Microsoft Word - 17-Putu.docx


Vol.2 No.7 2021 
ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 
https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193  

1114 

Received : 30-05-2021 
Revised : 25-06-2021 
Published : 29-07-2021 
 

 
Penerapan Model Siklus Belajar 7E untuk Meningkatkan 

Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa SMP 
 

Putu Eka Rusmayani 
SMP N 2 Nusa Penida, Indonesia 

ekarusmayani11@gmail.com 
 
 

Abstrak 
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini bertujuan untuk 
1) meningkatkan aktivitas siswa kelas VIIID SMP Negeri 2 Nusa Penida pada 
pembelajaran IPA, 2) meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIID SMP Negeri 2 
Nusa Penida dalam pembelajaran pokok bahasan pembelajaran pokok bahasan (1) 
Struktur dan Fungsi Tumbuhan, (2) Sistem Pencernaan pada Manusia, (3) Zat Aditid 
dan Adiktif, (4) Sistem Peredaran Darah pada Manusia. Subjek penelitian ini adalah 
siswa kelas VIIID SMP Negeri 2 Nusa Penida tahun pelajaran 2019/2020 pada 
semester Ganjil yang berjumlah 24 siswa, terdiri atas 12 putri dan 14 putra. 
Penelitian ini dilaksanakan setiap siklus dalam dua siklus, dimana setiap siklus 
dilaksanakan melalui 4 tahapan, yaitu: 1) perencanaan penelitian, 2) pelaksanaan 
tindakan, 3) observasi/evaluasi, dan 4) refleksi. Hasil penelitian ini menunjukkan 
bahwa: (1) terdapat peningkatan aktivitas siswa yaitu dari 67,73 berkatagori sedang 
pada siklus I menjadi 79,675,38 berkatagori baik pada siklus II. (2) terdapat 
peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I sebesar 65,50 menjadi 71,54 pada siklus 
II. Berdasarkan temuan di atas disarankan yaitu: temuan tentang efektifnya 
penerapan penerapan model siklus belajar 7E sebagai salah satu alternatif dalam 
proses pembelajaran IPA.  
 
Kata Kunci: model siklus belajar 7e; aktivitas siswa; hasil belajar  

 
  



Vol.2 No.7 2021 
ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 
https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193  

1115 

Abstract 
This research is a classroom action research (PTK). This study aims to 1) increase 
the activity of class VIIID students of SMP Negeri 2 Nusa Penida in science 
learning, 2) to improve learning outcomes of class VIIID students of SMP Negeri 2 
Nusa Penida in learning the subject of learning (1) Structure and Function of 
Plants, (2)) Digestive System in Humans, (3) Additives and Addictive Substances, (4) 
Circulatory System in Humans. The subjects of this study were class VIIID students 
of SMP Negeri 2 Nusa Penida in the 2019/2020 academic year in the odd semester, 
totaling 24 students, consisting of 12 girls and 14 boys. This research was carried 
out every cycle in two cycles, where each cycle was carried out through 4 stages, 
namely: 1) research planning, 2) action implementation, 3) observation / evaluation, 
and 4) reflection. The results of this study indicate that: (1) there is an increase in 
student activity, from 67.73 moderate in the first cycle to 79.675.38 in the good 
category in the second cycle. (2) there is an increase in student learning outcomes 
from the first cycle of 65.50 to 71.54 in the second cycle. Based on the findings 
above, it is suggested that: findings about the effective application of the 7E 
learning cycle model as an alternative in the science learning process. 

 
Keywords: 7e learning cycle model; student activities; learning outcomes 

 
 
PENDAHULUAN 

Tantangan dalam pembelajaran adalah menciptakan pengalaman yang melibatkan 
siswa, mendukung mereka berpikir, memahami, menjelaskan, dan memecahkan permasalahan 
ilmiah (Akinbobola & Afalabi 2010). Berbagai inovasi pendidikan telah dilakukan oleh 
pemerintah maupun pihak swasta untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Inovasi 
sudah dilakukan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah sampai pendidikan tinggi. 
Pemerintah telah menerapkan Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sejak tahun 2005 
hingga dilaksakanannya kurikulum K 13.  

K13 dirancang dan diimplementasikan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten 
memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam 
berpikir dan berbuat. Dalam pembelajaran IPA, hendaknya peserta didik terlibat secara aktif 
untuk mengkonstruksi dan mengasimilasi pengetahuan melalui kegiatan inkuiri ilmiah untuk 
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta 
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Untuk dapat membelajarkan 
peserta didik secara aktif, maka guru harus mampu menjadi seorang fasilitator atau mediator 
yang inovatif sehingga mampu menyediakan wahana bagi peserta didik untuk mempelajari 
konsep IPA, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam 
kehidupan sehari-hari. 

Pemahaman konsep yang baik erat kaitannya dengan hasil belajar siswa. Penelitian ini 
berkaitan langsung dengan proses pembelajaran khususnya bidang sains (IPA) di SMP Negeri 
2 Nusa Penida. Sampai saat ini pemahaman konsep siswa masih rendah. Berdasarkan 
penilaian hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA KELAS VIII pada KD 3.1; 3.2; dan 
3.3 semester ganjil Tahun pelajaran 2019/2020 rata-rata nilai ulangan harian 1 masih belum 
memenuhi syarat kriteria ketuntasan minimal IPA kelas VIII yaitu 76. Rata-rata nilai hasil 
belajar siswa kelas VIII pada VIII pada KD 3.1; 3.2; dan 3.3, pada tahun ajaran 2019/2020 
yaitu 59,95 dengan ketuntasan 48,89%. Dari kelima kelas VIII, kelas VIIID SMP N 2 Nusa 
Penida memiliki nilai yang terendah dibandingkan kelas lainya. Berdasarkan hasil observasi 



Vol.2 No.7 2021 
ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 
https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193  

1116 

diperoleh rata-rata nilai ulangan pada semester 1 pada pra siklus, pada tahun ajaran 2019/2020 
untuk kelas VIIID sebesar 51,28 dengan ketuntasan 38,46% . 

Berdasarkan pengamatan sementara, rendahnya hasil belajar IPA siswa disebabkan oleh 
beberapa faktor, yaitu : (1) kemasan pembelajaran masih menitikberatkan pada kemampuan 
hafalan, memecahkan masalah lama, dan kurang memperhatikan pemahaman konsep siswa, 
(2) konsep IPA yang dibelajarkan dianggap sulit oleh peserta didik, (3) kurangnya pengkaitan 
antara konsep IPA yang dibelajarkan dengan masalah nyata, (4) kurangnya kegiatan 
praktikum dalam pembelajaran IPA, dan (6) kinerja ilmiah yang menjadi tuntutan KTSP 
dalam penilaian proses pembelajaran belum dilakukan secara optimal. Pengemasan 
pembelajaran dewasa ini tidak sejalan dengan hakekat pembelajaran menurut kaum 
kontruktivis (Wirtha & Rapi, 2008; Gemer, 2010). Kemasan pembelajaran masih 
menitikberatkan pada kemampuan hafalan, memecahkan masalah lama. Menurut Wenning 
(2011) model pembelajaran penemuan belum banyak digunakan. Guru belum memiliki 
pemahaman yang menyeluruh tentang metode ilmiah. Kedua, guru masih menggunakan 
paradigma “teaching by telling approach”. Demikian pula dalam proses pembelajaran fisika, 
sampai saat ini masih didasari asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan dari guru ke 
siswa. Ketiga, tingkat pemahaman konsep siswa terhadap materi IPA masih rendah. Hal ini 
dapat dilihat dari indikasi bahwa pemahaman terhadap materi fisika cenderung sebatas 
ingatan dan hafalan fakta-fakta, rumus-rumus, dan alogaritma. Pemahaman merupakan inti 
pembelajaran. Girad & Wong (dalam Saleh, 2011) menyatakan pemahaman konsep meliputi 
pengetahuan dan kemampuan menggunakan konsep ilmiah dalam mengembangkan model 
mental, dan menjelaskan suatu fenomena alam. Berdasarkan permasalahan di atas, perlu 
diterapkan strategi pembelajaran yang inovatif agar terjadi kegiatan pembelajaran yang 
berpusat pada peserta didik sesuai dengan paham konstruktivisme. Pendekatan 
konstruktivisme dalam pembelajaran adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif 
secara ekstensif atas dasar teori bahwa, peserta didik akan lebih mudah menemukan dan 
memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendikusikan konsep-
konsep tersebut dengan temannya (Slavin, 2005). Vygotsky (dalam Suparno, 1997) 
mengatakan bahwa pengetahuan peserta didik akan dibentuk melalui proses kerja sama 
dengan teman lain (learning community) dan pembelajaran akan bermakna jika konsep IPA 
yang dibelajarkan dikaitkan dengan permasalahan-permasahan konstekstual. Tujuan 
penelitian ini adalah untuk . meningkatkan aktivitas dan meningkatkan hasil belajar IPA siswa 
dengan penerapan model pembelajaran model siklus belajar 7E.  

 
METODE 

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang dirancang dalam dua 
siklus. Setiap siklus dalam rancangan penelitian ini terdiri dari empat tahapan, yaitu : (1) 
planing/perencanaan, (2) acting/tindakan, (3) observing and evaluating/observasi dan 
penilaian, dan (4) reflecting/refleksi yang berulang secara siklis (Tantra, 1997). Subyek 
penelitian tindakan adalah semua peserta didik kelas VIIID SMP Negeri 2 Nusa Penida 
Semester I tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 26 orang, terdiri atas 12 putri dan 14 
putra. Pemilihan subyek ini didasarkan pada rerata ulangan harian I pada kompetensi dasar 
sebelumnya tidak mencapai ketuntasan klasikal. Sedangkan obyek penelitian adalah hasil 
belajar IPA dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA untuk KD 3.4; 3.5; 3.6; 3.7  

 



Vol.2 No.7 2021 
ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 
https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193  

1117 

Instrumen pengumpul data yang digunakan berupa lembar observasi dan tes hasil 
belajar. yang disusun dan dikembangkan sendiri oleh penulis. Instrumen penilaian sikap 
terdiri dari empat indikator, yaitu : (1) kerja sama dalam kelompok belajar, (2) peran dalam 
kelompok belajar, (3) perhatian terhadap kegiatan pembelajaran, n (4) inisiatif dalam 
pembelajaran. Perilaku atau sikap peserta didik yang diobservasi diberikan skor. Untuk 
memperoleh data hasil belajar siswa IPA maka digunakan instrumen penilaian hasil belajar 
berbentuk obyektif sebanyak 15 (lima belas) item. Setiap item yang dijawab benar diberikan 
skor 1 dan item yang dijawab salah diberikan skor 0. Dan dan 5 (lima) soal uraian dengan 
skala 0-4 Selanjutnya skor yang diperoleh peserta didik dikonversikan dalam skala seratus 
seperti halnya mengkonversikan penilaian sikap di atas.  

Ketuntasan aspek kognitif peserta didik ditentukan dengan menggunakan daya serap 
siswa/peserta didik (DSS) dan ketuntasan klasikal (KK). Ketuntasan siswa ditentukan 
berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 67 dan Ketuntasan klasikal atau KK ≥ 
67%. Keseluruhan data hasil penelitian di analisis secara deskriptif menentukan tingkat sikap 
dan hasil belajar siswa.  
 
HASIL 
Deskripsi Proses Pembelajaran pada Siklus I   

Penelitian tindakan ini dilaksanakan di kelas VIIID SMP N 2 Nusa Penida tahun 
pelajaran 2019/2020, dengan jumlah subjek 26 orang. Penelitian ini dilaksanakan dari hari 
Selasa 21 September s/d Kamis 14 Nopember 2019. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas 
VIIID SMP Negeri 2 Nusa Penida tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 26 orang 
dengan perincian 14 orang siswa putra dan12 orang siswa putri. Penelitian ini dilaksanakan 
sebanyak dua siklus dengan 4 KD.   

Siklus I dilaksanakan dalam tujuh kali pertemuan. Enam pertemuan untuk pembelajaran 
dan 1 kali untuk melaksanakan tes dengan menggunakan tiga rencana pembelajaran. Masing-
masing pertemuan menggunakan RPP dan LKS kontruksi dalam pembelajaran. Materi yang 
dibahas pada siklus I meliputi: struktur dan fungsi tumbuhan; dan sistem pencernaan 
makanan.  

Secara garis besar, deskripsi pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan 
model siklus belajar sebagai berikut. 

pertemuan pertama, proses pembelajaran dimulai dengan kegiatan pendahuluan (Tahap 
eleciion) yang berlangsung sepuluh menit menit. Rangkaian kegiatan pendahuluan terdiri dari: 
mengabsen siswa, membacakan kompetensi dasar dan membacakan indikator hasil belajar, 
memerikan apersepsi, menyampaikan indikator pembelajaran, manfaat pembelajaran, 
mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, memotivasi siswa dalam 
mengekspresikan pengetahuannya.” Bagaimana padi dapat menghasilkan beras? Di 
manakah proses tersebut berlangsung? Bagian manakah dari tumbuhan yang berperan untuk 
proses tersebut? 

Setelah mendapatkan jawaban yang beragam dari siswa, guru kemudian mengantarkan 
masalah tersebut pada materi yang akan dibahas. Guru mensosialisasikan pembelajaran 
dengan menerapkan model siklus belajar dan menyampaikan sistem penilaian yang akan 
dilaksanakan selama proses pembelajaran. Guru membacakan anggota masing-masing 
kelompok. Kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan inti (60 menit). Guru mengidentifikasi dan 
menyajikan fenomena yang berkaitan dengan konsep organ tumbuhan yang akan 
dipelajari.Siswa bekerja sama dengan anggota kelompok untuk menjelaskan fenomena yang 



Vol.2 No.7 2021 
ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 
https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193  

1118 

disajikan, berdasarkan pengetahuan awalnya dengan menyampaikan sejumlah hipotesis 
(Tahap engagement ). Guru membagikan LKS dan siswa melaksanakan eksperimen (Tahap 
explor). Hasil eksperimen dianalisis oleh siswa untuk dapat menjawab hipotesis, dan 
menuangkannya dalam bentuk laporan (Tahap explanation). Guru membimbing siswa 
memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan fenomena yang disajikan secara jelas dan 
sederhana. Siswa mengelaborasi pengetahuan yang sudah di bangun dengan pengetahuan 
awalnya (Tahap elaborasi). Kegiatan diakhiri dengan penutup selama 10 menit. Guru 
mengevaluasi sejauh mana pemahaman konsep siswa dan kemampuan pemecahan masalah 
yang dimiliki siswa (Tahap evaluation). Siswa mengaplikasikan pemahaman konsep yang 
dimiliki dengan menyebutkan contoh lain yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, atau 
menyelidiki fenomena lain yang berkaitan dengan konsep yang telah diperkenalkan (Tahap 
extension). Untuk pertemuan kedua sampai ke enam, hampir sama dengan pertemuan pertama 
hanya materi yang dibelajarkan berbeda. Pada pertemuan kedua dibahas struktur dan fungsi 
daun, bunga, buah dan biji, Pada pertemuan ketiga dibahas jaringan pada tumbuhan. Pada 
pertemuan keempat bahan dan zat makanaan. Pada pertemuan kelima dibahas organ 
pencernaan makanan, Pada pertemuan keenam dibahas gangguan pada sistem pencernan 
makanan. 

Pelaksanaan tes hasil belajar untuk siklus 1 dilaksanakan pada pertemuan ke ketujuh. 
Tes hasil belajar pada siklus 1 mencakup materi pada siklus 1. Kegiatan berlangsung lancer 
dan tidak ada yang menyontek 
 
Data Hasil Penelitian pada Siklus I 

Data hasil penelitian pada siklus-1 memuat tentang sikap peserta didik dalam 
pembelajaran IPA dan hasil belajar atau penguasaan konsep IPA. Rekapitulasi nilai sikap 
siswa pada siklus I disajikan dalam Tabel 1 dan rekapitulasi hasil belajar siswa disajikan 
dalam Tabel 2.  
 

Tabel 1. Rekapitulasi Kategori Aktivitas Siswa pada Siklus 1 
No Komponen yang Dianalisis Jumlah Persentase 

1 Kategori sikap sangat baik 5 19,23% 
2 Kategori sikap baik 4 15,38% 
3 Kategori sikap sedang 13 46,15% 
4 Kategori sikap kurang 4 15,38% 
5 Jumlah Nilai siswa 26   
6 Rata-rata 67,73   
7 Standar Deviasi 13,73   

 
Berdasarkan analisis data aktivitas siswa pada siklus 1. diperoleh nilai sikap peserta 

didik terhadap pembelajaran IPA pada siklus 1 sebagai berikut: nilai minimum 45, nilai 
maksimum 90, rata-rata 67,73 dengan kategori sikap kurang terhadap pembelajaran IPA 
15,38% dengan SD = 13,73 
 
  



Vol.2 No.7 2021 
ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 
https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193  

1119 

Tabel 2. Rekapitulasi Data Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1 
No Nilai Jumlah Persentase 
1 Nilai Minimal 30   
2 Nilai Maksimal 90   
3 Jumlah Siswa Tuntas 13 50% 
4 Jumlah Siswa Belum Tuntas 13 50% 
5 Jumlah Nilai Siswa 1703   
6 Rata-rata 65,50   
7 Standar Deviasi 15   

 
Untuk nilai hasil belajar siklus I diperoleh nilai minimal 30 dan nilai maksimal 90, 

dengan rata-rata 65,50 dengn ketuntasan klasikal 50%. 
 
Refleksi Pembelajaran Siklus I 

Refleksi pada siklus I didasarkan hasil observasi dan evaluasi proses pembelajaran pada 
siklus I. Selama proses pembelajaran secara umum berjalan lancar, namun ada beberapa 
kendala yang dihadapi dalam proses belajar. 

1. Saat meminta siswa menuju kelompoknya masing-masing, ada siswa yang bercanda 
yang menyebabkan kelas menjadi gaduh. 

2. Saat mengerjakan tugas kelompok, masih ada siswa yang tidak ikut bekerja dalam 
kelompoknya, dan hanya siswa yang berkemampuan lebih saja yang mengerjakannya 
sendiri. 

3. Saat diskusi kelas, hanya sebagian kecil siswa yang memberi tanggapan, sedangkan 
siswa lain kurang semangat. 
Berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi siklus I, maka diambil langkah dalam 

proses pembelajaran sebagai berikut. 
1. Memberi peringatan kepada siswa agar tidak membuat gaduh dalam pembelajaran 
2. Memberi bimbingan dan memotivasi agar anggota kelompok saling bekerja sama 
3. Merancang LKS yang digunakan agar lebih dapat dipahami siswa 
4. Memberikan penghargaan bagi siswa yang memberikan tanggapan pada saat diskusi dan 

mendapatkan nilai terbaik.  
 

Deskripsi Proses Pembelajaran pada Siklus II 
Siklus II dilaksanakan dalam 2 rencana pembelajaran untuk enam kali pertemuan. 

Materi yang dibahas pada siklus II meliputi: zat aditif, pengaruh zat aditif bagi kesehatan, 
penyalahgunaan zat aditif, organ peredaran darah, sistem peredaran darah pada manusia. 
Secara garis besar, deskripsi pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan siklus belajar 7E 
adalah sebagai berikut. 

Pada pertemuan kedelapan, proses pembelajarn dimulai dengan kegiatan pendahuluan 
yang berlangsung kurang dari 10 menit. Pada kegiatan pendahuluan terdiri atas: Pada 
pertemuan pertama, proses pembelajaran dimulai dengan kegiatan pendahuluan (Tahap 
eleciion) yang berlangsung sepuluh menit menit. Rangkaian kegiatan pendahuluan terdiri dari: 
mengabsen siswa, membacakan kompetensi dasar dan membacakan indikator hasil 
belajar.memerikan apersepsi, menyampaikan indikator pembelajaran, manfaat pembelajaran, 
mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, memotivasi siswa dalam 



Vol.2 No.7 2021 
ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 
https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193  

1120 

mengekspresikan pengetahuannya. ”Ketika pulang sekolah, apakah kamu sering bertemu 
dengan penjual makanan atau minuman? Bagaimana pendapatmu tentang tampilan dan rasa 
makanan serta minuman tersebut? Agar memiliki warna yang menarik dan memiliki rasa yang 
lezat, penjual biasanya menambahkan zat tertentu dalam makanan dan minuman agar 
menarik. Bagaimana pendapatmu tentang makanan dan minuman tersebut yang berwarna-
warni tersebut? Apakah makanan dan minuman tersebut nampak menarik? Apakah makanan 
sehat?” 

Kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan inti (60 menit). Guru mengidentifikasi dan 
menyajikan fenomena yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari.Siswa bekerja sama 
dengan anggota kelompok untuk menjelaskan fenomena yang disajikan, berdasarkan 
pengetahuan awalnya dengan menyampaikan sejumlah hipotesis (Tahap engagement ). Guru 
membagikan LKS dan siswa melaksanakan eksperimen (Tahap explor). Hasil eksperimen 
dianalisis oleh siswa untuk dapat menjawab hipotesis, dan menuangkannya dalam bentuk 
laporan (Tahap explanation). Guru membimbing siswa memahami konsep-konsep yang 
berkaitan dengan fenomena yang disajikan secara jelas dan sederhana. Siswa mengelaborasi 
pengetahuan yang sudah di bangun dengan pengetahuan awalnya (Tahap elaborasi). Kegiatan 
diakhiri dengan penutup selama 10 menit. Guru mengevaluasi sejauh mana pemahaman 
konsep siswa dan kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa (Tahap evaluation ). 
Siswa mengaplikasikan pemahaman konsep yang dimiliki dengan menyebutkan contoh lain 
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, atau menyelidiki fenomena lain yang berkaitan 
dengan konsep yang telah diperkenalkan (Tahap extension).  Untuk pertemuan 
sembilan sampai 11, hampir sama dengan pertemuan kedelapan materi yang dibelajarkan 
berbeda, pengaruh zat aditif bagi kesehatan, penyalahgunaan zat aditif, organ peredaran darah, 
sistem peredaran darah pada manusia. 
 
Data Hasil Penelitian pada Siklus II 

Rekapitulasi data nilai sikap siswa pada siklus II disajikan dalam Tabel 3 dan 
rekapitulasi data pemahaman konsep siswa untuk siklus II disajikan dalam Tabel 4.  
 

Tabel 3. Data Rekapitulasi Kategori Sikap Siswa pada Siklus II 
No Komponen yang Dianalisis Jumlah Persentase 

1 Kategori sikap sangat baik 7 26,92% 
2 Kategori sikap baik 6 23,08% 
3 Kategori sikap sedang 12 41,15% 
4 Kategori sikap kurang 1 3,85% 
5 Jumlah Nilai siswa 1960   
6 Rata-rata 75,38   
7 Standar Deviasi 13,71   

 
Berdasarkan analisis data aktivitas siswa pada siklus II. diperoleh nilai sikap peserta 

didik terhadap pembelajaran IPA pada siklus II sebagai berikut: nilai minimum 50, nilai 
maksimum 95, rata-rata 75,38 dengan kategori sikap sedang terhadap pembelajaran IPA 
41,15 % dengan SD = 13,71  
 
 



Vol.2 No.7 2021 
ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 
https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193  

1121 

Tabel 5. Rekapitulasi Data Hasil Belajar Siswa pada Siklus II 
No Nilai Jumlah Persentase 
1 Nilai Minimal 30   
2 Nilai Maksimal 88   
3 Jumlah Siswa Tuntas 18 69,23% 
4 Jumlah Siswa Belum Tuntas 10 38,46% 
5 Jumlah Nilai Siswa 1876   
6 Rata-rata 71,54   
7 Standar Deviasi 16    

 
Untuk nilai hasil belajar IPA siklus II sebagai berikut : nilai minimum 30 nilai 

maksimum 88, rata-rata 71,54 dengan ketuntasan klasikal (KK) 69,23%.  
Data hasil rekapitulasi nilai rata-rata aktivitas belajar dan nilai rata-rata hasil belajar 

siswa masing-masing siklus tertera pada Tabel 4..9 dan profil aktivitas belajar dan hasil 
belajar siswa tiap masing-masing siklus disajikan pada Gambar 1. 

Profil aktivitas dan hasil belajar IPA siswa tiap Siklus disajikan dalam Gambar 4.1. 

 
Gambar 1. Profil Sikap dan Hasil Belajar IPA Siswa tiap Siklus 

 
Berdasarkan hasil analisis data dari siklus-1 ke siklus-2 terjadi peningkatan secara 

signifikan, yaitu peningkatan aktivitas belajar sebesar 7,65 % dan peningkatan hasil belajar 
sebesar 6,04 %.  
 
Refleksi Pembelajaran Siklus II 

 Hal-hal yang ditemukan dalam siklus kedua ini adalah siswa sudah mampu berdiskusi 
dengan baik memanfaatkan berbagai buku ajar dan memanfaatkan teman dalam kelompok 
kecil atau kelompok besar. Hal lain juga ditemukan bahwa sudah banyak muncul persaingan 
yang sehat untuk bisa menjadi kelompok berikutnya dengan menyakan kepada teman yang 
sudah duluan masuk ke kelompok berikutnya. 

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Aktivitas Belajar Hasil Belajar IPA

67,73 65,5

75,38
71,54

Siklus 1

Siklus 2



Vol.2 No.7 2021 
ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 
https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193  

1122 

Bagian ini menyajikan hasil penelitian/ atau hasil pemikiran. Hasil penelitian dapat 
dilengkapi dengan tabel, grafik (gambar), dan/atau bagan. Bagian pembahasan memaparkan 
hasil pengolahan data, menginterpretasikan penemuan secara logis, mengaitkan dengan 
sumber rujukan yang relevan. Usahakan untuk menampilkannya seringkas dan 
sekomprehensif mungkin.  

Pembahasan harus terfokus pada hasil dan bagaimana hasil tersebut dapat menjawab 
masalah yang diangkat. 

 
PEMBAHASAN 

 Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa aktivitas siswa pada sikus 
pertama secara klasikal adalah 67,31 dengan katagori sedang, tetapi ada 4 siswa dengan 
aktivitas kurang. Ini menunjukkan bahwa aktivitas perlu ditingkatkan lagi pada siklus 
berikutnya. Sedangkan pada siklus kedua aktivitas siswa sudah mencapai 75,38 dengan 
katagori baik dan masih ada 1 orang siswa yang memiliki aktivitas dengan katagori kurang 1 
orang. Ini berarti ada peningkatan aktivitas dari siklus pertama. Dalam penelitian ini aktivitas 
yang sulit ditingkatkan adalah interaksi siswa dengan guru, hal ini karena siswa sudah terbiasa 
dengan pembelajaran konvensional yang hanya dengan metode ceramah saja. 

 Hasil analisis mengenai hasil belajar IPA siswa didapatkan hasil pada siklus pertama 
bahwa hasil rata-rata siswa adalah 65,50 Jika dibandingkan dengan KKM mata pelajaran IPA 
untuk kelas VIII, yaitu 67, memang jauh lebih besalebih rendahr dan juga kalau kita 
bandingkan dengan ulangan harian mereka sebelumnya pada mata pelajaran IPA jauh lebih 
tinggi, tetapi masih ada 15 siswa yang belum tuntas pada siklus pertama ini. Pada siklus 
kedua didapatkan hasil hasil belajar siswa yaitu rata-rata kelas 71,54 dengan 10t anak belum 
tuntas. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus pertama ke 
siklus kedua. Temuan penelitian ini didukung oleh pembelajaran model siklus belajar 7E yang 
menyatakan bahwa:  

Pertama, model siklus belajar 7E merupakan salah satu model belajar yang 
berlandaskan konstruktivis. Pembelajaran dengan siklus ini menyelidiki konsep-konsep dan 
hubungannya melalui pengalaman langsung ke dalam jaringan konseptual yang terpadu. Pada 
tiap fase, akan dilatih kemampuan berpikir siswa. Guru yang menerapkan siklus belajar 7E, 
dapat merancang pembelajaran yang mengaitkan pemahaman awal siswa dengan konteks, 
menyediakan situasi kondusif dalam belajar. Pengajaran dengan siklus belajar 7E dimulai 
dengan pengalaman langsung, mengamati suatu fenomena, bekerja dengan bahan dalam 
serangkaian kegiatan eksperimen dan diakhiri dengan penguasaan konsep secara ilmiah serta 
diikuti dengan penyuguhan konsep-konsep dan pengaplikasiaanya dalam kehidupan sehari-
hari. Siswa belajar dengan aktif pada tiap tahapan fasenya. Pembelajaran konvensional 
merupakan sebuah praktik yang mekanistik dari pemberian informasi yang menggunakan 
paradigma behavioristik, menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang 
cukup kepada siswa untuk merefleksi materi yang dipresentasikan, menghubungkannya 
dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata. 
Menurut Brooks & Brooks (1993); Wenning (2010), penyelenggaraan pembelajaran 
konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan 
pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat 
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar. 
Sedangkan peran siswa adalah menerima, menyimpan, dan melakukan aktivitas-aktivitas lain 
yang sesuai dengan informasi yang diberikan. Dalam proses pembelajaran keterampilan 



Vol.2 No.7 2021 
ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 
https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193  

1123 

berpikir siswa jarang dilatih. Guru berasumsi bahwa keberhasilan program pembelajaran 
dilihat dari ketuntasannya menyampaikan seluruh materi yag ada dalam kurikulum.  

  Kedua, secara operasional empiris penelitian ini menggunakan LKS dengan materi 
yang sama. Perbedan LKS yang digunakan terletak pada strategi yang digunakan. Untuk LKS 
pada kelompok M7E menggunakan LKS yang sesuai dengan tahapan siklus belajar 7E. LKS 
ini menuntun siswa menemukan jawaban sendiri melalui serangkaiaan kegiatan seperti 
perumusn masalah, hipotesis, eksperimen. Sedangkan untuk kelompok pembelajaran 
konvensional menggunakan LKS yang berpola konvensional seperti LKS yang digunakan di 
sekolah, menerapkan pengetahuan secara linier. 

Pembelajaran dengan model siklus belajar 7E melatih siswa untuk bernalar, berpikir 
abstrak untuk memahami konsep, berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoretis formal 
berdasarkan proposisi-proposisi, membuat hipotesis, mengambil kesimpulan, 
mengaplikasikan pengetahuannya dan mengembangkan teori fisika.  
 
SIMPULAN 

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan 
di atas, maka dalam penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Aktivitas siswa kelas 
VIIID SMP Negeri 2 Nusa Penida semester ganjil pada Pelajaran IPA tahun pelajatan 
2019/2020 mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas belajar IPA 
pada siklus I sebesar 67,73 (kategori sedang) mengalami peningkatan sebesar 7,65 pada siklus 
II menjadi 75,38 (berkategori baik). (2) Hasil Belajar IPA siswa kelas VIIID SMP Negeri 2 
Nusa Penida semester ganjil pada Pelajaran IPA tahun pelajatan 2019/2020 mengalami 
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar IPA pada siklus I sebesar 65,50 
mengalami peningkatan sebesar 6,04 pada siklus II menjadi 71,54. 
 
DAFTAR RUJUKAN 
Akinbobola, A. O., & Afalabi, F. 2010. Construktivist practices through quided discovery 

approach: The effect on students’ cognitive achievement in Nigeria senior secondary 
school physics. Journal of Physics and Chemistry Education. 2 (1): 16-25.  

Arif, S. 2001. Pemerdayaan Pembelajaran IPA dalam Upaya Menumbuhkembangkan Sikap 
Positif terhadap Lingkungan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor 032, Tahun 
ke-7, November 2001. 

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI. 
Jakarta : Rineka Cipta. 

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan 
Menengah. Depdiknas. 

Costu, B., Ayas, A., & Niaz, M. 2010. Promoting conceptual change in first year students 
understanding of evaporation. Journal of Chemistry Education Research and 
Practice. 11: 5-6. 

Fishbein, Martin dan Icek Ajzen. 1975. Belief, Attitude, Intention, and Behavior : an 
Introduction to Theory and Research. London Addison. Wesley Published Company. 

Fosnot.1996. Enquiring Teacherrs. Enquiring Learners.  A Constructivist Approach for 
Teaching. New York: Columbia University. 

Kocakulah, M. S., & Kural, M. 2010. Investigation of conceptual change about double-slit 
interference in secondary school physics. Internasional Journal of Environmental & 
Science Education. 5(10): 435-460. 



Vol.2 No.7 2021 
ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 
https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.193  

1124 

Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Penerbit PT Grasindo. 
Lunenburg, F. C. 2011. Critical thinking and constructivism techniques for improving student 

achievement. National Forum of Teacher Education Journal. 21(3): 1-9. 
Muslimin, dkk.2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Press. 
Nurkancana, I W dan Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya : Usaha Nasional.  
Puskur. 2006. KTSP SMP/MTs Mata Pelajaran IPA. Depdiknas. 
Sadia, I.W. 1996. Pengembangan Model Belajar Konstruktivis Dalam Pembelajaran IPA di 

SMP. Disertasi PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. 
Santyasa, I W. 2008a. Asesmen kinerja, fortofolio, dan kriteria penilaian. Makalah. Disajikan 

dalam pelatihan tentang pembelajaran dan assesmen inovatif bagi guru-guru sekolah 
menengah di Kecamaan Nusa Penida, tanggal 22, 23, dan 24 Agustus 2008 di Nusa 
Penida. 

Santyasa, I W. 2008b. Pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran kooperatif. Makalah. 
Disajikan dalam pelatihan tentang pembelajaran dan assesmen inovatif bagi guru-
guru sekolah menengah di Kecamaan Nusa Penida, tanggal 22, 23, dan 24 Agustus 
2008 di Nusa Penida. 

Setiawan, Didang. 2004. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Buletin Pusat Perbukuan 
Depdiknas Vol. 10 Tahun 2004. 

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Theory, Research, and Practice: Second 
Edition. Boston: Allyn and Bacon. 

Suzuk, E., Corlu, M. A., & Gurel, C. 2011. Students’ perceptions of learning effiency of 
introductory physics course. Eurasian Journal Physics and Chemistry Education. 
65-71. 

Sornsakda, S., Sukaringarm, P., & Singseewo, A. 2009. Effects of learning environmental 
education using the 7E-learning cycle with metacognitive techniques and teacher’s 
handbook approaches on learning achievement, integrated science proses skills and 
critical thinking of mathayomsuksa 5 students with different learning achievement. 
Pakistan Journal of Social Sciences. 6(5): 297-303. 

Puskur. 2006. KTSP SMP/MTs Mata Pelajaran IPA. Depdiknas.