagai referensi dalam mendidik anak-anaknya diera milenial karena pada era ini karakter anak-anak milenial lebih cenderung dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan dari youtube, karena itu penguatan karakter sangat dibutuhkan untuk menghasilkan generasi bangsa yang berkarakter positif. 6. v-lab v-lab adalah aplikasi laboratorium maya (virtual lab) yang dikembangkan oleh bpmpk. contoh penggunaan vlab pada materi trigonometri konsep dalam menjalankan aplikasi ini adalah user harus mengisi variabel dan menggerakkan obyek untuk mengetahui nilai perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku dan menentukan nilai sin, cos dan tan sudut-sudut istimewa,selain itu pada konten ini disediakan lembar kerja praktikum (lkp) yang bisa digunakan sebagai panduan sekaligus latihan bagi pengguna dalam melakukan aktivitas praktikum dengan panduan yang disajikan berupa video 7. si cerdik si cerdik adalah aplikasi cerdas mendidik, merupakan game edukasi yang dikembangkan oleh balai pengembangan multimedia pendidikan dan kebudayaan kemendikbud. game berisi konten pembelajaran berupa soal-soal yang ditampilkan berdasarkan beberapa mata pelajaran. konsep dalam memainkan game si cerdik user harus mencari lawan main, baik secara acak maupun memilih lawan yang sudah ada dalam list database aplikasi 8. e-komik program e-komik ini merupakan komik yang disajikan dalam bentuk digiytal, salah satu fungsinya digunakan sebagai sumber belajar bahasa inggris. kontennya dikemas dalam bentuk cerita dengan tokoh aplikasi e-komik ini pada akhir bagian dilengkapi dengan kuis interaktif. 9. mobile vokasi program ini bersifat mobile, berisikan pembelajaran, dan berformat game. contoh konten dalam aplikasi ini yakni memelihara sistem pendingin, masing-masing permainan terdapat tiga level yaitu tebak kontruksi, tebak gambar, dan pencet aliran, game ini dibatasi oleh waktu pengerjaan. 10. mpi abk program ini digunakan sebagai alat bantu pengajaran materi kepada abk. misalnya dalam materi membaca ujaran, bahasa indonesia dengan tema penerapan bkpbi tentang profesi. berisi materi pokok pengembangan bahasa dan komunikasi bagi siswa berkebutuhan khusus dengan ketunaan tunarungu. dalam penyampaian materinya menggunakan presenter atau model yang sekaligus berperan sebagai interprener bahasa isyarat. terdapat banyak gambar dan video yang berfungsi untuk memvisualisasikan kata vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.227 1394 maupun kegiatan kerja, dengan harapan siswa akan lebih mudah memahami materi yang disajikan. 11. lomba membuat aplikasi mobile edukasi(mame) lomba ini diadakan setiap tahun dimuali pada tahun 2012 hingga sekarang. lomba mame bisa diikuti dengan berbagai katagori yakni kategori pelajar, kategori guru, kategori umum virtual, kategori umum game edukasi. semua konten dapat di unduh menggunakan handphone,pc,maupun tablet dilaman m-edukasi.kemendikbud.go.id. c. balai tekkomdik balai teknologi komunikasi pendidikan (balai tekkomdik) daerah istimewa yogyakarta adalah salah satu unit pelaksana teknis dinas pendidikan, pemuda dan olahraga diy yang memiliki tugas menyelenggarakan pengembangan, produksi, dan layanan pembelajaran serta komunikasi pendidikan. berdirinya balai tekkomdik diy tidak lepas dari kebijakan otonomi daerah pada tahun 2002 yang berdampak pada pengembangan sanggar teknologi komunikasi (tekkom) yogyakarta sebagai unit pelaksana teknis pusat teknologi komunikasi pendidikan (pustekkom) depdiknas menjadi balai teknologi komunikasi pendidikkan (balai tekkomdik) daerah istimewa yogyakarta sebagai unit pelaksana teknis daerah. balai tekkomdik diy ditetapkan sebagai upt daerah di bawah dinas pendidikan, pemuda dan olahraga diy berdasarkan peraturan daerah provinsi diy nomor 7 tahun 2001 tentang pembentukan organisasi unit pelaksana teknis daerah pada dinas. uraian tugas pokok dan fungsi balai tekkomdik diy ditetapkan dalam surat keputusan gubernur diy nomor 159 tahun 2002 tentang tugas dan fungsi pokok uptd provinsi diy, dengan personal seorang kepala balai, kepala sub bagian tata usaha, kepala seksi produksi, seksi evaluasi dan pelaporan, dan kelompok jabatan fungsional. berdasarkan terbitnya peraturan pemerintah nomor 41 tahun 2008 tentang sotk dan tugas pokok dan fungsi dinas dan upt di lingkungan pemerintah provinsi diy serta dalam rangka meningkatkan efisiensi kinerja lembaga – lembaga pemerintah, balai tekkomdik diy tetap sebagai upt daerah di bawah dinas pendidikan, pemuda, dan olah raga diy dengan struktur organisasi yang sama dengan penyesuaian nama seksi dari seksi produksi menjadi seksi pengembangan dan produksi, dan seksi evaluasi dan pelaporan menjadi seksi layanan dan promosi. balai teknologi komunikasi pendidikan yogyakarta memiliki visi yaitu “menjadi pusat sumber belajar pendidikan formal dan non formal jenjang pendidikan dasar dan menengah berbasis teknologi informasi dan komunikasi terkemuka di indonesia tahun 2025.” sementara itu, misi dari balai teknologi komunikasi pendidikan yogyakarta adalah (a) menyusun bahan usulan kebijakan teknis di bidang pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk keperluan pendidikan, (b) memberantas buta komputer bagi pendidikan dan tenaga kependidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di daerah istimewa yogyakarta, (c) mengembangkan dan memproduksi materi/ bahan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi pendidikan formal dan nonformal, (d) mempromosikan dan memberikan layanan teknis pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran, dan (e) melakukan pelayanan konsultasi dalam penggunaan teknologi komunikasi pendidikan bagi sekolah dan luar sekolah di lingkungan dinas pendidikan. balai teknologi komunikasi pendidikan atau balai tekkomdik merupakan unit pelaksana teknis daerah dibawah dinas dikpora daerah istimewa yogyakarta tugas dan fungsi kelembagaan diatur dengan pergub nomor 86 tahun 2018. tugas pokok balai vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.227 1395 teknologi komunikasi pendidikan mempunyai tugas menyelenggarakan pengembangan, produksi dan layanan pembelajaran teknologi komunikasi pendidikan dan melaksanakan pengembangan dan produksi media. balai tekkomdik memiliki fungsi untuk merumuskan program balai teknologi komunikasi pendidikan, menyiapkan bahan kebijakan teknis di bidang teknologi komunikasi pendidikan dan efisiensi, pemberian pelayanan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang pendidikan, pengembangan potensi pendidikan dibidang pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran, dan pengembangan dan produksi bahan pembelajaran dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. selain itu, balai tekkomdik juga memiliki fungsi untuk mengevaluasi pemanfaatan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, pelaksanaan evaluasi dan penyusunan pelaporan program balai teknologi komunikasi pendidikan, penyelenggaraan ketata usahaan dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai tugas dan fungsinya. balai tekkomdik memiliki berbagai macam program dan hasil inovasi untuk meningkatkan mutu pendidikan. berikut adalah program-progran yang ada di balai tekkomdik: 1. jogja belajar jogja belajar, jogjabelajar.org, adalah salah satu layanan utama yang dikelola oleh balai tekkomdik dalam mendukung pemanfaatan tik untuk pembelajaran. jogjabelajar merupakan salah satu unggulan digital goverment services sebagai bagian jogja smart province dengan berbagai layanan online. layanan ini berisi konten pembelajaran berbasis media audio, video, dan animasi yang diakses kapanpun dan dimanapun. layanan jogjabelajar diharapkan mampu memberikan dan memenuhi kebutuhan masyarakat atas materi-materi pembelajaran yang bersifat online, sehingga memudahkan masyarkat dalam mengakses materi – materi atau konten yang tersedia di jogjabelajar. portal jogjabelajar terbagi dalam beberapa layanan strategis. layanan strategis tersebut adalah : a. jogjabelajar media jogjabelajar media (jb media) adalah layanan portal jogja belajar yang menyediakan repositori konten-konten pembelajaran dalam bentuk multi media interaktif, media animasi dan media lain yang bersifat computer base. b. jogjabelajar class jogjabelajar class (jb class) merupakan layanan konsultasi pembelajaran online yang melibatkan guru dengan para peserta didik, tanpa batas ruang dan waktu. karena sifatnya konsultasi pembelajaran, maka kegiatan jb class dimulai setelah selesainya kegiatan belajar mengajar (kbm) di sekolah. para guru akan siap menjadi mentor di balai tekkomdik diy, sedangkan para siswa di manapun mereka berada, dapat memilih guru mentor yang ia sukai melalui portal jb class. c. jogjabelajar radio jogjabelajar radio (jb radio) adalah layanan radio streaming balai tekkomdik diy yang dikemas secara edutaiment. jb radio memberikan layanan informasi pendidikan yang dipadukan dengan hiburan yang mendidik. jb radio dapat didengarkan kapan saja dan dimana saja selama 24 jam. para pendengar yang mempunyai smartphone berbasis android, dapat mengunduh aplikasi jb radio di play store secara gratis. d. jogjabelajar tv vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.227 1396 jogjabelajar tv (jb tv) adalah layanan konten pembelajaran berbasis video on demand yang dikemas berdasarkan jadwal. berbagai macam video menarik hasil produksi balai tekkomdik diy yang sangat bermanfaat untuk menambah khasanah pengetahuan kita, mulai dari mata pelajaran, pengetahuan umum, hingga video budaya, dapat dinikmati dengan bebas dan gratis oleh para pemirsa. e. jogjabelajar budaya jogjabelajar budaya (jb budaya) merupakan salah satu bagian dari portal jogjabelajar yang didalamnya berisi konten-konten budaya asli khas daerah istimewa yogyakarta. melalui portal ini, para pengunjung dapat mengetahui tingginya nilai-nilai budaya ngayogyakarta hadiningrat, mulai dari awal kehidupan, hingga kembali ke haribaan tuhan. 2. talkshow/podcast balai tekkomdik mengadakan pelatihan podcast bagi instansi pendidikan di diy. podcast ini berkaitan dengan lingkup pendidikan. 3. mls layanan pembelajaran bergerak atau mobile learning services (mls) merupakan layanan bimbingan teknis yang memberikan pelatihan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (tik) untuk pembelajaran bagi guru dan tenaga kependidikan (gtk) di berbagai jenjang sekolah di diy, khususnya masyarakat pendidikan di berbagai wilayah diy, terutama wilayah yang jauh, terpencil, dan cenderung sulit mendapat akses kemajuan teknologi.. layanan ini diutamakan bagi wilayah yang jauh dari kota yogyakarta yang guru dan tenaga kependidikannya mengalami kesulitan untuk mengakses layanan bimtek reguler di balai tekkomdik dinas dikpora diy. layanan mls ini bersifat gratis. melalui layanan ini, tim balai tekkomdik diy akan mendatangi pusat-pusat kegiatan belajar di masyarakat, ataupun di sekolah, dengan membawa laptop, server, peralatan jaringan intra, tim instruktur, konsumsi, dan lain-lain (jika dibutuhkan). masyarakat selanjutnya dapat menggunakan laptop yang terkoneksi dengan server di jaringan intra, untuk mengakses layanan pembelajaran strategis yang dimiliki oleh balai tekkomdik diy. dengan demikian, masyarakat dapat mengenal, serta menikmati seluruh layanan pembelajaran yang telah dikembangkan dan diproduksi oleh balai tekkomdik diy secara cepat dan langsung, sehingga diharapkan masyarakat dapat lebih mengenal dan tertarik dengan berbagai layanan strategis balai tekkomdik diy. calon peserta kegiatan mobile learning services, dapat mengajukan permohonan kegiatan dengan mengisi form pendaftaran melalui portal balai tekkomdik diy di http://www.btkp-diy.or.id. peserta kegiatan mobile learning services adalah para tenaga pendidik, tutor, siswa dan warga belajar wilayah kabupaten/kota daerah istimewa yogyakarta. dengan adanya kegaiatan ini, diharapakan dapat meningkatkan kesadaran dan pemanfaatan teknologi informasi untuk kegiatan pendidikan di masyarakat. pada tahun 2021 akan dilaksanakan layanan di 30 lokasi, dengan pelaksanaan selama 2 (dua) hari di setiap lokasi. materi dapat dipilih sesuai daftar materi yang ditawarkan. 4. bimbingan teknis bimbingan teknis (bimtek) merupakan layanan yang memberikan pelatihan baik secara individu atau berkelompok bagi guru maupun tenaga kependidikan dalam membuat, mengembangkan dan memanfaatkan media berbasis tik untuk mendukung pembelajaran. kegiatan bimtek tersebut dapat diikuti oleh guru maupun tenaga vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.227 1397 kependidikan dari semua jenjang baik jenjang sd / mi, smp / mts, sma / ma, smk / mak. selain itu, balai tekkomdik diy juga menyelenggarakan bimtek bagi tenaga pendidik pendidikan non formal. berbagai bentuk pengembangan media dan aplikasi diberikan untuk meningkatkan pemanfaatan tik dalam pendidikan. selain diberikan bimbingan dalam membuat media pembelajaran, peserta juga diberikan bimbingan dalam pemanfaatan media pembelajaran yang sudah tersedia (seperti memanfaatkan smartphone dan e-elearning). hingga saat ini, media yang dikembangkan tidak hanya media berbasis komputer saja, tetapi juga media berbasis mobile (smartphone). kegiatan bimtek rutin diselenggarakan oleh balai tekkomdik diy secara periodik. dengan jumlah peserta bervariasi, diharapkan kegiatan ini menyasar ke semua lapisan masyarakat pendidikan diy. calon peserta dapat melihat langsung melihat pengumuman dan melakukan pendaftaran melalui laman balai tekkomdi diy di http://www.btkp-diy.or.id. selain melalui laman tersebut, kegiatan bimtek juga disebarluaskan melalui jaringan sosial media dari balai tekkomdik diy, seperti facebook, twitter, dan instagram. 5. kihajar kihajar merupakan salah satu wadah untuk memberikan apresiasi pemanfaatan tik untuk pendidikan dalam bentuk perlombaan. kihajar ini diharapkan menjadi arena bagi guru dan siswa untuk mengaktualisasikan diri melalui berbagai macam kegiatan yang diikuti. kegiatan rutin tahunan kihajar oleh balai tekkomdik diy dapat diikuti oleh siswa maupun guru dari semua jenjang (sd / mi, smp / mts, sma / ma, smk / mak, dan slb). kegiatan utama dalam kegiatan kihajar adalah kuis kihajar (kita harus belajar) yang juga merupakan lomba berjenjang yang diselenggarakan oleh pustekkom kemendikbud. sehingga bagi para pemenang kuis kihajar akan maju untuk berlomba di tingkat nasional. selain kuis kihajar, berbagai jenis lomba juga diselenggarakan untuk meningkatkan pemanfaatan tik dalam pendidikan, seperti lomba film pendek, penyiar radio, reportase, desain grafis, robotika, dan pembuatan media pembelajaran. 6. buletin / warta guru buletin warta guru adalah media yang menjadi wadah untuk guru yang memiliki ketertarikan dalam karya tulis ringan dan informatif. buletin warta guru terbit sebanyak 3 edisi setiap tahunnya. jadwal penerbitan buletin warta guru pada bulan april, juli dan oktober, naskah paling lambat diterima oleh pihak redaksi pada tanggal 12 satu bulan sebelum edisi buletin terbit. penulis pengajukan naskah buletin kepada tim, dengan mengirimkan salinan digital ke alamat surel: info@btkp-diy.or.id cc: wahyu.widodo@jogjabelajar.org. naskah yang masuk pada kami akan langsung kami proses ke tim penyunting, dari tim penyunting akan menentukan naskah tersebut layak terbit atau tidak. bila dinyatakan layak terbit, naskah akan segera disetting dan kemudian akan diterbitkan. penulis yang naskahnya dimuat maupun tidak akan dihubungi via pesan singkat maupun surat elektronik. penulis yang naskahnya dimuat akan diberi salinan buletin sebanyak 1 eksemplar. 7. komunitas saat ini banyak berkembang aplikasi – aplikasi yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang proses pembelajaran. tidak hanya aplikasi yang bersifat konvensional, namun saat ini sudah banyak aplikasi yang dikemas sedemikian rupa yang dapat berjalan di berbagai platform. selain aplikasi juga banyak video-video pembelajaran yang sangat vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.227 1398 menarik untuk kegiatan belajar mengajar. keseluruhan aplikasi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pendidikan, apabila dikembangkan secara bersamasama melalui sebuah forum/komunitas. melihat fenomena tersebut, balai balai tekkomdik diy sesuai dengan tugas dan fungsinya untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran, menyelenggarakan kegiatan pembinaaan komunitas tik di daerah istimewa yogyakarta. harapannya, melalui kegiatan ini, komunitas-komunitas tik di diy, dapat bersinergi secara lebih intensif dengan balai tekkomdik diy, dalam rangka membangun pendidikan melalui pendayagunaan tik. beberapa komunitas yang dibina oleh balai tekkomdik diy antara lain komunitas film pendek, komunitas fotografi, komunitas robotika, komunitas pengembang android, komunitas pengembang media pembelajaran. anggota komunitas terdiri guru maupun tenaga kependidikan yang memiliki minat dan bakat pada bidang komunitas yang dibina. 8. jurnal adi karsa jurnal adi karsa merupakan kumpulan penelitian yang dilakukan oleh guru yang mungkin dapat membantu para guru disekolah lain untuk menerapkan teknik mengajar yang lebih efektif dan efisien. jurnal adi karsa terbit sebanyak 2 edisi setiap tahunnya. jadwal penerbitan jurnal adi karsa pada bulan juli dan november, naskah paling lambat diterima oleh pihak redaksi pada tanggal 12 satu bulan sebelum terbit. pada tiap edisinya baik jurnal maupun bulletin akan didistribusikan kepada mgpm di tiap kabupaten/kota. apabila guru, sekolah, tidak mendapatkan namun menginginkan jurnal maupun buletin bisa mendapatkan salinan digital dari jurnal maupun buletin dapat mengunduh dilaman balai tekkomdik dinas dikpora diy dengan alamat btkp-diy.or.id penulis mengunggah naskah jurnal pada laman https://jurnal.btkp-diy.or.id. naskah yang masuk pada akan langsung diproses ke tim penyunting, dari tim penyunting akan menentukan naskah tersebut layak terbit atau tidak. bila dinyatakan layak terbit, naskah akan segera disetting dan kemudian akan diterbitkan. 9. prakerin balai tekkomdik diy bekerjasama dengan smk maupun perguruan tinggi, menyelenggarakan layanan praktik kerja industri (prakerin) bagi siswa maupun mahasiswa. kegiatan prakerin merupakan kegiatan yang diwajibkan bagi siswa smk maupun mahasiswa perguruan tinggi. peserta prakerin akan dikenalkan dengan lingkungan dunia kerja yang sesungguhnya melalui pembinaan intensif. peserta prakerin juga akan menerima tambahan pengetahuan berupa bimbingan teknis dalam pengelolaan maupun pembuatan media pembelajaran dengan tools – tools terbaru. selain itu, peserta prakerin juga dapat menikmati fasilitas – fasilitas yang ada di balai tekkomdik diy untuk mengembangkan kemampuan keahliannya (misalnya editing video maupun video shooting). balai tekkomdik memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang memadai guna menunjang terlaksananya program dan aktivitas di balai tekkomdik agar berjalan dengan efektif dan nyaman. adapun sarana dan prasarana yang ada di balai tekkomdik adalah 1. perpustakaan perpustakaan balai tekkomdik diy adalah layanan yang memberikan layanan kepada masyarakat dalam hal peminjaman cd media pembelajaran. selain itu vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.227 1399 perpustakaan ini memberikan informasi tentang berbagai produk dan layanan yang di produksi oleh balai tekkomdik diy. perpustakaan media ini, terletak di loby balai tekkomdik diy dan dilengkapi dengan wifi area. masyarakat dapat mengunjungi layanan tersebut berdasarkan jam kerja kantor. 2. ruang aula balai tekkomdik memiliki aula megah yang dapat dapat digunakan untuk berbagai kegiatan. ruangan yang dapat menampung 200 orang. aula balai tekkomdik terdiri dari 2 bagian, yaitu sisi utara dan sisi selatan. ruang ini sering digunakan pada saat kegiatan bimbingan teknis (bimtek), rapat koordinasi, maupun pada saat menerima kunjungan dari instansi lain. 3. ruang psb ruang pusat sumber belajar (psb) merupakan salah satu ruang yang ada di balai tekkomdik diy, yang digunakan untuk memberikan layanan bagi masyarakat yang ingin belajar dalam memanfaatkan teknologi. selain itu, di ruang psb ini, biasa diselenggarakan kegiatan pelatihan dalam kelas – kelas kecil. ruangan ini, dibagi menjadi 4 bagian, antara lain kelas android, kelas ios, kelas e-learning, kelas windows. ruang psb ini di fasilitasi dengan instruktur dari tim teknis yang siap membantu memberikan informasi maupun pelatihan dalam kelas kecil. 4. hostpot area balai tekkomdik memiliki fasilitas hotspot area di halaman depan balai tekkomdik diy. fasilitas ini didukung dengan koneksi wifi dan stop kontak sehingga memudahkan bagi siswa / guru maupun masyarakat dalam memanfaatkan hostpot area ini. selain dukungan koneksi internet cepat, area hotspot ini memiliki letak yang strategis di balai tekkomdik diy, sehingga dapat diakses dengan mudah. tidak hanya dapat digunakan pada saat jam kerja saja, hotspot area ini juga dapat dimanfaatkan di luar jam kerja bahkan pada hari libur sekalipun. 5. studio ava ruang studio video balai tekkomdik diy sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan rekaman video. produk dari kegiatan yang diselenggarakan di ruangan ini adalah video pembelajaran. selain itu, kami menggunakan studio ini untuk memproduksi konten audio dan visual di jb media (jogjabelajar media). ruangan ini juga digunakan untuk acara talkshow pendidikan dan lain-lain. jogja belajar radio atau jb radio adalah radio streaming balai tekkomdik diy yang memberikan layanan pendidikan yang dikemas secara edutaiment. jb radio memberikan layanan informasi pendidikan yang dipadukan dengan hiburan yang mendidik. sebagai radio streaming, jb radio dapat didengarkan kapan saja selama 24 jam nonstop. untuk dapat mendengarkan siaran jb radio para pendengar dapat mengakses di http://jbradio.jogjabelajar.org dan juga di channel youtube jogja belajar radio. 6. laboratorium komputer ruangan ini berfungsi sebagai tempat pelatihan dan mengembangkan keterampilan dalam memanfaatkan tik khususnya berkaitan dengan program ict / tik baik untuk menghasilkan sebuah produk media pembelajaran maupun pemanfaatan lab ict / tik dalam kegiatan belajar. 7. laboratorium ios laboratorium ios digunakan sebagai tempat pelatihan dan mengembangkan keterampilan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi berbasis ios. di ruang vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.227 1400 ini, pengguna / pnegunjung dapat mengolah dan menghasilkan karya/produk, baik yang bermanfaat yang berbasis ios, seperti iphone, imac, dll. 8. studio podcast studio podcast balai tekkomdik diy merupakan layanan pendidikan yang menyajikan ulasan menarik seputar pendidikan dengan mengundang narasumbernarasumber yang mengetahui topik hangat pendidikan saat ini. simpulan pusat sumber belajar merupakan suatu lembaga atau institusi yang didirikan dalam lingkungan sekolah, perguruan tinggi dan masyarakat yang menyediakan fasilitas pengembangan sistem pembelajaran, pengembangan multimedia pembelajaran dan pelayanan kebutuhan sumber belajar berbentuk konsultasi, pelatihan, dan produksi untuk mendukung terlaksananya pembelajaran yang efektif dan efisien, mendorong terjadinya individualisasi pembelajaran serta mendukung penyediaan sumber belajar yang sesuai dengan gaya belajar peserta didik dengan tujuan untuk memfasilitasi pengembangan sistem pembelajaran melalui suatu proses yang terus menerus dan sistematis, dalam rangka membantu pendidik mengembangkan pengalaman-pengalaman belajar yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. balai multimedia melaksanakan tugas sebagai pengembangan model multimedia dan memfasilitasi pemanfaatan model multimedia untuk pendidikan dan kebudayaan. balai teknologi komunikasi pendidikan mempunyai tugas menyelenggarakan pengembangan, produksi dan layanan pembelajaran teknologi komunikasi pendidikan dan melaksanakan pengembangan dan produksi media. baik balai multimedia atau balai tekkomdik memiliki tujuan yang hampir sama yaitu melakukan pengembangan, produksi, dan layanan pembelajaran yang memanfaatkan multimedia. saran sebagai seorang pendidik hendaknya dapat secara sadar dan turut serta mengembangkan maupun memanfaatkan sarana ataupun media pembelajaran untuk menunjang proses pendidikan dengan baik. pendidik harus terus mengembangkan kecakapannya dalam melaksanakan pengajaran dengan adanya variasi media yang disusun secara kreatif dan inovatif. daftar rujukan asnafiyah. (2011). pusat sumber belajar dan perannya bagi lembaga pendidikan tenaga kependidikan. bpmpk. (2021). balai pengembangan multimedia pendidikan dan kebudayaan. btkp. (2021). balai tekkomdik diy. btkp. (2011). jogjabelajar unlimeted learning experience. darmansyah. (2013). pengelolaan pusat sumber belajar (bahan ajar). mardyani, laeli. (2017). evaluasi pelaksanaan jabatan fungsional pengembang teknolohi pembelajaran di balai pengembangan multimedia pendidikan dan kebudayaan. skripsi. semarang: unnes. nasution. (2012). teknologi pendidkan. jakarta: bumi aksara. vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.227 1401 prastowo, andi. (2018). sumber belajar dan pusat sumber belajar: teori dan aplikasinya di sekolah/madrasah. depok: prenadamedia group. rochman, muhammad cholid nur. (2019). pengembangan sistem jogjabelajar class versi mobile untuk mendukung proses pembelajaran berbasis tik di daerah istimewa yogyakarta. skripsi. yogyakarta: stmik akakom yogyakarta. warsito, bambang. (2008). teknologi pembelajaran: landasan dan aplikasinya. jakarta: rineka cipta. microsoft word 08-kusniaty.docx vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.25 64 received : 01-07-2020 revised : 15-08-2020 published : 20-09-2020 penerapan model pembelajaran kooperatif think-pairshare untuk meningkatkan respon dan hasil belajar mengenal rasul-rasul allah kusniati sd negeri ngayung, maduran, lamongan, indonesia kusniatingayung@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peningkatan proses dan hasil belajar mengenal nama rosul-rosul alloh melalui model kooperatif think-pair-share beserta respon siswa terhadap penerapan model dan pendekatan pembelajaran tersebut. prosedur penelitian ini meliputi dua siklus, dan setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. subjek penelitian adalah siswa kelas 5 berjumlah 10 orang yang terdiri atas empat laki-laki dan enam perempuan dengan materi megenal nama rosul-rosul alloh. hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dengan model kooperatif think-pair-share meningkatkan hasil belajar mengenal nama-nama rosul alloh, dan siswa merespon positif terhadap penerapan model kooperatif think-pair-share. abstract: this study aims to describe the improvement of the process and learning outcomes of recognizing the names of allah's prophets through the cooperative think-pair-share model along with student responses to the application of the learning model and approach. this research procedure includes two cycles, and each cycle consists of planning, implementing, observing, and reflecting. the research subjects were 10 grade 5 students consisting of four boys and six girls with the material about the names of allah's rosul-rosul-rosul. the results showed that the application of learning with the cooperative think-pair-share model improved learning outcomes to recognize the names of allah's rosul, and students responded positively to the application of the thinkpair-share cooperative model. kata kunci: strategi pembelajaran, hasil belajar, kooperatif think pair-share vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.25 65 pendahuluan suatu kesalahan besar yang masih terdapat dalam pembelajaran pai adalah kurangnya penjabaran secara kontekstual terhadap konsep-konsep dan pendekatan yang dikemukan dalam bahan ajar atau ketika terjadi kegiatan belajar mengajar. sebagai akibatnya tujuan pembelajaran untuk menanamkan hakikat pai secara benar tidak dapat dicapai. keluhan dan kenyataan bahwa proses pembelajaran pendidikan agama islam tidak menarik dan membosankan masih sering terdengar dan sangat dirasakan, sehingga mengakibatkan rendahnya rata-rata kemampuan akademik atau rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pai. kurangnya penjabaran setiap konsep dan pendekatan yang dikemukakan dalam bahan ajar pai bisa jadi karena penyusun telah menganggap jelas akan apa saja yang dikemukakan, tetapi bisa juga karena tidak cukup menguasai persoalan kegeo-grafian. di samping itu, biasanya dalam kegiatan belajar mengajar pai didominasi guru. gairah belajar siswa menurun, selain disebabkan oleh ketidaktepatan metodologis pembelajaran yang diterapkan oleh guru, juga berakar pada paradigma pendidikan konvensional yang selalu menggunakan metode pengajaran klasikal dan metode ceramah, tanpa pernah diselingi berbagai metode yang menantang untuk berusaha, termasuk adanya penyekat ruang struktural yang begitu tinggi antara guru dan siswa. peristiwa yang menonjol ialah siswa kurang berpartisipasi, kurang terlibat, dan tidak memiliki inisiatif, serta kontributif baik secara inteletual maupun emosional. pertanyaan dari siswa, gagasan, ataupun pendapat jarang muncul. kalaupun ada pendapat yang muncul jarang diikuti oleh gagasan lain sebagai respon. ada tiga faktor penyebab rendahnya penguasaan pai dan pertisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu: (1) siswa kurang memiliki kemauan untuk merumuskan gagasan sendiri, (2) siswa kurang memiliki keberanian untuk menyamaikan pendapat kepada orang lain, dan (3) siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain (abimanyu, 1995:8). kesalahan terzsebut, tidak bisa hanya dibebankan kepada siswa saja, tetapi yang pertama bertanggung jawab hendaknya guru. guru kadang-kadang secara sadar atau tidak menerapkan sifat otoriter, menghindari pertanyaan dari siswa, menyampaikan ilmu pengetahuan secara searah, menganggap siswa sebagai penerima, pencatat, dan pengingat. karena itu, guru hendaknya memiliki pemahaman yang memadai tentang siswa yang menjadi sasaran tugasnya. pemahaman ini menyangkut kesi-apan, kemampuan, ketidakjmampuan, dan latar belakang siswa yang semua itu akan membantu gutu dalam melaksanakan tugasnyanya. kewajiban guru dalam pelaksanaan pembelajaran bukan hanya menyampaikan konsepkonsep materi agar bisa dihafal oleh siswa, melainkan juga perlu memberikan pengalaman kepada siswa untuk berlatih bekerja sama misanya membuat pertanyaan, dan partisipasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar pai, prinsip pai, dan aspek pai dijumpai banyak kesulitan, permasalahan itu berasal dari asumsi: (1) kegiatan pembelajaran kurang menekankan aktivitas belajar siswa, (2) upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa bekerja sama dalam memecahkan masalah menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif think-pair-share untuk meningkatkan respon dan hasil belajar mengenal rosul-rosul alloh kelas v sdn ngayung, (3) penyelesaian masalah pai tidak cukup hanya menghafal konsep-konsep saja, dan (4) guru belum mencoba aneka metode pembelajaran yang diintegrasikan kedalam penelitian tindakan kelas. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.25 66 berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan ada siswa kelas v ketika diberikan soal-soal yang berkaitan dengan materi pokok: konsep pai, pende-katan, prinsip pai, dan aspek pai semester ganjil dengan nilai rata-rata yang diperoleh 75 dan 30% dari siswa tidak tuntas belajar. hal itu menunjukkan masih belum maksimal penguasaan materi pelajaran pai. penelitian ini memberikan solusi memperbaiki sekaligus meningkatkan mutu proses belajar mengajar melalui pembelajaran menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif think-pair-share diharapkan dapat meningkatkan penguasaan pai, partisipasi siswa, interaksi aktif antar-siswa, minat belajar pai, dan respon positif siswa. beberapa model pembelajaran kooperatif think-pairshare, yaitu adanya kerja sama dalam kelompok dan untuk menentukan keberhasilan kelompok bergantung pada keberhasilan individu sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain. setiap siswa mendapat kesempatan sama untuk menunjang timnya mendapat nilai yang maksi-mal, sehingga termotivasi untuk belajar. dengan demikian, setiap individu merasa mendapat tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri, sehingga tujuan model pembelajaran kooperatif think-pair-share dapat berjalan bermakna dan tujuan pembe-lajaran dapat dicapai secara maksimal sesuai dengan harapan tujuan pendidikan nasional. pembelajaran model think-pair-share pembelajaran yang dikembangkan oleh prof. frank lyman di universitas maryland pada tahun 1985, kemudian diadopsi oleh beberapa penulis dan dimasukkan dalam ilmu pembelajaran kooperatif. teknik ini memperkenalkan adanya adanya elemen interaksi antara teman sebaya untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah dan meningkatkan respon terhadap suatu pertanyaan. berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe tps yang telah dijelaskan diatas, penulis menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural tipe tps sebagai berikut : langkah-langkah thingpairshare : tahap 1 guru mengajukan pertanyaan/ permasalahan untuk seluruh siswa dalam kelas. pertanyaan yang diajukan merupakan pertanyaan yang menjadi masalah bagi siswa untuk dipikirkan, atau guru menyampaikan pertanyaan yang terbuka. tahap 2 siswa berfikir secara individu (thinking) guru memberi waktu kepada siswa untuk berfikir untuk jawaban dari pertanyaan yang diajukan. waktu yang ditentukjan oleh guru seharusnya disesuaikan dengan pengetahuan dasar siswa, tingkat kesulitan dari pertanyaan. siswa berfikir sendiri tentang solusi dari pertanyaan tersebut dan siswa memahami bahwa jawabannya merupakan jawaban yang paling benar. tahap 3 masing-masing siswa berdiskusi bersama pasangannya(pairing) tahap ini merupakan waktu untuk kerjasama dengan siswa lainnya(pasangannya) untuk menemukan jawaban dan bertukar pendapat tentang jawaban dari pertanyaan. masing-masing pasangan siswa merumuskan kembali jawabannya berdasarkan pada pemahaman bersama untuk mencapai solusi pemecahan masalah sebelum disampaikan di depan kelas.disini siswa mulai membangun konsep mereka dalam diskusi. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.25 67 tahap 4 siswa menceritakan jawaban mereka di depan kelas(sharing) pada tahap akhir ini masing-masing siswa baik secara individu maupun kelompok menyampaikan jawabannya di depan kelas. disini akan terjadi kesamaaan konsep yang diekspresikan dengan cara yang berbeda oleh tiap-tiap individu. masig-masin individu yang berbeda menemukan keunikan jawaban untuk pertanyaan lebih dari itu konsep yang dibangun siswa untuk jawaban pertanyaan bahasannya tidak sama dengan di buku guru. aplikasi waktu dalam menggunakan pembelajaran model think pair share adalah a. dapat digunakan di awal pelajaran sebelum mempelajari suatu materi mengetahui pengetahuan awal siswa) b. selama guru memperagakan, bereksperimen atau menjelaskan c. setiap saat untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. metode penelitian jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (ptk) data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. penelitian dilakukan di sd negeri ngayung. penelitian ini dilakukan pada tanggal 15-31 januari 2018. pada mata pelajaran pai semester genap tahun pelajaran 2017/2018. subyek penelitian ini adalah siswa klas v sdn ngayung yang berjumlah 10 siswa yang mengikuti mata pelajaran pai pada semester genap tahun pelajaran 2017/2018. rancangan dan prosedur penelitian berupa siklus 1 dan siklus 2. siklus terdiri dari (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, dan (c) refleksi. siklus 2 terdiri dari (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, dan (c) refleksi. instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes hasil belajar ,angket respons siswa terhadap penerapan pembelajaran berdasarkan masalah melalui metode belajar kooperatif tps. metode pengumpulan data berupa angket untuk data respon siswa dan tes untuk hasil belajar. cara analisis data dengan (a) hasil belajar, taraf keberhasilan tindakan dari aspek siswa juga ditentukan dengan melihat hasil belajar siswa yang berupa nilai tes yang diberikan di akhir tiap siklus. dari skor yang diperoleh dapat ditentukan ketercapaian siswa, dan (b) teknik analisis data untuk menilai respons siswa, yaitu pemberian skor untuk lembar angket respons siswa menggunakan skala sikap. angket yang digunakan adalah angket tertutup, yaitu angket yang sudah disediakan jawabannya sehingga tugas siswa hanya memilih jawaban yang menurutnya sesuai. angket berisi 7 pertanyaan. alternatif jawaban yang diguna-kan dalam angket ini ada 3, yaitu ss ( sangat setuju nilai 3), s (setuju nilai 2), dan ts (tidak setuju nilai 3) dengan kriteria pemberian skor sebagai berikut. tabel 1. kriteria skor angket responsiswa pertanyaan opsi nilai ts 1 s 2 ss 3 vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.25 68 hasil dan pembahasan siklus 1 hasil belajar siswa siklus 1 di setiap akhir siklus dilakukan post test untuk mengetahui kemajuan belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran melalui metode belajar kooperatif tps. post test 1 dilaksanakan pada hari senin, 22 januari 2018 dengan waktu 35 menit yang diikuti oleh 10 siswa. konsep yang diajarkan adalah nama nama rosul alloh. soal post test disusun sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang telah dirumuskan pada rancangan pembelajaran. soal post test berupa 5 butir soal uraian tabel 2. data ringkasan hasil belajar siswa siklus 1 rentangan skor kategori jumlah siswa ketuntasan keterangan 0-74 d 1 tidak tuntas mengerjakan soal yang belum terjawab dengan benar (tuntas) 75-83 c 4 tuntas melaksanakan tugas-tugas khusus(tuntas) 84-91 b 4 tuntas mengerjakan soal-soal dengan tingkat kesukaran tinggi(tidak tuntas) 92-100 sb 1 tuntas tutor sebaya siklus 2 hasil belajar siswa siklus ii seperti halnya pada siklus 1 di akhir siklus ii juga dilakukan post tes untuk mengetahui kemajuan belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran melalui metode belajar kooperatif tps. post test 2 di laksanakan pada hari rabu 31 januari 2018 dalam waktu 35 menit yang diikuti oleh 10 siswa. konsep yang diajarkan adalah nabi yang mendapat gelar ulul azmi. soal post tes disusun sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang telah dirumuskan pada rancangan pembelajaran. sosal post tes 2 berupa 5 soal uraian data hasil belajar siswa pada siklus 2 pada dapat diringkas sebagai berikut tabel 3. data ringkasan hasil belajar siswa siklus ii rentangan skor kategori jumlah siswa ketuntasan keterangan 0-74 d 0 tidak tuntas mengerjakan soal yang belum terjawab dengan benar (tuntas) 75-83 c 2 tuntas melaksanakan tugas-tugas khusus(tuntas) 84-91 b 5 tuntas mengerjakan soal-soal dengan tingkat kesukaran tinggi(tidak tuntas) 92-100 sb 3 tuntas tutor sebaya vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.25 69 hasil angket siswa angket diberikan pada siswa pada hari rabu 31 januari 2018. angket diberikan kepada siswa kelas 5 sdn ngayung yang berjumlah 10 orang. hasil angket siswa selain merupakan data pendukung dalam penelitian juga menunjukkan adanya kesesuaian dengan hasil yang diperoleh di kelas. analisis angket siswa disajikan dalam tabel 4 berikut. tabel 4. analisis angket siswa nomor angket aspek opsion jumlah siswa yang menjawab jumlah nila yang peroleh persentase % 1 pelajaran pai menjadi lebih menyenangkan bila disampaikan dengan pembelajaran metode think pare share(tps) sangat setuju setuju tidak setuju 6 3 1 25 83,3 2 pelajaran pai menjadi lebih mudah di mengerti dan diingat dengan penerapan pbm melalui tps sangat setuju setuju tidak setuju 8 2 0 28 93,33 3 saya lebih mudah memahami materi menyebutkan rosul-rosul alloh dan rosul yang mempunyai gelar ulul azmi dengan menerapkan pbm melalui metode tps. sangat setuju setuju tidak setuju 6 3 1 25 83,33 4 dengan pbm melalui metode tps dapat meningkatkan respon saya terhadap pelajaran pai sangat setuju setuju tidak setuju 8 1 1 27 90 5 penerapan pbm dengan metode tps perlu di kembangkan sangat setuju setuju tidak setuju 2 8 0 22 73,3 6 kegiatan pembelajaran berdasarkan metode tps tidak membosankan sangat setuju setuju tidak setuju 1 9 0 21 70 7 saya merasa bersemangat saat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode tps sangat setuju setuju tidak setuju 1 9 0 21 70 vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.25 70 hasil belajar siswa berdasarkan hasil analisis presentasi belajar siswa siklus i pada diketahui bahwa jumlah siswa yang nilainya dikategorikan sangat baik sebanyak 1 siswa ( 10%)dikategorikan baik sebanyak 4 siswa (40%) dikategorikan cukup sebanyak 4 siswa (40 %) dan dikategorikan kurang sebanyak 1 siswa (10 %) siswa yang dapat di dikatakan tuntas belajarnya ( dengan nilai 75 keatas) sebanyak 9 (90%) hal ini menunjukkan bahwa pada siklus i kelas tersebut sudah tuntas belajar karena siswa yang tuntas belajar lebi dari 85% tetapi bila dibandingkan dengan skor ulangan harian sebelum diberi tindakan hanya sebesar 77,10, maka rata-rata skor pada siklus i ini lebih baik yaitu sebesar 81,10. dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 4 %. meningkatnya hasil belajar siswa pada siklus ii tidak lepas dari peran guru dalam kegiatan pembelajaran.saat guru melakukan demontrasi di awal pembelajaran ternyata membuat siswa menjadi lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.siswa banyak yang aktif bertanya maupun mengungkapnkan pendapatnya dan memeprkuat ingatannya terhadap materi yang telah dipelajari bersama.pada akhir pembelajaran guru mengadakan evaluasi /tes, hampir seluruh siswa dapat mengerjakan tes tersebut. hal ini dibuktikan dari hasil tes siswa yang nilai ratanya meningkat dari siklus1 sebesar 81,10 menjadi 86,40 pada siklus 2. ketuntasan klasikal dari 90% pada siklus 1 menjadi 100 % pada siklus 2. respon siswa pada pembelajaran menggunakan model tps ini siswa menunjukkan respon yang cukup baik diakhir pembelajaran hal ini dibuktikan hasil angket respon siswa. a. angket butir 1 yang senang dengan model tps sebesar 83,33 % b. angket butir 2 pelajaran pai mudah dimengerti sebesar 93,33% c. angket butir 3 materi mudah dipahami sebesar 83.33% d. angket butir 4 tps dapat meningkatkan respon 90 % e. angket butir 5 penerapan pbm dengan metode tps perlu dikembangkan 73,30 % f. angket butir 6 metode tps tidak membosankan 70 % g. angket butir 7 siswa merasa semangat dengan pembelajaran tps 70 % berdasarkan data di atas dari 7 butir angket respon maka secara klasikal respon siswa 80,47 % hal ini menunjukkan bahwa respon siswa sangat tinggi. simpulan simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. a. hasil belajar siswa setelah penerapan metode belajar kooperatif model think pair share mengalami peningkatan. sebelum diberi tindakan skor rata-rata tes siswa adalah 77,10 dari skor maksimal 100 dan setelah diberi tindakan siklus 1 meningkat menjadi 81,10 dari skor maksimal 100 dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 9 siswa (90 %) pada siklus ii rata-rata skor tes siswa meningkat menjadi 86,40 dari skor maksimal 100. semua siswa pada siklus 2 tuntas belajar 100% b. respon siswa pada penerapan metode belajar kooperatif model tps sebesar 80,47 % hal ini menunjukkan bahwa respon siswa sangat tinggi ( respon siswa sangat positif) vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.25 71 daftar rujukan [1] abdurrahman, mulyono. 2003. pendidikan bagi anak kesulitan belajar, jakarta: pt rhineka cipta. [2] arend, r.i. 2004. learning to teach. new york: the me graw hill compani. [3] arikunto,suharsimi. 2008. penelitian tindakan kelas: jakarta : pt. bumi aksara. [4] dimyati, dan mujiono. 2006. belajar dan pembelajaran, jakarta: pt rhineka cipta [5] djamarah, syaiful bahri. 2006. psikologi belajar, jakarta :rineka cipta. [6] hamalik, oemar. 2008. proses belajar menagajar, jakarta: pt bumi aksara. [7] ibrahim, dan mujianto. 2005. pembelajaran kooperatif, surabaya : unesauniversity press. [8] kemendikbud, 2014 materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 th ajaran 2014/2015 [9] michael. 2003, think-pair-share(online) (http://www.eazhlull.org.uk/n/c/thinkpair share. htm) [10] mustakim. 2010. psikologi pendidikan, yogyakarta: pustaka pelajar offset [11] slavin, robert e. 2005. cooperatif learning teori, riset dan praktik. bandung: nusa media [12] sudjana, nana. 2008. penelitian hasil proses belajar mengajar, bandung:pt.remaja rosdakarya, 2010 [13] supriyono.2009. penelitian hasil belajar,think-pair-share (online) (http://www.eazhlull. org. uk/n/c/think pair share.htm [14] tarigan , c.b. t. 2005. kamus lengkap biologi bergambar, bandung: penabur ilmu [15] widarti a. 2007. efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar [16] winkel, w.s. dikutip oleh purwanto. 2010. psikologi pengajaran, jakarta: gramedia. [17] yamin, martinis. 2009. dkk. manajemen pembelajaran kelas, jakarta: gaung persada. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.40 178 received : 09-08-2020 revised : 12-09-2020 published : 09-10-2020 upaya meningkatkan kedisiplinan guru melalui penerapan absensi finger print di smp negeri 1 ciparay kabupaten bandung n. lisnur solihah smp negeri 1 ciparay bandung, indonesia nlisnursolihah@gmail.com abstrak: penelitian ini lakukan untuk melihat secara utuh dan apa adanya proses penerapan absensi finger print, seperti apa penerapan absensi finger print dalam mendisiplinkan kerja pegawai yang ada di smp negeri 1 ciparay. tujuan utama dari penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk meningkatkan kedisiplinan guru melalui penerapan absensi finger print di smp negeri 1 ciparay kab. bandung tahun pelajaran 2019/2020. metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan sekolah (pts). hasil tindakan pada penelitian ini setelah diadakan penerapan mesin absensi finger print sebagai pencatat kehadiran, sebanyak 10 orang guru 23,81% terlambat datang ke sekolah kurang dari 15 menit, sebanyak 6 orang guru 14,29% terlambat datang ke sekolah antara 15 sampai dengan 30 menit, sebanyak 26 orang guru 61,90% datang ke sekolah tepat waktu atau sebelum melewati waktu yang telah ditentukan oleh sekolah, dan tidak ada guru yang terlambat datang kesekolah lebih dari 30 menit. kemudian hasil rekapitulasi kepulangan guru dari sekolah diperoleh data, 16 orang guru 38,10% guru pulang tepat waktu, 21 orang guru 50% pulang cepat kurang dari 15 menit, 5 orang guru 11,90% pulang cepat antara 15 sampai dengan 30 menit, dan tidak ada guru yang pulang cepat lebih dari 30 menit. dengan demikian penerapan mesin absensi finger print sebagai pencatat kehadiran sangat efektif untuk meningkatkan disiplin guru di smp negeri 1 ciparay. abstract: this research was conducted to prove the process of applying finger print attendance, how the application of finger print attendance in disciplining the work of teachers in ciparay 1 junior high school. the main objective of this school action research is to improve teachers discipline through the application of finger print absences in ciparay 1 junior high school, bandung district in academic year 2019/2020. the research method used is a school action research. the results of the action in this study after the implementation of the finger print attendance machine as a attendance recorder, as many as 10 teachers 23.81% were late coming to school less than 15 minutes, as many as 6 teachers 14.29% were late coming to school between 15 to 30 minutes, as many as 26 teachers 61.90% arrive at school on time or before the time determined by the school, and no teacher is coming late to school by more than 30 minutes. then the recapitulation results of the return of teachers from schools obtained data, 16 teachers 38.10% of teachers left on time, 21 teachers 50% went home less than 15 minutes, 5 teachers 11.90% went home quickly between 15 to 30 minutes, and no teacher returns early more than 30 minutes. thus the application of the finger print attendance machine as a attendance attendant is very effective to improve teacher discipline in ciparay 1 junior high school. kata kunci : absensi finger print, kedisiplinan guru, smpn 1 ciparay mailto:nlisnursolihah@gmail.com vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.40 179 pendahuluan kedisiplinan merupakan serangkaian sikap yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan, dan ketertiban. dalam dunia pendidikan kedisiplinan merupakan proses yang sangat diperlukan untuk menjaga agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar dan bisa menciptakan pribadi yang kuat bagi peserta didik. dengan ditanamkan kedisiplinan kepada pendidik dengan baik diharapkan dapat mewujudkan pendidikan karakter sebagaimana yang tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. salah satu upaya untuk meningkatkan kedisiplinan yaitu dengan mengikuti perkembangan teknologi informasi yang penting adalah semakin dibutuhkannya penggunaan alat pengolah data yang berfungsi untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan. perusahaan-perusahaan yang ingin mengembangkan usaha dan mencapai sukses harus mengikuti era informasi dengan menggunakan alat pendukung pengolah data yaitu komputer. peran sistem informasi dalam pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan-keterampilan di luar lingkungan. jika sistem informasi diterapkan dalam dunia pendidikan maka akan terjalin suatu relasi atau hubungan yang membawa dampak positif bagi dunia pendidikan itu sendiri. tenaga pendidik menurut uu no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bab i, pasal 1, menerangkan bahwa tenaga kependidikan (pegawai) adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. pendidik bertugas merencanakan dan melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan tekhnis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. pendidik (guru) berdasarkan uu no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bab i, pasal 1 menyatakan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekh pendisiplinan adalah usahausaha untuk menanamkan nilai ataupun pemaksaan agar subjek memiliki kemampuan untuk menaati sebuah peraturan. sedangkan disiplin guru menurut ali imron adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki guru dalam bekerja di sekolah, tanpa ada pelanggaranpelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap diri sendiri, teman sejawat dan terhadap sekolah secara keseluruhan. guna mengetahui kehadiran pegawai dan guru, diperlukan sistem absensi yang dapat mencatat seluruh kehadiran. fitranto, menjelaskan absensi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat prestasi kehadiran serta tingkat kedisiplinan dari anggota dalam suatu instansi, institusi atau perusahaan. sedangkan menurut supriatna, absensi mengandung pemahaman sebagai suatu bentuk kehadiran seseorang di sebuah tempat untuk memenuhi kewajibannya. berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui absensi adalah suatu kegiatan pencatatan kehadiran untuk mengetahui kinerja sesorang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya di suatu lembaga atau perusahaan. jadi adanya sistem absensi untuk mencegah adanya kegiatan titip absen. seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin maju, terdapat sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.40 180 kehadiran tersebut. salah satu solusinya adalah dengan penggunaan finger print sebagai sistem absensi. masih adanya sikap kurang disiplin pegawai maupun guru di smp negeri 1 ciparay khususnya guru yang tidak sesuai dengan kode etik contohnya tidak masuk kerja tanpa keterangan, guru tidak mengikuti upacara setiap hari senin karena terlambat dan lebih memilih mengobrol di ruangannya dan terdapat guru yang datang ke sekolah dan pulang dari sekolah tidak sesuai jam kerja. tujuan penelitian yang lakukan yaitu pada bagaimana pengaruh proses penerapan absensi finger print dalam mendisiplinkan kerja pegawai di sekolah. peneliti ingin melihat secara utuh dan apa adanya proses penerapan absensi finger print, seperti apa penerapan absensi finger print dalam mendisiplinkan kerja pegawai yang ada di smp negeri 1 ciparay. atas dasar masalah tersebut diatas, peneliti sebagai kepala sekolah smp negeri 1 ciparay berupaya meningkatkan kedisiplinan pendidik dengan penggunaan sistem absensi finger print, sehingga penulis ingin memastikan seberapa besar pengaruhnya tingkat perubahan kedisiplinan pendidik dan tenaga kependidikan tersebut. maka dari itu, peneliti tergugah untuk melakukan penelitian dengan judul “upaya meningkatkan kedisiplinan guru melalui penerapan absensi finger print di smp negeri 1 ciparay kab. bandung tahun pelajaran 2019/2020” sebagai bahan validitas tingkat perubahan kedisiplinan pendidik, bahkan bisa menjadi acuan bagi sekolah lain dalam penerapan sistem absensi finger print, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. penelitian ini dibatasi hanya pada penerapan absensi finger print dalam mendisiplinkan kerja guru di smp negeri 1 ciparay pada saat datang dan pulang sekolah tepat waktu. seperti apa penerapan absensi finger print dalam mendisiplinkan kerja guru guna meningkatkan mutu sekolah, peserta didik maupun untuk diri mereka sendiri. dengan tujuan utama dari penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk meningkatkan kedisiplinan guru melalui penerapan absensi finger print di smp negeri 1 ciparay kab. bandung tahun pelajaran 2019/2020. manfaat dari penelitian ini adalah : 1. bagi tenaga pendidik dan kependidikan, agar selalu meningkatkan kedisiplinan serta kinerja mereka supaya para peserta didik yang ada di smp negeri 1 ciparay juga ikut termotivasi untuk disiplin karena mendapatkan contoh dari para guru dan pegawai sekolah. 2. hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan sebagai bahan refrensi bagi para peneliti-peneliti lain terutama yang berkaitan dengan absensi finger print. 3. bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi acuan dan pengetahuan yan g terjadi di lembaga pendidikan tersebut dan sekaligus dapat digunakan untuk mengembangkan program absensi dengan finger print. 4. bagi peneliti, penilitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk menambah wawasan keilmuan mengenai sistem informasi manajemen di sekolah khususnya tentang absensi finger print. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.40 181 metode penelitian penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan dan evaluasi dan refleksi, dan dilakukan minimal dalam dua siklus. pada tahap persiapan dibuat skenario kegiatan, jadwal waktu, tempat serta sarana pendukung lainnya seperti lembar observasi, serta instrumen penelitian. penelitian dilakukan di smp negeri 1 ciparay pada awal tahun pelajaran 2019/2020 yaitu di bulan juli sampai dengan oktober 2019. penelitian ini ditujukan kepada guru yang berstatus aparatur sipil negara (asn) saja di smpn 1 ciparay sebanyak 42 guru, dikarenakan guru yang berstatus honorer sifatnya fleksibel bisa datang dan pulang sesuai dengan jam mengajar mereka saja. dikarenakan ada beberapa guru honorer mengajar juga di sekolah lain. langkah-langkah pts yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. langkah-langkah pts seperti gambar 1 berikut: gambar 1. langkah-langkah pts siklus 1 pada siklus i, penelitian tindakan ini direncanakan selama satu bulan yaitu pada bulan agustus 2019 yang melibatkan 42 orang guru yang ada di sekolah ini. hal ini perlu dilakukan karena merupakan aturan baru yang harus disosialisasikan terlebih dahulu tentang tujuan dan penggunaan sistem absensi fingerprint yang akan dilaksanakan di smp negeri 1 ciparay. kegiatan ini dilakukan di sekolah dengan pengaturan waktu yang lebih fleksibel sehingga tidak mengganggu jadwal kegiatan pembelajaran. sarana yang digunakan dalam kegiatan ini adalah absensi kehadiran guru piket dan mesin absensi fingerprint. kegiatan ini dilakukan dalam dua siklus hingga guru dinilai memiliki integritas dan kedisiplinan yang baik. dalam setiap siklus peneliti melakukan observasi dan penilaian terhadap perkembangan kedisiplinan setiap guru. tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penggunaan mesin absensi fingerprint untuk meningkatkan kedisiplinan guru datang ke sekolah. penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yaitu: vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.40 182 1. mendistribusikan instrument kehadiran guru ke sekolah yang isinya mengenai kehadiran guru tepat waktu baik pada saat datang ke sekolah maupun pulang dari sekolah dengan menggunakan mesin absensi fingerprint. 2. petugas absensi dari tata usaha mengarahkan dan mengingatkan setiap guru yang datang dan pulang untuk melakukan absensi fingerprint terlebih dahulu. 3. rekapitulasi dilaksanakan oleh petugas absensi dari tata usaha dan dilaporkan kepada kepala sekolah selaku peneliti. pada proses pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi selama satu bulan (satu siklus), untuk semua guru asn yang berjumlah 42 orang. selama pengamatan peneliti dibantu atau berkolaborasi dengan guru piket dan tata usaha. pengamatan oleh peneliti melaui lembar pengamatan dan daftar hadir meliputi : 1. kehadiran guru pada saat tiba dan pulang atau selesai melaksanakan pekerjaan melalui rakapitulasi absensi fingerprint. 2. tingkat kehadiran guru setiap hari disekolah dalam melaksanakan tugas tepat waktu melalui lembar pengamatan yang diamati peneliti. kegiatan refleksi ini dilaksanakan setiap bulan pada saat pelaksanaan rapat dinas bulanan di sekolah. peneliti menyampaikan dan mengingatkan tentang pentingnya kedisiplinan guru. hasil yang diperoleh dari kegiatan refleksi ini akan dijadikan sebagai bahan perencanaan dan tindakan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. siklus 2 kegiatan perencanaan berdasarkan pada refleksi dari siklus 1, sementara untuk langkahlangkah kegiatan tindakan dan pengamatan sama dengan siklus 1 dengan memperhatikan prioritas permasalahan yang disimpulkan pada siklus 1 dan dilanjutkan dengan kegiatan refleksi. apabila hasil refleksi pada siklus 2 sudah menunjukan adanya peningkatan kemampuan guru secara signifikan, maka kegiatan penelitian dianggap berhasil, tetapi sebaliknya apabila belum menunjukan hasil yang di harapkan, maka kegiatan penelitian akan dilanjutkan dengan siklus berikutnya dengan langkah-langkah kegiatan yang sama dengan kegiatan pada siklus 2 ini. teknik pengumpulan data dari penelitian tindakan sekolah ini adalah melalui data kualitatif yang diperoleh dari observasi, pengamatan, maupun wawancara. teknik ini digunakan untuk mendapatkan data dari informan secara langsung. dalam melakukan wawancara dipergunakan pedoman wawancara yang terbuka. observasi digunakan untuk melengkapi data dari wawancara dan pengumpulan dokumentasi, terutama dalam lingkup masalah penelitian, antara lain mengamati impelementasi kebijakan yang berkaitan dengan kedisiplinan guru pada saat datang dan pulang tepat waktu. instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi yang digunakan oleh supervisor untuk mencatat perkembangan kedisiplinan guru yang dibinanya selama proses penelitian (siklus 1 dan siklus 2). teknik analisis data dilakukan terhadap hasil partisipasi guru sebagai data awal kemampuan guru dan hasil observasi yang dilakukan selama proses pembinaan akan dianalisis secara deskriptif untuk mengukur keberhasilan proses pembinaan sesuai dengan tujuan penelitian tindakan sekolah ini. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.40 183 hasil dan pembahasan penelitian tindakan sekolah (pts) ini dilaksanakan dalam dua siklus. hal ini dikarenakan keterbatasan waktu yang tersedia, serta dengan dua siklus sudah penulis anggap cukup untuk peningkatan disiplin guru dalam kedatangan dan pulang sekolah tepat waktu yang telah dintentukan sekolah. guru diharuskan datang kesekolah paling lambat pukul 06.45 wib dan pulang pukul 16.00 wib. siklus 1 perencanaan adalah langkah awal yang dilakukan oleh peneliti saat akan memulai tindakan. agar perencanaan mudah dipahami dan dilaksanakan oleh penulis yang akan melakukan tindakan, maka penulis membuat rencana tindakan sebagai berikut : a. merumusan masalah yang akan dicari solusinya. dalam penelitian ini masalah yang akan dicari solusinya adalah masih banyaknya guru yang kurang disiplin dalam kedatangan dan pulang sekolah tepat waktu yang telah dintentukan sekolah. b. merumusan tujuan penyelesaian masalah/ tujuan menghadapi tantangan/ tujuan melakukan inovasi/ tindakan. dalam penelitian ini penulis mengambil rencana untuk melakukan tindakan penggunaan mesin absensi fingerprint untuk meningkatkan kedisiplinan guru dalam kedatangan dan pulang sekolah tepat waktu. c. merumusan indikator keberhasilan penerapan mesin absensi fingerprint dalam meningkatkan disiplin guru dalam kedatangan dan pulang sekolah tepat waktu yang telah dintentukan sekolah. indikator keberhasilan penerapan tindakan ini penulis tetapkan sebesar 75%, artinya tindakan ini dinyatakan berhasil bila 75% guru tidak terlambat datang kesekolah dan tidak pulang lebih awal dari waktu yang telah ditentukan. d. merumusan langkah-langkah kegiatan penyelesaian masalah/ kegiatan menghadapi tantangan/ kegiatan melakukan tindakan. langkah-langkah yang diambil penulis dalam melakukan tindakan antara lain adalah melakukan sosialisasi kepada para guru mengenai penelitian yang akan dilaksanakan, serta menyampaikan tujuan dari penerapan tindakan yang dilakukan oleh penulis. kepada para guru disampaikan mengenai pengunaan mesin absensi fingerprint yang akan diterapkan dalam penelitian ini. pada siklus pertama ini, peneliti akan menyampaikan rekapitulasi kehadiran guru berdasarkan ketepatan waktu pada saat datang maupun pulang sekolah. peringkat nama-nama guru yang paling rendah tingkat keterlambatan sampai yang paling tinggi tingkat keterlambatannya. e. mengidentifikasi warga sekolah dan atau pihak-pihak terkait lainnya yang terlibat dalam penyelesaian masalah / menghadapi tantangan / melakukan tindakan. penulis melakukan identifikasi siapa saja yang dilibatkan dalam penelitian ini. pihak-pihak yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah : guru piket, tu (pengelola tenaga kependidikan). f. mengidentifikasi metode pengumpulan data yang akan digunakan. metode pengumpulan data yang diambil oleh penulis merupakan data kualitatif melalui observasi, pengamatan mengenai kehadiran guru tepat pada waktunya. g. penyusunan instrumen pengamatan dan evaluasi. dalam pengambilan data, penulis menggunakan instrument berupa lembar observasi/pengamatan, skala penilaian. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.40 184 pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain : a. mendistribusikan instrument kehadiran guru yang isinya mengenai kehadiran guru tepat waktu baik pada saat datang kesekolah maupun pulang dari sekolah dengan menggunakan mesin absensi fingerprint. b. petugas absensi dari tata usaha atau pengelola tenaga kependidikan mengarahkan dan mengingatkan setiap guru yang datang dan pulang untuk tidak lupa melakukan absensi fingerprint terlebih dahulu. c. rekapitulasi dilaksanakan oleh petugas absensi dari tata usaha dan dilaporkan kepada kepala sekolah selaku peneliti. d. kegiatan tersebut dilakukan terus setiap hari kepada setiap guru selama satu bulan (satu siklus). pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi selama satu bulan (satu siklus), untuk semua guru pns yang berjumlah 42 orang. selama pengamatan peneliti dibantu atau berkolaborasi dengan petugas absensi dari tu. pengamatan oleh peneliti meliputi a. kehadiran guru disekolah. b. tingkat keterlambatan guru datang ke sekolah c. waktu kepulangan guru. dari hasil pengamatan dan rekapitulasi siklus i dapat dilihat pada grafik 1 di bawah ini: gambar 1. grafik tingkat kedisiplinan guru datang dan pulang sekolah siklus i berdasarkan grafik 1 di atas tingkat keterlambatan guru datang kesekolah diperoleh data, sebanyak 4 orang guru 9,52% terlambat datang ke sekolah kurang dari 15 menit, sebanyak 15 orang guru 35,71% terlambat datang ke sekolah antara 15 sampai dengan 30 menit, 4 orang guru 9,52% terlambat datang kesekolah lebih dari 30 menit, dan sebanyak 19 orang guru 45,24% datang ke sekolah tepat waktu atau sebelum melewati waktu yang telah ditentukan oleh sekolah. sedangkan, hasil rekapitulasi kepulangan guru dari sekolah diperoleh data, 12 orang guru 28% guru pulang tepat waktu, tidak ada guru yang pulang cepat dari 15 menit, 5 orang guru 11,90% pulang cepat antara 15 sampai dengan 30 menit, dan 25 orang guru 59,52% guru yang pulang cepat lebih dari 30 menit. dari data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat keterlambatan guru datang ke sekolah lebih dari 15 menit masih tinggi yaitu 19 orang atau 45,24%. dan guru yang pulang 19 4 15 4 12 0 5 25 0 5 10 15 20 25 30 tepat waktu < 15 menit 15 s/d 30 menit > 30 menit datang pulang vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.40 185 lebih cepat lebih dari 15 menit sebanyak 30 orang guru atau 71,43%. berdasarkan indikator yang telah ditetapkan bahwa keberhasilan tindakan ini adalah 75%, atau bila 75% guru tidak terlambat lebih dari 15 menit. pada siklus pertama ini guru yang tidak terlambat lebih dari 15 menit baru 54,76%, dan guru yang pulangnya kurang dari 15 menit hanya 28,57%. jadi peneliti berkesimpulan harus diadakan penelitian atau tindakan lagi pada siklus berikutnya atau siklus kedua. setelah selesai satu siklus maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus i. refleksi dilaksanakan bersama-sama kolaborator untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. dari hasil refleksi dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perlu penerapan yang lebih tegas lagi daripada siklus pertama yakni guru yang terlambat diumumkan dalam kegiatan rapat dinas sekolah. siklus 2 dari hasil refleksi pada siklus pertama, peneliti merencanakan untuk melakukan tindakan yang lebih tegas dibandingkan dengan siklus pertama. peneliti merencanakan untuk mengumumkan hasil observasi mengenai tingkat keterlambatan guru datang ke sekolah pada kegiatan rapat dinas sekolah dan absensi kehadiran fingerprint akan disampaikan secara utuh ke dinas pendidikan sebagai laporan dalam syarat pencairan tunjangan guru. hal ini terlebih dahulu disosialisasikan kepada semua guru pada saat refleksi siklus pertama. pelaksanaan penelitian tindakan sekolah pada siklus yang kedua ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain : a. mendistribusikan instrument kehadiran guru yang isinya mengenai kehadiran guru tepat waktu baik pada saat datang kesekolah maupun pulang dari sekolah dengan menggunakan mesin absensi fingerprint. b. petugas absensi dari tata usaha atau pengelola tenaga kependidikan mengarahkan dan mengingatkan setiap guru yang datang dan pulang untuk tidak lupa melakukan absensi fingerprint terlebih dahulu. c. rekapitulasi dilaksanakan oleh petugas absensi dari tata usaha dan dilaporkan kepada kepala sekolah selaku peneliti. d. kegiatan tersebut dilakukan terus setiap hari kepada setiap guru selama satu bulan (satu siklus). e. kegiatan tersebut dilakukan terus setiap hari kepada setiap guru selama satu bulan (satu siklus) pada siklus kedua. pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi selama satu bulan (satu siklus), untuk semua guru yang berjumlah 42 orang. selama pengamatan peneliti dibantu atau berkolaborasi dengan petugas absensi dari tu. pengamatan oleh peneliti meliputi : a. kehadiran guru disekolah. b. tingkat keterlambatan guru datang ke sekolah c. waktu kepulangan guru dari hasil pengamatan dan rekapitulasi siklus i dapat dilihat pada grafik 2 di bawah ini: vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.40 186 gambar 2. grafik tingkat kedisiplinan guru datang dan pulang sekolah siklus ii berdasarkan grafik 2 di atas tingkat keterlambatan guru datang kesekolah diperoleh data, sebanyak 10 orang guru 23,81% terlambat datang ke sekolah kurang dari 15 menit, sebanyak 6 orang guru 14,29% terlambat datang ke sekolah antara 15 sampai dengan 30 menit, sebanyak 26 orang guru 61,90% datang ke sekolah tepat waktu atau sebelum melewati waktu yang telah ditentukan oleh sekolah, dan tidak ada guru yang terlambat datang kesekolah lebih dari 30 menit,. sedangkan, hasil rekapitulasi kepulangan guru dari sekolah diperoleh data, 16 orang guru 38,10% guru pulang tepat waktu, 21 orang guru 50% pulang cepat kurang dari 15 menit, 5 orang guru 11,90% pulang cepat antara 15 sampai dengan 30 menit, dan tidak ada guru yang pulang cepat lebih dari 30 menit. dari data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat keterlambatan guru datang ke sekolah lebih dari 15 menit sudah rendah yaitu hanya 6 orang guru atau 14,29% dan tidak terdapat guru yang datang terlambat lebih dari 30 menit. guru yang pulang lebih cepat juga sudah sedikit, hanya 5 orang guru atau 11,90%. berdasarkan indikator yang telah ditetapkan bahwa keberhasilan tindakan ini adalah 75%, atau bila 75% guru tidak terlambat lebih dari 15 menit dan guru tidak pulang cepat lebih dari 15 menit. pada siklus kedua ini guru yang tidak terlambat lebih dari 15 menit sudah 85,71%, dan guru yang pulangnya kurang dari 15 menit sudah 88,10%. jadi peneliti berkesimpulan tidak melanjutkan penelitian lagi ke siklus berikutnya. setelah selesai pelaksanaan tindakan pada siklus kedua maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus kedua tersebut. dari hasil observasi dan data yang diperoleh, peneliti mengambil kesimpulan bahwa tindakan yang dilaksanakan pada siklus kedua dinyatakan berhasil, karena terdapat 10 orang guru 23,81% yang terlambat kurang dari 15 menit, dan 26 orang guru 61,90% yang datang tepat waktu, jika dijumlahkan menjadi 85,71% atau melebihi target yang telah ditentukan sebesar 75%. berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di smp negeri 1 ciparay pada siklus pertama dan siklus kedua dapat dilihat ada perbaikan tingkat kedisiplinan guru datang dan pulang sekolah, atau terdapat peningkatan ketepatan waktu guru tiba dan pulang sekolah. penggunaan mesin absensi finger print dalam mendisiplinkan kerja guru menurut penulis dirasa sudah cukup baik. pada penerapannya mesin absensi finger print sangat mudah digunakan sebab pegawai hanya perlu meletakan jarinya dan menghadapkan muka pada mesin absensi, maka secara otomatis data pegawai tersebut akan terdownload dan tersimpan secara online dalam database kepegawaian. penerapan absensi finger print 26 10 6 0 16 21 5 0 0 5 10 15 20 25 30 tepat waktu < 15 menit 15 s/d 30 menit > 30 menit series1 series2 vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.40 187 sangat efektif dalam mengurangi kecurangan-kecurangan pada absensi manual ketika guru atau pegawai melakukan absensi karena mesin absensi finger print secara elektronik telah diprogram sedemikian rupa sehingga sulit dimanipulasi oleh pegawai yang datang terlambat dan pulang lebih awal maupun pegawai yang menitip diabsenkan oleh pegawai lain. terdapat sop (standart operating procedure) yang menerangkan tentang langkah-langkah proses absensi online finger print terinput melalui komputer, sampai pada data tersebut terekap sesuai dengan data pegawai yang tersimpan dalam database ketika pegawai yang bersangkutan melakukan absensi setiap harinya. simpulan dan saran berdasarkan analisis data, dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan mesin absensi finger print sebagai pencatat kehadiran guru efektif untuk meningkatkan kedisiplinan guru dalam kedatangan atau kepulangan tepat pada waktunya di sekolah. data yang diperoleh menunjukan bahwa setelah diadakan penerapan mesin absensi finger print sebagai pencatat kehadiran, sebanyak 10 orang guru 23,81% terlambat datang ke sekolah kurang dari 15 menit, sebanyak 6 orang guru 14,29% terlambat datang ke sekolah antara 15 sampai dengan 30 menit, sebanyak 26 orang guru 61,90% datang ke sekolah tepat waktu atau sebelum melewati waktu yang telah ditentukan oleh sekolah, dan tidak ada guru yang terlambat datang kesekolah lebih dari 30 menit,. sedangkan, hasil rekapitulasi kepulangan guru dari sekolah diperoleh data, 16 orang guru 38,10% guru pulang tepat waktu, 21 orang guru 50% pulang cepat kurang dari 15 menit, 5 orang guru 11,90% pulang cepat antara 15 sampai dengan 30 menit, dan tidak ada guru yang pulang cepat lebih dari 30 menit. penerapan mesin absensi finger print sebagai pencatat kehadiran sangat efektif untuk meningkatkan disiplin guru di smp negeri 1 ciparay. karena adanya pengaruh positif penerapan mesin absensi finger print sebagai pencatat kehadiran, maka melalui kesempatan ini penulis mengajukan beberapa saran: 1. semua kepada kepala sekolah disarakan melakukan penerapan mesin absensi finger print sebagai pencatat kehadiran untuk meningkatkan disiplin guru di sekolah. 2. kepada semua guru dalam melaksanakan tugas untuk dapat meningkatkan disiplin dalam kehadiran guru di sekolah sebagai bentuk pelayanan minimal kepada peserta didik. daftar pustaka [1] akhmad sudrajat. (2010). manfaat prinsip dan asas pengembangan budaya sekolah. [online]. tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/03/04/manfaat-prinsip-dan-asaspengembangan-budaya-sekolah/ [06 oktober 2010] [2] amstrong. michael. (1991). manajemen sumber daya manusia. jakrta:ghalia indonesia [3] anwar prabu mangkunegara. (1994). psikologi perusahaan. bandung:pt. trigenda [4] karya. (2000). manajemen sumber daya manusia perusahaan. bandung : penerbit remaja rosdakarya. [5] arikunto, s. (2002). prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. jakarta: rineka cipta [6] aunurrahman. (2009). belajar dan pembelajaran. bandung:alfabeta vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.40 188 [7] bambang nugroho. (2006). reward dan punishment. bulletin cipta karya departemen pekerjaan umum edisi no. 6/iv/juni 2006 [8] departemen pendidikan nasional. (2003). undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. jakarta:depdiknas [9] hidayat, sucherli. (1986). peningkatan produktivitas organisasi dan pegawai negeri sipil: kasus indonesia, jakarta:prisma [10] megawangi, ratna. (2007). membangun sdm indonesia melalui pendidikan holistik berbasis karakter. jakarta:indonesian heritage foundation [11] sanjaya, w. (2008). kurikulum dan pembelajaran. teori dan praktik pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (ktsp). jakarta:kencana prenada media group [12] subagio. (2010) kompetensi guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran [on line]. tersedia : http://subagiosubagio.blogspot.com/2010/03/kompetensi-gurudalam-meningkatkan-mutu.html [13] hadi, syamsul. (2009). kepemimpinan pembelajaran, makalah disampaikan pada sosialisasi akuntabilitas kinerja kepala sekolah dalam inovasi pembelajaran. departemen pendidikan nasional, direktorat jenderal peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, direktorat tenaga kependidikan. microsoft word 15-karunia.docx vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.117 535 received : 13-03-2021 revised : 01-04-2021 published : 15-04-2021 portflexction sebagai media mengekspresikan dan merefleksikan penilaian diri di kelas xii mipa sman 3 bandung rd. karunia swandarini sma negeri 3 bandung, indonesia rinisidhartawan@gmail.com abstrak: portofolio adalah satu mekanisme penilaian ketrampilan yang bisa menjadi instrumen yang efektif untuk mengetahui berhasil tidaknya proses pembelajaran baik itu formatif atau sumatif. ada beberapa masalah yang dihadapi dalam kegiatan penilaian seperti siswa sering terlambat mengumpulkan tugas, kurang peduli terhadap nilai yang diperoleh, kurang bisa mengekspresikan diri melalui tulisan, jarang merefleksikan penilaian diri, belum memiliki media yang tepat untuk menunjukkan prestasi selama di sma dan kurang memiliki rasa bertanggung jawab terhadap proses penilaian. tujuan pembuatan best practice ini adalah untuk menunjukan penggunaan portflexction atau portfolio, expression dan reflection sebagai media mengekspresikan dan merefleksikan penilaian diri siswa. metodologi pembuatan best practice ini adalah deskriptif-kualitatif dengan cara membahas kegiatan dan hasil portofolio peserta didik berikut penilaiannya. adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas xii mipa 2 sman 3 bandung. peserta didik mengumpulkan tugas yang disepakati untuk portofolio dan sertifikat yang mereka peroleh selama di sma. peserta didik menulis jurnal pembelajaran, menuliskan ideide yang muncul selama melaksanakan tugas dan cara mereka menyelesaikan masalah yang mereka hadapi terkait tugas. hasil menunjukan bahwa dengan penilaian portfolio, selain bisa menilai diri sendiri terutama hasil tugas mereka, peserta didik dapat berkreatifitas dalam menyusun portfolio tersebut. kata kunci: portflexction; portofolio; penilaian; penilaian portofolio vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.117 536 pendahuluan indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum sejalan dengan perubahan dan perkembangan teknologi dan situasi globalisasi dunia. bagaimanapun, suka tidak suka, mau tidak mau, dan/atau siap tidak siap hal ini dilakukan untuk mengimbangi tantangan akibat laju perkembangan teknologi dan situasi globalisasi dunia yang sangat cepat di zaman ini. perubahan tersebut mengarahkan kegiatan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk menguasai kompetensi sasaran sesuai dengan konteks lingkungannya. hal ini mendorong guru untuk menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning). kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang sedang digunakan merupakan pengganti kurikulum tingkat satuan pendidikan. walaupun demikian masih terdapat benang merah antara kedua kurikulum tersebut, yaitu kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan itu sendiri. perubahan yang terjadi adalah di dalam standar kompetensi lulusan, standar proses, dan standar penilaian. dari tiga standar yang mengalami perubahan dalam kurikulum 2013, standar penilaianlah yang selama ini dianggap paling menantang oleh para guru. kementrian pendidikan dan kebudayaan republik indonesia (2019) menjelaskan standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik. terutama pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. di dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik merupakan definisi penilaian. memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan adalah tujuan dari penilaian hasil belajar itu sendiri. dalam melakukan penilaian, pendidik diharapkan selalu berpegang pada prinsip-prinsip penilaian hasil belajar yaitu, sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, beracuan kriteria, serta akuntabel. berdasarkan uraian ini, maka tak mengherankan apabila penilaian dianggap menjadi kegiatan yang paling sulit bagi pendidik yang berusaha untuk melakukannya sesuai dengan prinsip-prinsip yang dicanangkan (tim pusat penilaian pendidikan, 2019). dari sekian banyak pilihan penilaian yang bisa dilakukan, penilaian portofolio adalah salah satu penilaian yang bisa memenuhi tujuan, mekanisme, dan prinsip-prinsip penilaian yang disebutkan dalam permendikbud no 23 tahun 2016. penilaian portofolio merupakan penilaian yang mulai banyak digunakan di negara kita sejak diperkenalkan di tahun 2004. di beberapa negara maju portofolio telah digunakan dalam dunia pendidikan secara luas, baik untuk penilaian dikelas, daerah maupun untuk penilaian secara nasional (depdiknas, 2004). warsono dan haryanto di dalam aulia et al. (2015) mendefinisikan portofolio adalah pengumpulan dokumen secara individual oleh peserta didik. dokumen yang dikumpulkan meliputi kegiatan, karya, prestasi atau lainnya. menurut yusrizal (2016)penilaian portfolio bisa menjadi instrumen yang efektif untuk mengetahui berhasil tidaknya proses pembelajaran apabila hasilnya dijadikan acuan umpan balik (feedback) bagi guru maupun siswa itu sendiri. hal itu dimungkinkan karena pada dasarnya penilaian portofolio adalah pengumpulan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan terbaik yang dikerjakan atau diselesaikan oleh siswa pada kurun tertentu. dalam hal ini hasil pekerjaan terbaik tersebut dapat berupa hasil tes, hasil ulangan, hasil lks, hasil observasi, penugasan, sertifikat yang terkait dengan penampilan peserta didik, dan sebagainya (aulia et al., 2015). namun demikian, banyak pendidik termasuk belum paham bagaimana cara vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.117 537 melakukan penilaian portofolio. bahkan ada yang merasa bahwa penilaian portofolio memerlukan waktu yang lama sehingga banyak yang tidak melaksanakannya (azizah, 2018). penilaian portofolio ternyata memiliki jenis dan langkah-langkah yang harus dilakukan baik oleh pendidik dan peserta didik. jika penilaian portofolio ini ingin berhasil dan bermakna seperti prinsipi-prinsip yang terdapat dalam permendikbud no 23 th. 2016 (kementrian pendidikan dan kebudayaan republik indonesia, 2019), maka baik pendidik maupun peserta didik harus berkomitmen dalam melaksanakan kegiatan ini. metode metode yang digunakan dalam penulisan best practice ini adalah deskriptif-kualitatif. metode ini menyajikan kejadian atau fakta yang terjadi di dalam kelas berdasarkan data yang diperoleh. kemudian kejadian atau fakta tersebut ditafsirkan sehingga terlihat hubungan atau pertentangan antara dua keadaan atau lebih dari situasi atau kondisi yang dihadapi kemudian diinterpretasikan secara tepat dan akurat. adapun subjek penelitian adalah peserta didik kelas xii mipa 3 sman 3 bandung. jumlah peserta didik di kelas tersebut adalah 36 siswa. instrumen dan pengumpulan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah observasi melalui rekaman video, buku nilai, jurnal yang dibuat oleh peserta didik, juga wawancara. kemudian data yang berhasil dikumpulkan mulai dianalisa dengan membandingkannya dengan referensi baik buku atau hasil penelitian sebelumnya. seperti yang telah diterangkan dalam bagian sebelumnya, untuk memecahkan masalah yang dihadapi peneliti dalam proses penilaian yang melibatkan peserta didik sehingga diharapkan mereka lebih bertanggung jawab dalam kegiatan belajar mengajar. selain itu, diperlukan media untuk berekspresi dan merefleksikan penilaian diri bagi para peserta didik. untuk mengatasi permasalahan tersebut penilaian portflexction (portfolio, expression, and reflection) digunakan. berikut ini adalah langkah-langkah yang ditempuh dalam kegiatan ini. pertama, berdiskusi dengan siswa tentang penilaian portofolio sebagai salah satu aspek penilaian ujian sekolah. langkah ini ternyata sesuaid dengan yang diungkapkan oleh ernawati dan yuliana (2021) yaitu penjelasan maksud dari penugasan portofolio. kemudian bersama dengan siswa memilih kd yang akan dijadikan penilaian portfolio. diputuskan bahwa materi yang akan dijadikan portfolio adalah tugas-tugas dalam kegiatan pembelajaran kd 3.3 yaitu explanation text. berdiskusi dengan siswa sertifikat yang bisa dimasukkan kedalam portfolio. karena portofolio yang diambil merupakan gabungan dari portofolio showcase dan tugas, maka selain tugas ada pengumpulan sertifikat-sertifikat yang mereka peroleh selama di sman 3 bandung. setelah itu, peneliti dan peserta didik menentukan nilai acuan untuk sertifikat yang diperoleh. penentuan ini ditujukan untuk memudahkan proses penilaian. supaya portofolio lebih tertata rapi urutannya, maka peneliti menginstruksikan urutan portofolio. pertama, portofolio dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu bagian wajib dan tambahan. bagian wajib berisikan tugas-tugas mengenai explanation text. bagian tambahan berisikan sertifikatsertifikat. sertifikat pun dibagi lagi menjadi tiga kategori yaitu sertifikat berorganisasi, perlombaan, dan keikutsertaan dalam suatu kegiatan. terakhir, siswa memilih aplikasi yang akan digunakan untuk membuat portfolio. para peserta didik, sebagian besar menggunakan aplikasi word, power point, canva, zoom, google meet dan youtube untuk mengerjakan tugas-tugas dan membuat portofolio. setelah semuanya disepakati, peneliti dan peserta didik membicarakan lamanya penyusunan portofolio ini. akhirnya diputuskan bahwa tenggang waktunya adalah akhir bulan vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.117 538 februari 2021. yang tak kalah penting, peneliti dan peserta didik berdiskusi mengenai media yang akan digunakan untuk membuat portfolio. pada awalnya peserta didik diminta hanya menggunakan aplikasi word, power point presentation, dan youtube. namun, sejalannya waktu, ada beberapa peserta didik yang bertanya bahwa apakah mereka diizinkan untuk menggunakan aplikasi lain selain yang disebutkan oleh peneliti. peneliti menyetujui keinginan peserta didik karena menganggap hal tersebut dapat meningkatkan kreatifitas mereka. hasil dari kegiatan penilaian portflexction ini banyak hasil-hasil yang menarik didapatkan oleh siswa dan peneliti. bagi siswa, dengan portflexction peserta didik lebih bertanggung jawab atas tugas dan nilai. peserta didik menjadi lebih terasah kemampuan mengekspresikan ide, perasaan, dan pengalaman mereka secara tertulis. dengan portflexction peserta didik akan bisa merefleksikan diri mereka sendiri. peserta didik terfasilitasi untuk menunjukan prestasi-prestasi mereka melalui portflexction. portflexction dapat merangsang kreatifitas peserta didik karena di dalam penyusunan portflexction mereka berusaha menampilkan karya mereka semenarik mungkin hal itu sejalan dengan penelitian sahono & ismareni (2020). adapun hasil yang diperoleh peneliti sebagai guru antara lain, peneliti menjadi lebih terbiasa menggunakan penilaian berbasis portfolio karena dikerjakan secara sistematis. hubungan peneliti dan peserta didik menjadi lebih dekat karena terjadi komunikasi yang lebih intens dalam kegiatan ini. peneliti menjadi lebih memahami kesulitan peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh peneliti. peneliti belajar bagaimana membuat tanggapan yang mendidik ketika menanggapi tugas peserta didik. peneliti dapat berbagi beban dan tanggung jawab penilaian dengan peserta didik (sandra, 2013). pembahasan menurut para ahli, portofolio adalah wujud benda fisik, atau kumpulan suatu hasil (bukti) dari suatu kegiatan, atau bundelan, yakni kumpulan dokumentasi atau hasil pekerjaan seseorang (peserta didik) yang disimpan dalam suatu bundel. misalnya, bundelan hasil kerja siswa mulai dari tes awal, tugas-tugas, catatan anekdot, piagam penghargaan, keterangan melaksanakan tugas terstruktur, sampai kepada tes akhir. portofolio ini merupakan kumpulan karya terpilih dari seorang siswa atau sekelompok siswa (arifin, 2015). pernyataan tersebut sesuai dengan (mahardika, n.d.) yang menjelaskan bahwa “penilaian portofolio merupakan penilaian secara berkesinambungan dengan metode pengumpulan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan peserta didik dalam kurun waktu tertentu”. terdapat berbagai macam atau jenis portofolio, sejalan dengan tim pusat penilaian (2019), maka portflexction disusun dari dua macam portofolio, yaitu portofolio tugas dan portofolio pilihan (show case). portofolio tugas dalam portflexction ini adalah pengumpulan tugas-tugas dari kegiatan pembelajaran kd 3.3 yaitu explanation text. terdapat beberapa tugas yang harus dilaksanakan oleh para peserta didik yaitu menuliskan atau menginterpretasikan sebuah video pembelajaran dari youtube tentang pandemic yang berjudul how pandemics spread dari link https://www.youtube.com/watch?v=ug8ybnbdaco. tema ini diambil karena sesuai dengan situasi yang sedang berlangsung di negara ini. tugas selanjutnya adalah mengerjakan tugas berkelompok yaitu membuat makalah mengenai explanation text. makalah tersebut kemudian dipresentasikan dalam bentuk video yang kemudian diunggah ke youtube. adapun untuk portofolio pilihan (show case), peserta didik mengumpulkan sertifikatsertifikat yang diperoleh selama di sma. kegiatan ini sejalan dengan arifin (2015) yang vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.117 539 menyatakan bahwa portofolio bisa merupakan kumpulan piagam penghargaan. sejalan dengan fungsi sumatif yang bertujuan untuk memberi nilai atas capaian hasil kerja siswa, hasil penilaian portflexction dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan yang mempunyai dampak langsung kepada siswa, yaitu sebagai dasar penentuan kelulusan (tim pusat penelitian, 2019). oleh karenanya diperlukan panduan nilai acuan untuk sertifikat yang diperoleh. dalam menentukan acuan ini pendidik dan peserta didik menentukan nilai acuan sertifikat sebagai berikut, tabel 1. acuan nilai sertifikat no jenis jabatan/tingkatan nilai acuan 1 a. sertifikat osis pengurus inti ketua seksi bidang anggota sekbid 95 93 90 2 b. sertifikat kejuaraan internasional nasional propinsi finalis 98 96 95 90 3 c. keikutsertaan suatu event internasional nasional propinsi finalis 96 94 90 88 ada beberapa masalah yang dihadapi yang menyebabkan peneliti menggunakan penilaian portofolio, diantaranya adalah pertama, peserta didik sering terlambat mengumpulkan tugas. pada kegiatan pembelajaran jarak jauh ini, meskipun sudah ada internet dan semua kegiatan difokuskan berbasis teknologi, masih ada para peserta didik yang terlambat mengumpulkan tugas. dengan dalih lupa, koneksi internet yang lamban, banyaknya tugas dari mata pelajaran lainnya, ataupun lamanya waktu pengerjaan tugas yang dirasakan terlalu singkat. kedua, ada beberapa peserta didik yang masih kurang peduli terhadap nilai yang diperoleh. kekurangpedulian mereka terhadap nilai yang diperoleh bisa dikarenakan kurang dilibatkan dalam proses penilaian itu sendiri. mereka beranggapan penilaian itu masih merupakan tugas dan tanggung jawab pendidik. ketiga, peserta didik belum memiliki media untuk mengekspresikan diri melalui tulisan yang bermakna dan sejalan dengan kebutuhan mereka. pelajaran bahasa inggris seperti pelajaran bahasa lainnya memiliki tujuan untuk mengasah ketrampilan menulis. disinyalir, para peserta didik kelas xii mipa 2 belum terbiasa mengekspresikan diri mereka melalui tulisan. mereka cenderung mengekspresikan diri mereka secara verbal. mereka harus mulai dibiasakan untuk menuliskan perasaan, ide, dan pendapat mereka terhadap kegiatan pembelajaran. karenanya perlu disiapkan media yang dapat memfasilitasi mereka untuk melakukan hal tersebut. keempat, peserta didik belum memiliki media yang tepat untuk menunjukkan prestasi selama di sma. peserta didik sma negeri 3 bandung memiliki prestasi baik di bidan akademis maupun non-akademis. namun, karena penilaian portofolio belum menjadi kebiasaan, maka mereka belum dapat memperlihatkan pencapaian atau prestasi mereka selama di sma. kelima, peserta didik jarang melakukan penilaian diri secara sistematis dan terarah. mereka malahan belum pernah melakukan hal itu. akibatnya mereka seperti tidak peduli vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.117 540 terhadap proses penilaian mereka. mereka menyerahkan proses penilaian kepada pendidik dan menerima hasil penilaian tersebut apa adanya. keenam, peserta didik kurang memiliki rasa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran. hal ini dimaklumi, karena mereka belum pernah dilibatkan secara penuh dalam proses penilaian tugas mereka. seperti diuraikan di atas, mereka belum pernah mengalami penilaian diri secara sistematis dan terarah. untuk mengatasi masalah-masalah tersebut maka peneliti menggunakan porflexction sebagai media mengekspresikan dan merefleksikan penilaian diri selain sebagai alat penilaian yang berbentuk portofolio. portflexction sendiri adalah singkatan dari portfolio, expression and reflection. jadi peserta didik memiliki media untuk menuliskan perasaan mereka ketika sedang melakukan sebuah tugas, misalnya mereka merasa kesulitan ketika mendapatkan sebuah tugas, senang dan merasa tertantang. mereka juga bisa menuliskan ide-ide yang muncul selama melaksanakan tugas dan cara mereka menyelesaikan masalah yang mereka hadapi terkait tugas. terakhir, mereka bisa menilai diri mereka sendiri terutama hasil tugas mereka. ketika peserta didik merancang sebuah portofolio tanpa disadari kreatifitas mereka pun ditantang untuk berkembang. menurut (dewi et al., n.d.) dengan menggunakan penilaian portfolio kemampuan para siswa dalam menulis akan meningkat. dari hasil penelitian yang dilakukannya menunjukan bahwa siswa yang melakukan kegiatan portofolio ketrampilan menulisnya jauh lebih tinggi dibandingkan siswa yang tidak melaksanaka kegiartan portofolio. sandra (2013) menyatakan bahwa bahwa penilaian portofolio adalah suatu pendekatan atau model penilaian yang bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membangun dan merefleksi suatu pekerjaan/ tugas atau karya melalui pengumpulan (collection) bahan-bahan yang relevan dengan tujuan dan keinginan yang dibangun oleh peserta didik, sehingga hasil pekerjaan tersebut dapat dinilai dan dikomentari oleh peneliti dalam periode tertentu. jadi penilaian portofolio merupakan suatu pendekatan dalam penilaian kinerja peserta didik atau yang digunakan untuk menilai kinerja (setiamiharja, 2016). salah satu keunggulan penilaian portofolio adalah memberikan kesempatan pada peserta didik untuk lebih banyak terlibat, dan peserta didik sendiri dapat dengan mudah mengontrol sejauh mana perkembangan kemampuan yang telah diperolehnya. jadi, peserta didik akan mampu melakukan penilaian diri (self-assassement). hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (mahardika, n.d.) bahwa dengan portflexction siswa dapat menemukan kelebihan dan kekurangannya, sehingga mampu menutupi kekuranganya dengan kelebihan yang dimilikinya. menurut ernawati dan yuliana (2020) pada akhirnya refleksi diri yang dilakukan oleh para siswa melalu portofolio akan membuat mereka mampu mempelajari diri mereka sendiri yang membuat mereka berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan khusus yang dimilikinya. hasil penelitian lainya diungkapkan oleh yusman (2011) dan mafaza (2016) menyatakan sebuah penelitian tindakan menunjukan bahwa: pembelajaran kooperatif memberikan kebebasan kepada siswa dalam proses pembelajaran secara kelompok. melalui pendekatan pembelajaran kooperatif siswa harus (a) identifikasi masalah tugas, siswa secara kelompok melakukan identifikasi permasalahan yang diberikan oleh gurunya; (b) siswa mengumpulkan data informasi mengenai tugas yang diterima; (c) mencoba dan menganalisa data yang terkumpul untuk menjawab atau menyelesaikan tugas yang diterima; (d) siswa mencoba memecahkan masalah yang diajukan berdasarkan hasil analisa data; (e) siswa merumuskan kesimpulan dari kegiatan; dan (f) siswa memberikan penjelasan atau presentasi hasil belajar. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.117 541 simpulan dari best practice yang telah dilakukan, dapat ditarik simpulan seperti berikut ini, dengan penilaian portflexction, semakin banyak siswa yang tepat waktu dalam mengumpulkan tugas. mereka menyadari, dengan mengumpulkan tugas tepat waktu akan mempercepat proses penilaian yang artinya mempermudah tugas dan kewajiban guru mereka. keterlibatan peserta didik dalam penilaian portflexction, membuat mereka peduli terhadap nilai yang diperoleh. mereka menyadari bahwa jika mendapatkan nilai yang kurang memuaskan, mereka bisa memperbaiki tugas mereka secara langsung dengan persetujuan guru (marhaeni, 2017). dalam menyusun portflexction, semakin banyak kesempatan siswa untuk mengekspresikan diri melalui tulisan. karena dalam portflexction mereka diminta untuk menuliskan perasaan, ide, dan pengalaman belajar mereka, dalam bentuk tulisan. dengan terlibat dalam penilaian portflexction, semakin banyak peserta didik merefleksikan penilaian diri secara serius. ketika mereka menuliskan perasaan, ide, dan pengalaman belajar mereka, tanpa disadari mereka melakukan refleksi terhadap kinerja mereka. ketika mereka mendapatkan tanggapan (feedback) dari guru mereka, mereka pun bisa menuliskan respon mereka terhadap tanggapan tersebut. artinya mereka juga melakukan refleksi diri atas tanggapan yang diberikan kepada mereka (ulum, 2008). dengan terlibat dalam penilaian portflexction, siswa memiliki media yang tepat untuk menunjukkan prestasi selama di sma. seringkali prestasi-prestasi yang diperoleh oleh peserta didik tidak dapat diperlihatkan atau dipamerkan secara tepat. dengan adanya portflexction ini, peserta didik yang memiliki prestasi akan merasakan manfaat memiliki sertifikat-sertifikat yang mereka peroleh, karena ada media yang akan menilai prestasi mereka tersebut. selain itu, mereka jadi sadar akan pencapaian mereka selama bersekolah di sma negeri kita baik itu dalam kegiatan yang bersifat akademis, perlombaan, ataupun berorganisasi dan mengikuti kegiatan lainnya. mereka menyadari hal itu karena mereka menata sertifikat-sertifikat tersebut di dalam portflexction. hal senada juga disebutkan oleh (aulia et al., 2015) bahwa portofolio dapat menunjukan bakat, menunjukan ketrampilan menulis, dan memaparkan prestasi siswa. dengan terlibat dalam penilaian portflexction, semakin banyak siswa yang memiliki rasa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran. hal ini tampak dari ketepatan mereka dalam mengerjakan tugas-tugas mereka yang semakin meningkat. daftar rujukan arifin, z. (2015). evaluasi pembelajaran penulis. in direktorat jenderal pendidikan islam kementerian agama ri. aulia, d., yulastri, d., & yuningsih. (2015). journal polingua. 2(2), 73–81. azizah, s. (2018). implementasi penilaian hasil belajar bahasa inggris kurikulum 2013 berdasarkan permendikbud nomor 53 tahun 2015 di smpn 1 pamekasan. nuansa: jurnal penelitian ilmu sosial dan keagamaan islam, 15(1), 125. https://doi.org/10.19105/nuansa.v15i1.1914 dewi, n. k. t., dantes, n., & marhaeni, a. a. i. n. (n.d.). dengan kovariabel kemampuan verbal pada siswa kelas xi ipb sman 1 banjarangkan. ernawati dan yuliana, c. (2020). memaksimalkan kegiatan belajr dari rumah melalui pendampingan online pembelajaran bermakna berbasis portofolio. diakses di https://lpmplampung.kemdikbud.go.id/detailpost/memaksimalkan-kegiatan-belajarvol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.117 542 dari-rumah-melalui-pendampingan-online-pembelajaran-bermakna-berbasisportofolio pada tanggal 27 april 2021. kementrian pendidikan dan kebudayaan republik indonesia. (2019). peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan. https://doi.org/10.31227/osf.io/munp2 mafaza, a. (2016). pelaksanaan penilaian portofolio dalam mata pelajaran bahasa indonesia oleh guru kelas vi sd implementation of portfolio assessment in bahasa by 6. jurnal pendidikan guru sekolah dasar edisi, 5(1), 1–8. mahardika, b. (n.d.). penerapan metode penilaian berbasis portofolio. 33–46. marhaeni, a. (2017). pelatihan pengembangan penilaian kinerja menulis bahasa inggris bagi guru bahasa inggris sma kecamatan buleleng. jurnal widya laksana, 2(2), 13. https://doi.org/10.23887/jwl.v2i2.9137 sahono, b., & ismareni. (2020). penerapan portofolio untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar biologi. 5(1). https://doi.org/10.32832/educate.v5i1.2020 sandra, k. i. (2013). penilaian portofolio dalam pembelajaran. jurnal penelitian dan pengembangan pendidikan, 1(1), 26–34. setiamiharja, r. (2016). penilaian portopolio dalam lingkup pembelajaran berbasis kompetensi. eduhumaniora | jurnal pendidikan dasar kampus cibiru, 3(2). https://doi.org/10.17509/eh.v3i2.2806 tim pusat penilaian pendidikan. (2019). penilaian portofolio 2019. penilaian portofolio, 1– 25. ulum, m. s. (2008). aplikasi portofolio dalam pembelajaran bahasa arab. el-harakah (terakreditasi), 6(2), 30. https://doi.org/10.18860/el.v6i2.4677 yusman. (2011). penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran bahasa inggris model inkuiri sebagai usaha peningkatan hasil belajar siswa smp. 1. yusrizal. (2016). tanya jawab seputar pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.33 130 received : 26-08-2020 revised : 18-09-2020 published : 07-10-2020 peningkatan motivasi dan prestasi permainan bola voli menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement division (stad) paryanto smp negeri 1 poncowarno kabupaten kebumen, indonesia thoriqjamil794@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan memaparkan peningkatan motivasi dan prestasi hasil belajar passing bola voli menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievment division (stad). penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus, yang setiap siklusnya meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. subjek penelitian adalah siswa kelas 7d smp negeri 1 poncowarno kabupaten kebumen yang berjumlah 27 siswa. hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran di kondisi awal yang mampu menguasai gerakan dengan benar hanya 11,11%. siklus pertama menjadi 44,44%. pada siklus ke dua meningkat menjadi 74,03% dan di siklus ke tiga menjadi 81,48%. rata-rata nilai teknik dasar passing permainan bola voli adalah pada kondisi awal 68,40, siklus pertama 74,70 , siklus kedua meningkat menjadi 79,30 dan siklus ketiga meningkat menjadi 81,00. pada penilaian motivasi belajar siswa terjadi peningkatan dari 65 di siklus 1, meningkat menjadi 75 di siklus 2, meningkat menjadi 80 di siklus 2 dan menjadi 87 di siklus 3. abstract: this study aims to describe the increased motivation and achievement of volleyball passing learning outcomes using a scientific approach through the student teams achievement division (stad) type of cooperative learning model. this research is a classroom action research with three cycles, each of which includes planning, implementing, observing, and reflecting. the research subjects were 27 students of class 7d smp negeri 1 poncowarno, kebumen regency. the results showed that learning in the initial conditions was only 11.11% able to master the movements correctly. the first cycle becomes 44.44%. in the second cycle it increased to 74.03% and in the third cycle it became 81.48%. the average value of the basic technique of passing volleyball in the initial conditions was 68.40, the first cycle was 74.70, the second cycle increased to 79.30 and the third cycle increased to 81.00. in the assessment of student learning motivation there was an increase from 65 in cycle 1, increased to 75 in cycle 2, increased to 80 in cycle 2 and became 87 in cycle 3. kata kunci: model pembelajaran, pembelajaran kooperatif, stad mailto:thoriqjamil794@gmail.com vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.33 131 pendahuluan menurut sanjaya (2008), keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran. prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik intern maupun ekstern. faktor intern merupakan faktor yang ada di dalam diri siswa, seperti kecerdasan, minat, dan motivasi belajar, sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, seperti sarana dan prasarana belajar, proses pembelajaran, dan lingkungan secara umum. kondisi rendahnya motivasi dan prestasi di smp negeri 1 poncowarno kabupaten kebumen, motivasi dan prestasi hasil belajar untuk pembelajaran teknik passing dalam permainan bola voli masih cukup rendah. pembelajaran materi passing dalam permainan bola voli yang telah mampu menguasai teknik dasar passing, baik passing bawah maupun passing atas dengan baik baru 3 siswa dari sejumlah 27 siswa dalam kelas tersebut atau baru mencapai 11,11 % dengan rata-rata ketuntasan nilai hasil belajar untuk seluruh siswa adalah 68,4 serta tingkat motivasi pembelajaran sebesar 65. sebagai upaya solusi permasalahan tersebut, dalam penelitian ini akan dicobakan strategi pembelajaran dengan pendekatan saintifik menggunakan model pembelajaran “cooperative learning tipe student teams achevement division ( stad)”. menurut suryabrata (2002: 232), belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan dalam diri si pelajar, perubahan pokoknya adalah didapatnya pengetahuan atau kecakapan baru yang terjadi karena usaha. dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktifivas tertentu. menurut sanjaya (2008), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran adalah faktor guru, faktor siswa, faktor sarana dan prasarana dan faktor lingkungan. dalam model ini peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya. fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan (semiawan: 1992). motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat menetukan efektifitas kerja. motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri individu untukmelakukan suatu tindakan dengan cara tertentu sesuai dengan tujuan yang direncanakan (kompri, 2016:4). dengan motivasi yang tinggi dalam pembelajaran akan berdampak terhadap prestasi hasil belajar yang lebih baik. sebagaimana teori tiga kebutuhan yang disampaikan oleh mc celland dkk yaitu : kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan kekuasaan, kebutuhan akan afiliasi. ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk memotivasi murid dalam belajar, antara lain (1) motivasi instrinsik dapat dilakukan dengan cara (a) mengenali apa sebenarnya tujuan yang ingin dicapai dalam belajar sehingga kegiatan belajar olahraga itu tidak sia -sia, (b) bayangkanlah suatu kegagalan sebagai akibat kurang termotivasi untuk belajar, dan (c) menanamkan dalam diri sendiri bahwa menuntut ilmu itu perlu dan tidak ada batasnya. (2) motivasi ekstrinsik dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain (a) meningkatkan penggunaan metode mengajar secara bervariasi oleh pihak sekolah sehingga siswa tidak bosan dalam belajar, (b) memberikan penghargaan berupa pujian, hadiah dan harapan yang positif terhadap murid, (c) menjelaskan tujuan pembelajaran hendaknya pada setiap awal jam pelajaran guru harus menjelaskan tujuan belajar murid pada saat itu. model pembelajaran stad termasuk model pembelajaran kooperatif. semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif siswa vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.33 132 didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. langkah-langkah pembelajaran kooperatif model student teams achievement division (stad) menurut rusman (2014:2015) antara lain penyampaian tujuan dan motivasi, pembagian kelompok (4 atau 5 anak), presentasi dari guru, kegiatan belajar dalam tim kerja, evaluasi, penghargaan tim prestasi (menghitung skor individu, menghitung skor kelompok , pemberian hadiah dan dan pengakuan scor kelompok). metode penelitian jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas. pada penelitian tindakan kelas ini solusi yang diberikan adalah pendekatan saintifik menggunakanan model pembelajaran kooperatif tipe stad (student teams achievement division). rancangan penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus, setiap siklus dilakukan pada satu tatap muka. tempat penelitian berada di smp negeri 1 poncowarno dengan alamat jalan poncowarno km 01, kecamatan poncowarno kabupaten kebumen. subjek penelitian ini adalah siswa kelas 7d smp negeri 1 poncowarno semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 sejumlah 27 siswa dengan perincian jumlah siswa laki-laki adalah 13 siswa dan jumlah siswa perempuan 14 siswi. sumber data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah (a) hasil prestasi belajar passing bawah dan passing atas bola voli; (b) hasil penilai motivasi selama pembelajaran oleh kolabor; dan (c) hasil angket motivasi belajar oleh siswa. teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi : observasi, angket, dan tes ketrampilan. observasi yang digunakan adalah observasi partisipan dengan derajat keterlibatan pemeran serta sebagai pengamat. angket merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara memberikan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. tes keterampilan teknik dasar yaitu passing permainan bola voli. dalam penelitian ini, kegiatan validasi dilakukan dengan triangulasi yaitu melakukan komparasi pada jenis informasi yang berbeda dan menggunakan metode yang berbeda (observasi penilaian motivasi, angket, dan dokumentasi penilaian prestasi hasil belajar). analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif menggunakan rata-rata dan persentase terhadap berbagai data yang diperoleh, yang selanjutnya dipaparkan secara deskriptif. analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif, yang meliputi tiga langkah secara bersamaan dan terus–menerus selama dan setelah pengumpulan data, yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan/verifikasi (milles & huberman, 1992: 54 ). hasil dan pembahasan penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di smp negeri 1 poncowarno kecamatan poncowarno, kabupaten kebumen, provinsi jawa tengah. subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas 7d semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 27 siswa. deskripsi kondisi awal kondisi awal siswa sebelum penelitian, nilai motivasi siswa berdasarkan angket yang telah diberikan adalah baru 65 dan dapat di deskripsikan pada tabel 1 berikut. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.33 133 tabel 1. kondisi awal prapenelitian no kegiatan pra siklus 1 nilai ratarata tingkat motivasi belajar 65 2 nilai rata – rata seluruh siswa 68,4 3 prosentase keberhasilan 11,11 diskripsi hasil siklus pertama a. perencanaan tindakan dalam perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan menyiapkan rpp (rencana pelaksanaan pembelajaran ) siklus pertama, lembar obeservasi untuk penilaian motivasi siswa dalam pembelajaran oleh kolabor ( teman sejawat ), dan lembar penilaian hasil belajar teknik dasar passing permainan bola voli. b. pelaksanaan tindakan pada siklus pertama teknik pelaksanaannya adalah melakukan pembelajaran menggunakan model kooperatif learning tipe stad, sisw di bagi menjadi beberapa kelompok dan satu kelompok 4 atau 5 anak. c. hasil pengamatan setelah selesai pembelajaran menggunakan model cooperatif learning tipe stad dengan satu teman pembimbing dalam kelompok kemudian siswa di evaluasi satu per satu. dan hasilnya dapat disajikan pada tabel berikut. tabel 2. hasil pengamatan siklus 1 no kegiatan pra siklus siklus 1 1 nilai ratarata tingkat motivasi belajar 65,5 75 2 nilai rata – rata seluruh siswa 68,40 74,70 3 prosentase keberhasilan 11,11 44,44 d. refleksi hasil refleksi siklus pertama bahwa berdasarkan hasil penilaian masih ada siswa yang berada di bawah kkm, dan prosentasi keberhasilan belum memenuhi batas indikator kinerja. oleh itu peneliti akan melanjutkan pembelajaran pada siklus kedua. diskripsi hasil siklus kedua a. perencanaan tindakan dalam perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan menyiapkan rpp ( rencana pelaksanaan pembelajaran ) siklus ke-2, lembar obeservasi untuk penilaian motivasi siswa dalam pembelajaran oleh kolabor ( teman sejawat ), lembar penilaian hasil belajar teknik dasar passing permainan bola voli. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.33 134 b. pelaksanaan tindakan pada siklus kedua teknik pelaksanaannya adalah melakukan pembelajaran menggunakan model kooperatif learning tipe stad, siswa di bagi menjadi beberapa kelompok dan satu kelompok 4 atau 5 anak. c. hasil pengamatan setelah selesai pembelajaran menggunakan model cooperatif learning tipe stad dengan dua teman pembimbing dalam kelompok kemudian siswa di evaluasi satu per satu. dan hasilnya adalah dapat di lihata pada tabel berikut. tabel 3. hasil pengamatan siklus 2 no kegiatan pra siklus siklus 1 siklus 2 1 nilai ratarata tingkat motivasi belajar 65 75 80 2 nilai rata – rata seluruh siswa 68,4 74,70 79,30 3 prosentase keberhasilan 11,11 44,44 74.03 d. refleksi hasil refleksi siklus kedua berdasarkan hasil penilaian masih ada siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan, dan prosentasi keberhasilan belum memenuhi batas indikator kinerja. oleh itu peneliti akan melanjutkan pembelajaran pada siklus ketiga. diskripsi hasil siklus ketiga a. perencanaan tindakan dalam perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan menyiapkan rpp ( rencana pelaksanaan pembelajaran ) siklus ke-3 dalam pembelajaran oleh kolabor ( teman sejawat ), lembar penilaian hasil belajar teknik dasar passing permainan bola voli, dan lembar obeservasi untuk penilaian motivasi siswa. b. pelaksanaan tindakan pada siklus ketiga teknik pelaksanaannya adalah melakukan pembelajaran menggunakan model kooperatif learning tipe stad, siswa di bagi menjadi beberapa kelompok dan satu kelompok 4 atau 5 anak. c. hasil pengamatan setelah selesai pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe stad dengan dua teman pembimbing dalam kelompok kemudian siswa di evaluasi satu per satu. hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.33 135 tabel 4. hasil pengamatan siklus 3 no kegiatan pra siklus siklus 1 siklus 2 siklus 3 1 nilai ratarata tingkat motivasi belajar 65 75 80 87 2 nilai rata – rata seluruh siswa 68,40 74,70 79,30 81,00 3 prosentase keberhasilan 11,11% 44,44% 74.03% 81,48% d. refleksi hasil refleksi siklus ketiga berdasarkan hasil penilaian dan pengamatan, setelah siswa mengikuti pembelajaran cooperatif learning tipe stad, ternyata prosentasi keberhasilan telah memenuhi batas indikator kinerja. oleh itu peneliti menganggap bahwa siklus tidak perlu untuk dilanjutkan. setelah dilakukan tindakan pada siklus 1 , 2 dan 3 maka tindakan peneliti dalam usaha meningkatkan motivasi dan hasil pembelajaran teknik dasar passing dalam permainan bola voli menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe stad sangat efektif. hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan pada siklus 1 , 2 dan 3 ( nilai pada daftar tabel ) proses pembelajaran dan hasil pembelajaran dapat dilihat dalam tabel 5 dan tabel 6 sebagai berikut. tabel 5. keadaan proses pembelajaran kondisi awal siklus pertama siklus kedua siklus ketiga refleksi masih banyak siswa yang belum bisa melakukan gerakan teknik dasar passing dengan baik dan benar siswa melakukan pembelajaran teknik dasar passing bawah dan passing atas menggunakan model kooperatif learning tipe stad dengan 1 teman pembimbing siswa melakukan pembelajaran teknik dasar passing bawah dan passing atas menggunakan model kooperatif learning tipe stad dengan 2 teman pembimbing siswa melakukan pembelajaran teknik dasar passing bawah dan passing atas menggunakan model kooperatif learning tipe stad dengan saling passing satu dengan yang lain. dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan motivasi dan prestasi hasil belajar passing bola voli tabel 6. keadaan hasil pembelajaran kondisi awal siklus pertama siklus kedua siklus ketiga refleksi siswa sejumlah 27 yang bisa melakukan teknik dasar passing hanya 11,11% dengan rata-rata nilai 68,40 dan nilai motivasi 65 kemampuan siswa mengalami peningkatan menjadi 44,44% dengan rata-rata nilai 74,70 serta nilai motivasi 75 kemampuan siswa mengalami peningkatan menjadi 74,03% dengan ratarata nilai 79,30 serta nilai motivasi 80 kemampuan siswa mengalami peningkatan menjadi 81,48% dengan rata-rata nilai 81 serta nilai motivasi 87 kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan yang signifikan karena ada kenaikan menjadi 81,48 % vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.33 136 berdasarkan pembahasan proses pembelajaran dan hasil belajar, dapat dilihat bahwa hasil tindakan selama siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 menunjukkan adanya peningkatan. kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan motivasi dari 65 menjadi 86 dan hasil belajar teknik dasar dribble, passing dan shooting dalam bola basket dari 11,11% menjadi 87,00% simpulan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe stad (student teams achievement division) pada kelas 7d semester 2 tahun 2016/2017 smp negeri 1 poncowarno kabupaten kebumen dalam pembelajaran penjasorkes, khususnya dalam peningkatan motivasi dan hasil belajar belajar teknik dasar passing permainan bola voli sangat efektif dan efisien. hal itu dapat dilihat dari peningkatan prosentase keberhasilan belajar siswa, yaitu pada kondisi awal 11,11% dengan nilai motinasi 65, pada siklus 1 mencapai 44,44% dengan nilai motivasi 75 , pada siklus 2 mencapai 74,03% dengan nilai motivasi 80 dan pada siklus 3 meningkat menjadi 81,48% dengan nilai motivasi 87. daftar rujukan [1] fathurrohman, pupuh. dan m. sobry sutikno. 2010. strategi belajar mengajar, bandung: pt. refika aditama. [2] kompri, 2016. motivasi pembelajaran perspektif guru dan siswa. bandung : pt remaja rosdakarya. [3] moleong, l.j. 2001. metodologi penelitian kualitatif. bandung: remaja rosdakarya. [4] rusman, 2014. model – model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru. jakarta: pt rajagrafindo persada. [5] sanjaya, wina. 2008. strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. jakarta: kencana prenada media group. [6] shoimin aris, 2014. 68 model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013.yogyakarta: ar-ruzz media [7] slavin, robert e. 1995. cooperative learning theory, research and practice. allyn and bacon: the johns holeins university usa. [8] sodikin, chandra. 2010. pendidikan jsmani olahraga dan kesehatan untuk smp/mts kelas vii. surakarta : cv putra nugraha. [9] suharsimi arikunto. 2008. dasar-dasar evaluasi pendidikan.. jakarta: bumi aksara microsoft word 07-aris.docx vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.24 52 received : 01-07-2020 revised : 15-08-2020 published : 20-09-2020 meningkatkan minat baca siswa melalui program perpustakaan kelas aries eka prasetya sma negeri 22 surabaya, indonesia aku22bingung@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peningkatan minat membaca dengan penerapan classroom reading program. minat baca yang rendah dapat ditingkatkan dengan menerapkan program perpustakaan kelas. program membaca di kelas dirancang dan disesuaikan dengan paikem. jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (ptk) dengan subjek penelitian siswa kelas xii ipa. teknik analisis data yang digunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. berdasarkan hasil pelaksanaan siklus i mengalami peningkatan menjadi 17 dari 30 anak telah mencapai skor tuntas, yaitu 57%. hasil pelaksanaan siklus ii menunjukkan 25 dari 30 anak mencapai skor tuntas, yaitu 83%. pada siklus ii nilai ketuntasan mencapai 83%, dan telah mencapai persentase yang ditargetkan dalam indikator kinerja. abstract: this study aims to describe the increase in reading interest by implementing classroom reading programs. low reading interest can be increased by implementing a class library program. the classroom reading program is designed and adapted to paikem. this type of research is classroom action research (ptk) with research subjects of class xii ipa students. data analysis techniques used qualitative and quantitative analysis. based on the results of the implementation of cycle i, it has increased to 17 out of 30 children who have achieved a complete score, namely 57%. the results of the implementation of cycle ii showed that 25 out of 30 children achieved a complete score, namely 83%. in the second cycle the completeness value reached 83%, and had reached the target percentage in the performance indicator. kata kunci: strategi pembelajaran, minat baca, perpustakaan kelas vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.24 53 pendahuluan kegiatan belajar khususnya membaca adalah hal yang penting dalam memajukan setiap pribadi manusia untuk menambah khasanah keilmuannya. melalui kegiatan membaca, kita dapat memperluas wawasan dan mengetahui seluk beluk rahasia dunia. tetapi sebuah persoalan membaca yang selalu mengemuka, terutama di kalangan pelajar, adalah bagaimana cara menimbulkan minat dan kebiasaan membaca. banyak negara berkembang memiliki persoalan yang sama, yaitu kurangnya minat membaca di kalangan masyarakat. masyarakat yang seakan tidak memiliki kemampuan dan semangat membaca akan kesulitan dalam mendeskripsikan apa yang ada di benaknya. berdasarkan pengamatan di kelas, ketika siswa diberi pelajaran bahasa indonesia atau pelajaran yang tidak disenangi, terlihat 50 % siswa tidak tertarik, acuh tak acuh, bercakap-cakap dengan teman sebangkunya, dan sebagian besar siswa gaduh saat pelajaran. menurut siswa, materi baru terasa selesai dalam waktu yang cukup lama. ketika siswa diberi pertanyaan pertanyaan, siswa terdiam, kemudian sibuk membaca kembali materi, tetapi jawaban siswa tidak mencapai sasaran. ketika diberikan tes uraian siswa cenderung menjawab tidak sesuai dengan yang ditanyakan. hal ini merupakan gambaran bahwa minat siswa terhadap pelajaran yang banyak bacaannya sangat rendah. hasil studi dokumentasi memperlihatkan bahwa analisis penilaian 5 mata pelajaran (pkn, bahasa indonesia, matematika, kimia dan sejarah) khususnya untuk soal – soal uraian yang memerlukan pemahaman, lebih dari 50% siswa kelas xii ipa-3 mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (kkm). dari studi dokumentasi analisis hasil penilaian pada kegiatan latihan ulangan tengah semester diperoleh data tingkat kebenaran menjawab soal – soal pilihan ganda, isian singkat dan uraian, diperoleh perbadingan sebagai berikut ; 1) mata pelajaran pkn, 67%, 30% dan 20% ; 2) bahasa indonesia, 70%, 40% dan 40% ; 3) matematika, 62%, 40% dan 20% ; 4) kimia, 80%, 50%, dan 40% ; 5) sejarah, 72%, 50% dan 40%. dari data tersebut dapat di simpulkan bahwa untuk pelajaran yang sulit dan banyak bacaanya, maka siswa kurang bisa menjawab soal yang diujikan. hasil pengamatan peneliti ini ternyata sangat relevan dengan hasil pengujian yang dilakukan oleh asosiasi internasional untuk evaluasi prestasi pendidikan (iea-the international association for the evaluation of educational achievement) dalam progress in international reading literacy study (pirls). dalam pirls 2011 international results in reading, indonesia menduduki peringkat ke-45 dari 48 negara peserta dengan skor 428 dari skor rata-rata 500 (iea, 2012), yang menunjukkan bahwa kompetensi peserta didik indonesia dalam memahami bacaan tergolong rendah. data pirls dan pisa, khususnya dalam keterampilan memahami bacaan, menunjukkan bahwa kompetensi peserta didik indonesia tergolong rendah, kemudian disusul data pisa 2015 tingkat literasi di indonesia belum menunjukkan peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 1 poin dari skor 396 di tahun 2012 menjadi 397 di tahun 2015. peningkatan tersebut mengangkat posisi indonesia 6 peringkat keatas (peringkat 62 dari 70 peserta) bila dibandingkan posisi peringkat kedua dari bawah pada tahun 2012 (oecd, 2015). meski terdapat peningkatan namun tingkat literasi di indonesia masih tergolong rendah. rendahnya keterampilan membaca membuktikan bahwa proses pendidikan di indonesia belum mengembangkan kompetensi dan minat peserta didik terhadap pengetahuan. berdasarkan data pirls dan pisa tersebut, kementerian pendidikan dan kebudayaan mengembangkan gerakan literasi sekolah (gls), adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca melihat, menyimak, menulis dan atau berbicara. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.24 54 menurut analisis peneliti, rendahnya kemampuan membaca peserta didik disebabkan oleh masih terbatasnya metode pembelajaran membaca yang diterapkan serta masih miskinnya media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran. pada umumnya guru masih menerapkan metode konvensional yang bersifat teacher centered, yang mana proses belajar mengajar berpusat pada guru dengan penekanan pada peliputan dan penyebaran materi. sementara itu, peserta didik cenderung kurang aktif sehingga mereka cepat merasa jenuh untuk mengikuti pembelajaran yang berujung pada kurang memuaskannya hasil belajar mereka. selain itu, menurut analisis peneliti rendahnya kemampuan membaca pada peserta didik kelas rendah juga disebabkan oleh kurangnya minat baca mereka. hal ini ditunjukkan dengan masih rendahnya kunjungan peserta didik ke perpustakaan. pada saat senggang mereka lebih senang untuk bermain snartphone, game console, atau melakukan permainanpermainan lain dari pada membaca buku. menurut kartini kartono (1996:112), minat merupakan momen dari kecenderungan yang terarah secara intensif kepada objek yang dianggap penting. definisi lain disebutkan bahwa minat adalah kecenderungan orang untuk tertarik dalam suatu pengalaman. sementara aversi (kebencian, keengganan) ialah kecenderungan untuk berpaling dari pengalaman lain. hal ini sesuai dengan pendapat ngalim purwanto (1990:56) yang mengatakan bahwa minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuandan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. minat dapat menjadi sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya. besar kecilnya minat turut mempengaruhi dorongan seseorang untuk beraktivitas. setiap aktivitas yang dikerjakan dengan penuh minat maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik, tetapi apabila aktivitas yang dikerjakan tanpa disertai minat, maka hasilnya kurang optimal. dari beberapa pendapat di atas, sekiranya dapat diambil simpulan bahwa minat merupakan suatu dorongan atau keinginan pada seseorang untuk /menjadi merasa tertarik pada sesuatu yang ia sukai. faktor penyebabnya kurangnya hasil belajar siswa membaca merupakan hal yang penting dalam memahami pengetahuan. keterampilan membaca untuk memahami bentuk-bentuk tertulis merupakan hal yang mendasar dan sangat diperlukan siswa dalam kegiatan belajarnya. kemampuan ini tidak hanya untuk mempelajari mata pelajaran yang bersifat eksak, tetapi mata pelajaran noneksak pun sangat memerlukannya. mata pelajaran noneksak pada umumnya disajikan secara ekspositoris dan panjang-panjang, sehingga terkadang diperlukan ketrampilan membaca dalam memahami sebuah materi. bila siswa tidak mampu memahaminya secara baik, maka materi yang disajikan terasa berat dan efek lebih jauh muncul perasaan bosan untuk mempelajari materi-materi pelajaran. minat baca siswa cenderung menurun, kegiatan membaca tidak variatif, tidak ada tindak lanjut atau hanya asal membaca, ruang baca/ perpustakaan terpisah dengan ruang kelas, buku yang tersedia tebal dan miskin ilustrasi. hal inilah yang menyebabkan siswa jarang bahkan malas untuk membaca. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.24 55 dampak negatif dari rendahnya minat membaca siswa sistem pembelajaran yang dilakukan oleh tiap guru pasti berbeda-beda. ada guru yang mengajar dengan menarik sehingga membuat siswa bersemangat mengikuti pbm di kelas. namun, terkadang juga ada guru yang kurang memotivasi siswa sehingga jika siswa ingin mendalami materi perlu dilakukan dari buku secara mandiri dengan cara membaca. lemahnya tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa merupakan kendala untuk mendapatkan nilai yang memuaskan, apalagi bila metode pembelajaran yang diterapkan guru kurang tepat. hal ini akan membuat nilai hasil belajar siswa semakin terpuruk berada jauh di bawah batas ketuntasan. berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa-siswi di sma negeri 22 surabaya perlu mendapatkan perhatian serius. salah satu cara agar siswa memiliki kemampuan membaca tinggi, maka kebiasaan membaca perlu ditingkatkan. siswa dapat meningkat kemampuannya jika minat membaca tumbuh dan berkembang pada diri siswa. peneliti memaparkan kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat membaca melalui program membaca di kelas dengan membuat dan membudayakan membaca di perpustakaan kelas (classroom reading program). tiga langkah menerapkan program membaca di kelas menurut pengartian dari kamus bahasa inggris, drs. sandy putra mengartikan istilah classroom berarti ‘ruang kelas’ atau ‘ruang belajar’ di suatu sekolah. kata raeading berarti ‘membaca’ dan program berarti ‘rencana’ atau ‘daftar kegiatan’. jika digabungkan tiga kata tersebut menjadi classroom reading program yang berarti program membaca di kelas. pada program ini classroom reading program diartikan program membaca di kelas. program perpustakaan kelas adalah sebuah program untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca pada siswa sma negeri 22 surabaya khususnya kelas xii ipa-3 yang menjadi objek dalam penelitian ini. program perpustakaan kelas pertama dikenalkan di indonesia pada awal tahun 2010 melaui program membaca di kelas oleh dbe 2 usaid. di indonesia program ini disebut “program membaca di kelas.” (modul classroom reading program, 2010). kegiatan program perpustakaan kelas memiliki tiga langkah yang disebut (three steps to implement a program to read in class ), yaitu (1) mengenalkan buku, kegiatan bisa dilakukan guru dengan melibatkan siswa mengenal, memanfaatkan, merawat dan menentukan aturan–aturan penggunaan buku–buku di dalam kelas, (2) mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan buku–buku materi yang tersedia di dalam kelas. penggunaan buku tidak terpancang pada buku materi pelajaran tetapi buku–buku materi yang sudah dikelompokan ke dalam mata pelajaran, dan (3) menciptakan kegiatan membaca yang dapat meningkatkan kreatifitas siswa. meningkatkan minat baca melalui program perpustakaan kelas program perpustakaan kelas yang dilakukan di kelas xii ipa-3 sma negeri 22 surabaya diawali dengan sosialisasi yang kemudian diimplementasikan di lapangan dengan beberapa tahapan. program perpustakaan kelas adalah program membaca di kelas yang sistematis dan terstruktur yang sangat mudah diterapkan guru di dalam kelas. program membaca di kelas dirancang dan disesuaikan dengan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (paikem). aktivitas yang dilakukan merangsang siswa berfikir tingkat tinggi. alat peraga vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.24 56 yang digunakan sederhana, mudah didapat dan dekat dengan lingkungan anak. adapun bagaimana program dijalankan, secara rinci peneliti sajikan secara urut sebagai berikut. metode penelitian penelitian ini dilakukan berdasar pada rumusan masalah bagaimanakah meningkatkan minat membaca dan hasil belajar melalui tindakan dengan menerapkan classroom reading program (penerapan perpustakaan kelas). mengingat tujuan utama penelitian yang dilaksanakan adalah perbaikan pembelajaran, maka jenis penelitian yang paling cocok digunakan adalah penelitian tindakan kelas (ptk). model ptk yang digunakan adalah adaptasi dari model kemmis dan mc. taggart yang dikembangkan kasbolah (1998/1999: 70). tindakan yang akan dilaksanakan merupakan suatu proses berbentuk spiral, setiap siklus tindakan penelitian identik dengan dua pertemuan pembelajaran yang masing-masing terdiri atas: tahap perencanaan; tahap pelaksanaan; tahap observasi, dan tahap refleksi. secara diagramatis model penelitian tindakan kelas (gambar 1) yang akan dilaksanakan dapat digambarkan sebagai berikut. gambar 1. model penelitian tindakan kelas a. tahap perencanaan pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan-kegiatan yang meliputi (1) penyusunan rencana tindakan dalam bentuk rpp (rencana pelaksanaan pembelajaran) untuk kompetensi dasar terkait, (2) bersama guru mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dalam pembelajaran (termasuk mempersiapkan reading corner dengan koleksi terkait materi pembelajarn yang akan disampaikan), (3) mempersiapkan instrumen penelitian yang akan digunakan, peneliti membangun kesepahaman dengan guru mengenai aspek-aspek penelitian. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.24 57 b. tahap pelaksanaan tahap pelaksanaan penelitian adalah pelaksanaan tindakan penelitian sesuai skenario tindakan yang telah disusun dalam bentuk rpp oleh guru. secara garis besar tindakantindakan yang dilaskanakan dalam setiap siklusnya adalah sebagai berikut: pertemuan pertama siklus i, pertemuan diawali dengan pengkondisian peserta didik melalui presensi, pemberian motivasi dan pemberian apersepsi dilanjutkan dengan penyampaian tujuan, indikator serta metode pembelajaran yang akan digunakan. tes awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik sebelum mengikuti pembelajaran yang merupakan penelitian tindakan. inti pembelajaran diawali penjelasan guru mengenai cara membaca intensif, membuat pertanyaan dari bacaan serta menjawab pertanyaan berdasarkan hasil bacaan dilanjuutkan dengan pembagian lembar kerja berisi pedoman eksplorasi pembelajaran dan mempersilahkan peserta didik menuju reading corner untuk mengeksplorasi pembelajaran sesuai lembar kerja yang diberikan. sebagai bagian akhir pembelajaran, guru membuka forum tanya jawab untuk mengakomodasi kesulitan atau permasalahan selama pembelajaran serta membimbing peserta didik untuk menyimpulkan hasil pembelajaran. pertemuan kedua siklus i, secara garis besar skenario pembelajarannya sama dengan skenario pembelajaran pada pertemuan pertama siklus i hanya tidak dilakukan tes awal, dan pembelajaran diakhiri dengan tes akhir siklus. pertemuan pertama siklus ii, secara garis besar skenario pembelajarannya masih sama dengan skenario pembelajaran pada pertemuan pertama siklus i tanpa pelaksanaan tes awal. pertemuan kedua siklus ii, secara garis besar skenario pembelajarannya sama dengan skenario pembelajaran pada pertemuan kedua siklus i. c. tahap observasi pada tahap ini peneliti dan guru mengamati berbagai aspek penelitian tindakan baik menyangkut prosedur penelitian maupun respon yang diberikan peserta didik terhadap tindakan yang diberikan. d. tahap analisis dan refleksi pada tahap ini peneliti dan guru menganalisis hasil observasi dan merefleksilkannya sebagai bahan untuk penelitian tindakan siklus berikutnya atau pengambilan kesimpulan penelitian. tahap i mengenalkan buku tahap pertama dari program perpustakaan kelas adalah mengenalkan buku pada siswa dalam kelas. pada kegiatan ini siswa diajak mendiskusikan tentang prosedur perawatan buku. kegiatan awal yang bisa melibatkan siswa ketika sekolah menerima atau membeli buku baru adalah iventarisasi buku baik buku bacaan atau materi sekolah, memberi sampul, membangun tata tertib, memecahkan masalah yang berkaitan dengan pelanggaran tata tertib, mempromosikan buku, melakukan survei awal minat membaca siswa, memulai membaca ringan dengan berpasangan dan mencoba meminjam buku materi dengan menulis buku pinjaman. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.24 58 khusus untuk perpustakaan kelas, siswa diberi pinjaman dari sekolah berupa semua buku materi yang di ajarkan. untuk menambah khasanah keilmuan maka siswa diminta untuk mengusahakan sendiri buku-buku penunjang yang bisa di baca di perpustakaan kelas. tahap ii menggunakan buku-buku materi untuk diintegrasikan pada kegiatan pembelajaran dan kegiatan pembiasaan di sekolah tahap kedua setelah siswa mengumpulkan buku baik yang dipijami sekolah ataupun diusahakan sendiri pengadaanya oleh siswa maka langkah selanjutnya adalah menggunakan buku tersebut pada kegiatan pbm di kelas. pada kegiatan ini guru bersama siswa mengklasifikasi jenis buku–buku materi berdasarkan kelompok mata pelajaran diantarannya kelompok agama dan budhi pekerti, kelompok pengetahuan alam, kelompok sosial dan seni budaya, kelompok bahasa dan kelompok matematika. setelah selesai mengelompokkan kegiatan selanjutnya adalah menggunakan buku–buku tersebut untuk referensi pembelajaran dan menjadi materi pembahasan dalam diskusi–diskusi siswa selama proses kegiatan belajar mengajar. siswa bisa menggunakan buku – buku sesuai dengan selera namun tetap pada kelompok mata pelajaran tertentu sesuai jadwal. agar kegiatan ini dapat membawa siswa dalam situasi belajar maka pembelajaran dirancang menggunakan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan (paikem). implementasi pembelajaran dilaksanakan menggunakan skenario yang membuat siswa memncapai tingkat kognisi tertinggi yaitu tingkat menciptakan sejalan dengan teori belajat taxonomi bloom. kognisi tingkatan tertinggi dalam kegiatan membaca adalah ketika siswa berhasil menciptakan bentuk atau sesuatu yang dapat ditunjukkan sebagai hasil karya tertinggi waktu selesai pembelajaran. kegiatan membaca bisa dibuat menjadi agenda rutin sekolah contohnya membaca hening berkesinambungan (sustained silent readin). kegiatan ini bisa dilakukan setiap hari selesai pelajaran atau saat jam istirahat. waktu lain yang bisa dimanfaatkan misalnya setelah upacara bendera hari senin atau setelah melakukan kegiatan senam pagi di sekolah. waktu yang dibutuhkan 5–10 menit. dalam kegiatan ini orang tua siswa juga diminta untuk membangun kegiatan membaca dirumah. jadwal kegiatan, jenis-jenis kegiatan yang diminta. kegiatan pembiasaan yang lain adalah terciptanya budaya piket mengelola perpustakaan mini didalam kelas. kegiatan ini meliputi pelayanan kepada teman yang pinjam buku, pencatatan buku–buku administrasi perpustakaan, ketertiban menata buku – buku dan bertanggungjawab terhadap masalah–masalah tentang pengelolaan perpustakaan. tahap iii menciptakan kegiatan membaca yang dapat meningkatkan kreatifitas siswa. membaca akan membosankan jika siswa tidak diberi tantangan, membaca juga akan lebih hidup jika selesai membaca siswa dapat menyimpulkan dan mewujudkan dari apa yang sudah dibaca. untuk itu perlu diciptakan kegiatan membaca yang merangsang tumbuhnya ide–ide siswa. beberapa point yang harus di ingat adalah tujuan pengadaan buku di dalam kelas adalah untuk memberikan akses kepada siswa agar dapat membaca buku dengan mudah. hal ini banyak tantangannya sehingga diperluakan usaha agar tetap mengacu pada tata tertib penggunaan buku yang telah di bahas sebelumnya. melalui gemar membaca maka khasanah keilmuan siswa akan bertambah. seiring bertambahnya khasanah ilmu, maka siswa akan bertambah juga kreativitasnya dalam mengerjakan soal atau menemukan hal-hal yang baru. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.24 59 teknik dan instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah. a. teknik angket teknik angket digunakan untuk mengetahui minat baca peserta didik sebelum serta sesudah pelaksanaan penelitian tindakan. instrumen yang digunakan adalah angket yang berisi pertanyaan terstruktur dan tidak tersetruktur dengan jumlah pertanyaan sebanyak lima butir pertanyaan. b. teknik observasi teknik observasi digunakan untuk mengamati berbagai aspek penelitian tindakan baik menyangkut prosedur penelitian maupun respon yang diberikan peserta didik terhadap tindakan yang diberikan. instrumen yang digunakan adalah jurnal penelitian/ catatan lapangan untuk mencatat semua kegiatan yang diobservasi dan kamera untuk merekam semua pelaksanaan ptk secara audio visual. c. teknik tes teknik tes digunakan untuk menilai peningkatan kemampuan membaca peserta didik selama melakukan penelitian tindakan. instrumen yang digunakan berupa soal wacana berupa cerita dengan panjang 150 – 200 kata yang dilengkapi pertanyaan berbentuk jawaban singkat. adapun teknik analisis data yang digunakan untuk menganilis data-data yang diperoleh selama penelitian meliputi: a. analisis kualitatif teknik analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis hasil angket serta hasil observasi terhadap prosedur pelaksanaan penelitian serta respons peserta didik selama melaksanakan penelitian tindakan kelas. b. analisis kuantitatif analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data hasil tes yang diperoleh selama penelitian. secara garis besar prosedur analisis yang dilaksanakan terhadap setiap hasil tes adalah sebagai berikut: ü merekap skor serta nilai hasil tes masing-masing peserta didik dengan rumus sederhana: ü membuat tabel distribusi nilai tes peserta didik. ü menghitung nilai rata-rata kelas dengan menggunakan rumus: ü menentukan jumlah peserta didik yang memenuhi kkm dan menentukan persentasenya dengan rumus: vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.24 60 hasil analisis diinterpretasikan sebagai peningkatan kemampuan membaca peserta didik selama mengikuti penelitian tindakan kelas. hasil dan pembahasan berdasar observasi selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam pertemuan pembelajaran dapat diamati bahwa penerapan program perpustakaan kelas yang pernah dicobakan oleh peneliti pada siswa kelas xii ipa-3 sma negeri 22 surabaya semester i tahun 2019-2020, memiliki dampak positif dalam meningkatkan minat membaca dan hasil belajar. hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya nilai ulangan formatif dan meningkatnya jumlah kunjungan dan peminjaman buku oleh siswa di perpustakaan. tabel 1. distribusi frekuensi nilai pretest minat baca anak no nilai frekuensi persentase keterangan 1 ● 9 30% tuntas 2 ○ 21 70% tidak tuntas jumlah 30 100% berdasarkan persentase di atas, sebagian besar anak belum mencapai indikator kinerja penelitian yang telah ditetapkan yaitu 80%. dari 30 anak, 21 anak atau 70% anak minat bacanya rendah. hasil persentase nilai minat baca setelah menerapkan program perpustakaan kelas pada siklus i pertemuan i menunjukkan adanya peningkatan. hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut. tabel 2. distribusi frekuensi nilai minat baca anak siklus i pertemuan i no nilai frekuensi persentase keterangan 1 ● 13 43% tuntas 2 ○ 17 57% tidak tuntas jumlah 30 100% berdasarkan dari tabel 2 di atas, diketahui bahwa minat baca anak secara klasikal rendah. hal tersebut dapat dilihat dari data di atas, yaitu sebanyak 13 anak atau 43% mendapat nilai tuntas dan sisanya sebanyak 17 anak atau 57% mendapat nilai tidak tuntas. dengan demikian target pada indikator kinerja penelitian belum tercapai, sehingga dilanjutkan pertemuan selanjutnya yaitu siklus i pertemuan ii. pada siklus i pertemuan ii persentase nilai ketuntasan menunjukkan adanya peningkatan. hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut. tabel 3. distribusi frekuensi nilai minat baca anak siklus i pertemuan ii no nilai frekuensi persentase keterangan 1 ● 19 63% tuntas 2 ○ 11 37% tidak tuntas jumlah 30 100% vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.24 61 pada siklus i terdapat 17 anak atau 57% yang mendapat nilai tuntas, dan 13 anak atau 43% yang mendapat nilai tidak tuntas. dengan demikian target pada indikator kinerja penelitian belum tercapai, sehingga dilanjutkan tindakan siklus ii. pada siklus ii pertemuan i persentase nilai ketuntasan menunjukkan adanya peningkatan. hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut. tabel 4. distribusi frekuensi nilai minat baca anak siklus ii pertemuan i no nilai frekuensi persentase keterangan 1 ● 23 77% tuntas 2 ○ 7 23% tidak tuntas jumlah 30 100% berdasarkan data di atas pada siklus ii pertemuan i terdapat 23 anak atau 77% yang mendapat nilai tuntas, dan sisanya 7 anak atau 23%yang mendapat nilai tidak tuntas. dengan demikian target pada indikator kinerja penelitian belum tercapai, sehingga dilanjutkan untuk pertemuan berikutnya yaitu siklus ii pertemuan ii. pada siklus ii pertemuan ii persentase nilai ketuntasan menunjukkan adanya peningkatan. hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut. tabel 5. distribusi frekuensi nilai minat baca anak siklus ii pertemuan ii no nilai frekuensi persentase keterangan 1 ● 25 83% tuntas 2 ○ 5 17% tidak tuntas jumlah 30 100% setelah dilaksanakan tindakan siklus ii data yang diperoleh menunjukkan bahwa 25 anak atau 83% mendapat nilai tuntas dan 5 anak atau 17% mendapat nilai tidak tuntas. hasil nilai minat baca pada siklus ii meningkat dan telah mencapai indikator kinerja penelitian 80%, maka siklus dihentikan. berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, terdapat peningkatan hasil penilaian minat baca untuk nilai tuntas pada setiap pertemuan siklus i dan siklus ii. jumlah anak yang memperoleh nilai tuntas semakin bertambah, sedangkan jumlah anak yang memperoleh nilai tidak tuntas semakin berkurang jumlahnya pada setiap pertemuan dalam siklus i dan siklus ii. untuk melihat lebih jelas peningkatan dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut. tabel 6. perbandingan nilai minat baca hasil penerapan program perpustakaan kelas pada kondisi awal, siklus i, dan siklus ii no. nilai kondisi awal (pretest) siklus i siklus ii pertemuan i pertemuan ii pertemuan i pertemuan ii 1. ● 9 30% 13 43% 19 63% 23 77% 25 83% 2. ○ 21 70% 17 57% 11 37% 7 23% 5 17% jumlah 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% dari analisis data hasil observasi proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui program perpustakaan kelas dapat meningkatkan minat baca anak. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.24 62 pada siklus ii pertemuan ii nilai persetanse ketuntasan mencapai 83% dan telah melewati target indikator penelitian 80%, maka siklus tindakan penelitian dihentikan. semua aspek minat baca dalam penelitian yakni aspek kesukaan, ketertarikan, perhatian, dan keterlibatan sudah mencapai nilai tuntas, namun ada 5 anak atau 17% dari 30 anak yang minat bacanya masih harus dikembangkan. berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui penerapan program perpustakaan kelas dapat meningkatkan minat baca pada siswa kelas xii ipa-3 sma negeri 22 surabaya semester i tahun 20192020 simpulan berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa penerapan program perpustakaan kelas dapat meningkatkan minat baca pada siswa kelas xii ipa-3 sma negeri 22 surabaya semester i tahun 2019-2020. hal ini terbukti dengan adanya peningkatan pada persentase ketuntasan yang diperoleh anak pada setiap siklus. dari hasil pretest yang menunjukkan, 9 dari 30 anak atau sebanyak 30% yang mendapatkan hasil pretest tuntas (●). sedangkan sisanya sebanyak 21 anak atau 70% mendapatkan hasil tidak tuntas (○). kemudian pada hasil pelaksanaan siklus i mengalami peningkatan menjadi 17 dari 30 anak telah mencapai skor tuntas (●), yaitu 57%. sedangkan hasil pelaksanaan siklus ii menunjukkan 25 dari 30 anak mencapai skor tuntas (●), yaitu 83%. pada siklus ii nilai ketuntasan mencapai 83%, dan telah mencapai persentase yang ditargetkan dalam indikator kinerja maka pembelajaran melalui penerapan program perpustakaan kelas dinyatakan berhasil. saran 1. penerapan classroom reading program diperlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempelajari lebih detil tentang program ini. 2. classroom reading program hendaknya diterapkan melalui integrasi dalam proses belajar mengajar dan kegiatan pembiasaan di sekolahi sampai benar – benar merubah kebiasaan membaca menjadi budaya membaca. 3. guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan kegiatan membaca kreatif atau membaca yang menghasilkan penemuan meskipun hanya dalam bentuk yang sederhana, sehingga diharapkan siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan daftar rujukan [1] ambary, abdullah, dkk. 1999. penuntun terampil berbahasa indonesia dan petunjuk guru. bandung: trigenda karya. [2] arikunto, suharsimi. 2002. prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. bandung: reneksa cipta. [3] arikunto, s. (2006). prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. jakarta: rineka [4] arixs. 2006. enam penyebab rendahnya minat baca. tokoh, bacaan wanita dan keluarga. senin, 29 mei 2006.. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.24 63 [5] baderi, h. a. 2005. meningkatkan minat baca masyarakat melalui suatu kelembagaan nasional, wacana ke arah pembentukan sebuah lembaga nasional pembudayaan masyarakat membaca. orasi ilmiah pengukuhan pustakawan utama. jakarta: perpustakaan nasional republik indonesia. [6] bunyamin, a. 9 juli 2007. membangun peradaban buku. (diakses tanggal 28 juli 2007). dbe 2 – usaid 2010. modul pelatihan program membaca. jakarta: usaid depdiknas 2004, kurikulum 2004, jakarta, depdiknas. [7] cipta. dhieni, n., fridani, l., yarmi, g., & kusniaty, n. (2009). metode pengembangan bahasa. jakarta: universitas terbuka. [8] dyah, i. 200vi. minat baca warga jakarta rendah. tempointeraktif, jumat, 28 juli 200vi. [9] elin. 2007. tanamkan minat baca sejak dini. (http://www.kotabogor.go.id). [10] gilbert a. churchil.1991. marketing research metodological foundations. new york: the dryden press. [11] harsiati, titik. 1999. penelitian tindakan sebagai aplikasi metode ilmiah dan pemecahan masalah pembelajaran bahasa dalam seminar fpbs ikip malang. [12] imam syafi’ie & imam machfudz. 1992. pandai berbahasa indonesia . jakarta: media wiyata smg [13] kompas, desember 2006. jenjang pendidikan dasar, rendahnya minat baca siswa.jumat25juni2004. (republika online, www.republika.co.id, diakses tanggal 14 nopember 2019). [14] pawit m. yusuf. 1990. pedoman mencari sumber informasi. bandung:penerbit alumni. [15] poerwadarminta,w.j.s.1987. kamus umum bahasa indonesia. jakarta.balai pustaka. microsoft word 05-barun.docx vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1507 received : 11-09-2021 revised : 13-10-2021 published : 30-11-2021 peningkatan prestasi belajar siswa dengan penerapan metode pembelajaran eksperimen pada siswa smk bahrun smk negeri 6 surabaya, indonesia smkn6s@yahoo.com abstrak untuk mengimbangi kemajuan teknologi infortuni seperti ini. pembangunan di sektor pendidikan perlu mendapat perhatian yang lebih besar. pentingnya mengutamakan hal ini, karena perdidikan merupakan upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia. berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah sela mencanangkan kurikulum yang lebih mengacu pada peningkatan kualitas pendidikan dari pengalaman yang dialami oleh peneliti pada saat praktek mengajar di lapangan terlihat bahwa sekolah menuntut siswa untuk kompeten dalam setiap materi pembelajaran dan pada setiap pokok bahasan. kompetensi sirws juga harus mencakup bidang life skills (kecakapan hidup), sehingga setelah menyelesaikan pendidikannya, siswa dapat menjadi manusia indonesia yang mumpuni dan berbudi pekerti luhur. guru dan siswa sebenarnya sudah paham dengan cara eksperimen tetapi untuk melakukannya mereka belum pernah. pada penelitian ini yang menjadi obyek peneliti adalah kelas x tgb 1. hasil observasi dengan guru tbg di smk negeri 5 surabaya schagian besar sirwa kesulitan menerima materi pelajaran dan kurang aktif dalam proses belajar mengajar baik dalam mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan yang diajukan oleh ganu. dari permasalahan di atas, peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen guma memperbaiki kondisi kelas tersebut. berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data penelitian dapat disimpulkan (1) penerapan metode pembelajaran eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa (2) kemampuan guna dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran eksperimen pada siswa adalah meningkat. (3) aktivitas siswa pada aspek afektif dan aspek psikomotor dengan menerapkan metode pembelajaran eksperimen adalah meningkat, sehingga pemahaman konarp siswa lebih baik, yang pada akhimys aspek kognitif yang berupa hasil belajar siswa juga meningkat. kata kunci: pembelajaran eksperimen; hasil belajar siswa; smk vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1508 pendahuluan untuk mengimbangi kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, pembangunan di sektor pendidikan perlu mendapat perhatian yang lebih besar. pentingnya mengutamakan hal ini, karena pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia. berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah telah mencanangkan kurikulum yang lebih mengacu pada peningkatan kualitas pendidikan. dari pengalaman yang dialami oleh peneliti pada saat praktek mengajar di lapangan terlihat bahwa sekolah menuntut siswa untuk kompeten dalam setiap materi pembelajaran dan pada setiap pokok bahasan. kompetensi siswa juga harus mencakup bidang life skills (kecakapan hidup), sehingga setelah menyelesaikan pendidikannya, siswa dapat menjadi manusia indonesia yang mumpuni dan berbudi peketi luhur. (bambang irianto, 2002 : 2) berdasarkan tujuan di atas, jelaslah bahwa dalam mengajarkan mata diklat tgb, seorang guru selain menyampaikan materi, juga melatih siswa agar melakukan kegiatan– kegiatan ilmiah untuk menemukan kebenaran yang nyata dalam materi pelajaran. konsep dalam pelajaran tgb merupakan suatu dasar dari pendalaman teknik mesin sehingga diharapkan siswa mampu memahami dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. maka dari itu dalam menyampaikan materi guru juga diharapkan mampu mengaitkan materi pelajaran dengan keadaan atau situasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. guru juga kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan sesama siswa, sehingga situasi kelas kurang aktif dan motivasi untuk belajar secara aktif juga harus diberikan oleh guru sebagai stimulus agar siswa mampu mengembangkan kemampuan yang ada pada diri mereka masing-masing. alternatif solusi dari adanya kesenjangan tersebut adalah guru dapat menerapkan metode pembelajaran eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar tgb. hal ini dikarenakan metode eksperimen memberikan kesempatan pada siswa untuk mengalami sendiri/melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai obyek, keadaan atau proses sesuatu, dengan mencoba mencari hukum atau dalil dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya. (djamarah, 2002:95) tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dengan menerapkan metode eksperimen dalam pelajaran tgb di smk negeri 5 surabaya (2) untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dengan penerapan metode pembelajaran eksperimen dalam mata diklat tgb di smk negeri 5 surabaya. kajian pustaka metode pembelajaran eksperimen menurut sudirman, metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. (sudirman, 1991:193). guru menyampaikan materi pelajaran dengan cara menyuruh siswa untuk melakukan kegiatan eksperimen agar siswa mengalami sendiri dan membuktikan sendiri teori yang sedang dipelajari. menurut roestiyah, metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi guru. (roestiyah, 2000 : 80)\ vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1509 menurut nana sudjana, metode eksperimen adalah metode mengajar yang sangat efektif sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar. (sudjana, 2000 : 83) dari beberapa pendapat tentang metode eksperimen, dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah suatu cara penyampaian pengajaran dengan melakukan kegiatan percobaan untuk membuktikan sendiri apa yang dipelajari baik secara individu maupun kelompok. dalam menggunakan metode pembelajaran eksperimen (percobaan) ini, agar membawa hasil yang diharapkan, terdapat beberapa langkah yang mesti diperhatikan, yaitu : a. persiapan eksperimen hal – hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan eksperimen adalah : (1) menetapkan tujuan eksperimen; (2 mempersiapkan berbagai alat dan bahan yang perlu diperlukan. (3) mempersiapkan tempat eksperimen; (4) mempertimbangkan jumlah siswa dengan alat–alat yang ada dan yang diperlukan serta daya tampung tempat eksperimen (5) mempertimbangkan apakah dilaksanakan sekaligus bersama seluruh siswa (apabila alat, bahan dan tempat kurang memadai). dalam hal ini patut pula dipertimbangkan jumlah tenaga guru yang membimbingnya; (6) perhatikan soal keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindarkan resiko yang merugikan atau berbahaya. (7) berikan penjelasan tentang apa yang harus diperhatikan dan tahapan–tahapan yang mesti dilakukan siswa, termasuk yang dilarang atau yang membahayakan. (sudirman, 1991 : 166) b. pelaksanaan metode pembelajaran eksperimen setelah semua dipersiapkan, termasuk apa yang seharusnya dilakukan siswa dalam mengadakan eksperimen, kegiatan selanjutnya ialah : (1) siswa memulai percobaan; (2) pada waktu percobaan dilakukan siswa, guru memperhatikan apabila perlu, mendekati untuk mengamati proses percobaan yang dilakukan siswa atau mendiskusikan gejala– gejala yang dikemukakan siswa serta memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan–kesulitan yang dihadapi sehingga percobaan tersebut dapat diselesaikan; (3) selama percobaan berjalan, guru hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan, barangkali ada hal–hal yang akan mengganggu atau menghambat kelancaran keseluruhan percobaan. dengan demikian, diharapkan dapat segera diatasi atau dihindarkan sedini mungkin. (sudirman, 1991 : 167) c. tindak lanjut eksperimen setelah eksperimen dilakukan siswa, kegiatan–kegiatan selanjutnya antara lain: (1) meminta siswa mengumpulkan laporan eksperimen untuk diperiksa guru; (2) mendiskusikan masalah–masalah yang ditemukan selama eksperimen; dan (3) memeriksa dan menyimpan kembali segala peralatan yang digunakan dengan membersihkan-nya terlebih dahulu apabila kotor. (sudirman, 1991 : 167) dari pendapat sudirman mengenai cara pelaksanaan eksperimen, dapat disimpulkan bahwa dalam me-laksanakan kegiatan eksperimen, terdapat tiga tahapan yang harus dilaksanakan yaitu : persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut eksperimen. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1510 prestasi belajar menurut zainal aqib, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. prestasi belajar mengacu pada perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor. (zainal, 2002 : 69) menurut djamarah, prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala sesuatu yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan / keterampilan yang dinyatakan sesudah hasil penilaian. (djamarah, 1997) dalam penjabaran lebih operasional, prestasi belajar adalah hasil yang dicapai yang merupakan penguasaan, pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh siswa, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angkaangka yang telah diberikan oleh guru. (kamus besar bahasa indonesia, 2001 : 797) dengan demikian, yang dimaksud prestasi belajar disini adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa (kognitif, afektif dan psikomotor) yang mengacu pada tujuan pengajaran materi gaya yang disajikan berupa nilai atau angka-angka atau dengan kata lain alat pengukur yang dapat berbentuk tes dan dapat juga berbentuk non tes yang ditentukan dengan angka atau huruf yang menunjukkan tingkat kemampuan seseorang. prestasi belajar yang diterapkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan merupakan hasil yang dicapai oleh siswa yang mengacu pada indikator pencapaian hasil belajar agar terwujudnya standar kompetensi mata pelajaran tersebut. faktor-faktor yang mem-pengaruhi prestasi belajar menurut zainal aqib, ada banyak hal yang dapat menghambat dan mengganggu kemajuan belajar, bahkan sering juga terjadi suatu kegagalan. tetapi pada pokoknya dapat digolongkan menjadi dua faktor, yaitu : 1. faktor endogen, ialah faktor yang datang dari diri pelajar atau siswa sendiri. faktor ini meliputi : (a) faktor biologis dan (b) faktor psikologis 2. faktor eksogen, ialah faktor yang datang dari luar pelajar atau siswa. faktor ini meliputi : (a) lingkungan keluarga; (b) lingkungan sekolah jenis-jenis gambar teknik pada gambar teknik ada beberapa jenis garis yang digunakan, masingmasing memiliki arti dan kegunaannya sendiri. oleh karena itu wajib hukumnya mengetahui jenis-jenis garis gambar teknik agar dapat menggunakan garis gambar teknik sesuai dengan maksud dan tujuannya. jenis jenis garis yang digunakan dalam gambar teknik ditentukan oleh gabungan bentuk dantebal garis. tiap garis digunakan berdasarkan peraturan tertentu. jenis garis menurut tebalnya ada 3 macam yaitu :1.garis tebal : 0,25 mm atau 0,35 mm2.garis sedang : 0,35 mm atau 0,49 mm3.garis tipis: 0,50 mm atau 0,70 mm ketiga jenis garis ini memiliki perbandingan tebal 1:0.7:0.5. tebal dipilih sesuai besar kecilnya gambar dan dipilih dari deretan tebal berikut: 0.18, 0.25, 0.35, 0.5, 0.7, 1, 1.4 dan 2 mm. untuk ketebalan 0.18 sebaiknya tidak digunkan karena akan sangat sukar. pada umumnya ketebalan garis tebal yang digunakan adalah 0.5 atau 0.7. jarak minimum antar garis sejajar termasuk garis arsir tidak boleh kurang dari tiga kali tebal garis yang paling tebal dari gambar. dianjurkan agar jarak antar garis tidak kurang dari 0.7 mm. pada garis garis sejajar yangberpotongan jaraknya dianjurkan paling sedikit empat kali tebal garis. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1511 tabel 1. jenis-jenis gambar teknik jarak minimum antar garis sejajar termasuk garis arsir tidak boleh kurang dari tiga kali tebal garis yang paling tebal dari gambar. dianjurkan agar jarak antar garis tidak kurang dari 0.7 mm. pada garis garis sejajar yang berpotongan jaraknya dianjurkan paling sedikit empat kali tebal garis. gambar 1. contoh asiran vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1512 metode penelitian jenis penelitian penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research.) penelitian ini merupakan suatu penelitian yang dilakukan kolektif oleh kelompok sosial (termasuk juga pendidikan) yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas kerja mereka serta mengatasi berbagai permasalahan dalam kelompok tersebut. berdasarkan hasil observasi dengan guru tgb di smk negeri 5 surabaya sebagian besar siswa kesulitan menerima materi pelajaran dan kurang aktif dalam proses belajar mengajar baik dalam mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. dari permasalahan di atas, peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen guna memperbaiki kondisi kelas tersebut. langkah-langkah penelitian setiap putaran dalam penelitian ini terbagi menjadi empat tahapan pokok yaitu tahap rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi dan revisi dengan penjelasan sebagai berikut : 1. rencana awal rencana awal merupakan suatu perencanaan yang disusun sebelum melakukan penelitian. 2. tindakan dan observasi kegiatan belajar mengajar mengacu pada perangkat pembelajaran. saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, dilakukan pengamatan terhadap siswa dan guru. pengamatan siswa, meliputi: melakukan pengamatan aktivitas siswa untuk menilai aspek afektif dan psikomotor, sedangkan terhadap guru, mengamati aktivitas guru guna mengevaluasi aktivitas pembelajaran yang dituangkan dalam lembar observasi, dan sebagai bahan refleksi guru. 3. refleksi refleksi dilakukan untuk mengkaji tindakan terhadap keberhasilan pencapaian berbagai tujuan dan perlu tidaknya ditindaklanjuti dalam rangka mencapai tujuan akhir. 4. revisi revisi ini merupakan kegiatan untuk menyusun suatu rencana baru yang lebih baik dari hasil refleksi terhadap kegiatan atau pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya. teknik pengnmpulan data 1. metode tes metode tes digunakan untuk menilai aspek kognitif yang berupa skor tes sebagai hasil belajar siswa. cara pengumpulan data menggunakan tes obyektif yang dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar berlangsung pada tiap putaran. 2. observasi cara pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi dilakukan terhadap siswa dan guru : a. siswa, yaitu mengamati aktivitas siswa untuk menilai aspek afektif dan psikomotor siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas. b. guru, untuk mengamati aktivitas guru serta keterampilan-keterampilan guru dalam membimbing siswa yang berlangsung selama kegiatan belajar mengajar. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1513 teknik analisis data 1. analisis butir tes sebelum tes dilaksanakan dalam penelitian, perlu diadakan uji coba instrumen untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal tes yang dibuat oleh guru agar memperoleh tingkat persyaratan tes yang berkriteria baik, yaitu valid, reliabel, obyektif dan ekonomis. a. menentukan validitas soal validitas dari suatu soal dapat diketahui dengan menggunakan persamaan: (suharsimi, 2002:72) keterangan : rxy = koefisien korelasi untuk variabel x dan y n = banyaknya subyek pengikut tes sy = jumlah skor total sy2 = jumlah y kuadrat skor total sx = jumlah x skor butir soal sx2 = jumlah x kuadrat skor total suatu soal dikatakan valid apabila rhitung > rtabel. dalam hal ini rtabel yang digunakan adalah 0,334 untuk n = 35, interval kepercayaan 95%. b. menentukan reliabilitas soal reliabilitas tes dapat dicari dengan persamaan spearman-brown yaitu: (suharsimi, 2002:156) keterangan : r11 = reliabilitas tes r1/21/2 = rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen untuk menghitung rxy, menggunakan persamaan : (suharsimi, 2002:157) keterangan : = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes. n = banyaknya subyek pengikut tes sy = jumlah skor total sy2 = jumlah y kuadrat skor total sx = jumlah x skor butir soal sx2 = jumlah x kuadrat skor total dengan menggunakan rumus reliabilitas spearman-brown, diperoleh rxy = 0,6571 dan r11 = 0,7941. karena r11 lebih besar dari rtabel untuk n = 35 yaitu 0,334. { }{ }2222 )()( ))(( yynxxn yxxyn rxy å-åå-å åå-å = ( )2/21/1 2/21/1 11 1 2 r r xr + = { }{ }2222 )()( ))(( yynxxn yxxyn rxy å-åå-å åå-å = 2 1 2 1r vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1514 c. tingkat kesukaran tes untuk mengetahui tingkat kesukaran tes digunakan persamaan: (suharsimi, 2000:208) keterangan : p = tingkat kesukaran soal b = jumlah peserta tes yang menjawab benar jb = jumlah seluruh peserta tes klasifikasi taraf kesukaran adalah sebagai berikut : p = 0,01 sampai 0,30 adalah soal butir sukar p = 0,30 sampai 0,70 adalah soal butir sedang p = 0,70 sampai 1,00 adalah soal butir mudah d. daya pembeda untuk menentukan besar indeks diskriminasi suatu item digunakan rumus: (suharsimi, 2000: 213) keterangan : ba = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar. bb = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar. ja = banyaknya peserta kelompok atas jb = banyaknya peserta kelompok bawah klasifikasi daya pembeda : d : 0,000 --0,200 : jelek d : 0,200 --0,400 : cukup d : 0,400 --0,700 : baik d : 0,700 --1,000 : baik sekali d : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai d negatif sebaiknya dibuang saja. 2. analisis data a. analisis tes tes hasil belajar dianalisis untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa dalam ranah kognitif. tes ini dilakukan pada setiap akhir pembelajaran. hasil tes ini, dianalisis berdasarkan rata-rata nilai kelas, kemudian dilanjutkan dengan menggrafikkan rata-rata tes tiap putaran sesuai dengan tabel di bawah ini. js b p = ba b b a a pp j b j b d -=-= vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1515 tabel 2. frekuensi kategori nilai tes tiap putaran kategori putaran i putaran ii f % f % kurang sekali kurang baik baik sekali dengan kriteria sebagai berikut : 100 – 85 = baik sekali 69 – 55 = kurang 84 – 70 = baik < 55 = kurang sekali b. analisis lembar penilaian afektif dan psikomotor data penilaian afektif dan psikomotor merupakan data yang diperoleh dengan mengamati sikap dan ketrampilan siswa saat pembelajaran berlangsung. kriteria penilaian afektif dan psikomotor dinyatakan dalam rentang nilai 1 – 4, dianalisis menjadi persen dengan cara sebagai berikut: dari hasil analisis dilanjutkan dengan menggrafikkan frekuensi siswa pada masingmasing aspek setiap putarannya sesuai dengan tabel di bawah ini. tabel 3. frekuensi siswa pada tiap aspek skor kategori putaran i putaran ii f % f % 1 kurang sekali 2 kurang 3 baik 4 baik sekali 3. analisis pengelolaan pengajaran menggunakan metode eksperimen analisis pengelolaan pembelajaran dilakukan setiap akhir pertemuan yaitu dengan melakukan diskusi antara guru dan pengamat sehingga kendala yang ada teratasi dan guru merevisi serta dapat meningkatkan kinerjanya dalam mengelola pembelajaran. dari hasil analisis dilanjutkan dengan menggrafikkan skor rata-rata pengamatan setiap putaran sesuai dengan tabel penilaian pengelolaan pembelajaran tiap putaran. %100x siswaseluruhjumlah penilaianskorjumlah persentase= vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1516 hasil penelitian dan pembahasan hasil dan analisis 1. putaran 1 tabel 4. hasil analisis pengamatan pengelolaan pembelajaran no aspek yang dinilai skor rata-rata 1. pelaksanaan a. pendahuluan 1. memotivasi siswa dengan menyajikan fenomena 2. menyampaikan indikator keberhasilan 3. mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal/pembelajaran yang lalu b. kegiatan inti 1. membimbing siswa melakukan kegiatan eksperimen 2. membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan eksperimen dalam kelompok 3. memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil eksperimen 4. membimbing siswa merumuskan kesimpulan 5. memberikan umpan balik pada siswa c. penutup 1. membimbing siswa membuat rangkuman 2. memberikan evaluasi 2 3 2,5 2,5 2,5 3 2,5 2 2 2,5 2. pengelolaan waktu 1 3. pengamatan suasana kelas 1. kesesuaian kbm dengan indikator 2. penguasaan konsep 3. siswa atunsias 4. guru antusias 2,5 2,5 2 3 (a) data penilaian afektif dan psikomotor hasil pengamatan penilaian afektif dan psikomotor putaran 1 dengan menggunakan instrumen dilakukan oleh tiga pengamat. masing-masing pengamat mengamati dua kelompok. dari hasil pengamatan penilaian afektif dan psikomotor siswa saat kegiatan belajar mengajar diperoleh data sebagai berikut : (1) ranah afektif vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1517 tabel 5. hasil analisis penilaian afektif siswa berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dalam mendengarkan penjelasan dari guru 55% siswa masih kurang baik; dalam mengajukan pertanyaan di kelas 69% siswa dalam kategori kurang baik; dalam menyampaikan ide / pendapat 64% siswa masih kurang baik; dalam bekerja sama mengerjakan tugas dalam anggota kelompok 64% siswa masih kurang baik; dalam ketepatan mengumpulkan tugas 62% siswa masih kurang baik. (2) ranah psikomotor tabel 6. hasil penilaian psikomotor siswa no. aspek yang diamati skor 1 2 3 4 f % f % f % f % 1 kemampuan mempersiapkan peralalatan eksperimen 0 0 10 28 19 53 7 19 2 kemampuan merangkai alat dengan benar 0 0 36 100 0 0 0 0 3 kemampuan membaca skala alat ukur 0 0 23 64 13 36 0 0 4 kemampuan mendemonstrasikan rangkaian eksperimen 0 0 20 55 16 45 0 0 berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dalam merangkai alat dengan benar 100% siswa masih kurang baik ; dalam membaca skala alat ukur 64% siswa dalam kategori kurang baik; dalam mendemonstrasikan rangkaian eksperimen 55% siswa masih kurang baik; tetapi dalam mempersiapkan peralatan eksperimen 72% siswa sudah baik. (b) tes hasil belajar hasil tes belajar siswa pada putaran 1 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : no. aspek yang diamati skor 1 2 3 4 f % f % f % f % 1 mendengarkan penjelasan dari guru secara aktif 0 0 20 55 15 42 1 3 2 mengajukan pertanyaan di kelas 16 44 9 25 10 28 1 3 3 menyampaikan ide / pendapat 18 50 5 14 11 30 2 6 4 bekerja sama mengerjakan tugas dalam anggota kelompok 9 25 14 39 11 30 2 6 5 ketepatan waktu mengumpulkan tugas 9 25 13 37 11 30 3 8 vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1518 tabel 7. rekapitulasi hasil tes belajar siswa putaran 1 no. kriteria penilaian kategori jumlah siswa 1 2 3 4 100–85 69–55 84–70 < 55 baik sekali kurang baik kurang sekali 0 26 10 0 berdasarkan tabel 7, terdapat 26 atau 72% siswa yang hasil tesnya masuk kategori kurang, dan ada 10 atau 28% siswa yang masuk kategori baik. rata-rata nilai kelas pada pertemuan 1 adalah 68,58. dengan demikian rata-rata nilai kelas pada putaran 1 termasuk kategori kurang. a. refleksi dari data hasil pengamatan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, dapat diuraikan sebagai berikut: 1) analisis data pengelolaan pembelajaran dari tabel di atas terlihat bahwa selama kegiatan belajar mengajar pada putaran 1 awal siswa (pendahuluan), pemberian umpan balik (kegiatan inti), membimbing siswa dalam merangkum pembelajaran (penutup), pengelolaan waktu dan keantusiasan siswa. 2) analisis data penilaian afektif siswa analisis data pada tabel di atas merupakan hasil penilaian afektif siswa pada saat kegiatan belajar mengajar putaran 1 berlangsung. sikap siswa saat pembelajaran berlangsung masih kurang pada semua aspek, yaitu: dalam mengajukan pertanyaan di kelas 69% siswa dalam kategori kurang baik; dalam menyampaikan ide / pendapat 64% siswa masih kurang baik; dalam bekerja sama mengerjakan tugas dalam anggota kelompok 64% siswa masih kurang baik; dalam ketepatan mengumpulkan tugas 62% siswa masih kurang baik; dan dalam mendengarkan penjelasan dari guru 55% siswa masih kurang baik. 3) analisis data penilaian psikomotor siswa analisis data pada tabel di atas merupakan hasil penilaian psikomotor pada saat kegiatan eksperimen berlangsung. kemampuan psikomotor siswa masih kurang pada aspek: dalam merangkai alat dengan benar 100% siswa masih kurang baik; dalam membaca skala alat ukur 64% siswa dalam kategori kurang baik; dan dalam mendemonstrasikan rangkaian eksperimen 55% siswa masih kurang baik. 4) analisis data tes belajar siswa analisis data pada tabel di atas merupakan data tes belajar siswa. ternyata hasil tes yang diperoleh, didapatkan 72% siswa masuk kategori kurang, sehingga rata-rata nilai kelas pada putaran 1 juga termasuk dalam kategori kurang. dengan melihat kekurangan di atas, berarti guru masih kurang optimal dalam mengelola kelas dengan menggunakan metode eksperimen pada sub pokok bahasan gaya, sehingga perlu adanya perbaikan pada putaran berikutnya. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1519 b. revisi pada tahap revisi ini berfungsi untuk perbaikan pada putaran 1, agar pada kegiatan belajar mengajar pada putaran kedua menjadi lebih baik dari putaran 1. 1) revisi hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran dari hasil refleksi pengelolaan pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen, guru masih kurang baik dalam pemotivasian awal siswa, pemberian umpan balik terhadap hasil eksperimen (kegiatan inti), membimbing siswa dalam merangkum pembelajaran (penutup), pengelolaan waktu dan keantusiasan siswa. dalam pemberian motivasi awal, guru hendaknya mengajak siswa ikut berperan aktif, dengan mengajukan pertanyaan atau memberikan pendapat terhadap kegiatan awal untuk dapat motivasi siswa agar terfokus dalam pembelajaran. dalam memberikan umpan balik pada siswa terhadap hasil eksperimen, guru hendaknya memberikan penghargaan berupa hadiah kepada kelompok yang menyajikan hasil eksperimen dengan baik dan benar. dalam merangkum pembelajaran, guru hendaknya tidak terlalu mendominasi, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk merangkum pembelajaran yang telah dilakukan. dalam aspek keantusiasan siswa, guru hendaknya memberikan pertanyaan-pertanyaan pada siswa seputar materi yang diajarkan kemudian memberikan nilai tambahan kepada siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar. 2) revisi penilaian afektif siswa masih kurang dalam mengajukan pertanyaan, menyampaikan ide atau pendapat, bekerja sama dengan kelompok, ketepatan mengumpulkan tugas, dan mendengarkan penjelasan dari guru. dalam mengajukan pertanyaan, guru hendaknya memberikan nilai tambahan kepada siswa yang mengajukan pertanyaan. dalam menyampaikan ide atau pendapat, guru hendaknya lebih antusias untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa menyampaikan pendapat mereka. dalam bekerja sama dengan kelompok, guru hendaknya memberi peringatan kepada siswa bahwa nilai hasil eksperimen satu siswa, merupakan nilai kelompok. revisi penilaian psikomotor siswa masih kurang dalam merangkai alat dengan benar, dan dalam mempresentasikan hasil eksperimen. dalam membaca skala alat ukur guru hendaknya juga memodelkan cara membaca skala alat ukur beserta ketidakpastiannya kepada siswa, agar siswa dapat membaca skala alat ukur dengan benar. dalam mendemonstrasikan rangkaian eksperimen, guru hendaknya mengarahkan siswa bahwa dalam mendemonstrasikan rangkaian eksperimen, harus dilakukan secara rinci, terstruktur dan jelas agar mudah dipahami oleh siswa lain. 3) revisi tes hasil belajar siswa rata-rata hasil tes belajar siswa pada putaran 1 masih termasuk dalam kategori kurang. untuk meningkatkan hasil tes tersebut, guru hendaknya memotivasi siswa agar belajar lebih giat belajar yaitu dengan memberikan hadiah bagi siswa yang mendapatkan nilai tertinggi dan memberikan tugas tambahan bagi siswa yang masuk dalam kategori kurang dan kurang sekali. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1520 2. putaran 2 tabel 8. hasil analisis pengamatan pengelolaan pembelajaran no aspek yang dinilai skor rata-rata 1. pelaksanaan a. pendahuluan 1. memotivasi siswa dengan menyajikan fenomena 2. menyampaikan indikator keberhasilan 3. mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal/pembelajaran yang lalu b. kegiatan inti 1. membimbing siswa melakukan kegiatan eksperimen 2. membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan eksperimen dalam kelompok 3. memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil eksperimen 4. membimbing siswa merumuskan kesimpulan 5. memberikan umpan balik pada siswa c. penutup 1. membimbing siswa membuat rangkuman 2. memberikan evaluasi 2,5 3 2,5 2,5 2,5 4 3,5 2,5 3 2,5 2. pengelolaan waktu 3 3. pengamatan suasana kelas a. kesesuaian kbm dengan indikator b. penguasaan konsep c. siswa atunsias d. guru antusias 3,5 3 2,5 3 berdasarkan tabel 8 di atas, terlihat adanya peningkatan dalam pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada putaran 2 dibandingkan dengan putaran 1. pada aspek pendahuluan, dalam pemotivasian awal siswa sudah cukup baik,; dan dalam pemberian umpan balik terhadap hasil eksperimen juga sudah cukup baik, namun saat membimbing siswa dalam mendiskusikan hasil eksperimen, guru mengalami kesulitan karena siswa belum dapat konsentrasi kembali setelah melakukan eksperimen, di mana eksperimen pada putaran 2 siswa langsung terlibat dalam kegiatan eksperimen; pada aspek penutup, dalam membimbing siswa merangkum pembelajaran sudah baik; pada aspek pengelolaan waktu guru sudah baik; dan dalam pengelolaan kelas, siswa sudah dapat mengontrol emosi, dengan tidak ramai dan tidak bergurau dengan temannya serta mereka sangat antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. 4) data penilaian afektif dan psikomotor hasil dari pengamatan penilaian afektif dan psikomotor pada putaran 2 dengan menggunakan instrumen dilakukan oleh tiga pengamat. masing-masing pengamat mengamati dua kelompok. dari hasil pengamatan penilaian afektif dan psikomotor siswa saat kegiatan belajar mengajar diperoleh data sebagai berikut: vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1521 a. ranah afektif tabel 9. hasil analisis penilaian afektif siswa no. aspek yang diamati skor 1 2 3 4 f % f % f % f % 1 mendengarkan penjelasan dari guru secara aktif 0 0 11 31 13 36 12 33 2 mengajukan pertanyaan di kelas 15 41 6 17 10 28 5 14 3 menyampaikan ide / pendapat 13 37 7 19 8 22 8 22 4 bekerja sama mengerjakan tugas dalam anggota kelompok 4 11 7 19 13 37 12 33 5 ketepatan waktu mengumpulkan tugas 5 14 6 17 7 19 18 50 berdasarkan tabel 9 dapat dijelaskan bahwa dalam mengajukan pertanyaan di kelas meningkat 11% dibandingkan putaran 1; dalam menyampaikan ide / pendapat meningkat 8% dibandingkan putaran 1; dalam bekerja sama mengerjakan tugas dalam anggota kelompok meningkat 33% dibandingkan putaran 1; dalam ketepatan mengumpulkan tugas meningkat 30% dibandingkan putaran 1; dan dalam mendengarkan penjelasan dari guru meningkat 25% dibandingkan putaran 1. b. ranah psikomotor tabel 10. hasil analisis penilaian psikomotor siswa no. aspek yang diamati skor 1 2 3 4 f % f % f % f % 1 kemampuan mempersiapkan peralalatan eksperimen 0 0 2 6 17 47 17 47 2 kemampuan merangkai alat dengan benar 0 0 7 19 22 62 7 19 3 kemampuan membaca skala alat ukur 0 0 8 22 12 34 16 44 4 kemampuan mendemonstrasikan rangkaian eksperimen 0 0 12 33 10 28 14 39 berdasarkan tabel 10 dapat dijelaskan bahwa dalam merangkai alat dengan benar meningkat 81% dibandingkan dengan putaran 1; dalam membaca skala alat ukur meningkat 42% dibandingkan dengan putaran 1; dalam mendemons-trasikan rangkaian eksperimen 22% dibandingkan pada putaran 1; dan dalam mempersiapkan peralatan eksperimen meningkat 22% dibandingkan dengan putaran 1. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1522 5) data tes hasil belajar siswa hasil tes belajar siswa pada putaran kedua dapat dilihat pada tabel di bawah ini : tabel 11. rekapitulasi hasil tes belajar siswa putaran 2 no. kriteria penilaian kategori jumlah siswa 1 2 3 4 100–85 69–55 84–70 < 55 baik sekali kurang baik kurang sekali 20 2 14 0 berdasarkan tabel 11, diperoleh bahwa hasil tes yang termasuk dalam kategori kurang mengalami penurunan sebesar 68%, dan dalam kategori baik dan baik sekali mengalami peningkatan sebesar 58%. rata-rata nilai kelas pada pertemuan kedua adalah 80,16. hasil ini termasuk dalam kategori baik dan mengalami peningkatan sebesar 17% dibandingkan dengan putaran 1. 2. refleksi dari data hasil pengamatan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, dapat diuraikan sebagai berikut : a) analisis data pengelolaan pembelajaran berdasarkan tabel di atas, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran perlu ditingkatkan lagi dalam pemotivasian awal siswa dan dalam membimbing siswa mendiskusikan hasil eksperimen. b) analisis data penilaian afektif siswa data pada tabel di atas merupakan hasil penilaian afektif siswa pada saat kegiatan belajar mengajar putaran kedua berlangsung. kemampuan afektif siswa dalam mengajukan pertanyaan di kelas 58% siswa dalam kategori kurang baik ; dalam menyampaikan ide / pendapat 56% siswa masih kurang baik ; dalam bekerja sama mengerjakan tugas dalam anggota kelompok 30% siswa masih kurang baik ; dalam ketepatan mengumpulkan tugas 31% siswa masih kurang baik ; dan dalam mendengarkan penjelasan dari guru 30% siswa masih kurang baik. c) analisis data penilaian psikomotor siswa data pada tabel di atas merupakan hasil penilaian psikomotor pada saat kegiatan eksperimen berlangsung. kemampuan psikomotor siswa dalam mendemonstrasikan rangkaian eks-perimen 33% siswa masih kurang baik ; dalam membaca skala alat ukur 22% siswa dalam kategori kurang baik ; dan dalam merangkai alat dengan benar 19% siswa masih kurang baik. d) analisis data tes belajar siswa data pada tabel di atas merupakan data tes belajar siswa pada materi daya. hasil tes yang diperoleh, ternyata masih ada 2 atau 6% siswa yang termasuk dalam kategori kurang. dari hasil tes belajar siswa, pengamatan penilaian afektif dan psikomotor menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil dari tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dibandingkan dengan putaran 1. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1523 3. revisi pada tahap revisi ini berfungsi untuk perbaikan pada putaran selanjutnya, agar pada kegiatan belajar mengajar selanjutnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. 1) revisi hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran dari hasil refleksi pengelolaan pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen, guru perlu meningkatkan aspek pemotivasian awal siswa (pendahuluan), dan membimbing siswa mendiskusikan hasil eksperimen (kegiatan inti). dalam pemberian motivasi awal, guru hendaknya menaruh perhatian khusus terhadap siswa yang tidak memperhatikan kegiatan motivasi, yaitu dengan bertanya kepada siswa tersebut. dalam membimbing siswa mendiskusikan hasil eksperimen, guru hendaknya memberikan waktu istirahat kepada siswa setelah melakukan eksperimen, agar konsentrasi siswa kembali pulih, sehingga mereka dapat mendiskusikan hasil eksperimen dengan baik dan benar. 2) revisi penilaian afektif dalam ranah afektif, dalam mengajukan pertanyaan 58% siswa masih kurang, maka guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan dijawab oleh siswa lain. dalam menyampaikan ide atau pendapat 56% siswa masih kurang, maka guru hendaknya meningkatkan frekuensi pertanyaan dan meminta siswa untuk menyampaikan ide/pendapat dari pertanyaan guru dan pertanyaan yang diajukan oleh siswa lain. dalam bekerja sama mengerjakan tugas kelompok 30% siswa masih kurang, maka guru hendaknya menerapkan aturan kepada siswa bahwa yang tidak berpartisipasi dalam mengerjakan tugas dalam kelompok tidak akan mendapat nilai. dalam ketepatan mengumpulkan tugas 31% siswa masih kurang, maka guru hendaknya tidak menerima tugas yang dikerjakan oleh siswa apabila tidak tepat dengan waktu yang telah ditetapkan. dalam mendengarkan penjelasan dari guru 30% siswa masih kurang, maka guru hendaknya memberikan pertanyaan kepada siswa yaitu berupa pengulangan terhadap materi yang telah dijelaskan oleh guru. 3) revisi penilaian psikomotor dalam ranah psikomotor, dalam mendemonstrasikan hasil eksperimen 33% masih kurang baik, maka guru hendaknya memberikan pengarahan disertai pemodelan mendemonstrasikan rangkaian eksperimen dengan jelas dan terstruktur. dalam membaca skala alat ukur 21% siswa masih kurang, maka guru hendaknya meminta siswa yang sudah dapat membaca skala alat ukur mengajari temannya yang belum dapat membaca skala alat ukur. 4) revisi tes hasil belajar siswa rata-rata hasil tes belajar siswa pada putaran kedua sudah termasuk dalam kategori baik. hal ini perlu dipertahankan oleh guru. untuk meningkatkan lagi hasil tes tersebut, guru hendaknya memberikan soal-soal latihan yang lebih banyak kepada siswa seputar materi yang dipelajari. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1524 pembahasan penerapan metode eksperimen 1. pembahasan pengelolaan pembelajaran gambar 2. grafik pengelolaan pembelajaran keterangan : aspek pendahuluan a : memotivasi siswa dengan menyajikan fenomena b : menyampaikan indikator keberhasilan c : mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal/pembelajaran yang lalu aspek kegiatan inti d : membimbing siswa melakukan kegiatan eksperimen e : membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan eksperimen dalam kelompok f : memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil eksperimen g : membimbing siswa merumuskan kesimpulan h : memberikan umpan balik pada siswa aspek penutup i : membimbing siswa membuat rangkuman j : memberikan evaluasi k : aspek pengelolaan waktu aspek suasana kelas l : kesesuaian kbm dengan indikator m : penguasaan konsep n : siswa atunsias o : guru antusias berdasarkan gambar 2 grafik di atas dapat dinyatakan sebagai berikut : pada aspek pendahuluan, dalam memotivasi siswa dengan menyajikan fenomena pada putaran 1 menunjukkan skor 2 (kurang), namun pada putaran 2 menunjukkan skor 2,5 (cukup). hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan. pada aspek kegiatan inti, dalam memberikan umpan balik pada siswa pada putaran 1 menunjukkan skor 2 (kurang), namun pada putaran 2 menunjukkan skor 2,5 (cukup). hasil tersebut juga menunjukkan adanya peningkatan. pada aspek penutup, dalam membimbing siswa membuat rangkuman pada putaran 1 menunjukkan skor 2 (kurang), namun pada putaran 2 menunjukkan skor 3 (baik). pada aspek pengelolaan waktu, putaran 1 menunjukkan skor 1 (kurang sekali), namun putaran 2 menunjukkan skor 3 (baik). hal ini dikarenakan pada putaran 2, guru menyesuaikan alokasi waktu yang terdapat di 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 s ko r r at ar at a a b c d e f g h i j k l m n o aspek yang dinilai putaran i putaran ii vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1525 rencana pembelajaran. pada aspek suasana kelas, keantusiasan siswa pada putaran 1 menunjukkan skor 2 (kurang), namun pada putaran 2 menunjukkan skor 2,5 (cukup). hal ini dikarenakan pada putaran 2, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa seputar materi yang diajarkan kemudian memberikan nilai tambahan kepada siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar. 2. pembahasan penilaian afektif a. mendengarkan penjelasan dari guru secara aktif gambar 3. grafik mendengarkan penjelasan dari guru secara aktif berdasarkan gambar 3 grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam mendengarkan penjelasan dari guru pada putaran 1 menunjukkan 55% (20 siswa) masuk kategori kurang dan 45% (16 siswa) masuk kategori baik. namun pada putaran 2 siswa yang masuk dalam kategori kurang menurun menjadi 30% (11 siswa), sedangkan siswa yang masuk kategori baik meningkat menjadi 70% (25 siswa). hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari putaran 1 ke putaran 2 dalam mendengarkan penjelasan dari guru secara aktif. b. mengajukan pertanyaan di kelas gambar 4. grafik mengajukan pertanyaan dalam kelas 0 5 10 15 20 f re ku e n si s is w a putaran i putaran ii putaran kurang sekali kurang baik baik sekali 0 5 10 15 20 f re ku e n si si sw a putaran i putaran ii putaran kurang sekali kurang baik baik sekali vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1526 berdasarkan grafik 4 di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam mengajukan pertanyan di kelas pada putaran 1 menujukkan 69% (25 siswa) masuk kategori kurang dan 31% (11 siswa) masuk kategori baik. namun pada putaran 2 siswa yang masuk dalam kategori kurang menurun menjadi 58% (21 siswa), sedangkan siswa yang masuk kategori baik meningkat menjadi 42% (15 siswa). hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari putaran 1 ke putaran 2 dalam mengajukan pertanyaan di kelas. hal ini dikarenakan pada putaran 2, guru memberikan nilai tambahan kepada siswa yang mengajukan pertanyaan seputar materi yang diajarkan. c. menyampaikan ide / pendapat gambar 5. grafik menyampaikan ide atau pendapat berdasarkan gambar 5 di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam menyampaikan ide/pendapat pada putaran 1 menunjukkan 64% (23 siswa) masuk kategori kurang dan 36% (13 siswa) masuk kategori baik. namun pada putaran 2 siswa yang masuk dalam kategori kurang menurun menjadi 56% (20 siswa), sedangkan siswa yang masuk kategori baik meningkat menjadi 44% (16 siswa). hal ini dikarenakan pada putaran 2, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa menyampaikan pendapat mereka. d. bekerja sama mengerjakan tugas dalam anggota kelompok gambar 6. grafik bekerja sama mengerjakan tugas dalam anggota kelompok 0 5 10 15 20 fr ek ue ns i s is w a putaran i putaran ii putaran kurang sekali kurang baik baik sekali 0 5 10 15 fr ek ue ns i si sw a putaran i putaran ii putaran kurang sekali kurang baik baik sekali vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1527 berdasarkan gambar 6 grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam bekerja sama mengerjakan tugas dalam anggota kelompok pada putaran 1 menunjukkan 64% (23 siswa) masuk kategori kurang dan 36% (13 siswa) masuk kategori baik. namun pada putaran 2 siswa yang masuk dalam kategori kurang menurun menjadi 31% (11 siswa), sedangkan siswa yang masuk kategori baik meningkat menjadi 69% (25 siswa). hal ini dikarenakan pada putaran 2, guru memberikan peringatan kepada siswa bahwa nilai hasil eksperimen seorang siswa dalam sebuah kelompok, merupakan nilai seluruh siswa dalam kelompok tersebut. e. ketepatan mengumpulkan tugas : gambar 7. grafik ketepatan mengumpulkan tugas berdasarkan gambar 7 di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam ketepatan mengumpulkan tugas pada putaran 1 menunjukkan 62% (22 siswa) masuk kategori kurang dan 38% (14 siswa) masuk kategori baik. namun pada putaran 2 siswa yang masuk dalam kategori kurang menurun menjadi 31% (11 siswa), sedangkan siswa yang masuk kategori baik meningkat menjadi 69% (25 siswa). hal ini dikarenakan pada putaran 2, guru memberitahukan batasan waktu pengumpulan tugas dan tidak akan menerima tugas apabila dikerjakan semaunya sendiri. 3. pembahasan penilaian psikomotor a. kemampuan mempersiapkan peralatan eksperimen gambar 8. grafik mempersiapkan peralatan eksperimen 0 5 10 15 20 fr ek ue ns i s is w a putaran i putaran ii putaran kurang sekali kurang baik baik sekali 0 5 10 15 20 fr ek ue ns i s is w a putaran i putaran ii putaran kurang sekali kurang baik baik sekali vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1528 berdasarkan gambar 8 di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam mempersiapkan peralatan eksperimen pada putaran 1 menunjukkan 28% (10 siswa) masuk kategori kurang dan 72% (26 siswa) masuk kategori baik. namun pada putaran 2 siswa yang masuk dalam kategori kurang menurun menjadi 6% (2 siswa), sedangkan siswa yang masuk kategori baik meningkat menjadi 94% (34 siswa). hal ini dikarenakan pada putaran 2, siswa yang bertindak langsung sebagai pelaku eksperimen. b. kemampuan membaca skala alat ukur gambar 9. grafik kemampuan membaca skala alat ukur berdasarkan gambar 9 di atas, dapat dijelaskan dalam membaca skala alat ukur pada putaran 1 menujukkan 64% (23 siswa) masuk kategori kurang dan 36% (13 siswa) masuk kategori baik. namun pada putaran 2 siswa yang masuk dalam kategori kurang menurun menjadi 22% (8 siswa), sedangkan siswa yang masuk kategori baik meningkat menjadi 78% (28 siswa). hal ini dikarenakan pada putaran 2, guru menjelaskan cara membaca skala alat ukur beserta ketidakpastian alat tersebut. c. kemampuan mendemonstrasikan rangkaian eksperimen gambar 10. grafik mendemonstrasikan rangkaian eksperimen 0 5 10 15 20 25 fr ek ue ns i s is w a putaran i putaran ii putaran kurang sekali kurang baik baik sekali 0 5 10 15 20 fr ek ue ns i s is w a putaran i putaran ii putaran kurang sekali kurang baik baik sekali vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1529 berdasarkan grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam mendemonstrasikan rangkaian eksperimen pada putaran 1 menujukkan 55% (20 siswa) masuk kategori kurang dan 45% (16 siswa) masuk kategori baik. namun pada putaran 2 siswa yang masuk dalam kategori kurang menurun menjadi 33% (12 siswa), sedangkan siswa yang masuk kategori baik meningkat menjadi 67% (24 siswa). hal ini dikarenakan pada putaran 2, guru mengarahkan siswa bahwa dalam mendemonstrasikan rangkaian eksperimen harus dilakukan secara rinci, terstruktur dan jelas agar mudah dipahami oleh siswa lain. 4. pembahasan tes hasil belajar siswa gambar 11. grafik hasil belajar siswa berdasarkan gambar 11 di atas, dapat dijelaskan bahwa hasil belajar siswa pada putaran 1 menunjukkan 72% (26 siswa) masuk kategori kurang dan 28% (10 siswa) masuk kategori baik. namun pada putaran 2 siswa yang masuk dalam kategori kurang menurun menjadi 5% (2 siswa) masuk kategori kurang, sedangkan siswa yang masuk kategori baik meningkat menjadi 95% (34 siswa). hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari putaran 1 ke putaran 2 pada hasil belajar siswa. hal ini dikarenakan aspek-aspek yang termasuk dalam kategori kurang pada putaran 1 meningkat lebih baik pada putaran 2. aspek-aspek tersebut adalah aspek pengelolaan pembelajaran oleh guru (pemotivasian awal siswa, pemberian umpan balik terhadap hasil eksperimen, membimbing siswa dalam merangkum pembelajaran, pengelolaan waktu, dan keantusiasan siswa), aspek afektif siswa (mendengarkan penjelasan dari guru, mengajukan pertanyaan di kelas, menyampaikan ide/pendapat, bekerja sama mengerjakan tugas dalam anggota kelompok, dan ketepatan waktu mengumpulkan tugas), serta aspek psikomotor siswa (mempersiapkan peralalatan eksperimen, merangkai alat dengan benar, menggunakan alat ukur dengan benar, dan mendemonstrasikan rangkaian eksperimen). hal-hal tersebut yang membuat pemahaman konsep siswa meningkat, yang pada akhirnya hasil belajar siswa juga meningkat. pembahasan pengelolaan proses pembelajaran putaran ke tiga pada putaran ketiga paneliti tidak menunjukkan hasil analisis dari semua penilian yang telah dilakukan di putaran pertama dan puaran kedua yaitu penilaian kognitif siswa, afektif siswa , psikomotor siswa serta lembar pengamatan pembelajaran oleh guru. tetapi disini peneliti hanya melihat dan manganalisis apa saja yang perlu ditambahkan dan apa saja yang perlu diperbaiki dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai bahan evaluasi untuk metode pembelajaran yang lain.. 0 5 10 15 20 25 fr ek ue ns i s is w a putaran i putaran ii putaran kurang sekali kurang baik baik sekali vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1530 kemudian dari hasil pengamatan pada pengelolahan pembelajaran putaran ketiga , terdapat keunggulan dibanding pada putaran 1 dan 2, yaitu pada putaran ketiga aloksi waktu dari guru lebih terarah dan terkontrol berdasarkan rencana pengajaran yang telah dibuat sehingga penyampaian materi pelajaran dapat terselesaikan sesuai rencana dan siswa lebih mudah menerima serta mengaplikasikan meteri pelajaran yang disampaikan dalam bentuk eksperimen. pada putaran ini diharapkan guru lebih pandai dalam merancang dan melakukan suatu eksperimen terutama mengadakan eksperimen yang lebih baik dan tergolong eksperimen terbaru/update sehingga siswa tidak bosan dalam mendengarkan penyampaian materi pelajaran. simpulan dan saran simpulan berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data penelitian tentang penerapan metode pembelajaran eksperimen untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, maka dapat disimpulkan: 1. penerapan metode pembelajaran eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa pada dua putaran pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peneliti. 2. kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran eksperimen yang meliputi membimbing siswa melakukan kegiatan eksperimen, membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan eksperimen dalam kelompok, memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil eksperimen, membimbing siswa merumuskan kesimpulan, dan memberikan umpan balik pada siswa adalah meningkat. 3. aktivitas siswa pada aspek afektif (mendengarkan penjelasan dari guru, mengajukan pertanyaan di kelas, menyampaikan ide/pendapat, bekerja sama mengerjakan tugas dalam anggota kelompok, dan ketepatan waktu mengumpulkan tugas) dan aspek psikomotor (mempersiapkan peralalatan eksperimen, merangkai alat dengan benar, menggunakan alat ukur dengan benar, dan mendemonstrasikan rangkaian eksperimen) dengan menerapkan metode pembelajaran eksperimen adalah meningkat, sehingga pemahaman konsep siswa lebih baik, yang pada akhirnya aspek kognitif yang berupa hasil belajar siswa juga meningkat. saran berdasarkan simpulan, maka dalam penelitian ini dapat dikemukakan saran-saran antara lain: 1. pada saat menerapkan metode pembelajaran eksperimen dalam pengajaran, guru hendaknya dapat memotivasi awal siswa dengan baik agar siswa terfokus dalam kegiatan eksperimen yang akan dilaksanakan dan dapat memantau kondisi siswa waktu melakukan eksperimen, agar nantinya dalam mendiskusikan hasil eksperimen siswa dapat bekerja dengan baik. 2. penerapan metode pembelajaran eksperimen ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada pokok bahasan gaya, untuk itu peneliti juga menyarankan supaya metode pembelajaran ini juga dicoba untuk pokok bahasan lain. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.238 1531 daftar rujukan ali, m. 2000. guru dalam proses belajar mengajar. bandung : sinar baru algesindo. aqib, zainal. 2002. profesionalisme guru dalam pembelajaran. surabaya : insane cendekiawan. arikunto, suharsimi. 2002. prosedur penelitian. jakarta : rineka cipta. depdiknas. 2007 kurikulum tingkat satuan pendidikan. jakarta : departemen pendidikan nasional djamarah. 2006. strategi belajar mengajar. jakarta : rineka cipta. gafur, abd. 1990. desain instruksional, suatu langkah sistematis penyusunan pola dasar kegiatan belajar dan mengajar. jakarta : tiga serangkai. goldstein, kevin. 1978. experiment with everyday objects. new jersey : prentice-hall. irianto, bambang. 2002. jurnal kurikulum berbasis kompetensi. mulyati, arifin. 2003. strategi belajar mengajar. surabaya : jica. roestiyah. 2000. strategi belajar mengajar. jakarta : rineka cipta. silabus smkn 3 buduran sidoarjo. tidak dipublikasikan. sudirman. 1991. ilmu pendidikan. bandung : remaja rosdakarya. sudjana. 2000. dasar – dasar proses belajar mengajar. jakarta : sinar baru algesindo. tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa. 1996. kamus besar bahasa indonesia edisi kedua. jakarta : balai pustaka depdikbud. tim penyusun skripsi. 2004. pedoman penulisan skripsi. surabaya : unipress unesa. http: // dikmenjur.net/ modul pembelajaran tgb/ microsoft word 03-artikel 3.docx vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.231 1430 received : 03-09-2021 revised : 20-09-2021 published : 30-10-2021 inovasi tujuan pendidikan di indonesia herdi aryantoa, 1*, meyla dewi azizah, 2, vicky annisa nuraini, 3, ledy sagita, 4 a-g universitas negeri yogyakarta, indonesia 1herdiaryanto.2019@student.uny.ac.id*; 2meyladewi.2019@student.uny.ac.id; 3vickyannisa.2019@student.uny.ac.id; 4ledysagita.2019@student.uny.ac.id abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sebuah inovasi kurikulum khususnya untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan yang lebih baik dari waktu ke waktu. kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisi berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan rancang secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang di jadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. komponen utama kurikulum yaitu kurikulum tujuan, kurikulum isi/materi. kurikulum metode atau strategi, dan kurikulum evaluasi. tujuan pendidikan adalah sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran dan kepentingannya yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan baik di jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan. kedudukan dan fungsi pendidikan terdiri dari pendidikan bersifat normative dan pendidikan bersifat abstrak. klasififkasi tujuan pendidikan memiliki tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik. tujuan pendidikan dari yang bersifat umum sampai dengan tujuan khusus dapat di klasifikasi menjadi tujuan pendidikan nasional, tujuan pendidikan institusional, tujuan pendidikan kulikuler, tujuan pendidikan pembelajaran dan tujuan pembelajaran khusus. inovasi kurikulum dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah pendidikan serta mencapai tujuan pendidikan. kata kunci : kurikulum; tujuan pendidikan; program pendidikan vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.231 1431 pendahuluan perkembangan pendidikan mempunyai kaitan yang erat dengan kurikulum. bagaimana pun, kurikulum sangat berperan penting dalam suatu pendidikan karena kurikulum merupahkan salah satu komponen yang penting dalam penyelenggaran pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. kurikulum adalah suatu rencana yang disajikan sebagai pedoman atau pegangan dalam kegiatan proses belajar mengajar (sukmadinata 2009). jadi kurikulum adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta metode yang digunakan, sebagai pedoman dalam kegiatan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. sejalan dengan perkembangan zaman, kurikulum pun juga ikut berkembang untuk memenuhi tuntutan pendidikan. namun dalam prakteknya di lapangan, seringkali dijadikan obyek penderita, dalam pengertian bahwa ketidakberhasilan suatu pendidikan diakibatkan terlalu seringnya kurikulum tersebut berubah. padahal, seharusnya dipahami bahwa kurikulum yanya dinamis, harus berubah mengikuti perubahan yang terjadi dalam masyarakat. perubahan yang terjadi merupahkan upaya untuk meningkatkan kualaitas pendidikan dan menciptakan generasi bangsa yang memiliki sumber daya manusia dengan kualaitas yang baik dan dapat bersaing dengan negara inovasi. inovasi merupakan sebagai salah satu bentuk perubahan yang berkembang di masyarakat, inovasi terkait dengan pengambilan keputusan yang diambil, baik menerima bahkan menolak hasil dari inovasi. oleh karena itu, seiring dengan perkembangan zaman juga diperlukan inovasi kurikulum dalam tujuan pendidikan. tujuan penulisan jurnal ilmiah ini untuk membahas mengenai inovasi kurikulum dalam tujuan pendidikan. tujuan pernulisan jurnal ilmiah tersebut adalah sebagai berikut, mengatahui pengertian kurikulum, mengetahui komponen kurikulum dan macam-macam komponen kurikulum, mengetahui tujuan pendidikan, mengetahui inovasi tujuan pendidikan, mengetahui fungsi dan kedudukan tujuan pendidikan, mengetahui klasifikasi tujuan pendidikan, serta mengetahui inovasi kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan. pembahasan a. pengertian kurikulum istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olahraga pada zaman yunani kuno yang berasal dari kata curir dan curere. selanjutnya istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan. menurut uu no.20 tahun 2003 kurikulum merupakan seperangkat rencana dan sebuah pengetahuan berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar dan cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional. prof. dr. s. nasution, m. a. kurikulum sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses kegiatan belajar mengajar dibawah naungan, bimbingan dan tanggung jawab sekolah/lembaga pendidikan. jadi kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisi berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan rancang secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.231 1432 b. komponen kurikulum komponen utama kurikulum sebagai berikut: 1. komponen tujuan kurikulum adalah program yang untuk mencapai tujuan pendidikan. tujuan menjadi arah atau acuan segala kegiatan pendidikan yang dijalankandalam permendiknas no. 22 tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut: a. tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. b. tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. c. tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. dalam permendikbud no. 69 tahun 2013 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan pada kurikulum 2013 yaitu : kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. tujuan kurikulum terbagi atas tiga level atau tingkatan, yaitu sebagai berikut. a. tujuan jangka panjang (aims) tujuan ini, menggambarkan tujuan hidup yang diharapkan serta didasarkan pada nilai yang diambil dari filsafat. b. tujuan jangka menengah (goals) tujuan ini merujuk pada tujuan sekolah yang berdasarkan pada jenjangnya, terdapat tujuan sekolah sd, smp, sma dan lain-lainnya. c. tujuan jangka pendek (objective) tujuan yang dikhususkan dicapai pada pembelajaran di kelas, misalnya; siswa dapat mengerjakan perkalian dengan betul, siswa dapat mempraktekkan sholat, dan sebagainya. dalam sebuah kurikulum lembaga pendidikan terdapat dua (2) tujuan, yaitu sebagai berikut: a. tujuan yang dicapai secara keseluruhan mata pelajaran/bidang studi. b. tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi. 2. komponen isi/materi isi program kurikulum merupakan segala hal yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program tiap-tiap bidang studi tersebut. ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan isi kurikulum, kriteria tersebut antara lain: vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.231 1433 a. isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa. b. isi kurikulum harus mencereminkan kenyataan social. c. isi kurikulum dapat mencapai tujuan yang komprehensif. d. isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji. e. isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas, teori, prinsip, konsep yang terdapat di dalamnya bukan hanya sekadar informasifactual. f. isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan. materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk: a. fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari terminologi, orang, dan tempat serta kejadian. b. konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala. c. teori; merupakan penjelasan mengenai hubungan antara suatu konsep dengan konsep lain. d. generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian. e. prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep. f. prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus dilakukan peserta didik. g. hukum, merupakan teori yang teruji kebenarannya. h. istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam materi. i. contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat. j. definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata dalam garis besarnya. k. postulat, merupakan anggapan dasar yang kebenarannya tidak perlu dibuktikan. 3. komponen metode/strategi komponen metode ini berkaitan dengan strategi yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan. metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. menurut undang-undang nomor 20/2003, strategi pembelajaran di kelas hendaknya dilakukan dengan cara olah hati, olah raga, olah rasa, dan olah otak. strategi pembelajaran yang demikian menyiratkan bahwa strategi yang digunakan harus mampu melakukan pemberdayaan terhadap seluruh potensi siswa. 4. komponen evaluasi dalam pengembangan kurikulum memiliki beberapa proses yang meliputi meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi. merujuk pada vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.231 1434 pendapat tersebut, maka dalam konteks pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pengembangan kurikulum itu sendiri. dalam konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpanbalik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. sukmadinata (1997) mengemukakan tiga pendekatan dalam evaluasi kurikulum, yaitu: (1) pendekatan penelitian (analisis komparatif); (2) pendekatan obyektif; dan (3) pendekatan campuran multivariasi. di samping itu, terdapat beberapa model evaluasi kurikulum, diantaranya adalah model cipp (context, input, process, dan product) yang bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilan program pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu sendiri. c. pengertian tujuan pendidikan dalam bahasa inggris pendidikan berarti education. sedangkan dalam bahasa latin berarti educatum yang berasal dari kata e dan duco, e berarti perkembangan dari luar dari dalam ataupun perkembangan dari sedikit menuju banyak, sedangkan duco berarti sedang berkembang. sehingga pendidikan disebut sebagai upaya guna mengembangkan kemampuan diri. tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran ke mana pendidikan itu diarahkan selaini itu tujuan pendidikan dapat dimaknai sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran dan kepentingannya yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan baik di jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. di dalam uu. no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 disebutkan tentang tujuan pendidikan yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis juga bertanggung jawab. d. pengertian inovasi tujuan pendidikan secara etimologi inovasi berasal dari kata latin innovaation yang berarti pembaharuan dan perubahan. kata kerjanya innovo yang artinya memperbarui dan mengubah. inovasi ialah suatu perubahan baru yang menuju ke arah perbaikan dan berencana (tidak secara kebetulan saja). (idris, lisma jamal 1992 : 70). inovasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan. selain itu, inovasi juga dapat dikatakan sebagai “sesuatu yang baru” itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin tindakan. sedangkan dilihat dari maknanya, sesuatu yang baru itu bisa benarbenar baru yang belum tercipta sebelumnya yang kemudian disebut dengan invantion, atau dapat juga tidak benar-benar baru sebab sebelumnya sudah ada dalam konteks sosial yang lain yang kemudian disebut dengan istilah discovery. tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran ke mana pendidikan itu diarahkan selaini itu tujuan pendidikan dapat dimaknai sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran dan kepentingannya yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan baik di vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.231 1435 jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan. merujuk pada penjelasan di atas, maka inovasi tujuan pendidikan dapat diartikan sebagai suatu pembaharuan atau gagasan yang diharapkan dapat membawa dampak terhadap tujuan pendidikan itu sendiri. selain itu inovasi tujuan pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan, benda atau tindakan tertentu dalam bidang tujuan pendidikan yang dianggap baru untuk memecahkan masalah pendidikan. e. kedudukan dan fungsi tujuan pendidikan dalam kegiatan pendidikan, tujuan memiliki kedudukan yang penting. bila dibandingkan di antara aneka komponen lain dalam penyelenggaraan pendidikan. sehingga dapat dikatakan bahwa semua yang diadakan, serta seluruh kegiatan pendidikan yang diupayakan semua semata-mata hanya tertuju pada pencapaian tujuan pendidikan. oleh karena itu, semua hal dan semua kegiatan penyelenggaraan pendidikan yang menyimpang dari tujuan pendidikan, dianggap sebagai praktik pendidikan yang menyimpang juga. pada bagian lain tujuan pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dan juga penting dalam kedudukannya. berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan adalah sebagai berikut : 1. tujuan pendidikan bersifat normative, karena mengandung unsur norma yang bersifat memaksa akan tetapi tidak bertentangan dengan hakekat perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik. 2. tujuan pendidikan juga bersifat abstrak, karena memuat nilai-nilai yang bersifat abstrak, tidak melihat panca indra tapi bisa dihayati dan dipahami oleh pemiliknya. tujuan demikian bersifat umum, ideal dan kandungannya sangat luas sehingga sangat sulit untuk dilaksanakan di dalam praktek. 3. dilihat dari kedudukannya tujuan pendidikan merupakan komponen yang sangat vital. sehingga dapat dikatakan bahwa semua komponen diadakan, seluruh kegiatan pendidikan diupayakan, semua hanyalah tertuju kepada pencapai tujuan pendidikan. fungsi pendidikan dapat disimpulkan: a. mengarahkan, memberikan orientasi dan memberikan ke arah mana sementara pendidikan diselenggarakan sebaik-baiknya. b. tujuan pendidikan harus dirumuskan secara mantap oleh semua pelaku pendidikan. c. dengan adanya rumusan pendidikan yang mantap diharapkan pelaksanaan pendidikan yang dilakukan tidak akan menyimpang. f. klasifikasi tujuan pendidikan pendidikan merupakan sebuah proses yang bertujuan dalam pembentukan kecakapan baik itu intelektual maupun emosional. tujuan pendidikan secara umum dibedakan menjadi tiga menurut benyamin bloom, cs. mereka membagi tujuan pendidikan dalam tiga ranah (domain), di antarnya: 1. tujuan kognitif a. mengetahui b. memahami vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.231 1436 c. menerapkan d. menganalissis e. mensintesis f. mengevaluasi 2. tujuan afektif a. memperhatika b. merespons atau memmberi reaksi terhadap gejala c. menghargai d. mengorganisasi nilai dengan mengkonseptualisasi dan mensistematisasi dalam pikirannya. e. mengkarakterisasi nilai nilai, menginternalisasinya, menjadikannya bagian dari pribadinya 3. tujuan psikomotor a. melakukan gerakan fisik seperti berjalan, melompat, menarik, mendorong dan memanipulasi. b. menunjukkan kemampuan perseptual secara visual. c. memperlihatkan kemampuan fisik yang mengandung ketahanan kekuatan, keseluruhan, dan kecepatan bereaksi. d. melakukan gerakan yang terampil serta terkordinasi dalam permainan, olahraga dan kesenian. e. mengadakan komunikasi non-verbal, yakni dapat menyampaikan pesan melalui gerak muka, gerak tangan, penampilan. selain itu, terdapat beberapa klasifikasi lain dari tujuan pendidikan. adapun klasifikasi tujuan pendidikan ini dimulai dari mulai tujuan yang sangat umum sampai tujuan yang khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur kemudian dinamakan kompetensi. tujuan pendidikan dari yang bersifat umum sampai dengan tujuan khusus dapat di klasifikasikan menjadi empat, yaitu sebagai berikut: 1. tujuan pendidikan nasional tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan yang bersifat jangka panjang yang hendak dicapai serta didasari dengan falsafah negara (pancasila). berdasarkan uu no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional (indonesia) adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 2. tujuan institusional/lembaga tujuan institusional merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh setiap sekolah atau lembaga pendidikan. tujuan institusional ini merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan sesuai dengan jenis dan sifat sekolah atau lembaga pendidikan. oleh karena itu, setiap sekolah atau lembaga pendidikan memiliki tujuan institusionalnya sendiri-sendiri. tujuan institusional ini dapat dilihat dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan 3. tujuan kurikuler tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.231 1437 studi. tujuan ini dapat dilihat dari gbpp (garis-garis besar program pengajaran) setiap bidang studi. tujuan kurikuler merupakan penjabaran dari tujuan institusional, sehingga kumulasi dari setiap tujuan kurikuler ini akan menggambarkan tujuan instruksional. 4. tujuan instruksional/pembelajaran tujuan instruksional adalah tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan instruksional atau pembelajaran. tujuan ini seringkali dibedakan menjadi dua bagian yaitu: a. tujuan instruksional/tujuan pembelajaran umum tujuan instruksional umum adalah tujuan pembelajaran yang bersifat umum dan belum bisa menggambarkan tingkah laku yang lebih spesifik. b. tujuan instruksional/pembelajaran khusus tujuan instruksional khusus merupakan penjabaran dari tujuan instruksional umum, tujuan ini dirumuskan oleh guru dengan maksud agar tujuan instruksional umum tersebut dapat lebih dipastikan dan mudah diukur tingkat ketercapainnya. g. inovasi kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan kurikulum dapat berguna untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran yang ditetapkan. seiring dengan perubahan masyarakat dan nilai-nilai budaya, serta perubahan kondisi dan perkembangan peserta didik, maka diperlukan sebuah inovasi sebagai berikut: 1. inovasi kurikulum berbasis kompetensi kompetensi merupakan kemampuan mengerjakan sesuatu yang berbeda dengan sekedar mengetahui sesuatu. kompetensi harus didemostrasikan sesuai dengan standar yang ada dilapangan kerja (hamalik, 2000). kompetensi dapat berupa pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang merefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. jadi kompetensi dapat diartikan suatu kemampuan anak untuk menstransfer dan menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki seseorang pada situasi yang baru. kbk berorientasi bahwa siswa bukan hanya memahami materi pelajaran untuk mengembangkan kemampuan intelektual saja, melainkan bagaimana pengetahuan itu dipahaminya dapat mewarnai perilaku yang ditampilkan dalam kehidupan nyata. gordon (1988) menyarankan beberapa aspek yang harus terkandung dalam kompetensi sebagai berikut a. pengetahuan (knowledge) b. pemahaman (understanding) c. keterampilan (skill) d. nilai (value) e. sikap (attitude) f. minat (interest) karakteristik kurikulum berbasis kompetensi a. kbk mengharapkan adanya hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.231 1438 b. kbk memberikan peluang pada siswa sesuai dengan keberagaman yang dimiliki masing-masing. c. pengembangan kbk berfokus kepada kompetensi tertentu berupa paduan: pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya. 2. inovasi kurikulum berbasis masyarakat kurikulum berbasis masyarakat yang bahan objek kajiannya kebijakan dan ketetapan yang dilakukan didaerah, disesuaikan dengan kondisi lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan daerah yang perlu dipelajari oleh siswa di daerah tersebut. bagi siswa berguna untuk memberikan kemungkinan dan kebiasaan untuk akrab dengan lingkungan dimana mereka tinggal. misal nya pada pembelajaran mulok batik terdapat juga perubahan kurikulum dari tahun ketahun. adapun perubahan tersebut adalah: 1. dari sisi bentuk dan organisasi inovasinya berupa perubahan dari kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975 dan kurikulum 1975 menjadi kurikulum 1975 yang disempurnakan dan dengan lahirnya undang-undang no. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan rasional maka terjadilah perubahan kurikulum pada tahun 1994. 2. dari sisi psikologi timbul masalah berkenaan dengan pendekatan belajar mengajar yang baru, maka muncul berbagai inovasi seperti keterampilan proses, cbsa dan belajar tuntas. 3. dari sisi sosiologis timbul masalah berkenaan dengan tuntutan masyarakat modern yang semakin tinggi dan kompleks sehingga muncul inovasi berupa masuknya maka pelajaran keterampilan, adanya kerja dan gagasan muatan lokal. 4. dari sisi penyampaian pengajaran, inovasi berupa sistem modul paket untuk pendidikan luar sekolah dan metode sas (struktural analisis sintesis) untuk belajar siswa. selain itu, pada saat sekarang ini terdapat kurikulum penggerak. program sekolah penggerak adalah upaya untuk mewujudkan visi pendidikan indonesia dalam mewujudkan indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar pancasila. adapun tujuan pendidikan dari program sekolah penggerak berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter, diawali dengan sdm yang unggul (kepala sekolah dan guru). inovasi dari program sekolah penggerak adalah untuk penyempurnaan program transformasi sekolah sebelumnya. program sekolah penggerak akan mengakselerasi sekolah negeri/swasta di seluruh kondisi sekolah untuk bergerak 1-2 tahap lebih maju. program dilakukan bertahap dan terintegrasi dengan ekosistem hingga seluruh sekolah di indonesia menjadi program sekolah penggerak. dalam bidang pendidikan, inovasi biasanya muncul dari adanya keresahan pihak-pihak tertentu tentang penyelenggaraan pendidikan. misalkan, keresahan guru tentang pelaksanaan proses belajar mengajar yang dianggapnya kurang berhasil, keresahan pihak administrator pendidikan tentang kinerja guru, atau mungkin vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.231 1439 keresahan masyarakat terhadap kinerja dan hasil bahkan sistem pendidikan. keresahan-keresahan itu pada akhirnya membentuk permasalahan-permasalahan yang menuntut penanganan dengan segera. upaya untuk memecahkan masalah itulah muncul gagasan dan ide-ide baru sebagai suatu inovasi. dengan demikian, maka dapat kita katakan bahwa inovasi itu ada karena adanya masalah yang dirasakan; hampir tidak mungkin inovasi muncul tanpa adanaya masalah yang dirasakan. inovasi adalah lebih dari keseluruhan jumlah unsur-unsur komponen. tindakan menambah anggaran belanja supaya dapat mengadakan lebih banyak murid, guru kelas, buku dan sebagainya meskipun perlu dan penting bukan merupakan tindakan inovasi. tetapi tindakan mengatur kembali jenis dan pengelompokan pelajaran, waktu, ruang kelas, cara-cara menyampaikan pelajaran, sehingga dengan tenaga, alat uang dan waktu yang sama dapat dijangkau jumlah sasaran murid yang lebih banyak, dan dicapai kualitas yang lebih tinggi, itulah tindakan inovasi. dengan beberapa hal yang ada, dapat disimpulkan bahwa inovasi memiliki peranan penting khususnya dalam ranah pendidikan. hal ini dikarenakan dengan menggunakan inovasi dapat berguna untuk mengatasi permasalahan yang timbul. selain itu, dengan adanya inovasi akan berdampak besar dalam mencapai tujuan pendidikan. oleh sebab itu, diperlukan kerja sama antar beberapa komponen yang terkait terutama dalam menyusun kurikulum maupun dalam pelaksanaannya sehingga pendidikan yang ada di indonesia menjadi lebih maju lagi dan dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. simpulan pada dasarnya, inovasi kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan perlu untuk dilakukan untuk sekarang ini. hal ini dikarenakan inovasi kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan sendiri dapat dikatakan sebagai suatu ide, gagasan, benda atau tindakan tertentu dalam bidang tujuan pendidikan yang dianggap baru untuk memecahkan masalah pendidikan. selain itu, dalam melaksanakan inovasi kurikulum perlu adanya keterlibatan dari beberapa komponen seperti pemerintah, sekolah dan orang tua. pada sekarang ini guru dituntut untuk berusaha lebih kreatif dan juga inovatif dalam mengajar. dimasa revolusi 5.0 ini kurikulum juga dituntut untuk menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan menekankan pada kolaboratif, berfikir kritis, mempunyai jiwa pemimpin dan lain sebagainya. dengan demikian, pelaksanaan inovasi kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan diperlukan adanya sebuah kerja sama dan kesadaran dari berbagai pihak sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan juga optimal lagi serta didasarkan pada ideology pancasila. saran inovasi kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan perlu untuk dilakukan. hal ini dikarenakan kurikulum memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan dan keberhasilan dalam belajar serta akan berdampak pada kualitas dan mutu pendidikan. pemerintah dan guru perlumengoptimalkan inovasi kurikulum yang ada. inovasi tersebut diperlukan sebuah evaluasi agar program yang dijalankan dapat berkelanjutan. selain itu, perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak agar pendidikan di indonesia dapat berkualitas dan semakin maju. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.231 1440 daftar rujukan ibrahim, muslimin. modul 1 hakikat kurikulum dan pembelajaran. ut. link: http://repository.ut.ac.id/4283/1/pebi4303-m1 .pdf diakses pada minggu, 12 september 2021 pukul 09.36 wib m.fadillah. 2019. implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran sd/mi, smp/mts, & sma. jakarta mohammad mustari. 2014. manajemen pendidikan. jakarta muhmidayeli. 2005. filsafat pendidikan islam. pekanbaru: lsfk2p nana syaodih sukmadinata. 2009. pengembanagn kurikulum teori dan praktek. bandung: pt. remaja rosdakarya nana syaodih sukmadinata. 2001. pengembangan kurikulum; teori dan praktek. bandung nasution. 2008. asas – asas kurikulum. jakarta: bumi aksara ngalim purwanto. 1992. ilmu pendidikan. bandung: pt. remaja rosda saputro, aria. 2015. bab ii kajian pustaka. iain tulungagung. link: http://repo.iaintulungagung.ac.id/2258/3/bab%20ii .pdf diakses pada minggu, 12 september 2021 pukul 13.00 wib sri maryati. inovasi kurikulum berdasarkan komponen kurikulum strategi dan evaluasi. link file:///c:/users/asus/downloads/182-article%20text-393-1-10-20200823.pdf diakses pada minggu, 12 september 2021 pukul 11.36 wib tim dosen administrasi pendidikan universitas pendidikan indonesia. 2011. manajemen pendidikan. bandung tim pengembang mkdp kurikulum dan pembelajaran. 2009. kurikulum dan pembelajaran. jakarta tim pengembangan mkpd kurikulum dan pengembangan. 2009. kurikulum dan pengembangan. jakarta uu nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. zainal arifin. 2014. konsep dan model pengembangan kurikulum. bandung: pt remaja rosdakarya vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.35 146 received : 06-08-2020 revised : 17-09-2020 published : 07-10-2020 improved learning outcomes of my family theme with demonstration learning method at elementary school sri suwartini widya dharma university, klaten, indonesia srititin@unwidha.ac.id abstract: this research is motivated by learning activities that occur in individuals who are complex behavior, because it is not only related to interactions between teachers and students, but also related to other learning components that support each other. to achieve the learning objectives, then the right method is needed in delivering learning material. the method applied by the teacher must be able to stimulate students to be active in learning activities. the problem examined in this study is how to improve learning achievement on the theme "my family" with the demonstarsi method in class ii students of sdn 2 ngandong ,gantiwarno, klaten the discussion of the description of this research is how the teacher increases the students' ability to carry out demonstrations. the research method used was action research by determining the steps: planning, implementing, collecting data, and reflecting on each step using two cycles. the results of the study from the first cycle only 81.57% or 16 students who scored above the kkm while 18.43% or 5 students got grades below the kkm. because it has not yet reached the kkm, the researchers proceed to cycle ii. in cycle 2 there was a significant increase in which 89.47% of students had mastered the competencies that had been set. out of the 21 students, 19 students have met the specified kkm. from the results of the implementation of the first cycle and second cycle, it can be concluded that using the demonstration method can improve the learning achievement of the theme "my family" grade ii students at sdn 2 ngandong ,gantiwarno, klaten. keywords: learning outcomes, demonstration, action research mailto:srititin@unwidha.ac.id vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.35 147 introduction demonstration method is a method of teaching by demonstrating goods, events, rules and sequences of conducting activities, both directly and through the use of teaching media that are relevant to the subject matter or material being presented. as a method of presentation, the demonstration is inseparable from the verbal explanation by the teacher. although in the process of demonstration the role of students is only to pay attention, but the demonstration can present more concrete learning material. student learning achievement is the result achieved by students after participating in and working on assignments and learning activities. based on observations obtained through interviews with grade ii teachers at ngandong 2 primary school ,gantiwarno, klaten some teachers in elementary schools still use the old pattern of learning, namely the one-way learning process that is dominated by teachers through the lecture method and still does not involve students to active in teaching and learning. the problems that the researchers encountered above are in line with the research problems raised by hamnidar (2019), stating; (1) teachers do not vary in teaching, so students are passive, (2) teachers only focus on concepts so students are less able to associate learning experiences with real life, (3) one-way communication, (5) if an evaluation of the results is not maximized. to overcome these problems researchers provide solutions to solving learning problems that exist in ngandong 2 elementary school by applying the demonstration method. theoretical study a. learning outcomes according to aqib (2010) learning outcomes in the form of changes in behavior, both concerning cognitive, psychomotor, and affective. because according to driscoll in smaldino (2011) learning is defined as a continuous change in abilities originating from the learner's experience and learner's interaction with the world. according to arief s. sadiman (2012) one of the signs that someone has learned is that there is a change in behavior in him. changes in behavior are related to both changes in the nature of knowledge (cognitive) and skills (psychomotor) as well as those concerning values and attitudes (affective). based on the opinions above, it can be concluded that the learning outcomes are behavior changes or an increase in understanding of knowledge and experience as a result of the learning process. the impact of the learning process can be measured both through behavioral tests, cognitive abilities tests, and psychomotor tests. b. demonstration learning methods a. learning methods the learning process at school requires good learning methods to support the achievement of learning goals between educators and students. according to nana sudjana (2010: 76), "the learning method is the method used by the teacher in establishing relationships with students during teaching". based on the definition of the learning method that has been stated above, it can be concluded that the learning method is a method or strategy undertaken by a teacher so that the learning process occurs in students to achieve goals. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.35 148 b. demonstration method according to nana sudjana (2010: 121), "the demonstration method is a method of teaching to pay attention to how the process of something happens". with the demonstration method students have the opportunity to develop the ability to observe all objects that are involved in the process and can draw the conclusions that are expected. based on the aforementioned definitions, it can be concluded that the demonstration method is a learning method where an educator or student demonstrates something directly which is then followed by other educators so that the knowledge or skills demonstrated can be more meaningful in the memories of each participant educated a. strengths and weaknesses of the demonstration method as a method of learning demonstrations have advantages and disadvantages. strengths of the demonstration method 1. the learning process will be more interesting, because students not only listen, but also see the events that occur. 2. by observing directly students will have the opportunity to compare theory and reality. thus the students will be more confident in the truth of the learning material. sanjaya (2010:88) states that the demonstration method has the following advantages: a) the attention of students can be focused on things that are considered important by educators so that important things can be observed carefully. b) can guide students towards the same thinking in the same channel of thought. c) economical in school hours and economical in a long time can be shown through demonstrations with short time. weaknesses of the demonstration method (1) the degree of verbalism is lacking, students cannot see or observe the whole object or event demonstrated. (2) for demonstrations special tools are used. (3) in conducting observations, concentration of attention is needed. (4) purpose and function of demonstration methods according to syaiful sagala (2010: 215), the aim of teaching using the demonstration method is "to show the process of occurrence of an event in accordance with teaching material so that students easily understand it". based on the definitions that have been stated above, it can be concluded that the purpose of using the demonstration method is to clarify the concept and show directly the events that are in accordance with the material being taught. e. steps in implementing demonstration methods implementing a good and effective demonstration method, there are several steps that must be understood and used by the teacher then followed by students and ended with evaluation. ali muhammad (2010: 85), argues that the steps for implementing the demonstration method are as follows: 1) formulate the skills or skills to be achieved after the demonstration 2) consider the use of appropriate and effective methods to achieve the objectives formulated 3) look at tools that are easy to get, and try them before demonstrating d. framework of thinking a process of changing behavior through practice or experience. changes in behavior are associated with increased knowledge, skills, interests and character. learning achievement can be measured using tests and can be realized by grades or numbers. basically every student is willing and able to learn depending on the motivation possessed by students to learn something. this is influenced by several factors, among others: educators who still use learning methods are less appropriate when the learning process takes place. this resulted in learning only going in one direction, namely the provision of information from educators and consequently student learning achievement was less than optimal as expected. based on these problems, it is necessary to make improvements to the learning strategies related to the vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.35 149 learning methods used by educators. as an alternative learning that can be done is the application of demonstration methods. it is expected that by applying this method, it can improve learning achievement in the learning process. research methods a. research type this type of research that will be conducted in this study is classroom action research (car) is a translation of classroom action research (car), which is an action research that is used to find solutions to the learning problems faced by a teacher in his classwork. according to muliawan ptk is one form of research conducted in class. based on the two opinions above, qualitative research is research in which researchers do not use numbers in collecting data but based on observations in the field. this type of research is classroom action research. b. research subjects subjects in this study were students in grade ii of sdn 2 ngandong, gantiwarno, klaten with 21 students, with a total of 8 women and 13 men. c. research procedure this research is a class action research, while the stages carried out in this class action use the model used by kurt lewin as stated by arikunto. the stage for the researcher in this study is the preliminary stage (pre-cycle) and the implementation stage of the action (the planning stage, the implementation phase, the observation phase and the reflection phase). 1. preliminary phase (pre-cycle) pre-cycle is done as a first step to find out and find information about problems in learning my family. activities carried out in the pre-cycle are: a. dialogue with the head of sdn 2 ngandong ,gantiwarno, klaten about research to be conducted b. conduct dialogue with social studies subject teachers in grade ii, sdn 2 ngandong, gantiwarno, klaten on the application of the demonstration method. c. determine the data source. d. determine research subjects. e. make initial test questions. 2. action implementation stage based on the findings at the pre-cycle stage, a corrective action plan for the problems encountered in the learning process was developed. at this stage, researchers and collaborators determine and develop learning improvement plans using strategies. the stages carried out in the implementation of this research are: a. action planning at this stage what needs to be done is to compile the design of the cycle of the cycle. each cycle is planned carefully, in terms of activities, time, energy, materials, and funds. the things planned are related to making learning plans, determining learning objectives, preparing material to be presented, preparing a demonstration method to expedite the learning vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.35 150 process in class ii, making observation sheets to see how the conditions of teaching and learning in class when the demonstration method is applied, and prepare instruments to record and analyze data regarding the process and results of actions. b. action implementation the implementation phase is intended to carry out learning with material about my family in accordance with the learning design. the action plan in this learning process is as follows: 1) carry out learning in accordance with the learning plan. 2) hold an initial test. 3) at the end of the lesson an evaluation is carried out by giving practice questions according to the material being taught c. observation stage this observation was carried out by the researcher himself. when making observations, researchers observe what happens in the classroom, student behavior in the classroom and observe the learning process and record things or events that occur in the classroom. d. reflection this stage is the stage where researchers conduct self-introspection of research activities that have been carried out. thus reflection can be determined after the implementation of the actions and observations. based on this reflection a study of further actions is determined. activities in this stage are; 1) analyze the results of student work, 2) analyze interviews, 3) analyzing student observation. from the results of the analysis, the researcher will conduct self-reflection which will be used as a material consideration whether the criteria have been reached or not. if it has been achieved, the research can be stopped. if it has not been successful then the cycle will be repeated by improving the learning performance in the next action until it is successful in accordance with predetermined criteria. d. data collection technique data collection techniques are ways that researchers use to obtain data that answers the research problem formulation. to obtain the research data, research instruments were arranged based on: 1. observation the instrument used during the observation was an observation sheet containing the observation grid so that the recording of observations was more systematic. in this study observations will be made of the implementation of learning with demonstration techniques. learning implementation observation grid is based on the principles of learning using demonstration techniques including learning planning, learning implementation and prominent things that arise during the learning process. in this observation sheet, two alternative answers are provided, namely "yes" if the activity is carried out "no " if the activity is not carried out. in addition, observers are provided a place to make observational records to record unexpected events. 2. test the tests used are pre test, post test and formative test. the test is used to assess the absorption of the material during learning by students. test material refers to the material being studied by students. the test is carried out in the form of pre-test and post-test. pre-test is carried out at the beginning of the learning activity runs within 10 minutes in the form of apperception and question and answer and post-test is carried out in the final learning activity in the form of giving questions related to the material that has been submitted. test scores are vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.35 151 adjusted to the weight of the questions, with a maximum score of 100 tests and a minimum score of 0. 3. interview interviews were conducted to obtain data regarding the application of the demonstration method. data retrieval through interviews has the advantage of having direct contact with the subjects being interviewed so that it can reveal the questions asked more freely and in depth. the results obtained from interviews in the form of data such as obstacles during the learning process took place, and the atmosphere of the implementation of the demonstration method. subjects to be interviewed are the teacher as an observer and students as the subject of research based on the guidelines 4. documentation various kinds of documents can help in the collection of research data. documents that can be used in this study are a list of student grades, photos of learning implementation, and data on school conditions e. data analysis techniques data analysis is an activity carried out after data from all respondents or other sources have been collected. in this study there are two forms of data analysis namely primary and secondary results and discussion the study was conducted in 2 cycles, the deficiencies in cycle i will be corrected in the next cycle. this research was conducted in collaboration with teachers on archival subjects with basic competencies in handling incoming and outgoing letter. a. cycle i was held on friday, 9 november 2019 where one meeting was 2 hours of study. the teacher who teaches in this cycle is the class teacher during the course of action, the researcher observes the learning process. the results of the study are described as follows: 1) planning cycle i at this stage preparations and planning are carried out using the demonstration method. the following planning steps are applied in cycle i: a) prepare a learning implementation plan (rpp) containing the activities carried out when implementing the demonstration method. learning implementation plan (rpp) made regarding the handling of outgoing letters both with the agenda book and control card system.b) prepare the media and learning resources, the media used is powerpoint. c) arrange the scenarios performed in learning cycle i d) coordinate with the teacher 2) implementation of action and observation cycle i the learning cycle i was held on friday, november 9, 2019 with material from my family. the activities in this meeting are as follows: a) preliminary activities (1) the teacher opens the lesson by saying hello and then praying and asking the students' condition and presence (2) the teacher conveys the learning objectives b) core activities (1) the teacher explains the material to my family in a textbook and is carried out in a demonstration (2) the teacher shows the family material with a chart or picture.(3) the teacher invites students to ask questions, if there are explanations and demonstrations that are not yet understood. c) closing activities (1) students work on the test (2) the teacher provides advice so that the material that has been explained is studied again at home (3) the teacher ends the learning by saying a prayer and closing greeting vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.35 152 figure 1. recapitulation cycle i based on the results of the test in the first cycle of 21 students obtained data as in the table above, the lowest value is 65 and the highest value is 85. in cycle i students complete as many people (81,57%), while students who have not completed as many people (18,43%) with a class average of 73.80%. reflection cycle i based on the results of tests, interviews and field notes on the implementation of my family's learning in the first cycle, it can be concluded that the implementation of learning using the demonstration method is good. based on the results of the test used as a control regarding improving student learning achievement. the results of the test in the first cycle showed that 81.57% of students completed, while students who had not completed as many as 18.43%. b. cycle ii cycle ii is an improvement from cycle i, carried out on tuesday, november 13, 2019. teachers who teach in cycle ii are classroom teachers. during the course of the action, the researcher observed the learning process. the results of the study are described as follows: 1) planning cycle ii at this stage preparations and planning are carried out using the demonstration method. the following planning steps are applied in cycle ii: a) prepare a learning implementation plan (rpp) containing the activities to be carried out when implementing the demonstration method. implementation plan learning (rpp) made about my family both with a package book and with a chart or picture. b) prepare media and learning resources. the media used in the second cycle are powerpoints and other supporting objects such as family tree and sample family drawings. while the learning resources used are textbooks and the internet. c) arrange scenarios that will be carried out using the demonstration method d) coordinate with subject teachers 2) implementation of action and observation cycle ii 16 5 81,57% 18,43% 73 0 10 20 30 40 50 60 70 80 complete not complete average r e c a p i t u l a t i o n o f c y c l e i frekuency prosentace category vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.35 153 the second cycle of learning was carried out on tuesday, november 13, 2019 with my family material both on a chart and family picture system. the activities in this meeting are as follows: a) preliminary activities (1) the teacher opens the lesson by saying hello and then praying and asking the students' condition and presence (2) the teacher gives apresception to students (3) the teacher conveys the learning objectives b) core activities (1) the teacher explains my family's material both with a pedigree chart and the family picture system using powerpoint media (2) then the teacher displays the picture of the family in accordance with the correct procedure using supporting objects (3) the teacher invites students to ask questions, if there are explanations and demonstrations that are not yet understood. (4) the teacher shows one of the students to repeat the demonstration about my family c) closing activities (1) the teacher reflects on the learning that has taken place with questions and answers (2) students take the test (3) the teacher gives advice so that the material that has been explained is studied again at home figure 2. recapitulation cycle ii based on the results of the tests in the second cycle of 21 students obtained data as in table 5 above, the lowest value is 65 and the highest value is 95. in the second cycle students complete as many people (89.47%), while students who have not completed as many as 2 people (10.53%) with an average grade of 82.38%. reflection cycle ii based on the results of tests, interviews and field notes on the implementation of my family learning in cycle ii, it can be concluded that the implementation of learning using the demonstration method is good. the teacher and students look happy with the implementation using the method. the teacher becomes easier to explain the material, because it is supported by a demonstration or demonstration. students are more enthusiastic in paying attention to the teacher's explanation and demonstration. 19 2 89,47% 10,53% 82,38 0 20 40 60 80 100 complete not complete rekapitulation of cycle ii frekuence prosentace average vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.35 154 b. discussion this research is a class action research (classroom action research). classroom action research is an action carried out by the teacher to overcome problems during learning or the researcher who is trying to solve the problem with research activities. this research was conducted at sdn 2 ngandong, changwarno district in class ii by applying the demonstration method. the application of this demonstration method aims to improve student learning achievement. the data used in this study came from direct observations conducted in 2 cycles. data were also obtained from field notes, teacher and student interviews and tests 1. application of demonstration method based on observations obtained when applying the demonstration method in class ii, it can be seen that the teacher is generally able to apply the demonstration method well, although in cycle i there are still some shortcomings. the demonstration method implemented can improve student learning achievement, it can be seen from the results of tests that have met the success of the action that is above 75%. 2. student test results student learning test results are used as a control towards increasing student learning achievement. the test used in the first and second cycles is an essay test consisting of 5 questions. the test is given after completing the cycle in an effort to find out the improvement in student learning outcomes figure 3. recapitulation pre-cycle, cycle i and cycle ii based on table 6, it shows that in the first cycle that is an average value of 73.80% and a grade completeness value of 81.57%. in the second cycle the average value of the class increased by 82.38% and the value of class completeness was 89.47%. this means that this study, has met the indicators of success, namely student learning completeness ≥ 75%. so it can be concluded that using the demonstration method can improve student achievement in class ii, especially in my family material conclusions and recommendations a. conclusion based on the results of the discussion and research data that has been presented, it can be concluded that this research is as follows: the application of the demonstration method can improve the learning achievement of second grade students in my family theme. this is evidenced from the results obtained by students with completeness in the first cycle reached 81.57%. increased in the second cycle to 89.47%. this shows the number of students who have passed the criteria for success of a predetermined action of 75%. 2 19 51,76 16 5 73,8 19 2 82,38 0 20 40 60 80 100 complete not complete average recapitulation pre-cycle,cycle 1 and cycle ii pre-cycle cycle i siklus 2 vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.35 155 b. suggestions based on research that has been done, then there are some suggestions as follows: 1. to researchers it is expected to continue to develop classroom action research by applying the demonstration method because the demonstration method is one of the ways that can be used to overcome problems encountered when learning takes place. demonstration methods can also improve and enhance the quality of learning. 2. to the teacher it is hoped that the teacher can use the demonstration method in other learning, so that the objectives of learning can be achieved well. 3. to students it is expected that the application of the demonstration method can increase student motivation in the learning process especially the theme of my family 4. to the school so that the application of learning by using the demonstration method can be implemented by class teachers, especially on the theme of my family for further learning. based on the results of research proven to improve student achievement references [1] djamarah. 2005. learning steps: jakarta rineka cipta. [2] djamarah and zain. 2006. teaching and learning strategies. jakarta: rineka cipta. [3] hamalik oemar. 2009. teaching and learning process. jakarta: earth literacy. [4] muhammad ali. 2010. educational research strategies. bandung: bumi angkasa. [5] sagala, syaiful. 2007. learning and learning. bandung: alfabeta. [6] sagala, syaiful. 2010. concepts and meanings of learning. bandung: alfabeta. [7] slameto 2010. balajar and the factors that influence it. jakarta: pt rineka cipta. [8] suharsimi arikunto. 2010. learning and learning. jakarta: rineka cipta. [9] sudjana, nana. 2000. the basics of teaching and learning process. bandung: pt. sinar baru algensindo. [10] sudjana, nana. 2010. assessment of teaching and learning results. bandung: teen rosdakarya. [11] sugiono. 2010. research methods for quantitative, qualitative education and r&d. bandung: alfa beta. [12] sugiono. 2011. research methods for quantitative, qualitative education and r&d. bandung: alfa beta. [13] usman basyirudin. 2002. learning media. jakarta: ciputat press. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.38 156 received : 16-08-2020 revised : 12-09-2020 published : 09-10-2020 peningkatan hasil pembelajaran bahasa arab melalui model pembelajaran examples dan nonexamples pada siswa ma negeri 2 kota malang mia el rahma sona ma negeri 2 malang, indonesia miaelsyahroni@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan dan efektivitas model pembelajaran examples dan nonexamples pada pembelajaran bahasa arab. adanya pembiasaan terhadap tugas dan latihan dapat membuat siswa lebih terlatih sehingga deiperoleh nilai yang lebih baik dalam kegiatan pembelajaran. hasil penelitian dipeoleh simpulan bahwa penerapan model pembelajaran examples dan nonexamples pada pelajaran bahasa arab materi menulis paragraf narasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. hal tersebut dapat dilihat pada penerapan model pembelajaran examples dan nonexamples memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di man 2 kota malang yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu 62,22% , 69,74%, dan 82,96%. abstract: this study aims to describe the application and effectiveness of the examples and nonexamples learning model in arabic learning. the existence of habituation to assignments and exercises can make students more trained so that they get better grades in learning activities. the results of the research concluded that the application of the examples and nonexamples learning model in arabic lessons on writing narrative paragraphs had a positive effect, which was to improve student achievement. this can be seen in the application of the examples and nonexamples learning models having a positive impact in improving student achievement in man 2 malang city which is marked by an increase in student learning completeness in each cycle, namely 62.22%, 69.74%, and 82.96 %. kata kunci: model pembelajaran, example dan nonexample, bahasa arab mailto:miaelsyahroni@gmail.com vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.38 157 pendahuluan pengajaran bahasa arab di sekolah-sekolah dari sekolah lanjutan sampai menengah sampai sekolah lanjutan dianggap kurang memuaskan. masalah yang dimaksud adalah dilihat dari hasil ujian sebagai salah satu barometer keberhasilan pengajaran bahasa arab. kenyataan tersebut juga pernah peneliti temukan dalam beberapa kali pengalaman mengoreksi hasil ujian mengarang bahasa arab pada siswa sekolah lanjutan sampai menengah. dari hasil karangan para siswa tersebut, peneliti menemukan kelemahan-kelemahan siswa dalam penguasaan unsur-unsur pembentuk karangan itu sendiri. terlepas dari faktor-faktor lain dari kenyataan tersebut, kita dapat berasumsi bahwa pembelajaran bahasa arab, khususnya mengarang masih perlu mendapatkan perhatian lebih serius dari para guru bahasa arab. materi ujian yang bersifat teoritis dapat menimbulkan motivasi guru bahasa mengajarkan materi mengarang hanya untuk dapat menjawab soal-soal ujian, sementara aspek keterampilan diabaikan. dengan kelas yang besar, konsekuensi biasanya guru enggan memberikan pelajaran mengarang. hal tersebut disebabkan guru harus memeriksa karangan murid-muridnya yang berjumlah mencapai empat puluh sampai lima puluh lembar. hal itu masih harus berhadapan dengan tulisan-tulisan siswa yang notabene sulit dibaca. apalagi guru harus mengajar lebih dari satu kelas atau mengajar di sekolah lain. hal itu berarti yang harus diperiksa empat puluh kali sekian lembar karangan. oleh karena itu, tidak jarang guru yang menyuruh muridnya mengarang hanya sebulan sekali atau bahkan sampai berbulanbulan. di samping hal-hal tersebut, ada asumsi sebagian guru yang menganggap tugas mengarang yang diberikan kepada siswa terlalu memberatkan atau tugas itu terlalu berat untuk siswa. guru merasa kasihan memberikan beban berat tersebut kepada siswanya. guru terlalu pesimis dengan kemampuan siswanya. asumsi tersebut tidak bisa dibenarkan karena dengan seringnya latihan-latihan yang diberikan akan dapat membuat siswa terbiasa dengan hal itu. kita tahu bahwa keterampilan berbahasa akan dapat dicapai dengan baik bila dibiasakan. kalau guru selalu dihantui oleh perasaan ini dan itu, bagaimana muridnya akan terbiasa menggunakan bahasa dengan sebaik-baiknya. hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia ingin menerima pengalaman belajar atau yang optimal yang dapat dicapai dari kegiatan belajar di sekolah untuk pelajaran. hasil belajar seperti yang dijelaskan oleh poerwadarminta (1993:768) adalah hasil yang telah dicapai/dilakukan. pengertian hasil belajar menurut pendapat mochtar buchari (1986:94) adalah hasil yang dicapai atau ditonjolkan oleh anak sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka atau huruf, serta tindakannya yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu. nasution (1972:45) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan anak didik berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti program belajar secara periodik. dengan selesainya proses belajar mengajar pada umumnya dilanjutkan dengan adanya suatu evaluasi. evaluasi ini mengandung maksud untuk mengetahui kemajuan belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi yang diberikan oleh guru. dengan demikian, hasil belajar merupakan suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar dari aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif sebagai perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap menurut kemampuan anak dalam perubahan baru. dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah utama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang diprogramkan di dalam kurikulum. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.38 158 menurut juwairiyah dahlan (1992:19), bahwa pembelajaran bahasa arab bertujuan di antaranya agar peserta didik dapat menguasai bahasa arab sebagaimana penutur aslinya atau paling tidak mendekati keadaan, menumbuhkan kemampuan peserta didik agar dapat memahami bahasa arab pada saat mendengarkannya, dapat mengucapkan bahasa arab dengan benar dan tepat, dapat membaca tulisan-tulisan arab disertai dengan pengertian yang jelas, serta dapat menulis bahasa arab dengan cermat dan lancar. ada beberapa tujuan dalam pembelajaran bahasa arab. menurut abu bakar muhammad (1981:5) bahwa tujuan umum ialah tujuan dari pelajaran itu sendiri yang bertalian dengan bahan pelajaran tersebut. sedangkan tatar yusuf dan saiful anwar (1997:189-190) menjelaskan tujuan umum pembelajaran bahasa arab antara lain (a) memahai makna al-qur’an dan hadits sebagai sumber hukum islam, (b) memahami buku agama dan kebudayaan islam yang ditulis dengan bahasa arab, (c) supaya pandai berbicara dan mengarang menggunakan bahasa arab, (d) menggunakan bahasa arab sebagai bahasa pembantu keahlian lainnya, dan (e) menjadi ahli bahasa yang profesional. ada beberapa cara agar dapat menguasai bahasa arab, diantaranya dengan latihan berbicara dan menulis dengan menggunakan bahasa arab agar latihan itu benar-benar dapat menjadikan peserta didik mampu menguasai bahasa arab. peserta didik harus mempelajari kaidah bahasa arab, imala’, dan balaghah. guru harus saling mengaitkan ketika mengajari peserta didik bahasa arab karena bahasa itu utuh tidak dipisah-pisahkan. selain itu, ada juga keharusan untuk menguasai cabang-cabang bahasa arab yang lain, seperti cara mengungkapkan bahasa arab dengan benar, membaca yang benar, dan memahaminya. pengertian pembelajaran examples nonexamples merupakan metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. contoh-contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan kd (kompetensi dasar). penggunaan alat peraga seperti gambar melibatkan keaktifan dan kerjasama siswa dalam pembelajaran, yaitu siswa melakukan diskusi kelompok dan menyampaikan hasil diskusinya. gambar yang digunakan disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai apa yang ada di dalam gambar. penggunaan model pembelajaran examples nonexamples ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, tetapi dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menekankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah, seperti kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya. model pembelajaran examples nonexamples menggunakan gambar dapat melalui ohp, proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. examples nonexamples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan dua hal yang terdiri dari examples nonexamples dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. examples memberikan gambaran sesuatu yang menjadi contoh dari suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan nonexamples memberikan gambaran sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. dengan memusatkan perhatian siswa terhadap examples nonexamples diharapkan dapat mendorong siswa menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada. menyiapkan pengalaman dengan contoh dan noncontoh akan membantu siswa untuk membangun makna yang kaya dan lebih mendalam dari sebuah vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.38 159 konsep penting. joyce, dkk dalam buehl (1996) telah memberikan kerangka konsep teruk membangun kait strategi tindakan, yang menggunakan model inkuiri untuk memperkenalkan konsep yang baru dengan model examples nonexamples. sintak model pembelajaran examples nonexamples disajikan dalam tabel berikut. tabel 1. sintaks metode examples nonexamples fase kegiatan guru kegiatan siswa 1 menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. menulis tujuan pembelajaran yang disampaikan guru. 2 mengemukakan konsep atau permasalahan yang akan dibahas serta membagi siswa kedalam kelompok yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang siswa. memperhatikan konsep atau permasalahan yang sedang dibahas serta masuk kedalam kelompok yang anggotanya 4-5 orang siswa. 3 mempersiapkan dan menyajikan gambar dari materi bahan ajar dengan ditempel dipapan atau ditayangkan lewat ohp serta mengarahkan siswa dalam melakukan diskusi. memperhatikan dan menganalisa gambar yang disajikan serta mendiskusikan dengan kelompoknya. 4 memberikan kesempatan pada tiap kelompok untuk membacakan hasil diskusinya. masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. 5 menyimpulkan hasil diskusi pembelajaran yang telah disampaikan. membuat rangkuman dari hasil diskusi yang telah dilakukan. 6 memberikan evaluasi kepada siswa sesuai dengan materi yang telah disampaikan. menjawab soal evaluasi yang diberikan guru. metode penelitian penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara bertahap, yaitu dalam tiga siklus sampai mendapatkan hasil yang diinginkan. penelitian tindakan kelas dilakukan pada man 2 kota malang tahun pelajaran 2018—2019. man 2 kota malang terdiri dari 32 kelas dengan jumlah siswa relatif cukup besar dibandingkan dengan ma lainnya yang ada di kota malang. subjek penelitian ptk adalah siswa kelas xii mipa-2 man 2 malang dengan jumlah 29 orang diambil sebagai sample sejumlah 27 orang (l = 27 orang). objek penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar siswa dalam pelajaran bahasa arab materi bertanya jawab sesuai konteks dengan tepat dan lancar melalui model pembelajaran examples dan nonexamples di man 2 kota malang. berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan bahwa kelas xii mipa-2 prestasi belajar siswa dalam pelajaran bahasa arab materi bertanya jawab sesuai konteks dengan tepat dan lancar masih sangat rendah. siswa merasa kesulitan dalam belajar sehingga siswa kurang respon terhadap pembelajaran di kelas. model penelitian ini merupakan bentuk kajian yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan melalui tindakan agar dapat memperbaiki praktik pembelajaran. penelitian tindakan merupakan strategi pemecahan masalah dengan tindakan nyata, kemudian merefleksikan hasil dari tindakan. hasil dari tindakan tersebut selanjutnya dijadikan pertimbangan dalam pemilihan tindakan berikutnya. apabila di dalam pelaksanaan siklus i masih belum berhasil maka dilanjutkan ke siklus ii. siklus ii dilaksanakan berdasarkan hasil vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.38 160 refleksi siklus i. pada siklus ii ini, tindakan yang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus i guna mencapai target. kegiatan pada siklus ii juga melalui tahapan yang sama seperti siklus i, yaitu meliputi perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observation), refleksi (reflecting). jika pada akhir siklus ii tidak terjadi peningkatan hasil belajar bahasa arab materi bertanya jawab sesuai konteks dengan tepat dan lancar, maka dilaksanakan siklus selanjutnya yang tahapannya sama seperti siklus i dan ii. siklus berhenti ketika sudah terjadi peningkatan hasil belajar siswa. teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan angket. sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu siswa dan guru. data dari siswa berupa data hasil peningkatan prestasi belajar siswa dalam pelajaran bahasa arab dengan materi bertanya jawab sesuai konteks dengan tepat dan lancar. data dari guru berupa data tentang tentang penerapan model pembelajaran examples dan nonexamples. teknik analisis data yang digunaka dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. teknik kuantitatif digunakan untuk menghitung besarnya peningkatan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran examples dan nonexamples menggunakan persentase (%). teknik kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran hasil penelitian secara reduksi data, sajian deskriptif, dan penarikan simpulan. hasil dan pembahasan siklus 1 a) tahap perencanaan pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, lks 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. selain itu, juga dipersiapkan lembar observasi pengolaan pembelajaran. b) tahap kegiatan dan pelaksanaan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus i dilaksanakan pada tanggal 22 s.d 29 juli 2018, di man 2 kota malang tahun pelajaran 2018-2019. dengan jumlah siswa 27 orang. dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif i dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. dari paparan data, dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran examples dan nonexamples diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 62,22% atau ada 10 siswa dari 27 siswa sudah tuntas belajar. hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar karena terdapat siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 37,04%, lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki, yaitu sebesar 85 %. hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menggunakan model pembelajaran examples dan nonexamples. c) refleksi dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan, yaitu (a) guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, (b) guru kurang baik dalam pengelolaan waktu, dan (c) siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.38 161 d) revisi rancangan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus i ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya, antara lain (a) guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. di mana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan, (2) guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan, dan (3) guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias. siklus ii a) tahap perencanaan pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif ii dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b) tahap kegiatan dan pelaksanaan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus ii dilaksanakan pada tanggal 05 s.d 12 agustus 20198, di man 2 kota malang tahun pelajaran 2018—2019. dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus i, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus i tidak terulang lagi pada siklus ii. pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif ii dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. instrumen yang digunakan adalah tes formatif ii. dari paparan data dapat diketahui bahwa diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 69,74% dan ketuntasan belajar mencapai 85,19 % atau ada 23 siswa dari 27 siswa sudah tuntas belajar. hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus ii ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan cukup baik daripada siklus i. adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dalam menerapkan model pembelajaran examples dan nonexamples. c) refleksi dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan, antara lain memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, dan pengelolaan waktu. d) revisi pelaksanaaan pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus ii ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus iii antara lain (a) guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung, (b) guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya, (c) guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, (d) guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.38 162 sesuai dengan yang diharapkan, dan (e) guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar. siklus iii a) tahap perencanaan pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b) tahap kegiatan dan pengamatan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus iii dilaksanakan pada tanggal 19 s.d 26 agustus 2018, di man 2 kota malang tahun pelajaran 2018-2019, dengan jumlah siswa 27 siswa. dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus ii, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus ii tidak terulang lagi pada siklus iii. pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif iii dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. instrumen yang digunakan adalah tes formatif iii. berdasarkan paparan data penelitian, diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 82,96 % dari 27 siswa telah tuntas secara keseluruhan. maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 100 % ( termasuk kategori tuntas ). hasil pada siklus iii ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus ii. adanya peningkatan hasil belajar pada siklus iii ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran examples dan nonexamples pada pada pelajaran bahasa arab, sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. di samping itu ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja sama dari siswa yang telah menguasai materi pelajaran untuk mengajari temannya yang belum menguasai. c) refleksi pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan media rekaman. dari data-data yang telah diperoleh antara lain (a) selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar, (b) berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung, (c) kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik, dan (d) hasil belajar siswa pada siklus iii mencapai ketuntasan. d) revisi pelaksanaan pada siklus iii guru telah menerapkan media rekaman, dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.38 163 dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan model pembelajaran examples dan nonexamples, dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 menunjukkan hasil sebagai berikut. tabel 2. analisis hasil tes pelajaran bahasa arab dengan menerapkan model pembelajaran examples dan nonexamples sebelum dan sesudah diberi tindakan. no nama skor sebelum tindakan siklus 1 skor setelah tindakan 1 siklus 2 skor setelah tindakan 2 siklus 3 1 achmad wildan rasiv 55 65 75 2 admiral raity falah b 65 75 85 3 adyansyah 65 75 85 4 alvin azmi elhamdani 55 64 80 5 arif kusuma firdaus 55 64 80 6 ariqdhia faisal rafi 55 64 85 7 aunuun jefry mahbuubi 55 64 85 8 daffa ega alana 65 75 85 9 dimas aulia rahman putra 65 75 85 10 dimas muhammad rifqi 75 85 95 11 dzulfikar ats tsauri 55 75 85 12 fakhrurrozi asy-syafiq 55 75 85 13 fery hakim burhanuddin 65 75 85 14 haidar azzamuddin 65 75 85 15 hanif mubarok 60 75 85 16 ikhlasul amal 60 75 85 17 javad yadavari 55 65 75 18 m.naufal rizqi alfani 55 65 75 19 muhammad abdullah hasan 55 65 75 20 muhammad faruq zain s 75 85 85 21 muhammad rayhan y.i.t 60 65 85 22 muhammad rizky alifian 60 65 85 23 mukhammad iqbal resydian 55 65 75 24 naufal rafif ramadhan 60 75 85 25 rizal ibrahim zaafrano 70 75 85 26 sulthan alif faturosyah 55 80 90 27 tsaqif nur rahman 55 65 75 jumlah total 1680 1883 2240 skor maksimum individu 100 100 100 skor maksimum kelas 2700 2700 2700 analisis data deskriptif kuantitatif 1. pencapaian hasil belajar siswa sebelum diberi tindakan; = 1680x100% = 62,22% 2700 2. pencapaian hasil belajar siswa setelah diberi tindakan pengelompokan siswa berdasarkan nomor panggilan (acak berdasarkan tempat duduk ) = 1883x 100% = 69,74% 2700 vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.38 164 3. pencapaian hasil belajar siswa setelah diberi tindakan pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan akademik = 2240x 100% = 82,96 % 2700 dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa: 1. terjadi peningkatan prestasi setelah diberi tindakan yaitu 62,22% menjadi 69,74% ada kenaikan sebesar = 7,52%, 2. dari sebelum tindakan untuk materi menyimak (siklus 1 ) dan setelah tindakan sampai dengan ( siklus 2 ) 62,22% menjadi 69,74 %, dan dari ( siklus 2) ke (siklus 3 ) juga ada peningkatan sebanyak 82,96 % 69,74% = 13,22%, dan 3. rata – rata siswa sebelum diberi tindakan 37,04% ( siklus i ) naik 85,19% siklus ii, dan siklus iii meningkat menjadi 100 %. refleksi dan temuan berdasarkan pelaksanaan tindakan maka hasil observasi nilai, hasil dapat dikatakan sebagai berikut. a. pertemuan pertama kegiatan belajar-mengajar menerapkan model pembelajaran examples nonexamples belum berhasil karena dalam pembelajaran masih terlihat siswa yang bermain, bercerita, dan mengganggu siswa lain; b. model pembelajaran dengan model pembelajaran examples nonexamples dalam hal peningkatan prestasi belum tampak, sehingga hasil yang dicapai tidak tuntas. c. mungkin karena proses belajar mengajar yang dilakukan adalah model pembelajaran examples nonexamples yang baru mereka laksanakan sehingga siswa merasa kaku dalam menerapkannya. d. akan tetapi setelah dijelaskan, mereka bisa mengerti dan buktinya pada pertemuan kedua dan ketiga proses kegiatan belajar-mengajar berjalan baik, semua siswa aktif dan lebihlebih setelah ada rubrik penilaian proses, seluruh siswa langsung aktif belajar. ketuntasan hasil belajar siswa berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran examples nonexamples memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus i, ii, dan iii) yaitu 62,22%, 69,74%, dan 82,96%. pada siklus iii ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran model pembelajaran examples nonexamples dalam setiap siklus mengalami peningkatan. hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses model pembelajaran examples nonexamples yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.38 165 siswa dengan guru. jadi, dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah model pembelajaran examples dan nonexamples dengan baik. hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab di mana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar. berdasarkan hasil penelitian di atas, maka hasil belajar siswa untuk pelajaran bahasa arab dengan menggunakan model pembelajaran examples nonexamples hasilnya sangat baik. hal itu tampak pada pertemuan pertama dari 27 orang siswa yang hadir pada saat penelitian ini dilakukan nilai rata rata mencapai 62,22%, 69,74 %, dan 82,96 %. dari analisis data di atas bahwa model pembelajaran examples dan nonexamples pada pelajaran bahasa indonsia materi belajara mengarang kelas xii-mipa-2, yang berarti proses kegiatan belajar mengajar lebih berhasil dan dapat meningkatkan prestasi belajar khususnya pada siswa kelas xii mipa-2 di man 2 kota malang. oleh karena itu diharapkan kepada para guru sma dapat melaksanakan model pembelajaran examples nonexamples di kelas xim-mipa-2. berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (ktsp) siswa dikatakan tuntas apabila siswa telah mencapai nilai standar ideal 75 mencapai ≥ 85 %. pada penilitian ini, pencapai nilai ≥ 75 pada (siklus 3) mencapai melebihi target yang ditetapkan dalam ktsp, yaitu mencapai 100 %. dengan demikian, maka hipotesis yang diajukan dapat diterima. simpulan dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. pembelajaran bahasa arab dengan menggunakan model pembelajaran examples dan nonexamples memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di madrasah aliyah negeri 2 kota malang yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu ; 62,22% ( siklus i ) ; 69,74% ( siklus ii ) ; 82,96% ( siklus iii ). 2. penerapan model pembelajaran examples dan nonexamples pada pelajaran bahasa arab materi menulis paragraf narasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 3. penerapan model pembelajaran examples dan nonexamples efektif dalam meningkatkan kembali materi ajar yang telah diterima siswa selama ini, sehingga mereka merasa siap untuk menghadapi pelajaran berikutnya. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.38 166 daftar rujukan [1] arikunto,suharsimi. 2006. prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.jakarta: rineka cipta. [2] depdiknas. 2003. standar kompetensi. jakarta: depdiknas. [3] depdikbud. 2007. silabus mata pelajaran bahasa arab . jakarta: balai pustaka. [4] depdikbud. 2002. kamus besar bahasa arab . jakarta: balai pustaka. [5] depdikbud. 1993. ejaan yang disempurnakan. jakarta: grasindo. [6] depdikbud. 2002.pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning). jakarta: dirjen diknasmen diknas. [7] depdikbud, 2003.undangundang tentang sistem pendidikan nasional.jakarta: depdiknas. [8] djamarah, syaiful bahri dkk. 1995. strategi belajar mengajar. jakarta: rineka cipta. [9] djamarah. 2007. kurikulum tingkat satuan pendidikan. jakarta: rosda karya [10] keraf, gorys. 2004. komposisi. semarang: nusa indah. [11] margono, s. 2005. metodologi penelitian pendidikan. jakarta: rineka cipta. [12] muhktar dan rusmini, 2007. pengajaran remedial (teori dan penerapannya dalam pembelajaran). jakarta: nimas multima. [13] nurkencana, wayan. 1986. pengukuran hasil belajar. surabaya: usaha nasional. [14] natawijaya, rochman. 1997. pengajaran remedial. bandung: tarsito. [15] ridwan. 2007. belajar mudah penelitian untuk guru dan karyawan. bandung: alfabeta. [16] sagala, saiful. 2009. konsep dan makna pembelajaran. bandung: alfabeta. [17] slameto. 2003. belajar dan faktorfaktor yang mempengaruhinya. jakarta: bina aksara. [18] sugiyono. 2002. metode penelitian kuantitatif kualitatif r dan d. bandung: alfabeta [19] suryabrata, sumadi. 2003. metodologi research. jakarta: rineka cipta. [20] sutikno, sobry dkk. 1997. strategi belajar mengajar melalui penanaman konsep umum dan konsep islami. bandung: refika aditama. [21] syah, muhibbin. 2003. psikologi belajar. jakarta: raja grafindo persada. microsoft word artikel 6.docx vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.234 1460 received : 03-09-2021 revised : 20-09-2021 published : 30-10-2021 inovasi kurikulum: materi pendidikan tunjung sabdarifanti1, nur hanifah2, annisa kurnia rizqi3, utara artajaya4 universitas negeri yogyakarta, daerah istimewa yogyakarta, indonesia tunjungsabdarifanti.2019@student.uny.ac.id 1, nurhanifah.2019@student.uny.ac.id2, annisakurnia.2019@student.uny.ac.id3, utaraartajaya.2019@student.uny.ac.id4 abstrak: inovasi kurikulum pada materi pendidikan di era digital ini masih menjadi sebuah topik yang menarik untuk dibahas, khususnya di negara berkembang seperti indonesia. survei mengenai kajian inovasi kurikulum pada materi pendidikan menjadi fokus dalam penelitian ini. penelitian ini menggunakan metode studi pustaka. studi pustaka adalah istilah lain dari kajian pustaka, tinjauan pustaka, kajian teoritis, landasan teori, telaah putsaka (literature review), dan tinjauan teoritis. penelitian pustaka sendiri merupakan penelitian yang hanya berdasarkan atas karya tulis baik yang sudah di publikasikan maupun yang belum dipublikasikan. sehingga pada penelitian ini peneiliti tidak langsung terjun ke lapangan. secara garis besar, kesimpulan dari penelitian ini ialah indonesia telah melakukan inovasi materi pendidikan secara rutin. inovasi tersebut diantaranya seperti penyampaian materi ajar dalam bentuk permainan, pengambilan materi belajar yang dekat dengan lingkungan siswa, pengemasan materi dalam bentuk syair lagu, dll. kata kunci: inovasi; materi pembelajaran; implementasi abstract: curriculum innovation in educational materials in this digital era is still an interesting topic to discuss, especially in developing countries like indonesia. a survey about curriculum innovation on educational materials is the focus of this research. this research uses literature study method. literature study is another term for literature review, theoretical study, theoretical basis, and theoretical review. literature research itself is research that is only based on written works, both published and unpublished. so that in this study the researchers did not go directly to the field. broadly speaking, the conclusion of this study is that indonesia has been innovating educational materials on a regulary. these innovations include the delivery of teaching materials in the form of games, taking learning materials that are close to the student's environment, packaging materials in the form of song lyrics, etc. keywords: innovation; learning material; implementation vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.234 1461 pendahuluan kurikulum memegang peranan penting dalam suatu pendidikan karena kurikulum adalah kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saransaran strategi belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat diterapkan, dan halhal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan. berhasil tidaknya suatu pendidikan suatu bangsa salah satu yang berperan penting adalah kurikulum yang diterapkan. oleh karena kedudukannya yang sangat penting, maka kurikulum harus selalu dikaji apakah kurikulum yang berlaku sudah berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. masyarakat yang semakin kritis dan menyadari pentingnnya pendidikan bagi bangsa terus melakukan pengawalan terhadapa kurikulum yang berlaku, masyarakat tidak segan untuk memberikan kritik apabila kurikulum yang yang berlaku tidak sesuai yang diharapakan, maka dari itu diperlukan inovasi/ pengembangan dalam kurikulum, agar pendidikan tersebut sesuai apa yang diharapkan dan dicita-citakan oleh masyarakat pada umumnya. landasan teoritik inovasi kurikulum kurikulum adalah kata yang tidak asing lagi pada dunia pendidikan dimana kurikulum adalah sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan. istilah kurikulum pertama kali digunakan dalam dunia olahraga yang berasal dari kata curir dan currere yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari pada zaman yunani kuno. menurut murry print (1993) kurikulum adalah segala sesuatu yang diperuntukkan bagi anak didik dimana didalamnya meliputi planned learning experiences ,offered within an educational institution/program, represented as a document, dan includes experiences resulting from implementing that document. sementara itu, menurut uu sisdiknas 2003 bab 1 pasal 1, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaran kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. kurikulum memiliki beberapa peranan, diantaranya yaitu kreatif dimana kurikulum harus mampu mengembanagkan sesuatu yang baru. dengan adanya peranan tersebut maka dibutuhkan sebuah inovasi kurikulum. menurut idris (1992 :70), inovasi adalah suatu perubahan baru yang menuju ke arah perbaikan dan berencana. sementara itu, inovasi kurikulum diartikan sebagai ide, gagasan, atau tindakantindakan tertentu dalam bidang kurikulum yang dianggap baru untuk memecahakan masalah pendidikan. dengan adanya inovasi kurikulum dapat mengikuti perkembangan dan perubahan masyarakat, nilai budaya serta perubahan kondisi dan perkembangan peserta didik. materi pendidikan materi pendidikan adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dimana materi pembelajaran tersebut sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. menurut lukmanul dalam perencanaan pembelajaran, materi pembelajaran merupakan pengetahuan, nilainilai dan keterampilan sebagai isi dari suatu mata pelajaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. sementara itu menurut ruhimat (2011:152) materi pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.234 1462 atau bidang studi dengan topik/subtopik dan rinciannya. menurut majid (2005 : 15) bahan ajar atau materi pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa dalam mempelajari sesuatu, menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan agar kegiatan pembelajaran menjadi menarik. sementara itu, menurut lukmanul dalam perencanaan pembelajaran, 118, materi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu materi pembelajaran utama adalah materi pembelajaran pokok yang menjadi rujukan wajib dalam suatu rangkaian kegiatan pembelajaran, seperti buku teks, modul, handout, dan materi-materi panduan utama lainnya dan materi pembelajaran penunjang adalah materi sekunder atau tersier yang keberadaannya sebagai pelengkap dan pengayaan, seperti buku bacaan, majalah, poster, komik instruksional, dan sebagainya. metode teknik pengumpulan data penelitian dilakukan menggunakan metode studi literatur/studi pustaka. studi pustaka adalah istilah lain dari kajian pustaka, tinjauan pustaka, kajian teoritis, landasan teori, telaah putsaka (literature review), dan tinjauan teoritis. penelitian pustaka sendiri merupakan penelitian yang hanya berdasarkan atas karya tulis baik yang sudah di publikasikan maupun yang belum dipublikasikan. penelitian dengan menggunakan studi literatur sendiri tidaklah harus turun langsung kelapangan. data untuk penelitian diambil dari sumber pustaka atau dokumen. penelitian ini mengambil dari sumber : a. sumber primer 1. buku ajar pengembangan kurikulum oleh baedriah tahun 2018 2. panduan pengembangan materi pembelajaran oleh drs. ahmad dan badrun 2009/2010 3. pengembangan lirik lagu sebagai media pembelajaran matematika pada materi bentuk aljabar oleh izzati n dan suraningsih e tahun 2020 4. memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan tema lingkungan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas iii sekolah dasar oleh s. nila tahun 2013 5. teori dan telaah pengembangan kurikulum oleh masykur tahun 2019 6. pengantar ilmu pendidikan oleh yusuf dan munir 2018 b. sumber sekunder 1. http://file.upi.edu/direktori/dualmodes/inovasi_pendidikan/inovasi_pendi dikan.pdf diakses pada sabtu, 11 september 2021 pukul 13.30 wib. 2. http://digilib.uinsby.ac.id/11141/4/bab%202.pdf diakses pada minggu, 12 september 18.00 wib. hasil dan pembahasan pengertian inovasi kurikulum inovasi diambil dari bahasa inggris “innovation” yang berarti penemuan. inovasi sendiri ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invention maupun discovery. inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.234 1463 kurikulum menurut ronald c. doll adalah muatan proses, baik formal maupun informal yang diperuntukkan bagi pelajar untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan keahlian dan mengubah apresiasi sikap dan nilai dengan bantuan sekolah”. sedangkan maurice dulton mengatakan “kurikulum dipahami sebagai pengalamanpengalaman yang didapatkan oleh pembelajar di bawah naungan sekolah. inovasi kurikulum sendiri adalah suatu pembaharuan atau gagasan yang diharapkan membawa dampak terhadap kurikulum itu sendiri. kurikulum hanyalah alat atau instrumen untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran yang ditetapkan. kurikulum bukan sebagai tujuan akhir. seiring dengan perubahan masyarakat dan nilai-nilai budaya, serta perubahan kondisi dan perkembangan peserta didik, maka kurikulum juga mengalami perubahan. ciri ciri inovasi kurikulum terdapat empat ciri utama inovasi, termasuk inovasi dalam pendidikan. keempat ciri utama tersebut adalah sebagai berikut: 1. memiliki kekhasan/khusus. artinya, suatu inovasi memiliki ciri yang khas dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan. ciri yang khusus berarti program inovasi dapat berdimensi makro atau luas dengan melibatkan banyak orang dengan rentang waktu yang relatif lama. namun demikian, ciri khusus ini juga dapat berdimensi mikro atau cakupan kecil, sederhana dengan melibatkan orang yang terbatas dan dengan durasi waktu yang terbatas pula. suatu inovasi bercirikan spesifik dalam arti suatu inovasi memunculkan kondisi khusus, dan bukan asal tersebar saja. misalnya program guru kelas rangkap (multigrade teachers), dianggap sebagai suatu inovasi karena program ini memilik ciri khusus dibanding dengan program sejenis yang ada. 2. memiliki ciri atau unsur kebaruan. dalam arti suatu inovasi harus memiliki karakteristik sebagai buah karya dan buah pikir yang memiliki kadar orisinalitas dan kebaruan. dengan demikian, inovasi merupakan suatu proses penemuan (invention). baik berupa ide, gagasan, hasil, sistem, ataupun produk yang dihasilkan. 3. program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana. dalam arti bahwa suatu inovasi dilakukan melalui suatu proses yang tidak tergesagesa, namun kegiatan inovasi dipersiapkan secara matang dengan program yang jelas dan direncanakan terlebih dahulu. proses inovasi bukan suatu proses yang tiba-tiba dan tidak disengaja, tetapi tahapan yang harus dilaksanakannya. seperti pada saat diluncurkannya program managemen berbasis sekolah (school based management), tahapan pelaksaannya tidak secara tergesa-gesa, tetapi melalui tahapan-tahapan yang direncanakan sejak awal. 4. inovasi yang digulirkan memiliki tujuan. program inovasi yang dilakukan harus memiliki arah yang ingin dicapai, termasuk arah dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. macam-macam inovasi kurikulum inovasi kurikulum dilakukan dengan bermacam tujuan dan latar belakang, diantaranya yaitu adanya inovasi yang dikembangkan untuk menjawab permasalahan relevansi seperti program muatan lokal dalam kurikulum sekolah dasar dan sekolah lanjutan, adanya inovasi vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.234 1464 yang diarahkan untuk menjawab tantangan pemerataan pendidikan seperti, smp terbuka, universitas terbuka dan program paket b pada pendidikan luar sekolah, adanya inovasi yang dititikberatkan dalam upaya menagatsi masalah kurang memadainya mutu lulusan dan ada inovasi yang berkaitan pada misi utamanya menjawab permasalahan efesiensi pendidikan seperti sistem berkelanjutan dan sistem sekolah kecil. beberapa inovasi dalam kurikulum yaitu: 1. inovasi kurikulum berbasis kompetensi kompetensi adalah kemampuan mengerjakan sesuatu yang berbeda dengan sekedar mengetahui sesuatu yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang merefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. sementara itu, kurikulum berbasis kompetensi atau kbk adalah seperangkat pengaturan dan rencana tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar , pemberdayaan sumber daya pendidikan dan mengembangkan sekolah. kbk menekankan pada kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa dan memberikan petunjuk secara universal bagaimana seharusnya pola pembelajaran diterapkan oleh guru. terdapat beberapa kompetensi yang harus dicapai oleh siswa pada kurikulum berbasis kompetensi, diantaranya yaitu kompetensi akademik dimana siswa harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi persoalan hidup, kompetensi okupasional dimana siswa harus memiliki kesiapan terhadap dunia kerja, kompetensi kultural dimana siswa harus mampu menempatkan diri dalam sistem budaya serta tata nilai masyarakat dan kompetensi temporal dimana siswa tetap eksis menjalani kehidupannya sesuai perkembangan zaman. selain itu, kurikulum berbasis kompetensi atau kbk memiliki karakteristik, diantaranya yaitu : a. kbk menekankan pada ketercapaian kompetensi baik secara individual dan klasikal dimana kompetensi ini menjadi standar minimal atau kemampuan dasar. b. berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman dimana keberhasilan pencapaian kompetensi dasar diukur oleh indikator hasil belajar. c. pembelajaran menggunakan metode dan pendekatan yang beragam disesuaikan dengan karakteristik serta keberagaman siswa. d. menggunakan sumber belajar yang beragam dan tidak hanya berpusat pada guru, tetapi sumber belajar lain yang memenuhi unsur edukatif yang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi informasi. e. penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penugasan atau pencapaian suatu kompetensi. sesuai dengan karakteristik kbk di atas, kurikulum berbasis kompetensi ini memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan sekolah, memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat sesuai dengan manajemen berbasis sekolah. pengembangan kurikulum berbasis kompetensi didasarkan pada tiga asas pokok yaitu: a. asas filosofis asas filosofis adalah asas yang berkenaan dengan nilai yang berlaku di masyarakat. oleh karena sistem nilai yang berlaku di indonesia adalah pancasila, maka isi kbk disusun memuat dan mencerminkan kandungan nilai-nilai pancasila. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.234 1465 b. asas psikologis asas psikologis adalah asas yang berhubungan dengan aspek kejiwaan dan perkembangan siswa. dalam kbk, isi, tujuan dan strategi pembelajaran memperhatikan kondisi tahapan perkembangan dan psikologi siswa. c. asas sosiologis dan teknologis asas ini menekankan bahwa sekolah berfungsi untuk mempersiapkan siswa agar dapat aktif dalam masyarakat. oleh karena itu, kbk sebagai alat dan pedoman dalam proses pendidikan dirancang agar relevan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. sementara itu, prinsip-prinsip yang dilakukan dalam pengembangan kbk yaitu prinsip peningkatan keimanan, prinsip penguatan integritas nasional, prinsip keseimbangan etika, logika, estetika dan kinestetik, prinsip penguatan integritas nasional, prinsip perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi, prinsip pengembangan kecakapan hidup, prinsip pilar pendidikan, prinsip komprehensif dan berkesinambungan, prinsip belajar sepanjang hayat dan prinsip diverifikasi kurikulum dimana kurikulum dikembangkan dengan menyesuaikan satuan pendidikan, potensi daerah dan siswa. implikasi kbk terhadap pengembangan aspek pembelajaran yaitu : a. pengembangan rencana pembelajaran kegiatan pembelajaran pada kurikulum ini diarahkan untuk menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa. oleh karen itu, pembelajaran harus berorintasi pada siswa, memberikan peluang bagi siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan, pembelajaran dirancang agar siswa mampu mengembangkan keterampilan dasar mata pelajaran yang bersangkuran, rancangan pembelajaran harus disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana pembelajaran yang tersedia, pembelajaran menggunakan berbagai pendekatan belajar dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan individu siswa. b. pengembangan proses pembelajaran proses pembelajaran dalam kbk yaitu guru bertindak untuk menyediakan waktu dan tempat agar siswa belajar, dimana belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku melalui pengalaman belajar. dalam kurikulum ini, proses pembelajaran diarahkan pada penguasaan kompetensi tertentu sesuai dengan kurikulum. c. pengembangan evaluasi dalam kurikulum berbasis kompetensi, kurikulum menghendaki ketercapaian kompetensi. oleh karena itu, aspek alat dan bentuk penilaian dilakukan seimbang baik tes maupun non tes sesuai dengan fungsi evaluasi sebagai fungsi formatif maupun sumatif. 2. inovasi kurikulum berbasis masyarakat kurikulum berbasis masyarakat adalah kurikulum yang bahan dan objek kajian kebijakan dan ketetapannya dilakukan di daerah, disesuaikan dengan kondisi lingkungan alam, sosial, budaya dan kebutuhan pembangunan daerah yang perlu dipelajari oleh siswa di daerah tersebut. tujuan dari kurikulum ini adalah memperkenalkan siswa terhadap lingkungannya agar dapat melestarikan budaya, membekali siswa kemampuan dan keterampilan yang dapat menjadi bekal hidup mereka di masyarakat dan membekali siswa agar dapat hidup mandiri. kurikulum berbasis masyarakat juga memiliki beberapa keunggulan, diantaranya yaitu sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat, sesuai dengan kemampuan sekolah, mudahnya pelaksanaan kegiatan vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.234 1466 pembelajaran karena disusun oleh gurunya masing-masing dan ada motivasi khusus kepada kepala sekolah dan guru untuk mengembangakan diri dan dapat menciptakan kurikulum yang sebaikbaiknya. karakteristik pembelajaran pada kurikulum berbasis masyarakat yaitu pembelajaran berorientasi pada masyarakat, disiplin kelas berdasarkan tanggung jawab bersama bukan berdasar paksaan, metode mengajar dititikberatkan pada pemecahan masalah untuk memenuhi kebutuhan perorangan dan kelompok, bentuk hubungan sekolah dan masyarakat adalah mempelajari sumber masyarakat dan memperbaiki masyarakat tersebut dan strategi pembelajaran meliputi karyawisata, manusia, survai masyarakat, berkemah, kerja lapangan, pengabdian masyarakat, kkn, proyek perbaikan masyarakat dan sekolah pusat masyarakat. sementara itu, kurikulum berbasis masyarakat juga memiliki karakteristik tersendiri untuk materi pembelajarannya. adapun karakteristik materi pembelajarannya yaitu materi pembelajaran valid, benar-benar diperlukan oleh siswa, bermanfaat secara akademik dan non akademik, layak untuk dipelajari baik dari tingkat kesulitan dan bahan ajar, menarik minat siswa, penentuan alokasi waktu yang mempertimbangkan kedalaman materi dan sarana serta sumber belajar memberikan kemudahan proses pembelajaran. dalam kurikulum berbasis masyarakat, guru berperan sebagai fasilitator, sumber belajar, pembina, konsultan dan mitra kerja yang memfasilitasi siswa pada pembelajaran. penilaian dilakukan dengan pbk atau penilaian berbasis kelas dimana penilaian dilakukan dengan mengumpulkan kerja siswa, hasil karya, kinerja dan tes tertulis. guru menilai kompetensi dan hasil belajar siswa berdasarkan tingkat pencapaian prestasi siswa selama dan setalah kegiatan belajar mengajar. langkah-langkah pengembangan kurikulum berbasis masyarakat yaitu : a. tujuan, filsafat pendidikan dan psikologi belajar. b. analisis kebutuhan masyarakat sekitar termasuk kebutuhan siswa. c. tujuan kurikulum. d. pengorganisasian dan impelemntasi kurikulum. e. tujuan pembelajaran. f. strategi pembelajaran mencakup model-model pembelajaran. g. teknik evaluasi. h. implementasi strategi pembelajaran. i. penilaian dalam pembelajaran. j. evaluasi program kurikulum. 3. inovasi kurikulum berbasis keterpaduan konsep keterpaduan adalah menunjuk pada keseluruhan, kesatuan, kebulatan, kelengkapan, kompleks yang ditandai dengan interaksi dan interpendensi antara komponenkomponenya. kurikulum berbasis keterpaduan adalah kurikulum yang meniadakan batasbatas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan (intregated curriculum). kurikulum dirancang berdasarkan sistem keterpaduan yang mempertimbangkan komponen masukan, proses dan produk. pertama, komponen masukan, pada komponen ini kurikulum dititikberatkan pada mata pelajaran logis dan sistematis agar siswa menguasai struktur pengetahuan tertentu. kedua, komponen proses, pada komponen ini kurikulum dititikberatkan pada vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.234 1467 pembentukan konsep berfikir dan cara belajar dan ketiga komponen produk, pada komponen ini kurikulum dititikberatkan pada pembentukan tingkah laku spesifik. ciri-ciri bentuk organisasi kurikulum terpadu yaitu : a. berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi pancasila. b. berdasarkan psikologi belajar gestalt dan field theory. c. berdasarkan landasan sosiologis dan sosio-kultural. d. berdasarkan kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan pertumbuhan peserta didik. e. ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada. f. sistem penyampaiannya dengan menggunakan sistem pengajaran unit yakni unit pengalaman dan unit mata pelajaran. g. peran guru sama aktifnya dengan peran peserta didik, bahkan peran siswa lebih menonjol. kurikulum terpadu memiliki keunggulan, diantaranya yaitu segala sesuatu yang dipelajari bertalian erat, sesuai dengan pendapat modern tentang belajar, memungkinkan hubungan erat antara sekolah dengan masyarakat dan mudah disesuaikan dengan minat dan kesanggupan siswa. komponen kurikulum kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen tertentu. adapun komponen dari kurikulum yaitu : 1. komponen tujuan tujuan adalah sebuah komponen kurikulum yang fundamental karena memberikan arah dan fokus untuk seluruh program pendidikan. tata tingkat tujuan pendidikan yaitu : a. tujuan pendidikan nasioanl adalah tujuan pendidikan pada tataran nasional yang pencapaiannya dapat berwujud sebagai warga negara yang berkepribadian nasional dan bertanggung jawab atas bangsa dan tanah air. b. tujuan institusional. terdapat dua jenis tujuan institusional, yaitu tujuan instruksional umum dimana tujuan ini sifatnya lebih luas serta mendalam dan tujuan instruksional khusus dimana tujuan ini terbatas dan harus diukur pada saat berlangsungnya belajarmengajar. c. tujuan kurikulum yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat tataran mata pelajaran. d. tujuan instruksional yaitu tujuan yang ingin dicapai pada tingkat tataran pengajaran yang dapat berwujud sebagai bentuk watak, kemampuan berfikir dan berketerampilan teknologinya secara bertahap. 2. komponen materi materi kurikulum atau isi kurikulum adalah berbagai pengetahuan, sikap, keterampilan dan pengalaman belajar yang harus diberikan kepada siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. kriteria dalam memilih isi kurikulum yaitu isi kurikulum harus sesuai dan bermakna bagi perkembangan siswa, mencerminkan kenyataan sosial, dapat mencapai tujuan yang konprehensif, mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji, mengandung bahan pelajaran yang jelas dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan. 3. strategi pelaksanaan kurikulum strategi pelaksanaan kurikulum adalah cara bagaimana siswa memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan kurikulum. terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.234 1468 dalam strategi pelaksanaan kurikulum, diantaranya yaitu tingkat dan jenjang pendidikan, proses belajar-mengajar, bimbingan dan penyuluhan, administrasi supervise, sarana kurikuler dan evaluasi. 4. evaluasi kurikulum evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk menilai suatu kurikulum sebagai program pendidikan untuk menentukan efisiensi, efektivitas, relevansi dan produktivitas program dalam mencapai tujuan pendidikan. fungsi evaluasi yaitu memperolah data tentang ketercapaian tujuan siswa dan untuk melihat efektivitas proses pembelajaran. aspek yang perlu diperhatikan yaitu evaluasi harus menilai apakah telah terjadi perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dan sebaiknya evaluasi menggunakan lebih dari satu alat penilaian dalam suatu waktu tertentu. pengertian materi pendidikan salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan adalah kemampuan dan keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. materi pembelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tidak terpisahkan dari silabus, yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran. secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. sasaran tersebut harus sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar,serta tercapainya indikator. materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis, cakupan, urutan, dan perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran tersebut. agar guru dapat membuat persiapan yang berdaya guna dan berhasil guna, dituntut memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan pengembangan materi pembelajaran, baik berkaitan dengan hakikat, fungsi, prinsip, maupun prosedur pengembangan materi serta mengukur efektivitas persiapan tersebut. jenis materi pendidikan jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut: a. fakta; adalah segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya. contoh: dalam mata pelajaran sejarah: peristiwa sekitar proklamasi 17 agustus 1945 dan pembentukan pemerintahan panduan pengembangan materi pembelajaran indonesia. b. konsep; adalah segala yang berwujud pengertianpengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi dan sebagainya. contoh: penyimpangan sosial adalah suatu pelanggaran terhadap normanorma kelompok atau masyarakat (horton & hunt 1987: 191), dsb. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.234 1469 c. prinsip; adalah berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting,meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. contoh: perilaku menyimpang timbul karena tidak adanya nilai atau norma yang dapat ditaati secara teguh, diterima secara luas, dan mampu mengikat serta mengendalikan masyarakat (emile durkhaim, 1897), dsb. d. prosedur; merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. contoh: praktik penelitian sosial, dsb. e. sikap atau nilai; merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, dan bekerja, dsb. contoh: aplikasi sosiologi dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk sikap toleransi dalam menghadapi fenomena sosial yang bervariasi. cakupan materi pendidikan dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus memperhatikan beberapa aspek berikut : 1. aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotor ketika sudah diimplementasikan dalam proses pembelajaran maka tiap-tiap jenis uraian materi tersebut memerlukan strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda. selain memperhatikan jenis materi juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya. 2. aspek keluasan cakupan materi keluasan cakupan materi menggambarkan seberapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran. kedalaman materi menyangkut rincian konsep-konsep yang terkandung di dalamnya yang harus dipelajari oleh peserta didik. 3. aspek kecukupan kecukupan atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan. memadainya cakupan aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. misalnya, jika dalam pembelajaran dimaksudkan untuk memberikan kemampuan kepada peserta didik di bidang jual beli, maka uraian materinya mencakup : a. penguasaan atas konsep pembelian, penjualan, laba, dan rugi; b. rumus menghitung laba dan rugi jika diketahui pembelian dan penjualan; c. penerapan/aplikasi rumus menghitung laba dan rugi. cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang akan diajarkan terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga terjadi kesesuaian dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. urutan materi pendidikan urutan penyajian berguna untuk menentukan urutan proses pembelajaran. tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan peserta didik dalam mempelajarinya. misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. peserta didik akan mengalami kesulitan mempelajari pengurangan jika materi penjumlahan belum dipelajari. peserta didik akan mengalami kesulitan melakukan pembagian jika materi perkalian belum dipelajari. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.234 1470 materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan prosedural dan hierarkis. 1. pendekatan prosedural. urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. misalnya langkah-langkah menelpon, langkah-langkah mengoperasikan peralatan kamera video, cara menginstalasi program computer dan sebagainya. contoh : urutan posedural (tatacara) pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi (tik). pada pelajaran tik, peserta didik harus mencapai kompetensi dasar ”melakukan setting peripheral pada operating system (os) komputer”. agar peserta didik berhasil mencapainya, harus melakukan langakah-langkah berurutan mulai dari cara membaca gambar periferal sampai dengan mengetes keberhasilannya. 2. pendekatan hierarkis urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. contoh : urutan hierarkis (berjenjang) pada soal cerita tentang perhitungan laba rugi dalam jual beli. agar peserta didik mampu menghitung laba atau rugi dalam jual beli (penerapan rumus/dalil), peserta didik terlebih dahulu harus mempelajari konsep/pengertian laba, rugi, penjualan, pembelian, modal dasar (penguasaan konsep). setelah itu peserta didik perlu mempelajari rumus/dalil menghitung laba dan rugi (penguasaan dalil). selanjutnya peserta didik menerapkan dalil atau prinsip jual beli (penguasaan penerapan dalil). sumber materi pendidikan berbagai sumber materi pembelajaran atau sumber belajar dapat digunakan untuk mendukung materi pembelajaran tertentu. penentuan tersebut harus tetap mengacu pada setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. beberapa jenis sumber belajar antara lain: 1) buku 2) laporan hasil penelitian 3) jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah) 4) majalah ilmiah 5) kajian pakar bidang studi 6) karya profesional 7) buku kurikulum 8) terbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan 9) situs-situs internet 10) multimedia (tv, video, vcd, kaset audio, dsb) 11) lingkungan (alam, sosial, seni budaya, teknik, industri, ekonomi) 12) narasumber perlu diingat bahwa seorang guru tidak boleh hanya bergantung pada satu jenis sumber sebagai satu-satunya sumber belajar. sumber belajar adalah rujukan, artinya dari berbagai sumber belajar tersebut seorang guru harus melakukan analisis dan mengumpulkan materi yang sesuai untuk dikembangkan dalam bentuk bahan ajar. di samping itu, kegiatan pembelajaran bukanlah usaha mengkhatamkan (menyelesaikan) keseluruhan isi suatu buku, tetapi membantu vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.234 1471 peserta didik mencapai kompetensi. karena itu, hendaknya guru menggunakan sumber belajar maupun bahan ajar secara bervariasi. langkah-langkah penentuan materi pendidikan penentuan materi pembelajaran adalah salah satu unsur komponen yang penting dalam mencapai tujuan pembelajaran dimana materi pembelajaran inilah yang akan disajikan oleh guru kemudian dipahami oleh siswa melalui pembelajaran yang telah dirancang dengan baik. dalam penentuannya, terdapat beberapa kriteria yaitu materi tersebut valid, bermanfaat, sesuai dengan tingkat pendidikan siswa dan mencakup hal yang bersifat faktual maupun konseptual. terdapat beberapa langkah dalam menentukan atau memilih materi pembelajaran, diantaranya yaitu : 1. identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar sebelum menentukan materi pembelajaran, diperlukan pengidentifikasian aspekaspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. aspek tersebut meliputi aspek kognitif jika kompetensi yang ditetapkan yaitu pengetahuan,aplikasi, analisis, sintesis dan penilaian, aspek psikomotorik jika kompetensi yang ditetapkann meliputi gerak awal, semi rutin serta rutin dan aspek afektif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pemberian respon, apresiasi, penilaian dan internalisasi. 2. identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran dalam aspek kognitif, materi pembelajaran dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu fakta, konsep, prinsip dan prosedur. sementara itu, materi pelajaran yang sesuai dengan ranah afektif yaitu rasa dan penghayatan seperti pemberian respon, penerimaan internalisasi dan penilaian. 3. penentuan cakupan materi pembelajaran dalam penentuan cakupan materi pembelajaran, guru harus memperhatikan aspek pembelajaran karena hal ini akan berpengaruh pada proses pembelajaran dimana tiap jenis materi memerlukan strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda. penentuan cakupan materi memiliki fungsi untuk mengetahui apakah materi yang akan diajarkan terlalu banyak, sedikit atau telah memadai untuk memenuhi kompetensi dasar yang akan dicapai. 4. menyusun urutan materi urutan penyajian materi diperlukan untuk menentukan proses pembelajaran. pengurutan materi pembelajaran dapat dilakukan dengan dua pendekatan pokok, yaitu: a. pendekatan prosedural pendekatan ini menggambarkan langlah-langkah secara urut sesuai dengan langkahlangkah melaksanakan tugas. b. pendekatan hierarkis pendekatan ini menggambarkan materi pembelajaran yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. jadi, siswa harus mempelajari materi sebelumnya sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.234 1472 prinsip pengembangan materi pendidikan prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan materi pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. relevansi atau kesesuaian materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan pencapaian kompetensi dasar. jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain. contoh: kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik adalah ” menganalisis faktor penyebab konflik sosial dalam masyarakat” (sosiologi kelas xi semester 1) maka pemilihan materi pembelajaran yang disampaikan seharusnya ”referensi tentang berbagai fenomena sosial yang mengarah pada timbulnya konflik sosial” (materi konsep), bukan ”langkah-langkah mengantisipasi dan menanggulangi konflik” (materi prosedur). 2. konsistensi atau keajegan. jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada dua macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi dua macam. contoh: kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik mendeskripsikan terjadinya perilaku menyimpang dan sikap-sikap anti sosial (sosiologi kelas x semester 2), maka materi yang diajarkan juga harus meliputi perilaku menyimpang dan sikap-sikap anti sosial. 3. adequacy atau kecukupan. materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. jika terlalu sedikit maka kurang membantu tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum (pencapaian keseluruhan sk dan kd). dalam pengembangan materi pembelajaran guru harus mampu mengidentifikasi dan mempertimbangkan hal-hal berikut: 1. potensi peserta didik; meliputi potensi intelektual, emosional, spiritual, sosial, dan potensi vokasional. 2. relevansi dengan karakteristik daerah; jika peserta didik dan sekolah berlokasi bertempat di daerah pantai, maka pengembangan materi pembelajaran diupayakan agar selaras dengan kondisi masyarakat pantai. 3. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik. 4. kebermanfaatan bagi peserta didik; pengembangan materi pembelajaran diupayakan agar manfaatnya dapat dirasakan peserta didik dalam waktu yang relatif singkat setelah suatu materi pembelajaran tuntas dilaksanakan. 5. struktur keilmuan; mengembangkan materi pembelajaran sosiologi harus didasarkan pada struktur keilmuan sosiologi. misalnya: mengembangkan konsep urbanisasi,jangan dimaknai secara geografis (urbanisasi artinya perpindahan penduduk dari pedesaan ke perkotaan); seharusnya: urbanisasi adalah perubahan pola berpikir, bersikap, dan bertindak dari pola kehidupan masyarakat pedesaan yang tradisional menjadi pola kehidupan perkotaan yang modern, disertai dengan perubahan dalam sarana dan prasarana penunjang kehidupannya. sebab perpindahan penduduk dari pedesaan ke perkotaan hanya salah satu cara dalam urbanisasi panduan pengembangan materi pembelajaran. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.234 1473 6. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; mengembangkan materi pembelajaran hendaknya selalu mempertimbang-kan potensi peserta didik, tingkat perkembangan peserta didik, kebermanfaatan bagi peserta didik, alokasi waktu, dan perkembangan peradaban dunia. 7. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan. 8. alokasi waktu. inovasi materi pendidikan menurut van de ven, andrew h., definisi inovasi adalah pengembangan dan implementasi gagasan-gagasan baru oleh orang dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan dengan berbagai aktivitas transaksi di dalam tatanan organisasi tertentu. sedangkan materi pendidikan ialah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. dalam kaitannya dengan inovasi, inovasi materi pendidikan ialah bagaimana cara mengemas materi pendidikan supaya dapat mencapai sasaran pembelajaran. berikut ini adalah beberapa contoh pengemasan materi pendidikan yang bernilai inovasi : 1. materi belajar disampaikan dalam bentuk permainan pada tingkat kecanduan game yang parah, seringkali pemain lebih tertarik untuk menuntaskan permainannya daripada mengikuti proses pembelajaran di sekolahnya. bahkan karena keinginannya yang kuat untuk menyelesaikan setiap tingkat dalam permainan tersebut, seseorang menjadi lebih agresif. dengan mempelajari karakteristik beberapa game populer yang mengakibatkan berbagai dampak negatif di atas, guru dapat memformulasikan menjadi permainan yang mendidik. jika semula nilai-nilai negatif yang ditransfer kepada pemainnya, maka ditransformasi menjadi nilai-nilai positif untuk pemainnya. sehingga game edukasi harusnya tidak semata-mata merupakan transfer konten-konten pendidikan dalam bentuk digital. tetapi harus juga dapat menciptakan perasaan yang sama senangnya ketika siswa memainkan game-game populer tersebut. namun bedanya, nilai-nilai yang ditransfer merupakan formulasi konten pendidikan yang ingin disampaikan. 2. materi pembelajaran diambil dari lingkungan terdekat siswa menurut ahmadi dan supriyadi (dalam hamzah,2011:138) mengemukakan bahwa “secara psikologis belajar berarti suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.” kegiatan belajar di dalam kelas pada dasarnya adalah proses belajar dalam lingkungan yang sempit, dengan segala keterbatasannya, terutama berkaitan dengan penggunaan media dan bahan pembelajaran yang terbatas dan hanya di lakukan di dalam ruangan kelas saja, cenderung membatasi keterlibatan siswa dalam proses pengembangan potensi yang dimilikinya. belajar di luar ruangan dimaksudkan supaya terjadi aktivitas yang bermakna bagi siswa. belajar yang bermakna akan membuat siswa mampu mememorisasi materi pelajaran lebih lama. belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan materi pembelajaran. berikut ini adalah hal-hal yang dapat dilakukan guru supaya aktivitas belajar sisa menjadi aktivitas yang bermakna ialah : vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.234 1474 a) guru harus meningkatkan aktivitasnya dalam mengembangkan media pembelajaran dan meningkatkan aktivitasnya dalam proses belajar mengajar di sekolah. b) aktivitas siswa harus lebih ditingkatkan lagi, dengan menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar atau media yang lainnya. karena dengan menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar atau media yang lainnya siswa akan tertarik lagi dalam mengikuti proses belajar. c) hasil belajar siswa perlu ditingkatkan lagi dengan menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar atau media ataupun metode yang lainnya, agar kualitas pendidikan di sekolah tersebut dapat meningkat. 3. materi belajar disajikan dalam bentuk syair lagu arsyad dalam (maftukhah, 2012) mengemukakan bahwa media pembelajaran bermanfaat dalam meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, interaksi langsung antara siswa dengan lingkungannya, dan memungkinkan siswa untuk belajar sesuai kemampuannya”. secara umum manfaat media yaitu untuk mempermudah proses belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik agar proses pembelajaran dapat berjalan maksimal serta mengurangi sikap pasif peserta didik. syair lagu dinilai sebagai media pelajaran yang efektif khususnya menyimak. dikatakan efektif karena syair lagu memiliki dua unsur yaitu musik dan lirik. musik dapat memfasilitasi kemampuan belajar berbahasa karena ritme musik dan pola kalimat memiliki bentuk serupa serta memiliki keseimbangan, sementara lirik membantu siswa memahami dan menyimak karena harus didengarkan dengan seksama. pada implementasinya, penggunaan lagu sebagai media belajar haruslah mempertimbangkan kesiapan siswa sesuai tahap perkembangan psikologisnya. dengan memperhatikan penunjuk dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih banyak "bermusik" daripada mengikuti materi melalui buku – maka orangtua, guru dan murid akan mendapatkan suasana yang menyenangkan saat membangun dasar yang kuat untuk melakukan proses pembelajaran. hambatan dalam inovasi materi pendidikan 1. perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi hambatan yang disebabkan kurang tepatnya nya perencanaan atau estimasi (under estimating) dalam inovasi yaitu tidak tepatnya poertimbangan tentang implementasi inovasi, kurang adanya hubungan antar anggota team pelaksana inovasi, dan kurang adanya kesamaan pendapat tentang tujuan yang akan dicapai atau kurang adanya kerjasama yang baik. 2. konflik dan motivasi yang kurang sehat hambatan ini muncul karena adanya masalah-masalah pribadi seperti pertentangan anggota team pelaksana, kurang motivasi untuk bekerja dan berbagai macam sikap pribadi yang dapat mengganggu kelancaran proses inovasi. 3. lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan hal-hal yang berkaitan dengan macetnya inovasi antara lain sangat rendahnya penghasilan per kapita, kurang adanya pertukaran dengan orang asing, tidak mengetahui adanya sumber alam, jarak yang terlalu jauh, iklim yang tidak menunjang, kurang sarana vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.234 1475 komunikasi, kurang perhatian dari pemerintah, sistem pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan. 4. keuangan yang tidak terpenuhi adapun yang termasuk dalam faktor finansial adalah tidak memadainya bantuan finansial dari daerah, tidak memadainya bantuan finansial dari luar daerah, kondisi ekonomi daerah secara keseluruhan, prioritas ekonomi secara nasional lebih banyak pada bidang lain daripada bidang pendidikan, ada penundaan dalam penyampaian dana, serta terjadi inflasi. 5. penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi adapun yang termasuk dalam faktor ini adalah kelompok elit yang memiliki wewenang dalam masyarakat tradisional menentang inovasi atau perluasan suasana pendidikan, terdapat pertentangan ideologi mengenai inovasi, proyek inovasi dilaksanakan sangat lambat, peraturan kolonial meninggalkan sikap masyarkat yang penuh kecurigaan terhadap sesuatu yang asing, keberatan terhadap inovasi karena sebab kepentingan kelompok. 6. kurang adanya hubungan sosial dan publikasi yang termasuk dalam kelompok ini adalah masalah dalam hubungan sosial antar anggota team yang satu dengan yang lain, ada ketidakharmoniasan dan terjadi hubungan yang kurang baik antar anggota team proyek inovasi, sangat kurang adanya suasana yang memungkinkan terjadinya pertukaran pikiran yang terbuka. simpulan inovasi kurikulum adalah suatu pembaharuan atau gagasan yang diharapkan membawa dampak terhadap kurikulum itu sendiri. inovasi kurikulum memiliki ciri utama yaitu memiliki kekhasan atau khusus, memiliki unsur kebaruan, dilaksanakan melalui program terencana dan digulirkan memiliki tujuan. macam-macam inovasi kurikulum yaitu inovasi kurikulum berbasis kompetensi, inovasi kurikulum berbasis masyarakat dan inovasi kurikulum berbasis keterpaduan. selain itu, kurikulum memiliki komponen tertentu yaitu tujuan, materi, strategi pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. seluruh komponen tersebut selalu mengalami inovasi, tidak terkecuali dengan materi pendidikan. materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. materi pendidikan ini memiliki jenis-jenis, diantaranya yaitu fakta, konsep, prinsip, prosedur dan sikap atau nilai. selain jenis, materi pendidikan juga memiliki cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran dimana dalam penentuannya harus memperhatikan aspek kognitif, aspek keluasan cakupan materi dan aspek kecukupan. dalam pembelajaran, guru perlu mengurutkan materi pendidikan agar menentukan proses pembelajaran. matari pendidikan ini dapat diurutkan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan prosedural dan pendekatan hierarkis. materi pembelajaran dapat dikembangkan melalui berbagai sumber materi pembelajaran atau sumber belajar yang beragam. sumber belajar tersebut diantaranya yaitu buku, laporan hasil penelitian, jurnal, majalah ilmiah, karya professional, buku kurikulum, terbitan berkala, situs internet, multimedia, lingkungan dan narasumber. penentuan materi pembelajaran dapat dilakukan dengan beberapa langkah yaitu mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran, menentukan cakupan materi pembelajaran dan menyusun urutan materi. sementara itu, dalam pengembangannya, materi pendidikan menggunakann prinsip relevansi, konsistensi dan adequacy. contoh inovasi materi vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.234 1476 pendidikan yaitu materi pembelajaran disampaikan dalam bentuk permainan, materi pembelajaran diambil dari lingkungan terdekat siswa dan materi belajar disajikan dalam bentuk syair lagu. namun, dalam praktiknya inovasi kurikulum memiliki beberapa hambatan seperti perkiraan yang tidak tepat, konflik dan motivasi yang kurang sehat, lemahnya faktor penunjang, anggaran tidak memenuhi dan kurangnya hubungan sosial dan publikasi. saran beberapa saran yang dapat penulis tuliskan diantaranya yaitu : 1. bagi pendidik a. pendidik sebaiknya benar-benar menerapkan inovasi kurikulum khususnya inovasi materi pendidikan karena materi pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran. b. kepala sekolah sebaiknya memotivasi guru-guru agar dapat meningkatkan kemampuannya dalam berinovasi. 2. bagi sekolah dan pihak yang terkait a. sekolah sebaiknya terus berinovasi dalam pembelajaran sehingga inovasi-inovasi dalam pendidikan terus meningkat. b. sekolah dapat mengadakan workshop mengenai inovasi materi pendidikan agar dapat membekali ilmu dan skill bagi guru. daftar rujukan baderiah. 2018. buku ajar pengembangan kurikulum. palopo : lembaga penerbit kampus iain palopo. badrun, drs. ahmad. 2009/2010. panduan pengembangan materi pembelajaran. depdiknas, dirjen,manajemen dikmen, direktorat pembinaan sekolah menengah atas. izzati n, suraningsih e. pengembangan lirik lagu sebagai media pembelajaran matematika pada materi bentuk aljabar. suska journal of mathematics education : vol. 6, no. 1, 2020, hal. 069-077. uin masykur. 2019. teori dan telaah pengembangan kurikulum. bandar lampung : cv. anugrah utama raharja. murray print, curriculum development and design, (sydny, allen & unwin, 1993) s. nila. 2013. memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan tema lingkungan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas iii sekolah dasar. jpgsd : vol. 01 (02). unisa wina sanjaya. 2008. kurikulum dan pembelajaran (teoritik dan praktik kurikulum ktsp ). jakarta: prenada media group. yusuf, munir. 2018. pengantar ilmu pendidikan. palopo : lembaga penerbit kampus iain palopo. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.56 319 received : 18-10-2020 revised : 27-11-2020 published : 08-12-2020 meningkatkan prestasi belajar siswa mapel produktif teknik kendaraan ringan dengan menggunakan media pembelajaran mulyo utomo smk negeri 1 situbondo, indonesia mulyoutomo71@gmail.com abstrak: tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi tentang prestasi belajar serta mendapatkan bukti tentang kontribusi penggunaan media pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran teknik kendaraan ringan standar kompetensi p emeliharaan sistem starter, dari penelitian ini didapatkan data bahwa pada test akhir kegiatan pada siswa eksperimen mempunyai rata-rata prestasi belajar 78 , dan pada siswa pembanding mempunyai rata-rata prestasi belajar 73. pada penelitian ini menggunakan metode angket dan metode dokumentasi. adapun analisa data yang dipakai untuk pembuktian hipotesa menggunakan metode analisa data statistic dengan uji-t indepent. dari analisis data ini diperoleh nilai t hitung sebesar 2,4 sedangkan nilai t table dengan probabilitas (α) sebesr 0,05 diperoleh nilai sebesar 2,003 dari analisa data tersebut menunjukkan t hitung > t table, jadi h0 ditolak dan h1 terima sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara media pembelajaran dengan prestasi belajar siswa mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan di kompetensi pemeliharaan kelistrikan kendaraan ringan pada standar kompetensi pemeliharaan sistem starter. abstract: the purpose of this study was to obtain data and information about learning achievement and to obtain evidence about the contribution of the use of learning media to student achievement in the subject of light vehicle engineering competency standards for starter system maintenance, from this study it was obtained data that in the final test activities on experimental students had the average learning achievement was 78, and the comparison students had an average learning achievement of 73. in this study, the questionnaire method and the documentation method were used. the data analysis used to prove the hypothesis used statistical data analysis methods with independent t-test. from this data analysis, it is obtained that the t value is 2.4 while the t value with a probability (α) of 0.05 is obtained by a value of 2.003 from the data analysis, it shows t count> t table, so h0 is rejected and h1 is accepted so that it can be concluded that there is a significant relationship between learning media and student achievement in the subject of productive light vehicle engineering in the electrical maintenance competency of light vehicles in the starter system maintenance competency standards. kata kunci: media pembelajaran, prestasi siswa, teknik kendaraan ringan mailto:mulyoutomo71@gmail.com vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.56 320 pendahuluan belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku dan pengetahuan yang komplek dalam diri siswa, yang melibatkan seluruh indera yang dimiliki oleh siswa tersebut, pada proses ini terjadi interaksi yang erat antara siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar dan terjadi transformasi informasi dari penyampai ke penerima pesan, antara guru dan siswa. dalam kegiatan ini banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan tidak sampainya pesan dari penyampai ke penerima, dari guru ke murid. lingkungan be lajar, sarana prasarana, keadaan siswa, metode pembelajar merupakan faktor -faktor yang menyebabkan kurang maksimalnya siswa tertarik pada pembelajar dan barang tentu akan mempengaruhi prestasi belajarnya. dalam proses belajar mengajar untuk dapat membawa siswa dalam situasi yang konkrit, diperlukan suatu alat bantu pembelajaran yang tepat, yaitu dengan menggunakan media pembelajaran. dalam hal ini media pembelajaran bisa berupa buku buku pustaka, benda tiruan, benda -benda peninggalan, peta, gambar, foto, ohp, alat dan sarana apa saja yang dapat membantu guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. prinsipnya media pembelajaran akan sangat berguna bagi siswa, sebab ia akan memiliki pengalaman langsung, memiliki tanggapan yang kuat dan dengan demikian sesuatu yang mereka pelajari akan mudah diterima dan mudah dipahami. situasi yang demikian tentu potensial untuk meningkatkan prestasi belajarnya. inilah yang mendorong penulis untuk menyusun karya ini, apa benar media pembelajaran mempunyai kontribusi yang positif terhadap prestasi belajar siswa. media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. selain itu media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan si pelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. menurut briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya. kemudian menurut national education associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandangdengar, termasuk teknologi perangkat keras dan posisi media pembelajaran. oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam satu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. dari uraian diatas maka perlu sekali adanya media pembelajaran sebagai upaya untuk keberlangsungan proses transformasi pesan pada saat terjadinya pembelajaran. fungsi media pembelajaran sebagaimana lazim ditemui di dalam proses belajar mengajar di sekolah-sekolah tradisional, para siswa dibiasakan hanya untuk mendengarkan apa yang diajarkan oleh guru di depan kelas. kemudian mencatat dan dipaksakan untuk menghafalkan di luar kepala. kecenderungan proses belajar mengajar pada sistem verbalisme ini sangat kurang membangkitkan aktivitas siswa. siswa jarang/hampir tidak pernah diajak untuk berbuat dan mencari ha-lhal yang baru melainkan hanya mendengarkan dengan pasif apa -apa yang telah disampaikan oleh guru. tanpa disadari oleh guru hal ini dapat mengakibatkan kurangnya minat dan kegairahan siswa dalam mengikuti pelajaran yang disaj ikannya. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.56 321 menurut mulyono tj, dkk (1980) fungsi media pembelajaran sebagai berikut : a). dapat membantu kemudahan belajar bagi siswa dan kemudahan mengajar bagi guru, b). melalui alat bantu, pengajaran konsep/tema pelajaran yang abstrak dapat diwujudkan dalam bentuk konkrit, (contoh : model dan kerjanya), c). jalannya pelajaran tidak membosankan dan tidak monoton (satu cara saja), d). semua i ndera murid dapat diaktifkan dan turut berdialog/berproses. sehingga kelemahan dalam salah satu indera (mata atau telinga) dapat diimbangi oleh kekuatan indera lainnya, e). lebih menarik minat, kesenangan murid-murid serta memberikan variasi atau mendektai style (cara, kesenangan) belajar murid-murid dan f). membantu mendekatkan dunia teori/konsep dengan dunia realitas. menurut rudy brets dalam ni luh putu ekayani (2017) media pembelajaran memiliki jenisjenis yang berbeda, secara umum media bercirikan tiga unsur pokok, yaitu: suara, visual, dan gerak. ada 7 (tujuh) klasifikasi media, yaitu: 1). media audio visual gerak, seperti: film suara, pita video, film, tv, 2). media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, halaman suara, 3). audio semi gerak seperti: tulisan jauh bersuara, 4). media visual bergerak, seperti: film bisu, 5). media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide bisu. 6). media audio, seperti: radio, telepon, pita audio, 7). media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri. prestasi belajar siswa agar mendapatkan gambaran yang jelas tentang prestasi belajar seeara lengkap, dalam uraian ini akan dipaparkan terlebih dahulu pengertian belajar. "belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang tecjadi pada diri seseorang. perubahan itu dapat terjadi dalam bidang ketrampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan atau apresiasi". (natawijaya, 1987:7). ahli lain berpendapat bahwa "belajar adalah sesuatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan eara-eara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman atau latihan (qomar hamalik, 1982:28). dari dua pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku, hasil tanggapan dari stimulus yang ada, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. prestasi belajar adalah "hasil pengukuran terhadap kemampuan untuk menguasai suatu masalah atau problem dengan menggunakan standar tertentu" (moh, surya, 1983:156). pengertian tersebut jika dikaitkan dengan prestasi belajar siswa adalah perolehan hasil belajar siswa setelah siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar. teknik kendaraan ringan kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan (tkr) merupakan bagian dari program keahlian teknik otomotif pada bidang keahlian teknologi dan reakayasa. kompetensi keahlian tkr membekali peserta didik dengan ilmu kendaraan ringan agar mampu melaksanakan perawatan dan perbaikan komponen – komponen mobil secara mandiri, merawat dan memperbaiki mobil sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pabrik, merawat dan memperbaiki mobil pada bengkel atau perusahaan dimana tempat ia bekerja, serta menciptakan lapangan kerja baru bagi dirinya dan orang lain. pada mata pelajaran paket keahlian (c3) pada kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan (tkr) meliputi : pemeliharaan mesin kendaraan ringan, pemeliharaan sasis dan vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.56 322 pemindah tenaga kendaraan, pemeliharaan kelistrikan kendaraan ringan dan produk kreatif dan kewirausahaan. secara garis besar kompetensi dasar yang disampaikan pada pemeliharan kelistrikan kendaraan ringan meliputi: baterai, sistem starter, sistem pengisian, sistem pengapian serta sistem penerangan dan tanda. dan pada pemeliharaan kelistrikan kendaraan ringan juga akan disampaikan materi pelajaran tentang: pengaman, system penyejuk ruangan (ac), power window serta audio video. metode metode penelitian metode penelitian yang digunakan untuk mencari data yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian adalah : a). metode angketlkuesioner, digunakan untuk mencari data clan informasi tentang beberapa hal yang berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran, b). metode dokumentasi, digunakan untuk mencari data dan informasi tentang prestasi belajar siswa bidang studi teknik kendaraan ringan yang berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran. agar penelitian dapat berjalan dengan lancar dan dapat menghasilkan data yang valid, peneliti menempuh langkah-langkah sebagai berikut :1). mengadakan konsultasi dengan kepala sekolah tentang rencana mengadakan penelitian di kelas xi-tkr semester 1 di smk negeri 1 situbondo tahun pelajaran 2018-2019, 2). menyusun proposal penelitian, 3). menyusun angket dan menyusun agenda data apa yang diperlukan dari guru mata pelajaran teknik kendaraan ringan yang lain di lingkungan smk negeri 1 situbondo, 4). menyebarkan angket kepada responden, mengumpulkan kembali angket yang telah dijawab oleh responden, mengoreksi kemudian mentabulasikan., 5). memeriksa data hasil pembelajaran teknik kendaraan ringan kelas xi , tentang prestasi belajar siswa berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran, kemudian dimasukkan dalam tabulasi, 6). menganalisis data sesuai dengan rumus yang telah ditetapkan guna pembuktian hipotesis. data dan informasi yang berkaitan dengan penggunaan me dia pembelajaran diperoleh dari siswa kelas xi-tkr semester ganjil tahun pelajaran 2018 -2019 pada smk negeri 1 situbondo yang ditetapkan sebagai sampel penelitian pada mata pelajaran pemeliharaan kelistrikan kendaraan ringan dan pada kd pemeliharaan sistem sterter. pada sampel penelitian terdiri dari 2 kelompok penelitian, kelompok eksperimen (kelas xi tkro 1) sebagai variable bebas dan kelompok pembanding (kelas xi tkro 2 ) sebagai veriabel kontrol. dalam penelitian ini cara yang digunakan untuk menganalisa data hasil penelitian adalah dengan rumus t-test. hal ini sesuai dengan tujuan penelitian seperti yang tercantum pada uraian di depan, ingin mendapatkan pengetahuan atau ingin mengetahui perbedaan prestasi siswa yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran yang lengkap dengan prestasi belajar siswa yang diajar tanpa menggunakan media pembelajaran yang memadai. dalam penelitian ini variabelnya adalah sebagai berikut : 1. variabel bebas variabel bebas adalah penggunaan media pembelajaran yang lengkap dan tidak lengkap. yang dimaksud media pembelajaran yang lengkap adalah kegiatan belajar mengajar dilaksanakan berdasarkan / sesuai dengan petunjuk mengajar yang benar, artinya mengajar dilengkapi sarana dan prasarana serta kelengkapan mengajar seperti halnya vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.56 323 media pembelajaran yang memadai, sepertihalnya: modul, ppt, cutway, serta trainer. sedangkan media pembelajaran yang tidak lengkap berarti mengajar yang hanya menggunakan sebagian kecil dari kelengkapan di atas. 2. variabel terikat variabel terikat adalah perolehan hasil belajar siswa, yaitu nilai yang diperoleh siswa pada tes akhir setelah dilaksanakan kegiatan belajar mengajar. hasil dan pembahasan hasil agar dalam pelaksanaan dapat menghasilkan hasil yang maksimal, peneliti melakukan kegiatan-kegiatan seperti berikut: 1). pemberian perlakuan (treatment) dengan sengaja diadakan terhadap variabel bebas untuk diamati akibatnya, 2). mengatur pelaksanaan pemberian perlakuan menurut kebutuhan eksperimen dan memanipulasi variabel bebas serta membentuk kelompok pembanding, 3). melakukan pengendalian (kontrol) variabel-variabel yang ikut mempengaruhi variabel kontrol. penelitian dilaksanakan dengan mengelompokkan obyek penelitian menjadi 2 kelompok, yaitu: 1. kelompok pertama adalah kelompok eksperimen (xi) 2. kelompok kedua adalah kelompok pembanding (x2) pada kelompok eksperimen dilaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media pembelajaran yang lengkap yang berupa: modul, pesentasi dengan menggunakan ppt, cut way dan trainer system starter, sedangkan pada kelompok pembanding dilaksanakan kegiatan belajar mengajar tanpa menggunakan media pembelajaran yang lengkap. pada masing-masing kelompok dilaksanakan 2 kali dan setiap akhir kegiatan belajar mengajar dilaksanakan evaluasi berupa tes akhir. tabel 1. nilai post test kelompok eksperimen dan kelompok pembanding kelompok eksperimen kelompok pembanding no nama post test no nama post test 1 aditya cahya d.p. 80 1 abdul faqi 80 2 adi prayitno 70 2 abdul jalil 70 3 agie fiqi ainur r. 90 3 ahmad ghozi 60 4 ahmad silmie f. 80 4 ahmad safi`i 70 5 aldi bagus p. 80 5 alvin aji shaputra 80 6 andika prasetyo 80 6 andi basri 70 7 andre wahyudi 70 7 ariful ridwan 80 8 andri ansyah 70 8 ariset taufik 85 9 ari nanda wijaya 80 9 ariska della a. 70 10 arman cahyo k. 90 10 ashari efendi 75 11 bayu krismana 85 11 bagus susilo 80 vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.56 324 12 bayung ariswandi 75 12 bernas lunarizq z. 80 13 fahmi farid d. 80 13 bustanul arifin 60 14 faiqul abror 75 14 david viqi firman 70 15 franiko cahya p. 80 15 fahrol rozi 80 16 hidayatullah 75 16 fauzanul hakam h. 80 17 ilham firdaus 65 17 ferdi rahman 75 18 imron jasuli 75 18 mashuda 75 19 jefri dwi e. 80 19 moh. angga putra 70 20 jofi haerul umam 80 20 mohammad ali f. 80 21 kevin peter p. 70 21 mohammad farishi 75 22 lutfi habibullah 80 22 muhammad bily s. 65 23 moch. nurul rizqie 75 23 muhammad k. anam 60 24 moh. deni dwi r. 65 24 muhammad k. rosi 80 25 mohammad daniel 75 25 ramadhan dwi nur 80 26 mohammad suhairi 80 26 rian sasmita f. 70 27 mohammad yusuf 90 27 saiful bahri 75 28 mohammad z. 90 28 syevinash arya v. 60 29 ubay dillah r.p. 80 29 vito oka setyadi 80 nilai rata-rata 78 nilai rata-rata 73 tabel 2. rata-rata nilai dan ketuntasan belajar no nama kelompok rata-rata nilai ketuntasan belajar siklus 1 siklus 2 siklus 1 siklus 2 1 kelompok eksperimen 73 78 65% 79% 2 kelompok pembanding 67 73 37% 58% vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.56 325 tabel 3. hasil analisis data uji t variance 0.471675 0.533866995 observations 29 29 pooled variance 0.502771 hypothesized mean difference 0 df 56 t stat (t hitung) 2.407378 p(t<=t) one-tail 0.009694 t critical one-tail 1.672522 p(t<=t) two-tail 0.019388 t critical two-tail (t table) 2.003241 dari data di atas selanjutnya dilakukan pembuktian hipotesis yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. pembahasan 1. dari hasil penelitian di atas terlihat bahwa pada siklus 1 nilai rata-rata pada kelompok eksperimen mencapai 73 dan ketuntasan belajar kelompok 65% sedangkan pada kelompok pembanding rata-rata nilai 67 dan ketuntasan belanjar kelompok mencapai 37%. setelah dilakukan perlakuan pada kelompok eksperimen dengan menggunakan media pembelajaran, terjadi peningkatan nilai rata-rata 78 dan ketuntasan belajar kelompok 79%, sedangkan pada kelompok pembanding rata-rata nilai 73 dan ketuntasan belajar kelompok 58%. 2. adapun analisa data yang dipakai untuk pembuktian hipotesis dalam penelitian in adalah metode analisa data statistik dengan uji t (t -test). dari data post test yang dilakukan diperoleh hasil seperti pada table 3 di atas. dari hasil analisa data yang telah dibahas di atas, maka terbukti perbedaan yang signifikan tentang yang kelompok eksperimen yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran yang lengkap dengan kelompok pembanding yang diajar tanpa menggunakan media yang lengkap pada siswa kelas xi-tkr tahun ajaran 2018/2019. hal ini dapat dilihat pada nilai t hitung yang menunjukkan angka 2,407 dan t table sebesar 2,003 pada taraf signifikasi sebesar 5 % . disimpulkan t hitung > daripada t table. 3. dari data di atas didapat t hitung > daripada t table, sehingga h0 ditolak dan h1 terima dan dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara media pembelajaran dengan prestasi belajar siswa mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan di kompetensi pemeliharaan kelistrikan kendaraan ringan pada standar kompetensi pemeliharaan sistem starter. 4. kegiatan belajar merupakan proses transformasi informasi dari penyampai ke penerima pesan, antara guru dan siswa, dalam transformasi tersebut agar pesan tersebut dapat berlangsung dengan baik perlu adanya sarana, media pembelajaran tersebut itulah sebagai sarana penyampai pesan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan pada akhirnya dapat meingkatkan prestasi belajar. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.56 326 kesimpulan simpulan 1. berdasarkan hasil analisa data terbukti bahwa dengan digunakannya media pembelajaran yang lengkap dalam setiap kegiatan belajar mengajar prestasi belajar siswa selalu mengalami peningkatan. ini terlihat dari perbedaan perolehan hasil belajar pada tes akhir menunjukkan bahwa kelompok eksperimen lebih unggul nilai rata -ratanya dibandingkan dengan kelompok pembanding (kelompok eksperimen nilai rata-rata = 78, sedangkan kelompok pembanding rata-rata = 7,3). 2. dari hasil analisa data yang telah dibahas di atas, maka terbukti ada perbedaan yang signifikan tentang prestasi belajar siswa yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran yang lengkap dengan prestasi belajar siswa yang diajar tanpa menggunakan menggunakan media pembelajaran yang lengkap pada siswa kelas xi-tkr tahun pelajaran 2018-2019 mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan pada standar kompetensi pemeliharaan sistem starter dengan dapat dilihat pada nilai t hitung yang menunjukkan angka 2,407 dan t table 2,003 dimana angka ini diperoleh dari taraf signifikasi (α) 5%. saran saran-saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. kepada guru mata pelajaran teknik kendaraan ringan disarankan agar dalam setiap menyampaikan materi kepada siswa, membiasakan diri menggunakan media pembelajaran yang memadai. sebab dalam penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan media pembelajaran dalam setiap kegiatan belajar mengajar akan memberikan kontribusi yang positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. 2. perlu diperhatikan bahwa dalam penggunaan media harus selalu mempertimbangkan karakteristik siswa, spesifikasi materi, kemampuan sekolah dan kemampuan guru sendiri. daftar rujukan [1] oemar hamalik, (1982). media pendidikan, alumni bandung. [2] oemar hamalik, metode belajar dan kesulitan-kesulitan belajar.bandung : tarsito. [3] djajadisastro, jusuf, (1985), metode mengajar jilid ii, bandung : angkasa [4] djakiri, kosasih, somara (1980), strategi belajar mengajar dalarrr ips. jakarta : proyek pengembangan pendidikan guru (p3g). departemen pendidikan dan kebudayaan. [5] zainuri, soewoko. (1996/1997). sumber dan media pembelajaran ips. bahan penataran untuk guru smk depdikbud direjendikdasmen direktorat menengah umum. [6] nasution, s. (1972). dikdaktik sekolah pendidikan guru. azas-azas dikdaktik metodologi pengajaran dan evaluasi. jakarta: depdikbud. [7] bagio sucahyo, (1985). menjadi guru yang berhasil. surakarta : mutiarasolo. [8] cece wijaya, tabrani rusyam, a. (1991). kemampuan dasar guru dalam pbm. bandung : rosdakarya. [9] ni luh putu ekayani (2017). pentingnya penggunaan media pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. pada: https://www.researchgate.net/publication/315105651 https://www.researchgate.net/publication/315105651 microsoft word 01-nia.doc vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.224 1349 received : 11-08-2021 revised : 13-09-2021 published : 30-09-2021 pentingnya inovasi pendidik untuk meningkatkan kualitas pendidikan lailatul mubarokah, umaymah nurul azizah, alvinariyanti, brylian nurfan nugroho pendidikan guru sekolah dasar, universitas negeri yogyakarta lailatulmubarokah.2019@student.uny.ac.id abstrak: keberhasilan pendidikan tidak hanya terjadi melalui tatanan pendidikan, tetapi juga diperlukan peningkatan kinerja guru dalam melakukan pelaksanaan pendidikan. pendidik merupakan salah satu komponen pendidikan yang berguna untuk melaksanakan jalannya pendidikan. dimana keterampilan pendidik saat ini dituntut melakukan peningkatan kualitas pendidikannya untuk meningkatkan keberhasilan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman saat ini. dalam hal ini diperlukan inovasi sebagai pendidik terkait penemuan baru pada kegiatan mengajar, meneliti, mengembangkan, melatih, mengelola dan memberikan pelayanan di bidang pendidikan. untuk menciptakan inovasi guru hendaknya memiliki karakteristik sebagai berikut; terus belajar, kompeten, ikhlas, disiplin, dan totalitas. kompetensi guru yang harus dikembangkan yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi pedagodik, dan kompetensi profesional. salah satu kompetensi yang berperan dalam meningkatkan inovasi pendidik yaitu kompetensi profesional. hal ini dilakukan pendidik dengan mengikuti pendidikan prajabatan (preservice education) yang dilakukan oleh universitas untuk menyiapkan calon pendidik dan pendidikan dalam jabatan (inservice education) yang merupakan pendidikan, pelatihan dan pengembangan mengenai berbagai keterampilan guru untuk meningkatkan kualitas pengajaran guru yang sesuai dengan perkembangan zaman. selain itu, untuk meningkatkan kompetensi profesional yaitu dengan mengadakan program pembinaan dan pengembangan profesi guru, melakukan penelitian maupun kolaborasi. kata kunci: inovasi; pendidik; kompetensi https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.224 mailto:lailatulmubarokah.2019@student.uny.ac.id vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.224 1350 pendahuluan pendidikan selalu berkembang dalam setiap zaman, akibat hal tersebut pendidik dan tenaga kependidikan harus selalu belajar untuk dapat mengikuti perkembangan zaman dan memberikan pembelajaran yang sesuai kepada siswa. tenaga pendidik haruslah menciptakan pembelajaran yang menarik, kreatif, serta tidak monoton. maka dari itu diperlukan inovasi inovasi terhadap ketenagaan pendidik tersebut. guru adalah salah satu faktor tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal, hal ini karena guru bersinggungan dengan siswa secara langsung dalam menghasilkan lulusan yang diharapkan siap dalam menghadapi kehidupan nyata. pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik (umar tirtaraharja & la sulo). menurut undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 bahwa peran tenaga kependidikan adalah penunjang penyelenggaraan pendidikan. dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidik merupakan seseorang yang memiliki profesi atau keahlian tugas untuk memberi pendidikan bagi peserta didik serta memberikan berbagai pelayanan untuk menunjangkeberlangsungan pendidikan. jenis pendidik dan tenaga kependidikan, menurut peraturan pemerintah (pp) nomor 38 tahun 1992 tanggal 17 juli 1992 pasal 3 ayat (1) sampai (3) yaitu : tenaga kependidikan, tenaga pendidik, p engelola satuan pendidikan. kategori tenaga kependidikan yaitu tenaga kependidikan dapat dibedakan menjadi empat kategori, yaitu: tenaga pendidik, tenaga fungsional kependidikan, tenaga teknis kependidikan, tenaga pengelola satuan pendidikan, tenaga lain. dalam upaya meningkatkan keberhasilan pendidikan guru haruslah meningkatkan kinerja atau prestasi kerja dalam menghadapi tantangan dunia untuk menciptakan sumber daya manusia yang mumpuni (budiarto, 2013). menurut hasil survey yang dilakukan oleh global institue pada 2007, tercatat hanya lima persen peserta didik di indonesia yang mampu mengerjakan soal penalaran berkategori tinggi dengan perbandingan negara korea selatan mencatat 71% siswanya mampu menalar soal yang sama. hasil yang sama juga dicatatkan oleh pisa pada 2009, yang mencatatkan bahwa negara indonesia menempati peringkat 10 besar dari bawah dalam kemampuan literasinya. melihat hal tersebut, dibutuhkan peningkatan mutu pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. hal ini dibutuhkan karena mengingat seiring berkembangnya zaman, tenaga pendidik haruslah mampu mengembangkan ilmu pengetahuan sesuai dengan perkembangan zaman. oleh karena itu tenaga pendidik dalam penyelenggaraan pendidikan haruslah dapat menciptakan inovasi yang dapat menunjang kualitas pendidikan. dengan perkembangan teknologi, komunikasi, dan informasi serta perubahan masyarakat yang lebih demokratis dan terbuka akan menghasilkan suatu dorongan dalam tenaga kependidikan agar melakukan inovasi atau pengemebangan kreativitas, maka dari itu diperlukan adanya inovasi dalam bidang ketenagaan (susilowati, 2010). inovasi merupakan suatu usaha menemukan sesuatu yang baru dengan melakukan kegiatan invention dan discovery. invention adalah suatu penemuan yang benar-benar baru, belum pernah ada. discovery adalah suatu penemuan sesuatu benda dan sesuatu itu memang telah ada sebelumnya (subandiyah, 1992:80). ibrahim (1989) mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.224 vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.224 1351 berdasarkan atas beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah suatu penemuan baru yang berupa penemuan invention, discovery, ide, metode maupun suatu barang. dalam kaitannya dengan inovasi dan penjelasan mengenai tenaga pendidik sesuai dengan undang-undang dapat disimpulkan bahwa inovasi pendidik adalah penemuan kegiatan mengajar, meneliti, mengembangkan, melatih, mengelola dan memberikan pelayanan di bidang pendidikan sesuai dengan pancasila, uud 1945, kebudayaan bangsa serta tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. perubahan atau pembaharuan dalam bidang pendidikan, baik dari segi sistematik maupun parsial dipahami sebagai proses inovasi. sebagai pendidik harus melakukan antisipasi perubahan melalui berbagai inovasi, maka pendidik perlu mengetahui dan menerapkan inovasi agar dapat mengembangkan proses pembelajaran yang kondusif sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal untuk mewujudkan sumber daya manusia yang unggul. dengan inovasi pendidikan diharapkan percepatan kemajuan bangsa dapat dicapai dengan fokus pada perbaikan pendidikan. calon pendidik dan pendidik perlu memahami dasar, tujuan, formulasi dan pengembangan pendidikan sebagai wujud inovasi pendidikan. inovasi yang dilakukan terhadap guru memberikan pengaruh terhadap peran dan fungsi guru dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemajuan pendidikan diperlukanmelalui inovasi dari pendidik sebagai pelaksana praktik pendidikan. berdasarkan hasil kajian literatur yang penulis lakukan, maka penulis membuat rumusan masalah mengenai “inovasi pendidik”. dalam penulisan ini diharapkan dapat mendeskripsikan bagaimana inovasi pendidik dapat berjalan agar mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan menciptakan pendidikan yang berkualitas. hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktisnya. manfaat teoritisnya adalah inovasi pendidik perlu dilakukan untuk menyesuaikan berbagai komponen pendidikan dengan perkembangan zaman. manfaat praktisnya bagi pendidik yaitu mampu meningkatkan kualitas pengajarannya sesuai dengan perkembangan zaman, mampumelakukan berbagai inovasi pendidikan untuk meningkatkan kompetensi siswa agar tercipta siswa yang cakap pada tekhnologi dan mampu melakukan adabtasi pada perkembangan zaman. pembahasan pada prinsipnya, inovatif merupakan sifat pembaharuan atau kreasi baru. kreasi ini berhubungan dengan pendekatan, metode, atau gagasan. dengan kata lain, inovatif berarti kemampuan untuk memperkenalkan sesuatu yang baru. untuk menjadi guru harus memiliki sifat tersebut, ada beberapa cara. kuasai materi sebelum mengajar. materi pelajaran perlu disiapkan oleh para guru dengan mempertimbangkan karakteristik dan kemampuan peserta didiknya. seorang guru harus mengolah materi pembelajaran dalam urutan logis, yang dapat diajarkan (teachable) dan diterima (accesible). kriteria guru inovatif memang belum terumuskan secara jelas. ada beberapa kriteria yang menjadi karakteristik guru inovatif, antara lain sebagai berikut: https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.224 vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.224 1352 1. terus belajar belajar merupakan hal yang harus dilakukan oleh seorang guru inspiratif. perkembangan ilmu pengetahuan menjadi tantangan bagi guru untuk terus mengikutinya. akses menambah ilmu semakin terbuka, sumber pengetahuan tidak hanya dari buku, tetapi juga beragam sumber belajar yang dapat diakses. salah satu cara untuk meraih ilmu sebanyak-banyaknya adalah dengan belajar secara konstruktif. belajar terus menerus bagi seseorang guru akan menjadikan mengajar senantiasa menarik. semangat menambah pengetahuan harus terus dipupuk agar seseorang guru mampu mewujudkan dirinya sebagai seorang guru inspiratif. 2. kompeten kata “kompeten” menjadi kunci penting dalam konsep pendidikan. kompetensi menjadi standar yang harus dicapai oleh guru dan siswa. bagi seorang guru inspiratif, ada tiga jenis kompetensi yang harus dimilikinya, yaitu kompetensi profesional, kompetensi profesional, kompetensi personal dan kompetensi sosial. 3. ikhlas bagi guru yang mengajar dengan landasan ikhlas, mengajar merupakan tugas yang dijalankan dengan penuh kekhusukan. tidak ada pamrih apa pun dari tugasnya sebagai pendidik, selain tujuan untuk memberikan ilmu yang bermanfaat kepada siswanya. guru akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan siswanya. pengaruh ini kadang tidak bisa diukur secara empiris-matematis sesaat, tetapi dalam jangka waktu yang panjang, siswa akan merasakan manfaat dari pembelajaran yang diberikan oleh gurunya. 4. spiritualisasi aspek spiritualisasi menjadi aspek penting dalam memengaruhi sisi inspiratif atau tidaknya seorang guru. bagi seorang guru, aspek spiritualitas merupakan aspek yang harus dimiliki sebab guru bukan hanya penyampai materi, melainkan juga sumber inspirasi spiritual sekaligus sebagai pembimbing sehingga terjalin hubungan pribadi antara guru dan anak didik yang cukup dekat serta mampu melahirkan keterpaduan bimbingan rohani dan akhlak dengan materi pelajarannya. hal ini dibuktikan dengan perilaku dan kegiatan sehari-harinya yang dilandasi oleh nilai-nilai agama. apa pun yang dilakukan oleh seorang guru, terutama mengajar, harus dilandasi dengan semangat dan nilai keagamaan secara mendalam. dalam proses pembelajaran, ada beberapa aspek penting yang bernilai spiritualitas yang harus dipertimbangkan oleh guru, yaitu niat sebagai titik tolak semua kegiatan, doa, dan ikhlas dalam menjalankan tugasnya. dengan keikhilasan, pekerjaan mengajar akan terasa ringan, nikmat, penuh penghayatan, dan tidak terbebani oleh aspekaspek lain. 5. totalitas totalitas merupakan penghayatan dan implementasi profesi yang dilaksanakan secara utuh. dalam kaitannya dengan totalitas, menarik untuk merenungi pernyataan win wenger (1991), “apa pun bidang yang sedang dipelajari, tenggelamkan diri anda ke dalamnya. bangunlah hubungan saraf indriawi (neuronsensori) dengannya sebanyak https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.224 vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.224 1353 mungkin indra dan imajimasi anda”. sebagai seorang guru, totalitas bermakna menekuni profesi guru dalam segenap kegiatannya. profesi guru dikatakan totalitas apabila telah mendarah daging dan sangat erat dengan kehidupan sehari-hari. 6. dapat menjadi motivator banyak guru yang mengajar tidak menemukan motivasi dalam diri siswanya. banyak guru yang mengajar tidak menemukan motivasi dalam diri siswanya. kita dapat belajar tentang motivasi ini dari ira shor dan paulo faire. dalam buku yang berbentuk dialog, ira mengatakan bahwa ketika memulai suatu pelajaran, ia mencoba menggambarkan profil motivasi pengetahuan serta ketrampilan kognitif yang sudah mereka miliki. ia berhasil menemukan hal ini karena berhasil mengamati dengan cermat apa yang siswa tulis, katakan dan lakukan. walaupun demikian, untuk keberhasilan tersebut, ia membangun atmosfer sehingga siswa setuju untuk berbicara, menulis dan melakukan hal-hal yang mereka inginkan. untuk mendorong agar para siswa mau berbicara, guru harus menahan diri untuk tidak banyak berbicara. berikan kesempatan kepada para siswa untuk lebih banyak mengungkapkan segala hal yang ada dalam pikirannya. dengan begitu, ia menemukan banyak siswa yang serius berdialog dan sama aktifnya dengan guru. 7. pendorong perubahan guru inspiratif akan meninggalkan pengaruh kuat dalam diri pada siswanya. mereka akan terus dikenang, menimbulkan spirit, dan energi perubahan yang besar, serta menjadikan kehidupan para siswanya senantiasa bergerak menuju kearah yang lebih baik. guru semacam inilah yang banyak melahirkan tokoh besar. 8. disiplin disiplin dalam mengajar, seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa disiplin memiliki makna membiasakan diri. dalam hal mengajar, tujuan disiplin adalah membantu siswa agar lebih menyukai setiap pelajaran di sekolah dan bisa lebih memahami setiap pelajaran yang diberikan supaya lebih menjadi mudah dan efektif. disiplin di sekolah bisa menjadi efektif jika guru menerapkan caracara atau metode belajar yang efektif. dalam lembaga pendidikan formal, guru memiliki tugas pokok serta fungsi yang bersifat multiperan, yaitu sebagai pendidik, pelajar, dan pelatih. dalam kejelasannya, istilah pendidik merujuk pada pembinaan dan pengembangan afeksi peserta didik, sedangka istilah pengajar lebih kepada pembinaan dan pengembangan pengetahuan atau asah otak intelektual. selain itu meskipun tidak lazim, guru juga mendapat predikat sebagai pelatih dimana hal ini merujuk kepada pembinaan dan pengembangan keterampilan peserta didik, seperti yang dilakukan oleh guru keterampilan. menurut muh. uzer usman (rusdiana, 2014), secara umum peranan pendidik dalam dunia pendidikan dapat dikelompokkan dalam empat peranan, yaitu (1) peranan dalam proses belajar mengajar, pendidik sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator, fasilitator, dan evaluator, (2) peranan dalam pengadministrasian, (3) peranan secara pribadi, dan (4) peranan secara psikologis. abudin nata (rusdiana, 2014) menguraikan bahwa peranan pendidik adalah melaksanakan inspiring teaching, yaitu melalui kegiatan mengajar mampu mengilhami muridmuridnya. maksudnya, pendidik yang mengembangkan gagasan-gagasan besar dari https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.224 vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.224 1354 peserta didik untuk lebih diperdalam lagi selama proses pembelajaran berlangsung, baik dalam kelas maupun di luar kelas. kemudian dalam dalam uu sisdiknas 1989 pasal 31 ayat 4 dinyatakan bahwa tenaga kependidikan berkewajiban untuk berusaha mengembangkan kemampuan profesionalnya sesuai dengan tuntutan iptek dan pembangunan bangsa. tenaga pendidik merupakan salah satu organisasi profesi yang dimana anggotanya adalah para praktisi, yang menetapkan dirinya sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitasnya sebagai individu. menurut pp. no 38 tahun 1992 pasal 68, tenaga pendidik yang tergabung dalam organisasi profesi kependidikan memiliki 5 misi dan tujuan dalam keberlangsungannya, yaitu : (1) meningkatkan dan/atau mengembangkan karier anggota, (2) meningkatkan dan/atau mengembangkan kemampuan anggota, (3) meningkatkan dan mengembangkan kewenangan professional anggota, (4) meningkatkan dan/atau mengembangkan martabat anggota, serta (5) meningkatkan dan mengembangkan kesejahteraan. selain memiliki misi dan tujuan, organisasi kependidikan juga berfungsi sebagai berikut, yaitu : 1. fungsi pemersatu. kelahiran suatu organisasi profesi tidak terlepas dari motif yang mendasarinya, yaitu dorongan yang menggerakan para profesional untuk membentuk suatu organisasi keprofesian. 2. fungsi peningkatan kemampuan profesional. fungsi ini secara jelas tertuang dalam pp no. 38 tahun 1992, pasal 61 yang menyebutkan “tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat dan kesejahteraan tenaga kependidikan.” berkaitan dengan hal tersebut, untuk dapat menjalankan misi, tujuan, beserta fungsinya tentulah tenaga pendidik harus memiliki kompetensi dalam berbagai aspek. dalam permen no. 16 tahun 2007 disebutkan bahwa tenaga pendidik harus memiliki kompetensi sebagai berikut: 1. kompetensi kepribadian, yaitu penampilan fisik yang baik, penampilan sikap, penampilan intelektual, penampilan spiritual, advertising (ketahanan diri). 2. kompetensi pedagogic, yaitu pendidik harus mampu memahami karakteristik anak, mampu menyusun perencanaan, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, menganalisis, dan tindak lanjut, mampu memotivasi. 3. kompetensi sosial, yaitu melakukan hubungan baik dengan keluarga, anak didik dan orangtua, teman-temannya, pimpinannya, masyarakat yang lebih luas. 4. kompetensi profesional, pendidik harus meningkatkan kemampuan dan wawasan dengan mengikuti diklat, seminar, mengaktifkan mgmp dan kkg, melakukan penelitian tindakan, melanjutkan kuliah kejenjang yang lebih tinggi lagi. pendidikan dan pelatihan pendidik pptg dan ptk pada umumnya terdiri atas dua jenis, yaitu pendidikan prajabatan (preservice education) dan pendidikan dalam jabatan (inservice education). menurut page dan thomas (1978), pendidikan prajabatan merupakan pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh lembaga jenjang universitas atau kolose (university or college) pendidikan, untuk menyiapkan mahasiswa yang hendak meniti karier dalam bidang pengajaran. adapun pendidikan dalam jabatan (inservice education) merupakan pendidikan, pelatihan, dan https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.224 vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.224 1355 pengembangan diorganisasikan secara beragam dan berspektrum luas dengan tujuan meningkatkan keterampilan, sikap, pemahaman, atau performansi yang dibutuhkan tenaga kependidikan saat ini dan pada masa mendatang. menurut abdal-haqq dalam eric digest (supriadi, 1977), kecenderungan baru dalam pendidikan, pelatihan, dan pengembangan tenaga guru yang dimaksud adalah: (a) membasiskan pada program latihan; (b) menyiapkan guru untuk menguji dan mengakses kemampuan praktis dirinya; (c) mengorganisasikan dengan pendekatan kolegialitas; (d) memfokuskan pada partisipasi guru dalam proses pembuatan keputusan mengenai isu-isu esensial di lingkungan sekolah; (e) membantu guru-guru yang dipandang masih lemah pada beberapa aspek tertentu dari kompetensinya. diklat pendidik dan tenaga kependidikan sendiri memiliki beberapa komponen. berdasarkan hasil analisis terhadap sejumlah literatur, bruce joyce (1990) mengidentifikasi komponen pelatihan yang telah dikaji dengan sejumlah cara. komponen-komponen utama pelatihan, yaitu: a) penyajian teori; b) peragaan atau pedemonstrasian keterampilan keterampilan atau model-model; c) praktik yang disimulasikan dan seting kelas; d) umpan balik terstruktur; e) umpan balik open-ended; dan f) pembekalan untuk aplikasi. diklat pendidik dan tenaga kependidikan menerapkan pendekatan pelatihan berbasis kompetensi (competency base training), yang orientasinya pada pencapaian kemampuan peserta pelatihan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya secara utuh. inovasi pengembangan profesionalitas pendidik teknologi sudah masuk ke berbagai bidang kehidupan manusia. pengertian teknologi sebenrnya tidak hanya berkaitan dengan perangkat keras atau alat dari produksi industri elektronika. teknologi juga diterapkan dalam konteks pendidikan. pengertian teknologi pendidikan menurut the association for educational communications and technology (aect) (rusdiana, 2014) adalah bidang ilmu yang mempelajari secara teoretis dan praktik beretika dalam memfasilitasi dan meningkatkan kinerja pembelajaran melalui penciptaan, penggunaan, dan pengelolaan proses, serta sumber teknologi yang tepat. menjawab tantangan menjadi guru profesional di era teknologi menjadi salah satu hal yang mendesak. guru yang profesional menurut yamin dan maisah (syafaruddin,dkk. 2012) adalah guru yang mengedepankan mutu dan kualitas layanan dan produknya. layanan guru tersebut harus memenuhi standarisasi kebutuhan masyarakat, bangsa, dan pengguna serta memaksimalkan kemampuan peserta didik berdasar potensi dan kecakapan yang dimiliki masing-masing. peningkatan kemampuan profesional guru dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk membantu guru yang belum matang menjadi matang, yang tidak mampu mengelola sendiri menjadi mampu mengelola sendiri, yang belum memenuhi kualifikasi menjadi memenuhi kualifikasi. kematangan, kemampuan, dan kualifikasi inilah yang menjadi ciri-ciri dari profesional. oleh karena itu, bafadal (syafaruddin, dkk. 2012) mengartikan peningkatan kemampuan profesional guru sebagai upaya membantu guru yang belum profesional menjadi guru profesional. berdasarkan beberapa pendapat di atas, selain tantangan, era teknologi informasi di sisi lain memberikan peluang bagi guru untuk mempersiapkan dan mengembangkan kemampuan diri dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam memudahkan pembelajaran di sekolah. https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.224 vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.224 1356 oleh karena itu, inovasi peningkatan profesionalitas guru sangat perlu dilakukan karena guru memegang peranan penting tehadap keberhasilan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar dan berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. cara pertama untuk meningkatkan profesionalitas pendidik yaitu dengan mengadakan program pembinaan dan pengembangan profesi guru. adapun program pembinaan dan pengembangan profesi guru yang dicanangkan oleh pemerintah dalam inovasi pengembangan profesional pendidik (rusdiana, 2014) adalah sebagai berikut: 1. kualifikasi akademik, yaitu ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan. hal ini juga sejalan dengan pendapat dari hardianto (2009) bahwa perlu dirumuskan satu mekanisme agar guru senantiasa mengasah kemampuan dan menambah wawasannya. mekanisme tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan gerakan membaca bagi para guru. adanya gerakan membaca diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas, daya analitis, ideide inovatif atau memunculkan gagasangagasan baru. 2. sertifikasi guru, yaitu suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi (syafaruddin, 2012). sertifikasi guru bertujuan untuk (a) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, (b) meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, (c) meningkatkan martabat guru, (d) meningkatkan profesionalitas guru. dengan adanya inovasi sertifikasi guru ini menjadi salah satu upaya untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas dan upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru yang berkelanjutan. 3. peningkatan kompetensi, yaitu dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya pendidikan dan pelatihan, uji stertifikasi, dan memberi kesempatan perbaikan pembelajaran. perbaikan pembelajaran dapat dilakukan guru dengan melakukanpenelitian tindkan kelas, sehingga dapat mengatasi permasalahan di kelas yang bersangkutan. 4. pengembangan karir, yaitu kegiatan yang dilakukan guru untuk memelihara, meningkatkan, dan memperbaharui kompetensi guru untuk meningkatkan kualitas pengerjaan tugas guru atau kinerja guru ((tambunan, 2017). pengembangan karir dilakukan dengan cara guru berpartisipasi dalam forum atau kegiatan ilmiah profesional dan melaksanakan penelitian atau pengkajian kerja profesionalnya baik secara individual maupun kolaboratif. 5. penghargaan dan perlindungan, yaitu jaminan terhadap perlindungan hukum, , profesi dan keselamatan kerja. setiap guru berhak mendapatkan perlindungan dalam melaksanakan tugasnya. perlindungan untuk guru mencakup perlindungan hukum, profesi, serta keselamatan dan dan kesehatan kerja. sedangkan penghargaan guru sudah diatur uu republik indonesia no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. bentuk penghargaan yang diberikan berupa tanda jasa, kenaikan pangkat istimewa atau jabatan, uang atau barang, piagam, atau bentuk penghargaan lainnya. dengan demikian, adanya penghargaan dan perlindungan terhadap guru dapat meningkatkan motivasi guru dalam menciptakan pembelajaran yang lebih baik dan dapat berkerja dan berkarya dengan rasa aman serta nyaman tanpa ada tekana dari pihak lain. https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.224 vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.224 1357 6. perencanaan kebutuhan guru, yaitu proses untuk menentukan jumlah guru yang dibutuhkan agar tenaga guru dapat terpenuhi dan seimbang antara permintaan (demand) dan persediaan (supplay) guru. hal ini dimaksudkan agar masalah terkait kekurangan atau tidak adanya pengajar di suatu sekolah bisa teratasi. 7. tunjangan guru, merupakan insentif bagi guru yang sebaiknya diberikan dengan mempertimbangkan : (a) kesulitan tempat bertugas, (b) kemampuan, keterampilan, dan kreatifitas guru, (c) fungsi, tugas, dan peranan guru di sekolah, (c) prestasi guru dalam mengajar, menyiapkan bahan ajar, menulis, meneliti, dan membimbing, serta berhubungan dengan stakeholder. cara kedua untuk meningkatkan profesionalitas pendidik yaitu membangun hubungan yang logis untuk peningkatan dalam rangka pengembangan profesional. adapun preposisi atau hubungan logis tersebut, meliputi: 1. tugas-tugas atau kegiatan pendidikan dalam jabatan yang berkelanjutan dapat mengembangkan kompetensi profesional guru secara reguler, meningkatkan mutu sekolah, dan memperkaya khazanah kehidupan individual guru. 2. latihan meneliti akan mendorong guru untuk menemukan ide pengembangan profesional. 3. hambatan dalam mengaplikasikan pengalaman menuntut adanya perluasan kegiatan pelatihan secara besar-besaran bagi guru. 4. guru dapat menjadi peserta pelatihan yang efektif dibandingkan dengan staf lainnya. 5. kolaborasi pemerintahan dengan sekolah dan personel atau tokoh masyarakat sangat esensial. kepala sekolah, guru, anggota masyarakat, personel universitas, dan asisten teknis, semuanya muncul menjadi vital bagi usaha membangun lingkungan yang menarik dan keterlibatannya sangan krusial. simpulan berdasarkan penulisan ini dapat disimpulkan bahwa inovasi pendidik dapat diartikan sebagai penemuan, ide, maupun metode kegiatan mengajar, meneliti, mengembangkan, melatih, mengelola dan memberikan pelayanan kepada pendidik di bidang pendidikan. inovasi pendidik perlu dilakukan karena guru memberikan pengaruh terhadap peran dan fungsi guru dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran. beberapa kriteria guru yang inovatif yaitu terus belajar, kompeten, ikhlas, disiplin, totalitas, pendorong perubahan, dan lain-lain. seorang guru harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan perannya. inovasi pendidik yang dapat dilakukan agar kualitas pendidik dan pendidikan semakin baik yaitu dengan pendidikan dan pelatihan pendidik. kegiatan ini berupa pptg, pendidikan tenaga kependidikan (ptk), dan diklat. sedangkan inovasi untuk meningkatkan profesionalitas pendidik meliputi peningkatan kualifikasi, sertifikasi guru, peningkatan kompetensi, pengembangan karier, penghargaan dan perlindungan, perencanaan kebutuhan guru, dan tunjangan guru. pelaksanaan inovasi pendidik memiliki kendala diantaranya terkait kesempatan belajar, ketersediaan fasilitas atau sarana prasarana. adapun solusi untuk mengatasi kendala dalam melakukan inovasi terhadap pendidik yaitu dengan mengadakan latihan meneliti dan melakukan kolaborasi pemerintahan dengan sekolah dan personel atau tokoh masyarakat sangatesensial. https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.224 vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.224 1358 saran inovasi pendidik merupakan suatu hal yang sangat penting. hal ini dikarenakan pendidik memegang peranan utama dalam keberhasilan belajar mengajar yang tentunya akan berdampak pada kualitas dan mutu pendidikan. pemerintah dan guru perlu mengoptialkan inovasi-inovasi yang sudah dirancang atau yang sedang berjalan. inovasi tersebut sebaiknya juga dilakukan evaluasi agar program yang dijalankan bisa berkelanjutan. pelatihan sekali atau dua kali bukan menjadi jaminan bahwa guru sudah profesional. oleh karena itu, perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak agar pendidik di indonesia semakin berkualitas dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. daftar rujukan hardianto, deni. (2009). pendidikan guru dan upaya meningkatkan profesionalisme guru. seminar nasional iptpi. 1-10. mulyasa, e. (2005). menjadi guru profesional. bandung: remaja rosdakarya. naim, ngainun. (2009). menjadi guru inspiratif. yogyakarta: pustaka pelajar. rusdiana, a. (2014). konsep inovasi pendidikan. bandung: pustaka setia. sukanti. 2008. meningkatkan kompetensi guru melalui pelaksanaan penelitian tindakan kelas. jurnal pendidikan akuntansi indonesia.6(1). 1-11. syafaruddin, dkk. (2012). inovasi pendidikan. medan: perdana publishing tambunan, tumpal. (2017). pengembangan karir guru menuju indonesia emas. seminar nasional pendidikan dasar universitas negeri medan tartanto, subiyat. (2006). inovasi kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar. yogyakarta: uny press https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.224 pendahuluan pembahasan pendidikan dan pelatihan pendidik inovasi pengembangan profesionalitas pendidik simpulan saran daftar rujukan microsoft word 07-kosawa.docx vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.186 1008 received : 22-05-2021 revised : 12-06-2021 published : 29-07-2021 meningkatan keterampilan menulis deskripsi bahasa inggris melalui pembelajaran berbasis projek pada siswa smp koswara smp negeri 1 cikancung, indonesia smp_cikancung_1@yahoo.com abstrak: dengan meningkatnya hasil belajar siswa, diharapkan hasil tulisan siswa menjadi lebih baik. penelitian dilakukan dalam tiga siklus, dengan masinig-masing siklus terdiri dari empat langkah dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh arikunto, yaitu ( 1 ) rancangan/rencana awal, (2) kegiatan dan pengamatan, (3) refleksi, dan (4) rancangan/rencana yang direfisi. berdasarkan hasil penelitian selama tindakan, ada perubahan yang signifikan dari hasil belajar siswa kelas vii/h smp negeri 1 cikancung semester 2 tahun ajaran 2019/2020 dalam mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu ketika digunakan menggunakan metode pembelajaran berbasis projek. sebelum dilakukan penelitian siswa diberikan soal pre-tes, dan hanya 22,5% siswa yang mampu menulis teks deskriptive. pada tahap siklus 1 ada peningkatan siswa yang mampu menulis teks deskriptive menjadi 57,5 , sedangkan pada siklus ke dua menjadi 87,5%. dengan demikian dapat disimpulan bahwa penggunaan strategi menggunakan metode pembelajaran berbasis projek dapat meningkatakan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis teks deskriptive. kata kunci: menulis deskriptif; pembelajaran berbasis projek; bahasa inggris vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.186 1009 pendahuluan pada pendidikan bahasa inggris terdapat 4 ketermapilan berbahasa, ialah mendengar (listening), membaca (reading), berdialog (speaking) serta menulis (writing). pada pendidikan bahasa inggris smp baik kelas 7, 8, serta 9, pelajaran menulis (writing) ialah salah satu kompetensi yang wajib diajarkan pada siswa. silabus pendidikan bahasa inggris kelas 7 semester genap kd 3.7, memberikan mandat supaya siswa sanggup: memperbandingkan fungsi sosial, struktur bacaan, serta faktor kebahasaan di sejumlah wacana deskriptif lisan serta tulis dengan berikan serta memohon data terpaut dengan deskripsi orang, fauna, serta barang sangat pendek serta simpel, cocok dengan konteks penggunaannya. bersumber pada pengalaman, keahlian siswa di sekolah tempat periset mengajar, ialah smp negeri 1 cikancung, menulis, terutama menulis descriptive text tetap menjadi permasalahan untuk siswa. lewat adanya observasi sepanjang pendidikan tetap saja sering dijumpai siswa yang hadapi kebimbangan untuk meningkatkan narasinya serta tidak seluruh siswa dapat menuntaskan tugas-tugas yang dberikan dengan baik. perihal tersebut menjadikan ketercapaian siswa terutama pada kecakapan menulis masih rendah. tidak hanya itu, berdasarkan observasi peneliti, kecenderungan dari guru yakni melaksanakan proses pendidikan yang monoton, kurangnya membiasakan antara tata cara dengan modul pokok, dengan demikian nampak kurang variatif (lebih ke arah teori-teori saja), serta guru lebih kerap memakai tata cara ceramah. perihal ini hendak bawa atmosfer belajar jadi membosankan serta tidak bisa meningkatkan keahlian siswa terkait bahasa inggris. hanya 10 dari 39 siswa (25, 64%) kelas vii/ h smp n 1 cikancung tahun ajaran 2019/ 20120 pada semester 2 dapat mengatakan arti dalam bacaan tulis fungsional serta esei pendek sangat simpel berupa deskriptif buat berhubungan dengan area terdekat dengan baik, yang mana hal tersebut mangindikasikan rendahnya prestasi belajar peserta didik. dalam menanggulangi kasus siswa tersebut, periset berupaya mempraktikkan tata cara pendidikan berbasis projek (project-based learning=pjbl). baik proses pada siswa kelas vii/ h di smp negeri 1 cikancung. usaha pendidik dalam peningkatan proses belajar mengajar terkait penulisan teks deskriptif butuh adanya pengkajian melalui penggunaan pendidikan yang basisnya projek (project-based learning=pjbl). berdasarkan pendapat kemendikbud (2014: 32), prose belajar mengajar tersebut merupakan model pembelajaran yang memakai projek/ aktivitas yang dijadikan media. para siswa melaksanakan penjajakan, evaluasi, pemahaman, sintesa, serta data buat menciptakan bermacam wujud hasil belajar. proses belajar mengajar yang basisnya projek dirancang untuk difungsikan dalam kasus yang tidak sederhana yang dibutuhkan partisipan dari siswa dalam melaksanakan insvestigasi serta memahami. sehingga, peneliti berharap pemakaian pendidikan berbasis projek dapat tingkatkan keahlian siswa dalam menulis paragraf deskripsi bahasa inggris. fokus riset yang dilakukan yakni peningkatan hasil belajar siswa kelas vii/ h smp negeri 1 cikancung pada semester 2 tahun ajaran 2019/ 2020 (sasaran 80%) siswa bisa menggapai kriteria ketuntasan minimun (kkm) dalam proses belajar mengajar kepenulisan bahasa inggris. dalam pembahasan pembelajaran menulis ini yakni membuat deskripsi barang, orang, ataupun suatu tempat untuk tujuan melakukan interaksi dengan area di sekitar. landasan teoritik descriptive text descriptive text ialah tipe bacaan yang sering kali dijumpai di sekitar kita dalam kehidupan untuk menggambarkan manusia, tempat, barang, tumbuhan dan hewan atau yang vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.186 1010 lainnya. descriptive text merupakan suatu bacaan bahasa inggris sebagai penggambaran atau visualisasi dari barang ataupun mahluk hidup yang dideskripsikan, yang dijelaskan dari sisi suara, bau, visualisasi atau tekstur dari barang ataupun makhluk hidup. komunikatif dari deskriptif teks bertujuan sebagai penggambaran serta mendeskripsikan karakteristik identitas dari barang, tempat, ataupun mahluk tertentu secara universal, tanpa terdapatnya studi, penelitian ataupun riset secara serius dan komperhensif. sistematika teks deskriptif teks deskriptif itu sendiri masing-masing memiliki dua sisi yang termasuk karakteristik dari dari teks deskriptif, yakni seperti berikut: a. identification identification merupakan salah satu komponen dari teks deskriptif yang isinya terkait topik atau apa yang digambarkan maupun dideskripsikan. b. description description adalah bagian terakhir dari komponen descriptive text yang memuat proses menggambar dan membahas terkait topik atau apa yang terdapat pada identification yang berkaitan visualisasi fisik, mutu, perilaku umum ataupun sifat-sifatnya. ciri teks deskriptif dari kebahasan kalimat present tense digunakan dalam teks deskriptif menggunakan present tense, seperti: go, eat, fly, etc. a. descriptive text, di dalamnya digunakan bermacam-macam kata sifat (adjectives) yang sifatnya describing (mengambarkan), numbering (penomeran), serta classifying (pengklasifikasian), seperti: two sharp eyes, strong hooves, etc. b. descriptive text, di dalamnya digunakan relating verbs dalam proses pemberian informasi terkait subyek, seperti: his house is realy big, it has very thick fur, etc. c. descriptive text, di dalamnya digunakan kata kerja berfikir (thinking verbs), seperti believe, think, etc.) dan kata kerja perasa (feeling verbs, seperti feel), dalam proses pengungkapan persepsi pribadi penulis terkait subyek, seperti: i'm sure the thief is experienced, he thought it was a great idea. d. descriptive text, didalamnya adverbs (kata keterangan) juga digunakan dalam pemberian informasi tambahan terkait sifat (adjective) maupun perilaku yang diterangkan, seperti: it’s so far away, etc. pengertian model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) proyek merupakan tugas yang tidak sederhana, bersumber pada topik yang menantang, yang mengaitkan siswa pada proses desain, membongkar permasalahan, menentukan putusan, ataupun aktivitas penelusuran; memberi peluang pada peserta didik kepada siswa dalam bekerja pada kurun waktu yang ditentukan untuk menciptakan produk (thomas, mergendoller, and michaelson, 1999). penyusunan projek ditujukan untuk sejumlah hal. berdasarkan pendapat stoller (2006) terdapat 3 tipe projek bersumber pada watak serta rentetan aktivitasnya, ialah: (1) projek tersusun, yaitu dari sisi bahan metodologi, presentasi serta serta topik ditentukan oleh guru; (2) projek tak tersusun yang paling utama dipahami oleh siswa sendiri; (3) projek semi terstruktur yang diartikan serta diatur sebagiannya oleh siswa dan sebagiannya oleh guru. bagi kemendikbud (2014: 32), model dari belajar mengajar tersebut merupakan proses belajar mengajar yang memakai proyek/ aktivitas yang dijadikan media. para siswa melaksanakan penjajakan, evaluasi, pemaknaan, sintesa, serta data buat menciptakan bermacam wujud hasil vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.186 1011 belajar. belajar mengajar yang basisnya projek ialah model pembelajaran yang memakai permasalahan yang menjadi tahapan dini pada pengumpulan serta pengintegrasian wawasan baru bersumber pada pengalaman saat melaksanakan aktivitas aktual. belajar mengajar yang basisnya projek didesain agar dapat difungsikan dalam kasus yang rumit yang dibutuhkan murid atau siswa dalam melaksanakan penyidikan serta pemahamannya. dengan demikian, diharapkan pemakaian pendidikan berbasis projek dapat tingkatkan keahlian siswa dalam menulis paragraf deskripsi bahasa inggris. mengacu pada uraian tersebut bisa diambil kesimpulan bahwasannya pbp (pembelajaran berbasis projek) merupakan aktivitas pendidikan belajar mengajar yang menggunakan proyek/ aktivitas yang dijadikan sebagai prosesnya untuk menggapai kompetensi perilaku, pengetahuan serta keterampilan. proses belajar mengajar ditekankan pada aktivitas-aktivitas murid atau siswa dalam menciptakan produk melalui proses mempraktikkan keahlian mempelajari, membuat, menganalisa hingga pada proses menjelaskan atau menjabarkan produk pendidikan bersumber pada realita yang dialami. maksud dari produk tersebut yakni hasil proyek dalam wujud kerangka, karya seni, rancangan, karya tulis, prakarya, teknologi, serta yang lainnya. para murid atau siswa pada metode ini diperkenankan melakukan pekerjaan sendiri ataupun kelompok untuk menciptakan produk yang aktual. orientasi dari model belajar mengajar ini cenderung ke arah proses memanfaatkan teknologi serta media untuk menghasilkan proses serta kegiatan pendidikan yang diinginkan. perlu adanya percobaan sesi maupun tahapan berkelanjutan (sistematis) serta merata (holistis) dalam proses memanfaaatkan pendekatan desain belajar mengajar assure supaya bisa membagikan hasil yang dimaksimalkan ialah terciptanya pendidikan sukses. metode ptk atau penelitian tindakan kelas dijadikan pendekatan pada penelitian ini. berdasarkan pendapat arikunto (2009: 18) penelitian tindakan sendiri yakni peneliti bekerja sama dengan guru melakukan kerja sama selama penelitian berlangsung (guru juga berperan sebagai peneliti) yang dilakukan di tempat guru tersebut mengajar yang difokuskan pada proses meningkatkan dan menyempurnakan belajar mengajar. pada penelitian yang dilakukan menggunakan instrument seperti di bawah ini : 1. rpp tahapan-tahapan dalam sebuah pembelajaran dijelaskan dengan adanya rpp ini khususnya terkait kemampuan dasar kepenulisan teks deskripsi dalam bahasa inggris yang dilakukan melalui project-based learning. 2. lembar observasi proses pembelajaran lembar observasi (lembar pengamatan) dapat difungsikan dalam menilai pembelajaran. materi pembelajaran digunakan untuk acuan pada penyusunan lembar pengamatan tersebut yang dikembangkan oleh pihak guru yang disesuaikan dengan karakteristik taraf kapabilitas berfikir dan bidang studi siswa. 3. soal tertulis untuk hasil belajar soal tertulis tersebut digunakan penili sebagai pemerolehan data. dan lembar rpp difungsikan sebagai rencana dalam melaksanakan proses belajar mengajar yakni format telaah rpp kurikulum 2013. lebar pengamatan dijadikan sumber acuan aktivitas belajar siswa. vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.186 1012 teknik pengumpulan data. dalam rangka mendapatkan informasi yang diharapkan tentunya peneliti memakai uji. rencana penerapan proses belajar mengajar pengukurannya menggunakan lembar rancangan pembelajaran ialah model analisa dari rpp kurikulum 2013. kegiatan belajar siswa diperoleh lewat lembar observasi siswa. uji kemampuan menulis dijadikan sebagai proses menghimpun data. evaluasi hasil akhir tulisan siswa dengan mencermati 5 aspek sebagaimana yang diungkapkan heaton (1983: 146), ialah: pemakaian gramar, kosa kata, konten teks deskriptif, mekanisme serta pengorganisasian karangan. pada studi tindakan kelas bisa diidentifikasi berhasil atau tidaknya dapat ditinjau melalui indicator di bawah berikut. a. evaluasi rpp memakai instrumen perlengkapan evaluasi rpp guru. keahlian guru dalam merancang pendidikan sukses bila hadapi kenaikan nilai pada tiap siklus. b. pada proses penerapan pendidikan, terjalin kenaikan kegiatan siswa yang aktif di masing-masing siklus, di siklus 1 46%, siklus 2 70% serta persentase kegiatan belajar siswa pad siklus ii megalami kenaikan yang signifinant, ialah 82% hingga hasil pada belajar siswa terletak di rentangan meannya > 71 yang rentangan kualitatifnya berarti b (baik) serta diperoleh 70% dari keseluruhan peserta didik yang mana peserta didik melaksanakan kualifikasi positif dalam penanda kegiatan peserta didik. c. kisi-kisi instrument dengan kriteria evaluasi sangat kurang baik, kurang baik, baik, sangat baik. masingmasing aspek mempunyai rentangan nilai 15. d. terjalin kenaikan keahlian untuk hasil pencapaian pembelajaran dalam menulis teks deskrptif bahasa inggris di tiap siklusnya, serta siklusnya diberhentikan bila peserta didik sanggup menggapai kkm (kriteria ketuntasan minimum) yang sudah diresmikan ialah menemukan nilai minimun 71 serta siswa yang tuntas menggapai 82% dari jumlah siswa. alat pengumpul data. dengan teknik mengumpulkan data yang melalui proses penilaian hasil belajar, pengamatan siswa, serta melakukan wawancara sejumlah siswa kelas vii/h, sehingga instrumen yang digunakan dalam proses mengumpulkan data yakni lembar pengamatan, pedoman wawancara serta hasil yang ditulis peserta didik. hasil dan pembahasan hasil penelitian proyek penulisan teks deskriptif merupakan proyek yang dibagikan pada peserta didik. di siklus awal, peserta didik dimohon membuat teks deskriptif terkait tempat untuk liburan kesukaan mereka di awal siklus ini. kemudian peserta didik di siklus ke-2 dimohon untuk menemukan foto tempat liburan di jejaring sosial yang dilakukan dengan kelompoknya, kemudian dari gambar yang didapatnya tersebut masing-masing individu dari peserta didik membuat karangan teks descriptif. lalu peserta didik diminta membuat desain foto suatu tempat liburan yang didasarkan pada kemauan mereka di siklus ketiga. sesudah desain foto tempat liburan tersebut jadi, peserta didik dimohon menyusun teks deskripsi terkait tempat liburan tersebut. mayoritas siswa masih belum aktif untuk ikut serta pada proses belajar mengajar dalam penerapan siklus 1. persoalan atau fenomena yang guru berikan belum sepenuhnya dari peserta didik berani menanggapinya, kala dimohon menyusun teks deskripsi, peserta didik masih vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.186 1013 belum dapat dikatakan aktif untuk ikut serta. mereka tidak sungguh-sungguh untuk menyelesaikan tugas, acuh terhadap pendidikan, tidak mencermati uraian guru serta bercanda. keaktifan siswa cenderung naik di siklus ke-2. dari persoalan yang diberikan guru, siswa mulai tanggap dan berani serta aktif untuk menanggapinya. terkait projek yang diberikan guru pun peserta didik mulai aktif pula untuk mengerjkan projek yang diberikan, terutama saat proses pencarian foto di internet. tetapi, peserta didik ada yang masih tak ingin ikut serta pada kerja kelompoknya masih terdapat siswa yang tidak ingin ikut serta dalam kerja kelompoknya. siswa pula masih menampilkan reaksi yang kurang positif kala menulis karangan deskripsi. pada penerapan siklus 3, kegiatan siswa bertambah secara signifikan. nyaris seluruh siswa ikut serta aktif berpartisipasi dalam mengerjakan projek yang diberikan. mereka nampak bersemangat kala membuat desain tempat wisata mereka. mereka pula menampilkan perilaku positif kala menuntaskan deskripsi mereka. peningkatan presentase keaktifan siswa bis kita lihat pada tabel di bawah: tabel 1. persentase keaktifan siswa no siklus 1 siklus 2 siklus 3 kelas vii h 46% 70% 82% gambar 1. rata-rata persentase evaluasi siswa penilaian pendidikan ialah sesuatu proses buat memastikan jasa, nilai ataupun khasiat aktivitas pendidikan lewat aktivitas evaluasi serta ataupun pengukuran (djaramah, 2000: 207). tujuan dikerjakannya penilaian dalam riset ini merupakan buat memperoleh informasi serta data yang lengkap tentang hasil kerja sepanjang penerapan pendidikan berlangsung. penilaian laporan projek didapat dari evaluasi karangan siswa. aspek– apek ynag dinilai dalam proses ini merupakan komponen isi (gagasan, topik, kenyataan–kenyataan ynag di informasikan oleh siswa), komponen organisasi (struktur raga karangan, urutan kronologis, koherensi, kesimpulan serta lay out tulisan), kosa kata (opsi kata, pemakaian kata yang efisien ataupun cocok), grammar (benar ataupun tidaknya struktur kalimat yang digunakan siswa) serta mekanisme (ejaan, ciri baca serta kerapian tulisan siswa), komponen perencanaan serta komponen penerapan. dari proses penilaian didapat informasi selaku berikut: 0% 20% 40% 60% 80% 100% berhasil tidak pesentase keaktifan belajar siklus 1 siklus 2 siklus iii vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.186 1014 tabel 2. rata – rata evaluasi siswa siklus nilai project siklus 1 69,8 siklus 2 72,5 siklus 3 75,6 berdasarkan tabel tersebut bisa dilihat bahwasannya setiap siklus mengalami peningkatan. pada siklus 1, hasil evaluasi berdasarkan nilai tugas menulis siwa masih rendah (69’8). kemudian mengalami peningkatan di siklus kedua (72,5) dan mengalami peningkatan lagi di siklus 3 (75,6). berdasarkan kriteria ketuntas minimal pencapaian siswa dijadikan pengukur prestasi belajar siswa. agar bisa dinyatakan bagus maka siswa paling tidak harus sampai di angka 70 pada nilainya. selama 3 siklus penelitian ini dijelaskan ketuntasan belajarnya dalam tabel berikut. tabel 3. ketuntasan siswa di siklus 1, terdapat 18 orang saja yang dapat memeperoleh nilai sekurang-kurangnya 71. perihal tersebut artinya hanya sekitar 46% siswa yang tuntas. pada siklus 2, ada 27 siswa yang berhasil tuntas pada proses belajar mengajar ini. artinya, masih terdapat 70% siswa yang tuntas. pada siklus 3, berjalan peningkatan signifikan disebabkan adanya 32 siswa yang tuntas. artinya 82% siswa dapat menuntaskan pembelajaran menulis deskripsi. pembahasan bisa didapatkan kesimpulan dari hasil penelitian serta pembahasan yang dilakukan yakni bahwasannya adanya peningkatan kapabilitas guru pada perencanaan pembelajaran, peningkatan proses pelaksanaan pembelajaran, peningkatan proses evaluasi, dan peningkatan hasil prestasi studi siswa melalui pembelajaran berbasis projek terhadap pembelajaran menulis paragraf uraian siswa. sebelum mengadakan implementasi, terdapat 10 siswa saja yang dapat melakukan deskripsi pada benda/orang/tempat spesifik berbahasa inggris. ketika diselenggarakan wawancara, diperoleh jawaban penyebab siswa tidak cukup dapat mengikuti pembelajaran menulis berbahasa inggris, diantaranya adalah a). siswa tidak miliki bahan apa yang akan dituliskan, dan b). siswa jemu pada teknik yang terkesan monoton. setelah diselenggarakan tindakan sebanyak 3 siklus, ada peningkatan hasil studi siswa dalam mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu. pada siklus pertama, siswa diminta menulis teks deskriptif mengenai benda spesifik dalam grup berempat manfaatkan model pembelajaran berbasis projek. hasilnya, baru 18 siswa (46%) yang dapat mendiskripsikan benda spesifik bersama benar. pada siklus 2, kuantitas siswa yang sukses mendiskripsikan orang spesifik dengan benar meningkat menjadi 27 siswa (70%). pada siklus ke tiga mengalami peningkatan yang significant, siswa yang dapat menulis deskriptive meraih 32 siswa (82%). hasil sudah meraih obyek yang diharapkan. dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran menulis berbahasa inggris manfaatkan model pembelajaran berbasis projek siklus siswa tuntas siswa tidak tuntas 1 18 21 2 27 12 3 32 7 vol.2 no.7 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.186 1015 dapat menambah ketrampilan siwa kelas vii/h smp negeri 1 cikancung terhadap semester 2 tahun ajaran 2019/2020 dalam mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu. simpulan dapat disimpulkan dari hasil penilitian serta pembahasan bahwasannya adanya peningkatan kebolehan guru dalam berencana pembelajaran, peningkatan proses pelaksanaan pembelajaran, peningkatan proses evaluasi, dan peningkatan hasil prestasi studi siswa melalui pembelajaran berbasis projek terhadap pembelajaran menulis paragraf uraian siswa. 1. guru hendaknya memperbanyak sumber dan bahan studi yang digunakan, semakin banyak sumber studi maka guru nantinya miliki pengetahuan dan pengalaman yang lumayan untuk menuangkan ide-ide baru dalam proses pembelajaran. 2. guru dapat mengembangkan proses pembelajaran berbasis projek terhadap pembelajaran penulisan paragraf deskripsi. diharapkan juga proses pembelajaran tersebut dapat diterapkan di pembelajaran yang lainnya. 3. sekolah memperbanyak sarana pembelajaran menulis dalam bhs inggris untuk menopang penerapan pendekatan membutuhkan sumber studi yang sangat baik, dan memenuhi standar proses pembelajaran. ucapan terima kasih alhamdulillah puji syukur kepada allah swt, oleh karena kehendak serta ridhanya peneliti mampu membuat jurnal ini dengan lancar. peneliti menyadari ptk dan jurnal ini tidak bakal selesai tanpa doa, dukungan dan motivasi dari semua pihak. daftar rujukan arikunto, suharsimi. 2002. prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. jakarta. rineka cipta. brown, h. douglas. 2000. teaching of language and teaching. new york. longman. dimyati dan mudjiono. 2009. belajar dan pembelajaran. rineka cipta. jakarta. djaramah, 2000, guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, rineka cipta, jakarta. heaton, j.b. 1983. writing english language tests. longman gr: singapore ibrahim, muslimin, dkk, 2005, pembelajaran kooperatif, unesa press, surabaya. kementerian pendidikan dan kebudayaan. 2014. modul pelatihan implementasi kurikulum 2013. jakarta : badan pengembangan sumberdaya manusia pendidikan dan kebudayaan dan penjaminan mutu pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan molenda, heinich, smaldino. 2005. instructional technology and media for learning. new jersey: pearson education inc tarigan, henry guntur. 2008. menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. bandung: angkasa. microsoft word artikel 5.docx vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.262 111 received : 12-11-2021 revised : 13-12-2021 published : 28-02-2022 urgensi evaluasi pembelajaran di kelas adisna nadia phafiandita 1), ayu permadani 2), alsa sukma pradani 3), m. iqbal wahyudi 4) jurusan pendidikan sekolah dasar, fakultas ilmu pendidikan, universitas negeri yogyakarta adisnanadia.2019@student.uny.ac.id 1), ayupermadani.2019@student.uny.ac.id 2), alsasukma.2019@student.uny.ac.id 3), muhammad1243fip.2019@student.uny.ac.id 4) abstrak evaluasi pembelajaran adalah kegiatan mengumpulkan data dan informasi tentang kemampuan belajar siswa, untuk menilai sejauh mana program pembelajaran telah telah berjalan, dan juga sebagai alat untuk menentukan apakah pendidikan tujuan dan proses pembelajaran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan telah berlangsung sebagaimana adanya. selain itu, evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa prestasi dalam suatu proses pembelajaran, serta untuk memahami siswa sejauh mana yang dapat memberikan bantuan atas kekurangan siswa, dengan menempatkan siswa dalam situasi belajar yang lebih sesuai dengan tingkat kemampuan. fungsi evaluasi pembelajaran adalah membantu proses, kemajuan dan perkembangan hasil belajar siswa secara berkesinambungan, sekaligus dapat mengetahui kemampuan dan kelemahan siswa dalam bidang studi tertentu, selain itu juga mampu memberikan informasi kepada orang tua/wali siswa mengenai peringkat atau penentuan kelas kelulusan siswa peserta. persyaratan alat evaluasi adalah: validitas, efektivitas, item yang berbeda dan objektivitas. kata kunci: urgensi; evaluasi; pendidikan abstract learning evaluation is an activity to collect data and information about students' learning abilities, to assess how far the learning program has been running, and also as a tool to determine whether the educational objectives and learning process in developing science have taken place as they should. in addition, the evaluation also aims to determine the level of student achievement in a learning process, as well as to understand students the extent to which they can provide assistance to the shortcomings of students, with the aim of placing students in a learning situation that is more appropriate to their ability level. the function of learning evaluation is to help the process, progress and development of students' learning outcomes on an ongoing basis, and at the same time be able to know the abilities and weaknesses of students in a particular field of study, while also being able to provide information to parents/guardians of students regarding class ranking or determining graduation of participants students. the evaluation tool requirements are validity, effectiveness, different items and objectivity. keywords: urgency; evaluation; education vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.262 112 pendahuluan evaluasi pendidikan merupakan bagian dari proses peyelenggaraan pendidikan yang wajib dilakukan. evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan (pp no. 19 tahun 2005) menurut peraturan tersebut, proses evaluasi pendidikan itu wajib dilaksanakan oleh guru sebagai penanggung jawab dalam proses pembelajaran siswa. dalam rangkaian proses evaluasi pendidikan tersebut, guru harus melakukan evaluasi pembelajaran yang merupakan bagian dari rangkaian proses evaluasi pendidikan. proses evaluasi tersebut dapat dilakukan dengan jalan memberikan tes atau ujian yang bisa diadakan di awal, tengah atau akhir proses pembelajaran di dalam suatu semester. tes yang diberikan dapat berupa soal-soal pilihan ganda, istilah atau essay. dalam pelaksanaannya, seringkali guru memberikan tes kepada siswa hanya untuk mengukur kemampuan siswa dan hanya menghitung jawaban benar atau salahnya yang nantinya akan jadi tolak ukur nilai kemampuan siswa tersebut. padahal seharusnya tes tidak hanya untuk mengukur kemampuan siswa tetapi juga harus menjadi bahan evaluasi bagi guru tentang pemahaman siswa akan pembelajaran yang telah dilaksanakan. hal ini dapat diketahui oleh guru dari soal-soal yang telah dibuat. dengan evaluasi diperoleh informasi dan kesimpulan tentang keberhasilan suatu kegiatan, dan kemudian kita dapat menentukan alternatif dan keputusan untuk tindakan berikutnya. jadi, valuasi dalam pendidikan merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku anak didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spiritual religious. melihat betapa urgennya evaluasi dalam proses belajar mengajar, maka seorang guru wajib mengetahui yang berkaitan dengan evaluasi tersebut. pembahasan pengertian pengukuran dan penilaian 1. pengukuran menurut cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untukmengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) 2. penilaian penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. membedakan pengertian pengukuran, penilian, dan evalauasi 1. pengukuran pengukuran yang dalam bahasa inggris dikenal dengan measurement dan dalam bahasa arab adalah muqayasah ( ةسیاقم ) dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk “mengukur” sesuatu. menurut wandt dan brown (1977) pengukuran adalah: suatu tindakan atau proses untuk menentukan luas atau kuantitas dari sesuatu. vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.262 113 2. penilaian penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. 3. evaluasi evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu. untuk dapat menentukan nilai dari sesuatu yang sedang dinilai itu, dilakukanlah pengukuran, dan wujud dari pengukuran itu adalah pengujian, dan pengujian inilah yang dalam dunia kependidikan dikenal dengan istilah tes. sifat evaluasi pendidikan penilaian pendidikan banyak berkaitan dengan hal-hal yang abstrak, maka penilaian pendidikan bersifat : 1. kuantitatif kuantitatif meskipun dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berkaitan dengan penilaian yang bersifat abstrak 2. tidak langsung dalam mengevaluasi harus menggunakan alat dan melalui prosedur yang sistematis. tidak secara langsung dg melihat gejala atau ciri-ciri yg nampak. 3. relatif atau tidak mutlak evaluasi bersifat relatif artinya setiap mengadakan penilaian kemungkinan terjadi adanya perubahan, atau dengan kata lain penilaian tidak selalu sama atau tetap dari satu waktu ke waktu. 4. menggunakan unit-unit yang tetap dalam mengungkap atau mengukur sesuatu obyek akan selalu menggunakan satuan ukuran tertentu sesuai dengan obyek yang diukur atau dinilai tujuan evaluasi pendidikan secara umum, evaluasi dalam bidang pendidikan terbagi menjadi dua tujuan, yaitu : 1. untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. 2. untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu. fungsi evaluasi pendidikan menurut sumadi suryobroto: 1. fungsi psikologis: siswa memperoleh kepastian status di dalam kelasnya, sedang bagi guru dapat untuk mengetahui seberapa jauh usaha mengajarnya dikuasai oleh siswanya. 2. fungsi didaktis: bagi anak didik, keberhasilan maupun kegagalan belajar akan berpengaruh besar pada usaha-usaha berikutnya. sedang bagi pendidik, penilaian hasil belajar dapat menunjukkan keberhasilan atau kegagalan mengajarnya termasuk di dalamnya metode mengajar yang dipergunakan 3. fungsi administratif: dengan adanya penilaian dalam bentuk rapor akan dapat dipenuhi berbagai fungsi administratif yaitu: vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.262 114 a. merupakan inti laporan kepada orang tua siswa, pejabat, guru dan siswa itu sendiri. b. merupakan data bagi siswa apabila ia akan naik kelas, pindah sekolah, maupun untuk melamar pekerjaan. c. dari data tersebut kemudian dapat berfungsi untuk menentukan status anak dalam kelasnya. d. memberikan informasi mengenai segala hasil usaha yang telah dilakukan oleh lembaga pendidikan. menurut thorndike dan hagen, ditujukan untuk mengambil keputusan yang berkaitan dalam bidang: 1. pengajaran salah satu peranan penting usaha pengukuran dan penilaian pendidikan ialah untuk mengarahkan pengambilan keputusan yang berkenaan dengan apa yang harus diajarkan 2. hasil belajar berkenaan dengan hasil belajar, hasil pengukuran dan penilaian pendidikan tidak hanya berguna untuk pengetahuan penguasaan peserta didik 3. diagnosis dan usaha perbaikan tes diagnostik diselenggarakan untuk mengetahui dalam bidang apa peserta didik belum menguasai kompetensi tertentu, 4. penempatan di dalam sekelompok peserta didik pengajaran atau pelayanan yang diberikan kepada peserta didik tersebut tidak seyogyanya diberikan secara sama rata kepada semua peserta didik. 5. seleksi seleksi bertujuan memilih orang-orang yang diharapkan akan mampu memanfaatkan sebesar-besarnya segenap kemudahan (fasilitas) yang tersedia pada lembaga yang akan dimasuki. 6. bimbingan dan konseling dilihat dari kepentingan peserta didik, sasaran pelayanan dan konseling ialah agar peserta didik mampu mengenali dan menerima diri sendiri 7. kurikulum salah satu kegunaan hasil pengukuran dan penilaian ialah untuk menguji isi kurikulum dan pelaksanaan pengajaran. dengan demikian, perubahan dalam isi penekanan kurikulum, dalam prosedur dan sarana pengajaran dimungkinkan ruang lingkup evaluasi secara umum, ruang kingkup evaluasi pendidikan disekolah mencakup tiga komponen yaitu : 1. evaluasi mengenai program pengajaran evaluasi program dilakukan untuk menentukan kebijaksanaan selanjutnya, yang dilakukan secara sistematis dan rinci. 2. evaluasi mengenai proses pelaksanaan pengajaran a. kesesuaian antara proses pembelajaran yang berlamhsung dengan garis-garis besar program pengajaran yang telah ditentukan. vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.262 115 b. kesiapan guru dalam melaksanakan program pengajaran dan kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. c. minat dan perhatian siswa dalam mengikutu pelajaran. d. keaktifan atau partisipasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung. e. peranan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa yang membutuhkannya. f. komunikasi antara guru dengan siswa selama dalam proses pembelajaran berlangsung. g. pemberian dorongan atau motivasi terhadap siswa. h. pemberian tugas-tugas kepada siswa dalam rangka penerapan teori-teori yang diperoleh didalam kelas. i. upaya menghilangkan dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari kegiatankegiatan yang dilakukan disekolah. 3. evaluasi terhadap hasil belajar a. evaluasi mengenai tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai. b. evaluasi mengenai tingkat pencapaian siswa terhadap tujuan-tujuan umum pembelajaran. prinsip-prinsip evaluasi ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru yang menjadi faktor pendukung atau penunjang dalam melakukan evaluasi. 1. prinsip berkesinambungan (continuity) bahwa evaluasi hasil belajar yang baik adalah yang dilaksanakan secara terus-menerus (kontinu). dengan evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur, terencana dan terjadwal memungkinkan guru untuk memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan dan perkembangan peserta didik dari awal hingga akhir program pembelajaran. 2. prinsip menyeluruh (comprehensive) evaluasi hasil belajar dapat terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh, mencakup seluruh aspek tingkah laku siswa, baik aspek berpikir (kognitif), aspek nilai atau sikap (afekitf), maupun keterampilan (psikomotor). 3. prinsip objektivitas (objektivity) suatu evaluasi dikatakan emiliki objektivitas apabila dalam pelaksanaannya tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. 4. prinsip penggunaan kriteria penggunaan kriteria yang diperlukan dalam evaluasi adalah pada saat memasuki tingkat pengukuran, baik pengukuran dengan menggunakan standar mutlak (patokan) maupun standar relatif. 5. prinsip kegunan evaluasi yang dilakukan hendaknya merupakan sesuatu yang bermanfaat, baik bagi siswa maupun bagi pelaksanaan. vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.262 116 aspek-apek penilaian dalam pendidikan dalam dunia pendidikan, ada tiga aspek yang menjadi sasaran evaluasi pendidikan, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1. ranah kognitif aspek atau domain kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). menurut bloom, segala upaya yang menyangkut otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. 2. ranah afektif ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif yang tinggi. ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran bahasa arab, kedisiplinan dalam mengikuti pembelajaran bahasa arab dan lain-lain. 3. ranah psikomotor ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. hasil belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan afektifnya. metode yang digunakan dalam evaluasi pendidikan teknik tes 1. tes subjektif (uraian) tes subjektif sering disebut juga dengan tes uraian atau tes esai. dalam tes ini, anak didik memiliki kebebasan untuk memilih dan menentukan jawaban. pertanyaanpertanyaan pada tes subyektif biasanya menggunakan kalimat pendek yang diawali dengan kata tanya: jelaskan, apa, terangkan, mengapa, bandingkan dll, sedang jawaban yg diharapkan dari testee berupa uraian panjang lebar dan bebas, dengan gaya bahasa serta susunan kalimatnya masing-masing. 2. bentuk tes objektif pada dasarnya, tes objektif adalah tes yang mempunyai ukuran tes yang terukur, terstruktur, dan mampu menghindarkan adanya subjektivitas dari evaluator pada saat penilaian. pada tes ini, item tesnya dapat dijawab dengan memilih jawaban yang sudah tersedia, dapat berupa kata-kata singkat dan bahkan pada tipe tertentu cukup dengan tanda-tanda sederhana saja misalnya tanda cek, silang atau melingkari. 3. bentuk tes kinerja (performance test) tes kinerja merupakan bentuk tes di mana peserta tes dituntut untuk mempraktikkan secara langsung persoalan yang dipertanyakan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. dalam kaitan ini, stiggins menyatakan bahwa tes kinerja adalah suatu bentuk vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.262 117 tes di mana peserta tes diminta untuk melakukan kegiatan khusus di bawah pengawasan penguji yang akan mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang didemonstrasikan. dengan demikian, penilaian kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan cara mengamati kegiatan atau kinerja siswa dalam melakukan sesuatu. karena itulah penilaian dengan cara ini lebih tepat digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam penyajian lisan (keterampilan berbicara, berpidato, baca puisi, berdiskusi, dan sebagainya), pemecahan masalah dalam suatu kelompok, partisipasi siswa dalam diskusi kelompok kecil, kemampuan siswa menari, dan lain sebagainya. 4. bentuk tes lisan tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta tes dalam bentuk lisan. peserta tes akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan. nama lain dari tes lisan ini adalah tes wawancara, yang mana dalam tes ini evaluator akan menguji sampai di mana pemahaman dan pengetahuan anak didik terhadap materi tertentu dalam suatu pembelajaran tertentu. teknik non tes 1. observasi (observation) observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. alat yang digunakan dalam melakukan observasi disebut pedoman observasi. dalam dunia penelitian, observasi merupakan salah satu bentuk metode ilmiah. maknanya adalah bahwa observasi merupakan sebuah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik berbagai fenomena yang diamati dan diselidiki. 2. wawancara (interview) wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik. pengertian wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara langsung antara pewawancara atau guru dengan yang diwawancarai atau anak didik tanpa melalui perantara. sedangkan wawancara tidak langsung berarti pewawancara atau guru menanyakan sesuatu kepada anak didik melalui perantaraan orang lain atau media sehingga tidak menemui atau berhadapan secara langsung dengan objek wawancara. 3. bagan partisipasi (participation charts) keikutsertaan peserta didik merupakan salah satu usaha peserta didik untuk mempermudah dalam memahami konsep yang sedang dibicarakan dan meningkatkan daya ingatan tentang isi pelajaran tertentu. kemauan untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar dapat dijadikan salah satu indikasi tentang kemampuan peserta didik dalam menyesuaikan diri dalam kelompok belajarnya. oleh karena itu, pengukuran keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan belajar menjadi penting artinya untuk menjelaskan hasil belajar yang bersifat non-kognitif. karena itulah, bagan partisipasi (participation chart) sangat berguna untuk mengamati kegiatan diskusi kelas. vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.262 118 dengan demikian, keikutsertaan menjadi salah satu usaha untuk memudahkan peserta didik untuk memahami konsep yang sedang dipelajari dan meningkatkan daya tahan dan daya ingat mengenai suatu isi pelajaran tertentu. 4. daftar cek (check list) daftar cek adalah salah satu alat evaluasi yang paling banyak digunakan guru atau evaluator mengingat cara dan penggunaannya yang sederhana dan mudah. pada prinsipnya, daftar cek ini adalah metode mencatat apakah suatu karakteristik ada atau tidak ada pada suatu subjek atau objek yang dievaluasi. daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. ada bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian tinggal memberikan tanda centang pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil penilaiannya. 5. skala sikap (attitude scale) sikap adalah suatu reaksi positif atau negatif terhadap seseorang, objek atau ide. dalam pengertian yang lebih luas, sikap adalah suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun berupa objekobjek tertentu. sikap mengacu kepada perbuatan atau perilaku seseorang. objek yang dimaksudkan dalam evaluasi pembelajaran ini adalah sikap siswa di sekolah terutama sikap siswa terhadap guru, terhadap mata pelajaran dan terhadap proses pembelajaran. 6. penilaian berbasis portofolio portofolio adalah suatu kumpulan atau berkas bahan pilihan yang dapat memberi informasi bagi suatu penilaian kinerja yang objektif. berkas tersebut berisi pekerjaan siswa, dokumen atau gambar, yang menunjukkan apa yang dapat dilakukan seseorang dalam lingkungan dan suasana kerja yang alamiah yang sesungguhnya, bukan dalam lingkungan dan suasana kerja yang dibuat-buat. pada dasarnya, portofolio dapat digunakan untuk melihat perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu berdasarkan kumpulan hasil karya sebagai bukti dari suatu kegiatan pembelajaran. alat evaluasi vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.262 119 alat evaluasi hasil belajar adalah serangkaian alat yang digunakan untuk melakukan proses evaluasi hasil belajar. alat evaluasi yang digunakan meliputi alat ukur beserta kunci jawaban dan pedoman penskorannya. dalam pengertian umum alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. seperti disebutkan diatas, ada dua teknik evaluasi hasil belajar, yaitu teknik nontes dan teknik tes. teknik nontes yang tergolong teknik nontes: 1. skala bertingkat skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. sebagai contoh adalah skor atau biji nilai yang diberikan oleh guru disekolah untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa. 2. kuesioner kuesioner juga sering dikenal juga sebagai angket. pada dasarnya kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang akan diisi oleh orang yang akan diukur. 3. daftar cocok deretan pernyataan yang biasanya singkat dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok ditempat yang sudah disediakan. 4. wawancara wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya-tanya sepihak. 5. observasi a) observasi partisipan observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu pengamatan memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. b) observasi sistematik observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya. c) observasi eksperimental observasi ini terjadi apabila pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. 6. riwayat hidup riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. dengan mempelajari riwayat hidup, maka subyek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari obyek yang dinilai. langkah-langkah melakukan evaluasi 1. menyusun rencana evaluasi penyusunan rencana evaluasi pada umumnya mencakup kegiatan merumuskan tujuan dari kegiatan evaluasi itu sendiri. a. menentukan aspek-aspek yang akan dievaluasi. b. memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan evaluasi. c. menyusun dan menentukan alat-alat pengukur yang akan dipergunakan dalam kegiatan evaluasi. vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.262 120 d. menentukan tolok ukur, norma atau kreteria yang akan dipergunakan dalam rangka memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi. e. menetapkan frekuensi dari kegiatan evaluasi itu sendiri, yaitu : kapan dan seberapa kalikah evaluasi itu akan dilakukan. 2. menghimpun data menghimpun data dalam rangka evaluasi di lapangan pendidikan, pada umumnya dilaksanakan dengan cara pengukuran, walaupun tidak semua kegiatan evaluasi pendidikan harus didahului dengan tindakan pengukuran. 3. verifikasi data melakukan verifikasi data artinya memeriksa dan menyaring data yang telah berhasil dihimpun dalam kegiatan evaluasi, untuk dapat dipastikan apakah data yang telah berhasil dihimpun itu cukup dapat dipercaya sebagai dasar atau landasan dalam rangka pengambil kesimpulan. 4. analisis data menganalisa data yang diperoleh dari kegiatan evaluasi mengandung arti melakukan pengolahan, pemeriksaan, perincian, pemisahan, pengelompokan dan sebagainya, sehingga data tersebut menjadi bermakna atau dapat memberikan informasi yang berharga. 5. interpretasi data pemberian interpretasi atau penafsiran terhadap data yang telah dilakukan penganalisaan itu merupakan statement (pernyataan) tentang hasil penganalisaan data. disini evaluator mengemukakan apa makna yang terkandung dalam kumpulan data yang telah diperoleh dalam kegiatan evaluasi. 6. penggunaan hasil evaluasi dengan melandaskan diri pada kesimpulan yang telah diperoleh dalam kegiatan evaluasi, evaluator lebih lanjut melakukan pengambilan keputusan atau merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dipandang perlu untuk dilaksanakan. simpulan dan saran simpulan pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atausatuan pengukuran. penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa. evaluasi merupakan hal yang penting dalam dunia pendidikan, karena dengan itu hasil yang diperoleh siswa dapat diketahui dan kemudian ditindak lanjuti bila mana hasil yang dicapai belum sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. evaluasi sendiri tidak terbatas pada tes saja, akan tetapi juga mempertimbangkan hal-hal lain, seperti metode pembelajaran, karakteristik siswa dan lain sebagainya. aspek yang dinilai dalam evaluasi ada tiga, kognitif atau pengetahuan, afektif atau sikap dan psikomotorik atau keterampilan. vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.262 121 saran dalam penyusunan makalah ini, penyusun sudah berusaha memaparkan dan menjelaskan materi dengan semaksimal mungkin, tapi tidak menutup kemungkinan adanya kekeliruan dalam penyusunannya, baik dari segi materi, maupun penyusunannya, oleh karena itu penyusun mengharapakan sumbangsih pembaca untuk penyempurnaan makalah selanjutnya, dan harapan bagi penyusun, semoga makalah ini dapat memberi manfaat dalam proses evaluasi pendidikan. daftar pustaka arikunto, suharsimi, 2003. dasar-dasar evaluasi pendidikan. jakarta: pt. bumi aksara. dr. h. mulyadi,m.pd.i. 2010. evaluasi pendidikan pengembangan model evaluasi pendidikan agama di sekolah. uin-maliki press. prof. drs. anas sudijono. 2009. pengantar evaluasi pendidikan. jakarta:rajawali press mardapi djemari. 2012. pengukuran, penilaian dan evaluasi pendidikan.yogyakarta: nuha medika dr. haryanto, m.pd. 2020. evaluasi pembelajaran (konsep dan manajemen). yogyakarta: uny press. https://www.academia.edu/29331657/evaluasi_pendidikan (diakses pada 13 september 2021) https://www.academia.edu/8478311/pengukuran_penilaian_dan_evaluasi_pendidikan (diakses pada 13 september 2021) microsoft word artikel 1.docx vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 71 received : 16-12-2021 revised : 27-01-2022 published : 28-02-2022 penguatan nilai utama karakter peserta didik di smk pgri 1 martapura dalam mata pelajaran bahasa inggris fitri meldawati smk pgri 1 martapura, indonesia fitri.meldawati@gmail.com abstrak best practice ini ditulis untuk membagi pengalaman penulis dalam melakukan pembisaan penguatan nilai utama karakter peserta didik di smk pgri 1 martapura dalam mata pelajaran bahasa inggris. urgensi penguatan pendidikan karakter melalui restorasi pendidikan reformasi sekolah, memperkuat kurikulum 2013 dengan pembangunan sdm sebagai fondasi pembangunan bangsa; menghadapi kondisi degradasi akhlak, moral, dan budi pekerti; menghadapi dinamika dan tantangan era global; generasi emas 2045 yang berdaya saing dan berjiwa pancasila. penulis mengangkat pengalaman terbaik penulis dalam mengimplementasikan penguatan karakter utama yaitu religiositas, integritas, gotong royong, kemandirian, dan nasionalisme, sehingga penguatan pendidikan karakter (ppk) yang berbasis kelas melalui integrasi dalam mata pelajaran, optimalisasi muatan lokal dan manajemen kelas terlaksana dengan optimal. kata kunci: penguatan, nilai, karakter, optimalisasi vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 72 pendahuluan latar belakang pemerintah memberikan perhatian yang sangat penuh dan serius untuk pendidikan karakter yang tertuang dalam peraturan presiden nomor 87 tahun 2017 tentang penguatan pendidikan karakter semakin mempertegas tentang karakteristik sumber daya manusia yang ingin dihasilkan melalui sistem pendidikan, khususnya bagi smk yang lulusannya terutama disiapkan untuk memasuki dunia kerja. penguasaan kompetensi teknis dan kepribadian (personality) yang diisi dengan nilai-nilai karakter positif sebagaimana yang diamanatkan pada peraturan presiden itu, merupakan prasyarat utama untuk memasuki dunia kerja saat ini dan menjadi kunci sukses dalam mengarungi kehidupan masa depan. urgensi penguatan pendidikan karakter melalui restorasi pendidikan reformasi sekolah, memperkuat kurikulum 2013 dengan pembangunan sdm sebagai fondasi pembangunan bangsa; menghadapi kondisi degradasi akhlak, moral, dan budi pekerti; menghadapi dinamika dan tantangan era global; generasi emas 2045 yang berdaya saing dan berjiwa pancasila. prinsip-prinsip penguatan pendidikan karakter, yaitu modifikasi intrakurikuler agar lebih memiliki muatan pendidikan karakter. ditambahkan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. integrasi ketiganya dapat menumbuhkan budi pekerti dan menguatkan karakter positif anak didik. penumbuhan nilai-nilai utama karakter menurut filosofi pendidikan karakter ki hajar dewantara, yaitu olah hati (etika), olah raga (kinestetika), olah piker (literasi), dan olah karsa (estetika). selanjutnya, juga dijabarkan dalam pasal 3 perpres no. 87/2017/ tentang ppk; religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. selanjutnya, kristalisasi nilai-nilai dalam bentuk nilai utama (core values) yang merupakan aktualisasi dari pancasila, yaitu 3 pilar gerakan nasional, revolusi mental dan nilai-nilai kearifan lokal, dan tantangan masa depan. adapun nilai utama yang dimaksud sebagai berikut; religiositas, integritas, gotong royong, kemandirian, dan nasionalisme. lebih lanjut, penguatan 5 nilai utama karakter dijabarkan sebagai berikut. religiositas, yaitu beriman dan bertaqwa, menjalankan segala perintah-nya, disiplin beribadah, bersih, peduli lingkungan lingkungan, memanfaatkan lingkungan dengan bijak, toleransi, saling menolong/menghormati, cinta damai, dan peduli sosial. integritas, yaitu kejujuran, keteladanan, tanggung jawab, antikorupsi, komitmen moral, dan cinta pada kebenaran. gotong royong, yaitu kerja sama, solidaritas, kekeluargaan, bersahabat/komunikatif, dan berorientasi pada kemaslahatan bersama. kemandirian, yaitu kerja keras/etos kerja, kreatif dan inovatif, disiplin, tangguh, rasa ingin tahu dan menghargai prestasi, dan gemar membaca/pembelajar sepanjang hayat. nasionalisme, yaitu cinta tanah air, semangat kebangsaan, menghargai kebhinnekaan, demokratis, rela berkorban, dan taat hukum. lebih dalam, strategi implementasi penguatan pendidikan karakter (ppk) yang berbasis kelas melalui integrasi dalam mata pelajaran dijabarkan sebagai optimalisasi muatan lokal dan manajemen kelas. ppk berbasis budaya sekolah melalui pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian sekolah, branding sekolah, keteladanan pendidik, ekosistem sekolah, norma, peraturan, dan tradisi sekolah. dengan berpegang pada peraturan, pengetahuan dan informasi yang cukup mengenai penguatan pendidikan karakter (ppk) yang terhubung dengan slogan sekolah penulis smk vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 73 pgri 1 martapura, sekolah asri (agamis, sukses, ramah dan inovatif), maka penulis mengangkat lima nilai karakter utama ppk (religiositas, integritas, kemandirian, gotong royong, nasionalisme) dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa inggris. hal ini sejalan dengan penulis sebagai pengajar bahasa inggris di smk pgri 1 martapura. alasan penulis mengangkat judul “penguatan nilai utama karakterpeserta didik di smk pgri 1 martapura dalam mata pelajaran bahasa inggris” yaitu sebagai berikut. pertama, penulis berpendapat nilai utama karakter (religiositas, integritas, gotong royong, kemandirian, dan nasionalisme) yang digaungkan oleh pemerintah perlu dilakukan penguatan nilai utama karakter pada siswa di smk pgri 1 martapura yang terintegrasi pada mata pelajaran yang diampu oleh penulis. kedua, hal ini bersinergi dengan kal-sel cerdas (unggul, berdaya saing dan unggul). ketiga, penulis merupakan guru pengampu mata pelajaran bahasa inggris sehingga dianggap perlu untuk menjadi langkah awal sebelum dilakukan penguatan untuk seluruh mata pelajaran yang ada di smk pgri 1 martapura. termotivasi dengan alasan tersebut, penulis ingin memberikan sesuatu yang terbaik untuk pengembangan pendidikan generasi muda yang memiliki karakter untuk membangun bangsa dan negara indonesia tercinta. penulis tidak ingin tertinggal untuk mengembangkan ilmu, terus dan terus mengembangkan diri dengan harapan apa yang dicapai akan bermanfaat dan dapat dikembangkan untuk anak-anak bangsa tercinta. untuk itu, penulis melalui profesi bidang keilmuan bahasa inggris terus dan terus berupaya untuk meningkatkan kualitas sehingga ilmu yang diperoleh bisa dipersembahkan untuk kemajuan pendidikan baik di daerah di mana penulis berada maupun di tempat mana ketika dibutuhkan. untuk itu, pula penulis tidak bosan bosannya memotivasi siswa agar selalu memilikinilai utama karakter yang akan selalu melekat dalam diri siswa dan dapat dibanggakan yang akan kelak menjadi kecakapan hidup sehingga mampu menjadi pribadi yang berkarakter dan berprestasi baik dikanca nasional dan internasional. gabungan pemikiran mengenai penguatan pendidikan karakter dan kebutuhan dalam pembelajaran bahasa inggris, slogan sekolah dan provinsi maka penulis mengangkat sebuah gagasan penguatan nilai utama karakter peserta didik di smk pgri 1 martapura dalam mata pelajaran bahasa inggris. rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dapat dirumuskan “bagaimana melakukan penguatan nilai utama karakter peserta didik di smk pgri 1 martapuradalam mata pelajaran bahasa inggris” tujuan penulisan dalam penulisan ini penulis memiliki keinginan untuk berbagi dengan rekan sejawat sesame tenaga pengajar/pendidik yang barangkali bermanfaat dan akan dikembangkan lebih mendalam oleh teman sejawat. tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman menulis dalam melakukan penguatan nilai utama karakter yang terintegrasi pada mata pelajaran bahasa inggris pada peserta didik di smk pgri 1 martapura. manfaat penulisan vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 74 penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. pihak-pihak yang dimaksud sebagai berikut. 1. dalam mengembangkan profesi para guru agar dapat bersama-sama melakukan langkah lanjutan penguatan pendidikan karakter dalam pembelajaran dikelas melalui berbagai model pembelajaran 2. sebagai salah satu pendekatan untuk memotivasi siswa dalam menanamkan karakter dalam diri dan kehidupan sehari-hari bermasyarakat 3. sebagai bahan kajian dan perbandingan bagi para penulis lainnya untuk lebih mengembangkan cara menanamkan karakter pada siswa yang terintegrasi dalam mata pelajaran melalui model yang variatif 4. bagi sekolah bermanfaat dalam menambah referensi karta tulis gagasan guru sebagai bahan bacaan yang bermanfaat dan referensi lanjutan. vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 75 kajian teori pengertian penguatan nilai wina sanjaya memberikan definisi penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa. hal tersebut bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atas responnya yang diberikan sebagai suatu dorogan atau koreksi. melalui keterampilan penguatan (reinforcement) yang diberikan guru, maka siswa akan merasa terdorong selamanya untuk memberikan respon setiap kali muncul stimulus dari guru; atau siswa akan berusaha menghindari respon yang dianggap tidak bermanfaat. dengan demikian fungsi keterampilan penguatan (reinforcement) itu adalah untuk memberikan ganjaran kepada peserta didik sehingga peserta didik akan berbesar hati dan meningkatkan partisipasinya dalam setiap proses pembelajaran.” pengertian nilai secara umum, nilai adalah konsep yang menunjuk pada hal hal yang dianggap berharga dalam kehidupan manusia, yaitu tentang apa yang dianggap baik, layak, pantas, benar, penting, indah, dan dikehendaki oleh masyarakat dalam kehidupannya. sebaliknya, hal-hal yang dianggap tidak pantas, buruk, salah dan tidak indah dianggap sebagai sesuatu yang tidak bernilai. berdasarkan pengertian dari penguatan dan nilai, sehingga penulis berpendapat penguatan nilai adalah bentuk respon tingkah laku guru terhadap tingkah laku peserta didik mengenai sebuah konsep yang dianggap baik dan pantas. pengertian karakter, unsur dan proses terbentuknya di keseharian, sering sekali orang mengatakan bahwa karakter dan watak itu merupakan hal atau istilah yang sama. namun, jika ditelisik lebih lanjut, arti kata karakter dengan watak atau pun sifat tidaklah sama. dalam tulisan ini, penulis akan menyampaikan pengertian karakter menurut alwisol. menurutnya, karakter merupakan penggambaran tingkah laku yang dilaksanakan dengan menonjolkan nilai (benar–salah, baik–buruk) secara implisit atau pun ekspilisit. adapuna, karakter berbeda dengan kepribadian yang sama sekali tidak menyangkut nilai–nilai. unsur karakter unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran karena pikiran, yang di dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidupnya, merupakan pelopor segalanya. tentang pikiran, joseph murphy mengatakan bahwa di dalam diri manusia terdapat satu pikiran yang memiliki ciri yang berbeda. untuk membedakan ciri tersebut, maka istilahnya dinamakan dengan pikiran sadar (conscious mind) atau pikiran objektif dan pikiran bawah sadar (subconscious mind) atau pikiran subjektif. penjelasan adi w. gunawan mengenai fungsi dari pikiran sadar dan bawah sadar menarik untuk dikutip. pikiran sadar yang secara fisik terletak di bagian korteks otak bersifat logis dan analisis dengan memiliki pengaruh sebesar 12% dari kemampuan otak. adapun pikiran bawah sadar secara fisik terletak di medulla oblongata yang sudah terbentuk ketika masih di dalam kandungan. oleh sebab itu, ketika bayi yang dilahirkan menangis, bayi tersebut akan tenang di dekapan ibunya karena dia sudah merasa tidak asing lagi dengan detak jantung ibunya. pikiran bawah sadar bersifat netral dan sugestif, pikiran objektif yang vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 76 berhubungan dengan objek luar dengan menggunakan panca indra sebagai media dan sifat pikiran sadar ini adalah menalar. adapun pikiran bawah sadar (subsconscious) adalah pikiran subjektif yang berisi emosi serta memori, bersifat irasional, tidak menalar, dan tidak dapat membantah. proses terbentuknya karakter karakter yang dimiliki oleh seseorang pada dasarnya terbentuk melalui proses pembelajaran yang cukup panjang. karakter manusia bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. lebih dari itu, karakter merupakan bentukan atau pun tempaan lingkungan dan juga orang-orang yang ada di sekitar lingkungan tersebut. karakter dibentuk melalui proses pembelajaran di beberapa tempat, seperti di rumah, sekolah, dan di lingkungan sekitar tempat tinggal. pihak-pihak yang berperan penting dalam pembentukan karakter seseorang yaitu keluarga, guru, dan teman sebaya. karakter seseorang biasanya akan sejalan dengan perilakunya. bila seseorang selalu melakukan aktivitas yang baik seperti sopan dalam berbicara, suka menolong, atau pun menghargai sesama, maka kemungkinan besar karakter orang tersebut juga baik, akan tetapi jika perilaku seseorang buruk seperti suka mencela, suka berbohong, suka berkata yang tidak baik, maka kemungkinan besar karakter orang tersebut juga buruk. nilai utama karakter sesuai arahan presiden joko widodo, pendidikan karakter pada jenjang pendidikan dasar mendapatkan porsi yang lebih besar dibandingkan pendidikan yang mengajarkan pengetahuan. untuk sekolah dasar sebesar 70 persen, sedangkan untuk sekolah menengah pertama sebesar 60 persen.“gerakan penguatan pendidikan karakter sebagai fondasi dan ruh utama pendidikan,” pesan menteri pendidikan dan kebudayaan (mendikbud) muhadjir effendy. tidak hanya olah pikir (literasi), ppk mendorong agar pendidikan nasional kembali memperhatikan olah hati (etik dan spiritual) olah rasa (estetik), dan juga olah raga (kinestetik). keempat dimensi pendidikan ini hendaknya dapat dilakukan secara utuhmenyeluruh dan serentak. integrasi proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler di sekolah dapat dilaksanakan dengan berbasis pada pengembangan budaya sekolah maupun melalui kolaborasi dengan komunitas-komunitas di luar lingkungan pendidikan. terdapat lima nilai karakter utama yang bersumber dari pancasila, yang menjadi prioritas pengembangan gerakan ppk; yaitu religius, nasionalisme, integritas, kemandirian dan kegotongroyongan. masing-masing nilai tidak berdiri dan berkembang sendiri-sendiri, melainkan saling berinteraksi satu sama lain, berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi. pertama, religiositas. nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap tuhan yang maha esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. implementasi nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam sikap cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, anti perundungan dan kekerasan, vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 77 persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, serta melindungi yang kecil dan tersisih. religiositas seringkali diidentikkan dengan keberagamaan. religiositas diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. bagi seorang muslim, religiusitas dapat diketahui dari seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama islam (fuad nashori dan rachmy diana mucharam, 2002). hawari (1996) menyebutkan bahwa religiositas merupakan penghayatan keagamaan dan kedalaman kepercayaan yang diekspresikan dengan melakukan ibadah sehari-hari, berdoa, dan membaca kitab suci. berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa religiositas adalah kedalaman penghayatan keagamaan seseorang dan keyakinannya terhadap adanya tuhan yang diwujudkan dengan mematuhi perintah dan menjauhi larangan dengan kaiklasan hati dan dengan seluruh jiwa dan raga. kedua, integritas. menurut henry cloud, ketika berbicara mengenai integritas, maka tidak akan terlepas dari upaya untuk menjadi orang yang utuh dan terpadu di setiap bagian diri yang berlainan, yang bekerja dengan baik dan menjalankan fungsinya sesuai dengan apa yang telah dirancang sebelumnya. integritas sangat terkait dengan keutuhan dan keefektifan seseorang sebagai insan manusia. menurut ippho santoso, integiras sering diartikan sebagai menyatunya pikiran, perkataan dan perbuatan untuk melahirkan reputasi dan kepercayaan. jika merujuk dari asal katanya, kata integritas memiliki makna berbicara secara utuh dan lengkap / sepenuh – penuhnya. berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa integritas adalah upaya untuk menjadi pribadi yang utuh terkait sebagai insan manusia. nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral. karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. seseorang yang berintegritas juga menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas), serta mampu menunjukkan keteladanan. ketiga, gotong royong. menurut koentjaraningrat budaya gotong royong masyarakat indonesia bisa dikategorikan dalam dua jenis. pertama, gotong royong dalam arti tolong menolong. budaya gotong ini terjadi terjadi saat aktivitas-aktivitas “insidental” seperti pada peristiwa bencana atau kematian, panen pertanian, kegiatan sekitar rumah tangga, kegiatan pesta, dan kegiatan perayaan. kedua, sedangkan budaya gotong royong kerja bakti umumnya dilakukan saat masyarakat mengerjakan sesuatu bersama yang sifatnya untuk kepentingan umum, entah karena inisiatif warga atau gotong royong yang diprogramkan pemerintah. nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. diharapkan peserta didik dapat menunjukkan sikap menghargai sesama, dapat bekerja sama, inklusif, mampu berkomitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong-menolong, memiliki empati dan rasa solidaritas, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan. keempat, kemandirian. menurut masrun (1986:8), kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 78 sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya. menurut brawer dalam chabib toha (1993:121), kemandirian adalah suatu perasaan otonomi, sehingga pengertian perilaku mandiri adalah suatu kepercayaan diri sendiri, dan perasaan otonomi diartikan sebagai perilaku yang terdapat dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan dan dorongan dari dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam tidak karena terpengaruh oleh orang lain. berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah sikap seseorang berperilaku mandiri dengan kepercayaan diri sebagai dorongan kekuatan dari dalam. nilai karakter mandiri yang dimaksud dalam penguatan pendidikan karakter tercermin dalam sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. peserta didik yang mandiri memiliki etos kerja yang baik, tangguh, berdaya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat. kelima, nasionalisme. menurut smith, nasionalisme merupakan suatu gerakan ideologis yang digunakan untuk meraih dan memelihara otonomi, kohesi, dan individualitas. gerakan ini dilakukan oleh satu kelompok sosial tertentu yang diakui oleh beberapa anggotanya guna membentuk atau menentukan satu bangsa atau yang berupa potensi saja. dapat disimpulkan bahwa nasionalisme adalah ideologis suatu bangsa yang dilakukan secara indvidu dan berkelompok sebagai penentu potensi suatu bangsa. nilai karakter nasionalis mencerminkan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. sikap nasionalis ditunjukkan melalui sikap apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, dan menghormati keragaman budaya, suku dan agama penguatan nilai utama karakter penguatan karakter menjadi salah satu program prioritas presiden joko widodo (jokowi) dan wakil presiden jusuf kalla. dalam nawa cita disebutkan bahwa pemerintah akan melakukan revolusi karakter bangsa. kementerian pendidikan dan kebudayaan mengimplementasikan penguatan karakter penerus bangsa melalui gerakan penguatan pendidikan karakter (ppk) yang digulirkan sejak tahun 2016. vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 79 dengan dijadikannya program prioritas, maka dianggap perlu bagi sekolah sebagai wujud strategi implementasi penguatan pendidikan karakter berbasis kelas dan berbasis budaya sekolah serta masyarakat. kemudian, diwajibkan bagi sekolah untuk mendukung dan melaksanakan starategi penguatan pendidikan karakter secara berkesinambungan di sekolah pada skala besar, dan diklas pada skala kecil. dalam hal ini, pendidikan karakter akan terintegrasi dalam seluru mata peajaran yang terdapat di sekolah, dan kegiataa-kegiatan yang melibatkan siswa akan mengacu pada nilai utama karakter yang diprogramkan oleh pemerintah saat ini. penulis tertarik mengenai penguatan karakter saat penulis mendapatkan materi umum tentang arah kebijakan strategi penguatan pendidikan karakter pada pelatihan kurikulum 2013 di p4tk ipa cimahi, bandung. adapun bahan tersebut seperti yang terlihat pada cuplikan gambar berikut ini. dikatakan sekolah menjadi sentral, lingkungan sekitar dijadikan sumber-sumber belajar. sesuai dengan permendikbud no.23 tahun 2017 pasal 6 ayat (2): pelaksanaan kegiatan kokurikuler dan ektsrakurikuler baikdi dalam sekolah maupun di luar sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan: kerja sama antarsekolah; sekolah dengan lembaga keagamaan; maupun sekolah dengan lembaga lain yang terkait. smk pgri 1 martapura berkomitmen dalam mendukung slogan kabupaten banjar “serambi mekah” sejalan dengan hal itu smk pgri 1 martapura bertekad untuk melaksanakan ppk berbasis manajemen kelas dan budaya sekolah dalam keseharian disekolah dan dikelas pada khususnya. vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 80 disampaikan bahwa ada lima (5) nilai utama karakter yang akan menjadi pilar sesuai dengan arahan dari bapak presiden indonesia. kelima karakter tersebut memuat penjabaran nilai yang sangat lengkap sebagai acuan bagi sekolah dan warga sekolah dalam melakukan usaha penguatan pendidikan karakter. berbagai kegiatan bisa dicanangkan dan dilaksanakan di manajemen sekolah dan kelas, perlu kiranya sekolah mulai menganggarkan dana untuk ppk ini, seperti kegiatan bela negara, sholat dhuhur berjamah, pesantren ramadhan, khatam qur’an, pasukan adhiwiyata, masukan melek teknologi, majalah dinding, dan berbagai kegiatan peserta didik lainnya yang dinilai memperkuat nilai utama karakter kepada peserta didik. pembahasan urgensi penguatan nilai karakter di smk pgri 1 martapura urgensi program penguatan pendidikan karakter (ppk) adalah (1) pembangunan sdm merupakan pondasi pembangunan bangsa; (2) keterampilan abad 21 yang dibutuhkan siswa: kualitas karakter, literasi dasar, dan kompetensi 4c, guna mewujudkan keunggulan bersaing generasi emas 2045; dan (3) kecenderungan kondisi degradasi moralitas, etika, dan budi pekerti. tujuan program penguatan pendidikan karakter adalah menanamkan nilai-nilai pembentukan karakter bangsa ke peserta didik secara masif dan efektif melalui lembaga pendidikan dengan prioritas nilai-nilai tertentu yang akan menjadi fokus pembelajaran, pemahaman, pengertian, dan praktik, sehingga pendidikan karakter sungguh dapat mengubah perilaku, cara berpikir, dan cara bertindak seluruh bangsa indonesia menjadi lebih baik dan berintegritas. vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 81 disampaikan dalam sebuah pelatihan dalam slide narasumber mengenai urgensi ppk berdasarkan pengalaman penulis mengikuti pelatihan k13 yang diselengarakan oleh p4tk ip. berikut penulis tampilkan cuplikan slide. dikatakan urgensi penguatan pendidikan karakter guna pembangunan sdm sebagai fondasi pembangunan bangsa dalam hal ini penulis melihat peserta didik smk pgri 1 martapura perlu diberikan pengutan guna menjadi output/lulusan/ sdm yang bermanfaat dmasyarakat sebagai wujud pondasi pembangunan di indonesia. kaitannya dalam pelajaran bahasa inggris tentunya mengarah pada kemampuan berbahasa asing peserta didik secara dalam komunkasi aktif sesuai dengan nilai utama karakter. selanjutnya, dikatakan guna menghadapi kondisi degradasi akhlak,moral dan budi pekerti, pada point ini penulis menilai penguatan nilai karakater menjadi urgensi di smk pgri 1 martapura karena dengan virus medsos yang menjamur, peserta didik perlu diberikan pemahaman tentang hoax cara menghadapinya sehingga peserta didik mampu menjadi pribadi yang bijksana, untuk akhlak peserta didik perlu diberika penguatan lebih dalam segi agama dengan begitu peserta didik menjadikan tuhan sebagai pedoman dalam melangkah dan mengambil keputusan. pada point selanjutnya, dikatakan guna menghadapi dinamika dan tantangan era global, pada point ini penulis menilai ini berkaitan dengan menyiapkan peserta didik untuk menyongsong industri 4.0 yang serba canggih dalam jaringan. dalam hal ini, peserta didik smk pgri 1 martapura disiapkan untuk melek teknologi dan mampu menjawab tantangan yang akan diberikan pada indutri 4.0. pada pembelajaran bahasa inggris peserta didik sudah mulai diberikan arahan untuk pembelajaran melalui daring (dalam jaringan). point terakhir, menciptakan generasi emas 2045 yang berdaya saing dan berjiwa pancasila. penulis mencermati dalam hal ini penguatan pendidikan dilakukan untuk mempersiapkan siswa menuju generasi emas yang layak namun berideologi pancasila, dalam hal ini peserta didiksmk pgri 1 martapura perlu untuk diikut sertakan dalam hal membangun sekolah. namun, urgensi yang dimaksud penulis berkaitan dengan kekuatirkan penulis mengenai kurangnya karakter yang ditanam kepada peserta didik. penulis berpendapat perlu menemukan cara untuk melakukan penguatan nilai karakter siswa smk pgri 1 martapura dalam mata pelajaran bahasa inggris. penulis memaparkan kegiatan yang dinilai penulis merupakan kegiatan yang bisa diajukan sebagai cara untuk penguatan nilai karakter, sehingga vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 82 kelak kegiatan penguatan ini dapat diintegrasi ke seluruh mata pelajaran lain, kemudian secara serentak sekolah sebagai lembaga pendidikan berperan serta aktif dalam upaya pemerintah untuk penguatan nilai karakter. ppk urgensi dilakukan di smk pgri 1 martapura dengan mempertimbangkan banyak hal yang terjadi di smk pgri 1 martapura. sebagai sekolah yang ditunjuk sebagai sekolah penyelenggara inklusi tercatat ada sekitar 29 anak terdeteksi sebagai anak berkebutuhan khusus tuna laras. di mana mereka memiliki masalah kurangnya perhatian dari pihak keluarga, sehingga untuk ppk kami perlu bekerja keras dengan kegiatan pembiasaan setiap hari. terkadang anak yang tidak abk pun sering berperilaku seperti acuh tak acuh kepada guru dan tata tertib yang telah ditetapkan sehingga penulis menilai urgensi untuk ppk di smk pgri 1 martapura, perlu kiranya kegiatan yang bersinergi dengan norma agama dam masyarakat serta berintegrasi dalam kurikulum dan mata pelajaran yang ada ada di sekolah. sebagai contoh pengalaman penulis suatu hari saat mengajar bahasa inggris peserta didik banyak yang tidak perhatian dengan materi dan sering sibuk sendiri dengan gadget mereka sehingga penulis merasa urgensi untuk ppk, peserta didik sangat perlu diberi dorongan dan penguatan dari lingkungan sekolah, dikelas, dan dirumah. dengan begitu peserta didik akan terbiasa melihat, meniru dan melakukan karakter baik yang diberikan oleh orang-orang disekelilingnya. contoh lainnya, peserta didik sering sekali datang terlambat ke sekolah dengan berbagai alasan, seperti tidak dibangunkan orang tua sampai kesiangan karena harus bekerja hingga larut malam di suatu tempat. hal-hal yang terlihat sepele seperti ini bila dibiarkan menurut pandangan penulis akan menjadi momok bagi peserta didik di masa depan. dari kasus terebut, penulis mengganggap hal ini urgent untuk dilakukan penguatan segera. peserta didik harus siap menghadapi berbagai tantangan dan masalah yang akan menghampiri mereka di masa depan, hal ini bisa dilakukan apabila peserta didik memiliki iman yang kuat dalam agama mereka, dan karakter yang kuat dalam kehidupan mereka. latar belakang peserta didik tidak bisa jadi penentu masa depan peserta didik kelak. analoginya, anak seorang criminal tidak akan jadi criminal bila ditanam dan dikuatkan karakter yang baik dalam dirinya, dan sebaliknya anak seorang yang bermartabat bisa menjadi tidak bermartabat di masa depan bila sejak dini tidak diajarkan, ditanamkan dan dikuatkan mengenai karakter yang baik. setiap anak yang dilahirkan di dunia ini berhak untuk mejadi bahagia, sukses dan berguna bagi sesamanya, peran serta keluarga, guru dan masyarakat nilai penting dalam membentuk karakter seorang anak (peserta didik). sempat terlintas dalam benak penulis “apakah mungkin memperbaiki karakter anak di pendidikan menengah? yang notabene nya karakter anak-anak sudah terbentuk kuat sejak kecil” namun kembali pada keyakinan penulis nothing is impossiblemaka penulis berupaya untuk membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin bila kita ada keyakinan, saat ini penulis berkeyakinan bahwa karakter peserta didik di smk pgri 1 martapura bisa diperbaiki dan dikuatkan sesuai porsinya dengan kegiatan pembisaan. pembiasaan nilai utama karakter dalam pembelajaran bahasa inggris sebagai guru bahasa inggris di smk pgri 1 martapura penulis memasukan pendidikan karakter dalam rpp (rencana pelaksanaan pembelajaran) dan mengintegrasikan dalam model pembelajaran penulis. selain itu, dalam proses kegiatan belajar mengajar pun diterapkan pendidikan karakter bagi peserta didik smk pgri 1 martapura. terutama nilai karakter religiositas yang mana penulis mewajibkan siswa untuk membaca doa sebelum vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 83 belajar dalam bahasa arab dan bahasa inggris. serta membaca doa al-fatihah dalam bahasa arab dan bahasa inggris. adapun dalam model pembelajaran, penulis menerapkan model dengan nilai karakter gotong royong dengan diskusi dan komunikasi aktif antara guru dan peserta didik, peserta didik dan peserta didik, sehingga peserta didik terbiasa untuk bekerjasama dan mengkomunikasikan permasalahan dan menyampaikan solusi secara terbuka. membiasakan peserta didik menyanyikan lagu indonesia raya sebelum memulai pelajaran di jam pertama setelah kegiatan mengaji, dan menyanyikan lagu indonesia raya setelah doa pulang di jam terakhir. untuk nilai karakter kemandirian penulis menerapkannya dengan cara memberikan mereka project based case berupa video pendek dengan tema/kasus yang ditentukan bersamasama. dengan cara ini, penulis menemukan anak-anak menjadi lebih mandiri dan percaya diri dalam berbahasa inggris degan membuat video pendek/vlog dengan caranya sendiri. selain itu penulis juga menugaskan siswa untuk membuat poster lingkungan berbahasa inggris sehingga anak-anak belajar untuk menjaga dan peduli lingkungan dan aktif berbahasa tulis melalui poster. selain itu, sebelum memulai pelajaran penulis membiasakan siswa untuk memeriksa sekeliling mereka apakah ada sampah yang berserak atau posisi kursi/ meja yang tidak rapi dan meminta mereka untuk membersihkan bila menemukan sampah dan merpikan bila tidak rapi. kegiatan lainnya bila penulis mengajar dijam akhir setelah sholat dhuhur berjama’ah penulis akan meminta siswa untuk mengecek kerapian diri mereka dengan memperhatikan apakah baju mereka sudah dimasukan, dan diakhir pelajaran penulis meminta peserta didik untuk mengangkat kursi ke meja agar peserta didik yang piket keesokan harinya bisa lebih mudah membersihkan kelas. membiasakan peserta didik mencium tangan setelah kbm berakhir. membiasakan siswa menyimpan telepon genggam mereka pada tempat yang disediakan sebelum jam pelajaran bahasa inggris dimulai (dengan catatan: saat pelajaran penulis tidak memerlukan telepon genggam). membisakan peserta didik merapikan sepatu mereka sebelum masuk ruang kelas saat pelajaran bahasa inggris belum dimulai. membisakan siswa menyampaikan pendapat dan kritik mereka baik pada materi yang penulis ajarkan dan cara maupun metode pembelajaran yang penulis pakai melalui lisan dan tertulis di akhir jam pelajaran bahasa inggris. simpulan pendidikan merupakan salah satu kunci kemajuan suatu bangsa. kemajuan pendidikan tidak terlepas dari adanya penguatan pendidikan karakter yang diterapkan kepada siswa melalui strategi implementasi strategi penguatan pendidikan karakter. sesuai dengan arahan presiden indonesia ada lima (5) nilai karakter yang harus dilakukan penguatan kepada siswa melalui sekolah dan tenaga pendidik. lima karakter tersebut yaitu: religiositas, integritas, nasionalisme, gotong royong dan kemandirian. smk pgri 1 martapura secara umum melalui manajemen berbasis budaya sekolah telah melakukan penguatan pada nilai karakter religiositas dengan kegiatan mengaji setiap pagi pada jam ke-0 dan sholat dhuha berjam’ah setiap hari jum’at dan sholat dhuhur berjama’ah setiap hari. penulis berpendapat penguatan pendidikan karakter (ppk) efektif dilakukan dengan cara pembiasaan. teringat penulis dengan pidato ibu kepala smk pgri 1 martapura (dra.hj. nada fauzana,kons) sebagai seorang guru bimbingan konseling beliau pernah menyampaikan “apabila pembiasaan dilakukan maka anak-anak akan terbiasa dan suka rela mengerjakan kegiatan yang telah biasa mereka lakukan”. penulis percaya tidak ada yang vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 84 mudah di saat awal, pembiasaan yang diterapkan penulis kepada siswa-pun dirasa sangat barat diawal dan terkadang lupa untuk melakukan, namun dengan pembiasaan saat ini anak-anak terbiasa untuk melakukannya dengan kesadaran mereka sendiri tanpa perlu diingatkan dan diperintah lagi. hal ini membuat penulis merasa perlu untuk membagikan pengalaman ini kepada rekan sejawat, dan berharap semoga ini bermanfaat untuk bahan referensi melakukan pembiasaaan kegiatan. pada akhirmya, terjawablah sudah pertanyaan mendasari penulis pada rumusan masalah yaitu “bagaimana melakukan penguatan nilai utama karakter peserta didikdi smk pgri 1 martapuradalam mata pelajaran bahasa inggris”. dengan learning by doing penulis mempraktikan pengetahuan dan informasi dari berbagai sumber yang diperoleh penulis dalam kegiatan belajar mengajar (kbm) pada mata pelajaran bahasa inggris di smk pgri 1 martapura. penulis akan selalu terus berupaya untuk istiqomah dalam mendungkung program penguatan pendidikan karakter (ppk) yang diprogramkan oleh pemerintah. kedepannya penulis akan menambah lebih banyak referensi kegiatan pembiasaan yang bisa dilakukan, dan cocok dengan karakter dasar peserta didik di smk pgri 1 martapura. vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 85 daftar pustaka hendarman, msc,phd. kebijakan strategis penguatan pendidikan karakter. materi pada pelatihan kurikulum p4tk ipa di cimahi bandung pada bulan mei 2018. ma’rufah,m. (http://eprints.umm.ac.id/39456/3/ diakses pada tanggal 10 februari 2019) https://pengertiandefinisi.com › umum/ diakses pada tanggal 10 februari 2019 https://www.panduanmengajar.com/2018/05/penguatan-pendidikan-karakter-disekolah.html/diakses pada tanggal 10 februari 2019 microsoft word 01-artikel 1.docx vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.229 1407 received : 13-05-2021 revised : 15-06-2021 published : 30-10-2021 analisis komunikasi kegiatan belajar mengajar berbasis daring (e-learning) achmad djuhdi endawan1, dian din yati2 biro kerjasama hukum dan hubungan masyarakat-lipi, indonesia djuhdie@gmail.com1, darkanhomeland@gmail.com2 abstrak: berbagi pengetahuan melalui kolaborasi dan komunitas menggunakan alat pembelajaran jarak jauh adalah komponen penting pendidikan pada abad ke-21 ini. pembelajaran jarak jauh tumbuh di lembaga-lembaga pendidikan di seluruh dunia, strategi pengajaran yang ditingkatkan berfokus pada penggabungan komunikasi yang melibatkan instruktur dan siswa dalam memberdayakan pemahaman. kajian ini berfokus membangun pengetahuan melalui meta-komunikasi dinamis di ruang kelas daring dengan membangun lingkungan pembelajaran jarak jauh melalui interaktivitas, keterlibatan sosial, dan pengetahuan teknologi komunikasi di indonesia. penekanan ditempatkan pada kolaborasi daring dan pembangunan komunitas untuk mendorong pembelajaran kolaboratif dan akuisisi pengetahuan. konstruksi teoretis seputar konstruktivisme sosial dan aplikasi praktis untuk pengajaran diberikan kepada pembaca untuk meningkatkan tujuan pembelajaran jarak jauh menggunakan strategi meta-komunikasi. kata kunci: edukasi; komunikasi; teknologi komunikasi vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.229 1408 pendahuluan kemampuan menerapkan prinsip-prinsip pengetahuan dinilai dapat meningkatkan pembelajaran siswa dan penciptaan pengetahuan baru serta berbagi pengetahuan dalam aplikasi smartphone, sehingga pertukaran informasi akan terfokus pada penciptaan pengetahuan, transmisi, transformasi, dan akhirnya asimilasi konten belajar untuk menambah nilai dan menciptakan prestasi belajar. pertumbuhan berbagai lembaga penyelenggara pendidikan jarak jauh dalam masa pandemi covid-19 pada pertengahan tahun 2021 ini pun semakin melesat seiring bergulirnya kebijakan pemerintah ri untuk meningkatkat tali pita internet di indonesia menuju era 5g. semakin banyak penelitian longitudinal tersedia, hasilnya muncul untuk mengkonfirmasi bahwa kursus daring tersedia bekerja untuk siswa. mereka menyediakan cara yang dinamis dan beragam untuk berinteraksi dengan konten kursus dari lokasi yang berbeda di seluruh dunia, mengingat bahwa koneksi internet tersedia. seiring berkembangnya berbagai metode pembelajaran jarak jauh, akan berbanding lurus pula nilai dan keunggulan dalam pendidikan daring. dalam lingkungan daring, semakin banyak instruktur memasukkan model meta-komunikasi ke dalam kursus mereka untuk menciptakan kesempatan belajar yang kolaboratif dan mendukung. kegiatan belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses komunikasi, tepatnya komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi yang terjadi antar individu yang belajar. persamaan proses belajar dengan proses komunikasi dapat dilihat dengan cara mempersamakan unsur-unsur dan tahapan-tahapan yang terjadi didalamnya. tiga konstruksi meta-komunikasi yang memengaruhi pengajaran berkualitas tinggi dan pembelajaran siswa yang efektif dalam lingkungan pembelajaran jarak jauh: interaktivitas, konteks sosial, dan teknologi komunikasi. optimalisasi teknologi dalam proses pembelajaran jarak jauh harus diimbangi dengan kompetensi para pengajar tentang pengetahuan mereka terhadap teknologi informasi. selain adanya kendala pemahaman penggunaan teknologi informasi, hal ini juga terbentur dengan kurikulum yang digunakan dan budaya lama pada sistem proses belajar mengajar. dalam era globalisasi informasi saat ini, beberapa lembaga pendidikan formal dan informal di indonesia banyak yang memanfaatkan kekuatan teknologi informasi secara daring sebagai saluran proses kegiatan belajar mengajar, seiring dengan kondisi pandemi covid-19 saat ini, keterlibatan teknologi – smartphone dan internet pun menjadi pilihan terbaik yang sulit dihindari. sehingga kehadiran berbagai platform belajar daring seperti “ruang guru” dan aplikasi “rumah belajar” dari kemendikbud menjadi sebuah pertimbangan agar proses kegiatan belajar mengajar tetap dapat dilakukan. metode untuk mendiskripsikan bagaimana model metakomunikasi digunakan dalam ruang kelas daring, dilakukan melalui penelitian secara deskriptif yang memaparkan objek atau subjek yang diamati sesuai dengan fenomena yang sebenarnya. metode ini merupakan suatu cara dalam melakukan penelitian yang menggambarkan situasi objek penelitian dalam kurun waktu tertentu berdasarkan fenomena-fenomena yang sedang terjadi. data yang dikumpulkan dengan cara disusun kemudian diklasifikasikan yang selanjutnya dikaji dan diinterpretasikan. kegiatan pengumpulan data ini dipaparkan oleh whitney (1960) dengan mengambarkan struktur penelitian desktiptif bertujuan untuk menghasilkan sebuah metode sistematis dalam mendeskripsikan atau menggambarkan data berdasarkan pencarian fenomena-fenomena yang vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.229 1409 sedang terjadi melalui interpretasi dan pengamatan secara tepat yang bersifat faktual dan akurat mengenai korelasi dari tiap-tiap fenomena-fenomena yang sedang terjadi. pengumpulan sampel dilakukan secara purposive sampling. sampel aplikasi belajar daring yang dianalisis dalam penelitian ini adalah aplikasi belajar daring milik kementerian pendidikan dan kebudayaan dan aplikasi belajar daring lainnya (kemendikbud, 2020), yaitu rumah belajar, ruangguru, ruang les, meja kita, sekolahmu, indonesia x, udemy, kelas pintar, zenius, icando dan quipper school. dalam penelitian ini pengumpulan datanya dilakukan menggunakan teknik dokumentasi. dengan melakukan analisis aplikasi belajar daring dari sisi komunikator, media pembelajaran, dan komunikan. untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, penulis juga mengamati segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan metakomunikasi yang terdapat dalam kedua aplikasi belajar daring tersebut, mulai dari unsur komunikator, pesan yang disampaikan, sampai dengan kualitas pesan multimedia yang ditampilkan. indikator yang diamati dalam penelitian ini adalah komunikator dan saluran komunikasi. merujuk pada penjelasan shanon dan weaver (1948), dalam "teori komunikasi matematika" dan juga disebut sebagai "model komunikasi shannon-weaver”. model ini dirancang khusus untuk mengembangkan komunikasi yang efektif antara komunikator dan komunikan yang mentransmisikan pesan melalui sebuah teknologi kepada komunikan. komunikator memainkan peran utama sedangkan komunikan memainkan peran sekunder (menerima informasi atau pasif). dasar model komunikasi ini juga mengidentifikasi masalah kebisingan yang berdampak pada pesan dan mempengaruhi proses komunikasi yang disebut “noise” atau hambatan. (ashwin & hirst, 2010. p.18) proses pengemasan pesan oleh komunikator disusun kedalam kode-kode, sinyal atau sistem simbol dalam susunan sedemikian rupa sehingga akan dapat dikomunikasikan dengan baik kepada komunikan melalui pemancar sebagai saluran yang mengubah pesan menjadi sinyal. pengetahuan komunikan mempunyai peranan besar dalam membentuk proses komunikasi yang efektif, sebaliknya kekurangan pengetahuan komunikator dapat menghambat proses komunikasi dan menjadi noise, sehingga kemungkinan besar komunikan tidak akan menerima pesan secara utuh atau benar. model ini secara jelas hanya berurusan dengan hambatan eksternal yang mempengaruhi pesan atau sinyal dari sumber eksternal. misalnya: jika terjadi masalah dalam jaringan yang secara langsung mempengaruhi komunikasi ponsel atau mengganggu pesan. selanjutnya berdasarkan pesan yang diterjemahkan, komunikan memberikan umpan balik kepada komunikator. jika pesan terganggu oleh noise maka akan mempengaruhi arus komunikasi antara komunikator dengan komunikan. penelitian ini dilakukan untuk menganalisis aplikasi belajar daring dari aspek unsur komunikasi milik kementerian pendidikan dan kebudayaan (kemendikbud) dan aplikasi belajar daring lainnya seperti rumah belajar, ruangguru, ruang les, meja kita, sekolahmu, indonesia x, udemy, kelas pintar, zenius, icando dan quipper school. kerangka teori model kolaborasi, komunikasi, dan interaktivitas yang konstruktivis hadir di garis depan proses perencanaan pembelajaran. teori konstruktivis memiliki potensi untuk menyediakan model komunikasi pembelajaran yang kaya yang dapat memberikan beragam kesempatan bagi peserta didik untuk menguji model mental mereka dengan peserta lain melalui partisipasi aktif dan manipulasi konten. ini memulai proses konstruksi pengetahuan melalui konteks sosial dan vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.229 1410 campuran. sebagai pendidik jarak jauh akan terlibat untuk menggabungkan berbagai strategi, metode, dan alat teknologi untuk memberikan pembelajaran daring dengan pengajaran yang berkualitas dan akses yang adil ke konten, instruktur juga harus menyadari dan mengintegrasikan secara efektif interaktivitas, konteks sosial, dan teknologi komunikasi yang sesuai ke dalam lingkungan pembelajaran untuk melibatkan peserta didik dalam proses tujuan pembelajaran (tu & corry, 2002). belajar merupakan proses mental individu-individu yang terlibat aktif dalam pengalaman belajar yang dapat mengubah tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan. fadlillah (2014:131). belajar bisa sepenuhnya merupakan proses dalam individu atau kelompok belajar sebagai bentuk interaksi antara individu atau kelompok dengan lingkungannya , tergantung darimana stimulus muncul. suyitno (2011:71-72) berpendapat sebuah proses pembelajaran dapat terjadi jika adanya interaksi antara tutor yang berperan sebagai komunikator dengan peserta didik sebagai komunikan dengan tujuan memperoleh pemahaman bersama dan pengalaman kognitif, afektif dan pembentukan atitude melalui pesan dan media yang digunakan dalam proses pembelajaran yang terjadi. pemilihan media komunikasi salah satunya akan tergantung kepada jenis pesan (informasi) yang akan disampaikan. masing-masing media memiliki keterbatasan dalam menyampaikan pesan. seperti radio, untuk pesan yang sederhana dan tidak memerlukan penjelasan yang detil, media ini mampu menyampaikan pesan secara cepat. akan tetapi, apabila pesan itu merupakan pesan instruksional yang kompleks dan memerlukan contohnya secara kongkrit seperti dalam kegiatan pembelajaran, media radio dinilai kurang mampu menyampaikannya secara jelas. bab ini akan mengeksplorasi model meta-komunikasi kolaborasi dan komunitas melalui praktik modalitas pembelajaran aktif dan teknologi komunikasi, semua dalam konteks berorientasi pengetahuan. 1. model meta-komunikasi metakomunikasi merupakan uraian yang menggambarkan hubungan antara komunikator dan komunikan saat melakukan proses komunikasi (tubbs dan moss, 2001). metakomunikasi dapat berupa suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan menggambarkan sifat hubungan diantara yang berbicara, yaitu adanya pesan didalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan komunikator terhadap komunikan. model meta-komunikasi interaktivitas, konteks sosial, dan teknologi komunikasi yang tepat mengharuskan siswa untuk berpartisipasi dalam pemikiran reflektif dan analisis terapan, yang pada gilirannya harus dikomunikasikan kepada teman sebaya dan instruktur melalui partisipasi dinamis. keterlibatan aktif ini dalam konteks pembelajaran sosial daring menanamkan teknologi komunikasi kolaboratif ke dalam proses pembelajaran. oleh karena itu siswa diberikan potensi untuk pemikiran tingkat yang lebih tinggi karena kesempatan yang diberikan oleh peserta didik lain serta instruktur untuk menantang pemahaman mereka melalui metode meta-komunikasi. 2. interaktivitas interaktivitas adalah komponen penting untuk membangun pembelajaran jarak jauh. tutor menciptakan lingkungan belajar yang mendorong siswa untuk bekerja dalam kelompok kecil dan / atau besar melalui diskusi dan debat dengan tujuan berbagi pengetahuan baru dan pada saat yang sama menantang skema pengetahuan yang ada atau pemahaman sebelumnya. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.229 1411 dalam lingkungan partisipatif ini, peserta didik membentuk komunitas dimana mereka secara aktif berbagi pengetahuan dan pemahaman pribadi dengan anggota kelompok belajar mereka, terutama ketika rasa saling percaya tumbuh antara anggota kelompok dan tutor. tutor merancang budaya belajar dan kreativitas peserta didik untuk berpikir kreatif tentang topik dan konten dengan menantang teman sebaya dan pengetahuan mereka sebelumnya. budaya belajar yang dibentuk ini berkomitmen pada pengetahuan yang merangkul dan menyambut perubahan dan berkomitmen pada inovasi dan ide-ide baru. ini dapat dilakukan melalui proyek-proyek penelitian dan presentasi, pembuatan peta konsep atau model mental, atau membuat video untuk dibagikan dengan kelompok, semua dengan tujuan memunculkan pertanyaan dan analisis kritis dari peserta didik lain. lingkungan budaya yang dikembangkan dalam kelompok belajar merupakan komponen kunci untuk memastikan bahwa pengetahuan dan arus informasi kritis di dalam kelas. ini terdiri dari norma, rutinitas, dan aturan yang diucapkan serta tak terucapkan tentang bagaimana hal-hal dilakukan dalam proses pembelajaran. tutor berfungsi sebagai model peran dan sistem penghargaan (mis. penilaian) harus mempromosikan, mendukung, dan menghargai interaksi siswa yang memfasilitasi penerimaan budaya terhadap praktik dan proses pengetahuan. dalam lingkungan kolaboratif daring ini, tutor berfungsi sebagai fasilitator pengetahuan alih-alih sumber pengetahuan. selain pengetahuan dasar, peluang disediakan bagi peserta didik untuk menemukan dan berinteraksi dengan informasi baru melalui proses pembelajaran aktif dan interaksi sosial. ini termasuk kegiatan seperti: • debat daring, • pernyataan masalah, • menulis posting blog untuk merangkum bacaan dan mengajukan pertanyaan kritis, atau membuat proses garis waktu suatu peristiwa semua kegiatan ini mendorong partisipasi aktif dengan konten melalui manipulasi dan pengerjaan ulang konten ke dalam format baru. dalam lingkungan pembelajaran jarak jauh interaktif ini, belajar bukanlah proses yang kompetitif tetapi sebaliknya dipandang sebagai kolaborasi dan inklusif. interaktivitas terencana selaras dengan tujuan pembelajaran dalam proses belajar, yang berdampak terhadap peserta didik untuk memperdalam pemahaman mereka secara keseluruhan tentang konten dan membangun koneksi dengan menggunakan situasi dunia nyata dengan kegiatan yang direncanakan (tu & corry, 2003). 3. konteks sosial arti penting sekolah bagi citra diri anak-anak tidak hanya bergantung pada bagaimana anak diperlakukan oleh teman sekolah dan gurunya, dan pada bagaimana anak menangani tuntutan yang diajukan oleh sekolah. secara tidak langsung, citra diri anak dipengaruhi juga oleh cara mereka bersekolah untuk berinteraksi dalam konteks sosial lainnya. studi yang dilakukan pada instruksi kelompok kecil dengan memasukkan unsur-unsur interaktif telah menunjukkan pengaruh positif pada prestasi belajar siswa dalam lingkungan pembelajaran jarak jauh. ketidakseimbangan kognitif yang disebabkan oleh aktivitas dunia nyata interaktif membantu pelajar untuk mengembangkan pemahaman tentang isi kursus dan untuk mendapatkan pertanyaan yang membangun pengetahuan mereka secara keseluruhan tentang tujuan pembelajaran (ocker & yaverbaum, 1999; slavin, 1991). dalam lingkungan belajar yang konstruktivis dan melalui penggabungan metode metakomunikasi, pembelajaran aktif dipromosikan melalui partisipasi dengan peserta didik lainnya vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.229 1412 dan berkontribusi pada dialog proses pembelajaran itu sendiri dengan maksud penyelidikan yang mendalam. ketika pelajar bekerja di dalam lingkungan kursus daring, menjelajahi masalah dan pertanyaan, mereka mulai membangun pengetahuan seputar topik dan tema kursus. konstruksi ini pada akhirnya mengarah pada retensi pengetahuan ketika pelajar mengajukan pertanyaan tentang diri mereka sendiri dan teman sekelas mereka dan mulai menyajikan informasi baru kepada komunitas pelajar mereka. ketika menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada konstruktivis dengan fokus utama adalah konstruksi pengetahuan, alat komunikasi digunakan untuk itu mendukung konstruksi pengetahuan pembelajar menjadi penting (kimball & sibley, 1996). 4. teknologi informasi alat teknologi ini harus memperkuat model meta-komunikasi yang diterapkan dalam proses belajar untuk mempromosikan refleksi dan pemikiran tentang konten yang sedang dieksplorasi. konstruksi pengetahuan ini dikembangkan melalui tindakan, dan interaktivitas penemuan dan pemahaman kognitif melalui pengalaman dengan menggunakan metode pertanyaan ilmiah dalam proses secara sistematis (dewey, 1966). dalam lingkungan daring, tutor mengembangkan pengalaman belajar bagi siswa yang terikat dengan interaksi sosial dan bertanya. dengan menyediakan interaktivitas sosial, peserta didik memiliki kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sekelas dan pada gilirannya mengamati dan mengidentifikasi kesimpulan dari peserta didik lain yang membangun makna di sekitar masalah yang sama. interaktivitas proaktif ini secara konstan dan konsisten menguji keyakinan dan pemahaman peserta didik sehingga pengetahuan baru dapat terjadi. ada beberapa motivasi untuk menggunakan pembelajaran daring. yang pertama adalah sebagai pengganti untuk instruksi tatap muka, khususnya dalam kasus-kasus di mana yang terakhir terlalu mahal atau secara logistik tidak mungkin dilakukan dengan sukses. ukuran kunci di sini adalah kesetaraan: jika hasil peserta didik adalah sama apakah kursus diambil secara daring atau tatap muka, maka instruksi daring dianggap "berhasil" (berarti, toyama, murphy, bakia, & jones, 2009: 3). dalam hal ini, pembelajaran daring telah terbukti menjadi intervensi yang hemat biaya ketika terlalu sedikit peserta didik berada di lokasi geografis tertentu untuk menjamin seorang tutor berada di tempat. hasil dan pembahasan tabel 1. hasil pengamatan aplikasi belajar daring aspek yang dikaji layanan gaya komunikasi fasilitator antaramuka dan tataletak media pembelajaran keterangan rumah belajar sumber baca kelas maya lab maya bank soal fitur pendukung: edugames, wahana jelajah angkasa, blog dll tutor merupakan perwakilan guru dari berbagai sekolah sehingga berbeda-beda dalam gaya penyampaian. ada yang luwes ada yang cukup kaku. bahasa yang digunakan bahasa formal. menggunakan tampilan secara sederhana dan memudahkan bagi pengguna pemula video animasi audiovisual bahasa tutor dapat mengunggah konten pembelajarannya, adai materi yang ditayangkan di tv ruangguru beberapa layanan yang tersedia antaralain ruang les, tutor menggunakan bahasa semi formal. hal ini dilakukan dengan sering menyapa audiennya, sehingga audien desain aplikasi yang diusung menggunakan tema perpaduan warna yang lembut. video animasi audiovisual tutor selalu siap setiap saat untuk menjadi tempat siswa berinteraksi. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.229 1413 aspek yang dikaji layanan gaya komunikasi fasilitator antaramuka dan tataletak media pembelajaran keterangan les online, dan ruang uji dan baca merasa sangat diperhatikan dan menciptakan iklim belajar jadi aktif sekaligus menyenangkan, tutor juga memberikan kesempatan bagi audiennya untuk saling berinteraksi mengenai materi yang diajarkan oleh pengajar. -suasana santai sengaja diciptakan agar proses komunikasi dapat terjalin dengan baik, yang selanjutnya akan berdampak terhadap penciptaan relasi secara harmonis antara tutor dengan siswa, hal ini dilakukan tutor ketika menyampaikan materi ajar, dilakukan dengan selingan humor tampilan dari berbagai menu yang disajikan lebih mengutamakan kenyamanan siswa saat menerima materi yang disampaikan tutor. banyak menggunakan simbol-simbol yang berhubungan dengan mata pelajaran dan disajikan dalam bentuk animasi gerak tutor akan menjadi tempat bertanya jika ada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran kelas pintar kelas pintar tanya soal bertanya pada guru bahasa yang digunakan tutor adalah bahasa formal. hal ini bertujuan untuk tetap mendapatkan kesan dan suasana kegiatan belajar mengajar seperti disekolah. tampilannya sangat bersahabat bagi penggunanya, interfacenya di dominasi oleh warna biru dan orange yang mempunyai efek psikologis ketenangan namun tetap fokus, sehingga proses kegiatan belajar akan terasa menyenangkan. hal tersebut sejalan dengan motto yang digunakan, belajar dirumah serasa di sekolah video animasi e-book audiovisual ada ruang khusus orang tua, guru dapat mengunggah materi pembelajaran, konsep pembelajaran yang diadopsi menggunakan metode aktivitas bertanya dan kemampuan berpikir meja kita rumus diskusi pr tryout berbagi catatan belajar bersama utbk sbmptn cair dan menggunakan bahasa informal karena pemateri merupakan siswa-siswa dari berbagai sekolah materi pembelajaran ditampilkan secara tematik. dari setiap tema terdapat ruang forum diskusi yang dijadikan sebagai media tanya jawab. mengusung desain clean themes, yang di dominasi warna putih, yang identik dengan artifaktual para pelajar serta menghadirkan situasi belajar yang bersih dan tenang. catatan yang dishare siswa contoh pengerjaan soal hasil siswa lain dari siswa untuk siswa, hanya untuk siswa sma/smk icando game ensiklopedia buku cerita video pesan suara buku harian -penanaman kebiasaan baik dalam ruang khusus sekolah, guru sekolah ybs bertindak sebagai pemateri, gaya komunikasi sesuai untuk anak usia paudyang interaktif dan mudah dipahami. desain layout-nya mengusung tema permainan berbasis pendidikan, tataletaknya mudah dipahami anak usia paud dengan mengadopsi teknologi inovasi pengenalan suara dan tulisan tangan game e book anak video pesan suara ada ruang khusus orang tua, pembelajaran berbasis game, untuk paud vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.229 1414 aspek yang dikaji layanan gaya komunikasi fasilitator antaramuka dan tataletak media pembelajaran keterangan indonesiax webinar berupa video youtube kursus dengan tema yang spesifik pembuatan sertifikat gaya komunikasi simpatik yang mudah dipahami karena disertai contoh-contoh. bahasa yang digunakan bahasa formal. desain layout yang digunakan sangat sederhana, dengan dominasi warna putih dah biru ditambah stripping abu-abu. navigasi menu mudah digunakan, karena adanya penggunaaan warna huruf dan lustrasi yang kontras dengan warna latar antar muka. audiovisual berupa pemaparan dari pemateri sekaligus contoh prakteknya kursus daring untuk mahasiswa dan umum. meruapakn hasil kobaborasi para penggiat pendidikan dari seluruh indonesia quipper school video pembelajaran e book try out latihan soal tutor privat daring bahasa yang digunakan adalah bahasa informal yang disesuaikan dengan pengguna yang merupakan siswa smp dan sma. istilah kekinian digunakan dalam video pembelajaran. desain layout-nya jika diperhatikan mirip sekali dengan tampilan layanan email. menggunakan desain bertemamakan clean , penambahan menu disebelah samping memudahkan pengguna untuk lebih mengeksplorasi fitur-fitur dan layanan lainnya video pembelajaran konsultasi privat tingkat smp dan sma. persiapan masuk ptn hanya menampilkan mata pelajaran yang di unkan sekolahmu pelatihan daring untuk siswa paud hingga umum dalam bentuk audiovisual pelatihan untuk umum (dewasa) dengan tema spesifik di dunia kerja atau bisnis kalender belajar bahasa yang digunakan adalah bahasa formal dengan gaya bicara yang disesuaikan dengan segmennya, untuk kelas junior gaya bicara yang digunakan adalah gaya bicara untukanak-anak. aplikasi ini mengusung desain clean horizontal. navigasi menu banyak disajikan dengan menggunakan huruf dan gambar ilustrasi yang mudah dipahami. pengguna akan dimanjakan dengan fasilitas schrolling untuk dapat mengekplor fiturfitur dan layanan lainnya video animasi audiovisual adanya pilihan kegiatan jam belajar menjadikan aplikasi ini lebih fleksible digunakan dengan jadwal aktivitas orang tua dan sekolah zenius video materi bank soal try out bimbingan belajar daring e-book tanya soal flashcard materi rangkuman materi bahasa yang digunakan adalah bahasa formal dan semiformal. antar mukanya didominasi warna kuning dan putih dan biru sehingga menimbulkan efek kontras bagi penggunanya. tata letak menu sangat proporsional di layar smartphone, hampir semua menu dalam satu layar dapat ditampilkan video animasi audiovisual memiliki ruang khusus guru untuk mengunggah materi, melakukan ujian hingga penilaian otomatis oleh sistem udemy kursus dengan tema yang spesifik pembuatan sertifikat bahasa yang digunakan adalah bahasa formal yang tetap sopan dan mudah dipahami user menggunakan antar muka berbasis website, tataletaknya pun mengusung web desain dengan menu navigasi ciri khas website ataupun sebuah blog audiovisual berupa pemaparan dari pemateri sekaligus contoh prakteknya kursus daring untuk mahasiswa dan umum. pembahasan pembelajaran jarak jauh secara daring pada umumnya selalu disajikan dalam bentuk ceramah. pada aplikasi belajar daring yang dianalisis, seperti dapat dilihat pada tabel 1, dapat diketahui bahwa hampir semua aplikasi belajar daring menggunakan metode pembelajaran yang ceramah yang disajikan melalui media audio visual. savira dkk (2018) menyebutkan vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.229 1415 bahwa metode ceramah merupakan metode pembelajaran dengan guru sebagai pusatnya, dimana guru menjelaskan secara lisan, sementara siswa menjadi objek pasif menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. metode ceramah ini merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. metode ini merupakan metode konvensional, banyak digunakan karena mudah untuk diterapkan, sederhana dan tidak memerlukan persiapan yang rumit dan khusus (harsono, dkk. 2009). namun metode ceramah, terutama yang bersifat satu arah, bagi peserta didik dapat mengakibatkan efek jenuh. hal tersebut dapat menurunkan motivasi belajar peserta didik dan mengganggu kelancaran kegiatan belajar mengajar. sehingga diperlukan berbagai inovasi dan kreativitas dalam melangsungkan kegiatan pembelajaran. inovasi aplikasi belajar daring diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar, ketika peserta didik termotivasi belajar maka hasil belajar pun akan meningkat, dengan demikian penggunaan media pembelajaran dapat membantu untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik. menurut sanaky (2011: 4) tujuan penggunaan media pembelajaran adalah sebagai alat bantu pembelajaran, agar mempermudah proses dan konsentrasi siswa dalam pembelajaran, serta meningkatkan efisiensi agar materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan belajar jarak jauh secara daring. berdasarkan tabel 1.1. mendeskripsikan bahwa pada umumnya aplikasi belajar daring menggunakan media pembelajaran berupa video, baik audiovisual atau video animasi. visualisasi merupakan komponen kunci dalam pengajaran berbasis multimedia, yang dapat didefinisikan sebagai pembelajaran dari teks dan gambar (mayer, 2005). terlepas dari kenyataan bahwa visualisasi semakin sering digunakan dalam pendidikan informal dan formal, saat ini tidak banyak penelitian tentang sifat semiotiknya, bagaimana manusia memprosesnya, dan bagaimana mereka dapat dirancang dalam kemasan terbaik untuk dapat dipelajari. dalam penelitian pendidikan, visualisasi sering diperlakukan dengan cara yang seragam, terlepas dari kenyataan bahwa visualisasi mungkin memiliki fungsi yang sangat berbeda tergantung pada audiens dan tujuan visualisasi diperlakukan secara fungsional setara dengan teks, kedua variable itu akan saling mempengaruhi hasilnya, ulasan tentang pembelajaran dengan visualisasi tidak jelas, hasilnya akan berdampak buruk pada kualitas pembelajaran. solusi untuk membangun pengetahuan melalui strategi metakomunikasi dalam pembelajaran jarak jauh adalah dengan fokus pada kolaborasi dan komunitas dalam konteks interaktif. selain itu juga membutuhkan penggunaan teknologi yang tepat agar siswa dapat merasa terhubung satu sama lain dan dengan tutor. peran teknologi bukanlah untuk membanjiri peserta didik dengan informasi atau mengambilnya dari mereka, melainkan untuk menyediakan saluran yang berharga dalam mentransfer pengetahuan (gilmour, 2003). dalam beberapa tahun terakhir, teknologi seluler telah semakin meledak sebagai alat bagi peserta didik dan, bahan pembelajaran guru. teknologi seluler memiliki banyak keunggulan — mereka ada di mana-mana, portabel, dan mudah digunakan serta dapat mengirimkan audio, video, multimedia, dan teks. banyaknya aplikasi pendidikan yang dikembangkan untuk platform ini menjadikannya mode pengembangan profesional guru yang sangat menjanjikan (pasnik, 2007: 8). jenis pembelajaran ini disebut sebagai mobile atau m-learning. m-learning merupakan salah satu upaya pemerintah ri dalam menggantikan metode pembelajaran secara tatap muka dalam meminimalisir penularan dan penyebaran virus corona (covid-19) saat ini. hal-hal semacam itu dapat membuka ide-ide baru bagi orang tua. ”selain video, pesan teks juga muncul sebagai alat yang kuat untuk mendukung pembelajaran orang tua, orang tua vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.229 1416 sangat menerima pesan singkat yang menawarkan informasi praktis tentang penggunaan media pendidikan (pasnik, moorthy, et al., 2015). misalnya, guru telah mengirim tugas rumah kepada siswa melalui sms atau layanan pesan multimedia lainnya seperti whatsapp. dalam hal teknologi seluler lainnya, siswa telah menggunakan smartphones untuk melakukan penelitian internet. pemutar media portabel juga telah digunakan untuk mempromosikan penguasaan bahasa, dengan siswa mendengarkan dan berlatih bersama dengan rekaman sesi pengajaran bahasa. pembelajaran secara mobile pada dasarnya melibatkan e-learning melalui perangkat jaringan seluler yang kecil — ponsel, ponsel pintar, dan tablet sehingga peserta didik dapat mengakses informasi, kolega, dan sumber daya di mana-mana. penggunaan media pembelajaran dengan visualisasi yang menarik, misalnya audio visual atau video animasi dapat menumbuhkan minat belajar siswa. kegiatan pembelajaran secara multimedia bertujuan untuk memperoleh efek kognitif terhadap siswa melalui stimulus yang disampaikan dalam pesan yang muncul akibat respon yang diterima siswa saat melihat video berupa gambar bergerak dan suara yang juga menampilkan suatu kontruksi pemikiran yang mampu mempengaruhi sikap dan emosi, (fitria, 2014). dalam penelitiannya, harsono dkk, mendapatkan temuan bahwa penggunaan media pembelajaran dengan jenis video animasi memberikan dampak positif secara kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan metode tatap muka secara konvensional. selain penggunaan media pembelajaran yang tepat, gaya penyampaian materi pengajaran oleh guru atau tutor juga sangat penting untuk dipertimbangkan dalam aplikasi belajar daring. bila dilihat dari gaya penyampaian pesan (materi pembelajaran), pada aplikasi belajar daring untuk segmentasi siswa sekolah dasar dan prasekolah, komunikator lebih atraktif karena disesuaikan dengan perkembangan jiwa anak. proses belajar secara daring pada dasarnya menghantarkan stimulus sehingga dapat sampai dan dipahami oleh individu yang melakukannya. menurut allen et al. (2006) cara tutor berkomunikasi dengan siswanya dapat disebut sebagai gaya komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal. dalam hal ini pemberian bimbingan, perhatian dan empati terhadap peserta didik, itulah menjadi bagian pokok yang akan mengungkap gaya komunikasi yang digunakan. tabel 1.1. di atas menggambarkan aplikasi belajar daring yang telah bekerjasama dengan kemendikbud dapat dibedakan menjadi dua jenis bila berdasarkan audience-nya (komunikan), yakni audience mahasiswa dan umum, serta audience siswa sekolah. hal tersebut berkaitan dengan performa pengajar sebagai komunikator. dapat dilihat di tabel 1.1 bahwa aplikasi belajar daring dengan segmentasi mahasiswa dan umum menggunakan bahasa yang lebih formal, sedangkan aplikasi belajar daring dengan segmen siswa sekolah mengengah atas ke bawah pada umumnya menggunakan bahasa semiinformal sesuai dengan audience yang usianya remaja. pemilihan gaya komunikasi oleh komunikator sangatlah penting karena dalam proses pembelajaran, komunikan merupakan pertimbangan berikutnya yang menyangkut dua hal, yaitu : berapa jumlah sasaran yang ingin dicapai ? dan bagaimana karakteristik sasaran dalam proses pembelajaran tersebut ? jumlah sasaran yang dapat dijangkau merupakan salah satu segi kemampuan media, jika ditujukan kepada sejumlah besar sasaran, maka lebih tepat menggunakan media aplikasi pembelajaran, karena mampu menyampaikan pesan kepada khalayak dalam satu waktu. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.229 1417 sucia (2016) menunjukkan bahwa karakteristik komunikator terkait erat dengan dengan kemampuan siswa dalam memahami pesan dari gaya komunikasinya, misalnya apabila sasaran penerima pesan itu tidak mampu mencerna kecepatan berbicara tutor seperti pada siswa kelas satu hingga siswa kelas tiga, maka gaya komunikasi yang digunaka tutor hampir tidak ada artinya dan mempengaruhi motivasi untuk belajar siswa. selain karakteristik diatas, karakteristik geografis pun perlu menjadi pertimbangan. jika penerima berada di daerah yang tidak terjangkau oleh media pembelajaran elektronik maka tidak ada gunanya menyampaikan materi belajar melalui media ini. gaya komunikasi merupakan hal yang penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar. hasil penelitian yang dilakukan oleh sucia (2016) menunjukkan bahwa gaya komunikasi guru mempengaruhi motivasi belajar siswa. motivasi belajar siswa sangat penting untuk keberhasilan proses mengajar dan belajar. huriati (2014) mengemukakan guru tidak hanya dapat berperan sebagai pengajar namun juga berperan sebagai terman dengan siswanya, sehingga bahasa pembicaraan sesuai dengan gaya komunikasi siswa. terhambatnya proses belajar mengajar banyak yang disebabkan oleh siswa yang tidak mampu mencerna informasi dari gurunya, yang diakibatkan oleh ketidaksesuaian gaya komunikasi guru (sucia, 2016). selain gaya komunikasi, interaksi antara guru dan siswa juga penting. selain untuk mempererat ikatan dan kepercayaan antara guru dan siswa, interaksi juga dibutuhkan untuk mengukur sejauh mana pesan yang disampaikan guru diterima dengan baik oleh siswa. komunikasi interpersonal sebaiknya berlangsung secara dialogis atau dalam dua arah, sehingga terdapat umpan balik antara komunikator dan komunikan. setiap aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh individu atau kelompok belajar akan memperhatikan dan menikmati respon yang diungkapkannya terhadap stimulus yang diterimanya. rasa suka atau tidak suka, puas atau tidak puas, atau perasaan lainnya akan muncul pada saat ia mengungkapkapkan respon tersebut. perasaan-perasaan yang muncul dalam pengungkapan respon merupakan konsekuensi dari respon yang diungkapkannya. konsekuensi ini memungkinkan individu belajar kembali apakah respon yang diungkapkannya sudah sesuai atau sudah benar, dan sebagainya. dalam ilmu komunikasi, unsur yang memberikan kesempatan kepada komunikator untuk menilai penyampaian pesan yang dilakukannya adalah feedback atau umpan balik. berdasarkan analogi ini, konsekuensi didalam proses belajar tidak lain merupakan umpan balik. pada aplikasi belajar daring karena komunikasi bersifat satu arah yakni melalui video pembelajaran, maka komunikator harus benar-benar memastikan bahwa pesan yang hendak ia sampaikan dapat diterima dengan jelas oleh siswa selaku komunikannya. untuk mengatasi kendala tersebut beberapa aplikasi belajar daring menyediakan fitur diskusi dengan fasilitator atau belajar privat yang memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan fasilitator. dengan fitur ini fasilitator selaku komunikan dapat melihat sejauh mana pesan atau materi ajar diterima oleh siswa. fitur ini pada umumnya terdapat di aplikasi belajar daring untuk siswa sekolah mengengah. fitur-fitur lainnya disematkan pada aplikasi belajar daring untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar dan menarik minat siswa, mulai dari fitur video materi sekolah, tanya soal, try out, game, hingga laboratorium virtual. fitur-fitur pada aplikasi belajar daring untuk tingkat sekolah lebih bersifat interaktif dengan visual yang lebih mengutamakan animasi dengan tujuan dpat lebih menarik perhatian pengguna. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.229 1418 selain fitur utama berupa video pembelajaran, fitur-fitur lain disematkan untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar jarak jauh melalui aplikasi belajar daring. fitur dan layanan yang tersedia pada aplikasi belajar daring sangat beragam dan disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. pada aplikasi belajar daring untuk mahasiswa dan umum, seperti pada aplikasi udemy dan indonesia x, pada umumnya menyediakan pembelajaran yang spesifik bersifat praktis yang dapat langsung diaplikasikan di dunia kerja atau pun bisnis, selain itu disediakan juga post test untuk mendapatkan sertifikat yang dapat digunakan untuk melamar kerja. fitur yang disediakan pada aplikasi belajar daring untuk professional ini lebih sedikit namun materi yang ditawarkan sangat banyak. pada aplikasi indonesia x selain fitur kelas belajar dan pembuatan sertifikat, juga ada fitur webinar yang dapat diikuti oleh masayarakat secara gratis karena dapat diakses dari platform youtube. interface dan layout aplikasi belajar daring pada umum berukuran cukup kecil, sehingga dapat disematkan kedalam smartphone dengan spesifikasi minimal sekalipun. interface, layout dan sistem navigasi menunya, rata-rata sangat menarik dan mudah dioperasionalkan. berbagai warna latar pun ditampilkan sedemikian rupa sehingga menghadirkan suasana dan rasa nyaman saat belajar. tidak hanya itu, berbagai unsur semiotika juga banyak ditampilkan dalam aplikasi belajar daring ini, mulai dari penggunaan simbol-simbol menarik hingga berbagai karakter-karakter animasi lucu dan unik yang disesuaikan dengan tingkat kelas pengguna aplikasinya. tampilan menu utama biasanya hanya terdiri dari beranda, akun dan pembelian paket layanan serta fitur tambahan yang dilengkapi dengan informasi berbagai fasilitas yang akan didapatkan. simpulan pembelajaran berbasis online sering dipandang sebagai pilihan yang menarik untuk program pendidikan jarak jauh guru secara nasional, ketika negara-negara kekurangan guru , infrastruktur, konektivitas, sumber daya, dan kesiapan yang diperlukan. pertimbangan yang cermat tentang kualitas sumber daya berbasis online sering dikaburkan oleh kegemaran pembuat kebijakan dengan semua hal berbasis ponsel pintar. dan pembelajaran berbasis online memiliki hambatan masuk yang sangat tinggi, menjadikannya pilihan mode pendidikan jarak jauh yang buruk dalam banyak kasus dan banyak bagian dunia. dalam kesimpulan ini penulis membahas tiga dari hambatan dalam pembelajaran berbasis aplikasi android ini. pembelajaran online menuntut akses ke konektivitas internet kecepatan tinggi dan teknologi canggih. jelas, internet menghadirkan beragam penawaran: kemampuan komunikasi dan kolaborasi waktu nyata; kemampuan untuk memberikan contoh instruksi yang baik berbasis audio dan video; simulasi dan multimedia berbasis konten yang kompleks; dan kapasitas untuk interaktivitas dengan konten, orang, dan pengalaman. untuk mengambil manfaat penuh dari ini, guru memerlukan akses internet dengan kecepatan tinggi yang mampu dengan cepat mentransmisikan file audio, video, dan multimedia. namun kapasitas batere ponsel pintar yang tidak tahan lama, bandwidth yang rendah, dan komputer peladen (server) yang berfungsi buruk serta dirawat di banyak negara atau wilayah berarti bahwa lembaga pendidikan jarak jauh tidak memiliki jalan lain selain menempatkan banyak teks tali pita (bandwidth) rendah di situs web. instruktur dan pembelajar membutuhkan berbagai keterampilan untuk menjadi sukses di lingkungan online. pembelajaran berbasis ponsel pintar menuntut beragam “literasi” umum dari instruktur dan pembelajar-guru — paling tidak membaca, menulis, pengambilan informasi dan analisis, dan keterampilan teknologi. sebagaimana dibahas dalam pengantar, vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.229 1419 mempersiapkan instruktur online secara khusus harus dapat memfasilitasi diskusi online yang kaya dan bermakna, merespons secara tepat waktu kepada guru, dan memodelkan strategi pembelajaran aktif. pembelajaran online mensyaratkan bahwa guru-pembelajar memiliki tingkat "kesiapan-e" tertentu sebagai pelajar yang mandiri, mandiri, dan mandiri dengan keterampilan manajemen waktu dan organisasi yang kuat. kurangnya batasan pembelajaran online untuk waktu dan tempat berarti bahwa keterampilan e-readiness ini sangat penting. tetapi mereka sering merupakan keterampilan yang sangat hilang di antara guru-siswa yang telah terakulturasi (sebagai siswa dan sebagai guru) dalam sistem pendidikan yang menekankan hierarki, prestasi individu, kompetisi, kepatuhan, kepasifan, kepasifan, kesesuaian, dan struktur. guru dalam lingkungan pembelajaran online membutuhkan dukungan manusia — bahkan mungkin lebih banyak dukungan tatap muka daripada di lingkungan belajar tradisional. pembelajaran online adalah tentang instruktur dan guru yang berinteraksi dalam lingkungan yang dimediasi teknologi. karena pembelajaran online terjadi dalam ruang virtual-versus fisik dan temporal, di mana peserta didik dipisahkan dari instruktur dan bagaimana, di mana, dan ketika bekerja dan belajar sangat tidak terstruktur, dukungan manusia tidak kalah pentingnya dalam lingkungan online tetapi lebih dari itu. penting untuk keberhasilan guru, terutama bagi pembelajar online pemula. mencapai tujuan belajar ditentukan oleh banyak faktor. dukungan pendidikan dari sekolah, kursus, bimbingan belajar atau belajar online seperti ini hanya salah satu diantaranya disiplin, keuletan dan dukungan orang tua juga berperan besar. layanan aplikasi pembelajaran daring adalah bentuk pergeseran tren untuk belajar secara mandiri, dengan mempertimbangkan karakter geografis agar terjangkau dan menghindarkan anak dari pengaruh lingkungan yang bermacam-macam. aplikasi pembelajaran daring tidak hanya dinilai sukses menghadirkan sebuah platform interaktif yang solid namun juga mampu menghadirkan ruang bagi media pembelajaran yang dikemas menarik dan menyenangkan. pun demikian, aplikasi ini masih memerlukan dukungan infrastruktur jaringan nir kabel agar karakter geografis komunikan dapat terpenuhi yang tidak akan lepas dari peran dan dukungan pemerintah dan orang tua siswa serta lingkungan belajar yang nyaman. daftar rujukan daryanto.(2010). media pembelajaran. yogyakarta: gava media. fadlillah, muhammad. (2014). desain pembelajaran paud: tinjauan teoritik & praktik. jogjakarta: ar-ruzz media. fitria, a. (2014). penggunaan media audio visual dalam pembelajaran anak usia dini. cakrawala dini : vol. 5 no. 2. harsono beni, soesanto & samsudi. (2009). perbedaan hasil belajar antara metode ceramah konvensional dengan ceramah berbantuan media animasi pada pembelajaran kompetensi perakitan dan pemasangan sistem rem. jurnal ptm vol. 9, no. 2. huriati, dina. (2010). mengembangkan komunikasi yang efektif dalam pembelajaran di kelas. ai-bidayah. vol. 2 no. 1. https://media.neliti.com/media/publications/284496-mengembangkan-komunikasiyang-efektif-da-6b641972.pdf pasnik, s., & llorente, c. (2013). preschool teachers can use a pbs kids transmedia curriculum supplement to support young children’s mathematics learning: results of vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.229 1420 a randomized controlled trial. new york, ny, & menlo park, ca: education development center, inc., & sri international. paxson, peyton. (2010) . mass communications and media studies : an introduction. the continuum international publishing group inc 80 maiden lane, new york, ny 10038 ramos, i., & sarmento, a. (2013). proceedings of the 12th european conference on research methodology for business and management studies, university of minho, guimaraes, portugal, 4-5 july 2013 . (pp. 17-18) reading: academic conferences and pub. international. sanaky, ah, hujair. (2011). media pembelajaran buku pegangan wajib guru dan dosen. yogyakarta: kaukaba. savira, annisa’ ni’ma, fatmawati, rahma., z. rozin., muchammad., s. muhammad eko. (2018) peningkatan minat belajar siswa dengan menggunakan metode ceramah interaktif. jurnal faktor m. ed. 1. vol. 1. tersedia: https://core.ac.uk/download/pdf/234096192.pdf sugiyono, (2011). metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r&d. bandung: alfabeta ugur demiray, gulsun kurubacak, and t. volkan yuzer, (2012). meta-communication for reflective online conversations: models for distance education. united states of america by information science reference (an imprint of igi global) 701 e. chocolate avenue wang, james (2013).challenging ict applications in architecture, engineering, and industrial design education. (pp. 17-19). published by engineering science reference. wiryanto. (2004). pengantar ilmu komunikasi.(p.36). grasindo. jakarta belajar di ruangguru, cara pintar untuk menjadi pintar, dikutip 10 september 2011, dari website: https://dailysocial.id/post/review-app-belajar-di-ruangguru-cara-pintaruntuk-menjadi-pintar vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.31 111 received : 12-08-2020 revised : 03-09-2020 published : 07-10-2020 peningkatan hasil belajar pada materi perubahan sosial budaya dalam masyarakat melalui model pembelajaran berbasis masalah siswa kelas ix elfiah smp negeri 1 sampit, indonesia elfiahhjspt@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan mempelajari penerapan model pembelajaran berbasis masalah. setiap akhir pelaksanaan ulangan formatif atau penyelesaian tugas terdapat sejumlah peserta didik yang belum berhasil sesuai dengan kkm yang ditetapkan, yakni 77. melalui model pembelajaran berbasis masalah, diharapkan peserta didik lebih mudah mengatasi masalah dalam kaitannya dengan hasil belajar. jenis penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan subjek penelitian adalah peserta didik kelas ix smp negeri 1 sampit. hasil pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini antara lain peserta didik lebih bersemangat dan terarik dalam melaksanakan pembelajaran. persentase ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal meningkat, yang pada siklus i hanya 69,23% setelah diadakan perbaikan pada siklus ii menjadi meningkat 88,46%. abstract: this research aims to study the application of problem-based learning models. at the end of each formative test implementation or task completion, there were a number of students who had not succeeded in accordance with the determined kkm, namely 77. through the problem-based learning model, it was hoped that students would more easily solve problems in relation to learning outcomes. this type of research includes classroom action research carried out in two cycles with the research subjects being students of class ix smp negeri 1 sampit. the results of the implementation of the actions in this study include students who are more enthusiastic and interested in carrying out learning. the percentage of students' learning completeness classically increased, which in the first cycle was only 69.23% after improvements in the second cycle increased by 88.46%. kata kunci: perubahan sosial budaya, model pembelajaran berbasis masalah; hasil belajar mailto:elfiahhjspt@gmail.com vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.31 112 pendahuluan dalam pembelajaran mata pelajaran ips perlu diupayakan pengelolaan yang lebih optimal. guru harus mengupayakan bagaimana agar peserta didik mudah memahami konsep dan substansi materi pembelajaran dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan penuh motivasi. proses pembelajaran yang menarik dan efektif nantinya akan menghasilkan peserta didik yang berkualitas. smp negeri 1 sampit dengan sekolah unggulan memiliki input peserta didik dari sekolah dasar (sd) yang memiliki rata-rata kompetensi akademik menengah ke atas. input peserta didik smp negeri 1 sampit merupakan peserta didik yang sangat potensial. kondisi tersebut membuat smp negeri 1 sampit memiliki tantangan yang tidak ringan. dalam pembelajaran ips, berbagai masalah yang dihadapai salah satunya berkaitan dengan sub mata pelajaran sosiologi secara umum, masalah itu berkaitan dengan masih rendahnya rata-rata hasil belajar belajar peserta didik. dalam hal ini, para peserta didik belum dapat mencapai hasil belajar optimal sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (kkm) yang ditetapkan. fenomena yang terjadi dalam pembelajaran ips, submata pelajaran sosiologi di smp negeri 1 sampit terdapat kesenjangan antara hasil belajar peserta didik yang berkompetensi tinggi dengan hasil belajar peserta didik yang masih rendah. hal itu merupakan dampak dari pengelolaan pembelajaran yang secara konvensional masih didominasi oleh aktivitas guru. akibatnya, komunikasi dalam pembelajaran ips di smp negeri 1 sampit cenderung berlangsung satu arah. aktivitas pembelajaran hanya berupa aktivitas menyalurkan informasi pengetahuan dari guru kepada peserta didik. guru lebih mendominasi pembelajaran di dalam kelas. kondisi itu mengakibatkan peserta didik kurang aktif dan kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. fakta pembelajaran tersebut menjadi permasalahan dalam pembelajaran ips yang menuntut untuk dipecahkan secara efektif. peneliti mengamati gejala rendahnya partisipasi aktif dan motivasi belajar peserta didik di kelas dalam submata pelajaran sosiologi. peserta didik tampak tidak bergairah mengikuti pembelajaran. banyak peserta didik bersikap seolah sosiologi bukan materi pembelajaran yang penting. hal itu ditunjukkan dengan banyaknya peserta didik yang bicara sendiri dengan temannya ketika pembelajaran berlangsung. hal itu berakibat pada rendahnya daya serap peserta didik terhadap materi pembelajaran dan penguasaan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. akhirnya, hasil belajar peserta didik rendah hal ini terjadi terutama terjadi pada peserta didik kelas ix ruang 5 smp negeri 1 sampit pada saat mempelajari materi perubahan sosial budaya. kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar atau ketuntasan belajar yang telah ditentukan kriteria ketuntasan minimalnya (kkm). selain itu, nilai rata rata ulangan harian yang dicapai peserta didik kelas ix ruang 5 smp negeri 1 sampit juga masih rendah dan dengan jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 46%. hal ini belum mencapai kkm yang telah ditetapkan, yakni secara individual kkm ditetapkan 77 dan secara klasikal minimal ketuntasan 85%. memperhatikan fenomena yang ada, peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas (action research) dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bahwa dengan model pembelajaran yang digunakan terjadi peningkatan kemampuan peserta didik dalam memahami konsep materi sosiologi “perubahan sosial budaya” dengan demikian hasil belajarpun akan meningkat. model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran berbasis masalah. pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah suatu proses belajar mengajar di dalam kelas dimana peserta didik diberikan suatu masalah yang vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.31 113 menarik dan berhubungan dengan materi pembelajaran. kemudian peserta didik diminta untuk mendiskusikan secara kelompok, tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. tugas guru juga mengarahkan peserta didik untuk berani menyampaikan pendapat, bertanya dan menjawab serta menyimpulkan permasalahan. model pembelajaran berbasis masalah ini digunakan dengan tujuan agar peserta didik tidak merasa bosan dan jenuh selama melaksanakan pembelajaran. selain itu, model pembelajaran ini juga dinilai dapat menumbuhkan pemahaman peserta didik untuk mengikuti pelajaran dengan baik dengan harapan hasil belajar peserta didik dapat meningkat dan tuntas. ibrahim dan nur (2000:13) dan ismail (2000:1) mengemukakan bahwa langkah-langkah (sintaks) pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut.fase indikator tingkah laku guru. 1. orientasi peserta didik pada masalah. menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan dan memotivasi peserta didik terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. mengorganisasi peserta didik untuk belajar. 2. membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. 3. membimbing pengalaman individual/kelompok mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. mengembangkan dan menyajikan hasil karya. 4. membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. 5. menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. menurut jodion siburian dkk, dalam panduan materi model pembelajaran sains (2010:174), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. pembelajaran artinya dihadapkan pada suatu masalah yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah. melalui masalah tersebut peserta didik belajar keterampil-keterampilan yang lebih mendasar. menurut muslimin, dalam boud dan felleti (2000:7), pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning) adalah suatu pendekatan untuk membelajarkan peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik serta menjadi pelajar mandiri. pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada peserta didik, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual. belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan menjadi pembelajaran yang mandiri. rusman (2010:232), menyatakan pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik yang berbeda dengan model-model pembelajaran lainnya. karakteristik model pembelajaran berbasis masalah antara lain (1) permasalahan menjadi starting point dalam pembelajaran, (2) permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada didunia nyata yang tidak berstruktur, (3) permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective), (4) permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam mengajar, (5) belajar pengaharan diri menjadi hal utama, (6) pemanfaatan sumber pengetahuan yang vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.31 114 beragam, penggunaannya dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam pbm, (7) belajar adalah kolaboratif, komunikasi dan kooperatif, (8) pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan, (9) keterbukaan proses dalam pbm meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar, dan (10) pbm melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dalam proses belajar. gambar 1. tahapan pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah metode penelitian subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas ix ruang 5 smp negeri 1 sampit, dengan jumlah peserta didik 26 orang. penelitian dilaksanakan pada saat mata pelajaran ips berlangsung dengan materi pokok bahasan ”perubahan sosial dan budaya”. peserta didik yang dijadikan responden penelitian, diidentifikasi dengan pengkodean responden. dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di smp negeri 1 sampit yang beralamat di jalan r. a. kartini no. 1 sampit, kecamatan mentawa baru ketapang kabupaten kotawaringin timur. teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui obeservasi dan catatan data lapangan, wawancara, hasil tes, dan catatan hasil refleksi atau diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan mitra peneliti. penentuan teknik tersebut didasarkan ketersediaan sarana dan prasana serta kemampuan yang dimiliki peneliti dan mitra peneliti. berdasarkan data yang sudah diperoleh, selanjutnya data tersebut dianalisis dengan tujuan apakah hasil data yang kita peroleh sudah sesuai dengan tujuan atau belum. analisis data ini digunakan untuk mengetahui indikator keberhasilan penelitian sudah tercapai atau belum. pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan analisis deskripsi kualitatif, yaitu suatu metode penemuan yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai peserta didik juga untuk mengetahui respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran serta aktifitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. kesimpulan, integrasi dan evaluasi penyajian solusi dan refleksi pertemuan dan laporan analisis masalah dan isu belajar menentukan masalah belajar pengarahan diri belajar pengarahan diri belajar pengarahan diri belajar pengarahan diri vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.31 115 penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2014/2015 mulai bulan september sampai dengan bulan desember 2014. dalam penelitian tindakan kelas ini, pendidik sebagai peneliti dan penanggung jawab penuh. pendidik dalam hal ini peneliti, terlibat secara penuh dalam perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi pada tiap siklusnya. penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. waktu tersebut dianggap mampu memenuhi kepuasan peneliti dalam mencapai hasil yang dinginkan dan mengatasi persoalan yang ada. untuk memudahkan peneliti didalam melakukan penelitian tindakan kelas ini maka dirancang dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan atau tindakan, observasi dan refleksi. penyusunan tiap tahapan pada tiap siklus dirancang sesuai dengan yang akan dicapai. 1. siklus i a. perencanaan tindakan terdiri dari kegiatan antara lain menyusun rencana pembelajaran, menyusun alokasi waktu dan memilih alat peraga yang tepat, menentukan teman sejawat atau observer sebagai patner penelitian, identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah, dan menyusun alat evaluasi. b. pelaksanaan tindakan terdiri dari kegiatan antara lain mengadakan presensi mengetahui kehadiran, guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran, guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan atau menganalisa buku paket masing-masing, melalui diskusi kelompok 4–5 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisa tersebut dicatat pada kertas, tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya, mulai dari komentar atau hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, diterapkan model pembelajaran berbasis masalah guru membimbing dan mengarahkan jalannya peserta didik memecahkan masalah yang sudah ditetapkan, dan pemberian tes formatif. c. observasi kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan antara lain pengamat mengamati jalannya pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah dan menilai aktifitas peserta didik, melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan, mengamati frekuensi peserta didik bertanya, dan turut menilai tes formatif peserta didik. d. refleksi refleksi dilakukan untuk mencatat semua temuan baik kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada siklus i, selanjutnya untuk mengadakan perbaikan dan merancang pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk pelaksanaan pada siklus ii. 2. siklus ii a. perencanaan terdiri dari kegiatan antara lain identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan refleksi pada siklus i, merancang kembali skenario pembelajaran,tes yang akan digunakan, pedoman observasi dan menyiapkan media pembelajaran, menyusun kembali kolaborasi dengan teman sejawat, dan menyusun alat evaluasi untuk mengetahui ketercapaian tujuan. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.31 116 b. pelaksanaan atau tindakan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan antara lain mengadakan presensi kehadiran peserta didik, pelaksanaan program tindakan ii yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus i, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah ditentukan, guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran, guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan atau menganalisa seperti di siklus i, melalui diskusi kelompok 4–5 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas, tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya, mulai dari komentar atau hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. c. observasi terdiri dari kegiatan mengamati jalannya pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah dan menilai peserta didik, dan mengamati peserta didik dalam materi hingga evaluasi dan perbaikannya. d. refleksi refleksi pada siklus ii digunakan apakah hipotesis tindakan tercapai atau tidak. pada akhir siklus ii ini, melalui penggunaan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan hasil belajar ips peserta didik kelas ix ruang 5 smp negeri 1 sampit dapat meningkat. hasil dan pembahasan data dan pembahasan pratindakan pembelajaran pra tindakan dilaksanakan melalui penggunaan metode searah dari guru ke peserta didik. tehnik yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab. realisasi dikelas pembelajaran didominasi oleh guru, peserta didik secara pasif menerima materi pembelajaran dari. kegiatan pembelajaran menggunakan buku teks dan lembar kerja dari guru. diakhir pembelajaran guru melaksanakan evaluasi. berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dari 26 peserta didik jumlah peserta didik yang tuntas pada materi perubahan sosial 12 peserta didik atau 46,15%. peserta didik lainnya berjumlah 53,85% peserta didik belum tuntas. secara klasikal pencapaian itu menunjukkan pada kd ”perubahan sosial budaya dalam masyarakat” peserta didik masih belum tuntas pada saat pembelajaran dilakukan tanpa melakukan inovasi atau tindakan. data penelitian siklus i dan siklus ii siklus i 1) perencanaan pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan seperti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp), menyiapkan lembar obervasi peserta didik dan guru yang digunakan untuk mengamati aktivitas proses pembelajaran selama penelitian berlangsung, menyiapkan lembar diskusi peserta didik (lds), dan menyiapkan tes evaluasi (tes hasil belajar). 2) pelaksanaan atau tindakan dalam hal ini belum dilakukan tamnahan kegiatan yang spesifik. 3) observasi dan evaluasi hasil observasi diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh guru sejawat (pendamping) dengan lembar observasi yang telah dipersiapkan. semua aktivitas guru yang nampak diberi tanda (√) sesuai dengan aktivitas yang diamati. adapun hasil yang diperoleh vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.31 117 yaitu aktivitas guru tergolong dalam kategori baik namun dalam siklus i masih ada yang perlu diperbaiki. (lembar pengamatan dilampiran) 4) hasil evaluasi belajar peserta didik berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan diperolehh data seperti pada tabel berikut ini: tabel 1. hasil pembelajaran siklus i berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil evaluasi belajar peserta didik diperoleh rata-rata nilai sebesar 82,31. dari 26 peserta didik terdapat 18 peserta didik yang tuntas dan 8 peserta didik tidak tuntas. sehingga ketuntasan klasikal diperoleh 69,23%. karena ketuntasan klasikal tercapai apabila banyaknya peserta didik yang tuntas 85%, maka pada siklus i ini ketuntasan klasikal belum tercapai. 5) refleksi dilihat dari analisis evaluasi pada siklus i presentase ketuntasan belajar belum tercapai 69,23%. hal ini disebabkan karena belum sempurnanya penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada siklus i. pada siklus ii diadakan penyempurnaan dan perbaikan terhadap kendala-kendala pada siklus i seperti: kurangnya lds, masih ada peserta didik yang no. nama jenis kelamin kode responden nilai tuntas/ tidak tuntas 1. ahames rafi gani l sos – 1 90 tuntas 2. ainul yudha l sos – 2 70 tidak tuntas 3. alfiansyah l sos – 3 75 tidak tuntas 4. andi gilang l sos – 4 80 tuntas 5. aulia astrid p sos – 5 95 tuntas 6. dayu rila p sos – 6 90 tuntas 7. dea azizah p sos – 7 85 tuntas 8. efri deo matopani l sos – 8 75 tidak tuntas 9. elvina nuristiqomah p sos – 9 90 tuntas 10. feri ilham alamsyah l sos – 10 70 tidak tuntas 11. heykal azriel liani l sos – 11 80 tuntas 12. lisandro bhekti l sos – 12 75 tidak tuntas 13. m.ramadhana rahman l sos – 13 80 tuntas 14. maymuna luthffiyah p sos – 14 70 tidak tuntas 15. marino artamevio l sos – 15 85 tuntas 16. muhamad fariz l sos – 16 80 tuntas 17. ni komang sawitri p sos – 17 95 tuntas 18. noor aisyah dinna p sos – 18 90 tuntas 19. noor afifah haifa p sos – 19 95 tuntas 20. nugroho fadilah l sos – 20 70 tidak tuntas 21. rizka safitri p sos – 21 85 tuntas 22. rizka novianti p sos – 22 90 tuntas 23. sourina mutiara p sos – 23 80 tuntas 24. sulaiman rezky l sos – 24 75 tidak tuntas 25. zahra tiara rizwandya p sos – 25 85 tuntas 26. m.jamalul ihsan l sos – 26 85 tuntas jumlah nilai 2140 rata-rata nilai 82,31 % siswa tuntas 69,23% % siswa tidak tuntas 30,77% vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.31 118 belum aktif dalam diskusi, perhatian guru tidak merata pada semua kelompok dan guru tidak mengontrol peserta didik yang tidak aktif pada kelompok tertentu. siklus ii 1) perencanaan hasil penelitian siklus ii merupakan perbaikan dan kelanjutan dari siklus i. penelitan pada siklus ii diawali dengan tahap perencanaan, observasi, evaluasi dan refleksi. berikut akan diuraikan pelaksanaan penelitian siklus ii. perencanaan penelitian siklus ii tidak jauh beda dengan siklus i. pada tahap perencanaan ini juga dilakukan persiapan seperti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp), menyiapkan lembar observasi aktivitas peserta didik dan guru, menyiapkan lembar diskusi peserta didik (lds), dan menyiapkan tes evaluasi (tes hasil belajar). 2) pelaksanaan pada siklus ii ini diusahakan perbaikan-perbaikan terhadap kegiatan belajar-mengajar sebelumnya berdasarkan hasil observasi. materi yang diajarkan pada siklus ii ini adalah yaitu ”perubahan sosial budaya dalam masyarakat”. siklus ke ii ini dilaksanakan sama seperti siklus i yaitu satu kali pertemuan. 3) observasi a) hasil observasi aktivitas peserta didik berdasarkan kriteria penggolongan aktivitas peserta didik yang telah diobservasi secara kelompok pada siklus ii berkategori sangat aktif hampir semua peserta didik. b) hasil observasi aktivitas guru hasil observasi diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh guru sejawat (pendamping) dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan. semua aktivitas guru yang nampak diberi tanda ceklis (√) dalam lembar observasi. adapun hasil yang diperoleh yaitu aktivitas guru tergolong dalam kategori sangat baik. hasil evaluasi belajar peserta didik berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan diperoleh data seperti pada tabel berikut ini: tabel 2. hasil pembelajaran siklus ii no. nama jenis kelamin kode responden nilai tuntas/ tidak tuntas 1. ahames rafi gani l sos – 1 95 tuntas 2. ainul yudha l sos – 2 85 tuntas 3. alfiansyah l sos – 3 80 tuntas 4. andi gilang l sos – 4 85 tuntas 5. aulia astrid p sos – 5 100 tuntas 6. dayu rila p sos – 6 95 tuntas 7. dea azizah p sos – 7 90 tuntas 8. efri deo matopani l sos – 8 85 tuntas 9. elvina nuristiqomah p sos – 9 95 tuntas vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.31 119 berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil evaluasi belajar peserta didik diperoleh rata-rata nilai sebesar 88,85. dari 26 peserta didik pada siklus ii ini terdapat 23 peserta didik yang tuntas dan 3 peserta didik tidak tuntas. sehingga ketuntasan klasikal diperoleh 88,46%. karena ketuntasan klasikal tercapai apabila banyaknya peserta didik yang tuntas lebih dari 85%, maka pada siklus ii ini ketuntasan klasikal sudah tercapai. c) refleksi pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada materi pelajaran ips. dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. (1) berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa peserta didik aktif selama proses belajar berlangsung. (2) kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. hasil yang diperoleh pada siklus ii rata-rata persentase aktivitas belajar peserta didik sebesar 80 dan persentase ketuntasan klasikal sebesar 88,46%. dari hasil penelitian siklus ii dapat disimpulkan terdapat peningkatan kemampuan peserta didik dalam memahami konsep melalui model pembelajaran berbasis masalah pada materi “perubahan sosial budaya dalam masyarakat”. hal ini bisa dilihat dari perolehan tes yang diberikan menunjukkan hasil yang memenuhi ketuntasan yang ditetapkan. dari tindakan siklus ii dapat diketahui bahwa target yang telah ditetapkan dalam kurikulum telah tercapai 10. feri ilham alamsyah l sos – 10 80 tuntas 11. heykal azriel liani l sos – 11 90 tuntas 12. lisandro bhekti l sos – 12 70 tidak tuntas 13. m.ramadhana rahman l sos – 13 85 tuntas 14. maymuna luthffiyah p sos – 14 75 tidak tuntas 15. marino artamevio l sos – 15 95 tuntas 16. muhamad fariz l sos – 16 90 tuntas 17. ni komang sawitri p sos – 17 100 tuntas 18. noor aisyah dinna p sos – 18 95 tuntas 19. noor afifah haifa p sos – 19 100 tuntas 20. nugroho fadilah l sos – 20 75 tidak tuntas 21. rizka safitri p sos – 21 95 tuntas 22. rizka novianti p sos – 22 90 tuntas 23. sourina mutiara p sos – 23 90 tuntas 24. sulaiman rezky l sos – 24 85 tuntas 25. zahra tiara rizwandya p sos – 25 95 tuntas 26. m.jamalul ihsan l sos – 26 90 tuntas jumlah nilai 2310 rata-rata nilai 88,85 % siswa tuntas 88,46% % siswa tidak tuntas 11,54% vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.31 120 yaitu 85%. peserta didik yang mendapat ≥77, prosentase ketuntasannya sebesar 88,46%. dengan demikian maka tindakan dihentikan. dari serangkaian tindakan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah di sekolah peneliti, terlihat secara bertahap adanya peningkatan yang signifikan. baik peningkatan hasil belajar peserta didik maupun peningkatan kemampuan pendidik sendiri dalam proses pembelajaran. namun demikian bukan berarti keberhasilan ini tanpa adanya hambatan, ada hambatan walau hanya hambatan kecil. hambatan dalam penelitian ini bahwa masih adanya peserta didik yang melupakan tugas untuk dikerjakan di rumah. berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran ips tentang materi perubahan sosial hasil belajar peserta didik dapat meningkat. hal ini karena kemampuan dalam memahami suatu konsep peserta didik yang meningkat. simpulan dari hasil pelaksanaan tindakan, analisis dan refleksi atas penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat disimpulkan beberapa temuan sebagai berikut. 1. model pembelajaran berbasis masalah menarik dan tidak membuat peserta didik bosan dalam proses belajar mengajar. 2. model pembelajaran berbasis masalah dapat membantu pengembangan aktivitas pendidik dalam proses belajar mengajar. 3. dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah hasil belajar peserta didik meningkat. dalam rangka memperbaiki pelaksanaan tindakan berikutnya dan meningkatkan mutu pembelajaran dalam materi perubahan sosial dalam masyarakat di smp, maka pemilihan model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu alternatif yang layak dikembangkan untuk mengatasi masalah rendahnya mutu proses dan hasil pembelajaran di jenjang smp. daftar rujukan [1] depdiknas, 2003. kurikulum berbasis kompetensi. jakarta: depdiknas. [2] jodion siburian, dkk (2010:174). panduan materi pembelajaran model pembelajaran sains. [3] made wena, 2009. strategi pembelajaran inovatif komteporer, bumi aksara. [4] masnur muslich, 2009. melaksanakan ptk itu mudah. bumi aksara. [5] sumiarti, asra. 2003. interaksi belajar mengajar. jakarta: departemen pendidikan nasional. [6] undang-undang sisdiknas 2003. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.29 93 received : 02-08-2020 revised : 17-09-2020 published : 07-10-2020 upaya peningkatan motivasi belajar ppkn melalui pendekatan apresiasi siswa kelas viii elvira nurini hidayat smp negeri 2 wagir, indonesia nurinielvira@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan mengetahui penerapan pendekatan apresiasi dalam meningkatkan motivasi belajar ppkn pada peserta didik. jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian 36 siswa dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, angket, dan tes. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 36 peserta didik yang mengikuti, rata-rata daya serap mencapai 76,32 % dengan ketuntasan belajar 86,84 %. demikian pula hasil observasi kolaborator menggunakan lembar pengamatan diperoleh hasil 89,47% peserta didik telah melakukan kegiatan apresiasi karya seni dengan baik dan benar. hanya sebagian kecil peserta didik (10,53 %) yang belum sesuai harapan. abstract: this study aims to determine the application of the appreciation approach in increasing the learning motivation of ppkn in students. this type of research is a classroom action research with 36 students as research subjects with the data collection techniques of observation, interviews, questionnaires, and tests. the results of this study indicate that of the 36 students who participated, the average absorption capacity reached 76.32% with 86.84% completeness of learning. likewise, the results of collaborator observations using observation sheets showed that 89.47% of students had done art appreciation activities properly and correctly. only a small proportion of students (10.53%) have not met expectations. kata kunci: motivasi belajar, apresiasi, ppkn mailto:nurinielvira@gmail.com vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.29 94 pendahuluan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran ppkn memungkinkan bagi peserta didik dapat meningkatkan kepekaan rasa dengan baik. berbagai usaha yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajarnya antara lain dengan menetapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien serta produktif, memantapkan disiplin belajar, dan berlatih baik secara mandiri maupun berkelompok dan menetapkan penguasaan materi program belajar sehingga dapat menguasai dan menerapkannya dalam kehidupan di masyarakat. mata pelajaran ppkn merupakan mata pelajaran yang kurang mendapat perhatian dari para peserta didik. alasan klasik yang dikemukakan oleh para peserta didik antara lain karena mata pelajaran ppkn tidak menentukan kenaikan aataupun kelulusan, sehingga dianggap tidak penting dan disepelekan. akibatnya, peran peserta didik dalam proses belajar mengajar hanya sekedar asal mengikuti. tujuan akhir dari kegiatan belajar adalah pencapaian prestasi belajar yang meliputi ranah kognitif, efektif dan psikomotor. presentasi belajar antara individu yang satu dengan yang lain tidak sama, hal ini karena disebabkan faktor individualisme yang berbeda-beda diantaranya faktor motivasi. motivasi adalah dorongan pada diri seseorang yang menyebabkan ia bertindak, berbicara, berfikir dengan cara tertentu. di dalam melaksanakan pekerjaan yang bersifat sadar, seseorang selalu didorong oleh motif tertentu baik intrinsik maupun ekstrinsik. bila peserta didik belajar karena motif intrinsik hasilnya akan lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. hal ini sesuai dengan pendapat nawawi (1985: 124) bahwa peserta didik bersedia melakukan suatu kegiatan belajar bilamana motif yang mendorongnya cukup kuat, sebaliknya peserta didik yang tidak didorong oleh motif yang kuat akan meninggalkan atau sekurang-kurangnya tidak bergairah dalam belajar. efektivitas suatu kegiatan tergantung dari terlaksana dan tidaknya perencanaan. karena perencanaan, maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif. cara untuk mencapai hasil belajar yang efektif yaitu murid harus dijadikan pedoman setiap kali membuat persiapan mengajar (nasution, 1989: 101). untuk dapat mencapai hasil yang efektif guru dituntut untuk memiliki kemampuan mengelola kegiatan bidang pengajaran meliputi: (a) kemampuan merencanakan pengajaran, (b) kemampuan melaksanakan proses pengajaran, dan (c) kemampuan mengevaluasi pengajaran (suryabrata, 1997: 27). seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi akan rajin belajar, tidak pernah membolos dalam pergi ke sekolah, memperhatikan mata pelajaran, rajin mencatat, rajin mengerjakan pekerjaan rumah atau tugas, rajin mengusahakan sarana yang dibutuhkan dan rajin mengikuti kegiatan ektra kurikuler. kaitan dengan mata pelajaran ppkn dalam hal ini adalah gemar berolah seni. motivasi belajar terhadap mata pelajaran ppkn yang diberikan guru kepada anak berarti menciptakan suasana yang mendukung belajar agar dapat menggerakkan anak untuk melakukan kegiatan belajar atau ingin melakukannya, sehingga anak mempunyai kebutuhan untuk belajar ppkn guna mencapai presentasi yang maksimal. apresiasi diartikan sebagai penghayatan dan penghargaan terhadap nilai yang terkandung di dalam hasil karya seni (bastomi, 1989: 91). menurut gove (dalam aminudin 1987: 34). kegiatan apresiasi menurut sahman (1994: 45) adalah perbuatan membentuk gambaran tentang suatu, menginterpresiasi pada seni adalah suatu proses penghayatan pada seni kemudian diiringi dengan penghargaan terhadap seni dan senimannya. lebih lanjut dikatakan bastomi (1989: 76) proses penghayatan berlangsung melalui tahapan pengamatan, pemahaman, tanggapan, evaluasi dan trakhir penghargaan. berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan apresiasi merupakan kegiatan seni yang vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.29 95 prosesnya berlangsung melalui tahapan pengamatan, pemahaman, penilaian dan penghargaan terhadap karya seni. dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk melihat pengaruh pembelajaran dengan pendekatan apresiasi terhadap motivasi belajar ppkn siswa dengan mengambil judul “upaya peningkatan motivasi belajar ppkn pada materi pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa melalui pendekatan apresiasi pada siswa kelas viii a smp negeri 2 wagir tahun pelajaran 2019/2020”. metode penelitian penelitian ini aalah penelitian tindakan kelas (ptk) artinya penelitian berbasis pada kelas. penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian berdaur empat tahap yaitu: (a) merencanakan, (b) melakukan tindakan, (c) mengamati (observasi), dan (d) merefleksi. tahap perencanaan penelitian (planning) terdiri atas kegiatan (a) persiapan menyusun program pembelajaran; (2) menyusun program pembelajaran; dan (3) mencoba/berlatih menggunakan scenario yang disusun agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. tahap pelaksanaan tindakan (acting) dalam penelitian dilakukan dengan tiga siklus. tahap pengamatan (observing) dilakukan secara kolaboratif dengan teman sejawat dengan menggunakan instrumen monitoring yang telah disiapkan. pada setiap akhir pembelajaran peserta didik diminta tanggapan dengan cara wawancara dari beberapa peserta didik dan mengisi angket. terakhir, tahap refleksi (reflecting), yaitu dilakukan analisis dari data yang ada baik data kualitatif maupun kuantitatif. hasil analisis beserta kelebihan dan kekurangan yang ada dipakai untuk merumuskan dan menentukan tindakan selanjutnya. subjek penelitian ini adalah kelas viii a smp negeri 2 wagir tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 36 peserta didik. pemilihan kelas viii a berdasarkan pertimbangan bahwa ketika diadakan pre test dan angket tentang motivasi belajar, kelas tersebut memiliki prosentase tertinggi motivasinya dibanding dengan kelas lain secara paralel. teknik pengumpulan data yang digunakan ada 2 (dua) cara yakni teknik tes dan non tes. teknik tes digunakan pada siklus i, ii dan iii, untuk mengetahui peningkatan kemampuan oleh seni, teknik non tes yaitu angket, observasi dan wawancara. hasil dan pembahasan deskripsi kondisi awal selama peneliti mengamati pembelajaran ppkn di beberapa kelas di smp negeri 2 wagir utamanya siswa kelas viii, peserta didik menampakkan sikap yang kurang bersemangat dalam menerima pelajaran, bahkan kadangkala ada beberapa peserta didik yang asal mengikuti dan cenderung pasif. hal ini menyebabkan suasana kelas kurang kondusif, interaksi timbal balik antara guru dan peserta didik tidak terjadi dengan optimal dan pada akhirnya prestasi belajar ppkn untuk peserta didik smp negeri 2 wagir belum sesuai dengan harapam. sebelum implementasi tindakan dimulai terlebih dulu diadakan tes awal dengan bentuk soal praktek dengan 2 butir soal. hasil tes awal ini dari 36 peserta didik yang mengikutinya, rata-rata daya serap yang dicapai hanya 28,94 % dengan presentase ketuntasan belajar 36,84 %. hal tersebut menunjukkan sebagian besar peserta didik (63,16 %) memang belum menguasai kompentensi motorik. hasil angket dari 36 peserta didik, terdapat 2 atau 7,89% memiliki motifasi rendah, 17 peserta didik atau 43,37 % memiliki motivasi kurang, 12 peserta vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.29 96 didik atau 34,21 % memiliki motivasi sedang dan 3 peserta didik atau 10,53 % memiliki tinggi. deskripsi siklus i pembelajaran dengan pendekatan apresiasi dilaksanakan dengan urutan langkah sebagai berikut: (1) memotivasi peserta didik dengan meminta peserta didik untuk menceritakan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari tentang materi pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup; (2) menyampaikan tujuan pembelajaran; (3) mempersiapkan semua peralatan untuk keperluan pengajaran apresiasi, diantaranya peralatan pendukung yang digunakan adalah karya poster, selebaran, brosur, pesawat televisi, player vcd dan kaset cd tentang pancasila; (4) mengadakan pre-tes; (5) menyampaikan informasi tentang langkahlangkah yang akan dikerjakan dalam pembelajaran dengan pendekatan apresiasi; (7) mengatur tempat duduk peserta didik; (8) memandu peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran; (9) mengadakan evaluasi materi yang telah diselesaikan dalam pembelajaran dan mengadakan angket; dan (10) memberi penghargaan pada peserta didik dengan keikutsertaan yang terbaik dan memberi tugas rumah. dalam pembelajaran ini, peserta didik diajak untuk bersama-sama mengamati, menghayati, menilai dan memberikan tanggapan atau penghargaan terhadap materi pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup. dengan bantuan guru sebagai peneliti, peserta didik diajak mengingat kembali sejarah perumusan pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup. selama tindakan berlangsung, terdapat hambatan-hambatan antara lain (a) peserta didik belum menggunakan waktu secara baik karena tidak fokus dengan materi yang disampaikan. peserta didik lebih banyak berdiskusi dengan temen sebangku, dan (b) beberapa peserta didik belum maksimal dalam penguasaan awal materi pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup, karena konsep yang belum dikuasai tentang perumusan pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup. pada akhir siklus 1, peserta didik diminta memberi komentar tentang pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan angket dan observasi. dari hasil angket ini, diketahui 5 peserta didik memiliki motivasi tinggi atau (15,79%), 17 peserta didik memiliki motivasi sedang atau (47,37%) sisanya 14 peserta didik memiliki motivasi kurang atau (36,84%). hasil observasi dari kolaboratorpun lebih dari 63,16% peserta didik menyatakan senang dan sangat senang untuk mengikuti pembelajaran ini dan 36,84% peserta didik menyatakan biasa-biasa saja. sedangkan hasil tes praktek dari 36 peserta didik yang mengikuti memiliki rata-rata daya serap 60,52% dengan ketentuan belajar mencapai 73,68 % deskripsi siklus ii dari hasil reflekdi pada siklus 1, maka tindakan yang dilakukan dalam siklus ii ini meliputi : (1) memotivasi peserta didik dengan meminta peserta didik untuk menceritakan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari tentang materi pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup; (2) menyampaikan tujuan pembelajaran, (3) menyampaikan informasi tentang langkah-langkah yang akan dikerjakan dalam pembelajaran dengan pendekatan apresiasi, (4) guru mempersilahkan kepada peserta didik untuk mengamati, memahami, menilai dan memberikan penghargaan terhadap beberapa poster tentang materi pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup yang dipajang di dinding kelas. sambil mengamati guru mengingatkan pada peserta didik agar memperhatikan dengan seksama dan mencatat hal-hal yang menarik pada karya tersebut, (5) memberikan kesempatan kepada peserta didik vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.29 97 untuk memilih dan memberikan tanggapan terhadap poster yang telah diamatinya. (6) memodelkan kembali kegiatan apresiasi secara kelompok, (7) latihan membuat poster sosial lanjutan, (8) memandu peserta didik menyiapkan hasil pembelajaran, (9) mengadakan evaluasi untuk mengapresiasi karya secara spontan pada karya yang diperhatikan, (10) mengadakan angket, (11) memberi penghargaan pada peserta didik atau kelompok yang kreatif dengan mempertunjukkan hasil karya yang terbaik. pada akhir siklus ii ini diketahui: 2 peserta didik atau 5,26 % memiliki motivasi sangat tinggi, 7 peserta didik atau 21,05 % memiliki motivasi tinggi. 15 peserta didik atau 42,10 % memiliki motivasi sedang dan 12 peserta didik atau 31,57 % memiliki motivasi kurang. hasil observasi dan wawancara kolaborattor terdapat 78,94%, menyatakan bahwa sangat senang dan senang serta terlibat aktif mengikuti pembelajaran ini dan 21,05% peserta didik menyatakan biasa-biasa saja. hal ini merupakan peningkatan dari kegiatan pada siklus i. hambatan yang masih muncul pada siklus ii ini, antara lain (a) masih ada beberapa peserta didik yang belum maksimal dalam belajar, dan (b) peserta didik yang ditunjuk untuk menyampaikan pendapat masih main tunjuk, dan kurang percaya diri. hasil karya poster pada akhir siklus ke-ii ini meningkatkan dibandingkan dengan hasil yang dicapai pada siklus ke-i. dari 36 peserta didik yang mengikuti, rata-rata daya serap mencapai 65,78 % dengan ketuntasan belajar 81,75 % hasil observasi kolabolator mengunakan lembar pengamatan diperoleh hasil bahwa sebagaian besar peserta didik (84,21 %) telah melakukan kegiatan sesuai dengan prosedur atau langkah-langkah yang diberikan mengapresiasi dengan acuan unsur dan prinsip seni dengan baik dan benar. hanya ada beberapa peserta didik (15,79%) yang belum sesuai prosedur yang diharapkan. deskripsi siklus iii setelah dilakukan observasi dan refleksi siklus ii, maka siklus iii dilaksanakan dengan langkah-langkah: (1) memotivasi peserta didik dengan meminta peserta didik untuk memberitakan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari terkait materi pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup; (2) menyampaikan tujuan pembelajaran; (3) menyampaikan informasi tentang langkah-langkah yang akan dikerjakan dalam pembelajaran dengan pendekatan apresiasi; (4) guru mempersilahkan kepada peserta didik untuk mengamati, memahami, menilai dan memberikan penghargaan secara kelompok terhadap karya poster yang dipetunjukkan. guru mengingatkan kembali pada peserta didik agar memperhatikan dengan seksama dan mencatat hal-hal yang menarik pada karya tersebut, (5) memberikan kesempatan kepada salah satu angota kelompok peserta didik untuk memberikan apresiasi terhadap karya poster yang telah diamatinya. peserta didik yang dapat memberikan apresiasi terhadap karya poster yang telah diamatinya. peserta didik yang dapat memerikan apresiasi dengan baik dan benar diberikan pujian atau sanjungan, (6) peserta didik membuat poster tentang “pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup”, (7) memandu peserta didik menyimpulkan hasil hasil pembelajaran, (8) mengadakan evaluasi terhadap karya poster yang telah selesai dikerjakan peserta didik, (9) mengadakan angket, (10) memberi penghargaan pada peserta didik yang membuat karya terbaik, (11) memotivasi peserta didik tentang kelebihan atau nilai positif bila memiliki kemampuan dalam bidang seni. pada akhir siklus iii ini diketahui: 2 peserta didik atau 7,89 % memiliki motivasi sangat tinggi, 9 peserta didik atau 26,36 % memiliki motivasi tinggi, 15 peserta didik atau 39,47 % memiliki motivasi sedang dan 10 peserta didik atau 26,36 % memiliki motivasi kurang. hasil observasi dan wawncara kolaborator ditemukan 92,11 % menyatakan sangat senang dan vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.29 98 senang, terlibat aktif, dan kreatif mengikuti pembelajaran dan hanya 7,89 % peserta didik menyatakan biasa-biasa saja, kurang aktif dan tidak kreatif. hal ini menunjukkan peningkatan dari kegiatan pada siklus i dan ii. hasil karya poster pada akhir siklus ke-iii ini sangat meningkat dibandingkan dengan hasil yang dicapai pada siklus ke-1 dan ke-ii. dari 36 peserta didik yang mengikuti, rata-rata daya serap mencapai 76,36 % dengan ketuntasan belajar 86,84 %. demikian pula hasil observasi kolaborator menggunakan lembar pengamatan diperoleh hasil bahwa sebagian besar peserta didik (89,47%) telah melakukan kegiatan apresiasi dengan baik dan benar. hanya ada sebagian kecil peserta didik (10,53 %) yang belum sesuai harapan. ini disebabkan kurang aktif dalam menganalis materi pembelajaran. dari uraian hasil penelitian di atas, tampak hasil angket motivasi peserta didik dari prasiklus i, siklus ii, siklus iii dan tanggapan peserta didik, serta hasil pembelajaran dari siklus i, siklus ii dan siklus iii, ditunjukkan dalam tabel berikut. tabel 1. hasil angket motivasi belajar peserta didik kriteria pra siklus siklus 1 siklus 2 siklus 3 sangat tinggi 0 0 5.26 7.89 tinggi 10.53 15.79 21.05 26.36 sedang 34.21 47.37 42.1 39.47 kurang 47.37 36.84 31.57 26.36 sangat kurang 7.89 0 0 0 dari tabel hasil angket di atas, terlihat pada kategori motivasi sangat tinggi terdapat 5,26 % pada siklus ii dan meningkat 2,63 % menjadi 7,89 % pada siklus iii, kategori motivasi tinggi terdapat kenaikan 5,26 % menjadi 15,79 % menjadi 26,36 % pada siklus iii, dan terdapat penurunan pada kategori motivasi kurang menurun 10,53 % menjadi 36,84 % pada siklus i, menurun 5,27 % pada siklus ii dan menurun 5,25 % pada siklus iii dan tidak dijumpai lagi motivasi sangat kurang pada siklus i, siklus ii dan siklus iii. hal ini menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar peserta didik yang cukup berarti dari pra siklus, perlakuan siklus i, siklus ii, dan siklus iii. tabel 2. tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran kreteria siklus 1 siklus 2 siklus 3 sangat senang 15.79 21.05 39.47 senang 47.37 57.89 52.63 bisa (cukup senang) 26.31 21.05 7.89 kurang senang 10.53 0 0 tidak senang 0 0 0 vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.29 99 dari tabel hasil observasi dan wawancara kolaborator di atas terlihat pada peserta didik yang menyatakan senang dan sangat senang, serta aktif untuk mengikuti pembelajaran ini terdapat 63,16 % pada siklus 1 meningkat 15,78 % menjadi 78,94 % pada siklus ii dan naik 13,17 % menjadi 92,11 % pada siklus iii. disamping itu, terdapat 36,84 % pada siklus i, menurun 15,79 % menjadi 21,05 % pada siklus ii dan menurun 13,16 % menjadi 7,89 % pada siklus iii, peserta didik menyatakan bisa-bisa saja dan kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan motivasi, partisipasi dan peran aktif serta kreativitas peserta didik dalam pembelajaran. tabel 3. rekapitulasi daya serap dan ketuntasan belajar peserta didik siklus rata-rata daya serap ketuntasan belajar siklus i 60,52 % 73,68 % siklus i 65,78 % 81,57 % siklus i 76,36 % 86,84 % dari tabel hasil rekapitulasi daya serap dan ketuntasan belajar peserta didik di atas, terlihat pada hasil tes praktik dari 36 peserta didik yang mengikuti memiliki rata-rata daya serap 60,52 % pada siklus i, meningkat 5,26 % menjadi 65,78 % pada siklus ii, dan naik 10,54 % memjadi 76,36 % pada siklus iii. disamping terdapat pencapaian ketuntasan belajar 73,68 % pada siklus i, meningkat 7,89 % menjadi 81,57 % dan naik 5,27 % menjadi 86,84 % pada siklus iii. hal ini menunjukkan dari perlakuan siklus i, siklus ii, dan siklus iii, terdapat adanya peningkatan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran ppkn. menurut pedoman laporan hasil belajar, seorang peserta didik telah tuntas belajar bila daya serap minimal 75 % sedang klasikal dianggap tuntas belajar apabila 85 % dari jumlah peserta didik dalam kelas mempunyai daya serap minimal 75 %. jika hasil penelitian ini dibandingkan dengan indikator keberhasilan di atas, maka secara kuantitas hasil pembelajaran dengan pendekatan apresiasi ini memiliki kecendrungan hasil yang baik. hal ini dapat dilihat dari pencapaian daya serap dan ketuntasan belajar peserta didik yang cenderung meningkat. hal ini menunjukkan pembelajaran menggunakan pendekatan apresiasi dapat dikatakan cukup efektif dan berhasil. dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan apresiasi dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas viii a smp negeri 2 wagir tahun pelajaran 2019/2020 pada materi pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup, yang pada akhirnya meningkatkan pula prestasi belajar dalam mata pelajaran ppkn. hal ini ditunjukkan dari peningkatan motivasi belajar dan tanggapan peserta didik yang dapat dilihat dari partisipasi, peran aktif, dan kreativitas dalam mengikuti proses pembelajaran. di damping itu ditunjukkan pula dengan peningkatan prosentase ketuntasan belajar secara klasikal, serta mampu mengapresiasi karya orang lain dengan baik dan benar. simpulan dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan apresiasi cukup efektif untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik. indoikator ini dapat dilihat dari tanggapan dan keaktifan, serta kreativitas peserta didik selam mengikuti pembelajaran, serta pencapaian daya serap dan ketuntasan belajar yang cenderung meningkat. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.29 100 dari hasil penelitian ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pembelajaran langsung dengan pendekatan apresiasi pada konsep atau kompetensi dan subyek lain daftar rujukan [1] ali, muhammad. 1996. guru dalam proses belajar mengajar. bandung: sinar baru algesindon. [2] arikunto, suharsimi. 1989. penilaian program pendidikan. proyek pengembangan lptk depdikbud. dirjen dikti. [3] arikunto, suharsimi. 1998. prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. jakarta: rineksa cipta. [4] arikunto, suharsimi. dasar-dasar evaluasi pendidikan. jakarta: bumi aksara. [5] bastomi, suwadji, 1989. wawasan seni. ikip semarang pres. [6] dahar, r.w. 1989. teori-teori belajar. jakarta: erlangga. [7] djamarah, syaiful bahri. 2000. strategi belajar mengajar. jakarta: rineksa cipta. [8] hadari nawawi, 1987, metode penelitian bidang sosial, gajah mada university, yogyakarta press. [9] hamalik, oemar. 1999. kurikulum dan pembelajaran. jakarta: pt. bumi aksara. [10] hasan, m 1994, strategi penelitian pendidikan, bandung, angkasa. [11] hasibuan. j.j. dan moerdjiono. 1998. proses belajar mengajar. bandung: remaja rosdakarya. [12] margono, s. 1996. metodologi penelitian pendidikan. jakarta: rineksa cipta. [13] ngalim, purwanto m. 1990. psikologi pendidikan. bandung: pt. remaja rosdakarya. [14] purwanto, n. 1988. prinsip-prinsip dan teknis evaluasi pengajaran. bandung. remaja rosda karya. [15] rustiyah, n.k. 1991. strategi belajar mengajar. jakarta: bina aksara. [16] sahman, humar, 1994. estetika. ikip semarang press. [17] sardiman, a.m. 1996. interaksi dan motivasi belajar mengajar. jakarta: bina aksara. [18] soekamto, toeti. 1997. teori belajar dan model pembelajaran. jakarta: pau-ppai, universitas terbuka. [19] soetomo. 1993. dasar-dasar interaksi belajar mengajar. surabaya usaha nasional. [20] sudjana, n dan ibrahim. 1989. penelitian dan penilaian pendidikan. bandung: sinar baru. [21] surakhmad, winarno. 1990. metode pengajaran nasional. bandung: jemmars. [22] suryabrata, sumadi. 1990. psikologi pendidikan. yogyakarta: andi offset. [23] syah, muhibbin. 1995. psikologi pendidikan, suatu pendekatan baru. bandung: remaja rosdakarya. [24] tim pengetahuan mkdk ikip semarang, 1989, psikologis belajar, ikip semarang press. [25] undang-undang republik indonesia nomor 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nsional. [26] usman, moh. uzer. menjadi guru profesional. bandung: remaja rosdakarya. microsoft word 08-surya.docx vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.103 367 received : 20-12-2020 revised : 25-01-2021 published : 15-03-2021 improving students’ achievement in creating brochure by using media of animation video to the tenth grade of mipa 1 sma negeri 1 tongas probolinggo surya dewi fatmawati sma negeri 1 tongas probolinggo, indonesia suryadewi2242@gmail.com abstract: this classroom action research was intended to improve the tenth grade students’ writing achievement in creating brochure at sman i tongas probolinggo by applying media of animation video. the respondents of this classroom action research (car) were class xmipa 1 that was determined purposively. the class xmipa 1 were chosen as the subjects of this research because the class had more complicated problem dealing with writing and their average score in writing was the lowest among three existing classes that was 70.2 in the first semester. this car consisted of two cycles, in which each cycle covered four main stages including: the planning of the action, the implementation of the action, classroom observation. meanwhile, the supporting data were gathered from interview and documentation. the result of the average score of the writing test in the first cycle was m=70,75 that was classified in the fair category. this result did not achieved the standard average score requirement in this research that was m≥75. besides, based on the classroom observation that was done in the first cycle, it was found that the students’ involvement in the process of writing activities was 45%. therefore, the actions were proceeded to the second cycle by revising the first action cycle such as: optimalizing the students’ participation in the process of writing activities, giving enough clues about the present tense ‘command sentences’, brochure and the way to apply media of animation video to the students. the results of the average score of the writing test in the second cycle was better m=75.86 that was classified in the good category. besides, the students’ involvement in the writing process improved from 45% in the first cycle up to 84,6% in the second cycle. it means that both the students’ writing test and the students’ involvement in the writing process improved in the second cycle and fulfilled the target of this research. based on the results, it could be concluded that the use of video animation media could improve the tenth st grade students’ writing achievement at sman i tongas probolinggo in two cycles. then it is suggested to the english teacher to apply media of animation video as the alternative way of english teaching technique, especially in teaching writing a brochure. this is expected to facilitate and to help the students collaborate and share knowledge and experiences with their classmate to solve the writing problems. keywords: creating; brochure; media of animation video vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.103 368 pendahuluan bahasa inggris adalah bahasa internasional dan bahasa asing pertama yang diajarkan di indonesia. hal ini menjadi satu dari subject penting yang harus dipelajari oleh peserta didik di sma. bahasa inggris bukan hanya digunakan untuk komunikasi tetapi juga sebagai skill/ keterampilan yang harus dikuasai untuk mengahadapi persaingan tinggi di era revolusi industry 4.0. (isknews.com:2020) pada dunia kerja, bahasa inggris banyak diterapkan sebagai bahasa utama dalam komunikasi di era revolusi industri 4.0. karena bahasa inggris selalu digunakan sebagai bahasa utama dalam sistem digital industri yang berjalan pada era sekarang. oleh karenanya, h.m. hartopo menilai, kefasihan generasi muda dalam berbahasa inggris mampu meningkatkan daya saing sdm pada persaingan tenaga kerja yang semakin terbuka. berdasarkan peran penting dari bahasa inggris di era revolusi industry 4.0, pendekatan pendekatan, metode-metode, dan teknikteknik pembelajaran bahasa inggris perlu terus dikembangakan. tujuan dari penggunaan teknik-teknik adalah untuk memfasilitasi peserta didik agar dengan mudah dapat belajar dan mempraktikkan bahasa inggris. berdasarkan pada kurikulum k-13 yang sudah disesuaikan dengan kondisi pandemic covid-19 dan menghadapi revolusi industri 4.0, tujuan pembelajaran di sma adalah untuk membuat para peserta didik dapat berkomunikasi menggunakan bahasa inggris. keterampilan berkomunikasi berbahasa inggris dapat diraih melalui pengembangan dari empat keterampilan utama diantaranya, berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis. seperti skill bahasa yang lain, menulis memerankan peran penting dalam konteks mengajar bahasa inggris sebagai bahasa asing di indonesia. seperti disampaikan oleh hirsch (di dalam hughey et.al, 1983:6) untuk bahasa inggris sebagai bahasa kedua khususnya, yang mana kebutuhan-kebutuhan individu dan tujuan-tujuannya dengan tinggi tervariabel, menulis adalah sebuah piranti efisien untuk memfasilitasi dan memancing skill bahasa lain yang dikolaborasikan dalam kegiatan menulis. harmer (1998:2) menambahkan bahwa alas an-alasan untuk mengajar menulis untuk siswa bhasa inggris sebagai bahasa asing adalah untuk penguatan, pengembangan bahasa, gaya mengajar, dan yang terpenting adalah sebagai skill dasar. dari tujuan pembelajaran bahasa inggris di sma, menulis adalah salah satu dari skill/keterampilan yang harus dikuasai peserta didik disamping keterampilan lain seperti mendengarkan, berbicara, dan membaca. banyak usaha dilakukan untuk membuat peserta didik bisa mempraktikkan berbahasa inggris. hal ini bisa dilihat dari design syllabus yang ada saat ini dimana aktifitas yang komunikatif didesaign untuk mengembangkan penguasaan bahasa inggris untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa inggris. menurut sri harnani (2020) pembelajaran daring adalah sistem pembelajaran yang dilaksanakan melalui perangkat personal computer (pc) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. guru dapat melakukan pembelajaran bersama diwaktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti whatsapp (wa), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai media pembelajaran. dengan demikian, guru dapat memastikan siswa mengikuti pembelajaran dalam waktu yang bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda. membuat brosur dianggap penting, karena berdasarkan situasi yang terjadi saat ini yaitu penyesuaian kurikulum yang memangkas banyak kd dan menentukan jika brosur, phamplet dan semua jenis alat untuk menyampaikan promosi terhadap barang, jasa dan event adalh salah satu kd yang terpilih untuk dipertahankan karena manfaatnya yang akan berlangsung hingga di dunia kerja untuk para peserta didik nantinya, hal ini didukung oleh pernyataan nurjaya di vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.103 369 dalam artikelnya yang berjudul pengertian dan tujuan short functional text beserta contohnya (februari, 2016) yang menyatakan jika short functional text seperti brosur dan phamphlet digunakan dalam kebutuhan sehari-hari, maka dari itu dianggap penting dan bermanfaat. cara mengajar yang biasanya hanya menggunakan cara tradisional seperti mengacu pada buku teks yang minim akan contoh-contoh dan gambar-gambar menarik mebuat peneliti memilih video animasi sebagai media untuk menyampaikan materi brosur dengan cara yang lebih bervariasi dan up to date agar siswa tidak merasa mudah bosan dan disesuaikan dengan keadaan saat ini dimana semua pembelajaran dilakukan dengan cara daring dengan menggunakan ict juga mengintegrasikan tpack. kelebihan video animasi yang dipilih oleh penulis sebagai media untuk mengajar membuat brosur salah satunya dikutip dari artikel kamrianti riamli (2018), yang menyatakan jika proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. berbagai potensi yang dimilikinya, media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi. materi pelajaran yang dikemas melalui program media, akan lebih jelas, lengkap, serta menarik minat siswa. dengan media, materi sajian bisa membangkitkan rasa keingintahuan siswa dan merangsang siswa bereaksi baik secara fisik maupun emosional. singkatnya, media pembelajaran dapat membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton, dan tidak membosankan. di masa pandemic covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini, dimana pembelajaran yang dilakukan sebagian besar adalah pembelajaran daring, kita sebagai seorang guru dituntut untuk memutar otak bagaimana pembelajaran daring yang benar – benar baru ini bisa berjalan secara efektif untuk peserta didik kita saat ini. berbagai teknik dan innovasi baru sangat diperlukan untuk terus dikembangkan untuk bisa mencapai tujuan. hingga kita bisa berhasil menemukan suatu cara dan strategi yang mana yang paling efektif untuk diterapkan dalam mengajarkan ke empat skill bahasa inggris. maka dari itulah maka penilitian tindakan kelas ini sangat perlu untuk terus dikembangkan dan dilakukan agar sebagai guru kita mempunyai tolak ukur keberhasilan penerapan metode – metode, teknik –teknik, dan pendekatan – pendekatan yang cocok di masa sekarang ini. dari uraian latar belakang diatas maka masalah peningkatan kompetensi menulis sangat penting, mendesak untuk dipecahkan dan dicarikan solusi, dan tanpa melupakan akar permasalahannya. dalam kaitannya dengan kompetensi berbicara ada beberapa identifikasi masalah yang mendasari kegiatan ini, antara lain (1) apakah dengan video animasi keterampilan membuat brosur siswa kelas x mipa 1 sma negeri 1 tongas tahun ajaran 2020/2021 dapat meningkat dan (2) apakah dengan video animasi motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar pembelajaran membuat brosur pada siswa kelas x mipa 1 di sma negeri 1 tongas probolinggo tahun pelajaran 2020/2021 dapat meningkat. metode jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan. menurut carr dan kemmis di burns (2010: 5), penelitian tindakan adalah bentuk penyelidikan self-reflective yang dilakukan oleh peserta dalam situasi sosial untuk meningkatkan praktik mereka sendiri dan situasi di mana praktik dilakukan. setuju dengan carr dan kemmis, richards, dan farrell (2005: 171) mendefinisikan penelitian tindakan sebagai ruang kelas penelitian yang dilakukan oleh seorang guru di ruang kelasnya sendiri untuk menyelesaikannya masalah dan masalah pengajaran praktis. membawa tentang perbaikan bukanlah hanya manfaat yang diperoleh dari melakukan penelitian semacam ini. melalui vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.103 370 prosesnya dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian tindakan, guru dapat memperoleh wawasan yang lebih mendalam banyak masalah dalam pengajaran dan pembelajaran serta menjadi lebih ahli dalam menyelidiki praktiknya sendiri. lokasi dan waktu penelitian penelitian ini dilakukan di sma negeri 1 tongas probolinggo yang terletak di desa tongas wetan kecamatan tongas kabupaten probolinggo. sekolah kami memiliki 18 ruang kelas. sekolah kami juga terdiri dari 1 ruang kepala sekolah, 18 ruang kelas, 1 mushollah dan 2 bagian toilet putra dan putri. penelitian ini akan dilakukan pada kelas x mipa 3. ruang kelas yang dipakai besar dan jumlah siswa kelas x mipa 3 adalah 40. untuk sekolah kami tidak memiliki peralatan electronic yang memadai sehingga menggunakan peralatan sederhana yang bisa menunjang penilitian ini. penelitian dilakukan pada semester pertama tahun akademik 2020/2021. itu dilakukan dari oktober hingga november, 2020. tindakan dilakukan sesuai dengan jadwal untuk mata pelajaran bahasa inggris yang saat ini masih disusun sesuai kurikulum. setiap pertemuan adalah 80 menit. waktu pelaksanaan untuk siklus pertama adalah pada tanggal 15 oktober 2020 untuk pertemuan pertama dan 16 oktober pada pertemuan kedua msih dalam siklus 1. waktu yang dipilih adalah pada pagi hari antara jam 07.00 wib hingga jam 08.20 wib. sedangkan untuk siklus yang kedua peneliti memilih waktu pada tanggal 19 oktober 2020 pada pertemuan pertama pada pukul 07.00 wib hingga pukul 08.20 wib, dan pertemuan kedua dilaksanakan pada 20 oktober 2020 pada jam yang sama dengan pertemuan pertama. subjek yang diteliti pada penelitian ini subjek yang digunakan adalah siswa klas x mipa 3 tahun ajaran 2020/2021. para siswa berjumlah 40 orang dimana 25 orang adalah siswa perempuan dan 15 siswa adalah siswa laki-laki. usia mereka rata-rata adalah 14-15 tahun. teknik dan instrumen pengumpulan data data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif. data kualitatif berupa opini, hambatan, preferensi, dan harapan para peserta. mereka digunakan sebagai data utama. sementara itu, data kualitatif berupa skor. mereka hanya digunakan untuk mendukung yang kualitatif. untuk mendapatkan data yang disebutkan sebelumnya, teknik pengumpulan data berikut a) observasi observasi dilakukan oleh peneliti selaku guru bahasa inggris untuk mendapatkan wawasan yang lebih baik tentang apa yang sebenarnya terjadi di proses pembelajaran menulis. selama implementasi tindakan peneliti mencatat apa yang terjadi di kelas menggunakan gaya naratif. pengamatan termasuk isi dari sk dan kd sebagai serta bukubuku kursus yang digunakan dalam proses belajar-mengajar. selain itu juga bisa menggunakan guru bayangan agar bisa mencatat permasalahan apa saja yang terjadi pada proses pembelajaran sehingga bisa mengambil tindakan yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan. b) wawancara peneliti juga mewawancarai beberapa siswa untuk dikumpulkan informasi lebih rinci tentang pendapat mereka mengenai pengajaran dan belajar menulis sebelum dan sesudah tindakan dilaksanakan. wawancara telah direncanakan tetapi tidak terstruktur. artinya, vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.103 371 peneliti menanyakan beberapa tapi dia memberi kesempatan kepada siswa dan guru untuk mengatakan semuanya terkait dengan proses belajar mengajar menulis. c) test ada dua jenis tes pre-test dan post-test. pre-test adalah untuk mendiagnosis kelemahan siswa sementara post-test digunakan untuk mengukur pencapaian dan penguasaan siswa. itu juga digunakan untuk mencari tahu apakah ada perbaikan atau tidak. d) dokumentasi guru membuat dokumentasi terhadap aktivitas siswa pada saat menulis bisa melalui video maupun foto juga portofolio karya tulisan siswa. hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa. setelah mengamti dokumentasi yang dilakukan maka guru bisa mengetahui kelemahan siswa sehingga bisa menentukan apakah ada perbaikan atau tidak penguasaan siswa dalam menulis. teknik analisis data a. analisis data kualitatif data yang diperoleh dari observasi dan wawancara dianalisis secara kualitatif mengikuti model analisis yang diusulkan oleh anne burns (2010). ini terdiri dari tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan pembuatan kesimpulan. pertama, data reduksi adalah proses mengubah data menjadi sejumlah kecil ringkasan laporan. pada langkah ini, peneliti memilih, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas dan mengubah bentuk data. kedua, data presentasi berarti mengatur informasi yang memungkinkan penarikan kesimpulan dan mengklasifikasikan semua data yang telah melewati proses reduksi data. b. analisis data kuantitatif peneliti menganalisis data dari pre-test dan post-test secara kuantitatif dengan menggunakan analisis deskriptif dalam bentuk skor rata-rata. dengan cara ini, skor siswa dalam pre-test dan post-test akan dibandingkan untuk melihat perbaikan dari kemampuan menulis siswa prosedur penelitian peneliti mengikuti desain penelitian tindakan kelas yang disarankan oleh kemmis dan mctaggart (1988) dalam madya (2006: 67). penelitian dilakukan melalui lima fase dalam siklus penelitian: pengintaian, perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. model penelitian tindakan di atas menunjukkan iteratif atau rekursif alam. ini berarti bahwa siklus pertama dapat menjadi siklus spiral yang berkelanjutan sampai peneliti mencapai hasil yang memuaskan. untuk lebih spesifik, langkah-langkah dalam penelitian tindakan dijelaskan sebagai berikut: 1) pengamatan pada fase ini, peneliti melakukan pengumpulan informasi awal untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang sifat dan konteks masalah penelitian. peneliti mengamati aktivitas siswa dan kemampuan siswa di kelas x mipa 3 pada proses pembelajaran, selain itu, ia melakukan pre-test untuk melihat sejauh mana ketrampilan menulis siswa. 2) perencanaan. setelah melakukan pengamatan pada kelas x mipa 3, peneliti menemukan permasalahan pada siswa yaitu rendahnya keterampilan siswa dalam menulis. maka guru menyiapkan metode dan media yang menarik untuk pembelajaran, sehingga siswa lebih antusias dalam belajar. peneliti menyiapkan media berupa video animasi yang menarik bagi siswa. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.103 372 3) pelaksanaan pada tahap ini peneliti mulai memperkenalkan video animasi pada siswa, setelah itu peneliti menggunakan video animasi pada siswa dan siswa menarasikan melalui tulisan video animasi berdasarkan kemampuan mereka masing-masing. guru mengamati dan memberikan penilaian terhadap siswa. 4) pengamatan pada tahap ini peeneliti melakukan pengamatan terhadap subjek yaitu siswa kelas x mipa 3 terkait efek dari penggunaan video animasi strip pada keterampilan menulis siswa. dalam proses pengamatan ini peneliti terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran sehingga bisa mengamati secara langsung kekurangan siswa. 5) refleksi dalam tahap ini peneliti mengevaluasi penggunaan video animasi bagi keterampilan menulis siswa, apakah penggunaan video animasi berhasil atau tidak. jika pada siklus ini belum berhasil maka akan dilanjutkan pada siklus yang berikutnya. gambar 1. prosedur ptk menurut mctaggart vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.103 373 hasil laporan hasil tindakan pada siklus 1 tindakan siklus 1 dilaksanakan dalam dua pertemuan. pertemuan pertama dilakukan pada hari kamis, tangal 15 oktober 2020. praktikan pada pertemuan pertama adalah peneliti. sedangkan, pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 16 oktober 2020 dengan praktikan adalah peneliti sebagai guru bahasa inggris di kelas x mipa 1. langkah-langkah yang dilakukan pada siklus pertama mencakup merencanakan kegiatan, mengimplementasikan, mengobservasi, dan merefleksi kegiatan. pengimplementasian dari setiap tindakan berdasarkan pada rpp yang dibuat oleh peneliti yang sudah dikonsultasikan pada pihak sekolah yaitu sma negeri 1 tongas probolinggo.pertmuan pertama dilaksanakan berdasarkan pada rpp 1 dan pertemuan kedua berdasarkan pada rpp 2 (rpp 1 dan rpp 2 terlampir pada lampiran 4 dan 5). materi-materi yang diajarkan mencakup genre brosur dan media video animasi. topik pada siklus pertama adalah brosur untuk kepentingan promosi produk, jasa dan perusahaan untuk publik. prose evaluasi melalui observasi dilaksanakan pada setiap pertemuan untuk mengevaluasi keaktifan dan kepasifan siswa terlibat dalam proses belajar pembelajaran membuat brosur melalui media video animasi. panduan observasi dengan bentuk checklist digunakan untuk mengevaluasi keterlibatan siswa didalam pembelajaran. lembar observasi checklist terlampir dalam appendix 6,7,8, dan 9. disamping itu, catatan lapangan/ field note juga digunakan dalam masing-masing pertemuan pada proses pembelajaran membuat brosur dengan media video animasi. sebagai tambahan untuk mengolah nilai evaluasi, terdapat produk evaluasi yang digunakan dalam tindakan ini. produk evaluasi dalam bentuk test kemampuan membuat brosur. terlebih lagi, observasi digunakan untuk mengukur kualitas dari feedback juga digunakan untuk mengukur hasil penelitian. instrument ini digunakn untuk mendukung apakah video animasi berguna atau tidak untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat brosur. hasil observasi observasi kelas dilakukan secara berkelanjutan oleh peneliti selama proses pembelajaran membuat brosur menggunakan media video animasi pada tiap pertemuan. hal ini ditujukan untuk melakukan proses evaluasiuntuk mengumpulkan data utama. petunjuk observasi dalam bentuk formulir checklist digunakan untuk mengevaluasi proses. indikator-indikator yang diobservasi adalah partisipasi siswa selama proses belajar pembelajaran menggunakan media video animasi, yang melibatkan perhatian siswa, jawaban siswa pada tiap pertanyaan lisan yang disampaikan oleh guru/ peneliti, respon siswa pada setiap pertanyaan guru, respon siswa pada penjelasan guru tentang video animasi, dan respon siswa terhadap penjelasan guru tentang brosur. pada pertemuan pertama, proses pembelajaran membuat brosur dengan media video animasi melingkupi tiga tahapan utama., yaitu prewriting, writing, rewriting. kegiatan prewriting ditujukan untuk mengaktifkan latar belakang pengetahuan untuk topic yang menjadi target. di kegiatan ini, peneliti menyajikan foto-foto brosur melalui video animasi. kemudian, peneliti menanyakan beberapa pertanyaan untuk memancing dan mengarahkan siswa berfokus pada topik yang akan dibahas, yaitu brosur. contoh-contoh pertanyaan yang disajikan peneliti adalah sebagai berikut ‘what are the pictures about?’, ‘where do you usually find them?’, ‘what are their functions?’, ‘have you ever tried to design them by yourself?’. siswa mengekspresikan apa saja yang mereka ketahui tentang topik walaupun beberapa siswa masih menggunakan kata-kata dari bahasa ibu karena merujuk pada terbatasnya vocabulary bahasa vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.103 374 inggris. terdapat sekitar 8 siswa yang bisa menjawab pertanyaan lisan peneliti, dan hampir semua siswa memperhatikan dengan seksama ketika peneliti menyajikan video animasi. kemudian, sekitar 26 siswa memberikan respon positif pada pertanyaan-pertanyaan yang diberikan selama penyajian video animasi. ketika peneliti menjelaskan tentang brosur, 13 siswa memberikan respon positif dengan menanyakan beberapa poin yang tidak mereka pahami. pada tahapan menulis, semua siswa mengikuti dan mengerjakan kegiatan ini. pada akhirnya, dalam tahap ‘rewriting’, para siswa diminta untuk bekerja didalam kelompok yang beranggotakan 3 orang. mereka dijelaskan tahapan-tahapan pembuatan brosur dengan video animasi sebagai media untuk memotivasi dan memberikan penjelasan tentang brosur lengkap mulai dari definisi, generic struktur, hingga language featuresnya. beberapa siswa masih menanyakan beberapa poin terkait cara penyusunan brosur. masih terdapat sekitar 23 siswa yang mengalami kebingungan bagaimana langkah-langkah pembuatan brosur. berdasarkan data tersebut tidak semua siswa menjalankan prosedur dan kegiatan membuat brosur hingga selesai. kegiatan observasi kelas pada pertemuan pertama menunjukkan bahwa 19 siswa atau 45% secara aktif terlibat di dalam proses pembelajaran membuat brosur dengan media video animasi. mereka telah memenuhi indicator-indikator untuk terlibat secara aktif di dlam kelas, seperti memperhatikan, menjawa pertanyaan-pertanyaan lisan dari guru, merespon pertanyaanpertanyaan yang ditujukan selama pembelajaran menggunakan video animasi, dan merespon penjelasan guru terkait brosur. bagaimanapun juga, 24 siswa atau 55% masih enggan untuk menjawab pertanyaan dan merespon penjelasan guru. berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan jika para siswa tersebut belum memberikan respon positif pada media video animasi. pada pertemuan kedua dilakukan dengan prosedur pembelajaran yang sama seperti pada pertemuan sebelumnya. pelaksana penilitian pembelajaran saat ini juga masih tetap sma dengan peneliti sebagai guru bahasa inggris. disini, guru memberikan sebuah contoh brosur tentang resep makanan yang ada di restaurant. dengan menggunakan bantuan media video animasi. di dlam pertemuan ke dua ini, terdapat 32 siswa memperhatikan, 18 siswa dapat menjawab pertanyaan lisan dari guru, 21 siswa merespon pertnayaan-pertanyaan yang diberikan selama proses pembelajaran, 20 siswa merespon penjelasan guru tentang brosur, dan 30 siswa merespon dengan positif ketika disajikan media video animasi. dengan kata lain, observasi yang dilakukan menghasilkan 22 siswa atau sekitar 60,5% terlibat secara aktif di dalam proses pembelajaran membuat brosur dengan media video animasi. fakta ini berarti bahwa partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran membuat brosur masih belum memenuhi target yang diharapkan, yaitu 75% subjek secara aktif terlibat di dlam proses belajar mengajar membuat brosur dengan media video animasi. hasil tes membuat brosur pada siklus 1 disamping proses evaluasi, produk evaluasi dalam bentuk tes membuat brosur juga dilaksanakan setelah tindakan pada siklus 1 dipertemuan ke dua (pada 16 oktober 2020). tes yang dilakukan untuk mengukur kemampuan menulis siswa dengan membuat brosur setelah tindakan pertama diberikan. di dalam tes membuat brosur, topic yang diberikan adalah brosur tentang menu, produk, jasa, event, dan perusahaan. disini siswa diminta untuk memilih satu dari topik-topik yang disajikan di atas, kemudian, mereka menulis brosur secara individu. mereka mengerjakan brosur dalam waktu 2x 15 menit, dan mengumpulkan hasil pekerjaannya di dalam ruang tugas yang disajikan di google classroom. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.103 375 hasil yang diolah menunjukkan bahwa kebanyakan produk brosur yang dibuat siswa masih belum bisa dipahami atau belum komunikatif. para siswa masih membuat beberapa kesalahan terutama pada cara mengorganisasi dan mengembangkan ide-ide mereka. kebanyakan dari mereka menyertakan informasi yang tidak relevan dan banyak pengulangan yang tidak perlu untuk isi dari brosur tersebut. disamping itu, kebanyakan dari siswa menulis bentuk kalimat present tense bukan dalam bentuk ‘command sentence’. nilai-nilai hasil produk dari tes membuat brosur pada siklus 1 disajikan pada table 1. tabel 1. hasil tes membuat brosur pada siklus 1 number of subjects scorer 1 scorer 2 average 1 62.5 68.75 65.625 2 75 75 75 3 87.5 81.25 84.375 4 62.5 62.5 62.5 5 56.25 62.5 59.375 6 75 75 75 7 81.25 81.25 81.25 8 81.25 81.25 81.25 9 56.25 62.5 59.375 10 56.25 56.25 56.25 11 56.25 56.25 56.25 12 56.25 56.25 56.25 13 68.75 62.5 65.625 14 62.5 62.5 62.5 15 68.75 68.75 68.75 16 75 75 75 17 75 75 75 18 75 75 75 19 62.5 68.75 65.625 20 75 75 75 21 68.75 68.75 68.75 22 81.25 81.25 81.25 23 56.25 62.5 59.375 24 68.75 62.5 65.625 25 68.75 68.75 68.75 26 68.75 68.75 68.75 27 87.5 87.5 87.5 28 81.25 81.25 81.25 29 75 75 75 30 75 75 75 31 75 75 75 32 75 75 75 33 68.75 62.5 65.625 34 62.5 62.5 62.5 35 62.5 62.5 62.5 36 75 75 75 37 81.25 75 78.125 38 81.25 81.25 81.25 39 75 81.25 78.125 total scores 2759,375 vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.103 376 nilai mean pada hasil produk membuat brosur adalah sebagai berikut: m = the total of the average scores jumlah keseluruhan pencapaian siswa. m = 2759 39 m = 70,75 di dalam tes siklus 1 seluruh siswa mengikuti tes membuat brosur. berdasarkan table 3, perbedaan antara penilai satu dan penilai 2 sangat dekat, hal ini terjadi karena system penilaian yang dipakai oleh peneliti dan rekan sejawat pengajar bahasa inggris adalah sama. peneliti menggunakan system penilaian dari cbc. kriteria penilaian hanya dibagi menjadi empat poin jadi perbedaan yang ada tidak begitu berarti. berdasarkan table 3 di atas, ditemukab bahwa pencapaian tes membuat brosur pada siklus pertama adalah 70,75 (m=70,75). nilai mean tersebut dikategorikan cukup. hal ini berarti nilai masih belum mencapai persyaratan nilai target pada penelitian ini, yaitu ≥75 sesuai kkm. dengan kata lain siklus pertama belum berhasil. berdasarkan hasil yang diperoleh diatas, menunjukkan jika masih perlun dilaksanakan siklus kedua karena nilai mean yang dicapai para siswa masih belum memenuhi target kategori baik yaitu ≥75 sesuai kkm. siklus kedua dilaksanakan dengan merivisi teknik pembelajran membuat brosur dengan video animasi. hasil refleksi pada siklus pertama refleksi dilakukan setelah hasil observasi dan hasil tes membuat brosur diketahui. hasil observasi menunjukkan bahwa hanya 60,5% subjek secara ktif terlibat didalam proses belajar pembelajaran membuat brosur dengan media video animasi. sedangkan sisa dari subjek sekita 39,5% masih pasif dalam mengikuti proses pembelajaran. mereka masih enggan menjawab pertanyaan lisan dari guru. juga, mereka memberikan respon negative pada penjelasan guru tentang brosur dan belum sepenuhnya menyimak video animasi yang diberikan. berdasarkan pada prodik evaluasi, telah diketahui bahwa pencapaian menulis siswa masih belum bisa meningkat melalui media video animasi. hasil dari tes membuat brosur pada siklus pertama menunjukkan masih biasa-biasa, hasil tes membuat brosur para siswa masih 68,61 (kategori cukup). hal ini berarti target nilai mean membuat brosur dalam penelitian ini belum mencapai keberhasilan. ada beberapa factor yang mempengaruhi hasil tersebut. hal ini bisa disebabkan oleh factor-faktor berikut ini: 1. penggunaan media video dalam pembelajaran membuat brosur adalah masih pertama kali dialami oleh para siswa 2. para siswa masih belum bisa menggunakan simple present tense terutama ‘command sentence.’ 3. para siswa masih belum bisa menentukan bagian-bagian brosur dengan efektif. maka dari itu, tindakan pada siklus kedua adalah diperlukan pemecahan masalah untuk siklus pertama. tindakan pda siklus kedua dilaksanakan dengan merivisi rpp yang sudah dilaksanakan pada siklus pertama dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan siswa dan kesalahan-kesalahan yang dibuat pada tes membuat brosur pada siklus pertama. kelemahan para siswa berhubungan dengan cara mengorganisasikan ide-ide pada tiap kalimat menjadi kalimat yang koherent dan menulis kalimat simple present tense dengan bentuk ‘command vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.103 377 sentence’ yang benar. maka dari itu, di dalam merevisi rpp peneliti yang berperan sebagai guru menjelaskan simple present tense dalm bentuk, ‘command sentence’ dan memberikan latihan-latihan soal tentang ‘command sentence’. dalam kegiatan ini, peneliti sebagai guru melingkari kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para siswa di dalam brosur yang dibuat oleh para siswa sebelumnya dan dibahas di dalam kelas daring melalui zoom. hal ini dilakukan agar para siswa memahami kelemahan dan keslahan mereka dalam membuat brosur, jadi para siswa akan lebih mudah merevisi dan mengedit brosur mereka dengan tahapan yang benar, kemudian membuatnya menjadi lebih baik. kesimpulannya, revisi pada teknik pembelajaran ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat brosur melalui media video animasi dari kategori cukup menjadi kategori baik, yaitu mencapai nilai mean ≥ 75 (≥nilai kkm). laporan hasil tindakan pada siklus 2 tindakan pada siklus 2 dilakukan karena tindakan yang sudah diberikan pada siklus petama belum mencapai target tujuan penelitian. pembelajaran pada siklus 2 ini juga dilakukan dalam 2 kali pertemuan. pertemuan ketiga dilakukan pada 19 oktober 2020 dengan peneliti langsung yang juga berperan sebagai guru bahasa inggris, dan pertemuan ke empat dilakukan pada 20 oktober 2020. pelaksana tindakan juga peneliti langsung sebagai guru bahasa inggris. tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan hamper sama dengan siklus pertama, yaitu tahap persiapan, implementasi, observasi dan evalluasi, dan refleksi dari tindakan. implementasi atau pelaksanaan tindakan dilaksanakan berdasarkan pada revisi rpp dari siklus pertama yang dibuat oleh peneliti. di dalam siklus 2, peneliti sebagai guru bahasa inggris membahas kesalahan-kesalahan siswa pada pembuatan brosur. hasil revisi dari rpp 3 dan rpp 4 dilampirkan pada lampiran 5 dan 6. materi yang disajikan mencakup, genre brosur, simple present tense dalam bentuk ‘command sentences’, dan penggunaan video animasi sebagai media penunjang pembelajaran. hasil observasi pada siklus ke dua, para siswa telah menunjukkan rasa ketertarikan dan antusiasme di dalam proses belajar pembelajaran membuat brosur menggunakan media video animasi. hal ini dapat dilihat dari hasil observasi pada pertemuan ke tiga bahwa sekitar 33 siswa atau 84,6% terlibat aktif di dalam proses pembelajaran membuat brosur menggunakan media video animasi. mereka secara aktif bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan, memperhatikan dengan seksama, merespon penjelasan guru tentang brosur dan menyimak dengan antusias video animasi yang disajikan. sedangkan sekitar 6 siswa atau 15,4% masih pasif dalam mengikuti pembelajaran. sebelum para siswa memulai kegiatan membuat brosur pada pertemuan keempat, peneliti sebagai penyelenggara tindakan membahas kesalahan-kesalahan penulisan yang dibuat oleh siswa pada siklus 1. sejak kesalahan yang umum ditemukan ada pada grammatical error penggunaan bentuk simple present tense ‘command sentences’, peneliti memberikan catatan pada poin tersebut. pertama, peneliti menyajikan gambargambar brosur melalui ppt, kemudian menayakan beberapa pertanyaan untuk membangun persepsi awal para siswa untuk identifikasi brosur dan dilanjutkan dengan kegiatan menganalisis dengan penyajian video animasi yang berisi penjelasan menarik tentang brosur menggunakan seorang karakter guru perempuan yang identic dengan peneliti sebagai guru. untuk kemudian meminta siswa vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.103 378 membuat brosur berdasarkan salah satu dari beberapa topik yang dipilih dan disajikan melalui video animasi oleh peneliti. di dalam pembelajaran ini ditemukan sekitar 36 siswa yang antusias dan memberikan perhatian pada pembelajaran, dan sekitar 25 siswa termotivasi dengan menunjukkan respon yang positif ingin tahu lebih jauh kegiatan apa kemudian yang akan di instruksikan. kemudian peneliti mereview dan mendiskusikan kembali membuat brosur dan tahapannya dengan lebih mendalam. kemudian 24 siswa dapat merespon secara antusias. sebelum mereka beranjak pada kegiatan membuat brosur, mereka diminta membuat dan menuangkan ide secara bebas. kemudian, mereka dijelaskan cara mendesign dan membuat brosur termasuk membuat content brosur yang eyecatching dengan mengaplikasikan struktur bahasa yang sederhana pada present tense bentuk ‘command sentence’. disini guru berperan juga sebagai peneliti membagi kelas menjadi group dengan anggota 3-4 siswa untuk membuat brosur. ketika peneliti menjelaskan cara membuat brosur dengan bantuan media video animasi. sekitar 33 siswa merespon dengan menanyakan beberapa poin pembuatan brosur yang disajikan dalam video animasi yang belum mereka pahami. setelah siswa mengumpulkan pekerjaan mereka pada pertemuan ke tiga. peneliti menganalisis lembar kerja dari hasil bekerja kelompok, dan didapatkan perkembangan dan peningkatan yang cukup berarti dari segi design dan dari segi content sudah mengalami banyak peningkatan secara tampilan yang fullcolor dan content yang lebih to the poin dan eyecatching. ditemukan sekitar 11 kelompok atau sekitar 33 siswa, yang berarti sudah sekitar 85% siswa sudah mengalami peningkatan untuk membuat brosur. pada akhirnya, dengan prosedur yang sama pada pertemuan sebelumnya, pertemuan keempat dilaksanakan. pada pertemuan ini peneliti sebagai guru mereview pertemuan sebelumnya dan memberikan beberapa pertanyaan terkait pertemuan sebelumnya dan mulai memberikan pertanyaan terkait topik yang akan dibahas yaitu membuat brosur dengan berbagai situasi yang berbeda. mulai dari brosur untuk menawarkan produk, jasa sampai event. dalam kegiatan ini ada sekitar 25 siswa secara aktif menjawab pertanyaan guru. setelah guru menyajikan sebuah contoh brosur tentang menu, sekitar 35 siswa termotivasi secara tinggi untuk mencari kata-kata sulit dan mengidentifikasi penggunaan tenses pada brosur tersebut. untuk tugas, guru meminta siswa untuk membuat brosur secara individu dengan menyajikan beberapa foto dan gambar design brosur yang belum terisi dengan content bahasa. disini guru juga menyajikan berbagai situasi yang berbeda sesuai dengan foto dan gambar design yang disajikan. siswa diminta untuk memilih salah satu gambar/design untuk kemudian dibuat sebuah brosur yang menarik dan bernilai jual sebagai alat promosi. dalam kegiatan ini ditemukan sekitar 37 siswa yang memberikan respon positif tentang membuat brosur dan sekitar 34 siswa merespon pertanyaan yang ditujukan. sedangkan semua siswa memberikan perhatian penuh pada pertemuan keempat ini. dapat diambil kesimpulan jika, observasi yang didapatkan selama siklus kedua bahwa 36 siswa atau sekitar 92% secara aktif terlibat di dalam proses pembelajaran membuat brosur menggunakan media video animasi daripada yang sudah terjadi pada siklus pertama. dengan kata lain, para siswa secara aktif ikut serta dalam proses membuat brosur dan menemui standard proses evaluasi yaitu ≥75% siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran membuat brosur menggunakan media video animasi. berdasarkan pada hasil observasi diatas, media video animasi memiliki kelebihan dan bermanfaat bagi siswa, diantaranya: vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.103 379 1. dapat meningkatakan motivasi belajar peserta didik menjadi lebih antusias dan bersemangat. 2. dapat membantu peserta didik untuk membuat design brosur menjadi lebih eyecathcing. 3. dapat membantu peserta didik untuk lebih bisa secara akurat menentukan penggunaan bahasa yang sederhana dan menarik untuk promosi. 4. dapat membantu peserta didik menjadi lebih percaya diri bekerja sama dalam kelompok. 5. dapat menstimulasi peserta didik untuk lebih aktif memberikan pendapat pada proses pembelajaran 6. dapat menguatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang disajikan yaitu membuat brosur. dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar subjek menegaskan jika media video animasi menarik, sangat memotivasi dan bermanfaat. hasil tes membuat brosur pada siklus 2 produk evaluasi dalam bentuk penilaian menulis dilakukan pada akhir sesi pada siklus kedua yaitu pada 20 oktober 2020. topik yang disajikan adalah brosur tentang produk, jasa dan event/kegiatan. disini, para siswa diminta untuk memilih salah satu topik yang disajikan secara individu, kemudian menulis dan membuat brosur tersebut semenarik mungkin dan berdaya jual untuk tujuan promosi. waktu yang disediakan untuk siklus ini adalah 2x15 menit atau sekitar 30 menit melalui zoom meeting dan dilanjutkan pembimbingan melalui whatsapp group dan google classroom. tabel 2. hasil tes membuat brosur menggunakan media video animasi pada siklus 2 number of subjects scorer 1 scorer 2 average 1 68.75 68.75 68.75 2 75 75 75 3 87.5 87.5 87.5 4 75 75 75 5 75 75 75 6 75 75 75 7 81.25 75 78.125 8 81.25 81.25 81.25 9 75 75 75 10 75 75 75 11 75 75 75 12 75 75 75 13 75 75 75 14 75 75 75 15 68.75 68.75 68.75 16 75 75 75 17 75 75 75 18 75 75 75 19 75 75 75 20 78 78 78 21 75 75 75 22 75 75 75 23 62.5 62.5 62.5 24 75 75 75 25 75 75 75 26 75 75 75 vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.103 380 27 87.5 87.5 87.5 28 75 75 75 29 75 81.25 78.125 30 75 75 75 31 81.25 75 78.125 32 81.25 81.25 81.25 33 75 75 75 34 70 70 70 35 70 70 70 36 75 75 75 37 87.5 81.25 84.375 38 81.25 81.25 81.25 39 81.25 75 78.125 skor total 2.465,625 nilai mean pada hasil siswa membuat brosur adalah sebagai berikut: m = jumlah total nilai rat-rata jumlah keseluruhan siswa m = 2.958,625 39 m = 75,86 berdasarkan pada table 4, dapat dilihat pada nilai rata-rata, pencapaian nilai tes adalah 75,86 (m=75,86). nilai ini diklasifikasikan pada kategori nilai baik. hal ini menunjukkan bahwa nilai mean dari penelitian ini sudah mencapai target yang disyaratkan yaitu ≥75. maka dari itu, tindakan dihentikan dan tidak dilanjutkan. disamping itu, dari hasil brosur yang dibuat siswa., telah ditemukan bahwa kebanyakan hasil karya brosur yang dibuat oleh siswa telam mengalami peningkatan. kebanyakan isi dari brosur sudah layak dan dapat dipahami maksudnya dan design yang mereka buat sangat menarik dan eyecatching, intinya brosurnya sudah memenuhi tujuan umumnya yaitu dapat dikomunikasikan sebagai media promosi barang, jasa dan event. hanya sedikit kesalahan penilisan bahasa yang ditemukan. hasil refleksi pada siklus 2 pada siklus ini, hasil observasi menunjukkan peningkatan yang signifikan pada partisispasi siswa dalam mengikuti pembelajran membuat brosur. sebanyak 92% siswa terlibat secara aktif di dalam proses belajar mengajar membuat brosur menggunakan media video animasi. hal ini mengindikasikan jika kebanyakan siswa telah mwmahami apa yang harus mereka lakukan di dalam proses belajar mengajar membuat brosur menggunakan video animasi. terlebih lagi, hasil nilai yang dicapai siswa pada siklus dua ini meningkat dengan signifikan. hal ini terindikasi dari hasil perolehan nilai mean pada rata-rata pencapaian siswa yang dikategorikan baik (m=75,73), yang berarti bahwa target nilai mean pada tes membuat brosur telah terpenuhi. ada beberapa factor yang mempengaruhi hasil tersebut, diantaranya: 1. video animasi yang disajikan pada siswa membahas lebih dalam tentang brosur dan langkah-langkah pembuatannya. 2. para peserta didik telah mampu menggunakan kalimat present tense dengan bentuk ‘command sentences’ dengan baik dan benar. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.103 381 3. para peserta didik termotivasi dan tertantang dengan penyajian video animasi yang mereka anggap menarik dan interaktif. sejak hasil pencapaian dari tes membuat brosur telah mencapai target nilai mean pada penelitian ini. maka penelitian tindakan ini dihentikan. pembahasan berikut adalah diagram yang menggambarkan hasil checklist observasi pada siklus pertama dan siklus kedua. gambar 1. diagram hasil observasi siklus 1 dan siklus 2 berdasarkan pada diagram 4.1 di atas, dapat dilihat jika keterlibatan siswa secara aktif pada siklus kedua lebih tinggi daripada siklus yang pertama. peningkatan yang terjadi dari 45% pada siklus pertama dan naik menjadi 86,4% pada siklus kedua. para siswa memberikan respon positif selama proses belajar pembelajaran membuat brosur menggunakan media video animasi. hasil secara nyata dari diagram 4.1 di atas, mengindikasikan jika penelitian tindakan kelas ini telah berhasil memenuhi standard pencapaian yang diinginkan pada siklus kedua. berdasar pada hasil analisis pencapaian nilai pada tes membuat brosur, dapat di tegaskan bahwa hasil pencapaian nilai membuat brosur siswa masih belum mencapai tujuan penelitian. rata-rata, pencapaian nilai membuat brosur siswa diklasifikasikan sebagai cukup (m=70,75) jadi nilai mean masih belum mencapai target nilai mean yaitu ≥75. ada beberapa factor yang menyebabkan hasil tersebut, seperti karena ini adalah pertama kali bagi peserta didik membuat brosur dengan media video animasi, siswa-siswa tidak dapat memahami membuat brosur dengan penggunaan bahasa yang sederhana menggunakan somple present ‘command sentences’ dan dengan design yang menarik yang dicontohkan didalam media video animasi dengan tepat pada siklus pertama.maka dari itu, tindakan pada siklus kedua dilaksanakan dengan merivisi teknik pengajaran yang digunakan pada siklus pertama. setelah mendapatkan tindakan pada siklus kedua, para siswa dapat meningkatkan pencapaian nilai membuat brosur. pada nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa, mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu dari (70,75) yang dikategorikan pada kategori cukup 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% siklus i siklus ii hasil observasi siklus i siklus ii vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.103 382 pada siklus pertama, menjadi kategori bagus (75,86) pada siklus kedua., dan target dari nilai mean dapat dicapai. hal ini dapat terjadi karena hasil revisi teknik mengajar yang sedikit berbeda dari sebelumnya. contohnya pada siklus pertama para siswa tidak diberikan petunjuk yang cukup tentang brosur, media video animasi dan penggunaan tata bahsa yang benar, pada siklus 2 para siswa diberikan petunjuk yang cukup dan mendalam tentang aspek-aspek materi tersebut. hal ini snagat membantu siswa untuk menemukan kelemahan dan kesalahan yang mereka buat, seperti menulis present tense ‘command sentences’. maka dari itu, masalah semacam itu dapat diselesaikan di dalam siklus kedua. sebagai hasilnya, hasil pencapaian nilai membuat brosur pada siswa mengalami peningkatan pada siklus kedua. tabel berikut ini mempresentasikan peningkatan nilai membuat brosur pada siklus pertama dan siklus kedua. tabel 3. peningkatan nilai membuat brosur siswa pada siklus pertama dan kedua siklus 1 siklus 2 nilai mean 70,75 75.86 gambar 2. diagram hasil nilai rata-rata pencapaian siswa dalam membuat brosur dari table 3 dan diagram 2 diatas, nilai mean dari hasil pencapaian siswa dalam membuat brosur telah meningkat dari 70,75 atau kategori ‘cukup’ pada siklus 1 menjadi 75,86 atau kategori ‘baik’ dalam siklus 2. ini berarti bahwa siklus kedua telah mencapai target nilai mean dari penelitian ini. maka dari itu, peneliyien tindakan diakhiri. hasil anlisis observasi dan hasil analisis tes menulis mengindikasi bahwa sebuah teknik mengajar menggunakan media video animasi sangatlah efektif untuk mengajar membuat brosur. hal ini sejalan dengan pernyataan kamrianti, r (2010), yang menyatakan bahwa kelebihan media animasi adalah penggabungan unsur media lain seperti audio, teks, video, image, grafik, dan sound menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi sesuai 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 nilai rata-rata menulis pada awal semester nilai rata-rata menulis pada siklus 1 nilai rata-rata menulis pada siklus 2 nilai rata-rata(mean) nilai rata-rata(mean) vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.103 383 dengan modalitas belajar siswa. selain itu, dapat mengakomodasi siswa yang memiliki tipe visual, auditif, mupun kinestetik. hasil dari penelitian ini memperkuat pernyataan dan mendukung pengaplikasian video animasi sebagai media pembelajaran yang menarik dan mempermudah siswa dalam membuat brosur. menurut furoidah (2009), penggunaan media animasi pembelajaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa, serta menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan media animasi lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan tanpa menggunakan media animasi. pernyataan ini memperkuat dan mendukung hasil penelitian yang dihasilkan oleh peneliti dengan sangat akurat. selanjutnya, hasil questioner menunjukkan jika para peserta didik merasa terbantu di dalam membuat brosur menggunakan media video animasi. mereka mngatakan jika video animasi dapat meningkatkan rasa motivasi dan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran membuat brosur. dari video animasi yang berisi penjelasan tentang brosur dan bagaimana brosur dibuat mereka bisa mningkatkan kemampuan menulis kata-kata menggunakan simple present tense dalam bentuk ‘command sentences” dengan akurat dan lebih terarah, selain itu, media video animasi yang disajikan oleh guru juga dapat mencairkan suasana sehingga para siswa merasa percaya diri dan mampu berinteraksi aktif di dalam pembelajaran dan juga mampu berinteraksi secara percaya diri dengan teman – teman satu kelompoknya. selain itu, para peserta didik juga merasa termotivasi untuk dapat menjawab dan merespon pertanyaanpertanyaan yang didistribusikan oleh guru secara aktif. yang terpenting dari penyajian media video animasi adalah bahwa siswa telah mampu memahami genre teks brosur dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari dengan baik dan benar. pernyataan ini didukung oleh artawan (2010), media animasi dalam proses pembelajaran ternyata dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa karena memiliki kemampuan untuk memaparkan sesuatu yang rumit atau komplek melalui stimulus audio visual yang akhirnya membuahkan hasil lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali dan menghubunghubungkan fakta dan konsep. pembelajaran dengan memanfaatkan media animasi dapat menciptakan pembelajaran menjadi efektif, menyenangkan, tidak membosankan sehingga mempercepat proses penyampaian materi kepada siswa. akhirnya, berdasarkan pada penjelasan diatas, video animasi adalah sebuah media alternative yang efektif untuk mengajar dan meningkatkan kemampuan menulis pada siswa, khususnya kemampuan dalam membuat brosur pada siswa kelas x mipa 1 sma negeri 1 tongas probolinggo. simpulan berdasarkan pada tes membuat brosur pada kedua siklus, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media video animasi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat brosur. hal ini dapat dilihat dari standar nilai mean pada siklus kedua, yang dikategorikan ‘baik’ (m=75,86) dibandingkan dengan nilai mean siswa pada siklus pertama, yang diklasifikasikan ‘kurang’ (m=70, 75). hasil yang dicapai sudah memenuhi target standar nilai yang ditentukan pada penelitian ini. ini berarti, bahwa pengaplikasian media video animasi dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa, khususnya membuat brosur. kesimpulannya, media video animasi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat brosur pada kelas x mipa 1 sma negeri 1 tongas probolinggo. berdasarkan pada hasil observasi kelas, keterlibatan para peserta didik di dalam proses belajar mengajar meningkat dari dari 45% pada siklus pertama dan naik menjadi 86,4% pada vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.103 384 siklus kedua. hasil yang dicapai sudah memenuhi standar yang ditentukan di dalam penelitian ini. ini berarti bahwa aplikasi media video animasi dapat memotivasi para peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar menulis and memberikan kesempatan kepada mereka untuk berinteraksi aktif dan komunikatif dengan teman sekelas mereka secara daring. ringkasnya, media video animasi dapat memotivasi minat siswa di dalam mengikuti proses pembelajaran membuat brosur pada siswa kelas x mipa 1 sma negeri 1 tongas probolinggo saran guru bahasa inggris pada sma negeri 1 tongas probolinggo disarankan untuk menggunakan media video animasi sebagai cara alternative dalam mengajarkan membuat brosur untuk meningkatkan kualitas skill menulis para siswa dan meningkatkan pencapaian menulis siswa. khususnya jika para peserta didik mengalami masalah dengan membuat brosur dan jenis teks yang lain. para siswa sma negeri 1 tongas probolinggo disarankan untuk mempraktikkan dan meningkatkan kemampuan menulis mereka melalui media video animasi. hasil dari penelitian diharapkan untuk memberikan informasi pada peneliti di masa depan untuk melaksanakan penelitian lanjutan, seperti; peningkatan kemampuan menulis siswa dalam membuat brosur atau teks yang lainnya menggunakan media video animasi atau media pembelajaran lainnya yang innovative dan menarik menggunakan design penelitian yang berbeda seperti penelitian eksperimental. daftar rujukan arikunto, suharsimi. 2017. penelitian tindakan kelas edisi revisi. jakarta: bumi aksara. elliot, j. a. 1991. action research for educational change. milton keynes: open university. kemmis s. mc. taggart. r. 1992. the action research planne. victoria: deaken university. muzaffer uysal; daniel fesenmaier (12 november 2012). communication and channel systems in tourism marketing. routledge. pp. 11 2. isbn 978-1-136-58697-2. rosidi, imron. 2009. menulis, siapa takut?. yogyakarta: kanisius. sanjaya, wina. 2009. penelitian tindakan kelas. jakarta: kencana prenada media group. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 200 received : 19-09-2020 revised : 22-10-2020 published : 09-11-2020 efektivitas model pembelajaran penugasan terstruktur dalam meningkatkan hasil belajar materi lembaga keuangan dan perdagangan internasional siswa sma elfiah smp negeri 1 sampit, indonesia elfiahhjspt@gmail.com abstrak: tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pengaruh penerapan model pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas terhadap prestasi belajar siswa. dengan model penugasan terstuktur, siswa melakukan tugas terstruktur yang meliputi tiga kegiatan, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. jenis penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif dengan subjek penelitian siswa kelas ix. berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas ix r 5 smp negeri 1 sampit yang ditandai dengan pencapaian ketuntasan belajar siswa pada akhir siklus, sebesar 88% yang melebihi indikator keberhasilan penelitian secara klasikal sebesar 85% dan pencapaian nilai rata-rata kelas pada akhir siklus, sebesar 79 yang melebihi indikator keberhasilan penelitian secara klasikal sebesar 77. abstract: the purpose of this study was to describe the effect of implementing a structured learning model with assignments on student achievement. with a structured assignment model, students perform structured tasks which include three activities, namely preparation, implementation, and assessment. this type of research includes classroom action research conducted collaboratively with the research subjects of grade ix students. based on the results of the study, it is known that there is an increase in student learning outcomes class ix r 5 smp negeri 1 sampit which is marked by the achievement of student learning completeness at the end of the cycle, by 88% which exceeds the classical research success indicators of 85% and the achievement of class average scores at the end of the cycle, which is 79 which exceeds the classical research success indicator of 77. kata kunci: efektivitas, model pembelajaran, penugasan terstruktur, ips mailto:elfiahhjspt@gmail.com vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 201 pendahuluan kualitas pendidikan sebagai salah satu pilar pengembangan sumberdaya manusia yang bermakna, sangat penting bagi pembangunan nasional. pendidikan yang berkualitas hanya akan muncul dari sekolah yang berkualitas. oleh sebab itu, upaya peningkatan kualitas sekolah merupakan titik sentral upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas demi terciptanya tenaga kerja yang berkualitas pula. dengan kata lain upaya peningkatan kualitas sekolah merupakan tindakan yang berkelanjutan. dalam upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah, tenaga kependidikan yang meliputi, tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, teknis sumber belajar, sangat diharapkan berperan sebagaimana tugas pokok dan fungsinya dan sebagai tenaga kependidikan yang berkualitas. tenaga pendidik atau guru yang berkualitas adalah tenaga pendidik atau guru yang sanggup, dan terampil dalam melaksanakan tugasnya. memperhatikan hal di atas, smp negeri 1 sampit senantiasa berupaya mengembangkan program peningkatan kompetensi guru. hal itu dimaksudkan agar guru berkompetensi tinggi dan profesional dalam mengembangkan pembelajaran secara berkualitas. upaya meningkatkan mutu pembelajaran dapat dilakukan melalui peningkatan kompetensi guru dalam menggunakan model pembelajaran. kompetensi guru dalam mengembangkan model pembelajaran, akan meningkat bila dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kompetensi tersebut. hal itu akan menunjang upaya mewujudkan peningkatan kompetensi guru secara menyeluruh mencakup empat kompetensi guru, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional. upaya tersebut dioptimalkan seiring dengan perubahan paradigma pendidikan yang saat ini berorientasi kepada pembelajaran yang lebih dinamis dan efektif. guru dituntut untuk terus menerus melatih diri untuk memberdayakan berbagai model pembelajaran yang memiliki daya fungsional optimal. penggunaan model pembelajaran membutuhkan keterampilan khusus. hal itu berawal dari pembiasaan penggunaan model pembelajaran yang lebih mudah didapat, mudah digunakan, dan memiliki fungsi yang efektif dalam menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. mata pelajaran ips yang didominasi oleh aspek kognitif yang bersifat deskriptif dipersepsi sebagai mata pelajaran yang kurang memiliki daya tarik. persepsi destruktif tersebut mengakibatkan munculnya berbagai permasalahan dalam pembelajaran. kenyataan menunjukkan banyak kesulitan yang terjadi dalam proses pembelajaran ips. hal itu dapat dialami oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran atau dapat juga dialami siswa sebagai subjek penerima materi pelajaran selama melakukan pembelajaran. pembelajaran ips selama ini disampaikan dengan menggunakan buku sumber yang tersedia dengan menggunakan metode ceramah. inovasi dalam bidang pengembangan model pembelajaran ips masih jarang dilakukan. hal tersebut semakin menurunkan daya tarik pembelajaran ips yang sebagian besar disampaikan melalui ceramah atau bercerita. akibatnya, siswa semakin jenuh, pasif, kurang berminat, dan kurang berprestasi. kondisi tersebut menjadi fenomena yang sering terjadi dalam pembelajaran ips pada kelas ix r5 smp negeri 1 sampit. pengembangan pembelajaran ips yang dikelola secara konvensional melalui ceramah mengakibatkanefektifitas pencapaian tujuan pembelajaran kurang optimal. para guru menyadari bahwa pembelajaran secara konvensional melalui ceramah kurang efektif. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 202 pada langkah awal, peneliti mengidentifikasi latar belakang masalah dan diharapkan dapat menemukan pemecahan sehingga hasil belajar dan kualitas pembelajaran ips menjadi lebih baik.salah satu implementasi kemampuan guru mengembangkan inovasi pembelajaran adalah variasi penggunaan model pembelajaran yang efektif. hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran memiliki fungsi yang strategis dalam upaya mewujudkan peningkatan kualitas pembelajaran ips. dalam pengembangan inovasi yang berkaitan dengan model pembelajaran ini, smp negeri 1 sampit, yang berada di pusat kota sampit kabupaten kotawaringin timur, masih sering menghadapi permasalahan. berbagai permasalahan tersebut pada dasarnya dihadapai oleh para guru. berbagai permasalahan itu dialami juga oleh guru yang bertugas memadu pempelajaran ips. dampakya, kualitas pelaksanaan pembelajaran ips belum berhasil dikembangkan secara efektif. selama ini, kurangnya kemampuan mengembangkan model pembelajaran ips ditandai dengan pembelajaran yang bertumpu pada pengetahuan tekstual melalui model ceramah. hal itu menunjukkan bahwa guru ips masih harus lebih memahami tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan kompetensi secara optimal dalam. kenyataan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran ips di smp negeri 1 sampit masih harus ditingkatkan pengelolaanya secara profesional. guru dapat dinyatakan telah berhasil dalam mengelola pembelajaran bila mampu mewujukan dan mencapai tujuan dan kualitas pembelajaran secara optimal. keberhasilan kegiatan pembelajaran tentu saja diketahui setelah diadakan evalusi dengan berbagai faktor yang sesuai dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran. sejauh mana tingkat keberhasilan pembelajaran, dapat dilihat dari daya serap siswa dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. secara klasikal jika jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran dan berhasil mencapai ketuntasan di bawah 85%, berarti belum mencapai keberhasilan sesuai dengan kriteria minimal secara klasikal dalam pembelajaran ips di smp negeri 1 sampit. dengan demikian, proses pembelajaran harus diulangi kembali secara klasikal. selain itu pengulangan pembelajaran berikutnya harus disertai dengan peninjauan kembali untuk dilakukan perbaikan. kurangnya kualitas model pembelajaran di kelas juga dialami oleh peneliti, sebagai guru ips di kelas ix r5 smp negeri 1 sampit. hal itu mengakibatkan pembelajaran ips menghadapi permasalahan. oleh karena itu, kurangnya model pembelajaran dalam pembelajaran ips akan peneliti angkat menjadi permasalahan yang sangat menarik melalui sebuah penelitian. hal itu diharapkan dapat menjawab pentanyaan semua pemangku kepentingan terutama bagi diri sendiri sebagai acuan untuk perbaikan kinerja masa sekarang maupun yang akan datang, dan yang lebih utama untuk kepentingan pengembangan potensi siswa secara optimal. peneliti semakin menyadari bahwa untuk memecahkan permasalahan dalam pembelajaran ips tersebut perlu dilakukan inovasi agar proses pembelajaran ips lebih menarik. salah satu terobosan yang dinilai efektif adalah dengan mengembangkan penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. dalam menyelesaikan permasalahan tersebut peneliti sebagai guru mata pelajaran ips mengupayakan penggunaan model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan materi yang akan dijadikan bahan pembelajaran yaitu lembaga keuangan dan perdagangan internasional. materi ini dinilai sangat efektif bila dipelajari dengan menggunakan model pembelajaran penugasan terstuktur. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 203 dalam pembelajaran ips, dengan model penugasan terstuktur, siswa melakukan tugas terstruktur yang meliputi tiga kegiatan, yaitu: persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. persiapan dilakukan oleh guru dengan cara menyiapkan, merencanakan bahan atau materi yang akan ditugaskan kepada siswa. kemudian menginformasikan tugas tersebut kepada siswa disertai penjelasan yang menyangkut pelaksanaan tugas tersebut. ruang lingkup kegiatan pokok model penugasan terstruktur dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat), yakni (1) guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di luar jam pelajaran tatap muka (di rumah); (2) tugas diperkirakan dapat diselesaikan dalam waktu separoh dari jam tatap muka suatu pokok bahasan; (3) siswa mengerjakan tugas tersebut secara individu maupun kelompok; dan (4) pengumpulan tugas sekaligus pelaporan dijadikan dasar dilakukannya pemeriksaan dan penilaian. dalam pelaksanaan tugas terstruktur kegiatan yang dilakukan oleh siswa, yaitu siswa mulai mengerjakan tugas tersebut secara perorangan maupun kelompok seperti yang dikehendaki guru. peyelesaian tugas tersebut dilakukan dalam setiap satu kali tatap muka. penilaian kegiatan terstruktur dilakukan terutama terhadap hasil kegiatan terstruktur. penilaian kegiatan terstruktur dilakukan setelah siswa selesai mengerjakan tugas terstruktur. hasil penilaian tersebut dipertimbangkan dalam menentukan ketuntasan yang dicapai siswa. akibat lainnya, penerapan pembelajaran secara konvensional melalui ceramah membuat sisw kurang aktif dalam melakukan aktivitas pembelajaran. kenyataan tersebut sering terjadi pada saat pembelajaran yang terpusat pada pemahaman aspek pengetahuan, termasuk di dalamnya pada saat pembelajaran pada materi “lembaga keuangan dan perdagangan internasional.” pembelajaran terstruktur, adalah bentuk pembelajaran sistematis. dalam pelaksanaan pembelajaran tersetruktur, guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam proses itu. dapat juga pembelajaran terstruktur ini disebutkan sebagai pembelajaran yang berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai. penugasan terstruktur merupakan bentuk kegiatan kurikuler sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran terstruktur dimulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, diteruskan dengan pemberian materi pokok yang sesuai dengan tujuan, dan pemberian tugas yang relevan untuk dikerjakan siswa di luar kelas terutama di rumah secara berkelompok dengan pembagian tugas perorangan atau masingmasing anggota sudah ditetapkan secara terstrukur. pemberian tugas dilakukan oleh guru kepada siswa dalam bentuk penyelesaian soal, latihan, atau pemecahan masalah tertentu sesuai dengan materi yang dipelajari. dalam setiap tugas yang dikerjakan siswa, guru memberikan catatan yang dicantumkan dalam lembar jawaban siswa, atau laporan kelompok yang dikerjakan sejumlah siswa, setelah masing-masing tugas tersebut dibahas melalui pemaparan yang dilakukan oleh siswa, guru meneliti dan memberikan tindak lanjut atas pekerjaan atau jawaban siswa. catatan guru dapat digunakan oleh siswa di dalam memperdalam materi yang diberikan sesuai dengan materi yang dipelajari. dalam pemberian tugas ini pekerajaan di kerjakan oleh siswa bisa dalam bentuk tugas individual atau tugas kelompok. ruang lingkup tugas terstruktur dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat), yakni (1) guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di luar jam pelajaran tatap muka (di rumah); (2) tugas diperkirakan dapat diselesaikan dalam waktu separoh dari jam tatap muka masing-masing pokok bahasan; (3) siswa mengerjakan tugas tersebut secara individu maupun kelompok; dan (4) pengumpulan tugas sekaligus dilakukan pelaporan, pemeriksaan, dan penilaian. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 204 pelaksanaan kegiatan tugas terstruktur harus memperhatikan azas-azas, yakni (a) menunjang langsung kegiatan intrakurikuler; (b) hubungannya jelas dengan keuangan dan perdagangan bahasan yang diajarkan; (c) menunjang kebutuhan siswa memanfaatkan ilmunya untuk menghadapi tantangan dalam kehidupannya; (d) tidak menjadi beban yang berlebihan bagi siswa yang dapat mengakibatkan gangguan fisik ataupun psikologis; (e) tidak menimbulkan beban pembiayaan yang memberatkan siswa maupun orang tua siswa; dan (f) perlu pengadministrasian yang baik dan teratur. berdasarkan paparan di atas kerangka pikir pelaksanaan penelitian tindakan kelas tentang efektifitas peningkatan hasil belajar siswa kelas ix ruang 5 smp negeri 1 sampit dalam materi lembaga keuangan dan perdagangan internasional dengan menerapkan model pembelajaran penugasan terstruktur, ini selanjutnya disajikan dalam bagan 1 sebagai berikut ini. gambar 1. kerangka pikir pelaksanaan penelitian tindakan kelas kondisi awal hasil belajar ips kurang efektif kemampuan siswa mencapai ketuntasan sk/kd kurang optimal guru belum menggunakan model pembelajaran penugasan terstruktur siklus i melaksanakan pembelajaran penugasan terstruktur siklus ii melaksanakan pembelajaran penugasan terstruktur melaksanakan model pembelajaran penugasan terstruktur pelaksanaan tindakan kondisi akhir hasil belajar siswa tercapai efektif siswa aktif melaksanakan pembelajaran penugasan terstruktur pelaksanaan model pembelajaran penugasan terstruktur meningkatkan hasil belajar siswa vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 205 metode penelitian menurut oja dan smulyan (dalam sukidin, 2002:85) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam, yaitu (a) guru sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) simultan teritegratif, dan (d) administrasi sosial eksperimental. dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan bentuk penelitian kolaboratif. guru matapelajaran ips secara kolaboratif melakukan tindakan di dalam proses belajar mengajar di kelas dengan peran sebagai pengajar sekaligus sebagai peneliti. dalam tindakan ini peneliti bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan penelitian tindakan. tujuan utama pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas. untuk mencapai tujuan tersebut peneliti secara penuh berkontribusi dan terlibat langsung dalam setiap tahapan penelitian, dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. berdasarkan bentuknya, penelitian tindakan kelas ini digunakan bentuk penelitian kolaboratif. dalam hal ini guru mata pelajaran ips secara kolaboratif melakukan tindakan di dalam proses belajar mengajar di kelas dengan peran sebagai pengajar sekaligus sebagai peneliti. dalam tindakan ini peneliti bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan penelitian tindakan. sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari kemmis dan taggart (dalam arikunto, 2002:53), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. setiap siklus meliputi kegitan planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. langkah pada siklus berikutnya dilakukan berdasarkan perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. penelitian ini dilakukan dengan subjek penelitian siswa kelas ix ruang 5 smp negeri 1 sampit tahun pelajaran 2015/2016. dalam kelas tersebut terdapat 34 siswa, yang terdiri atas 14 siswa putri dan 20 siswa putra. menuju publikasi hasil penelitian yang objektif, dalam tabel tersebut siswa yang dijadikan subjek penelitian, yaitu siswa yang melakukan tindakan sebagai subjek penelitian didata dengan pemberian kode sebagai responden penelitian. dalam paparan penelitian selanjutnya yang dijadikan kode data paparan hanya kode responden saja. teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes, observasi, wawancara, telaah portofolio, dan telaah dokumen. teknik tersebut dilakukan dalam pelaksanaan tindakan tentang efektifitas pencapaian hasil belajar siswa dalam materi lembaga keuangan dan perdagangan internasional. dalam penerapan model pembelajaran penugasan terstruktur tentang materi lembaga keuangan dan perdagangan internasional, peneliti menggunakan alat untuk pengumpulan data meliputi lembar observasi atau lembar pengamatan, lembar telaah hasil kerja siswa, panduan wawancara, dan soal tes. teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif sederhana. teknik deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data tentang proses dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi lembaga keuangan dan perdagangan internasional. teknik deskriptif sederhana digunakan untuk menganalisis data kuantitatif. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 206 hasil dan pembahasan deskripsi data prasiklus pengembangan pembelajaran ips di kelas ix r5 smp negeri 1 sampit diupayakan secara optimal. namun demikian, pengelolaan pembelajaran di kelas ix r5 masih memberikan grafikan bahwa pelajaran ips termasuk pelajaran yang cukup memiliki kesulitan. sejumlah kesulitan yang terjadi pada sejumlah siswa kelas ix r5 tersebut disebabkan oleh keterbatasan kemampuan siswa dalam memahami materi lembaga keuangan dan perdagangan internasional. sejumlah siswa di kelas ix belum mampu memahami materi lembaga keuangan dan perdagangan internasional dengan baik, benar, dan lacar. akibatnya, siswa merasa kesulitan mengikuti pembelajaran dan memahami materi lembaga keuangan dan perdagangan internasional. kemampuan siswa memahami materi tersebut semakin menjadi masalah karena, di luar sekolah, sejumlah siswa tidak memiliki tugas yang berkaitan dengan materipembelajaran, sehingga siswa tidak melakukan berbagai upaya untuk menguasai mataeri pembelajaran secara mandiri ketika di luar sekolah atau ketika ada di rumah. pada tahap prasiklus, data nilai hasil pembelajaran siswa dalam memahami materitersebut masih rendah. hal tersebut dapat diketahui dalam data hasil belajar prasiklus yang dipaparkan pada tabel 1 berikut. tabel 1. data hasil belajar prasiklus no responden penelitian nilai tuntas (t)/ tidak tuntas (tt)) 1 9r5sos1 62 tt 2 9r5sos2 78 t 3 9r5sos3 56 tt 4 9r5sos4 82 t 5 9r5sos5 78 t 6 9r5sos6 74 tt 7 9r5sos7 80 t 5 9r5sos5 50 tt 9 9r5sos9 62 tt 10 9r5sos10 50 tt 11 9r5sos11 64 tt 12 9r5sos12 66 tt 13 9r5sos13 82 t 14 9r5sos14 60 tt 15 9r5sos15 78 t 16 9r5sos16 84 t 17 9r5sos17 78 t 18 9r5sos15 66 tt 19 9r5sos19 65 tt 20 9r5sos20 60 tt 21 9r5sos21 70 tt 22 9r5sos22 78 t 23 9r5sos23 60 tt 24 9r5sos24 56 tt 25 9r5sos25 78 tt 26 9r5sos26 68 tt 27 9r5sos27 78 t 28 9r5sos15 70 tt vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 207 data pada tabel 1 di atas menggambarkan hasil belajar memahami materi lembaga keuangan dan perdagangan internasional siswa kelas ix r5 tanpa inovasi model pembelajaran pada tahap prasiklus. siswa kelas ix r5 yang berjumlah 34 tersebut, pada pembelajaran prasiklus yang tuntas berjumlah 12 siswa atau seniali 35%. berdasarkan data tersebut berarti terdapat dan 22 siswa atau 65% siswa tidak tuntas. untuk mengetahui perbandingan persentase tingkat ketuntasan klasikal dan individual pada pembelajaran prasiklus tersebut, data dalam tabel di atas secara visual dipaparkan pada grafik 1 berikut ini. gambar 2. grafik persentase ketuntasan hasil belajar prasiklus deskripsi data tindakan siklus i data nilai siklus i didapat setelah dilakukan tindakan dan penilaian pembelajaran selama 8 jam tatap muka atau 4 x pertemuan. pada tindakan siklus i, pembelajaran diterapkan dengan model penugasan terstruktur. materi pembelajaran yang dikembangkan adalah lembaga keuangan internasional. sebelum pembelajaran, siswa sudah mengerjakan tugas terstuktur yang dilakukan di luar jam pelajaran. selama proses pembelajaran siswa menyajikan dan mendiskusikan tugas terstuktur yang sudah dikerjakan. penilaian dilakukan terhadap hasil penugasan terstruktur. ketercapaian tujuan pembelajaran siklus i dapat diketahui berdasarkan hasil tes yang dicapai oleh siswa setelah pelaksanaan tindakan siklus i. 0 20 40 60 80 100 klasikal individual 85 77 35 69 kriteria tuntas capaian nilai 29 9r5sos19 60 tt 30 9r5sos20 78 t 31 9r5sos21 66 tt 32 9r5sos22 62 tt 33 9r5sos23 70 tt 34 9r5sos24 78 t jumlah nilai 2347 nilai tertinggi 84 nilai terendah 50 nilai rata-rata 69 jumlah siswa tuntas 12 jumlah siswa tidak tuntas 22 persentase ketuntasan 35% vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 208 berdasarkan tabel analisis data, dapat digambarkan hasil belajar materi lembaga keuangan internasional, siswa kelas ix r5 pada siklus i. melalui penerapan model penugasan terstruktur, siswa kelas ix r5 yang berjumlah 34, pada pembelajaran siklus i yang tuntas berjumlah 21 siswa atau senilai dengan 62%. berdasarkan data tersebut berarti terdapat 13 siswa atau 38% siswa tidak tuntas pada pembelajaran siklus i.nilai tertinggi yang dicapai siswa pada siklus i sebesar 90. nilai terendah yang dicapai siswa sebesar 60. nilai rata-rata 74 yang dicapai 34 siswa pada siklus i sebesar 74. selain itu, dapat diketahui juga perbandingan tingkat ketuntasan nilai yang dicapai sejumlah siswa kelas ix r 5 pada pembelajaran siklus i dengan materi lembaga keuangan internasional baik secara klasikal maupun secara individual. tingkat ketuntasan secara klasikal menunjukkan 74% siswa kelas ix r5 mencapai nilai tuntas dalam pembelajaran materi lembaga keuangan internasional. hal itu berarti terdapat 26% siswa kelas ix r5 masih belum mencapai nilai tuntas. bila dibandingkan dengan target pencapaian ketuntasan klasikal, yakni 85% maka nilai siklus i tersebut masih di bawah kriteria yang diharapkan. secara individual, hasil belajar siswa kelas ix r 5 siklus i mencapai nilai rata-rata sebesar 62. hal itu berarti bahwa pada siklus i siswa kelas ix r5 masih belum memenuhi kriteria keberhasilan pembelajaran secara individual yang kkm-nya ditetapkan sebesar 77. memperhatikan pencapaian tindakan siklus i tersebut, bila dibandingkan dengan hasil belajar prasiklus menunjukkan adanya peningkatan baik hasil pembelajaran secara individual maupun hasil pembelajaran secara klasikal. hal itu menunjukkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran penugasan terstruktur meningkatkan hasil belajar siswa kelas ix r 5 baik secara individual maupun secara klasikal, dalam memahami materi lembaga keuangan perdagangan internasional. namun demikian, pencapaian tersebut masih belum memenuhi kriteria ketuntasan yang ditetapkan. berdasarkan pencapaian tersebut dilakukan refleksi pembelajaran dalam menerapkan pembelajaran penugasan terstruktur. hasil refleksi ditetapkan perbaikan sebagai berikut: (1) siswa kelas ix r 5 yang belum tuntas pada pembelajaran materi lembaga keuangan internasional diberi layanan khusus dengan pemberian tugas struktur lanjutan yang dilakukan dengan memberdayakan tutor sebaya. (2) guru hendaknya memberikan penguatan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas terstruktur secara berkelompok. (3) pembentukan kelompok seharusnya tidak diserahkan kepada siswa, kelompok harus dibentuk secara demokratis dipandu oleh guru dengan anggota yang memiliki kemampuan beragam. (4) pembagian materi tugas terstruktur perlu dilakukan dengan secara berpasangan, setiap materi dikerjakan oleh dua kelompok, yang pada penyajiannya satu kelompok bertugas penyaji, satu kelompok lainnya sebagai pembanding. (5) guru memberikan penguatan kepada siswa dalam menyajikan dan teknik mendiskusikan hasil penyelesaian tugas terstruktur, masing-masing kelompok perlu diberikan penjelasan tugas yang jelas yang berbeda dengan tugas kelompok pembanding. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 209 deskripsi data tindakan siklus ii pembelajaran siklus ii dilakukan perdasarkan refleksi siklus i. materi pembelajaran pada siklus ini adalah perdagangan internasional. pada tindakan siklus ii, penerapan model penugasan terstruktur dilakukan dengan sejumlah perbaikan. sebelum pembelajaran, setiap dua kelompok siswa mengerjakan tugas terstuktur di luar jam pelajaran dengan materi yang sama. selama proses pembelajaran siswa menyajikan dan mendiskusikan tugas terstuktur yang sudah dikerjakansesuai dengan yang direncanakan, yakni setiap kelompok penyaji mendapat pembanding sajian dari kelompok lain. perbaikan-perbaikan penerapan model penugasan terstruktur dalam pembelajaran siklus ii, dilakukan dengan materi perdagangan internasional. tabel 4.3 di atas menunjukkan hasil perbaikan tindakan yang dilakukan pada siswa kelas ix r5 dalam pembelajaran yang dilakukan selama 8 jam tatapmuka atau 4 kali pertemuan.data pada tabel 4.3 di atas memaparkan hasil belajar 34 siswa yang menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan siklus sebelumnya. pada siklus ii, siswa yang tuntas berjumlah 30 atau senilai 88% siswa. berdasarkan data tersebut berarti terdapat 4 siswa atau 12% siswa tidak tuntas. nilai tertinggi yang dicapai siswa sebesar 96. nilai terendah yang dicapai siswa sebesar 70. nilai rata-rata yang dicapai 34 siswa sebesar 79. secara klasikal, hasil belajar 34 siswa kelas ix r5 pada tindakan siklus ii jumlah yang mencapai nilai tuntas 30 siswa atau senilai 88% siswa. berdasarkan data tersebut berarti terdapat 4 siswa atau 12% siswa tidak tuntas. secara klasikal hasil belajar siswa dengan ketuntasan tersebut, berarti sudah memenuhi atau melampaui kriteria keberhasilan pembelajaran yang ditetapkan yakni sebesar 85%. sementara itu, secara individual tingkat ketuntasan hasil tindakan siklus ii dapat diketahui melalui perbandingan rata-rata nilai yang dicapai dengan indikator keberhasilan secara individual. pada hasil tindakan siklus ii, hasil belajar memahami materi perdagangan internasional, 34 siswa kelas ix r5, secara individual mencapai nilai rata-rata sebesar 79. hasil belajar secara individual tersebut berarti sudah memenuhi kriteria keberhasilan pembelajaran secara individual yang berdasarkan kkm-nya ditetapkan sebesar 77. pencapaian nilai hasil belajar siswa kelas ix r5 baik pada tahap prasiklus, siklus i, dan siklus ii dalam pembelajaran materi memahami perdagangan internasional melaluii, penerapan model penugasan terstruktur menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan. hal itu dapat dilihat dengan membandingkan hasil belajar siswa dari tindakan prasiklus, tindakan siklus i, dan tindakan siklus ii. berdasarkan hasil penelitian, ditunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan inovasi melalui penerapan model penugasan terstruktur mampu meningkatkan nilai terendah siswa, yakni pada prasiklus sebesar 50, pada siklus i sebesar 60 dan pada siklus ii sebesar 70. penerapan model penugasan terstruktur juga mampu meningkatkan nilai tertinggi yang dicapai siswa kelas ix r5 smp negeri 1 sampit dalam pembelajaran materi perdagangan internasional. melalui model tersebut, pada prasiklus nilai tertinggi sebesar 80, meningkat pada siklus i sebesar 90 dan lebih meningkat pada siklus ii sebesar 96. peningkatkan nilai juga dicapai siswa kelas ix r5 smp negeri 1 sampit pada kategori nilai rata-rata kelas. dalam pembelajaran materi perdagangan internasional melalui model penugasan terstruktur tersebut, rata-rata kelas pada prasiklus sebesar 69, meningkat pada siklus i sebesar 74 dan lebih meningkat lagi pada siklus ii mencapai 79. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 210 tingkat ketuntasan nilai yang dicapai siswa kelas ix r5 dari tahap prasiklus, siklus i, dan siklus ii senantiasa menunjukkan peningkatan. dalam pembelajaran materi lembaga keuanagan dan perdagangan internasional melalui penerapan model penugasan terstruktur tersebut pencapaian ketuntasandapat dilihat dari jumlah siswa yang tuntas, jumlah siswa yang tidak tuntas, dan persentase ketuntasan. untuk mengetahui sejauh mana peningkatan keberhasilan itu dicapai oleh siswa kelas ix r5, dilakukan pembandingan jumlah siswa yang tuntas, jumlah siswa yang tidak tuntas, dan persentase ketuntasan dari tindakan prasiklus, tindakan siklus i, dan tindakan siklus ii.peningkatan tingkat ketuntasan antarsiklus tersebut ditunjukan dengan penurunan jumlah siswa yang tidak tuntas dan kenaikan jumlah siswa yang tuntas. selain itu, peningkatan tingkat ketuntasan dapat diukur degan mengetahui sejauh mana peningkatan jumlah persentase ketuntasan antarsiklus. hal itu dapat ditunjukkan pada paparan grafik 4.5 berikut ini. peningkatan jumlah jumlah siswa kelas ix r5 smp negeri 1 sampit yang tuntas terjadi dalam pembelajaran materi lembaga keuanagan dan perdagangan internasional melalui model penugasan terstruktur. pada prasiklus siswa kelas ix r5 yang tuntas berjumlah 12 siswa. pada tindakan siklus i siswa kelas ix r5 yang tuntas berjumlah 21 siswa. pada tindakan siklus ii siswa kelas ix r5 yang tuntas berjumlah 30 siswa. berdasarkan hasil penelitian, ditunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan inovasi melalui penerapan model penugasan terstruktur mampu meningkatkan persentase ketuntasan klasikal. sebelum penerapan model penugasan terstruktur yakni, pada tahap prasiklus persentase ketuntasan sebesar 35%. penerapan model penugasan terstruktur pada tahap tindakan siklus i meningkatkan pencapaian persentase ketuntasan menjadi 62%. pada siklus ii dalam pembelajaran materi lembaga keuanagan dan perdagangan internasional melalui model penugasan terstruktur peningkatan pencapaian persentase ketuntasan siswa kelas ix r5 smp negeri 1 sampit menjadi 88%. pencapaian-pencapaian yang berkaitan dengan hasil belajar tersebut menunjukkan efektifitas pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas ix r5 smp negeri 1 sampit dalam pembelajaran materi lembaga keuanagan dan perdagangan internasional. hasil belajar menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan inovasi melalui penerapan model penugasan terstruktur pada siklus ii sudah mencapai keberhasilan secara efektif. dengan demikian, pencapaian hasil belajar, yang menunjukkan kemampuan para siswa kelas ix r5 smp negeri 1 sampit dalam pembelajaran materi lembaga keuanagan dan perdagangan internasional tersebut sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian. hal itu berarti pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini. secara efektif sudah dinyatakan berhasil setelah tindakan pada siklus ii. simpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan pada bagian di atas, dengan ini dirumuskan simpulan penelitian sebagai berikut: 1. penerapan model pembelajaran penugasan terstruktur secara efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas ix r 5 smp negeri 1 sampit yang ditandai dengan pencapaian ketuntasan belajar siswa pada akhir siklus, sebesar 88% yang melebihi indikator keberhasilan penelitian secara klasikal sebesar 85%. 2. penerapan model pembelajaran penugasan terstruktur secara efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas ix r 5 smp negeri 1 sampit yang ditandai dengan pencapaian nilai vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 211 rata-rata kelas pada akhir siklus, sebesar 79 yang melebihi indikator keberhasilan penelitian secara klasikal sebesar 77. 3. penerapan model pembelajaran penugasan terstruktur secara efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas ix r 5 smp negeri 1 sampit secara individual yang ditandai dengan pencapaian nilai tertinggi siswa pada akhir siklus, sebesar 96. 4. penerapan model pembelajaran penugasan terstruktur secara efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas ix r 5 smp negeri 1 sampit secara individual yang ditandai dengan jumlah siswa yang mencapai nilai tuntas pada akhir siklus, sebesar 30 siswa dari jumlah 34 siswa. 5. penerapan model pembelajaran penugasan terstruktur secara efektif meningkatkan kualitas belajar siswa kelas ix r 5 smp negeri 1 sampit yang ditandai dengan meningkatnya motivasi belajar, keaktifan, dan semangat siswa dalam pembelajaran. referensi [1] arikunto, suharsimi. 2002. dasar-dasar evaluasi pendidikan. jakarta: bumi aksara. [2] arikunto, suharsimi. 2002. prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. jakarta: rineksa cipta. [3] departemen pendidikan nasional 2007 ”kurikulum tingkat satuan pendidikan ips” [4] departemen pendidikan nasional 2007 ”silabus mata pelajaran ips” [5] depdiknas. 2003. kurikulum 2004: standar kompetensi mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial smp dan mts. jakarta: depdiknas. [6] djamarah, syaiful bahri. 2002. strategi belajar mengajar. jakarta: rineksa cipta. [7] kbbi. 1996. edisi kedua. jakarta: balai pustaka. [8] kemmis, s. dan mc. taggart, r. 1985. the action research planner. victoria dearcin university press. [9] nurhadi, dkk. 2004. pembelajaran kontekstual dan penerapannya dalam kbk. malang: universitas negeri malang (um press). [10] slameto, 1985. evaluasi pendidikan. jakarta: bina aksara. [11] sukidin, dkk. 2002. manajemen penelitian tindakan kelas. surabaya: insan cendekia. [12] syah, muhibbin. 1995. psikologi pendidikan, suatu pendekatan baru. bandung: remaja rosdakarya. [13] u. usman, 1993. upaya optimalisasi kegiatan belajar mengajar. bandung: pt remaja rosda karya. [14] w. rochiati, 2005. metode penelitian tindakan kelas. bandung : pt remaja rosda karya. [15] wardini j & n marsinah, 2007. pemantapan kemampuan profesional. jakarta : uniixersitas terbuka. [16] wetherington. h.c. and w.h. walt. burton. 1956. teknik-teknik belajar dan mengajar. (terjemahan) bandung: jemmars. [17] yamin, martin, 2005. strategi pemebelajaran berbasis kompetensi. jakarta: gaung persada perss. microsoft word artikel 4.docx vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.226 1374 received : 27-08-2021 revised : 23-09-2021 published : 30-09-2021 inovasi strategi pendidikan dalam pengembangan kurikulum satuan pendidikan andhini permatasari, andri kurniawan, devi ariyani safitri, amalia nur r fakultas ilmu pendidikan, universitas negeri yogyakarta andhinipermatasari.2019@student.uny.ac.id, andrikurniawan.2019@student.uny.ac.id, deviariyani.2019@student.ac.id, amalia69fip.2019@student.uny.ac.id abstrak inovasi strategi pendidikan merupakan salah satu inovasi yang butuhkan dalam pengembangan kurikulum di satuan pendidikan. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam strategi pendidikan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mengatur pembelajaran, dan aktivitas-aktivitas dalam kegiatan pembelajaran. metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah studi literatur, dilakukan dengan menganalisis teori, jurnal, serta penelitian yang relevan. prosedur penelitian dilakukan dengan menganalisis masalah terkait dengan strategi pendidikan yang berlaku di sekolah dasar kemudian dikembangkan dengan alternatif solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. penelitian menghasilkan sebuah kajian mengenai inovasi dalam hal strategi pendidikan beserta karakteristik dan langkah-langkah dalam megimplementasikan strategi tersebut. dengan demikian, dalam mengembangkan kurikulum pembelajaran dibutuhkan sebuah inovasi berupa strategi pendidikan. strategi pendidikan dapat dikembangkan melalui kegiatan belajar mengajar dengan melibatkan partisipasi siswa secara aktif sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. kata kunci: inovasi, strategi pendidikan, kurikulum, satuan pendidikan abstract educational strategy innovation is one of the innovations needed in curriculum development in educational units. this study aims to determine various kinds of educational strategies that can be used as a reference in teaching and learning activities to regulate learning, and activities in learning activities. the research method used in this article is a literature study, carried out by analyzing relevant theories, journals, and research. the research procedure is carried out by analyzing problems related to educational strategies that apply in elementary schools and then developing appropriate alternative solutions to overcome these problems. the research resulted in a study of innovation in terms of educational strategies along with the characteristics and steps in implementing these strategies. thus, developing a learning curriculum requires an innovation in the form of an educational strategy. educational strategies can be developed through teaching and learning activities by involving active student participation so that learning will be more meaningful. keywords: innovation, education strategy, curriculum, educational units vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.226 1375 pendahuluan perubahan merupakan sesuatu yang pasti terjadi dalam kehidupan ini, tidak terkecuali pada dunia pendidikan. pendidikan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman, karena pendidikan merupakan sarana untuk mempersiapkan sumber daya manusia di masa depan. untuk mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut dibutuhkan perubahan ataupun pembaharuan dalam bidang pendidikan untuk menyesuaikan zaman. perubahan ataupun pembaharuan disebut juga dengan inovasi. perlu adanya pedoman dalam melakukan perubahan atau pembaharuan pendidikan, pedoman tersebut yaitu kurikulum. kurikulum merupakan pedoman yang dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakaan tujuan pendidikan. kurikulum bukan hasil akhir dari perubahan ataupun pembaharuan pendidikan, namun kurikulum adalah dasar untuk melakukan proses perubahan atau inovasi yang lebih baik. perubahan ataupun pembaharuan kurikulum terjadi atau sengaja dilakukan saat kurikulum sudah tidak sesuai dengan kondisi masyarakat. perubahan ataupun pembaharuan tersebut dinamakan inovasi kurikulum, inovasi kurikulum diadakan agar sesuai dengan kondisi masyarakat. kemajuan ataupun kemunduran suatu pendidikan bergantung dengan pemahaman guru terhadap kurikulum. mutlak hukumnya bagi siswa dan guru memahami inovasi kurikulum, tanpa pemahaman terhadapinovasi kuriklum sulit untuk mengetahui kemajuan pendidikan. untuk mencapai keberhasilan inovasi kurikulum pada dunia pendidikan dibutuhkan strategi, cara, atau dasar untuk mewujudkannya. salah satu strategi untuk mewujudkan keberhasilan inovasi kurikulum tersebut yaitu strategi pendidikan. strategi pendidikan dibutuhkan sebagai acuan untuk mengatur pembelajaran agar tercipta pembelajaran yang efektif. strategi pendidikan dapat digunakan sebagai acuan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mengatur pembelajaran, dan aktifitas-aktifitas pembelajaran di kelas. hal ini dibutuhkan kerjasama antara guru dan peserta didik, dimana guru sebagai perancang strategi pembelajaran dan siswa sebagai sasaran pembuatan strategi pembelajaran. metode penelitian ini merupakan penelitian study literatur yang dilakukan dengan menganalisis teori, jurnal, serta penelitian yang relevan. subjek penelitian ini adalah kajian teori tentang inovasi kurikulum, kajian teori tentang inovasi strategi pendidikan, jurnal terkait dengan inovasi strategi pendidikan, serta penelitian yang berhubungan dengan inovasi strategi pendidikan. prosedur penelitian dilakukan dengan menganalisis masalah terkait dengan strategi pendidikan yang berlaku di sekolah dasar kemudian dikembangkan dengan alternatif solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. solusi tersebut berasal dari data yang dikumpulkan dari berbagai literatur seperti buku, jurnal, dan penelitian yang relevan kemudian dianalisis sesuai dengan kebutuhan yang dikembangkan. hasil penelitian dan pembahasan kurikulum adalah jalan atau arena perlombaan yang dilalui oleh kereta. kemudian, istilah ini diadopsi dalam bidang pendidikan, sehingga mengandung pengertian kumpulan mata pelajaran yang harus diajarkan guru atau dipelajari subyek didik, atau kumpulan mata pelajaran yang ditetapkan sekolah untuk dipelajari oleh subyek didik agar lulus dan memperoleh ijazah. vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.226 1376 kurikulum merupakan dasar untuk melakukan proses perubahan atau inovasi yang lebih baik. perubahan ataupun pembaharuan kurikulum terjadi atau sengaja dilakukan saat kurikulum sudah tidak sesuai dengan kondisi masyarakat. menurut djamarah (1996), secara umum menyebutkan ciri-ciri kurikulum pendidikan pada pembelajaran konvensional sebagai berikut: 1. peserta didik adalah penerima informasi secara pasif, dimana peserta didik menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai standar. 2. belajar secara individual 3. pembelajaran sangat abstrak dan teoritis 4. perilaku dibangun berdasarkan kebiasaan 5. kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final 6. guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran 7. perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik 8. interaksi di antara peserta didik kurang 9. guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok kelompok belajar. berdasarkan ciri-ciri kurikulum pembelajaran konvensional yang dikatakan oleh djamarah di atas menunjukkan bahwa pembelajaran konvensional bukanlah pembelajaran yang efektif karena pembelajaran efektif itu harus mengintegrasikan pembelajaran yang inovatif, interaktif, dan kreatif. untuk mengembangkan pembelajaran yang inovatif, interaktif, dan kreatif maka pengajar perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut. 1. pembelajaran harus dirancang sesuai dengan pertumbuhan intelektual, emosional, sosial, potensi fisik, artistik, dan kreatif. 2. pembelajaran harus secara aktif melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran dan mendorong tanggung jawab pribadi dan kolektif. 3. proses pembelajaran merupakan pencarian pemahaman dan makna yang disusun dari kegiatan berinteraksi antar peserta didik atau peserta didik dengan pengajar. 4. pembelajaran harus dapat memelihara anak-anak yang sehat, utuh, memiliki keingintahuan tinggi yang dapat belajar apapun yang perlu diketahui dalam konteks baru. 5. pembelajaran harus dapat memampukan peserta didik untuk menerima dan memahami berbagai konteks yang membentuk dan memberikan makna bagi kehidupan 6. pengajar mengakui potensi bawaan setiap peserta didik untuk menjadi cerdas, kreatif, berpikir sistemik. 7. pembelajaran agar dapat mendorong peserta didik untuk mendekati budaya, moral, dan konteks politik dalam kehidupan mereka secara kritis. 8. pembelajaran harus dapat menjunjung tinggi nilai dan pengetahuan spiritual (dalam artian non-sektarian). 9. proses pembelajaran harus dapat membuat peserta didik memiliki perasaan kagum dan hormat terhadap misteri alam semesta dan rasa bagi kehidupan yang bertujuan. vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.226 1377 oleh karena itu, perlu adanya inovasi strategi pendidikan untuk melakukan pembaruan dari strategi pendidikan pada pembelajaran konvensional menjadi strategi pendidikan yang efektif, inovatif, interaktif, dan kreatif. strategi pendidikan secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai tujuan atau sasaran yang ditentukan (syaiful bahri jamrah dan aswan zain, 1996: 5). dihubungkan dengan proses pembelajaran, strategi biasa diartikan sebagai siasat atau pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiaatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkaan. menurut (zaltman, duncan, 1977: 111) strategi pendidikan sebagai suatu pengajaran kembali (re-education) atau perubahan sosial dalam pendidikan dipakai untuk mencapai suatu perubahan sosial. zaltman menggunakan istilah ”re-education” dengan alasan bahwa dengan strategi ini mungkin seseorang harus belajar lagi tentang sesuatu yang dilupakan yang sebenarnya telah dipelajarinya sebelum mempelajari tingkah laku atau sikap yang baru. dengan menggunakan strategi pendidikan berarti tidak menutup kemungkinan untuk digunakannya strategi yang lain sesuai dengan keperluan. strategi pembelajaran menurut frelberg & driscoll (1992) dapat digunakan untuk mencapai berbagai tujuan pemberian materi pelajaran pada berbagai tingkatan, untuk siswa yang berbeda, dalam konteks yang berbeda pula. gerlach & ely (1980) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. berdasarkan pemaparan materi diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwasannya strategi pendidikan ialah rancangan kegiatan belajar mengajar yang digunakan pedoman untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. strategi pendidikan dapat digunakan secara tepat dalam kondisi dan situasi: 1. apabila perubahan sosial yang diinginkan, tidak harus terjadi dalam waktu yang singkat (tidak ingin segera cepat berubah); 2. apabila sasaran perubahan (guru) belum memiliki keterampilan atau pengetahuan tertentu yang diperlukan untuk melaksanakan program perubahan sosial; 3. apabila menurut perkiraan akan terjadi penolakan yang kuat oleh guru terhadap perubahan yang diharapkan; 4. apabila dikehendaki perubahan yang sifatnya mendasar dari pola tingkah laku yang sudah ada ke tingkah laku yang baru; 5. apabila alasan atau latar belakang perlunya perubahan telah diketahui dan dimengerti atas dasar sudut pandang guru sendiri, serta diperlukan adanya kontrol dari guru. strategi pendidikan untuk melaksanakan program perubahan akan efektif jika: 1. digunakan untuk menanamkan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai untuk digunakan sebagai dasar tindakan selanjutnya, sesuai dengan tujuan perubahan sosial yang akan dicapai; 2. disertai dengan keterlibatan berbagai pihak, misalnya dengan donatur dan berbagai penunjang yang lain; vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.226 1378 3. digunakan untuk menjaga agar guru tidak menolak perubahan atau kembali ke keadaan sebelumnya; 4. digunakan untuk menanamkan pengertian tentang hubungan antara gejala dengan masalah, menyadarkan adanya masalah dan memantapkan bahwa masalah yang dihadapi dapat dipecahkan dengan adanya perubahan. strategi pendidikan akan kurang efektif jika: 1. tidak tersedia sumber yang cukup untuk menunjang kegiatan pendidikan; 2. digunakan tanpa dilengkapi dengan strategi lain. berdasarkan hal tersebut dapat kita simpulkan bahwasannya pelaksanaan strategi pendidikan dapat berjalan dengan efektif, akan efektif, dan kurang efektif tergantung dengan situasi dan kondisi yang terjadi. tujuan inovasi strategi pendidikan tujuan dari strategi inovasi pembelajaran sendiri untuk mengembangkan perencanaan pembelajaran pendidikan yaitu diantaranya; memilih dan menetapkan metode pembelajaran pendidikan yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal ( muhaimin :195). melalui pengertian tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwasannya tujuan dari strategi inovasi pembelajaran bertujuan untuk memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran pendidikan agar tercapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. setelah menetapkan dan mengembangkan metode pembelajaran pendidikan agama dalam kegiatan perencanaan pembelajaran akan diperoleh informasi yang lengkap mengenai kondisi riil yang ada dan hasil pembelajaran pendidikan yang diharapkan. jenis inovasi strategi pendidikan kurikulum pendidikan khusunya pada komponen strategi pendidikan telah mengalami berbagai perubahan. seiring dengan perkembangan zaman, muncul berbagai inovasi pada strategi pendidikan ini. jenis dari hasil inovasi pada bidang strategi pendidikan ini antara lain: student centered learning (scl) student centered learning (scl) merupakan salah satu strategi yang muncul sebagai inovasi pendekatan pendidikan untuk menjawab permasalahan ketidaksesuaian pendekatan tcl. scl merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. dalam pendekatan pembelajaran scl, guru harus mampu melaksanakan perannya dengan baik yaitu tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai motivator, fasilitator, dan inovator. guru tidak hanya dituntut untuk mengajar saja di depan kelas melainkan juga berperan membantu murid untuk memecahkan masalah saat murid mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. natawijaya dalam depdiknas (2005:31) menyebutkan bahwa belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor. scl memfasilitasi peserta didik untuk terlibat dalam proses belajar itu sendiri. scl ini bersifat strategis dan inovatif. dapat dikatakan strategis karena dapat memfasilitasi siswa untuk vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.226 1379 aktif dalam proses pembelajaran yang mengembangkan potensi dirinya dan menempatkan siswa sebgai subyek yang bertanggung jawab dalam pembelajaran. scl ini dapat dikatakan inovatif karena siswa tidak terikat oleh kelas belajar dan guru sebagai sumber dan tujuan pembelajaran. berbeda dengan pembelajaran yang terdahulu belum memiliki inovasi. dahulu, guru merupakan sumber belajar utama siswa dan siswa hanya sebagai pendengar dan menghafalkan apa yang dijelaskan oleh guru. akan tetapi, setelah pendidikan mengalami kemajuan muncul inovasi seperti stl ini yang dapat memfasilitasi siswa untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. menurut kustijono, ada beberpa prinsip-prinsip utama yang harus ada dalam strategi stl. prinsip-prinsip itu meliputi: tanggung jawab, peran. keadilan, mandiri, berfikir kritis, kreatif, komunikatif, kerjasama, dan integritas menurut afianti, scl merupakan suatu pembelajatan inovatif yang berpusat pada siswa dengan keragaman model pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif dari siswa. kegiatan dalam strategi stl ini antara lain: 1. berbagi informasi (dengan curah gagasan, diskusi, atau seminar) 2. belajar dari pengalaman (dengan simulasi, bermain peran, atau kelompok temu) 3. pembelajaran melalui pemecahan masalah (dengan studi kasus, tutorial, atau lokakarya) fungsi model scl dalam pembelajaran (indrawati, 2011), antara lain: 1. membantu guru menciptakan perubahan perilaku peserta didik yang diinginkan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran. 2. membantu menciptakan interaksi antara guru dan peserta didik yang diinginkan selama proses pembelajaran berlangsung. misalnya cara mengkomunikasikan informasi, cara memunculkan masalah, cara menanggapi pertanyaan atau jawaban peserta didik, cara membangkitkan semangat peserta didik, dan lainlain. 3. merangsang pengembangan inovasi pendidikan atau pembelajaran baru. 4. membantu membangun hubungan antara belajar dan mengajar secara empiris; membangun hubungan antara kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dan kegiatan yang dilakukan oleh guru. problem based learning (pbl) problem based learning (pbl) atau pembelajaran berbasis masalah (pbm) merupakan inovasi strategi pendidikan yang mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. pembelajaran ini bermula dari suatu program inovasi yang dikembangkan di kanada oleh fakultas kedokteran universitas mcmaster berdasarkan kenyataan bahwa banyak lulusannya yang tidak mampu menerapkan pengetahuan yang dipelajari dalam praktek sehari-hari. pembelajaran ini menjelaskan bahwa suatu teknik pembelajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para siswa belajar berpikir kritis dan berlatih memecahkan masalah yang kemudian siswa memperoleh ilmu pengetahuan. barrow (1996) menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah ini merupakan proses yang aktif, terintegrasi, dan konstruktif yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan kontekstual. wilkerson dan gijselaers (1996) menambahkan pembelajaran berbasis masalah ini berpusat pada siswa (students centered), peran guru sebagai fasilitator, dan tersedianya soal terbuka (open ended question) yang digunakan untuk memusatkan perhatian awal untuk belajar. vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.226 1380 berdasarkan teori yang dikembangkan barrow, min liu (2005) dalam aris shoimin (2014:130) menjelaskan karakteristik dari pbm, yaitu: 1. learning is student-centered proses pembelajaran dalam pbl lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai orang belajar. oleh karena itu, pbl didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri. 2. autenthic problems from the organizing focus for learning masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang autentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti. 3. new information is acquired through self-directed learning dalam proses pemecahan masalah mungkin saja belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasayaratnya sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya. 4. learning occurs in small group agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha mengembangkan pengetahuan secara kolaboratif, pbm dilaksanakan dalam kelompok kecil. kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penerapan tujuan yang jelas. 5. teachers act as facilitators pada pelaksanaan pbm, guru hanya berperan sebagai fasilitator. meskipun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong mereke agar mencapai target yang hendak dicapai. ada lima tahapan dalam pembelajaran model pbl atau pbm yang utama, yaitu: 1. orientasi tentang permasalahan. 2. mengorganisasikan diri untuk meneliti. 3. investigasi mandiri dan kelompok 4. pengembangan ide dan mempresentasikan laporan hasil penyelidikan. 5. menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. project based learning (pjbl) project based learning (pjbl) merupakan strategi yang muncul sebagai ganti penggunaan suatu model pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered yang cenderung membuat pebelajar lebih pasif dibandingkan dengan guru. menurut afriana (2015), pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. pengalaman belajar peserta didik maupun konsep dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis proyek. terdapat berbagai karakteristik dari project based learning (pjbl) menurut global schoolnet (2000), antara lain: 1. peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja. 2. adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik. vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.226 1381 3. peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan. 4. peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan. 5. proses evaluasi dijalankan secara kontinyu. 6. peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan. 7. produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif 8. situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan menurut rais dalam lestari (2015) langkah-langkah model pembelajaran project based learning adalah sebagai berikut: 1. membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the big question). topik yang diambil hendaknya sesuai dengan realita dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. 2. merencanakan proyek (design a plan for the project). perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dengan peserta didik. 3. menyusun jadwal aktivitas (create a schedule). waktu penyelesaian proyek harus jelas, dan peserta didik diberi arahan untuk mengelola waktu yang ada. biarkan peserta didik mencoba menggali sesuatu yang baru, akan tetapi pendidik juga harus tetap mengingatkan apabila aktivitas peserta didik melenceng dari tujuan proyek. 4. mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the project). pendidik bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. dengan kata lain, pendidik berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. pendidik mengajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja dalam sebuah kelompok. setiap peserta didik dapat memilih perannya masing masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok. 5. penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome). penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai oleh peserta didik, serta membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. 6. evaluasi (evaluate the experience). pada akhir proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. pembelajaran kooperatif pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama (felder, 1994: 2). wahyuni (2001:8) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda. vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.226 1382 sependapat dengan pernyataan tersebut setyaningsih (2001:8) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif memusatkan aktivitas di kelas pada siswa dengan cara pengelompokan siswa untuk bekerja sama dalam proses pembelajaran. selanjutnya pembelajaran kooperatif adalah aktifitas belajar kelompok yang teratur sehingga ketergantungan pembelajaran pada struktur sosial pertukaran informasi antara anggota dalam kelompok dan tiap anggota bertanggungjawab untuk kelompoknya dan dirinya sendiri dan dimotivasi untuk meningkatkan pembelajar lainnya (kessler, 1992: 8). belajar kooperatif merupakan satu strategi pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan kumpulan-kumpulan kecil pelajar dengan memberi peluang untuk berinteraksi sesama mereka di dalam proses pembelajaran (suhaida abdul kadir, 2002: 54). dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa kedalam kelompokkelompok kecil untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah. kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah hiterogen. dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi objek belajar karena dapat berkreasi secara maksimal dalam proses pembelajaran. hal ini terjadi karena pembelajaran kooperatif merupakan metode alternatif dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan ketrampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri. model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah model pembelajaran yang terjadi sebagai akibat dari adanya pendekatan pembelajaran yang bersifat kelompok. pendekatan ini ini merupakan konsekuensi logis dari penerapan paradigma baru dalam pendidikan yang antara lain, bahwa pendidikan di masa sekarang, bukanlah lagi dilihat sematamata "mengisi air ke dalam gelas" atau sekadar mengisi otak anak dengan berbagai teori atau konsep ilmu pcngetahuan, melainkan pengajaran yang lebih bersifat "menyalakan cahaya", yaitu mendorong, menggerakkan, dan membimbing peserta didik agar dapat mengembangkan imaginasi dan inspirasinya secara aktual. model pembelajaran dengan paradigma baru ini menempatkan guru bukan sebagai orang yang se rba tahu yang dengan otoritas yang dimilikinya dapat menuangkan berbagai ide dan gagasan, melainkan hanya sebagai salah satu sumber informasi, penggerak, pendorong, dan pembimbing agar peserta didik dengan kemauannya sendiri dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang selanjutnya mengarah pada terjadinya masyarakat belajar (learning society. ( abuddin nata, 2011). a. unsur-unsur pembelajaran kooperatif yang inovatif : roger dan david johnson dalam (anita lie, 1999) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif (cooperative learning). untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan: 1. kesaling tergantungan positif keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa rnencapai tujuan mereka. dalam metode jiqsaw, aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. keempat anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi. selanjutnya pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.226 1383 bagian. dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil. penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik. setiap siswa mendapat nilai sendiri dan nilai kelompok. nilai kelompok dibentuk dari "sumbangan" setiap anggota. untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbang poin di atas nilai rata-rata mereka. misalnya, nilai rata-rata si a adalah 65 dan kali ini dia mendapat 72, maka dia akan menyumbangkan 7 point untuk tillai kelompok mereka. dengan demikian setiap siswa akan bisa mempunyai kesempatan untuk memberikan sumbangan. berapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minderterhadap rekanrekan mereka karena mereka juga memberikan sumbangan, malahan mereka akan merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan demikian menaikkan nilai mereka. sebalikriya, siswa yang lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan bagian sumbangan mereka. 2. tanggung jawab perseorangan unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. berbeda dengan kebanyak guru yang masuk ke kelas dan menugaskan siswanya untuk saling berbagi tanpa persiapan, pengajar yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masingmasing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. dalam, teknik jigsaw yang dikembangkan aronson misalnya, bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah. rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lainnya. 3. tatap muka setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. kegiatan interaksi ini akan memberikan para siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. hasil pemikiran dari satu beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masingmasing. setiap anggota kelompok mempunyai latar belakang, pengalaman, keluarga, dan sosial ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok. sinergi tidak dapat didapatkan begitu saja dalam sekejap tapi merupakan proses kelompok yang cukup panjang. para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi. 4. komunikasi antar anggota unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.226 1384 caracara berkomunikasi. tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. adakalanya siswa perlu diberitahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. masih ada banyak orang yang kurang sensitif dan bijaksana dalam mengkalimatkan pendapat mereka. tidak ada salahnya mengajar siswa beberapa ungkapan positif atau sanggahan dalam ungkapan yang lebih halus. sebagai contoh, ungkapan "pendapat anda itu agak berbeda dan unik. tolong jelaskan lagi alasan anda" akan lebih bijaksana daripada mengatakan "pendapat itu aneh dan tidak masuk akal. dan lain-lain. keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses panjang. pembelajar tidak bisa diharapkan langsung jadi komunikator yang andal dalam waktu sekejap. namun proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. 5. evaluasi proses kelompok guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif. pembelajaran kooperatif memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. siswasiswa belajar dalam kelompok kecil dengan level dan latar belakang yang berbeda 2. siswasiswa melakukan interaksi sosial satu sama lain dalam bentuk diskusi, curah pendapat, dan sejenisnya. 3. tiaptiap individu memiliki tanggung jawab dan sumbangannya bagi pencapaian tujuan belajar 4. peran guru sebagai fasilitator dan coacher dalam menerapkan pembelajaran kooperatif, guru melaksanakan tahaptahap berikut : 1. menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa. 2. menyajikan informasi guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan. 3. mengorganisasikan siswa ke dalamkelompok koperatif guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secaraa efisien. 4. membimbing kelompok bekerja dan belajar guru membimbing kelompok – kelompok belajar pada saat mereka. 5. evaluasi vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.226 1385 guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya 6. memberikan penghargaan guru mencari cara cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok simpulan dari hasil dan pembahasan penelitian, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan dasar untuk melakukan proses perubahan atau inovasi yang lebih baik. perubahan ataupun pembaharuan kurikulum terjadi atau sengaja dilakukan saat kurikulum sudah tidak sesuai dengan kondisi masyarakat. perubahan ataupun pembaharuan tersebut dinamakan inovasi kurikulum. salah satu strategi untuk mewujudkan keberhasilan inovasi kurikulum tersebut yaitu strategi pendidikan. strategi pendidikan dibutuhkan sebagai acuan untuk mengatur pembelajaran agar tercipta pembelajaran yang efektif. pada strategi konvensional, siswa cenderung lebih pasif dalam pembelajaran sehingga siswa tidak bisa berkembang. akan tetapi, dengan munculnya inovasi dalam strategi pendidikan siswa dapat lebih aktif berpartisipasi dalam pembelajaran sehingga siswa dapat lebih memahami materi karena terlibat langsung. beberapa contoh jenis inovasi strategi pendidikan ini meliputi student centered learning (stl), problem based learning (pbl), project based learning (pjbl), dan cooperative learning. dari berbagai inovasi strategi pendidikan tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. oleh karena itu, guru bebas memilih akan menggunakan strategi apa dalam pembelajarannya. saran sebagai seorang pendidik, guru hendaknya untuk lebih bijak dalam menyikapi munculnya inovasi-inovasi baru terhadap strategi pendidikan. guru dapat memilih strategi mana yang akan diterapkan dalam pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan. selain itu, guru juga harus lebih kreatif lagi dalam mengembangkan strategi yang sudah ada agar muncul inovasi baru yang lebih baik lagi. daftar rujukan afianti, tina. 2009. pembelajaran berbasis student centered learning, fakultas psikologi universitas gajah mada. jurnal penelitian. afriana, jaka. 2015. project based learning (pjbl). makalah untuk tugas mata kuliah pembelajaran ipa terpadu. program studi pendidikan ipa sekolah pascasarjana. universitas pendidikan indonesia. bandung. anitah, s. (2007). strategi pembelajaran. jakarta: universitas terbuka. indrawati. 2011. perencanaan pembelajaran fisika: model-model pembelajaran implementasinya dalam pembelajaran fisika. jember: universitas jember. kurdi, fauziah nuraini.2009. penerapan student centered learning dari teacher centered learning mata ajar ilmu kesehatan pada program studi penjaskes forum kependidikan. volume 28 tilaar. h. a.r. 2012. media pembelajaran aktif. bandung: nuansa vol.2 no.9 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i9.226 1386 kustijono, rudi. 2011. implementasu student centered learning dalam praktikum dasar. jurnal penelitian. jurusan fisika unesa rohmah, noer (2014). inovasi strategi pembelajaran pai dalam meningkatkan mutu pendidikan pai. madrasah. vol 6 (2) : hal 19-41. rusdiana. 2014. konsep inovasi pendidikan. bandung: pustaka setia vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.50 276 received : 12-09-2020 revised : 29-10-2020 published : 07-11-2020 pemanfaatan media pasir dan tali koor untuk menemukan rumus volume dan luas permukaan bola pada pembelajaran matematika binti maqsudah mtsn 1 kota malang, indonesia bintimaqsudah.123@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan memaparkan pemanfaatan media pasir dan tali koor dalam pembelajaran matematika, khususnya materi menentukan rumus volume dan luas permukaan bola. penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas dengan pendekatan deskriptif, yaitu penelitian yang mencoba menggambarkan situasi yang terjadi pada objek penelitian jika diberikan suatu perlakuan. penelitian ini terdiri dari tiga siklus dengan subjek penelitian siswa yang berjumlah 27 siswa. hasil penelitian tindakan kelas di kelas ixh mtsn malang i, menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika. peningkatan tersebut antara lain adanya perbedaan antara nilai awal dengan nilai akhir. pada tes awal nilai minimum 25, nilai tertinggi 90 dan nilai rata-rata 75,6. setelah perlakuan dengan menerapkan pembelajaran kontekstual, terjadi peningkatan. pada tes akhir, nilai minimum 60, nilai tertinggi 95 dan nilai rata-rata 83,9. abstract: this study aims to describe the use of sand media and choir in mathematics learning, especially the material for determining the volume formula and surface area of a ball. this research includes classroom action research with a descriptive approach, namely research that tries to describe the situation that occurs in the object of research if given a treatment. this study consisted of three cycles with student research subjects totaling 27 students. the results of classroom action research in class ixh mtsn malang i indicated an increase in students' ability in solving math problems. this increase included the difference between the initial and final values. on the initial test the minimum score was 25, the highest score was 90 and the mean score was 75.6. after treatment by applying contextual learning, there was an increase. on the final test, the minimum score was 60, the highest score was 95 and the mean score was 83.9. kata kunci: media pembelajaran, rumus volume dan luas bola, matematika mailto:bintimaqsudah.123@gmail.com vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.50 277 pendahuluan selama ini, guru dalam pembelajaran matematika di dalam kelas banyak menggunakan metode ceramah yang sifatnya teoritis sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep. dampaknya siswa menganggap pelajaran matematika sulit dan tidak menarik. hal ini dapat ditunjukkan melalui hasil evaluasi (ulangan harian) beberapa siswa memperoleh nilai di bawah standar ketuntasan belajar minimal (skbm). untuk mencari pemecahan masalah tersebut perlu strategi pembelajaran yang sesuai dan dapat meningkatkan penguasan siswa terhadap konsep matematika tersebut. konsep benda yang dikenalkan pada siswa melalui pengamatan. hal-hal yang terkait dengan sifat-sifat benda ruang, seperti rusuk, luas permukaan, volume tidak diberikan secara formal. hal ini sesuai dengan garis-garis besar program pengajaran mata pelajaran matematika, sekolah smp/mts kelas ixh, pokok bahasan volum dan luas sisi bangun ruang bertujuan agar siswa dapat menggunakan rumus volum dan luas sisi bangun ruang datar sebagai materi prasyarat mempelajari bangun ruang sisi lengkung, serta dapat menggunakannya dalam memecahkan masalah. ciri ciri khusus atau karakteristik matematika antara lain memiliki obyek abstrak (obyek pikiran) yang meliputi fakta, konsep, definisi, dan prinsip. konsep adalah proses berfikir abstrak untuk menggolongkan kumpulan objek. dalam bangun ruang sisi lengkung terdapat konsep yang beragam yaitu, luas, volume, dan unsurunsur perubahan formula, misalnya jari jari dan tinggi. bangun ruang sisi lengkung terdiri dari tabung, kerucut, dan bola. pada pembahasan materi benda-benda geometri dimensi tiga, umumnya siswa mengalami kesulitan. jenis kesulitan yang dihadapi siswa sebagian besar hanyalah menghafal rumus-rumus yang abstrak sehingga dalam mengimplementasikan rumus untuk pemecahan masalah, kurang memberikan hasil yang memuaskan. melihat kenyataan tersebut, kualitas dan kreativitas guru dalam mengajar perlu ditingkatkan. guru perlu memahami berbagai keterampilan dalam mengajarkan matematika. kreativitas yang dimiliki guru diharapkan agar siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga hasil pembelajaran dapat dioptimalkan guru berperan sebagai fasilitator agar yang berperan dominan adalah siswa. salah satu cara agar proses pembelajaran optimal, dapat dipakai media pembelajaran yang murah dan mudah didapatkan oleh siswa. untuk mencari rumus volume bola dan luas kulit bola dapat menggunakan media pasir dan tali koor. dengan arahan guru sebagai fasilitator, siswa diajak untuk menemukan rumus sendiri. salah satu ciri dalam pembelajaran matematika antara lain siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali (reinvention), ide, dan konsep matematika yang dimulai dari penjelajahan situasi dan dunia konkrit dibawah bimbingan orang yang lebih berpengalaman. menurut hans freudenthal (1999), untuk membangkitkan minat dan motivasi anak, maka pelajaran matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan sehari hari. konsep belajar mengajar matematika diharapkan siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan tetapi juga memiliki kemampuan tinggi terhadap konsep pembelajaran matematika, kemudian dapat melakukan observasi, mampu menyelesaikan / menebak persoalan matematika dengan baik, dapat mengukur / mengetes hipotesa, mencari analogi dari tindakan yang dilakukan guru, dan akhirnya dapat merumuskan atau membuat simpulan materi pembelajaran tersebut. di lain pihak sejak tahun 2007 mtsn malang i dipilih sebagai pilot project dalam pelaksanaan kelas akselerasi tingkat madrasah tsanawiyah di lingkungan depag wilayah vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.50 278 jawa timur. meskipun dengan input yang terseleksi dengan baik ditunjang prasarana yang memadai, tetapi tanpa inovasi model pembelajaran dan kemampuan guru dalam membina siswa, hasilnya tentu masih kurang memuaskan. dalam hal ini akan dicoba inovasi pembelajaran matematika realistik. peneliti berusaha untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan melakukan inovasi pembelajaran matematika menggukakan media yang ada disekitar siswa. guru sebagai fasilitator harus mampu mengarahkan siswa agar bertanya, mengamati, dan mengadakan eksperimen. sehingga siswa mampu menyelesaikan masalah serta dapat menemukan sendiri fakta dan konsep. penggunaan media pembelajaran dalam belajar matematika dapat dicoba untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal. agar siswa dapat belajar matematika yang bermakna, memiliki keterampilan belajar (learning skill) yang merupakan aspek mendasar atau lebih substantif yang diperlukan setiap individu untuk memecahkan masalah yang lebih komplek agar tercapai hasil belajar otentik (actual outcomes) dalam bentuk karya dan perilaku menuju kecakapan / keterampilan untuk hidup (life skill) metode penelitian jenis penelitian merupakan penelitian tindakan kelas (ptk) dengan menggunakan pendekatan deskriptif, yaitu penelitian yang mencoba menggambarkan situasi yang terjadi pada obyek penelitian jika diberikan suatu perlakuan. subjek penelitian ini adalah siswa di kelas ix yang berjumlah 27 siswa. ptk ini dilaksanakan dalam tiga siklus. setiap siklus terdiri dari: 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi dan 4) refleksi. ptk merupakan tugas dan tanggung jawab guru terhadap kelasnya. meskipun menggunakan kaidah penelitian ilmiah ptk berbeda dengan penelitian formal akademik pada umumnya. sifat-sifat khususnya seperti terlihat di dalam matrik di bawah ini (ibnu, 2000). tabel 1. perbedaan ptk dengan penelitian formal lainnya. penelitian tindakan kelas penelitian formal akademik masalah penelitian dari guru (aktual) bukan dari guru peneliti utama guru guru hanya sebagai pendamping/pembantu desain penelitian lentur/fleksibel formal dan kaku analisis data segera/seketika (mungkin) ditunda format laporan sesuai kebutuhan formal dan kaku manfaat penelitian jelas dan langsung tidak langsung/tidak jelas dengan berbagai kelebihan yang digambarkan dalam matrik diatas sering dikatakan hanya ptk yang benar-benar dapat memberikan jawaban terhadap masalah-masalah aktual dalam praktik pendidikan di kelas, sementara penelitian yang bersifat formal-akademik yang dilakukan oleh peneliti/dosen lptk sering kurang gayut dengan permasalahan yang dihadapi guru, terlalu teoritik, dan memaksakan rancangan yang mungkin kuranfg sesuai dengan kondisi lapangan yang sebenarnya. tyler dan angwin (dalam suhadi, 2000) bahkan mengatakan bahwa penelitian formalakademik tidak atau kurang dapat memberi jawaban terhadap permasalahan aktuak yang timbul di dalam pendidikan. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.50 279 instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan angket. tes diberikan pada setiap akhir siklus untuk mengetahui kemajuan penguasaan konsep materi yang telah dipelajari, sedangkan angket diberikan setelah pelaksanaan siklus ii. teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. hasil belajar dianalisa dengan teknik analisis evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa. tujuannya untuk mengetahui daya serap siswa dimana seorang siswa disebut tuntas belajar bila telah mencapai skor 65 % dan daya serap klasikal yaitu apabila 85 %. siswa di kelas tersebut l telah mencapai daya serap 65 % (depdikbud, 1994). 2. motivasi belajar dianalisis secara diskripsi berdasarkan taraf keberhasilan tindakan dari frekuensi kemunculan diskriptor pada lembar observasi dan dihitung dengan huruf. presentase keberhasilan tindakan seluruhnya siswajumlah melakukan yang siswajumlah x 100% 3. angket motivasi siswa data yang diperoleh melalui instrumen angket diolah dengan teknik analysis data deskriptif dalam bentuk persentase, sehingga benar-benar dapat menjadi data penunjang keberhasilan. rumus yang digunakan sebagai berikut. p = n f x 100% ket : p = prosentase yang menjawab option f = banyaknya responden yang menjawab option n = jumlah responden hasil dan pembahasan hasil pembelajaran dengan pemahaman konsep dengan cara siswa mencari rumus sendiri volume bola dan luas bola dengan menggunakan media pasir dan tali koor sangat memuaskan. hal ini berdampak pada peningkatan pemahaman materi volume bola dan luas bola. hasil dari tindakan-tindakan yang dilakukan pada setiap siklus beserta pembahasannya didasarkan atas hasil penilaian proses/hasil pekerjaan siswa dan observasi pada saat pelajaran berlangsung. konsep-konsep yang digunakan oleh guru teridentifikasi cukup jelas. sebagai bentuk tindakan awal, rencana pembelajaran dan soal soal yang telah dibuat guru dipakai sebagai panduan dan meningkatkan kemampuan awal pada proses pembelajaran. subpokok bahasan tersebut secara jelas diterangkan guru. selanjutnya siswa diarahkan untuk menemukan sendiri volume kerucut berdasarkan volume tabung. cara kerjanya adalah sebagai berikut :  siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok secara heterogen dengan jumlah anggota per kelompok 4 s/d 5 siswa  dengan teman kelompoknya siswa menyiapkan alat peraga yang akan dipakai untuk demonstrasi yaitu tabung dan kerucut. (alat peraga sudah disiapkan sebelumnya). vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.50 280 gambar 1. kerucut dan tabung  bersama kelompoknya siswa mengisi kerucut dengan pasir sampai penuh (peres) lalu dituangkan ke wadah tabung. hal ini dilakukan terus menerus sampai tabung terisi penuh (diperagakan oleh siswa dengan alat peraga yang sudah tersedia)  ternyata untuk mengisi tabung sampai penuh harus ditungkan 3 kali kerucut, sehingga didapat : v.tabung = 3 × v.kerucut v. kerucut = × v.tabung = r 2 t  masing-masing kelompok bergantian untuk mempresentasikan hasil kerjanya  guru melakukan penilaian proses / kinerja kelompok / performns anggotanya  hasil kerja / diskusi kelompok ditulis dalam lembar hasil kerja kelompok  dua atau tiga kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan kemudian diadakan diskusi antar kelompok dengan dipandu oleh guru melakukan percobaan untuk mencari rumus luas sisi bola dengan diberikan media pembelajaran dan alat, yaitu bola plastik, gunting, tali koor, kertas, lem jangka, dan alat tulis lainnya, siswa melakukan percobaan untuk mencari rumus luas dan volume bola. adapun cara kerja percobaan sebagai berikut. gambar 2. tabung dan bola (a) sebuah bola dimasukkan ke dalam tabung dengan diameter bola = tinggi tabung. (b) bola yang ada di dalam tabung tersebut dikeluarkan dan di tengahnya dimasuki sebatang besi. kemudian seluruh permukaan (sisi) bola dililit dengan tali koor sehingga tidak ada celah dan tidak saling menutupi. (c) tali koor yang ada pada sisi bola dilepas kemudian digunakan untuk melilit tabung. ternyata tali koor tersebut dapat menyelimuti tabung dengan tepat. r t t s r vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.50 281 dari percobaan di atas diperoleh hubungan sebagai berikut. luas sisi bola = luas selimut tabung = 2πrt = 2πr x 2r = 4πr 2 dengan r = jari-jari bola sebagai pengetahuan prasyarat, telah dipelajari oleh siswa bahwa luas lingkaran adalah l= r²,jadi siswa dapat menemukan rumus luas bola adalah l=4 x luas lingkaran dengan jari jari yang sama atau l= 4 πr². dengan pengamatan/observasi secara kontinyu baik dalam proses pembelajaran maupun hasil belajar, ternyata pemahaman siswa terhadap materi volume dan luas bola sangat memuaskan. siswa dapat mencari dan menemukan rumus dibawah bimbingan guru sebagai fasilitator, akhirnya hafal rumus rumus karena saling berkompetisi dengan siswa yang lain dalam mengikuti test. untuk mendapatkan gambaran dan umpan balik hasil pembelajaran diadakan analisis tes formatif. di samping untuk mengetahui kemajuan dan tingkat kecepatan belajar siswa juga untuk mendiagnosa hambatan dan kesulitan belajar matematika siswa. berdasarkan hasil analisis test formatif siklus i menunjukkan sebanyak 72,22% (20 siswa) yang telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar dan 27,78% (7 siswa) tidak tuntas. pada siklus ii 97,22 % (26 siswa) tuntas sedangkan 2,78% (1 siswa) tidak tuntas setelah diadakan pemahaman konsep volume dan luas bola dengan menggunakan media pasir dan tali koor. ketuntasan secara klasikal idealnya adalah 85 % .ini berarti melampaui target ketuntasan belajar. ada kenaikan prosentase ketuntasan sebesar 59,72 %. hal ini membuktikan dengan memakai media pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman terhadap konsep volume dan luas bola .secara umum para siswa sangat tertarik dengan pembelajaran menggunakan media yang ada daripada hanya mendengarkan ceramah dari guru saja. hasil positif ini merupakan prasyarat yang sangat penting untuk hasil evaluasi pada level yang sangat penting untuk hasil evaluasi pada level yang lebih tinggi, seperti kemampuan koneksi matematik siswa. dapat dipersepsikan bahwa materi yang digunakan sangat bermakna bagi mereaka, karena mengandung kontekstual dan nyata bagi mereka . siswa mendapat “kepercayaan diri” sehingga akan membangkitkan motivasi dan pandangan positif mereka terhadap matematika, sedangkan siswa mendapatkan “nuansa demokrasi dan kooperatif” dalam belajar matematika. hasil penelitian sesudah diterapkan penggunaan media pembelajaran menunjukkan bahwa ada peningkatan pemahaman materi volume dan luas bola sangat memuaskan dan refleksi tindakan mulai dari perencanaan, tindakan/aksi, observasi sampai refleksi dari setiap siklus juga sesuai dengan target guru. jika pada proses pembelajaran selalu diterapkan siklus-siklus pada penelitian tindakan kelas dengan media pembelajaran matematika, peneliti yakin tidak akan ada siswa yang kesulitan belajar matematika dan matematika bukan lagi menjadi pelajaran yang sulit. sehingga bisa meningkatkan mutu pembelajaran matematika. siswa akan termotivasi untuk terus belajar dengan suasana yang menyenangkan. luas sisi bola = 4πr 2 vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.50 282 simpulan dari uraian hasil dan pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. 1. penggunaan media pasir dan tali koor dapat meningkatkan pemahaman konsep volum dan luas bola siswa kelas ix-h mtsn malang i. hal tersebut ditunjukkan dengan hasil belajar pada siklus i yang tuntas 72,22 % dan pada siklus ii yang tuntas 97,22 %. 2. penggunaan media pembelajaran dalam pengajaran matematika merupakan salah satu bentuk proses pembelajaran yang lebih efektif, terpadu, dan menyenangkan (enjoyable). 3. siswa dilatih untuk bersikap dan berpikir secara logis, rasional, kritis, cermat, dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan learning skill dan kemampuan siswa. daftar rujukan [1] chaplin. 1972. kamus psikologi. jakarta: penerbit gramedia. [2] djamarah, syaiful bahri dan aswan zain. 1997. strategi belajar mengajar. jakarta: rineka cipta [3] departemen pendidikan dan kebudayaan. 1990. kamus besar bahasa indonesia. jakarta: balai pustaka. [4] moh. uzer usman. 1994. menjadi guru profesional. bandung: pt remadja roesdakarya. [5] nana sudjana. 1991. penilaian hasil proses belajar mengajar. bandung: remadja roesdakarya. [6] nasution, s. 1972. didaktik asas-asas mengajar. bandung: jenmars. [7] ngalim purwanto. 1983. ilmu pendidikan teoretis praktis. bandung: remaja karya. [8] roestiyah n. k. 1991. strategi belajar mengajar. jakarta: bhineka cipta. [9] zahara idris dan lisma jamal. 1992. pengantar pendidikan 1. jakarta: pt. gramedia widiasarana indonesia. [10] zainal arifin. 1988. evaluasi instruksional prinsip, teknik, dan prosedur. bandung: cv. remaja karya. [11] zainal arifin. 1985. suatu pengantar dalam metodologi pengajaran. salatiga: cv. saudara. microsoft word 09-elfia.docx vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.26 72 received : 01-07-2020 revised : 15-08-2020 published : 20-09-2020 penerapan model student team achievement division (stad) untuk meningkatkan prestasi belajar materi perdagangan internasional untuk siswa smp elfiah smp negeri 1 sampit, indonesia elfiahhjspt@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penerapan model pembelajaran stad untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. pembelajaran konvensional memiliki kelemahan dalam pembelajaran, yaitu kurang adanya timbal balik guru dengan siswa atau komunikasi antar siswa itu sendiri. pembelajaran stad menjadi salah satu pilihan alternatif untuk menumbuhkan kesadaran siswa sehingga dapat berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah. jenis pendekatan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian siswa kelas xi smp negeri 1 sampit. terdapat peningkatan prestasi belajar siswa kelas ix dengan ketuntasan klasikal melebihi 90% dan nilai rata-rata kelas melebihi kkm sebesar 77. siswa senang belajar kelompok model stad disebabkan dapat bekerjasama dalam menyelesaikan masalah, tidak malu bertanya, lebih akrab dan suasana tidak menegangkan. abstract: this study aims to describe the application of the stad learning model to improve student achievement. conventional learning has weaknesses in learning, namely the lack of reciprocity between teachers and students or communication between students themselves. stad learning is one of the alternative options to foster student awareness so that they can think critically in solving problems. this type of research approach is classroom action research with research subjects of class xi smp negeri 1 sampit. there is an increase in the learning achievement of class ix students with classical completeness exceeding 90% and the class average score exceeding the kkm of 77. students enjoy learning the stad model group because they can work together in solving problems, are not ashamed to ask questions, are more familiar and the atmosphere is not tense. kata kunci: model pembelajaran kooperatif, stad, ips vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.26 73 pendahuluan para guru smp negeri 1 sampit berupaya mengelola proses pembelajaran secara optimal sesuai standar. setiap rombongan belajar berkapasitas maksimum pada jenjang smp berjumlah 27 siswa. siswa smp negeri 1 sampit berasal dari para calon siswa baru (input) yang memiliki rata-rata nilai akademik dari sekolah dasar (sd) di atas 7. selain itu, para siswa juga memiliki kemampuan mengoperasikan komputer serta kemampuan dasar bahasa inggris. smp negeri 1 sampit memiliki beragam tantangan dalam pembelajaran di kelas pada berbagai mata pelajaran. salah satu masalah itu terjadi dalam pembelajaran ips, khususnya submata pelajaran ekonomi. secara umum itu berkaitan pada masih rendahnya prestasi belajar siswa. dalam hal ini, para siswa belum dapat mencapai prestasi yang optimal sesuai dengan standar. fenomena yang terjadi di smp negeri 1 sampit itu merupakan akibat dari paradigma implementasi pembelajaran secara konvensional. hal itu mengandung arti bahwa komunikasi dalam pembelajaran ips di smp negeri 1 sampit cenderung berlangsung satu arah. aktivitas pembelajaran hanya berupa pengalihan informasi pengetahuan dari guru ke siswa. guru lebih mendominasi pembelajaran didalam kelas. kondisi itu mengakibatkan siswa kurang termotivasi yang dampaknya mudah merasa jenuh dalam mengikuti pembelajaran ips. padahal input siswa smp negeri 1 sampit merupakan siswa-siswi yang sangat potensial. fakta kontradiktif itulah yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran ips untuk dapat dipecahkan secara efektif. pembelajaran konvensional yang ada pada umumnya menggunakan model ekspositori, ditinjau dari kepraktisan dan pola kebiasaan guru memang memiliki kelemahan dalam pembelajaran, yaitu kurang adanya timbal balik guru dengan siswa atau komunikasi antar siswa itu sendiri. untuk itu perlu dicoba pendekatan, metode dan model pembelajaran lain yang dipandang lebih efektif sesuai dengan tingkat perkembangan sikap dan pola tingkah laku siswa saat ini. menghadapi permasalahan tersebut, dipandang penting adanya alternatif solusi untuk diterapkan kepada siswa di smp negeri 1 sampit. pembelajaran kooperatif menjadi salah satu pilihan itu. hakekatnya, pembelajaran kooperatif dalam praktik pembelajaran dapat meningkatkan pencapaian prestasi belajar, pengetahuan antarkelompok dan menumbuhkan kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah. menurut adesoji (2009), dalam suatu pembelajaran terdapat pengaruh positif bagi siswa dalam penggunaan strategi model pembelajaran kooperatif, yakni model student team achievement division (stad) terhadap hasil pembelajaran siswa. model pembelajaran ini memberi kesempatan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain serta adanya optimalisasi partisipasi siswa dalam pembelajaran. pemilihan materi perdagangan internasional dalam pembelajaran ini dilakukan dengan pertimbangan materi tersebut dalam penjadwalan diajarkann pada semester ganjil dan dari materi tersebut memungkinkan banyak banyak permasalahan yang bisa diangkat. berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama melaksanakan tugas di smp negeri 1 sampit, pembahasan materi perdagangan internasional pada kelas ix belum seluruh siswa memenuhi batas kriteria ketuntasan minimal (kkm). dalam pembelajaran ini kkm yang telah disepakati bersama ditingkat sekolah sebesar 77. sesuai dengan latar belakang tersebut dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model student team achievement division (stad) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam materi perdagangan internasional kelas ix ruang 1 smp negeri 1 sampit tahun 2014. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.26 74 salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif adalah tipe stad (bruce, carol a. 2009). stad secara garis besar model ini terdiri terdiri dari 4 langkah (slavin, 2005: 143), sebagai berikut. a. pembentukan kelompok heterogen pembentukan kelompok ditentukan oleh guru. guru yang lebih tahu tentang kondisi siswa akan mengelompokkan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa untuk setiap kelompok. pembagian kelompok harus heterogen, siswa dalam setiap kelompok dengan kemampuan beragam, tidak membedakan jenis kelamin, ras dan agama. b. penjelasan materi dan kegiatan kelompok guru memberikan informasi kepada siswa berkenaan dengan kegiatan yang akan dilakukan siswa serta relevansi kegiatan dengan materi pelajaran. pada saat menyampaikan materi siswa sudah duduk dalam kelompoknya. selanjutnya siswa melakukan diskusi sesuai arahan guru sesuai lks atau bentuk tugas lain. c. pelaksanaan kuis atau evaluasi setelah diskusi, guru memberikan tes yang harus dikerjakan siswa secara individu. guru memberi waktu secukupnya sesuai tingkat kesukaran dalam kuis kemudian memberi skor atas jawaban siswa. d. pemberian penghargaan kelompok yang rata-rata nilai setiap anggotanya paling bagus diberi penghargaan. hasil tes ini dapat digunakan sebagai data pembentukan kelompok baru untuk pokok bahasan selanjutnya. secara skematis, model stad secara umum dapat dilihat pada bagan berikut. gambar 1: bagan pembelajaran model stad pembentukan kelompok heterogen pelaksanaan kuis dan evaluasi pemberian materi dan kegiatan kelompok pemberian penghargaan setiap siswa terdiri dari 4-5 orang siswa yang mempunyai nama kelompok tersendiri, tiap siswa mempunyai tugas : menulis dan membaca soal, menggali maksud soal, menjawab soal. guru memberikan penyajian suatu materi pelajaran melalui sumber belajar untuk diamati, dibahas, didiskusikan,dan dipahami oleh siswa dalam kelompok. rata-rata nilai individu pada masing-masing kelompok, dinilai dengan kriteria penilaian; 1. skor rata-rata 15, sebagai good teams 2. skor rata-rata 20, sebagai great teams 3. skor rata-rata 25, sebagai super teams skor tes sumbangan … ≥ 10 poin di bawah skor awal 5 1 10 poin di bawah skor awal 10 1 s.d. 10 poin di atas skor awal 20 ≥ 10 poin di atas skor awal 30 (nilai sempurna) vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.26 75 keaktifan siswa dalam pembelajaran belajar diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. oleh karena itu, aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam proses pembelajaran. seperti yang dikemukakan oleh frobel dalam sardiman (2006:96) bahwa dalam belajar sangat memerlukan kegiatan berpikir dan berbuat. dalam buku yang sama montessori juga menegaskan bahwa anak-anak memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri sehingga yang lebih banyak melakukan aktivitas didalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedang pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik. dalam pembelajaran ini keaktifan siswa yang dimaksud adalah keaktifan yang dipenuhi dengan cerminan dari kreatifitas siswa. indikator aktivitas dan indikator kreatifitas terpadu sehingga memunculkan instrumen keaktifan siswa yang akan diukur. pembelajaran ekonomi dengan model kooperatif melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan pembelajaran. siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah yang kompleks. jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. salah satu model pembelajaran kooperatif adalah students team achievement division (stad). model pembelajaran ini dapat memberikan siswa kesempatan seluas-luasnya untuk memahami materi ips ekonomi dengan strateginya sendiri, berkolaborasi dengan teman dan mengetahui penerapan pengetahuan dalam kehidupan yang dipelajari atau mengaplikasikan pengalaman belajarnya dalam lingkungan kehidupan. pelaksanaan pembelajaran kooperatif model stad dikembangkan dengan pola berpikir sebagaimana yang dipaparkan dalam gambar 2 berikut. gambar 2. pola kerangka berpikir • pembelajaran konvensional • berpusat pada guru • pembelajaran kooperatif model stad • siswa sulit mengkonstruksi pengetahuan • pemahaman siswa rendah kualitas keaktifan siswa rendah dan hasil belajar rendah materi • hubungan internasional • keaktifan meningkat • mencapai ketuntasan belajahubunga n internasional solusi vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.26 76 metode penelitian metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas xi smp negeri 1 sampit. analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa statistik diskriptif. data yang berupa kata-kata/kalimat dari catatan lapangan dan hasil wawancara diolah menjadi kalimatkalimat yang bermakna dan dianalisis secara statistik deskriptif. statistik deskriptif akan memberikan gambaran terhadap gejala–gejala penelitian, untuk menjawab pertanyaan penelitian yang ada (riyanto,2010:104). hasil dan pembahasan pada proses pembelajaran tentang hubungan internasional, yang dikembangkan tanpa tindakan khusus yang merupakan kondisi nyata proses belajar siswa yang terjadi pada pembelajaran setiap hari. model pembelajaran yang digunakan ceramah dan penugasan. materi yang digunakan pada tahapan ini adalah hubungan bilateral. hasil ulangan harian pada materi hubungan bilateral dengan jumlah soal 20 butir setelah dianalisis menunjukkan pencapaian seperti yang dipaparkan pada tabel 1 berikut. tabel 1: hasil belajar tanpa inovasi no rentang nilai jumlah persentase (%) keterangan 1. < 77 17 62.97% tidak tuntas 2. 77 100 10 37.03% tuntas 3. jumlah 27 100% tuntas hasil belajar siswa berdasarkan kondisi nyata pembelajaran sebelum diberikan tindakan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai bawah kkm (…< 77). nilai dibawah batas ketuntasan minimal tersebut diperoleh oleh 62,97% siswa. hal itu menunjukkan bahwa siswa sebanyak 62.97% tersebut masih belum mencapai ketuntasan belajar. pada tahap prasiklus tersebut ketuntasan klasikal baru mencapai 37,03% dan nilai rata-rata kelas sebesar 75,74. hal itu menunjukkan bahwa pembelajaran pada materi ini mengalami permasalahan yang penting untuk dipecahkan baik untuk pencapaian ketuntasan individual maupun untuk mencapai ketuntasan klasikal. pelaksanaan tindakan siklus i 1) perencanaan tindakan siklus i sebelum pelaksanaan pembelajaran, peneliti memberitahukan perencanaan pembelajaran kepada siswa bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan belajar kolompok model stad dengan memperhatikan hal-hal seperti berikut. a) sebelum pembelajaran dimulai siswa membentuk kelompok secara demokratis, dipandu oleh guru. b) pada saat akan memulai belajar, semua anggota kelompok duduk dalam kelompoknya masing-masing. c) siswa dalam kelompok mengikuti pengarahan dari guru tentang tata kerja dan materi pelajaran yang harus dikuasi dalam pembelajaran. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.26 77 d) anggota yang belum memahami materi pembelajaran diminta untuk bertanya kepada teman sekelompok yang lebih mengerti. e) anggota kelompok yang memahami materi pembelajaran dipandu untuk memberitahu teman kelompok yang belum mengerti. semua anggota kelompok berusaha diskusi secara aktif dan saling bekerja sama sampai semua materi pembelajaran dikuasai dan tugas kelompok diselesaikan. f) semua anggota kelompok berusaha diskusi secara aktif dan saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas. g) pada saat tes atau kuis, dikerjakan secara individu dan tidak boleh bekerja sama. h) ada reward atau hadiah diakhir pembelajaran untuk siswa dengan skor nilai ekonomi tertinggi dan kelompok terbaik. i) materi pembelajaran pada siklus i adalah tentang hubungan internasional. 2) tindakan siklus i siswa didalam kelas dibagi menjadi 6 kelompok. setiap kelompok memiliki anggota 4 sampai dengan 5 orang siswa. terdapat tiga kelompok memiliki anggota 5 orang siswa dan terdapat tiga kelompok memiliki anggota 4 orang siswa. pembagian kelompok secara heterogen, siswa dalam setiap kelompok memiliki kemampuan beragam, tidak membedakan jenis kelamin, ras dan agama. nama kelompok menggunakan nama-nama negara. hal itu disesuaikan dengan konteks materi pembelajaran, yakni hubungan internasional. setelah terbagi dalam kelompok, siswa melaksanakan pretes yang akan dijadikan nilai pembanding hasil postes setelah mengikuti pembelajaran model stad. kegiatan selanjutnya, siswa melakukan diskusi untuk menguasai materi dan mengerjakan tugas yang terdapat dalam lembar kerja, sesuai dengan tata urutan belajar yang dipandu guru. setiap kelompok mendiskusikan materi yang harus dipahami dan membahas soal untuk menemukan jawaban yang tepat. anggota kelompok yang mengerti dituntut memberitahu teman kelompok yang belum mengerti dan anggota yang belum mengerti diminta bertanya kepada teman sekelompok yang lebih mengerti. semua anggota kelompok berusaha diskusi secara aktif dan saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas. di akhir pertemuan guru memberikan tes individual sebagai tes ulangan harian (postes 1). pada saat tes atau kuis, tugas dikerjakan secara individu dan tidak boleh bekerja sama. guru memberikan reward atau hadiah di akhir pembelajaran untuk siswa dengan skor nilai ekonomi tertinggi dan kelompok terbaik. hasil tes siklus i setelah dianalisis menunjukkan adanya perkembangan seperti yang dipaparkan dalam tabel 2 berikut: tabel 2: analisis data hasil tes siklus 1 rentang nilai jumlah persentase (%) keterangan < 77 9 33.33% tidak tuntas 77 100 18 66.67% tuntas jumlah 27 100% tuntas vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.26 78 hasil prestasi ulangan harian pada siklus i menunjukkan bahwa siswa yang belum tuntas mencapai 33,33% dan ketuntasan klasikal sebesar 66,67% sedangkan nilai rata-rata kelas sebesar 81,11. tindakan siklus menunjukkan efektifitasnya dengan adanya kemajuan prestasi belajar setelah dilaksanakan tindakan. peningkatan penguasaan siswa sebesar 53,7%. a. hasil evaluasi nontes siklus i 1) hasil observasi efektifitas penggunaan waktu dan penguasaan materi oleh siswa dalam kelompok cukup beragam. sejumlah kelompok terbentuk dalam waktu yang relatif singkat. akan tetapi, terdapat siswa yang bergerak dari tempat duduk untuk berkumpul dalam satu kelompok dengan membutuhkan waktu yang relatif lama. hal ini mengakibatkan terjadinya pemborosan waktu. siswa berusaha menguasai materi pembelajaran dengan saling membantu dan menyelesaikan tugas pada lembar kerja dengan kelompok masing-masing, tidak terlihat terjadinya saling menyontek jawaban antar kelompok. kelompok aus dan kelompok sin pada awalnya kurang aktif dalam berdiskusi secara kelompok, sedangkan kelompok ina dan kelompok cor dari awal langsung berdiskusi sesuai dengan materi dan urutan kegiatan yang dipandu serta arahan guru. kelompok yang telah selesai mengerjakan lembar kerja, cenderung bermain dengan temannya dan ada siswa yang memanfaatkan waktu yang tersisa dengan membuka situs internet. 2) hasil wawancara untuk mengetahui pemahaman siswa dalam belajar kelompok, peneliti mewawancarai 3 siswa sebagai subjek pembelajaran. berikut hasil wawancara yang telah peneliti lakukan. a) rs-6 : “belajar kelompok model stad bagus karena bisa tanya teman, kalau tanya ke guru ada perasaan malu. pembagian kelompok adil”. b) rs-15: “senang belajar kelompok model stad karena bisa tanya teman. bila tidak mengerti dapat langsung bertanya teman yang mengerti”. c) rs-17: “belajar kelompok model stad bagus karena bisa membantu teman yang belum bisa. tetapi kadang-kadang teman yang ditanya kurang tepat dalam memberitahu jawaban”. b. refleksi siklus i refleksi yang dilakukan guru dengan kolaborator menyepakati bahwa pembagian kelompok pada siklus 1 perlu lebih dipercepat. untuk lebih efektif, pada siklus selanjutnya tetap menggunakan kelompok yang sudah terbentuk. dengan demikian pada awal pembelajaran siswa sudah berkumpul pada kelompoknya masing-masing. jaringan internet di ruang kelas dimatikan sementara waktu, selama proses pembelajaran. kelompok yang memiliki hambatan perlu diberi motivasi dan pendampingan. refleksi dilakukan dengan memperbaiki rpp, untuk direplikasi dan diterapkan pada rpp selanjutnya. pelaksanaan tindakan siklus ii 1) perencanaan tindakan siklus ii berdasarkan refleksi siklus i, perencanaan pembelajaran siklus ii disusun dengan perbaikan yang diperlukan. peneliti memberitahukan perencanaan pembelajaran kepada siswa bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan belajar kolompok model stad melanjutkan siklus i, dengan memperhatikan hal-hal seperti berikut. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.26 79 a) pada saat akan belajar, semua siswa duduk dalam kelompok masing-masing dengan menggunakan kelompok pada siklus i. b) siswa dalam kelompok mengikuti pengarahan dari guru tentang tata kerja dan materi pelajaran yang harus dikuasi dalam pembelajaran. c) anggota yang belum memahami materi pembelajaran diminta untuk bertanya kepada teman sekelompok yang lebih mengerti. d) anggota kelompok yang memahami materi pembelajaran dipandu untuk memberitahu teman kelompok yang belum mengerti. e) semua anggota kelompok berusaha diskusi secara aktif dan saling bekerja sama sampai semua materi pembelajaran dikuasai dan tugas kelompok diselesaikan. f) pada saat tes atau kuis, dikerjakan secara individu dan tidak boleh bekerja sama. g) ada reward atau hadiah diakhir pembelajaran untuk siswa dengan skor nilai ekonomi tertinggi dan kelompok terbaik. h) materi pembelajaran pada siklus ii adalah tentang hubungan internasional. 2) tindakan siklus ii siswa didalam kelas langsung duduk dalam 6 kelompok yang terbentuk pada siklus i. setelah duduk dalam kelompok, siswa melaksanakan pretes yang akan dijadikan nilai pembanding hasil postes siklus ii. selesai pretes, siswa melakukan diskusi untuk memahami dan menguasai materi pembelajaran. kegiatan selanjutnya, siswa mengerjakan tugas yang terdapat dalam lembar kerja, sesuai dengan tata urutan belajar yang dipandu guru. setiap kelompok mendiskusikan soal untuk menemukan jawaban yang tepat. anggota kelompok yang mengerti dituntut memberitahu teman kelompok yang belum mengerti dan anggota yang belum mengerti diminta bertanya kepada teman sekelompok yang lebih mengerti. semua anggota kelompok berusaha diskusi secara aktif dan saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. diakhir pertemuan siklus ii, guru memberikan tes individual sebagai tes ulangan harian (postes 2). pada saat tes ini, tugas dikerjakan secara individual dan siswa tidak diperbolehkan bekerjasama. guru memberikan reward atau hadiah diakhir pembelajaran untuk siswa kelompok dengan peningkatan nilai mencapai rata-rata terbaik. hasil tes siklus ii ditunjukkan tabel 4.3 sebagai berikut: tabel 4.3: hasil tes siklus 2 analisis data hasil tes siklus ii no rentang nilai jumlah persentase (%) keterangan 1. < 77 2 7.42% tidak tuntas 2. 77 100 25 92.58% tuntas 3. jumlah 27 100% tuntas hasil prestasi ulangan harian pada siklus ii menunjukkan bahwa terdapat 2 siswa dari 27 siswa yang belum tuntas. hal itu berarti siswa yang belum tuntas mencapai 7,42%. dengan demikian, ketuntasan klasikal mencapai 92,58% sedangkan nilai rata-rata kelas pada sibklus ii sebesar 85,93. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.26 80 capaian hasil pada tindakan siklus ii menunjukkan bahwa pembelajaran model stad memiliki efektifitas tinggi. dengan capaian rata-rata diatas kkm 77 dan capaian ketuntasna klasikal melebihi indikator 90% berarti prestasi belajar setelah melalui pelaksanaan tindakan siklus ii ini sudah meningkat dan mencapai penguasaan sesuai dengan indikator. a. hasil nontes siklus ii 1) hasil observasi efektifitas penggunaan waktu dan penguasaan materi oleh siswa dalam kelompok cukup berimbang. semua kelompok yang terbentuk dalam siklus sebelumnya langsung duduk berkelompok dalam waktu relatif singkat. proses menguasai materi pembelajaran dengan saling membantu dan menyelesaikan tugas pada lembar kerja dengan kelompok masing-masing berjalan efektif. semua kelompok terlihat bekerja mandiri dengan memanfaatkan waktu secara optimum. 2) hasil wawancara untuk mengetahui pemahaman siswa dalam belajar kelompok, peneliti mewawancarai 3 siswa sebagai subjek pembelajaran. berikut hasil wawancara yang telah peneliti lakukan: a) rs-6: “belajar kelompok model stad semakin menyenangkan dan mudah bisa bertanya teman. kelompok semakin kompak”. b) rs-15:“senang belajar kelompok model stad karena bisa membantu teman belajar”. c) rs-17: “belajar kelompok model stad bagus karena bisa membantu teman yang belum bisa.kita juga bisadibantu pada waktu kesulitan mengerti materi”. b. refleksi siklus ii refleksi yang dilakukan guru dengan kolaborator menyepakati bahwa pembagian kelompok pada siklus ii pembelajaran sudah lebih efektif. berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran siswa tampak antusias dan senang dalam belajar. respon siswa terhadap belajar kelompok model stad sangat positif. hasil pengamatan didukung hasil wawancara terhadap siswa. prestasi belajar mengalami peningkatan dan kerja dalam kelompok semakin hidup, ini dapat dilihat pada poin penghargaan kelompok yang menunjukkan adanya peningkatan dimana 6 kelompok mendapat kategori super teams. dengan demikian pembelajaran dinyatakan mencapai indikator. karena itu tindakan dinyatakan berhasil mencapai tujuan dan dapat diakhiri. hasil prestasi ulangan harian pada siklus i ke siklus ii menunjukkan peningkatan. pada siklus ii bahwa terdapat 2 siswa dari 27 siswa yang belum tuntas. hal itu berarti siswa yang belum tuntas mencapai 7,42%. dengan demikian, ketuntasan klasikal mencapai 92,58% dan nilai rata-rata kelas pada siklus ii sebesar 85,93. capaian hasil pada tindakan siklus ii menunjukkan bahwa pembelajaran model stad memiliki efektifitas yang tinggi. dengan capaian rata-rata di atas kkm 77 dan capaian ketuntasna klasikal melebihi indikator 90% berarti prestasi belajar setelah melalui pelaksanaan tindakan siklus ii ini sudah meningkat dan mencapai penguasaan sesuai dengan indikator. hasil refleksi menunjukkan bahwa pembagian kelompok pada siklus ii pembelajaran sudah lebih efektif. dengan demikian pembelajaran dinyatakan mencapai indikator. karena itu tindakan dinyatakan berhasil mencapai tujuan dan dapat diakhiri. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.26 81 berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran siswa aktif berdiskusi dan bekerja sama menyelesaikan tugas kelompok. respon siswa terhadap belajar kelompok model stad sangat positif. hasil pengamatan didukung hasil wawancara terhadap siswa. prestasi belajar mengalami peningkatan dan kerja dalam kelompok semakin hidup, ini dapat dilihat pada poin penghargaan kelompok yang menunjukkan adanya peningkatan dimana 6 kelompok mendapat kategori super teams. dalam model pembelajaran stad, setiap individu diharapkan dapat memberikan sumbangan yang terbaik pada kelompoknya. hal ini mendorong siswa untuk dapat memahami materi pembelajaran dengan baik sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal. untuk tujuan ini, siswa yang kurang paham akan bertanya pada yang lebih paham. adanya reward atau hadiah menambah motivasi siswa bekerja sama menyelesaikan tugas dan menciptakan kompetisi positif antar kelompok, sehingga tidak ada kerja sama antar kelompok. simpulan berdasarkan pembahasan di atas dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut. 1. terdapat peningkatan prestasi belajar siswa kelas ix dengan ketuntasan klasikal melebihi 90% dan nilai rata-rata kelas melebihi kkm sebesar 77. 2. terdapat perubahan perilaku siswa, secara kelompok siswa aktif bertanya dan mengemukakan pendapat. hasil wawancara dan angket menunjukkan siswa senang belajar kelompok model stad disebabkan dapat bekerjasama dalam menyelesaikan masalah, tidak malu bertanya, lebih akrab dan suasana tidak menegangkan. daftar rujukan [1] adesoji, francis a and t. l. ibraheem.2009. effects of student teams achievement divisions strategy and mathemathics knowledge on learning outcomes in chemical kinetics. the journal of international social research. 2/6: 15-23 [2] depdiknas. 2008. media pembelajaran dan sumber belajar. jakarta: direktorat tenaga kependidikan, dirjen peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan [3] depdiknas.2006. pedoman penyelenggaraan sbi smp. jakarta: direktorat pembinaan smp dirjen dikdasmen [4] hudojo, h. 1988. mengajar belajar ekonomi. jakarta: depdikbud. [5] slavin, 2007. model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru. [6] sutawidjaya, a. 2002. konstruktivisme konsep dan implikasinya pada pembelajaran ekonomi. jurnal ekonomi ix (edisi khusus). [7] trianto. 2007. model pembelajaran terpadu dalam teori dan praktek. jakarta: prestasi pustaka [8] trianto. 2009. mendesain model pembelajaran inovatif progresif. jakarta: kencana vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.54 300 received : 21-10-2020 revised : 15-11-2020 published : 08-12-2020 uji sku dengan menggunakan vlog bagi pramuka penggalang hetty dwi agustin smp negeri 3 surakarta, indonesia hetty.agustin72@gmail.com abstrak bagi gugus depan, memiliki siswa penggalang garuda merupakan “prestise” kebanggaan tersendiri. maka sudah sepatutnyalah peran seorang pembina gugus depan untuk mendorong dan mendukung siswanya agar bersemangat menjadi penggalang garuda. tujuan dari penelitian ini adalah mengajak siswa penggalang untuk memanfaatkan hand phone untuk membuat vlog sebagai sarana untuk uji sku yang efektif dan efisien. metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode demonstrasi. hasilnya adalah sebagai berikut: 1). siswa yang mempunyai hp dan bisa untuk membuat vlog, maka akan didorong dan diberi motivasi untuk semangat uji sku dengan membuat vlog. 2). siswa yang mempunyai hp dan tidak bisa untuk membuat vlog, maka dapat diupayakan diajari oleh pembina atau teman dalam satu regunya untuk juga semangat uji sku dan bisa membuat vlog. 3). siswa yang tidak mempunyai hp dan tidak bisa membuat vlog, maka dapat diupayakan untuk pinjam pada orang tua, saudara, ataupun teman dalam satu regunya untuk juga semangat uji sku dan bisa membuat vlog. dan disimpulkan bahwa penggunaan vlog untuk uji sku sangatlah efektif dan efisien bila diterapkan pada siswa penggalang. kata kunci: sku penggalang, vlog, pramuka mailto:hetty.agustin72@gmail.com vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.54 301 pendahuluan dalam usianya siswa smp adalah anggota penggalang, karena usia anggota pramuka. penggalang adalah 10 tahun sampai dengan 15 tahun. bagi siswa smp di tingkat penggalang, setelah menyelesaikan ujian sku di tiap tingkatan ramu, rakit ataupun terap, sangat merasa bangga dan senang saat dilantik di hadapan teman-teman lainya dalam upacara pelantikan. seperti diketahui, dalam kurikulum 2013, pendidikan kepramukaan masuk sebagai ekstrakurikuler wajib bagi semua peserta didik. demikian pula di smpn, peserta didik kelas 7, kelas 8, dan kelas 9, semuanya harus mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka. dan nilai ekstrakurikuler pramuka dalam raport peserta didik juga menjadi salah satu persyaratan kenaikan kelas. di smp negeri 3 surakarta, dahulu ujian sku peserta didik masih menggunakan cara lama, yaitu “face to face” antar peserta didik dengan pembina gudep. sehingga ada kecenderungan peserta didik malas untuk uji sku karena selalu antri dan harus menunggu dalam waktu yang lama. lalu selanjutnya, diperbolehkan uji sku tidak hanya face to face dengan pembina gudep, tetapi bisa juga dengan guru lain yang bukan pembina, tetapi ahli di bidangnya. misalnya, bila uji tentang materi rokhani, maka bisa pada guru agama di kelasnya pada saat yang telah disepakati bersama. namun tetap saja peserta didik enggan karena tetap saja harus antri, karena jumlah peserta didik smpn 3 yang sangat banyak tidaklah seimbang dengan jumlah gurunya. kelas 7 berjumlah 242 (8 kelas), kelas 8 berjumlah 275 (8 kelas), dan kelas 9 berjumlah 286 (9 kelas). maka sebagai pembina gugus depan smpn 3 surakarta, diperlukan ide cemerlang yang inovatif dan kreatif untuk mengatasi permasalahan tersebut. dan dari sinilah tercetusnya ide untuk membuat vlog bagi peserta didiksebagai sarana uji sku. hal ini sekaligus memanfaatkan tehnologi informasi hand phone (hp) yang sudah menjadi teman sehari-hari para peserta didik, khususnya di smpn 3 surakarta. dalam memanfaatkan hp untuk uji sku ini, peserta didik mengirimkan vlog yang dibuatnya, dan setelah dilihat oleh pembina gudep, maka bisa diberikan jawaban pada peserta didik, apakah uji sku nya tersebut lulus atau tidak. apabila lulus, maka peserta didik berhak mendapatkan tanda tangan dari pembina gudep pada rapor sku nya, dan apabila tidak lulus, maka peserta didik berhak untuk uji remidi dan pembimbingan dari pembina gudep sampai lulus. sedangkan pembatasan masalah dalam best practice ini adalah: (1). peserta didik mempunyai hp, bisa untuk membuat vlog. (2). peserta didik mempunyai hp, tidak bisa untuk membuat vlog. (3). peserta didik tidak mempunyai hp, tidak bisa untuk membuat vlog. dari batasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam best practice ini adalah sebagai berikut: bagaimana memanfaatkan hp untuk membuat vlog dalam uji sku penggalang bagi peserta didik di smp negeri 3 surakarta tahun pelajaran 20192020. berdasarkan masalah tersebut, tujuan dari penulisan artikel ini adalah: untuk menjelaskan bagaimana hp dan vlog dapat digunakan sebagai sarana serta strategi untuk meningkatkan kecakapan peserta didik dalam uji sku di era millenial. sehingga semua peserta didik di smpn 3 surakarta, baik yang mempunyai hp maupun tidak, bisa membuat vlog sebagai sarana uji sku. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.54 302 kajian literatur dalam keputusan kwartir nasional gerakan pramuka nomor 198 tahun 2011 tentang petunjuk penyelenggaraan syarat kecakapan umum ( sku ) golongan penggalang, ada tiga tingkatan kecakapan umum dalam golongan penggalang yaitu ramu, rakit, dan terap. dan buku sku merupakan kurikulumnya. peserta didik dalam pramuka penggalang adalah anak usia 11 tahun sampai dengan 15 tahun. bila peserta didik sudah melampaui tiga tingkatan dalam kecakapan umum peserta didik, yaitu:1. penggalang ramu. 2. penggalang rakit. 3. penggalang terap, maka bisa naik ke tingkatan tertinggi yaitu penggalang garuda. pada buku sku golongan penggalang nomor 20, bagi penggalang ramu tampak cuplikan dalam buku sku golongan penggalang sebagai berikut: sedangkan untuk penggalang rakit, di dalam buku sku penggalang no. 20, tampak cuplikannya sebagai berikut :dapat menyebutkan dan menjelaskan manfaat sedikitnya 2jenis alat tehnologi informasi modern. dan pada penggalang terap, dalam buku sku no. 20, cuplikannya adalah sebagai berikut: dapat mengoperasikan dan merawat salah satu tehnologi informasi. dan pada penggalang terap cuplikan buku sku no. 20 adalah: dapat mengajarkan penggunaan tehnologi informasi sedikitnya 2 jenis kepada teman sebaya. dari kurikulum pendidikan kepramukaan di buku sku golongan penggalang di atas tampak bahwa, kecakapan peserta didik pada no. 20 baik itu penggalang ramu, rakit, terap, semuanya membahas tentang “teknologi informasi”. hal ini sejalan dengan pesatnya perkembangan jaman sekarang di era millenial ini, dimana gadget sudah menjadi teman kehidupan sehari-hari. dan sebagai pembina kita harus turut membekali peserta didik kita dengan penguasaan teknologi informasi agar mampu bersaing dengan negara-negara lain di dunia global ini. dalam menempuh uji sku, peserta didik akan mencari dan menemui pembina gudep untuk mencari kesepakatan, kapan waktu untuk bisa mengadakan ujian. begitu pula dengan guru ahli, sehingga belum tentu saling pas waktunya. peserta didik juga harus antri dengan peserta didik yang lain. sehingga muncul ide bahwa, di jaman era millenial ini, uji sku bisa dilakukan dengan vlog. vlog didefinisikan sebagai berikut, pengertian “vlog” adalah sebuah video yang mempunyai tema tertentu yang dikemas dalam konsep dokumentasi jurnalistik. (https://www.utopicomputers.com) sebenarnya istilah vlog sendiri telah ada sekitar tahun 2000 an dan di indonesia sendiri istilah video vlog lagi trend pada tahun 2014 an, istilah vlog ini berawal dari seorang blogger bernama adam kontras dan diikuti adrian miles yang menambahkan sebuah video pada postingan blognya, dan kemudia menyebutnya dengan vlog ( video blog ). vlog atau video blog didefinisikan sebagai komponen video yang menyediakan serangkaian siaran yang memungkinkan setiap orang untuk membuat dan memposting konten dan menganggapnya sebagai koleksi video yang berfungsi baik sebagai film dokumenter kehidupanaudiovisual dan sebagai kendaraan untuk komunikasi (gunelius, 2012). selain itu, biel (2010) mendefinisikan sebagai situs di mana penulis posting cerita dan atau informasi tentang topik tertentu dalam bentuk video. vlog adalah kata video dan blog. vlog adalah salah satu teknologi dalam bentuk perangkat lunak yang saat ini digunakan oleh guru untuk meningkatkan kinerja peserta didik, terutama dalam berbicara. beberapa studi telah dipromosikan fenomena yang vlog efektif dapat memfasilitasi pengajaran bahasa dan pembelajaran, terutama dalam hal kompleksitas bahasa peserta didik, tata bahasa benar, kefasihan, pengucapan, dan pemahaman. ( maulidah , 2017: 1). vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.54 303 namun, keberadaan vlog sebagai salah satu teknologi terbaru sangat diharapkan dan menantang untuk meningkatkan kecakapan peserta didik. berhubungan dengan ini, ada beberapa signifikansi terpenuhi ketika vlog diimplementasikan. pertama, akan membangun self efficacy dan motivasi tinggi peserta didik dengan memiliki media sosial dan teknologi dalam proses pembelajaran. beberapa studi menemukan bahwa vlogging adalah alat yang efektif untuk mengembangkan mengajar diri efikasi dan meningkatkan peserta didik percaya diri untuk berbicara ( stevens, 2010 ). kedua, peserta didik akan mendapatkan semi aktivitas nyata dalam menggunakan bahasa yang sedikit terbatas. ini membuat peserta didik mungkin mempersiapkan materi dengan baik terutama dalam memilih kosa kata yang tepat, berlatih pengucapan , memperbaiki tata bahasa, dan mengatur ide dengan baik. metodologi subyek dalam best practice ini adalah seluruh siswa smpn 3 surakarta, kelas 7, kelas 8, dan kelas 9. yang pada tahun ajaran 2019-2020 total jumlah siswa adalah 803. jumlah kelas 7 adalah 242 yang terbagi dalam 8 kelas, mulai dari kelas 7.1 sampai dengan 7.8. kemudian jumlah kelas 8 adalah 275 yang terbagi juga dalam 8 kelas, mulai dari kelas 8.1 sampai dengan 8.8. dan kelas 9 adalah 286 yang terbagi dalam 9 kelas, mulai dari kelas 9.1 sampai dengan 9.9. waktu pelaksanaan best practice ini selama tempat pelaksanaan best practice ini adalah bisa dari manapun dan kapanpun, anywhere dan anytime. karena pengambilan gambar saat membuat vlog diserahkan pada keinginan masing-masing semua siswa. bila siswa ingin uji olah raga berenang ( sku terap nomor 27 ), maka vlog bisa diambil gambarnya di kolam renang di saat hari libur bersama keluarga hari sabtu atau hari minggu. bila siswa sedang praktik pengolahan sampah secara composting ( sku rakit nomor 21 ), maka gambar saat vlog bisa diambil di kebun atau di halaman rumah. dapat mensosialisasikan cara penjernihan air (sku terap nomor 22), bisa dilakukan di sekolah saat jam istirahat, karena ingin ditunjukkan kepada teman-temannya di sekolah. untuk penilaian ekstrakurikuler yang merupakan syarat dalam kenaikan kelas maka, pada semester gasal pembuatan vlog siswa penggalang dimulai dari bulan juli 2019 sampai dengan november 2019, karena bulan desember sudah masuk ke dalam nilai raport siswa. dan semester genap dimulai pada bulan januari 2020 sampai dengan bulan mei 2020, karena bulan juni sudah masuk dalam nilai rapor untuk kenaikan kelas. data yang dipakai untuk laporan best practice ini adalah semua video pengiriman dari siswa yang masuk ke gmail atau google drive. video yang dikirim oleh siswa dibagi ke dalam 3 drive, khusus untuk kelas 7 masuk ke drive tersendiri, demikian juga untuk kelas 8 dan kelas 9, hal ini untuk memudahkan pendataan dan penilaiannya. untuk penilaian dilakukan bersama dengan kakak naomi putri gupitaningtyas, s.pd yang juga pembina pramuka di smpn 3 surakarta dan teman sejawat penulis. video yang masuk dianalisa, bila sesuai dengan kurikulum pramuka, maka dinyatakan lulus dan mendapatkan nilai. kurikulum pramuka adalah sku yang berbentuk buku saku, dan terdapat poin-poin ragam ketrampilan yang harus dikuasai oleh penggalang jika ingin lulus ramu, lalu dillantik menjadi penggalang ramu. dan bila siswa lulus dari berbagai uji ragam ketrampilan rakit, maka akan dilantik menjadi penggalang rakit. dan bila lulus di materi-materi ragam ketrampilan peggalang terap, maka akan dilantik menjadi penggalang terap. selanjutnya, tingkatan tertinggi dalam penggalang adalah pramuka penggalang garuda, yang tentu saja banyak persyaratan yang harus dilalui oleh siswa hingga dinyatakan lulus menjadi pramuka penggalang garuda, vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.54 304 diantaranya lulus sku (syarat kecakapan umum), skk (syarat kecakapan khusus), dan skg (syarat kecakapan garuda). sedangkan metode yang dipakai di dalam best practice disini adalah metode demonstrasi, dikarenakan siswa harus mempraktekkan dan melakukan materi uji yang ditempuh sesuai poin di nomor sku. misalnya uji mengolah sampah dengan cara composting, maka siswa mempraktekannya dalam vlog nya tentang materi uji nya tersebut ( sku rakit nomor 21 ). bila siswa ingin uji olahraga berenang, maka juga harus mempraktekan atau mendemonstrasikan kemampuannya dalam berenang di vlog nya ( sku terap nomor 27 ). pembahasan kondisi sebelum menggunakan vlog pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan di smp negeri 3 surakarta sesuai jadwal dilakukan pada hari jumat sore pukul 14.00 sampai dengan 16.00 wib.para siswa pada kegiatan rutin ini, pelaksanaannya adalah setelah pulang dari sekolah.kegiatan pramuka dilaksanakan di halaman sekolah dan lingkungan sekitarnya.kegiatan selalu diawali dengan upacara pembukaan latihan pramuka, dan diakhiri dengan upacara penutupan latihan pramuka. sebagai pembina pramuka yang baik dan benar, harus selalu hadir mendampingi kegiatan pramuka. karena dalam kepramukaan itu berlaku sistem satuan terpisah, dimana para siswa putri( penggalang pi ) harus didampingi dan dibina oleh pembina putri, sedangkan siswa putra ( penggalang pa ) harus didampingi dan dibina oleh pembina putra. gambar 1. siswa yang harus antri saat belum menggunakan vlog. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.54 305 gambar 2. kakak pembina sedang memberikan instruksi. lalu siswa juga harus antri tidak hanya di saat pelaksanaan kegiatan ujinya, tetapi juga di saat penandatanganan di kolom nomor yang terdapat pada buku sku penggalang.karena sebagai pembina, di saat selesai pelaksanaan uji dan siswa masih ada kesalahan ata upun hal yang perlu dikoreksi, maka harus diberitahukan oleh pembina pramuka secara langsung pada siswa. agar siswa lulus uji sku dengan pemahaman yang baik dan benar. kondisi setelah menggunakan vlog ide kreatif dari penulis sekaligus pembina pramuka di smp negeri 3 surakarta adalah pelaksanaan uji sku dapat dilakukan oleh peserta didik dengan memanfaatkan media sosial vlog. di era millennial saat ini, hampir semua siswa usia smp atau penggalang, pasti sudah banyak mengenal media sosial melalui hp. misalnya, whatsapp, youtube, vlog, twitter, face book, dan lain-lainnya yang terus berkembang dengan pesat. dan siswa juga antusias dengan ide ini, sehingga diharapkan akan berdampak baik dan bermanfaat, serta dapat berkelanjutan. banyak siswa yang mulai melakukan uji sku dengan vlog dan dikirim ke penulis selaku pembina pramuka siswa smp negeri 3 surakarta. berikut ini kami ambil beberapa siswa yang melakukan uji sku dengan menggunakan vlog, dan berkenan untuk di youtubekan sebagai contoh dan penyemangat teman-temannya yang lain agar juga turut dalam melakukan uji sku dengan memanfaatkan vlog. misalnya bisa dilihat di link : https://youtu.be/yhtmtcmrdnk tentang kode kehormatan pramuka penggalang tri satya dan dasa darma. https://youtu.be/yhtmtcmrdnk vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.54 306 gambar 2. contoh link youtube berikut adalah beberapa hal yang perlu disampaikan pada peserta didik sebelum membuat vlog untuk uji sku : 1. pembina harus terlebih dahulu memberikan pengertian pada peserta didik tentang vlog, manfaat dan cara membuatnya. 2. mengajak peserta didik untuk membuat vlog agar semakin giat dalam berlatih pramuka. karena ada beberapa manfaat bila adik-adik dapat membuat vlog sendiri. 3. mendampingi dalam hal ini memantau hasil-hasil vlog yang dibuat oleh adik-adik dalam diskusi sharing bersama adik-adik tentang membuat vlog, sehingga vlog yang dibuat harus yang bermanfaat, bagi diri sendiri dan juga sesama. 4. selalu mengingatkan adik-adik untuk memanfaatkan teknologi informasi, seperti internet dan yang lain-lainnya untuk hal-hal yang positif, baik, dan benar. dan berikut adalah strategi atau metode/ cara bagi peserta didik smp negeri 3 membuat vlog : 1. menentukan poin uji sku yang akan di buat vlog nya (sku ramu, rakit, atau terap). 2. membuat skenario sederhana ataupun narasi yang diperlukan untuk mendukung vlog yang akan dibuat (termasuk kata-kata yang akan diucapkan sesuai informasi yang diperlukan berkaitan dengan vlog yang dibuat, semakin menguasai materi yang akan di vlog kan, maka semakin terbangun rasa percaya diri untuk berbicara di depan umum). 3. menyiapkan semua peralatan yang diperlukan untuk vlog yang akan dibuat ( bendera semaphore bila uji sku nya tentang penguasaan semaphore, tripod, hp) 4. proses pengambilan gambar / video ( bisa meminta bantuan saudara, teman ataupun orang tua dimanapun berada. apabila hasilnya kuang bagus, dapat diulangi lagi) 5. proses publish video sebagai hasil karya, dalam hal ini hasil vlog dikirimkan ke pembina gudep, bisa melalui google drive, wa ataupun tautan you tube. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.54 307 untuk peserta didik yang mempunyai hp dan ada fasilitasnya kamera yang bisa untuk membuat vlog, maka pembina gudep tinggal mengajarkan bagaimana cara membuat vlog hingga mengirimkannya lewat wa. sedangkan bagi peserta didik yang mempunya hp tapi tidak ada fasilitas untuk membuat vlog, maka hal ini sama dengan perlakuan tindakan pada peserta didik yang tidak mempunyai hp dan tidak bisa membuat vlog, yaitu sebagai berikut: 1. memberikan saran atau solusi untuk meminjam pada orang tuanya, saudaranya, ataupun teman dalam satu regu atau satu kelasnya. 2. bila tidak ada, maka bisa dipinjami oleh bagian sarana dan prasaran sekolah. 3. mengajarkan cara/ metode membuat vlog, dengan minta bantuan orangtua ataupun temannya, lalu meminta tolong untu dikirimkan ke alamat wa pembina gudep. dari kesemua vlog yang dikirim oleh peserta didik akan di tentukan jawabannya, apakah lulus uji sku nya ataukah belum lulus dan masih dapat diulangi lagi. apabila lulus, pembina akan menandatangani buku sku peserta didik. sedangkan, bagi yang belum lulus, pembina akan memintanya untuk mengulangi lagi atas bimbingan pembina. berikut keuntungan yang di dapat dari kegiatan kepramukaan, khususnya buat adik-adik penggalang smp negeri 3 surakarta tahun pelajaran 2019-2020 : 1. saat kegiatan berlatih pramuka adik-adik semakin bersemangat dalam berlatih baik di sekolah saat kegiatan ekstrakurikuler ataupun di rumah karena sambil membuat vlog. 2. rasa percaya diri juga semakin bertambah, karena mereka tertantang untuk belajar berekspresi dengan santun, berbudaya serta mampu berbicara lancar dan dapat dimengerti di depan umum/ khalayak. 3. adik-adik semakin peduli pada teman-temannya, sekaligus meningkatkan rasa menghargai hasil karya teman yang lain. 4. bagi peserta didik yang tidak mempunyai hp, masih dapat berlatih dengan giat dan semangat, karena dalam sistem beregu dapat bekerjasama dan saling membantu dengan sesama teman. dalam hal ini saling membantu dalam membuat vlog, saat pengambilan gambar dapat saling bergantian. 5. bahkan ikatan hubungan dengan keluarga makin terjalin karena peserta didik sesekali meminta bantuan orng tuanya atau saudaranya untuk pengambilan gambar vlog. orang tua sesekali meminjamkan hp pada anaknya apabila anak tidak mempunyai hp. simpulan beberapa hal dapat ditarik kesimpulan dari kegiatan adik-adik penggalang smp negeri 3 surakarta tahun pelajaran 2019-2020 dari membuat vlog untuk uji sku dalam kegiatan kepramukaan, diantaranya: 1. peserta didik yang mempunyai hp dan bisa untuk membuat vlog, maka akan didorong dan dan diberi motivasi untuk semangat uji sku dengan membuat vlog. 2. peserta didik yang mempunyai hp dan tidak bisa untuk membuat vlog, maka dapat diupayakan untuk pinjam pada orang tua , sanak saudara, ataupun teman dalam satu regunya untuk juga semangat uji sku dan bisa membuat vlog. 3. peserta didik yang tidak mempunyai hp dan tidak bisa membuat vlog, maka dapat diupayakan untuk pinjam pada orang tua, sanak saudara, ataupun teman dalam satu regunya untuk juga semangat uji sku dan bisa membuat vlog. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.54 308 saran sebagai pembina, perannya tetap dibutuhkan. sebagaimana dalam metode kepramukaan disebutkan bahwa kehadiran orang dewasa bagi adik-adik itu sangat diperlukan bahkan diharuskan. pembina di era millenial saat ini harus mampu menjadi inspirator, motivator, fasilitator bagi peserta didik. pembina pramuka harus berdedikasi tinggi demi kemajuan negara indonesia, membekali peserta didik agar menjadi generasi handal dan tangguh di masa depan. maka diperlukan kerjasama yang baik dari seluruh stake holder pemangku pendidikan agar saling mendukung dalam kegiatan pendidikan kepramukaan yang baik dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi sesama, bangsa dan negara indonesia. sebagaimana yang dikatakan oleh para orang-orang sukses, bahwa kunci kesuksesan adalah berusaha dengan sungguh-sungguh disertai dengan jiwa disiplin yang kuat. hampir semua hal sukses diawali dengan mulai melatih kedisiplinan sejak dini. mari kita mulai membiasakan diri untuk selalu disiplin dimulai dari hal-hal yang kecil dan sederhana sebelum melakukan hal yang luar biasa. kita harus mulai membiasakan diri melakukan segala hal yang baik dan benar apapun itu, karena jika kita selalu melakukan hal yang baik dan positif, maka aura kita menjadi baik dan positif, dimanapun kita berada, kita dapat menebarkan aura kebaikan tersebut pada sesama dan alam sekitar kita, hingga hal-hal negatif akan terhapus dengan adanya aura positif kita. daftar pustaka [1] https://www.utopicomputers.com/apa-itu-video-vlog-berikut-adalah-pengertian-dancara-membuatnya/ [2] https://id.wikipedia.org/wiki/blog_video [3] keputusan kwartir nasional gerakan pramuka no. 198 tahun 2011 tentang petunjuk penyelenggaraan syarat kecakapan umum ( sku golongan penggalang ). [4] dekdikbud. (2016). permendiknas no 024 tahun 2016 [5] biel, j. &gatica-perez, d.(2010). voices of vlogging. paper presented at the 4th international aaai conference on weblogs & social media, washington, dc, may 2326, 2010. [6] gunelius, s. (2012). blogging all-in-one for dummies, 2nd ed. new jersey: john wiley & sons [7] hatch, k. e. (2011). determining the effects of technology on children. senior honors projects. paper 260. university of rhode island. retrieved may 15, 2018, from http://http://digitalcommons.uri.edu/srhonorsprog/260/ [8] sun, yu-chih. (2009) voice blog: an exploratory study of language learning. language learning & technology journal. june 2009, volume 13, no. 2, 2009, pp. 88103 [9] watkins, jon.(2012). increasing student talk time through vlogging. language education in asia, 2012, 3(2), 2012, 196-203. retrieved at 9th january 2017 from http://dx.doi.org/10.5746/leia/12/v3/i2/a08/watkins https://www.utopicomputers.com/apa-itu-video-vlog-berikut-adalah-pengertian-dan-cara-membuatnya/ https://www.utopicomputers.com/apa-itu-video-vlog-berikut-adalah-pengertian-dan-cara-membuatnya/ https://id.wikipedia.org/wiki/blog_video http://dx.doi.org/10.5746/leia/12/v3/i2/a08/watkins microsoft word 06-sri.docx vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.101 335 received : 20-12-2020 revised : 25-01-2021 published : 15-03-2021 ice breaking sebagai stimulus dan reinforcement dalam belajar bahasa inggris di program sks (sistem kredit semester) di sma negeri 5 surabaya sri rahayu prihatini sma negeri 5 surabaya, indonesia srirahayup10@gmail.com abstrak pada dasarnya situasi pembelajaran yang beku dan membosankan pernah dialami guru dan juga dirasakan oleh para peserta didik . hal ini terjadi biasanya pada jam pelajaran akhir atau bisa juga bahkan diawal jam pelajaran karena situasi yang menjenuhkan. kejenuhan belajar bisa terjadi ketika kondisi emosional dan fisik seseorang tidak dapat memproses informasi, pengetahuan dan pengalaman sehingga tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas belajar. dalam kondisi seperti ini peserta didik tidak bisa konsentrasi dan kurang fokus akhirnya menimbulkan rasa lelah dan bosan. dengan ice bearking diharapkan bisa dijadikan stimulus di dalam kelas di 15 menit pertama sebelum pembelajaran atau 15 menit di akhir pembelajaran sebagai kegiatan reinforcement (penguatan). dengan harapan peserta didik mendapatkan motivasi untuk belajar mandiri di dalam kelompok. sehingga masing masing peserta didik bisa menciptakan suasana yang kondusif dalam belajar kelompok. dalam suasana yang kondusif peserta didik bisa merasa nyaman berdiskusi dalam belajar kelompok di program sks (sistem kredit semester). penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kegiatan belajar mengajar di program sks (sistem kredit semester) pada siswa kelas x sma negeri 5 surabaya. dalam penulisan artikel ini menggunakan pendekatan kuantitatif. subyek penelitian ini sebanyak 6 kelas pada kelas x sma negeri 5 surabaya dengan jumlah populasi sebanyak 210 orang. ice breaker adalah solusi yang sangat tepat guna menciptakan situasi yang kondusif. dimana pola pikir dan pola tindak ke satu titik perhatian menjadi selaras untuk mengkondisikan suasana menjadi dinamis, focus dan menyenangkan. maka sangat tepat dan jelas bahwa ice breaking memang diperlukan dalam proses pembelajaran terutama di program sks (sistem kredit semester) karena ice breaking bisa bermanfaat sebagai pembangkit energi pada saat kondisi lelah dan jenuh. dengan harapan bisa meningkatkan focus peserta didik. sehingga peserta didik merasa relax di kejenuhan mernikirkan pelajaran, akan merasa diberi sebuah ruang untuk sejenak berfikir ringan untuk mendapatkan motivasi di awal dan di akhir pembelajaran. kata kunci: ice breaking; stimulus; reinforcement; penguatan vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.101 336 pendahuluan pada kondisi titik jenuh belajar, emosional dan fisik peserta didik tidak dapat mernproses informasi, pengetahuan dan pengalaman sehingga tidak mendukung untuk melakukan aktivitas belajar secara optimal. dalam kondisi seperti ini peserta didik tidak bisa konsentrasi dan kurang focus, hal seperti ini yang memicu rasa lelah dan bosan. dengan menggunakan ice breaking diharapkan bisa dijadikan stimulus di dalam kelas di 15 menit pertama sebelum pembelajaran atau 15 menit di akhir pembelajaran sebagai kegiatan reinforcement (penguatan) . dengan harapan peserta didik mendapatkan motivasi untuk belajar mandiri di dalam kelompok. sehingga masing masing peserta didik bisa menciptakan suasana yang kondusif dalam belajar kelompok. dalam suasana yang kondusif peserta didik bisa merasa nyaman berdiskusi dalam belajar kelompok di program sks (sistem kredit semester). hal ini yang membedakan peserta didik saat belajar secara regular dimana mereka selalu mendapatkan pengarahan, penjelasan dan pendampingan secara rutin dan terus menerus dari guru di setiap proses pernbelajaran secara klasikal. karena di program sks (sistem kredit semester) pencapaian target belajar peserta didik tidak sama, meraka belajar sesuai dengan kelompok ketercapaian target yang berbeda beda yaitu kelompok sangat cepat, cepat dan kurang cepat. sehingga guru pun dalam menjalankan tugasnya sebagai fasilitator di kelas menyesuaikan pencapaian belajar peserta didik tiap individu dalam kelompok. kondisi seperti inilah yang memicu kejenuhan dan rasa bosan sehingga ice breaking sangat dibutuhkan . bagaimana meningkatkan minat peserta didik dalam pembelajaran bahasa inggris jika kondisi di kelas peserta didik cenderung pasif dalam belajar kelompok, sehingga peserta didik tidak dapat mengembangkan pola pikir dan berinteraktif dengan guru dan teman sekitarnya, pada faktanya mata pelajaran bahasa inggris menuntut peserta didik aktif dan kreatif. ada banyak faktor yang menyebabkan fenomena di atas terjadi. diantaranya adalah faktor internal, rendahnya rasa percaya diri dan metode pembelajaran yang membosankan. faktor internal merujuk pada diri peserta didik itu sendiri. mayoritas peserta didik berasumsi bahwa belajar bahasa inggris itu sulit, rumit dan ribet. rendahnya rasa percaya diri yang senantiasa melekat pada diri peserta didik juga menjadi kendala dalam keberhasilan belajar bahasa lnggris. . sementara metode pembelajaran yang membosankan menyebabkan peserta didik semakin enggan untuk belajar bahasa inggris. untuk mengatasi hal tersebut di atas, maka para guru bahasa inggris dituntut untuk lebih kreatif dan ice breaking adalah salah satu hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk memecah kebekuan dalam pembelajaran. pengembangan ide-ide pengajaran bahasa inggris dapat di kembangkan kedalam strategi pembelajaran di kelas melalui ice breaking. materi yang digunakan dalam ice breaking bisa dari materi yang sudah diberikan berfungsi untuk me review materi pelajaran yang sudah diberikan atau materi yang baru sebagai introductory materi pelajaran di pre-activity. dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa di program sks (sistem kredit semester) sangatlah perlu menetikberatkan pembelajaran aktif, karena sistem belajar peserta didik dikelompokkan sesuai dengan percepatan belajar mereka dengan panduan ukbm (unit kerja belajar mandiri). guru sebagai fasilitator untuk membantu memecahkan masalah secara individu dalam kelompok. setiap peserta didik harus mempunyai keberanian dalam menyampaikan masalah yang mereka miliki. percaya diri untuk mengutarakan pendapat serta berwawasan luas sebagai modal belajar berdiskusi dalam kelompok . dalam kondisi belajar seperti ini ice breaking vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.101 337 mempunyai peran penting untuk melatih keberanian dalam keterampilan berbicara sehingga dapat berkomunikasi dan mengembangkan pola pikir untuk belajar aktif serta menumbuhkan rasa percaya diri. dengan demikian diharapkan para peserta didik mampu kerjasama, saling menghargai pendapat dalam kelompok belajar, melatih berfikir inovatif dan kreatif secara berkolaboratif. adapun tujuan lain dari ice breaking adalah memberikan kegiatan hiburan dalam proses kegiatan peralihan situasi dari kondisi yang menjenuhkan, membosankan serta menegangkan menjadi kondisi yang menyenangkan dengan tujuan agar perhatian kembali tertuju pada materi yang diajarkan. ice breaking yang pergunakan pada penelitian ini bedakan menjadi 2, yaitu yang dilakukan di dalam kelas identik dengan menggunakan media proyektor dan yang dilakukan di luar kelas tanpa menggunakan media proyektor. kegiatan ice breaking yang dipergunakan diantaranya articulated singing song game (a three s), clapping hands game, spelling bee game, concentration game, the hang man game, whispher game, story family game, english quiz, english snake game, scrabble, qr code. pada umumnya kegiatan ice breaking yang kami berikan diawali dengan gerakan tubuh sederhana (simple body movement) sebelum game dimulai untuk memperlancar peredaran darah ke otak, hal ini sangat membantu proses oksigen yang ditransfer otak. dengan melakukan ice breaking melatih peserta didik membangun kerjasama, konsentrasi, kepekaan, kreativitas dan imajinasi. pemilihan ice breaker yang dilakukan oleh guru sebagai fasilitator untuk menyegarkan suasana kelas atau menciptakan suasana kelas menjadi akrab dan menyenangkan. adapun jenis permainan pada ice breaking hendaknya ada keterkaitannya dengan materi pelajaran sehingga penyampaian materi bisa dilakukan secara optimal tanpa mengurangi alokasi waktu pada pbm (proses belajar mengajar). melalui ice breaking penyampaian materi bisa tersampaikan dan mudah diterima oleh peserta didik. untuk memberikan motivasi dan semangat dalam pelaksanaan ice breaking kami menyediakan hadiah (reward) dengan demikian peserta didik lebih bersemangat untuk mengikuti pelajaran dan ada nuansa berkompetisi untuk mengdapat progress (capaian belajar) yang lebih baik, selain memperoleh banyak manfaat juga dapat mencairkan suasana sehingga diharapkan akan memberikan pengalaman berharga dalam menambah wawasan peserta didik. metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. sedangkan metode yang dipergunakan adalah metode deskriptif yang berfungsi untuk mengukur tingkat kejenuhan belajar peserta didik di sma negeri 5 surabaya. pada metode deskriptif, data yang diperoleh akan diolah kemudian dideskripsikan ciri ciri atau hal hal yang berkaitan dengan masalah yang hendak diteliti. adapun dalam penelitian ini hanya mengambil satu variabel, dengan maksud untuk mengungkap gambaran profil kejenuhan belajar yang dialami oleh peserta didik di sekolah. teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sampling jenuh. distribusi ukuran populasi dan sampel dapat diamati pada tabel berikut ini. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.101 338 tabel 1. jumlah anggota populasi dan sampel peserta didik kelas x sma negeri 5 surabaya tahun ajaran 2018/2019 no kelas lakl-laki perempuan total 1 x ipa 5 17 19 36 2 x ipa 6 17 19 36 3 x ipa 7 18 18 36 4 x ipa 8 17 17 34 s x ipa 9 17 17 34 g x ips 14 20 34 jumlah populasi 100 110 210 j umlah sampel 100 110 210 hasil penelitian setelah diadakan kegiatan penelitian maka hasil yang dapat diperoleh sebagai berikut: dari analisis data seluruh responden berhasil terkumpul, dimana data tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin responden, mentabulasi data dari seluruh responden, diperoleh gambaran profil kejenuhan belajar peserta didik kelas x ipa 5, x ipa 6, x ipa 7, x ipa 8, x ipa 9 dan x ips sma negeri 5 surabaya. instrumen penelitian tentang kejenuhan belajar ini berbentuk skala likert, sehingga data yang diperoleh dari kuesioner berupa data interval. tingkat kejenuhan belajar peserta didik kelas x ipa 5, x ipa 6, x ipa 7, x ipa 8, x ipa 9 dan x ips sma negeri 5 surabaya dikelompokan menjadi tiga kategori berdasarkan hasil skor yang diperoleh, yaitu tinggi, sedang dan rendah. perhitungan skor tingkat kejenuhan belajar ini didapatkan dengan langkah-langkah berikut. 1. menghitung skor total dari keseluruhan data yang diperoleh 2. menentukan median, skor minimal dan skor masksimal dari skor total 3. mengelompokkan data menjadi tiga kategori dengan berdasarkan distribusi frekuensi. setelah diperoleh nilai minimal, dan nilai maksimal berdasarkan masing masing indikator dihasilkan nilai sebagai berikut. tabel 2. nilai median,minimal dan maksimal skor data kejenuhan belajar peserta didik descriptive statistics n range minimum maximum sum mean std. deviation total valid n (listwise) 210 210 2.600 24.00 50.00 1.46e2 34.67815 5.86244 vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.101 339 bahwa proses pembelajaran yang serius, kaku, tanpa sedikitpun ada nuansa kegembiraan menjenuhkan. sehingga dapat dibandingkan peserta didik setelah menggunakan ice breaking kelas sebagai berikut: a. mudah konsentrasi di dalam kelas b. menumbuhkan jiwa kreativitas c. mudah kerjasama d. kemampuan komunikasi yang baik e. mempunyai rasa percaya diri f. tidak mudah garau atau risau ice breaker sangat diperlukan dalam proses pembelajaran di kelas untuk menjaga stamina emosi dan kecerdasan berpikir siswa. ice breaker diberikan untuk memberikan rasa gembira yang bisa menumbuhkan sikap positif dalam psoses pembelajaran. pembahasan mengapa ice breaking di sekolah sangat penting karena untuk menghilangkan kejenuhan atau kebosanan dalam pembelajaran di kelas baik di dalam atau di luar kelas. dalam pengamatan kami di kelas, kami harus mengenal karakteristik peserta didik yang berbeda-beda, sehingga dalam melaksanakan pembelajaran di kelas sks (sistem kredit semester) harus menyesuaikan materi dan kemampuan mereka, karena peserta didik selalu belajar melalui diskusi di dalam kelompok dengan tingkat pencapaian yang berbeda beda. oleh karena itu kegiatan ice breaking sangat tepat dalam mengaktifkan dan menumbuhkan karakter peserta didik menjadi aktif. bagaimana individu dalam kelompok bisa bersosialisasi satu sama lain. sehingga dalam proses belajar mengajar bahasa inggris guru mengarahkan peserta didik untuk aktif berpikir cepat dan spontanitas. kegiatan ice breaking dalam materi bahasa inggris sangat bermanfaat bagi peserta didik, tidak kalah pentingnya bagi kelas sks (sistem kredit semester) agar peserta didik mempunyai rasa percaya diri untuk belajar kelompok terutama bagi kelompok yang kurang cepat. dengan harapan mereka bisa merasa nyaman belajar di kelas sks (sistem kredit semester), melalui kegiatan ice breaking membantu untuk menghilangkan kejenuhan bagi peserta didik sehingga mereka menyukai mata pelajaran bahasa inggris. kegiatan ice breaking dalam pembelajaran bahasa inggris dapat di lakukan sebelum pembelajaran atau sesudah pembelajaran dalam waktu 15 menit. ada dua macam ice breaking yang kami lakukan, yaitu ice breaking tanpa menggunakan media yang dilakukan di luar kelas dan ice breaking dengan menggunakan media yang dilakukan di dalam kelas. berikut ini adalah contoh ice breaking yang sudah kami ciptakan dan kami terapkan dalam pembelajaran. contoh ice breaking tanpa menggunakan media adalah: articulated singing song game (a three s ). gambar 1. guru membagikan yellow card vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.101 340 kegiatan ice breaking ini bisa dilakukan di kegiatan awal saat mengajarkan narrative text. guru mengenalkan narrative text melalui lagu dengan tujuan mendapatkan stimulus dan motivasi sebelum belajar reading text selain itu untuk mengaplikasikan belajar type text melalui sebuah lagu (song), dari kegiatan ini peserta didik merasa relax dan enjoy. setelah kegiatan mengecek kehadiran, guru beserta peserta didik melakukan yel yel yang menjadi rutinitas sebelum pelajaran dimulai, kemudian guru memberikan guessing game tentang penyanyi yang menyanyikan lagu yang akan pelajari. setelah itu guru menyanyi sambil menuju kearah peserta didik, bagi peserta didik yang ditunjuk harus melanjutkan lyrics lagu yang dinyanyikan, kemudian secara berkelompok peserta didik harus menyusun teks lagu yang sudah dibagikan secara acak. lalu meminta salah satu peserta didik untuk menyanyikan lagu yang sudah dengan benar. sebelum kegiatan retelling story of song, guru membagikan yellow card, di kegiatan ini peserta didik diminta menjawab soal yang tertulis pada yellow card, soal bervariasi dengan harapan peserta didik mendapatkan banyak wawasan untuk menceritakan kembali makna lagu menjadi narrative text. kemudian menunjuk salah satu peserta didik untuk menceritakan kembali makna lagu ke dalam narrative text dengan bermain clapping hands game, peserta didik yang kalah diminta untuk retelling song kedalam narrative text. sebelumnya guru akan memberi aba aba untuk memulai game dengan menyerukan: concentrate, concentration will be started. kegiatan ice breaking ini sesuai untuk reinforcement, karena untuk mengetahui bahwa peserta betul betul sudah memahami materi yang sudah diajarkan. sedangkan contoh ice breaking yang menggunakan media adalah: english snake game. gambar 2. peserta didik mewakili kelompoknya untuk memainkan english snake game kegiatan ice breaking pada english snake game ini diawali dengan guessing game. maka guru membuat tebakan bahasa inggris, bagi kelompok yang bisa menebak diberi kesempatan untuk bermain snake game lebih dahulu, setiap kelompok diwakili 1 orang. untuk putaran ke 2 dilakukan hal sama. jadi untuk bermain english snake game dibutuhkan 2 pemain dari kelompok yang berbeda. masingmasing pemain diberikan waktu 7 menit untuk menjawab pertanyaan. kemudian dibandingkan hasil pencapaian scorenya, yang mendapatkan poin tertinggi dinyatakan sebagai pemenang. jadi peserta didik merasa tertantang berkompetisi secara positif dan melatih rasa percaya diri mereka untuk menjawab pertanyaan pertanyaan yang terdapat pada english snake game. kegiatan ini sangat sesuai untuk reinforcement, karena peserta didik memerlukan background of knowledge for learning passive voice. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.101 341 simpulan dari penelitian ini disimpulkan bahwa ice breaker merupakan cara tepat untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif di program sks (sistem kredit semester) agar dinamis, menyenangkan dan tidak membosankan untuk bisa focus pada proses belajar. fungsi ice breaker dalam proses belajar adalah sebagai energizer sebelum pemberian materi pertama, memecahkan kebekuan, memberikan pencerahan di saat mengalami kejenuhan dan mampu membangkitkan semangat belajar. oleh karena itu guru harus kreatif dan berani melakukan inovasi pembelajaran dengan melakukan ice breaking dalam proses pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik, untuk mencairkan kebekuan suasana belajar di kelas maupun di luar kelas, sehingga proses interaksi interpersonal, antar personal dan kelompok antara guru dan peserta didik bisa lebih baik agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik. adapun beberapa manfaat dalam melakukan ice breaking yang dapat kami simpulkan adalah: 1. game pada ice breaking dapat meningkatkan daya konsentrasi siswa sebelum atau sesudah materi inti diberikan pada sekitar 15 30 menit. 2. melatih siswa berpikir secara aktif dan kreatif. 3. melatih siswa berinteraksi dalam kelompok serta bekerjasama. daftar rujukan arikunto, s. 2006. metode penelitian kualitatif. jakarta: bumi aksara. brown, h-douglas. 2000. principles of language learning and teaching. london: longman. depdiknas .2003. undang-undang ri no.20 tahun 2003. tentang sistem pendidikan nasional. hisyam zaini. 2007. strategi pembelajaran aktif. yogyakarta: pustaka insan madani. kemendikbud.2001. tujuan pembelajaran bahasa inggris. jakarta: kemendikbud. permendiknas no. 21 tahun 2007. tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. permendikbud no. 158 th 2014.sistem kredit semester pada pendidikan dasar dan pendidikan menegah. rusman. 2010. pendekatan, strategi, dan model pembelajaran. jakarta: rajawali pers pt raja grafindo persada. richards, jack and schmidt, richard. 2002. longman dictionary of language teaching and applied linguistics: third edition. uk: pearson education ltd. sugiyono, 2013. metodelogi penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d. bandung: alfabeta. syah, muhibbin.2013. psikologi belajar (edisi revisi). jakarta: pt rajagrafindo persada. microsoft word 06-sulisyta.docx vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.240 1555 received : 12-09-2021 revised : 25-10-2021 published : 30-11-2021 penggunaan media pop up book (gambar buku tiga dimensi) untuk meningkatkan kompetensi membaca literasi buku fiksi dan non-fiksi siswa smp sulistyaningsih smp negeri 1 pakisaji kabupaten malang, indonesia sulistyaning130@gmail.com abstrak melalui media buku pop up merupakan suatu media yang memiliki unsur tiga demensi buku pop up dapat digunakan untuk media pembelajaran dengan mengunakan kertas warna sebagi penunjang bentuk-bentuk unik dan kreatif yang bisa kembangkan jadi kerya unik tempat untuk mengreasikan ide-ide siswa yang didapat dari analisis buku-buku fiksi dan non fiksi yang dibaca oleh siswa tujuan dari peneliti adalah untuk meningkatkan kompetensi membaca dalam menemukan isi buku saat berliterasi baik buku fiksi maupun non fiksi bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (ptk) dengan menggunakan dua siklus dengan teknik pengumpulan data dari penilaian portofolio pertunjukan saat proses belajar mengajar dan presentasi hasil dimana siswa mempresentasikan hasil berliterasi sedangkan guru menilai hasil kerja siswa serta menentukan hasil kerja siswa yang terbaik ,siswa yang belum sempurna hasil kerjanya akan di sempurnakan bersamasama dengan cara memberi masukkanmedia pop up digunakan siswa sebagai media berliterasi.hasil penelitian ini berupa 1) produk media pembelajaran pop up book kombinasi dengan kartas warna yang berisikan analisis buku fiksi dan nonfiksi sebagai bahan penguasaan kompetensi membaca pada siswa kelas viii smp negeri 1 pakisaji media yang dihasilkan siswa 92% dapat di terima siswa, serta dapat menambah karakter rasa percaya diri untuk mencipta, tanggung jawab dengan tugas yang di berikan berani untuk mengemukakan hasil kerja yang dihasilkan sendiri,dan mampu bersaing dengan karya-karya lain sebagai inpiriksi. sehingga dengan mudah memahami buku-buku fiksi dan non fiksi. kata kunci: media popup book; literasi; fiksi non-fiksi vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.240 1556 pendahuluan berbagai macam upaya pendidkan untuk menyempurnakan strategi pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional. rendahnya minet baca merupakan salah satu foktor rendahnya informasi pengetahuan yang didapat sehingga ketertinggalan akan perkembangan teknologi. pada abad ini hampir di segala sektor kehidupan terjadi perubahan yang sangat cepat, bahkan hampir tak terduga.supaya semua perubahan tersebut segera dapat diketahui seseorang harus memperoleh informasi dari sumber manapun.kemampuan yang harus dimiliki untuk melakukan itu semua adalah kemampuan membaca. kemampuan membaca tersebut bukan sekadar dapat membaca, melainkan membaca secara cepat, apalagi sumber informasi digital dan elektronis yang sekarang ini semakin pesat menurut baldridge (1979), setiap calon cendekiawan abad modern ini dituntut untuk membaca 850.000 kata/menit. jika seseorang hanya mampu membaca 250 kata/menit, dalam seminggu ia harus membaca kira-kira 56 jam, artinya 8 jam/hari. sungguh dramatis, bukankah hidup ini tidak hanya diabdikan untuk membaca? masih banyak tugas lain yang lebih penting daripada itu. agar seseorang dapat memanfaatkan waktu dengan efisien, sekali lagi seseorang perlu memiliki keterampilan membaca cepat. kemampuan membaca cepat ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan sesuai dengan tujuan dan manfaat yang ditetapkan kenyataan menunjukkan bahwa semakin berkembang karier seseorang tuntutan untuk membaca juga semakin besar, padahal waktu yang tersedia semakin terbatas.semua harus berpacu dengan informasi dan gagasan yang setiap hari membanjiri meja kerjanya. informasi yang membanjir akan memperbudaknya apabila ia tidak terampil membaca cepat. sementara itu, masih terdengar keluhan bahwa kemampuan membaca buku-buku para mahasiswa indonesia terlalu lemah.mereka terlalu lama menyelesaikan pembacaan buku-buku, bahkan buku-buku yang tipis sekalipun.hal itu terjadi bukan hanya karena kesalahan mereka.sewaktu bersekolah di taman kanak-kanak dan sekolah dasar mereka memang diajari membaca, mengenali kata, mengejanya dan seterusnya. ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama mereka tidak lagi diajari cara membaca yang benar. salah satunya adlah cara membaca ceoat yang benar. tampaknya terdapat berbagai sebab mengapa kemampuan membaca para siswa kita rendah faktor yang dimaksud dapat berasal dari dalam maupun dari luar siswa.faktor dari dalam berarti faktor dari siswa.mereka mempunyai kebiasaan 'menunda atau interupsi, mengulangi pembacaan, vokalisasi dan subvokalisasi.sedangkan faktor dari luar misalnya dari guru. guru kurang tepat dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran. secara tidak langsung hal tersebut akan semakin membuat kemampuan membaca para siswa semakin rendah dan ini berarti semakin memperbesar ketidak berhasilan pembelajaran membaca cepat. metode dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menginformasikan salah satu penggunaan media pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan membaca cepat.media yang dimaksud adalah media olah kertas warna dalam menuangkan ide dan kreatifitas siswa. dengan media pop up diaharapkan siswa semakin berminat membaca buku baik fiksi mau pun buku non fiksi. data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran thinks pair share dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.240 1557 data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-betul mewakili apa yang diinginka. data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan penglolaan pembelajaran thinks pair share yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran thinks pair share dalam meningkatkan prestasi data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran thinks pair share. hasil analisis item butir soal sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrumen penelitian berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan dianalisi.uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. analisis tes yang dilakukan meliputi: 1. validitas validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini.dari perhitungan 5 soal diperoleh 1 soal tidak valid dan 4 soal valid.hasil dari validits soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini. tabe1. ketuntasan siswa masing-masing siklus tes i siklus 1 banyak siswa soal no 1 16 tuntas 15 remidi soal no 2 11 tuntas 20 remidi soal no 3 28 tuntas 3 remidi soal no 4 22 tuntas 9 remidi soal no 5 14 tuntas 17 remidi tes i siklus 2 banyak siswa soal no 1 25 tuntas 7 remidi soal no 2 17 tuntas 14 remidi soal no 3 28 tuntas 3 remidi soal no 4 22 tuntas 9 remidi soal no 5 14 tuntas 17 remidi 2. reliabilitas reliable nilai portopolio dengan menggunakan penilaian proses yang di pandu dengan kisi-kisi soa dan rubrik penilan proses untuk portofolio. 3. taraf kesukaran (tk ) tarap kesukaran soal dengan menggunakan penilaian portopolio siswa dituntut untuk membandingkan menemukan gagasa mengembangkan ide untuk berpendapat tentang buku fiksi dan non fiksi dengan berfikir tingkat tinggi. dengan menggunakan rubrik penilaian siswa tidak di rugikan saat penilaian karena setiap ide dan gagasan yang siswa kemukakan akan mendapat hasil sesuai dengan rubrik yang di beri bobot sesuai dengan tingkat kesukaran butir soal. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.240 1558 analisis data penelitian persiklus 1. siklus i a. tahap perencanaan pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1. lks 1, soal tes formatif 1, dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b. tahap kegiatan dan pelaksanaan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus i dilaksanakan pada tanggal 4 nopember 2019 di kelas viiig dengan jumlah siswa 31 siswa.dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif i dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. adapun data hasil penelitian pada siklus i adalah sebagai berikut 1) pelaksanana dan hasil siklus 1 dan 2 a. catatan lapangan selama pelaksanaan pembelajaran, observer memberikan catatan lapangan sebagai berikut. tabel 2. ringkasan catatan lapangan pertemuan keobserver catatan lapangan 1 dalam siklus 1 1 • pembelajaran cukup menyenangkan • siswa tampak aktif mengikuti kegiatan pembelajaran • penggunaan waktu sudah cukup efektif • siswa belum bekerjasama dengan baik dalam kelompok karena belum faham cara • karakter bersahabat/komunikatif yang diharapkan muncul pada kbm belum tampak • guru masih banyak membantu 2 dalam siklus 2 1 • pembelajaran cukup menyenangkan, siswa aktif dan guru juga cukup kreatif dalam memberikan bimbingan pada tiap tahapan model pop up • guru telah memberikan reward bagi yang aktif dalam pembelajaran, namun kurang (belum tampak) dalam memberikan penguatan secara verbal hasil karya projek siswa • siswa sudah lebih bisa bekerja kelompok tetapi masih perlu bantuan guru dalam segi bentuk • karakter bersahabat/komunikatif dalam kbm sedikit lebih muncul dengan adanya bimbingan dari guru untuk saling bekerjasama dan menjadi tutor sebaya • kresi siswa membuat media pup up namapak • menuangkan ide dan menemukan struktur tek lebih cepat • siswa antusias belajar karena ada persaingan kelompok dalam kreatifitas vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.240 1559 b. hasil tes dalam siklus 1 dan 2 tabel 3. rekap hasil pengerjaan tes ii tes i banyak siswa siswa yang tuntas belajar 18 siswa yang belum tuntas belajar 13 dari tabel di atas terlihat bahwa 18 atau 60,61% siswa telah mampu memenuhi kriteria keberhasilan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. sementara sisanya, 13 atau 39,39% siswa, belum memenuhi kriteria keberhasilan belajar. siswa masih kesulitan mengkreasika data dalam bentuk pop up dengan cerita yang sesuai dengan struktur teks cerita tabel 5. rekap hasil pengerjaan tes ii tes ii banyak siswa siswa yang tuntas belajar 27 siswa yang belum tuntas belajar 6 dari tabel di atas terlihat bahwa 27 atau 90,28 % siswa telah mampu memenuhi kriteria keberhasilan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. sementara sisanya, 6 atau 18,18% siswa, belum memenuhi kriteria keberhasilan belajar. dengan demikian, hasil ini telah mampu memenuhi kriteria keberhasilan belajar yang ditetapkan. sehingga penelitian ini tidak dilanjutkan penelitian pada siklus selanjutnya analisis identifikasi kebutuhan tahap analisis awal kebutuhan peneliti melakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran bahasa indonesia kelas viiig smpn 1 pakisaji selain observasi peneliti memahami konsep kebutuhan siswa yang sering ada masalah keterkaitan dengan kejenuhan belajar dan variasi belajar. seperti yang sering dilakukan siswa saat pembelajaran, mereka akan malas mengerjakan karena cara guru menyampaikan materi selalu monoton, siswa hanya mendengarkan dan mengerjakan lk sehingga hasil akhir siswa belum maksimal. setelah adanya media yang berbentuk pop up dua dan tiga dimensi yang dapat digerakkan dapat menambah motivasi belajar siswa dalam memahami materi literasi buku fisi dan non fiksi pada kompetensi dasar membaca. tabel 6. hasil pengamatan guru siklus i dan 2 unsur pengamatan penilaian siklus 1 penilaian siklus 2 menyampaikan tujuan pembelajaran 2 3 mengorganisasikan siswa dalam belajar 3 3 membimbing siswa dalam belajar 2 4 menghubugkan dengan materi sebelumnya 3 4 memberikan penugasan 3 4 jumlah 13 18 rata-rata 2.6 3,6 vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.240 1560 keterangan penilaian 4 = sangat baik 3 = baik 2 = cukup 1 = kurang analisis kurikulum analisis kurikulum dilakukan dengan cara mengkaji kurikulum 2013 karena smpn 1 pakisaji sudah menggunakan kurikulum 2013 sebagai pedoman kegiatan belajar mengajar. hal ini dilakukan agar media pembelajaran pop up dapat dikembangkan dan tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran yang terdapat pada standar kompetensi. kompetensi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4.18 menyajikan tanggapan terhadap buku fiksi dan nonfiksi yang dibaca secara lisan dan tertulis yang memiliki indicator pembelajaran menanggapi isi buku fisi dan nonfiksi serta siswa dituntut untuk memiliki karakter jujur, kreatif, komunikatif, dan kritis dalam membuat tanggapan isi teks baik judul, isi buku, kelemahan dan kelebihan teks tersebut. yang nantinya akan diimplementasikan dalam bentuk rpp yang merujuk pada tujuan pembelajaran yang kompetitif sesuai dengan media pembelajaran dalam membantu proses belajar. tabel 7. hasil pengamatan guru siklus i dan 2 unsur pengamatan penilaian siklus 1 penilaian siklus 2 aktif 2 4 kreatif 2 4 kritis 3 3 kolaboratif 3 4 komunikatif 2 4 jumlah 12 19 rata-rata 2.4 3,8 keterangan penilaian 4 = sangat baik 3 = baik 2 = cukup 1 = kurang vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.240 1561 analisis karakteristik siswa analisis karakteristik siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran bahasa indonesia tabel 8. hasil pengamatan guru siklus i dan 2 unsur pengamatan penilaian siklus 1 penilaian siklus 2 tanggung jawab 2 3 jujul 3 4 berani 3 4 jumlah 8 11 rata-rata 2.6 3,6 keterangan penilaian 4 = sangat baik 3 = baik 2 = cukup 1 = kurang gambar 1. foto kegiatan simpulan 1. kemampuan membaca siswa rendah karena kurang tertariknya penyajian perencanaan pembelajaran di kelas sehingga siswa bosan menerima pelajara berkaitan dengan pemahaman bacaan fiksi non fiksi apalagi harus memberikan pendapat atau komentar buku yang di baca 2. meningkatkan membaca dengan literasi bu fiksi dan non fiksi dengan menggunakan media pop up hasil karya siswa 3. dengan menggunakan media pop up yang kreatif siswa dapat mengebangkan krestifita dan mampu mgng eksplor karya dalam bentuk pop up 4. media pop up dapat meningkatkan berliterasi dalam buku fiksi dan non fiksi karena dengan media ini siswa dapat mengeksplor semua apa yang dia inginkan dalam bentuk ketrampilan membentuk tiga dimensi. 5. kesederhanaan ptk yang penulis buat semata karena berorientasi pada pengalaman penulis dengan menggunakan berbagai media yang menarik agar siswa dapat menggunakan materi pembelajaran dengan menggunakan media yang tepat sesuai tujuan pembelajaran yang guru sampaikan. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.240 1562 daftar rujukan aminudin. 1984. pengantar memahami unsur-unsur dalam karya sastra. malang: fpbs ikip malang. buku workshop di batu malang. 2005. pedoman pelaksanaan penelitian tindakan kelas. dinas pendidikan dan kebudayaan propinsi jawa timur. depdikbud, 1993. kurikulum pendidikan dasar, landasan, program dan pengembangan. jakarta: depdikbud. depdikbud, 1999. bahan pelatihan penelitian tindakan (action research). jakarta: dirjen dikdasmen dan dikmenum. depdiknas, 2003.garis-garis besar program pengajaran mata pelajaran bahasa indonesia untuk smp/mts. jakarta: depdikbud. depdiknas, 2006. lampiran peraturan menteri pendidikan nasional no. 22 tahun 2006 tanggal 23 mei 2006 (perment 22-23,2006) effendi, aep.2003. bina bahasa dan sastra idonesia, jakarta: erlangga. ibrahin, muslimin, dkk. 2000. pembelajaran kooperatif. surabaya: university press moody, h.l.b. 1971. the teaching of literature. london: longman group ltd. nurhadi. 2004. pembelajaran contextual dan penerapannya dalam kbk.universitas negeri malang. nur, mohamad. 2005. pembelajaran kooperatif. surabaya: unesa. oka, i gusti nyoman, 1983. pengantar membaca dan pengajarannya. surabaya: usaha nasional priyanti endah tri. 2002. konsep dan penerapan penelitian tindakan kelas. malang fakultas sastra rusyana, yus. 1982. metode pengajaran sastra. bandung: gunung larang. musfiqon. 2012. pengembangan media dan sumber pembelajaran. jakarta: pt. prestasi pustaka oemar, eko agus basuki . 2016 perancangan buku pop up sebagai media pembelajaran. jurnal pendidikan seni rupa vol.4 no.03 surabaya microsoft word 11-said.docx vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.28 88 received : 01-07-2020 revised : 15-08-2020 published : 20-09-2020 penggunaan media “lemjatar” materi jurnal umum dengan metode simulasi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa said edy wibowo man 5 bojonegoro, indonesia sadywo_imoets@ymail.com abstrak: penelitian ini bertujuan mendeskripsikan media pembelajaran lemjatar dengan model simulasi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. lemjatar merupakan sebuah media simulasi akuntansi perusahaan jasa yang dibuat berdasarkan kartu transaksi, namun langkah dan cara kerja dengan aturan transaksi perusahaan jasa, sesuai kompetensi dasar yang harus dipahami siswa. jenis penelitian ini ptk dengan metode deskriptif. subjek penelitian adalah 7 siswa laki-laki dan 32 siswa perempuan. pada siklus i tergolong dalam kategori baik dengan persentase 58,14%. siklus ii, aktifitas siswa secara individu naik menjadi kategori sangat baik dengan persentase 79,01%. skor hasil belajar siswa masuk kategori cukup (53,49%) dengan skor rata-rata hanya 49,96 pada siklus i, dalam siklus ii, skor hasil belajar siswa masuk kategori sangat baik (48,83) dengan rata-rata 86,74. abstract: this study aims to describe lemjatar learning media with a simulation model to improve student learning achievement. lemjatar is a service company accounting simulation media that is made based on transaction cards, but the steps and methods of working with service company transaction rules are according to the basic competencies that students must understand. this type of research is ptk with descriptive methods. the research subjects were 7 male students and 32 female students. in the first cycle it was in the good category with a percentage of 58.14%. cycle ii, individual student activities rose to the very good category with a percentage of 79.01%. the score of student learning outcomes was in the moderate category (53.49%) with an average score of only 49.96 in cycle i, in cycle ii, the score of student learning outcomes was in the very good category (48.83) with an average of 86.74. kata kunci: media pembelajaran, kartu pintar, model simulasi, lemjatar vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.28 89 pendahuluan perubahan kurikulum beberapa tahun terakhir merupakan indikasi kuatnya keinginan para pemerhati, pelaku, dan subjek pendidikan di negeri ini untuk bersama-sama mencari formula yang tepat bagi peningkatan kualitas pendidikan di indonesia. realisasi pencapaian tujuan tersebut terdapat kegiatan interaksi belajar mengajar terutama yang terjadi di kelas. dengan demikian, kegiatannya adalah bagaimana terjadi hubungan antara guru/bahan ajar yang didesain dengan anak didik. interaksi ini merupakan proses komunikasi penyampaian pesan pembelajaran. proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses interaksi, yaitu proses penyampaian pesan melalui saluran media/teknik/ metode ke penerima pesan (arief s, sadiman, dkk, 1996:13). selama ini pendidikan kita pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. untuk itu diperlukan sebuah strategi belajar yang “baru” yang lebih memberdayakan siswa menghafal fakta-fakta tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. akuntansi termasuk pelajaran yang sulit menurut siswa. persepsi siswa mengenai sulitnya mempelajari akuntansi diduga karena proses belajar belum dilakukan secara aktif, padahal keaktifan siswa dalam proses belajar dapat menjadikan belajar lebih bermakna. makna dalam hal ini merupakan hasil bentukan siswa sendiri yang bersumber dari apa yang mereka lihat, rasakan dan alami (aunurrhman, 2009). senada yang terjadi di lembaga penulis mengajar, akuntansi menjadi momok siswa, termasuk bagi siswa jurusan mipa (lintas minat). siswa pada jurusan mipa terkesan tidak begitu antusias dalam proses belajar. banyak transaksi pada akuntansi yang harus dikerjakan, ditulis dari awal siklus akuntansi, menganalisis transaksi, membuat tabel/ kolom pada akuntansi sehingga siswa terkesan malas dan tidak antusias. dari hasil pengamatan penulis prestasi belajar kelas xii mipa 3 berjumlah 39 siswa tidak begitu maksimal dan antusias dalam pembelajaran akuntansi. permasalahan yang dihadapi siswa adalah siswa selalu bingung pada tahapan menganalisis transaksi dan mencatatnya ke dalam jurnal umum. siswa bingung pada saat membayangkan bahwa mereka adalah pemilik usaha,yang harus mencatat transaksi keuangan yang mereka lakukan, sehingga siswa sering keliru dalam menerjemahkan transaksi yang dilakukan. untuk itu penulis sengaja mengambil peran pembelajaran dengan menggunakan lembar kerja pintar (lemjatar) dengan model pembelajaran simulasi dalam menyampaikan materi tersebut guna mendapatkan pemahaman yang optimal, maksimal dan disambut antusias oleh siswa. dari latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini diambil judul “penggunaan media ‘lemjatar’ materi jurnal umum dengan metode simulasi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas xii mipa 3 man 5 bojonegoro”. berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan, antara lain (1) bagaimana meningkatkan prestasi belajar siswa materi jurnal umum dengan menggunakan metode simulasi memakai media lemjatar dikelas xii mipa 3 man 5 bojonegoro?, (2) bagaimana implementasi pembelajaran akuntansi usaha jasa media lemjatar (lembar kerja pintar). vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.28 90 manfaat dari penelitian ini adalah (1).siswa dapat terus berkarya meningkatkan kemampuan dalam bidang ekonomi/akuntansi usaha jasa, jurnal umum usaha jasa melalui peningkatan pemahaman tentang jurnal umum, usaha jasa dengan pemberian life skill dalam proses pembelajaran, (2) guru dapat membantu memotivasi siswa dalam mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam rangka membentuk insan yang cerdas, kreatif, dan selalu menumbuhkan rasa keingintahuan dalam proses pembelajaran, dan (3) untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama dalam bidang pendidikan ekonomi/akuntansi. lemjatar media yang dibuat penulis adalah media sederhana yang diberi nama lembar kerja pintar (lemjatar). media ini dibuat penulis untuk menjawab permasalahan yang dihadapi siswa , pada saat mempelajari akun transaksi usaha jasa dan pencatatannya ke jurnal umum. siswa tidak bisa membayangkan bahwa mereka adalah pemilik usaha jasa yang harus dilakukan pencatatan atas semua transaksi usaha yang terjadi. media lemjapin adalah lembar kerja yang sudah berupa kolom jurnal umum agar siswa tidak perlu lama lama untuk membuat kolom, selain itu pada lemjapin juga diberi soal agar siswa lebih mudah konsentrasinya dalam bertransaksi dan memasukkan transaksi kedalam jurnal umum. soal yang ada di lemjatar adalah soal berupa transaksi usaha jasa agar siswa bisa langsung menganalisa transaksi dan setelah di analisa maka transaksi tersebut bisa segera di masukkan kedalam jurnal umum. jurnal umum menurut radianto (2009), jurnal umum adalah aktivitas meringkas mencatat transaksi perusahaan jasa berdasarkan dokumen yang diperolah secara kronologis beserta penjelasan yang diperlukan dalam buku harian. jurnal berfungsi mencatat dan meringkas setiap transaksi yang dilakukan perusahaan. transaksi yang dicatat dalam buku harian dan akan dipindahkan /diposting ke buku besar sesuai jenis akun. jurnal umum mempunyai beberapa fungsi yaitu mencatat, histori, analisis, instruktif,, dan informative maka diperlukan beberapa metode untuk menggambarkan dan menganalisa setiap transaksi yang ada pada usaha jasa, pada materi jurnal umum siswa harus bisa menganalisa setiap transaksi usaha jasa, apakah transaksi masuk ke debet atau masuk ke kredit?. contoh transaksi pembayaran tunai sebesar rp.1.500.000,atas pekerjaan senilai rp. 2.500.000,terjemahannya adalah uang pemilik usaha kas bertambah rp. 1.500.000,(debit) dan piutang pemilik usaha bertambah sebesar rp. 1.000.000,(debit) dan pendapatan bertambah rp.2.500.000,(kredit) jumlah sisi debit dan kredit haruslah sama, biasanya siswa akan terbalik, menterjemahkan, sehingga keliru mencatat di jurnal umum, dan akibatnya akan fatal pada langkah berikutnya. prestasi belajar prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil belajar yang dicapai siswa melalui pendidikan formal di sekolah yang biasanya diwujudkan dalam bentuk angka atau hruuf yang dapat dilihat melalui buku laporan pendidikan. prestasi belajar ini mencakup seluruh mata pelajaran yang diberikan di sekolah-sekolah. hasil belajar yang dicapai oleh anak tentulah tidak sama, walaupun setiap anak didik ditempat yang sama, diajar oleh guru yang sama, menggunakan sarana dan prasarana sekolah yang sama dan waktu belajar yang sama pula. sebenarnya prestasi seseorang tidak selalu merupakan gambaran dari kemampuan yang sebenarnya dari seseorang yang bersangkutan atau dengan kata lain prestasi tidak selalu dengan kecakapan. kecakapan sebenarnya hanya merupakan sebagian dari unsur-unsur pembentukan vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.28 91 suatu prestasi. kecakapan yang tinggi bukan merupakan jaminan yang mutlak terhadap tercapainya prestasi yang tinggi, sebaliknya kecakapan yang rendah tidak selalu menelurkan prestasi yang rendah pula. dari kajian teori diatas diduga bahwa dengan metode simulasi dengan media lemjatar maka prestasi belajar siswa kelas xii mipa 3 man 5 bojonegoro mengalami peningkatan pemahaman dan peningkatan prestasi. metode penelitian penelitian ini berbentuk penelitian tindakan sekolah (school action research), yaitu sebuah penelitian yang merupakan kerjasama antara peneliti dan guru, dalam meningkatkan kemampuan guru agar menjadi lebih baik dalam menyusun proses pembelajaran. metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus. metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan subjek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (nawawi, 1985:63). dengan metode ini peneliti berupaya menjelaskan data yang dikumpulkan melalui komunikasi langsung atau, wawancara, observasi/ pengamatan dan diskusi yang berupa persentase atau angka-angka. tempat penelitian ini dilakukan di man 5 bojonegoro kelas xiii mipa 3 semester i mata pelajaran ekonomi tahun pelajaran 2018/2019. fokus penelitian ini di kelas xiii mipa 3 dengan jumlah peserta didik 39 siswa dengan siswa laki-laki berjumlah 07 dan siswa perempuan berjumlah 32 siswa sekolah ini memiliki rombongan belajar yang diasuh oleh 15 orang guru sebagai wali kelas. hasil dan pembahasan siklus kedua nampak sejumlah peningkatan dan keberhasilan dari strategi pembelajaran model simulasi. meskipun, di sisi lain juga masih muncul beberapa kekurangan.keberhasilan pembelajaran model simulasi pada siklus kedua bisa dipaparkan di bawah ini: (1) peningkatan keaktifan siswa dalam kelompok diskusi. siklus pertama, skor rata-rata keaktifan siswa hanya 2 dari skor ideal 12. sedangkan, pada siklus kedua skor rata-rata meningkat menjadi 9 atau mengalami peningkatan sebesar 70%. siswa bisa dikategorikan dalam klasifikasi sangat baik. hal ini bisa terjadi, karena diprediksikan siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran model simulasi sehingga mereka merasa lebih enjoy. (2) peningkatan keaktifan siswa secara individu dalam pbm: pembelajaran model simulasi pada siklus i tergolong dalam kategori baik dengan persentase sebesar 58,14 persen. setelah dilakukan pembelajaran siklus kedua, aktifitas siswa secara individu naik menjadi kategori sangat baik dengan persentase mencapai 79,01 persen atau meningkat sekitar 20,87 persen. hal ini terjadi, karena pembejalaran model simulasi juga menuntut keaktifan siswa secara individual. selain itu, siswa juga sudah semakin akrab dengan pembelajaran yang berbeda dengan pembelajaran sebelumnya. (3) peningkatan aktifitas guru dalam pbm: jika pada siklus pertama skor rata-rata aktifan guru mencapai 45 (75 persen) dari skor ideal 60, pada siklus kedua skor rata-rata aktifitas guru meningkat menjadi 53 (88,33 persen) dari skor ideal 60. ini berarti kenaikan keaktifan guru mencapai 13,33 persen. hal ini bisa terjadi karena pembelajaran model simulasi juga menuntut guru lebih aktif dalam memfasilitasi pembelajaran. (4) peningkatan hasil belajar siswa : pada siklus pertama, skor hasil belajar siswa masuk kategori cukup (53,49 persen) dengan skor rata-rata hanya 49,96 . sedangkan dalam siklus kedua, skor hasil belajar vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.28 92 siswa masuk kategori sangat baik (48,83) dengan skor rata-rata mencapai 86,74. ini berarti skor rata-rata hasil belajar mengalami kenaikan sebesar 36,78. simpulan berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (ptk) dapat disimpulkan :penerapan pembelajaran model simulasi dengan media lemjatar pada materi jurnal umum dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas xii mipa 3 man 5 bojonegoro, penerapan pembelajaran model simulasi dengan media lemjatar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas xii mipa 3 man 5 bojonegoro dari rata-rata 49,96 pada siklus pertama menjadi 86,74 pada siklus kedua. sehubungan pembelajaran model simulasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas xii man 5 bojonegoro pada materi jurnal umum, maka disarankan pembelajaran tersebut diterapkan guru-guru pada pembelajaran mata pelajaran lain. adanya respon positif dari siswa terhadap pembelajaran model simulasi, guru maupun pihak sekolah hendaknya terus berupaya melakukan inovasi untuk melakukan terbosan-terobosan di bidang pendidikan utamanya terobosan di bidang strategi pembelajaran. daftar rujukan [1] arikunto, suharsimi. 1993. manajemen pengajaran secara manusiawi. jakarta : rineke cipta. [2] budihardjo, soepbowo. 2002. model belajar mandiri, purwokerto. dinas pendidikan nasional kabupaten banyumas dan jaint unesco-unicef [3] sagala, syaiful. 2003. konsep dan makna pembelajaran untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar. bandung: alfabeta. [4] depdikbud 1997, pedoman pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk), yogyakarta:ukmp-sd [5] depdikbud. 1999. kamus besar bahasa indonesia. jakarta. [6] depdiknas, 2001, pedoman penulisan karya ilmiah, malang: universitas negeri malang [7] dimyati dan mudhiono. 2006. belajar dan pembelajaran. jakarta: rineka cipta. [8] djaali. 2008. psikologi pendidikan. jakarta: bumi aksara. [9] gordon dryden dan jeannette vos. 2000. revolusi cara belajar,bandung: kaifa. [10] mansyur, 1996. pemanfaatan model-model pembelajaran strategi belajar mengajar. jakarta: dirjen pembinaan kelembagaan agama islam dan universitas terbuka. [11] muhibbin syah. 1999. psikologi belajar. jakarta: logos. [12] purwanto,m.ngalim. 2000. ilmu pendidikan teoritis dan praktis. bandung: rosda karya [13] purwanto,m,ngalim. 2001. psikologi pendidikan. bandung: rosdakarya. [14] roesyitah nk. 2000. strategi belajar mengajar. jakarta: bumi aksara. [15] syarif syahrial dkk. 2007. ekonomi smp/mts kelas vii. jakarta; pt. intan pariwara vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.52 283 received : 22-10-2020 revised : 19-11-2020 published : 08-12-2020 peningkatan pemahaman konseptual tentang perbandingan melalui pembelajaran kooperatif tipe stad berbasis kontekstual binti maqsudah mtsn 1 kota malang, indonesia bintimaqsudah.123@gmail.com abstrak: salah satu penyebab kesulitan siswa dalam memahami nilai materi dan nilai perbandingan ternyata adalah penerapan strategi pembelajaran yang kurang tepat. oleh karena itu, diperlukan strategi pembelajaran yang efektif untuk membantu siswa mencapai pemahaman materi ajar. tujuan penelitian ini mendeskripsikan peningkatan pemahaman konseptual tentang materi perbandingan melalui pembelajaran kooperartif tipe stad berbasis kontekstual. jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif. penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tiga siklus dengan subjek penelitian siswa kelas vii sejumlah 29 siswa. hasil penelitian menunjukan terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik yang ditandai dengan rata-rata hasil belajar peserta didik di atas kkm 8,0, dan nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 83,31 dengan ketuntasan belajar 93,10%. respons siswa terhadap pembelajaran berbasis kontekstual adalah positif artinya siswa dengan mudah memahami materi ajar. abstract: one of the reasons for the difficulty of students in understanding the value of the material and the value of comparison is the improper application of learning strategies. therefore, an effective learning strategy is needed to help students achieve understanding of the teaching material. the purpose of this study is to describe an increase in conceptual understanding of comparative material through contextual-based stad cooperative learning. this type of research is classroom action research conducted collaboratively. this classroom action research was conducted in three cycles with the research subjects of class vii students totaling 29 students. the results showed an increase in student learning outcomes which was marked by an average student learning outcomes above the kkm 8.0, and the average value obtained was 83.31 with 93.10% learning completeness. student responses to contextual-based learning are positive, meaning that students easily understand the teaching material. kata kunci: stad, kontekstual, strategi pembelajaran, matematika mailto:bintimaqsudah.123@gmail.com vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.52 284 pendahuluan matematika merupakan ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. banyak siswa di sekolah memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. padahal matematika merupakan mata pelajaran yang banyak berguna dalam kehidupan dan merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam unas. hal ini berarti matematika merupakan sarana berpikir logis untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. oleh karena itu, matematika perlu diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di sekolah. berdasarkan pengalaman peneliti, permasalahan pemahaman konsep siswa tentang perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai. siswa terlihat kesulitan menerapkan menentukan strategi apa yang dipergunakan untuk memecahkan permasalahan perbandingan. hal itu terlihat pada hasil pekerjaan sekolah maupun pekerjaan rumah yang menunjukkan kurangnya pemahaman konseptual terhadap perbandingan. permasalahan yang merujuk pada konsep perbandingan senilai dikerjakan berdasarkan prinsip perbandingan berbalik nilai, dan atau sebaliknya. kesulitan siswa dalam menyelesaikan perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai karena pada materi tersebut masih bersifat abstrak. sementara itu, selama proses belajar mengajar siswa cenderung pasif, dan aktivitas siswa yang sering dilakukan hanya mencatat dan menyalin. siswa masih malu bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dalam memahami atau menyelesaikan soal yang diberikan, akibatnya hasil belajar siswa belum maksimal. pembelajaran kooperatif menggunakan sistem pengelompokan yang terdiri empat sampai enam orang yang mempunyai kemampuan akademik, jenis kelamin, suku yang heterogen (wina sanjaya, 2007:240). pada proses pembelajarannya siswa diberi kesempatan bekerja dalam kelompok kecil untuk mendiskusikan dan memecahkan masalah. tugas kelompok dapat memacu para siswa untuk bekerja sama dalam mengintegrasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. menurut depdiknas (2005:14), model pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri antara lain (a) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif; (b) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah; (c) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda. maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula; dan (d) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan. untuk penguasaan materi pelajaran setiap siswa dalam kelompok bertanggung jawab secara bersama dengan cara berdiskusi, saling tukar pendapat, pengetahuan dan pengalaman. kemampuan atau prestasi setiap anggota kelompok sangat menentukan hasil pencapaian belajar kelompok. oleh karena itu, penguasaan materi pelajaran setiap siswa ditekankan dalam strategi pembelajaran kooperatif. dengan model pembelajaran kooperatif diharapkan siswa dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal dengan cara berpikir aktif selama proses belajar berlangsung. bila diperhatikan langkah-langkah model pengajaran kooperatif tersebut, maka tampak bahwa proses demokratis dan peran aktif siswa di kelas lebih banyak selama pembelajarannya. kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.52 285 adalah siswa yang pandai merasa terbebani oleh temannya yang kurang pandai. siswa yang pandai ini merasa memberikan kontribusi lebih banyak dalam nilai kelompok. hal ini dapat diatasi dengan menginformasikan sistem penilaian kepada siswa lebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai. sebuah tim dalam stad merupakan sebuah kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili heteroginitas kelas ditinjau dari kinerja, suku, dan jenis kelamin (mohamad nur, 2005:23). menurut mohamad nur (2005:20) stad terdiri dari lima komponen utama yaitu presentasi kelas, kerja tim, kuis, skor perbaikan individu dan penghargaan tim. a. presentasi kelas presentasi merupakan hal yang paling sering yang digunakan dalam pengajaran langsung atau ceramah yang dilakukan oleh guru. namun, presentasi dapat meliputi presentasi audiovisual atau penemuan kelompok (mohamad nur, 2005:20). pada kegiatan ini siswa harus sungguh-sungguh memperhatikan presentasi kelas karena dengan begitu akan membantu mereka mengerjakan kuis dengan baik. dan skor kuis yang mereka peroleh akan menentukan skor timnya. b. kerja tim dalam setiap kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang heterogen berdasarkan pretasi belajar, jenis kelamin dan suku. setelah guru mempresentasikan materi, tim tersebut berkumpul untuk mempelajari materi yang sudah diberikan dengan menggunakan lembar kerja. pada tahap kerja kelompok ini siswa secara bersama mendiskusikan masalah dan membantu antar anggota dalam kelompoknya. kerja tim yang paling sering dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila teman sesama tim membuat kesalahan. c. kuis sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar dapat diketahui dengan diadakannya kuis oleh guru mengenai materi yang dibahas. dalam mengerjakan kuis ini siswa harus bekerja secara individu sekalipun skor yang ia peroleh nanti dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan kelompoknya. kepada setiap individu, guru memberikan skor yang digunakan untuk menentukan skor bersama bagi setiap kelompok. d. skor perbaikan individu skor yang diperoleh setiap anggota dalam kuis akan berkontribusi pada kelompok mereka, dan didasarkan pada sejauh mana skor mereka telah meningkat dibandingkan dengan skor rata-rata awal yang telah mereka capai sebelumnya (isjoni dkk, 2007:72). berdasarkan skor awal setiap individu ditentukan skor peningkatan atau perkembangan. rata-rata skor peningkatan dari tiap individu dalam suatu kelompok akan digunakan untuk menentukan penghargaan bagi kelompok yang berprestasi. e. penghargaan tim kelompok dapat memperoleh sertifikat atau penghargaan lain apabila skor ratarata yang didapat melampaui kriteria tertentu. penghargaan yang diperoleh menunjukkan keberhasilan setiap kelompok dalam menjalin kerjasama antar anggota kelompok. penghargaan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan berupa sertifikat atau penghargaan lain atas usaha dan kerja keras yang dilakukan kelompok. menurut mohamad nur (2005:36), ada tiga tingkat penghargaan yang diberikan berdasarkan skor tim rata-rata. ketiga tingkat adalah sebagai berikut: vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.52 286 tabel 1. kriteria penghargaan kelompok kriteria (rata-rata tim) penghargaan 15 tim baik 20 tim hebat 25 tim super sumber: (mohamad nur, 2005:36) berdasarkan masalah tersebut, peneliti berpendapat perlunya dilakukan perbaikan proses pembelajaran pada siswa kelas vii-c. hal ini dilakukan dengan tujuan agar siswa dapat ikut berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. siswa saling bertukar pendapat dalam memahami konsep himpunan serta mampu menyelesaikan soal himpunan secara berdiskusi dalam kelompok. maka diperlukan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa selama kegiatan belajar mengajar. model pembelajaran yang lebih mendorong keaktifan, kemandirian dan tanggung jawab dalam diri siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe stad. melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe stad diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada materi himpunan di kelas vii. metode penelitian jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif. dalam penelitian kolaboratif pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti (suharsimi arikunto, 2002:17). menurut kemmis dan taggart ada beberapa tahapan dalam penelitian ini (rochiati wiriaatmadja, 2005:66), yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). penelitian ini dilakukan di kelas vii-c reguler mtsn malang i pada semester ganjil 2014/2015 mulai bulan september sampai oktober 2014 dengan menyesuaikan jam pelajaran matematika kelas. subjek penelitian ini adalah siswa kelas vii-c reguler mts n malang i pada semester ganjil, yaitu 29 siswa yang terdiri dari 15 siswa putri dan 14 siswa putra. dan obyek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe stad. dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. siklus dihentikan apabila kondisi kelas sudah stabil dalam hal ini guru sudah mampu menguasai keterampilan belajar yang baru dan siswa terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe stad serta data yang ditampilkan di kelas sudah jenuh dalam arti sudah ada peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa. alur penelitiannya dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.52 287 gambar 1. siklus ptk arikunto (2006:97) teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, angket, wawancara, tes, dan dokumentasi. dalam penelitian ini terdapat dua pedoman observasi yaitu observasi keaktifan siswa dan obsevasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe stad. observasi keaktifan siswa difokuskan pada pengamatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada materi himpunan. observasi pelaksanaan pembelajaran stad difokuskan pada aktivitas guru maupun siswa selama proses pembelajaran. pengamatan yang belum terdapat pada pedoman observasi dituliskan pada lembar catatan lapangan. angket dibagikan dan diisi oleh siswa yang fungsinya untuk mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe stad. wawancara dilakukan dengan cara bertanya kepada guru dan siswa mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe stad. tes digunakan berupa kuis individu yang fungsinya untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah mempelajari materi himpunan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe stad. dokumentasi diperoleh dari hasil kuis siswa, lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, daftar kelompok siswa, dan foto-foto selama proses pembelajaran. teknik analisis yang digunakan adalah reduksi data yaitu kegiatan pemilihan data, penyederhanaan data serta transformasi data kasar dari hasil catatan lapangan. penyajian data berupa sekumpulan informasi dalam bentuk tes naratif yang disusun, diatur dan diringkas sehingga mudah dipahami. hal ini dilakukan secara bertahap dan dilakukan penyimpulan dengan cara diskusi bersama mitra kolaborasi. untuk menjamin pemantapan dan kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian digunakan triangulasi. triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (sugiyono, 2005:83). pembahasan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan peneliti untuk meningkatkan hasil belajar di kelas viid mtsn malang i ini, terlaksana dalam 2 siklus. siklus i terdiri dari 2 kali pertemuan. siklus ii terdiri dari 2 kali pertemuan. kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas viid yang terdiri dari 29 peserta didik, tetapi selama penelitian tidak semua peserta didik dapat mengikuti dari awal sampai akhir penelitian. hal ini dikarenakan ada beberapa peserta didik yang tidak masuk sekolah. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.52 288 peneliti melaksanakan penelitian ini sesuai dengan langkah-langkah yang telah direncanakan sebelumnya. setiap siklusnya dilaksanakan dalam empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan oleh peneliti adalah sebagai berikut siklus 1 berdasarkan hasil pengamatan pada siklus 1, diperoleh data yang didapatkan oleh peneliti pada siklus pertama, antara lain data hasil pengamatan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran dan data hasil pengamatan aktivitas guru. data hasil pengamatan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran yaitu (a) peserta didik belum terbiasa belajar secara berkelompok, serta melakukan kegiatan praktek dalam pembelajarannya, sehingga diskusi dalam kelompok belum terlihat hidup. meskipun begitu keaktifan peserta didik terlihat ada peningkatan daripada masa pra siklus. adapun hasil pengamatan aktivitas peserta didik adalah sebagai berikut; (b) peserta didik masih banyak yang belum memanfaatkan waktunya dengan baik dan juga masih banyak yang ramai sendiri. akibatnya pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran stad belum terlaksana sebagaimana mestinya; (c) peserta didik masih takut untuk bertanya maupun mengungkapkan pendapat. hanya beberapa saja yang sudah cukup aktif jika diberi umpan oleh guru; (d) peserta didik belum bisa memaksimalkan waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas; dan (e) rata-rata peserta didik belum begitu memahami materi yang diberikan. hal ini dapat dilihat dari hasil nilai yang diperoleh masing-masing peserta didik dari evaluasi yang telah dilakukan. hasil evaluasi ini akan diumumkan pada pertemuan i siklus ii. data hasil pengamatan aktifitas guru antara lain (a) guru aktif memantau kegiatan peserta didik di dalam maupun di luar kelas, dengan berkeliling saat peserta didik mengerjakan tugas dan melakukan permainan; (b) guru memberikan umpan kepada peserta didik agar peserta didik aktif; (c) guru selalu memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, berpendapat, maupun berkomentar; dan (d) guru selalu memberi motivasi kepada peserta didik untuk belajar. pada pembelajaran siklus i hasil belajar peserta didik yang diperoleh mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun masih belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. hasil evaluasi diperoleh nilai rata-rata siklus i adalah 70,38. nilai tertinggi yang diperoleh peserta didik pada siklus 1 adalah 85 dan terendah 50. nilai tertinggi diperoleh 1 peserta didik yaitu satrio arif. sedangkan dari jumlah keseluruhan peserta didik yaitu 29 anak, yang nilainya telah mencapai kkm sebanyak 10 peserta didik dan 19 peserta didik lainnya belum tuntas belajar. siklus 2 berdasarkan data hasil pengamatan siklus 2, diketahui pelaksanaan tindakan pada siklus ii yang teramati oleh peneliti antara lain (1) hasil pengamatan aktifitas peserta didik, yaitu peserta didik mulai berani bertanya kepada guru, mengemukakan pendapat ataupun berkomentar atas pendapat temannya.kemajuan keaktifan peserta didik, dan kemajuan pada peserta didik yang ditunjukkan dengan meningkatnya prestasi belajar mereka; dan (2) hasil pengamatan aktifitas guru, yaitu guru selalu memantau kegiatan peserta didik, mengecek, dan memperhatikan peserta didik, serta berusaha agar peserta didik menjadi lebih baik dari sebelumnya; dan guru selalu mendorong peserta didik untuk aktif dan memotivasi mereka untuk tidak takut pada pelajaran matematika. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.52 289 pada pembelajaran siklus ii hasil belajar peserta didik yang diperoleh juga mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus i. hasil evaluasi diperoleh nilai rata-rata siklus ii adalah 83,31. hasil tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. berdasarkan data-data yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa pada siklus ii pembelajaran sudah cukup baik daripada pada siklus sebelumnya. target peningkatan hasil belajar sudah tercapai. hal tersebut dapat dilihat pada peningkatan hasil belajar peserta didik yang ditandai dengan rata-rata hasil belajar peserta didik di atas kkm 8,0, dan nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 83,31 dengan ketuntasan belajar 93,10%, sehingga dapat dikatakan target sudah tercapai pada siklus ii ini. dengan demikian, peneliti dan guru memutuskan tidak perlu diadakan siklus berikutnya. tabel 2. data hasil belajar siklus 1 dan siklus 2 no peserta l/p siklus i siklus ii nilai ketuntasan nilai ketuntasan sdh blm sdh blm 1. p 70 v 90 v 2. l 60 v 80 v 3. p 80 v 86 v 4. l 80 v 90 v 5. p 80 v 85 v 6. p 80 v 80 v 7. l 80 v 85 v 8. p 60 v 85 v 9. p 62 v 80 v 10. l 50 v 85 v 11. p 60 v 80 v 12. p 50 v 80 v 13. p 60 v 85 v 14. l 85 v 80 v 15. p 63 v 75 v 16. l 85 v 90 v 17. l 80 v 80 v 18. l 80 v 80 v 19. l 70 v 90 v 20. l 70 v 80 v 21. l 75 v 85 v 22. p 80 v 70 v 23. l 70 v 85 v 24. l 50 v 80 v 25. p 67 v 85 v 26. p 67 v 85 v 27. p 65 v 95 v 28. l 90 v 90 v 29. p 75 v 85 v jumlah 2044 10 19 2416 27 2 rata-rata 70,48 83,31 ketuntasan 37,03% 62,96% 93.10% 6,90 % vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.52 290 simpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. penerapan model pembelajaran stad materi pokok perbandingan di kelas vii-c mtsn malang i dilaksanakan dengan 2 siklus, yaitu siklus 1 dan siklus 2. penerapannya diawali dengan pengisian lembar kerja yang diikuti dengan kegiatan praktek. selanjutnya peserta didik diminta untuk membuat kesimpulan dari kegiatan praktek yang telah dilaksanakan. peserta didik diminta untuk presentasi di depan kelas. diakhir waktu, dilakukan permainan dengan melempar bola pertanyaan, bola pertanyaan ini dimaksudkan untuk memperdalam pemahaman peserta didik. guru juga memberikan tugas rumah sebagai bahan belajar dan latihan bagi peserta didik serta untuk mempersiapkan evaluasi pada pertemuan berikutnya. adapun alur skenario pembelajarannya dapat dilihat pada bagan berikut: 2. hasil belajar peserta didik kelas viic mtsn malang i menunjukkan kenaikan kemampuan secara signifikan setelah diterapkan model pembelajaran stad. ketercapaian target peningkatan hasil belajar dapat dilihat pada peningkatan hasil belajar peserta didik yang ditandai dengan rata-rata hasil belajar peserta didik di atas kkm 8,0, dan nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 83,31 dengan ketuntasan belajar 93,10% daftar pustaka [1] dalyono. 2005. psikologi pendididkan, jakarta: rineka cipta. [2] depdiknas. 2005. matematika. jakarta: dirjen dikti depdiknas. [3] etin solihatin dan raharjo. 2007. cooperatif learning: analisis model pembelajaran ips. jakarta: bumi aksara. [4] isjoni, dkk. 2007. pembelajran visioner: perpaduan indonesia-malaysia. yogyakarta: pustaka pelajar. [5] ismail. 2003. model pembelajaran kooperatif. dit. plp dikdasmen. [6] lexy j moleong. 2007. metodologi penelitian kualitatif. bandung: remaja rosdakarya. [7] moh user usman,. 2002. menjadi guru profesional. bandung: remaja rosdakarya. [8] mohamad nur. 2005. pembelajaran kooperatif. dirjen dikti depdiknas. [9] muhibbin syah. 2005. psikologi pendidikan: dengan pendekatan baru. bandung: remaja rosdakarya. [10] oemar hamalik. 2003. kurikulun dan pembelajaran. jakarta: bumi aksara. [11] ponco sujatmiko. 2005. matematika kreatif: konsep dan terapannya. yogyakarta:tiga serangkai. [12] pusat bahasa depdiknas. 2002. kamus besar bahasa indonesia. jakarta: balai pustaka. [13] rochiati wiriaatmadja. 2005. metode penelitian tindakan kelas. bandung: remaja rosdakarya. [14] robert e slavin. 1995. cooperative learning theory research and practise.boston : allyn and bacon. [15] saifudin azwar. 1998. tes prestasi ii. yogyakarta: pustaka pelajar. [16] suharsimi arikunto. 2002. penelitian tindakan kelas. jakarta: bumi aksara. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.52 291 [17] sony irianto. 2006. pengaruh pembelajaran kooperatif tipe stad (student teams achievement division,) dan tgt (teams game tournaments) terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari kreativitas siswa smp di purwokerto. tesis tidak diterbitkan. surakarta : program studi teknologi pendidikan, program pascasarjana universitas sebelas maret surakarta. [18] sugiyono. 2001. metode penelitian administrasi. bandung: alfabeta. [19] tintin prihatiningsih. 2006. peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe stad pada pokok bahasan bilangan bulat kelas viia smpn 5 depok yogyakarta. skripsi tidak diterbitkan.yogyakarta: universitas negeri yogyakarta. [20] wina sanjaya. 2007. strategi pembelajaran kooperatif: berorientasi standar proses pendidikan, jakarta: kencana prenada media group. microsoft word 04-jumini.docx vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.283 236 received : 18-06-2022 revised : 28-07-2022 published : 15-08-2022 upaya peningkatan hasil belajar jurnal khusus dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams game turnament untuk siswa sma jumini sma negeri 1 kayen, pati, indonesia sman1kayen@ymail.com abstrak kenyataan menunjukkan hasil belajar jurnal khusus siswa kelas xii mipa ekonomi lintas minat sman1 kayen tahun 2018 / 201 masih rendah. hal ini dilihat dari hasil tes pada kompetensi dasar jurnal khusus pada pertemuan awal nilai yang memenuhi kkm baru 19 %.salah satu penyebab rendahnya hasil belajar ini adalah karena kegiatan pembelajaran guru masih menggunakan cara-cara yang monoton, sehingga siswa kurang aktif, belajar menjadi kurang bermakna dan pembelajaran masih berpusat pada guru.untuk mengatasi rendahnya hasil belajar jurnal khusus ini, peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe tgt ( teams game turnament).penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar jurnal khususl bagi siswa kelas xii mipa sman 1kayen, melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe tgt (teams game turnament). penelitian ini dilakukan selama satu semester atau enam bulan yaitu mulai bulan januari 2019 sampai dengan juni 2019, dilakukan di sman 1 kayen. dalam penelitian tindakan kelas ini subyeknya adalah siswa kelas xii mipa-6 sman 1 kayen dengan jumlah 42 orang yang terdiri dari9 laki-laki dan 33 perempuan.penelitihan dilakukan dua siklus, tiap siklus ada 4 tahapan yaitu planning, action, observing dan reflecting. hasil tes siswa kelas xii mipa-6 pada siklus i nilai rata-ratanya 80,51. sedangkan hasil tes pada siklus ii nilai rata-ratanya 81,54. pada siklus i jumlah siswa yang nilainya di bawah kkm ada 9 orang dengan prosentase ketuntasan 80%, sedangkan pada siklus ii yang nilainya dibawah kkm ada 2 siswa. ketuntasan mencapai 95 %.melalui model pembelajaran kooperatif tipe tgt ( teams game turnament ) hasil belajar jurnal khusus bagi siswa kelas xii mipa-6 sman 1 kayen mengalami peningkatan. hal ini dilihat dari kenaikan nilai rata-rata dan kenaikan jumlah siswa yang memenuhi kkm. kata kunci: jurnal khusus; model pembelajaran kooperatif; teams game turnament vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.283 237 pendahuluan pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam indonesia. peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. penyelenggaran pendidikan di indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis menurut permendiknas no.41 tahun 2007 proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif ,inspiratif ,menyenangkan ,menantang dan memotivasi peserta didik sesuai dengan standar nasional pendidikan yaitu standar prosess dimana meliputi perencanaan proses pembelajaran,pelaksanaan penilaian dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran efektif dan efisien. dalam peraturan menteri pendayagunaan aparartur negara dan reformasi birokrasi no 16 tahun 2009, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. implementasi dari pelaksaaan pendidikan diatas adalah guru sebagai ujung tombaknya. sebagai seorang profesional dalam melaksanakan tugas utamanya guru harus dapat menyuguhkan pembelajaran yang dapat diserap peserta didik. sehingga bisa mengubah peserta didik sebelum dan sesudah mendapatkan pendidikan. prosess mengubah ini tidak mudah karena peserta didik adalah benda hidup dengan kondisi yang beragam.dari kondisi ini guru harus selalu mencari strategi, tehnik maupun cara agar pembelajaran yang diberikan dapat diterima peserta didik. sehingga peserta didik memperoleh hasil belajar/ hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar. berdasarkan observasi awal yang dilakukan di sma negeri 1 kayen, diketahui bahwa hasil belajar siswa di kelas xii mipa6 masih belum optimal. pembelajaran akuntansi dalam kurikulum 2013 termasuk dalam mata pelajaran ekonomi. salah satu materi pelajaran ekonomi akuntansi di sma kelas xii baik kelas peminatan maupun kelas lintas minat di semester ii adalah jurnal khusus, dalam materi jurnal khusus ini vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.283 238 diperlukan ketelitian, pemahaman dan konsentrasi serta keterampilan yang tinggi. jurnal khusus adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi –transaksi yang sejenis. transaksi – transaksi yang terjadi di perusahaan dagang ini dapat dikelompokkan ke dalam 5 jenis transaksi, yaitu: pembelian kredit, penjualan kredit, pengeluaran kas, penerimaan kas, dan transaksi umum. oleh karena itu, berdasarkan jenis transaksi yang terjadi di perusahaan dagang, secara teoritik dapat diidentifikasi 5 jenis jurnal khusus yaitu: jurnal pembelian, jurnal penjualan, jurnal pengeluaran kas, jurnal penerimaan kas, jurnal umum. materi pokok jurnal khusus pada perusahaan dagang ini banyak menuntut siswa untuk dapat memahami bagian-bagian dari jurnal khusus. sehingga materi ini memerlukan konsentrasi, pemahaman, keterampilan dan ketelitian serta penalaran dalam mempelajarinya. sebagian besar siswa menganggap bahwa materi ini sulit untuk dipahami karena memerlukan ketelitian dan pemahaman terhadap konsep yang terdapat pada materi tersebut. penjelasan yang dilakukan oleh guru kadang kurang dipahami oleh siswa sehingga banyak siswa yang mendapat nilai yang kurang memuaskan. materi jurnal khusus merupakan salah satu pokok bahasan yang masih dianggap sulit, karena dalam hal ini dibutuhkan pemahaman yang lebih dalam mengelompokkan semua transaksi yang terjadi di perusahaan dagang ke dalam jenis transaksi pembelian kredit, penjualan kredit, pengeluaran kas, penerimaan kas, dan transaksi umum. tidaklah mudah dalam mengelompokkan ke dalam 5 jenis tersebut, seorang siswa harus memiliki daya logika yang baik dan benar-benar paham tentang jurnal khusus sehingga siswa dituntut untuk berlatih terus menerus agar bisa benar-benar memahami materinya. oleh karena itu, untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa akuntansi khususnya pada materi jurnal khusus diperlukan suatu metode pembelajaran yang mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik untuk kedepannya. salah satu model pembelajaran untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. pembelajaran kooperatif sangat efektif membuat siswa aktif dalam proses belajar. siswa belajar dari pengalaman dan partisipasi aktif mereka dalam kelompok. dalam pembelajaran kooperatif ini akan membantu guru dalam menjelaskan materi jurnal khusus kepada siswa. dalam metode ini setelah guru selesai menjelaskan siswa akan berdiskusi dalam kelompok membahas kesulitan-kesuliatan yang mereka alami. salah satu metode pembelajaran kooperatif yang diutarakan oleh slavin adalah pembelajaran kooperatif tipe tgt (teams games tournaments). tipe pembelajaran ini merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat dijadikan alternatif untuk mengajar. dalam model pembelajaran ini siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan terdiri dari 5-6 orang siswa. pembagian kelompok ini dimaksudkan agar setiap siswa dapat berkolaborasi dengan teman, lingkungan, guru dan semua pihak yang terkait dalam proses pembelajaran dalam menyelesaikan semua permasalahan yang diperoleh dari guru secara bersama-sama sehingga diharapkan setiap siswa akan siap dalam kegiatan pembelajaran dan merangsang siswa untuk belajar. setelah dibentuk kelompok tersebut, setiap siswa saling bekerja sama mempelajari materi yang diberikan oleh guru secara bersama-sama. setiap siswa bertanggung jawab atas anggota kelompoknya. kemudian kegiatan dilanjutkan dengan permainan akademik antar kelompok. pembelajaran dalam model tgt (teams games taournament) ini terdapat unsur game dan tournament yang akan membuat siswa lebih rileks dalam menerima materi pelajaran jurnal vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.283 239 khusus yang masih dianggap sulit. dengan model ini akan merangsang keaktifan siswa, sebab dalam teams games tournaments semua siswa tidak ada yang tidak aktif selama proses belajar mengajar berlangsung dan juga siswa akan termotivasi saat pembelajaran sehingga hasil belajarnya akan meningkat. disamping itu teams games tournament lebih mementingkan keberhasilan kelompok dibandingkan dengan keberhasilan individu. penghargaan yang didapatkan oleh kelompok sangat ditentukan oleh keberhasilan penguasaan materi setiap anggota kelompok. kelebihan metode ini dapat mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan kerjasama kelompok, metode tgt ini juga dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan yaitu belajar sambil bermain. disamping itu dengam model pembelajaran tgt dapat menumbuhkan sikap tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, keterlibatan belajar dan lebih meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. model pembelajaran tgt (teams games tournament) sesuai untuk kompetensi dasar jurnal khusus. jurnal khusus merupakan materi akuntansi yang membutuhkan pemahaman yang baik. dalam mempelajari materi jurnal khusus siswa harus memahami konsep materi dan bentuk-bentuk jurnal khusus. siswa tidak hanya menghafalkan konsep-konsep dan bentuk-bentuk jurnal khusus tersebut. materi jurnal khusus bisa menggunakan metode pembelajaran tgt (teams games tournament) karena metode ini memudahkan siswa dalam menyerap materi pembelajaran karena bisa bertanya dengan teman satu kelompok atau kepada guru bila menemui kesulitan. metode setting penelitian 1. waktu penelitian penelitian ini kami lakukan dalam semester 2 tahun 2018 / 2019, mulai bulan januari 2019 sampai juni 2019 dengan perincian waktu sebagai berikut :bulan januari peniliti gunakan untuk menyusun proposal, karena kegiatan pembelajaran baru dimulai pertengahan awal januari 2019.penyusunan instrumen penelitian dilakukan pada bulan februari. pengambilan data atau pelaksanaan tindakan dilakukan pada bulan maret minggu pertama,kedua dan ketiga dengan tiga kali pertemuan setiap minggunya, jadi ada enam kali pertemuan. analisis data direncakan pada bulan april dan pada bulan mei digunakan untuk menyusun laporan hasil ptk (penelitian tindakan kelas) sampai bulan juni jurnal khusus adalah materi yang diberikan siswa kelas xii sma semester 2 baik kelas peminatan maupun kelas lintas minat , sesuai pada kurikulum 2013 membutuhkan waktu 12 x 45 menit..alo kasi waktu penelitian dapat dilihat pada tabel 1. di bawah ini. tabel 1. alokasi waktu penelitian no uraian bulan jan feb maret april mei jun 1. penyusunan proposal ptk x 2. penyusunan instrumen ptk x 3. pengumpulan data dengan melakukan tindakan : a. siklus i b. siklus ii x x 4. analisa data x 5. menyusun laporan ptk x x vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.283 240 2. setting tempat a. penelitian ini dilakukan di sman 1 kayen, jl. kayen sukolilo. b. penelitian dilakukan di sman 1 kayen, karena hasil belajar jurnal khusus dari siswa sman 1 kayen kelas xii mipa masih rendah. diharapkan dengan adanya penelitian tindakan kelas ini dapat meningkatkan hasil belajar jurnal khusus bagi siswa kelas xii mipa-6 sman 1 kayen semester 2 tahun pelajaran 2018 / 2019 subyek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subyeknya adalah siswa kelas xii mipa-6 ada 42 orang yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. sumber data sumber data yang peneliti peroleh adalah data yang berasal dari subyek penelitian ini sebagai sumber data primer, yaitu : 1. data kondisi awal dari subyek penelitian yang berupa nilai tes pertemuan ketiga pada standart kompetensi jurnal khususl yang sesuai silabus alokasi waktunya ada enam kali pertemuan. 2. data nilai tes pada siklus i, yang pelaksanaannya pada pertemuan keempat. 3. data nilai tes pada siklus ii, yang pelaksanaannya pada pertemuan ke enam. sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data dari hasil pengamatan yang dilakukan teman sejawat, berupa : 1. hasil pengamatan pada siklus i, pada saat pelaksanaan siklus i dimana pembelajaran sudah menggunakan model tgt dengan game mengenai jurnal khusus.. 2. hasil pengamatan pada siklus ii, pada saat pelaksanaan siklus ii dimana pembelajaran sudah menggunakan model tgt turnament mengenai jurnal khusus. teknik dan alat pengumpulan data dalam penelitian ini teknik pengumpulan data berbentuk teknik tes dan teknik non tes. 1. teknik tes teknik tes ini berupa tes tertulis yang diperlukan untuk memperoleh data nilai kondisi awal, data nilai siklus i dan data nilai siklus ii. setiap tes dibuat 30 soal pilihan ganda, tes dikerjakan selama 45 menit pada akhir pertemuan ketiga, akhir pertemuan ke empat dan akhir pertemuan ke enaam. 2. teknik non tes teknik non tes berupa hasil ini berupa hasil pengamatan teman sejawat dengan mencatat perilaku subyek penelitian pada saat proses pembelajaran berlangsung baik pada siklus i dan siklus ii yang akan dicatat pada lembar pengamatan. validasi data agar dalam penelitian diperoleh data yang valid, maka dipelukan validasi data. adapun validasi yang digunakan adalah validasi kuantitatif dan validasi kualitatif. validasi kuantitatif untuk data yang berupa angka dan validasi kualitatif untuk data yang tidak berupa angka. 1. validasi kuantitatif sebelum membuat soal tes, maka terlebih dahulu disusun kisi-kisi soal ini dimaksudkan agar indikator tidak mengelompok atau soal bisa lebih menyebar, selain itu indikator tidak menyimpang dari standart kompetensi maupun kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berdasarkan kurikulum yang berlaku. 2. validasi kualitatif untuk data yang tidak berupa angka divalidasi melalui trianggulasi. dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi ruang, trianggulasi teoritis dan trianggulasi waktu. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.283 241 trianggulasi waktu dilakukan dengan mengumpulkan data dalam waktu yang berbeda, sedapat mungkin meliputi rentangan waktu tindakan dilaksanakan dengan frekuensi yang memadai untuk menjamin bahwa perubahan perilaku tertentu bukan hanya suatu kebetulan. pada penelitian ini, data tentang proses pembelajaran dengan model tgt pada hari yang berbeda dan jumlah pengamatan sesuai siklus yang dilaksanakan dalam penelitian ini. trianggulasi peneliti dapat dilakukan dengan mengumpulkan data yang sama oleh beberapa peneliti sampai diperoleh data yang relatif konstan. dalam penelitian ini, diperoleh dari beberapa teman sejawat dalam mengamati proses pembelajaran sesuai siklus yang dilaksanakan. trianggulasi ruang dapat dilakukan dengan mengumpulkan data yang sama di tempat yang berbeda, dijadikan ajang penelitian yang sama dan data yang sama dikumpulkan dari kelas yang menjadi subyek dalam penelitian ini. trianggulasi teoritis dapat dilakukan dengan memakai gejala perilaku tertentu dengan dituntun oleh beberapa teori yang berbeda tetapi terkait. analisa data penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (ptk). dalam penelitian ini diperoleh data kuantitatif dan data kualitatif. data kuantitatif berupa nilai tes hasil belajar dan data kualitatif berupa hasil pengamatan pada saat proses belajar berlangsung. data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan diskriptif kuantitatif, yaitu dengan membandingkan : 1. nilai tes kondisi awal, yaitu tes pada pertemuan ke satu dengan nilai tes pada akhir siklus i yaitu pertemuan ke tiga. 2. nilai tes akhir siklus i dengan nilai tes akhir siklus ii data kualitatif dianalisis dengan menggunakan diskriptif kualitatif, yaitu dengan membandingkan: 1. hasil pengamatan proses belajar kondisi awal, yaitu pengamatan pada proses belajar pertemuan ke satu sampai ke tiga dengan pengamatan proses belajar selama siklus i. 2. hasil pengamatan proses belajar siklus i dengan hasil pengamatan proses belajar siklus ii prosedur penelitian penelitian tindakan kelas (ptk) merupakan penelitian yang tepat untuk dilaksanakan guru karena terkait dengan tugas pokok yang selalu dihadapi. adapun ciri dari penelitian tindakan kelas adalah selalu ada tindakan (action). dalam penelitian ini, tindakan yang akan dilakukan melalui dua siklus, dan setiap siklus ada empat tahapan, yaitu planning, acting, observing dan reflecting. 1. siklus i siklus i akan dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan atau enam jam pelajaran. dalam siklus i ini jatuh pada pertemuan ke satu sampai ke tiga tiga dalam pembahasan jurnal khusus. adapun tahapan dalam siklus i ini adalah sebagai berikut : a. perencanaan tindakan 1) apersepsi: membentuk kelompok besar, tiap kelompok terdiri dari 6 siswa sebanyak 3 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 7 siswa sebanyak 3 kelompok.. karena jumlah siswa ada 39 siswa, maka ada kelompok.6 kelompok. 2) kegiatan inti kegiatan pembelajaran mengenai jurnal khusus ini sudah menggunakan model tgt game para siswa memahami materi dengan bermain game pada kelompok masingmasimg , ini dilakukan pada pertemuan ke dua. 3) penutup kegiatan ini dilakukan pada pertemuan ke tiga dengan mengadakan tes setelah selesai satu kd (kompetensi dasar) dan berakhirnya siklus i. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.283 242 b. pelaksanaan tindakan 1) apersepsi membentuk kelompok besar, tiap kelompok terdiri dari 10 siswa. karena jumlah siswa ada 39 siswa maka ada empat kelompok. 2) kegiatan inti kegiatan pembelajaran mengenai jurnal khususl sudah menggunakan model tgt game, para siswa memahami mareti jurnal khusus dengan bermain game, ini dilakukan pada pertemuan ke dua dan bersama dengan guru menyimpulkan hasil permainan game.. 3) penutup. kegiatan ini menginduks setelah selesai satu kd (kompetensi dasar) dan berakhir siklus i. c. pengamatan tindakan 1) pada pertemuan ke tiga ada siklus i 2) proses belajar akan diperoleh dari hasil kolaborasi dengan teman sejawat untuk mengamati proses belajar. d. refleksi 1) hasil belajar yaitu akan membandingkan hasil tes kondisi awal dengan hasil tes siklus 2) proses belajar akan berkolaborasi dengan teman sejawat untuk mengamati proses pembelajaran pada siklus i dan akan membandingkan dengan proses pembelajaran pada kondisi awal. 2. siklus ii dalam siklus ii ini akan dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan atau enam jam pelajaran. berdasarkan silabus pembahasan jurnal khususl ini dilaksanakan pada pertemuan ke empat sampai dengan ke enam. adapun tahapan dalam siklus ii ini adalah sebagai berikut : hasil deskripsi kondisi awal dalam kegiatan pembelajaran mengenai kompetensi dasar jurnal khusus dilaksanakan enam kali pertemuan atau 12 jam pembelajaran. pada saat belum dilakukan peelitian tindakan kelas, guru masih menggunakan metode pembelajaran secara konvensional, yaitu memberikan informasi dengan ceramah mengenai konsep-konsep jurnal khusus lalu memberi tugas untuk mengerjakan soal. kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga siswa kurang aktif dan kurang memahami konsep mengenai jurnal khusus akibatnya hasil belajar siswa rendah. rendahnya hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat dari hasil tes setelah pembelajaran jurnal khusus pada pertemuan ke satu sampai ke tiga. ini sebagai tes awal dan dapat dilihat dalam tabel 2 di bawah ini. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.283 243 tabel 2. hasil tes awal no interval nilai jumlah siswa persentase (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74 75 – 79 80 – 84 85 – 89 90 – 95 4 8 3 13 6 2 3 3 10 21 8 36 13 2 5 5 jumlah 42 100 kkm72 jumlah tuntas 8 19 berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar jurnal khusus secara klasikal dari siswa kelas xii mipa-6 sman 1 kayen ini sangat rendah. dengan kkm (kriter ketuntasan minimum) 72, siswa yang tuntas hanya ada 8 siswa atau 19 %. selanjutnya dapat dilihat juga pada diagram di bawah ini : gambar 1. digram batang hasil tes awal deskripsi siklus i berdasarkan hasil tes awal tersebut di atas dijadikan dasar sebagai refleksi awal melalui diskusi sesama guru ekonomi (kolaborasi). selanjutnya sesuai pelaksanaan dalam siklus i tindakan pertama ini dilaksanakan pembelajaran jurnal khususl dengan menggunakan model tgt game. adapun hasil akhir siklus i dapat dilihat dalam hasil tes maupun hasil non tes melalui empat tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, hasil pengamatan dan refleksi. 0 2 4 6 8 10 12 14 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 nilai vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.283 244 1. perencanaan tindakan a. apersepsi dalam kegiatan ini membentuk kelompok ,tiap kelompok terdiri dari 7 siswa. karena jumlah siswa ada 42 siswa, maka ada 6 kelompok. b. kegiatan inti kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke dua pembelajaran jurnal khusus menggunakan model tgt game. siswa memahami materi dengan bermain game per kelompok masing-masing. pada pertemuan ke kedua, pembelajaran jurnal khusus ini dilanjutkan dengan mendisikusikan antar kelompok lalu dengan bimbingan guru disimpulkan hasil permainan game. c. penutup pada pertemuan ke tiga diadakan tes sebagi berakhirnya siklus i. 2. pelaksanaan tindakan a. apersepsi membentuk kelompok, tiap kelompok terdiri dari 7 siswa. karena jumlah siswa ada 42 siswa, maka ada 6 kelompok. b. kegiatan inti kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke dua, pembelajaran jurnal khusus menggunakan model tgt game siswa memahami materi dengan bergamin game per kelompok masing-masin gambar 2. foto kegiatan siklus i c. penutup diadakan tes sebagai berakhirnya siklus i yang dilaksanakan pada pertemuan ke tiga. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.283 245 3. hasil pengamatan a. hasil belajar pada siklus i ini diperoleh dari tes akhir siklus i yang dilaksanakan pada pertemuan ke tiga hasil belajar ini dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini. tabel 3. hasil tes siklus i no interval nilai jumlah siswa persentase (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74 75 – 79 80 – 84 85 – 89 90 – 95 1 10 11 2 13 5 2 24 26 5 31 12 jumlah 42 100 kkm 72 jumlah tuntas 33 90 keterangan : jumlah siswa yang tuntas : 33 siswa jumlah siswa yang tidak tuntas : 9 siswa persentase ketuntasan : 90 % berdasarakan tabel 3 di atas, dapat diketahui bahwa setelah pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model tgt game maka dengan kkm (kriteria ketuntasan minimum) 72, siswa yang sudah kompeten dan tuntas ada 38 siswa atau 80 %. sedangkan siswa yang belum tuntas ada 9 siswa atau 20 %. selanjutnya hasil belajar siklus i dapat dilihat juga dalam diagram di bawah ini. gambar 3. diagram batang hasil tes pada siklus i b. hasil pengamatan proses belajar (hasil non tes) menurut pengamatan teman sejawat pada kegiatan proses pembelajaran siklus i ini dapat dilihat dalam lembar pengamatan yang disajikan dalam tabel 4 di bawah ini. 0 5 10 15 20 25 4549 5054 5559 6064 6569 7074 7579 8084 8589 9095 nilai vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.283 246 tabel 4. hasil non tes kondisi awal dan siklus i no aspek yang dinilai 1 2 3 4 5 1 kesiapan siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran v 2 perhatian siswa pada materi yang diajarkan v 3 siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan v 4 interaksi siswa dengan temannya v 5 ketepatan waktu dalam mengumpulkan tugas v keterangan pemberiaan skor : 1= banyaknya pesertaa didik yang melakukan aktifitas 16 % 32 % 2= banyaknya pesertaa didik yang melakukan aktifitas 33 % 49% 3= banyaknya pesertaa didik yang melakukan aktifitas 50 % 66 % 4= banyaknya pesertaa didik yang melakukan aktifitas 6 % 83 % 5= banyaknya pesertaa didik yang melakukan aktifitas 84 % -100 % kriteria keaktifan peserta didik n0 interval presentase kriteria 1 16 % 32 % tidak aktif 2 33 % 49 % kurang aktif 3 50 % 66 % cukup aktif 4 67 % 83 % aktif 5 84 % 100 % sangat aktif pengamatan : skor hasil observasi : ( 3 + 2 + 2 + 3 + 3 ) = 13 presentase = 13/25 x 100 % = 52 % berdasarkan tabel 4 di atas, dapat diketahui hasil non tes yang diperoleh dari pengamatan teman sejawat dapat diketahui bawah selama kegiatan pembelajaran materi jurnal khusuus setelah menggunkan model tgt game pembelajaran menjadi efektif karena siswa terlibat aktif bermain game dalam kelompok dalam memahami materi. 4. refleksi a. hasil belajar (hasil tes) hasil tes pada kondisi awal nilai rata-rata 60,26; nilai tertinggi 80 sedangkan hasil tes pada siklus i nilai rata-rata 80,51 nilai tertinggi 93,00dan terendah 63,00. pada kondisi awal jumlah siswa yang nilainya di bawah kkm ada 34 siswa. sedangkan hasil tes pada siklus i setelah melakukan tindakan, jumlah siswa yang nilainya di bawah kkm tinggal 9 siswa. hasil refleksi ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini. tabel 5. hasil tes kondisi awal dan siklus i nilai kondisi awal siklus i tertinggi terendah rata-rata 80 45 60,22 93 63 80,51 vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.283 247 dari tabel di atas dapat dilihat ada kenaikan nilai terendah dari kondisi awal naik sebesar 18. nilai tertinggi juga mengalami kenaikan sebesar 13. dan nilai ratarata juga mengalami kenaikan sebesar 20,29 tabel 6. jumlah siswa yang memenuhi kkm kondisi awal dan siklus i no keterangan jumlah siswa persentase (%) 1 2 kondisi awal siklus i 8 33 19 % 90 % dari tabel di atas dapat dilihat ada kenaikan jumlah siswa yang memenuhi kkm (tuntas) dari kondisi awal ada 8 siswa dan pada siklus i ada 33 siswa, yang berarti ada kenaikan sebesar 25. b. hasil pengamatan proses belajar (hasil non tes) pada kondisi awal belum ada kolaborasi dengan teman sejawat, kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara konvensional. siswa pasif, kegiatan monoton dan membosankan karena pembelajaran terpusat pada guru. pada siklus i pembelajaran sudah kolaborasi dengan teman sejawat sehingga pembelajaran sudah bervariasi, guru sebagai fasilator sehingga siswa aktif dan kegiatan menyenangkan. hasil pengamatan ini dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini. tabel 7. proses belajar kondisi awal dan siklus i no proses belajar kondisi awal siklus i 1 2 3 siswa pasif terpusat pada guru monoton dan membosankan siswa aktif guru sebagai fasilitator bervariasi menyenangkan dengan bermain game dan tournament deskripsi siklus ii 1. perencanaan tindakan a. apersepsi membentuk kelompok meja, tiap kelompok terdiri 7 orang, karena jumlah siswa ada 42 orang, maka ada 6 meja kelompok. guru mengarahkan tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. b. kegiatan inti pada pertemuan ke tujuh, kegiatan pembelajaran menggunakan model turnament. siswa bermain secara turnament per kelompok meja masing-masing. pada pertemuan ke ke lima , pembelajaran dilanjutkan dengan mendiskusikan antar kelompok lalu dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil turnament. c. penutup pada pertemuan ke enam diadakan tes sebagai akhir dari siklus ii. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.283 248 2. pelaksanaan tindakan a. apersepsi membentuk kelompok meja, tiap kelompok meja terdiri 6 dan 7 orang, karena jumlah siswa ada 39 orang, maka ada 6 kelompok meja. b. kegiatan inti pada pertemuan ke empat, kegiatan pembelajaran menggunakan model tgt turnamentj, yang pada siklus i menggunakan model tgt game siswa bermain dalam turnament per kelompok meja. pada pertemuan ke lima, pembelajaran dilanjutkan dengan diskusi antar kelompok. dengan bimbingan guru membuat kesimpulan hasil turnament. gambar 4. foto kegiatan siklus ii c. penutup diadakan tes akhir siklus ii pada pertemuan ke enam. 3. hasil pengamatan a. hasil belajar (hasil tes) hasil belajar diperoleh dari tes yang dilaksanakan pada pertemuan ke enam. hasil tes ini dapat dilihat pada tebel 8 di bawah ini. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.283 249 tabel 8. hasil tes siklus ii no interval nilai jumlah siswa persentase (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74 75 – 79 80 – 84 85 – 89 90 – 95 2 2 25 8 5 5 5 59 20 11 jumlah 42 100 kkm 72 jumlah tuntas 2 5 keterangan : jumlah siswa yang tuntas : 42siswa jumlah siswa yang tidak tuntas : 2 persentase ketuntasan : 95 % berdasarkan tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa setelah pembelajaran dilakukan dengan model tgt turnament, maka dengan kkm 72, siswa yang tuntas meningkat menjadi 37 orang. selanjutnya hasil tes siklus ii ini dapat juga dilihat dalam diagram di bawah ini. gambar 6. diagram batang hasil tes siklus ii b. hasil pengamatan proses belajar (hasil non tes) menurut pengamatan teman sejawat pada kegiatan proses pembelajaran siklus ii ini dapat dilihat dalam lembar pengamatan yang disajikan dalam tabel 10 di bawah ini. 0 5 10 15 20 25 4549 5054 5559 6064 6569 7074 7579 8084 8589 9095 nilai vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.283 250 tabel 9. hasil non tes siklus i dan siklus ii no aspek yang dinilai 1 2 3 4 5 1 kesiapan siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran v 2 perhatian siswa pada materi yang diajarkan v 3 siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan v 4 interaksi siswa dengan temannya v 5 ketepatan waktu dalam mengumpulkan tugas v pengamatan : skor hasil observasi : ( 5+ 4 + 4 + 4 + 5 ) = 22 presentase pengamaatan = 22/ 25 x 100 % = 88 % berdasarkan tabel 9 di atas, pada waktu proses pembelajaran siklus ii terlihat semua siswa (39 orang) lebih serius,bermain dalam turnament dan bertanggung jawab pada kelompoknya. 4. refleksi a. hasil belajar (hasil tes) hasil tes siklus i nilai rata-ratanya 80,51 sedangkan hasil tes siklus ii nilai rata-ratanya 81,54. sedang nilai tertinggi siklus i adalah 93 pada siklus ii tertinggi 95. pada siklus i jumlah siswa yang nilainya di bawah kkm ada 7 siswa. sedangkan pada siklus ii jumlah siswa yang nilainya di bawah kkm ada 2 orang, yang berarti dari 39 siswa 95 % sudah mencapai diatas kkm.. hasil tes siklus i nilai terendahnya 63 nilai tertingginya 93 sedangkan setelah diadakan tindakan pada siklus ii, nilai terendah 75 dan nilai tertinggi 95. hasil tes siklus i dan siklus ii dapat dilihat dalam tabel 10 di bawah ini. tabel 10. hasil tes siklus i dan siklus ii nilai siklus i siklus ii tertinggi terendah rata-rata 93 63 80,51 95 75 81,54 dari tabel di atas, dapat dilihat ada kenaikan nilai terendah dari siklus i ke siklus ii dari 63 menjadi 75 dan kenaikan nilai tertinggi dari 93 menjadi 95. ada kenaikan nilai rata-rata pada siklus ii dari siklus i. bila pada siklus i nilai rata-rata80,51 maka pada siklus ii nilai rata-rata menjadi 81,54 ada kenaikan sebesar 1,03. selanjutnya jumlah siswa yang memenuhi kkm antara siklus i dan siklus ii dapat dilihat dalam tabel 11 di bawah ini. tabel 11. jumlah siswa yang memenuhi kkm siklus i dan siklus ii no keterangan jumlah siswa persentase (%) 1 2 siklus i siklus ii 33 40 90% 95 % dari tabel di atas, dapat dilihat ada kenaikan jumlah siswa yang memenuhi kkm dari siklus i ada 33 siswa dan pada siklus ii ada 40 ssiswa, yang berarti ada kenaikan sebesar 7. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.283 251 b. hasil pengamatan (hasil non tes) pada kegiatan proses belajar siklus i, siswa sebagian sudah terlihat aktif. sudah ada kerja sama dalam kelompok dann antar kelompok interaksi antar siswa berjalan harmonis. pada siklus i kegiatan pembelejaran dengan model tgt game dan pada siklus ii kegiatan pembelajaran dengan model tgt turnament. proses belajar pada siklus i dan siklus ii dapat dilihat dalam tabel 12 di bawah ini. tabel 12. proses belajar siklus i dan siklus ii no proses belajar siklus i siklus ii 1 2 3 4. siswa aktif guru sebagai fasilitator kegiatan pembelajaran menyenangkan menggunakan model tgt game siswa aktif guru sebagai fasilitator kegiatan pembelajaran menyenangkan menggunakan model tgt turnament pembahasan 1. pelaksanaan tindakan pada saat belum dilakukan penelitian tindakan kelas, guru masih menggunakan metode yang monoton, pembelajaran dilakukan secara klasikal. kegiatan guru di kelas masih menggunakan cara konvensional, yaitu memberikan informasi untuk konsep-konsep jurnal khusus, kemudian memberi tugas. kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif. guru tidak memberikan contoh secara riil, akibatnya hasil belajar siswa rendah. pada siklus i dilakukan tindakan dengan cara membentuk kelompok , tiap kelompok terdiri dari 7 orang. karena ada 42 siswa maka ada 6 kelompok. kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke dua kegiatan pembelajaran menggunakan model tgt game siswa bermain dalam game dan berakhir dengan bimbingan guru bersama-sama mengambil kesimpulan dari bermain game. dan pada pertemuan ke tiga diadakan tes sebagai akhir siklus i. pada kegiatan siklus i ini masih terlihat beberapa anak yang kurang aktif. hal ini disebabkan karena masih ada rasa takut atau belum percaya diri siswa dalam satu kelompok. pada siklus ii dilakukan tindakan dengan cara melaksanakan turnament dan anggota kelompoknya diganti. nama dan jumlah nanggotanya berubah.dalam siklus ii tetap ada 6 kelompok, tetapi personil dan jumlahnya berubah. kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke empat kegiatan pembelajaran menggunakan model tgt turnament. siswa menyelesaikan turnament dengan kelompoknya dilanjutnya sampai pertemuan ke lima selanjutnya dengan bimbingan guru, bersamaa dengan sedmua kelompok menyimpulkan hasil turnament.. dari pertemuan ke enam diadakan tes sebagai akhir pertemuan siklus ii. pada kegiatan pembelajaran siklus ii ini terlihat sangat aktif. smua siswa dalam kelompok aktif mengambil kesempatan menyelesaikan turnament, guru hanya membimbing sebagai fasilator. 2. hasil pengamatan pada kondisi awal kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif. guru masih menggunakan metode yang konvensional, yaitu memberi vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.283 252 informasi dengan ceramah mengenai konsep-konsep pasar modal, lalu memberi tugas untuk mengerjakan soal. siswa masih kurang memahami konsep jurnal khusus, terlihat tidak ada siswa yang bertanya, akibatnya hasil belajarnya rendah. rendah hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat dari hasil tes awal, nilai rata-ratanya 60,26 nilai terendah 45, nilai tertinggi 80 . jumlah siswa yang nilainya di bawah kkm ada 25 siswa sedangkan yang tuntas hanya ada 14 siswa. selanjutnya dilakukan tindakan pada siklus i dan dari hasil pengamatan teman sejawat sebagai kolaborator kegiatan pembelajaran makin baik, nampak ada 30 anak yang mengikuti dengan serius, sikap duduknya tenang dan senang, sehingga kegiatan belajar makin aktif. semakin baiknya pembelajaran ini terlihat dari nilai rata-ratanya yang lebih baik yaitu 80,51; juga makin baiknya nilai terendah menjadi 63 dan nilai tertinggi 93. dan jumlah siswa 42 yang semula di bawah kkm 34 siswa, berkurang menjadi 9 siswa.. sehingga yang tuntas sudah ada 33 siswa (80 %). pada siklus ii pembelajaran semakin menarik dan siswa makin aktif, pembelajaran model tgt game dilajutnkan model tgt turnament di siklus ii. berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat nampak semua siswa yaitu ada 42 siswa mengikuti secara serius, duduknya tenang dan senang sekali. sehingga mereka nampak sangat akti mengambil peran dalam turnament. sangat baiknya kegiatan pembelajaran pada siklus ini terlihat dari nilai rata-ratanya menjadi 81,54 sedang nilai terendahnya saja baik yaitu 75 dan nilai tertingginya 95. dan dari 42 siswa ,orang tuntas. 3. hasil refleksi a. hasil belajar atau hasil tes hasil tes pada siklus i nilai rata-ratanya 80,51 sedangkan hasil tes pada siklus ii rata-ratanya81,54. pada siklus i jumlah siswa yang nilainya di bawah kkm ada 8 siswa (19 %) dan yang tuntas ada 34 siswa (81 %). sedangkan pada siklus ii jumlah siswa yang nilainya di bawah kkm 2 siswa ( 5 %)., jadi pada siklus ii ketuntasan mencapai 95 %. hasil tes pada siklus i nilai terendahnya 63 dan nilai tertingginya 93. selanjutnya pada siklus ii nilai rendahnya75 dan nilai tertingginya 95. ada kenaikan nilai terendah dari kondisi siklus i ke siklus ii dari 63 menjadi 75. jadi ada kenaikan sebesar 12 atau 12 % . adapun nilai tertinggi dari kondisi siklus i ke siklus ii dairi 93 menjadi 95, jadi ada kenaikan sebesar 2 atau 5 %. b. proses belajar atau hasi non tes kegiatan belajar terlihat makin aktif karena dengan adanya model tgt game banyaknya peserta didik yang melakukan kegiatan sebesar 52 % masuk dalam kriteria cukup aktif. ini menunjukkan hasil pengamatan dari kolaborasi. selanjutnya pada siklus ii pembelajaran sangagt aktif. banyaknya psserta didik yang melakukan kegiatan sebesar 88 % masuk dalam kriteria sangat aktif. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.283 253 a. perencanaan tindakan 1) apersepsi dalam kegiatan ini akan membentuk kelompok seperti siklus 1 tetapi anggota kelompoknya diganti. jadi jumlah kelompoknya tetap ada 6 kelompok. 2) kegiatan inti pada pertemuan ke empat kegiatan pembelajaran mengenai jurnal khusus ganti menggunakan model tgt turnament dan siswa memahami materi jurnal khusus dengan melaksanakan turnament dengan bertanggungjawab pada kelompok masing-masing. diskusi antar kelompok, lalu bersama guru menyimpulkan hasil turnamet. 3) penutup pada pertemuan ke enam akan mengadakan tes sebagai akhir dari kegiatan siklus ii. b. pelaksanaan tindakan 1) apersepsi dalam kegiatan ini akan membentuk kelompok, tiap kelompok terdiri dari 6 siswa dan 7 sisswa, karena jumlah siswa 42 siswa, maka akan ada 6 kelompok. 2) kegiatan inti pada pertemuan ke empat dan ke lima kegiatan pembelajaran mengenai jurnal khususl ganti menggunakan model tgt turnamaent dan siswa memahami materii dengan berdiskusi kelompok mengikuti turnament di kelas dengan kelompoknya masing-masing. lalu bersama guru menyimpulkan hasil turnament sampai pertemuan ke lima.. 3) penutup pada pertemuan ke enam sebagai akhir dari pembahasan jurnal khusus akan mengadakan tes sebagai akhir kegiatan siklus ii. c. pengamatan tindakan 1) hasil belajar akan dilakukan dari nilai tes pada siklus ii 2) proses belajar akan diperoleh dari hasil kolaborasi dengan teman sejawat melalui pengamatan kegiatan pembelajaran siklus ii 3) d. refleksi 1) hasil belajar akan dilakukan dengan membandingkan hasil tes siklus i dengan hasil tes siklus ii. 2) proses belajar akan diperoleh dengan bantuan teman sejawat untuk mengamati kegiatan pembelajaran pada siklus ii dan membandingkan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus i. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.283 254 simpulan berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pengamatan saat berlangsungnya ksegiatan pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. hasil belajar tentang kompetensi dasar jurnal khususl mengalami peningkatan dengan model ran kooperatif tipe tgt (time game turnament) bagi siswa kelas xii mipa-6 sman 1 kayen semester 2 tahun 2018 / 2019. 2. peningkatan hasil belajar tentang kompetensi jurnal khusus ini dapat dilihat dari kenaikan nilai rata-ratanya dan kenaikan jumlah siswa yang memenuhi nilai kkm implikasi dari hasl penelitian tindakan kelas ini maka diharapkan memberikan sumbangan berupa : 1. perkembangan ilmu pengetahauan terutama yang berkembang dengan strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran maupun metode pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran ekonomi 2. semangat untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas 3. rujukan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran ekonomi 4. rujukan untuk menyusun silabus maupun rpp pembelajaran ekonomi. saran dari hasil simpulan di atas maka penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. bagi sekolah sekolah sebagai lembaga hendaknya memiliki program pengembangan profesi guru di sekolah, khususnya untuk penelitian tindakan kelas (ptk). 2. bagi kepala sekolah kepala sekolah hendaknya mondorong guru-guru dilingkungan sekolahnya untuk melakukan penelitian tindakan kelas (ptk). 3. bagi guru guru sebaiknya semangat untuk melakukan penelitian tindakan kelas, karena selain untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, juga untuk mengembangkan profesinya. daftar rujukan ann, tri catharina, psikologi belajar semarang; unnes press arikunto, suharsimi. 2010. prosedur penelitian suatu pendekatan praktik (edisi revisi 2010). jakarta: pt rineke cipta. bobbi de potter, mike hehachi. 2000. quantum learning: membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. bandung: kaifa. depdiknas. 2003. standart kompetensi mata pelajaran ekonomi sma & ma. jakarta: balitbang depdiknas. anonim. 2005. materi pelatihan terintegrasi ips buku 4. jakarta: depdiknas. jakarta: dir. plp. dikdasmen-diknas. anonim. 2005. peningkatan kwalitas pendidikan. jakarta: direktotar jendral pendidikan tinggi. dahar, rw. 1996. teori-teori belajar. jakarta: erlangga. djamarah, syaiful bahri. 2000. guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. jakarta: pt rineka cipta. anonim. 2010. strategi belajar mengajar . jakarta: pt sdi mahasatya.. e. slavin, robert . 2005. cooperative learning teori, riset, dan praktik. bandung nusa media hamalik, demar. 1989. komputerisasi pendidikan nasional. bandung: nandar maju. anonim. 2009. kurikulum dan pembelajaran jakarta pendidikan nasional. bandung: nandar maju vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.283 255 made pidarta, dr. 1986. pengelolaan kelas. surabaya: pn usaha nasional. moleong, lexy j. 2005. metodologi penelitian kualitatif. bandung: pt remaja rosdakarya. peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 16 tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya purwanto, ngalim. 1986. psikologi pendidikan. bandung: remaja rosdakarya. ritonga. 2007. ekonomi untuk sma / ma kelas xi. jakarta: pt phibeta aneka gama. safari. 2003. evaluasi pembelajaran. jakarta: direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah. suradi. 2006 . interaksi siswa dalam belajar matematika secara kooperatif. surabaya unesa semiawan c dan raka. 1993. pendekatan pembelajaran: acuan konseptual pengelolaan kegiatan belajar mengajar di sekolah. jakarta: konsursium ilmu pendidikan. slameto. 2010. s belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. jakarta: rineka cipta tim mpbi jawa tengah. 2009. jurnal penelitian tindakan kelas. semarang: bandung institut. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.46 230 received : 02-09-2020 revised : 15-10-2020 published : 14-11-2020 meningkatkan hasil belajar mata pelajaran bahasa indonesia dengan menggunakan metode bercerita melalui media hand puppet (boneka tangan) siswa smp negeri 1 rancaekek lien herlina smp negeri 1 rancaekek bandung, indonesia lienherlinareke@gmail.com abstrak: tujuan penelitian ini merupakan buat tingkatkan hasil berlatih pelajar dalam pembelajaran bahasa indonesia materi narasi cerita binatang memakai tata cara menceritakan lewat alat boneka tangan. tipe penelitian ini merupakan penelitian aksi kategori dengan tata cara kegiatan golongan serta perlengkapan peraga boneka tangan( hand puppet). penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, tiap siklus mencakup pemograman, penerapan, pemantauan serta refleksi. subyek penelitian ini merupakan pelajar kategori viia smp negara 1 rancaekek kabupaten bandung tahun pelajaran 20162017 beberapa 33 pelajar. pengumpulan informasi dalam penelitian ini memakai metode uji serta pemantauan dengan metode analisa cerita yang mencakup penyajian informasi serta pencabutan kesimpulan. bersumber pada hasil penelitian terjalin ekskalasi hasil berlatih pelajar ialah dari 37% pra siklus, bertambah jadi 63% pada siklus i serta 93% pada siklus ii. kenaikan angka minimun dari 40 pada pra siklus, jadi 50 pada siklus i, serta jadi 70 pada siklus ii. kenaikan angka maksimum dari 80 pada pra aksi, jadi 90 pada siklus ii serta jadi 100 pada siklus ii. ada pula ekskalasi angka pada umumnya kategori bila pada pra siklus angka pada umumnya yang digapai merupakan 67, 4 kemudian bertambah jadi 71, 6 pada siklus i serta jadi 81, 8 pada siklus ii. dengan begitu bisa disimpulkan kalau dengan memakai tata cara menceritakan lewat alat hand puppet bisa tingkatkan hasil berlatih bahasa indonesia materi cerita fabel siswa kelas vii-a smp negeri 1 rancaekek kabupaten bandung tahun pelajaran 2016-2017. abstract: the purpose of this research is to improve the results of the practice of students in upgrading indonesian. narrative material animal stories use the way of telling stories through hand puppets. this type of research is a category action research with group activity procedures and hand puppet props. this research was conducted in 2 cycles, each cycle covering programming, application, monitoring and reflection. the subjects of this study were students of the vii-a category of smp negara 1 rancaekek bandung regency in the 2016-2017 school year some 33 students. collecting information in this study uses test methods and monitoring with story analysis methods that include presenting information and drawing conclusions. based on the research results, the escalation of students' training results was from 37% pre-cycle, increased to 63% in cycle i and 93% in cycle ii. the increase in the minimum number is from 40 in the pre-cycle, to 50 in the first cycle, and to 70 in the second cycle. increase in the maximum number from 80 in preaction, to 90 in cycle ii and to 100 in cycle ii. there is also an escalation of numbers in general categories if in the pre-cycle the number reached is 67.4 then increases to 71.6 in cycle i and becomes 81.8 in cycle ii. that way it can be concluded that by using the method of telling through the hand puppet tool, it can improve the results of practicing indonesian language fable story material for vii-a grade students of smp negeri 1 rancaekek, bandung regency, 2016-2017. kata kunci: metode bercerita, cerita fabel, boneka tangan mailto:lienherlinareke@gmail.com vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.46 231 pendahuluan keperluan fundamental orang yang berfungsi berarti dalam kehidupan orang ialah pembelajaran. suatu cara pembelajaran serta pengajaran dapat dibilang tidak sukses apabila dalam cara itu tidak memakai tata cara. alangkah berartinya sesuatu tata cara dalam cara pengajaran. pemakaian tata cara dalam pembelajaran bahasa wajib pas cocok dengan modul yang lagi dipelajari oleh pelajar. alhasil pelajar bisa berfungsi aktif serta memperoleh pengalaman berlatih yang berarti. dalam pembelajaran bahasa indonesia dengan modul mencertakan kembali narasi yang didengar, banyak pelajar yang cuma diam mencermati tanpa berani buat berdialog di depan kelasnya. perihal ini diakibatkan sebab sepanjang pembelajaran berjalan suasana kategori diam, mayoritas pelajar kurang paham dengan uraian guru, tidak terdapat pelajar yang membagikan asumsi kepada uraian guru, walaupun sudah kesekian kali guru membagikan peluang buat menanya soalsoal yang diserahkan guru. akhirnya hasilnya sedang jauh dari yang diharapkan. perihal itu pula terjalin pada pelajar kategori viia smp negara 1 rancaekek. hasil penilaian lewat uji formatif pada modul utama narasi cerita binatang, 21 pelajar( 63%) dari 33 pelajar belum bisa menggapai angka kkm ialah≥70 yang sudah didetetapkan. dari hasil diatas bisa diamati prosentase ketuntasan sedang kecil perihal ini diakibatkan oleh sebagian aspek ialah: 1. guru sangat kilat dalam mengantarkan modul alhasil pelajar kesusahan membekuk pembelajaran yang disampaikan 2. tata cara yang dipakai kurang digemari anak sehinga anak tidak merespon atau diam pada pelajaran yang diserahkan guru 3. sedikitnya komunikasi antara pelajar dengan guru, alhasil anak khawatir buat mengantarkan opini ataupun persoalan hal kesusahan yang dihadapi. bercerita merupakan sesuatu usaha mengantarkan sesuatu kejadian serta menghidupkannya alhasil pendengar ataupun pembaca bisa merasakan kejadian yang di informasikan, apalagi pemirsa ataupun pembaca bisa mengutip arti`dari narasi itu. perihal itu pula meningkatkan prosedurprosedur untuk pembelajaran 4 keahlian berbicara( menyimak, membaca, berdialog, serta menulis). lewat tata cara menceritakan anak diharapkan bisa melainkan aksi yang bagus serta aksi yang kurang baik alhasil bisa diterapkan dalam kehidupan tiap hari. tujuan tata cara menceritakan merupakan, salah satu usaha yang ditempuh pengajar buat berikan pengalaman berlatih supaya peserta didik mendapatkan kemampuan isi narasi yang di informasikan lebih bagus. lewat tata cara kisah berpengaruh anak hendak meresap pesanpesan yang dikatakan lewat aktivitas itu. penuturan narasi yang sarat data ataupun nilainilai bisa dihayati anak serta diaplikasikan dalam kehidupan tiap hari. dalam aktivitas menceritakan anak dibimbing buat meningkatkan keahlian buat mencermati narasi cerita binatang dari guru. guna prosedur menceritakan dengan cara biasa bagaikan donatur ataupun usaha yang sebaik bisa jadi untuk penerapan operasional dari pembelajaran itu. menceritakan bukan cuma berperan bagaikan hiburan namun pula ialah sesuatu metode yang bisa dipakai dalam menggapai sasaransasaran ataupun sasaran pembelajaran. prosedur narasi bisa menghasilkan atmosfer berlatih mengasyikkan serta melegakan dengan penuh desakan serta motivasi alhasil pelajaran ataupun modul pembelajaran itu bisa dengan mudah diserahkan. dengan pemakaian prosedur menceritakan pelajar hendak lebih aktif dalam menyambut pelajaran alhasil keahlian pelajar hendak bertambah ialah cocok dengan angka kkm yang telah didetetapkan. dengan kesuksesan pelajar mencapai angka kkm hingga mutu vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.46 232 pembelajaran serta keahlian pelajar hendak bertambah. tidak hanya itu tata cara yang bagus hendak lebih bagus apabila dibantu dengan alat pembelajaran yang bagus pula. alat boneka tangan( hand puppet) dengan cara rinci penafsiran boneka tangan ialah boneka yang ukurannya lebih besar dari boneka jemari serta dapat dimasukkan ke tangan. jemari tangan dapat dijadikan pendukung aksi tangan serta kepala boneka( gunarti, 2010: 5. 20), boneka ini cuma terdiri dari kepala serta 2 tangan saja, sebaliknya bagian tubuh serta kakinya cuma ialah pakaian yang hendak menutup tangan orang yang membawakannya disamping metode membawakannya pula cuma mengenakan tangan tanpa memakai perlengkapan tolong yang lain. metode memainkanya merupakan jemari telunjuk buat memainkan ataupun menggerakkan kepala, ibu jari, serta jemari tangan buat menggerakkan tangan. berdasarkan hal tersebut penulis bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul “meningkatan hasil belajar bahasa indonesia materi menceritakan kembali isi cerita fabel menggunakan metode bercerita melalui media hand puppet (boneka tangan) siswa kelas viia smp negeri 1 rancaekek”. berdasarkan latar belakang di atas, kesimpulan permasalahan dalam penelitian ini merupakan apakah dengan tata cara menceritakan lewat alat hand puppet pelajar bisa tingkatkan hasil berlatih bahasa indonesia dalam modul menggambarkan kembali isi narasi cerita binatang pelajar kategori viia smp negara 1 rancaekek?, serta apakah cara pembelajaran dengan memakai tata cara menceritakan lewat pemakaian alat hand puppet bisa tingkatkan hasil berlatih bahasa indonesia modul menggambarkan kembali narasi cerita binatang pelajar kategori viia smp negara 1 rancaekek?. tujuan dari penelitian merupakan buat mengenali bagaimanakah tingkatkan hasil berlatih partisipan ajar serta bagaimanakah cara pembelajaran pada mata pelajaran bahasa indonesia materi menceritakan kembali cerita fabel melalui metode bercerita dengan media hand puppet di kelas vii-a smp negeri 1 rancaekek?. penelitian ini diharapkan bisa berikan khasiat untuk peserta didik spesialnya buat tingkatkan hasil berlatih pelajar serta berikan pengalaman beraneka ragam lewat keahlian bahasa yang bisa diaplikasikan dalam bermacam kebutuhan serta peluang. tingkatkan profesionalisme serta rasa yakin diri guru, melatih independensi guru dalam meningkatkan wawasan serta pengalaman mengenai strategi serta tata cara pembelajaran yang cocok dengan tingkatan kemajuan pelajar. dengan tercapainya impian itu, mutu kualitas pembelajaran hendak bertambah dengan terdapatnya guru yang handal, alhasil hendak senantiasa melangsungkan inovasi pembelajaran dengan terdapatnya kreatifitas guru yang secara tidak langsung sekolah akan maju dan berkembang. metode penelitian ini memakai pendekatan komunikatif buat tingkatkan keahlian menggambarkan kembali narasi yang sempat didengar, yang didalam penerapannya memakai penelitian tindakan kelas. metode penelitian ini berbentuk penelitian aksi kategori( ptk) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. dalam 2 siklus itu dilaksanakan cocok dengan pergantian yang mau digapai semacam yang diprogramkan dalam siklus tadinya. bila hingga dengan 2 siklus dirasa lumayan hingga siklus ke 3 tidak butuh dilaksanakan. langkah pelaksanaan ptk dipilih model spiral yaitu siklus yang dilaksanakan secara berulang-ulang dan berkelanjutan (seperti lingkaran spiral). ptk model ini dikemukakan kemmis dan mc. taggart (undang, 2009: 104). ptk mempunyai 4 tahapan yang saling berhubungan yaitu: vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.46 233 1. tahap perencanaan (planning) berdasarkan identifikasi masalah maka disusun konsep aksi yang melingkupi seluruh tahap dengan cara rinci. seluruh kebutuhan ptk mulai dari modul atau bahan ajar, konsep pembelajaran, tata cara pemantauan dan instrumen pemantauan direncanakan dalam perancangan ini. dalam jenjang ini pula diperhitungkan seluruh hambatan yang bisa jadi muncul serta antisipasi yang diperlukan saat implementasi rencana perlakuan. 2. tahap pelaksanaan tindakan (action) langkah ini ialah realisasi dari seluruh konsep yang sudah direncanakan tadinya. guru diharapkan tidak berubahubah dengan seluruh konsep yang sudah terbuat. perihal yang wajib dicermati merupakan memadankan relevansi antara langkah pemograman dengan langkah penerapan supaya searah dengan makna awal. 3. tahap observasi (observasi) aktivitas observasi ataupun pemantauan dicoba berbarengan dengan penerapan aksi. informasi yang terkumpul dari langkah ini bermuatan mengenai penerapan dari konsep yang telah terbuat dan akibatnya pada prosedur pembelajaran. pada tahap ini digunakan instrumen yang telah ditetapkan, pengisian instrumen ini dilakukan oleh guru rekan sejawat (observer). dengan memperhatikan beberapa prinsip, yaitu: terdapat perancangan antara guru serta pengamat, fokus pemantauan diresmikan bersama, guru serta pengamat membuat patokan bersama, pengamat mempunyai keahlian yang mumpuni dalam pengamatan pembelajaran serta hasil pengamatan diberikan dengan segera. 4. tahap refleksi (refleksi) tahapan ini ialah langkah buat mengerjakan informasi yang diterima dikala observasi. informasi yang diterima setelah itu ditafsirkan serta dicari kejelasannya, dianalisis lalu disintesiskan. setelah data dianalisis maka dilakukan refleksi atas tindakan yang dilakukan. tindakan yang dilakukan serta hasil pembelajaran dibandingkan dengan hasil sebelumnya sehingga akan terlihat perbedaannya. setelah diketahui hasilnya maka bisa dtentukan tindakan yang dilakukan membawa perubahan positif atau tidak, kelebihan serta kelemahan pembelajaran yang dilakukan. pengumpulan informasi didapat dengan metode pemantauan serta penilaian sepanjang serta setelah pembelajaran berjalan. informasi hasil pemantauan dicatat bagaikan memo leluasa. informasi hal hasil berlatih pelajar disaring lewat hasil uji, pertanyaan terbuat sendiri oleh guru. informasi hasil uji ini dibutuhkan buat mengenali hasil pembelajaran. lembar pemantauan bermuatan kegiatan observasi guru serta pelajar dalam bentuk pembelajaran yang memakai tata cara komunikatif. lembar pemantauan amat dibutuhkan dalam aktivitas refleksi bagaikan usaha buat menelaah kesuksesan serta kekalahan pendapatan tujuan pembelajaran dalam tiap putaran serta buat memastikan perbuatan lanjut dalam putaran selanjutnya. buat memperoleh hasil keahlian pelajar bisa didapat dari uji. uji ini dicoba tiap akhir pertemuan. langkahlangkah yang dibutuhkan dalam pengumpulan informasi lewat uji merupakan menata pertanyaan uji dengan berdasar pada kompendium kategori vii serta novel paket bahasa indonesia semester ii. pertanyaan yang disusun bersumber pada tujuan pembelajaran spesial serta buat mengenali keahlian pelajar, pertanyaan ini diserahkan pada pelajar tiap pertemuan. dari balasan pelajar yang digarap dengan cara orang itu ditilik dan dianalisis alhasil bisa didapat informasi keahlian pelajar. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.46 234 dokumentasi dilakukan buat mengenali kondisi sepanjang cara pembelajaran di kategori. pengumpulan informasi lewat pemilihan itu dicoba kala peneliti menyuguhkan modul di kategori dengan aplikasi tata cara menceritakan. perihal ini dipakai buat membagikan cerminan serta fakta dengan cara jelas dari aktivitas pelajar pada dikala cara pembelajaran. tabel 1. jenis instrumen dokumentasi no. jenis dokumentasi keterangan 1 nilai siklus 1 dan 2 buat mengenali angka pelajar sehabis diaplikasikan tata cara pembelajaran bercerita dengan media hand puppet 2 foto kegiatan siswa buat mengenali serta menguatkan informasi aktivitas partisipan ajar sepanjang penerapan cara pembelajaran 3 daftar absensi siswa buat mengenali jumlah serta julukan pelajar yang hendak jadi sampel buat mendapatkan informasi dengan kelayakan aplikasi bentuk pembelajaran dipakai analisa informasi deskriptif dengan membagi informasi bagaikan selanjutnya: 1. lembar observasi lembar observasi ialah sesuatu lembar observasi yang diisi oleh pengamat yang berisikan mengenai penilaian aktivitas guru serta pelajar sepanjang cara berlatih berjalan. 2. tes hasil pembelajaran siswa hasil pembelajaran pelajar nampak pada akuisisi angka pelajar pada tiap uji yang diserahkan guru disetiap siklus. informasi itu diolah dengan tujuan bisa mengenali hasil belajar bahasa indonesia materi cerita fabel dengan menggunakan metode bercerita dengan media hand puppet. 3. persentase data tanggapan siswa informasi yang didapat dari angket pelajar dianalisis dengan cara statistik deskriptif, ialah analisa persentase per item. hasilnya dalam wujud persentase statment pelajar dalam menjajaki cara berlatih membimbing. indikator kesuksesan penelitian tindakan kelas ini merupakan dengan lewat tata cara menceritakan dengan alat hand puppet hasil balajar bahasa indonesia modul narasi cerita binatang bisa bertambah. bagaikan dorong ukur kesuksesan penerapan penelitian aksi kategori ini bisa diamati dari melonjaknya hasil berlatih pelajar dengan angka pada umumnya serupa dengan ataupun lebih dari 70 cocok dengan kkm yang sudah didetetapkan oleh sekolah. hasil dan pembahasan pra siklus berdasarkan hasil observasi pada pra-siklus di kelas kelas vii-a smp negeri 1 rancaekek yang berjumlah 33 pelajar pada pembelajaran bahasa indonesia modul narasi khayalan, nampak kalau hasil berlatih pelajar sedang kecil. perihal ini dapat nampak dari hasil penilaian peserta didik pada mata pelajaran bahasa indonesia modul narasi khayalan yang sudah dicoba dimana beberapa besar partisipan ajar mendapatkan nllai dibawah patokan ketuntasan mininimal( kkm) 70. pada hasil ujian setiap hari saat sebelum dicoba penelitian serta ditemui kalau 21 pelajar ataupun 64% memperoleh angka di dasar kkm serta 12 pelajar ataupun 36% yang memperoleh angka di atas kkm. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.46 235 siklus 1 pemograman tindakan pada siklus i ini terdiri dari satu pertemuan ataupun aksi, ialah 2 x 40 menit. bersumber pada hasil yang diperoieh pada langkah pemantauan yang telah dicoba di smp negeri 1 rancaekek, periset berkerjasama dengan observer dengan melaksanakan dialog hal modul pembelajaran yang hendak dihidangkan lewat bentuk pembelajaran pemakaian tata cara menceritakan dengan media hand puppet yang dipakai pada aktivitas pembelajaran khususnya pada kategori vii semester ii pada mata pelajaran bahasa indonesia modul menggambarkan kembali narasi cerita binatang saat sebelum melaksanakan tindakan, hingga guru mempersiapkan seluruh suatu yang bisa mendukung cara pembelajaran pelajar. peneliti menyusun rencana peiaksanaan pembelajaran utama pembahasan mencermati serta menggambarkan kembali suatu narasi cerita binatang dengan tujuan pembelajaran pelajar bisa mencermati dengan bagus serta setelah itu sanggup menggambarkan kembali isi narasi yang didengarnya memakai bahasanya sendiri dengan tata cara menceritakan lewat pemakaian alat hand puppet. setelah itu guru menyuguhkan pengalaman berlatih yang bertabiat memotivasi ialah dengan melaksanakan aktivitas pembelajaran dengan tata cara menceritakan dengan alat hand puppet dengan iangkahiangkah pembelajaran bagaikan selanjutnya:  guru memilah pelajar dalam dipecah dalam 5 grup, beranggotakan 5– 6 orang masing masing grup.  guru membacakan suatu narasi cerita binatang.  guru membagikan kewajiban pada tiaptiap golongan buat perencanaan menggambarkan kembali narasi fable memakai alat hand puppet yang telah di sajikan.  guru memanggii salah satu grup buat mengemukakan hasil profesinya serta grup lain menjawab. guru pula butuh menyiapkan perlengkapan media pembelajaran semacam narasi cerita binatang serta bukubuku pendamping. pada akhir pembelajaran guru melaksanakan penilaian dengan memakai uji objektif serta tes uraian. pada langkah penerapan serta pemantauan yang dicoba pada siklus i yang berjalan sepanjang 80 menit. aktivitas dini guru membuka pelajaran dengan menyatakan hormat, perkenalan, berharap, mengabsensi pelajar, menata suasana di ruangan kategori serta bertanya berita ataupun kondisi pelajar. setelah itu mengantarkan tujuan pembelajaran serta langkah langkah pembelajaran yang hendak dicoba. pada aktivitas inti, partisipan ajar menyimak suatu narasi yang dibacakan guru dikelas yang menggambarkan suatu narasi cerita binatang yang bertajuk“ menanggapi budi raja hutan” dengan cara komunikatif serta mengenakan tutur tutur serta style yang menarik alhasil pelajar hendak sungguhsungguh mencermati dan tidak jenuh. berikutnya penerapan pembelajaran dengan memakai tata cara menceritakan dengan alat hand puppet dengan memilah pelajar jadi 5 golongan tiaptiap golongan beranggotakan 54 pelajar. pelajar dalam golongan mencermati metode melakukan kewajiban golongan. pelajar melaksanakan dialog mengenai isi narasi yang terkini didengarnya. guru berhubungan dengan cara aktif serta berbicara dengan tiap golongan berikan sedikit advis serta petunjuk untuk golongan yang kurang paham mengenai modul pembelajaran. sehabis seluruh golongan melakukan kewajiban ialah menggambarkan kembali narasi cerita binatang yang didengar. guru memanggil salah satu golongan dengan cara random buat menunjukkan hasil buatan kelompoknya serta golongan lain menjawab sedemikian itu berikutnya alhasil seluruh golongan membacakan hasil ciptaannya. berikutnya guru membagikan konfirmasi kepada hasil investigasi serta elaborasi peserta ajar dalam wujud catatan. pada aktivitas penutup, guru vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.46 236 dengan partisipan ajar membuat kesimpulan pembelajaran dan melaksanakan evaluasi kepada hasil observasi yang telah dilaksanakan pelajar dengan cara beregu. membagikan korban balik kepada cara hasil pembelajaran. langkah pembelajaran siklus i yang lagi berjalan, peneliti memohon bantuan observer buat mencermati jalannya pembelajaran tata cara pendekatan komunikatif serta dini sampai akhir pembelajaran dengan metode memuat lembar pemantauan yang sudah diadakan sebelumya. dan hasil pemantauan itu bisa digambarkan apa yang jadi kelemahan serta keunggulan sepanjang pembelajaran berjalan. kelemahan pelajar dalam pembelajaran antara lain kesiapan pelajar dalam menjajaki pembelajaran sedang kurang, aktivitas pelajar dalam menanggapi persoalan sedang kurang, pelajar telah lumayan bagus dalam mencermati uraian serta guru. cuma beberapa pelajar yang aktif dalam dialog golongan, cuma beberapa pelajar yang dapat menanggapi pertanyaan, cuma beberapa kecil pelajar yang ingin mengemukakan hasil dialog golongan. sebaliknya keunggulan pelajar dalam pembelajaran antara lain beberapa besar pelajar menjawab balasan golongan lain, beberapa pelajar telah dapat merumuskan serta modul yang telah di pelajari. beberapa pelajar benarbenar dalam menjajaki pembelajaran, seluruh pelajar bisa melakukan pertanyaan penilaian tanpa meniru balasan sahabat. ada pula kelemahan dalam siklus i akan diperbaiki pada siklus ii. bersumber pada hasil pemantauan siklus i pembelajaran dengan memakai tata cara menceritakan dengan alat hand puppet didapat evaluasi oleh obsever dengan jenis amat bagus 15%, jenis bagus 50%, jenis lumayan 30% serta jenis kurang 5%. dalam aktivitas yang dilaksanakan sedang terdapat kekurangan ialah dalam permasalahan apersepsi pelajar, memotifasi pelajar, memilah pelajar jadi golongan serta melaksanakan refleksi. pada akhir pembelajaran siklus i dilaksanakan penilaian dengan memakai tes adil serta tes penjelasan dengan hasil sebesar 21 pelajar ataupun 64% memperoleh angka di atas kkm serta 12 pelajar ataupun 36% yang memperoleh angka di dasar kkm dengan pada umumnya nilai 71,6. siklus ii bersumber pada hasil refleksi siklus i ada kelemahan yang hendak diperbaiki pada pemograman pembelajaran siklus ii. aktivitas pembelajaran pada siklus ii ini sedang serupa dengan siklus i tetapi yang melainkan merupakan aktivitas pembelajaran mencakup modul yang berlainan serta aktivitas pembelajaran tidak dilaksanakan dengan cara golongan. periset mengonsep konsep peiaksanaan pembelajaran dengan utama pembahasan tingkatkan keahlian siswa dalam mencermati serta menggambarkan suatu narasi yang didengar dengan tujuan pembelajaran: sehabis mencermati narasi yang dibacakan peneliti pelajar bisa menggambarkan kembali isi bacaan pustaka atau narasi khayalan dengan bahasa sendiri. setelah itu periset menyediakan pembelajaran yang bersifat memotivasi ialah dengan melaksanakan aktivitas pembelajaran dengan tata cara pendekatan komunikatif yang iangkah iangkah pembelajaran bagaikan selanjutnya:  siswa mencermati narasi pendek yang dibacakan salah satu pelajar.  guru membagikan kewajiban tiaptiap pelajar buat mengerjakannya.  siswa diberi independensi berekspresi dengan menorehkan kembali narasi yang terkini didengarnya dengan bahasanya sendiri.  guru berbicara dengan pelajar mengenai perihal yang kurang dipahami pelajar serta membagikan petunjuk.  guru memanggii dengan cara acak salah satu pelajar setelah itu pelajar itu membacakan hasil ciptaannya didepan kategori pelajar yang lain menanggapi. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.46 237 peneliti juga butuh menyiapkan perlengkapan semacam narasi khayalan yang hendak dibacakan, serta bukubuku cagak. pada akhir pembelajaran periset melaksanakan penilaian dengan memakai tes adil serta tes penjelasan. pada siklus ii ini lapisan tempat bersandar berganti. bila pada siklus i beregu hingga pada siklus ii tempat bersandar ditata semacam pada pelajaran umum. pelaksanaan pada siklus ii ini bagaikan perbuatan lanjut serta koreksi atas aktivitas pembelajaran di siklus i, siklus ii berjalan sepanjang 80 menit. pada aktivitas dini, guru membuka pelajaran dengan melafalkan damai, perkenalan, berharap, mengabsensi pelajar, menata atmosfer di ruangan kategori serta bertanya berita ataupun kondisi pelajar. setelah itu mengantarkan tujuan pembelajaran serta langkahlangkah pembelajaran yang hendak dicoba. pada aktivitas inti, partisipan ajar menyimak suatu narasi yang dibacakan salah satu pelajar didepan dikelas yang bertajuk“ anjing yang lahap”. salah satu pelajar menggambarkan suatu narasi cerita binatang serta mengenakan tutur tutur serta gaya yang menarik serta alat hand puppet alhasil pelajar hendak sungguhsungguh mencermati dan tidak jenuh. berikutnya penerapan pembelajaran dengan memakai tata cara menceritakan dengan alat hand puppet dengan membagikan kewajiban buat menggambarkan kembali narasi yang terkini didengar dengan bahasa serta style penyusunan sendiri. pelajar diberi peluang buat menorehkan perihal yang terkini didengar cocok dengan perihal yang didengarnya dan menulis angka moralnya. guru berhubungan dengan cara aktif serta berbicara dengan tiap pelajar berikan sedikit advis serta petunjuk untuk pelajar yang kurang paham mengenai modul narasi khayalan dalam pembelajaran. sehabis seluruh pelajar melakukan kewajiban ialah menggambarkan kembali narasi cerita binatang dengan memakai alat hand puppet. guru memanggil salah satu pelajar dengan cara random buat membacakan hasil buatan kelompoknya serta golongan lain menjawab sedemikian itu berikutnya alhasil seluruh pelajar membacakan hasil ciptaannya. berikutnya guru membagikan afirmasi kepada hasil investigasi serta elaborasi partisipan ajar dalam wujud catatan. pada aktivitas penutup, guru bersamasama dengan peserta didik membuat ikhtisar pelajaran. melaksanakan evaluasi kepada hasil observasi yang telah dilaksanakan pelajar. membagikan korban balik kepada cara hasil pembelajaran. langkah pembelajaran siklus ii yang lagi berjalan, praktikan memohon dorongan observer buat mencermati jalannya pembelajaran tata cara menceritakan dengan alat hand puppet serta dini sampai akhir pembelajaran dengan metode memuat lembar pemantauan yang sudah diadakan oleh praktikan. lembar pemantauan itu mencakup pointpoint yang cocok dengan pembelajaran tata cara pendekatan komunikatif buat mencermati seluruh kegiatan yang dicoba oleh praktikan. hasil observasi aksi aktivitas pembelajaran pada siklus ii sudah terjalin kenaikan yang bagus yang didapat evaluasi oleh obsever dengan kategori amat bagus 25%, kategori bagus 65%, kategori lumayan 10% serta kategori kurang 0%. dalam aktivitas yang dilaksanakan telah banyak terjalin koreksi. pada akhir pembelajaran siklus ii dilaksanakan penilaian dengan memakai uji adil serta tes penjelasan dengan hasil sebesar 31 pelajar ataupun 94% yang memperoleh angka di atas kkm, sebesar 2 pelajar ataupun 6% memperoleh angka di dasar kkm dengan pada umumnya angka 81, 8. berdasarkan hasil pengumpulan data di atas bisa diamati terdapatnya kenaikan jumlah pelajar yang berakhir dari jumlah pelajar 33 dalam mata pelajaran bahasa indonesia modul menggambarkan kembali narasi cerita binatang, teruji buat pengelompokan berakhir, saat sebelum diadakan aksi yang berakhir cuma 12 pelajar serta 21 pelajar belum berakhir sehabis dilaksanakan siklus i serta siklus ii, jumlah pelajar yang berakhir sebesar 31 pelajar ataupun vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.46 238 94%. perihal ini meyakinkan kalau pembelajaran memakai tata cara menceritakan dengan alat hand puppet pada pelajaran bahasa indonesia bisa tingkatkan hasil berlatih pelajar. pada langkah pengelompokan pelajar yang tidak berakhir, saat sebelum diadakan tindakan ada 21 pelajar yang belum serta jumlah pelajar kategori ii sebesar 33 pelajar, serta siklus i serta siklus ii totalitas pelajar hadapi ketuntasan berlatih 93%, perihal ini dipengaruhi terdapatnya pembelajaran dengan tata cara menceritakan dengan alat hand puppet pelajar lebih terpikat, tidak menjemukan sebab terjalin komunikasi serta interaksi yang bagus alhasil pelajar hendak senantiasa mencermati apa yang dianjurkan guru. tata cara ini pula efisien buat kurangi kejenuhan pelajar dalam menyambut pelajaran, interaksi yang terjalin antara guru serta pelajar tingkatkan dorongan berlatih mereka spesialnya pembelajaran bahasa indonesia. buat lebih jelasnya bisa diamati pada bagan di dasar ini: tabel 2. distribusi ketuntasan belajar siswa pra siklus, siklus i, siklus ii no nilai sebelum tindakan siklus i siklus ii jumlah siswa % jumlah siswa % jumlah siswa % 1 belum tuntas 21 63% 12 37% 2 6% 2 tuntas 12 37% 21 63% 31 64% jumlah 33 100 33 100 33 100 hasil pemantauan saat sebelum aksi yang dicoba dikelas viia smp negara 1 rancaekek melaporkan tingkatan uraian pembelajaran kategori viia smp negara 1 rancaekek khusunya mata pelajaran bahasa indonesia sedang kecil, hasil berlatih pembelajaran sedang banyak yang belum penuhi patokan ketuntasan minimun( kkm). perihal ini salah satu faktornya merupakan sebab guru dalam penyampaian pembelajaran sedang memakai tata cara fatwa. cara pembelajaran saat sebelum aksi membuktikan hasil berlatih yang kecil ialah pembelajaran yang nilainya penuhi kkm sebesar 12 pembelajaran ataupun 37% dengan angka paling tinggi 90 serta angka terendah 50. nampak pula kenaikan angka pada umumnya kategori. bila pada pra pembelajaran angka pada umumnya yang digapai merupakan 67, 4 kemudian bertambah jadi 71, 6 pada pembelajaran i, jadi 81, 8 pada pembelajaran ii. simpulan terdapatnya pertimbangan antara jumlah pelajar yang berakhir serta belum berakhir sebab pelajar yang telah menggapai ketuntasan sudah sanggup membekuk modul yang dihidangkan guru walaupun cuma dengan fatwa sebaliknya 21 pelajar yang belum dapat membekuk materi oleh guru dengan fatwa sebab energi ambil mereka yang kurang apabila membekuk materi ajar dalam bentuk ceramah. bersumber pada teori taksonomi bloom hasil berlatih dalam bagan riset digapai lewat 3 jenis ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. perinciannya merupakan bagaikan selanjutnya: 1. ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2. ranah afektif vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.46 239 berkenaan dengan sikap dan nilai. ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. 3. ranah psikomotor meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). jenis hasil belajar kognitif lebih dominan dari afektif serta psikomotor sebab lebih muncul, tetapi hasil berlatih psikomotor serta afektif pula wajib jadi bagian dari hasil evaluasi dalam cara pembelajaran di sekolah. hasil berlatih merupakan kemampuankemampuan yang dipunyai pelajar sehabis beliau menyambut pengalaman belajarnya. hasil berlatih dipakai oleh guru buat dijadikan dimensi ataupun patokan dalam menggapai sesuatu tujuan pembelajaran. perihal ini bisa berhasil bila pelajar telah menguasai berlatih dengan diiringi oleh transformasi tingkah laku yang lebih bagus lagi. pemahaman belajar siswa didapatkan dari hasil nilai siklus i dan siklus ii 1. siklus i dengan menggunakan metode bercerita dengan media hand puppet, siswa yang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (kkm ≥70) sebanyak 12 siswa dan yang mendapat nilai yang memenuhi kkm sebanyak 21 siswa. dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50 2. siklus ii dengan memakai pendekatan pembelajaran memakai tata cara menceritakan lewat pemakaian alat pembelajaran hand puppet pada mata pelajaran bahasa indonesia modul menggambarkan kembali narasi cerita binatang, pelajar yang menemukan angka dibawah kriteria ketuntasan minimun( kkm≥70) sebesar 2 pelajar serta yang menemukan angka yang penuhi kkm sebesar 31 pelajar. dengan angka paling tinggi 90 serta angka terendah 70 bersumber pada akuisisi hasil angka yang diterima pada siklus i serta siklus ii diperoleh kalau pembelajaran dengan tata cara menceritakan dengan penguunaan alat pembelajaran hand puppet pada pelajaran bahasa indonesia utama pembahasan mencermati serta menggambarkan kembali narasi cerita binatang yang didengar kategori viia smp negara 1 rancaekek yang kesimpulannya bermuara pada hasil berlatih yang hendak hadapi kenaikan. sebagai bahan masukan dari peneliti untuk proses pembelajaran bahasa indonesia disarankan menggunakan metode bercerita dengan media hand puppet agar kemampuan komunikasi dan bercerita siswa meningkat. guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sebaiknya menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pelajar dan bervasiasi dengan tujuan agar siswa tidak cepat bosan dalam menerima pelajaran. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.46 240 daftar rujukan [1] arikunto, suharsimi. 2002. prosedur penelitian. jakarta: rineka cipta barnadib, [2] sutari imam. 1984. pengantar ilmu pendidikan sistematis. yogyakarta: ikip [3] bungin, b.2004. manajemen mutu terpadu dalam pendidikan : konsep, strategi, dan aplikasi. jakarta : grasindo. [4] bungin,b.2003. metodologi penelitian kualitatif. jakarta: raja grafindo persada. [5] djajasudarma, t. fatimah. 2004. wancana (pemahaman dan hubungan antar unsur). bandung: eresco. [6] drs. djago tarigan, dkk, 2003, pendidikan bahasa dan sastra indonesia di kelas rendah pgsd 2205, pusat penerbit universitas terbuka. [7] effendy, uchjana onong. 2006. ilmu komunikasi teori dan praktek. bandung: remaja rosdakarya [8] majid, abdul. 2007. perencanaan pembelajaran (mengembangkan standar kompetensi guru). bandung: remaja rosdakarya. [9] mulyasa,e. 2007. menjadi guru profesional. bandung: remaja rosda [10] murti, wisnu. 2006. konsep pembelajaran bahasa. jakarta: rineka cipta [11] ridwan, rifai.2004. kamus bahasa indonesia. jakarta: balai pustaka vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.48 253 received : 30-09-2020 revised : 14-10-2020 published : 07-11-2020 peningkatan sikap jujur dan hasil belajar materi fungsi kuadrat melalui model problem based learning ruci suksmanti smp negeri 27 semarang, indonesia rucibkjsmg@gmail.com abstrak: tujuan penelitian ini mendeskripsikan peningkatan sikap kejujuran dan hasil belajar matematika khususnya materi fungsi kuadrat dengan model pembelajaran problem based learning . sikap jujur perlu mendapatkan prioritas dalam pendidikan dikarenakan nilai kejujuran sekarang ini sudah kian menipis. guru selain bertanggung jawab atas hasil belajar juga mempunyai kewajiban agar peserta didik mampu bersikap jujur. jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian siswa kelas vii tingkat smp. hasil penelitian penelitian tindakan kelas menunjukkan bahwa tingkat kejujuran siswa mengalami kenaikan dari pra siklus ke siklus i sebesar 5,31% dan pada siklus ii mengalami knaikan sebesar 10,31%. selain itu, pembelajaran problem based learing dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi fungsi kuadrat bagi siswa sebesar 13,73%. abstract: the purpose of this study is to describe the improvement of honesty attitudes and mathematics learning outcomes, especially the quadratic function material with the problem based learning model. honest attitude needs to get priority in education because the value of honesty is now dwindling. besides being responsible for learning outcomes, teachers also have an obligation so that students are able to be honest. this type of research is a classroom action research with research subjects of class vii junior high school students. the results of classroom action research showed that the level of student honesty increased from pre-cycle to cycle i by 5.31% and in cycle ii experienced an increase of 10.31%. in addition, problem based learing learning can improve mathematics learning outcomes of the quadratic function material for students by 13.73%. kata kunci: sikap jujur, matematika, fungsi kuadrat, problem based learning mailto:rucibkjsmg@gmail.com vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.48 254 pendahuluan pendidikan karakter perlu ditanamkan sejak dini kepada siswa, terutama karakter kejujuran di dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. penerapan kejujuran oleh siswa bukan semata tanggung jawab guru satu mata pelajaran saja, tetapi semua guru bidang studi juga berperan dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran. anak yang terlatih jujur akan tampak dari perilaku anak tersebut. misalnya, rasa tanggung jawab, percaya diri, dan disiplin diri sendiri. untuk mewujudkan kejujuran diperlukan peran guru selaku pendidik di sekolah maupun orang tua di lingkungan keluarga. mereka adalah orang yang paling dekat dan dapat memengaruhi perkembangan peserta didik. kejujuran dapat diterapkan dalam lingkungan pendidikan, khususnya pembelajaran matematika. dalam pembelajaran yang dilakukan, diharapkan siswa mampu bersikap jujur, yaitu tidak menyontek waktu diberikan tugas dalam pembelajaran. jadi, sikap jujur perlu mendapatkan prioritas dalam pendidikan dikarenakan nilai kejujuran sekarang ini sudah kian menipis. sementara itu, kondisi saat ini ketika mengerjakan tugas materi fungsi kuadrat kelas 9h smp n 27 semarang semester i tahun 2018/2019 masih ditemukan adanya penyimpangan sikap siswa dalam menjunjung tinggi nilai kejujuran. penyimpangan yang terjadi adalah saling mencontek dan saling meniru hasil pekerjaan teman pada saat mengerjakan tugas. kesadaran siswa akan pentingnya nilai kejujuran masih rendah. dari 35 siswa 25 diantaranya tidak memenuhi kriteria sikap jujur, yaitu masih menyontek saat mengerjakan tugas dan belum mengakui kesalahan. adapun indikator dari sikap jujur antara lain (a) tidak menyontek dalam mengerjakan tugas/ulangan/ujian. (b) tidak menjadi plagiat(mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) dalam mengerjakan setiap tugas, (c) mengemukakan perasaan terhadap sesuatu apa adanya, (d) melaporkan barang yang ditemukan, dan (e) melaporkan data atau informasi apa adanya. berdasarkan survei awal peneliti, dalam pembelajaran matematika, khususnya materi fungsi kuadrat dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas 9h smp 27 semarang semester i tahun 2018/2019 masih rendah. dalam tes yang diadakan, setelah kegiatan belajar mengajar ternyata sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar atau belum mencapai kkm yang ditetapkan, yaitu nilai 75. padahal kriteria belajar tuntas apabila siswa mencapai 65% menguasai materi pelajaran secara individual, sedangkan klasikal hasil belajar mencapai 85% sudah menguasai materi yang diajarkan. pada materi fungsi kuadrat, siswa mempunyai kesulitan pada materi prasyarat, yaitu persamaan kuadrat terutama dalam hal pemfaktoran. materi ini bersifat abstrak sehingga pada pembelajaran perlu adanya contohcontoh dalam kehidupan nyata . pembelajaran selama ini masih berpusat pada guru (teacher oriented), metode ceramah dan tanya jawab mendominasi pembelajaran tanpa pemahaman makna dari materi yang dipelajari. dampak yang terjadi adalah siswa cenderung bersikap pasif, lebih banyak mendengar keterangan guru, mengerjakan latihan, dan siswa tidak memahami permasalahan matematika yang dipelajari berkaitan dengan kehidupan siswa. dalam hal ini, pembelajaran yang dipakai adalah pembelajaran berbasis masalah (problem base learning) yaitu pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog. diharapkan dengan metode ini dapat mengembangkan kemandirian peserta didik melalui pemecahan masalah yang bermakna bagi kehidupan siswa.dengan metode ini pula diharapkan dapat berpengaruh pada peningkatan pemahaman mengenai materi fungsi kuadrat dan meningkatkan hasil belajar siswa vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.48 255 berbagai permasalahan tersebut, perlu diadakan tindakan yang dilakukan oleh peneliti yaitu (1) prasiklus, yang mana tindakan ini dilaksanakan belum menggunakan metode problem based learning , (2) siklus i, yang mana tindakan ini dilaksanakan menggunakan metode problem based learning dengan penugasan secara kelompok. (3) siklus ii, yang mana, tindakan ini dilaksanakan menggunakan metode problem based learning dengan penugasan secara individu. tindakan-tindakan tersebut dilakukan untuk meningkatkan sikap jujur dan hasil belajar matematika materi fungsi kuadrat melalui pembelajaran dengan model problem based learning bagi siswa kelas 9h smp negeri 27 semarang semester i tahun 2018/2019. tujuan penelitian ini adalah (1) untuk meningkatkan sikap jujur siswa kelas 9h melalui pembelajaran matematika, khususnya pada materi fungsi kuadrat dengan model problem based learning, (2) untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 9h materi fungsi kuadrat dengan model pembelajaran problem based learning . adapun manfaat dari penelitian dibagi menjadi 3, yaitu (1) bagi siswa, agar dapat meningkatkan sikap jujur bagi siswa kelas 9h melalui pembelajaran matematika materi fungsi kuadrat model problem based learning. (2) bagi peneliti, agar dapat meningkatkan hasil belajar matematika kelas 9h materi fungsi kuadrat melalui pembelajaran model problem based learning. (3) bagi sekolah dapat meningkatkan prestasi sekolah, menumbuhkembangkan budaya meneliti di lingkungan sekolah, menambah referensi pada perpustakaan sekolah, (4) bagi teman sejawat dapat memotivasi teman sejawat untuk membuat penelitian, dan hasil penelitian ini dapat sebagai bahan kajian untuk membuat penelitian selanjutnya. metode penelitian penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (ptk). penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara bertahap, yaitu dengan dua siklus penelitian. penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada smp negeri 27 semarang. subjek penelitian ptk adalah siswa kelas kelas 9h smp negeri 27 semarang semester i tahun 2018/2019. objek penelitian ini adalah peningkatan sikap jujur dan hasil pembelajaran melalui pembelajaran berbasis problem based learning . penelitian ini dirancang menjadi 2 siklus utama, yaitu siklus i dan siklus ii yang masing-masing siklus terdiri dari langkah perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). penelitian tindakan merupakan upaya peneliti dalam memecahkan masalah dengan tindakan nyata, kemudian hasil tindakannya direfleksikan. hasil dari tindakan tersebut selanjutnya juga dijadikan pertimbangan dalam pemilihan tindakan berikutnya. peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini membagi beberapa siklus penelitian, antara lain (1) prasiklus, yang mana tindakan ini dilaksanakan belum menggunakan metode problem based learning , (2) siklus i, yang mana tindakan ini dilaksanakan menggunakan metode problem based learning dengan penugasan secara kelompok, dan (3) siklus ii, yang mana tindakan ini dilaksanakan menggunakan metode problem based learning dengan penugasan secara individu. pada penelitian ini untuk mengukur sikap jujur yang dilakukan oleh penelit saat prasiklus i adalah mengamati sikap siswa pada saat mengerjakan tugas atau mengerjakan tes di akhir pembelajaran. pada saat siklus i dilakukan pengamatan sikap siswa bersama seorang observer yaitu pada siklus i diadakan tes secara berkelompok. kemudian, dilanjutkan siklus ii, yaitu dilakukan pengamatan sikap siswa bersama seorang observer yaitu pada siklus ii diadakan tes secara individu. 23 vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.48 256 teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi, wawancara dan angket. sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber, yaitu siswa dan guru. teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (a) kuantitatif yang digunakan untuk menghitung besarnya peningkatan sikap jujur dan hasil belajarn siswa dengan materi fungsi kuadrat dalam pembelajaran matematika menggunakan persentase (%) dan (b) kualitatif yang digunakan untuk memberikan gambaran hasil penelitian secara deskriptif. hasil dan pembahasan dari pengertian sikap jujur yang telah dikemukakan di atas, maka jujur dalam mengerjakan tugas baik individu maupun kelompok dapat dimaksudkan antara lain (1) mengerjakan tugas harus sesuai dengan kemampuan diri sendiri dan dikerjakan dengan penuh percaya diri, yaitu tidak menyontek hasil kerja orang/ kelompok lain; (2) mengerjakan tugas dilakukan dengan cara benar–benar secara mandiri agar memperoleh pengalaman-pengalaman yang berarti, dengan tidak menjadi plagiat hasil kerja orang/kelompok lain; (3) melaporkan hasil kerja dengan data–data dan informasi yang akurat dan benar; dan (4) mengakui jika hasil kerja yang dilakukan jika ada kesalahan dan masih adanya kekurangan–kekurangan yang dimiliki sehingga dapat diadakan pembetulan–pembetulan secara baik dan benar. pada penelitian ini untuk mengukur sikap jujur yang dilakukan oleh penelit saat prasiklus i adalah mengamati sikap siswa pada saat mengerjakan tugas atau mengerjakan tes di akhir pembelajaran. pada saat siklus i dilakukan pengamatan sikap siswa bersama seorang observer yaitu pada siklus i diadakan tes secara berkelompok. kemudian, dilanjutkan siklus ii yaitu dilakukan pengamatan sikap siswa bersama seorang observer, yaitu pada siklus ii diadakan tes secara individu. pembelajaran model problem based learning pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang menggunakan tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan data, menalar, dan mengasosiasi, bahkan sampai pada tahap jejaring. ada beberapa model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam kurikulum 2013, di antaranya pembelajaran berbasis masalah (problem based learning ). problem based learning (pbl) adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan (duch,1995). model pembelajaran problem based learning (pbl) dalam kurikulum 2013 memiliki tahapan sebagai berikut. a. orientasi peserta didik terhadap masalah pada tahap ini, guru harus menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas yang akan dilakukan agar peserta didik tahu tujuan utama pembelajaran, permasalahan yang akan dibahas, dan bagaimana guru mengevaluasi proses pembelajaran. hal ini untuk memberi konsep dasar kepada peserta didik. guru harus bisa memberikan motivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih. b. mengorganisasikan peserta didik pada tahap ini guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang telah diorientasi, misalnya membantu peserta didik membentuk kelompok kecil, membantu peserta didik membaca masalah yang vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.48 257 ditemukan pada tahap sebelumnya, kemudian mencoba untuk membuat hipotesis atas masalah yang ditemukan tersebut.. c. membimbing penyelidikan individu dan kelompok pada tahap ini guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya, melaksanakan eksperimen, menciptakan dan membagikan ide mereka sendiri untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. d. mengembangkan dan menyajikan hasil karya pada tahap ini guru membantu peerta didik dalam menganalisis data yang telah terkumpul pada tahap sebelumnya, sesuaikah data dengan masalah yang telah dirumuskan, kemudian dikelompokkan berdasarkan kategorinya. peserta didik memberi argumen terhadap jawaban pemecahan masalah. karya bisa dibuat dalam bentuk laporan, video, atau model. e. menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah pada tahap ini guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. guru dan peserta didik menganalisis dan mengevaluasi terhadap pemecahan masalah yang dipresentasikan setiap kelompok. setelah selesai pembelajaran, jangan lupa agar guru memberikan penguatan, dengan demikian peserta didik memiliki konsep yang bulat tentang kompetensi dasar yang dipelajari. pembelajaran model problem based learning dengan penugasan secara berkelompok pembelajaran model problem based learning dengan penugasan secara berkelompok pada umumnya kegiatan kelompok dilakukan untuk belajar praktek. siswa dikelompokan berdua, bertiga, berempat, dan seterusnya. dalam hal ini siswa berkelompok 4 sampai 5 orang. pembelajaran menggunakan metode problem based learning dengan penugasan secara berkelompok ini dimaksudkan agar beban kerja menjadi lebih ringan dan juga untuk membentuk kerja sama yang baik , baik antar siswa pada kelompok tersebut ataupun antar kelompok. dengan mengerjakan tugas kelompok beban kerja menjadi ringan diharapkan hasil kerja kelompok yang baik. di sini diamati apakah masing-masing siswa selama bekerja kelompok bekerja secara konsisten untuk meningkatkan kemampuan pemahamaman materi yang telah diajarkan. pembelajaran model problem based learning dengan penugasan secara individu menurut sanjaya wina (2008:128), strategi pembelajaran individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. kecepatan, kelambatan, dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu yang bersangkutan. menurut sudjana (2009:116), pengajaran individual merupakan suatu upaya untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, kecepatan dan caranya sendiri. menurut ali muhammad (2000:94), strategi belajar mengajar individual di samping memungkinkan setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan potensinya, juga memungkinkan setiap siswa menguasai seluruh bahan pelajaran secara penuh/tuntas. strategi pengajaran yang menganut konsep belajar tuntas sangat mementingkan perhatian terhadap perbedaan individual. atas dasar ini sistem penugasan dilakukan dengan mengarah kepada siswa belajar secara individual. ali muhammad (2000 : 99). dengan pembelajaran model problem based learning, penugasan secara individu akan dilihat sikap kerja yang mandiri dan konsisten. siswa akan mengerjakan sesuai kemampuan dan potensinya, sehingga memungkinkan siswa untuk lebih konsentrasi dalam bekerja karena vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.48 258 bertanggung jawab secara individu. hal ini memungkinkan siswa untuk bisa meningkatkan ketuntasan belajarnya. pembelajaran model problem based learning diduga dapat meningkatkan sikap jujur dan hasil belajar matematika khususnya materi fungsi kuadrat pada siswa kelas ix h smp 27 semarang. kerangka berpikir di atas dapat diihat pada gambar di bawah ini. gambar 1. kerangka berpikir penelitian peningkatan sikap jujur dan hasil belajar materi fungsi kuadrat melalui model pembelajaran problem based learning pada kondisi awal proses belajar mengajar mata pelajaran matematika ix-h smp negeri 27 semarang semester 1 tahun pelajaran 2018/2019, dengan jumlah peserta didik 35 orang, berdasarkan pengamatan peneliti dan juga melalui informasi teman sejawat, wawancara dengan peserta didik, serta melihat hasil tes prasiklus, yaitu hasil penilaian harian sebelumnya masih banyak peserta didik yang menunjukkan hasil belajar yang masih rendah. hal ini terbukti hanya 1 orang saja, sekitar 2,9 % persen memperoleh nilai yang tinggi, yaitu 90, sedangkan peserta didik yang mendapat nilai di bawah kkm sebanyak 26 orang peserta didik atau sekitar 74,3 persen. sedangkan 22,9 % persen memperoleh nilai batas tuntas, yaitu 75 sebanyak 8 orang peserta didik. hal ini disebabkan antar lain dalam proses pembelajaran guru masih mendominasi dalam pembelajaran, yaitu lebih banyak ceramah, belum menerapkan model pembelajaran yang variatif, guru kurang bersahabat, keterbatasan sarana prasarana yang mendukung, motivasi dan minat belajar peserta didik terhadap mata pelajran matematika rendah serta beranggapan mata pelajaran matematika sulit dan menjadi momok untuk sebagian peserta didik. sebelum penelitian ini dilaksanakan, peneliti memberikan kondisi awal  guru masih menggunakan pendekatan konvensional  tingkat kejujran siswa masih rendah  hasil belajar matematika materi fungsi kuadrat siswa masih rendah siklus i  melakukan observasi sikap jujur  melaksanakan pembelajaran model pbl pbllearning siklus ii  meningkatnya sikap jujur  meningkatnya hasil belajar matematika fungsi kuadrat diskusi pemecahan masalah penerapan pbl tes pra siklus tes siklus i tes siklus ii vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.48 259 pembelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab, belum menggunakan model pembelajaran problem based learning . tes akhir pada bab sebelumnya yaitu persamaan kuadrat dihadiri oleh seluruh siswa yang berjumlah 35 orang. ternyata hasilnya masih rendah, nilai rerata yang diperoleh adalah 62,28. nilai tertinggi yang dicapai satu orang siswa adalah 90 dan nilai terendah adalah 35 ada 3 orang. modus atau nilai yang paling sering muncul adalah nilai 70 diraih oleh 8 siswa. adapun hasilnya pada kondisi awal masih belum memenuhi standart kkm, yaitu nilai 75. siswa yang dapat mencapai kkm ada 9 siswa. dengan demikian daya serap secara individual 9/35 x100% = 26%. tabel 1. nilai tes kondisi awal siklus pertama dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. pertemuan pertama pada hari selasa, 9 oktober 2018 selama 2 jam pelajaran . pertemuan kedua pada hari kamis, 11 oktober 2018 selama 3 jam pelajaran. pada akhir pertemuan yang kedua diadakan tes siklus 1 yang dilakukan secara berkelompok untuk mengukur hasil belajar materi fungsi kuadrat dan juga mengobservasi sikap jujur siswa pada saat melaksanakan tes siklus i tersebut. penerapan model pembelajaran problem based learning pada tahap pertama, peneliti mengajukan permasalahan yang berkaitan dengan fungsi kuadrat dengan kehidupan seharihari. misalnya, “bagaimana cara melukis lengkungan jembatan tersebut dengan benar?” atau “berapa tinggi puncak lengkungan jembatan tersebut?” tahap berikutnya, guru mengelompokkan siswa 4 atau 5 siswa lalu membagikan lks 1 ke masing-masing kelompok. tiap kelompok mendapat dua lks. peneliti memberikan arahan kepada siswa untuk mengerjakan lks 1 sesuai alokasi waktu secara disiplin dan bertanggung jawab. siswa menyelesaikan atau mengisi lks 1 yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam menjelaskan konsep fungsi kuadrat dan langkah-langkah menyeketsa grafiknya menggunakan tabel nilai fungsi kuadrat berdasarkan data yang terkumpul, siswa secara berkelompokmenalar/mengasosiasi. peneliti berkeliling memeriksa serta memberikan bantuan secara bertahap (jika diperlukan) dan melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam kelompok siswa menuliskan hasil diskusi pada lks 1. peneliti memberi kesempatan kepada salah satu perwakilan kelompok untuk presentasi hasil diskusi di depan kelompok lain. peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk tanya jawab atau memberikan tanggapan secara santun dan toleran tanpa merendahkan siswa yang mungkin memiliki pendapat-pendapat berbeda. peneliti memberi apresiasi yang konstruktif terhadap mental siswa yang percaya diri, maju presentasi, serta meminta siswa lain yang masih minder untuk mencontohnya dan menjelaskan secara singkat bahwa percaya diri itu penting. peneliti mengajak siswa menyimpulkan definisi fungsi kuadrat. guru memberi apresiasi terhadap perwakilan kelompok yang maju dan memberikan dorongan untuk terus meningkatkan kemampuan komunikasi tulis yang efektif dan komunikatif.adrat dan langkah-langkah no uraian nilai tes 01 nilai terendah 35 02 nilai tertinggi 90 03 nilai rerata 62,28 04 rentang nilai 55 05 modus 70 vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.48 260 prosedural untuk membuat sketsa grafiknya dengan menggunakan tabel. siswa bersama guru membahas hasil-hasil pekerjaan di papan tulis. pada kondisi awal untuk mengukur sikap jujur peneliti menggunakan tehnik observasi untuk mengamati sikap jujur siswa pada saat mengerjakan tugas dan tes pra siklus .pada saat tes berlangsung dilihat pada lampiran 2a rekap data sikap jujur siswa kelas ix-h smp n 27 semarang semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 terdapat beberapa deskripsi sebagai berikut. a. terdapat 3 orang peserta didik yang tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan atau sekitar 9 %. terdapat 16 orang peserta didik yang jarang menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan atau sekitar 46% dan 16 orang peserta didik yang sering menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan atau sekitar 46%. berdasarkan tabel 2a maka tingkat kejujuran peserta didik yang tidak menyontek dalam mengerjakan ulangan mencapai 65,71 %; b. terdapat 2 orang peserta didik yang tidak pernah melakukan plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) atau sekitar 6%. terdapat 19 orang pesrta didik yang jarang melakukan plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber ) atau sekitar 54% dan 14 orang peserta didik yang sering melakukan plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber ) atau sekitar 40 %. berdasarkan tabel 2a. maka tingkat kejujuran siswa yang tidak melakukan plagiat mencapai 68 % ; c. terdapat 2 orang peserta didik yang selalu mengungkapkan perasaan apa adanya atau sekitar 6%. terdapat 23 orang peserta didik yang sering mengungkapkan perasaan apa adanya atau sekitar 66 % dan terdapat 10 0rang peserta didik yang jarang mengungkapkan perasaan apa adanya atau sekitar 29 %. berdasarkan tabel 2a, maka tingkat kejujuran peserta didik dalam mengungkapkan perasaan apa adanya mencapai 69,29% ; d. terdapat 3 0rang peserta didik yang selalu menyerahkan pada yang berwenang barang yang ditemukan atau sekitar 9 %. terdapat 24 peserta didik yang sering menyerahkan pada yang berwenang barang yang ditemukanatau sekitar 69 % dan terdapat 9 peserta didik yang jarang menyerahkan pada yang berwenang barang yang ditemukan atau sekitar 26 %. berdasarkan lampiran 2a. maka tingkat kejujuran peserta didik menyerahkan pada yang berwenang barang yang ditemukan mencapai 70 % ; e. terdapat 2 orang peserta didik yang tidak pernah meminta jawaban/bertanya-tanya kepada orang lain atau sekitar 6 %. terdapat 20 orang peserta didik yang jarang meminta jawaban/bertanya-tanya kepada orang lain atau sekitar 57 % dan terdapat 13 orang peserta didik yang sering meminta jawaban/bertanya-tanya kepada orang lain atau sekitar 37 % . maka tingkat kejujuran peserta didik untuk tidak meminta jawaban/ bertanya-tanya pada orang lain mencapai 67,14 % ; f. terdapat 2 orang peserta didik yang selalu mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki atau sekitar 6 %. terdapat 26 orang peserta didik yang sering mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki atau sekitar 74 % dan terdapat 7 orang peserta didik yang jarang mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki atau sekitar 2 %. berdasar lampiran 2a. maka tingkat kejujuran peserta didik dalam mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki mencapai 71,43 %. berdasarkan deskripsi diatas, tingkat kejujuran peserta didik tertinggi terdapat pada indicator 6 yaitu selalu mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki mencapai 71,43%. sedangkan tingkat kejujuran terendah terdapat pada indicator 1 yaitu selalu menyontek dalam mengerjakan vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.48 261 ujian/ulangan mencapai sekitar 65,71%. sehingga pada awal kegiatan atau pra siklus, tingkat kejujuran peserta didik dalam mengikuti pembelajaran matematika pada kondisi awal mencapai 68,33%. data sikap jujur siswa kelas ix-h smp n 27 semarang semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 dapat dideskripsikan pada saat peneliti beserta observer mengamati siswa sedang melaksanakan tes siklus i, yaitu dideskripsikan sebagai berikut. a. terdapat 4 orang peserta didik yang tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan atau sekitar 19%. terdapat 13 orang peserta didik yang jarang menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan atau sekitar 54% dan 12 orang peserta didik yang sering menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan atau sekitar 34%. berdasarkan tabel 3.c maka tingkat kejujuran peserta didik yang tidak menyontek dalam mengerjakan ulangan mencapai 69,29% ; b. terdapat 3 orang peserta didik yang tidak pernah melakukan plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) atau sekitar 9%. terdapat 21 orang pesrta didik yang jarang melakukan plagiat (mengambil /menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) atau sekitar 69% dan 11 orang peserta didik yang sering melakukan plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) atau sekitar 31 %. berdasarkan tabel 3.c. maka tingkat kejujuran siswa yang tidak melakukan plagiat mencapai 69,29 % ; c. terdapat 6 orang peserta didik yang selalu mengungkapkan perasaan apa adanya atau sekitar 17%. terdapat 18 orang peserta didik yang sering mengungkapkan perasaan apa adanya atau sekitar 51 % dan terdapat 11 orang peserta didik yang jarang mengungkapkan perasaan apa adanya atau sekitar 31 %. berdasarkan tabel 3.c, maka tingkat kejujuran peserta didik dalam mengungkapkan perasaan apa adanya mencapai 71,43% ; d. terdapat 3 orang peserta didik yang selalu menyerahkan pada yang berwenang barang yang ditemukan atau sekitar 9 %. terdapat 26 peserta didik yang sering menyerahkan pada yang berwenang barang yang ditemukanatau sekitar 74 % dan terdapat 6 peserta didik yang jarang menyerahkan pada yang berwenang barang yang ditemukan atau sekitar 17 %. berdasarkan lampiran 3.c maka tingkat kejujuran peserta didik menyerahkan pada yang berwenang barang yang ditemukan mencapai 72,86 % ; e. terdapat 5 orang peserta didik yang tidak pernah meminta jawaban/bertanya-tanya kepada orang lain atau sekitar 14 %. terdapat 16 orang peserta didik yang jarang meminta jawaban/bertanya-tanya kepada orang lain atau sekitar 46 % dan terdapat 14 orang peserta didik yang sering meminta jawaban/bertanya-tanya kepada orang lain atau sekitar 40 % . maka tingkat kejujuran peserta didik untuk tidak meminta jawaban/ bertanya-tanya pada orang lain mencapai 68,57 % ; f. terdapat 3 orang peserta didik yang selalu mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki atau sekitar 9 %. terdapat 24 orang peserta didik yang sering mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki atau sekitar 69 % dan terdapat 8 orang peserta didik yang jarang mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki atau sekitar 23 %. berdasar lampiran 3.c maka tingkat kejujuran peserta didik dalam mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki mencapai 71,43 %. berdasarkan deskripsi diatas, tingkat kejujuran peserta didik tertinggi terdapat pada indicator 4 yaitu selalu memyerahkan pada yang berwenang barang yang ditemukan mencapai 72,86 %. sedangkan tingkat vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.48 262 kejujuran terendah terdapat pada indicator 5 yaitu selalu memimta jawaban/bertanya pada orang lain mencapai sekitar 68,57 %. sehingga pada kegiatan siklus 1, tingkat kejujuran peserta didik dalam mengikuti pembelajaran matematika mencapai 70,48 %. data sikap jujur siswa kelas ix-h smp negeri 27 semarang semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 dapat dideskripsikan pada saat peneliti beserta observer mengamati siswa sedang melaksanakan tes siklus ii adalah sebagai berikut. a. terdapat 5 orang peserta didik yang tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan atau sekitar 14%. terdapat 20 orang peserta didik yang jarang menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan atau sekitar 57% dan 5 orang peserta didik yang sering menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan atau sekitar 14%. berdasarkan tabel 4.c maka tingkat kejujuran peserta didik yang tidak menyontek dalam mengerjakan ulangan mencapai 78,57 % ; b. terdapat 7 orang peserta didik yang tidak pernah melakukan plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) atau sekitar 29%. terdapat 24 orang pesrta didik yang jarang melakukan plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) atau sekitar 69% dan 4 orang peserta didik yang sering melakukan plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) atau sekitar 11 %. berdasarkan tabel 4.c. maka tingkat kejujuran siswa yang tidak melakukan plagiat mencapai 77,14 % ; c. terdapat 3 orang peserta didik yang selalu mengungkapkan perasaan apa adanya atau sekitar 9 %. terdapat 26 orang peserta didik yang sering mengungkapkan perasaan apa adanya atau sekitar 74 % dan terdapat 6 orang peserta didik yang jarang mengungkapkan perasaan apa adanya atau sekitar 20 %. berdasarkan tabel 4.c, maka tingkat kejujuran peserta didik dalam mengungkapkan perasaan apa adanya mencapai 72,86% ; (d) terdapat 7 orang peserta didik yang selalu menyerahkan pada yang berwenang barang yang ditemukan atau sekitar 29 %. terdapat 28 peserta didik yang sering menyerahkan pada yang berwenang barang yang ditemukanatau sekitar 80 % dan tidak ada peserta didik yang jarang menyerahkan pada yang berwenang barang yang ditemukan atau 0 %. berdasarkan lampiran 4.c maka tingkat kejujuran peserta didik menyerahkan pada yang berwenang barang yang ditemukan mencapai 80 % ; d. terdapat 4 orang peserta didik yang tidak pernah meminta jawaban/bertanya-tanya kepada orang lain atau sekitar 11 %. terdapat 29 orang peserta didik yang jarang meminta jawaban/bertanya-tanya kepada orang lain atau sekitar 83 % dan terdapat 2 orang peserta didik yang sering meminta jawaban/bertanya-tanya kepada orang lain atau sekitar 6 % . maka tingkat kejujuran peserta didik untuk tidak meminta jawaban/ bertanya-tanya pada orang lain mencapai 76,43 % ; e. terdapat 3 orang peserta didik yang selalu mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki atau sekitar 9 %. terdapat 25 orang peserta didik yang sering mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki atau sekitar 71 % dan terdapat 7 orang peserta didik yang jarang mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki atau sekitar 29 %. berdasar lampiran 4.c maka tingkat kejujuran peserta didik dalam mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki mencapai 72,14 %. berdasarkan deskripsi diatas, tingkat kejujuran peserta didik tertinggi terdapat pada indicator 4 yaitu selalu menyerahkan pada yang berwenang barang yang ditemukan mencapai 80 %. sedangkan tingkat kejujuran terendah terdapat pada indicator 3 yaitu selalu mengungkapkan perasaan apa vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.48 263 adanya mencapai sekitar 72,86 %. sehingga kegiatan siklus ii, tingkat kejujuran peserta didik dalam mengikuti pembelajaran matematika mencapai 73,21` %. hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut. tabel 2. refleksi sikap jujur no uraian tingkat kejujuran persentase kenaikan 1 prasiklus 68,33% dari pra siklus ke siklus i sebesar 2,15% 2 siklus i 70,48% 3 siklus ii 73,21% dari siklus i ke siklus ii sebesar 2,73% persentase kenaikan dari prasiklus ke siklus ii 4,88% pada siklus i, dilaksanakan pembelajaran dengan model problem based learning metode penugasan kelompok. pada akhir pertemuan siklus i diadakan tes yang dilaksanakan secara berkelompok. tes diikuti oleh seluruh siswa kelas ix-h yang pada waktu itu hadir semua berjumlah 35 siswa. adapun nilai rerata yang diperoleh adalah 66,86, nilai tertinggi yang dicapai 2 orang siswa adalah 90 dan nilai terendah adalah 50 dan yang merupakan modus atau nilai yang paling sering muncul adalah nilai 70. adapun hasilnya pada siklus i masih belum memenuhi standart kkm yaitu nilai 75. siswa yang dapat mencapai kkm ada 11 siswa. dengan demikian daya serap secara individual 11/35x100% = 31%. tabel 3. nilai tes siklus 1 no uraian nilai tes 01 nilai terendah 50 02 nilai tertinggi 90 03 nilai rerata 66,86 04 rentang nilai 40 05 modus 70 pada siklus ii penelitian ini dilaksanakan pembelajaran dengan model problem based learning metode penugasan individu. pada akhir pertemuan siklus i diadakan tes yang dilaksanakan secara individu. tes diikuti oleh seluruh siswa kelas ix-h yang pada waktu itu hadir semua berjumlah 35 siswa. adapun nilai rerata yang diperoleh adalah 73 nilai teringgi yang dicapai 1 orang siswa adalah 95 dan nilai terendah adalah 60 dan yang merupakan modus atau nilai yang paling sering muncul adalah nilai 75 . adapun hasilnya pada siklus i masih belum memenuhi standart kkm yaitu nilai 75. siswa yang dapat mencapai kkm ada 11 siswa. dengan demikian daya serap secara individual x100% = 31%. tabel 4. hasil nilai tes siklus ii no uraian nilai tes 01 nilai terendah 60 02 nilai tertinggi 95 03 nilai rerata 74,43 04 rentang nilai 35 05 modus 75 vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.48 264 simpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. pembelajaran model problem based learning dapat meningkatkan sikap jujur peserta didik dalam belajar matematika. berdasarkan analisis data empirik diperoleh bahwa pada kondisi awal atau prasiklus tingkat kejujuran peserta didik dalam mengikuti pembelajaran matematika mencapai 68.33%. pada siklus i tingkat kejujuran siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika mencapai 70,48%. dengan demikian, baik secara teoritik maupun empirik kegiatan pembelajaran menggunakan model problem based learning dapat meningkatkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas matematika bagi siswa kelas ix-h smp n 27 semarang pada semester i tahun pelajaran 2018/2019 sebesar 2,15%. 2. pembelajaran model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika. berdasarkan analisis data empirik diperoleh bahwa pada kondisi awal atau prasiklus nilai rata-rata hasil belajar peserta didik mencapai 62,26%. pada siklus i dengan tes yang dilakukan secara berkelompok nilai rata-rata hasil belajar matematika mencapai 66,86%. dengan demikian, baik secara teoritik maupun empirik kegiatan pembelajaran menggunakan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi fungsi kuadrat bagi siswa kelas ix-h smp n 27 semarang pada semester i tahun pelajaran 2018/2019 sebesar 4,58%. 3. pembelajaran model problem based learning dapat meningkatkan sikap jujur peserta didik dalam belajar matematika. berdasarkan analisis data empirik diperoleh bahwa pada kondisi awal atau prasiklus tingkat kejujuran peserta didik dalam mengikuti pembelajaran matematika mencapai 68.33%. sedangkan pada siklus ii tingkat kejujuran siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika mencapai 73,21%. maka baik secara teoritik maupun empirik kegiatan pembelajaran menggunakan model problem based learning dapat meningkatkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas matematika bagi siswa kelas ix-h smp n 27 semarang pada semester i tahun pelajaran 2018/2019 sebesar 4,88%. 4. pembelajaran model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika. berdasarkan analisis data empirik diperoleh bahwa pada kondisi awal atau pra siklus nilai rata-rata hasil belajar peserta didik mencapai 62,26%. pada siklus ii dengan tes yang dilakukan secara individu nilai rata-rata hasil belajar matematika mencapai 74,43%. dengan demikian, baik secara teoritik maupun empirik kegiatan pembelajaran menggunakan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi fungsi kuadrat bagi siswa kelas ix-h smp n 27 semarang pada semester i tahun pelajaran 2018/2019 sebesar 12,15%. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.48 265 daftar rujukan [1] arikunto, s. 1998. prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. jakarta: rinekacipta. [2] dimayanti dan mudjiono. 1999. belajar dan pembelajaran. jakarta: rineka cipta. [3] djamara, syaiful bahri dan aswan zain. 2002. psikologi belajar. jakarta: pt rineka cipta. [4] fathurrohman, muhammad dansulistirini. 2012. belajardanpembelajaran. jogyakarta: teras. [5] hudoyo, h. 1988. mengajar belajar matematika. jakarta: depdikbud. [6] ida zusnaini. 2012. strategi mendidik aanak agar jujur. jakarta: pt suka buku. [7] muhibbin, syah. psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. bandung: remaja rosdakarya. [8] mulyasa. 2011. praktik penelitian tindakan kelas. bandung: remaja rosdakarya. [9] oemar hamalik. 2001. proses belajar mengajar: bandung: pt bumi aksara. jakarta: kencana. [10] ridwan abdulla sani. 2013. pembelajaran. jakarta: pt bumi akasar. [11] sofan amri. 2013. pengembangan model pembelajaran dalam kurikuluiim 2013. jakarta: pt prestasi pustakaraya. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.44 212 received : 13-09-2020 revised : 12-10-2020 published : 11-11-2020 peningkatan kinerja guru dalam menetapkan kriteria ketuntasan minimal melalui kegiatan workshop di smp negeri 2 cikancung kabupaten bandung ida farida smp negeri 2 cikancung bandung, indonesia ida37989@gmail.com abstrak: tujuan dari penelitian ini merupakan meningkatan kesiapan serta kemampuan guru dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun dari siklus i ke siklus ii. cara penerapan penentuan patokan ketuntasan minimun lewat workshop buat kenaikan keahlian guru dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun diawali dari pengontrolan dini. pengontrolan dini dicoba buat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat dalam penentuan patokan ketuntasan minimun. tahap berikutnya merupakan menganalisa hasil supervisi setelah itu ditindak lanjuti dengan melangsungkan workshop. workshop dicoba dengan memakai tahapantahapan yang lebih menekankan wawasan praktis alhasil mudah di cerna oleh guru. terjalin kenaikan kesiapan partisipan dalam aktivitas workshop di smp negara 2 cikancung kabupaten bandung. disamping itu pula, terjalin kenaikan keahlian guru dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun lewat pembinaan berbentuk workshop dari siklus i ialah dengan datar datar 75, 79% ke siklus ii dengan pada umumnya 97, 98% serta menggapai sasaran minimun yang sudah diresmikan ialah 85%, maksudnya 85% guru sudah sukses dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun. periset merumuskan kalau lewat workshop bisa tingkatkan keahlian guru dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun di smp negara 2 cikancung kabupaten bandung. dengan begitu bisa dianjurkan pada pengawas ataupun periset yang lain kalau aktivitas workshop bisa digunakan bagaikan salah satu pengganti dalam tingkatkan kemampuan guru dalam memutuskan kriteria ketuntasan minimun. abstract: the purpose of this study was to improve the readiness and performance of teachers in determining minimum completeness criteria from cycle i to cycle ii. the process of determining minimum completeness criteria through workshops to increase the ability of teachers to determine minimum completeness based on the preliminary observations. it is carried out to avoid problems that exist in determining minimum completeness. the next step is to analyze the results of the supervision and then follow it up by a workshop. it was conducted using stages that emphasize practical knowledge so that it is easily to learn by the teachers. there was an increase in the readiness of participants in workshop activities at smp negeri 2 cikancung, bandung. beside that, there was increase in the ability of teachers to set minimum completeness criteria through coaching in the form of workshops from cycle i, with an average of 75.79% to cycle ii with an average of 97.98% and reach the minimum target that has been set was 85%. it indicates that the teacher has succeeded in determining minimum completeness criteria. the researcher concluded that through the workshop, the teacher's ability to determine the minimum completeness criteria at smp negeri 2 cikancung bandung could improve the ability of teachers. therefore, it can be given to supervisors or other researchers that workshop activities can be used as an alternative in improving teachers performance in setting minimum completeness criteria. kata kunci : peningkatan guru, workshop, kkm mailto:ida37989@gmail.com vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.44 213 pendahuluan konsep penilaian pada kurikulum 2013 memakai rujukan patokan. maksudnya buat melaporkan seseorang pelajar sudah profesional ataupun belum bukan dibanding kepada capaian sahabat ataupun kelompoknya, melainkan dibanding kepada patokan minimun yang diresmikan. peserta yang telah menggapai kriteria minimun diucap berakhir, bisa meneruskan pembelajaran buat mencampai kompetensi selanjutnya, sebaliknya pelajar yang belum menggapai patokan minimun harus menempuh remedial. patokan ketuntasan minimun yang berikutnya diucap kkm merupakan patokan ketuntasan berlatih yang didetetapkan oleh dasar pembelajaran dengan merujuk pada standar kompetensi alumnus, memikirkan karakter pelajar, karakter mata pelajaran, serta situasi dasar pembelajaran. dalam memutuskan kkm, dasar pembelajaran wajib merumuskannya dengan cara bersama antara kepala sekolah, pengajar, serta daya kependidikan yang lain. kkm diformulasikan paling tidak dengan mencermati 3 (tiga) pandangan: ialah karakter (intake), karakter mata pelajaran( kerumitan modul atau kompetensi), serta situasi dasar pembelajaran( daya dukung) pada cara pendapatan kompetensi. penentuan patokan ketuntasan minimun (kkm) ialah jenjang dini penerapan evaluasi hasil berlatih bagaikan bagian dari tahap pengembangan kurikulum tingkatan dasar pembelajaran. kurikulum berplatform kompetensi yang memakai referensi patokan dalam evaluasi, mewajibkan pengajar serta dasar pembelajaran memutuskan kkm dengan analisa serta mencermati metode, ialah prinsip serta tahap-tahap penetapan. kkm wajib diresmikan saat sebelum awal tahun ajaran diawali. seberapa juga besarnya jumlah siswa yang melewati batasan ketuntasan minimun, tidak mengganti ketetapan pengajar dalam melaporkan lolos serta tidak lolos pembelajaran. referensi patokan tidak diganti dengan cara dan merta sebab hasil empirik evaluasi. pada referensi norma, kurva normal kerap dipakai buat memastikan ketuntasan berlatih siswa bila didapat hasil pada umumnya kurang melegakan. angka akhir kerap dikonversi dari kurva wajar buat memperoleh beberapa siswa yang melampaui angka 60 cocok proporsi kurva. referensi patokan mewajibkan pengajar buat melaksanakan aksi yang pas kepada hasil evaluasi, ialah membagikan layanan remedial untuk yang belum berakhir serta ataupun layanan pengayaan untuk yang telah melampui patokan ketuntasan minimun. dalam implementasinya di lapangan nyatanya ada sebagian kasus yang klasik terpaut dengan kompetensi guru smp negara 2 cikancung kabupaten bandung. realitas di lapangan yang ditemui oleh peneliti, bertepatan bekerja bagaikan kepala sekolah, terjalin sesuatu perbandingan anggapan dan uraian terpaut dengan kompetensi guru dalam memutuskan kkm. alhasil kecondongan yang terjalin dalam memastikan kkm guru tidak bersumber pada analisa serta tidak mencermati prinsip dan langkahlangkah penentuan kkm. oleh karena itu hingga butuh terdapatnya usaha berbentuk aktivitas pada dini tahun pelajaran yang bisa membagikan data pada guru yang dijadikan prinsip dalam penentuan kkm. merujuk pada penjelasan itu di atas aktivitas workshop ditatap butuh serta representatif dipakai bagaikan usaha aktivitas yang membagikan media untuk para guru buat menguasai akar dari metode memastikan kkm cocok dengan jenjang yang sudah diresmikan. hasil pemantauan alunalun membagikan sesuatu cerminan terpaut dengan rendahnya keahlian guru dalam memastikan kkm yang diakibatkan oleh minimnya desakan kepala sekolah serta pengawas, terpaut dengan kompotensi guru tingkatan sekolah menengah pertama serta belum terdapatnya persamaan pesepsi terpaut aturan metode dan jenjang yang dibutuhkan guru dalam memastikan patokan ketuntasan minimun, sehinngga dalam implementasinya vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.44 214 kala guru memastikan kkm guru cendrung melalaikan jenjang penyusunanya, serta menyangka kalau kategorisasi kkm itu bagaikan suatu ritual belaka, bagaikan wujud keterkaitan dari terbatasnya pertemuan, ataupun pemasyarakatan dampingi guru mata pelajaran dan lintas pelajaran lainnya di smp negeri 2 cikancung. bersumber pada latar balik permasalahan itu, hingga bisa diformulasikan sebagian kesimpulan permasalahan ialah gimana usaha buat meningkatkan keahlian guru dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun( kkm) di smp negara 2 cikancung kabupaten bandung tahun pelajaran 2018 atau 2019? serta apakah lewat workshop bisa meningkatkan keahlian guru dalam memutuskan kriteria ketuntasan minimal (kkm) smp negeri 2 cikancung kabupaten bandung tahun pelajaran 2018/2019. berdasarkan kajian awal diduga tindakan yang berupa workshop untuk meningkatkan keahlian guru dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun bisa menuntaskan permasalahan. aksi yang dicoba melalui 2 siklus, siklus i terdiri dari: pemograman, penerapan, pemantauan, serta repleksi. bersumber pada hasil refleksi siklus i disiapkan siklus ii. tujuan riset ini merupakan merupakan buat tingkatkan keahlian guru dalam memutuskan kriteria ketuntasan minimun( kkm) di smp negara 2 cikancung kabupaten bandung tahun pelajaran 2018 atau 2019 serta buat mengenali seberapa besar aktivitas workshop bisa tingkatkan keahlian guru dalam memutuskan kriteria ketuntasan minimal (kkm) smp negeri 2 cikancung kabupaten bandung tahun pelajaran 2018/2019. dari latar belakang permasalahan, kesimpulan permasalahan, serta jalan keluar permasalahan yang sudah dipaparkan di atas hingga anggapan aksi bisa diformulasikan bagaikan selanjutnya“ workshop bisa tingkatkan keahlian guru dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun smp negara 2 cikancung kabupaten bandung tahun pelajaran 2018 atau 2019”. sebaliknya khasiat dari penelitian ini merupakan bisa membagikan pengalaman berlatih untuk guru, sebab lewat workshop spesialnya para guru smp negeri 2 cikancung diserahkan modul serta bimbingan memutuskan patokan ketuntasan minimun( kkm) cocok dengan mata pelajarannya dan mempunyai keahlian dalam memutuskan kriteria ketuntasan minimun alhasil cara berlatih membimbing lebih bagus. dalam kaitannya dengan pembinaan keahlian guru lewat workshop, hingga amstrong( 1990: 209) kalau tujuan workshop merupakan buat mendapatkan tingkat kemampuan yang dibutuhkan dalam profesi mereka dengan kilat serta murah serta meningkatkan kemampuan kemampuan yang terdapat alhasil hasil mereka pada kewajiban yang saat ini ditingkatkan serta mereka direncanakan buat menyambut tanggung jawab yang lebih besar di masa yang hendak tiba. siswanto( 1989: 139) berkata workshop bermaksud buat mendapatkan angka imbuh seorang yang berhubungan, paling utama yang berkaitan dengan melonjaknya serta bertumbuhnya wawasan, tindakan, serta keahlian yang berhubungan. workshop diartikan buat mempertinggi keahlian dengan meningkatkan caracara berasumsi serta berperan yang pas dan wawasan mengenai kewajiban profesi tercantum kewajiban dalam melakukan penilaian diri( as’ ad, 1987: 64). vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.44 215 dari paparan di atas, membuktikan kalau peningkatan keterampilan guru dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun lewat aktivitas workshop yang lebih menekankan pada tata cara kolaboratif konsultatif hendak membagikan peluang sharing antara satu guru dengan guru lain. dengan begitu uraian kepada patokan ketuntasan minimun bisa ditingkatkan bagus dalam teoritisnya ataupun implementasinya. dengan begitu bisa diprediksi kalau lewat workshop bisa meningkatkan keterampilan guru dalam penentuan kriteria ketuntasan minimal. metode penelitian ini ialah penelitian aksi sekolah( school action research) yang bermaksud buat tingkatkan keahlian guru smp negara 2 cikancung memutuskan patokan ketuntasan minimun lewat aktivitas workshop. aksi yang hendak dicoba merupakan workshop kenaikan keahlian guru dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun. tipe penelitian tindakan yang diseleksi merupakan tipe emansipatori yang dikira sangat pas sebab riset ini dicoba buat menanggulangi permasalah pada area kegiatan periset sendiri bersumber pada pengalaman tiap hari. dengan tutur lain, bersumber pada hasil pemantauan, repleksi diri, guru mau melaksanakan pergantian alhasil kinerjanya bagaikan pengajar hendak hadapi perubahan secara meningkat. tujuan penelitian aksi merupakan buat membongkar permasalahan yang terjalin dalam cara penataran di sekolah dengan memakai tata cara objektif. hal ini searah dengan opini hartati, et. al( 2006: 379) yang berkata kalau“ akar penelitian aksi terdapat pada terdapatnya aksi dalam suasana yang natural buat membongkar permasalahanpermasalahan praktis ataupun tingkatkan mutu aplikasi”. dengan tutur lain, penelitian aksi dicoba buat membenarkan cara penataran dengan menerapkan teoriteori yang relevan dengan permasalahan yang dialami. metode penelitian tindakan sekolah yang dipakai mengadopsi konsep penelitian tindakan kelas yang dikembambangkan kemmis serta taggart. kemmis serta taggart( aqib, 2006: 22) berkata kalau bagian penelitian tindakan kelas terdiri atas “perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation) dan refleksi (reflection)”. yang menjadi poin penelitian ini merupakan guruguru di smp negeri 2 cikancung kabupaten bandung yang berjumlah 19 orang guru, yang terdiri atas 10 orang guru pns, serta 9 orang guru honorer. sebaliknya yang jadi subjek penelitian merupakan keahlian guru dalam memutuskan kriteria ketuntasan minimun. penelitian dilakukan pada guru smp negeri 2 cikancung kabupaten bandung yang beralamat di jl. jayadinata no. 2a desa cihanyir cikancung kabupaten bandung jawa barat. penentuan posisi penelitian, sebab peneliti bekerja di sekolah itu bagaikan kepala sekolah. disamping itu, dari hasil pengontrolan ditemui kelemahan guru dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun. penelitian ini dicoba sepanjang 3 bulan dari bulan juli hingga dengan september 2018 tahun pelajaran 2018 atau 2019, mulai dari persiapan hingga dengan peliputan. adapun jadwal kegiatan workshop adalah sebagai berikut: workshop siklus ke 1 : tanggal 28 juli 2018, materi pembukaan dan paparan kkm. tanggal 04 agustus 2018, materi cara penetapan kkm. workshop siklus ke 2 : tanggal 11 agustus 2018, materi praktik penetapan kkm. tanggal 18 agustus 2018, materi presentasi visual kkm. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.44 216 penelitian ini dicoba dalam 2 siklus tiaptiap siklus terdiri atas pemograman, penerapan, pemantauan serta repleksi. dengan cara rinci metode penelitian mengikuti langkahlangkah bagaikan selanjutnya: siklus i pada kegiatan perencanaan sebagian aktivitas yang dicoba merupakan ialah mengakulasi guru melalui undangan kepala sekolah, menata instrumen, menata agenda workshop( hari, bertepatan pada, jam, serta tempat), mempersiapkan modul workshop, memerintahkan guru membawa bahanbahan administrasi pembelajaran, mempersiapkan mengkonsumsi buat workshop, memerintahkan bawa laptop. penerapan penelitian pada hari awal ialah pengarahan dari kepala sekolah serta pemaparan kriteria ketuntasan minimun sebaliknya pada hari kedua ialah memutuskan patokan ketuntasan minimun masingmasing mata pelajaran disambung dengan pertanyaan jawab, presentasi kelompok kecil dan merevisi hasil pekerjaan guru-guru jika terdapat kesalahan. pada kegiatan observasi yang menjadi pedoman penilaian adalah kesiapan psikologis serta fisik guru, kesiapan materimateri yang dibawa guru pada dikala workshop, kedatangan guru pada saat kegiatan siklus dan kesiapan laptop. sedangkan pedoman penilaian penetapan kkm terdapat 5 aspek, diantaranya: 1. penentuan kkm mata pelajaran mencermati 3 pandangan; kerumitan, daya dukung, serta intake. 2. kkm terbuat per indikator, setelah itu kd, ki, serta terakhir mata pelajaran. 3. hasil penetepan kkm oleh guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah. 4. kkm yang diresmikan disosialisasikan pada pihakpihak yang bersangkutan, ialah siswa, orang berumur, serta dinas pendidikan. 5. kkm dicantumkan dalam lhb. buat memastikan kesuksesan sesuatu aksi dipakai patokan bagaikan selanjutnya, ialah: 1. analisis kompleksitas, daya dukung, serta intake per indikator. 2. penetapan kkm indikator yang terdapat pada kompetensi dasar. 3. penetapan kkm kompetensi dasar, rata-rata dari indikator yang terdapat pada kompetensi dasar. 4. penetapan kkm kompetensi inti 3 dan 4 rata-rata dari kompetensi dasar. 5. penetapan kkm mata pelajaran rata-rata dari kompetensi inti 3 dan 4 yang terdapat pada mata pelajaran. 6. penetapan kkm oleh guru, disahkan oleh kepala sekolah. 7. kkm disosialisasikan kepada pelajar, orang tua, dan dinas pendidikan. 8. kkm dicantumkan dalam lhb/rapor. indikator keberhasilan pada penelitian aksi sekolah ini merupakan bagaikan selanjutnya: 1. proses pelaksanaan workshop, guru minimum :  siap secara mental dan fisik = 85 %  kesiapan bahan = 85 %  kehadiran = 90 %  kesiapan laptop = 80 % vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.44 217 2. hasil pelaksanaan workshop.  85 % guru menetapkan kkm sesuai dengan kriteria diatas.  85 % guru memperoleh nilai baik serta amat baik. bila kurang dari 85% guru tidak penuhi penanda kesuksesan yang sudah diresmikan, berarti aksi dikira belum sukses. oleh sebab itu butuh dicoba koreksi serta dilaksanakan pada siklus ii. siklus ii tahap perencanaan, observasi, dan refleksi pada dasarnya siklus ii mempunyai metode yang serupa dengan siklus i, cuma saja diadakan koreksi pada keadaan yang diamati terdapat kelemahan dan mencermati keadaan yang telah berjalan dengan bagus. yang membedakan pada siklus ii pada tahap pelaksanaannya. materi pelaksanaan workshop dititk beratkan pada praktik guru dalam menentukan kkm sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. pelaksanaan penelitian pada hari pertama yaitu praktik penetapan kkm dan pemaparan kriteria ketuntasan minimal sedangkan pada hari kedua yaitu mempresentasikan hasil penetapan kriteria ketuntasan minimal masingmasing mata pelajaran disambung dengan pertanyaan jawab serta merevisi hasil profesi guruguru bila ada kekeliruan. tidak menutup mungkin pula dicoba perubahan kepada keadaan telah bagus biar aksi yang diserahkan tidak menjemukan. hasil dan pembahasan hasil penelitian cerminan hasil yang diterima bersumber pada pemantauan dilapangan, para guru smp negeri 2 cikancung pada awal mulanya uraian kepada patokan ketuntasan minimun sedang amat kurang, perihal ini disebabkan anggapan guru menyangka kalau patokan ketuntasan minimun tidak sangat berarti, disamping itu referensi, pelatihan, ataupun pemasyarakatan kkm pula kurang. dari 19 orang guru yang bisa dihubungi serta diobservasi didapat hasil bagaikan selanjutnya: 1. memutuskan kkm dengan analisa serta penuhi metode penentuan 0 orang( 0%). 2. memutuskan kkm dengan analisa serta penuhi metode, namun tidak disahkan oleh kepala sekolah, serta sempat pelatihan kkm 4 orang( 21, 05%). 3. memutuskan kkm tanpa analisa namun sempat penataran pembibitan 3 orang( 15, 79%). 4. memutuskan kkm tanpa analisa, sebab belum sempat pelatihan 12 orang (63,16 %). dengan situasi dini semacam ini butuh terdapatnya aksi jelas yang diharapkan sanggup tingkatkan keahlian guru dalam memutuskan kriteria ketuntasan minimal berupa workshop. deskripsi siklus i pada langkah ini dicoba observasi kepada pelaksanaan aksi, ialah menitikberatkan pada kompetensi guru dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun bagaikan dampak diaplikasikan workshop. tujuan dilaksanakan observasi merupakan buat mengenali aktivitas mana pantas dipertahankan, diperbaiki, ataupun dihilangkan sehingga aktivitas pembinaan lewat workshop betulbetul berjalan cocok dengan tujuan yang terdapat serta sanggup tingkatkan keahlian partisipan dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.44 218 aktivitas peserta pula diobservasi, hal: kesiapan psikologis serta raga guru, kesiapan materimateri yang dibawa guru pada durasi workshop, kedatangan guru, kesiapan laptop, mutu kkm, serta reaksi guru. dari hasil observasi kepada kegiatan partisipan yang berjumlah 19 orang dengan memakai lembar pemantauan yang sudah disiapkan, didapat informasi pada pandangan kesiapan psikologis serta fisik; 12 orang ataupun 63, 16% partisipan sedia serta 7 orang ataupun 36, 84% terkategori belum sedia. pada pandangan kesiapan materi; nampak 11 orang ataupun 57, 89% partisipan sedia serta 8 orang ataupun 42, 11% belum sedia. pada pandangan kedatangan guru nampak 19 orang ataupun 100% mendatangi. pada pandangan kesiapan laptop nampak 13 orang ataupun 68, 42% sedia serta 7 orang ataupun 36, 84% belum siap. bersumber pada dekripsi ini tempaknya kesiapan guru dalam menjajaki workshop belum penuhi patokan kesuksesan buat seluruh aspek. dari hasil penilaian kepada penetapan kkm yang terbuat oleh 19 orang yang menjajaki workshop pada daur i ialah pada pandangan penentuan kkm mata pelajaran mencermati kerumitan, daya dukung serta intake telah 15 orang guru ataupun 78, 95% yang cocok, pada pandangan kkm terbuat per penanda, setelah itu kd, ki, serta terakhir mata pelajaran baru 12 orang guru atau 63,16% yang sesuai, aspek pengesahan oleh kepala sekolah 14 orang guru atau 73,68% sudah disahkan oleh kepala sekolah, kemudian untuk aspek kkm yang ditetapkan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu pelajar, orang tua, dan dinas pendidikan 12 orang guru atau 63,16% yang melaksanakan sosialisasi dan aspek terakhir kkm dicantumkan dalam lhb sudah semua guru atau 100% mencantumkan dalam lhb/rapor karena bagaimanapun di dalam rapor wajib ditulis dalam lhb. dari hasil yang didapat membuktikan keahlian guru dalam memutuskan kkm pada siklus i belum membuktikan hasil cocok dengan penanda kemampuan yang sudah diresmikan. sehabis diadakan refleksi kepada hasil yang didapat, diputuskan buat membenarkan dari bidang aktivitas workshop terutama memperjelas mengenai sedisegi yang belum cocok dengan penanda kemampuan yang sudah diresmikan. dari hasil itu nampak dengan cara biasa guru membuat kkm per kd, serta tidak per penanda, serta dari 9 orang turut workshop, 1 orang tidak dapat memberikan hasil yang bisa jadi sebab kesiapan raga, psikologis, materi, serta laptop memanglah kurang. dari permasalahan itu, diputuskan buat membenarkan sebagian tahap dalam siklus i, ialah mementingkan pada penentuan kkm per penanda, yang belum memberikan hasil, serta kenaikan sarana atau materi diadakan pada siklus ii. deskripsi siklus ii pada siklus ii, langkahlangkah yang didapat cocok dengan refleksi hasil siklus i, dengan mementingkan pada uraian sedisegi yang belum dimengerti guru dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun, lebih berderai beratkan pada pandangan pembimbingan dengan cara orang. dari 19 orang guru seluruh dilibatkan dalam daur ii buat memperdalam wawasan mengenai penentuan patokan ketuntasan minimun. sehabis siklus ii dipaparkan yang merujuk pada refleksi serta jalan keluar permasalahan pada daur i didapat informasi kalau pada pandangan kesiapan psikologis serta fisik 18 orang ataupun 94, 74% sedia serta 1 orang ataupun 5, 26% tidak sedia. pada pandangan kesiapan materi: nampak kalau semua guru atau 100% siap dikarenakan yang belum memiliki bahan administrasi guru dibantu oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum. pada kehadiran semua guru hadir atau 100% menghadiri pelaksanaan workshop. pada aspek kesiapan laptop tampak bahwa 18 orang atau 94,74% siap serta 1 orang atau 5,26% tidak membawa laptop karena tidak memilikinya. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.44 219 siklus i siklus ii 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% kesiapan mental dan fisik guru kesiapan bahan kehadiran guru kesiapan laptop 63,16% 57,89% 100% 68,42% 94,74% 100% 100% 94,74% siklus i siklus ii bersumber pada cerita ini kelihatannya kesiapan psikologis guru dalam menjajaki workshop belum penuhi 100% buat seluruh pandangan, bisa jadi sebab mayoritas guru itu umurnya telah mengarah pensiun serta situasi kesehatannya tidak bagus. dari hasil penilaian kepada penentuan patokan ketuntasan minimun oleh guru yang turut workshop pada siklus ii didapat hasil informasi dengan cara biasa dalam penentuan patokan ketuntasan minimun pada siklus ii telah penuhi penanda kesuksesan ialah 85%, tetapi terdapat 1 pandangan yang belum dapat 100%, pandangan terebut ialah pada pandangan 2( kkm terbuat per indikator, setelah itu kd, sk, terakhir mata pelajaran) ialah 17 guru ataupun 89, 47%. buat perihal ini bisa aku jelaskan kalau, 2 orang guru kesusahan dalam meningkatkan silabus, rpp, serta penentuan penanda pada kd, sk, serta mata pelajaran, alhasil kesimpulannya kkm terbuat tidak per penanda. reaksi guru kepada penentuan patokan ketuntasan minimun lewat workshop siklus ke 2 ini dinilai baik. evaluasi ini berarti dicoba buat mendapatkan cerminan mengenai reaksi guru kepada aktivitas workshop yang sudah di harapkan dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun. bila kita amati dari angka ataupun prosentase guru yang bisa memutuskan kkm dengan penuhi metode dari amatan dini, siklus i, serta siklus ii ini membuktikan kenaikan yang amat berarti. jadi bisa dibilang kalau reaksi guru amat positif. oleh sebab itu, pelaksanaannya butuh dilanjutkan dalam kegiatankegiatan yang lain. pembahasan hasil penelitian bersumber pada analisa serta ulasan semacam yang sudah dipaparkan pada bagian tadinya, hingga bisa disimpulkan kalau terjalin kenaikan kegiatan partisipan dalam aktivitas workshop mengenai kenaikan keahlian guru dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun untuk guru di smp negeri 2 cikancung. disamping itu pula terjalin kenaikan keahlian guru dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun lewat workshop di smp negeri 2 cikancung kab. bandung dari siklus i ke siklus ii pada tiaptiap pandangan dengan sasaran ketercapaian cocok dengan patokan yang diresmikan. dengan begitu bisa disimpulkan kalau lewat workshop bisa tingkatkan keahlian guru dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun di smp negara 2 cikancung sudah sukses. perihal ini bisa diamati dari kenaikan kesiapan guru dalam menjajaki workshop dari dini, siklus i hingga siklus ii yang dipaparkan pada lukisan 4. 1 bagaikan berikut: gambar 1. grafik tingkat kesiapan guru dalam mengikuti workshop siklus i ke siklus ii vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.44 220 siklus i siklus ii 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% kategori 1 kategori 2 kategori 3 kategori 4 kategori 5 78,95% 63,16% 73,68% 63,16% 100% 100% 89,47% 100% 100% 100% siklus i siklus ii kesuksesan aksi ini diakibatkan oleh uraian dengan cara global mengenai kriteria ketuntasan minimun amat dibutuhkan. dengan uraian yang bagus, hingga penentuan kriteria ketuntasan minimun dengan bagus. memaksimalkan uraian guru kepada kriteria ketuntasan minimun lewat pengajar intensif dalam wujud penajaan workshop menunjuk pada tata cara kooperatif konsultatif dimana diharapkan para guru beranggar pikiran, bertugas serupa serta bertanya dengan cara aktif. kegiatan ini hendak amat menolong mereka dalam menguasai kriteria ketuntasan minimun kesimpulannya nanti mereka sanggup memutuskan kriteria ketuntasan minimun. adapun penilaian tingkat keberhasilan guru dalam menetapkan kkm dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut: gambar 2. tingkat keberhasilan guru dalam menetapkan kkm keterangan : kategori 1 penetapan kkm mata pelajaran memperhatikan tiga aspek; kompleksitas, daya dukung, dan intake kategori 2 kkm dibuat per indikator, kemudian kd, sk, dan terakhir mata pelajaran kategori 3 hasil penetepan kkm oleh guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah kategori 4 kkm yang ditetapkan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu pelajar, orang tua, dan dinas pendidikan kategori 5 kkm dicantumkan dalam lhb berdasarkan gambar 4.2 di atas diketahui terdapat peningkatan keberhasilan guru saat menetapkan kkm yang signifikan dari siklus i ke dengan rata rata 75,79% ke siklus ii dengan rata-rata 97,98% serta menggapai sasaran minimun yang sudah diresmikan ialah 85%, maksudnya 85% guru sudah sukses dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun. dari paparan di atas, membuktikan kalau kenaikan kompetensi guru lewat aktivitas workshop yang lebih menekankan pada tata cara kolaboratif konsultatif hendak membagikan peluang sharing antara satu guru dengan guru lain. dengan begitu, uraian kepada patokan ketuntasan minimun bisa ditingkatkan bagus dalam teoritisnya ataupun dalam implementasinya. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.44 221 simpulan bersumber pada analisa serta ulasan semacam yang sudah dipaparkan tadinya, hingga bisa disimpulkan kalau: 1. cara penerapan penentuan patokan ketuntasan minimun lewat workshop buat kenaikan keahlian guru dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun diawali dari pengontrolan dini. perihal itu dicoba buat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat dalam penentuan patokan ketuntasan minimun. berikutnya menganalisa hasil pengontrolan setelah itu ditindak lanjuti dengan melangsungkan workshop yang dicoba dengan memakai tahapantahapan yang lebih menekankan wawasan efisien alhasil gampang di cerna oleh guru. berikutnya merupakan membagikan bimbingan memutuskan patokan ketuntasan minimun cocok dengan langkahlangkah yang sudah didetetapkan. buat memastikan guru membuat patokan ketuntasan minimun dicoba pengajuan pada tiaptiap golongan guru mata pelajaran. periset mencermati serta memperhitungkan patokan ketuntasan minimun yang sudah diresmikan guru. dari evaluasi itu setelah itu dievaluasi pandangan mana yang belum cocok dengan patokan, setelah itu dilanjutkan dengan koreksi. lewat jenjang itu guru dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun bertambah. 2. terjalin kenaikan kesiapan partisipan dalam aktivitas workshop di smp negeri 2 cikancung kabupaten bandung. disamping itu pula, terjalin kenaikan keahlian guru dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun lewat pembinaan berbentuk workshop dari siklus i ialah dengan datar datar 75, 79% ke siklus ii dengan pada umumnya 97, 98% serta menggapai sasaran minimun yang sudah diresmikan ialah 85%, maksudnya 85% guru sudah sukses dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun. dengan begitu bisa disimpulkan kalau lewat workshop bisa tingkatkan keahlian guru dalam memutuskan patokan ketuntasan minimun di smp negeri 2 cikancung kabupaten bandung tahun 2018. 3. guruguru smp negeri 2 cikancung kabupaten bandung membagikan reaksi yang amat positif kepada aktivitas penentuan patokan ketuntasan minimun lewat workshop. dengan begitu aktivitas workshop membagikan akibat positif kepada keahlian guru dalam memutuskan patokan ketuntasan minimal. berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disarankan para guru sebaiknya menetapkan kriteria ketuntasan minimal dengan memperhatikan mekanisme, yaitu prinsip dan langkah-langkah penetapan dengan ditunjang semua guru harus mampu bekerja sama dengan peserta lain yang bersifat kolaboratif konsultatif supaya pembinaan melalui workshop dapat berjalan secara efektif. pembinaan menetapkan kriteria ketuntasan minimal melalui workshop, dapat dijadikan salah satu alternatif meningkatkan kompetensi guru dalam pengembangan proses belajar mengajar. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.44 222 daftar rujukan [1] amstrong, m. 1990. manajemen sumber daya manusia. jakarta: pt transito asri media. [2] aqib, zainal. 2006. penelitian tindakan kelas. bandung: yrama widya. [3] as’ad, m. 1987. psikologi industri. yogyakarta: liberty. [4] hamalik, oemar, 2007. manajemen pengembangan kurikulum, bandung: pt. remaja rosda karya. [5] hartati, s., et al, 2006, penelitian tindakan kelas, graha ilmu, yogyakarta. [6] http://bestariabadi.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-lokakarya.html (diakses 16 maret 2018) [7] simamora, henry. 1995. managemen sumber daya manusia. yogyakarta: stie ypkn. [8] siswanto, bejo, 1989. manajemen tenaga kerja ancaman dalam pendayagunaan dan pengembangan unsur tenaga kerja. penerbit sinar baru. bandung. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 338 received : 11-10-2020 revised : 12-11-2020 published : 08-12-2020 penerapan penilaian berbasis proyek untuk meningkatkan kemampuan kerja mandiri dan hasil belajar mapel prakarya materi pengolahan hasil peternakan dan perikanan di mtsn 1 bantul asih budiati mtsn 1 bantul, indonesia abudiati010@gmail.com abstrak : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan penilaian berbasis proyek untuk meningkatkan kemampuan kerja mandiri dan hasil belajar mata pelajaran prakarya materi pengolahan hasil peternakan dan perikanan di mtsn 1 bantul. penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan yang ada di kelas dengan menerapkan penilaian berbasis proyek, kemudian melakukan refleksi terhadap hasil tindakan. penelitian ini berlangsung dalam dua siklus. setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan, setiap siklus dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan yang berupa pengolahan, dan tahap pelaporan yang berupa presentasi hasil pengolahan yang diakhiri dengan test . subyek penelitian ini adalah siswa kelas ixg di mtsn 1 bantul . metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, wawancara, dan tes hasil belajar. data yang diperoleh selama penelitian dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dengan cara kategorisasi/penggolongan meliputi reduksi data, penyajian data dan pengambilan kesimpulan. hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran prakarya dengan menerapkan penilaian berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan kerja mandiri dan hasil belajar. hal itu ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan kerja mandiri siswa dari 66,5%, pada siklus i menjadi 97,25% pada siklus ii. hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 76,5% sebelum tindakan menjadi 77,4 pada siklus i dan menjadi 81,8 pada siklus ii. dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan penilaian berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan kerja mandiri dan hasil belajar siswa mapel prakarya materi pengolahan hasil peternakan dan perikanan. kata kunci: penilaian berbasis proyek, kerja mandiri, hasil belajar mailto:abudiati010@gmail.com vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 339 pendahuluan pendidikan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia indonesia terutama dilihat dari segi konsepsi serta tujuan yang ingin dikejar. pengertian sistem pendidikan nasional sesuai undang undang no: 20 th 2003 dapat dinyatakan bahwa pendidikan adalah ” usaha sadar dan terencana untuk mewujudan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya. tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri . pembelajaran adalah suatu proses yang melibatkan banyak komponen, baik kondisi siswa , guru ataupun sarana pembelajaran yang ada. pada era pembelajaran sekarang ini, diharapkan terjadi kolaborasi yang sinergis antara faktor foktor tersebut yang didukung dengan it yang semakin canggih untuk menuju tercapainya tujuan pembelajaran. belum semua guru siap dengan tuntutan sistem yang baru, tetapi setidak tidaknya guru diharapkan siap berubah dan selalu mengikuti perkembangan dalam bidang pendidikan secara aktif. masih adanya guru yang mengajar secara konvensional menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik. pembelajaran yang cenderung menghafalkan konsepkonsep yang berdampak rendahnya kemampuan aspek koknitif, yang hanya cenderung hafalan saja. sedangkan domain yang lebih tinggi seperti berpikir kritis yang meliputi analisis, sintesis dan evaluasi belum terbiasa dilatihkan kepada peserta didik. akibatnya kecapaian kkm masih sangat rendah, oleh karenanya masih diperlukan metode pembelajaran yang inovatif yang dapat membantu guru untuk mempermudah penyampaian materi serta meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari. proses pembelajaran mempunyai tiga faktor utama, yaitu guru, siswa, dan proses pembelajaran . pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kinerja belajar siswa, sehingga siswa berperan aktif dalam proses belajar mengajar. pembelajaran prakarya sebenarnya sangat memungkinkan untuk melakukan variasi metode pembelajaran, karena luasnya jangkauan materi serta kompleknya permasahan dalamnya. oleh karena itu tidak selayaknya kalau pembelajaran prakarya bersifat teacher centered learning tetapi sudah harus student centered learning, karena pendekatan pembelajaran yang tepat akan memberi hasil belajar yang baik, serta meningkatkan pola pikir peserta didik. dalam pembelajaran prakarya sangat sarat akan konsep, mulai dari konsep yang sederhana hingga konsep yang lebih kompleks, mulai dari teori hingga dapat menghasilkan produk. oleh kerena itu perlu penanaman konsep dasar yang kuat untuk membangun konsep konsep berikutnya. pembelajaran prakarya memerlukan pemahaman tentang materi dan penerapannya yang mempertimbangkan keadaan. dalam penyampaian materi sebagian besar siswa lebih mudah memahami dibanding materi pelajaran yang lain, hal ini karena materi terkait dengan kehidupan sehari hari peserta didik. sedangkan yang menjadi kendala dalam pembelajaran prakarya adalah masih minimnya jumlah siswa yang dapat melaksanakan tugas secara mandiri. kegiatan mandiri sangat mutlak diperlukan dalam menentukan hasil pembelajaran, karena sebagian besar materi prakarya adalah materi terapan, dan akan dilaksanakan dalam kehidupan sehari hari. masih kurangnya kemampuan kerja mandiri siswa dipengaruhi banyak hal, antara lain : pendapat bahwa prakarya materi yang kurang penting ( vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 340 tidak di un-kan), berharap dapat bantuan teman, kurang latihan dalam mengerjakan pekerjaan di rumah, kurang percaya diri dalam mengerjakan suatu pekerjaan. kondisi tersebutlah yang sangat tidak mendukung berkembangnya aktifitas dan kreatifitas peseta didik. berdasarkan pengalaman peneliti selama mengajar prakarya, masih minimnya nilai prakarya yang diperoleh siswa terutama pada materi pengolahan diantaranya nilai rata-rata 76,5 dengan nilai tertinggi 85 dan teremdah 60, serta 10 siswa dengan nilai di atas ketuntasan dengan kkm 76. kenyataan tersebut masih sangat mungkin untuk ditingkatkan, dengan melakukan inovasi pada pembelajarannya. sebagai pelajaran yang lebih mengutamakan ketrampilan dan kemampuan mempraktikkan hasil belajar, prakarya harusnya lebih mengedepankan kegiatan mandiri pada peseta didik. dalam materi pengolahan hasil peternakan dan perikanan diharapkan semua peserta didik dapat melakukan pengolahan hasil pertanian dan perikanan menjadi makanan siap saji. dalam pelaksanaan pembelajaran prakarya sering peserta didik melihat sebelah mata karena menganggap materinya tidak penting, terlalu mudah, praktiknya dapat berkelompok. dengan anggapan peserta didik terhadap pembelajaran prakarya sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran sering terjadi hal hal yang kurang mendukung keberhasilan pembelajaran, antara lain : peserta didik kurang serius mengikuti pembelajaran, sering ngobrol sendiri, kurang memperhatikan tugas, kerja praktik sering memanfaatkan teman sekelompok. penerapan penilaian proyek yang mengutakan langkah langkah sistematis tentang apa yang akan dilakukan peseta didik akan membawa peserta didik paham dengan yang akan dilakukan, sehingga beberapa kekurangan pembelajaran yang terjadi dapat diatasi atau dikurangi. diantaranya peserta didik diharapkan selalu serius dalam setiap pembelajaran, karena peserta didik akan menyusun rencana, melaksanakan kegiatan , hingga penyusunan laporan secara mandiri . hal penting yang disyaratkan untuk terwujudnya pendidikan yang bermutu adalah pelaksanaan proses pembelajaran oleh guru yang professional, handal dalam layanan dan handal dalam keahliannya. guru dituntut untuk membantu perkembangan siswa dalam segi kognitif, afektif dan psikomotoriknya, dan bukan semata-mata memberikan sejumlah ilmu pengetahuan tetapi juga harus menciptakan kondisi kondusif agar siswa dapat belajar terusmenerus. kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan paling utama dalam kegiatan pembelajaran. seperti yang disampaikan oemar hambalik (2011:27) dimana dalam pembelajaran terjadi interaksi antara guru, siswa dan lingkungannya. nana sudjana (2010:72) menyampaikan bahwa kegiatan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh aktifitas guru, dimana guru yang aktif dapat membawa siswa juga belajar aktif, misal guru mempersiapkan percobaan maka siswa akan aktif melakukan dan mengamati percobaan. dalam buku yang sama nana sudjana (2010:1) menyampaikan bahwa proses pengajaran merupakan salah satu kegiatan dalam melaksanakan kurikulum pada suatu lembaga pendidikan. tujuan pendidikan diantaranya adalah mengantarkan siswa untuk berperilaku baik, intelektual, kreatif, bermoral dan bersikap sosial yang baik. alat penilaian yang digunakan diharapkan dapat mencakup tiga ranah kompetensi, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. dengan demikian penilaian yang dilakukan oleh guru tidak hanya tepat tetapi juga harus komprehensif. salah satu jenis penilaian yang dapat mencakup ketiga ranah tersebut adalah penilaian proyek ( project work). penilaian proyek vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 341 memberi kesempatan kepada siswa untuk seoptimal mungkin dapat mengembangkan kemampuan mereka dalam memahami konsep sampai dengan aplikasi bahkan menciptakan. dalam peilaian proyek guru dapat menilai siswa baik secara individu maupun kelompok. surapranata memberikan pengertian mengenai penilaian proyek sebagai penilaian berbasis kelas terhadap tugas yang harus dilakukan dan diselesaikan dalam waktu tertentu. badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulum depdiknas mendefinisikan penilaian proyek sebagai penilaian untuk mendapatkan gambaran kemampuan menyeluruh/ umum secara kontekstual, mengenai kemapuan siswa dalam menerapkan konsep dan pemahaman mata pelajaran tertentu. haryati (2010) menyampaiakan penilaian proyek adalah kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang mencakup beberapa kompetensi yang harus diselesaikan oleh peserta didik dalam periode tertentu. kegiatan dapat berupa investigasi terhadap suatu proses atau kejadian yang dimulai dari perencanaan , pegumpulan data, dan penyajian data. dari pengertian di atas maka dapat diidentifikasi tentang penilaian proyek adalah (1) penilaian berbasis kelas, (2) penilian yang dilakukan pada mata pelajaran tertentu, (3) penilaian yang dilakukan secara kontekstual dan komprehensif, (4) penilaian berorientasi pada pengembangan kompetensi siswa,(5) penilaian dengan menekankan pada proses dan produk,(6) penilaian yang dikerjakan pada periode waktu tertentu. tahap pelaksanaan penilain berbasis proyek meliputi meliputi empat tahap. tahap perencanaan,pada tahap ini siswa merumuskan pokok masalah yang nanti akan diteliti atau diamati, serta membuat jadwal pelaksanaan proyek, tempat, alat dan bahan dan lainnya sesuai instruksi guru atau pembimbing.tahap analisis, pada tahap ini siswa melakukan pengumpulan data , jenis tindakan yang dilakukan tergantung pada masalah dalam proyek, apakah difokuskan pada proses atau produk.tahap pelaksanaan, pada tahap ini siswa menghimpun data yang telah diperoleh sesuai dengan pokok pokok masalah yang hendak diselesaikan kemudian dianalisis.tahap penyusunan laporan, pada tahap ini merupakan tahap pengambilan kesimpulan dan penyajian data. sistematika penulisan laporan pada penilaian berbasis proyek adalah : 1) pendahuluan, 2) pengumpulan data/ pelaksanaan kegiatan 3) pembahasan temuan utama 4) kesimpulan 5) daftar bacaan dan 6) lampiran. hal yang perlu dipahami guru dalam melakukan penilaian proyek adalah kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi, dan pengumpulan data, relevansi proyek dengan materi yang dipelajari, keaslian proyek yang dilakukan. menurut haryati dalam bukunya model dan teknik penilaian, kelebihan penilaian berbasis proyek adalah merupakan proses pembelajaran yang terstandar, bermuatan pedagogis dan bermakna bagi peserta didik, memberi peluang peserta didik untuk mengekspresikan kompetensi yang dikuasai secara utuh, lebih efisien dan menghasilkan produk, menghasilkan nilai penguasaan kompetensi yang dapat dipertanggungjawabkan. kerja meupakan sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan. kerja data juga diartikan sebagai pengeluaran energy untuk kegiatan yang dibutuhkan (dr franz von magnis dalam anogara 2009 : 11). bekerja mandiri adalah bekerja tanpa diawasi atau tanpa perintah. bekerja mandiri dapat membentuk diri kita menjadi lebih bertanggungjawab. mandiri adalah sikap untuk tidak menggantungkaan keputusan kepada orang lain dalam kurikulum madrasah dijelaskan bahwa hasil belajar adalah kumpulan informasi untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan yang telah dicapai oleh vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 342 seorang siswa dalam bidang pelajaran tertentu (departemen agama ri,1993 ). dalam kurikulum tersebut dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar merupakan pengumpulan informasi untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan yang telah dicapai oleh seorang siswa dalam bidang pelajaran tertentu. implikasi dari penilaian tersebut adalah diperlukannya ulangan harian dan ulangan umum sebagai alat ukurnya. ulangan harian dilaksanakan setiap akhir dari satu sub pokok bahasan sedangkan ulangan umum dilaksanakan pada setiap akhir semester. hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada siswa meliputi perubahan secara kognitif, afektif dan psikomotorik , ahmad susanto (2013). hasil belajar merupakan akhir dari proses penilaian yang dilakukan berulang. penilaian dilakukan berulang ulang dengan harapan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik, sehingga dapat mengubah pola pikir dan perilaku kerja yang lebih baik pula. purwanto (2011:46) menyampaikan bahwa hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan. hasil belajar merupakan suatu gambaran dari penguasaan kemampuan para peserta didik sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu. setiap usaha yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran baik oleh guru sebagai pengajar maupun siswa sebagai pelajar bertujuan untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. tujuan ini dibagi dua bagian utama, bagian pertama meliputi pengetahuan yang menyangkut pembelajaran dan proses mengingat dari fakta (kebenaran) dasar, konsep-konsep, generalisasi dan teori. bagian kedua adalah tujuan pengolahan yang meliputi penggunaan atau aplikasi pengetahuan pada beberapa tipe situasi pemecahan masalah. prakarya merupakan mata pelajaran yang baru dalam kurikulum 2013. materi tersusun atas kompetensi dasar yang terdiri dari 4 kelompok, yaitu kd kerajinan, kd rekayasa, kd budidaya dan kd pengolahan. materi klas ix terdiri dari materi yang telah mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi dari semua kd yang akan dipelajari. semisal kd pengolahan mencakup pengolahan hasil peternakan dan perikanan, dimana materi ini sangat luas tetapi harus diselesaikan dalam waktu yang sangat singkat. pendapat bahwa mata pelajaran prakarya adalah kurang penting sudah menjamur disemua siswa, dengan alasan materi prakarya bukan komponen mata pelajaran yang diujikan secara nasional. rendahnya semangat siswa untuk mengerjakan tugas secara mandiri juga memacu rendahnya keseriusan siswa untuk belajar, dan pada akhirnya nilai pengetahuaannya pun sangat pas pasan (asal lewat kkm saja). nilai tersebut sebenarnya masih bisa ditingkatkan dengan menambah keseriusan belajar siswa. materi pengolahan hasil peternaan dan perikanan sangat luas baik teknih maupun produknya, hal tersebut sangat memungkinkan adanya variasi yang cukup untuk dapat dilaksanakan semua siswa. masing masing siswa akan mandiri dalam berkegiatan mulai dari perencanaan hingga pelaporan. dengan kerja mandiri diharapkan lebih banyak kedalaman materi yang diterima siswa dan hasil akhirnya nilai tes meningkat dibanding materi pada pembelajaran sebelumnya. kerangka berpikir dalam pengembangan kemampuan kerja mandiri dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran prakarya adalah adanya permasalahan dalam belajar prakarya yaitu kekurang seriusan siswa dalam praktik maupun mempelajari teori prakarya, sering terjadi saling ketergantungan satu siswa dengan yang lain. hal tersebut dapat diatasi dengan penerapan penilaian berbasis proyek yang memantau kegiatan siswa dari perencanaan hingga pelaporan secara mandiri. sehingga kemampuan kerja mandiri dan hasil belajar siswa meningkat. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 343 metode penelitian tindakan kelas ini bersifat reflektif , dengan melakukan tindakan tindakan tertentu , dengan harapan dapat meningkatkan praktik pembelajaran di kelas, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa. penelitian terkait penerapan penilain berbasis proyek pernah dilakukan oleh antuni winarsi dan erfan priyambodo, yang berjudul “ efektifitas penerapan penilaian berbasis proyek pada pembelajaran kimia dalam meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa di sman 1 sleman, dengan hasil siswa yang dapat mencapai ketuntasan adalah 90,62%, serta peningkatan kemampuan berpikir kritis meningkat menjadi 44,83%. pelaksanaan penelitian direncanakan dengan rangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penyusunan laporan. kegiatan perencanaan yaitu kegiatan mempersiapkan kelas, menyusun instrumen penelitian berupa penyusunan rpp, lembar observasi siswa dan guru , lembar kerja siswa dan soal akhir siklus. kegiatan pelaksanaan penelitian meliputi kegiatan pembelajaran dengan menerapkan tahap tahap penilaian berbasis proyek. kegiatan penyusunan laporan dilakukan dengan mengolah data hasil tindakan penelitian, serta mempersiapkan dan melaksanakan seminar hasil penelitian. pengambilan data pada penelitian tindakan kelas ini dilakukan dua siklus, dimana untuk setiap siklus terdiri tiga pertemuan dengan jumlah jam pelajaran 2 jam pelajaran setiap pertemuan . pada setiap siklus dilakukan langkah-langkah penilaian berbasis proyek, yaitu pada pertemuan pertama berupa kegiatan awal (tahap perencanaan ) kbm yang dilakukan berupa langkah langkah perencanaan untuk melakukan pengolahan, pada pertemuan kedua melaksanakan praktik pengolahan dan pertemuan ketiga pembuatan laporan , presentasi dan tes akhir siklus. pada pergantian siklus satu dan dua dilakukan refleksi, dimana pada kegiatan ini observer dan peneliti melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan siklus satu. halhal yang perlu dibenahi dipersiapkan untuk dilaksanakan pada siklus dua. rangkaian kegiatan penilaian berbasis proyek diaplikasikan dalam tiga pertemuan pembelajaran dengan rincian, pertemuan pertama merencanakan dan menganalisa berupa perencanaan jenis olahan dan menganalisa alat dan bahan yang diperlukan. pertemuan kedua adalah kegiatan pengolahan, yaitu melaksanakan praktik mengolahan , mengemas, dan menyajikan sesuai rencana yang telah dipersiapkan dan mencatat permasalah yang terjadi jika ada. pertemuan ketiga menyelesaikan pelaporan dan memperesentasikan hasil kegiatan, serta melakukan test akhir siklus. kegiatan pengumpulan data berupa kegiatan observasi yang dilakukan oleh seorang observer yang berpedoman pada instrumen pengamatan yang telah disiapkan oleh peneliti untuk data kemampuan kerja mandiri, serta pengolahan nilai hasil tes akhir siklus sebagai data hasil belajar. jenis instrumen penelitian untuk pelaksanaan penilaian berbasis proyek dan kemampuan kerja mandiri dengan mengunaan ceklis , untuk instrumen hasil belajar menggunakan soal sesuai indikator soal dengan skala nilai 0-100, dengan kkm 76 untuk materi pengolahan. indikator penyusunan instrumen peelitian meliputi: untuk penilaian berbasis proyek mencakup kegiatan perencanaan, analisa kebutuhan, pelaksanaan dan pelaporan. kemampuan kerja mandiri meliputi perencanaan , menganalisa kebutuhan, melakukan praktik dan menyusun laporan hingga presentasi. hasil belajar dengan indikator soal dalam rpp. penerapan penilaian berbasis proyek dikatakan berhasil bila lebih dari 75% siswa telah melakukan kegiatan kerja mandiri , dan nilai ratarata test > 80. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 344 hasil pada pelaksanaan siklus i, dari tahap perencanaan dimana semua siswa melakukan penyusunan rencana pengolahan, dan analisa kebutuhan baik alat maupun bahan, diperoleh data terkait kemampuan kerja mandiri sebagai berikut : tabel 1. hasil observasi kegiatan mandiri tahap perencanaan siklus i no aktifitas yang diamati tahap perencanaan jumlah siswa % 1 menyusun rencana secara mandiri 13 46 2 sesekali bertanya pada teman 9 32 3 sering bahkan selalu bertanya pada teman 4 14 4 tidak bertanya tetapi tidak mengerjakan secara serius 2 8 5 bergurau atau keluar kelas 0 0 pembelajaran pada pertemuan kedua adalah kegiatan pengolahan/ praktik mengolahan hasil perikanan menjadi makanan. kegiatan diawali dengan doa dan presensi kehadiran serta pengarahan guru terkait dengan pembagian tempat praktik dan peralatan memasak yang tersedia. untuk pembagian alat masak terpaksa dilakukan mengingat terbatasnya jumlah. teknik pembagian yang dilakukan guru adalah dengan mengelompokkan peserta berdasarkan jenis masakan yang sama atau mirip. sebagai contoh beberapa siswa sama sama membuat pepes tetapi dari bahan yang berbeda. dalam penggunaan alat dapat dilakukan bersama tetapi setiap peserta didik melakukan persiapan dan pengolahan secara mandiri sesuai rencana masing masing. adapun hasil observasi tentang kegiatan mandiri peserta didik sebagai berikut tabel 2. hasil observasi kegiatan mandiri tahap pengolahan pada siklus i no aktifitas yang diamati tahap praktik jumlah siswa % 1 menyiapkan alat dan bahan secara mandiri 15 54 2 menunggu instruksi teman dalam menyiapkan alat dan bahan 10 36 3 tidak berpartisipasi dalam persiapan alat dan bahan 3 10 4 melaksanakan pengolahan secara mandiri 14 50 5 menunggu bantuan teman dalam pengolahan 12 43 6 bergabung dengan teman dalam pengolahan 2 7 nilai rata-rata dari hasil pengolahan dan pengemasan / penyajian pada tahap praktik pengolahan pada siklus i secara berurutan adalah 76,4 dan 77,0. pelaksanaan pertemuan ketiga pada siklus i berupa kegiatan penyelesaian laporan, presentasi dan tes akhir siklus. hasil observasi dan hasil test sebagai berikut : tabel 3. hasil observasi kegiatan mandiri tahap penyusunan laporan siklus i no kegiatan mandiri tahap presentasi jumlah siswa % 1 menyusun laporan dengan mandiri 8 29 2 menyusun laporan dengan sedikit bertanya pada teman 20 71 3 menyontek 0 0 vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 345 tabel 4. hasil observasi kegiatan mandiri tahap presentasi laporan siklus i no kegiatan mandiri tahap presentasi jumlah siswa % 1 presentasi dengan percaya diri, suara lantang dan jelas 10 36 2 presentasi dengan malu malu 16 57 3 tidak mau presentasi 2 7 setelah pelaksanaan presentasi. laporan masing masing siswa dikumpulkan dan nilai, dilanjutkan dengan pelaksanaan tes akhir siklus. nilai laporan dan hasil tes ditunjukkan pada tabel 5 . tabel 5. hasil penilaian penulisan laporan dan tes akhir siklus i no aspek nilai keterangan 1 nilai rata-rata 77,4 2 nilai tertinggi 85 3 nilai terendah 65 4 nilai diatas ketuntasan 15 74 % 5 kkm 76 6 nilai rata – rata penyusunan laporan 79,1 dalam kegiatan refleksi dilaksanakan pembahasan oleh peneliti dan observer terkait dengan hasil observasi maupun olah nilai yang telah dilakukan pada siklus i. hasil dari refleksi diantaranya,tidak ditemukan kekurangnyamanan siswa dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga teknik penilaian tetap dapat dilanjutkan pada siklus ii, siswa merasa bahwa pada praktik di siklus i kurang persiapan, sehingga masih banyak kekurangan pada alat memasak, pada presentasi laporan masih banyak siswa yang belum melaksanakan presentasi secara maksimal, hasil tes menunjukkan ada peningkatan nilai rata rata dibanding nilai sebelumnya, sehingga perlu dilanjutkan di sikhlus ii. pada pelaksanaan siklus ii, dari tahap perencanaan dimana semua siswa melakukan penyusunan rencana pengolahan, dan analisa kebutuhan baik alat maupun bahan, diperoleh data terkait kemampuan kerja mandiri sebagai berikut : tabel 6: hasil observasi kegiatan mandiri tahap perencanaan siklus ii no aktifitas yang diamati tahap perencanaan jumlah siswa % 1 menyusun rencana secara mandiri 20 71 2 sesekali bertanya pada teman 7 25 3 sering bahkan selalu bertanya pada teman 1 4 4 tidak bertanya tetapi tidak mengerjakan secara serius 0 0 5 bergurau atau keluar kelas 0 0 pembelajaran pada pertemuan kedua adalah kegiatan pengolahan/ praktik mengolahan hasil peternakan menjadi makanan. untuk pembagian alat masak dilakukan guru agar pelaksanaan lebih teratur. teknik pembagian yang dilakukan guru adalah dengan mengelompokkan peserta berdasarkan jenis masakan yang sama atau mirip. dalam penggunaan alat dapat dilakukan bersama tetapi setiap peserta didik melakukan persiapan dan pengolahan secara mandiri sesuai rencana masing masing. adapun hasil observasi tentang kegiatan mandiri peserta didik sebagai berikut : vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 346 tabel 7. hasil observasi kegiatan mandiri tahap praktik siklus ii no aktifitas yang diamati tahap praktik jumlah siswa % 1 menyiapkan alat dan bahan secara mandiri 24 86 2 menunggu instruksi teman dalam menyiapkan alat dan bahan 4 14 3 tidak berpartisipasi dalam persiapan alat dan bahan 0 0 4 melaksanakan pengolahan secara mandiri 28 100 5 menunggu bantuan teman dalam pengolahan 0 0 6 bergabung dengan teman dalam pengolahan 0 0 nilai rata-rata hasil pengolahan dan pengemasan produk pada siklus ii secara berurutan adalah 77,5 dan 78,3. pada pertemuan ketiga siklus ii dilaksanakan kegiatan penyelesaian laporan, presentasi dan tes akhir siklus ii. data hasil observasi dan test akhir siklus disampaikan pada tabel 8. tabel 8. hasil observasi kegiatan mandiri tahap penyusunan laporan siklus ii no kegiatan mandiri tahap presentasi jaumlah siswa % 1 menyusun laporan dengan mandiri 20 71 2 menyusun laporan dengan sedikit bertanya pada teman 8 29 tabel 9. hasil observasi kegiatan mandiri tahap presentasi siklus ii no kegiatan mandiri tahap presentasi jumlah siswa % 1 presentasi dengan percaya diri, suara lantang dan jelas 19 68 2 presentasi dengan malu malu 9 32 3 tidak mau presentasi 0 0 setelah presentasi semua laporan dinilai dan dilanjutkan dengan pelaksanaan tes akhir siklus ii. hasil penilaian laporan dan test di sampaikan pada tabel 10. tabel 10. hasil tes akhir siklus ii dan nilai penyusunan laporan siklus ii no aspek nilai keterangan 1 nilai rata-rata 81,8 2 nilai tertinggi 90 3 nilai terendah 70 4 nilai diatas ketuntasan 21 75 % 5 kkm 76 6 nilai ratarata penyusunan laporan 81,4 pembahasan hasil penelitian ini terdiri dari dua bagian, yang pertama adalah hasil pengamatan observer tentang aktifitas kerja mandiri siswa selama proses pembelajaran yang meliputi, kegiatan penyusunan rencana dan analisa kebutuhan, pelaksanaan praktik dan penyusunan laporan serta presentasi, yang kedua adalah hasil tes yaitu tes akhir siklus i dan akhir siklus ii. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 347 pembahasan kegiatan siklus i hasil pengamatan pada kegiatan selama siklus i dapat dirangkum sebagai barikut : tabel 11. rekapitulasi data observasi kegiatan mandiri siklus i no aktifitas siswa kegiatan pembelajaran perencanaan dan analisa kebutuhan praktik penyusunan laporan presentasi 1 kerja mandiri 78 % 52 % 100 % 36 % 2 selain kerja mandiri 22 % 48 % 0 % 74 % dari data di atas dapat diketahui bahwa kegiatan kerja mandiri siswa pada siklus i adalah 76,6%, tampak pada kegiatan perencanaan lebih separo siswa melaksanakan kerja mandiri , sedangkan pada kegiatan praktik hanya separo dan pada presentasi bahkan hanya sepertiga jumlah siswa yang melaksanakan kerja mandiri. pada menyusunan laporan, semua siswa telah melaksanakan kerja mandiri, hal ini terkait dengan tugas sebelumnya yaitu praktik pengolahan dimana setiap siswa mempunyai rencana yang berbeda beda, sehingga mereka akan menyusun laporan yang berbeda pula. pada penyusunan laporan yang telah 100 % siswa kerja mandiri, maka diharapkan masing masing siswa lebih memahami tentang hal-hal yang dipelajari. pembahasan kegiatan siklus ii hasil pengamatan pada kegiatan siklus ii adalah : tabel 12. rekapitulasi data observasi kegiatan mandiri siklus ii no aktifitas siswa kegiatan pembelajaran perencanaan dan analisa kebutuhan praktik penyusunan laporan presentasi 1 kerja mandiri 96 % 93 % 100 % 100 % 2 selain kerja mandiri 4 % 7 % 0 % 0 % dari data di atas dapat diketahui bahwa siswa telah dapat melakukan kegiatan kerja mandiri sebanyak 97,25 % , yang berarti hanya 1 siswa yang masih perlu penyesuaian. pada menyusunan laporan dan pelaksanaan presentasi semua siswa antusias untuk melakukan presentasi, karena merasa paham betul dengan apa yang dilakukan, bahkan ada siswa yang sempat memberi tawaran temannya untuk bertanya tentang produk yang dihasilkan. pengukuran kemampuan kognitif siswa yang berupa hasil belajar dapat diketahui dari hasil tes akhir siklus i dan ii sebagai berikut : tabel 13. rekapitulasi hasil tes akhir siklus i dan ii no aspek nilai sebelum tindakan nilai siklus i nilai siklus ii perubahan 1 nilai rata-rata 76,5 77,4 81,8 5,3 2 nilai tertinggi 85 85 90 5 3 nilai terendah 60 65 70 10 4 nilai diatas ketuntasan 10 15 21 11 5 kkm 76 76 76 dari data diketahui bahwa nilai rata tara telah bertambah dari 76,5 pada saat belum menerapkan penilaian berbasis proyek, menjadi 77,4 pada siklus i dan bertambah menjadi vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 348 81,8 di siklus ii. penambahan 5,3 point adalah peningkatan yang cukup banyak. hasil akhir penilaian pada siklus ii telah memenuhi kriteria indikator keberhasilan tindakan yaitu rata rata hasil belajar siswa > 80 . untuk observasi terhadap kegiatan guru , diketahui bahwa semua kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik. guru dapat mendampingi pembelajaran sesuai rencana. semua hal tersebut tidak lepas dari semangat siswa untuk mengikuti pembelajaran, karena tidak adanya beban tertentu ataupun karena materi yang dipelajari adalah sangat aplikatif. untuk wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa yang dilakukan diluar jam pelajaran diperoleh informasi bahwa pelajaran terasa le bih mudah, lebih bersemangat, bangga dengan hasil kerja sendiri, meskipun sedikit lebih repot dengan peralatan yang lebih banyak. simpulan hasil penelitian tindakan kelas yang telah disampaikan pada pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal yaitu 1) teknik penilaian berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan kerja mandiri dari 66,5 % pada siklus i menjadi 97,25 % pada siklus ii, 2) teknik penilaian berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari rata rata nilai sebelum tindakan 76,5 menjadi 77,4 pada siklus i serta menjadi 81,8 pada siklus ii pada akhir siklus ii, 3) data yang menunjukkan bahwa 97,25 % siswa telah dapat melaksanakan kerja mandiri dan rata-rata nilai hasil belajar menjadi 81,8 pada akhir klus ii berarti kedua indikator keberhasilan tindakan telah terlampaui, dengan demikian dapat disampaikan bahwa penilaian berbasis proyek tepat digunakan dalam pembelajaran prakarya materi pengolahan hasil peternakan dan perikanan. daftar rujukan [1] antuni winarsi.(2011). efektifitas penerapan penilaian berbasis proyek pada pembelajaran kimia dalam meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa sman 1 sleman. yogyakarta:jurdik kimia uny. [2] asep jihad ,abdul haris.(2010).evaluasi pembelajaran , cetakan ketiga.yoyakarta : multi pressindo. [3] departemen agama ri, dirjen kelembagaan agama islam.(1994). standarisasi kurikulum madrasah 1994. [4] departemen pendidikaan nasional badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulum.(2004). penilaian proyek . jakarta : balitbang depdiknas. [5] hartati muchtar.(2010). penerapan penilaian autentik dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. jurnal pendidikan penaburno.14 /tahun ke -9 / juni 2010. [6] kementerian pendidikan dan kebudayaan.(2015). prakarya kelas ix, jakarta:kementerian pendidikan. [7] mimin haryati.(2010). model dan teknik penilaian pada tingkat satuan pendidikan , jakarta: gaung persada press. [8] nana sudjana.(2010).cara belajar siswa aktif dalam proses belajar mengajar.bandung:sinar baru algensindo. [9] oemar hambalik.(2011). proses belajar mengajar.jakarta:pt bumi aksara. [10] purwanto.(2011). evaluasi hasil belajar.yogyakarta:pustaka pelajar. [11] suci paresti.(2016). prakarya ix untuk smp/mts. pusat kurikulum dan perbukuan: balitbang,kemdikbud. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 349 [12] sudijono,a.(2012). pengantar evaluasi pendidikan.jakarta:rajawali pers. [13] sumarna surapranata.(2007).panduan penulisan tes tertulis.bandung:pt remaja rosdakarya. [14] suprijono.(2009).cooperative learning.yogyakarta: pustaka pelajar. microsoft word 02-intan.docx vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.275 168 received : 19-05-2022 revised : 12-06-2022 published : 11-07-2022 praktik permainan tebak berpasangan dengan teknik inkuiri terbimbing guna meningkatkan pemahaman menjelaskan satuan baku untuk siswa kelas ii sekolah dasar intan fitriani sd negeri 2 danyang, kab. grobogan, indonesia intanfitriani908@gmail.com abstrak best practice ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas ii sd negeri 2 danyang pada kd 3.6: menjelaskan dan menentukan panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, melalui implementasi permainan tebak berpasangan dengan teknik inkuiri terbimbing. best practise dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2021/2022 di sd negeri 2 danyang, kecamatan purwodadi, kabupaten grobogan. subyek belajar adalah siswa kelas ii berjumlah 32 anak. dampak dan capaian hasil dari best practise menunjukkan peningkatan pemahaman menjelaskan satuan baku panjang, berat, dan waktu dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas ii sd negeri 2 danyang sebesar 28,12% setelah dilaksanakan praktik permainan tebak berpasangan dengan teknik inkuiri terbimbing, yakni pada ph sebelum praktik ketuntasan sebesar 59,38% dan setelah praktik dilaksanakan, ketuntasan mencapai 87,5%. peningkatan hasil ini memberi makna bahwa pemahaman siswa pada konsep satuan baku panjang, berat dan waktu meningkat setelah praktik dilaksanakan. kata kunci: best practise; permainan tebak berpasangan; inkuiri terbimbing; sdn 2 danyang vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.275 169 pendahuluan salah satu amanat uud 1945 adalah mencerdaskan bangsa. untuk melaksanakan amalat ini maka negara, khususnya melalui pemerintah wajib melaksankan pendidikan sebagai upaya pelaksanaan amanat dimaksud. oleh karenanya pemerintah melalui lembaga pendidikan baik sekolah dasar, menengah dan sekolah tinggi/ universitas negeri telah menetapkan serangkaian tujuan, konsep, strategi, dan model pendidikan dalam rangka pencapaian usaha mencerdaskan bangsa. dalam pelaksanaan pendidikan, tiap-tiap satuan pendidikan telah melaksanakan usaha pencapaian dari tujuan pendidikan masing-masing melalui proses pembelajaran. pembelajaran adalah adalah proses interaksi dari komponen pembelajaran seperti guru, siswa, dan sumbersumber belajar (yulliyanti, 2020). menurut yulliyanti, (2020) dalam jurnalnya, pembelajaran berfungsi untuk membantu siswa untuk belajar dengan baik melalui komunikasi timbal balik. pada dasarnya komunikasi adalah proses menyamakan pemahaman atas pesan yang disampaikan kepada penerima pesan, sehingga tidak menimbulkan makna yang berbeda baik dari sisi pemberi pesan dan penerima pesan. kesepahaman makna pesan yang dikirim dan diterima menunjukkan keberhasilan dari tujuan komunikasi. dalam pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013, guru tidak menjadi satu-satunya sumber belajar dan lebih berperan sebagai fasilitator pembelajaran. sebagai fasilitator, guru mengedepankan pendekatan belajar, penggunaan sarana dan strategi belajar yang sesuai dengan usia dan psikologi anak, sehingga mampu menggerakan anak untuk aktif belajar, menyenangkan dan mampu meningkatkan rasa perdaya diri dan daya kritis siswa terhadap konsep-konsep pembelajaran yang disuguhkan. pada semester ii tahun pelajaran 2021/2022 sd negeri 2 danyang sudah memulai pembelajaran di kelas dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat sesuai ketentuan pemerintah melalui dinas pendidikan. setelah pelaksanaan ppkm akibat pandemi covid-19 yang melanda dan berimbas pada pelaksanaan pembelajaran di sekolah, banyak kesulitan yang dihadapi kelas. diantara kesulitan yang ditemui guru dalam proses pembelajaran di kelas ii ini adalah: 1) siswa kurang saling mengenal antara satu dengan lainnya, yang menjadikan interaksi antar siswa kurang aktif; 2) secara psikologi personal, guru belum mengenali siswa dengan baik sebagai akibat pelaksanaan ppkm sebelumnya; 3) kemajemukan latar belakang siswa dengan tingkat iq berbeda belum diketahui dengan benar; 4) siswa terlihat bosan dengan metode mengajar guru. menurut suartini (2022) kesulitan belajar seorang siswa akan terlihat jelas dengan menurunya kinerja akademik. seperti pendapat tersebut, kesulitan yang dihadapi kelas ii ini juga memberikan dampak pada hasil belajar yang kurang, khususnya pada muatan pelajaran matematika di kd 3.6: menjelaskan dan menentukan panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dimana dari hasil analisis nilai ph tema 5 (pengalamanku) didapatkan capaian hasil belajar baru mencapai 59,38% ketuntasan kelas. mencermati kondisi pembelajaran dan hasil belajar ini, guru mengambil langkah dengan melaksanakan praktik permainan tebak berpasangan dengan teknik inkuiri terbimbing, yang diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa pada konsep pembelajaran yang sedang dilaksanakan, khususnya pada muatan pelajaran matematika di kd 3.6. menghadapi permasalahan kelas, guru melakukan refleksi diri sehingga sampai pada solusi terbaik untuk dipraktikkan. guru perlu merubah praktik mengajarnya dengan variasi baru sehingga siswa tidak bosan. pemikiran ini sesuai dengan pendapat (maria, t.t.) dalam vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.275 170 jurnalnya yang menyatakan, lemahnya kemampuan operasi hitung siswa dikarenakan pembelajaran kurang menarik dan kurangnya variasi dalam menyampaikan pelajaran matematika sehingga banyak siswa merasa bosan. oleh karenanya guru akan mempraktikkan permainan tebak berpasangan untuk mengatasi permasalahan yang muncul. penggunaan strategi permainan ini sebelumnya juga pernah dikaji oleh (rahmawati & nurmanik, 2019) yang diyakini jika permainan tebak-tebakan akan membuat siswa lebih tertarik, aktif, dan menyenangkan. selain itu menurut lini yulliyanti (2020) bahwa dengan permainan ini siswa juga dilatih untuk bersaing secara suportif, menghargai usaha dan hasil kerja yang mana nilainilai ini penting untuk ditanamkan pada diri anak sebagai bekal hidup bermasyarakat. selain variasi pembelajaran melalui sebuah permainan kelas. guru perlu menerapkan strategi yang sesui dengan prinsip kurikulum 2013, dimana salah satunya adalah model pembelajaran inkuiri. menurut trianto dalam kajian wulandari (2016) menyebutkan, pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari/ menyelidiki secara kritis sehingga dapat merumuskan sendiri penemuan dengan penuh percaya diri. strategi ini cocok digunakan pada pembahasan konsep bermuatan matematika pada kelas ii yang terdapat pada tema 5 dan tema 6. dimana siswa dipandu dan diarahkan oleh guru untuk mendapatkan penemuan konsep satuan baku panjang, berat dan waktu dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengalaman langsung siswa dari pengamatan alat peraga yang ada disekitar. dengan bimbingan guru siswa diharapkan dapat membuat rumusan pertanyaan dan jawaban untuk menjadi bahan permainan tebak berpasangan. berdasarkan semua itu guru yakin bahwa praktik permainan tebak berpasangan dengan teknik inkuiri terbimbing ini dapat menjadi solusi dari permasalahan yang ada. sesuai latar belakang masalah diatas, dapat dirumusankan permasalahan sebagai berikut: “bagaimana peningkatan pemahaman menjelaskan satuan baku panjang, berat, dan waktu dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas ii sd negeri 2 danyang melalui praktik permainan tebak berpasangan dengan teknik inkuiri terbimbing? kajian pustaka pemahaman siswa pada konsep satuan baku panjang, berat dan waktu pemahaman berasal dari kata dasar paham. menurut sumber kbbi daring, paham berasal dari bahasa arab yaitu fahm yang bermakna pengertian; pengetahuan. salah satu kata turunan dari kata paham adalah pemahaman. dan pemahaman disini dimaknai sebagai proses, perbuatan memahami atau memahamkan (“kbbi daring,” t.t.). sedangkan menurut arikunto (2006), pemahaman adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, memperluas, menyimpulkan, mengeneraliasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali dan memperkirakan. dalam thesisnya purwanti (2015) menyimpulkan arti pemahaman sebagai suatu proses, cara memahami, cara mempelajari baik-baik supaya paham dan mengetahui banyak. lebih rinci simanjuntak & listiani (2020) menjelaskan, “pemahaman bukan hanya mengenai seberapa banyak fakta yang diingat, namun berkenaan dengan kemampuan untuk menjelaskan, menerangkan, menafsirkan (interpret), atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep”. dalam konteks pembelajaran, pemahaman ini berkaitan erat dengan penguasaan pengertian/ pengetahuan pribadi siswa akan suatu materi yang dipelajari. maka pemahaman siswa pada konsep satuan baku panjang, berat dan waktu dapat dimaknai sebagai proses siswa vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.275 171 mengetahui/ mengerti sehingga dapat menerangkan, membedakan, memberi contoh dan menuliskan konsep satuan baku panjang, berat dan waktu dalam kehidupan sehari-hari dengan benar. pemahaman muatan matematika pada konsep kd 3.6 ini sangat penting, agar siswa memiliki kemampuan dalam hal memahami konsep matematis, serta menjelaskan keterkaitan antar konsep serta menggunakannya dalam menyelesaikan masalah. (permendiknas ri no. 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk. satuan pendidikan dasar dan menengah, 2006) pemahaman siswa pada konsep ini sesuai dengan kd 3.6 pada muatan pelajaran matematika kelas ii di semester genap yang terdapat pada tema 5 dan tema 6. sebuah pemahaman hanya dapat diketahui setelah melakukan serangkaian pengujian. seseorang siswa akan diketahui telah paham atau belum terhadap penguasaan suatu konsep materi pelajaran, dibuktikan dari capaian hasil belajarnya. kusumaningsih, (2013) menyebutkan, bahwa menurut sukmadinata, hasil belajar adalah realisasi dari kecakapan atau kapasitas seseorang. menurut pendapat (sudjana, 2009) kompetensi belajar siswa dikelompokan menjadi 3 yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. maka implikasinya adalah guru perlu melakukan penilaian harian (ph) untuk menguji pemahaman siswa. dan sebagai pengukuran terhadap pemahaman siswa ini, tentunya didasarkan pada standar penilaian yang berlaku yaitu nilai ketuntasan belajar di sekolah. model inkuiri terbimbing menurut wulandari (2016) guna menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup, siswa perlu diberikan model pembelajaran inkuiri ilmiah. menurutnya, suatu pendekatan dan model pembelajaran seharusnya didasarkan pada perkembangan mental atau kognisi anak. dan mengingat konsep materi pada tema 5 dan tema 6 kelas ii sekolah dasar, khususnya pada muatan pelajaran matematika pada konsep satuan baku panjang, berat dan waktu dalam kehidupan sehari-hari, serta usia anak kelas ii ini sudah dapat diterapkan model inkuiri terbimbing. melalui proses inkuiri siswa diajak berpikir kritis, merumuskan dan menemukan pertanyaan dan jawabannya berdasarkan pengalaman siswa memperhatikan alat peraga dan pengalaman sekitar. dengan bimbingan guru akan mampu membuka sikap kritis dan keaktifan siswa muncul. trianto (2007) berpendapat, model pembelajaran inkuiri melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara kritis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan dengan penuh percaya diri. oleh karenanya pada pembelajaran inkuiri ini guru bertindak sebagai fasilitator yang akan membantu siswa menemukan pemahaman konsep-konsep materi yang di pelajari. disini guru perlu memberikan bimbingan dalam proses penemuan siswa. langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing menurut (sanjaya, 2010) sebagai berikut: vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.275 172 tabel 1. prosedur pembelajaran inkuiri terbimbing fase perilaku guru 1. orientasi guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran 2. merumuskan masalah guru mengarahkan siswa masuk ke dalam persoalan yang mengandung teka-teki, sehingga siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat dari teka-teki dalam perumusan masalah 3. merumuskan hipotesis guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memberikan pendapat mengenai analisa sementara suatu masalah. guru membimbing siswa membuat kesimpulan sementara. 4. mengumpulkan data guru membimbing siswa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. 5. menguji hipotesis guru memberi kesempatan pada siswa untuk menyampaikan informasi yang telah diperoleh untuk dibandingkan dengan hipotesis yang telah dibuat. guru melakukan pembenaran terhadap hipotesis yang tidak sesuai dengan informasi yang didapat. 6. merumuskan kesimpulan guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan yang akurat. permainan tebak berpasangan mengingat usia anak kelas ii sekolah dasar yang masih suka bermain, maka sebagai aplikasi dari model pembelajaran inkuiri terbimbing perlu di kemas dalam sebuah permainan, agar anak tidak bosan dan menyenangkan karena terasa sedang bermain. menurut klippel sebagaimana di kutip rahmawati & nurmanik (2019), permainan menebak adalah permainan di mana peserta mengetahui sesuatu dan bersaing secara individu atau dalam tim untuk menemukan jawabannya. berbekal pada hasil inkuiri siswa pada konsep matematika di kd 3.6. guru membimbing siswa membuat daftar pertanyaan dan jawaban untuk dijadikan bahan permainan tebak berpasangan. dari proses inkuiri berdasarkan pengamatan dan pengalaman siswa menggunakan alat/ media tentang konsep satuan baku panjang, berat dan waktu dalam kehidupan sehari-hari, guru membimbing siswa dalam menggunakan kerangka dasar cheklist pertanyaan dan siswa sendiri berpasangan merumuskan pertanyaan dan jawabannya. adapun langkah/ prosedur permainan tebak berpasangan dirumuskan sebagai berikut: 1) bagilah kelas menjadi kelompok kecil yang seimbang, dimana tiap pasangan berjumlah paling banyak 4 (empat) anak; 2) setiap pasangan bertanding menurut undian guru; 3) setiap pasangan dibagi topik secara acak dan mendiskusikannya untuk digunakan sebagai bahan pertanyaan kepada lawan pasangan; 4) guru memanggil pasangan bertanding didepan kelas secara acak; 5) guru memimpin permainan sekaligus menjadi juri; 5) pasangan penanya dan pasangan penjawab harus dapat menjelaskan jawaban dan guru dan papsangan yang tidak bermain memberikan evaluasi; 6) pasangan penanya dan pasangan penjawab bergantian peran dalam satu kesempatan; 7) guru memberikan skor dan penghargaan bagi pasangan terbaik. pembahasan strategi dan langkah pemecahan masalah setelah selama 2 (dua) tahun siswa belajar daring pada semester genap tahun pelajaran 2021/2022 sekolah melakukan kegiatan pembeljaaran tatap muka. namun saat ini di kelas ii sd negeri 2 danyang mengalami permasalahan sebagaimana penulis dijelaskan pada latarbelakang masalah dimuka. dari berbagai permasalahan yang ditemui di kelas berdampak vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.275 173 pada pemahaman siswa kelas ii masih kurang, khususnya pada muatan pelajaran matematika pada pencapaian kd 3.6. kurangnya pemahaman siswa ini terbukti dari capaian hasil belajar siswa dari penilaian harian (ph) di tema 5 masih banyak yang tidak tuntas pada kd tersebut. hasil analisis nilai menunjukkan capaian nilai pada muatan pelajaran matematika di kd 3.6 sebesar 59,38%. artinya ada 40,62% atau 13 siswa tidak tuntas. padahal jika mengacu pada pendapat (trianto, 2009) ketuntasan klasikal dapat dicapai jika dalam kelas terdapat ≥85% siswa telah tuntas. oleh karenanya harus dicarikan solusi bagi perbaikan pembelajaran kedepannya. maka untuk mengatasi masalah , guru melaksanakan pembelajaran melalui praktik permainan tebak berpasangan dengan teknik inkuiri terbimbing. adapun prosedur pemecahan masalah yang dilaksanakan guru dengan strategi permainan ini digambarkan dengan pola berikut: input proses output gambar 1. prosedur dan siklus penyelesaian masalah pemahaman konsep satuan baku siswa rendah pemahaman konsep satuan baku siswa meningkat permainan tebak berpasangan dengan inkuiri terbimbing bimbingan kepada pasangan siswa evaluasi praktik, hambatan dan dampak perencanaan/ perbaikan fasilitasi permainan pelaksanaan permainan tebak berpasangan bimbingan inkuiri siswa melalui percobaan vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.275 174 berdasarkan gambar diagram diatas, dapat dijelaskan langkah kerja pelaksanaan strategi praktik permainan tebak berpasangan dengan teknik inkuiri terbimbing sebagai berikut: 1. sebagai input kegiatan, terlebih dahulu guru telah memperoleh informasi permasalahan pembelajaran dari hasil refleksi diri; 2. guru melaksanakan praktik permainan tebak berpasangan dengan teknik inkuiri terbimbing, dimana dalam proses ini guru melaksanakan pembelajaran inkuiri terhadap materi konsep satuan baku panjang, berat dan waktu melaui percobaan. dan pada kesempatan yang sama sekaligus melaksanakan langkah permainan sebagai berikut: a. guru membuat perencanaan/ perbaikan fasilitasi permainan dengan cara: (1) karena kelas tatap muka dibagi menjadi 2 shift (masa penyesuaian setelah ppkm), maka guru membagi kelas menjadi 4 (empat) pasangan kelompok masing-masing pasangan beranggotakan 4 anak; (2) guru membagi undian pertandingan; (3) guru memberikan topik secara acak ditiap pasangan untuk didiskusikan sebagai bahan pertanyaan/jawaban; b. guru memberikan bimbingan kepada tiap pasangan; c. guru melaksanakan permainan tebak berpasangan dengan cara: (1) guru memanggil pasangan bertanding didepan kelas berdasarkan undian; (2) guru memimpin permainan sekaligus menjadi juri; (3) guru memberikan kesempatan bertukar peran antar pasangan sebagai penanya dan penjawab; (4) guru memberikan evaluasi dan penguatan dari tiap pertanyaan dalam permainan; (5) guru memberikan skor dan penghargaan bagi pasangan terbaik; 3. guru melakukan evaluasi terhadap praktik pembelajaran, berusaha menemukan hambatan dan dampak yang diperoleh saat praktik dilaksanakan; 4. guru melaksanakan refleksi kembali untuk membuat perbaikan dan atau rencana tindaklanjut permainan pada pembelajaran berikutnya. hambatan dan solusi yang dihadapi bertolak dari kesulitan/ masalah yang dihadapi guru kelas ii sdn 2 danyang, kecamatan purwodadi, kabupaten grobogan, provinsi jawa tengah yang mengakibatkan pada rendahnya pemahaman siswa, khususnya pada muatan pelajaran matematika pada konsep satuan baku panjang, berat dan waktu dalam kehidupan sehari-hari, maka guru melaksanakan praktik pembelajaran sebagaimana dijelaskan pada strategi dan langkah pemecahan masalah dimuka. sebagai langkah awal guru sebelum melaksanakan praktik adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertukar posisi duduk sesuai keinginan siswa. hal ini dilakukan agar anak merasa lebih nyaman dan secara psikologi memberikan kesempatan emosi anak merasa lebih dekat lagi dengan temannya. guru mengawasi perubahan posisi duduk anak dan memberikan intervensi bagi siswa dengan tingkat iq tinggi agar dapat lebih merata. guru melaksanakan langkah/ prosedur strategi pemecahan masalah sebagaimana dijelaskan diatas dengan baik. siswa berkelompok sesuai pasangan mengikuti bimbingan/ arahan guru dalam proses pembelajaran tema 6: merawat hewan dan tumbuhan dengan model inkuiri terbimbing menggunakan media alat peraga berupa meteran, timbangan dan jam dinding. masing-masing pasangan merusaha merumuskan dan menemukan pertanyaan dan jawaban berdasarkan panduan checklist topik yang diberikan guru, dan terlihat guru mengawasi dan memberikan bimbingan. vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.275 175 pada saat dilakukan permainan/ pertandingan antar pasangan, menunjukkan adanya keseriusan dan semangat anak untuk memenangkan permainan, sampai pada guru memberikan penghargaan dengan pujian bagi kelompok pasangan terbaik, anak-anak menunjukkan wajah senang. meskipun pada umumnya praktik pembelajaran berjalan dengan baik, namun pada pertemuan awal dari praktik ini juga menjumpai, seperti: 1. kolaborasi/ kerjasama siswa dalam tiap pasangan cenderung lambat; 2. siswa aktif dalam banyak pasangan menunjukkan dominasinya; 3. komunikasi anak (siswa) saat menjelaskan jawaban kurang lancar, meskipun dapat menjawab benar; 4. bagi sebagian kelompok pasangan mengalami kelambatan dalam menulis; 5. waktu praktik pembelajaran tidak sesuai harapan sehingga penyampaian materi tidak tuntas. berdasarkan masalah baru yang dialami selama praktik berlangsung, guru melakukan serangkaian tindaklanjut sebagai pemecahan masalah baru yang muncul, seperti: 1. guru memberikan bimbingan dan pengawasan lebih bagi tiap kelompok pasangan sehingga terjadi kolaborasi/ kerjasama siswa dengan baik dalam kelompok pasangan dan tugas pekerjaan tidak melambat; 2. guru memberikan bimbingan dan pengarahan akan pentingnya peran serta peran dan fungsi keterlibatan semua pasangan untuk berdiskusi dalam pasangan, sehingga tidak didominasi oleh satu anak; 3. guru perlu memberikan arahan dengan bantuan kalimat perangsang guna memperlancar komunikasi anak (siswa) saat menjelaskan jawaban; 4. guru perlu memberikan waktu lebih bagi kelompok pasangan yang mengalami kelambatan dalam menulis; 5. guru perlu membuat perencanaan waktu yang cukup dan disesuaikan kemampuan anak, agar rangkaian pembelajaran dan permainan dapat terlaksana dengan lancar dan tujuan kd dapat tercapai dengan baik. dampak dan capaian hasil hasil evaluasi terhadap proses praktik permainan tebak berpasangan dengan teknik inkuiri terbimbing, serta memperhatikan kendala dan solusi yang dijumpai serta dampakdampaknya, dapat dilaporkan bahwa keluaran (output) dari pelaksanaan best practise ini dapat memberikan hasil akhir pada meningkatnya capaian kognitif kompetensi belajar siswa. dengan meningkatnya hasil belajar ini membuktikan bahwa pemahaman siswa pada konsep satuan baku panjang, berat dan waktu dalam kehidupan telah meningkat. melalui kegiatan permainan tebak berpasangan yang telah diatur dan direncanakan dengan baik, memberikan hasil pada kondisi praktik pembelajaran yang baik dan berdampak positif bagi perkembangan pribadi anak. dengan bimbingan guru semua siswa terlibat dalam proses pembelajaran mulai dari pengamatan, merumuskan dan menemukan pertanyaan dan jawaban untuk bahan permainan, dan menciptakan hubungan antar siswa menjadi lebih dekat. dengan bimbingan guru siswa juga memahami peran dan pentingnya kerjasama dalam sebuah tim. siswa termotivasi untuk memenangkan permainan, sehingga masing-masing pasangan berlomba-lomba dalam belajar. dari permainan ini, anak juga belajar jujur dan sportif. adanya kerjasama pasangan secara tidak langsung menjadikan kegiatan tutor sebaya telah berjalan baik. selain itu bimbingan inkuiri guru dengan rangsangan kalimat tanya per topik vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.275 176 masalah mampu meningkatkan daya kritis anak yang menjadikan anak menjadi berani dan tumbuh percaya dirinya. kondisi seperti ini sebelumnya juga pernah dilaporkan oleh lini yulliyanti (2020) dalam jurnalnya yang menyebutkan, bahwa permainan menjadikan iklim belajar kelas baik, mengatasi kebosanan siswa, relevan dengan pelaksanaan kurikulum 2013 dan dapat diintegrasikan pada setiap model pembelajaran kooperatif, serta mampu meningkatkan ketrampilan berpikir kritis siswa. selain capaian hasil sebagaimana diuraiakan diatas, sebagai dampak positif dari penerapan praktik pembelajaran ini adalah: 1. kegiatan inkuiri menciptakan daya kritis anak untuk mengetahui lebih banyak informasi terhadap suatu obyek; 2. kegiatan permainan menjadi variasi pembelajaran yang baik, disamping memberi iklim kelas yang kondusif, menghilangkan kebosanan dan menyenangkan anak; 3. diskusi/ kerjasama pasangan memberikan nilai kebersamaan, meningkatkan rasa simpati dan empati serta rasa nyaman siswa dengan temannya, sehingga menghilangkan sikap egoisme anak; 4. permainan meningkatkan antusias siswa dalam proses pembelajaran, siswa menjadi aktif dan komunikatif serta mengajarkan anak bersikap sportif dan jujur; 5. perubahan kondisi pembelajaran yang lebih baik memberi hasil pada meningkatnya pemahaman siswa terhadap konsep satuan baku panjang, berat dan waktu dalam kehidupan sehari-hari, sehingga berdampak pada capaian kompetensi belajar siswa menjadi lebih baik. dari analisis nilai penilaian harian (ph) pada tema 6 setelah dilakukan praktik ini, diketahui jika ketuntasan siswa secara klasikal meningkat lebih baik dibandingkan sebelum dilaksanakan praktik permainan tebak berpasangan dengan teknik inkuiri terbimbing. jika dibandingkan dengan capaian hasil penilaian sebelumnya dapat diketahui peningkatan pemahaman siswa kelas ii sdn 2 danyang sebagai berikut: tabel 2. perbandingan ketuntasan belajar siswa kelas ii sd negeri 2 danyang pada muatan pelajaran matematika di kd 3.6 keterangan tema penilaian harian (ph) jumlah tuntas jumlah tidak tuntas siswa % siswa % sebelum praktik tema 5: pengalamanku 19 anak 59,38 13 anak 40,62 sesudah praktik tema 6: merawat hewan dan tumbuhan 28 anak 87,50 4 anak 12,50 sesuai paparan informasi tabel dapat dipahami bahwa sesudah pelaksanaan best practise melalui praktik permainan tebak berpasangan dengan teknik inkuiri terbimbing, menunjukkan capaian hasil belajar siswa lebih baik, dimana ketuntasan belajar siswa pada muatan pelajaran matematika di kd 3.6 meningkat 28,12% (87,5% 59,38%). ketuntasan belajar kelas sebesar 87,5% ini memenuhi kriteria ketuntasan sebagaimana pendapat trianto diatas. dengan peningkatan nilai ketuntasan ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa kelas ii sdn 2 danyang pada konsep satuan panjang, berat dan waktu dalam kehidupan sehato-hari, meningkat setelah dilaksanakan praktik ini. hal ini sesuai kajian dimuka, bahwa sebuah pemahaman hanya dapat diketahui setelah melakukan serangkaian pengujian dan dibuktikan dari capaian hasil belajarnya sebagai representasi dari kecakapan atau kapasitas seseorang. (kusumaningsih, 2013) vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.275 177 simpulan dan rekomendasi simpulan sesuai pembahasan dapat dibuat simpulan berikut: peningkatan pemahaman menjelaskan satuan baku panjang, berat, dan waktu dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas ii sd negeri 2 danyang sebesar 28,12% (87,5% 59,38%) setelah dilaksanakan praktik permainan tebak berpasangan dengan teknik inkuiri terbimbing. rekomendasi sesuai hasil best practise ini penulis dapat memberikan rekomendasi berikut: 1. guru terus meningkatkan kinerja profesionalnya dalam mengajar dengan melakukan praktik mengajar yang inovatif dan solutif; 2. guru perlu memberikan bimbingan dan pengawasan lebih kepada siswa, khususnya bagi siswa yang lambat dengan perlakuan khusus; 3. guru perlu merefleksi diri terus menerus agar diperoleh informasi masalah dan solusi bagi perbaikan pembelajaran; 4. guru perlu menerapkan strategi inkuiri terbimbing agar daya kritis siswa, keberanian dan rasa percaya diri meningkat; 5. guru perlu membuat permainan edukatif untuk mengatasi kebosanan anak dan meningkatkan rasa senang anak dalam belajar; 6. guru yang memiliki permasalahan serupa yang dihadapi penulis agar dapat menerapkan strategi dan langkah-langkah serupa guna memecahkan masalah yang terjadi. daftar pustaka arikunto, s. (2006). dasar-dasar evaluasi pendidikan. pt. remaja rosdakarya. kbbi daring. (t.t.). kbbi daring. diambil 3 desember 2022, dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/paham kusumaningsih, y. (2013). pengaruh kompetensi guru, motivasi belajar siswa, dan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi pada siswa kelas xi ips sma negeri 1 lasem. jurnal pendidikan insan mandiri, 1. maria, k. (t.t.). meningkatkan hasil belajar siswa kelas ii dengan menggunakan media congklak di sd katolik wetakara. 05, 11. permendiknas ri no. 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk. satuan pendidikan dasar dan menengah. (2006). bnsp. purwanti, i. (2015). studi kasus tentang pemahaman orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus di sdn kembangan kecamatan kebomas kabupaten gresik [fakultas psikologi uin malang]. http://etheses.uin-malang.ac.id/2258/ rahmawati, w. a., & nurmanik, t. (2019). meningkatkan kemampuan berbicara siswa melalui permainan menebak. prosiding seminar nasional pendidikan stkip kusuma negara, 7. sanjaya, w. (2010). kurikulum dan pembelajaran teori dan praktik pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan. kencana prenada media group. simanjuntak, s. s., & listiani, t. (2020). penerapan differentiated instruction dalam meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa kelas 2 sd. scholaria: jurnal pendidikan dan kebudayaan, 10(2), 134–141. https://doi.org/10.24246/j.js.2020.v10.i2.p134-141 vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.275 178 suartini, n. w. p. (2022). kesulitan belajar pada siswa kelas ii sekolah dasar. journal of education action research, 6(1), 141. https://doi.org/10.23887/jear.v6i1.44635 sudjana, n. (2009). penilaian hasil proses belajar mengajar. pt. remaja rosdakarya. trianto. (2009). model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik. prestasi pustaka. wulandari, f. (2016). penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar ipa siswa sekolah dasar. pedagogia : jurnal pendidikan, 5(2), 267– 278. https://doi.org/10.21070/pedagogia.v5i2.259 yulliyanti, l. (2020). meningkatkan ketrampilan berpikir kritis siswa melalui kreasi model permainan “cipta kuis tebak-tebakan adik simba” pada pelajaran bermuatan ilmu pengetahuan alam dan sosial. social, humanities, and education studies (shes), 3, 1518–1527. 14/11/2020. https://doi.org/10.20961/shes.v3i3.56966 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.70 30 received : 12-12-2020 revised : 01-01-2021 published : 15-01-2021 belajar dari rumah (bdr) menggunakan padlet alternatif e-learning pada masa pandemi covid-19 (studi kasus di sman 56 jakarta) erika ambarita sman 56 jakarta, indonesia erika@sman56.sch.id abstrak: tujuan artikel ini adalah untuk mendeskripsikan hasil penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus tentang penggunaan padlet sebagai salah satu pilihan pembelajaran berbasis digital learning dalam menjawab tantangan pada masa globalisasi teknologi 4.0 yang menuntut guru juga murid untuk memamfaatkan teknologi. pada masa pandemi covid-19 para murid di indonesia telah memakai teknologi berbentuk hp, laptop atau pc dalam kehidupan hariannya. pertumbuhan teknologi digital di saat ini memberikan tantangan khusus untuk pelajaran bahasa inggris di sman 56 jakarta, agar terus melaksanakan pengembangan media pembelajaran yang menyenangkan sehingga motivasi belajar tetap ada walaupun menggunakan moda daring antara sinkronus maupun unsinkronus. penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan akibat timbulnya rasa jenuh belajar dari rumah (bdr) seperti hanya menggunakan google classroom atau whatsapp (wa) saja, sehingga diperlukan inovasi dan kreativitas guru dengan menggunakan padlet yang bisa berintegrasi dengan google classroom ,wa juga software pembelajaran daring lainnya. subjek penelitian ini adalah murid kelas 12 mipa 1,2 dan 3 tahun pelajaran 2020/2021. bentuk penelitian ini adalah library research atau studi pustaka. metode pengumpulan data berupa wawancara dan dokumentasi melalui google meet dan wa juga data-data kepustakaan tentang penggunaan media pembelajaran, dalam proses belajar-mengajar dalam jaringan. setelah menggunakan padlet dalam pembelajaran online, para murid merasa tidak bosan lagi belajar, karena adanya variasi aplikasi yang bisa terhubung dengan padlet yang berfungsi sebagai papan tulis online yang interaktif dan menyenangkan. kata kunci: padlet; belajar dari rumah (bdr); digital learning; inovatif; menyenangkan https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.70 mailto:erika@sman56.sch.id vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.70 31 pendahuluan pada masa pandemi covid-19, hampir semua kegiatan proses belajar-mengajar dilakukan dari rumah, mau tidak mau, suka tidak suka, dilakukan secara online atau dalam jaringan (daring) oleh para guru dan murid. bagi guru yang ingin membuat kelas onlinenya lebih inovatif dibutuhkan media belajar yang dapat memfasilitasi murid untuk berdiskusi dan melakukan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif, karena selama ini pembelajaran dilakukan secara offline atau luar jaringan (luring). awal dilakukan pembelaran online banyak ditemukan kendala atau masalah-masalah dengan kegiatan proses belajar-mengajar seperti masih ditemukannya murid yang malas menggunakan alat bantu belajar berupa hp, komputer atau laptop. karena alat-alat bantu tersebut lebih banyak digunakan untuk berselancar di media sosial seperti facebook (fb), instagram (ig), atau twitter. juga kasus lain adalah tidak adanya paket internet untuk pembelajaran online bahkan yang lebih drastis lagi adalah tidak memiliki alat-alat bantu yang disebutkan diatas karena kondisi perekonomian yang belum memenuhi standar hidup layak. jikapun menggunakan computer, biasanya hanya membuat laporan kegiatan atau paper. jati (2018) mengatakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi memberikan pengaruh yang sangat berarti terhadap efektifitas dan kreativitas proses kegiatan belajar mengajar. pada saat dimulainya pembelajaran jarak jauh (pjj) sekitar bulan maret 2020, beberapa murid di kelas 12 mipa 1,2 dan 3, masih ada yang belum memiliki handphone (hp) sehingga sangat mengalami kesulitan untuk bisa mengikuti pembelajaran dalam jaringan (daring). untuk menunjang proses pembelajaran, diperlukan suatu media yang sangat menentukan dan menunjang proses pembelajaran secara daring. sehingga penelitian ini akan membahas suatu studi kasus tentang media pembelajaran yang interaktif berbasis aplikasi yaitu padlet pada pelajaran bahasa inggris karena juga mayoritas murid banyak yang tidak cakap dalam memahami penggunaan bahasa inggris itu sendiri, baik dari segi akademik maupun berkomunikasi dalam bahasa inggris. padlet (http://padlet.com) merupakan papan tulis online yang dapat digunakan oleh guru dan murid. tujuan akhir dari penelitian ini adalah agar supaya murid tidak lagi merasa jenuh atau tidak bersemangat belajar pada saat masa pandemi covid-19 ini, juga untuk guru akan lebih bisa lagi berkreasi dan inovatif dalam melaksanakan kegiatan proses belajar-mengajar sehingga tercipta atmosfir atau suasana belajar online terasa offline. metode pendekatan studi kasus dilaksanakan dalam penelitian kualitatif ini. menggunakan metode studi pustaka, dengan teknik pengumpulan data yaitu memanfaatkan sumber dari buku dan jurnal literatur yang dipilih, disajikan, dan dianalisis. subjek penelitian adalah para murid kelas 12 mipa 1, 2 dan 3 sman 56 jakarta tahun pelajaran 2020/2021. penelitian ini dilakukan pada bulan april-juli 2020. instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. prosedur pengambilan data adalah dengan melakukan wawancara menggunakan google meet, zoom, whatsapp (wa) dan dokumentasi. setelah data terkumpul maka dibuat pemetaan wawancara dengan informan yaitu kelompok kelas dari beberapa murid kelas 12 mipa. terdapat hanya satu sampai lima anak dalam satu pararel kelas yang tidak memiliki handphone (hp),laptop atau komputer pribadi yang kemudian dikelompokkan menjadi satu group dengan satu murid sebagai ketua kelompok yang memiliki perangkat elektronik. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.70 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.70 32 hasil salah satu media pembelajaran yang berbasis internet yang memiliki fungsi sebagai tempat untuk berbagi pengetahuan dan informasi berupa foto wacana bacaan, gambar, video, link dll. yang disebut dinding adalah padlet. aplikasi padlet dapat dimanfaatkan oleh pengajar sebagai pengganti papan tulis offline di dalam kelas. pada kegiatan belajar-mengajar bahasa inggris di dalam kelas, guru menggunakan aplikasi padlet untuk menunjang proses belajar dalam menyampaikan materi kepada murid. adapun fungsi padlet dalam pembelajaran bahasa inggris adalah sebagai berikut: 1. sebagai wadah berdiskusi. guru dan murid dapat menuliskan hasil diskusi atau materi pada wall padlet. sebagai contoh adalah guru memberikan materi tentang perkenalan (introduction) sebagai pembuka kegiatan pembelajaran online. para awalnya para murid mengalami kendala atau kebingungan, karena tidak pernah sebelumnya mengetahui aplikasi papan tulis online ini. kemudian guru memberikan tutorial bagaimana menggunakan padlet sebagai papan tulis online. padlet adalah aplikasi yang bermamfaat di kelas karena dapat digunakan pada perangkat yang berbeda, karena tidak mengharuskan murid untuk membuat akun, dan tidak memerlukan pengetahuan teknis khusus (fuchs, 2014). pada tahap awal, guru hanya memberikan link papan tulis online tersebut melalui whatsapp (wa) group kelas. setiap murid hanya mengklik link tersebut dan dapat membaca tutorial bagaimana menggunakan padlet. kemudian guru membagi kelompok diskusi untuk bisa menuliskan kembali panduan penggunaan padlet sesuai dengan waktu yang diberikan. bagi kelompok dengan waktu tercepat akan diberikan hadiah. 2. kerja kelompok. pada saat kelompok pertama mengirimkan hasil jawaban melalui link wall padlet yang diberikan pada group wa, guru memberikan instruksi kepada kelompok lain untuk memeriksa jawaban yang sudah dikerjakan oleh kelompok pertama. sehingga semua murid dapat belajar bersama secara online. menurut (mohammad yazdi,2012) bahwa sebagai salah satu sumber ilmu yang dipakai murid adalah internet. melalui internet murid akan bisa berselancar untuk lebih berexplorasi guna menambah ilmu pengetahuan, demikian juga halnya guru.jadi kasus pertama yang dialami oleh murid dapat terselesaikan dengan baik, meskipun murid tidak memiliki hp, laptop atau komputer pribadi karena bisa bergabung kepada murid lain yang memili perangkat digital. gambar 1. perkenalan pada dinding padlet i https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.70 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.70 33 gambar 2. perkenalan pada dinding padlet ii pembahasan banyak ditemukan hasil penelitian tentang padlet sebagai alternatif e-learning dalam proses belajar untuk meningkatkan hasil kognitif para murid. hasil kajian sudah banyak yang dipublikasikan. berikut ini adalah hasil penelitian terdahulu: 1.“penggunakan model pendidikan elearning untuk meningkatkan kualitas pendidikan” oleh ananda hadi elyas. dengan hasilnya adalah sebagai berikut: a. melalui online learning yang termasuk dalam kategori baru dibidang pemberian materi. b. dengan sistem e-learning merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam masa pandemi covid-19. 2.“perancangan pembelajaran berdasarkan website sebagai media belajar berbasis ict”, oleh firmansyah ricky, dalam jurnal informatika, menerangkan bahwa media sangat mempengaruhi komunikasi dengan cepat. e-learning muncul sebagai bagian berbasis tik yang berfungsi sebagai media pendidikan yang memperbolehkan murid dan guru berkomunikasi dimanapun berada. berbasis website learning (wbl) merupakan bagian dari pembelajaran daring. riset ini fokus kepada pembelajaran tik berbasis website yang digunakan untuk interaksi murid dan guru yang dilengkapi dengan materi pembelajaran yang hendak diinformasikan. murid bisa belajar tentang materi secara online yang akan dijelaskan guru lewat website tanpa dibatasi ruang dan waktu dengan syarat jaringan internet ada. 3.“penerapan e-learning sebagai alat bantu mengajar dalam dunia pendidikan” oleh suharyanto dan adele b. l. mailangkay, menyatakan bahwa: a. ada pengaruh positif dan signifikan terhadap kemajuan belajar murid dengan menggunakan e-learning. dengan menggunakan website, padlet akan bisa membantu penguasaan materi belajar dengan baik. c. maksud penggunaan padlet dalam kegiatan belajar-mengajar dalam upaya untuk meningkatkan mutu belajar sehingga murid akan tetap semangat dalam belajar meskipun dalam situasi pandemi covid-19. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.70 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.70 34 penelitian yang dilakukan pada masa pandemi covid-19 ini, adalah dengan menggunakan padlet sebagai alternatif pembelajaran online yang bisa membuat para murid agar tetap menyukai dan selalu bersemangat walau tanpa tatap muka. waktu yang diberikan dalam satu sesi belajar adalah sembilan puluh menit perlevel kelas artinya kelas 12 mipa ada tiga rombongan belajar maka setiap hari kamis belajar dimulai pukul 07.00 wib dan akan berakhir pukul 08.30 wib digabung dengan waktu bersamaan. situasi dan kondisi tersebut, menuntut guru harus mau berkreasi dan berinovasi dalam menemukan dan mengembangkan media pembelajaran secara online. maka peneliti menggunakan padlet sebagai e-learning yang bisa terintegrasi dengan google classroom, whatsapp, youtube dan lain-lainnya. keunggulan padlet sebagai berikut :1. tidak dibutuhkan waktu lama untuk memahami cara kerjanya, 2. bisa digunakan di handphone dan komputer, 3. tidak wajib mengunduh aplikasi,4. murid bebas berekspresi karena bisa menambahkan video, gambar, voice note, youtube, dll.,5. bisa diekspor menjadi gambar pdf atau jpeg, 6. ada fitur komen, yang bila diaktifkan akan bisa sebagai tempat untuk berdiskusi online. dengan penjelasan keunggulan padlet, maka waktu yang diberikan secara online tidak akan membuat para murid merasa jenuh dan bagi murid yang tidak memiliki alat elektronik seperti handphone bisa tetap belajar secara online simpulan dengan adanya kemajuan pada bidang teknologi masa sekarang ini, tentunya akan berpengaruh kepada semua lini, diantaranya yaitu pada bidang pendidikan. kemajuan pendidikan yang didapatkan yaitu adanya kelas electronic learning. dengan penggunaan komputer dan jaringan internet yang bisa diakses oleh masyarakat indonesia. dengan moda pembelajaran daring melalui website sebagai penerapan belajar online. sekarang media pembelajaran berbasis website sudah banyak dan mudah ditemukan, sehingga para guru bisa lebih kreatif dalam pembuatan media pembelajaran. pada penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang digunakan dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar yang berfungsi sebagai sarana pembelajaran adalah padlet. dengan memiliki fitur yang sederhana dan mudah digunakan oleh guru dan murid, maka proses belajar-mengajar menjadi lebih inovatif dan interaktif. akhirnya, melalui penelitian ini penulis berharap agar para guru bisa lebih meningkatkan kreatifitas dalam belajar dari rumah (bdr) agar semakin semangat dalam belajar dan dapat membangkitkan minat belajar murid walau dilakukan secara dalam jaringan (daring). daftar rujukan andina, d. m. (2019). the effects of genre-based approach using padlet on writing performance of efl learners accross autonomy levels (doctoral dissertation, universitas negeri malang). atsani, k. l. g. m. z. (2020). transformasi media pembelajaran pada masa pandemi covid-19. al-hikmah: jurnal studi islam, 1(1), 82-93. cahyati, n., & kusumah, r. (2020). peran orang tua dalam menerapkan pembelajaran di rumah saat pandemi covid 19. jurnal golden age, 4(01), 152-159. fuchs, b. (2014). the writing is on the wall: using padlet for whole class engagement. loex quarterly, 40(4), 7. hadi elyas ananda. (2018). penggunakan model pembelajaran e-learning dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.70 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.70 35 ismail, f. m.,& khalib, t. n. t.(2020). the use of ict in the learning of oral interaction [penggunaan ict dalam pembelajaran interaksi lisan]. muallim journal of social sciences and humanities, 137-149. jati, a. g. (2018). the use of smartphone applications in english language teaching and learning. jurnal sosioteknologi, 17(1), 144-153. mohammad yazdi. (2012). e-learning sebagai media pembelajaran interaktif berbasis teknologi informasi, jurnal ilmiah foristek, vol. 2, no. 1. firmansyah ricky. (2016). perancangan web based learning sebagai media pembelajaran berbasis ict.vol.3, no.176~182. fadhli, d. (2020). the use of word wall on padlet to improve vocabulary mastery of the first graders at smk al itthad poncol in the academic year of 2019/2020. kimura, m.(2018). ict, a motivating tool: a case study with padlet. motivation, identity and autonomy in foreign language education, 122-128. lai, c. c., lik, h. c., pheng, o. s., shee, l. s., joyce, t. t., & rosli, n. (2019). enhancing classroom engagement through web-based interactive tools. proc. mech. eng. res. day, 2019(2019), 218-220. mustafar, n. a.(2016). perception of english teachers and students on padlet and socrative as collaborative learning tools. universiti teknologi malaysia. maswan, i. n. (2011). aplikasi pendekatan inkuiri dalam persekitaran pembelajaran berasaskan web. fakulti pendidikan, universiti teknologi malaysia. murphy, j., & lebans, r.(2008). unexpected outcomes:web 2.0 in the secondary school classroom. international journal of technology in teaching and learning, 4(2),134-147. qulub,t.,&renhoat, s.f.(2020). penggunaan media padlet untuk meningkatkan keterampilan menulis teks deskripsi. prosiding samasta. rashid, a. a., yunus, m. m., & wahi, w. (2019). using padlet for collaborative writing among esl learners. creative education, 10(3), 610-620. suharyanto dan adele b. l. mailangkay.(2016). penenrapan e-learning sebagai alat bantu mengajar dalam dunia pendidikan. setiawati, s. (2020). students’perception of using padlet in learning english. al-ishlah: jurnal pendidikan, 12(1), 17-30. saragih, e. e. (2018). peran media belajar berbasis internet dalam meningkatan mutu mengajar guru bahasa inggris. prosiding sntp, 1. taufikurohman, i. s. (2018). the effectiveness of using padlet in teaching writing descriptive text. jall (journal of applied linguistics and literacy), 2(2), 71-88. setyorini, i.(2020). pandemi covid-19 dan online learning: apakah berpengaruh terhadap proses pembelajaran pada kurikulum 13?. journal of industrial engineering & management research, 1(1), 95-102. wardani, a., & ayriza, y. (2020). analisis kendala orang tua dalam mendampingi anak belajar di rumah pada masa pandemi covid-19. jurnal obsesi: jurnal pendidikan anak usia dini, 5(1), 772-782. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.70 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.70 36 wahyono, p., husamah, h., & budi, a. s.(2020). guru profesional di masa pandemi covid-19:review implementasi, tantangan, dan solusi pembelajaran daring. jurnal pendidikan profesi guru, 1(1), 51-65. zhi, q., & su, m.(2015). enhance collaborative learning by visualizing process of knowledge building with padlet. in 2015 international conference of educational innovation through technology (eitt) (pp. 221-225). ieee. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.70 microsoft word 03-fatma.docx vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.282 226 received : 28-06-2022 revised : 28-07-2022 published : 15-08-2022 analisis business model canvas pada usaha mikro kecil menengah obat tradisional: studi kasus umkm omah jamu novi di yogyakarta fatma nurmalita purnomo*, teguh arie sandy teknologi pendidikan, fakultas ilmu pendidikan, universitas negeri yogyakarta *fatmanurmalita.2020@student.uny.ac.id teguhariesandy@uny.ac.id abstrak tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis umkm obat tradisional omah jamu novi yang ada di kecamatan berbah, kabupaten sleman, d. i. yogyakarta dengan menggunakan bmc. terdapat beberapa bisnis model yang dapat dipilih, salah satunya yakni menggunakan business model canvas. business model canvas cocok untuk tujuan pemetaan kegiatan saat ini (umkm) dengan menggunakan pola menuju keberhasilan. kabupaten sleman telah banyak mengembangkan obat tradisional berupa jamu menjadi bentuk bisnis usaha kecil menengah. hal ini dikarenakan bisnis jamu tradisional cukup mudah dijalankan. terdapat 9 elemen dalam bmc untuk menganalisis umkm omah jamu novi diantaranya, customer segments, value proposition, channels, customer relationships, revenue streams, key activities, key resources, key partners, dan cost structure. kata kunci: model bisnis; business model canvas; jamu vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.282 227 pendahuluan usaha mikro, kecil dan menengah (umkm) memiliki peranan yang sangat strategis dalam pertumbuhan dan pergerakan ekonomi suatu negara (urata, 2000), seperti halnya yang terjadi di indonesia. umkm terbukti menjadi sektor yang mampu bertahan ditengah badai krisis yang pernah melanda indonesia. kontribusi usaha kecil dapat meningkatkan pendapatan negara, banyak menyerap tenaga kerja, pemerataan kesejahteraan, dan penggerak ekonomi kerakyatan. usaha mikro kecil dan menengah (umkm) memainkan suatu peran yang vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara yang sedang berkembang tetapi juga di negara-negara yang sudah maju. tidak hanya itu, adanya umkm turut membantu para pelakunya dalam meningkatkan kemapanan dalam perekonomiannya. d.i. yogyakarta merupakan salah satu provinsi di indonesia yang memiliki umk dengan jumlah yang cukup banyak. data bps menyebutkan bahwa jumlah umk di d.i. yogyakarta mencapai 238.619 unit. jumlah tersebut mampu memberikan kontribusi pada pdrb diy sebesar 6,41%. kabupaten sleman merupakan salah satu kabupaten di d.i. yogyakarta yang memiliki jumlah unit umk terbesar ke-4. kabupaten sleman menyumbangan 18% dari jumlah total umk yang ada di yogyakarta. kabupaten sleman telah banyak mengembangkan obat tradisional berupa jamu menjadi bentuk bisnis usaha kecil menengah. hal ini dikarenakan bisnis jamu tradisional cukup mudah dijalankan dan bisa menjadi salah satu cara untuk mendapatkan penghasilan yang cukup. jenis jamu yang diusahakan oleh penjual seperti jamu kunyit asam, jamu beras kencur, jamu sari rapet, jamu temulawak, dan lain-lain. bahanbahan yang digunakan untuk membuat jamu tradisional seperti kencur, kunyit, jahe, asam jawa, gula merah, gula pasir, dan lain-lain. berdasarkan pengamatan, jamu tersebut menggunakan botol plastik untuk jus yang kemudian beredar di toko jajanan pasar. peningkatan kemampuan berdagang menjadikan kegiatan bisnis memerlukan adanya model bisnis, agar semakin terarah dan berkelanjutan. model bisnis adalah sebuah prototipe bisnis yang mampu memberikan gambaran sederhana akan seperti apa bisnis kita nantinya dan bagaimana bisnis tersebut menghasilkan uang. umkm tidak akan dapat berjalan maksimal jika tidak didasari oleh perumusan model bisnis yang tepat. model bisnis merupakan hubungan antara keunggulan produk dengan sumber daya yang dimiliki wirausaha. kegiatan yang dilakukan dalam upaya menambah nilai tambah produk untuk menarik konsumen sehingga menghasilkan keuntungan. umkm membutuhkan alat yang baik untuk mengatasi situasi "tumbuh atau mati" banyak dari mereka mencapai beberapa tahun setelah dimulai. firck (2013) bahwa salah satu model bisnis, yakni business model canvas cocok untuk tujuan pemetaan kegiatan saat ini dengan menggunakan pola menuju keberhasilan sejalan dengan osterwalders business map canvas (frick & ali, 2013). penerapan bisnis model kanvas di indonesia masih baru diterapkan oleh beberapa wirausaha, oleh karenanya penelitian umkm yang menerapkan bisnis model kanvas diperlukan untuk menunjang orientasi wirausaha dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. orientasi wirausaha yang baik akan menghasilkan kegiatan bisnis yang menambah keuntungan. dengan model ini memungkinkan untuk menggambarkan, merancang, menantang, menciptakan, dan merancang model bisnis. business model canvas terdiri dari 9 (sembilan) elemen, meliputi customer segment, value proposition, channel, customer relationship, revenue stream, key resourcess, key activities, key partnership, dan cost structure. dalam menyusun model bisnis dimulai dari customer segment diikuti dengan value proposition, channel, vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.282 228 customer relationship, revenue streams, key resources, key activities, key partners, dan cost structure. pencapaian tujuan utama dari studi kasus model bisnis ini adalah menganalisis umkm obat tradisional omah jamu novi yang ada di kecamatan berbah, kabupaten sleman, d. i. yogyakarta. dengan menggunakan business model canvas sebagai acuan atau dasar utama pertanyaan wawancara terhadap ukm ini. hasil dari wawancara inilah yang nantinya dapat diolah untuk menganalisis business model canvas pada usaha mikro kecil menengah kajian teoritik model bisnis secara umum, model bisnis adalah gambaran hubungan antara keunggulan dan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengakuisisi dan menciptakan nilai, yang membuat perusahaan mampu menghasilkan laba (ppm manajemen, 2012). ostewarlde (2014) dalam bukunya menjelaskan bahwa model bisnis ibarat blue print sebuah strategi yang diterapkan melalui struktur organisasi, proses dan sistem. model bisnis adalah kontruksi dalam menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan diciptakan dan mendapatkan nilai (radostina, 2015). model bisnis telah didefinisikan sebagai logika inti dimana perusahaan menciptakan nilai pelanggan (fleisher & bensoussan, 2007:119). selain model bisnis dikatakan sebagai metode atau cara, model bisnis juga bisa diartikan sebagai komponen, yang dimaksud dari komponen ini adalah beberapa bagian bisnis yang dikelompokan menjadi beberapa bagian sehingga dapat memudahkan untuk menganalisa. beberapa bagian itu adalah siapa yang akan dilayani, apa yang akan ditawarkan, bagaimana cara menghasilkan produk, bagaimana cara menghasilkan uang atau laba, dan yang terakhir adalah bagaimana membedakan dirinya secara strategis terhadap pesaing. beberapa manfaat dari penerapan model bisnis ini adalah 1. terkait dengan komponen-komponennya, model bisnis memudahkan para perencana dan pengambil keputusan di perusahaan melihat hubungan logis antara komponen-komponen dalam bisnisnya. hal ini akan menghasilkan nilai bagi pelanggan dan perusahaan. bila ternyata konsumen lebih memilih produk pesaing dibanding produk kita, kita perlu memikirkan kembali mengapa mereka melakukan tersebut, kita perlu memikirkan kembali nilai unggul apa yang kita harus tawarkan, atau pikirkan kembali target pasar baru yang lebih menguntungkan. tentu hal ini semua harus didasari atas ketersediaan sumber daya yang kita miliki dan mitra kerja kita. 2. model bisnis dapat dipakai untuk menguji konsistensi hubungan antar komponennya. contoh sederhana adalah kita mendirikan bisnis restoran menawarkan masakan lezat untuk kelas premium dengan harga tinggi pada segmen pasar atas. hal ini berimplikasi terhadap siapa juru masaknya, seberapa terlatih pramusaji melayani dengan tingkat keramahan yang tinggi, varian menu yang berkelas tidak pasaran, dan kemampuan dekorasi ruangan yang memiliki kesan mewah. 3. model bisnis dapat digunakan untuk menguji pasar dan asumsi yang digunakan ketika mengembangkan bisnis. sebagai contoh pada bisnis industri fotografi ada asumsi bahwa setiap kali konsumen mengabadikan suatu momen pasti akan mencetak fotonya, ternyata asmsi tersebut saat ini tidak berlaku lagi. adanya aplikasi dan perangkat ponsel smartphone disertai teknologi imaging, konsumen lebih memilih menyimpan hasil jepretannya untuk di upload dan ditampilkan (dishare) di facebook, atau situs jejaring sosial untuk sebuah kepuasan tertentu daripada dicetak di sebuah foto studio. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.282 229 4. model bisnis dapat dipakai untuk menunjukkan seberapa radikal suatu perubahan dilakukan dan konsekuensinya. tidak ada yang kekal selain perubahan, begitu juga dalam dunia bisnis, pelaku usaha harus merespon perubahan-perubahan yang sangat cepat terjadi. oleh karena itu model bisnis senantiasa berubah, adanya perubahan dalam hal preferensi konsumen, perusahaan merubah proposisi nilainya kepada konsumen, misalnya mengubah produk atau menambah dengan dukungan layanan tertentu maka akan berdampak pada komponen-komponen lainya dalam model bisnisnya. (ppm manajemen, 2012). business model canvas umkm sebelum memulai bisnisnya lebih baik memiliki rancangan bisnis yang bisa membantu usaha dalam mengambil suatu keputusan. salah satu rancangan bisnis yang dapat dipilih adalah business model canvas (bmc). business model canvas adalah gambaran apa-apa saja yang harus dilakukan untuk mempermudah langkah-langkah perusahaan untuk mengelola bisnisnya. bmc dapat membantu pengguna untuk mengetahui secara visual unsur-unsur dari model bisnis dan keterkaitan potensial dan dampak pada nilai penciptaan (alexandre & paquin,2016). alexander osterwalder dalam bukunya business model generation (2014) menciptakan sebuah framework yang sederhana dan mudah dimengerti untuk menggambarkan bisnis kita yaitu business model canvas. model bisnis kanvas merupakan model bisnis yang dituang ke dalam visual gambar dan dibagi menjadi 9 elemen yang meliputi : 1. customer segment langkah pertama yakni customer segment. menurut osterwalder dan pigneur yang dikutip oleh tim ppm manajemen (2012) mendefinisikan bahwa customer segment adalah pihak yang menggunakan jasa/produk dari organisasi dan mereka yang berkontribusi dalam memberikan penghasilan bagi organisasi. muhamad yosi saeputra dan deden syarif hidayatullah (2016) berpendapat bahwa customer segment adalah kelompok maupun organisasi yang yang telah ditagetkan perusahaan untuk dilayani karena dianggap dapat menguntungkan perusahaan. 2. value proposition selanjutnya adalah value proposition. value proposition ini mengacu pada nilai yang ditawarkan oleh perusahaan kepada segmen pelanggan yang dijadikan target spesifik (osterwalder & pigneur, 2002). value propositions merupakan “the bundle of products and services that create value for a specific customer segment” (alexander osterwalder & yves pigneur, 2010) dalam artian lain value proposition merupakan kumpulan produk dan layanan yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat memberikan nilai lebih kepada pelanggan. apa yang akan membuat pelanggan lebih memilih produk yang perusahaan tawarkan, keunikan apa yang membuat pelanggan memilih produk tersebut untuk membantu memecahkan masalah yang dimiliki pelanggan tersebut. 3. channels channel berada di posisi ketiga setelah value proposition. channel ialah “ how a company communicates with and reaches its customer segments to deliver a value proposition” (alexander osterwalder & yves pigneur, 2010), dalam artian lain channels vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.282 230 adalah bagaimana cara perusahaan untuk berkomunikasi dengan pelanggan sehingga dapat menghasilkan proposisi nilai. fungsi dari channels yaitu : a. meningkatkan kesadaran di antara para pelanggan tentang produk dan layanan perusahaan b. membantu pelanggan mengevaluasi proprosi nilai perusahaan c. memungkinkan pelanggan untuk membeli produk dan jasa d. menyampaikan proporsi nilai kepada pelanggan e. menyediakan dukungan pasca pembelian kepada pelanggan 4. customer relationships komponen berikutnya ialah customer relationships yang merupakan “the type of relationship a company estabilishes with specific customer segment” (alexander osterwalder & yves pigneur, 2010) dalam artian, hubungan perusahaan dengan pelanggan yang menggunakan produk dari perusahaan. menurut muhamad yosi saeputra dan deden syarif hidayatullah (2016) customer relationships adalah jenis hubungan yang telah ditentukan oleh perusahaan dengan segmen pelanggan yang spesifik. 5. revenue streams revenue streams memiliki artian sebagai sumber utama mendapat pemasukan atau keuntungan. revenue streams ialah “the cash a company generates from each customer segment” (alexander osterwalder & yves pigneur, 2010) arti lainnya yakni pendapatan yang didapatkan oleh perusahaan berupa uang tunai yang diperoleh dari pelanggan. setiap revenue streams memiliki mekanisme harga yang berbeda seperti penetapan harga tetap, tawar menawar, lelang, bergantung pada pasar, bergantung pada volume, atau pengelolaan hasil. 6. key activities di elemen selanjutnya adalah key activities. aktivitas yang paling penting yang harus dilakukan perusahaan agar operasi yang dilakukan dapat berhasil (feliciana priyono, 2015). menurut muhamad yosi saeputra dan deden syarif hidayatullah (2016) key activities adalah sebuah kegiatan penting yang harus dilakukan perusahaan jika ingin bisnisnya bekerja dengan baik. 7. key resources key resources, elemen ini merupakan sumber daya yang dimiliki perusahaan. key resources mempunyai arti “the most important assets required to make a business model work” (alexander osterwalder & yves pigneur, 2010) selain itu key resources mempunyai artian lain yaitu berupa aset terpenting yang dibutuhkan oleh perusahaan sehingga model bisnis dapat berjalan dengan baik. key resources dapat berupa fisik, keuangan, intelektual, atau manusia. sumber daya kunci ini dapat dimiliki atau disewa oleh perusahaan atau diakuisisi dari key partner. 8. key partnerships key partnership adalah “the network of suppliers and partners that make the business model work” yang artinya jaringan yang dimiliki oleh perusahaan yang berhubungan dengan pemasuk bahan baku dan mitra bisnis dari perusahaan sehingga dapat membuat model bisnis vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.282 231 berjalan. perusahaan menciptakan aliansi untuk mengoptimalkan model bisnis mereka, mengurangi resiko, dan akuisisi sumber daya (alexander osterwalder & yves pigneur, 2010). 9. cost structure di urutan terakhir dari elemen business model canvas adalah cost structure. pengertian dari cost structure adalah “all costs incurred to operate a business model” (alexander osterwalder & yves pigneur, 2010). dalam artian lain cost structure merupakan semua biaya yang dikeluarkan perusahaan yang digunakan untuk mengoperasikan model bisnis. metode penelitian penelitian ini dilakukan di salah satu unit usaha yang memproduksi dan menjual obat tradisional berupa jamu yaitu umkm. omah jamu novi yang berlokasi di tlogowono, kelurahan tegaltirto, kecamatan berbah, kabupaten sleman, diy. pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan wirausaha mikro, kecil dan menengah yang resmi baru-baru ini. data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. data primer diperoleh dari wawancara secara langsung dengan pengelola. data sekunder didapatkan melalui kajian studi pustaka dan literatur yang ada. setelah mendapatkan deskripsi lengkap mengenai umkm omah jamu novi, selanjutnya dilakukan analisis model bisnis dengan pendekatan business model canvas. osterwalder dan pigneur (osterwalder, 2010) mengemukakan bahwa bisnis model canvas merupakan model bisnis yang menjelaskan alasan bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai. identifikasi terhadap kesembilan unsur bmc yaitu customer segments, value propositions, channels, customer relationships, revenue streams, key resources, key activities, key partnerships, dan cost structures diperlukan untuk mengetahui sasaran yang ingin dicapai organisasi hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan informasi yang didapat melalui wawancara mendalam dan observasi langsung, diperoleh gambaran umkm dalam bentuk business model canvas seperti yang tertera dibawah ini: vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.282 232 gambar 1. model bisnis canvas jamu customer segments umkm omah jamu novi melayani segmen pelanggan yang biasa mengkonsumsi jamu di beberapa daerah di indonesia, dengan rincian sebagai berikut: 1. umum untuk segala usia dan dari kalangan manapun yang menyukai jamu, produk tersebar luas di area sleman, diy 2. untuk wanita yang melakukan perawatan tubuh mulai dari wajah hingga kaki dengan produk jamu bubuk, biasanya melakukan pemesanan produk baik dari dalam maupun luar diy 3. untuk pria atau wanita yang melakukan penyembuhan penyakit keras seperti kanker, asma, kista, dan lain-lain. pemesanan produk juga bisa dari dalam maupun luar diy value propositions nilai yang ditawarkan dari segi produk mengusung konsep obat tradisional berupa produk jamu. cara umkm omah jamu novi meningkatkan kualitas produk yaitu dengan memilih bahan baku terbaik kualitas premium. kualitas bahan baku sangat dijaga, sehingga konsumen tidak ragu untuk membeli produk ini untuk kesehatan dan untuk dikonsumsi sehari-hari. umkm omah jamu novi memiliki produk jamu dalam bentuk cair yang dikemas dalam botol cantik dan jamu bubuk yang dikemas dalam kemasan standing pouch. produk jamu cair yang ditawarkan antara lain jamu kunyit asem, sari rapet, beras kencur, dan uyup-uyup untuk ibu vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.282 233 menyususi. sedangkan untuk jamu bubuk diantaranya jamu covid, jamu khusus program hamil, dan jamu untuk pengobatan secara rutin (kanker, kista, asma, dan lain-lain). channels terdapat tiga tipe channels yang digunakan umkm omah jamu novi, yakni penjualan secara langsung, melalui media sosial, dan disalurkan ke lebih dari 20 toko jajanan pasar yang ada di sleman (titip jual). penjualan secara langsung kepada pelanggan (direct selling) dilakukan di lokasi tempat produksi, sehingga pelanggan bisa langsung datang atau produsen antarkan ke pelanggan. penjualan melalui media sosial dilakukan agar mempermudah produsen dalam menjangkau masyarakat luas. media sosial yang digunakan antara lain whatsapp, instagram, dan facebook. customer relationships customer relationships menggambarkan jenis hubungan yang dibangun oleh umkm omah jamu novi dengan para pelanggan. umkm omah jamu novi selalu menjaga baik komunikasi dengan pelanggan. pelayanan yang dilakukan secara ramah dan maksimal membuat pelanggan tidak kapok untuk membeli. untuk lebih menarik pelanggan, umkm ini terkadang memberikan bonus kepada pelanggan setiap pembelian jamu. bagi pelanggan yang membeli jamu produksi omah jamu novi akan mendapatkan kucir rambut yang terikat di masing-masing botol jamu. revenue streams sumber penerimaan umkm berasal dari penjualan produk jamu, jasa pijat, dan kursus pembuatan jamu. omah jamu novi tidak hanya memiliki produk jamu sebagai pendapatannya, namun ada pula jasa pijat untuk wanita, bayi, dan anak-anak. selain itu, orang-orang juga bisa belajar membuat jamu dan mendapatkan cara-cara jitu agar usahanya dilancarkan dengan mengikuti kursus pembuatan jamu yang ada di umkm ini. key activities kegiatan utama yang dilaksanakan oleh umkm omah jamu novi, yaitu pembelian bahan, pengolahan bahan menjadi produk berkualitas, dan pemasaran produk. pembelian bahan dilakukan dengan penjual rempah yang berada di pasar beringharjo. setelahnya, dilakukan kegiatan pengolahan dari pengupasan sampai pengemasan. aktivitas lainnya yakni pemasaran produk yang dilakukan secara langsung, yaitu pelanggan datang ke rumah produksi atau ke toko jajanan pasar yang dipilih umkm ini untuk tempat penjualan. selain itu, pelanggan bisa memesan dan melakukan pembayaran dengan cara transfer ke rekening dan produk diantarkan ke pelanggan. key resources key resources yang digunakan omah jamu novi terdiri dari bahan-bahan premium, alat pengolah yang berkualitas, dan transportasi untuk pemasaran. bahan-bahan premium diantaranya gula murni asli, kunyit, kencur, kayu manis, asam jawa, dan lain-lain. sedangkan alat pengolahnya, umkm ini menggunakan panci besar, blender dengan pisau tajam, dan sebagainya. dan untuk menitip jualkan atau mengantarkan pesanan, omah jamu novi menggunakan 1 buah sepeda motor. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.282 234 key partnerships umkm menciptakan suatu kerjasama dengan mitra untuk mengoptimalkan model bisnis dalam hal mengurangi resiko serta untuk menjamin bahwa umkm memperoleh sumberdaya yang dibutuhkan. umkm omah jamu novi membentuk kemitraan dengan berbagai pihak dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, sehingga kegiatan bisnis dapat berjalan efektif dan efisien (madanchian & taherdoost, 2017). umkm ini membentuk hubungan kemitraan dengan lebih dari 20 pemilik toko jajanan pasar. toko jajanan pasar yang dipilih tersebar disekitar area kecamatan berbah, kalasan, dan depok. cost structure terdapat dua macam penggolongan biaya yang digunakan oleh umkm omah jamu novi, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh umkm tanpa adanya pengaruh dari besar kecilnya jumlah jamu yang diproduksi. jenis biaya ini meliputi penyusutan alat, listrik, air, gas, dan lain-lain . biaya variabel (variabel cost) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhaan produksi yang dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi yang terdiri dari pembelian bahan baku, biaya pulsa telekomunikasi, transportasi, serta pembelian bahan bakar. simpulan customer segments umkm omah jamu novi terdiri dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa (umum), yang gemar mengonsumsi jamu tradisional, dan penjual dengan menawarkan value propositions yang meliputi kualitas bahan premium, produk jamu cair yang dikemas dalam botol cantik, dan produk jamu bubuk yang dikemas dalam kemasan standing pouch. untuk menyampaikan value yang ditawarkan, umkm omah jamu novi menggunakan channels penjualan langsung, titip jual, media sosial, serta menggunakan customer relationship berupa jalinan komunikasi yang baik dan terkadang menggunakan bonus hadiah kucir rambut pada setiap pembelian jamu cair. agar dapat menghasilkan value tersebut, dilakukan beberapa key activities yang meliputi pembelian bahan, pengolahan bahan menjadi produk berkualitas, dan pemasaran produk dengan memanfaatkan key resources yang meliputi sumber daya manusia, fisik, intektual dan finansial. key partnership yang dimiliki umkm adalah umkm penjual rempah dan lebih dari 20 pemilik jajanan pasar. umkm omah jamu novi menghasilkan revenue streams dari penjualan produk jamu sebagai produk utama, jasa pijat, dan kursus pembuatan jamu dengan cost structures yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. daftar rujukan fleisher, craig s., bensoussan, babette e. 2007. business and competitive analysis affective application of new and classic methods. new jersey: pearson education, inc. frick, j., & ali, m. m. (2013). business model canvas as tool for sme. ifip advances in information and communication technology. https://doi.org/10.1007/978-3-642-41263-9_18 joyce, alexandre., paquin, raymond l. 2016. the triple layered business model canvas: a toll to design more sustainable business. journal of cleaner production kasus, s., arabar, u., bandar, k., & lampung, p. (2020). strategi pengembangan bisnis usaha mikro kecil menengah keripik pisang dengan pendekatan business model kanvas : 19(3), 320– 330. osterwalder, p. & al. (2010). business model canvas: nine business model building blocks. strategizer. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.282 235 priyono, feliciana., 2015. analisa penerapan business model canvas pada toko moi collection. agora, vo. 3 no, 2 ruseva.radostina., 2015. pattern for startup business models, acm. acm saeputra, muhamad yosi., hidayatullah, deden syarif., 2016. analisa model bisnis pada kafe fruitea holic dengan pendekatan business model canvas. e-proceeding of management, vol 3 no. 4 december 2016 urata, s. 2000. policy recommendation for sme promotion in the republic of indonesia. japan: japan international coorporation agency. 1. pakaian muslim 2. 20 – 50 tahun 3. middle – upper class 4. memiliki gaji diatas 10.000.000 microsoft word 03-ali.docx vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.267 140 received : 19-04-2022 revised : 12-05-2022 published : 19-06-2022 meningkatkan literasi keuangan melalui program what if pada murid sman 1 sigaluh banjarnegara gridita dwi pratiwi, ayu hidayati munasyiroh, monika ristana limbong, asmi devi azizah, annisa farradila, ali mutasowifin* institut pertanian bogor *penulis korespondensi: alimu@apps.ipb.ac.id abstrak program “what if” mengajarkan materi literasi keuangan dengan mengacu pada “buku literasi keuangan untuk sekolah menengah atas” yang diterbitkan oleh otoritas jasa keuangan (ojk). model dan media pembelajaran ini didesain sesuai dengan kebutuhan siswa sman 1 sigaluh. pelaksanaaan program “what if” diikuti oleh 14 siswa sma n 1 sigaluh yang berasal dari kelas 12. media pembelajarannya beragam, yaitu menggunakan google classroom, video conference, whatsapp dan website “https://pkmwhatif.com/”. program “what if” merupakan inovasi dari pembelajaran perencanaan keuangan pada siswa sma dengan metode konsekuensi dan risiko, sehingga membantu dalam memahami pengambilan keputusan keuangan yang baik. “what if” berhasil meningkatkan literasi keuangan, sehingga yang well literate menjadi 78,84 %. selain itu, tingkat inklusi keuangan menjadi sebesar 88,75%. kata kunci: literasi keuangan; program what if; siswa sma vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.267 141 pendahuluan masa pandemi covid-19 berdampak terhadap lumpuhnya sektor-sektor ekonomi seperti industri pengolahan, transportasi, dan pariwisata. hal ini mengakibatkan pula hilangnya sumber pendapatan sebagian masyarakat yang terdampak langsung, hingga memaksa terjadinya pengurangan jam kerja, bahkan pemutusan hubungan kerja (phk). berdasarkan data badan pusat statistika kabupaten banjarnegara (2021), terjadi peningkatan jumlah pengangguran di banjarnegara sebesar 22.008 orang dari tahun sebelumnya. peningkatan pengangguran ini sangatlah tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. jika hal ini tidak bisa ditangani dengan baik, dapat mengakibatkan peningkatan risiko kriminalitas yang disebabkan oleh ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan pokok. sementara itu, kesiapan masyarakat indonesia terhadap kejadian tidak terduga hanya 1,5% dari jumlah penduduk di indonesia (ojk 2017). oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan seharihari mereka pun harus berkorban dengan menjual aset, meminjam, membatasi pengeluaran, dan sebagainya. pengangguran terbuka di banjarnegara pada tahun 2020 paling banyak terjadi pada kelompok lulusan sma yaitu sebesar 9.962 orang (badan pusat statistika kabupaten banjarnegara,2021), meningkat tajam dibandingkan tahun lalu yang hanya 10 orang (badan pusat statistik, 2021) (gambar 1). gambar 1. jumlah pengangguran di banjarnegara menurut tingkat pendidikan sumber : data diolah dari badan pusat statistika kabupaten banjarnegara (2021) dari gambar 1, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2020 jumlah penggangguran meningkat signifikan pada tamatan sekolah dasar, dan sekolah menengah atas. namun, pengangguran terbanyak terjadi pada tamatan sekolah menengah atas, yang terutama disebabkan oleh kondisi keluarga. hal ini diperkuat dengan hasil wawancara sulis (2021), salah satu wakil kepala sekolah sma n 1 sigaluh yang mengatakan bahwa persentase lanjut kuliah dari sma n 1 sigaluh hanya 25 persen dari seluruh murid kelas 12 sman 1 sigaluh. beberapa alasan dari rendahnya tingkat lanjut kuliah sma n 1 sigaluh, yaitu orang tua yang tidak mendukung untuk melanjutkan kuliah, melanjutkan bisnis keluarga, dan membantu vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.267 142 orang tua sebagai petani. dari alasan yang disampaikan, sebagian besar orang tua masih belum mengerti manfaat kuliah serta kondisi finansial keluarga yang kurang baik. berdasarkan otoritas jasa keuangan (2017), kemampuan masyarakat indonesia dalam mengelola keuangan untuk biaya pendidikan hanya 8,3 persen. angka yang dihasilkan dari survei tersebut cukup rendah. hal ini berdampak terhadap masa depan generasi penerus bangsa, yang harus dipatahkan hanya karena keterbatasan ekonomi keluarga. locke dan latham (2002) menemukan bahwa ada pengaruh positif antara minat untuk menggapai tujuan dengan kerja keras untuk menggapainya. ditambah, kualifikasi pekerjaan dan dunia bisnis selalu berubah dan kita pun harus mengikuti perubahannya, terutama di zaman digitalisasi ini. selain itu, letak demografi sebagian besar di desa yang jauh dari lingkungan kota, informasi yang diterima siswa sangat terbatas. maka, diperlukan upaya pengembangan sumber daya manusia baik untuk meningkatkan perekonomian pribadi serta agen untuk mengubah pola pikir mereka saat ini. hal ini semakin penting mengingat cita-cita indonesia emas 2045 serta potensi bonus demografi di tahun 2045 (kementrian pendidikan dan kebudayaan republik indonesia, 2017). sementara itu, mahasiswa memiliki potensi besar untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat (mutasowifin, 2021). oleh sebab itu, bekerjasama dengan sma n 1 sigaluh, tim mahasiswa institut pertanian bogor (ipb) menyelenggarakan program what if untuk mempersiapkan lulusan sma n 1 sigaluh mencapai indonesia emas 2045 melalui literasi dan inklusi keuangan yang lebih baik. tim mahasiswa ipb menggunakan media pembelajaran yang menarik sehingga siswa mau dan bisa belajar literasi keuangan dengan lebih baik dan seru. metode yang akan kami gunakan berupa focus group discussion (fgd) serta menggunakan website “what if”. program ini mengajarkan materi literasi keuangan dengan mengacu pada “buku literasi keuangan untuk sekolah menengah atas” yang diterbitkan oleh otoritas jasa keuangan (ojk). model dan media pembelajaran ini didesain sesuai dengan kebutuhan siswa sma n 1 sigaluh. metode penelitian dalam meningkatkan literasi keuangan, kami menggunakan indikator dari organisation of economic co-operation and development (oecd,2018), yaitu dari kombinasi antara pengetahuan, kemampuan, perilaku, dan kebiasaan yang membantu dalam pengambilan keputusan keuangan, guna mewujudkan financial wellbeing. strategi pembelajaran kami mengikuti tiga program strategi nasional literasi keuangan indonesia, yaitu cakap keuangan, sikap dan perilaku keuangan bijak, juga akses keuangan (otoritas jasa keuangan, 2017). untuk mengetahui ketercapaian ini melalui survei literasi keuangan, dan implementasi dalam pengisian financial planner book, studi kasus, dan saving tracker. vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.267 143 gambar 2. strategi pembelajaran what if berdasarkan gambar 2, dapat diketahui implementasi program what if terdiri empat bagian, yakni visi, misi, program strategis, dan program inisiatif. visi dari program what if adalah mewujudkan generasi penerus bangsa yang memiliki indeks literasi keuangan yang tinggi (well literate) dan mampu meningkatkan pengembangan diri terutama dalam pengambilan keputusan keuangan, serta memiliki misi edukasi keuangan dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan kebiasan dalam pengambilan keputusan keuangan. program strategis yang diperlukan ialah (1) cakap keuangan, (2) sikap dan perilaku keuangan bijak, dan (3) akses keuangan. pada program strategis, terdapat program-program inisiatif sebagai berikut: (1) cakap keuangan, memiliki program inisiatif untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan. hal ini, diwujudkan dengan pembelajaran materi bertema what if we want to achieve dream, what if we are sick but have no money, dan what if we had lots of money baik secara online dengan zoom meeting, maupun secara offline. ketiga tema tersebut, masing-masing menjelaskan perencanaan keuangan yang baik, pengenalan produk perbankan, asuransi, dan investasi. (2) sikap dan perilaku keuangan bijak, memiliki program inisiatif berupa pemahaman tujuan keuangan dan kemampuan pengelolaan keuangan. hal ini diwujudkan dengan adanya financial planner book, dan saving tracker. dengan alat ini dibangun kebiasaan pengambilan keputusan keuangan dengan bijak. (3) akses keuangan, memiliki program inisiatif berupa penggunaan produk-produk keuangan. hal ini dilakukan dengan pengenalan aplikasi catatan keuangan, mobile banking, dan bibit. (4) vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.267 144 hasil dan pembahasan pelaksanaaan program “what if” diikuti oleh 14 siswa sma n 1 sigaluh yang berasal dari kelas 12. media pembelajarannya beragam, yaitu menggunakan google classroom, video conference, whatsapp dan website “https://pkmwhatif.com/”. tabel 1. implementasi program "what if" kegiatan deskripsi realisasi perancangan pembelajaran kegiatan perancangan sistem pembelajaran dan aplikasi dengan metode diskusi secara blended 1 juni-10 juli 2021 pengenalan program pengenalan program edukasi literasi keuangan dengan metode diskusi secara daring (whatsapp group dan google meeting) dan luring 5 juni, dan 1 juli 2021 pendaftaran dan seleksi peserta program kegiatan berupa pembagian link pendaftaran dan wawancara peserta, dengan metode daring, melalui google form, dan whatsapp pendaftar 14 orang one hour closer kegiatan berupa sharing untuk mengetahui pandangan mereka terkait keuangan, dengan metode daring melalui virtual meeting 12 juli 2021 motivation show kegiatan berupa memberi motivasi, dengan metode daring melalui virtual meeting 22 juli 2021 what if we want to achieve dreams pembelajaran berbasis multimedia mengenai rencana keuangan dan tujuan keuangan, dengan metode daring melalui virtual meeting 25 juli 2021 what if we want to achieve dreams pembelajaran berbasis multimedia mengenai perencanaan keuangan, dengan metode daring melalui virtual meeting 26 juli 2021 what if we want to achieve dreams pembelajaran berbasis multimedia mengenai perencanaan keuangan, dengan metode daring melalui virtual meeting 29 juli 2021 what if we are sick but have no money pembelajaran berbasis multimedia mengenai asuransi, dengan metode daring melalui virtual meeting 1 agustus 2021 what if we have lots of money pengenalan mengenai investasi dengan mengundang pembicara, dengan metode daring melalui virtual meeting 2 agustus 2021 what if we have lots of money pembelajaran berbasis multimedia mengenai investasi, dengan metode daring dan luring 5 agustus 2021 post test kegiatan berupa tes untuk mengetahui pemahaman siswa, dengan metode daring menggunakan google form 5 agustus11 agustus 2021 sharing dan apresiasi kegiatan berupa sharing session bersama dan apresiasi kepada peserta dengan metode luring 5 agustus 2021 evaluasi diskusi terkait hasil dari pembelajaran dengan metode blended melalui virtual meeting dan penyampaian output akhir secara luring ke sman 1 sigaluh 10 agustus 2021 hasil program “what if” implementasi capaian pembelajaran “what if” berupa core action untuk merumuskan setiap program inisiatif dari program strategis, dengan dilengkapi indikator utama dan hasil yang diharapkan sebagai tujuan pelaksanaan program ini (otoritas jasa keuangan, 2017). strategi pembelajaran “what if” mengikuti tiga core action, yaitu cakap keuangan, sikap dan perilaku keuangan bijak, juga akses keuangan (otoritas jasa keuangan, 2017), dengan hasil pembelajaran sebagai berikut. vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.267 145 hasil evaluasi cakap keuangan cakap keuangan, memiliki program inisiatif untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan terkait hal-hal yang berhubungan dengan keuangan. tabel 2. hasil evaluasi cakap keuangan keterangan sasaran kinerja indikator kinerja pre-test target post test cakap keuangan aspek pengetahuan keuangan minimal 76% siswa memahami perencanaan keuangan. 72,92% 76% 88,75% berdasarkan tabel 2, peserta memiliki pemahaman yang baik atas perencanaan keuangan sebesar 88,75 persen. persentase ini, didapatkan melalui kuisioner pada akhir pembelajaran. hal ini diwujudkan dengan pembelajaran materi bertema what if we want to achieve dream, what if we are sick but have no money, dan what if we had lots of money. dengan adanya pola konsekuensi dan risiko dapat meningkatkan pemahaman peserta. hasil evaluasi sikap dan perilaku keuangan sikap dan perilaku keuangan bijak, memiliki program inisiatif berupa pemahaman tujuan keuangan, dan kemampuan pengelolaan keuangan. program inisiatif sikap dan perilaku keuangan memiliki dua indikator yaitu aspek dalam perencanaan keuangan dan pengambilan keputusan keuangan, sebagai berikut: tabel 3. hasil evaluasi sikap dan perilaku keuangan keterangan sasaran kinerja indikator kinerja pre-test target post test sikap dan perilaku keuangan aspek kemampuan dalam perencaan keuangan minimal 76% siswa dapat merencanakan keuangan 38% 76% 68% sikap dan perilaku keuangan aspek dalam pengambilan keputusan keuangan minimal 76% siswa dapat mengambil keputusan keuangan yang baik 57.50% 76% 80% berdasarkan tabel 3, aspek perencanaan keuangan hanya tercapai 68 persen. hal ini dikarenakan dalam perencanaan keuangan terdapat keterbatasan pemasukan. ditambah, dengan pemasukan 83 persen diatur oleh orang tua. maka, untuk merencanakan keuangan masih belum bisa diterapkan selama pembelajaran. selanjutnya, aspek dalam pengambilan keputusan keuangan dapat melebihi target dengan ketercapaian nilai sebesar 80 persen. hal ini dapat terwujud dengan adanya financial planner book, dan saving tracker. dengan adanya, alat ini untuk membangun kebiasaan dalam pengambilan keputusan keuangan dengan bijak. vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.267 146 hasil evaluasi akses keuangan akses keuangan, memiliki program inisiatif berupa penggunaan produk-produk keuangan, dengan hasil evaluasi sebagai berikut. tabel 4. hasil evaluasi akses keuangan keterangan sasaran kinerja indikator kinerja pre-test target post test akses keuangan aspek kemampuan mengakses produk keuangan minimal 76% siswa dapat mengakses produk keuangan 54.63% 76% 88.89% berdasarkan tabel 4, peserta memiliki pemahaman yang baik dalam mengakses produk keuangan, sebesar 88,89 persen. hal ini, dengan pengenalan aplikasi catatan keuangan, mobile banking, dan bibit. siswa semakin memahami dan mampu mengakses aplikasi perbankan, catatan keuangan, dan investasi. hasil evaluasi peserta hasil dari evaluasi tiap peserta didapatkan nilai masing-masing individu, 70% siswa termasuk well literate. berikut grafik hasil nilai setiap individu ; gambar 3. grafik hasil nilai setiap peserta pada akhir pembelajaran, peserta semakin mudah untuk berpendapat dan mengungkapkan apa yang ingin dicapai. selain itu, didapatkan pula hasil peserta memiliki variasi pekerjaan yang cukup banyak, dengan menjadi pegawai negeri sipil (pns) merupakan harapan terbanyak yang dipilih sesudah lulus sekolah menengah atas (sma). pembuatan buku panduan dan materi dengan adanya, pembuatan buku panduan dan materi akan memudahkan siswa dalam mempelajari dan mengulang kembali materi yang dibawa. pedoman yang kami jadikan acuan dalam pembuatan buku ini ialah buku-buku yang diterbitkan secara online oleh otoritas jasa keuangan. buku ini kami akses melalui website sikapiuangmu.ojk.go.id. vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.267 147 kesimpulan program “what if” merupakan inovasi dari pembelajaran perencanaan keuangan pada siswa sma dengan metode konsekuensi dan risiko, sehingga membantu dalam memahami pengambilan keputusan keuangan yang baik. “what if” berhasil meningkaatkan literasi keuangan, sehingga yang well literate menjadi 78,84 %. selain itu, tingkat inklusi keuangan menjadi sebesar 88,75%. program “what if” memiliki memiliki peluang perluasan dan keberlanjutan melalui kerjasama dengan berbagai pihak baik akademisi (pakar personal finance), bisnis (program csr), pemerintah (dinas pendidikan) dan komunitas/relawan. pengembangan “what if” perlu dilakukan dengan sinergi antara pemerintah, swasta, pengusaha, organisasi dan masyarakat baik secara lokal, regional, maupun nasional sehingga dapat menciptakan pembelajaran perencanaan keuangan yang tepat bagi pemuda mitra. “what if” dapat pula direplikasi di wilayah-wilayah lain di indonesia untuk pemuda indonesia dalam mencapai mimpi melalui perencanaan keuangan dengan metode konsekuensi dan risiko. daftar pustaka badan pusat statistika kabupaten banjarnegara. 2021. kabupaten banjarnegara dalam angka 2021. banjarnegara: badan pusat statistika kabupaten banjarnegara. kementrian pendidikan dan kebudayaan republik indonesia. 2017. generasi emas indonesia 2045. kementrian pendidikan dan kebudayaan republik indonesia. locke ea, latham gp. 2002. building a practically useful theory of goal setting and task motivation: a 35-year odyssey. am. psychol. 57(9):705–717.doi:10.1037/0003066x.57.9.705. mutasowifin, a. 2021. peningkatan kualitas manajemen umkm dan minat wirausaha mahasiswa melalui pembelajaran project-based learning. jurnal inovasi dan riset akademik. 6 (2). oecd/infe. 2018. measuring financial literacy: core questionnaire in measuring financial literacy: questionnaire and guidance notes for conducting an internationally comparable survey of financial literacy. paris: oecd . ojk. 2017. strategi nasional literasi keuangan indonesia (revisit 2017). jakarta: otoritas jasa keuangan. otoritas jasa keuangan. 2013. literasi keuangan, otoritas jasa keuangan. dilihat 1 september 2021, . (disarikan dari berbagai sumber). microsoft word 09-susti.docx vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.64 1 received : 16-12-2020 revised : 23-01-2021 published : 15-02-2021 penerapan pendekatan kontekstual melalui zoom cloud meeting untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis sustiningsih sdn gajahkumpul jawa tengah, indonesia susti_ningsih@yahoo.com abstrak artikel ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis dengan pendekatan kontekstual melalui zoom cloud meeting. sasaran pada best practices ini adalah pada kelas v sdn gajahkumpul semester 1 tahun pelajaran 2020/2021 yang berjumlah 15 siswa. metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.. hasil best practices menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual melalui zoom cloud meeting dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis. berdasarkan penilaian rubrik kemampuan matematis, didapatkan hasil sebanyak 67 % atau 10 siswa dapat memahami konsep matematis pada materi debit. kata kunci: kontekstual; zoom; konsep matematis abstract this article aims to improve the ability to understand mathematical concepts with a contextual approach through zoom cloud meetings. the target of these best practices is in grade v sdn gajahkumpul in semester 1 of the 2020/2021 school year, which amounts to 15 students. the method used is descriptive qualitative. best practice results show that using a contextual approach through zoom cloud meetings can improve mathematical comprehension skills. based on the rubric assessment of mathematical abilities, 67% or 10 students were able to understand mathematical concepts in the discharge material. keywords: contextual; zoom; mathematical concepts vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.64 237 pendahuluan pandemi covid-19 yang masih melanda indonesia mengharuskan peserta didik belajar dari rumah. pembelajaran jarak jauh tersebut menimbulkan banyak tantangan bagi guru untuk membuat proses pembelajaran yang tidak membebani siswa namun siswa dapat memahami konsep yang ingin dicapai. pembelajaran daring dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna. peran teknologi tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran daring. menurut (astini, 2020) dengan adanya teknologi informasi ini diharapkan pembelajaran bisa berjalan dengan baik mengingat masyarakat indonesia saat ini mayoritas sudah menggunakan internet. pembelajaran matematika di sekolah dasar membutuhkan penanaman konsep yang tepat agar tidak terjadi miskonsepsi matematika. ketika guru hanya memberikan tugas atau pertanyaan saja melalui grup whatsapp tanpa ada penjelasan konsep atau bimbingan dari guru, maka siswa akan merasa kesulitan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. tidak semua orang tua dapat membimbing anaknya dalam menyelesaikan tugas sekolah. siswa akan meminta bantuan guru les terdekat secara berkelompok dan hal tersebut dapat meningkatkan penyebaran covid-19. tujuan best practice ini adalah untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika materi debit kelas v sdn gajahkumpul semester 1 tahun pelajaran 2020/2021. pembelajaran jarak jauh (pjj) dapat dilaksanakan dengan menerapkan suatu pendekatan pembelajaran tertentu. pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran matematika bertujuan agar lebih mendukung berkembangnya pemahaman konsep matematis siswa. salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan pembelajaran kontekstual. pembelajaran kontekstual memiliki ciri yaitu berpusat pada siswa. hal ini sesuai dengan keadaan pada masa pandemic covid-19 ini yang mengharuskan pembelajaran jarak jauh di mana guru tidak dapat menjadi pusat pembelajaran secara utuh. (fauzi ramadhan et al., 2020) dan (rahmawati es & harta, 2014) menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dilaksanakan dengan memperhatikan kemampuan siswa, alat pendukung pembelajaran, situasi dan kondisi, serta memperhatikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. pendekatan kontekstual akan memudahkan siswa menghubungkan materi yang disampaikan ke dalam pengetahuannya tentang permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari. siswa akan terbiasa menerapkan kondisi nyata dalam pembelajaran matematika. penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran daring diharapkan mampu meningkatkan pemahaman konsep matematis. materi pembelajaran daring yang disampaikan dengan menggunakan media berbasis ict (nformation and communication technology) menjadi lebih efektif dan interaktif (edwards et al., 2017). efektif dilaksanakan karena kondisi yang menuntut pembelajaran online dan tidak efisien karena biaya yang dikeluarkan lebih banyak (bahasoan et al., 2020). dalam dunia pendidikan, guru diharapkan mampu untuk menguasai media-media pembelajaran yang berbasis digital atau multimedia pembelajaran (yasa, 2020) dan (abidin & saputro, 2020). aplikasi seperti ruang guru, class room, zoom, google doc, google from, maupun melalui grup whatsapp sudah bukan hal yang asing lagi bagi guru (dewi, 2020). penggunaan zoom cloud meeting termasuk dalam synchronous learning. synchronous learning adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru dan siswa pada waktu bersamaan.. secara umum zoom memiliki keunggulan pada tampilan video yang tajam dan mendukung presentasi (subhi et al., 2020). halaman interaktif dalam konteks lingkungan belajar yang didukung web memudahkan pemprosesan pelajaran dan meningkatkan kualitas vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.64 238 pendidikan (tezer et al., 2019). penggunaan zoom yang diiringi dengan media riil dapat berjalan secara efektif (ismawati & prasetyo, 2020) dan (larasati et al., 2020). media pembelajaran berbasis teknologi adalah penting dalam pembelajaran matematika (umam et al., 2019). dalam proses pembelajaran matematika dapat menghasilkan media keinginan, motivasi, dan stimulasi. tujuannya agar komunikasi pembelajaran menjadi efektif, sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan tercapai (murtikusuma et al., 2019). studi menunjukkan pembelajaran matematika online bisa sama efektifnya dengan bimbingan tatap muka tentang konsep matematika (johns & mills, 2020) dan (roschelle et al., 2016). kemampuan pemahaman konsep mempunyai peran penting dalam pembelajaran matematika. pemahaman konsep matematis berarti bahwa siswa bukan hanya menghafal. (hidayat et al., 2020). berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan ict mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat menemukan dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dalam memahami materi pembelajaran, yang berarti bahwa pembelajaran ini berbasis student-centered. metode penelitian metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. metode ini digunakan untuk menggambarkan suatu gelaja, peristiwa, dan kejadian yang terjadi pada masa sekarang. sasaran pelaksanaan best practice ini adalah peserta didik kelas v sdn gajahkumpul kecamatan batangan kabupaten pati tahun pelajaran 2020/2021 sebanyak 15 siswa. pengumpulan data menggunakan laporan hasil praktikum siswa tentang konsep debit. langkah selanjutnya data dianalisis menggunakan rubrik pemahaman konsep matematika. instrument yang digunakan adalah rubrik pemahaman konsep matematika yang mengacu dari pendapat (r, feti kristanti, isnarto, 2019) bahwa indikator kemampuan pemahaman konsep matematis sebagai berikut: (1) menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari, (2)mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan konsep matematika, (3) menerapkan konsep secara algoritma, (4)memberikan contoh atau kotra contoh dari konsep yang dipelajari, (5)menyajikan konsep dalam berbagai representasi, dan (6) mengaitkan berbagai konsep matematika secara internal atau eksternal. hasil dan pembahasan pembelajaran debit dimulai dengan penanaman konsep pada siswa. karena sekarang sedang masa pandemi, maka penanaman konsep dilakukan dengan cara zoom cloud meeting. penggunaan zoom pada pembelajaran di kelas v ini bukan yang pertama kalinya. pada awal tahun pelajaran sudah sering menggunakannya. guru membimbing siswa tentang cara menggunakan zoom melalui grup whatsapp kelas v. pada pembelajaran materi debit ini guru menggunakan zoom dengan paparan materi power point. guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan menyampaikan langkah-langkah praktikum yang akan dilakukan oleh siswa. dengan menggunakan zoom, guru dapat berkomunikasi secara langsung dan dapat melihat ekspresi wajah siswa saat mengikuti pembelajaran. siswa melaksanakan tugas praktikum sesuai lembar kerja yang telah disampaikan guru dalam zoom cloud meeting. siswa mendokumentasikan kegiatan praktikumnya kemudian mengirimkannya melalui google classroom. kendala yang dihadapi dari kegiatan ini dapat dilihat dari berbagai sisi. dari segi pelaksanaan zoom meeting, ada beberapa siswa yang tidak dapat bergabung karena terkendala vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.64 239 jaringan. untuk mengatasi hal tersebut, pada saat zoom meeting guru melakukan rekaman yang pada saat zoom selesai, rekaman tadi dapat langsung berubah menjadi video yang dapat diunggah di youtube guru. dengan demikian siswa yang tidak dapat mengikuti zoom meeting dapat mengikuti pembelajaran lewat youtube. dari segi pengiriman tugas di google classroom, tidak semua siswa dapat mengirim hasil praktikumnya tepat waktu. tabel 1. pencapai kemampuan pemahaman konsep matematis indikator kemampuan pemahaman konsep matematis pencapaian menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari 67% mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan konsep matematika 73% menerapkan konsep secara algoritma 67% memberikan contoh atau kotra contoh dari konsep yang dipelajari, 60% menyajikan konsep dalam berbagai representasi 73% mengaitkan berbagai konsep matematika secara internal atau eksternal. 67% rata-rata 67% dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata pencapaian kemampuan pemahaman konsep matematis materi debit adalah 67% atau 10 siswa dari 15 siswa. dapat memahami konsep debit melalui kegiatan yang biasa mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari. siswa tidak lagi mengalami kesulitan dan kesalahpahaman konsep dalam memahami soal-soal yang berhubungan dengan debit karena sudah mempraktikkan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari mereka. hal tersebut senada dengan pendapat (ulya & irawati, 2016) dan (umar, 2016) yang mengungkapkan bahwa melalui pendekatan kontekstual menjadi jembatan antara materi di sekolah dengan penyelesaian masalaha dalam kehidupan sehari-hari. simpulan dan saran pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melalui zoom cloud meeting dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis. walaupun banyak mengalami kendala, namun memberikan pembelajaran bermakna kepada siswa. penulis mengemukakan beberapa rekomendasi diantaranya sebagai berikut: 1) guru diharapkan dapat memanfaatkan berbagai aplikasi teknologi dalam kegiatan pembelajaran khususnya pada pembelajaran matematika; dan 2) sekolah diharapkan dapat mengadakan pelatihan bagi guru-guru terkait penerapan pembelajaran yang langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa.. daftar rujukan abidin, z., & saputro, t. m. e. (2020). google classroom as a mathematics learning space: potentials and challenges. journal of physics: conference series, 1567(2). https://doi.org/10.1088/1742-6596/1567/2/022094 astini, n. k. s. (2020). pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran tingkat sekolah dasar pada masa pandemi covid-19. jurnal lembaga penjaminan mutu stkip agama hindu amlapura, 11(2), 13–25. bahasoan, a., ayuandiani, w., mukhram, m., & rahmat, a. (2020). effectiveness of online learning in pandemic covid-19. international journal of science, technology & management, 1(2), 100–106. https://ijstm.inarah.co.id/index.php/ijstm/article/view/30 dewi, w. a. f. (2020). dampak covid-19 terhadap implementasi pembelajaran daring di sekolah dasar. edukatif : jurnal ilmu pendidikan, 2(1), 55–61. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.64 240 https://doi.org/10.31004/edukatif.v2i1.89 edwards, c. m., rule, a. c., & boody, r. m. (2017). international forum of educational technology & society middle school students’ mathematics knowledge retention: online or face-to-face environments. source: journal of educational technology & society, 20(4), 1–10. fauzi ramadhan, murdiyanto, t., & rohimah, s. r. (2020). pengaruh pendekatan kontekstual pada pembelajaran jarak jauh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa sma negeri 1 depok. jurnal riset pembelajaran matematika sekolah, 4(2), 9–17. https://doi.org/10.21009/jrpms.042.02 hidayat, e. i. f., vivi yandhari, i. a., & alamsyah, t. p. (2020). efektivitas pendekatan realistic mathematics education (rme) untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas v. jurnal ilmiah sekolah dasar, 4(1), 106. https://doi.org/10.23887/jisd.v4i1.21103 ismawati, d., & prasetyo, i. (2020). efektivitas pembelajaran menggunakan video zoom cloud meeting pada anak usia dini era pandemi covid-19. jurnal obsesi : jurnal pendidikan anak usia dini, 5(1), 665. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.671 johns, c., & mills, m. (2020). online mathematics tutoring during the covid-19 pandemic: recommendations for best practices. primus, 0(0), 1–19. https://doi.org/10.1080/10511970.2020.1818336 larasati, r. m., nugroho, a., & ... (2020). keterampilan metakognitif siswa kelas v dalam pembelajaran jarak jauh di sd negeri 02 badak. jurnal papeda: jurnal …, 2(2), 129– 138. https://unimuda.e-journal.id/jurnalpendidikandasar/article/view/528 murtikusuma, r. p., fatahillah, a., oktavianingtyas, e., hussen, s., & lailiya, n. (2019). the development of interactive mathematics learning media based on schoology and visual basic through industrial revolution 4.0. iop conference series: earth and environmental science, 243(1), 0–6. https://doi.org/10.1088/1755-1315/243/1/012137 r, feti kristanti, isnarto, m. (2019). kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dalam pembelajaran flipped classroom berbantuan android. seminar nasional pacasarjana. rahmawati es, y., & harta, i. (2014). keefektifan pendekatan open-ended dan ctl ditinjau dari hasil belajar kognitif dan afektif. jurnal riset pendidikan matematika, 1(1), 113. https://doi.org/10.21831/jrpm.v1i1.2669 roschelle, j., feng, m., murphy, r. f., & mason, c. a. (2016). online mathematics homework increases student achievement. aera open, 2(4), 233285841667396. https://doi.org/10.1177/2332858416673968 subhi, m. a., nurjanah, n., kosasih, u., & rahman, s. a. (2020). design of distance lectures in mathematics education with the utilization of the integration of zoom and youtube application. journal of physics: conference series, 1663, 012058. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1663/1/012058 tezer, m., yildiz, e. p., bozkurt, s., & tangul, h. (2019). the influence of online mathematics learning on prospective teachers mathematics achievement: the role of independent and collaborative learning. world journal on educational technology: current issues, 11(4), 257–265. https://doi.org/10.18844/wjet.v11i4.4361 ulya, i. f., & irawati, r. (2016). peningkatan kemampuan koneksi matematis dan motivasi belajar siswa menggunakan pendekatan kontekstual. jurnal pena ilmiah, 1(1), 121– 130. https://doi.org/10.23819/pi.v1i1.2940 umam, k., nugroho, z., widada, w., & herawaty, d. (2019). pemahaman konsep matematika vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.64 241 melalui media youtube dengan pendekatan etnomatematika. 04(01), 96–106. umar, a. (2016). pengaruh penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan hypnoteaching terhadap pemahaman konsep siswa. jurnal as-salam, 1(1), 18–28. yasa, a. d. (2020). pengembangan multimedia pembelajaran pada mahasiswa pgsd dengan menggunakan aplikasi zoom meeting. dikemas (jurnal pengabdian kepada masyarakat), 4(2), 82–86. https://doi.org/10.32486/jd.v4i2.517 microsoft word 03-ajin.docx vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.237 1499 received : 12-09-2021 revised : 25-10-2021 published : 30-11-2021 penggunaan media kerah warna untuk meningkatkan pemahaman dan aktivitas belajar siswa materi pecahan sederhana ajin udi prianji sdn banjarsugihan v/617 surabaya, indonesia adjinudip@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman dan aktivitas belajar siswa kelas vi sdn banjarsugihan v/617, kota surabaya dengan menggunakan media kerah warna. kegiatan penelitian dilakukan di sdn banjarsugihan v/617 kecamatan tandes kota surabaya yang terdiri dari 12 ruang kelas. peneliti menggunakan kelas vi b dengan 27 orang siswa. waktu penelitian dilakukan pada bulan maret 2020. berdasarkan hasil pre test dari 27 siswa mendapatkan data bahwa terdapat 18 siswa yang masih berada di bawah kkm atau sekitar 66.7%. sedangkan jumlah siswa yang berada di kriteria tuntas terdapat 9 siswa atau 33.3%. dengan nilai rata-rata kelas 61,1. berdasarkan hasil post test dari 27 siswa yang diujikan. diperoleh hasil bahwa terdapat 24 siswa yang telah memiliki kriteria tuntas atau sekitar 88.9 %. sedangkan jumlah siswa yang berada di kriteria belum tuntas terdapat 3 siswa atau 11.1%. dengan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 78.5 di dalam kegiatan belajar media kerah warna yang dilakukan didapatkan aktivitas siswa memperhatikan apa yang disampaikan guru mendapat prosentase yaitu 11.6%, menjawab pertanyaan guru mendapat 9.2%, mengerjakan lks yang diberikan guru 12.5%, bekerjasama dengan teman satu kelompok 12.5%, mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam kelompok 10.6%, bertukan pendapat antar teman dalam kelompok 9.2%, mempresentasikan jawaban di depan kelas 12.5%, dan merespon jawaban teman mendapat 8.3%. dengan demikian aktivitas belajar siswa mendapat jumlah 91.2 % dari 100%. hal ini membuktikan bahwa siswa menjadi lebih aktiv pada kegiatan pembelajaran menggunakan media kerah warna. . kata kunci: media kerah warna, aktivitas belajar; pemahaman siswa vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.237 1500 pendahuluan pembelajaran di sekolah dasar bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh semua guru. setiap sekolah memiliki kekurangan dan juga kelebihan. di sekolah kami kondisi gedung dan perlengkapan masih belum memenuhi syarat. kurangnya fasilitas pembelajaran membuat siswa kurang konsentrasi dalam kegiatan pembelajaran. kondisi gedung yang masih belum mememnuhi syarat membuat kegiatan belajar mengajar tidak maksimal. fasilitas seperti kipas angin yang kurang membuat suasana kelas menjadi panas sehingga konsentrasi siswa dalam belajar menurun. selain itu tidak adanya alat peraga yang memenuhi syarat juga menjadi masalah yang tak kunjung mendapat penyelesaian. sehingga para guru harus selalu memutar otak agar pembelajaran yang dilakukan dapat bermakana serta dipahami oleh siswa. kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sekolah menuntut adanya pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. kegiatan belajar mengajar yang terjadi selama ini masih meninggalkan berbagai permasalahan yang belum dapat dipecahkan. di sdn banjarsugihan v/617 tidak luput dari berbagai permasalahan pembelajaran yang ada. salah satu masalah yang terjadi adalah kurangnya pemahaman terdahadap materi pecahan. selain dari aspek pembelajaran factor kedisiplinan siswa juga menjadi masalah bagi kegiatan pembelajaran. banyaknya siswa yang tidak membawa alat pembelajaran membuat kegiatan belajar tidak kondusif. saling pinjam meminjam alat tulis terkadang menjadi masalah karena membuat suasana kelas menjadi gaduh sehingga konsentrasi siswa terpecah. kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pecahan dikarenakan belum adanya penggunaan media pembelajaran saat kegiatan belajar mengajar. hal ini mengakibatkan pemahaman siswa menjadi abstrak dan tidak sama antara satu siswa dengan siswa lainnya. keadaan ini memungkinkan siswa menjadi tidak sepenuhnya paham terhadap materi yang diajarkan guru. menilik dari keadaan tersebut maka solusi yang dapat digunakan adalah penggunaan media “kerah warna” untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pecahan. diharapkan dengan adanya media “kerah warna” siswa menjadi lebih faham terhadap konsep materi pecahan. daryanto (2010:12) memaparkan landasan filosofis penggunaan media pembelajaran yaitu bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi. dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. bukankan dengan adanya berbagai media pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan media pembelajaran untuk digunakan dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pribadinya. dengan kata lain siswa sangat dihargai harkat kemanusiaanya diberi kebebasan untuk menentukan pilhan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. menurut teori piaget anak usia sd berada pada tahap operasional konkret (7 sd 11 tahun) yaitu tahapan yang memiliki ciri berupa penggunaan logika yang memadai. adapun ciri tahapan operasional konkret antara lain : 1. adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh. pada tahap ini, seorang anak mulai dapat menggambarkan secara menyeluruh ingatan, pengalaman dan objek yang dialami. menurut piaget, adaptasi dengan lingkungan di satukan dengan gambar anakan lingkungan itu. melihat dari berbagai macam segi. anak pada tahap ini mulai dapat melihat suatu objek atau persoalan secara sedikit dan menyeluruh dengan melihat apek aspeknya. ia tidak hanya memusatkan pada titik tertentu, tetapi dapat bersamasama vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.237 1501 mengamati titik-titik yang lain dalam satu waktu yang bersamaan. 2. seriasi. proses seriasi adalah proses mengatur unsur-unsur menurut semakin besar atau semakin kecilnya unsur-unsur tersebut. menurut piaget, bila seorang anak telah dapat membuat suatu seriasi maka ia tidak akan mengalami banyak kesulitaan untuk membuat seriasi selanjutnya. 3. klasifikasi menurut piaget, bila anak yang berumur 3 tahun dan 12 tahun diberi bermacam-macam objek dan ndisuruh membuat klasifikasi yang serupa menjadi satu, ada beberapa kemungkinan yag terjadi. 4. bilangan. dalam percobaan piaget, ternyata anak pada tahap praoperasi konkret belum dapat mengerti soal korespondensi satusatu dan kekekalan, namun pada tahap tahap operasi konkret, anak sudah dapat mengerti soal karespondensi dan kekekalan dengan baik. dengan perkembangan ini berarti konsep tentang bilangan bagi anak telah berkembang. 5. ruang, waktu, dan kecepatan. pada umur 7 atau 8 tahun seorang anak sudah mengerti tentang urutan ruang dengan melihat interval jarak suatu benda. pada umur 8 tahun anak sudah sapat mengerti relasi urutan waktu dan juga koordinasi dengan waktu, dan pada umur 10 atau 11 tahun, anak sadar akan konsep waktu dan kecepatan. 6. probabilitas. pada tahap ini, pengertian probabilitas sebagai suatu perbandingan antara hal yang terjadi dengan kasuskasus yang mulai terbentuk. 7. penalaran. dalam pembicaraan sehari-hari, anak pada tahap ini jarang berbicara dengan suatu alasan,tetapi lebih mengatakan apa yang terjadi. pada tahap ini, menurut piaget masih ada kesulitan dalam melihat persoalan secara menyeluruh. 8. egosentrisme dan sosialisme. pada tahap ini, anak sudah tidak begitu egosentris dalam pemikirannya. ia sadar bahwa orang lain dapat mempunyai pikiran lain. cica anwar (2013) dalam penelitiannya “meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan sederhana melalui media kepingan cd bagi anak kesulitan belajar. ia mengatakan bahwa terdapat 9 siswa laki-laki berusia 9 tahun di sdn 05 kapalo kota padang yang tidak dapat mengenali konsep pecahan secara optimal, anak tidak dapat memahami pecahan serta tidak dapat menunjukan angka pecahan yang sesuai. dengan penggunaan media compact disk (cd) pemahaman siswa tersebut mengalami peningkatan. dengan demikian penggunaan media pembelajaran dianggap berhasil. metode penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. penelitian berfokus pada pemahaman terhadap fenomena yang terjadi di kelas. peneliti menggunakan perspektif dari partisipan (observer) sebagai gambaran utama untuk memperoleh hasil penelitian. penelitian difokuskan dengan memantau proses kegiatan belajar mengajar serta hasil belajar siswa. dalam penelitian ini data yang diambil berupa data pra implementasi yaitu data hasil belajar siswa sebelum diberikan treatment. treatment diberikan dengan menggunakan media kerah warna. data yang diperoleh dalam kegiatan ini menjadi acuan untuk mengetahui kondisi awal siswa. data disepakati sebagai kelas control penelitian (hasil pretest). tahap berikutnya adalah penggunaan media kerah warna dalam kegiatan belajar mengajar materi pecahan sederhana. saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. peneliti akan meminta bantuan observer untuk mengamati kondisi kelas dan menilai kegiatan belajar mengajar sesuai angket yang telah disiapkan. angket ini akan dijadikan sebagai hasil dari vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.237 1502 minat belajar siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. tahap terakhir adalah siswa diberikan lembar penilaian setelah kegiatan belajar mengajar selesai. data akan dijadikan nilai post test siswa. dengan demikian kita akan mengetahui perkembangan siswa sebelum dan sesudah diberikan treatment dengan media kerah warna. hasil berdasarkan kegiatan yang dilakukan terdapat perbedaan yang signifikan akibat dari penggunaan media kerah warna. hal ini menunjukan bahwa penggunaan media kerah warna mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pecahan. adapun detail perolehan nilai akan kita bahas dalam masing-masing tahapan berikut : hasil analisis pre test kegiatan ini diberikan kepada siswa sebelum diberikan perlakuan. dalam kegiatan pre test kita akan menguji pengetahuan awal peserta didik. dalam hal ini peserta didik diberikan sepuluh butir soal pecahan tanpa diberikan pemahaman terlebih dahulu. adapun hasil uji pre test dapat kita lihat dalam table berikut. tabel 1. analisis hasil pretest siswa no nilai jumlah siswa 1 5 10 2 6 8 3 7 5 4 8 4 jumlah 27 berdasarkan hasil pre test dari 27 siswa mendapatkan data bahwa terdapat 18 siswa yang masih berada di bawah kkm atau sekitar 66.7 %. sedangkan jumlah siswa yang berada di kriteria tuntas terdapat 9 siswa atau 33.3%. dengan nilai rata-rata kelas 61,1. adapun hasil analisis pre test lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 berikut. gambar 1. analisis hasil pre test berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa masih berada dibawah kriteria ketuntasan. hanya 33.3% siswa yang memiliki nilai di atas kkm. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.237 1503 hasil analisis post test kegiatan ini diberikan kepada siswa setelah diberikan treatment berupa penggunaan media kerah warna. dalam kegiatan post test kita akan mengetahui seberapa besar perkembangan peserta didik sebagai akibat dari penggunaan media kerah warna. dalam hal ini peserta didik diberikan sepuluh butir soal pecahan yang harus mereka jawab dengan baik dan benar. pada kondisi ini siswa telah diberikan treatmen berupa penggunaan media kerah warna yang diharapkan akan meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap materi pecahan sederhana. kegiatan post tes akan membuktikan keefektifan penggunaan media tersebut. adapun hasil uji post test dapat kita lihat dalam table 2 berikut. tabel 2. hasil analisis post test no nilai jumlah siswa 1 5 1 2 6 2 3 7 5 4 8 10 5 9 5 6 10 4 jumlah 27 berdasarkan hasil post test dari 27 siswa yang diujikan. diperoleh hasil bahwa terdapat 24 siswa yang telah memiliki kriteria tuntas atau sekitar 88.9 %. sedangkan jumlah siswa yang berada di kriteria belum tuntas terdapat 3 siswa atau 11.1%. dengan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 78.5. adapun hasil analisis post test lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2 berikut. gambar 2. analisis hasil post test berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa masih telah mendapat kriteria tuntas dengan jumlah presentase 88.9%. sedangkan hanya terdapat 3 siswa atau 11.1 % saja yang belum tuntas. dengan menilik hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kerah warna dapat meningkatkan pemahama siswa materi pecahan sederhana. hasil analisis aktivitas belajar siswa. analisis aktivitas belajar siswa diamati vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.237 1504 selama proses kegiatan belajar berlangsung dengan bantuan pengamat. pengamat melakukan pengamatan selama proses kegiatan belajar berlangsung. hasil analisis aktivitas belajar siswa dilihat dari hasil angket yang telah diisi oleh pengamat. adapun hasil analisis aktivitas belajar siswa secara rinci dapat dilihat pada tabel 3 berikut. tabel 3. hasil analisis aktivitas belajar siswa no aktivitas yang diamati hasil 1 memperhatikan apa yang disampaikan guru 11.6% 2 menjawab pertanyaan guru 9.2% 3 mengerjakan lks yang diberikan guru 12.5% 4 bekerja sama dengan teman satu kelompok 12.5% 5 mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam proyek yang dilakukan 10.6% 6 bertukar pendapat dengan teman kelompok 9.2% 7 mempresentasikan jawaban di depan kelas 12.5% 8 merespon jawaban teman 8.3% hasil analisis aktivitas belajar siswa lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini: gambar 3. hasil analisis aktivitas belajar vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.237 1505 di dalam kegiatan belajar media kerah warna yang dilakukan didapatkan aktivitas siswa memperhatikan apa yang disampaikan guru mendapat prosentase yaitu 11.6%, menjawab pertanyaan guru mendapat 9.2%, mengerjakan lks yang diberikan guru 12.5%, bekerjasama dengan teman satu kelompok 12.5%, mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam kelompok 10.6%, bertukan pendapat antar teman dalam kelompok 9.2%, mempresentasikan jawaban di depan kelas 12.5%, dan merespon jawaban teman mendapat 8.3%. dengan demikian aktivitas belajar siswa mendapat jumlah 91.2 % dari 100%. hal ini membuktikan bahwa siswa menjadi lebih aktiv pada kegiatan pembelajaran menggunakan media kerah warna. pembahasan berdasarkan hasil pre test dari 27 siswa mendapatkan data bahwa terdapat 18 siswa yang masih berada di bawah kkm atau sekitar 66.7 %. sedangkan jumlah siswa yang berada di kriteria tuntas terdapat 9 siswa atau 33.3%. dengan nilai rata-rata kelas 61,1. dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa masih berada dibawah kriteria ketuntasan. hanya 33.3% siswa yang memiliki nilai di atas kkm. berdasarkan hasil post test dari 27 siswa yang diujikan. diperoleh hasil bahwa terdapat 24 siswa yang telah memiliki kriteria tuntas atau sekitar 88.9 %. sedangkan jumlah siswa yang berada di kriteria belum tuntas terdapat 3 siswa atau 11.1%. dengan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 78.5. dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa masih telah mendapat kriteria tuntas dengan jumlah presentase 88.9%. sedangkan hanya terdapat 3 siswa atau 11.1 % saja yang belum tuntas. dengan menilik hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kerah warna dapat meningkatkan pemahama siswa materi pecahan sederhana. kerah warna yang dilakukan didapatkan aktivitas siswa memperhatikan apa yang disampaikan guru mendapat prosentase yaitu 11.6%, menjawab pertanyaan guru mendapat 9.2%, mengerjakan lks yang diberikan guru 12.5%, bekerjasama dengan teman satu kelompok 12.5%, mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam kelompok 10.6%, bertukan pendapat antar teman dalam kelompok 9.2%, mempresentasikan jawaban di depan kelas 12.5%, dan merespon jawaban teman mendapat 8.3%. dengan demikian aktivitas belajar siswa mendapat jumlah 91.2 % dari 100%. hal ini membuktikan bahwa siswa menjadi lebih aktiv pada kegiatan pembelajaran menggunakan media kerah warna. simpulan sesuai dengan hasil temuan yang telah dijabarkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu: a. keefektifan dari segi aktivitas belajar siswa mndapatkan kategori sangat aktif, dan respon siswa mendapatkan hasil sangat merespon. dengan demikian model pembelajaran yang dikembangkan dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran b. keefektifan menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah digunakan media pembelajaran kerah warna pada materi pecahan sederhana. hal ini berarti terdapat peningkatan pemahaman siswa terhadap materi pecahan. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.237 1506 saran a. persiapan dan pengelolaan waktu perlu diperhatikan, karena pembelajaran yang digunakan membutuhkan waktu yang cukup lama. b. perlu adanya koordinasi dan diskusi yang baik antara peneliti dengan pengamat dengan tujuan untuk mencari masukan dan saran sehingga diperoleh kesamaan persepsi dalam rangka perbaikan untuk pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. c. jika ingin meningkatkan pemahaman dan aktivitas belajar siswa gunakanlah media kerah warna yang telah terbukti dapat meningkatkan pemahaman dan aktivitas belajar siswa materi pecahan. daftar rujukan cica anwar. (2013). meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan sederhana melalui media kepingan cd bagi anak kesulitan belajar. universitas negeri padang, 2013. daryanto. (2010). media pembelajaran. yogyakarta: gava media. joyce, bruce. (2009). models of teaching model-model pengajaran. yogyakarta: pusataka pelajar. piaget, jean, & barbel inhelder, psikologi anak, terj. miftahul jannah, pustaka pelajar, yogyakarta, cet. 1, 2010. microsoft word 06-gono.docx vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 276 received : 24-06-2022 revised : 22-07-2022 published : 15-08-2022 penggunaan model pbi (problem based instruction) bervisi sets (science enviroment tecnology and society) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi materi bioteknologi untuk siswa sma suwargono sma negeri 1 kayen, pati, indonesia sman1kayen@ymail.com abstrak penulis melaksanakan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) peningkatan aktivitas belajar peserta didik pada mata pelajaran biologi materi bioteknologi dengan menggunakan model pbi bervisi sets pada kelas xii mipa 3 sma negeri 1 kayen; (2) peningkatan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran biologi materi bioteknologi dengan menggunakan model pbi bervisi sets pada kelas xii mipa 3 sma negeri 1 kayen. jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan penulis untuk meningkatkan kompetensinya dalam pelaksanaan pembelajaran, yang terdiri dari dua siklus dan tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu menentukan perencanaan tindakan, melaksanakan tindakan, melakukan pengamatan hasil tindakan dan melakukan refleksi dari hasil pengamatan. sebagai subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas xii mipa 3 tahun pelajaran 2021/2022 sebanyak 35 peserta didik. pengumpulan data penelitian menggunakan observasi, tes, dan dokumentasi. hasil penelitian pada hasil belajar menunjukkan terdapat kenaikan rata-rata baik dari kondisi awal terhadap siklus i, siklus i terhadap siklus ii, maupun kondisi awal terhadap siklus ii. dari kondisi awal terhadap siklus i terdapat kenaikan hasil belajar rata-rata dari 60 menjadi 72, dari siklus i terhadap siklus ii terdapat kenaikan rata-rata dari 72 menjadi 80 sehingga kenaikan rata-rata hasil belajar dari kondisi awal terhadap siklus ii terdapat kenaikan dari 60 menjadi 80. pada persentase tuntas belajar juga terdapat kenaikan baik dari kondisi awal terhadap siklus i, siklus i terhadap siklus ii, maupun kondisi awal terhadap siklus ii. dari kondisi awal terhadap siklus i terdapat kenaikan persentase tuntas belajar dari 30,6% menjadi 57%, dari siklus i terhadap siklus ii terdapat kenaikan persentase tuntas belajar dari 57% menjadi 77,1%, sehingga kenaikan persentase tuntas belajar dari kondisi awal terhadap siklus i terdapat kenaikan dari 30,6% menjadi 77%. untuk aktivitas belajar, pada kondisi awal 68,6% peserta didik termasuk dalam kategori kurang sampai cukup dan 31,4% termasuk dalam kategori baik sampai amat baik, pada siklus i terdapat 45,7% peserta didik dalam kategori kurang sampai cukup dan 54,3% termasuk kategori baik sampai amat baik, sementara pada siklus ii terdapat 22,8% peserta didik termasuk dalam kategori kurang sampai sedang dan 77,2% termasuk dalam kategori baik sampai amat baik. untuk aktivitas belajar terjadi peningkatan yang signifikan. kata kunci: problem based instruction; sets; hasil belajar; materi bioteknologi vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 277 pendahuluan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah mesti melalui pembelajaran. berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. pembelajaran juga merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan, seperti penerapan model pembelajaran, media pembelajaran, maupun pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran. pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan lingkungan sangat mendukung keberhasilan dalam pembelajaran. pembelajaran biologi idealnya harus menerapkan pembelajaran yang mampu membekali siswanya dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap. siswa dapat terlibat secara penuh dalam proses pembelajaran. sesuai dengan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan (permendikbud) nomor 65 tentang standar proses bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. dalam ktsp diuraikan juga bahwa biologi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan. lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek spasial, dan ekologis dari eksistensi manusia. mata pelajaran biologi juga membangun dan mengembangkan pemahaman peserta didik tentang variasi dan organisasi spasial masyarakat, lingkungan dan habitatnya . pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperoleh dalam mata pelajaran biologi diharapkan dapat membangun kemampuan peserta didik untuk bersikap, bertindak cerdas, arif, dan bertanggungjawab dalam menghadapi masalah sosial, ekonomi, dan ekologis. biologi merupakan ilmu pengetahuan yang sangat berkaitan dengan lingkungan hidup. pendekatan biologi menekankan kepada bagaimana interaksi manusia terhadap lingkungan hidupnya, baik lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. adanya kebutuhan dan budaya manusia yang berkembang maka teknologi memegang peranan penting dalam mendukung aktivitas manusia. perkembangan budaya dan teknologi manusia turut andil dalam mempengaruhi kualitas lingkungan. di satu sisi kemajuan teknologi membawa dampak positif bagi umat manusia, namun di sisi lain telah terjadi degradasi lingkungan yang sangat tinggi. dalam kehidupan sehari-hari biologi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan. permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan baik yang terjadi secara alami maupun yang disebabkan oleh ulah manusia banyak memunculkan pertanyaan-pertanyaan pada kita semua. pembelajaran biologi materi bioteknologi sangat sulit untuk dipelajari karena materinya abstrak berkaitan dengan proses proses rekayasa genetik gen dan kromosom yang menyebabkan terjadinya perubahan karakter dan sifat suatu spesies. namun demikian produk bioteknologi dan dampak baik positif maupun negatif bagi manusia, hewan, tumbuhan, mikroorganisme dapat ditemui secara langsung di lingkungan sekitar kita . berbagai sumber untuk mempelajari materi bioteknologi sudah ada, tetapi kenyataannya belum cukup untuk meningkatkan pengetahuan dan hasil belajar peserta didik terhadap standar kompetensi menganalisis prinsipprinsip bioteknologi dan penerapannya sebagai upaya peningkatan kesejahteraan manusia. beban kurikulum yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas xii mipa yang begitu besar, terbatasnya jam pembelajaran, dan persiapan pembahasan soal – soal untuk ujian akhir vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 278 terkadang dalam pembelajarannya guru hanya berorintasi pada ketuntasan materi. dengan demikian pembelajaran terkesan peserta didik ‘konsumtif’ karena dituntut untuk menyerap banyak pengetahuan namun mereka menjadi kurang ‘produktif’ karena kurang memiliki kompetensi pada bidang tertentu. orientasi terhadap ketuntasan materi membuat pembelajaran menjadi monoton dan membosankan. peserta didik berorientasi pada pencapaian hasil sesuai kkm, sedangkan guru karena dituntut pencapaian ketuntasan materi pembelajaran menjadi terbatas dalam mengembangkan metode pembelajaran. hasil belajar juga kurang memuaskan karena sebagian besar peserta didik belum mencapai kompetensi minimal. hal ini terlihat dari hasil test hasil belajar kd bioteknologi berikut : tabel 1. hasil belajar peserta didik kd 3.10 bioteknologi di sma n 1 kayen-pati tahun 2020 kelas nilai xii mipa 1 xii mipa 2 xii mipa 3 xii mipa 4 xii mipa 5 xii mipa 6 tertinggi 79 80 79 81 77 78 terendah 30 45 30 43 35 42 rata-rata 53,4 61,3 51,5 62,8 53,2 53,2 kkm 72 72 72 72 72 72 rendahnya ketuntasan pada kompetensi dasar bioteknologi disebabkan oleh banyaknya beban materi yang harus dikuasai peserta didik dengan ketersediaan waktu yang terbatas. adanya anggapan oleh sebagian besar peserta didik bahwa belajar adalah menghafal membuat kesulitan bagi mereka untuk mengerti dan memahami materi pembelajaran, terlebih dalam kompetensi dasar bioteknologi banyak dijumpai istilah-istilah yang asing dan bersifat abstrak bagi peserta didik. selama ini juga guru sudah memberikan pengertian bahwa mempelajari fenomena bioteknologi sangat menarik karena semua fenomena tersebut ada di sekitar kita. pertanyaannya, mampukah peserta didik mengaitkan materi yang dipelajari di kelas dengan fenomena-fenomena bioteknologi yang terjadi pada manusia, hewan, tumbuhan, mikroorganisme dan linghungan kita atau setidaknya mampu memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik. dalam pembelajaran, guru berhadapan dengan peserta didik dengan berbagai karakter dan potensinya, sehingga seharusnya guru memiliki kemampuan untuk mengembangkan berbagai macam metode dan pendekatan pembelajaran. hal ini dimaksudkan supaya pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan bagi peserta didik sehingga mereka lebih mudah menguasai materi pembelajaran. dalam mempelajari kompetensi dasar materi bioteknologi selama tiga tahun terakhir ini di sma negeri 1 kayen sudah memanfaatkan media power point serta diselingi vidio-vidio yang berkaitan dengan bioteknologi sebagai pendukung pembelajaran, namun dilihat dari hasil belajar masih sebagian besar peserta didik tidak mencapai ketuntasan. aktivitas peserta didik juga masih relatif rendah karena mereka hanya menyaksikan tayangan yang diberikan oleh guru, sehingga terkadang membuat pembelajaran juga membosankan. bagaimana upaya untuk membuat peserta didik menjadi tertarik mempelajari kompetensi dasar menganalisis peristiwa bioteknologi dan hasil belajar mencapai ketuntasan? guru merupakan ‘agent of change’ untuk membuat pembelajaran lebih bermakna dan berbagi bagi peserta didik. guru harus memiliki kemampuan dalam menerapkan barbagai model, metode, vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 279 dan strategi pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik, karena tidak ada model, metode, maupun strategi pembelajaran yang paling baik. karakteristik kompetensi dasar menganalisis peristiwa bioteknologi, yakni banyaknya materi, bersifat abstrak , luasnya permasalahan yang ada, waktu yang terbatas, serta fenomenanya nyata dijumpai di sekitar kita, menjadi ketertarikan guru mengembangkan model pembelajaran problem based instruction (pbi). model pembelajaran pbi diharapkan sesuai untuk mempelajari bioteknologi karena model pbi merupakan pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah kondisi nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang essensial dari materi pelajaran (nurhadi, 2004:109). model pbi dalam implementasi dalam kegiatan pembelajaran sudah menggunakan berbagai metode pembelajaran, seperti inquiri, cooperative learning, maupun pembelajaran berbasis masalah. bagaimana pembelajaran materi bioteknologi menjadi lebih bermakna bagi peserta didik untuk kehidupannya? peserta didik diharapkan memiliki kemampuan berpikir kritis dalam memandang fenomena bioteknologi yang terjadi dalam dilingkungan sekitarnya. mereka juga diharapkan mampu memecahkan permasalahan terhadap fenomena bioteknologi tersebut, dan menjadi lebih lengkap apabila mampu mengaitkan sains ke dalam bentuk teknologi, serta penerapannya terhadap lingkungan dan masyarakat. dengan demikian mereka telah mempelajari sains dalam konteks sets. pembelajaran bervisi dan berpendekatan sets (science environment technology society) ini dapat mengatasi kelemahan sistem pendidikan konvensional yang semata-mata hanya mencapai ketuntasan materi pelajaran tanpa mengetahui kompetensi yang diharapkan dari pembelajaran tersebut. pembelajaran bervisi dan berpendekatan sets diharapkan dapat mengantisipasi pembelajaran yang berorientasi pada materi, peserta didik mampu mengatasi dan menjawab permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan hidup maupun teknologi baik di dalam pembelajaran maupun di masyarakat. sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat merupakan komponen yang tidak terpisahkan dan saling berkait satu dengan lain. pembelajaran dengan visi dan pendekatan sets dapat merangsang peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan melakukan penemuan-penemuan dan pengalaman selama pembelajaran. peserta didik tidak semata-mata belajar hanya karena berorientasi pada hasil belajar namun dari pengalaman belajar yang dilakukan mereka mampu mengaitkan materi pelajaran yang berupa sains ke dalam bentuk teknologi, dan bagaimana dampak penerapan teknologi tersebut terhadap lingkungan dan masyarakatnya. pembelajaran yang menggunakan visi dan pendekatan sets memandang kurikulum dalam konteks interdisiplin dengan perspektif personal dan sosial. selain itu, pembelajaran dengan visi dan pendekatan ini berupaya membangun pengetahuan, keterampilan, dan kualitas yang efektif agar dapat bertindak secara bertanggung jawab dalam mengambil keputusan atas isu-isu sains dan teknologi terkait masalah sosial. dengan permasalahan-permasalahan dan potensi dalam pembelajaran materi bioteknologi maka peneliti berusaha mengembangkan pembelajaran dengan model pbi bervisi sets yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar dan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran, dan yang terpenting adalah memberikan pengalaman belajar sehingga pembelajaran biologi nantinya lebih bermakna bagi kehidupan nyata peserta didik di dalam lingkungan dan masyarakatnya. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 280 metode waktu penelitian waktu penelitian dilakukan tiga bulan, mulai bulan januari 2022 sampai dengan bulan maret 2022. penyusunan proposal dan instrument penelitian dilaksanakan pada minggu ketiga dan keempat bulan januari 2022. sementara penelitian mulai dilaksanakan pada semester 2 mulai februari sampai maret 2022. prasiklus dilaksanakan minggu pertama februari, kemudian siklus i dilaksanakan pada minggu ke-2 februari, kemudian siklus ii dilaksanakan pada minggu ke-3 februari . analisis data dilakukan pada minggu ke-4 februari . untuk memperoleh hasil yang baik pada bulan maret minggu pertama diadakan seminar dan pembahasan dengan teman sejawat. hasil seminar dan pembahasan digunakan untuk membuat hasil penelitian. tabel 2. alokasi waktu pelaksanaan penelitian n o uraian kegiatan januari 2022 februari 2022 maret 2022 minggu 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1. menyusun proposal ptk v 2. menyusun instrumen penelitian v 3. pengumpulan data dengan melakukan tindakan a. kondisi awal b. siklus i c. siklus ii v v v 4. analisis data v 5. pembahasan/ diskusi v 6. menyusun laporan hasil penelitian v tempat penelitian penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas xii mipa 3 sma negeri 1 kayen yang beralamat di jalan kayen sukolilo, desa kayen, kecamatan kayen, kabupaten pati, dimana peneliti telah tujuh belas tahun mengabdi di institusi tersebut. peneliti mengambil tempat penelitian sma negeri 1 kayen karena peneliti melaksanakan tugas sebagai guru biologi di sekolah tersebut. subyek penelitian dan obyek penelitian subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas xii mipa 3 sma negeri 1 kayen, semester 2 tahun pembelajaran 2021/2022. banyaknya peserta didik dalam kelas tersebut adalah 35, dengan komposisi laki-laki 14 orang, dan perempuan 21 orang. peneliti mengambil kelas xii mipa 3 sebagai tempat penelitian dengan alasan bahwa kondisi peserta didik beranekaragam aktivitas dan hasil belajarnya. obyek dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik dalam belajar biologi materi bioteknologi. sumber data sumber data dalam penelitian ini berasal dari subyek penelitian (dari data primer), seperti hasil ulangan harian, pengamatan aktivitas belajar. sedangkan data yang bukan subyek penelitian (data sekunder), seperti data hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 281 bentuk data dapat berbentuk kuantitatif maupun kualitatif. bentuk data kualitatif seperti variabel aktivitas belajar peserta didik, sedangkan bentuk data kuantitatif seperti hasil belajar. banyaknya data ada enam, yaitu: 1. data kondisi awal tentang variabel aktivitas belajar dan hasil belajar. variabel aktivitas belajar diperoleh dari pembelajaran sebelum kondisi awal, yaitu sebelum menggunakan metode pbi bervisi sets, dimana data diperoleh dari catatan personal peserta didik, sedangkan hasil belajar diperoleh dari pretest yang dilaksanakan pada kondisi awal. 2. data siklus pertama tentang variabel aktivitas belajar dan hasil belajar. pada siklus pertama, variabel aktivitas belajar belum ada data karena belum melakukan tindakan, maka dilakukan pengamatan. yang melakukan pengamatan adalah peneliti dan teman sejawat. sedangkan untuk variabel hasil belajar belum ada data sehingga perlu dilakukan test. 3. data siklus kedua tentang variabel aktivitas belajar dan hasil belajar. pada siklus kedua, variabel aktivitas belajar sudah ada data dari siklus pertama kemudian dilakukan refleksi, selanjutnya dilakukan tindakan, berupa pengamatan pada siklus kedua. yang melakukan pengamatan adalah peneliti dan teman sejawat. sedangkan untuk variabel hasil belajar, dengan melihat hasil belajar siklus pertama dilakukan refleksi, selanjutnya dilakukan tindakan kembali untuk pengambilan data hasil belajar berupa test pada siklus kedua. teknik pengumpulan data teknik pengumpulan data ini adalah teknik untuk memperoleh data variabel aktivitas belajar dan hasil belajar, dapat berbentuk teknik tes yang meliputi tes tertulis, lisan, dan perbuatan, serta teknik non tes, yang meliputi pengamatan dan dokumentasi. adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: a. data dokumentasi teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data variabel aktivitas belajar pada kondisi awal dan variabel hasil belajar pada kondisi awal. diambil dari daftar nilai. untuk hasil belajar kondisi awal diambil dari nilai pretest. b. teknik observasi teknik ini digunakan untuk pengamatan variabel aktivitas belajar pada siklus i, dengan menggunakan alat lembar pengamatan variabel aktivitas belajar pada siklus i. teknik ini juga digunakan untuk pengamatan variabel aktivitas belajar pada siklus ii. c. teknik tes tertulis teknik tes tertulis digunakan untuk pengumpulan data variabel hasil belajar pada siklus i dan siklus ii. alat pengumpul data alat pengumpulan data merupakan alat untuk memperoleh data variabel aktivitas belajar dan hasil belajar. a. dokumen catatan personal peserta didik b. dokumen daftar nilai ulangan harian. c. data variabel aktivitas belajar pada siklus i, alat yang digunakan berupa lembar observasi saat pembelajaran siklus i. d. test akhir siklus 1, alat pengumpul data berupa lembar butir soal siklus i. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 282 e. data variabel aktivitas belajar siklus ii, alat yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas belajar pada siklus ii. f. data aktivitas belajar pada siklus ii, alat yang digunakan berupa butir soal test untuk akhir siklus ii. validasi data validasi data diperlukan agar diperoleh data yang valid. 1. untuk data variabel aktivitas belajar pada siklus i dan siklus ii dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, dan menggunakan alat lembar observasi. cara memvalidasi data dengan menggunakan cara kolaborasi. supaya data yang diperoleh valid untuk mengamati tidak hanya dilakukan oleh peneliti sendiri, tetapi mengajak teman sejawat dengan cara kolaborasi, sebagai triangulasi sumber. 2. untuk data variabel hasil belajar pada siklus i dan siklus ii, supaya valid perlu dibuat kisikisi. kisi-kisi dibuat supaya: a. butir soal yang dibuat tidak mengelompok pada bahasan tertentu, tetapi menyebar pada semua kompetensi dasar. b. materi yang dibuat sesuai dengan kurikulum yang berlaku. analisis data analisis data yang digunakan harus sesuai dengan metode dan jenis data yang dikumpulkan. pada penelitian tindakan kelas kali ini, peneliti menggunakan analisis data deskriptif komparative, dengan membandingkan dua data, yakni: 1. variabel aktivitas belajar pada kondisi awal sebelum menggunakan model pbi bervisi sets, dibandingkan dengan variabel aktivitas belajar pada siklus i dan siklus ii. 2. variabel hasil belajar pada kondisi awal sebelum menggunakan model pbi bervisi sets, dibandingkan dengan variabel hasil belajar pada siklus i dan siklus ii. 3. kemudian dilanjutkan dengan refleksi, yaitu menarik kesimpulan berdasarkan deskriptif komparatif, membuat ulasan berdasar simpulan, dan menentukan tindak lanjut (action plan). indikator kinerja target yang diharapkan pada penelitian tindakan kelas kali ini adalah: 1. pada pengalaman yang lalu kondisi awal dari aktivitas belajar peserta didik kelas xii mipa 3 sma negeri 1 kayen rendah. diharapkan setelah ada penetilian aktivitas belajar peserta didik minimal ‘baik’. 2. dari pengalaman yang lalu kondisi awal dari variabel hasil belajar peserta didik rendah, yakni rata-rata ulangan harian hanya 59. dengan adanya penelitian hasil yang diharapkan nilai rata-rata ulangan harian menjadi 75. prosedur tindakan prosedur tindakan merupakan langkah-langkah yang harus dilalui peneliti. pada langkah pertama peneliti menentukan metode yang akan digunakan, yaitu metode penelitian tindakan kelas (ptk), yakni: vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 283 1. prapenelitian prapenelitian merupakan refleksi awal sebelum penelitian tindakan siklus dilakukan yaitu: a. menyusun format pengumpulan data obyektif b. menyusun kisi-kisi soal dan instrumen tes awal c. melaksanakan penilaian/tes awal d. menganalisis data obyektif sekolah dan hasil tes untuk dimanfaatkan dalam perencanaan tindakan dan pembahasan hasil. 2. penelitian tindakan pada langkah kedua peneliti menentukan banyaknya tindakan yang dilakukan, yakni: a. tindakan siklus i pada tindakan pertama, peneliti menggunakan model pbi bervisi sets dengan kelompok besar, dengan tahapan dari planning, acting, observing, dan reflecting. i. rencana tindakan i (planning) dalam siklus i ini dilaksanakan dalam 2 kali tatap muka yang masing-masing 2 jam pelajaran. materi pembelajaran untuk siklus pertama yaitu , jenis-jenis bioteknologi, pengembangan produk bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern, proses rekayasa genetik, pemanfaatan hasil rekayasa genetik bagi masyarakat yang dilakukan pembelajaran dengan kelompok besar. kemudian diakhiri pertemuan terakhir pada siklus i dengan ulangan. ii. pelaksanaan tindakan i (acting) pelaksanaan tindakan dilakukan dengan tahapan seperti diatas dengan tahapan pembelajaran sebagai berikut: 1) pertemuan pertama. (2 jam pelajaran) a. mengkoordinasikan ruang belajar bagi peserta didik dan kolaborator. b. peserta didik bekerja secara klasikal (dalam kelompok besar) melaksanakan kegiatan pembelajaran. c. masing-masing peserta didik diberikan tugas untuk menyelesaikan permasalahan di lkpd 2 d. guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempresentasikan hasil kegiatan. e. guru merangkum hasil kegiatan peserta didik. 2) pertemuan kedua. (2 jam pelajaran) a. mengkoordinasikan ruang belajar bagi peserta didik dan kolaborator. b. peserta didik bekerja secara klasikal (dalam kelompok besar) melaksanakan kegiatan pembelajaran. c. masing-masing peserta didik diberikan tugas untuk menyelesaikan permasalahan di lkpd 3 d. guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempresentasikan hasil kegiatan. e. guru merangkum hasil kegiatan peserta didik. iii. observasi i (observing) pelaksanaan observasi dilakukan dengan suatu kegiatan kolaborasi antara pelaksana tindakan dengan kolaborator. secara simultan pada saat pembelajaran berlangsung kedua kolaborator melakukan penilaian pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan menggunakan instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran di kelas, melakukan observasi aktivitas peserta secara berkelompok. pengamatan dilakukan terhadap vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 284 peserta didik, dengan variabel yang diamati adalah aktivitas belajar dan hasil belajar. pengamatan ini dilakukan pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan, dan hasil belajar dengan menggunakan alat ukur berupa tes hasil belajar. iv. refleksi i (reflecting) merefleksi hasil evaluasi analisis data penelitian siklus i tentang aspek/indikator berikut: 1. penilaian kualitas proses pembelajaran dikelas. 2. aktivitas belajar peserta didik. 3. hasil belajar secara individu dan klasikal. hasil evaluasi dan diskusi tim kolaborasi dapat direfleksikan dalam bentuk rekomendasi untuk dilanjutkan ke siklus ii dengan perbaikan rpp sesuai indikator materi pembelajaran, lkpd, instrumen penilaian, namun pendekatan, model dan metode pembelajaran tetap. b. tindakan siklus ii pada tindakan kedua peneliti menggunakan model pbi bervisi sets dengan kelompok kecil dengan tahapan dari planning, acting, observing, dan reflecting. i. rencana tindakan ii (planning) tindakan pada siklus ii ini direncanakan dalam 2 kali tatap muka. rencana tindakan pada siklus ii ini didasarkan pada hasil refleksi 1. adapun tahapan pembelajarannya sama dengan siklus i, hanya saja dilaksanakan dalam kelompok kecil melakukan diskusi untuk menyelesaikan lkpd bervisi sets yang telah disiapkan oleh guru, dilanjutkan latihan-latihan soal yang telah disiapkan oleh guru. ii. pelaksanaan tindakan ii pelaksanaan tindakan dilakukan dengan tahapan seperti diatas dengan tahapan pembelajaran sebagai berikut: • ruang belajar ditata kembali agar lebih kondusif bagi peserta didik dan kolaborator dibandingkan pada siklus i. • peserta didik bekerja dalam kelompok kecil, dengan anggota kelompok masingmasing terdiri dari 4 anak. • masing-masing kelompok mengerjakan lkpd 4 dan lkpd 5 yang diberikan guru. • wakil dari masing-masing kelompok kegiatan secara bergiliran mempresentasikan hasil kegiatan. iii. observasi ii mulai kegiatan awal sampai akhir pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, dimana secara simultan observer melakukan: 1. observasi dan penilaian pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran yang sama. 2. pengumpulan data aktivitas belajar peserta didik dengan menggunakan angket/kuisioner yang sama. 3. melakukan observasi aktivitas peserta didik dalam kelompok dengan menggunakan lembar observasi. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 285 iv. refleksi ii setelah melakukan analisis data kemudian dievaluasi dan didiskusikan oleh tim kolaborasi, dimana refleksi siklus ii menunjukkan hasil yang lebih baik. hasil deskripsi prasiklus sebelum pelaksanaan penelitian peneliti mendeskripsikan prasiklus dalam penelitian. berdasarkan hasil pengamatan maupun dari dokumen hasil belajar peserta didik diperoleh permasalahan dalam pembelajaran sebagai berikut: 1. peserta didik kurang aktif dalam proses belajar mengajar, ketika guru ceramah mereka cenderung hanya sebagai pendengar atau bahkan berbicara sendiri dengan temannya. pada saat pembelajaran dilakukan dengan diskusi kelompok, ada beberapa kelompok yang tidak melakukan diskusi dengan optimal, malah mereka cenderung berbicara dengan teman-temannya. pada saat dilakukan penugasan, masih banyak anak yang tidak/terlambat mengumpulkan tugas, jika mengumpulkan banyak yang melakukan copy paste milik temannya. 2. guru dengan kemampuannya berusaha untuk melakukan proses pembelajaran yang bervariasi tidak hanya melalui ceramah, namun mengembangkan berbagai metodemetode pembelajaran yang ada. guru biasanya menggunakan lks yang sudah tersedia, serta media pembelajaran yang satu arah (tidak interaktif). 3. beban materi yang banyak terkadang membuat kita tidak membuat pembelajaran menjadi bermakna, artinya pembelajaran yang sudah dialami peserta didik mampu memberikan pengalaman bagi peserta didik untuk kehidupan mereka dikemudian hari setelah mereka kembali ke masyarakat dan lingkungan hidupnya. dari uraian permasalahan di atas dijadikan acuan bagi peneliti untuk melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran biologi kompetensi dasar menganalisis materi bioteknologi melalui penelitian tindakan kelas (ptk). mengapa peneliti mengambil model problem based instruction bervisi sets dalam penelitian ini? hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pembelajaran biologii menjadi bermakna apabila peserta didik mampu menyelesaikan permasalahan, menganalisis serta menerapkan pembelajaran yang sudah diperoleh di sekolah dengan hal-hal yang nyata terjadi dalam kehidupannya. permasalahan atau fenomena biologi yang beraneka ragam serta luasnya materi pembelajaran, maka pembelajaran dilakukan dengan model problem based instruction bervisi sets, dimana permasalahan yang dibahas dalam pembelajaran sudah ditentukan oleh guru sesuai dengan kompetensi dasar yang ada. dengan model tersebut diharapkan aktivitas belajar dan hasil belajar yang rendah dapat diatasi. deskripsi hasil belajar hasil belajar peserta didik pada prasiklus pada materi bioteknologi sebagai ruang kehidupan diperoleh data sebagai berikut: vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 286 tabel 1. nilai hasil tes prasiklus dari tabel 1 menunjukkan bahwa ketuntasan sebesar 30,6% (11 peserta didik. jika dilihat dari indikator keberhasilan pembelajaran ketuntasan klasikal minimal 75% dari jumlah peserta didik yang mencapai kkm. artinya seharusnya minimal 26 peserta didik mencapai nilai lebih atau sama dengan 72. nilai rata-rata 60, dengan pencapaian nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 30. dengan hasil penilaian harian yang masih rendah maka peneliti perlu mengadakan pembelajaran dengan menggunakan model problem based instruction bervisi sets sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik. berdasarkan data pada table 4.1 dapat disajikan data hasil ketuntasan belajar peserta didik sebagai berikut: tabel 2. data ketuntasan belajar prasiklus ketuntasan jumlah peserta didik persentase tuntas 11 30,6% belum tuntas 24 69,4% jumlah 35 100% dari tabel 2. menunjukkan bahwa ketuntasan belajar peserta didik sebesar 30,6% (11 peserta didik) masih jauh dari indikator keberhasilan minimal 75% dari jumlah peserta didik yang mencapai kkm = 72 atau 69,4% (24 peserta didik) belum mencapai kkm. nilai tertinggi yang diperoleh peserta didik adalah 90 dan nilai terendah 30. rata-rata hasil ulangan menunjukkan angka yang masih rendah yakni 65, dan masih jauh dari kkm. berdasarkan data tersebut di atas dapat disajikan kedalam bentuk diagram histogram ketuntasan belajar sebagai berikut: no nama nilai keterangan 1 ahmad syirotul mubarrok 30 tidak tuntas 2 alex defri rahmat 40 tidak tuntas 3 aliya noveliani 90 tuntas 4 aprilita dwi adelia fransisca 50 tidak tuntas 5 arga aldi utomo 60 tidak tuntas 6 ari nugroho 60 tidak tuntas 7 candra adi nugroho 60 tidak tuntas 8 dony maulana 50 tidak tuntas 9 dwi santoso 50 tidak tuntas 10 febri dwi astuti rahayu 80 tuntas 11 febriyanto nugroho 60 tidak tuntas 12 fitri nur wahyu 70 tidak tuntas 13 friska amanda fitriyani 80 tuntas 14 gian ananta prabaswara 40 tidak tuntas 15 hafizin nurul hikam 30 tidak tuntas 16 irma ayutina 80 tuntas 17 irvan yahya 40 tidak tuntas 18 laili nur afifah 60 tidak tuntas 19 lilis putri lestari 80 tuntas 20 m. rizqi apriyandi 40 tidak tuntas 21 moh irkham saiful zaman 40 tidak tuntas 22 mohammad iqbal maulana 40 tidak tuntas 23 muhammad ari prasetiyo utomo 60 tidak tuntas 24 muhammad soleh alfredo daelami 60 tidak tuntas 25 novi fitriani 50 tidak tuntas 26 novi zulfin ardiani 80 tuntas 27 pria dodi saputra 50 tidak tuntas 28 putri ayu afrillasani 80 tuntas 29 retnansya defa palupi 60 tidak tuntas 30 richa indah permata sari 80 tuntas 31 risna ela gustianingrum putri 80 tuntas 32 riyo kalam al jibran 60 tidak tuntas 33 shela dwi munzaroah 80 tuntas 34 syaifullah yusuf 50 tidak tuntas 35 yola natasya efrina 80 tuntas rata-rata 60 nilai max 90 nilai min 30 ketuntasan 11 persentase 30,6 st deviasi 16,40 median 60 vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 287 gambar 1. ketuntasan belajar prasiklus jika kita amati masih banyak peserta didik yang belum tuntas dalam evaluasi belajar, hal ini menjadi masalah yang harus ditangani oleh guru untuk melakukan tindakan guna meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik. deskripsi aktivitas belajar berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kelas xii mipa 3 ini kelas yang kurang aktif, mereka cenderung diam, atau mengobrol bisik-bisik dengan temannya, jika guru bertanya apakah ada anak yang belum jelas, mereka cenderung diam atau kurang merespon, jika dalam pembelajaran diperbolehkan browsing materi yang berkaitan dengan tugas malahan menyalahgunakan dengan membuka media sosial lainnya, dan bertanya kepada guru tentang suatu hal yang di luar konteks pembelajaran sehingga kelas menjadi ramai. peserta didik yang kurang/tidak aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan aktif di luar konteks pembelajaran memiliki persentase perbandingan 70% yang kurang/tidak memperhatikan, dan 30% yang memperhatikan dan terlibat dalam pembelajaran. peserta didik yang tidak terfokus dalam proses pembelajaran ini sebagian besar adalah peserta didik laki-laki, peserta didik yang duduk di belakang, dan yang berbatasan dengan tembok. tak henti-hentinya guru memberikan berbagai motivasi untuk menghadapi 65% peserta didik yang kurang atau bahkan tidak aktif dalam pembelajaran, karena mereka cenderung mempengaruhi fokus peserta didik yang aktif mengikuti pembelajaran. akan tetapi pemberian motivasi pada kegiatan apersepsi tersebut tidak memberikan perubahan yang begitu berarti. pembelajaran siklus i perencanaan perencanaan pembelajaran yeng telah dibuat dan dilaksanakan pada siklus i terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: 1. indikator yang direncanakan untuk setiap pertemuan. 2. alokasi waktu yang disediakan untuk setiap indikator. 3. waktu pengamatan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran. 4. alokasi waktu untuk tes akhir. pelaksanaan siklus i dilaksanakan dalam 2 kali tatap muka (1 kali tatap muka 2 jam pelajaran). pada pertemuan pertama guru mempersiapkan kelas supaya kondusif dan memberikan motivasi vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 288 kepada peserta didik untuk mengikuti pembelajaran hari ini. guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh peserta didik. guru memberikan apersepsi dengan mengingatkan materi yang akan dipelajari pada pertemuan ini, yakni bioteknologi konvensional dan modern dan produk dari bioteknologi tersebut. guru memberikan penjelasan skenario pembelajaran dengan sintaks problem based instruction. kegiatan inti dimulai dari sintaks yaitu: 1) mengorientasi peserta didik terhadap suatu permasalahan, yakni guru menayangkan media pembelajaran untuk menjelaskan tujuan pembelajaran, pemberian materi, mengajukan isu/permasalahan, serta memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan masalah berkaitan dengan bioteknologi konvensional dan modern dan produk dilihat dari sudut pandang sets. guru memberikan instruksi untuk pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan bioteknologi konvensional dan modern dan produk berupa video dan mengamati gambar atau video tentang materi tersebut. 2) mengorganisasikan peserta didik untuk belajar membimbing penyelidikan individu/kelompok, yakni peserta didik mempersiapkan artikel yang berkaitan dengan bioteknologi konvensional dan modern dan produknya, kemudian guru memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi berbagai fenomena yang berkaitan dengan bioteknologi konvensional dan modern dan produk, 3) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, yakni peserta didik mengerjakan lkpd 2 yang berkaitan bioteknologi konvensional dan modern dan produkproduknya yang dikaitkan dengan sets, dan 4) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, yakni peserta didik ditugasi untuk menganalisis keterkaitan antara konsep dan teori yang telah dipelajarinya dengan gejala atau fenomena nyata di lingkungan sekitar sehingga konsep dan teori tersebut menjadi lebih bermakna dan memperkaya wawasan, serta peserta didik ditugasi untuk menunjukkan contoh bioteknologi konvensional dan modern dan produk-produknya dilihat dari sudut pandang sets. peserta didik diminta untuk mengkomunikasikan hasil telaah dan diskusinya tentang bioteknologi konvensional dan modern serta produk-produknya yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia dalam bentuk tulisan dan atau lisan yang dilengkapi gambar, ilustrasi, animasi, dan audio visual, melalui forum diskusi. peserta didik diminta untuk menyampaikan gagasannya tentang materi tersebut yang dikaitkan dengan visi sets. untuk menutup kegiatan membuat rangkuman materi lkpd 2 serta melakukan tanya jawab, serta menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. pertemuan kedua, diawali dengan kegiatan pendahuluan yakni berdoa, kemudian mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk memulai proses kbm (kerapian, kebersihan ruang kelas, menyediakan media dan alat serta buku yang diperlukan), memantau kehadiran dengan mengabsen peserta didik. guru memberikan apersepsi dengan mengingatkan peserta didik bahwa banyak produk-produk bioteknologi yang bisa kita temui di lingkungan sekitar kita. kegiatan inti dimulai dengan sintaks, yakni: 1) mengorientasi peserta didik terhadap suatu permasalahan, guru menayangkan media pembelajaran untuk menjelaskan tujuan pembelajaran, pemberian materi, mengajukan isu/permasalahan, serta memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan masalah berkaitan rekayasa genetika dan hasil rekayasa genetika bagi kehidupan, dilihat dari sudut pandang sets. guru memberikan instruksi untuk pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan rekayasa genetika dan hasil rekayasa genetika berupa video dan mengamati gambar atau video tentang tahapan proses rekayasa genetika dan hasil rekayasa genetika bagi kehidupan, 2) mengorganisasikan peserta didik untuk belajar membimbing penyelidikan individu/kelompok, peserta didik mempersiapkan vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 289 artikel yang berkaitan dengan permasalahan rekayasa genetika dan hasil rekayasa genetika bagi kehidupan. guru memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan rekayasa genetika dan hasil rekayasa genetika bagi kehidupan, 3) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, yakni peserta didik mengerjakan lkpd 3 permasalahan rekayasa genetika dan hasil rekayasa genetika bagi kehidupan, 4) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, yakni peserta didik ditugasi untuk menganalisis keterkaitan antara konsep dan teori yang telah dipelajarinya dengan gejala atau fenomena nyata di lingkungan sekitar sehingga konsep dan teori tersebut menjadi lebih bermakna dan memperkaya wawasan. guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk menunjukkan contoh permasalahan rekayasa genetika dan hasil rekayasa genetika bagi kehidupan dilihat dari sudut pandang sets. peserta didik diminta untuk mengkomunikasikan hasil telaahan dan diskusinya permasalahan rekayasa genetika dan hasil rekayasa genetika bagi kehidupan dalam bentuk tulisan dan atau lisan yang dilengkapi gambar, ilustrasi, animasi, dan audio visual, melalui forum diskusi. peserta didik diminta untuk menyampaikan gagasannya tentang permasalahan rekayasa genetika dan hasil rekayasa genetika bagi kehidupan yang dikaitkan dengan visi sets. kegiatan penutup yang dilaksanakan adakah menjajagi hasil belajar peserta didik dengan melakukan tanya jawab materi yang sudah dikerjakan, kemudian membuat rangkuman dan melakukan refleksi. gambar 2. kegiatan pembelajaran deskripsi data hasil penelitian pada siklus i penelitian siklus i dilaksanakan 2 pertemuan dengan dilakukan pengamatan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua, kemudian dilanjutkan dengan penilaian pengetahuan dengan evaluasi pembelajaran siklus i. dari siklus i diperoleh data penelitian sebagai berikut: 1. data hasil observasi dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan 2 observer untuk pengambilan data yang berkaitan dengan variabel aktivitas belajar peserta didik. para observer mengamati terhadap 10 variabel aktivitas peserta didik dalam pembelajaran materi bioteknologi menggunakan model problem based instruction bervisi sets. berikut rekapitulasi data pengamatan dari dua observer selama pembelajaran berlangsung. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 290 tabel 3. rekapitulasi data pengamatan aktivitas belajar siklus i kriteria aktivitas observer 1 observer 2 jumlah peserta didik persentase jumlah peserta didik persentase kurang 2 5,7% 4 11,4% cukup 14 40,0% 13 37,1% baik 16 45,7% 15 42,9% amat baik 3 8,6% 3 8,6% jumlah 35 100% 35 100% berdasarkan data aktivitas belajar peserta didik antara dua observer terjadi perbedaan dalam mengamati 10 indikator aktivititas belajar peserta didik. perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh lokasi pengamat berada pada saat proses pembelajaran, variabel pengamatan yang banyak, atau karena faktor yang lainnya. namun perbedaan tersebut juga tidak terlalu mencolok atau signifikan. berdasarkan tabel 3. menunjukkan rata-rata aktivitas belajar peserta didik pada siklus i dari dua observer yang termasuk dalam kategori baik dan amat baik, baru mencapai 57,1%, sementara pada prasiklus aktivitas belajar peserta didik baru mencapai 31,4%. hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran materi bioteknologi dengan model problem based instruction bervisi sets. persentase aktivitas belajar peserta didik yang termasuk kategori baik dan amat baik pada siklus i baru mencapai 57,1%. hal ini disebabkan karena pembelajaran bervisi sets baru pertama kali dilaksanakan dalam mata pelajaran biologi di sma negeri 1 kayen. pembelajaran dengan visi sets ini sangat menuntut pemikiran dan wawasan yang luas dalam mengembangkan konsep-konsep bioteknologi ke dalam teknologi yang berdampak kepada masyarakat dan lingkungannya. namun peserta didik sudah banyak menunjukkan ketertarikannya dalam mengikuti proses pembelajaran. sepuluh aktivitas belajar peserta didik yang diamati dalam pembelajaran yaitu: 1) memperhatikan dan mendengarkan penjelasan, 2) keaktifan mengajukan pertanyaan dan pendapat, 3) keatifan menjawab pertanyaan, 4) keaktifan mencari informasi dan bahan-bahan pembelajaran kompetensi dasar menganalisis unsur-unsur litosfer bervisi sets, 5) keaktifan dalam kerja kelompok/diskusi, 6) keaktifan mempresentasikan hasil diskusi, 7) keaktifan dalam mengaitkan materi dengan sets, 8) keaktifan menggali informasi baru, 9) keaktifan mengerjakan dan menyelesaikan tugas, dan 10) mandiri mengerjakan lkpd. tabel 4. pengamatan terhadap indikator aktivitas belajar siklus i no indikator aktivitas belajar observer 1 observer 2 rerata kriteria 1 memperhatikan dan mendengarkan penjelasan 110 111 110,5 baik 2 keaktifan mengajukan pertanyaan dan pendapat 85 86 85,5 cukup 3 keatifan menjawab pertanyaan 77 79 78 cukup 4 keaktifan mencari informasi dan bahan-bahan pembelajaran kd bioteknologi bervisi sets 92 86 89 baik 5 keaktifan dalam kerja kelompok/diskusi 87 86 86,5 cukup 6 keaktifan mempresentasikan hasil diskusi 84 82 83 cukup 7 keaktifan dalam mengaitkan materi dengan sets 78 82 80 cukup 8 keaktifan menggali informasi baru 91 88 89,5 baik 9 keaktifan mengerjakan dan menyelesaikan tugas 90 93 91,5 baik 10 mandiri mengerjakan lkpd 89 88 88,5 baik vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 291 berdasarkan tabel 4. pengamatan terhadap 10 indikator aktivitas belajar peserta didik, dengan menggunakan rubrik skala aktivitas belajar 1-4 maka peneliti menentukan 4 kriteria, yakni kriteria kurang jika rata-rata masing-masing indikator dalam rentang 1 – 1,75, kriteria cukup jika rata-rata masing-masing indikator dalam rentang 1,76 – 2,50, kriteria baik jika ratarata masing-masing indikator dalam rentang 2,51 – 3.25, dan kriteria amat baik jika rata-rata masing-masing indikator dalam rentang 3,26 – 4. apabila memperhatikan tabel 4. indikator aktivitas peserta didik yang mencapai kriteria baik meliputi indikator: memperhatikan dan mendengarkan penjelasan, keaktifan menggali informasi baru, keaktifan mengerjakan dan menyelesaikan tugas, dan mandiri mengerjakan lkpd. jadi dalam siklus i, peserta didik sudah mulai antusias dalam memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru tentang pembelajaran biologii materi bioteknologi bervisi sets. secara individu maupun bersama-sama peserta didik silih berganti maju ke depan untuk bertanya kepada guru yang sets, yang bagi mereka terdengar masih asing. peserta didik juga aktif menggali informasi baru dengan melakukan browsing artikel-artikel yang berkaitan dengan sets. mereka juga giat dalam mengerjakan tugas dan mandiri dalam mengerjakan lkpd bervisi sets. 2. data prestasi belajar evaluasi pembelajaran dilaksanakan pada akhir pertemuan kedua. peserta didik diberikan soal sebagai ulangan siklus i. evaluasi pembelajaran digunakan untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran pada materi tersebut pada siklus i. dalam evaluasi pembelajaran akhir siklus i diberikan soal dalam bentuk pilihan ganda, dengan jumlah soal 10 butir soal. soal-soal yang diberikan dari hasil evaluasi pembelajaran diperoleh hasil seperti pada tabel berikut. tabel 5. nilai hasil belajar siklus i 1 ahmad syirotul mubarrok 50 tidak tuntas 2 alex defri rahmat 60 tidak tuntas 3 aliya noveliani 80 tuntas 4 aprilita dwi adelia fransisca 80 tuntas 5 arga aldi utomo 70 tidak tuntas 6 ari nugroho 60 tidak tuntas 7 candra adi nugroho 70 tidak tuntas 8 dony maulana 80 tuntas 9 dwi santoso 60 tidak tuntas 10 febri dwi astuti rahayu 80 tuntas 11 febriyanto nugroho 70 tidak tuntas 12 fitri nur wahyu 80 tuntas 13 friska amanda fitriyani 80 tuntas 14 gian ananta prabaswara 50 tidak tuntas 15 hafizin nurul hikam 50 tidak tuntas 16 irma ayutina 80 tuntas 17 irvan yahya 60 tidak tuntas 18 laili nur afifah 80 tuntas 19 lilis putri lestari 80 tuntas 20 m. rizqi apriyandi 50 tidak tuntas 21 moh irkham saiful zaman 70 tidak tuntas 22 mohammad iqbal maulana 80 tuntas 23 muhammad ari prasetiyo utomo 80 tuntas 24 muhammad soleh alfredo daelami 60 tidak tuntas 25 novi fitriani 80 tuntas 26 novi zulfin ardiani 80 tuntas 27 pria dodi saputra 80 tuntas 28 putri ayu afrillasani 80 tuntas 29 retnansya defa palupi 60 tidak tuntas 30 richa indah permata sari 80 tuntas 31 risna ela gustianingrum putri 80 tuntas 32 riyo kalam al jibran 70 tidak tuntas 33 shela dwi munzaroah 80 tuntas 34 syaifullah yusuf 80 tuntas 35 yola natasya efrina 80 tuntas rerata 71,71 nilai maksimal 80 nilai minimal 50 ketuntasan 20 persentase 0,57 standar deviasi 10,98 no nama nilai ketuntasan vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 292 berdasarkan data tabel 5. dapat disajikan ketuntasan belajar peserta didik pada siklus i adalah sebagai berikut: tabel 6. data ketuntasan belajar pada siklus i ketuntasan jumlah peserta didik persentase tuntas 20 57,1% belum tuntas 15 42,9% jumlah 35 100% berdasarkan data ketuntasan tersebut dapat disajikan dalam bentuk diagram histogram sebagai berikut: gambar 3. ketuntasan belajar siklus 1 dari gambar 3 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar peserta didik 57,1% (20 peserta didik), sudah menunjukkan peningkatan daripada hasil belajar prasiklus, yakni dari 30,6% menjadi 57,1%. artinya terjadi peningkatan 26,5%. jika dilihat dari indikator keberhasilan belajar klasikal minimal 75%, maka nilai 57,1% masih cukup jauh dari indikator keberhasilan belajar klasikal, hal tersebut lebih disebabkan peserta didik masih kurang memahami penerapan sain ke dalam bentuk teknologi yang akan membawa pengaruh kepada masyarakat dan lingkungan, sehingga masih perlu dilakukan tindakan pada siklus berikutnya. refleksi peneliti dan observer perlu melakukan analisis terhadap hasil pengamatan pembelajaran mencari kelemahan dan kelebihan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus i. pembelajaran dalam kelompok besar ternyata masih kurang menimbulkan antusiasme seluruh peserta didik dalam proses pembelajaran. sementara penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik pada siklus i adalah kurang aktifnya siswa dalam melakukan eksplorasi mengaitkan materi pembelajaran dengan sets serta masih kurangnya dalam pencarian bahan-bahan pembelajaran kompetensi dasar bioteknologi bervisi sets, sehingga butir soal tes yang berkaitan dengan sets relatif banyak yang salah. pembelajaran dengan kelompok besar ternyata masih kurang efektif sehingga untuk selanjutnya peneliti dengan mendapat masukan dari observer merancang perbaikan pembelajaran siklus ii dengan menerapkan pembelajaran kompetensi dasar bioteknologi dengan metode problem based instruction bervisi sets dalam kelompok kecil. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 293 pembelajaran siklus ii perencanaan setelah peneliti melakukan refleksi dari kegiatan pembelajaran pada siklus i, maka dilakukan perencanaan pada siklus ii sesuai dengan perencanaan yang dilakukan pada siklus i. pelaksanaan siklus ke ii dilaksanakan dalam 2 x 2 jam pelajaran. pertemuan pertama digunakan untuk mengerjakan lkpd 4, kemudian pertemuan kedua digunakan untuk mengerjakan lkpd 5 dilanjutkan dengan penilaian yaitu tes pada siklus ii. pada pertemuan pertama guru mempersiapkan kelas supaya kondusif dan memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengikuti pembelajaran hari ini. guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh peserta didik. guru memberikan apersepsi dengan mengingatkan materi yang akan dipelajari pada pertemuan ini, yakni keuntungan dan kerugian bioteknologi, sumber agen bioteknologi, dan produk-produk dari bioteknologi. guru menjelaskan skenario pembelajaran problem based instruction. guru membagi kelompok terdiri dari 4-5 orang secara heterogen tanpa membedakan jenis kelamin, tingkat kemampuan kognitif, maupun tingkat sosial ekonomi. kegiatan inti dimulai dengan sintaks, 1) mengorientasi peserta didik terhadap suatu permasalahan, guru menayangkan media pembelajaran untuk menjelaskan tujuan pembelajaran, pemberian materi, mengajukan isu/permasalahan, serta memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan masalah berkaitan dengan sumber agen bioteknologi, keuntungan dan kerugian bioteknologi, dan produk dari bioteknologi. guru memberikan instruksi untuk pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan bioteknologi berupa video dan mengamati gambar atau video tentang keuntungan dan kerugian bioteknologi, sumber agen bioteknologi, dan dampak produk-produk dari bioteknologi, 2) mengorganisasi kan peserta didik untuk belajar membimbing penyelidikan individu/kelompok, dalam kelompok peserta didik mempersiapkan artikel yang berkaitan dengan keuntungan dan kerugian bioteknologi, sumber agen bioteknologi, dan produk-produk dari bioteknologi. guru memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi keuntungan dan kerugian bioteknologi, sumber agen bioteknologi, dan produk-produk dari bioteknologi, 3) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, peserta didik mengerjakan lkpd 5 yang berkaitan dengan keuntungan dan kerugian bioteknologi, sumber agen bioteknologi, dan produk-produk dari bioteknologi. peserta didik mengerjakan matriks yang berkaitan dengan keuntungan dan kerugian bioteknologi, sumber agen bioteknologi, dan produk-produk dari bioteknologi guru berkeliling untuk memberikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkan, 4) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, peserta didik ditugasi untuk menganalisis keterkaitan antara konsep dan teori yang telah dipelajarinya dengan gejala atau fenomena nyata di lingkungan sekitar sehingga konsep dan teori tersebut menjadi lebih bermakna dan memperkaya wawasan. peserta didik ditugasi untuk menunjukkan contoh adanya keuntungan dan kerugian bioteknologi, sumber agen bioteknologi, dan produk-produk dari bioteknologi dilihat dari sudut pandang sets. peserta didik diminta untuk mengkomunikasikan hasil telahaan dan diskusinya tentang keuntungan dan kerugian bioteknologi, sumber agen bioteknologi, dan produk-produk dari bioteknologi dalam bentuk tulisan dan atau lisan yang dilengkapi gambar, ilustrasi, animasi, dan audio visual, melalui forum diskusi. peserta didik diminta untuk menyampaikan gagasannya tentang keuntungan dan kerugian bioteknologi, vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 294 sumber agen bioteknologi, dan produk-produk dari bioteknologi yang dikaitkan dengan visi sets. kegiatan penutup yang dilaksanakan adakah menjajagi hasil belajar peserta didik dengan melakukan tanya jawab materi yang sudah dikerjakan, kemudian membuat rangkuman dan melakukan refleksi. pada pertemuan kedua guru mempersiapkan kelas supaya kondusif dan memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengikuti pembelajaran hari ini. guru menyampaikan kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, dan materi pembelajaran yang akan dicapai oleh peserta didik. guru memberikan apersepsi dengan mengingatkan materi yang akan dipelajari pada pertemuan ini, yakni dampak dan manfaat produk bioteknologi. guru menjelaskan skenario pembelajaran problem based instruction. guru menginstruksikan peserta didik berkelompok sesuai dengan kelompoknya pada pertemuan sebelumnya. kegiatan inti dimulai dengan sintaks, 1) mengorientasi peserta didik terhadap suatu permasalahan, guru menayangkan media pembelajaran untuk menjelaskan tujuan pembelajaran, pemberian materi, mengajukan isu/permasalahan, serta memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan masalah berkaitan dengan dampak dan manfaat produk bioteknologi dilihat dari sudut pandang sets. guru memberikan instruksi untuk pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan dampak dan manfaat produk bioteknologi berupa video dan mengamati gambar atau video tentang dampak dan manfaat produk bioteknologi , 2) mengorganisasikan peserta didik untuk belajar membimbing penyelidikan individu/kelompok peserta didik mempersiapkan artikel yang berkaitan dengan dampak dan manfaat produk bioteknologi. guru memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi berbagai fenomena alam yang berkaitan dengan dampak dan manfaat produk bioteknologi, 3) mengembang kan dan menyajikan hasil karya, peserta didik mengerjakan lkpd 5 yang berkaitan dengan dampak dan manfaat produk bioteknologi. peserta didik mengerjakan matriks yang berkaitan dengan dampak dan manfaat produk bioteknologi, dan dikaitkan dengan sets, 4) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, peserta didik ditugasi untuk menganalisis keterkaitan antara konsep dan teori yang telah dipelajarinya dengan gejala atau fenomena nyata di lingkungan sekitar sehingga konsep dan teori tersebut menjadi lebih bermakna dan memperkaya wawasan. peserta didik ditugasi untuk menunjukkan contoh adanya dampak dan manfaat produk bioteknologi dilihat dari sudut pandang sets. peserta didik diminta untuk mengkomunikasikan hasil telahaan dan diskusinya tentang dampak dan manfaat produk bioteknologi dalam bentuk tulisan dan atau lisan yang dilengkapi gambar, ilustrasi, animasi, dan audio visual, melalui forum diskusi. peserta didik diminta untuk menyampaikan gagasannya tentang dampak dan manfaat produk bioteknologi yang dikaitkan dengan visi sets. kegiatan penutup, guru dan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran dengan membuat rangkuman. guru memberikan soal-soal evaluasi (penilaian siklus ii). menutup pelajaran dengan salam. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 295 deskripsi data hasil penelitian pada siklus ii penelitian siklus ii dilaksanakan 2 pertemuan dengan dilakukan pengamatan pada pertemuan pertama, dan pertemuan kedua, dan diakhir pertemuan kedua diadakan penilaian pembelajaran siklus ii. dari siklus ii diperoleh data penelitian sebagai berikut: 1. data hasil observasi data diperoleh dari observer 1 dan observer 2 selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung. para observer mengamati terhadap 10 variabel aktivitas peserta didik dalam pembelajaran kompetensi dasar boiteknologi dengan menggunakan model problem based instruction bervisi sets. berikut rekapitulasi data pengamatan dari dua observer selama pembelajaran berlangsung. tabel 7. rekapitulasi data pengamatan aktivitas belajar siklus ii kriteria aktivitas observer 1 observer 2 jumlah peserta didik persentase jumlah peserta didik persentase kurang 0 0 % 0 0 % cukup 6 16,66 % 4 11,12 % baik 15 41,67 % 17 47,22 % amat baik 15 41,67 % 15 41,67 % berdasarkan data aktivitas belajar peserta didik antara dua observer terjadi perbedaan dalam mengamati 10 indikator aktivititas belajar peserta didik. perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh lokasi pengamat berada pada saat proses pembelajaran, variabel pengamatan yang banyak, atau karena faktor yang lainnya. namun perbedaan tersebut juga tidak terlalu mencolok atau signifikan. berdasarkan tabel 7 menunjukkan rata-rata aktivitas belajar peserta didik pada siklus ii dari dua observer yang termasuk dalam kategori baik dan amat baik mencapai 86,11%, sementara pada siklus i aktivitas belajar peserta didik baru mencapai 57,15%. hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran kompetensi dasar bioteknologi dengan metode problem based instruction bervisi sets. peserta didik semakin antusias dalam mengerjakan lkpd bervisi sets, serta semakin tertarik dalam proses pembelajaran. mereka mencari artikel-artikel di internet, kemudian digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam lkpd. secara individu maupun berkelompok, mereka bertanya kepada guru untuk soal-soal yang berkaitan dengan sets. berikut tabel pengamatan terhadap aktivitas belajar pada siklus ii. tabel 8. pengamatan terhadap indikator aktivitas belajar siklus ii no indikator aktivitas belajar observer 1 observer 2 rerata kriteria 1 memperhatikan dan mendengarkan penjelasan 114 113 113,5 amat baik 2 keaktifan mengajukan pertanyaan dan pendapat 115 113 114 amat baik 3 keatifan menjawab pertanyaan 97 95 96 baik 4 keaktifan mencari informasi dan bahan-bahan pembelajaran kd bioteknologi bervisi sets 100 100 100 baik 5 keaktifan dalam kerja kelompok/diskusi 100 104 102 baik 6 keaktifan mempresentasikan hasil diskusi 100 104 102 baik vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 296 7 keaktifan dalam mengaitkan materi dengan sets 93 102 97,5 baik 8 keaktifan menggali informasi baru 109 100 104,5 baik 9 keaktifan mengerjakan dan menyelesaikan tugas 116 114 115 amat baik 10 mandiri mengerjakan lkpd 111 115 113 baik berdasarkan tabel 8 pengamatan terhadap 10 indikator aktivitas belajar peserta didik, dengan menggunakan rubrik skala aktivitas belajar 1-4 maka peneliti menentukan 4 kriteria, yakni kriteria kurang jika rata-rata masing-masing indikator dalam rentang 1 – 1,75, kriteria cukup jika rata-rata masing-masing indikator dalam rentang 1,76 – 2,25, kriteria baik jika rata-rata masing-masing indikator dalam rentang 2,26 – 3.25, dan kriteria amat baik jika ratarata masing-masing indikator dalam rentang 3,26 – 4. apabila memperhatikan tabel 8 indikator aktivitas peserta didik yang mencapai kriteria amat baik meliputi indikator: memperhatikan dan mendengarkan penjelasan, keaktifan mengajukan pertanyaan dan pendapat, dan keaktifan mengerjakan dan menyelesaikan tugas. jadi dalam siklus ii, peserta didik sudah sangat antusias dalam memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru, bertanya berbagai yang tentang pembelajaran biologii kompetensi dasar bioteknologi bervisi sets, serta secara berkelompok aktif dalam mengerjakan tugas lkpd bervisi sets. kriteria yang lain, seperti keaktifan mencari informasi dan bahan-bahan pembelajaran kompetensi dasar bioteknologi, keaktifan dalam diskusi, keaktifan dalam mengaitkan materi dengan sets, keaktifan mempresentasikan hasil diskusi, keaktifan menggali informasi baru, serta mandiri dalam mengerjakan lkpd sudah mencapai kategori baik. 2. data prestasi belajar evaluasi pembelajaran dilaksanakan pada akhir pertemuan kedua. peserta didik diberikan soal sebagai ulangan siklus ii. evaluasi pembelajaran digunakan untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran pada materi tersebut pada siklus ii. dalam evaluasi pembelajaran akhir siklus ii diberikan soal dalam bentuk pilihan ganda, dengan jumlah soal 10 butir soal. dari hasil evaluasi pembelajaran diperoleh hasil seperti pada tabel berikut. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 297 tabel 9. nilai hasil belajar siklus ii berdasarkan data tabel 9 dapat disajikan ketuntasan belajar peserta didik pada siklus ii adalah sebagai berikut: tabel 10. data ketuntasan belajar pada siklus ii ketuntasan jumlah peserta didik persentase tuntas 27 77% belum tuntas 8 23% jumlah 35 100% berdasarkan data ketuntasan tersebut dapat disajikan dalam bentuk diagram histogram sebagai berikut: 1 ahmad syirotul mubarrok 60 tidak tuntas 2 alex defri rahmat 80 tuntas 3 aliya noveliani 100 tuntas 4 aprilita dwi adelia fransisca 90 tuntas 5 arga aldi utomo 70 tidak tuntas 6 ari nugroho 80 tuntas 7 candra adi nugroho 80 tuntas 8 dony maulana 80 tuntas 9 dwi santoso 80 tuntas 10 febri dwi astuti rahayu 100 tuntas 11 febriyanto nugroho 80 tuntas 12 fitri nur wahyu 80 tuntas 13 friska amanda fitriyani 90 tuntas 14 gian ananta prabaswara 70 tidak tuntas 15 hafizin nurul hikam 60 tidak tuntas 16 irma ayutina 80 tuntas 17 irvan yahya 70 tidak tuntas 18 laili nur afifah 80 tuntas 19 lilis putri lestari 80 tuntas 20 m. rizqi apriyandi 70 tidak tuntas 21 moh irkham saiful zaman 80 tuntas 22 mohammad iqbal maulana 70 tidak tuntas 23 muhammad ari prasetiyo utomo 70 tidak tuntas 24 muhammad soleh alfredo daelami 80 tuntas 25 novi fitriani 80 tuntas 26 novi zulfin ardiani 80 tuntas 27 pria dodi saputra 80 tuntas 28 putri ayu afrillasani 90 tuntas 29 retnansya defa palupi 80 tuntas 30 richa indah permata sari 80 tuntas 31 risna ela gustianingrum putri 90 tuntas 32 riyo kalam al jibran 80 tuntas 33 shela dwi munzaroah 90 tuntas 34 syaifullah yusuf 80 tuntas 35 yola natasya efrina 90 tuntas rerata 80 nilai maksimal 100 nilai minimal 60 ketuntasan 27 persentase 0,77 standar deviasi 9,07 no nama nilai ketuntasan vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 298 gambar 4. ketuntasan belajar siklus 2 dari gambar 4 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar peserta didik 77% (27 peserta didik), sudah menunjukkan peningkatan daripada hasil belajar siklus i, yakni dari 57,1% menjadi 77%. artinya terjadi peningkatan 16,9%. untuk ketuntasan klasikal sudah mencapai 77% sehingga secara klasikal hasil yang diperoleh sudah mencapai ketuntasan secara klasikal. refleksi peneliti dan observer perlu melakukan analisis terhadap hasil pengamatan pembelajaran mencari kelemahan dan kelebihan pembelajaran yang telah dilakukan. pembelajaran dalam kelompok kecil ternyata lebih efektif dalam proses pembelajaran dengan menggunakan visi sets. peserta didik sangat semangat dalam kerja kelompok dalam memecahkan soal-soal yang ada dalam lkpd. terlebih soal-soal yang berkaitan dengan sets menimbulkan antusiasme seluruh peserta didik dalam proses pembelajaran. silih berganti mereka membawa artikel hasil browsing dari internet untuk ditanyakan kepada guru apakah artikel tersebut sudah menunjukkan visi sets. kemudian mereka mendiskusikan dengan kelompoknya masingmasing. sementara hasil belajar peserta didik pada siklus ii sudah menunjukkan peningkatan, dari rata-rata kelas 72, menjadi 80. peningkatan ini kemungkinan disebabkan karena peserta didik sudah pengalaman mendapatkan soal-soal yang berkaitan dengan sets pada siklus i jadi untuk menghadapi penilaian siklus ii sudah melakukan eksplorasi dengan baik. pembahasan dalam pembahasan ini, peneliti akan membandingkan data aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik pada prasiklus, siklus i, dan siklus ii. berikut data hasil belajar peserta didik selama prasiklus, siklus i, dan siklus ii. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 299 tabel 11. hasil evaluasi pada prasiklus, siklus i dan siklus ii dari tabel 11 diatas perbandingan rata-rata hasil belajar siswa dapat ditampilkan dalam diagram histogram sebagai berikut. gambar 5. rata-rata praksiklus, siklus 1 dan siklus 2 prasiklus siklus 1 siklus 2 1 ahmad syirotul mubarrok 30 50 60 2 alex defri rahmat 40 60 80 3 aliya noveliani 90 80 100 4 aprilita dwi adelia fransisca 50 80 90 5 arga aldi utomo 60 70 70 6 ari nugroho 60 60 80 7 candra adi nugroho 60 70 80 8 dony maulana 50 80 80 9 dwi santoso 50 60 80 10 febri dwi astuti rahayu 80 80 100 11 febriyanto nugroho 60 70 80 12 fitri nur wahyu 70 80 80 13 friska amanda fitriyani 80 80 90 14 gian ananta prabaswara 40 50 70 15 hafizin nurul hikam 30 50 60 16 irma ayutina 80 80 80 17 irvan yahya 40 60 70 18 laili nur afifah 60 80 80 19 lilis putri lestari 80 80 80 20 m. rizqi apriyandi 40 50 70 21 moh irkham saiful zaman 40 70 80 22 mohammad iqbal maulana 40 80 70 23 muhammad ari prasetiyo utomo 60 80 70 24 muhammad soleh alfredo daelami 60 60 80 25 novi fitriani 50 80 80 26 novi zulfin ardiani 80 80 80 27 pria dodi saputra 50 80 80 28 putri ayu afrillasani 80 80 90 29 retnansya defa palupi 60 60 80 30 richa indah permata sari 80 80 80 31 risna ela gustianingrum putri 80 80 90 32 riyo kalam al jibran 60 70 80 33 shela dwi munzaroah 80 80 90 34 syaifullah yusuf 50 80 80 35 yola natasya efrina 80 80 90 rata-rata 60 72 80 nilai max 90 80 100 nilai min 30 50 60 ketuntasan 11 20 27 persentase 30,6 57 77,14 st deviasi 16,23 10,39 8,64 median 60 71 78 no nama nilai hasil belajar vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 300 berdasarkan gambar 5 diagram histogram di atas menunjukkan bahwa terdapat kenaikan rata-rata dari prasiklus terhadap siklus i, maupun dari siklus i ke siklus ii. dari prasiklus terhadap siklus i terdapat kenaikan rata-rata dari 60 menjadi 72. dari siklus i terhadap siklus ii terdapat kenaikan rata-rata dari 72 menjadi 80 sehingga kenaikan rata-rata dari prasiklus terhadap siklus ii terdapat kenaikan dari 60 menjadi 80. jika dilihat dari indikator kinerja, pencapaian hasil 80 tersebut sudah tercapai, namun masih perlu ditingkatkan lagi. untuk melihat perbandingan persentase ketuntasan maka dapat ditampilkan pada gambar 6 berikut ini. = gambar 6. ketuntasan belajar prasiklus, siklus 1 dan siklus 2 dari diagram diatas menunjukkan kenaikan persentase ketuntasan belajar baik dari prasiklus terhadap siklus i, siklus i terhadap siklus ii, maupun prasiklus terhadap siklus ii. dari prasiklus terhadap siklus i terdapat kenaikan prosentase tuntas belajar dari 30,7% menjadi 57%, dari siklus i terhadap siklus ii terdapat kenaikan prosentase tuntas belajar dari 57% menjadi 77%, sehingga kenaikan prosentase tuntas belajar dari prasiklus terhadap siklus ii terdapat kenaikan dari 30,7% menjadi 77%. secara umum ada kenaikan rata-rata ketuntasan belajar dari prasiklus, siklus i maupun siklus ii, tetapi masih ada beberapa anak yang belum mengalami kenaikan hasil ulangan harian, maupun belum tuntas sampai siklus ii. namun jika memperhatikan persentase ketuntasannya sudah mencapai 77% dan rata-rata nilai 80, maka indikator kinerja sudah tercapai. untuk membandingkan kriteria aktivitas belajar pada prasiklus, siklus i, dan siklus ii maka dibuat tabel berikut ini. tabel 12. perbandingan aktivitas belajar pada prasiklus, siklus i, dan siklus ii. kriteria prasiklus siklus i siklus ii kurang 31,5% 5,7% 5,7% cukup 37,1% 40% 17,1% baik 31,4% 45,7% 48,6% amat baik 0% 8,6% 28,6% berdasarkan tabel 12 di atas menunjukkan bahwa pada prasiklus ada sekitar 68,5% peserta didik dalam kriteria rendah sampai cukup, sementara 31,4 % masuk dalam kriteria baik. pada siklus i, peserta didik yang masuk dalam kriteria kurang sampai cukup ada 45,7%, dan 54,3% termasuk dalam kriteria baik hingga amat baik. sementara pada siklus ii, data menunjukkan bahwa aktivitas peserta didik yang termasuk dalam kriteria rendah sampai sedang semakin berkurang yakni 22,8%, sementara 77,2% peserta didik termasuk dalam kriteria baik dan amat vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 301 baik. dengan demikian aktivitas belajar peserta didik dari mulai prasiklus, siklus i, dan siklus ii terjadi peningkatan yang signifikan. untuk lebih jelasnya maka perbandingan aktivitas belajar peserta didik pada prasiklus, siklus i, dan siklus ii dapat dilihat pada gambar 7. gambar 7. perbandingan aktivitas prasiklus, siklus 1 dan siklus 2 gambar 7 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan aktivitas belajar peserta didik dari mulai prasiklus, siklus i, dan siklus ii. pembelajaran biologi kompetensi dasar menganalisis bioproses bioteknologi dengan model pbi bervisi sets mampu meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. simpulan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas xii mipa 3 sma negeri 1 kayen memberikan kesimpulan bahwa model problem based instruction (pbi) bervisi sets dalam pembelajaran biologi materi bioteknologi dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik. peningkatan aktivitas belajar ditunjukkan oleh peningkatan masing-masing indikator pada variabel aktivitas belajar peserta didik. hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan dari mulai kondisi awal, yang mencapai kriteria baik hanya 31,4%, pada siklus i terjadi peningkatan menjadi 57,1% peserta didik masuk dalam kriteria baik dan amat baik, dan pada siklus ii ada 77,2% peserta didik mencapai kriteria baik dan amat baik. hipotesis tindakan melalui pembelajaran dengan menggunakan model pbi bervisi sets dapat meningkatkan aktivitas belajar bagi peserta didik kelas xii mipa 3 di sma negeri 1 kayen pada materi bioteknologi terbukti. untuk hasil belajar peningkatan hasil belajar dapat ditunjukkan dengan meningkatnya hasil tes tertulis pada kondisi awal rata-rata 60, kemudian pada siklus i menjadi rata-rata 72, kemudian pada siklus ii nilai rata-rata 80. hipotesis tindakan melalui pembelajaran dengan menggunakan model pbi bervisi sets dapat meningkatkan hasil belajar bagi peserta didik kelas xii mipa 3 di sma negeri 1 kayen pada materi bioteknologi terbukti. saran a. guru hendaknya kreatif dan inovatif dalam merancang pembelajaran sehingga pemilihan metode, model, dan strategi pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan akan menghasilkan pembelajaran yang bermakna. b. guru hendaknya mampu meningkatkan aktivitas peserta didik untuk terlibat dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 302 daftar rujukan arikunto. (2006). dasar dasar evaluasi pendidikan. yogyakarta: bumi aksara. azwar, s. (1999). penyusunan skala psikologi. yogyakarya: pustaka pelajar. binadja, a. (2001). hakekat dan tujuan pendidikan sets dalam konteks kehidupan dan pendidikan yang ada: makalah di presentasikan pada seminar dan lokakarya nasional pendidikan sets untuk bidang sains dan non sains. semarang: kerjasama seameo recsam dan unnes. binadja, a. (2001). pembelajaran biologi dan evaluasinya dalam konteks sets: makalah di presesntasikan pada seminar dan lokakarya pengembangan bahan pembelajaran biologi dalam konteks sets. surakarta: kerjasama pgbs, depdiknas jateng, recsam, dan mgmp . binadja, a. (2002). pendidikan bervisi sets dan master plan percepatan peningkatan mutu pendidikan dosen dan menengah propinsi riau, makalah disajikan pada seminar pengembangan master plan pendidikan propinsi riau. pakanbaru: universitas islam riau. binadja, a. (2002). pendidikan bervisi sets: implikasi kurikulum berbasis kompetensi pendidikan dasar dan menengah. makalah seminar nasional pendidikan berorientasi ketrampilan hidup dengan kurikulum berbasis kompetensi . semarang: unnes. bruce joyce, marsha weil, emily calhoun. (2011). models of teaching. new jersey usa: pustaka pelajar. dimyati dan mujiono. (2002). belajar dan pembelajaran. jakarta: rineka cipta. frank, m. & a. barzilai. (2006). project based technology : instructional strategy for developing technological literacy. journal of technology education, 18(1):39-53. http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/jte/v18n1/frank.html. ibrahim, e. a. (2000). pembelajaran cooperatif. surabaya: unesa. joyce & weil, m. 1980. model of teaching. new jersey: prentice-hall, inc. kasdi & nur. (2002). pengajaran langsung. surabaya: university press. kusumawati, rohana. 2010 biologi untuk sma/ma. klaten: intan pariwara kim, m. &. (2008). rethinking the ethics of scientific knowledge : a case study of teahing the environment in science classrooms. education research institute. jurnal of environmental education summer, 9(4) : 516 528. mariana, a. (1999). hakekat pendekatan science, technology, and society dalam pembelajaran sains. bandung: depdikbud dirjeen dikdasmen pppg ipa. masfuah, s. (2011). pembelajaran kebencanaan alam dengan model bertukar pasangan bervisi sets untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. semarang: jurnal pendidikan fisika indonesia issn : 1693 1246, juli 2011. noor, j. (2011). geologi untuk perencanaan . yogyakarta: nugraha ilmu. nurhadi. (2004). pembelajaran kontekstual dan penerapannya dalam kurikulum berbasis kompetensi. malang: universitas negeri malang. perkins, d.n, & linger. (1999). teaching learning for understanding. pratiwi, bakti. 2018. biologi sma/ma. bandung: ymara widya purwanto. (yogyakarta). instrumen penelitian sosial dan pendidikan. 2007: pustaka pelajar. sanjaya, w. (2010). strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. jakarta: kencana prenada. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.285 303 sugiyono. (2010). metode penelitian pendidikan ( pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan r&d ). bandung: alfabheta. tiagarajan, sivasailam, and others. insctructional develipment for training teachers of exceptional children : a sourcebook. trianto. (2010). model model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik . jakarta: prestasi pustaka. zuchdi, d. (2008). humanisasi pendidikan. jakarta: bumi aksara. microsoft word 05-artikel 5.docx vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.233 1453 received : 03-09-2021 revised : 20-09-2021 published : 30-10-2021 rumah belajar dan penggunaannya dalam memperbaiki kualitas pendidikan peserta didik doni aprilianto, umi hanifah, oki indriyana, maha kartika ratri fakultas ilmu pendidikan, universitas negeri yogyakarta, indonesia doniaprilianto.2019@student.uny.ac.id, umihanifah.2019@student.uny.ac.id, okiindriyana.2019@student.uny.ac.id, mahakartika.2019@student.uny.ac.id abstrack: demi mempercepat penguasan materi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas peserta didik indonesia, pustekkom kemdikbud telah membuat dan mengembangkan sebuah portal pembelajaran berbasis web yang bernama rumah belajar. rumah belajar sebagai sistem manajemen pembelajaran atau learning management system (lms) bermanfaat untuk meningkatkan standar proses pembelajaran dalam rangka memaksimalkan efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran. peningkatan penggunaan sistem ini semakin terbuka peluangnya karena adanya tuntutan pendidikan yang harus terintegrasi tik. melalui rumah belajar dapat dilakukan pengelolaan materi pembelajaran, penyelenggaraan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran berbasis web. artikel ini berisi mengenai pengertian, cara membuat akun, fitur, metode, model, langkah pemanfaatan, kelebihan serta kelemahan rumah belajar. kajian ini sangat berguna bagi pendidik untuk sebagai bekal pengetahuan dan strategi dalam meningkatkan kualitas peserta didik. kata kunci: rumah belajar; pendidikan; kualitas pendidikan; peserta didik abstract: in order to accelerate the mastery of materials aimed at improving the quality of indonesian students, pustekkom kemdikbud has created and developed a web-based learning portal called rumah belajar. rumah belajar as a learning management system (lms) is useful for improving the standard of the learning process in order to maximize the effectiveness of achieving learning objectives. increasing the use of this system opens up more opportunities because of the demands of education that must be integrated with ict. through the rumah belajar, it is possible to manage learning materials, organize learning, and evaluate web-based learning. this article contains the definition, how to create an account, features, methods, models, steps to use, advantages and disadvantages of rumah belajar. keywords: rumah belajar; education; quality of education; students. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.233 1454 b perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam ekonomi, sosial, budya maupun pendidikan. oleh karena itu agar pendidikan tidak tertinggal dari perkembangan iptek tersebut perlu penyesuaian-penyesuaian, terutama sekali yang berkaiatan dengan faktorfaktor pengajaran disekolah. salah satu faktor tersebut adalah media pembelajaran yang perlu dipelajari dan dikuasai pendidik/calon pendidik, sehingga mereka dapat menyampaikan materi pelajaran kepada para peserta didik secara baik berdaya guna dan berhasil guna. hasil penelitian telah memperlihatkan media telah menunjukkan keunggulanya membantu para pendidik dan staf pengajar dalam menyampaikan pesan pembelajaran serta lebih cepat dan lebih mudah ditangkap oleh para peserta didik. media memiliki kekuatankekuatan yang positif dan sinergi yang mampu merubah sikap dan tingkah laku mereka kearah perubahan yang kreatif dan dinamis. sehubung dengan hal itu, peran media sangat dibutuhkan dalam pembelajaran dimana perkembangannya saat ini media bukan lagi dipandang sekedar alat bantu tetapi merupakan bagian yang penting dalam sistem pendidikan dan pembelajaran. rumah belajar memiliki peran seperti perpustakaan digital yang dapat diakses dengan cepat dan mudah melalui jaringan komputer. adanya rumah belajar memungkinkan pendidik dan peserta didik mampu belajar dan mendapatkan sumber pembelajaran lebih luas karena terdapat sumber belajar, buku mata pelajaran digital, bank soal untuk melatih pengetahuan peserta didik, dan masih banyak fitur lainnya. pendidik dan peserta didik dapat melaksanakan pembelajaran tanpa harus menggunakan alat belajar konvensional yang berupa kumpulan buku tercetak, film mikro (microform dan microfiche), ataupun kumpulan kaset audio, video, dll. peserta didik dapat belajar dimana saja, kapan saja, dengan siapa saja melalui rumah belajar. begitu besarnya peran media dalam membantu membimbing dan memberikan penjelasan kepada peserta didik terhadap suatu materi yang abstrak dan sulit dijelaskan melalui metode ceramah semata dan adanya rumah belajar ini diharapkan dapat membantu kita sebagai pendidik dalam mengenal berbagai media pembelajaran dan karakteristiknya dan dapat dimafaatkan dalam proses pembelajaran untuk kedepannya. pembahasan rumah belajar merupakan portal pembelajaran resmi milik kementerian pendidikan dan kebudayaan yang bisa diakses dengan alamat url http://belajar.kemdikbud.go.id. pustekkom kemdikbud telah membuat dan mengembangkan rumah belajar sejak tahun 2011 sebagai salah satu portal pembelajaran berbasis web, yang berisi berbagai layanan pembelajaran seperti kelas maya, lab maya, sumber belajar, dan peta budaya. portal ini menyediakan berbagai bahan belajar dan fasilitas komunikasi dan interaksi antarkomunitas pendidikan, bahan belajar untuk pendidik dan peserta didik, bank soal, dan konten-konten lainnya yang dapat dimanfaatkan oleh pendidik, peserta didik, maupun masyarakat umum. rumah belajar sebagai salah satu sistem pembelajaran interaktif diharapkan akan mempercepat penguasaan materi peserta didik sehingga meningkat kualitas peserta didik indonesia. rumah belajar sebagai sistem manajemen pembelajaran atau learning management system (lms) bermanfaat untuk meningkatkan standar proses pembelajaran vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.233 1455 dalam rangka memaksimalkan efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran. peningkatan penggunaan sistem ini semakin terbuka peluangnya karena adanya tuntutan pendidikan yang harus terintegrasi tik. melalui rumah belajar dapat dilakukan pengelolaan materi pembelajaran, penyelenggaraan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran berbasis web. kelebihan sistem ini adalah membuka peluang belajar kepada peserta didik dengan waktu yang lebih panjang dan lebih leluasa, meningkatkan interaksi peserta didik dengan pendidik tidak hanya terbatas pada jam sekolah. portal rumah belajar hadir untuk mendukung dan menyediakan fitur, media, dan konten pembelajaran bagi pendidik, peserta didik, dan masyarakat. beberapa contoh fitur yang dimaksud antara lain buku sekolah elektronik (bse) yang berfungsi sebagai alternatif referensi bahan-bahan belajar berupa buku-buku pelajaran yang bisa di download dan fitur peta budaya yang memuat konten mengenai pengetahuan aneka ragam budaya di indonesia yang bisa menumbuhkan dan meningkatkan kecintaan serta kepedulian peserta didik, pendidik, maupun masyarakat umum terhadap budaya dan cagar budaya di indonesia. semua konten yang tersedia tersebut dapat diakses langsung secara online maupun offline (mengunduh file materi atau konten dari portal rumah belajar). dengan adanya rumah belajar ini, harapannya dapat menambah pengetahuan serta literasi bagi peserta didik, pendidik, maupun masyarakat umum. untuk dapat memanfaatkan fitur-fitur pada portal rumah belajar secara lengkap dan optimal, pengguna harus memiliki jaringan internet dan beberapa perangkat teknologi lainnya seperti komputer beserta perangkat lunak (software) pendukung. portal rumah belajar diharapkan bisa menjadi milik komunitas dengan pengisian konten/media yang berprinsip “dari dan untuk” komunitas belajar. kementerian pendidikan dan kebudayaan, dalam hal ini yaitu pustekkom, berperan sebagai inisiator, pendidik, dan regulator. sumber belajar layanan fitur sumber belajar diperuntukkan memenuhi kebutuhan belajar siswa dan guru di sekolah. selain menyediakan berbagai materi pengetahuan jenjang pendidikan paud, sd, smp, sma dan smk, juga menyediakan sarana evaluasi belajar secara online. layanan ini akan memberikan alternatif media pembelajaran bahasa indonesia yang sesuai dengan tuntutan perkembangan tik.. sumber belajar memiliki fungsi yang strategis dalam pembelajaran, yaitu: 1) meningkatkan produktivitas pembelajaran, 2) memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, 3) memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran, 4) lebih memantapkan pembelajaran dengan jalan meningkatkan kemampuan sumber belajar, penyajian informasi dan bahan belajar secara lebih konkret, 5) memungkinkan belajar secara seketika yaitu mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang konkret, serta memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung, dan 6) memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas dengan menyajikan informasi yang menembus batas geografis. buku sekolah elektronik (bse) adalah inisiatif dari kementerian pendidikan dan kebudayaan indonesia yang bertujuan untuk menyediakan buku ajar elektronik untuk tingkat pendidikan dari sd, smp, sma dan smk. pemerintah (kemendikbud) melalui pusat perbukuan membeli hak cipta buku-buku sekolah di berbagai jenjang pendidikan kemudian buku tesebut diunggah ke website. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.233 1456 web bse merupakan situs yang menyajikan buku dengan format .pdf yang dapat dibaca secara online atau dapat diunduh untuk kemudian dibaca secara offline dengan alamat http://belajar.kemdikbud.go.id kemudian pilih fitur buku sekolah elektronik. hingga saat ini sudah lebih dari 900 judul buku yang tersedia di situs bse. bse tidak hanya bisa diakses dan dibaca dengan menggunakan komputer (baik secara online maupun offline) namun bisa melalui perangkat android. bse memang tersedia secara elektronik, tetapi dapat diunduh, dicetak dan diperbanyak oleh siapa saja. fitur bank soal dikembangkan sebagai wadah bagi guru-guru untuk membuat soal dan berbagi kepada pengguna yang lain, serta melakukan evaluasi hasil belajar secara online. evaluasi hasil belajar yang tersedia pada fitur bank soal ini yaitu: latihan, ulangan, dan ujian. latihan merupakan kumpulan soal-soal berdasarkan satu topik yang bersifat sebagai latihan beserta pembahasannya. agar dapat memanfaatkan fitur bank soal ini, pengguna harus mendaftar sebagai anggota dengan mengakses alamat rumah belajar, yaitu http://belajar.kemdikbud.go.id. setelah mendaftar, pengguna baru bisa melakukan login ke fitur bank soal dengan menggunakan username dan password yang telah dibuat. pada tampilan beranda, terdapat informasi jumlah latihan, ulangan, dan ujian yang telah dibuat oleh para guru serta dapat dimanfaatkan oleh siswa dalam mengerjakan evaluasi. salah satu keuntungan dari pemanfaatan fitur bank soal untuk melakukan evaluasi secara online yakni, siswa dapat mengetahui nilai yang diperoleh serta mengetahui soal-soal yang dapat dijawab dengan benar dan soal-soal yang dijawab salah. laboratorium virtual merupakan software komputer yang memiliki kemampuan untuk melakukan modeling peralatan komputer secara matematis yang disajikan melalui sebuah simulasi. dengan kata lain, laboratorium virtual merupakan bentuk tiruan dari sebuah laboratorium riil yang digunakan dalam aktivitas pembelajaran ataupun penelitian secara ilmiah guna menekankan sebuah konsep atau mendalami sebuah konsep-konsep tertentu. laboratorium virtual bukanlah pengganti tetapi bagian dari laboratorium riil yang digunakan untuk melengkapi dan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada. di samping itu dimungkinkan pula bagi sekolah-sekolah yang belum memiliki laboratorium secara fisik menerapkan laboratorium virtual. laboratorium virtual merupakan upaya pengintegrasian tik dalam pembelajaran untuk melengkapi sumber belajar peserta didik. fitur simulasi praktikum laboratorium yang disajikan secara interaktif dan menarik, dikemas bersama lembar kerja siswa dan teori praktikum. layanan fitur peta budaya diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa dan guru di sekolah maupun masyarakat yang ingin mengetahui keanekaragaman budaya indonesia. materi yang terdapat di fitur peta budaya dapat dimanfaatkan pada semua jenjang pendidikan. layanan ini akan memberikan alternatif media pembelajaran tentang kebudayaan indonesia yang sesuai dengan tuntutan perkembangan tik. saat ini media pembelajaran berbasis web yang berbahasa indonesia dalam dunia pendidikan indonesia masih terbatas jumlah konten yang mengangkat tentang budaya dan cagar budaya. peta budaya memiliki fungsi yang strategis dalam pembelajaran, yaitu: 1) meningkatkan produktivitas pembelajaran tentang kebudayaan yang kita miliki, 2) memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya individual (mandiri), 3) memberikan dasar yang lebih ilmiah dan menarik terhadap pembelajaran kebudayaan, 4) memungkinkan belajar secara seketika yaitu mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang konkret, serta vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.233 1457 memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung, dan 5) meningkatkan nasionalisme dan kecintaan terhadap keanerkaagaman budaya serta berperan aktif dalam melestarikannya. fitur pkb dikembangkan sebagai wadah bagi penyelenggara diklat untuk memberikan layanan peningkatan kualitas sdm, dalam bentuk diklat secara online. diklat secara online ini diharapkan dapatnmengatasi keterbatasan anggaran yang dimiliki instansi penyelenggara diklat untuk meningkatkan kualitas sdm-nya. melalui fitur pkb ini penyeleggara diklat dapat membuka kelas-kelas diklat, baik teknis maupun non teknis. dengan sistem belajar yang dilakukan secara online, maka para pendidik dapat menggunggah materi, membuka forum diskusi, maupun membuat soal-soal, sesuai dengan waktu senggang yang dimilikinya. oleh karena itu, keberhasilan diklat online ini tergantung dari komitmen para pendidik dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. sistem diklat online tidak akan berhasil jika materi diklat tidak lengkap, apalagi tidak ada sama sekali. kelas maya di rumah belajar merupakan sebuah learning management system (lms) yang dikembangkan khusus untuk memfasilitasi terjadinya pembelajaran online (daring) antara peserta didik dan pendidik kapan saja dan di mana saja. pada waktu tertentu yang terjadwal oleh pendidik, peserta didik dapat mengikuti pembelajaran virtual dengan pendidik melalui tool komunikasi sinkronous (chat, video conference, audio conference, desktop sharing, whiteboard). strategi pembelajaran di kelas maya yaitu strategi pembelajaran lebih bersifat konstruktivistik yang menuntut pembelajaran aktif dan berpusat pada peserta didik untuk mendorong keterampilan peserta didik. jadi model pembelajaran kelas maya yang dimaksudkan dalam rancangan ini yaitu suatu pembelajaran dalam jaringan (online) dengan menggunakan teknologi pembelajaran (rumah belajar) untuk merancang, menyampaikan, dan mengatur pembelajaran formal dan informal serta berbagi pengetahuan kapan saja, siapa saja dan dimana saja. sumber belajar sebagai referensi belajar bagi peserta didik. sumber belajar sebagai media belajar siswa. sumber belajar yang menyediakan katalog media (yang berisi kontenkonten audio, animasi, visual, audiovisual dsb) serta topiktopik pembelajaran untuk jenjang pendidikan paud, sd, smp dan sma bisa dijadikan media belajar tambahan bagi siswa. selain belajar materi dari guru dan buku pelajaran di sekolahnya, siswa dapat belajar secara mandiri di sumber belajar sebagai pengayaan ataupun tambahan wawasan untuk melengkapi pengetahuan yang diperolehnya di sekolah. sumber belajar yang bisa diakses siswa di rumah belajar meliputi: bahan belajar materi pokok, modul online, dan learning object. seluruh materi yang di unggah di fitur sumber belajar, bisa langsung diakses (dibaca secara online melalui perangkat komputer atau smartphone yang terhubung internet) atau bisa di pelajari secara offline setelah siswa mengunduh file materi tersebut dan menyimpannya dalam perangkat komputer. sumber belajar sebagai media evaluasi pembelajaran siswa. dalam penyajian materi di setiap topik yang tersedia di sumber belajar, terdapat simulasi latihan maupun soal-soal test yang bisa digunakan siswa sebagai alat evaluasi untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajarinya. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.233 1458 sumber belajar sebagai referensi tambahan bagi guru dalam menyiapkan bahan ajar. seperti halnya pada siswa, guru memanfaatkan sumber belajar sebagai referensi tambahan dalam menyediakan bahan-bahan ajar bagi siswanya. dalam hal ini guru mengarahkan siswa untuk mempelajari topik-topik tertentu sesuai kebutuhan untuk pengayaan pembelajaran siswa, menayangkan materi yang terdapat di sumber belajar untuk kemudian di bahas bersama dengan siswa. guru dapat juga mengambil sebagian saja dari materi yang terdapat dalam sumber belajar untuk ditambahkan pada bahan ajar guru. sumber belajar sebagai sarana guru melaksanakan evaluasi pembelajaran secara online di kelas. setiap topik yang tersedia di sumber belajar juga terdapat simulasi tes dan soal-soal latihan interaktif yang digunakan guru untuk melaksanakan evaluasi pembelajaran secara online untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkannya. guru menugaskan siswa untuk langsung mengakses simulasi test dan soal-soal latihan secara online di rumah belajar atau guru menayangkan dengan bantuan lcd proyektor di depan kelas, kemudian siswa mengerjakan di lembar kertas masing-masing. guru juga menggabungkan dengan evaluasi yang disusunnya sendiri di tambahkan dengan evaluasi yang terdapat di sumber belajar. sumber belajar sebagai sarana guru dalam mengembangkan kreativitas dan suasana belajar. guru memanfaatkan katalog media yang tersedia di dalam sumber belajar, baik sebagian ataupun seluruhnya untuk dikemas ulang dan atau ditambahkan dalam bahan ajarnya di kelas. hal tersebut mendorong guru untuk lebih berkreatif dalam menyiapkan dan mengemas bahan ajarnya. dengan adanya aneka konten dan media dari sumber belajar yang dimanfaatkan oleh guru, maka pemanfaatan tik dalam pembelajaran pun akan semakin bervariatif. sumber belajar sebagai sarana guru berinovasi dalam pembelajaran. dalam menerapkan pembelajaran berbasis tik yang memanfaatkan sumber belajar pada portal rumah belajar ini, secara otomatis guru akan bereksperimen dengan berbagai model pembelajaran sesuai tuntutan topik pembelajaran. penerapan model belajar tertentu dengan dikombinasikan pemanfaatan konten dan materi dalam sumber belajar akan membuat guru mulai untuk mengubah model pembelajarannya kearah yang lebih interaktif dimana pembelajaran lebih berpusat pada siswa. simpulan portal rumah belajar merupakan suatu sistem manajemen pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendukung pendidikan dan proses pembelajaran. konten dan media yang tersedia di portal rumah belajar, baik yang berupa teks, gambar, audio, video, dan animasi, diharapkan dapat membantu peserta didik, pendidik, dan masyarakat dalam mendapatkan fasilitas belajar berbasis tik. pemanfaatan fitur-fitur pada portal rumah belajar, baik untuk pendidik, peserta didik, ataupun masyarakat luas, diharapkan dapat menunjang pembelajaran sepanjang hayat, mendorong pengembangan kreativitas, baik peserta didik maupun pendidik, dalam mengembangkan berbagai inovasi pembelajara serta mengintegrasikan layanan pembelajaran berbasis tik dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di indonesia. pendidik bisa memanfaatkan materi, gambar, video, dan animasi yang tersedia di portal rumah belajar sesuai topik yang akan disampaikan, kemudian memasukkannya dalam rencana pembelajarannya, dan menerapkannya dalam pembelajaran di kelas. ketersediaan portal rumah belajar ini diharapkan dapat dimanfaatkan peserta didik dan pendidik vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.233 1459 dimanapun dan kapanpun, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan secara efektif, mendukung gerakan literasi sekolah, serta meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap kekayaan budaya yang kita miliki dan meningkatkan kecintaan para peserta didik terhadap kekayaan budaya bangsa serta ikut berperan aktif melestarikannya sebagai generasi penerus bangsa. tak ada gading yang tak retak. kami sadari, masih terdapat kekurangan dan hal-hal yang perlu diperbaiki, baik dari segi konten maupun teknis, pada portal rumah belajar. kritik dan saran dari masyarakat, khususnya peserta didik dan pendidik serta praktisi pendidikan lainnya, sangat kami harapkan untuk dijadikan masukan, bahan kajian, dan evaluasi demi pengembangan kinerja serta peningkatan kualitas portal rumah belajar. saran fitur-fitur pada portal rumah belajar memuat konten yang bervariasi baik dari segi konten (konten ilmiah, budaya, bahasa dan sastra) maupun segi media pembelajaran interaktif yang digunakan (animasi, audio, video, ekperimen virtual, tur virtual) yang dapat memperkaya wawasan dan memudahkan peserta didik dan pendidik untuk memahami materi pembelajaran. dalam pemanfaatannya, fitur-fitur pada portal rumah belajar bisa dijadikan alat bantu bagi pendidik dalam penerapan pembelajaran terintegrasi tik sebagai bentuk tindak lanjut pemanfaatan fitur-fitur pada portal rumah belajar. diantaranya, yaitu pendidik bisa mengunduh konten dari fitur peta budaya untuk pembuatan konten pembelajaran sejarah ataupun seni budaya yang akan disampaikan ke peserta didik, pendidik bias menggunakan bahan ajar untuk kegiatan pembelajaran dari fitur sumber belajar, fitur bse, maupun fitur lab maya. pendidik bisa memanfaatkan materi, gambar, video, dan animasi yang tersedia di portal rumah belajar sesuai topik yang akan disampaikan untuk kegiatan pembelajaran yang optimal, memasukkannya ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp)nya, serta menerapkannya dalam pembelajaran di kelas. pendidik harus menyusun jadwal penerapan pembelajaran berbasis tik dengan memanfaatkan fitur-fitur pada portal rumah belajar tersebut, kemudian konsiten dalam penerapan jadwal dan rpp-nya. daftar rujukan pustekkom. 2017. panduan pemanfaatan pengembangan keprofesian berkelanjutan (pkb), pengguna: pendidik. jakarta: pustekkom kemendikbud tim. (2014). teknologi rumah belajar (pedoman pemanfaatan rumah belajar). tim.2017. pedoman pemanfaatan portal rumah belajar. kemendikbud. warsihna, jaka. 2012. e-learning melalui portal rumah belajar, jurnal teknodik volume xvi nomor 1 warsita, bambang. 2012. pemanfaatan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, jurnal teknodik vol. xvi yudiastuti, helda, megawati. 2015. mengukur kualitas portal rumah belajar dengan menggunakan metode webqual 4.0, jurnal imiah matrik vol. 17 no.2 microsoft word 02-didik.docx vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.288 322 received : 21-09-2022 revised : 30-10-2022 published : 11-11-2022 peningkatan motivasi dan hasil belajar ilmu ukur tanah dengan project based learning siswa smk didik syawirul alim smk negeri 2 jember, indonesia smkn2jember@yahoo.com abstrak tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada penigkatan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode project based learning pada meteri menetukan beda tinggi bidang horizontal siswa kelas x dp2 smk negeri 2 jember. penelitian ini dilaksanakan di smk negeri 2 jember, pada tanggal 25 juli 2018 sampai dengan 15 oktober 2018 dangan subyek penelitian siswa kelas x dp2 smk negeri 2 jember. penelitian dilakukan data 2 siklus dengan tahapan masingmasing siklus meliputi perencanan (planing), tindakan (action), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). setelah melaksanakan pembelajar dangan menggunakan metode project based learning didapatkan hasil angket motivasi peserta didk siklus i 77,69% (baik) dan siklus ii 80,84% (sangat baik). sedangkan nilai hasil belajar diperoleh pretest: 19,44% yang tuntas dengan nilai rata – rata 43,47, postest i 66,66% siswa yang rata-rata 78,06, postest ii 80,56%, siswa yang tuntas dengan rata-rata nilai 85,42. berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan motode project based learning dapat meningkatkan motivasi belajar ilmu ukur tanah pada materi menentukan beda tinggi bidang horizontal pada siswa kelas x dp2 smk negeri 2 jember. kata kunci: motivasi; hasil belajar; project-based learning vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.288 323 latar belakang di dalam kegiatan pembelajaran produktif salah satunya adalah mata pembelajaran ilmu ukur tanah.ilmu ukur tanah adalah merupakan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa jurusan teknik bangunan yang disampaikanoleh guru dalam dua kegiatan yaitu secara teori dan praktik. beberapa siswa dalam memahami kebingugan atau ketidak pahaman terutama dalam segi penyampaian secara teori. untuk itu maka perlu adanya pembelajaran secara praktik di lapangan. menetukan beda tinggi pada bidang horizontal merupakan salah satu ilmu ukurtanah yang bertujuan untuk mengetahui beda tinggi dari suatu letak tanah atau kondisi bangunan yang akan dibangun. sehingga dengan mengetahui berapa beda tinggi tanah yang akan dipakai untuk membangun, maka dengan tepat ukuran ukuran dan letak bangunan dapat diselesaikan. untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam menetukan beda tinggi dalam pekerjaan pengukuran bagunan, maka harus dilakukan kegiatan pembelajaran yang tepat bagi siswa smk jurusan teknik bangunan. project based learning merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan pada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dangan dengan melibatkan kerja proyek kerja projek memuat tugas. tugas yang kompleks berdasarkan permasalahan (problem) sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata dan menuntut siswa untuk melakukan kegiatan, merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan siswa untuk bekerja secara mendiri maupun kelompok. hasil kerja proyek tersebut adalah suatu produk yang antara lain berupa laporan tertulis atau lisan, presentasi dan rekimendasi. berdasarkan hal – hal diatas, maka sudah selayaknya pembelajaran ilmu ukur tanah dengan materi menentukan beda tinggi digunakan metode yag tepat yaitu metode project based learning sehingga materi akan lebih menarik karena siswa diberi tugas melakukan pengamatan terhadapt proses pengukuran beda tinggi. selain itu dengan project based learning diharapkan mendukung dan meningkatkan keterampilan dan kompetisi siwa yang meningkatkan keterampilan dan kompetisi siswa yang akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. kajian teori motivasi belajar motivasi sangat diperlukan bagi terciptanya proses pembelajaran di kelas secara efektif. motivasi memiliki peran penting dalam pembelajaran, baik dalam proses maupun pencapaian hasil. motivasi dalam belajar mempunyai arti membangkitkan dan memberi arah pada dorongan. dorongan yang membuat individu menyebabkan perbuatan dalam belajar. sebagaimana fungsi motivasi dalam belajar mengajar itu sesuai adalah; menimbulkan dan mengubah minat belajar, meningkatkan semangat belajar, meningkatkan perhatian siswa dalam belajar dari menyediakan kondisi optimal bagi proses belajar. hasil belajar hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.288 324 suatu bentuk perubahan tingkah laku yang relatif menetap. anak yang berhasil belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran (abdurvahman; 2003 : 37). project based learning project based learning merupakan metode pembelajaran dengan metode berbasis proyek.dalam wasono (2013:152) meyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek didefinisikan sebagai suatu pengajaran yang mencoba mengaitkan antara teknologi dengan masalah kehidupan sehari hari yang akrab dengan siswa atau dengan suatu proyek sekolah. menyipat datar dalam maruli pakpahan (1999:54) menyatakan bahwa yang dimaksudkan daya menyipat daya manyipat datar adalah mengukur tinggi elevasi suatu titik – titik. berarti, hal ini dapat memutuskan perbedaan tinggi anatara dua bidang datar tempat kedua titik itu terletak (berada). a. rambu ukur dalam pemakaian alat ini, yalon sering digunakan sebagai ala agar rambu/bak bacaan dapat berdiri pada suatu titik yang diukur. pada umumnya jumlah alat ini terbatas. rambu ukur berguna untuk mengukur jarak dan tinggi tanah yang akan dilengkapi dengan terpotong b. pengukuran beda tinggi pengukuran beda tinggi ada tiga cara: 1. pengukuran beda tinggi di atas titik 2. pengukuran di atas titik 3. pengukuran di luar titik untuk itu pembacaan mempunyai ketentuan, baik pembacaan rambu benang atas (ba), benang tengah (bt), dan benang bawah (bb). ketentuan untuk koreksi pembacaan tersebut di atas, apakah bacaan benangnya benar atau salah, sebagai beriku: 𝑏𝑡 = !"#!! $ atau2𝑏 = 𝑏𝑎 + 𝑏𝑏 sedangkan untuk mendapatkan jarak (d) mempunyai ketentuan sebagai berikut: d/d = (ba bb) x 100 ∆t = bacaan x bt x belakang bacaan x bt x muka c. menetukan jarak antara dua titik jika jarak anatara dua titik p1 px yang harus ditentukan selisi ketinggiannya menjadi demikian besar, sehingga tidak mungkin diukur dengan satu kali pesawat berdiri diantara titik atau kondisi medan yang tidak mungkin diukur satu kali, maka pengukuran beda tinggi harus dilakukan waterpas memanjang dengan beberapa kali berdiri pesawat diantara titik. vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.288 325 metode prosedur dari langkah – langkah peneitian yang digunakan meliputi tahap: perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). tahap pelaksanaan diuraikan sebagai berikut: tahap persiapan: • permintaan ijin kepada sekolah • observasi diidentifikasi permasalahan pada pembelajaran ukur tanah kelas x tahap selanjutnya adalah pelaksanaan siklus. tahap pelaksanaan siklus dilakukan setelah mendapatkan permasalahan dalam proses pembelajaran ukur tanah. siklus i 1. tahap perencanaan menyusun beberapa instrument penelitian tang akan digunakan. instrumen penelitian tersebut terdiri dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp), angket motivasi peserta didik, lembar observasi (nilai sikap dan keterampilan), soal pretes dan post tes (untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik). selanjutnya menetapkan teknik pemantauan pada setiap tahapan penelitian dengan menggunakan alat format observasi. 2. tindakan (action) tahapan pada siklus ini terdiri dari 2 pertemuan. pelaksanaan tiap pertemuan antara lain sebagai berikut: pertemuan 1: a. membuka pelajaran b. memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas c. menjelaskan metode pembelajaran yang digunakan, yaitu project based learning d. mengadakan pretest e. membagi siswa dalam kelompok (1 kelompok 4 orang) f. memberikan bahan kajian untuk pelaksanaan project based learning g. membimbing siswa dalam penyusunan jadwal dan kegiatan yang dilakukan dalam project based learning pertemuan 2: a. memberikan intruksi kepada siswa, agar duduk siswa sesuai dengan kelompoknya. b. setiap kelompok mempresentasikan hasil proyeknya c. membimbing siswa dalam berdiskusi membahas hasil proyek d. membahas hasil diskusi e. mengerjakan pretest f. pengisian angket motovasi bekerja 3. tahapan observasi dan evaluasi obsevasi dilakukan, dengan jalan mengamati jalannya pelaksanaan pembelajaran dan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. fokus ditekankan padaimplementasi model pembelajaran terhadap motivasi belajar peserta didik. langkah – langkah yang dilakukan dalam dalam observasi antara lain sebagai berikut: a. pelaksanaan pengamatan dilakukan sendiri pada saat proses pembelajaran berlangsung. b. mencatat semua hasil pengamatan ke dalam lembar observasi. vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.288 326 c. mendiskusikan dengan teman sejawat terhadap hasil pengamatan. d. membuat kesimpulan dari halis pengamatan. 4. tahap analisis dan refleksi refleksi adalah memikirkan ulang untuk mencari dan menemukan kekurangan – kekurangan yang dilakukan pada siklus pertama agar tidak terjadi kesalahan pada siklus berikutnya. presentase pencapaian target mengacu pada e. mulyasa (2006:101) bahwa keterpaian target motivasi pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak – tidaknya sebagaian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. 5. tahap tindakan lanjut tahapan ini dilakukan diskusi untuk mengambil kesepakatan tindakan perbaikan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya berdasarkan keberhasilan dan kegagalan pada siklus pertama. siklus ii 1. tahap perencanaan menyusun beberapa instrument penelitian yang akan digunakan. instrumen penelitian tersebut terdiri dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp), angket motivasi peserta didik, lembar observasi (nilai sikap dan keterampilan), soal pre tes dan post tes (untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik). selanjutnya menetapkan teknik pemantauan pada setiap tahapan penelitian dengan menggunakan alat format observasi. 2. tindakan (action) tahapan pada siklus ini terdiri dari 2 pertemuan. pelaksanaan tiap pertemuan antara lain sebagai berikut: pertemuan 1: h. membuka pelajaran. i. memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas. j. menjelaskan metode pembelajaran yang digunakan, yaitu project based learning. k. mengadakan pretest. l. membagi siswa dalam kelompok (1 kelompok 4 orang). m. memberikan bahan kajian untuk pelaksanaan project based learning. n. membimbing siswa dalam penyusunan jadwal dan kegiatan yang dilakukan dalam project based learning. pertemuan 2: g. memberikan intruksi kepada siswa, agar duduk siswa sesuai dengan kelompoknya. h. setiap kelompok mempresentasikan hasil proyeknya. i. membimbing siswa dalam berdiskusi membahas hasil proyek. j. membahas hasil diskusi. k. mengerjakan pretest. l. pengisian angket motovasi bekerja. vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.288 327 3. tahapan observasi dan evaluasi obsevasi dilakukan, dengan jalan mengamati jalannya pelaksanaan pembelajaran dan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. fokus ditekankan pada implementasi model pembelajaran terhadap motivasi belajar peserta didik. langkah – langkah yang dilakukan dalam dalam observasi antara lain sebagai berikut: a. pelaksanaan pengamatan dilakukan sendiri pada saat proses pembelajaran berlangsung. b. mencatat semua hasil pengamatan ke dalam lembar observasi. c. mendiskusikan dengan teman sejawat terhadap hasil pengamatan. d. membuat kesimpulan dari halis pengamatan. 4. tahap analisis dan refleksi refleksi adalah memikirkan ulang untuk mencari dan menemukan kekurangan – kekurangan yang dilakukan pada siklus pertama agar tidak terjadi kesalahan pada siklus berikutnya. presentase pencapaian target mengacu pada e. mulyasa (2006:101) bahwa keterpaian target motivasi pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak – tidaknya sebagaian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. 5. tahap tindakan lanjut tahapan ini di8lakukan diskusi untuk mengambil kesepakatan tindakan perbaikan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya berdasarkan keberhasilan dan kegagalan pada siklus kedua. teknik pengumpulan data data diperoleh dari observasi langsung terhadap kegiatan pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas (dilapangan), penelitian angket untuk mengetahui motivasi belajar peserta didik \. sedangkan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik menggunakan post tes. hasil penelitian sebelum melaksanakan pembelajaran dilakukan penyusunan beberapa instrument penelitian yang akan digunakan. instrument penelitian tersebut terdiri dari silabus, rencana pelaksanaan pembalajaran (rpp), lembar observasi (nilai sikap dan keterampilan), soal pretest dan posttest (nilai pengetahuan). kemudian dilanjutkan dengan penepatan teknik pemantauan pada setiap tahapan penelitian dengan menggunakan alat format observasi. pada kurikulum 2013 penilaian mencakup 3 aspek, yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap.nilai pos tes pada penelitian ini digunakan sebagai nilai pengetahuan.nilai keteramilan didapat dari penilaian tugas proyek yang dikumpulkan, karena pada tugas proyek yang diberikan siswa mengumpulkan foto/video kegiatan serta laporan.sedangkan untuk niali sikap diambil pada saat observasi selama kegiatan diskusi/presentasi penyusunan jadwal kegiatan dan hasil tugas proyek serta berdasarkan angket motivasi yang termasuk jenis penilaian diri. pada tahap observasi dan evaluasi yang dilakukan penelitain bersama dengan teman sejawat, didapat hasil untuk niali pengetahuan dan pre tes ada 19,44% atau 4 siswa yang tuntas (mempunyai nilai ≥ 75) sedangkan pada saat pos tes sudah 66,66% atau ada 24 siswa yang tuntas. niali rata – rata pre tes adalah 43,47 sedangkan pos tes mendapatkan nilai rata – vol.3 no.6 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.288 328 rata sebesar 78,06. untuk nilai sikap yang diambil dari angket motivasi sebagai penilaian didapatkan 77,56% (baik). dari hasil observasi dan evaluasi dengan teman sejawat didapatkan hasil bahwa pada pos tes ii (tes dari siklus ii) sebanyak 80,56% atau 29 siswa yang tuntas dengan nilai rata – rata 85,42%. sedangkan untuk nilai sikap pada siklus iii adalah 100% siswa tuntas dengan nilai rata – rata 82,84 (sangat baik). hasil ini sangat menggembirakan karena menunjukkan peningkatan yang jauh lebih baik dari hasil pada kompetensi dasar sebelumnya. dari hasil pretes, dapat diketahui bahwa motivasi peserta didik masih rendah. mereka malas untuk belajar. hanya ada 7 siswa yang tuntas dan nilai rata – rata hanya mencapai 43,47. hal ini dapat diartikan bahwa hanya ada 7 siswa yang sudah menyiapkan untuk belajar materi selanjutnya. namun, setelah pembelajaran menggunakan project based learning pada siklus i motivasi peserta didik menjadi baik (77,56%) dan nilai post tes rata – rata mencapai 78,06 dangan tingkat ketuntasan 66,66% (ada 22 anak yang tuntas). sedangkan pada tahap siklus ii motivasi peserta didik menjadi sangat baik (82,84%) dan nilai rata – rata postest mencapai 85,42 dengan tingkatan ketuntasan 80,56 (29 siswa yang tuntas). pada tahap analisis dan refleksi dapat dikatakan bahwa penggunaan metode project based learning pada materi menyipat datar di kelas x dp2 dapat meningkatakan motivasi belajar peserta didik smk karena sangat dibutuhkan dalam tujuan pembentukan siswa yang mandiri, mau bekerja keras, dapat bekerja secara kelompok, tanggap terhadap lingkungan atau mudah berpartisipasi dan sebagainya. simpulan berdasarkan hesil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: a. penggunaan metode project based based learning dapat meningkatkan motivasi belajar ukur tanah materi menyipat datar pada siswa kelas x dp2 smkn 2 jember tahun pelajaran 2018/2019 b. penggunaan metode project besed learning dapat meningkatkan hasil belajar ukur tanah materi menyipat datar pad siswa kelas x dp2 smkn 2 jember tahun pelajaran 2018/2019 saran dari hasil penelitian ini dapat direkomendasikan bahwa proses pembelajaran pada ukur tanah dangan materi diatas dapat dikembangkan pada materi lain yang lebih menantang sehingga hasil yang diperoleh dapat meningkatkan hasil dan prestai balajar siswa. daftar rujukan khorunnisa, s. inovasi pendidikan melalui project based learning, jakarta: prenada media groop, 2014 syaiful, sagala. pembelajaran berbasis proyek, jakarta: 2003 asrori, pembelajaran motivasi, jakarta: 2008 budiono.mart, dkk. 1999. ilmu ukur tanah, bandung: angkasa “desain pembelajaran project based learning” https//www.slideshare.net.2014 warsono. 2013. pembelajaran project based learning, jakarta: 2013 model pembelajaran berbasis proyek. https//www.kajianpustaka.com.2017 upi. 2015. pjbl untuk meningkatkan komponen memahami dan keterampilan berfikir. sudjana. 2003. “definisi hasil belajar”. jakarta: 2003. vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.68 9 received : 12-12-2020 revised : 01-01-2021 published : 15-01-2021 penggunaan media “crack the circuit” untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi rangkaian listrik nurul fitria smp muhammadiyah program khusus kottabarat surakarta, indonesia nurulfitria.smpmuhpk88@gmail.com abstrak: penelitian ini didasari hasil belajar siswa yang cenderung mengalami penurunan selama daring khususnya pada rangkaian listrik kelas 9 c smp muh pk pada bulan september 2020. salah satu penyebabnya sebagian peserta didik kurang mampu memahami dan menganalisis rangkaian listrik. dari permasalahan tersebut, maka perlu diadakannya penelitian tindakan kelas dimana peneliti mencoba menerapkan penggunaan media crack the circuit. media crack the circuit diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar ipa pada rangkaian listrik. metode penelitian ini menggunakan dua siklus dengan instrument yang digunakan meliputi evaluasi online, pengamatan dan pengarsipan data dengan 30 siswa yang terdiri 12 laki – laki dan 18 perempuan. berdasarkan hasil uji instrument diperoleh data nilai rata – rata siswa pada siklus i yaitu 75,67 dengan 16 anak yang tuntas, sedangkan siklus ii nilai rata – rata 85,67 dengan siswa yang tuntas 30 anak. oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa penggunaan media crack the circuit dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi rangkaian listrik kata kunci: crack the circuit; hasil belajar; rangkaian listrik https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.68 mailto:nurulfitria.smpmuhpk88@gmail.com vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.68 10 pendahuluan pandemi covid–19 telah memberikan pembelajaran bagi kita semua khususnya dibidang pendidikan. tindakan kita sebagai guru untuk mengantisipasi penularan virus tersebut adalah dengan cara menerapkan protokol kesehatan diantaranya pembatasan sosial berskala besar. oleh sebab itu, berdampak pada dunia pendidikan sehingga pembelajaran yang awalnya tatap muka digantikan secara daring dirumah (firman, dkk, 2020). pandemi menjadikan guru untuk terus berkarya dan berinovatif dengan mengubah metode pembelajaran salah satu contohnya pembelajaran secara daring (mastuti, dkk, 2020). secara teknis dalam pembelajaran daring perangkat pendukung seperti gawai dan koneksi internet memiliki peranan penting yang dapat memudahkan guru dalam menyiapkan media pembelajaran dan menyusun langkah – langkah pembelajaran yang akan diterapkan. pembelajaran jarak jauh mengharuskan pelaku pendidikan melakukan inovasi dalam menggelar praktik pendidikan. penggunaan teknologi informasi (tik) seperti internet, aplikasi video conference, dan web learning menjadi keharusan. metode pembelajaran dilaksanakan secara sinkron (daring) dan asinkron (luring). hal itu dilakukan agar siswa bisa mengikuti pembelajaran sesuai dengan karakteristik sekolah dan peserta didik (pakpahan, dkk, 2020). pembelajaran secara daring mempengaruhi minat dan motivasi belajar para siswa. karakteristik minat dan motivasi terlihat dari keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran. walaupun siswa sudah ada panduan belajar sesuai jadwal sekolah, tetapi kondisi belajar siswa berbeda beda (aji, rhs, dkk,2020). media pembelajaran yang tersedia secara online sangat beragam dan senantiasa berkembang. sebagai contoh, di smp muhammadiyah program khusus sering mengadakan pembelajaran virtual lewat zoom meeting, dengan pembelajaran dimulai pukul 08.00 – 11.30 wib. 1 kelas berjumlah 30 siswa, dalam pembelajaran dibagi menjadi 2 kelompok kecil dengan tiap kelas berisikan 15 anak dengan tujuan memudahkan untuk pengamatan lewat virtual online. pembelajaran daring menggunakan video conference zoom meeting dan share screen materi rangkaian listrik dalam bentuk ppt biasanya siswa cenderung kurang aktif seperti hanya mendengar penjelasan guru, tidak menampilkan wajah atau on camera, kurang aktif bertanya tentang materi yang disampaikan, dan kurang aktif berdiskusi, dan lain sebagainya. secara umum sebagian siswa kurang bisa memahami konsep fisika khususnya materi rangkaian listrik (seri dan paralel) sehingga berakibat kurang maksimalnya nilai siswa ketika diadakan evaluasi lewat pk-learning. berkaitan dengan permasalahan siswa tersebut, peneliti melakukan variasi dalam kegiatan pembelajaran yang diterapkan yaitu game dengan menggunakan media crack the circuit pada materi rangkaian listrik (seri dan paralel). keunggulan media crack the circuit dapat meningkatkan konsep pemahaman rangkaian listrik dalam menganalisa setiap soal. selain itu, game ini mengasah konsentrasi siswa untuk berfikir kritis dalam menyelesaikan setiap level permainan. adanya diterapkan media crack the circuit pada materi rangkaian listrik di smp muhammadiyah program khusus diharapkan dapat memacu motivasi dalam meningkatkan proses penilaian hasil belajar siswa. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.68 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.68 11 metode penelitian ini dilaksanakan di smp muhammadiyah program khusus surakarta secara online pada tanggal 1 – 30 september 2020 dengan subyek penelitian adalah siswa kelas 9c yang berjumlah 30 siswa (12 l & 18 p). faktor yang diteliti dalam penelitian ini yaitu kegiatan guru dalam mengamati keaktifan siswa selama proses pembelajaran online dengan menggunakan media crack the circuit serta mengevaluasi materi rangkaian listrik dengan menerapkan media permainan crack the circuit. gambar 1. tampilan awal game crack the circuit penelitian ini menggunakan 2 variabel diantaranya variabel harapan dan tindakan. variabel harapan diperoleh setelah siswa melakukan evaluasi online berbentuk pilihan ganda menggunakan pk – learning pada setiap akhir pertemuan disetiap siklusnya dengan penelitian berupa skor dan nilai. sedangkan variabel tindakan, yaitu menggunakan media crack the circuit dimana siswa memainkan game tersebut secara bersama – sama kemudian memperagakan cara bermain dan menganalisa game yang kemudian mengerjakan evaluasi di pk learning. penggunaan media crack the circuit merupakan salah satu penelitian tindakan kelas dengan metode pengumpulan data meliputi :(arikunto, dkk., 2015). a. tes online di pk learning tes online ini dilakukan melalui lms (www.pk-learning.com) yang merupakan instrument pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif/tingkat penguasaan materi pembelajaran meliputi analisis hasil siswa dilihat dari rata – rata dalam mengerjakan evaluasi serta ketuntasan secara keseluruhan. b. observasi observasi adalah teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat/lembar instrumen observasi tentang hal hal yang akan diamati atau diteliti. c. pengarsipan data teknik pengumpulan data melalui pengarsipan dengan cara mengumpulkan data berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp), jawaban lembar kerja siswa (hasil screenshoot game yang dikerjakan), serta foto kegiatan guru dan siswa pada kegiatan belajar mengajar. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.68 http://www.pk-learning.com/ vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.68 12 penelitian ini dikatakan berhasil jika memenuhi kriteria berikut ini : • siswa : terjadi peningkatan assesmen siswa dalam pembelajaran dengan ketuntasan belajar klasikal yaitu ≥80 • guru : guru dapat menerapkan dan menganalisis kemampuan siswa dalam menggunakan media crack the circuit rangkaian listrik. hasil berdasarkan hasil instrument dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut 1. siklus 1 a. jumlah skor aktivitas siswa dengan kategori cukup aktif yaitu sebanyak 35,83 b. nilai rata rata evaluasi hasil belajar siswa 75,67, dengan kkm 80 dapat diketahui banyak siswa yang diatas kkm adalah 16 orang, sementara dibawah kkm 14 orang. sehingga dari jumlah tersebut dapat dikatakan bahwa presentasi ketuntasan tidak tuntas secara klasikal dan diperoleh hasil pada siklus 1 adalah 53,33%. oleh karena itu, supaya ketuntasan klasikal terpenuhi maka dilanjutkan ke siklus ii untuk mencapai hasil yang diharapkan. 2. siklus ii a. jumlah skor aktivitas siswa dengan kategori aktif yaitu sebanyak 70,42 b. nilai rata rata evaluasi hasil belajar siswa 85,67, dengan kkm 80 dapat diketahui banyak siswa yang tuntas belajar adalah 30 orang. sehingga dari jumlah tersebut dapat dikatakan bahwa presentasi ketuntasan klasikal pada siklus 2 adalah 100%, sehingga dapat dikatakan bahwa kriteria klasikal telah tercapai. c. berdasarkan uraian diatas menunjukkan adanya peningkatan hasil dari siklus i ke siklus ii. adapun ringkasan yang memuat data hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 2 dan gambar 5 tabel 1. hasil aktivitas siswa dan belajar siklus i dan siklus ii (sumber : pengolahan data) skor kategori mencapai kkm rata rata ketuntasan klasikal 1 35.83 cukup aktif 16 75.67 53.33% 2 70.42 aktif 30 85.67 100% aktivitas siswa hasil belajar siklus ringkasan hasil penelitian siklus 1 dan siklus ii https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.68 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.68 13 gambar 2. diagram penelitian siklus i dan siklus ii (sumber : pengolahan data) berdasarkan tabel 1 dan diagram hasil pengolahan data di atas terlihat bahwa terjadi kenaikan terhadap hasil pengamatan kegiatan siswa. pada siklus i skor yang diperoleh, yaitu 35,83 dengan kategoti cukup aktif, kemudian meningkat menjadi 70,42 dengan kategori aktif pada siklus ii. hal ini menandakan terjadi peningkatan skor sebesar 34,59 poin. begitu pula dengan hasil belajar siswa, pada siklus i siswa yang tuntas atau mencapai kkm, yaitu 16 orang dengan nilai rata-rata 75,67 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 53,33%, sedangkan pada siklus ii siswa yang tuntas atau telah mencapai kkm, yaitu 1 kelas 30 orang dengan nilai rata-rata 85,67 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 100%. artinya terjadi peningkatan hasil belajar ipa materi rangkaian listrik. dari diagram batang hasil penelitian ini dapat dikatakan berhasil pada siklus ii. hal ini tentunya tidak terlepas dari media pembelajaran yang digunakan, yaitu game crack the circuit, yang diterapkan secara optimal serta peran guru dalammelakukan refleksi dengan baik. selain itu, peneliti juga mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman para siswa, misalnya dengan mengajukan pertanyaan sesuai dengan kegiatan yang sering dilakukan siswa terkait dengan materi pelajaran rangkaian listrik. hal ini sejalan dengan pendapat nikmah (2018), yang mengatakan bahwa setiap guru dalam mengajar perlu mengaitkan pelajaran yang diberikan sesuai dengan kognitif siswa ataupun pengalaman siswa dalam belajar menurut wulandari (2014), dalam menghadapi masalah selama belajar, guru harus menumbuhkan rasa ingin tahu dan daya berfikir kritis terhadap soal yang berkaitan dengan logika. untuk mengembangkan kognitif, guru memberikan evaluasi dengan kategori soal rata – rata c6 terkait materi pembelajaran rangkaian listrik. selain itu, siswa diberi tugas untuk merancang membuat rangkaian listrik di rumah yang kemudian hasil karya dikirim dalam bentuk video, sehingga dari kegiatan percobaan tersebut siswa dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalamannya. pada saat pembelajaran ditemukan dilapangan bahwa beberapa anak mengalami kendala jaringan saat bermain game secara online. oleh sebab itu, solusi untuk mengatasi siswa yang terkendala jaringan dalam pelaksanaan pembelajaran guru mengirim file permainan rangkaian https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.68 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.68 14 listrik dalam bentuk apk yang bisa dinstal di hp. atau dapat didownload siswa melalui playstore tentang electronics for kids. penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan media crack the circuit dapat meningkatkan hasil belajar ipa materi rangkaian listrik pada siswa kelas 9 c smp muhammadiyah program khusus tahun 2020/2021. simpulan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di smp muhammadiyah program khusus pada siswa kelas 9 c september 2020 dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa yang mencapai kkm meningkat, dari 16 orang menjadi 30 orang. rata – rata siklus juga mengalami kenaikan dari 75,67 menjadi 85,67. penggunaan media crack the circuit pada materi rangkaian listrik membuat siswa aktif selama mengikuti pembelajaran. siswa suka pembelajaran yang disisipi dengan game edukasi. saran dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. bagi guru model pembelajaran dengan menggunakan media crack the circuit diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu upaya dan solusi dalam peningkatan hasil belajar secara online mengenai konsep rangkaian listrik 2. bagi siswa siswa diharapkan terlibat aktif dalam pembelajaran secara daring misalnya berdiskusi, menjawab pertanyaan guru, mengemukakan pendapat dan percaya diri untuk on kamera 3. bagi sekolah pihak sekolah mengadakan pembinaan terhadap guru melalui seminar atau workshop tentang media pembelajaran yang kreatif selama pandemi. daftar rujukan ahmad,f.,&handayanto,s.k.(2017).peningkatan kualitas proses dan hasil belajar ipa pada rangkaian listrik dengan menggunakan model role playing-diskusi. jurnal riset pendidikan fisika, vol. 2, no. 1, hal. 23-29. aji, r.h.s. (2020). dampak covid-19 pada pendidikan di indonesia: sekolah, keterampilan, dan proses pembelajaran. jurnal sosial & budaya syar-i, 7(5): 395-402. arikunto, suharsimi. 2015. penelitian tindakan kelas edisi. jakarta: bumi aksara djoko, s., & umi, r.(2015).meningkatkan proses dan hasil belajar rangkaian listrik melalui pembelajaran kooperatif model stad.jurnal electronic, informatics, and vocational education (elinvo), vol.1, no. 1 november 2015: hlm 26, diakses 2 september 2020. firman, f., & rahayu, s. (2020). pembelajaran online di tengah pandemi covid 19. indonesian journal of educational science (ijes), 2(2), 81-89. mastuti, dkk. (2020). teaching from home: dari belajar merdeka menuju merdeka belajar. medan: yayasan kita menulis matthew,blackman.2010.crack the circuit diakses pada 26 september 2020 melalui www.universeandmore.com/crack-the-circuit/ mulyani, w. (2013). pengaruh pembelajaran berbasis e-learning terhadap hasil belajar siswa pada konsep impuls dan momentum. skripsi. fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan, universitas islam negeri syarif hidayatullah jakarta https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.68 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.68 15 nikmah, sofiatun. (2018). peningkatan hasil belajar matematika materi pecahan sederhana melalui media visual pada siswa kelas iii mi miftahul ulum duren kecamatan tengaran kabupaten semarang. skripsi. salatiga: institut agama islam negeri salatiga. pakpahan, r & yuni, f. (2020). analisa pemanfaatan tekhnologi informasi dalam pembelajaran jarak jauh di tengah pandemi virus corona covid-19. jisamar. vol. 4, no. 2 mei 2020: hlm 31, diakses 10 mei 2020 purwanto. 2014. evaluasi hasil belajar. yogyakarta: pustaka pelajar. sondang r.m & masdiana, s.2018. perangkat pembelajaran ipa berbentuk lks berbasis laboratorium. jurnal inovasi pembelajaran fisika(inpafi), hal 80 – 87 trianto. 2011. mendesain model pembelajaran inovatif progresif konsep, landasan dan implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (ktsp). jakarta: kencana prenada media group wulandari,d.a.2014. brain based learning untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar siswa. jurnal chemistry in education. cie 3(1).issn no 2252-6609. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.68 microsoft word 02-jazimah.docx vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.280 215 received : 28-06-2022 revised : 28-07-2022 published : 15-08-2022 pembelajaran news item dengan strategi merdeka belajar, google lens dan elegant teleprompter nurul jazimah man salatiga, indonesia nuruljazimah@gmail.com abstrak tujuan pembelajaran dari materi news item text ini adalah mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. kompetensi inti yang dinilai yaitu ketrampilan membaca dan berbicara. dengan permasalahan tersebut membuat pendidik mencari solusi agar dapat memilih bahan ajar yang menarik, mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan dan menumbuhkan kreatifitas peserta didik. ide penulis dalam hal ini adalah penggunaan google lens dan elegant teleprompter untuk meningkatkan rasa percaya diri murid ketika ada praktik membaca ataupun berbicara menggunakan bahasa inggris. kata kunci: pembelajaran news item; strategi merdeka belajar; google lens; elegant telepromter vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.280 216 pendahuluan pemerintah mulai tahun 2019, untuk pendidikan berkelanjutan ini, mulai melakukan beberapa perubahan kebijakan, salah satunya tertuang pada permendikbud no 22 tahun 2020 yang menyebutkan bahwa visi kementerian pendidikan dan kebudayaan adalah mewujudkan siswa yang memiliki karakter profil pelajar pancasila: pelajar indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada tuhan yme, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif pemerintah berharap siswa indonesia adalah (1) siswa yang memiliki iman dan takwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, berakhlak pada agamanya, pribadi, manusia yang lain, kepada alam dan akhlan bernegara, (2) berkebinnekaan global, siswa indonesia diharapkan mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitas daerahnya, jika ada budaya luar masuk, mereka tetap berpegang pada budaya luhur daerahnya, (3) bergotong royong, siswa indonesia diharapkan selalu mengedepankan kolaborasi dalam melakukan kegiatan, memiliki rasa peduli dan selalu berbagi dengan sesama, (4) mandiri, siswa indonesia bertanggungjawab atas proses hingga hasil belajarnya, mereka diharapkan menjadi self-regulated learner, (5) bernalar kritis, siswa indonesia secara obyektif dapat memproses informasi dan gagasan yang diterima sebelum mengambil keputusan, (6) kreatif, siswa indonesia mampu menciptakan atau memiliki ide orisinal yang bermanfaat untuk sesama. keenam karakter profil pelajar pancasila tersebut menjadi lmuridsan arah pembangunan indonesia (kemendikbud, 2020 : 42). harapan pemerintah untuk pendidikan yang berkelanjutan jelas menyebutkan bahwa siswa indonesia adalah siswa yang harus memiliki ketrampilan srl sehingga menjadi siswa self-regulated learner. merdeka belajar seperti yang telah dicanangkan oleh menteri pendidikan mendukung banyaknya inovasi dalam dunia pendidikan, terutama kemajuan berbagai lembaga pendidikan termasuk sekolah ataupun madrasah, dengan membentuk pula kompetensi guru. hal ini memacu semangat para guru agar terus bergerak mencari inovasi terbaru sesuai kemajuan teknologi. peran guru sebagai seorang pendidik yang ditugaskan untuk mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, oleh karena itu guru harus mampu mengidentifikasi bakat setiap muridnya supaya dapat memberikan pengarahan dan mengembangkannya sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki. setiap anak memiliki bakat dan kepribadian yang berbeda, sehingga mendidik anak merupakan hal yang menarik dan unik. bahasa inggris sebagai salah satu mata pelajaran wajib di sma dan ma yang dianggap sulit perlu strategi khusus supaya pembelajaran terlihat menarik. sesuai dengan konsep merdeka belajar banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membuang kejenuhan murid. salah satu permasalahan yang cukup signifikan yang terus berlangsung berulang ulang adalah murid tidak percaya diri akan pronounciation /pengucapan bahasa inggris yang mereka baca saat materi ketrampilan reading atau speaking. pronounciation atau pelafalan menggunakan bahasa inggris bagi murid man salatiga masih terlalu njawani, mereka merasa malu untuk berbicara menggunakan bahasa inggris, karena menurut mereka memang bahasa inggris itu sulit dan sangat dimaklumi terdapat istilah vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.280 217 ilat jowo tidak bisa lancar berbicara bahasa inggris . murid merasa takut belajar bahasa inggris karena bukan bahasa sehari – hari mereka. dalam hal ini pendidik berusaha untuk menjadi model bagi mereka meski pronounciationnya juga berada pada level yang kurang sempurna, namun setidaknya mereka bisa mendengarkan penjelasan pendidik menggunakan bahasa inggris. dengan penjelasan secara daring pada bulan bulan sebelumnya kepada murid , mereka merasa belum puas dan tidak paham dengan maksud dan tujuan dari pembelajaran yang pendidik ajarkan. murid harus belajar mandiri dan hanya berpusat pada guru, seolah tidak ada pembelajaran karena murid tak dianggap, atau sebaliknya itu yang lebih menyedihkan lagi. kondisi pandemi yang membuat kita harus bisa memahami keadaan dan kenyataan ini. tak perlu menyalahkan siapapun karena keadaan yang menjadikan kita mampu menepiskan segala rintangan. tujuan pembelajaran dari materi news item text ini adalah mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. kompetensi inti yang dinilai yaitu ketrampilan membaca dan berbicara. sebagai seorang guru seharusnya bisa menggerakkan hati nurani muridnya untuk menjadi yang terbaik, penulis merasa tertantang ketika ada peserta didik yang tetap saja diam dan membisu didalam kelas daring maupun luring. pendidik merasa perlu memutar pikiran bagaimana caranya supaya murid bisa percaya diri untuk berbicara dengan menggunakan bahasa inggris secara baik dan benar. metode atau strategi apa yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan ini. murid ada yang merasa sudah berada pada posisi nyaman, memilih untuk diam dari pada berbicara malah salah, takut kalau dipermalukan temannya, minder tidak bisa berbahasa inggris, bahkan ada yang extrem mengatakan tidak suka bahasa inggris dan tidak bisa berbahasa inggris, inilah dilema yang penulis hadapi. dengan permasalahan tersebut membuat pendidik mencari solusi agar dapat memilih bahan ajar yang menarik, mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan dan menumbuhkan kreatifitas peserta didik. ide penulis dalam hal ini adalah penggunaan google lens dan elegant teleprompter untuk meningkatkan rasa percaya diri murid ketika ada praktik membaca ataupun berbicara menggunakan bahasa inggris. berpijak dari hal tersebut diatas maka penulis membuat karya tulis ilmiah dengan judul “pembelajaran news item dengan strategi merdeka belajar, google lens dan elegant telepromter. tinjauan pustaka definisi merdeka belajar konsep merdeka belajar, kajian ilmiah dengan konsep tersebut belum ada. definisi konsep merdeka belajar secara eksplisit pun belum ada, selain dari buku antalogi (shihab, 2017) dan beberapa artikel blog. merdeka belajar versi kemendikbud menggunakan filosofi ki hajar dewantara sebagai lmuridsannya (syahril et al., 2020), sedangkan merdeka belajar versi kampus guru cikal menggunakan self-regulated learning sebagai lmuridsannya, seperti yang ditulis oleh budi setiawan (bukik) pada website kampus guru cikal; konsep merdeka belajar sebenarnya konsep lama, sudah dikaji baik di luar negeri maupun di indonesia. pada waktu lampau, dunia pendidikan termasuk kami di kampus guru cikal mengenalnya sebagai pembelajaran mandiri sebagai terjemahan dari konsep self-regulated learning. secara konsep, kami mengkaji ulang konsep self-regulated learning dengan mempelajari 3 dimensinya yaitu yaitu komitmen pada tujuan, mandiri pada cara dan refleksi. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.280 218 pada titik ini, kami bersepakat untuk menggunakan istilah merdeka belajar, sebagai pengganti istilah pembalajaran mandiri https://blog.kampusgurucikal.com/merdeka-belajar-bukan-jargon/. merdeka belajar menurut sumber internet wikipedia adalah program kebijakan dari kementerian pendidikan dan kebudayaan republik indonesia (kemendikbud ri) yang dicanangkan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan ri kabinet indonesia maju, nadiem anwar makarim.. esensi kemerdekaan berpikir, menurut nadiem, harus didahului oleh para guru sebelum mereka mengajarkannya pada murid-siswi. nadiem menyebut, dalam kompetensi guru di level apa pun, tanpa ada proses penerjemahan dari kompetensi dasar dan kurikulum yang ada, maka tidak akan pernah ada pembelajaran yang terjadi. definisi news item dikutip dari wallstreet english, news item text adalah tulisan yang menyerupai berita. news item text menceritakan sebuah peristiwa atau kejadian secara singkat, runut, lengkap, dan menarik. selain itu, adapula yang mendefinisikan bahwa news item text adalah jenis teks dalam bahasa inggris yang memberikan informasi akan sebuah peristiwa penting yang layak dijadikan berita (news). tujuan teks ini adalah untuk memberi informasi mengenai peristiwa penting kepada pembaca. news item memiliki struktur teks antara lain: a. main event (peristiwa utama) bagian yang menceritakan tentang ringkasan dari suatu kejadian atau peristiwa utama dalam teks tersebut. b. background event/elaboration (latar belakang peristiwa) bagian yang menceritakan tentang latar belakang kejadian atau peristiwa yang terjadi. bagian ini meliputi siapa saja yang terlibat, serta di mana, dan bagaimana peristiwa tersebut terjadi. c. source (sumber) bagian yang menceritakan tentang komentar, saksi kejadian, pendapat para ahli, dan sebagainya mengenai peristiwa atau kejadian yang diberitakan. (https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5947985/news-item-text-pengertianstruktur-hingga-contohnya) definisi google lens google lens merupakan aplikasi terbaru yang tersedia pada hp android yang memiliki beberapa fungsi.dalam dunia pendidikan khususnya bahasa inggris , para murid dan guru sangat diuntungkan dengan hadirnya google lens.manfaat yang sangat besar diantaranya adalah penggunaan google lens utuk menerjemahkan dalam beberapa bahasa, jika ingin menerjemahkan dalam bahasa inggris otomatis akan tersedia, dan jika ingin mendengar pengucapannya maka kita bisa menekan kata “listen” (https://tekno.tempo.co/amp/1398669/belajar-online-lebih-mudah-pakai-google-lensdan-) definisi elegant teleprompter elegant teleprompter atau yang dikenal dengan teleprompter merupakan aplikasi yang bisa digunakan untuk para pembaca berita televisi menyiarkan berita secara live.dengan vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.280 219 penggunaan aplikasi ini maka pembaca berita tinggal melihat layer hp yang secara otomatis berjalan sesuai dengan kecepatan waktu yang diinginkan. keuntungan penggunaan elegant teleprompter antara lain: para pembaca berita tidak akan terlihat membaca dan rasa percaya diri bisa terlihat ketika menggunakan tele prompter ini. ( https://id.wikipedia.org/wiki/teleprompter) metode beberapa tahapan yang dapat dilakukan untuk menggunakan aplikasi google lens dan elegant teleprompter adalah sebagai berikut: 1. murid dapat menentukan tema berita yang akan mereka buat. 2. murid bisa menerjemahkan dengan menggunakan aplikasi google lens dengan cara yang sangat mudah yaitu memotret artikel yang akan mereka baca kemudian klik translate atau terjemahan. 3. jika murid ingin belajar pengucapan kalimat dengan menekan tombol”listen” atau dengarkan pada aplikasi google lens. 4. setelah berulang ulang kali murid latihan mendengarkan pengucapan maka mereka akan bisa berlatih mandiri. saat mereka sudah siap dengan materi yang akan mereka sampaikan, maka aplikasi elegant teleprompter bisa mereka gunakan didepan kamera saat ingin membacakan berita. 5. cara mengaplikasikan elegant teleprompter di hp android,yang pertama setelah aplikasi elegant teleprompter di install, silahkan buka aplikasinya. lalu tekan tombol “+” di bagian sudut kanan bawah pada menu utama aplikasi elegant teleprompter ini. 6. pada saat menekan tombol ini, murid akan diberi dua pilihan, dimana murid dapat menulis naskah atau tulisan secara langsung atau ingin menambahkan script yang sudah ada dalam bentuk file text. 7. dengan pilihan kedua ini, murid bisa menambahkan tulisan atau text yang kebetulan sudah murid siapkan jauh-jauh sebelumnya yang mungkin cukup panjang yang diketik melalui komputer. 8. dari tampilan ini, murid akan melihat lampiran script murid, dimana murid dapat menarik sudut-sudut kolom tersebut untuk mengubah area teks atau lebarnya dan cukup tahan untuk memposisikan kotak layar yang murid inginkan. 9. setelah murid yakin dengan penyesuaian lebar script murid di layar, selanjutnya murid cukup menekan tombol shutter dibagian bahwa layar untuk memulai mereka video murid. 10. ketika murid mulai merekam video, teks, naskah atau script akan mulai bergulir secara otomatis dari layar dan murid dapat merekam layar sembari membaca naskah yang tampil dilayar aplikasi kamera di smartphone android murid. 11. tulisan atau naskah itu akan tampil secara bergulir otomatis dengan kecepatan yang wajar dan bisa murid sesuaikan sendi hasil dan pembahasan penerapan praktek baik menggunakan strategi merdeka belajar di dalam kelas strategi yang digunakan dalam penerapan praktek baik dalam merdeka belajar di kelas antara lain, pertama dengan strategi merdeka belajar 5m yaitu : m yang pertama memanusiakan hubungan bermakna praktik pembelajaran yang dilmuridsi orientasi pada anak berdasarkan relasi positif yang saling memahami antara guru, murid dan orangtua. dalam hal ini relasi antara vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.280 220 guru & murid saja karena sudah ptm, penulis menyuruh murid berkelompok dan mencari teks yang akan dibaca sesuai dengan tema yang dikehendaki. m yang kedua yaitu memahami konsep maksudnya praktik pembelajaran yang memandu murid bukan sekedar menguasai konten tapi menguasai pemahaman mendalam terhadap konsep yang dapat diterapkan di beragam konteks. siswa saling tanya jawab dengan teman sekelompoknya, dengan keunikan metodenya masingmasing. m yang ketiga yaitu membangun berkelanjutan guru memberikan feedback/umpan balik terhadap apa yg sdh dilakukan murid juga berbagi praktik baik dengan temannya. m yang keempat yaitu memilih tantangan bermakna praktik pembelajaran yang memandu murid menguasai keahlian melalui proses yang berjenjang dengan pilihan tantangan yang bermakna, penulis menyuruh mereka memilih tantangan untuk mempresntasikan didepan kelas atau mengumpulkan video, kemudian kita vooting ternyata banyak yang memilih mengumpulkan video. dikira video biasa, padahal penulis akan menyuruh mereka membuat tugas video yg diedit-edit, supaya benar-benar seperti presenter. m yang ke lima yaitu memberdayakan konteks, naah ini yg kita bahas lebih lanjut yaitu praktik pembelajaran yang memandu murid melibatkan sumber daya dan kesempatan di komunitas sebagai sumber belajar sekaligus kesempatan berkontribusi terhadap perubahan. innallaaha la yughoyyiruma biqoumin khatta yughoyyiruma bianfusihim. sesungguhnya allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kita sendiri yang merubahnya. penggunaan google lens dan teleprompter pada mata pelajaran news item di kelas xii. ips.2 man salatiga tujuan akhir pembelajaran bahasa inggris di man salatiga adalah mewujudkan murid yang terampil dalam berbicara bahasa inggris. pada materi bahasa inggris di kelas xii terdapat sebuah wacana tentang news item atau teks berita, diharapkan untuk ketrampilan berbicara murid dapat menerapkan ketrampilan berbicara dalam membacakan berita. sebelum adanya teknologi hadir ditengah tengah tahun ini, penulis hanya memiliki ide bahwa murid hanya diminta untuk maju kedepan dan membaca berita, namun ternyata murid tidak memiliki contoh pengucapan yang baik sehingga pembacaan berita terkesan kaku. dengan adanya kemajuan teknologi sangat berdampak besar terhadap pengetahuan murid, mereka bisa belajar dari mana saja dan kapan saja, termasuk cara penggunaan google lens dan tele prompter pada materi news item. pertama penulis menggunakan strategi yang pertama yaitu menggunakan google lens khususnya untuk terjemahan dan cara pengucapan (pronounciation), aplikasi ini digunakan untuk mengetahui pelafalan dari suku kata tertentu, caranya kita install di handphone android yang kita punya setelah itu kita bisa mengetik kata-kata yang mungkin sulit untuk diucapkan kemudian muncul tulisan yang seharusnya diucapkan, kita bisa juga menekan tmurid panah untuk mendengarkan suaranya, misalnya kita ketik is nanti akan muncul juga dibawahnya tulisan iz, dibaca iz, dolar jadi dalez, dan lain sebagainya. selain itu penggunaan google lens juga dipergunakan karena dengan aplikasi itu murid dapat mendengarkan pronounciation atau kata kata yang tepat dengan mengklik dengarkan, mereka juga bisa melihat arti katanya dengan menekan tombol terjemahan. strategi yang kedua yaitu menggunakan elegant teleprompter .aplikasi ini digunakan supaya murid yang membaca teks news item itu benar-benar seperti reporter yang sesungguhnya, seperti yang kita lihat di televisi. murid boleh membaca teks tetapi tidak terlihat bahwa mereka sedang membaca. caranya adalah dengan menginstall elegant vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.280 221 teleprompter kemudian terdapat tulisan create new script selanjutnya kita bisa mengisi sesuai judul dan tema yang diinginkan. tahapan selanjutnya untuk content bisa kita isi dengan teks yang ingin kita baca. kita tidak perlu mengetik, namun bisa menyalin teks atau file dari hp andoid. jika kita ingin menampilkan isi video yang bagus maka kita bisa edit dengan memberikan gambar yang sesuai dengan tema. penilaian yang dipakai bisa menggunakan rubrik untuk kompetensi inti ketrampilan, sedangkan untuk kompetensi inti pengetahuan bisa menggunakan quizizz pilihan gmurid, soal bisa dari bacaan yang sudah dipraktekkan murid kemudian guru memfasilitasi membuatkan quizizz news item, agar anak merasa senang dan lebih tertantang dengan quizizz yang ada musiknya juga peringkatnya, skor nilai juga bisa dilihat langsung hasil penggunaan google lens dan elegant teleprompter pada materi news item di kelas xii. ips.2 man salatiga berdasarkan pantauan penulis melalui berbagai pengamatan dan penilaian terdapat beberapa hasil yang sangat memuaskan antara lain: a. meningkatkan rasa percaya diri murid dengan penggunaan google lens dan elegant teleprompter, murid siswi kelas xii. ips.2 merasa percaya diri dalam membaca berita, mereka sudah tidak terkesan njowoni lagi ketika membaca berita.hal tersebut karena adanya bantuan google lens dalam melatih pengucapan dan pelafalan kalimat. murid siswi bisa beulang ulang kali latihan hanya dengan menekan tombol “listen” pada aplikasi tersebut. b. latihan berkomunikasi dengan baik adanya google lens dan elegant teleprompter bisa melatih murid untuk berkomunikasi dengan baik khususnya dalam gaya dan tata cara berbicara di depan kamera. hal tersebut berdampak pula pada gaya mereka berkomunikasi dengan teman di kelas. sebelum terlaksananya acara pembacaan berita dengan media google lens dan teleprompter, murid biasanya ricuh dikelas, tidak bisa mengendalikan diri atas tugas yang mereka dapat, namun dengan adanya tugas membaca berita ini murid siswi dapat mengendalikan diri dengan cara berkomunikasi yang baik antar murid juga dengan guru. c. mendapat kejuaraan pada ajang lomba membaca berita bahasa inggris untuk murid penulis merasa bahwa banyak sekali manfaat yang didapat dalam penggunaan google lens dan elegant teleprompter, maka dalam ajang lomba tik tok membaca berita bahasa inggris (news anchor) penulis juga melatih beberapa murid untuk mengikuti ajang lomba membaca berita dalam bahasa inggris. strategi yang digunakanpun sama antara lain: 1. murid diminta untuk memilih berita yang diinginkan, kemudian menguraikan dalam sebuah paragraph. 2. langkah kedua, murid menerjemahkan paragraph isi berita tersebut dalam google lens, tidak lupa penulispun ikut membantu jika terjadi kesaalahan dalam penerjemahan 3. kemudian latihan berulang ulang dalam pengucapan dan gaya berbicara di depan umum 4. langkah keempat adalah latihan menggunakan elegant teleprompter, kemudian jika sudah siap maka murid tersebut melakukan shooting video vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.280 222 5. tidak lupa murid juga diminta untuk melakukan editing video dengan menyertakan gambar dan caption terhadap berita yang akan di baca dampak penggunaan google lens dan elegant teleprompter pada materi news item di kelas xii. ips.2 man salatiga dampak penggunaan google lens dan elegant teleprompter di kelas xii. ips.2 man salatiga dapat dirinci sebagai berikut. 1. bagi pendidik a. dapat menguasai kelas, karena peserta didik lebih tertarik dan fokus dalam pembelajaran; b. meningkatkan kreatifitas pendidik dalam menentukan media dan alat bantu yang dibutuhkan sesuai dengan materi yang akan diajarkan. c. mengetahui minat, bakat peserta didik sesuai dengan karakteristiknya. d. bisa berbagi pengalaman praktik baik dengan sesama guru bahasa inggris karena hasilnya yang memuaskan 2. bagi peserta didik a. penggunaan google lens dan elegant teleprompter yang bervariasi membuat peserta didik lebik kreatif; b. google lens dan elegant teleprompter membuat peserta didik dapat berkolaborasi dan bekerjasama; c. meningkatkan rasa percaya diri peserta didik; d. meningkatkan tanggung jawab peserta didik dalam menggunakan media yang digunakan terutama dalam ketepatan waktu e. menumbuhkan rasa ingin tau peserta didik. 3. bagi madrasah penggunaan google lens dan elegant teleprompter telah membuktikan kejuaraan dalam ajang lomba membaca berita dalam bahasa inggris atau yang di sebut dengan news anchor di tingkat universitas, hal ini tentu saja sangat membanggakan pihak madrasah. kendala-kendala yang dihadapi dalam penggunaan google lens dan elegant teleprompter 1. bagi peserta didik a. perlunya kuota data dalam menggunakan aplikasi ini tentu saja membutuhkan biaya bagi para murid dalam belajar. b. kecepatan dalam membaca berita pada aplikasi elegant teleprompter sangat perlu dicermati, karena jika tidak tepat waktu maka murid akan mengulang beberapa kali. 2. bagi pendidik perlunya kesabaran dalam membimbing murid siswi dalam menggunakan media google lens dan elegant teleprompter, sehingga hasil yang maksimal bisa diharapkan. 3. bagi madrasah pihak madrasah harus dapat meberikan pengetahuan dan edukasi kepada orang tua murid terkait penggunaan media google lens dan elegant teleprompter faktor pendukung beberapa faktor pendukung sebagai penguat penggunaan media google lens dan elegant teleprompter yaitu: vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.280 223 1. pihak madrasah dukungan dari segi pengadaan wifi yang gratis bagi murid bisa dimanfaatkan dalam penggunaan google lens dan elegant teleprompter. 2. teman sejawat kerjasama guru dalam kelas sangat baik pada saat menyiapkan media maupun saat kegiatan belajar mengajar. 3. komite sekolah komite sekolah sangat mendukung program yang dilaksanakan sekolah, sehingga memudahkan sekolah dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media google lens dan elegant teleprompter. alternatif pengembangan alternatif penggunaan google lens dan elegant teleprompter yang penulis lakukan adalah sebagai berikut. 1. alternatif pengembangan di sekolah pengembangan kemampuan guru dalam menggunakan google lens dan elegant teleprompteryaitu dalam kegiatan “berbagi cerita mengajar di mgmp bahasa inggris di madrasah ”, kegiatan diisi dengan tukar pengalaman/sharing kegiatan pembelajaran dengan media google lens dan elegant telepromptere yang telah di laksanakan. 2. alternatif pengembangan di komunitas belajar berbagi pengalaman melalui komunitas belajar pada merdeka belajar telah penulis lakukan untuk saling berbagi pengalaman yang sangat menyenagkan dalam penggunaan google lens dan elegant teleprompter. 3. alternatif pegembangan melalui media cetak melalui surat kabar merdeka belajar penulis telah menuliskan pengalaman dalam mengajar news item dengan menggunakan google lens dan elegant teleprompter gambar 1. tulisan pengalaman penulis vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.280 224 gambar 2. dokumentasi kegiatan simpulan dan saran simpulan dari seluruh kegiatan pemecahan masalah yang digunakan pendidik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kreatif dengan menggunakan media google lens dan elegant teleprompter di kelas xii. ips.2 man salatiga dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. penerapan praktek baik menggunakan strategi merdeka belajar 5m diantaranya yaitu: memanusiakan hubungan, memahami konsep, membangun berkelanjutan, memilih tantangan dan memberdayakan konsep, perlu dijalankan dengan sepenuh hati, agar mendapatkan hasil yang optimal. 2. penggunaan google lens dan elegant teleprompter merupakan sarana yang efektif untuk meningkatkan rasa percaya diri murid saat mereka harus mempraktekkan ketrampilan berbicara dan membaca , khusunya pada teks berita (news item) 3. penggunaan google lens dan elegant teleprompter telah membuka jalan bagi para pendidik untuk terus melek teknologi dan berusaha mengembangkan media yang sesuai dengan tema yang akan di berikan, sehingga segala kesulitan dan tantangan bisa teratasi dengan baik saran berdasarkan penggunaan google lens dan elegant teleprompter yang telah dilaksanakan di kelas xii. ips.2 man salatiga, dapat direkomendasikan saran sebagai berikut: 1. madrasah madrasah bisa memfasilitasi murid dan guru dengan ruangan dan media yang dibutuhkan untuk kelancaran proses belajar mengajar, serta dapat mengadakan pelatihan-pelatihan tentang media ajar bagi guru untuk menambah ilmu pengetahuan. 2. pendidik dapat menggunakan berbagai media, sebagai contoh menggunakan aplikasi google lens dan elegant teleprompter dalam pembelajaran agar peserta didik semakin kreatif dan percaya diri, namun tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan media lain yang lebih canggih lagi dan up to date. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.280 225 3. murid pengembangan kreatifitas murid perlu ditingkatkan dengan mengapresiasi mereka untuk saling berbagi ide, pengalaman belajar agar mendapatkan hasil yang maksimal. daftar rujukan kemendikbud. (2020). rencana strategis kementerian pendidikan dan kebudayaan tahun 2020-2024. jdih.kemdikbud.go.id shihab, n. (2017). merdeka belajar di ruang kelas. literati. syahril, i., muhamad, b. s., chodidjah, i., & pratama, p. (2020). kajian model kompetensi guru indonesia. kementerian pendidikan dan kebudayaan. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.60 360 received : 06-10-2020 revised : 26-11-2020 published : 08-12-2020 peningkatan hasil belajar mata pelajaran aqidah akhlak melalui pendekatan problem based learning komariyah mis al ikhsaniyah jipang bantarkawung brebes, indonesia komariyah.azkia@gmail.com abstrak: tujuan penelitian ini memaparkan peningkatan hasil pembelajaran aqidah akhlak melalui pendekatan problem based learning.pendekatan problem based learning dianggap mampu membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran di kelas. dengan demikian, hasil belajar siswa dalam pembelajaran tersebut bisa mengalami peningkatan. metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (ptk) yang mengacu pada pendekatan spiral, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan pemikiran kembali. subjek penelitian ini adalah siswa kelas v. hasil penelitian adalah adanya peningkatan dalam aktivitas listening dari 86% menjadi 88%, oral dari 45% menjadi 61%, emotional dari 65% menjadi 84%, visual dari 35% menjadi 78%, writing dari 65% menjadi 73%, motor dari 39% menjadi 69%, dan mental dari 66% menjadi 68%. abstract: the purpose of this study is to describe the improvement of aqidah akhlak learning outcomes through a problem based learning approach. the problem based learning approach is considered capable of making students more active in class learning. thus, student learning outcomes in learning can experience an increase. this research method is classroom action research (ptk) which refers to the spiral approach, namely planning, implementing, observing, and rethinking. the subjects of this study were students in grade v. the results showed an increase in listening activity from 86% to 88%, oral from 45% to 61%, emotional from 65% to 84%, visual from 35% to 78%, writing from 65 % to 73%, motoric from 39% to 69%, and mental from 66% to 68%. kata kunci: hasil belajar, aqidah akhlak, problem based learning mailto:komariyah.azkia@gmail.com vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.60 361 pendahuluan pendidikan berdasarkan undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. untuk mewujudkan pendidikan yang tercantum dalam uu sisdiknas nomor 20 tahun 2003 pasal i ayat (1) diatas, diperlukan kegiatan pembelajaran yang optimal. pembelajaran yang optimal adalah suatu situasi dimana seorang siswa dapat berinteraksi dengan komponen-komponen pembelajaran yang efektif dan optimal dalam rangka mencapai suatu tujuan pembelajaran. salah satu usaha yang dapat guru lakukan adalah dengan memahami bagaimana cara siswa belajar, apakah perilaku siswa tersebut menunjukan bahwa pembelajaran telah berlangsung pada diri siswa atau tidak. bagaimana informasi yang diperoleh oleh siswa dapat diproses dalam kegiatannya, kemudian mampu dikembangkan dan bagaimana informasi ini disajikan agar dapat dicerna, diingat serta mampu bertahan dalam pikiran siswa dalam waktu yang lama. pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang terjadi antara guru dengan peserta didiknya dalam rangka mentransfer ilmu pengetahuan dari kedua pihak. selain guru, dan peserta didik, ada komponen-komponen lain yang juga berpengaruh dalam proses pembelajaran. menurut ali (2004:4) komponen utama dalam proses pembelajaran meliputi siswa, isi atau materi pelajaran, dan guru. selain ketiga komponen tersebut, ada beberapa komponen pendukung yang dapat menyukseskan suatu proses pembelajaran di antaranya adalah sarana dan prasarana berupa metode pembelajaran, media pembelajaran, model pembelajaran, strategi pembelajaran, taktik pembelajaran, serta penataan lingkungan sehingga proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kemampuan mengelola kelas (classroom management). pengelolaan kelas adalah keterampilan seorang guru menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal dan mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar. kemampuan guru dalam mengelola kelas dapat menentukan strategi belajar mengajar yang tepat sehingga meningkatkan kemampuan siswa. proses pembelajaran yang masih didominasi oleh guru tentu saja tidak memberikan ruang gerak yang bebas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensinya sehingga peserta didik tidak memiliki motivasi dalam dirinya untuk berpikir maju dan mengembangkan potensinya. hal ini disebabkan karena peserta didik hanya mendapatkan "suara umpan" yang didapat dari guru, sehingga menyebabkan peserta didik malas untuk mengekplorasi kemampuan yang dimilikinya. proses belajar-mengajar yang selama ini diterapkan oleh para guru di mi al ikhsaniyah cilinduk jipang kec. bantarkawung kab. brebes kurang variatif, baik model ataupun pendekatannya. para peserta didik merasa bosan dengan apa yang ditunjukan atau diterapkan oleh guru. pada akhirnya peserta didik kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. terlebih jika sekolah tersebut tidak memberikan fasilitas yang memadai bagi para peserta didik. keadaan seperti ini disebabkan karena guru menganggap bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan secara tradisional lebih mudah karena tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup dengan menjelaskan konsepkonsep yang ada pada buku ajar. aktivitas belajar siswa yang cenderung masih belum aktif karena masih ditemukan beberapa siswa yang ketika proses belajar mengajar berlangsung lebh banyak yang diam. metode ataupun pendekatan yang digunakan masih sering menggunakan cara yang lama, seperti metode ceramah dan latihan. disamping itu, masih belum digunakannya media pembelajaran yang menggunakan multimedia seperti laptop, internet, ohp, infokus ataupun yang lainnya mengakibatkan proses kbm lemah atau kurang komunikatif terhadap terhadap siswa yang kurang aktif dalam belajar, guru kadang justru asyik menyampaikan materi saja tanpa adanya usaha untuk menghidupkan aktifitas beajar siswa. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.60 362 akibat dari kurangnya pendekatan pembelajaran yang diberikan adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas v mi al lkhsaniyah cilinduk jipang kec. bantarkawung kab. brebes. hal tersebut terlihat dari data ujian akhir semester ganjil pada mata pelajaran pai, yaitu dari 16 siswa hanya 6 siswa (37,5%) yang tuntas belajar, sedang 10 siswa lainnya (62,5%) belum mencapai ketuntasan minimal. untuk mengatasi permasalahan seperti yang telah dijelaskan diatas, komarudin (dalam trianto, 2009: 8) berpendapat harus ada perubahan paradigma pembelajaran. perubahan paradigma pembelajaran tersebut yang salah satunya adalah orientasi yang semula berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada \peserta didik (student centered); metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti menjadi partisipatory; dan pendekatan yang semula lebih banyak tekstual berubah menjadi kontekstual. dewasa ini, para ahli bidang pendidikan telah menemukan banyak sekali pendekatan dan model pembelajaran yang menyenangkan bagi parapeserta didik, salah satunya adalah pendekatan problem based learning merupakan pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk memudahkan peserta didik dalam mengatasi ketrampilan siswa tentang luas dan keanekaragaman sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar. sumber-sumber informasi tersebut dapat berupa buku, jurnal, internet, multimedia dan sebagainya. dalam problem based learning guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar. peserta didik dapat belajar dalam kelas, dalam laboratorium maupun dalam ruang perpustakaan, dalam "ruang sumber belajar" yang khusus atau bahkan diluar sekolah, bila is mempelajari lingkungan yang berhubungan dengan tugas atau masalah tertentu. karakteristik model problem based learning (pbl), yaitu (a) pengajuan pertanyaan atau masalah. pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa; (b) berfokus pada keterkaitan antardisiplin. masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran; (b) penyelidikan autentik. siswa dituntut untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan; (c) kolaborasi. pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu dengan yang lainnya, secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. berdasarkan karekteristik tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah memiliki tujuan; (d) membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah; (e) belajar peranan orang dewasa yang autentik; dan (f) menjadi pebelajar yang mandiri. dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik model problem based learning (pbl) yaitu suatu rangkaian aktivitas pembelajaran yang menitikberatkan masalah sebagai bahan pembelajaran yang akan dicari penyelesaiannya menggunakan metode ilmiah. tetapi masalah tersebut hams sesuai dengan materi pembelajaran yang dikaitkan dengan dunia nyata. pelaksanaan model tersebut siswa dituntut untuk aktif berpikir dan kreatif dalam pemecahan masalah. dari uraian yang telah penullis paparkan diatas maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul "upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan problem based learning pada mata pelajaran aqidah akhlak kelas v mi al ikhsaniyah cilinduk jipang kec. bantarkawung kab. brebes metode penelitian jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). penelitian tindakan kelas (ptk) merupakan penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. kelas merupakan sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. (arikunto, 2008:3). vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.60 363 penelitian tindakan mengacu pada pendekatan spiral yang merupakan empat langkah kesatuan yang berulang yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan pemikiran kembali (reflencing). keempat langkah ini terus dilakukan berulang sampai perbaikan yang diharapkan tercapai. penelitian ini dilaksanakan di smk n 2 wonosari yogyakarta dengan subjek penelitian siswa kelas x ei. penelitian ini dilakukan secara bertahap mulai dari siklus pertama sampai siklus kedua yang kemudian dilihat adanya peningkatan hasil sesuai dengan target yang telah ditentukan. setiap sikius terbagi dalam satu kali pertemuan dan kemudian dilakukan evaluasi guna mengukur peningkatan ketercapaian ketuntasan belajar minimal siswa. akhir dari setiap siklus dilengkapi dengan kegiatan refleksi dan perencanaan tindakan berikutnya. subjek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukannya sangat sentral karena pada subjek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti. pihak yang dijadikan subjek penelitian di sini adalah siswa kelas x ei smk n 2 wonosari yogyakarta. kelas yang dipilih adalah kelas x ei smk n 2 wonosari yogyakarta, dengan tujuan untuk mengetahui yang sesungguhnya sejauh mana peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan adanya penerapan model problem based learning. variabel merupakan hal-hal yang menjadi objek penelitian yang ditatap dalam suatu kegiatan penelitian (points to be noticed) yang menunjukkan variasi, baik kuantitatif maupun kualitatif (arikunto, 2006: 10). variabel dalam penelitian ini meliputi (1) keaktifan siswa: keaktifan dalam belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar. aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktifitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar yang aktif. keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. keaktifan siswa dalam belajar komputer tampak dalam kegiatan : memperhatikan pelajaran (visual activities), berdiskusi (oral activities), mendengarkan materi yang disampaikan (listening activities), mencatat materi (writing activities), menggambar (drawing activities), melakukan praktik menggunakan internet (motor activities), menanggapi masalah masalah (mental activities), sikap selama pelajaran (mental) activities), dan juga emosi selama pelajaran berlangsung (emosional activities); dan (2) hasil belajar siswa: hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswamenerima pengalaman belajarnya. hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. penelitian ini meliputi ranah kognitif yang diukur melalui pemberian soal tes. teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan tes. observasi atau pengamatan berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa yang telah dipersiapkan. observasi keaktifan siswa meliputi: memperhatikan pelajaran (visual activities), berdiskusi (oral activities), mendengarkan materi yang disampaikan (listening activities), mencatat materi (writing activities), menggambar (drawing activities), melakukan praktik menggunakan aplikasi corel draw x3 dan internet (motor activities), menanggapi masalah masalah dalam pelajaran maupun presentasi (mental activities), sikap selama pelajaran (emotional activities). tes yang telah dibuat untuk diberikan kepada siswa kemudian diselesaikan secara individu. tes dilaksanakan pada setiap awal siklus (pre test) dan akhir siklus (post test). selain itu, lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang keaktifan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran komputer pada saat diterapkan model problem based learning. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.60 364 tabel 1. kisi-kisi observasi keaktifan siswa no indikator variabel keaktifan no butir 1. visual a. siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan guru dengan baik b. siswa memperhatikan presentasi kelompok lain 1 2 2. oral a. siswa bertanya kepada guru tentang materi yang belum jelas b. siswa menjawab pertanyaan dari guru 3 4 3. listening a. siswa mendengarkan penjelasan materi dari guru b. siswa mendengarkan presentasi kelompok lain 5 6 4. writing a. siswa mencatat materi yang diberikan oleh guru b. siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru 7 8 5. drawing siswa menggambar vector 9 6. motor siswa menggambar menggunakan software corel draw x3 dan menggunakan internet 10 7. mental a. siswa berdiskusi dengan teman sekelompok maupun teman dalam kelompok lain tentang permasalahan b. memberikan pendapat atas masalah dan solusinya c. siswa berani mempresentasikan hasil pekerjaan didepan kelas 11 12 13 8. emotional siswa bersemangat dalam mengikuti pbm 14 teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) analisis deskriptif. untuk mengukur prestasi belajar siswa menggunakan sistem nilai rata-rata kelas pada hasil evaluasi tiap siklus. analisis hasil evaluasi menggunakan sistem nilai rata-rata kelas yaitu siklus i = nilai rata-rata kelas. perhitungan nilai rata-rata kelas ini digunakan untuk setiap hasil evaluasi pada tiap siklus dan juga untuk mengukur seberapa besar peningkatan prestasi belajar siswa. data hasil belajar siswa berupa tes akan dianalisis dengan menggunakan skor yang berdasarkan penilaian acuan patokan, dihitung berdasarkan skor maksimal yang mungkin dicapai oleh siswa. nilai yang diperoleh dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah; (2) analisis antar siklus pada setiap siklus akan dilihat persentase peningkatan hasil belajar siswa, baik peningkatan nilai rata-rata kelas, maupun peningkatan nilai yang dicapai oleh masing-masing siswa. hal itu dapat dilihat dan peningkatan persentase penguasaan dan kategori hasil belajar siswa. pembahasan hasil penelitian siklus i (pertemuan 1 dan 2) tentang hasil belajar siswa sebelum tindakan (pretest) siklus i digunakan untuk mengetahui nilai siswa sebelum dilaksanakan tindakan siklus 1 dan post test i untuk mengukur sejauh mana keberhasilan setelah dilakukan tindakan siklus i. adapun hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.60 365 tabel 2. hasil pre test dan post test siswa siklus i nomor peserta pres test i post test i 1. 85 100 2. 85 90 3. 75 95 4. 70 95 5. 45 85 6. 55 80 7. 45 95 8. 65 80 9. 80 90 10. 75 100 11. 60 95 12. 60 95 13. 70 90 14. 70 90 15. 60 95 16. 55 80 17. 50 45 18. 75 90 19. 80 100 20. 80 100 21. 65 90 22. 65 95 23. 65 100 24. 75 100 25. 55 85 26. 65 95 27. 70 95 28. 75 85 29. 75 95 30. 55 100 31. 55 100 jumlah 2060 2830 rata rata 66 91 dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa sebelum tindakan siklus i menunjukkan nilai pre test i adalah minimum 45 dan nilai tertinggi 85. dan hasil belajar siklus i setelah dilakukan tindakan menunjukkan bahwa nilai post test i minimum 45 dan nilai tertinggi 100. nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus i sebesar 91 diperoleh melalui rumus nilai rata-rata. dari data diatas dapat ditentukan frekuensi dan persentase hasil belajar kk6 siswa siklus i dibagi menjadi 5 kategori. berdasarkan data tabel dapat diperoleh informasi bahwa dari 31 siswa terperinci tidak ada siswa yang mempunyai nilai dengan kategori sangat rendah dan rendah. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.60 366 dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa sebelum tindakan siklus i menunjukkan bahwa nilai pre test i adalah minimum 45 dan nilai tertinggi 85. hasil belajar siklus i setelah dilakukan tindakan menunjukkan bahwa nilai post test i minimum 45 dan nilai tertinggi 100. nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus i sebesar 91 diperoleh melalui rumus nilai rata-rata. dari data di atas dapat ditentukan frekuensi dan persentase hasil belajar kk6 siswa siklus i dibagi menjadi 5 kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi berdasarkan tabel data siklus ii di atas dapat diperoleh hasil belajar siswa sebelum tindakan siklus ii yang menunjukkan bahwa nilai pre test adalah minimum 70 dan nilai tertinggi 100. hasil belajar setelah tindakan menunjukkan bahwa nilai post test minimum 85 dan nilai tertinggi 100. nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus ii sebesar 92 diperoleh melalui rumus nilai rata-rata. berdasarkan di atas, diperoleh informasi bahwa dari 31 siswa terperinci tidak ada siswa yang mempunyai nilai dengan kategori sangat rendah dan rendah. jadi dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kelas x ei smk n 2 wonosari yogyakarta pada siklus ii sebagian besar memiliki kategori tinggi dan sangat tinggi. analisis aktivitas siswa dalam pembelajaran kk6 menggunakan pendekatan problem based learning dianalisis secara deskriptif persentase. persentase keaktifan siswa yang meningkat dari pertemuan 1 sampai pertemuan 4 merupakan indikator keberhasilan metode tersebut. peningkatan keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini. tabel 3. distribusi persentase keaktifan siswa tiap pertemuan no aktivitas siklus i siklus ii 1. listening activities 86% 88% 2. oral activities 45% 61% 3. visual activities 35% 78% 4. writing activities 65% 73% 5. drawing activities 53% 21% 6. motor activities 39% 69% 7. mental activities 66% 68% 8. emotion activities 56% 84% dari data yang disajikan dalam tabel tersebut terlihat bahwa keaktifan siswa pada setiap kategori meningkat. hal ini disebabkan karena siswa sudah dapat beradaptasi dengan metode pbl. berdasarkan deskripsi penelitian dan hasil penelitian yang sudah disajikan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa ratarata hasil belajar siswa kelas x ei smk n 2 wonosari dari siklus i ke siklus ii mengalami peningkatan rata-rata hasil belajar, peningkatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus i ke siklus ii meningkat sebesar 4,16% yaitu dari 91 menjadi 95. 2. meningkatnya kategori nilai sangat tinggi sebesar 11,11% yaitu dari 27 anak menjadi 30 anak. meningkatnya rata-rata nilai tersebut disebabkan karena siswa mudah menyerap materi dengan metode belajar pbl. karena pbl dapat merangsang keterbukaan pikiran serta mendorong peserta didik untuk melakukan pembelajaran yang lebih kritis dan aktif. metode pbl juga memberikan tantangan pada siswa sehingga mereka bisa memperoleh kepuasan dengan menemukan pengetahuan baru bagi dirinya sendiri. berdasarkan hasil observasi aktifitas siswa diperoleh informasi bahwa adanya peningkatan dalam aktifitas listening, oral, emotional, visual, writing, motor, mental, dan visual. hal ini menunjukkan bahwa siswa mulai memberikan respon yang positif terhadap pelajaran yang diikutinya. baik dalam mendengarkan dan memperhatikan materi belajar yang disampaikan, ataupun dalam bertanya tentang materi yang belum dimengerti maupun didalam mengemukakan pendapat. dengan menggunakan metode belajar pbl siswa menjadi lebih mudah memahami materi karena mereka diajak belajar melalui masalah-masalah yang timbul dan vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.60 367 bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut. secara otomatis siswa mendapat pengetahuan sekaligus cam menerapkannya. dilihat dari hasil tersebut, model problem based learning dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kk6 di smk n 2 wonosari yogyakarta. simpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. berdasarkan hasil penelitian aktifitas siswa diperoleh informasi bahwa adanya peningkatan dalam aktifitas listening dari 86% menjadi 88%, oral dari 45% menjadi 61%, emotional dari 65% menjadi 84%, visual dari 35% menjadi 78%, writing dari 65% menjadi 73%, motor dari 39% menjadi 69%, dan mental dari 66% menjadi 68%. hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model problem based learning dapat membantu meningkatkan keaktifan siswa kelas x ei smk n 2 wonosari yogyakarta. keaktifan siswa dilihat dari aspek memperhatikan, bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan, berpendapat, kerjasama dalam kelompok, mengerjakan soal, belajar menggunakan sumber, dan presentasi kelompok dari siklus i sampai ii sebagian besar aspek mengalami peningkatan. 2. penerapan model problem based learning dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa kelas ei smk n 2 wonosari yogyakarta. peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus i ke siklus ii meningkat sebesar 4,16% yaitu dari 91 menjadi 95. nilai rata-rata pada siklus ii kategori nilai sangat tinggi siswa meningkat sebesar 11,11% yaitu dari 27 siswa menjadi 30 siswa. hasil belajar siswa mencapai indikator keberhasilan dari kriteria ketuntasan minimal (kkm) sebesar 100 persen. daftar pustaka [1] afcariono, muchamad. 2009. penerapan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada mata pelajaran biologi. (http://jurnaljpi.wordpress.com/2009/01/01/muchamad-afcariono/) [2] bloom, benyamin s. http://triatra.wordpress.corn/2011/09/15/taksonomi-bloom/ ridwan c. 2009. problem based learning. (http://ridwan13.wordpress.com) [3] hamalik. 2007. dasar-dasar pengembangan kurikulum. bandung; remaja rosdakarya. [4] ibrahim dan nur. 2000. model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). http://setyoexoatm.blogspot.com/2010/06/problem-basedlearning. html [5] koesoema, doni. 2007. pendidikan karakter. jakarta: grasindo. [6] muhliz. 2009. urutan kualitas pendidikan indonesia di mata dunia dari 19972007. (http://t4belajar.wordpress.com/2009/04/24/pendidikan-indonesiaranldng109-malaysia-61/ diakses tgl 19 nov hari kamis 2009) [7] mukhlison effendi. 2008. ilmu pendidikan. ponorogo: stain press. [8] rochaety, ety. 2006. sistem informasi manajemen pendidikan. jakarta: bumi aksara. [9] sanjaya, wina. 2008. strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. jakarta: kencana prenada media group. [10] sardiman. 2007. interaksi motivasi belajar mengajar jakarta : gravindo persada. [11] slameto. 1995. belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. jakarta: pt rineka cipta. [12] sudikin mc. 2008. manajemen penelitian tindakan kelas. yogyakarta: depdiknas. http://jurnaljpi.wordpress.com/2009/01/01/muchamad-afcariono/) http://triatra.wordpress.corn/2011/09/15/taksonomi-bloom/ http://ridwan13.wordpress.com/ http://setyoexoatm.blogspot.com/2010/06/problem-basedlearning http://t4belajar.wordpress.com/2009/04/24/pendidikan-indonesiaranldng-109-malaysia-61/ vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.60 368 [13] sujianto.2008. penggunaan media pada pengajaran matematika . http://pkab.wordpress.com/2008/06/12/penggunaan-media-pada pengajaranmatematikan, diakses pada bulan maret 2012 [14] syafaruddin. 2002. manajemen mutu terpadu dalam pendidikan. jakarta: grasindo. [15] sumitro. 2006. pengantar ilmu pendidikan. yogyakarta: uny press. [16] suprijono, agus. 2009. cooperatif learning. yogyakarta: pustaka pelajar. [17] arends dalam trianto. karakteristik model problem based learning (pbl). (online) http://blog.unsri.ac.id/widyastuti/pendidikan/pendekatan-pembelajaranberbasis-masalah-problembased-learning-dan-pendekatan-pembelajaranberbasis-konteks-contextual-teaching-andlearning/mrdetail/14376/, diakses pada bulan maret 2012 [18] poerwadaminta. 1976. kamus umum bahasa indonesia. jakarta: balai pustaka. [19] wagiran. 2007. peningkatan keaktifan mahasiswa dan reduksi miskonsepsi melalui pendekatan problem based learning". jumal kependidikan. http://pkab.wordpress.com/2008/06/12/penggunaan-media-pada-pengajaranmatematikan http://pkab.wordpress.com/2008/06/12/penggunaan-media-pada-pengajaranmatematikan http://blog.unsri.ac.id/widyastuti/pendidikan/pendekatan-pembelajaranberbasis-masalah-problem-based-learning-dan-pendekatan-pembelajaranberbasis-konteks-contextual-teaching-and-learning/mrdetail/14376/ http://blog.unsri.ac.id/widyastuti/pendidikan/pendekatan-pembelajaranberbasis-masalah-problem-based-learning-dan-pendekatan-pembelajaranberbasis-konteks-contextual-teaching-and-learning/mrdetail/14376/ http://blog.unsri.ac.id/widyastuti/pendidikan/pendekatan-pembelajaranberbasis-masalah-problem-based-learning-dan-pendekatan-pembelajaranberbasis-konteks-contextual-teaching-and-learning/mrdetail/14376/ vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.72 48 received : 12-12-2020 revised : 01-01-2021 published : 15-01-2021 pengaruh pembelajaran model treffinger pada materi garis dan sudut terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas vii sekolah indonesia riyadh arab saudi mashuri smkn 2 praya tengah, lombok tengah, indonesia mashurihotimah31122002@gmail.com abstrak: didasarkan pada hasil pengamatan diketahui bahwa penggunaan daya berpikir secara optimal dalam pelajaran matematika siswa kelas vii sekolah indonesia riyadh arab saudi masih dalam kategori rendah, dimana hasil pengamatan menunjukkan bahwa rasa keingintahuan, minat dan bakat serta kemampuan komunikasi masih rendah, pada hasil tes awal berada pada kategori tidak kreatif ditemukan 8 siswa, ,kategori kurang kreatif 24 siswa, kategori cukup kreatif 8 siswa, dan yang berada pada kategori kreatif hanya 2 siswa. didasarkan pada hal tersebut, tujuan utama pada penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematika pada materi geometri garis dan sudut menggunakan pembelajaran model treffinger bagi siswa kelas vii sekolah indonesia riyadh arab saudi. adapun penelitian masuk dalam jenis penelitian kualitatif dan pelaksanaannya adalah pada semester genap tahun 2017/2018 kelas vii di sekolah indonesia riyadh arab saudi. hasil observasi aktifitas, kemampuan afektif siswa selama pembelajaran berlangsung, dan hasil ujian siswa setelah pembelajaran adalah data sumber pada penelitian ini. adapun pengumpulan data menggunakan lembar pengamatan dan lembar tes. ttct (the torrance test of creative thinking) digunakan untuk analisa hasil tes. adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas vii sekolah indonesia riyadh arab saudi. didasarkan pada hasil observasi dan hasil ujian akhir siklus diketahui bahwa kemampuan berpikir kreatif dan kritis pada matematika materi garis dan sudut siswa kelas vii meningkat. ini ditunjukkan dengan perilaku kreatif dan kritis siswa, dari aspek kognitif dan aspek afektif pada pembelajaran model treffinger dari tingkat i sampai dengan tingkat iii, dari minimal kriteria “baik”, terjadi peningkatan tingkat kreatifitas siswa sebesar 42,8% dari kreatif “tingkatan lebih rendah” ke kreatif “tingkatan lebih tinggi”. kata kunci: model treffinger; garis dan sudut; berpikir kreatif https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.72 mailto:mashurihotimah31122002@gmail.com vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.72 49 pendahuluan perkembangan zaman yang setiap waktu selalu mengalami perubahan menuntut peran setiap orang untuk peduli kepada sesama demi terciptanya kemajuan yang beradab. kementerian pendidikan dan kebudayaan sebagai garis depan pengembangan dunia pendidikan dituntut untuk mampu memberikan arahan yang jelas dalam peningkatan kualitas pendidikan supaya generasi yang akan datang mampu menjalani kehidupannya secara lebih baik. persiapan yang matang sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang salah satunya yakni dengan cara mengupayakan supaya siswa dapat berpikir kritis dan kreatif ketika mereka belajar. kreatifitas dapat menyelesaikan hampir setiap masalah, lois (dalam van gundy, 2015:3). pada saat seseorang mempunyai masalah maka untuk menemukan solusi untuk memecahkan masalah sangat diperlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. kemampuan berpikir kreatif dan kritis dapat membantu siswa berhasil untuk menyelesaikan masalah dan mengarahkan diri sendiri pada saat guru berhalangan hadir, treffinger (dalam semiawan, 2016:37). tingkatan penalaran yang merupakan bagian berpikir dibagi menjadi 3 tingkatan di atas ingatan (recall), yaitu berpikir dasar (basic), berpikir kritis (critical), dan berpikir kreatif, krulik (dalam siswati, 2015:2). ketika siswa belajar matematika maka hal utama yang sangat diperlukan adalah kemampuan berpikir yang sifatnya mendasar sebagai pijakan untuk melahirkan aktivitas yang kreatif. hal ini dapat diasah melalui kegiatan berpikir kritis dan kreatif yang salah satunya adalah mencari banyak alternative dalam menyelsaikan suatu masalah. akan tetapi hal ini tidaklah terjadi secara serta merta melainkan harus diasah melalui latihan yang bersifat komprehensif agar terjadi kesinambungan. kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan untuk dapat menemukan pemecahan suatu permasalahan secara terbuka dan supaya semua orang adapat menerimanya. evaluasi diri dan orang lain dapat dilakukan jika seseorang telah mempunyai kemampuan berpikir sistematis dan kritis. berpikir kritis dan juga kreatif adalah salahsatu kemampuan diri untuk menguji secara sistematis kualitas daya pikir diri sendiri dan juga orang lain, johnson (dalam siswono, 2016:78). adapun kemampuan berpikir kritis dan kreatif bersifat terbuka karena semua alternative pemecahan masalah dimana diharapkan dapat diterima dan akhirnya dipilih satu pemecahan masalah terbaik, (semiawan, 2016:35). pembelajaran kreatif model treffinger dimaksud adalah satu diantara banyak model pembelajaran kreatif yang memiliki ciri dan karakteristik yang sangat cocok dengan tujuan yang hendak dicapai pada saat kegiatan pembelajaran pada penelitian ini. pada pembelajaran kreatif bukan hanya memperhatikan aktivitas pengetahuan semata, tetapi memperhatikan juga aktivitas perilaku. diantara beberapa kelebihan model pembelajaran treffinger: (1) siswa diberikan keleluasaan berpikir dalam memahami materi-materi secara luas dan terbuka sesuai tingkat kemampuannya. (2) siswa tidak pasip dalam pembelajaran. (3) kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa berkembang, karena disajikan permasalahan pada awal pembelajaran dan siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mencari sendiri penyelesaiannya. (4) ketrampilan siswa dalam memahami masalah, mengumpulkan data, menyajikan data, menganalisis data, merancang asumsi awal dan mencoba untuk memecahkan suatu permasalahan berkembang dengan baik. (5) siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan barunya kedalam kehidupan sehari-hari. tiga tahapan dalam pembelajaran model treffinger dan setiap tahapannya mencakup aspek pengetahuan dan aspek perilaku dimana proses kegiatannya berlangsung secara bersamaan dan terpadu satu sama lainnya (semiawan, 2016:38). pada tahap awal pembelajaran ditekankan penyelesaian-penyelesaian secara terbuka terhadap semua https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.72 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.72 50 kemungkinan yang bisa terjadi. pada tahap selanjutnya dilakukan pemikiran secara mendalam yang menyeluruh dengan tetap memperhatikan aspek pengetahuan dan aspek perilaku dan selanjutnya dikembangkan secara luas. pada tahap akhir adalah melalui pelibatan siswa pada masalah-masalah yang menantang yang disesuaikan dengan permasalahan kehidupan seharihari. adapun permasalahan penelitian dirumuskan: (1) kemampuan berpikir kreatif matematika pada materi garis dan sudut siswa kelas vii sekolah indonesia riyadh arab saudi menggunakan pembelajaran model treffinger yang bagaimana yang dimaksud pada penelitian ini? (2) bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematika pada materi garis dan sudut bagi siswa kelas vii sekolah indonesia riyadh arab saudi meningkat setelah mengikuti pembelajaran model treffinger?. penelitian ini bertujuan untuk: (1) menjelaskan bagaimana pembelajaran model treffinger dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika pada materi garis dan sudut bagi siswa kelas vii sekolah indonesia riyadh arab saudi. (2) menjelaskan kemampuan berpikir kreatif matematika pada materi garis dan sudut bagi siswa kelas vii sekolah indonesia riyadh arab saudi melalui pembelajaran model treffinger meningkat. metode dengan didasarkan pada tujuan penelitian yaitu menjelaskan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematika untuk materi garis dan sudut pada siswa kelas vii sekolah indonesia riyadh mengalami peningkatan dengan menggunakan pembelajaran model trefffinger, maka data yang terkumpul bersifat deskripsi dimana data yang terkumpul tersebut berupa penjelasan-penjelasan tentang pembelajaran matematika yang diuraikan sesuai urutan kejadian dalam pelaksanaan penelitian. guru sebagai peneliti membuat rencana, melaksanakan, menyajikan, menganalisi, menarik kesimpulan dan membuat laporan. adapun karakteristik penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana hal ini senada dengan pendapat moleong (2016:21) bahwa karakteristik penelitian kualitatif adalah: (1) bersifat alami, (2) guru dan siswa sebagai instrument, (3) kategori metode kualitatif, (4) teknik analisa data secara kualitatif, (5) menggunakan teori dasar (grounded teory), (6) deskrepsi (penjelasan), (7) proses lebih dipentingkan daripada hasil, (8) fokus sebagai batas, (9) memiliki kriteria tertentu sebagai syarat keabsahan data, (10) desain sementara, dan (11) dapat menyepakati atau merundingkan hasil penelitian. dilihat dari bagaimana melakukan penelitian, maka penelitian ini dikategorikan penelitian tindakan kelas (selanjutnya disingkat ptk), senada dengan pendapat arikunto (2016:2) bahwa jika penelitian dilakukan di suatu kelas dan aspek yang diteliti adalah tindakan yang berkaitan dengan bidang pendidikan, maka penelitian itu disebut ptk. dengan kata lain ptk adalah suatu penelitian yang hajatkan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas dan selanjutnya dicari penyelesaian atau jawaban atas permasalahan yang dikemukakan dari kegiatan pembelajaran tersebut. penelitian dilaksanakan di sekolah indonesia riyadh arab saudi kelas vii yang berlokasi di jalan ummul hammam riyadh arab saudi, pada semester dua tahun pelajaran 2017/2018. sekolah ini merupakan sekolah yang sangat terbuka terhadap perubahan menuju kemajuan pendidikan. model pembelajaran yang ditawarkan ini cukup inovatif, sehingga dari pihak sekolah sangat mendukung diadakan penelitian ini. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.72 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.72 51 siswa kelas vii sekolah indonesia riyadh tahun pelajaran 2017/2018a merupakan subyek dalam penelitian ini. fokus pengamatan pada enam siswa yang disebut subjek pengamatan yang ditentukan melalui tingkat kuartil dan tingkat kreatifitas, dengan rincian 2 siswa dari kuartil tiga, 2 siswa dari kuartil dua, dan 2 siswa dari kuartil satu, dan kemudian siswa-siswa tersebut akan menjadi subjek wawancara bila diperlukan. penentuan kuartil didasarkan pada nilai matematika semester ganjil siswa kelas vii sekolah indonesia riyadh dan penentuan tingkat kreatifitas berdasarkan hasil tes awal penelitian. sebagaimana diketahui bahwa pada penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah guru/peneliti, seperti yang disampaikan nasution (dalam sugiyono, 2011:223): ”pada penelitian kualitatif, mau tidak mau kita harus menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian pokok. alasannya yakni bahwa, segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang dapat dipastikan. dibagian lain dikatakan bahwa dalam keadaan yang samar-samar dan tidak pasti itu, satu-satunya pilihan adalah peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang untuk dapat mencapai tujuan”. adapun kegiatan selanjutnya setelah subjek pengamatan terlihat jelas adalah akan disusun dan dikembangkan instrumen penelitian sebagai pelengkap data dan pembanding data yang telah ditemukan dari hasil pengamatan ataupun wawancara. lembar penagmatan/observasi, lembar validitas, dan lembar tes siswa adalah instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini. adapun prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah: (a) proses pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini yakni mengamati partisipasi secara pasip untuk mengamati kesesuaian aktivitas siswa dengan indikator asesmen tiap aspek pada model treffinger. (b) penggunaan wawancara pada penelitian ini yakni wawancara tak terstruktur karena tidak menggunakan panduan wawancara yang disusun secara rapi dan sistematis. pelaksanaan wawancara dilakukan untuk melengkapi hasil pekerjaan siswa sehingga didapatkan informasi yang diharapkan sesuai dengan indikator tiap aspek. wawancara dilaksanakan setelah siswa mengerjakan tes akhir siklus. (c) adapun tugas yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah hasil lengkap pekerjaan siswa pada saat mengerjakan lks secara berkelompok dan tugas mandiri sebagai penguatan, sedangkan tes dimaksudkan disini adalah tes pada saat awal penelitian dan tes pada akhir setiap siklus. pada analisis data prosesnya dimulai dengan kegiatan telaah semua data yang yang diperoleh dari banyak sumber dimana ini sejalan pernyataan moleong (2016:247). mengacu dari pendapat tersebut maka kegiatan menganalisis data dilakukan pada waktu kegiatan pembelajaran dan setelah kegiatan pengumpulan data berakhir. ketika data sudah terkumpul lalu dianalisis dengan model alir yang meliputi tahapan-tahapan: (1) kegiatan mereduksi data, (2) kegiatan menyajikan data, (3) kegiatan verifikasi dan penarikan kesimpulan. hasil ada beberapa temuan penelitian pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model treffinger dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) siswa menyatakan senang karena pembelajaran dirasakan lebih santai, bebas berpendapat dan siswa merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan guru dan diakhir pembelajaran mereka menyatakan suka terhadap pembelajaran matematika. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.72 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.72 52 gambar 1. gambaran suasana kelas ketika pembelajaran berlangsung (2) pada proses pembelajaran siklus i ditemukan kendala berupa kurangnya waktu dikarenakan siswa terlalu asik berdiskusi sesama kelompok dan berfantasi menyelesaikan masalah-masalah yang tersaji pada lembar kerja siswa. hal itu dapat teratasi karena ditengah penelitian dapat mengunakan ruangan kelas ix yang sudah tidak masuk sekolah lagi karena sudah selesai ujian nasinal, dimana di kelas tersebut bisa menggunakan lcd. (3) pada saat pemberian soal-soal pemecahan masalah yang bersifat terbuka ada beberapa siswa yang belum terbiasa sehingga di awal mereka merasa kesulitan tetapi setelah terbiasa mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan. tetapi masih ditemukan juga siswa dalam kategori rendah merasa kewalahan sehingga mereka membutuhkan waktu lebih dari yang lain dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. tetapi seiring berjalannya waktu lama-kelamaan mereka dapat menyesuaikan diri dengan teman lainnya dalam penyelesaian soal-soal yang ada. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.72 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.72 53 gambar 2. kutipan wawancara dengan salah satu siswa pembahasan pelaksanaan pembelajaran matematika pada siswa kelas vii sekolah indonesia riyadh dimulai dengan memberikan pertanyaan-pertanyan ringan yang bertujuan sebagai pemanas menuju kearah pembelaran yang melibatkan pemikiran yang bersifat kreatif, menurut semiawan dkk (2016:42) tidak seperti menyalakan atau mematikan lampu yang dapat terjadi seketika, tetapi melalui suatu proses rangkaian yang panjang dalam rangka membiasakan siswa dapat belajar secara efektif melalui penggunaan pemikiran yang bersifat kritis adan kreatif. dimulai dengan memberikan pertanyaan yang bersifat imajinatif dan siswa menggunakan kemampuan yang dimilikinya mencari jawaban yang bebas sehingga diperoleh jawaban yang beragam sesuai dengan karakter dan pengalaman terdekat yang sudah mereka lakukan. hal ini mengakibatkan cara berpikir siswa bersifat divergen yang merupakan ciri khas dalam pembelajaran model trefingger tingkat i, dimana berpikir divergen dapat didorong memberikan pertanyaan yang memiliki jawaban terbuka, munandar (2014:195). kemudian dilanjutkan dengan peragaan tentang garis dan hubungan garis sehingga siswa dapat mengalami dan melihat langsung garis dan hubungannya yang membuat siswa memahami sifat-sifat garis lurus dan sifat dari setiap hubungan dua garis. objek matematika yang abstrak dalam hal ini pengertian garis yang tidak dapat didefinisika (underfinterm) dapat dihubungkan dengan bentuk yang kongkrit sehingga sehingga siswa dapat memahaminya. ketika pembelajaran berlangsung dengan cara berkelompok siswa terlihat memecahkan masalah secara terbuka dengan menerapkan teknik daftar gagasan dan saran-saran ditulis dimaksudkan supaya dari pendapat-pendapat yang ada ditarik kesimpulan terbaik yang akan di publikasikan ke kelompok lain. karena semua pendapat dalam diskusi kelompok adalah suatu cara yang luar biasa dalam mengembangkan pemirian-pemikiran kreatif (davis, dalam jamridafrizal, 2011). dalam hal ini guru sekaligus sebagai peneliti bertindak mempasilitasi https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.72 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.72 54 dan memotivasi serta pengarah supaya penyampaian gagasan tidak terjadi kritik dari siswa lain secara spontanitas, hal ini sesuai dengan semiawan (2016:43) kendala utama dalam melahirkan gagasan adalah adanya kritik sebelum gagasan disampaikan secara tuntas tetapi sepotong-potong yang menimbulkan kesalahan pemahaman. tanggapan berupa kritik disampaikan setelah selesainya penyampaian materi diskusi sehingga diskusi kelompok menjadi terarah. pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran model treffinger tahap ii sebagaimana biasa diawali dengan pemanasan (warming up) yaitu menggunakan ide kreatif berbantuan geoboard. selanjutnya belajar kreatif dengan pemikiran-pemikiran yang melibatkan perasaan majemuk dimana pemikiran dan perasaan diungkapkan dengan bermain peran (sosio drama) ketika menyelesaikan suatu masalah akan tetapi hal ini berbeda dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh siswati (2015:94) dimana pada penelitiannya menggunakan analisa morfologis pada model treffinger tingkat ii pada siswa kelas vii smpn 1 praya. siswa secara langsung dapat menangani komplik dan masalah yang timbul dari pengalaman dalam kehidupannya melalui teknik bermain peran, (haryono, 2016 ;23). siswa dihadapakan pada masalah disekitarnya yang bersifat menantang sehingga setelah siswa tertantang maka mereka secara otomatis dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. pada saat pembelajaran berlangsung siswa merasa tertantang dengan soal-soal yang ada pada lks bagaimana cara mereka menerjemahkan soal-soal pada lks kedalam bahasa peran yang mudah dipahami orang. disini terjadi proses pembimbingan oleh siswa dalam kategori mampu kepada siswa kategori rendah sehingga pembelajaran dirasa sangat efektif dan berkembang dengan hasil yang memuaskan. pada kegiatan pembelajaran model treffinger tingkat iii dimulai dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang permasalahan yang mereka temukan pada materi garis dan sudut, karena hal ini sesuai dengan hasil penelitian siswono (2012:86) dimana mengajukan masalah pada saat pembelajaran mempunyai banyak manfaat dalam proses pembelajaran matematika dimana salahsatunya adalah mendorong siswa untuk berfikir kritis dan kreatif. saling beriskusi kelompok dalam memecahkan masalah terlihat sangat efektif membantu siswa dalam menemukan ide-ide kreatif dan tingkat partisipasi siswa sangat tinggi terutama dalam menemukan solusi permasalahan. melalui diskusi kelompok terjadi pertukaran pendapat dan ide-ide cemerlang sehingga pembelajaran semakin dinamis, (tsaniyah 2015: 65). kedua siswa diberikan permainan yang bersifat pemecahan masalah secara kreatif dalam bentuk soal-soal yang dibuat masing-masing kelompok kemudian pemecahan masalahnya dilakukan secara diskusi kelompok kemudian dipresentasikan di depan kelas melalui perwakilan kelompok dan anggota kelompok yang lain bertindak sebagai audien. ketiga adalah memberika reward kepada siswa yang mengalami peningkatan kreatifitas berpikirnya dimana hal ini meningkatkan sikap kebersamaan, rasa puas, rasa bangga terhadap mata pelajaran matematika, hudoyo (2011:279). strategi yang tepat yang dilakukan guru dalam mengajar dapat meningkatkan motivasi siswa untuk dapat cepat mengerti materi yang diajarkan dimana hal ini didasarkan pada hasil wawancara dan pengamatan penelitian setelah pembelajaran berkahir. pada pembelajaran materi garis dan sudut, siswa juga merasa tidak ada beban, karena pendapatnya merasa dihargai dan bebas mengungkapkannya, sehingga meningkatnya kualitas belajar dan berpikir kreatif setelah pembelajaran model treffinger diikuti seluruh siswa. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.72 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.72 55 adapun kemampuan berpikir kreatif matematika siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan dimana setelah guru menerapkan pembelajaran model treffinger, hal ini terlihat dari hasil pengamatan pada variable kreatifitas aspek pengetahuan dari siklus i ke siklus ii terjadi peningkatan sebanyak 10% dan pada variabel kreatifitas aspek perilaku mengalami peningkatan sebanyak 9,5%. hal ini dapat diartikan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan dan perilaku. hal ini sejalan dengan pendapat ahli psikologis bahwa pribadi kreatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) mempunyai daya khayal yang tinggi, (2) kaya inisiatif, (3) luas minat, (4) berpikiran bebas, (5) selalu ingin tahu, (6) selalu tertantang untuk mendapatkan pengalaman baru, (7) percaya diri, (8) bersemangat, (9) berani mengambil resiko, (10) tidak ragu berpendapat meskipun mendapat kritikan dan berani mempertahankan pendapat yang diyakininya benar, munandar (2014:37). berdasarkan hasil pengamatan bahwa siswa merasa senang dalam belajar matematika karena pembalajaran terasa lebih santai, siswa bebas berpendapat dan siswa merasa tertantang baik siswa berkemampuan rendah, sedang maupun tinggi. dalam pelaksanaan pembelajaran model treffinger ini menggunakan soal-soal pemecahan masalah yang bersifat terbuka dimana pada awalnya siswa belum terbiasa dan siswa harus mengalami proses pembiasaan terlebih dahulu supaya siswa terbiasa dalam menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan. hal ini mengakibatkan pada siklus i, 66,7% variable pengamatan mencapai kriteria minimal pada tingkat baik dan pada siklus ii terdapat 97,2% variable pengamatan mencapai kriteria minimal pada tingkat baik. ditinjau dari rataan hitung hasil pengamatan variable aspek pengetahuan dan perilaku pada tiap tingkatan pada siklus ii mencapai 100% berada pada kategori “baik” atau “sangat baik”. simpulan dengan menerapkan pembelajaran model treffinger dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa kelas vii sekolah indonesia riyadh dimana dalam pelaksanaannya memiliki tiga tingkatan yakni: (a) model treffinger tingkat i diawali dengan siswa diberikan soal-soal ringan yang bersifat pemanasan dengan tujuan supaya siswa tertarik dan tertantang pada saat belajar garis dan sudut. langkah selanjutnya siswa dilatih untuk berpikir kreatif dan terbuka melalui pemberian lembar kerja siswa yang berisi masalah terbuka pada materi garis dan sudut. langkah selanjutnya adalah siswa diminta menuliskan semua hasil pemikirannya yang erupa ide atau gagasan dalam menyelesaikan masalah bersama kelompoknya kemudian diambil hasil pemikiran berupa ide atau gagasan terbaik sebagai alternative pemecahan masalah. dan langkah terkahir adalah masing-masing kelompok diminta mepresentasikan hasil diskusi untuk mencari alternative pemecahan masalah terbaik secara terbuka. (b) model treffinger tingkat ii diawali dengan langkah pemberian pemanasan (warming up) dengan menggunakan ide-ide kreatif dengan membuat beberapa gambar bebas yang berkaitan dengan garis dan sudut pada lembar kerja yang tersedia. langkah selanjutnya adalah siswa bermain peran dalam menyelesaikan masalah dan permasalahan yang diberikan berkisar permasalahan sehari-hari yang dekat dengan kehidupan siswa. (c) model treffinger tingkat iii diawali dengan meminta siswa untuk mengajukan masalah yang berkaitan dengan garis dan sudut yang dilakukan secara berkelompok melalui kegiatan problem posing. langkah selanjutnya adalah siswa diberikan semacam permainan yang bersifat creative problem solving dalam bentuk lomba dalam menyelesaikan masalahyang sudah dibuat oleh masing-masing kelompok https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.72 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.72 56 pada kegiatan sebelumnya yang sudah diacak. langkah terakhir adalah siswa diberikan reward yang mengalami peningkatan signifikan dalam kemampuan berpikr kreatif. hasil penerapan pembelajaran model treffinger terbukti mampu meningkatkan cara berpikir kreatif pada mata pelajaran matematika siswa kelas vii sekolah indonesia riyadh. hal ini terlihat dari hasil pengamatan sebelum, selama dan setelah pembelajaran selesai diperoleh peningkatan perilaku kreatif disesuaikan dengan indicator kreatifitas yang disusun pada model pembelajaran ini baik aspek pengetahuan ataupun aspek perilaku meningkat menjadi minimal “baik”. berdasarkan hasil tes awal diperoleh 8 siswa berada pada tingkatan tidak kreatif, ada 24 siswa pada tingkatan kurang kreatif, ada 8 siswa pada tingkatan cukup kreatif dan ada 2 siswa yang berada pada tingkatan kreatif. pada hasil tes akhir siklus ii diperoleh 22 siswa masih pada tingkatan kurang kreatif dan 20 siswa berada pada tingkatan kreatif, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kreatifitas sebesar 42,8%. daftar rujukan arikunto. 2013. dasar-dasar evaluasi pendidikan. jakarta : bumi aksara arikunto. 2015. prosedur penelitian. jakarta : pt. rineka cipta arikunto, dkk. 2016. penelitian tindakan kelas. jakarta : bumi aksara bush. 2013. mathematics assesment: a practical handbook for grades 6-8. reston: ntcm darwis, anak berbakat dan pendidikan keberbakatan: buku panduan guru dan orang tua. terjemahan harry slamet. 2012. jakarta: pt de matteo, rachel wing. 2014. a model approach to problem solving. diperoleh dari journal mathematics teaching in the middle school ntcm. vol 16 no. 3 oktober 2014 : 132-135 depdiknas. 2006. kurikulum tingkat satuan pendidikan. jakarta: badan standar nasional pendidikan haryono, 2016. pembelajaran model treffinger untuk menumbuhkan kreativitas dalam pemecahan masalah operasi hitung pecahan siswa kelas v sd islam hasyim singosari malang. malang: um hudojo, h. 2011. mengajar belajar matematika. jakarta: depdikbud. jamridafrizal. 2011. factor-faktor yang mempengaruhi kreativitas. on line. www.scribd.com>creative writing>essays, download januari 2014 johnson, b. 2012. contextual teaching and learning: what it is and why it’s here to stay. calfornia: cowin press. inc krulik, jesse a. 2015. the new sorce book for teaching reason and problem solving in elementary school. needham heigts massachusetts: allyn and bacon moleong, j. 2016. metodologi penelitian kualitatif. bandung : pt rosdakarya munandar. 2014. mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah. jakarta: pt grasindo munandar. 2017. pengembangan kreativitas anak berbakat cetakan 3. jakarta: pt rineka cipta muscla, judith. 2012. math starters 5-10 minute activities that make kids think, grades 6 musser, gary l. 2011. mathematics for elementary teacher a contemporary approach. ninth edition. hoboken: john willey & sons inc semiawan, dkk. 2016. memupuk bakat dan kreativitas siswa sekolah menengah: petunjuk guru dan orang tua. jakarta: pt gramedia setyosari, punaji. 2017. metode penelitian pendidikan. malang: fakultas ilmu pendidikan universitas negeri malang https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.72 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.72 57 siswati. 2015. meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika melalui pembelajaran model treffinger pada siswa kelas vii smpn 1 praya. ptk smpn 1 praya siswono, tatang. 2016. mendorong berpikir kreatif siswa melaui pengajuan masalah, makalah disajikan dalam konferensi himpunan matematika denpasar bali. 23-27 juli 2016 subanji, 2015. pembelajaran dengan matematika sebagai upaya meningkatkan kreativitas siswa. bandung: pt remaja rosdakarya sugiyono. 2011. metode penelitian kualitatif, kualitatif dan r&d. bandung: cv alfabeta tsaniyah. 2015. penerapan model siklus belajar menggunakan assesmen presentasi dan diskusi dalam meningkatkan kualitas hasil belajar biologi siswa kelas x semester i sma negeri 1 gresik. mipa. 10: 1-5 van de walle. matematika sekolah dasar dan menengah jilid 2 pengembangan pengajaran edisi keenam. diterjemahkan suyono. 2016. jakarta: erlangga vangundy, arthur. 2105. 101 activities for teaching creativity and problem solving. san fansisco: john wiley & sons inc https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.72 jira: jurnal inovasi dan riset akademik volume 1 nomor 1 tahun 2020 penerbit ahlimedia press vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://ahlimedia.com/jurnal/index.php/jira ii jira adalah jurnal pendidikan dengan lingkup aktivitas pembelajaran, penelitian tindakan kelas, lesson study, pengembangan media pendidikan dan pemanfaatan teknologi terkini dalam pendidikan. semua tulisan melalui proses telaah atau review yang dilakukan oleh tim ahli dibidangnya masing-masing. editorial board editor in chief teguh arie sandy, ahlimedia press (scopus id: 57216810754), indonesia editorial board 1. dr. nisaul barokati seliro wangi, universitas islam darul ulum lamongan (scopus id: 57215914065), indonesia 2. dr. miftahus surur, stkip pgri situbondo (scopus id: 57212514433), indonesia 3. dr. i kadek suartama, universitas pendidikan ganesha (scopus id: 57211650188), indonesia 4. isabel coryunitha panis panis, universitas katolik widya mandira (scopus id: 57218386798), indonesia 5. dr. widdy h.f rorimpandey, universitas negeri manado (scopus id: 57218115704), indonesia peer reviewer 1. dr. yayuk chayatun machsunah, universitas pgri adi buana kampus lamongan, indonesia 2. relly prihatin, stit sunan giri bima, indonesia 3. mukhammad luqman hakim, institut agama islam negeri kediri, indonesia 4. syaiputra wahyuda meisa diningrat, stit al-ibrohimy bangkalan, indonesia jurnal jira terbit 1 bulan sekali. editorial office: ahlimedia press alamat: jln. ki ageng gribig, gang kaserin mu no.36 malang 65138 email: jira@ahlimedia.com telp: +6285232777747 vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://ahlimedia.com/jurnal/index.php/jira iii daftar isi cover .................................................................................................................................i editorial board ..................................................................................................................ii daftar isi ............................................................................................................................iii srianah kartu pintar untuk peningkatan prestasi belajar berpidato persuasif kelas ix smp negeri 1 sukapura kabupaten probolinggo ....................................................................................1 s. hendi susirowantositi sofiyati peningkatkan hasil pembelajaran pola bilangan dengan penerapan model realistik kelas viii c smp negeri 1 wonomerto .....................................................................................10 endang susilowati buku pintar untuk peningkatan prestasi belajar menulis teks persuasif siswa kelas viic smp negeri 1 wonomerto .....................................................................................17 mujiono joyful learning untuk peningkatan prestasi belajar aljabar kelas vii b smp negeri 1 wonomerto ..........................................28 vandaria bunga nirwana penggunaan metode buzz group dengan media diorama dua dimensi untuk meningkatkan pemahaman dampak perilaku menyimpang mata pelajaran sosiologi ................................36 moh. hosen media video you tube tutorial lari sprint untuk peningkatan prestasi belajar vii a smp neger 4 wonomerto ......................................................................................48 aries eka prasetya meningkatkan minat baca siswa melalui program perpustakaan kelas .............................................................................................52 kusniati penerapan model pembelajaran kooperatif think-pair-share untuk meningkatkan respon dan hasil belajar mengenal rasul-rasul allah .................................................................................................64 vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://ahlimedia.com/jurnal/index.php/jira iv elfiah penerapan model student team achievement division (stad) untuk meningkatkan prestasi belajar materi perdagangan internasional untuk siswa smp ....................................................................72 aning wulandari peningkatan kemampuan menyusun instrumen penilaian sikap berbasis internet melalui pelatihan google form pada guru madrasah aliyah .......................................................................................82 said edy wibowo penggunaan media “lemjatar” materi jurnal umum dengan metode simulasi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa ............................................................................................................88 panduan menulis jurnal jira microsoft word artikel 3.docx vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.260 93 received : 21-01-2022 revised : 03-02-2022 published : 28-02-2022 efektifitas penggunaan bahan ajar dengan media google form pada pembelajaran al quran hadist irmawati rangkuti mtsn 3 medan, indonesia irmawatirangkuti5@gmail.com abstrak pembelajaran daring pada masa covid-19 membuat guru harus memikirkan inovasi dan kreatifitas yang tinggi dalam mengajar. bahan ajar dengan media goole form merupakan salah satu trik guru untuk menyampaikan bahan ajar materi al quran hadist dengan lebih efisien dan menyenangkan. tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana bahan ajar dengan media goole form pada mata pelajaran al quran hadist ini efektif dalam pembelajaran daring pada siswa kelas vii mtsn 3 medan. pembuatan bahan ajar dimulai dengan perancangan pembelajaran yg sesuai dengan tuntutan ki kd kurikulum 2013. keistimewaan pembelajaran dengan goole form adalah dalam satu kemasan berupa link sekali klik siswa dapat memperoleh pembelajaran berupa teks materi disertai gambar, video dan evaluasi sekaligus. hasil penelitian menunjukkan berdasarkan angket yang disebarkan, para siswa menilai bahwa pembelajaran dengan menggunakan goole form ini efektif dengan prosentase sebesar 40,7% untuk jawaban setuju dan sangat setuju. 40,2 % netral, 10% tidak setuju dan 9,1% sangat tidak setuju. pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar goole form ini dinilai menarik dan tidak monoton hal ini bisa dilihat dari angket yang ada mendapat respon sangat setuju dan setuju sebesar 50,5%, seanyak 34,4% netral, 10% tidak setuju dan 5,1% sangat tidak setuju. hasil belajar siswa menunjukkan sebanyak 80 % siswa mendapatkan nilai diatas kkm 76 untuk mata pelajaran al quran hadist kelas vii di mtsn 3 medan. kata kunci: efektifitas; goole form; pembelajaran; al quran hadist; covid-19; daring vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.260 94 pendahuluan menyebarnya pandemi covid-19 di dunia menyebabkan sistem pembelajaran di indonesia pada lingkungan sekolah dan madrasah berubah total. pembelajaran tatap muka tidak diperkenankan untuk mencegah meyebarnya penularan wabah penyakit copid-19 ini. sistem pembelajaran dalam jaringan (daring) yang dilakukan secara online menjadi pilihan untuk melaksanakan pembelajaran. masalahnya, tidak semua tenaga pengajar mampu menyajikan pembelajaran dengan sistem digitalisasi sesuai tuntutaan pembelajaran online dimana kemajuan teknologi tidak selalu diikuti dengan kualitas sumber daya manusia. bonita d. (2014) menyatakan menyelaraskan kemajuan teknologi dan kualitas guru masih sulit dilakukan karena kebanyakan guru masih terbiasa dengan metode lama dalam proses pembelajaran, yaitu metode ceramah yang berorentasi pada konten untuk menyelesaikan materi pelajaran. selaras dengan itu, pusat teknologi informasi dan komunikasi pendidikan dan kebudayaan (kapustekkom) kementerian pendidikan dan kebudayaan gogot suharwoto mengatakan hanya 40 persen guru nonteknologi informasi dan komunikasi (tik) yang siap dengan teknologi. dengan berkembangnya kemajuan teknologi, sistem pembelajaran digitalisasi menawarkan banyak pilihan. salah satunya adalah layanan google for education. banyak sekali layanan google yang bisa digunakan sebagai penunjang dalam kegiatan pendidikan di dunia. diantaranya adalah google form, google class, google slide, dan masih banyak lagi aplikasi dalam bidang pendidikan. saat ini, akan dibahas aplikasi google form sebagai media pembelajaran jarak jauh. google form merupakan aplikasi google bebas bayar yang fungsi utamanya untuk membuat formulir baik untuk pengumpulan informasi maupun kuis secara online. banyak media atau alat berbasis online yang dapat digunakan untuk media pembelajaran tersebut (yanthi charolina & honny, 2021). google form penggunaannya sangat mudah, tanpa memerlukan koding, sangat cocok untuk guru pemula menggunakan teknologi. dapat juga dikolaborasikan dengan situs atau media lain seperti google docs, google drive, youtube, video dan lain-lain. penyajian pada siswa cukup dengan satu link yang di share melalui whatsapp grup kelas. pada akun link yang di share di dalamnya berisi materi ajar, video, dan evaluasi. permasalahnya, dalam merancang pembelajaran berbasis online keahlian, inovasi dan kreatifitas sangat diperlukan. kemampuan digital guru juga diperlukan meskipun tidak harus ahli untuk kategori goole form ini. pada masa pandemi covid-19 guru memiliki fasilitas yang memadai untuk melaksanakan pembelajaran daring dengan menggunkan aplikasi google form. penggunaan internet di indoensia dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (rahadian, d., 2017). pada tahun 2018, terdapat 62,41% orang penduduk indonesia telah memiliki telepon seluler dan 20,05 % rumah tangga telah memiliki komputer di rumahnya (bps, 2019). data ini relevan dengan hasil riset yang memaparkan bahwa walaupun ada guru yang belum memiliki laptop, akan tetapi hampir seluruh guru telah mempunyai smartphone. survei yang telah dilakukan melaporkan bahwa 54 orang mempunyai smartphone dan laptop dan 42 orang mempunyai smartphone saja. penggunaan smartphone dan laptop dalam pembelajaran daring dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik (anggrawan, a., 2019). pangondian, r. a., santosa, p. i., & nugroho, e. (2019) menyatakan banyak kelebihan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pelaksanaan pembelajaran daring diantaranya adalah tidak terikat ruang dan waktu. penelitian sebelumnya menunjukkan keefektifan penggunaan google form untuk bahan ajar. yanthi charolina & honny (2021) menyebutkan tumbuh motivasi besar dari para guru di vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.260 95 tengah beragam kesulitan yang mereka hadapi untuk dapat menguasai tik bagi proses belajar mengajar di sekolah. nurul marifah, 2020, data respons pendidik menunjukkan bahwa google form dapat digunakan sebagai alternatif untuk melakukan evaluasi. hal ini dibuktikan dengan hasil bahwa 100 % guru sebagai peserta memiliki minat untuk melakukan evaluasi melalui formulir google. alasan ketertarikan terdiri dari 4 faktor, yaitu, 66% kemudahan, 77 % kecepatan, 77 % kepraktisan, dan efisiensi 88 %. bahkan minat siswa dalam menggunakan google formulir dalam pelaksanaan ujian akhir madrasah adalah 74 %. metode penelitian pendekatan yang akan dipakai pada penelitian ini ialah pendekatan kualitatif memakai tipe penelitian deskriptif. penelitian akan mengeksplor terhadap keterlaksanaan pembelajaran online mata pelajaran al quran hadist menggunakan bahan ajar google form di masa pandemi di kelas vii mtsn 3 medan. peneliti akan mendalami ke keterlaksanaan pembelajaran online menggunakan google form pada mata pelajaran al quran hadist di masa pandemi kelas vii mtsn 3 medan. penelitian ini memakai purposive sampling. purposive sampling ialah metode pengambilan sampel data memakai syarat tertentu (sugiyono, 2019). instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. pertama, pedoman wawancara disertai dengan kisi-kisi. kedua, observasi yaitu observasi yang dilaksanakan peneliti untuk mendapatkan data proses pembelajaran menggunakan bahan ajar goole form. peneliti melakukan penelitian secara online. ketiga, kuesioner yakni peneliti mengumpulkan data dengan membagikan pertanyaan atau angket kepada murid kelas vii mtsn 3 medan guna mengetahui jawaban murid selama kegiatan pembelajaran yang menggunakan bahan ajar google form. analisis data yang dipakai ialah model miles dan huberman (sugiyono, 2019), yakni pengumpulan data, pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi atau gabungan ketiganya (triangulasi). pengumpulan data dilakukan secara mendalam hingga data yang akan didapat semakin terkumpul. hal ini meliputi hal-hal berikut. pertama, reduksi data. reduksi data sama halnya dengan merangkum dan menitik beratkan pada perihal, maka dengan adanya reduksi data akan menjadikan gambaran yang lebih sistemik dan memudahkan peneliti guna menghimpun data selanjutnya. (sugiyono, 2010). kedua, penyajian data. sesudah data direduksi, maka proses lanjutannya ialah melihatkan data. penyajian data ini dilaksanakan dengan paparan singkat, bagan, hubungan antar kategori (sugiyono, 2019). hal ini untuk mempermudah peneliti guna melakukan pemahaman atas apa yang di lapangan, merencanakan kinerja lanjutannya sesuai apa yang sudah dipahami. ketiga, penarikan kesimpulan dan verifikasi. kesimpulan awal yang dinyatakan masih bersifat sementara, dan dapat diubah hingga simpulan yang kredibel. kesimpulan di penelitian kualitatif ialah temuan baru yang sebelumnya belum dilakukan. teknik keabsahan data dilakukan triangulasi yaitu dengan melakukan wawancara kepada 3 siswa kelas vii mtsn 3 medan. hasil dan pembahasan beberapa tahapan yang dilakukan untuk mendapatkan data efektifitas pembelajaran online menggunakan bahan ajar goole form pada mata pelajaran al quran hadist adalah sebagai berikut. pertama, peneliti melakukan wawancara dengan peserta didik mengenai hambatan pembelajaran daring, kelebihan, dan kendala yang ada dan hal-hal yg siswa sukai dalaam belajar online. kedua, berdasarkan hasil wawancara penulis kemudian merancang vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.260 96 bahan ajar online mata pelajaran al quran hadis yang penulis ampu pada materi kandungan qs. al-fatihah dalam kehidupan sehari-hari. dalam membuat sebuah media pembelajaran berbasis goole form dilakukan langkahlangkah sebagai berikut. pertama, mempunyai akun gmail. gmail adalah kependekan dari google mail. gmail atau google mail adalah layanan email, berbasis web yang disediakan oleh google secara gratis. kedua, masuk ke akun google form bisa melaui dirve dengan mengeklik kotak persegi titik-titik yang ada di pojok kanan atas lalu klik drive. ketiga, pada my drive klik tanda panah, pilih goole form lalu pilih blank kosong. keempat, isi kolom judul formulir pada “formulir tanpa judul”. kemudian, deskripsikan form yang dibuat pada deskripsi formulir. tuliskan pertanyaan pada pertanyaan tanpa judul, pilihan jawaban bisa disesuaikan dengan keinginan informasi yang akan di ambil. jenis pertanyaan standar goole form ulir adalah pilihan ganda. oleh karena itu, untuk menanyakan nama, alamat nomer telpon dan pertanyaan lain silahkan ubah jenis pertanyaannya ke jawaban singkat dan dapat juga berupa paragraf, untuk pertanyaan pilihan seperti jenis kelamin, dan pertanyaan pilihan lainnya bisa menggunakan pilihan ganda, kotak centang, dan drop down. adapundokumen atau gambar dapat menggunakan menu pilihan upload file dan skala linier biasanya digunakan untuk menenemukan jawaban yang mempunyai skala likert. anda dapat mengaktifkan tombol wajib diisi dengan menggesernya ke kanan. hasilnya peserta tidak akan bisa mengirimkan hasil tanggapannya apabila mengosongkan pertanyaanya yang harus di isi. untuk melengkapi informasi dapat juga ditambahkan tautan seperti presentasi, pdf, spreadsheet, teks bacaan, gambar atau foto, video audio yang dibutuhkan. untuk memudahkan dapat juga dibuat menjadi beberapa kisi-kisi untuk membedakan bagian satu dengan yang lainnya. formulir ini juga dapat disesuaikan gambar latarnya sesuai dengan keinginan pembuat dengan menambahkan foto atau mengganti warna latarnya. adapun kegunaan formulir ini dapat disesuaikan dengan keinginan pembuat dengan merubah setelan formulir menjadi formulir umum, presntasi atau menjadi formulir kuis. keempat, mengirimkan goole form . apabila formulir sudah selesai di buat, maka formulir ini akan di kirimkan kepada pengguna melalui email, tautan atau halaman html. alamat tautan inilah yang nantinya akan dikirimkan oleh guru kepada siswa dalam melakukan pembelajaran jarak jauh melalu media sosial yang ada. media sosial yang sudah biasa digunakan seperti whatsapp, facebook, twiter maupun media yang lain. kelima, mengimplementasikan goole form ; pada tahap implementasi ini, siswa dapat membuka tautan google form yang sudah dikirimkan oleh guru melallui link lewat pesan singkat whatsapp atau lainnya. berikut ini adalah contoh pembelajaran yang di berikan oleh guru kepada siswa melalu google form pada mata pelajaran al quran hadist. vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.260 97 gambar 1. tampilan bahan ajar goole form setelah pembelajaran dilakukan dengan bahan ajar google form, wawancara kepada siswa dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan hasil mengenai pembelajaran daring dengan menggunakan bahan ajar goole form dari persepsi siswa kelas vii mtsn 3 medan. kemudian peneliti juga melakukan penyebaran angket kepada siswa sehingga didapatkan respon penggunaan bahan ajar google form selama pembelajaran. setelah data terkumpul, peneliti memilah data yang tepat disampaikan pada pembahasan. data yang telah dipilah penulis sajikan secara naratif. lalu data yang telah disajikan dari persepsi siswa, peneliti simpulkan dan analisis dengan teori yang penulis gunakan. berdasarkan angket yang didapat, para siswa menilai bahwa pembelajaran dengan menggunakan goole form ini efektif meskipun ada materi yang belum bisa dipahami siswa akan tetapi disisi lain sebagian besar selama pembelajaran materi yang disampaikan mudah dimengerti oleh siswa. siswa disarankan untuk rajin bertanya di grup belajar akan kesulitan yang dialami, untuk kemudian guru akan memberikan pembimbingan. hal ini bisa dilihat dengan banyaknya siswa yang sangat setuju dan setuju jika pembelajaran ini efektif dengan prosentase sebesar 40,7%. gambar 2. hasil angket belajar siswa dari segi efektifitas sumber: data diolah peneliti (2020) 20,3; 20% 20,4; 21% 40,2; 40% 10; 10% 9,1; 9% ss s n ts sts vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.260 98 30,1; 30% 20,4; 21% 34,4; 34% 10; 10% 5,1; 5% ss s n ts sts pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar goole form ini dinilai menarik dan tidak monoton hal ini bisa dilihat dari angket yang ada mendapat respon sangat setuju dan setuju sebesar 50,5%. gambar 3. hasil angket belajar siswa dari segi kemenarikan sumber: data diolah peneliti (2020) selain indikator efektifitas dan kemenarikan hasil belajar juga merupakan sebuah tolak ukur yang diberikan sekolah kepada peserta didik sebagai tanda bahwa mereka telah menyelesaikan pembelajaran dengan baik. menurut (dimyati & mudjiono, 2006) hasil belajar siswa yakni tolak ukur sejauh mana siswa dapat menguasai pembelajaran setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar, atau keberhasilan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang ditandai dengan huruf, angka, atau simbol tertentu yang disepakati oleh pihak penyelenggara pendidikan. pada pembelajaran daring menggunakan bahan ajar goole form hasil belajar siswa sebanyak 80 % siswa mendapatkan nilai diatas kkm. nilai siswa langsung keluar dari aplikasi bahan ajar goole form tersebut dan tersedia juga fitur untuk menganalisis hasil belajar siswa. kesimpulan pembelajaran daring pada mata pelajaran al quran hadist kelas vii mtsn 3 medan menggunakan goole form memerlukan inovasi dan kreatifitas yang tinggi dari guru agar bahan ajar yang digunakan siswa menjadi efektif dan menyenangkan. berdasarkan angket yang didapat, para siswa menilai bahwa pembelajaran dengan menggunakan goole form ini efektif dengan prosentase sebesar 40,7% untuk jawaban setuju dan sangat setuju, 40,2 % netral, 10% tidak setuju, dan 9,1% sangat tidak setuju. vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.260 99 pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar goole form ini dinilai menarik dan tidak monoton hal ini bisa dilihat dari angket yang ada mendapat respon sangat setuju dan setuju sebesar 50,5%, seanyak 34,4% netral, 10% tidak setuju dan 5,1% sangat tidak setuju. hasil belajar siswa menunjukkan sebanyak 80 % siswa mendapatkan nilai diatas kkm 76 untuk mata pelajaran al quran hadist kelas vii. dengan demikian penggunaan bahan ajar online menggunakan goole form di nilai efektif dan dapat direkomendasikan sebagai pilihan salah satu bahan ajar online. daftar pustaka bonita destiana. (2014). faktor determinan pemanfaatan tik dan pengaruhnya terhadap kinerja guru pada smk. jurnal pendidikan fokasi, 4 (3). dimyati & mudjiono. (2006). belajar dan pembelajaran. jakarta: rineka cipta. nurul marifah. (2020). pemanfaatan goole form ulir pada ujian akhir madrasah di madrasah ibtidaiyah al hidayah trowulan mojokerto. jurnal diklat keagamaan, vol. 14, no. 3. pangondian, r. a., santosa, p. i., & nugroho, e. (2019). faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan pembelajaran daring dalam revolusi industri 4.0. in seminar nasional teknologi komputer & sains (sainteks) (vol. 1, no. 1). rahadian, d. (2017). teknologi informasi dan komunikasi (tik) dan kompetensi teknologi pembelajaran untuk pengajaran yang berkualitas. teknologi pembelajaran, 2(1). sugiyono. (2019). metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r&d. bandung: alfabeta. sugiyono. (2010). metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif dan r&d. bandung: alfabeta. yanthi charolina & honny. (2021). pemanfaatan aplikasi googleform dalam pembelajaran bagi guru pada masa pandemi. jurnal pendidikan paradigma, vol. 23, no. 1 bulan maret. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 189 received : 19-08-2020 revised : 22-09-2020 published : 09-10-2020 upaya peningkatan mutu pembelajaran melalui supervisi akademik di sdn keben kecamatan gading kabupaten probolinggo didik suyitno sd negeri keben probolinggo, indonesia didiksuyitno04@gmail.com abstrak: esensi supervisi akademik tidak hanya menilai kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan juga membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan mutu pembelajaran melalui supervisi akademik. penerapan supervisi akademik digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran siswa, minat belajar siswa, dan kemampuan guru dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran sehingga sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. penelitian ini berbentuk penelitian tindakan sekolah (school action research) dengan menggunakan metode deskriptif, dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus. dengan dilaksanakannya supervise akademik, bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan motivasi guru dalam menyusun administrasi mengajar dan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyiapkan perencanaan pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan mutu pembelajaran. abstract: the essence of academic supervision is not only assessing the performance of teachers in managing the learning process, but also helping teachers develop their professional skills. this study aims to describe the improvement of the quality of learning through academic supervision. the application of academic supervision is used to improve the quality of student learning, student interest in learning, and the ability of teachers to manage the implementation of learning so that it is in accordance with predetermined standards. this research is in the form of school action research using descriptive methods, using percentage techniques to see the increase that occurs from cycle to cycle. by implementing academic supervision, continuous guidance can increase teacher motivation in arranging teaching administration and can increase teacher competence in preparing lesson plans which in turn improve the quality of learning. kata kunci: supervise akademik, peningkatan mutu pembelajaran, minat siswa mailto:didiksuyitno04@gmail.com vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 190 pendahuluan uu guru dan dosen republik indonesia no. 14 tahun 2005 ”guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. undang-undang guru dan dosan no.14 tahun 2005 pasal 8 menyatakan, ” guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” kepemilikan kompetensi oleh setiap guru merupakan syarat yang mutlak harus dipenuhi oleh guru. dengan kata lain, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik, dan bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran glickman (1981). dengan demikian, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian unjuk kerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat realita kondisi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya: apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas? apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan murid-murid di dalam kelas? aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang berarti bagi guru dan murid? apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik? apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran. menurut alfonso, firth, dan neville, ada tiga konsep pokok (kunci) dalam pengertian supervisi akademik, yaitu (a) supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran. inilah karakteristik esensial supervisi akademik. sehubungan dengan ini, janganlah diasumsikan secara sempit, bahwa hanya ada satu cara terbaik yang bisa diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan perilaku guru. tidak ada satupun perilaku supervisi akademik yang baik dan cocok bagi semua guru (glickman, 1981). tegasnya, tingkat kemampuan, kebutuhan, minat, dan kematangan profesional serta karakteristik personal guru lainnya harus dijadikan dasar pertimbangan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program supervisi akademik (sergiovanni, 1987 dan daresh, 1989); (b) perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut. desain tersebut terwujud dalam bentuk program supervisi akademik yang mengarah pada tujuan tertentu. oleh karena supervisi akademik merupakan tanggung jawab bersama antara supervisor dan guru, maka alangkah baik jika programnya didesain bersama oleh supervisor dan guru; dan (c) tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi belajar bagi muridmuridnya. tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya (glickman, 1981). vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 191 menurut neagley (1980) terdapat dua aspek yang harus menjadi perhatian supervisi akademik baik dalam perencanaannya, pelaksanaannya, maupun penilaiannya. pertama, apa yang disebut dengan substantive aspects of professional development (yang selanjutnya akan disebut dengan aspek substantif). aspek ini menunjuk pada kompetensi guru yang harus dikembangkan melalui supervisi akademik. aspek ini menunjuk pada kompetensi yang harus dikuasai guru. penguasaannya merupakan sokongan terhadap keberhasilannya mengelola proses pembelajaran. ada empat kompetensi guru yang harus dikembangkan melalui supervisi akademik, yaitu yaitu kompetensi-kompetensi kepribadian, pedagogik, professional, dan sosial. aspek substansi pertama dan kedua merepresentasikan nilai, keyakinan, dan teori yang dipegang oleh guru tentang hakikat pengetahuan, bagaimana murid-murid belajar, penciptaan hubungan guru dan murid, dan faktor lainnya. aspek ketiga berkaitan dengan seberapa luas pengetahuan guru tentang materi atau bahan pelajaran pada bidang studi yang diajarkannya. kedua, apa yang disebut dengan professional development competency areas (yang selanjutnya akan disebut dengan aspek kompetensi). aspek ini menunjuk pada luasnya setiap aspek substansi. guru tidak berbeda dengan kasus profesional lainnya. ia harus mengetahui bagaimana mengerjakan (know how to do) tugas-tugasnya. ia harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana merumuskan tujuan akademik, murid-muridnya, materi pelajaran, dan teknik akademik. tetapi, mengetahui dan memahami keempat aspek substansi ini belumlah cukup. seorang guru harus mampu menerapkan pengetahuan dan pemahamannya. dengan kata lain, ia harus bisa mengerjakan (can do). selanjutnya, seorang guru harus mau mengerjakan (will do) tugas-tugas berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. percumalah pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang guru, apabila ia tidak mau mengerjakan tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya. akhirnya seorang guru harus mau mengembangkan (will grow) kemampuan dirinya sendiri. metode subjek pada penelitian ini adalah guru sdn keben kecamatan gading kabupaten probolinggo, yang terdiri dari 4 orang guru pegawai negeri sipil dan 5 orang guru tidak tetap. penelitian ini berbentuk penelitian tindakan sekolah (school action research), yaitu sebuah penelitian yang merupakan kerjasama antara peneliti dan guru, dalam meningkatkan kemampuan guru agar menjadi lebih baik dalam menyusun proses pembelajaran. metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus. metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (nawawi, 1985:63). dengan metode ini peneliti berupaya menjelaskan data yang dikumpulkan melalui komunikasi langsung atau wawancara, observasi/pengamatan, dan diskusi yang berupa persentase atau angka-angka. hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam penelitian tindakan sekolah, menurut sudarsono, f.x, (1999:2), yakni: a. rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran. solusinya yaitu dengan melakukan : a) wawancara vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 192 dengan guru dengan menyiapkan lembar wawancara, b) diskusi dalam suasana yang menyenangkan dan c) memberikan bimbingan dalam menyusun proses pembelajaran b. pelaksanaan apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya meningkatkan kompetensi guru dalam perencanaan pembelajaran yaitu dengan memberikan bimbingan berkelanjutan pada guru. c. observasi peneliti melakukan pengamatan terhadap perencanaa pembelajaran untuk memotret seberapa jauh kemampuan guru dalam mengevaluasi program, proses, dan hasil pembelajaran. selain itu juga peneliti mencatat hal-hal yang terjadi dalam pertemuan dan wawancara. rekaman dari pertemuan dan wawancara akan digunakan untuk analisis dan komentar kemudian. d. refleksi peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan. berdasarkan hasil dari refleksi ini, peneliti bersama guru melaksanakan revisi atau perbaikan terhadap kegiatan proses pembelajaran. prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai akhir. penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh didik suyitno s.pd. prosedur ini mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. keempat kegiatan tersebut saling terkait dan secara urut membentuk sebuah siklus. penelitian tindakan sekolah merupakan penelitian yang bersiklus, artinya penelitian dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai.” alur pts dapat dilihat pada gambar berikut : pelaksanaan perencanaan pengamatan refleksi gambar 1. alur pts teknik pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi berupa hasil karya penyusunan administrasi mengajar, wawancara dan instrument analisis penilaian. (1) perencanaan tindakan yang terdiri dari (a) pemilihan topik, (b) melakukan review silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran untuk topik tersebut dan mencari ide-ide dari materi yang ada dalam buku pelajaran, (c) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, (d) menentukan indikator yang akan dijadikan acuan, (e) mempersiapkan kelompok mata pelajaran, (f) mempersiapkan media pembelajaran, (g) membuat format evaluasi, (h) membuat format observasi, dan (i) membuat angket respon guru dan siswa; (2) pelaksanaan tindakan, yang terdiri dari langkah-langkah (a) setiap guru yang telah menyusun rencana pembelajaran menyajikan atau mempresentasikan rencana pembelajarannya, sementara rekan/guru lain memberi masukan, sampai akhirnya diperoleh rencana pembelajaran yang lebih baik, (b) guru yang ditunjuk menggunakan masukan-masukan tersebut untuk memperbaiki rencana pembelajaran, dan (c) guru yang ditunjuk tersebut mempresentasikan rencana pembelajarannya di depan kelas untuk mendapatkan umpan balik, dan (3) pelaksanaan pengamatan (observasi), yang terdiri dari (a) observer melakukan pengamatan sesuai rencana dengan menggunakan lembar observasi, (b) menilai tindakan dengan vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 193 menggunakan format evaluasi, dan (c) pada tahap ini seorang guru melakukan implementasi rencana pembelajaran yang telah disusun, guru lain melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. data dianalisis menggunakan analisis deskriptif persentase, yakni membandingkan persentase jumlah guru yang membuat administrasi mengajar dan perencanaan pembelajaran, seperti (1) peningkatan pembuatan administrasi mengajar yang dilakukan oleh guru minimal 75%, (2) peningkatan perencanaan pembelajaran melalui supervisi akademik yang dilakukan oleh guru minimal 80%, dan (3) pembelajaran yang bermutu yang ditandai dengan tingkat keaktifan siswa dalam belajar di atas 75 %. hasil dan pembahasan kondisi awal berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap lima rpp yang dibuat guru (khusus pada siklus 1), diperoleh data bahwa masih ada guru yang tidak melengkapi rpp-nya dengan komponen dan sub-subkomponen rpp penerapan model pembelajaran tertentu, misalnya komponen indikator dan penilaian hasil belajar (pedoman penskoran dan kunci jawaban). rumusan kegiatan siswa pada komponen langkah-langkah kegiatan pembelajaran masih kurang interaktif, inspiratif, dan sistematis. dilihat dari segi kompetensi guru, terjadi peningkatan dalam menyusun administrasi mengajar dari siklus ke siklus . hal itu dapat dilihat pada lampiran rekapitulasi administrasi mengajar dengan berbagai model pembelajaran dari siklus 1 ke siklus 2. tabel 1. kondisi guru sdn keben kecamatan gading kab.probolinggo sesuai jawaban angket no uraian jawaban total skor a b c d blangko 1 didik suyitno s.pd ( kepsek) 7 4 1 42 2 intan ilmiyah s.pd ( guru kls i) 6 4 2 40 3 sehrotul mufidah s.pd.sd ( guru kls ii) 8 2 1 1 41 4 sulaiman s.pd ( guru kls iii) 8 2 1 1 41 5 sulthon handoko s.pd.sd ( guru kls iv) 8 4 44 6 fathor rasid s.pd.sd ( guru kls v) 6 4 2 40 7 misro wijoyo s.pd ( guru kls vi) 8 4 44 8 suja’i s.pdi ( guru pai) 7 4 1 41 9 zenol s.pd.o ( guru penjas) 6 4 2 40 jumlah 373 ket : skor jawaban a = 4, b = 3, c = 2, d = 1 indikator 41 – 44 = sangat baik 36 – 40 = baik 30 – 35 = cukup < 30 = kurang vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 194 siklus 1 siklus pertama terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. perencanaan ( planning ) terdiri dari tindakan (a) membuat lembar wawancara pra observasi dan pasca observasi, (b) membuat format/instrumen penilaian administrasi mengajar, (c) membuat format rekapitulasi hasil penyusunan rpp penerapan model-model pembelajaran siklus 1 dan 2, dan (d) membuat angket guru tentang supervisi akademik dalam pelaksanaan pembelajaran tabel 2. kondisi awal guru sdn keben kecamatan gading kab.probolinggo yang membuat administrasi mengajar tahun pembelajaran 2019//2020 (senin, 22 juli 2019) no nama silabus rpp prota prosem dh dn ket 1 didik suyitno s.pd ( kepsek)        2 intan ilmiyah s.pd ( guru kls i)       3 sehrotul mufidah s.pd.sd ( guru kls ii)        4 sulaiman s.pd ( guru kls iii)       5 sulthon handoko s.pd.sd ( guru kls iv)       6 fathor rasid s.pd.sd ( guru kls v)        7 misro wijoyo s.pd ( guru kls vi)      8 suja’i s.pdi ( guru pai)       9 zenol s.pd.o ( guru penjas)        = guru yang dipilih untuk mewakili semua guru yang ada tabel 3. format tindak lanjut hasil supervisi akademis no nama guru temuan/masalah rencana tindak lanjut hasil yang diharapkan 1 didik suyitno s.pd ( kepsek) 2 intan ilmiyah s.pd ( guru kls i) i.6, ii.a.4, ii.b.11.b dialog kolaboratif lebih baik 3 sehrotul mufidah s.pd.sd ( guru kls ii) i.6, ii.a.3, ii.b.11.g dialog kolaboratif lebih baik 4 sulaiman s.pd ( guru kls iii) ii.a.4, ii.b.11.b, ii.c.3 dialog kolaboratif lebih baik 5 sulthon handoko s.pd.sd ( guru kls iv) i.5, ii.a.4, ii.b. dialog kolaboratif lebih baik 6 fathor rasid s.pd.sd ( guru kls v) i.6, ii.a.5, ii.b.11.b dialog kolaboratif lebih baik 7 misro wijoyo s.pd ( guru kls vi) i.6, ii.a.4, ii.b.11.b dialog kolaboratif lebih baik 8 suja’i s.pdi ( guru pai) i.5, ii.a.3, ii.b.11.d dialog kolaboratif lebih baik 9 zenol s.pd.o ( guru penjas) i.6, ii.a.3, ii.b.11.g dialog kolaboratif lebih baik vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 195 pelaksanaan (acting) pada awal siklus pertama administrasi mengajar yang dibuat para guru belum sesuai seperti keinginan peneliti. hal itu dibuktikan dengan masih adanya komponen administrasi mengajar seperti 1) silabus, 2) rpp, 3) prota, 4) promes, 5) daftar hadir (dh), dan 6) daftar nilai (dn) belum dibuat oleh guru. pengamatan (observasi) hasil pengamatan pada siklus 1 dapat dideskripsikan berikut ini: pengamatan dilaksanakan senin, 22 juli 2019, terhadap lima orang guru. semuanya menyusun administrasi mengajar, tapi masih ada guru yang belum melengkapi administrasi mengajarnya dengan komponen administrasi mengajar seperti 1) silabus, 2) rpp, 3) prota, 4) promes, 5) daftar hadir (dh), dan 6) daftar nilai (dn). hasil pengamatan dari sepuluh guru didapatkan sbb :  satu orang tidak melengkapinya dengan rpp  satu orang tidak melengkapinya dengan prota  satu orang tidak melengkapinya dengan promes  satu orang tidak melengkapinya dengan silabus  satu orang tidak melengkapinya daftar nilai (dn) selanjutnya mereka dibimbing dan disarankan untuk melengkapinya dengan pendekatan dialog kolaboratif refleksi kegiatan refleksi berupa renungan atau pertanyaan yang dapat dijadikan acuan untuk melangkah ke siklus 2, antara lain (a) apakah selama ini guru sudah melengkapi semua administrasinya dengan lengkap?, (b) apakah belum ada sosialisasi tentang perubahan atau pengembangan administrasi mengajar?, (c) apakah langkah yang telah diambil pada siklus 1 dapat menyelesaikan masalah administrasi mengajar guru?, dan (d) apakah solusi yang ditawarkan peneliti dapat meningkatkan mutu pembelajaran ? siklus kedua (ii) siklus ke 2 juga terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. hasil pengamatan pada siklus ke dapat dideskripsikan berikut ini: pengamatan dilaksanakan senin, 09 september 2019, terhadap sembilan orang guru. semuanya menyusun administrasi mengajar, tapi masih ada guru yang belum sepenuhnya melengkapi komponen-komponen administrasi mengajar yang diperlukan, diantaranya dua orang tidak melengkapinya daftar nilai (dn). selanjutnya mereka dibimbing dan disarankan untuk melengkapinya dengan pendekatan dialog kolaboratif tabel 4. kondisi akhir guru sdn keben kecamatan gading kab.probolinggo yang membuat administrasi mengajar tahun pembelajaran 2019/2020 no nama silabus rpp prota prosem dh dn ket 1 didik suyitno s.pd (kepsek)        2 intan ilmiyah s.pd (guru kls i)       3 sehrotul mufidah s.pd.sd (guru kls ii)       4 sulaiman s.pd (guru kls iii)         = guru yang dipilih untuk mewakili semua guru yang ada vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 196 5 sulthon handoko s.pd.sd (guru kls iv)       6 fathor rasid s.pd.sd ( guru kls v)       7 misro wijoyo s.pd ( guru kls vi)       8 suja’i s.pdi ( guru pai)       9 zenol s.pd.o ( guru penjas)        = guru yang dipilih untuk mewakili semua guru yang ada tabel 5. format tindak lanjut hasil supervisi akademis no nama guru temuan/ masalah rencana tindak lanjut hasil yang diharapkan 1 didik suyitno s.pd ( kepsek) 2 intan ilmiyah s.pd ( guru kls i) dialog kolaboratif lebih baik 3 sehrotul mufidah s.pd.sd ( guru kls ii) dialog kolaboratif lebih baik 4 sulaiman s.pd ( guru kls iii) dialog kolaboratif lebih baik 5 sulthon handoko s.pd.sd ( guru kls iv) dialog kolaboratif lebih baik 6 fathor rasid s.pd.sd ( guru kls v) ii.b.11.b dialog kolaboratif lebih baik 7 misro wijoyo s.pd ( guru kls vi) ii.a.4, dialog kolaboratif lebih baik 8 suja’i s.pdi ( guru pai) ii.b.11.d dialog kolaboratif lebih baik 9 zenol s.pd.o ( guru penjas) i.6, ii.a.3 dialog kolaboratif lebih baik penelitian tindakan sekolah dilaksanakan di sdn keben kecamatan gading kab. probolinggo terdiri atas empat puluh (9) guru, dan dilaksanakan dalam siklus 1 dan siklus 2. lima guru dianggap mewakili dari tiap guru kelas yang diwawancarai. meskipun begitu semua guru tetap diwajibkan melengkapi administrasi mengajarnya. semua guru tersebut menunjukkan sikap yang baik dan termotivasi dalam menyusun administrasi mengajar dengan lengkap. hal ini peneliti ketahui dari hasil pengamatan pada saat melakukan wawancara dan bimbingan penyusunan administrasi mengajar. selanjutnya dilihat dari kompetensi guru dalam menyusun administrasi mengajar, terjadi peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. a. silabus dari ke-9 guru yang telah membuat silabus hasilnya cukup baik, tidak ada satu pun guru yang tidak membuat silabus. dengan kata lain 100% . b. rencana pelajsanaan pembelajaran (rpp) adanya peningkatan pembuatan rpp yakni 1 guru yang sebelumnya tidak membuat rpp, pada siklus 2 semuanya membuat rpp setelah berdialog dengan peneliti, dengan kata lain terjadi peningkatan sebesar 11,3 % c. program tahunan (prota) adanya peningkatan sebesar 11,3 % dalam pembuatan prota terhadap ke-9 guru yang disupervisi. jika pada siklus 1 terdapat 1 guru yang tidak membuat prota, maka pada siklus 2 semua guru sudah membuatnya setelah berdialog dengan peneliti. d. program semester (prosem) adanya peningkatan sebesar 11,3 % dalam pembuatan prosem terhadap ke-9 guru yang disupervisi. jika pada siklus 1 terdapat 1 guru yang tidak membuat prosem, maka pada siklus 2 semua guru sudah membuatnya setelah dilakukan wawancara dengan peneliti. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 197 e. daftar hadir (dh) adanya peningkatan sebesar 11,3 % dalam pembuatan daftar hadir terhadap ke-9 guru yang disupervisi. jika pada siklus 1 terdapat 1 guru yang tidak membuat prosem, maka pada siklus 2 semua guru sudah membuatnya setelah dilakukan wawancara dengan peneliti. f. daftar nilai (dn) adanya peningkatan sebesar 11,3 % dalam pembuatan daftar nilai terhadap ke-9 guru yang disupervisi. jika pada siklus 1 terdapat 1 guru yang tidak membuat prosem, maka pada siklus 2 semua guru sudah membuatnya setelah dilakukan wawancara dengan peneliti. sedangkan hasil dari instrumen supervisi akademik pada semua guru adalah sebagai berikut : a. 2 guru (22,66%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin i.5. rencana pelaksanaan pembelajaran. b. 1 guru (11,33%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin i.6. buku nilai yang memuat semua tagihan yang telah dilaksanakan. c. 1 guru (11,33%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin ii.a.3. apersepsi. d. 2 guru (22,66%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin ii.a.4. kejelasan kompetensi dasar / indikator. e. 1 guru (11,13%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin ii.a.5. kesiapan bahan ajar. f. 1 guru (11,33%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin ii.b.11.b siswa membuat rangkuman/kesimpulan yang dibimbing guru g. 2 guru (22,66%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin ii.b.11.d berkomunikasi lisan/tertulis h. 1 guru (11,33%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin ii.b.11.g mengambil keputusan/menarik kesimpulan i. 2 guru (22,66%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin ii.c.2. membersihkan ala/bahan selesai digunakan j. 1 guru (11,33%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin ii.c.3. tugas untuk pertemuan berikutnya setelah dilakukan dialog kolaboratif dengan para guru agar melengkapi semua administrasi mengajarnya, maka dihasilkan peningkatan sebagai berikut : a. 2 guru (22,66%) sudah melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin i.5. rencana pelaksanaan pembelajaran, sehingga terjadi peningkatan sebesar 22,66% b. 1 guru (11,33%) sudah melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin i.6. buku nilai yang memuat semua tagihan yang telah dilaksanakan, sehingga terjadi peningkatan sebesar 11,33% c. 1 guru (11,33%) sudah melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin ii.a.3. apersepsi, sehingga terjadi peningkatan sebesar 11,33% d. 2 guru (22,66%) sudah melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin ii.a.4. kejelasan kompetensi dasar / indikator, sehingga terjadi peningkatan sebesar 22,66% vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 198 e. 1 guru (11,33%) sudah melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin ii.a.5. kesiapan bahan ajar, sehingga terjadi peningkatan sebesar 11,33% f. 1 guru (11,33%) sudah melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin ii.b.11.b siswa membuat rangkuman/kesimpulan yang dibimbing guru, sehingga terjadi peningkatan sebesar 11,33% g. 1 guru (11,33%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin ii.b.11.d berkomunikasi lisan/tertulis, sehingga terjadi peningkatan sebesar 11,33% h. semua guru sudah melaksanakan poin ii.b.11.g mengambil keputusan/menarik kesimpulan, sehingga terjadi peningkatan sebesar 11,33% i. 1 guru sudah melaksanakan poin ii.c.2. membersihkan alat/bahan selesai digunakan, sehingga terjadi peningkatan sebesar 11,33% j. semua guru sudah melaksanakan poin ii.c.3. tugas untuk pertemuan berikutnya, sehingga terjadi peningkatan sebesar 11,333% adanya keseriusan para guru yang disupervisi akademik menghasilkan tidak hanya peningkatan kemampuan mengajar mereka, melainkan juga administrasi mengajar mereka lengkap sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran walaupun hanya mencapai peningkatan 98,00%. simpulan berdasarkan hasil penelitian tindakan sekolah (pts) dapat disimpulkan sebagai berikut. a. bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan motivasi guru dalam menyusun administrasi mengajar dengan lengkap dan perencanaan mengajar melalui supervisi akademik sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih bermutu. guru menunjukkan keseriusan dalam memahami dan menyusun administrasi mengajar apalagi setelah mendapatkan bimbingan pengembangan administrasi mengajar/ rpp dari peneliti sehingga terjadinya peningkatan rata-rata dalam penyusunan administrasi mengajar sebesar 11,33% b. kegiatan supervisi akademik dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyiapkan perencanaan pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan mutu pembelajaran. hal itu dapat dibuktikan dari hasil observasi /pengamatan yang memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan kompetensi guru dalam mengajar dari siklus ke siklus sehingga terjadinya peningkatan rata-rata dalam perencanaan pembelajaran sebesar 11,33% vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 199 daftar rujukan [1] erman suherman, (2009). model-model pembelajaran. [2] iim waliman, dkk. 2001. supervisi kelas (modul manajemen berbasis sekolah). bandung : dinas pendidikan provinsi jawa barat [3] syaodih nana, (2006). pengendalian mutu pendidikan sekolah dasar dan menengah(konsep,prinsif,dan instrumen). bandung :aditama. [4] peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. [5] peraturan pemerintah nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. [6] piet, a. sahertian. frans mataheru, 1981. prinsip teknik supervisi pendidikan, surabaya, usaha nasional. [7] colin marsh. (1996). handbook for beginning teachers. sydney : addison wesley longman australia pry limited. [8] sardiman, a. m. (2004). interaksi dan motivasi belajar-mengajar. jakarta: rajawali http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/ microsoft word 04-sri.docx vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.277 189 received : 28-05-2022 revised : 28-06-2022 published : 15-07-2022 implementasi teknik example non-example untuk meningkatkan kompetensi pengurangan bilangan cacah siswa kelas i sd negeri 2 danyang sri handayani sd negeri 2 danyang, kab. grobogan, indonesia srihandayanispdsd48@guru.sd.belajar.id abstrak banyak siswa kelas i sd negeri 2 danyang mengalami kesulitan belajar, yang menjadikan capaian kompetensi pada ranah pengetahuan pengurangan bilangan cacah banyak yang tidak tuntas. analisis nilai ph pada muatan pelajaran matematika untuk kd 3.4 menunjukkan ketuntasan kelas 66,67% dengan rata-rata nilai 69,72. jenis penelitian adalah kualitatif dengan desain penelitian berbentuk tindakan kelas (classroom action research). prosedur penelitian meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang dilaksanakan selama 2 siklus. subyek penelitian adalah siswa kelas i sd negeri 2 danyang berjumlah 36 anak pada semester ii tahun pelajaran 2021/2022. data dikumpulkan dengan metode tes dan observasi, dan dianalisis berdasarkan ketetapan kkm sekolah secara deskriptif kualitatif. hasil penelitian memperlihatkan adanya peningkatan pengetahuan siswa kelas i sd negeri 2 danyang terhadap materi pengurangan bilangan cacah setelah diterapkan metode example non example. dapat dijelaskan, peningkatan ketuntasan yang mencerminkan capaian kompetensi pengetahuan siswa sebesar 27,78% dimana pada capaian prasiklus 66,67% meningkat di akhir siklus menjadi 94,44 %. kata kunci: pengurangan; bilangan cacah; example-non exanple; sdn 2 danyang vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.277 190 pendahuluan pelaksanaan kurikulum 2013 mengharapkan setiap siswa tidak hanya memiliki kompetensi pengetahuan saja, akan tetapi juga kompetensi ketrampilan, sikap sosial dan religius dari setiap muatan pelajaran yang diajarkan. hal ini dapat dimaknai bahwa siswa tengah disiapkan untuk menjadi pribadi yang cerdas, terampil, berbudi pekerti, yang menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual. dan harapan tersebut diaplikasikan melalui penetapan nilai kkm sekolah bagi setiap muatan pelajaran. setiap siswa diharuskan dapat mencapai nilai minimal kompetensi tersebut. dan bilamana siswa belum berhasil tuntas maka diwajibkan untuk mengikuti kegiatan remideal. ketidaktuntasan oleh sebagian kecil siswa dalam kelas menjadi hal yang lumrah, namun bila kejadian tidak tuntas ini mencapai sebagian besar siswa, maka ini menjadi sebuah masalah yang perlu untuk dicarikan solusi bagi perbaikannya, bukan sekedar melakukan kegiatan remideal saja. kondisi ini terjadi/ dialami oleh siswa kelas i sd negeri 2 danyang, kecamatan purwodadi, kabupaten grobogan pada semester ii tahun pelajaran 2021/2022 ini. ketidak tuntasan yang dialami sebagian besar siswa hingga 33,33% terjadi khususnya pada penguasaan kompetensi pengurangan bilangan cacah di kd 3.4 muatan pelajaran matematika. diketahui secara umum, bahwa matematika merupakan salah satu muatan pelajaran dalam tema yang memiliki obyek abstrak, sehingga guru perlu kesabaran, kesungguhan, perhatian, dan kemampuan professional yang baik mengajarkan konsep pengurangan ini, karena tidak mudah dipahami oleh siswa khususnya di tingkat kelas i. dari refleksi diri guru kelas i (peneliti), diketahui beberapa kondisi yang diyakini menjadi penyebab masalah dimaksud sebagai berikut: 1) keaktifan siswa kurang dan kebanyakan siswa belum memiliki keberanian untuk bertanya pada saat belum memahaminya, karena hubungan guru dan siswa maupun siswa dengan siswa lainnya belum begitu dekat, apalagi selama ini pembelajaran dilangsungkan ber-shift karena kebijakan ppkm; 2) sikap sosial siswa dalam belajar bersama tidak berjalan baik; 3) saat guru memberikan tugas berkelompok, kelas malah menjadi ramai sendiri, bahkan ada siswa yang menunjukkan sikap hiperaktif dan mengganggu teman lainnya; 4) siswa merasa jenuh dan bosan dengan pola pembelajaran direct. berangkat dari masalah kelas ini, maka guru mencari solusi untuk perbaikan pembelajarannya. dinyatakan (lestiawan and johan 2018) bahwa penggunaan motode pembelajaran yang tepat akan mendorong tumbuhnya rasa senang siswa, dan meningkatkan motivasi belajar, memberi kemudahan siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa dapat mencapai prestasi belajar yang baik. setelah guru membaca bahan pustaka, dan mengidentifikasi masalah serta kondisi di kelas, guru memperoleh simpulan untuk melakukan perbaikan, dapat diberikan tindakan kelas dengan menerapkan metode example non example. metode ini merupakan salah satu pendekatan group investigation dalam pembelajaran kooperatif untuk mempengaruhi pola interaksi siswa sehingga akan meningkatkan nilai kompetensinya. menurut slavin dalam (djamarah and zain n.d.) menjelaskan, examples non examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh. contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar. dari uraian diatas, peneliti selaku guru kelas i meyakini bahwa alternatif tindakan yang akan diterapkan melalui prosedur penelitian tindakan kelas akan dapat memperbaiki permasalahan yang terjadi, sehingga dapat memperbaiki/ meningkatkan pengetahuan siswa khususnya pada capaian muatan pelajaran matematika pada kompetensi pengurangan bilangan cacah yang terdapat dalam tema 6 (lingkungan bersih, sehat, dan asri) dan tema 7 (benda, hewan, dan tanaman disekitarku). vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.277 191 kajian pustaka pembelajaran examples non examples ciri dari pembelajaran pembelajaran kooperatif adalah memanfaatkan kelompok kecil antara 2-5 anak yang memungkinkan untuk dapat bekerjasama/ belajar kelompok guna memaksimalkan hasil belajarnya (komalasari 2010). hal ini sesuai pendapat (slavin 2005), yang memaknainya sebagai suatu model pembelajaran siswa untuk belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaborasi yang beranggotakan 4 – 6 orang dengan struktur kelompok yang heterogen. pembelajaran kooperatif juga meningkatkan sikap sosial siswa. seperti pendapat nurhadi yang memberikan makna, pembelajaran kooperatif adalah “ … mengembangkan interaksi yang saling asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan” (lestiawan and johan 2018) pembelajaran example dan non example adalah salah satu model/ metode dari pembelajaran kooperatif. menurut huda, examples non examples adalah metode pembelajaran dengan memanfaatkan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran (riadi 2020). hal ini bertujuan untuk mendorong siswa berpikir kritis dengan memecahkan masalah yang ada dalam contoh gambar yang disajikan. examples akan menunjukkan sesuatu yang menjadi contoh atas suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non examples akan menggambaran sesuatu yang bukan contoh dari materi yang dibahas. langkah-langkah model pembelajaran examples non examples menurut (komalasari 2010) yaitu: 1. guru mempersiapkan gambar-gambar tentang permasalahan yang sesuai dengan pembelajaran. 2. guru menempelkan gambar di lembar kerja siswa (lks). 3. guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis permasalahan yang ada di gambar. 4. melalui diskusi kelompok, siswa mendiskusikan permasalahan yang ada pada gambar. hasil diskusi dari analisis permasalahan dalam gambar dicatat pada kertas. 5. tiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil diskusinya. 6. mulai dari komentar/hasil diskusi dari siswa guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. 7. menarik kesimpulan. rochyandi berpendapat, dengan cara guru menempelkan gambar yang sesuai dengan pembelajaran, dan siswa diminta untuk menganalisis dan mendiskusikan hasil analisisnya, siswa dapat membuat konsep yang esensial. menyiapkan pengalaman dengan contoh dan bukan contoh akan membantu siswa untuk membangun makna lebih mendalam dari sebuah konsep penting. beberapa hal yang harus di perhatian guru dalam menyajikan contoh yaitu: 1) urutkan contoh dari yang mudah ke yang sulit; 2) pilih contoh yang berbeda satu sama lain; 3) membandingkan dan membedakan contoh dan bukan contoh (slavin 2005). kelebihan penerapan model example non example, yaitu: 1) siswa akan lebih kritis dalam menganalisis gambar; 2) siswa mengetahui penerapan dari materi contoh gambar yang diberikan; dan 3) siswa memiliki kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. sedangkan kekurangannya menurut depdiknas adalah tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar dan penerapannya butuh waktu yang lama (anon 2007). vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.277 192 kompetensi belajar siswa kompetensi belajar adalah pencapaian kecakapan seorang siswa yang telah mengikuti proses pembelajaran. menurut pendapat (sudjana 2009) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. hasil belajar dalam konteks pendidikan di sekolah adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data nilai baik nilai pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. dalam istilah lain hasil belajar adalah kompetensi belajar siswa, dimana sudjana mengelompokkannya menjadi 3 ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. dalam konsep kurikulum 2013, penilaian adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik. secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekalipun (anon 2013). penilaian autentik merupakan proses asesmen yang melibatkan beberapa bentuk pengukuran kinerja yang mencerminkan belajar siswa, prestasi, motivasi, dan sikap yang sesuai dengan materi pembelajaran. dan penilaian harian (ph) adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar (kd) atau lebih. fakta dasar pengurangan bilangan cacah matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya abstrak, membutuhkan kecermatan dalam mempelajarinya sebagai sarana berpikir yang logis dan sistematis, serta kritis dengan menggunakan bahasa matematika. (prihandoko 2006) menyatakan, matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. keterampilan operasi hitung merupakan modal utama dalam pembelajaran matematika. pengurangan tidak memenuhi sifat pertukaran, sifat identitas, dan sifat pengelompokan. menentukan selisih dua bilangan cacah, jelas diperlukan pemahaman fakta dasar pengurangan. jika a – b = c merupakan fakta dasar pengurangan maka, 0 ≤ a ≤ 18, 0 ≤ b ≤ 9 dan 0 ≤ c ≤ 9. beberapa model yang dapat digunakan dalam mengajar fakta dasar pengurangan adalah menggunakan model dan menggunakan pola. pembentukan keterampilan dengan mencongkak sangat penting untuk diajarkan, karena mencongkak adalah salah satu teknik pengajaran dalam berhitung. cara yang dimaksud untuk melatih anak berpikir cepat dalam menentukan hasil. dalam mencongkak yang penting adalah menalar soal-soal berhitung secara sistematis. kegiatan dilakukan pada akhir pelajaran dan sebelum melakukan kegiatan ini perlu dipersiapkan soal-soal yang digunakan untuk mencongkak. pada umumnya pengurangan mempunyai tiga jenis yaitu: 1. membuang. contoh kasusnya adalah dodi mempunyai kelereng 5 buah. ia memberikan 2 buah kepada adiknya. berapa buah kelereng sisanya?; 2. mencari suku yang hilang. contoh kasusnya adalah dodi mempunyai kelereng 3 buah. untuk dapat bermain dia membutuhkan 5 buah kelereng. berapa buah kelereng lagi harus dia miliki?; dan 3. membandingkan. contoh kasusnya yaitu dodi mempunyai kelereng 3 buah. dudu punya kelereng 5 buah. berapa lebihnya kelereng dudu dari kelereng dodi? vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.277 193 metode penelitian jenis penelitian adalah kualitatif dengan desain penelitian tindakan kelas (classroom action research). penelitian dilaksanakan di sd negeri 4 purwodadi, kecamatan purwodadi, kabupaten grobogan. penelitian berlangsung dari bulan januari 2022 sampai dengan mei 2022. subyek penelitian adalah siswa kelas i sd negeri 2 danyang, kecamatan purwodadi, kabupaten grobogan yang pada semester ii tahun pelajaran 2021/2022 berjumlah 36 anak. obyek penelitian berfokus pada tindakan penerapan model example non example pada muatan pelajaran matematika di konsep pengurangan dua bilangan cacah kelas i sekolah dasar. pengumpulan data dilakukan dengan metode tes dan non-tes seperti: literasi, observasi, dan dokumentasi. tes dalam penelitian digunakan untuk memperoleh data penelitian berupa skor nilai kompetensi pengetahuan (ki3) dalam tema bermuatan pelajaran matematika, dan metode non-tes digunakan untuk memperoleh data kondisi subyek penelitian dan kondisi proses pembelajaran melalui observasi. data dianalisis secara deskriptif kualitatif. untuk menguji keabsahan data penelitian menggunakan teknik triangulasi data sumber dan proses. prosedur penelitian merujuk pada model ptk dari john elliot (subiyantoro 2007), setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, implementasi tindakan, observasi, dan refleksi yang dapat digambarkan dalam bentuk bagan berikut: gambar 1. bagan siklus penelitian tindakan kelas indikator keberhasilan pelaksanaan tindakan ini ditetapkan sebagai berikut: 1) aktivitas belajar siswa dengan kriteria minimal baik; dan 2) hasil penilaian pada siklus akhir telah mencapai ketuntasan (kkmsekolah >75) klasikal hingga 75% seperti pendapat (rosadi n.d.) dengan rumus perhitungan berikut: persentase = !"#$%& ()*+% ,%-. /"-/%* 01$%2%3 456789 :;75<59 :=>?8 x 100% pelaksanaan perencanaan pengamatan refleksi siklus pelaksanaan perencanaan pengamatan refleksi siklus vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.277 194 pembahasan kondisi pembelajaran prasiklus pembelajaran prasiklus adalah pembelajaran dimana munculnya masalah kelas dan sebelum guru memulai tindakan. dari refleksi diri, guru mendapatkan informasi hal-hal yang perlu diperbaiki pada praktik pembelajaran seperti: 1) aktifitas belajar siswa perlu diperbaiki sebagaimana yang diharapkan dalam pelaksanaan kurikulum 2013, seperti aktifnya siswa dalam mengamati, menanya, mengasosiasi, menganalisis, mencipta dan mengkomunikasikan hasil belajarnya; (2) ketakutan pada diri siswa dalam pembelajaran perlu diperbaiki agar pemahaman siswa menjadi lebih baik dan dapat belajar tuntas; (3) siswa perlu dikembangkan nilai-nilai sosialnya, seperti kerjasama, peduli, toleransi, percaya diri masih dinilai masih kurang pada pembelajaran saat ini. hasil analisis nph saat dilakukan penilaian harian di tema 5 sub tema 2 (pengalaman bersama teman) diketahui bahwa, pada muatan pelajaran matematika yaitu kd 3.2 capaian nilai tuntas berdasarkan ketetapan kkm sekolah baru dapat dicapai oleh 66,67% dengan capaian nilai rata-rata 69,72 ringkasan pencapaian nilai pada kondisi prasiklus sebagai berikut: tabel 1. capaian kompetensi pengetahuan pengurangan bilangan cacah pada pembelajaran prasiklus keterangan nilai akhir analis ketuntasan (>70) jumlah nilai 2.510 nilai rata-rata 69,72 nilai tertinggi 90,00 nilai terendah 50,00 jumlah tuntas 24 66,67% jumlah tidak tuntas 12 33,33% hasil penelitian per siklus langkah pelaksanaan tindakan, secara garis besar dapat diceritakan sebagai berikut. guru membagi siswa menjadi 6 kelompok. guru mengarahkan siswa untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada pada gambar lkpd yang penyelesaiannya melibatkan proses pengurangan bilangan cacah. guru membantu siswa mengidentifikasi masalah, menguatkan pemahaman siswa tentang konsep pengurangan mana yang merupakan contoh dan mana yang bukan contoh. guru menggunakan media benda konkrit berupa gambar dan potongan sapu lidi. selanjutnya siswa mengerjakan lembar kerja yang diberikan oleh guru dengan menggunakan media yang sama. setelah waktu pengerjaan selesai guru meminta perwakilan 2 orang tiap kelompok untuk menulis jawaban lembar kerja di papan tulis secara bergantian, sambil guru membahas tiap-tiap soal lembar kerja yang diselesaikan bersama siswa lain guna mengkonfirmasi pengetahuan siswa. guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang menjawab dengan benar. dari tindakan perbaikan kelas ini dapat dijelaskan hasilnya sebagai berikut: siklus 1 setelah dilakukan analisis nilai dari ph tema 6 sub tema 1 ini diketahui bahwa pada kd 3.4 pelajaran matematika ini menunjukan adanya peningkatan nilai jika dibandingkan dengan prasiklus, dengan capaian sebagaimana pada tabel berikut: vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.277 195 tabel 2. capaian kompetensi pengetahuan pengurangan bilangan cacah pada pembelajaran siklus i keterangan nilai akhir analis ketuntasan (>70) jumlah nilai 2.660 nilai rata-rata 73,89 nilai tertinggi 100 nilai terendah 50 jumlah tuntas 28 77,78% jumlah tidak tuntas 8 22,22% refleksi siklus i memberi simpulan yaitu: 1) guru masih perlu memperbaiki aktifitas di kelompok, agar rasa percaya diri, toleransi, kerjasama tumbuh lebih baik lagi. dari hasil skor observasi pada “aktifitas siswa memahami materi pelajaran melalui kerjasama atau kegiatan kelompok” masih sedang, dan di “aktifitas siswa bertanya/ menanggapi/ berpendapat di dalam kelas” masih rendah; 2) guru masih perlu meningkatkan tindakannnya dalam memberi bimbingan siswa yang mengalami kesulitan; 3) guru perlu menambah media ajar (lidi dan gambar); 4) guru perlu menumbuhkan kembali rasa senang siswa saat kerja kelompok. siklus 2 perbaikan aktifitas belajar siswa yang semakin baik berkontribusi pada capaian hasil belajarnya. hasil observasi telah menjelaskan bahwa tindakan guru semakin baik di siklus ii, seperti kegiatan bimbingan kelompok lebih intensif, tanya jawab personal dalam rangka mengecek pemahaman materi oleh siswa dilakukan guru sesering mungkin dan menyeluruh. dengan pengelolaan pembelajaran kooperatif teknik example non example ini guru lebih banyak memberikan latihan-latihan yang akhirnya dapat memacu aktifitas siswa di kelas. di siklus ii seluruh siswa dapat berkontribusi dalam pembelajaran, hampir seluruh siswa terlibat aktif, namun demikian ada juga beberapa siswa yang masih malu dan ragu, tentunya hal ini merupakan catatan khusus untuk dilakukan bimbingan secara personal. jika dibandingkan dengan siklus i maupun prasiklus, analisis nilai ph siklus ii tampak lebih baik lagi seperti pada sajian tabel berikut: tabel 3. capaian kompetensi pengetahuan pengurangan bilangan cacah pada pembelajaran siklus ii keterangan nilai akhir analis ketuntasan (>70) jumlah nilai 2.830 nilai rata-rata 78,61 nilai tertinggi 100 nilai terendah 60 jumlah tuntas 34 94,44% jumlah tidak tuntas 2 5,56% vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.277 196 pembahasan hasil penelitian perbaikan tidak hanya terlihat dari capaian hasil belajar pengetahuan (ki-3) pada muatan pelajaran matematika saja, akan tetapi perbaikan juga terlihat di semua ranah kompetensi, baik pengetahuan, ketrampilan, sosial dan spiritual. meskipun demikian sesuai fokus penelitian ini, yang dideskripsikan lebih banyak di ranah pengetahuan, pada muatan pelajaran matematika pada konsep pengurangan di kd 3.4. dijelaskan pada pembelajaran prasiklus, aktifitas siswa masih rendah yang ditandai mulai dari: masih banyak siswa pasif tidak berani bertanya, sikap sosial siswa dalam belajar kelompok belum tumbuh dengan baik, masih timbul perasaan takut diantara siswa/siswa saat guru menunjuk untuk mengerjakan di depan kelas, dan saat guru memberikan tugas kelompok, kelas menjadi ramai sendiri, beberapa siswa malah menggambar yang tidak berhubungan dengan pelajaran, dan ada yang mengganggu dengan temannya. perbaikan sikap belajar siswa ini mulai tumbuh sejak dilakukan tindakan pada pertemuan kedua siklus i. aktifitas siswa dalam bertanya di kelas hingga akhir siklus i masih tergolong rendah, namun setelah guru mengintensifkan bimbingan di kelompok serta melibatkan seluruh siswa dalam pembahasan setiap soal yang diajukan, permasalahan ini dapat diatasi sehingga pada akhir siklus ii, hingga mencapai kategori sangat tinggi. demikian juga aktifitas siswa dalam memahami materi pelajaran melalui kegiatan kelompok di siklus i masih tergolong sedang membaik menjadi tinggi di siklus ii. penjelasan ini juga didasarkan pada hasil analisis skor observasi aktifitas siswa, dimana pada akhir siklus i baru mencapai 70,97% dan meningkat di siklus ii hingga 90,32%. dari diskusi balikan antara guru peneliti dan teman sejawat juga memberikan solusi bagi perbaikan di tiap pertemuan pembelajaran. seperti misalnya, saat pelaksanaan pertemuan pertama siklus i guru masih perlu memperbaiki aktifitas di kelompok, agar perasaan percaya diri, toleransi, kerjasama, rasa senang tumbuh lebih baik lagi, dan guru masih perlu meningkatkan usahanya dalam memberikan bimbingan merupakan inventari-sasi masalah dan solusi bagi pelaksanaan pembelajaran pada siklus ii. dengan usaha yang terus menerus, upaya guru tidak sia-sia dimana kualitas pembelajaran dikelas menunjukkan perbaikan. diketahui dari hasil analisis nilai ph per siklus menunjukkan perbaikan nilai/ peningkatan capaian ketuntasan dan nilai rata-rata siswa. jika pada penilaian prasiklus siswa yang tuntas pada muatan pelajaran matematika baru dapat dicapai oleh 24 anak atau 66,67%, setelah dilakukan tindakan pada siklus i meningkat menjadi 28 anak atau 77,78%, dan setelah dilakukan tindakan siklus ii meningkat kembali menjadi 94,44%. meskipun masih dijumpai adanya 2 anak yang tidak tuntas, namun secara rata-rata capaian nilai untuk kd 3.4 matematika ini meningkat signifikan dibandingkan prasiklus, yaitu pada prasiklus capaian nilai rata-rata nilai baru di angka 69,72 (dibawah kkm) dan setelah tindakan di siklus ii meningkat menjadi 78,61 (diatas kkm). untuk memudahkan dalam pemahaman peningkatan capaian nilai pengetahuan (ki3) pengurangan bilangan dua angka ini dapat disajikan tabel sebagai berikut: tabel 4. data peningkatan skor ketuntasan nilai per siklus keterangan prasiklus siklus i siklus ii f/n % f/n % f/n % tuntas 24 66,67% 28 77,78% 34 94,44% rata-rata nilai 69,72 73,89 78,61 keterangan: f = frekuensi siswa, n = nilai penilaian harian (nph), % = prosentase vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.277 197 melalui penjelasan ini dapat diketahui bahwa penerapan strategi pembelajaran kooperatif dengan teknik example non example dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan pengurangan bilangan cacah bagi siswa di kelas i sd negeri 2 danyang pada semester ii tahun pelajaran 2021/2022. dan sesuai indikator keberhasilan penelitian dimuka, hasil capaian pada tindakan siklus ii telah memenuhi kriteria dimana ketuntasan mencapai lebih dari yang ditetapkan 75%. dengan penjelasan ini maka rumusan masalah yang ditetapkan terjawab melalui hasil penelitian. simpulan dan saran simpulan sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dibuat simpulan, bahwa melalui penerapan model pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan kompetensi pengurangan bilangan cacah bagi siswa kelas i sd negeri 2 danyang pada semester ii tahun pelajaran 2021/2022. peningkatan ini diketahui dari capaian ketuntasan dari prasiklus ke siklus ii meningkat sebesar 27,78% (94,44% 66,67). peningkatan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus ii meningkat sebesar 8,89 poin yaitu dari 69,72 menjadi 78,61 di siklus ii. rekomendasi sesuai hasil penelitian ini, penulis dapat memberikan rekomendasi bagi guru sebagai berikut: a. guru harus lebih peka terhadap permasalahan di kelasnya, khususnya masalah pembelajaran; b. guru sebaiknya terus menerus melakukan refleksi diri dan melakukan upaya-upaya perbaikan pembelajaran di kelasnya; c. guru sebaiknya melakukan bimbingan belajar bagi siswa yang membutuhkan bantuan secara individu, sehingga konsep saintifik dapat tercapai; d. guru sebaiknya terus belajar dengan berinovasi dan kreatif, inovatif dalam mengajar agar siswa tidak bosan. daftar pustaka anon. 2007. “peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia, nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru.” anon. 2013. “permendikbud nomor 81a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum 2013, lampiran iv pedoman umum pembelajaran.” djamarah, and zain. n.d. strategi belajar mengajar. jakarta: rineka cipta. komalasari, kokom. 2010. pembelajaran kontekstual: konsep dan aplikasi. bandung: refika aditama. lestiawan, fendi, and arif bintoro johan. 2018. “penerapan metode pembelajaran example nonexample untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar dasar-dasar pemesinan.” taman vokasi 6(1):98. doi: 10.30738/jtvok.v6i1.2866. prihandoko, a. cahya. 2006. memahami konsep matematika secara benar dan menyajikannya dengan menarik. jakarta: direktorat jenderal pendidikan tinggi depdiknas. vol.3 no.4 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.277 198 riadi, muchlisin. 2020. “model pembelajaran examples non examples.” kajian pustaka.com. retrieved (https://www.kajianpustaka.com/2020/06/modelpembelajaran-examples-non-examples.html). rosadi, d. n.d. ekonometrika dan analisis runtun waktu terapan dengan eviews. yogyakarta: penerbit andi. slavin, robert e. 2005. cooperative learning teori, riset dan praktik. bandung: nusa media. subiyantoro. 2007. penelitian tindakan kelas. semarang: rumah indonesia. sudjana, nana. 2009. penilaian hasil proses belajar mengajar. bandung: pt. remaja rosdakarya. microsoft word artikel 1.docx vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.256 1 received : 12-11-2021 revised : 25-12-2021 published : 30-01-2022 layanan pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan emosional, perilaku dan kesulitan belajar melalui pembelajaran kombinasi dalam dan luar jaringan di sekolah penyelenggara inklusi pada masa pandemi covid-19 fitri meldawati smk pgri 1 martapura, indonesia fitri.meldawati@gmail.com abstrak best practice ini ditulis untuk membagi pengalaman penulis dalam memberikan layanan pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan dambatan emosional, perilaku dan kesulitan belajar melalui pembelajaran kombinasi dalam dan luar jaringan di sekolah penyelenggara inklusi pada masa pandemi covid-19. pada hakikatnya kebijakan yang dikeluarkan pemerintah telah berpihak pada peserta didik berkebutuhan khusus baik di slb maupun di sekolah penyelenggara inklusi. kebijakan pemerintah memberikan kebebasan yang luas untuk sekolah melayani peserta didik dengan memenuhi hak mereka untuk mendapatkan pengajaran dengan ,mengidentifikasi hambatan, kendala dan tantangan yang dihadapi pdbk selama pelaksanaan pembelajaran di masa pandemic covid-19. penulis mengangkat pengalaman terbaik penulis dalam mengoptimalkan layanan pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah penulis. sehingga no one left behind dalam mendapatkan hak untuk memperoleh pendidikan sesuai dengan uud 1945. penulis memaparkan pengalaman dalam bentuk deskripsi upaya peningkatan kompetensi, dan pelaksanaan layanan pembelajaran di masa pandemic covid-19 . kata kunci: layanan pembelajaran; pdbk; hambatan vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.256 2 pendahuluan no one left behind, penulis memulai dengan kalimat ini. karena seperti yang telah di amanatkan oleh uud 1945 dalam batang tubuh pasal dan ayat bahwasanya setiap warga negara berhak atas pendidikan yang layak. tak terkecuali para peserta didik berkebutuhan khusus di masa pandemic covid-19. tahun ajaran baru telah tiba, dan tidak seperti biasanya animo masyarakat dalam menyambutnya harus terbayang-bayang dengan adanya penyebaran covid-19 yang massive. smk pgri 1 martapura sebagai sekolah vokasi swasta penyelenggara pendidikan inklusi yang berada di kota martapura berusaha untuk tetap memberikan pelayanan optimal kepada peserta didik kami. keputusan melakukan pembelajaran jarak jauh (pjj) dengan platform google classroom, whatsapp, serta zoom meeting pun kami terapkan. evaluasi terus kami lakukan terutama saat terdeteksi banyak peserta didik yang tidak memiliki hp android dan bermasalah dengan sinyal. kami pun memutuskan untuk menerapkan pembelajaran semi daring melalui penugasan portofolio, dan pembelajaran kombinasi bagi peserta didik berkebutuhan khusus (pdbk). belum lama ini penulis mengikuti diklat dalam pemenuhan guru pendidikan khusus (guru pembimbing khusus/ gpk) untuk sekolah penyelenggara inklusi. terpikir oleh penulis bagaimana nasib 12 peserta didik kami yang teridentifikasi memiliki hambatan baik dalam emosional, perilaku dan kesulitan belajar. dalam kebijakan yang pemerintah keluarkan mengenai pedoman penyelenggarakan pembelajaran bagi penyandang disabilitas tidak dituangkan secara rinci bagaimana dengan pdbk yang berada di sekolah penyelenggara inklusi sehingga dengan dukungan kepala sekolah kami yang notabene nya berlatar belakang konselor, penulis pun memohon ijin untuk melakukan beberapa kegiatan yang mengakomodasi peserta didik berkebutuhan khusus dalam pembelajaran di sekolah. dengan ilmu yang penulis dapat saat diklat gpk penulis memulai langkah dengan berkordinasi bersama walikelas untuk menyampaikan bahwasanya ada group wa khusus untuk pdbk terdeteksi yang akan mengakomodasi kesulitan mereka dalam pembelajaran daring, dan tetap mengoptimalkan kelebihan mereka dalam pembelajaran. hal ini lah yang menjadi alasan penulis mengangkat judul layanan pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan emosional, perilaku dan kesulitan belajar melalui pembelajaran kombinasi dalam dan luar jaringan di sekolah penyelenggara inklusi kajian pustaka kebijakan kemdikbud di masa pandemi covid-19 menutup sekolah dapat menimbulkan masalah kehilangan pendidikan bagi anak-anak. pemerintah menerapkan berbagai kebijakan pembelajaran bagi anak-anak pada masa pandemi covid-19 dengan mengutamakan kesehatan dan keselamatan. perkembangan pandemi yang begitu pesat, pada 17 maret 2020, mendikbud mengeluarkan surat edaran bernomor 36962 / mpk.a / hk / 2020 tentang belajar online dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan penyebaran covid-19 mendikbud menghimbau seluruh satuan pendidikan di bawah kementerian pendidikan dan kebudayaan untuk menunda penyelenggaraan acara yang mengundang banyak peserta atau menggantinya dengan video conference atau komunikasi online lainnya. khusus untuk wilayah yang sudah terdampak covid-19, pembelajaran online dari rumah diterapkan dan dipandang sama dengan kehadiran di sekolah atau perguruan tinggi. dengan edaran ini, vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.256 3 belajar dari rumah dimulai sebagai strategi untuk memenuhi hak pendidikan anak selama pandemi. pada 24 maret 2020, mendikbud kembali mengeluarkan surat edaran, yakni surat edaran mendikbud 4/2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran covid-19. di dalamnya, antara lain, proses belajar dari rumah diatur. beberapa ketentuan diatur, antara lain semangat dasar pembelajaran online, fokus belajar dari rumah, kegiatan dan tugas belajar sambil belajar dari rumah, serta peran guru dalam memberikan umpan balik. surat edaran menteri pendidikan dan kebudayaan 4/2020 ini diikuti oleh sekretaris jenderal se kementerian pendidikan dan kebudayaan no. 15/2020 tentang pedoman pelaksanaan pembelajaran dari rumah (bdr) di masa darurat penyebaran covid19 pada 18 mei 2020. pedoman ini ditujukan kepada dinas pendidikan, kepala satuan pendidikan, tenaga pendidik, peserta didik, hingga orang tua / wali. pedoman tersebut dibuat untuk memastikan terpenuhinya hak-hak anak untuk mendapatkan layanan pendidikan pada masa darurat covid-19, melindungi penghuni satuan pendidikan dari dampak buruk covid-19, mencegah penyebaran dan penularan covid-19, serta memastikan terpenuhinya dukungan psikososial bagi pendidik, siswa, dan orang tua / wali. di dalamnya ditegaskan kembali bahwa belajar di rumah dilakukan dengan tetap memperhatikan protokol penanganan covid19. selain itu, sekjen se kemendikbud 15/2020 juga mengatur pelaksanaan pembelajaran secara lebih detail sejak 18 maret 2020, pelaksanaan pembelajaran di 2241 slb maupun di 29 ribu sekolah inklusi di indonesia dilaksanakan dengan belajar dari rumah (bdr). hal ini dalam rangka melindungi peserta didik dan warga satuan pendidikan dari bahaya covid-19. kemendikbud telah mengeluarkan kebijakan terkait dengan penyelenggaraan pendidikan selama darurat covid-19. dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan pemerintah mengenai panduan pembelajaran disabilitas meskipun tidak terinci dengan detail mengenai pdbk di sekolah penyelenggara inklusi,namun penulis berasumsi bahwasanya sekolah dapat membuat kebijakan sendiri dengan berpedoman pada kebijakan pemerintah. peran guru di masa pandemi covid-19 guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah. solusinya guru dituntut mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media online. hal tersebut sesuai dengan kebijakan menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia tentang surat edaran nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam keadaan darurat penyebaran penyakit virus corona (covid-19). namun terdapat kendala, tantangan dan kendala dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (pjj) atau learning from home (bdr) untuk pdbk yang sudah berjalan selama ini, antara lain: 1. keterbatasan sarana prasarana pjj dan hambatan akses ke pembelajaran daring 2. belum semua orang tua memiliki gawai pintar atau laptop 3. tidak ada akses internet 4. ada akses tapi tidak ada kuota 5. aplikasi belajar daring yang belum familiar 6. keterbatasan kemampuan penggunaan tik baik dari sisi guru, peserta didik maupun orang tua 7. kurangnya bimbingan orang tua terutama karena kesibukan orang tua. vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.256 4 8. motivasi orang tua yang turun karena sulit mengajarkan abk 9. pdbk cepat bosan dan bagi siswa yang mengalami hambatan intelektual tidak atau belum bisa menerima pesan dari guru/orang tua dengan benar hambatan, tantangan dan kendala tersebut perlu dicarikan solusi agar pdbk dapat tetap menikmati layanan pendidikan. peranan guru dalam hal ini sangat dibutuhkan dalam terlaksananya layanan pembelajaran bagi pdbk dengan hambatan emosional, perilaku dan kesulitan belajar yang terdapat di sekolah penyelenggara inklusi seperti smk pgri 1 martapura, adapun langkah yang diambil adalah pembelajaran kombinasi dalam jaringan dan luar jaringan. sebagai bentuk solusi dalam menimalisir hambatan, tantangan dan kendala yang ada, namun tetap dapat mengoptimalkan kelebihan dari masing-masing pdbk. pengertian hambatan emosional dan perilaku (tunalaras) anak dengan hambatan tunalaras dikatakan secara umum sebagai anak yang mengalami gangguan emosi dan penyimpangan tingkah laku. menurut yulia putri (2010) anak tunalaras adalah anak yang mempunyai tingkah laku berlainan, tidak memiliki sikap yang dewasa, melakukan pelanggaran norma-norma sosial dengan frekuensi yang cukup besar, tidak/kurang mempunyai toleransi kepada orang lain/kelompok, serta mudah terpengaruh oleh suasana, sehingga menimbulkan kesulitan bagi dirinya sendiri serta orang lain. menurut tamsik udin dan tejaningsih (1998: 111) anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan sosial atau emosinya sehingga dimanifastikan lewat tingkah laku norma hukum, sosial, agama yang berlaku di lingkungannya dengan frekuensi yang cukup tinggi. akibat perbuatannya dapat merugikan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan khusus untuk mengembangkan potensinya seoptimal mungkin dan dapat hidup di tengah-tengah masyarakat dengan baik. sutjihati somantri (2007: 139) menjelaskan bahwa anak tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan atau hambatan emosi dan berkelainan tingkah laku, sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. anak tunalaras kadang-kadang tingkah laku tidak mencerminkan kedewasaan dan suka menarik diri dari lingkungan, sehingga merugikan dirinya sendiri dan orang lain dan bahkan kadang merugikan di segi pendidikannya. anak tunalaras juga sering disebut anak tunasosial karena tingkah laku anak tunalaras menunjukkan penentangan terhadap norma-norma sosial masyarakat yang berwujud seperti mencuri, menganggu dan menyakiti orang lain. berdasarkan beberapa pendapat mengenai anak tunalaras diatas, penulis mengamati ms melalui observasi yang mengarah pada identifikasi anak tunalaras. pengertian hambatan kesulitan belajar atau lambat belajar menurut oxford: advanced learner’s dictionary hambatan lambat belajar atau kesulitan belajar (slow learner) slow learner (lambat belajar) berasal dari dua kata yaitu “slow” dan “learner”. diurakan bahwa istilah slow mengandung arti not clever: not quick to learn: finding things hard to understand. sedangkan learner sendiri diuraikan dengan arti a person who is finding out about the subject or how to do something: a slow/quick learner. jika diterjemahkan dalam bahasa indonesia, slow learner adalah pembelajar yang tidak pandai dan kurang cepat dalam memahami pelajaran. vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.256 5 definisi lain disampaikan oleh savage & mooney (1979: 209-210) a child whose learning capacity or ability (as conventionaly measured by intelligence test) is lower than average, is considered a slow learner. that’s the child who doesn’t “catch on” as easily as the other children; the one who is slower to understand; the one who takes longer than others to finish worksheet and when she does finish, many of the answer may be incorrect; the child whose achievement is below that of the rest of the group; in shoet, the child who has trouble learning. diterjemahkan dalam bahasa indonesia siswa dengan hambatan lambat belajar adalah siswa yang mengalami hambatan intelegensi baku dalam belajar. dengan kata lain mereka tidak bisa menyerap materi pelajaran dengan mudah, cenderung lambat dalam memahami ketika menyelesaikan tugas serta pencapaian hasil jauh di bawah teman-temannya. pembahasan deskripsi upaya peningkatan kompetensi di masa pandemi covid-19 diuraikan dalam undangundang terdapat empat (4) kompetensi yang wajib dimiliki seorang guru, yaitu: 1. kompetensi pedagogik, kemampuan atau keterampilan guru yang bisa mengelola suatu proses pembelajaran atau interaksi belajar mengajar dengan peserta didik. setidaknya ada 7 aspek dalam kompetensi pedagogik yang harus dikuasai, yaitu: karakteristik para peserta didik. dari informasi mengenai karakteristik peserta didik, guru harus bisa menyesuaikan diri untuk membantu pembelajaran pada tiap-tiap peserta didik. karakteristik yang perlu dilihat meliputi aspek intelektual, emosional, sosial, moral, fisik, dll. teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik. guru harus bisa menerangkan teori pelajaran secara jelas pada peserta didik. menggunakan pendekatan tertentu dengan menerapkan strategi, teknik atau metode yang kreatif. pengembangan kurikulum. guru harus bisa menyusun silabus dan rpp sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan. mengembangkan kurikulum mengacu pada relevansi, efisiensi, efektivitas, kontinuitas, integritas, dan fleksibilitas. pembelajaran yang mendidik. guru tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran, namun juga melakukan pendampingan. materi pelajaran dan sumber materi harus bisa dioptimalkan untuk mencapai tujuan tersebut. pengembangan potensi para peserta didik. setiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda-beda. guru harus mampu menganalisis hal tersebut dan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai, supaya setiap peserta didik bisa mengaktualisasikan potensinya. cara berkomunikasi. sebagai guru harus bisa berkomunikasi dengan efektif saat menyampaikan pengajaran. guru juga harus berkomunikasi dengan santun dan penuh empati pada peserta didik. penilaian dan evaluasi belajar, meliputi hasil dan proses belajar. 2. kompetensi kepribadian, berkaitan dengan karakter personal. dengan indikator yang mencerminkan kepribadian positif seorang guru ( supel, sabar, disiplin, jujur, rendah hati, berwibawa, santun, empati, ikhlas, berakhlak mulia, bertindak sesuai norma sosial & hukum). vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.256 6 3. kompetensi profesional adalah kemampuan atau keterampilan yang wajib dimiliki supaya tugas-tugas keguruan bisa diselesaikan dengan baik. dengan indikator kompetensi profesional guru diantaranya adalah: menguasai materi pelajaran yang diampu, berikut struktur, konsep, dan pola pikir keilmuannya. menguasai standar kompetensi (sk) pelajaran, kompetensi dasar (kd) pelajaran, dan tujuan pembelajaran dari suatu pelajaran yang diampu. mampu mengembangkan materi pelajaran dengan kreatif sehingga bisa memberi pengetahuan dengan lebih luas dan mendalam bagi peserta didik. mampu bertindak reflektif demi mengembangkan keprofesionalan secara kontinu. mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran dan juga pengembangan diri. dengan menguasai kemampuan dan keahlian khusus seperti yang sudah dijelaskan di atas, diharapkan fungsi dan tugas guru bisa dilaksanakan dengan baik. 4. kompetensi sosial berkaitan dengan keterampilan komunikasi, bersikap dan berinteraksi secara umum, baik itu dengan peserta didik, sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua siswa, hingga masyarakat secara luas dengan indikator dari kompetensi sosial guru diantaranya: mampu bersikap inklusif, objektif, dan tidak melakukan diskriminasi terkait latar belakang seseorang, baik itu berkaitan dengan kondisi fisik, status sosial, jenis kelamin, ras, latar belakang keluarga, dll. mampu berkomunikasi dengan efektif, menggunakan bahasa yang santun dan empatik. mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. mampu beradaptasi dan menjalankan tugas sebagai guru di berbagai lingkungan dengan bermacam-macam ciri sosial budaya masing-masing. bagi penulis, memberikan pelayanan optimal kepada peserta didik berkebutuhan khusus sesuai kebutuhannya merupakan salah satu upaya meningkatkan kompetensi guru di masa pandemic covid-19, mengapa demikian? karena dengan memberikan pelayanan optimal dan menimalisir hambatan, kendala serta tantangan yang dihadapi para pdbk dalam pjj atau bdr di masa pandemic covid-19 termasuk dalam upaya meningkatkan kompetensi pedagogic, kepribadian, professional, dan sosial guru. . deskripsi pelaksanaan pembelajaran di masa pandemi covid-19 layanan pembelajaran yang diberikan penulis dalam pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan emosional, perilaku dan kesulitan belajar melalui embelajaran ombinasi dalam dan luar jaringan di sekolah penyelenggara inklusi pada masa pandemi covid-19 dinilai sudah optimal. penulis mengawali langkah pelayanan dengan membuat group wa khusus bagi pdbk yang telah teridentifikasi memiliki hambatan baik secara emosional, perilaku dan kesulitan belajar. penulis menamai group wa tersebut “solutif” penulis memotivasi peserta didik untuk terus bersemangat dalam mengikuti pembelajaran daring melalui berbagai platform yang digunakan oleh guru bidang studi di sekolah. penulis juga membuka kesempatan bagi peserta didik yang mengalami hambatan dalam pembelajaran daring. peserta didik yang tidak memiliki hp android dan tidak tergabung dalam group wa dibuatkan jadwal tatap muka oleh penulis. sebelumnya penulis meminta tugas-tugas dari guru mata pelajaran yang ada vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.256 7 dan mengumpulkannya dalam satu bundle tugas, selanjutnya penulis akan melakukan pendampingan pengerjaan tugas di sekolah. penulis melakukan home-visit bagi peserta didik yang tidak terdeteksi di wa group (daring) dan jadwal tatap muka (luring) penulis melakukan sesi konsultasi sebelum memberikan tugas yang telah dikumpulkan dari semua guru mata pelajaran. penulis memotivasi peserta didik untuk dapat mengikuti pembelajaran yang diterapkan di sekolah dengan berbagai negosiasi dan kemudahan bagi pdbk. penulis membuat catatan kasus disetiap konseling sehingga penulis dapat mengetahui permasalahan dan hambatan yang dihadapi oleh penulis, dan selanjutnya penulis akan berdiskusi dengan guru bimbingan khusus,walikelas dan waka bidang kesiswaan terkait tindak lanjut yang akan dilakukan oleh penulis dalam melayani pembelajaran pdbk di sekolah. penulis dapat mengetahui apakah pelayanan yang diberikan sudah optimal dengan menyebar angket menggunakan google form mengenai kepuasaan terhadap layanan pdbk yang penulis lakukan selama masa pandemic covid-19. angket diisi oleh orang tua/ wali pdbk dengan mencantumkan nama pdbk pada angket yang dibagikan. koresponden angket adalah dua belas pdbk yang terdapat di smk pgri 1 martapura. ada lima pertanyaan yang diajukan dalam angket pelayanan. dengat range tingakt kepuasaan dari angka 1 – 5. penulis mendeskripsikan angka 1 (sangat buruk); angka 2 (buruk); angka 3 (lumayan), angka 4 (baik), angka 5 (sangat baik). berikut adalah response koresponden terhadap setiap pertanyaan di ajukan pada angket yang disebar oleh penulis. response dalam bentuk diagram batang dan penulis deskripsikan dalam tulisan. gambar 1. angket korespondensi komponen pelayanan pendampingan pdbk pada komponen pelayanan pendampingan pdbk, terdapat 1 koresponden (8,3%) yang memiliki tingkat kepuasaan buruk terhadap pelayanan pendampingan pdbk. 2 koresponden (16,7%) memiliki tingkat kepuasaan lumayan terhadap pelayanan pendampingan pdbk, 5 koresponden (41,7%) memiliki tingkat kepuasaan baik terhadap pelayanan pendampingan pdbk, 4 koresponden (33,3%) memiliki tingkat kepuasaan sangat baik terhadap pelayanan pendampingan pdbk. vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.256 8 gambar 2. angket korespondensi komponen pelayanan home visit pdbk pada komponen pelayanan home visit pdbk, terdapat 1 koresponden (8,3%) yang memiliki tingkat kepuasaan buruk terhadap pelayanan home visit pdbk,. 1 koresponden (8,3%) memiliki tingkat kepuasaan lumayan terhadap pelayanan home visit pdbk, 6 koresponden (50%) memiliki tingkat kepuasaan baik terhadap pelayanan home visit pdbk,, 4 koresponden (33,3%) memiliki tingkat kepuasaan sangat baik terhadap pelayanan home visit pdbk,. gambar 3. angket korespondensi komponen pelayanan konseling individual pdbk pada komponen pelayanan konseling individual pdbk, terdapat 1 koresponden (8,3%) yang memiliki tingkat kepuasaan buruk terhadap pelayanan konseling individual pdbk,. 1 koresponden (8,3%) memiliki tingkat kepuasaan lumayan terhadap pelayanan konseling individual pdbk, 6 koresponden (50%) memiliki tingkat kepuasaan baik terhadap pelayanan konseling individual pdbk,, 4 koresponden (33,3%) memiliki tingkat kepuasaan sangat baik terhadap pelayanan konseling individual pdbk. vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.256 9 gambar 4. angket korespondensi komponen pelayanan bimbingan pdbk pada komponen pelayanan bimbingan pdbk, terdapat 1 koresponden (8,3%) yang memiliki tingkat kepuasaan buruk terhadap pelayanan bimbingan pdbk,. 1 koresponden (8,3%) memiliki tingkat kepuasaan lumayan terhadap pelayanan bimbingan pdbk, 6 koresponden (50%) memiliki tingkat kepuasaan baik terhadap pelayanan bimbingan pdbk,, 4 koresponden (33,3%) memiliki tingkat kepuasaan sangat baik terhadap pelayanan bimbingan pdbk gambar 5. angket korespondensi komponen pelayanan prima guru pendidikan khusus terhadap pdbk pada komponen pelayanan prima guru pendidikan khusus terhadap pdbk, terdapat 1 koresponden (8,3%) yang memiliki tingkat kepuasaan buruk terhadap pelayanan prima guru pendidikan khusus terhadap pdbk,. 1 koresponden (8,3%) memiliki tingkat kepuasaan lumayan terhadap pelayanan prima guru pendidikan khusus terhadap pdbk, 5 koresponden (41,7%) memiliki tingkat kepuasaan baik terhadap pelayanan prima guru pendidikan khusus terhadap pdbk,, 5 koresponden (41,7%) memiliki tingkat kepuasaan sangat baik terhadap pelayanan prima guru pendidikan khusus terhadap pdbk vol.3 no.1 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i1.256 10 dari hasil response angket dengan membaca diagram dan memperhatikan deskripsi yang penulis buat, terlihat bahwa layanan pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan dambatan emosional, perilaku dan kesulitan belajar melalui pembelajaran kombinasi dalam dan luar jaringan di sekolah penyelenggara inklusi pada masa pandemi covid-19 sudah dilakukan secara optimal dengan rata-rata hasil response berada pada tingkat kepuasaan baik dan sangat baik. penulis memotivasi orang tua pdbk untuk dapat mendampingi pdbk saat ada waktu luang, peserta didik terkadang juga mendengarkan permasalahan yang dihadapi orang tua pdbk dalam mendampingi anak mereka melaksanakan pjj atau bdr. simpulan pertanyaan pada masalah yang dirumuskan terjawab melalui angket kepuasan yang dibagi oleh penulis kepada orang tua peserta didik berkebutuhan khusus bahwasanya layanan pembelajaran yang di lakukan penulis bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan emosional, perilaku dan kesulitan belajar melalui pembelajaran dalam jaringan di wakilkan dengan platform wa group dan pembelajaran luar jaringan yang diwakilkan dengan pendampingan di sekolah dan home visit. sudah optimal dilakukan. pada hakikatnya semua upaya yang dilakukan penulis telah berpedoman pada kebijakan pemerintah di masa pandemic covid-19. penulis mendeskripsikan peran guru, upaya peningkatan kompetensi dan pelaksanaan pembelajaran dengan memaparkan kegiatan yang dilakukan penulis. daftar rujukan a. k. wardani, dkk. 2011. pengantar pendidikan luar biasa. jakarta: universitas terbuka. https://www.academia.edu/4915393/tuna_laras. diakses tanggal 26 september 2014. http://eprints.uny.ac.id/9576/2/bab%202%20-%2007103241013.pdf. diakses tanggal 16 november 2020 http://id.wikipedia.org/wiki/tunalaras. diakses tanggal 16 november 2020. http://eprints.umm.ac.id/46169/3/bab%20ii.pdf diakses tanggal 16 november 2020 sumekar, ganda. 2009. anak berkebutuhan khusus, cara membantu mereka agar berhasil dalam pendidikan inklusif. padang : unp press dr.amka,m.si. 2018. pembelajaran inklusi. banjarmasin: ulm microsoft word 02-artikel 2.docx vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.228 1421 received : 03-09-2021 revised : 25-09-2021 published : 30-10-2021 kontribusi pemaknaan pemali dalam komunitas budaya helong terhadap pendidikan karakter karus maria margaretha, semuel h nitbani, karolus budiman jama program studi pendidikan bahasa dan sastra indonesia fkip, universitas nusa cendana, indonesia monisitakarus@gmail.com, nitbanisemuel2@gmail.com, karolus1007@yahoo.com abstrak penelitian ini bertujuan mengangkat kekayaan budaya dan bahasa helong, khususnya tentang pemali. salah satu warisan masa lampau yang masih berkembang sampai saat ini atau biasa disebut dengan pantangan. konsep pemali yang diangkat yaitu hal-hal yang dipanggap perlu dihindari dan yang perlu dilaksanakan dalam kehidupan kbh supaya dapat dijadikan sumber belajar untuk membentuk karakter dan memperkuat identitas etnis kbh. penelitian ini bersifat deskriptif-kualitatif dan berfokus pada bahasa helong (darat) dan makna budaya yang menjadi konsep pemikiran dan pemahaman kbhd terhadap hal-hal yang dianggap pemali, baik yang masih bertahan maupun yang telah ditinggalkan oleh kbhd. teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori linguistik kebudayaan perspektif gary b. palmer. pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan fgd. hasil penelitian menunjukkan pemali dalam kb helong secara tidak langsung menyumbang sejumlah filosofi hidup yang bermuara pada penanaman nilai-nilai moral baik dari sisi psikososial maupun ekologis. kontribusi pemaknaan pemali kbhd bagi pendidikan karakter yaitu kecerdasan sosial, kecerdasan kognitif, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan lingkungan. kata kunci: pemali; bahasa helong; pendidikan karakter vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.228 1422 pendahuluan nusa tenggara timur adalah miniatur indonesia. sebutan atau predikat ini patut disandangkan kepada provinsi ini karena keberagaman bahasa dan budayanya. kebhinekaan ini telah menjadikan ntt sebagai sebuah sumber belajar bagi pendidikan karakter berbangsa dan bernegara. sebagai warisan yang berharga bagi generasi bangsa, budaya dan bahasa yang beraneka ragam ini, perlu diangkat ke permukaan dan diperkuat statusnya menjadi identitas etnis komunitas pemiliknya. salah satu diantara sekian banyak etnis di ntt yang perlu diangkat adalah bahasa dan budaya komunitas helong yang berdomisili di kota kupang. bahasa helong termasuk dalam rumpun bahasa austronesia serta menjadi identitas komunitas helong. bahasa ini dituturkan di empat kelurahan di ujung barat pulau timor yaitu di wilayah kecamatan alak, maulafa, kota kupang hingga wilayah amarasi yang termasuk wilayah kabupaten kupang, dan pulau semau. menurut penelitian para linguis sebelumnya, terdapat beberapa dialek dalam bahasa helong, yaitu helong pulau, helong darat, dan funai. komunitas tutur helong darat bermukim di pulau timor sedangkan komunitas helong pulau yang merupakan leluhur etnis helong, bermukim di pulau semau (jhon bowden,2010). komunitas helong sebagai penduduk asli kota kupang kian termarjinalkan oleh kuatnya arus migrasi lokal sehingga eksistensi kebudayan helong seakan tenggelam. kekayaan budaya helong berupa karya sastra dan bahasa menjadi topik yang sangat menarik untuk diangkat dan dikaji. hal ini bertujuan memperkuat identitas jati diri pemiliknya dan menjadi sumber belajar bagi generasi penerusnya. untuk alasan inilah dipandang perlunya sebuah kajian ilmiah berupa penelitian untuk mengangkat kekayaan budaya dan bahasa helong. penelitian ini dimulai dari hal-hal sederhana terkait konsep berpikir kbh khususnya tentang pemali. konsep pemali yang diangkat yaitu hal-hal yang dipanggap perlu dihindari dan yang perlu dilaksanakan dalam kehidupan kbh supaya dapat dijadikan sumber belajar untuk membentuk karakter dan memperkuat identitas etnis kbh. pemali merupakan salah satu warisan masa lampau yang masih berkembang sampai saat ini atau biasa disebut dengan pantangan. pemali merupakan salah satu budaya yang diwariskan oleh leluhur kepada anak cucunya. dalam kamus besar bahasa indonesia (kbbi), pemali adalah pantangan; larangan yang didasarkan pada adat. maksudnya, pantangan adalah segala yang dipantangkan atau dilarang, berupa perintah atau aturan yang melarang suatu perbuatan. pantangan ini, tentunya berawal dari banyaknya kasus yang terjadi akibat pelanggaran terhadap aturan-aturan tradisi yang telah digariskan oleh leluhur. metode penelitian lokasi penelitian dan subyek penelitian lokasi penelitian ini berada di kota kupang khususnya kecamatan maulafa dan terpusat pada dua komunitas tutur di wilayah kolhua dan kuasaet, wilayah domisili kbh. fokus penelitian ini adalah bahasa helong (darat) dan makna budaya yang menjadi konsep pemikiran dan pemahaman kbhd terhadap hal-hal yang dianggap pemali, baik yang masih bertahan maupun yang telah ditinggalkan oleh kbhd. pelaksanaan penelitian ditentukan melalui teknik snowball sampling dan sosiometri, yaitu tokoh masyarakat adat helong darat dan komunitas asli yang berbahasa helong di daratan pulau timor. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.228 1423 pengumpulan data penelitian ini bersifat deskriptif-kualitatif. pengumpulan data wawancara mendalam dan pengamatan terlibat dilakukan melalui pembinaan hubungan baik terlebih dahulu dengan kbhd. teknik pencatatan lapangan memungkinkan peneliti untuk menganalisis data selama pengambilan data berlangsung. untuk kelengkapan data, juga dikumpulkan data sekunder melalui pendekatan kepustakaan dan dokumentasi. alat pengumpulan data yang digunakan adalah pedoman wawancara, catatan lapangan dan alat perekam audiovisual. analisis dan interpretasi data data hasil wawancara maupun pengamatan lapangan yang dicatat saat pengambilan data, ditata ulang untuk mencari pemaknaan pemali yang masih bertahan maupun yang sudah hilang. hal ini bertujuan untuk merincikan kompleksitas realitas ke dalam bagian-bagian dengan memberi nama (labeling) pada setiap catatan lapangan sesuai dengan informasi datanya. pada proses ini, data adalah satuan informasi yang berfungsi untuk menentukan atau mendefenisikan kategori. setelah itu, dilakukan penafsiran atas relitas dan fenomena bahasa dan budaya yang ditemukan untuk dapat ditarik kesimpulan sebagai jawaban atas pertanyaan penelitian. pembahasan kontribusi pemaknaan pemali kbhd bagi pendidikan karakter sebuah peradaban akan menurun apabila terjadi demoralisasi pada masyarakatnya. banyak pakar dan orang bijak yang mengatakan bahwa faktor moral (akhlak) merupakan hal utama yang harus dibangun terlebih dahulu agar bisa membangun sebuah masyarakat yang tertib, aman dan sejahtera. salah satu kewajiban utama yang harus dijalankan oleh para orang tua dan pendidik adalah melestarikan dan mengajarkan nilai-nilai moral kepada anak-anak. nilai-nilai moral yang ditanamkan akan membentuk karakter (akhlak mulia) yang merupakan fondasi penting bagi terbentuknya sebuah tatanan masyarakat yang beradab dan sejahtera. hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh theodore roosevelt bahwa mendidik seorang (anak) hanya dalam aspek kecerdasan otak bukan pada aspek moral adalah ancaman marabahaya dalam masyarakat (megawangi, 2004: 3). secara umum, istilah karakter sering diasosiasikan dengan arti temperamen yang memberinya sebuah definisi yang menekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. kita juga bisa memahami karakter dari sudut pandang behavioral yang menekankan unsur somatopsikis yang dimiliki individu sejak lahir. di sini, istilah karakter dianggap sama dengan kepribadian. kepribadian dianggap sebagai “ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat yang khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukanbentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir (koesoema, 2010: 79-80).” pendidikan karakter sebagai sebuah pedagogi, memberikan tiga matra penting setiap tindakan edukatif maupun campur tangan intensional bagi sebuah kemajuan pendidikan. matra ini adalah individu, sosial, dan moral. oleh karena itu, pembaruan dalam dunia pendidikan, serta penerapan program pendidikan karakter dalam setiap lembaga pendidikan tidak dapat melepaskan diri dari tiga matra ini jika pembaruan itu ingin disebut sebagai sebuah pembaruan yang integral (koesoema, 2010: 143). pemali dalam kb helong, juga secara tidak langsung, menyumbang sejumlah filosofi hidup yang bermuara pada penanaman nilai-nilai moral baik dari sisi psikososial maupun ekologis. nilai-nilai moral ini, pada akhirnya dapat membentuk sebuah karakter mulia bagi vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.228 1424 siapa pun (khususnya masyarakat kb helong) yang menerima serta menjalankannya sebagai sebuah postulat (dalil yang diterima sebagai sebuah kebenaran serta keharusan mutlak tanpa perlu pembuktian). kontribusi pemaknaan pemali dalam kb helong bagi pendidikan karakter, selanjutnya akan dibahas dalam empat kategori kecerdasan. kategori-kategori tersebut adalah kecerdasan sosial, kecerdasan kognitif, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan lingkungan. kecerdasan sosial kecerdasan sosial (social intelligence) merupakan kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial terutama dalam mengaktualisasikan diri. selain itu, kecerdasan sosial dapat dimaknai sebagai kemampuan mencapai kematangan pada kesadaran berpikir dan bertindak untuk menjalankan peran manusia sebagai makhluk sosial ketika menjalin hubungan dengan sesama dalam lingkungan sosialnya. dalam menjalankan perannya sebagai makhluk sosial, masyarakat kb helong memiliki sejumlah nilai hidup yang terkandung dalam pemali sosial. pemali ini memiliki kontribusi bagi pendidikan karakter khususnya pada ranah kecerdasan sosial. berikut pemali beserta kontribusinya. atuil helong un nin mukit, si dasi, ola bi bingin dua, un tao dasi oe nin pait mukit ta pemali ini diterjemahkan secara gramatikal ke dalam bahasa indonesia bermakna “suku helong akan memberikan daging kepada pihak yang mengadakan acara dan pihak yang mengadakan acara harus mengembalikan pemberian mereka berupa bagian dada dari daging hewan tersebut sebagai bentuk ungkapan terima kasih kepada pihak pemberi hewan”. berdasarkan terjemahan di atas, peristiwa pengembalian daging dalam kb helong, terungkap sebuah pesan yang telah dipahami bersama oleh mereka. kontribusi dari pemali ini terhadap pendidikan karakter, dapat dimaknai sebagai berikut. a. manusia sebagai makhluk sosial, sudah selayaknya untuk saling berbagi. dalam konteks pendidikan karakter, berbagi yang dimaksudkan adalah “pengetahuan”. hal membagi pengetahuan, secara tidak langsung, kita sedang memperdalam pengetahuan itu. semakin banyak kita berbagi, semakin kita menguasai pengetahuan tersebut; b. berbagi pengetahuan secara sosial dimaknai sebagai proses penggalian pengetahuan. semakin banyak kita berbagi, maka semakin banyak kekayaan ilmu yang kita gali. dalam filsafat ilmu, baik teoretis maupun praktis, memori atau ingatan merupakan salah satu aspek penting. kontribusi dari pemaknaan pemali ini berdampak langsung terhadap konstruksi daya ingat seseorang. hal ini seperti yang dikemukan oleh lubis (2014), bahwa, ada dua hal penting dalam memori (otak), yakni (1) ada pihak lain yang terlibat dalam “proses mengingat”; (2) ingatan itu menjadi konsisten saat berbagi karena sifatnya pragmatis. c. keterbukaan terhadap berbagai pengetahuan, artinya, pengetahuan yang telah diolah menjadi intisari, kemudian diinformasikan secara terbuka. sebaliknya, informasi pengetahuan yang telah dibagikan, siap untuk dikritik. hal ini berdampak pada proses melatih akal sehat (logika sosial). dengan kata lain, keterbukaan terhadap berbagai pengetahuan, melatih serta memperkuat otak manusia untuk bernalar terhadap fakta maupun fenomena-fenomena yang terjadi di sekitarnya. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.228 1425 kecerdasan kognitif (antroposentris) pengkajian bahasa dan kebudayaan tidaklah terbatas pada tataran menelaah kata-kata dan kalimat-kalimat semata tetapi kata dan kalimat tersebut ditelaah sebagai bagian dari teks secara keseluruhan, karena bahasa dalam penggunaannya sebagai alat komunikasi, merupakan wadah makna yang menggambarkan tentang dunia, persepsi, pandangan hidup, dan konsepsi diri mikrokosmos pemakainya dalam hubungannya dengan dunia makrokosmos. miller (1978: 29) menegaskan bahwa bahasa bukan sekadar kumpulan kata-kata tetapi merupakan satu kesatuan (keseluruhan) dari pikiran pemakainya. pengkajian bahasa, tidak hanya ditentukan oleh aspek lingual semata, tetapi juga aspek non-lingual. pengkajian aspek lingual mencakup isi dan bentuk atau ekspresi. sedangkan, pengkajian aspek non-lingual melibatkan kemampuan/pengetahuan kognisi yang terimplikasi dalam kecerdasan penutur untuk merepresentasikan konsep berpikirnya berdasarkan pelibat, waktu, tempat, tujuan, sarana, situasi serta kondisi yang terjadi di luar (di sekitar) dirinya melalui nalar berpikir. orang helong memiliki pemali yang secara tidak langsung berkontribusi bagi kecerdasan kognisi manusia. kontribusi tersebut dapat dilihat dalam pemali berikut. bel bar kit anan si bon den terjemahan gramatikal dalam bahasa indonesia dari pemali di atas adalah “dalam hal mendidik anak, tidak diperbolehkan untuk memukulnya di kepala”. konsekuensi jika pemali ini dilanggar dalam kebudayaan helong adalah anak tersebut akan menjadi kurang pandai. pemali ini menekankan pentingnya kecerdasan yang terpusat pada manusia. pusat kecerdasan manusia adalah pada otak. dalam hal ini, bagian alat vital manusia yakni otak (yang menjadi pusat kecerdasan) harus dijaga serta dirawat sedemikian mungkin karena merupakan komponen utama bukti eksistensi manusia di muka bumi ini. pemaknaan pemali ini merupakan pencegahan perilaku kekerasan terhadap anak. memukul anak di kepala tidak hanya dimaknai secara denotatif, namun juga dimaknai secara konotatif. penyebab kurang pandai terhadap anak akibat kepalanya dipukul, dimaknai sebagai pencegahan terhadap gangguan mental anak. dasar pembentukan karakter kognisi maupun mental anak adalah otaknya, oleh karena itu, segala jenis tindak kekerasan (fisik maupun psikis) dihindari sedapat mungkin agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya. hal inilah yang ingin ditekankan oleh masyarakat helong bahwa kontribusi mereka bagi pendidikan karakter khususnya pada poin kecerdasan kognisi, terimplikasi melalui pemali yang ada dalam kebudayaan mereka terkait hal mendidik anak. pemali “jangan memukul kepala seorang anak” dalam kb helong, dimaknai sebagai lawan dari proses kebebasan berpikir. dalam filsafat pendidikan, kebebasan berpikir mengarah pada penggalian ide-ide tertentu dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan. pemali ini dipandang sebagai dorongan proses inovasi atau proses kreatif. proses kreatif berada pada lingkaran kebebasan berpikir, kebebasan berpikir berseberangan dengan tekanan yang disimbolkan pada “memukul kepala”. inilah yang dimaksudkan pemali yang berhubungan dengan antroposentris. bahwa manusia sebagai pusat inovasi dan pengetahuan kreatif. vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.228 1426 kecerdasan spiritual kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilainilai positif. sq (spiritual quotien) merupakan fasilitas yang membantu seseorang untuk mengatasi persoalan dan berdamai dengan persoalan (dikutip dari laman wikipedia indonesia 11 oktober 2021). kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna kehidupan, nilai-nilai, dan keutuhan diri. melalui kecerdasan spritual. manusia dapat menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. lewat kerjadasan ini juga manusia mampu menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang menjadi lebih bermakna ataupun sebaliknya. masyarakat kb helong meyakini bahwa semua perbuatan yang mereka lakukan di dunia semasa hidupnya akan mendapatkan ganjaran yang setimpal saat mereka masih hidup maupun saat mereka telah meninggal. orang helong juga percaya bahwa segala sesuatu di dunia mempunyai hubungan timbal-balik. segala sesuatu yang diberikan kepada orang lain, akan kembali dan berdampak pada diri si pemberi tersebut. jika sesuatu yg diberikan itu baik, maka akan diterima hal-hal yang baik. begitu pun sebaliknya, jika yang kita berikan itu sesuatu yang tidak baik, maka akan diterima kembali dalam bentuk yang tidak baik pula. jika dipahami secara mendalam, ada semacam “hukum karma” yang dipercaya oleh orang helong dalam menapaki tiap fase kehidupan mereka di dunia ini. berikut kontribusi bagi pendidikan karakter-kecerdasan spiritual dalam pemali kb helong. atuil helong un nin mukit, si dasi, ola bi bingin dua, un tao dasi oe nin pait mukit ta pemali ini, dalam bahasa indonesia memiliki makna secara gramatikal yakni, “suku helong akan memberikan daging kepada pihak yang mengadakan acara dan pihak yang mengadakan acara harus mengembalikan pemberian mereka berupa bagian dada dari daging hewan tersebut sebagai bentuk ungkapan terima kasih kepada pihak pemberi hewan.” kontribusi pemali di atas terhadap kecerdasan spiritual yakni toleransi dan rasa empati. kb helong melihat segala sesuatu yang dimiliki oleh manusia merupakan anugerah serta rezeki dari sang pemilik kehidupan. oleh karena itu, sudah sewajarnya, sebagai sesama manusia harus saling berbagi dan berempati dalam keadaan serta situasi apapun. hal ini merupakan konsekuensi logis dari istilah “homo socius” yang disematkan kepada manusia sebagai makhluk sosial. selain itu, manusia juga merupakan makhluk moral yang selalu mempertimbangkan baik serta buruk terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan sikap, tindakan, serta tutur katanya. oleh karena itu, sikap saling berempati, simpati maupun toleransi haruslah ditanamkan sejak dini dalam diri anak agar ia tahu bahwa dia tidak sendirian serta selalu membutuhkan sesama yang lain. kontribusi pemali dalam pendidikan karakter semacam pertanyaan-pertanyaan ontologisspiritual yang muncul dalam pemali-pemali pada masyarakat kb helong. pertanyaanpertanyaan seperti “bagaimana aku dan alam semesta diciptakan?”; “bagaimana segala sesuatu ini berada?”; “apakah segala sesuatu ini hadir begitu saja ataukah ada yang menjadikannya ada?”; dan “bagaimana sikap kita terhadap segala yang ada ini?”, merupakan sebuah refleksi kehidupan yang begitu dalam dan luas yang dimaknai oleh orang helong. dalam kepercayaan orang helong, dunia ini tidak hanya terdiri atas satu tingkat melainkan lebih. menurut mereka, dunia ini bukan hanya alam yang mereka huni tetapi ada juga dunia lain yakni dunia gaib vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.228 1427 (metafisis), dunia para leluhur atau nenek moyang serta tempat tertinggi yang dimiliki oleh wujud tertinggi dalam sistem kepercayaan primitif mereka, wujud tertinggi itu disebut dengan istilah “lamtua”. dunia gaib biasanya dihuni oleh makhluk-makhluk gaib, makhluk gaib tersebut dalam kepercayaan orang helong disebut dengan istilah “kutuklu” dan “baos”. makhluk-makhluk gaib ini, dalam kb helong, berwujud burung (burung hantu) dan roh-roh halus yang mendiami pohon-pohon besar serta tempat-tempat tertentu seperti mata air. oleh karena itu, ada pemali dalam kb helong yang melarang agar anak kecil serta ibu hamil berjalan ke luar rumah ketika malam hari dan jangan mandi dalam keadaan bugil pada lokasi mata air karena akan diganggu oleh makhluk-makhluk gaib tersebut. helong percaya bahwa roh leluhur atau nenek moyang mereka tinggal di sebuah tempat yang disakralkan, tempat itu adalah rumah adat. konsekuensinya, sebelum memasuki rumah adat tersebut, terlebih dulu dibuat sebuah ritual permohonan kepada leluhur agar dapat diizinkan masuk ke dalam rumah adat itu. kontribusi yang dapat dipetik dari metafisika kepercayaan orang helong ini adalah manusia bukanlah satu-satunya unsur yang ada di alam ini. ada hal-hal lain (selain alam dan makhluk hidup lain) yang secara metafisika tidak dapat dicerna secara akal sehat, ada dan berbaur bersama manusia. kehidupan di dunia ini hanyalah bersifat sementara, oleh karena itu, sudah selayaknya manusia sebagai homo religiosus menyadari dan menghormati serta menghargai hal-hal metafisik tersebut serta tidak merusaknya karena semuanya merupakan sebuah kesatuan utuh dari makrokosmos yang besar ini dan pada akhirnya akan kembali kepada wujud tertinggi yakni sang pemilik kehidupan. kecerdasan lingkungan (ekosentris dan biosentris) kecerdasan lingkungan (ecology intelligence) berupa pemahaman dan penerjemahan hubungan manusia dengan seluruh unsur dan makhluk hidup lain. manusia yang cerdas ekologis menempatkan dirinya sebagai kontrol terhadap lingkungan. kecerdasan ekologis menghendaki manusia untuk menerapkan apa yang dialaminya dan dipelajarinya tentang hubungan aktivitas manusia dengan ekosistem. kecerdasan ekologis menempa manusia menjadi sebuah ekosistem yang menata emosi, pikiran, dan tindakan dalam menyikapi alam dan lingkungannya. apapun yang dapat kita lakukan dalam pengelolaan lingkungan hidup untuk meraih kualitas hidup dan kehidupan adalah berpikir, bertindak dan berperilaku dengan pertimbangan ekologis. hal tersebut di atas, berkaitan dengan beberapa pemali dalam masyarakat helong tentang lingkungan. bagi mereka, lingkungan (alam) dan ekosistem membentuk sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan dengan eksistensi peradaban manusia. alam menyediakan semua kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh manusia (orang helong). alam merupakan rumah induk tempat terciptanya segala keharmonisan, keseimbangan serta kedamaian jika dikelola dengan baik oleh manusia. masyarakat helong percaya bahwa jika alam dikelola, ditata serta dijaga dengan baik, maka akan memberikan hasil yang berkecukupan untuk kemaslahatan umat manusia. namun, jika alam (ekologi) tidak dirawat, dijaga dan ditata dengan baik bahkan dieksploitasi secara semena-mena, maka akan mendatangkan musibah serta malapetaka yang yang dapat merugikan bahkan membinasakan manusia. seperti halnya pada kegiatan bercocok tanam dalam masyarakat helong. cara menanam jagung dan padi, pada umumnya adalah hal yang lumrah namun berbeda dengan suku helong yang memiliki pemali (luli) dan aturan tersendiri ketika menanam. dalam menanam bibit jagung dan padi, bibit yang sudah disediakan harus disimpan di tempatnya (sebuah mazbah vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.228 1428 yang tersedia di kebun tersebut) dengan ukuran tinggi sekitar empat puluh sentimeter dan lebarnya hampir satu meter. padi dan jagung yang telah disimpan tersebut tidak boleh diambil sekaligus atau dipindahkan. melainkan bertahap, meskipun luas ladang tersebut sangat besar dan yang mengambilnya pun yaitu pemilik bibit, kemudian dibagikan untuk ditanam. jika hal ini tidak dilakukan, maka bibit yang disediakan sekalipun banyak dan sesuai perhitungan namun tetap saja bibit tersebut tidak akan cukup. saat bekerja di kebun, para pekerja tidak boleh pulang sebelum pekerjaannya tuntas. setelah menanam jagung, pemilik dilarang untuk ke kebun sebelum empat hari, jika tidak, maka jagung tersebut akan mati/tidak tumbuh. pada saat memanen jagung atau hasil lainnya di ladang, dilarang membuang sampah dalam bentuk sisa-sisa kotoran (bulir, daun serta tongkol) dari jagung beserta hasil lainnya di kebun itu. jika tidak, maka tanaman yang ada akan mati. juga, sebelum memanen jagung, orang helong harus terlebih dulu melakukan ritual pengucapan syukur kepada leluhur dan wujud yang tertinggi atas hasil yang diperoleh. sedangkan, pada saat memanggang jagung, dilarang menggunakan kayu kabesak (sejenis kayu yang ada di wilayah timor). jika menggunakannya, maka jagung yang disimpan tersebut akan berubah menjadi fufuk (menjadi hancur/halus akibat dimakan oleh ngengat). kontribusi dari pemali dalam kb helong tersebut terhadap kecerdasan lingkungan yakni, manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan yang dibekali dengan akal budi, sepatutnya dan selayaknya menggunakan akal budinya untuk memanfaatkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya (khususnya lingkungan tempat dia tinggal) sebagaimana mestinya. manusia merupakan pusat segala aktivitas yang terjadi, oleh karena itu dia diberikan istilah “antroposentris”. tetapi, manusia jangan lupa bahwa di luar dirinya, ada sesuatu yang lebih besar melampaui kapasitas akal budinya. sesuatu yang lebih besar itu adalah lingkungan (ekosentris dan biosentris). lingkungan mempunyai peranan penting dalam proses pembentukan karakter manusia. penanaman nilai dasar “cinta terhadap lingkungan” haruslah dilakukan sedini mungkin dalam diri individu (anak). pada titik ini, orang tua mempunyai peran serta tanggung jawab yang besar untuk mengajarkan anaknya perihal sikap mulia mencintai lingkungan, minimal dimulai dari lingkungan di sekitarnya. anak harus dididik serta diarahkan untuk merawat, memelihara serta menjaga semua yang ada di lingkungannya dengan cara pemanfaatan tanpa eksploitasi secara berlebihan terhadap lingkungan. merawat lingkungan akan menumbuhkan keseimbangan, sebaliknya, mengeksploitasi serta merusak lingkungan akan mendatangkan musibah, malapetaka dan bencana yang dapat membinasakan peradaban manusia (human beings civilization) simpulan pemali dalam suku helong dikenal dengan istilah “luli” yang artinya larangan. larangan menurut etnik helong merupakan sesuatu yang disepakati bersama dan sudah ada sejak lama serta menjadi hukum alam. bagi komunitas masyarakat helong, pemali atau luli ini merupakan way of life yang bertujuan untuk mengatur setiap perilaku serta hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam serta manusia dengan wujud tertinggi. pemali dalam kb helong, juga secara tidak langsung, menyumbang sejumlah filosofi hidup yang bermuara pada penanaman nilai-nilai moral baik dari sisi psikososial maupun ekologis. nilai-nilai moral ini, pada akhirnya dapat membentuk sebuah karakter mulia bagi siapa pun (khususnya masyarakat kb helong) yang menerima serta menjalankannya sebagai sebuah postulat (dalil yang diterima sebagai sebuah kebenaran serta keharusan mutlak tanpa perlu pembuktian). vol.2 no.10 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.228 1429 berpijak pada pendapat megawangi dan koesoemo, diperoleh empat kontribusi pemaknaan pemali dalam kb helong bagi pendidikan karakter. kategori-kategori tersebut adalah kecerdasan sosial, kecerdasan kognitif, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan lingkungan (ekosentris dan biosentris) daftar rujukan adung nursela, dkk. 2020. ilmu budaya: jurnal bahasa, sastra, seni dan budaya e-issn 2549-7715 volume 4: nomor 2 akhlak, annisa, dkk. 2019. pemali dalam masyarakat etnik banjar di kota samarinda: suatu tinjauan semiotika. jurnal ilmu budaya vol. 3, no. 2, april 2019 hal. 121130 albertus, doni koesoema. 2010. pendidikan karakter: strategi mendidik anak di zaman global. jakarta: pt. grasindo (ikapi) bertens, k. 2011. etika. jakarta: pt. gramedia pustaka utama bowden, jhon. 2006. documentation of tthree dialects of helong: endangered language of eastern indonesia. the endangered language archived (elar) bowden, john . 2010. metathesis in helong. presentation. diakses tanggal 26 april 2017. bustan, fransiskus. 2018. guratan makna religius ritual penti dalam kebudayaan manggarai di flores. kupang: lp2m undana danesi, marcel. 2012. pesan, tanda, dan makna. yogyakarta: penerbit jalasutra (ikapi) fox, james t. (2003). out of the ashes. anu press. diakses tanggal 26 april 2017 grimes, charles. therik, and jacob. 1997. “a guide to the people and languages of nusa tenggara. kupang: artha wacana press hoed, benny h. 2011. semiotik dan dinamika sosial budaya. jakarta: komunitas bambu koentjaraningrat. 2004. manusia dan kebudayaan di indonesia. jakarta: penerbit djambatan. magnis-suseno, franz. 2013. 12 tokoh etika abad ke-20. yogyakarta: penerbit kanisius (ikapi) megawangi, ratna. 2004. pendidikan karakter: solusi yang tepat untuk membangun bangsa. jakarta: ihf palmer, gary b. 1996. pengantar teori linguistik kebudayaan (terjemahan kletus erom). buku terjemahan. universitas nusa cendana (tidak dipublikasikan) rachel, james. 2013. filsafat moral. yogyakarta: penerbit kanisius (ikapi) steinhauer, hein. synchronic metathesis and apocope in three austronesian languages of the timor area. thesis. leiden university, 1996. diakses tanggal7 maret 2017. toding, iman. 2019. pemali dalam masyarakat mamasa dan implikasinya terhadap nilai pendidikan karakter: pendekatan hermeneutika. tesis: universitas negeri makassar. diakses pada http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/13173 microsoft word 01-adri.docx vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.265 122 received : 12-02-2022 revised : 16-05-2022 published : 19-06-2022 teknik pengelolaan kelas untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di smk negeri 1 lembah gumanti adriningsih adwir smk negeri 1 lembah gumanti ningsihawir@gmail.com abstrak tujuan dari artikel ini adalah untuk menjelaskan bagaimana mengelola teknik kelas. pengelolaan kelas merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan bagi setiap sekolah karena akan mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif dan produktif untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. pengelolaan kelas yang baik juga akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dengan motivasi belajar yang tinggi juga akan berdampak pada hasil belajar siswa. abstract the purpose of this article is to explain how to manage classroom techniques. classroom management is something that is very important to be considered for every school because it will be able to create a conducive and productive classroom atmosphere to support effective learning activities to achieve learning objectives optimally. good classroom management will also be able to increase students' learning motivation, with high learning motivation will also have an impact on student learning outcomes. kata kunci: pengelolaan kelas; motivasi; sekolah vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.265 123 pendahuluan sekolah menengah kejuruan (smk) merupakan sebuah jejang pendidikan yang memberikan keterampilan khusus kepada peserta didiknya untuk mmemprsiapkan peserta didik memasuki dunia kerja. dalam kegiatan pembelajarannya, tentu sangat berbeda dengan sekolah menengah atas (sma). kegiatan pembelajaran di smk haruslah membutuhkan motivasi yang cukup tinggi dari peserta didik agar peserta didik tersebut memiliki berbagai kompetensi-kompetensi yang diharapkan oleh guru. namun, terkadang motivasi belajar peserta didik tidak hanya berasal dari dalam diri peserta didik namun juga dari luar diri peserta didik atau biasa disebut dengan motivasi internal dan motivasi eskternal. meskipun peserta didik memiliki motivasi belajar internal yang tinggi namun juga harus diimbangi dengan adanya motivasi belajar eksternal yang baik. untuk dapat meningkatkan motivasi peserta didik secara eksternal seorang guru harus mampu memberikan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik serta teknik pengelolaan kelas yang tepat. menurut sanjaya (2010) pengelolaan kelas merupakan sebuah keterampilan yang dimiliki oleh seorang guru dalam mengatur keadaan kelas dalam kegiatan pembelajaran agar selalu berjalan secara kondusif dan optimal serta dapat mengendalikannya jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam kegiatan pembelajaran. teknik pengelolaan kelas yang baik sangat penting diterapkan di sekolah terutama di sekolah menengah kejuruan (smk). hal tersebut penting karena akan memberikan banyak dampak positif terhadap peserta didik. dalam artikel ini, penulis ingin mengetahui bagaimana teknik pengelolaan kelas di smk negeri 1 lembah gumanti,dan apakah teknik pengelolaan kelas di smk negeri 1 lembah gumanti dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. metode metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode kualitatif dan metode literatur. sedangkan desain penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah desain fenomenologi. fenomenologi adalah sebuah desain penelitian yang lebih memfokuskan pada pengalaman nyata. polkinghore dalam (herdiansyah 2011) mengungkapkan bahwa fenomenologi nerupakan sebuah studi yang memberikan gambaran tentang pengalaman dari beberapa individu tentang konsep tertentu. dalam artikel ini juga disertai dengan pengumpulan literatur (bahan atau materi) yang bersumber dari buku, jurnal ataupun sumber lain yang relevan dengan pembahasan penulis yaitu teknik pengelolaan kelas. penelti fokus pada pelaksanaan teknik pengelolaan kelas di smk negeri 1 lembah gumanti. landasan teoritis pengertian pengelolaan kelas menurut mulyasa (2008:91) dalam widodo (2013) mengungkapkan bahwa pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk mewujudkan suasana pembeljaran yang kondusif serta kemampuan dalam mengendalikannya jika terjadi hal yang menggangu atau tidak sesuai degan yang diinginkan. sejalan dengan mulyasa, mardiyah. (2019) mengungkapkan bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu upaya atau usaha guru dengan mengerahkan selurh kemapu dalam mengatasi suatu permasalahan yang terjai didalam kelas guna menciptakan serta mempertahankan kondisi kelas yang dapat menunjang kegiatan belajar dan motivasi belajar peserta didik sehingga tercapai tujuan secara optimal. kemudian ghofar (2017) menambahkan bahwa pengelolaan kelas yang baik oleh guru akan memberikan vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.265 124 kenyamana bagi peserta didik dalam kegaiatn pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran akan berjalan secara maksimal. hal inilah yang diinginkan dari pengelolaan kelas yang baik, karena pengelolaan kelas adalah suatu cara untuk dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran. adapun wiyani (2013:130-131) mengungkapkan bahwa pengelolaan kelas sangat penting karena akan dapat menciptakan ruangan kelas dan suasana belajar yang lebih hidup, dan dapat memungkinkan guru dan peserta didik untuk lebih leluasa didalam kelas serta dapat meningkatakna fokus peserta didik pada pelajaran yang diberikan oleh guru. selanjutnya, menurut nawawi pengelolaan kelas merupakan suatu kemapuan seorang guru dalam mendayagunakan serat memaksimalkan potensi kelas dengan cara memberikan kesempatan sepenuhnya kepada setiap individu yang ada didalam kelas unruk melaukan berbagai aktivitas secara kratatif dan terarah. berdasarkan beberapa pendapat diatas maka ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu usaha guna mewujudkan suatu suasana kelas yang kondusif, kreatif dan produktif untuk menunjang efektifitas kegiatan pembelajaran. pengelolaan kelas yang baik akan menunjang pencapaian tujuan pembelajaram secara optimal. bagian-bagian pengelolaan kelas menurut (sanjaya 2010) mengungkapkan bahwa pengelolaan kelas secara umum dibagi menjadi dua, diantaranya adalah pengelolaan kelas secara akademik dan non akademik. adapun pengelolaan kelas secara akademik dintaranya adalah: a. perencanaan pembelajaran perencanaan pembelajaran merupakan kegiatan awal yang dilakukan sebelum kegaiatan pemebaljaran dimulai, diantara kegiatan yang termasuk dalam perencanaan pembelajaran adalah: 1) membuat sebuah rancanagn pembelajaran 2) menyiapkan berbagai materi pembelajaran 3) memilih metode yang akan digunakan 4) memilih media pembelajaran yang akan digunakan b. pelaksanaan pembelajaran kegiatan ini merupakan inti dalam kegiatan pembelajaran. proses pembelajaran mditandai dengan adanya interaksi anatar guru dan peserta didik yang diharapkan dapat menghasilkan sebuah perusbahan pada peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu. pada kegiatan pelaksanaan pembelajaran ini akan terlihat bagaimana pengelolaan kelas serta penerapan metode dan media yang telah dipilih dalam kegiatan perencanaan. c. evaluasi pembelajaran evaluasi pembelajaran merupalan kegiatan dalam menilai ketercapaian dari tujuan pembelajaran dari proses pembelajaran yang sudah dilakukan. aspek pengelolaan kelas menurut (mulyasa 2008) keterampilan dalam mengelola kelas terdiri dari beberapa aspek diantaranya yaitu, penciptaan serta pemeiliharaan iklim pembelajaran yang optimal dan ketermapilan yang berkaitan dengan pengendalian kondisi kelas yang optimal. ketermpilan dalam menciptakan dan memeilihara iklim pembelajaran yang optimal terdiri atas hal-hal berikut. vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.265 125 a. memperlihatkan sikap yang tanggap dengan memperhatikan dengan seksama, mendekati, serta memberikan pernyataan serta respon terhadap gangguan yang terjadi di kelas. b. membagi perhatian baik secara visual ataupun secara verbal. c. memusatkan perhatian kelompok dengan mempersiapkan peserta didik dalam melakukan pembelajaran. d. memberikan aturan atau petunjuk yang jelas. e. menegur secara biajaksana. f. memberikan sebuah penguatan jika memamng diperlukan. adapun keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi pembelajaran yang oprimal terdiri atashal-hal berikut. a. melakukan modifikasi perilaku. b. mencotohkan serta membiasakan perilaku baru. c. meningkatkan perilaku yang baik dengan memberikan pengauatan. d. mengurangi adanya perilaku yang buruk dengan pemberian hukuman. prinsip pengeloaan kelas untuk menjamin keberhasilan dari pengelolaan kelas ada beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan. menurut djamarah dalam (rosikh 2019) beberapa prinip dalam pengelolaan kelas diantaranya adalah sebagai berikut. a. hangat dan antusias sifat hangat dan antusias guru sangat penting karena guru yang hangat dan antusias dalam kegiatan pembelajaran akan dapat menerapkan pengelolaan kelas dengan baik. b. tantangan kegiatan pembelajaran yang menantang bagi peserta didik akan dapat meningkatkan aktivitas peserta didik didalam kelas, sehingga hal ini akan menguarangi kemungkinan terjadi tingkah laku menyimpamg dari peserta didik. c. bervariasi gaya mengajar, media atau metode pembelajaran yang bervariasi akan membuat peserta didik tidak bosan dalam kegiatan pembelajaran serta dapat memusatkan perhatian peserta didik pada pembelajaran. variasi ini dapat menjadi kunci pengelolaan kelas untuk menhindari kejenuhan peserta didik dalam belajar. pembahasan di smk negeri 1 lembah gumanti, pengelolaan kelas sudah diterapkan dengan baik dan mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik. menurut (stephen 2002) motivasi merupakan suatu keinginanan untuk melaksanakan atau melakukan sesuatu dengan mengerahkan upaya yang besar untuk mencapai suatu tujuan. kegiatan pengelolaan kelas di smk negeri 1 lembah gumanti sudah sesuai dengan pengelolaan kelas secara akademik ataupun nonakademik, dinataranya yaitu perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dan kegiatan evaluasi. pengelolaan kelas di smk negeri 1 lembah gumanti sudah memperhatikan prinsipprinsip pengelolaan kelas secara umum di antaranya adalah sebagai berikut. 1. hangat dan antusias bisa dikatakan guru dalam melakukan legiatan pembelajaran cukup hangat dan antusias sehingga hal ini juga dapat memicu antusiasme dari peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. vol.3 no.3 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i3.265 126 2. tantangan sebagai sekolah menengah kejuruan yang nantinya akan menghasilkan peserta dididk yang siap terjun ke dunia kerja. maka kegiatan pembelaaran yang diberikan kepada peserta didik sangatlah menantang bagi peserta didik. 3. bervariasi kegiatan pembelajaran di smk negeri 1 lembah gumanti selalu mengunakan media serta metode pembelajaran yang bervariasi sehingga tidak membosankan bagi peserta didik. dengan diterapkannya pengelolaan kelas yang baik serta memperhatikan berbagai prinsip pengelolaan kelas, maka pengelolaan kelas di smk negeri 1 lembah gumanti telah dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga ini juga berdampak pada hasil belajar peserta didik yang semakin meningkat. simpulan pengelolaan kelas merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengendalikan setiap personel yang ada didalam kelas guna mewujudkan lingkungan kelas yang kondusif dan produktif agar tujuan pembelajaran dapat terwujud. di smk negeri 1 lembah gumanti, pengelolaan kelas sudah dilakukan dengan baik oleh guru sehingga sudah dapat memotivasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang berdampak pada peningkatana hasil belajar peserta didik tersebut. daftar rujukan ghofar, abdul. (2017). “fleksibelitas pengelolaan kelas dalam pendidikan.” jurnal pendidikan islam. herdiansyah, haris. (2011). metodologi penelitian kalitatif untuk ilmu-ilmu sosial. jakarta: salemba humanika. mardiyah., rusdi &. (2019). “penerapan pengelolaan kelas di madrasah ibtidaiyah negeri 13 hulu sungai utara.” jurnal ilmiah keagamaan pendidikan, dan kemasyarakatan volume 10 (nomor 1). mulyasa. (2008). menjadi guru profesional mencipakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan. bandung: pt. remaja rosdakarya. rosikh, fahrur & ahmad afan zaini. (2019). “pengelolaan kelas dalam pembelajaran bahasa arab.” jurnal institute pesantren sunan djarat (insud). volume 12(nomor 1): 27–28. sanjaya, wina. (2010). strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. jakarta: prenada media grup. stephen, robbinss. (2002). essential of organizational behavior (terjemahan). jakarta: erlangga. widodo, widayanti. (2013). “peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dengan metode problem based learning pada siswa kelas viia mts negeri donomulyo kulon progo tahun pelajaran 2012/2013.” jurnal fisika indonesia volume xvi(nomor 49). vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.34 137 received : 11-08-2020 revised : 27-09-2020 published : 07-10-2020 upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca alquran dengan metode drill (latihan) melalui explicit instruction tabrani lubis smk negeri 1 selat nasik, indonesia tabranilubis123@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan memaparkan metode drill melalui explicit instruction dalam peningkatan proses belajar mengajar mata pelajaran pendidikan agama terutama dalam pengajaran aspek alquran. strategi pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan tutor sebaya. jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian kelas x.1 yang diajar oleh guru pai. hasil penelitian menunjukkan bahwa metode drill/ latihan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca alquran. hal ini dapat dilihat dari penuturan huruf alquran/ hijaiyyah sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. para siswa menjadi fasih dan lancar. para siswa juga termotivasi untuk meningkatkan kembali kemampuan membaca alquran. pengetahuan siswa juga meningkat dengan adanya tugas mencari beberapa contoh bacaan alquran sesuai dengan indikator pembelajaran. abstract: this study aims to describe the drill method through explicit instruction in improving the teaching and learning process of religious education subjects, especially in teaching aspects of the koran. the learning strategy is carried out using peer tutors. this type of research is classroom action research with research subjects in class x.1 taught by islamic education teachers. the results showed that the drill / exercise method could improve students' ability to read the koran. this can be seen from the narrative of the letters of the koran / hijaiyyah in accordance with the rules of recitation. the students became fluent and fluent. students are also motivated to improve their ability to read the koran. students' knowledge also increases with the task of finding several examples of reading the koran according to the learning indicators. kata kunci: metode pembelajaran, latihan, pendidikan agama islam mailto:tabranilubis123@gmail.com vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.34 138 pendahuluan setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami materi pendidikan agama islam yang diajarkan di sekolah. perbedaan ini disebabkan karena beberapa faktor, di antaranya adalah tingkat kecerdasan yang berbeda, lingkungan belajar yang kurang mendukung, sarana yang kurang, atau dari lingkungan keluarga/ orang tua yang kurang memotivasi anaknya untuk belajar lebih baik. materi mata pelajaran pendidikan agama islam haruslah mencakup ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap/prilaku), dan psikomotor (keterampilan). ketiga cakupan itu akan mencerminkan perilaku kehidupan sehari-hari yang berlandaskan alquran dan hadis sebagai pedoman hidup umat islam. oleh karena, meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca alquran yang merupakan salah satu materi ajar pendidikan agama islam adalah alquran. untuk memahami kemampuan membaca alquran diperlukan suatu ilmu yang dinamakan ilmu tajwid yang merupakan pedoman siswa untuk membaca alquran dengan baik dan benar. selain itu, kegunaan ilmu tajwid adalah agar siswa berhati-hati dalam menyebutkan huruf-huruf hijaiyyah secara keseluruhan agar tidak terjadi kesalahan penyebutan huruf-huruf hijaiyyah yang akan mengakibatkan kesulitan dalam memahami/ mengartikan bacaan alquran. salah satu aspek yang penting dalam mencapai target kurikulum pendidikan agama islam adalah proses penilaian. tujuan utama dari penilaian adalah meningkatkan kualitas pembelajaran. maksud lainnya adalah untuk mendapatkan laporan kemajuan siswa pelaksanaan kegiatan penilaian memiliki dampak yang kuat pada pembelajaran, informasi apa yang dikumpulkan, bagaimana mengumpulkannya, bagaimana menafsirkan informasi tersebut di sekolah, dan bagaimana menggunakannya akan sangat berpengaruh pada kemajuan belajar siswa. semua penilaian hendaknya valid, terpercaya, dan objektf. keshohihan atau validitas penilaian tergantung pada relevansi bukti. pada waktu merencanakan tugas-tugas penilaian, guru perlu menjamin bahwa tugas-tugas itu akan memberi bukti yang relevan..pada hasil belajar siswa, tingkat kepercayaan atau reliabilitas penilaian tergantung dari jumlah bukti yang menjadi dasar umumnya. makin banyak bukti yang digunakan dalam membuat penilaian, makin terpercaya prediksi pencapaian kompetensi siswa. objektifivas penilaian tergantung pada konstruksi tes atau tugas. suatu tes atau tugas dipandang objektif apabila fokusnya jelas dan dilakukan secara adil, tidak membedakan jenis kelamin, budaya, dan bahasa. guru pendidikan agama islam dan sekolah merancang dan mengelola penilaian sesuai dengan apa yang diajarkan dan waktu yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan kelas. penyelenggaraan penilaian pada program pembelajaran dimaksudkan untuk menjamin siswa agar dapat mencapai hasil belajar yang diinginkan. penilaian berbasis kelas (pbk) merupakan penilaian yang dilaksanakan terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas (berbasis kelas) melalui pengumpulan kertas kerja siswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tertulis (paper and pen). penilaian kelas merupakan kesempatan bagi guru untuk mengetahui tingkat penguasaan hasil belajar yang diinginkan dan bermanfaat untuk meninjau dan memperbaiki pengajarannya. guru pendidikan agama islam menggunakan metode penilaian yang beragam agar akurat dan sesuai dengan indikator hasil belajar yang ditetapkan dan juga agar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kedewasaan atau psikologis siswa. instrumen dan metode penilaian yang dipilih harus sesuai dengan jenis informasi yang ingin dikumpulkan oleh guru dan dilaksanakan. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.34 139 dalam pelaksanaan proses belajar dan mengajar di kelas guna tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal, serta dalam rangka upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, seorang guru pendidikan agama islam haruslah meningkatkan kualitas pengajarannya secara terus menerus dan berkesinambungan. dari pengalaman mengajar dan belajar siswa, penulis menemukan sebagian siswa hanya sekedar tamat membaca alquran, tetapi tidak memperhatikan kaidah ilmu tajwid sebagaimana yang diharapkan dalam hal bacaan alquran, lancar membaca tetapi belum benar bacaannya. metode penelitian penelitian ini dilaksanakan untuk para siswa kelas x.1 smk negeri 1 selat nasik, pulau selat nasik. sumber data penelitian ini berasal dari kelas x.1 yang diajar oleh guru pendidikan agama islam. jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif (mutu) dan kuantitatif (jumlah) melalui observasi, tes, dan penilaian proses dalam proses belajar mengajar. pelaksanaan penelitian mencakup proses belajar dan mengajar di kelas yang akan meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotor. proses menganalisis proses belajar dan mengajar didasari oleh pengamatan mengajar guru dan belajar siswa di kelas. jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. penelitian tindakan kelas ini merupakan kegiatan yang memiliki tahap-tahap penelitian atau langkah-langkah tindakan yang disajikan dalam skenario pengajaran langsung (explicit instruction) yang disesuaikan dengan rencana pelaksanaan program dan silabus yang di dalamnya lebih menekankan kepada metode drill (latihan) dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa membaca alquran. peneliti membagi kegiatan proses belajar mengajar dalam 4 siklus. siklus-siklus ini meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan/tindakan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi. untuk memudahkan peneliti/penulis mencoba menguraikan tahapan-tahapan itudalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut. tahap i. perencanaan. hal-hal yang dilakukan peneliti dalam tahap ini adalah melihat silabus/kurikulum, menyusun rencana pembelajaran, menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi, menentukan materi pokok bahasan yang akan diteliti, menentukan metode pembelajaran yaitu metode drill (latihan) yang merupakan fokus metode pilihan dalam bahasan karya tulis penelitian tindakan kelas ini selain kombinasi dengan metode dan pendekatan yang lain yang akan mendukung kualitas proses belajar mengajar yang baik dan dicita-citakan bagi guru yang mengajar dan siswa yang belajar. tahap ii, pelaksanaan. hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah metode yang sesuai dengan proses belajar mengajar yang berlangsung, menemukan masalah atau kesulitan siswa dalam memahami materi pelajaran yang diberikan pada waktu proses belajar mengajar, serta cara mengatasi permasalahan itu dengan metode drill/ latihan dan juga dengan memperhatkan kondisi siswa yang dihadapi. tahap iii, pengamatan. tahap ini merupakan tugas guru/peneliti untuk mengamati proses para siswa yang sedang belajar, menilai dan mengamati jalannya diskusi baik antar siswa dengan siswa, maupun interaksi antar guru dengan para siswa dalam hal pertanyaan siswa kepada guru yang kurang dapat dimengerti / dipahami tentang materi pelajaran, menilai kinerja siswa, melakukan sistem penilaian (evaluasi yang diberikan guru baik pretes sebagai langkah awal untuk proses belajar mengajar selanjutnya dan mengadakan apersepsi/ guru menghubungkan materi lalu dengan materi berikutnya untuk memudahkan materi yang harus dikuasai oleh para siswa pada tahapan ini juga guru mengadakan posttest dan vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.34 140 mengamati hasil kegtan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar terhadap pokok bahasan yang disajikan. tahap iv, refleksi. tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. istilah refleksi berasal dari kata bahasa inggris reflection, yang diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia berarti ‘pemantulan’. kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan rancangan tindakan. istilah refleksi di sini sama dengan ‘memantul’, seperti halnya ‘memancar’ dan ‘menatap kena kaca’ (suharsimi, 2006 : 20). dalam tahapan refleksi ini, peneliti mengamati hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum baik. dengan kata lain, guru pelaksana sedang melakukan evaluasi diri, mengamati apa yang telah dilakukan dalam proses belajar mengajar secara objektif, melihat dirinya kembali untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat mengenali hal hal yang masih perlu diperbaiki. metode drill (latihan) metode latihan yang juga disebut metode drill merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaankebiasaan tertentu, juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. selain itu, metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. metode latihan imi mempunyai kebaikan-kebaikan antara lain (a) pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan menggunakan metode iniakan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan, (b) pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan banyak konsentrasi dalam pelaksanaannya, dan (c) pembentukan kebiaaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit menjadi lebih otomatis (mansyur, 1991 :152). dengan menggunakan metode drill (latihan), para siswa mampu membiasakan diri, tidak kaku, tidak mudah lupa dalam memahami materi pendidikan agama islam di sekolah. penulis merasa yakin bahwa metode latihan dengan materi/pokok bahasan aspek alquran, para siswa mampu meningkatkan bacaannya dengan baik dan lancar. metode latihan sangat tepat digunakan apabila guru bermaksud untuk memperoleh suatu ketangkasan, kesempumaan, keterampilan tentang sesuatu yang dipelajari . adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh menurut mansyur (1991 : 169) bahwa dalam metode latihan ini ialah (a) guru memberikan penjelasan hasil yang ingin dicapai dari pelaksanaan latihan. penjelasan itu diberikan dengan contoh-contoh; (b) guru memberikan latihan pendahuluan sebagai persiapan untuk melaksanakan latihan yang sesungguhnya; (c) siswa melaksanakan latihan yang sesungguhnya. latihan ini diulang-ulang. guru mengadakan bimbingan, petunjuk, dan pengawasan seperlunya; dan (d) guru memberikan komentar atas pelaksanaan latihan. dalam proses belajar mengajar dengan metode drill (latihan), guru menjelaskan materi yang dibahas artinya agar semua siswa yang diajar mengerti/memahami dan dapat melakukan sendiri dengan baik.” guru menjelaskan tentang aspek alquran yang sangat berhubungan/berkaitan dengan ilmu tajwid yang merupakan syarat bagi siswa untuk membaca alquran dengan baik dan lancar. dengan ilmu tajwid para siswa menjadi fashih dan lancar dalam membaca alquran. selain itu, guru memberikan latihan pendahuluan sesuai dengan materi aspek alquran yang dibahas agar siswa mempunyai dasar untuk latihan sesungguhnya. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.34 141 dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas, penggunaan metode drill(latihan) bisa dilakukan guru untuk mengidentifikasi kemampuan dasar siswa pada setiap indikator pencapaian hasil belajar misalnya dalam penguasaan materi aspek alquran, para siswa ada yang sudah lancar, biasa saja, atau siswa yang kurang lancar, dan juga dalam hal penuturan/penyebutan huruf alquran/hijaiyyah, sebagian siswa ada yang sudah fashih, biasa saja, dan ada sebagian siswa masih kurang fashih membaca alquran. dalam hal membantu para siswa yang kurang mencapai target kompetensi aspek alquran ini, guru menggunakan pendekatan tutor sebaya artinya para siswa sudah lancar dan fashih dapat membantu dan membagi ilmunya kepada para siswa yang fashih dan lancar, serta para siswa yang biasa saja agar dapat meningkatkan kemampuannya lebih baik lagi. guru mengadakan pendekatan hirarki, atau cukup mengidentifikasi kemampuan dasar yang diperlukan yang tidak berurutan. untuk mengembangkan hirarki pembelajaran, masing-masing indikator pencapaian hasil belajar diwajibkan guru bertanya apa yang harus dikuasai siswa sebelum indikator pencapaian hasil belajar yang terdapat dalam kurikulum dicapai, fokuskan pada apa yang harus dipelajari segera. sesekali guru sudah mencatat kemampuan dasar yang harus dipelajari siswa, guru melakukan hal yang sama untuk kemampuan dasar yang lainnya. ulangi beberapa kali sampai guru yakin betul kemampuan-kemampuan dasar itu dikuasai siswa dengan acuan kaidah ilmu yang benar. dalam penggunaan metode drill (latihan) guru juga memberikan komentar atas pelaksanaan latihan. ada bermacam-macam usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahankelemahan metode latihan ini, misalnya (1) latihan hanyalah untuk bahan atau tindakan yang bersifat otomatis; (2) latihan harus memiliki arti yang luas. oleh karena itu, (a) jelaskan terlebih dahulu tujuan latihan tersebut, (b) dengan metode latihan itu siswa dapat memahami manfaat latihan itu bagi kehidupan siswa, (c). siswa perlu mempunyai sikap bahwa latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar; (3) masa latihan relatif harus singkat, tetapi harus sering dilakukan pada waktu-waktu tertentu; (4) latihan harus menarik, gembira, dan tidak membosankan. untuk itu perlu (a) dibangkitkan minat insrinsik, (b) tiap-tiap kemajuan yang dicapai murid harus jelas, (c) hasil latihan terbaik dengan sedikit menggunakan emosi; (5) proses latihan dan kebutuhan harus disesuaikan dengan perbedaan individual, yaitu tingkat kecakapan yang diterima pada satu saat tidak perlu sama dan perlu diberikan latihan perorangan dalam rangka mernambah latihan kelompok (mansyur, 1991 : 153). berangkat dari teori di atas, penulis memperoleh gambaran bahwa dengan menggunakan metode drill/ latihan, para siswa dapat menguasai materi aspek alquran secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan perkembangan dan kecerdasan siswa itu sendiri. diharapkan dengan metode drill/latihan itu para siswa mampu mengusai ilmu yang dipelajari secara keseluruhan baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor. hasil dan pembahasan dalam kegiatan proses belajar mengajar, penulis sebagai guru pendidikan agama islam merasa ada perbedaan antara mengajar yang pernah penulis lakukan/ terdahulu dengan proses mengajar yang dilakukan sekarang. hal ini dapat dilihat dengan adanya hasil belajar siswa yang sangat memuaskan dan berkualitas lebih baik. hal ini bisa dibuktikan temyata kemampuan membaca alquran para siswa lebih meningkat karena guru pendidikan agama islam bukan hanya memberikan pengetahuan materi semata, akan tetapi membimbing para siswa untuk mendiskusikan materi pelajaran, memotivasi siswa untuk banyak melatih, berusaha menjauhi jurang perbedaan dalam hal kemampuan siswa menguasai vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.34 142 materi/kecerdasan, atau dengan kata lain, dengan adanya perhatian guru terhadap perkembangan siswa, otomatis dalam menggunakan metode drill (latihan) dan melalui model explicit insruction (pengajaran langsung) dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca alquran. semua siswa merasa senang dan memicu diri dalam pencapaian target belajar yang sesungguhnya. untuk melihat gambaran hasil ini, penulis mencoba memaparkan/menjelaskan secara terbuka dan rinci tentang laporan kegiatan hasil karya tulis penelitian ini dengan bentuk yang sederhana. untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam membaca alquran, guru pendidikan agama islam mengadakan tes praktik sesuai dengan silabus dan indikator. dalam kegiatan penelitian tindakan kelas (ptk) ini penilaian proses pembelajaran merupakan bagian penting dalam kegiatan pembelajaran. keberhasilan suatu kegitan pembelajaran dapat dilihat dan bagaimana proses pembelajaran itu berlangsung. proses pembelajaran dikatakan baik apabila mampu melibatkan intelektual, fisik, dan emosional siiswa secara optimal. penilaian proses pembelajaran diarahkan pada pengamatan terhadap kegiatan kelompok dan kegiatan perorangan. pengamatan kelompok diarahkan pada beberapa hal yang menjadi pedoman, yaitu tingkat partisipasi anggota kelompok, tingkat kejelasan informasi, kemampuan kerja sama, respon. penilaian hasil belajar juga darahkan pada kemampuan perorangan siswa dalam membaca alquran sesuai dengan ilmu tajwid. dengan adanya proses pengajaran langsung ini para siswa mempunyai tingkat kelancaran yang lebih baik dari pada proses pengajaran yang sebelumnya. begitu juga dengan kemampuan guru mengajar, sebagai guru pendidikan agama islam saya merasa lebih baik dan meningkat. hasil belajar juga tergantung bagaimana cara guru memperbaiki pengajarannya dari siklus i/ pertemuan i yang merupakan awal siklus/ prasiklus sampai siklusiv/ pertemuan iv yang merupakan kegiatan akhir dalam penelitian tindakan kelas ini. dalam proses belajar mengajar, guru pendidikan agama islam menyesuaikan rencana pelaksanaan program (rpp) dengan model pengajaran langsung (explicit insruction) yang hasilnya sangat dirasakan guru penddikan agama islam bahwa pengajaran di kelas lebih bai dari pengajaran guru pendidikan agama islam sebelumnya. metode drill/latihan dalam proses pengajaran ini merupakan salah satu fokus utama yang dalam hal pelaksanaan dalam pengajaran di kelas dikombinasikan dengan metode / pendekatan yang lain agar lebih hidup dan menarik. data yang digunakan hasil belajar ini berupa data kuantitatif/jumlah/skor/angka dan berupa data kualitatif (mutu) yang sesuai dengan kriteria hasil belajar. sesuaidengan tujuan hasil belajar dalam proses pengajaran langsung ditunjukkan juga adanya persepsi/ pendapat siswa yang lebih baik dari pada proses pengajaran yang dilakukan guru pendidikan agama islam sebelumnya. untuk pembuktiannya penulis mempunyai data sebagai hasil belajar semua siswa dalam karya tulis peneltian tindakan kelas ini. tabel 1 : data skor perlehan hasil belajar perorangan no. nama aspek yang di nilai jumlah skor rata rata skor pengetahuan ilmu tajwid kkm: 75 tingkat kelancaran kkm: 75 tugas kkm: 75 1. aldi 60 60 60 180 60,00 2. bela sapira 70 70 70 210 70,00 3. deprianto 75 75 75 225 75,00 4. diella permatasari 60 60 60 180 60,00 5. elji 65 65 65 195 65,00 6. evi safitri 75 75 70 220 73,33 vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.34 143 7. geva giranda 60 60 60 180 60,00 8. hettri 75 70 70 215 71,67 9. jhudika willian 60 60 60 180 60,00 10. leksi 70 70 70 210 70,00 11. lestari 60 60 65 185 61,67 12. mahesa 60 60 60 180 60,00 13. neldawati 70 70 70 210 70,00 14. parhan 75 75 75 225 75,00 15. putri hasmiati 60 60 60 180 60,00 16. renaldi 65 65 60 190 63,33 17. rosaora 60 60 60 180 60,00 18. sela 60 60 65 185 61,67 19. sonny gita 60 60 60 180 60,00 20. suska 65 65 65 195 65,00 21. tria septiana 65 65 65 195 65,00 22. trisna juansyah 65 65 65 195 65,00 23. yandi 65 65 60 190 63,33 24. yesi nurita 65 65 65 195 65,00 25. yudita sri wahyuni 65 65 65 195 65,00 jumlah 1630 1625 1770 skor ideal 65,20 65,00 70,80 % skor tercapai 65,20 65,00 70,80 tabel 2. data skor hasil perolehan belajar kelompok no. nama kelompok aspek yang dinilai tugas rata-rata skor pengetahuan ilmu tajwid tingkat kelancaran 1. kelompok 1 80 75 80 78,33 2. kelompok 2 75 75 75 75,00 3. kelompok 3 75 75 70 73,33 4. kelompok 4 75 75 75 75,00 5. kelompok 5 80 75 75 76,67 jumlah 385 375 375 skor ideal 77 75 75 % skor tercapai 77 75 75 dilihat dari prosesnya, kegiatan proses belajar mengajar telah berhasil melibatkan siswa secara optimal. ini membuktikan dari segi proses, kegiatan pembelajaran telah berjalan efektif. untuk mengukur keefektifan pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat secara kelompok maupun perorangan. tabel 3. data hasil observasi kelompok dalam proses pembelajaran aspek kegiatan pembelajaran jumlah tinggi sedang rendah tingkat partisipasi 100% 100% kejelasan ucapan 100% 100% kemampuan kerja sama 90,48% 9,52% 100% respon 100% 100% vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.34 144 tabel 4. data observasi perseorangan dalam proses pembelajaran aspek kegiatan pembelajaran jumlah tinggi sedang rendah tingkat partisipasi 100% 100% kejelasan ucapan 90,48% 9,52% 100% respon 95,24% 4,76% 100% motivasi 85,71% 14,29% 100% dari tabel di atas dilihat keefektifan proses pembelajara, baik secara kelompok maupun perorangan. sebagian besar dari aspek yang diamati berada pada kategori tinggi. pembelajaran dengan model explicit instruction (pengajaran langsung) dengan metode latihan/drill ini berdasarkan wawancara dan dan angket yang disebarkan. siswa menyatakan senang mengikuti kegiatan pembelajaran, mudah dan tidak membosankan. berikut data hasil angket dan wawaancara terhadap siswa. tabel 5. data sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran no. masalah yang ditanyakan sikap siswa siswa persentase 1 kesenangan terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pengajaran langsung dan metode latihan yang disesuaikan dengan keadaan sangat senang 100 100% senang 25 100% kurang senang 2 kemudahan dalam melaksanakan tugas sangat senang 15 60% senang 5 20% kurang senang 5 20% 3 cara dan teknik bimbingan guru dalam proses belajaran mengajar di kelas sangat senang 20 80% senang 5 20% kurang senang selain dari beberapa hal yang telah diuraikan di atas, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan mampu melatih berbagai kecakapan hidup (lifeskill). adapun kecakapan hidup yang muncul selama kegiatan pembelajarandiantaranya : kesadaran akan potensi diri, kecakapan menggali informasi, kecakapan mengolah informasi, kecakapan mengambil keputusan, kecakapan komunikasi lisan, kecakapan komunikasi tertulis, kecakapan bekerja sama, dan kecakapan mengidentifikasi variabel. simpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1. metode drill (latihan) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca alquran. hal ini dapat dilihat dari penuturan huruf alquran/hijaiyyah sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. para siswa menjadi fashihdan lancar, juga para siswa tidak mudah lupa untuk meningkatkan kembalikemampuan membaca alquran. 2. pengetahuan siswa meningkat dengan adanya tugas mencari beberapa contoh bacaan alquran sesuai dengan indikator pembelajaran dan prestasisiswa juga meningkat terbukti dengan hasil pengetahuan siswa yang baikdengan adanya kerja sama kelompok yang harmonis. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.34 145 3. model explicit instruction/pengajaran langsung adalah pengajaran yang langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedur dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan pola selangkah demi selangkah. dalam penerapannya/pelaksanaannya, guru perlu menyesuaikan model ini dengan rencana program pengajaran, silabus, pendekatan, metode, serta alat penilaian proses belajar mengajar. 4. proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik jika guru membimbing siswa dengan sepenuh hati, yaitu perhatian dan mengetahui perbedaan dan perkembangan para siswa, serta teknik bimbingan yang tepat untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. dengan demikian, keberhasilan para siswa bukan hanya sekadar prestasi tetapi juga mampu meningkatkan proses belajar mengajar lebih baik, mempunyai semangat belajar yang tinggi, dan mempunyai pandangan yang positif dengan metode drill/ latihan melalui model pengajaran langsung ini. daftar rujukan [1] al-qur'an dan terjemahannya dengan transliterasi arab-latin. depag. cv. gema risalah press bandung. [2] aqib, zainal, dkk. penelitian tindakan kelas. bandung 2006 : cv. yrama widya [3] arikunto, suharsimi. drs., dkk penelitian tindakan kelas. 2006.. jakarta: pt bumi aksara. [4] direktorat pendidikan lanjutan pertama. direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah. departemen pendidikan nasional. 2003. pedoman pengembangantes diagnostik agama islam. [5] hasil kerja kelompok workshop, model pembelajaran. 2007. pengembangan materi pendidikan agama islam sd, smp, sma/smk tingkat nasional tanggal 23 25 agustus di ciawi bogor jawa barat [6] mansyur, drs. h. 1991. strategi belajar mengajar. jakarta : direktorat pembinaan kelembagaan agama islam dan universitas terbuka. [7] marhijanto, bambang. drs. 1995. kamus lengkap bahasa indonesia populer. surabaya : bintang timur. [8] masnur. drs., dkk. dasar-dasar interaksi belajar mengajar bahasa indonesia. jemmars. [9] moesthafa, ahmad sjazily. h. 1988. systematika tajwid. palembang : kentenjaya press cv. [10] ramayulis, drs. 1990. metodologi pengajaran agama islam. jakarta : kalam mulia. [11] rusyan, tabrani.., dkk. 1989. pendekatan dalam proses belajar mengajar. bandung : remadja karya cv. [12] wardani, prof. dr. i.g.a.k., dkk. 2004. pemantapan kemampuan profesional (panduan). jakarta : universitas terbuka. jira: jurnal inovasi dan riset akademik volume 1 nomor 2 tahun 2020 penerbit ahlimedia press vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://ahlimedia.com/jurnal/index.php/jira ii jira adalah jurnal pendidikan dengan lingkup aktivitas pembelajaran, penelitian tindakan kelas, lesson study, pengembangan media pendidikan dan pemanfaatan teknologi terkini dalam pendidikan. semua tulisan melalui proses telaah atau review yang dilakukan oleh tim ahli dibidangnya masing-masing. editorial board editor in chief teguh arie sandy, ahlimedia press (scopus id: 57216810754), indonesia editorial board 1. dr. nisaul barokati seliro wangi, universitas islam darul ulum lamongan (scopus id: 57215914065), indonesia 2. dr. miftahus surur, stkip pgri situbondo (scopus id: 57212514433), indonesia 3. dr. i kadek suartama, universitas pendidikan ganesha (scopus id: 57211650188), indonesia 4. isabel coryunitha panis panis, universitas katolik widya mandira (scopus id: 57218386798), indonesia 5. dr. widdy h.f rorimpandey, universitas negeri manado (scopus id: 57218115704), indonesia peer reviewer 1. dr. yayuk chayatun machsunah, universitas pgri adi buana kampus lamongan, indonesia 2. relly prihatin, stit sunan giri bima, indonesia 3. mukhammad luqman hakim, institut agama islam negeri kediri, indonesia 4. syaiputra wahyuda meisa diningrat, stit al-ibrohimy bangkalan, indonesia 5. ahmad mursyidun nidhom, universitas negeri malang, indonesia jurnal jira terbit 1 bulan sekali. editorial office: ahlimedia press alamat: jln. ki ageng gribig, gang kaserin mu no.36 malang 65138 email: jira@ahlimedia.com telp: +6285232777747 vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://ahlimedia.com/jurnal/index.php/jira iii daftar isi cover ................................................................................................................................. i editorial board .................................................................................................................. ii daftar isi ............................................................................................................................ iii elvira nurini hidayat upaya peningkatan motivasi belajar ppkn melalui pendekatan apresiasi siswa kelas viii ........................................................ 93 sri handayati penerapan metode demonstrasi dalam meningkatkan hasil belajar belajar ipa siswa kelas vii ................................................. 101 elfiah peningkatan hasil belajar pada materi perubahan sosial budaya dalam masyarakat melalui model pembelajaran berbasis masalah siswa kelas ix .................................. 111 yati jumariah peningkatkan hasil belajar teks ulasan film/drama melalui model koperatif tipetai (team asssisted individualization) .................................................................................................... 121 paryanto peningkatan motivasi dan prestasi permainan bola voli menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement division (stad) ................................................................................ 130 tabrani lubis upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca alquran dengan metode drill (latihan) melalui explicit instruction .......................................................................... 137 sri suwartini improved learning outcomes of my family theme with demonstration learning method at elementary school ............. 146 mia el rahma sona peningkatan hasil pembelajaran bahasa arab melalui model pembelajaran examples dan nonexamples pada siswa ma negeri 2 kota malang ................................................................................... 156 vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://ahlimedia.com/jurnal/index.php/jira iv ruspandi peningkatan kompetensi guru dalam penginputan penilaian e-raport melalui pelatihan tik di smp negeri 1 kertasari ............. 167 n. lisnur solihah upaya meningkatkan kedisiplinan guru melalui penerapan absensi finger print di smp negeri 1 ciparay kabupaten bandung .............................................................................................. 178 didik suyitno upaya peningkatan mutu pembelajaran melalui supervisi akademik di sdn keben kecamatan gading kabupaten probolinggo ..................................................................................... 189 panduan menulis jurnal jira vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.39 167 received : 26-08-2020 revised : 02-09-2020 published : 09-10-2020 peningkatan kompetensi guru dalam penginputan penilaian e-raport melalui pelatihan tik di smp negeri 1 kertasari ruspandi smp negeri 1 kertasari bandung, indonesia yusruspandi@gmail.com abstrak: penelitian ini ialah penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan 2 siklus, topik penelitian yakni para guru smpn 1 kertasari sejumlah 33 guru. diperoleh informasi awal jika guru belum sanggup dalam penginputan penilaian eraport. informasi penelitian tindakan sekolah yang didapat dari hasil pemantauan tindakan guru dalam praktek penginputan penilaian eraport pada siklus i, hasilnya tercantum katagori“ baik” dengan pada umumnya aspek 1 yakni 2, aspek 2 yakni 2, aspek 3 yakni 1, 75, serta aspek 4 yakni 1. perihal ini membuktikan kalau kompetensi guru dalam penginputan penilaian eraport telah bagus, akan tetapi perlu peningkatan. dengan terdapatnya hasil pemantauan serta penilaian pada siklus i hingga peneliti melaksanakan refleksi. dari refleksi kepada semua aktivitas pada siklus i, hingga ditemui sebagian hambatan yang menyebabkan belum optimalnya kompetensi guru dalam penginputan penilaian eraport. informasi yang didapat dari pemantauan guru pada siklus ii, sehabis dianalisis terdapat kenaikan kearah koreksi ialah terletak pada katagori“ amat bagus”, dengan pada umumnya angka pada pandangan 1 ialah 3, pada pandangan 2 ialah 3, pada pandangan 3 ialah 2, 75, pada pandangan 4 ialah 2. sebaliknya kompetensi guru dalam penginputan penilaian eraport, masingmasing serta terdapat kenaikan yang ke arah yang lebih baik adalah: penilaian praktek penginputan penilaian eraport terletak pada katagori“ sangat baik”. dengan melihat hasil pada siklus ii, maka refleksi terhadap hasil yang didapat peneliti pada siklus ii ini merupakan terdapatnya kenaikan kompetensi guru dalam penginputan penilaian eraport. perihal ini dibuktikan dengan nilai pada umumnya yang didapat dalam penilaian hasil praktek penginputan penilaian e raport. dari seluruh guru 100% telah meraih kriteria yang diresmikan. mailto:yusruspandi@gmail.com vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.39 168 abstract: this research is a school action research conducted in two cycles, the research subjects are 33 teachers of smp 1 kertasari. initial data were obtained that the teacher had not been able to input the e-raport assessment. school action research data obtained from observations of teacher attitudes in the practice of inputting the e-raport assessment in cycle i, the results were categorized as "good" with average value first aspect 2, second aspect 2, third aspect 1.75, and fourth aspect 1. this indicates that the teacher competences in inputting e-raport is good, but needs improvement. the results of observations and assessments in cycle i reflected by the researcher. it’s found some resistance that the resulted is not optimal in inputting e-raport assessments. the data obtained from teacher observations in cycle ii, after being analyzed there was an improvement become "very good" category, with the average value in first aspect 3, second aspect 3, third aspect 3 2.75, fourth aspect 2. the teacher competences in inputting eraport assessments, each of them also has increased to be better. the assessment of inputting practice of e-raport is in the "very good" category. based on the results in cycle ii, the researcher has congcluded that the teacher competences in inputting e-raport has been increased. it’s proven by the average value in the assessment results of the practice inputting e-raport. from all teachers 100% has reached the specified criterias. kata kunci: kompetensi guru, penilaian e-raport, pelatihan tik pendahuluan aplikasi e-raport yang telah diluncurkan oleh kemendikbud baik untuk sd/mi, smp/mts, sma/ma dan smk telah berlangsung kurang lebih 3 tahun. guru disibukkan dengan tugasnya sebagai pendidik, dimana guru dalam fungsi tugasnya merencanakan, mengajar, mendidik dan melakukan evaluasi atau penilaian terhadap peserta didik di setiap akhir semester. kalau selama ini penilaian dilakukan secara manual yaitu guru menuliskan raport dengan menggunakan tinta pulpen, setelah diluncurkan e-raport maka penilaian raport di lakukan dengan digital dimana guru harus merencanakan penilaian dan melakukan penilaian secara semi online. penilaian e-raport memiliki tingkat keribetan yang tinggi ketika sudah berhadap k13 di bandingkan ktsp. penggunaan e-rapor pada k13 membuat guru harus ekstra mengisi raport dan berkutat dengan bantuan komputer atau pun laptop. bahkan guru secara bersama mengerjakan e-rapor di lab komputer sekolah. realita yang terjadi di smp negeri 1 kertasari adalah kompetensi guru dalam penginputan penilaian e-raport masih rendah. hal ini ditunjukkan dengan beberapa data di lapangan yaitu guru belum mampu mengubah password sendiri, guru masih kesulitan dalam merencanakan penilaian pengetahuan, keahlian, sikap spiritual, serta tindakan sosial, tidak hanya itu guru juga sedang kesulitan dalam menginput nilai wawasan, keahlian, sikap spiritual, serta tindakan sosial, menyimpan proses penjelasan nilai, mengirim nilai akhir, menginput angka us/ usbn. oleh karenanya, peneliti di sini hendak meningkatkan kompetensi guru dalam penginputan penilaian e-raport melalui pelatihan tik. pelatihan merupakan sesuatu cara dimana banyak orang mencapai keahlian khusus buat menolong mencapai tujuan lembaga. oleh karena itu, metode ini terikat dengan berbagai tujuan lembaga, pelatihan dapat dipandang dengan cara kecil ataupun besar. dengan cara terbatas, pelatihan sediakan para vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.39 169 karyawan dengan pemahaman yang khusus serta bisa dikenal dan juga keahlian yang dipakai dalam profesi mereka saat ini. seringkali terdapat batas yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih besar dalam jangkauan serta memusatkan pada individu untuk mencapai keahlian terkini yang berfungsi baik untuk kariernya saat ini atau di masa yang akan datang. pelatihan didefinisikan oleh ivancevich bagaikan “upaya buat tingkatkan kemampuan karyawan dalam profesinya saat ini ataupun dalam profesi lain yang hendak dijabatnya segera”. selanjutnya, sehubungan dengan penafsiran nya itu, ivancevich (2008) mengemukakan sebagian nilai berarti yang dipaparkan di dasar ini: pelatihanc(training) ialah“ suatu cara analitis untuk mengganti perilaku kegiatan seseorang atau segerombol karyawan dalam upaya menaikkan kemampuan organisasi”. pelatihan terpaut dengan keahlian dan kemahiran yang diperlukan bikin karier yang disaat ini dicoba. pelatihan membidik ke masa sekarang serta menolong karyawan buat memahami kemampuan serta keterampilan( kompetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam profesinya. sebaliknya istilah teknologi informasi serta komunikasi (tik) telah kerap dipakai di dalam kehidupan seharihari. apalagi terdapat beberapa orang yang kirakira berlebihan pemahamannya, ialah yang mengidentikkan tik itu dengan komputer ataupun internet saja. akhirnya, setiap terdapat perbincangan mengenai tik, hingga yang terlintas di dalam pandangan yang berhubungan merupakan komputer ataupun internet. berasal pada uraian latar belakang di atas hingga pengarang terpikat untuk membuat penelitian yang akan dituangkan dalam sesuatu wujud catatan pts dengan judul" kenaikan kompetensi guru dalam penginputan penilaian eraport melalui pelatihan tik di smp negeri 1 kertasari tahun aajaran 2018/ 2019”. berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, sehingga bisa dikatakan kalau identifikasi masalahnya merupakan para guru sedang kesulitan dalam perihal( 1) mengganti password sendiri,( 2) merancang evaluasi pemahaman, keahlian, sikap spiritual, serta tindakan sosial,( 3) menginput nilai pemahaman, keahlian, sikap spiritual, serta tindakan sosial,( 4) menyimpan proses penjelasan nilai,( 5) mengirim nilai akhir, serta( 6) menginput angka us atau usbn. penulis membatasi hanya pada kenaikan kompetensi guru dalam penginputan penilaian eraport lewat pelatihan tik di smp negeri 1 kertasari tahun pelajaran 2018/ 2019. berdasarkan batasan permasalahan itu hingga bisa dirumuskan permasalahan sebagai berikut: (1)bagaimana meningkatkan kompetensi guru dalam penginputan penilaian eraport lewat pelatihan tik di smp negeri 1 kertasari tahun pelajaran 2018/2019?, (2) apakah pelatihan tik dapat meningkatkan kompetensi guru dalam penginputan penilaian e-raport di smp negeri 1 kertasari tahun pelajaran 2018/2019? tujuan penelitian bersumber pada kesimpulan permasalahan di atas tersebut ialah untuk (1) mengenali gimana meningkatkan kompetensi guru dalam penginputan penilaian eraport lewat pelatihan tik di smp negeri 1 kertasari tahun pelajaran 2018/ 2019 dan (2) mengetahui bagaimana apakah pelatihan tik dapat meningkatkan kompetensi guru dalam penginputan penilaian e-raport di smp negeri 1 kertasari tahun pelajaran 2018/2019. hasil penelitian ini diharapkan hendak bisa membagikan manfaat dengan cara praktis ialah hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai informasi tentang meningkatkan kompetensi guru dalam penginputan penilaian e-raport melalui pelatihan tik. manfaat secara teoritis yaiutu memberikan kontribusi serta masukanmasukan buat pengembangan penelitian khususnya dalam aspek pembelajaran, serta bisa dijadikan bagaikan sumber data ilmiah untuk vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.39 170 penelitian yang berhubungan dengan meningkatkan kompetensi guru dalam penginputan penilaian e-raport melalui pelatihan tik. metode penelitian ini ialah penelitian kegiatan sekolah( school action research), sebab penelitian dicoba buat memecahkan permasalahan cara pembelajaran di sekolah. penelitian ini menjelaskan gimana sesuatu metode penataran diaplikasikan serta gimana hasil yang diinginkan bisa diraih. penelitian ini mengutip bentuk penelitian tindakan sekolah( pts) yaitu peningkatan kompetensi guru dalam penginputan penilaian eraport lewat pelatihan tik, yang terdiri dari 2 siklus serta masingmasing siklus terdiri dari 4 langkah ialah: (1) langkah pemograman program tindakan, (2) penerapan program tindakan, (3) observasi program, (4) refleksi. rancangan awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan serta membuat rencana tindakan, tercantum didalamnya instrumen penelitian serta perangkat pembelajaran. tindakan dilakukan sesudah rancangan disusun. tindakan ialah bagian yang akan dicoba dalam penelitian tindakan sekolah dalam penelitian. pengamatan dicoba waktu guru mengajar di kelas. informasi yang digabungkan bisa berbentuk informasi pengurusan sekolah. instrumen yang biasa digunakan merupakan lembar observasi, serta cacatan lapangan yang digunakan buat mendapatkan informasi dengan cara objektif yang tidak bisa terekam lewat lembar observasi, misalnya kegiatan pelajar selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, ataupun pentunjukpetunjuk lain yang bisa digunakan bagaikan bahan dalam analisa serta untuk kebutuhan refleksi. refleksi, peneliti menelaah melihat serta memikirkan hasil ataupun akibat dari aksi yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. penelitian ini akan dilaksanakan di smp negeri 1 kertasari. pemilihan tempat ini di mana penulis bertugas sebagai kepala sekolah di sekolah tersebut. penelitian akan dilakukan pada bulan januari sampai dengan bulan april 2019 semester genap tahun pelajaran 2018/2019 di smp negeri 1 kertasari dengan subjek penelitian adalah guru yang ada di sekolah ini, dan di ambil sampel sebanyak 33 orang guru. indikator tujuan penelitian tindakan sekolah yang dicoba pada guru di smp negeri 1 kertasari merupakan dalam tingkatkan kompetensi guru dalam penginputan penilaian e raport lewat pelatihan tik. hingga yang jadi indikator kinerja dalam penelitian ini merupakan pelatihan tik bisa menjadi pendekatan yang efisien pada guru dalam meningkatkan kompetensi guru dalam penginputan penilaian eraport. untuk mengukur kesuksesan penelitian ini, hingga indikator kinerja selanjutnya bila hasil penelitian ini dengan valid bisa meningkatkan kompetensi guru dalam( 1) merancang penilaian pengetahuan, keahlian, sikap spiritual, serta tindakan sosial,( 2) menginput angka pengetahuan, keahlian, sikap spiritual, serta tindakan sosial,( 3) menaruh metode deskripsi nilai, serta( 4) mengirim nilai akhir. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.39 171 prosedur pelaksanaan penelitian pada siklus 1 meliputi : perencanaan pada tahapan ini peneliti merumuskan serta menyiapkan: konsep agenda pelaksanaan tindakan, konsep penerapan pelatihan tik, membuat lembar observasi, serta menyiapkan kelengkapan lain yang dibutuhkan dalam bagan analisa informasi. pelaksanaan penerapan pelatihan tik siklus i dilaksanakan selama 2 x pertemuan dalam sepekan. penerapan tindakan pada dasarnya diselaraskan dengan setting tindakan yang sudah diresmikan dalam agenda pelaksanaan. pengamatan sesudah proses pelatihan tik berakhir hingga dilakukan pengamatan sepanjang sepekan kepada guru. observasi dicoba buat mengenali kenaikan kompetensi guru dalam penginputan penilaian eraport. refleksi refleksi ialah aktivitas menganalisa seluruh informasi ataupun data yang digabungkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan, alhasil bisa dikenal sukses ataupun tidaknya tindakan yang sudah dilaksanakan dengan tujuan yang diharapkan. metode penerapan penelitian pada siklus ii meliputi : perencanaan pada langkah ini peneliti merumuskan serta mempersiapkan melakukan tindak lanjut siklus i, ialah dalam siklus ii dicoba koreksi. peneliti yang dalam perihal ini ialah kepala sekolah mencari kekurangan serta keunggulan pelatihan tik. keunggulan yang terdapat pada siklus i dipertahankan pada siklus ii, sebaliknya kekurangannya diperbaiki. peneliti menyiapkan lembar penilaian( evaluasi), lembar observasi buat mengenali peningkatan kompetensi guru dalam penginputan penilaian eraport. pelaksanaan penerapan siklus ii serta dilaksanakan 2 kali selama sepekan. cara tindakan pada siklus ii dengan melakukan pelatihan tik bersumber pada pada pengalaman hasil dari siklus i. dalam langkah ini peneliti melakukan tata cara yang diaplikasikan bersumber pada tindakan pada siklus i, perbedaannya merupakan pada siklus ii dilakukan dengan memberikan materi pada pelatihan tik yeng lebih rinci. pengamatan setelah cara pelatihan tik berakhir hingga dicoba observasi selama sepekan terhadap guru. observasi dicoba buat mengenali peningkatan kompetensi guru dalam penginputan penilaian eraport. ada pula yang di lihat pada siklus ii serupa dengan yang dicermati pada siklus 1. refleksi refleksi ialah aktivitas menganalisa seluruh informasi ataupun data yang digabungkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan, alhasil bisa dikenal sukses ataupun tidaknya tindakan yang sudah dilaksanakan dengan tujuan yang diharapkan. metode pengumpulan informasi dalam penelitian ini memakai 3 metode yaitu : wawancara wawancara ialah merupakan suatu obrolan langsung antara si peneliti dengan responden yang diawasi yang dilakukan dengan tujuan buat mendapatkan data yang diperlukan. dalam penelitian inti peneliti memakai prinsip wawancara yang sifatnya terbuka yang dimaksudkan supaya peneliti tidak pergi dari apa yang lagi diteliti. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.39 172 untuk lebih menguatkan hasil wawancara peneliti melaksanakan cross check dengan melakukan wawancara pada guru dengan pengalaman mengajar yang berbeda yang lebih dari 10 tahun dan yang baru mengajar 3 tahun. observasi observasi merupakan pemantauan serta pencatatan yang sistematis kepada gejala pertanda yang diawasi( husaini usman serta purnomo setiady akbar, 2001: 54). dari pengertian itu sudah jelas kalau pemantauan ialah pengamatan langsung kepada sesuatu aktivitas yang lagi dicoba. sehingga, dalam penelitian ini peneliti melaksanakan observasi dengan cara langsung kepada kompetensi guru dalam penginputan penilaian eraport. metode ini dipakai buat memperoleh informasi yang teliti serta aktual. obsevasi ini dilakukan secara berkelanjutan dengan mencermati suasana serta situasi yang terjalin di sekolah itu, maka akan didapat data yang sesuai dengan keinginan peneliti. studi dokumentasi penelitian kualitatif tidak hanya menggunakan observasi serta wawancara dalam mencari sumber informasi, namun tengah perlu dilakukan dengan studi dokumentasi yang dilakukan dengan melihat, mencermati serta menganalisa dokumendokumen supaya bisa memantapkan hasil yang didapat dengan melaksanakan obsevasi serta wawancara. peneliti melaksanakan penelitian pemilihan untuk digunakan sebagai bahan triangulasi buat pengecekan kesesuaian informasi. menurut nurul zuriah( 2007: 168) dikatakan kalau instrumen penelitian ialah alat dukung untuk peneliti dalam mengakulasi informasi. dalam melaksanakan penelitian, seseorang peneliti harus sanggup membuat instrumen sendiri termasuk menelaah indikator sejelasjelasnya maka dapat diukur serta menghasilkan informasi yang diinginkan. instruman yang dipakai peneliti dalam melaksanakan penelitian kualitatif merupakan sang peneliti itu sendiri karena diperlukan observasi langsung oleh peneliti untuk melihat subjek di lapangan. sehingga, peneliti dapat melaksanakan observasi dengan cara mendalam. dalam penelitian ini peneliti memakai instrumen penelitian dengan wawancara, observasi serta studi dokumentasi. metode analisa informasi dalam penelitian kualitatif dicoba pada dikala pengumpulan informasi berjalan serta sehabis berakhir pengumpulan informasi dalam rentang waktu tertentu. bagi sugiyono( 2009: 246) kegiatan yang dicoba ialah informasi reduction, data display serta conclusion drawing/ verification. data yang sudah didapat dari lapangan, setelah itu diolah supaya lebih simpel dengan cara( 1) mereduksi informasi,( 2) menyuguhkan informasi ataupun mendisplaykan informasi ataupun penyajian informasi yang dimaksudkan supaya gampang dimengerti apa yang terjalin sesungguhnya di lapangan, bisa merancang kegiatan berikutnya bersumber pada apa yang sudah dipahami( sugiyono, 2009: 249).( 3) penarikan kesimpulan, kesimpulan dalam penelitian kualitatif hendak bisa menanggapi kesimpulan permasalahan yang diformulasikan semenjak awal, namun mungkin juga tidak sebab kesimpulan permasalahan dalam penelitian kualitatif sedang bersifat sedangkan serta akan berkembang sesudah penelitian di lapangan. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.39 173 hasil dan pembahasan penilaian kompetensi guru dalam penginputan penilaian eraport ada 4 pandangan penilaian, antara lain: tabel 1. aspek penilaian no aspek yang dinilai 1 guru mampu merencanakan penilaian pengetahuan, keterampilan, sikap spiritual, dan sikap sosial 2 guru mampu menginput nilai pengetahuan, keterampilan, sikap spiritual, dan sikap sosial 3 guru mampu menyimpan proses deskripsi nilai 4 guru dapat mengirim nilai akhir pra tindakan data awal pada pra tindakan penelitian yang yang diperoleh dari hasil observasi sikap guru dalam praktek penginputan penilaian e-raport hasilnya masih katagori “cukup” dengan rata-rata aspek 1 (merancang penilaian wawasan, keahlian, sikap spiritual, serta sikap sosial) ialah 2, aspek 2 (menginput nilai wawasan, keahlian, sikap spiritual, serta tindakan sosial) yakni 2, aspek 3 (menyimpan proses deskripsi nilai) yakni 1,75, dan aspek 4 (mengirim nilai akhir) yakni 1. hal ini menunjukkan bahwa kompetensi guru dalam penginputan penilaian e-raport masih sangat kurang yang sangat perlu peningkatan. pelaksanaan siklus i perencanaan pada perencanaan, peneliti melaksanakan program pelatihan tik dalam meningkatkan kompetensi guru dalam penginputan penilaian e-raport. pada tahap perencanaan peneliti menyiapkan hal berikut: • rencana agenda penerapan tindakan, • rencana penerapan pelatihan tik, • membuat lembar pengamatan, dan • mempersiapkan kelengkapan lain yang diperlukan dalam rangka analisis data. pelaksanaan adapun pelaksanaan pelatihan tik siklus i dilaksanakan pada hari jumat dan sabtu tanggal 15 dan 16 maret 2019, yang bertempat di ruang lab. komputer. materi yang diberikan dalam pelatihan ini adalah sebagai berikut: jumat, 15 maret 2019 1. pembukaan 2. cara login ke aplikasi e-rapor 3. merencanakan penilaian harian 4. penyimpulan 5. menginput nilai 6. menginput (pts) dan (pas) 7. praktek penginputan penilaian e-raport vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.39 174 pengamatan setelah aktivitas pelatihan tik berlangsung, peneliti berperan bagaikan supervisor yang bertugas mengamati kompetensi guru dalam penginputan penilaian eraport dengan memuat lembar supervisi yang sudah disusun saat sebelum melakukan aktivitas penelitian. perihal ini dicoba untuk mengenali peningkatan kompetensi guru dalam penginputan penilaian e-raport. refleksi informasi penelitian tindakan sekolah yang didapat dari hasil observasi sikap guru dalam praktek penginputan penilaian eraport pada siklus i bisa diamati pada diagram 1 di bawah ini: gambar 1. hasil penilaian siklus i berdasarkan grafik 1 diatas hasilnya termasuk katagori “baik” dengan rata-rata aspek 1 (merencanakan evaluasi wawasan, keterampilan, sikap spiritual, serta sikap sosial) ialah 2, aspek 2 (menginput angka wawasan, keahlian, sikap spiritual, serta sikap sosial) yakni 2, aspek 3 (menyimpan proses deskripsi nilai) yakni 1,75, dan aspek 4 (mengirim nilai akhir) yakni 1. hal ini menunjukkan bahwa kompetensi guru dalam penginputan penilaian e-raport sudah baik, akan tetapi perlu peningkatan. dengan terdapatnya hasil pemantauan serta evaluasi pada aktivitas siklus i hingga peneliti melaksanakan refleksi. dari refleksi kepada semua aktivitas pada siklus i, hingga ditemui sebagian halangan yang menyebabkan belum optimalnya kompetensi guru dalam penginputan penilaian eraport. terdapat hambatan antara lain guru belum sepenuhnya mampu dalam menyimpan proses deskripsi nilai maksimal dan guru belum sepenuhnya bisa dalam mengirimkan nilai akhir. hal ini terlihat oleh administrator sekolah aplikasi e-raport yang nilainya masih kosong dan mata pelajarannya tidak lengkap dan masih berwarna merah. pelaksanaan siklus ii perencanaan pada perencanaan, peneliti melaksanakan program pelatihan tik dalam meningkatkan kompetensi guru dalam penginputan penilaian e-raport. pada tahap perencanaan peneliti menyiapkan hal berikut:  rencana agenda penerapan tindakan,  rencana penerapan pelatihan tik,  membuat lembar pengamatan, dan  mempersiapkan kelengkapan lain yang diperlukan dalam rangka analisis data. 0 0,5 1 1,5 2 nilai ratarata 1 2 3 4 vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.39 175 pelaksanaan adapun dilakukan pelatihan tik siklus ii dilakukan pada hari jumat dan sabtu tanggal 22 dan 23 maret 2019, yang bertempat di ruang lab. komputer. materi yang diberikan dalam pelatihan ini adalah sebagai berikut: jumat, 22 maret 2019 1. pembukaan 2. menginput nilai wawasan, keahlian, sikap spiritual, serta sikap sosial. 3. praktek menginput nilai pengetahuan, keahlian, sikap spiritual, serta sikap sosial. sabtu, 23 maret 2019 1. pembukaan 2. praktek penginputan penilaian e-raport pengamatan sesudah aktivitas pelatihan tik berlangsung, peneliti berperan sebagai supervisor yang bekerja mencermati kompetensi guru dalam penginputan penilaian e-raport dengan memuat lembar pengontrolan yang sudah disusun saat sebelum melakukan aktivitas penelitian. perihal ini dicoba buat mengenali peningkatan kompetensi guru dalam penginputan evaluasi e-raport. refleksi data yang diperoleh dari observasi guru pada siklus ii bisa dipantsu pada grafik 2 di bawah ini: gambar 2. hasil penilaian siklus ii berdasarkan grafik 2 di atas sesudah dianalisis terdapat peningkatan kearah perbaikan yakni terletak pada katagori“ sangat baik”, dengan ratarata angka pada aspek 1 (merancang evaluasi wawasan, keahlian, sikap spiritual, serta sikap sosial) ialah 3, pada aspek 2 (menginput angka wawasan, keahlian, sikap spiritual, serta sikap sosial) yakni 3, pada aspek 3 (menyimpan proses deskripsi nilai) yakni 2,75, pada aspek 4 (mengirim nilai akhir) yakni 2. sedangkan untuk kompetensi guru dalam penginputan penilaian e-raport, masing masing juga terdapat peningkatan yang ke arah yang lebih bagus ialah: penilaian praktek penginputan penilaian eraport terletak pada katagori“ sangat baik”. dengan melihat hasil pada siklus ii, hingga refleksi kepada hasil yang didapat peneliti pada siklus ii ini merupakan terdapatnya kenaikan kompetensi guru dalam penginputan penilaian e-raport. hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata yang diperoleh dalam mengoperasikan aplikasi e-raport yang sudah menunjukkan adanya peningkatan kompetensi guru dalam penginputan penilaian 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 nilai ratarata 1 2 3 4 vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.39 176 e-raport yang lebih baik. sedangkan dari jumlah guru, 100% telah mencapai kriteria yang diresmikan. bersumber pada hasil analisa serta ulasan siklus i serta siklus ii itu di atas, hingga bisa disimpulkan jika: ada peningkatan kompetensi guru dalam penginputan penilaian e-raport. informasi yang didapat dari observasi guru pada siklus ii, sehabis dianalisis terdapat peningkatan kearah perbaikan ialah terletak pada katagori “sangat baik”, dengan ratarata nilai pada aspek 1 yakni 3, pada aspek 2 yakni 3, pada aspek 3 yakni 2,75, pada aspek 4 yakni 2. simpulan hasil penilaian pra tindakan tentang kompetensi guru dalam penginputan penilaian eraport di dapatkan data bahwa guru belum mampu dalam penginputan penilaian e-raport. data penelitian tindakan sekolah yang diperoleh dari hasil observasi sikap guru dalam praktek penginputan penilaian e-raport pada siklus i, hasilnya termasuk katagori “baik” dengan rata-rata aspek 1 yakni 2, aspek 2 yakni 2, aspek 3 yakni 1, dan aspek 4 yakni 1. hal ini menunjukkan bahwa kompetensi guru dalam penginputan penilaian e-raport sudah baik, akan tetapi perlu peningkatan. dengan terdapatnya hasil pemantauan serta evaluasi pada aktivitas siklus i hingga peneliti melakukan refleksi. dari refleksi kepada semua aktivitas pada siklus i, hingga ditemui sebagian halangan yang menyebabkan belum optimalnya kompetensi guru dalam penginputan penilaian e-raport. adapun hambatan-hambatan tersebut, antara lain : 1. cara pengisian nilai eraport tidak semudah hanya sematamata memasukan nilai pada suatu kolom penilaian. sebab eraport memakai sistem penilaian kurikulum 2013 di mana tiap kompetensi dasar (kd) mempunyai nilai wawasan, angka keahlian serta angka tindakan cocok permendikbud nomor 23 tahun 2016 pasal 3. nilai wawasan serta nilai keahlian diserahkan oleh guru mata pelajaran sebaliknya nilai tindakan diserahkan oleh guru binaan serta pengarahan. sistem penilaian semacam itu hendak menghasilkan informasi penilaian sungguh banyak alhasil guru lumayan kebingungan serta kualahan kala memasukan nilai ke eraport. ditambah lagi sebagian guru yang telah lanjut umur alami kesulitan tidak cuma dalam penilaian tetapi pula dalam pemakaian aplikasi eraport. 2. pengisian eraport juga menginginkan waktu semacam perihalnya pada pengisian rapor konvensional. waktu pengisian eraport diawali ketika ujian akhir semester( uas) berakhir dilaksanakan. waktu yang diperlukan untuk memuat eraport merupakan 10 hari saat sebelum rapor dibagikan. pada batasan durasi itu seharusnya guru telah memasukan seluruh nilai murid. nilai murid yang belum meraih kkm wajib mengikuti penerimaan remedial untuk pembetulan nilai sesuai permendikbud nomor. 23 tahun 2016 artikel 9. durasi yang diserahkan sekolah buat penataran remedial yakni 3 hari. waktu durasi 3 hari buat pembelajaran remedi itu sangat singkat. mayoritas guru membagikan pembelajaran remedi dengan metode murid diserahkan kewajiban buat menyelesaikan pertanyaan uas yang serupa lagi. 3. aplikasi eraport ini serta memerlukan komputer yang bekerja selaku server serta penanganan ekstra. menginginkan penindakan ekstra sebab terkait dengan perencanaan saat sebelum memasukan nilai serta sinkronisasi data eraport dengan informasi dapodik sesudah selesai pengisian nilai. perihal teknis semacam ini akan jadi kian vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.39 177 kompleks bila dibebankan pada guru, hingga dari itu diperlukan orang yang mampu menyelesaikan masalah teknis terkait e-raport. data yang diperoleh dari observasi guru pada siklus ii, sesudah dianalisis terdapat peningkatan kearah perbaikan yakni terletak pada katagori“ sangat baik”, buat kompetensi guru dalam penginputan penilaian eraport, masingmasing juga terdapat peningkatan yang ke arah yang lebih bagus ialah: penilaian praktek penginputan penilaian e-raport berada pada katagori “sangat baik. daftar rujukan [1] arikunto. 2009. manajemen pendidikan, yogyakarta: aditya media. [2] arikunto, suharsimi. 2004. dasar-dasar supervisi, jakarta: pt. rineka cipta. [3] gibson, james. l.,jhon m., ivancevich dan james h.,donnelly, jr.,2008, organisasi dan manajemen: perilaku, struktur, dan proses, terjemahan oleh joerban wahid, erlangga, jakarta [4] usman, husaini & akbar, purnomo setiadi. 2001. metodologi penelitian sosial, jakarta: bumi aksara. [5] sugiyono. 2009. metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d, bandung : alfabeta. [6] zuriah, nurul. 2007. pembelajaran akhlak serta budi akhlak dalam perspektif pergantian mengagas program pembelajaran budi akhlak dengan cara kontekstual serta futuristik. jakarta: pt dunia aksara. vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.78 117 received : 12-12-2020 revised : 01-01-2021 published : 15-01-2021 penggunaan kooperatif problem posing untuk meningkatkan hasil belajar biologi pada materi ekosistem di sma negeri 1 saradan lilin ekowati sma negeri 1 saradan, indonesia lilinekowati72@gmail.com abstrak: pembelajaran biologi bagi peserta didik masih sukar dipahami sehingga menjadi kurang senang belajar biologi . hal ini dibuktikan dengan nilai pelajaran biologi masih banyak yang belum tuntas setiap ulangan harian. peneliti sebagai guru biologi masih menggunakan pembelajaran tradisional, sehingga menjadikan peserta didik bosan dan kurang antusias. dalam pembelajaran biologi seharusnya p e s e r t a d i d i k m e r a s a s e n a n g , a n t u s i a s , t e r l i b a t a k t i f s e h i n g g a d a p a t mengembangkan kreatifitasnya serta lebih dapat memahami materi dan mempunyai ketrampilan dalam menyelesaikan permasalahan biologi. penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan ketuntasan belajar belajar peserta didik, dan mengetahui respon peserta didik terhadap pembelajaran kooperatif problem posing. penelitian ini dilakukan dengan dua siklus. hasil siklus i terdapat 7 peserta didik mendapat nilai kognitif di bawah kriteria ketuntasan minimal atau terdapat 28% yang mengikuti remidi, dan terdapat 18 atau 72% peserta didik tuntas belajar. pada siklus 2 terdapat 92% yang tuntas belajar. data hasil respon peserta didik 25 siswa (100%) menyatakan sangat setuju dan memiliki kemauan yang tinggi untuk mengikuti pembelajaran biologi kooperatif problem posing. hasil pembelajaran problem posing di kelas menunjukkan layak digunakan yang di tandai dengan meningkatnya prestasi belajar peserta didik. kata kunci: kooperatif problem posing; hasil belajar; materi ekosistem https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.78 mailto:lilinekowati72@gmail.com vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.78 118 pendahuluan upaya peningkatan kualitas pendidikan di indonesia tidak pernah berhenti. berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui kemendikbud. upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran. pembelajaran biologi bagi peserta didik masih sukar dipahami sehingga menjadi kurang senang belajar biologi . hal ini dibuktikan dengan nilai pelajaran biologi masih banyak yang belum tuntas setiap ulangan harian, sehingga perlu metode pembelajaran yang lebih bervariasi. salah satu indikator dari pembelajaran yang dilakukan di kelas berkualitas adalah tingginya tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. tingkat pemahaman masing-masing peserta didik dapat diketahui dari hasil belajar ( berupa nilai). oleh sebab itu guru berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran dengan berbagai cara seperti menggunakan berbagai strategi, metode, media pembelajaran agar peserta didik lebih mudah memahami materi yang diajarkan. pembelajaran biologi seharusnya peserta didik merasa sen ang, antusias, terlibat aktif sehin gga d apat mengembangkan kreatifitasnya serta lebih dapat memahami materi dan mempunyai ketrampilan dalam menyelesaikan permasalahan biologi. untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. bukan cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan. koperatif problem posing merupakan pendekatan pembelajaran yang diadaptasikan untuk membangun pengetahuan (kognitif) dengan kemampuan peserta didik. untuk memotivasi peserta didik berfikir kritis dan kreatif maka perlu menerapkan model problem posing. proses berfikir demikian dilakukan peserta didik dengan cara mengingatkan skemata yang dimilikinya dengan mempergunakannya dalam merumuskan pertanyaan. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan ketuntasan belajar peserta didik melalui kooperatif problem posing dan respon peserta didik x m ip a 1 terhadap kooperatif problem posing. metode subyek penelitian adalah peserta didik kelas x m ip a 1 sman i saradan semester genap tahun pelajaran 2018 / 2019 yang berjumlah 25 anak dengan kondisi sosial ekonomi menengah ke bawah, sebagian peserta didik memiliki minat rendah untuk mengikuti pelajaran yang di tandai ketidak aktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran biologi. dipilihnya x m ip a 1 karena peneliti sebagai guru biologi di sekolah tersebut. waktu pelaksanaan penelitian pada bulan pebruari sampai dengan bulan april 2019. data yang ingin diperoleh adalah sejumlah fakta dan keterangan yang digunakan sebagai bahan menentukan kesimpulan. dalam pengumpulan data penelitian ini mencakup : 1) lembar pertanyaan anggota kelompok, 2) jawaban pertanyaan yang sulit dijawab, 3) hasil observasi proses pembelajaran, 4) jawaban dalam menyelesaikan soal post tes, 5) angket respon peserta didik terhadap penggunaan model problem posing, 6) catatan lapangan, 7) dokumentasi. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.78 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.78 119 instrumen penelitian dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar : (1) lkpd (2) lembar angket. apakah peserta didik sangat senang dan menarik dan tidak membosankan mempelajari biologi, apakah peserta didik sangat mudah memahami istilah – istilah biologi, apakah peserta didik dapat meningkatkan prestasi belajar biologi, apakah peserta didik dapat berpikir lebih kritis , apakah peserta didik dapat memiliki keberanian untuk mengeluarkan pendapat (3) lembar observasi aktifitas pengajar dan peserta didik : lembar pengamatan aktifitas, tanya jawab, mengamati. sedangkan aktifitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran meliputi aktif menjawab pertanyaan guru, aktif menjawab pertanyaan guru setelah ditunjuk, aktif menjawab pertanyaan teman, aktif membantu menjawab pertanyaaan teman setelah ditunjuk, aktif bertanya kepada guru. metode peneliti yang digunakan adalah (1) ulangan akhir (post test) untuk mengetahui sejauh mana hasil yang dapat dicapai dengan menggunakan pembelajaran kooperatif problem posing . (2) aktifitas peserta didik dan guru dalam problem posing yang dilakukan dengan menggunakan : a) lembar observasi aktifitas guru dalam pembelajaran kooperatif problem posing dan b) lembar pengamatan peserta didik. (3) metode angket. angket respon peserta didik ini langsung diberikan pada peserta didik. respon peserta didik ini dapat di ketahui dengan menggunakan angket berupa daftar isi cek list (✓) dalam bentuk pertanyaan pertanyaan yang diisi oleh peserta didik. dalam penelitian ini yang digunakan adalah diskriptif kualitatif, data yang di analisis ini adalah hasil ulangan ( tes akhir ) belajar biologi materi pokok ekosistem, data pengamatan keaktifan guru dalam mengelola kbm, data pengamatan , data respon diperoleh melalui instrument angket diolah dengan tehnik analisis data deskriptif dalam bentuk presentasi. hasil belajar peserta didik merupakan nilai akhir dari proses pembelajaran. tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini yang ditempuh tahap pendahuluan dan tahap tindakan. tahap pendahuluan (pra tindakan). pada tahap ini peneliti menyampaikan kepada peserta didik bahwa kegiatan pembelajaran tentang pokok bahasan ekosistem akan dilakukan dengan menggunakan model problem posing. siklus i dilakukan pada pokok bahasan ekosistem tentang komponen ekosistem interaksi antar komponen ekosistem dan tipe-tipe ekosistem sedangkan siklus ii dilakukan pada materi jaring-jaring makanan. rincian fase diatas pertemuan i, (a) menyiapkan silabus, menyusun rpp, mengatur peserta didik sesuai kelompok, terdiri dari 5 kelompok, menyiapkan lembar kegiatan peserta didik, menyiapkan lembar jawaban model problem posing, menyiapkan soal, menyiapkan format angket, menyiapkan lembar aktifitas guru, menyiapkan lembar pengamatan aktifitas peserta didik. (b) pelaksanaan tindakan ini dilakukan kegiatan dengan materi pembelajaran tentang ekosistem. pada proses pembelajaran siklus i, menyampaikan tujuan pembelajaran dilanjutkan dengan menyampaikan pertanyaan –pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan awal yang telah dimiliki peserta didik, kemudian dilanjutkan menyampaikan metode pembelajaran yang akan digunakan, peserta didik bergabung dalam kelompok yang telah ditentukan oleh guru, guru membagikan lembar kegiatan peserta didik (lkpd), masing-masing kelompok mengerjakan lkpd, dengan membuat rangkuman materi sesuai tugas yang diberikan oleh guru, setiap anggota kelompok ditugaskan membuat pertanyaan berkaitan dengan materi yang dirangkumnya, setiap kelompok menulis 2 (dua) pertanyaan yang sulit dijawab oleh kelompok, https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.78 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.78 120 kelompok lain membantu mencari jawabannya, guru menunjuk kelompok i mempresentasikan rangkumannya, yang lain menanggapi dan menjawab pertanyaan dari kelompok i, peserta didik melaksanakan diskusi kelas, guru memberi penguatan dari diskusi kelas , guru memperbaiki miskonsepsi dan bersama peserta didik membuat kesimpulan, guru mencatat semua temuan dalam proses pembelajaran, guru membagikan soal post tes, peserta didik mengerjakan secara individu. pada siklus i pertemuan ke ii peneliti melaksanakan ulangan harian siklus i konsep komponen ekosistem, interaksi antar komponen ekosistem dan tipe-tipe ekosistem. pengamatan tindakan, refleksi, dan revisi. rencana pada siklus ke ii peneliti sudah membagikan materi untuk pertemuan berikutnya sehingga anak sudah mempelajari dirumah. adapun tahap-tahap dimaksud yaitu : (1) refleksi pada siklus i, (2) pelaksanaan tindakan dilakukan kegiatan pembelajaran. pada siklus ii pertemuan ke ii peneliti melaksanakan ulangan harian siklus ii konsep jaring-jaring makanan. hasil 1. hasil penelitian terhadap ketrampilan guru dalam mengelola kbm dengan model pembelajaran problem posing dapat dilihat pada tabel berikut: tabel 1. aktivitas guru dalam kbm pada pembelajaran kooperatif problem posing no aspek yang dicermati penilaian ratarata siklus 1 siklus 2 i. ii iii persiapan pelaksanaan a. pendahuluan 1. menyampaikanindikator pencapaian 2. memotivasi siswa 3. mengkaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran terdahulu. b. kegiatan inti 1. menyampaikan materi pelajaran 2. memotivasi kerjasama antar siswa 3. mengemukakan pertanyaan-pertanyaan 4. berinteraksi dengan peserta didik dalam menemukan istilah-istilah biologi 5. membimbing peserta didik mengerjakan lkpd dengan melihat pembelajaran problem posing 6. mendorong dan membimbing peserta didik melakukan ketrampilan • mengajukan ketrampilan • menjawab/menanggapi pertanyaan • menyampaikan ide/pendapat • mendengarkan secara aktif • berada dalam tugas 7. umpan balik/evaluasi c. penutup 1. membimbing peserta didik membuat kesimpulan 2. memberikan penghargaan 3. memberikan tugas rumah 3 3 3 3 2,5 3,5 3 2,5 4 3 3 2,5 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3,5 3,5 4 4 3 3,5 3,5 3,5 3,5 3,25 3,25 3 3,25 4 3,25 3,25 3,25 4 3 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.78 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.78 121 iv. pengelolaan waktu suasana kelas • berpusat pada peserta didik • peserta didik antusias • guru antusias 3 3 3,5 4 3,25 3,5 jumlah rata-rata 49 3,06 59,5 3,72 54,2 3,9 keterangan: 0,0 – 1,0 tidak baik 1,1 – 2,0 kurang baik 2,1 – 3,0 cukup baik 3,1 – 4,0 baik dari tabel di atas diketahui bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran problem posing pada siklus 2 meningkat dibanding pada siklus 1. pada siklus 1 rata-rata seluruh aspek yang diamati mendapat skor 3,06 meningkat menjadi 3,72 pada siklus 2. dan secara umum kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif problem posing dapat dikategorikan baik. 2. hasil penelitian terhadap aktivitas peserta didik terhadap pembelajaran kooperatif problem posing tabel 2. keaktifan peserta didik dalam kbm: siklus 1 no pengamatan jumlah peserta didik selama 30 menit ke-1 jumlah peserta di selama 30 menit ke-2 jumlah peserta didik selama 30 menit ke-3 1. 2. 3. 4. 5. aktif menjawab pertanyaan. aktif menjawab pertanyaan guru setelah ditunjuk. aktif menjawab pertanyaan teman. aktif membantu menjawab pertanyaan teman setelah ditunjuk. aktif bertanya kepada guru. 3 4 4 3 2 4 2 6 3 1 6 2 2 3 1 siklus 1 berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan selama kbm berlangsung diperoleh observasi terhadap keaktifan peserta didik sebagai berikut: pada 30 menit ke-1 maupun 30 menit ke-2 dan 30 menit ke-3 bahwa peserta didik sudah berperan aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar, ditunjukkan adanya jumlah peserta didik yang bertanya maupun menjawab pertanyaan guru. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.78 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.78 122 tabel 3. keaktifan peserta didik dalam kbm: siklus 2 no pengamatan jumlah peserta didik selama 30 menit ke-1 jumlah peserta didik selama 30 menit ke-2 jumlah peserta didik selama 30 menit ke-3 1. 2. 3. 4. 5. aktif menjawab pertanyaan guru. aktif menjawab pertanyaan guru setelah ditunjuk. aktif menjawab pertanyaan teman. aktif membantu menjawab pertanyaan teman setelah ditunjuk. aktif bertanya kepada guru. 4 7 10 6 3 11 6 8 5 2 6 9 4 8 5 siklus 2 berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan selama kbm berlangsung diperoleh observasi terhadap keaktifan peserta didik sebagai berikut: pada 30 menit ke-1 maupun 30 menit ke-2 dan 30 menit ke-3: jelas terlihat perubahan sikap peserta didik yang menjadi lebih aktif, responsif, yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah peserta didik yang aktif bertanya maupun menjawab pertanyaan guru. hasil penelitian terhadap ulangan harian pada siklus 1 dan 2: tabel 4. hasil nilai ulangan harian pada siklus 1 dan 2 no nilai siklus 1 siklus 2 1. 2. 75 – 100 0 – 74 18 7 22 3 jumlah siswa 25 25 gambar 1. ketuntasan hasil belajar 0 5 10 15 20 25 30 nilai siklus 1 siklus 2 tuntas tidak tuntas jumlah siswa https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.78 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.78 123 hasil tindakan yang dilakukan secara terintegrasi dalam kegiatan belajar mengajar juga tercermin dari hasil analisis angket yang diberikan pada akhir siklus 2 dan diisi oleh 25 peserta didik kelas x mipa1 angket tersebut berisi tentang penggunaan pembelajaran problem posing sebagai salah satu alat pembelajaran kooperatif problem posing. dari hasil angket penelitian ternyata 25 peserta didik (100%) menyatakan sangat setuju memiliki kemauan yang tinggi untuk mengikuti pembelajaran biologi kooperatif problem posing; 24 peserta didik (96%) sangat setuju pembelajaran biologi dengan kooperatif problem posing sangat menarik dan tidak membosankan; 23 peserta didik (92%) sangat setuju pembelajaran biologi dengan kooperatif problem posing sangat membantu mempermudah memahami istilah biologi, 2 peserta didik (8%) setuju; 22 peserta didik (88%) setuju pembelajaran biologi dengan kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar, 3 peserta didik (12%) sangat setuju; 17 peserta didik (68%) setuju pembelajaran biologi dengan kooperatif problem posing sangat menyenangkan, 7 peserta didik (28%) sangat setuju, 1 peserta didik (4%) tidak setuju; 14 peserta didik (56%) pembelajaran biologi menggunakan kooperatif problem posing dapat membantu berpikir lebih kritis, 6 peserta didik (24%) sangat setuju, 3 peserta didik (12%) tidak setuju, 2 peserta didik (8%) sangat tidak setuju; 13 peserta didik (52%) pembelajaran biologi dengan kooperatif problem posing dapat memiliki keberanian untuk mengeluarkan pendapat, 3 peserta didik (12%) sangat setuju, 7 peserta didik (28%) setuju, 2 peserta didik (8%) sangat tidak setuju. dengan hasil seperti di atas penggunaan kooperatif problem posing sebagai model pembelajaran yang terbukti cukup efisien dan dapat membantu meningkatkan pemahaman peserta didik sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. penggunaan perlu diteruskan untuk mempelajari pokok bahasan berikutnya agar keadaan yang membaik ini tidak terhenti. simpulan dan saran simpulan berdasarkan analisis data, dan pembahasan, maka dapat disimpulkan: bahwa hasil nilai ulangan harian dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif problem posing sebagai model pembelajaran biologi. saran dari hasil penelitian yang diperoleh dari kegiatan siklus pertama dan kedua, peneliti mengajukan saran sebagai berikut: (1) sebaiknya guru tidak menganggap bahwa dirinya satusatunya sumber pemberi dan penyaji informasi bagi siswa, (2) pembelajaan problem posing seyogyanya tidak hanya dipakai pada pembelajaran biologi saja, tetapi juga pada pembelajaran lain. (3) pembelajaran kooperatif problem posing seyogyanya dipakai dalam pembelajaran sebagai alternatif untuk meningkatkan mutu pendidikan. daftar rujukan azwar saifudin (2000). reliabilitas dan validitas. yogjakarta : pustaka belajar. chotimah. 2007. model-model pembelajaran untuk ptk. malang : sma laboratorium um. gregory a. kimble. 1980. principle of genaral psychology. new york. marjohan. 1988. panduan mengajar buku an introduction to sociolinguistics. jakarta : diva press. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.78 microsoft word 04-mujiono.docx vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.22 28 received : 01-07-2020 revised : 15-08-2020 published : 20-09-2020 joyful learning untuk peningkatan prestasi belajar aljabar kelas smp negeri 1 wonomerto mujiono smp negeri 1 wonomerto probolinggo, indonesia mujiyonomtk64@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan strategi joyful learning. strategi joyful learning membantu guru untuk lebih kreatif dalam proses belajar mengajar dan dapat meningkatakan hasil belajar siswa. desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (ptk) yang dilakukan secara kolaboratif. subjek penelitian adalah peserta didik kelas vii b berjumlah 22 orang, 5 putri dan 17 putra. penerapan strategi joyful learning menunjukkan peningkatan pada hasil belajar. siklus i meningkat menjadi 21 siswa yang mencapai ketuntasan dengan nilai rata-rata kelas 95. pada siklus i memperoleh nilai rata-rata ipg 73% dengan kategori baik, irs 88 % dengan kategori sangat baik, dan ikl 80% dengan kategori baik. abstract: this study aims to improve learning outcomes by using the joyful learning strategy. joyful learning strategies help teachers to be more creative in the teaching and learning process and can improve student learning outcomes. the design of this research is classroom action research (ptk) which is conducted collaboratively. the research subjects were 22 students of class vii b, 5 girls and 17 boys. the application of joyful learning strategies shows an increase in learning outcomes. the first cycle increased to 21 students who achieved completeness with an average grade of 95. in the first cycle, the ipg average score was 73% in the good category, 88% irs in the very good category, and 80% ikl in the good category. kata kunci: joyful learning, prestasi belajar, aljabar vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.22 29 pendahuluan sesuai dengan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi, bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. pelajaran matematika pada tingkat sekolah menengah pertama (smp) berdasarkan kurikulum 2013 disajikan lebih banyak materi dari pada sebelumnya. materi yang disajikan sedikit lebih rumit ini pada umumnya dikarenakan pembelajaran lebih menekankan pada usaha pemecahan masalah. melihat hal itu, beberapa siswa yang beranggapan bahwa matematika sulit untuk dipelajari dan dipahami. hal ini mengakibatkan siswa dapat menjadi malas untuk belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika rendah. hasil observasi menunjukkan bahwa ada beberapa masalah yang muncul saat siswa diajarkan materi aljabar. masalah pertama yang muncul adalah kurangnya pencapaian hasil belajar matematika siswa adalah penggunaan strategi pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat. hal ini diketahui pada saat proses pembelajaran berlangsung guru sudah menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang bervariasi, seperti salah satunya strategi menyampaikan materi dengan menggunakan media power point pada proses pembelajaran, tetapi strategi tersebut belum mendorong beberapa siswa untuk lebih aktif dan memahami materi dengan baik khususnya materi yang menekankan pada proses berpikir abstrak serta suasana pembelejaran cenderung pasif sehingga siswa merasa bosan dalam proses pembelajaran. masalah berikutnya adalah siswa seringkali mengalami kesulitan saat mempelajari materi yang mengandung cara berpikir abstrak seperti materi aljabar. hal ini ditunjukkan pada saat belajar materi aljabar, siswa sering kali mengalami penurunan pada perolehan nilai dikarenakan siswa merasakesulitan dalam memahami materi. menurut mulyasa (2006: 191 -194) menyatakan bahwa strategi pembelajaran menyenangkan (joyful learning) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure). menurut hamruni (2012: 23) proses pembelajaran menyenangkan bisa dilakukan, pertama dengan menata ruangan yang menarik dengan memenuhi unsur keindahan. kedua, melalui pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media, dan sumber belajar yang relevan serta gerakangerakan guru yang mampu menbangkitkan motivasi belajar siswa. tahapan strategi pembelajaran menyenangkan (joyful learning) deporter, reardon, dan singer (1999)yaitu: 1) menciptakan lingkungan kelas yang dapat mempengaruhi kemampuan siswa untuk berfokus dan menyerap informasi. 2) meningkatkan pemahaman dengan menggunakan alat bantu belajar dalam berbagai bentuk seperti kartun atau karikatur dan menampilkan isi pelajaran secara visual yang dapat menghidupkan gagasan abstrak mengikutsertakan pelajar kinestetik. 3) merancang waktu jeda startegis dan mengisinya dengan kegiatan yang menyenangkan seperti membuat kuis, pertanyaan lucu, humor, penjelasan tentang transisi menggunakan berbagai sumber yang dapat mendorong siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pelajaran. kelebihan strategi joyful lerning adalah suasana belajar rileks dan menyenangkan, banyak metode yang bisa diterapkan pada saat proses pembelajaran berlangsung, dan merangsang kreatifitas. kekurangan strategi joyful learning adalah guru harus mempunyai kretifitas yang tinggi agar siswa tidak bosan dan guru harus menguasai banyak metode vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.22 30 pembelajaran karena pada strategi joyful learning harus menerapkan metode pembelajaran. sehingga tidak akan muncul kebosanan dalam diri siswa, maka dari itu dalam strategi joyful learning berperan sangat penting agar tercipta kesenangan dan interkasi pada diri siswa. metode penelitian penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (ptk), yaitu penelitian tindakan yang bertujuan memperbaiki mutu pembelajaran di kelas. penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (ptk) atau classroom action research (car) yang dilakukan secara kolaboratif. subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas vii b berjumlah 22 orang, 5 putri dan 17 putra. objek penelitian ini adalah penerapan strategi raft (role-audienceformat-topic). ptk dilakukan dengan pengkajian berulang. terdapat empat langkah dalam ptk yang meliput (1) perencanaan (planning); (2) tindakan (action); (3) pengamatan (observation); dan (4) refleksi (reflection). penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya hingga tercapai indikator keberhasilan penelitian yang diinginkan. adapun alur penelitiannya adalah sebagai berikut. gambar 1. alur penelitian dalam prosedur penelitian tindakan kelas terdapat beberapa tahapan penelitian siklus, yaitu: 1. perencanaan, merupakan tahap awal kegiatan untuk menentukan lagkah-langkah pemecahan masalah, rencana pelaksanaan pembelajaran, menyusun pedoman observasi dan wawancara, menyusun rancangan evaluasi, menentukan objek dan mempersiapkan alat dokumentasi. 2. tindakan, merupakan pelaksanaan rencana tindakan pada siklus i dilakukan dalam dua kali pertemuan yang dilakukan oleh guru dengan menerapkan strategi pembelajaran raft (role-audience-format-topic). 3. observasi, dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan mencatat kejadian-kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi perencanaan (plan) tindakan dan pengamatan (action) pengamatan (observation) refleksi vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.22 31 dengan membuat lembar catatan lapangan. hal yang diamati selama proses pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran dan aktivitas guru maupun siswa selama pelaksanaan pembelajaran. 4. refleksi, dilakukan evaluasi dari pelaksanaan tindakan pada siklus i untuk perencanaan pembelajaran siklus berikutnya. refleksi pada akhir pembelajaran bertujuan untuk megetahui kelebihan dan kelemahan pembelajaran yang telah dilaksanakan. apabila indikator keberhasilan belum tercapai, hasil refleksi digunakan untuk menentukan langkah lebih lanjut sebagai dasar perbaikan pada pembelajaran berikutnya pada siklus ii dan seterusnya. hasil dan pembahasan penelitian ini diawali dengan kegiatan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran dan sebagai upaya mencari solusi. peneliti melakukan wawancara dengan guru dan melihat hasil penilaian tengah semester siswa kelas vii b smp negeri 1 wonomerto unutk mengetahui permasalahan yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah. data menunjukan hasil nilai rata-rata kelas vii b tengah semester 1 tahun pelajaran 2019/2020 belum mencapai kkm yaitu 51% dari 31 orang siswa yang memenuhi kkm hanya 7 orang siswa. berdasarkan hasil pre test menunjukkan dari 22 orang siswa yang memenuhi kkm tidak ada, dikarenakan siswa belum sama sekali menerima materi aljabar. tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah tahap pelaksanaan yaitu siklus untuk mencapai indikator keberhasilan. siklus kan berhenti pada saat indikator keberhasilan sudah tercapai. adapun penerapan strategi pembelajaran joyful learning dalam penelitian tindakan kelas dilakukan terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan (planning). kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti pada tahap perencanaan ini dengan merefleksikan dan menganalisis masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran serta mencari alternatif pemecahan masalahnya. kegiatan utama yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan ini yaitu:1)menganalisis kurikulum dalam rangka mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok yang akan disampaikan dengan menggunakan strategi joyful learning; 2) menetapkan indikator ketercapaian hasil belajar matematika materi aljabar dengan mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar; 3) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp) dengan menggunakan strategi joyful learning; menyiapkan lembar kerja produk, sebagai penerapan dari strategi joyful learning;menyiapkan soal lembar evaluasi siswa sebagai penilaian dari hasil belajar;membuat format penilaian serta menyiapkan sarana dan prasaranayang dapat mendukung dalam proses pembelajaran; menyusun instrumen pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas adalah dengan lembar observasi. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.22 32 pelaksanaan tindakan (acting) pada tahap ini peneliti menerapkan strategi joyful learning mengacu pada rpp dalam waktu 2 kali pertemuan (5 jam pelajaran). pelaksanaan pertemuan pertama dimulai dari kegiatan pendahuluan dengan melakuakan doa bersama, menyiapkan siswa untuk belajar dan menyampaikan tujuan pembelejaran. tujuan pemeblajaran pertemuan pertama siswa dapat mengenali unsur-unsur aljabar dan siswa dapat mengerjakan soal untuk menentukan unsurunsur aljabar. kegiatan selanjutnya guru memulai kegiatan inti dengan menerapkan strategi pembeljaran yaitu dengan strategi joyful learning. pada tahapan strategi joyful learning guru memberikan motivasi belajar melalui video, seteleah itu guru menyampaikan materi belajar yang dikaitkan dengan kehidupan sehari hari dengan alat bantu media power point (ppt), media alat peraga daun dan lembar kerja siswa (lks). adapun metode yang digunakan adalah dengan ceramah, diskusi kelompok, penugasan dan tanya jawab. merancang waktu jeda dan mengisinya dengan kegatan yang menyenangkan guru membuat game tepuk “3 6 9“dan siswa memperagakannya tujuannya agar siswa tidak jenuh dan merasa bosan saat pembelajaran. setelah game selesai siswa dibagi beberapa kelompok dan diarahkan untuk memperhatikan penjelasan guru mengenai materi bentuk dan unsurunsur aljabar dengan bantuan alat peraga daun. kegiatan pentup guru menanyakan siswa tentang pengalaman belajar dan menginformasikan pembelajaran yang akan dipelajari selanjutnya selanjutnya guru menutup pembelajaran dengan doa. proses pada kegiatan pembelajaran pertemuan kedua tujuan pembelajarannya siswa dapat mengerjakan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pada bentuk aljabar dan dapat menerapkannya untuk menyelesaikan soal. metode pada kegiatan pembelajaran dilakukan dengan ceramah, diskusi kelompok, penugasan dan tanya jawab. pada kegiatan pendahuluan dan penutup serupa dengan pertemuan pertama, yang berbeda pada kegiatan inti. pada kegiatan inti sesuai dengan tahapan strategi joyful learning untuk menciptakan lingkungan kelas yang nyaman guru memerintahkan sisw untuk menata bangku dan kursi menjadi bentuk “u“, untuk mengkatkan pemahaman siswa, siswa harus memperhatikan penjelasan guru mengenai materi tentang operasi hitung penjumlahan dan penguran bentuk aljabar melalui media ppt dan lks. guru memberikan ice breaking agar siswa merasa senang pada kegiatan belajar, setelah melakukan ice breaking siswa mengerjakan latihan soal terkait materi yang disampaikan pada kegiatan hari ini. pada kegiatan pembelajaran selanjutnya siswa melaksanakan tes guna mengetahui kemampuan siswa setelah menerapkan strategi joyful learning. observasi (observing) pelaksanaan proses pembelajaran dengan strategi joyful learning ini diamati dan dinilai oleh observer. hasil penilaian pengisian instrumen observasi tindakan guru, siswa dan kondisi lingkungan disajikan pada tabel 1. vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.22 33 tabel 1. hasil penilaian instrumen indeks hasil observasi rata-rata % setiap pertemuan siimpulan 1 ii rata-rata kategori indeks observasi pembelajaran guru (ipg) 71 75 73 baik indeks observasi respon siswa (irs) 81 94 88 sangat baik indeks observasi kondisi lingkungan (ikl) 75 85 80 baik refleksi (reflecting) refleksi dilaksanakan setelah observasi dan tindakan dilakukan. pada tahapan ini, peneliti melakukan analisis terhadap hasil observasi proses kegiatan mengajar guru, respon siswa dan kondisi lingkungan untuk mengukur keberhasilan penerapan strategi joyful learning dan menganalisis hasil post test untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas vii b smp negeri 1 wonomero. jika pada hasil refleksi tidak sesuai dengan indikator keberhasilan maka akan dilakukan perbaikan pembelajaran untuk dilaksanakan pada siklus selanjutnya. hasil nilai yang diperoleh setelah dilakukan tindakan pada siklus i dengan menggunakan strategi joyful learning dapat dilihat pada gambar 2 berikut. gambar 2. grafik siklus 1 tabel 2. hasil penilaian siklus 1 jumlah siswa nilai tertinggi nilai terendah nilai rata kelas siswa tuntas siswa tidak tuntas jumlah % jumlah % 22 85 57 79 21 95 1 5 berdasarkan hasil pada tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar matematika siswa kelas vii b sudah mencapai indicator keberhasilan, terdapat 21 peserta didik yang memenuhi kriteria ketuntasan dengan presentase 95 % dan siswa yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan sebanyak 1 siswa dengan peresentase 5 % dan memperoleh hasil rata-rata kelas sebesar 79 sebelum melakukan penelitian, hasil belajar matematika (pra siklus) siswa kelas vii b ada penelitian sebelumnya yang menyimpulkan bahwa strategi joyful learning dapat 65 70 75 80 85 90 nama siswa vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.22 34 meningkatkan hasil belajar matematika siswa. pada penelitian ini, peneliti menambahkan media pembelajaran yaitu dengan ppt dan alat peraga daun dalam pelaksanaan pembelajaran. setelah dilakukan peneltian mulai dari pra siklus sampai dengan siklus i menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar sisiwa. peningkatan tersebut terjadi setelah diterapkannya strategi joyful learning pada mata pelajaran matematika materi aljabar. berikut ini gambar 3 diagram data perbandingan hasil belajar matematika siswa kelas vii b. gambar 3. grafik siklus 2 berdasarkan dari data perbandingan maupun gambar 3 diagram, dapat diketahui bahwa dari pra siklus sampai dengan siklus i dalam penelitian tindakan kelas siswa mengalami perubahan hasil belajar dan siswa dapat mencapai kkm yang telah ditetapkan. ratarata kelas yang diperoleh siswa kelas vii b juga meningkat, dari mulai pra siklus 33 dan 79 siklus i. hasil dari data yang diperoleh, peningkatan hasil belajar matematika pada materi aljabar dapat dipresentasekan pada tabel 3. tabel 3. data peningkatan prestasi belajar matematika peserta didik kelas vii b aspek prasiklus siklus 1 nilai tertinggi 54 86 nilai terendah 4 44 mencapai kkm 0 22 yaitu ≥ 75 0 % 80% berdasarkan tabel 3 peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas vii b diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi aljabar dengan strategi joyful learning dari pra siklus sampai dengan siklus i mengalami peningkatan. data yang diperoleh dari hasil tes menunjukan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan secara bertahap dan cukup baik dibandingkan sebelum diterapkannaya strategi joyful learning simpulan berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi joyful learning menunjukkan peningkatan pada hasil belajar matematika materi aljabar kelas vii b 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 series1 series2 vol.1 no.1 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.22 35 smp negeri 1 wonomerto. hal ini dapat dilihat dari pra siklus dan siklus i, dimana pada pra siklus tidak ada siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimum (kkm), dengan nilai rata-rata kelas 33. siklus i meningkat menjadi 21 siswa yang mencapai ketuntasan dengan nilai rata-rata kelas 95. adapun observasi pembelajaran pada siklus i memperoleh nilai ratarata ipg = 73% dengan kategori baik, irs = 88 % dengan kategori sangat baik, dan ikl = 80% dengan kategori baik. daftar rujukan [1] aqib, zainal., dkk. 2011. penelitian tindakankelas untuk guru, smp, sma, smk bandung: cv. yrama widya. [2] depdiknas. (2006). panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan. badan standar nasional pendidikan: jakarta. [3] deporter, bobbi., & hernacki, mike. 1999. quantum learning. terjemahan alwiyah abdurrhman. bandung: kaifa. [4] dimyati dan mudjiono. 2009. belajar dan pembelajaran. jakarta: rineka cipta. [5] apriliawati. 2011. penerapan strategi motivasi arch dalam pembelajaran kooperatif tipe stad. skripsi tidak diterbitkan. surabaya: unesa. [6] herawati, dkk. 2011. penelitian tindakankelas sebagai sarana pengembangan keprofesionalan guru dan calon guru. malang: bayu media publishing. [7] melisa. 2014. pengaruh joyful learning terhadap hasil belajar matematika siswa kelas v sd gugus hasnudin salatiga tahun ajaran 2013/2014. skripsi. uksw. [8] mulyasa. e. 2006. menjadi guru professional menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan. bandung : remaja rosdakarya. [9] munayasari, ika deni. 2013. penerapan model pembelajaran joyful learning dengan pendekatan bermain di luar kelas dalam upaya peningkatan keaktifan dan hasil belajar matematika materi irisan dan gabungan bagi peserta didik kelas vii f smp n 1 limbangan kendal tahun pelajaran 2012/2013. undergraduate (s1) thesis, iain walisongo.http://eprints.walisongo.ac.id /1588/. diunduh pada tanggal 8 maret 2017 [10] susanti, p. e dkk. 2014. efektivitas joyful learning berbantuan powerpoint terhadap hasil belajar matematika siswa kelas vii smp negeri 6 salatiga pada pokok bahasan aritmatika sosial semester 2 tahun ajaran 2013/2014. jurnal. program studi pendidikan matematika fkip-uksw. http://repository.uksw.edu/handle/12345 6789/4974. diunduh pada tanggal 8 maret 2017 [11] septiawan, hendika. 2012. penerapan metode pembelajaran berbasis joyful learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika kelas iv sdn salatiga 01 kota salatiga. skripsi. uksw vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 93 received : 12-12-2020 revised : 01-01-2021 published : 15-01-2021 respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era covid-19 lira hayu afdetis mana stkip pgri sumatera barat, indonesia lirahayuam@gmail.com abstrak prinsip yang diterapkan dalam kebijakan masa pandemi covid-19 adalah “kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat merupakan prioritas utama dalam menetapkan kebijakan pembelajaran”. oleh karena itulah perlu diketahui respon guru terhadap pembelajaran daring di era covid-19, khususnya guru bahasa indonesia. pembelajaran di era pandemi covid 19 menuntut guru dan siswa lebih kreatif. penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era covid-19. penelitian ini memakai pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif. instrumen pengumpulan data yaitu angket respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era covid-19 yang dibagikan kepada guru menggunakan google form, linknya disebar melalui wa group dan facebook secara online, sehingga guru dapat dengan mudah memberikan respon mengenai pembelajaran daring di era covid-19. hasil analisis menunjukan: pertama, para guru melakukan pembelajaran daring di rumah. kedua, para guru telah siap melaksanakan pembelajaran daring. ketiga, kondisi jaringan internet di lokasi para guru dalam mendukung pembelajaran daring cukup mendukung. keempat, pembelajaran tatap muka lebih baik dari pada daring. kelima, sekolah memberikan bantuan pembelian paket data internet untuk pembelajaran daring selama pandemic covid-19. keenam, para guru telah siap dengan perangkat elektronik sewaktu pembelajaran daring diberlakukan. ketujuh, perangkat yang digunakan para guru dalam pembelajaran daring adalah hp android. kedelapan, proses pembelajaran para guru sesuai dengan rencana pada silabus dan rpp yang telah dirancang sebelumnya. kesembilan, kegiatan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dirancang sebelumnya. kesepuluh, para guru memberikan bimbingan dan menyampaikan pembelajaran secara reguler. kesebelas, materi pembelajaran yang telah dirancang masih relevan dengan pembelajaran daring. kata kunci: respon guru; bahasa indonesia; pembelajaran daring; covid-19 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 mailto:lirahayuam@gmail.com vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 94 abstract: the principle applied in the policy during the covid-19 pandemic is "the health and safety of students, educators, education personnel, families, and the community is a top priority in determining learning policies". therefore, it is necessary to know the response of teachers to online learning in the covid-19 era, especially indonesian language teachers. learning in the era of the covid 19 pandemic requires teachers and students to be more creative. this study aims to analyze the response of indonesian language teachers to online learning in the covid-19 era. this study uses a qualitative approach with descriptive analysis. the data collection instrument is a questionnaire on the response of indonesian language teachers to online learning in the covid-19 era which is distributed to teachers using google form, the link is distributed via the wa group and facebook online, so that teachers can easily respond to online learning in the covid-19 era. the results of the analysis show: first, the teachers carry out online learning at home. second, the teachers are ready to implement online learning. third, the condition of the internet network at the location of the teachers in supporting online learning is quite supportive. fourth, face-to-face learning is better than online. fifth, schools provided assistance in purchasing internet data packages for online learning during the covid-19 pandemic. sixth, teachers are ready with electronic devices when online learning takes effect. seventh, the devices used by teachers in online learning are android phones. eighth, the learning process of the teachers is in accordance with the plan in the syllabus and rpp that had been designed previously. ninth, learning activities according to a predetermined time. tenth, the teachers provide guidance and deliver regular lessons. eleventh, the learning materials that have been designed are still relevant to online learning. keywords: teacher response, indonesian language, online learning, covid-19 pendahuluan pandemi covid-19 memberikan dampak pada banyak pihak, kondisi ini sudah merambah pada dunia pendidikan, pemerintah pusat sampai pada tingkat daerah menetapkan kebijakan untuk meliburkan seluruh lembaga pendidikan. hal tersebut dilakukan untuk mencegah melebarnya penularan covid-19. pemerintah menganjurkan agar seluruh lembaga pendidikan tidak melaksanakan aktivitas seperti biasanya di sekolah. hal serupa juga sudah dilakukan oleh berbagai negara yang terpapar penyakit covid-19 ini. kebijakan lockdown atau karantina dilakukan sebagai upaya mengurangi interaksi banyak orang yang dapat memberi akses pada penyebaran virus corona. kebijakan yang diterapkan oleh banyak negara termasuk indonesia dengan meliburkan kegiatan pembelajaran di sekolah, membuat pemerintah dan lembaga terkait harus menghadirkan beberapa pilihan media dan model pembelajaran, agar siswa atau mahasiswa tetap bisa belajar dengan baik.begitupun guru atau dosen, tentu harus siap menghadapi segala perubahan system pembelajaran dari yang biasa dikukan di kelas menjadi pembelajaran daring (dalam jaringan) maupun luring (luar jaringan). guru haru siap tempur untuk beralih ke teknik komputerisasi dengan memanfaatkan internet. pembelajaran daring yang ditetapkan untuk dilaksanakan oleh mentri kemendikbud nadiem makarim pada surat edaran nomor 4 tahun 2020. kemudian seluruh sekolah tidak terkecuali perguruan tinggi (pt) juga diliburkan. semua jenjang pendidikan harus memanfaatkan teknologi secara maksimal untuk meningkatkan kuantitas pembelajaran dan kualitas waktu yang digunakan. berlangsung beberapa bulan pembelajaran telah muncul berbagai masalah sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. keluhan dari pihak siswa setidaknya https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 95 dalam sistem yang diberlakukan secara sepihak oleh sebagian guru dengan sistem penugasan yang berlebihan. sementara tidak pedoman jelas yang dapat dijadikan rujukan dan referensi untuk proses pembelajaran dalam mengevaluasi materi pembelajaran. sementara pihak guru juga mengeluhkan adanya ketidak sesuaian kurikulum yang telah direncakan sebelumnya dengan realitas saat sekarang. ditambah lagi perangkat pembelajaran sangat minim dan serba terbatas serta biaya internet yang sangat besar. istilah pembelajaran daring telah menjadi keharusan untuk dilaksanakan. asumsi bahwa pembelajaran daring adalah solusi paling tepat, contohnya adalah e-learning, google classroom atau whatsapp. penggunaan media pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya serap dari siswa atas materi yang diajarkan; meningkatkan partisipasi aktif dari siswa; meningkatkan kemampuan belajar mandiri siswa; meningkatkan kualitas materi pendidikan dan pelatihan, meningkatkan kemampuan menampilkan informasi dengan perangkat teknologi informasi. dengan perangkat biasa sulit untuk dilakukan; memperluas daya jangkau proses belajar mengajar sedangkan menggunakan jaringan komputer, tidak terbatas pada ruang dan waktu”. padahal kenyataan di lapangan baik kondisi siswa ataupun guru yang sangat terkendala dengan penguasaan teknologi dan terbatasnya akses jaringan internet. sehingga e-learning, google classroom, dan wa bukan menjadi solusi justru menjadi beban tambahan. bagi guru kemungkinan besar bisa beradaptasi dengan teknologi tersebut namun bagi siswa belum tentu bisa beradaptasi dengan mudah . metodologi jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. tujuan penelitian ini ialah menggambarkan respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era covid-19. respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring dai era pendemi covid-19. pembelajaran daring dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran yang dapat diakses menggunakan internet. lembaran angket digunakan untuk menganalisis respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era covid-19. tes digunakan untuk melihat respon guru bahasa indonesia. jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yang menghasilkan data deskripsi tentang respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era covid-19. penelitian ini dilaksanakan di stkip pgri sumbar. subjek penelitian ini yaitu guru bahasa indonesia yang menyebar di sumatera barat. adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: pertama, melakukan observasi dan wawancara kepada guru terkait dengan media pembelajaran yang digunakan saat pembelajaran daring. kedua, membagikan link respon guru terhadap media pembelajaran di era pandemi covid 19. ketiga, melaksanakan pengecekan data hasil analisis respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era covid-19. keempat, menyimpulkan data tentang respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era covid-19. teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: pertama, melakukan reduksi data. pada tahap reduksi ini, data-data yang diperoleh tetapi tidak menggambarkan tentang respon guru terhadap media pembelajaran akan dibuang. kedua, yaitu menyajikan data dalam bentuk deskriptif. dari hasil reduksi data diperoleh data yang menggambarkan respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era covid-19. ketiga, tahapan terakhir dari analisis data adalah melakukan penarikan kesimpulan. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 96 pembahasan berdasarkan hasil yang diperoleh tentang respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era covid-19 beberapa respon guru bahasa indonesia dalam pembelajaran daring selama pandemi. tujuannya untuk mengetahui respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era covid-19. yaitu sebagai berikut : 1. tempat berlangsungnya pembelajaran daring/online gambar 1. tempat berlangsungnya pembelajaran daring/online berdasarkan diagram lingkaran di atas tentang respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era pandemi covid-19 dapat dijelaskan mengenai tempat pembelajaran daring saat guru melaksanakan pembelajaran. pertama, 57,9 % guru memberikan respon bahwa melaksanakan pembelajaran daring di rumah. kedua, 42,1% guru memberikan respon bahwa melaksanakan pembelajaran daring di sekolah. dan beberapa persen lainnya menjawab lainnya. jadi, dapat disimpulkan bahwa para guru melakukan pembelajaran daring di rumah. 2. kesiapan guru melaksanakan pembelajaran daring gambar 1. kesiapan guru melaksanakan pembelajaran daring https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 97 berdasarkan diagram lingkaran di atas tentang respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era pandemi covid-19 dapat dijelaskan mengenai kesiapan guru melaksanakan pembelajaran daring. yaitu dapat di jelaskan : pertama, 42,1 % bapak/ibu guru memberikan respon bahwa mereka siap melaksanakan pembelajaran daring. kedua, 31,6% guru memberikan respon cukup siap. ketiga, 23,6 % guru menjawab kurang siap dalam pembelajaran daring. jadi, dapat disimpulkan bahwa para guru telah siap melaksanakan pembelajaran daring. 3. kondisi jaringan internet dilokasi bapak/ibu gambar 3. kondisi jaringan internet dilokasi bapak/ibu berdasarkan diagram lingkaran di atas tentang respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era pandemi covid-19 dapat dijelaskan mengenai kondisi jaringan internet dilokasi bapak/ibu . pertama, 42% menjawab cukup mendukung. kedua, 25% menjawab kurang mendukung. ketiga, 15% guru menjawab mendukun. keempat, 10% guru menjawab tidak mendukung. jadi, dapat disimpulkan bahwa kondisi jaringan internet dilokasi para guru dalam mendukung pembelajaran daring cukup mendukung. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 98 4. perbandingan pembelajaran tatap muka dan daring gambar 4. perbandingan pembelajaran tatap muka dan daring berdasarkan diagram lingkaran di atas tentang respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era pandemi covid-19 dapat dijelaskan mengenai perbandingan pembelajaran tatap muka dan daring. yang pertama, 95% menjawab pembelajaran tatap muka lebih baik dari pembelajaran daring. dan beberapa persen lainnya menjawab sama baik. jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tatap muka lebih baik dari pada daring. 5. apakah sekolah memberikan bantuan internet untuk pembelajaran daring gambar 5. bantuan internet untuk pembelajaran daring berdasarkan diagram lingkaran di atas tentang respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era pandemi covid-19 dapat dijelaskan mengenai apakah sekolah memberikan bantuan internet untuk pembelajaran daring. pertama, 60% guru menjawab mendapat bantuan. kedua, 30% menjawab tidak mendapat bantuan. ketiga, 105 menjawab mungkin mendapatkan bantuan. jadi, dapat disimpulkan bahwa sekolah memberikan bantuan pembelian paket data internet untuk pembelajaran daring selama pandemic covid-19. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 99 6. bentuk bantuan yang diberikan gambar 6. bentuk bantuan yang diberikan berdasarkan diagram lingkaran di atas tentang respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era pandemi covid-19 dapat dijelaskan mengenai bentuk bantuan yang diberikan. pertama, 64,3% menjawab paket data. kedua, 14,3% menjawab uang tunai. ketiga, 14,3% menjawab pulsa. jadi, dapat disimpulkan bahwa jika (8) iya, bentuk bantuan yang diberikan berupa paket data. 7. berapa biaya yang ibu gunakan jika tidak ada bantuan biaya gambar 7. besaran biaya yang diginakan https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 100 berdasarkan diagram lingkaran di atas tentang respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era pandemi covid-19 dapat dijelaskan mengenai biaya yang dikeluarkan bapak/ibu guru jika tidak mendapatkan bantuan. pertama, 53,8% menjawab besar dari 100 ribu. kedua, 46,2% menjawab 100 ribu sampai 200 ribu. jadi, dapat disimpulkan bahwa jika (7) tidak, biaya paket kuota internet yang digunakan para guru untuk melaksanakan pembelajaran daring perbulan adalah >100.000. 8. apakah telah siap perangkat elektronik gambar 8. persiapan perangkat elektronik berdasarkan diagram lingkaran di atas tentang respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era pandemi covid-19 dapat dijelaskan mengenai apakah telah siap perangkat elektronik. pertama, 70% menjawab ya. kedua, 25% menjawab mungkin. jadi, dapat disimpulkan bahwa para guru telah siap dengan perangkat elektronik sewaktu pembelajaran daring diberlakukan. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 101 9. perangkat/alat yang bapak/ibu gunakan dalam pembelajaran daring gambar 9. perangkat yang digunakan berdasarkan diagram lingkaran di atas tentang respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era pandemi covid-19 dapat dijelaskan mengenai perangkat/ alat yang digunakan dalam pembelajaran daring. pertama, 85% menjawab hp android. kedua, 45% menjawab laptop. ketiga, 20 5 menjawab komputer. keempat, 10% menjawab notebook. jadi, dapat disimpulkan perangkat yang digunakan para guru dalam pembelajaran daring adalah hp android. 10. apakah proses pembelajaran sesuai dengan silabus gambar 10. kesesuaian dengan silabus https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 102 berdasarkan diagram lingkaran di atas tentang respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era pandemi covid-19 dapat dijelaskan mengenai kegiatan pembelajaran apakah sesuai dengan silabus. pertama, 50% menjawab ya sesuai. kedua 45% menjawab sebagian sesuai. jadi, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran para guru sesuai dengan rencana pada silabus dan rpp yang telah dirancang sebelumnya. 11. apakah kegiatan tersebut sesuai dengan waktu yang telah dirancang. gambar 11. kesesuaian waktu yang dirancang berdasarkan diagram lingkaran di atas tentang respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era pandemi covid-19 dapat dijelaskan mengenai apakah kegaiatan pembelajaran sesuai dengan waktu yang di rancang. pertama, 605 menjawab iya sesuai. kedua, 30% menjawab tidak sesuai. ketiga, 10% menjawab mungkin sesuai. jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan tersebut ( soal 13) sesuai dengan waktu yang telah dirancang sebelumnya. 12. apakah bapak/ibu memberikan bimbingan dan menyampaikan pembelajaran secara reguler. gambar 12. pembimbingan belajar secara reguler https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 103 berdasarkan diagram lingkaran di atas tentang respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era pandemi covid-19 dapat dijelaskan mengenai apakah bapak/ibu memberikan bimbingan dan menyampikan pembelajaran. pertama, 70% menjawab iya. kedua, 25% menjawab mungkin. jadi, dapat disimpulkan bahwa para guru memberikan bimbingan dan menyampaikan pembelajaran secara reguler. 13. apakah materi yang digunakan masih relevan dengan pembelajaran daring. gambar 13. relevansi materi dengan pembelajaran daring berdasarkan diagram lingkaran di atas tentang respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era pandemi covid-19 dapat dijelaskan mengenai materi yang digunakan masih relevan dengan pembelajaran daring. pertama, 60% menjawab ya. kedua, 15% menjawab tidak. ketiga, 25% menjawab mungkin. jadi, dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran yang telah dirancang masih relevan dengan pembelajaran daring https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 104 14. metode pembelajaran yang efektif gambar 14. metode pembelajaran yang efektif berdasarkan diagram lingkaran di atas tentang respon guru bahasa indonesia terhadap pembelajaran daring di era pandemi covid-19 dapat dijelaskan mengenai metode pembelajaran yang efektif yaitu pembelajaran yang dirancang sendiri. jadi, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang efektif pada masa pandemic yaitu daring metode dengan memanfaatkan fasilitas dan luring ( luar jaringan) metode pembelajaran. simpulan media pembelajaran merupakan setiap orang atau, bahan alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajaran menerima pengetahuan dan sikap (sri anitah, 2014, p:2). pembelajaran berbasis internet (daring/luring) diharapkan agar siswa atau mahasiswa dapat berinteraksi langsung dengan materi pembelajaran. hal itu dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa agar dapat menimbulkan motivasi belajar siswa, serta mencapai tujuan pembelajaran. sebagai fasilitator, guru atau dosen harus mampu menyediakan berbagai fasilitas belajar agar mahasiswa dengan mudah bisa memperoleh informasi (prasetyo, 2015). dosen atau guru sebagai fasilitator dan mediator memerlukan media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. penggunaan media pembelajaran do era pandemi dapat membuat siswa tetap semangat, tidak bosan dalam belajar serta dapan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan makismal. walaupun di era pandemic, siswa tetap antusias dalam belajar dan guru tetap bisa memberikan model dan media pembejaran yang bervariasi, agar pembelajaran tidak monoton/membosankan. hasil penelitian ini dapat disimpulkan yaitu : pertama, para guru pada umunya melakukan pembelajaran daring di rumah. kedua, para guru telah siap melaksanakan pembelajaran daring. ketiga, kondisi jaringan internet di lokasi para guru dalam mendukung pembelajaran daring sudah cukup mendukung. keempat, pembelajaran tatap muka lebih baik https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 105 dari pada daring. kelima, sekolah memberikan bantuan pembelian paket data internet untuk pembelajaran daring selama pandemic covid-19. keenam, (8) bentuk bantuan yang diberikan berupa paket data. ketujuh, (7) biaya paket kuota internet yang digunakan para guru untuk melaksanakan pembelajaran daring perbulan adalah >100.000. kedelapan, para guru telah siap dengan perangkat elektronik sewaktu pembelajaran daring diberlakukan. kesembilan, perangkat yang digunakan para guru dalam pembelajaran daring adalah hp android. kesepuluh, proses pembelajaran para guru sesuai dengan rencana pada silabus dan rpp yang telah dirancang sebelumnya. kesebelas, kegiatan pembelajaran daring tetap sesuai dengan waktu yang telah dirancang sebelumnya. keduabelas, para guru memberikan bimbingan dan menyampaikan pembelajaran secara reguler. ketigabelas, materi pembelajaran yang telah dirancang masih relevan dengan pembelajaran daring. keempatbelas, metode pembelajaran yang efektif pada masa pandemic yaitu daring metode dengan memanfaatkan fasilitas dan luring (luar jaringan). daftar rujukan azhar, arsyad. (2013). media pembelajaran. jakarta: pt raja grafindo persada. anwariningsih, s. h. 2013. development of interactive media for ict learning at elementary school based on student self learning, 7(154), 121-128. benson, a., & odera, f. 2013. selection and use of media in teaching kiswahili language in secondary school in kenya. international journal of information and communication technology, 3(1), 12-18. buana, d. r. (2020). analisis perilaku masyarakat indonesia dalam menghadapi pandemi virus corona (covid-19) dan kiat menjaga kesejahteraan jiwa. salam: jurnal sosial dan budaya syar-i, 7(3), 217-226. dharminto. 2006. metode penelitian dan penelitian sample eprints.undip.ac.id/5613/.../metode_penelitian__didownloud tanggal 29 april 2020 dokumen surat edaran nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran coronavirus disease (covid-19) dalam format pdf ini ditandatangani oleh menteri pendidikan dan kebudayaan nadiem makarim pada tanggal 24 maret 2020 dewi, w. a. f. (2020). dampak covid-19 terhadap implementasi pembelajaran daring di sekolah dasar. edukatif: jurnal ilmu pendidikan, 2(1), 55-61. davis, b., &summers, m. 2015. applyingdale’s cone of experience toincrease learning and retention: astudy of student learning in a foundational leadership course.qscience proceedings, 2015(4),6.ghavifekr, s., ahmad, z. a. r. m. f. a. ghani, ran, n. y. meixi, y., &tengyue, z. 2014. ict integration ineducation: incorporation forteaching & learning improvement. prasetyo,z. k. 2015. “research and development: pengembangan berbasis penelitian”. makalah disajikan dalam kuliah umum pada dosen pembimbing tesis dan mahasiswa magister pendidikan sains program pascasarjana universitas negeri surakarta, 14 juni 2012. riyanda, a. r., herlina, k., & wicaksono, b. a. (2020). evaluasi implementasi sistem pembelajaran daring fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas lampung. ikra-ith humaniora: jurnal sosial dan humaniora, 4(1), 66-71. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 106 tjandra, d. s. (2020). impelementasi pembelajaran pendidikan agama kristen di abad 21. sikip: jurnal pendidikan agama kristen, 1(1), 1-10. sri, anitah. (2014). media pembelajaran. surakarta: uns press. sudjana, rivai. media pengajaran. bandung: sinar baru algensindo. 2011. tania, l., &fadiawati, n. 2015. the development of interactivebook based chemistry representations referred to the curriculum of 2013. jurnal pendidikan ipa indonesia,4(2), 164-169. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.76 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 65 received : 21-10-2020 revised : 22-11-2020 published : 11-01-2021 analisis perilaku masyarakat selama pandemic covid-19 dan new normal kelvin rivalna akbar, esaputri bunga wilastiara, rezkika noviyanti, rahma ardiani, muhammad bagus sudinadji fakultas psikologi universitas muhammadiyah surakarta, indonesia rivalnakelvin199@gmail.com abstrak: sejak awal maret 2020 presiden jokowi mengumumkan 2 warganya positif covid-19. sejak itu indonesia menetapkan social distancing, aturan protokol kesehatan, dan membagi wilayah berdasarkan zona untuk pemetaan pengendalian virus covid-19. rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimana perilaku masyarakat indonesia selama pandemic covid-19 dan selama pemerintah memberlakukan new normal. tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengeksplorasi perilaku masyarakat selama pandemic covid-19 dan selama pemerintah memberlakukan new normal. sehingga dalam penelitian ini menemukan gambaran perilaku perbedaan sebelum dan setelah pemerintah memberlakukan new normal. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi. menggunakan pendekatan open ended quesionare. hasil penelitian ini menunjukkan pertanyaan mengenai pengertian covid dapat ditarik kesimpulan bahwa new normal adalah suatu aktivitas yang dilakukan karena adanya suatu perubahan perilaku di tengah pandemic dengan selalu melakukan penyesuain diri dan beradaptasi dengan lingkungan. dari setiap zona masyarakat melakukan kegiatan di dalam rumah. saat keluar masyarakat mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker. abstract: since the beginning of march 2020, president jokowi announced that 2 of his citizens were positive for covid-19. since then, indonesia has established social distancing, health protocol rules, and divides areas by zone for mapping the control of the covid-19 virus. the formulation of the research problem is how the behavior of the indonesian people during the covid-19 pandemic and during the government enforces the new normal. the purpose of this study is to explore people's behavior during the covid-19 pandemic and during the government enforcing the new normal. so that in this study found a picture of the difference behavior before and after the government enforces the new normal. this study uses a qualitative phenomenological approach. using an open-ended questionnaire approach. the results of this study indicate a question about the meaning of covid, it can be concluded that new normal is an activity that is carried out because of a change in behavior in the middle of a pandemic by always adjusting and adapting to the environment. from each zone the community carries out activities in the house. when leaving, the community adheres to health protocols by wearing masks. kata kunci: perilaku; periode pandemic covid-19; periode new normal https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 mailto:rivalnakelvin199@gmail.com vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 66 pendahuluan sejak kasus pertama virus sars co-v-2 (covid-19) di wuhan, cina, pada desember 2019, who secara resmi mengklasifikasikan penyebaran virus ini sebagai pandemi pertama sejak h1n1 pada 2009/2010. sejauh ini sangat sedikit yang diketahui tentang pilihan pengobatan yang spesifik dan vaksin untuk memerangi covid-19. akibatnya banyak negara melakukan social distancing untuk mencegah penularan dan penyebaran covid-19. sehingga orang tidak diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial. (bauerle, 2020) di indonesia pada tanggal 2 maret 2020 presiden jokowi resmi memberitakan bahwa ada 2 warganya yang sudah dinyatakan positif virus covid-19. akhirnya pada tanggal 16 maret 2020 pemerintah menghimbau masyarakat untuk melakukan social distancing atau pembatasan sosial. social distancing merupakan salah satu pencegahan dan pengendalian infeksi virus covid-19 dengan menganjurkan orang sehat untuk membatasi kunjungan ke tempa ramai dan kontak langsung dengan orang lain. saat ini social distancing sudah diganti dengan physical distancing oleh pemerintah karena memiliki makna yang berbeda, who menyebutkan bahwa social distancing atau jarak sosial terdengar seperti orang-orang harus berhenti berkomunikasi satu sama lain, sebeliknya kita harus tetap menjaga komunikasi dan komunitas yang dapat dijaga selama melakukan physical distancing atau jarak fisik. selain itu ada pula istilah lain yang berkaitan dengan social distancing yang bisa diterapkan yaitu antara lain self-quarantine dan self-isolation (luxiana, 2020). ketika melakukan social distancing, seseorang tidak diperkenankan untuk berjabat tangan serta menjaga jarak setidaknya 1 meter saat berinteraksi dengan orang lain, terutama dengan orang yang sudah terinfeksi virus covid19. beberapa contoh peneriapan social distancing yang umum dilakukan yaitu; bekerja dari rumah work from home, belajar dirumah secara online bagi siswa, dan menunda pertemuan (adrian, 2020) . beberapa contoh penerapan social distancing tersebut memberikan banyak perubahan yang dialami masyarakat. sebelum pandemic covid-19 ini masyarakat bebas melakukan kontak sosial secara langsung. setelah adanya pandemic covid-19 ini masyarakat dibatasi untuk melakukan kontak secara langsung. adapun perubahan yang diakibatkan pandemic covid-19 seperti sekolah daring yang mengakibatkan anak-anak menjadi jenuh di rumah dan pingin segera ke sekolah bermain dengan teman-temannya, kemudian murid akan kehilangan jiwa sosial, orang tua harus membagi waktu untuk mendampingi anak-anaknya dalam belajar online, tentunya akan berpengaruh pada aktivitas pekerjaan rutin sehari-hari yang akan menjadi berkurang, sistem serba dalam jaringan (daring) tidak semua guru memiliki kompetensi mengelola teknologi sehingga berdampak pada kelancaran pembelajaran, baik murid dan guru menjadi boros kuota supaya menunjang proses belajar mengajar (purwanto,ddk,2020). hal ini juga perlu didukung dengan adanya kebijakan baru oleh pemerintah agar menyesuaikan perubahan yang dialami masyarakat. untuk itu penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perbedaan perilaku masyarakat sebelum dan selama pandemic covid-19 dalam menghadapi perubahan kebijakan yang ada setelah adanya isue pandemic covid-19 beredar seperti halnya lockdown, adanya social distancing, work from home dan school from home. dari uraian tersebut maka rumusan masalahnya adalah bagaimana perilaku masyarakat semasa pandemic covid-19 dan selama new normal? tujuan dari penelitian ini yaitu: mengeksplorasi perilaku masyarakat sebelum dan selama pandemic covid-19 ini berlangsung. sehingga menemukan gambaran perubahan perilaku masyarakat selama pandemic covid-19dan selama new normal. tinjauan pustaka novel corona virus atau yang sering disebut dengan covid-19 adalah jenis virus baru dari coronavirus yang dapat menular dari manusia ke manusia, bahkan benda dan udara juga dapat menyebabkan penularan. corona virus adalah sekelompok virus yang menyebabkan sakit pada sistem saluran pernafasan. pandemic covid-19 adalah salah satu jenis virus yang telah menyebabkan krisis kesehatan di dunia. dampak adanya pendemi covid tidak hanya dalam sisi kesehatan saja namun juga merambah ke dunia pemerintahan, pendidikan, sosial, hingga kebijakan pimipinan universitas dalam menetapkan kuliah online di rumah (agus, rudi, dkk, 2020). dalam segi sosialisasi pemerintah https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 67 menerapkan adanya social distancing untuk pencegahan corona. social distancing diberlakukan oleh pemerintah untuk mengurangi adanya interaksi-interaksi dalam masyarakat untuk mengurangi penularan jika manusia tersebut belum diindentifikasi (smith and freedman, 2020). perilaku merupakan kecenderungan melakukan sebuah tindakan terhadap peristiwa yang sedang terjadi (lestari, 2020). perilaku dibagi menjadi dua yaitu perilaku overt (tampak) misalnya berlari, menyapa, menulis dan perilaku covert (tidak tampak) misalnya berpikir dan merenung. dengan begitu perilaku adalah aktivitas manusia baik itu tampak dan tidak tampak yang memiliki cakupan sangat luas meliputi aspek kognitif, afektif, dan motorikmisalnya berjalan, berlari, berbicara, berpikir, persepsi dan emosi, asertif, dll. menurut king (2017) perilaku sehat merupakan perilaku yang memiliki dampak positif bagi kesejahteraan diri, perilaku sehat diantaranya manajemen stress, berolahraga teratur, menjaga pola makan yang tepat, menggosok gigi, memeriksa payudara dan testis secara rutin, tidak merokok, minum (minuman beralkohol) secukupnya (atau tidak sama sekali), dan mempraktikan perilaku seksual yang aman. cognitive-behavioral model of health anxiety menjelaskan perubahan perilaku dapat diakibatkan karena memiliki tingkat kecemasan yang rendah, sedang, dan tinggi. perubahan perilaku diakibatkan karena unrealistic optimism bias dan gaya kognitif yang tumpul berkaitan dengan tingkat kecemasan yang rendah membuat seseorang berpersepsi bahwa dirinya tidak akan mengalami peristiwa yang negatif. misalnya masyarakat indonesia tetap saja tidak takut untuk melakukan aktifitas yang dihadapkan pada orang banyak contohnya berlibur ke objek pariwisata, hal ini dikarenakan mereka terlalu percaya diri bahwa corona tidak seberbahaya itu, selanjutnya orang dengan kecemasan tinggi mereka menjadi tertekan, cemas dan khawatir. selama pandemi covid-19 orang dengan kecemasan tinggi cenderung terlibat perilaku maladaptive misalnya berpersepsi negatif bahwa dirinya terjangkit penyakit berbahaya saat merasakan tidak enak badan sehingga selalu mencari jaminan tenaga medis, peristiwa ini kerap dinamakan gangguan psikosomatis yaitu gangguan fisik yang disebabkan tekanan emosional dan psikologis yang berlebihan dalam mereaksi emosi, dan perilaku berikutnya mencuci tangan secara berlebihan (taylor, 2019). metode desain penelitian ini kami menggunakan metode kualitatif fenomenology. penelitian dengan metode kualitatif merupakan metode dalam satu fokus untuk mengangkat suatu masalah atau fenomena yang sedang berlangsung untuk diteliti (galang, 2016). subjek peneletian ini menggunakan metode purposive sampling,dengan subjek kurang lebih berjumlah 150 orang dengan karakteristik orang tua dan mahasiswa. pengumpulan data dengan menggunakan menggunakan open ended quisioner dalam pengisian google form dengan menyajikan suatu permasalahan dengan terdapat metode penyelesain (made, wayana dan wayan, 2017) penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yaitu penelitian yang bertitik pada masalah yang sekarang yang bertujuan untuk memberikan gambaran (oktavia, herman, dan heince, 2020) dari hasil google form. . dengan prosedur penelitian sebagai berikut: https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 68 gambar 1. prosedur penelitian keterangan : 1. penyebaran google form menyebarkan google form kepada subjek yang akan di teliti dengan secara online 2. pengisian google form subjek mengisi google form yang sudah berisi pertanyaan ± 5 menit 3. analisis data setelah data terkumpul kami akan melakukan analisis data dan memilih kriteria yang sesuai dengan penelitian 4. hasil mengaitkan hasil analisis dengan teori yang sudah ada untuk memperkuat analisis. hasil psbb tabel 1. pengertian covid i no keterangan presentase 1 menular 26% 2 berbahaya 26% 3 wuhan 13% 4 sistem pernapasan 35% 5 konspirasi 0% jumlah 100% dari data di atas dapat simpulkan bahwa pada masyarakat psbb memiliki pengertian bahwa covid adalah visrus yang menyerang sistem pernanfasan. tabel 2. perubahan selama pandemic i no keterangan presentase 1 ada perubahan 5% 2 tidak ada perbuahan 95% jumlah 100% dari data di atas dapat dilihat bahwa masyarakat pss mengalami perubahandengan data 95 % seperti kuliah online, jarang beraktivitas diluar rumah (ngemall), kebiasaan menjaga kebersihan (rajin cuci tangan), stress,memakai masker, ekonomi menurun. keadaan sama seperti sebelum covid-19 berlangsung. penyebaran google form pegisian google form analisis data hasil https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 69 tabel 3. aktivitas sebelum new normal i no keterangan presentase 1 di luar 50% 2 di dalam 50% jumlah 100% dari data di atas dapat dilihat bahwa dalam mayarkat psbb aktivitas sebelum new normal baik di luar maupun di dalam ruangan sama jumlahnya. kegiatan seperti keluar rumah, beli makan, melaksanakan tugas akhir, berdagang, kerja, belanja, bersepeda. kegiatan di dalam rumah seperti, work from home/ class online/ bussiness online dan melakukan pekerjaan rumah. tabel 3. kebiasaan selama new normal i no keterangan presentase 1 ada perubahan 29% 2 tidak ada perubahan 71% jumlah 100% dari data di atas dapat dilihat bahwa masyrakat psbb mengalami perubahan selama new normal kebiasaan selama new normal perubahan, merasa lebih senang bisa beraktivitas di luar rumah, tetap mentaati protokol kesehatan, waspada bertemu orang lain, ekonomi mulai pulih. masyarakat yang tidak ada perubahan, sama aja kalau masih belum ketemu solusi (pengobatan dan vaksin), tetap menggunakan protokol kesehatan dan tidak ada yg beruba. tabel 4. cara adaptasi i no keterangan presentase 1 mampu beradaptasi 100% 2 tidak mampu baradaptasi 0% jumlah 100% dari data di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat psbb mampu beradaptasi dengan melakukan basic hygine, protokol kesehatan ( masker, jaga jarak, cuci tangan), jaga kebersihan, ikhtiar menerima keadaan (motif supranatural), berdoa (motif supranatural), olahraga dan work from home tabel 5. cara pencegahan i no keterangan presentase 1 menaati peraturan 66% 2 menjaga kesehatan 19% 3 menjaga kebersihan 15% jumlah 100% dari data di atas dapat di lihat bahwa masyarakat yang termasuk zona psbb lebih menaanti peraturan dengan menjalankan basic hygine, protokol kesehatan (masker, cuci tangan, hand sanitizer, tidak berkerumun, jaga jarak). selain itu juga ada yang menjaga kesehatan adalah konsumsi vit c & suplemen imun, minum yg banyak, konsumsi makanan bergizi. beberapa masyarakat yang menjaga kebersihan dengan hand sinitizer, tisu basah, membawa alat makan pribadi, lebih sering cuci tangan. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 70 zona merah tabel 6. pengertian covid ii no keterangan presentase 1 menular 24% 2 berbahaya 17% 3 wuhan 22% 4 sistem pernapasan 37% 5 konspirasi 0% jumlah 100% berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat pada zona merah memiliki pengertian covid yaitu tentang virus yang mengganggu sistem pernafasan pada manusia. tabel 7. perubahan selama pandemic ii no keterangan presentase 1 ada perubahan 3% 2 tidak ada perbuahan 97% jumlah 100% dari data di atas dapat disimpulkan bahwa dari masyarkat zona merah saat pemerintah melakukan new normal terjadi perubahan dengan melakukan kegiatan di rumah, selalu menjaga kesehatan, jarang berpergian kemana-mana dan terjadi peningkatan kualitas hidup. tabel 8. aktivitas sebelum new normal ii no keterangan presentase 1 di luar 36% 2 di dalam 64% jumlah 100% berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa pada masyaralat zona merah kebiasaan yang dilakukan sebelum adanya new normal tetap melakukan aktivitas di dalam rumah dengan mengerjakan, tugas, kuliah, olahraga dirumah, nonton film dan membantu orang tua dirumah. kegiatan yang dilakukan di luar rumah yaitu dengan belanja bulanan, kuliner dan nongkrong. tabel 9. kebiasan selama new normal ii no keterangan presentase 1 ada perubahan 51% 2 tidak ada perubahan 49% jumlah 100% dari data di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat zona merah mengalami adanya perubahan selama adanya covid 19 yaitu dengan lebih menjaga kesehatan, lebih jarang aktivitas di luar, dan melakukan pembelajaran dengan daring. terdapat masyarakat yang tidak ada perubahan karena sudah terbiasa. tabel 10. cara adaptasi ii no keterangan presentase 1 mampu beradaptasi 100% 2 tidak mampu baradaptasi 0% jumlah 100% https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 71 dari data di atas dapat disimpulkan bahawa pada zona merah masyarakat dapat melakukan adaptasi dengan perubahan yang berlaku dengan menjaga kesehatan, mematuhi protokol kesehatan dan tetap memakai masker pada saat bertemu dengan orang. tabel 11. cara pencegahan ii no keterangan presentase 1 menaati peraturan 57% 2 menjaga kesehatan 22% 3 menjaga kebersihan 20% jumlah 100% dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pada masyarakat zona merah melakukan pencegahan dengan menaati peraturan yang diberikan yaitu dengan menjaga jarak, memenuhi protocol, dan selalu memakai masker saat sedang berada di luar ruangan. zona hijau tabel 12. pengertian covid iii no keterangan presentase 1 menular 69% 2 wuhan 12% 3 sistem pernapasan 13% 4 konspirasi 6% jumlah 100% dapat disimpulkan bahwa masyarakat pada zona hijau bahwa masyarakat mengartikan covid 19 adalah virus yang menular. tabel 13. perubahan selama pandemic iii no keterangan presentase 1 ada perubahan 96% 2 tidak ada perbuahan 4% jumlah 100% dari data di atas dapat dilihat bahwa ada perubahan seperti lebih banyak aturan terutama untuk sosial distancing, dan ekonomi semakin melemah di semua sektor kehidupan, alhamdulillah hanya berdampak pada sistem pembelajaran saja yang saya alami karena saya seorang pelajar mahasiswa, secara perasaan pribadi terasa was-was ketika sedang berada diluar rumah, lebih sering cuci tangan, dan menghindari kerumunan, warung warung jam 9 udah tutup, kalau mau cari makan malam susah, tempat nongkrong sudah tidak ada, kuliahnya online, kkn online. semua serba online, tambah mager (malas gerak), kerjaan rebahan, mungkin minusku tambah, semakin bergantung dengan handphone dan ada yang tidak mengalami perubahan. tabel 14. aktivitas sebelum new normal iii no keterangan presentase 1 di luar 26% 2 di dalam 74% jumlah 100% https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 72 dari data di atas dapat dilihat bawah kebiasaan sebelum adanya new normal pada masyarakat zona hijau dengan di dalam ruangan seperti work from home dan membantu orang tua. selain itu juga ada aktivitas di luar ruangan yaitu nongkrong dan jalan-jalan. tabel 15. kebiasaan selama new normal iii no keterangan presentase 1 ada perubahan 37% 2 tidak ada perubahan 63% jumlah 100% dari data di atas dapat dilihat bahwa terdapat 63 % yang mengalami perubahan ekonomi mulai pulih, merasa lebih bahagia bisa keluar rumah, lebih waspada karena kurva manaik. terdapat 37 % tidak ada perubahan yaitu biasa saja, tetap banyak orang berkeliaran dan tetap memakai masker. tabel 16. cara adaptasi iii no keterangan presentase 1 mampu beradaptasi 100% 2 tidak mampu baradaptasi 0% jumlah 100% cara mampu beradaptasi dengan : mentaati protokol kesehatan dengan menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, menjaga kebersihan, olahraga, work from home, dan melakukan kegiatan spiritual dengan berdoa tabel 17. cara pencegahan iii no keterangan presentase 1 menaati peraturan 74% 2 menjaga kesehatan 7% 3 menjaga kebersihan 19% jumlah 100% dari data di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 74 % masyarakat yang berada pada zona hijau menaati peraturan dengan selalu menjaga jarak, menaati protokol kesehatan. zona kuning tabel 18. pengertian covid iv no keterangan presentase 1 menular 29% 2 berbahaya 25% 3 wuhan 13% 4 sistem pernapasan 33% 5 konspirasi 0% jumlah 100% dari pengertian di atas terdapat 24 responden dengan 29 % responden yang mengatakan bahwa covid 19 adalah virus yang menular. terdapat 25% responden yang mengatakan bahwa covid adalah virus yang berbahaya. terdapat 13% responden yang mengatakan bahwa covid 19 adalah virus yang berasal dari wuhan dan terdapat 33 % responden yang mengatakan bahwa virus corona menyerang sistem pernafasan. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 73 tabel 19. perubahan selama pandemic iv no keterangan presentase 1 ada perubahan 96% 2 tidak ada perbuahan 4% jumlah 100% dari data 23 responden tetrdapat dua bagian 87% responden mengalami adanya perubahan dan 13% reponden tidak mengalami perubahan. perubahan yang dialami oleh respond itu seperti olahraga setiap pagi, menjaga kebersihan, dan lebih nyaman dirumah. tabel 20. aktivitas sebelum new normal iv no keterangan presentase 1 di luar 18% 2 di dalam 82% jumlah 100% dilihat dari jawaban responden saat pandemi covid 19 dari 17 responden yang berada di dalam rumah terdapat 82 % responden dengan kegiatan belajar online, membantu orang tua, olahraga di rumah, dan melakukan kegiatan sehari-hari. sedangkan aktivitas yang dilakukan di luar ruangan terdapat 18 % responden dengan aktivitas jalan-jalan, ke kantor dan ada agenda dari organisasi. tabel 21. kebiasaan selama new normal no keterangan presentase 1 ada perubahan 30% 2 tidak ada perubahan 70% jumlah 100% dari data 23 responden terdapat 70 % responden yang mengalami perubahan saat pemberlakukan new normal yaitu dengan menjaga kesehatan, tidak berani dekat dengan orang dan menaaati protokol kesehatan dari pemrintah. terdapat 30 % yang tidak ada perubahan karena tetap dirumah saja. tabel 22. cara adaptasi iv no keterangan presentase 1 mampu beradaptasi 75% 2 tidak mampu baradaptasi 25% jumlah 100% terdapat 20 responden dengan 62 % mampu beradaptasi dengan melakukan social distancing. selalu menjaga kebersihan dengan mencuci tangan setelah keluar, memakai masker, dan mematuhi protokol kesehatan. terdapat 38 % yang tidak mampu beradaptasi karena masih menjalankan kegiatan seperti biasa. tabel 23. cara pencegahan iv no keterangan presentase 1 menaati peraturan 48% 2 menjaga kesehatan 17% 3 menjaga kebersihan 35% jumlah 100% terdapat 37 responden dengan 41 % responden menaati peraturan protokol kesehatan dengan menjaga jarak, memakai masker, dan tidak sering keluar rumah. terdapat 17 % responden menjaga kesehatan dengan memenuhi asupan nutrisi dan vitamin dari makanan yang dimakan setiap hari. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 74 konsep pengertian new normal: 1. psbb tabel 24. konsep new normal i no keterangan presentase 1 adaptasi 72% 2 protokol 24% 3 kesehatan 4% 4 kesejahteraan 0% jumlah 100% 2. zona merah tabel 25. konsep new normal ii no keterangan presentase 1 adaptasi 38% 2 protokol 45% 3 kesehatan 5% 4 kesejahteraan 4% jumlah 100% 3. zona hijau tabel 26. konsep new normal iii no keterangan presentase 1 adaptasi 12% 2 protokol 44% 3 kesehatan 38% 4 kesejahteraan 6% jumlah 100% 4. zona kuning tabel 27. konsep new normal iv no keterangan presentase 1 adaptasi 17% 2 protokol 22% 3 kesehatan 61% 4 kesejahteraan 0% jumlah 100% dari keempat data tersebut terdapat 5 konsep new normal di indonesia, yaitu: 1. merupakan aktivitas promosi selama pandemi. 2. pengkondisian new normal tidak bertolak dan tidak sejajar dg pandemi. 3. new normal bisa dikatakan merupakan perubahan perilaku yang terjadi akibat faktor ranah (politik, ekonomi) ditengah perjalanan pandemi. 4. masyarakat melakukan penyesuaian diri. satu sisi menghambat (ada yg belum sadar pentingnya menjaga protokol kesehatan) dan satu sisi mendukung (patuh). . 5. adaptasi dg cara cara baru yang memberikan kesempatan beraktivitas. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 75 pembahasan hasil keseluruhan jumlah kuisioner tabel 28. perubahan selama covid-19 v psbb merah hijau kuning ada perubahan 95 % 97 % 96 % 96 % tidak ada perubahan 5 % 3 % 4 % 4 % jika di total dari keseluruhan 384 % subjek yang mengisi kuisioner mengalami perubahan setelah adanya covid 19 sedangkan 16 % lainnya tidak mengalami perubahan. tabel 29. aktivitas sebelum new normal v psbb merah hijau kuning luar ruangan 50 % 36 % 26 % 18 % dalam ruangan 50 % 64 % 74 % 82 % jika di total dari keseluruhan 130 % subjek yang mengisi kuisioner melakukan aktivitas di luar ruangan sedangkan 270 % berada di dalam ruangan tabel 30. kebiasaan selama new normal v psbb merah hijau kuning perubahan 71 % 51 % 63 % 70 % tidak ada perubahan 29 % 49 % 37 % 30 % jika di total dari keseluruhan 255 % mengalami perubahan kebiasaan selama new normal sedangkan 145 % lainnya tidak mengalami perubahan tabel 31. cara beradaptasi v psbb merah hijau kuning mampu beradptasi 100 % 100 % 100 % 75 % tidak mampu beradaptasi 0 % 0 % 0 % 25 % jika di total dari keseluruhan 375 % yang mampu beradptasi dengan adanya pandemi dan 25 % tidak mengalami pandemi https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 76 tabel 32 cara pencegahan v psbb merah hijau kuning kebersihan 15 % 20 % 19 % 35 % kesehatan 19 % 22 % 7 % 17 % mematuhi semua peraturan 66 % 58 % 74 % 51 % jika diliaht dari data terdapat 89 % yang cara pencegahannya dengan menerapkan kebersihan, 65 % yang cara pencegahannya dengan menerapkan perilaku hidup sehat, dan 249 % dengan cara mematuhi semua peraturan yang ada dari pemerintah. dari data di atas dapat disimpulkan bahwa dari berdsarkan perilaku yang nampak dari beberapa zona yaitu zona merah, zona hijau, psbb, zona kuning mengalami adanya perubahan perilaku baik selama covid maupun new normal. pandemic covid 19 mengubah perubahan perlikau masyarakat tidak hanya hitungan hari saja tapi juga bulan. hampir semua asepk itu terkena imbasnya dari pekerjaan yang harus dilakukan di dalam rumah, sekolah, dan agama. himbuan dari pemerintah juga mengubah perilaku sosial masyarakat seperti yang dulunya tidak pernah memakai masker sekarag memakai masker, handsanitizer, stay at home, cuci tangan dan lain sebagainya (agung, 2020). dari data di atas dapat dilihat beberapa perilaku yang muncul dari setiap pertanyaan yang ada. perilaku merupakan kecenderungan bertindak terhadap obyek atau fenomena yang terjadi (lestari, 2020). menurut notoatmodjo (dalam putra, dkk, 2016) perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara, beraksi, berpikir, persepsi, dan emosi. perilaku juga dapat diartikan sebagai aktivitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. perilaku dibagi menjadi dua yaitu perilaku overt (tampak) misalnya berlari, menyapa, menulis dan perilaku covert (tidak nampak) misalnya berpikir, merenung. perilaku yang overt (tampak) terdiri dari beberapa pertanyaan yaitu kebiasaan atau aktivitas yang dilakukan sebelum pemerintah memberlakukan new normal, perubahan yang di hadapi selama adanya covid 19, perubahan yang anda alami saat memberlakukan new normal, cara beradpatasi dan pencegahan agar tidak tertular covid 19. terdapat 5 konsep new normal di indonesia: 1) merupakan aktivitas promosi selama pandemic, 2) pengkondisian new normal tidak bertolak dan tidak sejajar dg pandemi. 3) new normal bisa dikatakan merupakan perubahan perilaku yang terjadi akibat faktor ranah (politik, ekonomi) ditengah perjalanan pandemi. 4) masyarakat melakukan penyesuaian diri. satu sisi menghambat (ada yg belum sadar pentingnya menjaga protokol kesehatan) dan satu sisi mendukung (sadar dan patuh). 5) adaptasi dg cara cara baru yang memberikan kesempatan beraktivitas. dari pertanyaan kebiasaan atau aktivitas yang dilakukan sebelum pemerintahan memberlakukan new normal dari beberapa zona dapat kita simpulkan bahwa “kebanyakan masyarakat melakukan kegiatan di dalam rumah dengan berolahraga di dalam rumah, kuliah daring, membantu orang tua di rumah, dan bekerja dalam rumah”. dari pertanyaan perilaku orang sekitar anda perubahan yang di hadapi selama adanya covid 19 dari beberapa zona dapat disimpulkan bahwa “terjadi perubahan pada masyarakat bahwa lebih sering dirumah, kuliah secara daring, kebiasaan menjaga kebersihan semakin meningkat, sering stress dan beberapa pekerjaan yang tidak kunjung selesai”. dari pertanyaan perubahan yang anda alami saat memberlakukan new normal dapat disimpulkan bahwa sebagain masyarakat mengalami perubaham dengan “melakukan kegiatan di luar ruangan, kurang nyaman saat membaur dan selalu menaati protokol kesehatan”. dari pertanyaan cara beradpatasi dilihat dari kesimpulan bahwa “dengan melakukan social distancing, tetap melakukan protokol kesehatan, dan mengurangi kegiatan di luar”. dari pertanyaan pencegahan agar tidak tertular covid 19 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 77 dari data di atas dapat disimpukan dengan “menaati peratura yang berlaku, sellalu menjaga kesehatan, dan kebersihan lingkungan rumah maupun sekitar”. perilaku yang covert atau tidak tampak berada dalam pertanyaan apa yang diketahui dengan new normal dan apa yang diketahui tentang covid 19. dari pertanyaan mengenai pengertian covid 19 dapat disimpulkan bahwa “ covid 19 adalah virus yang menular, berbahaya yang berasal dari wuhan dan mengganggu system pernafasan”. dari pertanyaan mengenai pengertian covid dapat ditarik kesimpulan bahwa new normal adalah suatu aktivitas yang dilakukan karena adanya suatu perubahan perilaku di tengah pandemic dengan selalu melakukan penyesuain diri dan beradaptasi dengan lingkungan”. simpulan dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku masyarakat sebelum dan sesudah pemerintah memberlakukan new normal dibagi menjadi 2 yaitu perilaku yang nampak dan perilaku yang tidak nampak. perilaku yang nampak pada perilaku masyarakat sebelum pemerintah memberlakukan new normal yaitu masyarakat berada di dalam rumah dan keluar tetap mematuhi protokol kesehatan, perilaku yang nampak pada masyarakat setelah masyarakat memeberlakukan new normal yaitu masyarakat tetap berada dirumah dan keluar dengan tetap memberlakukan protokol kesehatan. pada penelitian ini kami menemukan bahwa setiap zona memiliki karakteristik respon terhadap wabah yang sama bawa mereka sama sama tetap di dalam rumah dan keluar tetap mematuhi protokol kesehatan saran penanganan wabah di indonesia dengan membagi wilayah dengan zona – zona kurang efektif karena barbagai wilayah di indonesia saling memiliki ketertarikan dan penanganan wabah seharusnya dilakukan secara general. hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian dari setiap zona persepsi terhadap wabah baik selama pandemic dan setelah pemerintah memberlakukan new normal direspon sama oleh setiap zona. daftar rujukan adrian, k. (2020, april 1). pengertian menerapkan social distancing demi mencegah covid-19. diambil kembali dari alodokter.com: https://www/alodokter.com/pentingnya-menerapkan-social-distancing-demimencegah-covid-19 agung, i.v.(2020).memahami pandemi covid-19 dalam prespektif psikologi sosial.piskobuletin: buletin ilmiah psikolog, 68-24 bauerle, a. (2020, april 21). psychological support in times of covid-19: the essen community-based cope concept. journal of public mental health, 1-2. gumilang, g. s. (2016). metode penelitian kualitatif dalam bidang bimbingan konseling. jurnal fokus konseling, 144-159. i made nugraha wicaksana, i. w. (2017). pengaruh model pembelajaran open ended berbantuan media audio visual dan motivasi terhadap kompetensi pengetahuan. jurnal pgsd universitas pendidikan ganesha. king, l. (2017). psikologi umum sebuah pandangan apresiatif. jakarta: salemba humanika. lestari, s. (2020). sikap warga kampung wisata warna warni nani terhadap pandemi covid-19. 12-16. luxiana, k. m. (2020). penyebutan social distancing diganti phycial distancing, ini alasannya. jakarta: detiknews. taylor, s. (2019). the psychology of pandemics (preparing for the next global outbreak on infectious disease). united kingdom: cambrigde scholars publishing. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 78 toar, o., karamoy, h., & wokas, h. (2017). analisis perbangingan harga jual produk dengan menggunakan metode cost plus pricing dan mark up pricing pada dolphin donuts bakery. emba, 2040-2050. putra, t. p. (2016). analisis perilaku masyarakat bantaran sungai martapura dalam aktivitas membuang sampah rumah tangga di kelurahan basirih kecamatan banjarmasin barat. jurnal pendidikan geografi, 23-35. putsanra, d. v. (2020, mei 26). apa itu new normal dan bagaimana penerapannya saat pandemi corona. retrieved from tirto.id: https://tirto.id wicaksana, i. n., darsana, i., & sujana, i. (2017). pengaruh model pembelajaran open ended berbantuan metode audio visual dan motivasi terhadap kompetensi pengetahuan matematika. jurnal pgsd universitas pendidikan ganesha. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.74 jira: jurnal inovasi dan riset akademik volume 1 nomor 3 tahun 2020 penerbit ahlimedia press vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://ahlimedia.com/jurnal/index.php/jira ii jira adalah jurnal pendidikan dengan lingkup aktivitas pembelajaran, penelitian tindakan kelas, lesson study, pengembangan media pendidikan dan pemanfaatan teknologi terkini dalam pendidikan. semua tulisan melalui proses telaah atau review yang dilakukan oleh tim ahli dibidangnya masing-masing. editorial board editor in chief teguh arie sandy, ahlimedia press (scopus id: 57216810754), indonesia editorial board 1. dr. nisaul barokati seliro wangi, universitas islam darul ulum lamongan (scopus id: 57215914065), indonesia 2. dr. miftahus surur, stkip pgri situbondo (scopus id: 57212514433), indonesia 3. dr. i kadek suartama, universitas pendidikan ganesha (scopus id: 57211650188), indonesia 4. isabel coryunitha panis panis, universitas katolik widya mandira (scopus id: 57218386798), indonesia 5. dr. widdy h.f rorimpandey, universitas negeri manado (scopus id: 57218115704), indonesia peer reviewer 1. dr. yayuk chayatun machsunah, universitas pgri adi buana kampus lamongan, indonesia 2. relly prihatin, stit sunan giri bima, indonesia 3. mukhammad luqman hakim, institut agama islam negeri kediri, indonesia 4. syaiputra wahyuda meisa diningrat, stit al-ibrohimy bangkalan, indonesia 5. ahmad mursyidun nidhom, universitas negeri malang, indonesia jurnal jira terbit 1 bulan sekali. editorial office: ahlimedia press alamat: jln. ki ageng gribig, gang kaserin mu no.36 malang 65138 email: jira@ahlimedia.com telp: +6285232777747 vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://ahlimedia.com/jurnal/index.php/jira iii daftar isi cover ................................................................................................................................. i editorial board .................................................................................................................. ii daftar isi ............................................................................................................................ iii elfiah efektivitas model pembelajaran penugasan terstruktur dalam meningkatkan hasil belajar materi lembaga keuangan dan perdagangan internasional siswa sma ................... 200 ida farida peningkatan kinerja guru dalam menetapkan kriteria ketuntasan minimal melalui kegiatan workshop di smp negeri 2 cikancung kabupaten bandung ......................................... 212 slamet peningkatan hasil pembelajaran ppkn melalui media audio visual pada siswa kelas v sd ........................................................................... 223 lien herlina meningkatkan hasil belajar mata pelajaran bahasa indonesia dengan menggunakan metode bercerita melalui media hand puppet (boneka tangan) siswa smp negeri 1 rancaekek....................................................................................... 230 darusman peningkatan kompetensi widyaiswara dalam penulisan karya ilmiah melalui pelatihan kti ........................................................... 241 ruci suksmanti peningkatan sikap jujur dan hasil belajar materi fungsi kuadrat melalui model problem based learning .............................. 253 mia el rahma sona penerapan media berbasis autoplay dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran bahasa arab.......................................... 266 binti maqsudah pemanfaatan media pasir dan tali koor untuk menemukan rumus volume dan luas permukaan bola pada pembelajaran matematika ............................................................................... 276 panduan menulis jurnal jira vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://ahlimedia.com/jurnal/index.php/jira iv vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.57 327 received : 11-10-2020 revised : 12-11-2020 published : 08-12-2020 penuntun praktikum ipa menggunakan media animasi sparkol videoscribe berbasis 4.0 untuk melatihkan keterampilan hots khalida agustina mtsn 3 medan, indonesia khalidaagustina@gmail.com abstrak: tujuan dari penelitian ini adalah untuk melatihkan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking skill (hots), melalui kegiatan praktikum ipa dengan menggunakan penuntun praktikum animasi sparkol videoscribe. penggunaan penuntun praktikum dengan animasi sparkol videoscribe sesuai dengan tuntutan pembelajaran di era pembelajaran 4.0 dan keseharian siswa yang lekat dengan dunia digital. penuntun praktikum ipa dengan animasi sparkol videosribe dirancang dengan langkah pembimbingan dari mulai merancang praktikum dan melaporkan praktikum dengan langkah hots. metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (ptk) yang terdiri dari 2 siklus. instrumen penelitian yang digunakan adalah rubrik penilaian laporan. setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dengan materi pembelajaran suhu dan perubahannya.target dari penelitian adalah sebanyak 60% siswa mendapatkan skor dengan kategori sangat baik pada 3 aspek hots dari hasil laporan praktikum siswa. melatihkan keterampilan hots dengan penuntun praktikum ipa menggunakan animasi sparkol videoscribe berbasis pembelajaran 4.0 dapat meningkatkan keterampilan hots siswa pada laporan praktikum. dari 32 orang siswa, terjadi peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 hasil telaah laporan praktikum siswa pada kategori yang sangat baik untuk keterampilan hotsnya pada pada aspek kelengkapan dan ketepatan bagian laporan dari 18 siswa (56,25%) menjadi 25 siswa (78,13%), pada aspek kesesuaian hasil pengamatan dan pembahasan dari 17 siswa (53,13%) menjadi 23 siswa (71,88%) dan aspek kesimpulan dari dari 17 siswa (53,13%) menjadi 25 siswa (78,13%). kata kunci: penuntun praktikum ipa, videoscribe, hots, pembelajaran 4.0 mailto:khalidaagustina@gmail.com vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.57 328 pendahuluan melakukan kegiatan praktikum dalam pembelajaran ipa biasanya diarahkan guru melalui media lk (lembar kerja) sebagai pedoman melakukan kegiatan. di era modern ini, sangat tepat jika disediakan media pembelajaran yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) karena pada dasarnya generasi sekarang adalah generasi yang tidak lepas dari perkembangan teknologi (wulandari, 2016).. marc prensky (2001), seorang ahli pendidikan, membagi manusia menjadi dua generasi, yaitu generasi digital immigrant dan digital native. digital immigrant adalah generasi yang mengenal dunia internet setelah mereka dewasa. digital native adalah kelompok yang saat mulai belajar menulis sudah mengenal internet. mereka cepat belajar dan nyaman menggunakan peralatan digital. anakanak zaman sekarang tergolong sebagai generasi digital native, oleh karena itu, media pembelajaran yang tepat untuk anak zaman sekarang adalah media pembelajaran yang berbasis digital permasalahan yang sering terjadi selama ini adalah belum terdapat penuntun praktikum khusus dalam melakukan kegiatan praktikum. penuntun praktikum masih berupa lembar kerja siswa (lks), buku paket, dan lembar praktikum yang diambil dari internet. penuntun praktikum tersebut tidak menjadikan praktikum terorganisasi dengan baik, sehingga siswa tidak terbiasa dalam melatih keterampilan sains yang dimiliki. pemahaman konsep ipa secara utuh menumbuhkan pemahaman ipa sebagai produk dan proses (petro d s, 2017). berdasarkan hasil dan proses belajar selama ini dikelas yang diampu peneliti dalam pembelajaran ipa, juga setelah berdiskusi dengan pengalaman teman-teman sesama guru ipa di mtsn 3 medan pada umumnya siswa senang dengan kegiatan praktikum. masalahnya dalam penilaian laporan kegiatan praktikum ipa tidak ada data yang benar-benar menelaah hasil laporan siswa tersebut yang dihubungkan dengan proses berpikir tingkat tinggi atau high order thingking skill (hots) siswa. padahal langkah-langkah kegiatan yang harus dilaporkan siswa dalam kegiatan praktikum seperti menuliskan tujuan praktikum, rumusan masalah, variabel penelitian, hipotesis, analisis data, pembahasan serta menarik kesimpulan adalah merupakan langkah keterampilan ilmiah yang dapat mengarahkan siswa pada keterampilan hots. berdasarkan spesifikasinya sparkol videoscribe cocok untuk dijadikan video penuntun praktikum ipa. videoscribe adalah software yang bisa kita gunakan dalam membuat design animasi berlatar putih dengan sangat mudah. software ini dikembangkan pada tahun 2012 oleh sparkol (http://tirtamedia.co.id/apa-itu-videoscribe/). sparkol videoscribe mampu menyajikan konten pembelajaran dengan memadukan gambar, suara, dan desain yang menarik sehingga siswa mampu menikmati proses pembelajan. fitur yang disediakan oleh software ini sangat beragam sehingga mampu menjadi media pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan mata pelajaran yang diinginkan. selain menggunakan desain yang telah disediakan di dalam software, pengguna dapat membuat desain animasi, grafis, maupun gambar yang sesuai dengan kebutuhan kemudian di import ke dalam softaware tersebut. selain itu, pengguna juga dapat melakukan dubbing dan memasukkan suara sesuai kebutuhan untuk membuat video (wulandari, 2016). keistimewaan dari penuntun praktikum ipa yang dibuat dengan menggunakan videoscribe adalah langkah kegiatan praktikumnya yang detail dan runut. biasanya di dalam lk/lks yang ada didalam buku paket atau lainnya hanya berisikan lebih kurang alat bahan serta prosedur kerja saja, sedangkan video penuntun praktikum ipa dengan videoscribe lengkap dari mulai menuntun siswa merancang praktikum, membuat judul, tujuan, rumusan http://tirtamedia.co.id/apa-itu-videoscribe/ vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.57 329 masalah, hipotesis, variabel, penyajian data, analisis data, pembahasan, menarik kesimpulan dan membuat laporan utuh untuk di komunikasikan. pada video langkah tersebut dirancang untuk menggiring siswa pada tahapan bekerja ilmiah dan proses berpikir tingkat tinggi atau high order thingking skill (hots). adapun materi pembelajaran dalam kegiatan praktikum ini adalah suhu dan perubahannya. menurut krathworl dan anderson (2001) yang merevisi taksonomi bloom, membedakan proses kognitif menjadi dua bagian, yaitu keterampilan berpikir tingkat tinggi atau sering disebut dengan higher order thinking skill (hots) dan keterampilan berpikir tingkat rendah lower order thinking skill (lots). kemampuan berpikir tingkat rendah melibatkan kemampuan mengingat (c1), memahami (c2) dan menerapkan (c3) sementara dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi melibatkan analisis dan sintesis (c4), mengevaluasi (c5), dan mencipta atau kreativitas (c6). dalam penelitian laily (2013), dikatakan bahwa jika siswa diajak berpikir tingkat tinggi pembelajaran akan semakin bermakna. keberhasilan penguasaan suatu konsep akan didapatkan ketika siswa sudah mampu berpikir tingkat tinggi dimana siswa tidak hanya dapat mengingat dan memahami suatu konsep, namun siswa dapat menganalisis serta mensintesis, mengevaluasi, dan mengkreasikan suatu konsep dengan baik, konsep yang telah dipahami tersebut dapat melekat dalam ingatan siswa dalam waktu yang lama, sehingga penting sekali bagi siswa untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi atau hots. pembelajaran hots perlu juga disandingkan dengan kemajuan teknologi yang demikian pesat, istilah industri 4.0 kemudian dikenal sebagai suatu fase revolusi teknologi yang mengubah cara beraktifitas manusia dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi dari pengalaman hidup sebelumnya. manusia bahkan akan hidup dalam ketidakpastian (uncertainty) global, oleh karena itu manusia harus memiliki kemampuan untuk memprediksi masa depan yang berubah sangat cepat. sistem pembelajaran mempunyai peran dalam menghadapi tantangan dan peluang di era industri 4.0 (yahya,2018). lebih lanjut dikatakan penguatan elemen yang ada dalam sistem pendidikan membutuhkan gerakan kebaruan untuk merespon era industri 4.0. salah satu gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah adalah gerakan literasi baru sebagai penguat bahkan menggeser gerakan literasi lama. gerakan literasi baru yang dimaksudkan terfokus pada tiga literasi utama yaitu, 1) literasi digital, 2) literasi teknologi, dan 3) literasi manusia (aoun, 2017). tiga keterampilan ini diprediksi menjadi keterampilan yang sangat dibutuhkan di masa depan atau di era industri 4.0. literasi digital diarahkan pada tujuan peningkatan kemampuan membaca, menganalisis, dan menggunakan informasi di dunia digital (big data), literasi teknologi bertujuan untuk memberikan pemahaman pada cara kerja mesin dan aplikasi teknologi, dan literasi manusia diarahkan pada peningkatan kemampuan berkomunikasi dan penguasaan ilmu desain. penelitian terdahulu yang pernah dilakukan yang menjadi rujukan peneliti adalah wulandari (2016) dengan hasil penelitian penggunaan videoscribe dapat meningkatkan minat belajar ipa siswa. listiani (2017) dengan hasil pengembangan media videoscribe menyatakan layak untuk dipakai pada pembelajaran pembelajaran biologi materi archaebacteria dan eubacteria. widodo dan kadarwati (2013) menyatakan pembelajaran berbasis high order thingking skill (hots) dapat meningkatkan pembentukan karakter siswa. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.57 330 berdasarkan latar belakang dan kajian literatur dari beberapa penelitian terdahulu yang disebutkan diatas, penelitian in bertujuan untuk mengimplementasikan penuntun praktikum ipa menggunakan sparkoll videosribe berbasis pembelajaran 4.0 untuk melatihkan keterampilan hots siswa kelas vii 3 di mtsn 3 medan pada materi suhu dan perubahannya.. dengan demikian diharapkan penuntun praktikum ipa menggunakan videoscribe ini dapat meningkatkan keterampilan high order thingking skill (hots) siswa. metode metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. tiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. subjek penelitian adalah siswa kelas vii 3 mtsn 3 medan tahun pelajaran 2019/2020 berjumlah 32 siswa. penelitian dilakukan pada bulan oktober 2019. rancangan penelitan penelitian dirancang sesuai dengan prosedur penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu1), perencanaan, 2). pelaksanaan, 3). pengamatan, dan 4). refleksi siklus 1 pada tahapan 1). perencanaan ; membuat storyline videoscribe dan videoscribe penuntun praktikum ipa. menyusun instrumen penelitian dan format penilaian laporan. kemudian dilanjutkan dengan tahapan persiapan pembuatan rpp pada materi suhu dan perubahannya untuk dua kali pertemuan. pertemuan pertama sub materi pengertian suhu dan thermometer, sedangkan sub materi pertemuan ke dua adalah skala suhu. 2). pelaksanaan ; diimplementasikan rancangan rpp pertemuan pertama dan ke dua. penuntun praktikum videoscribe digunakan untuk merancang praktikum yang akan dilaksanakan pada pertemuan ke dua. pada pertemuan ke dua penuntun praktikum videoscribe digunakan untuk melaksanakan praktikum dan menulis laporan praktikum. tahapan 3). pengamatan; bersamaan dengan tahapan pelaksanaan dilakukan pendampingan proses pembelajaran. tahapan 4). refleksi; menelaah laporan praktikum siswa menggunakan rubrik penilaian laporan dan mengumpulkan temuan penelitian siklus 2 pada tahapan 1). perencanaan ; menyusun rpp untuk siklus dua berdasarkan catatan temuan siklus satu untuk pertemuan tiga dan empat. pertemuan ketiga sub materi konsep kalor, sedangkan sub materi pertemuan ke empat adalah hubungan kalor dengan perubahan suhu benda. tahapan 2). pelaksanaan ; diimpementasikan rancangan rpp pertemuan tiga dan empat. tahapan 3). pengamatan; bersamaan dengan tahapan pelaksanaan dilakukan pendampingan proses pembelajaran. tahapan 4). refleksi; menelaah laporan praktikum siswa menggunakan rubrik penilaian laporan dan mengumpulkan temuan penelitian dan selanjutnya dilakukan analisis data. instrumen penelitian instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah rubrik penilaian laporan yang terdiri dari empat aspek penilaian yaitu; 1). kelengkapan dan ketepatan bagian laporan, 2). kesesuaian hasil pengamatan dan pembahasan, 3). kesimpulan, 4). struktur penulisan dan vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.57 331 kerapian laporan. menurut newman and wehlage dalam widodo dan kadarwati (2013) aspek no 1, 2 dan 3 merupakan indikator aspek keterampilan hots. masing-masing aspek terdiri dari empat indikator dengan penjelasan yaitu sangat baik, baik, sedang dan kurang. target ketercapaian dari penelitian adalah 60% siswa mendapatkan kategori sangat baik pada setiap aspek hots pada rubrik penilaian laporan. prosedur pengumpulan data dan analisis data pada proses ini dilakukan kegiatan menelaah satu persatu laporan siswa menggunakan format temuan dan tindak lanjut yang terdiri dari temuan kemampuan apa yang sudah dicapai dan kemampuan yang belum dicapai siswa berdasarkan aspek hots pada rubrik penilaian. caranya dengan memberikan deskripsi dan skor sesuai rubrik penilaian. tingkat pencapaian kompetensi dikategorikan dalam tingkatan “sangat baik, baik, sedang dan kurang”. skor 1 masuk dalam kategori “kurang”, skor 2 kategori “sedang”, skor 3 kategori “baik” dan skor 4 untuk kategori “sangat baik”. siswa dikatakan sudah berkemampuan jika mendapat skor 4 (sangat baik), sedangkan skor 1, 2, dan 3 untuk kategori kemampuan kurang. berdasarkan data temuan, guru menuliskan kegiatan tindak lanjut pengayaan atau remidi yang akan diberikan pada siswa. untuk kategori kemampuan kurang kegiatan remidi yang dilakukan adalah meningkatkan kompetensi dengan cara memperbaiki laporan untuk bagian yang kurang tersebut. sedangkan untuk yang sudah sangat baik siswa diberi tantangan dengan memberikan contoh laporan praktikum siswa pemenang karya tulis ilmiah bidang sains nasional, untuk ditelaah bagian mana yang paling menarik untuk dipahami. hasil hasil penelitian dijabarkan dalam data telaah kompetensi hots siswa pada l siklus 1 dan siklus 2 serta perbandingan ke dua siklus. siklus 1 dari 32 siswa yang ada di kelas vii 3 mts n 3 medan pada siklus 1, hasil telaah penilaian keterampilan hots siwa pada laporan praktikum dengan melihat aspek kompetensi hots disajikan pada tabel 1 berikut : tabel 1. data telaah kompetensi hots siswa siklus 1 aspek penilaian hots siswa jumlah siswa (%) skor telaah laporan praktikum jumlah sangat baik baik sedang kurang kelengkapan dan ketepatan bagian laporan 18 7 5 2 32 56,25% 21,88% 15,63% 6,25% 100 % kesesuaian hasil pengamatan dan pembahasan 17 6 6 3 32 53,13% 18,75% 18,75% 9,38% 100 % kesimpulan 17 7 7 1 32 53,13% 21,88% 21,88% 3,13% 100% dari data telaah laporan praktikum siswa pada siklus 1, pada aspek hots kelengkapan dan ketepatan bagian laporan sejumlah 18 siswa (56,25%) mendapatkan kategori sangat baik. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.57 332 sejumlah 7 siswa (21,88%) pada kategori baik. sejumlah 5 siswa (15,6%) pada kategori sedang. sejumlah 2 siswa (6,25%) pada kategori kurang. pada aspek hots kesesuaian hasil pengamatan dan pembahasan, sejumlah 17 siswa (53,13%) mandapatkan kategori sangat baik. sejumlah 6 siswa (18,75%) pada kategori baik. sejumlah 6 siswa (18,75%) pada kategori sedang. sejumlah 3 siswa (9,38%) pada kategori kurang. pada aspek hots kesimpulan, sejumlah 17 siswa (53,13%) mendapatkan kategori sangat baik. sejumlah 7 siswa (21,88%) pada kategori baik. sejumlah 7 siswa (21,88%) pada kategori sedang. sejumlah 1 siswa (3,13%) pada kategori kurang. secara keseluruhan data tabel 1 telaah kompetensi hots siswa siklus 1 dapat dipaparkan melalui gambar grafik 1 telaah kompetensi hots siswa siklus 1 sebagai berikut : gambar 1. grafik data telaah kompetensi hots siswa siklus 1 siklus 2 dari 32 siswa yang ada di kelas vii 3 mts n 3 medan pada siklus 2, hasil telaah penilaian keterampilan hots siwa pada laporan praktikum dengan melihat aspek kompetensi hots disajikan pada tabel 2 berikut : tabel 2. data telaah kompetensi hots siswa siklus 2 aspek penilaian hots siswa jumlah siswa (%) skor telaah laporan praktikum jumlah sangat baik baik sedang kurang kelengkapan dan ketepatan bagian laporan 25 6 1 0 32 78,13% 18,75% 3,13% 0% 100 % kesesuaian hasil pengamatan dan pembahasan 23 6 2 1 32 71,88% 18,75% 6,25% 3,13% 100 % kesimpulan 25 7 0 0 32 78,13% 21,88% 0% 0% 100% vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.57 333 dari data telaah laporan praktikum siswa pada siklus 2, pada aspek hots kelengkapan dan ketepatan bagian laporan sejumlah 25 siswa (78,13%) mendapatkan kategori sangat baik. sejumlah 6 siswa (18,75%) pada kategori baik. sejumlah 1 siswa (3,13%) pada kategori sedang. sejumlah 0 siswa (0%) pada kategori kurang. pada aspek hots kesesuaian hasil pengamatan dan pembahasan, sejumlah 23 siswa (71,88%) mendapatkan kategori sangat baik. sejumlah 6 siswa (18,75%) pada kategori baik. sejumlah 2 siswa (6,25%) pada kategori sedang. sejumlah 1 siswa (3,13%) pada kategori kurang. pada aspek hots kesimpulan, sejumlah 25 siswa (78,13%) mendapatkan kategori sangat baik. sejumlah 7 siswa (21,88%) pada kategori baik. sejumlah 0 siswa (0%) pada kategori sedang. sejumlah 0 siswa (0%) pada kategori kurang. secara keseluruhan data tabel 2 telaah kompetensi hots siswa siklus 2 dapat dipaparkan melalui gambar grafik 2 telaah kompetensi hots siswa siklus 2 sebagai berikut : gambar 2. grafik data telaah kompetensi hots siswa siklus 2 perbandingan data hasil penelitian siklus 1 dan siklus 2 untuk melihat perbandingan data hasil telaah kompetensi hots siswa pada laporan praktikum pada siklus 1 dan siklus 2 dapat digambarkan pada tabel 3 perbandingan kompetensi hots siswa siklus 1 dan siklus 2 sebagai berikut: tabel 3. perbandingan data telaah kompetensi hots siswa siklus 1 dan siklus 2 aspek penilaian hots siswa skor telaah laporan praktikum siswa sangat baik baik sedang kurang siklus 1 siklus 2 siklus 1 siklus 2 siklus 1 siklus 2 siklus 1 siklus 2 kelengkapan dan ketepatan bagian laporan 18 (56,25%) 25 (78,13%) 7 (21,88%) 6 (18,75%) 5 (15,63%) 1 (3,13%) 2 (6,25%) 0 (0%) kesesuaian hasil pengamatan dan pembahasan 17 (53,13%) 23 (71,88%) 6 (18,75%) 6 (18,75%) 6 (18,75%) 2 (6,25%) 3 (6,25%) 1 (3,13%) kesimpulan 17 (53,13%) 25 (78,13%) 7 (21,88%) 6 (21,88%) 7 (21,88%) 0 (0%) 1 (3,13%) 0 (0%) vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.57 334 berdasarkan target capaian penelitian yaitu 60% siswa mendapatkan kategori sangat baik pada setiap aspek hots pada rubrik penilaian laporan, maka terlihat pada tabel 3 dari 32 orang siswa, pada siklus 1 target belum tercapai karena masih ˂ 60%. penelitian diteruskan ke sikulus 2 sehingga terjadi peningkatan jumlah siswa pada kategori yang sangat baik aspek keterampilan hotsnya dari siklus 1 ke siklus 2 untuk aspek kelengkapan dan ketepatan bagian laporan dari 18 siswa (56,25%) menjadi 25 siswa (78,13%), naik sebesar 21,88%. pada aspek kesesuaian hasil pengamatan & pembahasan dari 17 siswa (53,13%) menjadi 23 siswa (71,88%), naik sebesar (18,75%). pada aspek kesimpulan dari dari 17 siswa (53,13%) menjadi 25 siswa (78,13%), naik sebesar 21,88%. data tabel 3 pada ke tiga aspek hots untuk kategori sangat baik dari siklus 1 ke siklus 2 sesuai target yang diinginkan sebesar 60% telah tercapai, dan dapat dinyatakan dalam gambar 3 grafik ketercapaian target penelitian pada kategori sangat baik untuk tiga aspek hots sebagai berikut: gambar 3. grafik data ketercapaian target penelitian dari siklus 1 ke siklus 2 pembahasan data hasil penelitian penggunaan penuntun praktikum videoscribe ipa pada hasil penelitian menunjukkan peningkatan nilai laporan praktikum siswa dari siklus 1 ke siklus 2 yang ditelaah dengan menggunakan rubrik penilaian laporan dengan beberapa aspek hots. penggunaan media pembelajaran menggunakan sparkol videoscribe ini membuat siswa berinteraksi dengan media tersebut sehingga siswa mendapatkan pengetahuan tentang materi yang sedang dipelajari. aktivitas siswa tersebut merupakan aktivitas belajar, sesuai dengan teori yang dikemukakan gagne (1983) dimana belajar merupakan sebuah proses pengembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang terjadi saat seseorang melakukan interaksi secara intensif dengan sumber-sumber belajar. penggunaan penuntun praktikum ipa dengan media videoscribe tidak serta merta membuat siswa mampu memahami langkah hots seperti yang diinginkan. perlu pembimbingan bertahap dalam setiap pertemuan pada proses belajar di kegiatan praktikum. mengarahkan siswa untuk melihat pada bagian mana isi dari video yang mampu membuat mereka mencapai aspek hots yang diinginkan, seperti mengarahkan siswa untuk melihat 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% kelengkapan dan ketepatan bagian laporan kesesuaian hasil pengamatan dan pembahasan kesimpulan % j u m la h s is w a aspek hots siklus 1 dan siklus 2 kategori sangat baik siklus 1 kategori sangat baik siklus 2 vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.57 335 bagian merancang praktikum dahulu agar siswa mengenal bagaimana menuliskan judul yang tepat, tujuan, rumusan masalah, variabel penelitian, hipotesis dan seterusnya seperti yang ada dalam video. contoh penampakan dari penuntun praktikum ipa dengan video scribe dapat dilihat pada gambar 4 penampakan slide videosribe bagian rancangan praktikum. gambar 4. slide videoscribe merancang praktikum mengarahkan siswa untuk menuliskan bagian-bagian laporan praktikum dengan media videoscribe juga menjadi sangat penting. dengan adanya penuntun prktikum dengan media videoscribe ini guru menjadi semakin mudah mengarahkan siswa terutama untuk yang selalu bertanya berulang ataupun untuk pembimbingan hasil temuan telaah laporan siswa dengan skor kategori kurang. dan ini tidak ditemukan pada lembar kerja (lk) yang biasa digunakan guru untuk praktikum. penampakan slide video untuk penjelasan laporan praktikum dapat dilihat pada gambar 5 slide videosribe penjelasan bagian laporan praktikum. gambar 5. slide videoscribe menulis laporan praktikum pengalaman peneliti dalam menggunakan videoscribe untuk melatihkan keterampilan hots dalam pembelajaran praktikum ipa sangat berbeda ketika tanpa bantuan video. ketika siswa diminta memutar kembali video jika ada yang lupa atau kurang jelas, siswa dengan sangat terampil melakukannya karena menggunakan android merupakan keahlian mereka. banyak juga siswa tanpa diminta membuat screenshot dari video untuk materi yang panjang sehingga tidak perlu mencatat seperti rancangan tabel disain praktikum, jika diperlukan mereka tinggal melihat hasil screenshotnya. media video juga sangat membantu dalam mengarahkan siswa memperbaiki laporan berdasarkan hasil temuan penilaian laporan. rubrik yang ada di video dijadikan panduan dalam memperbaiki laporan sesuai dengan catatan yang telah dibuatkan guru untuk tindak lanjutnya. meskipun hasil penilaian belum sempuran 100%, seidaknya target 60% siswa untuk kemampuan hots yang sangat baik pada setiap aspek telah terlampaui. peneliti sebagai vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.57 336 guru maupun siswa merasakan sangat terbantu dengan penggunaan video ini. hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh ibrahim (2000) bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang mampu manyampaikan pesan sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. berdasarkan pembahasan hasil penerapan media videoscribe pada pembelajaran ipa di kegiatan praktikum pada materi suhu dan perubahannya di kelas vii maka media tersebut dianggap cukup membantu dan memberikan kebermanfaatan dalam menerapkan pembelajaran hots yang selama ini dirasa sulit oleh guru. hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh atmojo (2012) bahwa pengembangan media merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar, terencana, terarah untuk membuat atau memperbaiki sesuatu agar semakin bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dan mutu menjadi lebih baik. simpulan penuntun praktikum ipa menggunakan videoscribe dapat meningkatkan keterampilan high order thingking skill (hots) siswa. terjadi peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 pada aspek kelengkapan dan ketepatan bagian laporan dari 18 siswa (56,25%) menjadi 25 siswa (78,13%), naik sebesar 21,88%. pada aspek kesesuaian hasil pengamatan & pembahasan dari 17 siswa (53,13%) menjadi 23 siswa (71,88%), naik sebesar (18,75%). pada aspek kesimpulan dari dari 17 siswa (53,13%) menjadi 25 siswa (78,13%), naik sebesar 21,88%. daftar rujukan [1] aoun, j.e. (2017). robot-proof: higher education in the age of artificial intelligence. us: mit press [2] atmojo, seto suryo, (2012), pengembangan media belajar teknik dasar bola basket untuk siswa sekolah menengah pertama. skripsi. yogyakarta: universitas negeri yogyakarta [3] gagne, robert, (1983), the condition of learning. japan: holt saunders. [4] ibrahim, (2000), media pembelajaran. jakarta: depdiknas [5] krathwohl, d.r, dan anderson, l.w., (2001), a taxonomy for learning, teaching, and assesing: a revision of bloom’s taxonom y of educatioanl objectives. new york: addison wesley longman, in. [6] laily, nur rochmah, (2013), analisis soal tipe higher order thinking skill (hots) dalam soal un kimia sma rayon b tahun 2012/2013. jurnal unswagati. vol 9 no 1.tersedia di jurnal.unswagati.ac.id/index.php /euclid/article /download/323/203 (online). diakses pada 20 september 2019 [7] listiani, novia ika, (2017), pengembangan media pembelajaran viodeo berbasis sparkol videoscribe pada materi archaebacteria dan eubacteria pada siswa kelas x sma/ma [8] marc prensky, (2001), digital natives, digital immigrants, the horizon (mcb university) press, vol. 9 no. 5, october [9] petro dola, s, (2017), pengembangan penuntun praktikum ipa berbasis inkuiri terbimbing untuk siswa smp siswa kelas vii semester genap, bionatural volume 4 no. 2, september, page : 13-27 vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.57 337 [10] widodo, t dan kadarwati, s, (2013), higher order thinking berbasis pemecahan masalah untuk meningkatkan hasil belajar berorientasi pembentukan karakter siswa, jurnal cakrawala pendidikan, februari th. xxxii no 1 [11] wulandari, diah ayu, (2016), pengembangan media pembelajaran menggunakan sparkol videoscribe dalam meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran ipa materi cahaya kelas vii di smp negeri 01 kerjo tahun ajaran 2015/ 2016, skripsi, jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan fakultas ilmu pendidikan universitas negeri semarang [12] yahya, m. (2018), era industri 4.0: tantangan dan peluang perkembangan pendidikan kejuruan indonesia microsoft word 13-rovia.docx vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.95 281 received : 20-12-2020 revised : 16-01-2021 published : 13-03-2021 penerapan strategi pembelajaran think pair share (tps) untuk meningkatkan prestasi dalam belajar ipa di smpn 3 lawang kabupaten malang rovia kurniawati smpn 3 lawang, indonesia kurniawati.rovia@gmail.com abstrak pada penelitian ini dilakukan agar kita dapat mengetahui hasil peningkatan belajar peserta didik smpn 3 lawang terutama pada kelas viii-g pada bulan pebruari maret 2019 tahun pelajaran 2018 2019, terdiri dari 30 peserta didik. secara umum, penerapan siklus ii yang berjalan dengan cukup baik, meskipun masih belum mencapai ketuntasan dalam belajar klasikal tetapi, sudah terjadi peningkatan mulai dari 53% pada siklus i hingga menjadi 78% pada siklus ii. dari seluruh langkah yang dilakukan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa strategi pada metode pembelajaran thinks pair and share ini dapat mengembangkan atau meningkatkan hasil belajar dan peserta didik yang terlibat secara aktif didalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. kata kunci: pembelajaran; think pair share; prestasi belajar vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.95 282 pendahuluan pelajaran ipa (ilmu pengetahuan alam) merupakan pelajaran yang dimana ilmu ini mengajarkan tentang berbagai hal pengetahuan yang bisa mengembangkan daya nalar, analisa, sehingga semua persoalan yang berkaitan tentang alam dan juga mahkluk hidup yang dapat kita dipahami. dalam proses pembelajaran fisika, jika peserta didik ingin mendapatkan pengetahuan tentang ilmu fisika, maka peserta didik harus menempuh proses belajar mengajar yang baik. belajar akan lebih berhasil apabila telah diketahui tujuan yang ingin dicapai. belajar merupakan suatu proses dimana usaha yang dikerjakan seseorang untuk merubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu merupakan alat untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara atau aturan yang telah ditentukan . tes merupakan salah satu upaya pengukuran yang sudah terencana. tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk menciptakan kesempatan bagi siswa dalam memperlihatkan prestasi mereka yang berkaitan dengan yang telah diajarkan. strategi think pair share pertama kali dikembangkan oleh frank lyman dan koleganya di universitas maryland menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi peserta didik lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu aktivitas “berpikir-berpasangan-berbagi” dalam metode atau strategi think-pair-share dapat memberikan keuntungan. peserta didik secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time), sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat. akuntabilitas berkembang karena peserta didik harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi (berdiskusi) dengan pasangannya, kemudian pasanganpasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas (jones, 2002). penelitian ini bertujuan untuk peserta didik supaya: 1) secara aktif terlibat dalam berpikir. 2) berpikir menjadi lebih terfokus bila dibicarakan dengan pasangan dan lebih banyak pikiran kritis untuk mendiskusikan dan merenungkan topik. akan halnya yang menjadi permasalahan dalam penelitian adalah apakah penggunaan strategi pembelajaran think-pairshare dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik terutama di kelas viii-g pada pokok bahasan getaran dan gelombang di smpn 3 lawang. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.95 283 metode penelitian penelitian di laksanakan di smpn 3 lawang kelas viii-g pada bulan pebruari s/d maret 2019 tahun ajaran 2018-2019, terdiri dari 30 peserta didik. penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (ptk) menggunakan dua siklus. rancangannya disusun sebagai berikut: gambar 1. desain ptk menurut kenmis dan mc tanggart (sumber: susilo. 2009:14) hasil dan pembahasan hasil 1) pada siklus i pada siklus i diperoleh nilai hasil belajar tertinggi yaitu 84, nilai hasil belajar terendah yaitu 65, dan rata-rata nilai hasil belajar yaitu 74. pada siklus i juga terdapat siswa yang nilainya di bawah dan di atas kriteria ketuntasan minimal. siswa yang memiliki nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal yaitu 12 siswa atau 47%, sedangkan siswa yang memiliki nilai di atas kriteria ketuntasan minimal yaitu 18 siswa atau 53%. data yang diperoleh dari siklus i disajikan pada gambar 2. yang menandakan bahwa proses pelaksanaan yang dilakukan pada siklus i tergolong cukup baik meskipun terdapat beberapa siswa yang belum memenuhi standar nilai yang ditentukan dan dapat dilakukan pengulangan dalam pengerjaan tps agar kondisinya meningkat. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.95 284 gambar 2. histogram hasil belajar siklus i kegiatan refleksi dilakukan setelah dilakukannya kegiatan pembelajaran saat berada di dalam kelas. kegiatan refleksi yang dilakukan sebagai berikut: 1. peneliti terlalu banyak menyampaikan materi pembelajaran, sehingga peserta didik menjadi kurang aktif dikarenakan peserta didik lebih banyak mendengarkan penyampaian dari peneliti. 2. peneliti kurang mengarahkan atau mengintruksikan peserta didik untuk bertukar pendapat saat dilakukan diskusi antar kelompok yang menyebabkan berjalannya diskusi menjadi pasif. 3. peserta didik kurang memanfaatkan kesempatan untuk bertukar pendapat dengan anggota kelompoknya. 4. peserta didik yang pandai cenderung lebih berkontribusi saat kegiatan diskusi antar kelompok berlangsung, sedangkan peserta didik yang lain menjadi pasif ketika kegiatan berlangsung. 2) pada siklus ii pada siklus ii diperoleh nilai hasil belajar tertinggi yaitu 81, nilai ha sil belajar terendah yaitu 67, dan rata-rata nilai hasil belajar yaitu 77. pada siklus ii juga terdapat siswa yang nilainya di bawah dan di atas kriteria ketuntasan minimal. siswa yang memiliki nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal yaitu 6 siswa atau 22%, sedangkan siswa yang memiliki nilai di atas kriteria ketuntasan minimal yaitu 24 siswa atau 78%. data yang diperoleh dari siklus i disajikan pada gambar 3. yang menandakan bahwa proses pelaksanaan yang dilakukan pada siklus ii sudah tergolong baik dan mengalami peningkatan nilai hasil akhir dari yang diperoleh saat siklus i dilaksanakan. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.95 285 gambar 3. histogram hasil belajar siklus ii saat berlangsungnya pelaksanaan siklus ii, peneliti lebih banyak melibatkan siswa jika dibandingkan dengan siklus sebelumnya. berlangsungnya diskusi juga tergolong aktif dengan ditandai jumlah siswa yang menanyakan materi dan memberi feedback saat berlangsungnya tahap pair dan tahap share yang ada lebih banyak jika dibandingkan dengan siklus sebelumnya. kekurangan yang terdapat pada siklus ii yaitu terdapat ketua kelompok yang belum bisa bekerjasama dan siswa yang dirasa kemampuannya kurang masih tidak diikut sertakan dalam menyelesaikan lkpd (lembar kerja peserta didik). oleh karena itu, peneliti memberikan nasihat kepada siswa untuk melakukan pembagian tugas secara merata dalam pengerjaan tugas kelompok yang diberikan. pembahasan tes prestasi belajar dilakukan untuk mengukur tingkat prestasi belajar pada siswa. siklus i berlangsung dengan prestasi belajar dari siswa yaitu nilai akhir yang diperoleh setelah dilakukan beberapa tahap pembelajaran yaitu diperolehnya nilai rata-rata kelas sebesar 74 yang mendandakan nilai tersebut melebihi nilai kkm, tetapi nilai peserta didik yang nilainya di bawah kkm sebanyak 17 siswa atau 43% dari jumlah keseluruhan siswa yang ada di dalam satu kelas. siklus ii berlangsung dengan terjadinya peningkatan prestasi belajar dari siswa dengan ditandai meningkatnya nilai rata-rata kelas menjadi sebesar 77 yang menandakan nilai tersebut melebihi nilai kkm dan siswa yang nilainya di bawah kkm menjadi sebanyak 6 siswa atau 22% dari jumlah keseluruhan siswa yang ada di dalam satu kelas. dari data yang ada dapat dianalisis bahwa terjadi peningkatan prestasi hasil belajar siswa dengan parameter nilai yang di atas kkm yaitu awalnya 53% saat siklus i menjadi 78% saat siklus ii. tes prestasi belajar bertujuan untuk mengetahui keberhasilan seseorang saat pembelajaran dilakukan (anwar dalam sunarto, 2009). pada pelaksanaannya terdapat kondisi dimana ketuntasan yang ditentukan belum mencapai target yang diinginkan. hal tersebut dikarenakan siswa belum memanfaatkan kesempatan diskusi kelompok yang diberikan dengan baik dan belum terbiasa untuk melakukan kegiatan belajar secara berkelompok, vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.95 286 sehingga tuga kelompok dipercayakan kepada siswa yang dianggap pandai dalam kelompoknya agar tugas cepat terselesaikan tanpa mempertimbangkan pemahaman dari materi yang sedang dikerjakan. menurut sunarto (2009), bahwa kegiatan siswa dikatakan berhasil bergantung pada siswa. jika siswa siap dan mampu mengikuti kegiatan pembelajaran yang berlangsung, maka semakin tinggi kemungkinan untuk berhasilnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan. selain itu, faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan pembelajaran yaitu pengajar. pengajar memegang peranan penting dikarenakan pengajar yang profesional mampu meningkatkan tingkat kelancaran ketika kegiatan pembelajaran sedang berlangsung atau dapat memberikan pemahaman yang lebih kepada para siswa. proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, maka perlu dilakukan beberapa hal yaitu: 1. dilakukan pengkajian terhadap materi yang akan disampaikan kepada para siswa. 2. menghubungkan antara konsep atau teori yang disampaikan dengan peristiwa yang terjadi di lingkungan siswa, sehingga memudahkan untuk memahami teori yang disampaikan. 3. mendorong siswa untuk selalu mengaitkan pembelajaran yang sedang disampaikan ataupun yang telah diberikan sebelumnya dengan fenomena yang terjadi di sekitarnya. terjadinya peningkatan nilai rata-rata menandakan bahwa siswa telah memahami dengan baik langkah-langkah kegiatan dalam metode tps. pada saat pelaksanaan metode tps menunjukkan bahwa siswa berusaha untuk memenuhi kebutuhan intelektualnya secara mandiri agar dapat berkembang dan terjadi peningkatan potensi dari tiap masing-masing individu. strategi yang digunakan yaitu membuat siswa lebih menjadi seorang pemikir daripada menjadi seorang yang menunggu untuk diberikan suatu informasi. menurut junaidi (2009), bahwa tujuan dari metode pembelajaran tps yaitu meningkatkan respon siswa untuk aktif terlibat dalam memikirkan konsep-konsep yang disajikan dalam pembelajaran. pada pembelajaran dengan metode think pair share terhadap tahapan “berpikir” yang merupakan langkah untuk memberikan motivasi kepada siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran selanjutnya. selain itu, dalam tahapan tersebut siswa diberi kesempatan untuk menentukan sendiri jawaban dan permasalahan yang diberikan oleh peneliti dan memberikan pendapat masing-masing dalam bentuk tulisan di kertas sehingga dapat memicu tiap siswa untuk mengembangkan pikirannya. langkah tersebut dianggap lebih efektif jika dibandingkan dengan penyampaian permasalahan atau pertanyaan oleh peneliti yang kemudian ditanyakan jawabanny vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.95 287 langsung kepada siswa secara bergantian. kegiatan selanjutnya yaitu tahapan diskusi dengan pasangan masing-masing. pada kegiatan ini, siswa yang memiliki kesulitan bicara secara langsung di depan umum, setidaknya mampu memberikan pendapat atau bertukar pikiran dengan pasangannya (jones, 2002). kegiatan selanjutnya yaitu tahapan share atau menyampaikan hasil diskusi yang telah dilakukan kepada teman sekelas secara berkelompok. dalam kegiatan ini, seorang siswa menyampaikan hasil diskusi, sedangkan siswa lainnya menjawab pertanyaan yang diberik an. kegiatan kooperatif dalam kelompok sudah terlihat. banyak siswa yang terlihat antusias, ikut berpartisipasi aktif, memberi tanggapan, dan mengajukan pertanyaan. hal tersebut menunjukkan lancarnya kegiatan pembelajaran yang berlangsung. peneliti mengelompokkan siswa secara berpasangan dan memberi kesempatan untuk melakukan diskusi agar diperoleh jawaban yang dianggap benar atau yakin. peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar senantiasa aktif dalam kegiatan belajar berkelompok. penerapan metode ini dapat ditunjang dengan adanya komponen lain berupa lkpd yang berisi kumpulan soal atau pertanyaan untuk dikerjakan secara berkelompok (ibrahim, 2000). simpulan kesimpulan yang dapat diambil yaitu pembelajaran dengan metode tps sebelum dilakukannya diskusi secara berkelompok mendorong siswa untuk berupaya berpikir sendiri terlebih dahulu. kemudian dilakukan diskusi antara siswa dengan pasangannya, sehingga siswa memiliki bahan untuk dibawa saat dilakukannya diskusi dalam kelompok. dengan demikian, siswa menjadi aktif ketika proses pembelajaran berlangsung dan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan hasil belajar. saran saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya setiap siswa telah memiliki pendapat masing masing dan telah di diskusikan dengan pasangannya, sehingga ketika diskusi kelompok sedang berlangsung menjadi lebih aktif. daftar rujukan djamarah, syaiful bahri. 2002. psikologi belajar. pt rineka cipta. jakarta. ibrahim, muslimin. 2000. pembelajaran kooperatif. surabaya : university press. jones, raymond. 2002. strategis for reading comprehensin, tps. http://curry.edschool. virginia.edu/go/readquest/start/tps.htm l. junaidi, wawan. 2009. strategi pembelajaran tipe think pair share (tps). http://wawanjunaidi.blogspot.com/2009/06/strategi-pembelajaran-tipe-think-pair.html. slameto. 2003. belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. rineka cipta. jakarta. sunarto. 2009. pengertian prestasi belajar. http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/ microsoft word 05-edy.docx vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 187 received : 20-12-2020 revised : 01-02-2021 published : 15-02-2021 konsep dan desain pengembangan kurikulum pembelajaran jabatan fungsional perekayasa edy syamsuddin pusbindiklat, badan pengkajian dan penerapan teknologi, jakarta, indonesia edysyamsuddin@gmail.com abstrak konsep dan desain kurikulum pelatihan perekayasa disusun dengan tujuan menyediakan dokumen rencana pembelajaran sebagai acuan, arah, pedoman serta rambu-rambu pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang didemonstrasikan peserta didik dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang fokus pada kompetensi jabatan fungsional perekayasa. badan pengkajian dan penerapan teknologi (bppt) sebagai lembaga pembina jabatan fungsional perekayasa melakukan penyempurnaan sistem pembinaan jabatan fungsional perekayasa melalui pengembangan kurikulum pelatihan komprehensif dan menyeluruh dengan memanfaatkan konsep kurikulum berbasis kompetensi dengan penekanan pada pengembangan kemampuan perekayasa dalam melakukan (kompetensi) tugas-tugas sesuai dengan standar performansi tertentu. konsep dan desain pengembangan kurikulum pembelajaran serta hasil evaluasi pelaksanaan pembelajaran sebelumnya dengan metodologi pembelajaran orang dewasa, ceramah, diskusi, simulasi dan lainnya pemanfaatan bantuan taxonomi bloomm dan kompetensi cognitif serta kompetensi afektif serta analisis evaluasi pembelajaran apakah dilaksanakan dengan test tulis atau tidak atau bahkan penilaian sikap. kompetensi jabatan fungsional perekayasa baik kompetensi manajerial, kompetensi bidang maupun kompetensi socio-cultural dengan pendekatan pada program pelatihan jabatan fungsional perekayasa tingkat dasar dan program pelatihan jabatan fungsional perekayasa tingkat lanjutan diantaranya melalui menetapkan kompetensi kerja, merumuskan tujuan kurikuler umum dan tujuan kurikuler khusus, mengidentifikasi mata pelatihan yang umumnya serta mengidentifikasi materi, pokok dan sub pokok bahasan berupa topik esensial dari setiap mata pelatihan. dan menyusun deskripsi singkat yang merupakan gambaran dan rangkuman keseluruhan tahapan diatas. kata kunci: konsep, desain, pembelajaran kurikulum; kompetensi jabatan fungsional perekayasa vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 188 abstract the concept and design of the engineer training curriculum was prepared with the aim of providing a learning plan document as a reference, direction, guidelines and signs of knowledge, skills and attitudes demonstrated by students in implementing the learning process that focuses on the competence of the engineer functional position. the agency for the assessment and application of technology (bppt) as a supervisory agency for engineering functional positions has made improvements to the engineer functional position development system through the development of a comprehensive and comprehensive training curriculum by utilizing the competencybased curriculum concept with an emphasis on developing the engineer's ability to perform (competency) tasks in accordance certain performance standards. the concept and design of learning curriculum development and evaluation results of previous learning with adult learning methodologies, lectures, discussions, simulations and other uses of public taxonomy assistance and cognitive competencies and affective competencies and learning evaluation analysis whether carried out with written tests or not or even attitude assessment. engineer functional position competencies, both managerial competence, field competence and socio-cultural competence with approaches to basic level engineer functional position training programs and advanced engineer functional position training programs including by establishing job competencies, formulating general curricular goals and specific curricular goals, identifying eyes general training and identify the material, subject and sub-topic of the essential topics of each training subject. and compile a brief description which is an overview and summary of all the stages above. keywords: concept, design, curriculum learning; functional engineer competency pendahuluan perubahan kebijakan dan manajemen organisasi menjadi kebutuhan untuk menjawab berbagai dinamika organisasi. penyesuaian agar tetap updated dengan kerangka kebijakan nasional khususnya sistem pembinaan jabatan fungsional perekayasa. penyempurnaan peraturan perundang-undangan tentang aparatur sipil negara dengan turunannya setingkat peraturan pemerintah tentang manajemen pegawai negeri sipil memberikan landasan legal bagi lembaga pembina jabatan fungsional perekayasa. program penyelenggaraan pelatihan jabatan fungsional perekayasa yang telah dilaksanakan masih mempergunakan kurikulum pelatihan yang seragam dan mengubah mengembangkan program pelatihan jabatan fungsional perekayasa yang berjenjang dengan konsep dan desain kurikulum pelatihan yang diberikan berbasis kompetensi. dalam proses pengkajian penyusunan kurikulum pelatihan jabatan fungsional perekayasa yang dilakukan dengan meng-input katalog kompetensi jabatan fungsional perekayasa baik kompetensi manajerial, kompetensi bidang maupun kompetensi socio-cultural dengan pendekatan pada program pelatihan jabatan fungsional perekayasa tingkat dasar dan program pelatihan jabatan fungsional perekayasa tingkat lanjutan. materi pembelajaran yang relatif sama, namun penekanannya dibedakan ataupun disesuaikan dengan katalog kompetensi manajerial seperti kompetensi penyupervisian dan pengintegrasian kegiatan kerekayasaan agar kinerja kegiatan kerekayasaan yang telah direncanakan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 189 di katalog kompetensi perekayasa terdiri dari kompetensi inti atau kompetensi sociocultural berupa kompetensi yang melekat dalam diri seorang profesi dalam menjalankan fungsi dan tugas layanan fungsional; kompetensi manajerial berupa kompetensi yang diperlukan dalam memimpin dan mengelola aktivitas yang menjadi tugas profesi; dan kompetensi bidang atau teknis berupa kompetensi yang berkaitan dengan bidang teknis jabatan. dalam pengembangan kurikulum, beberapa tahapan yang dilakukan mengikuti pendekatan tahapan. tahapan pertama adalah menetapkan kompetensi kerja apa yang ingin dicapai setelah mengikuti program pelatihan. setelah itu, tahap berikutnya adalah merumuskan tujuan kurikuler umum. tahap selanjutnya adalah merumuskan tujuan kurikuler khusus yang sifatnya operasional sebagai rincian dari kompetensi umum yang ditetapkan di tujuan kurikuler umum. kemudian, tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi mata pelatihan yang umumnya adalah objek yang ada di tujuan kurikuler khusus. kemudian diikuti tahapan mengidentifikasi materi, pokok dan sub pokok bahasan berupa topik esensial dari setiap mata pelatihan. dan tahapan terakhir adalah menyusun deskripsi singkat yang merupakan gambaran dan rangkuman keseluruhan tahapan diatas. tahapan pertama menggunakan analisis tujuan. tahapan berikutnya menggunakan analisis indikator. tahapan selanjutnya menggunakan analisis materi. kemudian diikuti dengan tahapan analisis metode, analisis evaluasi, baru analisis estimasi kebutuhan waktu. analisis tujuan dan analisis indikator pembelajaran dapat dibuat dengan bantuan “taxonami bloom” yang baru yang disesuaikan jenjang kompetensi yang diharapkan diperoleh pada pembelajaran. umumnya kompetensi cognitif diberikan simbol c. sedangkan kompetensi afektif dengan simbol a. pemilihan tingkatan disesuaikan dengan tingkatan jenjang dari terendah ke tinggi misalnya c1 sampai dengan c6. pada analisis metode pembelajaran dibuat dengan bantuan katalog metodologi pembelaran orang dewasa, apakah ceramah, diskusi, simulasi dan lainnya. metode ini dikaitkan dengan kalimat taxonomi blomm yang digunakan seperti kemampuan menjelaskan materi, maka metode pembelajarannya ceramah atau diskusi, dan lain-lain. analisis ini juga terkait dengan analisis evaluasi pembelajaran apakah dilaksanakan dengan test tulis atau tidak atau bahkan penilaian sikap saja, tergantung kalimat taxonomi bloom yang digunakan. tujuan konsep dan desain kurikulum pelatihan perekayasa disusun dengan tujuan menyediakan dokumen rencana pembelajaran sebagai acuan, arah, pedoman serta rambu-rambu pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang didemonstrasikan peserta didik dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang fokus pada kompetensi jabatan fungsional perekayasa. adapun sasarannya adalah tersedianya kurikulum program pelatihan jabatan fungsional yang bertingkat dan berkelanjutan sesuai dengan jenjang jabatan fungsional perekayasa yang terdiri dari kurikulum program pelatihan jabatan fungsional perekayasa tingkat dasar dan kurikulum program pelatihan jabatan fungsional perekayasa tingkat lanjutan. metodologi kurikulum pembelajaran jabatan fungsional perekayasa disusun sesuai dengan adanya perubahan peraturan perundang-undangan aparatur sipil negara dan peraturan pemerintah lainnya. salah satu strategi pengembangan sumberdaya manusia tersebut adalah pelatihan yang terstruktur dan berkelanjutan menjawab berbagai tantangan pembangunan dimana lembaga pendidikan dan pelatihan menjadi leader on duty. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 190 mengembangkan kompetensi sumberdaya manusia membutuhkan struktur kurikulum dan silabus yang berbasis kompetensi competency-based curriculum sebagai dasar untuk melakukan analisa kebutuhan pelatihan dengan menekankan pada pengembangan kemapuan melakukan tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasil pelatihan yang diberikan dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. desain program pelatihan proses penyusunan program pembelajaran yang dikembangkan melalui model instruksional addie ini dengan pendekatan pada analysis kebutuhan lembaga dan individu disesuaikan dengan sasaran pelatihan, design untuk mencapai tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran, strategi dan kegiatan. development yang mengembangkan sumber dan materi pelatihan, mendesain web jika memanfaatkan e-learning. implementation dengan melaksanakan kegiatan pelatihan, metodanya, melakukan test (master of training) serta evaluation untuk meningkatkan mutu pelatihan. satu sama lain saling mempengaruhi, sehingga jika satu proses tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya, maka proses lainnya akan terganggu. desain kurikulum pelatihan kurikulum merupakan output atau hasil dari proses pengkajian kebutuhan pelatihan (training need analysis) atau dari perumusan tujuan pelatihan, kurikulum juga merupakan input atau masukan pada proses penyelenggaraan dan evaluasi pelatihan. kurikulum merupakan gambaran total dan kumpulan mata pelatihan dalam satu program pelatihan yang berisi tujuan kurikuler umum (tku), tujuan kurikuler khusus (tkk), mata pelatihan, deskripsi singkat, pokok bahasan/ sub pokok bahasan, daftar pustaka/ referensi. untuk mewujudkan sosok pegawai negeri sipil yang kompeten. langkah-langkah penyusunan kurikulum berbasis kompetensi melalui penetapan kompetensi dengan pendekatan taksonomi bloom. tujuan kurikuler umum (tku) untuk mengetahui subjek belajar dan objek yang dipelajari “jabatan fungsional perekayasa”. tujuan kurikuler khusus (tkk) agar mampu :menjelaskan kebijakan, karakteristik dan lain-lain. 1. mata pelatihan mata pelatihan diambil dari objek yang ada dalam tujuan kurikuler khusus (tkk). umumnya satu tkk adalah satu mata pelatihan. tahapan perumusan dan penentuan mata pelatihan adalah sebagai berikut : a. menuliskan kompetensi kerja yang umumnya diambil dari tkk b. untuk mencapai kompetensi kerja tersebut, perlu diberikan pengalaman belaja tertentu; seperti: mempelajari, mengkaji, menelaah, mendengarkan, studi banding, mendiskusikan, melaksanakan observasi, bekerja di labor, kerja kelompok, pilot projek, magang dan lain lain. c. pengalaman belajar tersebut perlu diisi dengan topik / sub topik tertentu atau materi pokok dan sub materi pokok tertentu. d. menentukan atau estimasi waktu penyampaian materi untuk teori, praktek dan lapangan. e. selanjutnya rumuskan menjadi paket materi atau mata pelatihan f. kumpulan mata pelatihan inilah yang disebut kurikulum. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 191 2. materi pokok dan sub pokok bahasan pokok bahasan (materi pokok) merupakan topik esensial dalam satu mata pelatihan. sedangkan sub pokok bahasan (sub materi pokok) merupakan rincian dari pokok bahasan / topik esensial. pengelompokan mata pelatihan berdasarkan kelompok wawasan, inti dan penunjang/ aktualisasi. 3. menyusun deskripsi singkat deskripsi singkat merupakan gambaran dan rangkuman : a. nama pelatihan peserta b. tujuan kurikuler c. mata pelatihan dan metode pembelajaran contohnya : pelatihan pengelola proyek bagi pimpinan proyek dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilandan sikap pimpinan proyek dalam merencanakan, melaksanakan, menata keuangan dan mengendalikan kegiatan proyek. 4. struktur kurikulum struktur kurikulum terdiri dari 3 kelompok (bentuk piramid) :kelompok wawasan, kelompok kemampuan inti dan kelompok aktualisasi. a. kelompok wawasan struktur wawasan ini diarahkan pada peningkatan pemahaman dan kemampuan peserta dalam kebijakan dan konsep standar kompetensi kerja yang diharapkan. mata pelatihan yang ada dalam domain wawasan ini mencakup 10 % (persen) dari keseluruhan mata pelatihan yang mendukung materi suatu program pelatihan. b. kelompok kemampuan inti struktur kemampuan inti ini meliputi pemahaman dan kemampuan di bidang teknis profesi. mata pelatihan yang ada dalam domain inti ini mencakup 70 – 80 % (persen) dari keseluruhan mata pelatihan yang mendukung materi suatu program pelatihan. c. kelompok penerapan/ aktualisasi mata pelatihan observasi lapangan (benchmarking memacu peserta menerapkan konsepsi dan persiapan yang ada dalam pelatihan kepada setting lapangan. mata pelatihan yang ada dalam domain penerapan ini mencakup 10 20 % (persen) dari keseluruhan mata pelatihan yang mendukung materi suatu program pelatihan. metode pembelajaran dan evaluasi metodologi pembelajaran diharapkan dapat sinkron dengan tujuan pembelajaran dan evalausi apa yang sesuai dengan metodologi yang diterapkan. metodologi pembelaran yang dapat dibangun dan evaluasi yang dapat diinduksi sebagai berikut : 1. ceramah menjelaskan konsep, prinsip, prosedur. oleh karena itu, evaluasinya dengan tes objektif atau non. 2. demonstrasi melakukan ketrampilan berdasarkan prosedur. oleh karena itu, evaluasinya dengan non tes. 3. penampilan melakukan suatu ketrampilan. oleh karena itu, evaluasinya dengan non tes. 4. diskusi menganalisis/ memecahkan masalah . oleh karena itu, evaluasinya dengan non tes. 5. studi mandiri menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis/ mensitesa suatu yang kognitif/ psikomotorik. oleh karena itu, evaluasinya dengan tes dan non tes. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 192 6. kegiatan instruksional menjelaskan kosep, prinsip dan prosedur. oleh karena itu, evaluasinya dengan tes. 7. latihan melakukan suatu ketrampilan. oleh karena itu, evaluasinya dengan non tes. 8. simulasi menjelaskan, menerapkan konsep. oleh karena itu, evaluasinya dengan non tes. 9. brainstorming menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis konsep, prinsip, prosedur. oleh karena itu, evaluasinya dengan non tes. 10. studi kasus menganalisis/ memecahkan masalah. oleh karena itu, evaluasinya dengan non tes. 11. cal menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis/ mensintesis/ mengevaluasi konsep . oleh karena itu, evaluasinya dengan tes dan non tes. 12. insiden menganalisis/ memecahkan masalah. oleh karena itu, evaluasinya dengan tes dan non tes. 13. praktikum melakukan suatu ketrampilan. oleh karena itu, evaluasinya dengan non tes. 14. proyek melakukan/ menyusun laporan kegiatan. oleh karena itu, evaluasinya dengan non tes. 15. role play menerapkan konsep, prinsip, prosedur. oleh karena itu, evaluasinya dengan non tes. 16. seminar menganalisis/ memecahkan masalah. oleh karena itu, evaluasinya dengan non tes. 17. simposium menganalisis masalah. oleh karena itu, evaluasinya dengan non tes. 18. tutorial menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis konsep, prinsip, prosedur. oleh karena itu, evaluasinya dengan tes dan non tes. 19. deduktif menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis konsep, prinsip, prosedur. oleh karena itu, evaluasinya dengan tes dan non tes. 20. induktif mensitesis konsep, prinsip, perilaku. oleh karena itu, evaluasinya dengan non tes. hasil dan pembahasan kurikulum merupakan acuan atau pedoman dalam pelaksanaan suatu proses pembelajaran. kurikullum dapat diartikan sebagai program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancang secara sistematis yang berisi berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar baik yang berasal dari dari waktu yang lalu, sekarang maupun yang akan datang, atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. ada juga menyatakan bahwa kurikulum merupakan suatu rangkaian unit materi belajar yang disusun sedemikian rupa sehingga peserta pendidikan dan pelatihan dapat mempelajari berdasarkan kemampuan yang dimiliki atau dikuasai sebelumnya. disini memang mempunyai beberapa pendekatan yang sederhana maupun sebagai suatu sistem. dari pengertian pendidikan dan pelatihan, maka kurikulum merupakan suatu konsep program pendidikan dan pelatihan yang berisikan materi pendidikan dan pelatihan, metode, yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan suatu pendidikan dan pelatihan serta untuk mencapai tujuan pendidikan dan pelatihan tersebut. pendidikan dan pelatihan dapat diartikan sebagai akuisisi dari pengetahuan (knowledge),ketrampilan (skills) dan sikap (attitudes) yang memampukan manusia untuk mencapai tujuan individu dan organisasi saat ini dan di masa depan. pendidikan adalah suat proses, teknis dan metode belajar mengajar dengan maksud mentransfer suatu pengetahuan dari vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 193 seseorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. sedangkan pelatihan adalah mengembangkan orang-orang sebagai individu dan mendorong mereka menjadi lebih percaya diri dan berkemampuan dalam hidup dan pekerjaannya. pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses yang sistematis untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan kecakapan serta perilaku yang berguna untuk mencari kecocokan antara kemampuan dan permintaan kebutuhan organisasi dalam upaya mencapai tujuan. kurikulum sebagai suatu sistem memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan antara satu dengan komponen lainnya, komponen tersebut adalah tujuan, materi/ isi/ bahan, metode dan organisasi serta evaluasi. komponen tujuan merupakan komponen yang pertama dan utama dalam pengembangan kurikulum, karena menjadi acuan bagi komponen kurikulum lainnya, sehingga menjadi fokus dan mewarnai komponen bahan, metode dan evaluasi. isi dari kegiatan adalah isi dari kurikulum. isi atau bahan tersebut tersusun berbagai program pendidikan berdasarkan jenis dan program pendidikan dan pelatihan, kemudian dikemas dalam berbagai bidang pendidikan dan pelatihan yang kemudian dijabarkan dalam pokok dan sub pokok bahasan, yang secara lebih rinci disusun dalam bentuk bahan pengajaran dalam berbagai bentuknya. komponen metode dan organisasi, secara spesifik berkaitan dengan strategi pembelajaran. dalam konteks ini, metode dan organisasi dalam sistem kurikulum adalah membahas, siapa melakukan apa, dengan cara apa, menggunakan apa, bagaimana dan kapan melakukannya. komponen evaluasi sebagai sub sistem dari kurikulum, memiliki fungsi sebagai alat kontrol untuk melihat apakah tujuan kurikulum telah dikuasai peserta pendidikan dan pelatihan. oleh karena itu kommponen evaluasi harus mengacu pada kemampuan-kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan. hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai masukkan atau umpan balik bagi komponenkompoenen lainnya seperti materi, metode, bahkan evaluasi itu sendiri. tahapan pengembangan kurikulum meliputi analisis kebutuhan/ analisi tugas, perumusan tujuan, pemilihan dan pengembangan materi/ bahan ajar, pemilihan dan pengorganisasian penngalaman belajar/ strategi dan pengembangan alat evaluasi. dalam pengembangan komponen kurikulum pendidikan dan pelatihan dari kementerian kesehatan disebutkan antara lain adalah latar belakang perlunya diadakan pendidikan dan pelatihan. filosofi dimana kurikulum memperhatikan hak-hak peserta. kompetensi yang akan disampaikan dalam pelaksanana pendidikan dan pelatihan. tujuan kompetensi yang ingin dicapai oleh peserta. jumlah dan kriteria peserta. struktur program yang berisi materi dan alokasi waktu. mata diklat beserta alokasi waktunya. diagram alir pembelajaran mulai dari pembukaan sampai dengan penutupannya. baris-garis besar program pembelajaran (gbpp) yang terdiri dari materi pembelajaran, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, pokok bahasan dan sub pokok bahasan, metode pembelajaran, media pembelajaran dan alat bantu serta referensinya. evaluasi untuk mengukur keberhasilan dan pencapaian tujuan pelatihan yang telah ditetapkan serta sertifikasi bagi peserta. alat ukur yang paling dipakai dalam mengukur keberhasilan suatu pendidikan dan pelatihan adalah isi pendidikan dan pelatihan relevan atau sejalan dengan kebutuhan dan up to date, metode pendidikan dan pelatihan, sikap dan ketrampilan instruktur. lama waktu yang dibutuhkan pendidikan dna pelatihan serta fasilitas pendidikan dna pelatihan relevan dengan jenis dan makanannya memuaskan atau tidak. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 194 kurikulum terbagi pada pendekatan/ strategi kognitif, pendekatan / strategi afekif dan pendekatan/ strategi psikomotor. pendekatan kognitif dirumuskan berdasarkan hakekat proses belajar itu sendiri. deduktif atau induktif. pendekatan deduktif peserta diajak berpikir mulai dari masalah yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khusus. sesdangkan pendekatan induktif adalah arah sebaliknya. pedekatan afektif masih jarang dijelajahi. disini dikenal dengan pendekatan insculcation (directed suggestion), evakuasi (evacuation) dan value clarification technique (vtc). insculcation dimana peserta disuggesti atau didorong menuju nilai atau sikap tertentu seperti menuju sikap nilai atau sikap tertentu. seperti indoktrinasi memandu kearah suatu topik. sedangkan evakuasi mengemukan pendapat tentang hal, pengetahuan dan sikap yang dimiliki sebelumnya atau dibiarkan bebas, manusia bersikap baik atau dentifikasinya masing-masing saja. adapun value clarification mengenalkan nilai dengan cara bermacam-macam dikaitkan dengan kenyataan. pendekatan pada aspek psikomotor selain membahas yang tak sempurna, juga termasuk metodologi pengajarannya. disini terletak pada dua hal seperti praktek dan pengalaman. sebenarnya pendekatan pelatihan tidak pada ranah psikomotor ini tetapi lebih pada ranah kognitif yang memerlukan kemampuan fisik dan cara berdiskusinya. langkah penyusunan kurikulum dianjurkan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut; perumusan tujuan dari peserta sesuai proses, tujuan disini berupa hasil belajar perilaku tertentu, dan objek dari tujuan itu. berikut tujuannya yang lebih baik. perumusan materi scope dan sequencenya sejalan logiknya. perumusan metode dan starategi yang dirinci. kemudian alat evaluasi dan penyajian kurikulumnya sebagai suatu standar. ada 4 (empat) jenjang jabatan fungsional perekayasa yaitu jenjang jabatan perekayasa ahli pertama, perekayasa ahli muda, perekayasa ahli madya dan perekayasa ahli utama yang merupakan pencerminan jenjang kepangkatan dalam jabatan fungsional perekayasa. bilamana kompetensi jenjang jabatan fungsional perekayasa dibagi dalam sistem jenjang jabatan fungsional tersebut diatas, maka kurikulum program pembelajaran jabatan fungsional perekayasa akan searah dengan jenjang jabatan perekayasa yang ada. namun demikian mengingat keterbatasan sistem pembinaan jenjang jabatan perekayasa tersebut, maka sistem pembinaan pembelajaran program pembelajaran perekayasa tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua jenjang program pembelajarannya seperti program pembelajaran perekayasa tingkat dasar dan program pembelajaran perekayasa tingkat lanjutan. kompetensi perekayasa ahli pertama dan perekayasa ahli muda yang digabungkan menjadi satu klasifikasi sistem pembelajaran program perekayasa tingkat dasar, maka kurikulumnya akan membahas masalah kemampuan : 1. melaksanakan kegiatan kerekayasaan, 2. menyusun karya tulis ilmiah 3. komunikasi interpersonal 4. tata nilai perekayasa 5. pengelolaan kegiatan kerekayasaan 6. kepemimpinan 7. pengarahan program 8. pembinaan karir 9. manajemen dupak 10. keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja 11. inovasi teknologi vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 195 12. dinamika kelompok 13. studi lapangan 14. evaluasi sedangkan kompetensi kerja perekayasa ahli madya dan perekayasa ahli utama yang digabungkan dalam klasifikasi pembelajaran perekayasa tingkat lanjutan, maka kurikulumnya membahas masalah kemampuan : 1. melaksanakan kegiatan kerekayasaan, 2. menyusun karya tulis ilmiah 3. komunikasi interpersonal 4. tata nilai perekayasa 5. pengelolaan kegiatan kerekayasaan 6. kepemimpinan 7. pengarahan program 8. pembinaan karir 9. kebijakan sains dan teknologi 10. muatan lokal 11. building learning commitment 12. evaluasi terdapat beberapa kurikulum yang mendasari penyertaan membahas masalah keseluruhan sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pencapaian kinerja tugas dan fungsi jabatan fungsional perekayasa dengan tingkat dan kemudahan dalam mencerna dan memahami makna dan sifat dari kurikulum tersebut untuk lebih mencapai tingkat tujuan pembelajaran yang diberikan. pada kurikulum tingkat perekayasa dasar diberikan sebanyak 14 jenis mata kurikulum dan pada tingkat perekayasa lanjutan diberikan sebanyak 12 kurikulum yang terkait dengannya. pada tingkat program pembelajaran tingkat dasarnya diberikan lebih banyak pada masalah intinya sebagai pendorong tingkat kinerja dan penyelenggaraan tugas dan fungsi jenjang jabatan perekayasa ahli pertama dan perekayasa ahli muda, sedangkan program pembelajaran perekayasa ahli madya dan perekayasa ahli utama lebih banyak diberikan masalah kebijaksanaan yang dapat menjadi landasan berfikir dan bertindak sebagai pimpinan organisasi kerekayasaan. kurikulum pada pembelajaran tingkat dasar lebih mengerjakan tugas pokok perekayasa ahli pertama dan perekayasa ahli muda pada tingkatan awal sehingga kurikulumnya melingkupi tugas dan fungsi perekayasa pemula yang mengerjakan kerekayasaan dan manajemennya dalam satu kesatuan yang lebih sederhana dan bermanfaat bagi penyelenggaraan aktivitas perekayasaannya. sedangkan pengembangan ketrampilannya lebih pada penulisan tulisan ilmiah yang akan mempercepat proses penyelesaian bahan untuk keberlanjutannya dikemudian hari. sedangkan hal-hal pendorongnya seperti pengelolaan dupak dan konsep k3 dengan komunikasi dan kepemimpinannya lebih mengedepankan pengetahuan yang teamwork nya saja. sedangkan pada kurikulum pembelajaran perekayasa tingkat lanjutannya lebih menekankan pada pencapaian kebijakan inovasi menjadi lebih spesifik dengan pengembangannya pada masalah kontekstualnya pada kebijakan inovasi yang lebih kompleks dan manajerialnya lebih dominan. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 196 kurikulum pelatihan perekayasa tingkat dasar. analisa tujuan berisi antara lain : kebutuhan : perekayasa ahli pertama yang professional tujuan : peserta pelatihan diharapkan mampu menjelaskan pelaksanaan kegiatan kerekayasaan sesuai dengan kompetensinya analisa indikator : berisi antara lain : a) mampu menjelaskan pelaksanaan kegiatan kerekayasaan sesuai prosedur yang ditetapkan b) mampu menjelaskan pelaksanaan kegiatan penulisan karya tulis sesuai prosedur yang ditetapkan c) mampu menerapkan komunikasi interpersonal dalam tim kerjanya d) mampu menerapkan tata nilai perekayasa indikator (kelompok wawasan) a. mampu menjelaskan program selama mengikuti pelatihan perekayasa ahli pertama b. mampu menguraikan rencana karier sebagai pejabat fungsional perekayasa c. mampu menjelaskan proses penyusunan dan pengusulan dupak d. mampu menjelaskan prinsip keamanan, kesehatan dan keselamatan (k3) kerja indikator (kelompok aktualisasi) terdiri dari : a. mampu mendemonstrasikan nilai – nilai kerekayasaan b. mampu membandingkan pengaplikasian sistem kerja dan dokumentasi pada instansi yang dikunjungi analisa materi berisi antara lain : materi (kelompok inti) : kerekayasaan teknologi , karya tulis, komunikasi efektif dan tata nilai perekayasa materi (kelompok wawasan): pengarahan program, pembinaan karier, manajemen dupak, keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja (kelompok aktualisasi) terdiri dari : dinamika kelompok dan studi lapangan kurikulum pelatihan perekayasa tingkat lanjutan analisis tujuan terdiri dari (kebutuhan) : perekayasa ahli madya yang professional analisis tujuan terdiri dari (tujuan) : peserta pelatihan diharapkan mampu melaksanakan kegiatan kerekayasaan sesuai dengan kompetensinya. analisis indikator terdiri dari (kelompok inti) : a. mampu mengintegrasikan kegiatan kerekayasaan sesuai prosedur yang ditetapkan b. mampu melaksanakan penulisan kti nasional dan internasional sesuai prosedur yang ditetapkan c. mampu melakukan pengelolaan kegiatan kerekayasaan sesuai prosedur yang ditetapkan d. mampu melaksanakan kepemimpinan kepada mitra kerja atau l di dalam kelompok/wbs kerjanya e. mampu melaksanakan komunikasi interpersonal kepada mitra kerja atau l di dalam kelompok/wbs kerjanya f. mampu memprakarsai tata nilai perekayasa dalam kelompok/wbs kerjanya vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 197 analisis indikator terdiri dari (kelompok wawasan) : a. mampu menjelaskan program selama mengikuti pelatihan perekayasa ahli madya , dan mampu menjelaskan sistem inovasi nasional b. analisis indikator terdiri dari (kelompok aktualisasi) : peserta pelatihan diharapkan mampu melaksanakan kegiatan kerekayasaan sesuai dengan kompetensinya c. analisis indikator terdiri dari (kelompok aktualisasi) : d. mampu mendemonstrasikan nilai – nilai kerekayasaan dan mampu membandingkan pengaplikasian sistem kerja dan dokumentasi pada instansi yang dikunjungi analisis materi dengan pokok bahasan (kelompok inti) terdiri dari : a) sistem tata kerja kerekayasaan b) integrasi produk perekayasaan (desain/rancang bangun) c) integrasi produk riset terapan d) integrasi pengoperasian e) penyusunan manual kerekayasaan f) kaidah penulisan kti internasional g) analisis penulisan kti nasional h) pelaksanaan kegiatan progress control & monitoring (pcm) i) penyusunan laporan progress control & monitoring (pcm) j) penyusunan kontrak/kerjasama teknis k) manajemen sumber daya l) pemberdayaan sumber daya manusia m) teknik komunikasi interpersonal n) kaidah penulisan dokumen teknis (td) o) teknik presentasi p) tata nilai perekayasa analisis materi (kelompok wawasan) terdiri dari : pengarahan program, dan sistem inovasi nasional analisis materi (kelompok wawasan) terdiri dari : a. tujuan program pelatihan perekayasa ahli madya b. lingkup program pelatihan perekayasa ahli madya a. daya saing dan kemandirian strategi dan program penguatan inovasi nasional analisis materi (kelompok aktualisasi) terdiri dari : dinamika kelompok, dan studi lapangan estimasi waktu inti mata pelatihan : sebanyak 50 jam pelajaran. sebagai bagian dari pengembangan kurikulum spesifik bagi tingkat jenjang kepangkatan perekayasa tingkat dasar maupun lanjutan dapat dilihat pada lampiran pengembangan kurikulum spesifik tersebut dibawahnya. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 198 model percontohan : rancangbangun pembelajaran mata pelatihan berdasarkan hasil kajian proses penyusunan kurikulum dari keempat level kompetensi perekayasa, maka disusunlah rancangbangun pembelajaran mata pelatihan dengan pendekatan program pelatihannya dapat dikategorikan dalam dua jenis pelatihan yaitu pelatihan perekayasa tingkat dasar dan pelatian perekayasa tingkat lanjutan. pelatihan perekayasa tingkat dasar dengan kompetensi kerja yang diusahakan mendapatkan pembelajaran yang lebih umum mulai dari mata pelatihan kebijakan umum pembinaan jabatan fungsional perekayasa sampai dengan mata pelatihan pendukung seperti penulisan karya tulis ilmiah dan keamanan, keselamatan dan kesehatan dan lain-lain. sedangkan pelatihan perekayasa tingkat lanjutan lebih menekankan kualitas pemahanan pengetahuan kerekayasaan dan ketrampilan dalam mengevaluasi proses penyusunan karya tulis ilmiah. namun pengetahuan tambahannya lebih pada pembelajaran tentang komitmen kerjasama tim sebagai inti tata kelola perekayasaan. adapun keseluruhan rancngbangun pembelajaran mata pelatihan tersebut di atas dapat dilihat pada lampiran selanjutnya di halaman berikutnya. kesimpulan pengembangan penyusunan kurikulum pembelajaran jenjang jabatan fungsional perekayasa dapat disampaikan bahwa terdapat 4 kelas jenjang jabatan perekayasa ahli pertama, perekayasa ahli muda, perekayasa ahli madya dan perekayasa ahli utama dikelompokkan menjadi 2 kelompok program pembelajaran saja menjadi kelompok kurikulum perekayasa tingkat dasar dan kelomppok perekayasa tingkat lanjutan sehingga program pelatihannya akan menjadi dua kali kegiatan besar saja. meskipun tahun sekarang masih menjalankan periode pembelajaran yang tingkat dasar dahulu. berbagai upaya telah dilakukan untuk penyempurnaan sistem pembinaan jabatan fungsional perekayasa secara nasional namun keterbatasan yang ada dan perbaikan sesuai dengan jenjang peraturan pendukung pelaksanaan pembelajaran tersebut diakomodasi menjadi tingkat dua kelompok dan nantinya akan dilakukan perbaikan setelah proses perbaikan penyempurnaan jenjang penyertaan jabatan struktural didahulukan lebih dulu. diharapkan kegiatan ini dapat mendorong upaya penyempurnaan sistem kurikulum bagi formalitas jabatan fungsional perekayasa nasional yang terkait sesuai dengan tingkatan yang diharapkannya. daftar rujukan admin padamu, (2017). desain pembelajaran model addie. https://www.padamu.net. diakses pada 07 november 2017 pukul 13.15 wib. arif riska nurcahyo.(2018). implementasi pengembagan kurikulum. universitas negeri surabaya. cepi safruddin abd.jabar.(2011). desain kurikulum pelatihan berbasis kompetensi (pengembangan diklat sistemik model addie). seminar penyusunan draft desain kurikulum diklat manajement perkantoran. yogyakarta. chaeruman.(2008). menngembangkan sistem pembelajaran dengan model addie. jakarta: pt remaja rosdakarya departemen pendidikan nasional.(2003). kurikulum berbasis kompetensi. jakarta. indonesia. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 199 dian m.k dan mimi h.(2014): penyusunan kurikulum pendidikan dan pelatihan, teknologi pembelajaran pasca sarjana untirta.serang, banten, indonesia dwi rahdiyanta.(2009). kurikulum berbasis kompetensi (kbk) (pengertian dan konsep kbk). seminar nasional implementasi kbk di pt-uny, agustus 2003wina sanjaya, perencanaan dan desain sistem pembelajaran. jakarta : kencana. ibrahim, reyzal.(2011). model pengembangan addie diakses melalui http://jurnalpdf.info/pdf/model-pengembagnan-addie.html diakses tanggal 2 november 2017 pukul 03.16 wib. nurmaya.(2015). model pembelajaran : & model pembelajaran. https://mayalink.wordpress.com/model-pembelajaran-7-modelpembelajaran/diakses tanggal 17 november 2017 peraturan menteri panrb nomor 38 tahun 2017 tentang standar kompetensi jabatan aparatur sipil negara. jakarta peraturan kepala badan kepegawaian negara nomor 17 tahun 2011 tentang pedoman pelaksanaan analysis kebutuhan pendidikan dan pelatihan teknis manajemen pegawai negeri sipil. jakarta. permenpan nomor 219/m-pan/7/2008 tentang butir kegiatan perekayasa dan angka kreditnya undang-undang republik indonesia nomor 5 tahun 2014 tentang aparatur sipil negara. jakarta. widi asih dkk. (2017). pengembangan kurikulum pendidikan dan pelatihan (diklat) berbasis kompetensi dalam membangun profesionallisme pegawai negeri sipil (pns). surabaya vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 187 rancang bangun pembelajaran mata diklat nama diklat : pelatihan jabatan fungsional perekayasa tingkat dasar mata diklat : kerekayasaan teknologi alokasi waktu : 14 jp deskripsi singkat : mata pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan menjelaskan prinsip-prinsip kerekayasaan, menguraikan keterkaitan unsur-unsur kerekayasaan satu dengan lainnya, mencontohkan perbedaan antar unsur-unsur kerekayasaan, dan menjabarkan sistem tata kerja kerekayasaan dalam kelompok yang lebih besar di organisasi fungsional kerekayasaan. tujuan pembelajaran a. kompetensi dasar : peserta melaksanakan kegiatan kerekayasaan secara profesional sesuai dengan kompetensinya b. indikator keberhasilan : peserta dapat no indikator keberhasilan pokok bahasan subpokok bahasan metode evaluasi estimasi waktu 1 menjelaskan pengertian sistem tata kerja kerekayasaan pengertian prinsip dan unsur terkait kerekayasaa n ceramah , diskusi test non objektif 2 jp 2 menguraikan perekayasaan dan pensupervisian desain rancang bangun lingkup dan aktivitas desain dan rancang bangun ceramah , diskusi test non objektif 4 jp 3 menjelaskan riset terapan dan pensupervisian riset terapan lingkup dan aktivitas riset terapan ceramah , diskusi test non objektif 4 jp 4 menjelaskan pengoperasian dan pensupervisian pengoperasian lingkup dan aktivitas pengoperasi an ceramah , diskusi test non objektif 4 jp vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 188 rancang bangun pembelajaran mata diklat nama diklat : pelatihan jabatan fungsional perekayasatingkat dasar mata diklat : karya tulis alokasi waktu : 8 jp deskripsi singkat : mata pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan menjelaskan jenis-jenis karya tulis, menguraikan unsur-unsur tulisan ilmiah sebagai satu kaidah yang ilmiah dan mengaplikasikan kaidah penulisan dengan menyusun karya tulis ilmiah yang berkualitas. tujuan pembelajaran a. kompetensi dasar : peserta melaksanakan pembuatan kaya tulis ilmiah sesuai dengan proosedur yang ditetapkan b. indikator keberhasilan : peserta dapat no indikator keberhasilan pokok bahasan subpokok bahasan metode evaluasi estimasi waktu 1 menjelaskan jenis-jenis karya tulis karya tulis dasar dan prinsip karya tulis ilmiah ceramah , diskusi test non objektif 2 jp 2 menjelaskan kaidah karya tulis kaidah karya tulis kaidah dan format penulisan karya tulis ceramah , diskusi test non objektif 2 jp 3 aplikasi penulisan karya tulis ilmiah penulisan karya tulis ilmiah langkah – langkah dan aplikasi kaidah penulisan karyatulis ilmiah latihan penilaian sebaya 4 jp vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 189 rancang bangun pembelajaran mata diklat nama diklat : pelatihan jabatan fungsional perekayasatingkat dasar mata diklat : komunikasi interpersonal alokasi waktu : 6 jp deskripsi singkat : mata pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan menjelaskan teknik-teknik komunikasi interpersonal dengan penerapan berbagai prinsip dan kaidah etika berkomunikasi, menguraikan unsur-unsur komunikasi yang efektif, mencontohkan teknik penulisan catatan eknis, laporan teknis kerekayasaan dan progress control and monitoring suatu kegiatan kerekayasaan serta melaksanakan presentasi dari hasil kegiatan kerekayasaan di depan pimpinan proyek dan mitra sebaya. tujuan pembelajaran a. kompetensi dasar : peserta melaksanakan kegiatan kerekayasaan secara profesional sesuai dengan kompetensinya b. indikator keberhasilan : peserta dapat no indikator keberhasilan pokok bahasan subpokok bahasan metode evaluasi estimasi waktu 1 menjelaskan pengertian teknik komunikasi interpersonal teknik komunikasi prinsip dan model komunikasi ceramah test non objektif 2 jp 2 menjelaskan teknik dan kaidah penulisan catatan dan laporan teknis (tn, tr) kerekayasaan dan pcm teknik penulisan laporan teknis kerekayasaan pemilihan ide dan format pelaporan teknis kerekayasaa n ceramah , demonstr asi produk 2 jp 3 melaksanakan teknik presentasi teknik presentasi persiapan dan pelaksanaan presentasi demonst rasi produk 2 jp vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 190 rancang bangun pembelajaran mata diklat nama diklat : pelatihan jabatan fungsional perekayasatingkat dasar mata diklat : tata nilai perekayasa alokasi waktu : 2 jp deskripsi singkat : mata pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan sikap dan perilaku perekayasa psikomotoris ataupun socio-cultural dan afektif berdasarkan tata nilai yang telah ada pada profesi perekayasa seperti nilai integritas yang menganut kejujuran dan ketaatan atas aturan, nilai inovasi yang mengutamakan perubahan yang lebih bermanfaat dan bersifat baru, nilai kerjasama tim yang mengandung arti saling percaya dengan komitmen yang tinggi, nilai profesional yang mengindikasikan sesuai dengan yang dibebankan dengan kualitas yang pekerjaan yang lebih tinggi, serta nilai akuntabilitas yang mengandung arti rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap amanah. tujuan pembelajaran a. kompetensi dasar : peserta melaksanakan kegiatan kerekayasaan secara profesional sesuai dengan kompetensinya b. indikator keberhasilan : peserta dapat no indikator keberhasilan pokok bahasan subpokok bahasan metode evaluasi estimasi waktu 1 menjelaskan pengertian tata nilai perekayasa pengertian tata nilai kerekayasaan tata nilai dan etos kerja ceramah test non objektif 0,25 jp 2 menjelaskan nilai integritas nilai integritas ketaatan dan kejujuran role play penilaian sikap 0,25 jp 3 menjelaskan nilai inovasi nilai inovasi perubahan dan pembaruan role play penilaian sikap 0,25 jp 4 menjelaskan kerjasama tim nilai kerjasama fokusing dan sharing role play penilaian sikap 0,25 jp 5 menjelaskan nilai profesional nilai profesional efektifitas dan kualitas kerja role play penilaian sikap 0,5 jp 6 menjelaskan nilai akuntabilitas nilai akuntabilitas tanggungja wab dan amanah role play penilaian sikap 0,5 jp vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 191 rancang bangun pembelajaran mata diklat nama diklat : pelatihan jabatan fungsional perekayasatingkat dasar mata diklat : pengelolaan kegiatan kerekayasaan alokasi waktu : 6 jp deskripsi singkat : mata pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan menjelaskan ruang lingkup kegiatan penguraian ide dalam kerangka pelaksanaan kegiatan kerekayasaan mulai dari penuangan ide dan format penyusunan program manual dan persiapan, pelaksanaan dan pelaporan kegiatan kerakayaaan teknologi. tujuan pembelajaran a. kompetensi dasar : peserta melaksanakan kegiatan kerekayasaan secara profesional sesuai dengan kompetensinya b. indikator keberhasilan : peserta dapat no indikator keberhasilan pokok bahasan subpokok bahasan metode evaluasi estimasi waktu 1 menjelaskan ruang lingkup kegiatan program manual program manual kerangka ide dan format program manual ceramah test non objektif 3 jp 2 menjelaskan perencanan kegiatan kerekayasaan perencanaan kegiatan persiapan, pelaksanaan dan pelaporan kegiatan ceramah test non objektif 3 jp vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 192 rancang bangun pembelajaran mata diklat nama diklat : pelatihan jabatan fungsional perekayasatingkat dasar mata diklat : kepemimpinan alokasi waktu : 6 jp deskripsi singkat : mata pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan menjelaskan prinsip-prinsip kepemimpinan, menguraikan keterkaitan unsur-unsur kepemimpinan dalam mengelola sinergitas kerjasama tim, mencontohkan perbedaan antar unsur-unsur kepemimpinan, dan menjabarkan pengelolaan rapat dalam kelompok yang lebih besar di organisasi fungsional kerekayasaan. tujuan pembelajaran a. kompetensi dasar : peserta melaksanakan kegiatan kerekayasaan secara profesional sesuai dengan kompetensinya b. indikator keberhasilan : peserta dapat no indikator keberhasilan pokok bahasan subpokok bahasan metode evaluasi estimasi waktu 1 menjelaskan pengertian kepemimpinan kepemimpinan karakter dan model kepemimpin an ceramah , diskusi test non objektif 3 jp 2 menjelaskan pengelolaan rapat pengelolaan rapat tema, sharing informasi dan decition making ceramah , diskusi test non objektif 3 jp vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 193 rancang bangun pembelajaran mata diklat nama diklat : pelatihan jabatan fungsional perekayasatingkat dasar mata diklat : pengarahan program alokasi waktu : 2 jp deskripsi singkat : mata pelatihan ini membekali peserta tentang tujuan dan manfaat pelatihan dengan mellihat overview program pelatihan dan keterkaitan satu dengan lainnya sehingga peserta mempunyai gambaran secara umum mata pelatihan yang akan diperoleh selama proses pelatihan berlangsung dengan sasaran dan target yang diharapkan dapat diperoleh setelah pelatihan berlangsung. tujuan pembelajaran a. kompetensi dasar : peserta melaksanakan kegiatan kerekayasaan secara profesional sesuai dengan kompetensinya b. indikator keberhasilan : peserta dapat no indikator keberhasilan pokok bahasan subpokok bahasan metode evaluasi estimasi waktu 1 menjelaskan tujuan pelatihan tujuan pelatihan tujuan dan sasaran pelatihan ceramah , tanya jawab test non objektif 1 jp 2 menjelaskan lingkup program pelatihan overview program keterkaitan materi pembelajara n dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan ceramah , tanya jawab test non objektif 1 jp vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 194 rancang bangun pembelajaran mata diklat nama diklat : pelatihan jabatan fungsional perekayasatingkat dasar mata diklat : pembinaan karir alokasi waktu : 4 jp deskripsi singkat : mata pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan menjelaskan regulasi dan aturan serta manajemen pengelolaan sumberdaya manusia aparat sipil negara, prinsip-prinsip pengembangan karir pejabat fungsional tertentu dan spesifik perekayasa dalam kerangka pembinaannya secara umum dan khusus serta persyaratan yang harus dipenuhi dalam siklus keberlanjutan karir pejabat fungsional perekayasa. tujuan pembelajaran a. kompetensi dasar : peserta melaksanakan kegiatan kerekayasaan secara profesional sesuai dengan kompetensinya b. indikator keberhasilan : peserta dapat no indikator keberhasilan pokok bahasan subpokok bahasan metode evaluasi estimasi waktu 1 menjelaskan pola karir asn pola karir asn aturan dan pembinaann ya ceramah , tanya jawab test non objektif 2 jp 2 menjelaskan pola karir perekayasa pola karir perekayasa pembinaan perekayasa dan pemberdaya annya ceramah , tanya jawab test non objektif 2 jp vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 195 rancang bangun pembelajaran mata diklat nama diklat : pelatihan jabatan fungsional perekayasatingkat dasar mata diklat : manajemen daftar usulan penilaian angka kredit alokasi waktu : 4 jp deskripsi singkat : mata pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan menjelaskan secara lugas tentang item kegiatan yang menjadi objek penilaian dan pengelolaanya dalam rangka proses klaim angka kredit sebagai objek kinerja yang menjadi hak para perekayasa serta langkah-langkah pengisian daftar usulan penilaian angka kredit perekayasa. tujuan pembelajaran a. kompetensi dasar : peserta melaksanakan kegiatan kerekayasaan secara profesional sesuai dengan kompetensinya b. indikator keberhasilan : peserta dapat no indikator keberhasilan pokok bahasan subpokok bahasan metode evaluasi estimasi waktu 1 menjelaskan mekanisme pengajuan dupak pengertian dupak dupak dan objek penilaian kegiatan kerekayasaa n ceramah , tanya jawab test non objektif 2 jp 2 menjelaskan penyusunan dupak perekayasa proses penyusunan dupak klaim dan pengisian daftar dupak ceramah , tanya jawab test non objektif 2 jp vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 196 rancang bangun pembelajaran mata diklat nama diklat : pelatihan jabatan fungsional perekayasatingkat dasar mata diklat : keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja alokasi waktu : 2 jp deskripsi singkat : mata pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan menjelaskan prinsip-prinsip kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja, menguraikan keterkaitan unsur-unsur k3, mencontohkan antisipasi terjadinya bencana sebagai resiko kerja yang tidak sesuai dengan prosedur yang semestinya, dan menjabarkan sistem k3 dalam pelaksanaaan kegiatan kerekayasaan sehari-hari. tujuan pembelajaran a. kompetensi dasar : peserta melaksanakan kegiatan kerekayasaan secara profesional sesuai dengan kompetensinya b. indikator keberhasilan : peserta dapat no indikator keberhasilan pokok bahasan subpokok bahasan metode evaluasi estimasi waktu 1 menjelaskan pengertian k3 pengertian k3 bencana dan antisipasi kebencanaa nnya ceramah , tanya jawab test non objektif 1 jp 2 menjelaskan prinsip k3 dan aplikasinya prinsip k3 model k3 dan implementa sinya ceramah , tanya jawab, demonstr asi test non objektif 1 jp vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 197 rancang bangun pembelajaran mata diklat nama diklat : pelatihan jabatan fungsional perekayasatingkat dasar mata diklat : inovasi teknologi alokasi waktu : 4 jp deskripsi singkat : mata pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan menjelaskan manajemen teknologi, menguraikan keterkaitan unsur-unsur invensi dan inovasi teknologi, mencontohkan perbedaan antar unsur-unsur invensi, inovasi diseminasi teknologi, dan menjabarkan sistem inovasi teknologi dan kebijakan serta penguatan sistem inovasi nasional dalam rangka pengembangan industrialisasi. tujuan pembelajaran a. kompetensi dasar : peserta melaksanakan kegiatan kerekayasaan secara profesional sesuai dengan kompetensinya b. indikator keberhasilan : peserta dapat no indikator keberhasilan pokok bahasan subpokok bahasan metode evaluasi estimasi waktu 1 menjelaskan pengertian manajemen teknologi pengertian manajemen teknologi invensi, diseminasi dan inovasi ceramah, tanya jawab test non objektif 2 jp 2 menjelaskan inovasi teknologi inovasi teknologi inovasi teknologi, teknologi rediness level ceramah, tanya jawab test non objektif 2 jp vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 198 rancang bangun pembelajaran mata diklat nama diklat : pelatihan jabatan fungsional perekayasatingkat dasar mata diklat : muatan lokal alokasi waktu : 6 jp deskripsi singkat : mata pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan menjelaskan muatan lokal yang spesifik bagi kelembagaan dan instansi pembina jabatan fungsional termasuk prinsip-prinsip kerekayasaannya, menguraikan keterkaitan unsur-unsurnya, mencontohkan perbedaan antar unsur-unsur yang terkait dengan tugas dan fungsi spesifik lembaga serta target dan langkah-langkah pencapaiannya. tujuan pembelajaran a. kompetensi dasar : peserta melaksanakan kegiatan kerekayasaan secara profesional sesuai dengan kompetensinya b. indikator keberhasilan : peserta dapat no indikator keberhasilan pokok bahasan subpokok bahasan metode evaluasi estimasi waktu 1 menjelaskan pengertian kearifan lokal pengertian kearifan lokal dan pemberdaya annya ceramah , tanya jawab test non objektif 2 jp 2 menjelaskan budaya dan socio-cultural setempat bidang kerekayasaan budaya dan niai-nilai yang mengikutin ya ceramah , tanya jawab test non objektif 2 jp 3 menjelaskan kebijakan dan strategi pemberadayaan masyarakat pemberdayaan rakyat pemberdaya an dan pengelolaan nya ceramah , tanya jawab test non objektif 2 jp vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 199 rancang bangun pembelajaran mata diklat nama diklat : pelatihan jabatan fungsional perekayasatingkat dasar mata diklat : dinamika kelompok alokasi waktu : 8 jp deskripsi singkat : mata pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan menjelaskan prinsip-prinsip kerekayasaan, menguraikan keterkaitan unsur-unsur kerekayasaan satu dengan lainnya, mencontohkan perbedaan antar unsur-unsur kerekayasaan, dan menjabarkan sistem tata kerja kerekayasaan dalam kelomppok yang lebih besar di organisasi fungsional kerekayasaan. tujuan pembelajaran a. kompetensi dasar : peserta melaksanakan kegiatan kerekayasaan secara profesional sesuai dengan kompetensinya b. indikator keberhasilan : peserta dapat no indikator keberhasilan pokok bahasan subpokok bahasan metode evaluasi estimasi waktu 1 menjelaskan pengertian dinamika kelompok pengertian dinamika kelompok model sikap dan perilaku simulasi, role play, games penilaian sikap 4 jp 2 pembentukan nilai-nilai kebersamaan pembentukan nilai-nilai kebersamaan kebersamaa n dan maintenanc enya simulasi, role play, games penilaian sikap 4 jp vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 200 rancang bangun pembelajaran mata diklat nama diklat : pelatihan jabatan fungsional perekayasatingkat dasar mata diklat : studi lapangan alokasi waktu : 8 jp deskripsi singkat : mata pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan menjelaskan, mencontohkan, dan membandingkan serta menguraikan prinsip-prinsip kerekayasaan, dan menjabarkan sistem tata kerja kerekayasaan dalam kelompok yang menjadi objek studi lapangan yang dapat ditarik menjadi masukan bagi pengembangan organisasi fungsional kerekayasaan. tujuan pembelajaran a. kompetensi dasar : peserta melaksanakan kegiatan kerekayasaan secara profesional sesuai dengan kompetensinya b. indikator keberhasilan : peserta dapat no indikator keberhasilan pokok bahasan subpokok bahasan metode evaluasi estimasi waktu 1 menjelaskan persiapan studi lapangan persiapan tema dan perihal lain yang mejadi perhatian ceramah , diskusi test non objektif 2 jp 2 melakukan kunjungan lapangan kunjungan lapangan objek yang menarik untuk diperhatikan ceramah , diskusi partisipat if 4 jp 3 melaksanakan laporan kunjungan laporan kunjungan format laporan dan penyusunan nya seminar produk 2 jp vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.66 201 rancang bangun pembelajaran mata diklat nama diklat : pelatihan jabatan fungsional perekayasatingkat dasar mata diklat : evaluasi alokasi waktu : 2 jp deskripsi singkat : mata pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan menjelaskan metodologi evaluasi, menguraikan keterkaitan unsur-unsur yang menjadi objek penilaian, mencontohkan 4 unsur penilaian dalam evaluasi penyelenggaraan pelatihan serta pelaporan hasil evaluasi, dan mempresentasikan keberhasilan pelaksanaan program pelatihan yang berlangsung. tujuan pembelajaran a. kompetensi dasar : peserta melaksanakan kegiatan kerekayasaan secara profesional sesuai dengan kompetensinya b. indikator keberhasilan : peserta dapat no indikator keberhasilan pokok bahasan subpokok bahasan metode evaluasi estimasi waktu 1 menjelaskan tujuan evaluasi tujuan evaluasi metode dan unsur penilaian ceramah produk 1 jp 2 melaksanakan evaluasi evaluasi pelaksanaan dan pelaporan kirkpatri ck produk 1 jp microsoft word 01-paryanto.docx vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.235 1477 received : 03-09-2021 revised : 20-10-2021 published : 30-11-2021 upaya peningkatan motivasi dan hasil belajar teknik dasar bola basket menggunakan model cooperatif learning type tgt (team game tournament) paryanto smp negeri 1 poncowarno, kabupaten kebumen, indonesia thoriqjamil794@gmail.com abstrak penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar penjasorkes dan peningkatan hasil belajar teknik dasar bola basket menggunakan model cooperatif learning type tgt (team game tournament) bagi siswa kelas 7c smp negeri 1 poncowarno kabupaten kebumen. penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam tiga siklus, yang setiap siklusnya meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. instrumen yang digunakan adalah tes ketrampilan belajar, angket penilaian, dan lembar observasi. subjek penelitian adalah siswa kelas 7c smp negeri 1 poncowarno kabupaten kebumen yang berjumlah 28 siswa. teknik validasi data menggunakan triangulasi, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model cooperatif learning type tgt (team game tournament) di kondisi awal yang mampu menguasai gerakan dengan benar hanya 13,10%. pada siklus pertama menjadi 46,43% pada siklus ke dua meningkat menjadi 71,43% dan di siklus ke tiga menjadi 85,71%, dengan rata – rata nilai untuk 3 teknik dasar baik dribble, passing dan shooting adalah pada kondisi awal 56,67, di siklus pertama menjadi 72,26 , di siklus kedua meningkat menjadi 76,94 dan pada siklus ketiga meningkat menjadi 79,71. sedangkan pada penilaian motivasi belajar siswa terjadi peningkatan dari 64,4 di siklus 1, meningkat menjadi 74 di siklus 2, meningkat menjadi 80 di siklus 2 dan menjadi 87 di siklus 3. kata kunci: motivasi; hasil belajar; cooperatif learning, tgt; team game tournament vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.235 1478 pendahuluan latar belakang masalah permasalahan yang sering dialami guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran adalah upaya menanamkan motivasi untuk senang berolahraga pada siswa serta memilih metode pembelajaran yang dapat menarik keaktifan siswa, menyenangkan dan sesuai dengan kondisi yang ada. kondisi seperti tersebut di atas terjadi pula di smp negeri 1 poncowarno kabupaten kebumen, yaitu hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan masih rendah, terutama dalam pembelajaran permainan bola basket. berdasar kenyataan di atas, jelas bahwa pembelajaran permainan bola basket terutama pada penguasaan teknik dasar bola basket, siswa masih mengalami kesulitan. dari hasil pengamatan yang dilakukan di smp negeri 1 poncowarno menunjukkan bahwa masih rendahnya motivasi dan hasil belajar dalam pembelajaran drible, passing dan shooting. sebagaimana di kelas 7c, yang berjumlah 28 peserta didik, yang mampu melakukan gerakan teknik dasar bola basket (dribble, passing dan shooting) hanya 13,10% sedangkan masih ada 86,90% belum mampu melakukan gerakan teknik dasar bola basket dengan benar. sementara dengan kkm 75, rata-rata nilai belajar masih jauh di bawah ketuntasan belajar yaitu baru 56,67 dan rata-rata nilai motivasi baru mencapai 64. sebagai upaya jalan keluar dalam penelitian akan dicobakan strategi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran “cooperative learning type team game tournament (tgt)”. team game tournament adalah bentuk model pembelajaran yang menerapkan kerja sama kelompok, kelas dibentuk menjadi kelompok-kelompok kompetisi dalam bentuk permainan. identifikasi masalah dari latar belakang di atas, dapat ditarik permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. bagaimana cara meningkatkan motivasi dalam pembelajaran teknik dasar bola basket bagi siswa kelas 7c smp negeri 1 poncowarno agar bisa menigkatkan hasil belajar ? 2. bagaimana cara meningkatkan agar hasil belajar pembelajaran teknik dasar bola basket bagi siswa kelas 7c smp negeri 1 poncowarno bisa meningkat lebih baik ? 3. apakah model pembelajaran kooperatif dengan tipe tgt (team game tournaments) dapat meningkatkan motivasi dalam pembelajaran teknik dasar bola basket bagi siswa kelas 7c smp negeri 1 poncowarno?. pembatasan masalah dalam penelitian ini peneliti tidak akan membahas seluruh permasalahan yang ada, tetapi peneliti hanya membahas: a. masalah yang berhubungan dengan motivasi pembelajaran serta hasil belajar teknik dasar permainan bola basket. b. masalah yang berhubungan dengan model pembelajaran kooperatif dengan tipe tgt (team game tournaments). rumusan masalah apakah model pembelajaran kooperatif dengan tipe tgt (team game tournaments) dapat meningkatkan motivasi dan hasil pembelajaran teknik dasar bola basket bagi kelas 7c smp negeri 1 poncowarno ? vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.235 1479 tujuan penelitian 1. setelah penelitian tindakan ini selesai diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar teknik dasar pada pembelajaran permainan bola basket. 2. melalui pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe tgt (team game tournaments) dapat meningkatkan hasil pembelajaran teknik dasar permainan bola basket bagi siswa kelas 7c smp negeri 1 poncowarno. landasan teori dan hipotesis tindakan karakteristik anak usia smp pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan diyakini dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk: (1) berpartisipasi secara teratur dalam kegiatan olahraga, (2) pemahaman dan penerapan konsep yang benar tentang aktivitas-aktivitas tersebut agar dapat melakukannya secara aman, (3) pemahaman dan penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam aktivitas-aktivitas tersebut agar terbentuk sikap dan perilaku sportif dan positif, emosi stabil, dan gaya hidup sehat (bnsp 2006:1). sekolah merupakan tempat belajar secara f o r m a l b a g i siswa di samping lingkungan keluarga sebagai lingkungan informal dan lingkungan masyarakat sebagai lingkungan non formal. di dalamnya berlangsung beberapa bentuk dasar dari kelangsungan pendidikan pada umumnya, yaitu pembentukan sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan yang wajar, perangsang dari potensi-potensi anak, perkembangan dari kecakapankecakapannya pada umumnya, belajar bekerjasama dengan kawan sekelompok, melaksanakan tuntutan-tuntutan dan contoh-contoh yang baik, belajar menahan diri demi kepentingan orang lain, memperoleh pengajaran, menghadapi saringan, yang semuanya antara lain mempunyai akibat pencerdasan otak siswa, seperti yang dibuktikan dengan tes-tes inteligensi (gerungan 1996 : 194). hakekat pembelajaran belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk (purwanto, 1988: 86) belajar merupakan sesuatu yang kompleks, yang menyangkut bukan hanya kegiatan berfikir untuk mencari pengetahuan, melainkan juga yang menyangkut motorik tubuh dan emosi serta perasaan. seperti halnya robert n. gagne (1977) mengatakan bahwa aspekaspek kemampuan yang bisa ditingkatkan melalui belajar adalah meliputi: (1) keterampilan intelektual, (2) kemampuan mengungkapkan informasi dalam bentuk verbal, (3) strategi berfikir, (4) keterampilan motorik, (5) emosi dan perasaan (sugiyanto dan sudjarwo 1993:232). sedangkan belajar dianggap sebagai suatu hasil apabila yang dilihat adalah bentuk akhir dari berbagai pengalaman dalam interaksi edukatif. bentuk akhir ini berupa menampaknya sifat-sifat dan tanda-tanda tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dipelajari (sugiyanto dan sudjarwo 1993:233). vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.235 1480 pembelajaran kooperatif pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang dirancang untuk mendorong para siswa untuk bertanggungjawab pada pelajaran mereka sendiri untuk bekerja dengan cara kerjasama pada suatu kelompok untuk memperoleh suatu tujuan. penerapan pembelajaran ini didasarkan atas teori pembelajaran kooperatif bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa, campuran siswa berkemampuan tinggi, sedang, rendah, jenis kelamin dan suku/ras serta saling membantu satu sama lain. selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa minggu. mereka diajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya. pembelajaran kooperatif type tgt (team game tournament) di dalam proses kegiatan pembelajaran, penerapan pembelajaran kooperatif tipe tgt menurut slavin (1995) dilaksanakan dalam 5 (lima) tahap yaitu: 1. presentasi kelas presentasi kelas merupakan kegiatan pembelajaran yang disampaikan oleh guru, dapat berupa informasi, instruksi atau penyampaian-penyampaian suatu materi. 2. belajar permainan kelompok dalam bentuk pertandingan kelompok-kelompok dalam pembelajaran kooperatif model tgt beranggotakan 4 sampai 6 orang, yang terdiri dari siswa pandai, sedang dan rendah dalam olahraga, selain itu juga guru mempertimbangkan heterogenitas lainnya, misalnya tinggi rendah dan gemuk dan kurus siswa. 3. tes individu setelah kbm (kegiatan belajar mengajar) selama satu siklus selesai, maka setiap siswa harus mengikuti tes keterampilan. selama tes berlangsung siswa harus benarbenar melakukan tugas dengan sungguh-sungguh. hasil nilai tes yang dilakukan siswa kemudian dimasukkan dalam lembar skor, yang berguna untuk penilaian kemajuan siswa dalam pembelajaran. 4. skor perkembangan individu skor yang didapat tiap individu hasil tes, selanjutnya dicatat oleh guru, untuk dibandingkan dengan hasil prestasi belajar siswa pada pokok bahasan/materi sebelumnya. keadaannya siswa mengalami peningkatan skor atau dapat juga skornya bahkan menurun. 5. penghargaan angka perkembangan siswa yang didapat setiap kelompok, digunakan untuk menentukan penhargaan kelompok tersebut. permainan bola basket. permainan bola basket adalah bola basket yang dimainkan oleh dua regu yang masingmasing terdiri atas lima orang. tiap-tiap regu berusaha memasukan bola atau membuat angka / skor. bola boleh dioper, digelindingkan, atau dipantulkan / dribling ke segala arah sesuai dengan peraturan / ketentuan (perbasi 1998 : 5). vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.235 1481 dalam peraturan permainan bola basket, masing-masing regu mempunyai lima pemain. tiga poin dianugerahkan karena masing-masing tembakan dibuat di luar garis three point, dua poin dianugerahkan karena masing-masing tembakan dibuat di dalam garis three point, dan satu poin yang dianugerahkan berupa lemparan bebas. suatu permainan yang dibagi menjadi 8 sampai 12 menit, masing-masing atau dua kali 20 menit. teknik dasar permainan bola basket 1. teknik dasar passing untuk dapat melakukan operan dengan baik harus dapat menguasai macammacam teknik dasar melempar dan menangkap bola dengan baik. teknik dasar melempar bola tersebut: chest pass (operan dada) bounce pass (operan pantulan) over head pass (operan dari atas kepala) baseball pass (operan jarak jauh / fast break) 2. teknik dasar dribbling dribble dapat dilakukan dengan baik jika menguasai teknik yang baik dan benar. untuk memperoleh kualitas dribble yang baik maka seorang pemain harus memahami dan menguasai teknik dribble. soebagio hartoko (1993: 36). 3. teknik dasar shooting shooting (menembak) adalah keahlian yang sangat penting didalam olahraga basket. . shooting menurut aip syrifudin, muhadi (1992:175) adalah “memasukan bola ke keranjang atau tekbik menembak bola ke keranjang”. penelitian yang relevan a. upaya meningkatkan hasil belajar lay up shoot bola basket melalui gaya mengajar inklusi pada siswa kelas x5 sma negeri 1 sukoharjo tahun pelajaran 2012 / 2013. b. upaya meningkatkan pembelajaran lay up shoot bola basket menggunakan pendekatan saintifik melalui peer teaching method bagi siswa kelas 8g smp negeri 1 poncowarno semester 1 tahun 2014 / 2015”. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.235 1482 kerangka berpikir penelitian skema kerangka berpikir: gambar 1. skema kerangka berpikir vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.235 1483 hipotesis tindakan berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir di atas, hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah : pembelajaran teknik dasar drible, passing dan shooting menggunakan pembelajaran kooperatif model tgt (team game tournaments) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar dalam permainan bola basket bagi siswa kelas 7c smp negeri 1 poncowarno metodologi penelitian setting penelitian 1. lokasi penelitian tempat penelitian berada di smp negeri 1 poncowarno dengan alamat jln. poncowarno km 01, kecamatan poncowarno kabupaten kebumen telpun 02876651400 2. waktu penelitian waktu mulai perencanaan sampai pembuatan laporan penelitian ini adalah bulan september s/d nopember 2018 3. mata pelajaran penelitian ini dilaksanakan pada mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (pjok) dengan materi pokok teknik dasar drible, passing dan shooting dalam permainan bola basket. subyek penelitian subyek penelitian ini adalah siswa kelas 7c smp negeri 1 poncowarno sejumlah 28 siswa dengan perincian jumlah siswa laki-laki adalah 14 siswa dan jumlah siswa perempuan 14 siswi. sumber data sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi: latar (setting), pelaku, peristiwa dan proses yang dapat memberikan informasi yang mantap dan terpercaya mengenai keterampilan siswa dan hasil belajar siswa pada pembelajaran dribble, passing dan shooting bola basket. teknik dan alat pengumpulan data a. teknik pengumpulan data teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi : observasi, wawancara, angket, dan tes. b. alat pengumpulan data. alat pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain : pedoman observasi. panduan wawancara. kuesioner. tes keterampilan teknik permainan. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.235 1484 validasi data. semua data-data yang diperoleh harus melalui proses validasi agar dalam memaknai kebenaran terhadap informasi yang diperoleh menunjukkan ketepatan atas representasi fenomena yang dikaji, maka peneliti melakukan validasi. dalam penelitian ini, kegiatan validasi dilakukan dengan triangulasi yaitu melakukan komparasi pada jenis informasi yang berbeda dan menggunakan metode yang berbeda (observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi). analisis data kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan analisis data adalah sebagai berikut : 1. mereduksi data mereduksi data adalah proses pemilihan, perumusan, perhatian pada penyederhanaan atau menyangkut data dalam bentuk uraian (laporan) yang terinci dan sistematis, menonjolkan pokok-pokok yang penting agar lebih mudah dikendalikan. reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, membuang yang tidak perlu, yang akan memberikan gambaran yang lebih terarah tentang hasil pengamatan dan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data itu apabila diperlukan. 2. display data display data adalah upaya menyajikan data untuk melihat gambaran keseluruhan data atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. 3. menyusun kesimpulan dan verifikasi menyusun kesimpulan dan verifikasi adalah upaya untuk mencari makna terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan sebagainya. indikator kinerja indikator kinerja penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1) meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan jasmani. 2) meningkatkan hasil belajar di tingkat ketuntasan minimal siswa adalah 75 3) meningkatkan hasil belajar siswa, dengan indikator : sekurangkurangnya 85 % siswa tuntas belajar secara individual. prosedur penelitian rancangan penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus, setiap siklus dilakukan pada satu tatap muka. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.235 1485 gambar 2. rancangan penelitian siklus pertama 1. materi pertama pembelajaran dribble bola basket dengan teknik bertanding untuk menjaga penguasaan dribbel bola dengan batasan dribble 3 kali pantulan baru dipasing ke teman (dribble 3 pantulan) setiap kelompok 5 menit. 2. materi kedua pembelajaran passing bola basket dengan teknik permainan passing dalam kelompok tanpa dribble selama 5 menit dengan penjagaan kelompok lain. kelompok lain berusaha menjaga agar proses passing dari kelompok bermain dapat digagalkan. apabila bola dapat dikuasai kelompok penjaga, permainan berhenti kemudian bola dikembalikan kepada kelompok bermain untuk memulai permainan passing lagi. 3. materi ketiga pembelajaran shooting bola basket dengan teknik bertanding bola basket setengah lapangan tanpa dribble antar kelompok. setiap kelompok berusaha memasukkan bola vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.235 1486 ke keranjang basket sebanyak-banyaknya dengan penjagaan kelompok lain selama 5 menit. siklus kedua 1. materi pertama pembelajaran dribble bola basket dengan teknik bertanding untuk menjaga penguasaan dribbel bola dengan batasan dribble 6 kali pantulan baru dipasing ke teman (dribble 6 pantulan) setiap kelompok 7 menit. 2. materi kedua pembelajaran passing bola basket dengan teknik permainan passing dalam kelompok tanpa dribble selama 7 menit dengan penjagaan kelompok lain. kelompok lain berusaha menjaga agar proses passing dari kelompok bermain dapat digagalkan. apabila bola dapat dikuasai kelompok penjaga, permainan berhenti kemudian bola dikembalikan kepada kelompok bermain untuk memulai permainan passing lagi. 3. materi ketiga pembelajaran shooting bola basket dengan teknik bertanding bola basket setengah lapangan tanpa dribble antar kelompok. setiap kelompok berusaha memasukkan bola ke keranjang basket sebanyak-banyaknya dengan penjagaan kelompok lain selama 7 menit. siklus ketiga 1. materi pertama pembelajaran dribble bola basket dengan teknik bertanding untuk menjaga penguasaan dribbel bola dengan batasan dribble 9 kali pantulan baru dipasing ke teman (dribble 9 pantulan) setiap kelompok 10 menit. 2. materi kedua pembelajaran passing bola basket dengan teknik permainan passing dalam kelompok tanpa dribble selama 10 menit dengan penjagaan kelompok lain. kelompok lain berusaha menjaga agar proses passing dari kelompok bermain dapat digagalkan. apabila bola dapat dikuasai kelompok penjaga, permainan berhenti kemudian bola dikembalikan kepada kelompok bermain untuk memulai permainan passing lagi. 3. materi ketiga pembelajaran shooting bola basket dengan teknik bertanding bola basket setengah lapangan tanpa dribble antar kelompok. setiap kelompok berusaha memasukkan bola ke keranjang basket sebanyak-banyaknya dengan penjagaan kelompok lain selama 10 menit. hasil penelitian deskripsi subjek dan lokasi penelitian penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di smp negeri 1 poncowarno kecamatan poncowarno, kabupaten kebumen, provinsi jawa tengah. subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas 7c tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 28 siswa. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.235 1487 pelaksanaan penelitian a. deskripsi kondisi awal kondisi awal siswa sebelum penelitian, nilai motivasi siswa berdasarkan angket yang telah diberikan adalah baru 64,4 termasuk kategori c (siswa kurang mempunyai motivasi dalam pembelajaran) dan penilaian gerakan teknik dasar dribble, passing dan shooting adalah dapat di deskripsikan pada tabel berikut : tabel 1. tingkat motivasi sesuai angket dan penguasaan siswa dalam melakukan teknik dribble, passing dan shooting pada kondisi awal no kegiatan pra siklus 1 rata-rata tingkat motivasi belajar 64,4 2 rata – rata ketuntasan hasil belajar 56,67 3 prosentase keberhasilan 13,10% berdasarkan tabel diatas dapat di tampilkan dalam bentuk histogram sebagai berikut : gambar 3. histogram nilai dari tabel 1 b. diskripsi hasil siklus pertama setelah selesai pembelajaran menggunakan model cooperatif learning type tgt (team game tournament) selama 5 menit baik teknik dribble 3 pantulan, passing maupun shooting kemudian siswa di evaluasi satu per satu. adapun hasil selengkapnya dapat disajikan pada tabel berikut ini : tabel 2. hasil penilaian motivasi belajar dan hasil penguasaan siswa dalam melakukan teknik dribble, passing dan shooting pada siklus pertama no kegiatan pra siklus siklus pertama 1 tingkat motivasi belajar 64,4 74 2 rata – rata ketuntasan hasil belajar 56,67 72,26 3 prosentase keberhasilan 13,10% 46,43% 0 10 20 30 40 50 60 70 pra siklus siklus pertama siklus kedua siklus ketiga tingkat motivasi ketuntasa hasil belajar prosentase keberhasilan vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.235 1488 berdasarkan tabel diatas dapat di tampilkan dalam bentuk histogram sebagai berikut : gambar 4. histogram nilai dari tabel 2 c. diskripsi hasil siklus kedua setelah selesai pembelajaran menggunakan model cooperatif learning type tgt (team game tournament) selama 7 menit baik teknik dribble 6 pantulan, passing maupun shooting kemudian siswa di evaluasi satu per satu. adapun hasil selengkapnya dapat disajikan pada tabel berikut ini : tabel 3. hasil penilaian motivasi belajar dan hasil penguasaan siswa dalam melakukan teknik dribble, passing dan shooting pada siklus kedua. no kegiatan pra siklus siklus pertama siklus kedua 1 tingkat motivasi belajar 64,4 74 80 2 rata – rata ketuntasan hasil belajar 56,67 72,26 76,94 3 prosentase keberhasilan 13,10% 46,43% 71,43% berdasarkan tabel diatas dapat di tampilkan dalam bentuk histogram sebagai berikut : gambar 5. histogram nilai dari tabel 3 0 20 40 60 80 pra siklus siklus pertama siklus kedua siklus ketiga tingkat motivasi ketuntasa hasil belajar prosentase keberhasilan 0 20 40 60 80 pra siklus siklus pertama siklus kedua siklus ketiga tingkat motivasi ketuntasa hasil belajar prosentase keberhasilan vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.235 1489 d. diskripsi hasil siklus ketiga setelah selesai pembelajaran menggunakan model cooperatif learning type tgt (team game tournament) selama 10 menit baik teknik dribble 9 pantulan, passing maupun shooting kemudian siswa di evaluasi satu per satu. adapun hasil selengkapnya dapat disajikan pada tabel berikut ini : tabel 4. hasil penilaian motivasi belajar dan hasil penguasaan siswa dalam melakukan teknik dribble, passing dan shooting pada siklus ketiga no kegiatan pra siklus siklus pertama siklus kedua siklus ketiga 1 tingkat motivasi belajar 64,4 74 80 87 2 rata – rata ketuntasan hasil belajar 56,67 72,26 76,94 79,77 3 prosentase keberhasilan 13,10% 46,43% 71,43% 85,71 berdasarkan tabel diatas dapat di tampilkan dalam bentuk histogram sebagai berikut : gambar 6. histogram nilai dari tabel 4 pembahasan tindakan setelah dilakukan tindakan pada siklus 1 , 2 dan 3 maka tindakan peneliti dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar dribble, passing dan shooting permainan bola basket menggunakan cooperatif learning type tgt (team game tournament) sangat efektif. hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan pada siklus 1 , 2 dan 3 (nilai pada daftar tabel). 0 20 40 60 80 100 pra siklus siklus pertama siklus kedua siklus ketiga tingkat motivasi ketuntasa hasil belajar prosentase keberhasilan vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.235 1490 proses pembelajaran tabel 5. refleksi proses belajar pada kondisi awal ke kondisi akhir kondisi awal siklus pertama siklus kedua siklus ketiga refleksi masih banyak siswa yang belum bisa melakukan gerakan teknik dasar dribble, passing dan shooting siswa melakukan pembelajaran teknik dasar bola basket menggunakan model kooperatif learning type tgt (team game tournament) selama 5 menit siswa melakukan pembelajaran teknik dasar bola basket menggunakan model kooperatif learning type tgt (team game tournament) selama 7 menit siswa melakukan pembelajaran teknik dasar bola basket menggunakan model kooperatif learning type tgt (team game tournament) selama 10 menit dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan penguasaan hasil belajar teknik dasar bola basket hasil pembelajaran tabel 6. refleksi hasil belajar pada kondisi awal ke kondisi akhir kondisi awal siklus pertama siklus kedua siklus ketiga refleksi siswa sejumlah 28 yang bisa melakukan teknik dasar basket hanya 13,10% dengan rata-rata nilai 56,67 dan nilai motovasi 64,4 kemampuan siswa mengalami peningkatan menjadi 46,43% dengan rata-rata nilai 72,26 serta nilai motivasi 74 kemampuan siswa mengalami peningkatan menjadi 71,43% dengan rata-rata nilai 76,94 serta nilai motivasi 80 kemampuan siswa mengalami peningkatan menjadi 85,71% dengan rata-rata nilai 79,77 erta nilai motivasi 87 kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan yang signifikan karena ada kenaikan menjadi 85,71 % simpulan penerapan model cooperatif learning type tgt (team game tournament) pada siswa kelas 7c smp negeri 1 poncowarno kabupaten kebumen dalam pembelajaran penjasorkes, khususnya dalam peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar teknik dasar dribble, passing dan shooting bola basket sangat efektif dan efisien. hal itu dapat dilihat dari peningkatan prosentase keberhasilan belajar siswa, yaitu pada kondisi awal 13,10% dengan nilai motinasi 64,4, pada siklus 1 mencapai 46,43% dengan nilai motivasi 74 , pada siklus 2 mencapai 71,43% dengan nilai motivasi 80 dan pada siklus 3 meningkat menjadi 85,71% dengan nilai motivasi 87. saran 1. guru diharapkan selalu membimbing, mengarahkan dan membantu siswa dalam pembelajaran pjok agar menjadi lebih baik. hal ini dapat dilakukan dengan cara sering memberikan berbagai variasi metode dan model dalam pembelajaran. 2. guru pjok hendaknya selalu mencoba melakukan inovasi pembelajaran dengan berbagai kreativitas sehingga tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.235 1491 daftar rujukan aip sayarifudin, muhadi. (1992). pendidikan jasmani dan kesehatan. jakarta : depdikbud. bogdan, robert c. dan biklen sari knopp. 1990. riset kualitatif untuk pendidikan : pengantar dan metode. penerjemah munandir. jakarta : pau-ppa universitas terbuka. bnsp. 2006. contoh / model silabus mata pelajaran pendidikan jasmani sekolah menengah pertama. jakarta. direktorat pembinaan smp ditjen mandikdasmen depdiknas. djamarah, syaiful. bahri. 2002. psikologi belajar. jakarta : pt rineka cipta. drowatzky, john n. 1981. motor learning principles and practices minniapolis, minnesota : burgess publishing company. fatimah, enung. 2006. psikologi perkembangan (perkembangan peserta didik). bandung: pustaka setia. http://www.volimaniak.com/2014/08/macam-macam-tehnik-menembak-shooting.html kartono, kartini. 1989. psikologi wanita. mengenal gadis remaja dan wanita dewasa. bandung : cv mandar maju. katherine t. thomas, amelia m. lee, jerry r. thomas.2003.physical education methods for elementary teachers. canada, eropa, australia, selandia baru. human kinetics. mansur muslich. 2007. ktsp pembelajaran berbasis kompetensi dan kontekstual. jakarta: bumi aksara. menpora. 2005. undang-undang republik indonesia nomor 3 tahun 2005. sistem keolahragaan nasional. jakarta : menpora. oliver, jon. 2004. basketball fundamental. champaign human kinetics. pb. perbasi. (1999). peraturan permainan bola basket. jakarta : direktorat keolahragaan dirjen pls pemuda dan olahraga. pupuh fathurrohman. dan m. sobry sutikno. 2010. strategi belajar mengajar, bandung : pt. refika aditama. purwanto, ngalim. 1988a. prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. bandung: remaja karya cv. slavin, robert e. 1995. cooperative learning theory, research and practice. allyn and bacon : the johns holeins university usa. sugiyanto, sudjarwo. 1993. belajar motorik. jakarta: depdikbud. sulistyorini, sri. 1998. pengembangan paket pembelajaran dengan model flex your brain (penalaran) pada pembelajaran biologi untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan metakognisi siswa di smu i .b surabaya. tesis. surabaya: pps ikip surabaya. suharsimi arikunto. 1993. manajemen pengajaran secara manusiawi. jakarta: rineka cipta. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.65 385 penerapan strategi pembelajaran “inel wes goblog bermasalah” : menuju peningkatan mutu guru dan siswa pintar memecahkan masalah asyharuddin smk negeri 12 surabaya, indonesia kiageng_asyarudin@yahoo.com abstrak: proses seleksi siswa baru dengan kondisi baik pengetahuan maupun skill yang tidak sama dan mempunyai latar belakang dari smp yang berbeda, maka tidak serta merta siswa cakap dalam pembelajaran produktif khususnya di tingkat smk. ketidaksamaan persepsi dalam pembelajaran tentunya membuat pendidik harus kreatif dan inovatif dalam memilih dan memilah metode atau strategi pembelajaran. langkah konkret dalam implementasi strategi pemecahan masalah atau dalam penerapan strategi “inel wes goblog bermasalah” adalah untuk meningkatkan dan mengoptimalkan minat dan partisipatif aktif siswa, masalah cara memecahkan cording dan prestasi pemrograman web dengan menggunakan program html dan css sehingga menjadi pintar memecahkan masalah cording pelajaran pemrograman web dasar pada program keahlian multimedia. meskipun demikian, secara keseluruhan hasil yang diperoleh siswa sudah jauh lebih baik. nilai yang diperoleh siswa meningkat rata-rata 34 point dari rata-rata 53 menjadi rata-rata 87, dan nilai tersebut di atas kkm/spm, sehingga siswa dinyatakan tuntas. perubahan yang terjadi pada aktivitas siswa tersebut sudah dapat membuktikan bahwa strategi pembelajaran “inel wes goblog bermasalah” ini cukup efektif dalam meningkatkan keaktifan siswa, terutama mata pelajaran pemrograman web dasar yang berhubungan dengan cording. dengan demikian dampak yang ditimbulkan dari penerapan strategi pembelajaran ini adalah adanya peningkatan capaian spm, meningkatnya minat dan semangat partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran serta kemampuan memecahkan masalah dalam mendeskripsikan desain web, content web, dan coding. kata kunci: strategi pembelajaran, mutu guru, pintar, masalah mailto:kiageng_asyarudin@yahoo.com vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.65 386 pendahuluan salah satu bentuk untuk menjawab tantangan internal maupun eksternal yang dihadapi bangsa indonesia maka kurikulum pada dunia pendidikian perlu adanya perubahan. tantangan tersebut terkait dengan pertumbuhan penduduk usia produktif yang diperkirakan mencapai puncaknya pada tahun 2030-an. sedangkan pada tantangan eksternal adalah terkait dengan permasalahan globalisasi dan berbagai isu terkait masalah lingkungan hidup, teknologi informasi, bangkitnya industri kreatif dan budaya serta perkembangan pendidikan di nusantara. proses seleksi masuk sekolah tahun pelajaran 2019/2020 dengan kapasitas kelas dari ketentuan yang berlaku dan tanpa memperhatikan nilai akademik siswa, dengan kondisi baik pengetahuan maupun skill yang tidak sama dan mempunyai latar belakang dari smp yang berbeda pula, maka tidak serta merta siswa cakap dalam pembelajaran produktif khususnya di tingkat sekolah menengah kejuruan. ketidaksamaan persepsi dalam pembelajaran tersebut tentunya membuat pendidik harus kreatif dan inovatif dalam memilih dan memilah metode dan strategi pembelajaran. sebagaimana yang diungkapkan oleh piaget bahwasannya anak usia sekolah berada pada tahap operasional konkrit, yang mana pada tahap ini mereka akan lebih mudah memahami suatu konsep melalui penggunaan benda-benda konkrit yang dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka. benda tersebut salah satunya adalah web site / blog yang sudah ada untuk diolah oleh siswa. strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dipilih oleh pembelajar atau guru atau instruktur dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan fasilitas kepada pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. penerapan strategi pembelajaran dalam penelitian ini adalah menggunakan fasilitas inspect elemen pada suatu website atau blog dan dengan diberi suatu permasalahan. pemilihan strategi pembelajaran “inel wes goblog bermasalah” sebagai alternatif solusi untuk mengatasi masalah, berdasarkan pertimbangan bahwa strategi pembelajaran “inel wes goblog bermasalah” yang mempunyai kepanjangan dari inspect element web site dan blog berbasis masalah. meskipun menggunakan gaya bahasa sindiran sarkasme, dan terlihat sangat kasar, tetapi penulis bermaksud agar siswa tidak bodoh dan bermasalah. dengan sindiran seperti itu penulis mempunyai impian untuk meningkatkan mutu guru dan siswa pintar (partisipatif, inovatif, natural, tekun, aktif, responsif) memecahkan masalah problem cording pelajaran pemrograman web dasar pada program keahlian multimedia metode penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif yang dilaksanakan di kelas x pada program keahlian multimedia smkn 12 surabaya dengan sampel sebanyak 72 siswa untuk kelas x multimedia 1-2 dengan kondisi rata-rata nem smp lebih tinggi dari kelas x multimedia 3-4 dengan jumlah 72 siswa dan dilakukan selama 5 bulan atau satu semester yaitu mulai bulan agustus sampai desember pada tahun pelajaran 2018/2019, yang membandingkan antara kelas x multimedia 1-2 dengan kelas x multimedia 3-4. kelas x multimedia 1-2 menggunakan strategi pembelajaran yang konvensional yang biasa digunakan dalam pembelajaran sebelumnya, sedangkan kelas x multimedia 3-4 menggunakan strategi pembelajaran “inel wes goblog bermasalah” hasil dari penilaian didasarkan pada indikator peningkatan mutu siswa yaitu pintar yang mempunyai kepanjangan dari partisipatif, inovatif, natural, tekun, aktif, dan responsif vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.65 387 hasil dalam pelaksanaannya, penerapan strategi pembelajaran “inel wes goblog bermasalah” diawali dengan kegiatan appersepsi yang dilakukan dengan mengajak seluruh siswa membuka web site di internet. tujuannya adalah untuk menyiapkan blog atau web site yang dijadikan referensi pembelajaran siswa. guru selaku pendidik dan pengajar melihat dan mencermati laptop siswa satu demi satu. secara keseluruhan hasil analisis yang diperoleh siswa sudah jauh lebih baik. penilaian didasarkan pada indikator mutu siswa yaitu pintar yang mempunyai kepanjangan dari partisipatif, inovatif, natural, tekun, aktif, dan responsif. hasil deskriptif data peningkatan mutu guru dan siswa pintar dalam penelitian best practice ini diterangkan bahwa untuk kelas yang menggunakan strategi pembelajaran “inel wes goblog bermasalah” mempunyai rata-rata kkm 87,4 atau dibulatkan menjadi 87, sedangkan skor rata-rata yang konvensional 52,8 yang dibulatkan menjadi 53. sedangkan perbandingan rata-rata setiap indikator dari jumlah total siswa dapat dilihat dari gambar di bawah ini : indikator mutu guru dan siswa pintar gambar 1. diagram batang hasil rata-rata setiap indikator pembahasan secara keseluruhan hasil analisis yang diperoleh siswa sudah jauh lebih baik. penilaian didasarkan pada indikator mutu siswa yaitu pintar yang mempunyai kepanjangan dari partisipatif, inovatif, natural, tekun, aktif, dan responsif. berikut adalah tabel deskriptif peningkatan mutu guru dan siswa yang mempunyai indikator pintar : 0 20 40 60 80 100 7 2 7 8 4 2 3 5 3 9 3 8 4 3 3 1 5 2 ,8 5 8 ,3 4 8 ,6 5 4 ,1 5 2 ,7 5 9 ,7 4 3 ,1 7 2 7 8 6 1 6 2 6 0 6 2 7 0 6 3 8 7 ,4 8 4 ,7 8 6 ,1 8 3 ,3 8 6 ,1 9 7 ,2 8 7 ,5 siswa berhasil sebelum prosentasi sebelum siswa berhasil setelah prosentasi setelah vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.65 388 siswa berha sil kelas x mm1-2 prosentasi awal 2018 siswa berhasil kelas x mm3-3 prosentasi akhir 2018 jumlah siswa 72 72 kkm 78 52,8 78 87,4 partisi patif 42 58,3 61 84,7 inovatif 35 48,6 62 86,1 natural 39 54,1 60 83,3 tekun 38 52,7 62 86,1 aktif 43 59,7 70 97,2 responsif 31 43,1 63 87,5 rata rata 52,8 87.4 tabel 1. deskriptif peningkatan mutu guru dan siswa yang berindikator pintar dengan demikian dampak yang ditimbulkan dari penerapan strategi pembelajaran “inel wes goblog bermasalah” adalah adanya peningkatan capaian kkm/spm, meningkatnya minat dan semangat partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran serta kemampuan memecahkan masalah, improvisasi dan daya nalar siswa untuk lebih berprestasi, dan akhirnya kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah khusunya yang berhubungan dengan pembuatan web desain mengalami peningkatan. simpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari diterapkannya strategi pembelajaran “inel wes goblog bermasalah” dalam pembelajaran di tempat yang bebas, ternyata strategi tersebut telah memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap peningkatan motivasi belajar siswa, sehingga dapat meningkatkan kemampuan membuat program desain web pada pelajaran pemrograman web dasar sehingga menjadi pintar (partisipatif, inovatif, natural, tekun, aktif, responsif) memecahkan masalah cording pelajaran pemrograman web dasar pada program keahlian multimedia. dampak lain yang timbul dari penerapan strategi pembelajaran “inel wes goblog bermasalah” adalah harapan untuk menjadikan siswa pintar (partisipatif, inovatif, natural, tekun, aktif, responsif) memecahkan masalah cording pelajaran pemrograman web dasar pada program keahlian multimedia terbukti lebih cepat dalam memahami permasalahan pembelajaran pemrograman web vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.65 389 daftar rujukan [1] alim, sumarno. (2011). pemanfaatan ict dalam proses merancang dan mengimplementasikan model pembelajaran inovatif designed student cebtered instructional. ft-unesa. surabaya [2] arief sadiman, dkk. ( 2010). media pendidikan dan proses belajar mengajar. jakarta: pt raja grafindo persada. [3] asyharuddin. (2015). “penerapan pening katan kemampuan kreatif ... ”. laporan ptk. perpustakaan smkn 12 surabaya. [4] azhar arsyad. (2011). media pembelajar an. jakarta: rajawali pers. [5] dina indriana. ( 2011). ragam alat bantu media pengajaran. yogyakarta: diva press. [6] http://id.wikipedia.org/wiki/teori_perkembangan_kognitif [diunduh 5/09/2019] [7] leung, shukkwan s. (1997). “on the role of creative thinking in problem posing”. http://www. fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm zdm volum 29 (june 1997) number 3. electronic edition issn 1615-679x [8] nasoetion, andi hakim (2009). melatih diri bersikap kreatif. media pendidikan web desain nasional, tahun i no.1 [9] wina sanjaya. (2012). perencanaan dan desain sistem pembelajaran. jakarta: kencana http://id.wikipedia.org/wiki/teori_perkembangan_kognitif vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.53 292 received : 11-10-2020 revised : 21-11-2020 published : 08-12-2020 peningkatan kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran melalui supervisi klinis pengawas huduriah kementerian agama kab. lombok timur, indonesia huduriah2@gmail.com abstrak: tujuan penelitian ini mendeskripsikan peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran melalui supervisi klinis pengawas. pengawas dengan melakukan supervisi klinis pengawas diharapkan guru dapat meningkatkan kemampuan kompetensi pedagogiknya dalam pelaksanaan pembelajaran.selain itu, dengan adanya peningkatan kompetensi guru, dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. jenis penelitian ini menggunaan penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus. subjek dalam penelitian ini adalah guru mi binaan wilayah kemenag kab. lombok timur. hasil penelitian adalah terjadi peningkatan rata-rata kemampuan guru dari siklus i yaitu 68.70%, kemudian meningkat pada siklus ii menjadi 77.04 %, dan meningkat kembali menjadi 85.19 % pada siklus iii. abstract: the purpose of this study describes an increase in the ability of teachers to carry out learning through clinical supervision of supervisors. supervisors by conducting clinical supervision of supervisors are expected to improve the ability of teachers to improve their pedagogical competence in the implementation of learning. in addition, with an increase in teacher competence, it can improve student achievement. this type of research uses classroom action research with three cycles. the subjects in this study were mi teachers of the ministry of religion regional assistance, kab. east lombok. the results showed that there was an increase in the average ability of teachers from cycle i, namely 68.70%, then increased in cycle ii to 77.04%, and increased again to 85.19% in cycle iii. kata kunci: kemampuan guru, pelaksanaan pembelajaran, supervisi klinis pengawas mailto:huduriah2@gmail.com vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.53 293 pendahuluan guru sebagai tenaga professional mempunyai peranan dan tanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran. guru madrasah mempunyai peranan penting karena memberikan pondasi bagi peningkatan sumber daya manusia. keberhasilan seorang anak didik mengikuti pendidikan di sekolah menengah dan perguruan tinggi sangat ditentukan pada keberhasilannya mengikuti pendidikan di sekolah. oleh karena itu diperlukan guru yang profesional untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan. selain mengajar guru juga mempunyai tugas mendidik, mengajar, dan membimbing siswa dengan memberikan keterampilan sebagai sebagai bekal hidup dalam masyarakat. tugas dan fungsi guru tersebut di atas sejalan dengan yang diamanatkan dalam undangundang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen mengemukakan bahwa seorang guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya guru seharusnya mampu melaksanakan pembelajaran yang mampu membuat siswa terlibat aktif di dalam pembelajaran. untuk itu sudah seharusnya guru memahami dengan baik mengenai konsep belajar dan pengembangan kurikulum dalam bentuk. penyusunan silabus, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp), dan mampu mengimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar. pemahaman konsep belajar yang dimaksud ialah mampu melaksanakan pembelajaran dengan sebaik mungkin. hasil observasi pendahuluan yang dilakukan oleh pengawas pada guru di madrasah binaan wilayah kemenag kab. lombok timur tahun pelajaran 2018-2019, menunjukkan bahwa sebagian besar guru belum kompeten dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif. hal ini terlihat dari : 1) disiplin guru yang masih kurang, 2) semangat kerja yang masih rendah, 3) masih banyak guru yang mengajar menggunakan cara tradisional, 4) kemampuan guru dalam mengembangkan silabus masih rendah yaitu berada pada skor 50 atau kategori kurang, guru terlihat belum mengembangkan silabus mereka hanya menggunakan silabus dari pemerintah tanpa disesuaikan dengan karakteristik siswanya. 5) kemampuan guru dalam penyusunan rencana pembelajaran berada pada skor 56 atau kategori kurang guru nampak tidak menyusun rpp, hanya menggunakan rpp yang telah ada. rendahnya kemampuan guru dalam mengembangkan silabus dan penyusunan rencana pembelajaran berdampak pada rendahnya kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran pelaksanaan pembelajaran pada skor 60 atau kategori cukup. hal ini nampak bahwa pembelajaran sangat didominasi oleh guru, guru belum menggunakan model pembelajaran yang kreatif, tidak mengembangkan media pembelajaran sehingga menimbulkan siswa menjadi pasif. solusi yang tepat untuk memecahkan berbagai masalah tersebut adalah dengan melakukan supervisi klinis bagi guru untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembalajaran. dengan supervisi klinis pengawas diharapkan guru dapat meningkatkan kemampuan kompetensi pedagogiknya dalam pelaksanaan pembelajaran. selain itu meningkatnya kemampuan guru dalam pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. pengawas sekolah sebagai salah satu pengembang pendidikan bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. pengawas berkewajiban melaksanakan kepengawasan sesuai, khususnya layanan supervisi sebagai salah satu kompetensinya, dalam rangka mengembangkan kerja sama antar personal agar secara serempak seluruhnya bergerak ke arah pencapaian tujuan melalui vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.53 294 kesediaan melaksanakan tugas masing-masing secara efisien dan efektif (hamrin, 2011: 51). peranan pengawas hendaknya menjadi konsultan pendidikan yang senantiasa menjadi pendamping bagi guru dalam meningkatkan mutu pendidikan. diharapkan dengan bantuan supervisi klinis pengawas, hasil dari pelaksanaan proses pembelajaran akan lebih baik dan bermutu. metode penelitian penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (ptk) dengan tiga siklus penelitian. subjek dalam penelitian ini adalah guru mi binaan wilayah kemenag kab. lombok timur yang merupakan sekolah tempat peneliti menjadi pengawas tahun pelajaran 2018-2019. dalam pengumpulan data teknik yang digunakan adalah menggunakan observasi dan angket. dalam pelaksanaan tindakan, rancangan dilakukan dalam 3 siklus yang meliputi ; (a) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi. dalam penelitian tindakan kepengawasa ini teknik supervisi klinis yang dilaksanakan adalah teknik supervisi individual. sedangkan teknik supervisi yang diteliti atau dilaksanakan dalam penelitian tindakan kepengawasan ini adalah a) teknik kunjungan kelas, b) observasi kelas, dan c) pertemuan individual. kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh pengawas untuk mengamati proses pembelajaran di kelas. tujuannya adalah untuk menolong/membantu guru dalam mengatasi masalah di dalam kelas. cara melaksanakan kunjungan kelas antara lain (a) dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu tergantung sifat tujuan dan masalahnya, (b) atas permintaan guru bersangkutan, (c) sudah memiliki instrumen atau catatan-catatan, dan (d) tujuan kunjungan harus jelas. adapun kriteria kunjungan kelas, adalah (1) memiliki tujuantujuan tertentu; (2) mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru; (3) menggunakan instrumen observasi untuk mendapatkan data yang obyektif; (4) terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian; (5) pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses pembelajaran; dan (6) pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut. observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif aspek – aspek situasi pembelajaran, kesulitan – kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran. aspek-aspek yang diobservasi antara lain usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran, cara menggunakan media pengajaran, variasi metode, ketepatan penggunaan media dengan materi, ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar. pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara supervisor guru. tujuannya adalah memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi; mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan menghilangkan atau menghindari segala prasangka. jenis-jenis pertemuan individual yang diterapkan mengacu pada pendapat swearingen (1961) yang mengklasifikasi empat jenis pertemuan (percakapan) individual, yaitu (a) classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat); (b) officeconference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang pengawas atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru; (c) causal-conference, yaitu percakapan individual yang vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.53 295 bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru; dan (d) observational visitation, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas. pada pelaksanaan pertemuan individual supervisor harus berusaha mengembangkan segi-segi positif guru, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, memberikan pengarahan, dan melakukan kesepakatan terhadap hal-hal yang masih meragukan. dalam analisis data teknik yang digunakan adalah secara kuantitatif dan kualitatif. teknik secara kuantitatif digunakan untuk menghitung besarnya peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan persentase (%). teknik secara kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran hasil penelitian secara ; reduksi data, sajian deskriptif, dan penarikan simpulan. penelitian tindakan kepengawasan yang dilaksanakan dalam tiga siklus dianggap sudah berhasil apabila terjadi peningkatan kemampuan guru mencapai dalam melaksanakan pembelajaran 85 % pengawas ( sekolah yang diteliti ) telah mencapai ketuntasan dengan nilai rata rata 75. jika peningkatan tersebut dapat dicapai pada tahap siklus 1 dan 2 , maka siklus selanjutnya tidak dilaksanakan karena tindakan kepengawasan yang dilakukan sudah dinilai efektif sesuai dengan harapan. pembahasan siklus 1 berdasarkan tabel data pada siklus 1, dapat dijelaskan bahwa dengan pembinaan yang dilakukan oleh pengawas melalui supervisi klinis diperoleh nilai rata-rata adalah 68.70 % atau hanya dari 15 dari 27 orang guru yang sudah tuntas. hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara kelompok (sekolah) belum meningkat mutunya dalam pembelajaran, karena yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 55.56 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85 %. hal ini disebabkan karena banyak guru yang belum memahami dan merasa baru dengan supervisi klinis pengawas sehingga mereka belum dapat memahaminya dengan baik. selain itu, dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, guru belum kompeten dalam mengembangkan silabus, rpp, evaluasi hasil belajar dengan baik. sehingga pelaksanaan pembelajaran dirasa kurang maksimal. kurangnya disiplin guru dalam mengikuti pembinaan juga menjadi salah satu faktor rendahnya hasil kemampuan guru pada siklus i ini. hal ini terlihat dari kurangnya motovasi guru dalam mengikuti pembinaan, keterlambatan guru dalam mengikuti pembinaan. hal ini menyebabkan sebagian besar guru tidak dapat memahami dengan baik amteri pembinaan yang disampaikan oleh pengawas. dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan diperoleh informasi dari hasil pengamatan antara lain guru kurang termotivasi mengikuti pembinaan, pengawas masih kurang baik dalam pemanfaat waktu, dan guru kurang disiplin dalam mengikuti pembinaan. pelaksanaan kegiatan pembinaan pada siklus i ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya, antara lain (a) pengawas perlu lebih terampil dalam memotivasi guru dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembinaan. di mana guru diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang dilakukan; (b) pengawas perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan; (c) pengawas harus lebih mengontrol setiap kegiatan guru agar semua guru dapat disiplin dalam mengikuti pembinaan. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.53 296 siklus 2 berdasarkan tabel data siklus 2, diperoleh nilai rata-rata peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah 77.04 % atau 24 guru dari 27 guru yang sudah tuntas dalam meningkatkan kompetensi pedagogiknya. hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus ii ini peningkatan kemampuan guru telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus i. adanya peningkatan ini karena setelah pengawas menginformasikan bahwa setiap akhir pembinaan diadakan penilaian sehingga pada pertemuan berikutnya guru lebih termotivasi untuk meningkatkan mutunya. selain itu guru juga sudah mulai disiplin dalam mengikut pembinaan. pengawas telah memeriksa dengan baik pengembangan rpp dan evaluasi hasil belajar yang dibuat oleh guru. rpp dan evaluasi yang dibuat guru telah sesuai dengan tuntutan kurikulum sekolah. namun, ada guru yang belum mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik. hal ini terlihat dari masih adanya siswa yang tidak terlibat aktif di dalam pembelajaran. sehingga hasil penelitian pada siklus ii ini belum dikatakan berhasil dan dilajutkan pada siklus iii. dalam pelaksanaan pembinaan diperoleh informasi dari hasil pengamatan antara lain membimbing guru dalam menyusun rencana pembelajaran merumuskan kesimpulan/menemukan konsep pembinaan dan masalah pengelolaan waktu. pelaksanaan pembinaan pada siklus ii ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus iii antara lain (a) pengawas harus lebih sabar dalam melakukan pembinan kepada guru terutama dalam merumuskan kesimpulan / menemukan konsep, dan (b) pengawas harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembinaan dapat berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan. siklus 3 berdasarkan tabel data siklus 3, diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 85.19 % dan dari 27 orang guru secara keseluruhan sudah mencapai ketuntasan dalam meningkatkan kemampuan guru. maka secara kelompok ketuntasan telah mencapai 100 % (termasuk kategori tuntas). hasil pada siklus iii ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus ii. adanya peningkatan hasil belajar pada siklus iii ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan pengawas dalam menerapkan pembinaan supervisi klinis sehingga guru menjadi lebih memahami tugasnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. di samping itu ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja sama dari guru dengan pengawas dalam melaksanakan tugasnya masing masing. pada tahap ini dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses pembinaan melalui supervisi kunjunghan kelas. dari data-data yang telah diperoleh, antara lain (a) selama proses pembinaan pengawas telah melaksanakan semua pembinaan dengan baik. meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar; (b) berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa guru aktif selama proses pembinaan berlangsung, (c) kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik; dan (d) hasil pembinaan guru oleh pengawas supervisi klinis pada siklus iii mencapai ketuntasan. pada siklus iii pengawas telah melaksanakan pembinaan dengan baik dan dilihat dari peningkatan kemampuan guru pelaksanaan pembinaan sudah berjalan dengan baik. maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.53 297 agar pada pelaksanaan pembinaan selanjutnya baik melalui supervisi akademis maupun supervisi kunjunghan kelas dapat meningkatkan kemampuan guru sehingga tujuan pembinaan sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan dapat tercapai. tabel 1. distribusi nilai siklus iii no peserta skor keterangan tuntas tidak tuntas 1 85 √ 2 85 √ 3 85 √ 4 90 √ 5 80 √ 6 95 √ 7 80 √ 8 75 √ 9 75 √ 10 85 √ 11 85 √ 12 90 √ 13 85 √ 14 85 √ 15 85 √ 16 90 √ 17 85 √ 18 95 √ 19 85 √ 20 80 √ 21 80 √ 22 85 √ 23 85 √ 24 90 √ 25 90 √ 26 85 √ 27 85 √ jumlah total 2300 skor maksimum individu 100 skor maksimum kelompok 2700 rata-rata 85.19 persentase ketuntasan 100 % vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.53 298 analisis data deskriptif kuantitatif 1. pencapaian peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran melaui supervisi klinis pengawas pada siklus i ; = 15 x 100 % = 55.56 % 27 2. pencapaian peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran melaui supervisi klinis pengawas pada siklus ii : = 24 x 100 % = 88.89 % 27 3. pencapaian peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran melaui supervisi klinis pengawas pada siklus iii : = 27 x 100 % = 100 % 27 dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa (a) terjadi peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. hal ini terlihat pada peningkatan hasil penelitian dari siklus i yaitu 55.56 %, kemudian meningkat pada siklus ii menjadi 88.89 %, dan meningkat kembali menjadi 100 % pada siklus iii; dan (b) rata-rata peningkatan kemampuan guru dari siklus i yaitu 68.70 %, kemudian meningkat pada siklus ii menjadi 77.04 % dan meningkat kembali menjadi 85.19 % pada siklus iii. selain itu, dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut. 1. ketuntasan hasil pembinaan kepada guru; melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembinaan melalui supervisi klinis pengawas memiliki dampak positif dalam meningkatkan kemampuan guru, hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman guru dan terhadap pembinaan yang disampaikan pengawas (capaian kemampuan guru meningkat dari siklus i, ii, dan iii ) yaitu masing-masing 55.56 % ; 88.89 % ; 100 % pada siklus iii capaian mutu sekolah secara kelompok dikatakan tuntas ( 100 % tuntas ). 2. kemampuan pengawas dalam meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru dalam meningkatkan kemampuan guru pada setiap siklus mengalami peningkatan. hal ini berdampak positif terhadap kemampuan guru mi, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata guru pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. 3. aktivitas pengawas dalam pembinaan melalui supervisi klinis; berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru, yang paling dominan dalam kegiatan supervisi klinis adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan pengawas, dan diskusi antar guru dan pengawas. jadi, dapat dikatakan bahwa aktivitas guru dapat dikategorikan aktif. untuk aktivitas pengawas selama pembinaan telah melaksanakan langkah-langkah metode pembinaan melalui supervisi klinis dengan baik. hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membuat dan merencanakan program sekolah, melaksanakan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab di mana persentase untuk aktivitas di atas cukup besar. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.53 299 berdasarkan hasil penelitian di atas, peningkatan kemampuan guru, melalui pembinaan supervisi klinis pengawas hasilnya sangat baik. dari analisis data di atas bahwa pembinaan guru oleh pengawas melalui supervisi klinis efektif diterapkan dalam upaya meningkatkan capaian kemampuan guru, yang berarti proses pembinaan pengawas lebih berhasil dan dapat meningkatkan kemampuan guru, khususnya mi binaan wilayah kemenag kab. selong, oleh karena itu diharapkan kepada para pengawas dapat melaksanakan pembinaan melalui supervisi klinis secara berkelanjutan. berdasarkan permen no 12 tahun 2007 tentang kompetensi guru dan pengawas, dan dapat membuat rencana kerja kerja sekolah, serta dapat mengorganisasikan sekolah kearah perubahan yang diinginkan mencapai 85 % ketercapaiannya, maka supervisi klinis tersebut dikatakan efektif. dengan demikian maka hipotesis yang diajukan di atas dapat diterima. simpulan berdasarkan analisis hasil penelitian dan diskusi dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat ditingaktkan melalui supervisi akademi pengawas di mi binaan kecamatan sukamulia dan suralaga wilayah kemenag kab. lombok timur tahun pelajaran 2018-2019. hal ini terlihat pada peningkatan hasil penelitian dari siklus i yaitu 55.56 %, kemudian meningkat pada siklus ii menjadi 88.89 %, dan meningkat kembali menjadi 100 % pada siklus iii. 2. supervisi akademi pengawas efektif dalam meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di mi binaan wilayah kecamatan sukamulia dan suralaga kemenag kab. lombok timur tahun pelajaran 2018-2019. hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata kemampuan guru dari siklus i yaitu 68.70 %, kemudian meningkat pada siklus ii menjadi 77.04 %, dan meningkat kembali menjadi 85.19 % pada siklus iii. 3. aktivitas guru menunjukan bahwa kegiatan pembinaan melalui supervisi klinis bermanfaat dan dapat membantu meningkatkan kemampuan guru, untuk lebih muda memahami konsep peran dan fungsi guru sehingga kemampuan guru dapat meningkat, dengan demikian capaian mutu sekolah dapat ditingkatkan. daftar rujukan [1] e. mulyasa. 2005. menjadi guru profesional. bandung: pt. remaja rosda karya [2] e. mulyasa, 2005. implementasi kurikulum 2004. bandung: pt. remaja rosda karya [3] hamrin. (2011). sukses menjadi pengawas sekolah: tips dan strategi jitu melaksanakan tugas. yogyakarta: samudra biru. [4] la sulo dkk (1995). pengantar pendidikan. jakarta: pt bumi aksara. [5] slamet ph, 2006. manajemen berbasis sekolah: partisipasi, transparansi, akuntabilitas dan income generating activity dalam buletin pelangi pendidikan edisi v, agustus 2006. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.59 350 received : 21-10-2020 revised : 16-11-2020 published : 08-12-2020 monitoring keaktifan mahasiswa selama perkuliahan online pada masa pandemi covid-19 melalui aplikasi absensi dan penilaian berbasis mobile nur fajriah muchlis universitas sembilanbelas november kolaka, indonesia nurfajriah.muchlis@gmail.com abstrak: sejak pandemi covid-19 dinyatakan mewabah di indonesia beberapa bulan lalu, nyaris seluruh aktifitas masyarakat terganggu, tidak terkecuali dengan proses pembelajaran. kampus ditutup dan tidak diperbolehkan melakukan kegiatan tatap muka, sehingga untuk melanjutkan proses pembelajaran harus menggunakan platform online. proses perkuliahan tidak lepas dari sebuah penilaian dan absensi, oleh karena hal tersebut, diperlukan sebuah aplikasi yang dapat memudahkan dalam hal memonitor keaktifan juga penilaian terhadap mahasiswa. metode pengembangan aplikasi rad digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengembangan perangkat lunak sekuensial linier yang menekankan siklus perkembangan dalam waktu yang singkat. hasil penelitian menunjukkan tingkat kepuasan pengguna aplikasi yang merespon bahwa penggunaan aplikasi sangat menarik dan dapat memudahkan dalam melakukan absensi dan penilaian sebanyak 88%. selanjutnya aplikasi ini juga dapat digunakan untuk monitoring keaktifan mahasiswa selama perkuliahan online dengan mengetahui kondisi terkini mahasiswa melalui googlemap yang terintegrasi pada aplikasi absensi dan penilaian mahasiswa ini. abstract: since the covid-19 pandemic was declared endemic in indonesia a few months ago, almost all community activities have been disrupted, including the learning process. the campus is closed and face-to-face activities are not allowed, so to continue the learning process one must use an online platform. the lecture process cannot be separated from an assessment and attendance, because of this, an application is needed that can make it easier to monitor student activity as well as assessment. the rad application development method is used in this research with the aim of developing linear sequential software that emphasizes the development cycle in a short time. the results showed the level of satisfaction of application users who responded that the use of the application was very interesting and could make it easier to do attendance and assessment as much as 88%. furthermore, this application can also be used to monitor student activeness during online lectures by knowing the current condition of students through google map which is integrated in this student attendance and assessment application. kata kunci: monitoring, absensi online, penilaian, mobile mailto:nurfajriah.muchlis@gmail.com vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.59 351 pendahuluan saat ini penggunaan perangkat berbasis mobile sudah tidak asing lagi digunakan untuk berbagai aplikasi, apalagi sejak pandemi covid-19 dinyatakan mewabah di indonesia beberapa bulan lalu, nyaris seluruh aktifitas masyarakat terganggu, tidak terkecuali dengan proses pembelajaran. sekolah hingga kampus ditutup dan tidak diperbolehkan melakukan kegiatan tatap muka, sehingga untuk melanjutkan proses pembelajaran harus menggunakan platform online. absensi adalah sebuah kegiatan pengambilan data guna mengetahui jumlah kehadiran pada suatu kegiatan. setiap kegiatan yang membutuhkan informasi mengenai peserta tentu akan melakukan absensi. hal ini juga terjadi pada proses belajar. kegunaan absensi ini terjadi pada pihak pelajar dalam hal ini mahasiswa dan pihak pengada proses belajar mengajar dalam hal ini dosen pengampu matakuliah. pada umumnya, sistem absensi mahasiswa dilakukan dengan menulis nama dan paraf pada form absensi manual ataupun menggunakan id card atau fingerprint, namun, sistem absensi yang masih konvensional tersebut seringnya dapat menimbulkan ketidaksesuaian terhadap kondisi sebenarnya. terkadang mahasiswa memanfaatkan kesempatan untuk melakukan kecurangan seperti menitipkan absen kepada rekannya kemudian yang bersangkutan tidak menghadiri perkuliahan. selain itu, kondisi perkuliahan yang dilakukan tanpa bertatap muka saat ini mengharuskan sistem pembelajaran menggunakan perangkat serupa yang bersifat online sehingga dapat diakses dari mana saja dan kapan saja, tidak terkecuali untuk sistem absensi perkuliahan dan juga penilaian hasil belajar. kehadiran merupakan salah satu tolak ukur apakah sebuah perkuliahan berjalan sesuai dengan sebagaimana mestinya atau tidak. kehadiran mahasiswa menentukan apakah mereka aktif atau tidak. di beberapa institusi, kehadiran mahasiswa menentukan apakah mereka berhak untuk mengikuti ujian semester atau tidak. (gunawan, 2019) proses perkuliahan tidak lepas dari sebuah penilaian. penilaian merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbanagan tertentu. definisi dari penilaian juga disampaikan oleh ralph tyler yang mengungkapkan bahwa penilaian merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. (sudjana, 2010) monitoring didefinisikan sebagai langkah untuk mengkaji apakah kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana, mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi, melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah tepat untuk mencapai tujuan, mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran kemajuan (sutabri, 2012). android adalah sebuah platform yang terbuka untuk membuat atau mengembangkan aplikasi yang telah dirancang oleh developer dan bisa digunakan pada perangkat smartphone. android merupakan perangkat bergerak pada sistem operasi untuk telepon seluler yang berbasis linux. (teguh arifianto, 2011) untuk menunjang kegiatan penelitian maka diperlukan dukungan dari kajian literatur terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini, berikut beberapa kajian tersebut : 1. aplikasi sistem presensi mahasiswa berbasis android (nandang hermanto, 2019), dengan hasil penelitian perancangan proses presensi mahasiswa menghasilkan desain uml yang nantinya dapat dijadikan sebagai dasar pembangunan sistem meliputi vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.59 352 desain use case, class diagram, squence diagram untuk mengimplementasikan sistem presensi berbasis android dengan menggunakan teknologi qr code. 2. pembuatan absensi berbasis android menggunakan metode waterfall untuk program studi pendidikan teknologi informasi ipi garut (rega hadi gunawan, 2020), dengan hasil penelitian membangun sistem absensi dengan qr code dan mengintegrasikan dengan smartphone. pengujian dilakukan di institut pendidikan indonesia garut di jurusan pendidikan teknologi dan informasi dengan jumlah mahasiswa 20 orang serta pengujian oleh dosen dan software untuk testing. hasil dari pengujian aplikasi pada karakteristik functional suistability, performance efficiency dan portability dengan persentasi 100%. pada era modern saat ini, hampir semua kalangan memiliki perangkat telepon pintar (smartphone), sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa smartphone juga dapat digunakan sebagai platform absensi dan penilaian di perguruan tinggi. berbagai ide yang ditemukan salah satunya bahwa keterhubungan google map dengan perangkat smartphone dapat dimanfaatkan untuk mengetahui lokasi terkini mahasiswa saat melakukan absensi dan mengikuti perkuliahan online. berdasarkan pendahuluan yang telah diuraikan tersebut, maka terdapat rumusan masalah sebagai berikut: 1. bagaimana membuat sistem absensi dan penilaian berbasis mobile yang terhubung dengan google map di program studi sistem informasi usn kolaka? 2. bagaimana mengintegrasikan sistem absensi dan penilaian yang terkoneksi antara perangkat smartphone dengan database penyimpanan secara online? tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menghasilkan sebuah aplikasi absensi dan penilaian mahasiswa berbasis mobile sehingga dapat digunakan dalam memonitor keaktifan mahasiswa dalam perkuliahan online dimasa pandemi. metode penelitian ini dilakukan kepada mahasiswa fakultas teknologi informasi program studi sistem informasi usn kolaka. populasi penelitian ini sejumlah 207 mahasiswa dan 10 dosen program studi sistem informasi. metode pengembangan sistem yang digunakan pada penelitian ini adalah rapid aplication development (rad). rad merupakan sebuah proses perkembangan perangkat lunak sekuensial linier yang menekankan siklus perkembangan dalam waktu yang singkat. rad menggunakan metode iteratif (berulang) dalam mengembangkan sistem dimana working model (model bekerja) sistem dikonstruksikan di awal tahap pengembangan dengan tujuan menetapkan kebutuhan (requirement) pengguna dan selanjutnya disingkirkan. dalam pengembangan sistem informasi normal, memerlukan waktu minimal 180 hari, namun dengan menggunakan metode rad, sistem dapat diselesaikan dalam waktu 30-90 hari (wahyuningrum, 2014). tahapan rad yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain: 1. rencana kebutuhan (requirement planning), yaitu mengidentifikasi tujuan dari sistem dan kebutuhan informasi untuk mencapai tujuan. pada tahap ini merupakan hal terpenting yaitu adanya keterlibatan dari pihak yang akan menggunakan aplikasi (dosen dan mahasiswa). 2. proses desain sistem (design system), yaitu proses perancangan sistem berdasarkan kebutuhan penggunaan. keluaran dari tahapan ini adalah spesifikasi sistem yang meliputi organisasi sistem secara umum, struktur data dan lainnya. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.59 353 3. pembuatan aplikasi, yaitu mengimplementasikan requirement planning dan design system menjadi sebuah aplikasi. 4. implementasi, merupakan tahapan mengembangkan desain suatu aplikasi yang telah dibuat. sebelum diaplikasikan, terlebih dahulu dilakukan proses pengujian terhadap aplikasi tersebut apakah ada kesalahan atau tidak. pada tahap ini user biasa memberikan tanggapan akan sistem yang sudah dibuat serta mendapat persetujuan mengenai sistem tersebut. hasil berdasarkan metode pengembangan sistem yang telah dilakukan diperoleh hasil analisis sebagai berikut: tahap rencana kebutuhan (requirement planning) 1. kebutuhan perangkat keras (hardware) a. laptop asus vivobook dengan prosesor amd ryzen 5 b. android smartphone (free space min. 100 mb) c. memory 8 gb dan 1 tb hdd 2. kebutuhan perangkat lunak (software) a. browser chrome b. appsheet c. os windows 8 d. android os e. googlespreadsheet 3. kebutuhan data masukan a. data mahasiswa b. data dosen c. data mata kuliah 4. kebutuhan interface secara umum kebutuhan antar muka (interface) dalam perancangan aplikasi ini yaitu tampilan untuk aplikasi pengguna dosen dan tampilan untuk aplikasi pengguna mahasiswa. tahap desain sistem terdapat dua aplikasi yang saling terhubung yaitu aplikasi yang digunakan oleh mahasiswa dan aplikasi yang digunakan oleh dosen. dalam tahap desain, kedua aplikasi tersebut digambarkan seperti pada gambar 1 dan 2. gambar 1. desain sistem untuk pengguna dosen data mahasiswa absensi mahasiswa input nilai pengetahuan menu input nilai perilaku vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.59 354 gambar 2. desain sistem untuk pengguna mahasiswa pada gambar 1 merupakan rancangan desain sistem untuk pengguna dosen, dimana terdapat satu menu dan empat buah submenu utama yaitu data mahasiswa, rekap absensi mahasiswa, input nilai pengetahuan dan input nilai perilaku. submenu data mahasiswa berisi form yang dapat digunakan dosen untuk memasukkan data mahasiswa berupa nama lengkap, nim, nomor telepon, alamat e-mail dan foto mahasiswa. untuk submenu rekap absensi mahasiswa berisi rekapan absen seluruh mahasiswa yang mengikuti perkuliahan yang terdiri dari informasi sesi pertemuan kuliah, nama mata kuliah, nama mahasiswa dan keterangan absensi (hadir, alpa, izin atau sakit). selanjutnya terdapat submenu input nilai pengetahuan berisi form penilaian masing-masing mahasiswa yang terdiri dari nama mahasiswa, mata kuliah, nilai tugas mandiri, nilai tugas kelompok, nilai uts dan nilai uas. sedangkan untuk submenu input nilai perilaku berisi form penilaian perilaku masing-masing mahasiswa yang terdiri dari nama mahasiswa, hal perilaku (sikap, disiplin, loyalitas dan tanggung jawab). desain sistem untuk pengguna mahasiswa pada gambar 2 juga terdapat satu menu dan empat submenu yaitu submenu absensi masuk kelas, rekapan perkuliahan (rekap absensi), nilai pengetahuan dan nilai perilaku. untuk submenu masuk kelas (absensi), mahasiswa dapat mengisi form yang terdiri dari nama mahasiswa, kelas, mata kuliah, pertemuan ke-, absensi, lokasi terkini, foto saat absensi serta tanda tangan digital. untuk submenu rekap perkuliahan berisi rekapan absen masing-masing mahasiswa yang terdiri dari informasi sesi pertemuan kuliah, nama mata kuliah dan keterangan absensi (hadir, alpa, izin atau sakit). pada submenu nilai pengetahuan berisi rekapan nilai kuliah yang terdiri dari nilai tugas mandiri, tugas kelompok, uts, uas, rata-rata nilai harian dan total nilai akhir perkuliahan. submenu terakhir yaitu nilai perilaku berisi nilai mahasiswa yang terdiri dari hal perilaku (sikap, disiplin, loyalitas dan tanggung jawab) yang dapat bernilai sangat baik, baik, cukup atau kurang. tahap pembuatan aplikasi pada tahap pembuatan aplikasi, yaitu proses pengimplementasian rencana kebutuhan dan desain sistem dimana data yang dikumpulkan berasal dari data dosen, data mata kuliah dan data mahasiswa program studi sistem informasi usn kolaka. data tersebut dimasukkan ke dalam database pada googlespreedsheet kemudian dibuatlah aplikasi menggunakan appsheet dengan merujuk pada database yang telah dibuat sebelumnya sehingga menghasilkan sebuah aplikasi absensi dan penilaian berbasis mobile yang tidak hanya dapat diakses pada smartphone namun juga dapat melalui web browser. tahapan dalam pembuatan aplikasi terlihat pada gambar 3. masuk kelas rekap perkuliahan nilai pengetahuan menu nilai perilaku vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.59 355 gambar 3. tahap pembuatan aplikasi tahap implementasi pada tahap ini, aplikasi telah tersedia dan dapat diimplementasikan kepada pengguna dalam hal ini dosen dan mahasiswa program studi sistem informasi usn kolaka. tersedia dua jenis aplikasi yang saling berkaitan yaitu aplikasi yang digunakan oleh mahasiswa dan juga aplikasi yang digunakan oleh dosen. tampilan menu dan submenu aplikasi absensi untuk mahasiswa dapat dilihat pada gambar 4 (a,b,c,d,e). vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.59 356 gambar 4. tampilan menu aplikasi absensi dan penilaian untuk mahasiswa selanjutnya tampilan aplikasi yang digunakan oleh dosen terlihat pada gambar 5 (a,b,c,d,e,f) berikut ini: vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.59 357 gambar 5. tampilan menu aplikasi absensi dan penilaian untuk dosen pembahasan aplikasi absensi dan penilaian mahasiswa berbasis mobile telah berhasil diujicoba dan diimplementasikan pada program studi sistem informasi usn kolaka disemester berjalan dimasa perkuliahan non tatap muka saat ini. hasil implementasi aplikasi absensi dan penilaian ini juga memperoleh respon dari pengguna mahasiswa maupun dosen. respon pengguna diperoleh dari hasil kuisioner online yang diberikan sesaat setelah penilaian akhir semester dilakukan. dari total 207 pengguna, hanya 190 yang memberikan respon melalui kuisioner online mengenai penggunaan aplikasi ini. gambar 6. persentase responden dalam menggunakan aplikasi absensi dan penilaian berbasis mobile vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.59 358 gambar 7. mapping lokasi terkini mahasiswa saat melakukan absensi dibandingkan dengan penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, pada penelitian kali ini dianggap menarik karena menggunakan smartphone yang terintegrasi googlemap sebagai penunjuk lokasi terkini mahasiswa saat melakukan absensi kuliah online, sehingga dapat diketahui apabila lokasi mahasiswa tersebut menetap ataukah berpindahpindah dimasa pandemi ini (gambar 7). selanjutnya aplikasi yang telah dibuat juga dapat terintegrasi dengan database googlespreadsheet sehingga data yang dimasukkan dapat tersimpan dengan baik (gambar 8). dengan pengimplementasian aplikasi ini juga, diketahui tingkat keaktifan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan dengan melihat waktu absensi disetiap pertemuan. gambar 8. integrasi data masukan pada aplikasi absensi dan penilaian dengan database di googlespreadsheet vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.59 359 simpulan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa aplikasi absensi dan penilaian berbasis mobile ini sangat menarik dan dapat diterapkan dalam proses perkuliahan online karena memudahkan dalam kegiatan absensi mahasiswa juga dalam penilaian oleh dosen dibuktikan dengan jumlah persentase responden yang merasa dimudahkan sebanyak 88%. selain itu, aplikasi ini dapat terintegrasi dengan googlemap untuk menunjukkan posisi terkini mahasiswa sehingga dapat dimonitor keaktifan dan keberadaannya selama masa pandemi covid-19. ucapan terima kasih terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh civitas akademika universitas sembilanbelas november kolaka yang telah membantu dalam proses penelitian ini, juga kepada ahli media yang telah memfasilitasi kegiatan nasca 2020 sehingga artikel ini dapat diterbitkan. daftar rujukan [1] arifianto, teguh. (2011). membuat interface aplikasi android lebih keren dengan lwit. yogyakarta : andi [2] gunawan, h.r, rahadian. d, purwanti. y. (2019). pembuatan absensi berbasis android menggunakan metode waterfall untuk program studi pendidikan teknologi informasi ipi garut, gunahumas jurnal kehumasan [3] hermanto, n. (2019). aplikasi sistem presensi mahasiswa berbasis android. jurnal simetris umk,vol.10no.1 [4] sudjana, dr. nana. (2010). penilaian hasil proses belajar. surabaya [5] sutabri, t. (2012). konsep sistem informasi. yogyakarta: andi offset. [6] wahyuningrum, tenia dan januarita, dwi. (2014). perancangan web e-commerce dengan metode rapid application development (rad) untuk produk unggulan desa. seminar teknologi informasi dan komunikasi terapan (semantik). semarang. microsoft word artikel 2.docx vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.258 86 received : 02-01-2022 revised : 13-01-2022 published : 28-02-2022 upaya peningkatan kualitas pembelajaran matematika yang berorientasi pada imtak di man 3 jombang m. tholib man 3 jombang, indonesia pp. bahrul ulum tambakberas, jombang m.tholib@mantambakberas.com abstract this study aims to examine efforts to improve the quality of mathematics learning that is integrated with the values of faith and piety to god almighty. this research also discusses what materials can be associated with inculcating the values of faith and piety to god as well as how to technically integrate them in the mathematics process in the classroom. this is very important because man 3 jombang is a religion-based school and is located in a pesantren environment. it is hoped that this research can add references for teachers so that they can skillfully link their learning materials with the knowledge of islam that students have. likewise with students, he will feel there is a connection between mathematics lessons at school and islamic religious studies at islamic boarding schools. keywords: faith and piety; imtak; mathematics learning; integrated abstrak penelitian ini bertujuan untuk meneliti upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika yang terintegrasi dengan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada tuhan yang maha esa. dalam penelitian ini pula dibahas mengenai materi apa saja yang bisa dikaitkan dengan penanaman nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada tuhan sekaligus bagaimana secara teknis cara mengintegrasikannya di dalam proses kbm matematika di kelas. hal ini sangat penting karena man 3 jombang adalah salah satu sekolah yang berbasis agama dan berada dalam lingkungan pesantren. diharapkan dari penelitian ini bisa menambah referensi bagi guru agar bisa terampil mengaitkan materi pembelajarannya dengan pengetahuan agama islam yang dimiliki siswa. begitu pula dengan para siswa, dia akan merasa ada keterkaitan antara pelajaran matematika di sekolah dengan kajian agama islam di pondok pesantren. kata kunci: keimanan dan ketakwaan; imtak; pembelajaran matematika; terintegrasi vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.258 87 pendahuluan akhir-akhir ini, bangsa kita dihadapkan pada permasalahan yang cukup rumit dan memprihatinkan. krisis ekonomi yang berkepanjangan, ancaman intoleransi beragama, dan angka kriminalitas yang cenderung meningkat merupakan problematika bangsa yang memerlukan perhatian khusus. apabila dirunut permasalahan tersebut sebenarnya berakar dari faktor rendahnya kualitas sumber daya manusia. rendahnya kualitas sumber daya manusia tersebut disebabkan oleh kurang berhasilnya pendidikan yang kita jalankan. sistem kurikulum yang digunakan saat ini memungkinkan terjadinya ketidakseimbangan antara aspek keilmuan profesional dan aspek moral, sehingga yang terjadi adalah berbagai bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh sebagaian besar masyarakat. tindak kekerasan, kolusi, korupsi dan nepotisme masih menjadi praktek yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. kemudian, peningkatan moralitas manusia indonesia sangat mendesak untuk diupayakan. runtuh dan bangkitnya suatu bangsa sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia dalam arti luas, bukan hanya sumber daya manusia intelektual professional saja, melainkan sumber daya manusia yang bermoral. berbagai bentuk penyelewengan sebagaian besar disebabkan oleh merosotnya moralitas saat ini. bila dikaitkan dengan keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha kuasa, maka kemerosotan moral tersebut disebabkan oleh kualitas keimanan dan ketakwaan masyarakat yang masih rendah. merupakan suatu keharusan bagi dunia pendidikan untuk berperan dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada tuhan yang maha kuasa. dengan segala kelengkapannya ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diarahkan untuk mendukung program peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada tuhan yang maha kuasa. penemuan-penemuan dalam bidang astronomi terbukti dapat memperkuat keimanan seseorang. penemuan-penemuan dalam ilmu kimia mengungkap sususnan atom-atom suatu zat, yang dalam susunannya terdapat keteraturan yang sangat menakjubkan. penemuan dalam bidang teknologi banyak diilhami oleh keberadaan makhluk hidup ciptaan allah swt di atas permukaan bumi. kesemuanya adalah kontribusi besar ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menunjang keimanan dan ketakwaan kepada allah swt. keimanan dan ketakwaan yang kuat dapat menciptakan pribadi yang disiplin, jujur, bertanggungjawab dalam menuntut ilmu, dan mengembangkannya. dengan keimanan dan ketakwaan yang kuat, manusia dapat mengamalkan ajaran-ajaran agamanya, misalnya agama islam. salah satu ajaran islam yang berkaitan erat dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi (termasuk sikap ilmiah) adalah bahwa menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap umat islam baik pria maupun wanita, tanpa di batasi usia, jenis kelamin, dan status sosial. rumusan masalah berkaitan dengan uraian diatas, ada tiga poin pertanyaan/rumusan masalah yang dapat dilontarkan, yaitu sebgai berikut. pertama, apa sebenarnya pengertian iman dan takwa kepada tuhan yang maha kuasa menurut ajaran agama islam. kedua, dari kurikulum 13, materi pelajaran matematika di madrasah aliyah negeri 3 jombang, pokok bahasan apa saja yang bisa di kaitkan dengan peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada tuhan yang maha kuasa. ketiga, bagaimana cara mengaitkan pokok bahasan tersebut di atas, dengan keimanan dan ketakwaan siswa kepada allah swt. vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.258 88 pembahasan gambaran keadaan guru sebagai pelaku utama pelayanan pendidikan di madrasah memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada tuhan yang maha kuasa. dalam melaksanakan tugasnya, guru dapat mengaitkan materi pelajaran dengan nilainilai agama yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan keimanan dan ketakwaan. proses pengaitan ini adalah upaya menanamkan pada diri siswa bahwa ajaran agama bukan hanya berupa pernyataan-pernyataan yang dogmatis, melainkan mengandung nilai-nilai kebenaran yang bisa dicerna dengan akal (logis). apalagi, man 3 jombang adalah sekolah berbasis islam di lingkungan pesantren bahrul ulum tambakberas jombang, di mana 90% siswanya adalah kelompok santri yang tinggal di pondok/asrama dengan berbagai jenis kegiatan keagamaan yang sangat padat dan melelahkan, dibawah asuhan oleh seorang kyai. melihat kedaan dan potensi diatas, maka akan sangat disayangkan apabila dalam pembelajaran di kelas (dalam hal ini matematika), seorang guru tidak terampil mengaitkan materi pembelajarannya dengan pengetahuan agama islam yang dimiliki siswa. inilah faktor penyebab proses pembelajaran menjadi sangat hambar dan membosankan, karena siswa merasa tidak ada keterkaitan antara pelajaran matematika di sekolah dengan kajian agama islam di pondok pesantren. strategi pemecahan masalah pertama, menanamkan nilai-nilai tugas kemanusiaan, melalui penjelasan koordinat kartesius. dalam pembahasan kd tentang persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat, di kelas x madrasah aliyah, terdapat materi pembahasan yang menyangkut masalah menggambar grafik dan selalu berhubungan dengan koordinat kartesius. melalui pembahasan ini para siswa bisa di tanamkan konsep mengenai tugas-tugasnya sebagai hamba allah di dunia ini. dalam menggambar grafik koordinat kartesius, akan diawali dengan menggambar dua sumbu utama yaitu sumbu x (sumbu horizontal) dan sumbu y (sumbu vertikal). hal ini sangat bersesuaian dengan tugas utama seorang manusia di dunia, dimana dia harus bisa berbuat baik (menyembah) dengan allah swt (hubungan vertikal/hablum minallah) dan bersosial dengan sesama manusia (hubungan horizontal/hablum minannas). keduanya merupakan konsep ibadah secara luas. dan bisa ditafsirkan pula bahwa semakin besar nilai x dan nilai y, maka tempat kedudukan/koordinat titiknya akan semakin tinggi pula di kuadran i, artinya semakin manusia berbuat bisa berbuat baik dengan allah swt dan sesama manusia maka otomatis derajat/kedudukannya (baik disisi allah swt maupun sesama manusia) akan semakin tinggi pula. begitu pula berlaku sebaliknya. kegiatan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, melalui pembelajaran koordinat kartesius di kelas vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.258 89 berdasarkan hal tersebut, akan menanamkan kesadaran pada diri siswa. siswa sebagai manusia mempunyai dua tugas pokok yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya, yaitu berbuat baik (menyembah) kepada allah swt dan bersosial dengan sesama manusia. kedua, visualisasi keimanan beberapa makhluk allah swt dengan menggunakan grafik fungsi. dalam pembahasan kd tentang persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat di kelas x madrasah aliyah, juga akan dijelaskan mengenai berbagai bentuk fungsi dan grafiknya. apabila sumbu x di maknai dengan pertambahan waktu dan sumbu y dimaknai dengan derajat keimanan, maka hal ini bisa dijadikan sebagai sarana untuk memvisualisasikan kondisi keimanan dari beberapa makhluk allah swt, antara lain manusia, malaikat, nabi dan rasul, dan kaum kafir. adapun penjelasannya adalah sebagai berikut. a) keimanan para malaikat dijelaskan dalam al qur’an bahwa para malaikat adalah makhluk allah swt yang senantiasa berbakti kepada tuhannya dan tidak pernah sekalipun berbuat ma’siat kepada tuhannya, sehingga kondisi keimanan para malaikat dari waktu ke waktu senantiasa stabil/konstan. bila digambar grafiknya pada koordinat kartesius, akan terlihat nilai y tetap pada satu nilai, meskipun nilai x-nya bertambah besar, sehingga akan terbentuk garis lurus (linear), yang konstan pada satu nilai y, dengan gradien/kemiringan garis bernilai 0 (m=0), seperti terlihat pada gambar berikut. b) keimanan setan, kaum kafir, dan munafik dalam alqur’an dijelaskan bahwa setan adalah makhluk allah swt yang senantiasa takabur dan membangkang perintah-perintah tuhannya. lalu, dari waktu ke waktu derajat keimanan mereka akan selalu turun karena tertutup oleh kesombongannya sendiri. demikian pula dengan kondisi keimanan kaum kafir dan kaum munafik. apabila kondisi keimanan mereka digambar pada sumbu koordinat kartesius akan terlihat bahwa bila nilai x bertambah besar maka nilai y akan semakin kecil, sehingga terbentuk garis lurus yang monoton turun dengan gradien bernilai negatif (m<0), seperti terlihat pada gambar berikut. c). keimanan para nabi dan rasul utusan allah swt dalam alqur’an dijelaskan bahwa nabi dan rasul adalah makhluk allah swt yang ma’shum (dijaga kesuciannya oleh allah swt), senantiasa taat, dan mengabdi kepada tuhannya. dari waktu ke waktu derajat keimanan mereka akan selalu bertambah karena selalu diisi amal ibadah kepada tuhannya. demikian pula dengan kondisi keimanan para wali dan kekasih allah swt. apabila kondisi keimanan mereka di gambar pada sumbu koordinat vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.258 90 kartesius, akan terlihat bahwa bila nilai x bertambah besar maka nilai y akan semakin besar pula, sehingga akan terbentuk garis lurus yang monoton naik dengan gradien bernilai positif (m>0), seperti terlihat pada gambar berikut. d). keimanan manusia secara umum dalam sebuah hadits nabi saw pernah menyatakan bahwa “iman manusia itu bisa bertambah dan bisa berkurang. bertambah karena taat kepada allah swt dan berkurang karena maksiat kepada allah swt “. jadi, secara umum dapat disimpulkan bahwa dari waktu ke waktu keimanan para manusia tidak stabil, kadang naik dan kadang turun. apabila digambarkan grafiknya pada koordinat kartesius akan menyerupai grafik fungsi sinus atau juga cosinus. jika nilai x bertambah besar, maka nilai y terkadang naik dan terkadang turun. jika manusia berada pada titik puncak keimanannya kepada allah swt, maka pada saat itu dia sedang berada di titik ekstrim maksimum dan derajatnya bisa melampaui derajat para malaikat. sebaliknya, jika manusia terjerumus melakukan dosa yang besar dan melupakan allah swt, pada saat itu dia sedang berada di titik ekstrim minimum dan derajatnya bisa lebih rendah dari derajat binatang, seperti terlihat pada grafik berikut. ketiga, keterkaitan materi lingkaran dengan peristiwa nuzulul qur’an dan isro’ mi’roj. dalam pembelajaran matematika peminatan di kelas xi madrasah aliyah program ipa kd lingkaran, siswa akan banyak menggunakan nilai pendekatan bilangan phi yaitu 22/7 ataupun 3,14. dapat dijelaskan kepada siswa bahwa bilangan phi ini memilki kedekatan dengan peristiwa-peristiwa besar yang diperingati oleh umat islam. hal ini juga dapat disampaikan dalam topik pembelajaran lingkaran di kelas xi madrasah aliyah. di dalam al qur'an dijelaskan bahwa tuhan allah swt menciptakanalam semesta ini terdiri dari bumi dan tujuh tingkat langit. peristiwa besar yang menunjukkan komunikasi dari langit ke tujuh dan bumi adalah nuzulul qur’an, yaitu peristiwa turunnya al qur'an yang diwahyukan oleh allah swt kepada rosululloh saw di bumi pada tanggal 17 ramadhan. adapun peristiwa besar yang lain adalah isro’ mi’roj, di mana terjadi komunikasi antara nabi muhammad saw di bumi dengan allah swt dilangit tingkat tujuh, untuk menerima perintah sholat lima waktu, terjadi pada tanggal 27 rajab. bila posisi bumi digambarkan sebagai titik pusat dari alam semesta dan tujuh tingkatan langit sebagai lingkaran yang mengelilingi bumi, maka bila kita cermati lingkaran terbesar vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.258 91 yang ditunjukkan oleh langit tingkat tujuh memiliki diameter 14 atau jari-jari 7. adapun tanggal terjadinya komunikasi antara bumi dan langit ketujuh dengan komunikasi antara langit ketujuh dan bumi, bila dijumlahkan adalah 27+17=44. bila bilangan ini mewakili keliling lingkaran terbesar, maka perbandingan keliling dengan diameternya adalah 44/14 yang senilai dengan 22/7 (nilai phi). pengintegrasian antara ilmu pengetahuan dan teknologi dan keimanan dan ketakwaan tersebut dapat pula di kelas xi madrasah aliyah pada pokok bahasan lingkaran. dengan demikian keyakinan siswa terhadap peristiwa turunnya al qur'an dan isro’ mi’roj akan semakin kuat dan mantap. sebab disamping dijelaskan dengan al qur'an dan hadits, peristiwa tersebut juga dapat mereka tangkap secara ilmiah, sehingga keyakinannya bukan hanya ma’rifatul yakin, tetapi juga ilmul yakin. dengan landasan iman yang kuat, maka kesadaran siswa dalam menjalankan ajaran-ajaran agama islam semakin meningkat. implementasi kegiatan pembuktian eksistensi alam akhirat melalui pembelajaran konsep himpunan di ruang kelas kesimpulan dan saran kesimpulan ada dua kesimpulan yang diperoleh. pertama, ada keterkaitan yang erat antara ilmu pengetahuan dan teknologi dengan agama islam atau keimanan dan ketakwaan kepada allah swt. kedua, keberadaan sesuatu yang wajib diyakini oleh umat islam dapat dijelaskan kebenarannya melalui kebenaran yang ilmiah (dengan pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi). saran adapun saran yang ingin disampaikan penulis ada dua. pertama, di samping tanggung jawab meningkatkan kemampuan intelektual siswa, guru juga harus memiliki tanggung jawab terhadap peningkatan iman dan takwa siswa. dengan demikian sekolah bukan hanya sekedar mencetak tenaga-tenaga intelektual, dan tenaga terampil saja, melainkan dapat mencetak manusia yang benar-benar beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa sebagaimana yang diamanatkan dalam uud 1945. kedua, untuk menciptakan keseimbangan antara aspek keilmuan-profesional dengan aspek moralitas, dalam proses pembelajaran perlu adanya upaya guru untuk mengintegrasikan nilai-nilai materi pelajaran yang di ajarkannya dengan aspek keimanan dan ketakwaan kepada tuhan yang maha kuasa. vol.3 no.2 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.258 92 daftar pustaka bahreisy, salim. (1986). riyadlush shalihin i. bandung: pt. al-ma’arif. depdikbud. (1997). ensiklopedi islam. pusat perbukuan, bagian proyek buku agama madrasah aliyah jakarta. jakarta: depdikbud. depdiknas. (1999). suasana sekolah yang kondusif bagi peningkatan keimanan dan ketakwaan siswa. jakarta: dirjen dikdasmen. depdiknas. (1999). naskah keterkaitan 11 mata pelajaran di sma dengan keimanan dan ketakwaan (matematika). jakarta: dirjend dikdasmen. husein, tampomas. (2002). seribu pena matematika sma kelas xi. jakarta: erlangga. jatmika, dkk. (2019). modul pengayaan matematika kelas xi sma/ma. mojokerto: cv. mutiara ilmu. jatmika, dkk. (2019). modul pengayaan matematika kelas x sma/ma. mojokerto: cv. mutiara ilmu. kemdikbud. (2016). peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah. jakarta: kemdikbud. kemdikbud. (2014). peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 59 tahun 2014 tentang kurikulum sma/ma. jakarta: kemdikbud. kemdikbud. (2014). permendikbud no 103 tahun 2014 tentang pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah. jakarta: kemdikbud. qardawi, yusuf. (1999). al-qur’an berbicara tentang akal dan ilmu pengetahuan. jakarta: gema insani press. tim. (1995). pendidikan agama islam untuk kelas i madrasah aliyah. jakarta: balai pustaka. microsoft word 06-mia.docx vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 202 received : 22-12-2020 revised : 28-01-2021 published : 15-02-2021 peningkatan motivasi dan hasil belajar bahasa arab dengan pembelajaran kontekstual berbasis pemodelan mia el rahma sona ma negeri 2 kota malang, indonesia miaelsyahroni@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran bahasa arab dengan model pembelajaran kontekstual berbasis pemodelan. subjek penelitian ini adalah siswa kelas xii mipa 2 man 2 malang. penelitian tindakan ini dilakukan dalam 3 siklus. dari hasil tindakan yang dilakukan terbukti dapat meningkatkan prestasi siswa dengan mencapai standar ideal. dari 52,77% pada siklus l, dapat meningkat pada siklus 2 menjadi 72, 22% dan siklus 3 mencapai 100%, dan secara klasikal telah mencapai ketuntasan. dengan rata-rata nilai 72,67 pada siklus 1, 76,61 pada siklus 2 dan 86,94 pada siklus 3. pembelajaran kontekstual berbasis pemodelan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas xii-ipa-2 dengan ketuntasan mencapai 100% kata kunci: motivasi; hasil belajar; bahasa arab; kontekstual; pemodelan vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 203 pendahuluan penggunaan bahasa yang baik dalam percakapan sehari-hari belum begitu produktif, terutama dalam bahasa tulis. hal tersebut bisa disebabkan oleh kurangnya motivasi atau kemampuan siswa dalam percakapan (pronencation). hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (c) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (d) adanya penghargaan dalam belajar; (e) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; dan (f) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. motivasi dianggap penting dalam upaya belajar dan pembelajaran karena mendorong timbulnya tingkah laku dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku. fungsi motivasi adalah: (a) mendorong timbulnya suatu tingkah laku atau perbuatan seperti belajar, (b) sebagai pengarah, yaitu mengarahkan perbuatan pencapaian tujuan yang diinginkan, dan (c) sebagai penggerak, menggerakkan tingkah laku seseorang. besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. dalam konteks pendidikan, motivasi dapat dipandang sebagai proses yang dapat (1) membimbing siswa memasuki pengalaman-pengalaman yang dapat menimbulkan terjadinya belajar, (2) menggalakkan dan menggiatkan siswa untuk tetap tekun secara wajar, (3) mempertahankan pemusatan minat pada satu arah pada saat tertentu. besar kecilnya pengaruh motivasi belajar terhadap seseorang tergantung seberapa besar motivasi itu mampu membangkitkan motivasi seseorang akan melakukan suatu pekerjaan dengan lebih memusatkan pada tujuan dan akan lebih intensif pada proses pengerjaannya. dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. menurtut logan, dkk (dalam sujana, 1998) belajar dapat diartikan “sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan”. senada dengan hal tersebut, winkel (1997: 231) berpendapat bahwa: “belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas”. keterampilan berbicara perlu dibina dan ditata sehingga menjadi kalimat yang koheren agar tepat sasaran dan pendengar tidak salah dalam mengartikannya. tingkat tata bahasa siswa kelas xii mipa-2 madrasah aliyah negeri 2 kota malang terkait dengan penempatan subjek, predikat, objek, dan keterangan dalam suatu pembicaraanya masih belum difungsikan dengan tepat. selama ini, pendidikan senantiasa didasarkan kepada paradigma pendidikan yang bersifat mekanik-reduksionisme, determinasi yang bersumberkan pada era teknologi. permasalahan lain yang muncul pada pembelajaran bahasa arab yaitu guru bahasa arab pada umumnya hanya mengutamakan penyelesaian target materi pembelajaran. selain itu, dalam kurikulum orientasinya mengacu pada usaha meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal. walaupun hal tersebut tidak selalu benar, sebab soal-soal tersebut sering kurang mengacu pada keterampilan berbahasa baik keterampilan menyimak, berbicara, membaca, maupun menulis. faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya sebagian vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 204 guru bahasa arab memahami dan menguasai teknik pengajaran bahasa arab. apalagi dalam memilih bahan ajar. guru selain harus dapat menyampaiakan materi ajar, dalam pengajaran bahasa arab juga dituntut mampu memilih bahan yang sesuai dengan tujuan dan tingkat perkembangan siswa, kompetensi siswa, minat dan tingkat kecakapan baca. dari pengalaman peneliti mengajar di kelas xii mipa-2 madrasah aliyah negeri 2 kota malang, ternyata hal tersebut juga masih terjadi. hasil belajar bahasa arab masih menunjukan di bawah kkm. dengan demikian, dapat dipertanyakan bagaimana siswa mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang diharapkan melalui berbagai media cetak dalam waktu yang relatif singkat. oleh karena itu, peneliti perlu melakukan suatu upaya agar siswa di kelas xii mipa-2 madrasah aliyah negeri 2 kota malang dapat meningkatkan kemampuannya dengan menerapkan berbagai metode. salah satu metode yang akan digunakan oleh peneliti adalah pembelajaran kontekstual berbasis pemodelan. university of washington (dalam erianto, 2007:102 ) menyatakan pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah – masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa dan tenaga kerja. landasan filosofis ctl adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi merekonstuksi atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta – fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya. peneliti memilih pembelajaran kontekstual berbasis pemodelan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa karena pembelajaran kontekstual berbasis pemodelan dapat dipakai untuk mengukur tingkat keterbacaan sebuah wacana dan untuk melatih keterampilan dan kemampuan bahasa arab. berdasarkan uraian tersebut, peneliti perlu melakukan penelitian tindakan sebagai upaya peningkatan perestasi belajar siswa dengan judul penelitian, yaitu “peningkatan motivasi dan hasil belajar bahasa arab materi menyusun kata-kata / ungkapan-ungkapan acak menjadi kalimat sempurna dengan pembelajaran kontekstual berbasis pemodelan kelas xii mipa-2 madrasah aliyah negeri 2 kota malang tahun pelajaran 2019-2020 ”. metode penelitian metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan tiga siklus. subjek penelitian ini adalah peningkatan motivasi dan hasil siswa dalam pelajaran bahasa arab materi menyusun kata-kata / ungkapanungkapan acak menjadi kalimat sempurna di madrasah aliyah negeri 2 kota malang. jumlah subjek penelitian sebanyak 36 siswa kelas xii mipa-2 man 2 malang. penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus dan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2019— 2020. desain merupakan rancangan kegiatan dalam melakukan suatu tindakan yang akan dilakukan pada setiap siklus. desain yang matang perlu dilakukan setelah mengetahui masalah pembelajaran. sedangkan tindakan adalah melakukan kegiatan yang telah direncanakan. desain harus diwujudkan dengan adanya tindakan (acting) dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya. observasi, yaitu merekam atau mengamati segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan berlangsung dengan atau tanpa alat bantu. refleksi menerangkan apa yang telah terjadi dan tidak terjadi, serta menjajaki alternatif solusi yang perlu vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 205 dikaji, dipilih dan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan apa yang dikehendaki, sehingga dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi dalam kelasnya. 1. perencanaan (planning) sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dirumuskan masalah dan tujuan yang akan dicapai kemudian membuat rencana tindakan yang termasuk di dalamnya instrumen penelitian. pada tahap perencanaan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan menggunakan pembelajaran kontekstual berbasis pemodelan. 2. tindakan (action) tahap tindakan ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yang berupa tindakan di kelas. pada tahap ini peneliti dan guru berkolaborasi melaksanakan tindakan di kelas untuk meningkatkan hasil belajar bahasa arab materi menyusun kata-kata / ungkapanungkapan acak menjadi kalimat sempurna di madrasah aliyah negeri 2 kota malang dengan menggunakan pembelajaran kontekstual berbasis pemodelan. 3. pengamatan (observing) observasi adalah kegiatan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan penelitian yang dilakukan. proses pengamatan dilakukan bersamaan dengan waktu tindakan berlangsung. pengamatan ini bertujuan memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya. pada tahap ini peneliti mengamati partisipasi siswa dan kinerja guru ketika diterapkannya pembelajaran kontekstual berbasis pemodelan dalam pembelajaran di kelas. 4. refleksi (reflecting) refleksi yaitu menyajikan hasil pencapaian yang diperoleh dari tindakan yang telah dilakukan. tahap ini dilakukan untuk memikirkan kembali tindakan-tindakan yang telah dilakukan, tentang keberhasilan dan kekurangan, serta hambatan-hambatan yang dihadapi saat melakukan tindakan. hasil refleksi digunakan sebagai tindak lanjut dalam perencanaan tindakan siklus berikutnya. model penelitian ini merupakan bentuk kajian yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan melalui tindakan agar dapat memperbaiki praktik pembelajaran. penelitian tindakan merupakan strategi pemecahan masalah dengan tindakan nyata, kemudian merefleksikan hasil dari tindakan. hasil dari tindakan tersebut selanjutnya dijadikan pertimbangan dalam pemilihan tindakan berikutnya. penelitian dilakukan secara kolaborasi oleh peneliti dan guru bahasa arab madrasah aliyah negeri 2 kota malang. dalam prosedur penelitian tindakan kelas yang diterapkan dapat dilihat pada langkah-langkah berikut ini. 1. tahap perencanaan (planning) pada tahap perencanaan ini peneliti merumuskan masalah dan tujuan yang akan dicapai untuk memecahkan masalah barulah kemudian menyusun rancangan tindakan yang akan dilakukan dan mendiskusikannya dengan guru kelas. tahap ini dilakukan untuk mempermudah persiapan dalam penerapan pembelajaran kontekstual berbasis pemodelan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa arab materi menyusun kata-kata / ungkapan-ungkapan acak menjadi kalimat sempurna. selain itu digunakan untuk mengarahkan peneliti supaya vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 206 kegiatan yang dilakukan lebih sistematis dan terarah. kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini sebagai berikut ; a) peneliti bersama guru kolaborator mengadakan diskusi guna mengidentifikasi permasalahan yang muncul dan berkaitan dengan pembelajaran bahasa arab materi menyusun kata-kata / ungkapan-ungkapan acak menjadi kalimat sempurna, b) peneliti memberikan gagasan tentang penggunaan pembelajaran kontekstual berbasis pemodelan, dan belum pernah digunakan sebagai metode pembelajaran bahasa arab di kelas xii mipa-2 di madrasah aliyah negeri 2 kota malang, c) peneliti dan guru kolaborator membahas penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan dan penggunaan materi menyusun kata-kata / ungkapan-ungkapan acak menjadi kalimat sempurna dalam meningkatkan hasil belajar bahasa arab materi menyusun kata-kata / ungkapan-ungkapan acak menjadi kalimat sempurna siswa kelas xii mipa-2 di madrasah aliyah negeri 2 kota malang, d) peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp) berdasarkan silabus yang ada di sekolah mengenai materi dalam pelajaran bahasa arab pada siswa kelas xii-mipa-2. kemudian menetapkan indikator keberhasilan pelajaran, sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. rpp memuat kegiatan pembelajaran menggunakan pembelajaran kontekstual berbasis pemodelan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa arab, e) peneliti membuat instrumen penelitian berupa soal tes, instrumen panduan observasi, instrumen panduan wawancara, f) peneliti menyiapkan pembelajaran kontekstual berbasis pemodelan yang sesuai dengan tema yang terdapat dalam rpp, dan g) mengukur kemampuan siswa dengan melakukan tes sebelum tindakan. tes sebelum tindakan dilakukan supaya peneliti mengetahui kemampuan awal siswa pada pelajaran bahasa arab. sumber data penelitian yaitu siswa dan guru. sumber data dari siswa untuk memperoleh data tentang peningkatan motivasi dan hasil belajar bahasa arab materi menyusun kata-kata / ungkapan-ungkapan acak menjadi kalimat sempurna. sumber data dari guru untuk memperoleh data tentang penggunaan model pembelajaran berbasis pemodelan. dalam pengumpulan data teknik yang digunakan adalah menggunakan observasi dan angket. dalam analisis data teknik yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. teknik kuantitatif digunakan untuk menghitung besarnya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan menggunakan prosentase (%). teknk kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran hasil penelitian secara ; reduksi data, sajian deskriptif, dan penarikan simpulan. hasil dan pembahasan siklus i a) tahap perencanaan pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, lks 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolaan pembelajaran. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 207 b) tahap kegiatan dan pelaksanaan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus i dilaksanakan pada tanggal 06 s.d 13 agustus 2019, di madrasah aliyah negeri 2 kota malang tahun pelajaran 2019-2020. dengan jumlah siswa 36 orang. dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. c) pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif i dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. adapun data hasil penelitian pada siklus i. adalah seperti pada tabel berikut : berdasarkan tabel distribusi nilai tes bahasa arab dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan pada siklus 1 dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas terdiri dari 19 orang, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas terdiri atas 17 orang. dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 72,7 atau ada 19 siswa dari 36 siswa sudah tuntas belajar. hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 52,77%, lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85 %. hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan. d) refleksi dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1) guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran 2) guru kurang baik dalam pengelolaan waktu 3) siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung. e) revisi rancangan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus i ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. 1) guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. di mana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. 2) guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan 3) guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 208 siklus ii a) tahap perencanaan pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif ii dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b) tahap kegiatan dan pelaksanaan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus ii dilaksanakan pada tanggal 20 s.d 27 agustus 2019, di madrasah aliyah negeri 2 kota malang tahun pelajaran 2019-2020. dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus i, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus i tidak terulang lagi pada siklus ii. pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif ii dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. instrumen yang digunakan adalah tes formatif ii. adapun data hasil penelitian pada siklus ii dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas 26 orang, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas ada 10 orang dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76.66% dan ketuntasan belajar mencapai 72,22 % atau ada 26 siswa dari 36 siswa sudah tuntas belajar. hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus ii ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan cukup lebih baik dari siklus i. adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dalam pembelajara menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan . c) refleksi dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut, yaitu memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, dan pengelolaan waktu d) revisi pelaksanaaan pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus ii ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus iii antara lain: 1) guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung. 2) guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya. 3) guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep. 4) guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 5) guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 209 siklus iii a) tahap perencanaan pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b) tahap kegiatan dan pengamatan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus iii dilaksanakan pada tanggal 04 s.d 11 september 2019, di madrasah aliyah negeri 2 kota malang tahun pelajaran 2019-2020, dengan jumlah siswa 36 siswa. dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus ii, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus ii tidak terulang lagi pada siklus iii. pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif iii dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. instrumen yang digunakan adalah tes formatif iii. adapun data hasil penelitian pada siklus iii adalah jumlah siswa yang tuntas 36 orang dan jumlah siswa yang belum tuntas tidak ada. berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 86.90 % dari 36 siswa telah tuntas secara keseluruhan. maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 100 % ( termasuk kategori tuntas ). hasil pada siklus iii ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus ii. adanya peningkatan hasil belajar pada siklus iii ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan pada pelajaran bahasa arab , sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. di samping itu ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja sama dari siswa yang telah menguasai materi pelajaran untuk mengajari temannya yang belum menguasai. c) refleksi pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan model pembelajaran berbasis pemodelan. dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut: 1) selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. 2) berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. 3) kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. 4) hasil belajar siswa pada siklus iii mencapai ketuntasan. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 210 d) revisi pelaksanaan pada siklus iii guru telah menerapkan media gambar, dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan model pembelajaran berbasis pemodelan, dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. analisis hasil kegiatan dari hasil kegiatan analisis dapat disimpulkan bahwa 1. terjadi peningkatan prestasi setelah diberi tindakan yaitu 72,66% menjadi 76,61 % ada kenaikan sebesar = 3,94 %. 2. dari sebelum tindakan untuk materi menyimak (siklus 1 ) dan setelah tindakan sampai dengan ( siklus 2 ) 76,61 % menjadi 86,94 %, dan dari ( siklus 2) ke (siklus 3 ) juga ada peningkatan sebanyak 86,94 % 76,61% = 10,33 %. 3. rata – rata siswa sebelum diberi tindakan 52,77 % ( siklus i ) naik 72,22 % siklus ii, dan siklus iii meningkat menjadi 100 %. refleksi dan temuan berdasarkan pelaksanaan tindakan maka hasil observasi nilai, hasil dapat dikatakan sebagai berikut : a. pertemuan pertama kegiatan belajar-mengajar menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan belum berhasil karena dalam pembelajaran masih terlihat siswa yang bermain, bercerita, dan mengganggu siswa lain; b. model pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan , dalam hal peningkatan prestasi rata-rata nilai belum tampak, sehingga hasil yang dicapai tidak tuntas. c. mungkin karena proses belajar mengajar yang dilakukan adalah pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan yang baru mereka laksanakan sehingga siswa merasa kaku dalam menerapkannya. d. akan tetapi setelah dijelaskan, mereka bisa mengerti dan buktinya pada pertemuan kedua dan ketiga proses kegiatan belajar mengajar berjalan baik, semua siswa aktif dan lebihlebih setelah ada rubrik penilaian proses, seluruh siswa langsung aktif belajar. pembahasan hasil penelitian 1. ketuntasan hasil belajar siswa berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan memiliki dampak positif dalam meningkatkan pemahaman siswa, hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru ( ketuntasan belajar meningkat dari siklus i, ii, dan iii ) yaitu; 52,77% ; 72,22% ; 100%, pada siklus iii ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 211 2. kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan dalam setiap siklus mengalami peningkatan. hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. 3. aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkahlangkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan dengan baik. hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab di mana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar. berdasarkan hasil penelitian di atas, maka hasil belajar siswa untuk pelajaran bahasa arab dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan hasilnya sangat baik. hal itu tampak pada pertemuan pertama dari 36 orang siswa yang hadir pada saat penelitian ini dilakukan nilai rata rata mencapai ; 72,67 %; 76,61 % ; 86,94 %. dari analisis data di atas bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan pada pelajaran bahasa indonsia kelas xii mipa-2, yang berarti proses kegiatan belajar mengajar lebih berhasil dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada siswa kelas xii mipa-2 di madrasah aliyah negeri 2 kota malang, oleh karena itu diharapkan kepada para guru ma dapat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan di kelas xii-mipa. berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan ( ktsp ) siswa dikatakan tuntas apabila siswa telah mencapai nilai standar ideal 75 mencapai ≥ 85 %. sedangkan pada penilitian ini, pencapai nilai ≥ 75 pada ( siklus 3 ) mencapai melebihi target yang ditetapkan dalam ktsp yaitu mencapai 100 %. dengan demikian maka hipotesis yang diajukan dapat diterima. kesimpulan dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. pembelajaran bahasa arab dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan memiliki dampak positif dalam meningkatkan motiasi dan hasil belajar siswa di madrasah aliyah negeri 2 kota malang yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu ; 52,77% ( siklus i ) ; 72,22% ( siklus ii ) ; 100% ( siklus iii ). 2. penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan pada pelajaran bahasa arab mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. 3. penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan efektif dalam meningkatkan kembali materi ajar yang telah diterima siswa selama ini, sehingga mereka merasa siap untuk menghadapi pelajaran berikutnya. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 212 daftar rujukan a. sardiman. 1990, "interaksi dan motivasi belajar mengajar", jakarta: cv. rajawali pers. arikunto, suharsimi, 2007, "penelitian tindakan kelas", jakarta: bumi aksara. asrori, imam.1995, "permainan penunjuang ketrampilan berbahasa", malang. b. uno, hamzah. 2007, "teori motivasi dan pengukurannya analisis di bidang pendidikan", jakarta: bumi aksara. djamarah, syaiful bahri. 2002. psikologi belajar. jakarta: rineka cipta. mulyasa.2003. kurikulum berbasis kompetensi. konsep; karakteristik dan implementasi. bandung : p.t. remaja rosdakarya. nasution s., 2001. berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar. bina aksara. jakarta. slameto.1995, "belajar dan faktor-faktor yang mepengaruhinya", jakarta: pt. rineka cipta. suryabrata, sumadi. 1984, "psikologi pendidikan", jakarta: rajawali press. syah, muhibbin. 2002, "psikologi pendidikan dengan pendekatan baru", bandung: pt.remaja rosdakarya. uzer, usman, moh. 1995, "menjadi guru profesional", bandung: remaja rosdakarya. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.55 309 received : 07-10-2020 revised : 25-11-2020 published : 08-12-2020 meningkatkan pemahaman konsep volume kubus dan balok melalui pembuatan bangun ruang 3d geogebra ramdaniah sdn 02 kepahiang, indonesia ramdaniahhabibun@gmail.com abstrak: tujuan dilaksanakannya penelitian best practice ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep volume kubus dan balok melalui pembuatan bangun ruang 3d geogebra pada siswa kelas 5 sdn 02 kepahiang. metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian analisis deskriptif dengan subjek penelitian siswa kelas 5c sdn 02 kepahiang, dengan jumlah siswa 34 orang, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. penelitian ini dilaksanakan tanggal 15 januari 2019. teknik pengumpulan data diperoleh dari data tes akhir dan data hasil observasi lapangan. teknik analisis data dengan cara mengolah dan menganalisis data tes akhir dan data hasil observasi secara deskriptif dengan rubrik dan penskoran yang telah ditentukan untuk mengetahui keberhasilan dan kekurangan saat proses pembelajaran. dari pelaksanaan tindakan dan hasil analisis data diperoleh hasil penilaian aspek pengetahuan nilai rata-rata kelasnya adalah 92, dan persentase ketuntasan belajarnya adalah 91%. hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar dinyatakan berhasil karena menurut kurikulum satuan pendidikan sdn 02 kepahiang persentase ketuntasan belajar secara klasikal dinyatakan tuntas apabila telah mencapai 75% dari jumlah siswa mendapat nilai ≥70. secara umum hasil analisis penilaian sikap, dan keterampilan mulai berkembang dimana siswa telah memperlihatkan perilaku yang diharapkan. berdasarkan analisis data dan hasil penilaian dapat disimpulkan bahwa pembuatan bangun ruang 3d pada aplikasi geogebra dapat meningkatkan pemahaman konsep volume kubus dan balok pada siswa kelas 5 sdn 02 kepahiang. abstract: the purpose of implementing this best practice research is to improve understanding of the volume concept of cubes and blocks through the creation of 3d geogebra spaces for 5th grade students of sdn 02 kepahiang. the research method used was descriptive analysis research with the research subjects of grade 5c sdn 02 kepahiang, with a total of 34 students, consisting of 18 male students and 16 female students. this research was conducted on january 15, 2019. data collection techniques were obtained from final test data and field observation data. the data analysis technique is by processing and analyzing the final test data and the observation result data descriptively with predetermined rubrics and scoring to determine the successes and weaknesses during the learning process. from the implementation of the action and the results of the data analysis, it was found that the assessment of the knowledge aspect the class average score was 92, and the percentage of completeness in learning was 91%. this shows that learning completeness is declared successful because according to the sdn 02 kepahiang education unit curriculum the percentage of classical learning completeness is declared complete when 75% of the total students score ≥70. in general, the results of the analysis of attitude assessment and skills begin to develop where students have shown the expected behavior. based on data analysis and the results of the assessment, it can be concluded that making 3d spatial shapes in the geogebra application can improve understanding of the volume concept of cubes and blocks in grade 5 sdn 02 kepahiang students. . kata kunci: media, 3d geogebra, konsep volume mailto:ramdaniahhabibun@gmail.com vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.55 310 pendahuluan karakteristik pembelajaran matematika lebih menekankan pada membangun atau mengonstruksi pengetahuan tentang konsep yang sedang dibahas. untuk mengontruksi pengetahuan tentang konsep tersebut, guru harus kreatif dalam memilih dan menentukan media atau perantara yang sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran tersebut, agar pesan materi yang ingin kita sampaikan mudah dipahami oleh siswa. pemanfaatan media pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran sangatlah penting, mengingat peran media pembelajaran tersebut sebagai perantara dari pemberi dan penerima informasi, sehingga informasi yang akan disampaikan akan lebih jelas. seperti yang dikemukakan sobry sutikno (2013:37) bahwa kesempurnaan belajar hanya dapat tercapai apabila media pembelajarannya menggunakan bahan-bahan audio-visual yang mendekati realitas. salah satu materi pokok dalam pelajaram matematika di sekolah dasar adalah volume bangun ruang. volume bangun ruang adalah banyaknya satuan volume (satuan takaran) yang dapat digunakan untuk mengisi hingga penuh bejana tersebut. rumus volume bangun ruang seperti prisma, tabung, kerucut, dan limas dapat diturunkan dari rumus volume balok, oleh karena itu rumus volume balok harus dipelajari terlabih dahulu di kelas 5. untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap konsep volume balok, di dalama proses pembelajaran guru hendaknya mengunakan media atau alat peraga yg sesuai dengan karakteristik materi serta siswa. salah satu alternatif media yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran volume bangun ruang adalah pembuatan grafik 3d dalam aplikasi geogebra. menurut choirul listiani dkk. (2017), geogebra merupakan kependekan dari geometry (geometri) dan algebra (aljabar). tetapi geogebra juga menggabungkan geometri, aljabar, table, grafik, statistik dan kalkulus dalam satu paket yang mudah dan dapat digunakan untuk semua jenjang pendidikan. sedang grafik 3d geogebra adalah salah satu pilihan toolbar dalam tampilan grafik 3d (tiga dimensi) untuk mengontruksi bangun ruang yang dapat bergerak dinamis. pembuatan grafik 3d dalam aplikasi geogebra ini diyakini diminati oleh siswa, karena selain rata-rata siswa telah mempunyai keterampilan tik khususnya komputer yang mereka pelajari secara otodidak di rumah, siswa juga akan bekerja secara lanngsung di laptopnya masing-masing keuntungan pembuatan media grafik 3d dalam aplikasi geogebra ini anatara lain: 1. pembuatannya tergolong mudah walaupun kemampuan dasar komputer siswa masih minim/pemula. 2. gambar grafik 3d yang telah tersimpan di lapton dapat dipergunakan kembali saat dibutuhkan oleh siswa. 3. gambar grafik 3d kubus atau balok dapat bergerak dinamis karena dalam tampilan grafik 3d sehingga dapat dilihat dengan jelas jumlah kubus satuan yang membentuk kubus atau balok serta bagian alas ataupun tingginya. 4. pemahaman konsep volume kubus dan balok diharapkan dapat bertahan dalam ingatan siswa karena siswa melihat dan membuat sendiri medianya. berdasarkan refleksi hasil pembelajaran pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019, bahwa siswa kelas v sd negeri 02 kepahiang kurang menyukai muatan pelajaran matematika karena materi muatan pelajaran matematika sulit untuk dipahami, yang akhirnya menyebabkan hasil belajar siswa yang rendah. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.55 311 berdasarkan data nilai raport semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 dikethui bahawa nilai rata-rata kelas muatan pelajaran matematika menduduki urutan terendah yaitu 66,97. dari hasil angket yang dilaksanakan di awal semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 diketahui bahwa 76,47% siswa menyatakan tidak menyukai muatan pelajaran matematika. 82,35% siswa menyatakan bahwa materi yang paling sulit dimengerti adalah muatan pelajaran matematika. dan 88,24% siswa menyatakan bahwa pelajaran yang paling sering menggunakan media pembelajaran adalah muatan pelajaran ipa, bukan matematika. dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa kurang menyukai muatan pelajaran matematika karena materinya sulit dimengerti, materi muatan pelajaran matematika sulit dimengerti karena dalam proses pembelajaran guru jarang menggunakan alat peraga atau media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristi materi serta siswa . untuk mengatasi permasalah di atas, khususnya pada kompetensi dasar 3.5 menjelaskan dan menentukan volume bangun ruang dengan menggunakan satuan volume (seperti kubus satuan), peneliti berusaha mencari jalan keluarnya dengan memanfaatkan aplikasi geogebra. aplikasi ini penulis dapatkan dari modul pengembangan keprofesian berkelanjutan (pkb) dengan kelompok kompetensi i materi pedagogik tentang pemanfaatan tik dalam pembelajaran di sekolah dasar. selain untuk meningkatkan minat belajar siswa, pemanfaatan aplikasi geogebra dalam pembelajaran matematika adalah untuk mengatasi kekurangan buku teks pelajaran di kelas. berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah pada best practices ini adalah “bagaimana pembuatan bangun ruang 3d (tiga dimensi) pada aplikasi geogebra dapat meningkatkan pemahaman konsep volume kubus dan balok pada siswa kelas 5 sdn 02 kepahiang?” tujuan dilaksakannya best practices ini sesuai dengan permasalahan tersebut adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep volume kubus dan balok pada siswa kelas 5 sdn 02 kepahiang melalui pembuatan bangun ruang 3d (tiga dimensi) pada aplikasi geogebra. metode jenis penelitian yang dilaksanakan adalah best practice yaitu mendeskripsikan pengalaman terbaik yang dialami oleh penulis dalam menerapkan inovasi pembelajaran di kelasnya. model penelitian best practice yang digunakan penulis adalah model spiral dari kemmis dan taggart dalam wahyudi siswanto (2010:12). gambar 1. tahapan pelaksanaan best practice plan reflection action & observation vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.55 312 best practice ini dilakukan pada hari senin tanggal 15 januari 2019 dengan subjek penelitian 34 orang siswa kelas 5c sdn 02 kepahiang, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. materi pokok yang diajarkan volume bangun ruang dengan kompetensi dasar 3.5 menjelaskan dan menentukan volume bangun ruang dengan menggunakan satuan volume (seperti kubus satuan). pengumpulan data dalam best practice ini menggunakan tiga jenis data yang akan menggunakan tiga betuk instumen yaitu; lembar observasi penilaian, lembar pengamatan penilaian keterampilan dan format rakpitulasi nilai pengetahuan hasil belajar. ketiga jenis data tersebut dikumpulkan oleh penulis bersama observer pada saat proses pembelajaran berlangsung. teknik analisis data yang diperoleh yaitu data hasil tes dan data hasil observasi diadopsi dari permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan. untuk mengukur pengetahuan siswa dilakukan tes akhir pembelajaran. berdasarkan kurikulum satuan pendidikan sdn 02 kepahiang bahwa pembelajaran dikatakan tuntas secara klasikal apabila persentase ketuntasannya telah mencapai 75% dari jumlah siswa, sedangkan kkm untuk kompetensi dasar 3.5 menjelaskan dan menentukan volume bangun ruang dengan menggunakan satuan volume (seperti kubus satuan) adalah 70. selain penilaian pengetahuan dalam best practice ini juga diadakan penilaian sikap dan keterampilan, yang masing-masing penilaian tersebut mempunyai rubriknya yang jelas sesuai dengan permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan. tabel 1. rubrik penilaian sikap siswa no. nama siswa aktifitas/nilai kerja sama keaktifan partisipasi inisiatif 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. dst keterangan 1. apabila peserta didik belum memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator (belum terlihat = bt) 2. apabila sudah memperlihatkan perilaku tetapi belum konsisten yang dinyatakan dalam indikator (mulai terlihat = mt). 3. apabila sudah memperlihatkan perilaku dan sudah kosisten yang dinyatakan dalam indicator (mulai berkembang = mb) . 4. apabila sudah memperlihatkan perilaku kebiasaan yang dinyatakan dalam indikator (mulai membudaya = mm). vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.55 313 tabel 2. rubrik penilaian keterampilan siswa nama kelompok : ........... no aspek yang dinilai skala penilaian 4 3 2 1 1. membuat bangun kubus dengan kubus satuan melalui aplikasi geogebra. 2. membuat bangun balok dengan kubus satuan melalui aplikasi geogebra. 3. mengekspor bangun kubus dan balok ke dalam grafik 3d dengan tampilan grafik 3d. jumlah keterangan: kriteria penilaian dapat dilakukan sebagai berikut:  4 = sangat baik  3 = baik  2 = kurang  1 = sangat kuranng hasil hasil penelitian dengan pembuatan grafik 3d dari aplikasi geogebra ini, dapat di lihat pada hasil kerja siswa secara berkelompok dengan membuat sendiri model kubus dan balok melalui aplikasi geogebra berdasarkan instruksi penulis, jadi siswa pada saat pelaksanaan pembuatan model kubus dan balok bekerja mengikuti instruksi guru yang langsung memberi contoh model kubus dan balok tersebut, setelah pemberian contoh tersebut siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi kemampuannya untuk membuat model bangun ruang kubus dan balok sebagai pengayaan dalam bentuk apapun, kemudian hasil pembuatan model kubus dan balok tersebut disimpan dalam tampilan grafik 3d. beberapa hasil pembuatan model kubus dan balok dalam tampilan grafik 3d, dapat dilihat pada foto pembelajaran dan gambar berikut ini. gambar 1. pelaksanaan pembelajaran pembuatan kubus kelompok imam bonjol vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.55 314 ga mba r 2 . mo d el k ub us d ar i ke lo mp o k i ma m b o n j o l gambar 3. pelaksanaan pembelajaran pembuatan balok kelompok r.a kartini gambar 4. pembuatan model balok gabungan (pengayaan) \ gambar 5. model balok gabungan (pengayaan) vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.55 315 pembahasan setelah pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan rpp yang disiapkan, diperoleh data sebagai berikut: gambar 6. grafik rekapitulasi penilaian sikap berdasarkan rekapitulasi nilai sikap dengan karakter kerjasama, keaktifan, partisipasi, dan inisiatip, dapat dilihat modus karakter yang muncul secara klasikal dengan rubrik: 1. apabila peserta didik belum memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indicator (belum terlihat = bt) 2. apabila sudah memperlihatkan perilaku tetapi belum konsisten yang dinyatakan dalam indicator (mulai terlihat = mt). 3. apabila sudah memperlihatkan perilaku dan sudah kosisten yang dinyatakan dalam indicator (mulai berkembang = mb) . 4. apabila sudah memperlihatkan perilaku kebiasaan yang dinyatakan dalam indikator (mulai membudaya = mm). grafik tersebut menggambarkan bahwa pada karakter kerjasama, keaktifan, dan partisipasi modus rubrik yang muncul adalah rubrik 3, yang artinya bahwa karakter kerjasama, keaktifan, dan partisipasi dalam kelompok secara klasisikal mulai berkembang (mb) dimana siswa telah memperlihatkan secara konsisten perilaku kerjasama, aktif, dan berpartisipasi dalam kerja kelompok. pada karakter inisiatif modus rubrik yang muncul adalah rubrik 2, yang artinya bahwa karakter inisiatip secara klasikal mulai terlihat (mt) dimana siswa telah memperlihatkan perilaku inisiatip hanya belum konsisten dilakukan. pada penilaian keterampilan yakni menyajikan(presentasi) cara menentukan volume kubus dan balok dengan kubus satuan menggunakan media grafik 3d dari aplikasi geogebra. presentasi dilakukan perkelompok secara bergiliran yang menampilkan hasil diskusi kelompok pada saat membuat media grafik 3d dengan aplikasi geogebra. penilain keterampilan ini dilakukan oleh rekan observer dengan format penilaian yang telah ditentukan, pada saat perwakilan kelompok siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. hasil presentasi siswa dapat dilihat pada tabel berikut: 17 16 16 12 0 5 10 15 20 kerjasama modus 3 keaktifan modus 3 partisipasi modus 3 inisiatif modus 2 b a n y a k s is w a rubrik karakter yang muncul grafik penilaian sikap vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.55 316 tabel 3. rekapitulasi penilaian keterampilan no. nama kelompok kriteria penilaian sangat baik baik cukup kurang 1. jend. sudirman √ 2. kapitan patimura √ 3. imam bonjol √ 4. teuku umar √ 5. r.a kartini √ 6. cuy nya dien √ 7. dewi sartika √ 8. cut meutiah √ berdasarkan tabel rekapitulasi penilaian keterampilan tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata kriteria penilaian secara berkelompok adalah sudah baik, dimana terdapat tiga kelompok yang sudah sangat baik dalam mempresentasikan dan dapat menyimpulkan hasil diskusi kelompoknya dan terdapat lima kelompok yang memperoleh kriteria baik dalam presentasi hasil diskusi kelompoknya. hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan siswa telah memahami cara menerapkan pembuatan kubus dan balok 3d pada aplikasi geogebra dan telah memahami konsep menentukan volume kubus dan balok dengan menghitung jumlah kubus satuannya ataupun dengan menentukan volum kubus dan balok dengan menggunakan rumus. tabel 4. rekap nilai pengetahuan hasil evaluasi no. nama siswa nilai tuntas/tidak tuntas keterangan 1. ahmad avatar rizky 87,5 tuntas pengayaan 2. ahmad gusti firmansyah 100 tuntas pengayaan 3. alfariz aby oktarian 100 tuntas pengayaan 4. anggun permata sari 100 tuntas pengayaan 5. dea melan sari 100 tuntas pengayaan 6. dean villa claresi 12,5 tidak tuntas remedial 7. diya shifa lingga sari 100 tuntas pengayaan 8. eni sintia 100 tuntas pengayaan 9. farel trio irwansyah 100 tuntas pengayaan 10. femas ilham kurniawan 100 tuntas pengayaan 11. fitria novita sari 87,5 tuntas pengayaan 12. gilbert antonius s 100 tuntas pengayaan 13. ivan cristian yulianto p 100 tuntas pengayaan 14. keyla asyfa fadli 100 tuntas pengayaan 15. laudy abelia mi'raj 100 tuntas pengayaan 16. m. ilham aqiby nasution 75 tuntas pengayaan 17. mark gabriel suliawan 87,5 tuntas pengayaan 18. marsela dianti 100 tuntas pengayaan 19. muhammad farhan 100 tuntas pengayaan 20. m. zelvin agusliady 100 tuntas pengayaan 21. naila safira 90 tuntas pengayaan 22. nizar pazari 87,5 tuntas pengayaan 23. nurul anisa harahap 62,5 tidak tuntas remedial 24. nyimas raya belicia 87,5 tuntas pengayaan 25. pandu risky isiamy 100 tuntas pengayaan 26. sally athania 100 tuntas pengayaan vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.55 317 27. saskia melisa 100 tuntas pengayaan 28. silvina pitaloka 100 tuntas pengayaan 29. sophi anandika putri 100 tuntas pengayaan 30. thedy ahmat zakri 100 tuntas pengayaan 31. tika fitriani 50 tidak tuntas remedial 32. yolanda nataline m 100 tuntas pengayaan 33. zahra indriana putri 100 tuntas pengayaan 34. zhery febrian 87,5 tuntas pengayaan jumlah nilai 3115 rata-rata kelas 92 persentase ketuntasan 91% persentase tidak tuntas 9% gambar 7. rekapitulasi hasil evaluasi dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa penilaian aspek pengetahuan nilai rata-rata kelasnya adalah 92, dan persentase ketuntasan belajarnya adalah 91%. hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar pada kompetensi dasar 3.5 menjelaskan dan menentukan volume bangun ruang dengan menggunakan satuan volume (seperti kubus satuan) dinyatakan berhasil karena menurut kurikulum satuan pendidikan sdn 02 kepahiang persentase ketuntasan belajar secara klasikal dinyatakan tuntas apabila telah mencapai 75% dari jumlah siswa mendapat nilai ≥ 75, karena kriteria ketuntasan minimal (kkm) untuk kompetensi dasar 3.5 menjelaskan dan menentukan volume bangun ruang dengan menggunakan satuan volume (seperti kubus satuan) adalah 70. pencapaian ketuntasan belajar secara klasikal tersebut dipengaruhi oleh penggunaan media pembelajaran yang digunakan khususnya pembuatan bangun ruang 3d geogebra dapat meningkatkan pemahaman konsep volume kubus dan balok pada kompetensi dasar 3.5 menjelaskan dan menentukan volume bangun ruang dengan menggunakan satuan volume (seperti kubus satuan), oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pemilihan media pembelajaran tersebut sudah tepat dan bermanfaat hal ini menunjukkan bahwa pendapat azhar arsyad (2013: 25-26) bahwa beberapa manfaat dari penggunaan media adalah memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, meningkatkan dan 23 1 6 1 1 1 1 0 5 10 15 20 25 100 90 87,5 75 62,5 50 12,5 b a n y a k s is w a nilai rekap nilai evaluasi vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.55 318 mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan minat belajar siswa, dan memberikan kesamaan pengalaman pada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka adalah benar. terkait juga dengan yang dikemukakan oleh filosofi cina bahwa saya melihat, saya akan ingat. saya melakukan, saya lebih paham (zainal aqib, 2013). juga yang dikemukakan oleh people masih dalam zainal aqib (2013) bahwa pengetahuan yang kita peroleh didapatkan dari 75% dari melihat. mengapa menggunakan media grafik 3d geogebra? karena dengan membuat bangun ruang 3d geogebra, gambar bangun ruang kubus dan balok dapat dilihat dengan jelas jumlah kubus satuan bagian alas, dan juga dapat langsung menghitung jumlah lapisan kubus satuan sebagai tinggi kubus dan balok tersebut, karena gambar grafik 3dnya dapat bergerak dinamis dengan cara menggeser kursor ke arah yang diinginkan. dengan demikian siswa dapat membuat simpulan bahwa untuk menentukan volume kubus dan balok dapat dengan cara menghitung jumlah kubus satuan yang membentuk kubus dan balok dan dapat juga menggunakan rumus, yakni luas alas kubus atau balok dikali jumlah lapisan kubus satuan sebagai tingginya. simpulan berdasarkan data hasil dan pembahasan masalah diperoleh simpulan bahwa dengan membuat sendiri bangun ruang 3d menggunakan aplikasi geogebra dapat meningkatkan pemahaman konsep volume kubus dan balok pada siswa kelas 5 sdn 02 kepahiang. bagi guru atau rekan yang ingin mengaplikasi media pembelajaran geogebra ini, diharapkan untuk mempelajari lebih lanjut cara menggunakan aplikasi geogebra secara rinci di channel youtube atau media sosial lainnya. daftar rujukan [1] sobry sutikno. 2013. belajar dan pembelajaran. lombok: holistica. [2] agus n cahyo. 2012. panduan aplikasi teori-teori belajar mengajar teraktual dan terpopuler. jogjakarta: diva press. [3] zainal aqib. 2013. model-model, media, dan strategi pembelajaran kontekstual (inovatif). bandung: yrama widya. [4] azhar arsyad. 2013. media pembelajaran. jakarta: pt. rajagrafindo persada. [5] choirul listiani dkk. 2017. modul pengembangan keprofesian berkelanjutan kelompok kompetensi i. jakarta: kementerian pendidikan dan kebudayaan direktorat jenderal guru dan tenaga kependidikan. [6] wahyudi siswanto, dan imam suyitno. 2010. penelitian tindakan kelas. malang: pt. pertamina dan universitas negeri malang. [7] peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan. http://kbbi.web.id/karakter vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.45 223 received : 23-09-2020 revised : 12-10-2020 published : 03-11-2020 peningkatan hasil pembelajaran ppkn melalui media audio visual pada siswa kelas v sd slamet sd negeri 02 wonokerto kulon pekalongan, indonesia rahmanrokhimin@gmail.com abstrak: tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran ppkn dengan menggunakan media pembelajaran audio visual. penggunaan media audio visual dapat membuat pembelajaran lebih efektif dan efisien serta meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian siswa kelas v sd negeri 02 wonokerto kulon. hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 3,20, yaitu 83,48 dari siklus i menjadi 86,68 pada siklus ii, dengan kriteria tingkat keberhasilan termasuk kategori b (baik). partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran juga terjadi peningkatan dari 82,86 di siklus i menjadi 90,71 di siklus ii atau naik 7,85 %. persentase partisipasi siswa mencapai 90,71 % artinya pembelajaran dengan menggunakan media audio visual memiliki pengaruh terhadap partisipasi belajar siswa. abstract: the purpose of this study was to describe the increase in student learning outcomes in ppkn learning using audio-visual learning media. the use of audio-visual media can make learning more effective and efficient and increase student participation in learning. this research is a classroom action research with the research subject of fifth grade students of sd negeri 02 wonokerto kulon. the results showed that there was an increase in the class average value of 3.20, namely 83.48 from the first cycle to 86.68 in the second cycle, with the criteria for the level of success including category b (good). student participation in learning also increased from 82.86 in the first cycle to 90.71 in the second cycle, an increase of 7.85%. the percentage of student participation reaches 90.71%, meaning that learning using audio-visual media has an influence on student participation. kata kunci: media pembelajaran, audio visual, ppkn mailto:rahmanrokhimin@gmail.com vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.45 224 pendahuluan pengajaran mata pelajaran ppkn di sekolah, khususnya di tingkat sekolah dasar dianggap masih kurang memuaskan. hal tersebut dapat dilihat dari hasil survei penulis di salah satu sekolah dasar, khususnya materi yang berkaitan dengan keanekaragaman suku dan budaya indonesia, yang mana terbukti bahwa dari 25 siswa terdapat 14 siswa yang mendapat nilai 5. berarti ada sekitar 56% anak yang belum menguasai materi pembelajaran tersebut. disamping itu guru dalam menerangkan kepada murid mengenai keanekaragaman suku dan budaya indonesia cenderung hanya dengan cerita dan cerita itu sifatnya monoton. berdasarkan kondisi tersebut, dapat diketahui bahwa banyak siswa yang belum maksimal dalam menerima pelajaran, bahkan siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran di kelas yang menyebabkan siswa cepat bosan. anak lambat sekali dalam menerima pelajaran. akibat lambatnya penguasaan materi tersebut menyebabkan sebagian besar siswa setiap ulangan nilainya rendah. dengan rendahnya nilai tersebut mengakibatkan belum tercapainya kkm (kriteria ketuntasan minimal) yang diharapkan. penyebab terjadinya kondisi di atas antara lain metode yang digunakan, tidak tersedianya alat peraga, perhatian orang tua yang sangat kurang, gizi anak yang tidak diperhatikan dan juga lingkungan tempat tinggal siswa yang tidak mendukung, misalnya sering terjadi rob. penyebab-penyebab di atas paling dominan adalah tidak tersedianya alat peraga, terutama alat peraga yang berhubungan dengan media audio visual. media audio visual sangat menarik minat belajar siswa terhadap mata pelajaran yang akan disampaikan. dengan memahami berbagai macam penyebabnya, maka dapat ditarik kesimpulan untuk memberikan suatu tindakan. tindakan yang diberikan adalah memperbaiki dan membuat berbagai macam alat peraga. alat peraga yang ditampilkan adalah media audio visual yang berkaitan dengan keanekaragaman suku dan budaya indonesia. dengan tindakan tersebut, diharapkan mampu memperbaiki proses belajar mengajar dan meningkatkan prestasi siswa meningkat serta kkm ( kriteria ketuntasan minimal ) dapat tercapai. raharjo (1991) menyatakan bahwa visualisasi mempermudah orang untuk memahami suatu pengertian. media cukup banyak macamnya, raharjo (1991) menyatakan bahwa ada media yang hanya dapat dimanfaatkan bila ada alat untuk menampilkannya. ada pula yang penggunaannya tergantung pada hadirnya seorang guru, tutor atau pembimbing (teacher independent ). dari berbagai ragam dan bentuk media pengajaran, pengelompokan atas media dan sumber belajar dapat juga ditinjau dari jenisnya, yaitu dibedakan menjadi media audio, media visual, media audio visual, dan media serba aneka. metode penelitian penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara bertahap, yaitu dengan dua siklus penelitian. penelitian tindakan kelas dilakukan pada sd negeri 02 wonokerto kulon kecamatan wonokerto kabupaten pekalongan pada semester i tahun pelajaran 2010/2011. subjek penelitian ptk adalah siswa kelas v sd negeri 02 wonokerto kulon. objek penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar siswa dalam pelajaran ppkn dengan materi keanekaragaman suku dan budaya indonesia melalui media audio visual. penelitian ini dirancang menjadi 2 siklus utama yaitu siklus i dan siklus ii. masingmasing siklus terdiri dari langkah-langkah perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). model penelitian ini merupakan bentuk kajian yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan melalui tindakan agar dapat memperbaiki praktik pembelajaran. penelitian tindakan merupakan strategi pemecahan 23 vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.45 225 masalah dengan tindakan nyata, kemudian merefleksikan hasil dari tindakan. hasil dari tindakan tersebut selanjutnya dijadikan pertimbangan dalam pemilihan tindakan berikutnya. dalam siklus i perlu adanya identifikasi yang jelas terhadap konsep-konsep yang akan diajarkan. penelitian ini telah memenuhi kriteria tersebut, yakni memuat konsep mengenai metode pembelajaran dengan audio visual terhadap prestasi belajar siswa. dengan penelitian ini juga dapat ditemukan kendala yang dihadapi guru dalam penerapannya, serta solusi apa yang diberikan. apabila di dalam pelaksanaan siklus i masih belum berhasil maka dilanjutkan ke siklus ii. siklus ii dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus i. pada siklus ii ini, tindakan yang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus i guna mencapai target. kegiatan pada siklus ii juga melalui tahapan yang sama seperti siklus i, yaitu meliputi perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observation), refleksi (reflecting). teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan angket. sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu siswa dan guru. data dari siswa berupa data hasil peningkatan prestasi belajar siswa dalam pelajaran ppkn dengan materi keanekaragaman suku dan budaya indonesia melalui media audio visual. teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (a) kuantitatif yang digunakan untuk menghitung besarnya peningkatan prestasi belajar siswa dengan media audio visual menggunakan persentase (%) dan (b) kualitatif yang digunakan untuk memberikan gambaran hasil penelitian secara reduksi data, sajian deskriptif, dan penarikan simpulan. hasil dan pembahasan siklus 1 tindakan siklus i dilaksanakan diawali dengan presensi siswa dan dilanjutkan dengan menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta tujuan pembelajaran. dalam kegiatan pendahuluan peneliti memberi motivasi berupa pertanyaan tentang suku bangsa di indonesia dan apersepsi. siswa diminta membuka lks dan buku yang sudah dimiliki, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan soal yang sudah ditentukan oleh guru dengan berkelompok. dalam siklus i, peneliti menyampaikan materi pokok dengan menggunakan metode ceramah bervariasi dan diskusi. pada saat proses kegiatan belajar-mengajar, peneliti menggunakan media audio visual sebagai alat bantu untuk menarik siswa dalam meningkatkan motivasinya. untuk mengakhiri dalam kegiatan inti ini, peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan jawaban dari hasil diskusi. sebagai akhir dari tindakan dari siklus i, kegiatan pembelajaran ditutup dengan menyampaikan kesimpulan dari siswa yang disempurnakan oleh peneliti dan siswa melaksanakan tes formatif siklus i dengan jumlah soal 10 nomor dalam bentuk uraian. peneliti juga menyiapkan silabus, skenario pembelajaran, gambar-gambar, tape recorder, instrumen pengamatan partisipasi siswa dan kinerja guru sesuai dengan rencana tindakan yang disusun sebelumnya. siklus ii tindakan siklus ii dilaksanakan pada diawali dengan presensi siswa dengan jumlah siswa hadir lengkap sejumlah 25 siswa, dilanjutkan dengan memberi motivasi yang berupa pertanyaan tentang pelajaran lalu untuk membangkitkan ingatan siswa. kegiatan apersepsi, vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.45 226 salah satu siswa diminta menyebutkan macam-macam suku bangsa dan kebudayaan indonesia dan dilaksanakan peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran siklus ii. dalam kegiatan ini, peneliti menggunakan metode ceramah bervariasi dan diskusi, dibantu dengan media visual, yaitu dengan menggunakan gambar-gambar keanekaragaman suku dan budaya indonesia yang lebih besar dan menarik beraneka warna. langkah pertama, peneliti membentuk kelompok yang terdiri dari lima kelompok. masing-masing kelompok mendiskusikan tentang keanekaragaman suku dan budaya indonesia. dari hasil diskusi, masing-masing kelompok menyampaikan hasil yang disampaikan oleh salah satu siswa yang mewakili. melalui bermacam-macam gambar peneliti menjelaskan tentang keanekaragaman suku dan budaya indonesia. kemudian, kegiatan inti ini diakhiri dengan memberi pertanyaan kepada siswa tentang keanekaragaman suku dan budaya indonesia. beberapa siswa ada yang berani menjawab bahkan ada yang berani maju ke papan tulis. pada kegiatan penutup, siswa menyampaikan kesimpulan yang dipandu oleh peneliti. selain itu, untuk mengetahui daya serap dan kemampuan siswa peneliti melaksanakan penilaian yaitu tes formatif siklus ii dengan jumlah 10 soal dalam bentuk uraian. berdasarkan data penelitian tindakan siklus i, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa setelah menggunakan media audio visual yang sederhana menunjukkan hasil belajar dengan nilai rata-rata kelas 83,48 dan ketuntasan klasikal 92 % dan partisipasi belajar siswa 82,86 %. artinya, hasil capaian terhadap prestasi belajar dan partisipasi belajar siswa belum mencapai apa yang diharapkan sehingga perlu dilakukan tindakan siklus ii. dalam mendapatkan rata rata tersebut, peneliti berkolaborasi dengan guru sejawat yang terdiri dari dua orang untuk melakukan pengamatan terhadap kinerja guru dan partisipasi belajar siswa. dari pengamatan tersebut, diperoleh temuan antara lain (1) dari pengamatan terhadap kinerja guru diperoleh skor 86 atau 86 % tergolong sangat baik, namun ada temuantemuan yang perlu diperbaiki, yaitu kegiatan apersepsi perlu ditingkatkan, materi pembelajaran kurang direlevankan dengan realita kehidupan, penguasaan materi perlu diperdalam, dalam melaksanakan pembelajaran kurang menumbuhkan kebiasaan yang positif, pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran kurang menghasilkan pesan yang menarik, penilaian akhir masih kurang dengan kompetensi (tujuan), dalam penggunaan bahasa lisan maupun tulisan masih kurang jelas sehingga kurang bias dipahami siswa, dalam membuat rangkuman kurang melibatkan siswa, dan kurang dalam melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, kegiatan atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan; dan (2) dari partisipasi belajar siswa diperoleh skor 80 atau 82,86 % artinya minat siswa terhadap pelajaran belum maksimal hal ini ditandai dengan kemampuan siswa dalam mengemukaka pendapat masih rendah, kemampuan siswa dalam bertanya masih sedikit sekali, siswa kurang membangun ide, dan kemampuan siswa dalam melaksanakan tugas juga masih kurang. setelah peneliti menggunakan media audio visual yang lebih menarik dan bervariasi, pada tindakan siklus ii telah nampak adanya peningkatan pada hasil belajar dan partisipasi belajar siswa pada materi yang disampaikan. hasil belajar menunjukkan rata-rata 86,68 dengan ketuntasan klasikal mencapai 96 %, partisipasi belajar siswa mencapai 90,71 %. melihat proses pengamatan yang dilakukan oleh guru mitra atau kolaborator terhadap kinerja guru diperoleh skor 95 atau 95 %. artinya ada peningkatan dari siklus i. dari pengamatan terhadap partisipasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran diperoleh temuan antara lain kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat sudah bagus, kemampuan siswa dalam bertanya sudah banyak, beberapa siswa sudah bias membangun ide, dan kemampuan siswa dalam melaksanakan tugas sudah bagus. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.45 227 berdasarkan pengamatan dari siklus i dan siklus ii, ditunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media audio visual terlihat adanya peningkatan hasil belajar.hal ini dapat diketahui dari table hasil tes formatif pada siklus i nilai rata-rata 83,48 menjadi 86,68 di siklus ii atau persentase ketuntasan di siklus i dari 92 naik menjadi 96. peningkatan ini tentunya tidak hanya dipengaruhi oleh media audio visual semata, namun ada beberapa faktor lain, antara lain usaha dari guru/peneliti dalam memperbaiki kinerja sesuai apa yang disarankan oleh pengamat/kolaborator. artinya, tindakan yang dilakukan pada siklus i segala kekurangannya harus diperbaiki atau disempurnakan di siklus ii. dari hasil temuan oleh pengamat di siklus i, peneliti kurang apersepsi dalam menyampaikan pelajaran sehingga anak-anak dalam menerima pelajaran kurang terarah, dalam menyampaikan materi peneliti masih mendominasi sehingga siswa menjadi kurang aktif. dalam diskusi kelompok peneliti kurang mendorong para siswa untuk tukar pendapat, sehingga sebagian besar kelompok terlihat pasif, siswa kurang berani menjawab pertanyaan dari peneliti. hal ini sebaiknya peneliti harus bisa mendorong atau memotivasi para siswa agar suasana kelas menjadi lebih hidup. dalam hal ini, penggunaan bahas lisan dan tulisan menurut pengmat penaliti masih kurang jelas sehingga siswa masih kurang memahami apa yang disampaikan.. akibatnya ketepatan siswa dalam menjawab pertanyaan masih kurang dan siswa belum bias mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. dianjurkan agar peneliti dalam menyampaiakan materi jangan terlalu cepat, suara dengan intonasi yang tepat dan lebih nyaring, juga dilengkapi dengan tulisan yang dapat membantu ingatan bagi siswa sehingga siswa dapat menyerap materi dengan baik dan mampu menarik kesimpulan dengan baik. mengenai pengamatan media audio visual yang merupakan pokok dari penelitian ini, pengamat menilai bahwa media audio visual yang digunakan dalam siklus i kuranng menarik dan kurang bervariasi. hal itu dikarenakan media yang digunakan oleh peneliti hanyalah berupa tulisan yang dibuat dari kertas manila dan gambar-gambar yang diambil dari bukubuku referensi yang kurang bervariasi serta menggunakan tape recorder yang sangat sederhana sehingga siswa merasa bosan dan perhatian terhadap materi yang diajarkan menjadi kurang. maka usaha yang dilakukan peneliti pada siklus ii adalah mencari gambar-gambar yang menarik dan bervariasi serta bentuknya diperbesar. selain itu juga menggunakan tape recorder yang bisa mengeluarkan suara agak bagus. pada siklus ii, setelah peneliti melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran dengan mempertimbangkan masukan, saran, dan pendapat dari pengamat/kolaborator dan teman guru yang lain, telah berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa. hal ini terlihat dari hasil refleksi dan pengamatan di kelas yaitu dengan banyaknya siswa yang antusias dalam mengikuti pelajaran dan sebagian besar mengalami di setiap aspek. mereka lebih antusias untuk mengikuti pelajaran karena peneliti menggunakan media audio visual yang lebih menarik. hasil penelitian siklus i dan siklus ii dapat disajikan dalam tabel berikut. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.45 228 tabel 1. hasil tes formatif siklus i dan siklus ii kelas v. no. rentang nilai kriteria siklus i siklus ii jml siswa % jml siswa % 1. 2. 3. 4. 86 – 100 71 – 85 56 – 70 0 55 baik sekali baik cukup kurang 12 10 2 1 48 40 8 4 15 6 3 1 60 24 12 4 jumlah 25 100 25 100 hasil tes formatif siklus ii pada table tersebut menunjukkan adanya penurunan pada rentang nilai 71 ke 85 (kriteria baik) ada 6 siswa atau penurunan 16 %. sebaliknya pada rentang nilai 56 –70 (kriteria cukup) mencapai 3 siswa (12%) atau ada kenaikan 4% serta pada rentang nilai 86 –100 (kriteria baik sekali) mencapai 15 siswa (60%) atau ada kenaikan 12%. disamping itu pada rentang nilai 0–55 (kriteria kurang) masih tetap tidak naik dan juga tidak turun. hal tersebut disebabkan karena adanya perbedaan media pembelajaran yang disampaikan. jika dilihat dari nilai rata-rata kelas tes formatif di siklus ii yaitu 86,68 dan sikus i yaitu 83,48, maka dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan 3,20, sementara bila dikonfirmasikan dengan kriteria tingkat keberhasilan termasuk kategori b (baik). tabel 2. daftar perkembangan nilai tes formatif aspek siklus i siklus ii nilai terendah nilai tertinggi rata – rata tuntas belajar ( n ≥ 65 ) belum tuntas belajar ( n ≤ 65 ) 54 100 83,48 23 siswa ( 92% ) 2 siswa ( 8% ) 50 100 86,68 24 siswa ( 96% ) 1 siswa ( 4% ) pengamatan terhadap partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran di siklus ii terlihat adanya peningkatan dari 82,86 % di siklus i menjadi 90,71 di siklus ii atau naik 7,85 %. menurut range arikunto bahwa persentase di atas 66,67 % masuk dalam criteria yang tinggi. jadi persentase partisipasi siswa mencapai 90,71 % artinya pembelajaran dengan menggunakan media audio visual memiliki pengaruh yang terhadap partisipasi belajar siswa. tabel 3. daftar perkembangan partisipasi belajar siswa siklus i dan siklus ii kelas v. kriteria siklus i siklus ii tinggi ( 26 – 28 ) sedang ( 23 – 25 ) cukup ( 15 – 22 ) rendah ( 8 – 14 ) kurang ( 1 – 7 ) 0 22 3 0 0 9 16 0 0 0 jumlah 25 25 jumlah skor 580 ( 82,86% ) 635 ( 90,71 ) melihat adanya peningkatan dari unsur hasil belajar dan partisipasi belajar siswa sesuai dengan rencana yang telah ditentukan berarti tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti telah berhasil. dengan demikian, hipotesis yang berbunyi penggunaan media audio visual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan materi keanekaragaman suku dan budaya indonesia kelas v sd negeri 02 wonokerto kulon semester i tahun pelajaran 2010/2011 dapat diterima. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.45 229 simpulan dari hasil kegiatan pembelajaran dan berdasarkan seluruh pembahasan dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. penggunaan media audio visual dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan oleh nilai tes formatif yang juga meningkat. 2. penggunaan media audio visual dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dapat meningkatkan pertisipasi belajar siswa. 3. penggunaan media audio visual dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dapat meningkatkan performan guru dalam mengajar. daftar rujukan [1] adi, satyo. 2008. rangkuman pengetahuan umum lengkap. solo: cv. bringin 55. [2] djauzak, ahmad. 1995. atlas indonesia, dunia dan budayanya. jakarta : cv. tarity samodra berlian [3] ikhwan s.d m.pd, dkk. 2008. fokus pkn kelas v semester 2 sd/mi. kartosuro – solo : cv. sindhunata. [4] karjono d, dkk. 2003. kita bisa berbudi baik kelas 5 sd/mi. bandung : multi pritindo persada. [5] oemar hamalik. 1982. metode belajar dan kesulitan-kesulitan belajar. bandung : tarsito. [6] parkin s.pd, dkk. 2004. taktis pkn kelas v semester 2 sd/mi. solo : pt. tri manunggal kurniajaya. [7] siagian, sherlina. 1991. budaya nusantara. jakarta : cv. swakarya. [8] soeprapto, dkk. 1995. pkn kelas 5 sd/mi. jakarta : pt. citra lamtoro gung persada. [9] wardani, i.g.a.k, dkk. 2002. penelitian tindakan kelas. jakarta : universitas terbuka. [10] wardani, i.g.a.k, dkk. 2004. peningkatan kemampuanprofesional. jakarta : universitas indonesia. [11] thayeb h.m.s, dkk. 2006 pendidikan kewarganegaraan kelas 5 sd/mi. jakarta : erlangga vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.30 101 received : 02-08-2020 revised : 19-09-2020 published : 07-10-2020 penerapan metode demonstrasi dalam meningkatkan hasil belajar belajar ipa siswa kelas vii sri handayati smpn 1 pandaan, indonesia hamdayatisri312004@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode demonstrasi dalam meningkatkan hasil belajar belajar ipa dan perannya terhadap motivasi belajar siswa. jenis penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas sebanyak tiga putaran. setiap putaran terdiri dari empat tahap, yaitu rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan revisi. hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus i sampai siklus iii yaitu, siklus i (38%), siklus ii (74%), siklus iii (95%). penggunaan metode demonstrasi dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar dan motivasi belajar siswa kelas vii smpn 1 pandaan. metode pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran ilmu pengetahuan alam. abstract: this study aims to describe the application of demonstration methods in improving science learning outcomes and its role in student learning motivation. this type of research uses three rounds of classroom action research. each round consists of four stages, namely design, activity and observation, reflection, and revision. the results showed that student learning outcomes increased from cycle i to cycle iii, namely, cycle i (38%), cycle ii (74%), cycle iii (95%). the use of the demonstration method can have a positive effect on learning outcomes and learning motivation of grade vii students of smpn 1 pandaan. this learning method can be used as an alternative to natural science learning. kata kunci: metode pembelajaran, demonstrasi, ilmu pengetahuan alam mailto:hamdayatisri312004@gmail.com vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.30 102 pendahuluan pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. guru bukan hanya sekedar penyampaian materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, guru yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. oleh karena itu, guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. tujuan pendidikan nasional seperti yang terdapat dalam undang-undang nomor 2 tahun 1989 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap tuhan yang maha esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan bangsa (departemen pendidikan dan kebudayaan, 1998: 3). tujuan pendidikan nasional ini sangat luas dan bersifat umum sehingga perlu dijabarkan dalam tujuan institusional yang disesuaikan dengan jenis dan tingkatan sekolah yang kemudian dijabarkan lagi menjadi tujuan kurikuler yang merupakan tujuan kurikulum sekolah yang diperinci menurut bidang studi/mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran (purwanto, 1988 :2). tujuan instruksional dijabarkan menjadi tujuan pembelajaran umum dan kemudian dijabarkan lagi menjadi tujuan pembelajaran. belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. menurut poerwodarminto (1991: 768), hasil belajar belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan), dalam hal ini hasil belajar belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran. berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa hasil belajar belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar. penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. sejalan dengan hasil belajar belajar, maka dapat diartikan bahwa hasil belajar belajar ipa adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar ipa vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.30 103 dalam mencapai tujuan pembelajaran, khusus pada mata pelajaran ipa khususnya di kelas vii smpn 1 pandaan masih banyak mengalami kesulitan. hal ini terlihat dari masih rendahnya nilai mata pelajaran ipa dibandingkan dengan nilai beberapa mata pelajaran lainnya, mata pelajaran yang lainnya peringkat nilainya menempati urutan paling bawah dari enam mata pelajaran yang diujikan kan, bertitik tolak dari hal tersebut di atas perlu pemikiranpemikiran dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan agar siswa dalam mempelajari konsep-konsep ipa tidak mengalami kesulitan, sehingga tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru mata pelajaran ipa dapat tercapai dengan baik dan hasilnya dapat memuaskan semua pihak. oleh sebab itu penggunaan metode pembelajaran dirasa sangat penting untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep ipa. metode demonstrasi adalah salah satu cara mengajar, di mana guru melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. dalam metode pembelajaran ini, siswa tidak melakukan percobaan, hanya melihat saja apa yang dikerjakan oleh guru. jadi demonstrasi adalah cara mengajar di mana seorang instruktur/atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses misalnya cara melego ke suatu perusahaan atau instansi, sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar mungkin meraba-raba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut. dengan demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. juga siswa dapat mengamati dan memperlihatkan pada apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung. adapun penggunaan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu misalnya mendirikan perusahaan, cara mengelola suatu perusahaan, dengan demonstrasi siswa dapat mengamati bagian-bagian dari suatu perusahaan juga cara pengelolaan perusahaan itu sendiri seperti cara memenejemen perusahaan tersebut. dengan demikian siswa akan mengerti cara-cara tepat mengatur , memenejemen suatu perusahaan baik kecil ataupun besar, sehingga mereka dapat memilih dan memperbandingkan cara yang terbaik, juga mereka akan mengetahui kebenaran dari sesuatu teori di dalam praktik. bila melaksanakan teknik demonstrasi agar bisa berjalan efektif, maka perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain (1) guru harus mampu menyusun rumusan tujuan instruksional, agar dapat memberi motivasi yang kuat pada siswa untuk belajar; (2) pertimbangkanlah baik-baik apakah pilihan teknik anda mampu menjamin tercapainya tujuan yang telah anda rumuskan; (3) amatilah apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk suatu demonstrasi yang berhasil. bila tidak anda harus mengambil kebijaksanaan lain; (4) apakah anda telah mencoba, atau telah mempatekkan terlebih dahulu, agar demonstrasi itu berhasil; (5) harus sudah menentukan garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan; (6) apakah tersedia waktu yang cukup, sehingga anda dapat memberi keterangan bila perlu, dan siswa bisa bertanya; (7) selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk mengamati dengan baik dan tertanya; dan (8) anda perlu mengadakan evaluasi apakah demonstrasi yang anda lakukan itu berhasil, dan bila perlu demonstrasi bisa diulang. penggunaan metode demontrasi sangat menunjang proses interaksi mengajar belajar di kelas. keuntungan yang diperoleh ialah, dengan demonstrasi perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang sedang diberikan, kesalahan-kesalahan yang terjadi bila vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.30 104 pelajaran itu direncanakan dapat diatasi melalui pengamatan dan contoh kongkrit. sehingga kesan yang diterima siswa lebih mendalam dan tinggal lebih lama pada jiwanya. akibatnya selanjutnya memberikan motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat belajar. jadi dengan demonstrasi itu siswa dapat partisipasi aktif, dan memperoleh pengalaman langsung, serta dapat mengembangkan kecakapannya metode pembelajaran jenisnya beragam yang masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, maka pemilihan metode yang sesuai dengan topik atau pokok bahasan yang akan diajarkan harus betul-betul dipikirkan oleh guru yang akan menyampaikan materi pelajaran. penggunaan metode demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dalam proses belajar mengajar itu aktivitasnya tidak hanya didominasi oleh guru, dengan demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep perubahan benda yang diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa. berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas maka dalam penelitian ini memilih judul “penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar belajar ipa pada siswa kelas vii smpn 1 pandaan tahun pelajaran 2017/2018.”. metode penelitian penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. menurut oja dan sumarjan (dalam titik sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai penelitia; (b) penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d) administrasi sosial eksperimental. dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan. tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. penelitian ini bertempat di kelas vii smpn 1 pandaan tahun pelajaran 2017/2018. waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018. subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas vii smpn 1 pandaan tahun pelajaran 2017/2018 pada materi organisasi kehidupan. sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari kemmis dan taggart (dalam sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.30 105 berupa identifikasi permasalahan. siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut. gambar 3.1 alur ptk penjelasan alur di atas adalah sebagai berikut. 1. rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model demonstrasi . 3. refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 4. rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan. instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: 1. silabus silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar. refleksi tindakan/ observasi refleksi tindakan/ observasi refleksi tindakan/ observasi rencana awal/rancangan rencana yang direvisi rencana yang direvisi pu tar an 1 pu tar an 2 pu tar an 3 vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.30 106 2. rencana pelajaran (rp) rpp merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. masing-masing rp berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. 3. lembar kegiatan siswa lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen. 4. tes formatif tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. bentuk soal yang diberikan adalah pilihan guru (objektif). data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan belajar dengan metode demonstrasi, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif. teknik analisis data penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana, yaitu: 1. untuk menilai ulangan atau tes formatif peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:    n x x dengan x = nilai rata-rata σ x = jumlah semua nilai siswa σ n = jumlah siswa 2. untuk ketuntasan belajar ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut: %100 ... x siswa belajartuntasyangsiswa p    vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.30 107 hasil dan pembahasan data observasi berupa pengamatan pengelolaan belajar dengan metode demonstrasi dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus. data tes formatif untuk mengetahui peningkatan hasil belajar belajar siswa setelah diterapkan belajar dengan metode demonstrasi. siklus i pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, lks 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. pada tahap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus i dilaksanakan pada tanggal 9 september 2017 di kelas vii dengan jumlah siswa 39 siswa. dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif i dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. adapun data hasil penelitian pada siklus i dapat dijelaskan melalui tabel 1 berikut. tabel 1. rekapitulasi hasil tes pada siklus i no uraian hasil siklus i 1 2 3 nilai rata-rata tes formatif jumlah siswa yang tuntas belajar persentase ketuntasan belajar 63,59 15 38% dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode demonstrasi diperoleh nilai rata-rata hasil belajar belajar siswa adalah 63,59 dan ketuntasan belajar mencapai 38% atau ada 15 siswa dari 39 siswa sudah tuntas belajar. hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai kkm ≥ 68 hanya sebesar 38% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode demonstrasi. siklus ii pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, lks, 2, soal tes formatif ii dan alat-alat pengajaran yang mendukung. pada tahap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus ii dilaksanakan pada tanggal 16 september 2017 di kelas vii dengan jumlah siswa 39 siswa. dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus i, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus i tidak terulang lagi pada siklus ii. pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif ii dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. instrumen yang digunakan adalah tes formatif ii. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.30 108 adapun data hasil penelitian pada siklus ii adalah sebagai berikut. tabel 2. rekapitulasi hasil tes pada siklus ii no uraian hasil siklus ii 1 2 3 nilai rata-rata tes formatif jumlah siswa yang tuntas belajar persentase ketuntasan belajar 71,03 29 74% dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata hasil belajar belajar siswa adalah 71,03 dan ketuntasan belajar mencapai 74% atau ada 29 siswa dari 39 siswa sudah tuntas belajar. hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus ii ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus i. adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan metode demonstrasi. siklus iii pada tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, lks 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. tahap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus iii dilaksanakan pada tanggal 23 sept 2017 di kelas vii dengan jumlah siswa 39 siswa. dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus ii, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus ii tidak terulang lagi pada siklus iii. pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif iii dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. instrumen yang digunakan adalah tes formatif iii. adapun data hasil penelitian pada siklus iii adalah sebagai berikut. tabel 3.rekapitulasi hasil tes pada siklus iii no uraian hasil siklus iii 1 2 3 nilai rata-rata tes formatif jumlah siswa yang tuntas belajar persentase ketuntasan belajar 78,97 37 95% berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 78,39 dan dari 39 siswa yang telah tuntas sebanyak 37 siswa dan 2 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 95% (termasuk kategori tuntas). hasil pada siklus iii ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus ii. adanya peningkatan hasil belajar pada siklus iii ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan belajar dengan metode demonstrasi sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.30 109 c. refleksi pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode demonstrasi. dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: 1) selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. 2) berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. 3) kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. 4) hasil belajar siswa pada siklus iii mencapai ketuntasan. d. revisi pelaksanaan pada siklus iii guru telah menerapkan belajar dengan metode demonstrasi dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. ketuntasan hasil belajar siswa melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar belajar siswa. hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus i, ii, dan iii) yaitu masing-masing 38%, 74%, dan 95%. pada siklus iii ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. aspek kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dapat diketahui berdasarkan analisis data, yaitu diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dalam setiap siklus mengalami peningkatan. hal ini berdampak positif terhadap hasil belajar belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. aspek aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dapat diketahui berdasarkan analisis data, yaitu diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran ipa pada materi organisasi kehidupan dengan metode demonstrasi yang paling dominan adalah mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkahlangkah belajar dengan metode demonstrasi dengan baik. hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan lks/menemukan konsep, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar. simpulan berdasarkan paparan hasil dan pembehasan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.30 110 1. pembelajaran dengan metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus i (38%), siklus ii (74%), siklus iii (95%). 2. penerapan metode demonstrasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa hasil wawancara yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode demonstrasi sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar. dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya, guna mewujudkan proses pembelajaran mengajar ipa lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut. 1. untuk melaksanakan belajar dengan metode demonstrasi memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benarbenar bisa diterapkan dengan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. dalam rangka meningkatkan hasil belajar belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3. untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik. daftar rujukan [1] ali, muhammad. 1996. guru dalam proses belajar mengajar. bandung: sinar baru algesindon. [2] arikunto, suharsimi. 1993. manajemen mengajar secara manusiawi. jakarta: rineksa cipta. [3] arikunto, suharsimi. 1998. prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. jakarta: rineksa cipta [4] combs. arthur. w. 1984. the profesional education of teachers. allin and bacon, inc. boston. [5] dahar, r.w. 1989. teori-teori belajar. jakarta: erlangga. [6] departemen pendidikan dan kebudayaan, 1994. petunjuk pelaksanaan proses belajar mengajar, jakarta. balai pustaka. [7] djamarah, syaiful bahri. 2000. strategi belajar mengajar. jakarta: rineksa cipta. [8] hadi, sutrisno. 1981. metodogi research. yayasan penerbitan fakultas psikologi universitas gajah mada. yoyakarta. [9] hadi, sutrisno. 1982. metodologi research, jilid 1. yogyakarta: yp. fak. psikologi ugm. [10] hamalik, oemar. 1994. metode pendidikan. bandung: citra aditya bakti. [11] hasibuan. j.j. dan moerdjiono. 1998. proses belajar mengajar. bandung: remaja rosdakarya. [12] hudoyo, h. 1990. strategi belajar mengajar matematika. malang: ikip malang. [13] kemmis, s. dan mc. taggart, r. 1988. the action research planner. victoria dearcin university press. [14] margono. 1997. metodologi penelitian pendidikan. jakarta. rineksa cipta. microsoft word 11-ana.docx vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.93 262 received : 20-12-2020 revised : 10-01-2021 published : 15-02-2021 upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika bagi siswa smp menggunakan media berbasis aplikasi “molarga“ anna prihatiningsih smp negeri 2 ampel, boyolali, indonesia annaprihatiningsih@gmail.com abstrak: tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa menggunakan media “ molarga “. penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan subyek penelitian adalah siswa kelas vii a yang berjumlah 34 siswa terdiri dari 20 siswa laki – laki dan 14 siswa perempuan. penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri atas tahap perencanaan tindakan, pengamatan, refleksi. sedangkan pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan media berbasis aplikasi “ molarga”. adapun data dalam penelitian ini diperoleh dengan observasi dan nilai tes, dimana fungsi dari data yang telah diperoleh sebagai berikut: observasi untuk mengetahui motivasi siswa dalam pembelajaran, dan nilai tes untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dalam memahami materi yang diajarkan. pada kondisi awal proses pembelajaran siswa dari pengamatan langsung guru, motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat buruk dengan skor 56 .pada siklus i proses pembelajaran, motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat menjadi 68 (cukup). pada siklus ii proses pembelajaran, motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran lebih meningkat lagi 94 (sangat baik). pada kondisi awal hasil prestasi belajar, jumlah siswa tuntas 7 anak 20,59 %, belum tuntas 27 anak atau 79,41 %, nilai tertinggi 80, nilai terendah 40 nilai rata-rata 59,70. pada siklus i hasil prestasi belajar jumlah siswa tuntas 21 atau 61,76 %, belum tuntas 13 atau 38,24%, nilai tertinggi 90 nilai terendah 50 dan rata-rata 71,47. pada siklus ii hasil prestasi belajar jumlah siswa tuntas 33 atau 99,97%, belum tuntas 1 atau 0,03 %, nilai tertinggi 100, nilai terendah 60 dan rata-rata 81,18. kata kunci: motivasi; hasil belajar; media molarga vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.93 263 pendahuluan pemerintah melaksanakan usaha dan membuat beberapa program agar kualitas pendidikan di negara ini meningkat. untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dengan cara mengadakan dan memperbaiki fisik sekolah, bintek atau workshop bagi para pendidik maupun tenaga pendidikan, dan melengkapi fasilitas pendidikan lainnya. usaha itu dilakukan pemerintah dengan tujuan untuk mewujudkan salah satu tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa indonesia (sesuai pembukaan uud 1945 alinea 4). upaya pemerintah mencerdaskan rakyat indonesia dimulai sejak dini, secara formal mulai dari pendidikan usia dini sampai wajib belajar sembilan tahun dan peningkatan kualitas dan hasil belajar merupakan upaya mencerdaskan anak bangsa juga disebutkan dalan undnag-undang nomor 20 tahun 2003. matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bilangan dan bersifat abstrak, sehingga untuk menunjang pembelajaran membutuhkan media-media yang membantu proses pemahaman pengetahuan dalam membimbing siswa. berdasarkan kondisi awal siswa kelas vii a smp n 2 ampel kabupaten boyolali semester 2 pada tahun pelajaran 2019/2020 motivasi belajarnya masih sangat rendah. siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran, siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran dan tidak mau bertanya ataupun mengutarakan pendapatnya didepan kelas, sehingga mengakibatkan pembelajaran kurang berkualitas, kemampuan pemahaman materi menjadi kurang optimal. hal ini tentu saja akan mempengaruhi hasil belajar siswa juga ikut rendah. maka dari itu peneliti akan mencoba memecahkan masalah tersebut dengan memanfaatkan media yang membantu pemahaman materi pelajaran misalnya alat permainan edukatif (ape), media edukatif dan media berbasis teknologi yaitu berupa media “ molarga “. pada proses pembelajaran, guru masih menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered). pembelajaran metode ceramah kurang bermakna bagi siswa, siswa kurang termotivasi mengikuti pembelajaran sehingga siswa pasif. partisipasi siswa yang sedikit disebabkan guru dominan dalam proses pembelajaran dan minimnya pemanfaatan media dalam kegiatan pembelajaran matematika berdampak menurunnya motivasi belajar siswa. padahal matematika merupakan pondasi dari semua ilmu pengetahuan. guru dalam proses pembelajaran materi aritmatika sosial juga belum memanfaatkan media yang akan sangat membantu dalam proses pembelajaran. sehingga walaupun guru sudah menjelaskan dan mengajak diskusi siswa namun motivasi dalam mengikuti pembelajaran masih sangat rendah sehingga hasil belajar yang diperoleh juga rendah. dengan pemanfaatan media dalam pembelajaran akan berfungsi menarik perhatian, menimbulkan semangat dan motivasi serta memudahkan anak lebih memahami materi yang disampaikan guru. dengan langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian yang matang dari guru maka pengelolaan kelas lebih baik, partisipasi siswa lebih banyak, diharapkan materi pelajaran mudah diserap. pengoptimalan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan menggunakan alat yang membantu meningkatkan pengoptimalan partisipasi siswa diharapkan dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran yang berkualitas. pemanfaatan permainan edukatif dalam pembelajaran sangat membantu suasana kondusif kegiatan belajar mengajar sehingga meningkatkan proses komunikasi siswa dengan siswa, siswa dengan guru. proses interaksi dua arah dapat meningkat motivasi siswa belajar siswa. berdasarkan hal hal di atas upaya peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan media “ molarga “ diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan semua siswa bisa memperoleh nilai diatas kkm. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.93 264 salah satu alat edukatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran misalnya permainan-permainan yang sudah biasa dimainkan siswa digunakan sebagai alat permainan pendidikan. dengan menggunakan permainan peneliti berharap akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran. permainan monopoli dan ular tangga sudah banyak dikenal dan biasa dimainkan oleh anak namun biasanya permainan ini berdiri sendiri-sendiri. permainan monopoli merupakan bentuk sistim ekonomi, tawar menawar, jual dan beli sesuai dengan salah satu materi dalam mata pelajaran matematika. sedangkan ular tangga merupakan contoh permainan maju, mundur, naik, turun, penjumlahan dan pengendalian emosi anak. pengembangan konsep permainan ini adalah penggabungan permainan monopoli dan ular tangga berisi materi pembelajaran matematika kelas vii semester 2 pada pokok bahasan aritmatika sosial. media “molarga” merupakan perpaduan antara monopoli dan ular tangga bertujuan supaya siswa memiliki nuansa belajar yang berbeda dari biasanya dengan cara bermain sehingga diharapkan siswa lebih termotivasi dalam belajar matematika. gabungan permainan monopoli dan ular tangga ini disebut “molarga” (monopoli ular tangga). media “molarga” ini berbasis komputer dengan aplikasi microsoft powerpoint. isi media “molarga” berisi materi matematika tentang aritmatika sosial. media “molarga” dikembangkan bertujuan meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar. pada kegiatan pembelajaran sebelumnya siswa kurang antusias dalam belajar matematika, motivasi dalam kegiatan pembelajaran sangat rendah sehingga hasil belajar yang diperoleh juga rendah. dengan menggunakan media permainan khususnya media “molarga“ siswa menjadi lebih semangat, antusias,termotivasi dalam setiap kegiatan pembelajaran. siswa menjadi lebih aktif baik secara individu maupun dalam kelompoknya sehingga hasil belajarnya juga semakin meningkat. penelitian ini ingin mengetahui penggunaan media molarga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika pada materi aritmatika sosial bagi siswa kelas vii a smp n 2 ampel. kajian teori sardiman (2014:102) menjelaskan motivasi merupakan dorongan aktivitas yang ada didiri siswa yang dapat menjamin kelangsungan dan memberikan arah proses kegiatan belajar mengajar sehingga dapat mencapai tujuan. hamzah (2017: 1) menjelaskan motivasi adalah kekuatan yang medorong dari dalam diri seseorang baik dari dalam atau luar untuk mencapai tujuan tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya. untuk menumbuhkan penyemangat siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang akan menumbuhkan semangat, gairah maupun rasa senang untuk belajar maka motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam belajar. hasil belajar didefinisikan sebagai kompetensi kompetensi yang telah dicapai ataupun dimiliki siswa setelah mengalami proses belajar mengajar(sudjana, 2004:22).dimyati dan mudjiono (2009:32), menjelaskan hasil proses interaksi, hasil proses tindakan ataupun hasil perolehan saat penilaian berupa evaluasi yang diberikan guru ke siswa disebut hasil belajar. dari pendapat kedua ahli tersebut, hasil belajar merupakan kompetensi yang ada pada siswa setelah kegiatan belajar mengajar yang ditunjukan nilai hasil uji kompetensi. sehingga nilai uji kompetensi atau evaluasi dijadikan alat ukur hasil belajar. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.93 265 faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar optimal: a. faktor dari dalam diri siswa (intern siswa) faktor intern atau merupakan faktor yang ada didiri siswa yang mempengaruhi nilai setelah belajar. faktor intern meliputi faktor-faktor kejiwaan siswa, jasmaniah, dan kemampuan yang dimiliki proses belajar. b. faktor dari luar siswa ataua factor ekstern faktor ekstern atau faktor dari luar diri siswa misalnya faktor sekitar siswa (sekolah, kelaurga dan masyarakat). (slameto, 2010: 54) karakteristik media pembelajaran yang dibuat penulis adalah sebuah permainan “molarga” tentang mata pelajaran matematika kelas vii semester 2. pembuatan media pembelajaran permainan “molarga” bertujuan untuk materi aritmatika sosial..molarga adalah sebuah permainan gabungan permainan monopoli dan ular tangga sebuah papan permainan yang bertema pembelian properti pertama kali diperkenalkan oleh charles todd seorang pebisnis asal philadephia pada tahun 1932. mula mula permainan ini diperkenalkan dilingkungan terdekatnya pada malam hari.pada dasarnya konsep permainan ini dimainkan dengan cara menggunakan dadu dan memindahkan bidaknya pada suatu papan permainan sesuai angka yang dikeluarkan oleh dadu tersebut. pemain bisa melakukan pembelian properti berdasarkan kepemilikan keuangan tiap-tiap pemain. (aswab nanda, kompos.com 5 november 2008) sedangakan ular tangga merupakan permainan sederhana dengan papan yang terbuat dari kertas segi empat, berisi aneka gambar disetiap petaknya disertai gambar ular untuk turun dan tangga untuk naik. selain itu ada nomor-nomor pada papan kertas tersebut dari satu sampai seratus. permainan dapat dimainkan dua sampai delapan orang, sesuai dengan perkembangan teknologi permainan ular tangga dapat dimainkan dengan teknologi modern. cara bermain bergiliran pemain melempar dadu kemudian melangkahkan bidak sesuai jumlah titik yang didapatkan ketika melempar dadu. jika bidak jatuh pada nomor yang ada gambar tangga secara otomatis pemain berhak naik tangga tersebut menuju pucuk tangga. jika bidak jatuh pada nomor yang ada gambar kepala ular secara otomatis pemain pemain akan dapat saksi bidak harus turun sampai pada ekor ular. jika pemain telah sampai pada angka seratus lebih dahulu maka dialah pemenang dalam permainan. prinsip permainan ini dengan menggabungkan permainan monopoli dan permainan ular tangga menjadi satu permainan. media pembelajaran ini merupakan gabungan dua permainan dan disebut permainan “molarga”. molarga merupakan sebuah akronim dari monopoli ular tangga yang dibuat secara digital. permainan “molarga” sebagai media pembelajaran dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas belajar siswa dengan menumbuhkan motivasi dari dalam diri siswa. kelebihan dari pengembangan media permainan “molarga” adalah menyenangkan, tidak membosankan serta pemain merasa senang, dan adanya rasa ingin tahu. media permainan monopoli dan ular tangga sudah banyak digunakan dalam pembelajaran, namun pengembangannya berbeda sesuai kreasi dari yang punya gagasan. menurut jacobsen (2009;2) proses pembelajaran yang baik harus menciptakan kegiatan belajar dimana siswa yang harus aktif dalam pembelajaran. kegiatan belajar mengajar harus melibatkan diri siswa secara keseluruhan jasmani dan rohani. kompetensi spiritual, kompetensi sosial, kompetensi pengetahuan dan kompetensi ketrampilan dapat dicapai dengan menciptakan situasi keaktifan siswa. perwujudan empat kompetensi tersebut dapat diwujudkan dalam pembelajaran dengan model permainan (game). vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.93 266 menurut surya (2004:28) bermain merupakan kegiatan yang sangat menunjang bagi pembelajaran siswa. sebuah permainan dapat berfungsi untuk menumbuhkan perkembangan emosi, bahasa, sosial, kreativitas siswa, dan kecerdasan. siswa memiliki kesempatan untuk menggunakan khayalan dan kreativitas siswa, sehingga siswa termotivasi untuk belajar. contoh permainan yang dapat menunjang perkembangan siswa adalah monopoli dan ular tangga. menurut ahmad, (2011), kedua permainan ini permainan melatih ketangkasan, berstrategi, kedisiplinan, pengetahuan dan ketrampilan sosial, sehingga permainan dapat menumbuhkan perkembangan emosi, bahasa, sosial, kreativitas siswa, dan kecerdasan. metode rancangan penelitian penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif yaitu membandingakn data awal dengan data akhir yang diperoleh dari observasi untuk data kuantitatif yang menunjukkan motivasi belajar siswa dan data kualitatif yang diperoleh dari hasil tes siswa sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. subjek penelitian subyek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas vii a smp n 2 ampel semester 2 tahun pelajaran 2019/2020 sebanyak 34 orang yang terdiri dari 20 orang laki-laki dan perempuan sebanyak 14 orang. sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah motivasi belajar siswa kelas vii a (y1), hasil belajar siswa kelas vii a (y2), dan media “ molarga” berbasis aplikasi (x) pada materi aritmatika sosial. teknik dan alat pengumpulan data teknik pengumpulan data teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 teknik, yaitu teknik observasi dan teknik tes. a) teknik non tes / observasi observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan teknik dokumentasi, data motivasi belajar siklus i dan siklus i dengan teknik observasi pengamatan.. adapun hal-hal yang diobservasi antara lain: 1. observasi terhadap rencana pembelajaran. 2. observasi terhadap proses pembelajaran. 3. observasi terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah dilakukan tindakan. b) teknik tes teknik tes dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran berupa ulangan harian dengan menggunakan lembar soal untuk mengukur kemampuan siswa terhadap kompetensi yang harus dikuasai setelah kegiatan pemberian tindakan alat pengumpulan data data hasil belajar kondisi awal dikumpulkan melalui dokumen daftar nilai. data motivasi belajar kondisi awal dikumpulkan dari buku perkembangan sikap siswa. data motivasi belajar siklus i dan ii dikumpulkan dari lembar observasi yang melibatkan guru mitra kolaborator. data hasil belajar siklus i dan ii dikumpulkan menggunakan butir soal pilihan ganda yang dilaksanakan secara tertulis. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.93 267 teknik analisis data analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif komparatif, dilanjutkan dengan refleksi. teknik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan data kondisi awal dengan data siklus 1, data siklus i dibandingkan dengan data siklus ii, dan data kondisi awal dibandingkan dengan data siklus ii. dalam penelitian ini peneliti membandingkan data hasil belaiar kondisi awal dengan data hasil belajar siklus i, data siklus i dibandingkan dengan data siklus ii, kemudian data kondisi awal dibandingkan dengan data siklus ii. refleksi dilakukan dengan membuat simpulan berdasarkan deskriptif komparatif, membuat ulasan dan menentukan tindak lanjut. untuk data kualitatif hasil pengamatan menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus. teknik analisis data yang digunakan ada yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. data yang diperoleh dikatagorikan dan diklasifikasikan berdasarkan analisis kaitan logisnya, kemudian disajikan secara aktual dan sistematis dalam keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian. 1. kualitatif data kualitatif berupa hasil observasi motivasi belajar siswa saat prasiklus, siklus 1 ataupun siklus 2. hasil peskoran dikonversikan dengan skala 5 dengan acuan konversi sukardjo (2006:55) dengan skala 1-100. tabel 1. konversi skor dengan 1-100 skor predikat kategori a 90-100 sangat baik b 75-89 baik c 65-74 cukup d 55-64 buruk e 0-54 sangat buruk sedangkan untuk skor penilaian proses pembelajaran diatur sebagai berikut : 1 : jika jumlah siswa yang melakukan 1 – 7 siswa 2 : jika jumlah siswa yang melakukan 8 – 14 siswa 3 : jika jumlah siswa yang melakukan 15 – 21 siswa 4: jika jumlah siswa yang melakukan 22 – 28 siswa 5: jika jumlah siswa yang melakukan 29 – 34 siswa hasil perhitungan dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasn belajar siswa yang dikelompokkan kedalam dua kategori tuntas dan tidak tuntas, berdasarkan kriteria ketuntasan (kkm) yaitu 65. 2. kuantitatif data kuantitatif berupa hasil belajar yang mengukur tingkat kognitif siswa.jika penilaian menggunakan skor tertinggi (maksimal) 100, maka dapat diketahui rumus untuk menentukan skor pada siswa. hasil perhitungan dikonsultasikan dengan criteria ketuntasn belajar siswa yang dikelompokkan kedalam dua kategori tuntas dan tidak tuntas, berdasarkan kriteria ketuntasan (kkm) yaitu 65. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.93 268 hasil menurut karakteristik maupun ciri dari sebuah penelitian tindakan, penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus dimana masing masing siklus dilaksanakan empat tahapan yaitu planning(perencanaan), acting (pelaksanaan), observing (pengamatan) dan reflecting ( refleksi). sebelum penelitian dilakukan bahwa pada tindakan awal (pra siklus) kondisi proses belajar mengajar siswa belum baik, hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap motivasi siswa selama proses pembelajaran. demikian juga nilai prestasi hasil belajar siswa kelas kelas vii a smp n 2 ampel pada semester 2 tahun pelajaran 2019/2020 rendah. berdasarkan data di atas maka guru perlu memodifikasi kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar. peneliti berusaha mengembangkan pembelajaran dengaan bermain “molarga” yang disesuaikan dengan kurikulum 2013. “molarga” suatu media pembelajaran dengan cara bermain. isi molarga memuat masalah nyata, isi materi sesuai dengan materi pelajaran yang dibahas. pada siklus i materi yang digunakan adalah aritmatika sosial sub materi bruto, netto, tara dan diskon menggunakan media molarga dengan kelompok besar tanpa dibatasi waktu untuk menjawab setiap soal. media molarga ini berisi materi yang berupa video, gambar, soal jawaban singkat maupun uraian dengan cara bermain memutar dadu untuk mendapatkan soal atau materi dan mendapatkan hadiah sejumlah uang. kelompok yang bisa memperoleh uang terbanyak adalah kelompok yang mendapatkan juara. gambar 1. diagram peningkatan motivasi belajar 4 2 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4 3 3 4 3 3 2 0 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 s k o r indikator prasiklus siklus i vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.93 269 gambar 2. peningkatan hasil prestasi belajar dengan demikian setelah pembelajaran dengan menggunakan media molarga proses pembelajaran pada siklus i mengalami peningkatan dan hasil belajar mengalami peningkatan. oleh karena itu media molarga dapat dikatakan meningkatkan proses pembelajaran dan hasil prestasi belajar siswa. pada proses tindakan siklus i hasil yang diperoleh siswa dirasa masih bisa untuk dimaksimalkan, oleh sebab itu perlu dilakukan tindak lanjut yaitu dengan tetap menggunakan media molarga dengan pembagian kelompok kecil. jika pada siklus i dengan bantuan media molarga menggunakan kelompok besar dan program dibatasi waktu, tetapi pada siklus ii dengan bantuan media molarga menggunakan kelompok kecil tanpa batasan waktu. . gambar 3. kegiatan pembelajaran menggunakan media molarga dengan pembagian kelompok besar dan pengamatan teman sejawat / kolaborator ( siklus 1) dalam penelitian siklus 1 terdapat beberapa kendala diantaranya jumlah anggota kelompok yang masih terlau besar sehingga motivasi siswa tiap kelompok rendah karena saling mengandalkan teman. kendala-kendala ini dapat diatasi oleh guru pada siklus 2 sebagai fasilitator dengan cara membagi kelompok dengan anggota yang lebih kecil sehingga sifat 7 27 80 40 59,7 21 13 90 50 71,47 0 20 40 60 80 100 tuntas belum tuntas nilai tertinggi nilai terendah rata-rata prasiklus siklus i vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.93 270 social dan komunikasi antar siswa meningkat , tujuan pembelajaran dapat tercapai dan tujuan penelitian tercapai. pada siklus 2 materi yang digunakan adalah aritmatika sosial sub materi pajak, bunga perbankan menggunakan media molarga dengan kelompok kecil dan tidak dibatasi waktu untuk menjawab setiap soal sehingga siswa di beri kesempatan untuk mengeksplore materi sebanyak banyaknya. media molarga ini berisi materi yang berupa video, gambar, soal jawaban singkat maupun uraian dengan cara bermain dengan memutar dadu untuk mendapatkan soal atau materi dan mendapatkan hadiah sejumlah uang. kelompok yang bisa memperoleh uang terbanyak adalah kelompok yang mendapatkan juara. gambar 4. diagaram data motivasi belajar siswa pada siklus i dan siklus ii gambar 5. diagram peningkatan hasil prestasi belajar pada kondisi awal proses pembelajaran motivasis siswa dalam mengikuti pembelajaran rendah. pada pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 suasana pembelajaran menumbuhkan motivasi belajar siswa, terlihat dalam pengamatan sikap belajar siswa senang, tidak bosan, gembira, membangkitkan aktivitas, kreativitas, sifat sosial siswa meningkat, hubungan antara guru sama siswa terlihat kondusif dan siswa dengan siswa yang lain juga kondusif. 4 3 3 4 3 3 4 3 3 2 5 3 5 5 5 5 5 5 4 4 0 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 s k o r indikator 21 13 90 50 71,47 33 1 100 60 81,18 0 20 40 60 80 100 120 tuntas belum tuntas nilai tertinggi nilai terendah rata-rata vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.93 271 gambar 6. aktifitas pembelajaran pada siklus 2 dengan kelompok kecil dan pengamatan teman sejawat dimana siswa antusias mengikuti pembelajaran berdasarkan data-data diatas pada kondisi awal bahwa motivasi dan hasil belajar siswa kelas vii a smp n 2 ampel masih rendah dengan prosentase motivasi mereka masih sangat buruk dan hasil belajar dari ulangan harian yang tuntas hanya 20,59 %. maka dilakukan upaya perbaikan dengan penerapan metode scientific dengan media molarga. pada siklus i upaya peningkatan motivasi siswa belum mencapai yang diharapkan > 70 % dan hasil belajar siswa pada siklus 1 sudah ada peningkatan dengan siswa yang tuntas 61,76 %, tetapi juga masih < 70 % .dengan demikian perlu diperbaiki pada siklus berikutnya. pada siklus 2 upaya peningkatan motivasi sangat baik serta hasil belajar siswa telah memenuhi harapan. hasil observasi motivasi siswa meningkat dan telah memenuhi rata rata baik, > 80 %. hasil belajar siswa juga meningkat dengan jumlah siswa yang tuntas > 80 % yaitu 99/97 % dengan demikian hipotesis tindakan penggunaan media molarga telah dibuktikan baik dan mampu meningkatkan motivasi belajar 67 %. dan hasil belajar mengalami peningkatan 35,9 % dari proses tindakan siklus 2 hasil yang diperoleh siswa sudah optimal, oleh sebab itu tidak dilakukan tindak penelitian lanjutan. gambar 7. diagram peningkatan prestasi hasil belajar dari prasiklus, siklus i dan siklus ii 7 27 80 40 59,7 21 13 90 50 71,57 33 1 100 60 81,18 0 20 40 60 80 100 120 tuntas belum tuntas nilai tertinggi nilai terendah nilai ratarata vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.93 272 simpulan berdasarkan pembahasan, pada proses pembelajaran dan hasil belajar siswa yang dilaksanakan pada prasiklus, siklus i dan dilanjutkan siklus ii dapat disimpulkan melalui media “molarga” dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika bagi siswa vii a smpn 2 ampel semester 2 tahun pelajaran 2019/2020. daftar rujukan abin syamsudin makmun. (2001), psikologi kependidikan, jakarta: remaja rosda karya ahmad susanto. (2011). perkembangan anak usia dini. jakarta: kencana. prenada. media group a.m, sardiman.2007. interaksi dan motivasi belajar mengajar.jakarta : raja.grafindo persada a.m, sardiman. (2014) interaksi dan motivasi belajar mengajar. jakarta: rajawali pers. aunurrahman. 2010. belajar dan pembelajaran. cetakan ke-4. bandung: alfabeta arikunto.(2008). penelitian tindakan kelas. jakarta : pt. bumi aksara arsyad, azhar. 2011. media pembelajaran. jakarta: pt raja grafindo persada dimyati dan mudjiono. (2009). belajar dan pembelajaran. jakarta: pt rineke cipta hamzah b.uno, ( 2017 ) teori motivasi dan pengukurannya.jakarta : bumi aksara jacobsen, david dkk. (2009). methods for teaching. yogyakarta: pustaka pelajar m.a, tadjab. (1994), ilmu pendidikan, surabaya: abditama mohamad surya. (2004). psikologi pembelajaran dan pengajaran. bandung: pustaka bani quraisy. muhsetyo, gatot. 2008. pembelajaran matematika sd. jakarta: universitas terbuka pembukaan alinea keempat undang-undang dasar negara republik indonesia. tahun 1945 slameto. (2010). belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. jakarta: pt. rineka cipta sudjana, n. (2004). penelitian hasil proses belajar mengajar. bandung: rosda. sudjana, nana. (2010). proses dan hasil belajar. jakarta : bumi aksara. sukarjo. (2006). kumpulan materi evaluasipembelajaran. yogyakarta: uny press tabrani r. (1994), pendekatan dalam proses belajar mengajar, bandung: remaja rosda karya vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.32 121 received : 06-08-2020 revised : 13-09-2020 published : 07-10-2020 peningkatkan hasil belajar teks ulasan film/drama melalui model koperatif tipetai (team asssisted individualization) yati jumariah smp negeri 14 banjarbaru, indonesia fadiahnurul7@gmail.com abstrak: permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar peserta didik kelas viii b smp negeri 14 banjarbaru dalam pembelajaran bahasa indonesia. penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran koperatif tipe tai (team asssisted individualization). subjek dalam penelitian ini sebanyak 32 siswa dengan instrumen yang digunakan adalah test hasil belajar berupa soal pilihan berganda. hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan prestasi hasil belajar. perolehan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik pada prasiklus dengan rata-rata 71.41. pada siklus i dengan menerapkan model pembelajaran koperatif tipetai mengalami peningkatan 6.66% menjadi 81.09. nilai rata-rata di siklus ii meningkat 5.39 % dengan rata-rata nilai siklus i ke siklus ii menjadi 84,37. abstract: the problem in this study is the low learning outcomes of class viii b students of smp negeri 14 banjarbaru in learning indonesian. this study aims to describe the improvement of student learning outcomes by applying the cooperative learning model type tai (team assisted individualization). the subjects in this study were 32 students with the instrument used was a test of learning outcomes in the form of multiple choice questions. the results showed an increase in learning achievement. the average value of student learning outcomes in pre-cycle with an average of 71.41. in the first cycle by applying the cooperative learning model type tai, an increase of 6.66% became 81.09. the average value in cycle ii increased by 5.39% with the average value from cycle i to cycle ii being 84.37. kata kunci: model pembelajaran, koperatif tipe tai, teks ulasan mailto:fadiahnurul7@gmail.com vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.32 122 pendahuluan pada jenjang smp/mts terdapat 15 jenis teks yang harus dipelajari (permendikbud no 69 tahun 2013). sementara itu, kemampuan peserta didik dalam pembelajaran teks dibentuk melalui pembelajaran berkelanjutan dan berjenjang: dimulai dengan pengetahuan tentang konteks, karakteristik, jenis teks, serta keterampilan menyajikan teks. setelah menguasai satu jenis teks, peserta didik diasumsikan mampu memahami teks tersebut secara komprehensif, mulai dari tujuan sosial, struktur, hingga unsur kebahasaan. dengan begitu, peserta didik mampu mengenali dan berinteraksi dengan teks tersebut. kemudian untuk dapat memahami teks secara menyeluruh, peserta didik harus menempuh empat tahap pembelajaran, yaitu: (1) tahap pembangunan konteks, (2) tahap pemodelan teks, (3) tahap pembuatan teks secara bersama-sama, dan (4) tahap pembuatan teks secara mandiri (kemendikbud 2013). dalam hal ini diperlukan pemikiran yang mendalam di setiap tahap-tahap tersebut. tujuan pembelajaran bahasa indonesia berbasis teks memang baik. namun, di lapangan peserta didik menjadi jenuh karena setiap kali harus berhadapan dengan teks, teks, dan teks. kejenuhan ini dapat memunculkan permasalahan baru bagi peserta didik, terlihat dari perolehan prestasi hasil belajar peserta didik rendah. ketika peneliti melaksanakan tes awal atau tes prasiklus tentang materi teks ulasan film/drama di kelas viii b, hasil yang didapatkan peserta didik kurang memuaskan. berdasarkan hasil analisis dari jumlah 32 peserta didik terdapat peserta didik yang mendapat nilai di atas atau sama dengan kkm ada 11 orang atau sekitar 30,55 % dan peserta didik yang belum tuntas atau di bawah kkm ada 21 orang atau sekitar 69,45 % dengan rata-rata nilai kelas 70,06. sedangkan kriteria ketuntasan minimal (kkm) yang harus dicapai oleh peserta didik adalah sebagaimana yang sudah ditentukan yaitu 72. kurangnya pencapaian nilai rata rata ketuntasan klasikal yang dicapai oleh peserta didik pada umumnya disebabkan proses pembelajaran di kelas masih menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran menjadi monoton, pembelajaran di kelas belum dilengkapi dengan media yang sesuai dan memadai. guru kurang memahami karakter peserta didik dan kurang maksimal dalam membantu kesulitan peserta didik dalam memahami materi pelajaran akhirnya peserta didik mengalami kesulitan dalam bertanya, tidak aktif mengeluarkan pendapat dan yang lebih mengkhawatirkan adalah peserta didik tidak bersemangat dalam belajar. oleh karena itu,peneliti berupaya untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan menciptakan suasana kelas yang kondusif agar peserta didik termotivasi untuk lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi hasil belajarnya. salah satu cara yang dapat peneliti lakukan adalah dengan memilih dan menggunakan satu model pembelajaran yang tepat, yaitu model pembelajaran koperatif tipetai (team assisted individualization). model pembelajaran koperatif tipe team assisted individualization ini memberi keuntungan baik pada guru, peserta didik kelompok atas maupun kelompok bawah yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik, yaitu: (1) peserta didik yang pandai ikut bertanggung jawab membantu yang lemah dalam kelompoknya. dengan demikian peserta didik yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya. (2) peserta didik yang lemah akan terbantu dalam memahami materi pelajaran. (3) tidak ada persaingan antarpeserta didik karena peserta didik saling bekerja sama untuk menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara berpikir yang berbeda. (4) peserta didik tidak hanya mengharap bantuan dari guru, tetapi peserta didik juga termotivasi untuk belajar cepat dan akurat pada seluruh materi. (5) guru setidaknya hanya menggunakan setengah dari waktu mengajarnya sehingga akan lebih mudah dalam pemberian bantuan secara individu. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.32 123 guru juga dapat menggunakan media pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik secara aktif dan lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran serta memberikan pemahaman dan pengalaman yang baru bagi peserta didik. modul pembelajaran koperatif tipetai (team asssisted individualization) ini diharapkan bisa meningkatkan hasil belajar peserta didik dan meningkatkan keaktifan peserta didik. model pembelajaran koperatif tipetai adalah suatu model pembelajaran tempat peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang terdiri dari 4—6 orang anggota dengan struktur kelompok heterogen (slavin dalam isjoni, 2009:12). dalam pembelajaran tai memiliki beberapa langkah yaitu (a) guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru; (b) guru memberikan kuis secara individual kepada peserta didik untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal; (c) guru membentuk beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-6 peserta didik dengan kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah) jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda-beda serta kesetaraan gender; (d) hasil belajar peserta didik secara individual didiskusikan dalam kelompok. dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok; (e) guru memfasilitasi peserta didik dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari; (f) guru memberikan kuis kepada peserta didik secara individual; dan (g) guru memberi penghargaan berdasarkan pada kelompok perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis. metode penelitian penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di smp negeri 14 banjarbaru yang berlokasi di jalan trikora rt 32 rw 05, kelurahan guntung manggis , kecamatan landasan ulin, banjarbaru pada tahun 2018-2019. subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas viii b smp negeri 14 banjarbaru tahun ajaran 2018—2019, yang berjumlah 32 peserta didik terdiri dari laki-laki 14 peserta didik dan perempuan 18 peserta didik. penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 20182019, yaitu bulan januari sampai dengan juni 2019. penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah dan jadwal pelajaran, karena ptk memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas. ketika guru mengajar teks ulasan film/drama tentang biografi tokoh hasil nilai rata-rata 70,06. dari 32 peserta didik hanya 11 peserta didik atau 34,37 % yang memiliki nilai di atas kkm yang telah ditentukan dan 21 peserta didik atau 65,62% memiliki nilai di bawah kkm, sedangkan kkm yang ditentukan adalah 72. padahal materi teks ulasan film/drama tentang biografi tokoh sangat mudah bagi peserta didik karena merupakan kejadian sehari-hari yang dialami masyarakat termasuk peserta didik tingkat smp, jika kondisi tersebut tidak diatasi maka makna dan tujuan pembelajaran ini kurang tercapai. instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes hasil belajar peserta didik berbentuk pilihan berganda dan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas peserta didik dalam diskusi kelompok untuk mengetahui atau mengukur seberapa besar pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran yang disampaikan. tes hasil belajar yang digunakan disusun dan dikembangkan sendiri oleh peneliti yang mengacu pada standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian kompetensi yang telah dituangkan ke dalam silabus dan dijabarkan dalam rpp. lembar observasi berisi indikator acuan yang vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.32 124 menyatakan perilaku peserta didik yang dimodifikasi dengan menggunakan skala likert. indikator perilaku peserta didik yang diamati antara lain: 1. antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; 2. interaksi antara peserta didik dengan guru; 3. interaksi antara peserta didik dengan peserta didik 4. kerja sama dalam kelompok; 5. aktivitas peserta didik dalam diskusi kelompok; dan 6. partisipasi peserta didik dalam menyimpulkan materi pembelajaran. teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tes hasil belajar bahasa indonesia peserta didik kelas viii b smp negeri 14 banjarbaru semester genap tahun pelajaran 2018-2019. data tersebut diperoleh dari pelaksanaan tindakan dari setiap siklus berupa hasil belajar melalui tes individu dalam bentuk pilihan berganda pada materi teks ulasan film/drama. untuk mengukur hasil belajar peserta didik, tes yang diberikan terdiri atas tes prasiklus dan tes pada setiap akhir siklus.untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, digunakan beberapa teknik dan alat, antara lain lembar aktivitas peserta didik, lembar tes pra siklus dan tes siklus, lembar observasi pendidik, daftar nilai; daftar hadir setiap pertemuan, foto yang merupakan rekaman aktivitas belajar, dan pengamatan lapangan pada saat proses pembelajaran. kolaborator yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah satu orang, yaitu guru mata pelajaran bahasa indonesia. adanya kolaborator ini bertujuan untuk memperoleh data secara akurat, terutama dalam proses pengamatan kegiatan pembelajaran. kolaborator ini akan membantu dalam pengumpulan data hasil pembelajaran dan merefleksi hasil pembelajaran pada setiap siklus yang hasilnya digunakan untuk memperbaiki tindakan selanjutnya. hasil dan pembahasan deskripsi kondisi awal pada pra siklus ini peneliti dengan teman sejawat sebagai pengamat (observer) mendiskusikan pembelajaran yang sudah dilaksanakan oleh peneliti. peneliti meminta pendapat pengamat tentang: (1) perangkat pembelajaran, (2) hasil belajar (3) aktivitas peserta didik dalam pembelajaran dan (4) aktivitas guru dalam pembelajaran. pembelajaran pada pra siklus ini meliputi kompetensi dasar memahami struktur dan kaidah teks ulasan film/drama dengan menggunakan pembelajaran langsung berupa ceramah. setelah selesai pembelajaran dilanjutkan dengan evaluasi untuk melihat hasil belajar. berdasarkan data penelitian, terlihat bahwa dari kkm yang ditentukan sebesar 72 (garis tebal melintang berwarna merah yang ditandai sebagai kkm), peserta didik yang mencapai atau melebihi kkm ada 9 orang dari jumlah peserta didik seluruhnya ada 32 orang, berarti ketuntasan klasikalnya hanya mencapai 28,12%, sedangkan diharapkan 90% peserta didik mencapai kkm. adapun nilai rata-rata kelas yang dicapai hanya sebesar 71,41 dari target seharusnya yaitu nilai rata-rata kelas 85. dengan demikian maka hasil belajar peserta didik pada materi di atas masih rendah. masih rendahnya hasil belajar yang dicapai, menunjukkan bahwa peserta didik mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep tentang teks ulasan. hal ini dikarenakan beberapa konsep yang disajikan dalam proses pembelajaran masih bersifat abstrak. selain itu juga disebabkan oleh ketidakkreatifan guru dalam melaksanakan pbm, sehingga pbm yang diterapkan bersifat monoton dan kurang bervariasi. dikatakan kurang bervariasi, karena guru mendominasi pembelajaran dengan metode ceramah dan tidak melibatkan peserta didik secara aktif dengan memanfaatkan model pembelajaran yang sesuai. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.32 125 berdasarkan fakta seperti itu, maka perlu diterapkan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik serta menarik minat peserta didik. penerapan model pembelajaran koperatif tipetai (team asssisted individualization), merupakan salah satu strategi untuk mengaktifkan peserta didik, hal ini sesuai dengan pendapat peneliti bahwa keterlibatan peserta didik untuk turut aktif dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran koperatif tipetai (team asssisted individualization) merupakan salah satu keefektifan belajar. pelaksanaan tindakan siklus i pelaksanaan pembelajaran pada siklus i pertemuan kesatu dilaksanakan pada hari kamis tanggal 7 maret 2019 jam pelajaran ke-7 s.d ke-8 (dari pukul 13.00 s.d 14.20 dan siklus ii pertemuan kedua hari senin tanggal 11 maret 2019 jam pelajaran ke-5 s.d ke-6 (dari pukul 10.00.00 s.d 11.20) di kelas viii b smp negeri 14 banjarbaru dengan jumlah peserta didik sebanyak 32 orang. dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat/observer adalah indria wulandari, s.pd. adalah guru bahasa indonesia smp negeri 14 banjarbaru. adapun pembelajaran mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan. pengamatan (observasi) dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung. setelah selesai pembelajaran pada siklus i peserta didik diberi tes akhir siklus i dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan. dari paparan data penelitian, terlihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar peserta didik adalah 81,09 dengan nilai tertinggi 95 dan nilaiterendah adalah 65. peserta didik yang mendapat nilai di atas atau sama dengan kkm ada 25 orang atau sekitar 78,12% hasil belajar peserta didik berada di atas kkm. hal ini memberikan gambaran bahwa ada peningkatan ratarata hasil belajar peserta didik dari pra siklus ke siklus i sebesar 9,68 dan ada peningkatan ketuntasan belajar sebesar 50 %. pada pelaksanaan pembelajaran siklus i belum sesuai dengan yang diharapkan. oleh karena itu dilakukan kegiatan refleksi, antara lain (a) alokasi waktu belum sesuai dengan perencanaan karena peserta didik belum terbiasa dengan model pembelajaran koperatif tipetai sehingga perlu dicarikan alternatifnya, (b) walaupun peserta didik sudah terbiasa belajar kelompok, masih ditemukan peserta didik yang kurang dapat bekerja sama dengan kelompoknya, (c) masih ada beberapa kelompok yang tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas, karena anggota kelompok tersebut tidak serius dalam belajar, (d) masih ditemukan kelompok yang belum bisa melaksanakan pembelajaran dengan model koperatif tipetai sesuai prosedur, (e) kondisi waktu belum optimal, sehingga pelaksanaan pembelajran kurang maksimal, dan (f) bahan diskusi kelompok yang diberikan oleh guru/peneliti tidak sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia, sehingga peneliti kekurangan waktu. pelaksanaan tindakan siklus ii pelaksanaan pembelajaran pada siklus ii dilaksanakan pada hari kamis tanggal 14 maret 2019 dan hari senin tanggal 18 maret 2019 di kelas viii b smp negeri 14 banjarbaru dengan jumlah peserta didik sebanyak 32 orang. dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai observer adalah indria wulandari, s.pd. sebagai guru bahasa indonesia di smp negeri 14 banjarbaru. adapun pembelajaran mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan. pengamatan (observasi) dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung oleh observer. pada akhir pembelajaran vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.32 126 siklus ii peserta didik diberi tes akhir siklus ii dengan tujuan untuk mengetahui nilai hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan. dari paparan data penelitian, terlihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar peserta didik adalah 84,37 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah adalah 70. peserta didik yang mendapat nilai di atas atau sama dengan kkm ada 28 orang atau 87,50% dari nilai kkm yang ditetapkan yaitu 72. hal ini memberikan gambaran bahwa ada peningkatan rata-rata hasil belajar peserta didik dari siklus i ke siklus ii sebesar 3,28 dan ada peningkatan ketutasan belajar sebesar 9,38%. kegiatan refleksi pada siklus ii antara lain (a) aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran sudah mengarah pada model pembelajaran koperatif tipe tai; (b) peserta didik sudah mulai berpartisipasi aktif dalam melaksanakan tugas kelompok yang diberikan oleh guru; (c) peserta didik sudah mulai berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan tepat waktu dalam mengerjakan tugas; (d) meningkatnya aktivitas belajar dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah kepada model pembelajaran koperatif tipetai; (e) memberi kesan kepada peserta didik bahwa model pembelajaran koperatif tipetai menyenangkan; (f) terjadi peningkatan persentase ketuntasan belajar peserta didik; dan (g) aktivitas guru dalam pembelajaran sudah sesuai dengan yang diharapkan. berdasarkan hasil penelitian selama dua siklus yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada kompetensi dasar memahami struktur dan kaidah kebahasaan teks ulasan film/drama, terlihat pada pelaksanaan siklus pertama dan kedua telah menunjukkan peningkatan. pada penerapan model pembelajaran koperatif tipe tai, interaksi peserta didik dan guru di awal pelajaran diawali oleh guru dengan pembentukan kelompok, tiap peserta didik mempunyai tanggung jawab terhadap kelompoknya, serta peserta didik dapat berlajar secara aktif dan menyenangkan. kemudian guru mengarahkan dan menjelaskan bagaimana peserta didik belajar dengan baik dalam kelompoknya. saat proses pembelajaran berlangsung, guru mengelola kelas secara interaktif, membimbing peserta didik, dan memotivasi peserta didik untuk aktif berperan dalam kegiatan pembelajaran. pada akhir pelajaran, guru bersama peserta didik menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan. kemudian guru mengevaluasi peserta didik dengan memberikan soal yang sesuai dengan kompetensi dasar. berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa telah ada peningkatan hasil belajar dan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran bahasa indonesia.hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik dalam memahami materi pelajaran dalam pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran koperatif tipe tai secara keseluruhan menunjukan adanya peningkatan. peningkatan hasil belajar pembelajaran melalui penerapan model penerapan model pembelajaan koperatif tipetai dapat meningkatkan hasil belajar dari prasiklus ke siklus i kemudian ke siklus ii dapat dilihat dari rekapitulasi hasil belajar. berdasarkan data penelitian, terlihat jelas terjadi peningkatan hasil belajar dari prasiklus ke siklus i dan dari siklus i ke siklus ii. warna hijau pada analisis data menunjukkan hasil belajar pada siklus ii yang berada di atas dua warna lainnya. artinya pada siklus ii terjadi peningkatan yang signifikan. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.32 127 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 pra siklus siklus 1 siklus 2 nilai peningkatan rata-rata hasil belajar pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran koperatif tipe (tai) dapat meningkatkan rata-rata hasil belajar peserta didik. peningkatan hasil belajar dari prasiklus, siklus i, dan siklus ii terlihat dari gambar di bawah ini. dari gambar 1 berikut terlihat adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar dari prasiklus ke siklus i dan dari siklus i ke siklus ii yaitu dari 71, 41 menjadi 81,09 dan dari 81,09 menjadi 84,37. gambar 1. peningkatan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik dari pra silkus, siklus i, dan siklus ii. peningkatan ketuntasan hasil belajar pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran koperatif tipetai dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar peserta didik, hal ini terlihat dari gambar 6 bahwa terjadi peningkatan persentase peningkatan ketuntasan hasil belajar dari prasiklus, siklus i, dan siklus ii. gambar berikut menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar dari 28,12 % yang tuntas pada prasiklus menjadi 78,12 % pada siklus i dan meningkat lagi ketuntasan belajar peserta didik menjadi 87,50 %. gambar 2. prosentase peningkatan ketuntasan belajar 65 70 75 80 85 90 pra siklus siklus 1 siklus 2 n ila i vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.32 128 dari keterangan di atas memperlihatkan bahwa penerapan model pembelajaran koperatif tipe tai dapat meningkatkan hasil belajar. karena katuntasan klasikal sudah mencapai 87,50 %, artinya sudah melebihi 85%, maka penelitian dianggap sudah cukup. simpulan berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada siklus i dan siklus ii dengan menerapkan model pembelajaran koperatif tipe tai (team assisted individualization), diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. penerapan model pembelajaran koperatif tipe tai dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas viii b smp negeri 14 banjarbaru. hal ini dapat dilihat dari nilai ratarata hasil belajar peserta didik yang mengalami peningkatan dari 81.09 pada siklus i menjadi 84.37 pada siklus ii, prosentase ketuntasan hasil belajar juga mengalami peningkatan 28.12% yang tuntas pada pra siklus menjadi 78.12% pada siklus i mengalami peningkatan lagi menjadi 87,50 % pada siklus ii. 2. penerapan model pembelajaran koperatif tipe tai bisa mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan keterampilan sosial dan meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugastugas kelompok maupun individu serta meningkatkan keaktipan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. 3. penerapan model pembelajaran koperatif tipe tai dalam pembelajaran menjadi menyenangkan, membuat peserta didik tidak bosan, dan tidak jenuh sehingga aktivitas belajar peserta didik meningkat. hal tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai peserta didik. daftar rujukan [1] abidin. 2014. desain sistem pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013. bandung: refika aditama. [2] zabadi, f, dkk. 2013. buku guru bahasa indonesia wahana pengetahuan sp/mts kelas vii. jakarta: kemendikbud. [3] daryanto. 2010. media pembelajaran. yogyakarta: gava media. [4] djamarah. 2008. psikologi belajar. jakarta: rineka cipta. [5] fathurrohman dan sutikno. 2010. strategi belajar mengajar. bandung: refika aditama. [6] halliday dan hasan. 1992. bahasa, konteks dan teks. yogyakarta: gajah mada university press. [7] hamalik. 2003. kurikulum dan pembelajaran. jakarta: bumi aksara. [8] isnatun, siti dan farida. 2013.mahir berbahasa indonesia. bogor: yudhistira. [9] alwi, hasan. 2007. kbbi: edisi ketiga. jakarta: balai pustaka. [10] kemendikbud. 2013. permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah. jakarta: kementerian pendidikan dan kebudayaan ri. [11] kemendikbud. 2014. peraturan meneteri pendidikan dan kebudayaan no. 81. a tahun 2014 tentang implementasi kurikulum. jakarta: balitbang. [12] knapp dan watkins. 2005. genre, text, grammar. technologies for teaching and assessing writing. australia: university of new south wales press. vol.1 no.2 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.32 129 [13] mahsun. 2013. teks dalam pembelajaran bahasa indonesia kurikulum 2013. jakarta: raja grafindo persada. [14] syaifurrahman dan tri ujiati. 2013. manajemen dalam pembelajaran, jakarta: pt. indeks. [15] oemar hamalik. 2008. kurikulum dan pembelajaran. jakarta: bumi aksara. [16] pardiyono. 2007. pasti bisa! teaching genre–based writing. yogyakarta: andi. [17] purwanto. 2011. evaluasi hasil belajar. yogyakarta: pustaka pelajar. [18] sagala, syaiful. 2010. supervisi pembelajaran dalam profesi pendidikan. bandung: alfabeta. [19] sanjaya. 2006. strategi pembelajaran. jakarta: kencana prenada media group. [20] santoso, dkk. 2013. materi dan pembelajaran bahasa indonesia. banten: universitas terbuka [21] sardiman. 2007. interaksi & motivasi belajar mengajar. jakarta: raja gravindo persada. [22] slameto. 2010. belajar & faktor-faktor yang mempengaruhinya. jakarta: rineka cipta. [23] slavin, robert e. 2005. cooperative learning: teori, riset dan praktik. bandung: nusa media. [24] sudjana, nana. 2008. penilaian hasil proses belajar mengajar. bandung: pt remaja rosdakarya. [25] suprijono. 2011. model pembelajaran kooperatif. jakarta: bumi aksara. [26] sudjana, nana dan ibrahim. 2009. penelitian dan penilaian pendidikan. bandung: sinar baru algesindo. [27] suyitno. 2007. petunjuk praktis penelitian tindakan kelas untuk penyusunan skripsi. semarang: universitas negeri semarang [28] syah. 2010. psikologi pendidikan. bandung: pt remaja rosdakarya. [29] undang-undang nomor 20 tahun 2003, sistem pendidikan nasional, bab ii, pasal 3. [30] umi farikah. 2011. pengaruh model pembelajaran koperatif tipetai (team assisted individualization) dengan media lks terhadap prestasi belajar matematika pada materi faktorisasi suku aljabar siswa kelas viii semester 1 smp negeri 2 gajah kabupaten demak tahun pelajaran 2010/2011. skripsi, ikip pgri semarang: program studi pendidikan matematika fakultas pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam. vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 37 received : 12-12-2020 revised : 01-01-2021 published : 15-01-2021 peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas iii sdn kendangsari iii/278 surabaya dengan menggunakan media “ketekan” deva setiyawan sdn kendangsari iii/ 278 surabaya, indonesia devasetiyawan@gmail.com abstrak: penelitian ini dilatarbelakangi pembelajaran matematika di kelas iii-a sdn kendangsari iii/278 belum terlaksana secara optimal karena, 1) siswa kurang menguasai perkalian, 2) siswa tidak teliti menghitung perkalian, 3) siswa malas menghitung soal perkalian dan 4) siswa bingung melakukan operasi hitung perkalian. hal ini disebabkan pola pengajaran selama ini masih bersifat ceramah dan pemberian contoh mengerjakan soal perkalian secara langsung tanpa menggunakan media yang membantu mempelajari sesuatu secara nyata sehingga siswa jenuh dan bosan serta siswa kurang terlibat dalam pelajaran. tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keaktifan dan hasil belajar matematika siswa kelas iii-a sdn kendangsari iii/278 dengan menggunakan media ketekan. dari penelitian diperoleh hasil pemantauan kegiatan guru siklus i 74,38%. sedangkan siklus ii kegiatan mengajar guru mencapai 81,25%. hasil pemantauan kegiatan siswa siklus i mencapai 60,42%. sedangkan kegiatan siswa siklus ii mencapai 70,42%. skor rata-rata hasil pemantauan kegiatan siswa siklus i sebesar 21,75, sedangkan siklus ii 25,42. hasil tes belajar siswa yang tuntas belajar siklus i mencapai 20 siswa dengan persentase mencapai 66,67%, siklus ii siswa yang tuntas belajar 25 siswa dengan persentase mencapai 83,33%. hasil penelitian yang dilakukan disimpulkan keaktifan dan hasil belajar matematika siswa kelas iii-a sdn kendangsari iii/ 278 mengalami peningkatan setelah menggunakan media ketekan. kata kunci: keaktifan; hasil belajar; media ketekan; matematika https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 mailto:devasetiyawan@gmail.com vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 38 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 39 pendahuluan pendidikan merupakan usaha untuk mencerdaskan dan memperbaiki kualitas hidup warga negara. kecerdasan warga negara akan membawa dampak kemajuan suatu bangsa cepat tercapai. selain cerdas anak bangsa juga harus punya karakter atau tingkah laku yang baik. pendidikan di sekolah dasar (sd) merupakan pondasi awal dalam terciptanya manusia yang seutuhnya sehingga peran pendidikan sangat penting dalam membentuk sumberdaya manusia yang baik. system pendidikan nasional indonesia memiliki fungsi membentuk watak dan karakter serta mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. pendidikan indonesia memiliki tujuan mengembangkan bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa sehingga menjadikan manusia indonesia yang memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada tuhan yang maha esa, serta memiliki akhlak mulia, mandiri, kreatif, sehat, cakap, dan menjadi manusia yang bertanggung jawab dan demokratis. melalui pendidikan nasional diharapkan dapat menjadikan peserta didik yang memiliki berbagai macam kecerdasan, baik kecerdasan sosial intelektual, spiritual, emosional maupun kecerdasan kinestetika sehingga dapat memberikan sumbangsih yang besar untuk kemajuan bangsa dan negara. untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas harus ditanamkan sejak usia sekolah dasar (sd). untuk membentuk sumber daya manusia indonesia yang berkualitas adalah melalui pembelajaran matematika. pelajaran matematika adalah pelajaran wajib yang diberikan untuk siswa di sekolah dasar. oleh sebab itu pelajaran matematika di sd tidak bisa dinomor duakan karena menjadi dasar pengetahuan yang menjadi pedoman untuk melanjutkan pembelajaran matematika di tingkat selanjutnya. “menurut karso (2008 :1.39) matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, dan formal, hirarkis, abstrak dan bahasa symbol yang banyak arti”. pendapat yang sama disampaikan oleh “ruseffendi (dalam karso, 2008 : 1.39) matematika terorganisasi dari unsur-unsur yang tidak terdefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya dan berlaku secara umum”. oleh sebab itu pelajaran matematika merupakan pelajaran yang paling sulit dipahami siswa. “menurut rachman (2011) matematika merupakan suatu ilmu berpikir. pelajaran matematika merupakan pelajaran yang menggunakan simbolsimbol sehingga bersifat abstrak. dalam pembelajarannya di kelas, masih banyak guru yang mengajar dengan semaunya. misalnya memegang prinsip bahwa materi yang diajarkan untuk satu hari tersebut harus tuntas, kendati siswa masih banyak yang tidak mengerti”. hal tersebut menjadi penyebab beberapa siswa kesulitan belajar matematika. “menurut sukorini (2010) merupakan tugas berat atau tantangan bagi para guru khususnya bagi guru yang mengajar matematika, bagaimana guru bisa meyakinkan pada siswa bahwa matematika itu sebenarnya bukan mata pelajaran yang sulit, justru kalau siswa mau belajar dengan sungguh-sungguh matematika akan menjadi mata pelajaran yang menarik, karena siswa akan dilatih untuk bisa memecahkan masalah yang ada di dalam pelajaran matematika. kalau siswa bisa memecahkan setiap permasalahan yang ada di dalam matematika, itu merupakan suatu kepuasan tersendiri bagi siswa. oleh karena itu, didalam mempelajari matematika dibutuhkan banyak mengerjakan latihan soal-soal, kesabaran, keuletan, dan jangan hanya menggantungkan tugas yang diberikan oleh bapak atau ibu guru saja.” hasil wawancara dengan guru kelas 3-a sdn kendangsari iii/ 278 surabaya dalam pembelajaran matematika ada beberapa siswa belum bisa menyelesaikan soal perkalian dengan tepat. hal tersebut terlihat dari nilai ulangan harian yang telah dilaksanakan, dari 32 jumlah siswa kelas 3-a, 18 siswa memperoleh nilai di atas kriteria nilai yang ditetapkan, sedangkan 14 siswa memperoleh nilai di bawah kriteria yang telah ditetapkan yaitu nilai 70. banyaknya siswa https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 40 yang belum mencapai nilai kkm disebabkan oleh 1) siswa kurang menguasai perkalian, 2) siswa tidak teliti dalam menghitung perkalian, 3) siswa kurang semangat untuk menghitung soal perkalian dan 4) siswa masih merasa bingung dalam melakukan operasi hitung perkalian. kelemahan siswa utama terletak pada kemampuan siswa mengerjakan soal perkalian. agar siswa dapat meningkatkan kemampuan secara optimal dalam menghitung perkalian, siswa harus teliti dan cermat dalam menghitung, serta siswa harus terus berlatih secara berkelanjutan dengan cara berlatih megerjakan soal-soal yang berkaitan dengan perkalian agar hasil belajar siswa dalam berhitung meningkat. hasil diskusi dengan guru kelas 3-a sdn kendangsari iii/278 surabaya menguraikan penyebab kelemahan siswa dalam belajar matematika materi perkalian salah satunya adalah kegiatan pembelajaran selama ini masih dengan pola ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran dan pemberian contoh dalam mengerjakan soal perkalian secara langsung tanpa menggunakan sebuah media yang membantu mereka lebih gampang mempelajari secara nyata materi matematika. untuk mengatasi masalah di atas diperlukan proses pembelajaran yang yang dapat memotivasi siswa memahami masalah dalam matematika, menumbuhkan cara berfikir kreatif siswa dalam mengerjakan soal matematika dan siswa terlibat aktif dalam memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan perkalian adalah menggunakan media bantu dalam pembelajaran. media berasal dari bahasa latin yang memiliki arti “perantara atau pengantar” sehingga media merupakan tempat penyampai informasi atau penyampai pesan. media bantu yang digunakan dalam pelajaran bisa berupa media peraga yang bisa digunakan secara nyata baik itu merupa benda, video dan lainnya. pada saat ini semakin banyak media yang dapat digunakan untuk belajar siswa dalam belajar matematika. media sempoa adalah salah satu jenis media dalam pembelajaran. media sempoa memiliki manfaat ; 1) untuk melatih cara kerja otak kiri dan otak kanan karena dapat melatih daya konsentrasi anak dalam berhitung dan meningkatkan daya imajinasi anak dan logika anak, 2) menumbuhkan kreativitas, sistematika berfikir, daya ingat, logika, dan daya imajinasi siswa, 3) meningkatkan kecepatan, ketepatan dan ketelitian dalam berfikir kritis, 4) siswa lebih mudah mengingat dengan apa yang dikerjakan melalui media sempoa. masih sering kita jumpai pada siswa sekolah dasar, khususnya kelas rendah, ketika mereka belajar matematika, mereka akan menggunakan sebuah alat bantu yang terbuat dari manik-manik. alat bantu tersebut bermanfaat membantu siswa dalam proses hitung menghitung, baik itu penjumlahan maupun pembagian. namun saat ini, alat bantu tersebut mulai tersisih oleh kemajuan jaman, untuk itu penggunaan alat bantu pelajaran ini perlu digalakkan kembali guna membantu siswa dalam meningkatkan pemahamannya tentang hitung menghitung. alat bantu yang akan gunakan adalah sebuah alat berbahan manik-manik yang jumlahnya seratus biji. setiap baris berisi sepuluh buah manik-manik, dan jumlah seluruhnya ada sepuluh baris. alat tersebut dinamakan sempoa atau yang sering disebut “ketekan”. sempoa atau “ketekan” merupakan alat hitung yang dibuat dengan menggunakan bahan dari plastik. ketekan bermanfaat untuk membantu siswa dalam melakukan penjumlahan, pengurangan, pembagian dan perkalian, namun jumlahnya terbatas yaitu seratus buah, cara menggunakan “ketekan” dengan cara menggeser manik-manik pada ke kiri atau ke kanan. saat ini, “ketekan” memiliki bentuk kecil dengan bingkai berbentuk persegi panjang. setiap baris manik-manik dalam ‘ketekan” dapat digunakan untuk bilangan satuan dan puluhan saja. sekarang “ketekan” sering digunakan siswa dalam menghitung dalam materi matematika khususnya siswa kelas rendah. dengan menggunakan media “ketekan” diharapkan siswa mampu menyelesaikan tugas https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 41 yang diberikan dan menciptakan sesuatu yang inovatif dalam memahami pelajaran sehingga memperoleh hasil belajar yang memuaskan. metode rancangan penelitian menggunakan prosedur ptk. penelitian ini dilaksanakan melalui tahapan planing, action, observation, dan reflection. rancangan penelitian berpedoman pada rancangan penelitian yang dilakukan oleh kemmis & mctaggart dengan model spiral (dalam riyanto, 2012 : 47) dengan bagan dibawah ini: gambar 1. bagan penelitian model spiral kemmis & mctaggart berdasarkan alur siklus di atas dapat diketahui tahapan yang digunakan peneliti adalah refleksi awal, perencanaan, tindakan, pemantauan, dan refleksi. dari pelaksanaan siklus pertama bila hasil yang di dapatkan belum sesuai dengan target maka akan dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya. pada siklus selanjutnya alur yang digunakan pun sama yaitu dimulai dari perencanaan ulang, pelaksanaan tindakan, pemantauan, dan diakhiri dengan refleksi. setelah tahap refleksi awal dilakukan peneliti, maka peneliti melaksanakan penelitian yang bersiklus. kegiatan yang dilakukan setiap siklus adalah: siklus selanjutnya rencana aksi refleksi observasi refleksi awal rencana observasi aksi refleksi https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 42 perencanaan kegiatan yang akan dilakukan di uraikan sebagai berikut: 1. membuat rpp pembelajaran matematika dengan menggunakan media sempoa atau “ketekan”. 2. menyiapkan lembar kerja yang akan dibagikan kepada siswa. 3. membuat lembar pemantauan untuk kemampuan mengelola pembelajaran guru dan aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung. tindakan tahap ini merupakan implementasi dari rancangan tindakan yang telah disusun. pelaksanaan berupa pelaksanaan pembelajaran matematika dengan mengunakan media ketekan pada kelas iii-a di sdn kendangsari iii/278 surabaya. pelaksanaan penelitian dilakukan oleh peneliti dan guru kelas iii-a serta guru kelas vi yang bertindak sebagai pengamat. pemantauan tahap pemantauan pada dilakukan ketika pelaksanaan tindakan berlangsung. pada tahap ini peneliti dan guru kelas iii-a serta guru kelas vi sdn kendangsari iii/278 surabaya berusaha untuk menggali, merekam dan mendokumentasikan seluruh indikator yang tercantum dalam perencanaan dan hasil dari pelaksanaan tindakan. pemantauan dilakukan sejak awal sampai akhir kegiatan belajar pada siklus pertama. hasil pemantauan yang diperoleh dapat digunakan bahan pertimbangan dalam menyusun rencana tindakan yang akan terapkan pada siklus kedua. hasil pemantauan ini kemudian dibahas bersama guru pengamat, kemudian dijadikan sebagai dasar untuk menyusun perencanaan pada siklus selanjutnya. refleksi refleksi digunakan untuk membahas pencapaian hasil belajar pada setiap siklus yang telah dilakukan. jika hasil yang diperoleh siklus i belum sesuai dengan target yaitu nilai hasil belajar individu ≤ 70 dan nilai rata-rata ketuntasan kelas ≤70% maka akan dilaksanakan perbaikan pada siklus-siklus berikutnya. lokasi penelitian lokasi penelitian pada di kelas iii-a sd negeri kendangsari iii/ 278. sekolah dasar ini berada di jl raya tenggilis mejoyo no. 3 kecamatan rungkut kota surabaya. subyek penelitian subjek penelitian yang digunakan siswa kelas iii-a sdn kendangsari iii/278 surabaya tahun ajaran 2019/2020 dengan jumlah 30 siswa (13 laki-laki dan 17 perempuan). metode pengumpulan data penulis menggunakan dua alat pengumpulan data, yaitu pemantauan kemampuan guru dalam kegiatan pelajaran dan aktifitas siswa selama kegiatan pelajaran dilaksanakan serta tes tulis digunakan untuk memperoleh nilai hasil belajar siswa diakhir pembelajaran disetiap siklus. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 43 teknik analisis data teknik analisis pemantauan terdiri dari pemantauan kemampuan guru mengelola pembelajaran dan kegiatan siswa dalam kegiatan pelajaran. analisis data tes hasil belajar diperoleh dari analisis nilai tes siswa diakhir pembelajaran. analisis data pemantauan analisis data kemampuan guru dalam selama kegiatan pembelajaran dengan menggunakan rumus : 100= n r s analisis data pemantauan aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran menggunakan rumus : %100= jp bt st analisis data tes hasil belajar untuk menghitung nilai rata-rata siswa dapat dilakukan dengan menggunakan rumus : p = ∑𝑥 𝑁 x 100 untuk menghitung ketuntasan belajar klasikal dihitung dengan menggunakan rumus : 100% x (n) siswa (f)belajar tuntasyang siswa p   = hasil hasil belajar siklus i ‘siswa tuntas belajar siklus i mencapai 20 siswa dengan persentase mencapai 66,67%. rata-rata hasil belajar siswa siklus i yaitu 76,80.’ hasil pemantauan kegiatan siswa pada siklus i ‘hasil pemantauan kegiatan siswa ketika proses pembelajaran dalam menggunakan media ketekan pada siklus i sebesar 60,42% yang berada pada kategori “tinggi“.’ hasil pemantauan kegiatan guru dalam kegiatan pembelajaran siklus i kegiatan guru dalam proses pembelajaran dalam menggunakan media ketekan pada siklus i memperoleh skor rata-rata mencapai 3,2 atau mencapai persentase 79,17% yang berada pada kategori “baik“. hasil belajar siswa siklus ii 25 siswa kelas iii-a memperoleh nilai di atas target yang ditentapkan dan nilai rata-rata siswa sebesar 81,77 sedangkan ketuntasan belajar pada siklus ii sebesar 83,33% https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 44 hasil pemantauan kegiatan siswa siklus ii hasil pemantauan kegiatan siswa dalam menggunakan media ketekan pada siklus ii sebesar 70,42% termasuk dalam kategori “tinggi“. hasil pemantauan kegiatan guru dalam kegiatan pembelajaran siklus ii hasil rata-rata pemantauan aktifitas guru ketika pembelajaran berlangsung dengan menggunakan media ketekan siklus ii adalah 3,4 atau mencapai persentase 84,38% dan berada pada kategori “ baik “. pembahasan berikut tabel rekapitulasi hasil belajar siswa siklus i dan ii. ‘tabel 1. hasil belajar siklus i dan ii’ aspek penilaian pemantauan siklus siklus ii jumlah 2304 2453 rata-rata 76,80 81,77 tuntas 20 siswa 25 siswa prosentase ketuntasan 66,67% 83,33% (sumber: data analisis validator diolah peneliti) tabel di atas menunjukkan siswa tuntas belajar pada siklus i 20 siswa, dengan persentase mencapai 66,67%, sedangkan siklus ii siswa tuntas belajar 25 siswa dengan persentase mencapai 83,33%. apabila digambar grafik sebagai berikut. ‘gambar 2. grafik hasil belajar siswa siklus i dan ii’ grafik di atas menggambarkan rata-rata penilaian hasil belajar mengalami peningkatan yang signifikan. rata-rata hasil belajar siswa siklus i yaitu 76,80 meningkat menjadi 81,77 di siklus ii. hasil ketuntasan klasikal siklus i 66,67% dan siklus ii ketuntasan klasikal mencapai 83,33%. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 rata-rata ketuntasan klasikal 76,8 66,67 81,77 83,33 siklus 1 siklus 2 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 45 hasil pemantauan kegiatan siswa selama pembelajaran dengan menggunakan media ketekan disajikan table berikut. ‘tabel 2. perbandingan kegiatan siswa siklus i dan ii’ no siklus rata-rata persentase ket 1. siklus i 21,75 60,42% 2. siklus ii 25,42 70,42% meningkat (sumber : data lapangan) tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pemantauan pada siklus i kegiatan siswa mencapai 60,42%. sedangkan pada siklus ii kegiatan siswa mencapai 70,42%. sedangkan ratarata hasil pemantauan kegiatan siswa pada siklus i menunjukkan 21,75, sedangkan siklus ii menunjukkan 25,42. selanjutnya disajikan ke dalam bentuk grafik dengan hasil di bawah ini. gambar 2. grafik perbandingan kegiatan siswa siklus i dan ii’ pada grafik di atas diketahui bahwa hasil kegiatan siswa terjadi peningkatan di setiap siklusnya. peningkatan terjadi secara signifikan, dari siklus i yang mencapai ketuntasan sebesar 60,42% sedangkan siklus ii dengan ketuntasan sebesar 70,42%. hasil pemantauan kegiatan guru yang ketika pembelajaran dengan menggunakan media ketekan disajikan dalam bentuk table di bawah ini. ‘tabel 3. perbandingan kegiatan guru siklus i dan ii no siklus rata-rata persentase ketuntasan ket 1. siklus i 3,2 79,17% 2. siklus ii 3,4 84,38% meningkat (sumber: data analisis diolah peneliti) 54 56 58 60 62 64 66 68 70 72 siklus i siklus ii 60,42 70,42 siklus i siklus ii https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 46 tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pemantauan siklus i kegiatan guru sebesar 74,38%. sedangkan siklus ii kegiatan guru mencapai 81,25%. apabila ditunjukkan dalam bentuk grafik seperti di bawah ini. ‘gambar 3. grafik perbandingan kegiatan guru siklus i dan siklus ii’ simpulan berdasarakan analisis hasil penelitian dan pembahasan tentang pembelajaran yang telah dilakukan disimpulkan sebagai berikut “penggunaan media ketekan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada materi perkalian bilangan”. daftar rujukan a. m, sardiman. 2006. interaksi dan motivasi belajar-mengajar. jakarta: raja grafindo persada. anggoro, m. toha. 2007. metode penelitian. jakarta: universitas terbuka aqib, zainal. 2009. penelitian tindakan kelas untuk guru. bandung: yrama widya arikunto, suharsimi. 2010. prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik (edisi revisi). jakarta: rineka cipta. azwar, sayfudin, 2009. metodologi penelitian. yogyakarta: pustaka pelajar. dimyati dan mudjiono. 2010. belajar dan pembelajaran. jakarta: rineka cipta. djamarah, syaiful bahri. 2008. psikologi belajar. jakarta: rineka cipta hamalik, oemar. 2007. kurikulum dan pembelajaran. jakarta: bumi aksara hamalik, oemar. 2008. kurikulum dan pembelajaran. jakarta: bumi aksara harjono. 2013. peningkatan motivasi dan hasil belajar matematika dengan media abakus pada siswa kelas iii sdn 02 karang karangpandan karanganyar tahun 2012/2013 (skripsi diunduh online pada tanggal 5 september 2019). kardi, s., dan nur, m,. 2000. pembelajaran langsung. surabaya : unipres unesa. karso. 2008. pendidikan matematika i. jakarta : universitas terbuka. 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 siklus i siklus ii 79,17 84,38 siklus i siklus ii https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 47 kennedy, ruth. 2007. in-class debates: fertile ground for active learning and the cultivation of critical thinking and oral communication skills. international jurnal of teaching and learning in higher education. volume 19, number 2, 183190. kusuma, febrian widya dan mimin nir aisyah. 2012. implementasi model pembelajaran kooperatif tipe think pair share untuk meningkatkan kegiatan belajar akuntansi siswa kelas xi ips 1 sma negeri 2 wonosari tahun ajaran 2011/2012. jurnal pendidikan akuntansi indonesia, vol. x, no. 2. halaman 43-63. mudjiono, ricky dan prihermono, dicky fx. 2008. edisi terbaru kamus umum bahasa indonesia. tangerang: scientific press. mulyani, tuti. 2012. penggunaan alat peraga abakus untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa materi perkalian kelas ii sd negeri brondong kecamatan bruno kabupaten purworejo tahun pelajaran 2011/2012 (skripsi diunduh online pada tanggal 6 september 2019). nurmalasari, irma. 2013. pengaruh penggunaan media sempoa terhadap kreativitas siswa dan prestasi belajar matematika siswa di sdn ii karangrejo tulungagung (skripsi diunduh online pada tanggal 5 september 2019). purwanto, ngalim. 2009. prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. bandung : remaja rosdakarya purwanto, ngalim. 2011. evaluasi hasil belajar. yogyakarta: pustaka pelajar rachman, arif. membuat anak cinta matematika dalam http: //balagu.com/health/?p=78 diakses pada 30 agustus 2018. riyanto, yatim. 2012. metodologi penelitian pendidikan. surabaya: sic sanjaya, wina. 2009. penelitian tindakan kelas. jakarta: kencana prenada media group. slameto. 2010. belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. jakarta: rineka cipta sudijono, anas. 2009. pengantar evaluasi pendidikan. jakarta: pt. raja grafindo persada sudjana, nana. 2010. dasar dasar proses belajar mengajar. bandung: sinar baru algesindo sudjana, nana. 2013. penilaian hasil proses belajar mengajar. bandung: remaja rosdakarya sugandi, ahmad. 2007. teori pembelajaran. bandung: pt. remaja rosda karya sukorini, indriati. mengapa matematika masih menjadi momok dalam (http://indriatisukorini.wordpress.com/2010/07/01/mengapa-matematika-masihmenjadi-momok/ diakses pada 30 agustus 2018. susanto, ahmad. 2013. teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. jakarta: pt. kharisma putra utama suyatno. 2009. menjelajah pembelajaran inovatif. sidoarjo: masmedia buana pustaka syah, muhibbin. 2010. psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. bandung: rosda usman, m. user. 2009. menjadi guru profesional. bandung: remaja rosda karya yamin, martinis. 2007. strategi pembelajaran berbasis kompetensi. jakarta: gaung persada https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.71 http://balagu.com/health/?p=78 http://indriatisukorini.wordpress.com/2010/07/01/mengapa-matematika-masih-menjadi-momok/ http://indriatisukorini.wordpress.com/2010/07/01/mengapa-matematika-masih-menjadi-momok/ microsoft word 08-sri wahyu.docx vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.89 224 received : 22-12-2020 revised : 28-01-2021 published : 15-02-2021 pengembangan media providter untuk keterampilan berbicara bahasa inggris peserta didik smk kelas xi peternakan sri wahyuningsih smk negeri tutur pasuruan, indonesia sriwahyuningsih.ss22@gmail.com abstrak tujuan penelitian ini yaitu mengetahui proses pengembangan media providter yang valid dan keefektifan penggunaan media providter dalam keterampilan berbicara bahasa inggris (speaking). penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau research and development (r & d) yang didasarkan pada teori dari sivasailam thiagarajan yang dikenal dengan teori 4 d. teori ini terdiri dari empat tahapan, yaitu tahapan define (pendifinisian), design (perencanaan), develop (pengembangan) dan disseminate (penyebaran). subjek penelitian ini yaitu media pembelajaran providter yang diterapkan peserta didik kelas xi program keahlian agribisnis ternak ruminansia (atrm) tahun pelajaran 2018/2019 yang sedang melaksanakan pkl (prakerin). hasil penerapan media providter ini menunjukkan bahwa media ini dapat membantu peserta didik untuk meningktkan keterampilan berbicara mereka terutama pada materi teks prosedur untuk jurusan atrm. kekurangan media ini apabila terkena virus maka harus melakukan penginstalan ulang karena ada beberapa file yang hilang dan untuk beberapa file memerlukan jaringan internet yang memungkinkan peserta didik tidak dapat mengaksesnya apabila ada ganguan jaringan internet. kata kunci: atrm, pkl, providter vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.89 225 pendahuluan pembelajaran bahasa inggris di sekolah menengah kejuruan (smk) dari tahun ke tahun mengalami perubahan yang bertujuan untuk menciptakan lulusan smk yang kompeten dan siap bertempur di dunia kerja dan dunia industri. peningkatan ini sesuai dengan program direktorat pembinaan smk dalam rencana strategis pembinaan sekolah (renstra) 2015-2019 dengan salah satu agenda utamanya yaitu pemerataan pembangunan antar wilayah terutama kawasan timur indonesia melalui percepatan dan perluasan pembangunan smk untuk memperkuat daya saing industri manufaktur nasional, pembangunan science dan techno park, sebagai center of excellence (kerja sama dunia usaha/swasta-pemerintah-perguruan tinggi) yang sangat diperlukan, terutama untuk mendorong inovasi teknologi, khususnya untuk sektor pertanian dan industri. penguasaan bahasa inggris yang merupakan bahasa internasional yang digunakan oleh 106 negara di dunia, akan dapat mempermudah lulusan smk untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan negara lain, baik untuk kebutuhan ekonomi, pendidikan maupun sosial. kesiapan mereka ini akan dibuktikan dalam menghadapi masyarakat ekonomi asean (mea), world trade organization (wto), asia-pacific economic coorperation (apec) dan asean free trade area (afta) yang mulai terlaksana di indonesia. seperti yang disampaikan oleh anjani dalam artikelnya yang berjudul “mata pelajaran bahasa asing di smk perlu diberi ruang dalam kurikulum” pada tanggal 31 agustus 2016, bahwa sekitar 700 smk di indonesia bisa menghasilkan output terbaik yang siap menembus pasar asia dan eropa. dari data forum pengajar bahasa asing smk indonesia ini, anjani juga menuliskan upah yang diterima oleh tenaga kerja indoneisa lebih besar dibandingkan mereka yang dari bangladesh, vietnam dan thailand. kesadaran akan pentingnya penguasaan bahasa inggris di indonesia memang masih belum bisa menyentuh seluruh lapisan masyarakat kita. hal ini terbukti dari laporan tahunan indeks kecakapan bahasa inggris (ef english proficiency index/ef epi) yang ketujuh yang dilakukan oleh lembaga pendidikan bahasa inggris ef. laporan ini disusun dengan menganalisa data dari ef standard english test (ef set) suatu tes bahasa inggris gratis online pertama di dunia dan didikuti oleh lebih dari 1 juta orang di seluruh dunia, dari 80 negara turut berpartisipasi pada ef epi tahun 2017. hasil laporan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa inggris orang dewasa di indonesia menurun di tahun 2017 dari peringkat ke 32 di tahun 2016 menjadi urutan ke-39. untuk skala propinsi, dki jakarta menempati level tertinggi yakni 54,65 dari 12 provinsi yang disurvei ef epi. keadaan ini juga ada di peserta didik smk negeri tutur, dari 28 responden yang melakukan pengisian angket pembelajaran bahasa inggris tahun 2018, sekitar 21 % berpendapat bahwa bahasa inggris itu tidak penting untuk dipelajari dan dikuasai meskipun 96% menyatakan bahwa pelajaran bahasa inggris selama ini menyenangkan dan hanya 7 % yang memperoleh nilai ulangan harian atau tugas-tugas bahasa inggris di atas 75 meskipun 85,71 % dari mereka belajar bahasa inggris dimulai di bangku sd dan 14,28 % mempelajarinya mulai dari tk. pembelajaran bahasa inggris yang selama ini berjalan lebih memfokuskan pada penguatan tata bahasa sebagai modal untuk meengerjakan soal-soal ujian nasional (un). keadaan ini secara otomatis akan membawa dampak pada penguasaan keterampilan berbahasa lainnya, salah satunya yaitu keterampilan berbicara (speaking). seperti yang disampaikan oleh leong (2017) bahwa keterampilan terpenting yang harus dimiliki oleh seorang pembelajar vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.89 226 bahasa yaitu keterampilan berbicara sehinga peserta didik dapat menggunakannya secara efektif dan tepat ketika berkomunikasi. penerapan kurikulum 2013 revisi 2017 juga membawa dampak perubahan besar pada proses pembelajaran bahasa inggris di sekolah menengah kejuruan (smk) dengan adanya pengurangan alokasi waktu pembelajaran yang hanya 3 jam dalam seminggu, sehingga membuat keterbatasan dalam bertatap muka. belum lagi adanya pkl (praktik kerja lapangan) bagi peserta didik smk kelas xi yang dilaksanakan selama empat sampai enam bulan. hal ini berarti selama waktu pkl tersebut, peserta didik tidak bisa melaksanakan pembelajaran secara tatap muka untuk semua mata pelajaran, termasuk pelajaran bahasa inggris. keadaan ini semakin memperparah hasil belajar peserta didik baik itu nilai pengetahuan maupun nilai keterampilan. keterbatasan penguasaan kosakata dan ketepatan pengucapan juga menambah kesulitan mereka untuk berbicara bahasa inggris. menurut hinkel seperti yang dikutib oleh brown (2015:316) bahwa di era globalisasi tujuan pragmatis pembelajaran bahasa menitik beratkan pada peningkatan nilai model pembelajaran multiskill yang terintegrasi dan dinamis dengan fokus pada komunikasi yang bermakna dan pengembangan kompetensi peserta didik yang komunikatif. baa (2017) melakukan penelitian pengembangan pengembangan perangkat pembelajaran bahasa inggris model terpadu (integrated) dengan pendekatan “content based instruction (cbi)” mulai tahun 2015 – 2017 dengan sasaran siswa-siswa dan guru-guru di sekolah menengah kejuruan di makassar dan gowa. hasil penelitian pengembangan ini menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran tersebut bisa digunakan dalam proses pembelajaran bahasa inggris berbasis cbt meskipun tidak bisa merubah total kebiasaan peserta didik untuk pasif selama proses pembelajaran. penelitian lain yang berhubungan dengan pemanfaatan teknologi juga dilakukan oleh huda & mariono (2018) menjelaskan bahwa media audiovisual lebih efektif digunakan oleh peserta didik kelas x smk roudlatul mutaalimin wonoasih probolinggo dalam memahami mata pelajaran bahasa inggris terutama pada keterampilan berbicara (speaking). nazlia (2018) dari hasil penelitian tindakan kelas (ptk) yang dilakukannya menyimpulkan bahwa model pembelajaran picture and picture dan webbing technique terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis dan berbicara peserta didik dalam pembelajaran bahasa inggris. selain itu, pengkombinasian kedua model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan antusiasme atau minat siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa inggris. berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan studi literatur yang dilakukan oleh peneliti di smk negeri tutur, kabupaten pasuruan, peneliti melakukan pengembangan media pembelajaran berbasis e-leraning dan multimedia interaktif yang bisa dimanfaatkan oleh peserta didik selama proses pembelajaran di lapangan (pkl) dengan mengkaitkan pengetahuan peserta didik tentang mata pelajaran produktif (procedural text) dan bahasa inggris. media pembelajaran ini dikemas dalam satu aplikasi pembelajaran yang disebut dengan “providter (prosedural video peternakan)”. adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui proses pengembangan media providter yang valid dan keefektifan penggunaan media providter dalam keterampilan berbicara bahasa inggris (speaking). vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.89 227 metode penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau research and development (r & d) yang didasarkan pada teori dari sivasailam thiagarajan yang dikenal dengan teori 4 d. teori ini terdiri dari empat tahapan, yaitu tahapan define (pendifinisian), design (perencanaan), develop (pengembangan) dan disseminate (penyebaran). subyek dari penelitian ini yaitu media pembelajaran providter yang diterapkan oleh peserta didik kelas xi program keahlian agribisnis ternak ruminansia (atrm) tahun pelajaran 2018/2019 yang sedang melaksanakan pkl, hasil validasi ahli (dosen bahasa inggris dan juga guru produktif multimedia) serta hasil analisis keterampilan berbicara peserta didik kelas xi atrm efektifitas penggunaan media untuk keterampilan berbicara (speaking). pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan penugasan yang berhubungan dengan keterampilan berbicara (speaking). sedangkan alat yang digunakan berupa angket siswa, perangkat validasi, serta perangkat tugas yang terkait dengan keterampilan berbicara. instrumen validasi media ini digunakan untuk memperoleh data tentang kevalidan dari media providter dari ahli media, yaitu dua orang guru multimedia. sedangkan instrumen validasi materi ini digunakan untuk memperoleh data tentang kevalidan media providter dari ahli materi, yaitu satu orang dosen bahasa inggris dan satu orang guru bahasa inggris smk. kedua instrument validasi tersebut dianalisis dengan menggunakan skala linkert dan hasilnya digunakan untuk perbaikan media providter selanjutnya. instrumen ketrampilan berbicara ini meliputi penilaian penggunaan tata bahasa, kosakata, kelancaran, ketepatan pengucapan dan pemahaman dengan skala (1, 2, 3, 4, 5). penilaian diambil dari skor yang diperoleh dibagi skor maksimal. hasil produk penelitian pengembangan ini menghasilkan produk yang disebut dengan providter singkatan dari prosedural video peternakan. media providter merupakan pengembangan media pembelajaran yang menggunakan aplikasi autoplay. autoplay media studio merupakan perangkat lunak/aplikasi yang digunakan untuk mengembangkan media pembelajaran dengan mengintegrasikan beberapa tipe media seperti gambar, suara, video dan teks yang kemudian dijadikan dalam satu bentuk presentasi. media ini berisikan dua keterampilan yakni keterampilan menyimak dan berbicara, yang terbagi menjadi beberapa tahapan. tahap i adalah tahap warming up dan tahap 2 merupakan tahap dasar (basic activity 1). basic activity 1 dan basic activity 2 merupakan penilaian pengetahuan yang didasarkan pada keterampilan mnyimak. pada tahapan aktivitas ini peserta didik akan dikenalkan dengan materi teks prosudur yang dikaitkan dengan materi pelajaran kejuruan (peternakan). fokus teks prosedur peternakan ini penggunaan dan perawatan alat-alat peternakan, cara mengolah hasil ternak, serta cara perawatan terna. pada keterampilan menyimak (listening), peniliti menggunakan bantuan dari dua orang native speakers (penutur asli) dan juga dari audio google translate. tujuannya agar peserta didik dapat mengetahui cara pengucapan yang tepat terutama untuk kata-kata atau frase yang sulit. tidak hanya itu saja, peserta didik juga bisa mengukur tingkat ketepatan pengucapan katakata atau frase tersebut, dengan menggunakan aplikasi software “pronunciation coach atau speech intelligibility scorer yang bisa diunduh di website resmi http://www.rosemedical.com/speech-therapy-products.html. peserta didik juga bisa mengetahui arti dari katakata atau fase tersebut dengan membuka link yang ada di media providter. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.89 228 sedangkan tahap intermediate 1 dan 2 serta pada latihan soal-soal, remidi dan pengayaan, peserta didik akan menggunakan video yang ditayangkan di media providter. video ini yang ada di providter ini diambil dari kegiatan praktik baik di sekolah maupun di tempat prakerin, yang difokuskun pada proses atau tahapanya saja tanpa disertai dengan suara petunjuknya. providter ini sebagian aktivitas menggunakan jaringaan internet diantaranya ketika peserta didik mengecek arti dari kata-kata atau frase yang digunakan pada basic activity 1 dan 2, mengukur tingkat ketepatan pengucapan dengan software “pronunciation coach atau speech intelligibility scorer dan pada saat pengiriman tugas melalui wa atau email. pembahasan penyajian data uji coba prosedur pengembangan media providter ini terdiri dari empat tahapan, yakni tahapan define (pendifinisian), design (perencanaan), develop (pengembangan) dan disseminate (penyebaran). masing-masing tahapan memiliki prosedur yang berbeda. 1. tahap pendefinisian (define) pada tahapan ini, peneliti melakukan analisis permasalahan yang terjadi pada pembelajaran bahasa inggris di kelas melalui pemberian angket kepada 28 peserta didik kelas xi atrm3 di smk negeri tutur –kabupaten pasuruan. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 100% peserta didik memulai belajar bahasa inggris tidak dari smp, artinya mereka mempunyai dasar tentang pembelajaran bahasa inggris, bahkan ada dari mereka yang mempelajarinya mulai dari tk. 46,43% (13 peserta didik) menyatakan senang akan pelajaran bahasa inggris sedangkan 53,57% (15 peserta didik) tidak menyukainya. hal ini berbanding terbalik dengan respon mereka yang menyatakan bahwa pelajaran bahasa inggris selama ini menyenangkan (96,43%) padahal mereka juga tahu bahwa mempelajari bahasa inggris itu penting (78,57%). berdasarkan hasil angket tersebut, peserta didik juga banyak yang masih mendapatkan nilai dibawah kkm baik di tugas-tugas harian maupun nilai ulangan harian atau ujian sekolah (92,86%) ditambah dengan kesulitan mereka dalam memahami penjelasan guru apabila guru menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar selama proses pembelajaran (85,71%). rendahnya tingkat keterampilan berbicara bahasa inggris peserta didik juga bisa dilihat dari hasil respon angket tersebut, sebanyak 96,43% menyatakan bahwa mereka tidak mampu berbicara bahasa inggris dengan guru, teman atau bahkan dengan penutur asli (native speaker). permasalah ini timbul karena minat baca atau belajar bahasa inggris pada peserta didik rendah, yang dapat dilihat dari keinginan mereka untuk mempelajari bahasa inggris dari berbagai macam sumber (internet, membaca buku-buku/ cerita berbahasa inggris /lagu-lagu berbahasa inggris), sekitar 60,71% dan 85,71% mempelajari bahasa inggris hanya di sekolah saja. selain itu faktor lainnya juga sangat berpengaruh pada peningkatan keterampilan berbicara bahasa inggris. hasil angket menunjukkan prosentase yang sama yaitu 92,86% peserta didik senang pada pelajaran produktif (kejuruan) dan menyetujui apabila pelajaran bahasa inggris dikaitkan dengan pelajaran produktif/kejuruan. inilah yang menjadi dasar alasan peneliti mengintegrasikan materi peternakan dalam mata pelajaran bahasa inggris. untuk memantabkan materi peternakan yang akan digunakan peneliti melakukan tanya jawab baik dengan peserta didik maupun guru produktif peternakan tentang materi yang diajarkan di kelas x, xi atau xii vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.89 229 agribisnis ternak ruminansia (atrm) maupun yang mungkin di dapat di dunia industri/dunia usaha (du/di) pada saat peserta didik pkl. setelah informasi didapat, peneliti menganalisis kompetensi inti dan komeptensi dasar pada kurikulum 2013 edisi revisi 2017 yang dipakai di smk negeri tutur, kelas xi atrm. sehingga menetapkan kd 3.18 dan 4.18 tentang teks prosedural yang dikaitkan dengan materi kejuruan/produktif. pemilihan model dan media harus tepat dan sesuai dengan indikator serta tujuan pembelajaran. analisis ini dilakukan dan dikembangkan ke dalam silabus dan rpp yang disertai dengan materi dan tugas-tugas yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. bahasa yang digunakan dalam penyampaian materi juga harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta didik. 2. tahap perencanaan (design) setelah melakukan tahapan analisis, maka hasil temuan tersebut digunakan untuk merancang media providter yang diterapkan dalam pembelajaran bahasa inggris. peneliti melakukan penyusunan kreteria tes dan juga penilaian keterampilan berbicara dalam bahasa inggris. aspek keterampilan berbicara ini terdiri dari tata bahasa , kosakata, kelancaran, ketepatan pengucapan dan pemahaman dengan memberikan skore 1 sampai dengan 5. materi peternakan diambil dari buku-buku dan juga website yang berhubungan dengan teks prosedur peternakan. pengambilan video peternakan dilakukan pada saat peserta didik melakukan praktik baik di sekolah maupun di du/di. sebelum dimasukkan ke aplikasi autoplay dilakukan pengeditan untuk mengukur durasi waktu agar tidak terlalu lama dan kejelasan hasil tampilan gambarnya. materi yang diambil dari website atau buku disederhanakan bahasanya sehingga tidak terlalu sulit untuk dipahami oleh peserta didik. teks prosedur yang digunakan untuk keterampilan menyimak, setelah disusun dilakukan perekaman suara atau pengunduhan dari media https://translate.google.com/ dan juga dari pembicara asli (native speakers). hal ini bertujuan untuk membantu peserta didik untuk memperoleh ketepatan dalam mengucapkan kata, frase atau kalimat berbahasa inggris. peneliti juga menggunakan aplikasi software “pronunciation coach atau speech intelligibility scorer yang bisa diunduh di website resmi http://www.rose-medical.com/speech-therapyproducts.html. a. penentuan media pemilihan media untuk penelitian pengembangan ini yaitu dengan menggunakan aplikasi autoplay media software. kelebihan dari media autoplay ini, mempermudah peneliti untuk mengimput teks, gambar, video atau audio serta memberikan instruksinya. media ini memasukkan unsur video lebih banyak yang tidak diberi suara atau penjelasan atas isi dari video tersebut. beberapa aktivitas di media ini menggunakan jaringan internet, misalnya untuk link ke wa, email atau google drive. b. buku panduan buku panduan yang berisikan petunjuk penggunaan providter dan disertai dengan gambar-gambar yang ada di setiap tahapannya ini digunakan untuk mempermudah pengguna dalam menggunakannya. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.89 230 c. skrip atau rancangan providter 1. nama media skrip atau rancangan providter terdiri dari nama media, tahapan-tahapan yang ada dalam providter. media ini disebut dengan providter singkatan dari prosedural video peternakan. dinamakan dengan providter karena media ini berisikan tentang teks-teks prosedur atau instruksional yang ada di kompetensi keahlian peternakan, baik untuk pengolahan hasil peternakan, perawatan ternak maupun pengoperasian alat-alat yang digunakan di kompetensi peternakan ini dan perawatan peralatan tersebut. 2. simbol yang digunakan di providter tabel 1. simbol di providter no simbol makna simbol 1. link vocabulary 2. listening activity 3. send task to wa or email 4. back 5. next 3. bagian-bagian providter providter mempunyai enam ( 6 ) bagian, terdiri dari “about, technic, activities, remedial, rehearsal dan profil penulis. bagian pertamanya adalah cover depan yang ketika peserta didik mengklik tombol next maka akan keluar suara “welcome”. tampilan selanjutnya adalah menu utama yang terdiri dari tombol “about, technic, activities, remedial, rehearsal dan profile penulis. a. bagian about, dan technic tombol “about” berisikan penjelasan tentang providter. peserta didik diharapkan mengerti tentang isi yang ada di dalam providter ini dengan membaca halaman tersebut. tombol ‘technic’ untuk mengetahui cara menggunakan providter. dan tujuan akhir dari pembelajaran. b. activities bagian dari “activities” ini terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu warming up, basic activity 1, basic activity 2, intermediate activity 1, intermediate activity 2 dan assessment. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.89 231 (1) warming up tahapan awal dari pembelajaran dengan menggunakan providter ini yaitu “warming up”. tqahapan ini berisi latihan soal-soal listening untuk membiasakan diri dengan teks prosedur. tahapan ini terbagi menjadi (1) untuk menyimak teks tentang “how to clean blender”. peserta didik bisa mengetahui arti kata-kata atau frase-frase sukar yang digunakan dalam teks ini dengan klik dan klik setiap kata atau frase tersebut untuk mendengarkan cara pelafalannya. (2) basic activity 1 dan basic activity 2 kegiatan yang ada pada tahapan ini serupa dengan kegiatan di “warming up” yang terdiri dari kegiatan menyimak atau listening activity, vocabulary, answering the questions (menjawab pertanyaan berdasarkan teks prosedural yang didengarkan pada tahapan ini. pada tahapan kegiatan ini, peserta didik akan mendengarkan teks tentang “how to make humburger”, mempelajari kata-kata atau frase baik dari segi cara melafalkannya maupun memahami arti kata-kata tersebut dan melengkapi teks tersebut serta menjawab pertanyaan-pertanyaannya dengan lisan. pemberian teks rumpang di tahapan ini dimaksudkan supaya peserta didik bisa memahami teks yang disampaikan secara lisan maupun tulis. pada saat menjawab lisan tersebut, peserta didik memvideokannya dan mengirim video itu melalui wa atau email yang ada di aplikasi tersebut. penilaian diambil dari jawaban lisan ketika menjawab pertanyaan dari teks “how to milk a cow”. apabila nilai yang diperoleh di bawah kkm (75) maka peserta didik mengerjakan basic activity 2 dengan langkah-langkah yang sama pada basic activity 1. sedangkan apabila nilai minimal lebih besar sama dengan 75, peserta didik dapat lanjut ke tahap intermediate 1. (3) intermediate activity intermediate activity 1 dan intermediate activity 2, merupakan kegiatan yang ada di tahap ini dan difokuskan pada keterampilan berbicara dengan media video. peserta didik berdasarkan video yang diamati secara lisan di intermediate 1 dan video tersebut dikirim ke wa atau email. intermediate 2 dikerjakan oleh peserta didik yang mendapat nilai dibawah kkm ( 75 ), sedangkan bagi yang lolos tahap intermediate 1 bisa lanjut ke kegiatan assessment. (4) assessment pada tahapan ini, peserta didik akan benar-benar terfokus dengan mengerjakan latihan-latihan providter. peserta didik menjelaskan satu persatu proses penggunaan atau pengoperasian alat atau proses pembuatan sesuatu. (5) remidial remidi atau perbaikan hanya dilakukan oleh peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari 75 dengan menjelaskan providter secara lisan dan divediokan. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.89 232 (6) rehearsal pengayaan dikerjakan oleh peserta didik yang memperoleh nilai minimal lebih tinggi atau sama dengan nilai 75. kegiatan yang dilakukan di pengayaan ini masih menggunakan providter. 3. tahap pengembangan (develop) a. hasil validasi ahli media dan materi di tahapan ini, peneliti melakukan olah hasil validasi materi dan media sebelum diujicobakan. dari hasil validasi kedua validator media dapat disimpulkan bahwa media providter sangat baik dan tidak perlu direvisi dengan nilai rata-rata 84%. masukakn dari kedua validator media berhubungan dengan font yang digunakan serta tombol-tombol yang harus dilengkapi untuk mempermudah peserta didik menggunakannya. hasil analisis dari kedua validator ahli materi dapat dikategorikan bahwa materi yang digunakan di media providter ini baik dan tidak perlu direvisi. masukkan dari validator 1 untuk menambahkan bahan ajar sehingga lebih memperkaya sumber belajar peserta didik serta dapat digunakan untuk pembelajaran menyimak/listening. uji coba awal dilakukan di kelas xii atrm3 dengan enam peserta didik. uji coba awal ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kemampuan dan ketertarikan peserta didik pada media providter sehingga nantinya bisa digunakan di kelas xi atrm3 oleh 15 peserta didik. hasil uji coba awal ini, ada masukkan untuk lebih mempermudah materi terutama di keterampilan menyimak/listening. sehingga dari semua masukkan itu, materi listening dipermudah dengan mengenalkan bentuk teks rumpang kepada peserta didik kemudian menjawab pertanyaan. uji coba ke dua dilakukan di kelas xi atrm3 yang sedang melaksanakan pkl dengan 15 peserta didik. penentuan 15 peserta didik ini dilihat dari sarana dan prasarana yang dimiliki oleh peserta didik serta yang ada di sekitar peserta didik pada saat pkl dan juga kedekatan jarak tempuh tempat pkl dengan sekolah. untuk peserta didik yang jarak tempuhnya dekat dengan sekolah dan ases internet mudah, peserta didik tersebut bisa ke sekolahan di jam-jam atau pada saat selesai mengerjakan tugas-tugas mereka di tempat pkl sehingga tidak mengganggu proses pkl mereka. kepemilikan handphone dan juga laptop atau adanya pc juga menjadi kriteria penentuan ini. setelah tahap pembentukan kelompok ini, peneliti memberikan arahan dan juga softcopy providter kepada ke 15 peserta didik tersebut. peneliti memberikan pretest dengan meminta peserta didik untuk menjelaskan pembuatan atau penggunaan alat secara umum dalam bahasa inggris. hasil dari pretest tersebut menunjukkan bahwa nilai keterampilan berbicara bahasa inggrisnya rendah. selama penggunaan providter, peneliti terus berkomunikasi dengan peserta didik melalui wa untuk berkonsultasi apabila ada kesulitan dalam mengerjakannya serta untuk mengirimkan tugas-tugas tersebut. b. hasil uji keefektifan providter uji keefektifan providter diambil dari peningkatan keterampilan berbicara bahasa inggris peserta didik terutama pada materi teks prosedural berbasis peternakan ini. peningkatan tersebut dilihat dari nilai selama menyelesaikan tugas-tugas dengan penggunaan providter ini dan nilai akhir peserta didik dalam post test yang dilakukan. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.89 233 tabel 2. rekap hasil keterampilan berbicara dengan menggunakan providter dari rekap hasil tersebut jumlah peserta didik yang tuntas atau memperoleh nilai sama dengan kkm mengalami peningkatan. sampai dengan post test total peserta didik yang tuntas adalah 12 dari 15 peserta didik, sehingga prosentase peserta didik yang tuntas yaitu 80%. 4. tahap penyebaran (disseminate) setelah dilakukan uji coba tersebut, maka desiminasi dilakukan. desiminasi media providter ini dilakukan di forum msyawarah guru (mgmp) mata pelajaran bahasa inggris smk negeri dan swasta se-kabupaten pasuruan. peneliti juga memberikan angket kepada peserta didik untuk memberikan respon mereka tentang providter yang sudah dikerjakan. tujuan dari pengambilan angket ini untuk mengetahui sejauh mana providter bisa diterapkan di kelas besar dan perlu adanya pengembangan lebih lanjut baik pada tampilan dan juga materi providter. simpulan media providter ini juga merupakan media interaktif karena menuntut peserta didik untuk berperan aktif dalam penggunaannya dan media ini juga bisa digunakan dalam pembelajaran elearning. media providter ini terdapat kelebihan dan kekurangannya yang diketahui dari hasil evaluasi dan juga proses di lapangan serta hasil respon peserta didik. berdasarkan karakteristik peserta didik kelas xi atrm3 smk negeri tutur, dari 15 peserta didik yang dilakukan uji coba penggunaan providter ini memiliki tingkat keterampilan berbicara bahasa inggris yang rendah hal ini bisa dilihat dari prestest yang dilakukan. perlakuan dengan media providter ini memang bisa membantu peserta didik untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa inggris mereka secara bertahap. penggunaan video yang ada di providter juga menarik peserta didik untuk dipelajari disertai dengan aplikasiaplikasi yang bisa mengukur ketepatan pengucapan berbahasa inggris mereka. kekurangan dari providter ini, apabila terkena virus maka akan ada beberapa file yang tidak bisa berjalan dengan baik, misalnya video atau audionya tidak bisa berjalan dengan baik. penggunaan autoplay untuk providter ini tidak bisa diaplikasikan di android atau hp, hanya bisa dilakukan atau dijalankan di pc atau laptop sehingga membatasi penggunaan peserta didik apabila tidak mempunyai kedua alat tersebut. pre test warming up basic interme diate rata-rata 1 nova fanny rahmawati 52 60 64 64 63 76 4 novi risa anjani 48 52 56 60 56 72 6 nur lailatun ni'mah 68 68 72 72 71 80 7 pramita mauludia 68 72 76 76 75 76 9 putri syamsiyyah 52 60 68 68 65 76 10 rini herli setyowati 72 72 72 72 72 80 12 rozak mubarok 40 52 56 56 55 60 17 shofiatul chasanah 64 68 68 68 68 76 18 shofiyyah 72 76 76 80 77 80 19 sigit dwi hartadi 56 60 64 72 65 76 21 siswo anggono 44 52 52 60 55 64 22 siti anisah 52 60 60 68 63 76 23 siti nila sari 64 64 64 64 64 80 24 three gama abednego putra 60 64 72 76 71 80 27 wanda gali puspitasari 56 64 72 76 71 80 no nama task post test vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.89 234 ucapan terima kasih (opsional) puji syukur kehadirat allah swt, atas rahmadnya saya bisa menyelesaikan penelitian pengembangan ini. ucapan terima kasih saya sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu saya selama pembuatan media providter ini dan dukungan dari keluarga tercinta, rekan sejawat serta peserta didik sebagai motivasi terbesar saya untuk terus belajar dan berkarya. daftar rujukan arikunto, s. (2013). manajemen penelitian. jakarta: rineka cipta. arikunto, s. (2013). prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. jakarta: rineka cipta. arsyad, a. (2014). media pembelajaran. jakarta: rajagrafindo persada. baa, s. (2017, october). pengembangan perangkat pembelajaran bahasa inggris model terpadu (integrated) melalui pendekatan “content-based instruction (cbi)” siswa smk di sulawesi selatan. in seminar nasional lp2m unm (vol. 2, no. 1). brown, h. d. (2010). language assessment; principles and classroom practises. new york: pearson education . brown, h. d. (2015). teaching by principles; an interactive approach to language pedagogy. new york: pearson education. darmawan, d. (2016). pengembangan e-learning; teori dan desain. bandung: remaja rosdakarya. firmansyah, b. h. (2015). pengembangan blended learning berbasis schoolgy. seminar nasional 2015 (p. 14). malang: teknologi pembelajaran universitas negeri malang. huda, z., & mariono, a. (2018). pengembangan media audivisual mata pelajaran bahasa inggris materi speaking bagi kelas x sekolah menengah kejuruan roudlatu mutaalimin wonoasih probolinggo. jurnal mahasiswa teknologi pendidikan, 9(2). hulsen, j. (2017). cow signals edisi bahasa indonesia. belanda: roodbont publishers b.v. knapp, p. (2005). genre: text, grammar. sydney: university of new south wales press. leong, l.-m., & ahmadi, s. m. (2017, march 20). an analysis of factors influencing learners' english speaking skill. international journal of research in englisheducation, 3441. retrieved october 1st, 2018, from www.ijreeonline.com nazlia, n. (2018, september). penggunaan model kolaborasi picture dan webbing techniquedalam pembelajaran bahasa inggris. in seminar nasional royal (senar) (vol. 1, no.1, pp. 569-572). puspitasai, p. (2017). the research based learning development model as a foundation in generating reserach ideas. aip conference proceedings 1887. doi:10.1063/1.5003518 rahmawati, y., & ertin. (2014). retrieved from http://journaluinjkt.ac.id/index.php/ijee/article/download/1345/1194 richards, j. c. (2008). teaching listening and speaking from theory to practice. usa: cambridge university press. saddhono, k., & slamet, s. (2014). pembelajaran keterampilan berbahasa indonesia; teori dan aplikasi. yogyakarta: graha ilmu. sadiman, a. s. (2010). media pendidikan: pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya. jakarta: rajawali pres. smaldino, s. e., lowther, d. l., & russel, j. d. (2012). instructional technology & meia for learning; teknologi pembelajaran dan media untuk belajar. jakarta: kencana. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.89 235 sugiyono. (2017). metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d. bandung: alfabeta. suharto, k., & dkk. (2015). buku pintar peternakan jilid ii. malang: media nusa creative. supartinah. (2013, september). instrumen nontes keterampilan berbicara berbasis nilai budaya jawa di kelas awal sekolah dasar. diklus , edisi xvii, nomor 1, 305-320. syahmadi, h. (2015). siap ukg bagi guru bahasa inggris. mega rancage. thiagarajan, s., semmel, d. s., & semmel, m. i. (1974). instructional development for training teachers of exceptional children; a sourcebok. minnesota. www.wikihow.com/pasteurized-milk https://www.youtube.com/watch?v=oorx380zklw (how to make ice cream at home quick tutorial recipes by warren ...) https://www.wikihow.com/milk-a-cow-with-a-milking-machine#/image:milk-a-cow-with a-milking-machine vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.49 266 received : 24-09-2020 revised : 11-10-2020 published : 09-11-2020 penerapan media berbasis autoplay dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran bahasa arab mia el rahma sona ma negeri 2 kota malang, indonesia miaelsyahroni@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan untuk memaparkan penerapan media pembelajaran berbasis autoplay dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran bahasa arab. dengan adanya penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar dapat menjadikan media tersebut sebagai penyaji stimulus informasi, sikap dan untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi di dalam pembelajaran. hasil dari pengembangan media pembelajaran berbasis autoplay dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran bahasa arab kelas xi di man 2 kota malang ini terdiri dari tampilan halaman pembuka yang beisi judul media, halaman pendahuluan yang berisi tentang petunjuk penggunaan, kompetensi inti dan kompetnsi dasar, biodata penulis dan sumber referensi, materi terdiri dari materi qiro’ah dan kitabah yang memuat media ppt dan video dan latihan soal yang berbentuk wondershare quiz creator, materi pengayaan yang terdiri materimateri berupa ppt dan video youtube tyang sesuai dengan materi yang disajikan, hiburan yang berisi lagu-lagu berbahasa arab, dan halaman penutup. abstract: this study aims to describe the application of autoplay-based learning media with a scientific approach to learning arabic. with the use of media in an integrated manner in the teaching and learning process, it can make the media as a presenter of information stimulus, attitudes and to improve harmony in receiving information in learning. the results of the development of autoplaybased learning media with a scientific approach in learning arabic for class xi at man 2 malang city consisted of an opening page display containing the media title, an introduction page containing instructions for use, core competencies and basic competences, author's bio and sources. reference, the material consists of qiro'ah and kitabah material which contains ppt media and videos and practice questions in the form of wondershare quiz creator, enrichment material consisting of materials in the form of ppt and youtube videos which are in accordance with the material presented, entertainment which contains songs arabic songs, and cover page. kata kunci: media pembelajaran, autoplay, saintifik, bahasa arab mailto:miaelsyahroni@gmail.com vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.49 267 pendahuluan kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri yang mana guru atau dosen dan siswa/mahasiswanya bertukar pikiran untuk mengembangkan ide. dalam komunikasi sering terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien. hal tersebut disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa/mahasiswa, kurangnya minat dan kegairahan dan sebagainya. salah satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian ialah penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar. fungsi media dalam kegiatan tersebut selain sebagai penyaji stimulus informasi, sikap dan lain-lain, juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. dalam hal-hal tertentu media juga berfungsi untuk mengatur langkahlangkah kemajuan serta untuk memberikan umpan balik. semakin maju perkembangan masyarakat dan ekslarasi teknologi moderen, maka semakin besar dan berat tantangan yang dihadapi guru sebagai pendidikan dan pengajar di sekolah. setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan/pengajaran agar dapat menggunakan media pendidikan yang efektif. oleh sebab itu guru harus mempunyai keterampilan dalam memilih dan menggunakan media pendidikan /pengajaran (asnawir dan basyiruddin usman, 2002:13). semakin maju perkembangan masyarakat dan ekslarasi teknologi moderen, maka semakin besar dan berat tantangan yang dihadapi guru sebagai pendidikan dan pengajar di sekolah. agar seorang guru dalam menggunakan media pendidikan yang efektif, setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan/pengajaran. oleh sebab itu, guru harus mempunyai keterampilan dalam memilih dan menggunakan media pendidikan /pengajaran. guru tidak lagi berperan sebagai satusatunya sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran. peserta didik dapat memperoleh informasi dari berbagai media dan sumber belajar seperti dari majalah, modul, siaran radio pembelajaran, televisi edukasi, dan media komputer atau yang lebih dikenal dengan pembelajaran berbasis komputer (pbk). pbk ini bisa digunakan dengan model drill, tutorial, simulasi maupun games instruction dan internet untuk mencari bahan pelajaran atau menggunakannya sebagai sistem pembelajaran seperti pembelajaran berbasis komputer atau e-learning. autoplay merupakan software membuat produk multimedia, software windows interaktif, presentasi-presentasi bisnis, cd autorun setup, dll. hanya perlu “drag and drop media files favorite”, memasukan foto, teks audio, video, macromedia flash, dan lainnya. setelah mengatur letaknya, bisa build projectnya. kita dapat membuat aplikasi multimedia dan browser sesuai keinginan sendiri. aplikasi ini dapat didukung dengan program c++ dan java dan bisa membuat aplikasi secara cepat dengan kustomisasi dialog. langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). pendekatan tersebut meliputi menggali informasi melalui observing/ pengamatan, questioning/ bertanya, experimenting/ percobaan, kemudian mengelola data atau informasi menyajikan data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan menganalisis, associating/ menalar, kemudian menyimpulkan, dan menciptakan serta membentuk jaringan/ networking. untuk mata pelajaran, materi atau situasi tertentu, pendekatan ilmiah ini tidak selalu diaplikasikan secara prosedural. pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah (hosnan, 2014:37). vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.49 268 bahasa arab di madrasah dipersiapkan untuk pencapaian kompetensi dasar berbahasa yang mencakup empat keterampilan berbahasa yang diajarkan secara integral, yaitu menyimak (maharatu alistimw’), berbicara (maharatu al-kalam), membaca (maharatu alqira’ah), dan menulis (maharatu al-kitabah). oleh karena itu, sangatlah diperlukan penyiapan media pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut. man 2 kota malang di bawah kementerian agama mengembangkan kurikulum k-13 dengan pendekatan saintifik yang meliputi mengamati, menanya, mengasosiasi, mencoba dan mengkomunikasikan. dengan demikian, , para guru dianggap sangat membutuhkan media pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik. tinjauan pustaka media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar dapat membantu guru memperkaya wawasan peserta didik. aneka macam bentuk dan jenis media pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi peserta didik. media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual, dan audiovisual. penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan perumusan tujuan internasional dan tentu saja dengan kompetensi guru itu sendiri dan sebagainya. oleh karena itu, guru yang pandai menggunakan media adalah guru yang bisa manipulasi media sebagai sumber belajar dan sebagai penyalur informasi dari bahan yang disampaikan kepada anak didik dalam proses belajar mengajar (djamarah dan aswan zain, 2006:121—124). menurut asnawir dan basyiruddin usman (2002:15), media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. dengan beraneka ragamnya media maka masing-masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. oleh karena itu ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan antara lain (a) media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. masalah tujuan pembelajaran ini merupakan komponen yang utama yang harus diperhatikan dalam memilih media. dalam penetapan media harus jelas dan operasional, spesifik, dan benar-benar tergambar dalam bentuk perilaku; (b) aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih media. sesuai atau tidaknya anatara materi dengan media yang digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran siswa; (c) kondisi siswa dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak. faktor umur, intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya, dan lingkungan anak menjadi titik perhatian dan pertimbangan dalam memilih media pengajaran; (d) karakteristik media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru; (e) media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada siswa secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal; dan (f) biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai. sanjaya (2010:225) menjelaskan bahwa untuk memilih media dapat menggunakan pola seperti yang lain. sejumlah pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang tepat dapat kita rumuskan dalam satu kata action, yaitu akronim dari: vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.49 269 a. access kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dal;am memilih media. misalnya kita menggunakan media internet perlu dipertimbangkan terlebih dahulu saluran untuk koneksi keinternet tersebut. akses juga menyangkut aspek kebijakan. b. cost biaya juga harus dipertimbangkan. banyak jenis media yang dapat menjadi pilihan kita. media canggih biasanya mahal. namun mahalnyaa biaya harus kita hitung asfek manfaatnya. semakin banyak yang menggunakan maka unit cost dari sebuah media akan semakin menurun c. technology mungkin saja kita tertaarik terhadaap suatu media tetapi kita harus mempertimbangkan tentang aspek pendukungnya. d. interactivity media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau intraktivitas. setiap kegiatan pembelajaran yang anda kembangkan tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. e. organization pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. apakah kepala sekolah mendukung atau tidak. f. novelty kebaruan dari media yang anda pilih juga harus menjadi pertimbangan. media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi siswa. autoplay media studio merupakan perangkat lunak untuk membuat perangkat lunak multimedia dengan mengintegrasikan berbagai tipe media, misalnya gambar, suara, video, teks dan flash ke dalam presentasi yang dibuat. software ini dapat membantu pekerjaan yang biasanya dilakukan berminggu-minggu untuk membangun menggunakan alat pengembangan perangkat lunak, seperti (c, c + +, java, visual basic) yang kini dapat dibuat dalam waktu singkat dan dengan script dan bentuk yang sederhana. fitur aplikasi multimedia interaktif ini lengkap dengan interaksi web, konektivitas database, pemutaran video dan masih banyak lagi. serta software ini membantu para guru dalam mengajar dan menyampaikan materi pembelajaran berbasis multimedia kepada siswa, yang dilengkapi dengan midnight coders and open sourcers. hal ini ideal untuk membuat aplikasi yang didistribusikan sebagai freeware, domain publik atau open-source. selain itu, cocok pula untuk pengguna pelajar yang ingin belajar teknik-teknik pemrograman profesional rad (rapid application development) / pengembangan aplikasi cepat dengan sistem pengembangan perangkat lunak (munir, 2012). cara menggunakan aplikasi autoplay media studio dapat dilakukan dengan beberapa langkah. berikut ini adalah langkah-langkah pembuatan cd profil interaktif, antara lain: a. buka program autoplay media studio. setelah tampilan muka muncul pilih create new project. b. kemudian pilih template yang tersedia dan beri nama project yang akan dibuat. untuk kali ini pilih template kosongan/ blank template. c. area lembar kerja pertama akan muncul d. untuk mengganti area ruang kerja anda, dapat dilakukan di dalam menu project kemudian setting. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.49 270 e. pilih ukuran jendela sesuai dengan kebutuhan/selera. kemudian, beri/ganti judul window [jendela aplikasi]. f. setelah itu ubah gambar background dengan memasukkan file gambar melalui icon new image object, kemudian pilih gambar di komputer. atur sesuai dengan ukuran lembar kerja yang tersedia. g. beri tulisan sebagai header, melalui icon new label object. klik kiri pada label yang baru dibuat kemudian edit nama dan warnanya melalui bagian properties yang berada di kiri jendela autoplay. dan tambahkan logo dari perusahaan/organisasi, melalui icon new image object. aturlah sesuai dengan kreasi. h. tambahkan tombol, dengan memilih tombol yang tersedia di icon new button object. atau dengan menggunakan label dan image sebagai tombol. sisipkan kembali label dan gambar baru untuk menu yang dibutuhkan kedalam lembar kerja. atur sesuai dengan kreasi dan kebutuhan. i. kemudian membuat page baru, dari menu page kemudian pilih dan klik add [insert page]. j. tambahkan page sesuai dengan kebutuhan dan atur sesuai dengan selera anda. k. langkah selanjutnya adalah memberi perintah/aksi kepada setiap tombol yang telah dibuat. klik kanan dari tombol tersebut [ semisal tombol “profil” ], kemudian pilih dan klik properties, pilih tab “script” kemudian isi dengan script berikut page. jump (“page2”); untuk memindahkan tombol tersebut jika diklik kemudian menuju halaman 2. kemudian klik “ok”. l. begitu seterusnya untuk membuat menu-menu yang lainnya hanya saja pada scriptnya dirubah pagenya saja, misalkan, page.jump (“page2”) untuk page 2, page.jump(“page3”) untuk page 3, page.jump(“page4”) untuk page 4, dst. untuk tombol exit, aksi yang dilakukan dimasukkan dengan cara klik kanan tombol pilih properties. kemudian pilih tab quick action, di bagian ini pilih perintah exit/close. begitu pula untuk tombol play/pause music, hanya berbeda piihan aksi yang dilakukan. m. menambahkan background music ke dalam aplikasi. caranya klik menu project kemudian pilih dan klik audio, tambahkan file music melalui tombol add. kemudian cari lokasi file audio. jangan lupa centang show all file yang berada di bagian kiri bawah supaya dapat melihat seluruh file audio yang ada. n. menambahkan file video ke dalam area kerja aplikasi. pilih dan klik icon new video object, kemudian centang show all file yang berada di bagian kiri bawah agar seluruh format video terlihat (perhatikan format video ketika menambahkan karena tidak semua format video bisa dimainkan di autoplay media studio). o. jika telah selesai semuanya. cobalah untuk memainkan profil interaktif yang telah dibuat dengan cara klik menu publish kemudian pilih dan klik preview, atau bisa dengan menekan f5 pada keyboard. p. setelah semua proses selesai dan pengujian dengan cara melihat preview aplikasi telah dilakukan. untuk mempublish dalam bentuk cd auto play dapat dilakukan dengan cara meklik menu publish kemudian pilih build [atau menekan f7 pada keyboard], kemudian simpan dengan nama tertentu. hasil keluaran akan berupa file berekstensi .iso vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.49 271 kelebihan aplikasi ini adalah (a) aplikasi gratis dan bisa di download langsung di internet, (b) setelah membuat pekerjaan dapat langsung di buat autoplay secara otomatis (maksudnya ketika kita memasukan cd profil dapat langsung berjalan secara otomatis. untuk membuatnya dapat mengeklik tombol publish (icon berbentuk cd) kemudian ikuti perintahnya, dan (c) fitur yang lebih mudah dimerngerti dari aplikasi lain (mudah di pahami). aplikasi ini juga memiliki kekurangan, antara lain (a) minimnya template yang disediakan, (b) tampilan slide yang membosankan dan kurang menarik, dan (c) terkadang crash atau eror. pembahasan pendekatan saintifik pendekatan saintifik (scientific approach) adalah model pembelajaran yang menggunakan kaidah-kaidah keilmuan yang memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi, menanya, eksperimen, mengolah informasi atau data, kemudian mengkomunikasikan (kemendikbud, 2014). proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. proses pembelajaran diharapkan diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin dengan haya mendengarkan dan menghafal semata (majid, 2014). menurut hosnan (2014) pendekatan saintifik memiliki karakteristik (a) berpusat pada siswa; b) melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip; c) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, dan; d) dapat mengembangkan karakter siswa. tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah untuk mengembangkan karakter siswa. selain itu juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa sehingga siswa memiliki kemampuan untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya dan memiliki hasil belajar yang tinggi.. langkah-langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran meliputi mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), mengolah data atau informasi dilanjutkan dengan menganalisis, menalar (associating), dan menyimpulkan, menyajikan data atau informasi (mengomunikasikan), dan menciptakan serta membentuk jaringan (networking). menurut daryanto (2014), langkah-langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut. a. mengamati (observasi) metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. b. menanya pada kurikulum 2013 kegiatan menanya diharapkan muncul dari siswa. kegiatan belajar menanya dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.49 272 c. mengumpulkan informasi kegiatan mengumpulkan informasi adalah tindak lanjut dari bertanya. kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. peserta didik dapat membaca berbagai sumber, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. d. mengasosiasikan/mengolah informasi dalam kegiatan mengasosiasi/mengolah informasi terdapat kegiatan menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. e. mengkomunikasikan pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan pola. inovasi pembelajaran media pembelajaran bahasa arab pada ketrampilan membaca dan menulis berbasis autoplay dengan pendekatan saintifik ini mengandung enam judul. judul pertama tentang citacita para remaja. kedua, tentang menjaga kesehatan. ketiga tentang kebersihan dalam islam. keempat tentang fasiltas umum dan social. kelima tentang fasilitas untuk ibadah kepada allah, dan keenam tentang objek wisata alam dan kebudayaan. media ini terbatas pada dua keterampilan, yaitu: a. ketrampilan membaca media pembelajaran bahasa arab pada keterampilan membaca berbasis autoplay dengan pendekatan saintifik dalam setiap judulnya terdiri dari gambar-gambar, teks wacana qiro’ah, mufradat dan makna, isim-isim mufrad dan jama, serta video model pembelajaran qiro’ah. dalam subketerampilan membaca ini, disajikan mufradat dan ungkapan. pertama, siswa menbaca mufradat kemudian siswa mencoba membaca dan memahami makna mufradat dengan bantuan gambar. kemudian siswa membaca teks dengan menyaksikan model pembacaan dalam video pembelajaran qiroah. siswa memahami makna mufradat dengan model penyajian media tanya jawab dengan pendekatan saintifik, begitu juga penyajian bentuk mufrad dan jama yang terdapat dalam wacana teks pada judul tersebut. b. keterampilan menulis dalam keterampilan pembelajaran menulis ini disajikan contoh-contoh tarkib. siswa membaca dan mencerrmati contoh-contoh tersebut. kemudian, siswa bisa membaca penjelasan dan kesimpulan dari tarkib tersebut. selanjutnya siswa bisa menyaksikan video pembelajaran terkait topik tarkib. selanjutnya, disajikan soal tanya jawab dengan pendekatan saintifik. disajikan juga latihan yang berupa wondershare quiz creator yang mana siswa bisa langsung tahu nilai yang diperolehnya dan bisa mengulang kembali. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.49 273 menu media pembelajaran arab berbasis autoplay dengan pendekatan saintifik kelas xi di man 2 kota malang dalam media ini ada beberapa menu yaitu dijabarkan sebagai berikut. 1. menu halaman judul terdiri dari judul media. 2. menu pembuka terdiri dari petunjuk penggunaan media, kompetensi inti dan kompetensi dasar, data diri pembuat media, dan sumber referensi pembuatan media. 3. menu materi yang terdiri dari: a. materi qiro'ah terdiri dari 6 (enam) tema, yaitu: 1) tema 1 yaitu َآَماُل اْلُمَراِهِقْين 2) tema 2 yaitu الِرَعايَة الِصِحيَّة 3) tema 3 yaitu النَظافَةُ فِي اإلْسالَم 4) tema 4 yaitu ة و ااِلْجتَِماِعيَّة التَْسِهْيالت العَامَّ 5) tema 5 yaitu التَْسِهْيالَت ِلِعادَةِ هللاِ 6) tema 6 yaitu َمعَاِلُم الِسيَاَحة الثَقَافِيَّة و الَطبِِعيَّة dalam penggunaan media qiroah ini diawali dengan pemberian mufradat-mufradat, gambar-gambar, mufradat dan makna, serta mufrad dan jama yang dikemas dengan menggunakan pendekatan saintifik. siswa mengamati mufradat, bertanya jawab, mengasosiasikan, menerapkan dan mengkomunikan dalam bentuk power poin yang interaktif dengan siswa. disajikan pula video yang berisi model membaca wacana teks atau contoh praktik membaca yang sesuai dengan enam tema yang disajikan. pada menu latihan disajikan latihan-latihan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan terhadap teks bacaan b. materi kitabah terdiri dari 6 (enam) tema, yaitu : 1) tema 1 yaitu الِفْعُل اْلُمَضارع ِ + أن 2) tema 2 yaitu, اْلَمْفعُْول بِه + الفَاِعل 3) tema 3 yaitu, النعت و اْلَمْنعُْوت َو اإِلَضافَة 4) tema 4 yaitu ُجْملَة فِْعِليَّة 5) tema 5 yaitu بَِحْرفَْين َو بِثاَلَثَِة أَْحُرْوف , الِفْعُل اْلَمِزْيد بَِحْرف 6) tema 6 yaitu اِْسُم الفَاِعل و اِْسُم اْلَمْفعُْول بِه , فِْعُل األَْمِر dalam penggunaan media kitabah diawali dengan contoh-contoh, kaidah umum struktur masing-masing tema yang dikemas dengan dengan menggunakan pendekatan saintifik , siswa mengamati contoh-contoh dan kaidah struktur bahasa, bertanya jawab, mengasosiasikan, menerapkan, dan mengomunikasikan dalam bentuk power poin yang interaktif dengan siswa. video dalam materi kitabah ini terdiri dari materi kitabah berupa power poin dari internet dan video youtube yang dipilih sesuai keenam materi kitabah tersebut di atas. c. menu latihan, berupa latihan-latihan yang memuat materi qiro’ah dan kitabah yang disajikan dengan wondershare quiz creator dan sederhana dan siswa langsung bisa melihat hasil dari muroj’ah materinya dan bisa mengulangi latihannya. latihan disajikan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan terhadap teks bacaan dan struktur bahasa sesuai dengan masing-masing tema. 4. menu pengayaan yang berisi pendalaman dan pengayaan materi yang terdiri materi-materi umum terkait kaidah nahwu yang diambilkan materi powerpoint dari internet dan video youtube. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.49 274 5. menu hiburan yang terdiri dari berupa lagu-lagu berbahasa arab yang berguna untuk kegiatan refreshing. 6. menu penutup. dalam pelaksanaannya di madrasah, media pembelajaran bahasa arab berbasis autoplay dengan pendekatan saintifik ini sangat mungkin dilakukan pengembangan yang disesuaikan dengan potensi peserta didik, guru, sumber belajar, dan lingkungan. adapun keunggulan media pembelajaran bahasa arab berbasis autoplay dengan pendekatan saintifik kelas xi di man 2 kota malang ini antara lain (a) sesuai dengan kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik; (b) media ini dikemas dalam satu program yang memuat materi satu tingkat; (c) media pembelajaran bahasa arab ini dikemas dengan menggunakan pendekatan saintifik (mengamati, bertanya, menngasosiasi, mencoba dan mengomunikasikan); (d) media ini membantu siswa lebih semangat dalam belajar; (e) media ini menarik perhatian siswa untuk belajar; (f) media memungkinkan siswa untuk belajar mandiri dirumah atau di mahad; dan (g) media ini menjadikan siswa giat dalam mendalami pembelajaran bahasa arab. penggunaan tombol dalam media pembelajaran bahasa arab berbasis autoplay dengan pendekatan saintifik yaitu (1) untuk menghilangkan suara music tekan tombol “music”, (2) untuk keluar tekan tombol x / “ silang “, (3) untuk kembali ke menu tekan tombol “ back “, (4) untuk ke menu selanjutnya tekan tombol “ next “, dan (5) untuk menampilkan isi tekan tombol yang dikehendaki. misalnya, ingin membuka materi 1 klik materi 1 akan keluar materi 1, dst. simpulan dari hasil paparan data di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. hasil dari pengembangan media pembelajaran berbasis autoplay dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran bahasa arab kelas xi di man 2 kota malang ini terdiri atas: a. tampilan halaman pembuka yang beisi judul media b. tampilan halaman pendahuluan yang berisi tentang petunjuk penggunaan, kompetensi inti dan kompetnsi dasar, biodata penulis dan sumber referensi. c. tampilan materi terdiri dari materi qiro’ah dan kitabah yang memuat media ppt dan video dan latihan soal yang berbentuk wondershare quiz creator. d. tampilan materi pengayaan yang terdiri materi-materi berupa ppt dan video youtube tyang sesuai dengan materi yang disajikan. e. tampilan hiburan yang berisi lagu-lagu berbahasa arab. f. dan tampilan halaman penutup. 2. adapun karakteristik media pembelajaran ini adalah media ini disajikan dengan menggunakan pendekatan saintifik yang berproses dari mengamati, bertanya jawab, mengasosiasi, mencoba dan mengkomunikasikan. . vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.49 275 daftar rujukan [1] arsyad, azhar. 2003. media pembelajara. jakarta: pt raja grafindo persad [2] asnawir dan basyiruddin usman, 2002. media pembelajaran jakarta: ciputat pers. 2002 [3] djamarah bahri syaiful dan aswan zain. 2006. strategi belajar mengajar. jakarta: pt rineka cipta [4] sadiman s. arief, dkk.1984. media pendidikan pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya. jakarta: pt raja grafindo persada. 1984 [5] sanjaya, wina . 2010. perencanaan dan desain sistem pembelajaran. jakarta: kencana prenada media group [6] majid, abdul. 2014. pembelajaran tematik terpadu. bandung: remaja rosdakarya. [7] rusman. 2015. pemebelajaran tematik terpadu. jakarta: raja grafindo persada. [8] hosnan, m. 2014. pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21. bogor: ghalia indonesia. [9] karar, e. e. dan yenice, n. 2012. the investigation of scientific process skill level of elementary education 8th grade students in view of demographic features. procedia social and behavioral sciences. [10] daryanto. 2014. pendekatan pembelajaran saintifik kurikulum 2013. yogyakarta: penerbit gava media. [11] sona, mia el rahma, 2018, pengembangan media pembelajaran untuk keterampilan membaca dan menulis berbasis autoplay dengan pendekatan saintifik (penelitian dan pengembangan di man 2 kota malang), tesis, magister pendidikan bahasa arab, pascasarjana, universitas islam negeri maulana malik ibrahim malang.2019. vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.73 58 received : 12-12-2020 revised : 01-01-2021 published : 15-01-2021 pengaruh metode inkuiri terhadap pembelajaran pkn pada siswa kelas v sd komariyah mis al ikhsaniyah jipang bantarkawung brebes, indonesia komariyah.azkia@gmail.com abstrak: tujuan penelitian ini memaparkan pengaruh metode inkuiri dalam pembelajaran pkn pada siswa kelas v sd. dengan metode inkuiri dapat melatih siswa untuk menghadapi keadaan/ masalah kemudian mencari jawaban atau simpulannya. objek yang diteliti dalam penelitian penerapan metode inkuiri adalah dengan jumlah siswa 15 orang terdiri atas,7 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. hasil penelitian menunjukkan bahwa permbelajaran pkn yang menggunakan metode inkuiri mempunyai pengaruh terhadap pembelajaran pkn pada siswa kelas v sd. pembelajaran pkn yang menerapkan metode inkuiri mempunyai rata-rata nilainya lebih tingggi (7,48) dari pada yang tidak menggunakan metode inkuiri (5,68). abstract: the purpose of this study is to describe the effect of the inquiry method in pkn learning for fifth grade elementary school students. with the inquiry method, it can train students to face situations / problems and then look for answers or conclusions. the object studied in the research application of the inquiry method was 15 students consisting of 7 boys and 8 girls. the results showed that pkn learning using the inquiry method had an influence on civics learning in grade v sd students. civics learning that applies the inquiry method has a higher average score (7.48) than those without the inquiry method (5.68). kata kunci: inkuiri; hasil pembelajaran; pkn https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.73 mailto:komariyah.azkia@gmail.com vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.73 59 pendahuluan pendidikan pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap tuhan yang maha esa dalam masyarakat yang teridiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perseorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia (penjelasan pasal 39 ayat (2) undangundang no 2 tahun 1989). pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan pengetahuan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalakan oleh bangsa dan negara (penjelasan pasal 39 ayat (2) undang-undang no 2 tahun 1989). di sd bahan pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan aitekankan pada pengamalan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari yang ditunjang oleh pengetahuan dan pengertian sederhana untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (slta). berdasarkan kurikulum 2004 pendidikan pancasila dan kewarganegaraan adalah "mats pelajaran yyang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa indonesia". untuk siswa sd nilai luhir dan moral tersebut diharapkan dapat diaplikasikan dalam wujud perilaku kehidupan sehari -hari siswa, baik sebagai maupun sebagai anggota keluarga, anggota masayarakat dan makhluk ciptaan tuhan yang maha esa. pendidikan nasional berdasarkan pancasila bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggungjawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. pendidikan nasional juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. dalam dunia pendidikan kita sering mendengar ungkapan yang cukup sederhana yaitu "mendidik anak pada masa kini berarti menyiapkan orang dewasa di masa mendatang". pendidik haru:s bisa menyiapkan anak didik menjadi orang dewasa yang mandiri, mampu menggunakan dan mengembangkan sendiri kemampuan (pengetahuan dan keterampilan) yang telah dimilikinya, dan mempunyai sikap yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. sejalan dengan hal tersebut di atas, dikembangkan iklim belajar mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri serta sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif. dengan demikian pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas utuhnya negara kesatuan republik indonesia. pendidikan pancasila dan kewarganegaraan yang sesuai dengan isi kurikulum 2006 adalah pendidikan tentang nilai-nilai yang sasarannya bukan semata-mata pengalihan pengetahuan melainkan lebih ditekankan pada pembentukan sikap. dengan demikian mata pelajaran pkn meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor, yang lebih menitikberatkan pada ranah afektif. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.73 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.73 60 kepribadian siswa pada hakikatnya dipengaruhi oleh ranah kognitif, apektif dan psikomotor. ketiga ranah tersebut menyatu dan sulit dipisahkan satu dengan y ang lainnya, sehingga membentuk kepribadian unik setiap manusia. dalam menyajikan pelajaran, guru harus berupaya mengembangkan ketiga ranah tersebut agar berkembang sesuai dengan yang diharapkan. dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat perbedaan tergantung dari ranah mana yang mendapat penekanan, sementara dalam pembelajaran pkn, hasil akhir yang menjadi tujuan adalah pengembangan ranah apektif yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dan berkembang dalarn tatanan kehidupan manusia indonesia. dalam proses pembelajaran pkn, guru belum semuanya melaksanakan pendekatan siswa aktif, dan peranan guru sebagai dinamisator belajar siswa belum diterapkan, namun guru masih dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. dalam penyampaian materi pelajaran guru masih menggunakan buku-buku sumber dan buku pelengkap sebagaa sumber belajar, dan dalam penyampaian bahan ajar kepada siswa belum digunakan media belajar yang lain. agar guru dapat memberikan materi pelajaran pkn dengan baik dan supaya hasilnya dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari, sebaiknya guru mengajar dengan berbagai metode dan teknik yang sesuai dengan kondisi siswa tidak hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab atau tugas saja. metode inkuiri, menurut depdikbud (1996.-76), adalah "sebuah pendekatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang mana siswa dihadapkan pada suatu keadaan atau masalah untuk kemudian dicari jawaban atau kesimpulannya". pokok bahasan .pengendalian diri merupakan salah satu pokok bahasan pelajaran pkn di kelas v sd pada semester 2. pada dasarnya dari keduabelas metode yang diuraikan di atas, adalah baik, tergantung dari materi dan kesiapan guru serta siswa untuk melaksanakan proses belajar mengajar. salahsatu metode yang dianggap tepat dan dominan dalam menyampaikan materi pkn di kelas v adalah metode memecahkan masalah dengan teknik inkuiri. penulis menganggap demikian, karena pembelajaran pkn memiliki ciri antara lain (a) materi merupakan nilai yang sudah ada dalam kehidupan sehari-hari, (b) siswa merasa tertantang untuk memecahkan sebuali persoalan. (c) siswa dapat menemukan sendiri jawabarmya, (d) konsep nilai yang ditanamkan akan diingat dan diaplikasikan dalam kehidupan seharihari, dan (e) pembelajaran lebih efisien dan efektif berdasarkan studi awal yang penulis lakukan pada guru kelas v mi al ikhsaniyah cilinduk jipang kecamatan bantarkawung kab.brebes, dalam mengajar guru lebih sering mengunakan metode ceramah dalam pelaksanaan pembelajaran.. metode yang sering digunakan oleh guru dalam mengajar masih sebatas ceramah dan tanya jawab. dalam penelitian ini penulis akan mencobakan pembelajaran pkn dengan menggunakan metode inkuiri yang merupakan metode yang belum pernah dicobakan sebelumnya pada siswa. metode penelitian data yang akan diteliti atau diobservasi merupakan komponen yang sangat penting dalam penelitian. penerapan metode inkuiri pada siswa kelas v mi al ikhsaniyah cilinduk jipang kecamatan bantarkawung kab.brebes, dengan jumlah siswa 15 orang terdiri atas 7 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. observasi yang dilakukan meliputi minat siswa terhadap mata pelajaran pkn, yaitu keaktifan dalam belajar, menjawab pertanyaan, memberikan pendapat, memberikan tanggapan terhadap pendapat orang lain, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, dan motivasi dalam mengerjakan tugas. ketujuh hal tersebut di atas diobservasi oleh penulis pada saat berlangsungnya proses pembelajaran pkn. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.73 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.73 61 untuk memperoleh data yang akan diolah dan dianalisis diperlukan alat atau instrumen pengumpulan data. selain menggunakan lembar observasi, penulis juga mengadakan pengetesan. pengetesan dilaksanakan pada waktu penulis mengadakan pembelajaran pkn di kelas v pada pokok bahasan pengendalain diri. untuk memperoleh data ini penulis melakukan pengetesan sebanyak dua kali, yaitu (a) tes yang ke-1 dilakukan sebelum siswa mendapat materi pokok bahasan tersebut dengar. tidak menggunakan metode inkuiri; dan (b) tes yang ke-2 dilakukan setelah siswa mendapat materi pokok bahasan tersebut dengan menggunakan metode inkuiri. tujuan diadakan dua kali pengetesan yaitu untuk mengetahui sejauh mana perbedaan kemampuan siswa dalam memahami materi tersebut, antara menggunakan metode inkuiri dengan yang tidak menggunakan metode inkuiri. selain menggunakan teknik observasi dan teknik tes dalam penulisan ini, penulis menggunakan teknik wawancara. tujuan pelalcsanaan wawancara tersebut untuk memperoleh data tentang kesan dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran pkn yang menggunakan metode inkuiri dengan yang tidak menggunakan metode inkuiri. dengan demikian selain data tes hasil belajar siswa, peneliti juga daput mengetahui efektif atau tidaknya pembelajaran pkn dengan metode inkuiri. data penelitian yang diperoleh di lapangan berdasarkan proses pembelajaran yang dilakukan. proses untuk memperoleh data yang akurat diawali dengan pembuatan perencanaan pembelajaran pkn dengan menggunakan metode inkuiri. pembuatan perencanaan pembelajaran pkn dengan menggunakan metode inkuiri dimaksudkan sebagai satu alternatif pembelajaran pkn yang dapat memberikan kontribusi bagi keaktifan siswa secara penuh. agar data yang dihasilkan benar-benar akurat dengan tingkat kesalahan, maka penelitian dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. data yang didapat selama proses pembelajaran pkn dengan menggunakan metode inkuiri, dimulai dengan mengamati perilaku siswa pada awal pembelajaran, pada saat pembelajaran berlangsung, dan ketika pembelajaran berakhir. data-data ini terdiri dari perilaku siswa baik yang berupa minat belajar siswa, aktvaas siswa pada saat pembelajaran, pemahaman siswa akan materi pembelajaran, dan hambatanhambatan yang ditemukan baik pada saat perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. data-data dimaksud kemudian dianalisis sesuai dengan teori yang dikemukakan. jika tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan, maka ketidaksesuaian tersebut dicari penyebab dan solusinya pembahasan penerapan metode inkuiri pada pembelajaran pkn di kelas v mi al i k h s a n i y a h c i l i n d u k j i p a n g k e c a m a t a n b a n t a r k a w u n g kabupaten brebes pada pokok bahasan pengendalian diri, mendapatkan hasil belajar yang baik. hal ini terbukti dari hasil rata-rata nilai sesudah dilaksanakan metode inkuiri sebesar 7,46 sedangkan sebelumnya nilai rata-rata hanya mencapai 5,7. pembelajaran pkn dengan menggunakan metode inkuiri lebih efektif karena siswa dilibatkan secara aktif, sehingga proses pembelajaran dapat menggairahkan siswa. pada awal pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri perhatian siswa sudah menunjukkan respon yang positif, apalagi sewaktu siswa menjawab pertanyaanpeitanyaan guru yang berhubungan dengan pengendalian diri. siswa lebih antusias dan merasa tertantang untuk mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru. melalui alat peraga yang telah disediakan, tampak bahwa setiap siswa ingin menanggapi peristiwa yang terjadi dalam gambar sehingga pembelajaran tampak lebih hidup. siswa berdiskusi dengan teman sekelompaknya untuk memecahkan permasalahan yang diajukan https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.73 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.73 62 penulis. dengan adanya bimbingan guru (berupa pertanyaan-pertanyaan) yang terus menerus dan berkesinambungan akhirnya siswa dapat menemukan konsep akhir berupa kesimpulan dari hasil belajamya, yaitu bahwa pengendalian diri adalah menahan diri dari perbuatan yang kurang baik yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. tanpa pengendalian diri yang terlatih dari sejak usia dini kita cenderung menyelesaikan masalah dengan emosi dari hal ini merupakan faktor utama yang pertengkaran yang menuju kepada perpecahan. pada tahap akhir pembelajaran guru mengadakan evaluasi dan wawancara dengan siswa. hasil evaluasi pada akhir pembelajaran lebih tinggi dibanding sebelum menggunakan metode inkuiri. nilai rata-rata siswa sebelum menggunakan metode inkuiri 5,7 sedangkan sesudah menggunakan metode inkuiri meningkat menjadi 7,46, terdapat selisih nilai sebesar 1,76. selain data yang dihasilkan dari tes, terdapat data lain yang berupa hasil wawancara tentang kesan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri. sebanyak 10 siswa (66,5%) mengakui bahwa belajar dengan menggunakan metode inkuiri sangat menarik dan dapat cepat dpknhami, sedangkan sebanyak 5 siswa (33,5%) mengatakan bahwa pembelajaran terkesan sama saja dengan menggunakan metode inkuiri ataupun metode lain. hasil wawancara dengan siswa mendapat tanggapan yang positif dengan menggunakan metode inkuiri siswa lebih bergairah untuk belajar, pembelajaran pkn dengan menggunakan metode inkuiri dapat membangkitkan motvasi siswa. keberhasilan penerapan metode ini tidak terlepas dan prosedur perencanaan yang telah disusun penulis dalam menerapkan metode inkuiri tersebut. monitoring dan evaluasi pelaksanann monitoring dan evaluasi yang dilakukan guru yaitu mulai dari awal pembelajaran termasuk kesiapan siswa untuk belajar sampai akhir pembelajaran yang berupa tes akhir dan kesan (tanggapan) siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. dalam proses evaluasi ini guru tidak hanya mengevaluasi hasil belajar saja melainkan proses belajar juga dievaluasi termasuk minat siswa melalui observasi dan wawancara. dengan hasil observasi itulah guru dapat menentukan langkah yang tepat untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran pkn di antaranya melalui metode inkuiri. pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran pkn di kelas v mi al ikhsaniyah cilinduk jipang kecamatan bantarkawung kab.brebes , ternyata dapat menarik minat siswa. siswa lebih antusias dan bergairah karena merasa dilibatkan dalam proses pembelajaran. hal ini bisa dilihat sewaktu siswa menjawab pertanyaan guru dan ketika siswa melalculcan diskusi. pembelajaran pkn yang disajikan dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan konsep akhir (kesimpulan) sangat menarik bagi siswa. hal ini sesuai dengan pendapat zain (1997:22). "enquiry adalah belaiar mencari dan menemukan sendiri. dalam sistem belajar ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final, tetapi siswa diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan masalah". dengan menggunakan metode ini siswa bebas mengungkapkan pendapatnya dalam memecahkan masalah yang telah ditetapkan, sehingga siswa merasa tertantang untuk aktif mencari dan menemukan kesimpulan dari hasil diskusi dan pengematan terhadap media pelajaran berupa gambar dengan adanya bimbingan dari guru (berupa pertanyaan-pertanyaan) yang terus menerus dan berkesinambungan selama siswa mengamati peristiwa yang terjadi pada gambar, akhirnya siswa dapat menemukan konsep akhir (kesimpulan) dari hasil pengamatannya. pertanyaan dari https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.73 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.73 63 guru memegang peranan penting dalam menerapkan metode ini, karena itu dianjurkan agar guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut siswa berpikir tinggi. bimbingan guru yang berupa pertanyaan tersebut dimaksudkan agar dalam proses belajar siswa dapat mengembangkan potensinya secara optimal dan membantu menghiri dari kegagalan dalam menemukan konsep akhir (kesimpulan) dari hasil pengamatannya. hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh syamsudin (1985:95): "bimbingan dalam belajar difokuskan kepada permasalahan tentang bagaimana caranya agar anak dapat terhindar dari kegagalan, mampu mengatasi hambatan-hambatan serta kesulitan hingga la, dapat mencapai prestasinya dengan mengembangkan dirinya sendiri secara optimal dalam menempuh proses belajar". berdasarkan pendapat di atas apabila guru kurang terampil di dalam memberikan bimbingan (mengajukan pertanyaan-pertanyaan) maka alcan menjurus kepada kerancuan atau kekeliruan materi yang dipelajari. tampak bahwa penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran pkn di kelas v mi al i k h s a n i y a h c i l i n d u k j i p a n g k e c a m a t a n b a n t a r k a w u n g kab.brebes kab. brebes pada pokok bahasan pengendalian din sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh, evahinsi permbelajaran pkn yang menggunakan metode inkuiri rata-rata nilainya lebih tingggi (7,48) dari pada yang tidak menggunakan metode inkuiri (5,68). jadi untuk mendapatkan basil belajar yang lebih baik di dalam pembelajaran pkn hendaknya guru jangan hanya menggunakan metode ceramah saja, tetapi dalam mengajarkan pkn harus menggunakan metode-metode yang lain yang sesuai dengan pokok bahasan. simpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. penyusunan perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dimulai dengan persiapan yang matang yang meliputi pokok bahasan, pertanyaan-pertanyaan yang mengacu kepada kesimpulan, alat peraga, media, dan lembar kerja siswa. 2. pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri lebih menarik minat siswa, siswa lebih antusias dan lebih bergairah dalam belajar, karena merasa dilibatkan di dalam proses pembelajaran. hal ini bisa dilihat sewaktu siswa melakukan pengamatan gambar dan pembacaan wacana. dengan adanya bimbingan dari guru (berupa pertanyaanpertanyaan) yang terus menerus dan berkesinambungan selama siswa melakukan pengamatan, dapat mendorong siswa untuk menemukan konsep akhir (kesimpulan) dan hasil pengamatan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. 3. hasil belajar dengan menggunakan metode inkuiri lebih baik dibanding dengan tidak menggunakan metode inkuiri. hal ini terbukti dan nilai rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan metode inkuiri lebih tinggi (7,46) dar pkn dan nilai tes siswa sebelum menggunakan metode inkoiri (5,7). 4. cara mengatasi hambatan-hambatan siswa dalam proses belajar menjaja. pkn khusus pokok bahasan pengendalian diri dengan cara menambah alokasi waktu dengan cara mengurangi alokasi waktu pokok bahasan yang ruang lingkupnya tidak terlalu luas dan melengkapi alat/media untuk pelaksanaan metode inkuiri. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.73 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.73 64 daftar pustaka ahmad, djauzak. 1996. pedoman pelaksanaan pbm di sd. jakarta: depdikbud adnan, warsito. 2003. pkn. solo: tiga serangkai pustaka mandiri depdikbud.1994. kurikulum pendidikan dasar. jakarta: depdikbud. depdikbud.1996. materi latihan kerja guru pkn. jakarta: depdikbud. depdikbud. 1999. suplemen kurikulum pendidikan dasar. jakarta: depdikbud. depdikbud. 1999. petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar kelas v sekolah menengah. jakarta. depdikbud. djamariah, b.s. dan azwan zain. 1997. strategi belajar mengajar. jakarta: pt rineka cipta. engkoswara. 1996. pedoman penyusunan karya ilmiah untuk angka 'credit guru. bandung: karangsewu. keraf, gorys. 1994. komposisi. flores: nusa indah moleong, lexy j. 2002. metodologi penelitian kualitatif. bandung : remaja rosda karya. rusyan, tabrani. 1992. penuntun belajar yang sukses. bandung: penerbit nine karya. wilujeung, dyah jaya sri, dkk.. 1996. perangkat pembelajaran pkn sd. jakarta: tim penatar pkn undang, gunawan. 1998, peningkatan mutu proses belajar mengajar di sekolah menengah. bandung: siger tengah. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.73 microsoft word 01-suwendi.docx vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.286 304 received : 24-06-2022 revised : 22-07-2022 published : 15-08-2022 mentoring trilogi pendidikan guna meningkatan motivasi berprestasi guru di smp negeri 4 purwodadi suwendi smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan, indonesia smpn4.purwodadi@gmail.com abstrak: tujuan best practice adalah untuk meningkatkan motivasi berprestasi guru smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan, melalui praktik mentoring trilogi pendidikan pada semester ii tahun pelajaran 2021/2022. best practise ini dilaksanakan di smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan, dengans sasaran guru ipa dan ips. strategi langkah penyelesaian masalah yang digunakan adalah mentoring trilogi pendidikan dengan tahapan: 1) persiapan; 2) negosiasi; 3) kemungkinan; dan 4) penutup.capaian hasil best practise menunjukkan adanya peningkatan skor motivasi berprestasi guru dari penilaian pra dan post sebesar 28,33%. dampak dari pelaksanaan best practise adalah meningkatnya tanggungjawab, disiplin, kesadaran, kerjasama dan semangat mentoring guru, sehingga menciptakan kondisi harmonis di sekolah, yang menjadikan pembelajaran di kelas berjalan terstruktur, kreatif, inovatif dan menyenangkan. kata kunci: best practice; mentoring; motivasi berprestasi guru; smp vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.286 305 pendahuluan pencapaian visi, misi dan tujuan sekolah tidak lepas dari adanya kinerja guru yang baik selaku komponen utama di sekolah yang memiliki peran penting. kinerja guru yang baik akan berimplikasi pada meningkatkan kemampuan siswa menjadi lebih baik. oleh karennya, kinerja guru harus selalu ditingkatkan. kinerja merupakan bentuk prilaku yang dipengaruhi berbagai faktor, yang salah satunya adalah motovasi berprestasi. oleh karenanya guna mendapatkan kinerja yang menghasilkan produktivitas baik/ tinggi perlu diawali dengan adanya motivasi yang baik/ tinggi terlebih dahulu. motivasi yang rendah akan menghasilkan kinerja yang rendah, dan sebaliknya dengan motivasi yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang juga tinggi. dalam kaitannya dengan guru, maka motivasi guru ini berfungsi sebagai pengarah dan penggerak guru dalam meningkatkan kinerja profesionalnya di sekolah, khususnya dalam hal mengajar. namun dari pengamatan penulis selaku kepala sekolah di smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan, pada semester ii tahun pelajaran 2021/2022 memperlihatkan kondisi guru yang mengampu pelajaran ipa dan ips belum sesuai harapan. kurang tingginya motivasi berprestasi guru ini dimungkinkan sebagai dampak dari adanya masa pandemi covid-19, dimana pada pelaksanaan pembelajaran sebelumnya secara daring, sehingga guru sering tidak membuat perencanaan dengan baik, menurunkan semangatnya dengan kebiasaan yang sebelumnya yang terlihat lebih santai, dan guru juga kurang dalam berkreatif dan berinovasi. hasil pengamatan lanjutan, kepala sekolah terhadap guru mapel ilmu pengetahuan alam dan sosial (ipas) memperlihatkan kondisi: 1) prestasi kerja/ kinerja guru masih kurang; 2) kepedulian guru ipas terhadap sekolah kurang, hal ini terlihat masih adanya guru yang berperilaku kurang peduli terhadap kegiatan sekolah adiwiyata, padahal seharusnya guru memberi contoh kepada siswa; 3) dijumpai beberapa guru belum menjalankan tugas mengajar sesuai dengan ketentuan yang berlaku, 4) kreatifitas dan inovasi guru dalam mengajar kurang; dan 5) masih dijumpai adanya guru yang tidak disiplin, hal ini menandai kurangnya tanggungjawab guru. melihat permasalahan diatas penulis selaku kepala sekolah perlu untuk memberikan solusi bagi perbaikan kondisi sekolah, sehingga hal ini dapat teratasi dengan baik agar tujuan, visi dan misi sekolah dapat tercapai dengan baik. oleh karennya, kepala sekolah perlu melaksanakan praktik untuk membangun kembali motivasi berprestasi guru, salah satunya adalah melalui kegiatan mentoring trilogi pendidikan sebagaimana dikonsepkan oleh bapak pendidikan nasional ki hajar dewantara. guru dalam konsep among adalah pamong sebagai pemimpin proses pendidikan, melaksanakan trilogi pendidikan yaitu ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani (putri & nasution, 2020). tujuan, prinsip, dan fungsi dari trilogi pendidikan ini perlu dibangun kembali kepada guru melalui upaya mentoring trilogi pendidikan, guna memberikan penguatan akan semangat, fungsi dan peran guru, sehingga mampu meningkatkan motivasi berprestasi guru yang akan berimplikasi pada meningkatnya kinerja dan kualitas pendidikan di sekolah. kajian pustaka prestasi dan kinerja guru prestasi merupakan capaian hasil. dalam hubungannya dengan guru, (sarmuji, 2019) menyatakan “prestasi adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh guru dalam mengajar”. cascio dalam (haryanti, 2017) mengatakan bahwa kinerja merupakan prestasi karyawan dari tugas-tuganya yang telah ditetapkan. sedangkan vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.286 306 (mangkunegara, 2001) menyatakan kinerja sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang telah diberikan. menurut winardi, kinerja pegawai ditentukan oleh beberapa faktor antara lain; kemampuan, motivasi, sikap, minat, pengetahuan, sarana dan prasarana, suasana dan iklim kerjasama, penerimaan seseorang terhadap pekerjaan yang menjadi tanggungnya, dan lain sebagainya (sumarni, 2016). menurut t.r. michel sebagaimana dikutip oleh (haryanti, 2017) memberikan beberapa indikator kinerja diantaranya: 1) kualitas pelayanan (quality of work), yaitu kualitas pekerjaan yang dihasilkan dapat memuaskan bagi penggunanya atau tidak, sehingga hal ini dijadikan sebagai standar kerja; 2) komunikasi (communication), yaitu kemampuan pegawai dalam berkomunikasi dengan baik kepada konsumen; 3) kecepatan (promptness), yaitu kecepatan bekerja yang diukur oleh tingkat waktu, sehingga pegawai dituntut untuk bekerja cepat dalam mencapai kepuasan dan peningkatan kerja; 4) kemampuan (capability), yaitu kemampuan dalam melakukan pekerjaan semaksimal mungkin; 5) inisiatif (intiative), yaitu setiap pegawai mampu menyelesaikan masalah pekerjaannya sendiri agar tidak terjadi kemandulan dalam pekerjaan. motivasi berprestasi guru motivasi berasal dari kata motif. dalam pengertian lain, motif juga disebut dengan nama niat. hamalik berpendapat, motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (haryanti, 2017). menurut anni, salah satu teori yang paling penting dalam psikologi adalah motivasi berprestasi, yaitu kecenderungan untuk mencapai keberhasilan atau tujuan, dan melakukan kegiatan yang mengarah pada kesuksesan (astuti, 2013). iskandar dalam (sarmuji, 2019) menyatakan, “…tujuan seseorang itulah sebenarnya yang menjadi penggerak utama baginya berusaha keras mencapai atau mendapat apa juga yang diinginkannya sama secara negatif atau positif.” motivasi di dalam pribadi seseorang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. guru yang memiliki motivasi berprestasi akan memiliki tanggung jawab yang tinggi untuk bekerja dengan secara antusias dan sebaik mungkin dengan mengerahkan semua kemampuan dan keterampilan yang dimiliki untuk mencapai hasil yang optimal. dari kajian ini dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi terbaik. mcclelland mengemukakan terdapat 6 (enam) karakteristik seseorang memiliki motivasi berprestasi tinggi, yaitu: 1) memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi; 2) berani mengambil dan memikul resiko; 3) memiliki tujuan realistik; 4) memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan; 5) memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan; 6) mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan. (aprinaida et al., 2019) mentoring mentoring memiliki kata dasar mentor, mentor dalam kbbi memiliki arti berperan sebagai adviser, role model, consellor tutor dan atau guru. menurut (riadi, 2019) mentoring adalah sebuah proses pembelajaran dalam bentuk hubungan saling mendukung dan pengawasan, diantara dua orang atau lebih dimana seseorang dianggap memiliki kemahiran dan kemampuan lebih dari yang lain yang disebut mentor kepada peserta mentoring yang disebut vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.286 307 mantee dalam rangka mentransfer pengetahuan dan pemikiran agar kompetensi mantee menjadi lebih berkembang. mentoring merupakan proses pembelajaran, dimana mentor mampu membuat mentee (peserta mentoring) yang tadinya tergantung menjadi mandiri (kurniawati, 2015). mentoring adalah bantuan secara tersembunyi (offline help) dari mentor ke mentee untuk transfer pengetahuan, pemikiran dalam kerja secara signifikan. mentoring bertujuan memberikan dukungan kepada individu sehingga mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan cara menguatkan dan mengembangkan mekanisme baru yang lebih baik untuk mempertahankan kontrol diri dan mengembalikan keseimbangan yang adaptif, sehingga mampu mencari tingkat kemandirian yang lebih tinggi serta mampu mengambil keputusan secara otonom (romansah, 2017). terdapat beberapa jenis mentoring, menurut (martoredjo, 2015) yaitu: 1) men-toring jarak jauh; 2) mentoring lintas budaya; 3) mentoring kelompok; 4) mentoring sesama; 5) mentoring organisasi. adapun tahapan/ langkah-langkah kerja kegiatan mentoring menurut (riadi, 2019) meliputi: 1) tahap persiapan (preparing); 2) tahap negosiasi (negotiating); 3) tahap kemungkinan (enabling); dan 4) penutup (coming to closure). trilogi pendidikan konsep pendidikan oleh ki hajar dewantara dilaksanakan menurut “sistem among”, yaitu suatu sistem yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan dua dasar yaitu, kodrat alam dan kemerdekaan (kusumastita, 2020). pamong sebagai pemimpin proses pendidikan melaksanakan trilogi pendidikan yaitu ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. makna dari trilogi pendidikan ini jika dihayati, maka jelas bahwa peran guru sebagai ujung tombak dalam menjalankan pendidikan nasional. ing ngarso sung tuladha berarti di depan dapat memberi teladan. semboyan ini memiliki makna bahwa sebagai guru harus dapat memberikan contoh yang baik dalam tutur kata, sikap, dan perbuatan. karena guru merupakan “role model” bagi siswanya. ing madya mangun karsa, semboyan ini mengharuskan guru juga dapat menjadi sosok teman dan memberi semangat bagi siswanya. tut wuri handayani, semboyan ini mengandung arti bahwa guru harus dapat memberikan dorongan motivasi dan pengaruh yang positif kepada siswanya. menurut ki suratman, tut wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berarti memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. maka jika digabungkan, memberi makna seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang (bakhtiar, 2019). secara singkat trilogi pendidikan ini memiliki makna “momong, among, dan ngemong” (wibowo, 2022). makna ini sebanarnya sama dengan istilah pendidikan yang berkembang saat ini dengan istilah “pedagogik”. yaitu bahwa pendidikan memiliki sifat mengasuh, tidak boleh memaksa dan memberikan hukuman. pendidikan merupakan proses mengasuh siswa dan mengembangkan semua potensi yang dimiliknya. metode strategi dan langkah pemecahan masalah sebagai solusi tindakan/ pemecahan masalah ini, kepala sekolah menetapkan strategi dan sejumlah langkah-langkah praktik tindakan yang relevan dan sesuai dengan hasil kajian pustaka, yaitu dengan strategi penerapan praktik mentoring trilogi pendidikan dengan langkah sebagai berikut: vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.286 308 1. persiapan (preparing) untuk memulai praktik mentoring, kepala sekolah mengadakan langkah persiapan, meliputi: a. kepala sekolah mengadakan rapat pembinaan guru dengan agenda: 1) menyampaikan hasil monev dan identifikasi masalah yang muncul di sekolah yang berujung pada simpulan rendahnya motivasi berperstasi guru di smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan pada semester ii tahun pelajaran 2021/2022; 2) menyampaikan rencana kegiatan praktik mentoring, tujuan dan fungsi serta jenis/ model mentoring yang akan dilaksanakan; 3) meminta kesediaan guru untuk menjadi mentee; b. kepala sekolah menyiapkan bahan dan alat untuk pembinaan, pendampingan, konseling dan instrumen evaluasi. 2. negosiasi (negotiating), dengan cara mengundang guru sasaran ke ruang kepala sekolah untuk berdialog, menanyakan permasalahan, kendala dan kesiapan pelaksanaan mentoring; 3. kemungkinan (enabling), kepala sekolah memantau, memberikan binaan dan pelatihan tentang implementasi trilogi pendidikan terhadap siswa, memberikan dukungan/ semangat, mendampingi dan mengarahkan, dan memberi solusi serta megevaluasi kemajuan motivasi berprestasi masing-masing guru; 4. penutup (coming to closure), dengan cara melaksanakan evaluasi kegiatan. hasil evaluasi disampaikan kepada mentee (guru-guru) dalam rapat pembinaan, dimana capaian hasil kegiatan, motivasi berprestasi guru masing-masing disampaikan, kekuatan dan kekurangan tiap pribadi juga disampaikan, sehingga masing-masing guru dapat mengetahui dari perspektif pimpinan tentang motivasi dan kompetensinya dalam pelaksanaan tupoksi guru di sekolah. tahap ini kepala sekolah membuat kesepakatan dengan guru bahwa kegiatan mentoring telah berakhir, karena agenda kegiatan berakhir dan tujuan kegiatan telah tercapai. hasil dan pembahasan praktik mentoring trilogi pendidikan dan hambatan/ kendala kegiatan praktik mentoring dimulai dari persiapan dengan melaksanakan rapat pembinaan di hari kamis, 10 februari 2022 pukul 10.00 wib yang dihadiri semua guru pengampu mapel ipa dan ips. dalam rapat pembinaan ini kepala sekolah menyapaikan hasil monev dan identifikasi masalah di sekolah, berkaitan dengan motivasi berprestasi guru, dan juga menyampaikan rencana kegiatan mentoring trilogi pendidikan dan meminta kesediaan dan kesiapan guru mengikuti kegiatan tersebut. kepala sekolah mengadakan negosiasi dengan mengundang guru di ruang kepala sekolah secara bergantian pada jam-jam istirahat mengajar guru, yang berlangsung selama 1 minggu dari tanggal 14 s/d 19 februari 2022. pada kesempatan ini kepala sekolah mengumpulkan informasi pendahuluan dengan cara berdialog, konseling, menanyakan masalah, kendala dan menggali informasi motivasi masing-masing guru, dan membuat kesiapan pelaksanaan mentoring secara kelompok. kegiatan mentoring trilogi pendidikan berlangsung secara kelompok dan individu. kegiatan mentoring kelompok dilaksanakan dengan teknik pembinaan dan pelatihan klasikal, yang dilanjutkan dengan pendampingan secara private pada hari-hari lain, menurut kebutuhan masing-masing guru. pelatihan klasikal dilaksanakan senin, 28 februari 2022 di ruang guru. materi pembinaan dan pelatihan adalah implementasi trilogi pendidikan terhadap siswa yang vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.286 309 menghubungkan dengan aspek motivasi berprestasi guru, seperti: tanggungjawab pribadi dan keprofesian terhadap program sekolah adiwiyata dan persiapan sekolah mandiri bergerak, pelaksanaan program kerja guru dalam pembelajaran dan bimbingan, dan implementasi penguasaan teknologi untuk mendukung tupoksi guru di sekolah. dalam proses penumbuhan tanggungjawab guru terhadap siswa dan sekolah, guru di berikan binaan terkait implementasi sistem among dalam trilogi pendidikan. guru diingatkan kembali dan diberikan sharing pengalaman dengan percontohan bagaimana bersikap pada posisi guru di depan siswa, bersikap ditengah-tengah siswa, dan bersikap dalam memberikan dorongan/ membangun motivasi siswa dari belakang. guru diberikan pelatihan menyusun program pengajaran, program evaluasi, program bimbingan, dan cara mengajar terstruktur, kreatif dan inovatif yang menjadi bentuk tanggungjawab profesi guru di sekolah. guru juga dibangun motivasinya untuk lebih disiplin dan melaksanakan program sekolah adiwiyata bersama-sama siswa dengan sebaik-baiknya agar berhasil. kegiatan praktik mentoring, secara umum telah berjalan dengan baik. kesadaran dan motivasi guru juga tumbuh meningkat. setelah kegiatan pembinaan dan pelatihan secara klasikal, secara berkala kepala sekolah dan guru saling bertemu untuk membahas perkembangan tugas-tugas, melakukan konseling implementasi trilogi pendidikan terrhadap program kesiswaan, program sekolah adiwiyata, dan program pengajaran. sesuai program praktik mentoring, kepala sekolah megkahiri/ menutup kegiatan dengan model pembinaan klasikal pada kamis, 31 maret 2022. pada penutupan mentoring ini kepala sekolah menyampaikan pokok-pokok hasil evaluasi selama praktik berlangsung. kepala sekolah juga menyampaikan penguatan pesan dan harapan sebagai tindaklanjut agar motivasi berprestasi guru dapat dipertahankan dan ditingkatkan kembali demi perbaikan kualitas pendidikan di sekolah. meskipun telah berjalan baik, dan motivasi berprestatsi guru terlihat lebih baik dibanding sebelumnya, dapat dilaporkan juga bahwa selama proses berjalan dijumpai beberapa kendala/ hambatan sebagai berikut: 1) ketergantungan guru pada temannya dalam penyelesaian tugas mentoring dengan cara copi paste. untuk mengatasi hal ini mentor membangun kesadaran dan semangat, menjelaskan kembali peran, tanggungjawab dan tujuan dari kegiatan mentoring; 2) komunikasi yang buruk dan kurangnya keterbukaan guru pada masalah yang dihadapi, sehingga menjadikan hasil mentoring tidak maksimal. disini kepala sekolah memberikan kesadaran kembali akan pentingnya komunikasi, dan keterbukaan sebagai teman sejawat, untuk mencapai tujuan bersama; 3) masih adanya guru yang belum menguasai teknologi komputer dengan baik (khususnya yang tua) untuk penyusunan dokumen, hal ini mentor atasi melalui usaha pelatihan secara private tentang dasar-dasar operasional penggunaan bersama admin sekolah, memberikan template dokumen sehingga memudahkan guru dalam melaksanakan tugas penyusunan dokumen kegaitan mentoring/ sekolah. dampak dan capaian hasil hasil evaluasi kepala sekolah terhadap praktik kegiatan mentoring trilogi pendidikan terhadap guru ipas di smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan pada semester ii tahun pelajaran 2021/2022 telah membawa pencapaian hasil pada meningkatnya motivasi berprestasi guru yang tinggi dan lebih baik dibandingkan kondisi sebelum mentoring dilaksanakan. dari evaluasi menunjukkan capaian hasil sebagai berikut: 1) guru telah menunjukkan indikator tanggung jawab pribadi yang sangat tinggi terhadap tugas keprofesionalannya sebagai guru mencapai skor 97,22%; 2) guru telah menunjukkan indikator memiliki program kerja vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.286 310 berdasarkan rencana dan tujuan yang realistik sesuai visi, misi dan tujuan organisasi (sekolah) serta berjuang untuk merealisasikannya, sebesar 83,33% (sangat tinggi); 3) guru telah menunjukkan indikator memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani mengambil risiko yang dihadapinya dalam pelaksa-naan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi), sebesar 77,78% (tinggi); 4) guru telah menunjukkan indikator melaksanakan pekerjaan dan menyelesai-kannya dengan hasil yang memuaskan sesuai target yang diharapkan/ tujuan yang telah didefinisikan, sebesar 83,33% (sangat tinggi); 5) guru telah menunjukkan indikator berkeinginan berhasil dalam menguasai bidang tertentu sesuai dengan tupoksinya di sekolah, sebesar 80,56% (sangat tinggi). capaian hasil praktik mentoring ini menjelaskan ada peningkatan skala penilaian motivasi berprestasi guru sebesar 28,33%, yaitu dari 56,11% (sedang) menjadi 84,44% (sangat tinggi) seperti dalam tabel sebagai berikut: tabel 1. perbandingan data motivasi berprestasi guru ipas di smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan pada semester ii tahun pelajaran 2021/2022. no. indikator kondisi sebelum mentoring kondisi sesudah mentoring persentase peningkatan jumlah/ nilai maksiman % jumlah/ nilai maksiman % 1 25/36 69,44% 35/36 97,22% 27,78% 2 22/36 61,11% 30/36 83,33% 22,22% 3 20/36 55,56% 28/36 77,78% 22,22% 4 23/36 63,89% 30/36 83,33% 19,44% 5 11/36 30,56% 29/36 80,56% 50,00% jumlah 101/180 69,44% 152/180 84,44% 28,33% pelaksanaan best practise ini memberi dampak sebagai berikut:1) tanggungjawab guru terhadap pribadi dan tugas menjadi lebih baik, guru dapat menerapkan sistem among yang mengacu pada trilogi pendidikan, yaitu: ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani dengan baik; 2) disiplin guru tidak hanya sebatas pada waktu masuk sekolah saja, namun juga dalam mengajar, mengikuti kegiatan sekolah lalinnya, dan guru lebih disiplin dalam administrasi pekerjaan seperti: menyusun program kerja pengajaran, program evaluasi dan program bimbingan/ latihan, pengayaan dan remidial; 3) tumbuhnya kesadaran guru untuk berkembang, memperbaharui ilmu pengetahuan, dan teknologi dalam rangka menjadi role model bagi siswanya sesuai konsep trilogi pendidikan; 4) kondisi sekolah menjadi lebih harmonis dengan adanya keterbukaan, komunikasi, kerjasama dan semangat mentoring sesama teman sejawat; 5) pelaksanaan pembelajaran di kelas-kelas berjalan terstruktur, kreatif dan inovatif dan menyenangkan. dengan mencermati masalah dan implementasi strategi dan langkah-langkah pemecahan masalah serta capaian hasil dan dampaknya ini, menjelaskan bahwa melalui praktik mentoring trilogi pendidikan dapat meningkatkan motivasi berprestasi guru, khususnya guru pengampu mapel ilmu pengetahuan alam dan sosial di smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan pada semester ii tahun pelajaran 2021/2022. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.286 311 simpulan sesuai pembahasan dapat dibuat simpulan, adanya peningkatan skor motivasi berprestasi guru ipa dan ips di smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan sebesar 28,33% ini, menjelaskan bahwa melalui praktik mentoring trilogi pendidikan dapat meningkatkan motivasi berprestasi guru ipa dan ips di smp negeri 4 purwodadi, kabupaten grobogan pada semester ii tahun pelajaran 2021/2022. rekomendasi sesuai hasil best practise ini penulis dapat memberikan rekomendasi sebagai berikut: 1) guru terus menerapkan trilogi pendidikan dalam segala aspek pekerjaan, terutama dalam rangka menjadi role model bagi siswanya; 2) guru terus menerus mempertahankan dan meningkatkan motivasi berprestasi-nya, karena hal ini akan berdampak pada kesuksesan pribadi sebagai guru profesional dan organisasi (sekolah); 3) guru dapat menerapkan praktik mentoring untuk meningkatkan profesio-nalismenya dalam bekerja bersama teman sejawat. daftar pustaka aprinaida, d. n., sridana, n., & karta, i. w. (2019). meningkatkan motivasi berprestasi guru madrasah aliyah negeri di kota mataram melalui model pelatihan motivasi berprestasi. jurnal ilmiah profesi pendidikan, 1(1). https://doi.org/10.29303/jipp.v1i1.1 astuti, d. w. (2013). motivasi berprestasi guru profesional di smk negeri 2 sawahlunto. 1, 7. bakhtiar, y. (2019). internalisasi filosofi trilogi pendidikan ki hadjar dewantara dalam pemahaman product knowledge syariah. imanensi: jurnal ekonomi, manajemen dan akuntansi islam, 1(2), 75–86. https://doi.org/10.34202/imanensi.1.2.2014.75-86 haryanti, t. (2017). pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru di smk tunas pemuda. research and development journal of education, 4(1). https://doi.org/10.30998/rdje.v4i1.2067 kurniawati, r. d. (2015). penerapan metode mentoring pendidikan agama islam terhadap pembentukan religiusitas dimensi ibadah pada siswa smk negeri 1 panjatan kulon progo yogyakarta. uin sunan kalijaga. kusumastita, i. i. (2020). implementasi trilogi pendidikan ki hajar dewantara untuk tenaga pendidik di indonesia. jurnal reforma, 9(2), 104. https://doi.org/10.30736/rf.v9i2.318 mangkunegara, a. p. (2001). sumber daya manusia perusahaan. remaja rosdakarya. martoredjo, n. t. (2015). peran dimensi mentoring dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. jurnal humaniora, 6(no. 4). putri, t. a., & nasution, m. i. s. (2020). implementasi trilogi pendidikan ki hajar dewantara pada smk tamansiswa di kota tebing tinggi. puteri hijau : jurnal pendidikan sejarah, 5(1), 84. https://doi.org/10.24114/ph.v5i1.18277 riadi, m. (2019, december 4). mentoring (pengertian, fungsi, unsur, jenis dan tahapan kegiatan). www.kajianpustaka.com. https://www.kajianpustaka.com/2019/12/mentoring-pengertian-fungsi-unsur-jenisdan-tahapan-kegiatan.html romansah, t. (2017). implementasi kegiatan mentoring keagamaan dalam pembinaan karakter islami. jurnal atthulab, vol. 2(no. 1). vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.286 312 sarmuji, s. (2019). upaya meningkatkan motivasi berprestasi guru melalui pemberian reward di sekolah dasar kecamatan kubu kabupaten rokan hilir. jurnal pajar (pendidikan dan pengajaran), 3(3). https://doi.org/10.33578/pjr.v3i3.6993 sumarni, s. (2016). kontribusi motivasi berprestasi dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru sma negeri di kecamatan koto tangah kota padang. economica, 5(1), 63–68. https://doi.org/10.22202/economica.2016.v5.i1.307 wibowo, e. w. (2022, september 5). implementasi trilogi pendidikan di indonesia. radarjogja.jawapos.com/opini. https://radarjogja.jawapos.com/opini/2022/02/11/implementasi-trilogi-pendidikan-diindonesia/#:~:text=trilogi%20pendidikan%20tersebut%20sering%20kita,karso%2c %20tut%20wuri%20handayani%e2%80%9d microsoft word 03-kavinji.docx vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.98 295 received : 20-12-2020 revised : 25-01-2021 published : 15-03-2021 pemanfaatan kahoot dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar ips bagi siswa kelas viia smpn 1 baturetno wonogiri kavinji smpn 1 baturetno, kabupaten wonogiri, indonesia ijnivak@gmail.com abstrak tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar ips melalui pemanfaatan kahoot bagi siswa kelas viia smpn 1 baturetno kabupaten wonogiri semester 2 tahun pelajaran 2019/2020. penelitian dilaksanakan di kelas viia smpn 1 baturetno wonogiri semester 2 tahun pelajaran 2019/2020. subyek penelitian adalah siswa di kelas viia sebanyak 30 orang yang terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 19 orang siswa perempuan. prosedur penelitian mengikuti penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh kurt lewin. penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran, serta hasil penilaian diri terkait isian angket motivasi belajar dan pencapaian nilai tes prestasi belajar pada akhir pembelajaran, pemanfaatan kahoot di setiap awal proses pembelajaran terbukti mampu meningkatkan motivasi dan prestasi belajar ips bagi siswa kelas viia smpn 1 baturetno semester 2 tahun pelajaran 2019/2020. siswa semakin antusias untuk mengikuti proses pembelajaran dan hasil penilaian harian pun menjadi lebih meningkat. oleh karena itu, berdasarkan bukti secara teoritik maupun empirik, dapat diperoleh kesimpulan bahwa pemanfaatan kahoot dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar ips bagi siswa kelas viia smpn 1 baturetno semester 2 tahun pelajaran 2019/2020. kata kunci: kahoot; motivasi; prestasi belajar vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.98 296 hasil penilaian harian sebelum memanfaatkan kahoot, diperoleh data sebagai berikut. nilai tertinggi 80, nilai terendah 55, nilai rata-rata 68,67, dan banyaknya siswa yang tuntas kkm ada 8 orang atau 26,67%. adapun dari hasil pengamatan guru terhadap motivasi siswa dalam belajar ips selama semester gasal, diperoleh data sebagai berikut. banyaknya siswa dengan motivasi belajar dengan kategori “kurang” ada 4 orang, banyaknya siswa dengan motivasi belajar dengan kategori “sedang” ada 18 orang, dan banyaknya siswa dengan motivasi belajar dengan kategori “tinggi” ada 8 orang. menurut sardiman (2011:80) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah antara lain memberi angka, hadiah, saingan/kompetisi, ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, dan tujuan yang diterima baik oleh siswa. oleh karena itu, melalui pemanfaatan kahoot, siswa akan terdorong untuk berdiskusi, menjawab pertanyaan, mencari jawaban, berkompetisi dan berprestasi. keinginan untuk keluar sebagai pemenang saat kuis kahoot dilaksanakan akan mampu mendorong siswa menjadi rajin membaca materi pelajaran. siswa yang umumnya merasa bosan dan mengantuk akan berubah menjadi lebih bersemangat. ketertarikan dalam mengerjakan kuis kahoot bisa membuat siswa merasa sedang bermain walau sebenarnya mereka benar-benar terlibat aktif dalam proses pembelajaran. kahoot sendiri juga memiliki fitur-fitur yang menarik. sekolah memiliki jaringan internet yang memadai dan siswa juga memiliki hp untuk mengakses kuis kahoot. oleh karena itu, pemanfaatan kahoot dalam pembelajaran tentunya tidak akan mengalami kendala. rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pemanfaatan kahoot dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar ips bagi siswa kelas viia smpn 1 baturetno kabupaten wonogiri semester 2 tahun pelajaran 2019/2020? tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar ips melalui pemanfaatan kahoot bagi siswa kelas viia smpn 1 baturetno kabupaten wonogiri semester 2 tahun pelajaran 2019/2020. manfaat penelitian ini antara lain: untuk meningkatkan motivasi belajar ips, untuk meningkatkan prestasi belajar ips khususnya pada materi kelangkaan dan kebutuhan manusia, sebagai wadah bagi guru dalam mengembangkan kreatifitas mengajar, untuk meningkatkan kompetensi profesionalisme guru, sebagai alat untuk pengembangan keprofesian berkelanjutan dan sebagai alat bantu supervisi kepala sekolah terhadap guru mata pelajaran. kajian teoritis konsepsi kahoot kahoot adalah aplikasi pengajaran atau platform pendidikan berbasis internet untuk kuiskuis yang dilakukan dengan menarik (christina, 2019:40). saat ini, kahoot mulai marak digunakan dalam pembelajaran. soal-soal yang digunakan biasanya berbentuk pilihan ganda. setiap jawaban ditampilkan dengan bentuk dan pilihan warna yang bervariasi sehingga tampilan jawaban bisa lebih menarik. game online menggunakan kahoot ini juga bisa dikerjakan secara interaktif oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok. siswa bisa menggunakan hp maupun perangkat lain untuk mengakses quiz tersebut dengan catatan harus terkoneksi dengan internet. pemanfaataan kuis kahoot dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara klasikal. guru menyusun beberapa soal pilihan ganda. setelah siswa mengakses tautan kahoot.it dan memasukkan nomor pin yang dibagikan oleh guru maka siswa bisa terhubung dengan kuis yang dimainkan dan di hp siswa nantinya akan muncul pilihan jawaban. adapun soal kuis kahoot dapat dilihat dari layar presentasi yang ditayangkan secara klasikal oleh guru. selanjutnya siswa menjawab setiap soal dengan cara meng-klik tombol pada vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.98 297 jawaban yang dianggap benar yang muncul di hp siswa. siswa harus menjawab dengan cepat dan tepat agar memperoleh nilai maksimal. semua jawaban yang masuk akan terrekam otomatis dan lima nama siswa dengan perolehan skor tertinggi akan ditampilkan di layar. oleh karena itu, semua siswa bisa mengamati secara langsung siapa yang akan keluar sebagai pemenang. untuk menyelenggarakan proses pembelajaran dengan memanfaatkan kahoot, guru perlu melakukan persiapan. menurut christiani (2019:50), ada dua langkah utama dalam bermain kuis dengan menggunakan kahoot. langkah pertama adalah membuat kuis di kahoot, sedangkan langkah kedua adalah memainkan kuis kahoot tersebut. dalam penelitian ini, kegiatan merancang kuis menggunakan kahoot yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan cara mengikuti panduan yang muncul ketika mengakses www.kahoot.com. secara ringkas, langkah-langkah untuk membuat kuis dengan memanfaatkan kahoot adalah klik kahoot.com; klik sign up; klik teacher; klik school; klik sign up with google; ketik alamat email; pilih akun basic dan klik continue for free; isi data diri pada kotak dialog welcome to kahoot! dan klik save and continue; klik create; klik create pada kotak new kahoot; ketik judul kuis, pertanyaan, pilihan jawaban, atur waktu dan kunci jawaban; klik add question untuk menambahkan soal; klik host kahoot untuk memainkan; pilih kuis kahoot yang diinginkan lalu klik play; klik tipe teach untuk bermain langsung dengan peserta (assign untuk tugas); tentukan tanggal dan jam berakhir tugas harus dilaksanakan kemudian klik create; bagikan link yang akan dikirim kepada peserta; klik my kahoot untuk membuka kuis yang telah dibuat; klik play untuk memainkannya; pilih teach untuk bermain langsung; pilih classic untuk bermain individu, atau team mode untuk bermain secara kelompok; dan kode game otomatis yang harus diinput oleh siswa setelah mereka membuka www.kahoot.it konsepsi motivasi belajar motivasi belajar adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan memperoleh kepandaian atau ilmu. seorang siswa dengan motivasi belajar yang kuat maka akan lebih sukses dalam mencapai tujuan pembelajaran maupun mengembangkan pengetahuannya. begitu pula sebaliknya, siswa yang motivasi belajarnya lemah akan cenderung lebih lambat dalam memperoleh kepandaian. motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. menurut sardiman (2011:65) motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. adapun motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. siswa dengan motivasi instrinsik yang kuat maka ia akan memiliki kemandirian belajar yang kuat, usaha yang ulet, tidak mudah putus asa, tidak mudah bosan, selalu ingin mencapai apa yang ditargetkan, serta ingin berprestasi. oleh karena itu, siswa dengan motivasi instrinsik yang kuat umumnya lebih sukses dalam belajar. bagi siswa yang belum memiliki motivasi instrinsik yang kuat biasanya cenderung kurang bersemangat dalam belajar, kurang giat dalam belajar, malas membaca buku, suka berbicara di luar topik pembelajaran, kurang perhatian, kurang maksimal dalam mengerjakan tugas, maupun belum bisa mencapai prestasi belajar secara maksimal. oleh karena itu, siswa memerlukan motivasi ekstrinsik atau dorongan dari luar agar bisa berkembang secara maksimal. motivasi ekstrinsik ini bisa berasal dari orang tua, teman sebaya, guru, maupun lingkungan. menurut sardiman (2011:70) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah antara lain memberi angka, hadiah, saingan/kompetisi, ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.98 298 hasrat untuk belajar, minat, dan tujuan yang diterima baik oleh siswa. oleh karena itu, agar siswa bisa lebih maksimal dalam belajar maka guru sebagai fasilitator perlu merancang pembelajaran yang kreatif dan inovatif. salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendorong agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat dalam belajar ips terutama pada materi kelangkaan dan kebutuhan manusia yaitu dengan memanfaatkan kuis kahoot. hal ini disebabkan karena melalui kuis kahoot, siswa bisa berlomba-lomba untuk bisa menjawab soal secara cepat dan tepat sedemikian hingga mereka memperoleh skor tertinggi dan akan keluar sebagai pemenang. pelaksanaan pembelajaran yang dibalut dengan kuis ini juga akan menumbuhkan jiwa kompetisi yang sehat, mendorong siswa untuk berprestasi, mendorong siswa untuk rajin membaca buku maupun belajar dari sumber lainnya, serta senang dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. adanya terobosan pemanfaatan kuis kahoot ini pun dapat mengurangi rasa bosan dan mengantuk yang mungkin timbul jika pembelajaran hanya dilaksanakan secara ceramah saja. terkait dengan aspek motivasi belajar yang diteliti dalam penelitian ini, siswa dikatakan memiliki motivasi belajar dengan kategori tinggi dalam pembelajaran ips apabila selama proses pembelajaran berlangsung siswa menunjukan sikap: terlihat senang, terlihat bersemangat, memperhatikan pelajaran, rajin membaca, tekun mengerjakan latihan dan tidak mudah putus asa. konsepsi prestasi belajar ilmu pengetahuan sosial menurut pendapat dimyati dan mudjiyono (2011:70), prestasi didefinisikan sebagai hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor, setelah diberikan tes pada setiap hasil pembelajaran. setelah siswa mengerjakan soal penilaian harian maka siswa akan memperoleh nilai. besar kecilnya nilai yang diperoleh dapat digunakan untuk mengukur apakah siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditargetkan dalam rencana pembelajaran. jika nilai yang diperoleh oleh siswa dapat mencapai maupun melampaui batas kriteria ketuntasan minimal maka siswa bisa dikatakan telah berprestasi dalam belajar. begitu pula sebaliknya, jika siswa belum bisa mencapai nilai kkm, maka siswa bisa dikategorikan belum berprestasi. menurut sardiman (2011:80), belajar dapat dikatakan sebagai upaya perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan, seperti membaca, mendengar, mengamati, meniru dan lain sebagainya. agar siswa bisa belajar dengan maksimal maka guru merancang berbagai aktivitas belajar bagi siswa antara lain mengerjakan kuis, memperhatikan penjelasan dari guru ataupun sumber lain, membaca modul ataupun buku paket, berdiskusi, mengerjakan latihan dan mengerjakan penilaian harian. jika siswa aktif melakukan berbagai aktivitas di atas maka siswa akan mengalami peningkatan baik dari sisi pengetahuan maupun keterampilan. prestasi belajar juga diartikan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. siswa yang telah menguasai materi kelangkaan dan kebutuhan manusia dengan baik, tentunya tidak akan mengalami kesulitan saat mengerjakan soal penilaian harian. mereka bisa membedakan maupun menyebutkan contoh dari masing-masing komponen yang ada didalamnya dengan baik. dari beberapa pendapat di atas, prestasi belajar ips yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengerjakan penilaian harian terkait materi kelangkaan dan kebutuhan manusia yang ditunjukkan dengan perolehan nilai lebih dari atau sama dengan kkm setelah diberikan pembelajaran dengan memanfaatkan kuis kahoot. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.98 299 model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division dalam kegiatan best practice ini, guru menggunakan model pembelajaran koperatif tipe student team achievement division (stad) yang dikembangkan oleh slavin. adapun langkahlangkah yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran yaitu: menyampaikan tujuan dan motivasi, memberikan informasi, memberikan kuis kahoot, membagi kelompok, membimbing kelompok, evaluasi dan penghargaan. hipotesis tindakan pemanfaatan kahoot dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar ips bagi siswa kelas viia smpn 1 baturetno kabupaten wonogiri semester 2 tahun pelajaran 2019/2020. metode penelitian penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yaitu dari bulan januari sampai dengan juni 2020. penelitian dilaksanakan di kelas viia smpn 1 baturetno wonogiri semester 2 tahun pelajaran 2019/2020. subyek penelitian adalah siswa di kelas viia yang sedang melakukan pembelajaran pada materi kelangkaan dan kebutuhan manusia. sumber data penelitian ini berasal dari siswa kelas viia sebanyak 30 orang yang terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 19 orang siswa perempuan. teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes dan non tes. teknik tes digunakan untuk memperoleh nilai tes prestasi belajar ips. tes prestasi belajar berbentuk pilihan ganda dikerjakan oleh siswa secara online menggunakan google form. adapun teknik non tes menggunakan lembar pengamatan. lembar pengamatan ini diisi oleh guru guna menggali informasi terkait motivasi belajar siswa kelas viia smpn 1 baturetno dalam belajar ips. pengamatan dilakukan selama guru menyajikan proses pembelajaran kelangkaan dan kebutuhan manusia dengan memanfaatkan kuis kahoot. pengamatan difokuskan pada sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung. adapun butir amatan terdiri dari 6 indikator motivasi belajar yaitu: terlihat senang, terlihat bersemangat, memperhatikan pelajaran, rajin membaca buku, tekun mengerjakan latihan dan tidak mudah putus asa. jika siswa menunjukkan 1 atau 2 indikator di atas maka siswa tergolong memiliki motivasi belajar dengan kategori “kurang”. jika siswa menunjukkan 3 atau 4 indikator di atas maka siswa tergolong memiliki motivasi belajar dengan kategori “sedang”. jika siswa menunjukkan 5 atau 6 indikator di atas maka siswa tergolong memiliki motivasi belajar dengan kategori “tinggi”. selain itu, untuk menghindari subyektivitas terkait pengamatan guru terhadap sikap siswa selama proses pembelajaran, peneliti juga memberikan angket motivasi belajar yang diisi oleh siswa secara mandiri pada akhir siklus ii melalui google form. angket motivasi belajar ini juga menggambarkan motivasi siswa selama mengikuti pembelajaran. adapun angket motivasi belajar ini berisi 10 pernyataan antara lain: pembelajaran ini diawali dengan hal yang menyenangkan, saya merasa senang mengikuti pembelajaran ips dengan memanfaatkan game kahoot., saya termotivasi untuk membaca materi pelajaran yang akan diajarkan, saya tertantang untuk bisa menjawab dengan cepat dan benar agar menjadi pemenang dalam game kahoot., saya tertarik dengan setiap pertanyaan dan tampilan game kahoot., saya menjadi lebih aktif dalam belajar maupun membaca materi pelajaran., pemanfaatan game kahoot memotivasi saya untuk menjawab soal-soal latihan., saya selalu menantikan pembelajaran ips dengan game kahoot., saya menjadi lebih perhatian dalam belajar ips bila guru memanfaatkan game kahoot. dan saya tidak merasa bosan dalam mengikuti proses pembelajaran ips bila guru memanfaatkan game kahoot. selain lembar pengamatan dan angket, teknik non tes juga dilakukan dengan cara vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.98 300 dokumentasi. teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan semua bukti-bukti fisik yang diperoleh selama penelitian yang juga akan berguna dalam pengamatan. agar peneliti memperoleh data yang valid maka instrument tes diuji dengan content validity atau validasi isi. adapun data hasil penelitian divalidasi dengan triangulasi sumber. teknik analisis data menggunakan deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. deskriptif kualitatif digunakan untuk motivasi belajar ips dari kondisi siklus i ke siklus ii. adapun deskriptif kuantitatif digunakan untuk membandingkan nilai tes prestasi belajar ips dari kondisi siklus i dan siklus ii. indikator keberhasilan penelitian ini minimal ada 85% siswa di kelas viia memperoleh nilai di atas kkm (𝑥 ≥ 75) dan ada peningkatan motivasi belajar ips pada diri siswa di kelas viia smpn 1 baturetno. penelitian dilaksanakan 2 siklus, terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. hasil penelitian dan pembahasan deskripsi hasil siklus i pada siklus i, guru sebagai peneliti sudah memanfaatkan kuis kahoot. guru mengawali pembelajaran ips dengan memberikan kuis kahoot. setelah kuis selesai, guru melanjutkan pembelajaran dengan diskusi kelompok. guru membagi kelas dalam kelompok kecil. selanjutnya guru membagikan tugas untuk dikerjakan secara kelompok. selama proses pembelajaran dan diskusi berlangsung, guru melakukan pembimbingan bagi kelompok yang mengalami kesulitan, memandu jalannya presentasi, dan juga melakukan pengamatan terhadap sikap siswa terkait indikator motivasi belajar yang telah disiapkan dalam lembar pengamatan. berdasarkan hasil pengamatan guru terhadap sikap siswa selama proses pembelajaran dengan memanfaatkan kahoot berlangsung diperoleh data-data sebagai berikut. siswa lebih semangat dalam mengikuti pelajaran. siswa terlihat senang dan antusias ketika diminta menjawab pertanyaan yang disajikan dengan kahoot. siswa berlomba-lomba untuk bisa memenangkan kuis. suasana kelas terlihat hidup. siswa juga termotivasi untuk aktif membaca materi maupun menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. siswa terlihat tekun dan tidak mudah menyerah kala mencari jawaban untuk setiap soal yang dikerjakan. mereka berusaha untuk bisa menjawab dengan benar. bahkan, setelah guru memanfaatkan kuis kahoot, setiap ada jadwal mata pelajaran ips di kelas viia, siswa sudah siap di ruang media/kelas untuk mengikuti pelajaran meskipun bel tanda masuk kelas belum berbunyi. setelah peneliti melakukan pengamatan terhadap sikap siswa selama proses pembelajaran dan memberikan tes prestasi belajar di akhir siklus i, maka diperoleh data sebagai berikut. tabel 1. motivasi dan prestasi belajar siklus i aspek motivasi ketuntasan kurang sedang tinggi tuntas tidak tuntas banyaknya 1 3 26 30 0 persentase 3,33% 10,00% 86,67% 100% 0% vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.98 301 berdasarkan tersebut, maka dapat diamati bahwa terdapat 1 orang siswa yang memiliki motivasi belajar dengan kategori “kurang”, 3 orang siswa yang memiliki motivasi belajar dengan kategori “sedang”, dan 26 orang siswa yang memiliki yang memiliki motivasi belajar dengan kategori “tinggi”. adapun dari segi nilai prestasi belajar, kita dapat melihat bahwa semua siswa di kelas viia smpn 1 baturetno sudah dapat meraih nilai tuntas kkm. jika hasil yang diperoleh pada akhir siklus i ini jelas telah berubah menjadi kategori “tinggi”. hasil positif ini juga sejalan dengan pencapaian nilai prestasi belajar. banyaknya siswa yang tuntas kkm pada akhir siklus i bisa mencapai 100%. selain itu, peneliti tidak menemukan kelemahan pada saat pelaksanaan siklus i. oleh karena itu, untuk memantapkan bukti bahwa pemanfaatan kuis kahoot dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar ips bagi siswa kelas viia smpn 1 baturetno semester 2 tahun 2019/2020, maka penelitian ini perlu dilanjutkan ke siklus ii. deskripsi hasil siklus ii proses pembelajaran pada siklus ii, guru melakukan hal yang sama dengan siklus i yaitu menyajikan proses pembelajaran ips diawali dengan menyajikan kuis kahoot. setelah kuis selesai, guru juga melakukan hal yang sama yaitu menyajikan pembelajaran dengan diskusi kelompok. selama proses pembelajaran dan diskusi berlangsung, guru juga melakukan pembimbingan bagi kelompok yang mengalami kesulitan, memandu jalannya presentasi, dan melakukan pengamatan terhadap sikap siswa terkait indikator motivasi belajar yang telah disiapkan dalam lembar pengamatan. dari hasil pengamatan guru terhadap sikap siswa selama proses pembelajaran juga diperoleh data yang relatif sama dengan kondisi siklus. siswa terlihat senang dan bersemangat ketika mengikuti kuis maupun menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. siswa terdorong untuk rajin membaca dan menjawab soal-soal latihan dengan benar. siswa tidak merasa terbebani. siswa tidak merasa bosan ataupun mengantuk. siswa terlihat menikmati proses pembelajaran. dari hasil pengamatan terhadap sikap siswa selama proses pembelajaran dan hasil tes prestasi belajar di akhir siklus ii juga diperoleh hasil yang menggembirakan yang dapat diamati melalui tabel berikut. tabel 2. motivasi dan prestasi belajar siklus ii aspek motivasi ketuntasan kurang sedang tinggi tuntas tidak tuntas banyaknya 1 3 26 30 0 persentase 3,33% 10,00% 86,67% 100% 0% berdasarkan tabel di atas, maka kita dapat mengamati bahwa terdapat 1 orang siswa yang memiliki motivasi belajar dengan kategori “kurang”, 3 orang siswa memiliki motivasi belajar dengan kategori “sedang”, dan 26 orang siswa memiliki motivasi belajar dengan kategori “tinggi”. adapun dari segi nilai prestasi belajar, kita juga dapat melihat bahwa semua siswa di kelas viia smpn 1 baturetno sudah dapat meraih nilai tuntas kkm. adanya peningkatan motivasi belajar ips pada diri siswa di kelas viia smpn 1 baturetno semester 2 tahun 2019/2020 yang diperoleh dari hasil pengisian lembar pengamatan oleh guru ternyata juga sejalan dengan angket yang diisi secara mandiri oleh siswa. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.98 302 tabel 3. rekap penilaian diri angket motivasi belajar no. indikator motivasi belajar skor % 1. pembelajaran ini diawali dengan hal yang menyenangkan 23 76,67% 2. saya merasa senang mengikuti pembelajaran ips dengan memanfaatkan game kahoot 28 93,33% 3. saya termotivasi untuk membaca materi pelajaran yang akan diajarkan 19 63,33% 4. saya tertantang untuk bisa menjawab dengan cepat dan benar agar menjadi pemenang dalam game kahoot 30 100,00% 5. saya tertarik dengan setiap pertanyaan dan tampilan game kahoot 26 86,67% 6. saya menjadi lebih aktif dalam belajar maupun membaca materi pelajaran 16 53,33% 7. pemanfaatan game kahoot memotivasi saya untuk menjawab soal-soal latihan 23 76,67% 8. saya selalu menantikan pembelajaran ips dengan game kahoot 25 83,33% 9. saya menjadi lebih perhatian dalam belajar ips bila guru memanfaatkan game kahoot 23 76,67% 10. saya tidak merasa bosan dalam mengikuti proses pembelajaran ips bila guru memanfaatkan game kahoot 27 90,00% berdasarkan tabel di atas terkait rekap hasil penilaian diri angket motivasi belajar ternyata dari 10 butir indikator yang diberikan terdapat 8 butir indikator yang memang benar-benar dirasakan oleh mayoritas siswa di kelas viia smpn 1 baturetno dan dipilih oleh lebih dari 75% siswa. hal ini membuktikan bahwa pengamatan oleh guru bersifat obyektif dan sejalan dengan apa yang dirasakan oleh siswa. mayoritas siswa terbukti merasa termotivasi dengan adanya pemanfaatan kuis kahoot dalam pembelajaran ips. dengan demikian, adanya peningkatan pada aspek motivasi maupun prestasi belajar yang terjadi pada siklus i dan siklus ii ini menunjukkan bahwa pemanfaatan kuis kahoot terbukti konsisten mampu meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar ips bagi siswa di kelas viia smpn 1 baturetno semester 2 tahun pelajaran 2019/2020. pembahasan hasil penelitian dengan membandingkan data penelitian yang diperoleh pada kondisi siklus i dan siklus ii terlihat bahwa pemanfaatan kuis kahoot di setiap awal pembelajaran ips di kelas viia smpn 1 baturetno semester 2 tahun pelajaran 2019/2020 menimbulkan adanya peningkatan baik ditinjau dari segi motivasi belajar maupun nilai tes prestasi belajar. berdasarkan pengamatan guru terhadap siswa maupun proses pembelajaran dari siklus i ke siklus ii telah terjadi peningkatan kualitas pembelajaran. proses pembelajaran yang semula kurang menarik motivasi siswa dalam belajar berubah menjadi sangat menarik. situasi kelas yang semula terasa kurang hidup berubah menjadi menyenangkan. pembelajaran yang biasanya kurang bervariasi menjadi terasa berbeda dan berkesan bagi siswa dengan adanya hal baru. siswa yang semula terlihat kurang bersemangat berubah menjadi bersemangat, baik ketika mengikuti kuis maupun membaca materi dan menyelesaikan tugas. siswa yang asyik berbicara dengan temannya berubah menjadi lebih memperhatikan dan asyik belajar. siswa terdorong untuk rajin membaca dan menjawab soal-soal latihan dengan benar. siswa tidak merasa terbebani. siswa tidak merasa bosan ataupun mengantuk. siswa terlihat menikmati proses pembelajaran. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.98 303 tabel 4. rekap motivasi belajar tiap siklus no. kategori kondisi siklus i siklus ii 1. tinggi 26 26 2. sedang 3 3 3. kurang 1 1 pada akhir siklus i maupun siklus ii mayoritas siswa telah berubah memiliki motivasi belajar dengan kategori “tinggi”. dari kondisi awal ke kondisi akhir, banyaknya siswa yang memiliki motivasi belajar dengan kategori “rendah” berkurang 3 orang, banyaknya siswa yang memiliki motivasi kategori “sedang” berkurang 15 orang, dan banyaknya siswa yang memiliki motivasi kategori “tinggi” meningkat 18 orang. peningkatan yang tajam pada banyaknya siswa yang memiliki motivasi belajar dengan kategori “tinggi” ini menunjukkan bahwa siswa benarbenar merasa termotivasi untuk belajar ips. hasil rekap pengamatan terhadap motivasi belajar yang dilakukan oleh guru juga diperkuat dengan penilaian diri terhadap angket motivasi belajar yang dilakukan oleh siswa pada akhir siklus ii. dari 10 butir indikator yang disedikan ternyata 8 butir diantaranya dipilih oleh lebih dari 75% siswa di kelas viia smpn 1 baturetno. hal ini menunjukan bahwa hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti sejalan dengan apa yang dirasakan oleh siswa dan pemanfaatan kuis kahoot terbukti mampu meningkatkan motivasi belajar ips bagi siswa di kelas viia smpn 1 baturetno semester 2 tahun pelajaran 2019/2020. pemanfaatan kahoot juga mampu memberikan kesan positif bagi siswa terhadap pembelajaran serta mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran. tabel 5. rekap nilai prestasi belajar tiap siklus no. uraian kondisi siklus i siklus ii 1. nilai tertinggi 100 100 2. nilai terendah 75 75 3. nilai rata-rata 84,33 90,33 4. tuntas kkm 30 30 5. belum tuntas kkm ketika guru sudah memanfaatkan kahoot pada awal proses pembelajaran, nilai prestasi belajar ips pada akhir siklus i dan siklus ii cenderung lebih baik. pada akhir siklus i, banyaknya siswa yang tuntas kkm 30 orang, nilai tertinggi 100, nilai terendah 75, dan rata-rata kelas 84,33. adapun pada akhir siklus ii, banyaknya siswa yang tuntas kkm ada 30 orang, nilai tertinggi 100, nilai terendah 75, dan rata-rata kelas 90,33. jadi, jika ditinjau dari banyaknya siswa yang tuntas kkm, dari kondisi awal ke siklus i meningkat 22 orang atau 73,33%. adapun dari siklus i ke siklus ii adalah tetap. oleh karena itu, dari kondisi awal ke kondisi akhir, pemanfaatan kahoot pada setiap awal proses pembelajaran ips terbukti mampu meningkatkan pencapaian nilai kkm siswa di kelas viia smpn 1 baturetno semester 2 tahun pelajaran 2019/2020 sebesar 22 orang atau meningkat 73,33%. adapun kenaikan nilai rata-rata kelas dari siklus i ke siklus ii meningkat sebesar 6,00. jadi, dari kondisi awal ke kondisi akhir, pemanfaatan kahoot pada setiap awal proses pembelajaran ips terbukti mampu meningkatkan pencapaian nilai rata-rata kelas siswa di kelas viia smpn 1 baturetno semester 2 tahun pelajaran 2019/2020 sebesar 21,66 atau meningkat 31,54%. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.98 304 simpulan berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran, serta hasil penilaian diri terkait isian angket motivasi belajar dan pencapaian nilai tes prestasi belajar pada akhir pembelajaran, pemanfaatan kahoot di setiap awal proses pembelajaran terbukti mampu meningkatkan motivasi dan prestasi belajar ips bagi siswa kelas viia smpn 1 baturetno semester 2 tahun pelajaran 2019/2020. siswa semakin antusias untuk mengikuti proses pembelajaran dan hasil penilaian harian pun menjadi lebih meningkat. oleh karena itu, berdasarkan bukti secara teoritik maupun empirik, dapat diperoleh kesimpulan bahwa pemanfaatan kahoot dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar ips bagi siswa kelas viia smpn 1 baturetno semester 2 tahun pelajaran 2019/2020. adapun saran yang dapat diberikan adalah karena pemanfaatan kahoot diawal proses pembelajaran terbukti dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar ips maka pembelajaran berbasis game ini perlu diteruskan dan dijadikan sebagai alternatif pada proses pembelajaran selanjutnya sedemikian hingga pembelajaran ips bisa lebih menarik. selain itu, pemanfaatan kahoot ini juga bisa diselang seling dengan media maupun pembelajaran lainnya agar pembelajaran ips lebih bervariasi dan tidak membosankan bagi siswa. daftar pustaka christina. 2019. modul teknologi pembelajaran: kahoot, jawa barat: cv jejak, anggota ikapi. dimyati dan mudjiyono. 2011. pengukuran prestasi belajar. jakarta: universitas terbuka. pemerintah indonesia. 2008. undang-undang republik indonesia nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik, jakarta: sekretariat negara. sardiman. 2011. interaksi & motivasi belajar mengajar. jakarta: raja grafindo persada. microsoft word 01-nur.docx vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.82 164 received : 13-01-2021 revised : 01-02-2021 published : 15-02-2021 peningkatan pretasi belajar pada mata pelajaran pendidikan agama islam dan budi pekerti materi sejarah perkembangan islam di indonesia melalui strategi index card match pada siswa smk nur khalimi smk wisudha karya kudus, indonesia nurkhalimi57@gmail.com abstrak tujuan yang mau digapai pada penelitian ini buat mengenali kenaikan hasil belajar anak didik pada mata pelajaran pendidikan agama islam serta budi pekerti dengan memakai bentuk index card match pada anak didik kelas xii pemesinan 1 smk wisudha karya kudus pada tahun ajaran 2019/2020. penelitian ini ialah penelitian tindakan kelas. penelitian dilaksanakan di kategori xii pemesinan 1 smk wisudha buatan bersih diawali bulan agustusoktokber 2019. poin penelitian ini merupakan 36 anak didik kelas xii pemesinan 1. konsep riset yang dipakai merupakan penelitian tindakan kelas (ptk). bersumber pada hasil penelitian membuktikan kalau bentuk penataran index card match bisa peningkatkan hasil belajar kelas xii pemesinan 1 smk wisudha buatan bersih pada tahun anutan 2019/2020. perihal itu ditunjukkan dengan bersumber pada hasil riset hasil aksi kategori yang terdiri dari 3 langkah, ialah pra siklus, siklus i, serta siklus ii, nampak kalau sehabis melaksanakan strategi penataran index card match, terjalin ketuntasan belajar dari pra siklus, siklus i serta setelah itu siklus ii. dari akuisisi hasil belajar anak didik, pada pra siklus, angka pada umumnya uji anak didik merupakan sebesar 65, 02 dengan ketuntasan belajar sebesar 25%. dari pra siklus ke siklus i, kenaikan nilai pada umumnya hasil belajar menggapai 76, 94 serta kenaikan ketuntasan belajar klasikal menggapai 66, 67%. sebaliknya pada siklus i ke siklus ii, ada kenaikan nilai pada umumnya hasil belajar anak didik ialah dari siklus i, yang awal 76, 94 jadi 82, 2 pada siklus ii. sebaliknya ketuntasan belajar dengan cara klasikal naik awal 66, 67% pada siklus i jadi 83, 33% pada siklus ii. pada pra siklus anak didik yang belum berakhir belajarnya sebesar 27 anak, sebaliknya pada siklus i anak didik yang belum berakhir terdapat 12 anak, serta pada siklus ii anak didik yang belum berakhir terdapat 6 anak. kata kunci: prestasi belajar; pendidikan agama islam; strategi index card match vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.82 165 abstract the purpose that will be achieved in this study to recognize the increase in the results of practicing students in the subjects of islamic religious learning and ethics by using the form of index card match in students grade xii pemesinan 1 smk wisudha karya kudus in the school year 2019 / 2020. this research is class action research. the research was conducted in category xii booker 1 smk wisudha buatan bersih beginning in augustoktokber 2019. this research point is 36 students of grade xii booker 1. the research concept used is class action research ( ptk). sourced from the results of research proves that the form of index card match management can improve the results of training class xii booker 1 smk wisudha artificial net in the year 2019 / 2020. the subject is shown by sourced from the research results of the action category consisting of 3 steps, is pre-cycle, cycle i, and cycle ii, it appears that after carrying out the strategy of index card match management, the completeness of practicing from pre-cycle, cycle i and after that cycle ii. from the acquisition of the results of practicing protégés, in pre-cycle, the figure is generally the test of students is 65,02 with the completedness of practicing by 25%. from pre-cycle to cycle i, the increase in value in general the results of practice reached 76, 94 and the increase in classical training completed reached 66.67%. conversely, in cycle i to cycle ii, there is an increase in the value in general the results of practicing protégés are from cycle i, which is the beginning of 76, 94 to 82, 2 in cycle ii. in contrast, the completeness of practicing in a classic way rose early from 66, 67% in cycle i to 83, 33% in cycle ii. in the pre-cycle of students who have not ended their learning by 27 children, on the contrary in the first cycle of the protégé that has not ended there are 12 children, and in the second cycle of the protégé that has not ended there are 6 children. keywords: study achievement; islamic religious education; index card match strategy pendahuluan pendidikan agama di lembaga pendidikan ialah pangkal dari pendidikan sekolah serta peranannya amat berarti untuk anak didik yang mana hendak memastikan kadaaan keagamaanya di setelah itu hari semacam di sekolah menengah, di perguruan tinggi ataupun dalam masyarakat, pendidikan disini ialah dasar ataupun dasar buat berikutnya. pendidikan agama islam ataupun pai pada dasarnya ialah usaha normatif buat menolong seorang ataupun sekelompok peserta didik dalam meningkatkan pemikiran hidup islam (gimana hendak menempuh serta menggunakan hidup dan kehidupan cocok dengan ajaran serta nilainilai islami), tindakan hidup islami, yang dimanifestasikan dalam keahlian hidup tiap hari. warga indonesia saat ini ini sudah diterpa suatu hegemoni serta akibat imperialisme dari negeri lain yang terjalin pada aspek sosial, adat, ekonomi, intelektual apalagi dalam pandangan ilmu serta teknologi. perihal itu jadi pemicu tumbuhnya nilai terkini dalam suatu karakter bangsa indonesia serta pendidikan agama. banyak orang atau warga yang bertukar pandang kalau kebahagiaan hidup atau tujuan hidup bisa berhasil serta bisa dinikmati dengan banyaknya modul serta tingginya kedudukan. pemikiran hidup semacam itu ialah sikap serta pola pikir yang salah, sebab tolok ukur kebahagian yang cuma didasarkan pada kebahagiaan di bumi saja, tanpa mempertimbangkan kehidupan yang lebih kekal serta kekal ialah kehidupan akhirat (rambe, 2018). pada uu no 20 tahun 2003 bab ii pasal 3 menarangkan mengenai tujuan pendidikan nasional merupakan buat membuat orang bermoral mulia. membuat peserta didik menguasai, mendalami serta mengamalkan nilainilai agama merupakan tujuan pendidikan agama (pp no. 55 tahun 2007 bab ii pasal 2 ayat 2). uu serta pp itu jadi injakan dasar pengaturan pendidikan vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.82 166 agama di sekolah untuk mentransformasi wawasan agama pada peserta didik, diinternalisasikan serta jadi kepribadiannya dalam kehidupan tiap hari. sebaliknya kegiatan belajar di sekolah ialah inti dari cara pendidikan di sekolah. belajar ialah alat penting untuk peserta didik dalam menggapai tujuan penataran selaku faktor cara pendidikan di sekolah. sebaliknya membimbing ialah perlengkapan penting untuk guru selaku pengajar serta guru dalam menggapai tujuan penataran selaku cara pendidikan di kategori (laksana & wawe, 2015). tujuan penataran dalam sesuatu aktivitas penataran cuma bisa digapai bila terdapat interaksi belajar membimbing antara guru serta peserta didik dalam cara penataran di kelas. interaksi itu wajib dalam cara komunikasi yang aktif serta edukatif antara guru dengan peserta didik yang silih profitabel kedua koyak pihak supaya cara penataran bisa berjalan dengan cara berdaya guna serta efisien. cuma dengan cara pendidikan yang bagus, tujuan penataran bisa digapai alhasil peserta didik hadapi pergantian sikap lewat aktivitas belajar. pergantian itu dalam maksud bisa menumbuhkembangkan potensipotensi yang dipunyanya alhasil peserta didik bisa mendapatkan manfaatnya dengan cara langsung dalam kemajuan pribadinya. dalam perihal ini, pergantian itu terpaut hal hasil belajar yang didapat peserta didik lewat pendidikan yang dicoba guru di kelas (nurmala, et al, 2014). merujuk pada sebagian paparan informasi serta teori yang telah diulas itu, hingga bila berhubungan dengan kenyataan pendidikan di indonesia berusia ini lumayan dialami bosan untuk sebagian peserta didik sebab tata cara pendidikannya yang dikira monoton serta cuma terkonsentrasi dengan fatwa guru pada anak didik. kenyataan di lapangan membuktikan cara pendidikan lebih berfokus pada guru. guru mengantarkan modul pelajaran dengan mengirim rancangan modul serta peserta didik menghapal data factual (sulastri, 2013). peserta didik tidak dibiasakan buat meningkatkan kemampuan berpikirnya alhasil peserta didik malas berasumsi dengan cara mandiri serta tidak inovatif. sesungguhnya penguasa sudah bersusah lelah buat lalu meningkatkan pendidikan yang bagus buat dipakai oleh pengajar ataupun peserta didik, tetapi penguasa tidak memandang apakah usaha itu sanggup membuat anak didik menyesuaikan diri dalam waktu singkat (surur & urfi, 2017). penerapan pendidikan yang dicoba di dalam kategori terdapat sebagian permasalahan yang kerap timbul ialah, minimnya bersemangat peserta didik buat menyambut materi pelajaran, minimnya kegiatan yang mengaitkan peserta didik dalam pendidikan, serta minimnya uraian peserta didik dalam belajar, alhasil hasil belajarnya kurang melegakan. peserta didik cuma menunggu apa yang hendak di informasikan oleh guru sebaliknya materi pelajaran yang terdapat di sekolah amat banyak buat dituntaskan oleh peserta didik. seluruh materi pelajaran itu wajib dipelajari serta dimengerti peserta didik dalam durasi yang telah didetetapkan. salah satu aspek yang mendukung kesuksesan dalam cara belajar membimbing merupakan tersedianya alat pendidikan yang mencukupi dan bentuk serta tata cara pendidikan yang cocok. media pendidikan bisa berbentuk perlengkapan tolong belajar. sebaliknya bentuk serta tata cara pendidikan merupakan konsep dan metode guru dalam mengantarkan modul pada anak didik (al-suwartiani, 2017). bersumber pada temuan depdiknas (2007:5) ada sebagian kasus penerapan standar isi mata pelajaran pai ialah guru sedang mengarah pada buku bacaan, peruntukan durasi yang diserahkan lumayan singkat sebaliknya materi yang wajib diserahkan lumayan banyak, pelajaran sedang mengarah pada hafalan, tata cara yang diaplikasikan guru mengarah pada kegiatan guru bukan kegiatan anak didik alhasil pendidikan sedang berfokus pada guru (teacher centered). vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.82 167 bersumber pada hasil observasi peneliti dikelas xii pemesinan 1 smk wishudha karya kudus tahun pelajaran 2019 atau 2020 membuktikan kalau sehabis diadakan evaluasi selaku tahap buat mengenali tingkatan kesuksesan sesuatu penataran lewat uji formatif, membuktikan hasil belajar yang sedang kecil ataupun belum menggapai standar kriteria ketuntasan minimun (kkm) sebesar 75. standar kreteria ketuntasan minimun yang diresmikan pada mata pelajaran pai yang dihitung bersumber pada jumlah kompetensi dasar merupakan 75. dari 36 orang anak didik kelas xii pemesinan 1 yang menjajaki uji tahap prasiklus didapat hasil belajar yang menggapai standar kkm yang kecil. perihal itu diarahkan dari 36 orang anak didik kelas xii pemesinan 1 yang menggapai angka kkm 75 sebesar 9 anak didik (25% tuntas belajarnya) serta lebihnya ada 27 anak didik (75% belum tuntas belajarnya) ataupun belum menggapai standar kkm sebesar 75. oleh sebab diperlukan suatu strategi pendidikan terkini dalam menolong tingkatkan hasil belajar anak didik salah satunya merupakan dengan memakai strategi index card match strategi index card match maksudnya mencari pendamping. strategi index card match ialah strategi yang dipakai pengajar dengan arti mengajak peserta didik buat menciptakan jawaban yang sesuai dengan persoalan atau statment yang disiapkan. strategi ini merupakan strategi yang mengasyikkan lagi aktif buat meninjau balik materi pelajaran. tujuan dari strategi ini merupakan buat memudahkan partisipan mengenang modul yang sudah di informasikan supaya tidak gampang lupa. sebaliknya identitas strategi index card match merupakan buat mengenang modul dengan metode mencari bukti statment dengan pendamping, kartu diserahkan dalam wujud statment, dijalani oleh 2 orang ataupun berduaan serta mempunyai alur berasumsi deduktif (febrianto, 2011). index card match merupakan sesuatu strategi penataran yang mengajak anak didik buat belajar aktif, yang bermaksud supaya anak didik sanggup berlagak aktif serta ingin berkolaborasi dengan kelompoknya buat memecahkan sesuatu permasalahan, memiliki ketrampilan dalam mengatakan ilham ataupun buah pikiran serta menolong anak didik supaya tidak gampang lupa kepada modul pelajaran yang sudah diperoleh. aplikasi strategi index card match ialah reaksi yang bagus kepada kemajuan strategi penataran yang dipakai dalam cara pendidikan fiqih, yang ialah aspek riset berarti yang wajib dikenal serta diamalkan oleh anak didik dalam kehidupan tiap hari (situmorang & hasanah, 2016). bersumber pada penelitian terdahulu oleh aprilia (2012) membuktikan kalau aksi yang sudah sukses diserahkan sepanjang penerapan pendidikan ialah melaksanakan pemodelan saat sebelum anak didik melaksanakan observasi serta eksperimen, serta membimbing anak didik dengan cara totalitas buat mengenali kesusahan yang dirasakan anak didik sepanjang penerapan pendidikan. bisa disimpulkan kalau aplikasi pendekatan index card match bisa tingkatkan hasil belajar anak didik kelas ii sdn 2 cibogo kecamatan lembang kabupaten bandung barat pada mata pelajaran ips. perihal itu dibuktikan dengan persentase kenaikan nilai ips anak didik kelas iib ialah pada siklus i didapat 11 anak didik ataupun 45,83% anak didik, pada siklus ii didapat 21 anak didik ataupun 87,5% anak didik serta pada siklus iii bertambah jadi 23 anak didik ataupun 95,8% anak didik sudah meraih kkm. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.82 168 kajian teori prestasi belajar sebutan hasil belajar terdiri dari 2 tutur, ialah hasil serta belajar. sebutan hasil di dalam kamus ilmiah terkenal didefinisikan selaku hasil yang sudah diraih. bagi noehi nasution, menyimpulkan kalau “belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respons utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itu bukan disebabkan oleh adanya perubahan sementara karena sesuatu hal” (hamdu & agustina, 2011). hasil belajar amat berarti di sekolah ini dibantu dengan kedudukan seseorang guru, peningkatan seseorang guru hendak mengarah pada peningkatan hasil anak didik (lott & kenny, 2013) hasil anak didik diukur dari hasil yang diperoleh (timperley, h& alton lee a, 2008) berbentuk angka serta cocok dengan standar uji, bermaksud buat pencapaian hasil yang diperoleh cocok dengan sasaran (geel, 2015). pendidikan seseorang anak didik bisa ditafsirkan dalam hasil akademik (rosati, f. c & rossi, meter, 2003) hasil anak didik dengan uji standar nasional bisa memudahkan serta membolehkan buat melaksanakan analogi keahlian antara anak didik (kamphuis. f & moelands. f, 2000) orangtua, sekolah serta tindakan orang bisa pengaruhi hasil belajar anak didik itu (glewwe, p, 1996). anak didik wajib mempunyai anggapan positif mengenai belajar mereka, mengenai suasana belajar mereka apalagi dengan area belajar mereka sebab dari aspek itu bisa bermaksud buat kenaikan hasil belajar dari anak didik serta selaku dorongan dalam kemauan buat belajar, buat terwujud pula keahlian serta kemampuan (faisa, 2015) fungsi prestasi belajar bagi sirait (2016) hasil belajar memiliki sebagian peranan berikut ini: a. sebagai indikator kualitas serta kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. b. sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu c. sebagai bahan informasi pada inovasi pendidikan. d. sebagai indikator intern werta ekstern dari suatu institusi pendidikan e. bisa dijadikan selaku indikator terhadap daya serap anak didik faktor yang mempengarhui prestasi belajar faktorfaktor yang pengaruhi hasil belajar bisa digolongkan jadi 2, ialah aspek internal serta aspek ekstern. aspek internal merupakan aspek yang terdapat dalam diri orang yang lagi belajar, sebaliknya aspek ekstern merupakan aspek yang terdapat di luar individul (mulyaningsih, 2014). factor internal mencakup aspek fisiologis, kecerdasan ataupun intelegensi, kemampuan, minat, perhatian, serta dorongan siswa. adapun factor ektern meliputi factor keluarga, factor sekolah, dan lingkungan masyarakat (oktavianingtyas, 2013). strategi index card match strategi index card match merupakan strategi “mencari pasangan kartu” yang dipakai buat mengulangi modul penataran yang sudah diserahkan tadinya. tetapi begitu, meteri terkini juga sudah dapat diajarkan dengan strategi ini dengan memo, peserta didik diberi kewajiban menekuni topik yang hendak diajarkan terlebih dulu, alhasil kala masuk kategori mereka telah mempunyai bekal wawasan (rambe, 2018). vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.82 169 langkah-langkah strategi index card match ada pula tahap-tahap strategi index card match bagi rambe (2018) ialah berikut ini: a. menyiapkan seluruh tipe serta wujud perlengkapan buat memotong kertas dalam pembuatan kartu. b. buat potonganpotongan kertas sebesar jumlah anak didik yang terdapat didalam kategori. c. bagilah kertaskertas itu jadi 2 bagian yang serupa. d. pada setengah bagian, catat persoalan mengenai modul yang hendak diajarkan. e. pada setengah kertas yang lain, catat balasan dari pertanyaanpertanyaan yang telas terbuat. f. kocoklah seluruh kertas alhasil hendak teraduk antara pertanyaan serta balasan. g. tiap anak didik diberi satu kertas. jelaskan kalau ini merupakan kegiatan yang dicoba berpasangan. setengah anak didik hendak memperoleh pertanyaan serta setengah yang lain hendak memperoleh jawaban. h. mintalah pada anak didik buat menciptakan pasangan mereka. bila terdapat yang telah menciptakan pendamping, mintalah pada mereka buat bersandar berdekatan. jelaskan pula supaya mereka tidak memberitahu modul yang mereka miliki pada sahabat yang lain. i. sehabis anak didik menciptakan pasangan serta bersandar bersebelahan, mintalah pada tiap pendamping dengan cara bergantian buat membacakan pertanyaan yang didapat dengan keras pada temannya yang lain. berikutnya pertanyaan itu dijawab oleh pasangannya. j. akhir cara ini dengan membuat keterangan serta kesimpulan. kelebihan dan kelemahan strategi index card match kelebihan strategi index card match: a. meningkatkan kebahagiaan dalam aktivitas belajar mengajar. b. modul pelajaran yang di informasikan lebih menarik atensi anak didik. c. sanggup menghasilkan suasana belajar yang aktif serta menyenagkan. d. sanggup tingkatkan hasil belajar anak didik meraih taraf ketuntasan belajar. e. evaluasi dicoba bersama pengamat serta pemain. kelemahan strategi index card match: a. menginginkan waktu yang lama untuk anak didik buat menuntaskan kewajiban. b. guru wajib menyediakan waktu yang lebih. c. lama buat membuat perencanaan. d. guru wajib mempunyai jiwa demokratis serta keahlian yang mencukupi dalam perihal pengurusan kelas. e. menuntut watak khusus dari anak didik ataupun kecenderungan buat bertugas serupa dalam menuntaskan permasalahan alhasil suasana kelas jadi riuh serta bisa mengusik kelas.. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.82 170 metode penelitian pendekatan dan jenis penelitian penelitian ini ialah penelitian aksi kelas (classroom action research). bentuk desain yang dipakai dalam riset ini merupakan bentuk kemmis serta mctaggart dimana cara penelitian aksi ialah cara siklus balik ataupun siklus. aktivitas ini dilaksanakan dalam sebagian langkah ialah perancangan, penerapan, observasi, serta refleksi. penelitian ini dilaksanakan pada 2 siklus. subyek penelitian penelitian ini dilaksanakan di kelas xii pemesinan 1 smk wisudha buatan bersih pelajaran pendidikan agama islam. pada riset ini subyek penelitiannya merupakan anak didik kelas xii pemesinan 1, total 36 siswa. hasil penelitian prasiklus dari informasi dini yang didapat pada aktivitas penelitian, nampak kalau beberapa besar guru sedang kesulitan menggunakan elearning yang bagus serta menarik. pendapatan hasil belajar pra siklus dihidangkan dalam tabel: bersumber pada tabel diatas membuktikan kalau, pada prasiklus yang sudah dicoba diterima hasil kalau dari 36 anak didik kelas xii pemesinan 1 smk wisudha buatan bersih ada 9 anak didik ataupun 25% sudah meraih nilai kkm 75 ataupun lolos, sebaliknya 27 anak didik ataupun 75% tidak meraih nilai kkm 75 ataupun tidak lolos dengan nilai pada umumnya kategori sebesar 65,02. situasi kategori semacam ini membuktikan kekalahan dalam cara pendidikan, alhasil seakan penataran yang dicoba oleh guru tidak terdapat maksudnya, alhasil tanpa penataran juga keahlian anak didik semacam itu. situasi itu dengan cara lebih nyata ditunjukkan pada bagan mengenai ketuntasan belajar mata pelajaran pendidikan agama islam serta budi akhlak pada anak didik kelas xii pemesinan 1 smk wisudha karya kudus pada situasi prasiklus dihidangkan pada diagram 1 ini: vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.82 171 gambar 1. hasil belajar prasiklus siswa kelas xii pemesinan 1 smk wisudha karya kudus siklus 1 pelaksanaan tindakan pada siklus i dilaksanakan pada bulan agustus – oktokber 2019 yang dilaksanakan sebagai berikut: 1. perencanaan tindakan a. menyusun rencana tindakan penerapan strategi pendidikan index card match b. guru berdiskusi terkait permasalahan yyang muncul c. membuat potongan kartu yang berisi pertanyaan d. membuat potongan kartu yang berisi jawaban e. kisi-kisi soal f. soal-soal tes 2. pelaksanaan tindakan a. membagi peserta didik menjadi 2 kelompok b. kelopok 1 menemukan kartu berbentuk persoalan, sebaliknya kelopok yang kedua menapat kartu berbentuk jawaban c. peneliti berikan pengarahan pada anak didik supaya aktivitas berjalan dengan optimal d. periset melaksanakan observasi dengan memakai lembar observasi yang sudah disiapkan e. peneliti membagikan uji pada anak didik diakhir siklus buat mengenali kemampuan materi pelajaran yang terkini diulas dalam kelompok. 3. observasi observasi ini dicoba buat mengenali hasil belajar anak didik serta dipakai buat mencermati cara pendidikan berlangsung. pada siklus i ini, hasil belajar anak didik yang didapat telah hadapi kenaikan apabila dibanding dengan situasi dini saat sebelum penerapan tindakan, tetapi sedang belum meraih indikator kesuksesan yang didetetapkan ialah dengan kkm 75. hasil belajar pada siklus i ini merupakan nilai pada umumnya 76, 94 dengan ketuntasan belajar 66, 67% begitu juga tabel dibawah ini: 25% 75% hasil belajar prasiklus siswa kelas kelas xii pemesinan 1 smk wisudha karya kudus lulus tidak lulus vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.82 172 bersumber pada tabel diatas membuktikan kalau, pada siklus i yang sudah dicoba diterima hasil kalau dari 36 anak didik kelas xii pemesinan 1 smk wisudha buatan bersih ada 24 anak didik ataupun 66,67% sudah menggapai angka kkm 75 ataupun lolos, sebaliknya 12 anak didik ataupun 33,33% tidak menggapai nilai kkm 75 ataupun tidak lolos dengan nilai pada umumnya kelas sebesar 76,94. pada pendapatan hasil belajar siklus i membuktikan terdapatnya kenaikan dibanding dengan hasil belajar pada langkah pra siklus. ada pula hasil belajar anak didik kelas xii pemesinan 1 smk wisudha karya kudus dilhat pada diagram berikut: gambar 2. hasil belajar prasiklus siswa kelas xii pemesinan 1 smk wisudha karya kudus tahun pelajaran 2019/2020 siklus ii siklus ii dilaksanakan pada bulan agustus-oktokber oktober 2019 dengan sub pokok bahasan “sejarah perkembangan islam di indonesia”. kegiatan yang dilakukan pada siklus ii terdiri atas 4 tahap utama yang wajib dicoba ialah konsep aksi, pelaksanaan tindakan, observasi serta refleksi ialah: 1. perencanaan bersumber pada hasil refleksi siklus ii, dicoba sebagian perbaikan dengan cara teknis. peneliti tingkatkan aktivitas anak didik dalam menjajaki cara pendidikan. tidak hanya dengan metode tingkatkan aktivitas anak didik, pula menghasilkan strategi pendidikan index card match yang mengasyikkan. supaya kartukartu nampak menarik, hingga kartukartu index card match itu dikasih gambar yang menarik. di sisi itu, peneliti 66,67% 33,33% hasil belajar prasiklus siswa kelas xii pemesinan 1 smk wisudha karya kudus tahun pelajaran 2019/2020 lulus tidak lulus vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.82 173 pula menata fitur pendidikan berbentuk: rpp, bagian kartu yang bermuatan persoalan serta balasan, kisikisi pertanyaan, serta soalsoal uji. 2. pelaksanaan tindakan penelitian aksi kategori pada siklus ii mengenakan referensi penerapan aksi dicoba pada siklus i yang sedang hadapi kekurangan. dengan impian kekurangan yang dirasakan pada siklus i hendak diperbaiki pada siklus ii penerapan bersumber pada skrip pendidikan yang telah disiapkan pada langkah pemograman. peneliti membagikan bimbingan supaya anak didik bisa melakukan tugasnya dengan bagus tercantum menguraikan dengan cara pendek mengenai tujuan pendidikan yang akan digapai serta langkahlangkah yang wajib dicoba anak didik. penyampaian tujuan dimaksudkan supaya anak didik lebih terencana dalam mangulas modul pelajaran. sebaliknya tahap kerjadi maksudkan supaya anak didik mengenali apa yang wajib dilaksanakan alhasil kegiatan jadi lebih efektif. 3. observasi bersumber pada hasil yang didapat pada penerapan siklus ii diperoleh hasil belajar anak didik pada mata pelajaran pendidikan agama islam dam budi pekerti dengan modul sejarah perkembangan islam di indonesia di kelas xii pemesinan 1 smk wisudha karya bersih pada tahun pelajaran 2019 atau 2020 membuktikan kalau ada kenaikan hasil belajar pendidikan agama islam dam budi pekerti yang penting dibandingka siklus tadinya. bersumber pada hasil aksi pada siklus ii di kelas xii pemesinan 1 smk wisudha buatan bersih tahun pelajaran 2019 atau 2020 membuktikan kalau hasil belajar anak didik hadapi kenaikan ketimbang pada langkah siklus i. ada pula hasil belajar anak didik kelas xii pemesinan 1 smk wisudha karya kudus merupakan berikut : bersumber pada tabel diatas membuktikan kalau, pada siklus ii yang sudah dicoba diterima hasil bahwa dari 36 anak didik kategori xii pemesinan 1 smk wisudha karya kudus ada 30 anak didik ataupun 83, 33% sudah meraih nilai kkm 75 ataupun lolos, sebaliknya 6 anak didik ataupun 11, 67% tidak menggapai nilai kkm 75 ataupun tidak lolos, dengan niai pada umumnya kategori sebesar 82, 2. pada akuisisi hasil belajar siklus ii membuktikan terdapatnya kenaikan dibanding dengan hasil belajar pada langkah siklus i. ada pula hasil belajar anak didik kelas xii pemesinan 1 smk wisudha karya kudus tahun pelajaran 2019 atau 2020 bisa dilhat pada diagram: vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.82 174 4. refleksi bersumber pada hasil penelitian siklus i, setelah itu dicoba refleksi kepada langkah langkah yang sudah dilaksanakan. hasil refleksi itu merupakan penerapan siklus ii yang ditatap telah lumayan dalam tingkatkan hasil belajar peserta didik pada modul utama sejarah perkembangan islam di indonesia. perihal ini dibuktikan dengan informasi hasil uji siklus ii, membuktikan terdapatnya kenaikan hasil belajar dari siklus i. perihal ini ditunjukkan dari nilai pada umumnya kategori pada siklus i sebesar 76, 94 sebaliknya pada siklus ii bertambah jadi 82, 2. hasil itu membuktikan kalau pada siklus ii telah penuhi batasan ketuntasan belajar. realitas ini membuktikan kalau anak didik telah dapat menguasai modul mengenai sejarah perkembangan islam di indonesia dengan bagus. kenaikan itu terjalin sebab sebagian perihal antara lain aktivitas anak didik yang telah maksimum pada cara pendidikan, telah terjalin kegiatan serupa yang bagus dampingi pendamping pada penerapan strategi pendidikan index card match, serta perhatian anak didik yang telah seluruhnya kepada pelajaran. hasil penelitian dan pembahasan bersumber pada hasil penelitian hasil aksi kelas yang terdiri dari 3 langkah, ialah pra siklus, siklus i, serta siklus ii, nampak kalau sehabis melaksanakan strategi pendidikan index card match, terjalin ketuntasan belajar dari pra siklus, siklus i serta setelah itu siklus ii. dari perolehan hasil belajar anak didik, pada pra siklus, angka pada umumnya uji anak didik merupakan sebesar 65, 02. dari pra siklus ke siklus i, kenaikan angka pada umumnya hasil belajar meraih 76, 94. sebaliknya pada siklus i ke siklus ii, ada kenaikan nilai pada umumnya 82, 2 pada siklus ii. pada pra siklus anak didik yang belum berakhir belajarnya sebesar 27 anak, sebaliknya pada siklus i anak didik yang belum berakhir terdapat 12 anak, serta pada siklus ii anak didik yang belum berakhir terdapat 6 anak. terdapatnya kenaikan angka pada umumnya hasil belajar anak didik ataupun ketuntasan belajar dengan cara klasikal vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.82 175 membuktikan kalau tingkatan uraian anak didik kepada modul yang diserahkan hadapi kenaikan. kenaikan yang terjalin sebab terdapatnya cara belajar yang membuat sesuatu upaya yang benarbenar dengan memakai seluruh kemampuan anak didik, bagus fisik maupunnon raga. kenaikan uraian anak didik itu pula disebabkan terdapatnya keikutsertaan anak didik sepanjang cara pendidikan. cara penataran pada siklus i dengan memakai strategi penataran index card match didapat nilai pada umumnya uji hasil belajar anak didik ialah 76, 94. dari hasil belajar anak didik siklus i bisa dikenal kalau ketuntasan belajar dengan cara klasikal dengan penanda tingkatan kesuksesan 66, 67% yang sudah diresmikan tadinya belum berhasil. kasus yang mengakibatkan hasil belajar anak didik belum penuhi impian dilatar belakangi oleh sebagian perihal antara lain merupakan kedisiplinan serta aktivitas anak didik yang belum maksimal pada dikala pendidikan. dari observasi siklus i didapat penemuan antara lain sedang banyak anak didik yang nampak pasif serta kurang sungguhsungguh dalam penataran. perihal ini disebabkan pengurusan waktu dan pengurusan kategori oleh guru sedang kurang bagus. tidak hanya itu pula dalam membagikan dorongan serta edukasi kepada peserta didik kurang nyata serta menyeluruh alhasil peseta didik merasa sedikit kesusahan. terdapatnya kenaikan pada umumnya nilai uji ataupun ketuntasan belajar membuktikan kalau tingkatan uraian anak didik kepada materi utama hadapi kenaikan. kenaikan hasil belajar pada siklus ii disebabkan terdapatnya keikutsertaan serta aktivitas anak didik yang telah maksimal pada dikala penataran berlangsung. perihal ini ditunjukkan oleh hasil observasi yang hadapi kenaikan pada penanda tindakan positif anak didik serta mengarah menyusut pada penanda sikap negatif anak didik. bersumber pada refleksi pada siklus i, penerapan siklus ii oleh guru telah lumayan bagus dengan fakta pengurusan durasi serta pengurusan kategori yang telah cocok dengan konsep pendidikan. di sisi itu, pesertadidik telah dapat menjajaki pendidikan dengan strategi pendidikan index card match. dengan ikut serta dengan cara langsung serta aktif dalam penataran, anak didik hendak lebih teliti serta lebih kokoh pemahamannnya, dan memantapkan daya ingatnya, alhasil dengan cara otomatis bisa tingkatkan hasil belajar anak didik. lewat strategi pendidikan index card match suasana yang terdapat di kategori hendak jadi terus menjadi menarik dan mengasyikkan serta ini ialah salah satu wujud motivator untuk anak didik alhasil menjadikannya lebih antusias serta bersemangat dalam menjajaki pelajaran. dengan begitu, strategi pendidikan index card match bisa dipakai selaku strategi pendidikan pengganti buat tingkatkan hasil belajar anak didik dan ketuntasan belajar anak didik dengan cara klasikal pada modul utama sejarah perkembangan islam di indonesia. bersumber pada hasil penelitian membuktikan kalau aplikasi strategi pendidikan index card match bisa tingkatkan hasil belajar pendidikan agama islam serta budi pekerti pada modul asal usul kemajuan islam di indonesia kelas xii pemesinan 1 smk wisudha buatan bersih tahun pelajaran 2019 atau 2020. perihal itu diarahkan bersumber pada hasil penelitian hasil aksi kategori yang terdiri dari 3 langkah, ialah pra siklus, siklus i, serta siklus ii, nampak kalau sehabis melaksanakan strategi pendidikan index card match, terjalin ketuntasan belajar dari pra siklus, siklus i serta setelah itu siklus ii. dari akuisisi hasil belajar anak didik, pada pra siklus, nilai pada umumnya uji anak didik merupakan sebesar 65, 02 dengan ketuntasan belajar sebesar 25%. dari pra siklus ke siklus i, kenaikan angka pada umumnya hasil belajar menggapai 76, 94 serta kenaikan ketuntasan belajar klasikal menggapai 66, 67%. sebaliknya pada siklus i ke siklus ii, ada kenaikan angka pada umumnya hasil belajar anak didik ialah dari siklus i, yang awal 76, 94 jadi 82, 2 pada siklus ii. sebaliknya ketuntasan belajar dengan cara klasikal naik vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.82 176 awal 66, 67% pada siklus i jadi 83, 33% pada siklus ii. pada pra siklus anak didik yang belum berakhir belajarnya sebesar 27 anak, sebaliknya pada siklus i anak didik yang belum berakhir terdapat 12 anak, serta pada siklus ii anak didik yang belum berakhir terdapat 6 anak. terdapatnya kenaikan nilai pada umumnya hasil belajar anak didik ataupun ketuntasan belajar dengan cara klasikal membuktikan kalau tingkatan uraian anak didik kepada modul yang diserahkan hadapi kenaikan. kenaikan yang terjalin sebab terdapatnya cara belajar yang membuat sesuatu upaya yang benarbenar dengan memakai seluruh kemampuan anak didik, bagus raga maupunnon fisik. kesimpulan bersumber pada hasil penelitian membuktikan kalau penerapan bentuk pendidikan index card match bisa tingkatkan hasil belajar pai pada anak didik kelas xii pemesinan 1 smk wisudha karya kudus tahun ajaraan 2019/2020. saran bersumber pada hasil hasil kesimpulan di atas hingga saran yang bisa peneliti bagikan merupakan berikut ini: 1. guru diharapkan bisa meningkatkan daya cipta dalam melakukan pendidikan alhasil anak didik bergairah dalam cara pendidikan. tidak hanya itu guru bisa lebih memotivasi anak didik buat lebih aktif alhasil terangkai komunikasi yang bagus antara anak didik dengan anak didik atau antara guru dengan anak didik. 2. bentuk pendidikan index card match butuh dibesarkan serta diaplikasikan pada materi yang lain alhasil bisa tingkatkan aktivitas anak didik serta bisa mengoptimalkan hasil pendidikan. daftar rujukan al suwartiani, s. (2017). metode index card untuk meningkatkan hasil belajar mapel ips kelas vi sd. jurnal pendidikan: riset dan konseptual, 1(1), 1-6. bima, a. f., & widodo, w. (2017). penerapan strategi pendidikan index card match untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi termodinamika. jurnal penelitian pendidikan fisika, 8(1). faisa, m. (2015). associations between approaches to study, the learning. journal of taibah university medical sciences , 10 (1), 56-65. febriyanto, g. (2011). upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode index card match pada mata pelajaran ipa terhadap siswa kelas iv sd negeri 2 tanjungsari rembang tahun ajaran 2011/2012 (doctoral dissertation, universitas muhammadiyah surakarta). glewwe, p. (1996). the relevance of standard estimates of rates of return to schooling for education policy: a critical assessment. journal of development economics , 51 (2), 267–290. kamphuis. f & moelands. f. (2000). a student monitoring system. educational measurement: issues and practice , 4 (19), 28-30. laksana, d. n. l., & wawe, f. (2015). penggunaan media berbasis budaya lokal dalam pendidikan ipa untuk meningkatkan aktivitas belajar dan pemahaman konsep ipa siswa sekolah dasar. jurnal ilmiah pendidikan citra bakti, 2(1), 27-37. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.82 177 lott, j., & kenny, l. w. (2013). state teacher union strength and student achievement. economics of education review (35), 93–103. nurmala, d. a., tripalupi, l. e., & suharsono, n. (2014). pengaruh motivasi belajar dan aktivitas belajar terhadap hasil belajar akuntansi. jurnal pendidikan ekonomi undiksha, 4(1). rambe, r. n. k. (2018). penerapan strategi index card match untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa indonesia. jurnal tarbiyah, 25(1). rosati, f. c & rossi, m. (2003). children's working hours and school enrollment: evidence from pakistan and nicaragua. world bank economic review , 17 (2), 283–295. sirait, e. d. (2016). pengaruh minat belajar terhadap prestasi belajar matematika. formatif: jurnal ilmiah pendidikan mipa, 6(1). sulasteri, s. (2013). faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa jurusan pendidikan matematika fakultas tarbiyah dan keguruan uin alauddin makassar. mapan: jurnal matematika dan pendidikan, 1(1), 151-177. timperley, h & alton-lee a. (2008). reframing teacher professional learning alternative policy approach to strengthening valued outcomes for diverse learners. review of research in education , 32, 328-369. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.47 241 received : 07-09-2020 revised : 19-10-2020 published : 15-11-2020 peningkatan kompetensi widyaiswara dalam penulisan karya ilmiah melalui pelatihan kti darusman darusman, widyaiswara bapelkes provinsi aceh, indonesia darusmanskmmkes63@gmail.com abstrak: tujuan penelitian ini mendeskripsikan peningkatan kompetensi widyaiswara melalui pelatihan penulisan karya ilmiah. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain fenomenologi. metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan teknik. teknik analisis datanya menggunakan model interaktif dengan proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. hasil penelitian ini antara lain keterampilan dosen dalam menulis kti sudah cukup, walaupun ada beberapa aspek yang harus ditingkatkan. beberapa kendala widyaiswari dalam menyusun kti terkait dengan peluang, penelitian pustaka, fasilitas pendukung yang terbatas dan motivasi yang kurang. beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan dalam penyiapan kti adalah melalui pelatihan pelatih, pelatihan, mengikuti webinar, bengkel kerja, memperbanyak literasi hasil penelitian sebelumnya, dan mengikuti kegiatan tutorial di youtube. abstract: the purpose of this research is to describe the improvement of widyaiswara's competence through scientific writing training. this study uses a qualitative approach with a phenomenological design. methods of data collection using interviews, observation, and documentation study. technique validity of data using source and technique triangulation. the data analysis technique uses an interactive model with the process of data collection, data reduction, data presentation and conclusion drawing. the results of this study include the skills of lecturers in writing kti which are sufficient, although there are several aspects that must be improved. some of widyaiswari's obstacles in preparing kti are related to opportunities, literature research, limited supporting facilities and lack of motivation. some of the efforts made to improve skills in kti preparation are through trainer training, training, attending webinars, workshops, increasing literacy of previous research results, and participating in tutorial activities on youtube. kata kunci: competence, scientific writing, education and training mailto:darusmanskmmkes63@gmail.com vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.47 242 pendahuluan widyaiswara merupakan salah satu jabatan fungsional yang cukup menentukan dalam berjalannya roda pemerintahan, terutama dalam mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) dan membentuk lembaga pemerintah yang bersih (clean government). widyaiswaralah menjadi salah satu unsur yang membangun karakter dan kompetensi aparatur sipil negara (asn) melalui kegiatan pendidikan, pengajaran, dan pelatihan. oleh karena itu, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kapasitas asn perlu terus dikembangkan agar dapat menjalankan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat yang berkualitas. keberhasilan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan ditentukan oleh empat pilar kediklatan, yaitu widyaiswara, program diklat, penyelenggara diklat yang melayani para peserta, dan tersedianya sarana prasarana. keempat pilar ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. salah satu bentuk keberhasilan pendidikan dari aspek kewidyaiswaraan adalah memiliki kompetensi dalam menulis dan menyusun karya tulis ilmiah sebagai unsur pokok untuk naik ke jabatan yang lebih tinggi. hal tersebut dikarenakan salah satu unsur yang dapat dikatakan sulit untuk memperoleh widyaiswara saat ini adalah unsur pengembangan profesinya, yaitu karya tulis ilimiah. menurut zainuddin (2014), seorang yang profesional dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan. karya tulis ilmiah adalah salah satu indikator penguasaan kompetensi profesional, termasuk widyaiswara. selain itu, karya ilmiah menjadi media atau sarana komunikasi dalam menuangkan gagasan dan pengetahuannya dalam rangka mengembangkan bahan ajar dan menjamin efektivitas proses pembelajaran. karya ilmiah merupakan aspek untuk pengembangan profesionalisme widyaiswara. oleh karena itu, tidak hanya kuantitas yang harus diperhatikan, tetapi kualitas juga menjadi patokan utama dalam rangka pemenuhan karya tulis tersebut. untuk mewujudkan keahlian widyaiswara yang mahir dalam menulis dan mempublikasikan karya ilmiahnya, dibutuhkan pengetahuan dan kompetensi yang mumpuni. dalam hal ini, megawati (2012) menyebutkan bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh dari pendidikan dan juga memerlukan pengetahuan. berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, diketahui bahwa tidak semua widyaiswara memiliki kompetensi yang mumpuni dalam bidang publikasi ilmiah sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan terutama saat pengajuan dupak. hal inilah yang masih terkendala pada unsur karya tulis ilmiah yang tidak mencukupinya. berdasarkan tabel klasifikasi widyaiswara yang belum memenuhi unsur publikasi ilmiah masa penilain 02 januari s.d 32 desember 2020, ditunjukkan bahwa terdapat beberapa widyaiswara yang terhalang untuk menaiki pangkat atau jabatan yang lebih tinggi karena terkendala pada unsur publikasi karya tulis ilmiahnya. hal tersebut mengakibatkan seorang widyaiswara harus memiliki keterampilan menulis karya tulis ilmiah. akan tetapi, secara faktual sebagian besar widyaiswara yang masih kesulitan mengumpulkan angka kredit dari aspek pengembangan profesi dari menyusun karya tulis ilmiah. kompetensi widyaiswara dalam bidang karya tulis ilmiah dianggap aspek yang penting, maka sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam dunia kediklatan adalah mengikuti kegiatan pelatihan karya tulis ilmiah atau training of trainer. oleh karena itu, di dalam kegiatan pelatihan tersebut widyaiswara akan dilatih untuk meningkatkan profesinya dalam hal menulis berbagai bentuk tulisan, termasuk menulis buku, menulis artikel, dan sebagainya. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.47 243 metode penelitian metode library research (peneleitian kepustakaan) dimaksudkan adalah penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan), baik berupa buku, catatan maupun laporan hasil penelitian dari penelitian terdahulu. prasetya, dkk (1999) menyebutkan bahwa metode kepustakaan adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui penelitian kepustakaan guna mencari teori dan informasi-informasi yang berkaitan dengan masalah-masalah yang diteliti. analisis data merupakan proses menelaah seluruh data yang telah tersedia, yang telah diperoleh melalui pengamatan, wawancara, pencatatan, dokumen dan lain sebagainya (maleong, 2002: 109). dalam redaksi lain dijelaskan bahwa penelitian kepustakaan (library research) adalah penelitian yang dikerjakan untuk memecahkan suatu masalah yang bertumpu pada studi kritis terhadap bahan-bahan pustaka dan hasil penelitian terkait yang disajikan dengan cara baru (padmo sukoco, 2002: 209). di dalam literatur lain (library research), yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan), baik barupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian terdahulu. kajian pustaka menurut (mardalis, 2009:28) diartikan sebagai proses umum yang dilakukan peneliti dalam upaya menemukan teori. secara hakikat data yang diperoleh dengan penelitian perpustakaan ini dapat dijadikan landasan dasar dan alat utama bagi pelaksanaan penelitian lapangan (hendro juwono, 2018:110). dari beberapa penjelasan di atas penulis bermaksud bahwa dengan menggunakan penelitian perpustakaan diharapkan dapat memberi informasi dari segala sumber pustaka tentang peningkatan kompetensi widyaiswara dalam meningkatkan kemampuan menulis karya tulis ilmiah melalui diklat karya tulis ilmiah. teknik keabsahan datanya menggunakan triangulasi sumber dan teknik. sedangkan teknik analisis data menggunakan model interaktif dengan proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. pembahasan kompetensi widyaiswara pengertian widyaiswara sebagaimana dalam kamus besar bahasa indonesia adalah sebagai jabatan fungsional yang diberikan kepada pegawai negeri sipil dengan tugas mendidik, mengajar, dan/atau melatih secara penuh pada unit pendidikan dan pelatihan dari instansi pemerintah. karyana (2016) menjelaskan bahwa widyaiswara berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata vidya yang berarti ‘ilmu pengetahuan’, kata ish yang berarti ‘memiliki’, dan kata vara berarti ‘terpilih’. pada peraturan menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi republik indonesia nomor 22 tahun 2014 didefinisikan widyaiswara adalah pns yang diangkat sebagai pejabat fungsionaldengan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk melakukan kegiatan dikjartih pns, evaluasi dan pengembangan diklat pada lembaga diklat pemerintah. secara sederhana widyaiswara dapat diartikan sebagai seorang yang memiliki ilmu pengetahuan dan terpilih yang memiliki tugas mengajar dan atau melatih pns di lingkungan pemerintahan. selain itu, peraturan kepala lembaga administrasi negara (lan) nomor 5 tahun 2008 juga dijelaskan bahwa standar kompetensi widyaiswara adalah kemampuan minimal yang secara umum dimiliki oleh seorang widyaiswara dalam melaksanakan tugas, tanggungjawab dan wewenangnya untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih pns yang terdiri atas kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian, vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.47 244 kompetensi sosial, dan kompetensi substantif. peraturan menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi no.22 tahun 2014 menegaskan bahwa seorang widyaiswara harus memiliki kompetensi atau kemampuan pendidikan, pelaksanaan dikjartih pns, evaluasi dan pengembangan diklat, dan pengembangan profesi sebagai unsur utama dan unsur penunjang. kompetensi itu sendiri digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan satu tugas atau peran. adapun indikator kompetensi adalah pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan. kompetensi yang dimaksud disini adalah tentang kemampuan atau upaya yang dilakukan dari widyaiswara itu sendiri dalam menjalakankan tugasnya sesuai dengan permenpan no. 14 tahun 2009. dalam redaksi lain, (fakhrurriza dan nurdin 2019) menyatakan bahwa seorang pendidik profesional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. keahlian yang dimilki oleh guru profesional adalah keahlian yang diperoleh malalui suatu proses pendidikan dan pelatihan yang diprogramkan secara khusus. dalam peraturan kepala lembaga administrasi negara (perka-lan) nomor 9 tahun 2008 tentang pendoman penyelenggaraan diklat kewidyaswaraan berjenjang, dinyatakan bahwa setiap jenjang widyaiswara memiliki standar kompetensi dalam melaksanakan tugas, yaitu (a) widyaiswara pertama, memiliki kompetensi dalam membuat rancang bangun kegiatan pembelajaran mulai dari penyusunan gbpp, sap, bahan diklat sampai teknik evaluasi pembelajaran. kemudian juga menguasai analisis kebutuhan diklat, mampu memberikan pelayanan prima dalam bidang pembelajaran sesuai dengan proses pembelajaran orang dewasa, serta mampu membuat karya tulis ilmiah dan menguasai teknik evaluasi diklat; (b) widyaiswara muda, memiliki kompetensi mampu dalam membuat rancang bangun kegiatan pembelajaran yang diterapkan secara konvensional maupun diklat jarak jauh sesuai dengan prinsip pembelajaran orang dewasa. kemudian mampu mengobservasi proses pembelajaran, membuat karya tulis dan mengelola forum ilmiah, serta mampu membimbing praktek kerja lapangan dan penulisan kertas kerja; (c) widyaiswara madya, memiliki kompetensi dalam membuat rancang bangun kurikulum diklat sesuai dengan prinsip andragogi yang diterapkan secara konvensional maupun diklat jarak jauh. kemudian juga mampu membuat karya tulis dan mengelola forum ilmiah, mampu menilai angka kredit jabatan fungsional widyaiswara, serta dapat membimbing praktek kerja lapangan dan penulisan kertas kerja; dan (d) widyaiswara utama, memiliki kompetensi dalam membuat rancang bangun kurikulum melalui analisis mikro kebutuhan diklat sesuai dengan filsafat belajar andragogi yang diterapkan secara konvensional maupun diklat secara jarak jauh. kemudian dapat menerapkan teknik komunikasi interpersonal, merancang penelitian kualitatif, dan perkonsultasian penyelenggaraan diklat. diharapkan dapat membimbing praktek kerja lapangan dalam segala jenis diklat serta menerapkan teknik observasi dan evaluasi portofolio diklat. dari semua tingkatan widyaiswara tersebut dibutuhkan kompetensi menulis, terutama dalam membuat karya tulis ilmiah. untuk naik ke jenjang widyaiswara ahli utama diharuskan melakukan penelitian dan membuat karya tulis ilmiah yang kemudian disampaikan dalam sebuah acara orasi ilmiah. dalam peraturan kepala lan-ri nomor 3 tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan orasi ilmiah widyaiswara, dinyatakan bahwa vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.47 245 setiap widyaiswara diharuskan untuk melakukan orasi ilmiah sebagai persyaratan untuk naik jabatan ke widyaiswara ahli utama. dalam peraturan kepala lan-ri nomor 9 tahun 2008 tentang pedoman penyusunan karya tulis ilmiah dinyatakan bahwa karya tulis ilmiah juga merupakan indikator penguasaan kompetensi profesional widyaiswara dan sekaligus media atau sarana komunikasi bagi widyaiswara dalam menuangkan gagasan dan pengetahuannya dalam rangka mengembangkan bahan ajar dan menjamin efektifitas proses pembelajaran. kemudian dapat memahami secara tepat jalan fikiran dan kandungan materi yang termuat dalam kti widyaiswara yang bersangkutan. kemampuan membuat karya tulis ilmiah adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap widyaiswara, mulai dari tingkat pertama hingga utama, karena semua tugas widyaiswara tersebut behubungan dengan tulis-menulis. kemudian dalam pasal 8 huruf d peraturan menteri pemberdayaan aparatur negara dan reformasi birokrasi (pan-rb) nomor 22 tahun 2014 tentang jabatan fungsional widyaiswara disebutkan bahwa salah satu unsur pengembangan widyaiswara adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bidang keahliannya dalam lingkup kediklatan. dari aturan tersebut tersirat bahwa pekerjaan widyaiswara tidak bisa lepas dari kompetensi dan kemampuan membuat karya tulis ilmiah. menulis adalah bagian penting bagi widyaiswara, disamping mendidik, mengajar, melatih, mengevaluasi dan pengembangan. begitu juga dengan angka kredit yang diperoleh dari aktifitas menulis yang cukup besar dibandingkan kegiatan lainnya. untuk lebih jelasnya terkait dengan jabatan fungsional widyaiswara dan angka krediknya dapat diperhatikan sesuai dengan keputusan permenpan kepala lembaga administrasi negara no. 26 tahun 2015 tanggal 20 april 2015 sebagaimana terlihat dalam tabel berikut: tabel 1. komposisi kenaikan angka kredit jabatan widyaisawara bagi subunsur pengembangan profesi no kegiatan rincian kegiatan kk pelaksana/angka kredit satuan hasil wi ahli pertama wi ahli muda wi ahli madya wi ahli utama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 a pembuatan karya tulis/karya ilmiah dalam bidang spesialisasi keahliannya dan lingkup kediklatan membuat karya tulis/karya ilmiah dalam bidang spesialisasi keahliannya dan lingkup kediklatan dalam bentuk 1 buku dengan isbn diterbitkan secara nasional 28 25 25 25 25 buku 2 non buku yang dimuat dalam : a jurnal ilmiah 1 internasional 29 20 20 20 20 artikel 2 nasional terakreditasi 30 10 10 10 10 artikel 3 nasional tidak terakrediatasi 31 5 5 5 5 artikel b majalah ilmiah 32 2,5 2,5 2.5 2,5 artikel c buku proseding 1 internasional 33 5 5 5 5 artikel vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.47 246 2 nasional 34 2.5 2.5 2.5 2.5 artikel 3 instansi 35 1 1 1 1 artikel 3 makalah dalam pertemuan ilmiah 1 internasional 36 5 5 5 5 makalah 2 nasional 37 2.5 2.5 2.5 2.5 makala 3 instansi 38 1 1 1 1 makalah pada tabel tersebut, terlihat beberapa aktifivas yang berhubungan lansung dengan kompetensi menulis widyaiswara. ada beberapa kegiatan lain yang juga membutuhkan kemampuan menulis, seperti membuat bahan ajar, membuat makalah untuk seminar, membuat laporan, menyusun proposal, dan lain sebagainya. angka kredit yang diberikan juga cukup besar dibanding kegiatan lainnya. namun, selama ini yang dirasakan bahwa kemampuan menulis para widyaiswara sangatlah terbatas dan cenderung kurang dapat memenuhi target. indikasinya antara lain pada waktu pengusulan daftar usulan penghitungan angka kredit (dupak) yang banyak di antaranya tidak mengusulkan hasil karya tulis. kemudian, relatif rendahnya widyaiswara yang mengirimkan karya tulis ilmiah ke media masa, majalah, bulettin dan jurnal, khususnya dalam menulis buku. kemampuan intelektual menulis buku tersebut sangatlah dibutuhkan, terutama bagi widyaiswara ahli utama dan widyaiswara ahli madya. karya tulis ilmiah peraturan kepala lembaga administrasi negara nomor 9 tahun 2008 menjelaskan bahwa kti adalah karya ilmiah dalam bentuk tulisan cetak atau non cetak, yang disusun secara perorangan atau kelompok mengenai penelitian/pengkajian suatu pokok bahasan atau pengembangan gagasan tertentu, dengan cara melakukan identifikasi, deskripsi, analisis, dan memberikan konklusi ataupun rekomendasi. berdasarkan peraturan tersebut kti dibagi menjadi tiga yaitu (a) kti populer adalah karya ilmiah yang bertujuan memperkenalkan dan atau menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersifat kontemporer atau aktual dengan perumusan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat umum; (b) kti yang terkait lingkup kediklatan adalah karya ilmiah yang secara substantif berkenaan dengan jenis, isi, dan bidang program diklat, serta sistem diklat, termasuk proses penyelenggaraan dan pembinaan diklat serta aspek-aspek lainnya yang berhubungan dengan diklat; dan (c) kti yang terkait spesialisasi widyaiswara adalah karya ilmiah yang secara substantif berkenaan dengan bidang keahlian khusus, yang dimiliki widyaiswara sesuai dengan latar belakang pendidikan (rumpun keilmuan yang ditekuni) dan/atau pengalaman kerjanya. tata cara penulisan berdasarkan peraturan kepala lan no 9 tahun 2008 penulisan kti bagi widyaiswara pada dasarnya memuat ketentuan atau tata cara penulisan yang berlaku umum dalam penyusunan karya ilmiah. agar lebih mudah dipahami oleh pembaca, maka penulisan kti harus memperhatikan tata cara penulisan, antara lain (a) kebahasaan: penggunaan bahasa dengan baik dan benar merupakan salah satu syarat mutlak dalam penulisan kti agar dapat dipahami dengan mudah oleh para pembacanya. dari segi penggunaan bahasa dalam penyusunan kti perlu diperhatikan penggunaan ejaan yang disempurnakan (eyd), untuk kata serapan bahasa asing dipergunakan cara penulisan kata serapan yang telah dibakukan, dan penggunaan peristilahan di bidang komputer mengikuti penggunaan istilah sesuai dengan ketentuan yang berlaku; (b) dalam bahasa asing: vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.47 247 penggunaan kaidah tata bahasa (gramatikal) dalam bahasa asing yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum. pendidikan dan pelatihan (diklat) karya tulis ilmiah widyaiswara para ahli memiliki pandangan masing-masing terkait dengan pendidikan. menurut pasal 1 peraturan pemerintah ri nomor 101 tahun 2000, dinyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan pegawai negeri sipil. dengan pendidikan dan pelatihan artinya agar pegawai tersebut memiliki keterampilan dan keahlian serta mampu meningkatkan prestasi kerja yang lebih baik. karena itu dilakukannya pendidikan dan pelatihan bagi pegawai dengan tujuan untuk merubah sikap dan perilaku pegawai serta memiliki kemampuan, keterampilan, kecakapan dan keahlian guna menunjang kegiatan organisasi. dalam redaksi lain, hadipoerwono (1999 : 76) menyatakan bahwa pelatihan adalah pembinaan kecakapan, kemahiran, ketangkasan (skil building) dalam pelaksanaan tugas. pelatihan menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori. pelatihan adalah proses belajar-mengajar, dengan menggunakan tehnik dan metode tertentu. secara konsepsional dapat dikatakan bahwa pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan atau kemampuan kerja seseorang atau sekelompok orang. biasanya sasarannya adalah seseorang atau sekelompok orang yang sudah bekerja pada suatu organisasi yang efesien, efektivitas dan produktivitas kerjanya dirasakan perlu dan dapat ditingkatkan secara terarah dan pragmatik. problematika widyaiswara dalam menulis karya ilmiah setiap pendidik atau tenaga pengajar yang dalam kontesk ini adalah widyasiwara bapelkes aceh dalam hal kenaikan pangkat bukan hal mudah tetapi membutuhkan proses yang panjang dalam menyusun dupak, mulai dari menyusun rp (rancangan pembelajaran) yang tepat, menyusun bahan ajar, menyusun bahan tayang, menyusun bahan atau media pembelajaran yang menarik dan harus sesuai dengan materi yang diajarkan kepada peserta diklat. proses persiapan ini membutuhkan waktu yang serius dari widyaiswara tersebut. gambaran penyusunan dupak widyaiswara di atas merupakan hal lazim atau wajib dilakuklan oleh widyaiwara setiap menaiki jabatan yang lebih tinggi lagi, namun setelah itu semua dinilai oleh lembaga administrasi negara (lan) ternyata kebanyakan widyaiwara terhalang pada bagian unsur pengembangan profesi atau karya tulis ilmiah yang belum memenuhi. hal ini merupakan suatu permasalahan tersendiri bagi widyaiswara bapelkes aceh. setelah ditelusuri, rata-rata permasalah yang dihadapi oleh widyaiswara bapelkes dalam penulisan karya ilmiah adalah faktor malas dalam menulis, kesibukan dalam mengajar, kurangnya ketrampilan dalam menulis. selain tugas pokok widyaiswara dalam mendidik, mengajar, melatih, pengembangan dan mengevaluasi, maka yang termasuk penting adalah tugas-tugas menulis dan membuat karya tulis. hampir semua kegiatan widyaiswara tidak terlepas dari aktifitas menulis, seperti membuat artikel, karya tulis ilmiah, laporan, makalah, buku panduan, buku pedoman, bahan ajar, karya tulis orasi ilmiah dan lain sebagainya. maka semua widyaiswara harus punya kemampuan menulis agar dapat melaksanakan tugas-tugas pokoknya dengan baik. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.47 248 untuk penulisan juga dinyatakan dalam peraturan kepala lembaga administrasi negara nomor 9 tahun 2008 tentang penyusunan karya tulis ilmiah bagi widyaiswara. dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa salah satu upaya untuk mengembangkan profesionalisme widyaiswara adalah melalui butir kegiatan penyusunan karya tulis ilmiah (kti). pengembangan profesi melalui penyusunan kti dapat mendorong para widyaiswara untuk memperkaya wawasan dan memperdalam penguasaan bidang studi yang ditekuni dalam memantapkan spesialisasinya. ada beberapa macam karya tulis ilmiah (kti) bagi widyaiswara yang telah diatur dalam perka-lan nomor 9 tahun 2008 tersebut, yaitu (a) kti adalah karya ilmiah dalam bentuk tulisan cetak atau noncetak, yang disusun secara perorangan atau kelompok mengenai penelitian/pengkajian suatu pokok bahasan atau pengembangan gagasan tertentu, dengan cara melakukan identifikasi, deskripsi, analisis, dan memberikan konklusi ataupun rekomendasi; (b) kti populer adalah karya ilmiah yang bertujuan memperkenalkan dan atau menyebar luaskan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersifat kontemporer atau aktual dengan perumusan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat umum; (c) kti yang terkait lingkup kediklatan adalah karya ilmiah yang secara substantif berkenaan dengan jenis, isi, dan bidang program diklat, serta sistem diklat, termasuk proses penyelenggaraan dan pembinaan diklat serta aspek-aspek lainnya yang berhubungan dengan diklat; (d) kti yang terkait spesialisasi widyaiswara adalah karya ilmiah yang secara substantif berkenaan dengan bidang keahlian khusus yang dimiliki widyaiswara sesuai dengan latar belakang pendidikan (rumpun keilmuan yang ditekuni) dan/atau pengalaman kerjanya; (e) penelitian atau pengkajian adalah proses kegiatan yang dilakukan secara sistematis mengikuti kaidah, prosedur dan metode ilmiah untuk memperoleh data, dan atau informasi (keterangan) tertentu yang diperlukan dalam penguraian, pembahasan, dan pembuktian asumsi atau pengujian hipotesis, serta menarik kesimpulan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang tertentu atau penerapannya; dan (f) pertemuan ilmiah adalah forum/wadah kegiatan berupa diskusi panel, seminar, lokakarya, konferensi, atau pertemuan sejenisnya yang menyangkut persoalan ilmiah yang diselenggarakan oleh institusi pemerintah atau nonpemerintah. namun, ternyata belum semua widyaiswara dapat memenuhi tuntutan untuk menulis, dan sebagian besar kegiatannya lebih banyak mendidik, mengajar dan melatih (dikjartih), padahal angka kredit dari aktifitas menulis tersebut jauh lebih besar dibandingkan kegiatan lainnya. aspek kemudahan widyaisawara mengikuti kegiatan pelatihan berdasarkan hasil penelitian terkait dengan peluang widyaiswara mengikuti pendidikan dan pelatihan,dapat dijabarkan bahwa dalam rangka keseimbangan antara beban kerja dengan widyaiswara maka pihak pimpinan lembaga pada dasarnya memberikan peluang kepada pegawainya untuk mengikuti kegiatan pelatihan seluas-luasnya. namun mengingat agenda kegiatan ini sifatnya sangat terbatas, maka dalam proses pengiriman peserta ini dilakukan secara adil. dalam aspek lainnya, agenda pendidikan dan pelatihan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi pegawai widyaiswara. dalam hal ini, pihak lembaga telah memberikan kesempatan pada sejumlah pegawai untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan serta kegiatan workshop lainnya dan webinar. mengingat pentingnya bagi kebutuhan widyaiswara, maka dengan mepertimbangkan terbatasnya tenaga widyaiswara di lembaga tersebut, cukup berlasan jika pihak lembaga memberikan kesempatan kepada sejumlah pegawai untuk mengikuti pendidikan pelatihan. vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.47 249 keputusan ini adalah strategi yang tepat dalam mengantisipasi kesenjangan yang terjadi dilembaga tersebut karena adanya ketidakseimbangan antara beban tugas dengan pegawai widyaiswara yang kompeten. fakta menunjukkan bahwa pihak kepala badan telah memberikan kesempatan sebanyak 30 orang untuk mengukuti pendidikan dan pelatihan dengan widyaiswara yang tersedia. sehubungan dengan terbatasnya pegawai widyaiswara, maka pimpinan memberikan kesempatan setiap ada kegiatan pelatihan maka yang kirim adalah 2 orang, selebihnya adalah dari widayaiswara lembaga lain. upaya meningkatkan kompetensi widyasiwara dalam menulis ilmiah (kti) untuk meningkatkan ketrampilan menulis bagi widyaiswara dapat dikemukakan kegiatan sebagai berikut, yaitu program jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang sebagaimana tabel berikut ini : tabel 2. tabel peningkatan kompetensi widyaiswara dalam menulis no rekomendasi jangka pendek jangka menengah jangka panjang 1. mengusulkan pengiriman widyaiswara untuk mengikuti kegiatan diklat, seminar, workshop tentang penulisan mengusulkan pelaksanakan seminar sehari bagi widyaiswara mengusulkan pelaksanakan diklat karya tulis ilmiah (kti) bagi seluruh widyaiswara 2. mengusulkan untuk mengajak widyaiswara membuat karya tulis dan mengirimkannya ke media masa, mengusulkan untuk membuat bengkel karya tulis guna membahas karya tulis widyaiswara mengusulkan untuk membuat penerbitan ilmiah, seperti jurnal yang diakreditasi oleh lipi dalam tabel tersebut ada tiga kelompok jangka waktu kegiatan, yaitu (1) rekomendasi kegiatan jangka pendek, yang terdiri atas (a) kegiatan mengusulkan pengiriman widyaiswara untuk mengikuti kegiatan diklat, seminar, workshop tentang penulisan, dan (b) kegiatan mengusulkan untuk mengajak widyaiswara membuat karya tulis dan mengirimkannya ke media masa; (2) rekomendasi kegiatan jangka menengah, yang terdiri atas (a) mengusulkan pelaksanakan seminar atau workshop bagi widyaiswara. pelaksanaan workshop dilaksanakan selama dua hari dalam bentuk praktek langsung di bawah bimbingan narasumber. maka semua peserta mempersiapkan diri dengan laptop dan printer disediakan oleh panitia. selain praktik langsung menghasilkan sebuah karya tulis ilmiah oleh setiap widyaiswara, maka juga ada pengarahan tentang tata cara menulis di surat kabar dan jurnal ilmiah. dalam workshop ini setiap widyaiswara ditugaskan untuk membuat sebuah karya tulis ilmiah yang layak dimuat pada jurnal, layak pada surat kabar, layak pada majalah dan sebagainya, dan (b) kegiatan mengusulkan untuk membuat bengkel karya tulis guna membahas karya tulis widyaiswara. setelah pelaksanaan workshop penulisan karya tulis ilmiah, maka selanjutnya diadakan bengkel penulisan selama dua bulan, yaitu berupa bimbingan dan pembedahan karya tulis oleh nara sumber. seperti bimbingan membuat skripsi, maka widyaiswara mempunyai pembimbing masing-masing dan disusun jadwal pertemuannya. setelah dua bulan maka bengkel penulisan dapat diteruskan sesuai kebutuhan dan diharapkan widyaiswara aktif untuk mengikutinya; dan (3) rekomendasi kegiatan jangka panjang, yang terdiri atas (a) kegiatan mengusulkan pelaksanakan diklat karya tulis ilmiah (kti) bagi seluruh widyaiswara, dan (b) mengusulkan untuk membuat penerbitan ilmiah, seperti jurnal yang diakreditasi oleh lembaga ilmu pengetahuan indonesia (lipi). vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.47 250 problematika widyaiswara dalam menulis karya ilmiah berdasarkan hasil penelitain terkait dengan beberapa problematika widyaisara dalam menulis karya ilmiahnya, maka secara aplikatif mereka dihadapkan dengan berbagai persoalan. problematika tersebut tidak hanya menyangkut alokasi anggaran dan juga terbatasnya alokasi jumlah peserta yang dipanggil setiap ada kegiatan pelatihan. walaupun pendidikan dan pelatihan secara aplikatif dihadapkan oleh suatu kendala, upaya yang dilakukan mampu menambah semangat mereka untuk melakukan kegiatan pelatihan lainnya misalnya lewat work shop. dengan demikian, hal tersebut menunjukkan bahwa widyaiswara bapelkes aceh, mampu melakukan peningkatan komptensi menulisnya lewat jalan lain yaitu, mengikuti kegiatan work shop dan belajar lewat tutorial youtube. berdasarkan hasil analisis data dan penelitian menunjukkan bahwa peluang widyaiswara untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan karya tulis ilmiah untuk meningkatkan kompetensinya sangat terbatas, mengingat terbatasnya jumlah atau kuota pemanggilan dari lembaga instansinya. upaya meningkatkan kompetensi widyasiwara dalam menulis ilmiah (kti) berdasarkan hasil penelitian terkait dengan upaya meningkatkan keterampilan widyasiwara dalam menulis karya ilmiah, maka peneliti dapat menjabarkan beberapa hal, antara lain (a) rekomendasi kegiatan jangka pendek, (b) mengusulkan pengiriman widyaiswara untuk mengikuti kegiatan diklat, seminar, workshop tentang penulisan, (c) mengusulkan untuk mengajak widyaiswara membuat karya tulis dan mengirimkannya ke media masa, (d) rekomendasi kegiatan jangka menengah, (e) mengusulkan pelaksanakan seminar atau workshop bagi widyaiswara. pelaksanaan workshop dilaksanakan selama dua hari dalam bentuk praktek langsung di bawah bimbingan narasumber. maka semua peserta mempersiapkan diri dengan laptop dan printer disediakan oleh panitia. disamping praktek lansung menghasilkan sebuah karya tulis ilmiah oleh setiap widyaiswara, maka juga ada pengarahan tentang tata cara menulis di surat kabar dan jurnal ilmiah. dalam workshop ini setiap widyaiswara ditugaskan untuk membuat sebuah karya tulis ilmiah yang layak dimuat pada jurnal, layak pada surat kabar, layak pada majalah dan sebagainya, (f) mengusulkan untuk membuat bengkel karya tulis guna membahas karya tulis widyaiswara. setelah pelaksanaan workshop penulisan karya tulis ilmiah, maka selanjutnya diadakan bengkel penulisan selama dua bulan, yaitu berupa bimbingan dan pembedahan karya tulis oleh nara sumber. seperti bimbingan membuat skripsi, maka widyaiswara mempunyai pembimbing masing-masing dan disusun jadwal pertemuannya. setelah dua bulan maka bengkel penulisan dapat diteruskan sesuai kebutuhan dan diharapkan widyaiswara aktif untuk mengikutinya, (g) rekomendasi kegiatan jangka panjang, (h) mengusulkan pelaksanakan diklat karya tulis ilmiah (kti) bagi seluruh widyaiswara, dan (i) mengusulkan untuk membuat penerbitan ilmiah, seperti jurnal yang diakreditasi oleh lembaga ilmu pengetahuan indonesia (lipi). simpulan berdasarkan pembahasan di atas, dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut. a. profesionalitas widyaiswara dapat dikembangkan melalui penelitian ilmiah dengan menulis suatu karya tulis ilmiah. untuk melakukan penulisan karya tulis yang memiliki nilai keilmiahan diperlukan beberapa hal, yaitu (1) kaidah penulisan yang baik perlu memperhatikan aturan asli, perlu, ilmiah, konsisten dan objektif, (2) berdasarkan peraturan kepala lan no 9 tahun 2008 penulisan kti bagi widyaiswara pada dasarnya vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.47 251 memuat ketentuan atau tata cara penulisan yang berlaku umum dalam penyusunan karya ilmiah sehingga mudah dipahami oleh pembaca, (3) karya tulis ilmiah harus dilakukan uji kelayakan yang meliputi aspek keaslian, kebutuhan, nilai ilmiah, dan konsistensi. hal ini sebagaimana akronim apik yaitu asli, di perlukan, ilmiah dalam pembuatannya, dan konsisten dalam penulisannya serta dilakukan uji keabsahan sebagaimana peraturan perudangundangan yang mengatur tentang kti widyaiswara, dan (4) sebagai pelengkap dalam penilaian kualitas suatu karya tulis diperlukan adanya tim penilai dalam melakukan review serta menelaah kelayakan suatu karya tulis ilmiah menjadi benar-benar ilmiah. b. kompetensi membuat karya tulis ilmiah ini penting dan perlu dimiliki oleh seluruh widyaiswara karena sebagian besar unsur tugas pokok dapat dilaksanakan atas kemampuan menulis. hampir semua tugas widyaiswara berhubungan tulis-menulis, seperti membuat bahan ajar, membuat artikel, membuat karya tulis ilmiah, membuat proceeding, membuat proposal, membuat laporan ataupun membuat buku. dengan demikian, potensi dan kompetensi menulis widyaoswara perlu terus ditingkatkan agar dapat menunjang tugas pokok dan aktualisasi dirinya. kompetensi menulis karya tulis ilmiah bagi widyaiswara hendaknya dapat terus ditingkatkan melalui berbagai kegiatan, seperti workshop, seminar, diklat karya tulis ilmiah, diskusi ataupun bimbingan melalui bengkel penulisan karya tulis ilmiah. daftar pustaka [1] ahkyar.2015. strategi pengembangan kompetensi guru pendidikan kewarganegaraan dalam penanaman nilai karakter bangsa di kabupaten aceh besar, jurnal serambi ilmu, edisi september 2015 volume 22 nomor 1. [2] fakhrurriza dan nurdin. 2019. pelaksanaan mgmp dalam meningkatkan profesional guru pendidikan agama islam. jurnal serambi ilmu, volume 20, nomor 2, edisi september 2019. [3] hadipoerwono. 1999. tata personalia. bandung: djembatan. [4] hendro, juwono. 2018. urgensi penyuluhan berbasis wawasan kebangsaan terhadap remaja masjid. banyuwangi: sekolah tinggi islam blambangan. [5] karyana. 2016. pengembangan profesionalisme widyaiswara pasca permenpan nomor 14 tahun 2009. pusdiklat bea dan cukai. [6] jamrah a. pentingnya workshop dan pelatihan meningkatkan kemampuan widyaiswara dalam membuat karya tulis ilmiah. (online) (https://www.sumbarprov.go.id/images/1477626308-pentingnya%20work shop%20dan%20pelatihan%20meningkatkan%20kemampuan%20w idyaiswara.pdf), di akses pada tanggal 25 agustus 2020 [7] permana r. 2019. optimalisasi profesionalisme widyaiswara melalui peningkatan kualitas karya tulis ilmiah. jurnal teruna bhakti. volume 1, no 2, februari 2019 (128-136) [8] prasetya, dkk. 1999. metode penelitian. jakarta: universitas terbuka [9] mardalis. 2009. metode penelitian suatu pendekatan proposal. jakarta: pt bumi aksara. https://www.sumbarprov.go.id/images/1477626308-pentingnya%20work%20shop%20dan%20pelatihan%20meningkatkan%20kemampuan%20widyaiswara.pdf https://www.sumbarprov.go.id/images/1477626308-pentingnya%20work%20shop%20dan%20pelatihan%20meningkatkan%20kemampuan%20widyaiswara.pdf https://www.sumbarprov.go.id/images/1477626308-pentingnya%20work%20shop%20dan%20pelatihan%20meningkatkan%20kemampuan%20widyaiswara.pdf vol.1 no.3 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.47 252 [10] moleong, lexy j. 2002. metodologi penelitian kualitatif. bandung. remaja rosdakarya. [11] megawati: 2012. efektivitas peningkatan kemampuan profesional guru smk di kabupaten aceh besar. jurnal pendidikan serambi ilmu, edisi september 2012, volume 13 nomor 2, h. 120. [12] padmo, sukoco. 2002. penelitian kualitatif: metodologi, aplikasi, dan evaluasi. jakarta: gunung agung. [13] perarturan kepala lan no 9 tahun 2008. pedoman penyusunn karya tulis ilmiah bagi widyaiswara, peraturan kepala lembaga administrasi negara. jakarta. [14] perarturan kepala lan no. 26 tahun 2015. pedoman penilaian angka kredit jabatan fungsional widyaiswara. jakarta. [15] zainuddin. 2014. meningkatkan keterampilan guru kelas membuat perangkat pembelajaran berbasis kurikulum tingkat satuan pendidikan. jurnal serambi ilmu, edisi september 2014 volume 19 nomor 2, h. 105 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.79 124 received : 12-12-2020 revised : 01-01-2021 published : 15-01-2021 meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam pelajaran bahasa inggris menggunakan aplikasi robot online nurhidayati saleh sman 1 cibinong kabupaten bogor, jawa barat, indonesia nidasaleh231267@gmail.com abstrak: penelitian ini bertujuan untuk membuat siswa berani, menumbuhkan kepercayaan diri serta melatih siswa dalam berbicara menggunakan bahasa inggris dan sehingga mampu mengekspresikan kalimat-kalimatnya secara aktif dan kreatif sehingga untuk meningkatkan nilai speaking (berbicara) mereka. objek penelitian ini adalah siswa kelas x sma negeri 1 cibinong kabupaten bogor tahun pelajaran 2019/2020. penulis adalah guru bahasa inggris di sman 1 cibinong kelas x ipa dan ips. penelitian ini dibuat atas dasar permasalahan yang dihadapi penulis yaitu ketika dalam aktivitas belajar mengajar bahasa inggris, siswa diminta berbicara dalam bahasa inggris atau mengekspresikan ungkapanungkapan yang sudah dipelajari, mereka berbicara dengan rasa takut, tidak percaya diri, gugup dan terbata-bata bahkan ada saja siswa yang tidak mengeluarkan kata sepatahpun. penulis menemukan sebagian besar siswa tidak mampu berekspresi dengan benar dan tidak percaya diri meskipun hanya diminta memperkenalkan dirinya sendiri. hal ini mungkin disebabkan oleh faktor internal dan eksternal dari mereka. untuk mengatasi masalah tersebut penulis mencoba menggunakan aplikasi robot online versi android (esl robot pro) yang difasilitasi oleh website www.eslfast.com ( robot online yang digunakan untuk belajar bahasa inggris bagi pembelajar dari negara yang bahasa inggris merupakan bahasa ke dua atau bahasa asing ) untuk berlatih berkomunikasi dalam bahasa inggris kapan saja dan dimana saja yang diakses melalui mobilephone (telepon genggam). aplikasi inipun sangat mudah diunduh dan tidak ada batasan waktu untuk penggunanya. metode penelitian yang dipakai adalah metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan lembar observasi yang berisi rubrik penilaian speaking dan lembar observasi kontrol aktivitas. siswa diminta mengirimkan video rekaman ketika mereka sedang berbicara dengan si robot dan hasil pembicaraan (chatting) yang discreenshot. hasil observasi menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berbicara siswa dan terlihat sebagian besar siswa termotivasi, percaya diri yang membuat mereka menjadi kreatif, senang, dan bisa mengaplikasikan apa yang sudah mereka pelajari bahkan orangtua dan anggota keluarga yang lain ikut memanfaatkan aplikasi robot online ini. kata kunci: aktivitas berbicara; kemampuan berbicara; robot online https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.79 mailto:nidasaleh231267@gmail.com vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.79 125 pendahuluan pelajaran bahasa inggris adalah salah satu pelajaran pokok ditingkat sekolah menengah atas yang bertujuan untuk membangun sikap, pengetahuan dan keterampilan berkomunikasi siswa melalui pengalaman belajar yang dilaksanakan dalam beragam kegiatan berkomunikasi aktif, baik melalui kegiatan berbahasa inggris yang bersifat reseptif maupun produktif. kegiatan yang bersifat produktif selain writing (menulis) adalah speaking (berbicara) dalam bentuk monologue atau dialogue/menyampaikan pesan atau mengekspresikan perasaan dalam bentuk kalimat dan ungkapan-ungkapan . masalah yang terjadi terkait dengan kegiatan mata pelajaran bahasa inggris, antara lain adalah sebagian siswa belum mampu berkomunikasi secara lisan dan tulisan menggunakan bahasa inggris. ketidakmampuan ini diduga karena mereka tidak terbiasa berkomunikasi dengan bahasa inggris, metode pengajaran guru yang kurang tepat, dan lingkungan mereka yang tidak mendukung, sehingga mereka kurang percaya diri untuk berkomunikasi dalam bahasa inggris atau mereka kurang berlatih menggunakan bahasa inggris. ketika siswa diberikan aktivitas speaking, terlihat mereka melakukannya dengan rasa takut, tidak percaya diri, gugup dan terbata-bata. di beberapa sekolah yang bestandar lebih tinggipun masih menghadapi masalah ini, kegiatan speaking adalah kegiatan yang menakutkan bagi siswa. landasan teori konsep umum peran siswa dalam pembelajaran lebih penting dari pada peran guru dan materi ajar. widdowson, seorang ahli linguistik asal negara inggris menemukan bahwa di negara-negara yang tidak berbahasa inggris (tidak menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa utama) , khususnya negara-negara berkembang, pengajaran bahasa inggris mereka lebih menekankan pada konteks instruksional tanpa memperhatikan konteks sosiokultural dan individual siswa. konteks sosiokultural adalah konteks yang sangat penting dalam pengajaran bahasa inggris. jika konteks ini diabaikan, maka para siswa yang sudah belajar bahasa inggris secara formal sekian lama akan tetap saja kurang mampu menggunakan bahasa inggris tersebut dan kurang memahami penggunaannya dalam komunikasi normal lisan maupun tertulis (widdowson 1978:15). jika siswa memiliki motovasi yang tinggi untuk mempelajari suatu bahasa dan ditambah lagi dengan rasa senangnya akan materi-materi pembelajaran bahasa tersebut, maka siswa akan antusias belajar dengan potensi tak ternilai yang mereka miliki. chomsky (1965:10) melihat bahwa potensi berbahasa yang dimiliki setiap orang sebagai linguistic competence (kemampuan linguistik) yang sering dikaitkan dengan kemampuan berkomunikasi dan linguistic performance (penampilan linguistik. untuk bisa menguasai penampilan linguistik, siswa harus berlatih intensif dan sesering mungkin untuk mengasah kemampuan keterampilan berbahasa, bukan hanya sekedar kemampuan kognitif. konsep khusus saat ini, hal yang termudah untuk berlatih menggunakan berbahasa inggris adalah menggunakan media sosial karena media sosial diciptakan untuk mempermudah hidup manusia. tua muda, besar kecil, miskin kaya, dari tingkat anak balita sampai kakek nenek menyukai media sosial ini. salah satunya untuk chatting atau ngobrol. chatting diyakini dapat membantu kita dalam melatih conversation. chatting melalui teknologi jaringan mengijinkan penggunanya mengirimkan pesan ke pengguna lain lisan ataupuntertulis yang tersambung https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.79 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.79 126 dalam sebuah jaringan lan atau local area network ataupun internet. aplikasi pada media sosial internet yang menggunakan robot sebagai lawan berkomunikasi tersedia di www.eslfast.com. robot tersebut bernama mike yang bertindak sebagai robot online untuk pembelajar bahasa inggris dari negara manapun di dunia ini. mike akan melayani semua pertanyaan dan curahan hati lawan bicaranya. metodologi penelitian jenis penelitian penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif dan berorientasi pada peningkatan mutu pembelajaran tempat dan waktu penelitian tempat penelitian adalah sma negeri 1 cibinong, jl. mayor oking jayaatmaja no. 73 cibinong kabupaten bogor propinsi jawa barat waktu penelitian adalah dari bulan awal agustus tahun 2019 sampai dengan akhir juni 2020. populasi dan sampel populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa sman 1 cibinong kelas x jurusan ipa dan ips ( 10 kelas = 360 siswa ) sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas x ipa 3 dan x ips 1sman 1 cibinong tahun pelajaran 2019/2020, variabel penelitian (1) variabel input : penelitian ini dilakukan di kelas x ipa 3 dan x ips 1 pada awal semester ganjil sampai pertengahan semester genap tahun pelajaran 2019/2020 kurang lebih selama 9 bulan. karakteristik siswa kelas x ini adalah sebagian dari mereka sangat baik dalam receptive skill. komposisi siswa di kelas x ipa dan x ips yang sebagian besar adalah siswa perempuan, masing-masing terdiri dari 36 orang siswa. kemampuan siswa dalam pelajaran bahasa inggris yang terlihat pada nilai rapot smp minimal pada angka rata-rata 78. personil yang terlibat : 1. guru bahasa inggris kelas x ipa dan x ips tahun pelajaran 2019/2020 yaitu nurhidayati saleh, spd sebagai guru dan observer/peneliti 2. guru bahasa inggris kelas xi ipa dan xi ips tahun pelajaran 2019/2020 yaitu sitiningrum, spd sebagai penasihat/pengkritik 3. guru bahasa inggris kelas xii ipa dan xii ips tahun pelajaran 2019/2020 yaitu dra. hevy risyeni sebagai penasihat/pengkritik 4. robot online adalah robot dari www.eslfast.com yang bernama mike materi pelajaran : materi kelas x sesuai silabus kurikulum 2013 ( materi 1 : introduction; materi 2 ( general) sumber belajar : buku pegangan siswa dan handouts dari guru prosedur evaluasi : observasi 1 dan observasi 2 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.79 http://www.eslfast.com/ http://www.eslfast.com/ vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.79 127 (2) variabel proses : diawal pertemuan peneliti mencatat nilai bahasa inggris siswa ketika smp. selama proses belajar mengajar guru mengobservasi kelemahan-kelemahan siswa dalam belajar bahasa inggris serta cara belajar siswa. setelah itu guru mengajak siswa untuk berlatih berkomunikasi menggunakan bahasa inggris dengan cara chatting dengan robot online. selama pemantauan guru mencatat kemajuan belajar siswa. (3) varaibel output : secara umum, ketika ditanyakan kesulitan siswa tersebut dalam pelajaran bahasa inggris, sebagian besar menyebutkan bahwa keterampilan berbicara (speaking) adalah yang paling sulit. berbagai macam faktor yang dikemukakan mereka antara lain : ketika smp lebih banyak belajar kosa kata (vocabulary), atau grammar, atau bahkan hanya sedikit dapat kesempatan untuk melakukan speaking, atau fasilitas yang kurang memadai. ada beberapa siswa yang sudah mendapatkan pelajaran tambahan bahasa inggris di luar sekolah (les) namun lebih banyak yang hanya memperoleh pelajaran bahasa inggris dari sekolah saja. rasa ingintahu dan motivasi siswa cukup besar untuk dapat berkomunikasi menggunakan bahasa inggris. teknik pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. catatan awal penulis menggunakan data yang diperoleh dari bagian tata usaha sekolah untuk mengetahui nilai bahasa inggris siswa ketika smp 2. penilaian keterampilan speaking penulis membuat penilaian selama proses aktivitas belajar mengajar berlangsung menggunakan a. lembar observasi yang berisi rubrik penilaian speaking dengan indikator comprehension, grammar, vocabulary, fluency. b. lembar observasi kontrol aktivitas yang berisi frekuensi komunikasi dan self confident (percaya diri) rubrik penilaian speaking: 1. comprehension (pemahaman) nilai 5 : jika dapat memahami keseluruhan percakapan tanpa mengalami kesulitan, nilai 4 : jika dapat memahami semua percakapan secara normal, nilai 3 : jika dapat memahami sebagaian besar percakapan dengan banyak apabila tidak mampu memahami percakapan dan pengulangan-pengulangan, nilai 2 : jika sulit mengikuti percakapan orang lain. hanya dapat memahami percakapan biasa dan sederhana serta memerlukan banyak sekali pengulangan, nilai 1 : jika tidak mampu memahami percakapan sama sekali https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.79 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.79 128 2. grammar nilai 5 : jika sama sekali tidak ada kesalahan grammar dan word order nilai 4 : jika terdapat sedikit sekali kesalahan dalam grammar dan word order nilai 3 : jika terdapat beberapa kesalahan dalam grammar dan word order nilai 2 : jika sebagian besar kalimat yang dibuat terjadi kesalahan dalam grammar dan word order sehingga kalimat yang dibuat tidak dapat dipahami, nilai 1: jika keseluruhan kalimat yang dibuat salah dalam grammar dan word order. 3. vocabulary (kosa kata) nilai 5 : jika kata dan ungkapannya sangat baik nilai 4 : jika kadang-kadang menggunakan kata yang tidak tepat dan/ atau mengelompokkan kembali kata-kata itu karena penggunaannya tidak tepat, nilai 3 : jika sering menggunakan kata yang salah/ tidak tepat, sehingga percakapannya terbatas, nilai 2 : jika salah menggunakan kata dan kata yang digunakan sangat terbatas sehingga menyebabkan pembicaraannya sulit untuk dipahami, nilai 1 : jika kata-kata yang digunakan sangat terbatas, sehigga percakapannya hampir tidak dapat dilakukan. 5. fluency (kefasihan/kemudahan dan ketepatan bicara) nilai 5 : jika pembicaraan sangat lancar, tidak terkendala apapun. nilai 4 : jika kecepatan berbicara terkendala karena dipengaruhi oleh beberapa kesulitan bahasa, nilai 3 : jika kecepatan dan kelancaran berbicara banyak dipengaruhi oleh kesulitan bahasa, nilai 2 : jika sering agak ragu-ragu dalam berbicara, sehingga sering berdiam diri karena penguasaan bahasa yang terbatas, nilai 1: jika pembicaraannya berhenti-henti dan pendek-pendek, sehingga menyebabkan percakapan benar-benar tidak dapat berlangsung. untuk lembar observasi kontrol aktivitas, penulis menggunakan rubrik sebagai berikut : 1. frekuensi : nilai > 6 kali : sering nilai 4 – 6 kali : sedang nilai 13 kali : jarang 2. self confident (rasa percaya diri) nilai 5 apabila rasa percaya diri sangat tinggi sehingga siswa kelihatan sangat antusias melakukan kegiatan speaking nilai 4 apabila rasa percaya diri cukup tinggi sehingga siswa kelihatan cukup antusias melakukan kegiatan speaking nilai 3 apabila rasa percaya diri kurang sehingga siswa kelihatan agak ragu ragu melakukan kegiatan speaking nilai 2 apabila rasa percaya diri rendah sehingga siswa harus dibujuk terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan speaking nilai 1 apabila tidak ada rasa percaya diri sehingga siswa tidak mau sama sekali melakukan kegiatan speaking https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.79 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.79 129 teknik analisis data data yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian diolah dan dianalisis untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan berbicara siswa berkomunikasi dalam bahasa inggris. untuk itu data catatan awal dan nilai keterampilan serta hasil observasi akan dibandingkan yang dijadikan sebagai data penilaian keterampilan selama pembelajaran. data yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian diolah dan dianalisis untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan berbicara siswa berkomunikasi dalam bahasa inggris. untuk itu data catatan awal dan nilai keterampilan serta hasil observasi akan dibandingkan yang dijadikan sebagai data penilaian keterampilan berbicara selama pembelajaran. untuk mengetahui ketuntatasan belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut : nilai = ∑ siswa yang tuntas x 100 % ∑ seluruh siswa indikator ketercapaian siswa adalah ≥ 75 % dari jumlah seluruh siswa mendapat nilai ≥ 80. hasil dan pembahasan hasil penelitian keterampilan speaking: tabel 1. hasil penelitian kelas nilai 0 50 nilai 51 75 nilai 76 100 chatting 1 -3 kali chatting 4 – 6 kali chatting > 6 kali sc nilai 1 sc nilai 2 sc nilai 3 sc nilai 4 sc nilai 5 x ipa 3 (materi 1) 8 6 22 6 25 5 2 15 11 5 3 x ipa 3 (materi 2) 2 6 28 2 10 24 0 5 5 19 7 x ips 1 (materi 1) 4 10 22 16 15 5 2 15 11 5 3 x ips 1 (materi 2) 4 4 28 5 9 22 0 5 9 17 5 analisis data 1. nilai awal siswa : nilai rata-rata kelas x ipa 3 : 74,20 nilai rata-rata kelas x ips 1 : 71,53 2. materi 1: introduction nilai observasi chatting dengan mike cukup memuaskan walaupun masih ada siswa yang melakukan chatting hanya satu atau dua kali saja. sebagian besar siswa dapat melakukannya sesuai dengan yang diinstruksikan oleh guru. rasa percaya diri untuk berbicara bahasa inggris sudah mulai ada. nilai rata-rata kelas x ipa 3 : 76,40 nilai rata-rata kelas x ips 1 : 75,30 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.79 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.79 130 prosentase peningkatan nilai keterampilan speaking untuk kelas x ipa 3 sebesar 2,9 % dan kelas x ips 1 sebesar 5,2 % 3. materi 2: general nilai observasi chatting dengan mike sangat memuaskan, siswa sudah mulai menyenangi chatting dengan mike dan nilai keterampilan speaking siswa meningkat secara signifikan. rasa percaya diri siswa untuk berbicara bahasa inggris sudah banyak meningkat. nilai rata-rata kelas x ipa 3 : 80,30 nilai rata-rata kelas x ips 1 : 77,41 prosentase peningkatan nilai keterampilan speaking untuk kelas x ipa 3 sebesar 8,2 % dan kelas x ips 1 sebesar 8,2 % gambar 1. foto kegiatan belajar dengan aplikasi dari hasil penelitian tersebut terbukti bahwa chatting dengan robot online dapat melatih dan meningkatkan rasa percaya diri siswa berkomunikasi dalam bahasa inggris. peningkatan yang cukup signifikan dapat dilihat dari nilai keterampilan berbicara siswa yang terus meningkat karena rasa percaya diri mereka yang sudah timbul. kesimpulan dengan pengalaman penulis dalam memanfaatkan chatting dengan robot online sebagai alat bantu dalam belajar bahasa inggris siswa terlihat bahwa : 1. siswa termotivasi untuk berbicara dalam bahasa inggris karena mike akan selalu membimbing siswa. 2. adanya peningkatan nilai speaking sebagian besar siswa karena siswa banyak mendapatkan bentuk-bentuk expresi baru setelah chatting dengan mike 3. mike, sebagai robot online yang ramah dan bersahabat dapat membuat siswa yang rajin ingin terus menerus berbicara/chatting dengannya. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.79 https://ahlimedia-my.sharepoint.com/personal/kelasmaya_ahlimedia_com/documents/jira/2021/01-januari/buat%20jurnal/vid20201211092407.mp4 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.79 131 4. selain penilaian speaking, guru dapat juga memberikan penilaian sikap siswa untuk aspek : kerajinan dan percaya diri. 5. siswa memperoleh pelajaran tentang grammar, vocabulary atau suatu aturan/kebiasaan dalam pemakaian bahasa yang langsung diberikan oleh robot tersebut. dengan kata lain siswa memperoleh suatu pelajaran yang tidak disengaja. 6. chatting dengan robot mike ternyata disukai juga oleh orangtua dan saudara2 siswa untuk berlatih berkomunikasi dalam bahasa inggris daftar pustaka brown, h. douglas. (2001). language assessment principle and classroom practice. new york: longman diunduh dari eprints.iain-surakarta.ac.id brown, h. douglas. (2008). prinsip pembelajaran dan pengajaran bahasa. (edisi kelima), jakarta : kedutaan besar amerika serikat diunduh dari eprints.undip.ac.id tgl 08 des 2020 choamsky, noam (1965), aspect of the theory of syntax, cambridge : mit press diunduh dari eprints.undip.ac.id tgl 08 des 2020 departemen pendidikan nasional. . kurikulum 2013. jakarta: departemen pendidikan nasional scott, bill.1987. keterampilan berkomunikasi, (terjemahan), bina rupa aksara, 1990 widdowson, h.g. (1978), teaching language as communication, oxford : oxford university press diunduh dari eprints.undip.ac.id tgl 08 des 2020. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.79 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 16 received : 12-12-2020 revised : 01-01-2021 published : 15-01-2021 berdasi (berdayakan siswa): inovasi integrasi siswa dan alumni dalam membangun jaringan penelitian menuju madrasah berbasis riset yang unggul dan mandiri binti maqsudah man 2 kota malang, indonesia bintimaqsudah123@gmail.com abstrak: riset dan inovasi merupakan cara terbaik untuk membangkitkan daya saing suatu bangsa, dan lembaga pendidikan memegang peranan besar di dalamnya. sebagai salah satu pelaksana program madrasah riset, man 2 kota malang merupakan madrasah yang berinvestasi pada siswa berkemampuan riset handal. namun metode penerapan budaya riset tersebut keterbatasan laboratorium, pendanaan, dan pembimbing menyebabkan riset masih sekedar menjadi ekstrakurikuler saja. siswa masih bergantung pada relasi pembina yang banyak berperan dalam penyediaan alat dan bahan, penggunaan fasilitas, dan juga bimbingan selama penelitian, sehingga kegiatan riset dapat dilakukan dengan biaya yang murah. solusi terbaik terhadap segala keterbatasan dan ketergantungan ini adalah melalui penerapan suatu sistem berbasis sociopreneur dengan mengintegrasikan seluruh sumber daya dan potensi jaringan antara siswa dan alumni yang ada dengan nama berdasi (berdayakan siswa). penelitian ini dilakukan untuk meninjau implementasi program berdasi dalam membangun budaya riset di kalangan siswa melaui kerjasama dengan alumni. implementasi program berdasi di man 2 kota malang didasarkan hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan penelitian sebelum dilaksanakannya program, dilanjutkan dengan perancangan, rekruitmen, pelaksanaan, dan evaluasi program akhir. keberhasilan program berdasi dapat diraih melalui pemenuhan tiga indikator yang dimiliki alumni pada pelaksanaan program, yakni luasnya relasi, penurunan biaya penelitian, dan kemampuan alumni untuk menentukan metode penelitian yang paling sesuai. melalui program berdasi ini, alumni yang telah diarahkan akan berperan bagi adik kelasnya untuk membantu penentuan dan pelaksanaan tiap tahap penelitian baik dari sisi pengalaman maupun akses laboratorium dan relasi dosen pembimbing. keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan program berdasi mampu mewujudkan madrasah unggul dalam bidnag riset, yang berprestasi nasional dan internasional. kata kunci: berdasi; penelitian; integrasi; siswa; alumni https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 mailto:bintimaqsudah123@gmail.com vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 17 pendahuluan basis pembangunan yang mengandalkan sumberdaya alam dalam waktu satu atau dua dekade akan habis jika terus menerus dipakai. sebaliknya, riset dan inovasi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) jika semakin digunakan maka semakin berkembang dan membangkitkan daya saing suatu bangsa. bahkan saat ini semua negara maju menjadikan iptek sebagai tulang punggung kemajuan bangsa seperti yang terlihat di beberapa negara diantaranya di singapura, taiwan, dan jepang. appe (2016) dalam seminar nasional dewan riset nasional terkait penguatan sistem inovasi untuk daya saing bangsa bertajuk “sinergi pendidikan tinggi, riset, dan bisnis melalui inovasi untuk daya saing bangsa” mengatakan bahwa saat ini prioritas pembangunan berdasar pada lembaga yang berkualitas. peran lembaga berkualitas akan membentuk sumberdaya berkualitas untuk melakukan penelitian dan pengembangan untuk mewujudkan suatu inovasi sebagai timbal balik dan menunjang daya saing. implementasi penguatan inovasi ini dikuatkan dengan adanya kerjasama dari setiap unit lembaga dan perkuatan kolaborasi eksternal. tidak hanya perusahaan-perusahaan dan instansi besar. lembaga pendidikan tentu saja tidak bisa dilepaskan dari pembentukan suatu bangsa. pendidikan yang berkesinambungan dan yang berkualitas adalah induk dari segala pembangunan dan pengembangan suatu bangsa dan merupakan tonggak dari maju tidaknya negara tersebut. uu sisdiknas no 20 tahun 2003 juga menggariskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dan terukur untuk pembangunan bangsa (purba & rajagukguk, 2017). dengan begitu, lembaga pendidikan teruatama jenjang pendidikan menengah pun menempati posisi strategis untuk menumbuhkan budaya riset bangsa sejak dini. kementerian agama melalui direktorat jenderal pendidikan islam (ditjen pendis) yang menaungi madrasah sebagai lembaga pendidikan di indonesia telah berupaya untuk membuat kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu dan daya saing bangsa salah satunya dengan pencanangan program madrasah riset nasional (promadrina) pada tahun 2013. program ini diwujudkan sebagai upaya penumbuhan kecintaan siswa madrasah terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) melalui kegiatan penelitian (hidayati, 2019). amrullah (2013)menyatakan bahwa promadrina ditargetjan menjadi ujung tombak pengasah kemampuan riset siswa madrasah untuk bersaing di kancah nasional maupun internasional. dengan begitu, kementerian agama, kementerian pendidikan dan kebudayaan republik indonesia beserta berbagai instansi lain seperi lembaga ilmu pengetahuan indonesia (lipi) mengadakan berbagai kompetisi riset di tingkat nasional maupun internasional untuk mendorong munculnya bibit-bibit unggul dengan ide kreatif yang luar biasa. sebagai salah satu pelaksana program madrasah riset, man 2 kota malang merupakan madrasah yang berinvestasi pada siswa berkemampuan riset handal. sejak tahun 2015, siswasiswi di madrasah ini telah meraih sebanyak 130 prestasi di bidang riset di tingkat nasional maupun internasional, terutama di bidang lingkungan. sebagai contoh, penelitian siswa bertema “suara tonggeret sebagai alat meramal cuaca lokal” dalam bidang ekologi meraih penghargaan juara 3 dalam kompetisi lkir ke-49 tahun 2017 yang diselenggarakan oleh lipi dan mewakili indonesia di kompetisi internasional, kemudian penelitian bertemakan “jamu daun pepaya jantan sebagai obat penyakit malaria” yang juga bertema ekologi meraih medali emas dalam ajang opsi tahun 2017 yang diselenggarakan oleh kemendikbud. kemudian terdapat salah satu judul penelitian siswa man 2 malang yang telah diangkat dalam jurnal ekologi di universitas brawijaya dengan tema “tanaman refugia sebagai pengontrol hama di https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 18 sawah”. hingga saat ini man 2 kota malang telah meraih 14 penghargaan internasional dan sekitar 130 penghargaan nasional hanya dalam empat tahun. namun sayangnya, keberhasilann ini hanya diaih oleh sebagian siswa dan menyisakan siswa lain yang kurang merasa tertarik dengan riset. sehingga pembelajaran riset pada man 2 kota malang hanya bersifat sebagai sekgiatan ekstrakurikuler saja. selain itu, keterbatasan laboratorium di man 2 kota malang, keterbatasan dana penelitian, dan pembimbing juga menghambat perwujudan budaya riset bagi seluruh siswa di man 2 kota malang. bagi anggota ekstrakurikuler riset sendiri pun (tim olimpiade penelitian man 2 kota malang), siswa masih bergantung pada relasi pembina yang merupakan alumni universitas brawijaya. adanya relasi tersebut banyak berperan dalam penyediaan alat dan bahan, penggunaan fasilitas, dan juga bimbingan selama penelitian. dikarenakan semua kegiatan tersebut dilaksanakan dengan relasi pembina, kegiatan riset dapat dilakukan dengan biaya yang murah meskipun penelitian yang dilakukan setingkat s2. oleh karena itu, diperlukan suatu sistem berkelanjutan yang dapat terus membangun dan mempertahankan budaya riset di kalangan siswa, terutama man 2 kota malang. solusi terbaik yang dapat diterapkan ialah sistem berbasis sociopreneur dengan menggerakkan seluruh sumber daya dan potensi yang ada. penelitian fizella dkk. pada tahun 2015 menunjukkan adanya salah satu potensi sumber daya manusia yang sangat besar yang tercetak dari suatu lembaga pendidikan, yakni alumni. keberadaan alumni sangatlah berpengaruh pada peningkatan kualitas dari suatu instansi. ketika alumni berada di suatu lembaga atau tempat, maka secara tidak langsung mereka akan membawa nama baik dari lembaga pendidikan alumni berasal (fizella, saputra, & tamira, 2015). dengan menggabungkan potensi siswa tim riset dengan alumni yang telah banyak berpengalaman pada bidang riset serta membentuk suatu sistem terintegrasi di dalamnya, maka keberlanjutan suatu program, tidak terkecuali riset, akan dapat berjalan dengan baik. sistem ini bernama berdasi, berdayakan siswa. penelitian ini dilakukan untuk meninjau implementasi program berdasi dalam membangun budaya riset di kalangan siswa melaui kerjasama dengan alumni untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti lomba karya ilmiah di tingkat nasioanla dan internasional serta mewujudkan madrasah berbasis riset yang unggul dan mandiri metode desain penelitian penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif melalui pembahasan implementasi program dan pengukuran parameter keberhasilan implementasi program berdasi terhadap pelaksanaan penelitian siswa di man 2 kota malang. deskripsi proses implementasi berdasi menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan memusatkan perhatian pada suatu unit tertentu dari berbagai fenomena yang bertujuan menggambarkan berbagai kondisi, situasi atau berbagai fenomena sosial masyarakat. implementasi program berdasi didasarkan hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan penelitian sebelum dilaksanakannya program, dilanjutkan dengan perancangan, rekruitmen, pelaksanaan, dan evaluasi program akhir yang dapat dilihat pada gambar 1. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 19 gambar 1. alur metode implementasi program berdasi implementasi berdasi dilakukan kepada siswa man 2 kota malang dan alumninya sebagai subjek peneltian. pengambilan data dilakukan melalui observasi dan wawancara yang dilakukan kepada pembina, anggota, dan alumni man 2 kota malang, guru akademik serta civitas akademika man 2 kota malang. penyajian data hasil program berdasi dilakukan menggunakan beberapa parameter ; 1) jumlah topik penelitian ; 2) keterlibaan alumni dalam pelaksanaan penelitian ; 3) penurunan tanggungan biaya penelitian untuk siswa ; yang diukur pada 5 tahun terakhir (2015-2020). penelusuran ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menyajikan dalam bentuk grafik dan analisis data secara deskriptif. teknik pengumpulan data observasi kriyantono (2010) menyatakan observasi merupakan kegiatan mengamati secara langsung suatu objek untuk melihat secara dekat dan terperinci kegiatan yang dilakukan oleh subjek. observasi membuka peluang peneliti untuk melakukan pengamatan terhadap kegiatan sehari-hari informan, sehingga peneliti dapat melihat secara langsung realitas yang terjadi terhadap subjek penelitian. observasi terhadap siswa man 2 kota malang mencakup observasi pelaksanaan penelitian, interaksi dengan alumni terkait pelaksanaan penelitian, dan lain sebagainya sebelum dan setelah pelaksanaan program berdasi. wawancara wawancara merupakan suatu dialog yang dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (sugiyono, 2017). pelaksanaan wawancara pada implementasi program berdasi bertujuan untuk melakukan eksplorasi dan evaluasi pelaksanaan program dan dampak yang dihasilkan. wawancara dilakukan kepada pembina, anggota, dan alumni man 2 kota malang, guru akademik serta civitas akademika man 2 kota malang dokumentasi https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 20 dokumentasi merupakan serangkaian pencatatan peristiwa yang sudah berlalu (sugiyono, 2017). evaluasi pelaksanaan dan hasil implementasi berdasi berfokus pada dokumen berbentuk gambar berupa foto riset, arsip penelitian, dan data prestasi riset man 2 kota malang. teknik analisis data analisis data dalam penelitian kuantitatif dilakukan sejak perancangan implementasi program selama pelaksanaan program, dan ketika evaluasi pelaksanaan program. aktivitas dalam analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan verifikasi (sugiyono, 2017). reduksi data reduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang sesuai dengan tema serta polaya.. kemudian, hasil data tersebut akan direduksi, dirangkum, dan dipilih hal-hal yang pokok mengenai permasalahan untuk kemudian disusun secara sistematis sebagai data penunjang analisis permasalahan. penyajian data penyajian data memudahkan dalam hal pemahaman dan perencanaan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan dengaan menggunakan teks yang bersifat narasi. adapun tujuan dari penulisan dengan menggunakan narasi yakni untuk mempermudah penulis dalam menguraikannya dan mempermudah pembaca untuk memahaminya. verifikasi data verifikasi adalah kegiatan untuk menarik kesimpulan dari semua data yang diperoleh, sehingga penulis diharapkan dapat menjawab permasalahan yang berhubungan implementasi pelaksanaan program dan dampak yang ditimbulkan. hasil desain implementasi program berdasi inovasi program ini merupakan suatu sistem pembelajaran berbasis sociopreneur dengan nama berdasi dengan alur sistem sebagai berikut: gambar 2. alur sistem berdasi https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 21 program ini menggerakkan alumni sebagai salah subjek yang memberikan pembelajaran, dimana peran terbesa guru adalah untuk membentuk dan mengarahkan alumni untuk diterima di universitas tertentu yang mampu memberikan fasilitas penunjang penelitian bagian alumni maupun siswa. siswa-siswa kelas 12 itu selain diarahkan masuk ke universitas brawijaya juga diarahkan untuk memasuki jurusan yang bermacam-macam, karena dengan tersebarnya alumni di berbagai jurusan dapat menambah jaringan dari siswa anggota tim riset. dan dengan tim yang menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan, bisa membuat tim yang dapat menyelesaikan berbagai masalah dari berbagai sudut pandang. alumni yang telah tersebar kemudian akan menjadi jembatan bagi adik kelasnya untuk dapat melaksanakan penelitian tanpa bergantung sepenuhnya pada guru pembimbing mereka. sehingga, pelaksanaan pembelajaran ini dapat dilakukan secara mandiri. setelah menjadi mahasiswa, alumni-alumni dari siswa yang melakukan kegiatan riset didorong untuk aktif melakukan kegiatan riset di lingkungan universitas dalam bidang masing masing dengan dosen pembimbing masing-masing. kemudian saat melakukan bimbingan dan kegiatan penelitian, alumni-alumni tersebut dapat melibatkan junior-junior di man 2 kota malang dalam penelitian yang sedang dilakukannya. pada akhir penelitian, maka publikasi yang dilakukan mencantumkan nama dosen, siswa peneliti, serta alumni yang membantu sehingga memberikan feedback positif bagi alumni sebagai mahasiswa. merajut jaringan, meraih kemenangan sistem berdasi mulai dirintis dan diawali dengan mengarahkan siswa anggota tim riset kelas akhir (kelas 12) untuk dapat melanjutkan studinya di perguruan tinggi besar di malang, khususnya di universitas brawijaya, karena universitas ini memiliki buada riset yang mendukung, serta didorong pula oleh fasilitas serta tenaga pembimbing yang mumpuni. selain itu, universitas yang dipilih juga ditinjau berdasarkan jarak. dekatnya lokasi kampus dengan sebagian besar anggota tim riset akan menurunkan biaya yang diperlukan menjadi lebih murah. pada pengarahan siswa pada studi lanjutannya, siswa dibimbing untuk dapat menampilkan potensi terbaik mereka saat berada dibawah bimbingan dan pengawasan dari dosen pembimbingnya. dengan begitu, maka siswa dapat menimbulkan rasa kepercayaan dari dosen pembimbingnya dan memberikan peluang besar bagi siswa untuk dapat diundang melanjutkan studi ke pada jurusan dari dosen pembimbing tersebut. sehingga secara tidak langsung, siswa kelak akan menjadi salah satu kepercayaan dosen tersebut begitu menjadi mahasiswa pada jurusan yang bersangkutan. siswa kelas 12 tersebut tidak hanya diarahkan, namun juga dikerahkan untuk menduduki tempat strategis pada jurusan yang bermacam-macam, karena dengan tersebarnya alumni di berbagai jurusan dapat menambah relasi dari siswa anggota tim riset. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 22 gambar 3. sesi konsultasi siswa dengan dosen pembimbing penguasaan tim pada berbagai disiplin ilmu pengetahuan dapat membuat tim memiliki kompetensi untuk menyelesaikan berbagai masalah dari berbagai sudut pandang. setelah menjadi mahasiswa, alumni-alumni dari siswa yang melakukan kegiatan riset didorong untuk terus aktif dan secara berkelanjutan melakukan kegiatan riset di lingkungan universitas dalam bidang masing masing dengan dosen pembimbing masing-masing. ketika melakukan bimbingan dan kegiatan penelitian, alumni dapat melibatkan junior-junior di man 2 kota malang dalam penelitian yang sedang dilakukan. keselarasan sebagai daya ungkit penyelarasan antara topik riset yang akan dibawakan dengan kemampuan alumni dilakukan dengan menyesuaikan topik penelitian dengan modul praktikum milik alumni. dengan adanya hal ini, diharapkan siswa dapat menentukan metode penelitian dengan tepat dan efektif. selain itu, dengan sesuainya topik riset dengan topik praktikum mahasiswa, diharapkan mahasiswa (alumni) dapat membantu menjembatani konsultasi siswa dengan dosen. sehingga masalah yg ditemui selama riset dapat ditangani dengan efektif. sehingga, muncul lah integrasi antara siswa dan alumni dalam bentuk bantuan alumni dalam riset siswa, bantuan alumni dalam menjembatani konsultasi siswa dengan dosen, serta bagaimana alumni membantu proses administrasi laboratorium maupun membantu proses analisis data dari riset siswa. lalu setelah melalui serangkaian proses riset, akan diterbitkan jurnal atas nama siswa, alumni, dan dosen pembimbing, sehingga semua pihak mendapat manfaat dari adanya sistem ini. alumni dari tim riset diarahkan untuk aktif melakukan kegiatan riset karena dengan melakukann riset, ilmu dari tiap anggota tim riset dapat bermanfaat bagi masyarakat luas bahkan sampai di masa depan. selain itu, kegiatan riset yang baik dapat meningkatkan hubungan baik antar anggota tim riset. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 23 gambar 4. pengerjaan penelitian malaria bersama alumni di universitas brawijaya kelibatkan junior dari man 2 kota malang dapat memberikan dampak baik bagi siswa man maupun bagi alumni yang melakukan penelitian. integrasi antara alumni dan siswa ini menimbulkan adanya feedback yang baik bagi kedua pihak. bagi alumni yang memiliki riset, bantuan dari junior-juniornya dapat meringankan beban, terutama untuk tugas-tugas ringan dalam riset. begitu pun bagi siswa madrasah, siswa dapat menimba pengalaman sebanyakbanyaknya dan dapat mempelajari perkembangan topik-topik yang sedang dihadapi oleh masyarakat saat ini. selain itu siswa dapat berinteraksi dan terlibat langsung dengan peneliti profesional sehingga dapat menambah semangat, inspirasi, serta luasnya relasi-relasi baru bagi siswa tersebut. setelah itu, siswa yang sudah pernah belajar bagaimana bekerja bersama peneliti profesional dapat menerapkan ilmunya di topik penelitian yang ia angkat. sehingga kedepannya, siswa diharapkan dapat membangun relasi mereka sendiri terutama dalam hal pelaksanaan riset. membangun rumah pemenang perwujudan sistem ini juga didukung oleh penyediaan basecamp luar madrasah. pembuatan basecamp dapat mempermudah komunikasi antar alumni tim riset karena dijadikan tempat alumni tim riset dari berbagai jurusan untuk berkumpul dan berdiskusi, karena kesibukan masing-masing dapat menyebabkan hubungan antar alumni tim riset menjadi renggang, sedangkan komunikasi yang baik merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu kegiatan riset. pembuatan basecamp juga harus mempertimbangkan fasilitas yang disediakan, sehingga basecamp yang akan dibangun memerlukan koneksi internet, dan pemilihan lokasi harus yang mudah dicapai oleh semua anggota tim riset. saat ini, sudah terdapat beberapa alumni tim riset man 2 kota malang yang telah belajar di berbagai jurusan di universitas brawijaya, sehingga proses pelaksanaan dapat langsung dilaksanakan dengan melibatkan junior-junior dalam kegiatan penelitian yang dimiliki mahasiswa ub alumni tim riset. kemudian dosen pembiming penelitian terkait akan diminta pendapat mengenai perkembangan dari siswa man 2 kota malang yang ikut membantu riset. selain itu juga dilakukan penyewaan rumah kontrakan sebagai basecamp sehingga tersedia tempat berkumpul dan diskusi yang nyaman antara siswa man 2 kota malang dengan alumni. sistem ini secara khusus menargetkan untuk adanya efisiensi dalam hal waktu, dimana sebelumnya memerlukan waktu mencapai 1 minggu atau lebih untuk dapat mengakses laboratorium, diharapkan waktu yang diperlukan hanya 2 atau 3 hari saja dengan memanfaatkan relasi alumni. selain itu, sistem ini juga menargetkan efisiensi dalam hal biaya. dimana sebelumnya memerlukan hingga lebih dari 10.000.000 untuk setiap riset yang harus ditanggung siswa dan madrasah, diharapkan dengan berlakunya sistem ini, siswa dapat mengerjakan riset dengan pengeluaran biaya kurang dari 5 juta rupiah pada tiap risetnya. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 24 terdapat 3 indikator yang harus dapat dipenuhi oleh alumni pada program berdasi. yang pertama adalah luasnya relasi, yang kedua penurunan biaya, dan yang ketiga adalah kemampuan alumni untuk menentukan metode yang paling sesuai untuk penelitian siswa. efisiensi waktu kunci kemenangan jika sebelumnya pencarian ide topik riset hanya dilakukan melalui literatur, maka dengan adanya berdasi, pengalaman serta modul alumni akan turut berperan dalam penentuan topik tersebut. hal tersebut juga serupa dilakukan pada saat penyusunan metode sehingga metode dapat lebih presisi dan tidak membutuhkan banyak waktu untuk adaptasi metode pada tiap penelitian. selanjutnya pada pencarian dosen pembimbing, relasi alumni di universitas akan menggantikan luasnya relasi pembina, sehingga alumni dapat membantu menemukan dosen yang sesuai dengan topik penelitian, sekaligus menjembatani konsultasi antara siswa dan dosen. kemudian dalam pencarian laboratorium serta pengurusan administrasi, integrasi dengan alumni dapat memudahkan siswa dalam menemukan laboratorium yang tepat serta mempercepat proses administrasi dikarenakan setiap alumni memiliki akses untuk menggunakan laboratorium tersebut. tidak hanya dalam proses administrasi, namun dalam hal pengujian dan analisis dapat dibantu dengan alumni sehingga modifikasi metode lebih cepat dilakukan dalam pelaksanaan penelitian. selain, itu, siswa juga dapat mengurangi biaya yang dibutuhkan untuk menyewa jasa laboran dan analis. lalu setelah disusun laporan akhir, akan diterbitkan jurnal. dengan adanya berdasi, maka jurnal dapat diterbitkan atas nama siswa, dosen, dan alumni sehingga meningkatkan kredibilitas ilmiah alumni. tahap pelaksanaan inovasi tahap 1 tahap 1 pelaksanaan berdasi dilakukan pada tahun 2015. pada masa ini pembinaan riset sudah berjalan dengan terbagi kepada beberapa pembina. sehingga perekrutan tidak dilakukan secara terpusat dan siswa belum diarahkan untuk melaksanakan program berdasi. pembinaan masih dilakukan di bawah arahan dan relasi dari pembina, dan pelaksanaan riset di luar man 2 kota malang masih sangat terbatas. kolaborasi dengan alumni belum tercapai dan pelaksanaan kegiatan di luar relasi pembina belum dapat dilakukan. civitas akademika man 2 kota malang meliputi kepala madrasa, pembina, dan guru mulai mencanangkan suatu program berkelanjutan yang mampu mendukung bertumbuhnya budaya riset di man 2 kota malang, yaitu berdasi. berbagai kendala pelaksanaan riset dievaluasi dan dijadikan referensi dalam pembentukan program berdasi. tahap 2 pelaksanaan berdasi mulai dijalankan dan memasuki tahap 2 pada tahun 2016-2017. pembinaan riset dilakukan secara terpusat, sehingga perekrutan tim riset juga dilakukan secara satu pintu. pada tahap ini, sistem berdasi mulai terbentuk antara siswa kelas awal (10 dan 11), siswa kelas akhir (12), laboran, serta dosen. beberapa topik penelitian telah dilakukan di universitas brawijaya dengan berbagai kerja sama bersama dosen dan laboran. siswa mulai dikenalkan dengan lingkungan universitas dan pelaksaanaan penelitian yang lebih profesional bersama pembimbing dan pelaksana yang lebih ahli dan terlatih. pada tahap 2 ini bibit-bibit berdasi mulai dibentuk terutama pada siswa kelas akhir dan belum bisa terlaksana karena belum ada alumni yang lulus. namun tahap ini memegang kunci penting bagi pembentukan alumni. siswa kelas akhir mulai diarahkan untuk melanjutkan pendidikan di jenjang selanjutnya pada universitas besar di kota malang dengan berbagai posisi strategis berupa fakultas yang berbeda. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 25 tahap 3 tahap 3 merupakan tahap implementasi berdasi yang dilakukan sejak tahun 2018 hingga saat ini. alumni turut membentu perekrutan tim riset bersama pembina. sistem berdasi dijalankan secara aktif dengan melaksanakan integrasi antara siswa dan alumni. pada tahap ini, topik riset semakin beragam dengan tingkat kesulitan yang semakin tinggi. sebagian besar penelitian dilakukan di luar man 2 kota malang di bawah bimbingan dosen dan tenaga ahli pada masing-masing bidang. penelitian dilaksanakan secara kolaboratif bersama alumni baik pada tahap pencarrian ide, penentuan metode, pengambilan data, dan analisis data. berbagai bentuk pembiayaan dapat dikurangi dengan akses yang dimiliki oleh alumni, sehingga pengeluaran yang perlu dikeluarkan menjadi lebih sedikit. evaluasi rutin dilakukan secara berkala bersama dengan alumni untuk mempertahankan jaringan dan ikatan anata siswa dan alumni, sekaligus membahas terkait kendala yang ditemui selama pelaksanaan penelitian. dampak yang dihasilkan terdapat beberapa perubahan yang dapat dirasakan melalui adanya program berdasi. jika sebelumnya pencarian ide topik riset hanya dilakukan melalui literatur, maka dengan adanya berdasi, pengalaman serta modul alumni akan turut berperan dalam penentuan topik tersebut. lalu hal tersebut juga sama dengan penyusunan metode sehingga metode dapat lebih presisi dan tidak membutuhkan banyak waktu untuk adaptasi metode pada tiap penelitian. selanjutnya pada pencarian dosen pembimbing, link alumni di universitas akan menggantikan luasnya link pembina, sehingga alumni dapat membantu menemukan dosen yg sesuai dengan topik penelitian, sekaligus menjembatani konsultasi antara siswa dan dosen. kemudian dalam pencarian laboratorium serta pengurusan administrasi, intergrasi dengan alumni dapat memudahkan siswa dalam menemukan laboratorium yang tepat serta mempercepat proses administrasi dikarenakan setiap alumni memiliki akses untuk menggunakan laboratorium tersebut. tidak hanya dalam proses administrasi, namun dalam hal pengujian dan analisis dapat dibantu dengan alumni sehingga modifikasi metode lebih cepat dilakukan dalam pelaksanaan penelitian. selain, itu, siswa juga dapat mengurangi biaya yang dibutuhkan untu menyewa jasa laboran dan analis. dampak dari metode pembelajaran ini dapat ditinjau melelui jumlah topik penelitian yang dilakukan, persentase keterlobatan alumni dalam riset siswa, serta besarya biaya yang perlu dikeluarkan sekolah dan siswa dalam melaksanakan penelitian. gambar 5. grafik jumlah topik penelitian siswa 5 7 12 15 2015 2016 2017 2018 jumlah topik penelitian https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 26 program ini belum dilakuakn di tahun 2015, serta mulai diujicoba dan dirintis pada tahun 2016. pada 4 tahun terakhir, tahun 2015, 2016, 2017, dan 2018, terdapat peningkatan jumlah topik riset. dari adanya masing-masing jumlah ini, besar persentase keterlibatan alumni ditinjau lebih lanjut pada riset siswa sebagaimana yang tertampil pada grafik berikut : gambar 6. grafik persentase keterlibatan alumni dalam riset siswa berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat adanya peningkatan grafik berwarna oranye pada tahun 2017 dan 2018 yang menandakan semakin banyaknya keterlibatan alumni dalam riset siswa. pada tahun 2015 dan 2016, metode pembelajaran ini belum dilaksanakan seutuhnya dan bibit-bibit alumni masih dipersiapkan, sehingga tidak nampak adanya keterlibatan alumni di dalamnya. kemudian, jika ditinjau dari besarnya biaya yang harus dikeluarkan siswa dan sekolah dalam melaksanakan penelitian, dapat dilihat adanya grafik seperti di bawah ini : gambar 7. grafik persentase sumber dana penelitian siswa 42% 43% 100% 100% 58% 57% 2015 2016 2017 2018 presentase keterlibatan alumni dalam riset siswa keterlibatan alumni tanpa keterlibatan alumni 17% 47% 90% 100% 73% 53% 10% 2015 2016 2017 2018 presentase sumber dana penelitian siswa sistem berdasi https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 27 grafik persentase sumber dana penelitian siswa di atas menunjukkan adanya penurunan persentase yang ditunjukkan oleh warna biru. sementara seiring tahun, bagian grafik warna oranye mengakami peningkatan yang menunjukkan bahwa program berdasi mampu mendukung biaya riset siswa. dengan begitu banyak dampak positif yang dapat dirasakan melalui impelemtasi berdasi, man 2 kota malang berhasil meraih 13 prestasi internasional dan lebih dari 100 prestasi di tingkat nasional hanya dalam kurun waktu empat tahun. pembahasan menurut kamus besar bahasa indonesia alumni adalah orang-orang yang telah mengikuti atau tamat dari suatu sekolah atau perguruan tinggi. keberadaan alumni sangatlah berpengaruh pada peningkatan kualitas dari suatu instansi. ketika alumni bekerja disuatu perusahaan alumni akan membawa nama baik dari sekolah atau unversitas alumni berasal (fizella, saputra, & tamira, 2015). salah satu poin utama pada keberhasilan implementasi progam berdasi adalah alumni dan peran besar sekolah dalam menciptakan keterlibatan alumni dalam kegiatan almamaternya setelah lulus. diskresioner merupakan perilaku yang bukan menjadi kewajiban, melakunkan sebagai perilaku sukarela `untuk membantu. kanady (2015) menyatakan bahwa perilaku kolaboratif yang didasarkan diskresioner dapat menjadi pendukung pelaksanaan penelitian yang baik dan menjadi hubungan antara alumni dengan almamaternya. dalam menjelaskan teori perilaku kolaboratif diskresioner, menurut heckman & guskey (1998) ada persyaratan yang harus dipenuhi agar jalinan kemitraan tersebut berjalan. pertama bahwa alumni dalam melakukan perilaku discretionari tidak terikat oleh persyaratan atau kontrak apapun, kedua adanya sebuah usaha atau pengorbanan terkait dengan perilaku kolaboratif discretionari, ketiga bahwa individu tertentu lebih cenderung melakukan kegiatan diskresioner terutama untuk individu yang berpengetahuan, memiliki pengaruh dan paham informasi, keempat adalah adanya jaminan bahwa keterlibatan menyebabkan tingginya tingkat kepuasan dan kelima adalah perilaku kolaboratif diskresioner akan menyebabkan hubungan mendalam antara alumni dan almamater. sehingga dalam penerapannya dalam sistem berdasi, kunci berjalannya kolaborasi dengan alumni yang baik diantaranya adalah alumni berasal dari lingkungan yang sama dan sesuai yakni lingkungan riset, sehingga pemahaman terkait bidang riset sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. kemudian tingkat pemahaman informasi juga ada di tingkat yang baik karena tiap alumni memiliki bidang ilmu masing-masing yang berkorelasi dengan topik penelitian yang dilaksanakan. selanjutnya, man 2 kota malang sebagai lembaga yang menaungi pelaksanaan program berdasi juga dapat menjadi penjembatan yang baik dengan penyediaan berbeagai fasilitas diskusi seperti basecamp yang mengikat alumni dan siswa untuk dapat berkolaborasi secara mendalam. sehingga output yang didapatkan adalah keterlibatan ini menimbulkan suatu kepuasa tertentu utamanya dalam hal pelaksanaan riset yang ditandai peningkatan jumlah topik penelitian, efisiensi waktu, dan penurunan biaya penelitian yang perlu dikeluarkan. diskresioner atau kesediaan alumni dalam membantu almamaternya perlu dibentuk sejak alumni masih duduk di lembaga pendidikan tersebut. penelitian radcliff (2011) menjelaskan bahwa alumni yang semasa masih belajar memiliki keterikatan dengan almamater, cenderung lebih peduli pada almamaternya sehingga meningkatkan kesediaan alumni untuk peduli dan membantu almamater dengan kerelaan yang tinggi. hal ini ditunjukkan man 2 kota malang dengan memberikan fasilitas dan pengalaman yang mumpuni bagi anggota tim olimpiade penelitian dengan memberikan pelatihan dan pengarahan untuk melaksanakan penelitian di luar lingkup sekolah, yakni pada lingkup universitas. evaluasi secara rutin yang dilakukan juga https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 28 menjadi bentuk penguatan keterikatan antara siswa dan man 2 kota malang sehingga menumbuhkan jiwa peduli bagi alumninya kelak untuk dapat berkontribusi bagi almamaternya terutama membantu junior risetnya. keterlibatan alumni atau alumni involvement seperti ini akan menjadi faktor pendorong yang kuat. semakin alumni terlibat padaberbagai kegiatan yang diadakan di sekolah saat masih menjadi siswa, maka semakin tinggi keterlibatannya dengan kegiatan almamater ketika alumni telah lulus nanti (wang & ashcraft, 2014). terdapat berbagai bentuk bantuan alumni riset man 2 kota malang terhadap junior risetnya. pada program ini, bantuan ini meliputi penentuan topik riset, penyusunan metode, pencarian dosen pembimbing dan laboratorium, pengurusan administrasi dan akses laboratorium, hingga pengujian dan analisa data. sehingga secara tidak langsung, bantuan efisiensi waktu dan finansial juga didapatkan tanpa perlu memerlukan pendanaan secara langsung dari alumni. sebaliknya, program berdasi juga menimbulkan adanya proses timbal balik yang menguntungkan bagi alumni dengan mendorong alumni untuk terus melaksanakan riset, mendapat bantuan dalam pelaksanaan riset, dan meningkatkan kredibilitas ilmiah alumni melalui penerbitan jurnal ilmiah bersama siswa. bukan hanya sebagai dampak, proses timbal balik ini juga akan menjadi faktor pendorong keberlanjutan dari keterlibatan alumni pada kegiatan riset pada almamaternya. program berdasi memiliki potensi keberlanjutan yang besar jika lembaga pendidikan mampu menggerakkan dan menjaga keterikatan setiap komponen pelaksana berdasi dengan maksimal. alumni yang telah mendapatkan fasilitas yang optimal akan memberikan kontribusi besar bagi junior di almamaternya. sehingga junior yang kelak akan menjadi alumni juga mendapatkan fasilitas dan bantuan yang optimal dari alumni sekolahnya dan menimbulkan potensi besar bagi junior atau siswa tersebut untuk juga memberikan kontribusi yang maksimal bagi juniornya nanti, dan begitupun seterusnya. sehingga program berdasi ini sesuai untuk menjadi pilot project pembangunan jaringan penelitian suatu lembaga pendidikan menuju madrasah berbasis riset yang unggul dan mandiri. simpulan keberhasilan program berdasi dapat diraih melalui pemenuhan tiga indikator yang dimiliki alumni pada pelaksanaan program berdasi, yakni luasnya relasi, penurunan biaya, dan kemampuan alumni untuk menentukan metode yang paling sesuai untuk penelitian siswa. berdasi mampu menjadi salah satu program dalam mewujudkan pembelajaran mandiri dengan memberdayakan jaringan alumni man 2 kota malang. melalui program berdasi ini, alumni yang telah diarahkan akan berperan bagi adik kelasnya untuk membantu penelitian yang mereka kerjakan. sehingga, pada program ini lembaga pendidikan berperan besar dalam memantau serta mengarahkan siswa dan alumni. program berdasi didukung pula dengan adanya basecamp tempat berkumpul bagi alumni dan siswa. data jumlah topik penelitian pada 4 tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan jumlah topik riset yang diimbangi dengan peningkatan besar persentase keterlibatan alumni pada pelaksanaan penelitian, serta penurunan jumlah biaya yag harus dikeluarkan oleh sekolah untuk setiap pelaksanaan penelitian. keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan program berdasi (berdayakan siswa) mampu mewujudkan madrasah unggul dalam bidnag riset, yang berprestasi nasional dan internasional. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 29 daftar rujukan amrullah, a. (2013, juni 2). republika. retrieved from kemenag luncurkan program madrasah riset: https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islamnusantara/13/09/04/mskqz4-kemenag-luncurkan-program-madrasah-riset appe, j. (2016). sinergi pendidikan tinggi, riset, dan bisnis melalui inovasi untuk daya saing bangsa. seminar nasional dewan riset nasional. surakarta: direktorat jenderal penguatan inovasi. fizella, t. d., saputra, r. o., & tamira, e. r. (2015). tingkat kepuasan calon mahasiswa terhadap proses social customer relationship management dan tingkat preferensi penggunaan media sosial oleh calon mahasiswa untuk memilih perguruan tinggi. binus journal. fizella, t. d., saputra, r. o., & tamira, e. r. (2015). tingkat kepuasan calon mahasiswa terhadap proses social customer relationship management dan tingkat preferensi penggunaan media sosial oleh calon mahasiswa untuk memilih perguruan tinggi. binus jornal(00427). heckman, r., & guskey, a. (1998). the relationship between alumni and university: toward a theory of discretionary collaborative behavior. journal of marketing theory and practice, 92-112. hidayati, u. (2019). inovasi madrasah melalui penyelenggaraan madrasah riset. edukasi: jurnal penelitian pendidikan agama dan keagamaan, 238-255. kanady, j. (2015). an examination of alumni engagement at rowan university. theses and dissertations of rowa university. kriyantono, r. (2010). teknik praktis riset komunikasi disertai contoh praktis riset media, pubic relations, advertising, komunikasi organisasi, komunikasi pemasaran. jakarta: kencana. purba, j. t., & rajagukguk, w. (2017). manajemen strategi pembangunan bangsa dengan determinan pengembangan pendidikan nasional : suatu analisa data mikroagregat indonesia. 2nd national conference on business, management, & accounting. surabaya: universitas pelita harapan. radcliffe, s. (2011). a study of alumni engagement and its relationship to giving behaviors. bucknell digital commons. sugiyono. (2017). metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r&d. bandung: cv alfabeta. wang, l., & ashcraft, r. f. (2014). organizational commitment and involvement: explaining the decision to give to associations. nonprofit and voluntary sector quarterly. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.69 microsoft word 05-lilis.docx vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1532 received : 22-09-2021 revised : 21-10-2021 published : 30-11-2021 netiquette: penguatan soft skill netizen untuk generasi berkarakter lilis erna yulianti smpn 1 kertajati kabupaten majalengka, indonesia lilisernayulianti@gmail.com abstract the virtual world is not a world without borders so we are free to do anything. but as in the real world that has norms, ethics and etiquette, in cyberspace also requires a netiquette. netiquette as a healthy internet moral regulation is needed so that digital communication between netizens runs harmoniously and respect each other and away from conflict and deviant behavior so as to make the lives of netizens become more comfortable (comfort life). the implementation of netiket if done continuously in the long term will have a positive impact on netizens and their social environment. the positive impact for netizens towards strengthening their soft skills will form a generation of character, integrity, morality, having a healthy mentality, and getting appreciation from others who can be reinforcement for him to continue to do good to others. the positive impact on the environment makes interactions in the social environment healthier in more human communication patterns in their interaction patterns.in fact, there are still many disputes, violations and crimes that are implicated in social media and online media. for example: the rise of pornographic content, hate speech content, hoax issues, cyberbullying, insults, online fraud, digital sexual crimes, child trafficking, online prostitution, and various other cyber crimes. based on the problems in the virtual world, the research entitled "netiquette strengthening soft skills netizens for generation of character" aims to compare the phenomenon of ethical violations in social media and online media conducted by netizens associated with ethical guidelines in cyberspace (netiquette). this research uses qualitative methods with a literature review approach. keywords: netiquette: soft skill netizen; generation of character vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1533 pendahuluan sejak awal peradaban, manusia selalu termotivasi menggunakan akalnya untuk terus mengembangkan dan memperbaharui teknologi yang sudah ada. inovasi teknologi diciptakan manusia untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupannya. teknologi memberikan kemudah an bagi manusia untuk mengatasi permasalahan hidupnya. dengan demikian kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan ini sebab pada dasarnya manusia selalu menginginkan berbagai kemudahan dalam hidupnya. di era globalisasi seperti saat ini penguasaan teknologi menjadi prestise dan indikator kemajuan dan keunggulan suatu bangsa. semakin canggih teknologi (high technology) yang dikuasai suatu bangsa maka bangsa tersebut semakin maju dan modern. kemajuan suatu bangsa menunjukan keunggulan peradabannya. nurihsan (dalam suherman dan nandang budiman, 2011 : 297). menyatakan bahwa peradaban adalah bentuk budaya paling tinggi dari suatu kelompok masyarakat yang dibedakan secara nyata dari makhluk lainnya. lebih lanjut nurihsan menyatakan bahwa peradaban mencerminkan kualitas kehidupan manusia dalam masyarakat yang dapat diukur dari ketentraman (human security), kedamaian (peacefull), keadilan (justice)dankesejahteraan (welfare) yang merata. ibarat pisau yang memiliki dua sisi yang berbeda. pisau akan berguna jika dipergunakan sesuai fungsinya yang memberikan manfaat bagi penggunanya seperti memotong sayuran, mengiris daging, dan lain-lain keperluan yang membutuhkan pisau. namun pisau juga bisa mendatangkan masalah jika tidak dipergunakan sesuai fungsi yang bermanfaat untuk manusia seperti pisau yang dipakai untuk menusuk orang dan berbagai bentuk kejahatan lainnya yang menggunakan pisau. demikian pula halnya dengan perkembangan teknologi. dengan ditemukannya kecerdasan buatan (artifisial intelligence) sebagai teknologi terbaru yang membuat mesin menjadi lebih pintar seolah-olah bisa menggeser posisi kemampuan otak manusia di berbagai bidang ilmu. kecerdasan buatan ini diprogram sedemikian rupa sehingga alat atau mesin yang dihasilkan akan melaksanakan perintah sesuai tujuan pembuatannya. contohnya seperti perangkat mesin-mesin otomatis yang dapat menggantikan posisi manusia dalam pekerjaannya yang menuntut kemampuan fisik yang cukup besar. di sisi lain manusia tidak bisa mengingkari bahwa teknologi mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia juga. dengan kemudahan yang diberikan teknologi maka ketika urusan semakin mudah akan melunturkan solidaritas kebersamaan dan kurangnya silaturahmi. contohnya dengan penemuan televisi, handphone, dan internet membuat kita lebih asyik dengan gadget kita daripada kita bersosialisasi dengan orang lain. setiap saat kita habiskan waktu untuk memainkan berbagai program dan aplikasi yang ditawarkan dunia maya. dari mulai bangun tidur kita sudah memegang handphone bahkan sampai makan pun saking asyiknya tetap memainkan tombol-tombol yang ada di handphone. akibatnya kita seperti orang “autis” yang menyendiri dan terasing dalam keramaian dunia nyata. kita lupa kehadiran orangorang yang ada di sekitar kita. hubungan antar anggota keluarga menjadi renggang satu sama lain. chemistry menjadi luntur. hal ini baru yang terjadi dalam rumah tangga sendiri. apalagi dengan tetangga yang mungkin saja tidak kita kenal karena jarang beranjang sana. ironisnya, fenomena “autis” tersebut sering dilakukan banyak orang. maka, kita sering melihat walaupun orang-orang sedang berkumpul namun yang terjadi bukannya berbincangbincang satu sama lain melainkan mereka asyik dengan handphone masingmasing. bisa jadi kita pun tanpa sadar sering melakukan aktivitas tersebut. memang benar ada ungkapan handphone mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. kepekaan dalam berkomunikasi non verbal khususnya yang berkaitan dengan panca vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1534 indera semakin melemah seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi. fenomena ini terlihat dari semakin banyaknya kasus pertengkaran antara orang tua dengan anak ataupun suami dengan istrinya. adanya miskomunikasi terjadi disebabkan adanya perbedaan kebiasaan berkomunikasi. generasi sekarang umumnya menerapkan budaya berkomunikasi dengan gawai. perhatian mereka lebih terfokus pada layar berisi teks, emotikon maupun stiker. akibatnya mereka kurang peka terhadap ekspresi orang tuanya. mereka lebih asyik memainkan gawainya dibandingkan berbincang-bincang dengan orang tuanya. orang tua sering merasa tersinggung kemudian marah karena anaknya dianggap malas melakukan halhal lainnya di rumah. bahkan untuk belajar pun harus disuruh-suruh oleh orang tua. namun kecanduan memakai gawai tidak hanya terjadi pada anak tapi bisa terjadi pada siapapun yang menggunakan gawai termasuk suami-istri. istri yang terlalu asyik memainkan gawai bisa lupa kewajiban juga tidak mengurus rumah dan anakanaknya dengan baik. begitu pula sebaliknya seorang suami bisa juga kecanduan gawai yang mengakibatkan isterinya merasa kurang diperhatikan. akibatnya bisa menimbulkan pertengkaran diantara suami istri. penemuan perangkat komunikasi berbasis teknologi yang semakin canggih dengan keluarnya berbagai media baru berdampak pada perubahan gaya hidup (life style) masyarakat. kalau kita bandingkan anak-anak kelahiran 19902006 masih mengalami permainan benteng, petak umpet, lompat tali, beklesan, halma, ludo, dan masih banyak lagi permainan yang melibatkan aktivitas fisik dan kerjasama tim. anak-anak asyik berinteraksi sampai kadang lupa waktu. setelah munculnya gadget berupa telepon genggam, laptop, maupun game online maka anak-anak kelahiran 2007-2020 kurang tertarik lagi dengan permainan bersama temantemannya. mereka lebih fokus mengikuti permainan dalam gadget. lama kelamaan bisa menimbulkan ketergantungan dengan gadget masing-masing. bahkan ironisnya anak balita pun sudah diberi gawai agar anteng sehingga tidak mengganggu aktivitas orang tua. dengan perkembangan teknologi komunikasi masyarakat semakin mudah mengakses, mengumpulkan dan menyebarluaskan informasi melalui gadget secara global menembus batas geografis dan politis secara cepat, mudah, dan murah. arus informasi bisa diakses dari mana saja dengan berbagai sumber yang lebih beragam. konsekuensinya media yang masih konvensional harus bisa bertransformasi menjadi media digital minimal kombinasi diantara keduanya. jika sebelumnya komunikasi identik dengan percakapan antar orang per orang namun sekarang kita dapat melakukan komunikasi digital dengan interaksi dan penyampaian pesan sekaligus melalui berbagai perangkat media (multimedia) seperti komputer, internet, handphone, dan lain-lain. penggunaan multimedia makin mempermudah manusia dalam berkomunikasi digital secara cepat. hampir semua orang di berbagai belahan dunia dapat berkomunikasi satu sama lain tanpa dibatasi ruang dan waktu melalui internet. internet (interconnection networking) sebagai penemuan teknologi terpenting saat ini menjadi suatu hal yang paling dibutuhkan manusia untuk dapat berkomunikasi satu sama lain di seluruh dunia. berdasarkan digital 2020 yang dilansir we are social dan hootsuite diketahui bahwa pengguna internet di seluruh dunia mencapai 4,5 milyar orang. hal ini berarti 60 persen penduduk dunia atau lebih dari separuh populasi bumi menjadi pengguna internet. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1535 sumber : we are social dan hootsuite gambar 1. jumlah pengguna internet di dunia pengguna internet (netizen) yang berasal dari berbagai negara memiliki perbedaan ras, warna kulit, budaya, bahasa dan adat istiadat. perbedaan tersebut berpotensi menimbulkan miskomunikasi diantara netizen. apalagi jumlah netizen yang masuk dunia maya semakin bertambah. banyak netizen baru yang tidak tahu bagaimana menggunakan internet yang baik. ini bisa menimbulkan kesalahfahaman karena bisa dianggap kurang etis oleh netizen yang sudah lama. dunia maya sejatinya bukanlah dunia tanpa batas sehingga kita bebas melakukan apa saja. namun netizen yang hidup dalam dunia anonymous dimana netizen tidak perlu memberitahukan identitas aslinya banyak yang menggunakan informasi fiktif (hiding behind anonym). dengan “topeng” yang mereka pakai membuat mereka lebih bebas mengekspresikan dirinya dengan leluasa tanpa dikenali siapapun. terjadi fenomena degradasi etika. tersebarnya berita hoax yang menyebabkan saling hujat, saling mengolok, menyindir dan menghina antar individu maupun kelompok marak terjadi di media sosial. bahkan tidak sedikit kaum intelektual dan akademisi yang terlibat polemik dan saling serang opini yang kontraproduktif. banyak yang mengkritisi tanpa memberi solusi. akibatnya yang terjadi perang opini dan pemikiran yang tidak mencerahkan bahkan berpotensi terjadinya disintegrasi bangsa. padahal sebagai kaum intelek seharusnya menjadi contoh keteladanan dalam menggunakan media sosial. namun yang terjadi etiket di media sosial diabaikan. walaupun teknologi sekarang memungkinkan melakukan komunikasi melalui telepon ataupun video, namun sebagian besar komunikasi yang kita lakukan dalam bentuk teks atau gambar. oleh karena itu untuk meminimalisir dampak negatif penggunaan internet dibutuhkan pengetahuan tentang netiket (netiquette). netiket merupakan seperangkat aturan untuk berperilaku (etiket) di dunia maya. netiket menjadi kode etik bagi netizen. oleh karena itu sangat penting bagi netizen untuk memahami dan mematuhi etiket dalam berkomunikasi agar hubungan yang terjalin harmonis dan saling pengertian. faktanya masih ada netizen di tanah air yang belum memahami netiket. buktinya kita bisa lihat di media sosial masih ada saja yang memasang status “curhat” pribadi. ini menunjukkan orang tersebut belum bisa membedakan ruang privat dengan ruang publik. walaupun akun media sosial atas nama sendiri namun platformnya termasuk ruang publik. jadi tidak setiap status pantas dan layak diangkat ke ruang publik. jangan sampai kita meninggalkan jejak digital yang kurang baik. berhati-hatilah sebab jejak digital saat ini menjadi salah satu sumber penilaian terhadap diri kita. orang bisa sukses ataupun gagal dalam mengikuti suatu event atau lomba maupun seleksi beasiswa tergantung dari jejak digital kita. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1536 kalau ada peribahasa mulutmu harimaumu untuk menggambarkan seseorang yang bisa mendapatkan masalah jika tidak bisa menjaga omongannya. maka dalam hal ini peribahasa yang tepat adalah tulisanmu harimaumu yang berarti dari tulisan yang pernah kita kirim di media sosial akan menjadi masalah bagi kita jika tulisan tersebut melanggar rambu-rambu etiket (netiket). pelanggaran terhadap netiket bisa menyebabkan orang lain tersinggung ataupun dirugikan. implikasinya kita bisa dilaporkan dan dijerat undang-undang informasi dan transaksi elektronik no. 19 tahun 2016. oleh karena itu, untuk meminimalisir dampak negatif media sosial maka setiap netizen perlu mengetahui tentang netiket dan memperkuat soft skillnya agar memiliki kepribadian yang berkarakter. metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan literature review. pendekatan ini bertujuan untuk komparasi fenomena pelanggaran etika di media sosial dan media online yang dilakukan netizen dihubungkan dengan panduan etika di dunia maya (netiquette). kajian terhadap netiquette ini sangat penting sebab (1) belum banyak kajian tentang netiquette (tedre, et.all, 2006); (2) penerapan netiquette belum memadai dilakukan netizen; (3) pengguna internet semakin masif yang berpotensi terjadinya pelanggaran etika di dunia maya semakin besar. pembahasan soft skill netizen salah satu indikator globalisasi menurut idi dan safarina (2015 : 207) adalah terjadinya perubahan nilai-nilai yang diakibatkan perkembangan iptek yang mondial. nilai-nilai moralitas bergeser sejalan dengan pengaruh iptek dan komunikasi. kondisi tersebut telah diprediksi alfin toffler dalam bukunya future shock dengan terjadinya ‘keterkejutan budaya’ (cultural shock). globalisasi telah mengubah cara hidup manusia baik secara individu, warga negara indonesia dan warga dunia. hanya ada dua pilihan bagi setiap individu apakah mau jadi “pemain” atau menjadi “korban” globalisasi. fakta menunjukkan bahwasanya generasi muda bangsa ini cenderung menjadi “korban” globalisasi dengan mengedepankan pragmatism, hedonism, materialism, dan budaya cepat saji (abdullah idi). sebagian generasi muda berperilaku negatif seperti : konflik antaretnis, konflik bernuansa agama, tawuran, obat-obatan terlarang, pergaulan bebas, kriminal, kebut-kebutan, hura-hura dan hedonisme. jika kondisikondisi demikian dibiarkan maka akan menjadi kebiasaan yang selanjutnya menjadi karakter negatif yang akan berdampak buruk bagi pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa. aktivitas dan perilaku negatif seseorang yang dilakukan di dunia nyata bisa berdampak pula di dunia maya. seperti orang yang memiliki primordialisme yang tinggi maka ketika dia berhadapan dengan orang berbeda tradisi, adat istiadat, maupun kepercayaannya cenderung memiliki sentimen pribadi yang tinggi. di dunia nyata dia bisa menjadi pemicu konflik antaretnis ataupun konflik yang bernuansa agama. sedangkan di dunia maya dia bisa lebih leluasa dibalik anonim melontarkan ujaran-ujaran kebencian (hate speech). timbul pertanyaan bagaimana mengatasi permasalahan degradasi moral diatas? untuk mengatasi permasalahan tersebut tentu saja harus difokuskan pada pembangunan manusianya. the man behind the gun. pembangunan manusia kuncinya pada pendidikan karakter. adapun yang dimaksud dengan karakter menurut idi dan safarina (2015 : 216) adalah kumpulan beragam aspek kepribadian yang telah menyatu pada diri seseorang yang ditampilkan dalam bentuk perilaku. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1537 meutia hatta (2007) mengatakan berbagai sisi kehidupan manusia selama ini luput dari pembangunan karakter, jiwa dan raga manusia. seringkali yang diperhatikan pembangunan ekonomi dan orientasi fisikmaterial semata. maka tidak mengherankan jika mentalitas generasi muda tumbuh subur sifatsifat materialisme, praktek kkn, dan perilaku kurang terpuji lainnya. untuk meminimalisir perilaku negatif maka segenap warga bangsa perlu memiliki kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. kompetensi kepribadian diperlukan agar bisa memahami dan mengatur diri sendiri (intrapersonal skill) yang meliputi kelebihan dan kekurangan, kecerdasan emosional, kepemimpinan, berpikir kritis, pemecahan masalah, manajemen waktu, keinginan, motivasi, pengendalian diri dan lain-lain. sedangkan kompetensi interpersonal diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain seperti : komunikasi, negosiasi, penyelesaian konflik, keterampilan manajemen, kerjasama tim dan lain-lain. kedua keterampilan baik intrapersonal maupun interpersonal erat kaitannya dengan soft skill. berdasarkan hasil penelitian di harvard university ternyata kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja tetapi justru yang paling banyak diitentukan oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). penelitian ini mengungkapkan kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% hard skill dan sisanya 80% soft skill. hasil penelitian yang dilakukan linkedln yang mensurvey 2.000 pebisnis di awal tahun 2018 menguatkan hasil penelitian harvard diatas bahwa 57% pemimpin perusahaan percaya bahwa soft skill sekarang lebih penting dibandingkan hard skill. hard skill bisa dipelajari di sekolah atau kelas pelatihan. namun soft skill berdasarkan pengalaman dan kepribadian seseorang yang tak bisa didapat atau dimanipulasi. jika berdasarkan hasil penelitian tersebut, pendidikan dengan muatan soft skill seharusnya lebih dominan dan menjadi kebutuhan urgen dalam dunia pendidikan. realitanya pendidikan di indonesia cenderung lebih berorientasi pada muatan hard skill. menyikapi hal tersebut dibutuhkan kreativitas pendidik dalam memasukkan muatan soft skill pada proses pembelajarannya. sayangnya, tidak semua pendidik mampu memahami dan menerapkannya. istilah soft skill (keterampilan non teknis) erat kaitannya dengan konsep kecerdasan emosional (emotional intelligence). soft skill adalah keterampilan seseorang dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) dan dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal. contoh keterampilan intrapersonal yaitu percaya diri, kontrol diri, pro aktif, proses berpikir kreatif , kesadaran emosional, transformasi keyakinan, manajemen stress, manajemen waktu, , percaya diri, dan sebagainya. sedangkan contoh keterampilan interpersonal yaitu keterampilan komunikasi, kepemimpinan, negosiasi, presentasi, berbicara di depan umum, kesadaran politik, orientasi pelayanan, manajemen konflik, kerjasama tim, empati, sinergi dan sebagainya. berdasarkan hasil riset dari linkedln yang dikutip dari cosmopolitan ada 4 soft skill yang paling dicari saat ini ; a) kepemimpinan yang paling pertama adalah kemampuan memimpin yang meliputi kemampuan berorganisasi, problem solving serta team management, bertanggung jawab, pantang menyerah, berpikir positif, kemampuan menganalisa dan mengidentifikasi sebuah masalah serta mencari penyelesaiannya dengan nalar yang logis. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1538 b) komunikasi kemampuan berkomunikasi yang baik sangat penting untuk membangun networking di tempat kerja c) kolaborasi modal penting dalam dunia kerja adalah mampu menempatkan diri dalam tim serta mau mendengarkan kritik dan saran dari orang lain untuk mencapai target bersama. d) manajemen waktu kemampuan manajemen waktu termasuk mampu menentukan prioritas kerja harus dimiliki agar sukses dalam karier melatih soft skill memang tidak semudah menguasai hard skill. soft skill sangat tergantung pada kepribadian setiap orang. mengingat soft skill diperoleh berdasarkan pengalaman maka bagi anak-anak perlu mendapat pendidikan karakter yang dibimbing oleh orang tua atau gurunya sebagai significant others. banyak cara yang bisa dilakukan diantaranya dengan sering mengajak anak-anak ke tempat ramai sehingga mereka belajar bagaimana orang berinteraksi satu sama lain, belajar bagaimana menghargai orang lain, dan kepedulian terhadap sesama. cara yang lain orang tua memberikan kesempatan kepada anaknya untuk mengambil keputusan sesuai dengan yang dia inginkan. libatkan mereka dalam berbagai kegiatan agar mereka belajar bersosialisasi. selanjutnya motivasi mereka untuk ikut berbagai lomba agar belajar menerima kekalahan dan kemenangan. hal ini akan membangun jiwa sportifitas. ajak mereka mengobrol untuk menyelami perasaannya dan memberikan kesempatan pada mereka mencurahkan isi hatinya. orang tua dapat menanamkan nilainilai karakter dan menyampaikan aturan etiket dalam berinternet juga. selanjutnya yang penting sebagai orang tua kita harus memberikan contoh keteladanan bagi mereka. mereka akan belajar dengan mencontoh lingkungan terdekatnya yaitu keluarga. usaha-usaha yang dilakukan diatas dalam rangka penguatan soft skill netizen agar memiliki karakter. apabila netizen sudah memiliki karakter maka dimana pun dan kapan pun mereka berperilaku ajeg dalam menerapkan etiket baik di dunia nyata maupun di dunia maya. mereka akan mengimplementasikan netiket tanpa merasa terpaksa. orang yang memiliki soft skill yang baik menurut apandi (2015 : 36) akan pandai mengendalikan diri, memiliki kedewasaan berpikir, mampu mengambil keputusan yang bijak, memiliki visi hidup yang kuat, memiliki motif berprestasi, mampu beradaptasi dengan lingkungan, pekerja keras, ulet, menyukai tantangan, mampu bekerja sama, mampu membangun interaksi, komunikasi, relasi yang baik dengan orang lain, dan mampu membangun jejaring dalam mengembangkan usaha atau karier karena kesuksesan tidak bisa dilakukan seorang diri, tetapi membutuhkan kemitraan dengan pihak lain. netizen sebagai pengguna internet perlu diberikan penguatan soft skill agar menjadi netizen yang berkarakter dan berakhlakul karimah. dengan memiliki soft skill yang baik netizen dapat mengendalikan diri dan memiliki kualitas kepribadian yang mumpuni dalam menjalin kerjasama dengan orang lain. netizen yang berkarakter baik akan senantiasa menjaga kesopanan dan tidak menyinggung ataupun menyakiti orang lain. dia akan senantiasa mematuhi netiket. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1539 generasi berkarakter pluralitas sosial atau masyarakat yang multikultural dengan tradisi dan adat istiadat yang berbeda dapat menjadi kekuatan sosial apabila masyarakat terbuka untuk menerima anggota masyarakat yang baru dan memberikan apresiasi terhadap anggota masyarakat kaum minoritas yang berpartisipasi aktif dalam masyarakat utama (mainstream society). namun sebaliknya pluralitas sosial dapat menjadi penyebab disintegrasi bangsa jika masyarakat terlalu menonjolkan perbedaan yang ada sehingga memunculkan intoleransi terhadap warga bangsa lainnya yang dianggap berbeda. memasuki era demokratisasi sejak terjadinya reformasi tahun 1998 situasi berbangsa mengalami “krisis etika sosial” yang tidak sejalan dengan spirit reformasi yang diusung. fenomena yang terjadi adalah dengan munculnya salah satu permasalahan mendasar berupa kecenderungan “krisis akhlak” di tengah masyarakat. fenomena tersebut memunculkan terjadinya beragam bentuk anomali sosial seperti korupsi, narkoba, pergaulan bebas, meningkatnya perilaku kriminal, konflik sosial, rendahnya sopan-santun dan rasa hormat dari kaum muda kepada kaum yang lebih tua, dan lain-lain. indikator-indikator krusial tersebut menunjukkan telah terjadinya degradasi akhlak, moral, dan etika sosial. jika keadaan tersebut dibiarkan maka sangat mungkin akan terjadi ancaman krisis sosial yang mengarah pada proses disintegrasi bangsa. terjadinya krisis etika sosial tidak hanya terlihat pada kondisi nyata di masyarakat namun terjadi juga di dunia maya atau internet. proliferasi platform digital dan perkembangan teknologi informasi yang semakin masif sekarang ini membuat masyarakat dimudahkan dalam berinteraksi secara online. penggunaan internet sudah menjadi kebutuhan yang wajib bagi masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. dampak negatif lain penggunaan internet ini berdampak pada gaya hidup masyarakat yang salah satunya memiliki kecenderungan berkumpul di tempat-tempat yang memiliki wifi (wireless fidelity). cara orang-orang bersosialisasi juga mengalami pergeseran dari yang tadinya melakukan pertemuan secara face to face (berhadapan) berubah menjadi hubungan sosial secara digital. sarana digital yang sering dipakai adalah media sosial yang memungkinkan bagi para pengguna untuk berkomunikasi, dan berinteraksi, saling berbagi maupun membangun jaringan di dunia maya melalui internet. penggunaan media sosial (facebook, instagram, whatsapp, line, youtube, twitter, path, pinterest, tumblr) menjadi fenomena yang sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. kita sering melihat bahkan bisa jadi kita sendiri menjadi orang yang sulit melepaskan diri dari media sosial. melalui media sosial kita berkirim kabar dengan mudah dan cepat kepada siapa pun, kapan pun dan dimana pun. trend penggunaan media sosial yang serba digital ternyata dapat mendatangkan dampak negatif bagi masyarakat. berdasarkan hasil survey sharing vision tahun 2013 (dalam binus.ac.id), kejahatan yang terimplikasi media sosial dan media online khususnya twitter dan facebook di indonesia berada pada level yang mengkhawatirkan. pada tahun 2012 terdapat 12.300 kasus yang terjadi akibat penyalahgunaan facebook, pengaruh konten youtube, situs porno serta game online mampu membuat anak kecanduan. indikasi terjadinya kecanduan game online ditunjukkan seorang pemain game (gamer) yang mengalami kepuasan dan ingin terus mengulanginya sehingga mempengaruhi psikologisnya. anak yang tadinya supel dan suka bersosialisasi ketika mulai ketagihan game online maka dia menjadi anti sosial. dia akan mengasingkan diri dan menarik diri dari keramaian agar fokus dalam permainannya. dia bisa lupa makan dan malas melakukan aktivitas lainnya. jika keinginannya bermain game dihalangi vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1540 maka dia akan berontak dan melakukan tindakan destruktif karena emosinya sulit untuk dikontrol. jika sudah demikian maka perlu terapi oleh psikiater di rs dengan maraknya konten pornografi yang mudah diakses melalui gadget. ketika sedang browsing di dunia maya tibatiba muncul gambar-gambar yang tidak senonoh atau ajakan chat pribadi. sebagai orang tua muncul kekhawatiran anakanak akan melihat juga gambar-gambar vulgar yang muncul. apalagi saat pandemi seperti sekarang ini penggunaan gawai tidak bisa dielakkan. sebuah peristiwa mengejutkan terjadi ada siswa kelas satu sd yang mengajak temantemannya untuk menonton film porno di lab komputer di sekolah dengan mengklik sebuah situs yang terkesan familiar bagi anak-anak. ini sangat membahayakan perkembangan anak-anak baik secara mental maupun intelektual. dilansir dari id.theasianparent.com bahwa ketika seorang anak terpapar pornografi maka beberapa bagian otaknya akan mengalami kerusakan. kerusakan otak yang pertama kali terjadi di bagian depan otak yang disebut pre frontal cortex. bagian otak depan ini sebagai pusat berpikir kritis dan pusat pengambilan keputusan. bagian inilah yang membedakan manusia dengan binatang sebab memiliki fungsi mengembangkan etika untuk membedakan yang benar dan salah. tentu saja kondisi ini sangat memprihatinkan sebab anak tersebut tidak mampu lagi mempertimbangkan suatu perbuatan dari aspek moral. munculnya intervensi kelompok tertentu yang mengusik netralitas media sosial sebagai ruang publik tempat berdiskusi dan berkomunikasi secara bebas dan demokratis sangat mengganggu kenyamanan dan keamanan pengguna sebab kelompok tersebut menyebarkan konten ujaran kebencian (hate speech) untuk menyerang lawan yang berbeda pandangan. masyarakat pengguna ruang publik sering menjadi korban karena tidak faham dan menelan mentah-mentah berita bohong yang disebarkan (hoax). bahkan tidak jarang mereka memposting ulang teks ujaran kebencian yang berisi penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, perbuatan tidak menyenangkan, provokasi dan menghasut suku, agama, ras, warna kulit, etnis, gender, kaum difabel, kaum minoritas, dan lainlain. implikasinya teks informasi ujaran kebencian menyebar dengan cepat sehingga menjadi opini publik yang meresahkan. isu bohong (hoax) serta ujaran kebencian (hate speech) yang diposting di ruang publik media sosial dapat memicu aksi saling curiga antar elemen masyarakat, terjadi bentrokan bahkan dapat berujung pada penyerangan aparat keamanan. massa yang terprovokasi bisa bertindak liar dan membabi buta secara destruktif. selain ujaran kebencian yang memang sudah diseting oleh kelompok oportunis tertentu, pengguna internet (netizen) juga seringkali melakukan tindakan yang kurang sopan sehingga menyinggung pihak lain. akibatnya pihak yang tersinggung yang biasanya banyak yang menyangkut publik figur melaporkan aksi netizen tersebut kepada pihak yang berwajib. di sekolah banyak anak-anak yang mengalami perundungan (bullying) secara verbal lewat media sosial seperti facebook. biasanya di dunia nyata mereka sudah bermasalah. kemudian dilanjut dengan membuat postingan yang sifatnya merendahkan dan menghina. akibatnya terjadi aksi saling balas yang bisa berujung baku hantam di dunia nyata. untuk mengatasi masalahnya biasanya anak-anak akan datang ke ruang bk. guru bk atau konselor sekolah selanjutnya menjadi mediator bagi anak-anak yang berselisih tersebut dalam rangka mencari upaya damai. kebebasan berekspresi bukan berarti kita bisa seenaknya mengeluarkan kata-kata yang bisa menimbulkan risiko konflik dengan orang lain. pada tahun 2016 tercatat ada 708 laporan kasus tindak pidana penghinaan. jumlah tersebut meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2015 dengan 485 laporan kasus yang sama (dikutip dari icjr.or.id). berbagai kasus pelanggaran yang dilakukan pengguna internet atau yang lazim disebut netizen perlu disikapi vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1541 secara cerdas. sebagaimana dalam kehidupan nyata masyarakat wajib mematuhi aturan dan norma yang berlaku agar kehidupan masyarakat dapat berjalan tertib dan lancar maka di dunia maya pun netizen perlu mematuhi aturan sopan santun atau etika ketika kita menggunakan internet. inilah pentingnya netiquette (internet etiquette) atau etiket dalam berinternet. implementasi netiket jika dilakukan secara terus menerus dalam jangka panjang akan memberikan dampak positif bagi diri netizen dan lingkungan sosialnya. dampak positif bagi netizen ke arah penguatan soft skill-nya akan membentuk generasi berkarakter, berintegritas, bermoral, memiliki mentalitas yang sehat, dan mendapat apresiasi dari orang lain yang bisa menjadi reinforcement bagi dirinya agar terus berbuat baik pada sesama. dampak positif pada lingkungan menjadikan interaksi di lingkungan sosial menjadi lebih sehat dalam pola komunikasi dan lebih manusiawi dalam pola interaksinya. netiquette sebagai regulasi moral berinternet sehat aktivitas netizen di dunia maya bermacam-macam. ada yang mencari materi pembelajaran, ada yang berkomunikasi dan bersilaturahmi dengan teman-temannya, ada yang mencari hiburan, ada juga yang berbisnis, dan berbagai macam aktivitas lainnya seperti halnya di dunia nyata. yang membedakan hanyalah ketidakhadiran secara fisik dan penggunaan media digital sebagai penghubung seperti sosial media, situs, blog, email dan tempat sharing lainnya. sebagaimana kehidupan di dunia nyata maka hidup di dunia maya juga memiliki teman, tetangga dan komunitas untuk berbagi sapa dan kabar. setiap saat netizen akan selalu bertambah dengan masuknya “penghuni baru” ke dunia maya. semakin banyak penghuni maka semakin banyak potensi terjadinya gesekan kepentingan dan interes. apalagi dunia maya memberi keleluasaan juga bagi para netizen dalam mengekspresikan pendapat dan idenya secara bebas tanpa harus mengungkapkan identitas asli (anonymouse). namun tidak semua yang kita ekspresikan disukai oleh orang lain terutama jika isi postingan kita bersifat menghina, menyerang, dan merendahkan netizen lain. akibatnya bisa terjadi konflik yang dapat berlanjut lintas dimensi sehingga hubungan netizen menjadi tidak harmonis juga dalam kehidupan nyata. netizen berasal dari berbagai negara yang pastinya memiliki budaya, bahasa, dan adat istiadat yang berbeda-beda. kondisi tersebut mendorong berlakunya suatu kode etik yang bisa diterima oleh semua lapisan netizen dengan menggunakan bahasa universal. untuk mengatur jalannya interaksi di dunia maya agar tidak terjadi konflik sehingga kehidupan bisa menjadi nyaman (comfort life) maka netizen perlu mengetahui dan memahami netiket sebagai regulasi moral yang berisi tata karma atau sopan santun yang harus diperhatikan oleh netizen. berdasarkan hasil studi literatur, berikut disampaikan beberapa aturan atau panduan yang dapat dijadikan pegangan netizen agar memiliki soft skill menjadi netizen berkarakter 1. aturan inti netiket dari virginia shea ada 10 aturan inti netiket yang disampaikan virginia shea dalam bukunya yang berjudul “the core rules of netiquette” (dalam albion.com) yaitu : 1) remember the human (ingat, semua pengguna internet adalah manusia) kita harus menyadari ketika kita berselancar di internet kita tidak sendirian. walaupun yang kita hadapi gadget namun ada pengguna lain yang sedang kita hadapi. oleh karena itu, kita tidak boleh bersikap seenaknya yang dapat menyakiti perasaan orang lain. berpikirlah sebelum bertindak. perlakukan orang lain secara manusiawi dengan penuh penghargaan, vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1542 penghormatan dan kasih sayang. hindari sikap-sikap yang bisa menyinggung perasaan orang lain misalnya melakukan cyber bullying, menyebarkan ujaran kebencian (hate speech), melecehkan, mengutuk, dan lain-lain sikap yang merendahkan dan menghinakan. intinya kita harus bersikap empati dengan membayangkan bagaimana perasaan kita jika di posisi orang lain dan selalu ingat bahwa yang kita hadapi manusia bukan layar gadget. 2) adhere to the same standards of behavior online that you follow in real life ( patuhi standar perilaku online layaknya yang anda ikuti dalam kehidupan nyata) kita harus menaati peraturan baik di dunia nyata maupun di dunia maya sebab dalam urusan moral semestinya kita berlaku sama dimanapun. jangan pernah berpikir di dunia maya tidak ada sanksi atau hukuman sebagaimana berlaku di dunia nyata. kita harus selalu ingat bahwa kita berhadapan dengan orang yang harus kita hargai dan hormati. oleh karena itu, bersikaplah sopan dan hindari penggunaan kata-kata yang menghina dan merendahkan seseorang dan perbuatan merugikan lainnya. 3) know where you are in cyberspace (pahami posisi anda di dunia maya) kita harus tahu ketika kita masuk ke dalam jaringan internet kita bukan berada di dunia nyata tetapi di dunia maya. maka apapun yang kita posting saat itu juga bisa tersebar ke banyak orang dan bisa dilihat oleh siapa saja di belahan bumi ini. ada jejak digital yang merekam semua tindaktanduk kita. oleh karena itu berhati-hatilah. hindari membahas kebiasaan, budaya lain bahkan agama orang lain yang bisa menimbulkan perdebatan yang sia-sia. intinya kita tidak boleh usil dan nyinyir mengomentari hidup orang. pikirkan lebih dulu semua yang akan diposting, unggah, atau twit di media sosial. jangan terlalu spontan karena berpotensi menyebabkan flaming dengan postingan bernada menghina, provokatif dan menimbulkan perdebatan. sudah semestinya ketika kita masuk ke suatu grup dan mengikuti aturan main yang berlaku di grup tersebut maka kita tidak akan bermasalah dengan orang lain. 4) respect other people’s time and bandwidth (hargai waktu dan bandwidth orang lain) jika kita akan mengirimkan sesuatu, kita harus meminta ijin terlebih dahulu sebab hal itu bisa menyita waktu penerima untuk mengunduh, membaca, melihat, dan bisa saja apa yang dikirimkan itu rentan akan virus. sengaja atau tidak mengirim email sampah atau spam akan menyita bandwidth orang lain. dalam bandwidth ada batasan jumlah data yang dapat dibawa oleh setiap bagian kabel pada saat tertentu. dengan mengirimkan informasi yang berulang-ulang seperti tulisan yang copy paste atau link-link iklan yang tidak dibutuhkan melalui kabel mengharuskannya untuk disimpan dalam bandwidth. jangan sekali-kali memposting file ukuran besar yang membuat loading internet penerima menjadi berat karena terbatasnya bandwidth dan sinyal. dalam penggunaan media sosial kita juga harus memperhatikan waktu dan durasinya. ada jam tertentu yang sebaiknya tidak usah berada di media sosial termasuk mengunggah suatu informasi di waktu orang sedang beristirahat. 5) make yourself look good online (berikan representasi terbaik anda saat online) hidup ini pilihan. begitupun dengan kehadiran kita di dunia maya apakah akan menjadi orang baik atau berperilaku buruk. jika kita memilih menjadi netizen yang berperilaku baik, bersikap ramah berbicara yang sopan tentu akan menjadi pilihan terbaik yang akan membuat citra kita juga baik di dunia maya. jangan hiraukan dengan netizen yang berperilaku buruk. ingatlah tidak semua netizen demikian. masih banyak netizen yang tulus berbagi tanpa pamrih dan memiliki integritas. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1543 6) share expert knowledge (bagikan pengetahuan dan keahlian yang jelas sumbernya) apabila kita masuk dalam jejaring sosial ataupun forum alangkah baiknya apabila kita mau membagikan ilmu yang kita kuasai kepada anggota grup lainnya. orang lain tentu akan senang jika kita suka berbagi informasi atau menunjukkan perhatian apabila ada anggota grup yang terkena musibah lalu kita ikut menghibur dan menguatkannya. apabila kita berbagi info maka info tersebut harus jelas sumber beritanya sehingga bisa dipertanggung jawabkan. jangan sekali-kali kita menyebarkan berita yang belum jelas sebab orang akan menganggap kita penyebar hoax atau berita bohong. 7) help keep flame wars under control (bantulah mengendalikan adu argumen) perdebatan / adu argumentasi (flaming) sering terjadi di dunia maya. ketika perdebatan sudah mengarah pada upaya saling menyerang dan saling memaki maka perdebatan sudah tidak sehat. untuk itu perlu kehadiran netizen yang menjadi penengah agar jalannya diskusi memberikan manfaat dan tidak terjadi pertikaian berkelanjutan, meluas bahkan berlanjut di dunia nyata. 8) respect other people’s privacy (hormati privasi orang lain) kita tidak boleh mengungkap rahasia seseorang di dunia maya. perbuatan tersebut melanggar privasi karena disampaikan di ranah publik. netizen harus tahu dan paham mana yang termasuk ranah privat dan ranah publik. hormatilah privasi orang lain maka kita juga akan dihormati 9) don’t abuse your power (jangan menyalahgunakan kemampuan anda) jika kita memiliki kemampuan lebih maka jangan salah gunakan kemampuan tersebut sekedar iseng atau motif-motif lainnya misalnya dengan membajak akun orang lain atau membajak e-mailnya. hal itu termasuk sikap sewenangwenang dan bersikap seenaknya yang bisa merugikan dirinya maupun pemilik akun. 10) be forgiving of other people’s mistakes (jadilah pribadi yang lapang dada) setiap orang tentu pernah melakukan kesalahan maupun pelanggaran etika ketika menggunakan internet. reaksi netizen lain biasanya akan mengucilkan dari kehidupan dunia maya. namun memaafkan lebih bijak karena kita juga memiliki kemungkinan untuk berbuat salah terhadap orang lain. bagi netizen baru dan belum tahu tentang netiket sebaiknya dibimbing bagaimana cara berinternet dengan baik sehingga terhindar dari kesalahan pelanggaran lagi. demikian 10 aturan inti yang dikemukakan oleh virginia shea yang bisa menjadi panduan bagi kita dalam menerapkan netiket secara umum. untuk kebaikan kita bersama maka sebaiknya kita mengikuti aturanaturan yang sudah ditetapkan agar tidak terjadi perselisihan dan kekacauan dalam menggunakan internet. 2. panduan netiket untuk siswa dari ashley brooks menurut ashley brooks dalam artikel yang ditulisnya di rasmussen college yang berjudul ”netiquete guidelines online students need to know“ ada 10 pedoman netiket yang perlu diketahui siswa yang mengikuti pembelajaran online, yaitu: 1) no yelling, please (jangan berteriak) dalam tata krama komunikasi dengan email / chat penggunaan huruf kapital atau huruf besar biasanya dianggap sebagai teriakan yang menandakan marah. orang menjadi sensitif tatkala membacanya. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1544 2) sarcasm can (and will) backfire (sarkasme dapat dan akan menjadi bumerang) sarkasme yang bertujuan menyindir atau menyinggung seseorang dianggap tidak sopan atau kasar bagi mereka yang tidak mengenal kita secara pribadi dan bisa menjadi bumerang. sebaiknya hindari sarkasme dan bersikaplah sopan. lakukan komunikasi secara langsung untuk menghindari masalah ini. 3) don’t abuse the chat box (jangan menyalahgunakan kotak obrolan) kotak obrolan sebagai alat pembelajaran digabungkan ke dalam banyak kelas online sebagai tempat bagi siswa untuk berbagi ide dan mengajukan pertanyaan terkait pelajaran. ini dapat menjadi sumber yang berguna atau bahkan menjadi gangguan utama — semuany tergantung pada seberapa baik siswa mengetahui netiket kelas mereka. kotak obrolan kelas bukanlah pesan instan seperti yang digunakan dengan teman sehingga jangan dipakai untuk berdiskusi diluar topik. 4) attempt to find your own answer (cobalah untuk menemukan jawaban sendiri) jika anda bingung atau terjebak dalam suatu tugas, naluri pertama anda mungkin segera mengajukan pertanyaan. tetapi sebelum anda bertanya, luangkan waktu untuk mencoba memikirkannya sendiri. cobalah untuk menemukan jawaban atas pertanyaan anda sendiri menggunakan mesin pencari. jika pertanyaan anda tetap tidak terjawab setelah sedikit usaha silakan ditanyakan kepada instruktur. 5) stop ... grammar time (hentikan ... waktu tata bahasa!) usahakan selalu menggunakan tanda baca, ejaan, dan tata bahasa yang benar. namun jangan sampai gara-gara ada kesalahan ejaan dan tanda baca membuat pembaca frustasi dan mengalihkan perhatian dari inti pesan atau membuat orang lain tidak suka sebab kita sering mengkritisi kesalahan tata bahasa orang lain. 6) set a respectful tone (gunakan sapaan hormat) selain tanda baca dan ejaan yang tepat, penggunaan sapaan yang hormat, kalimat lengkap, tanda tangan dan bahkan kata "tolong" dan "terima kasih" seperti yang kita gunakan dalam kehidupan nyata dapat digunakan juga secara tepat. 7) submit files the right way (kirimkan file dengan cara yang benar) kunci sukses siswa yang belajar online adalah dengan cara mengirimkan pekerjaan sesuai format file dan protokol penamaan yang diminta instruktur. oleh karena itu, siswa harus betul-betul memperhatikan instruksi pengiriman tugas. 8) read first (baca dulu) luangkan waktu untuk membaca setiap tanggapan posting diskusi sebelumnya sebelum menulis tanggapan anda sendiri. jika postingan asli menanyakan pertanyaan tertentu, kemungkinan besar seseorang sudah menjawabnya. jika anda mengirimkan jawaban yang sangat mirip dengan jawaban teman sekelas menunjukkan kepada instruktur bahwa anda belum memperhatikan percakapan sejauh ini. proses diskusi dapat bergerak cukup cepat sehingga penting untuk menyerap semua informasi sebelum membuat balasan anda. membangun pemikiran teman sekelas atau mencoba menambahkan sesuatu yang baru ke percakapan akan menunjukkan kepada instruktur anda bahwa anda telah memperhatikan percakapan. 9) think before you type (berpikirlah sebelum anda mengetik) komentar yang diucapkan di kelas dapat dilupakan beberapa menit kemudian, tetapi apa yang anda bagikan di kelas online menjadi bagian dari jejak digital. oleh karena itu penting bagi kita untuk berhati-hati dan memikirkan secara hati-hati sebelum mengetik dan memposting sesuatu vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1545 10) be kind and professional (bersikaplah baik dan professional) netiket yang baik berarti menunjukkan diri anda sendiri di kelas online dengan rasa hormat, kesopanan, dan profesionalisme yang sama seperti yang anda tunjukkan di ruang kelas kehidupan nyata implementasi netiket pada prinsipnya sama antara dunia nyata dengan dunia maya. ikuti saja etiket seperti kita berbicara di dunia nyata. bagaimana netiket seseorang merupakan cerminan kesopanannya di dunia nyata. meskipun memang ada beberapa orang di dunia nyata terlihat baik tapi netiket mereka sangat buruk. itu artinya apa yang mereka tampakkan merupakan kepalsuan untuk menutupi bagaimana mereka sebenarnya. 3. panduan netiket dari ietf saat ini standar netiket yang menjadi acuan netizen di seluruh dunia mengacu pada netiket yang dibuat the internet engineering task force (ietf) yang merupakan komunitas masyarakat internasional yang terdiri dari operator, penjual, perancang jaringan dan peneliti yang berfokus pada pengembangan internet. berikut beberapa poin netiket yang dikutip dari www.ietf.org. bentuk komunikasi antar pengguna dibedakan menjadi dua pola komunikasi yaitu komunikasi orang per-orang (one to one communications) dan komunikasi satu orang ke kelompok (one to many communications). disamping itu dibahas juga tentang layanan informasi. 1) netiket pada “one to one communication” yang dimaksud dengan one to one communications adalah komunikasi yang terjadi antar individu seolah-olah bertatap muka sepert dialog. sebagai contoh adalah komunikasi via electronic mail (e-mail) dan berbicara . a. e-mail berikut etiket berkomunikasi menggunakan email : hati-hati dengan hukum kepemilikan email yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya hati-hati dalam mengirim pesan. kita harus berasumsi bahwa email tidak aman kecuali menggunakan perangkat enkripsi hormati hak cipta atas materi yang anda reproduksi. apabila anda hendak meneruskan pesan (forward) atau mengirim kembali pesan yang sudah diterima maka isinya jangan diubah. jika seseorang mengirimkan email itu khusus untuk anda sendiri sedangkan anda ingin mengirimkannya lagi ke sekelompok orang (misalnya mailing list) maka anda harus minta izin dulu pada orang tesebut. lebih baik pesan disingkat saja dan dan hanya mengutip bagian yang relevan setelah dikasih keterangan yang cukup. jangan pernah mengirim surat berantai melalui email. surat berantai dilarang di internet sehingga bisa saja hak anda dicabut. beritahu administrator sistem lokal jika anda meneima pesan berantai vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1546 bersikaplah tegas dengan kiriman anda dengan tidak mengirimkan pesan yang emosional. namun sebaliknya bersikaplah bijak terhadap pesan yang anda terima dengan tidak menanggapi email yang provokatif. biasakan untuk mengecek semua email yang masuk dan pastikan pesan yang akan diberi tanggapan benar-benar ditujukan pada anda sebagai penerima utama. untuk memastikan penerima mengenal anda sebagai pengirim email maka mencantumkan informasi kontak. dalam bahasa internet dikenal dengan file “sign” atau “tanda tangan”. aturan praktis tidak lebih dari 4 baris. semakin lama pesan yang anda kirimkan maka semakin banyak penerima membayar konektivitas setiap menitnya. berhati-hatilah dalam menangani surat, anda harus tahu kepada siapa anda mengirim pesan. jangan sampai email yang anda kirim salah alamat gunakan salinan (carbon copy/cc) dengan benar. salinan buta (blind carbon copy/bcc) biasanya tidak disarankan. kebanyakan pengguna internet tidak punya waktu menjawab pertanyaan yang meminta informasi umum maka hindarilah hal itu. bersabarlah jika kita mengirim email sebab penerima bisa saja tidak langsung membalas karena berbagai kesibukan beritahu penerima pesan jika kita mengirim artikel panjang dengan mencantumkan kata “panjang” pada judul subyek.. biasanya ukuran “panjang” apabila lebih dari 100 baris. sebagian situs memiliki “postmaster” alias pengguna yang dianggap memiliki pengetahuan. maka apabila anda membutuhkan bantuan terkait email yang meragukan atau ilegal maka anda dapat menghubungi orang tersebut. hindari sarkasme apalagi yang menyangkut budaya dan bahasa yang berbeda begitupun dengan selera humor yang memiliki poin referensi yang berbeda pula buat tulisan dengan ukuran huruf sesuai aturan dan jangan menulis dengan huruf besar semua sebab diartikan sedang berteriak gunakan simbol untuk penekanan. misalnya : itu *adalah* yang saya maksud, atau laskar pelangi_ adalah film favorit saya gunakan smiley untuk menunjukkan nada suara namun gunakan dengan hemat. jangan berasumsi bahwa penyertaan smiley akan membuat penerima senang. apabila kita terlibat perdebatan maka tunggu waktu untuk memberikan tanggapan emosional. jika anda memiliki perasaan yang sangat kuat tentang suatu obyek maka tunjukan dengan flame on/off. contoh : flame on : jenis argumen ini tidak sebanding dengan bandwidth yang dibutuhkan untuk mengirimkannya. ini tidak logis dan seluruh dunia pasti setuju dengan pendapat saya flame off. jika anda mengirim pesan yang disandikan pastikan file penerima dapat memecahkan kode sandi tersebut saat membalas pesan sertakan materi asli secukupnya untuk difahami. edit materi yang tidak relevan. batasi panjang baris menjadi kurang dari 65 karakter vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1547 email harus memiliki judul subyek yang mencerminkan isi pesan jangan melakukan pemalsuan melalui tulisan berhati-hatilah menggunakan bahasa gaul atau akronim lokal biaya pengiriman pesan email rata-rata dibayar sama baik pengirim maupun penerima. mengirim surat kepada seseorang mungkin juga merugikan mereka karena menyangkut bandwidth, ruang disk atau cpu. tidak mengirim file lebih besar dari 50 kilobyte. pertimbangkan untuk mentransfer file dengan memotong file menjadi potongan yang lebih kecil dan mengirim masingmasing sebagai pesan terpisah. hati-hati terhadap informasi palsu/ berita hoax. sebelum menanggapi pesan periksa semua subjek surat secara teratur. tanggapi segera atau beri tahu pengirim bahwa anda telah menerima pesan dan akan membalasnya nanti b. berbicara berbicara (talk) adalah seperangkat protokol yang memungkinkan dua orang memiliki file dialog interaktif melalui komputer. berikut netiket untuk dialog interaktif lewat fitur berbicara (talk) : gunakan tulisan sesuai aturan kalimat dan tanda baca yang tepat sebagaimana halnya anda menulis surat atau email. sebaiknya tulisan tidak lebih dari 70 karakter sekali tulis dan jangan lebih dari 12 baris (kecuali jika menggunakan split screen). tinggalkan beberapa margin, jangan menulis ke tepi layar. gunakan dua cr untuk menunjukkan bahwa anda sudah selesai dan orang lain mungkin mulai mengetik ucapkan salam penutup dan tunggulah tanggapan dari orang lain sebelum anda mengakhiri sesi pembicaraan. jika ada keperluan atau ingin menyudahi obrolan usahakan berpamitan. dengan berpamitan kita menghargai lawan bicara . jangan terlalu berharap orang lain segera menanggapi percakapan kita sebab orang lain juga memiliki kesibukan atau mungkin ada kendala teknis. apabila ada hal penting yang perlu dibicarakan, maka kita dapat memanggil kembali lawan bicara satu atau dua kali. jika tidak ada respon tutup sesi pembicaraannya. jika seseorang tidak merespon. anda dapat mencoba yang lain yang terbuka. jika orang tersebut masih tidak menanggapi jangan terus mengirim. jika kita mengetik dengan lambat atau melakukan banyak kesalahan pengetikan maka kita tidak perlu membetulkan kesalahan tersebut selagi orang lain bisa memahami apa yang dimaksudkan. berhati-hatilah jika anda memiliki lebih dari satu sesi pembicaraan dalam satu waktu 2) netiket pada “one to many communications” yang dimaksud “ one to many communications” adalah komunikasi yang dilakukan seseorang kepada beberapa orang sekaligus. contohnya mailing list dan net news. adapun yang dimaksud dengan mailing list (milis) adalah media vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1548 komunikasi virtual antar anggota dengan menggunakan sarana e-mail. milis ini diikuti oleh banyak anggota. etika umum yang berlaku bagi para netizen. anggota perlu memahami netiket sebab sebisa mungkin kita harus berusaha untuk berkomunikasi dengan baik dan tidak menghadirkan sampah ke internet. sedangkan netnews adalah sistem terdistribusi global yang memungkinkan orange untuk berkomunikasi tentang topik tertentu. berikut netiket secara umum bagi pengguna mailing list atau netnews biasakan membaca terlebih dahulu mailing list atau netnews sebelum memposting surat pertama kali kepada mailing list. hal ini akan membantu kita untuk mengerti budaya kelompok dalam lingkungan mailing list yang akan kita masuki. tidak menyalahkan admintratur sistem menyangkut perilaku yang dilakukan oleh pengguna sistem tersebut. hati-hatilah dengan jejak rekam digital anda sebab kata-kata yang kita tuliskan dapat dibaca dan diakses oleh orang banyak dalam waktu lama ikuti aturan main admin komunitas yang kita ikuti pesan dan artikel yang akan diposting harus ringkas dan to the point terapkan aturan atau konvensi yang disepakati dalam kelompok komunikasi yang kita ikuti tidak boleh mengirimkan pesan berbau pemalsuan atau lelucon kecuali milis yang berkonten humor pahami karakter audiens sebelum melakukan posting iklan pada milis jika anda mengirim balasan ke pesan atau posting, pastikan anda meringkas yang asli di bagian atas pesan, atau hanya menyertakan teks asli yang cukup untuk memberikan konteks. ini membuat pembaca mengerti ketika mereka mulai membaca tanggapan anda. usahakan meletakkan signature pada setiap teks yang diposting hati-hati saat membalas pesan atau postingan jika anda menemukan pesan pribadi telah masuk daftar atau grup, kirim permintaan maaf kepada orang tersebut dan kelompok jika ada perselisihan faham atau perdebatan secara pribadi tapi menurut anda tidak perlu diketahui orang lain sebaiknya kirim email pada orang yang bersangkutan jangan terlibat dengan adu argumentasi. jangan memposting atau menanggapi suatu hal yang bernada provokatif tidak etis mengirim teks yang berbau seksual dan rasialis mengingat bahwa anggota yang berada pada komunitas memiliki budaya, gaya hidup serta keyakinan yang berbeda-beda hati-hati penggunaan font dan diagram monospacing. tampilan akan berbeda pada sistem yang berbeda. demikian beberapa aturan etiket yang menjadi pedoman netizen dalam berinteraksi di dunia maya. implementasi netiket pada akhirnya tergantung pribadi masing-masing. namun setiap pelanggaran pasti ada sanksi yang mengikutinya seperti dikucilkan (isolasi), diblack list (banned) dari suatu lingkungan, dicabut keanggotaannya dari suatu lembaga dan komunitas internet. untuk pelanggaran yang menjurus kepada kriminal juga kita akan berhadapan dengan cyber law. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1549 4. undang-undang no. 19 tahun 2016 tanggal 25 november 2016 perubahan atas undangundang nomor 11 tahun 2008 sejak diberlakukannya undang-undang informasi dan transaksi elektronik no. 11 tahun 2008 pada tanggal 21 april 2008 indonesia memiliki cyber law pertama kali untuk pelanggaran kriminal atau kejahatan di dunia maya. kejahatan yang dapat dijerat hukum oleh uu ite no. 11 tahun 2008 ini ada dua kategori (dalam nazaret, 2012) yaitu : 1) kejahatan yang menggunakan ti sebagai alat kejahatannya : pornografi, pembajakkan, pencurian/pemalsuan, kartu kredit (carding), penipuan lewat e-mail (fraud), spam email, perjudian online, pencurian akun internet , terorisme, isu sara, situs yang menyesatkan 2) kejahatan yang menjadi ti sebagai sasarannya: pencurian data pribadi, pembobolan atau pembajakan situs, pembuatan atau penyebaran virus computer, cyber war, denial of service (dos), kejahatan yang berhubungan dengan nama domain uu ite tidak hanya ditujukan untuk masalah kriminal saja melainkan juga aturan transaksi dalam bisnis dan legalisasi dokumen di internet. selain itu uu ite berlaku juga untuk sms, e-mail dan sejenisnya, rekaman di ponsel, dan juga cctv (closed circuit televison). fungsi hukum pada dasarnya dibuat untuk melindungi kita dari kejahatan. demikian pula dengan uu ite. kita perlu menyikapinya dengan cerdas. yang penting kita tahu dan faham dengan adanya uu ite kita lebih hatihati dalam memposting sesuatu di email, blog, ataupun media sosial lainnya. pada tanggal 25 november 2016 pemerintah mengeluarkan undang-undang nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan atas undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik (ite). materi perubahan uu ite tersebut tercantum dalam lembaran negara tahun 2016 no. 251 dan penjelasannya masuk ke tambahan lembaran negara no. 5952. undang-undang no 19 tahun 2016 tersebut dikeluarkan pemerintah untuk melengkapi kekurangan yang ada pada pasalpasal dalam undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik (ite) yang cenderung multitafsir dan tumpang tindih dengan peraturan lainnya. adapun perubahan yang terdapat dalam undang-undang perubahan ite nomor 19 tahun 2016 sebagai berikut: vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1550 tabel 1. perubahan pada uu perubahan ite no. 19 tahun 2016 pasal perubaha n pasal 1 penambahan 1 angka, yaitu definisi mengenai “penyelenggara sistem elektronik” pasal 26 penambahan 3 ayat, yaitu adanya kewajiban penyelenggara sistem elektronik dan ketentuan mengenai tata cara penghapusan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik diatur dalam peraturan pemerintah (hak untuk dilupakan). pasal 31 perubahan pada ayat (2) dan ayat (3) terkait intersepsi dan penyadapan. pasal 40 penambahan 2 ayat, perubahan pada ayat (6), dan penjelasan ayat (1) terkait kewajiban pemerintah untuk melakukan pencegahan penyebarluasan dan penggunaan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang dilarang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan kewenangan pemerintah untuk melakukan pemutusan akses. pasal 43 perubahan pada ayat (2), ayat (3), ayat (5), ayat (6), ayat (7), dan ayat (8), serta penambahan satu ayat. pasal ini mengenai kewenangan penyidik pejabat pegawai negeri sipil (ppns), serta pelaksanaan tugas dan wewenangnya. pasal 45 perubahan terkait dengan ketentuan pidana terhadap pelanggaran dalam pasal 27 ayat (3) mengenai penghinaan atau pencemaran nama baik, dan penegasan tindak pidana penghinaan atau pencemaran nama baik merupakan delik aduan. pasal 45a dan pasal 45b penambahan 2 pasal, yaitu pasal 45a dan pasal 45b. penambahan pasal-pasal ini terkait teknis penulisan dalam uu. penjelasan pasal 5 perubahan dalam penjelasan sebagai implikasi dari putusan mahkamah konstitusi. penjelasan pasal 27 perubahan dalam penjelasan yang memasukkan definisi dari kata/frasa “mendistribusikan”, “mentransmisikan”, dan frasa “membuat dapat diakses”, serta menegaskan bahwa ketentuan mengenai pencemaran nama baik dan / atau fitnah, serta pemerasan dan / atau pengancaman mengacu pada kitab undang-undang hukum pidana (kuhp). vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1551 revisi uu ite diharapkan dapat memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat. sebaliknya, masyarakat diharapkan semakin cerdas dalam menggunakan internet, menjaga etika dalam berkomunikasi dan menyebarkan informasi, serta menghindari konten berunsur sara, radikalisme, dan pornografi. kita tidak perlu takut, was was atau merasa tidak aman ketika mempublikasikan pemikiran kita di internet. dengan adanya uu ite justru membuat aturan main di internet menjadi lebih jelas rambu-rambunya. bukankah semakin maju sebuah peradaban, makin jelas rambu-rambu yang mengatur segala aspek kehidupannya? begitupun dengan adanya uu ite ini. bukan untuk kriminalisasi para pengguna dunia maya tetapi untuk menjamin adanya kepastian hukum bagi masyarakat yang melakukan transaksi secara elektronik. simpulan dunia maya sejatinya bukanlah dunia tanpa batas sehingga kita bebas melakukan apa saja. namun sebagaimana dalam dunia nyata yang memiliki norma, etika maupun etiket maka dalam dunia maya pun memerlukan netiquette (netiket). netiket sebagai regulasi moral berinternet sehat diperlukan agar komunikasi digital yang terjalin diantara netizen berjalan dengan harmonis dan saling menghargai serta jauh dari konflik dan perilaku menyimpang (deviant behavior) sehingga membuat kehidupan netizen menjadi lebih nyaman (comfort life). implementasi netiket jika dilakukan secara terus menerus dalam jangka panjang akan memberikan dampak positif bagi diri netizen dan lingkungan sosialnya. dampak positif bagi netizen ke arah penguatan soft skillnya akan membentuk generasi berkarakter, berintegritas, bermoral, memiliki mentalitas yang sehat, dan mendapat apresiasi dari orang lain yang bisa menjadi reinforcement bagi dirinya agar terus berbuat baik pada sesama. dampak positif pada lingkungan menjadikan interaksi di lingkungan sosial menjadi lebih sehat dalam pola komunikasi yang lebih manusiawi dalam pola interaksinya. saran lingkungan merupakan salah satu faktor yang menentukan proses pembentukan karakter diri seseorang. seseorang yang memiliki potensi karakter secara bawaan tidak bisa dengan sendirinya mencapai kualitas karakter yang baik. disinilah peran lingkungan berpengaruh. lingkungan yang secara terus-menerus menanamkan nilai-nilai kebajikan (karakter positif) akan membentuk diri seseorang menjadi pribadi berkarakter positif. demikian pula sebaliknya, lingkungan yang tidak kondusif dengan perilaku negatif dan tidak sehat yang ditunjukkan masyarakat sekitarnya bisa memberi pengaruh terhadap pembentukan pribadi yang negatif pula. seorang anak kecil yang terbiasa berkata kotor sebab ia meniru dari lingkungan sekitarnya. dia meniru perkataan orang tua, saudara, teman-teman sekolahnya maupun tetangganya yang sering berkata kotor. lingkungan yang kondusif dalam menumbuhkan karakter positif membutuhkan sinergitas berbagai faktor. faktor pertama dan utama adalah diri sendiri. karakter itu harus dimulai dari berbagai nilai-nilai moral yang ada dalam hati dan pikiran seseorang yang kemudian diwujudkan dalam bentuk tindakan dan perbuatan. apabila tindakannya dilakukan secara terus menerus secara konsisten akan menjadi kebiasaan dan dari kebiasaan itulah akan terbangun karakter. karakter yang terbangun dapat mengarahkan seseorang mencapai tujuan hidupnya. selain faktor diri sendiri, faktor selanjutnya yang berperan dalam menciptakan generasi berkarakter positif adalah keluarga, sekolah, masyarakat, dan negara. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1552 upaya membangun netiket oleh diri sendiri hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kepribadian individu adalah bagaimana dia dapat memiliki konsep diri yang positif sehingga mampu memandang dirinya secara positif pula. salah satu upaya mewujudkan konsep diri yang sehat adalah mengenal dan mengembangkan simbol-simbol diri secara tepat. simbol diri diartikan sebagai suatu identitas diri yang menjadi isyarat bagi orang lain dalam memberikan penilaian dan pertimbangan terhadap antara lain : nama, pakaian, cara bicara, usia, kesuksesan, dan reputasi. simbol inilah yang membedakannya dari orang lain yang disebut individualitas. mengapa individu yang berbeda memperlihatkan tingkah laku yang berbeda dalam situasi yang sama? hal itu disebabkan oleh perbedaan sikap. kecenderungan seseorang untuk bertindak dapat bersifat positif atau negative. apabila seseorang memiliki kecenderungan positif terhadap suatu obyek maka ia akan bersikap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang baik dan menerima sesuatu dengan baik. namun sebaliknya jika seseorang memiliki sikap negatif terhadap suatu obyek maka ia akan mencela, menolak, dan tidak menyukai obyek tersebut. untuk dapat mengembangkan netiket ada beberapa cara yang dapat dikembangkan: 1. selalu menyapa dengan sopan dan penuh kasih sayang terhadap orang lain 2. selalu berprasangka baik pada orang lain dan jauhkan dari prasangka buruk 3. selalu melihat kebaikan dalam diri orang lain 4. ucapkan kata-kata baik kepada setiap orang yang kita temui saat berinteraksi di dunia maya 5. jangan menyerah pada emosi negatif namun lakukan penegasan pada emosi positif secara berulang-ulang 6. bersabar untuk tidak segera membalas hate speech dan bullying 7. lakukan cek dan ricek terhadap berita yang diterima upaya membangun netiket oleh keluarga 1. agar mudah mengawasi anak maka orang tua berusaha meletakkan komputer dan saluran internet di ruang publik rumah seperti di ruang keluarga yang bisa dilihat oleh anggota keluarga lainnya dan bukan di dalam kamar anak. 2. orang tua perlu mengontrol penggunaan gawai. oleh karena itu penting bagi orang tua melek teknologi dan mau belajar agar memiliki kemampuan dalam penggunaan gawai, dasar-dasar internet (email, browsing, blogging dan chating) serta belajar penggunaan media sosial juga. orang tua yang tidak tahu bagaimana mengoperasikan gawai akan kesulitan mengontrol isi hp anaknya. ini sangat berbahaya sebab anak merasa aman untuk menyimpan konten-konten yang tidak pantas. 3. orang tua menggunakan software parent lock untuk memproteksi anak mengunci segala akses yang berbau seks dan kekerasan. 4. orang tua ikut berteman dengan anak dalam media sosial online. 5. membuat kesepakatan kontrak waktu penggunaan internet dengan anak untuk melatih disiplin dan mengatur waktu serta mencegah dari kecanduan dan menghemat pengeluaran. 6. menerapkan reward and punishment (hadiah dan hukuman) dalam implementasi netiket. reward diberikan pada anak jika mereka menerapkan netiket dengan baik misalnya dengan pujian atau pemberian hadiah lainnya sesuai kesepakatan dengan anak sebelumnya seperti penambahan waktu main internet, dan lain-lain. sedangkan punishment diberikan jika anak melakukan pelanggaran netiket. berilah tindakan tegas vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1553 yang mendidik seperti meminta maaf pada orang yang sudah disakitinya, tidak boleh menggunakan gawai dalam jangka waktu tertentu, membantu pekerjaan orang tua, membaca aturan netiket berulang-ulang sampai anak faham pentingnya netiket, meminta maaf jika. langkah ini perlu dilakukan sebab dalam tahap-tahap penanaman nilai-nilai karakter ada tahap pembudayaan. setelah anak mengenal, memahami, menerapkan, membiasakan lalu membudayakan. pada tahap membudayakan inilah peran lingkungan sosial sangat penting sebagai alat kontrol sosial bagi anak. baru setelah nilai-nilai karakter membudaya di tengah lingkungan sosial anak tahap selanjutnya internalisasi nilai sampai akhirnya menjadi karakter yang dimiliki anak. upaya membangun netiket oleh sekolah di lingkungan sekolah guru menjadi significant others bagi siswa. seorang figur yang dianggap penting dalam proses perkembangan siswa. dari gurulah siswa menyerap berbagai macam bentuk norma dan juga nilai. oleh karena itu guru harus menjadi contoh teladan bagi siswa. gerak-gerik guru akan diperhatikan dan dicontoh siswa. bukankah ada peribahasa “guru kencing berdiri siswa kencing berlari” yang berarti siswa akan mencontoh perilaku gurunya bahkan dengan kreativitasnya siswa dapat mengembangkan lagi. maka kalau contohnya baik akan bernilai positif bagi siswa. sedangkan jika guru memberi contoh yang tidak baik akan berakibat buruk bagi siswa. berhati-hatilah bapak dan ibu guru ketika sedang berinteraksi dengan para siswanya. jadilah sosok teladan bagi siswa dalam berteknologi yang bertanggung jawab, proporsional, dan profesional seperti guru tidak membawa hp dan mengangkat telepon ketika sedang mengajar, guru tidak memainkan gawai ketika siswa mengerjakan tugas. ingatlah, tugas guru bukan hanya mentransfer ilmu dengan mengajar namun juga mendidik dalam moral guru hendaknya mewujudkan pendidikan karakter dalam setiap proses pembelajaran yang termuat dalam metode pembelajaran, muatan kurikulum, penilaian, media, dan lain-lain. dalam pembelajaran guru selalu memberikan sosialisasi dan penekanan tentang manfaat serta dampak buruk dari teknologi bagi anak serta pentingnya netiket. dengan demikian diharapkan siswa menjadi lebih bijaksana dalam memanfaatkan teknologi secara optimal tanpa menghilangkan etika sekolah sebagai lembaga pendidikan memegang peranan strategis dalam menanggulangi dampak negatif teknologi. pemakaian teknologi informasi dalam pendidikan khususnya untuk anak di bawah umur perlu dipertimbangkan secara matang dengan melakukan analisis untung rugi pemakaian teknologi tersebut bagi peserta didik. sekolah perlu menetapkan peraturan atau tata tertib sekolah yang jelas kepada peserta didik berkaitan dengan pemanfaatan teknologi di sekolah. misalnya sekolah melarang siswa sd/smp membawa gawai ke sekolah. aturan ini bertujuan agar siswa lebih fokus mengikuti pembelajaran dan menghindari terjadinya tindakan kriminal berupa pencurian gawai. selain itu di sekolah juga diajarkan pendidikan karakter dengan lima nilai karakter utama yaitu religius, nasionalis, integritas, mandiri dan gotong royong. penguatan pendidikan karakter mendorong upaya pendidikan agar memperhatikan olah pikir (literasi), olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), dan olah raga (kinestetik).keempat dimensi tersebut dilakukan secara utuh-menyeluruh dan serentak. vol.2 no.11 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i11.239 1554 upaya membangun netiket di masyarakat berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam rangka membangun netiket di lingkungan masyarakat: 1. membuat aturan khusus mengenai ijin mendirikan warnet (warung internet), game online, dan play station agar tidak menimbulkan keresahan dan gejolak di masyarakat. 2. membuat website/blog/group facebook untuk suatu komunitas tertentu (contoh: grup yogyakarta community) sebagai media interaksi dan upaya menjalin silaturahmi untuk sesama warga. 3. mengadakan pertemuan rutin di tingkat rt maupun desa/kelurahan sebagai sarana interaksi secara langsung dan sosialisasi kepada masyarakat khususnya dalam membuat suatu konsensus tentang ketertiban, keamanan, dan kenyamanan masyarakat terkait dengan penggunaan teknologi. misalnya, pengendara sepeda motor harus berjalan pelanpelan ketika memasuki perkampungan, dan mematikan mesin sepeda motor ketika memasuki gang di atas jam 22.00. upaya membangun netiket oleh negara sebagai regulator dan fasilitator negara hendaknya membuat peraturan khusus untuk membatasi situs-situs di internet yang berpotensi merusak moralitas masyarakat indonesia dengan memblokir situs-situs porno. pemerintah membuat aturan dan sanksi yang tegas terhadap penyalahgunaan internet dan kejahatan internet. pemerintah harus menjadi contoh yang baik bagi masyarakat dalam berteknologi yang bijaksana, hemat, dan ramah lingkungan. contoh, pejabat negara tidak menghamburkan uang untuk pembelian kendaraan dinas yang mahal, tidak boros dalam menggunakan listrik, dan tidak menyalahgunakan kekuasaan dan jabatan untuk mendapatkan fasilitas khusus di bidang teknologi. pemerintah membuat kebijakan berkaitan dengan kurikulum pendidikan nasional yangberorientasi pada penanaman nilai-nilai karakter dan budaya bangsa yang berspektif global untuk menyiapkan generasi penerus bangsa yang handal hard skill dan soft skill namun dengan tetap menunjukkan identitas dan kepribadian khas indonesia. strategi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang tidak bebas nilai akan tetapi value based (berdasarkan nilai) terutama nilai-nilai agama serta nilai-nilai luhur budaya dan kepribadian bangsa. hal ini dimaksudkan agar di abad teknologi ini kita tetap menjadi bangsa yang religius dan berkepribadian unggul, tidak menjadi negara sekuler yang mengagungkan teknologi serta meniadakan tuhan dalam aktivitas hidupnya. daftar rujukan apandi, idris.2015. guru kalbu penguatan soft skill untuk mewujudkan guru profesional dan berkarakter. bandung : smiles idi, abdullah dan safarina. 2015. etika pendidikan. jakarta : rajagrafindo persada hatta, meutia.2007. memelihara keutuhan pembangunan karakter bangsa : generasi muda indonesia di tengah gelombang globalisasi (makalah). depok : ui suherman dan budiman, nandang. 2011. pendidikan dalam perspektif bimbingan dan konseling. bandung upi press tedre, m., kamppuri, m., dan kommers, p., 2006. an approach to global netiquette research. in iadis international conference on web based communities (pp. 367-370) undang-undang no. 19 tahun 2016 tanggal 25 november 2016 perubahan atas undangundang nomor 11 tahun 2008 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 1 received : 12-12-2020 revised : 01-01-2021 published : 15-01-2021 kemampuan konselor dalam penggunaan teknik konseling di sma negeri 5 kota bima alya nurmaya, khairunnisa, sulistia indah prodi bimbingan dan konseling, stkip bima, indonesia alyabinsyeikhabubakar@gmail.com abstrak: melaksanakan tugas pokok mewujudkan proses konseling, menuntut konselor sekolah sebagai tenaga professional memiliki sejumlah kompetensi dan keteramplan tertentu. agar proses konseling berjalan dengan lancer dan mencapai tujuan secara efektif, konselor harus mampu mengimplementasikan keterampilan yang relevan yaitu kemampuan menggunakan teknik konseling. dengan demikian bagi seorang konselor menguasai tekik konseling adalah mutlak, karena teknik yang baik merupakan kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan konseling. guna mengetahui kesesuaian teori dan kenyataan yang terjadi di lapangan, sehingga tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kemampuan konselor dalam menggunakan teknik konseling di sman 5 kota bima. pendekatan penelitian menggunakan metode kualitatif sebagai prosedur penelian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis datau lisan dari subyek penelien ataupun infoeman lain sebagai sumber data. sehingga jenis penelitian ini penelitian deskriptif karena tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan tentang sesuatu variable, gejala atau keadaan. kegiatan analisa data adalah reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan, sedangkan pengecekan keabsahan temuan yang dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, trianggulasi sumber data dan teknik pengumpulan data, kecukupan reverensial. kesimpulan penelitian ini adalah teknik-teknik konseling cukup mampu diaplikasikan oleh konselor sekolah dalam proses konseling yang dilaksanakan, yaitu perilaku attending, empati refleksi, eksplorasi, paraphrasing, open questionss, closed questionss, minimal encouragement, interpretasi, directing, summarizing, leading, fokus, konfrontasi, clarifying, facilitating, diam, mengambil inisiatif, member nasehat, pemberian informasi, merencanakan, hingga menyimpulkan hasil akhir pada sesi akhir konseling. kata kunci: konselor sekolah; teknik-teknik konseling; siswa sma https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 mailto:alyabinsyeikhabubakar@gmail.com vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 2 pendahuluan konseling merupakan pekerjaan professional menuntut dimilikinya sejumlah kompetensi dan keterampilan tertentu. selain itu, konseling juga merupakan suatu proses. dalam setiap tahapan proses konseling memerlukan penerapan keterampilan-keterampilan tertentu. agar proses konseling dapat berjalan lancer dan tujuannya tercpai secara efektif dan efisien, konselor harus mampu mengimplementasikan keterampilan-keterampilan tertentu yang relevan khususnya keterampilan menggunakan teknik-teknik konseling. konselor yang terampil adalah yang mengetahui dan memahami sejumlah teknik konseling dan mampu mengimplementasikan dalam proses konseling. menurut prayitno (2005:39) bahwa “tugas pokok konselor adalah mewujudkan proses konseling, disertai dengan kegiatan yang menunjang tugas pokoknya itu. dan dalam melaksanakan tugas konselor tersebut diperlukan tenaga professional sesuai tuntutan dan kondisi saat ini. untuk menjadi konselor yang professional perlu melakukan peningkatan kemampuan secara terus menerus melalui proses belajar sepanjang hayat yang menjadi strategi belajar masyarakat global”. penerapan teknik-teknik konseling memberi pengaruh besar bagi terwujudnya kualitas hubungan interpersonal antara konselor sekolah dengan siswa yang menjadi konselinya, dan kualitas hubungan tersebut menentukan keefektifan layanan konseling. dengantetap mengacu pada prinsip-prinsip, asas-asas serta kode etik profesi bimbingan dan konseling (juntika nurihsan, 2006:10). sofyan s.willis (2009:157) menyatakan bahwa bagi seorang konselor menguasai teknik konseling adalah mutlak. sebab dalam prose konseling teknik yang baik merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. seorang konselor yang efektif harus mampu merespon konseli dengan teknik yang benar, sesuai dengan keadaan konseli saat itu. respon yang baik adalah pernyataan-pernyaan verbal dan nonverbal yang dapat menyentu, merangsang dan mendorong sehingga konseli terbuka untuk menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran dan pengalamannya. aplikasi teknik konseling memiliki peran yang fundamental dalam proses konseling dan apabila dalam prakteknya konselor di sman 5 kota bima mengaplikasikan teknik-teknik konseling sesuai dengan landasan keilmuan bimbingan dan konseling kemungkinan keberhasilan pelaksanaan konseling akan dapat terwujud, sehingga mencapai tujuan yang diharapkan. salah satu jurnal yang berjudul “ketrampilan konseling dalam mewujudkan konselor yang trusted objective profesional” yang disampaikan dalam acara training calon konselor yang diselenggarakan oleh hima ppb fip uny pada tanggal 15 mei 2010 oleh rosita ending kusmaryani, m.si, disimpulkan bahwa ketrampilan tersebut mencakup beberapa hal antara lain, attending, bertanya, klarifikasi, mengarahkan, refleksi, empati, paraphrase, mendengarkan, pemfokusan, kontfrontasi, refaming, memberi feedback, interpretasi, memberikan dukungan dan pengukuhan, perilaku genuine, membuka diri, memberikan dorongann pada klien, pemecahan masalah, meringkas/merangkum dan menutup. sementara penelitian lainnya yang berjudul “penggunaan ketrampilan dasar konseling oleh guru bk untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar peserta didik” oleh mira nirmala disimpulkan bahwa hanya menggunakan lima ketrampilan dasar yaitu attending, dorongan minimum, refleksi, pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. sedangkan judul dalam penelitian ini adalah “kemampuan konselor dalam penggunaan teknik konseling” disimpulan bahwa dalam penelitian ini menggunakan teknik-teknik konseling yang cukup mampu diaplikasikan oleh https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 3 konselor sekolah dalam proses konseling yang dilaksanakan yaitu perilaku attending, empati refleksi, ekplorasi, paraphrasing, open questions, closed question, minimal encouragement, interpretasi, directing, summarizing, leading, focus, kontfrontasi, clarifying, mengambil inisiatif, memberi nasihat, pemberian informasi, merencanakan, hingga menyimpulkan hasil akhir pada sesi akhir konseling. adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui kemampuan konselor dalam penggunaan teknik konseling di sman 5 kota bima metode subjek dalam penelitian ini yaitu konselor sekolah. dimana metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan wawancara dengan menggunakan instrument lembar observasi dan pedoman wawancara. analisis data dalam penelitian ini menggunakan 3 cara yaitu: 1) data reduction (reduksi data) dimana kegiatan dilakukan dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara,merankum seluruh data tersebut, mencermati dan memilah antara data yang dibutuhkan dengan data yang tidak dibutuhkan. 2) data display (penyajian data) yaitu setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data yaitu mengelompokkan data secara keseluruhan berdasarkan jenis data, observasi dan wawancara. 3) verification (penarikan kesimpulan). langkah ini adalah langkah terakhir yang dilakukan dalam kegiatan analisis data. data yang telah dikelompokkan dalam bentuk sajian data, kemudian disimpulkan sesuai dengan focus dan tujuan penelitian sehingga menciptakan kesimpulan yang kredibel. hasil di bawah ini akan dibahas satu persatu hasil pemamparan data tahap: observasi, wawancara, dan dokumentasi. 1. data hasil observasi a. observasi 1 berdasarkan hasil pengamatan pertama menggambarkan bahwa konselor hl, s.pd dalam memberikan layanan konseling individu terhadap konseli myp menggukan berbagai teknik konseling pada proses konseling yang dilaksanakan. teknik-teknik yang dimaksud yaitu attending; empati primer; refleksi pikiran dan perasaan; ekplorasi perasaan, pengalaman dan pikiran; paraphrasing; open questions; closed questions; minimal encouragement; direnting; interpratasi; sumarijing; leading; focus; konfrontasi; clarifying; facilitating; diam; mengambil inisiatif; nasehat; informasi menjauhi pengaruh buruk lingkungan dan memilih teman; merencanakan; serta menyimpulkan. beberapa teknik digunakan dalam sebuah respon sekaligus ataun secara bersamaan, dalam arti sebuah respon yang diberikan konselor tidak hanya mengandung satu teknik saja akan tetapi bahkan dua teknik. misalnya eksplorasi yaitu mengalih permasalahn konseli kemudian diikuti open questions, yang mana kedua tekink itu digunakan sekaligus dalam sebuah respon. hal yang dilakukan konselor tersebut sebagai multi technique. b. observasi ii berdasarkan hasil pengamatan kedua mengambarkan bahwa teknik-teknik konseli yang digunakan oleh konselor hl, s.pd dalam melaksanakan proses konseling terhadap konseli qn adalah perilaku attending baik; paraphrasing; open questions; closed questions; refleksi; encouragement; interpratasi; diresting; sumajing; lerding focus; konfrontasi; darivying; https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 4 facilitas; mengambil inisitatif; merencanakan; member nasehat; informasi cara motifasi diri; menyimpulkan hasil konseling. pada penggunaan teknik-teknik konseling terdapat beberapa teknik yang diberikan dalam sekali respon seperti melakukan refleksi yaitu memantulkan kembali perasaan yang disampaikan secara sekaligus. selain itu ditemukan juga teknik refleksi yang meskipun telah digunakan pada tahap awal konseling, akan tetapi digunakan kembali pada tahap selanjutnya. hal yang dilakukan konselor ini sesuai dengan pendapat sofiyan s. willis (2009) yang menyatakan bahwa meskipun setiap tahapan konseling mempunyai teknik-teknik tertentu yang telah diatur secara otomatis, tidak berarti aturan yang dilaksanakan kaku seperti itu. c. observasi iii berdasarkan hasil pengamatan kegiatan mengabarkan bahwa konselor hl, s.pd dalam menjalankan proses konseling terhadap konseli jf menggunakan berbagai teknik konseling. teknik-teknik konseling yang dimaksud adalah attending baik; sumarijing; eksplorasi dengan open questions; minimal acaouragement; interpratasi; focus terhadap pokok masalah; sumarijing; konfrontasi; leading; empati dan attending; mengambil inisitatif; nasehat informasi belajar efektif dan minat belajar; merencanakan; menyimpulkan hasil akhir konseling. dalam proses konseling yang dilaksanakan. konselor berupaya melakukan teknikque; artinya konselor memberikan sebuah respon dengan beberapa teknik sekaligus atau secara bersamaan. teknik eksplorasi diberikan bersama dengan open questions yaitu pernyataan mengalih permalasahan konseli disampaikan dengan pernyataan. hal tersebut guna untuk mengetahui masalah konseli secara lebih mendalam dan pasti. sehingga pada tahapa akhir konseli dapat diberikan problem solfing atau penyelesaian masalah bagi konseli d. observasi iv berdasarkan hasil pengamatan keempat mengambar bahwa teknik-teknik konseling yang digunakan konselor hl, s.pd dalam proses konseling terhadap konseli rp adalah attending baik; refleksi perasaan; open questions; klarifikasi; diam; empati primer terhadap perasaan konseli; eksplorasi perasaan dengan openquestions dan closed questions; paraphrasing; leading; directing; focus; konfrontasi; eksplorasi; summarizing; interpratasi; informasi membagi waktu dan jadwal harian; menyimpulkan. pada penggunaan teknik-teknik konseli, setiap respon konselor berupa pernyataan dan pertanyaan yang dilontarkan kepada konseli dapat mengandung beberapa teknik. seperti saat menggunakan teknik eksplorasi disampaikan dengan memberikan open questions maupun closed questions. hal yang dilakukan konselor tersebut oleh sofyan s. willis (2009) dinamakan dengan teknik-teknik yang berfareasi dan berganda atau yang biasa disebut multi technique. berdasarkan hasil observasi i, ii, iii, dan iv yang telah dilakukan didapatkan gambaran bahwa dalam setiap proses konseling yang dilakukan konselor hl, s.pd menggunakan teknikteknik yang dikemukakan oleh sofyan s. willis. teknik konseling yang dimaksudkan adalah attending, empati, refleksi, eksplorasi, paraphrasing, open questions, closed questions, minimal encouragement, interpratasi, directing, summarizing, leading, focus, konfrontasi, darifying, facilitating, diam, mengambil inisiatif, nasehat, member informasi, merencanakan dan menyimpulkan. dengan demikian dapat dinyatakan konselor sekolah secara praktis mampu mengaplikasikan teknik-teknik konseling dalam setiap melaksanakan kegiatan konseling individu bagi konselinya atau siswa bermasalah. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 5 2. data hasil wawancara a. data hasil wawancara konselor sekolah dari paparan kutipan hasil wawancara yang dilakukan terhadap ketujuh konselor di sman negeri 5 kota bima didapati gambaran bahwa konselor telah mengaplikasikan teknikteknik konseling dalam setiap proses konseling yang dilaksanakan secara khas berdasarkan karateristik dan kopetensi yang memiliki masing-masing konselor sekolah. dan secara umum pemahaman dasar seluruh konselor tentang teknik-teknik konseling belum mereta. hal tersebut dibuktikan secara nyata dari pemaparan tiap-tiap konselor tentang-teknik-teknik konseling berbeda, tidak semua teknik konseling yang dikemukakan sofyan s. willis mampu disebutkan secara komprehensif oleh konsoler. selai itu dari pemaparan wawancara konselor tidak ditemukan penyebutan yang ilmiah pada teknik-teknik konseling. hal ini menunjukkan bahwa wawasan pengetahuan konselor akan definisi-definisi yang ilmiah tentang teknik-teknik konseling masih minim. setiap konselor mengharapkan teknik-teknik yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan konseling individu yang dilakukan membawa dampak positif bagi perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotor konseli. dampak positif yang dimaksud adalah perubahan konseli kearah yang lebih baik, yakni pola pikir menjadi lebih realistis dan optimis. sehingga nantinya ia mampu menemukan arah dan cara untuk memecahkan masalahnya sendiri secara mandiri. dengan demikian pemahaman akan penggunaan teknik-teknik konseling menjadi dasar praktis bagi konselor dalam menyelenggrakan kegiatan konseling individu disekolah. dan totalitas pelaksanaan konseling menggunakan teknik-teknik konseling bergantung intensitas kompetensi yang dimiliki konselor itu sendiri. b. data hasil wawancara konseli dari paparan kutipan hasil wawancara yang dilakukan terhadap keempat konseli mengukuhkan bahwa konselor sekolah telah mampu mengaplikasikan berbagi teknik konseling, baik perilaku attending, teknik empati, eksplorasi, papaprhasing, open questions, closed questions, interpretasi, directing, summarizing, leading, konfrontasi, clarifying, facilitating, member inisiatif, member nasehat, member informasi, maupun menyimpulkan hasil akhir konseling. berdasarkan pengalaman konseli melalui apa yang dialami dan dirasakannya selama mengikuti kegiatan konseling, intervensi teknik-teknik konseling tersebut dalam hubungan interpersonal konselor dan konseli mewujudkan proses konseling berjalan baik. hal ini ditandai dengan keterbukaan konseli mengemukakan permasalahannya. setiap konseli merasa dibantu oleh konselor dan hasil kegiatan konseling memberikan dampak positif bagi perkembagan dirinya maupun pengentasan permasalahan yang dihadapinya, yang ditunjukkan dengan berkurangnya malas yang dialami konseli. dengan adanya kesan konseli yang demikian terhadap terhadap kegiatan konseling yang telah diikutinya, maka dapat dikatan bahwa konselor telah mampu mewujudkan proses konseling yang efektif. meski masih belum diketahui apakah tujuan konseling telah tercapai dengan maksimal, karena proses perkembangan konseli sebagai peserta didik membutuhkan waktu dan secara bertahap. dan upaya yang dapat dilakukan konselor untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada setiap konseli adalah dengan melakukan observasi lanjutan terhadap perkembangan yang ditunjukkan konseli. usaha tersebut tentu tidak terlepas dari kerjasama antara personil sekolah lainnya, baik guru maupun peserta didik lainnya. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 6 berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap konselor sekolah, serta konseli (siswa bermasalah dan telah diberikan konseling individu) dapat disimpulkan bahwa konselor sekolah menggukan berbagai teknik konseling dalam pelaksanaan proses konseling yang dilakukan. pemahaman dasar seluruh konselor sekolah tentang teknik-teknik konseling belum merata, maka pelaksanaan kegiatan konseling oleh setiap konselor dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kompetensi yang dimiliki masing-masing konselor sekolah itu sendiri. sedangkan minimnya wawasan pengetahuan konselor akan definisi-definisi yang ilmiah tentang teknik-teknik konseling dapat disebabkan oleh berbagai alasan. diataranya seperti factor hierarki sebagai manusia yang tidak luput dari sifat lupa, apabila tidak melakukan penyegaran ilmu dengan terus belajar. selain itu masih kurangnya sumber informasi dan reverensi konselor yang memuat berbagai pengembangan teori dan teknik konseling, kurang meratanya kesempatan yang berikan sekolah untuk mengikuti pelatihan dan diklat. serta beberapa konselor kurang berminat di dalam menambah wawasan dan melatih kemampuannya secara mandiri. . 3. data hasil dokumentasi berdasarkan hasil dokumentasi diperoleh data-data yang mendukung data hasil observasi maupun data wawancara. diantaranya adalah data-data tentang kasus siswa sehingga berdasarkan data obyektif diperoleh informasi bahwa memang benar keempat konseli myp, qn, jf dan rp yang selanjutnya diberikan konseling individu. melalui catatan komulatif record kelengkapan data identitas pribadi konseli dapat diperoleh. berkaitan dengan keadaan konselor sekolah yang ditetapkan di sman 5 kota bima jumlahnya telah memenuhi kebutuhan tenaga bimbingan dan konseling di sekolah tersebut yaitu tujuh orang konselor. setiap konselor diberi tanggungjawab sekitar masing-masing tiga bahkan ada empat kelas binaan. sedangkan fasilitas penunjang kegiatan konseling masih belum memadai seperti ruang konseling individu yang jauh dari ideal, sehingga akan menimbulkan kurang terjaganya asas kerahasiaan. secara lansung hal ini merupakan factor penghambat pelaksaan program bimbingan dan konseling, sedangkan kita ketahui bahwa untuk merealisasikan program tersebut peril didukung oleh saranan dan prasarana yang memadai. merupakan pr bagi kepala sekolah beserta seluruh personil sekolah semoga dimasa mendatang perlengkapan untuk pelaksanaan program bimbingan dan konseling khususnya layanan konseling individu dapat lebih baik lagi pembahasan penggunaan teknik-teknik konseling belum sepenuhnya efektif, meski seluruh teknik mampu diterapkan dalam proses konseling. hal ini ditandai dengan masih ditemukannya teknik konseling seperti empati, hanya digunakan empati primer saja. sedangkan empati tingkat tinggi sebenarnya juga sangat dibutuhkan. karena keikutan konselor merasakan dan memahami perasaan, pikiran, keinginan serta pengalaman konseli akan membuat konseli tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi yang terdalam dari lubuk hatinya termaksud penderitaannya. maka dari itu perlu bagi konselor untuk lebih meningkatkan kemampuannya dalam menggunakan teknik konseling demi terwujudnya proses konseling yang efektif sehingga tujuan konseling dapat tercapai dengan optimal dalam setiap proses konseling dilakukan terhadap konseli myp, qn, jf maupun rp, konselor tidak hanya menggunakan satu teknik secara tunggal dalam sebuah respon akan tetapi sebuah respon ada yang mengandung beberapa teknik. sedangkan penggunaan teknik pada setiap tahapan konseling dilaksanakan dengan https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 7 secara tidak kaku berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan yakni teknik yang telah digunakan pada tahap awal dapat digunakan lagi pada tahap selanjutnya ataupun sebaliknya hal tersebut didukung oleh perynyataan sofyan s. willis (2009) yang menyatakan bahwa meskipun setiap tahapan konseling mempunyai teknik-teknik seperti yang telah ditentukan secara tematis, tidak berarti aturan yang dilaksanakan kaku seperti itu. artinya seorang konselor dengan kemampuan dan seni akan melakukan konseling dengan teknik-teknik yang bervareasi dan beganda (multi technique). hal ini terjadi karena setiap konseli memiliki perbedaan kepribadian (kemampuan, sikap, motifasi, kehadiran, tempramen), respon, lisan maupun bahasa badan. sebuah blog dalam weside oleh boharudin membahas tentang pembelajaran konseling dengan program comic life yang digunakan sebagai alternative untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang teknik-teknik konseling. penggunaan program comic life ini adalah pembuatan komik merupakan media yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa dalam pembuatan komik, mahasiswa mencari kasus yang cocok digunakan untuk pengembangan scenario. setelah itu mahasiswa membuat scenario teknik-teknik konseling beserta dengan respon-respon konselor yang tepat untuk teknik tersebut. kemudian, mahasiswa meneterjemahkan scenario yang telah dibuat dalam bentuk visual. hal ini meberikan pengalaman mahasiswa untuk menampilkan dan mengasosi asikan bahasa konseling nono verbal dan verbal bagi calon konselor. penggunaan program comic life memberikan alternative pembelajaran yang menarik bagi mahasiswa dan mengakomodasi berbagai gaya belajar. melalui permbahasan program comic life tersebut bisa dijadikan reverensi untuk konselor sekolah meningkatkan pemahaman dan kemampuannya dalam menggunakan teknik-teknik konseling. kegiatan ini akan memberikan kesempatan bagi konselor umtuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih komprehensif. sehingga dapat dimaknai bahwa banyak cara belajar menarik yang bisa digunakan konselor sekolah asal ada kesadaran dan kemauan. dalam melaksanakan tugas pokoknya mewujudkan proses konseling, konseling berupaya membangun hubungan interpersonal yang baik antara konselor dan konseli dengan menggunakan berbagai teknik konseling dalam setiap tahapan konseling. keterbukaan konseli pada tahap awal konseling menentukan efektifitas proses konseling tahap-tahap selanjutnya. disinilah konselor harus mampu mengaplikasikan teknik-teknik konseling dengan tepat dan benar. namun dengan adanya kesan baik dari setiap konseli terhadap pelaksanaan kanseling terhadap dirinya, maka membuktikan mampu menggukan teknik konseling dengan baik. selanjutnya keberhasilan pencapaian tujuan konseling yang telah dilakukan akan terlihat dari hasil observasi lanjutan yang dilakukan konselor pada perkembangan yang ditunjukkan konseli. kegiatan ini tidak terlepas dari kerjasama yang baik dengan berbagai personil sekolah lainnya, baik kepala sekolah, guru, siswa hingga opas sekolah. sehingga program layanan konseling nidividu berjalan lancer dan kondusif simpulan dari hasil pembahasan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik-teknik konseling cukup mampu diaplikasikan oleh konselor sekolah dalam proses konseling yang dilaksanakan. hal tersebut menunjukkan bahwa konselor sekolah khususnya di sman 5 kota bima telah cukup mampu menggunakan teknik-teknik konseling, yaitu perilaku attending, empati, refleksi, eksplorasi, paraphrasing, open questions, closed questions, minimal encouragement atau dorongan minimal, interpretasi, directing, summarizing, leading, fokus, konfrontasi, clarifying, facilitating, diam, mengambil inisiatif, member nasehat, pemberian informasi, merencanakan hingga menyimpulkan hasil akhir pada sesi akhir konseling. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 8 wawasan pengetahuan konselor tentang definisi-definisi teknik konseling yang ilmiah masih terdapat kekurangan. hal ini disebabkan oleh berbagai alasan, seperti factor alamiah sebagai manusia yang tidak luput dari kelupaan apabila tidak sering dilakukan penyegaran ilmu dengan belajar, masih kurangga sumber informasi dan referensi konselor yang memuat berbagai pengembangan teori dan teknik konseling, kurang meratanya kesempatan yang diberikan sekolah untuk mengikuti pelatihan dan diklat, serta beberapa konselor kurang berminat di dalam menambah wawasan dan melatih kemampuan secara mandiri. intervensi penggunaan teknikteknik konseling yang disebutkan pada poin satu dalam kesimpulan penelitian ini terhadap hasil konseling memberikan dampak positif bagi perkembangan diri konseli maupun pengentasan permasalahan yang dihadapiny, yang ditunjukkan dengan kurangnya perilaku malas yang dialami konseli. daftar rujukan bimo walgito, 2004. bimbingan dan konseling. penerbit andi. yogyakarta. winkel, w. s., & hastuti, m. s. (2005). bimbingan dan konseling di institusi pendidikan. media abadi. mungin ediwibowo. 2005. standarisasi profesi konseling. konfensi nasional xiv dan kongres nasional x abkin. semarang. nurihsan, juntika. 2006. bimbingan dan konseling dalam berbagai latar pendidikan. bandung. prayitno, erman amti. 2004. dasar-dasar bimbingan dan koseling. penerbit rineka cipta. jakarta. winkel dan hastuti. 2007. bimbingan dan konseling di institusi pendidikan. edisi refisi. penerbit media abadi. yogyakarta. willis, sofyan s. 2009. konseling individual teori dan praktek. penerbit alfabeta. bandung. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.77 107 received : 12-12-2020 revised : 01-01-2021 published : 15-01-2021 pemanfaatan media foto karikatur untuk menaikkan keterampilan menulis teks anekdot pada siswa kelas x man 1 pidie nanda saputra1, miswar saputra2 1stit al-hilal sigli, 2iai al-aziziyah samalanga, indonesia nandasaputra680@gmail.com abstrak: riset ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan pendidikan menulis bacaan anekdot dengan media foto karikatur pada siswa kelas x man 1 pidie serta kenaikan keterampilan menulis bacaan anekdot pada siswa kelas x man 1 pidie sesudah mendapatkan pendidikan dengan media foto karikatur. riset ini ialah riset aksi kelas (ptk), yang dilaksanakan dalam 3 siklus. tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, ialah perencanaan, penerapan, observasi, serta refleksi. subyek riset ini merupakan siswa kelas x man 1 pidie dengan jumlah siswa 34 orang yang terdiri dari 15 siswa wanita serta 19 siswa pria. metode pengumpulan informasi dicoba dengan uji, observasi, serta catatan lapangan. metode analisis informasi yang digunakan merupakan analisis kualitatif serta kuantitatif. hasil analisis informasi menampilkan kalau kenaikan keahlian menulis bacaan anekdot pada siswa kelas x man 1 pidie terjalin sesudah memakai media foto karikatur. perolehan nilai ratarata pada siklus i: 62, 35%, siklus ii: 78, 8%, serta siklus iii: 88, 9%. dengan demikian bisa disimpulkan, pemakaian media foto karikatur dapat meningkatkan keahlian menulis bacaan anekdot, serta guru tetap tingkatkan keahliannya dalam memakai media foto karikatur. perihal ini nampak dari siklus yang diperoleh siswa pada tiaptiap siklus. abstract: this research aims to describe the application of anecdotal reading writing education using caricature photo media in class x man 1 pidie students and the increase in anecdotal reading writing skills in class x man 1 pidie students after receiving education using caricature photo media. this research is a classroom action research (car), which is carried out in 3 cycles. each cycle consists of 4 stages, namely planning, implementing, observing, and reflecting. the research subjects were students of class x man 1 pidie with a total of 34 students consisting of 15 female students and 19 male students. the method of collecting information was tried by testing, observation, and field notes. the information analysis method used is qualitative and quantitative analysis. the results of the information analysis show that the increase in anecdotal reading writing skills in class x man 1 pidie was intertwined after using caricature photo media. the average value obtained in cycle i: 62, 35%, cycle ii: 78, 8%, and cycle iii: 88, 9%. thus, it can be concluded that the use of caricature photo media can improve writing skills for anecdotal reading, and teachers can continue to improve their skills in using caricature photo media. this matter can be seen from the cycle that students get in each cycle. kata kunci: keahlian menulis bacaan; anekdot; media foto karikatur https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.77 mailto:nandasaputra680@gmail.com vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.77 108 pendahuluan pengembangan kurikulum 2013 menuntut pergantian berpikir siswa dalam proses pendidikan. kurikulum 2013 sudah memakai pendidikan bahasa berbasis bacaan, maksudnya partisipan didik dituntut buat sanggup memproduksi suatu bacaan, salah satunya merupakan bacaan anekdot. cocok dengan kd mata pelajaran bahasa indonesia tingkatan sma/ ma kelas x semester gasal, pendidikan menulis bacaan anekdot ialah salah satu macam keahlian menulis yang wajib dilaksanakan. basiran (2015:2) menerangkan jika bacaan anekdot ialah bacaan berjenis narasi yang relatif pendek yang memiliki kelucuan, dapat berbentuk ketololan, kesalahpahaman, kesalahdengaran, ketidaktahuan, kesombongan, musibah akibat ulah sendiri, serta lain-lain. tarigan (2014:22) menerangkan jika menulis merupakan menyusutkan ataupun melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan sesuatu bahasa yang dimengerti seseorang sehingga orang lain bisa membaca lambang-lambang grafik tersebut jika mereka menguasai bahasa serta cerminan grafik. basiran (2015:2) menerangkan kalau anekdot merupakan (cerita pendek yang lucu) yang bermakna kerangka berjenis narasi yang relatif pendek yang memiliki kelucuan. arsyad (2014:3) mengemukakan kalau penafsiran media dalam proses belajar mengajar cenderung dimaksud bagaikan alat-alat grafis, photografis, ataupun elektonis buat menangkap, memproses, serta menyusun kembali data visual ataupun vernal. sufanti (2015:63) melaporkan kalau foto karikatur merupakan foto simpel yang dilengkapi dengan tulisan yang berisi sindiran, pesan, olok-olok, kritik, serta sebagainya. pemakaian media foto yang efisien, wajib memiliki tujuan yang jelas, tentu serta terperinci. dalam perihal ini media foto yang dapat digunakan merupakan media foto yang terdapat hubungannya dengan pelajaran yang lagi dibahas ataupun permasalahan yang dialami. media visual dalam proses belajar mengajar bisa meningkatkan keahlian visual, meningkatkan imajinasi anak, menolong membangkitkan kemampuan anak terhadap hal-hal yang abstrak ataupun kejadian yang tidak bisa jadi didatangkan di dalam kelas, dan bisa menolong meningkatkan karakter siswa (angkowo serta kosasih, 2017:28). media foto merupakan penyajian visual 2 ukuran yang menggunakan rancangan foto bagaikan fasilitas pertimbangan menimpa kehidupan tiap hari, misalnya yang menyangkut manusia, kejadian, benda-benda, tempat serta sebagainya (angkowo serta kosasih, 2017: 26). karikatur ataupun kartun merupakan media grafis untuk memberikan pemikiran terhadap seorang, keadaan, peristiwa ataupun suasana tertentu. foto yang disajikan lewat kartun umumnya berupa simpel serta terkesan lucu. suatu foto karikatur yang baik bukan cuma bisa mengantarkan pesan tertentu melainkan dapat memengaruhi perilaku serta tingkah laku orang yang melihatnya (sanjaya, 2016:163). sejalan dengan teori tersebut, pamungkas (2016:225) berkata kalau humor bisa terbentuk lewat foto semacam karikatur serta novel. realitas di lapangan, pendidikan bahasa indonesia sepanjang ini kurang melatih siswa dalam keahlian berbahasa tulis. pendidikan cuma ditekankan pada pengetahuan berbahasa saja. sementara itu keahlian menulis ialah keahlian yang sangat produktif serta dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam pendidikan bahasa indonesia apalagi dalam mata pelajaran lain. perihal ini membuat aktivitas menulis sangat berkurang karena menulis berkaitan erat dengan kegiatan berpikir yang menuntut terdapatnya keahlian berpikir yang mencukupi yang menggambarkan keluasan pengetahuan serta menuntut bermacam aspek terpaut yang lain, semacam kemampuan modul tulisan, pengetahuan bahasa tulis, serta motivasi yang kokoh buat menulis. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.77 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.77 109 keberhasilan pendidikan menulis banyak didapatkan oleh seberapa jauh kedudukan guru dalam mengantarkan modul tentang menulis. aktif serta pasifnya siswa dalam pendidikan menulis pula sangat tergantung pada model serta media yang digunakan oleh guru. pelaksanaan metode ceramah dalam pendidikan menulis bacaan anekdot yang dilakukan oleh guru dengan alasan kepraktisan dan efisiensi kenyataannya cuma sebatas penyampaian konsep-konsep teori saja. pendidikan menulis lebih cenderung beriorientasi pada guru sehingga kurang menumbuhkembangkan kemampuan berpikir serta kreatifitas siswa. pendidikan menulis sepatutnya menekankan pada aktivitas aplikasi sebab hendak bisa menggali ide-ide yang terdapat dalam benak penulis. bersumber pada hasil wawancara dengan guru bidang riset bahasa indonesia ialah muhammad iqbal, m.pd, diperoleh informasi jika keahlian menulis bacaan anekdot masih di dasar kriteria ketuntasan minimun (kkm) yang disepakati oleh guru bidang riset bahasa indonesia ialah 70. pemicu rendahnya keahlian siswa dalam menulis bacaan anekdot dalam proses pendidikan ialah, 1) proses pendidikan masih terpaku pada guru (konvensional), 2) guru masih menekankan keahlian kognitif siswa, 3) guru tidak memakai media pendidikan, 4) siswa kurang aktif, 5) banyak siswa yang tidak mencermati guru, serta 6) siswa merasa jenuh serta bosan. bersumber pada latar balik di atas, hingga tujuan dari riset ini merupakan buat tingkatkan motivasi belajar serta keahlian menulis bacaan anekdot siswa kelas x man 1 pidie. metode riset ini ialah riset aksi kelas (classroom action research). riset aksi kelas (ptk) dilaksanakan untuk membetulkan keadaan sesuatu pelajaran yang bisa diamati secara langsung pada saat pembelajaran di kelas. riset ini dilaksanakan di kelas x man 1 pidie yang terdiri dari 34 siswa, wanita berjumlah 15 serta 19 siswa pria. riset ini dilaksanakan dalam 3 siklus ialah; siklus i, siklus ii serta aksi siklus iii. langkah penerapan ptk diseleksi model spiral ialah siklus yang dilaksanakan secara berulang-ulang serta berkepanjangan (semacam bundaran spiral). ptk model ini dikemukakan kemmis serta mc. taggart (arikunto, 2015:104). ptk memiliki 4 tahapan yang silih berhubungan ialah: 1) sesi perencanaan (planning), 2) sesi penerapan aksi (action), 3) sesi observasi (observation), 4) sesi refleksi (reflection). sumber informasi riset ini merupakan kejadian ialah proses belajar mengajar di dalam kelas, informan ialah siswa serta guru, serta dokumen ialah fitur pendidikan serta hasil pendidikan. informasi riset ini terdiri dari catatan lapangan hasil observasi, catatan lapangan hasil analisis dokumen serta catatan lapangan hasil wawancara. tidak hanya itu, metode pengumpulan informasi dalam riset ini meliputi metode kuesioner (angket), metode observasi, hasil wawancara, catatan lapangan, metode uji, serta dokumentasi gambar. periset memakai metode analisis informasi secara kuantitatif serta metode kualitataif. buat mengecek keabsahan informasi dalam riset ini, periset memakai metode keabsahan bersumber pada komentar moloeng (2015:331) berbentuk triangulasi lewat sumber, tata cara riset, serta teori yang terdapat. metode analisis informasi riset ini merupakan metode analisis kritis yang menganalisis informasi kualitatif serta metode deskriptif komparatif yang menganalisis informasi kuantitatif. penanda kinerja riset ini menargetkan 80% kelulusan keahlian menulis bacaan anekdot siswa kelas x man 1 pidie. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.77 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.77 110 instrumen evaluasi yang digunakan merupakan: (1) lembar penerapan pembelajaran; (2) lembar uji hasil belajar siswa; (3) lembar catatan lapangan. lembar penerapan pembelajaran digunakan buat mendapatkan informasi tentang pelaksaanan pembelajaran serta ketercapaian. lembar uji hasil belajar siswa digunakan buat mendapatkan informasi tentang hasil belajar siswa. catatan lapangan dicoba buat mencatat kendala-kendala yang terjalin pada waktu berlangsungnya pendidikan. berikutnya informasi yang diperoleh hendak diolah serta dianalisis secara kualitatif serta kuantitatif. data pelaksanaan pembelajaran dianalisis secara kuantitatif menggunakan rumus: %100x n f p = keterangan: p = angka persentase f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya n = jumlah frekuensi/ banyak individu untuk menghitung nilai rata-rata (mean) dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan rumus sebagai berikut: n x x  = keterangan : x = rata-rata (mean)  x = jumlah seluruh skor n = jumlah individu (sudjana, 2009:109) tiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan orang) bila proporsi jawaban benar siswa ≥ 65, serta sesuatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) bila di dalam kelas tersebut ada ≥ 85% siswa yang tuntas belajarnya. serta nilai kkm pada man 1 pidie merupakan 70. hasil dan pembahasan a. hasil 1. tindakan pembelajaran siklus i adapun perolehan hasil evaluasi pada siklus i dapat dilihat pada tabel berikut: tabel 1. perolehan nilai hasil evaluasi pada siklus i no. nama siswa nilai evaluasi keterangan 1 ajurni 90 tuntas 2 aula nazira 70 tuntas 3 hasna naura 90 tuntas 4 azis fahrezi 60 belum tuntas 5 alfi ramadhani 60 belum tuntas 6 khairan nur 60 belum tuntas 7 muhammad raziq 45 belum tuntas 8 muhammmad fadlun 60 belum tuntas 9 muhammad asra 70 tuntas 10 faizul kamal 65 belum tuntas 11 ihsan 80 tuntas https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.77 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.77 111 12 habibi 90 tuntas 13 sahar 60 belum tuntas 14 nailatun izza 90 tuntas 15 naila al aura 60 belum tuntas 16 nasyithatul adzkia 45 belum tuntas 17 nisa salsabila 30 belum tuntas 18 raisya jahira 75 tuntas 19 raisya dinia 90 tuntas 20 reza alfian 60 belum tuntas 21 syifaul azkia 50 belum tuntas 22 ulfa rafika 85 tuntas 23 wildan zafiri 75 tuntas 24 abdul azis 90 tuntas 25 zacky maulana 60 belum tuntas 26 afdhal maulidin 60 belum tuntas 27 aprilia vonna 60 belum tuntas 28 melani soleha vonna 45 belum tuntas 29 miftahul jannah 60 belum tuntas 30 muhammad nabil 60 belum tuntas 31 muhammad raihan 60 belum tuntas 32 muhammad subhanallah 60 belum tuntas 33 muhammad haikal 45 belum tuntas 34 qayla aryesti 60 belum tuntas jumlah nilai ratarata 2.120 62,35 bersumber pada hasil table 3.1 di atas, sehingga diperoleh nilai terendah 30 serta nilai paling tinggi 90 dengan rincian yang menemukan nilai 30 sebanyak 1 orang, berikutnya nilai 45 sebanyak 4 orang, 50 sebanyak 2 orang, nilai 60 sebanyak 15 orang, nilai 65 sebanyak 1 orang, nilai 70 sebanyak 2 orang, nilai 75 sebanyak 2 orang, nilai 85 sebanyak 1 orang serta 90 sebanyak 5 orang, sehingga memiliki nilai ratarata sebesar 62, 35. ada pula jenis nilai yang diperoleh tiap-tiap siswa bisa dilihat dari tercapainya siswa dengan nilai kriteria ketuntasan secara minimun serta ketuntasan secara klasikal yang penulis tabulasikan dalam tabel berikut ini: tabel 2. kriteria nilai yang dicapai siswa man 1 pidie pada siklus i siklus nilai frekuensi tuntas tidak tuntas ket i >70 <70 12 22 √ √ 45,83% 54,16% total 34 100% bersumber pada hasil tabel 3.2 di atas, sehingga hasil belajarnya memenuhi kriteria ketuntasan minimun (kkm) cuma 12 orang siswa dengan memeroleh nilai 45,83% sebaliknya siswa yang hasil belajarnya tidak memenuhi kkm merupakan 22 orang siswa dengan memeroleh nilai 54,16%. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.77 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.77 112 2. tindakan pembelajaran siklus ii tabel 3. nilai hasil evaluasi siklus ii no. nama siswa nilai keterangan 1 2 ajurni aula nazira 60 60 belum tuntas belum tuntas 3 4 hasna naura azis fahrezi 60 60 belum tuntas belum tuntas 5 6 khairan nur muhammad raziq 100 100 tuntas tuntas 7 8 fadlun muhammad asra 90 90 tuntas tuntas 9 10 faizul kamal ihsan 100 100 tuntas tuntas 11 12 habibi sahar 60 60 belum tuntas belum tuntas 13 14 nailatul izza naira al aura 60 60 belum tuntas belum tuntas 15 16 nasyithatul adzkia nisa salsabila 85 85 tuntas tuntas 17 18 raisya jahira raisya dinia 80 80 tuntas tuntas 19 20 reza alfian syifaul azkia 85 85 tuntas tuntas 21 22 ulfa rafika wildan zafir 90 90 tuntas tuntas 23 24 alfi rahmadani abdul azis 90 90 tuntas tuntas 25 26 zacky maulana afdhal maulidin 65 65 belum tuntas belum tuntas 27 28 aprilia vonna melani soleha vonna 60 60 belum tuntas belum tuntas 29 30 miftahul jannah muhammad nabil 70 70 tuntas tuntas 31 32 muhammad raihan muhammad subhanallah 75 75 tuntas tuntas 33 34 muhammad haikal qayla aryesti 60 60 belum tuntas belum tuntas jumlah nilai rata-rata 2.280 sangat memuaskan 78,8 tabel di atas menampilkan keahlian siswa dalam menulis bacaan, para siswa mendapatkan peninngkatan perihal itu nampak dari hasil yang diperoleh siswa pada siklus ii, pada siklus ii ini cuma sebagian kelompok yang terdiri dari 14 orang yang memeroleh nilai dibawah kkm (kriteria ketuntasan minimun) seluruh siswa yang telah dipecah dalam 20 kelompok mendapatkan nilai yang sangat bagus. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.77 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.77 113 tabel 4. kriteria nilai yang dicapai siswa man 1 pidie pada siklus ii siklus nilai frekuensi tuntas tidak tuntas keterangan ii >70 <70 20 14 √ √ 58,82% 41,17% total 34 100% berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel 3.4 di atas, maka jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar meningkat menjadi 20 siswa dengan persentase nilai 58,82, sedangkan siswa yang hasil belajarnya tidak tuntas menurun menjadi 14 siswa dengan persentase nilai 41,17. 3. tindakan pembelajaran siklus iii tabel 5. perolehan hasil kelmpok siswa siklus iii no. nama siswa nilai keterangan 1 2 ajurni aula nazira 85 85 tuntas tuntas 3 4 hasna naura azis fahrezi 85 85 tuntas tuntas 5 6 khairan nur muhammad raziq 85 100 tuntas tuntas 7 8 muhammad fadlun muhammad asra 100 100 tuntas tuntas 9 10 faizul kamal ihsan 100 100 tuntas tuntas 11 12 habibi sahar 80 80 tuntas tuntas 13 14 nailatul izza naira al aura 80 80 tuntas tuntas 15 16 nasyithatul adzkia nisa salsabila 80 90 tuntas tuntas 17 18 raisya jahira raisya dinia 90 90 tuntas tuntas 19 20 reza alfian syifaul azkia 90 90 tuntas tuntas 21 22 ulfa rafika wildan zafiri 100 100 tuntas tuntas 23 24 alfi rahmadani abdul azis 100 100 tuntas tuntas 25 26 zacky maulana afdhal maulidin 85 85 tuntas tuntas 27 28 aprilia vonna melani soleha vonna 85 85 tuntas tuntas 29 30 miftahul jannah muhammad nabil 95 95 tuntas tuntas 31 32 muhammad raihan muhammad subhanallah 80 80 tuntas tuntas 33 34 muhammad haikal qayla aryesti 80 80 tuntas tuntas jumlah nilai rata-rata 3.025 sangat memuaskan 88,9 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.77 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.77 114 berdasarkan tabel di atas jumlah siswa 34 orang, adapun nilai yang diperoleh siswa pada siklus iii nilai terendah 80 dan nilai tertinggi 100. tabel 6. nilai yang dicapai siswa kelas x man 1 pidie siklus iii siklus nilai frekuensi tuntas tidak tuntas ket iii >70 <70 34 0 √ 100% 0 total 34 100% berdasarkan hasil yang terlihat pada tabel di atas, maka terlihat semua siswa telah menuntaskan belajarnya dengan mendapatkan nilai memenuhi kkm. b. pembahasan 1. siklus i riset ptk pada siklus i yang dilaksanakan di x man 1 pidie pada modul menulis bacaan anekdot. pembelajaran dilaksanakan dengan memakai tata cara konvensional dengan jumlah siswa 34 orang. pada siklus i mayoritas siswa masih kurang paham tentang modul yang dianjurkan perihal itu dapat dilihat dari pemerolehan nilai penilaian yang dilaksankan sesudah pembelajaran ialah nilai terendah 30 serta nilai paling tinggi 90 dengan rincian yang menemukan nilai 30 sebanyak 1 orang, berikutnya nilai 45 sebanyak 4 orang, 50 sebanyak 2 orang, nilai 60 sebanyak 15 orang, nilai 65 sebanyak 1 orang, nilai 70 sebanyak 2 orang, nilai 75 sebanyak 2 orang, nilai 85 sebanyak 1 orang serta 90 sebanyak 5 orang, sehingga memiliki nilai rata-rata sebesar 62, 35. sehingga periset bisa merumuskan pendidikan pada siklus i kurang sukses serta belum tuntas, akan tetapi kekurangan pada proses pendidikan siklus i wajib diperbaiki pada aksi berikutnya yang hendak dilaksanakan pada siklus ii sehingga periset butuh mempersiapkan rencana yang lebih baik. 2. siklus ii pada siklus ii modul yang disajikan tentang menulis bacaan anekdot, pembelajaran yang dilaksanakan dengan memakai media foto karikatur. bersumber pada tabel 3.2, dikemukakan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan, perihal itu dapat dilihat dari hasil yang diperoleh siswa pada siklus ii keahlian siswa dalam menulis bacaan anekdot, para siswa mengalami peningkatan hal itu nampak dari hasil yang diperoleh siswa pada siklus ii, pada siklus ke ii ini cuma sebagian kelompok yang terdiri dari 2 orang yang menemukan nilai di bawah nilai kkm (kriteria ketuntasan minimun) seluruh siswa yang telah dibagi ke dalam sebagian kelompok mendapatkan nilai yang sangat bagus. pada siklus ii nilai rata-rata siswa diperoleh 78,8 sehingga periset merumuskan pendidikan dengan memakai media foto karikatur dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebab nilai pada siklus ii lebih baik dibanding nilai yang diperoleh siswa pada siklus i, akan tetapi kekurangan pada siklus ii dapat diperbaiki pada siklus iii, untuk membetulkan pada siklus iii periset melaksanakan bermacam upaya serta pendekatan dalam proses belajar mengajar pada modul menulis bacaan anekdot di man 1 pidie. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.77 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.77 115 3. siklus iii pada siklus iii menggunakan media gambar karikatur pada materi menulis teks anekdot. pada siklus ini peneliti melakukan beberapa perubahan untuk melibatkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran. perubahannya adalah peneliti mengajar siswa dengan menggunakan media gambar karikatur beberapa siswa sehingga membuat siswa lebih cepat dalam memahami materi yang diajarkan guru. pada siklus ini suasana belajar sangat aktif dan menyenangkan, tidak ada lagi siswa yang pasif mereka berlomba-lomba dalam pembelajaran karena pembelajaran dengan menggunakan media gambar karikatur dan setiap siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran serta bertukar informasi dengan sesama teman kelompoknya, hal ini sangat memudahkan peneliti dalam menjelaskan materi pembelajaran karena para peserta didik sudah saling membantu satu sama lain dalam kelompok, mereka mengajari kawan yang belum memahami pembelajaran dan berdiskusi untuk menjawab soal yang diajukan peneliti serta aktif dalam menjawab soal dalam lks. pada siklus iii memakai media foto karikatur pada modul menulis bacaan anekdot. pada siklus ini periset melaksanakan sebagian pergantian untuk mengaitkan siswa lebih aktif dalam pendidikan. perubahannya merupakan periset mengajar siswa dengan memakai media foto karikatur sebagian siswa sehingga membuat siswa lebih cepat dalam menguasai modul yang dianjurkan guru. pada siklus ini atmosfer belajar sangat aktif serta mengasyikkan, tidak terdapat lagi siswa yang pasif mereka berlomba-lomba dalam pendidikan sebab pendidikan dengan memakai media foto karikatur serta tiap siswa bisa berfungsi aktif dalam proses pendidikan dan bertukar informasi dengan sesama sahabat kelompoknya, perihal ini sangat mempermudah periset dalam menarangkan modul pendidikan sebab para siswa telah silih menolong satu sama lain dalam kelompok, mereka mengajari kawan yang belum menguasai pendidikan serta berdiskusi buat menanggapi soal yang diajukan periset dan aktif dalam menanggapi soal dalam lks. simpulan berdasarkan kegiatan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan menulis teks anekdot menggunakan media gambar karikatur pada siswa kelas x man 1 pidie. proses peningkatan pembelajaran menulis teks anekdot dengan menggunakan media gambar karikatur yaitu: 1) siswa mempelajari materi unsur-unsur teks anekdot, 2) siswa mempelajari materi kebahasaan, 3) siswa mempelajari cara menyusun kerangka cerita pendek berdasarkan media gambar karikatur, dan 4) siswa menulis teks anekdot menggunakan media gambar karikatur. peningkatan keterampilan menulis teks anekdot ditunjukkan pada siklus i mendapatkan nilai rata-rata siswa 62,35, siklus ii mendapatkan nilai rata-rata siswa 78,8 dan siklus iii mendapatkan nilai rata-rata siswa 88,9. aktivitas siswa lebih aktif dalam belajar dengan menggunakan media gambar karikatur pada pembelajaran menulis teks anekdot di kelas x man 1 pidie. bersumber pada aktivitas riset aksi kelas yang sudah dilaksanakan, hingga bisa disimpulkan kalau terjalin kenaikan keahlian menulis bacaan anekdot memakai media foto karikatur pada siswa kelas x man 1 pidie. proses kenaikan pendidikan menulis bacaan anekdot dengan memakai media foto karikatur ialah: 1) siswa menekuni modul unsurunsur bacaan anekdot, 2) siswa menekuni modul kebahasaan, 3) siswa menekuni metode menyusun https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.77 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.77 116 kerangka cerita pendek bersumber pada media foto karikatur, serta 4) siswa menulis bacaan anekdot memakai media foto karikatur. kenaikan keahlian menulis bacaan anekdot ditunjukkan pada siklus i memperoleh nilai rata-rata siswa 62,35, siklus ii memperoleh nilai ratarata siswa 78,8 serta siklus iii memperoleh nilai rata-rata siswa 88,9. kegiatan siswa lebih aktif dalam belajar dengan memakai media foto karikatur pada pendidikan menulis bacaan anekdot di kelas x man 1 pidie. daftar rujukan angkowo, r dan kosasih, a. 2017. optimalisasi media pembelajaran. jakarta: grasindo. arsyad, azhar. 2014. media pembelajaran. jakarta: pt raja grafinfo persada. arikunto. 2015. penelitian tindakan kelas. jakarta: bumi aksara. basiran, m., dkk. 2015. bahasa indonesia 1a smk/mak dan sma/ma. yogyakarta: lp2ip. moleong, lexy. 2015. metodologi penelitian kualititatif. bandung: pt remaja. rosdakarya. pamungkas, sri. 2016. bahasa indonesia dalam berbagai perspektif dilengkapi dengan teori, aplikasi dan analisis penggunaan bahasa saat ini. yogyakarta: penerbit andi offset. sanjaya, wina. 2016. strategi pembelajaran berorientasi standar proses. pendidikan jakarta: kencana. sudjana, nana. 2005. penilaian hasil prose belajar mengajar. bandung: remaja rosdakarya. sufanti, main. 2015. strategi pengajaran bahasa dan sastra indonesia. surakarta: yuma pustaka. tarigan, h.g. 2014. menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. bandung: penerbit angkasa. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.77 microsoft word 09-aris.docx vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.96 467 received : 13-03-2021 revised : 01-04-2021 published : 15-04-2021 pengembangan modul pembelajaran teknologi bahan berbasis project base learning aris puja widikda1, dwi sativa putri2 1prodi teknik operasi mesin dan peralatan industri aksi rembang, indonesia 2prodi teknik pemeliharaan mesin dan peralatan industri aksi rembang, indonesia widikda@gmail.com abstrak: penelitian yang dilakukan bertujuan untuk (1) mengembangkan modul pembelajaran teknologi bahan berbasis project based learning (2) untuk mengetahui bagaimana kevalidan, kepraktisan dan efektifitas modul pembelajaran teknologi bahan berbasis project based learning. penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan dengan model addie. kesimpulan penelitian ini adalah (1) modul pembelajaran yang dihasilkan telah melalui berbagai tahap validasi dengan kategori rata-rata sangat valid dengan persentase rata-rata 93%, (2) pada praktikalitas modul pembelajaran berbasis project based learning secara keseluruhan sangat praktis dengan persentase rata-rata 84%, (3) modul pembelajaran yang dikembangkan efektif digunakan dengan analisis time series 24% pengaruh perlakuan terhadap nilai ketuntasan klasikal mahasiswa meningkat dan didapatkan dari uji gain score 0,48 dengan kategori uji gain sedang. pengembangan modul pembelajaran dalam penelitian ini merupakan penyempurnaan dari penelitianpenelitian problem solving yang telah dilakukan sebelumnya. pada penelitian sebelumnya lebih berorientasi pada peningkatan kemampuan kognitif peserta didik, sedangkan dalam penelitian ini juga meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam kegiatan proyek. kata kunci: modul pembelajaran; teknologi bahan; pembelajaran berbasis proyek vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.96 468 pendahuluank pendidikanimerupakan..salahksatugbentuk..dari..perwujudan.kebudayaankmanusia.yan g dinamis. tingkat pendidikanh masyarakat juga dapat menentukan tingkat kemajuan negara. untuk menciptakan suatu. negarai yang. maju diperlukan. sumber. daya. manusia. (sdm) yang dinamis,.gberkualitas,.lberbudi.jpekerti,. memilikikketerampilan dan. rasa. tanggungi jawab. terhadapl lingkungan, bangsai.dan.negara. salahi satu lembaga pendidikani tinggiiyang menyelenggarakan pendidikan vokasi.adalah akademi komunitas. akademi komunitas menyelenggarakan program pendidikan diplomai.satun(d-1) dan/atau diplomaldua (d-2). pendidikan akademi komunitas diselenggarakani merupakan satu atau ibeberapa cabang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi tertentu yang bermuatan kebutuhan khusus/lokal konten ataui untuk memenuhi kebutuhan kompetensi khusus. sesuai dengan potensi di daerah kabupaten rembang dimana di daerah ini terdapat pabrik semen, teknik operasi mesin dan peralatan industri adalahi salah satu program studi yangi ada di akademi komunitas semen indonesia rembang. mata kuliah teknologi bahan merupakan mata kuliah program studi teknikloperasi mesini dan.peralatan industri. berdasarkan pengalaman dan observasi penulis di lapangan mahasiswa belum mampu menerapkan konsep teknologi bahan pada pembelajaran dan kegiatan di industri semen. kurangnya kemampuan mahasiswa dalam memahami dan menerapkan konsep teknologi bahan juga terlihat dari rendahnya hasil belajar mahasiswa. hal itu terlihat dari tingkat pencapaian nilai di atas 70 masih di bawah 50% setiap semesternya. dari analisa yang dilakukan, ditemukan beberapa penyebab terjadinya permasalahan tersebut antara lain latar belakang pendidikan mahasiswa, kurang optimalnya perangkat pembelajaran yang tersedia dan metode pembelajaran masih didominasi metode ceramah. berbagai keadaan tersebut memicu timbulnya kebosanan mahasiswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berpengaruh terhadap hasil belajar mereka. pengembangan modul pembelajaran teknologi bahan berbasis projecti based learning merupakani salah satul alternatif yang dirasa tepat dan bisa dilakukan dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut. pengembangan modul pembelajaran teknologi bahan diawali dengan pengembangan rencana pembelajaranl.semester.(rps) dan satuan.acarai.perkuliahan (sap). pengembangani.modul pembelajaran teknologi bahanmberbasis proyek merupakan alternatif yang dipilih untuk membantu dosen dalam rangka menciptakan pembelajaran yang berbasis proyek. kegiatan pengembangan ini juga dapat memberikan sebuah gambaran referensi untuk dosen agar dapat membuat dan mengembangkan sendiri sebuah modul pembelajaran. disamping itu penggunaan modul juga dapat membantu pengembangan kemampuan mahasiswa dalam berkarya dalam pembuatan proyek. selain itu mahasiswa juga akan mampu menemukan serta menghubungkan sebuah konsep satu dengan sebuah konsep yang lain sehingga tercipta sebuah pembelajaran yang bermakna. berdasarkan dari permasalahankyang telah.diuraikangdi atas, peneliti.tertarik untuk melakukanhpenelitian ini dengani judul.“pengembangan modul pembelajaranyteknologi bahan berbasis project based learning”. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.96 469 metode penelitianminii adalahl penelitianwpengembangan (researchl andwdevelopment). penelitian ini. dilaksanakan guna mengembangkan.modul pembelajaran.mata kuliah teknologi bahan. pengembanganimodel pembelajaran yang digunakanjdi dalam penelitian ini menggunakan modeli addie (analysis-idesign-idevelop-iimplement-ievaluate). penggunaan model..ini didasarkan atas pertimbangan model ini dianggap cocok untuk pengembangan produk instruksionalj yang diharapkan tepatk sasaran dan diharapkan sangat membantuwdalam pengembangank pembelajaranh bagi pengajar/dosen. 1. uji coba uji coba produk dilaksanakan ketika produk yang dihasilkan sudah dinyatakan valid. tingkat validitas produk yang dihasilkan ditentukan berdasarkan hasil validasi..yang dilakukan..oleh validator yang ahli..di bidangnya. uji validitas dilakukan dengan pengisian angket oleh pakar bidang teknologi bahan dan pakar bahasa. modul pembelajaran yang sudah valid diujicobakan secara terbatas pada akademi komunitas semen indonesia rembang. uji coba terbatas dilakukan terhadap mahasiswa semester i (satu) prodi teknik operasi mesin dan peralatan industri. ujicoba ini bertujuan untuk mengukur tingkat kepraktisan dari perangkat yang dikembangkan sehingga dapat diketahui sejauh mana kemudahan penggunaan perangkat ini. data dikumpulkan melalui lembar lembar observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran berdasarkan sap dengan pjbl dan angket. uji coba field test dilakukan oleh dosen teknologi bahan di lembaga tersebut untuk melihat praktikalitas dan efektifitas produk yang telah dikembang kanterhadap..kemampuan..pemecahan masalah teknologi bahan. 2. subjekiujilcoba subjekluji cobakyang terlibato pada penelitian pengembangan modul pembelajaran dengan..pendekatan project based..learning ini adalah mahasiswa semester i (satu) prodi teknik operasi mesin dan peralatan industri aksi rembang. subjek..uji coba dilakukan dalam satu kelas yang terdiri..dari 15 orang mahasiswa. 3. jenisldata jenishdatah yangj diambilk dari penelitianmini adalahwdatakkualitatifedan kuantitatif. datah kualitatifi.didapatkan daril..lembar..observasi, hasil wawancarailpada saatwujii coba, yang berupai informasi tentangpmasukan, informasi tentang komentar, informasi tentang kritikidan informasi tentang isaran. sedangkan datai..yang bersifat kuantitatif..didapatkan dari data lembar instrument validasi, data hasil instrument angket, data hasil lembar observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran derdasarkan sap dengan pendekatan pjbl dan tes hasil kemampuan penerapan konsep teknologi bahan dalam kegiatan di industri semen. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.96 470 instrumen data yang digunakan harus valid, praktis, dan efektif. instrumen validitas, praktikalitas dan efektifitas yang dikembangkan sebelum digunakan harus divalidasi terlebih dahulu oleh pakar pendidikan teknologi bahan dan pakar bahasa. 4. instrumenhpengumpulani data instrumenjyangi digunakanl dalamlpengumpulan data pada penelitian adalah instrumen pada tahap define, instrumen validasi, instrumen praktikalitas dan dengan instrumen efektifitas. tabeli1. instrumeni.pengumpulidata kriterial instrumeni validu lembarkvalidasi rps dan sap lembar validasi modul pembelajaran praktis angket tanggapan dosen tentang praktikalitas perangkat angket tanggapan mahasiswa tentang praktikalitas modul efektif lembar penilaian pengetahuan lembar penilaian sikap lembar penilaian keterampilan 5. teknikwanalisismdata teknik analisis pada..penelitian yang dilakukann.untuk..mengetahuij tingkat validitas dan..kepraktisan modul yang dikembangkan. data dari hasil..penelitian dilanjutkan dengan analisis menggunakanutekniklanalisis data deskriptifi untuk memperoleh nilai rata-ratanya dan persentasenya. 1) analisisgvaliditas analisis dilakukan dengan menggunakan metode skala likert dengan langkag berikut: a) menentukan skor untuk setiapijawaban; 4,.= sangatusetuju (ss) 3,.= setujug(s) 2,.= tidakbsetuju (ts) 1,.= sangatetidakt setuju (sts) b) hasil.validasi hasil validasi dari validatori terhadap..aspek-aspek yang dinilai disajikanl..dalam bentukntabel. selanjutnya ditentukan rata-rata..skori dengan menggunakan rumus berikuti 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 = 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑙𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 (100) (dimodifikasi dari riduwan,2009:89) vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.96 471 kriteria untuk mendapatkan tingkat validitas modul menggunakan kriteria seperti pada table berikut tabel12. kriteriajvaliditas interval kategori 0120 sangatftidakdvalid 21140 tidaklvalid 41160 kurangjvalid 61180 validi 811100 sangativalid (dimodifikasi darimriduwan, 2009: 89) 2) analisismkepraktisan angket respon mahasiswa disusun menurut skala likert. sesuai dengan yang dinyatakan oleh arikunto (2012) setiap pernyataan mendapat nilai: a) skori4 =.sangatfsetuju (ss) b) skori3 =.setuju (s) c) skori2 =.tidakdsetuju (ts) d) skori1 =.sangatjtidakisetuju (sts) nilai praktikalitas modul didapat dengan persamaan berikut: 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 (100) kategori kepraktisan menggunakan klasifikasi seperti pada.berikut: tabel 3. tingkat..kepraktisan interval kategori 0120 sangathtidakkpraktis 21140 tidakjpraktis 41160 kuranggpraktis 61180 praktisi 811100 sangathpraktis (dimodifikasimdariiriduwan, 2009: 89) 3) analisismefektifitas dalam penelitian ini menggunakan desain time series untuk melakukan analisis efektifitas modul. kelompok yang digunakan dalam penelitian ini hanyammenggunakanmsatu kelompok saja, tidak menggunakan kelompok kontrol. kemungkinan dari hasilmpenelitian ini disajikan pada gambar berikut ini: vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.96 472 gambarh1. berbagaigkemungkinan dari hasilwpenelitian yang menggunakan design timehseries peningkatan hasilcbelajar peserta didik dapat ditentukan denganfdmenggunakan rumus gaintiscore. ujibgain dilakukan dengandmenggunakan hasil dari hasilspretest dan posttestwyang telah dilakukan. hake (1991:1) menyatakan bahwa hasil belajar peserta didik berupa dianalisis dengan menggunakanjrindeks gain ternormalisasi. 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑔𝑎𝑖𝑛 (𝑔) = 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 100 − 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 interpretasi perolehan indeks gain padaktabel: tabelh4. kategori efektivitas produk nilai g interpretasi g >10,7 tinggid 0,31≤ g ≤10,7 sedangg g ,< 10,3 rendahk (dimodifikasidhake,11999:1) hasilf validasi perangkat 1) validitas rps rps dirancang aturan dan format penyusunan rps yang ditetapkan oleh kemenristek dikti direktorat jenderal pembelajaran dan kemhasiswaan. perancangan rps memuat komponen-komponen projek based learning. rps yang sudah dirancang kemudian divalidasi. hasilhvalidasi rps dapatkdilihatspada tabeltberikut: tabeld5. validasic rps validator nilai validitas (%) kategori 1 89 sangat valid 2 89 sangat valid 3 91 sangat valid dari tabel 5. terlihat bahwa validasi rps dengan kategori sangatmvalidgidengan persentase rata-rataysebesar 90% vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.96 473 2) validitas sap sap yang sudah selesai disusun divalidasi terlebih dahulu sebelum digunakan dalam pembelajaran. sap dapat digunakan jika sudah dinyatakan valid oleh validator. hasi validasi sap oleh 3 (tiga) orang validator dapattidilihat pada tabel. tabell6. validasi sap validatoru nilai validitas (%) kategori 11 93 sangat valid 21 90 sangat valid 31 94 sangat valid dari tabel 6 didapat hasil validasi sap beradampadawkategorimsangat valid dengan persentasebrata-rataesebesar 92%. 3) validitas modul pembelajaran validasi modul pembelajaran ditinjau dari berbagai aspek, yaitu aspek isi, konstruksi dan tata bahasa yang digunakan; hasilevalidasi modul pembelajaran teknologi bahan dapatfidilihat padahtabel berikut tabels7. hasilhvalidasiymodulupembelajaran validatort nilai validitas (%) kategori 1 93 sangat valid 2 94 sangat valid 3 92 sangat valid dari tabel 7 terlihat bahwa validasi dari modul dengan kategori sangat validmmemiliki persentaseerata-rata sebesar 93%. praktikalitas perangkat 1) praktikalitas perangkat oleh dosen uji praktikalitas perangkat pembelaaran dilakukan oleh dosen yang mengajar di akademi komunitas semen indonesia. hasil uji kepraktisan perangkat dari dosen disajikan pada table berikut tabel 8. hasil penilaian kepraktisan perangkat pembelajaran dari dosen praktisi nilai praktikalitas (%) keterangan 1 83 sangat praktis 2 83 sangat praktis 3 87 sangat praktis dari tabel 8. terlihat bahwa hasil praktikalitas dari perangkat pembelajaran oleh dosen beradabpada tingkat sangat praktisfdengan nilaifrata-rata sebesar 84 %. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.96 474 2) praktikalitas perangkat oleh mahasiswa uji praktikalitas modul pembelajaran dilakukan oleh mahasiswa yang menggunakan modul dalam pembelajaran. jumlah mahasiswa yang melakukan uji praktikalitas sebanyak 15 orang. hasi uji praktikalitas oleh mahasiswa disajikan pada table berikut tabel 9. hasil penilaian praktikalitas perangkat pembelajaran oleh mahasiswa mahasiswa nilai praktikalitas (%) keterangan 1 82 sangat praktis 2 83 sangatgpraktis 3 82 sangatdpraktis 4 85 sangatkpraktis 5 90 sangatbpraktis 6 83 sangatepraktis 7 82 sangatxpraktis 8 85 sangatepraktis 9 87 sangathpraktis 10 87 sangathpraktis 11 82 sangatkpraktis 12 82 sangatdpraktis 13 88 sangatnpraktis 14 92 sangatupraktis 15 90 sangatdpraktis darietabel 9 terlihatrbahwa nilai praktikalitas dari modul pembelajaran denganpkategori sangat praktis dengan persentase rata-rata sebesar 85%. efektifitas peragkat efektifitas perangkat berbasis project based learning pada mata kuliah teknologi bahan ditinjau dengan dua cara yaitu: 1) efektifitas ditinjau dari ketuntasan klasikal menggunakan analisis time series pada analisis ini dilakukan peninnjauan dari rata-rata nilai mahasiswa selama empat kali pertemuan sebelum menggunakan modul pembelajaran berbasis proyek dengan ratarata nilai mahasiswa setelah menggunakan modul pembelajaran berbasis proyek. tabel 10. nilai pretest dan posttest no tes nilai rata-rata keterangan 1 o1 45,33 tidak tuntas 2 o2 48,20 tidak tuntas 3 o3 50,87 tidak tuntas 4 o4 53,73 tidak tuntas 5 o5 70,87 tuntas 6 o6 72,53 tuntas 7 o7 74,80 tuntas 8 o8 76,20 tuntas vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.96 475 nilai pretest dan posttest pada tabel 10 dapat dilihat pada gambar berikut: gambare2. data nilairpretestddan posttest berdasarkandhasilganalisis data yang diberikan pada tabel 10, didapatkanehasil pretesthyangqbaik yaituro11= o21= o31= o4kdankhasilsperlakuanwyang pbaik, yaitu o51=lo61=io71=io8. tabel 11. hasil perhitungan besar perlakuan mahasiswa no pretest rata-rataji nilai posttest rata-ratai nilai pengaruh perlakuan persentase 1 o1 45,87 o5 70,20 0,24 24% 2 o2 48,33 o6 72,40 0,24 24% 3 o3 50,87 o7 74,80 0,24 24% 4 o4 53,60 o8 77,13 0,24 24% rata-rata 0,24 24% besarnyampengaruhgperlakuaneadalah (o5 =io61=lo71=lo8) (o11=io21=io3 =io4) sehingga persentase kenaikan ketuntasan belajar mahasiswa sebesar 24%. 2) efektifitas ditinjau dari perbedaan hasil uji gain score hasil analisis data hasilmbelajar mahasiswawmenggunakan modul pembelajaran berbasis pjbl padaumata kuliaheteknologi bahan menggunakan uji gain score didapatkan nilai 0,48 dengan kategori sedang. berdasarkan analisis uji gain score dapat disimpulkanmbahwa modul pembelajaranhberbasis proyek yang dikembangkanepada mata kuliah teknologi bahan efektif untuk digunakan. pembahasan sesuai dengan rumusan masalah pada penelitian ini bahwa penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimanakah tingkat validitas, praktikalitas dan efektifitas modul pembelajaran yang disusun. berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan didapatkan bahwa validitas rps, sap dan modul pembelajaran yang disusun dikategorikan sangat valid. hasil tersebut didapatkan berdasarkan analisis menggunakan skala likert (riduwan, 2009:89). tingkat 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 o1 o2 o3 o4 o5 o6 o7 o8 vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.96 476 kepraktisan modul pembelajaran juga dikategorikan sangat valid. tingkat kepraktisan modul dini didapatkan dari praktisi yaitu dosen dan mahasiswa. analisis data dilakukan dengan menggunakan skala likert. modul pembelajaran juga dinyatakan efektif untuk digunakan dalam mengatasi permasalahan dalam pembelajaran sebelumnya. hal ini sesuai dengan analisis data yang dilakukan menggunakan analisis time series dan uji gain score. dari analisis time series didapatkan nilai o11=io21=io3 =io4 dan o5 =io61=lo71=lo8 dengan kenaikan ketuntasan belajar mahasiswa sebesar 24%, sedangkan dari uji gain score didapatkan indeks gain dengan kategori sedang. penelitian ini merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari penelitian-penelitian berbasis problem solving yang telah dilakukan oleh penulis sebelumnya, antara lain: 1. dina amsari (2013) yang berjudul “pengaruh penerapan pendekatan kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah dan keyakinan (belief) matematika peserta didik kelas ix smp negeri 1 bayang”. penelitian ini memperlihatkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik. perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis lakukan adalah pada model pembelajaran yang digunakan dan output yang dihasilkan, dimana pada penelitian ini hanya meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik. sedangkan pada pembelajaran berbasis proyek yang penulis lakukan juga dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa. 2. zulfa yanroza (2012) melaksanakan penelitian yang berjudul “pengembangan lembar kegiatan peserta didik dengan contextual teaching and learning pada materi lingkaran di smp”. hasil dari penelitian ini adalah lkpd yang dihasilkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada efektivitas lembar kerja peserta didik. pada penelitian ini efektivitas lks/lkpd dilihat berdasarkan hasil belajar peserta didik, sedangkan pada penelitian yang penulis lakukan efektivitas modul pembelajaran dilihat dari peningkatan skill mahasiswa dalam memecahkan masalah. 3. sari wirdaningsih (2017) melaksanakan penelitian yang berjudul “pengembangan sap dan lkpd matematika dengan pendekatan contextual teaching and learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan aktivitas peserta didik kelas xi ipa sma”. hasil dari penelitian ini adalah bahwa lkpd yang dihasilkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan aktivitas peserta didik. perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah pada model pembelajaran yang digunakan dan adanya peningkatan hasil belajar mahasiswa berupa proyek. dengan kata lain pembelajaran ini tidakhanya meningkatkan kemampuan kognitif mahasiswa tapi juga keterampilan. penelitian pengembangan ini menunjukan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran mata kuliah teknologi bahan yang dikembangkan ini sangat baik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. perangkat pembelajaran ini dapat membantu mahasiswa dalam memahami dan menganalisa materi pelajaran. selain itu, perangkat pembelajaran ini juga sangat membantu mahasiswa dalam menerapkan konsep teknologi bahan dalam pemecahan masalah nyata di vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.96 477 dunia industri. penggunaan perangkat pembelajaran ini dapat melatih kemampuan mahasiswa dalam memahami,menerapkan konsep dan melaksanakan proyek, sehingga juga meningkatkan hasil belajar dan keterampilan mahasiswa. penggunaan perangkat pembelajaran ini juga dapat melatih keterampilan mahasiswa dalam bekerja sama, berdiskusi, menyampaikan pendapat dan menanggapi pendapat orang lain. selain ini mahasiswa juga akan terlatih untuk menyajikan hasil diskusi dan proyek mereka dalam bentuk tulisan ilmiah. penggunaan perangkat ini juga akan membantu dosen dalam menjalankan proses pembelajaran. peranan dosen sebagai tutor dan mediator sangat terlihat dalam pelaksanaan proses pembelajaran ini. untuk lebih lanjut dosen juga dapat mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis pjbl pada topik dan mata kuliah lain. simpulan merujuk kepada hasil penelitianmdan uji coba yangwtelah dilakukan, penulisqdapat menyimpulkanubahwa pengembangan modul pembelajaran pada mata kuliah teknologi bahan diawali dengan pengembangan rps dan sap. perancangan modul pembelajaran dilakukan untuk penerapan model pembelajaran berbasis proyek yang diawali dengan penyajian permasalahan nyata di industri semen. pengembangan modul pembelajaraneini dilakukan denganxmodel addiei (analyze,idesign,idevelopment,iimplementation dantevaluation). modul pembelajaran yang dikembangkan dinyatakan valid. kevalidan modul ini dibuktikan dengan penilaian yang diberikan oleh dosen ahli yang menyatakan modul pembelajaran yang sangat valid. penilaian tingkat kepraktisan yang diberikan dosen dan mahasiswa juga sudah bernilai sangat praktis. aspek efektifitas dapat dilihat pada hasil analisis hasi belajar mahasiswa dengan menggunakan analisis time series dan uji gain score. uji validitas menunjukan bahwa modul pembelajaran yang dikembangkan sangatmvalid denganwpersentase rata-rataj 93%. hasil uji praktikalitas menunjukan bahwa modul pembelajaran yang dikembangkan sangat praktismdengan persentase rata-ratawkepraktisan oleh dosen adalah 84% danwpersentase rata-rata kepraktisan oleh mahasiswa adalah 85%. berdasarkan hasil ujimefektifitas, dinyatakanq bahwa modul pembelajaranl yang dikembangkan efektif digunakan dengan analisis time series 24 % pengaruh perlakuan terhadap kenaikan nilai ketuntasan mahasiswa. selain itu dari hasil uji gain score diperoleh hasil 0,48 dengan kategori sedang. ucapanl terimai kasih penulis imengucapkan terimal kasih kepada direktur aksi rembang, ketuai prodi teknikl operasi mesin dan peralatan industri aksi rembang, tim validator dari lppm aksi rembang yang telah imembantu dalam lpenelitian ini, bapak/ibu dosen aksi rembang, staf/ tenaga pendidikan aksi rembang, mahasiswa-mahasiswi aksi rembang beserta semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitianlini. vol.2 no.4 2021 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i4.96 478 daftari rujukank annisa, witri nur. 2014. peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi mekanika tanah dan batuan melalui pembelajaran pendidikan mekanika tanah dan batuan realistik untuk peserta didik smp negeri di kabupaten garut. jurnal pendidikan dan kedosenan, vol 1, no. 1, hal 8. arikunto, suharsimi. 2008.dasar-dasar evaluasi pendidikan. jakarta: bumi aksara. azwar,saifuddin. 2016.metode penelitian. yogyakarta: pustakan pelajar. azwar, saifuddin. 2017.reliabilitas dan validitas. yogyakarta: pustaka pelajar. depdiknas. 2008. pedoman memilih menyusun bahan ajar dan teks mata pelajaran. jakarta: depdiknas. dimyati dan mudjiono. 1994. belajar dan pembelajaran. jakarta: rineka cipta. dina amsari. 2013. “pengaruh penerapan pendekatan kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah dan keyakinan (belief) matematika peserta didik kelas ix smp negeri 1 bayang”. tesis tidak diterbitkan. padang: program studi magister pendidikan matematika unp. hake, richard r., “analyzing change/gain scores” dalam www.physics.indiana.edu/~sdi/analyzingchange-gain.pdf, diakses tanggal 25 februari 2021 hake, rr. 1998. interactive-engagement versus traditional methode: asix thousandstudent survey of mechanicsl test data for intoductary physicsmcourses. american journal of physics, 66(1),pp. 64-47. riduwan. 2006. belajar mudah penelitian untuk dosen-karyawan dan peneliti pemula. bandung: alfabeta. ridwan. 2015. skala pengukuran dan variabel-variabel penelitian. bandung: alfabeta. sani, ridwan abdilah. 2014. pembelajaranl saintifik untuk implementasi kurikulum 2013. jakarta: bumi aksara. sari wirdaningsih . 2017. pengembangan rpp dan lkpd matematika dengan pendekatan contextual teaching and learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan aktivitas peserta didik kelas xi ipa sma. tesis tidak diterbitkan. padang: program studi magister pendidikan matematika unp. trianto. 2009. mendesain model pembelajaran inovatif – progresif. jakarta : kencana prenada media group. undang undang ri nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. microsoft word 05-devi.docx vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.284 256 received : 28-06-2022 revised : 28-07-2022 published : 15-08-2022 peningkatan aktivitas dan kemampuan berbicara bahasa inggris dengan metode telling story untuk siswa sma yohana chrisya diana komala devi sma negeri 1 kayen, pati, indonesia sman1kayen@ymail.com abstrak dalam buku model pembelajaran bahasa inggris di sma dari pusat kurikulum disebutkan bahwa lulusan sma harus menguasai dua jenis kompetensi, yaitu kompetensi produktif (vocational skill) dan kompetensi antar pribadi (interpersonal skill). kecakapan interpersonal mencakup kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan kecakapan bekerja sama (collaboration skill). jenis kompetensi ini ternyata memegang peranan yang sangat signifikan dalam persaingan merebut kesempatan kerja. oleh karena itu, pembelajaran bahasa inggris memainkan peran yang penting karena tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa inggris merupakan bahasa pengantar yang digunakan secara luas di dunia kerja. masih banyak keluhan dari berbagai pihak tentang rendahnya kemampuan lulusan sma untuk berkomunikasi dalam bahasa inggris, terutama dalam komunikasi secara lisan. salah satu alasan kegagalan pembelajaran ketrampilan berbicara bahasa inggris adalah karena lebih dari 50 % siswa tidak berani berbicara bahasa inggris di depan kelas karena takut salah, terutama karena mereka tidak yakin dengan apa yang harus disampaikan dan bagaimana harus mengatakannya. hal ini menyebabkan rendahnya aktivitas dan kemampuan siswa dalam pembelajaran berbicara bahasa inggris. dengan fenomena seperti itu dibutuhkan suatu model pembelajaran yang tepat dalam berbicara dengan bahasa inggris, sehingga siswa dapat lebih mudah dan cepat dalam menguasai ketrampilan berbicara tersebut. salah satu model pembelajaran yang dinilai sesuai adalah metode telling story. oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efektifitas pembelajaran dengan metode telling story untuk meningkatkan aktivitas dan kemampuan siswa dalam berbicara bahasa inggris. kata kunci: bahasa inggris; story telling; siswa sma vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.284 257 pendahuluan dalam buku model pembelajaran bahasa inggris di sma dari pusat kurikulum disebutkan bahwa lulusan sma harus menguasai dua jenis kompetensi, yaitu kompetensi produktif (vocational skill) dan kompetensi antar pribadi (interpersonal skill). kecakapan interpersonal mencakup kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan kecakapan bekerja sama (collaboration skill). jenis kompetensi ini ternyata memegang peranan yang sangat signifikan dalam persaingan merebut kesempatan kerja. oleh karena itu, pembelajaran bahasa inggris memainkan peran yang penting karena tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa inggris merupakan bahasa pengantar yang digunakan secara luas di dunia kerja. masih banyak keluhan dari berbagai pihak tentang rendahnya kemampuan lulusan sma untuk berkomunikasi dalam bahasa inggris, terutama dalam komunikasi secara lisan. salah satu alasan kegagalan pembelajaran ketrampilan berbicara bahasa inggris adalah karena lebih dari 50 % siswa tidak berani berbicara bahasa inggris di depan kelas karena takut salah, terutama karena mereka tidak yakin dengan apa yang harus disampaikan dan bagaimana harus mengatakannya. hal ini menyebabkan rendahnya aktivitas dan kemampuan siswa dalam pembelajaran berbicara bahasa inggris. berdasarkan wawancara dengan siswa, ditemukan masih kurangnya minat siswa mengikuti pembelajaran tentang berbicara, dijumpai pula anggapan dari siswa bahwa belajar berbicara itu sulit. kenyataan rendahnya minat siswa perlu segera diatasi, karena akan menimbulkan dampak yang semakin kuatnya anggapan bahwa belajar berbicara sulit dan membosankan. masih banyak siswa yang menganggap remeh dan menunjukkan sikap pasif saat pembelajaran berlangsung, misalnya siswa kurang berkonsentrasi dalam pembelajaran, mengobrol dengan teman, melamun, dan ada juga masih yang mengerjakan tugas mata pelajaran lain. siswa belum memikirkan bagaimanakah meningkatkan kemampuan berbicara. di sisi lain, guru ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas kurang memotivasi siswa. situasi pembelajaran berbicara belum sepenuhnya mampu membangkitkan minat siswa untuk belajar berbicara dengan sungguh-sungguh. sebagai tenaga pendidik, guru harus memberikan stimulus untuk merangsang bakat dan minat siswa agar siswa lebih termotivasi dan tertarik dalam megikuti pelajaran. dalam mengajar guru masih menggunakan teknik tradisional. ceramah masih mendominasi proses belajar mengajar yang dilaksanakan. siswa hanya berperan sebagai pendengar yang selalu menerima transfer ilmu secara teori dan hafalan tanpa diikutsertakan dengan aktif untuk berdiskusi membangun sendiri pengetahuannya, berdialog, dan bercurah pikir secara terbuka. siswa hanya dibebani dengan target untuk mencapai prestasi belajar maksimal sehingga siswa merasa bosan dan jenuh. untuk mengatasi permasalahan ini, guru diharapkan lebih kreatif dalam menentukan teknik dan media pembelajaran yang tepat. apabila guru belum bisa menjadi model, guru harus mampu memilih teknik dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan dalam pembelajaran sehingga mengena pada tujuan yang diharapkan. dengan fenomena seperti itu dibutuhkan suatu model pembelajaran yang tepat dalam berbicara dengan bahasa inggris, sehingga siswa dapat lebih mudah dan cepat dalam menguasai ketrampilan berbicara tersebut. salah satu model pembelajaran yang dinilai sesuai adalah metode telling story. oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efektifitas pembelajaran dengan metode telling story untuk meningkatkan aktivitas dan kemampuan siswa dalam berbicara bahasa inggris. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.284 258 metode subyek penelitian penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas xii sma negeri 1 kayen yang terdiri dari 12 kelas paralel yang ada. kelas xii mipa 6 dipilih karena menunjukkan kecenderungan keaktifan dan aktivitas yang perlu segera mendapatkan penanganan. selain itu, hasil belajar siswa juga rendah dengan rata-rata tuntas hanya tercapai < 50%. waktu dan lama penelitian penelitian ini dirancang berlangsung selama 3 bulan antara bulan januari 2020 sampai dengan maret 2020. pada satu minggu bulan pertama akan digunakan untuk persiapan : mengurus perijinan, mempersiapkan pembelajaran membuat rencana pembelajaran, menyusun modul, membuat media pembelajaran berupa lembar kerja siswa, menyusun skenario telling story, menyusun instrumen pengamatan dan instrumen tes, menyusun alat evaluasi. dalam hal ini sudah disusun 2 rancangan pembelajaran untuk 2 siklus. pada pelaksanaannya nanti akan direvisi pada setiap siklus berjalan. pada enam minggu berikutnya melaksanakan tindakan kelas dirancang 2 siklus. disini rencana pembelajaran untuk siklus 2 dilakukan revisi berdasar hasil refleksi siklus sebelumnya. pada minggu ke delapan dan sembilan menyusun hasil penelitian. pada mulai minggu ke sepuluh digunakan untuk menyusun laporan kemajuan penelitian, melakukan penyempurnaan laporan, finalisasi penyusunan laporan dan penyampaian laporan. variabel penelitian variabel penelitian ini ada dua, yaitu aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa pada kemampuan berbicara mendeskripsikan gambar. 1. variabel aktivitas variabel aktivitas merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. 2. variabel hasil belajar variabel hasil belajar merupakan kemampuan berbicara siswa dengan mendeskripsikan gambar atau tema dengan lancar yang mencakup volume suara dan kelancaran dalam berbicara, isi topik yang sesuai, dan ketepatan yang meliputi pengucapan, intonasi, susunan dan pilihan kata yang tepat. siswa dianggap berhasil dalam berbicara mendeskripsikan gambar jika telah mencapai nilai ketuntasan belajar klasikal sebesar 72 dari nilai keseluruhan. rencana tindakan penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 2 siklus. setiap siklus terdiri dari empat tahap : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan evaluasi, dan (4) refleksi. siklus ketiga tidak dilaksanakan karena indikator penelitian telah tercapai pada siklus 2 (trip dalam subyantoro 2007:24). pengamatan pendahuluan atau observasi awal dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. observasi pendahuluan ini bertujuan agar mengetahui kondisi siswa sebenarnya saat di kelas. sebaliknya dari pihak siswa, observasi awal ini bermanfaat agar dalam pelaksanaan penelitian nantinya siswa sudah tidak merasa asing lagi dengan peneliti sehingga pembelajaran pun akan bisa berjalan dengan lancar. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.284 259 rencana tindakan permasalahann berikut ini merupakan skema tentang rancangan pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada kelas xii mipa 6 sma negeri 1 kayen. gambar 1. bagan rancangan pelaksanaan tindakan kelas maksud dari masing-masing tindakan adalah sebagai berikut : 1. tahap pertama pada penelitian tindakan kelas yaitu perencanaan, yakni rencana rinci mengenai tindakan yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah. 2. tahap kedua yaitu tindakan, yaitu wujud nyata dari suatu rencana yang telah dibuat sebelumnya. pelaksanaan atau tindakan yakni suatu langkah yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan. saat pelaksanaan tindakan, guru harus benar-benar memahami karakter siswa. kegiatan pelaksanaan tindakan ini merupakan tindakan pokok dalam siklus penelitian tindakan kelas ini. 3. tahap ketiga yaitu observasi atau pengamatan terhadap semua hal yang terjadi di dalam kelas. pengamatan adalah proses pengambilan data dari pelaksanaan tindakan atau kegiatan pengamatan. pengamatan dilakukan oleh guru dengan cara mencatat semua hal yang terjadi di dalam kelas. pengamatan ini meliputi situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian materi, dan sebagainya. observasi atau pegamatan ini dilakukan terhadap hasil dari tindakan yang telah dilaksakan siswa, kesulitan yang dialami siswa, dan tanggapan siswa yang didokumentasikan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan siklus berikutnya. 4. tahap terakhir yaitu refleksi, yakni kegiatan mengulas apa yang telah dan atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau belum berhasil dituntaskan dari tindakan yang telah dilaksanakan. refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran berlangsung dengan cara berkolaborasi. siswa dan guru berdiskusi mengenai berbagai masalah yang dialami di dalam kelas. hasil refleksi kemudian dijadikan acuan untuk langkah perbaikan dan tindakan selanjutnya. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.284 260 prosedur tindakan siklus i a. perencanaan yaitu merencanakan waktu penelitian, penyusunan kisi-kisi dan butir soal, menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan, yaitu mempersiapkan gambar-gambar atau tema yang akan dipergunakan sebagai alat bantu pembelajaran, rencana pembelajaran dan lembar observasi. b. pelaksanaan tindakan yaitu melaksanakan penelitian tindakan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan. 1) pertemuan i ( 2 jam pelajaran) pada tahap ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut : a) mengkoordinasikan ruang belajar bagi siswa dan kolaborator. b) preparation: mengajak siswa untuk secara klasikal menjelaskan sebuah gambar dengan kalimat-kalimat pendek. peneliti memancing pendapat siswa dengan pertanyaan-pertanyaan baik yang berbentuk yes/no questions maupun wh-questions. c) presentation: membahas kata-kata yang dapat dipergunakan untuk mendeskripsikan benda (adjectives used for decribing things) dan polapola kalimat yang bisa dipakai untuk menjelaskan suatu benda (expletive it and there: adjectives order, prepositions of locations dan passive construction: what it is made of). d) practice: membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang, meminta siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya untuk menjelaskan dengan menggunakan kata dan pola kalimat yang sudah dipelajari. pada akhir diskusi diharapkan setiap siswa sudah mampu merangkai kalimatkalimat tersebut untuk dipresentasikan selama satu menit di dalam kelompoknya. 2) pertemuan ii ( 2 jam pelajaran) pada tahap ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut : a) mengkoordinasikan ruang belajar bagi siswa dan kolaborator. b) preparation: mengajak siswa untuk secara klasikal menjelaskan sebuah gambar atau vidio dengan kalimat-kalimat pendek. peneliti memancing pendapat siswa dengan pertanyaan-pertanyaan baik yang berbentuk yes/no questions maupun wh-questions. e) presentation: membahas kata-kata yang dapat dipergunakan untuk mendeskripsikan benda (adjectives used for decribing things) dan polapola kalimat yang bisa dipakai untuk menjelaskan suatu benda (expletive it and there: adjectives order, prepositions of locations dan passive construction: what it is made of). f) practice: meminta siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya masingmasing untuk menjelaskan dengan menggunakan kata dan pola kalimat yang sudah dipelajari. pada akhir diskusi diharapkan setiap siswa sudah mampu merangkai kalimat-kalimat tersebut untuk dipresentasikan selama satu menit di dalam kelompoknya. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.284 261 3) pertemuan iii (2 jam pelajaran) pada tahap ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut : a) mengkoordinasikan ruang belajar bagi siswa dan kolaborator. b) menyiapkan beberapa tema untuk penilaian c) practice: meminta siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk merangkai kalimat-kalimat sesuai tema pilihannya d) production: tahap ini merupakan tahap penilaian. pada proses penelitian ini, siswa memilih satu tema dari beberapa tema yang tersedia, kemudian mendeskripsikannya dalam waktu satu menit. c. observasi yaitu mengawasi jalannya proses belajar mengajar dan memberikan tes sesuai dengan rencana pembelajaran. pada saat siswa sedang mengadakan proses bekerja dalam kelompok, guru mengamati jalannya proses pembelajaran. pada saat mengadakan proses pembelajaran, peneliti juga melakukan observasi tentang sikap siswa terhadap teknik pembelajaran yang digunakan dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. pada saat siswa sedang menyampaikan deskripsinya, peneliti mengamati dan menilai isi, kelancaran, maupun ketepatan ucapan dan pola kalimat yang dipergunakan dalam presentasi, serta lamanya waktu dalam menyampaikan presentasi. d. refleksi yaitu menganalisis dan mendiskusikan hasil penelitian bersama observer untuk menentukan rencana tindakan pada siklus berikutnya. diharapkan pada siklus ini semua siswa mencapai peningkatan dalam kemampuan berbicara dan peningkatan dalam mengikuti pembelajaran. setelah pelaksanaan tindakan selesai, selanjutnya peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui hasil pelaksanaan tindakan. refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan nontes pada siklus i. analisis hasil tes dilakukan dengan menganalisis ketrampilan berbicara siswa. analisis hasil nontes dilakukan dengan meganalisis hasil observasi dan dokumentasi foto. hasil refleksi tersebut kemudian dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki rencana pembelajaran siklus ii dan untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat pada siklus i. sedangkan kelebihan yang terdapat pada siklus i dipertahankan dan ditingkatkan pada siklus ii. prosedur tindakan siklus ii a. revisi perencanaan tahap perencanaan pada siklus ii dilaksanakan dengan mempersiapkan hal-hal yang akan dilakukan dengan memperbaiki hasil refleksi pada siklus i. perencanaan pada siklus ii adalah membuat perbaikan dan penyempurnaan rencana pembelajaran berbicara melalui teknik telling story pada siklus i. perbaikan rencana pembelajaran ini adalah pada tindakan yang akan dilakukan. pada pelaksanaan siklus ii guru akan menjelaskan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada hasil kerja siswa sebelumnya dengan harapan siswa akan memperbaiki pekerjaannya pada siklus ii. guru kembali menjelaskan materi pada pertemuan sebelumnya. guru kemudian menyiapkan instrumen tes dan nontes untuk siklus ii. guru lalu menyiapkan lembar observasidan dokumentasi foto serta menyiapkan perangkat tes dan kriteria penilaiannya. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.284 262 b. tindakan pelaksanaan tindakan pada siklus ii terdiri dari 2 kali pertemuan dan satu kali pengambilan penilaian. 1) pertemuan i (2 jam pelajaran) kegiatan pembelajaran pada siklus ii ini juga penguatan tindakan berdasarkan hasil refleksi siklus i. pelaksanaan tindakan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut. a) ruang belajar ditata kembali agar lebih kondusif dan nyaman bagi siswa dan kolaborator dibandingkan pada siklus i b) siswa bekerja sesuai dalam kelompoknya. c) guru kemudian memberikan umpan balik mengenai hasil yang diperoleh siswa pada siklus i. siswa yang belum memahami penjelasan guru diberi kesempatan untuk bertanya. pertanyaan dari siswa juga dibahas bersama dengan siswa lain. tujuannya untuk memancing pemahaman siswa mengenai materi describing things yang telah diajarkan. 2) pertemuan ii (2 jam pelajaran) pelaksanaan tindakan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut. a) ruang belajar ditata kembali agar lebih kondusif dan nyaman bagi siswa dan kolaborator b) siswa bekerja sesuai dalam kelompoknya. c) siswa kembali mendeskripsikan gambar atau tema dengan metode telling story. secara individu siswa diminta untuk mencari kata-kata sulit yang kembali ditemukannya. d) berikutnya, siswa mendeskripsikan gambar / tema / vidio yang diberikan guru lewat tampilan lcd secara individu. siswa diberi waktu untuk berdiskusi selama 30 menit. pada siklus ii ini pun guru tetap mengawasi dan memberikan bimbingan pada siswa saat mengerjakan pekerjaannya. kegiatan dilanjutkan dengan meminta siswa mempresentasikan pekerjaannya. e) kegiatan mendeskripsikan gambar / tema ini diakhiri dengan merefleksi hasil pembelajaran hari itu. f) siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dilaksanakan. g) guru memberikan dorongan dan motivasi pada siswa untuk terus belajar berbicara mendeskripsikan gambar. 3) pertemuan iii (2 jam pelajaran) pada tahap ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut : a) mengkoordinasikan ruang belajar bagi siswa dan kolaborator. b) menyiapkan beberapa tema untuk penilaian c) production: tahap ini merupakan tahap penilaian. pada proses penelitian ini, siswa memilih satu tema dari beberapa tema yang tersedia, kemudian mendeskripsikannya dalam waktu satu menit. d) guru menilai untuk mengetahui peningkatan ketrampilan siswa dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.284 263 c. observasi observasi pada siklus ii masih sama dengan siklus i yaitu dilakukan melalui data tes dan nontes. pengamatan melalui data tes dan nontes dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil tes dan perilaku siswa. pengamatan dilakukan dengan adanya bantuan dari guru mata pelajaran bahasa inggris kelas xi. pada siklus ii ini, peneliti dapat melihat ada atau tidaknya peningkatan hasil tes dan perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang meliputi keaktifan dan keseriusan siswa. d. refleksi refleksi pada siklus ii dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan nontes siklus ii untuk mengetahui keefektifan teknik telling story. refleksi ini juga digunakan untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan perbaikan tindakan yang telah dilakukan, serta untuk mengetahui perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti pembelajaran. refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes ketrampilan berbicara mendeskripsikan benda. analisis hasil nontes dilakukan dengan menganalisis hasil observasi. tim kolaborasi tim kolaborasi terdiri dari dua orang guru atau pendidik disekolah tempat penelitian. anggota tim kolaborasi disebut kolaborator atau observer. kedua observer bertugas membantu peneliti memberikan penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran dan mengobservasi aktifitas belajar, penilaian, analisis data, evaluasi serta merefleksi. data dan cara pengumpulannya instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini berupa instrumen tes dan instrumen nontes. instrumen tes digunakan untuk mengungkap data mengenai kemampuan berbicara siswa. instrumen nontes yang terdiri dari lembar observasi digunakan untuk mengungkap ada tidaknya perubahan tingkah laku siswa. instrumen tes bentuk instrumen tes yang digunakan adalah yaitu berbicara mendeskripsikan gambar dengan batasan waktu satu menit. tes ini digunakan untuk mengungkap dan mengetahui data kemampuan siswa dalam berbicara. bentuk tes ini berupa perfomance test. aspek penilaian dalam kemampuan berbicara adalah (1) fluency yaitu kelancaran bicara, intonasi dan dan ungkapan respon, (2) pronunciation yaitu pilihan kata, pengucapan dan penekanan kata (3) enunciation yaitu kejelasan kata dan ekspresi wajah (4) performance yaitu penapilan dan tampilan dialog, intonasi dan susunan kata. untuk dapat mengungkap data hasil pembelajaran diperlukan adanya penilaian terlebih dahulu. penilaian atau penskoran hasil mendeskripsikan gambar didasarkan pada pedoman di bawah ini. tabel 1. skor penilaian ketrampilan berbicara no. aspek penilaian rentang skor skor maksimal nilai maksimal 1 2 3 4 1 2 3 4 fluency pronunciation enunciation performance 12 12 8 8 30 30 20 20 jumlah 40 100 vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.284 264 instrumen nontes instrumen nontes digunakan untuk mengetahui perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa, sikap siswa selama pembelajaran, dan juga tanggapan siswa tentang pembelajaran yang telah dilakukan. bentuk instrumen nontes dalam penelitian ini meliputi pedoman observasi. teknik pegumpulan data teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan tes dan nontes. teknik tes merupakan cara mengumpulkan data untuk mengetahui kemampuan siswa berbicara melalui tes lisan (perfomance test). adapun teknik nontes merupakan cara untuk mengetahui respon siswa dalam mengikuti pembelajaran berbicara teknik telling story. untuk mengumpulkan data dari teknik nontes dilakukan dengan cara observasi. 1. teknik tes teknik tes dilaksanakan setelah siswa mendapatkan pembelajaran dengan teknik telling story dan waktu pelaksanaannya dilakukan di tiap akhir siklus. tes berbicara ini digunakan perfomance test dan dilakukan sebanyak dua kali, yakni pada akhir siklus i dan siklus ii. jika siklus i hasilnya masih kurang dari target yang ditetapkan, diadakan tindakan perbaikan pada siklus ii. siswa ditugasi secara individu, yaitu setiap siswa mendeskripsikan gambar / tema tertentu. setelah siswa selesai mendeskripsikan gambar / tema , kemudian dilakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi dan kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran. target keberhasilan siswa ditetapkan jika dapat mencapai nilai rata-rata kelas sebesar 72 dan batas ketuntasan yang harus dicapai adalah 72. langkah-langkah dalam pengambilan data melalui teknik tes adalah: a. menyiapkan bahan tes berupa gambar-gambar / tema b. siswa ditugasi untuk mendeskripsikan gambar /tema c. siswa presentasi di depan kelas. d. guru meneliti dan mengolah data hasil penelitian. e. guru mengukur kemampuan berbicara mendeskripsikan gambar / tema siswa berdasarkan hasil tes siklus i dan siklus ii. 2. teknik nontes teknik nontes yang digunakan adalah observasi. teknik ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa setelah selesainya pelaksanaan pembelajaran berbicara melalui teknik telling story 3. observasi observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara bekerja sama dengan teman peneliti yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. observasi dilakukan pada semua siswa dengan mengamati tingkah laku yang muncul.observasi digunakan untuk mengungkap data-data mengenai sikap dan keaktifan siswa selama berlangsungnya pembelajaran dengan teknik telling story. tahap observasi dalam penelitian ini adalah: 1) mempersiapkan lembar observasi yang berisi sasaran yang diamati, yakni mengenai keaktifan siswa dalam mendengarkan penjelasan guru, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, serta keaktifan siswa dalam berbicara; 2) melaksanakan observasi selama kegiatan berlangsung yaitu mulai dari penjelasan guru, kegiatan belajar mengajar, sampai pada saat siswa mendeskripsikan vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.284 265 gambar; 3) mencatat hasil observasi dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. indikator kinerja model pembelajaran berbicara melalui teknik telling story dikatakan sesuai dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara mendeskripsikan gambar / tema apabila 75% siswa memiliki keaktifan dalam proses pembelajaran dan mendapatkan nilai hasil tes ³ 72. untuk keaktifan siswa indikator kinerjanya adalah keaktifan siswa masuk kategori baik. hasil penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus karena pada siklus 2 indikator penelitian telah tercapai. siklus 1 dan siklus 2 terdiri dari 6 kali pertemuan yaitu 3 kali pertemuan untuk pada siklus i dan 3 kali pertemuan pada siklus ii. dalam penelitian ini yang dipandang tepat untuk diterapkan dalam upaya meningkatkan kemampuan berbicara untuk mengungkapkan ekspresi gratitude dan compliment bagi siswa adalah menggunakan telling story. prosedur penelitian yang ditempuh meliputi (1) penyusunan rencana tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan dan (4) refleksi. hasil penelitian pra siklus berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru dan siswa, siswa kurang menunjukkan minat didalam pembelajaran speaking dan mereka kurang maksimal didalam menunjukkan kemampuan berbicara karena kurang termotivasi dengan gaya mengajar guru yang menggunakan model pembelajaran yang kurang menarik sehingga siswa mengalami kesulitan untuk mengungkapkan ekspresi/ungkapan dalam speaking. observasi dan wawancara yang dilakukan sebelum siklus menunjukkan siswa kurang maksimal didalam mengungkapkan kemampuan berbicara karena guru juga jarang menggunakan bahasa inggris di kelas atau dengan kata lain guru tidak bisa berfungsi sebagai model sehingga mereka mengalami kesulitan didalam menentukan dan menggunakan ungkapan dan ekspresi secara benar. mereka seolaholah melihat sesuatu yang masih abstrak, menghadapi sesuatu yang maya, blank in their mind untuk mewujudkan pengungkapan ekspresi/ungkapan tertentu. data hasil observasi dan wawancara sebelum siklus yang berhasil diperoleh dari 33 siswa kelas xii mipa 6 sebagian besar menunjukkan bahwa mereka kurang berminat bahkan bosan dengan model pembelajaran yang dipakai oleh guru sehingga hasil ulangan harian mereka kurang maksimal sesuai dengan kkm yang telah ditetapkan yaitu 72. dengan demikian pembelajaran kemampuan berbicara untuk kompetensi dasar speaking ini angka rata-rata tes mereka jauh dari rata-rata yang diharapkan secara klasikal. dengan kata lain, kemampuan berbicara siswa masih sangat rendah. rendahnya kemampuan berbicara untuk mengungkapkan ekspresi/ungkapan ini, tentu saja berdampak negatif utamanya pada tingkat pencapaian literasi tertentu. untuk membantu siswa sangat perlu penerapan suatu aksi pembelajaran yang sesuai guna memperbaiki proses pembelajaran untuk mencapai hasil berupa kompetensi yang diharapkan. vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.284 266 hasil penelitian siklus i 1. persiapan tindakan/perencanaan kurang optimalnya pembelajaran sebelum siklus, memunculkan gagasan guru untuk membangun ide/gagasan pembelajaran speaking untuk meningkatkan kemampuan berbicara yang meliputi; fluency (kelancaran berbicara), pronounciation (pengucapan), enunciation (kejelasan pelafalan), and performance (penampilan) dengan bantuan media. perencanaan (planning) yang merupakan langkah pertama dari siklus i, sudah dilakukan sebelumnya yakni, pembagian tugas untuk mencari contoh-contoh ekspresi/ungkapan untuk mengungkapkan thankfulness/gratitude dari internet atau dari buku. dalam pelaksanaannya, persiapan lebih lanjut inklusif dengan langkah pembelajaran awal. silabus disiapkan sebagai pedoman penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp). lembar pengamatan siswa dibuat untuk mengetahui sikap siswa yang menunjukkan interaksi siswa dalam mempersiapkan proses pembelajaran yang inovatif yaitu menggunakan teknik telling story. untuk membantu dalam mengamati keaktifan siswa, guru meminta teman sejawat yang juga guru bahasa inggris yang memahami permasalahan yang sama dalam pembelajaran speaking untuk menjadi observer. soal untuk speaking berupa membuat dialogue dengan menggunakan ungkapan thankfulness/gratitude dipakai untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari di dalam kelas. evaluasi ataupun latihan pada siklus i digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari dengan menggunakan model pembelajaran telling story. 2. implementasi tindakan pelaksanaan pembelajaran speaking di siklus i dilaksanakan sesuai dengan skenario yang ada pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. pada kegiatan ini guru mengenalkan macam-macam ekspresi/ungkapan yang mengungkapkan thankfulness/gratitude, memberikan contoh pengucapan dan kejelasan pelafalan dalam dialog/percakapan yang menggunakan ekspresi tersebut dan membahasnya sesuai dengan tujuan komunikatif speaking. kerja kolaborasi dilaksanakan pada kegiatan ini. pada langkah ini siswa menyaksikan video/gambar/tema yang disajikan melalui projektor lcd. setiap kesulitan yang berhubungan dengan makna ekspresi maupun cara pengucapannya dibahas bersama dalam satu kelompok. unjuk kerja individual bisa tidak sama dalam pengungkapan ekspresi karena setiap siswa memiliki berbagai bentuk improvisasi, variasi dan imajinasi yang berbeda. keberadaan konstruksi ini dapat menjadi stimulan pembelajaran, alat bantu dan penuntun bagi siswa untuk mengekspresikan ungkapan thankfulness/gratitude dalam percakapan atau dialog untuk mengungkapkan pendapat, ide, gagasan, dan perasaannya dalam kegiatan unjuk kerja siswa secara tertulis maupun lisan. selesai memberikan tindakan siswa diberi evaluasi dengan cara berpasangan membuat dialog yang menggunakan ungkapan thankfulness/gratitude sesuai yang ada pada materi pembelajaran. hal ini dapat dilihat dalam gambar berikut ini : vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.284 267 gambar 2. kegiatan pembelajaran 3. observasi dan evaluasi evaluasi adalah berupa unjuk kerja kelompok/pairing, yakni mengekspresikan kemampuan berbicara dalam bentuk telling story atau bermain peran dengan tema dan situasi yang ditentukan oleh guru. adapun soal evaluasi yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman atau hasil belajar siswa terdapat pada lampiran. pada tahap ini guru juga melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi yang berisi indikator-indikator proses tindakan. kegiatan observasi dilaksanakan oleh observer, yakni guru bahasa inggris yang membantu peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. observer tersebut mencatat perilaku, sikap dan respon siswa selama mengikuti proses pembelajaran. hasil observasi dan evaluasi siklus i dicatat dalam lembar observasi yang telah dipersiapkan. hasil evaluasi dan observasi siklus i yang diperoleh ada pada lampiran. adapun dari hasil penilaian evaluasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. tabel 2. data hasil penilaian kemampuan berbicara pada siklus i no. nilai jml siswa persentase (%) 1. 87,5 – 100 = sangat baik 1 3,03 2. 77,5 – 85 = baik 9 27,27 3. 68,5 – 75 = cukup baik 18 54,54 4. 55 – 65 = kurang baik 5 15,15 5. ....< 52,5 = sangat kurang jumlah 33 100% rata-rata 73,86 berdasarkan tabel 2. terjadi peningkatan kemampuan berbicara bahasa inggris siswa kelas xii mipa 6 setelah menggunakan telling story meskipun belum optimal. dari 33 sebanyak 1 orang siswa atau sebanyak 3,03% dapat melakukan aktivitas pembelajaran dengan sangat baik, vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.284 268 yakni mewujudkan kemampuan berbicara bahasa inggris dan ada 9 siswa pada kelompok nilai 77,5–85 atau sebanyak 27,27% yang bisa menunjukkan kemampuannya dengan baik. namun masih ada 18 siswa atau 54,54% berada pada kelompok nilai cukup baik yakni 68,5–75, bahkan masih ada 5 siswa atau 15,15% yang berada pada kelompok nilai kurang baik yaitu 55-65. maka dari tabel 2 dapat dilihat bahwa masih ada 23 siswa yang belum mencapai kkm yang ditetapkan yaitu 72, karena 18 siswa masuk pada kelompok cukup baik dan 5 siswa kurang baik. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik yang menunjukkan jumlah siswa dan persentasenya dibawah ini: gambar 3. diagram batang hasil kemampuan berbicara di siklus i rata-rata secara klasikal belum terjadi peningkatan yang maksimal dibandingkan sebelum siklus (pra siklus). untuk mencapai suatu kondisi yang lebih baik dalam proses pembelajaran diperlukan tindakan lagi agar hasilnya bisa lebih optimal. 4. analisis dan refleksi setelah mengetahui hasil tes yang merupakan hasil penerapan aksi pada siklus i, tahap analisis dan refleksi dilakukan untuk melihat motivasi, keaktifan siswa, lingkungan belajar, minat, dan guru sendiri. dari hasil observasi siswa di siklus i diperoleh data pada tabel 3 berikut ini : tabel 3. deskripsi keaktifan siswa siklus i interval skor kriteria frekuensi persentase (%) 23 28 aktif sekali 4 12,12 17 22 aktif 19 57.58 11 16 kurang aktif 9 27,27 ... < 10 tidak aktif 1 03,03 jumlah 33 100 0 10 20 30 40 50 60 87,5 – 100 = sangat baik 77,5 – 85 = baik 68,5 – 75 = cukup baik 55 – 65 = kurang baik 1 9 18 53,03% 27,27% 54,54% 15,15% vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.284 269 keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel 3 yang menunjukkan bahwa ada 4 (12,12%) orang siswa yang sangat aktif sekali mengikuti proses pembelajaran mulai dari mendengarkan penjelasan guru sampai mempresentasikan telling story. dari 33 siswa terdapat 19 (57,58%) orang yang menunjukkan keaftifannya selama proses pembelajaran dari awal hingga akhir namun masih ada 9 (27,27%) siswa yang kurang aktif terutama dalam bertanya karena mereka lebih suka diam dan menunggu temannya bertanya bahkan masih ada 1 (3,03%) orang siswa yang tidak aktif sama sekali. meskipun secara klasikal keaktifan siswa sudah menunjukkan peningkatan minat mengikuti proses pembelajaran speaking dibandingkan minat siswa sebelum tindakan siklus i. keaktifan dan minat siswa dalam proses pembelajaran yang dan mempresentasikannya dalam telling story dapat diperjelas dalam grafik berikut ini. gambar 4. deskripsi keaktifan siswa siklus i dari hasil observasi di siklus i diperoleh rata – rata keaktifan siswa sebesar 19,45 atau senilai 69,48. melihat adanya peningkatan keaktifan dan minat siswa dibandingkan pra siklus maka penelitian dilanjutkan pada siklus ii untuk mencapai hasil yang lebih optimal. hasil penelitian siklus ii perolehan hasil penilaian kemampuan mengungkapkan ekspresi thankfulness/gratitude siswa kelas xii mipa 6 sma negeri 1 kayen setelah menggunakan telling story pada siklus i belum mencapai peningkatan kemampuan berbicara yang signifikan, maka penerapan tindakan dengan perbaikan, tambahan modifikasi dan pengembangan metode pembelajaran perlu dilakukan pada siklus ii. hambatan yang terdapat pada siklus i diperbaiki, kesulitan-kesulitan pengungkapan pada siklus 1 dibahas lebih intensif dalam bentuk bimbingan. 1. persiapan tindakan/perencanaan langkah-langkah siklus ii masih serupa dengan siklus i, namun makna ekspresi/ungkapan dibahas lebih dalam, lebih-lebih pada penggunaan bahasa figuratif. pembahasan materi diperdalam supaya siswa benar benar memahami makna ekspresi dan penggunaan ekspresi tersebut, hal ini sangat bermanfaat di dalam mengembangkan imajinasi ketika mereka membangun dialog/percakapan yang lebih akurat dan variatif. disamping itu, kegiatan pada tahap ini, dipertajam dengan mewujudkan daftar pilihan kata atau diksi dalam utterance yang cukup serta meningkatkan kualitas dan kuantitas pemakaian gaya bahasa sebagai unsur vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.284 270 pembangun dialog/percakapan supaya lebih menarik ketika mereka melakukan performance. siswa diberi kebebasan dalam menyampaikan pertanyaan untuk menggali ide/gagasan untuk menentukan situasi percakapan yang dikehendaki. 2. implementasi tindakan pelaksanaan pembelajaran speaking di siklus ii dilaksanakan sesuai dengan skenario yang ada pada rencana pembelajaran yang telah dibuat. pada kegiatan ini guru kembali mengenalkan macam-macam ekspresi/ungkapan yang mengungkapkan compliment, memberikan contoh pengucapan dan kejelasan pelafalan dalam dialog/percakapan yang menggunakan ekspresi tersebut dan membahasnya sesuai dengan tujuan komunikatif speaking. kerja kolaborasi dilaksanakan pada kegiatan ini. pada langkah awal siswa kembali menyaksikan video yang disajikan melalui projektor lcd. setiap kesulitan yang berhubungan dengan makna ekspresi maupun cara pengucapannya dibahas bersama dalam satu kelompok. unjuk kerja individual bisa tidak sama dalam pengungkapan ekspresi karena setiap siswa memiliki berbagai bentuk improvisasi, variasi dan imajinasi yang berbeda. keberadaan konstruksi ini dapat menjadi stimulan pembelajaran, alat bantu dan penuntun bagi siswa untuk mengekspresikan ungkapan compliment dalam percakapan atau dialog untuk mengungkapkan pendapat, ide, gagasan, dan perasaannya dalam kegiatan unjuk kerja siswa secara tertulis. selesai memberikan tindakan siswa diberi evaluasi dengan cara berpasangan membuat dialog yang menggunakan ungkapan compliment sesuai yang ada pada materi pembelajaran. hasil penelitian untuk meningkatkan kemampuan berbicara mengungkapkan compliment setelah menggunakan telling story diperoleh data siklus ii seperti pada tabel 4 berikut : tabel 4. data hasil penilaian kemampuan berbicara pada siklus ii no. nilai jml siswa persentase (%) 1. 87,5 – 100 = sangat baik 8 24,24 2. 77,5 – 85 = baik 21 63,64 3. 68,5 – 75 = cukup baik 4 12,12 4. 55 – 65 = kurang baik 5. ....< 52,5 = sangat kurang jumlah 33 100% rata-rata 83,79 hasil tes kemampuan berbicara siswa kelas xii mipa 6 tabel 4, menunjukan bahwa dari 33 siswa, sebanyak 8 siswa atau (24,24%) dapat melakukan aktifitas pembelajaran dengan sangat baik, yakni mewujudkan kemampuan berbicara dengan nilai yang sangat memuaskan. selanjutnya ada 21 siswa atau sebesar 63,64% memperoleh nilai baik yaitu pada kelompok nilai 77,5–85 tetapi 4 siswa sebanyak 12,12% memperoleh nilai cukup baik yaitu pada kelompok nilai 68,5–75. dari jumlah 4 siswa tersebut semua siswa belum mencapai batas kkm yang telah ditetapkan yaitu 72. walaupun belum berhasil mencapai kkm mereka sudah berada diambang ketuntasan. rata-rata kelas 83,79 yang berarti proses pembelajaran tercapai. hal ini bisa diperjelas dengan melihat grafik berikut : vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.284 271 gambar 5. diagram batang hasil kemampuan berbicara di siklus ii 3. observasi dan evaluasi hasil penelitihan tindakan kelas diperoleh dari penerapan tindakan pada siklus ii, berupa hasil tes dan non tes. hasil observasi dan wawancara dilakukan dengan cara melakukan dialog, percakapan dan tanya jawab dengan siswa dan guru untuk mengetahui kondisi awal kemampuan berbicara untuk mengungkapkan ekspresi guna membangun sebuah dialog. observasi di kelas dan wawancara dengan guru dan siswa di siklus i dilakukan untuk mengetahui sebelum penerapan aksi pembelajaran pada siklus ii. data hasil observasi dan wawancara ini digunakan sebagai bahan deskripsi atau gambaran peneliti terkait dengan kemampuan berbicara mengungkapkan ekspresi gratitude dan compliment. evaluasi dilakukan dengan cara pairing/berpasangan dimana siswa membuat dialog/percakapan sesuai topik yang mereka tentukan sendiri. dengan cara itu siswa diharapkan lebih kreatif dan inovatif didalam mengembangkan dialog mereka agar lebih variatif sehingga ketika mereka performance diperoleh hasil yang lebih maksimal. hasil pengamatan dan proses pembelajaran harus berjalan dengan baik karena semua data yang diperoleh selama proses itu sangat dibutuhkan dalam penelitian tindakan kelas. gambar 6. kegiatan pembelajaran 0 10 20 30 40 50 60 70 87,5 – 100 = sangat baik 77,5 – 85 = baik 68,5 – 75 = cukup baik 8 21 4 24,24% 63,64% 12,12% vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.284 272 lembar observasi diberikan kepada observer untuk mengamati jalannya pembelajaran sehingga dapat diperoleh data yang lebih baik dan lebih akurat dibandingkan dengan pada siklus sebelumnya. pada tahap ini diperoleh data sebagai berikut : tabel 5. deskripsi keaktifan siswa di siklus ii interval skor kriteria frekuensi persentase (%) 23 28 aktif sekali 23 69,70 17 22 aktif 10 30,30 11 16 kurang aktif ... < 10 tidak aktif jumlah 33 100 berdasarkan tabel 5 diperoleh deskripsi keaktifan siswa pada siklus ii dimana ada kenaikan yang sangat signifikan dalam proses pembelajaran karena ada 23 siswa (69,70%) siswa yang sangat aktif sekali dan ada 10 siswa atau 30,30% yang aktif. deskripsi in dapat diperjelas dalam grafik berikut ini : gambar 7. diagram batang hasil pengamatan keaktifan siswa di siklus ii 4. analisis dan refleksi berdasarkan hasil unjuk kerja berupa hasil tes kemampuan mengungkapkan ekspresi compliment siswa kelas xii mipa 6 menggunakan telling story dan setelah penerapan tindakan pada siklus ii, dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran kemampuan mengungkapkan ekspresi compliment menggunakan telling story terjadi peningkatan yang signifikan. dengan demikian, penggunaan telling story dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam mengungkapkan ekspresi compliment. 0 10 20 30 40 50 60 70 1 2 23 69,7% 10 30,3% 23 28 aktif sekali 17 22 aktif vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.284 273 5. rekap hasil belajar dan perkembangan antar siklus penelitian tindakan kelas telah dilaksanakan dengan dua siklus. perbandingan hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 6 berikut. tabel 6. perbandingan jumlah siswa dengan hasil belajar di pra siklus, siklus i dan ii uraian jml siswa pra siklus jml siswa siklus i jml siswa siklus ii 87,5 100 = sangat baik 1 8 77,5 85 = baik 4 9 21 68,5 75 = cukup baik 15 18 4 55 65 = kurang baik 6 5 ... < 52,5 = sangat kurang 8 rata – rata nilai 49,29% 73,86 83,79 rata – rata hasil belajar pra siklus, siklus i dan siklus ii gambar 8. diagram batang hasil kemampuan berbicara pada siklus i dan siklus ii berdasarkan tabel 6. terjadi peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas xii mipa 6 setelah menggunakan telling story. pada siklus i dari 33 siswa sebanyak 1 siswa (3,03%) dapat melakukan aktivitas pembelajaran dengan sangat baik, yakni memperoleh nilai 90. sedangkan 9 siswa ( 27,27%) memperoleh nilai baik, 18 siswa (54,54%) memperoleh nilai cukup baik, dan 5 siswa masih berada di bawah yaitu memperoleh kelompok nilai kurang baik pada siklus i dengan rata-rata nilai 73,86. pada siklus ii terjadi peningkatan kemampuan berbicara mengungkapkan compliment siswa setelah menggunakan telling story. dari 33 siswa sebanyak 8 siswa (24,24%) dapat melakukan aktifitas pembelajaran dengan sangat baik, yakni memperoleh nilai jauh diatas kkm yakni pada kisaran 87,5-100, 21 siswa (63,64%) memperoleh kelompok nilai baik dengan nilai diatas kkm yang ditetapkan yakni pada kisaran 77,5-85. sedangkan 4 siswa ( 12,12%) memperoleh nilai cukup baik dengan rata-rata nilai 83,79. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 pra siklus siklus i siklus ii 49,29 73,86 83,79 vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.284 274 pembahasan 1. aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran setelah tindakan demi tindakan dilakukan sesuai dengan prosedur penelitian yang ada, dapat dikemukakan hasilnya. hasil penelitian pada dasarnya merupakan jawaban atas permasalahan, bahwa permasalahan pokok penelitian ini adalah kurangnya minat siswa dan rendahnya kemampuan berbicara dalam mengungkapkan ekspresi thankfulness/gratitude dan compliment. kurangnya minat dan rendahnya kemampuan berbicara tersebut disebabkan kurang tepat guru dalam memilih metode pembelajaran dan kurangnya minat siswa terhadap model pembelajaran speaking dalam mengungkapkan ekspresi untuk membangun dialog/percakapan. pada setiap siklus tindakan telah dikemukakan tahapan hasil penelitian. sesuai dengan permasalahan kurangnya minat siswa dan rendahnya kemampuan mengekspresikan thankfulness/gratitude dan compliment, berikut dikemukakan hasil penelitian yang mencakup (1) aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dan (2) kemampuan berbicara siswa dalam mengikuti pembelajaran. berdasarkan data hasil penelitian aktivitas siswa diperoleh data sebagai berikut. gambar 9. diagram batang keaktifan siswa pada pra siklus, siklus i dan siklus ii sehingga berdasarkan data di atas, maka dapat dilihat bahwa ada peningkatan aktivitas belajar siswa mulai dari pra siklus, siklus i dan siklus ii. 2. kemampuan siswa berbicara dalam bahasa inggris berdasarkan hasil tes kemampuan berbicara bahasa inggris yang dilakukan pada siklus i dapat diketahui nilai terendah yang dicapai siswa adalah 60, nilai tertinggi 90, dan nilai rata-rata 73,86. sementara itu, dari hasil tes kemampuan berbicara pada siklus ii dapat diketahui nilai terendah yang dicapai siswa adalah 72,5, nilai tertinggi 97,5 dan nilai rata-rata adalah 83,79. berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran menggunakan telling 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 pra siklus siklus i siklus ii 53,37 69,48 85,5 hasil perbandingan keaktifan siswa vol.3 no.5 2022 issn: 2745-6056 | e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i5.284 275 story terdapat peningkatan kemampuan berbicara dalam mengungkapkan ekspresi thankfulness/gratitude dan compliment pada siswa. simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut : 1. aktivitas siswa terhadap pembelajaran bahasa inggris menggunakan metode telling story meningkat, siswa bersikap apresiatif, positif dan responsif, sampai pada akhir siklus ii terlihat dari hasil observasi sebesar 85.50 %. 2. kemampuan berbicara bahasa inggris menggunakan metode telling story meningkat secara signifikan. data tes siklus i dan siklus ii persentase ketuntasan siswa mencapai 83,79% atau sejumlah 29 siswa mendapat nilai di atas kkm yang ditetapkan, yakni 72. sisanya, 4 siswa (12,12%) walaupun belum berhasil, mereka sudah berada diambang ketuntasan. saran adapun saran-saran dari hasil penelitian tindakan kelas adalah guru untuk selalu meningkatkan kompetensi profesionalnya dalam mengembangkan proses pembelajaran inovatif dan salah satu metode telling story memungkinkan dapat diterapkan kepada materi lain karena terbukti mampu meningkatkan aktivitas dan keterampilan berbicara mata pelajaran bahasa inggris. daftar rujukan brown, h.douglas, 2004. language assesment: principles and classroom practises. new york: longman eddy wibowo, mungin, dkk. 2009. panduan penulisan karya ilmiah. universitas negeri semarang harmer, jeremy. 2001. the practice of english language teaching. essex: longman hornby, a.s. 1974. oxford advanced lerner’s dictionary of current english. oxford: oxford university press kerr, j.y.k. 1979. picture cue cards for oral language practice. london: evans brothers limited o’malley, j.michael and lorraine valdez pierce. 1996. authentic assesment for english language learners. the usa: longman pusat kurikulum, balitbang depdiknas. 2005. model pemelajaran bahasa inggris di smk dengan kurukulum 2004. jakarta: depdiknas subyantoro. 2007. penelitian tindakan kelas. semarang: rumah indonesia. sugiyono. 2009. metode penelitian pendidikan. bandung: alfabeta supardi, suhardjono, 2011, strategi menyusun penelitian tindakan kelas, : yogyakarta : andi offset microsoft word 01-ahmad.docx vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.80 132 received : 13-01-2021 revised : 01-02-2021 published : 15-02-2021 peningkatan aktivitas dan hasil belajar pkn melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada siswa kelas vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus achmad syakur mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus, indonesia dina0750@yahoo.com abstrak tujuan yang mau diraih pada penelitian ini buat mengenali kenaikan aktivitas berlatih serta hasil berlatih anak didik pada penataran pkn dengan memakai bentuk penataran kooperatif tipe group investigation (gi) pada anak didik kategori vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus tahun pelajaran 2019/ 2020. penelitian ini ialah penelitian tindakan kelas( classroom action research). riset dilaksanakan di kategori vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus. penelitian dilaksanakan mulai bulan agustus hingga september tahun pelajaran 2019/ 2020. subyek penelitian ini merupakan anak didik kategori vi semester ganjil tahun ajaran 2019/ 2020 yang berjumlah 28 anak didik. konsep penelitian yang dipakai dalam riset ini merupakan penelitian tindakan kelas (ptk). bersumber pada hasil penelitian membuktikan bahwa aplikasi model penataran group investigation (gi) bisa tingkatkan aktiivtas serta hasil berlatih pkn pada anak didik kategori vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan bersih tahun pelajaran 2019/ 2020. perihal tersebut diarahkan dengan 1) ada pula kegiatan anak didik bertambah pada setiap siklusnya, pada tahap prasiklus menunjukan bahwa dari 28 siswa kelas vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus masih sedikit yang menunjukkan keatifan saat belajar di kelas, presentase aktivitas siswa hanya mencapai 43% saja. pada siklus i mendapatkan keanaikan dengan yang ditunjukan dengan total siswa yang mau berpartisipasi aktif dalam pembelajaran mulai meningkat dengan presentase aktivitas siswa mencapai 75%. selanjutnya pada siklus ii menunjukan bahwa sebagian besar siswa sudah berpartisipasi aktif dalam pembelajaran di kelas dengan dibuktikan oleh presentase aktivitas siswa yang mencapai 93% yang masuk dalam kategori sangat baik. 2) hasil belajar mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. pada tahap prasiklus dari 28 siswa kelas vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus, siswa yang mencapai nilai kkm 70 hanya sejumlah 9 orang atau 32%. pada tahap siklus i terjadi peningkatan hasil belajar, siswa yang berhasil mencapai nilai kkm 70 sejumlah 19 siswa atau 68%. pada siklus i pembelajaran berjalan cukup baik namun ketuntasan belajar secara klasikal hanya sebesar 57% dari target ketuntasan yang diharapkan ialah minimun 75%, oleh sebab itu dilanjutkan penelitian pada daur ii. pada langkah daur ii terjalin kenaikan yang penting pada hasil berlatih anak didik, anak didik yang sukses menggapai nilai kkm 70 beberapa 25 anak didik ataupun 89%. pada daur ii penataran berjalan dengan amat bagus cocok dengan yang direncakan oleh periset. pada langkah daur ii ketuntasan berlatih dengan cara klasikal sebesar 89% serta telah mencapai target ketuntasan yang diharapkan yaitu minimal 75%. kata kunci: aktivitas belajar; hasil belajar; group investigation vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.80 133 abstract the objective of this research is to find out the increase in learning activities and student learning outcomes in civics learning using the group investigation (gi) cooperative learning model in class vi students of mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus for the 2019/2020 academic year this research is a class action research (classroom action research). the research was conducted in class vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus. the research was conducted from august to september in the 2019/2020 school year. the subjects of this study were 28 students of grade vi odd semester 2019/2020 academic year. the research design used in this study was classroom action research (ptk). based on the results of the study, it shows that the application of the group investigation (gi) learning model can improve civics learning activities and outcomes in class vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus for the 2019/2020 academic year. this is indicated by 1) the student activity increases in each cycle, at the pre-cycle stage it shows that of the 28 class vi students of mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus, there are still only a few who show creativity when learning in class, the percentage of student activity only reaches 43%. in the first cycle there was an increase as shown by the number of students who were willing to actively participate in learning began to increase with the percentage of student activity reaching 75%. furthermore, in cycle ii it shows that most students have actively participated in class learning as evidenced by the percentage of student activity which reaches 93% which is in the very good category. 2) learning outcomes have increased in each cycle. in the pre-cycle stage of the 28 grade vi students of mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus, only 9 students who achieved kkm 70 scores or 32%. in the first cycle stage there was an increase in learning outcomes, students who managed to achieve the kkm 70 score were 19 students or 68%. in the first cycle the learning went quite well, but classical learning completeness was only 57% of the expected completeness target, namely at least 75%, therefore the research was continued in cycle ii. in the second cycle stage, there was a significant increase in student learning outcomes, 25 students who succeeded in achieving kkm 70 scores or 89%. in the second cycle the learning went very well according to what was planned by the researcher. in the second cycle stage, classical learning completeness was 89% and had reached the expected completeness target of at least 75%. keywords: learning activities; learning outcomes; group investigation vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.80 134 pendahuluan pendidikan dengan cara biasa merupakan sesuatu upaya sadar serta terencana buat menghasilkan suasana berlatih supaya partisipan ajar dengan cara aktif meningkatkan dirinya buat mempunyai kecerdasan, pengaturan karakter, keimanan, adab, serta budi pekerti. bagi crow and crow (muh. ilyas ismail, 2008:6) pendidikan merupakan cara yang bermuatan bermacam berbagai aktivitas yang sesuai untuk orang buat kehidupan sosialnya serta menolong melanjutkan menyesuaikan diri serta budaya dan kelembagaan sosial dari generasi ke generasi. belajar ialah perlengkapan penting untuk partisipan ajar dalam menggapai tujuan pembelajaran selaku unsur cara pembelajaran di sekolah (hamalik, 2013). sebaliknya membimbing ialah perlengkapan penting untuk guru selaku pengajar serta guru dalam meraih tujuan penataran selaku cara pendidikan di kategori. tujuan penataran dalam sesuatu aktivitas penataran cuma bisa digapai bila terdapat interaksi berlatih membimbing antara guru serta partisipan ajar dalam cara penataran di kategori. dalam kenyataan di lapangan dunia pembelajaran tidak seluruhnya berbanding lurus dengan filosofi atau tujuan pembelajaran yang diharapkan. cara penataran ataupun penyampaian data lebih banyak di informasikan lewat tata cara konvensional. dalam cara penataran konvensional, penyampaian data kerap cuma berfokus pada guru, serta anak didik cuma pasif menyambut informasi yang di informasikan guru. perihal semacam ini selaras dengan pernyataan rusmono (2012:2) yang melaporkan kalau“ kegiatan yang terjalin di kategori biasanya sedang menaruh guru selaku salah satunya pangkal data yang bisa membuat anak didik jadi meningkat pengetahuannya”. paling utama yang jadi sorotan penting merupakan banyak para pengajar dikala ini di bermacam tahapan pendidikan dasar serta menengah yang mengatur kelasnya cuma dengan satu arah alhasil interaksi guru ke anak didik ataupun ke anak didik lain tidak maksimum. metode berlatih anak didik juga kerap didominasi dengan metode tata cara mengingat alhasil pembelajarannya cuma teoritis serta abstrak yang menyebabkan penataran kurang berarti serta berkesan untuk anak didik. penataran yang semacam ini bisa menyebabkan semangat serta keaktivan anak didik menurun serta hasil berlatih. pendidikan kewarganegaraan mempunyai tujuan buat membuat sikap masyarakat negara yang mempunyai karakter cocok dengan nilainilai kepribadian adat bangsa indonesia. usaha buat menciptakan tujuan itu, pembelajaran mempunyai kedudukan yang amat berarti. pembelajaran merupakan aktivitas yang dicoba dengan cara tertata antara guru dengan anak didik dalam aktivitas penataran di sekolah. salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang mempunyai peran berarti dalam pembuatan karakter ataupun karakter masyarakat negara yang bagus yang bagus ialah mata pelajaran pkn. (djahiri, kosasih, 2006) bersumber pada hasil pemantauan peneliti yang juga sebagai guru bidang studi pkn, khususnya kelas vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus menunjukan bahwa pembelajaran di dalam kelas masih menggunakan metode konvensional sehingga kbm tidak berjalan dengan efektif, hal tersebut terlihat dari sebagain besar siswa tidak fokus bahkan sibuk bermain sendiri pada saat guru memberikan materi pembelajaran, selain itu pembelajaran konvensional terkesan monoton, dan kurang melibatkan peran aktif siswa pada proses pembelajaran di kelas, sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi rendah. kegiatan berlatih ialah aspek yang amat berarti dalam penataran. perihal itu disebabkan penataran yang menekankan kegiatan berlatih hendak jadi lebih berarti serta bawa anak didik pada pengalaman berlatih yang mengesankan. tidak hanya itu, anak didik pula bisa ikut serta dengan cara aktif dalam penataran, alhasil anak didik sanggup meningkatkan kemampuan yang vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.80 135 dipunyai, berasumsi kritis serta memecahkan permasalahan yang memusat pada kenaikan hasil berlatih. (anton, 2001) hasil belajar ialah bagian terutama dalam penataran. sudjana( 2012: 3) mendeskripsikan hasil berlatih anak didik pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku selaku hasil berlatih dalam pengertian yang lebih besar melingkupi aspek kognitif, afektif, serta psikomotorik. dimyati serta mudjiono( 2006: 34) pula mengatakan hasil berlatih ialah hasil dari sesuatu interaksi perbuatan berlatih serta tindak mengajar. tidak hanya itu pula, hasil berlatih jadi tolak ukur kesuksesan anak didik dalam menekuni modul yang di informasikan oleh guru sepanjang rentang waktu khusus. berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dikelas vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus menunjukan bahwa hasil belajar yang rendah pada mata pelajaran pkn dikarenakan penggunaan metode konvensional yang monoton, sehingga aktivitas belajar siswa rendah,terkesan membosankan, dan pembelajaran fokus pada guru sehingga siswa tidak dilibatkan secara aktif. adapun rendahnya aktivitas belajar siswa terlihat dari score aktivitas siwa yang memperoleh score sebesar 7 dengan persentase nilai sebesar 43%. hasil belajar biologi ditunjukan dengan hasil belajar pada saat tes evaluasi menunjukan bahwa dari 28 siswa kelas vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus sebanyak 9 siswa atau 32% lulus atau mencapai nilai kkm, sebaliknya anak didik yang tidak lolos ataupun tidak meraih nilai kkm sejumlah 19 siswa atau 68%. selain iu juga, dalam pembelajaran hanya sedikit siswa yang aktif dalam cara penataran. sebaliknya, anak didik yang lain kurang mencermati disaat guru menarangkan di depan kategori, anak didik lebih senang menceritakan dengan sahabat serta main. tidak hanya itu, banyak anak didik yang cuma diam, mencermati serta menulis saja di dalam kategori. berdasarkan fenomena diatas, maka dibutuhkan sebuah model pembelajaran baru yang lebih menarik. model pembelajaran merupakan konsep dan metode guru dalam menyampaikan modul pada anak didik. salah satu bentuk penataran kooperatif yakni group nvestigation (gi). investigasi kelompok (group investigation) merupakan bentuk penataran kooperatif yang dikembangkan oleh shlomo sharan serta yael sharan di universitas tel aviv, israel. bentuk penataran group investigation ialah salah satu wujud bentuk penataran yang menekankan pada kesertaan serta kegiatan partisipan ajar buat mencari sendiri modul (data) pelajaran yang hendak dipelajari lewat materimateri ada, misalnya lewat dari novel pelajaran ataupun lewat internet. bentuk ini bisa melatih partisipan ajar buat meningkatkan kamampuan berfikir mandiri serta keahlian berkomunikas. (adora, n.m, 2014). selain itu peserta didik dilibatkan semenjak perencanaan, bagus dalam memastikan poin ataupun metode buat mempelajarinya lewat investigasi. partisipan ajar ikut serta dengan cara aktif mulai dari langkah awal hingga langkah terakhir pelajaran. perihal itu hendak membagikan peluang partisipan ajar buat lebih mempertajam pemahamannya kepada modul. penataran kooperatif jenis group investigation bisa digunakan guru buat meningkatkan produktivitas anak didik, bagus dengan cara perorangan ataupun kelompok. (akcay, n.o 2014). berdasarkan beberapa teori dan kenyataan di atas, hingga penulis mempunyai ketertarikan buat mempelajari lebih jauh hal cara penataran dengan memakai bentuk penataran gorup investigation( gi) untuk tingkatkan kegiatan berlatih serta hasil belajar siswa kelas vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus tahun pelajaran 2019/2020. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.80 136 kajian pustaka model pembelajaran group investigation model pembelajaran kooperatif tipe gi kerap ditatap selaku bentuk penataran kooperatif yang sangat lingkungan serta sangat susah buat dilaksanakan dalam penataran. bentuk penataran kooperatif jenis gi ini mengaitkan partisipan ajar semenjak perancangan, bagus dalam memastikan poin ataupun metode buat mempelajarinya lewat investigasi. bentuk penataran ini menuntut para partisipan ajar buat mempunyai keahlian yang bagus dalam berbicara ataupun dalam kemampuan cara kelompok (group process skills). langkah-langkah group investigation menurut sharan dan sharan (1989), “stage 1. identifying the topic to be investigated and organizing students into research groups. stage 2. planning the investigation in groups. stage 3. carrying out the investigation. stage 4. preparing a final report. stage 5. presenting the final report. stage 6. evaluation”. (langkah 1. mengenali poin yang hendak diselidiki serta pengorganisasian partisipan ajar ke dalam kelompok penelitian. langkah 2. merancang pemeriksaan berkelompokkelompok. langkah 3. melaksanakan investigasi. langkah 4. mempersiapkan informasi akhir. langkah 5. mempersembahkan informasi akhir. langkah 6. penilaian). langkahlangkah group investigation bagi zingaro, et. al (2008):1) guru menyediakan permasalahan buat kategori, serta partisipan ajar memilah minat kelompok. 2) golongan merancang analitis mereka metode, kewajiban serta tujuan dengan cara tidak berubahubah dengan subtopik yang diseleksi. 3. golongan melaksanakan pelacakan semacam yang direncanakan pada tahap itu. 4. golongan merancang pengajuan. mereka menilai apa yang sudah mereka pelajari, serta mensintesis jadi wujud yang bisa dipahami oleh kategori. 3) golongan melaksanakan pengajuan. kesimpulannya, guru serta partisipan ajar menilai pemeriksaan serta presentasi. aktivitas belajar pembelajaran yang efektif merupakan penataran yang sediakan peluang berlatih sendiri ataupun melaksanakan kegiatan sendiri. cara penataran yang dicoba di dalam kategori ialah kegiatan mentransformasikan wawasan, tindakan, serta ketrampilan (yamin, 2007:75). kegiatan ialah prinsip ataupun dasar yang amat berarti dalam interaksi berlatih membimbing (sardiman, 2006:100) melaporkan kalau kegiatan berlatih ialah kegiatan yang bersifat fisik ataupun psikologis. dalam aktivitas berlatih keduanya silih berhubungan. hamalik (2013:179) menerangkan kalau kegiatan berlatih ialah aktivitas yang dicoba oleh anak didik dalam aktivitas penataran. bersumber pada opini para pakar, bisa ditarik kesimpulan kalau kegiatan berlatih merupakan seluruh aktivitas berlatih yang silih berhubungan alhasil memunculkan perubahan dari sikap belajarnya, misalnya tidak ketahui jadi ketahui, dari tidak sanggup melaksanakan aktivitas jadi sanggup melaksanakan aktivitas, serta lain serupanya. kegiatan anak didik dalam aktivitas penataran memiliki andil yang amat berarti dalam penataran, tanpa kegiatan berlatih itu tidak bisa jadi hendak berjalan dengan bagus. hasil belajar hasil belajar ialah suatu yang didapat anak didik setelah mengikuti cara penataran. bagi kunandar (2007) “hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar”. bagi abdurrahman (2003), “hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.80 137 namun bagi romiszowski (pada abdurrahman, 2003) mengatakan jika: “hasil belajar adalah keluaran (output) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input). masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance)”. ranah hasil belajar bagi bloom (dalam suprijono, 2011) menyatakan kalau: hasil berlatih meliputi keahlian kognitif, afektif, serta psikomotorik. domain kognitif merupakan knowledge (wawasan, ingatan), compherension (penjelasan, menarangkan, meringkas, contoh), application (mempraktikkan), analysis (menguraikan, memastikan ikatan), synthesis (mengerahkan, merancang, membuat, bangunan baru), serta evaluation (memperhitungkan). domain afektif merupakan receiving (menyambut), responding (membagikan reaksi), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakter). daerah psikomotorik melingkupi keahlian produktif, metode, fisik, sosial, administratif, serta intelektual. metode penelitian rancangan dan jenis penelitian rancangan penelitian yang dipakai dalam riset ini merupakan penelitian tindakan kelas (ptk). bentuk desain yang dipakai dalam penelitian ini merupakan bentuk kemmis serta mctaggart dimana cara riset aksi ialah cara siklus balik ataupun daur. aktivitas ini dilaksanakan dalam sebagian langkah ialah perancangan, penerapan, observasi, serta refleksi. penelitian ini dilaksanakan pada dua siklus. (arikunto, suhardjono, supardi, 2006) subyek penelitian adapun penelitian ini dilaksanakan di kelas vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus pelajaran pkn. pada penelitian ini, subyek penelitiannya adalah siswa kelas i mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus, dengan total anak didik sebesar 28 siswa. hasil penelitian prasiklus hasil pengamatan peneliti di kelas vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus menunjukan bahwa proses pembelajaran tidak berjalan dengan maksimal. hal tersebut ditunjukan dengan rendahnya kegiatan serta hasil berlatih anak didik yang ditunjukan dengan banyaknya siswa mengobrol dan bermain sendiri bahkan tidak memperhatikan penjelasan guru, selian itu siswa cenderung pasif dalam melakukan kewajiban yang diberikan guru, apabila diberi kesempatan buat mengemukakan hasil diskusi ataupun pertanyaan cuma beberapa kecil siswa yang mengacungkan jemari terlebih dulu, anak didik tidak berani tampak di depan kelas, serta beberapa kecil anak didik yang berani mengajukan ide, persoalan serta anjuran dan banyaknya anak didik memperoleh hasil berlatih dibawah angka kkm ataupun tidak lolos. bersumber pada hasil berlatih yang didapat oleh guru serta pula aksi yang diseleksi guru buat memperbaiki cara berlatih mengajar itu dengan mempraktikkan bentuk penataran group invstigation pada anak didik kategori vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus. berikutnya guru membuat perancangan tindakan, terdiri dari kategorisasi rpp buat aktivitas berlatih mengajar, menyiapkan materi pelajaran dari bermacam sumber, meningkatkan bimbingan serta biji pertanyaan buat penilaian hasil berlatih, mempersiapkan lembar pemantauan, memohon 2 orang kawan guru buat melaksanakan pemantauan aktivitas berlatih, vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.80 138 dan membuat denah kategori buat mempermudah penerapan pemantauan pada penerapan tindakan daur i. ada pula pendapatan hasil berlatih pra daur dihidangkan dalam tabel : berdasarkan data tersebut menunjukan bahwa dari 28 siswa kelas vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus tahun pelajaran 2019/2020 terdapat 19 siswa atau 68% mendapatkan hasil berlatih dibawah kkm 70 ataupun tidak lolos, sebaliknya lebihnya sejumlah 9 anak didik ataupun 32% yang meraih nilai kkm ataupun lolos serta nilai pada umumnya keseluruhannya ialah 61. 78. ada pula hasil berlatih prasiklus bisa disajikan dalam grafik selanjutnya ini. diagram 1. hasil belajar prasiklus siswa kelas vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus siklus i pelaksanaan tindakan pada daur i dilaksanakan dengan 2 kamu pertemuan ialah pada tangga 12 serta 22 agustu 2019 yang hendak diterangkan berikut ini: a. perencanaan tindakan kegiatan perancangan tindakan i dilaksanakan pada bertepatan pada 12 serta 22 agustus 2019 di ruang guru vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan bersih tahun pelajaran 2019 atau 2020. guru sekalian periset merancangan tindakan yang hendak dicoba dalam penelitian ini. langkah perancangan tindakan i mencakup aktivitas berikut ini: 1) peneliti membuat lembar catatan kelompok. 2) peneliti melaksanakan pembuatan( rpp) konsep pelaksanaan pembelajaran. 3) membuat lembar kegiatan anak didik yang berhubungan dengan modul meneladani tokoh perumus pancasila. 32% 68% hasil belajar prasiklus siswa kelas vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus lulus tidak lulus vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.80 139 4) kisikisi pertanyaan, dokumen pertanyaan mengenai modul meneladani tokoh perumus pancasila. 5) kunci balasan pertanyaan serta skor nilai. 6) lembar pemantauan aktivitas kelompok. 7) lembar catatan nilai. 8) lembar formulir catatan lapangan. 9) lembar observasi aktivitas siswa. b. pelaksanaan tindakan deskripsi penerapan tindakan daur i dengan mempraktikkan bentuk pembelajaran group investigation dijabarkan berikut: siklus i dilakukan pada tanggal 12 agustus 2019 1) tahap penyiapan kelas a) guru melaksanakan awal dengan salam pembuka, memanjatkan terima kasih pada tuhan yme serta berdoa untuk mengawali pembelajaran b) guru mengecek kedatangan partisipan ajar selaku tindakan disiplin c) guru mempersiapkan fisik serta psikis peserta didik dalam membuka aktivitas penataran. d) guru menyangkutkan modul penataran yang hendak dicoba dengan pengalaman partisipan ajar dengan modul yang sudah diajarkan tadinya. e) guru menegaskan kembali modul prasyarat dengan bertanya f) guru mengajukan persoalan yang terdapat keterkaitannya dengan pelajaran yang hendak dilakukan g) membagikan cerminan mengenai khasiat menekuni pelajaran yang hendak dipelajari dalam kehidupan sehari-hari h) guru menarangkan serta partisipan ajar diharapkan bisa menarangkan mengenai modul meneladani tokoh perumus pancasila. i) guru mengantarkan tujuan penataran pada pertemuan yang j) berjalan mengenai k) meneladani tokoh perumus pancasila. 2) tahap kegiatan inti a) a) partisipan ajar diberi motivasi ataupun rangsangan buat memfokuskan atensi pada modul meneladani tokoh perumus pancasila dengan cara menayangkan lukisan atau gambar atau video yang relevan, buat bisa dibesarkan partisipan ajar, dari media interaktif, membaca literasi didalam bermacam sumber terpaut dengan modul menulis resume dari hasil observasi serta bacaan terpaut meneladani tokoh perumus pancasila. b) guru memerintahkan pada setiap kelompok buat mengenali sejumlah bisa jadi pertanyaan yang berhubungan dengan gambar yang dihidangkan serta hendak dijawab lewat aktivitas berlatih mengenai meneladani tokoh perumus pancasila. c) setiap kelompok menghimpun data yang relevan buat menanggapi pertanyan yang sudah diidentifikasi lewat aktivitas mencermati dengan saksama modul meneladani tokoh perumus pancasila yang lagi dipelajari dalam wujud gambar atau film atau slide pengajuan yang dihidangkan serta berupaya menginterprestasikannya, melaksanakan aktivitas literasi dengan mencari serta membaca bermacam rujukan dari bermacam vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.80 140 sumber untuk menaikkan wawasan serta uraian mengenai modul meneladani tokoh perumus pancasila yang lagi dipelajari, menata catatan persoalan atas keadaan yang belum bisa dimengerti dari aktivitas mencermati serta membaca yang hendak diajukan pada guru berhubungan dengan modul meneladani tokoh perumus pancasila yang lagi dipelajari, dan mengajukan pertanyaan berkaiatan dengan materi meneladani tokoh perumus pancasila yang sudah disusun dalam catatan pertanyaan pada guru. d) guru membentuk peserta didik menjadi 7 kelompok untuk melakukan diskusi tentang materi meneladani tokoh perumus pancasila, mencatat semua informasi tentang materi meneladani tokoh perumus pancasila yang telah diperoleh dalam bentuk laporan golongan dengan catatan yang rapi serta memakai bahasa indonesia yang bagus serta benar, partisipan ajar mengkomunikasikan dengan cara lisan ataupun mengemukakan hasil informasi dengan rasa yakin diri hal meneladani tokoh perumus pancasila sesuai dengan diskusi kelompok terkait dengan meneladani tokoh perumus pancasila. e) peserta didik dalam kelompoknya beranggar pikiran mengolah informasi hasil observasi dengan metode berdiskusi mengenai informasi dari modul meneladani tokoh perumus pancasila. guru meminta setiap siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi kelompok. f) f) partisipan ajar membahas hasil pengamatannya serta memandu hasil pengamatannya dengan datadata ataupun filosofi pada novel pangkal lewat aktivitas menaikkan besarnya serta daya hingga pada pengerjaan data yang bersifat mencari pemecahan dari bermacam pangkal yang mempunyai opini yang berlainan hingga pada yang berlawanan buat meningkatkan sikap jujur, cermat, patuh, patuh ketentuan, kegiatan keras, keahlian mempraktikkan metode serta keahlian berasumsi induktif dan deduktif dalam menguasai materi meneladani tokoh perumus pancasila.. g) peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya buat merumuskan hasil dialog mengenai modul meneladani tokoh perumus pancasila berbentuk kesimpulan bersumber pada hasil analisa dengan cara lidah, tercatat, ataupun media yang lain buat meningkatkan tindakan jujur, cermat, keterbukaan, keahlian berasumsi sistematis, mengatakan opini dengan santun serta mengemukakan hasil diskusi golongan dengan cara klasikal mengenai materi meneladani tokoh perumus pancasila. h) guru meminta kelompok lain untuk mengemukakan usulan atas presentasi yang dicoba mengenai materi meneladani tokoh perumus pancasila serta ditanggapi oleh golongan yang mempresentasikan. i) merumuskan mengenai pointpoint berarti yang timbul dalam aktivitas penataran yang terkini dicoba berbentuk informasi hasil observasi dengan cara tercatat mengenai modul meneladani tokoh perumus pancasila. j) guru mempersilahkan siswa untuk menanya mengenai perihal yang belum dimengerti, ataupun guru melemparkan sebagian permasalahan pada anak didik berhubungan dengan materi meneladani tokoh perumus pancasila yang akan selesai dipelajari. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.80 141 3) tahap penutup a) guru melaksanakan tes evaluasi siklus i b) melaksanakan refleksi ataupun korban balik buat membagikan penguatan pada partisipan ajar dan meminta siswa untuk mengulas kembai materi dirumah. c) guru membagikan apresiasi buat modul meneladani tokoh perumus pancasila pada golongan yang mempunyai kemampuan serta kerjasama yang bagus. d) menutup pembelajaran dengan berdoa serta salam c. observasi dan evaluasi 1) catatan lapangan pada siklus i, peserta didik beberapa besar mencermati, tetapi sedang senantiasa terdapat yang asik sendiri rumpi ataupun main dengan sahabat sebangkunya. bersemangat anak didik nampak dikala guru berikan ketahui hendak membagikan film penataran, tetapi antusiasme partisipan ajar diiringi dengan atmosfer yang mulai ribut. pada saat menayangkan video pembelajaran terkait materi meneladani tokoh perumus pancasila, suasana ribut sebab mereka belum paham alhasil mereka menanya pada guru mengenai kewajiban yang diinstruksikan. kala film mulai disiarkan suasana mulai hening sebab silih mulai beranggar pikiran serta saatsaat khusus atmosfer mulai sedikit hening sebab partisipan ajar lagi berupaya memecahkan permasalahan pada pertanyaan dalam kegiatan golongan. evaluasi dicoba oleh observer pada cara penataran berlangsung dengan metode melaksanakan observasi memakai lembar pemantauan adapun hasil pengamatan pada aktivitas belajar siswa kelas vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus ialah berikut : vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.80 142 persentase 75% kategori baik bersumber pada tabel diatas membuktikan kalau, aktivitas siswa pada pembelajaran siklus i setelah dilaksanakannya tindakan dengan memperoleh score 12 atau 75% yang masuk dalam jenis bagus. hasil belajar siswa pada siklus i juga mengalami peningkatan yaitu dari 28 siswa kelas vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus terdapat 19 siswa atau 68% telah mencapai nilai kkm 70 atau lulus, sedangkan 9 siswa atau 32% tidak mencapai nilai kkm 70 atau tidak lulus. pada perolehan hasil belajar siklus i menunjukan adanya peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar pada tahap prasiklus namun belum memenuhi ketuntasan klasikal sebesar minimal 75%. 2) hasil belajar pelaksanaan tindakan siklus i telah dicoba dengan bagus. perihal itu diarahkan dengan terdapatnya kenaikan hasil berlatih pkn yang lebih bagus dibanding prasiklus. ada pula hasil berlatih anak didik pada daur 1 merupakan berikut ini: vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.80 143 bersumber pada tabel diatas, membuktikan kalau pada daur i dari 28 anak didik kategori vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus ada 12 anak didik ataupun 43% yang tidak lolos ataupun tidak meraih nilai kkm sebaliknya, jumlah anak didik yang menggapai nilai kkm ataupun lolos sebesar 16 anak didik ataupun 57% dengan angka pada umumnya kategori sebesar 68. 39. ada pula hasil berlatih pada daur i mengalamai kenaikan lebih bagus dibanding pra daur. hasil berlatih daur i bisa diamati pada diagram berikut ini: d. hasil refleksi bersumber pada informasi mengenai cara penataran pada lembar pemantauan serta dari rubrik evaluasi yang digapai anak didik dalam cara penerapan tata cara kewajiban golongan, bisa dikenal kalau sedang ada kelemahan dalam aplikasi penataran itu. perihal itu dikenal dari banyaknya anak didik yang sedang bimbang dengan bentuk penataran yang mewajibkan anak didik buat aktif serta berlatih sembari melaksanakan. mencermati, bertanya, menalar, berupaya, menyaji serta mencipta. bersumber pada hasil observasi diatas, hingga butuh sesuatu aksi penanganan buat membenarkan penerapan penataran memakai bentuk penataran group investigation (gi) antara lain: 1) guru wajib sanggup membagikan uraian kembali mengenai tahapan metode tugas golongan, serta memotivasi anak didik buat berani menghasilkan gagasan yang terdapat pada pikirannya pada dikala diskusi kelompok ataupun pada diskusi kelas. 2) guru wajib dapat mengatur waktu supaya cocok dengan apa yang direncanakan. 3) hasil belajar dengan cara klasikal belum berhasil sebab cuma menggapai 16 anak didik tuntas ialah 57% dari sasaran 75% alhasil diperukan koreksi pada daur berikutnya. 57% 43% hasil belajar siklus i siswa kelas vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus lulus tidak lulus vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.80 144 menurut hasil pembelajaran pada siklus i. hanya 16 siswa atau 57% yang mendapat nilai >70 atau lulus. oleh sebab itu, butuh terdapat perbaikan dalam siklus berikutnya. hal tersebut dikarenakan bahwa tindakan siklus 1 telah meningkatan hasil belajar siswa dibandingkan prasiklus tetapi belum meraih nilai target dari ketuntasan belajar klasikal sebesar 75% sehingga diperlukan tindakan pada siklus ii. siklus ii pelaksanaan tindakan pada siklus ii dilaksanakan dengan 2 kalian pertemuan ialah pada bertepatan pada 7 september 2019 yang hendak dipaparkan berikut ini: a. perencanaan tindakan aktivitas perancangan tindakan daur ii dilaksanakan pada bertepatan pada 7 september 2019. peneliti mengonsep aksi yang hendak dicoba dalam penelitian ini. tahap perencanaan aksi ii mencakup aktivitas berikut: 1) peneliti membuat lembar catatan kelompok 2) peneliti melaksanakan pembuatan( rpp) rencana pelaksanaan pembelajaran 3) membuat lembar kegiatan anak didik yang berhubungan dengan modul nilai kebersamaan dalam perumusan pancasila. 4) kisikisi pertanyaan, dokumen pertanyaan mengenai modul nilai kebersamaan dalam perumusan pancasila. 5) kunci balasan pertanyaan serta skor nilai. lembar pemantauan aktivitas golongan. lembar catatan nilai. 6) lembar formulir catatan lapangan 7) lembar observasi aktivitas siswa. b. pelaksanaan tindakan deskripsi pelaksanaan tindakan siklus ii dengan menggukan model pembelajaran group investigation dijelaskan berikut: siklus i dilakukan pada tanggal 7 september 2019 1) tahap penyiapan kelas a) guru melaksanakan awal dengan damai pembuka, memanjatkan terima kasih pada tuhan yme serta berdoa untuk mengawali pembelajaran b) guru meninjau kedatangan partisipan ajar sebagai tindakan disiplin c) guru mempersiapkan fisik serta kejiwaan peserta didik dalam membuka aktivitas penataran. d) guru menyangkutkan modul penataran yang hendak dicoba dengan pengalaman partisipan ajar dengan modul yang sudah diajarkan tadinya. e) guru menegaskan kembali modul prasyarat dengan bertanya f) guru mengajukan persoalan yang terdapat keterkaitannya dengan pelajaran yang hendak dilakukan g) membagikan cerminan mengenai khasiat menekuni pelajaran yang hendak dipelajari dalam kehidupan seharihari h) guru menarangkan serta partisipan ajar diharapkan bisa menarangkan mengenai modul nilai kebersamaan dalam perumusan pancasila. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.80 145 i) guru mengantarkan tujuan penataran pada pertemuan yang berjalan mengenai nilai kebersamaan dalam perumusan pancasila. 2) tahap kegiatan inti a) peserta didik diberi dorongan ataupun rangsangan buat memfokuskan atensi pada modul nilai kebersamaan dalam formulasi pancasila dengan metode menayangkan lukisan atau gambar atau video yang relevan, buat bisa dibesarkan partisipan ajar, dari alat interaktif, membaca literasi didalam bermacam sumber terpaut dengan modul nilai kebersamaan dalam formulasi pancasila, menulis resume dari hasil observasi serta pustaka terpaut nilai kebersamaan dalam perumusan pancasila. b) guru memerintahkan pada setiap kelompok buat mengenali sebesar bisa jadi persoalan yang berhubungan dengan gambar yang dihidangkan serta hendak dijawab lewat aktivitas berlatih mengenai nilai kebersamaan dalam perumusan pancasila. c) setiap kelompok mengakulasi data yang relevan buat menanggapi pertanyan yang sudah diidentifikasi lewat aktivitas mencermati dengan saksama materi nilai kebersamaan dalam formulasi pancasila yang lagi dipelajari dalam wujud gambar atau video atau slide pengajuan yang dihidangkan serta berupaya menginterprestasikannya, melaksanakan aktivitas literasi dengan mencari serta membaca bermacam rujukan dari bermacam sumber untuk menaikkan wawasan serta uraian mengenai materi nilai kebersamaan dalam formulasi pancasila yang lagi dipelajari, merangkai catatan pertanyaan atas keadaan yang belum bisa dimengerti dari aktivitas mencermati serta membaca yang hendak diajukan pada guru berhubungan dengan modul nilai kebersamaan dalam formulasi pancasila yang lagi dipelajari, dan mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi nilai kebersamaan dalam perumusan pancasila yang sudah disusun dalam catatan pertanyaan pada guru. d) guru membentuk peserta didik menjadi 7 kelompok untuk melakukan diskusi tentang materi nilai kebersamaan dalam perumusan pancasila, menulis seluruh data mengenai modul nilai kebersamaan dalam perumusan pancasila yang sudah didapat dalam bentuk laporan kelompok dengan catatan yang rapi serta memakai bahasa indonesia yang bagus serta betul, partisipan ajar mengkomunikasikan dengan cara lidah ataupun mengemukakan hasil informasi dengan rasa yakin diri mengenai nilai kebersamaan dalam perumusan pancasila sesuai dengan diskusi kelompok terkait dengan nilai kebersamaan dalam perumusan pancasila . e) partisipan ajar dalam kelompoknya beranggar pikiran memasak informasi hasil observasi dengan metode beranggar pikiran mengenai informasi dari materi nilai kebersamaan dalam perumusan pancasila. guru meminta setiap siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi kelompok. f) peserta didik membahas hasil pengamatannya serta memandu hasil pengamatannya dengan datadata ataupun filosofi pada buku sumber lewat aktivitas menambahkan lebarnya serta daya hingga pada pengolahan data yang bersifat mencari pemecahan dari bermacam pangkal yang mempunyai opini yang berlainan hingga pada yang berlawanan buat meningkatkan tindakan jujur, cermat, patuh, patuh aturan, kegiatan keras, keahlian mempraktikkan prosedur serta keahlian berasumsi induktif dan deduktif dalam menguasai modul nilai kebersamaan dalam perumusan pancasila. g) peserta didik beranggar pikiran dalam kelompoknya buat merumuskan hasil dialog mengenai modul nilai kebersamaan dalam perumusan pancasila berbentuk kesimpulan vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.80 146 bersumber pada hasil analisa dengan cara lisan, tercatat, ataupun media yang lain buat meningkatkan sikap jujur, cermat, keterbukaan, keahlian berasumsi analitis, mengatakan opini dengan santun serta mengemukakan hasil dialog kelompok dengan cara klasikal mengenai materi nilai kebersamaan dalam perumusan pancasila. h) guru meminta kelompok lain untuk mengemukakan pendapat atas pengajuan yang dicoba mengenai materi nilai kebersamaan dalam formulasi pancasila serta ditanggapi oleh golongan yang mengemukakan. i) merumuskan mengenai pointpoint berarti yang timbul dalam aktivitas penataran yang terkini dicoba berbentuk informasi hasil observasi dengan cara tercatat mengenai modul nilai kebersamaan dalam perumusan pancasila. j) guru mempersilahkan anak didik buat menanya mengenai perihal yang belum dimengerti, ataupun guru melemparkan sebagian persoalan pada anak didik berhubungan dengan modul nilai kebersamaan dalam perumusan pancasila yang hendak selesai dipelajari. 3) tahap penutup a) guru melaksanakan tes evaluasi siklus ii. b) melaksanakan refleksi ataupun korban balik buat membagikan penguatan pada partisipan ajar serta memohon anak didik buat membahas kembali materi dirumah. c) guru membagikan apresiasi buat modul nilai kebersamaan dalam perumusan pancasila pada golongan yang mempunyai kemampuan serta kerjasama yang baik. d) menutup pembelajaran dengan berdoa dan salam c. tahap observasi (pengamatan) 1) cacatan lapangan pada siklus ii, partisipan ajar telah mulai terbiasa dengan bentuk penataran kooperatif jenis group investigation, partisipan ajar telah terus menjadi aktif. partisipan ajar yang menanya melawan materi yang belum difahami telah terus menjadi banyak. tiap tiap kelompok telah menyiapkan psikologis, buat maju dan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. tiaptiap kelompok nampak bersemangat buat mengemukakan hasil kegiatan kelompoknya di depan kategori, partisipan ajar silih berkompetisi buat memperoleh nilai paling banyak. pada dikala kalkulasi angka, golongan yang sangat banyak menemukan nilai berteriak kegirangan, atas kesuksesan mereka. sehabis penataran berakhir, guru berikan kesimpulan dan dorongan pada partisipan ajar biar lebih antusias dalam berlatih. adapun observasi penilaian aktivitas dan hasil belajar oleh observer pada proses pembelajaran berlangsung dengan cara melakukan observasi memakai lembar observasi kegiatan berlatih anak didik dalam penataran dikelas vi merupakan berikut ini: vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.80 147 tabel 4 hasil penilaian aktivitas belajar siklus ii bersumber pada tabel diatas membuktikan kalau, pada siklus ii yang sudah dicoba diperoleh hasil kalau aktivitas siswa pada siklus ii meningkat dengan perolehan score 15 atau 93% yang masuk pada kategori sangat baik. hasil berlatih anak didik pula bertambah pada daur ii dari 28 anak didik kategori vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan bersih ada 25 anak didik ataupun 89% sudah meraih nilai kkm 70 ataupun lolos, sebaliknya 3 anak didik ataupun 11% tidak meraih nilai kkm 70 ataupun tidak lolos. pada perolehan hasil berlatih daur ii membuktikan terdapatnya kenaikan dibanding dengan hasil berlatih pada langkah siklus i dan sudah memenuji krteria ketuntasan klasikal sebesar 75%. bersumber pada tabel di atas, bisa diamati pada anak didik dengan cara biasa aktivitas berlatih anak didik telah cocok impian. beberapa besar penanda pengamatan timbul dalam kegiatan kegiatan anak didik. skor yang didapat dari pengamat pada kegiatan siwa merupakan 15, sebaliknya skor maksimum merupakan 65. dengan begitu persentase angka pada umumnya merupakan 93%. cocok dengan taraf kesuksesan yang diresmikan, hingga derajat kesuksesan kegiatan anak didik terletak pada jenis sangat baik. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.80 148 2) hasil belajar pelaksanaan tindakan siklus ii telah dilakukan dengan baik. hal tersebut ditunjukan dengan adanya kenaikan hasil belajar pkn yang lebih baik dibandingkan siklus 1. adapun hasil belajar siswa pada siklus ii ialah: bersumber pada tabel diatas, membuktikan kalau pada daur i dari 28 anak didik kategori vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus ada 25 anak didik ataupun 89% yang lolos ataupun meraih nilai kkm sebaliknya, jumlah anak didik yang tidak menggapai angka kkm ataupun tidak lolos sebesar 3 anak didik ataupun 11% dengan angka pada umumnya kategori sebesar 77. 14. dengan begitu bisa disimpulkan kalau ada kenaikan hasil berlatih yang lebih bagus dibanding daur i. ada pula hasil berlatih daur ii bisa diamati pada diagram berikut: d. hasil refleksi bersumber pada informasi mengenai cara penataran serta uraian yang digapai anak didik, bisa dikenal kalau penjelasan anak didik hadapi kenaikan. perihal itu bisa dikenal lewat kenaikan angka yang didapat pada daur i yang dibanding dengan daur ii. tidak hanya itu telah nampak aktivitas anak didik dalam cara penataran. bersemangat anak didik dalam menanggapi persoalan dari guru telah lebih besar dari pada siklus i. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.80 149 1) kesuksesan dalam cara penataran tercapai sebab mulai nampak faktor dalam cara penataran bentuk group investigation (gi). 2) bersumber pada hasil pemantauan di atas, sedang ada sedikit kekurangan ialah sebagian anak didik sedang kurang aktif. hendak namun kekurangan itu bisa di obati dengan metode memotivasi anak didik supaya lebih aktif dalam penataran. 3) bersumber pada akuisisi hasil belajar anak didik ada kenaikan yang penting dari tiap siklusnya. perihal itu membuktikan kalau penerapan penataran pada daur ii masuk dalam kategori tinggi serta penuhi ketentuan ketuntasan klasikal sebesar 89% serta melampaui sasaran ialah 75% dari jumlah anak didik dengan cara totalitas ataupun telah penuhi kriteria ketuntasan dengan cara klasikal, serta berarti tidak perlu diadakan lagi siklus iii. pembahasan hasil penelitian pembelajaran pada dasarnya ialah sesuatu interaksi positif antara pengajar serta partisipan ajar serta antara partisipan ajar dengan partisipan ajar yang lain. buat menggapai tujuan penataran dibutuhkan sesuatu penentuan tata cara penataran yang pas. hal ini didasarkan pada opini sudjana (2012: 39) kalau hasil berlatih yang digapai anak didik dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya yaitu ketepatan penggunaan model pembelajaran. bentuk penataran yang cocok dengan karakter anak didik amat dibutuhkan buat mempermudah anak didik dalam menguasai materi. sebutan bentuk penataran ini dibedakan dari sebutan tata cara penataran. bentuk penataran dimaksudkan selaku pola interaksi anak didik dengan guru didalam kategori yang menyangkut strategi, pendekatan, tata cara serta metode penataran yang diaplikasikan dalam penerapan aktivitas berlatih mengajar dikelas. sebaliknya tata cara penataran merupakan metode menyuguhkan modul yang sedang bersifat biasa. jadi sebutan bentuk penataran memiliki arti yang lebih besar dari pada tata cara penataran. mulyani serta johar (2001: 37) menarangkan kalau bentuk penataran merupakan kerangka konseptual yang mengambarkan metode analitis dalam mengerahkan pengalaman berlatih buat menggapai tujuan berlatih khusus serta berperan selaku prinsip untuk perancang serta para pengajar dalam merancang serta melakukan kegiatan berlatih mengajar. salah satu model pembelajaran yang berbasis penemuan adalah model kooperatif tipe group investigation. karakter ataupun watak dari bentuk penataran ini amat relevan dalam tingkatkan keahlian cara anak didik. tata cara group investigation mempunyai 3 konsep penting, ialah: riset ataupun enquiri, wawasan ataupun knowledge, serta gairah golongan ataupun the dynamic of the learning group. (udin s w, 2008: 75). bentuk group investigation memusatkan keahlian anak didik buat menganalisa konsepkonsep penataran dengan metode penyelidikan dengan cara mendalam lewat kegiatan kelompok. bagi trianto (2007: 59). para guru yang memakai tata cara group investigation biasanya memilah kategori jadi sebagian golongan yang beranggotakan 4 hingga 5 anak didik dengan karakter yang heterogen. fase fase aplikasi tata cara group investigation, ialah: (1) pemilahan poin, para anak didik memilah bermacam poin dari modul yang hendak diinvestigasi; (2) perancangan kooperatif, para anak didik bersama guru merancang bermacam metode berlatih spesial, kewajiban serta tujuan biasa yang tidak berubahubah dengan bermacam poin serta subtopik yang sudah diseleksi; (3) implementasi, para anak didik melakukan konsep yang sudah diformulasikan; (4) analisa serta campuran, para anak didik menganalisa serta mensintesis bermacam data yang didapat pada tahap (3) serta merancang supaya bisa diringkaskan dalam sesuatu penyajian yang menarik di depan kategori; (5) pengajuan hasil, seluruh golongan menyuguhkan sesuatu pengajuan yang menarik dari berbagai poin yang sudah dipelajari supaya seluruh anak didik dalam kategori silih vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.80 150 ikut serta serta menggapai sesuatu perspektif yang besar hal poin itu; (6) penilaian, guru bersama anak didik melaksanakan penilaian hal partisipasi masing-masing kelompok kepada profesi kategori selaku sesuatu totalitas. penilaian bisa melingkupi masingmasing anak didik dengan cara orang ataupun golongan, ataupun keduanya. kemal d u s, ataman k serta sukru a (2009:35), melaporkan kalau penataran kooperatif jenis group investigation membagikan akibat positif kepada pengalaman berlatih anak didik. keunggulan dari penataran kooperatif jenis group investigation ini yakni anakanak bertugas bersamasama dalam kelompok kecil buat menyelidiki atau menata pertanyaanpertanyaan berlainan mengenai poin yang serupa, penataran yang dicoba membuat suasana silih berkolaborasi serta berhubungan dampingi anak didik dalam golongan tanpa memandang latar belakang, anak didik dilatih buat mempunyai keahlian yang bagus dalam berbicara, terdapatnya dorongan yang mendesak anak didik supaya aktif dalam proses berlatih mulai dari langkah awal hingga langkah akhir penataran. dengan memakai bentuk penataran kooperatif jenis group investigation ini diharapkan keahlian cara anak didik hendak berkembang. dalam penelitian yang dicoba oleh peneliti dipecah jadi 2 daur dalam aktivitas cara berlatih. dengan informasi yang dikumpul melingkupi kegiatan guru, serta hasil berlatih. dari informasi hasil mewawancarai partisipan ajar. dengan daur i serta ii, dari hasil penelitian dengan memakai model group investigation dari pembelajaran pkn. dalam mempersiapkan penataran pada daur i serta ii ialah: 1) deangan menganalisa kurikulum, 2) rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp) memakai bentuk pembelajaran dilema based learning, 3) sumber serta media dalam pembelajran, 4) lembar kegiatan anak didik (lks), 5) dengan memastikan instrument penelitian, 6) dengan menilai kriteria indicator dalam kesuksesan. pada jenjang daur i serta ii peneliti dinyatakan sukses dengan bagus pada cara penataran yang dengan kegiatan guru serta kegiatan partisipan ajar dengan pendapatan kesuksesan lebih dari 75%. berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran group investigation (gi) bisa tingkatkan aktiivtas serta hasil berlatih pkn pada anak didik kategori vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus tahun pelajaran 2019/ 2020. perihal tersebut diarahkan dengan 1) ada pula kegiatan anak didik bertambah pada tiap siklusnya, pada langkah prasiklus membuktikan kalau dari 28 anak didik kategori vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus sedang sedikit yang membuktikan keatifan dikala berlatih di kategori, presentase kegiatan anak didik cuma meraih 43% saja. pada daur i hadapi kenaikan dengan yang diarahkan dengan jumlah anak didik yang ingin ikut serta aktif dalam penataran mulai bertambah dengan presentase kegiatan anak didik menggapai 75%. berikutnya pada daur ii membuktikan kalau beberapa besar anak didik telah ikut serta aktif dalam penataran di kategori dengan dibuktikan oleh presentase kegiatan anak didik yang menggapai 93% yang masuk dalam jenis amat bagus. 2) hasil berlatih hadapi kenaikan pada tiap siklusnya. pada langkah prasiklus dari 28 anak didik kategori vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus, anak didik yang meraih nilai kkm 70 cuma beberapa 9 orang ataupun 32%. pada langkah daur i terjalin kenaikan hasil berlatih, anak didik yang sukses menggapai angka kkm 70 beberapa 19 anak didik ataupun 68%. pada daur i penataran berjalan lumayan bagus tetapi ketuntasan berlatih dengan cara klasikal cuma sebesar 57% dari sasaran ketuntasan yang diharapkan ialah minimun 75%, oleh sebab itu dilanjutkan riset pada daur ii. pada langkah daur ii terjalin kenaikan yang penting pada hasil berlatih anak didik, anak didik yang sukses menggapai nilai kkm 70 beberapa 25 anak didik ataupun 89%. pada daur ii penataran berjalan dengan amat bagus cocok dengan yang direncakan oleh peneliti. pada langkah daur ii vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.80 151 ketuntasan berlatih dengan cara klasikal sebesar 89% serta sudah menggapai sasaran ketuntasan yang diharapkan ialah minimal 75%. berdasarkan hasil itu hingga bisa disimpulkan kalau pemakaian model group investigation bisa tingkatkan kegiatan serta hasil berlatih anak didik pada pembelajaran pkn pada siswa kelas vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus tahun pelajaran 2019/2020. kesimpulan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa aplikasi model group investigation bisa tingkatkan kegiatan serta hasil belajar pkn pada siswa kelas vi mi nu maslakul falah glagahwaru undaan kudus tahun pelajaran 2019/2020 saran bersumber pada hasil hasil kesimpulan di atas hingga saran yang bisa peneliti berikan merupakan selaku selanjutnya: 1. guru diharapkan bisa meningkatkan daya cipta dalam melakukan penataran alhasil anak didik bersemangat dalam cara penataran. tidak hanya itu guru bisa lebih memotivasi anak didik buat lebih aktif alhasil terjalin komunikasi yang bagus antara anak didik dengan anak didik atau antara guru dengan anak didik. 2. bentuk penataran group investigation( gi) butuh dibesarkan serta diaplikasikan pada modul yang lain alhasil bisa tingkatkan aktivitas anak didik serta bisa mengoptimalkan hasil penataran. 3. butuh terdapatnya penelitian lebih lanjut selaku pengembangan dari riset ini. daftar rujukan abdurrahman, mulyono. 2003. pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. jakarta: rineka cipta adora, n.m. (2014). group investigation in teaching elementary science.international journal of humanities and management science. vol 2, issue 3, issn 2320-4044. anton. m (2001). aktivitas belajar. bandung: alfabeta. asy'ari muslichah (2006). dimyati, mudjiono, (2006). belajar dan pembelajaran. jakarta: pt. rineka cipta. djahiri, achmad kosasih. (2006), esensi pendidikan nilai-moral dan pkn di era globalisasi, bandung: lab pkn upi. hamalik, oemar. 2013. proses belajar mengajar. jakarta: bumi aksara kunandar, 2007. guru profesional implementasi kurikulum tingkat satuan. pendidikan dan sukses dalam sertifikasi guru. jakarta: raja pustaka martinis yamin, 2007. kiat membelajarkan siswa. jakarta. gaung persada press dan center for learning innovation (cli) rusman.(2012). model – model pembelajaran. depok : pt rajagrafindo persada sharan, yeal dan shlomo sharan. 1989. group investigation expand cooperative learning. association for supervision and curriculum development shlomo sharan, yael sharan, dkk. di universitas tel aviv, israel pada tahun 1984 sudjana, nana. 2012. penelitian hasil proses belajar mengajar. bandung: remaja rosda karya vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.61 369 received : 13-10-2020 revised : 05-11-2020 published : 08-12-2020 pengembangan media pembelajaran e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar pada pada mata pelajaran ipa sri handayati smp negeri 1 pandaan handayatisri312004@gmail.com abstrak: adanya virus corona covid-19 yang sudah mewabah hampir seluruh negara termasuk indonesia telah membawa perubahan yang mendesak pada berbagai sektor, demikian juga dengan sektor pendidikan. tanpa terkecuali sektor ini juga telah terdampak dengan adanya virus covid-19, akibatnya terjadi berbagai perubahan dalam sektor pendidikan, perubahan ini terjadi sebagai upaya dalam mengurangi penyebaran virus covid-19, adapun peybahan mendasar yang terjadi antara lain adalah perubahan model pembelajaran yang semula dilaksanakan secara tatap muka, maka dengan adanya virus covid-19 berubah menjadi pembelajaran di rumah atau pembelajaran jarak jauh (online). sejak diberlakukannya pembelajaran online pada awal bulan maret sampai saat ini jika dihitung kira-kira sudah berlangsung selama hampir 7 bulan , merupakan waktu yang waktu yang cukup lama bagi anak-anak termasuk juga bagi guru, hal ini telah menimbulkan berbagai masalah dalam proses pembelajaran, menurunnya motivasi belajar siswa merupakan salah satu masalah yang telah dihadapi hampir semua guru dan di semua jenjang pendidikan. oleh karena itu diperlukan adanya solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran saat ini. motivasi belajar siswa sangat penting agar hasil belajar siswa dapat meningkat. penelitian ini bertujuan untuk menguji kelayakan media pembelajaran e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar yang digunakan dalam pembelajaran ipa. penelitian ini menggunakan penelitian jenis r & d (research and development) yang merupakan penelitian pengembangan. prosedur penelitian adalah mengunakan model borg and gall dengan menggunakan 8 tahap dari 10 tahap, yaitu: 1) observasi analisis kebutuhan, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi produk, 5) revisi produk, 6) uji coba produk, 7) revisi akhir, 8) penyebarluasan (sugiyono, 2010). inst rumen yang digunakan dalam pengumpulan data ini yaitu menggunakan lembar validasi, lembar observasi dan lembar angket. media pembelajaran e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar yang di kembangkan bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yang mulai menurun sebagai akibat pandemi virus covid 19. penelitian ini dilakukan di smp negeri 1 pandaan siswa kelas viii. penelitian ini dilaksanakan pada bulan september oktober. dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah siswa kelas viii i smp negeri 1 pandaan. sementara istrumen penelitian yang digunakan berupa angket uji kelayakan oleh ahli media, ahli materi, dan angket respon siswa. berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut : 1) berdasarkan validasi penilaian ahli materi diperoleh skor rata-rata 3,875 yaitu berada pada kategori “baik”. hasil validasi ahli media diperoleh skor rata-rata 3,75 yaitu pada kategori “baik”. sementara validasi ahli bahasa diperoleh skor rata-rata 3,875 yaitu berada pada kategori “baik”. untuk hasil uji coba skala kecil respon peserta didik diperoleh skor 4,25 yaitu pada kriteria “sangat baik”, dan sedangkan pada uji coba skala besar respon peserta didik memperoleh skor rata-rata 4,10 yaitu pada kriteria “sangat baik”. berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar berada dalam kategori baik dan dapat digunakan pada pembelajaran ipa secara daring siswa viii i smp n 1 pandaan mailto:handayatisri312004@gmail.com vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.61 370 abstract: the existence of the covid-19 corona virus which has plagued almost all countries including indonesia has brought urgent changes to various sectors, as well as the education sector. without exception this sector has also been affected by the covid-19 virus, as a result of which there have been various changes in the education sector, this change occurred as an effort to reduce the spread of the covid-19 virus, the fundamental changes that have occurred include changes in the learning model which was originally carried out in face to face, then with the covid-19 virus it has turned into learning at home or distance learning (online). since the implementation of online learning in early march until now, if it is calculated that it has been going on for almost 7 months, which is quite a long time for children including teachers, this has caused various problems in the learning process, decreasing student motivation is a problem that has been faced by almost all teachers and at all levels of education. therefore, a solution is needed to overcome the problems that occur in the current learning process. student learning motivation is very important so that student learning outcomes can increase. this study aims to test the feasibility of e-book learning media by utilizing the learning house features used in science learning. this study uses a type of research r & d (research and development) which is a development research. the research procedure is to use the borg and gall model by using 8 stages of 10 stages, namely: 1) observation of needs analysis, 2) data collection, 3) product design, 4) product validation, 5) product revision, 6) product testing, 7) final revision, 8) dissemination (sugiyono, 2010). the instruments used in this data collection were validation sheets, observation sheets and questionnaire sheets. the e-book learning media by utilizing the learning house feature that was developed aims to increase student learning motivation which has begun to decline as a result of the covid 19 pandemic. this research was conducted at viii grade students of smp negeri 1 pandaan. this research was conducted in september october. in this study the subjects used were students of class viii i smp negeri 1 pandaan. meanwhile, the research instruments used were in the form of a feasibility test questionnaire by media experts, material experts, and student response questionnaires. based on the results of the study, the following data were obtained: 1) based on the validation of the material expert's assessment, an average score of 3.875 was obtained, which is in the "good" category. the results of the media expert validation obtained an average score of 3.75, namely in the "good" category. meanwhile, the linguist validation obtained an average score of 3.875, which is in the "good" category. for the results of the small-scale test, the response of students obtained a score of 4.25, namely the "very good" criterion, and while in the large scale trial the responses of students obtained an average score of 4.10, namely the "very good" criterion. based on these results it can be concluded that the e-book learning media by utilizing the learning house feature is in a good category and can be used in online science learning for viii i smp n 1 pandaan students. kata kunci: media pembelajaran; e-book, rumah belajar, motivasi belajar vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.61 371 pendahuluan tragedi pandemi covid 19 diakhir tahun 2019 yang melanda hampir semua negara merupakan boomerang bagi seluruh negara dunia dan belum tertuntaskan sampai saat ini. adanya wabah virus corona covid-19 yang berlangsung cukup lama berdampak pada hampir semua sektor dalam kehidupan termasuk pada sektor pendidikan. dampak yang sangat mencolok pada dunia pendidikan disemua negara termasuk indonesia adalah dengan berubahnya model pembelajaran yang diterapkan oleh sekolah di semua jenjang, dimana sebelumnya pembelajaran dilaksanakan secara tatap muka berubah menjadi pembelajaran secara daring atau online dengan memanfaatkan teknologi informasi. hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah melalui surat edaran kementerian pendidikan untuk melaksanakan pembelajaran dari rumah. pelaksanaan pembelajaran secara daring memaksa semua guru untuk dapat menggunakan teknologi informasi dalam proses pembelajaran. penyelenggaraan pendidikan secara daring (online) tidak dapat dilepaskan dari penggunaan teknologi. hal ini dikarenakan dalam pendidikan daring tidak terjadi kontak secara langsung antara pengajar dan peserta didik. proses komunikasi antara pengajar dan peserta didik dilakukan melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi. berbagai platform dapat digunakan dengan memanfaatkan teknologi informasi yang bisa digunakan sebagai media dalam memperlancar keterlaksanaan pembelajaran secara daring. menurut bambang (2009) penggunaan internet tidak dibatasi oleh jarak dan waktu, sehingga pembelajaran dengan internet bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. pendidik dan peserta didik dapat melaksanakan komunikasi keduanya berlangsung dua arah yang dijembatani oleh penggunaan media, seperti komputer, televisi, radio, telepon, internet, video, dan sebagainya. dengan memanfaatkan berbagai aplikasi yang tersedia baik secara online maupun offline dalam teknologi informasi, guru dapat mengembangkan kreativitas dan inovasinya dalam pembelajaran. pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna dapat memotivasi siswa untuk belajar. akan tetapi model pembelajaran secara daring yang diterapkan secara mendadak menimbulkan berbagai persoalan, diantaranya belum semua guru siap dalam pembelajaran secara daring yang memanfaatkan teknologi informasi, demikian juga dengan peserta didik, meraka masih belum siap untuk mengikuti pembelajaran secara daring. sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet.. guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah. solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online). pemanfatan internet dalam pembelajaran daring seperti saat ini telah banyak jenis dan modelnya yang bisa dimanfaatkan guru dalam melaksanakan pembelajaran daring, salah satunya adalah portal rumah belajar. portal rumah belajar sendiri juga menyediakan berbagai fitur yang dapat membantu guru maupun siswa dalam proses belajar secara daring atau online. salah satu fitur dalam rumah belajar adalah penggunaan anyflip untuk membuat media pembelajaran berupa e-book. anyflip adalah sebuah aplikasi yang dirancang untuk membantu guru membuat animasi ebook yang cocok untuk kedua desktop dan mobile yang dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran yang menarik dalam setiap kesempatan. guru bukan lagi memiliki peran satu-satunya sebagai satu-satunya sumber informasi. oleh karena itu, dalam pembelajaran guru harus bisa memanfaatkan teknologi dan internet untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran salah satunya dengan vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.61 372 memanfaatkan fitur rumah belajar dalam mengembangkan ebook melalui aplikasi anyflip yang tersedia dalam fitur rumah belajar. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.61 373 pemanfatan fitur rumah belajar melalui anyflip dalam mengembangkan media pembelajaran yang sesuai dengan karaktersitik peserta didik dan model pembelajaran yang diterapkan saat ini, yakni pembelajaran secara daring atau online. dengan harapan agar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang semakin lama semakin menurun sebagai akibat terlalu lamanya pembelajaran secara daring. salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam mengatasi masalah menurunnya motivasi belajar siswa adalah menggunakan portal rumah belajar sebagai media dalam proses pembelajaran. guru menggunakan rumah belajar sebagai referensi dalam membuat bahan ajar, media pembelajaran dan tugas rumah untuk peserta didik. berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran daring melalui portal rumah belajar di smpn 1 pandaan peneliti bermaksud melakukan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran e-book dengan pemanfaatan fitur rumah belajar dengan mengembangkan e-book melalui aplikasi anyflip sebagai media pembelajaran ipa. flip book digital ini dalam arti kata yang mudah ialah buku/majalah/flyer/brochure yang boleh dilihat dalam paparan digital menerusi smartphone, tablet, laptop, komputer, dan sebagainya. dan sebenarnya ada banyak platform yang boleh digunakan untuk menghasilkan flip book digital, seperti issuu (https://issuu.com), anyflip (http://anyflip.com/), joomag (https://www.joomag.com/en), dan banyak lagi. program anyflip memiliki desain yang ramping dan bergaya antarmuka, program ini dilengkapi dengan beberapa template dan kita dapat membuat sebuah ebook baru dari awal dengan mudah. selain itu, aplikasi ini memungkinkan kita untuk beralih antara desktop dan mobile, sehingga dapat memastikan flipbook dioptimalkan untuk berbagai perangkat. pembuatan e-book sejauh ini diketahui adalah sederhana dan mudah prosesnya. kita dapat mengedit template yang ada atau menambahkan file pdf yang kita buat sebelumnya dengan berbagai komponen yang relevan, seperti logo, gambar dan bahasa serta karakter yang dapat mempercantik e-book sehingga siswa akan tertarik dan termotivasi untuk membaca dan belajar. menurut riyana (2008) media pembelajaran memberikan penekanan pada posisi media sebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk mengkondisikan seseorang untuk belajar. atau dapat juga dikatakan bahwa pada saat kegiatan belajar berlangsung bahan belajar (learning matterial) yang diterima siswa diperoleh melalui media. hal ini sesuai dengan pendapat lesle j. briggs dalam riyana (2008) yang menyatakan bahwa media pembelajaran sebagai “the physical means of conveying instructional content..book, films, videotapes, etc. dimana lebih jauh dikatakan bahwa media merupakan “alat untuk memberi perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar. sementara menurut brown dalam riyana (2008) media yang digunakan guru atau siswa dengan baik dapat mempengaruhi efektifitas proses belajar dan mengajar. pemanfaatan dan penggunaan media pembelajaran oleh guru dalam pembelajaran akan lebih baik dilaksanakan karena media pembelajaran memiliki banyak kelebihan yang dapat dimanfaatkan untuk membantu keberhasilan pembelajaran (sumiati, 2007). sementara martha, z. d dkk (2018) berpendapat bahwa media dalam sudut pandang pendidikan merupakan instrument yang penting dalam ikut menentukan keberhasilan proses pembelajaran. lebih lanjut marta (2018) menyatakan bahwa adanya media secara langsung dapat memberikan dinamika terhadap pebelajar mewabahnya pandemi covid-19 yang berlangsung sampai saat ini berdampak timbulnya kejenuhan peserta didik dalam pembelajaran, peserta didik mengikuti pembelajaran https://l.facebook.com/l.php?u=https%3a%2f%2fissuu.com%2f%3ffbclid%3diwar1lyocqa2nhvoqimrvpgdekg5vebhxv9h1ybhxkskcyejiiwydorxkslvu&h=at1stzqcwi1sypvcv3ao4scq7p0ppvvlkzvcb8evoefdkkgyiljtpjw5pkmff2ymblxpfv6y9ifvpxsb7qxjv9er4zjkwnrcaecxqiqewm-km5d_ykns9wav8me7xh6uuwojefc9hnpvutsmhag0iwdparne8ammil2jjnuiwhvwose https://l.facebook.com/l.php?u=http%3a%2f%2fanyflip.com%2f%3ffbclid%3diwar0tohuyuxwwtu6tghw_dvjztoyj_b9f0b-yms9iibyltl0_mr4ml09doba&h=at1gdgkvzczmveoly8g8vji1iqzqjzvaibirhw5cngr_jg3xbv9cpp4alpzujn_a71dqr7bcrdoe6xfshw7dxcxubj_dsx5rcstw9hnpsqbfs0lvb_qm4jewnlnrx2r0w8tpaquxszptxqysl88-kh5lifgdgl-jbg https://l.facebook.com/l.php?u=https%3a%2f%2fwww.joomag.com%2fen%3ffbclid%3diwar2qkotadldboilkod4mg6ooafqttqoomwhjcnyemlxhw5jjrs2y9blofjw&h=at1jiyoradmfc7kzdot-ipo70cssfhx-ewhehb_zgqvs5bjugqpkf__php4-xzymxz0xw32olmuwt4yshqrp-kzgpzz4e-v3g2risifxtqa2bgqahxwwwezjwiosejtg98pxthnrbdchtsjl98nt-qvrj7hgruoxqq vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.61 374 tidak lagi karena merasa senang dalam belajar namun karena terpaksa harus belajar. djamarah (1995) menjelaskan bahwa tanpa adanya tekanan dan keterpaksaan dalam belajar akan menghasilkan sesuatu yang baik sebaliknya, jika ada tekanan dan keterpaksaan dalam belajar maka tujuan belajar tidak akan tercapai. siswa dapat belajar dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan dan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. selanjutnya disebutkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar siswa memerlukan sesuatu yang memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru, teman, maupun dengan lingkungannya. sementara kenneth h. hover dalam oemar (2001) menyatakan bahwa motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan dari luar. berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran dapat merangsang siswa untuk belajar, dapat mengefektifkan proses belajar mengajar dan ini sesuai dengan tujuan dari pembelajaran, sehingga penggunaan media pembelajaran perlu dalam meningkatkan motivasi belajar. dengan demikian, pengembangan media pembelajaran oleh guru sangat diperlukan dalam pembelajaran terutama pembelajaran melalui daring, dimana guru dan siswa dibatasi waktu dan ruang. dari hasil observasi yang dilakukan di kelas viii i smp n 1 pandaan pasuruan diperoleh data bahwa dengan berlangsungnya pembelajaran secara daring dalam waktu yang cukup lama telah menurunkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. demikian juga dari hasil wawancara dengan berbagi pihak, baik guru siswa maupun orang tua diketahui bahwa dengan pelaksanaan pembelajaran secara daring dalam waktu yang lama dan terus menerus seperti saat ini, berdampak pada menurunnya motivasi dan kemauan peserta didik untuk belajar, mereka sudah jenuh, bosan dan mulai berkurang kemauan untuk belajar. hal ini diketahui dari kehadiran peserta didik di kelas online. sebelumnya dalam satu kelas tingkat kehadiran peserta didik dalam kelas online mencapai 80 90%, namun seiring dengan lamanya pelaksanaan pembelajaran secara daring tingkat kehadiran peserta didik semakin lama semakin berkurang, bahkan hingga dibawah 20%. apabila keadaan ini dibiarkan maka akan berdampak kurang baik pada hasil belajarnya. berdasarkan permasalahan diatas. dalam proses pembelajaran secara daring, maka diperlukan adanya inovasi guru dalam memberikan media pembelajaran yang menarik, membangkitkan motivasi belajar siswa serta membuat siswa bisa menerima, memahami, dan mengerti materi pembelajaran yang diberikan guru dalam proses belajar mengajar. hal ini sesuai dengan pendapat sudirman (dalam djamarah (1995) yang menjelaskan bahwa media pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar. media pembelajaran dapat digunakan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pengajaran (djamarah, 1995). dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar (nana sudjana, dalam djamarah (1995). menurut oktiana (2015) buku elektronik (disingkat e-book) atau buku digital merupakan bentuk buku yang dapat ditampilkan di layar komputer. buku elektronik ini berisikan informasi digital yang juga dapat berupa teks atau gambar. selanjutnya oktiana (2015) juga menjelaskan bahwa saat ini pengguaan e-book sangat penting dikarenakan buku e-eketronik tidak hanya mengurangi kebutuhan akan ruang penyimpanan, tetapi juga tidak membutuhkan ongkos untuk perbaikan fisik buku, mempermudah dan menurunkan ongkos tukar-menukar koleksi, dan sangat cocok untuk sistem belajar jarak jauh. penelitian tentang teknologi e-book dan manfaatnya dalam dunia pendidikan yang dilakukan oleh shiratuddin dalam restiyowati, i. (2012). menghasilkan kesimpulan bahwa ebook meningkatkan interaksi antara pendidik dan siswa dalam pembelajaran jarak jauh serta vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.61 375 siswa lebih tertarik menggunakan e-book dalam pembelajaran. selanjutnya restiyowati, i (2012) juga menjelaskan bahwa e-book atau elektronik book adalah buku teks yang dikonversi menjadi format digital, e-book juga memiliki pengertian sebagai lingkungan belajar yang memiliki aplikasi yang mengandung database multimedia sumber daya instruksional yang menyimpan presentasi multimedia tentang topik dalam sebuah buku. ebook atau buku elektronik adalah salah satu teknologi yang memanfaatkan komputer untuk menayangkan informasi multimedia dalam bentuk yang ringkas dan dinamis. e-book dapat diintegrasikan melalui tayangan suara, grafik, gambar, animasi, maupun video sehingga informasi yang disajikan lebih bervariasi dibandingkan dengan buku konvensional. keunggulan e-book ini dapat dikembangkan menjadi media pembelajaran interaktif dimana siswa secara langsung dapat memilih menu yang tersedia seolah-olah mengajak berdialog terhadap siswa tersebut. secara sederhana e-book dapat diartikan sebagai buku elektronik atau buku digital. e-book merupakan versi digital dari buku yang pada umumnya terdiri dari sekumpulan kertas yang memuat teks atau gambar. e-book merupakan sebuah bentuk perubahan dari buku cetak. berbagai penelitian pengembangan tentang media e-book telah dilakukan diantaranya penelitian yang dilakukan oleh kustiono r (2018) yang menyimpulkan bahwa dalam melatihkan keterampilan berpikir kritis. maka e-book dapat digunakan karena penggunaan e book siswa lebih mudah memahami konsep-konsep visual. senada dengan penelitian yang dilakukan oleh kustiono (2018) penelitian juga dilakukan oleh rosita r dkk (2017) terkait ebook dalam menumbuhkembangkan ketrampilan berfikir kritis. dari penelitiannya rosita r dkk (2017) menyimpulkan bahwa e-book interaktif sistem pencernaan yang telah dikembangkan efektif untuk menumbuhkembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. sementara nurdin (2015) dalam penelitiannya juga menghasilkan kesimpulan bahwa penerapan e-book interaktif dalam pembelajaran biologi mendapat respon positif dari siswa. rekapitulasi angket menunjukan 56,7% siswa memberikan respon kuat dan 43,3% memberikan respon yang sangat kuat. hal ini menunjukan bahwa siswa merasa tertarik dan antusias dalam pembelajaran. penelitian lain terkait penelitian pengembangan e-book dilakukan oleh utari (2014) tentang penelitian pengembangan e-book dalam pembelajaran bahasa inggris kelas x di sma padang panjang yang meyimpulkan bahwa media e-book layak digunakan daam pembelajaran, penggunaan e-book dalam pembelajaran dapat menarik antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran. berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran ebook merupakan media pembelajaran yang memanfaatkan komputer yang disajikan dalam bentuk ringkas dan dinamis. e-book dapat meingkatkan sikat kritis peserta didik, media e-book dapat menarik antusias siswa dalam pembelajaran, e-book juga dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran daring seperti saat ini, sehingga peneliti menggunakan media pembelajaran ebook ini dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yang saat ini mulai menurun akibat pandemi covid 19 yang berlangsung cukup lama. keterbatasan pengembangan e-book yang telah dilakukan oleh peneliti terletak pada pengembangan media e-book pada mata pelajaran ipa untuk kelas viii. sehingga tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah untuk menguji kelayakan media pembelajaran ebook dengan memanfaatkan fitur rumah belajar yang digunakan dalam pembelajaran ipa dalam pelaksanaan pembelajaran secara daring seperti saat ini. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.61 376 metode menurut sugiyono dalam utari (2014) metode penelitian dan pengembangan merupakan metode yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tertentu. model yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah model r & d (research and development). sementara prosedur dalam penelitian ini menggunakan 8 tahap dari 10 tahap model borg and gall. adapun tahap-tahap tersebut meliputi: 1) observasi analisis kebutuhan, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi produk, 5) revisi produk, 6) uji coba produk, 7) revisi akhir, 8) penyebarluasan (sugiyono, 2010). pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen, antara lain lembar validasi, lembar observasi dan lembar angket. dalam penelitian pengembangan ini data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif (nugraha, 2015). kritik dan saran dari ahli materi, ahli media dan guru ipa merupakan data kualitatif, yang dapat dihimpun untuk memperbaiki media pembelajaran e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar untuk pembelajaran ipa secara daring. pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan teknik menggunakan angket. instrumen penelitian angket diisi oleh ahli materi, ahli media, praktisi pembelajaran dan peserta didik. tabel 1. kriteria kualitas kelayakan media web (blog) interval skor kriteria 4,00 5,00 3,00 3,99 2.00 2,99 1.00 1,99 < 1,00 sangat baik baik cukup kurang baik sangat kurang rumus skala likert nilai kelayakan = jumlah skor jumlah item hasil dan pembahasan media pembelajaran yang dihasilkan dalam pengembangan media ini yaitu media pembelajaran e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar. isi yang terdapat dalam media pembelajarane-boook ini antara lain adalah sebagai berikut: (1) tampilan awal merupakan tampilan yang muncul pertama kali pada media pembelajaran berupa cover e book (2) tampilan e-book berisi materi, contoh soal, latihan soal, (3) tampilan folder yang terdapat dalam anyflip model pengembangan yang digunakan yaitu model pengembangan r & d (research and development). dalam penelitian ini prosedur yang digunakan adalah model borg and gall dengan menggunakan 8 tahap dari 10 tahap model borg and gall yaitu: 1) observasi analisis kebutuhan, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi produk, 5) revisi produk, 6) uji coba produk, 7) revisi akhir, 8) penyebarluasan (sugiyono, 2010). tahap-tahap yang dilakukan pada penelitian ini akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut: (1) tahap observasi analisis kebutuhan yang dilakukan adalah mengetahui karakteristik peserta didik, yakni pengetahuan dan keterampilan awal dari peserta didik. menurut sardiman dalam handayati (2020), kebutuhan adalah kesenjangan antara vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.61 377 kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang. berdasarkan hasil wawancara peserta didik membutuhkan media yang interaktif dan variatif sesuai dengan materi pelajaran yang dilaksanakan pada model pembelajaran daring sebagai akibat pandemi covid-19 saat ini. media pembelajaran yang dibutuhkan tentunya harus relevan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kelak, serta diharapkan mengatasi kejenuhan siswa dalam belajar sehingga dapat membangkitkan minat peserta didik untuk mencari, mengamati dan memecahkan masalah yang dihadapinya, media tidak memberatkan atau membebani peserta didik (2) tahap pengumpulan data, pada tahap ini dilakukan pengumpulan data berupa angket tentang penilaian dari ahli materi, ahli media, dan siswa. (3) desain produk, pada tahap ini peneliti mengembangkan bentuk produk awal, meliputi menyiapkan materi yaitu materi ipa kelas viii, perangkat ipa kelas viii, soal online, merancang desain media e-book (4) validasi produk, pengujian dilakukan dengan melakukan validasi media yang terdiri dari ahli media pembelajaran, ahli materi dari guru ipa dan ahli bahasa dari guru bahasa indonesia. hasil penelitian pengembangan media e-book diuji validitas melalui hasil analisis data dari: a) uji coba awal yang meliputi 2 validasi ahli materi dan media. b) uji coba lapangan yang meliputi uji kelompok kecil, dan uji kelompok besar. uji coba uji kelompok kecil uji ini berjumlah 10 orang siswa dari kompetensi keahlian media e-book. ujicoba kelompok besar sampel diambil pada satu kelas yaitu siswa kelas viii i (36 orang), (5) revisi produk, data dan saran yang ada pada hasil wawancara digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan merevisi media pembelajaran. (6) uji coba produk, uji coba awal dimaksudkan untuk mengantisipasi kesalahan pada pengguna (pebelajar). ahli materi memberikan penilaian terhadap aspek kesesuaian materi dengan standar isi (kurikulum), kejelasan dan ketepatan teks yang digunakan, ahli media memberikan penilaian terhadap aspek daya tarik, tampilan, bahasa. dari data hasil ahli materi, dan ahli media dijadikan pertimbangan untuk melakukan perbaikan produk media pembelajaran. media pembelajaran yang diuji cobakan dievaluasi oleh ahli materi dan ahli media. pengujian sebanyak 2 kali yaitu uji coba kelompok kecil dan uji kelompok besar (7) revisi akhir, aspek yang direvisi dan penyempurnaan berdasarkan pada analisis data uji coba yang telah dilaksanakan adalah untuk menggali beberapa aspek yang lazim dalam produk ini adalah ketepatan bahan pembelajaran dan rancangan media, bahasa yang digunakan, kualitas tampilan dan penyajian materi pada produk, kemenarikan bahan ajar. hasil revisi tersebut menghasilkan media pembelajaran berupa media pembelajaran e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar berupa aplikasi anyflip dan tahap (8) penyebarluasan, pada tahap ini media pembelajaran e-book disebarluaskan penggunaannya pada siwa kelas viii yang diajar peneliti yaitu pada siswa kelas viii i smp n 1 pandaan. keefektifan dan keefisiensian yang tinggi dari media pembelajaran e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar yakni anyflip yang dikembangkan dalam penelitian ini menjadi harapan peneliti agar media pembelajaran e-book layak untuk digunakan sebagai media dalam pembelajaran daring pada mata pelajaran ipa kelas viii i di smp n 1 pandaan. menurut soeharto (2003), penggunaan media secara tepat dan bervariasi akan menimbulkan kegairahan belajar, yang memungkinkan ineteraksi lebih langsung antara siswa dengan lingkungan, yang kesemuanya akan menimbulkan motivasi belajar siswa. hasil penelitian brown, dalam soeharto (2003), menunjukkan bahwa penggunaan gambar dapat merangsang minat dan perhatian siswa. selanjutnya hasil penelitian dari schramm (dalam soeharti, 2003) vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.61 378 menunjukkan bahwa siswa yang telah termotivasi dapat belajar dari medium apa saja, jika media itu dipakai menurut kemampuannya dan disesuaikan dengan kebutuhannya. hasil validasi dari ahli materi mata pelajaran ipa menyatakan bahwa produk pengembangan sudah layak diimplementasikan pada pembelajaran. ahli materi berpendapat bahwa media pembelajaran e-book sudah memenuhi kriteria sebagai media pembelajaran mandiri dan pembelajaran daring dari segi isi atau materi pembelajaran, kebahasaan, dan sajian materi dengan kualifikasi sangat baik. kelayakan materi adalah kelayakan yang dilihat dari segi kebahasaan, isi materi dan struktur sajian keseluruhan materi skor rata-rata 3,875 yaitu berada pada kategori “baik”. validasi penilaian ahli media diperoleh skor rata-rata 3,75 yaitu pada kategori “baik”. validasi penilaian ahli bahasa diperoleh skor rata-rata 3,875 yaitu berada pada katagori “baik” selain itu dari hasil uji coba skala kecil respon peserta didik memperoleh skor 4,25 yaitu pada kriteria “sangat baik”, dan sedangkan pada uji coba skala besar respon peserta didik memperoleh skor rata-rata 4,10 yaitu pada kriteria “sangat baik”. validasi ahli media hasil validasi dari ahli media berdasarkan perolehan skor untuk kelayakan media pembelajaran yang dikembangkan ditunjukkan pada tabel 1 berikut ini: tabel 2. rekapitulasi hasil penilaian ahli media terhadap media e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar berupa aplikasi anyflip ahli media skor nilia kelayakan kriteria ahli media 1 15 3,75 baik ahli media 2 16 4,00 sangat baik sumber: (hasil penilaian peneliti) berdasarkan hasil perolehan skor ahli media maka diperoleh hasil perhitungan untuk menentukan kelayakan rata –rata dari ahli media dengan rumus : nilai kelayakan = jumlah skor yang diperoleh = 31 = 3,875 jumlah item 8 adapun saran perbaikan yang diberikan oleh ahli media antara lain: tabel 3. saran perbaikan ahli media no aspek saran perbaikan hasil perbaikan 1 tampilan pemilihan warna lebih menarik warna dibuat serasi 2 bahasa perlu penggunaan judul yang menampilkan bahasa yang menarik memberikan judul pada materi dengan bahasa menarik 3 isi ditambah penjelasan yang sesuai tujuan dan berkesinambungan telah menambah penjelasana sesuai tujuan 4 kemenarikan ditambah contoh-contoh soal dan gambargambar yang menarik telah menambah contoh soal dan gambar-gambar yang menarik validasi ahli materi hasil validasi dari ahli materi berdasarkan perolehan skor untuk kelayakan media pembelajaran yang dikembangkan ditunjukkan pada tabel 3 berikut ini: vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.61 379 tabel 4. hasil penilaian skor dari ahli materi terhadap media terhadap media e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar berupa aplikasi anyflip ahli media skor yang diperoleh nilai kelayakan kriteria ahli materi 1 14 3,50 baik ahli materi 2 15 3,75 baik ahli materi 3 16 4,0 sangat baik sumber: (hasil penilaian peneliti) berdasarkan hasil perolehan skor ahli materi maka diperoleh hasil perhitungan untuk menentukan kelayakan rata-rata ahli materi dengan rumus : nilai kelayakan = jumlah skor yang diperoleh = 45 = 3,75 jumlah item 12 tabel 5. saran perbaikan ahli media no aspek saran perbaikan hasil perbaikan 1 kurikulum sebaiknya pada setiap materi yang diberikan ada indikator dan tujuan pembelajaran pada materi yang diposting diberikan indikator dan tujuan 2 bahasa penggunaan bahasa tidak terlalu formal harus praktis dan mudah dipahami penggunaan bahasa dengan 3 isi setiap slide pada materi ada penjelasan, pada setiap gambar juga diberi penjelasan, pemberian materi dengan memberikan penjelasan 4 kemenarikan diberikan gambar-gambar yang menarik pada setiap materi, warna pada tampilan buat lebih menarik kekinian mengubah cover dari dengan warna menarik, gambar bacground diganti gambar yang lebih menarik validasi dari ahli bahasa hasil validasi dari ahli bahasa berdasarkan perolehan skor untuk kelayakan media pembelajaran yang dikembangkan ditunjukkan pada tabel 5 berikut ini: tabel 6. hasil penilaian skor dari ahli bahasa terhadap terhadap media e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar berupa aplikasi anyflip ahli media skor yang diperoleh nilai kelayakan kriteria ahli materi 1 15 3,75 baik ahli materi 2 16 4,00 sangat baik berdasarkan hasil perolehan skor ahli bahasa maka diperoleh hasil perhitungan untuk menentukan kelayakan rata-rata ahli bahasa dengan rumus : nilai kelayakan = jumlah skor yang diperoleh = 31 = 3,875 jumlah item 8 berdasarkan hasil validasi ahli media dan ahli materi diatas dapat dilihat bahwa pada aspek media diperoleh nilai 3, 75 dari validator 1 dan diperoleh nilai 4,0 dari validator 2 sehingga hasil rata-rata yang diperoleh dari ahli media mencapai angka 3,875 hal ini berarti media pada kriteria baik. hasil aspek materi diperoleh nilai 3,50 dari validator 1 dan diperoleh vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.61 380 nilai 3,75 dari validator 2, diperoleh nilai 4,00 dari validator 3 sehingga skor rata-rata yang diperoleh oleh ahli materi mencapai angka 3,75 pada kriteria baik, sedangkan pada aspek bahasa diperoleh nilai 3,74 dari validator 1, diperoleh nilai 4,00 dari validator 2 sehingga hasil skor rata-rata yang diperoleh dari ahli bahasa yaitu 3,875 pada kriteria baik. media pembelajaran e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar berupa apikasi anyflip oleh para validator dapat di simpulkan bahwa media yang dikembangkan memiliki kriteria kelayakan yang baik. saran dan masukan dari para validator sangat berperan dalam pengembangan media e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar dengan aplikasi anyflip ini. dari hasil yang diperoleh berdasarkan kriteria kelayakan media e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar dengan aplikasi anyflip tersebut maka hasil produk media e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar dengan aplikasi anyflip dapat di lanjutkan untuk uji coba lapangan hasil respon uji lapangan ditunjukkan pada tabel 7 berikut: tabel 7. hasil respon uji lapangan terhadap media e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar dengan aplikasi anyflip uji coba skor hasil respon kriteria kelompok kecil (10 siswa) 170 4,25 sangat baik kelompok besar (36 siswa)_ 591 4,10 sangat baik berdasarkan hasil perolehan skor uji coba kelompok kecil maka diperoleh hasil perhitungan untuk menentukan kelayakan dengan rumus : nilai kelayakan = jumlah skor yang diperoleh = 170 = 4,25 jumlah item 40 berdasarkan hasil perolehan skor uji coba kelompok besar maka diperoleh hasil perhitungan untuk menentukan kelayakan dengan rumus : nilai kelayakan = jumlah skor yang diperoleh = 591 = 4,10 jumlah item 144 berdasarkan data tabel 7, kegiatan uji coba yang telah dilakukan pada peserta didik kelas viii i smp n 1 pandaan dapat diambil kesimpulan bahwa respon peserta didik terhadap media pembelajaran media e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar dengan aplikasi anyflip yang dikembangkan pada uji coba mengalami penurunan pada uji skala besar diakibatkan jumlah responden yang jauh berbeda, akan tetapi masih dalam kategori sangat baik. grafik hasil uji coba disajikan pada gambar berikut: vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.61 381 gambar 1. respon uji skala kecil dan uji skala besar berdasarkan hasil uji coba lapangan, diperoleh kelayakan media masuk pada kriteria sangat baik, sehingga penelitian dan pengembangan media ini menarik digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran daring atau online menggunakan media pembelajaran e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar dengan aplikasi anyflip, para pengguna terutama peserta didik bisa memperoleh ketrampilan dan pengetahuan tersendiri (belajar mandiri). pemanfatan media e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar dengan aplikasi anyflip oleh guru ipa sebagai media alternatif penyampaian pengetahuan, media pembelajaran online, serta solusi untuk masalah pembelajaran daring dimana motivasi belajar peserta didik menurun sebagai dampak pelaksanaan pembelajaran daring yang terlalu lama akibat pandemic covid-19 yang sampai saat ini masih berlangsung. hasil dari media pembelajaran media e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar dengan aplikasi anyflip yang dikembangkan hasil dari revisi berdasarkan validasi ahli media dan materi diperoleh hasil sebagai berikut: 1) tampilan awal media media e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar dengan aplikasi anyflip untuk menuju media media e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar dengan aplikasi anyflip ketik alamat: https://anyflip.com/ gambar 2. halaman awal setelah mngklik alamat e – book 4,25 4,1 4 4,05 4,1 4,15 4,2 4,25 4,3 respon siswa respon uji kelompok kecil dan besar kelompok kecil kelompok besar https://anyflip.com/ vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.61 382 2) tampilan isi media e-book dengan memanfaatkan fitur rumah belajar dengan aplikasi anyflip setelah dibuat gambar 3. gambar intro pembelajaran pada isi media yang dikembangkan gambar 4. gambar halaman awal isi media yang dikembangkan simpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, validasi penilaian ahli materi, ahli media dan ahli bahasa diperoleh skor rata-rata 3,875 untuk ahli media dengan kategori “baik”, skor rata-rata 3,75 dari validasi ahli materi dengan kategori “baik”, sementara validasi penilaian ahli bahasa diperoleh skor rata-rata 3,875 dengan kategori “baik”. sedangkan itu dari hasil uji coba skala kecil respon peserta didik memperoleh skor 4,25 dengan kriteria “sangat baik”, dan sedangkan pada uji coba skala besar respon peserta didik memperoleh skor rata-rata 4,10 yaitu pada kriteria “sangat baik”. sehingga dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran ebook dengan memanfaatkan fitur rumah belajar dengan aplikasi anyflip berada dalam kategori baik dan dapat digunakan maupun disebarluaskan dalam pembelajaran daring atau online khusunya pada mata pelajaran ipa kelas viii. saran yang dapat diberikan untuk penelitian pengembangan selanjutnya adalah diharapkan dapat mengembangkan media pembelajaran ebook dengan memanfaatkan fitur rumah belajar dengan aplikasi anyflip pada kelas lain , mata pelajaran lain ataupun dapat mengembangkan media pembelajaran lain untuk membantu dalam penyampaian materi ipa kelas viii. ucapan terima kasih ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penelitian pengembangan ini sehingga penelitian pengembangan ini selesai sesuai yang diharapkan. vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.61 383 daftar rujukan [1] akbar, i. (2013). pengembangan media pembelajaran ebook berbasis-web dengan menggunakan latex pada matakuliah analisis vektor. [2] djamarah. s.b., zain.a (1995). strategi belajar mengajar. banjarmasin: pt. rineka cipta. [3] hamalik,o (2001). proses belajar mengajar. bandung: bumi aksara. [4] heri (2020): media pembelajaran: pengertian, fungsi, manfaat, jenis jenis & contoh. https://salamadian.com/pengertian-media-pembelajaran/. diakses tanggal 10 agustus 2020 [5] http://tirtasroom.blogspot.com/2018/11/anyflip-flipping-book-maker.html [6] https://yokunoposigu.wordpress.com/2018/11/30/hasilkan-flip-book-digital-sendiridengan-mudah/ [7] http://sueisoo.blogspot.com/2018/12/langkah-langkah-membuat-e-book-failpdf.html [8] oktiana, g. d. (2015). pengembangan media pembelajaran berbasis android dalam bentuk buku saku digital untuk mata pelajaran akuntansi kompetensi dasar membuat ikhtisar siklus akuntansi perusahaan jasa di kelas xi man 1 yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. skripsi tidak diterbitkan (online). yogyakarta: jurusan pendidikan akuntansi universitas negeri yogyakarta [9] martha, z. d., adi, e. p., & soepriyanto, y. (2018). e-book berbasis mobile learning. jurnal kajian teknologi pendidikan, 1(2), 109-114. [10] nurdin, a. (2015). penerapan e-book interaktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan pencemaran dan perubahan lingkungan di kelas x sma negeri 1 waled (doctoral dissertation, iain syekh nurjati cirebon). [11] pakpahan, r., & fitriani, y. (2020). analisa pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran jarak jauh di tengah pandemi virus corona covid-19. journal of information [12] qibtiya, m., & kustijono, r. (2018). keefektifan penggunaan e-book untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis. in prosiding seminar nasional fisika (snf) (vol. 2, pp. 49-54). [13] restiyowati, i. (2012). pengembangan e-book interaktif pada materi kimia semester genap kelas xi sma (ebook the matter of interactive even semester chemical class xi high school). unesa journal of chemical education, 1(1). [14] rosita, r., fadiawati, n., & jalmo, t. (2017). efektivitas e-book interaktif sistem pencernaan manusia untuk menumbuhkembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. jurnal bioterdidik: wahana ekspresi ilmiah, 5(2). [15] sadiman a.s., rahardjo, r., haryono.a. & rahardjito (1984). media pendidikan.jakarta: pt. rajagrafindo persada. [16] setiawan, a. r., & mufassaroh, a. z. (2020). lembar kegiatan siswa untuk pembelajaran jarak jauh berdasarkan literasi saintifik pada topik penyakit coronavirus 2019 (covid-19). [17] soeharto, karti,dkk (2003). teknologi pembelajaran. pendekatan sistem. konsepsi dan model. sap, evaluasi sumber belajar dan media. surabaya: sic surabaya. [18] susilana, r., & riyana, c. (2008). media pembelajaran: hakikat, pengembangan, pemanfaatan, dan penilaian. cv. wacana prima. [19] sumiati, dra, & asra (2007). metode pembelajaran. bandung: cv wacana prima https://salamadian.com/pengertian-media-pembelajaran/ http://tirtasroom.blogspot.com/2018/11/anyflip-flipping-book-maker.html https://yokunoposigu.wordpress.com/2018/11/30/hasilkan-flip-book-digital-sendiri-dengan-mudah/ https://yokunoposigu.wordpress.com/2018/11/30/hasilkan-flip-book-digital-sendiri-dengan-mudah/ http://sueisoo.blogspot.com/2018/12/langkah-langkah-membuat-e-book-fail-pdf.html http://sueisoo.blogspot.com/2018/12/langkah-langkah-membuat-e-book-fail-pdf.html vol.1 no.4 2020 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.61 384 [20] tim abdi guru (2017). ipa terpadu untuk smp/mts kelas viii. jakarta; erlangga [21] utari, s. y. (2014). pengembangan media e-book pada mata pelajaran bahasa inggris kelas x di sma negeri 2 padang panjang (doctoral dissertation, uns (sebelas maret university)). [22] yanti, m. t., kuntarto, e., & kurniawan, a. r. (2020). pemanfaatan portal rumah belajar kemendikbud sebagai model pembelajaran daring di sekolah dasar. adi widya: jurnal pendidikan dasar, 5(1), 61-68. vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 79 received : 12-12-2020 revised : 01-01-2021 published : 15-01-2021 urgensi spiritual di masa pandemi sebagai upaya membentuk perilaku moderasi beragama di iain pekalongan aris priyanto magister ilmu tasawuf, fakultas ushuluddin adab dan dakwah iain pekalongan, indonesia aris.priyanto@iainpekalongan.ac.id abstrak spiritual memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. sehingga saat masa pandemi keberadaannya diharapkan bisa tetap meningkatkan kualitas keimanan mahasiswa dan perilaku beragama secara moderat. bahkan selama masa pandemi spiritual mampu meningkatkan kualitas belajar dan kualitas ibadah mereka. penelitian ini termasuk penelitian kualitatif melalui pendekatan sosial keagaman melalui pengamatan terhadap pentingnya spiritual pada masa pandemi di iain pekalongan. penelitian ini juga mendokumentasikan dan mengumpulkan berbagai data yang diperoleh saat terjadinya pembelajaran daring di masa pandemi. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran daring pada masa pandemi mampu meningkatkan kualitas ibadah, semangat belajar dan spiritual mahasiswa. selain itu, pembelajaran daring pada masa pandemi juga bisa membentuk perilaku religius dan perilaku beragama yang moderat di lingkungan kampus iain pekalongan. kata kunci: spiritual; pandemi; moderasi beragama https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 mailto:aris.priyanto@iainpekalongan.ac.id vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 80 pendahuluan pendidikan yang fokus mengajarkan tentang pentingnya integritas, kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, dan ketahanan mental sangat jarang sekali ditemukan di indonesia.. rata-rata pendidikan yang ada masih menekankan aspek penting dari nilai akademik dan kecerdasan otak saja. padahal nilai-nilai kebijaksanaan, keadilan, prinsip kepercayaan, penguasaan diri atau sinergi sangat penting keberadaannya (agustian: 2001: xiiii). maka diperlukan peran spiritual untuk mewujudkan terciptanya pendidikan yang berkarakter dan bernilai religi. karena tanpa spiritual, tentunya pendidikan yang ada jauh sekali dari sukses dan berhasil menanamkan makna dari pendidikan. melihat hal demikian, tentunya spiritual menjadi sesuatu yang mampu mengatasi kegelisahan pembelajaran daring yang saat ini sedang berjalan. pembelajaran daring sebagai dampak dari adanya pandemi covid-19 sangat meresahkan semua pihak, baik dari pihak tenaga pendidik, peserta didik, maupun orang tua. sebagai generasi sekaligus aset bangsa, peserta didik harus memiliki kecerdasan intelektual dan spiritual demi terjaganya bangsa yang majemuk dari berbagai ancaman yang ada. kecerdasan spiritual akan membantu mereka dalam menyelesaikan berbagai tantangan yang dihadapinya. sehingga diperlukan spiritual dalam dunia pendidikan, supaya spiritualnya mereka menjadi terarah. hal itu bisa terwujud apabila tercipta pembinaan spiritual yang baik dan pada akhirnya kecerdasan spiritualnya dapat berkembang dengan baik (www.academica.edu,: 2020). peran spiritual dalam pembelajaran daring sangat mempengaruhi terhadap aspek spiritual mereka. sebagai makhluk spiritual, mereka terkadang lupa baik disengaja atau tidak disengaja untuk mengembangkan diri dan memperdalam aspek spiritual pada dirinya. padahal hal tersebut dapat dilakukan dalam berbagai cara, seperti halnya mengikuti kegiatan spiritual yang dilakukan di lingkungan pendidikan. namun alasan kesibukan mereka terhadap hal selain kegiatan di sekolah membuat mereka enggan melakukan peningkatan diri dalam aspek spiritual. hal ini biasanya terjadi pada usia-usia produktif, sebab prestasilah yang selalu mereka kedepankan, baik dalam prestasi akademik maupun non akademik. karena pada masa belajar, kebanyakan dari mereka lebih mengedepankan sisi kecerdasan intelektual dibandingkan kecerdasan spiritual. akibatnya seringkali ditemukan siswa itu memiliki kecerdasan intelektual, namun minim akan kecerdasan spiritual. sehingga terkadang mereka itu memiliki prestasi akademik yang baik, akan tetapi siswa tersebut tidak memiliki akhlak dan kepribadian yang baik. kajian-kajian yang menjelaskan tentang urgensi spiritual di masa pandemi sebagai upaya membentuk moderasi beragama banyak sekali. pertama, penelitian niwani jumala dengan judul “moderasi berfikir untuk menempati tingkatan spiritual tertinggi dalam beragama”. penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan spiritual merupakan langkah yang tepat untuk mewujudkan moderasi beragama. kesadaran diri seseorang tentang asal, tujuan dan nasibnya bisa terpenuhi melalui spiritual yang ada dalam dirinya. kehidupan yang dijalani dengan perilaku beragama akan menemukan terhadap kesaksian iman yang tertanam dalam hatinya. pertanyaan tentang kesadaran beragama yang selama ini mempengaruhi perilaku dalam kehidupannya terjawab dengan spiritual yang diperoleh melalui pelaksanaan ajaran agama yang dilakukannya (jumala: 2019). kedua, penelitian intizar yang berjudul “moderasi beragama di indonseia” menjelaskan tentang pendidikan islam moderat yang mampu menangkal terhadap perkembangan radikalisme atas nama agama. moderasi beragama dapat ditunjukkan melalui sikap tawazun (berkeseimbangan), i’tidal (harus dan tegas), tasamuh (toleransi), musawah https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 http://www.academica.edu/ vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 81 (egaliter), syura’ (musyawarah), ishlah (reformasi), aulawiyah (mendahulukan), tathowur wa ibtikar (dinamis dan inovatif). karena konsep-konsep islam wasatiyah merupakan konsep egaliter yang tidak mendiskriminasi agama lain. (fahri & zainuri: 2019). ketiga, penelitian iffati zaminah dengan judul penelitian “moderatisme islam dalam konsteks keindonesiaa. quraish shihab”. dalam penelitian itu, keberadaan moderasi islam sudah dikenal lama dalam tradisi islam. menurut quraish shihab, karakter moderasi islam menggambarkan sifat moderat yang dimiliki oleh umat islam dalam hal tidak condong kearah berlebih-lebihan (isfrāf) atau meremehkan (tafrīth) dalam berbagai permasalahan yang terkait dengan agama atau dunia (zaminah: 2018). keempat, penelitian masnur alam dengan judul “studi implementasi pendidikan islam moderat dalam mencegah ancaman radikalisme di kota sungai penuh”. penelitian tersebut berusaha menjelaskan tentang cara memahami jihad. jihad bukanlah peperangan dan praktek kekerasan atas nama agama. namun jihad adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh orang yang menuntut ilmu dan bekerja keras untuk memberi nafkah keluarga, menerima pluralisme, menerima kemajemukan, toleransi, dan bersikap inklusif, i;tidal, dan berperilaku dengan rasional. hal itu apabila benar-benar diterapkan dapat mencegah perkembangan paham radikal, perilaku ekstrim, tidak moderat, dan konflik. karena perilaku demikian akan menciptakan keamanan, ketertiban, kerukunan, kenyamanan, dan kedamian di lingkungan masyarakat (alam: 2017). kelima. penelitian elma haryani dengan judul “pendidikan moderasi beragama untuk generasi milenial: studi kasus ‘lone wolf’ pada anak di medan”. penulis menjelaskan bahwa tindakan kekerasan agama yang dilakukan oleh anak-anak dimotivasi oleh ajaran radikalisme yang mereka peroleh dari internet. maka perlu adanya intervensi dari negara melalui regulasi dan pengawasan yang relevan dengan bantuan dari cyber-net. sehingga ceramah keagamaan yang mengandung kebencian dan berpotensi torerisme harus segera diintervensi. selain itu, orang tua harus lebih menigkatkan kewaspadaan dampak teknologi dan membangun lebih banyak kebersamaan dengan mengembangkan nilai-nilai agama yang moderat dalam keluarga (haryani: 2020). beberapa penelitian tersebut semakin meningkatkan semangat penulis untuk meneliti tentang urgensi spiritual di masa pandemi sebagai upaya membentuk perilaku moderasi beragama di iain pekalongan. apalagi selama masa pandemi pembelajaran dilakukan secara daring. sehingga keberadaan spiritual di lingkungan iain pekalongan sangat membantu sekali dalam meningkatkan perilaku beragama secara moderat dan mencegah perilaku radikal. metode penelitian penelitian ini memakai metode penelitian kualitatif dengan pendekatan sosial keagamaan. sedangkan analisis penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan menganalisa pelaksanaan pemebelajaran daring pada masa pandemi di iain pekalongan. penelitian ini berusaha menjelaskan tentang peran penting spiritual bagi pembelajaran daring di masa pandemi. meskipun pembelajaran yang sedang berlangsung tersebut tidak tatap muka, namun peran penting spiritual pada saat pandemi covid-19 ini sangat penting sekali dalam meningkatkan semangat belajar, perilaku beragama moderat, kualitas beribadah, dan kualitas spiritual mahasiswa.. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 82 hasil dan pembahasan aspek moderasi beragama dalam diri mahasiswa mahasiswa sebagai agen of change (agen perubahan) menjadi generasi masa depan bangsa ini. sebagai seorang mahasiswa, mereka tidak terlepas dari statusnya sebagai manusia yang terdiri dari aspek psikomotor, kognitif dan afektif yang perlu ditingkatkan keberadaannya. psikomotor merupakan sebuah aspek paling luar dari diri manusia yang sangat obyektif dan beragam tindakannya. sedangkan aspek kognitif (akal pikirannya) mampu membuat manusia melampaui batas-batas yang menyebabkan manusia terperangkap anganangan duniawi. sementara pada aspek afektif, hati manusia berusaha untuk selalu ingat, mendekati dan mengenal tuhan (suryadilaga: 2016). melalui ketiga aspek tersebut, ia berusaha supaya kehidupannya, khususnya dalam bidang pendidikan bisa sesuai harapan. namun hal itu bisa terhambat apabila pembelajaran yang sekarang berlangsung adalah pembelajaran daring. pembelajaran daring tentu berbeda dengan pembelajaran secara tatap muka. padahal pembelajaran tatap muka sangat berperan aktif dalam membentuk karakter jiwa yang religius. karakter jiwa religius sangat berhubungan sekali dengan hakikat pendidikan. hakikat dari pendidikan berusaha menciptakan dan mendampingi seseorang supaya memperoleh kemajuan dalam menjalani kesempurnaan. manusia memerlukan pendidikan beragam seiring dengan beragamnya keiinginan manusia dalam berlangsungan hidup mereka. mereka memerlukan pendidikan fisik dalam menjaga kesehatan fisiknya, dan membutuhkan bimbingan ruhnya menuju tuhan melalui pendidikan agama (anwar: 2010). kedekatannya dengan tuhana akan membuat pribadinya selalu tenang dan akhlak-akhlaknya senantiasa terpuji. semua itu bisa tercapai apabila ia mampu berdekatan dengan tuhan. kedekatan manusia dengan tuhan akan membuat dirinya semakin merasakan kedamaian dan ketenangan yang selalu nampak dalam perilaku pribadinya. pribadi manusia yang sudah memiliki nilai-nilai spiritual membuat diirnya mampu menghadapi pendidikan yang saat ini dilakukan secara daring (online). karena secara kebutuhan fitrah dan nalurinya, ia mampu menerima berbagai konsekuensi yang terjadi dilingkungan akademis. apalagi sentuhan-sentuhan spiritual atau rohani sudah membuatnya merasakan kesejukan dan kedamaian dalam hatinya. sehingga pendidikan benar-benar mampu melahirkan peserta didik yang berakhalak mulia dan berjiwa religius. hati, akal, dan fisik merupakan seluruh aspek dalam diri manusia yang sudah sepantasnya mendapatkan pendidikan secara seimbang (ilyas: 2012). hal itu tentunya bisa terwujud apabila seorang pendidik mampu memahami secara betul ketiga aspek tersebut. ketiga aspek itu harus bisa dijalankan secara harmonis dan seimbang. seorang pendidik yang lebih mengutamakan pembinaan fisik dengan mengabaikan akal dan hati, maka akan melahirkan sifat hayawani. sedangkan mengutamakan pikiran saja akan melahirkan sifat syaitani, dan fokus pada hati saja tentunya tindakan yang tidak realistik, karena manusia tidak bisa menjadi malaikat. mahasiswa yang keagamaannya baik akan membuat spiritual pada dirinya juga baik pula. perilaku beragama yang baik bisa dilakukan mereka dengan adanya perilaku beragama moderat dimanapun mereka berada. sementara perilaku beragama moderat akan semakin meningkatkan nilai-nilai spiritual yang ada dalam diri mereka. mereka semakin sadar bahwa perilaku beragama secara moderat akan membangun kepribadian dan sikap mental yang membuat mereka untuk bisa dekat dengan allah. ketika mereka telah merasakan keekatan diri dengan allah, maka mereka akan menerima segala apapun yang terjadi pada mereka termasuk pembelajaran dengan model daring. model pembelajaran daring tidak akan https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 83 membuat mereka patah semangat dalam menuntut ilmu, namun justru hal itu akan semakin meningkatkan semangat belajar mereka dalam menggapai cita-cita dan meraih kesuksesan. pembelajaran daring yang terjadi di iain pekalongan memiliki potensi besar dalam merubah pola pikir mahassiswa. oleh karena itu, spiritual menjadi salah satu bentuk dorongan pembentukan perilaku moderasi beragama di iain pekalongan. moderasi beragama di iain pekalongan sebagai upaya membendung perilaku beragama tidak moderat dan penyebaran paham radikalisme. sehingga model pembelajaran daring di iain pekalongan tidak hanya sebatas tersampaikannya materi-materi pembelajaran saja, namun sebagai upaya untuk menyampaikan dan mengajarkan pentingnya pendidikan spiritual di masa pandemi. maka iain pekalongan mengadakan berbagai kajian-kajian keislaman yang dikelolola oleh ma’had al-jami’ah. beberapa program tersebut meliputi dirasah tahsin, dirasah tahfidh, dirasah kitab turats, dan ibadah tilawah. selain itu, ma’had al-jami’ah iain pekalongan juga melakukan hubungan kemitraan dengan beberapa pondok pesantren yang ada di kota dan kabupaten pekalongan. beberapa program yang dikelola tersebut masing-masing memiliki tujuan yang secara umum berusaha membentuk perilaku beragama moderat dan pentingnya mempelajari ilmuilmu keislaman di lingkungan iain pekalongan. sebagaimana program dirasah tahsin alqur’an dilaksanakan untuk memperbaiki keilmuan mahasiswa dalam kemampuan membaca dan menulis al-qur’an serta penguasaan ilmu tajdwid mereka. sehingga setelah mereka lulus dari iain pekalongan, mereka memiliki bekal keilmuan tentang al-qur’an sesuai dengan kaidah ilmu al-qur’an. hal itu juga tentunya akan membuat iain pekalongan semakin kuat dalam mendukung dan menjadikan iain pekalongan sebagai ptkin yang moderasi beragama. pendidikan spiritual keagamaan di iain pekalongan eksistensi dan perkembangan masyarakat bisa terbentuk melalui peran serta dari pendidikan yang sesuai harapan bangsa ini. pendidikan harus bisa menjadi perantara dalam melestarikan, mengalihkan dan mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek dan jenisnya kepada generasi bangsa (subhan: 2013). pernanan pendidikan sangat penting sekali dalam membentuk karakter religius dari waktu dan waktu. bahkan pendidikan diharapkan bisa memacu pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia dalam meraih kesejahteraan hidup. hal itu bisa terpenuhi apabila pendidikan ini mampu mengikuti tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang masih bersinergi dengan tuntutan kebutuhan ruhaniah. sehingga pendidik harus menanamkan akan pentingnya spiritual dalam dunia pendidikan. peran penting spiritual dalam pembelajaran daring yang saat ini diberlakukan di indonesia, bahkan seluruh dunia tentu memiliki dampak yang variatif. pembelajaran dengan tanpa tatap muka secara tidak langsung telah merubah tatanan pendidikan yang di situ ada komunikasi interaktif aktif dan langsung antara guru dan murid. keadaan demikian tentu sangat mengurangi nilai-nilai spiritual yang muncul sebagai dampak dari adanya interaksi aktif dan langsung yang terjadi antara guru dan murid. bahkan upaya untuk menghargai dan menghormati dari bidang keilmuan yang dipelajari juga sangat beda sekali hasilnya. kondisi yang demikian akhirnya mengakibatkan kegersangan spiritual yang seharusnya muncul dari adanya proses pembelajaran dan pengkajian keilmuan secara tatap muka. peran serta spiritual dalam proses pembelajaran sangat menentukan sejauh mana hasil akhir dari sebuah pembelajaran. pembelajaran yang tidak mampu melahirkan dimensi spiritual tentunya https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 84 akan berakibat terciptanya karakter mahasiswa yang jauh dari nilai-nilai religius. nilai religius sangat penting demi terciptanya karakter religius dalam diri mereka. karakter religius mampu menghantarkan mereka dalam menggapai cita-cita dan kesuksesan. melalui nilai religius mereka akan bisa menerima setiap masalah yang ditemukan selama mereka belajar dan membuat mereka memiliki bekal untuk hidup di lingkungan masyarakat nantinya. wujud nyata dari keberhasilan pendidikan spiritual adalah adanya akhlak mulia yang bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari mereka. akhlak mulia merupakan hasil implementasi dari kesuksesan pendidikan spiritual yang mereka dapatkan saat belajar. pembelajaran daring secara umum hanya mengajarkan sesuatu yang bersifat teoritis. padahal pembelajaran itu tidak sebatas teoritis saja, akan tetapi membutuhkan pembelajaran praktik yang bisa dijadikan tolok ukur dalam kesuksesan sebuah pembelajaran. hasil atau capaian dari pembelajaran daring sampai saat ini belum bisa sampai pada taraf pembelajaran yang mampu menanamkan nilai-nilai religius bagi para murid. selain itu, pembelajaran teoritis justru akan membuat para mahasiswa menjadi memiliki pemahaman hanya sebatas dasar-dasar saja dan tidak sepenuhnya mampu mempraktekan dari keilmuan yang telah dipelajarinya. kondisi tersebut tentu membuat tujuan pendidikan tidak tepat sasaran dan tepat guna. padahal keberadaan pendidikan menjadi salah satu perantara untuk mendidik generasi bangsa ini supaya bisa membawa kemajuan dan perubahan lebih baik lagi. pembelajaran di iain pekalongan sudah saatnya dibarengi dengan adanya pendidikan spiritual. pendidikan spiritual akan membuat para mahasiswa bisa mengetahui tentang ajaranajaran keagamaan dan perilaku beragama yang radikal serta moderat. secara tidak langsung pendidikan spiritual menjadikan mereka lebih hati-hati dalam menerima ajaran-ajaran keagamaan yang sumbernya tidak jelas dan mengajak pada tindak kekerasan. pendidikan spiritual menumbuhkan sikap moderasi beragama yang senantiasa mengajarkan mereka lebih hati-hati dalam bertindak, bersikap dan berucap. apalagi saat ini mereka dalam masa perkembangan jiwa beragama yang cenderung masih mencari kebenaran dan kemantapan dalam beragama. mereka hanya akan menerima ajaran-ajaran keagamaan secara realistis, positif, dan kritis. ajaran keagamaan yang tidak sesuai dengan tipe-tipe kepribadian mereka akan dengan mudah mereka tolak. keberadaan spiritual juga berpengaruh terhadap hasil belajar dan capaian tujuan mereka dalam belajar (wahyudi & agustin: 2018). keyakinan agama yang dialami mereka saat ini merupakan interaksi antara diri mereka dengan lingkungannya. kepercayaan mereka terhadap masalah keagamaan terkadang tidak dirasakan oleh jiwa mereka. pada kondisi tersebut, mereka tidak merasakan ketentraman dan ketenangan dalam jiwanya. mereka mengalami kegelisahan dalam setiap masalah yang dihadapinya, bahkan mereka merasa gagal dan berdosa disaat tidak mampu menyelesaikan masalah kehidupannya (raharjo: 2012). padahal kegagalan mereka merupakan sebuah peringatan bagi mereka untuk senantiasa berhati-hati dan lebih semangat lagi dalam menjalankan ajaran agama. pelaksanaan ajaran keagamaan secara benar dan tepat akan semakin meningkatkan kualitas keimanan dan spiritual mereka. selain itu, mereka juga akan senantiasa berusaha menjaga kualitas keimanan dan spiritualnya dimanapun mereka berada. pelaksanaan ajaran agama yang benar sebagai wujud adanya kualitas spiritual yang baik dalam jiwa mereka. karena secara tidaklangsung mereka berusaha menghiasi diri mereka dengan sesuatu yang memiliki nilai-nilai kebaikan. mereka senantiasa menghindari segala perbuatan yang dilarang dan merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. hal itu menjadi bukti, bahwa spiritual dari jiwa mereka sangat penting dan perlu untuk dijaga. menjaga spiritual dalam jiwa merupakan sebuah kewajiban dan tanggungjawab mereka sebagai https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 85 makhluk yang religius. selain sebagai agen of change (agen perubahan), mereka juga berkewajiban untuk senantiasa mengajak orang lain untuk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan standar yang sudah ada dalam syari’at islam. spiritual yang ada dalam diri mereka benar-benar diimplementasikan dalam kehidupan nyata mereka. bahkan mereka menjadi semakin menemukan eksistensi diri mereka sebagai makhluk religius yang senantiasa melaksanakan perintah dan menjauhi larangan agama. pelaksanaan ajaran keagamaan yang sesuai dengan ajaran dan tuntunan syari’at islam akan membawa perubahan dalam kualitas ibadah mahasiswa. kualitas ibadah yang baik akan membuat sebuah kenyamanan dan kedamaian dalam diri dan jiwa mereka. sebab semua aktivitas keagamaan yang mereka lakukan memiliki pondasi dan referensi keagamaan yang jelas. supaya hal demikian terwujud secara maksimal, maka perlu adanya model-model pembelajaran yang disitu mengajarkan praktek keagamaan secara berkelanjutan dan secara tuntas. karena pembelajaran yang berkelanjutan akan semakin menguatkan pemahaman dan wawasan keagamaan. sedangkan pembelajaran tentang agama secara tutas akan menjadi bekal dan pedoman mereka dalam mengambil kebijakan dan membuat hukum atas permasalahan yang dihadapi sesuai dengan sumber-sumber keagamaan yang ada. urgensi spiritual di iain pekalongan pada masa pandemi covid-19 pendidikan spiritual (rokhani) sudah sepantasnya dilakukan sejak dini. secara tidak langsung, pendidikan spiritual sudah dimulai sejak pemilihan pasangan hidup yang baik, diteruskan dalam hubungan yang harmonis antar suami istri, termasuk hubungan seksual sampai pada saat seorang istri mengandung (ilyas: 2012). oleh karena itu, adanya dampak dari pandemi covid-19 yang berupa pembelajaran daring di iain pekalongan sudah sepantasnya diikuti dengan disertai dimensi spiritual yang baik. sebab spiritual yang baik mampu membuat peserta didik untuk menerima (qonaah) terhadap kondisi pendidikan yang tidak tatap muka. peserta didik memiliki kebutuhan dasar spiritual yang mampu menghantarkan mereka mencapai kedamaian, ketentraman dan kenyamanan dalam hidup. apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan menimbulkan kecemasan neurotis dan kekosongan spiritual yang membelenggu diri mereka. kekosongan spiritual (spiritualemptiness) akan berperan dalam tumbuhnya penyakit kehampaan spiritual (spiritualmeaningless). kondisi itu akan membuat mereka mudah terombang-ambing dan mudah terpengaruh lingkungan sekitar yang membentuk perilaku tidak bermoral. mereka tidak memiliki pondasi yang kuat, pegangan hidup hilang, keimanan tidak kuat dan mudah untuk putus asa (lestari: 2019). saat ini, manusia sudah dikelilingi oleh berbagai kecanggihan teknologi sebagai alat yang berhasil diciptakan demi mempermudah dalam melakukan aktivitas sehari-hari. tidak lengkap rasanya kehidupan ini jika tidak dibarengi dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, khususnya sektor komunikasi/informasi yang telah menjadi gaya hidup masyarakat secara keseluruhan (syukur: 2011). konsep pendidikan yang sebelum adanya pandemi covid-19 dilakukan secara tatap muka akhirnya dilakukan secara daring. kondisi ini ditinjau dari sudut pandang perkembangan teknologi sangat membantu jalannya proses pendidikan. akan tetapi, disisi lain hal ini sangat meresahkan semua kalangan, baik pendidik, peserta didik, maupun orang tua. pendidik menjadi tidak bisa secara langsung memberikan materi kepada peserta didik, begitu sebaliknya dengan peserta didik, ia tidak bisa secara langsung berkomunikasi aktif dengan seorang pendidik. bahkan orang tua juga harus mampu menyedikan sarana untuk membantu jalannya pembelajaran daring. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 86 keadaan demikian harusnya bisa membuat mereka memiliki kecerdasan yang dapat membentuk kesadaran diri. kesadaran diri mampu membuat mereka berubah sejalan dengan sasaran pribadi, kewajiban, atau nilai-nilai dasar tentang pentingnya peningkatan diri (goleman: 1999). peningkatan potensi diri mampu membuat seseorang bisa menilai terhadap sesuatu dikatakan baik dan buruk. baik dan burung merupakan sebuah penilaian yang seringkali terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. masyarakat dalam kehidupan sosialnya selalu mengaitkan segala sesuatu yang dialaminya memiliki sebuah penilaian yang terkadang memiliki nilai yang tidak semuanya diterima oleh orang lain. meskipun demikian, adanya penilaian baik dan buruk merupakan sesuatu yang sudah terbiasa dan tidak mungkin bisa dihindari. sebagian msayarakat menganggap bahwa salah satu aspek kebahagiaan masyarakat itu tergantung pada kebutuhan akan spiritualitas. karena spiritualitas memiliki hubungan dengan pandangan mengenai kualitas hidup. sehingga keberadaan spiritualitas memiliki hubungan yang moderat dengan kualitas hidup dalam segala hal (ahya: 2019). potensi diri yang ada dalam diri mereka harus selalu mengalami peningkatan setia saat. maka sebagai upaya tercapainya hal itu mereka harus mampu mengedepankan kepentingan umum dibandingkan dengan kepentingan pribadinya. pada dasarnya manusia mereka bukan makhluk individu, karena mereka membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai makhluk sosial. masyarakat yang ada disekitar mereka harus mereka pahami dan akui keberadaannya. pengakuan keberadaan masyarakat di lingkungan mereka mampu meningkatkan jiwa sosial dan kebersamaan di lingkungan tempat tinggal mereka. dalam menggapai hal tersebut, mereka memerlukan penghargaan, pengakuan dan kebahagiaan sebagai bentuk adanya kualitas dalam hidupnya. keunggulan mereka yang dinilai dari kehidupan, umumnya sesuai dengan tujuan hidupnya, kontrol pribadinya, hubungan interpersonal dan kebermaknaan sebuah spiritual yang merupakan implementasi dari perilaku ibadah mereka (kurniawati: 2015). mahasiswa merupakan generasi bangsa yang senantiasa mencari sebuah pembenaran atas segala sesuatu yang ditemukan dalam kehidupannya. pembenaran atas segala sesuatu menjadi sebuah kepuasan dan kebahagian tersendiri bagi mereka. apalagi mereka adalah calon penerus dan pemimpin bangsa dimasa yang akan datang. sudah seharusnya mereka memiliki kesadaran akan pentingnya menuntut ilmu sebagai bekal kehidupan mereka dimasa mendatang. namun dalam menuntut ilmu, mereka harus selalu menjaga diri supaya tidak melanggar larangan allah dan senantias menjalankan perintah-nya. agama bisa menjadi sebuah petunjuk dan solusi yang ideal bagi semua masalah yang mereka hadapi saat semua keilmuan yang dimilikinya tidak bisa memberikan solusi sama sekali. peran agama sangat penting sekali dalam proses mereka menuju kebahagiaan dan kesuksesan dalam kehidupan. meskipun spiritual memiliki perbedaan dengan konsep agama, namun spiritual bersifat lebih personal dan universal. sehingga spiritual dapat secara luas diadopsi sebagai bagian terpenting dalam proses pembelajaran (alexandria & zahra: 2017). mahasiswa yang memiliki spiritual baik akan mampu merasakan bahwa dirinya berguna, berharga, dan mampu menggunakan segala potensi yang dimilikinya. bakat yang melekat dalam dirinya bila digunakan secara maksimal mungkin juga bisa menghantarkannya pada kebahagiaan bagi dirinya sendiri maupun orang lain. melalui spiritual, mereka akan terhindar dari segala kegelisahan, gangguan jiwa dan tetap terpelihara moral dan akhlaknya. eksistensi spiritual dalam dirinya membuat mereka tidak ambisius, rendah hati, sederhana dan aktif. mereka akan bersikap wajar, menghargai orang lain, merasa percaya diri, dan selalu peduli dalam segala hal. setiap tindakan dan perilakunya selalu diusahakan bisa memiliki https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 87 nilai kebahagiaan bersama, bukan kesenangan pribadi, kepandaian dan pengetahuan yang mereka miliki digunakan untuk manfaat dan kebahagiaan bersama. mahasiswa yang memiliki agama dan mendalaminya akan memiliki spiritual yang baik. spiritual yang baik akan menjadi pengendali dalam kehidupan serta membuat mereka mampu menghadapi berbagai persoalan dan mampu mengendalikan tingkah lakunya (finka & prastya: 2018). eksistensi dari spiritual yang dimiliki mereka menegaskan bahwa jiwa mereka membutuhkan moral dan akhlak yang luhur dalam kehidupan mereka. kebahagiaan tidak bisa diperoleh tanpa akhlak yang mulia dan tanpa mendekatkan diri kepada allah. dimensi spiritual bagi mereka akan selalu tampak dalam kepribadian-kepribadian mereka yang selalu memancarkan ketenangan dan akhlak terpuji. perilaku beragama yang baik dan moderat menjadikan mereka memiliki kedekatan dengan allah secara khusus. karena kedekatan mereka dengan allah akan membuat eksistensi spiritual dalam diri mereka semakin meningkat. spiritual memiliki hubungan yang erat dengan konsep jiwa, sehingga spiritual mampu menentukan prinsip hakikat kehidupan. hakikat kehidupan bukan sekedar materi, tapi ada nilai spiritualnya (hidayah & sutopo: 2017). spiritual dianggap sebagai perantara yang mampu menghantarkan mahasiswa menuju kemakmuran dan kesuksesan dunia. karena spiritual menghantarkan mereka menggapai citacita dan berpartisipasi aktif dalam peningkatan spiritual (muttaqin: 2012). keberadaan spiritual mendorong mereka untuk bisa mengaktifkan god spot. god spot termasuk titik tuhan yang menyebabkan mereka bersikap secara empiris dan selalu mengatasi masalah yang dihadapinya dengan solusi yang baik. rasa penasaran mereka terhadap sesuatu yang transenden menumbuhkan rasa cinta, rasa damai, keindahan dan kesaktuan eksistensi yang mendalam ( sakti: 2019). semua perilaku mereka akan sesuai dengan akhlak yang mulia dan mampu menurunkan agresivitas pada mahasiswa lain. pendidikan moderasi beragama di iain pekalongan iain pekalongan menjadi salah satu dari beberapa perguruan tinggi yang memiliki empat fakultas dan satu program pascasarjana (pps) antara lain: (1) fakultas syariah, dengan program studi hukum keluarga islam, hukum ekonomi syariah, dan hukum tatanegara; (2) fakultas ushuluddin, adab dan dakwah, dengan program studi ilmu hadist, ilmu al qur’an dan tafsir, bimbingan penyuluhan islam, tasawuf dan psikoterapi, komunikasi penyiaran islam, dan manajemen dakwah; (3) fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan, dengan program studi pendidikan agama islam, pendidikan bahasa arab, pendidikan islam anak usia dini, pendidikan guru madrasah ibtidaiyah, tadris bahasa inggris, dan tadris matematika; (4) fakultas ekonomi dan bisnis islam, dengan program studi ekonomi syari’ah, perbankan syari’ah, dan akuntansi syari’ah; (5) pascasarjana, dengan program studi pendidikan agama islam, hukum keluarga islam, ekonomi syariah, pendidikan guru madrasah ibtidaiyah (https://iainpekalongan.ac.id/: 2020). sebagai salah satu ptkin, iain mengemban tugas untuk mewujudkan tri dharma perguruan tinggi dengan melaksanakan pendidikan, pengajaran, pengabdian, dan penelitian kepada masyarakat. sebagai upaya untuk melaksanakan mandat tersebut, iain pekalongan mempunyai peran yang tidak kalah penting yakni menjaga moderasi beragama di indonesia. moderasi beragama saat ini menjadi prioritas utama dalam menjaga dan memperkuat keutuhan negara kesatuan republik indonesia (nkri) dari radikalisme. karena paham radikal mengalami perkembangan yang cukup signifikan di lingkungan civitas akademika. banyak para mahasiswa yang sudah terindikasi terpengaruh dengan paham radikal yang https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 https://iainpekalongan.ac.id/ vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 88 cenderung bertolak belakang dengan kondisi iain saat ini. pemebelajaran ilmu-ilmu keislaman diformulasikan untuk membentuk mahasiswa yang berakhlak mulia. dalam upaya merealisasikan tersebut, maka kemunculan konsep pendidikan karakter di ptkin juga sangat berperan penting dalam mencegah pertumbuhan paham radikalisme dan perilaku tidak moderat. sehingga pelaksanaan pembelajaran harus bisa menghasilkan sebuah karakter dan nilai religius bagi mereka sebagai wujud adanya hasil pembelajaran yang berkarakter religius (rohana: 2018). iain pekalongan mempunyai cita-cita menjadi perguruan tinggi keagamaan islam yang yang unggul, terkemuka, dan dikenal diseluruh perguruan tinggi se-indonesia, memiliki daya saing dan bisa berkompetisi dibidang akademik maupun non akademik. cita-cita tersebut sudah seharusnya direalisasikan sehingga hal itu tidak hanya sebatas angan-angan belaka saja. kompetitif dan terkemuka di tingkat nasional diwujudkan dengan adanya tata kelola yang, bersih, baik, dan melayani. sedangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang di kembangkan iain pekalongan bertujuan untuk melahirkan lulusan, sivitas akademik, dan masyarakat yang memiliki kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual, menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa indonesia, menjadi pelopor perubahan sosial yang baik dan mandiri dalam segala hal (iain pekalongan: 2017: 9). kurikulum pendidikan di iain pekalongan adalah kurikulum pendidikan formal, mata kuliah-mata kuliah di iain pekalongan disusun sesuai dengan panduan pengembangan kurikulum ptki yang mengacu pada kkni dan sn-dikti direktorat jenderal pendidikan islam, direktorat pendidikan tinggi keagamaan islam, dan kementerian agama ri tahun 2018 (dikti: 2018). sedangkan kurikulum pendidikan non formal dengan mewajibkan seluruh mahasiswa baru untuk mengikuti pengkajian kitab-kitab turats sesuai dengan bidang pilihannya, baik itu pada tinggal ula, wustha, dan ulya yang dikelola oleh ma’had al-jami’ah iain pekalongan (www.ma’hadaljami’ahiainpekalongan.ac.id: 2020). pesan moderasi beragama pendekatannya tidak hanya pada satu mata kuliah, tetapi menyeluruh di setiap mata kuliah yang diajarkan oleh dosen. hal itu sebagai upaya iain pekalongan untuk membendung arus perkembangan paham radikalisme dan perilaku tidak moderat pada mahasiswa. misi yang dilakukan iain pekalongan untuk membendung berkembangnya paham radikalisme dan perilaku tidak moderat antara lain: a). mempelopori dan ikut berperan aktif dalam penguatan dan pemberdayaan masyarakat; b). menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kecerdasan spiritual, keluasan ilmu pengetahuan, kesetiaan terhadap ke-indonesiaan, kemandirian dan kepeloporan dalam kehidupan; c). mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui penelitian bagi kepentingan ke-indonesiaan dan kemanusiaan; d). menyelenggarakan tata kelola kelembagaan secara profesional, transparan, dan akuntabel dalam rangka mencapai kepuasan sivitas akademika dan pemangku kepentingan (iain pekalongan: 2017: 9). berbagai misi iain pekalongan tersebut sebagian direalisasikan melalui programprogram yang ada di ma’had al-jami’ah iain pekalongan. program-program yang dikelola oleh ma’had al-jami’ah iain pekalongan tersebut antara lain ; dirasah tahsin, dirasah tahfidh, dirasah turats dan ibadah tilawah. selain itu, ma’had al-jami’ah iain pekalongan menjalin kemitraan dengan beberapa pondok pesantren yang ada di kota dan kabupaten pekalongan. masing-masing program memiliki tujuan yang semuanya mendukung terselenggaranya moderasi beragama di lingkungan iain pekalongan. sebagaimana program dirasah tahsin dilakukan dengan tujuan supaya mahasiswa bisa memperbaiki kekurangan https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 http://www.ma'hadaljami'ahiainpekalongan.ac.id/ vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 89 mereka dalam penguasaan menulis, membaca, dan memahami al-qur’an sesuai dengan ilmuilmunya dan kaidahnya. sehingga setelah mereka lulus dari iain pekalongan, mereka benarbenar memiliki bekal keilmuan al-quran yang mumpuni dan bisa mengharumkan nama baik iain pekalongan. demi menjaga nama baik dan kualitas lulusan iain pekalongan, ma’had al-jami’ah iain pekalongan juga menyelenggarakan program dirasah tahfidh sebagai upaya peningkatan kualitas tahfidh para mahasiswa. program tahfidh sebagai upaya mendidik para mahasiswa yang hafidh dan hafidhoh benar-benar memiliki keilmuan tahfidh yang sesuai dengan keilmuan tahfidh dan kaidah yang ada. bahkan selain sebagai seorang tahfidh, diharapkan mereka juga memiliki keilmuan dalam memahami dan menganalisa sesuai dengan dasar keilmuan tahfidh yang mereka miliki. sehingga mereka bisa menambah kualitas mahasisawa tahfidh dalam bidang pemahaman dan telaah ilmu al-qur’an dengan disertai kemampuan tahfidh yang mereka miliki. keilmuan mereka dalam bidang tahfidh juga secara tidaklangsung membumikan al-qur’an di lingkungan civitas akdemika iain pekalongan. sedangkan untuk meningkatkan wawasan dan wacana keilmuan keislaman mahasiswa, iain pekalongan menyelenggarakan program dirasah kitab turats yang dilaksanakan oleh ma’had al-jami’ah. program dirasah kitab turas sebagai upaya membiasakan tradisi-tradisi pembelajaran kitab turats di iain pekalongan dengan model pondok pesantren bagi para mahasiswa. karena kitab-kitab turats yang diajarkan rata-rata kitab yang sudah terbukti mampu meningkatkan kualitas pemahaman mereka dalam memahami ilmu-ilmu keislaman yang mendukung perilaku moderasi beragama, peningkatan kualitas ibadah, peningkatan kualitas spiritual dan semangat belajar. pembelajaran dirasah kitab turats terbagi dalam tiga tingkatan dirasah yaitu dirasah ula, wustha, dan dirasah ulya. dirasah ula diikuti oleh mahasiswa iain pekalongan yang lulus placement test baca tulis al-qur’an (btq), namun mereka memiliki sedikit pemahaman tentang masalah kitab turats. sedangkan dirasah wustha diikuti oleh para mahasiswa yang sudah memiliki sedikit pemahaman tentang kitab turats dan pernah belajar kitab turats. sehingga sudah sedikit memiliki bekal untuk bisa mempelajari kembali dan memperdalam kajian-kajian kitab turats. sementara dirasah ulya diikuti oleh para mahasiswa yang sudah lulus placemet test btq yang sudah memiliki kemampuan dan pemahaman kitab turats sudah lumayan baik karena rata-rata mereka pernah atau masih belajar di pondok pesantren. program ibadah dan tilawah sebagai upaya untuk menguji seberapa besar kemampuan mahasiswa dalam bidang praktikum ibadah dan praktikum tilawah. pada dasarnya, program praktikum ibadah dan tilawah berusaha menanggulangi mereka dari kesalahan dalam penguasaan ilmu dan praketk ibadah dan tilawah. sehingga lulusan iain pekalongan benarbenar sudah memiliki bekal kemampuan praktek ibadah dan tilawah yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan dimana mereka berada. praktikum ibadah dan tilawah sebenarnya berusaha menjaga supaya lulusan iain pekalongan bisa menjadi lulusan yang benar-benar memiliki kemampuan dalam ibadah dan tilawah secara baik dan benar. praktikum ibadah dan tilawah yang benar akan semakin meningkatkan terhadap perilaku beragama moderat di lingkungan iain pekalongan. sedangkan hubungan kemitraan dengan beberapa pondok pesantren di kota dan kabupaten pekalongan sebagai upaya menjalin komunikasi dan menjaga tradisi pembelajaran pondok pesantren. sebab saat ini, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang masih mengajarkan pentingnya akhlak dan spiritual para santrinya. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 90 hubungan kemitraan mengajak para mahasiswa yang mendapatkan beasiswa kartu indonesia pintar (kip) mahasiswa untuk tinggal dan belajar disana selama satu (1) tahun. hal itu dilakukan supaya mereka yang mendapatkan kip bisa belajar ilmu-ilmu keislaman yang berbasis pondok pesantren dan bisa meningkatkan spiritual mereka. sebab ma’had aljami’ah iain pekalongan juga menitipkan beberapa kurikulum materi pembelajaran yang harus diajarkan oleh pondok pesantren kepada mereka. beberapa kurikulum tersebut meliputi kitab at-tahdīb dan hujjah ahlu as-sunnah wal jama’ah. kedua kitab tersebut dititipkan ke pondok pesantren mitra dengan harapan supaya mereka bisa memiliki besign dan pondasi pemahaman keislam yang moderat dalam agama islam. apalagi ketika pembelajarannya langsung dibimbing oleh para ustadz dan ustadzah serta para kyai yang benar-benar ahli dalam dua bidang keilmuan itu dan memang paham tentang moderasi beragama, maka semakin kuat dasar dan pedoman moderasi beragama mereka. simpulan pembelajaran daring di iain pekalongan pada masa pandemi pelaksanaannya tidak lepas dari peran penting kualitas spiritual yang dimiliki oleh para dosen dan mahasiswa. spiritual yang dimiliki mereka mampu meningkatkan kualitas ibadah, semangat belajar dan perilaku moderasi beragama di lingkuangan civitas akademika iain pekalongan. sehingga keberadaan spiritual menunjang lahirnya lulusan iain pekalongan yang benar-benar mumpuni dan memiliki kualitas ilmu-ilmu keislaman yang bisa bermanfaat bagi masyarakat secara umum dimanapun mereka berada. iain pekolangan memiliki peran besar dalam menyelenggarakan pembelajaran ilmu-ilmu keislam yang sesuai dengan konsep moderasi beragama. peran iain pekolangan dalam mewujudkan moderasi beragama sebagian tersampaikan melalui beberapa program yang diselenggarakan oleh ma’had al-jami’ah. semoga penelitian yang telah terlaksana ini mampu membangun semangat para peneliti dan penulis untuk melakukan penelitian. karena saat ini, urgensi spiritual di lingkungan ptkin sangat dibutuhkan untuk membiasakan mahasiswa dan segenap civitas akademika ptkin supaya bersama-sama mendukung perilaku beragama secara moderat. hal itu dilakukan supaya paham-paham radikalisme tidak berkembang di lingkungan ptkin, sebaliknya justru semakin menguatkan perilaku beragama secara moderat di lingkungan ptkin. ucapan terimakasih terimakasih kami ucapkan kepada dr. ade dedi rohayana, m.ag, selaku rektor iain pekalongan, dr. mukhlisin, m.ag, selaku wakil rektor i bidang akademik dan pengembangan lembaga, dr. zaenal mustakim, wakil rektor ii bidang administrasi umum, perencanaan umum dan keuangan, drs. moh. muslih, m.pd, ph, d, selaku wakil rektor iii bidang kemahasiswaan dan kerjasama, miftahul huda, m.ag, selaku mudir ma’had, dan segenap pengelola ma’had al-jami’ah iain pekalongan yang telah membantu dalam proses penelitian. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 91 daftar rujukan ginanjar, ary, 2001, rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual; esq: emotional spiritual quoteient, jakarta: arga. agustin & wahyudi, 2018, upaya meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran akidah akhlak dengan menggunakan model pembelajaran berbasis naturalistik eksistensial spiritual, jurnal pendidikan islam, vol. 9. no. 1. ahya, awaludin, 2019, eksplorasi pengembangan skala qana’ah dengan pendekatan spiritualitas indigenous, jurnal ilmiah psikologi terapan, vol. 07. no. 1. alam, masnur, 2017, studi implementasi pendidikan islam moderat dalam mencegah ancaman radikalisme di kota sungai punah, jurnal islamika vol. 17., no.2. alexandria, benny, mohamad, & zahra fithriya, 2017, industrial relationship : comparasion of spirituality in the worrk place and effectivenessof organization between india with indonesia, jurnal adbispreneur, vol. 2 no.2. anwar, rosihon, 2010, akhlak tasawuf, bandung: pustaka setia. direktorat pendidikan tinggi keagamaan islam, direktorat jenderal pendidikan islam, dan kementerian agama ri. panduan pengembangan kurikulum ptki mengacu pada kkni dan sn-dikti tahun 2018. fahri, muhammad, dan zainuri, ahmad, 2019, moderasi beragana di indonesia, jurnal intizar raden fatah vol. 25. no. 2. finka, ireini, chelsie, & prasetya, ari, esti, berta, 2018, relationship between spiritual intelligence with resilence in teenagers born in poor families, journal psikodimensia, vol.17. no.2. goleman, daniel, 1999, working with emotional intelligence, terj. alex tri kantjono widodo, kecerdasan emosional untuk mencapai prestasi, jakarta: gramedia pustaka utama, haryani, elma, 2020, pendidikan moderasi beragama untuk generasi milenial: studi kasus ‘lone wolf’ pada anak di medan, jurnal penelitian pendidikan dan keagamaan, vol. 18, no. 2. hidayah, siti, & sutopo, 2017, the role of spiritual-based leadership as predictor in improving employee performance, jurnal dinamika manajemen, vol. 8. no.1. https://iainpekalongan.ac.id/ diakses pada hari sabtu, tanggal 05 desember 2020, pukul 20.10 wib. iain pekalongan, 2017, rencana induk pengembangan iain pekalongan 2017-2036, pekalongan: iain pekalongan press. ilyas, yunahar, 2012, kuliah akhlaq, yogyakarta: lppi. jumala, nirwani, moderasi berfikir untuk menempati tingkatan spiritual tertinggi dalam beragama, jurnal substantia ar-raniry vol. 21. no. 2. kurniawati, henie, 2015, studi meta analisis spiritual well being dan quality of life, seminar psikologi & kemanusiaan. lestari, intan, yuliana, 2019, bagaimana pengasuhan spiritual mampu membangun karakter yang baik pada remaja muslim?, jurnal psikologi, vol.15. no. 2. muttaqin, ahmad, 2012, islam and the changing meaning of spiritualitas and spiritual in contemporary indonesia, jounal al-jami’ah, vol. 50. no. 1. raharjo, 2012, pengantar ilmu jiwa, semarang: pustaka rizki putra. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 https://iainpekalongan.ac.id/ vol.2 no.1 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 92 rohana, etep, 2018, character education relation with spiritual intelligence in islamic education perspective, international journal of nusantara islam, vol. 6. no. 2. sakti, fajar, syarif, m. nawa, 2019, the portrait of spiritual intelligence and aggressivenes of university student, jurnal psikologi pendidikan & konseling, vol. 5. no. 2. subhan, fauti, 2013, konsep pendidikan islam masa kini, jurnal pendidikan agama islam, vol. 02, no. 02, uin surabaya. suryadilaga, m. alfatih, dkk, 2016, ilmu tasawuf, yogyakarta : kalimedia. syukur, amin, 2011, sufi healing, semarang: walisongo press. www.academica.edu, peningkatan perilaku religius mahasiswa melalui integrasi pembelajaran pendidikan agama islam (pai) dan pembinaan di unit kegiatan keagamaan mahasiswa, di akses sabtu, 04 desember 2020, , pukul 22.21 wib. www.ma’hadaljami’ahiainpekalongan.ac.id, 2020, diakses pada hari sabtu, tanggal 05 desember 2020, pukul 20.39 wib. zaminah, iffati, 2018, moderatisme islam dalam konteks keindonesiaan (studi penafsiran islam moderat m. quraish shihab), jurnal al fanar, jurnal ilmu al-qur’an dan tafsir, vol. 1. no. 1., iiq jakarta. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 http://www.academica.edu/ http://www.ma'hadaljami'ahiainpekalongan.ac.id/ microsoft word 12-didik.docx vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.94 273 received : 20-12-2020 revised : 16-01-2021 published : 15-02-2021 penggunaan peta konsep bergambar untuk meningkatkan minat dan hasil belajar fisika materi alat-alat optik di sma negeri 2 mejayan didik anang sunarto sma negeri 2 mejayan, indonesia sdidikanang@gmail.com abstrak dalam realitas pembelajaran fisika di kelas tingkat pemahaman masing-masing peserta didik bervariasi menyebabkan hasil belajar siswa tidak optimal. persepsi siswa bahwa fisika merupakan pelajaran pemahaman konsep, karena kegiatan lapangan dan di laboratorium untuk konsep alat-alat optik sangat kurang. sebagian diantara siswa juga berpendapat bahwa pelajaran fisika kurang mendukung permasalahanpermasalahan yang berkaitan dengan kebutuhan dan kehidupan sehari-hari. penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam upaya mengatasi masalah tersebut melalui penugasan pembuatan peta konsep diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi alat-alat optik di xi ipa-2 sma negeri 2 mejayan. penelitian ini dilaksanakan dengan subyek siswa kelas xi ipa-2 berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 10 laki-laki dan 22 perempuan. jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan strategi penelitian tindakan kelas (classroom action research). penggunaan siklus belajar dan peta konsep bergambar ditinjau dari dimensi guru dan siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa konsep alat-alat optik. pada siklus i jumlah siswa yang tuntas 65,2 % dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 76,1 sedangkan pada siklus ii sebanyak 81,25 % siswa yang tuntas belajar dengan perolehan nilai rata-rata 81,8 . berdasarkan angket peta konsep bergambar membuat pelajaran fisika menjadi lebih menarik. 87,5 % selalu mengikuti pelajaran fisika dengan penuh konsentrasi, sedang yang 12,5 % belum bisa konsentrasi secara maksimal pada saat pelajaran fisika berlangsung. penggunaan peta konsep bergambar membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. kata kunci : peta konsep bergambar; minat; hasil belajar vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.94 274 pendahuluan permasalahan siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. yang sering dihadapi dunia pendidikan indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. proses pembelajaran di kelas diarahkan pada kemampuan anak menghafal informasi. pendidikan tidak diarahkan untuk mengembangkan dan membangun karakter serta potensi yang dimiliki. dengan kata lain, proses pendidikan kita tidak diarahkan membentuk manusia cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, serta tidak diarahkan untuk membentuk manusia kreatif dan inovatif (sudarman, 2007). salah satu indikator dari pembelajaran yang dilakukan di kelas berkualitas adalah tingginya tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. tingkat pemahaman masing-masing peserta didik dapat diketahui dari hasil belajar ( berupa nilai). oleh sebab itu guru berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran dengan berbagai cara seperti menggunakan berbagai strategi, metode, media pembelajaran agar peserta didik lebih mudah memahami materi yang diajarkan. berdasarkan hasil pengamatan penulis di sma negeri 2 mejayan tahun pelajaran 2017/2018 pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas xi ipa dalam proses pembelajaran terdapat kendala-kendala, diantaranya: siswa belum mempersiapkan diri dalam mengikuti pembelajaran , siswa kurang aktif, siswa malu mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran . menurut para siswa fisika merupakan pelajaran yang dianggap sukar oleh siswa karena terlalu banyak memahami rumus dan banyak berkaitan dengan gambar-gambar yang perlu penalaran. siswa kurang memahami gambar dengan konsep materi yang mereka peroleh. dalam proses pembelajaran guru hanya berceramah dan menunjukkan gambar dalam proses pembelajaran, gambar yang ditunjukkan oleh guru sulit dipahami siswa. pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu metode pembelajaran aktif yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang sistematis, seperti menyusun gambar secara berurutan, menunjukkan gambar, memberi keterangan gambar dan menjelaskan gambar (supriono, 2009:98). peta konsep bergambar ini berbeda dengan media gambar dimana peta konsep bergambar berupa gambar penyusunan gambar yang digunakan guru untuk membantu siswa dalam memahami konsep dan melatih siswa berpikir logis , sistematis dan berurutan .dengan cara siswa diberi tugas menyusun gambar secara berurutan, memberi keterangan gambar supaya jelas dan mudah dipahami. sehingga siswa dapat menemukan konsep materi sendiri dengan membaca gambar. untuk menyelesaikan masalah tersebut diatas maka perlu disusun strategi dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan, motivasi dan hasil belajar siswa. berdasarkan itu peneliti mencoba mengembangkan model pembelajaran pendekatan kontruktivisme yang dikombinasikan dengan metode peta konsep bergambar untuk mempermudah siswa dalam memahami gambaran menemukan konsep dari materi yang diajarkan. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.94 275 pada kenyataannya masih dijumpai masalah pembelajaran antara lain penguasaan siswa relatif lamban. kenyataan ini, tampaknya, disebabkan oleh kesulitan siswa memahami konsep dan pembelajaran fisika yang tidak menarik. pembelajaran dalam fisika akan menjadi menarik dan mengesan bila pembelajaran tersebut mampu menggerakkan dan mengaktifkan daya pikir siswa dan sebaliknya, pelajaran fisika itu akan membosankan jika hanya disajikan dengan ceramah atau memberi tugas (lufri, 2003:4). salah satu konsep fisika yang sulit dipahami siswa kelas xi semester genap di sma negeri 2 mejayan adalah materi alat-alat optik. berdasarkan uraian di atas, yang menjelaskan bagaimana kenyataan di lapangan ( realitas pembelajaran di kelas ), tidak sama dengan harapan yang diinginkan dalam prinsip-prinsip belajar, oleh karena itu peneliti sangat tertarik untuk melaksanakan penelitian dalam bentuk classroom action research ( car / ptk ) dengan judul“ peta konsep bergambar meningkatkan minat & hasil belajar fisika pada materi alat-alat optik pada siswa xi ipa2 sma negeri 2 mejayan tahun pelajaran 2018-2019” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pembuatan peta konsep bergambar pada penerapan pembelajaran kontruktivisme mampu meningkatkan minat belajar siswa pada materi alat-alat optik dan (2) hasil penggunaan peta konsep bergambar pada penerapan pembelajaran kontruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar pada materi alat-alat optik siswa xi ipa-2 sma negeri 2 mejayan. metode penelitian penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di sma negeri 2 mejayan, tepatnya di jl. p. sudirman no. 58 caruban, kabupaten madiun provinsi jawa timur. dan subjek penelitian ini adalah siswa xi ipa-2 sma negeri 2 mejayan tahun ajaran 2018-2019 dengan jumlah 32 siswa, terdiri atas 10 laki-laki dan 22 perempuan. penelitihan ini tergolong penelitihan tindakan kelas dengan 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 kegiatan, yaitu: mulai persiapan tindakan, berisi rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku dan sikap sebagai solusi, dilakukan elaksanaan tindakan, berisi kegiatan yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan, dilanjutkan observasi, pengamatan atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan, dan analisi dan refleksi, meliputi mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari berbagai kreteria. jenis penelitian tindakan kelas memiliki beberapa tujuan yang antara lain : (1) untuk perbaikan dalam penyempurnaan kegiatan belajar mengajar guru di dalam kelas (2) untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam kbm di kelas (3) untuk peningkatan prestasi belajar siswa. indikator meningkatnya prestasi belajar siswa dapat diketahui dari hasil test. tindakan– tindakan tersebut meliputi penerapan pembelajaran kontruktivisme dan test evaluasi pada setiap akhir siklus. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengambarkan, memaparkan atau mendiskripsikan suatu keadaan peristiwa maupun kejadian secara alami di lapangan atau vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.94 276 di kelas, oleh karena itu sasaran yang hendak dicapai peneliti pembahasan ini adalah diharapkan ada perubahan yang lebih baik antara peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran dan pengajaran di kelas. hasil penelitian hasil penelitian ini dikemukakan kedalam dua siklus diawali dengan kegiatan pra-siklus, kemudian setiap siklus dibahas pencapaian penelitian mengenai pelaksanaan pembelajaran kontruktivisme, pembuatan peta konsep dan hasil belajar siswa. hasil pra-siklus kegiatan identifikasi masalah dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang kemampuan awal siswa pada materi mata yang merupakan sub bab pada materi alat-alat optik. tahap eksplorasi dalam pembelajaran kontruktivisme sudah berorientasi pada aktifitas siswa berupa membaca, tanya jawab dan diskusi. dalam hal ini kegiatan guru berupa : (1) eksplorasi : guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi melalui berbagai indera dan terlibat penuh dalam kegiatan membaca materi. guru memotivasi siswa untuk dalam pengenalan konsep dan penerapan konsep dilaksanakan dengan menjawab secara mandiri beberapa pertanyaan tentang mata, melakukan diskusi kelas dan melakukan tanya jawab. (2) eksplanasi : guru berinteraksi dengan siswa untuk menemukan jawaban dengan benar pertanyaan yang diberikan pada siswa. guru mengemukakan pertanyaan untuk mendorong siswa melakukan refleksi terhadap jawaban siswa. guru membantu siswa menggunakan ide-ide yang terbentuk pada saat eksplorasi untuk menyusun konsep dan makna yang masuk akal bagi siswa. (3) ekspansi : guru membantu mempertajam ide dan memperluas penguasaan siswa tentang materi sistema endokrin (4) evaluasi : guru mengukur kemampuan siswa pada materi mata dengan memberikan tes subyektif sebanyak 6 soal. selama pembelajaran berlangsung dilakukan observasi dengan rubrik yang telah disediakan untuk memperoleh bahan penyusunan refleksi. dari hasil pengamatan siswa nampaknya kurang berminat atau tidak bergairah dalam mengikuti kegiatan kbm. hal ini dapat dilihat hanya 9 anak yang tampak aktif terlibat dalam tanya jawab atau pada saat diskusi sedangkan 23 anak terlihat kurang antusias dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab. ini berarti motivasi siswa dalam proses pembelajaran hanya 28% yang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. sedangkan dari hasil tes mata diperoleh rata-rata kelas 66,8. dari hasil tes tersebut diperoleh hasil hanya 15 anak dari 32 anak yang mempunyai nilai diatas kkm (75) yaitu hanya 46% saja siswa yang telah tuntas, 1 siswa tidak mengikuti tes tanpa alasan yang jelas. hasil siklus 1 pada siklus 1 pada materi mikroskop kegiatan guru berupa : (1) eksplorasi : guru memberi penjelasan tentang pembuatan peta konsep bergambar serta memberi kelonggoran kepada siswa untuk menggali pengetahuan yang pada dirinya melalui berbagai mikroskop dan vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.94 277 terlibat penuh dalam kegiatan membaca materi. guru memotivasi siswa untuk dalam pengenalan konsep dan penerapan konsep dilaksanakan dengan menjawab secara mandiri beberapa pertanyaan tentang mikroskop, melakukan diskusi kelas dan melakukan tanya jawab. (2) eksplanasi: guru berinteraksi dengan siswa dengan mengamati aktifitas siswa selama proses eksplorasi sampai dengan pembuatan peta konsep. guru memfasilitasi dan mendorong siswa terhadap kegiatan pembuatan peta konsep bergambar yang benar. guru membantu siswa menggunakan ide-ide yang terbentuk pada saat eksplorasi untuk menyusun konsep yang esensial. (3) ekspansi: guru membantu mempertajam ide dan memperluas penguasaan siswa tentang materi mikroskop (4) evaluasi : selama pembelajaran berlangsung guru melakukan penilaian dengan rubrik yang telah disediakan. hasil pengamatan pada siklus 1 diperoleh 32 anak terlihat langsung melakukan kegiatan membaca, mencari materi esensial, menemukan konsep dan langsung mengerjakan pembuatan konsep bergambar. hal ini menunjukkkan antusias siswa mengikuti kegiatan pada siklus 1 sekitar 85,7%. ini jelas mengalami peningkatan yang cukup tinggi daripada tahap pra-siklus. sedangkan dari hasil presentasi kelas sedikit mengalami peningkatan jumlah siswa yang terlibat aktif yaitu 14 siswa dari 32 siswa (43,8%). dari hasil tes tulis mikroskop diperoleh nilai ratarata kelas 76,1. dari 32 siswa kelas xi ipa-2 yang mengikuti tes sebanyak 29 siswa, 2 siswa tidak mengikuti tes karena ijin dan 1 siswa tanpa keterangan. hasil tes dari 32 siswa yang mengikuti tes sistem mata terdapat 20 anak yang mempunyai nilai diatas kkm (diatas 75) artinya siswa yang telah tuntas pada materi sistem mata adalah 62,5%. ini berarti mengalami peningkatan sekitar 16,5% daripada tahap pra-siklus. ada dua hal penting yang menjadi pusat perhatian dari hasil penelitian siklus i ini. pertama ada 9 siswa yang enggan membuat peta konsep dengan alasan dengan berbagai macam alasan. setelah diberi motivasi oleh peneliti pada akhirnya 8 siswa menyelesaikan peta konsepnya. kedua, peserta didik dalam membuat peta konsep bergambar belum memenuhi harapan sehingga perlu diberi kesempatan, arahan dan latihan lagi. selanjutnya kedua hal tersebut sebagai bahan yang harus direncanakan dan selesaikan pada siklus 2. hasil siklus 2 berdasarkan permasalahan yang diketemukan siklus i, ada dua fokus masalah yang harus direncanakan dan diselesaikan pada siklus ii ini. kedua fokus masalah tersebut dapat diselesaikankan dengan perumusan masalah sebagai berikut: a. bagaimana penerapan konsep melalui pembuatan peta konsep diperbaiki untuk pembelajaran teropong?. b. bagaimana kbm siswa dalam membuat peta konsep bergambar yang lebih baik daripada peta konsep buatan siswa pada siklus i?. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.94 278 untuk menyelesaikan kedua permasalahan tadi dipilih alternatif rencana tindakan penerapan pembuatan peta konsep yang lebih baik. sedangkan untuk memperbaiki perlu penjelasan dan arahan kembali mengenai peta konsep bergambar supaya buatan siswa lebih baik dari pada siklus 1. setelah diberi penjelasan siswa diberi tugas membuat peta konsep tentang teropong pada akhir pembelajaran siklus 2 . pada prinsipnya kegiatan guru dan siswa tidak jauh berbeda dengan kegiatan yang dilakukan pada siklus 1. pada siklus 2 skenario pembelajaran dibalik dimana proses pembuatan peta konsep dilakukan di akhir siklus 2. hal ini bertujuan siswa sudah benar-benar memahami esensi materi disamping siswa telah memperoleh pengalaman dari kegiatan siklus 1 sehingga dalam pembuatan peta konsep bergambar pada materi teropong siswa lebih baik dan detail dalam mencari konsep materi dan pilihan gambar yang esensial. dari hasil penilaian peta konsep yang dibuat siswa pada siklus 1 rata-rata perolehan nilai 76,5 sedangkan pada siklus 2 rata-rata perolehan siswa 85,8. ini jelas mengalami kenaikan 7,3%. motivasi siswa pada siklus ini dalam proses pembuatan peta konsep meningkat yaitu 20 siswa menjadi 31 siswa. artinya ada 1 orang siswa yang masih belum termotivasi dalam kegiatan tersebut. hal ini kemungkinan adanya faktor internal atau personal siswa tersebut. sedangkan hasil tes tulis pada materi teropong diperoleh hasil rata-rata kelas 81,8 dengan prosentase siswa yang telah memenuhi kkm sebesar 81,25% yaitu sebanyak 26 siswa telah tuntas, 5 siswa belum tuntas dan 1 siswa tidak mengikuti tes. berdasarkan data tersebut pembelajaran konsep teropong mengalami peningkatan hasil belajar dari rata-rata perolehan nilai pada siklus 1 sebesar 76,1 menjadi 81,8 secara keseluruhan sudah memenuhi harapan dari hasil penelitian pembelajaran ini yakni adanya peningkatan aktifitas pembelajaran dan prestasi belajar. siswa menjadi lebih aktif dilihat dari dimensi siswa, mempunyai motivasi tinggi serta dapat menghayati ilmu fisika dalam kehidupan sehari-hari. kenyataan di atas menunjukan bahwa pembuatan peta konsep bergambar dapat mengkondisikan siswa untuk berpikir tentang hubungan antara konsep-konsep dan menilai isinya, serta menganalisis sifat dan membuat kaitan atau hubungan yang menggunakan banyak berpikir kritis agar mengenal dan menguji konsep-konsep penting, mengklasifikasi konsep-konsep tersebut yang digambarkan dalam bentuk peta konsep bergambar pembahasan berdasarkan tujuan pendidikan sekolah menengah atas (sma) antara lain untuk meningkatkan pembelajaran serta bimbingan secara efektif, disiplin dan inovatif terhadap penerapan konsep-konsep fisika dan metode ilmiah yang menerapkan ketrampilan proses untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. di samping itu, melalui pembelajaran fisika diharapkan pula dapat meningkatkan kesadaran siswa terhadap perkembangan teknologi serta pelestarian lingkungan serta kekayaan alam di daerahnya masing-masing. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.94 279 berdasarkan hasil penelitian penulis, masih banyak di antara siswa yang mempunyai presepsi bahwa fisika merupakan pelajaran hafalan rumus-rumus, karena kegiatan lapangan dan / atau laboratorium sangat kurang, sehingga sering dianggap sebagai pelajaran yang sukar dan menakutkan. sebagian di antara siswa juga berpendapat bahwa pelajaran fisika kurang mendukung permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kebutuhan dan kehidupan sehari-hari. dasar proses belajar fisika ialah suatu yang bersifat menggali serta menemukan dan bukan merupakan kejadian rutinsitas atau penghafalan semata-mata. penugasan pembuatan peta konsep diharapkan hasil belajar fisika selalu memunculkan pengertian atau pemahaman konsep dan prinsip-prinsip fisika atau mudah dipahami orang lain dan diterima secara rasional. dalam penerapan siklus belajar, siswa diberi pengalaman belajar pada tahap eksplorasi. pengalaman belajar yang diberikan diharap siswa menjadi lebih aktif untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui ketrampilan proses. hasil pembelajaran lebih bermakna dan sejalan dengan teori pembelajaran konstruktivistik. sebagai fasilitator bagi guru hal-hal tersebut di atas merupakan salah satu usaha untuk membuat pembelajaran lebih menarik bagi siswa dan siswa mau belajar dengan giat dan senang.. melalui pengalaman belajar seperti itu siswa menjadi termotivasi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih mendalam serta mau memperdalam materi yang berkaitan dengan alat-alat optik. dengan demikian pembelajaran fisika yang kurang menyenangkan terlalu teoritis, bersifat abstrak, tidak didukung alat peraga dan media membuat siswa tidak berminat dapat dihindari. hasil penelitian ini juga menunjukan hasil belajar siswa meningkat. indikator mengenai hal ini ialah adanya kenaikkan hasil rata-rata nilai meningkat dalam pembuatan peta konsep dan tugas-tugas lainnya. tugas secara individu untuk membuat peta konsep bergambar dapat diselesaikan dengan baik dan berhasil dengan nilai yang baik. hal ini tentu saja menguntungkan karena siswa yang biasanya rendah hasil belajarnya dan sekarang menjadi meningkat yang sangat berpengaruh meningkatkan motivasinya, minatnya dan hasil belajarnya. indikator mengenai hal ini ialah tercapainya ketuntasan belajar siswa dari ulangan harian yang dilakukan pada akhir pembelajaran. dengan demikian pendekatan pembelajaran kooperatif ( cooperatif learning ) telah dapat berjalan dengan sendirinya. salah satu kekurangan hasil penelitian ini ialah siswa masih belum merasakan peta konsep bergambar sebagai kebutuhan untuk mempermudah memahami konsep-konsep fisika untuk meningkatkan prestasi hasil belajarnya. hal ini bisa dimengerti karena pengalaman belajar siswa membuat peta konsep atas inisiatif sendiri masih kurang. disamping itu siswa merasa terbebani karena untuk membuat peta konsep siswa harus mempelajari kembali apa yang telah dipelajari dengan seksama. peta konsep sebelum pembelajaran berfungsi sebagai prasyarat pengetahuan yang sudah dimiliki siswa. sedangkan peta konsep yang dibuat pada akhir pembelajaran peta konsep dapat disempurnakan sehingga menjadi rangkuman hasil belajar yang singkat dan padat. rangkuman hasil belajar dalam bentuk peta konsep ini akan vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.94 280 memberikan kemudahan belajar kembali konsep-konsep yang telah dipelajari secara efektif dan efisien. simpulan simpulan dari serangkaian penelitian tindakan kelas maka pelajaran fisika melalui metode belajar konstruktivisme dengan menggunakan strategi penugasan pembuatan peta konsep bergambar pada bahan kajian alat-alat optik di kelas xi ipa-2 dapat disimpulkan : 1. pembuatan peta konsep bergambar merupakan salah satu cara penerapan pembelajaran kontruktivisme dapat meningkatkan minat dan hasil belajar. 2. penggunaan peta konsep bergambar pada materi alat-alat optik yang cakupannya sangat luas membuat pembelajaran lebih mempermudah siswa dalam memahami materi dan konsep-konsep fisika. 3. penggunaan peta konsep bergambar dapat menunjang hasil prestasi siswa khususnya pada pengajaran fisika materi alat-alat optik. saran saran-saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini ialah 1. penggunaan peta konsep bergambar perlu diterapkan diberbagai materi fisika untuk mempermudah memahami konsep fisika lain yang cakupan materinya luas dan materinya banyak hafalan serta abstrak dan di kelas yang lain. 2. dalam rangka menunjang prestasi pencapaian tujuan penguasaan konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya maka perlu diterapkan peta konsep bergambar kepada siswa. daftar rujukan chotimah, husnul.2003. penggunaan peta konsep dalam tatanan belajar tuntas untuk meningkatkan hasil belajar pada konsep alat-alat optik siswa kelas ii sma laboratorium universitas negeri malang. dahar, ratna wilis. 1996. pengelolaan pengajaran fisika. karunia. jakarta. depdikbud. garis-garis besar program pengajaran 1994 mata pelajaran fisikasmu / ma. depdikbud. jakarta. kasbollah , kasihani. 1999. penelitian tindakan kelas untuk guru sains, malang rut vi lembaga ilmu pengetahuan indonesia. nurhadi; yasin, b. ; senduk, a.g. 2004. pembelajaran kontekstual ( contextual teaching and learning / ctl ) dan penerapannya dalam kbk. universitas negeri malang. pusat kurikulum, balitbang depdiknas. 2002. kurikulum berbasis kompetensi. jakarta. microsoft word 04-ida.docx vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.99 305 received : 20-12-2020 revised : 25-01-2021 published : 15-03-2021 peningkatan hasil belajar pada materi membandingkan banyak benda melalui medot untuk siswa kelas i sdn ngagel i/ 394 surabaya ida handriyani sdn ngagel i/ 394 surabaya, indonesia ihandriyani@gmail.com abstrak: penelitian ini dilatarbelakangi banyaknya siswa kelas i-a sdn ngangel 1/ 394 belum tuntas belajar matematika pada materi pelajaran membandingkan banyak benda. penyebab kelemahan siswa dalam membandingkan banyak benda adalah : 1) siswa kurang menguasai materi perbandingan banyak benda, 2) siswa tidak teliti membandingkan banyak benda, 3) siswa kurang berkonsentrasi saat guru menerangkan materi membandingkan banyak benda. hal ini disebabkan oleh pola pengajaran selama ini bersifat ceramah dan tanpa menggunakan media pembelajaran konkret sehingga siswa mudah bosan dan jenuh serta kurang terlibat aktif ketika pembelajaran. tujuan penelitian untuk mengetahui keaktifan dan hasil belajar siswa kelas i sdn ngagel i/ 394 dengan penerapan medot (media sedotan). hasil pengolahan data yang telah dilakukan setelah penerapan media sedotan pada pembelajaran matematika diperoleh hasil aktivitas guru siklus i sebesar 73,75%, siklus ii 85%. sedangkan aktivitas siswa siklus i 61,90% dan di siklus ii 70,78%. tes hasil belajar siswa juga meningkat, persentase ketuntasan belajar siklus i 67,86% dan meningkat di siklus ii 82,14%. skor rata-rata siswa siklus i sebesar 76,86, meningkat di siklus ii menjadi 81,10. hasil penelitian di atas dapat disimpulkan penggunaan media sedotan pada pembelajaran matematika materi membandingkan banyak benda mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. kata kunci: media pembelajaran sedotan; keaktifan; hasil belajar; matematika vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.99 306 pendahuluan “undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menjelaskan pendidikan memiliki tujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, beraklak mulia, mandiri, sehat, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan berdemokratis.” dengan pendidikan nasional diharapkan dapat mewujudkan siswa yang mampu memiliki berbagai kemampuan seperti kecerdasan emosi, sosial intelek maupun kecerdasan kinestetik serta kecerdasan spiritual, sehingga mampu memberikan konstribusi yang besar terhadap kemajuan bangsa serta sarana dalam membangun budaya bangsa. untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas harus ditanamkan sejak usia sekolah dasar (sd). upaya membentuk sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya melalui pembelajaran matematika. pelajaran matematika menjadi mata pelajaran wajib yang diajarkan di sekolah dasar. pelajaran matematika merupakan dasar pengetahuan berhitung yang harus dikuasai siswa untuk bekal mempelajari matematika di kelas berikutnya. “menurut karso (2008: 1.39) matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, dan formal, hirarkis, abstrak dan bahasa symbol yang banyak arti”. pendapat yang sama juga disampaikan “ruseffendi (dalam karso, 2008: 1.39) menyatakan matematika terorganisasi dari unsur-unsur yang tidak terdefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya dan berlaku secara umum”. oleh karena itu pelajaran matematika dianggap siswa pelajaran yang paling sulit. “menurut rachman (2011) matematika merupakan suatu ilmu berpikir. pelajaran matematika merupakan pelajaran yang menggunakan simbol-simbol dan cenderung bersifat abstrak”. dari hasil diskusi dengan guru sejawat di sdn ngagel i/394 surabaya dapat diuraikan penyebab kelemahan siswa dalam belajar matematika pada materi membandingkan banyak benda adalah dalam menyampaikan pembelajaran guru menggunakan ceramah, tanpa menggunakan media pembelajaran atau alat bantu yang dapat membantu meempermudah siswa memahami materi yang diajarkan. untuk mengatasi masalah perlu difikirkan pemecahan masalah dalam pembelajaran, karena kurikulum 2013 menyampaikan tujuan pembelajaran metematika yang menitik beratkan pada nalar dan cara melatih berfikir, mengembangkan aktifitas kreatifitas, mengembangkan pemecahan masalah dan mengkomunikasikan gagasan. upaya yang dilakukan mulai dari perbaikan kegiatan pembelajaran, perbaikan dan pemenuhan sarpras, meningkatkan kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. untuk memecahkan masalah di atas penulis lebih mengutamakan pada kegiatan pembelajarannya, sebab kegiatan pembelajaran merupakan tugas dan tanggung jawab utama seorang guru di sekolah dan berdampak pada penguasaan materi ajar siswa di kelas selanjutnya. proses pembelajaran yang diperlukan dalam memotivasi siswa untuk memecahkan masalah dalam matematika, meningkatkan kemampuan berfikir kreatif dalam menyusun cara menyelesaikan masalah dan terlibat aktif dalam mengatasi kendala secara mandiri pada materi yang berkaitan dengan perbandingan banyak benda adalah melalui pembelajaran dengan menggunakan media bantu. media bantu pembelajaran tersebut adalah media sedotan. media sedotan yang digunakan berbentuk segi empat dilengkapi dengan empat kotak yang menempel yang disebut dengan kantong bilangan. kantong bilangan yang disiapkan bermanfaat untuk menentukan nilai tempat suatu bilangan, yakni satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan. dengan menggunakan media sedotan diharapkan siswa mampu bekerja sama menyelesaikan tugas akademik dan menciptakan sesuatu yang inovatif dalam memahami pelajaran sehingga memperoleh hasil belajar yang memuaskan. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.99 307 metode penelitian ini didesain sebagai ptk. setiap siklus terdiri atas dua pertemuan. setiap tahapan siklus tersebut terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan refleksi. untuk itu, prosedur penelitian yang dipakai adalah model sepiral dari kemmis dan taggart (arikunto, 2010:97) gambar 1. bagan penelitian model spiral kemmis & mctaggart tahapan yang dilalui pada siklus tersebut, dimulai dari perencanaan tindakan, dilanjutkan pelaksanaan, kemudian pemantauan, yang terakhir refleksi. langkah-langkah tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut. perencanaan 1. menyusun atau membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp) yang dilaksanakan satu pertemuan dengan menggunakan media sedotan. 2. menyiapkan lembar kerja siswa yang akan dikerjakan kepada siswa diakhir pembelajaran. 3. menyiapkan media sedotan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran 4. mempersiapkan instrumen pengumpulan data, yakni lembar pemantauan, angket, kisi-kisi soal, soal evaluasi, dan lembar penilaian. pelaksanaan tindakan kegiatan ini dilaksanakan berpedoman pada perencanaan yang telah disusun dan dalam penerapannya bersifat terbuka apabila ada kendala yang mungkin terjadi ketika pembelajaran berlangsung. penelitian yang akan dilakukan rencananya menggunakan 2 (dua) siklus dengan ketentuan setiap siklus 2 kali pertemuan. berikut adalah garis besar pelaksanaan penelitian di setiap siklus. refleksi pemantau an refleksi pemantau an refleksi pemantau an rencana awal rencana yang direvisi rencana yang direvisi siklus ii siklus iii siklus i vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.99 308 observasi/ pemantauan pemantauan dilaksanakan ketika penerapan tindakan diterapkan. pada tahap ini peneliti dan guru kelas i-b yang bertindak sebagai pengamat berusaha untuk mengamati, merekam dan mendokumentasikan seluruh kegiatan penelitian dan perubahan maupun kejadian-kejadian yang terjadi saat pembelajaran berlangsung. pemantauan dimulai sejak awal pelajaran hingga akhir pelajaran. hasil pemantauan yang didapat dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan rencana tindakan yang akan diterapkan pada siklus berikutnya. hasil penemuan ketika pemantauan ini selanjutnya dibahas bersama guru kelas i-b kemudian dijadikan pedoman dasar untuk menyusun rencana yang akan diterapkan pada siklus berikutnya. refleksi refleksi dilakukan dengan menganalisis kembali secara intensif temuan atau kejadian yang terjadi ketika pelaksanaan pembelajaran yang dapat menghambat penelitian yang dilakukan (kelebihan dan kekurangan selama tindakan). refleksi dianalisis dengan cara berikut: a. mengkroscek kembali data yang tercatat selama pelaksanaan proses tindakan; b. mendiskusikan data yang telah terkumpul bersama observer berupa hasil pemantauan, angket, dan hasil evaluasi. c. membuat rencana tindakan selanjutnya berdasarkan hasil analisis data siklus i untuk siklus 2. lokasi penelitian penelitian ini akan dilakukan di kelas i-a sdn ngagel i/ 394 surabaya. sekolah ini berada di jl ngagel 211 a kecamatan wonokromo kota surabaya. sekolah ini dipilih karena peneliti adalah guru di sekolah tersebut. subyek penelitian subjek penelitian yang dilakukan adalah siswa kelas i-a sdn ngagel i/ 394 surabaya tahun pelajaran 2018/2019 berjumlah 28 siswa (19 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan). metode pengumpulan data alat pengumpulan data yang digunakan penulis, yaitu pemantauan dan tes tulis. pemantauan dipergunakan untuk melihat kemampuan guru dalam kegiatan pembelajaran dan aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan sedangkan tes tulis digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa diakhir pembelajaran siklus pertama dan siklus berikutnya. teknik analisis data analisis data pemantauan terdiri dari pemantauan kemampuan guru kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa ketika kegiatan pembelajaran. sedangkan analisis data tes hasil belajar terdiri dari analisis nilai tes siswa diakhir pembelajaran. analisis data pemantauan analisis data kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran dengan menggunakan rumus : vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.99 309 analisis data pemantauan aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran menggunakan rumus : analisis data tes hasil belajar ‘untuk menghitung nilai rata-rata siswa menggunakan rumus’: p = ∑" # x 100 ‘untuk menghitung ketuntasan belajar klasikal menggunakan rumus’: hasil belajar siswa siklus i dari 28 siswa kelas i, 19 siswa telah memperoleh nilai di atas kkm dengan nilai ratarata hasil belajar siswa 76,86. persentase ketuntasan belajar siklus i 67,86%. hasil pemantauan aktivitas siswa pada siklus i hasil pemantauan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran siklus i memperoleh persentase sebesar 61,90% dan berada pada kategori “tinggi“. hasil pemantauan aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran siklus i hasil pemantauan aktivitas guru dalam pembelajaran siklus i sebesar 73,75%. nilai tersebut dalam kategori “baik”. hasil belajar siswa siklus ii setelah diadakannya tes hasil belajar di siklus ii, 23 siswa tuntas belajar dan 5 siswa tidak tuntas belajar. nilai rata-rata pada siklus ii menjadi 81,10. persentase ketuntasan belajar siklus ii sebesar 82,14%. hasil pemantauan aktivitas siswa pada siklus ii hasil pemantauan aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus ii sebesar 70,78% termasuk dalam kategori “tinggi“. hasil pemantauan aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran siklus ii hasil pemantauan aktivitas guru dalam pembelajaran siklus ii sebesar 85%. nilai tersebut dalam kategori “baik”. 100´= n r s %100´= jp bt st 100% x (n) siswa (f)belajar tuntasyang siswa p s s = vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.99 310 pembahasan tes hasil belajar siklus i dan siklus ii disajikan pada table berikut ini. tabel 1. hasil belajar siklus i dan ii’ pelaksanaan tuntas belajar prosentase tidak tuntas belajar prosentase nilai rata-rata siklus i 19 76,86% 9 23,14% 67,86 siklus ii 23 82,14% 5 17,86% 81,10 (sumber: data analisis diolah peneliti) dari tabel 1 di atas diketahui 19 siswa telah mencapai nilai kkm dengan persentase ketuntasan belajar siklus i 67,86%. pada siklus ii persentase ketuntasan belajar siklus ii sebesar 82,14%. secara klasikal pembelajaran dikatakan telah tuntas hal ini disebabkan ≥ 70% siswa telah mencapai nilai kkm. hasil aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran pada siklus i adalah 63%. sedangkan di siklus ii meningkat dari 61,90% menjadi 70,78%. hasil pemantauan aktivitas siswa siklus i dan siklus ii disajikan pada tabel di berikut. tabel 2.‘perbandingan aktivitas siswa siklus i dan ii’ no siklus persentase ket 1. siklus i 61,90% 2. siklus ii 70,78% meningkat (sumber : data lapangan) ‘hasil pemantauan aktivitas guru siklus i dan siklus ii dapat disajikan pada tabel berikut.’ tabel 3. perbandingan aktivitas guru siklus i dan ii’ no siklus persentase ket 1. siklus i 73,75% 2. siklus ii 85% meningkat (sumber: data analisis diolah peneliti) berdasarkan tabel 3 di atas dapat dijelaskan bahwa hasil pemantauan aktifitas guru dalam kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan media sedotan siklus i aktivitas guru mencapai 73,75%. sedangkan pada siklus ii aktivitas guru mencapai 85%. simpulan berdasar hasil penelitian yang disampaikan di atas dapat ditarik kesimpulan penggunaan media sedotan pada pelajaran matematika materi membandingkan banyak benda dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas i-a sdn ngagel i/ 394 surabaya. vol.2 no.3 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i3.99 311 daftar rujukan arikunto, suharsimi. 2010. prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik (edisi revisi). jakarta: rineka cipta. djamarah, saiful b. dan azwan zain. 2006. strategi belajar mengajar. jakarta : rineka cipta djamarah, syaiful bahri. 2008. psikologi belajar. jakarta: rineka cipta hamalik, oemar. 2008. kurikulum dan pembelajaran. jakarta: bumi aksara hamdani. 2005. strategi belajar mengajar. bandung : pustaka setia harjanto.(1997). perencanaan pengajaran. jakarta : rineka cipta kustandi , cecep dan bambang sutjipto. (2013). media pembelajaran; manual dan digital. bogor: ghalia indonesia. rachman, arif. membuat anak cinta matematika dalam http: //balagu.com/health/?p=78 karso. 2008. pendidikan matematika i. jakarta : universitas terbuka. slameto. 2010. belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. jakarta: rineka cipta sudjana nana dan rivai ahmad. 2001. media pembelajaran (penggunaan dn pembuatannya). bandung: cv. sinar baru sudjana, nana. 2010. dasar dasar proses belajar mengajar. bandung: sinar baru algesindo sudjana, nana. 2013. penilaian hasil proses belajar mengajar. bandung: remaja rosdakarya sumantri, mulyani dkk. (2004). media pembelajaran. jakarta: rineka cipta. susanto, ahmad. 2013. teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. jakarta: pt. kharisma putra utama microsoft word 07-lutfia.docx vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.88 213 received : 22-12-2020 revised : 28-01-2021 published : 15-02-2021 peningkatan prestasi siswa pada mata pelajaran fiqih materi shalat sunah dengan strategi pemodelan di kelas vii mts al-ihsan tanah grogot lutfiati mts al-ihsan tanah grogot, indonesia klutfiati@gmail.com abstrak penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan alasan utama, yakni masih rendahnya prestasi siswa pada mata pelajaran fiqih, khususnya untuk materi shalat sunah di kelas terteliti, yakni kelas vii mts alihsan tanah grogot. rendanya hasil belajar ini salah satu penyebabnya adalah tidak tepat dan tidak bervariasinya strategi belajar yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar. penelitian dilaksanakan dengan rancangan penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakan secara kolaboratoris antara guru sebagai peneliti dengan teman sejawat sebagai observer. pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik, yakni teknik tes perbuatan dan observasi. dari pembahasan hasil penelitian menunjukkan bahwa, penerapan strategi pemodelan dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran fiqih di kelas terteliti. berdasarkan hasil tersebut disarankan 1) kepada para guru mata pelajaran fiqih untuk dapat menerapkan strategi pemodelan dalam meningkatkan prestasi pada mata pelajaran fiqih, 2) kepada kepala sekolah agar memberikan kesempatan yang lebih luas kepada para guru untuk berinovasi dan selalu memberikan dukungan, baik materiil dan moril, dan 3) kepada pemegang kebijakan bidang pendidikan, baik kantor kementrian agama kabupaten paser, maupun dinas pendidikan kabupaten paser agar memfasilitasi peningkatan kompetensi guru melalui berbagai pelatihan. kata kunci: peningkatan; prestasi; fiqih shalat; pemodelan vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.88 214 pendahuluan pendidikan merupakan proses perubahan yang dilakukan secara terencana dan terus menerus untuk mengubah dan menjadikan insan manusia menjadi lebih baik. pendidikan di era moderen ini merupakan keharusan yang harus dimiliki oleh setiap anak usia sekolah di indonesia. hal ini sangat mendasar dikarenakan kualitas hidup manusia ditentukan oleh kualitas pendidikan sebagai salah satu tolak ukur tingkat kesejahteraan masyarakat. tinggi rendahnya kualitas kesejahteraan suatu peradaban masyarakat ditentukan dan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kualitas pendidikan massyarakat tersebut. pendidikan merupakan proses yang dilakukan antarindividu dan antarkelompok. proses pendidikan itu merupakan proses berkelanjutan di dalam menanamkan nilai-nilai pengetahuan, sikap, maupun keterampilan di dalam diri manusia untuk dapat dimanfaatkan di dalam kehidupannya. proses yang berkelanjutan ini dilakukan sebagai upaya eksplorasi tumbuh dan kembang anak menuju proses yang lebih baik, baik pada aspek pengetahuan, sikap, maupun keperibadian. selain itu, pendidikan pada dasarnya juga merupakan proses yang dilakukan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat manusia melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang kehidupan. hal ini sesuai dengan firman allah dalam qs. mujadalah ayat 11. yang berbunyi: َنیِذَّلاُ zَِّ َعفَْری اوُزُشْنَاف اوُزُشْنا َلیِق َاذِإَو ۖ ْمَُكلُ zَِّ حَسَْفی اوُحَسْفَاف ِسِلاَجَمْلا يِف اوُحََّسَفت ْمَُكل َلیِق َاذِإ اُونَمآ َنیِذَّلا اَھَُّیأ َای ٌریِبَخ َنُولَمَْعت اَمِبُ zََّو ۚ ٍتاَجََرد َمْلِعْلا اُوتُوأ َنیِذَّلاَو ْمُكْنِم اُونَمآ salah satu mata pelajaran yang diajarkan di mts adalah mata pelajaran fiqih. mata pelajaran fiqih merupakan rumpun mata pelajaran pendidikan agama islam. di dalam buku kurikulum madrasah tsanawiyah (standar kompetensi) (depag ri, 2005) dijelaskan bahwa tujuan mata pelajaran fiqih diajarkan di mts adalah untuk membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok dalam hukum islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli, sebagai pedoman hidup bagi kehidupan pribadi dan sosial; dan melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum islam dengan benar, sehingga dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya. pelaksanaan pembelajaran fiqih berdasarkan kurikulum madrasah tsanawiyah menggunakan dua pendekatan. pendekatan yang pertama untuk pembelajaran pada siswa kelas vii dan viii menggunakan pendekatan tematik. sedangkan untuk pembelajaran pada siswa kelas ix dilaksanakan dengan pendekatan mata pelajaran. dalam satu minggu alokasi waktu yang diberikan adalah dua jam pelajaran dengan alokasi waktu 40 menit setiap satu jam pelajaran. secara umum mata pelajaran fiqih memiliki peran yang sangan penting dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik agar dapat mempraktekkan dan menerapkan hukum islam dalam kehidupan seharihari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dan allah, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, serta makhluk lainnya ataupun lingkungannya. sebagai salah satu rumpun dari pendidikan agama islam, mata pelajaran ini dulaksanakan dengan maksud untuk menumbuhkembangkan keimanan melalui penanaman dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan kepada allah swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.88 215 tinggi. hal itu sejalan dengan tujuan pendidikan nasional seperti termaktub pada undangundang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bab ii pasal 3 yang berbunyi, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (tim pustaka merah putih, 2007) madrasyah tsanawiyah merupakan lembaga pendidikan kedua yang bertugas membantu keluarga dalam membimbing dan mengarahkan perkembangan serta pendayagunaan potensi tertentu yang dimiliki anak, agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manusia, sebagai anggota masyarakat ataupun sebagai individu. sebagai satuan pendidikan, madrasyah melaksanakan pendidikan secara formal artinya terkait oleh peraturan-peraturan tertentu yang harus diketahui dan dilaksanakan. serta bertujuan untuk membangun manusia indonesia seutuhnya, yang diharapkan dapat menjadi insan yang bertakwa kepada tuhan yang maha esa, cerdas, terampil, memiliki budi pekerti luhur, berkepribadian yang kuat serta memiliki semangat yang tinggi. namun kondisi yang terjadi di kelas masih banyak masalah dalam pembelajaran yang perlu dibenahi sehingga banyak kendala untuk mencapai impian dan harapan. salah satunya adalah proses pembelajaran fiqih itu sendiri. pembelajaran masih banyak dilakukan dengan model-model konvensional sehingga sulit untuk menumbuhkan kreativitas siswa dalam belajar. pembelajarann juga kurang menarik dan menyenangkan sehingga pembelajaran fiqih cenderung membosankan dan kurang begitu menarik minat para siswa. siswa tidak mendengarkan penjelasan guru, siswa kurang aktif bertanya, dan tidak semua siswa dapat mempraktikkan materi yang telah di ajarkan. hasil identifikasi yang dilakukan pada pelaksanaan pembelajaran fiqih di kelas vii mts al-ihsan tanah grogot menunjukkan bahwa hasil pembelajaran masih rendah dan belum memuaskan. identifikasi yang dilakukan melalui observasi dan tes awal menunjukkan bahwa, kemampuan siswa pada mata pelajaran fiqih pada kompetensi dasar mengetahui cara melakukan salat sunah belum menunjukkan hasil yang maksimal. hal tersebut dilihat dari tingkat ketercapaian kkm untuk mata pelajaran fiqih yang dicapai siswa. dengan kkm mata pelajaran yang ditetapkan untuk mata pelajaran fiqih di kelas vii mts al-ihsan tanah grogot yakni, 7,0 ternyata masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah kkm tersebut. kondisi di atas, berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan guru pengajar lebih banyak disebabkan pembelajaran yang monoton dan tidak banyak menuntut keaktifan siswa dalam melaksanakan pembelajaran. artinya, dalam melaksanakan pembelajaran, khususnya pada materi praktik shalat, guru lebih banyak memberikan penjelasan secara klasikal kepada siswa. padahal materi tersebut membutuhkan keterampilan psikomotorik yang akan lebih mudah dikuasai oleh siswa jika siswa benyak melihat dan mencoba melakukannya. untuk itu, dibutuhkan metode dalam proses belajar mengajar yang dapat memberikan kepada siswa fasilitas untuk dapat memahami secara jelas bagaimana suatu pekerjaan/shalat itu dapat dilakukan dengan benar. salah satu metode atau strategi belajar yang diharapkan dapat memenuhi tujuan tersebut adalah strategi pemodelan. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.88 216 strategi pemodelan adalah suatu cara mengajar dalam bentuk proses yang ditunjukkan oleh guru kepada siswanya tentang bagaimana melakukan sesutu tugas sehingga siswa tersebut mampu membangun pemahaman sendiri tentang bagaimana menyelesaikan tugasnya. tujuannya agar siswa dapat mengetahui, melihat, dan dapat melakukan dengan baik hal yang dicontohkan oleh si pemodel atau membuat sesuatu seperti yang dicontohkan sesuai dengan kreativitasnya. tanpa ada contoh atau model, siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajarannya. berdasarkan analisa tersebut, melalui diskusi bersama yang dilakukan peneliti dengan guru mata pelajaran kelompok mata pelajaran pendidikan agana islam yang lain sebagai teman sejawat, disepakati untuk menerapkan strategi pemodelan dalam mengatasi permasalahan, yakni untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam melaksanakan shalat sunah di kelas vii mts al-ihsan tanah grogot tahun pelajaran 2019/2020. metode penelitian waktu pelaksanaan penelitian kurang lebih tiga bulan, yakni sejak bulan agustus sampai dengan bulai oktober 2019. penelitian dilaksanakan di mts al-ihsan tanah grogot yang terletak di desa senaken, kecamatan tanah grogot, kabupaten paser. subjek penelitianya adalah siswa kelas vii yang berjumlah 15 orang siswa dengan kd “mengetahui cara melakukan salat sunah”. sementara itu strategi yang digunakan adalah strategi pemodelan penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (ptk). pelaksanaan penelitian tindakan merujuk pada model penelitian yang dikembangkan oleh kemmis dan mc taggart (1992:11), yang meliputi (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. alur pelaksanaan tindakan diaparlan pada gambar berikut. gambar 1. alur penelitian tindakan diadaptasi dari model kemmis dan taggart vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.88 217 penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. adapun desain penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. perencanaan tindakaan pada tahap ini, peneliti bersama teman sejawat, melakukan diskusi bersama untuk mempersiapkan segala hal yang berhubungan dengan penelitian. hal-hal yang disiapkan adalah sebagai berikut. a. menyusun rpp yang menggunakan strategi pemodelan b. menyiapkan intrumen penelitian c. menyiapkan meteri pelajaran d. mengembangkan media pembelajaran e. menyiapkan model 2. pelaksanaan pada tahap pelaksanaan tindakan, yang dilakukan guru sebagai peneliti adalah melaksanakan pembelajaran mata pelajaran fiqih dengan menggunakan strategi pemodelan. pelaksanaan pembelajaran dibantu oleh teman sejawat yang juga bertindak sebagai oserver. dalam pelaksanaan pembelajaran fiqih dengan strategi pemodelan, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru diuraikan pada tabel 1 berikut. tabel 1. langkah proses belajar mengajar mata pelajaran fiqih dengan strategi pemodelan no tahap deskripsi kegiatan waktu 1 pendahuluan a. guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan mengucapkan salam dan berdoa bersama b. guru melakukan presensi c. guru berinteraksi dengan dengan siswa dengan melakukan apersepsi d. guru menyajika, tujuan pembelajaran kepada siswa e. pembagian kelompok kecil yang dilakukan guru secara heterogen 10 menit 2 inti a. guru memberikan contoh model bacaan dan cara /gerakan shlatshalat b. siswa diminta untuk memperhatikan dan mengamati pemodelan yang dilakukan oleh guru c. guru memfasilitasi siswa untuk mencoba memptaktikkan tatacara shalat sunnah seperti yang dimodelkan d. guru membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam mempraktikkan gerkaan shalat e. guru melakukan penilaian terhadap kemampuan siswa dalam melaksanakan praktik shalat secara individual. 60 menit 3 penutup a. guru dan siswa melakuka refleksi b. guru dan siswa membuat simpulan c. guru memberikan tugas 10 menit 3. observasi dan pengumpulan data tahap ini dilakukan sejalan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. guru sebagai peneliti dibantu oleh teman sejaat sebagai observer melakukan pengamatan dan pencatatan secara detil terhadap semua tindakan dan perilaku yang terjadi di kelas, baik yang dilakukan guru maupun siswa. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.88 218 4. refleksi dan interpretasi setelah tindakan pembelajaran dilakukan, diakhir siklus dilakukan refleksi. refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi oleh peneliti dan guru mata pelajaran. pada tahap ini, dilakukan pencocokan terhadap perencanaan pembelajaran yang sudah dibuat dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. diskusi juga membahas kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam setiap siklus. pada tahap refleksi juga digunakan sebagai sarana interpretasi terhadap keberhasilan dan kekurangan tindakan penelitian setiap siklus. hasil refleksi akan menjadi acuan bago peneliti untuk untuk melakukan perbaikan tindakan siklus pada berikutnya. data dalam penelitian dikumpulkaan dengan menggunakan teknik observasi dan tes perbuatan. instrumen pengumpulan data yang dipergunakan yakni (1) pedoman observsi dan (2) panduan penilaian praktik shalat. penggunaan teknik observasi dilakukan untuk memperoleh data dengan cara mengamati latar kelas dan semua aktivitas berlangsungnya proses belajar mengajar dengan pemodelan. pengamatan dilakukan pada aktivitas belajar yang dilakukan oleh guru dan siswa. instrumen pengumpul data yang digunakan adalah pedoman observasi. tes perbuatan digunakan untuk memperoleh gambaran prestasi atas kemampuan siswa dalam melaksanakan shalat. instrumen yang digunakan adalah panduan penilaian praktik shalat sunnah. sementara itu, data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif “model alir”. teknik ini merupakan pendapat milles dan huberman (1992). pada model analisis data ini, data penelitian dianalisis melalui empat tahap, yakni (1) menelaah data, (2) reduksi data, (3) penyajian data, (4) penyimpulan data. adapun prosedur yang dilakukan dalam menganalisis data penelitian adalah sebagai berikut. 1. pengumpulan data-data penelitian dengan menggunakan instrumen yang tersedia. 2. mengelompokkan data berdasarkan klasifikasinya. 3. mereduksi data, yakni peneliti melakukan pemilahan dan penyeleksian atas data-data yang sudah ada. 4. menyajikan data dalam bentuk narasi maupun tabel. 5. membuat kesimpulan atas hasil penelitan. hasil penelitian dan pembahasan pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus 1 diadakan pada hari selasa tanggal 4 dan 11 agustus 2019. sedangkan sikus ii pada hari selasa, tanggal 1 dan 8 september 2019. dari hasil observasi dan penilaian yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat dipaparkan hasil sebagai berikut. pada awal pertemuan ini guru mengadakan berbagai kegiatan atau tindakan untuk mengkondisikan siswa agar lebih siap dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. hal yang dilakukan guru adalah mengucapkan salam, mengabsen siswa, dan berinteraksi terhadap semua siswa. hal ini dilakukan untuk mengkondisikan kesiapan belajar siswa terhadap materi yang akan dipelajarinya. kemudian guru menberikan informasi tentang tujuan dan manfaat mempelajari seputar wudhu. di tambah lagi dengan penyampaian materi pokok dan kompetensi dasar yang akan dibahas, yaitu materi pada kd “mengetahui cara melakukan salat sunah”. adapun indicator vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.88 219 yang ingin dicapai dalam pembelajaran ini adalah 1) siswa dapat menjelaskan syarat syah dan rukun shalat sunah, dan 2) dapat mempraktikkan shalat sunah. setelah itu, guru terlebih mencoba untuk memancing schemata siswa tentang materi yang akan disampaikan dengan cara memberikan beberapa pertanyaan seputar shalat. guru menjembatani pengetahuan siswa dengan mengingatkan kembali tentang pelajaran shalat fardhu yang pernah dipelajari sebelumnya. setelah guru mengetahui seberapa jauh pengetahuan siswa tentang materi shalat sunah kemudian barulah dilanjutkan dengan penyampaian dan penjelasan materi shalat sunah oleh guru kepada siswa. aktivitas yang dilakukan guru selanjutnya adalah guru mulai menerapkan strategi pemodelan yaitu dengan memberikan contoh atau model secara langsung tentang tatacara shalat sunah di depan kelas. yang pertama dilakukan adalah guru memodelkan pelafalan bacaan niat dan doa shalat sunah dan memodelkan gerakan dalam praktik shalat secara benar sesuai dengan rukun dan syarat syahnya. setelah itu, guru menunjuk salah seorang siswa untuk memodelkan tatacara shalat di depan kelas dan siswa yang lain diminta memperhatikan dan mencatat pokokpokok penting dari hasil pengamatan terhadap pemodelan yang dilakukan. langkah selanjutnya, memberikan kesempatan kepada beberapa siswa untuk mempraktikkan cara shalat sesuai dengan pengetahuan yang telah diperolehnya dari model yang diberikan oleh guru maupun teman sekelasnya. pada tahap ini, ketika siswa mempraktikkan cara shalat siswa lain memperhatikan dan memberikan koreksi ketika terjadi kesalahan atau kekurangsempurnaan. setelah itu, secara individual guru meminta kepada siswa untuk mempraktikkan shalat dan dilakukan penilaian dengan menggunakan pedoman penilaian yang telah dibuat sebelumnya oleh guru. materi pelajaran diakhiri dengan kegiatan refleksi, yakni guru meminta umpan balik dari siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan serta hal-hal yang harus diperbaiki dan menjadi kesulitan belajar bagi siswa. kemudian dilanjutkan dengan penyimpulan hasil pembelajaran dan pemberian tugas yang dilakukan oleh guru. berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap aktivitas pembelajaran, baik yang dilakukanoleh guru maupun siswa serta hasil penilaian kemampuan praktik shalat sunah. ada perkembangan yang siknifikan setiap siklusnya. perkembangan aktivitas siswa dalam melaksanakan proses beljar megajar setiap sikulus disajikan pada tabel berikut. tabel 2. data perkembangan aktivitasbelajar siswa dalam pembelajaran fiqih dengan menggunakan strategi pemodelan pada setiap siklus no aktivitas yang diamati siklus i siklus ii 1 keberanian mengemukakapendapat(bertanya, menjawab merespon, menanggapi). 65,00 70,00 2 memperhatikan model 55,00 75,00 3 mencatat materi penting 75,00 90,00 4 menghargai pendapat teman 60,00 70,00 rata-rata nilai aktivitas 63,75 78,76 hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa di atas menggambarkan adanya peningkatan yang signifikan dalam aktivitas belajar yang dilkukan siswa setiap siklusnya. perkembangan rata-rata aktivitas belajar siswa meningkat dari 63,75 menjadi 78,76. peningkatan juga terjadi pada aktivyras pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. berdasarkan hasil pengamatan terhadap empat aspek yang diamati terjadi perkembangan yang cukup significant. hasil ini disajikan pada tabel berikut ini. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.88 220 tabel 3. data hasil observasi terhadap pembelajaran guru setiap siklus no aspek yang dinilai siklus i siklus ii 1 2 3 4 1 2 3 4 1 pemberian motivasi belajar v v 2 kejelasan dan sistematika penyampaian materi v v 3 pengelolaan pembelajaran v v 4 kejelasan suara v v 5 penguasaan bahan v v 6 tuntutan pencapaian/ketercapaian kompetensi siswa v v v 7 memberikan evaluasi v v 8 ketepatan penerapan strategi pemodelan v v skala nilai 1: kurang/rendah 2: cukup/sedang 3: baik/tinggi 4: sangat baik/sangat tinggi berdasarkan data yang tersaji pada tabel di atas dapat dilihat bahwa aktivitas guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar pada siklus ii mengalami perkembangan, siswa yang memperoleh nilai 1 (kurang/rendah) sudah tidak ada lagi. sementara itu, aktivitas guru dalam mengajar yang memperoleh nilai 2 (cukup/sedang) ada 4, yakni pemberian motivasi belajar. selebuhnya mendapatkan nilai 3 (baik/tinggi) dan 4 (sangat baik/sangat tinggi). perkembangan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa berdampak pada peningkatan hasil belajar, yakni praktik melaksanakan shalat. berdasarkan hasil tes perbuatan yang dilakukan oleh guru pada akhir sikklus tergambar perkembangan kemampuan siswa dalam memprktikkan bacaan dan gerakan shalat sesuai dengan rukun dan syarat syahnya. tes pebuatan praktik shalat sunah dilakukan dengan menggunakan pedoman penilaian praktik shalat, rekapitulasi hasil penilaian terhadap praktik shalat sunah siswa disajikan pada tabel berikut. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.88 221 tabel 4. data rekapitulasi nilai praktik shalat sunah siswa no indikator hasil 4 3 2 1 4 3 2 1 1 niat 6 4 5 0 10 5 0 0 2 berdiri jika yang mampu 15 0 0 0 15 0 0 0 3 takbiratul ihram 6 4 5 0 10 3 2 0 4 membaca surat al-fatihah 6 4 5 0 13 2 0 0 5 rukuk disertai tuma’ninah 6 4 5 0 10 3 2 0 6 iktidal disertai tuma’ninah 5 4 6 0 11 3 1 0 7 sujud dua kali disertai tuma’ninah 6 4 5 0 10 3 2 0 8 duduk diantara dua sujud disertai tuma’ninah 6 4 5 0 13 1 1 0 9 duduk akhir 6 5 4 0 11 2 2 0 10 membaca tasyahud akhir 6 4 5 0 12 3 0 0 11 membaca sholawat atas nabi muhammad saw 5 5 5 0 10 3 2 0 12 mengucapkan salam 10 5 0 0 13 2 0 0 13 menertibkan rukun 6 5 4 0 10 3 2 0 jumlah skor 620 719 skor maksimal 780 780 nilai = jumlah skor: skor maksimal x 100% 78.90 92.20 skala nilai 4 = a 3 = b 2 = c 1 = d berdasarkan tabel di atas dapat dilihat perkembangan kemampuan siswa dalam melaksanakan praktik shalat sunah sesuai dengan indicator yang dibuat dengan mengacu pada rukun dan syarat shalat. peningkatan kemampuan siswa dalam melaksanakan praktik shalat berimbah pada peningkatan prestasi dan ketuntasan belajar siswa. berdasarkan data-data hasil penilaian guru menunjukkan perkembangan yang siknifikant terhadap ketuntasan belajar dan peningkatan prestasi belajar siswa, seperti yang disajikan pada tabel berikut ini. tabel 5. data nilai/prestasi siswa dalam melaksanakan praktik shalat sunnah no nama siswa hasil tindakan s i hasil tindakan s ii ket. nilai kualifikasi nilai kualifikasi 1 s1 60 cukup 75 baik t 2 s2 60 cukup 78 baik t 3 s3 60 cukup 75 baik t 4 s4 70 baik 80 amat baik t 5 s5 75 baik 90 amat baik t 6 s6 72 baik 85 amat baik t 7 s7 70 baik 76 baik t 8 s8 70 baik 77 baik t 9 s9 70 baik 83 amat baik t 10 s10 61 cukup 75 baik t 11 s11 60 cukup 76 baik t 12 s12 60 cukup 75 baik t 13 s13 70 balk 81 amat baik t 14 s14 70 baik 83 amat baik t 15 s15 60 cukup 82 amat baik t jumlah nilai 988 1191 nilai rata-rata 6.5 cukup 8.0 cukup prosentase ketuntasan 53% kkm=70 100% kkm=70 vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.88 222 tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemampuan siswa kelas vii mts al ihsan tanah grogot dalam memahami materi shalat sunah mengalami peningkatan rerata nilai yang diperoleh siswa, yakni dari 6,5 pada siklus i menjadi 8,0 pada siklus ii dengan tingkat ketuntasan maksimal 100%. penerapan strategi pemodelan pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran fiqih di kelas vii mts al ihsan tanah grogot bukan saja meningkatkan proses atau aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh siswa maupun guru. akan tetapi, penerapan strategi pemodelan dapat meningkatkan prestasi siswa pada materi shalat sunnah. meningkatnya prestasi belajar siswa itu dilihat dari perkembangan hasil belajar siswa dalam mempraktikkan shalat sunah. berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan guru yang dilakukan dengan menggunakan pedoman penilaian kemampuan praktik shalat pada siklus i tingkat ketuntasan siswa secara klasikal hanya 53 % atau dari 15 siswa yang diberi tindakan, hanya ada 8 siswa yang memperoleh nilai sesuai kkm yang ditetapkan, yakni 7,0. sementara 7 siswa lainnya (47%) mendapat nilai masih di bawah kkm. sementara itu, pada siklus ii terjadi peningkatan yang siknifikant, tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal sudah mencapai 100%. artinya, dari 15 siswa semua siswa yang mendapat nilai sama atau melebihi kkm. perkembangan ketuntasan belajar siswa itu disajikan pada diagram berikut. gambar 1. perkembangan rata-rata nilai dan tingkat ketuntasan belajar siswa peningkatan kemampuan siswa dalam shalat sunah di atas, baik perkembangan individual maupun perkembangan secara klasikal merupakan dampak langsung penerapan strategi pemodelan. melalui strategi pemodelan siswa lebih mudah memahami materi karana dapat melihat secara langsung urutan dan tatacara berwudhu yang benar serta dapat secara langsung mempraktiikannya. hal itu sesuai dengan pendapat collins (dalam rasyad, 2002) menyatakan bahwa pemodelan dapat juga diartikan sebagai proses yang ditunjukkan oleh guru kepada siswanya tentang bagaimana melakukan suatu tugas sehingga para siswa tersebut mampu membangun pemahaman sendiri tentang bagaimana menyelesaikan tugasnya. simpulan dn saran berdasarkan hasil pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan starategi pemodelan bisa menumbuhkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih kelas vii mts al ihsan tanah grogot. peningkatan hasil belajar tersebut diuraikan sebagai berikut. pertama, penerapan strategi pemodelan dalam pembelajaran mata pelajaran fiqih di kelas vii mts al ihsan tanah grogot dilakukan dengan menjadikan guru dan siswa yang memiliki 0 20 40 60 80 100 siklus 1 siklus 2 tuntas tidak tuntas rata-rata vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.88 223 kecakapan dalam belajar sebagai model yang dapat memberikan contoh cara shalat yang benar kepada siswa lainnya. dengan strategi ini, aktivitas dan intensitas siswa dalam belajar semakin meningkat. hal ini dikarenakan pembelajaran yang tercipta tidak monoton dan menjenuhkan. siswa merasa ada yang berbeda dalam belajar. kedua, penerapan strategi pemodelan dapat meningkatkan prestasi siswa pada materi shalat. dari hasil penilaian yang dilakukan guru, pada tindakan siklus i rerata prestasi siswa adalah 6,5 dengan ketuntasan sebesar 53%. kemudian pada siklus ii rerata pretasi belajar yang diperoleh siswa mencapai 8,0 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 100%. artinya, penerapan strategi pemodelan pada pelajaran fiqih efektif meningkatkan aktivitas dan prestasi siswa pada mata pelajaran fiqih, khususnya materi nshlat sunnah. berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut maka disarankan beberapa hal sebagai berikut, 1. para guru mata pelajaran fiqih untuk dapat menerapkan strategi pemodelan dalam meningkatkan prestasi siswa pada mata pelajaran fiqih. 2. kepala madrasah tsnawiyah disarankan dapat memberikan kesempatan yang lebih luas kepada para guru di sekolah agar berinovasi dan selalu memberikan dukungan, baik materiil dan moril. 3. pemegang kebijakan bidang pendidikan, baik kantor kementrian agama kabupaten paser, maupun dinas pendidikan kabupaten paser agar memfasilitasi peningkatan kompetensi guru melalui berbagai pelatihan. daftar rujukan al-quran dan terjemahan, departemen agama republik indonesia, jakarta, 1978. aunurrahman, belajar dan pembelajaran, bandung, cv.alfabeta, 2011. bandura, social learning theori. englewood cliffs. nj: prentice hall. 1977. dahar, ratna wilis, teori-teori belajar. jakarta: erlangga. 1988. depag ri. 2005. kurikulum mts (standar kompetensi) . jakarta: depag ri. jj. hasibuan dan mujiono, proses belajar mengajar, bandung, pt. rosdakarya. 1998 karim, syafi’i. fiqih-ushul fiqih. bandung.pustaka setia. 1997 muberman b milles dan a. michael huberman. analisis data kualitatif. penterjemah tjetjep rohendi rohidi. jakarta : universitas indonesia. 1992. rasyad, aminuddin. metode pembelajaran pendidikan agama. jakarta. bumi aksara.2002. microsoft word 04-sunarti.docx vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.83 178 received : 13-01-2021 revised : 01-02-2021 published : 15-02-2021 meningkatkan aktivitas dan hasil belajar ppkn pada pembelajaran daring melalui media google classroom smp negeri 1 pacet sunarti smp negeri 1 pacet, kab. bandung, indonesia sunartisukma2909@gmail.com abstrak disaat pandemi covid-19 guru belum terbiasa melaksanakan pembelajaran daring, salah satu aplikasi yang mudah dan terjangkau yang bisa dipakai pada pembelajaran daring ialah melalui media google classroom. berdasarkan refleksi awal kalau pembelajaran modul dinamika perwujudan pancasila sebagai dasar negara serta pandangan hidup bangsa pada pembelajaran daring masih belum maksimal. setelah diadakan perbaikan pembelajaran menggunakan media google classroom dapat dinyatakan ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dari 39 siswa kelas ixa yang awal cuma terdapat 10 siswa pada pra siklus kemudian pada siklus i terdapat 29 siswa yang nilainya pantas kkm ataupun diatas kkm. kenaikan kegiatan serta hasil belajar siswa itu sebab pengamat dalam melakukan aktivitas koreksi pembelajaran memakai media google classroom, ketuntasan aktivitas dan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan prosentase ketuntasan bertambah dari 25, 64% jadi 74, 35%. bersumber pada pengerjaan informasi serta dialog dengan sahabat sejawat, buat menangani kegiatan serta hasil belajar siswa peneliti melangsungkan koreksi pada siklus ii yang hasilnya menunjukkan peningkatan lebih baik lagi, berdasarkan pengolahan data dan diskusi dengan teman sejawat, untuk menuntaskan aktivitas dan hasil belajar siswa periset melangsungkan koreksi pada siklus ii yang hasilnya membuktikan kenaikan lebih bagus lagi, pada siklus ii bertambah jadi 39 siswa ataupun 100% meraih tingkatan ketuntasan. kata kunci: daring; aktivitas dan hasil belajar ppkn; media google classroom abstract in covid-19 pandemic, teachers were not accustomed to implementing online learning, one of the easy and affordable applications that can be used in online learning is google classroom. based on the initial reflection, learning material on the dynamics of embodiment of pancasila as the state foundation and the nation's way of life in online learning is still not optimal. after improving learning using google classroom, it can be stated that there is an increase in activity and student learning outcomes of 39 students of class ix-a, which initially only had 10 students in the pre-cycle and then in cycle i there were 29 students whose scores were according to kkm or above kkm. the increase in activity and student learning outcomes is because researchers in implementing learning improvement activities using google classroom, completeness of activities and student learning outcomes are shown by the percentage of completeness increasing from 25.64% to 74.35%. based on data processing and discussions with colleague, to complete the activities and student learning outcomes the researchers made improvements in cycle ii, which results showed an even better improvement, based on data processing and discussions with colleague, to complete activities and student learning outcomes researchers made improvements to cycle ii which results showed an even better improvement, in cycle ii it increased to 39 students or 100% reaching the level of completeness. keywords: online learning; activities and learning outcomes of ppkn; google classroom media vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.83 179 pendahuluan cara pembelajaran yang dinilai sukses dapat ditunjukkan pada kemampuan modul pelajaran oleh peserta didik. tidak hanya itu, kesuksesan cara pembelajaran bisa diamati dari tingkatan kemampuan modul yang diklaim pada hasil nilai. penentuan tata cara yang pas serta menarik, menghasilkan terdapatnya interaksi yang edukatif alhasil peserta didik bertumbuh kreativitasnya serta mudah menyambut pelajaran yang diserahkan. sehubungan dengan itu, akibat dari wabah corona di indonesia, tahun 2020 ini ialah tahun yang nyaris seluruh program kegiatan nasional banyak yang tidak terselenggara, dalam dunia pembelajaran antara lain, un ditiadakan us pula dengan pengganti opsi dicocokkan dengan kemampuan sekolah masing masing, misalnya seluruh skedul aktivitas dihentikan berlatih di rumah bagus peserta didik, guru, pengawas perguruan serta kepala sekolah dari mulai bertepatan pada 16 maret wajib di rumah aja, skedul tahunan untuk peserta didik di tingkatan sd, smp serta smas/ k seluruh di batalkan atas dasar pengamanan orang supaya bebas dari si corona. dikala minggu awal berlatih dirumah, kegiatan dirumah melaksanakan social distancing jadi referensi dalam penerapan pembelajaran daring( on line), seluruh guru marak berbincang mendiskusikan gunakan apa, gimana, kemudian wujud materi serta tugas tugas apa yang wajib diserahkan pada peserta ajar yang tanpa wajib bergerombol serta tidak pula wajib pergi rumah. paling tidak ini jadi poin pembicaraan diantara guru dalam group whatsapp. selanjutnya guruguru sepakat menggunakan teknologi sebagai media belajar daring di masa pandemi ini. salah satu aplikasi yang mudah dan terjangkau yang bisa di gunakan pada pembelajaran daring adalah melalui media google classroom. google classroom merupakan layanan free yang dibesarkan google buat sekolah yang tertuju buat mempermudah menyalurkan, serta memperhitungkan kewajiban dengan metode tanpa kertas. tujuan kuncinya merupakan merampingkan berbagi file antara siswa serta guru. merupakan diharapkan bisa menolong peserta didik buat memecahkan permasalahan dalam kehidupan tiap hari. bersumber pada penemuan depdiknas (2007), dari hasil riset itu kalau masih banyak kasus penerapan pembelajaran ppkn, guru dalam melaksanakan pembelajaran belum terbiasa menggunakan aplikasi daring seperti google classroom, guru dan siswa juga mengalami masalah dalam hal kuota internet yang terbatas. gambaran penerapan penataran ppkn itu di atas, ialah cerminan yang terjalin di kelas ix-a smp negeri 1 pacet. menurut refleksi pertama tanggal 1 agustus 2020 sampai dengan 3 agustus 2020 kalau pembelajaran modul dinamika perwujudan pancasila sebagai dasar negara serta pandangan hidup bangsa pada pembelajaran daring kurang maksimal. dari latar belakang di atas, hingga peneliti hendak menelaah lewat penelitian tindakan kelas dengan judul “meningkatkan aktivitas dan hasil belajar ppkn materi dinamika perwujudan pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa pada pembelajaran daring melalui media google classroom di kelas ix-a smp negeri 1 pacet semester 1 tahun pelajaran 2020/2021” bersumber pada latar belakang di atas bisa diformulasikan permasalahan yang terjadi pada pembelajaran daring penggunaan aplikasi google classroom adalah bagaimana cara meningkatan aktivitas dan hasil belajar ppkn materi dinamika perwujudan pancasila sebagai dasar negara serta pandangan hidup bangsa pada pembelajaran daring melalui pengggunaan media google classroom pada siswa kelas ix-a smp negeri 1 pacet?. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.83 180 pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas dengan media google classroom guna menaikkan aktivitas dan hasil belajar ppkn siswa kelas ix-a smp negeri 1 pacet dalam menjawab soal pada mata pelajaran ppkn. ada pula tahapan penelitian tindakan kategori merupakan perancangan, tindakan, pemantauan, serta refleksi pada beberapa siklus dalam riset tindakan kelas. tujuan umum dari penelitinan ini merupakan buat tingkatkan kegiatan serta hasil belajar ppkn materi dinamika perwujudan pancasila sebagai dasar negara serta pandangan hidup bangsa pada pembelajaran daring siswa kelas ix-a smp negeri 1 pacet, dengan tujuan khusus ialah buat mengetahui bagaimanakah aktivitas serta hasil belajar ppkn materi dinamika perwujudan pancasila sebagai dasar negara serta pandangan hidup bangsa pada pembelajaran daring di kelas ix-a smp negeri 1 pacet, bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menggunakan media google classroom di kelas ix-a smp negeri 1 pacet, serta buat mengenali apakah pemakaian media google classroom bisa menaikkan aktivitas dan hasil belajar ppkn modul dinamika perwujudan pancasila sebagai dasar negara serta pandangan hidup bangsa pada pembelajaran daring siswa kelas ix-a smp negeri 1 pacet. penelitian tindakan kelas ini diharapkan bisa membagikan khasiat untuk guru bagi menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang media google classroom, menolong guru memperbaiki serta menanggulangi keterbatasan keahlian guru dalam cara pembelajaran daring. manfaat untuk siswa diharapkan bisa tingkatkan semangat serta aktivitas siswa dalam pembelajaran ppkn dan membagikan pengalaman dengan cara langsung pada siswa buat memecahkan permasalahan pembelajaran ppkn dengan cara terencana serta analitis yang terpaut dengan lingkungan dan alam sekitar sehingga siswa dapat mencapai standar ketuntasan belajar minimum. untuk sekolah dengan cara kelembagaan berguna buat meningkatkan peranan lembaga pendidikan dalam menciptakan manajemen kurikulum berplatform sekolah. antara lain merintis penerapan pembelajaran yang betulbetul merujuk pada situasi serta kompetensi realistik sekolah yang berhubungan. metode penelitian tindakan kategori ini dicoba di sekolah tempat peneliti bertugas di smp negeri 1 pacet, kec pacet, kab. bandung pada kelas ix-a tahun pelajaran 2020/2021 dengan sejumlah 39 siswa yang terdiri dari 22 orang siswa perempuan serta 17 orang siswa lakilaki. riset ini dilaksanakan pada bulan agustus 2020 hingga dengan oktober 2020 variabel dalam riset ini merupakan kemahiran guru dalam memakai media google classroom, aktifitas siswa dalam media google classroom serta kegiatan serta hasil berlatih siswa dalam membongkar pertanyaan gairah perwujudan pancasila sebagai dasar negara serta pandangan hidup bangsa pada pembelajaran daring pada mata pelajaran ppkn. prosedur pelakasanaan penelitian ini dengan memakai rancangan riset tindakan kategori bagi arikunto, 2007: 57 ialah: (1) perancangan, (2) tindakan, (3) pemantauan, serta( 4) refleksi. riset tindakan kategori ini direncanakan selama 2 siklus, tetapi jika siklus ke 2 masih memerlukan perbaikan pembelajaran tidak menutup kemungkinan penelitan akan dilanjutkan ke siklus ke 3. pada perencanaan, peneliti bersama teman sejawat menyusun rpp dengan materi dinamika perwujudan pancasila sebagai dasar negara serta pandangan hidup bangsa, menyiapkan sumber serta media pembelajaran berbentuk google classroom, mempersiapkan perlengkapan penilaian berbentuk tes tertulis serta lembar kegiatan siswa serta mempersiapkan vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.83 181 lembar pengamatan buat mencermati aktivitas siswa serta keterampilan guru dalam pembelajaran. pada penerapan kegiatan siklus i serta siklus 2 dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. penerapan kegiatan pada dasarnya dicocokkan dengan setting kegiatan yang sudah diresmikan dalam konsep penerapan. observasi dilakukan oleh teman sejawat dengan mengamati siswa dan keterampilan mengajar guru dalam proses pembelajaran. observer mencatat semua peristiwa pembelajaran, namun belum menentukan skor pada pelembar observasi. hal ini dilakukan karena observer masih memerlukan waktu di pertemuan ke-3 untuk menentukan skor. refleksi ialah aktivitas menganalisa seluruh informasi ataupun data yang digabungkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan, alhasil bisa dikenal sukses ataupun tidaknya tindakan yang sudah dilaksanakan dengan tujuan yang diharapkan. ada pula sebagian perihal yang direfleksi ialah menelaah penerapan pembelajaran, menilai cara serta hasil pembelajaran, membuat catatan permasalahan yang terjalin serta merancang perancangan tindak lanjut buat siklus berikutnya. metode pengumpulan informasi yang dicoba pada penelitian ini merupakan tata cara pemantauan, tata cara tes, pemilihan serta tanya jawab. metode analisis data yang dipakai pada riset ini merupakan data kuantitatif berbentuk hasil berlatih kognitif, dianalisis dengan memakai metode analisis diskriptif dengan memastikan mean ataupun rerata. ada pula penyajian informasi kuantitatif dipaparkan dalam wujud pengajuan serta data kualitatif berbentuk data hasil pemantauan kegiatan siswa serta kegiatan guru dalam memakai media google classroom, dan hasil memo serta tanya jawab dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. informasi kualitatif dipaparkan dalam kalimat yang dipisahpisahkan bagi kategori buat mendapatkan kesimpulan. indikator keberhasilan pada penelitian dalam penggunaan media google classroom yaitu dapat menaikkan keahlian siswa dalam menjawab soal ppkn pada siswa kelas ix-a smp negeri 1 pacet dengan dan kepiawaian guru pada pembelajaran ppkn dengan media google classroom bertambah dengan standard setidaknya baik (b dengan skor 7 9). 85% siswa kelas ix-a smp negeri 1 pacet kec. pacet kab. bandung alami ketuntasan belajar perseorangan ≥74 pada pembelajaran ppkn. hasil dan pembahasan hasil pra siklus bersumber pada data hasil nilai yang didapat siswa pada uji formatif saat sebelum koreksi ialah siswa yang nilainya selesai (kkm=74) cuma berjumlah 10 siswa (25, 64%), sedangkan yang tidak selesai berjumlah 29 siswa (74,35%). vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.83 182 siklus i tabel 1. rekapitulasi interval nilai tes formatif siklus i hasil informasi nilai uji formatif sehabis diadakan koreksi siklus i bisa dikatakan kalau terdapat kenaikan dalam hasil pembelajaran. perihal ini ditunjukkan dengan melonjaknya hasil uji formatif siswa yang nilainya selesai alami kenaikan, dari 10 anak didik (25, 64%) jadi 29 siswa (74, 35%), sedangkan yang tidak selesai berjumlah 10 siswa (25,64%). hasil pemantauan kepada guru pada siklus i bahwa guru sudah membuat materi pembelajaran daring sudah kreatif, namun terlalu panjang sehingga siswa mudah bosan, tujuan pembelajaran di informasikan dengan bagus namun guru kurang memotivasi siswa. peneliti sudah menggunakan dan mengelola aplikasi google classroom cukup baik. evaluasi, menyimpulkan hasil pembelajaran dan tindak lanjut sudah dilaksanakan dengan bagus. hasil pemantauan kepada siswa pada siklus i sedang terdapat siswa yang kurang menguasai modul, sedang terdapat siswa yang kurang piawai dalam menanggapi pertanyaan, siswa terdapat yang belum nyata mengenai modul yang dicermati serta sedang terdapat siswa yang kurang kepedulian pada mata pelajaran tetapi siswa cukup antusias dalam mengikuti proses pembelajaran daring. pada langkah refleksi siklus i dilaksanakan dengan metode melaksanakan diskusi dengan sahabat sejawat buat menulis seluruh penemuan yang timbul pada pembelajaran siklus i, baik itu kekurangan ataupun keunggulan. peneliti lebih menitikberatkan pada bentuk pembelajaran lewat menggunakan media google classroom. adapun kelebihan pada siklus i adalah 1) melalui menggunakan media google classroom dapat meningkatkan kegiatan serta hasil berlatih ppkn modul dinamika perwujudan pancasila sebagai dasar negara serta pandangan hidup bangsa pada pembelajaran daring, 2) aktivitas siswa bertambah, 3) cara pembelajaran lebih variatif. ada pula kekurangan pada siklus i merupakan 1) sebagian siswa jenuh dengan pelaksanaan mengamati pelajaran melalui ppt, 2) guru belum mengelola google classroom dengan baik dan 3) siswa terlihat tidak aktif semua dalam google classroom. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.83 183 siklus ii tabel 2. rekapitulasi interval nilai tes formatif siklus ii bersumber pada hasil informasi nilai uji formatif sehabis diadakan koreksi siklus ii bisa dibilang kalau terdapat kenaikan dalam hasil pembelajaran. perihal ini ditunjukkan dengan meningkatnya hasil uji formatif, yang awal ketuntasannya hanya 29 siswa (74, 35%) jadi 39 siswa (100%). hasil observasi pada siklus ii siswa aktif dalam menjajaki pembelajaran dan dalam melakukan dialog pada kegiatan golongan. nyatanya lewat memakai media google classroom dalam tingkatkan kegiatan serta hasil berlatih siswa sudah cocok dengan konsep yang sudah diharapkan. pemantauan pada guru membuktikan hasil yang diharapkan pula, ialah 1) pemanfaatan bentuk serta tata cara pembelajaran pas, 2) penilaian serta perbuatan lanjut cocok dengan tujuan, 3) uraian guru berbasis memakai media google classroom lebih inovatif serta bisa tingkatkan penjelasan siswa serta 4) refleksi telah dilaksanakan dengan bagus. pemantauan kepada siswa pula telah cocok yang diharapkan, ialah 1) siswa nampak tidak merasa jemu dengan cara pembelajaran, 2) siswa lebih banyak berhubungan serta aktif, 3) siswa tidak hadapi kesusahan dalam melakukan pertanyaan, 4) siswa bisa menguasai modul pembelajaran, 5) siswa lebih yakin diri dalam mengutarakan persoalan serta 6) hasil kegiatan dituntaskan dengan tepat waktu. bersumber pada pada hasil refleksi siklus ii nampak siswa telah cocok dengan ringkasan yang direncanakan. sebagian perihal yang ditemui pada tahapan ini amat melegakan sebab kenaikan aktivitas siswa serta lebih yakin diri dalam mengutarakan persoalan serta opini. guru telah memaksimalkan penyampaian modul. cara pembelajaran siklus ke ii ditaksir bagus sebab cocok dengan tujuan pembelajaran yang di impikan. ada pula keunggulan siklus ii ialah 1) aktivitas pembelajaran lebih variatif, 2) pemakaian bentuk serta tata cara pembelajaran tepat, 3) siswa mempunyai tingkatan uraian lebih besar serta 4) kenaikan pendapatan nilai kategori melegakan. kekurangan siklus ii merupakan bagaikan selanjutnya: 1) guru kesusahan buat fokus memilah perhatian pada golongan belajar, 2) guru lebih banyak menyiapkan modul sebab tingkatan uraian siswa lebih besar serta 3) siswa sedang nampak jemu kepada modul pembelajaran. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.83 184 0 5 10 15 20 25 pra siklus siklus i siklus ii jml siswa tuntas jml siswa tdk tuntas pembahasan gambaran penerapan pembelajaran ppkn itu di atas, ialah cerminan yang terjalin di kelas ixa smp negeri 1 pacet. menurut refleksi dini yang dicoba pada tanggal 1 agustus 2020 capai dengan 3 agustus 2020 kalau penataran modul gairah konkretisasi pancasila bagaikan dasar negeri serta pemikiran hidup bangsa pada pembelajaran daring belum maksimal. setelah diadakan perbaikan pembelajaran menggunakan media google classroom dapat dinyatakan ada peningkatan kegiatan serta hasil belajar siswa dari 39 siswa kelas ixa smp negeri 1 pacet yang awal cuma terdapat 10 siswa pada pra siklus kemudian pada siklus i ada 29 siswa yang nilainya sesuai kkm ataupun diatas kkm. kenaikan kegiatan serta hasil berlatih siswa itu sebab peneliti dalam melakukan aktivitas koreksi pembelajaran memakai media google classroom, dengan memakai tata cara ini ketuntasan kegiatan serta hasil berlatih siswa yang ditunjukkan dengan prosentase ketuntasan bertambah dari 25, 64% jadi 74,35%. bersumber pada pengerjaan informasi serta dialog dengan pengamat serta kepala sekolah dan pembimbing, buat menangani kegiatan serta hasil berlatih siswa peneliti melangsungkan koreksi pada siklus ii yang hasilnya membuktikan kenaikan lebih bagus lagi, pada koreksi siklus i dari 39 siswa yang menemukan nilai≥ 74 ke atas yang semulanya 29 siswa ataupun 74, 35% serta pada siklus ii bertambah jadi 39 siswa ataupun 100% menggapai tingkatan ketuntasan. bersumber pada pengerjaan informasi serta dialog dengan pengamat serta kepala sekolah dan pembimbing, buat menangani kegiatan serta hasil berlatih siswa peneliti melangsungkan koreksi pada siklus ii yang hasilnya membuktikan kenaikan lebih bagus lagi, pada koreksi siklus i dari 39 siswa yang menemukan nilai≥ 74 ke atas yang semulanya 29 siswa ataupun 74, 35% serta pada siklus ii bertambah jadi 39 siswa ataupun 100% menggapai tingkatan ketuntasan. berikut merupakan tabel analogi hasil riset dari pra siklus, siklus i serta siklus ii. tabel 3. perbandingan hasil penelitian dari pra siklus, siklus i dan siklus ii berikut diagram perbandingan hasil penelitian dari pra siklus, siklus i serta siklus ii gambar 1. perbandingan hasil penelitian dari pra siklus, siklus i dan siklus ii vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.83 185 dari peningkatan kegiatan serta hasil belajar siswa yang lebih bagus pada siklus ii ini disebabkan dalam aktivitas cara koreksi pembelajaran memakai media google classroom dalam pembelajaran yang menarik kepedulian siswa serta cocok dengan modul pembelajaran. tidak hanya itu koreksi pula dicoba pada tata cara pengajaran tidak hanya memakai media google classroom bagaikan focus penelitian, semacam ceramah, pengutusan, pertanyaan jawab biar cara pembelajaran tidak konstan serta kategori yang dialami menghasilkan suasana hidup. bersumber pada analisa informasi di atas, bisa disimpulkan kalau kenaikan kegiatan serta hasil belajar siswa itu sebab peneliti dalam melakukan aktivitas koreksi pembelajaran dengan memakai media google classroom dalam pembelajaran, dengan memakai tata cara ini ketuntasan kegiatan serta hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan prosentase ketuntasan bertambah dari 25,64% lalu 74,35% menjadi 100 %. kesimpulan akibat dari wabah corona di indonesia, tahun 2020 ini ialah tahun yang nyaris seluruh program kegiatan nasional banyak yang tidak terselenggara, dalam bumi pendidikan antara lain, un ditiadakan us pula dengan pengganti opsi dicocokkan dengan kemampuan sekolah masing masing, misalnya seluruh skedul aktivitas dihentikan berlatih di rumah bagus peserta didik, guru, pengawas perguruan serta kepala sekolah dari mulai bertepatan pada 16 maret wajib di rumah saja. dikala minggu awal berlatih di rumah, kegiatan di rumah melaksanakan social distancing jadi referensi dalam penerapan pembelajaran daring( on line), seluruh guru marak beranggar pikiran membahas gunakan apa, gimana, kemudian wujud modul serta kewajiban kewajiban apa yang wajib diserahkan pada peserta didik yang tanpa wajib beregu serta tidak pula wajib keluar rumah. selanjutnya guru-guru sepakat menggunakan teknologi sebagai media belajar daring di masa pandemi ini. salah satu aplikasi yang mudah dan terjangkau yang bisa di gunakan dalam pembelajaran daring merupakan lewat media google classroom. google classroom merupakan layanan free yang dibesarkan google buat sekolah yang tertuju buat mempermudah megedarkan, serta memperhitungkan kewajiban dengan metode tanpa kertas. tujuan kuncinya merupakan melangsingkan memberi file antara siswa serta guru. pada kenyatanya guru dalam melaksanakan pembelajaran belum terbiasa menggunakan aplikasi daring seperti google classroom, guru dan siswa juga mengalami masalah dalam hal kuota internet yang terbatas. cerminan penerapan pembelajaran ppkn itu ialah cerminan yang terjalin di kelas ixa smp negeri 1 pacet. bersumber pada refleksi dini yang dicoba pada pra siklus kalau pembelajaran modul perumusan serta penetapan pancasila bagaikan dasar negara pada pembelajaran daring masih belum optimal. setelah diadakan perbaikan pembelajaran menggunakan media google classroom dapat dinyatakan ada peningkatan aktivitas dan hasil berlatih siswa dari 39 siswa kelas ixa yang awal cuma terdapat 10 siswa pada pra siklus kemudian pada siklus i terdapat 29 siswa yang nilainya sesuai kkm ataupun diatas kkm. terjadi kenaikan kegiatan serta hasil berlatih siswa itu sebab periset dalam melakukan aktivitas koreksi pembelajaran memakai media google classroom, dengan memakai tata cara ini ketuntasan kegiatan serta hasil berlatih siswa yang ditunjukkan dengan prosentase ketuntasan bertambah dari 25, 64% jadi 74, 35%. bersumber pada pengerjaan informasi serta dialog dengan pengamat serta kepala sekolah dan pembimbing, buat menangani kegiatan serta hasil belajar siswa periset melangsungkan koreksi pada siklus ii yang hasilnya membuktikan vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.83 186 kenaikan lebih bagus lagi, pada koreksi siklus i dari 39 siswa yang menemukan angka≥ 74 ke atas yang semulanya 29 siswa ataupun 74, 35% serta pada siklus ii bertambah jadi 39 siswa ataupun 100% menggapai tingkatan ketuntasan. guru wajib berhatihati dalam memilah bentuk pembelajaran buat tingkatkan kualitas pembelajaran daring (online). oleh karena itu guru amat butuh melaksanakan refleksi kepada kewajiban yang sudah dilaksanakan setelah itu melaksanakan koreksi pembelajaran dengan pola penelitian kegiatan kategori (ptk). daftar rujukan anggoro toha. (2008). metode penelitian. jakarta: universitas terbuka arikunto, suharsimi. (2001). prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. jakarta: rineka cipta. arikunto, suharsimi, (2007). penelitian tindakan kelas, bandung: pt. bumi aksara. basri, hasan. (2015). paradigma baru sistem pembelajaran. bandung: pustaka setia. djahiri, ahmad kosasih. (1994/1995). dasar-dasar umum metodologi dan pengajaran nilaimoral vct. bandung: ikip bandung djahiri. h. a. k. (2006). esensi pembelajaran nilaimoral serta pkn di masa kesejagatan. dalam budimansyah serta s. syam( ed). pembelajaran angka akhlak dalam format pembelajaran kebangsaan. bandung: lab. pkn fpips. upi. depdiknas (2003). undang-undang ri no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. depdiknas, (2006). kurikulum tingkat satuan pendidikan: kerangka dasar. jakarta: pusat kurikulum. dimyati serta mudjiono.(2006). berlatih serta penataran. jakarta: pt rineke membuat. muhibbin syah.(2013). ilmu jiwa pembelajaran dengan pendekatan terkini. bandung: pt. anak muda rosdakarya. purwanto.(2011). penilaian hasil berlatih. yogyakarta: pustaka siswa. sapriya.(2001). analisa signifikasi" konten" pkn persekolahan dalam mengalami desakan masa kerakyatan serta penguatan hak asas orang. harian civicus( 1) 5772. bandung. bidang pmpkn. upi. se. kemendikbud no 15 tahun 2020. prinsip penajaan berlatih dari rumah dalam era gawat penyebaran covid19. jakarta sudjana, nana. 2005. dasardasar cara berlatih membimbing. bandung. cahaya terkini algensindo . microsoft word 10-irwan.docx vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.92 242 received : 11-12-2020 revised : 31-01-2021 published : 15-02-2021 sistem pendukung keputusan untuk penentuan jurusan siswa dengan menggunakan logika fuzzy irwansyah saputra 1; fachri amsury2 sistem informasi, stmik nusa mandiri, indonesia irwansyah.iys@nusamandiri.ac.id 1; fachri.fcy@nusamandiri.ac.id2 abstrak penentuan jurusan siswa adalah masalah yang selalu dihadapi pada saat tahun ajaran baru di sekolah menengah kejuruan. hal ini mendorong pihak sekolah untuk bekerja lebih cepat dan akurat ketika menentukan jurusan siswa yang terbagi kedalam tiga jurusan, yaitu rekayasa perangkat lunak, multimedia dan teknik komputer jaringan. akan tetapi, ketiadaan sebuah sistem dalam menyelesaikan masalah tersebut menyebabkan pengolahan nilai tes dan minat siswa menjadi tidak maksimal karena keterbatasan sumber daya manusia yang mengolahnya, sehingga penentuan keputusan jurusan siswa seringkali tidak sesuai dengan rule yang telah ditetapkan pihak sekolah bahkan bersifat subjektif. sistem pendukung keputusan penentuan jurusan siswa (spk-pjs) merupakan sistem terintegrasi yang dapat membantu penanganan data siswa, data nilai tes dan minat siswa dalam penentuan jurusan secara cepat dan tepat berdasarkan rule yang telah ditetapkan pihak sekolah. pengolahan data dalam menentukan jurusan siswa akan semakin mudah, cepat dan tepat dengan adanya sistem yang dikembangkan ini. sistem ini juga mampu melakukan manajemen data, manajemen proses, manajemen laporan yang bersifat real time dan update juga memiliki manajemen sistem keamanan yang dapat mengatur hak akses setiap pengguna yang berinteraksi dengan sistem. pembangunan spk-pjs diawali dengan pendefinisian sistem, analisis sistem dengan model proses waterfall, kemudian dalam hal perangkat pemodelan digunakan diagram alir data, rancangan basis data menggunakan mysql, rancangan antar muka sistem, implementasi dan pengujian sistem menggunakan microsoft visual basic.net 2005 dan crystal report 9.0.berdasarkan pengujian yang sudah dilakukan pada spk-pjs, secara fungsional sistem ini sudah memenuhi persyaratan prosedur sistem yang ada dan juga dapat menghasilkan keluaran yang diharapkan, sehingga sistem ini siap untuk diimplementasikan pada kenyataan sesungguhnya. kata kunci: software engineering; sistem penunjang keputusan; waterfall; mysql; microsoft visual basic vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.92 243 abstract determination of student program is a case always faced in the new year of school at vocational high school. it interests the school to work quickly and accurately while determining student program which is divided into 3 programs, they are software engineering, multimedia and network computer technique. but, no existence of a system in finishing the case causes scoring input and student’s interest become not maximal due to limitation of human resource who handle it, so decision making of student program sometimes is not based on rule which is the school management even subjectively. decision support system of student’s program determination is integrated system which can help student data handling, scoring data, interest, to determine student program quickly and accurately based on the rule which has been determined by school policy. by the existence of this system, data handling in program determination will be every easy, rapidly and accurately, so it enable to do data management, process management, a real time report management & update and security system management. the development of spk-pjs is started by defined system, analyzed system, with waterfall process model, then in modeling device is used the flowchart, basic data program using by mysql, system interface program, implementation & system examination using microsoft visual basic 2005 & crystal report 9.0. based on the examination executed on spk-pjs by this functional system has fulfilled system procedure requirement that provided and also can produce the expected output, so this system is ready to implement on the real fact. keyword: software engineering; decision support system; waterfall; mysql; microsoft visual basic pendahuluan manusia sering kali dihadapkan dengan berbagai macam masalah dalam pengambilan keputusan yang berpengaruh terhadap peristiwa di masa yang akan datang. proses pengambilan keputusan terkadang menjadi sulit karena beberapa hal yang dapat mempengaruhi baik dari lingkungan internal maupun eksternal. permasalahan pengambilan keputusan juga dialami oleh smk bina informatika bogor dalam menempatkan siswa smp yang baru lulus kedalam 3 jurusan yang disediakan, yaitu rekayasa perangkat lunak, teknik komputer jaringan dan multimedia. kurangnya informasi tentang jurusan yang ada membuat siswa menjadi terpengaruh oleh orang tua, teman atau pihak lain. hal ini akan berdampak kepada tingkat kesulitan siswa dalam memahami materi yang diajarkan karena tidak sesuai dengan minat dan bakatnya sehingga siswa merasa jenuh dan malas untuk belajar materi tersebut. untuk mencegah hal tersebut terjadi, diperlukannya sebuah sistem yang dapat mendukung keputusan siswa dalam masalah menentukan jurusan yang akan didapat dari nilai tes dan minat siswa. lotfi a zadeh, seorang professor dari california university telah memberikan sumbangan besar terhadap pengembangan teori himpunan fuzzy. fuzzy adalah sebuah logika berpikir yang sangat fleksibel, memiliki toleransi terhadap data-data yang tidak tepat dan mempunyai penalaran yang mudah dimengerti. saat ini, konsep fuzzy sudah banyak digunakan dalam berbagai bidang, seperti bidang pendidikan. contohnya, logika fuzzy dapat digunakan untuk mendukung keputusan dalam penentuan jurusan seorang siswa ketika sekolah. tujuan penelitian ini untuk menganalisis permasalahan yang dialami oleh sekolah dalam pengelompokkan calon siswa kedalam jurusan yang tersedia sesuai dengan nilai tes dan minat vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.92 244 siswa tersebut. penghitungan nilai tes dan minat siswa menjadi terkomputerisasi menggunakan sistem pendukung keputusan penentuan jurusan siswa sehingga waktu menjadi efektif dan efisien, proses penentuan jurusan menggunakan sistem sehingga keputusan akan bersifat objektif dan membuat laporan yang real time. berdasarkan permasalahan tersebut dibutuhkan sebuah sistem yang digunakan sebagai pendukung keputusan untuk penentuan jurusan siswa menggunakan logika fuzzy. bahan dan metode penentuan jurusan siswa selalu menjadi masalah saat tahun ajaran baru datang. proses penghitungan nilai tes dan minat yang masih menggunakan manual menjadi kendala tersendiri dalam menentukan jurusan siswa yang berjumlah banyak. hal ini menyebabkan waktu menjadi kurang efektif dan efisien. karenanya, dibutuhkan sistem pendukung keputusan jurusan siswa (spk-pjs) sebagai solusi dari permasalahan diatas. sistem ini dibuat agar pihak sekolah dapat menentukan laporan jurusan siswa berdasarkan nilai tes dan minat secara real time dan akurat sehingga waktu yang dibutuhkan menjadi efektif dan efisien. setelah dilakukan pengamatan pada objek penelitian, diperoleh suatu prosedur sistem yang berkaitan dengan proses penentuan jurusan siswa. objek penelitian menggunakan metode manual saat proses klasifikasi siswa dalam menentukan jurusan. akhirnya, proses ini menghabiskan waktu yang cukup banyak. adapun prosedur penentuan jurusan siswa yang sedang berjalan di smk bina informatika bogor adalah sebagai berikut, siswa mengerjakan tes jurusan yang telah disediakan oleh pihak sekolah sebanyak 30 soal yang mewakili jurusan rpl, mm dan tkj. siswa mengisi nilai minat mm dengan interval nilai 0-100. siswa mengumpulkan hasil jawaban kepada para pengawas kelas. lembar jawaban diserahkan kepada koordinator kepala program smk bina informatika bogor. lembar jawaban dikoreksi oleh koordinator kepala program smk bina informatika bogor. nilai yang sudah didapat akan dibandingkan satu sama lain agar dapat diketahui hasil rekomendasi dari pihak sekolah mengenai jurusan siswa tersebut. siswa mendapat laporan hasil rekomendasi yang dipasang pihak sekolah di papan pengumuman. penghitungan nilai hasil koreksi masih menggunakan manual, sehingga proses pembandingan masing-masing jurusan dari setiap siswa akan memerlukan waktu yang sangat banyak. proses manual seperti ini dapat mengakibatkan hasil koreksi kurang akurat karena banyaknya lembar kerja yang harus dikoreksi dan sumber daya manusia yang tidak mencukupi. proses seperti ini pun menyebabkan laporan yang dihasilkan kurang efektif dan efisien. bahkan pembuatan laporan yang bersifat manual pun menjadi kendala karena akan membutuhkan waktu yang cukup banyak sehingga laporan yang diinginkan menjadi tidak real time sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak sekolah. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.92 245 gambar 1. prosedur penghitungan nilai dengan logika fuzzy analisis kebutuhan fungsional spk-pjs, pihak sekolah dapat mngisi data pribadi siswa dan memproses data nilai siswa yang telah dikoreksi dengan cepat dan akurat. kemudian nilai yang diolah akan dibandingkan untuk mengetahui hasil rekomendasi jurusan yang didapat oleh siswa. spk-pjs pun menyediakan tampilan laporan yang real time sesuai keinginan pihak sekolah yang berupa laporan data siswa dan laporan rekomendasi jurusan siswa. analisis kebutuhan non fungsional spk-pjs adalah sistem yang dibangun menggunakan pemrogramman berbasis desktop. jadi, dapat diakses tanpa menggunakan jaringan intranet ataupun internet. sistem ini juga memiliki beberapa fitur diantaranya adalah menu about yang berguna untuk memberikan informasi tentang program dan programmer, kemudian ada fitur tambah pemakai yang digunakan untuk memberikan hak akses yang berbeda kepada setiap pengguna yang mengakses program spk-pjs. perangkat keras adalah perangkat fisik komputer yang dapat dilihat dan disentuh. perangkat ini merupakan bagian vital dari komputer karena termasuk kedalam satu dari tiga sistem komputer yaitu perangkat lunak, perangkat keras dan manusia. adapun perangkat keras standar yang dibutuhkan dalam pembangunan spk-pjs dapat dirincikan sebagai berikut, pc pentium dual core, ram 1 gb, hardisk drive 100 gb, mouse dan keyboard usb, monitor lcd dan printer canon ip2770i. perangkat lunak adalah perangkat yang terdiri dari data-data yang memiliki format bermacam-macam. perangkat ini juga vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.92 246 disimpan secara digital. artinya, perangkat lunak merupakan sistem komputer tidak berwujud. adapun perangkat lunak standar yang dibutuhkan dalam pembangunan spk-pjs dapat diurai sebagai berikut, sistem operasi windows 7, .net framework 3.5, microsoft visual studio 2005 enterprise edition, dan xampp (database mysql). karakteristik pengguna sistem yang akan dibangun tentunya harus memiliki keamanan untuk melindungi datadata yang diolah didalam sistem. karenanya, dibutuhkan hak akses bagi setiap pengguna yang akan melakukan interaksi dengan sistem tersebut. adapun karakteristik bagi setiap pengguna dalam sistem ini dibagi kedalam 3 level hak akses. berikut deskripsi dari setiap hak akses pada spk-pjs, hak akses level 1 adalah hak akses yang memiliki tingkatan tertinggi dalam penggunaan sistem. pengguna yang memiliki hak akses ini dapat berinteraksi dengan semua menu dalam sistem tanpa terkecuali. bahkan, pengguna dapat membuat username dan password bagi pengguna baru. hak akses level 2 merupakan hak akses yang memiliki keterbatasan interaksi hingga pada bagian menu input, proses dan laporan. hak akses level 3 merupakan hak akses yang memiliki keterbatasan interaksi hingga pada bagian menu laporan saja. manfaat diberikannya hak akses pada setiap pengguna adalah agar keamanan data dalam sistem terjaga. hal ini dapat meminimalisir kecurangan yang dilakukan oleh pengguna yang tidak bertanggung jawab. adapun deskripsi untuk setiap pengguna pada spk-pjs adalah sebagai berikut, administrator (kepala tata usaha) memiliki hak akses level 1, sehingga pengguna ini dapat mengolah data didalam sistem secara keseluruhan. pengguna ini juga memungkinkan untuk setting pengguna yang ada dibawah levelnya. pengguna lain adalah pengguna selain administrator memiliki tingkatan hak akses berbeda-beda, tergantung hak akses yang diberikan oleh administrator. contohnya, kepala sekolah mendapat hak akses level 1, kepala program mendapat hak akses level 2 dan bagian kurikulum mendapat hak akses level 3. gambar 2. diagram konteks vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.92 247 gambar 2 adalah dad level 0 disebut juga dengan diagram konteks. diagram konteks merupakan gambaran tentang keseluruhan aliran data yang masuk maupun keluar sistem. diagram ini menjelaskan bagaimana data tersebut digunakan dan ditransformasikan. gambar 3. dad level 1 spk-pjs gambar 3 adalah dad level 1 merupakan pemecahan dari diagram konteks. pada proses ini, lingkaran pada diagram konteks akan diurai menjadi lingkaran-lingkaran kecil sesuai dengan proses yang terjadi pada masing-masing elemen sistem. gambar 4. skema relasi vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.92 248 gambar 4 adalah relasi antar tabel merupakan hubungan antar tabel dalam sebuah basis data yang memiliki field dengan kunci utama kemudian dihubungkan dengan field di tabel lain. proses relasi akan terjadi apabila field memiliki kunci utama (primary key). setelah direlasikan, tabel-tabel tersebut akan menjadi sebuah file dalam database beserta entitas dan relasinya perancangan antar muka berfungsi untuk mempermudah dalam tahapan implementasi sistem. tahap ini merupakan tampilan rancangan kasar dari tampilan sistem yang akan dibuat dari awal sampai akhir. adapun perancangan antar muka spk-pjs yang diusulkan adalah sebagai berikut, gambar 5. rancangan antar muka splashscreen gambar 5 merupakan splashscreen yaitu tampilan yang muncul pada saat pertama kali sistem dijalankan. rancangan antar muka splashscreen dapat dilihat pada gambar dibawah ini, gambar 6. rancangan antar muka menu utama gambar 6 adalah menu utama yaitu tampilan form yang terdiri dari tombol-tombol menu seperti login, input data siswa, input nilai bobot, penentuan jurusan siswa, laporan data siswa, laporan nilai siswa, laporan rekomendasi siswa. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.92 249 gambar 7. rancangan antar muka form login gambar 7 adalah login yaitu tampilan yang digunakan untuk memeriksa kevalidan pengguna sistem sesuai dengan username dan password yang dimiliki agar pengguna dapat masuk kedalam area sistem. pada form ini, hak akses pengguna akan diperiksa oleh sistem. gambar 8. rancangan antar muka form input data siswa gambar 8 adalah input data siswa merupakan tampilan yang digunakan untuk menginput biodata siswa yang terdiri dari nis, nama siswa, kelas, alamat, jenis kelamin, nama ayah, nama ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu dan sebagainya. gambar 9. input nilai bobot vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.92 250 gambar 9 adalah input nilai bobot merupakan form yang berguna untuk memasukkan standarisasi nilai rpl, nilai mm, nilai tkj dan nilai minat yang akan diinput oleh admin. hasil pengolahan data tersebut akan disimpan didalam tbbobot. hasil dan pembahasan tahap implementasi sistem merupakan tahapan yang sangat penting. karena tahap ini menjelaskan tentang penerjemahan kebutuhan sistem yang sudah dianalisis sebelumnya kedalam representasi perangkat lunak yang relevan dengan rancangan sistem. jika implementasi sistem telah dilakukan, tahap selanjutnya adalah menguji sistem tersebut untuk mengetahui kesesuaiannya dalam memenuhi kebutuhan sistem dan melihat kekurangankekurangannya sehingga dapat dilakukan tahapan pengembangan sistem di masa depan. basis data diimplementasikan menggunakan sistem manajemen basis data mysql yang di built menjadi gui didalam perangkat lunak xampp. nama basis data untuk sistem yang akan dibangun adalah spk yang terdiri dari 9 tabel. sedangkan nama-nama tabel dan field disesuaikan dengan nama yang telah dirancang sebelumnya. adapun tampilan implementasi basis data dapat dilihat pada gambar 10 dibawah ini. gambar 10. implementasi basis data perangkat lunak yang digunakan untuk implementasi tampilan antar muka spk-pjs adalah microsoft visual basic.net 2005. dalam pembangunan spk-pjs ini dibuat dalam satu project bernama spk. project ini terdiri dari 1 form induk, 13 form anak dan 5 file laporan. sedangkan untuk pemberian nama disesuaikan dengan rancangan sebelumnya. sesuai dengan dibawah ini: vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.92 251 tabel 1. konsep project kategori nama form keterangan input data data siswa mengolah data pribadi siswa nilai bobot mengolah nilai bobot (standarisasi) proses nilai siswa mengolah nilai mm, rpl, tkj dan minat siswa derajat keanggotaan fuzzy mengolah nilai menjadi decimal dengan range 0-1 pendukung keputusan jurusan siswa menyesuaikan nilai siswa dengan aturan yang dibuat laporan data siswa per orang laporan untuk seorang siswa data siswa keseluruhan laporan keseluruhan siswa per jurusan siswa laporan per jurusan siswa jurusan siswa keseluruhan laporan seluruh jurusan siswa nilai siswa per orang laporan nilai seorang siswa nilai siswa keseluruhan laporan keseluruhan nilai siswa form pendukung login untuk masuk kedalam sistem splashscreen tampilan loading sistem mdi (multi document interface) berisi menu-menu untuk memanggil form anak tambah pengguna menambah pengguna yang bisa mengakses sistem tentang program dan programmer berisi penjelasan singkat tentang program dan programmer module program digunakan untuk menyimpan prosedur, fungsi dan variabel yang dibuat oleh programmer. module program juga berfungsi sebagai peringkas kode karena penulisan script berupa prosedur, fungsi dan variabel didalam module program dapat dipanggil dari form manapun. adapun implementasi module program spk-pjs dapat dilihat pada gambar 11 dibawah ini gambar 11. module program pada gambar 11, pendeklarasian variabel conn berfungsi sebagai koneksi mesin odbc. pada baris selanjutnya, pendeklarasian variabel cmmd berfungsi sebagai perintah eksekusi kedalam mesin odbc. kemudian, pendeklarasian variabel dr berfungsi sebagai pembaca data vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.92 252 yang terkoneksi dengan basis data. pendeklarasian variabel ds merupakan pengatur data yang ada didalam basis data sesuai dengan record dari field masing-masing. form ini merupakan tampilan yang pertama kali muncul ketika program spk-pjs digunakan. didalamnya berisi logo dan progress bar serta loading. progress bar dapat digerakkan melalui perintah script yang diinput melalui timer. adapun implementasi antar muka form ini dapat dilihat pada gambar 12 dibawah gambar 12. form splashscreen form login bertujuan untuk mencegah pengguna yang tidak memiliki hak akses menggunakan program. form ini terdiri dari username dan password yang harus diisi oleh pengguna. username dan password didapat dari administrator sesuai dengan tingkatan hak akses yang diberikan. adapun tampilan implementasi form login dapat dilihat pada gambar 13 dibawah ini, gambar 13. form login form mdi (multi document interface) merupakan form induk yang berfungsi sebagai pemanggil form anak (mdi child). form ini terdiri dari menu-menu yang disimbolkan dalam bentuk tombol. menu yang tersedia dapat dieksekusi sesuai dengan hak akses masing-masing pengguna. misalkan, untuk administrator semua menu akan berfungsi secara penuh. adapun tampilan implementasi antar muka form mdi dapat dilihat pada gambar dibawah 14 dibawah ini, vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.92 253 gambar 14. form mdi form input data siswa berfungsi untuk mengisi data pribadi siswa. pengisian dilakukan mulai dari nis hingga kolom terakhir. ada beberapa tombol yang dapat digunakan dalam form ini, seperti tombol simpan digunakan untuk menyimpan data yang telah diinput. apabila data yang diinput tidak sempurna, maka akan ada komentar peringatan yang mengharuskan pengguna menyempurnakan data siswa. selanjutnya untuk memperbaharui data dilakukan pada saat nis yang sudah eksis diinput kembali atau pada saat pencarian data menggunakan kolom pencarian. tombol hapus berfungsi untuk menghapus data sesuai dengan nis yang terdapat didalam kolom nis. terakhir, tombol ekspor digunakan untuk mengekspor seluruh data siswa yang eksis didalam datagridview. adapun tampilan implementasi antar muka form ini dapat dilihat pada gambar 15 dibawah ini, gambar 15. form input data siswa form input nilai bobot digunakan untuk menginput standarisasi nilai yang akan menjadi pembanding nilai-nilai siswa. hanya ada 2 tombol pada form ini, yaitu tombol tampilkan yang bertujuan untuk menampilkan nilai-nilai dalam tabel basis data kedalam kolom-kolom pada program. selanjutnya ada tombol perbaharui yang berfungsi untuk memperbaharui data nilai yang diinput oleh pengguna. adapun tampilan implementasi antar muka form ini dapat dilihat pada gambar 16 dibawah, vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.92 254 gambar 16. form input nilai bobot form derajat keanggotaan berfungsi sebagai pengolah data nilai siswa dan data fuzzy dari nilai siswa. ada 2 keluaran yang dihasilkan oleh form ini yaitu nilai siswa dan data fuzzy. nilai fuzzy didapat dari hasil input nilai siswa yang kemudian dibandingkan dengan nilai bobot sehingga didapat derajat keanggotaan dari nilai tersebut yang kemudian dipecah menjadi 3 nilai yaitu rendah, sedang dan tinggi. adapun tampilan implementasi antar muka form ini seperti gambar 17 dibawah. gambar 17. form derajat keanggotaan form sistem pendukung keputusan adalah form penentu dan form hasil akhir dari beberapa form sebelumnya. karena didalam form ini nilai siswa yang sudah diolah menjadi nilai fuzzy kemudian dikelompokkan sesuai dengan nilai tertinggi dari tiap kelompok nilai. pengelompokkan nilai tersebut terjadi ketika pengguna menekan tombol tampilkan data grade. selanjutnya ada tombol tentukan jurusan siswa yang digunakan untuk mendapat rekomendasi jurusan siswa. hasil rekomendasi didapat dari nilai siswa yang ditampilkan dalam datagridview kemudian diimplikasikan dengan aturan yang sudah dibuat. kemudian, tombol kosongkan tabel berfungsi untuk mengosongkan tabel dan menghapus data yang terdapat dalam tbgrade dan tbrekomendasi. adapun tampilan implementasi antar muka form ini dapat dilihat pada gambar 18 dibawah, vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.92 255 gambar 18. form sistem pendukung keputusan form laporan berfungsi untuk menampilkan laporan-laporan secara real time dan update. terdapat 3 tab di dalam form ini, yaitu tab laporan data siswa, tab laporan jurusan siswa dan tab laporan nilai siswa. tab laporan data siswa digunakan untuk menampilkan data siswa per orang berdasarkan nis ataupun keseluruhan siswa. tampilan implementasi form laporan untuk tab laporan data siswa dapat dilihat pada gambar 19, gambar 20 dan gambar 21 dibawah: gambar 19. form laporan data siswa gambar 20. form laporan jurusan siswa vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.92 256 gambar 21. form laporan tab laporan nilai siswa pengujian sistem dilakukan setelah tahapan implementasi. tahap ini merupakan tahap yang sangat penting sebelum sistem di publish dan difungsikan secara nyata. hasil pengujian sistem dilakukan untuk mengetahui kelayakan sistem yang dibangun berdasarkan syarat fungsional maupun prosedur cara kerja sistem. dalam pembangunan spk-pjs, pengujian pertama kali dilakukan pada saat meng-compile program. hal ini dilakukan untuk membaca listing code yang sudah include didalam program. kemudian, program diuji secara menyeluruh. untuk lebih jelasnya, rincian dari pengujian sistem dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini, no kasus tampilan yang diharapkan hasil 1 ketika pengguna pertama kali menjalankan spk-pjs muncul form splashscreen. setelah selesai muncul tampilan form login. ok 2 ketika pengguna mencoba login • hanya kolom username saja yang aktif, sedangkan kolom password tidak aktif. • jika pengguna memasukkan username dengan benar maka kolom username tidak aktif dan kursor berada pada kolom password. jika salah, ada bunyi beep. • ketika kolom password aktif, pengguna memasukkan password yang dimiliki. jika benar, maka akan masuk kedalam form menu utama. jika salah ada komentar “username atau password tidak dikenal” ok 3 ketika pengguna mencoba logout pada form utama hanya tombol login, tentang program dan programmer yang aktif, selain itu tidak aktif. ok 4 ketika pengguna membuka form (berlaku untuk seluruh form) • akan muncul form yang diklik tersebut di tengah layar monitor. • objek input di form tersebut kosong/bersih • tampil datagridview yang berisi data tabel yang bersangkutan. ok 5 ketika pengguna membuka form input data siswa dan form derajat keanggotaan, (berlaku untuk seluruh form tersebut) • tombol yang aktif adalah simpan, batal, hapus, dan keluar • tabel data (datagridview) pada form tersebut tampil dan tidak bisa dilakukan perubahan atau penghapusan pada tabel data. ok vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.92 257 6 ketika pengguna melakukan filter data (berlaku untuk seluruh form yang memiliki filter data) tabel data dari form yang bersangkutan (datagridview) akan memfilter data otomatis dan akan menampilkan data sesuai kemiripan data berdasarkan huruf depan dari record data. ok 7 ketika pengguna melakukan input data yang sudah terdaftar di tabel data (berlaku untuk seluruh form) • record data tersebut tampil di objek input • objek input menjadi tidak aktif ok 8 ketika pengguna klik tombol simpan (berlaku untuk seluruh form) • akan muncul pesan “data belum lengkap” jika masih ada objek input yang kosong • akan tersimpan di tabel data jika input benar dan lengkap • objek input berisi data yang disimpan dan kolom tidak aktif. ok 9 ketika pengguna klik tombol ubah (berlaku untuk seluruh form) • seluruh kolom aktif kecuali nis, kursor fokus pada kolom nama siswa ok 10 ketika pengguna klik tombol hapus (berlaku untuk seluruh form) • ada pertanyaan “apakah data mau dihapus?”. jika klik tombol yes, maka data akan terhapus sesuai nis yang terdapat di kolom nis. • data akan berhasil dihapus di tabel data, objek input menjadi kosong dan tidak aktif. ok 11 ketika pengguna klik tombol perbaharui (berlaku untuk form nilai bobot) • data nilai diperbaharui kedalam tabel nilai bobot ok 12 ketika pengguna klik tombol tampilkan (berlaku untuk form nilai bobot) • data nilai pada tabel akan muncul dikolom masingmasing 13 ketika pengguna klik tombol keluar (berlaku untuk seluruh form) • ada pertanyaan “yakin mau keluar?”. jika klik tombol yes, form tersebut akan tertutup • menu utama tampil ok 14 ketika pengguna klik tombol input data siswa– menu utama • pengujian no. 4 – 13 dikerjakan kecuali no. 11 dan no. 12 ok 15 ketika pengguna klik form input nilai bobot– menu utama • pengujian no. 4 – 5 dikerjakan ok 16 ketika pengguna klik form tentukan jurusan – menu utama • pengujian no.4 dikerjakan ok 17 ketika pengguna klik tombol tampilkan grade siswa dari form tentukan jurusan – menu utama • menampilkan data nilai siswa yang diproses melalui query dan tabel data menampilkan grade siswa • tombol tentukan jurusan siswa, ekspor ke excel dan kosongkan tabel aktif ok vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.92 258 18 ketika pengguna klik tombol ekspor ke excel dari form tentukan jurusan – menu utama • menghapus seluruh data dari tbgrade dan tbrekomendasi • tabel data kosong • data yang terdapat pada tabel data di ekspor ke localdisk d dengan nama data siswa.xls • tombol tampilkan data grade aktif ok 19 ketika pengguna klik tombol kosongkan tabel dari form tentukan jurusan – menu utama • menghapus seluruh data dari tbgrade dan tbrekomendasi • tabel data kosong • tombol tampilkan data grade aktif ok 20 ketika pengguna klik tombol cetak laporan dari form tentukan jurusan – menu utama • muncul laporan jurusan siswa keseluruhan • tombol ekspor ke excel, cetak laporan dan kosongkan tabel aktif ok 21 ketika pengguna klik form laporan data siswa – menu utama • pengujian no.4 dikerjakan ok 22 ketika pengguna klik tombol tampilkan (nis) dari form laporan data siswa – menu utama • menampilkan laporan data siswa per orang berdasarkan nis yang terdapat pada kolom nis ok 23 ketika pengguna klik tombol tampilkan (seluruh nis) dari form laporan data siswa – menu utama • menampilkan laporan seluruh data siswa yang terdapat didalam tabel data bersangkutan ok 24 ketika pengguna klik tombol tampilkan (seluruh nilai) dari form laporan data siswa – menu utama • menampilkan laporan seluruh data nilai siswa yang terdapat didalam tabel data bersangkutan ok 25 ketika pengguna klik tombol tampilkan nilai (nis) dari form laporan data siswa – menu utama • menampilkan laporan data nilai siswa per orang berdasarkan nis yang terdapat pada kolom nis ok 26 ketika pengguna klik form laporan data siswa– menu utama • pengujian no.4 dikerjakan ok 27 ketika pengguna klik tombol tampilkan jurusan (perjurusan) form laporan data siswa– menu utama • menampilkan laporan data jurusan siswa per jurusan berdasarkan jurusan ok 28 ketika pengguna klik tombol tampilkan (seluruh jurusan) dari form laporan data siswa– menu utama • menampilkan laporan seluruh data jurusan siswa yang terdapat didalam tabel data bersangkutan ok 29 ketika pengguna klik form program – menu utama • tampilan form muncul ditengah layar • muncul form informasi tentang program spk-pjs ok vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.92 259 30 ketika pengguna klik form programmer – menu utama • tampilan form muncul ditengah layar • muncul biodata programmer ok 31 ketika pengguna klik tombol exit • akan muncul pesan “yakin mau keluar ?” • jika pilih tombol no program tetap terbuka, jika pilih tombol yes program spk-pjs akan tertutup. ok berdasarkan pengujian yang sudah dilakukan pada spk-pjs, secara fungsional sistem ini sudah memenuhi persyaratan prosedur sistem yang ada dan juga dapat menghasilkan keluaran yang diharapkan, sehingga sistem ini siap untuk diimplementasikan pada kenyataan sesungguhnya. simpulan sistem pendukung keputusan penentuan jurusan siswa (spk-pjs) merupakan sebuah sistem informasi yang terintegrasi dalam menyelesaikan masalah penentuan jurusan siswa smk. sistem ini akan dapat melakukan keputusan penentuan jurusan siswa sesuai dengan aturan yang telah diberlakukan, sehingga memudahkan dalam penanganan data maupun laporannya. spk-pjs juga dilengkapi dengan logika fuzzy yang dapat mengelompokkan nilainilai yang diinput sesuai dengan derajat keanggotaan nilai tersebut. nilai-nilai tersebut kemudian akan dibandingkan dengan aturan sehingga memunculkan rekomendasi yang relevan dengan aturan. dengan hadirnya spk-pjs yang dilengkapi dengan logika fuzzy diharapkan dapat membantu pihak sekolah dalam hal pembuatan keputusan untuk menentukan jurusan siswanya. berdasarkan data yang dikelola, spk-pjs terdiri dari 4 bagian penting yaitu manajemen data, manajemen proses, manajemen laporan dan manajemen keamanan. manajemen data merupakan tempat pengaturan data yang diinput kedalam sistem seperti pendataan siswa baru dan pendataan nilai siswa. spk-pjs juga dilengkapi dengan datagridview sehingga laporan data yang tampil bersifat real time. manajemen proses adalah bagian yang berfungsi untuk melakukan pengolahan data yang diambil dari pendataan siswa baru dan pendataan nilai. manajemen proses merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem ini, karena pada bagian inilah nilai siswa yang telah diinput selanjutnya dicari derajat keanggotaannya, kemudian nilai-nilai tersebut dikelompokkan. selanjutnya, nilai akan dibandingkan sesuai dengan nilai tertinggi disetiap kelompoknya. nilai tertinggi itulah yang akan menjadi wakil dari tiap kelompoknya. terakhir nilai yang sudah diproses akan dibandingkan dengan rule yang sudah dibuat agar mendapat rekomendasi jurusan sesuai dengan aturan. ketiga adalah manajemen laporan. manajemen laporan spk-pjs bersifat real time karena meng-update data terbaru dari tabel master dan tabel proses, sehingga sangat membantu pihak sekolah dalam pembuatan laporan. adapun laporan yang dapat ditampilkan adalah laporan data siswa per orang, laporan data siswa keseluruhan, laporan data nilai siswa per orang, laporan data nilai siswa keseluruhan, laporan jurusan siswa per jurusan dan laporan jurusan siswa keseluruhan. sistem keamanan merupakan hal yang sangat penting dalam pembuatan sistem. karenanya, sistem keamanan termasuk kedalam bagian manajemen sistem. contoh dari sistem keamanan adalah hak akses yang diberikan kepada setiap pengguna dalam menggunakan sistem. hak akses ini memiliki tingkatan yang berbeda-beda sesuai dengan jabatannya di sekolah. kepala sekolah dan administrator memiliki hak akses level 1, yaitu dapat menggunakan sistem secara keseluruhan. bahkan, tingkatan ini dapat membuat akun bagi vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.92 260 pengguna baru. bagian kepala program mendapat hak akses level 2, yaitu dapat menginput data baru, mengolah nilai siswa dan membuat laporan. pengguna yang memiliki hak akses level 3 adalah bagian kurikulum. pengguna yang memiliki akun tingkat ini hanya dapat melihat laporan dan mencetaknya, tidak dapat menginput data siswa maupun nilai siswa, bahkan tidak dapat membuat akun bagi pengguna lain. smk bina informatika bogor merupakan lembaga pendidikan yang bergerak dalam pengembangan teknologi informasi. lembaga ini adalah tempat pengimplementasian spk-pjs. dengan diimplementasikannya spk-pjs pada lembaga tersebut, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan perihal pendataan siswa, pendataan nilai siswa dan rekomendasi jurusan yang lebih baik dari sebelumnya. dalam manajemen organisasi, spk-pjs diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengambilan keputusan di lembaga tersebut. daftar rujukan ali khan, shafique. 2005. filsafat pendidikan al-ghazali. bandung: pustaka setia. ariani, entin martiana kusuma dan dwi kurnia basuki, 2011. sistem pendukung keputusan pemilihan jurusan smk menggunakan neuro – fuzzy. surabaya: politeknik elektronika negeri surabaya institut teknologi sepuluh nopember chandrawati, purnomo budi santoso & arif rahman. 2012. rekayasa sistem pendukung keputusan terhadap permasalahan biaya pendidikan mahasiswa (studi kasus di akademi kebidanan wira husada nusantara malang), malang: jurnal program studi teknik industri fakultas teknik universitas brawijaya malang daihani, dadan umar, 2001. sistem pendukung keputusan. jakarta: penerbit elex media komputindo dep. pend. dan kebudayaan. 1990. kamus besar bahasa indonesia. jakarta: balai pustaka george r. terry, 2000. prinsip-prinsip manajemen. (edisi bahasa indonesia). bandung: pt. bumi aksara juanita, safitri, 2009. diktat pemrograman visual basic.net. jakarta: universitas budi luhur fakultas teknologi informasi kristanto, andri. 2003. perancangan sistem informasi dan aplikasinya. yyogyakarta : gava media kusumadewi, sri & purnomo, hari, 2004. aplikasi logika fuzzy untuk pendukung keputusan. yogyakarta: graha ilmu little. 2001. komputerisasi pengambilan keputusan. jakarta: elex media komputindo mcleod, raymond jr dan schell, george. 2004. management information system. edisi 9. new jersey: pearson education prasetyo, didik dwi. 2003. kolaborasi php dan mysql. jakarta: gramedia pressman, roger. 2002. rekayasa perangkat lunak: pendekatan praktisi. buku 2. yogyakarta: andi offset purnomo, dhani eko setyo, 2013. sistem pendukung keputusan untuk pemilihan obyek wisata di surakarta menggunakan metode fuzzy tahani,semarang: skripsi fakultas teknologi informasi universitas stikubank semarang schach, stephen r, 1999. classical and object oriented software engineering with uml and c++. singapura: mcgraw-hill. siagian p. sondang, 2007. teori motivasi dan aplikasi. jakarta: rineka cipta sukma puspitorini dan serly afriska sihotang, sistem pendukung keputusan untuk menentukan pilihan minat perguruan tinggi di kota jambi dengan menggunakan fuzzy vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.92 261 multi criteria decision making. jambi: jurnal program studi teknik informatika stmik nurdin hamzah jambi syamsul, 2012. rancang bangun sistem pendukung keputusan pembagian beban kerja dosen (bkd) berbasis logika fuzzy. aceh: jurnal jurusan teknik elektro politeknik negeri lhokseumawe nanggroe aceh darussalam turban e & dkk. 2005. sistem pendukung keputusan dan sistem cerdas. edisi 7. yogyakarta: andi offset microsoft word 02-imron.doc vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 152 received : 13-01-2021 revised : 01-02-2021 published : 15-02-2021 penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa min kudus imron mi negeri kudus, indonesia imron7435@gmail.com abstrak pendidikan memiliki kewajiban mempersiapkan sumber daya orang buat pembangunan. derap tahap pembangunan senantiasa diupayakan seiringan dengan desakan jaman, kemajuan era senantiasa menimbulkan tantangantantangan terkini yang sebahagiannya kerap tidak bisa diramalkan tadinya. selaku dampak logis pendidikan senantiasa dihadapkan pada permasalahan terkini. bersumber pada hasil pembelajaran dengan memakai bentuk pembelajaran snowball throwing yang bisa tingkatkan hasil belajar anak didik kelas vi min kudus dalam menguasai modul tipe profesi serta penggunaa uang. perihal ini nampak dari presentase ketuntasan belajar yang didapat oleh anak didik, dimana pada penerapan siklus i didapat ketuntasan belajar merupakan 64% serta pada siklus ii didapat persentase 89%. pemakaian bentuk pembelajaran snowball throwing bisa tingkatkan aktivitas anak didik dalam melakukan aktivitas belajar membimbing, perihal ini nampak dari hasil pengamatan yang dicoba oleh seseorang pengamat yang ialah kawan kerja peneliti dalam melakukan penelitian ini. hasil observasi pada penerapan siklus i didapat persentase sebesar 64% serta pada daur ii hasil pengamatan kegiatan anak didik sebesar 89%. hasil pengamatan kepada kesertaan belajar anak didik dari siklus i hingga daur ii membuktikan terdapatnya kenaikan aktifitas anak didik dalam aktivitas pembelajaran. kata kunci: pembelajaran kooperatif; snowball throwing; hasil belajar vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 153 abstract education has an obligation to prepare people's resources for development. the stage of development is always pursued in line with the insistence of the era, the progress of the era always poses the latest challenges that some often can not be foreseen. as the logical impact of education is always faced with the latest problems. it is based on the results of learning using a form of snowball throwing learning that can improve the training results of grade 6 students at min kudus in mastering the professional type module as well as the use of money. this subject can be seen from the percentage of learning completion obtained by students, where in the application of cycle i obtained learning completion is 64% and in the second cycle obtained a percentage of 89%. the use of snowball throwing learning form can increase the activities of students in conducting guiding training activities, this is evident from the observations tried by an observer who is a research fellow in conducting this research. the results of observations on the application of cycle i obtained a percentage of 64% and in cycle ii results of observation of students' activities by 89%. the results of observations on the learning participation of students from cycle i to cycle ii prove that there is an increase in the activities of students in learning activities. keywords: cooperative learning; snowball throwing; learning outcomes pendahuluan pendidikan memiliki kewajiban mempersiapkan sumber daya orang buat pembangunan. derap tahap pembangunan senantiasa diupayakan seiringan dengan desakan jaman, kemajuan era senantiasa menimbulkan tantangantantangan terkini yang sebahagiannya kerap tidak bisa diramalkan tadinya. selaku dampak logis pendidikan senantiasa dihadapkan pada permasalahan terkini. permasalahan yang dialami bumi pendidikan itu begitu besar, awal sebab watak sasarannya ialah orang selaku khalayak misteri, kedua sebab upaya pendidikan wajib mengestimasi kehari depan yang tidak seberinda seginya terjangkau oleh keahlian daya ramal orang. oleh sebab itu butuh terdapat kesimpulan selaku permasalahan utama yang dijadikan pegangan oleh pengajar dalam berkembang tugasnya. banyak metode yang dipakai buat tingkatkan kualitas cara pembelajaran. tetapi begitu banyak ditemukan fakta yang membuktikan kalau kualitas cara pembelajaran di sekolah kurang melegakan. untuk itu butuh terdapatnya inovasi bermacam strategi pendekatan supaya cara pembelajaran efisien serta mengasyikkan alhasil tujuan penting kenaikan kualitas pendidikan bisa digapai maksimal. salah satunya mata pelajaran ips disekolah dasar ialah pengaktualan dari satu pendekatan interdisipliner dari pelajaran ilmuilmu sosial. ips menelaah selengkap insiden, rancangan serta abstraksi yang berhubungan dengan rumor sosial. lewat mata pelajaran ips, anak didik ditunjukan buat bisa jadi warga negara indonesia yang demokratis, serta bertanggung jawab, dan masyarakat dunia yang cinta rukun. mata pelajaran ips didesain buat meningkatkan keahlian anak didik supaya jadi badan warga yang mempunyai wawasan, uraian, serta keahlian analisa kepada situasi sosial warga dalam merambah kehidupan bermasyarakat yang energik. ilmu pengetahuan sosial (ips) selaku bidang studi yang memiliki nilainilai akhlak, kesejarahan, serta kemasyarakatan butuh dipublikasikan serta diajarkan semenjak dini pada anak didik. perihal ini disebabkan aspek riset ips selaku salah vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 154 satu bidang studi di sekolah yang menggenggam andil berarti dalam menancapkan nilainilai kekompakan sosial, antusias kebangsaan, serta cinta tanah air lewat uraian kepada asal usul peperangan bangsa serta nilainilai luhur dalam hidup bermasyarakat selaku insan orang serta khalayak sosial (amran, 2017). salah satu usaha buat mendapatkan hasil belajar yang bagus merupakan guru wajib memainkan kedudukannya dengan sebaikbaiknya. bagi anni( 2007: 102), kedudukan guru dalam pendekatan humanistik merupakan berfungsi selaku penyedia pembelajaran. kedudukan guru selaku penyedia berarti guru bisa menolong anak didik belajar. bagi sagala( 2010: 13), belajar merupakan cara dimana sesuatu makhluk bernyawa mengganti perilakunya. pergantian sikap itu mencakup 3 aspek pembelajaran, ialah kesadaran( wawasan), marah( nilai serta sikap), serta psikomotor( keahlian). dalam aktivitas pembelajaran, guru selaku fasilitator wajib sanggup membiasakan anak didik serta lingkungannya supaya anak didik bisa belajar dari ketiga aspek itu serta mendapatkan pergantian sikap, sebab ketiga aspek itu ialah wujud karakter individu.. guru ialah agen pendidikan dan bermacam kunci kesuksesan serta sekalian ujung tombak perolehan tujuan pergantian pendidikan, para guru terletak di titik esensial buat menata, mengerahkan serta menghasilkan atmosfer pembelajaran yang aktif inovatif, inovatif, efisien, yang mengasyikkan untuk anak didik alhasil bisa menggapai tujuan pembelajaran yang diharapakan serta cocok dengan tujuan pembelajaran nasional. oleh sebab itu, guru dituntun lebih handal, inovatif serta inovatif dalam melakukan kewajiban pembelajarannya. monotonnya tata cara ataupun alat yang dipakai oleh guru bisa memunculkan kejenuhan untuk anak didik dalam pembelajaran yang pada kesimpulannya bisa merendahkan dorongan, minat belajar anak didik dan hasil belajar jauh dari apa yang diharapkan. dari situasi itu jelaslah kalau cara pembelajaran itu tidak bisa tingkatkan hasil belajar anak didik dalam cara pembelajaran (roheni, 2020). bersumber pada observasi yang bisa dicoba pada dikala cara pembelajaran ips berjalan di kelas vi sdn min kudus hingga dikala ini kurang sukses tingkatkan dorongan, hasrat belajar serta berasumsi kritis di kalangan anak didik. dengan memandang kesenjangan di atas, sesungguhnya upaya buat tingkatkan mutu pembelajaran ips telah banyak dicoba, bagus lewat konferensi, pembelajaran, ataupun pertemuan gabungan sekolah. salah satu metode yang bisa dicoba guru buat tingkatkan pembelajaran ips dengan pemakaian tata cara serta sumber belajar dalam sebutan lain memakai bentuk pembelajaran sebab bentuk pembelajaran ialah metode analitis dalam mengerahkan pengalaman belajar buat menggapai tujuan belajar, begitu juga diungkapakan oleh toeri soekamto serta winataputra (1995:78) mendeskripsikan “model pembelajaran sebaga kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam menorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perangcang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar”. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 155 bersumber pada sebagian teori serta realitas dan penelitian terdahulu yang terdapat itu, hingga penulis mempunyai ketertarikan buat mengkaji lebih jauh hal penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa ips kelas vib sdn min kudus. kajian pustaka pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. pembelajaran kooperatif timbul dari rancangan kalau anak didik hendak lebih gampang menciptakan serta menguasai rancangan yang susah bila mereka silih beranggar pikiran dengan temannya. di dalam kategori kooperatif anak didik belajar bersama dalam kelompok kelompok kecil yang terdiri dari 45 0rang anak didik yang cocok namun heterogen, keahlian, jenis kelamin, kaum atau suku bangsa, serta satu serupa lain silih menolong. tujuan dibentuknya kelompok itu merupakan buat membagikan peluang pada seluruh anak didik buat bisa ikut serta dengan cara aktif dalam cara berfikir serta aktivitas belajar. sepanjang bertugas dalam kelompok, kewajiban anggota kelompok merupakan menggapai ketuntasan modul yang dihidangkan oleh guru, serta silih menolong sahabat sekelompoknya buat menggapai ketuntasan belajar. huda (2011:29) melaporkan kalau: pembelajaran kooperatif ialah kegiatan pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh salah satu prinsip kalau pembelajaran wajib didasarkan pada pergantian data dengan cara sosial diantara kelompokkelompok pembelajaran yang di dalamnya tiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri serta didorong buat tingkatkan pembelajaran anggotaanggota yang lain. sebaliknya bagi huda (2011) mendeskripsikan pembelajaran ataupun anak didik yang bertugas serupa dalam satu regu buat menanggulangi sesuatu permasalahan, menuntaskan suatu tugas atau tujuan bersama. dengan cara pendek pembelajaran kooperatif merujuk pada tata cara pembelajaran dimana anak didik bertugas serupa dalam belajar. model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ialah pengembangan dari bentuk pembelajaran dialog serta ialah bagian dari bentuk pembelajaran kooperatif. cuma saja, pada bentuk ini aktivitas belajar diatur sedemikian muka alhasil cara belajar mengajar bisa berjalan dengan lebih mengasyikkan. bersumber pada shoimin (2014:174) berkata kalau dengan pelaksanaan bentuk ini, dialog kelompok serta interaksi dampingi anak didik dari kelompok yang berlainan membolehkan terbentuknya saling sharing wawasan serta pengalaman dalam usaha menuntaskan kasus yang bisa jadi mencuat dalam dialog yang berjalan dengan cara lebih interaktif serta mengasyikkan. berikutnya shoimin (2014) menyatakan salah satu kasus sungguhsungguh yang kerap terjalin dalam cara belajar merupakan terdapatnya perasaan ragu pada diri anak didik buat mengantarkan kasus yang dirasakannya dalam menguasai materi pelajaran. guru kerap hadapi kesusahan dalam menanggulangi permasalahan ini. tetapi, lewat aplikasi bentuk vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 156 pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ini, anak didik bisa mengantarkan persoalan ataupun permasalahannya dalam wujud tercatat yang esoknya hendak didiskusikan bersama. dengan begitu, anak didik bisa mengatakan kesulitankesulitan yang dirasakannya dalam menguasai modul pelajaran. aqib (2014: 27) mengemukakan langkahlangkah bentuk pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing berikut ini: 1. guru menarangkan dengan cara pendek modul yang hendak dibahas 2. guru memilah anak didik kedalam 4 kelompok dengan tiaptiap kelompok beranggotakan 5 orang. 3. setelah itu setiap pimpinan kelompok memperoleh uraian dari guru yang setelah itu diteruskan pada badan kelompoknya. 4 4. sehabis seluruh anak didik mengenali modul pembelajaran tiap anak didik menorehkan satu persoalan yang tidak diketahuinya kedalam selembar kertas kemudian kertas itu diremas menyamai bola. 5. berikutnya tiaptiap anak didik mempunyai satu bola persoalan. 6. guru membimbing anak didik buat memilah bola persoalan itu pada temantemanya. seharusnya pemberian bola pertannyaan dicoba dengan cara berkelompok 7. sehabis seluruh anak didik memperoleh bola persoalan dari temanya, dengan cara bergiliran membuka bola itu kemudian menanggapi persoalan yang ada dalam bola itu. 8. sedangkan temannya menanggapi persoalan, anak didik yang lain menilai bukti balasan dari temannya serta bisa menjawab balasan temannya 9. sehabis seluruh bola persoalan terjawab. guru membagikan penguatan materi 10. guru memberikan lks pada siswa 11. guru berikan apresiasi atas hasil kegiatan anak didik dengan cara orang ataupun kelompok. bersumber pada pemaparan itu bisa disimpulkan kalau bentuk pembelajaran kooperatif jenis snowball trhowing merupakan bentuk pembelajaran yang mengaktifkan anak didik dengan cara totalitas sebab pelajaran terbuat semacam game alhasil anak didik lebih aktif serta mengasyikkan dalam cara belajar mengajar. metode penelitian rancangan dan jenis penelitian rancangan penelitian yang dipakai dalam riset ini merupakan riset tindakan kelas (ptk). bentuk skema yang dipakai dalam penelitian ini merupakan bentuk kemmis serta mctaggart dimana cara penelitian aksi ialah cara daur ulang ataupun siklus. aktivitas ini dilaksanakan dalam sebagian langkah ialah perancangan, penerapan, observasi, serta refleksi. penelitian ini dilaksanakan pada 2 siklus. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 157 subyek penelitian ada pula penelitian ini dilaksanakan di kelas vi sdn min kudus. pada riset ini, poin penelitiannya merupakan anak didik kategori vi sdn min kudus, dengan jumlah anak didik sebesar 28 anak didik. hasil penelitian penelitian ini dilaksanakan di sdn min kudus yang dilaksanakan didalam kategori dikala aktivitas pembelajaran berjalan, dimana penelitian ini terdiri dari 2 daur serta pada tiap akhir pembelajaran dicoba penilaian berbentuk uji hasil belajar. prasiklus aktivitas yang dicoba pada penerapan pratindakan dalam penelitian ini merupakan membagikan uji dini yang bermaksud buat mengenali tingkatan wawasan prasyarat yang dipunyai oleh peserta didik. penerapan uji dini dihidangkan dalam wujud pertanyaan opsi dobel yang diiringi oleh peserta didik kela vi yang berjumlah 28 orang anak didik. ada pula angka ketuntasan minimun merupakan ≥75. dari hasil pengamatan didapat informasi persentase ketuntasan belajar anak didik semacam pada tabel 1. berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa dari 28 siswa kelas vi sdn min kudus terdapat 21 siswa atau 75% mendapatkan hasil belajar dibawah kkm 70 ataupun tiddak lolos, sebaliknya sisanya sebesar 7 anak didik ataupun 25% yang menggapai nilai kkm ataupun berhasil dengan nilai pada umumnya keseluruhannya ialah 62. 36. ada pula hasil belajar prasiklus bisa dihidangkan dalam grafik selanjutnya ini. gambar 1. hasil tes awal siswa 25% 75% hasil tes awal siswa kelas vi b sdn min kudus tahun pelajaran 2019/2020 lulus tidak lulus vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 158 siklus i pelaksanaan tindakan pada siklus i dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan ialah pada tanggal 1 serta 2 februari 2021 yang hendak diterangkan berikut: pertemuan pertama, a. perencanaan tindakan pada aktivitas perancangan peneliti sudah mempersiapkan sebagian perihal berikut ini: 1. rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp) 2. lembar kerja siswa (lks) 3. lembar observasi 4. format wawancara 5. soal tes akhir tindakan. b. pelaksanaan tindakan aksi dilaksanakan bersumber pada konsep penerapan pembelajaran yang sudah terbuat. pada penerapan pembelajaran peneliti berperan selaku periset, sebaliknya seseorang sahabat sejawat berperan selaku pengamat. jumlah anak didik yang pada dikala penerapan aksi merupakan sejumlah 28 orang. ada pula modul yang hendak dipaparkan pada aksi merupakan tipe pekerjaan serta penggunaa duit serta pengamat hendak diserahkan lembar observasi buat mencermati cara pembelajaran. aktivitas belajar mengajar dibagi kedalam 3 langkah, ialah: 1. tahap awal penerapan aksi pada langkah dini ini yang dicoba merupakan melaksanakan aktivitas teratur, yang mencakup membuka pelajaran dengan mengantarkan modul setelah itu peneliti membangkitkan wawasan prasyarat dengan bertanya pada anak didik mengenai jenis pekerjaan serta penggunaa duit. berikutnya peneliti mengantarkan tujuan pembelajaran yang mau digapai pada modul mengenai tipe profesi serta penggunaa uang. ada pula tujuan yang mau digapai merupakan: a) menarangkan berartinya antusias kegiatan; b) memaparkan identitas orang yang mempunyai antusias kegiatan; c) menarangkan alasan orang wajib bertugas. 2. tahap inti guru membuat anak didik berkelompok, kemudian memanggil tiaptiap pimpinan kelompok buat membagikan uraian mengenai modul. tiaptiap pimpinan kelompok kembali ke kelompoknya tiaptiap, setelah itu menarangkan modul yang di informasikan oleh guru pada temannya. setelah itu tiaptiap anak didik diserahkan satu lembar kertas kegiatan, buat menorehkan satu persoalan apa saja yang menyangkut modul yang telah dipaparkan oleh pimpinan kelompok. setelah itu kertas yang bermuatan persoalan itu terbuat semacam bola serta dilempar dari satu anak didik ke anak didik yang lain selama± 15 menit. sehabis vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 159 anak didik bisa satu bola atau satu persoalan diserahkan peluang pada anak didik buat menanggapi persoalan yang tercatat dalam kertas berupa bola itu dengan cara bergantian. kala menanggapi persoalan itu anak didik dimohon buat berdiri dari tempat duduknya ataupun maju ke depan kategori buat menanggapi persoalan yang mereka dapatkan.. 3. tahap akhir pada langkah akhir pembelajaran peneliti memusatkan serta membimbing anak didik merumuskan materi pelajaran yang telah dipelajari. berikutnya periset menginformasikan kalau sesaat lagi hendak diadakan tes akhir tindakan. tes akhir tindakan siklus i tes akhir tindakan dilaksanakan uji yang bermaksud buat mengenali jenjang uraian anak didik kepada materi yang sudah dipelajari pada daur i. uji ini di ikuti oleh 28 orang partisipan didik dengan pengawasan oleh periset serta seseorang pengamat. nilai standard ketuntasan minimal( kkm) dalam penelitian ini ialah 70. ada pula hasil uji akhir aksi bisa diamati tabel 2 bersumber pada tabel diatas, membuktikan kalau pada daur i dari 28 anak didik kelas vi ips ada 10 anak didik ataupun 36% yang tidak lolos ataupun tidak menggapai nilai kkm sedangkanjumlah anak didik yang menggapai nilai kkm ataupun lolos sebesar 18 anak didik ataupun 64% dengan angka pada umumnya 74. 16. ada pula hasil belajar pada daur i mengalamai kenaikan lebih bagus dibanding pra daur. hasil belajar siklus i bisa diamati pada diagram selaku selanjutnya: gambar 2. hasil bbelajar siklus i hasil observasi siklus i 64% 36% hasil belajar siklus i siswa kelas vi b sdnmin kudus tahun pelajaran 2019/2020 lulus tidak lulus vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 160 bersumber pada observasi peneliti sepanjang aktivitas pembelajaran terlihat kalau aktivitas pembelajar belum terselenggara seluruhnya dengan bagus, perihal ini nampak dari sebagian anak didik tidak aktif melakukan kewajiban yang diserahkan, alhasil peneliti senantiasa mengulangulang membagikan advis serta nasehat. aktivitas observasi dicoba oleh seseorang pengamat ialah seseorang sahabat sejawat yang pula ialah guru kategori di sdn min kudus. observasi yang dicoba mencakup kegiatan anak didik sepanjang berlangsungnya cara pembelajaran. observasi dicoba oleh pengamat dengan memuat kepingan observasi yang sudah diadakan. penerapan observasi dalam riset ini bermaksud buat mengenali aktivitas anak didik sepanjang penerapan aktivitas pembelajaran ips dengan memakai bentuk pembelajaran snowball throwing. dari hasil observasi yang dicoba pengamat kepada kegiatan anak didik, didapat persentasenya sebesar 88%. berarti derajat kesuksesan kegiatan anak didik bersumber pada observasi pengamat tercantum ke dalam jenis sangat baik. refleksi siklus i pelaksanakan refleksi dalam penerapan penelitian ini bermaksud buat mengenali penerapan aksi telah sukses ataupun belum, ada pula patokan kesuksesan yang dipakai dalam penelitian ini merupakan bila hasil observasi sudah menggapai skor≥ 64%. sebaliknya patokan hasil merupakan bila≥ 64% anak didik menemukan skor≥ 75 pada uji akhir aksi. bersumber pada hasil penerapan penelitian yang sudah periset laksanakan pada penerapan siklus i membuktikan kalau hasil observasi kepada aktivitas anak didik yang dicoba oleh pengamat didapat persentase sebesar 64%. dengan begitu hasil observasi dalam penerapan siklus i tercantum dalam jenis amat bagus. penerapan riset yang sudah pengarang jalani pada penerapan tindakan silkus i membuktikan kalau dari bidang hasil, anak didik yang menggapai nilai patokan ketuntasan minimun (kkm) berjumlah 18 orang sebaliknya anak didik yang belum menggapai angka patokan ketuntasan berjumlah 10 orang maksudnya belum penuhi standard hasil yang sudah dikemukakan diatas. bersumber pada hasil penerapan daur i itu diatas, hingga bisa disimpulkan kalau penerapan aksi siklus i sedang belum sukses serta sedang butuh dicoba pengulangan aksi, alhasil peneliti melaksanakan aksi ke siklus ii. deskripsi hasil belajar siklus ii nilai ketuntasan belajar yang dipakai dalam penelitian ini merupakan≥70. ada pula hasil penilaian pada penerapan uji akhir siklus ii dalam riset ini bisa dicermati pada tabel 3. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 161 bersumber pada tabel diatas, membuktikan kalau pada daur ii dari 28 anak didik kelas vi b ada 25 anak didik ataupun 88% yang lolos ataupun meraih nilai kkm sebaliknya, jumlah anak didik yang tidak menggapai angka kkm ataupun tidak lolos sebesar 3 anak didik ataupun 11% dengan angka pada umumnya kategori sebesar 81. 66. dengan begitu bisa disimpulkan kalau ada kenaikan hasil belajar yang lebih bagus dibanding siklus i. ada pula hasil belajar siklus ii bisa diamati pada diagram berikut ini: gambar 3. hasil belajar siklus ii hasil observasi siklus ii dari hasil observasi yang dicoba pengamat kepada kegiatan anak didik, didapat persentase sebesar 89%. berarti derajat kesuksesan kegiatan anak didik bersumber pada observasi kedua pengamat tercantum ke dalam jenis amat bagus. perihal ini cocok dengan riset yang dicoba oleh rosidah( 2017) kalau observasi aksi kategori siklus i bisa dipaparkan kalau hasil belajar ips lewat bentuk pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada anak didik kategori v sd negeri kadudampit hadapi kenaikan jumlah anak didik yang berakhir ialah jadi 15 orang anak didik( 71, 42%). dari hasil itu hingga penelitian hendak dilanjutkan kekegiatan aksi kategori siklus ii sebab anak didik yang menemukan angka diatas penanda kesuksesan dengan nilai minimun 70 sedang berjumlah 15 orang( 71, 42%) serta yang belum meraih angka minimun 70 berjumlah 6 orang (28,5%). refleksi siklus ii bersumber pada hasil penelitian yang pengarang jalani pada penerapan siklus ii membuktikan kalau hasil observasi kepada aktivitas anak didik didapat persentase sebesar 89%. dengan begitu hasil observasi dalam penerapan siklus ii tercantum dalam jenis amat bagus. perihal ini cocok dengan riset yang dicoba oleh sinaga( 2017), dimana hasil riset yang dicoba ialah membuktikan kalau dari hasil observasi yang dicoba pengamat kepada kegiatan anak didik, didapat persentase sebesar 92%. berarti derajat kesuksesan kegiatan anak didik bersumber pada observasi kedua pengamat tercantum ke dalam jenis sungguh bagus. pada siklus ii bisa dikenal kalau anak didik yang menggapai angka kriteria ketuntasan minimun (kkm) berjumlah 25 orang sebaliknya anak didik yang tidak meraih angka standard ketuntasan berjumlah 3 orang. hingga bisa dimaksud kalau pada siklus ii tingkatan kesuksesan peserta didik telah menggapai 81%. bersumber pada hasil penelitian itu hingga 89% 11% hasil belajar siklus ii siswa kelas vi b min kudus tahun pelajaran 2019/2020 lulus tidak lulus vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 162 bisa disimpulkan kalau penerapan siklus ii telah sukses serta tidak butuh dicoba repetisi tindakan. bersumber pada penjelasan dari hasil penelitian mulai dari penerapan tindakan i serta aksi ii yang mencakup observasi membuktikan kalau penerapan aktivitas pembelajaran dengan memakai bentuk pembelajaran snowball throwing bisa tingkatkan aktivitas anak didik dalam penerapan aktivitas pembelajaran, dan bisa tingkatkan hasil belajar anak didik kelas vi b ips pada modul jenis pekerjaan serta penggunaa uang. hasil penerapan riset yang sudah dilaksanakan pada siklus i membuktikan kalau hasil observasi kepada aktivitas anak didik yang dicoba oleh seseorang guru pengamat didapat persentase sebesar 64%. dengan begitu hasil observasi dalam penerapan siklus i tercantum dalam jenis sungguh bagus. berikutnya hasil belajar akhir siklus i bisa dikenal kalau anak didik yang menggapai angka patokan ketuntasan minimun (kkm) berjumlah 18 orang edangkan anak didik yang belum menggapai nilai kriteria ketuntasan berjumlah 10 orang. hingga bisa dimaksud kalau pada siklus i tingkatan kesuksesan peserta ajar belum meraih 81% hingga butuh rasanya dicoba siklus ii. bersumber pada hasil riset yang pengarang jalani pada penerapan daur ii membuktikan kalau hasil observasi kepada aktivitas anak didik didapat persentase sebesar 89%. dengan begitu hasil observasi dalam penerapan siklus ii tercantum dalam jenis sungguh bagus. pada siklus ii bisa dikenal kalau anak didik yang menggapai nilai kkm berjumlah 25 orang sebaliknya anak didik yang belum menggapai nilai kriteria ketuntasan berjumlah 3 orang. hingga bisa dimaksud kalau pada daur ii tingkatan kesuksesan partisipan ajar telah meraih 89%. bersumber pada hasil penelitian itu hingga bisa disimpulkan kalau penerapan siklus ii telah sukses serta tidak butuh dicoba klise aksi. dari hasil penelitian aksi daur i serta siklus ii yang terdiri dari penerapan aksi, uji akhir aksi, observasi, serta tanya jawab membuktikan kalau pembelajaran dengan bentuk pembelajaran snowball throwing memperoleh reaksi yang bagus dari anak didik. perihal ini bisa diamati dari keahlian anak didik dalam menguasai modul tipe pekerjaan serta penggunaa uang lebih bertambah. tidak hanya itu anak didik pula lebih bersemangat serta aktif dalam belajar ips. bentuk pembelajaran snowball throwing ialah salah satu pengganti buat tingkatkan hasil belajar anak didik dalam menekuni tipe profesi serta penggunaa uang. guru bisa memakai bentuk pembelajaran snowball throwing buat tingkatkan keahlian anak didik dalam menguasai modul pelajaran, alhasil hasil belajar anak didik lebih maksimum. perihal ini serupa dengan opini bayor (2010) snowball throwing ialah selaku salah satu dari bentuk pembelajaran aktif( active learning) pada hakikatnya memusatkan minat anak didik kepada modul yang dipelajarinya. tetapi begitu juga bentuk pembelajaran yang lain, dalam pelaksanaannya juga terdapat faktorfaktor yang mempengaruhinya antara lain situasi anak didik, waktu yang ada, modul yang diajarkan serta tujuan pembelajaran. selainitu sinaga (2017) pula menyatakana kalau bentuk pembelajaran snowball throwing ialah salah satu pengganti buat tingkatkan hasil belajar anak didik dalam menekuni tipe profesi serta penggunaa duit. guru bisa memakai bentuk pembelajaran snowball throwing buat tingkatkan keahlian anak didik dalam menguasai materi pelajaran, alhasil hasil belajar anak didik lebih maksimum. vol.2 no.2 2021 issn: 2745-6056 e-issn: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 163 kesimpulan pembelajaran dengan memakai bentuk pembelajaran snowball throwing yang bisa tingkatkan hasil belajar anak didik kategori vi min kudus dalam menguasai modul jenis pekerjaan serta penggunaa duit. perihal ini nampak dari presentase ketuntasan belajar yang didapat oleh anak didik, dimana pada penerapan siklus i didapat ketuntasan belajar merupakan 64% serta pada siklus ii didapat persentase 89%. pemakaian bentuk pembelajaran snowball throwing bisa tingkatkan aktivitas anak didik dalam melakukan aktivitas belajar mengajar, perihal ini nampak dari hasil observasi yang dicoba oleh seseorang pengamat yang ialah kawan kerja peneliti dalam melakukan riset ini. hasil observasi pada penerapan siklus i didapat persentase sebesar 64% serta pada siklus ii hasil observasi kegiatan anak didik sebesar 89%. hasil observasi kepada kesertaan belajar anak didik dari siklus i hingga siklus ii membuktikan terdapatnya kenaikan kegiatan anak didik dalam aktivitas pembelajaran. daftar rujukan anni, catharina t. 2007. psikologi belajar. semarang: unnes aqib, zainal. 2014. model-model, media, dan strategi pembelajaran kontekstual (inovatif). bandung: yrama widya huda, miftahul. 2011. cooperative learning. (yogyakarta: pustaka belajar) nurhaedah, a., & amran, m. (2017). penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ips kelas v sdn mapala kota makassar. jikap pgsd: jurnal ilmiah ilmu kependidikan, 1(1), 11-22. roheni, r. (2020). penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas vi sdn cibentang kecamatan kramatmulya kabupaten kuningan. pedagogi: jurnal penelitian pendidikan, 6(1). sagala, syaiful. 2010. supervisi pembelajaran dalam profesi pendidikan. bandung: alfabeta. shoimin, aris. 2014. 68 model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013. yogyakarta: ar-ruzz media toeti soekamto dan udin s. winataputra (1995). teori belajar dan model – model pembelajaran. jakarta: ditjen dikti, depdiknas.