Microsoft Word - 16-Fadilah.docx Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.192 1107 Received : 11-05-2021 Revised : 16-06-2021 Published : 29-07-2021 Pengaruh Pembelajaran Daring dan Cara Belajar Siswa Terhadap Hasil Pembelajaran Siswa Nur Fadilah SMA Negeri Jogoroto, Indonesia nurmajid90@gmail.com Abstrak: Pembelajaran dikatakan efektif bila ada titik temu dalam interaksi antara para guru dan siswa-siswa dan materi yang dipelajari. Adanya wabah COVID-19 tentu menyebabkan banyak kendala dan masalah yang dihadapi atau dialami oleh para guru dan para siswa pada proses kegiatan belajar dan mengajar. Kendala tersebut akhirnya mempengaruhi hasil belajar siswa. Tidak hanya itu, cara siswa belajar di rumah yang tidak efektif pun ikut turut ambil bagian dalam kondisi hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Artikel ini ditulis untuk menjadi wujud usaha dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi COVID-19 ini. Dalam artikel ini, kami akan membahas bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan prestasi siswa, membangun kesadaran diri siswa, dan menumbuhkan kedisiplinan siswa. Metode yang dipraktikkan oleh peneliti dalam penelitian kali ini adalah metode penelitian kualitatif dengan tes sebagai instrumen pengumpulan data. Hasil pembelajaran daring dinilai kurang memuaskan karena berbagai macam kekurangan. Ringkasan penelitian ini pada dasarnya adalah usaha mencari solusi terkait kondisi hasil pembelajaran tersebut. Kata kunci: pembelajaran daring; cara belajar siswa; hasil belajar siswa Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.192 1108 PENDAHULUAN Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan tentang persebaran COVID-19 berstatus darurat kesehatan masyarakat yang mewabah di seluruh dunia pada 30 Januari 2020. Pada tanggal 2 Maret tahun 2020, terjadi dua kasus COVID-19 yang terjadi di Indonesia. Bahkan sepuluh orang dinyatakan positif corona per 16 Maret 2020. Virus ini tentu saja berpengaruh kuat terhadap bidang pendidikan sehingga kegiatan pembelajaran diubah menjadi pembelajaran berbasis online (Dewi, 2020). Pembelajaran daring (online) dimulai sekitar pertengahan Maret 2020. Pembelajaran daring ini dilakukan sebagai upaya nyata dalam rangka mengurangi persebaran virus COVID-19 ini. Presiden Jokowi menuturkan, "Untuk mengatasi diseminasi COVID-19 kami membangun kebijakan belajar dari rumah untuk para pelajar dan para mahasiswa, sebagian ASN dapat bekerja dari rumah secara online serta mengutamakan pelayanan maksimal kepada masyakarat," pada Minggu, 15 Maret 2020 di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. Oleh karena itu, setiap kegiatan dan aktivitas yang berkenaan dengan masyarakat umum dianjurkan untuk dibatalkan, serta mengembangkan pelayanan fasilitas kesehatan misalnya seperti rumah sakit umum daerah (Santosa, 2020). Kebijakan pembelajaran daring tersebut diharapkan mampu berfungsi sesuai dengan yang diharapkan pemerintah, tetapi setiap kebijakan tentu membawa dampak baik dan dampak buruk. Fungsi utama dari ditetapkannya kebijakan adalah untuk mencapai tujuan yang akan dicapai sebelumnya (Pratama, 2018). Pembelajaran daring online atau pembelajaran jarak jauh sendiri mempunyai tujuan untuk memenuhi standar pendidikan dengan pemanfaatan teknologi informasi dengan menggunakan perangkat computer atau gadget yang saling terhubung antara para siswa dan guru maupun antara para mahasiswa dengan dosen sehingga melalui pemanfaatan teknologi tersebut proses kegiatan belajar mengajar bisa tetap terlaksana dengan baik (Pakpahan, 2020). Pembelajaran daring tidak langsung menjadi solusi yang sempurna, dalam prosesnya muncul beberapa permasalahan. Permasalahan yang ada saat pembelajaran daring diantaranya seperti tidak bisa menepati waktu yang sudah dijadwalkan karena siswa beranggapan tidak dikontrol guru secara langsung. Selain itu, Sebagian siswa tidak mengumpulkan atau memberi laporan penugasan dengan waktu yang sudah diberikan. Bahkan, Sebagian siswa juga tidak mau tahu ataupun melaksanakan intruksi guru yang berakibat pada tidak adanya portofolio yang dinilaikan. Berkenaan dengan itu maka peneliti merasa perlu untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, membangun kesadaran diri siswa, meningkatkan prestasi siswa, dan menumbuhkan kedisiplinan siswa. METODE Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang melibatkan proses pengumpulan dan analisis data numerik secara obyektif yang berisi beberapa macam nilai siswa yang digunakan untuk melihat dan menilai sejauh mana tingkat keberhasilan pembelajaran daring. Siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah 34 siswa di SMA Negeri Jogoroto. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes yang berupa penugasan dengan indikator berupa beberapa pembagian batasan waktu dan nilai yang nanti hasilnya akan dianalisis dan diteliti secara kualitatif. Instrumen atau alat pengumpulan data Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.192 1109 yang diaplikasikan adalah tes yang berisi beberapa pertanyaan terkait materi pembelajaran yang nantinya digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan dan keberhasilan pembelajaran siswa. Setelah data siswa dalam pembelajaran daring ini terkumpul, data nantinya akan dibandingkan dengan 32 data siswa terdahulu (alumni) yang mendapat pembelajaran tatap muka sehingga dapat dilihat perbedaan keberhasilan pembelajaran antara pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka. Perbedaan keberhasilan pembelajaran ini nantinya akan digunakan sebagai tolak ukur dalam usaha mencari solusi dan jalan keluar untuk memecahkan beberapa masalah yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran daring yang telah disebutkan di atas. HASIL Tabel 1. Hasil Temuan Melalui Tes Pembelajaran Daring PEMBELAJARAN DARING Motivasi Belajar Siswa Dilihat dari kesungguhan siswa ketika menanggapi instruksi dan materi terkait pembelajaran yang diberikan guru, berikut adalah pembagian tingkat motivasi belajar siswa: 1. Terdapat 4 siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi. Hal ini dilihat dari kesungguhan dan kecekatan mereka dalam menanggapi instruksi serta materi pembelajaran dari guru. (≤ 2 jam) 2. 18 siswa memiliki motivasi belajar yang cukup yang dinilai dari ketanggapan mereka dalam merespon instruksi guru dalam waktu yang dapat ditolerir dalam pembelajaran daring ( 2 - 8 jam) 3. 8 siswa lain memiliki tingkat motivasi belajar yang terbilang rendah karena mereka baru merespon instruksi dan materi pembelajaran yang diberikan guru dalam waktu yang cukup lama ( 8 jam <) 4. Sedangkan 4 siswa lain bahkan tidak merespon instruksi dan materi yang diberikan guru sama sekali, dapat dinilai bahwa mereka memiliki motivasi belajar yang rendah. Kedisiplinan Siswa Kedisiplinan siswa disini dilihat dari kecepatan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, berikut adalah pembagian tingkat kedisiplinan siswa: 1. Hanya ada 4 siswa yang mengerjakan tugas atau tes dalam kisaran waktu 2-3 jam, keempat siswa ini memiliki kedisiplinan yang tinggi. 2. Sebanyak 18 siswa mengerjakan tugas yang diberikan sebelum bergantinya hari pemberian tugas (belum melebihi jam 23:59), siswa- siswa ini memiliki tingkat kedisiplinan yang cukup. 3. 8 siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru pada hari lain, bahkan guru harus menagih berkali-berkali tugas delapan siswa ini, tetapi mereka masih mau mengerjakan dan mengumpulkan. Kedelapan siswa ini dapat dinilai kurang disiplin. 4. 4 siswa lainnya tidak mengerjakan tugas sama sekali, keempat siswa ini memiliki tingkat kedisiplinan yang sangat kurang. Prestasi Siswa Dari beberapa nilai tes siswa, prestasi belajar siswa dapat dikelompokkan dalam 5 interval. Berikut adalah tingkatan prestasi siswa: 1. 1 anak mendapat nilai dalam kisaran 81-100, siswa ini mendapatkan prestasi belajar yang sangat baik. 2. 10 siswa mendapat nilai dalam kisaran 71-80, kesepuluh siswa ini memiliki prestasi belajar yang baik. 3. Sebanyak 12 siswa mendapat nilai dalam kisaran 61-70, siswa-siswa ini memperoleh prestasi belajar yang cukup. 4. 10 siswa mendapat nilai dalam kisaran 41-60, sepuluh siswa ini kurang dalam prestasi belajar. Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.192 1110 5. 1 siswa mendapat nilai dalam kisaran 0-40, siswa ini memiliki prestasi belajar yang sangat kurang. Kesadaran Diri Siswa Kemauan siswa dalam merespon materi dan mengerjakan instruksi pembelajaran dari guru dapat dijadikan ukuran kesadaran diri siswa. Dalam hal ini, siswa dibagi menjadi 2: 1. Sebanyak 30 siswa mau merespon dan mengerjakan instruksi pembelajaran dari guru dan dapat dinilai bahwa siswa-siswa ini memiliki kesadaran diri yang baik. 2. Sedangkan 4 siswa lainnya sulit dan tidak mau merespon dan mengerjakan instruksi pembelajaran dari guru. Empat siswa ini memiliki kesadaran diri yang kurang. Tabel 2. Hasil Temuan Melalui Tes Pembelajaran Tatap Muka PEMBELAJARAN TATAP MUKA Motivasi Belajar Siswa Dilihat dari kesungguhan siswa dalam menanggapi instruksi dan materi pembelajaran yang diberikan guru. • Semua siswa yang berjumlah sebanyak 32 anak memiliki motivasi belajar yang tinggi. Hal ini dilihat dari kesungguhan dan kecekatan mereka dalam menanggapi instruksi serta materi pembelajaran dari guru. Kedisiplinan Siswa Kedisiplinan siswa disini dilihat dari kecepatan siswa dalam mengerjakan tugas yang diwajibkan oleh guru. • Tidak ada satu pun siswa yang tidak mengerjakan tugas atau tes yang diwajibkan guru. Semua siswa ini (32 anak) memiliki kedisiplinan yang tinggi. Prestasi Siswa Dari beberapa nilai tes siswa, prestasi belajar siswa dapat dikelompokkan dalam 5 interval. Berikut adalah tingkatan prestasi siswa: 1. 5 anak mendapat nilai dalam kisaran 81-100, siswa ini mendapatkan prestasi belajar yang sangat baik. 2. 21 siswa mendapat nilai dalam kisaran 71-80, kesepuluh siswa ini memiliki prestasi belajar yang baik. 3. Sebanyak 3 siswa mendapat nilai dalam kisaran 61-70, siswa-siswa ini memperoleh prestasi belajar yang cukup. 4. 3 siswa mendapat nilai dalam kisaran 41-60, sepuluh siswa ini kurang dalam prestasi belajar. 5. Tidak ada siswa yang mendapat nilai dalam kisaran 0-40, siswa ini memiliki prestasi belajar yang sangat kurang. Kesadaran Diri Siswa Kemauan siswa dalam merespon materi dan mengerjakan instruksi pembelajaran dari guru dapat dijadikan ukuran kesadaran diri siswa. • Semua siswa mau merespon dan mengerjakan instruksi pembelajaran dari guru dan dapat dinilai bahwa semua siswa ini memiliki kesadaran diri yang baik. PEMBAHASAN Daring adalah akronim dari frasa ‘dalam jaringan’ sebagai istilah lain dari online yang berarti sistem yang menyambungkan beberapa perangkat gawai secara elektronik. Pada situasi pandemi seperti covid ini, metode online atau daring untuk penyelenggaraan pembelajaran jarak jauh dianggap dapat memenuhi kebutuhan arah tujuan pelaksanaan program pendidikan (Abdul Karim, 2020). Pembelajaran daring bisa disampaikan dan dikemas dengan berbagai model dan bentuk diantaranya video, gambar, teks, grafik atau bentuk media lainnya. Sarana pembelajaran daring juga sangat beragam seperti chat room, video conference, dan discussion Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.192 1111 room. Waktu pelaksanaan proses pembelajaran daring juga sangat fleksibel, meskipun tetap diberi jadwal sebagai pembatas jam pembelajaran aktif. Akses materi belajar juga luas karena dapat melihat di internet dan berbagai media bebas yang lain. Dengan begitu dapat dianggap bahwa pembelajaran daring ini membawa warna baru dan membuat kegiatan pembelajaran dan pendidikan menjadi semakin dinamis dan relevan dengan kemajuan globalisasi saat ini. Pendidikan diharuskan mampu untuk memberi model dan warna yang cenderung untuk terus-menerus menyempurnakan setiap usaha yang dilakukan manusia dalam menyelesaikan tantangannya di masa yang akan datang terhadap lingkungan sekitarnya (Sutisno, 2014). Pembelajaran daring mewujudkan pembelajaran jarak jauh dan memberi akses yang luas kepada siapapun dengan tingkat efektifitas ruang dan waktu yang tinggi. Hal itu tentu membuat pembelajaran daring menjadi alternatif yang sangat sesuai dengan kondisi pandemi yang sedang melanda dunia ini. Akan tetapi, walaupun pembelajaran daring dapat disampaikan dengan begitu banyak cara, media, dan sarana, tetap saja tidak dapat memastikan keberhasilan pembelajaran. Selain karena kekurangan pasti dari pembelajaran daring seperti biaya kuota, akses sinyal, handphone yang memadai, dan lain-lain, pembelajaran daring memiliki kekurangan yang lebih krusial yakni menurunnya tingkat keberhasilan pembelajaran. Banyak sekali indikator yang dapat menunjukkan turunnya tingkat keberhasilan pembelajaran pada pembelajaran daring ini, tetapi peneliti hanya mengambil empat indikator yang sekiranya dapat mewakili indikator-indikator yang lain. Keempat indikator ini adalah kedisiplinan siswa, motivasi belajar siswa, kesadaran diri siswa, dan prestasi belajar siswa. Dari dua tabel yang berisi data hasil penelitian yang telah disebutkan di atas tadi, dapat dilihat jarak dan perbedaan yang substansial antara hasil pembelajaran daring dan hasil pembelajaran tatap muka. Walaupun daring memiliki banyak sekali kelebihan, tetapi nyatanya hasil pembelajaran akhir dari daring tidak lebih baik daripada hasil pembelajaran tatap muka yang dulu dinilai kalah efektif dengan pembelajaran daring. Pada indikator motivasi belajar siswa, dapat dilihat bahwa pembelajaran tatap muka memberikan motivasi belajar yang lebih pada siswa dibandingkan dengan pembelajaran daring. Pembelajaran daring cenderung membuat siswa lebih malas dan menunda-nunda dalam merespon materi atau instruksi tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini mungkin juga disebabkan oleh himbauan dari Kemenkes dan Kemendikbud kepada para tenaga didik agar tidak memberikan beban pikiran yang banyak kepada siswa karena dapat meningkatkan risiko terjangkit virus COVID-19. Himbauan tersebut lama-kelamaan memberi dampak yang kurang baik seperti siswa yang terlalu nyaman dan santai dalam belajar sehingga berakhir dan menumbuhkan sifat malas. Jika melihat kembali pada pembelajaran tatap muka, para siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. Hal itu disebabkan karena interaksi dalam proses belajar mengajar terjadi secara langsung. Sehingga antara guru dan siswa dapat memecahkan suatu permasalahan bersama- sama dengan pendekatan yang efektif. Hal itu tentu saja mendorong motivasi dan semangat siswa dalam belajar. Maka dari itu, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran daring harus didesain lagi dan diubah sedemikian rupa sehingga dapat memaksimalkan interaksi antara guru dan siswa dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran. Selain motivasi belajar siswa, kedisiplinan siswa pada pembelajaran daring ini juga terlihat menurun jika dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka pada data yang terlampir di atas. Hal ini terjadi karena guru tidak mampu memonitor penuh kegiatan siswa ketika di rumah dan tidak dapat menegur secara langsung. Siswa juga cenderung selalu menunda Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.192 1112 mempelajari materi dan mengerjakan pekerjaan karena menganggap masih memiliki banyak waktu. Pada pembelajaran tatap muka, guru dapat dengan mudah mengobservasi siswa ketika pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Hal itu membuat guru cepat dalam mengarahkan dan menegur siswa sehingga siswa tidak sampai melenceng terlalu jauh. Siswa juga merasa tidak enak jika harus menyusahkan guru karena tidak kunjung mengumpulkan tugas. Hal ini pastinya membuat pembelajaran tatap muka memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi. Melihat hal tersebut, solusi untuk meningkatkan kedisiplinan siswa pada pembelajaran daring diantaranya adalah dengan meluaskan kemampuan guru dalam mengontrol siswa sehingga guru dapat membimbing siswa dengan lebih maksimal. Prestasi siswa pada pembelajaran daring juga tidak lebih baik dibandingkan prestasi siswa pada pembelajaran tatap muka. Kecendurungan siswa yang malas belajar pada pembelajaran daring merupaka salah satu penyebabnya. Karena merasa bebas dan tidak memiliki kewajiban, siswa pun menyepelekan belajar yang akibatnya dapat langsung terlihat pada hasil belajarnya. Solusi untuk hal ini adalah dengan mengingatkan dan menyadarkan siswa kembali bahwa belajar adalah sesuatu yang sangat diperlukan untuk menunjang masa depan siswa dan siswa diharapkan memiliki pemikiran yang dewasa sehingga memiliki rasa tanggung jawab yang lebih lagi terhadap diri sendiri. Terakhir adalah indikator kesadaran diri siswa. Seharusnya baik pembelajaran daring ataupun pembelajaran tatap muka tidak akan memberi dampak yang terlalu signifikan pada kesadaran diri siswa. Akan tetapi dapat dilihat bahwa pada pembelajaran daring ini beberapa siswa memiliki kesadaran diri yang rendah. Hal itu ditunjukkan pada keengganan mereka dalam mempelajari materi dan melaksanakan instruksi yang diberikan guru. Beberapa siswa ini lupa dan merasa bahwa mereka tidak memerlukan belajar, padahal belajar merupakan kebutuhan diri mereka sendiri. Pada akhirnya, guru lah yang diharapkan mampu untuk membimbing dan menyadarkan siswa dengan sabar dan telaten tentang apa yang penting dan tidak bagi kehidupan siswa. Guru juga diharapkan mampu membangkitkan semangat belajar siswa dengan berbagi metode yang sesuai dengan masing-masing anak binaannya. SIMPULAN Pembelajaran daring diharapkan tidak memberatkan guru ataupun siswa dan tidak mengurangi hasil akhir pembelajaran. Selain bertujuan untuk meningkatkan hasil pembelajaran, Penelitian ini juga secara tidak langsung bertujuan untuk membuka perspektif baru yang dapat dijadikan acuan untuk menemukan solusi baru dalam rangka membuat pembelajaran daring menjadi lebih baik. Walaupun ditemukan bahwa pembelajaran daring saat ini masih memiliki banyak kekurangan seperti dalam keempat indikator masalah di atas, tentu saja masih banyak lagi solusi yang dapat diusahakan untuk lebih menyempurnakan lagi pembelajaran daring ini. Peneliti memberikan saran dan berharap agar guru tidak bosan dan berkecil hati dengan kondisi pandemi ini karena siswa yang bersungguh-sungguh masih lebih banyak daripada yang kurang bersungguh-sungguh. Selanjutnya guru tinggal membimbing dan mengajak siswa yang kurang bersungguh-sungguh untuk menyusul temannya yang lain. Vol.2 No.7 2021 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.192 1113 DAFTAR RUJUKAN Abdul Karim, B. (2020). Pendidikan Perguruan Tinggi Era 4.0 Dalam Pendemi Covid-19. Education and Learning Journal 1(2):102. DOI: 10.33096/eljour.v1i2, 54. Dewi, W. A. (2020). Dampak Covid-19 terhadap implementasi pembelajaran daring di Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 2 (1), 55-61. Pakpahan, R. &. (2020). Analisa pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran jarak jauh di tengah pandemi virus corona covid-19. Journal of Information System, Applied, Management, Accounting and Research, 4 (2), 30-36. Pratama, F. (2018). Implementasi Kebijakan Dalam Penanggulangan Virus Hiv dan Aids di Kabupaten Kuningan. Jurnal Ilmiah Indonesia, 3 (2), 26-34. Santosa, S. P. (2020). Analisis Pengaruh Social Distancing Dalam Pencegahan Penyebaran Virus Corona Dengan Pelaksanaan Sholat Fardhu Berjamaah Di Masjid Al Ikhlas Desa Sukoharjo Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati Jawa Tengah. Jurnal Syntax Idea, 2 (5). Sutisno, A. N. (2014). Telaah Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.