Vol.2 No.6 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 813 813 Received : 29-04-2021 Revised : 11-05-2021 Published : 29-06-2021 Penerapan Metode Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun dan Persegi Wido Utomo SD Negeri 3 Panunggalan Kabupaten Grobogan Jawa Tengah, Indonesia widoutomo4@gmail.com Abstrak Sekolah sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan fitrah SDM. Meningkatkan sifat SDM harus dimungkinkan melalui peningkatan sifat pelatihan. Salah satunya melalui penyelesaian penelitian kegiatan balai studi. Motivasi pada anak sekolah dasar melalui strategi berpikir kritis. Berdasarkan refleksi pra-kegiatan , peneliti melakukan kegiatan I dan kegiatan II, masing-masing terdiri dari 4 fase, yaitu penyusunan, pelaksanaan, persepsi dan refleksi tertentu. Pelaksanaan kegiatan utama dan kegiatan II dengan menerapkan teknik pembelajaran berpikir kritis pada materi IPA Menghitung volume bangun ruang 3D dapat diperluas. Perluasan ini dapat ditemukan pada pemahaman anak pada setiap kegiatan . Pada tahap pra kegiatan jumlah anak yang mencapai keberhasil an belajar adalah 43% (15 anak ) dengan kelas normal 68, pada kegiatan 1 meningkat menjadi 57% (20 anak ) dengan kelas normal 73 dan pada kegiatan 2 meningkat menjadi 91% (32 anak ) dengan kelas normal 80. Dari hasil peningkatan pembelajaran yang telah dilakukan, sangat mungkin ditutup; Pemanfaatan teknik berpikir kritis yang baik dapat meningkatkan pemahaman anak terhadap materi, anak menjadi lebih dinamis dalam mengemukakan pandangannya dan menyampaikan hal-hal yang tidak mereka lihat, sehingga pemahaman anak terhadap materi meningkat. Selain itu, pemanfaatan media pembelajaran yang menarik telah memiliki pilihan untuk menjelaskan data yang disampaikan oleh pengajar, dengan adanya media pembelajaran juga lebih menarik bagi anak untuk mengikuti latihan-latihan pembelajaran. Kata kunci : metode pemecahan masalah; pemahaman; menghitung volume bangun dan persegi https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 mailto:widoutomo4@gmail.com Vol.2 No.6 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 814 814 PENDAHULUAN Belajar berpikir kritis adalah suatu kemajuan dari latihan-latihan belajar yang menggarisbawahi interaksi penalaran dasar dan pemeriksaan untuk menentukan permasalahan yang harus dirujuk. Prosedur pembelajaran berpikir kritis sebagai salah satu jenis pendekatan pembelajaran situasional anak (study terfokus metodologi). Heruman (2008: 109) menyatakan bahwa dalam penyajian matematika spasial, selama ini pendidik secara terus terang memberikan data kepada anak tentang sifat-sifat bentuk matematika. Foto-foto di buku sumber digunakan oleh anak , meskipun pendidik menggunakan alat peraga, anak hanya melihat keadaan ruang yang ditampilkan oleh pendidik . Biasanya pengajar tidak memahami komponen-komponen matematika, sehingga pengawasan pembelajaran di ruang belajar tidak berlaku dalam hal pemenuhan standar pemenuhan. Seringkali pengajar merasa telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memilih sistem pembelajaran, yang meliputi pilihan strategi pembelajaran, prosedur yang digunakan, langkah-langkah pembelajaran yang tertata, media pembelajaran yang digunakan, hasil yang dicapai anak masih belum ideal. Sehubungan dengan kegiatan belajar aritmatika dalam kemampuan yang disebutkan di atas, dapat dilihat bahwa banyak anak tampak tidak peduli dalam mengikuti latihan pembelajaran. Ketika pendidik memberikan contoh pertanyaan, beberapa anak bersiap untuk menjawab pertanyaan instruktur dan masih banyak pertanyaan yang belum diselesaikan oleh anak . Untuk penggambaran tertentu dari interaksi belajar, pada akhirnya konsekuensi dari tes perkembangan pada kemampuan esensial ini tidak ideal. Dimana rata-rata yang dicapai oleh anak baru mencapai 73. Oleh karena itu, para analis menyadari masalah di balik kekecewaan interaksi pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti merinci masalah tersebut, khususnya: "Apakah penggunaan strategi berpikir kritis tentang menghitung volume bangun datar dan persegi siap untuk meningkatkan pemahaman anak di sekolah dasar?". Ujian ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu: (1) Bagi anak , untuk meningkatkan interaksi pengaturan anak , untuk merangsang pendapatan anak agar lebih dinamis dalam mengikuti latihan pembelajaran, untuk memberikan iklim belajar yang indah kepada anak . (2) Bagi pengajar sebagai spesialis, untuk meningkatkan pelaksanaan pendidik, memberikan kebebasan kepada pengajar untuk lebih mengembangkan kapasitasnya, akibat dari penelitian ini telah memberikan manfaat bagi pengajar sebagai analis. (3) Bagi sekolah, sangat baik dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk menentukan strategi pembelajaran yang dikembangkan lebih lanjut, bahan pembelajaran untuk menentukan langkah-langkah dan pengaturan serta arah tujuan yang akan dicapai, sebagai pedoman untuk meningkatkan Interaksi Pendidikan dan Pembelajaran. TINJUAN PUSTAKA Pemahaman Winataputra (2004: 2.6) menyatakan bahwa pemahaman adalah penyesuaian tingkah laku. Seorang individu yang belajar akan mengubah atau membangun perilakunya, baik sebagai informasi, kemampuan mesin atau otoritas kualitas (sikap). Seperti yang ditunjukkan oleh terapis, tidak semua perubahan perilaku dapat dikelompokkan ke dalam pemahaman. Perubahan perilaku yang menggabungkan pengaturan adalah perubahan yang dihasilkan dari pertemuan (kerjasama dengan iklim) di mana kegiatan mental dan gairah terjadi. Perubahan tingkah laku sebagai pemahaman dirangkai menjadi tiga wilayah (distrik), yaitu: informasi (intelektual), kemampuan mesin (psikomotor) dan otoritas kualitas atau https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 Vol.2 No.6 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 815 815 mentalitas (penuh perasaan). Dalam pembelajaran perubahan perilaku sebagai pengaturan didefinisikan dalam merinci tujuan pembelajaran. Mengenai apa yang dimaksud dengan pencapaian atau pemahaman oleh Muhibbin Syah, sebagaimana dikutip oleh Abu Muhammad Ibn Abdullah (2008) adalah “Tingkat prestasi anak atau anak dalam merenungkan topik di sekolah atau pesantren yang dikomunikasikan sebagai skor. didapat dari hasil tes terhadap sejumlah topik tertentu". Kemudian, oleh Benjamin S. Blossom, sebagaimana dikutip oleh Abu Muhammad Ibn Abdullah (2008), pemahaman diurutkan menjadi tiga bidang, khususnya: 1) ruang psikologis; 2) penuh ruang perasaan (emotional area); dan 3) ruang psikomotor (daerah psikomotor). Menghitung volume bangun dan persegi Sebelum menentukan volume kubus, satuan volume yang baku dapat dilihat dari tangga satuan berikut ini: km³ hm³ dam³ m³ dm³ cm³ mm³ Gambar 1. Tangga satuan Rumus Volum Kubus = rusuk x rusuk x rusuk 1 m 1 m 1 m Panjang rusuk kubus di samping adalah 1 m, maka Volumnya = 1 m x 1 m x 1 m = m³ Karena 1 m = 10 dm, maka Volum Kubus = 1 m x 1 m x 1 m = 1 m³ = 10 dm x 10 dm x 10 dm = 10 x 10 x 10 x dm³ = 1000 dm³ Jadi, 1 m³ = 1000 dm³ https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 Vol.2 No.6 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 816 816 Karena 1m = 100 cm, maka Volum Kubus = 1 m x 1 m x 1 m = 100 cm x 100 cm 100 cm = 100 x 100 x 100 x cm³ = 1.000.000 cm³ Berdasarkan hubungan di atas dapat dibuat hubungan antar satuan volum sebagai berikut: 1 m³ = 1.000.000 cm³ Media Media seperti yang ditunjukkan oleh Heinich, et al (1982) menandakan "pusat individu" (antara), atau sumber pesan mediator. (sumber) dengan penerima pesan (beneficiary). Dalam kerjasama media pembelajaran ini dapat digambarkan dengan baik dan jelas Menginstruksikan dan mempelajari latihan pada dasarnya adalah kegiatan korespondensi. Dalam kegiatan korespondensi ini pengajar berperan sebagai (komunikator) yang akan menyampaikan pesan/menyampaikan materi (messages) kepada anak sebagai penerima pesan (korespondensi). Agar pesan atau materi pelatihan yang disampaikan oleh pengajar dapat diketahui oleh anak , diperlukan sarana untuk menyampaikan pesan, yaitu media pembelajaran tertentu. Media dapat dikenali tergantung pada kondisi, khususnya media halus (shopisticate media) dan media dasar (basic media). Media modern adalah media yang baru dibuat di pabrik karena terdiri dari segmen-segmen yang kompleks dan biasanya membutuhkan tenaga dalam penyajiannya. Media dasar adalah media yang dapat dibuat sendiri oleh pengajar atau ahli media dan umumnya tidak mengharapkan tenaga untuk memperkenalkannya. Media langsung dikumpulkan menjadi media gambar diam, desain, etalase dan realitas. (Setiawan, 2008: 1.1). METODE PENELITIAN Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah Teknik pembelajaran berpikir kritis sebagai salah satu jenis pendekatan pembelajaran yang disusun anak (studi terfokus metodologi). Dikatakan demikian dengan alasan bahwa dalam metodologi ini anak mengambil bagian yang dominan dalam interaksi pembelajaran. HASIL Rencana pemeriksaan Pengujian ini menggunakan Homeroom Activity Exploration (Vehicle). Pelaksanaan penelitian kegiatan wali kelas ini terdiri dari dua kegiatan . Setiap kegiatan terdiri dari empat tahap, yaitu penyusunan, kegiatan, persepsi, dan refleksi. Mata pelajaran ujian Materi ujian ini adalah peningkatan pemahaman pada mata pelajaran aritmatika dan sumber informasi yang digunakan adalah anak , dengan jumlah 35 anak , terdiri dari anak laki-laki dan anak perempuan. Analis memilih subjek ini karena kemampuan mereka dalam memastikan volume bangun dan persegi masih rendah. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 Vol.2 No.6 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 817 817 Penunjuk Eksekusi Point dari ujian ini adalah tercapainya kesepakatan anak yang diketahui melalui hasil tes. Diumumkan berhasil jika nilai yang didapat sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, tujuan akhir dari penelitian ini adalah 70. Prestasi gaya lama adalah anak yang mencapai skor 70 setidaknya 75% dari jumlah anak yang habis. diperiksa. Anak yang mendapat nilai dasar 70 dinyatakan selesai, sedangkan anak yang mendapat nilai di bawah 70 dinyatakan kurang atau tidak berhasil. Instrumen Ujian Instrumen yang digunakan dalam ujian ini adalah instrumen tes dan non tes. Instrumen tes digunakan untuk mengungkap informasi tentang memperluas pemahaman anak dalam memahami volume bangun datar dan persegi. Tes yang digunakan adalah tes perkembangan sebagai eksposisi. Sementara itu, instrumen non-tes digunakan untuk mengungkap perubahan perilaku anak . Instrumen yang dimaksud adalah manual untuk penggambaran perilaku alam, manual untuk jurnal instruktur, dan manual untuk jurnal anak . Penggambaran perilaku lingkungan digunakan untuk memutuskan perilaku anak selama interaksi pembelajaran tentang menentukan volume bujur sangkar dan bujur sangkar 3D melalui teknik berpikir kritis, jurnal instruktur berisi kesan atau pertemuan yang dirasakan atau didapat ilmuwan selama kegiatan pembelajaran, dan jurnal anak digunakan oleh spesialis. untuk menemukan reaksi mereka terhadap cara para analis meneruskan mencari tahu tentang menghitung volume bentuk dan kotak 3D melalui teknik berpikir kritis. PEMBAHASAN Perbaikan Pembelajaran Kegiatan I Rencana pemeriksaan Pengujian ini menggunakan Homeroom Activity Exploration (Vehicle). Pelaksanaan penelitian kegiatan wali kelas ini terdiri dari dua kegiatan . Setiap kegiatan terdiri dari empat tahap, yaitu penyusunan, kegiatan, persepsi, dan refleksi.mata pelajaran eksplorasi. Materi eksplorasi ini adalah peningkatan pemahaman pada mata pelajaran IPA dan sumber informasi yang digunakan adalah anak , dengan jumlah 35 anak , terdiri dari anak laki-laki dan anak perempuan. Spesialis memilih mata pelajaran ini dengan alasan bahwa keterampilan mereka dalam menghitung volume bentuk padat dan kotak masih rendah. Penunjuk Eksekusi Point dari ujian ini adalah tercapainya pengaturan anak yang diketahui melalui hasil tes. Dinyatakan efektif jika nilai yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, tujuan akhir dari penelitian ini adalah 70. Prestasi gaya lama adalah anak yang mencapai skor 70 setidaknya 75% dari jumlah anak yang dipertimbangkan. . Anak yang mendapat nilai dasar 70 dinyatakan berhasil , sedangkan anak yang mendapat nilai di bawah 70 dinyatakan kurang atau tidak efektif. Instrumen Ujian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan non tes. Instrumen tes digunakan untuk mengungkap informasi tentang memperluas pemahaman anak tentang menghitung volume bentuk dan kotak. Tes yang digunakan adalah tes perkembangan berupa makalah. Kemudian, instrumen non-tes digunakan untuk mengungkap perubahan https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 Vol.2 No.6 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 818 818 perilaku anak . Instrumen yang dimaksud adalah manual untuk penggambaran perilaku alam, manual untuk jurnal instruktur, dan manual untuk jurnal anak . Penggambaran perilaku biologis digunakan untuk menentukan perilaku anak selama kegiatan pembelajaran tentang menghitung volume bangun datar dan persegi melalui strategi berpikir kritis, jurnal instruktur berisi kesan atau pengalaman yang dirasakan atau diperoleh ilmuwan selama interaksi pembelajaran, dan jurnal anak digunakan oleh spesialis. untuk menemukan reaksi mereka terhadap cara para ilmuwan meneruskan mencari tahu tentang menghitung volume bujur sangkar dan bujur sangkar 3D melalui strategi berpikir kritis. Perbaikan Pembelajaran Kegiatan II Pada kegiatan kedua analis memusatkan perhatian pada pelaksanaan peningkatan pembelajaran dengan menerapkan teknik berpikir kritis. Dengan menerapkan strategi ini, efek samping dari penilaian pembelajaran anak dapat meningkat secara maksimal. Dalam hal sebelum peningkatan pembelajaran kegiatan I derajat kulminasi mencapai 57%, setelah peningkatan pembelajaran kegiatan II mencapai 91%. Demikian pula dengan nilai normal kelas, jika pada peningkatan pembelajaran kegiatan I nilai normal anak baru adalah 68, setelah peningkatan pembelajaran kegiatan II meningkat menjadi 73. Perluasan ini dapat terjadi karena selama ini waktu yang digunakan meningkat. pembelajaran kegiatan II pendidik telah memanfaatkan teknik berpikir kritis dengan baik. Dengan menerapkan teknik berpikir kritis ini instruktur telah memberikan kebebasan kepada anak untuk terlibat secara efektif dengan kegiatan belajar dan pekerjaan pendidik tidak terlalu dominan. Selama waktu yang dihabiskan untuk meningkatkan pembelajaran kegiatan II, dapat dikatakan bahwa anak dalam mengikuti pembelajaran juga tulus dan tidak banyak bicara. Selain itu, penguasaan materi oleh mahaanak lebih baik karena dapat juga menjadi faktor dalam meningkatkan realisasi yang telah dilakukan dalam dua kegiatan . Dengan tercapainya peningkatan pembelajaran kegiatan II, cenderung dikatakan bahwa strategi berpikir kritis yang diterapkan pendidik ampuh. Akibatnya peningkatan pembelajaran dapat diselesaikan pada kegiatan II. Dengan demikian jumlah anak yang berhasil dari 35 anak menjadi 32 anak atau tingkat kulminasinya mencapai 91%, sehingga peningkatan hasil belajar anak pada peningkatan pembelajaran kegiatan I sudah mencapai 75%, maka peningkatan pembelajaran sangat berhasil pada kegiatan II. Untuk 3 mahaanak yang belum lulus, dapat dikatakan bahwa mereka memiliki tingkat pengetahuan yang kurang ideal. Oleh karena itu, para ilmuwan mengadakan arahan yang unik untuk mereka. SIMPULAN Simpulan Simpulan yang diperoleh adalah penerapan metode pemecahan masalah dapat meningkatkan pemahaman konsep menghitung volume kubus dan balok. Hal ini dibuktikan pada jumlah anak yang berhasil pada kegiatan 1 sebanyak 20 anak dari 35 anak dan pada kegiatan 2 adalah 32 anak dari 35 anak . Saran Tindak Lanjut Strategi pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para pendidik lain jika mengalami permasalahan pembelajaran yang sama dengan peneliti adalah sebagai berikut: (1) Pergunakanlah model kongkrit dalam pembelajaran matematika, khususnya pada https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 Vol.2 No.6 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163 819 819 pembelajaran geometri. (2) Terapkanlah metode pembelajaran yang sesuai dengan materi, misalnya metode pemecahan masalah. Harapan peneliti, dapatlah kiranya laporan peneliti ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan acuan apabila ada di antara para pendidik sedang mengalami permasalahan pembelajaran yang sama seperti yang peneliti hadapi. Selanjutnya, untuk lebih menguji kebenaran hasil penelitian ini dapat dilakukan penelitian lebih lanjut. DAFTAR RUJUKAN Heruman. (2008). Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hudojo, H. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: UM PRESS Johnson, E. B. (2007). Contextual Taching And Learning: Menjadikan Kegaiatn Belajar Mengajar Mengasyikkan Dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Center (MLC) Prasetyo. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Salatiga: Widyasari Press. Rochaminah, S. (2008). Penggunaan Metode Penemuan untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Mahaanak Kependidik an. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Wardani, I. G. A. K. ; dkk. (2006). Pemantapan Kemampuan Profesional (Panduan). Jakarta: Universitas Terbuka. Wardani, I. G. A. K. ; dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.163