Microsoft Word - 07-Kosawa.docx Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.186 1008 Received : 22-05-2021 Revised : 12-06-2021 Published : 29-07-2021 Meningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Bahasa Inggris Melalui Pembelajaran Berbasis Projek pada Siswa SMP Koswara SMP Negeri 1 Cikancung, Indonesia smp_cikancung_1@yahoo.com Abstrak: Dengan meningkatnya hasil belajar siswa, diharapkan hasil tulisan siswa menjadi lebih baik. Penelitian dilakukan dalam tiga siklus, dengan masinig-masing siklus terdiri dari empat langkah dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Arikunto, yaitu ( 1 ) rancangan/rencana awal, (2) Kegiatan dan pengamatan, (3) Refleksi, dan (4) Rancangan/rencana yang direfisi. Berdasarkan hasil penelitian selama tindakan, ada perubahan yang signifikan dari hasil belajar siswa kelas VII/H SMP Negeri 1 Cikancung semester 2 tahun ajaran 2019/2020 dalam mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu ketika digunakan menggunakan metode pembelajaran berbasis projek. Sebelum dilakukan penelitian siswa diberikan soal pre-tes, dan hanya 22,5% siswa yang mampu menulis teks deskriptive. Pada tahap siklus 1 ada peningkatan siswa yang mampu menulis teks deskriptive menjadi 57,5 , sedangkan pada siklus ke dua menjadi 87,5%. Dengan demikian dapat disimpulan bahwa penggunaan strategi menggunakan metode pembelajaran berbasis projek dapat meningkatakan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis teks deskriptive. Kata kunci: menulis deskriptif; pembelajaran berbasis projek; bahasa inggris Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.186 1009 PENDAHULUAN Pada pendidikan bahasa Inggris terdapat 4 ketermapilan berbahasa, ialah mendengar (listening), membaca (reading), Berdialog (speaking) serta menulis (writing). Pada pendidikan Bahasa Inggris SMP baik kelas 7, 8, serta 9, pelajaran Menulis (Writing) ialah salah satu kompetensi yang wajib diajarkan pada siswa. Silabus pendidikan bahasa Inggris kelas 7 semester genap KD 3.7, memberikan mandat supaya siswa sanggup: memperbandingkan fungsi sosial, struktur bacaan, serta faktor kebahasaan di sejumlah wacana deskriptif lisan serta tulis dengan berikan serta memohon data terpaut dengan deskripsi orang, fauna, serta barang sangat pendek serta simpel, cocok dengan konteks penggunaannya. Bersumber pada pengalaman, keahlian siswa di sekolah tempat periset mengajar, ialah SMP Negeri 1 Cikancung, menulis, terutama menulis descriptive text tetap menjadi permasalahan untuk siswa. Lewat adanya observasi sepanjang pendidikan tetap saja sering dijumpai siswa yang hadapi kebimbangan untuk meningkatkan narasinya serta tidak seluruh siswa dapat menuntaskan tugas-tugas yang dberikan dengan baik. Perihal tersebut menjadikan ketercapaian siswa terutama pada kecakapan menulis masih rendah. Tidak hanya itu, berdasarkan observasi peneliti, kecenderungan dari guru yakni melaksanakan proses pendidikan yang monoton, kurangnya membiasakan antara tata cara dengan modul pokok, dengan demikian nampak kurang variatif (lebih ke arah teori-teori saja), serta guru lebih kerap memakai tata cara ceramah. Perihal ini hendak bawa atmosfer belajar jadi membosankan serta tidak bisa meningkatkan keahlian siswa terkait Bahasa Inggris. Hanya 10 dari 39 siswa (25, 64%) kelas VII/ H SMP N 1 Cikancung tahun ajaran 2019/ 20120 pada semester 2 dapat mengatakan arti dalam bacaan tulis fungsional serta esei pendek sangat simpel berupa deskriptif buat berhubungan dengan area terdekat dengan baik, yang mana hal tersebut mangindikasikan rendahnya prestasi belajar peserta didik. Dalam menanggulangi kasus siswa tersebut, periset berupaya mempraktikkan tata cara Pendidikan Berbasis Projek (Project-Based Learning=PjBL). baik proses pada siswa kelas VII/ H di SMP Negeri 1 Cikancung. Usaha pendidik dalam peningkatan proses belajar mengajar terkait penulisan teks deskriptif butuh adanya pengkajian melalui penggunaan Pendidikan yang basisnya Projek (Project-Based Learning=PjBL). Berdasarkan pendapat Kemendikbud (2014: 32), prose belajar mengajar tersebut merupakan model pembelajaran yang memakai projek/ aktivitas yang dijadikan media. Para siswa melaksanakan penjajakan, evaluasi, pemahaman, sintesa, serta data buat menciptakan bermacam wujud hasil belajar. Proses belajar mengajar yang basisnya Projek dirancang untuk difungsikan dalam kasus yang tidak sederhana yang dibutuhkan partisipan dari siswa dalam melaksanakan insvestigasi serta memahami. Sehingga, peneliti berharap pemakaian pendidikan berbasis projek dapat tingkatkan keahlian siswa dalam menulis paragraf deskripsi bahasa Inggris. Fokus riset yang dilakukan yakni peningkatan hasil belajar siswa kelas VII/ H SMP Negeri 1 Cikancung pada semester 2 tahun ajaran 2019/ 2020 (sasaran 80%) siswa bisa menggapai Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) dalam proses belajar mengajar kepenulisan bahasa Inggris. Dalam pembahasan pembelajaran menulis ini yakni membuat deskripsi barang, orang, ataupun suatu tempat untuk tujuan melakukan interaksi dengan area di sekitar. LANDASAN TEORITIK Descriptive Text Descriptive Text ialah tipe bacaan yang sering kali dijumpai di sekitar kita dalam kehidupan untuk menggambarkan manusia, tempat, barang, tumbuhan dan hewan atau yang Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.186 1010 lainnya. Descriptive Text merupakan suatu bacaan bahasa Inggris sebagai penggambaran atau visualisasi dari barang ataupun mahluk hidup yang dideskripsikan, yang dijelaskan dari sisi suara, bau, visualisasi atau tekstur dari barang ataupun makhluk hidup. Komunikatif dari deskriptif teks bertujuan sebagai penggambaran serta mendeskripsikan karakteristik identitas dari barang, tempat, ataupun mahluk tertentu secara universal, tanpa terdapatnya studi, penelitian ataupun riset secara serius dan komperhensif. Sistematika Teks Deskriptif Teks deskriptif itu sendiri masing-masing memiliki dua sisi yang termasuk karakteristik dari dari teks deskriptif, yakni seperti berikut: a. Identification Identification merupakan salah satu komponen dari teks deskriptif yang isinya terkait topik atau apa yang digambarkan maupun dideskripsikan. b. Description Description adalah bagian terakhir dari komponen Descriptive Text yang memuat proses menggambar dan membahas terkait topik atau apa yang terdapat pada Identification yang berkaitan visualisasi fisik, mutu, perilaku umum ataupun sifat-sifatnya. Ciri teks deskriptif dari Kebahasan Kalimat present tense digunakan dalam teks deskriptif menggunakan Present Tense, seperti: go, eat, fly, etc. a. Descriptive Text, di dalamnya digunakan bermacam-macam kata sifat (Adjectives) yang sifatnya describing (mengambarkan), numbering (penomeran), serta classifying (pengklasifikasian), seperti: two sharp eyes, strong hooves, etc. b. Descriptive Text, di dalamnya digunakan Relating Verbs dalam proses pemberian informasi terkait subyek, seperti: his house is realy big, it has very thick fur, etc. c. Descriptive Text, di dalamnya digunakan kata kerja berfikir (Thinking Verbs), seperti believe, think, etc.) dan kata kerja perasa (Feeling Verbs, seperti feel), dalam proses pengungkapan persepsi pribadi penulis terkait subyek, seperti: I'm sure the thief is experienced, He thought it was a great idea. d. Descriptive Text, didalamnya adverbs (kata keterangan) juga digunakan dalam pemberian informasi tambahan terkait sifat (Adjective) maupun perilaku yang diterangkan, seperti: it’s so far away, etc. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Proyek merupakan tugas yang tidak sederhana, bersumber pada topik yang menantang, yang mengaitkan siswa pada proses desain, membongkar permasalahan, menentukan putusan, ataupun aktivitas penelusuran; memberi peluang pada peserta didik kepada siswa dalam bekerja pada kurun waktu yang ditentukan untuk menciptakan produk (Thomas, Mergendoller, and Michaelson, 1999). Penyusunan projek ditujukan untuk sejumlah hal. Berdasarkan pendapat Stoller (2006) terdapat 3 tipe projek bersumber pada watak serta rentetan aktivitasnya, ialah: (1) projek tersusun, yaitu dari sisi bahan metodologi, presentasi serta serta topik ditentukan oleh guru; (2) projek tak tersusun yang paling utama dipahami oleh siswa sendiri; (3) projek semi- terstruktur yang diartikan serta diatur sebagiannya oleh siswa dan sebagiannya oleh guru. Bagi Kemendikbud (2014: 32), model dari belajar mengajar tersebut merupakan proses belajar mengajar yang memakai proyek/ aktivitas yang dijadikan media. Para siswa melaksanakan penjajakan, evaluasi, pemaknaan, sintesa, serta data buat menciptakan bermacam wujud hasil Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.186 1011 belajar. Belajar mengajar yang basisnya Projek ialah model pembelajaran yang memakai permasalahan yang menjadi tahapan dini pada pengumpulan serta pengintegrasian wawasan baru bersumber pada pengalaman saat melaksanakan aktivitas aktual. Belajar mengajar yang basisnya projek didesain agar dapat difungsikan dalam kasus yang rumit yang dibutuhkan murid atau siswa dalam melaksanakan penyidikan serta pemahamannya. Dengan demikian, diharapkan pemakaian pendidikan berbasis projek dapat tingkatkan keahlian siswa dalam menulis paragraf deskripsi bahasa Inggris. Mengacu pada uraian tersebut bisa diambil kesimpulan bahwasannya PBP (Pembelajaran Berbasis Projek) merupakan aktivitas pendidikan belajar mengajar yang menggunakan proyek/ aktivitas yang dijadikan sebagai prosesnya untuk menggapai kompetensi perilaku, pengetahuan serta keterampilan. Proses belajar mengajar ditekankan pada aktivitas-aktivitas murid atau siswa dalam menciptakan produk melalui proses mempraktikkan keahlian mempelajari, membuat, menganalisa hingga pada proses menjelaskan atau menjabarkan produk pendidikan bersumber pada realita yang dialami. Maksud dari produk tersebut yakni hasil proyek dalam wujud kerangka, karya seni, rancangan, karya tulis, prakarya, teknologi, serta yang lainnya. Para murid atau siswa pada metode ini diperkenankan melakukan pekerjaan sendiri ataupun kelompok untuk menciptakan produk yang aktual. Orientasi dari model belajar mengajar ini cenderung ke arah proses memanfaatkan teknologi serta media untuk menghasilkan proses serta kegiatan pendidikan yang diinginkan. Perlu adanya percobaan sesi maupun tahapan berkelanjutan (sistematis) serta merata (holistis) dalam proses memanfaaatkan pendekatan desain belajar mengajar ASSURE supaya bisa membagikan hasil yang dimaksimalkan ialah terciptanya pendidikan sukses. METODE PTK atau Penelitian Tindakan Kelas dijadikan pendekatan pada penelitian ini. Berdasarkan pendapat Arikunto (2009: 18) penelitian Tindakan sendiri yakni peneliti bekerja sama dengan guru melakukan kerja sama selama penelitian berlangsung (guru juga berperan sebagai peneliti) yang dilakukan di tempat guru tersebut mengajar yang difokuskan pada proses meningkatkan dan menyempurnakan belajar mengajar. Pada penelitian yang dilakukan menggunakan instrument seperti di bawah ini : 1. RPP Tahapan-tahapan dalam sebuah pembelajaran dijelaskan dengan adanya RPP ini khususnya terkait kemampuan dasar kepenulisan teks deskripsi dalam bahasa Inggris yang dilakukan melalui project-based learning. 2. Lembar Observasi Proses Pembelajaran Lembar observasi (lembar pengamatan) dapat difungsikan dalam menilai pembelajaran. Materi pembelajaran digunakan untuk acuan pada penyusunan lembar pengamatan tersebut yang dikembangkan oleh pihak guru yang disesuaikan dengan karakteristik taraf kapabilitas berfikir dan bidang studi siswa. 3. Soal Tertulis untuk Hasil Belajar Soal tertulis tersebut digunakan penili sebagai pemerolehan data. Dan lembar RPP difungsikan sebagai rencana dalam melaksanakan proses belajar mengajar yakni Format Telaah RPP kurikulum 2013. Lebar pengamatan dijadikan sumber acuan aktivitas belajar siswa. Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.186 1012 Teknik Pengumpulan Data. Dalam rangka mendapatkan informasi yang diharapkan tentunya peneliti memakai uji. Rencana Penerapan proses belajar mengajar pengukurannya menggunakan lembar rancangan pembelajaran ialah model Analisa dari RPP kurikulum 2013. Kegiatan belajar siswa diperoleh lewat lembar observasi siswa. Uji kemampuan menulis dijadikan sebagai Proses menghimpun data. Evaluasi hasil akhir tulisan siswa dengan mencermati 5 aspek sebagaimana yang diungkapkan Heaton (1983: 146), ialah: pemakaian gramar, kosa kata, konten teks deskriptif, mekanisme serta pengorganisasian karangan. Pada studi Tindakan kelas bisa diidentifikasi berhasil atau tidaknya dapat ditinjau melalui indicator di bawah berikut. a. Evaluasi RPP memakai Instrumen Perlengkapan Evaluasi RPP Guru. Keahlian guru dalam merancang pendidikan sukses bila hadapi kenaikan nilai pada tiap siklus. b. Pada proses penerapan pendidikan, terjalin kenaikan kegiatan siswa yang aktif di masing-masing siklus, di siklus 1 46%, siklus 2 70% serta persentase kegiatan belajar siswa pad siklus II megalami kenaikan yang signifinant, ialah 82% Hingga hasil pada belajar siswa terletak di rentangan meannya > 71 yang rentangan kualitatifnya berarti B (baik) serta diperoleh 70% dari keseluruhan peserta didik yang mana peserta didik melaksanakan kualifikasi positif dalam penanda kegiatan peserta didik. c. Kisi-kisi instrument dengan kriteria evaluasi sangat kurang baik, kurang baik, baik, sangat baik. Masing- masing aspek mempunyai rentangan nilai 1- 5. d. Terjalin kenaikan keahlian untuk hasil pencapaian pembelajaran dalam menulis teks deskrptif Bahasa Inggris di tiap siklusnya, serta siklusnya diberhentikan bila peserta didik sanggup menggapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang sudah diresmikan ialah menemukan nilai minimun 71 serta siswa yang tuntas menggapai 82% dari jumlah siswa. Alat Pengumpul Data. Dengan teknik mengumpulkan data yang melalui proses penilaian hasil belajar, pengamatan siswa, serta melakukan wawancara sejumlah siswa kelas VII/H, sehingga instrumen yang digunakan dalam proses mengumpulkan data yakni lembar pengamatan, pedoman wawancara serta hasil yang ditulis peserta didik. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Proyek penulisan teks deskriptif merupakan proyek yang dibagikan pada peserta didik. Di siklus awal, peserta didik dimohon membuat teks deskriptif terkait tempat untuk liburan kesukaan mereka di awal siklus ini. Kemudian peserta didik di siklus ke-2 dimohon untuk menemukan foto tempat liburan di jejaring sosial yang dilakukan dengan kelompoknya, kemudian dari gambar yang didapatnya tersebut masing-masing individu dari peserta didik membuat karangan teks descriptif. Lalu peserta didik diminta membuat desain foto suatu tempat liburan yang didasarkan pada kemauan mereka di siklus ketiga. Sesudah desain foto tempat liburan tersebut jadi, peserta didik dimohon Menyusun teks deskripsi terkait tempat liburan tersebut. Mayoritas siswa masih belum aktif untuk ikut serta pada proses belajar mengajar dalam penerapan siklus 1. Persoalan atau fenomena yang guru berikan belum sepenuhnya dari peserta didik berani menanggapinya, kala dimohon Menyusun teks deskripsi, peserta didik masih Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.186 1013 belum dapat dikatakan aktif untuk ikut serta. Mereka tidak sungguh-sungguh untuk menyelesaikan tugas, acuh terhadap pendidikan, tidak mencermati uraian guru serta bercanda. Keaktifan siswa cenderung naik di siklus ke-2. Dari persoalan yang diberikan guru, siswa mulai tanggap dan berani serta aktif untuk menanggapinya. Terkait projek yang diberikan guru pun peserta didik mulai aktif pula untuk mengerjkan projek yang diberikan, terutama saat proses pencarian foto di internet. Tetapi, peserta didik ada yang masih tak ingin ikut serta pada kerja kelompoknya masih terdapat siswa yang tidak ingin ikut serta dalam kerja kelompoknya. Siswa pula masih menampilkan reaksi yang kurang positif Kala menulis karangan deskripsi. Pada penerapan siklus 3, kegiatan siswa bertambah secara signifikan. Nyaris seluruh siswa ikut serta aktif berpartisipasi dalam mengerjakan projek yang diberikan. Mereka nampak bersemangat kala membuat desain tempat wisata mereka. Mereka pula menampilkan perilaku positif kala menuntaskan deskripsi mereka. Peningkatan presentase keaktifan siswa bis kita lihat pada tabel di bawah: Tabel 1. Persentase keaktifan siswa No Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Kelas VII H 46% 70% 82% Gambar 1. Rata-rata persentase evaluasi siswa Penilaian pendidikan ialah sesuatu proses buat memastikan jasa, nilai ataupun khasiat aktivitas pendidikan lewat aktivitas evaluasi serta ataupun pengukuran (Djaramah, 2000: 207). Tujuan dikerjakannya penilaian dalam riset ini merupakan buat memperoleh informasi serta data yang lengkap tentang hasil kerja sepanjang penerapan pendidikan berlangsung. Penilaian laporan projek didapat dari evaluasi karangan siswa. Aspek– apek ynag dinilai dalam proses ini merupakan komponen Isi (gagasan, topik, kenyataan–kenyataan ynag di informasikan oleh siswa), komponen organisasi (struktur raga karangan, urutan kronologis, koherensi, kesimpulan serta lay out tulisan), Kosa kata (opsi kata, pemakaian kata yang efisien ataupun cocok), Grammar (benar ataupun tidaknya struktur kalimat yang digunakan siswa) serta mekanisme (ejaan, ciri baca serta kerapian tulisan siswa), Komponen perencanaan serta Komponen penerapan. Dari proses penilaian didapat informasi selaku berikut: 0% 20% 40% 60% 80% 100% Berhasil tidak Pesentase Keaktifan Belajar Siklus 1 Siklus 2 Siklus III Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.186 1014 Tabel 2. Rata – rata evaluasi siswa Siklus Nilai Project Siklus 1 69,8 Siklus 2 72,5 Siklus 3 75,6 Berdasarkan tabel tersebut bisa dilihat bahwasannya setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus 1, hasil evaluasi berdasarkan nilai tugas menulis siwa masih rendah (69’8). Kemudian mengalami peningkatan di siklus kedua (72,5) dan mengalami peningkatan lagi di siklus 3 (75,6). Berdasarkan kriteria ketuntas minimal pencapaian siswa dijadikan pengukur prestasi belajar siswa. Agar bisa dinyatakan bagus maka siswa paling tidak harus sampai di angka 70 pada nilainya. Selama 3 siklus penelitian ini dijelaskan ketuntasan belajarnya dalam tabel berikut. Tabel 3. Ketuntasan siswa Di siklus 1, terdapat 18 orang saja yang dapat memeperoleh nilai sekurang-kurangnya 71. Perihal tersebut artinya hanya sekitar 46% siswa yang tuntas. Pada siklus 2, ada 27 siswa yang berhasil tuntas pada proses belajar mengajar ini. Artinya, masih terdapat 70% siswa yang tuntas. Pada siklus 3, berjalan peningkatan signifikan disebabkan adanya 32 siswa yang tuntas. Artinya 82% siswa dapat menuntaskan pembelajaran menulis deskripsi. Pembahasan Bisa didapatkan kesimpulan dari hasil penelitian serta pembahasan yang dilakukan yakni bahwasannya adanya peningkatan kapabilitas guru pada perencanaan pembelajaran, peningkatan proses pelaksanaan pembelajaran, peningkatan proses evaluasi, dan peningkatan hasil prestasi studi siswa melalui pembelajaran berbasis projek terhadap pembelajaran menulis paragraf uraian siswa. Sebelum mengadakan implementasi, terdapat 10 siswa saja yang dapat melakukan deskripsi pada benda/orang/tempat spesifik berbahasa Inggris. Ketika diselenggarakan wawancara, diperoleh jawaban penyebab siswa tidak cukup dapat mengikuti pembelajaran menulis berbahasa Inggris, diantaranya adalah a). siswa tidak miliki bahan apa yang akan dituliskan, dan b). siswa jemu pada teknik yang terkesan monoton. Setelah diselenggarakan tindakan sebanyak 3 siklus, ada peningkatan hasil studi siswa dalam mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu. Pada siklus pertama, siswa diminta menulis teks deskriptif mengenai benda spesifik dalam grup berempat manfaatkan Model Pembelajaran Berbasis Projek. Hasilnya, baru 18 siswa (46%) yang dapat mendiskripsikan benda spesifik bersama benar. Pada siklus 2, kuantitas siswa yang sukses mendiskripsikan orang spesifik dengan benar meningkat menjadi 27 siswa (70%). Pada siklus ke tiga mengalami peningkatan yang significant, siswa yang dapat menulis deskriptive meraih 32 siswa (82%). Hasil sudah meraih obyek yang diharapkan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran menulis berbahasa Inggris manfaatkan Model Pembelajaran Berbasis Projek Siklus Siswa Tuntas Siswa Tidak Tuntas 1 18 21 2 27 12 3 32 7 Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.186 1015 dapat menambah ketrampilan siwa kelas VII/H SMP Negeri 1 Cikancung terhadap semester 2 tahun ajaran 2019/2020 dalam mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu. SIMPULAN Dapat disimpulkan dari hasil penilitian serta pembahasan bahwasannya adanya peningkatan kebolehan guru dalam berencana pembelajaran, peningkatan proses pelaksanaan pembelajaran, peningkatan proses evaluasi, dan peningkatan hasil prestasi studi siswa melalui pembelajaran berbasis projek terhadap pembelajaran menulis paragraf uraian siswa. 1. Guru hendaknya memperbanyak sumber dan bahan studi yang digunakan, semakin banyak sumber studi maka guru nantinya miliki pengetahuan dan pengalaman yang lumayan untuk menuangkan ide-ide baru dalam proses pembelajaran. 2. Guru dapat mengembangkan proses pembelajaran berbasis projek terhadap pembelajaran penulisan paragraf deskripsi. Diharapkan juga proses pembelajaran tersebut dapat diterapkan di pembelajaran yang lainnya. 3. Sekolah memperbanyak sarana pembelajaran menulis dalam bhs Inggris untuk menopang penerapan pendekatan membutuhkan sumber studi yang sangat baik, dan memenuhi standar proses pembelajaran. UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah puji syukur kepada Allah swt, oleh karena kehendak serta ridhaNya peneliti mampu membuat jurnal ini dengan lancar. Peneliti menyadari PTK dan Jurnal ini tidak bakal selesai tanpa doa, dukungan dan motivasi dari semua pihak. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta. Brown, H. Douglas. 2000. Teaching of Language and Teaching. New York. Longman. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djaramah, 2000, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta. Heaton, J.B. 1983. Writing English Language Tests. Longman Gr: Singapore Ibrahim, Muslimin, dkk, 2005, Pembelajaran Kooperatif, UNESA Press, Surabaya. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Molenda, Heinich, Smaldino. 2005. Instructional Technology and Media For Learning. New Jersey: Pearson Education Inc Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.