Microsoft Word - 12-Lutfi.docx Vol.2 No.5 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.131 675 Received : 13-02-2021 Revised : 15-04-2021 Published : 07-05-2021 UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH TENTANG ZAKAT MELALUI PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DI MTs AL-IHSAN TANAH GROGOT Lutfiati MTs Al-Ihsan Tanah Grogot, Indonesia klutfiati@gmail.com Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar dari siswa pada materi pelajaran Fiqih, khususnya materi zakat di kelas VIII Mts Al-Ihsan Tanah Grogot. Ruang lingkup penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan proses pembelajaran mengunakan model pembelajaran cooperatif learning, dan peningkatan prestasi belajar. Observasi pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan guru bertindak sebagai peneliti sekaligus praktisi dibantu oleh teman sejawat sebagai kolaborator. Penelitian ini dilakukan menggunakan dua siklus tindakan. Setiap siklus yang dilakukan dua kali pertemuan. Berdasarkan dari hasil observasi dan tes yang dilakukan menunjukkan penerapan dari pembelajaran yang kooperatif dapat memberikan hasil yang baik dari kualitas pembelajaran dan juga prestasi hasil belajar siswa. Peningkatan itu dapat dilihat dari perkembangan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklusnya, baik secara klasikal maupun secara individual. Peningkatan aktivitas belajar siswa terlihat dari komponen=kompenen indicator yang manjdi objek pengamatan. Sementara peningkatan prestasi dilihat dari perolehan nilai siswa dari tes yang dilakukan. Kata Kunci: meningkatkan; prestasi belajar; materi zakat; cooperative learning Vol.2 No.5 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.131 676 PENDAHULUAN Belajar merupakan proses perubahan perlaku yang dilakukan secara sadar dalam rangka pengembangan diri, baik pada aspek kognetif, apektif, dan psikomotorik. Belajar merupakan jembatan internalisasi potensi yang ada pada setiap peserta didik dari tidak dimengerti manjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi bisa. Dan itu dapat dilihat dari perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, baik Secara formal atau informal. Proses pembelajaran sekolah formal dilakukan di bawah bimbingan dan bimbingan gurunya, yang mana guru-guru selalu berusaha memberikan ilmu sebanyak mungkin dan murid menerima serta mengumpulkan ilmu tersebut sebanyak-banyaknya agar menjadi pegangan bekal dimasa yang akan datang. Seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surat Al-‘Alaq ayat 5: َْملَْعی َْمل اَم َناَسْنإلا َمَّلَع Artinya: "Dia mengajarkan kepada manusia, apa yang tidak diketahui-nya." (QS.96:5). Pembelajaran merupakan proses interaktif, baik guru maupun oleh siswa. Guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pebelajar. Sehingga tumbuh perilaku interaktif belajar dan mengajar. Materi pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai moral, seni religi, sikap dan keterampilan. Hasil penelitian ahli tentang aktivitas guru-siswa yang berkaitan dengan bahan ajar adalah model pembelajaran. Sejak tahun 1950-an, beberapa ahli di Amerika Serikat telah melakukan penelitian tentang model pembelajaran. Pembuat pada penelitian metode pembelajaran Amerika dari Marc Belth. Pembelajaran tindakan dari belajar berusaha mencari metode pembelajaran. Model atau metode yang ditemukan dapat diubah, diuji dan dikembangkan kembali, kemudian dapat diterapkan kegiatan yaitu pembelajaran sesuai dengan mode pembelajaran yang akan dilaksanakan. (Lie, 2002). Konsep di atas tentu tidak lepas dari upaya dalam meningkatkan kualitas suatu program pembelajaran yang diharapkan tumbuh pada peserta didik. Guru di sekolah dapat mengembangkan berbagai aktivitas, semangat dan kreatifitas siswa dalam belajar diantaranya adalah dengan menceritakan sebuah pengalaman-pengalaman menarik bagi anak yang dapat merangsang dan menanyakan segala hal yang dapat ia tiru untuk dijadikan tauladan yang berhasil, dengan memberikan bimbingan belajar, memberikan conroh berakhlak yang baik, memberikan evaluasi, serta masih banyak hal lainnya. Sebagai insan ciptaan Tuhan, Allah SWT yang maha kuasa, manusia diwajibkan untuk selalu mengembangkan ilmunya. Dakam proses belajar mengajar yang dilakukan di di MTs. Al-Ihsan Tanah Grogot, guru cenderung lebih sering menggunakan metode konvensional yaitu ceramah. Dalam metode ini, proses pembelajaran peran guru lebih dominan, sedangkan siswa sangat tertarik untuk mendengarkan dan memperhatikan dari penjelasan pengajar atau guru. Memberikan kesempatan bagi siswa agar mengutarakan pendapatnya sangat kecil, hingga mengajar menjadi membosankan. Siswa hanya menulis dan mendengarkan apa yang dikatakan guru, sehingga mereka hanya dapat mengingat dan mengingat topik. Kondisi di atas merupakan hasil identifikasi yang dilakukan di kelas terteliti. Identifikasi yang dilakukan dengan menguji teknik observasi dan tes terhadap siswa atau siswi terteliti menunjukkan hasil bahwa prestasi mahasiswa pada topik Fiqh khususnya materi Zakat masih kurang memuaskan. Vol.2 No.5 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.131 677 Dapat dilihat dari hasil tes pretasi dan mempunyai hasil observasi yang dilakukan peneliti. Hasil tes yang dilakukan untuk mengetahui bahwa rata-rata nilai pretasi siswa masih berasa di bawah KKM yang telah ditetapkan, dan tingkat ketuntasan belajar siswa masih di bawah 80%. Kondisi di atas terjadi karena pembelajaran yang dipimpin guru bersifat monoton dan tidak berubah. Guru tidak memberikan banyak keleluasaan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Keadaan ini memberi kesempatan kepada siswa untuk menjadi pasif dan non-kreatif. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti bersama teman sejawat mencoba mengembangkan metode pembelajaran untuk mengatasi masalah yang ada. Melalui diskusi tersebut disepakati penerapan model pembelajaran kooperatif pada kelas penelitian untuk meningkatkan hasil belajar sejarah peradaban Islam. Pembelajaran ini dipilih dengan asumsi dapat memberikan peluang peningkatan aktivitas dan intensitas belajar anak. Penelitian yang dilakukan ini, merupakan pengembangan tindak lanjut dari penelitian sebelumnya dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Ada beberapa tindakan dari Penelitian terdahulu yang dilakukan Nura Rahmad (2014) yang berjudul peningkatan hasil belajar Aqidah Akhlak dikelas VIII Mts Negeri Balikpapan dengan metode cooperative Learning. Hasil dari penelitian menghasilkan pembelajaran yang kooperatif agar meningkatkan hasil belajar siswa, baik proses maupun hasil. METODE Penelitian dilakukan di MTS Al-Ihsan Tanah Grogot, Desa Senaken Kabupaten Paser Kecamatan Tanah Grogot. Subject dalam penelitian ini adalah siswa putri VIII dengan jumlah 30 siswa. Pemilihan kelas siswa kelas VIII putri sebagai subjek penelitiann dilatarebelakangi oleh dua hal. Pertama, peneliti sebagai Guru mata pelajaran Fiqih di kelas terteliti yang memiliki tanggung jawab untuk keberhasilan pembelajaran mata pelajaran yang diampu. Kedua, sebagian besar siswa kelas VIII MTS Al-Ihsan Tanah Grogot, dari hasil tes awal yang dilakukan belum mengalami ketuntasan belajar sesuai KKM yang ditetapkan. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah PTK (penelitian tindakan kelas). Penelitian ini harus melibatkan guru yang membawakan mata pelajaran lain sebagai teman (observer) dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Kegiatan yang dilakukan bersama guru (teman sejawat) diantaranya (1) bersama-sama membuat perencanaan pembelajaran, (2) bersama-sama merefleksikan hasil tindakan yang dilakukan, dan (3) bersama-sama melakukan tindakan korektif pada siklus berikutnya. Penelitian dilaksanakan sebanyak dua siklus. Kegiatan penelitian diawali studi pendahuluan/observasi awal dan refleksi untuk menentukan tindakan apa yang tepat mengatasi permasalahan/kesulitan guru dan siswa dalam pembelajaran Fiqih, khususnya materi zakat. Penelitian dilakukan berdasarkan model atau metode penelitian tindakan yang digunakan dan akan mengembangkan yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1992), Alur tindakan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Vol.2 No.5 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.131 678 Gambar 1. Proses penelitian tindakan yang diadaptasi model atau metode dari Kemmis dan Taggart Alur penelitian tindakan di atas dipaparkan leih lanjut dalam bentuk deskripsi pelaksanaan tindakqn. Deskripsi pelaksanaan tindakan dimaksudkan sebagai pedoman peneliti dalam melaksanakan tindakan pembelajaran fiqih dengan pembelajaran kooperatif. Adapun deskripsi pelaksanaan pembelajaran Fiqih materi zakat dengan menggunakan pembelajaran cooperative diketahui pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Deskripsi Pelaksanan Pembelajaran Fiqih dengan Pembelajaran Cooperatif Learning NO Tahap Deskripsi Pelaksanaan Tindakan 1 Kegiatan Awal atau Pendahuluan a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam b) Guru melakukan dialog dan interaksi serta melakukan apersepsi untuk membangkitkan skemata siswa c) Guru dapat menyampaikan tujuan pelajaran & mejelaskan kegiatan dilakukan dalam pembelajaran akan dilakukan Vol.2 No.5 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.131 679 2 Kegiatan Inti a) Guru membagi siswa tiap kelompok 4 sampai 6 siswa b) Peserta didik diminta untuk membaca buku teks tentang pengertian zakat dan dalilnya c) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati beberapa permasalahan terkait ketentuan zakat. d) Peserta akan diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan tentang terkait hasil pengamatan mereka menjelaskan dari pengertian zakat dan macam-macam zakat baik secara tertulis maupun secara lisan e) Guru memberi kesempatan kepada setiap peserta untuk menunjuk siswa lain secara acak untuk menjawab pertanyaan dari teman mereka. f) Peserta didik aktif mengajukan pertanyaan kepada guru terkait tentang pengertia zakat dan dalilnya 3 Kegiatan Akhir atau Penutup a) Pengajar atau guru dengan siswa melakukan evaluasi dan refleksi b) Pengajar atau guru dengan siswa membuat kesimpulan c) Pengajar atau guru memberikan tugas tambahan untuk dikerjakan di rumah Data-data penelitian dikumpulkan melalui Teknik observasi langsung yaitu wawancara dan pengujian. Teknik observasi pada penelitian ini menggunakan agar memantau lingkungan kelas dan suasana proses pembelajaran. Mencermati kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa selama pembelajaran Fiqih dan pembelajaran kooperatif. Instrumen yang merampungkan data dengan teknik ini yaitu pedoman observasi. Metode wawancara digunakan untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan implementasi “Fiqih” melalui pembelajaran kooperatif. Siswa dan guru yang diwawancarai. Hasil wawancara menjadi inti dari refleksi yang dapat meningkatkan tindakan selanjutnya. Untuk mengumpulkan data dengan teknik ini digunakan alat bantu berupa pedoman wawancara. Teknik pengujian digunakan untuk menentukan tingkat prestasi siswa. Instrumen yang digunakan adalah item soal. Selanjutnya akan menggunakan teknik analisis yaitu "Analisis Data Model Aliran" yang dijelaskan oleh Miles dan Huberman (1996). Analisis data yang dijelaskan ada empat tahap, yaitu (1) menganalisis data, (2) mereduksi data, (3) menyajikan data, dan (4) meringkas data. HASIL Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan sesuai prosedur penelitian. Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh rekan kerja sebagai pengamat dalam mengamati aktivitas guru dan siswa. Pembentukan kelompok koperasi dalam penelitian telah dilakukan dengan baik. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang dibentuk secara heterogen, dari aspek kecepatan belajar. Masing-masing kelompok diberi nama kelompok dengan nama-nama bunga dan setiap anggota kelompok diberi nomor kepala, yakni A, B, C, D, dan E. Berdasarkan dari hasil observasi yang dilakukan pada kegiatan siklus 1, guru dan siswa melaksanakan kegiatan pendidikan dalam rangka pembelajaran kooperatif. Observasi dan penilaian difokuskan pada tiga aspek, yakni aktivitas belajar siswa, aktivitas belajar guru, dan hasil belajar siswa. Hasil observasi dan penilaian pada ketiga aspek itu bisa dilihat tabel berikut. Vol.2 No.5 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.131 680 Tabel 2. Aktivitas Belajar Pada Siswa Setiap Siklus No Aspek yang harus diamati Nilai rata- rata Siklus I Siklus II 1 Tingkat kerjasama dengan siswa 3 3 2 Siswa termotivasi mengikuti pelajaran 3 3 3 Konsentrasi siswa saat pelajaran sedang berlangsung 3 4 4 Kompetensi siswa dalam menyelesaikan tugas 3 3 5 Siswa dapat menjawab pertanyaan dari guru atau siswa lain 2 3 Jumlah skor 14 16 Perparameter 70 80 Keterangan: Skor tertinggi perparameter = 4, Skor total maksimal = 20 Kriteria penilaian : 0 - 39 = Sangat Kurang 40 - 55 = Kurang 56 - 65 = Cukup 66 - 79 = Baik 80 - 100 = Sangat Baik Berdasarkan hasil dari tabel 2, menunjukkan peningkatan aktivitas pendidikan siswa pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I parameter aktivitas pendidikan siswa mencapai 70 yang menunjukkan bahwa aktivitas pendidikan siswa termasuk dalam kategori baik. Meskipun demikian, kegiatan pendidikan klasikal siswa tidak mencapai angka minimal 80 yang diharapkan. Sementara itu, pada sikkus II terjadi peningkatan yang lebih signifikan. Parameter aktivitas belajar siswa mencapai 80 pada kategori Amat Baik, dan secara klasikal aktivitas belajar siswa tersebut sudah memenuhi target minimal. Hasil ini juga sejalan dengan hasil observasi terhadap aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru. Berdasarkan hasil observasi aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru juga mengalami peningkatan. Hasul tersebut disajikan pada tabel 3 berikut: Tabel 3. Aktivitas Pembelajaran Guru setiap Siklus No Aspek yang diamati Nilai rata- rata Siklus I Siklus II 1 Penerapan dengan menggunakan metode pembelajaran 4 4 2 Mengadakan komunikasi dua arah 2 4 3 Mengatur peserta didik selama belajar 3 3 4 Menuntun peserta didik dalam proses pembelajaran 3 4 5 Menjawab semua pertanyaan dari peserta didik 4 4 6 Memotivasi para peserta didik 2 4 Jumlah 18 23 Rata-rata 3 4 Vol.2 No.5 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.131 681 Skor tertinggi pada setiap aspek adalah 4, yang diuraikan pada kriteria penilaian sebagai berikut: Tabel 4. Kriteria penilaian Nilai Keterangan 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai rata-rata pengelolaan pembelajaran guru pada siklus I adalah 3 poin dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru cukup baik dalam mengelola pembelajaran. Namun pada siklus berikutnya pengelolaan pembelajaran harus lebih ditingkatkan lagi agar lebih baik, karena mulai dari pengelolaan pembelajaran ini akan tercipta tingkat aktivitas siswa yang lebih tinggi, dan hasil belajar yang lebih baik akan dihasilkan. Sementara itu, pada siklus II tergambar rata-rata dari 6 aspek yang diamati mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai 4 atau pada karegori sangat baik. Hal ini menmbuktikan adanya penerapan pembelajaran yang kooperatif, selain meningkatkan kegiatan belajar siswa juga meningatkan kegiatan belajar guru. Peningkatan dari aktivitas belajar pada siswa dan guru berdampak pula pada peningkatan prestasi belajar siswa, seperti tersaji yang dapat dilihat tabel 5 berikut. Tabel 5. Rekapitulasi Prestasi Belajar Siswa Setiap Siklus No Keterangan Perolehan Siklus I Siklus II 1 Nilai terendah 65 75 2 Nilai tertinggi 85 90 3 Nilai rata-rata kelas 77 82 4 Jumlah peserta didik yang belum tuntas belajar 8 0 5 Jumlah peserta didik yang tuntas belajar 22 30 Berdasarkan hasil dari tabel 4, diketahui bahwa peserta didik atau siswa yang telah mencapai ketuntasan secara perorangan adalah sebanyak 22 orang (mendapat nilai tinggi atau sama dengan nilai 75), dan siswa yang tidak mencapai ketuntasan individual sebanyak 8 orang (tidak memenuhi nilai 75). Sedangkan rata-rata prestasi belajar siswa klasikal adalah 77. Hasil tindakan siklus I di atas ditindaklanjuti dengan perbaikan pada tindakan siklus II. Pada siklus II tergambar bahwa peningkatan belajar siswa secara classical telah mencapai 100%. Yang berarti dari 30 siswa kelas VIII, selurunya telah mendapat nilai sama atau lebih dari KKM yang ditetapkan, yakni 75. PEMBAHASAN Berdasarkan pemaparan hasil penelitian yang bersumber dari hasil observasi, wawancara, dan ter prestasi, dan hasil reflesi serta interpretasi diuraikan hasil sebagai berikut. 1) Aktivitas belajar siswa meningkat dari 70 menjadi 80 pada siklus I ke siklus II. Artinya batas kegiatan belajar minimal 80 yang diharapkan siswa telah terpenuhi. 2) Pengelolaan materi yang diajarkan yang dilakukan oleh guru pada siklus 2 dapat dinilai tergolong baik dan mengalami peningkatan dari siklus 1. Vol.2 No.5 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.131 682 3) Prestasi belajar siswa pada siklus II lebih baik dari pada siklus I. Terlihat bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I 77 meningkat menjadi 82 poin pada siklus II. Artinya kelengkapan klasik telah melampaui tingkat keberhasilan 100%. Dengan demikian ketuntasan klasikal hasil belajar peserta didik pada siklus II memenuhi syarat ketuntasan. Faktor yang mempengaruhi penerapan model cooperative learning yaitu jumlah siswa di kelas cukup banyak dikhawatirkan sebagian siswa ada yang kurang paham dengan pembelajaran berlangsung, dengan metode ini guru dapat mengetahui mana yang rendah kemampuan siswa dan mana yang tinggi kemampuan siswa dalam belajar, dan dengan dibentuknya beberapa kelompok siswa yang kurang memiliki kemampuan ada kemamjuan dengan bertemunya teman yang memiliki kemampuan tinggi dalam belajar. Kemauan atau minat siswa juga mempengaruhi penerapan model cooperative learning, siswa merasa senang dan percaya diri dalam mengikuti pembelajaran. Pengaruh yang lain didalam melaksanakan proses belajar mengajar bisa jadi oleh faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa. Pada siklus I pembelajaran difokuskan pada implementasi model cooperative learning. Jadi secara teknis, baik guru maupun siswa menggunakan penerapan model cooperative learning Dalam pembelajaran. Sebelum memulai penelitian ini, peneliti dan guru telah membahas tentang penerapan metode pembelajaran. Meski begitu, masih terdapat beberapa kendala dalam penerapan metode ini dalam siklus, diantaranya kemampuan mengorganisasi siswa selama proses pembelajaran. Namun guru dapat dengan cepat menyelesaikan masalah tersebut dengan membagi menjadi beberapa kelompok dan meminta pendapat dari masing- masing kelompok, sehingga membuat siswa lain lebih aktif di kelas. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus tindakan I terlihat bahwa kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan perkuliahan individu mengalami peningkatan. Kemampuan belajar klasikal pada siklus I hanya 73%. Namun pada Siklus II meningkat menjadi 100% yang berarti melebihi standar integritas yang dipersyaratkan. Seperti yang ditunjukkan pada tabel 6 di bawah ini. Tabel 6. Peningkatan prestasi belajar siswa setiap siklus No Siklus Nilai rata-rata 1 Pra 72 2 I 77 3 II 82 Vol.2 No.5 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.131 683 Data peningkatan prestasi belajar di atas, disajikan dalam bentuk diagram berikut ini. Gambar 2. Grafik hasil belajar setiap siklus Keberhasilan dari penelitian langsung pada kelas ini tidak terlepas dari para guru yang secara berkelanjutan untul memperbaiki kemampuannya dalam menetapkan model cooperative learning. Dengan metode ini mampu mengetahui peningkatan muridnya dari materi yang telah diberikan, dan pertanyaan atau pendapat yang diungkapkan para peserta didik. Jika ada pernyataan yang cukup sulit dan agak baik dari murid dapat mendorong guru untuk memahami lebih mendalam dan mencari sumber-sumber lebih lanjut. Hasil ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Supriijono (2010) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif bukan saja dapat memberi peluang siswa dalam beraktifitas belajar, tetapi juga menumbuhkan kepekaan antara satu dengan yang lain. SIMPULAN Melalui hasil penelitian dan pembahasan upaya peningkatan hasil belajar materi zakat melalui pembelajaran kooperatif pada siswa kelas VIII MTS Al-Ihsan Tanah Grogot tahun ajaran 2020/2021, peneliti dapat menarik kesimpulan tentang penerapan model pembelajaran kooperatif. Hal tersebut dapat meningkatkan kemampuan belajar dan prestasi belajar siswa yang terlihat dari peningkatan aktivitas belajar dan peningkatan prestasi belajar siswa pada setiap siklusnya. Dengan penerapan pembelajaran kooperatif maka peningkatan aktivitas belajar siswa juga mengalami peningkatan. Pada siklus II aktivitas belajar siswa termasuk dalam kategori baik, melebihi batas minimal aktivitas belajar siswa 80 yang berarti aktivitas belajar siswa telah mencapai indeks keberhasilan, dan peningkatan aktivitas tersebut berpengaruh positif. Dampak peningkatan prestasi akademik siswa. Hal ini terlihat dari ketuntasan belajar, nilai rata-rata siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu pada siklus 1 mempunyai dengan nilai 77, dan mempunyai peningkatan pada siklus 2 yaitu 82. Hasil tersebut menjelaskan tujuan penetapan dari peneliti, yaitu standarisasi ketuntasan dari hasil belajar siswa, nilai clasical sudah memenuhi dengan nilai 80, dan rata-rata nilai 75 poin yang diperoleh siswa sudah terpenuhi secara individual. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Pra Siklus Siklus I Siklus II Vol.2 No.5 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i5.131 684 Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, beberapa saran yang dikemukakan, yaitu: 1) Kepada rekan guru, terapkan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah peradaban Islam; 2) Kepada siswa agar lebih rajin, rajin dan sabar dalam belajarnya Belajar. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan hasil akhir pembelajaran dapat ditingkatkan; 3) Peneliti selanjutnya yang berharap dapat melakukan penelitian serupa, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi peneliti. kegiatan penelitian selanjutnya. DAFTAR RUJUKAN Al-Qur’an terjemahan indonesia. Arikunto Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto Suharsimi, dkk., 2006. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara. Kemmis,S.dan R.Mc.Taggart.1992. The Action Research Planner. Victoria:Deakin Universit Lie, Anita.2002. Cooperative Learning Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang- Ruang Kelas. Jakarta :Grasindo. Miles,M.B. dan Michael, H.A. 1996. Analisis Data Kualitatif. Diterjemahkan oleh Tjethep Rohendi Rohidi.1992. Jakarta:UI Press. Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rahmad, Nur. 2004. Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak di Kelas VIII Mts Negeri Balikpapan dengan metode cooperative Learning dalam Jurnal Pendidikan Inovatif. Edisi 2 tahun 2014. Slavin, Robert E. 2005.Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik diterjemahkan oleh Narilita Yusron.Bandung:Penerbit Nusa Media. Suderadjat, Hari. 2004. implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) Bandung: cipta Cekas Grafika. Suprijono, Agus, 2010. cooperatif learning teori dan aplikasi pakem, yogyakarta:pustaka pelajar. Wolcott Harry F. 1994. Transforming Qualitative Data, Sage Publication, London. Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan: Penerbit Pustaka Setia Bandung 1998