Microsoft Word - 04-Roslina.doc Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.183 952 Received : 15-05-2021 Revised : 22-06-2021 Published : 29-07-2021 Meningkatkan Hasil Belajar Peserta D i d i k p a d a Pelajaran Fisika Materi Usaha dan Energi dengan Menerapkan Model Project Based Learning Roslina Hidayati SMA Negeri 15 Surabaya, Indonesia linasman15@gmail.com Abstrak: Keberhasilan suatu kelas dalam KBM tidak lepas dari peran seorang guru, Proses belajar mengajar tidak akan terjadi bila tidak ada guru.Dengan berbagai teknik, model, dan pendekatan pembelajaran yang ada, semua itu hanya mengindikasikan tingkat dominasi peran guru. Dengan metode ceramah, guru meniadi pelaku utama proses pembelajaran. Dalam teknik diskusi, guru. berperan sebagai narasumber. dan. Saat melakuken pembelajaran mandiri, peran guru sebagai motivator dan sekaligus supervisor kegiatan anak didiknya. Penelitian Tindakan Kela ini. Dibuat bertujuan untuk : (1) Dengan menerapkan mode~ Project Based Leaming untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan basil belajar fisika pada materi usaha dan energi pada peserta didik kelas X IPA-1, (2) Mengetahui langkah-langkah saat proses pembelajaran dengan menerapkan model. Project Based Leaming berhasil membuat semangat belajar fisika pada materi asaha dan energi pada peserta didik kelas X IPA-1 SMAN 15 Surabaya. .Jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan penelitian indakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus masing-masing dalam 4 tahap, yaitu: tahap Perencanaan (Planning}, Pelaksanaan Tindakan (Action), Pengamatan (Observation), dan Refleksi (Reflection). Instrumen penelitian divalidasi oleh sesama guru fisika di SMA Negeri 15 Surabaya. Soal diujikan pada kelas X IPA-1 di SMA Negeri 15 Surabaya untuk diambil data ·penelitiannya. Data dianalisis dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian adalah (1) Menerapkan model Project Based Learning pada materi pokok usaha dan energi dapat rneningkatkan basil belajar fisika peseta didik kelas X IPA-1 di SMA Negeri 15 Surabaya, (2) Mengukur beser peningkatan hasil belajar fisika pada materi usaha dan energi rata..rata sebelum tindakan sebesar 39. Siklus l nilai test yang didapatkan sebesar 49 dengan kategori kurang dan pada siklus 2 nilai test yang didapatkan sebesar 71,5 dengan kategori cukup, Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan basil belajar dari siklus l ke siklus II langkah-langkah menerapkan Project Based Leaming yang terdiri dari: pertanyaan essensial, perencanaan, penyusun jadwal, pengawasan, penilaian, dan evaluasi. Kata kunci: motivasi; prestasi belajar; belajar f isika; usaha dan energi Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.183 953 PENDAHULUAN Proses pembelajaran merupakan suatu sistem. Pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk danmemengaruhi proses pembelajaran. Namun demikian, komponen yang selamaini dianggap sangat memengaruhi proses pendidikan adalah komponen guru.Hal ini memang wajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan peserta didik sebagai subjek dan objek belajar. Agar dapat mencapai tujuan pembelajaran sekaligus mengelola kelas agar dapat menjadi sebuah tim yang solid, komunikatif, dan kondusif selama prosespembelajaran. Seorang guru diharapkan mampu mengelola pembelajarandengan baik. Pembelajaran yang monoton tentunya akan perpengaruh terhadap semangat belajar dan prestasi belajar peserta didik. Guru belum memberikan metode pembelajaran fisika yang tepat sesuai materi pelajaran yang akan diajarkan sehingga pemahaman peserta didik terhadap konsep-konsep fisika masih masih kurang. Pemilihan strategi dan model pembelajaran yang relevan dengan standar kompetensi juga dapat memacu kemampuan serta minat belajar peserta didik demi tercapainya optimalisasi kualitas pembelajaran (Wijanarko et al., 2017). Berdasarkan pengalaman mengajar fisika di SMK Negeri 1 Surabaya,ditemukan beberapa kendala pada saat peserta didik menerima pelajaran.Misalnya peserta didik cepat bosan saat menerima pelajaran, mudahmengantuk, berbicara dengan teman-temannya di luar materi yang sedangdibahas dalam pembelajaran, peneliti kadang-kadang hanya fokus pada satupeserta didik saja sehingga peserta didik lain merasa terabaikan. Disamping itu,peserta didik masih menganggap fisika adalah salah satu mata pelajaran yangdianggap sangat sulit untuk dipelajari karena banyaknya rumus yang harusdipahami. Anggapan tersebut dibuktikan dengan pendapat peserta didik bahwapelajaran fisika itu harus menguasai semua rumus dan pelajaran yangmembosankan untuk dipelajari. Salah satu penyebabnya karena pembelajaranfisika merupakan pembelajaran konvensional, sehingga peserta didik kurangdapat memahami secara luas materi pelajaran yang diberikan pendidik dan jugapeserta didik kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga kurangmeningkatnya keaktifan, kreatifitas serta keterampilan peserta didik. Akibatnya nilai-nilai yang didapatkan saat ujian fisika sangatlah rendah dan di bawahKriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berdasarkan pengalaman tersebut peneliti ingin mencoba metode pembelajaran yang bisa melibatkan pesertadidik lebih dalam pembelajaran sehingga peserta didik menjadi tertarik dalammengikuti pelajaran fisika dan salah satu solusinya dengan menerapkan project based learning dilatarbelakangi oleh teori konstruktivistik yang menyediakan banyak kesempatan bagi peserta didik untuk menciptakan lingkungan belajar yang aktif. Materi fisika usaha dan energi merupakan salah satu materi yang diajarkanpada peserta didik kelas X semester 1, ada banyak peristiwa yangberhubungan dengan usaha dan energi dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai peristiwa tersebut kemudian akan memberikan pertanyaan besar yangmendasari pemikiran peserta didik, mengapa hal itu dapat terjadi dan apa yangterjadi pada benda-benda tersebut. Peserta didik dapat diarahkan untuk dapatmenyelesaikan permasalahan dengan merancang sebuah proyek denganmenerapkan prinsip usaha dan energi pada kehidupan sehari-hari. Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.183 954 METODE Penelitian ini melibatkan siswa kelas X IPA dengan jumlah siswa 36 orang. Penentuan penelitian pada kelas tersebut adalah sesuai dengan tempat peneliti mengajar. Dengan demikian peneliti mengetahui kemampuan maupun karakter dari siswa kelas X IPA-1 tersebut. Kelas X IPA-1 merupakan kelas yang kompleksitas prestaslnya, penerimaan siswa disini dari pendaftaran online sesuai dengen PPDB Dinas Provinsi Jatim, jadi ada 4 jalur melalui cara masuk peserta didik, bisa dari jalur prestasi, jalur rnitra warga, jalur regular dan jalur siswa inklusi, jadi intelektual para peserta didik juga bervariasi sesuai dengan jalur masuknya, kondisi di kelas X IPA-1 dapat dikatakan sebagai kelas yang beragam kemampuan peserta didiknya diambil dari urertan berdasarkan abjad dalam absensinya dan seluruh kelas X IPA yang terdiri dari empat kelas. Dengan rnerujuk pada kenyataan tersebut, rnaka karakteristik dari kelas X IPA-1 dapat dikatakan kelas yang secara intelegensinya biss dibilang merata, kedisiplinannya, kemampuan nalar, dan pikirnya sangat bervariasi, kritis, dan terlebih dari keluarga yang strata ekonominya bervariasi. Penelitian ini dilaksanakan selama 1,5 bulan, sejak pertengahan Agusius hingga akhir September, yaitu Siklus I pada tanggal 13 dan 20 Agustus 2019 sedangkan Siklus II pada tanggal 26 Agustus dan 2 September 2019. Untuk analisis data dan pembuatan laporan di rencanakan berakhir pada tanggal akhir september 2019. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan meningkatkan hasil belajar fisika dengan menggunakan model pembelajaran pbl Metode penelitian ini menunjuk pada penelitian Kemmis dan Mc. Taggan yang mengembangkan penelitiannya berdasarkan konsep yang dikembangkan oleh Lewin, dengan disertai beberapa perubahan. Menurut Kemmis dan McIaggert, masing-masing siklus penelitian PTK terdiri dari empat komponen yaitu pereneanaan, tindakan, observasi, dan refleksi (Widayati, 2014). Tahapan/langkah-langkah pada siklus I sebagai berikut : 1. Perencanaan (Planning), merupakan tahap awal setelah diperoleh gambaran umum tentang kondisi, situasi pernbelajaran di kelas, dan lingkungannya dapat dikenali dengan baik. 2. Pelaksanaan Tindakan (Action) yaitu tentng pelaksanaan tindakan merupakan penerapan skenario pembelajaran yang telah direncanakan dan terkendali serta berusaha untuk memperbaiki keadaan. 3. Pengamatan (Observation) yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu guru sejawat, Pengamatan yang dilakukan rneliputi saat proses pernbelajaran berlangsung mengamati aktivitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran fisika pada saat berlangsungnya kegiatan pembelaiaran dengan menggunakan instrument observasi yang telah dibuat dan disiapkan. 4. Refleksl Tindakan (Reflection) tahap ini merupakan tahap menganalisis pada lembar respon peserta didik yang kemudian akan digunakan sebagai refleksi, metode dan langkah- langkah pembelajaran mana saja yang kurang atau sudah dapat meningkatkan hasil belaiar fisika pada materi usaha dan energy dengan model pembelajaran PJBL. Hasil observasi dan refleksi digunakan dalam rnenentukan perbaikan pada siklus I. Sedangkan pada Siklus II dengan tahapan yang sama, hanya saja terdapat penekanan sebagai perbaikan dari siklus I. Data penelitian dapat diperoleh dalam dua kategori, yaitu kualitatif dan kuantitaif. Data kualitatif diperoleh dari hasil validasi guru fisika, serta lembar respon peserta didik berupa komentar dan saran untuk bahan perbaikan pada siklus selanjutnya. Sedangkan data kuantitatif merupakan data penilaian dari soal pretest dan posttest. Indikator keberhasilan dan Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.183 955 kinerja adalah berfokus pada pemilihan variable dengan fokus untuk menjawab permasalahn yang dihadapi dalam proses pembelajaran fisika. Keberhasilan penelitian ini dapat dililhat dari dua sisi, yaitu dari sisi pretes dan dari sisi hasil. Dari sisi proses keberhasilan penelitian ini dengan penerapan model pembelajaran yang dipiliih sebagai alternalif pemecahan masalah pelajaran dapat dilihat dari adanya perubahan tingkah laku belajar peserta didik yang relevan atau yang positif secara signifkan, seperti meningkamya motivasi belajar peserta didik di kelas, meningkatnya partisipasi belajar peserta didik, meningkatnya keberanian benanya dan berpendapat, meningkamya atensi atau perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran, meningkatnya kemampuan mendengarkan, meningkatnya kreativitas belajar peserta didik, meningkatnya interaksi belajar, dan lain sebagainya. Sedangkan keberhasilan dari sisi hasil dapat dilihat dari meningkatnya prestasi hasil belajar peserta didik dan ketuntasan belajar peserta didik secara signifikan sesuai dengan acuan yang telah ditentukan dalam penelitian ini (Dwija I Wayan, 2020). Acuan penialain berupa KKM, yaitu KKM nilai Fisika yang ada di SMK Negeri 1 hanyalah 60, jadi terbilang sangat rendah sekali,sehingga menyesuaikan dengan kriteria yang ada pada umumnya. Berikut ini ditetapkan kriteria penilaian hasil penelitian tentang penguasaan materi fisika atau kompetensi dan tentang aktivitas peserta didikdalam proses pembelajaran, sebagai berikut: Tabel 1. Kriteria Penilaian Penguasaan Materi No NiIai Kriteria 1 <59 Rendah 2 60– 75 Cukup 3 76 –85 Tinggi 4 86– 100 Tinggi Sekali Tabel 2. Kriteria Ketuntasan Belajar Peserta Didik No NiIai Kriteria 1 <60 Tidak Tuntas (Remedi) 2 60 - 100 Tuntas Tabel 3. Kriteria Aktivitas Peserta Didik Yang Relevan Dengan Belajar No Nilai/Frekuensi Kriteria 1 < 59 Rendah 2 60–75% Cukup 3 76– 85% Tinggi 4 86 – 100% Tinggi Sekali Tabel 4. Kriteria Aktivitas Peserta Didik Yang Tidak Relevan Dengan Belajar No Nilai/Frekuensi Kriteria 1 1 –19% Rendah Sekali 2 20 - 39% Rendah 3 40–59% Cukup 4 60–79% Tinggi 5 80– 100% Tinggi Sekali Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.183 956 Penelitian ini menggunakan metode PTK bertujuan untuk memperbaikikondisi pembelajaran, dalam hal ini hasil belajar fisika pada materi Usaha dan energi siswa kelas X SMA Negeri 15 Surabaya. Oleh karena itu, indikator keberhasilan penelitian ini ditandai dengan adanya peningkatan hasil belajarfisika materi Usaha dan Energi setelah menggunakan model pembelajaran PjBL. Indikator keberhasilan lain yaitu dengan terpenuhinya sebagian besarpeserta didik pada batas nilai kriteria kentuntasan minimal (KKM) yang berlakudi SMAN 15 Surabaya,peserta didik dikatakan tuntas dalam pembelajaran fisika jika telah mencapai skor 60. HASIL Hasil penelitian pada siklus I tentang penilaian soal pre test, yang peneliti amati dan soal post test yang ,enjadi bahan penilaian proses pembelajaran. Persentase ketercapaian peserta didik dalam hasil belajar fisika dijabarkan dalam tabel 5 Tabel 5. Persentase Keterangan hasil Belajar Fisika Siklus I Jenis Test % KP Min Max Reatar Pre-Test 27 55 41 Post Test 53 61 57 Untuk memperoleh hubungan antara nilai pretest dan post test maka ditambahkan keduanya dan dibagi 2 dan bisa dilihat hasilnya masih kurang memuaskan seperti pada tabel 6 Tabel 6. Rata-rata nilai pre test dan post test Rerata Pre Test Rerata Post Test (Pre Test + Post Test) Kriteria 41 57 49 Rendah Dari tabel di atas bahwa nilai Rata-rata Test Kognitif Siklus I terkihat masih jauh dari ekspektasi peneliti dan akan menjadi bahan evaluasi pada siklus II agar hasilnya dapat lebih baik lagi. Sedangkan hasil pada siklus II dari segi aspek kognitif yaitu yang meliputi pre test dan post test, menunjukkan kemampuan awal mengenahi materi yang akan dipelajari dan post menunjukkan penguasaan konsep fisika yang dikauasi peserta didik setelah tindakan. Pada siklus II, persentase ketercapaian hasil belajar fisika peserta didik dijabarkan dalam tabel 7 sebagai berikut : Tabel 7. Persentase Keterangan hasil Belajar Fisika Siklus I Jenis Test % KP Min Max Reatar Pre-Test 56 62 59 Post Test 68 100 84 Maka ditambahkan keduanya dan dibagi 2.dengan hasil seperti pada tabel 8 sebagai berikut : Tabel 8. Rata-rata nilai pre test dan post test Rerata Pre Test Rerata Post Test (Pre Test + Post Test) Kriteria 59 84 71,5 Cukup Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.183 957 Dari tabel 8 terlihat bahwa hubungan antara nilai pre test dan post test sebesar 71,5 dengan kriteria Cukup. Skor rata-rata pre test sebesar 59 dan post test sebesar 84 dengan kenaikan pre test ke post test sebesar 25 poin, sedangkan peserta didik yang tuntas belajar mencapai 100%. Sementara dari segi praktikum, maka dari hasil pengamatan dari aktifitas peserta didik saat mengikuti pelajaran yaitu saat perserta didik mengamti, menyusun hipotesis, melakukan eksperimen, mengklarifikasi data ke dalam tabel, interpelasi data, menyimpulkan, dan mengomunikasikan pada siklus I seperti pada tabel 9. Tabel 9. Persentase Ketercapaian Penilaian ProsesPraktikum No Aspek Keterampilan Proses Sains Persentase Keterampilan Proses Sains (%) Kate- gori Kelompok Rat rata 1 2 3 4 5 6 7 8 1. Mengamati 90 95 87,5 93,8 87,5 87,5 87,5 87,5 89,5 Sangat Baik 2. Menyusun Hipotesis 90 90 87,5 87,5 93,8 87,5 75 81,3 86,6 Sangat Baik 3. Melakukan Eksperimen 90 90 87,5 93,8 87,5 81,3 81,3 93,8 88,1 Sangat Baik 4. Mengklasifikasi Data ke Dalam Tabel 90 85 87,5 87,5 87,5 81,3 87,5 75 85,1 Baik 5. Interpretasi Data 70 80 75 100 87,5 87,5 100 93,8 86,7 Sangat Baik 6. Menyimpulkan 75 75 81,3 93,8 87,5 81,3 75 81,3 81,3 Baik 7. Mengomunikasikan 80 75 100 87,5 68,8 75 75 100 82,6 Baik Rerata 83,6 84,3 86,6 92,0 85,7 83,0 83,0 87,5 85,7 Baik Sedangkan hasil dari proses praktikum pada siklus II seperti pada tabel 10. Tabel 10. menunjukkan persentaseketercapaian prosesspraktikum peserta didik No. Aspek Keterampilan Proses Sains Persentase Keterampilan Proses Sains (%) Kate gori Kelompok Rata rata 1 2 3 4 5 6 7 8 1. Mengamati 90 95 87,5 93,8 87,5 87,5 87,5 90 89,5 Sangat Baik 2. Menyusun Hipotesis 90 90 87,5 87,5 93,8 87,5 90 81,3 88,4 Sangat Baik 3. Melakukan Eksperimen 90 90 87,5 93,8 87,5 81,3 81,3 93,8 88,2 Sangat Baik 4. Mengklasifikasi Data ke Dalam Tabel 90 85 87,5 87,5 87,5 90 87,5 75 86,2 Baik 5. Interpretasi Data 90 80 75 100 87,5 87,5 100 93,8 89,2 Sangat Baik 6. Menyimpulkan 75 75 81,3 93,8 87,5 81,3 90 81,3 83,2 Baik 7. Mengomnikasikan 80 90 100 87,5 90 75 90 100 89 Baik Pada akhir proses pembelajaran peneliti dan peserta didik melakukan evaluasi terhadap aktivitas dan basil keria proyek yang sudeh dijalankan. Proses evaluasi dilakukan dengan cara peserta didik diminta untuk mengisi lembar respon peserta didik yang berisi tentang ungkapan, perasaan, dan pengalaman peserta didik selama mengikuti proses, pembelajaran Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.183 958 dari lernbar respon peserta didik tersebut diketahui bahwa peserta didik, senang dengan model pembelajaran PjBL yang berupa merancang percobaan. Proses evaluasi juga dilakukan penelitian diskusi dengan peserta didik diperoleh bahwa proses pembelajaran pada siklus II sudah menujukkan penerapan model pembelajaran PjBL dapat meningkatkan hasil belaiar fisika dan keterampilan proses sains peserta didik kelas X IPA-1. PEMBAHASAN Permasalahan inti dalam proses pembelajaran fisika di kelas X IPA-1 SMA Negeri 15 Surabaya ini adalah aktivitas belajar peserta didik di kelas yang kurang aktif, proses pembelajaran terpusat pada guru (teacher centered) karena guru rnemberikan konsep-konsep pembelajaran fisika secara tekstual, guru jarang mengajak peserta didik untuk melakukan percobaan di karenakan SMAN 15 peserta didik tidak rnengetahui dari mana konsep-konsep fisika tersebut diperoleh. Hasil belajar fisika pesena didik pada ranah kognitif juga masih rendah dibuktikan saat peneliti rnelaksanakan PTK dengan rata-rata nilai ulangan harian peserta didik di bawah KKM dan hanya dua peserta didik yang tuntas belajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fisika dan proses praktikum peserta didik kelas X IPA-1 dengan menggunakan model pembelajaran PjBL walaupun masih dilakukan di dalarn kelas dan untuk mengetahui besar peningkatan hasil belajar fisika dan proses praktikum setelah diberikan model pembelajaran PjBL (Jayadiningrat & Ati, 2018). Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari beberapa siklus. Adapun dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus. Siklus I merupakan hasil dari peneliti yang dilaksanakan di awal sedangkan siklus II berdasarkan hasil refleksi sesudah mengetahui kekurangan dan kelemahan dari penilaiaan awal. Dengan menganalisis hasil dari tindakan pada siklus II, dapat diketahui bahwa pada siklus ini telah terjadi peningkatan hasil belajar fisika peserta didik dari aspek kognitif dan peningkatan keterampilan proses praktik. Rerata nilai kognitif (pre test) sebesra 59 telah meningkat dengan post tes sebesar 84 seeta nilai peserta didik yang tuntans belajar mencapai 75%. Kedua rata-rata tersebut merupakan nilai tertinggi yang dicapai. Tercapainya hasil belajar fisika dan keterampilan proses praktek peserta didik sebagaimana telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran atau tibdakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar fisika dan keterampilan proses praktek. Hal ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran PjBL berupa merancang percobaan projek dapat meningkatkan hasil belajar fisika dan proses praktikum peserta didik. SIMPULAN Pelaksanaan penelitian telah diupayakan semaksimal mungkin agar sesuai dengan tujuan penelitian, tetapi terdapat keterbatasan dan kelemahan yang tidak dapat dihindarkan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 15 Surabaya dan pembahasan yang telah dikemukakan maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah Peningkatan proses praktikum siklus I ke siklus II menunjukkan peningkatan motifasi dalam keterampilan proses sains peserta didik dari rata-rata 85,7 dengan kategori baik ke rata-rata 87,7 dengan kategori baik pada siklus II. Sedangkan pada penerapan model pembelajaran Project based Learning (PjBL) pada materi pokok usaha dan energy dapat meningkatkan hasil belajar fisika dengan proses praktikum siswa kelas X IPA-1 SMAN 15 Surabaya. Besar Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.183 959 peningkatan hasil belajar fisika dapat dilihat dari besar nilai kognitif rata-rata sebesar 59 sebelum tindakan menjadi 84 setelah tindakan. Dengan demikian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar fisika dari siklus I ke siklus II DAFTAR RUJUKAN A Suhaenah Suparno. (2011). Membangun Kompetensi Belajar. Direktorat JendralPendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Dwija I Wayan. (2020). Metodologi Penelitian Pendidikan. Yayasan Gandhi Puri. http://yayasangandhipuri.penerbit.org/index.php/books/article/view/18/17 Jayadiningrat, M. G., & Ati, E. K. (2018). Peningkatan Keterampilan Memecahkan Masalah Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Pada Mata Pelajaran Kimia. Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, 2(1), 1. https://doi.org/10.23887/jpk.v2i1.14133 Muhammad Fathurrohman. 2015. Model-model Pembelajaran Inovatif.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Widayati, A. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 6(1), 164. https://doi.org/10.21831/jpai.v6i1.1793 Wijanarko, A. G., Supardi, K. I., & Marwoto, P. (2017). Keefektifan Model Project Based Learning Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar IPA. Journal of Primary Education, 6(2), 120–125. https://doi.org/10.15294/jpe.v6i2.17561