Vol.2 No.6 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 849 Received : 25-04-2021 Revised : 17-05-2021 Published : 30-06-2021 Kesantunan Berbahasa Siswa SMP Melalui Media Sosial WhatsApp: Kajian Pragmatik Dwi Yono SMP Negeri 3 Babat Lamongan, Indonesia mbimakesit01@gmail.com Abstrak Dewasa ini, ada fenonema penyimpangan terhadap kesantunan berbahasa di kalangan kaum milenial. Penyimpangan tersebut sering terjadi saat mereka melakukan tindak tutur baik dengan teman sebaya maupun dengan orang yang lebih tua. Tidak sedikit kaum milenial saat ini kurang mempunyai unggah-ungguh atau tatakrama terhadap lawan tutur. Pelanggaran terhadap prinsip kesantunan berbahasa tersebut tidak menutup kemungkinan juga terjadi kepada para siswa SMP Negeri 3 Babat dalam kesehariannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesantunan berbahasa para siswa SMP Negeri 3 Babat baik dengan teman sebaya maupun dengan orang yang lebih tua. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sedangkan data penelitian berupa transkrip chatting/percakapan melalui WhatsApp. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dengan teknik sadap sebagai teknik dasar dan teknik catat sebagai teknik lanjutan dari teknik simak bebas libat cakap. Hasil penelitian keseluruhan data yang diperoleh, bila ditinjau dari maksim kedermawanan maupun nosi muka, menggambarkan bahwa 80 % siswa SMP Negeri 3 Babat berkesantunan positif dan 20% berkesantunan negatif baik terhadap teman sebaya maupun dengan orang yang lebih tua. Kata kunci: kesantunan berbahasa; maksim kedermawanan; nosi muka Abtract Now days, there is a phenomena of deviation toward a politeness in language on millennial generation. The deviation is often happened when they make a conversation either with peer or the older. Not little, the millennial generations have have just little manner or politeness toward the listeners. The deviations toward politeness in language can also be happened to students of SMP Negeri 3 Babat, Lamongan East Java, in their daily activity. This research is aimed to describe politeness in language on students of SMP Negeri 3 Babat either with peer or the older. This research use qualitative descriptive method. While research data are some transcripts of chatting through social media of WhatsApp. Technique of data collecting which is used for providing data is, observing method which uses tapping technique as basic technique and writing technique as next technique from speaking free observing method. Result of this research is, 80% students have positive politeness in language and 20% have positive politeness in language either toward peer or toward the older. Key words: politeness in language; philanthropy maxim; positive face and negative face https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 mailto:mbimakesit01@gmail.com Vol.2 No.6 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 850 PENDAHULUAN Dewasa ini anak-anak zaman now atau millennial sudah berada pada era revolusi industri 4.0. Seiring dengan berkembangnya budaya, mereka lebih senang berkutat dan berkomunikasi dengan facebook, WhatsApp, instagram, game on line dalam dunia maya ketimbang berkomunikasi dengan dunia nyata di lingkungan sekitarnya. Mereka bisa berkomunikasi secara bebas dan enjoy tanpa memperhatikan siapa lawan tuturnya. Salah satu dampak komunikasi melalui media sosial digital tersebut pada era revolusi industri 4.0 adalah, kaum muda kurang memperhatikan ketaatan terhadap kesantunan berbahasa (unggah-ungguh, etika, dan tata krama) dalam melakukan tindak tutur terhadap lawan tutur. Kekurangtaatan terhadap kesantunan berbahasa tersebut terdapat pada, ada atau tidaknya pelanggaran-pelanggaran terhadap kesantunan berbahasa. Pelanggaran- pelanggaran kesantunan berbahasa tersebut tecermin pada saat penggunaan tuturan dalam sebuah tindak tutur antara petutur dan lawan tutur dalam melakukan komunikasi dari sebuah kegiatan. Hasil tindak tutur tersebut dapat dianalisa apakah tuturan tersebut merugikan atau menguntungkan lawan tutur atau petutur. Hal itu disebabkan karena bentuk pelanggaran tersebut bisa diamati pada ada atau tidak adanya tuturan muka positif atau penggunaan tuturan muka negatif. Bila saat melakukan tuturan tersebut terdapat pelanggaran atau kekurangtaan terhadap kesantunan berbahasa, maka hal tersebut dapat menimbulkan ketidakharmonisan antara penutur dan lawan tutur dalam melakukan tindak tutur. Hal itu disebabkan karena ada pihak-pihak yang merasa tidak nyaman, tidak enak hati, atau merasa terganggu dalam tuturan tersebut. Ketidaksantunan berbahasa tersebut sebenarnya bisa diminimalkan untuk menghindari ketidakharmonisan dalam tindak tutur. Permasalahan yang terjadi dewasa ini adalah terdapatnya ketidakfahaman (ketidaktaatan atau pelanggaran - pelanggaran) terhadap kesantunan berbahasa. Kaum milenial kurang memperhatikan dampak yang timbul akibat dari tuturan yang tidak sesuai dengan kesopansantunan. Mereka kurang memahami kapan saatnya menggunakan kesantunan positif atau kesantunan negatif. Apakah sebuah tuturan mengandung kesantunan positif atau kesantunan negatif ? Ketidakfahaman tersebut sangat nampak dari sebuah realita kehidupan di masyarakat luas. Bahwa ada kecenderungan anak-anak dewasa ini kurang mengerti unggah-ungguh, tata karma, sopan santun dalam sebuah tindak tutur baik terhadap teman sebaya maupun orang yang lebih tua. Akibatnya, mereka terkadang menggunakan kesantunan negatif terhadap lawan tuturnya yang seharusnya tidak perlu dilakukan dalam tindak tutur, misalnya tuturan terhadap orang yang layak dan pantas dihormati umpamanya ayah dan ibu, kakek dan nenek, atau bapak/ibu guru atau lainnya. Dari beberapa permasalahan tentang kesantunan berbahasa yang terjadi di masyarakat tersebut , penulis ingin mengetahui lebih dalam tingkat kesantunan berbahasa kaum milenial dewasa ini. Berikut ini merupakan tulisan-tulisan serupa terdahulu yang telah menginspirasi munculnya penulisan ilmiah kesantunan berbahasa tersebut. Beberapa tulisan ilmiah terdahulu tersebut adalah sebagai berikut: 1) Luthfiatin, Ida (2007) dengan penelitian yang berjudul “Kesantunan Imperatif dalam Interaksi Antarsantri Putri Pondok Pesantren Sunan Drajat Banjaranyar Paciran Lamongan Jawa Timur”. Tujuan penulisan tersebut adalah, untuk mengetahui gambaran kesantunan imperatif antar santri putri Pondok Pesantren Sunan Drajat; 2) Henni Isnaini Hartini, Hasnah Faizah AR, Charlina (https://media.neliti.com, 30 Juni 2019, 23:18) melakukan penelitian dengan judul “Kesantunan Berbahasa dalam Komentar Caption Instagram”. Tulisan tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan komentar caption dalam instagram yang sesuai dengan prinsip kesaantunan berbahasa. Penggunaan prinsip - prinsip kesantunan yang tidak tepat akan menimbulkan ketidakharmonisan dalam sebuah tindak tutur antara penutur dan petutur/lawan tutur. Sebab, ketidakharmonisan tersebut bisa menimbulkan ancaman tersendiri bagi lawan tutur. Ancaman tersebut menimbulkan respon bermacam-macam dari petutur. Petutur bisa melakukan tindak tutur secara apa adanya dalam merespon tuturan tersebut. Mereka yang memahami kesantunan berbahasa akan https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 https://media.neliti.com/ Vol.2 No.6 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 851 merespon dengan menggunakan tindak tutur yang mengekspresikan kesantunan positif. Atau sebaliknya, mereka akan meresponnya dengan memberikan tuturan kesantunan negatif. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, karena adanya ancaman besar, petutur memberikan respon melakukan tindak tutur secara off records atau tidak melakukan respon apapun dengan tidak melakukan tindak tutur atau diam saja karena merasa terancam. Dari uraian tentang fenomena ketidaksantunan di kalangan kaum milenial dewasa ini termasuk di antaranya siswa SMP Negeri 3 Babat Lamongan Jawa Timur, ada tiga permasalahan yang bisa dirumuskan dalam penelitian ini. Rumusan masalah tersebut meliputi: 1) Bagaimanakah kesantunan berbahasa anak-anak SMPN 3 Babat dengan menggunakan maksim kedermawanan dalam tuturan melaui WhatsApp antara siswa terhadap teman sebaya?; 2) Bagaimanakah kesantunan anak - anak SMPN 3 Babat dengan menggunakan maksim kedermawanan dalam tuturan melalui WhatsApp antara siswa terhadap orang yang lebih tua?; 3) Bagaimanakah kesantunan berbahasa siswa SMP Negeri 3 Babat dengan teman sebaya maupun dengan orang yang lebih tua melalui WhatsApp ditinjau dari strategi kesantunan berbahasa pada nosi muka positif dan muka negatif? Secara umum penelitian ini mempunyai tujuan untuk memperoleh gambaran realita kesantunan berbahasa dalam komunikasi melalui WhatsApp baik antarsiswa sebaya maupun antara SMP Negeri 3 Babat dengan orang yang lebih tua baik di sekolah maupun di luar sekolah. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan kesantunan berbahasa melalui WhatsApp dalam komunikasi antarsiswa SMP Negeri 3 Babat Lamongan dengan menggunakan nosi muka positif dan muka negatif. METODE Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif. Hal itu disebabkan karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan ketaatan atau pelanggaran terhadap prinsip- prinsip kesantunan berbahasa yakni, maksim kedermawanan dan nosi muka pada siswa SMP. Negeri 3 Babat Lamongan Jawa Timur . Subyek penelitian yang digunakan sebagai sumber data adalah siswa kelas 9 SMP Negeri 3 Babat Lamongan Jawa Timur . Sedangkan jumlah sampel penelitian sebanyak 20 siswa. Data penelitian yang berhasil dikumpulkan sebanyak 20 transkrip chatting/percakapan terhadap teman sebaya, 20 transkrip percakapan terhadap orang yang lebih tua, dan 40 transkrip percakapan (ditinjau dari nosi muka) baik terhadap teman sebaya maupun terhadap orang yang lebih tua. Pengumpulan data dilaksanakan dengan metode simak dengan teknik sadap (teknik dasar) dan teknik catat sebagai teknik lanjutan. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses penyediaan data penelitian meliputi: 1) Tahap pertama adalah, memberi tugas siswa untuk menemukan beberapa chatting yang telah dilaksanakan dengan teman sebaya, misalnya teman bermain, teman satu kelas, atau teman satu sekolah. Selain itu, siswa juga mencari beberapa chatting yang telah dilaksanakan dengan orang yang usianya lebih tua dari dokumen-dokumen data yang tersimpan dalam memori HP androidnya; 2) Tahap kedua, siswa mengumpulkan hasil chatting terhadap teman sebayanya dan orang yang usianya lebih tua tersebut dalam bentuk jpeg (gambar) hasil screenshoot dari berbagai dokumen dialog yang tersimpan dalam memori android. Selanjutnya, beberapa data chatting atau dialog tersebut yang terkumpul tersebut ditulis ulang ke dalam bahasa Indonesia baku dan bukan dalam bahasa sasaran (bahasa ibu); 3) Tahap ketiga adalah, mereduksi data. Proses pereduksian data tersebut dilaksanakan dengan cara memilih dan mencatat data-data yang dianggap penting dan mendukung penelitian. Data-data yang dianggap tidak begitu esensial akan dieliminasi/disingkirkan; (4) Penyajian data, yaitu mengklasifikasikan data sejenis. Data sejenis tersebut berdasarkan lawan tutur dari sebuah tindak tutur, teman sebaya dan orang yang usianya lebih tua. Selain itu, penyajian data juga berdasarkan jenis-jenis kesantunan berbahasa. Apakah https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 Vol.2 No.6 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 852 tuturan yang digunakan tergolong kesantunan positif (nosi muka positif) misalnya menyenangkan lawan tutur atau termasuk katagori kesantunan berbahasa negatif (nosi muka negatif), umpama tidak menyenangkan/mengenakkan lawan tutur. ; (5) Penarikan simpulan, yaitu membuat simpulan dari semua data yang sudah didapat pada awal sampai akhir penelitian. PEMBAHASAN Kesantunan berbahasa memegang peranan penting dalam berkomunikasi. Kesantunan berbahasa sangat menentukan baik buruknya hubungan antara penutur dan petutur (lawan tutur). Bila kesantunan berbahasa terdapat dalam sebuah percakapan, maka terdapat pula hubungan komusikasi yang baik. Artinya kedua belah pihak merasa nyaman dan senang. Mereka sama-sama diuntungkan. Sedangkan bila dalam sebuah percakapan tidak terdapat kesantunan berbahasa, maka hubungan antara penutur dan petutur akan terganggu atau buruk. Hal itu disebabkan karena ada satu pihak yang diuntungkan dan ada pihak lain yang dirugikan. Penelitian ini akan memaparkan hasil percakapan antara siswa SMP Negeri 3 Babat dengan teman sebayanya dan dengan orang yang lebih tua. Peneliti akan menggambarkan kesantunan berbahasa siswa SMP Negeri 3 Babat melalui berbagai percakapan tersebut dengan menggunakan maksim kedermawanan dan nosi muka. Bab ini mendeskripsikan data-data tentang hasil chatting/ percakapan dari sampel yang telah ditetapkan sebelumnya. Data percakapan tersebut merupakan data penelitian yang akan digunakan sebagai bahan analisis data penelitian dan pembahasannya. Analisis dan pembahasan data penelitian akan terfokus pada ada atau tidak adanya kesantunan berbahasa ditinjau dari maksim kedermawanan baik terhadap teman sebaya maupun terhadap orang yang lebih tua. Jumlah data yang telah dikumpulkan sebanyak 40 (empat puluh) data penelitian. Keempat puluh data tersebut meliputi 20 (dua puluh) data penelitian berupa chatting terhadap teman sebaya dan 20 (dua puluh) data penelitian lainnya terhadap orang yang lebih tua. Hasil analisis data penelitian dari 20 (dua puluh) data yang berupa transkrip kesantunan berbahasa terhadap teman sebaya ditinjau dari maksim kedermawanan diperoleh hasil sebagai berikut: 1) sebanyak 17 data penelitian yakni data 1, data 2, data 4, data 5, data 7, data 8, data 9, data 10, data 11, data data 13, data 14, data 15, data 16, data 17, data 18, data 19, data 20 telah mematuhi prinsip-prinsip sopan santun. Dan sebanyak 3 data penelitian yakni data 3, data 6, dan data 12 telah melanggar prinsip kesopansantunan karena menggambarkan kerugian lawan tutur. Sedangkan hasil analisis data penelitian dari 20 (dua puluh) data yang berupa transkrip kesantunan berbahasa terhadap orang yang lebih tua ditinjau dari maksim kedermawanan diperoleh hasil sebagai berikut: 1) sebanyak 17 data penelitian yakni data 21, data 23, data 24, data 25, data 27, data 28, data 29, data 31, data 31, data 33, data 34, data 35, data 36, data 37, data 38, data 39, data 40 telah mematuhi prinsip-prinsip sopan santun. Dan sebanyak 4 data penelitian yakni data 22, data 26, data 30, dan data 32 telah melanggar prinsip kesopansantunan karena menimbulkan kerugian lawan tutur. Selain hal di atas, penelitian ini juga menganalisis 40 (empat puluh) data penelitian dari tinjauan nosi muka (muka positif dan muka negatif) terhadap kesantunan berbahasa siswa SMP Negeri 3 Babat melalui media sosial WhatsApp kepada teman sebaya maupun terhadap orang yang lebih tua. Hasil analisis dari 20 (dua puluh) data penelitian kesantunan berbahasa terhadap teman sebaya ditinjau dari nosi muka, peroleh hasil sebagai berikut: 1) sebanyak 17 data penelitian yakni data 1, data 2, data 4, data 5, data 6, data 7, data 9, data 10, data 11, data https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 Vol.2 No.6 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 853 13, data 14, data 15, data 16, data 17, data 18, data 19, dan data 20 telah melakukan kesantunan positif atau menggambarkan muka positif. Sebanyak 3 data penelitian yakni data 3, data 8, dan data 12 telah melakukan kesantunan negatif karena menggambarkan ancaman terhadap muka. Sementara hasil analisis terhadap data penelitian kepada orang yang lebih tua, diperoleh hasil sebagai berikut: sebanyak 16 data penelitian yakni data 21, data 23, data 24, data 25, data 27, data 28, data 29, data 31, data 33, data 34, data 35, data 36, data 37, data 38, data 39, dan data 40 menggambar muka positif kepada orang yang lebih tua karena menggambarkan rasa hornat, menghargai, memberi pilihan, tidak direktif, dan tidak mengancam muka lawan tutur. Sebanak 4 data penelitian yaitu data 22, data 26, data 30, dan data 32 menggambarkan kesantunan negatif (muka negatif) kepada orang yang lebih tua karena menggambarkan tuturan direktif, tidak menaruh rasa hormat, tidak menghargai, tidak memberi pilihan, dan mengancam muka lawan tutur. Tabel 1. Rekapitulasi Data Kesantunan Berbahasa Siswa SMP Negeri 3 Babat terhadap Nosi Muka kepada Teman Sebaya NO INFORMAN DATA KESANTUNAN POSITIF NEGATIF 1 Arengga Data 1 √ 2 Diana Data 2 √ 3 Citra Data 3 √ 4 Dinar Data 4 √ 5 Raka Data 5 √ 6 Inka Data 6 √ 7 Alvian Data 7 √ 8 Siska Data 8 √ 9 Selsi Data 9 √ 10 Eggy Data 10 √ 11 Putri Data 11 √ 12 Della Data 12 √ 13 Bagus Data 13 √ 14 Nindi Data 14 √ 15 Nindi Data 15 √ 16 Aulia Data 16 √ 17 Nadia Data 17 √ 18 Isnaini Data 18 √ 19 Widiyanadana Data 19 √ 20 Suci Data 20 √ JUMLAH 17 3 Tabel 2. Rekapitulasi Data Kesantunan Berbahasa Siswa SMP Negeri 3 Babat terhadap Nosi Muka kepada Orang yang Lebih Tua NO INFORMAN DATA KESANTUNAN POSITIF NEGATIF 1 Arengga Data 21 √ 2 Diana Data 22 √ 3 Citra Data 23 √ 4 Dinar Data 24 √ 5 Raka Data 25 √ 6 Inka Data 26 √ 7 Alvian Data 27 √ https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 Vol.2 No.6 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 854 8 Siska Data 28 √ 9 Selsi Data 29 √ 10 Eggy Data 30 √ 11 Putri Data 31 √ 12 Della Data 32 √ 13 Bagus Data 33 √ 14 Nindi Data 34 √ 15 Nindi Data 35 √ 16 Aulia Data 36 √ 17 Nadia Data 37 √ 18 Isnaini Data 38 √ 19 Widiyanadana Data 39 √ 20 Suci Data 40 √ JUMLAH 16 4 SIMPULAN Ada 40 (empat puluh) transkrip data hasil penelitian kesantunan berbahasa. Dari keempat puluh data yang telah berhasil dikumpulkan, 20 (dua puluh) data merupakan transkrip percakapan melalui media sosial WhatsApp antara siswa dengan teman sebayanya. Sedangkan dua puluh data lainnya merupakan transkrip percakapan melalui media sosial WhatsApp antara siswa SMP Negeri 3 Babat dengan orang yang lebih tua. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dibahas di BAB IV, dapat disimpulkan beberapa simpulan sebagai berikut ini: 1. Hasil pembahasan dan kajian tentang kesantunan berbahasa, ditinjau dari prinsip sopan santun maksim kedermawanan, diperoleh data sebagai berikut: jumlah siswa SMP Negeri 3 Babat yang telah melakukan ketaatan terhadap kesantunan berbahasa dengan teman sebaya melalui media sosial WhatsApp sebanyak sebanyak 17 anak atau (85 %); 2) jumlah siswa SMP Negeri 3 Babat yang telah melakukan pelanggaran atau tidak mematuhi prinsip-prinsip kesantunan berbahasa dengan teman sebaya sebanyak 3 anak (15 %), yakni data 3, data 6, dan data 12. 2. Hasil pembahasan dan kajian tentang kesantunan berbahasa, berdasarkan prinsip sopan santun maksim kedermawanan, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) jumlah siswa SMP Negeri 3 Babat yang telah melakukan kesantunan berbahasa terhadap orang yang lebih tua melalui media sosial WhatsApp sebanyak sebanyak 16 atau (80 %); (2) jumlah siswa SMP Negeri 3 Babat yang telah melakukan pelanggaran atau tidak mematuhi prinsip-prinsip kesantunan berbahasa terhadap orang yang lebih tua sebanyak 4 anak ( 20 %) karena cenderung direktif. 3. Hasil penelitian kesantunan berbahasa ditinjau dari nosi muka (muka positif atau muka negatif) terhadap siswa SMP Negeri 3 Babat kepada teman sebaya, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) siswa yang memenuhi prinsip sopan santun terhadap kesantunan positif sebanyak 17 atau (85%); (2) siswa yang melakukan pelanggaran terhadap prinsip sopan santun utamanya terhadap nosi muka atau kesantunan negatif sebanyak 3 atau (15%); (3) siswa yang melakukan kesantunan positif (muka positif) kepada orang yang lebih tua berjumlah 16 anak (80%); (4) siswa yang melakukan kesantunan negatif (muka negatif) kepada orang yang lebih tua berjumlah 4 anak (20%). https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 Vol.2 No.6 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 855 4. Hasil penelitian keseluruhan data di atas, bila ditinjau dari maksim kedermawanan maupun nosi muka, menyimpulkan bahwa siswa SMP Negeri 3 Babat telah memenuhi ketaatan terhadap prinsip-prinsip kesantunan berbahasa. Artinya, tuturan siswa SMP Negeri 3 Babat lebih menggambarkan berkesantunan positif daripada berkesantunan negatif baik percakapan terhadap teman sebaya maupun dengan orang yang lebih tua. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, dapat disajikan beberapa saran bagi guru bahasa Indonesia: (a) Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan untuk mengkaji kesantunan berbahasa melalui media sosial. (b) Penggunaan media sosial WhatsApp dapat digunakan guru sebagai salah satu sarana alternatif dalam pembelajaran materi ajar bahasa Indonesia. (c) Kesantunan berbahasa dapat dijadikan guru sebagai bahan yang perlu diajarkan dalam pembelajaran kebahasaan. (d) Guru Bahasa Indonesia sebaiknya membimbing para siswanya agar senantiasa menggunakan tuturan kesantunan positif dan menghindari tuturan-tuturan yang mengandung kesantunan negatif dalam sebuah tindak tuturan sesuai konteks dan kaidah-kaidah bahasa yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Bagi peserta didik: (a) Dalam melakukan chatting/percakapan melalui media sosial WhatsApp, para siswa hendaknya lebih berhati-hati utamanya hal-hal yang terkait dengan kesantunan berbahasa. Sehingga para siswa bisa terhindar dari penggunaaan kesantunan negatif yang bisa merugikan orang lain baik terhadap teman sebaya maupun terhadap orang yang lebih tua. (b) Nilai-nilai tuturan kesantunan berbahasa yang terdapat dalam chatting/percakapan dapat dijadikan renungan dan refleksi kehidupan. Sehingga tuturan- tuturan kesantunan positif diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan lebih lanjut bagi peneliti lain untuk menganalisis kesantunan berbahasa melalui media sosial utamanya WhatsApp. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsini. 1993. Prosedur Penelitian Satu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Charlina, Henni Isnaini Hartini, Hasnah Faizah AR. 2017. Kesantunan Berbahasa dalam Komentar Caption Instagram. (https://media.neliti.com, 30 Juni 2019, 23:18) Juniardi, Yudi. 2018. Analisis Kesantunan Berbahasa dan Variasi Bahasa dalam Berkomunikasi Via Twitter. (https://www.researchgate.net/publication/32359634863, 30 Juni 2019, 23:32). Luthfiatin, Ida. 2007. Kesantunan Imperatif dalam Interaksi Antarsantri Putri Pondok Pesantren Sunan Drajat Banjar anyar Paciran Lamongan Jawa Timur. (https://repositori.ac.id atau official URL:https: //lib.unair .ac.id 30 Juni 2019, 22:50 PM). Mahsun, M. S. 2017. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Depok: RajaGrafindo Persada. Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: CV. IKIP Semarang Press. https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 https://media.neliti.com/ https://www/ https://repositori.ac.id/ Vol.2 No.6 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 856 Silalahi, Puspa Rinda. 2012. Kesantunan Berbahasa Siswa-Siswi di Lingkungan Sekolah SMP Negeri 5 Binjai. (https://jurnal.unimed.ac.id, 30 Juni 2019, 23:43 PM). Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitati, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tarigan, Henry Guntur. 2015. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wpcontent/uploads/2016/08/UU_no_20_th_20 03.pdf, 29 Mei, 08:34) Yule, George. 2014. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Yule, George. 1996. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press). https://doi.org/10.47387/jira.v2i6.167 https://jurnal.unimed.ac.id/ https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wpcontent/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wpcontent/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf