Microsoft Word - 11-Utami.docx Vol.2 No.5 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.130 665 Received : 13-02-2021 Revised : 15-04-2021 Published : 07-05-2021 PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA Sri Utami Harsanti SMK SMTI Padang, Indonesia sriutamiharsanti74@gmail.com Abstrak: Praktik Teknologi Pengolahan Kelapa merupakan pelajaran yang diajarkan di kelas XI SMK SMTI Padang. Pada pelajaran ini peserta didik diharapkan mampu melakukan pengolahan kelapa menjadi produk pangan. Untuk mencapai target pembelajaran, penyampaian konsep materi disampaikan secara satu arah oleh guru dan kemudian peserta didik diberi kesempatan untuk berdiskusi. Tahap pembelajaran dilanjutkan dengan praktik secara berkelompok. Dengan metode ini, tidak semua peserta didik dapat memusatkan perhatian selama pembelajaran. Untuk menarik perhatian peserta didik dalam pembelajaran, digunakan model pembelajaran yang bersifat kooperatif dengan menggunakan kartu berbicara atau time token. Pembelajaran dengan time token ini diterapkan untuk membuktikan apakah penggunaan kartu time token mampu membuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran sehingga meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta didik. Dari penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa penerapan model pembelajaran ini telah mampu membuat aktivitas peserta didik meningkat dalam pembelajaran. Komunikasi peserta didik dengan guru maupun dengan sesama peserta didik saat pelaksanaan praktikum juga terlihat meningkat. Saat guru menerangkan materi, peserta didik lebih antusias dan penuh perhatian serta tidak sungkan mengajukan pertanyaan jika ada materi yang kurang dimengerti. Peningkatan aktivitas tersebut, berdampak juga pada peningkatan hasil belajar peserta didik. Hal ini terlihat dari meningkatnya nilai rerata peserta didik. Peningkatan juga terlihat pada jumlah peserta didik yang memiliki nilai di atas standar ketuntasan minimal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran dengan menggunakan kartu time token memberikan pengaruh positif, dimana sebagian besar peserta didik terlihat semakin aktif dalam proses pembelajaran praktik Teknologi Pengolahan Kelapa sehingga pemahaman dan hasil belajar peserta didik pun meningkat. Kata kunci: teknologi pengolahan kelapa; time token; hasil belajar; aktivitas belajar Vol.2 No.5 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.130 666 PENDAHULUAN Proses pembelajaran merupakan suatu bentuk interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam menyampaikan pesan atau pengetahuan yang diharapkan dapat merubah sikap dan perilaku peserta didik. Kualitas pembelajaran dikatakan baik, apabila prosesnya baik dan memberikan hasil yang juga baik. Beberapa hal yang akan mempengaruhi proses pencapaian keberhasilan dalam sebuah pembelajaran antara lain adalah model pembelajaran yang digunakan pendidik. Agar peserta didik memiliki semangat dan fokus dengan pembelajaran, diperlukan model pembelajaran dimana siswa dapat berperan aktif dalam menemukan sebuah konsep materi. Dengan demikian kualitas pembelajaran juga dapat meningkat. Praktik Teknologi Pengolahan Kelapa merupakan mata pelajaran muatan lokal yang diajarkan di kelas XI SMK SMTI Padang. Pada mata pelajaran ini siswa diharapkan mampu melakukan pengolahan terhadap kelapa menjadi produk pangan. Untuk mencapai target pembelajaran baik dari segi pengetahuan, keterampilan maupun sikap, selama ini guru menjelaskan materi di depan kelas dengan bantuan power point. Sebelum dilanjutkan dengan praktik, siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan hal yang belum dipahami. Di akhir pembelajaran siswa diminta membuat laporan praktikum yang merangkum hal-hal penting yang terjadi selama praktik, mulai dari tujuan hingga kesimpulan praktik. Metode mengajar yang cenderung monoton karena masih berpusat pada guru (teacher centered) membuat peserta didik cenderung jenuh dalam mengikuti pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran. Untuk menghindari kejenuhan peserta didik, perlu diterapkan variasi mengajar sehingga peserta didik banyak terlibat aktif dalam memahami dan merumuskan konsep materi pembelajaran. Dengan pembelajaran yang bersifat kooperatif, peserta didik akan lebih terpusat perhatiannya serta berperan aktif dalam setiap kegiatan. Penggunaan kartu bicara time token menjadi salah satu alternatif pembelajaran kooperatif yang mampu menarik perhatian peserta didik. Dengan kartu ini peserta didik akan lebih termotivasi untuk berani mengungkapkan pendapat terkait konsep materi yang sedang dipelajari. Berdasarkan alasan ini, peneliti melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Time Token untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Teknologi Pengolahan Kelapa”. Tindakan yang diberikan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model pembelajaran ini dapat meningkatkan aktivitas peserta didik serta hasil belajarnya dalam pembelajaran praktik Teknologi Pengolahan Kelapa. Fanani (2013) dalam penelitiannya telah membuktikan bahwa penggunaan kartu time token menunjukkan nilai partisipasi keterampilan sosial yang sangat tinggi. Partisipasi peserta didik yang tinggi pada akhirnya meningkatkan pemahaman dan memberikan hasil pembelajaran yang lebih baik. Dalam penelitian senada, Ningzaswati, dkk (2015) juga telah melakukan penelitian terkait bagaimana pengaruh penggunaan kartu time token terhadap aktivitas peserta didik selama pembelajaran dan bagaimana pengaruhnya terhadap hasil belajar matematika. Dari penelitian yang dilakukan, Ningzaswati (2015) membandingkan hasil belajar siswa dengan pembelajaran konvensional. Ternyata peningkatan hasil belajar maupun aktivitas hasil belajar terlihat signifikan pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan teknik time token. Sementara itu dalam penelitian Kandaga (2017) terkait upaya peningkatan kemampuan pemahaman dan disposisi matematis, disimpulkan bahwa penggunaan kartu time token mampu menunjukkan peningkatan pemahaman matematis dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan materi dengan pembelajaran konvensional. Vol.2 No.5 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.130 667 Model pembelajaran kooperatif time token merupakan alternatif model pembelajaran yang dapat dijadikan solusi dalam meningkatkan hasil belajar dan aktifitas peserta didik dalam memahami konsep dalam mata pelajaran “Teknologi Pengolahan Kelapa”. Dengan model ini, guru dapat memotivasi peserta didik untuk menambah wawasan terkait materi yang sedang dipelajari. Pembelajaran yang bersifat kooperatif ini juga efektif dalam meningkatkan keterampilan sosial serta melatih rasa percaya diri peserta didik untuk tampil menyampaikan pendapatnya. Dalam menyimpulkan pemahaman, peserta didik juga dilatih untuk dapat menghargai pendapat dan bekerjasama dengan teman sekelasnya secara umum maupun dalam kelompoknya secara khusus. Langkah-langkah dalam penerapan pembelajaran kooperatif time token ini diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran oleh guru. Selanjutnya guru mengondisikan kelas agar siap melaksanakan diskusi secara klasikal. Dalam proses pembelajaran ini, peserta didik diberi tugas untuk memahami konsep materi terlebih dahulu. Selanjutnya guru memberikan beberapa kartu berbicara (time token) dengan lama waktu bicara sekitar 30 detik untuk setiap kartu yang ada di tangan peserta didik. Setelah peserta didik memahami konsep materi, guru memancing siswa untuk melakukan diskusi terkait materi. Bagi siswa yang akan berkomentar, terlebih dahulu harus menyerahkan kupon kepada guru. Satu kupon, hanya berlaku untuk satu kali bicara. Peserta didik diperbolehkan memberikan komentar selanjutnya bergiliran dengan peserta didik lain hingga kupon berbicara yang di tangannya habis. Bagi peserta didik yang masih memegang kupon, wajib berbicara atau berkomentar hingga kupon di tangannya habis. Demikian seterusnya sampai semua peserta didik berbicara atau berkomentar terkait materi. Di akhir diskusi, guru akan memberikan penilaian bagi peserta didik sesuai kualitas komentar dan wakti bicara yang digunakan. Dengan penggunaan model pembelajaran time token peserta didik dimotivasi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, tidak pasif dalam diskusi dan tidak menggantungkan diri pada teman yang aktif saat ingin mengemukakan pendapatnya. Dengan demikian situasi pembelajaran menjadi aktif dan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi menjadi meningkat. Dalam pembelajaran, peserta didik dilatih untuk mengomunikasikan pendapatnya selama diskusi, saling mendengarkan, berbagi informasi dan siap menerima analisis peserta diskusi lainnya. Dengan demikian peserta didik pun terlatih menghargai pendapat orang lain. Sementara itu, guru mengambil peran mengarahkan proses diskusi sehingga peserta didik dapat merumuskan solusi atas permasalahan yang didiskusikan. Selain kelebihan-kelebihan tersebut, model pembelajaran ini juga memiliki beberapa kekurangan. Bagi kelas yang memiliki jumlah peserta didik yang banyak, penerapan model pembelajaran ini akan banyak menyita waktu, baik pada saat persiapan maupun pelaksanaan proses pembelajaran. Proses pembelajaran menjadi lebih lama disebabkan peserta didik mempunyai kewajiban menghabiskan kupon berbicara yang dimilikinya dengan cara berbicara satu demi satu. METODE Rancangan Penelitian Tindakan yang penulis berikan pada peserta didik mengindikasikan bahwa penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan agar terjadi perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian ini dimulai dari tahapan perencanaan proses pembelajaran, tahap pelaksanaan, kemudian dilanjutkan dengan tahap refleksi terhadap tindakan yang telah diberikan agar guru dapat memperbaiki kinerjanya dalam upaya Vol.2 No.5 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.130 668 peningkatan kualitas pembelajaran. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, dimana masing- masing siklus membutuhkan dua kali tatap muka pembelajaran. Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas XI.3 Sekolah Menengah Kejuruan SMTI Padang mulai bulan Juli – September 2018. Prosedur Pengumpulan Data Untuk menghimpun data, penulis melakukan beberapa aktivitas yang terdiri dari observasi, dokumentasi dan ujian atau tes. Proses observasi dipandu oleh ceklis observasi dan dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung sesuai dengan langkah-langkah tindakan yang telah dijelaskan oleh guru. Analisis Data Proses analisis data yang diperoleh dilakukan menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan membandingkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik sebelum dan setelah guru memberikan tindakan. Untuk mengetahui apakah tindakan yang diberikan berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa, penulis menghitung rata-rata nilai pengetahuan peserta didik. Selanjutnya dilakukan penghitungan persentase siswa yang memperoleh nilai di atas standar ketuntasan minimum. Proses analisis ini dilakukan baik pada siklus pertama maupun siklus kedua. Pengujian persentase ketuntasan siswa perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peran suatu model pembelajaran mampu meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran secara tuntas, dan untuk menyimpulkan apakah model pembelajaran tersebut dapat dikatakan efektif atau tidak. Pencapaian daya serap sama atau lebih dari nilai 75 menunjukkan bahwa peserta didik telah tuntas dalam pembelajaran tersebut. Dalam hal ini angka 75 merupakan nilai SKM (standar ketuntasan minimal). Peserta didik yang memoeroleh nilai kurang dari 75 belum dapat dikatakan tuntas sehingga harus mengikuti kegiatan remedial atau perbaikan. Persentase ketuntasan belajar secara klasikal ditentukan dengan rumusan berikut. % ketuntasan kelas = Jumlah peserta didik yang memenuhi SKM x 100% Jumlah total peserta didik Sedangkan untuk menghitung nilai akhir aspek kognitif peserta didik dapat digunakan rumus berikut ini. S skor yang diperoleh Nilai akhir tes = ____________________ x 100 S skor tertinggi Untuk melakukan observasi atau pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa, dapat dibuat pedoman observasi yang terdiri dari daftar jenis kegiatan selama pembelajaran. Aspek yang diamati dalam penelitian terdiri dari 5 aspek, meliputi proses komunikasi siswa dengan guru, komunikasi antarsiswa dalam kelompok, perhatian siswa dalam pembelajaran, Vol.2 No.5 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.130 669 partisipasi siswa dalam diskusi, serta kehadiran siswa dalam pembelajaran. Masing-masing aspek diberi skor dengan kriteria berikut. Aktivitas “sangat baik” diberi poin 3, aktivitas “cukup baik” diberi poin 2, aktivitas “kurang baik” diberi poin 1 dan aktivitas “tidak baik” diberi poin 0. Selanjutnya untuk menentukan skor akhir dari aktivitas peserta didik selama pembelajaran, dapat digunakan rumus berikut. Total poin x 2 Nilai akhir = ____________ 3 Skor maksimal yang diperoleh peserta didik = 10 Untuk menentukan persentase aktivitas peserta didik secara klasikal, digunakan rumus berikut ini. S perolehan Nilai akhir = ____________ x 100 % S maksimal Adapun kriteria aktivitas peserta didik secara klasikal dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Kriteria aktivitas peserta didik secara klasikal No. Jumlah Persentase Kategori 1. 82% - 100% Sangat Aktif 2. 63% - 81% Aktif 3. 44% - 62% Cukup Aktif 4. 25% - 43% Kurang aktif Berdasarkan kebijakan sekolah, keberhasilan maupun kualitas pembelajaran ditentukan oleh keterlibatan aktif peserta didik selama pembelajaran baik keterlibatan secara sosial, mental, maupun fisik. Aktivitas yang demikian menunjukkan bahwa peserta didik memiliki semangat belajar dan rasa percaya diri yang baik. Jika aktivitas positif belajar peserta didik telah menunjukkan persentase ≥ 75%, maka dapat dikatakan telah memenuhi indikator keberhasilan suatu pembelajaran. HASIL Kegiatan penelitian dilakukan sebanyak dua siklus yang terdiri dari dua kali tatap muka per siklus. Pada setiap siklus, peneliti melakukan tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi (pengamatan), dan refleksi. Hasil tindakan yang telah dilakukan dalam penelitian ini dideskripsikan dalam bentuk hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik yang telah mengikuti pembelajaran “Teknologi Pengolahan Kelapa” dengan pembelajaran kooperatif time token. Rekapitulasi hasil perhitungan dari variabel hasil belajar dapat dilihat pada tabel berikut. Vol.2 No.5 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.130 670 Tabel 2. Perbandingan hasil belajar siswa pada tiap siklus No Keterangan Pra siklus (pre test) Siklus I Siklus II 1 Nilai Capaian Tertinggi 87 100 100 2 Nilai Capaian Terendah 51 52 55 3 Rata – Rata Hasil Belajar 60,56 74,25 76,75 4 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal 11,76 47,06 64,71 Diagram di bawah ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik dari aspek kognitif atau pengetahuan. Gambar 1. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Adapun rekapitalasi hasil perhitungan terhadap aktivitas peserta didik yang diobservasi, tergambar pada tabel berikut ini. Tabel 3. Aktivitas hasil belajar peserta didik pada tiap siklus No Aspek Yang Diamati Siklus I Rata-Rata Siklus I Siklus II Rata-Rata Siklus II Skor Pertemuan 1 Skor Pertemuan 2 Skor Pertemuan 3 Skor Pertemuan 4 1 Komunikasi dengan guru 1,61 1,83 1,72 2,11 2,56 2,33 2 Komunikasi antarsiswa dalam kelompok 1,44 1,78 1,61 2,17 2,39 2,28 3 Perhatian siswa dalam pembelajaran 2,11 2,22 2,17 2,33 2,56 2,44 4 Partisipasi siswa dalam diskusi 0,61 0,67 0,64 1,11 1,67 1,39 5 Kehadiran siswa dalam pembelajaran 3,00 3,00 3,00 2,83 2,83 2,83 Vol.2 No.5 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.130 671 PEMBAHASAN Hasil Belajar Siswa Dari tabel perbandingan hasil belajar di setiap siklus terlihat pada siklus pertama rerata nilai hasil belajar meningkat dari 60,56 menjadi 74,25. Persentase peserta didik yang memenuhi nilai SKM (standar ketuntasan minimal) meningkat 35,30% yaitu dari 11,76% menjadi 47,06%. Meningkatnya nilai rerata hasil belajar peserta didik disebabkan karena pada siklus 1 peserta didik sudah mendapat gambaran yang lebih jelas tentang konsep teknologi pengolahan kelapa yang ditayangkan melalui video dan didiskusikan dengan metode time token. Namun demikian persentase jumlah peserta didik yang memiliki nilai di atas standar ketuntasan minimal masih jauh dari yang diharapkan dan belum mencapai 75 %. Hal ini kemungkinan disebabkan karena peserta didik masih menyesuaikan diri dengan metode pembelajaran time token. Sebagian peserta didik masih ragu-ragu dan malu dalam mengungkapkan pendapat. Rendahnya persentase ketuntasan dalam kelas menunjukkan bahwa keberhasilan pembelajaran kelas masih harus ditingkatkan lagi. Hal ini disebabkan karena ada beberapa peserta didik yang masih pasif dan belum berpartisipasi penuh selama pembelajaran. Pada tindakan selanjutnya di siklus II peneliti membagi peserta didik menjadi 4 kelompok dan menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai bahan untuk melakukan diskusi kelompok. Melalui diskusi kelompok, peserta didik dapat membahas materi yang ada sehingga lebih interaktif saat guru melakukan proses diskusi. Tindakan perbaikan lain adalah dengan meningkatkan intensitas guru dalam menyampaikan pokok- pokok materi pembelajaran. Dengan adanya perbaikan pada siklus II, peserta didik terlihat makin memahami konsep teknologi pengolahan kelapa. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai rerata hasil belajar peserta didik dan persentase ketuntasan kelas. Dari data yang diolah diperoleh nilai rata – rata hasil belajar siswa 76,75 dengan ketuntasan belajar klasikal mencapai 64,71%. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar klasikal sebesar 17,65%. Dengan penerapan model pembelajaran time token, peserta didik dimotivasi untuk aktif berbicara selama proses diskusi berlangsung. Penggunaan kartu berbicara memberikan kesempatan berbicara yang adil bagi semua peserta didik sehingga tidak ada lagi peserta didik yang pasif selama pembelajaran berlangsung. Tindakan yang memancing peserta didik untuk aktif berbicara terkait topik pembelajaran, membuat pemahaman peserta didik terhadap konsep materi menjadi lebih matang. Aktivitas Belajar Siswa Berdasarkan tabel 3 yang menunjukkan gambaran aktivitas belajar peserta didik di setiap pertemuan, terlihat pada pertemuan pertama komunikasi siswa dengan guru memiliki skor 1,61(kategori kurang). Rendahnya skor untuk aspek ini disebabkan karena pada pertemuan awal, peserta didik masih ragu dan sungkan untuk berkomunikasi intens dengan guru selama pembelajaran. Begitu pula dengan aspek komunikasi antarsiswa dalam kelompok diskusinya memiliki skor 1,44. Hal ini disebabkan karena mereka baru berinteraksi dengan teman sekelas yang baru di kelas XI ini, walaupun ada beberapa yang sudah saling kenal dekat. Aspek perhatian siswa dalam pembelajaran sudah cukup baik yaitu dengan skor rata-rata 2,11. Kemudian, partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi Vol.2 No.5 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.130 672 tergolong masih s a n g a t rendah dengan rata-rata skor 0,61. Hal ini disebabkan karena adanya perasaan canggung antara guru dan peserta didik sehingga keaktifan bertanya maupun menjawab di dalam proses diskusi menjadi terhalang. Pada aspek kehadiran dalam pembelajaran, semua peserta didik cukup disiplin mengikuti pembelajaran. Hampir semua peserta didik bertahan dalam kelas selama pembelajaran berlangsung. Skor maksimal diperoleh untuk aspek ini yaitu dengan skor rata-rata 3 yang tergolong sangat baik karena tidak ada peserta didik yang izin ataupun sakit. Pada pertemuan kedua, terlihat sedikit peningkatan aktivitas belajar siswa dimana aspek komunikasi siswa dengan guru meningkat menjadi 1,83. Komunikasi antarsiswa dalam kelompok diskusi meningkat menjadi 1,78, perhatian siswa dalam pembelajaran meningkat menjadi 2,22 dan partisipasi siswa dalam diskusi meningkat menjadi 0,67. Untuk kehadiran, semua siswa masih lengkap sehingga mendapatkan skor tertinggi yaitu 3,00. Model pembelajaran time token yang diterapkan memperlihatkan peningkatan aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Mereka bertukar pendapat, saling belajar, dan saling memberi. Namun, karena keterbatasan waktu pembelajaran, ternyata tidak semua peserta didik mendapat kesempatan berbicara. Rasa malu dan kurang percaya diri juga masih menjadi penghambat bagi beberapa siswa untuk memberanikan diri dalam mengungkapkan pendapatnya. Sebaliknya, peserta didik yang aktif justru merasa terkekang karena dibatasi untuk berbicara. Dalam kegiatan diskusi, masih terlihat sebagian anggota kelompok yang belum serius dan mengandalkan teman lain saat mengerjakan tugas-tugas yang terdapat dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). Secara umum, pada pertemuan ketiga terlihat kegiatan diskusi kelompok semakin hidup dengan adanya partisipasi aktif dari anggota kelompok. Dari tabel terlihat komunikasi peserta didik dengan guru sudah semakin baik dengan skor 2,11. Hal ini dikarenakan pada pertemuan ketiga peserta didik sudah mulai mengenal guru. Begitu pula dengan aspek komunikasi antarsiswa dalam kelompok diskusi juga mendapat kategori baik dengan rata- rata skor 2,17. Hal ini disebabkan karena pada pertemuan ketiga, mereka telah dikelompokkan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang. Aspek perhatian siswa dalam pembelajaran meningkat dari pertemuan sebelumnya yaitu dengan skor 2,33. Namun demikian, partisipasi aktif siswa dalam diskusi hanya mengalami sedikit kenaikan dan masih tergolong rendah dengan skor 1,11. Hal ini disebabkan karena ada beberapa peserta didik yang masih malu sehingga partisipasi dalam diskusi, baik keaktifan bertanya maupun menjawab masih rendah. Pada aspek kehadiran dalam pembelajaran, terjadi penurunan skor yaitu 2,83 disebabkan karena ada satu orang siswa yang berhalangan hadir karena sakit. Namun semua peserta didik yang hadir tetap antusias mengikuti pembelajaran. Pada pertemuan keempat, terlihat peningkatan aktivitas belajar peserta didik dimana komunikasi dengan guru meningkat menjadi 2,56. Komunikasi antarsiswa dalam kelompok meningkat menjadi 2,39, perhatian siswa dalam pembelajaran meningkat menjadi 2,56 dan partisipasi siswa dalam diskusi meningkat menjadi 1,67. Untuk kehadiran, masih kurang 1 orang siswa dikarenakan sakit sehingga mendapatkan skor yaitu 2,83. Pada siklus II aktivitas belajar peserta didik menunjukkan peningkatan disebabkan karena peserta didik semakin memahami model pembelajaran ini dan rasa percaya dirinya pun mulai muncul. Peningkatan aktivitas belajar disebabkan karena untuk dapat memahami materi dengan baik, peserta didik dituntut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Pemahaman yang Vol.2 No.5 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.130 673 baik terhadap konsep materi dengan sendirinya akan memberikan pengaruh pada pencapaian prestasi belajar peserta didik. Keunggulan model pembelajaran ini tampak dari ratanya pembagian peran peserta didik dalam mengemukakan pendapat dengan adanya kartu time token yang dimiliki peserta didik. Dengan demikian, tidak ada lagi dominasi oleh sebagian peserta didik selama proses diskusi berlangsung. Adanya kewajiban menghabiskan kartu berbicara, juga meminimalisir jumlah peserta didik yang sama sekali pasif dalam menyampaikan pendapat. Kebiasaan peserta didik yang menggantungkan diri pada peserta didik yang aktif selama proses diskusi, juga dapat diminimalisir dengan model pembelajaran time token ini. Di awal penerapan model pembelajaran ini, beberapa peserta didik yang selama ini cenderung pasif akan mengalami kesulitan saat mengemukakan pendapatnya. Namun dengan motivasi yang diberikan guru serta dorongan tanggung jawab untuk menghabiskan kupon bicaranya, pada akhirnya peserta didik ini terlatih untuk mengungkapkan pendapatnya dengan menjawab atau menanyakan materi yang sedang dipelajari saat itu. Keterampilan sosial peserta didik juga dapat dikembangkan dengan baik karena peserta didik secara tidak langsung dilatih untuk memberikan kesempatan berbicara pada peserta didik lain dan menghargai pendapat yang dikemukakan temannya. Efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif time token dinilai cukup baik sebagai upaya meningkatkan aktivitas selama pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Model ini memberikan ruang yang cukup sehingga peserta didik mampu mengontruksi pengetahuan, mengembangkan kemampuan yang ada, bekerjasama dalam kelompok diskusi, saling menghargai dalam proses curah pendapat, saling menghargai dan mengakui kelebihan teman dalam proses diskusi sehingga terbangun rasa memiliki dan suasana saling mendukung proses pembelajaran (Ningzaswati dkk, 2015) SIMPULAN Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini, bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif time token terbukti menunjukkan peningkatan hasil belajar yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata sebelum perlakuan sebesar 60,56 menjadi 76,75 setelah perlakuan. Ketuntasan belajar klasikal juga meningkat sebesar 52,95% yaitu dari 11,76% menjadi 64,71%. Model pembelajaran ini juga berkontribusi dalam peningkatan aktivitas peserta didik dalam diskusi kelompok selama proses pembelajaran berlangsung. DAFTAR RUJUKAN Fanani, Hanif dan J.A. Pramukantoro. 2013. Pengaruh Teknik Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Diklat Dasar Dasar Kelistrikan di SMKN 1 Sidoarjo. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 2 Nomor 3. 829-836. Ibrahim Muslimin, Fida Rachmadiarti, Muhammad Nur dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. University Press. Surabaya. Kandaga, Thesa. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Time Token untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Disposisi Matematis Siswa SMA. Jurnal Edumatica. Volume 07 Nomor 01. ISSN : 2088-2157. Kunandar. 2012. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Vol.2 No.5 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.130 674 Moedjiono dan M. Dimyati. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Mulyasa. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Ningzaswati, Dwi Ratna, A.A.I.N. Marhaeni, I Wayan Suastra. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Time Token terhadap Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD. e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Program Studi Pendidikan Dasar. Volume 5(1). Rusman. 2016. Model-Model Pembelajaran. Mengembangakan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Suardi, Moh. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Deepublish. Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Kooperatif. Surakarta : Depdikbud. Suherman. 2009. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa. http://pkab.wordpress.com/2009/04/29/model-belajar-dan-pembelajaran- berorientasi-kompetensi-siswa/ ( 5 Juli 2018) Sulistiawati, Tika. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Time Token terhadap Kemampuan Berbicara Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III MIN 7 Bandar Lampung. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung. Lampung, Indonesia.